Pencarian

Pusaka Gua Siluman 1

Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Pusaka Gua Siluman Karya : Asmaraman S. Kho Ping
Hoo Jilid 01 Sejauh mata memandang ke utara dari Pegunungan Ala-san.
yang tampak hanjalah pasir
belaka, pasir yang kadangkadang diam mati tak bergerak
sama sekali, akan tetapi ada
kalanya pasir itu bergerak hidup, berombak seperti air laut
mengalun. Inilah padang pasir Go-bi yang luasnya sukar diukur,
yang panasnya sudah banyak mematikan para penyeberang
yang kurang pengalaman dan yang terkenal sebagai lautan pasir
karena memang kadang-kadang apabila angin bertiup, berombak,
bergulung-gulung persis lautan, hanya bukan air yang
dipermainkan oleh angin, melainkan pasir, pasir halus dan bersih.
Kalau orang sengaja berjaga di tepi laut pasir ini dan
memperhatikan, kiranya belum tentu sebulan sekali ia melihat
manusia di daerah ini. Apa lagi semenjak pemerintah Goan-tiauw,
yaitu kerajaan dari Bangsa Mongol, sudah roboh dan orang-orang
Mongol sudah dihalau kembali dl tempat asal mereka, daerah ini
jarang dilalui orang. 1 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Akan tetapi pada pagi hari itu, dari afah utara kelihatan dua titik
kehitaman yang bergerak ke selatan perlahan-lahan. Setelah dua
titik ini makin mendekati perbatasan atau pesisir laut pasir,
ternyata bahwa mereka itu adalah dua orang yang menunggang
onta yang berbulu kecoklatan. Orang pertama adalah seorang
kakek gundul yang berwajah keren gagah berpengaruh. Pakaian
dan kepalanya yang gundul itu seperti keadaan seorang hweslo
(pendeta Buddha), akan tetapi sikapnya yang keren dan gagang
pedang yang tersembul di balik punggungnya menandakan
bahwa dia seorang ahli silat atau yang lebih terkenal dengan
sebutan orang kang-ouw. Orang ke dua adalah seorang nona muda seorang dara remaja
berusia paling banyak lima belas tahun, cantik manis dengan
Sepasang mata yang berseri dan berapi-api. Mata dan bibirnya
jelas membayangkan bahwa dia gadis periang yang memandang
dunia ini dengan hati lapang, tabah dan penuh semangat
kegembiraan. Sepert juga kakek gundul itu, gadis ni membekal
1 pedang yang tergantung di pinggang kirinya.
Hal ini memang tidak mengherankan karena pada waktu itu, pada
masa peralihan dari Kerajaan Goan-tiauw yang hancur terganti
oleh Kerajaan Beng di mana-mana tidak aman dan orang selalu
melakukan perjalanan dengan membawa senjata untuk membela
diri. Akan tetapi, melihat cara gadis cilik itu duduk di atas ontanya,
2 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
mudah saja diduga bahwa seperti kakek itu, gadis inipun memiliki
kepandaian ilmu silat. Agaknya setelah melakukan perjalanan yang jauh, lama, amat
sukar dan sengsara menyeberangi lautan pasir itu, kini kakek
gundul tadi menjadi gembira melihat pegunungan yang hijau
indah terbentang di depan, tanda bahwa mereka sudah akan
segera tiba di daratan di mana terdapat pohon dan rumput,
terutama sekali air. Kegembiraannya itu diperlihatkan dengan
bernyanyi-nyanyi, suaranya keras, nyaring, jenggot dan kumisnya
melambai-lambai tertiup angin yang kini tidak ditakutinya lagi
karena mereka sudah hampir tiba di darat, akan tetapi kata-kata
nyanyiannya itu berbeda dengan sikapnya yang gagah karena
kata-kata nyanyiannya adalah sajak-sajak yang sebenarnya
merupakan doa-doa dalam kitab Agama Budha.
"Kami ini suara angin mengeluh, merana,
mencari ketenangan damai nan tak kunjung tiba.
ah, bukankah penghidupan di duniapun demikian pula"
Keluh-kesah, tangis, badai, juang, lara...!"
"lihh, kong-kong mengapa menyanyi lagu yang demikian
menyedihkan?" Gadis cilik yang kedua pipinya kemerahan karena
bakaran matahari itu mencela, hidungnya yang kecil mancung
3 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
dikernyitkan tanda tak setuju akan nyanyian kakeknya. "Lagu apa
sih itu?" Sungguhpun kata-kata nyanyian itu menyedihkan, namun kakek
itu tidak kelihatan sedih, bahkan nampak bersemangat. Dia
tertawa lebar mendengar pertanyaan cucunya.
"Lee Ing, ini namanya lagu NYANYI ANGIN," jawabnya lalu
melanjutkan nyanyiannya dengan suara lebih keras lagi sehingga
terdengar janggal di tempat yang amat sunyi itu.
"Dari mana dan untuk apa kita diadakan"
Kita tak dapat memberi jawaban,
2 kami dan kalian ini Sama saja,
apa artinya semua kesusahan kita"
Apa pula artinya semua kesenangan kita"
Bahkan cinta kasihpun tidak kekal
adanya Jalan hidup bagaikan angin lalu belaka
Sebentar bertiup, segera hilang pula!"
4 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Sedih.....sedih! Kong-kong, siapa sih yang mengarang lagu sedih
seperti itu" Cengeng benar pengarangnya, ah!" kembali gadis
yang dipanggil Lee Ing itu mencela.
"Hush, Lee Ing. Jangan bicara sembrono. Nyanyian ini adaiah
nyanyian dewata yang tersembunyi di dalam angin lalu," jawab
kakek itu dengan sikap sungguh-sungguh.
"Hee" Nyanyian dewata?"
"Benar. Bagi telinga manusia biasa, memang suara angin hanya
terdengar biasa pula. Akan tetapi ketika Sang Buddha masih
menjadi Pangeran Sidharta, beliau mendengar nyanyian dewata
ini terbawa oleh angin lalu, dan ini menjadi doa suci yang
mengingatkan manusia akan keadaan hidup yang tidak kekal."
"Ahhh, begitukah?" kata Lee Ing tertarik sekali. ''Kalau begitu
harap kau lanjutkan nyanyianmu tadi, kong-kong."
Dua ekor onta itu berjalan perlahan-lahan. Kaki-kaki mereka
bergerak dengan irama tetap dan otomatis, leher yang panjang itu
bergerak-gerak maju mundur dan bibir yang njedir (ujungnya
memanjang) itu masih selalu tersenyum mengejek dan sepasang
5 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
mata mereka bersinarkan segala tahu. Derap kaki mereka di atas
pasir tidak terdengar suaranya dan kembali kesunyian daerah
pasir itu pecah oleh nyanyian kakek gundul yang melanjutkan
nyanyiannya dengan suara lantang,
"Oh, putera Maya! Kami telah berkeliling dunia,
kami telah melihat betapa banyaknya
tangis dan duka nestapa di alam dunia"
Demikianlah, di padang pasir yang sunyi mati Itu terdengar
nyanyian suci yang menjadi doa dalam kitab Buddha, di mana
selanjutnya menuturkan betapa dalam pendengaran Pangeran
Sidharta, sang angin memohon kepadanya untuk melepaskan
3 hidupnya sebagai pangeran yang berenang dalam kebahagiaan
duniawi untuk pergi berkelana, mencari kebenaran dan mencari
jalan utama untuk membebaskan manusia dari pada ikatan hidup
yang menimbulkan kesengsaraan.
Gadis cilik itu kini tidak mencela lagi, bahkan mendengarkan
dengan penuh perhatian. Memang ia tahu bahwa kong-kongnya
itu seorang alim yang amat tekun mempelajari Agama Budha
akan tetapi baru kali ini ia mendengar doa yang dinyanyikan
demikian menarik. Mungkin karena keadaan sunyi di mana ia
6 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
tidak dapat mendengar apa-apa itulah yang membuat nyanyian
kong-kongnya menarik. Padahal suaranya hanya nyaring saja,
tidak merdu, dan isi atau kata-kata nyanyian itu termasuk "berat"
dan sukar ditangkap inti sarinya bagi seorang gadis semuda itu.
Tak terasa lagi kakek dan cucu ini sudah sampai di kaki
Pegunungan Ala-san dan sudah terasa kesejukan angin yang
membawa hawa air Sungai Huang-ho yang berkelok di
pegunungan itu. Juga sudah mulai kelihatan pohon-pohon dan
rumput-rumput di sana-sini.
Tiba-tiba terdengar bentakan keras dan dua orang laki-laki
muncul dari balik sebatang pohon besar. "Orang tua, tinggalkan
onta dan barang-barangmu!" Teriakan ini keluar dari mulut
seorang di antara mereka yang berjenggot, usianya empat puluh
tahun lebih. Orang ke dua masih belum, begitu tua, antara tiga
puluh tahunan, matanya liar mengerling kepada Lee Ing,
mukanya kekuningan. Ia tersenyum-senyum ceriwis sambil
berkata, "Twako, kali ini kau jangan halangi lagi kalau aku mengambil
nona ini sebagai kawan hidupku"
7 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Siauwte. tutup mulutmu!" hentak si jenggot yang cepat melompat
menghadapi kakek gandul itu. Gerakannya gesit sekali dan
gerak-geriknya menandakan bahwa dia seorang ahli silat pandai,
sungguhpun ia tidak kelihatan membawa senjata tajam.
"Hwesio, turunlah dari ontamu. Hanya kalau kau meninggalkan
onta dan barang-barangmu saja kau dan nona ini boleh
melanjutkan perjalanan," kata pula si jenggot sambil memandang
penuh ancaman. Tiba-tiba kakek gundul itu tertawa bergelak. "Apakah kalian ini
4 perampok?" "Tak usah banyak tanya, lekas lakukan apa yang kuminta." jawab
si jenggot "Omitohud! Lucu sekali. Kucing mencoba untuk menggonggong!
Bocah, sekali lihat saja orang sudah tahu bahwa kau ini bukan
sebangsa perampok, masa masih hendak main gertak" Kalau
kalian perampok, masa malu-malu mengaku kepadaku?"
"Twako. tak perlu banyak mengobrol. Aku hendak merampas
nona manis ini lebih dulu!" seru perampok yang muda. Dengan
8 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
peringas-peringis ia menghampiri Lee Ing. Sinar mata gadis ini
mengeluarkan cahaya berapi biarpun mulutnya masih tersenyum
manis dan tangan kanannya sudah meraba kantong hitam di
dekat pinggang di mana tersimpan senjata rahasia piauw.
"Lee Ing. tahan!" seru kakek itu dan tiba-tiba tubuhnya sudah
mencelat turun dari atas punggung ontanya dan tahu-tahu ia
sudah berada di depan perampok yang hendak mengganggu Lee
Ing. Berdiri tegak dengan gagahnya. Melihat tubuh kakek yang
tegap kuat dan sikapnya yang bersemangat ini, si ceriwis menjadi
ragu-ragu dan mundur lagi mendekati kawannya yang berjenggot
kambing. Kakek gundul itu melangkah maju sampai ia berhadapan dengan
dua orang perampok itu sedangkan Lee Ing tetap tenang duduk di
atas ontanya. percaya bahwa kakeknya tak perlu dibantu karena
ia sudah maklum akan kelihaian kakeknya.
"Orang-orang muda, banyak pekerjaan baik dapat kalian lakukan,
mengapa menjadi perampok" Banyak jalan terang mengapa
memilih jalan gelap" Kulihat kalian belum biasa menjadi
perampok. maka nasihatku, mundurlah sebelum terlanjur. Sekali
melakukan kejahatan, nafsu akan menguasainya dan ia akan
menjadi biasa, dikuasai oleh nafsu jahat. Mundur dan batalkanlah
niat kalian merampok!"
9 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Di jaman sekacau ini, mana ada pekerjaan baik-baik" Mana ada
pekerjaan halal" Pejabat-pejabat negeri melakukan korupsi, tiada
bedanya dengan maling, pembesar-pembesar negeri mencekik
rakyat, lebih jahat dari pada penyamun! Dari pada menjadi
manusia-manusia seperti ini, lebih baik terang-terangan menjadi
perampok, Sudahlah, jangan banyak cakap dan berikan barangbarang dan ontamu." kata si
5 jenggot, suaranya mengandung
kegetiran. Kakek itu menarik napas panjang. "Sifatmu gagah namun
pandanganmu sesat orang muda. Seratus tahun Tiongkok dijajah
oleh Bangsa Mongol dan baru duapuluh lima tahun lebih
negaramu terbebas dari pada penjajahan. Sudah tentu saja
bangsa yang baru terbebas dari pada penjajahan mengalami
banyak rintangan berupa racun-racun peninggalan penjajah.
Banyak bangsa sendiri yang berjiwa penjajah sehingga
pembesar-pembesar main korup tanpa memperdulikan akan
nasib rakyatnya sendiri. Akan tetapi adalah menjadi kewajiban
orang-orang muda seperti kalian untuk berjuang terus,
melenyapkan penjajah-penjajah baru bermuka bangsa sendiri ini
dan bukan sekali-kali pada tempatnya kalau kalian malah
menambahkan beban rakyat dengan terjun sebagai perampok!"
