Pencarian

Jejak Di Balik Kabut 39

Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Bagian 39


Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
melihat mereka berdua berkeliaran, namun tidak masuk ke dalam penginapan itu. Dalam pada itu, ketika malam menjadi semakin dalam, keadaan di sekitar penginapan itu menjadi sepi. Para penjual nasi dan makanan serta minuman sudah tidak ada lagi. Yang nampak hilir-mudik di halaman adalah dua orang upahan yang menjaga regol dan dua orang lainnya menjaga pintu yang masih sedikit terbuka. Sementara itu, pemilik penginapan itupun seperti biasanya melihat-lihat keadaan di sekitar penginapannya. Kepada dua orang yang menyertainya, pemilik penginapan itupun berkata, "Nampaknya tidak ada apa-apa" "Agaknya memang tenang-tenang saja. Tetapi seorang kawanku sedang mengamati dua orang yang agaknya menarik perhatian" "Keduanya menginap?" "Ya. Nanti kawanku itu akan memberikan laporan, apabila ia sudah mendapat kesimpulan" Pemilik penginapan itu mengangguk-angguk. Bersama kedua orang yang menyertainya melihat-lihat keadaan penginapannya, pemilik penginapan itu memasuki ruang penginapan. Nampaknya memang tenang-tenang saja. Apalagi ruang penginapan bagi perempuan dan kanak-kanak. Tidak ada tanda-tanda apa-apa yang dapat menimbulkan kecurigaan. Namun ketika pemilik penginapan itu keluar, maka salah seorang yang berjaga-jaga di pintu penginapan itu menemuinya dan berbisik, "Ada yang mencurigakan. Sebaiknya kita bersiap-siap" "Kau yakin" Di mana kawan-kawan kalian?" "Selain yang bertugas, mereka sedang beristirahat" "Beritahu mereka agar mereka bersiap-siap jika terjadi sesuatu malam nanti. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa" Di dalam penginapan, Ki Resatama dan dua orang pengawalnya sudah berbaring di amben yang besar bersamasama dengan tiga orang lain. Namun agaknya ketiganya
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
terlalu letih, sehingga ketiganya sudah tidur dengan nyenyak. Di sudut, seorang saudagar yang kaya masih duduk bersila sambil menyilangkan tangan di dadanya. Seorang pengawalnya duduk di sebelahnya, sedang seorang yang lain telah tidur mendengkur. "Pemalas" desis pengawalnya yang masih belum tidur. "Biarkan saja" berkata saudagar itu. "Nanti bahkan dapat bergantian dengan kau setelah lewat tengah malam" Pengawalnya mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak menjawab. Di sisi lain, dua orang masih duduk bersandar dinding. Mereka bahkan masih berbincang-bincang dengan asyiknya. Agaknya keduanya masih belum mengantuk. Sedangkan di sudut, dua orang yang selalu berada dalam pengawasan para petugas di penginapan itu, meskipun sudah berbaring, tetapi ternyata mereka masih belum tidur pula. Malampun semakin lama menjadi semakin larut. Wijang dan Paksi ternyata berada di halaman samping rumah sebelah. Mereka berusaha melepaskan diri dari penglihatan siapapun juga. Di halaman yang gelap itu, mereka duduk terkantukkantuk. Nyamuk kebun yang besar-besar merubungi tubuh mereka. Gigitannya terasa sangat gatal di kulit mereka. Ketika di banjar Padukuhan Manjung terdengar suara kentongan dalam irama dara muluk, maka orang yang sempat dilihat Wijang dan Paksi keluar dari sekat Padepokan Watukambang itupun keluar dari ruang penginapan. Seorang di antara kedua orang yang berjaga-jaga di luar pintu itupun bertanya, "Ke mana, Ki Sanak?" "Aku akan ke pakiwan" Penjaga itu tidak bertanya lebih jauh. Namun penjaga yang seorang lagi telah pergi menemui para penjaga di pintu regol sambil berkata, "Berhati-hatilah. Selarak regol rapat-rapat. Nampaknya mereka memanfaatkan suara kentongan di banjar" "Bagaimana dengan kawan-kawan kita yang lain?" "Aku akan mempersiapkan mereka"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Penjaga itupun kemudian telah pergi ke belakang bangsal penginapan itu. Orang itu memasuki sebuah barak kecil yang mereka pergunakan sebagai tempat tinggal. Dengan isyarat, maka penjaga itu telah memberitahukan kepada kawan-kawannya agar mereka bersiap-siap. Orang yang pergi ke pakiwan itu ternyata tidak segera kembali. Setelah kawannya kembali dari barak kawan-kawannya, maka penjaga yang lain telah menyusul orang yang pergi ke pakiwan itu. Namun ternyata orang itu tidak berada di pakiwan. Dengan cepat penjaga itu kembali untuk memberitahukan kepada kawannya, bahwa agaknya permainan sudah hampir dimulai. Demikianlah, maka para penjaga itupun segera keluar dari barak kecil mereka. Tanpa mendapat perintah dari pemilik penginapan mereka sudah menempatkan diri mereka masingmasing. Setelah beberapa hari mereka berada di penginapan itu, maka para prajurit itupun benar-benar telah mengenal tempat itu dengan baik. Mereka sudah tahu pasti, di mana mereka harus berjaga-jaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Selain mereka yang berada di dalam halaman penginapan, maka dua orang di antara mereka telah menyusup keluar untuk mengamati keadaan di luar penginapan. Sebenarnyalah, bahwa sekelompok orang sedang merayap mendekati penginapan. Mereka tidak lagi mempergunakan isyarat apa-apa. Mereka memanfaatkan suara kentongan di banjar tepat di tengah malam sebagai aba-aba untuk mulai merayap mendekati penginapan. Wijang dan Paksi yang berada di halaman sebelah pun segera menyadari kesiagaan para prajurit. Seorang di antara para prajurit itu telah memberikan isyarat dengan melemparkan batu kerikil, karena Wijang telah memberikan pesan kepada mereka, bahwa ia dan Paksi akan berada di halaman sebelah.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Halaman penginapan itu tampaknya sepi-sepi saja. Tetapi sebenarnyalah bahwa para prajurit yang telah menjadi orangorang upahan di penginapan itu telah bersiaga sepenuhnya. Tiba-tiba saja sepi malam itu telah terkoyak ketika terdengar suara burung hantu. Suaranya terdengar jauh, ngelangut dihanyutkan oleh angin malam yang dingin. Suara burung hantu itu memang mengejutkan. Bahkan orang-orang yang sedang merayap mendekati dinding penginapan itupun terkejut. Mereka telah sepakat, tidak akan terdengar isyarat apa pun selain suara kentongan yang tentu akan berbunyi di banjar pada saat malam mencapai puncaknya. "Siapakah yang membunyikan isyarat?" bertanya seorang yang bertubuh raksasa yang memimpin sekelompok orang dari padepokan. "Entahlah" jawab seorang perempuan, "tentu bukan orangorang kita" "Setan alas" geram orang bertubuh raksasa itu. "Tentu orang-orang upahan yang bertugas mengawasi lingkungan ini" "Apa peduli kita. Jumlah mereka hanya sedikit" jawab perempuan itu. "Kau yakin?" "Aku yakin" "Jika demikian, kita harus dengan cepat memasuki halaman penginapan itu. Kita bunuh setiap orang-orang upahan yang bersedia bekerja pada pemilik penginapan itu" "Orang-orang yang menginap tentu akan ikut bertempur" "Mereka tidak banyak berarti" Demikianlah, maka pemimpin dari para pengikut Ki Gede Lenglengan itupun telah memberikan perintah dengan isyarat. Suitan yang nyaring terdengar menggetarkan udara di sekitar penginapan itu. Sambung-menyambung. Dalam pada itu, pemilik penginapan itupun telah keluar dari rumahnya pula. Seorang dari para prajurit yang menjadi orang upahan di rumah itu telah menghubunginya dan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
memperingatkannya, bahwa bahaya akan dapat mendatangi penginapan itu. "Kita akan bersiap" berkata pemilik penginapan itu. "Apakah kalian sudah bersiap?" "Kawan-kawan sudah berada di tempat mereka masingmasing" "Di mana?" "Di halaman" "Berapa orang?" "Bukankah jumlah kami ada lima belas?" "Semuanya sudah bersiap?" "Sudah" Pemilik penginapan itu sempat ragu-ragu sejenak. Orangorang yang diupahnya untuk menjaga penginapan itu justru terlalu cepat bertindak sebelum ia memberikan perintah apapun. "Apakah mereka justru bagian dari para perampok itu?" pertanyaan itu sempat muncul di dalam hatinya. Tetapi sudah tidak ada waktu untuk membuat pertimbangan-pertimbangan. Pemilik penginapan itu tinggal pasrah. Jika mereka bagian dari para perampok, maka hancurlah semuanya. Namun pemilik penginapan itu sempat berdoa di dalam hatinya. Dengan tergesa-gesa pemilik penginapan itupun memasuki ruang penginapan untuk membangunkan mereka. Tetapi sebagian besar dari mereka sudah terbangun. Seorang saudagar tiba-tiba saja berteriak, "Kau bertanggung jawab atas keselamatan kami" "Kami akan berusaha" jawab pemilik penginapan itu. Namun seorang yang lain berkata, "Kita tidak dapat tinggal diam. Kita pun wajib melindungi milik kita sendiri" Tetapi seorang yang lain lagi berkata, "Kita tidak perlu ikut campur. Itu adalah tugas pemilik penginapan ini serta orangorang upahannya. Kita tinggal menunggu di sini. Jika pemilik
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
penginapan itu gagal memberikan perlindungan, maka justru orang itulah yang harus kita bantai di sini" Sebelum pemilik penginapan itu menjawab, justru seorang upahan yang menyertainyalah yang menjawab, "Ki Sanak, kami telah mencurigai Ki Sanak sejak Ki Sanak memasuki penginapan ini. Kawan Ki Sanak sekarang pergi tanpa kami ketahui. Karena itu, biarlah Ki Sanak ikut kami. Ki Sanak harus kami tempatkan di tempat yang khusus" "Gila. Kenapa kau mencurigai aku?" "Aku telah dihubungi oleh seorang kawanmu yang mencurigakan. Penjual nasi megana dan tentu masih ada yang lain. Kami sudah mendapat keterangan yang jelas tentang Ki Sanak" Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berteriak, "Kau tidak berhak memperlakukan aku seperti itu" "Kami hanya ingin memenuhi keinginan Ki Sanak. Marilah, Ki Sanak kami persilahkan tinggal di bilik khusus. Ki Sanak tinggal menunggu. Kamilah yang akan melindungi mereka yang sedang menginap" Orang itu berdiri tegak mematung. Namun tiba-tiba saja orang itu mencabut pedangnya dan langsung menyerang pemilik penginapan yang sedang termangu-mangu. Pemilik penginapan yang tidak menduga bahwa orang itu akan menyerangnya, tidak sempat berbuat apa-apa. Ujung pedang itu meluncur demikian cepatnya mengarah ke jantungnya. Namun ketika ujung pedang itu tinggal sejengkal menggapai dadanya, maka tiba-tiba saja orang itu berteriak. Kaki orang yang dianggapnya orang upahan itu tepat menghantam pergelangan tangannya, sehingga pedangnya bukan saja terangkat, tetapi terlepas dari tangannya. Orang itu meloncat selangkah surut. Tetapi ruangan terlalu sempit, sehingga orang itu tidak dapat bergerak lebih jauh. Pedangnya yang terlempar, hampir saja mengenai seorang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
yang baru saja bangkit dari pembaringannya. Untunglah bahwa pedang itu tidak menyentuhnya. Namun seorang yang berada di belakang orang yang berusaha menusuk pemilik penginapan itu, hampir di luar sadarnya telah memukul tengkuknya, sehingga orang itupun terhuyung-huyung jatuh tertelungkup. Ketika ia berusaha untuk bangkit, maka orang upahan itulah yang memukulnya. Demikian kerasnya sehingga orang itupun kembali menelungkup di lantai. Pingsan. "Bersiaplah" berkata orang upahan itu, "para perampok itu akan segera memasuki halaman penginapan ini" Sejenak kemudian, maka orang-orang yang sedang menginap itupun telah bersiap. Para saudagar dan pedagang bersama para pengawalnya telah menggenggam senjata pula. Ki Resatama yang menginap pula di penginapan itupun berteriak, "Kita lindungi milik kita masing-masing. Jangan bebankan kepada orang lain, meskipun orang lain itu akan bersedia membantu kita. Kita sendirilah yang bertanggung jawab atas milik kita" Sejenak kemudian merekapun telah berlari-larian keluar dengan senjata mereka masing-masing. Ki Resatama adalah orang yang pertama berlari keluar bersama kedua orang pengawalnya. Demikian orang-orang yang menginap itu keluar, maka para pengikut Ki Gede Lenglengan telah berada di luar dinding penginapan yang rendah itu. "Jangan mencoba melawan" teriak orang yang bertubuh raksasa, yang tiba-tiba saja sudah berdiri di atas dinding halaman penginapan itu. Yang menjawab justru Ki Resatama, "Bukankah kami berhak melindungi harta kekayaan kami" Pergilah. Kami semua sudah siap. Kalian tidak akan berhasil sebagaimana yang pernah kalian lakukan" "Apa yang pernah kami lakukan" Kami pernah mengambil semua harta kekayaan orang-orang yang menginap di sini tanpa banyak perlawanan. Meskipun demikian kami terpaksa
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