"Setan tua jangan banyak mulut! Tinggalkan barang-barang dan
nona itu untuk menjadi punyaku!" seru perampok muda bermuka
10 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
kuning yang tidak sabar lagi menanti pidato kakek itu sampai
habis, lalu secepat kilat ia menyerang dengan pukulan ke arah
dada lawan. Kakek gundul itu menghela napas. "Diajar dengan kata-kata tidak
mempan, perlu dihajar dengan tangan kiranya!" Cepat ia
menangkis pukulan itu dan diam-diam ia kaget karena pukulan si
muka kuning itu ternyata antep dan keras disertai tenaga
Iweekang yang cukup lihai. Maka ia tidak berani memandang
ringan, cepat membalas serangan lawan Kalau perlu orang jahat
harus diingatkan dan diinsyafkan, akan tetapi kalau jalan ini tidak
berhasil, harus disingkirkan agar jangan mengganggu rakyat,
pikirnya. Memang kakek ini seorang penganut Agama Budha, akan tetapi
sebetulnya dia bukan pendeta dan belum melakukan pantang
membunuh, apa lagi karena sebagai seorang ahli silat dia
mempunyai pandangan gagah, tidak pantang membunuh
penjahat. Seperti orang-orang gagah lain juga dia berpedoman
"membunuh seorang penindas menolong seratus orang
tertindas".

Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat kawannya sudah bertempur dengan kakek gundul itu dan
tahu bahwa kakek itu ternyata bukan "makanan empuk", si
jenggot berseru keras dan maju menyerang pula. Dengan jari-jari
terbuka ia menyerang kakek itu dan dari gerakannya ini lawannya
11 6 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
dapat melihat bahwa si jenggot adalah eorang ahli tiam-hoat (ilmu
menotok dengan dua jari. Sebaliknya, si muka kuning itu selalu
melakukan gerakan tangan mencengkeram, tanda bahwa dia
mahir Ilmu Kin-na-jiu-hoat atau ilmu mencengkeram (semacam
yiu-yit-su). Akan tetapi kakek gundul ini ternyata benar lihai sekali. Biarpun
dikeroyok dua dan di punggungnya tergantung pedang, dia tidak
mau mencabut pedangnya, melainkan menyambut serangan dua
orang lawannya dengan dua tangan kosong pula. Ketika kakek ini
menggerakkan kedua lengannya, angin dingin bersuitan dan
dengan angin pukulan saja ia dapat menangkis seranganserangan lawan.
Kaget sekali dua orang perampok itu. Si muka kuning
mengeluarkan pekik tinggi seperti seekor burung, kemudian tibatiba tubuhnya juga m a yang ke
atas seperti burung terbang dan
tangan kanannya mencengkeram ke arah kepala yang gundul
dari lawannya. Inilah gerak tipu Hui-eng-hian-jiauw (Burung
Garudi Mengulur Cakar) yang amat lihai, juga digerakkan dengan
pengerahan tenaga sepenuhnya sehingga kalau kepala yang
gundul kelimis itu terkena cengkeraman tentu akan bolong-bolong
menjadi seperti sarang lebah! Dan pada saat yang sama, bahkan
lebih cepat datangnya, si jenggot memekik keras dan tangan
kirinya menyambar ke depan dengan dua jari terpentang
menusuk ke arah mata gundul itu dengan gerak tipu Pek-ho-tokhi (Bangau Putih Mematuk Ikan).
12 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Dapat dibayangkan betapa lihainya dua serangan berbareng dari
depan dan atas ini sehingga Lee Ing yang duduk tenang-tenang
di atas punggung ontanya menjadi kaget. Diam-diam gadis ini
menyiapkan dua batang piauw (senjata rahasia) untuk membantu
kakeknya apa bila perlu. Akan tetapi kakek gundul itu tenang sekali. Kedua kakinya tidak
berubah masih dalam keadaan bhesi terpentang tegak, akan
tetapi tiba-tiba bagian tubuhnya yang atas tersentak ke belakang,
ditekuk bagian pinggang sehingga serangan dua orang itu
mengenai tempat kosong, lalu gerakan ini dilanjutkan dengan
gerak tipu Heng-pai-Hud-ya (Tangan Miring Memuja Budha).
kedua tangan diturunkan berbareng dengan tubuh atasnya,
dengan tangan miring ia menahan ke arah pergelangan lengan
dua orang lawannya. Si jenggot masih sempat menarik kembali
tangannya akan tetapi si muka kuning terlambat karena tubuhnya
masih belum turun di atas tanah.
"Krekk!" Begitu lengannya tertabas oleh tangan kakek yang
7 dimiringkan itu, ia menjerit dan pergelangan tangannya putus
tulangnya. 13 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Pergilah menebus dosamu di depan Giam-kun (Malaikat Maut)!"
bentak kakek itu yang mengirim tendangan kilat. Kakek ini
terkenal dengan ilmu tendangannya dan di utara ia terkenal
dengan julukan Soan-hong-twi (Tendangan Berantai) karena ilmu
tendangannya sukar dilawan.
"Aauuukk!" Begitu kena tendang perutnya, tubuh si muka kuning
terlempar dan jatuh berdebuk di atas tanah dengan perut seperti
ditekuk, mukanya menjadi lebih kuning lagi dan ternyata
nyawanya telah meninggalkan raganya!.
"Hwesio kejil Kau ini seorang pendeta akan tetapi hatimu kejam
tidak pantang membunuhi" si jenggot berteriak marah melihat
kawannya tewas. "Omitohud, orang macam aku ini mana bisa menjadi pendeta"
Aku bukan hwesio dan aku tidak pantang membunuh Ketika
bangsa kami berjuang melawan orang Mongol, aku selalu ikut
berjuang dan entah sudah berapa ratus anjing Mongol kubunuh
Kawanmu tadi selain menjadi perampok juga mata keranjang dan
menghina cucuku, kalau tidak dilenyapkan dari muka bumi, tentu
menimbulkan banyak malapetaka, terutama sekali untuk para
wanita cantik." 14 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Mendengar bahwa kakek gundul ini juga musuh orang-orang
Mongol, sikap si jenggot menjadi agak berubah. "Orang tua, kau
berbangsa apakah?" "Aku adalah anggauta Suku Bangsa Hsi-sia," berkata kakek itu,
nada suaranya tinggi menandakan bahwa ia merasa bangga
menjadi Bangsa Hsi-sia. Memang orang boleh merasa bangga
karena suku bangsa ini terkenal sebagai suku bangsa gagah
perkasa yang pantang mundur menghadapi penjajahan Mongol
Bangsa Hsi-sia melakukan perlawanan sampai titik darah
penghabisan ketika bala tentara Mongol menyerbu mereka dan
boleh dibilang seluruh suku bangsa ini habis musnah dibunuh
oleh orang-orang Mongol yang jauh lebih banyak jumlahnya.
Hanya sedikit sekali orang Hsi-sia yang dapat meloloskan diri dari
pembasmian ini. di antaranya kakek gundul itulah.
Mendengar bahwa kakek itu Suku Bangsa Hsi-sia, lenyap sikap
8 bermusuhan dari si jenggot. Dengan nada ingin tahu sekali ia
bertanya, "Ah, siapakah nama lo-enghiong (pendekar tua)?"
"Namaku Haminto!" jawab kakek itu sederhana.
Akan tetapi mendengar nama ini, si jenggot menjadi kaget sekali
dan berteriak girang. "Ah,
15 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
kiranya Haminto lo-enghiong! Aku dan kawanku yang tewas ini
adalah bekas anak buah Souw-taihiap."
Sekarang Haminto yang biasa disebut Haminto Losu itu yang
kaget, juga gadis cilik itu tercengang lalu melompat turun dari
ontanya menghampiri si jenggot itu. "Apa kau bicara tentang
Souw Teng Wi" Di mana ayahku itu sekarang?"
Laki-laki berjenggot itu memandang kepada Lee Ing dan berseru,
"Jadi nona ini puteri Souw-taihiap" Aduh celaka! Salah suteku
sendiri sudah berani menghina Souw-siocia, pantas dia menerima
hukuman mati. Haminto lo-enghiong dan Souw-siocia, kita adalah
orang orang sendiri, harap maafkan kelancanganku dan suteku
tadi." Si jenggot lalu memberi hormat.
Mereka lalu saling menuturkan keadaan masing-masing.
Ternyata bahwa kakek gundul itu adalah Haminto Losu, seorang
tokoh besar dari Suku Bangsa Hsi-sia yang tidak saja amat
terkenal karena semangat dan kegagahannya bersama,
bangsanya memerangi orang-orang Mongol, akan tetapi juga
lebih terkenal lagi setelah Namilana, puteri tunggalnya, menikah
dengan Souw Teng Wi. Souw Teng Wi ini adalah seorang
pahlawan bangsa yang tiada hentinya memimpin para patriot
untuk mengusir penjajah Mongol. Di dalam barisan pemimpin
pemberontak Cu Goan Ciang yang terkenal dalam sejarah
Tiongkok. Souw Teng Wi tidak asing lagi karena dialah seorang di
16 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
antara pembantu-pembantu Cu Goan Ciang yang amat besar
jasanya. Souw Teng Wi gagah perkasa, murid tersayang dari partai
persilatan Kun-lun-pai, yang berjiwa patriot sejati. Ketika gerakan
Cu Goan Ciang mencapai puncaknya, Souw Teng Wi mengirim
isterinya ke utara. Dia sedang berjuang, tidak tentu tempatnya
dan memang selama ini Namilana. isterinya yang setia dan
mencinta itu berjuang bersama di sampingnya. Akan tetapi ketika
melihat isterinya mengandung dan perang besar berkobar hebat
Souw Teng Wi menitipkan isterinya itu kepada mertuanya, yaitu
9 Haminto Losu Dibawalah Namilana yang sedang mengandung itu
oleh ayahnya kt Utara melalui padang pasir Go-bi, ke tempat
aman. Akan tetapi sungguh malang nasib Namilana. Ketika tiba saatnya
ia melahirkan seorang anak perempuan, orang-orang Mongol
yang terusir dari bumi Tiongkok membanjiri daerah utara dan
dalam keadaan terjepit dan terusir. Bangsa Mongol ini kembali
melakukan perampokan dan pembunuh an sebagai pelampiasan
marah karena terpukul hancur di selatan, Terpaksa Namilana
yang baru saja melahirkan itu dibawa mengungsi oleh ayahnya,
melakukan perjalanan jauh dan sukar, bersembunyi-sembunyi
dan mengalami banyak ketegangan. Hal ini mengguncangkan
jantungnya dan karena tubuhnya masih lemah habis melahirkan
anak pertama, ibu muda ini jatuh sakit yang membawa nyawanya
17 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
pulang ke alam baka. Kasihan Haminto Losu yang ditinggali
seorang bayi berusia beberapa bulan.
Haminto Losu memelihara cucunya dengan penuh cinta kasih
dan memberi pelajaran ilmu silat kepada cucunya itu yang diberi
nama Souw Lee Ing. Akan tetapi makin besar Lee Ing makin
rewel menanyakan ayah bundanya. Setelah mendengar bahwa
ayahnya bernama Souw Teng Wi dan menjadi pejuang di selatan,
ia merengek-rengek mengajak kong-kongnya menyusul. Selalu
Haminto Losu mencegahnya mengingat akan jauh dan
berbahayanya perjalanan. Baru setelah Lee Ing berusia lima
belas tahun dan kepandaian silatnya sudah lumayan untuk
menjaga diri, ia menuruti permintaan gadis itu dan berdua pergi
melakukan perjalanan ke selatan bertemu dengan dua orang
perampok itu. Dengan amat terharu si jenggot itu mendengarkan penuturan
singkat Haminto Losu, kemudian ia mengubur jenazah kawannya
yang mati oleh kakek itu, dibantu oleh Haminto Losu. Kakek ini
merasa menyesal sekali telah menendang mati bekas anak buah
mantunya sendiri, akan tetapi apa mau dikata, sudah terlanjur
dan si muka kuning itu memang mencari kematian sendiri.
Si jenggot itu she Lo bernama Houw. Kawannya juga bernama
Houw akan tetapi she Can. Setelah mereka menjadi perampok,
mereka menyesuaikan nama menjadi Lo Houw (Macan Tua) dan
18 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Siauw Houw (Macan Muda). Keduanya adalah bekas anak buah
Souw Teng Wi di dalam pasukan pemberontak dan keduanya ikut
pula berjuang mengusir pemerintah penjajah Goan-tiauw. Akan
10 tetapi, setelah pemerintah penjajah berhasil terusir, terjadi
perebutan kekuasaan atau perebutan pahala Mereka yang
kurang kuat dilempar ke samping dan mereka yang kuat
berebutan pahala seperti anjing-anjing berebut tulang. Lo Houw
dan Siauw Houw termasuk mereka yang disebut "krucuk" dan
terlempar ke samping, dilupakan oranglah jasa para krucuk ini,
padahal di dalam pertempuran-pertempuran ketika perang dulu,
justeru para krucuk ini yang akan lebih dulu mati karena berjuang
paling depan! Lo Houw dan Siauw Houw menjadi sakit hati lalu menjadi
berandal di perbatasan utara itu. Sayangnya Siauw Houw si muka
kuning itu timbul nafsu jahatnya dan sering kali mengganggu para
wanita di daerah itu, biarpun Lo Houw sudah sering kali
menasihati dan melarangnya. Akhirnya ia menemui kematiannya
di tangan Haminto Losu yang gagah perkasa, mertua dari bekas
pemimpinnya sendiri. Haminto Losu menarik napas panjang. "Memang itulah
sayangnya, sicu. Di waktu tenaga kita diperlukan, kita disanjungsanjung dengan kata-kata muluk
dan manis. Akan tetapi setelah
cita-cita tercapai dan tenaga kita tak diperlukan lagi, orang lupa
sudah kepada kita, bahkan menganggap kita sebagai bahaya
bagi mereka. Aah, manusia' Akan tetapi, benar-benar kau keliru
19 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
kalau hendak memuaskan sakit hatimu dengan menjadi
perampok. Lo-sicu. Kau terlalu mementingkan diri sendiri."