membunuh karena ada beberapa orang yang keras kepala. Sekarang pun kami akan terpaksa membunuh jika ada yang keras kepala" "Yang akan terjadi justru sebaliknya. Kamilah yang akan membunuh kalian" jawab Ki Resatama yang berada di penginapan itu sebagai seorang pedagang. Di belakangnya dua orang pengawalnya telah siap pula menghadapi segala kemungkinan. Sementara itu, di halaman itupun telah bertebaran orangorang yang dianggap sebagai orang-orang upahan untuk melindungi penginapan itu. Pemilik penginapan itu sendiri justru hanya berdiam diri. Tiba-tiba saja persoalannya seakan-akan telah diambil alih oleh pedagang yang bernama Resatama itu. Orang bertubuh raksasa yang berdiri di atas dinding halaman penginapan itu berteriak sekali lagi. Suaranya menggelegar seperti suara guntur yang meledak di langit, "Menyerahlah. Biarkan kami mengambil semua yang ingin kami ambil. Kami berjanji untuk tidak menyakiti kalian semuanya" "Kami tidak akan menyerahkan uang kami sekeping pun. Kami telah bekerja keras untuk mengumpulkan uang sekeping demi sekeping. Sekarang kalian datang begitu saja untuk mengambilnya" jawab pedagang yang menyebut dirinya bernama Resatama itu. "Setan kau. Kaulah yang akan mati paling cepat dari semuanya yang ada di sini" "Bukan kau yang menentukan mati dan hidupku" Orang bertubuh raksasa itu tidak menunggu lebih lama lagi. Tiba-tiba saja sekali lagi ia bersuit nyaring. Suaranya itupun disambut oleh suitan-suitan sambung bersambung. Orang bertubuh raksasa itu pulalah yang pertama-tama meloncat memasuki halaman penginapan itu, disusul oleh orang-orangnya yang lain.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Nampaknya orang bertubuh raksasa itu benar-benar ingin membuktikan kata-katanya. Dengan serta-merta ia telah menyerang orang yang menyebut dirinya Ki Resatama. Tetapi Ki Resatama itupun telah bersiap menghadapinya. Di tangannya telah tergenggam sebilah pedang. Pedang Ki Resatama bahkan terhitung pedang yang besar dan panjang. Orang bertubuh raksasa itupun telah memutar senjatanya pula. Sebatang tongkat yang berwarna kehitam-hitaman. Tongkat baja yang berat. Namun di tangannya, tongkat itu nampaknya tidak lebih berat dari sebatang tongkat rotan. Namun orang bertubuh raksasa itu terkejut. Ketika ia mengayunkan tongkat bajanya, Ki Resatama sengaja menangkisnya dengan pedangnya yang besar dan panjang itu. Ketika benturan itu terjadi, orang yang bertubuh raksasa itu merasakan getaran yang kuat bagaikan mengalir dan mengguncang lengannya. Telapak tangannya terasa panas sehingga orang itu harus meloncat surut untuk mengambil jarak. "Iblis manakah yang hinggap di dalam tubuhmu?" geram orang bertubuh raksasa itu Ki Resatama tersenyum. Katanya, "Kau terlalu yakin akan kemampuanmu, Ki Sanak. Sehingga kau sangat merendahkan orang lain" "Persetan dengan tenaga iblismu. Aku akan memecahkan kepalamu" Orang bertubuh raksasa itupun segera menyerangnya dengan garang. Tetapi Ki Resatamapun telah siap menghadapinya. Sementara itu kedua orang pengawal Ki Resatama pun telah menghadapi lawan mereka masing-masing. Orang-orang yang berwajah garang yang bertempur dengan kasar. Dalam pada itu, maka para pengikut Ki Gede Lenglengan itupun sudah berloncatan memasuki halaman. Mereka tidak perlu merusak pintu, karena dinding halaman penginapan itu termasuk dinding yang rendah.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun orang-orang upahan yang bertebaran di halaman itupun telah menyambut mereka pula. Bahkan orang-orang yang menginap yang tidak rela menyerahkan harta bendanya telah ikut bertempur pula. Sebagian dari mereka telah mendapat perlindungan langsung dari pengawal mereka masing-masing. Pemilik penginapan itu berdiri termangu-mangu. Ternyata orang-orang yang diupahnya untuk melindungi orang-orang yang menginap itu benar-benar melaksanakan tugas mereka dengan sungguh-sungguh, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka. Menurut penilaian pemilik penginapan itu, mereka justru jauh lebih baik dari orang-orang upahannya yang lama, yang telah mengundurkan dirinya. Orang-orang upahannya yang baru itu bertempur dengan terampil dan berani. Mereka dengan tangkasnya memutar senjata mereka. Dalam pada itu, pemilik penginapan itu menjadi berdebardebar ketika dilihatnya di antara mereka yang bertempur itu terdapat dua orang anak muda yang telah membawa orangorang upahan itu kepadanya. "Siapakah mereka sebenarnya" Apakah benar keduanya pengembara?" bertanya pemilik penginapan itu di dalam hatinya. Pemilik penginapan itu menyaksikan keduanya bertempur di antara orang-orang upahannya dengan jantung yang berdebaran. Namun pemilik penginapan itu tidak ingin berangan-angan saja, sementara orang lain bertempur untuk melindungi harta kekayaan orang-orang yang menginap di penginapannya itu. Dengan senjata teracu di tangannya, maka pemilik penginapan itupun segera telah turun ke arena pertempuran. Sebenarnyalah Wijang dan Paksi telah bertempur pula di sudut halaman penginapan. Wijang telah memilih lawan seorangyang sangat menarik perhatiannya. Seorang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
perempuan yang dikenalinya sebagai penjual nasi megana di pasar dan di luar dinding halaman penginapan itu. "Selamat malam, Mbokayu" sapa Wijang demikian ia berdiri di hadapan perempuan yang sedang bertempur dengan garangnya itu. "Kau, anak muda" desis perempuan itu. "Minggirlah. Aku sama sekali tidak ingin membunuhmu" Wijang tertawa. Katanya, "Aku mencarimu dengan susah payah, sekarang begitu saja kau mengusirku" "Untuk apa kau mencariku?" "Sore tadi kau belum memberitahukan kepadaku, di mana kau tinggal" "Persetan dengan pertanyaanmu itu" "Jangan lekas marah, Mbokayu. Pembicaraan kita sore tadi terputus karena kehadiran seorang laki-laki yang mengaku bakal suamimu itu. Tetapi aku yakin, bahwa ia berbohong" "Pergi, atau aku benar-benar membunuhmu" "Kita mempunyai banyak kesempatan berbincang sekarang" "Cukup" "Ternyata Mbokayu memang tidak memerlukan dijemput oleh siapa pun meskipun Mbokayu pulang terlalu malam" Perempuan itu tidak menjawab. Tetapi dengan garangnya ia menyerang Wijang dengan sebilah pedang. Tetapi dengan tangkasnya Wijang menghindar. Sambil tertawa iapun berkata, "Kau memang garang, Mbokayu. Tetapi sebaiknya kau ceriterakan kepadaku, siapakah laki-laki yang mengaku bakal suamimu itu" Perempuan itu tidak menjawab. Tetapi serangannya justru datang membadai. Tetapi Wijang mampu berloncatan dengan cepat, sehingga serangan-serangan itu tidak menyentuhnya. Namun tiba-tiba saja laki-laki yang mengaku bakal suaminya itupun meloncat menyerangnya pula sambil berkata lantang, "Aku telah mencurigai kalian sejak kalian pura-pura membeli nasi megana itu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijang meloncat surut. Namun sebelum ia harus bertempur melawan kedua orang itu, Paksi telah meloncat menghampirinya. Dengan tongkatnya Paksi telah menyerang laki-laki yang mengaku bakal suami penjual nasi itu. "Biarlah mereka berbincang berdua" berkata Paksi. "Sebaiknya kau tidak mengganggunya" "Persetan kau, anak muda. Perempuan itu adalah bakal istriku" Paksi tertawa. Katanya, "Jangan bohongi aku. Kau bukan bakal suaminya. Mungkin kau menyukai perempuan itu. Tetapi ia tidak menyukaimu" "Omong kosong" "Perempuan itu menyukai kawanku itu. Tetapi karena mereka berdiri di pihak yang berbeda, merekapun telah berpura-pura bertempur" "Omong kosong" "Jika kau sempat, kau dapat memperhatikan mereka. Apakah mereka bertempur bersungguh-sungguh atau tidak" "Licik. Kau akan menyerang saat aku lengah" "Tidak" berkata Paksi. "Aku akan mengambil jarak. Kau akan mendapat kesempatan itu. Tetapi jangan mencoba lari" Paksipun kemudian telah meloncat surut beberapa langkah. Dibiarkannya lawannya itu memperhatikan lingkaran pertempuran antara Wijang dengan perempuan yang menyamar sebagai penjual nasi itu. Orang itu memang sekali-sekali mendengar Wijang tertawa. Tetapi ia tidak dapat mengamati wajah Wijang dan perempuan penjual nasi itu dengan jelas dalam kegelapan. "Nah, kau percaya?" bertanya Paksi. "Tidak. Aku tidak percaya" jawab laki-laki itu. Seranganserangannyapun semakin lama menjadi semakin sengit. Namun serangan-serangan itu tidak mampu menguak pertahanan Paksi. "Jika kau tidak percaya, tanyakan sendiri kepada perempuan itu. Aku akan memberimu kesempatan lagi"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tidak. Aku yakin, bahwa perempuan itu tidak akan pernah menyukai orang lain" Paksi tertawa. Katanya, "Kau bertepuk sebelah tangan. Kawanku itu lebih muda darimu. Lebih tampan dan ilmunya pun lebih tinggi. Lalu apamu yang mempunyai kelebihan dari kawanku itu?" "Cukup" Suara tertawa Paksi masih terdengar. Katanya, "Sebenarnya sore tadi perempuan itu sudah minta kawanku mengantarnya pulang. Tetapi kau telah datang dan mengaku bakal suaminya. Tetapi ternyata kau berbohong" "Diam. Diam kau" teriak laki-laki itu semakin keras. Yang terdengar kemudian adalah suara tertawa Paksi yang berkepanjangan. Laki-laki itu menjadi semakin marah. Wajahnya bagaikan terbakar. Suara tertawa Paksi terasa menusuk-nusuk jantungnya. Tetapi orang itu tidak dapat berbuat banyak. Seranganserangannya selalu membentur tongkat Paksi yang berputaran. Bahkan justru tongkat Paksilah yang sekali-sekali telah menyentuh tubuhnya. Sementara itu, Wijang masih juga bertempur melawan perempuan penjual nasi megana itu. Betapapun tangkasnya perempuan itu, tetapi berhadapan dengan Wijang, maka seakan-akan ia menjadi orang yang tidak berdaya sama sekali. Serangan-serangannya seakan-akan tidak berarti apa-apa bagi Wijang. Dengan gerak-gerak sederhana Wijang selalu dapat menghindarinya. Sekali-sekali menangkis dan menepis senjata perempuan itu. "Anak iblis" geram perempuan itu. "Ilmu apa yang kau pergunakan sehingga kau mampu menghindari seranganseranganku?" "Kau pikir ilmu apa, he" Apakah ilmuku bukan ilmu kanuragan seperti ilmumu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Persetan dengan ilmu iblismu" Wijang tertawa. Katanya, "Sebaiknya kau bawa saja bakul nasi meganamu. Sebenarnyalah sulit untuk menemukan nasi megana seperti nasi megana yang kau buat itu" Perempuan itu tidak menjawab. Serangan-serangannya menjadi semakin cepat. Namun serangan-serangan itu sama sekali tidak menggoyahkan pertahanan Wijang. Sepasang pisau belati Wijang berputaran di kedua tangannya. Sekalisekali tajamnya nampak berkilat di gelapnya malam. Namun Wijang sama sekali tidak berniat melukai perempuan itu. Ia ingin menangkapnya dan menyadap keterangannya tentang padepokan di belakang sekat itu. Sementara itu, pertempuran di halaman itupun berlangsung dengan sengitnya. Ki Tumenggung Yudatama sendirilah yang menghadapi kepercayaan Ki Gede Lenglengan yang bertubuh raksasa itu. Para perampok yang datang dari Padepokan Watukambang itu memang merasa heran, bahwa orang-orang upahan yang melindungi orang-orang yang menginap itu ternyata memiliki kemampuan yang tinggi. Lebih tinggi dari orang-orang upahan yang telah mengundurkan diri itu. Sementara itu, orang yang bertubuh raksasa itupun menjadi sangat marah. Seorang yang menginap di penginapan itu ternyata memiliki ilmu yang tinggi yang mampu mengimbangi ilmunya. Pemilik penginapan itu sendiri menjadi heran. Orang-orang upahan yang dibawa oleh kedua orang anak muda itu telah berbuat jauh lebih banyak dari yang diharapkannya. Di harihari yang lain, mereka dengan rajin bekerja memelihara penginapan itu. Sedangkan pada saat bahaya yang menakutkan itu datang, mereka telah menunjukkan kemampuan mereka. Dalam pada itu, orang-orang yang menginap di penginapan itupun benar-benar merasa dilindungi. Meskipun mereka juga harus bertempur melawan para perampok, tetapi mereka tidak bertempur seorang melawan seorang. Orang-orang yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menginap itu dapat saling membantu. Sementara orang-orang yang membawa pengawal, bertempur bersama-sama dengan pengawal-pengawal mereka. Sedangkan orang-orang upahan yang bekerja pada penginapan itu rasa-rasanya berloncatan di halaman dengan tangkasnya. Rasa-rasanya mereka berada di setiap jengkal tanah di halaman penginapan itu. Sementara itu, orang-orang dari Padepokan Watukambang yang mendapat beban terberat telah terjerat pada lawanlawan yang tangguh. Orang yang bertubuh raksasa itu ternyata tidak segera dapat mengalahkan lawannya yang mengaku bernama Resatama itu. Bahkan semakin lama menjadi semakin jelas, bahwa Ki Resatama itu mampu mendesak kepercayaan Ki Gede Lenglengan. Dalam keadaan yang gawat, maka orang bertubuh raksasa itupun berteriak, "Nyi Rumi, cepat selesaikan lawanmu itu. Jangan merasa belas kasihan lagi. Kita harus segera menyelesaikan tugas kita" "Aku akan membunuh tikus kecil ini" teriak perempuan yang disebut Nyi Rumi itu sambil menghentakkan kemampuannya menyerang Wijang. Tetapi Wijangpun tertawa. Dengan tangkasnya ia meloncat menghindar. Sementara itu Paksipun berkata kepada lawannya, "Nah, kau lihat bahwa perempuan penjual nasi itu tidak bersungguhsungguh" Jika pemimpinmu yang tubuhnya seperti buta ijo itu menyebut nama perempuan itu, tentu perempuan itu termasuk orang yang terpercaya di lingkungan kalian. Tetapi ia sengaja membiarkan kawanku itu memberikan perlawanan sekedarnya, karena ia memang menyukainya" "Tutup mulutmu" teriak laki-laki itu. Tetapi Paksi justru tertawa. Katanya, "Jangan merajuk. Nampaknya kau tidak akan sempat menyaksikan akhir dari permainan perempuan yang kau sebut bakal istrimu itu" Laki-laki yang marah itu telah menghentakkan ilmunya. Serangan-serangannya menjadi bertambah garang. Susulmenyusul seperti banjir bandang.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Tetapi justru orang itulah yang terlempar dari arena dan jatuh terlentang di halaman. Tongkat Paksi telah mengenai dadanya, sehingga dadanya menjadi sangat nyeri dan nafasnya serasa terhenti. Namun Paksi tidak memburunya. Dibiarkannya orang itu berusaha untuk bangkit dan memperbaiki keadaannya. Dengan mata menyala dipandanginya Paksi yang berdiri sambil memegangi tongkatnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya bertolak pinggang. "Bangkitlah, Ki Sanak. Menyerahlah. Barangkali itu akan lebih baik bagimu. Seandainya kau berhasil menyelamatkan diri dari arena pertempuran ini dan bahkan berhasil kembali ke sarangmu, apakah kau tidak akan dihukum oleh pemimpinmu" Seorang perampok harus berhasil membawa kembali harta benda yang berharga atau mati di arena. Mereka yang kembali tanpa membawa hasil rampokannya, justru akan mengalami kesulitan yang gawat" "Persetan dengan igauanmu" "Aku adalah salah seorang di antara mereka yang pernah menjadi perampok. Ayahku adalah seorang perampok. Kakakku, pamanku dan semua laki-laki dalam keluargaku. Tetapi aku lari ketika ayah dan kakakku dibunuh oleh pemimpin perampok itu karena gagal merampok rumah seorang saudagar kaya. Sejak itu aku mendendam kepada semua perampok. Termasuk kau" Telinga orang itu bagaikan disentuh api. Karena itu, maka iapun segera meloncat menyerang Paksi dengan garangnya. Senjatanya terayun menebas ke arah dada. Tetapi senjata itu sama sekali tidak menyentuh sasaran. Bahkan demikian senjata orang itu meluncur di depan dada, Paksi telah memukul lambung orang itu. Orang itu terbungkuk kesakitan. Dengan tangan kirinya orang itu menekan lambungnya yang bagaikan terbakar. Paksi melihat kesempatan untuk menyelesaikan pertempuran itu. Ia dapat memukul tengkuk orang itu,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sehingga orang itu akan terkapar mati di halaman penginapan itu. Namun ketika Paksi mengangkat tongkatnya, terasa ada sesuatu yang menahannya. Orang itu sudah tidak berdaya sama sekali. Ia sudah tidak mampu melawan, menangkis atau menghindar. Lebih dari itu, maka mungkin sekali orang itu akan dapat memberikan keterangan-keterangan penting tentang Padepokan Watukambang. Karena itu, Paksi mengurungkan niatnya. Dengan ujung tongkatnya Paksipun telah menekan punggung orang itu di bawah tengkuknya. Orang itu jatuh tertelungkup. Sentuhan ujung tongkat Paksi telah membuatnya seakan-akan kehilangan tenaganya dan bahkan kemudian kesadarannya. Sekejap kemudian, maka orang itupun telah jatuh pingsan. Wijangpun melihat apa yang telah dilakukan oleh Paksi. Ternyata apa yang dilakukan oleh Paksi itu telah menimbulkan gagasan kepadanya untuk memperlakukan perempuan itu sebagaimana lawan Paksi. Karena itu, ketika perempuan itu menyerang dengan garangnya, Wijang telah melenting ke samping. Dengan cepat perempuan itu menggeliat, senjatanya terayun dengan derasnya, namun Wijang bagaikan telah hilang dari arena. Tetapi perempuan itu terkejut ketika ia merasa bahunya digamit dari belakang. Demikian ia berputar, maka dilihatnya Wijang berdiri di hadapannya. Namun perempuan itu tidak sempat berbuat apa-apa. Jarijari Wijang telah menyentuh bahunya, di pangkal lehernya. Seperti lawan Paksi, perempuan itupun kehilangan tenaganya. Perlahan-lahan ia jatuh di atas lututnya. Namun kemudian ia terguling terlentang di tanah. Perempuan penjual nasi megana itu telah pingsan. Dalam pada itu, Wijang dan Paksi yang telah kehilangan lawan-lawannya itupun segera terjun ke medan pertempuran, sehingga para perampok itupun semakin mengalami kesulitan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Orang yang bertubuh raksasa itu menjadi semakin marah. Ketika ia melihat perempuan yang dipanggilnya Nyi Rumi itu terkapar, kemarahannya telah membakar ubun-ubunnya. Namun orang itu juga menyesali keterangan yang telah diberikan oleh Nyi Rumi, bahwa penginapan itu hanya dilindungi oleh beberapa orang yang tidak berarti. Namun ternyata orang-orang upahan itu adalah orangorang yang berpengalaman dan memiliki ketrampilan jauh lebih baik dari orang-orang upahan yang terdahulu. Tetapi para perampok itu sudah terlanjur terjun di medan yang menjadi bagaikan neraka itu. Bahkan lebih buruk dari kedatangan mereka yang pertama kali. Tetapi orang bertumbuh raksasa itu tidak dapat meninggalkan arena. Jika ia kembali ke padepokan, maka nasibnya justru akan menjadi sangat buruk. Karena itu, maka dikerahkannya ilmunya. Dihentakkannya kekuatannya untuk menyerang pedagang yang memiliki ilmu yang tinggi itu. Namun kepercayaan Ki Gede Lenglengan itu tidak mampu mengimbangi kemampuan Ki Tumenggung Yudatama. Meskipun kepercayaan Ki Gede Lenglengan itu mempunyai tenaga dan kekuatan yang sangat besar, serta memiliki ilmu yang tinggi dan pengalaman yang luas, namun ia telah membentur perlawanan seorang tumenggung prajurit Pajang yang terlatih serta mempunyai pengalaman yang tidak kalah luasnya dengan orang bertubuh raksasa itu. Karena itu, maka bagaimanapun juga orang bertubuh raksasa itu mengerahkan kemampuannya, namun akhirnya, ia tidak dapat mengelak dari satu kenyataan, bahwa ia tidak dapat memenangkan pertempuran itu. Tetapi orang itu sama sekali tidak mau mendengarkan peringatan-peringatan yang diberikan oleh Ki Tumenggung. Orang yang bertubuh raksasa itu memang tidak pernah bermimpi untuk pada suatu saat ia akan menyerah saat melawan calon korbannya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Karena itu, maka Ki Tumenggungpun tidak mempunyai pilihan lain. Perlawanan orang bertubuh raksasa itu harus diakhiri. Sebuah teriakan penuh gejolak kemarahan serta umpatan-umpatan kasar telah mengakhiri perlawanan orang bertubuh raksasa itu. Dalam pada itu, orang-orangnyapun menjadi kehilangan pegangan. Tetapi mereka menyadari apakah yang akan terjadi atas diri mereka jika mereka mencoba melarikan diri dan kembali ke padepokan. Ki Gede Lenglengan tidak pernah mau mengampuni. Orang itu tidak pernah mau mendengarkan penjelasan dari para pengikutnya jika mereka terpaksa melarikan diri dan kembali ke padepokan. Karena itu, sebagian dari para perampok itu memang memilih bertempur sampai mati. Namun sebagian yang lain memilih menyerah daripada harus kembali menghadap Ki Gede Lenglengan atau lari ke manapun. Menjelang dini pertempuranpun telah berakhir. Ada enam orang perampok yang dapat ditawan. Yang lain telah terbunuh di pertempuran. Sedangkan yang melarikan diri, telah memilih lari menjauhi padepokan di kaki Gunung Merapi itu. Mereka akan menjadi pengembara yang tidak tahu kapan akan berakhir serta apa yang akan terjadi atas diri mereka. Sementara itu, ada dua orang upahan yang terluka agak parah. Tujuh yang lain terluka ringan. Sedangkan dua orang yang sedang menginap telah terluka agak parah pula, meskipun tidak membahayakan jiwa mereka. Beberapa orang tergores senjata sehingga terluka, meskipun hanya luka ringan. Pemilik penginapan itu menjadi sibuk. Bersama beberapa orang upahan, ia merawat orang-orang yang terluka. Dipanggilnya seorang tabib terbaik di padukuhan itu untuk segera mengobati orang-orang yang terluka, terutama yang terluka parah. Dalam pada itu, Wijang dan Paksi telah berbicara dengan Ki Tumenggung Yudatama. Bahkan di antara para tawanan itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
terdapat seorang perempuan yang nampaknya mempunyai pengaruh yang besar bagi padepokan itu. "Kita akan mengumpulkan mereka yang tertawan" berkata Ki Tumenggung. Ki Tumenggung pun telah menjelaskan pula alasannya, kenapa ia tidak memberikan isyarat untuk memanggil para prajurit yang berkemah di tepi hutan. "Ada tugas khusus untuk mereka" "Tugas apa, Ki Tumenggung?" bertanya Wijang. "Aku akan memerintahkan lurah prajurit yang bertugas di antara mereka. Ia harus datang dengan prajurit-prajuritnya, dengan ciri-ciri keprajuritannya. Mereka akan dapat membawa para tawanan yang ada di penginapan ini ke Pajang. Namun mereka harus segera kembali ke perkemahan mereka" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. Mereka mengerti apa yang dimaksud oleh Ki Tumenggung Yudatama. Sebenarnyalah selagi terjadi kesibukan untuk merawat orang-orang yang terluka, seorang lurah prajurit dalam penyamaran telah menghadap Ki Tumenggung. Sementara Wijang dan Paksi justru telah menghilang dari penginapan itu. Ki Tumenggungpun telah memberikan perintah-perintah, apa yang harus dilakukannya. Dalam pada itu, pemilik penginapan itu memang agak menjadi bingung ketika seorang yang menginap di penginapan itu bertanya, apakah mereka yang ingin pergi ke Nglungge dapat melanjutkan perjalanannya esok pagi sebagaimana direncanakan. Selagi pemilik penginapan itu masih menimbang-nimbang, Ki Tumenggung yang dikenal sebagai Ki Resatama itupun berkata, "Kita akan meneruskan perjalanan esok. Jika aku tidak pergi esok pagi, aku akan dapat terlambat" "Tetapi bagaimana dengan pengawalan yang seharusnya kami lakukan?" "Kenapa" Bukankah tidak ada seorang pengawal pun yang terbunuh" Mungkin ada satu dua yang tergores senjata, tetapi bukankah mereka telah dapat melakukan tugas mereka?" "Jadi siapakah yang akan menjaga para tawanan?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Para tawanan itu diikat saja di batang-batang pohon yang kuat" jawab Ki Resatama. "Mungkin dua atau tiga orang yang bekerja di penginapan ini dapat menungguinya, sementara yang lain mengantar kami sampai ke sasak" Pemimpin penginapan itu termangu-mangu. Namun beberapa orang yang lain sependapat. Bahkan seorang yang terluka pundaknya berkata, "Sebaiknya besok kita meneruskan perjalanan seperti yang direncanakan. Aku mempunyai janji. Jika terlambat, mungkin sekali uang yang sudah di depan hidungku akan terlepas" "Baiklah" berkata pemilik penginapan itu, "aku nanti akan berbicara dengan orang-orang yang aku upah untuk mengawal penginapan ini serta perjalanan kalian sampai ke sasak penyeberangan" Ternyata orang-orang upahan itu tidak berkeberatan untuk membagi tugas. Sebagian menjaga para tawanan, sedangkan yang lain akan mengantarkan orang-orang yang akan menempuh perjalanan ke Nglungge lewat sasak penyeberangan. Malam itu, hampir tidak seorang pun yang sempat tidur lagi. Apalagi mereka yang terluka. Sedangkan orang-orang yang akan melanjutkan perjalanan telah bersiap-siap mengemasi barang-barang mereka. Sedangkan orang yang besok akan pulang setelah menjual dagangannya di Pasar Manjung di hari pasaran, akan meninggalkan penginapan itu pula. Namun orang-orang yang menginap di penginapan itu merasa cukup terlindungi, meskipun ada di antara mereka yang terluka Pagi-pagi menjelang fajar, orang-orang di penginapan itu telah dikejutkan oleh kehadiran sekelompok orang yang tiba-tiba saja sudah berada di luar dinding halaman penginapan yang rendah. Pemilik penginapan itu dengan dua orang pegawainya telah turun ke halaman dengan tergesa-gesa. Mereka melihat orang yang bertugas di regol telah membuka pintu regol halaman.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Siapakah mereka?" bertanya pemilik penginapan dengan cemas. Sekilas ia menduga, bahwa orang-orang yang diupahnya bekerja padanya itu telah diselundupkan oleh sekelompok perampok yang lain, yang ternyata datang kemudian. Namun salah seorang pengawal di pintu regol itu menjawab, "Sekelompok prajurit Pajang" "Prajurit Pajang?" pemilik penginapan itu terkejut. Sebenarnyalah yang memasuki halaman penginapan itu adalah sekelompok prajurit yang dipimpin oleh seorang lurah prajurit. Dengan tergesa-gesa pemilik penginapan itupun telah menemuinya dan berkata, "Selamat datang di penginapanku, Ki Sanak" "Aku, Ki Lurah Trunawara datang mengemban tugas" "Tugas apa, Ki Sanak?" "Kami mendapat perintah untuk membawa para perampok yang tertawan ke Pajang" "Para perampok" Demikian cepat Pajang mendengar peristiwa ini dan demikian cepat Ki Lurah sampai di sini?" "Petugas sandi kami telah mencium rencana ini sejak kemarin sore. Dua orang di antara para perampok itu telah membicarakan rencana ini. Petugas sandi itu segera melaporkan kepadaku di perkemahan kami. Tetapi kami datang terlambat, meskipun kami bergerak cepat. Kami mendapat laporan dari petugas sandi kami yang lain, bahwa pertempuran sudah selesai. Para petugas di penginapan ini berhasil menghancurkan gerombolan perampok itu" "O" pemilik penginapan itu menarik nafas panjang. Namun Ia sempat juga bertanya, "Di mana perkemahan Ki Lurah, sehingga Ki Lurah datang terlambat?" Lurah prajurit itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun berkata, "Apakah Ki Sanak merasa perlu mengetahui di mana kami berkemah?" "Tidak. Bukan maksudku. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa Ki Lurah tentu berkemah di tempat yang jauh"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tidak terlalu jauh. Tetapi perjalanan petugas sandi kami dan perjalanan pasukan kami memerlukan waktu" Pemilik penginapan itu tidak bertanya lagi. Namun seorang pengawalnya berkata, "Untunglah kami dapat mengatasi sendiri keadaan ini. Jika tidak, maka yang Ki Lurah temukan di sini adalah mayat-mayat kami" Ki Lurah Trunawara mengerutkan dahinya. Namun sambil menarik nafas dalam-dalam iapun berkata, "Kami memerlukan kerja sama yang baik dengan mereka yang memerlukan bantuan kami. Jika saja kami tahu sejak kemarin, maka kami tidak akan terlambat. Tetapi petugas sandi kami baru dapat mencapai perkemahan semalam. Kami berharap pada kesempatan lain, setiap bentuk kecurigaan terhadap kemungkinan buruk, kami dapat diberitahu secepatnya agar kami tidak terlambat" "Tetapi kami tidak tahu, di mana Ki Lurah berkemah" "Kalian tidak perlu mencari aku. Yang aku maksudkan dengan kami adalah prajurit Pajang di manapun para prajurit itu berada" "Terima kasih, Ki Lurah" berkata salah seorang upahan yang mengawalnya. Pagi itu juga, para prajurit Pajang itu telah mengambil dan membawa para perampok yang tertawan, termasuk perempuan cantik penjual nasi megana yang telah terbangun dari pingsannya. Demikian para prajurit meninggalkan diri, sebagian dari orang-orang yang menginap di penginapan itu akan meneruskan perjalanan ke Nglungge. Sebagian lagi memang akan pulang setelah seharian menggelar dagangannya di Pasar Manjung. Para pengawal pun telah dibagi. Sepuluh orang akan mengawal mereka yang akan meneruskan perjalanan. Selebihnya, kecuali yang terluka parah, akan menjaga penginapan itu serta merawat kawan-kawan mereka.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Para pengawal yang terluka ringan sama sekali tidak menghiraukan luka-luka mereka. Mereka masih saja menjalankan tugas mereka dengan baik. Namun dalam pada itu, pemilik penginapan itu sudah tidak dapat menemukan lagi dua orang anak muda yang menyebut diri mereka pengembara. Pada saat pertempuran berlangsung keduanya nampak ada di halaman. Namun kemudian keduanya telah hilang. Sebenarnyalah Wijang dan Paksi telah mengikuti para prajurit Pajang yang membawa para tawanan ke Pajang. Wijang dan Paksi ingin mendengar dari mereka, apakah di padepokan itu terdapat beberapa anak muda yang disebut angkatan mendatang. Namun para prajurit itu, setelah menyerahkan para tawanan, telah kembali lagi ke dalam tugas mereka di perkemahan mereka, di pinggir hutan di dekat Padukuhan Manjung. Perempuan penjual nasi itu terkejut ketika di hari berikutnya pintu bilik tahanannya terbuka. Ia melihat dua orang yang telah membeli nasi megana di dekat penginapan itu. "Kita bertemu lagi Mbokayu" desis Wijang yang kemudian duduk di sebuah amben kayu bersama Paksi, sementara perempuan itu duduk di bibir pembaringan di bilik tahanan itu. "Siapa kau sebenarnya?" bertanya perempuan itu. "Namaku Wijang dan ini adalah adikku, Paksi. Kami adalah pengembara yang menempuh perjalanan tanpa akhir" "Omong kosong. Jika kalian benar pengembara, kalian tidak akan dapat memasuki barak tahanan ini" Wijang tersenyum. Katanya, "Kau benar. Tetapi bagimu siapa pun aku, itu tidak penting" "Lalu, apa maksudmu?" "Mbokayu" desis Wijang. Namun kata-katanya terputus. "Jangan panggil aku Mbokayu. Panggil aku Rumi. Kau tentu mendengar kawanku itu memanggil namaku" "Baiklah, Rumi. Aku datang untuk minta pertolonganmu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Pertolonganku" Apa yang dapat aku lakukan" Aku hanya seorang penjual nasi" "Mungkin pada suatu hari aku ingin kau menolong membuat nasi megana bagi kami. Tetapi kali ini kami ingin tahu, siapa saja yang berada di padepokan itu. Bukankah di padepokan itu ada beberapa orang anak muda yang sedang ditempa untuk menjadi kekuatan bagi angkatan mendatang?" "Aku tidak tahu maksudmu" "Rumi, kami ingin tahu, ada beberapa orang anak muda yang berada di padepokanmu. Maksudku, anak-anak muda atau remaja yang sudah menjelang dewasa, yang ditempa dengan laku yang berat. Karena di bahu merekalah perjuangan di masa datang akan dibebankan. Tanpa mereka, perjuangan di masa mendatang akan terputus" "Aku tidak tahu. Aku tidak pernah berada di padepokan. Aku berada di Manjung dan menjual nasi megana setiap hari" "Kau sudah mulai berbohong. Kau tidak menjual nasi megana setiap hari" potong Paksi. "Sementara itu kau sudah sekitar tiga bulan tidak berjualan pada saat penginapan itu ditutup. Baru kemudian kau mulai berjualan lagi setelah penginapan itu dibuka kembali" "Jangan mengigau" "Jangan berkata kasar kepadaku" potong Paksi. "Kata-kata kasar itu akan dapat mendorong seseorang untuk berlaku kasar. Lebih baik kita berbicara dengan baik" "Yang kau katakan itu tidak benar" "Jangan membohongi kami. Kami hampir setiap hari berada di sekitar pasar itu. Kami tahu banyak hal tentang kau. Tentang padepokanmu yang terpisah dari dunia luar oleh sekat yang memang sengaja dibuat" "Jika kau sudah tahu, kenapa kau bertanya kepadaku?" "Yang ingin aku ketahui adalah khususnya tentang anakanak muda bagi angkatan mendatang" "Aku tidak tahu tentang angkatan mendatang. Aku tidak pernah melihat ada anak-anak muda di padepokan itu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kami menjadi kecewa. Sebenarnya kami ingin berbicara lebih panjang. Tetapi karena kau telah membohongi kami, maka agaknya kami lebih baik tidak memperpanjang perbincangan ini. Sebab apa pun yang kau katakan, tentu tidak berdasarkan pada kebenaran" "Ya" sambung Wijang, "nampaknya tidak ada gunanya pembicaraan kami ini. Tetapi kami akan mencoba berbicara dengan calon suamimu" "Orang itu bukan calon suamiku" "Kau tidak usah merasa malu. Bukankah wajar jika seorang perempuan yang sudah dewasa itu mempunyai calon suami?" "Tidak. Tetapi bukan laki-laki itu" "Orang itu suka kepadamu. Ia tentu mencintaimu" "Kami kawan bertugas" "Mungkin itu sikapmu. Tetapi sikapnya berbeda. Karena itu, maka kami berniat untuk menempatkan kau dan calon suamimu itu berdekatan" "Jangan. Jauhkan orang itu daripadaku. Aku tidak menyukainya bagaimanapun sikapnya kepadaku" "Jangan begitu. Kau tidak perlu berpura-pura. Kalian perlu berbohong tentang keadaan padepokanmu, tetapi kau tidak perlu berbohong tentang calon suamimu" "Tidak. Aku berkata sejujurnya" Wijang dan Paksi tertawa. Dengan nada tinggi Paksipun berkata, "Kau sudah berbohong tentang hari-harimu pergi ke pasar berjualan nasi. Kau sekarang berbohong tentang bakal suami. Sehingga aku yakin, bahwa tidak ada yang pernah kau katakan apa adanya. Kau adalah seorang yang sangat jauh dari kebenaran" "Tidak. Aku bukan seorang pembohong dan suka berpurapura. Bukankah wajar jika aku mengemban rahasia dari lingkunganku" Tetapi tidak tentang calon suami" "Sudahlah, Mbokayu" berkata Paksi, "tenanglah. Jika kau berbohong dengan mapan dan tegas, maka kebohonganmu tidak akan terlalu jelas" "Tidak. Aku tidak bohong"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Sampai ketemu, Mbokayu" "Panggil namaku" "Akupun ragu-ragu, apakah nama itu namamu yang sesungguhnya, yang diberikan oleh ayah dan ibumu" "Memang bukan. Aku berkata sejujurnya, namaku yang sebenarnya adalah Wigati" Wijang dan Paksi tertawa pula. Di sela-sela derai tertawanya Paksipun berkata, "Nah, begitu. Kebohongan yang serta-merta memang menimbulkan kesan kelugasan" "Aku berkata sesungguhnya. Aku tidak bohong" perempuan itu berteriak. Tetapi Wijang dan Paksi masih saja tertawa. Dengan nada datar Wijangpun berkata, "Sudahlah. Jangan berteriak. Tidak ada manfaatnya. Kau tidak dapat memaksa kami percaya dengan teriakan-teriakanmu itu. Kau adalah salah satu ujud dari seorang perempuan yang palsu, pura-pura dan lamis" "Tidak. Tidak. Jangan nilai aku seperti itu. Aku memang menyembunyikan rahasia padepokanku. Itu wajar. Tetapi aku bukan seorang yang palsu dan berpura-pura" Ketika Wijang dan Paksi melangkah keluar, maka perempuan itu berdesis, "Tunggu" Wijang dan Paksi memang berhenti. Ia melihat perempuan itu menutupi wajahnya sambil menahan tangis. Wijanglah yang kemudian berkata, "Sekarang kau tawarkan air matamu. Kau kira air matamu itu dapat mengelabuhi kami" Selamat tinggal. Aku tidak dapat membantumu jika kau dihadapkan kepada petugas yang akan memeriksamu" Tangis perempuan itu bagaikan dihentakkan. Seperti bendungan yang pecah, air matanya mengalir di sela-sela jarinya. "Kenapa kalian tidak membunuh aku saja di medan" Kematian yang pantas bagi sebuah perjuangan. Kematian itu akan membebaskan dari siksaan yang keji seperti ini" "Siksaan yang keji?" bertanya Wijang. "Kau memang anehaneh saja, Wigati. Itu jika benar namamu Wigati. Aku tidak menyentuhmu, apalagi menyakitimu. Aku tidak memukulimu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dengan rotan setelah kau terikat di patok kayu sebagaimana dilakukan oleh Ki Gede Lenglengan" Tiba-tiba saja tangis Wigati terputus. Dipandanginya Wijang dan Paksi berganti-ganti. Dengan suara bergetar perempuan itupun bertanya, "Dari mana kalian mengetahuinya?" "Kau merasa aneh, bahwa aku mengetahui rahasia padepokanmu yang tersekat itu" Mbokayu, kau tertawan sekarang. Mungkin kau tidak akan lepas dalam waktu singkat. Karena itu, kau boleh mengetahui, bahwa aku sudah sering berada di dalam padepokanmu. Kita memang belum pernah bertemu di padepokan itu. Tetapi aku tahu letak sanggar, letak bilik untuk menawan orang-orang yang dianggap bersalah oleh Ki Gede Lenglengan, bahkan aku tahu di mana dapur padepokanmu berada. Aku tahu, bahwa ada tiga buah sumur di lingkungan padepokanmu itu. Aku tahu bahwa senggot timba sumur-sumur itu bertumpu pada pohon randu" "O" "Aku tahu bahwa bakal suamimu itu keluar dari sekat padepokanmu di dini hari, menghubungimu di pasar yang sedang ramai sekali karena hari itu hari pasaran" Di luar sadarnya perempuan itu mengangguk-angguk. Katanya, "Banyak yang telah kau ketahui" "Banyak. Tetapi belum semuanya. Kami mengharap bahwa kau bersikap jujur. Justru karena kau seorang perempuan. Tetapi ternyata harapanku itu sia-sia. Aku justru berbicara dengan seorang yang dalam segala hal tidak pernah berkata sebenarnya" "Jangan menilai aku seperti itu. Sudah aku katakan, bukankah wajar jika aku menyembunyikan rahasia padepokanku. Tetapi itu adalah bagian dari perjuanganku. Bukan karena sifat dan watakku yang palsu dan berpura-pura" "Baik. Baik. Kami akan mencoba mengerti. Tetapi jangan salahkan kami jika kami tetap tidak melihat setitik kebenaran pun di dalam dirimu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Perempuan itu menangis lagi. Namun Wijang dan Paksi tidak menghiraukannya lagi. Keduanyapun kemudian meninggalkan bilik itu. Sepeninggal Wijang dan Paksi, maka tangis perempuan itu meledak lagi. Ia tidak mendengar pintu biliknya ditutup dan diselarak. Beberapa lama perempuan itu menangis. Ketika ia terdiam, maka ia mendengar selarak pintu biliknya diangkat. Sejenak kemudian, pintu bilik itupun terbuka. Seorang prajurit memasuki ruang itu sambil membawa makan dan minum bagi perempuan itu. "Ki Sanak" berkata perempuan itu. Suaranya dalam sekali. Bahkan agak serak dan bergetar. Prajurit yang membawa makandan minum itu termangumangu. "Kau kenal kedua orang yang tadi memasuki bilik ini?" Prajurit itu memandang perempuan itu dengan tajamnya. Prajurit itu kemudian bahkan bertanya, "Apakah kau belum tahu siapakah mereka itu?" "Belum, Ki Sanak" "Yang seorang adalah Pangeran Benawa, putera Kangjeng Sultan Hadiwijaya. Yang seorang namanya Paksi. Putera Ki Tumenggung Sarpa Biwada" "Pangeran Benawa dan putera Ki Tumenggung Sarpa Biwada?" "Ya, kenapa?" Wajah perempuan itu menjadi sangat tegang. Ternyata anak muda itu adalah orang terpenting di Pajang setelah Kangjeng Sultan sendiri. Sedangkan yang seorang lagi justru menimbulkan persoalan di dalam hatinya. Bukankah Ki Tumenggung Sarpa Biwada itu salah seorang pemimpin yang berdiri di pihak Harya Wisaka" Meskipun perempuan itu belum pernah bertemu dengan Ki Tumenggung, tetapi ia sudah pernah mendengar namanya. Perempuan itu pun tahu bahwa Ki Tumenggung telah tertangkap, justru sebelum Harya Wisaka sendiri.