Biarpun merasa tanduk atas kata-kata bijaksana kakek itu. Lo
Houw merasa penasaran juga disebut mementingkan diri sendiri,
maka bantahnya, "Lo-enghiong, mengapa aku disebut
mementingkan diri sendiri" Bukankah para petugas yang korup
itu yang terlalu mementingkan diri sendiri?"
"Betul, memang mereka itu manusia-manusia berhati busuk, akan
tetapi kita sedang bicara tentang dirimu. Kalau sudah tahu
mereka itu busuk, mengapa ditiru" Mereka memeras rakyat,
mencatut uang negara demi kepentingan sendiri. Kalau sekarang
kaupun merampok untuk kepentingan sendiri, apa bedanya itu"
Dahulu kau rela mempertaruhkan nyawa untuk berjuang
membebaskan rakyat dari pada penindasan kaum penjajah,
mengapa setelah perjuangan itu berhasil baik, kau lalu merusak
sendiri bangunan yang kau-bantu mendirikan dengan
perjuangan" Lo-sicu, apakah kau tidak marah kalau ada orang
mengatakan bahwa dahulu kau berjuang untuk diri pribadi?"
"Tentu saja' Seorang gagah berjuang demi bangsa dan negara"
jawab Lo Houw tegas. 11 20 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Nah, kalau demikian, mengapa kau penasaran setelah sekarang
tidak mendapat pahala" Bukankah perjuangan suci tidak
mengharapkan balas jasa" Dan perjuangan belum selesai, Losicu. Selama rakyat masih menderita,
selama masih ada penghisapan dan penindasan antara manusia, perjuangan orangorang gagah seperti Lo-sicu inilah
untuk membasmi para koruptor, para pengisap darah dan keringat rakyat sampai
tercapai kemakmuran rakyat jelata di mana tidak ada lagi
penindasan, tiada lagi kelaparan dan ketidak-adilan."
Kali ini Lo Houw tunduk betul-betul atas kebijaksanaan kakek
gundul berbangsa Hsi-sia yang terkenal gagah perkasa itu. Ia lalu
menjatuhkan diri berlutut dan berkata sambil berlinang air mata,
"Lo-enghiong benar siekali! Selama ini boanpwe benar-benar
tersesat dan percuma saja perjuangan bertahun-tahun di samping
Souw-tai-hiap." Haminto Losu tersenyum pahit. "Betapapun juga, aku tidak terlalu
menyalahkan kau yang disakitkan hatimu. Memang manusia-manusia yang hanya tahu
enaknya saja, yang tidak ikut berjuang mati-matian membela
negara akan tetapi sekarang tinggal nongkrong di atas kursi
kebesaran menjilati darah dan peluh rakyat yang berceceran di
sepanjang jalan, mereka itu terkutuk dan hina sekali. Yang sudah


Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biarlah lalu, Lo-sicu. Belum terlambat bagimu untuk memperbaiki
hidup untuk menebus dosa dan melanjutkan perjuanganmu
21 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
sebagai seorang patriot bangsa, seorang ksatria yang gagah
perkasa. Sekarang harap kau-beritahukan. di mana adanya
Souw-taihiap mantuku?"
"Sayang sekali aku tidak dapat memberi keterangan di mana
adanya Souw-taihiap, karena sudah lima tahun berpisah.
Semenjak Souw-taihiap dimusuhi oleh para tokoh di istana dan
melenyapkan diri, tak seorangpun mengetahui di mana dia
berada. Ah, kalau ada Souw-taihiap, tak mungkin kami menjadi
perampok dan tidak mungkin Siauw Houw tewas hari ini." Lo
Houw menarik napas panjang.
"Dimusuhi pembesar istana" Aneh sekali! Bukankah mantuku itu
dahulu menjadi tangan kanan Thai Cu (Kaisar) ketika kaisar
menjadi pemimpin pemberontak Cu Goan Gang?"
"Souw-taihiap agaknya hendak menghalangi para koruptor dan
12 penjilat itu dan hendak membela rakyat, maka ia dimusuhi.
Adapun Thai Cu sendiri mana bisa tahu akan keadaan rakyat
jelata" Thai Cu terlampau dipengaruhi pembesar-pembesar korup
itu agaknya. Ahh, kalau ada Souw-taihiap di sini...."
"Lo-sicu, kalau begitu marilah kau bersama kami pergi mencari
mantuku itu. Di mana kiranya dia berada menurut pendapatmu?"
22 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Kaum bangsawan yang menjilat Thai Cu selalu mengelilingi
kaisar dan sekarang kota raja dipindah dari utara ke selatan, yaitu
di Nan-king. Tak salah lagi tentu Souw-taihiap juga berada tak
jauh dari Nan king. Sebaiknya kita mencari ke selatan" jawab Lo
Houw. Berangkatlah mereka bertiga ke selatan, melalui Pegunungan
Ala-san terus ke selatan. Setelah tiba di tembok besar. Haminto
Losu lalu menjual dua ekor onta itu. Perjalanan ke selatan
memerlukan banyak biaya, pula dua ekor binatang ini tidak tepat
lagi untuk melakukan perjalanan di pedalaman, terlalu lambat.
Setelah menyeberangi tembok besar, tiga orang ini melanjutkan
perjalanan dengan ilmu lari cepat menuju ke selatan.
Tiga orang itu melakukan perjalanan cepat. Ilmu lari cepat Lo
Houw, biarpun tidak sehebat Haminto Losu, namun masih lebih
tinggi daripada ilmu lari cepat Lee Ing sehingga perjalanan itu
dapat dilakukan cepat. Namun tetap saja mereka harus
menempuh perjalanan berbulan-bulan sebelum tiba di
Pegunungan Cin-ling-san pada pagi hari itu. Pemandangan di
pegunungan ini amatlah indahnya sehingga beberapa kali Lee Ing
membujuk kakeknya supaya berhenti mengaso sambil menikmati
pemandangan alam yang demikian indahnya. Gadis yang
semenjak kecilnya tinggal di daerah Go-bi yang penuh gunung
23 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
pasir ini tentu saja amat terpesona menyaksikan pemandangan
alam yang indah dari tanah yang amat suburnya.
Tak jauh dari tempat mereka berhenti mengaso, kelihatan
sebatang anak sungai yang amat jernih airnya dan pada saat itu,
sepasang kijang bersama tiga ekor anaknya, minum air sungai.
Tiga ekor kijang kecil itu berjingkrakan dengan lompatanlompatan lucu dan aneh, membuat Lee Ing
tertawa geli. "Alangkah lucunya!" kata gadis ini dengan wajah berseri. Akan
tetapi pada saat itu terdengar lapat-lapat suara gendewa
13 menjepret dan lima buah anak panah menyambar dan di lain saat
lima ekor binatang yang cantik itu terjungkal dengan jantung
tertembus anak panah! Kijang jantan menggelepar gelepar,
empat ekor kakinya bergerak-gerak lalu mengejang dan diam.
Akan tetapi kijang betina masih dapat memaksa empat kakinya
bangkit berdiri, terhuyung-huyung menghampiri bangkai tiga ekor
anaknya, mengeluarkan suara mengembik yang menyayat hati,
lalu menciumi tiga ekor kijang kecil itu dan akhirnya iapun
terguling, kakinya menyepak-nyepak dalam sakratul maut
kemudianpun diam. 24 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Kejam sekali...!" Lee Ing melompat bangun dan berdiri tegak
dengan kedua tangannya yang kecil terkepal keras. Dua titik air
mata meloncat keluar di atas pipinya, la merasa ngeri dan
tertusuk perasaannya melihat betapa lima ekor binatang yang
indah itu terbunuh secara keji, terutama sekali ia merasa kasihan
melihat induk kijang itu.
"Manusia keji!" makinya lagi.
Akan tetapi Haminto Losu dan Lo Houw melihat lain. Mereka ini
bukan tertarik oleh matinya lima ekor binatang itu, melainkan
tertarik akan kelihaian orang yang melepas anak panah. Dari
suara menjepret tadi dapat diketahui bahwa yang melepas anakanak panah itu hanya satu orang,
dengan sekali lepas pula.
Sekali lepas dapat memanahkan lima buah anak panah yang
tepat mengenai dada lima ekor kijang yang berpencaran, benarbenar merupakan kepandaian ilmu
memanah yang hebat. Apa lagi kalau diingat bahwa tiga ekor anak kijang tadi berpencaran
dari induknya dan berloncat-loncatan amat sukar dipanah.
"Hebat ilmu memanah itu!" seru Lo Houw perlahan.
Muncullah seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun lebih,
mukanya segi empat, pakaiannya seperti pakaian pemburu,
25 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
perawakannya tegap dan mukanya dicukur licin. Dengan gerakan
lincah orang ini melompat-lompat dari gerombolan pohon
menghampiri lima korbannya yang menggeletak di tepi anak
sungai. "Suheng, lihat apa yang dihasilkan oleh anak-anak panahku!"
teriak orang itu girang dan bangga. "Makan besar kita kali ini!"
14 "Manusia keji, kau makan ini piauw-ku!"
"Lee Ing, jangan....!" Haminto Losu mencegah, akan tetapi
terlambat, tiga batang piauw menyambar cepat dari tangan Lee
Ing ke arah tiga jalan darah di tubuh laki-laki yang memanah lima
ekor kijang tadi. Akan tetapi laki-laki itu ternyata lihai sekali. Biarpun ia tengah
membungkuk melihat lima korbannya dengan wajah girang
sehingga tiga batang piauw itu menyambarnya dari belakang,
namun dengan tenang-tenang saja ia menggerakkan
gendewanya ke belakang tanpa menoleh dan "trak-trak-trak!" tiga
batang piauw itu terpukul runtuh.
26 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Haminto Losu kaget melihat ini. Kalau tidak tinggi ilmunya dan
sudah mempunyai pendengaran tajam sekali, tak mungkin
menangkis datangnya senjata rahasia lawan secara demikian,
tanpa menoleh tanpa melihat! la memang sudah menduga bahwa
pemburu itu tentulah seorang pandai, maka menyesal sekali tadi
ia tidak keburu mencegah Lee Ing melepas piauw.
"Siluman betina dari mana berani bermain gila di depan Houwcam-khoa?" pemburu itu membentak.
Ia belum melihat siapa yang melepas piauw, akan tetapi mendengar bentakan Lee Ing
tadi tahulah ia bahwa yang menyerangnya secara menggelap
adalah seorang wanita. Lee Ing hendak bergerak akan tetapi lengannya sudah disentuh
Haminto Losu yang menyabarkannya. Akan tetapi Lo Houw tibatiba melompat keluar dan berseru,
"Kami yang melepas piauw
karena muak melihat kekejamanmu membunuhi kijang kecil.
Seorang pemburu yang gagah hanya akan membunuh binatang
hutan yang buas, andaikata membunuh kijang tentu hanya
membunuh yang tua, tidak nanti tega membunuh tiga ekor kijang
kecil!" Suara Lo Houw terdengar marah. Memang Harimau Tua ini
marah sekali mendengar orang itu memakai julukan Houw-camkhoa yang berarti Algojo Harimau!
Sementara itu Haminto Losu
yang khawatir kalau-kalau terjadi salah paham dan pertengkaran,
27 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
cepat menarik lengan Lee Ing dan melompat keluar. Sebelum
pemburu itu sempat menjawab marah, lebih dulu Haminto Losu
maju ke depan dan mengangkat kedua tangan memberi hormat.
15 "Sicu gagah sekali, memiiiki ilmu panah yang mengagumkan dan
gerakan Sian-jin-siu-cu (Dewa Menyambut Mustika) tadi benarbenar hebat. Harap maafkan cucuku
yang tergerak hatinya dan
tidak tega menyaksikan kijang-kijang kecil terbunuh lalu
berlancang tangan menyambitkan piauw-nya."
Melihat munculnya kakek gundul yang memujinya dan merendah
minta maaf, apa lagi melihat kenyataan bahwa yang
menyerangnya tadi hanyalah seorang dara cilik yang cantik
manis, maka kemarahan di hati pemburu itu lenyap tiga perempat
bagian, la hanya mengerling marah ke arah Lo Houw, kemudian
iapun mengangkat tangan membalas penghormatan Hanfinto
Losu. Pemburu inipun menyangka bahwa kakek gundul ini tentu
seorang hwesio maka katanya,
"Losuhu, aku Houw-cam-khoa Lie Siong sejak kecil menjadi
pemburu dan belum pernah melihat orang mencegah pemburu
membunuh korbannya. Akan tetapi oleh karena losuhu demikian
ramah, biarlah urusan kecil ini dihabiskan saja. Tidak tahu losuhu
ini siapakah dan dari golongan mana?" Mata pemburu itu
mengerling ke arah Lee Ing dengan senyum kemudian lirikannya
menyambar ke arah Lo Houw penuh selidik.!