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Perempuan itu tidak menjawab. Tetapi wajahnya tertunduk lesu. Sejenak kemudian, prajurit itupun telah keluar dari dalam bilik itu. Sementara perempuan yang dipanggil Rumi tetapi menurut pengakuannya bernama Wigati itu menjatuhkan dirinya menelungkup di pembaringan. Makan dan minum yang diletakkan di atas amben kayu itu tidak segera menarik perhatiannya. Hari itu adalah hari-hari yang basah bagi Wigati. Setiap kali air matanya menitik di luar kendali. Sebelumnya ia adalah seorang perempuan yang tabah, yang ditempa oleh gejolak keinginannya untuk ikut berjuang. Selama ini jantungnya bergelora bersama dengan para pengikut Harya Wisaka yang lain yang ingin mendesak dan menyingkirkan Karebet dari tahta di Pajang. Meskipun ia seorang perempuan, tetapi bekal kemampuannya dalam olah kanuragan telah menempatkannya pada tempat yang penting di padepokan yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan itu. Bahkan justru karena ia seorang perempuan, maka ia mempunyai kesempatan yang lebih baik dari seorang laki-laki. Ketika malam kemudian turun, terasa betapa sepinya bilik tahanan itu. Wigati itu sekali-sekali mendengar para prajurit yang bertugas di luar bilik tahanan terbatuk-batuk kecil. Sekali-sekali terdengar mereka berbincang perlahan-lahan. Namun kemudian sepi kembali. Sulit bagi Wigati untuk segera tidur. Terbayang kembali sikap kedua orang yang mengaku bernama Wijang dan Paksi. Kata-kata merekapun terngiang kembali di telinganya, bahkan seakan-akan kata-kata itu telah diucapkan kembali. "Apakah aku memang seorang pembohong" Orang yang tidak dapat dipercaya" Pura-pura dan lamis?" pertanyaan itu rasa-rasanya bergejolak di dalam dadanya. Wigatipun mencoba mencari jawabnya. Sikapnya itu adalah sikap yang wajar sebagai seorang yang tengah memperjuangkan cita-cita. "Aku memang berpura-pura" Wigati itu menggeram, "tetapi itu bukan sikap dan watakku. Itu adalah sikap dan watak yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dituntut oleh perjuangan yang sedang berlangsung. Dan bahkan akan berlangsung lama sekali" Wigati menutup wajahnya. Namun masih saja nampak di angan-angannya sikap kedua orang anak muda yang berbicara sambil menertawakannya. "Begitu hinakah aku, sehingga aku pantas untuk ditertawakannya?" Namun Wigati itupun kemudian tertidur karena ia menjadi sangat letih setelah menangis dan bergumul dengan dirinya sendiri. Namun saat itu terdengar kokok ayam jantan untuk yang terakhir kalinya sebelum matahari terbit di hari berikutnya. Ketika langit mulai menjadi terang, ternyata Wigati itu telah terbangun setelah terlena beberapa saat. Iapun kemudian mengetuk pintu untuk minta ijin pergi ke pakiwan. Seorang prajurit telah membuka pintu itu dan kemudian berdua bersama seorang kawannya, prajurit itu mengantar Wigati pergi ke pakiwan yang khusus. Dalam pengawasan yang ketat, Wigati itupun kembali ke biliknya setelah mandi. Ketika matahari naik sepenggalah, seorang prajurit telah masuk ke dalam biliknya membawa makan dan minumnya. Pagi itu, perut Wigati terasa lapar. Karena itu, maka Wigati itupun telah makan dan minum meskipun hanya sedikit. Demikian Wigati selesai makan dan minum, maka pintu bilik itupun telah terbuka lagi. Wigati terkejut ketika ia melihat kedua orang yang mengaku bernama Wijang dan Paksi itu berdiri di muka pintu. Adalah di luar sadarnya, ketika tiba-tiba saja Wigati itupun berjongkok sambil menyembah. Katanya, "Hamba mohon ampun atas kekasaran hamba, Pangeran" Wijang tersenyum. Sambil melangkah masuk diikuti oleh Paksi, Wijangpun bertanya, "Dari mana kau tahu tentang kenyataan jatidiriku?" "Seorang prajurit yang bertugas menjaga hamba telah memberitahukan kepada hamba"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Baiklah. Tetapi apakah kau juga akan menuduhku sebagai seorang pembohong?" "Tidak, Pangeran. Hamba tahu, bahwa Pangeran tentu sedang menyamar ketika Pangeran berada di Manjung. Hambalah yang terlalu bodoh untuk tidak dapat membedakan seorang pangeran dengan orang kebanyakan" "Jika kau masih dapat membedakan, berarti penyamaranku gagal" "Hamba, Pangeran" "Nah, sekarang bangkitlah dan duduklah di pembaringanmu" "Atas perkenan Pangeran" Demikian Wigati duduk, maka Wijangpun bertanya, "Kau juga sudah tahu, siapakah adikku ini?" "Hamba, Pangeran. Anak muda itu bernama Paksi, putera Ki Tumenggung Sarpa Biwada" "Kau pernah mendengar nama Tumenggung Sarpa Biwada?" "Pernah, Pangeran" "Nah, putera Ki Tumenggung itu adalah seorang anak muda yang melihat kenyataan sehingga ia tidak mengikuti jejak ayahnya yang berpihak kepada Harya Wisaka. Sementara itu, kau telah mengorbankan segala-galanya, bahkan mempertaruhkan nyawamu untuk mendukung gagasan Harya Wisaka. Setelah Harya Wisaka tertangkap, kau masih juga melakukan apa yang kau sebut satu perjuangan" "Tekad hamba sudah bulat" "Wigati, coba katakan kepadaku, apa yang sebenarnya kau perjuangkan?" Pertanyaan itu memang mengejutkan. Sejenak Wigati terdiam. Pertanyaan itu terngiang kembali di telinganya, "Apa yang sebenarnya kau perjuangkan?" Wigati itupun menundukkan kepalanya dalam-dalam. Terasa dadanya bagaikan tertekan oleh segumpal batu padas. Sebelum Wigati itu dapat menjawab, Pangeran Benawa itu sudah bertanya pula, "Wigati, jika kau sudah mempertaruhkan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
nyawamu, itu berarti bahwa kau sudah yakin benar akan kebenaran langkahmu. Karena itu, kau tentu dapat mengatakan, apa yang sebenarnya kau perjuangan" Apakah kau ingin agar Harya Wisaka dapat merebut kekuasaan Ayahanda Sultan Hadiwijaya, sementara Paman Harya Wisaka sudah tertangkap?" Wigati tidak segera dapat menjawab. "Apakah yang kau yakini itu juga rahasia?" Wigati termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata, "Apakah Pangeran masih menginginkan hamba mengatakan yang sebenarnya?" "Tentu, Wigati. Katakan yang sebenarnya" "Pangeran, hamba adalah seorang anak yatim piatu. Pada saat hamba dilahirkan oleh ibu hamba, keluarga hamba telah terkena bencana. Ayah hamba telah terbunuh dalam perkelahian antara dua orang laki-laki yang memperebutkan ibu hamba meskipun ibu hamba telah melahirkan hamba" Wajah Pangeran Benawa menjadi tegang. Sementara itu, Wigatipun berceritera lebih lanjut, "Dalam perkelahian itu, ayah hamba telah dibantu oleh beberapa orang kawannya. Namun orang yang ingin merebut ibu hamba itu adalah seorang yang sangat sakti, sehingga ayah hamba dan kawankawannya tidak dapat mengalahkan laki-laki itu. Bahkan dalam perkelahian itu ayah hamba telah terbunuh" "Teruskan Wigati" "Hamba mohon ampun. Tetapi sekali ini hamba berkata jujur. Mungkin Pangeran dan Raden Paksi tidak mempercayainya karena Pangeran sudah terlanjur menganggap bahwa yang terloncat dari mulutku adalah kebohongan semata-mata" "Katakan" "Perkelahian itu terjadi di pinggir sebuah sungai yang dalam. Tubuh ayah yang sudah tidak berdaya itupun terlempar ke dalam sungai itu. Kawan-kawan ayah membutuhkan waktu hampir sehari penuh untuk mencari
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
tubuh ayah yang ternyata telah membeku. Ayah tidak tertolong" "Lalu apakah ibumu dibunuhnya juga?" "Orang itu menginginkan ibu. Karena itu, maka ibu tidak akan dibunuhnya. Tetapi ibuku telah membunuh diri" "O" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. "Siapa laki-laki itu?" Wigati memandang wajah Pangeran Benawa sekilas. Namun Wigatipun segera menunduk dalam-dalam. "Siapa laki-laki itu, Wigati?" "Hamba mohon ampun, Pangeran" "Katakan. Katakan saja. Aku sudah dapat menduga jawabmu. Tetapi aku ingin mendengar kau menyebutnya" "Laki-laki itu bernama Karebet" Wajah Paksi menegang. Jantung Wijangpun tergetar sesaat meskipun ia sudah menduga. "Yang kau maksud tentu Karebet yang sekarang memegang kekuasaan di Pajang, yaitu Ayahanda Sultan Hadiwijaya" "Ampun, Pangeran. Hamba ingin berkata sebenarnya agar hamba tidak menjadi orang yang selalu berbohong" "Aku percaya bahwa kau sekarang tidak berbohong, Wigati. Tetapi kau tentu tidak dapat melihat sendiri peristiwa itu. Nah, siapakah yang menceriterakan peristiwa itu kepadamu?" "Ki Gede Lenglengan. Karena sepeninggal ayah dan ibu, aku diangkat menjadi anak seorang janda yang menaruh belas kasihan terhadap nasib burukku. Janda itu adalah adik perempuan Ki Gede Lenglengan" Wijang mengangguk-angguk. Katanya, "Aku percaya bahwa kau tidak berniat berbohong. Jika ceritera itu tidak benar karena tidak sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya, maka bukan kaulah yang berbohong. Tetapi Ki Gede Lenglengan" "Ki Gede Lenglengan adalah seorang yang mumpuni. Ia menguasai berbagai macam ilmu. Bukan saja ilmu kanuragan, tetapi juga beberapa jenis ilmu yang lain. Ki Gede menguasai ilmu bertani, ilmu perbintangan dan berbagai macam ilmu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
yang lain. Ki Gede pun seorang yang memiliki kegemaran membaca kidung dan kitab-kitab babad" "Apakah Ki Gede Lenglengan juga seorang yang tahu benar akan baik dan buruk?" Wajah Wigati menjadi semakin tegang. Namun ia tidak menjawab. Kepalanya yang tunduk menjadi semakin tunduk. "Wigati, kali ini aku tidak menuduhmu berbohong. Tetapi aku menuduh Ki Gede Lenglengan-lah yang berbohong. Meskipun mungkin laki-laki yang bernama Karebet itu telah melakukan kesalahan, tetapi tentu tidak akan sekeji itu. Jika aku membela nama baik Karebet, itu adalah wajar, karena aku adalah puteranya. Tetapi bukan sekedar itu. Sebelumnya Ayahanda memang pernah menyebut nama Lenglengan. Justru Ayahanda pernah mengembara bersama-sama. Tetapi keduanya ternyata tidak sejalan. Ketika mereka bertengkar dan bertempur, hampir saja Ayahanda membunuhnya. Namun niat itu diurungkannya. Sehingga dengan demikian, mungkin sekali Lenglengan itu sangat mendendam Ayahanda Sultan Hadiwijaya sampai hari tuanya. Nah, kau tahu ceritera selanjutnya" "Maksud Pangeran, Ki Gede Lenglengan telah memfitnah Kangjeng Sultan Hadiwijaya?" "Ya. Bukankah masuk akal?" Wigati menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak segera menjawab. Ada semacam keragu-raguan di dalam hatinya. Siapakah yang berkata sebenarnya" Ki Gede Lenglengan atau Kangjeng Sultan Hadiwijaya" "Sudahlah" berkata Pangeran Benawa, "aku tahu, bahwa kau meragukan ceritera Ayahanda sebagaimana aku meragukan kebenaran ceritera Ki Gede Lenglengan. Namun seandainya yang dikatakan oleh Ki Gede Lenglengan itu benar, itukah alasanmu kenapa kau telah menjadi pengikut Ki Gede Lenglengan" Membalas jasa atau dibakar oleh dendam?" Wigati masih belum menjawab. Sementara itu, Pangeran Benawa berkata selanjutnya, "Jadi apa yang kau sebut perjuangan itu adalah dorongan nafsumu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
untuk membalas dendam kematian ayah dan ibumu menurut ceritera Ki Gede Lenglengan. Bukan berdasarkan atas satu keyakinan bahwa Harya Wisaka memang berhak atas tahta sepeninggal Harya Penangsang, sehingga perjuangannya perlu mendapat dukungan berdasarkan atas rasa keadilan" Jantung Wigati bergetar semakin cepat. Pernyataan Pangeran Benawa itu terasa bagaikan menusuk dadanya tembus sampai ke punggung. "Wigati" berkata Pangeran Benawa selanjutnya, "jika persoalannya adalah dendam, maka penyelesaiannya tentu berbeda dari sebuah perjuangan untuk menegakkan keadilan. Kalau kau mendendam karena kematian ayah dan ibumu, sehingga kau merasa wajib untuk membalas dendam, maka persoalannya adalah antara kau dan aku, karena aku adalah anak Karebet itu" Wajah Wigati menjadi merah. Namun ketika sekilas ia memandang wajah Pangeran Benawa, di wajah itu Wigati sama sekali tidak melihat kebencian yang menyala. Pangeran Benawa itu masih saja nampak tenang dan bahkan tekanan kata-katanya pun tidak berubah. Namun tiba-tiba saja Wigati itupun telah berlutut di hadapan Pangeran Benawa sambil berkata, "Pangeran, hamba mohon, bunuh sajalah hamba. Jika persoalan ini harus kita selesaikan dengan ujung senjata, maka aku tidak akan mampu berbuat apa-apa di hadapan Pangeran. Tetapi jika hamba dianggap sedang memperjuangkan satu cita-cita keadilan, maka bagi Kangjeng Sultan Hadiwijaya, hamba adalah seorang pemberontak yang sudah sepantasnya dihukum mati. Karena itu, jika Pangeran menghendaki, hamba rela untuk dibunuh sekarang" Pangeran Benawa menarik nafas panjang. Katanya, "Wigati, jika kau dianggap seorang pemberontak, maka bukan akulah yang wajib mengambil keputusan hukuman apa yang harus kau jalani. Sebaliknya, jika yang ada adalah dendam yang mengalir dari ayah kita masing-masing, maka dendam itu akan berkepanjangan sepanjang jaman. Dari ayah kepada