28 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Sebetulnya Haminto Losu tidak ingin memperkenalkan diri, akan
tetapi melihat pemburu itu sudah memperkenalkan nama, tidak
baik kalau ia tidak menjawabnya. Sambil tersenyum merendah ia
menjawab. "Lohu tidak mempunyai golongan atau partai, lohu
seorang pengembara jauh dari utara, bernama Haminto dan
cucuku ini.." Tiba-tiba sikap pemburu itu berubah dan "sratt!" golok panjang di
pinggangnya telah tercabut sehingga Haminto Losu menghentikan ucapannya saking heran dan kagetnya.
"Suheng, lekas ke sini ada musuh" teriak Houw-cam-khoa Lie
Siong dengan nyaring, kemudian ia menudingkan ujung goloknya
ke muka Haminto Losu sambil memaki, Kiraku siapa, tak tahunya
sebangsa iblis biadab dari utara?"
"Sicu, aku dari Suku Bangsa Hsi-sia, bagaimana kau anggap
biadab?" Haminto Losu berseru marah, habis kesabarannya
menyaksikan sikap pemburu itu.
16 "Bangsa Hsi-sia atau bangsa iblis neraka, siapa perduli" Paling
baik kau lekas tinggalkan bumi di mana kau berpijak, tak boleh
29 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
bangsamu yang hina menginjak tanah airku?" seru pemburu itu
dengan angkuh sambil melintangkan golok di depan dada.
Haminto Losu menarik napas panjang. Dia sudah mendengar
berita angin bahwa semenjak orang selatan berhasil mengusir
penjajah Mongol yang selama seabad lebih menjajah tanah air
mereka dan membuat rakyat banyak yang menaruh dendam,
maka banyak orang selatan menjadi mata gelap dan membenci
setiap orang yang datang dari daerah utara di luar tembok besar.
Tidak hanya orang Mongol bekas musuh itu yang dibenci, juga
suku bangsa-suku bangsa lain yang tinggal di utara mereka
anggap musuh besar. "Sicu, sabarlah. Kami Bangsa Hsi-sia sejak dulu bahu-membahu
dengan Bangsa Han dalam perjuangan melawan bangsa
penjajah Mongol. Dan kedatanganku di Tiong-goan sekarang ini
bukan bermaksud buruk, melainkan hendak mencari mantuku....."
"Cukup! Lekas balikkan ekormu dan pergi kembali ke utara! Kalau
tidak, golokku takkan memberi ampun!" bentak Lie Siong.
"Kong-kong, binatang ini menghina sekali, biar kuhajar dia!" seru
Lee Ing yang sudah hampir tak dapat menahan kesabarannya.
30 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Omitohud, kau benar-benar mendesak sekali, orang muda. Apa
boleh buat, aku Haminto bukanlah seorang yang suka mencari
permusuhan, akan tetapi lebih-lebih lagi bukan seorang pengecut.
Marilah, biar kurasakan bagaimana lihainya golokmu!" Sambil
berkata demikian, Haminto Losu mendahului cucunya, melompat
ke depan menghadapi pemburu itu sambil mencabut pedangnya.
Orang tua ini dapat menduga bahwa Houw-cam-khoa Lie Siong
adalah seorang lihai dan bukan lawan Lee Ing, maka ia maju
sendiri dan ia sudah mencabut pedangnya untuk menghadapi
golok panjang lawan. Akan tetapi, dengan gerakan cepat sekali
Lo Houw melompat dan mengeluarkan auman seperti harimau,
pedang tajam sudah berada di tangan kanannya. Itulah pedang
Lee Ing yang dipinjamnya.
"Lo-enghiong, menghadapi anjing 17 kecil mengapa mempergunakan tongkat besar" Biarkan aku menghadapi kirik
(anjing kecil) ini!" bentaknya sambil terus menyerang Lie Siong
dengan tusukan pedang. Gerakannya Cepat dan kuat sekali
karena datang-datang si jenggot ini sudah mainkan ilmu-pedang
Kun-lun-pai, yang dulu ia pelajari dari pahwalan Souw Teng Wi.
Dengan gerak tipu Kim-ke-tok-siok (Ayam Emas Mematuk
Gabah) ia menusuk perut lawannya, cepat dan mengandung
tenaga besar sampai terdengar angin bersiut.
Biarpun tadi ia merasa marah kepada Lo Houw yang sudah
bersikap galak kepadanya, akan tetapi melihat si jenggot ini
31 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
seperti orang Han, Lie Siong cepat menangkis dan melompat
mundur. "Tahan dulu, si gundul ini memang bangsa biadab yang harus
diusir atau dibunuh. Akan
tetapi kau ini kulihat seorang Han, mengapa membantu bangsa
biadab?"

Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jahanam tengik! Lo-enghiong ini jasanya seribu kali lebih besar
dalam perjuangan mengusir orang Mongol dari pada kau yang
hanya becus membunuhi kijang-kijang lemah. Cih, tak tahu malu!
Kalau hendak memamerkan kepandaian, aku Lo Houw
musuhmu!" "Ha-ha-ha, bagus sekali! Sudah sebulan lebih aku tidak bertemu
dengan harimau, aku Houw-cam-khoa Si Algojo Harimau, dan
sekarang ada harimau tua gila datang mencari mampus. Bagus,
kau manusia tak tahu malu memang lebih baik mampus!" Setelah
mengeluarkan kata-kata sindiran ini, Lie Siong cepat mainkan
goloknya dan sinar putih bergulung-gulung padat. Inilah sinar
golok yang dimainkan dengan baik sekali. Diam-diam Lo Houw
terkejut akan tetapi tidak mau berlaku ayal, cepat pedangnya
digerakkan dan di lain saat dua orang ini sudah bertempur hebat
dan seru. 32 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Sute, kau bertempur dengan siapa?" tiba-tiba terdengar suara
keras dan belum lenyap gema suaranya orangnya sudah datang
di situ, seorang laki-laki tinggi besar bermuka hitam, berusia tiga
puluh lima tahun dan mukanya angker sekali. Inilah Tiat-ciang-kui
Yo Ban Si Iblis Bertangan Besi, suheng dari Lie Siong. Tangan
kirinya menyeret bangkai biruang yang besar dan masih hangat,
18 binatang ini baru saja dibunuhnya. Melihat bangkai biruang itu
sama sekali tidak terluka, dapat diduga bahwa ia dibunuh bukan
dengan senjata tajam. Memang, Yo Ban yang memiliki kedua
kepalan besi seperti julukannya, telah membunuh binatang liar
yang kuat ini hanya dengan pukulan tangannya belaka!
Ketika muncul di situ melihat sutenya bertempur melawan
seorang laki-laki berjenggot sedangkan di situ berdiri pula
seorang kakek gundul dan seorang dara cilik, Yo Ban ragu ragu.
"Suheng, anjing tua gundul itu adalah Bangsa Hsi-sia, lekas usir
atau bunuh dia!" Aneh sekali, mendengar kata-kata sutenya ini. Yo Ban lenyap
keraguannya dan sikapnya berubah keren. Ia melemparkan
bangkai biruang ke samping, lalu menghampiri Haminto Losu.
Tangannya diulur hendak mencengkeram pundak sambil
membentak, "orang biadab pergilah kamu!"
33 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Haminto Losu adalah seorang tua yang sedang meyakinkan
pelajaran Agama Buddha. Kesabarannya besar Namun dia masih
manusia biasa dan kesabaran ada batasnya Beberapa kali
setelah orang mendengar bahwa dia bukan Bangsa Han. ia
dihina. Sebagai seorang Hsi-sia yang terkenal gagah perkasa dan
berdarah panas serta patriotik, bangun semangatnya karena
bangsanya dihina. Cepat ia mengelak lalu mencabut pedangnya sambil membentak,
"Pemburu-pemburu yang kasar dan tidak tahu aturan! Jangan kira
aku Haminto takut berkelahi!"
Cepat pedangnya digerakkan dan sinar kehijauan dari pedangnya
bergulung-gulung mengurung lawannya yang juga sudah
menggerakkan sebatang ruyung yang dicabutnya dari pinggang.
Biasanya Yo Ban hanya mengandalkan dua kepalan tangannya,
bahkan ketika ia menghadapi biruang tadi, ia menjatuhkan
binatang itu dengan pukulan tangan kosong. Akan tetapi melihat
cara kakek gundul ini menggerakkan pedangnya, tahulah ia
bahwa ia berhadapan dengan seorang ahli yang terlalu
berbahaya kalau dilawan tanpa senjata maka ia cepat mencabut
ruyungnya yang jarang ia gunakan itu.
34 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Haminto Losu adalah seorang ahli silat terkenal di utara di antara
Bangsa Hsi-sia. Selain ia pandai dalam ilmu gulat utara yang
19 hampir menyerupai Ilmu Kin-na-jiu-hwat (ilmu tangkap seperti yiuyit-su), juga ia pandai dalam ilmu
pedang dari barat. Dari mantunya, Souw Teng Wi, ia pernah mendapat petunjuk-petunjuk
dalam Ilmu Pedang Kun-lun Kiam-hoat. maka kini ilmu
pedangnya adalah gabungan ilmu pedang Kun-lun dan ilmu
pedang dari See-thian (dunia barat), cukup cepat dan kuat
gerakannya. Bagaikan elang menyambar, pedang itu ia putarputar di atas kepala kemudian
menerjang turun bergerak membabat ke arah leher lawan disusul gerak tusukan ke arah
dada. Ilmu serangan ini kalau dalam Ilmu Pedang Kun-lun Kiam-hoat
disebut Hun-ka-kim-liang (Memasang Penglari Emas), akan tetapi
melihat diputar-putarnya pedang di atas kepala dan melihat
kedudukan kaki, terang bahwa gerak tipu ini sudah berubah
banyak sehingga hanya mata seorang ahli pedang yang paham
tentang Ilmu Pedang Kun-lun Kiam-hoat saja yang akan dapat
mengenal ilmu ini. Tiat-ciang-kui Yo Ban tahu menghadapi serangan berbahaya.
Cepat ruyungnya diputar menangkis pedang sambil melompat
mundur untuk menghindari serangan susulan yang menusuk
dada itu, kemudian setelah tahu bahwa tenaganya hanya kalah
sedikit oleh lawan, ia maju dengan beringas, mengirim hantaman
ke arah pinggang lawan dengan gerak tipu Sabuk Kemala Melilit
35 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Pinggang, sedangkan tangan kirinya dikepal melakukan pukulan
Hek-houw-to-sim (Macan Hitam Mengambil Hati) ke arah dada
Haminto Losu. Inilah serangan Pembalasan yang tak kalah
hebatnya. Haminto Losu menggerakkan pedangnya menangkis.
"Traanggg....!" Bunga api memuncrat menyilaukan mata dan
kedua orang itu melompat ke belakang memeriksa senjata
masing-masing. Bentrokan senjata tadi dapat membuat lengan
tangan mereka tergetar. Akan tetapi kalau Haminto Losu masih
tetap pasangan kakinya, adalah Yo Ban tergempur bhesinya
sehingga kaki kirinya agak tergeser, inilah menandakan bahwa
Iweekangnya masih kalah setingkat oleh kakek gundul itu. Diamdiam ia merasa kaget sekali dan
berlaku lebih hati-hati, Pertempuran dilanjutkan dengan seru, akan tetapi setelah lewat
tiga puluh jurus kelihatanlah bahwa memang Haminto Losu masih
menang setingkat. Baiknya kakek ini masih merasa sungkan
untuk membunuh lawannya, maka beberapa kali ia membiarkan
kesempatan baik terlewat begitu saja.
Di lain fihak, si jenggot Lo Houw terdesak hebat oleh Houw-camkhoa Lie Siong. Repot sekali ia
melayani golok algojo harimau itu
yang mendesaknya bertubi-tubi diselingi ketawa mengejek, "Nah.
20 nah, sebentar lagi kubeset kulitmu, macan ompong!"
Lee Ing menjadi gemas sekali melihat lagak Lie Siong. Ia tahu
bahwa ilmu silatnya masih terlampau rendah untuk membantu,
36 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
apa lagi sekarang pedangnya sudah dipinjam oleh Lo Houw.
Akan tetapi dengan piauwnya ia dapat membantu juga dan
beberapa kali ia melepaskan piauw dengan cepat untuk
mengeroyok Lie Siong. Bantuan ini merepotkan Lie Siong dan
keadaan Lo Houw agak longgar dari pada desakan golok
lawannya. Akan tetapi, Lie Siong benar benar lihai sekali. Semua
serangan piauw dapat ia tangkis atau dielakkan dengan mudah
dan tak lama kemudian habislah dua puluh batang piauw bekal
Lee Ing, habis disambitkan tanpa guna.
"Haha-ha-ha, mana lagi piauwmu. bocah manis" Hati-hati kau,
sekarang aku belum sempat membalas, akan tetapi nanti kau
harus menebus setiap piauw dengan sebuah ciuman!" Lie Siong
mengejek Lee Ing sambil mendesak Lo Houw dengan goloknya.
"Jahanam keparat! Jangan kau menghina puteri dari Souw Teng
Wi taihiap!" Lo Houw membentak marah sekali sambil memutar
pedangnya dengan nekat. Disebutnya nama ini benar-benar mengagetkan hati Lie Siong. Di
sebelah sana terdengar jerit kesakitan dan Yo Ban terlempar ke
belakang, pundaknya terluka oleh babatan pedang Haminto Losu
sehingga Ruyungnya terlempar. Di saat itu juga, setelah
mendengar disebutnya nama Souw Teng Wi, Lie Siong berseru
kaget, dan ia tak dapat mengelak lagi ketika Haminto Losu sudah
37 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
maju membantu Lo Houw dan membabat pahanya sehingga
terluka dan ia roboh terguling.
"Siapa tadi menyebut nama....... Souw Teng Wi taihiap....?" Yo
Ban bertanya dengan mata terbelalak lebar.
Haminto Losu berseru keras dan pedangnya menangkis pedang
Lo Houw karena si jenggot yang marah sekali ini secara
sembrono sudah melangkah maju untuk menusuk lawannya yang
sudah roboh terluka. "Lo-sicu, tahan senjata!" kata Haminto Losu
dan pedang Lo Houw terpental karena tangkisannya yang keras.
Kemudian Haminto Losu menghampiri dua orang lawan yang
sudah terluka itu sambil berkata,
"Apakah ji-wi (tuan berdua) mengenal Souw Teng Wi?"
21 "Tentu saja kami tahu, dia seorang pahlawan bangsa yang
terhormat, tidak seperti kau ini .... bangsa biadab...." kata Lie
Siong sambil mendelik. "Keparat, berani kau memaki kong-kongku!" bentak Lee Ing, akan
tetapi Haminto Losu melarang dia berbuat sesuatu.
38 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Haminto, kau orang Hsi-sia jangan sombong! Tunggu guru kami
datang mengambil nyawamu!" kata Yo Ban yang lalu bersuit
keras sekali, memberi tanda kepada gurunya yang berada di
tempat agak jauh dari situ.
"Sicu, kau yang tadi mencari urusan, bukan kami!" jawab Haminto
Losu yang segera menarik tangan Lee Ing dan mengajak
cucunya itu pergi. "Lo-sicu, hayo kita melanjutkan perjalanan."
Haminto Losu tergesa-gesa pergi dari tempat itu. berlari cepat
setengah menyeret tubuh cucunya. Berkali-kali Lee Ing
menyatakan ketidak-puasannya, demikian pula kedengaran Lo
Houw bersungut-sungut. "Dua orang manusia itu sombong dan kurang ajar. Aku tidak puas
kalau belum mengetok kepala mereka!"
"Benar sekali kau, paman Lo. Kong-kong terlalu sabar dan
mengalah. Mereka yang kurang ajar, setelah mereka roboh
mengapa kita yang melarikan diri terbirit-birit" Sungguh membuat
penasaran dalam hati," kata Lee Ing.
39 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Akan tetapi anehnya. Haminto Losu tidak menjawab, bahkan
mempercepat larinya sehingga tubuh Lee Ing seakan-akan
diangkatnya dan Lo Houw terengah-engah mengerahkan seluruh
tenaga untuk mengimbangi kakek ini dan agar jangan
ketinggalan. Terus saja Haminto Losu mengajak mereka lari ke
selatan, tidak memperdulikan cucunya sudah mahdi keringat dan
kepalanya yang gundul itupun sudah penuh peluh, seakan-akan
tidak mendengar betapa napas Lo Houw sudah mendengusdengus seperti kerbau kepanasan.
Sementara itu, matahari sudah mulai turun ke barat.
"Lo-enghiong. aku.... aku tak kuat.... lagi...I" kata Lo Houw
terputus-putus dengan napas senin kemis. Setengah hari lebih berlari-lari secepat itu
22 memang benar-benar menghabiskan napas. Lee Ing sendiri
sekarang sudah tidak lari lagi melainkan dikempit oleh
kongkongnya yang juga sudah nampak lelah dan napasnya
memburu. Haminto Losu mengendorkan larinya, akan tetapi tetap tidak mau
berhenti. "Kita jalan saja..." kalanya dan demikianlah.
L o Houw dipaksa melanjutkan perjalanan dengan jalan, tidak lari
lagi sehingga biarpun kedua kakinya lelah, namun ia dapat
"mencari napas". Lee Ing dan Lo Houw sudah tidak bertanya40
Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
tanya lagi karena selama itu Haminto Losu tidak menjawab
semua pertanyaan mereka. Setelah malam tiba, barulah Haminto Losu berhenti berjalan.
Mereka sudah melakukan perjalanan hampir dua ratus lie jauhnya
dan kini tiba di lereng bukit batu karang. Akan tetapi tak jauh dari i
situ, di tepi sebuah jurang, mengalir sebatang anak sungai
sehingga hawa di situ amat enak dan sejuk.
Bagaikan tidak bertulang lagi Lo Houw dan Lee Ing menjatuhkan
diri di atas tanah dan bersandar pada batu karang melepaskan
lelah. Juga Haminto Losu duduk bersila mengatur napasnya
diturut segera oleh L.o Houw dan Lee Ing. Tak lama kemudian Lo
Houw pergi mencari air yang mereka minum dengan enaknya.
Bulan purnama muncul dan pemandangan malain itu di lereng
bukit batu karang sungguh indah. Bulan bundar kuning emas
merupakan lampu indah sekali, tidak saja menyinarkan cahaya
yang lembut terang mengagumkan, juga mendatangkan hawa
sejuk sekali. Di sana-sini muncul bintang gemerlapan menghias
angkasa biru, berkedap-kedip seperti mata gadis-gadis
kahyangan bermain mata kepada Dewa Bulan, akan tetapi dewa
itu teguh hatinya bercahaya tenang dan tenteram. Batu-batu
karang yang menjulang tinggi di lereng itu terkena cahaya bulan
menjadi keputihan, indah seperti menara-menara kuno. Juga
tanah menjadi keputihan, putih dan bersih. Benar-benar tempat
41 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
yang pada siang harinya gundul dan kering ini sekarang disulap
oleh cahaya bulan menjadi lempat yang hanya terdapat di alam
mimpi. Beginilah agaknya pemandangan di permukaan bulan itu
sendiri! "Kong-kong tadi berlari-larian seperti orang ketakutan, sebetulnya
apakah gerangan yang ditakutkan" Dua orang Iawan itu tidak
mampu mengalahkan kong-kong, mengapa kita yang menang
23 harus lari ketakutan?" akhirnya Lee Ing yang tak sabar lagi
bertanya kepada kongkongnya. Juga Lo Houw biarpun tidak
berani bertanya, memandang kepada kakek itu dan menanti
jawabannya dengan mata penuh pertanyaan.
Haminto Losu menarik napas panjang. "Lee Ing, kau seperti
burung yang keluar dari sarang, tidak tahu kelihaian orang-orang
kang-ouw di daerah Tiong-goan ini. Aku sudah mendengar berita
angin tentang adanya orang-orang kang-ouw yang anti kepada
orang-orang utara yang bukan berbangsa Han, hal ini timbul
sebagai akibat sakit hati dan dendam terhadap penindasan
penjajah Mongoi. Kau lihat sendiri betapa dua orang pemburu tadi
bernafsu sekali untuk mengusir atau membunuh aku sampai
terjadi pertempuran. Kemudian aku berhasil mengalahkan


Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka karena mereka terlengak dan terkejut mendengar nama
ayahmu. Agaknya mereka mengindahkan ayahmu, sedangkan
aku sudah melukai mereka. Coba saja bayangkan. Kalau mereka
itu mengindahkan ayahmu berarti mereka itu orang segolongan
sendiri dengan kau, dan aku yang lancang ini sudah melukai
42 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
mereka! Kalau sampai kawan-kawan mereka datang dan
memusuhi kita bukankah itu berarti aku menyeretmu ke dalam
permusuhan dengan golongan sendiri" Karena aku tidak ingin hal
itu terjadi, aku lebih baik pergi cepat-cepat dari tempat itu agar
urusan tidak menjadi makin hebat."
Mengertilah kini Lee Ing dan Lo Houw mengapa kakek itu tadi
berlari-larian sehari penuh seperti orang ketakutan. Diam-diam Lo
Houw memuji pandangan kakek ini yang jauh dan mendalam.
Akan tetapi Lee Ing menjadi penasaran "Kong-kong, kalau kita
berada di fihak benar, mengapa takut menghadapi permusuhan"
Kalau kita benar, berarti mereka yang memusuhi kita dan kita
hanya membela diri. Biarkan mereka datang. aku yang akan
menghadapi mereka!" Ucapan ini gagah, akan tetapi
menggelikan. Gadis yang belum seberapa kepandaiannya ini,
yang sekarang kelelahan sampai hampir tak dapat berdiri
sungguhpun tadi ia lebih banyak digendong dari pada lari sendiri,
bagaimana akan menghadapi mereka yang lihai" Baru dua orang
itu tadi saja sudah amat lihai, apa lagi guru mereka!
"Enak saja kau bicara. Lee Ing. Kalau memang benar mereka itu
tergolong kawan-kawan ayahmu masih mendingan karena aku
dapat mengharapkan kau akan terlindung dan mereka tidak akan
mau mengganggumu. Akan tetapi siapa tahu kalau-kalau mereka
itu bukan kawan-kawan mantuku Souw Teng Wi sebaliknya
adalah musuh-musuhnya" Tentu mereka takkan mau
melepaskanmu dan aku melarikan diri tadi adalah untuk menjaga
43 24 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
keselamatanmu cucuku. Pendeknya, sebelum kita dapat bertemu
dengan ayahmu dan sebelum kau berada di dekat ayahmu,
hatiku akan selalu merasa gelisah. Di Tiong-goan ini jauh sekali
bedanya dengan di utara, di mana kita boleh merasa aman
karena aku sudah mengenal betul keadaan dan watak orangorang di sana. Di sini, aahhh...,
orang-orang kang-ouw terlalu
banyak yang sakti dan hebat, mereka itu aneh-aneh wataknya,
sukar diajak urusan."
Kata-kata Haminto Losu terhenti secara tiba-tiba dan wajahnya
berubah pucat, tangannya cepat memegang lengan Lee Ing dan
ia bersiap-siap melindungi cucunya yang dikasihinya sepenuh
jiwa itu. Ia mendengar sesuatu yang belum terdengar oleh Lee
Ing, bahkan belum terdengar oleh Lo Houw.
Melihat sikap kong-kongnya seperti orang ketakutan, Lee Ing
menghibur, "Kong-kong. jangan takut. Andaikata mereka itu
musuh ayah, biarlah mereka datang. Kebetulan sekali, kita
mendapat kesempatan untuk membantu ayah membasmi musuhmusuhnya! Kalau kita kalah,
sampai mati-pun aku tidak
penasaran demi untuk membela ayah yang tak pernah kulihat itu,
hitung-hitung aku berdarma bhakti kepada orang tua."
"Husshhh...." kata Haminto Losu, akan tetapi kata-katanya
tertahan karena mendadak, seperti siluman saja, di depan
mereka sudah berdiri seorang laki-laki gundul yang mukanya
44 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
buruk dan menggelikan. Orang itu sukar ditaksir usianya, melihat
keriput-keriput pada mukanya itu tentu usianya sudah lanjut,
sedikitnya limapuluh tahun, akan tetapi sepasang matanya kocak
dan bening seperti mata bocah, kepalanya gundul akan tetapi
tidak sekelimis kepala Haminto Losu, melainkan di sana ada titik
rambut hitam menjongat seperti duri tumbuh di padang pasir,
kepala itu kecil bundar seperti bola, hidungnya bengkok ke bawah
seperti tidak bertulang, mulutnya mewek dan jenggotnya pendekpendek jarang seperti rambut di
kepalanya. Ia mengenakan pakaian sederhana, gerombyongan tidak keruan bentuknya dan
sikapnya seperti hwesio. "Kau inikah puteri Souw Teng Wi?" hwesio itu yang tadinya berdiri
dengan kedua lengan bersedakap, kini menudingkan telunjuk
kanannya ke arah Lee Ing. Karena munculnya orang gundul ini
seperti setan, begitu tiba-tiba, Lee Ing, Lo Houw dan Haminto
Losu untuk sejenak ternganga saja di atas tanah. Kini mereka
melompat bangun dan Lee Ing menjawab dengan suara nyaring,
25 "Betul aku Souw Lee Ing puteri Souw Teng Wi. Kau ini siapakah,
orang tua?" "Heh-heh-heb-heh...!" Hwesio itu tertawa terkekeh-kekeh. Suara
ketawanya tidak keras akan tetapi mengandung pengaruh yang
mendebarkan jantung sehingga Haminto Losu kaget bukan main.
Dari suara ketawanya dan munculnya yang tiba-tiba tadi saja
45 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
sudah membuktikan bahwa hwesio ini adalah seorang sakti,
Iweekangnya hebat dan ginkangnya tinggi sekali.