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
anaknya. Jika tidak ada anaknya, mungkin adiknya, kemenakannya, saudara seperguruannya atau bahkan gurunya. Lalu apakah arti kematian demi kematian yang beruntun itu?" Wigati menundukkan wajahnya sambil mengusap matanya yang basah. "Wigati" berkata Pangeran Benawa kemudian, "aku tidak sependapat dengan sikapmu itu. Jika aku berbicara tentang padepokanmu, dasarnya sama sekali bukan dendam dan kebencian. Tetapi kami menganggap bahwa Ki Gede Lenglengan adalah bagian dari sebuah pemberontakan. Dan setiap pemberontakan harus ditumpas" Wigati tidak menjawab. "Itulah sebabnya aku berharap bahwa kau dapat membantuku, sebelum aku tahu bahwa kau telah menyimpan dendam di hatimu. Namun sekali lagi aku beritahukan kepadamu, bahwa Lenglengan memang pernah hampir saja dibunuh oleh Karebet, namun ternyata Karebet bukan seorang pembunuh" Wigati masih tetap berdiam diri. "Baiklah, Wigati, jika kau merasa tidak ada gunanya untuk membantuku, membebaskan anak-anak muda itu dari pengaruh Ki Gede Lenglengan. Anak-anak muda yang seharusnya jiwanya dapat berkembang menjelang masa depan mereka, namun mereka telah terkungkung dalam satu bingkai sikap yang salah. Anak-anak muda itu akan kehilangan pribadi mereka masing-masing. Pribadi yang seharusnya dikembangkan dalam suasana yang bebas. Setiap hari dan bahkan setiap saat mereka dijejali oleh pikiran-pikiran buruk serta dendam yang tidak berkesudahan. Mungkin kepada anak-anak muda itu tidak dapat diceriterakan sebagaimana ceritera yang pernah kau dengar dari Ki Gede Lenglengan tentang ayah dan ibumu. Tetapi tentu ada saja ceritera lain yang dapat diresapkan ke dalam sanubari anak-anak muda itu sehingga mereka tumbuh dalam cengkeraman dendam dan nafsu yang buas"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wigati semakin menunduk. Tetap ia masih tetap diam. "Selamat tinggal, Wigati" berkata Pangeran Benawa. "Aku tidak tahu, apakah kita akan dapat bertemu lagi. Aku harus mencari jalan untuk menyelamatkan anak-anak itu dari racun yang ditaburkan oleh Ki Gede Lenglengan" Namun ketika Pangeran Benawa itu melangkah ke pintu, Wigati itupun berdesis, "Pangeran" Langkah Pangeran Benawa terhenti. "Apakah ada di antara anak-anak muda itu yang Pangeran kenal sebelumnya?" "Kau kenal dengan Raden Suminar?" "Jangan sebut nama itu, Pangeran" "Kenapa?" "Ia seorang anak muda yang baik. Baik sekali" "Kau mengenalnya dari dekat?" Wigati itu termenung. "Sayang sekali. Anak muda yang seharusnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik itu harus mati tanpa arti" "Sudahlah Pangeran. Aku mohon" "Nampaknya kematian Suminar membuat dendammu semakin dalam" "Aku mohon, Pangeran" "Baiklah. Barangkali kau dapat bertanya kepada Paksi, apakah di antara anak-anak muda itu ada yang dikenalnya" "Raden mengenal salah seorang dari mereka?" bertanya Wigati. "Salah seorang dari mereka adalah adikku" "Adik" Adik Raden sendiri?" "Ya. Anak Ki Tumenggung Sarpa Biwada" "O" "Kau mengenalnya?" Wigati termangu-mangu. Sementara itu Paksipun berkata, "Adikku ada di antara anak-anak muda itu. Pada saat terakhir aku bertemu, justru pada saat adikku itu berusaha melarikan diri dari kota, ia sudah sampai hati untuk mencoba membunuhku.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Mencelakakan adik perempuannya dan sama sekali tidak menghormati ibu lagi. Aku tidak tahu, apa jadinya adikku sekarang setelah berada di Padepokan Watukambang. Ki Gede Lenglengan tentu akan menyempurnakan sikapnya. Apalagi ia tahu bahwa aku tidak sejalan dengan ayah" Wigati menarik nafas dalam-dalam. "Salah satu dari mereka yang disiapkan untuk menjadi angkatan mendatang" "Apakah yang Raden maksud itu seorang anak muda yang bernama Lajer Laksita?" "Ya. Lajer Laksita adalah adikku. Di mana ia sekarang?" Wigati tidak segera menjawab. "Kau tahu di mana Lajer Laksita itu sekarang, Wigati?" desak Paksi. "Aku ingin mengambilnya dari tangan Ki Gede Lenglengan. Bukan hanya adikku, tetapi anak-anak muda yang lain, agar mereka tidak menjadi sekedar tumbal seperti Raden Suminar" Tiba-tiba saja tubuh Wigati itu bergetar. Gejolak yang dahsyat telah terjadi di dalam diri Wigati. Seperti segumpal buku kecil digoncang oleh gempa, sehingga akhirnya terbelah. "Apakah aku harus berkhianat?" tangis Wigati. "Tidak" sahut Pangeran Benawa, "kau tidak berkhianat. Tetapi kau justru akan menyelamatkan beberapa orang dari kehancuran karena mereka telah kehilangan pribadinya. Dalam keadaan wajar, tidak akan mungkin seorang adik seperti Lajer Laksita berniat membunuh kakaknya sendiri" Atau kau juga menganggap bahwa ajaran seperti itulah yang harus ditrapkan kepada angkatan mendatang yang akan meneruskan perjuanganmu?" "Tidak, Pangeran" "Jika demikian, tolong selamatkan mereka. Ketahuilah, bahwa aku mengetahui padepokan yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan itu justru dari Paman Harya Wisaka sendiri. Paman Harya Wisaka merasa sangat kehilangan karena kematian Raden Suminar. Pamanpun kemudian berpendapat, bahwa jangan ada Suminar-Suminar lain lagi yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
mengalaminya. Karena itu, Paman Harya Wisakapun menyebut sebuah padepokan yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan. Nah, apakah dengan demikian Paman Harya Wisaka juga berkhianat" Menurut pendapatku tidak. Pada saat terakhir, sebelum Paman Harya Wisaka harus memasuki bilik tahanannya, maka ia telah memberikan petunjuk yang sangat penting bagi kami" "Pangeran berkata sebenarnya?" "Aku berkata sebenarnya" Wigati terdiam sejenak. Namun kemudian iapun berkata, "Pangeran Benawa dan Raden Paksi, aku tidak tahu, apakah aku berkhianat atau justru menyelamatkan pribadi beberapa orang anak muda itu. Tetapi baiklah aku berkata dengan jujur, bahwa anak-anak muda itu sudah tidak berada di Padepokan Watukambang" Darah Paksi tersirap sampai di kepala. Dengan serta-merta iapun bertanya, "Di mana mereka sekarang?" "Ki Gede Lenglengan telah memerintahkan membawa anakanak muda itu ke sisi selatan kaki Gunung Merapi" "Di sisi selatan?" "Ya" "Kenapa?" "Ki Gede nampaknya sudah merasa bahwa padepokannya akan diketahui oleh para petugas sandi dari Pajang" "Kenapa Ki Gede Lenglengan berpendapat demikian?" "Sejak Harya Wisaka tertangkap, Ki Gede menjadi gelisah. Namun setelah sekian lama tidak terjadi apa-apa, maka Ki Gede mulai merasa tenang lagi. Bahkan Ki Gede sudah berniat untuk membawa anak-anak muda itu kembali ke Padepokan Watukambang" "Tetapi niat itu masih belum dilaksanakan" "Belum, Raden" "Kau tahu di mana letak padepokan atau pakuwon atau apapun namanya, tempat tinggal anak-anak muda itu?" "Sesungguhnyalah aku tidak tahu, Raden. Tetapi ada ancar-ancar yang barangkali dapat Raden pergunakan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apakah ancar-ancar itu?" "Anak-anak muda itu dititipkan kepada sepasang suami isteri yang berilmu tinggi" "Sepasang suami isteri" Apakah nama mereka diketahui?" "Aku tidak mengetahuinya" "Ada berapa orang anak muda yang dititipkan kepada sepasang suami isteri itu?" bertanya Pangeran Benawa. "Semuanya ada enam. Mereka dianggap mempunyai kelebihan dibanding dengan beberapa orang yang lain, yang masih tetap tinggal di Padepokan Watukambang" "Apakah Lajer Laksita termasuk mereka yang dititipkan di sisi selatan kaki Gunung Merapi itu?" "Ya, Pangeran" "Tetapi kami belum pernah melihat sekelompok anak-anak muda di Padepokan Watukambang. Menurut penglihatanmu, berapa orang anak muda yang masih berada di Watukambang?" "Enam atau tujuh orang. Tetapi mereka berbaur dengan para cantrik yang lain. Anak-anak muda yang tinggal itu dianggap tidak mempunyai kelebihan apa-apa, sehingga kedudukan mereka dianggap sama saja dengan para cantrik lain" Pangeran Benawa dan Paksipun mengangguk-angguk. Dengan nada rendah Pangeran Benawapun berkata, "Baiklah, Wigati. Aku mengucapkan terima kasih. Mungkin aku masih akan menemuimu lagi untuk mendapatkan beberapa keterangan yang lain. Tetapi sampai saat ini keteranganmu sudah cukup. Kau sudah menunjukkan kemauanmu untuk mengentaskan anak-anak muda itu dari bencana di masa mendatang. Salah satu di antaranya adalah Lajer Laksita. Jika anak itu tidak segera dibebaskan dari racun yang disuapkan kepadanya setiap hari, maka ia akan dapat menjadi musuh bagi keluarganya sendiri selain musuh bagi Pajang. Lajer Laksita sudah sampai pada tataran yang sangat berbahaya. Anak-anak muda yang lain pun tentu sama berbahayanya dengan Lajer Laksita itu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kesetiaan mereka jauh lebih tinggi dari kesetiaan kami, Pangeran" "Kami sudah menduga. Contohnya adalah Suminar" Wigati menundukkan kepalanya dalam-dalam. Katanya dengan suara yang bergetar, "Itulah yang dapat hamba sampaikan, Pangeran. Mudah-mudahan dapat berarti bagi Pangeran dan Raden Paksi" "Wigati" berkata Pangeran Benawa kemudian, "apakah lakilaki yang menghubungimu itu mengetahui serta sedikit tentang suami isteri yang mengasuh anak-anak muda itu?" Wigati termangu-mangu sejenak. Ketegangan yang sangat, nampak di kerut keningnya. Namun iapun kemudian berkata, "Mungkin, Pangeran. Hamba tidak tahu, apakah ia termasuk salah seorang yang ikut mengantarkan anak-anak muda itu ke sisi selatan kaki Gunung Merapi. Tetapi orang itu termasuk mempunyai banyak kesibukan di padepokan" "Baik. Aku akan berbicara dengan calon suamimu itu" "Tidak. Sama sekali bukan, Pangeran. Hamba berkata sungguh-sungguh. Laki-laki pengecut itu bukan calon suami hamba" "Apakah laki-laki itu pengecut?" "Maksudku, hatinya mudah tergetar, bahkan goyah. Ia juga bukan seorang pemberani di medan. Tetapi lagaknya seolaholah ia adalah pahlawan di padepokan" Namun kemudian suaranya merendah, "Tetapi ia mendapat banyak kepercayaan dari Ki Gede Lenglengan. Bahkan lebih dari kepercayaannya kepadaku, yang dianggapnya sebagai kemenakannya sendiri" "Aku akan menemuinya, Wigati" Namun di sela-sela isaknya Wigati itu berkata, "Tetapi ternyata bahwa Ki Gede Lenglengan benar. Hamba memang tidak pantas untuk mendapatkan kepercayaannya. Sekarang hamba sudah berkhianat" "Sekali lagi aku katakan kepadamu, Wigati. Kau tidak berkhianat. Jika seorang yang tersesat menemukan jalan kembali, itu bukan berarti bahwa ia tidak setia kepada jalan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
pilihannya yang sesat itu. Tetapi ia justru telah menemukan sepeletik cahaya dari Yang Maha Agung di dalam hatinya. Sebagaimana yang kau lakukan, kau telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kemanusiaan, karena dengan keteranganmu itu, ada kemungkinan beberapa orang anak muda terlepas dari belenggu kajiwan yang dililitkan oleh Ki Gede Lenglengan sebagai salah seorang pendukung Harya Wisaka, sementara Paman Harya Wisaka sendiri menyadari bahwa anak-anak muda itu memang harus dibebaskan" "Tetapi hamba mohon, jangan berkata kepada laki-laki itu, bahwa hamba telah memberikan banyak keterangan tentang Padepokan Watukambang" "Tentu, Wigati. Tetapi siapakah nama pemimpin kelompokmu yang bertubuh raksasa itu?" "Kenapa dengan orang itu, Pangeran?" "Aku akan mengatakan, bahwa aku telah mendapat keterangan dari orang itu" "Di mana orang itu sekarang, Pangeran?" wajah Wigati memancarkan kecemasan yang sangat. "Sesungguhnya orang itu sudah terbunuh di pertempuran" "Jadi orang itu sudah sungguh-sungguh mati?" "Ya. Orang itu terbunuh. Bukankah kau melihat tubuhnya yang terkapar di halaman penginapan itu?" "Tetapi laki-laki itu juga melihat tubuh orang yang terbunuh itu" "Tetapi seperti kau, Wigati. Bukankah kau tidak yakin, apakah orang itu benar-benar meninggal atau belum" Bukankah pagi itu juga kalian dan beberapa orang yang telah menyerah langsung dibawa ke Pajang" Kau dan kawankawanmu yang menyerah itu tidak sempat melihat kawankawanmu yang terbunuh itu dikuburkan oleh orang-orang Manjung. Pemilik penginapan itu harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk menguburkan mayat-mayat itu" Wigati mengangguk-angguk. Dengan nada rendah iapun menyebut sebuah nama, "Namanya Wira Sidat"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Wira Sidat. Apakah ia seorang yang sangat dekat dengan Ki Gede Lenglengan?" "Ia adalah salah seorang kepercayaan Ki Gede Lenglengan" "Kalau saja ia dapat benar-benar tertangkap hidup-hidup" "Ia tidak akan berkata sepatah pun meskipun mendapat tekanan dengan cara apa pun" "Nampaknya ia benar-benar telah mengeraskan hatinya dalam ketersesatannya" "Wira Sidat tidak akan pernah merasa bahwa dirinya telah tersesat" "Ya. Aku mengerti. Ia justru yakin, bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan kebenaran" Wigati menarik nafas panjang. Demikianlah, Pangeran Benawa dan Paksipun segera minta diri dari bilik tahanan Wigati. Ketika Pangeran Benawa berdiri di pintu, iapun berkata, "Jangan terlalu cemas. Kami akan membantumu pada saat yang kau perlukan" Sejenak kemudian, maka pintu itu telah tertutup kembali. Terdengar selarak yang berat telah menyilang pintu bilik tahanan itu. Wigati yang berada di dalamnya terhenyak duduk di pembaringannya. -ooo00dw00oooJilid 33 SEMENTARA itu, di luar bilik tahanan Wijangpun berkata kepada Paksi, "Ternyata kau benar, Paksi. Anak-anak muda itu tidak berada di padepokan itu lagi" "Jika demikian, kita dapat segera mengambil keputusan tentang padepokan itu" "Ya. Tidak ada pilihan lain. Padepokan itu harus segera dihancurkan. Kekalahan para pengikut di penginapan itu akan dapat mengusik kemapanan Ki Gede Lenglengan. Sebelum ia mengambil sikap, maka sebaiknya kita datang lebih dahulu kepadanya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apakah sebaiknya kita menemui Ki Tumenggung Yudatama?" "Aku sependapat. Hari pasaran mendatang, padepokan itu kita kepung dan mereka yang tidak bersedia menyerah, apaboleh buat" Demikianlah, keduanyapun segera menemui Ki Tumenggung Yudatama. Untunglah bahwa Ki Tumenggung Yudatama berada di barak pasukannya. Dengan jelas dan terperinci sesuai dengan keterangan Wigati serta pengamatan Wijang dan Paksi selama ia mengamati padepokan itu, maka Wijang dan Paksi mengusulkan, agar secepatnya padepokan itu ditembus oleh pasukan yang telah dipersiapkan. "Baiklah, Pangeran. Jika isyarat itu sudah diberikan, maka kitapun akan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan" "Pasaran mendatang tinggal dua hari lagi, Ki Tumenggung" "Hari ini aku akan pergi ke penginapan itu. Namun sebelumnya kita akan menghadap Kangjeng Sultan untuk memberikan laporan tentang anak-anak muda itu, serta rencana kita mengepung Padepokan Watukambang" Demikianlah, Ki Tumenggung Yudatamapun bekerja dengan cepat. Pada saat itu juga mereka bertiga telah menghadap Kangjeng Sultan Hadiwijaya, yang menerima mereka dengan baik. "Lakukan apa yang baik menurut pertimbangan kalian bertiga" berkata Kangjeng Sultan. "Hamba mohon restu, Sinuhun" desis Ki Tumenggung Yudatama. "Berhati-hatilah dengan Lenglengan. Ia seorang yang sekarang tentu memiliki ilmu yang sangat tinggi" "Hamba, Sinuhun. Hamba akan berhati-hati" "Jangan hadapi Lenglengan seorang diri. Biarlah Benawa, Paksi dan satu dua orang pilihan lainnya bersama-sama Ki Tumenggung menghadapinya. Mungkin kalian memerlukan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
kemampuan bersama untuk mengalahkannya. Namun kalian juga harus menjaga agar Lenglengan tidak dapat melarikan diri" "Hamba, Sinuhun" "Aku tidak tahu, apakah ada orang lain yang berilmu tinggi di padepokan itu" "Hamba sudah menjajagi kemampuan salah seorang kepercayaannya. Agaknya kepercayaan Ki Gede Lenglengan yang lain pun tidak terpaut banyak dari orang itu" "Tetapi kita tidak tahu, ada berapa orang kepercayaan Ki Gede Lenglengan itu" "Hamba akan berhati-hati sekali, Sinuhun. Hamba akan membawa orang-orang terbaik sebelum hamba memasuki padepokan itu" "Waktumu tinggal sedikit, Ki Tumenggung" "Masih ada dua hari, Sinuhun. Sementara itu sebagian dari kekuatan Pajang telah berada di Manjung, Nglungge dan di hutan sebelah Padukuhan Manjung" Kangjeng Sultan Hadiwijayapun mengangguk-angguk sambil berkata, "Baiklah, Ki Tumenggung. Aku serahkan kepadamu, mana yang baik menurut pertimbanganmu, Benawa dan Paksi" "Kami mohon restu, Sinuhun" "Bawa orang-orang terbaik. Lenglengan adalah seorang yang tidak dapat dijajagi kemampuannya" "Apakah ada orang yang mampu menjajagi kemampuan Pangeran Benawa?" "Ah, Ki Tumenggung, aku bukan apa-apa" "Mungkin Benawa memiliki dasar ilmu yang kuat" berkata Kangjeng Sultan, "tetapi ia masih terlalu muda untuk dapat mengetahui dan mengatasi, betapa liciknya Lenglengan" "Hamba mengerti, Sinuhun" Demikianlah, maka Ki Tumenggung itupun segera minta diri. Waktunya memang sangat sempit untuk mempersiapkan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
serangan yang meyakinkan terhadap sebuah padepokan yang kuat sebagaimana Padepokan Watukambang. Namun Ki Tumenggung adalah seorang prajurit pilihan. Bersama beberapa orang prajuritnya yang terpilih, maka Ki Tumenggungpun segera mempersiapkan pasukannya. Namun Ki Tumenggung harus sangat berhati-hati, agar persiapannya tidak diketahui oleh Ki Gede Lenglengan dan orang-orangnya. Dalam pada itu, Wijang dan Paksi telah menghubungi Ki Ajar Permati. Bahkan mereka telah mempersilahkan Ki Ajar Permati untuk bertemu dan berbicara langsung dengan Ki Tumenggung Yudatama. "Serahkan Lenglengan kepadaku, Ki Tumenggung" berkata Ki Ajar Permati. "Ki Gede Lenglengan adalah seorang yang memiliki ilmu yang sangat tinggi, Ki Ajar" sahut Ki Tumenggung. "Aku tahu" "Bahkan Kangjeng Sultan sendiri telah berpesan, agar Pangeran Benawa tidak seorang diri menghadapi Ki Gede Lenglengan" "Aku pun tentu akan berpesan seperti itu, jika aku sendiri tidak dapat menghadapinya. Tetapi bukan karena Pangeran Benawa tidak mampu mengimbangi ilmu Ki Gede Lenglengan" "Karena apa menurut perhitungan Ki Ajar?" "Kangjeng Sultan tentu mempertimbangkan kelicikan Ki Gede Lenglengan. Jika Pangeran Benawa tidak dibenarkan untuk menghadapinya sendiri, itu semata-mata untuk menutup kemungkinan Ki Gede Lenglengan itu melarikan diri" Ki Tumenggung mengangguk-angguk kecil. Sementara Ki Ajarpun berkata, "Seandainya Pangeran Benawa dan Angger Paksi bersedia aku pun akan minta agar Pangeran Benawa dan Paksi ikut mengawasi agar Ki Gede Lenglengan tidak sempat lari. Sementara itu, aku ingin membuat perbandingan ilmu dengan Ki Gede Lenglengan itu tanpa orang lain" "Kami mengerti maksud Ki Ajar. Tetapi sebagai seorang senapati di medan perang, aku dapat mengambil kebijaksanaan sesuai dengan pertimbangan keadaan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku mohon. Selain itu, aku kebetulan bukan seorang prajurit" "Meskipun Ki Ajar bukan prajurit, tetapi Ki Ajar akan berada di pihak pasukan Pajang. Sedangkan aku adalah senapati yang ditunjuk oleh Kangjeng Sultan Hadiwijaya" Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian katanya, "Baiklah, Ki Tumenggung. Aku menyadari sepenuhnya, bahwa Ki Tumenggung terikat pada sikap seorang senapati perang. Aku berjanji akan tunduk kepada perintah Ki Tumenggung" "Terima kasih atas kesediaan Ki Ajar. Di medan pertempuran, hanya ada seorang senapati tertinggi yang memegang seluruh kendali atas pasukannya. Bahkan Pangeran Benawa dan Paksi berada di bawah perintah senapati yang mendapat wewenang dari Kangjeng Sultan" "Aku mengerti" sahut Pangeran Benawa. "Baiklah. Kita akan segera menyusun pasukan yang akan mengepung padepokan itu" Ternyata bahwa Ki Ajar Permati banyak memberikan keterangan yang dapat memberikan gambaran kepada Ki Tumenggung Yudatama atas tugas yang sedang diembannya. Demikianlah, maka segala sesuatunyapun telah disiapkan dengan sebaik-baiknya. Ketika hari pasaran tiba, maka pasar di Manjung itu nampak ramai sekali. Demikian pula penginapan di Nglunggepun pada hari itu menjadi penuh sebagaimana penginapan di Manjung. Pasar di Manjung yang terasa sangat ramai itu memang menarik perhatian seorang yang dikirim oleh Ki Gede Lenglengan. Namun kegagalan yang parah yang baru saja terjadi, telah membuat orang itu sangat berhati-hati. Bahkan orang itu tidak berani memberikan isyarat kepada Ki Gede Lenglengan, bahwa penginapan di Manjung nampak penuh dengan beberapa orang saudagar yang membawa harta yang banyak. Pada umumnya para saudagar itu membawa seorang atau dua orang pengawal.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Seperti pada saat perampokan yang gagal beberapa waktu sebelumnya, para pengawal itu bersama-sama orang-orang yang diupah untuk mengamankan penginapan itu, berhasil menghancurkan sekelompok orang yang dikirim oleh Ki Gede Lenglengan. Orang yang dikirim oleh Ki Gede Lenglengan itu masih dibayangi oleh kegagalan yang terjadi. Beberapa orang terbaik dari Padepokan Watukambang itu telah hilang dan agaknya mereka tidak akan pernah kembali. Bahkan agaknya yang masih hidup dan berhasil melarikan diri pun tidak berani lagi kembali ke padepokan, karena Ki Gede Lenglengan tentu akan menghukum mereka. Bahkan ada di antara mereka yang dihukum itu mati terikat pada tiang kayu di halaman bangunan utama Padepokan Watukambang. Wira Sidat, salah seorang kepercayaan Ki Gede Lenglengan itu telah terbunuh. Wigati, yang bagaikan anak sendiri dari Ki Gede Lenglengan telah hilang pula. Ketika orang yang dikirim oleh Ki Gede Lenglengan itu kembali ke padepokan setelah hari menjadi gelap, tidak mengisyaratkan agar Ki Gede Lenglengan mengirimkan orang ke Manjung. "Kau menjadi ketakutan?" bertanya Wira Sampak, kepercayaan Ki Gede Lenglengan yang lain. "Bukan begitu, Kang. Tetapi akibat buruk yang dapat timbul tidak seimbang dengan kemungkinan baik yang dapat terjadi. Yang menginap di penginapan Manjung hanyalah penjual kelapa, gerabah dan barang-barang anyaman" "Kau bohong" "Tidak" "Tentu ada beberapa orang saudagar yang menginap" "Aku memang melihat ada orang berkuda yang menginap di penginapan itu. Tetapi pada umumnya mereka membawa pengawalnya masing-masing" "Kau menjadi silau dan berusaha untuk mencegah agar kita tidak datang ke Manjung"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Bukan karena silau. Tetapi menurut perhitunganku, tidak baik jika kita malam ini datang ke Manjung. Orang-orang upahan itu masih nampak buas. Para Pengawal dari saudagarsaudagar berkuda itupun benar-benar telah mempersiapkan diri" "Aku tidak dapat kau takut-takuti" "Kang, kau jangan kehilangan perhitungan. Maaf Kang, jika aku menganggap kau terlalu bernafsu untuk mendapat tempat terhormat di padepokan ini, tetapi kau tidak mau membuat pertimbangan-pertimbangan yang lebih dalam" Orang itu terkejut. Tangan Wira Sampak telah menampar mulutnya, sehingga bibirnya terasa menjadi pedih. "Jaga mulutmu agar aku tidak mengoyakkannya" Orang itu mengusap mulutnya yang berdarah. Katanya, "Terserah saja atas tanggapan Kakang Wira Sampak. Tetapi aku sudah berusaha untuk mencegah malapetaka. Sebenarnyalah memang ada beberapa orang yang nampaknya saudagar-saudagar kaya. Mereka datang berkuda dengan satu atau dua pengawal. Tetapi hari ini agaknya justru terlalu banyak orang di penginapan. Jika Kakang ingin juga pergi ke Manjung, maka Kakang harus mengerahkan terlalu banyak orang dari padepokan ini. Aku tidak yakin, bahwa Ki Gede Lenglengan akan menyetujuinya. Sedangkan jika yang Kakang bawa hanya sebanyak kebiasaan yang kita lakukan, maka akibat yang parah itu akan terjadi seperti Kakang Wira Sidat, maka agaknya Kakang Wira Sampak pun tidak akan pernah kembali" "Diam kau, pengecut" bentak Wira Sampak. "Aku bukan Wira Sidat yang dungu itu" "Terserahlah kepadamu, Kang" Namun tiba-tiba pembicaraan mereka terhenti. Seorang yang rambutnya ubanan datang mendekat. "Mari, Kang" berkata Wira Sampak, "aku sedang menulari pengecut ini untuk sedikit mempunyai keberanian"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku hanya memberikan pertimbangan kepada Kakang Wira Sampak. Terserah kepada Kakang Wira Sampak dan Kakang Sura Sangga" Laki-laki yang rambutnya sudah mulai ubanan itupun berkata, "Aku sependapat, bahwa malam ini bukan saat yang baik untuk turun ke Manjung" "Kenapa, Kakang Sura Sangga?" "Manjung memang terlalu ramai hari ini" "Dari mana Kakang tahu" Dari ceritera tikus clurut ini?" "Tidak. Ada orang lain yang menceriterakan kepadaku. Cakrawara juga baru saja masuk" "Cakrawara?" "Ya. Ia baru saja datang" "Apa katanya?" "Manjung terlalu ramai hari ini" "Bukankah keadaan seperti itu yang kita tunggu?" "Ya. Tetapi hari ini kesibukan di Manjung agak mencurigakan. Di Pajang, Cakrawara melihat kesibukan yang melebihi takaran" "Apakah ada hubungannya?" "Aku tidak tahu pasti. Tetapi kita harus berhati-hati. Aku sudah bertemu dan berbicara dengan Ki Gede Lenglengan. Ki Gede juga tidak berminat untuk memerintahkan sekelompok di antara kita pergi ke Manjung" Wira Sampak itu menarik nafas panjang. Katanya, "Tentu tidak ada hubungannya antara kesibukan di Manjung dan kesibukan di barak prajurit itu. Jika hari ini Manjung menjadi semakin ramai, karena para pedagang, para saudagar dan orang-orang yang akan melintas merasa Manjung telah aman setelah orang-orang upahan di penginapan itu berhasil menggagalkan usaha saudara-saudara kita mengumpulkan dana bagi perjuangan masa depan kita" "Mungkin kau benar, Sampak. Tetapi bukankah waktu kita masih panjang. Kita tidak terlalu tergesa-gesa sehingga menempuh jalan yang sangat berbahaya. Manjung yang baru saja merasa menang itu akan menyambut kedatangan kita