"Pantas pantas! Ayah naga tentu puterinya bukan sebangsa
cacing. Kau berbakat dan bertulang baik, mari kau ikut dengan
aku. nona!" "Nanti dulu, orang tua. Kau siapakah dan mengapa aku harus ikut
dengan kau" Aku hendak pergi mencari ayahku," jawab Lee Ing,
tetap tabah. Kembali hwesio itu tertawa ngikik. Mendengar suara ketawa ini,
orang yang bernyali kecil akan meremang bulu tengkuknya,
seperti mendengar suara ketawa setan atau orang gila.
"Pinceng bernama Bu Lek Hwesio dan aku mengajakmu
menemui ayahmu. Marilah!" Sambil berkata demikian. kedua
tangannya bergerak-gerak maju dan iapun melangkah ke depan.
(Lanjut ke Jilid 02) Pusaka Gua Siluman (Cerita Lepas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
46 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Jilid 02 Lee Ing bergerak mundur dan Haminto Losu memegang lengan
gadis itu. Akan tetapi bukan main hebatnya, semacam tenaga
menarik yang seperi angin puyuh datang membetot tubuh Lee Ing
dan biarpun Haminto Losu mengerahkan Iweekangnya, di lain
saat tangan gadis itu sudah dipegang oleh Bu Lek Hwesio yang
masih tertawa-tawa. "Nanti dulu, sahabat!" Haminto Losu melompat ke depan
menghadapi hwesio aneh itu. Haminto Losu merasa curiga dan
tidak percaya kepada hwesio thi yang lihai sekali. Tidak bisa ia
mempercayakan cucunya begitu saja kepada orang yang belum
dikenalnya baik baik. "Tanpa bukti-bukti yang nyata tidak bisa kau
membawa cucuku begitu saja"
26 "Apakah kau yang bernama Haminto dan yang tadi melukai dua
orang anak muridku?" hwesio itu bertanya, matanya disipitkan,
kepala ditarik ke belakang.
Haminto Losu cepat mengangkat tangan memberi hormat.
"Memang betul, aku yang rendah bernama Haminto dan tidak
kusangkal bahwa tadi aku telah bertempur dengan dua orang
muda sampai mereka itu terluka. Akan tetapi, adalah mereka
47 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
yang terlalu mendesak dan memaksaku. Sesungguhnya kami
datang ke Tiong-goan bukan dengan maksud mencari
permusuhan, melainkan hendak mencari mantuku, Souw Teng Wi
ayah cucuku ini. Kalau betul sahabat dapat memberi keterangan
di mana adanya Souw Teng Wi, aku akan menghaturkan terima
kasih dan merasa bersyukur sekali dan biarlah aku sendiri
mencarinya bersama cucuku." Sudah jelas bahwa Haminto Losu
berlaku mengalah dan merendah sekali, ia berlaku hati-hati
karena belum tahu orang macam apakah yang ia hadapi ini,
kawan ataukah lawan. "Hemm..." Bu Lek Hwesio mengeluarkan suara di hidung,
nadanya memandang rendah sekali, "dua orang muridku
memang tidak keliru, semua orang utara yang biadab kalau
berani menyeberangi tembok besar ke selatan, harus dibasmi
habis agar jangan terulang kembali penjajahan oleh orang-orang
biadab dari utara! Akan tetapi sayang mereka itu tidak teliti, kalau
kau menjadi mertua Souw-taihiap tentu saja merupakan
kekecualian dan boleh diampuni, akan tetapi tetap saja tidak
boleh terus ke selatan. Sekarang nona Souw sudah bertemu
dengan pinceng, serahkan dia kepada pinceng untuk
dipertemukan dengan ayahnya. Dia bertulang baik, kiranya patut
menjadi murid pinceng. Adapun kau sendiri, lebih baik lekas
kembali ke utara sebelum bertemu dengan kawan-kawan lain
yang takkan mau mengampunimu." Setelah berkata demikian, ia
menoleh kepada Lee Ing dan berkata "Hayo, nona Souw, kita
pergi sekarang juga!"
48 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Tangannya bergerak perlahan, namun Lee Ing tak dapat
mengelak dan tahu-tahu pergelangan tangan kanannya sudah
kena dipegang oleh hwesio itu. "Nanti dulu, losuhu!" seru Lee Ing.
"Biarpun kau bermaksud baik, akan tetapi aku masih belum
melihat buktinya. Losuhu hendak mengambil murid kepadaku,
mudah saja. Akan tetapi kong-kongku inipun seorang ahli silat
yang pandai Kalau losuhu tidak memiliki kepandaian yang lebih
27 tinggi dari padanya, untuk apa aku belajar ilmu silat darimu?"
Hwesio itu tertawa terkekeh-kekeh. "Keras dan jujur seperti
ayahnya! Souw-siocia, kau masih belum percaya kepada
pinceng" Ha-ha, boleh sekali, suruh kongkongmu itu maju, biar
kita main-main sebentar. Kalau aku tidak bisa mengalahkannya
dalam sepuluh jurus, anggap saja aku tidak berharga menjadi
gurumu." Sikap yang sombong ini memanaskan perut Lo Houw. la
mendahului Haminto Losu, melompat dan mengaum seperti
harimau menghadapi Hu Lek Hwesio. "Hwesio sombong, coba
kau-hadapi aku lebih dulu!" katanya memasang kuda-kuda.
"Kau siapakah?" tanya Bu Lek Hwesio dan dari sepasang
matanya yang tajam itu menyambar sinar berapi-api. Haminto
Losu dapat melihat ini dan hatinya tidak enak, cepat ia
mendahului Lo Houw menjawab,
49 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Dia adalah Lo Houw, seorang pahlawan patriot yang dahulu
berjuang di bawah pimpinan Souw Teng Wi."
Bu Lek Hwesio mengangguk angguk. "Baiknya dia menyebutkan
hal ini, kalau tidak jangan harap kau akan dapat bernapas lagi.
Majulah!" Lo Houw tidak menjadi gentar, dengan auman keras ia menyerbu,
kedua tangannya bertubi-tubi melakukan tusukan yang
merupakan totokan berbahaya. Bu Lek Hwesio tidak bergerak,
tetap berdiri dengan kedua lengan menyilang di depan dada.
Padahal tangan kiri dan kanan dari Lo Houw sudah bergerak dan
jari jarinya sudah menotok, yang kanan mengarah leher yang kiri
mengancam dada! Ketika jari-jari itu hampir menyentuh sasaran.
Bu Lek Hwesio hanya miringkan sedikit lehernya, totokan pada
leher itu tidak mengenai sasaran sedangkan totokan pada
dadanya diterima begitu saja! "Krek!!" Lo Houw menjerit dan
melompat mundur sambil memegangi jari telunjuk dan jari tengah
tangan kirinya yang ternyata sudah patah-patah tulangnya.
Bu Lek Hwesio tersenyum mengejek dengan mulutnya yang
selalu merengek itu. "Hanya begitu saja kemampuanmu?"
50 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Lee Ing kagum bukan main, akan tetapi Haminto Losu sudah
melompat 28 sambil mencabut pedangnya. ''Sahabat, kepandaianmu hebat. Biarlah aku yang bodoh mencoba-coba
untuk memuaskan hati cucuku, pula agar aku yakin bahwa
cucuku berada di tangan yang cukup kuat untuk menuntunnya
mencari ayahnya." "Majulah, orang Hsi-sia!" Bu Lek Hwesio menantang, masih tetap
berdiri dengan dua lengan bersedakap tenang-tenang saja.
Agaknya ia tidak bersenjata dan hendak menghadapi pedang
Haminto Losu dengan tangan kosong. Haminto Losu maklum
bahwa hwesio ini lihai sekali, maka ia cepat berseru "Lihat
pedang!" dan melakukan serangan hebat dengan babatan
pedang-nya disusul oleh tendangan Soan-hong-twi yang amat
berbahaya itu. "Bagus!" Bu Lek Hwesio berseru dan benar-benar luar biasa
sekali, tidak diketahui atau dilihat gerakannya tahu-tahu tubuhnya
sudah melayang ke kiri sehingga babatan pedang dan tendangan
yang dilakukan amat cepatnya itupun tidak mengenai sasaran.
"Satu jurus!" kata Bu Lek Hwesio sombong. Haminto Losu
menjadi penasaran sekali mendengar ini karena ternyata hwesio
itu benar-benar hendak membuktikan bualnya kepada Lee Ing
tadi bahwa dia akan dapat merobohkan Haminto Losu dalam
sepuluh jurus! Bagaimana juga, Haminto Losu bukanlah seorang
51 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
ahli silat biasa, melainkan seorang tokoh yang memiliki ilmu
pedang hebat, di samping ini ilmu tendangannyapun terkenal
ditambah ilmu cengkeraman model Mongol. Bagaimanakah ia
akan dapat dirobohkan begitu saja dalam sebuluh jurus" Hwesio
sombong ini biarpun kepandaiannya lebih tinggi dari padaku,
akan tetapi terlalu sombong dan harus diberi malu, pikir Haminto
Losu dan ia berlaku hati-hati sekali.
Kembali ia menyerang dengan pedangnya, akan tetapi kali ini
serangannya hanya mempergunakan tiga bagian saja dari pada
kepandaiannya, yang tujuh bagian ia pergunakan untuk menjaga
diri agar jangan sampai kalah dalam sepuluh jurus. Biarpun
dengan cara demikian ia tidak mungkin dapat mengirim
serangan-serangan berarti, namun penjagaannya menjadi amat
kuat dan kiranya tidak mungkin orang dapat merobohkan dalam
sepuluh jurus, apa lagi orang itu bertangan kosong.
"Dua jurus!" Bu Lek Hwesio menghitung lagi sambil mengelak
perlahan, biarpun ia tahu akan perubahan ini namun ia bersikap
29

Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biasa seolah-olah tidak tahu. Kembali Haminto Losu menyerang,
cepat sekali ia menyerang bertubi-tubi menggunakan jurus demi
jurus akan tetapi semua ia lakukan dengan mengerahkan hanya
tiga bagian ilmunya. Maksudnya agar supaya cepat-cepat ia
menghabiskan sepuluh-jurus karena kalau sudah lewat sepuluh
jurus belumi juga hwesio itu mampu mengalahkan nya berarti ia
menang! 52 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
"Tiga jurus! Empat jurus..... lima jurus... enam jurus!" Karena
serangan-serangan Haminto Losu bertubi-tubi dan amat cepat
datangnya sambil mengelak ke sana ke mari Bu Lek Hwesio
menghitung dengan cepat pula. Kembali Haminto Losu
menyerang bertubi-tubi dengan gerak tipu menyerupai Kongciakkai-peng (Merak Membuka Sayap)
disusul Sian-jiu-hoan-eng
(Dewa Menukar Bayangan) kemudian Hun-in-toan-san (Awan
Melintang Memutuskan Gunung).
Dengan gerakan perlahan namun selalu tepat sekali Bu Lek
Hiwcsio mengelak lari dua seiangan pertama sambi I menghitung
"Tujuh jurus..... delapan jurus...."
Serangan ketiga, Hun-in-toan-san itu dilakukan dengan
membabatkan pedang ke arah leher. Serangan ini lebih
berbahaya dari pada serangan yang sudah-sudah. Namun Bu
Lek Hwesio berdiri tegak tidak mengelak sama sekali, bahkan
mulutnya dengan nada mengejek menghitung, "Sembilan jurus!"
Tiba-tiba pedang yang menyambar itu terhenti di tengah udara
dan ternyata punggung pedang sudah kena dijepit oleh dua jari
tangan kiri Bu Lek Hwesio. Karena pedangnya terhenti di tengah
udara, Hamimo Losu tercengang dan tak dapat terus menyerang
melainkan dengan kaget sekali berusaha menarik pulang
pedangnya. Namun pedang itu seakan-akan terkait oleh jepitan
baja yang amat kuat. 53 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Haminto Losu mengerahkan tenaga, kemudian hendak
menggunakan saat terakhir itu menyelesaikan jurus ke sepuluh.
Namun, sebelum kakinya menendang, tiba-tiba jepitan pedang
dilepaskan oleh Bu Lek Hwesio sambil berseru, "Jurus ke
sepuluh!" dan... tubuh Haminto Losu terhuyung-huyung lalu
roboh. Ternyata ketika pedang dilepas tiba-tiba, tubuh Haminto
Losu menjadi miring dan sebeluin ia dapat memperbaiki posisinya
tangan kanan Bu Lek Hwesio bergerak perlahan ke depan
menyentuh pundaknya, hanya dengan sebuah jari telunjuk. Inilah
ilmu totok It-ci-san (Totokan Satu Jari) yang lihai bukan main
30 sampai Haminto Losu tak dapat mempertahankan dirinya lagi
yang sudah terasa lumpuh dan jatuh duduk di atas tanah dengan
lemas! "Nona Souw, kau lihat, kongkongmu dalam sepuluh jurus roboh!"
kata Bu Lek Hwesio yang berjingkrak-jingkrak kegirangan,
berputar-putar dan bertepuk-tepuk tangan gembira sekali seperti
bocah menang main bola! Lee Ing yang mengkhawatirkan keadaan kong-kongnya, segera
menghampiri kakek itu. Haminto Losu duduk bersila
mengumpulkan napas, ketika melihat Lee Ing mendekati, cepat ia
berbisik di telinga gadis itu, "Dia lihai, kau boleh turut dia dengan
baik, akan tetapi hati-hati, dia tak boleh dipercaya..."