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dengan hangat jika kita datang malam ini. Seandainya kita berhasil juga, tetapi korban kita akan terlalu banyak dibandingkan dengan hasil yang akan kita peroleh" Wira Sampak menjadi sangat kecewa. Tetapi ia tidak dapat memaksakan kehendaknya. Selain orang yang bertugas mengawasi keadaan di Manjung itu, Cakrawara juga telah memberikan beberapa pertimbangan sehingga Ki Gede Lenglengan tidak bermaksud memerintahkan sekelompok orang-orangnya untuk pergi ke Manjung. Bahkan dalam pada itu, Cakrawara telah minta kepada Ki Gede Lenglengan untuk mempersiapkan orang-orangnya menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi di padepokannya. "Padepokan kami tersekat dari dunia luar" berkata Ki Gede Lenglengan. "Tidak ada orang yang pernah menjamah daerah ini" "Jangan menjadi lengah. Mungkin saja orang-orangmu yang tertangkap ketika kau gagal menguasai penginapan di Manjung itu berceritera tentang padepokanmu ini" "Tidak ada yang akan berceritera. Mungkin ada orangorangku yang tertangkap. Tetapi aku yakin, bahwa tidak seorang pun di antara mereka yang akan berkhianat" "Kau terlena dalam mimpimu itu, Ki Gede. Tetapi apa salahnya jika kita menjadi lebih berhati-hati?" Ki Gede tertawa. Katanya, "Baik. Baik. Aku akan memerintahkan beberapa orang mengawasi jalan yang melintasi sekat itu. Jalan yang tidak pernah dikenal oleh siapa pun kecuali orang-orangku sendiri" "Bukankah kau tidak akan dirugikan jika kau perintahkan beberapa orang pergi ke sekat itu?" "Ya. Ya. Aku mengerti" Ki Gede Lenglengan memang memanggil seorang kepercayaannya. Seorang yang tubuhnya terhitung pendek. Tetapi orang itu nampaknya sangat cekatan. "He, Ajak Bungkik" berkata Ki Gede Lenglengan ketika orang yang bertubuh pendek itu datang menghadap, "pergilah
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
ke sekat padepokan kita bersama dua atau tiga orang. Awasi. Kau tahu apa yang harus kau lakukan jika ada orang yang mendekat" "Untuk apa sekat itu diawasi, Ki Gede?" Ki Gede Lenglenganpun membentak, "He, dungu. Kita harus berhati-hati. Setelah kegagalan kita di Manjung, maka mungkin sekali ada satu atau dua orang yang tertangkap" "Kenapa jika ada di antara kita yang tertangkap" Apakah kita mencemaskan kemungkinan bahwa di antara mereka ada yang berkhianat dengan menunjukkan rahasia sekat itu?" "Ya" yang menyahut adalah Ki Cakrawara, "hal itu mungkin saja terjadi" Orang bertubuh pendek yang disebut Ajak Bungkik itu tertawa. Tetapi suara tertawanyapun terputus ketika Ki Gede Lenglengan membentaknya, "Kenapa kau tertawa?" Ajak Bungkik itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Ki Gede, adakah seorang di antara kita yang berani menyebut rahasia tempat ini" Mereka yang berani menyebut rahasia ini akan terkutuk, bukan saja sepanjang hidupnya, tetapi di dunianya yang lain, ia pun akan terkutuk sepanjang waktu. Tanpa henti" Ki Gede Lenglengan mengangguk-angguk. Katanya, "Kau benar Bungkik. Tetapi jika ada di antara mereka itu orangorang gila yang tidak yakin akan kutukan itu?" "Baik, Ki Gede. Aku akan pergi ke sekat itu" "Dengar, Bungkik" berkata Ki Cakrawara, "aku melihat kegiatan sekelompok prajurit di Pajang. Aku pun melihat Manjung menjadi sangat ramai melebihi takaran" "Pergilah, Bungkik. Mungkin ada gunanya kau berada di sekat itu. Tetapi ingat, jika kau bertindak, kau harus yakin bahwa tindakanmu itu tuntas. Jika kau ragu, lebih baik kau bersembunyi saja" "Aku mengerti, Ki Gede" Ajak Bungkik itupun kemudian telah pergi menemui beberapa orang kawannya. Kepada mereka, Ajak Bungkik itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
telah menyampaikan perintah Ki Gede Lenglengan untuk pergi ke sekat. "Perintah seperti ini belum pernah diberikan oleh Ki Gede" berkata seorang kawannya. "Ki Cakrawara yang mengusulkannya. Tetapi aku dapat mengerti kecemasan Ki Cakrawara itu. Ia baru saja datang dari Pajang. Ia seorang yang sangat berhati-hati" "Baiklah. Tetapi siapa saja yang akan pergi bersama kita?" "Tiga atau empat orang" Tetapi ketika mereka menyampaikan perintah itu kepada seorang yang bertubuh tinggi besar dan berdada bidang, maka orang itu berkata, "Tunggu sebentar. Aku makan dulu. Sore tadi aku belum makan" "Tetapi ini sudah hampir tengah malam. Kita akan sampai di sekat itu sedikit tengah malam" "Biasanya juga tidak pernah diawasi. Tidak akan ada apa apa. Tidak ada orang yang pernah menyentuh lingkungan kita" "Ki Cakrawara mencemaskan salah seorang di antara kita yang tertangkap akan membuka rahasia" "Tidak akan terjadi. Tidak seorang pun di antara kita yang akan membiarkan dirinya terkutuk selama-lamanya" "Tetapi cepatlah sebelum Ki Gede Lenglengan tahu, bahwa kita masih berada di sini. Bukan karena rahasia sekat itu. Tetapi karena kita tidak segera melakukan perintahnya" "Jika demikian, biarlah nasiku aku bawa saja. Aku dapat makan di mana saja" Sebenarnyalah, ketika mereka berangkat meninggalkan padepokan untuk pergi ke sekat, malam pun telah sampai ke pertengahannya. Embun pun telah mulai menitik dari dedaunan. Rumput-rumput yang tumbuh di tanggul-tanggul parit telah mulai basah. Di tengah-tengah sawah, di dedaunan padi, beribu kunang berkeredipan seperti beribu bintang yang bergayut di langit. "Dinginnya" desah seorang yang berperut buncit.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ajak Bungkik tertawa pendek. Katanya, "Kau sakit-sakitan saja selama ini" "Aku tidak sakit-sakitan" jawab orang yang kedinginan. "Justru kulitku masih peka terhadap perubahan cuaca" Kawan-kawannya yang mendengarnya tertawa berbareng. Dalam pada itu, mereka yang mendapat tugas untuk mengawasi sekat itu berjalan dengan malas menuruni kaki Gunung Merapi. Di sebelah-menyebelah bulak yang luas membentang sampai ke ujung cakrawala. Namun sebenarnyalah bahwa mereka telah terlambat. Menjelang tengah malam, orang terakhir dari kelompok terakhir prajurit Pajang telah memasuki lingkungan yang tersekat itu. Mereka mengikuti Pangeran Benawa dan Paksi yang sudah mengenal lingkungan itu dengan baik. Pasukan Pajang itupun kemudian merayap di belakang gerumbul-gerumbul perdu, menyusuri sekat yang memanjang, menjauhi jalan utama di padepokan yang seakan-akan terpisah dari dunia di sekitarnya itu. Merekapun kemudian berhenti di pategalan yang rimbun, mengatur diri. Dengan jelas dan terperinci, Pangeran Benawa menguraikan medan yang akan mereka hadapi. Dengan demikian, maka Ki Tumenggung Yudatamapun segera memberikan perintah-perintah. Padepokan itu harus terkepung. Tidak seorang pun yang boleh lolos. Apalagi Ki Gede Lenglengan. "Aku akan berada di dekat Ki Ajar Permati" berkata Ki Yudatama. "Demikian pula aku minta Pangeran Benawa dan Paksi juga ikut mengawasi agar Ki Gede Lenglengan tidak luput dari tangan kita" Setelah memberikan perintah-perintahnya kepada para prajurit, maka Ki Yudatamapun kemudian berkata, "Sekarang, bergeraklah. Hati-hati. Kita tidak boleh kehilangan kesempatan terbaik ini"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun dalam pada itu, Paksipun berkata, "Ki Tumenggung, meskipun menurut keterangan yang kami dapatkan, anakanak muda yang dicadangkan bagi angkatan mendatang itu tidak ada di sini, namun aku minta agar para prajurit tetap melihat kemungkinan itu. Jika mereka menemui anak-anak muda dalam kelompok tertentu, aku mohon, agar mereka mendapat perlakuan yang khusus. Mungkin mereka adalah anak-anak muda yang sedang diracuni otaknya itu" "Bukankah kau ingin mengatakan, bahwa kita jangan mengganggu adikmu?" "Seperti itu, Ki Tumenggung. Tetapi tidak seutuhnya. Selain adikku, maka anak-anak muda itu juga harus mendapat perlakuan khusus" "Baik. Aku akan memerintahkannya kepada setiap pemimpin kelompok" Sejenak kemudian, maka pesan-pesan terakhirpun telah diberikan. Serentak, para prajurit itupun mulai bergerak sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah mereka terima. Di malam yang gelap, kelompok-kelompok prajurit itu telah merayap di sepanjang pematang, mendekati sebuah padepokan yang terhitung besar, justru berada di dunia yang seakan-akan terpisah dari dunia yang lain. Mereka semuanya, termasuk Ki Tumenggung Yudatama belum pernah melihat lingkungan itu. Tetapi petunjuk dan ancar-ancar yang diberikan oleh Pangeran Benawa dan Paksi demikian jelasnya, sehingga seakan-akan mereka merasa pernah datang mengunjungi dunia yang terpisah itu. Malampun semakin lama menjadi semakin dalam. Semua prajurit Pajang telah berada di tempatnya. Mereka tinggal menunggu isyarat sebagaimana disepakati. Panah sendaren. Ki Tumenggung Yudatama telah mengisyaratkan pula kepada para prajuritnya, bahwa mereka dapat memanfaatkan saatsaat terakhir untuk sekedar beristirahat menjelang fajar menyingsing. Dalam pada itu, Ajak Bungkik dan kawan-kawannya yang berada di mulut sekat yang memisahkan dunianya dengan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dunia di luarnya, duduk terkantuk-kantuk di atas sebongkah batu yang besar. Dengan mata yang separo terpejam, orang yang bertubuh tinggi, berbadan besar itupun berkata, "Untuk apa kita berada di sini sampai fajar merekah" Kita bukan orang-orang yang menyempatkan diri mengagumi terbitnya matahari di pagi hari" "Pada saat terang tanah, kita kembali" berkata orang yang perutnya buncit. "Tidak" sahut Ajak Bungkik, "kita akan berada di sini sampai matahari terbit. Setelah itu, baru kita yakin bahwa tidak ada orang yang menyusup memasuki lingkungan ini" Yang lain tidak membantah. Tetapi orang yang bertubuh tinggi besar itu justru berbaring di atas baru yang besar meskipun sambil menggeramang, "Batunya basah. Apakah tadi di sini hujan?" "Kau benar-benar bodoh. Batu itu tidak basah karena hujan. Tetapi oleh embun" "O" orang itu tidak menghiraukannya. Hanya beberapa saat saja kemudian ia sudah mendengkur. Ketika seorang kawannya akan membangunkannya, Ajak Bungkik itu berkata, "Biar saja. Bukankah kita tidak berbuat apa-apa?" "Apakah aku juga boleh tidur?" bertanya orang itu. "Tidurlah" jawab Ajak Bungkik. Orang itu memang benar-benar akan berbaring. Tetapi ternyata tidak ada tempat yang kering, sehingga akhirnya ia duduk saja sambil memeluk lututnya. Dalam pada itu, langitpun mulai menjadi terang. Cahaya merah nampak membayang di atas cakrawala di sebelah timur. "Sudah siang" berkata orang yang perutnya buncit. "Kenapa kita harus tergesa-gesa" sahut Ajak Bungkik. Orang yang perutnya buncit itu tidak menyahut. Dalam pada itu, Ki Tumenggung Yudatama yang sudah berada di tempat yang ditentukan, telah memanggil dua orang penghubungnya. Dari tempatnya, Ki Tumenggung telah
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
melihat remang-remang padepokan yang terhitung besar itu dikelilingi oleh dinding yang kokoh. "Fajar sudah menyingsing" berkata Ki Tumenggung Yudatama yang mengambil keputusan untuk menyerang padepokan itu setelah fajar. Ki Tumenggung mempertimbangkan, bahwa para penghuni padepokan itu tentu telah mengenal medan jauh lebih baik dari para prajuritnya, sehingga jika pertempuran terjadi malam hari, prajuritnya akan mengalami kesulitan menghadapi medan. Karena itu, untuk mencari keseimbangan atas medan, maka Ki Tumenggung telah menentukan bahwa serangan akan dimulai setelah fajar. Setelah semuanya dianggap mapan, maka Ki Tumenggungpun bertanya kepada Ki Ajar Permati, "Bagaimana menurut pertimbangan Ki Ajar?" "Aku kira saatnya sudah tepat, Ki Tumenggung" "Baiklah. Aku akan memerintahkan para penghubung yang bertugas untuk melepaskan panah sendaren" Lalu katanya kepada Pangeran Benawa dan Paksi, "Aku mohon Pangeran Benawa mempersiapkan diri. Aku akan segera mulai" "Baik, Ki Tumenggung" "Dan kau juga, Paksi" "Ya, Ki Tumenggung" Ki Tumenggungpun kemudian telah mengangkat tangannya, sementara itu lima orang telah bersiap dengan busur dan panah sendarennya. Ketika Ki Tumenggung Yudatama menurunkan tangannya, maka kelima anak panah sendaren itupun telah meluncur dengan cepat ke udara. Sejenak kemudian, dengung anak panah sendaren itupun telah menggetarkan udara di atas padepokan yang letaknya terpencil itu. Seluruh isi padepokan yang sudah terbangun terkejut mendengar suara sendaren itu. Yang masih tidur karena bertugas di malam hari telah terbangun pula.
Pangeran Perkasa 4 Padang Bulan Karya Andrea Hirata Rajawali Sakti Dari Langit Selatan 8
^