54 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Kemudian Haminto Losu setelah memulihkan kembali jalan
darahnya, melompat berdiri dan menjura sambil berkata. "Bu Lek
Losuhu benar-benar sakti, aku yang bodoh mengaku kalah dan
sekarang amanlah hatiku menyerahkan cucuku dalam tanganmu.
Harap kau orang tua dapat segera membawanya ke depan Souw
Teng Wi mantuku!" Memang Haminto Losu mempunyai pemandangan luas dan
perhitungan yang masak. Ia maklum bahwa kepandaiannya kalah
jauh oleh Bu Lek Hwesio yang memiliki Ilmu totok It-ci-san yang
lihai dan tenaga Iweekang yang hebat. Kalau ia nekat melawan
mempertahankan Lee Ing, takkan ada gunanya, bahkan akan
mendatangkan sikap tidak enak terhadap Lee Ing. Maka ia
mengalah, mundur bukan karena takut, melainkan untuk
mengatur siasat dan untuk "memberi muka" kepada Lee Ing. la
tahu akan watak gadis itu yang jujur dan berani mati, kalau
sampai ia bersikap bermusuh terhadap hwesio itu, tentu Lee Ing
akan membelanya dan akan memusuhi hwesio itu pula. Dan ini
berbahaya sekali bagi keselamatan cucunya itu.
"Nona Souw, mari kita pergi!" seru Bu Lek Hwesio tanpa
memperdulikan lagi kepada Haminto Losu dan Lo Houw. Lee Ing
ingin sekali mengucapkan selamat berpisah kepada kongkongnya
yang ia sayang, akan tetapi ia, tidak mempunyai kesempatan lagi.
Tubuhnya melayang dan seperti daun kering tertiup angin ia
dipegang lengannya oleh hwesio lihai itu yang mengangkatnya
lalu membawanya lari secepat terbang. Kedua kaki gadis itu tidak
55 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
menyentuh tanah dan angin bertiup kencang di pinggir kedua
telinganya. 31 Setelah hwesio itu pergi, barulah Haminto Losu membantingbanting kaki dan wajahnya yang sudah
tua menjadi berduka sekali. Ditariknya napas panjang berkali-kali, lalu katanya
perlahan, "Celaka... hwesio itu aku masih ragu-ragu dan tidak
percaya. Lo-sicu kita harus cepat-cepat pergi mencari Souw Teng
Wi. dia harus tahu bahwa anaknya pergi bersama Bu Lek
Hwesio... ah, mudah-mudahan saja kekhawatiranku ini keliru dan
Bu Lek Hwesio benar-benar seorang sahabat mantuku..."
Lo Houw dapat mengerti perasaan orang tua ini, karena diapun
merasa curiga dan kurang percaya kepada Bu Lek Hwesio yang
aneh sikapnya dan lihai itu. Tanpa menunda waktu lagi keduanya
malam itu juga terus melanjutkan perjalanan ke selatan.
Setelah kekuasaan Mongol lenyap dan bumi Tiongkok dan
pemerintah dikuasai oleh Kerajaan Beng-tiauw, orang-orang
gagah yang tadinya ikut berjuang merasa berjasa. Maka di mana
mana timbullah perkumpulan-perkumpulan orang gagah seperti
cendawan di musim hujan. Segala sesuatu itu tentu berputar
pada pokok atau sumbernya. Pada waktu itu, pemerintah Bengtiauw yang batu berdiri penuh
dengan pembesar-pembesar yang
korup dan palsu. Mereka ini seporti anjing-anjing yang tadinya
kelaparan sekarang berebut tulang. Tadinya terjajah oleh Bangsa
56 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Mongol, sekarang mereka yang tadinya ketika terjadi perang
sama sekali tidak berani muncul bahkan sebagian besar menjilatjilat pantat kaisar dan para
pembesar Bangsa Mongol, sekarang
setelah kekuasaan dipegang oleh bangsa sendiri lalu berebutan
muncul dan mengarang cerita menonjolkan jasa-jasanya.
Maka muncullah pembesar-pembesar korup, dan tentu saja para
pembesar yang memang terdiri dari patriot-patriot tulen yang
tadinya berjuang membela negara dan sekarang dalam
jabatannya masih merupakan pemimpin yang setia dan bijaksana
bagi rakyat, dimusuhi oleh para pembesar bermoral bejat itu.
Timbullah dua aliran di lingkungan pembesar, dua aliran yang
memperebutkan simpati Kaisar Beng-tiauw yang pertama, Thai
Cu. Dalam hal menjilat dan merebut hati, memang orang-orang
yang palsu wataknya lebih pandai dari pada orang-orang yang
jujur, maka condonglah hati Thai Cu kepada mereka ini yang
merupakan tikus-tikus berkaki dua.
Di luar istana, para orang gagah yang mendirikan perkumpulanperkumpulan juga terjadi
perpecahan Semua orang gagah
maklum belaka bahwa pendekar atau pahlawan Souw Teng Wi
adalah seorang pahlawan patriot yang telah berjuang mati-matian
dalam pergerakan mengusir Bangsa Mongol dan tadinya
32 merupakan tangan kanan dari Kaisar Thai Cu ketika kaisar itu
masih menjadi pemimpin pemberontak Cu Coan C'iang. Akan
tetapi oleh karena para penjilat palsu itu maklum akan watak
gagah perkasa dari Souw Teng Wi dan maklum pula bahwa kalau
57 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
sampai orang she Souw ini mendapat kedudukan tinggi sudah
tentu mereka akan dibasmi olehnya, dengan segala akal dan tipu
daya mereka berusaha agar supaya Souw Teng Wi jangan
diterima oleh kaisar. Dan berhasillah mereka memfitnah Souw Teng Wi di depan
kaisar sehingga ia dituduh hendak memberontak dan hendak
merampas kedudukan kaisar. Kaisar memerintahkan penangkapannya atas diri Souw Teng Wi bekas tangan kanannya
ini sehingga pendekar ini melarikan diri dan selama ini ia
bersembunyi, tak seorangpun tahu di mana tempat
persembunyiannya. Para pembesar durna itu sedemikian jauh pengaruh dan
siasatnya sehingga mereka berhasil pula mempengaruhi kaisar
untuk mengusir putera-nya. pangeran yang gagah adil dan jujur,
di mana pangeran inipun secara terang-terangan memusuhi para
durna. Hal ini membuai para durna itu merasa khawatir dan
mencari akal sehingga akhirnya mereka berh
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
asil membuat kaisar mengangkat Pangeran Yung Lo sebagai raja muda dan
ditempatkan di Peking, bekas kota raja Kerajaan Goan-tiauw.
Pada lahirnya saja Pangeran Yung Lo diangkat sebagai raja
muda, akan tetapi sebenar inilah hasil siasat para durna yang
hendak menjauhkan pangeran itu dari kota raja yang baru,
Nanking. 58 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Karena timbulnya dua aliran ini, di mana tentu saja aliran
pembesar-pembesar yang setia dan baik lemah sekali
keadaannya, timbul pula dua aliran pada dunia kang-ouw dan
terjadilah persaingan dan permusuhan. Tadinya memang orangorang kang-ouw ini tidak
mencampuri urusan pemerintahan dan
seperti biasanya para orang gagah ini tidak mengacuhkan hal itu.
Akan tetapi ada dua hal vang membuat orang-orang gagah
bangkit dan terjadi perpecahan yang menimbulkan adanya dua
aliran atau dua golongan.
Pertama-tama banyak orang gagah merasa penasaran melihat
nasib pendekar besar Souw Teng Wi yang sudah demikian
banyak jasanya dalam perjuangan membebaskan tanah air dari
cengkeraman raksasa penjajah, sehingga diam-diam mereka siap
sedia membantu Souw-taihiap. Kedua kalinya, banyak orang
kang-ouw yang berilmu tinggi terbujuk oleh kemilaunya emas
permata sehingga orang-orang berilmu ini sudi menjadi kaki
tangan para durna untuk membasmi siapa saja yang merintangi
jalan mereka. Hal ini yang sesungguhnya menimbulkan
perpecahan antara orang-orang kang-ouw sendiri sehingga
sering kali terjadi pertentangan-pertentangan dan salah paham,
memancing timbulnya pertempuran-pertempuran yang kadangkadang mengorbankan banyak
nyawa orang-orang kang-ouw.
Di antara para pembesar durna, yang amat berkuasa di antara
mereka adalah seorang menteri muda bernama Auwyang Peng
atau lebih terkenal dengan sebutan Auwyang-taijin. Usianya
59 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
empat-puluh tahun lebih dan dahulu ketika Kaisar Thai Cu masih
menjadi pemberontak Cu Goan Ciang, sebetulnya Auwyang Peng
ini adalah seorang pembesar Kerajaan Mongol Biarpun ia
seorang Han, namun dengan kepandaiannya bun dan bu (surat
dan silat) ia berhasil menduduki pangkat di Kerajaan Mongol.
Ketika melihat pergerakan Cu Goan Ciang yang mendapat
1 dukungan banyak tuan tanah makin lama makin besar dan
mendekati hasil baik, Auwyang Peng tidak menyia-nyiakan
kesempatan baik. Diam-diam ia menghubungi Cu Goan Ciang
dan membantunya dari sebelah dalam sampai akhirnya Kerajaan
Mongol tumbang. Mengingat akan jasa-jasanya inilah maka Cu
Goan Ciang setelah menjadi kaisar lalu mengangkat Auwyang
Peng sebagai menteri muda.
Sudah tentu saja karena Auwyang Peng menjadi pembesar
dengan ada jasa betul-betul, para durna lainnya tunduk
kepadanya dan ia seakan-akan diangkat menjadi pelindung dan
kepala mereka. Tentu saja Auwyang- taijin menerima banyak
"hadiah" dan "tanda mata" sehingga istana Auwyang-taijin amat
besar menyaingi istana kaisar, juga hampir di setiap kota besar
menteri muda ini mempunyai gedung. Auwyang Peng yang
maklum bahwa sejak dahulu Souw Teng Wi membencinya dan
menganggapnya seorang pengkhianat yang dulu telah mengekor
kepada pemerintah Mongol, kini memusuhi Souw Teng Wi.
Kedudukan Auwyang-taijin kuat sekali dan di tangannyalah
60 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
terletak kekuasaan besar di mana banyak orang berilmu tinggi
menghambakan dirinya. Auwyang-taijin mempunyai seorang putera bernama Auwyang
Tek. Pemuda ini bertubuh jangkung kurus, berwajah tampan dan
halus. Akan tetapi isi dada pemuda itu tidak setanpan wajahnya.
Pemuda ini berhati keji dan kejam melebihi ayahnya, dan selama
ia mengandalkan kekuasaan ayahnya yang dibantu banyak oiang
pandai, juga ia mengandalkan kepandaiannya sendiri yang
memang hebat. Auwyang Tek adalah murid termuda dari Tok-ong
Kai Song Cinjin, seorang pendeta dari Tibet yang amat sakti.
Seperti dapat dimaklumi dari julukannya, yaitu Tok ong (Raja
Racun), pendeta ini selain lihai ilmu silatnya juga amat pandai
dalam menggunakan racun-racun berbahaya untuk mengalahkan
musuh. Juga Auwyang Tek memiliki kepandaian khusus yang
istimewa yang disebut Hek-tok-ciang (Tangan Racun Hitam),
sebuah kepandaian yang amat dahsyat dan mengerikan,
didasarkan tenaga lwee-kan tinggi dan hawa mujijat dari racun
hitam. Oleh karena Souw Teng Wi menyembunyikan diri, Auwyang-taijin
tak dapat melampiaskan bencinya. Ribuan orang mata-mata
disebarnya untuk mencari musuh besarnya ini, namun sia-sia.
Souw Teng Wi seperti lenyap ditelan bumi tidak meninggalkan
61 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo


Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2 jejak. Namun Auwyang-taijin masih belum puas dan tetap
memasang penyelidik-penyelidik di setiap kota.
Maklum akan bahayanya, orang-orang gagah yang memihak
Souw Teng Wi, tidak berani menyatakan secara berlerang. Di
antara banyak pendukung Souw Teng Wi di kota raja Nan-king,
terdapat seorang gagah perkasa bernama Kwee Cun Gan yang
berjuluk Kim-sin-kang-jiu (Berhati Emas Bertangan Baja).
Julukannya ini membuktikan bahwa pendekar ini biarpun memiliki
kepandaian tinggi sehingga kedua tangannya diumpamakan
tangan baja, namun ia berhati emas, tanda pribudinya yang luhur.
Sebetulnya Kwee Cun Gan ini masih seperguruan dengan
pendekar besar Souw Teng Wi, yaitu dari partai persilatan Kunlun-pai, akan tetapi tentu saja hal ini
jarang ada orang yang mengetahuinya. Mengingat akan jasa-jasa Souw Teng Wi terhadap tanah air, juga
karena sampai sebegitu lama Souw Teng Wi tidak pernah
muncul, Kwee Cun Gan diam-diam mendirikan sebuah
perkumpulan rahasia di antara orang-orang gagah yang diberi
nama perkumpulan Tiong-gi-pal (Perkumpulan Setia Ingat Budi).
Banyak orang gagah menyokong pendiriannya ini dan menjadi
anggauta Tiong-gi-pai, dan di antara pembantu-pembantu Kwee
Cun Gan adalah anak keponakannya sendiri yang sudah yatim
piatu bernama Kwee Tiong, ia seorang pemuda teruna, baru
berusia tujuh belas tahun, akan tetapi ia telah memiliki
kepandaian tinggi, hampir menyamai kegagahan pamannya! Ini
62 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
tidak mengherankan oleh karena dia adalah murid terkasih dari
Pek Mao Lojin, tokoh pantai timur yang terkenal sekali dan
menjadi pula pendukung dari Tiong-gi-pai. Selain guru dan murid
ini, masih banyak pendekar-pendekar perkasa yang secara
langsung maupun tidak membantu pergerakan Tiong-gi pai.
Akan tetapi manusia ini memang macam-macam pendiriannya.
Ada sebagian orang-orang gagah di dunia kang ouw, biarpun
tidak langsung membantu Menteri Auwyang Peng, namun diamdiam mereka ini tidak setuju akan
gerakan Tiong-gi-pai dan selalu
mereka ini menganggap Tiong gi-pai sebagai perkumpulan yang
tidak puas melihat negara dikemudikan oleh bangsa sendiri.
Penjajah terusir dan tanah air dikuasai oleh bangsa sendiri,
mengapa masih hendak mengacau" Bukankah itu berarti pro
kepada penjajah Mongol" Demikianlah pendapat kelompok orang
ini dan mereka ini merupakan fihak netral yang biarpun tidak
membantu Auwyang-taijin namun anti kepada Tiong-gi-pai.
Sukarnya bagi Auwyang-taijin untuk membasmi Tiong-gi-pai
adalah karena perkumpulan ini tidak mempunyai markas yang
3 tetap, dibentuk secara rahasia dan bergerak secara rahasia pula.
Yang sudah pasti, pusatnya berada di kota raja, di Nan-king.
Memang jarang terjadi bentrokan antara mereka. Bentrokan
besar-besaran yang pernah terjadi dan yang sekaligus membuka
mata Auwyang-taijin, bahwa ada perkumpulan Tiong-gi-pai yang
tak boleh dipandang ringan terjadi kurang lebih setahun yang lalu.
63 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Ketika itu, putra Auwyang-taijin, yaitu Auw-yang Tek, baru saja
turun gunung, karena tamat pelajaran silatnya dan kembali ke
kota raja bersama gurunya, Tok-ong Kai Song Cin jin. Dasar
pemuda berwatak bejat, biarpun ia memiliki bakat ilmu silat yang
luar biasa dan kini menjadi seorang pemuda yang kepandaiannya
tinggi sekali, begitu sampai di kota raja, Auwyang Tek menjadi
binal, beberapa tahun ia harus hidup terasing di atas gunung
mempelajari ilmu silat, sekarang setelah tiba di kota nafsu
binatangnya timbul. Dia seorang pemuda mata keranjang yang
tidak segan-segan mempermainkan anak bini orang lain.
Pada suatu hari di kota raja datang serombongan pemain akrobat
terdiri dari seorang laki-laki setengah tua berjenggot panjang, dua
orang gadis remaja dan seorang bocah laki-laki tanggung. Empat
orang ini menuju ke sebuah tempat yang ramai di pusat kota lalu
menurunkan barang-barang bawaan mereka di tempat terbuka
pinggir jalan, tak jauh dari jembatan Kim-niau (Jembatan Burung
Emas). Pemuda tanggung itu segera membuka buntalan-buntalan
besar, lalu bersama laki-laki setengah tua ia memasangi alat-alat
bermain akrobat, di antaranya sebatang gala bambu yang
tingginya ada lima meter, sebuah tangga dan tiga buah guci arak
besar. Sementara itu, dua orang gadis yang berwajah manismanis itu menabuh tambur dan
gembreng. 64 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Di kota raja memang banyak didatangi orang-orang dari luar kota
yang mencari nafkahnya dengan jalan menjual kepandaian, ada
guru-guru silat menjual obat ada pula tukang-tukang sulap dan
pedagang-pedagang lain yang menarik perhatian orang dengan
pelbagai pertunjukan. Akan tetapi karena rombongan ini terdapat
dua orang gadis manis, sebentar saja tempat itu sudah penuh
dengan orang-orang yang hendak menonton. Terutama sekali
menonton dua orang gadis manis itu, karena semenjak dunia
berkembang, tidak ada daya penarik lebih memikat dari pada
wajah dara-dara ayu. Sehelai kain bertuliskan ROMBONGAN AKROBAT LIEM
terpancang di situ seperti sebuah bendera. Kemudian melihat di
4 situ sudah berkumpul banyak sekali orang, dengan
wajah ramah berseri laki-laki setengah tua berjenggot panjang
melompat bangun, menjura ke empat penjuru lalu memberi
isyarat kepada dua orang gadis yang segera menghentikan
pemukulan tambur dan gembreng. Mereka berdua lalu melompat
pula menghampiri orang tua itu dan berdiri di sebelah kirinya,
sementara itu pemuda tanggung tadi berdiri pula di sebelah
kanannya. Kalau dua orang gadis itu manis-manis berkulit putih berbibir
merah, adalah pemuda tanggung itu tampan juga, keningnya
lebar matanya bersinar-sinar Laki-laki berjenggo panjang itu
sendiri berwajah tampan dan angker, ini semua menjadi tanda
65 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
bahwa anggauta rombongan itu terdiri dari orang-orang yang
bukan sembarangan. "Cu-wi sekalian yang terhormat," laki-laki berjenggot panjang itu
mulai berpidato, "terima kasih atas perhatian cu-wi yang sudi
menonton pertunjukan kami yang tidak berharga. Pertama-tama
kami hendak memperkenalkan diri. Siauwte (aku) sendiri adalah
Liem Hoan dari daerah selatan, di sana dijuluki orang Sin-liong
(Naga Sakti) akan tetapi di sini tentu saja siauwte tidak berani
mempergunakan julukan itu. Di sebelah kiri siauwte ini adalah
dua orang anak perempuan siauwte, Kui Lan dan Siang Lan,
adapun di sebelah kanan riauwte adalah anak laki-laki siauwte
bernama Liem Han Sin. Kami sekeluarga Liem bermaksud
mengadakan sedikit hiburan kepada cu-wi, mudah-mudahan cuwi tidak kecewa dan bermurah hari
untuk sekedar memberi sokongan untuk penyambung perjalanan kami ke Peking."
Tepuk tangan riuh menyambut pidato ini. bukan saking baiknya isi
pidato, melainkan seperti biasa karena orang-orang bergembira
menyambut pertunjukan akan segera dimulai. Mula-mula dua
gadis enci adik yang berusia enambelas dan tujuh-belas tahun itu
memperlihatkan kepandaian mereka. Kui Lan berseru nyaring,
tubuhnya berjungkir balik, kedua tangan menapak tanah dan
kedua kaki tegak di atas, tetap kaku seperti pilar. Siang Lanadiknya juga mengeluarkan seruan
lembut dan tubuhnya yang langsing itu melayang naik merupakan lompatan indah.
66 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Seperti seekor burung saja ia hinggap di atas kaki encinya, berdiri
tegak tersenyum-senyum dan kedua tangannya melambai-lambai
memikat ke arah penonton. Pertunjukan ini sih tidak berapa hebat
dan banyak orang yang sanggup melakukannya, akan tetapi yang
5 menarik ialah karena yang melakukannya adalah dua orang gadis
jelita, maka para penonton yang semua terdiri dari laki-laki itu
mulai bertepuk tangan memuji! Berbareng dengan bunyi tepuk
tangan, tiba-tiba tubuh Siang Lan yang berada di atas itu
mencelat ke udara, berjumpalitan, demikian pula Kui Lan dengan
gerakan indah sekali berjungkir balik dan ketika tubuh Siang Lan
turun, dua pasang tangan bertemu.
Kini Kui Lan berdiri tegak dan di atasnya, Siang Lan berdiri
berjungkir balik dengan kaki di atas dan kedua tangan di atas
telapak tangan enci-nya. Dua orang gadis itu terus bermain
akrobat, berjungkir balik dalam pelbagai posisi yang sulit-sulit,
gerakan mereka ringan dan cepat sekali, menimbulkan gaya
indah dan pemandangan yang menarik hati sehingga tepuk
tangan tiada hentinya menyambut kecekatan mereka.
Setelah keduanya melompat turun dan memberi hormat kepada
penonton, tiba giliran Liem Han Sin pemuda tanggung yang
tampan itu memperlihatkan kepandaiannya. Dengan lincah
pemuda cilik ini mengambil tangga yang tingginya ada dua meter
itu. melompat ke anak tangga pertama. Tentu saja tangga yang
67 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
tidak dipegangi dan tidak disandarkan itu hampir roboh, akan
tetapi dengan memegangi dua batang bambu tangga itu Liem
Han Sin mengangkat dua kaki tangga mengatur keseimbangan
badan seperti orang naik jangkungan.
Permainan ini lebih sukar dari pada tadi, membutuhkan
keringanan tubuh dan tenaga besar, juga membutuhkan latihan
matang. Akan tetapi dengan enaknya Han Sin melompat dari
tangga terbawah ke tangga sebelah atas, terus makin ke atas,
sampai pada anak tangga paling atas ia terpaksa memendekkan
tubuhnya karena jarak pegangan dan anak tangga amat dekat.
Makin sukarlah ia mempertahankan keseimbangan tubuhnya
sehingga tangga itu berloncat-loncatan lucu ke sana ke mari.
Tepuk tangan riuh-rendah menyambut permainan ini dan dari
sana-sini terdengar pujian.
Kemudian Liem Hoan sendiri memperlihatkan kelihaiannya. Kini
dia yang main keseimbangan tubuh, akan tetapi tidak
mempergunakan tangga, melainkan mempergunakan gala bambu
tadi yang begitu panjang. Bagaikan seekor kera ia memanjat
batang bambu itu yang didirikan begitu saja diatas tanah. Gala
bambu miring ke sana ke mari namun tidak sampai roboh dan
sementara itu Liem Hoan sudah sampai di puncaknya yang lima
meter tingginya itu, berdiri dengan sikap burung bangau berdiri
dengan satu kaki, lalu merosot lagi ke bawah dengan cepatnya.
6 68 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Pertunjukan ini hebat juga dan selain pecah tepuk sorak, juga kini
uang kecil mulai membanjir di atas tanah di mana sudah
disediakan kain kuning yang dibentangkan oleh Liem Han Sin.
Kui Lan dan Siang Lan tersenyum senyuin memandang ke arah
uang yang beterbangan ke atas kain kuning, akan tetapi tiba-tiba
mereka mengeluarkan seruan tertahan ketika melihat tiga buah
uang tembaga lain mengeluarkan bunyi nyaring terus melesak ke
dalam menembus kain kuning masuk ke dalam tanah. Kain
kuning menjadi robek dan ada beberapa uang tembaga penyokpenyok kena pukulan uang tembaga
yang dilemparkan dengan tenaga dalam hebat itu. Kui Lan dan Siang Lan melirik ke arah orang yang melempar tiga
mata uang itu dan mereka melihat wajah seorang laki-laki muda
dan tampan bertubuh jangkung kurus memandangi mereka
sambil tersenyum-senyum ceriwis dan pandangan matanya
kurang ajar sekali. Pada saat itu, terdengar suara "Permainan
bagus sekali, patut disumbang!" dan melayanglah tiga buah mata
uang perak ke arah tumpukan uang itu, tepat di atas tiga bagian
yang tadi terusak oleh tiga buah mata uang tembaga pemuda
kurus sehingga bolong-bolong pada kain tertutup oleh mata uang
perak yang berkilauan. Dua orang gadis ini melirik dengan penuh terima kasih kepada
pelempar uang tadi, seorang laki-laki setengah tua yang memiliki
pandang mata berpengaruh dan keningnya amat lebar. Laki-laki
ini tersenyum-senyum saja, seakan-akan tidak melihat betapa
69 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
pemuda kurus jangkung tadi memandang kepadanya lengan
kening berkerut. Pemuda itu bukan lain adalah Auwyang Tek, putera Menteri
Auwyang yang memang suka berkeliaran di antara rakyat kota
raja. Kalau saja kesederhanaannya tidak suka berlagak seperti
putera menteri ini mengandung maksud untuk mendekati rakyat
dan memang merasa satu dengan rakyat, itulah baik sekali.
Sayangnya Auwyang Tek yang tidak memakai peraturan dan
berkeliaran seperti pemuda biasa ini mengandung maksud agar
gerakannya bebas dan dia boleh berbuat apa yang ia suka!
Pemuda mata keranjang ini tertarik sekali kepada Kui Lan dan
Siang Lan, maka tadi ia sengaja melepas mata uang sambil
mengerahkan tenaga untuk menarik perhatian dua orang gadis
itu. Sedikit pun Auwyang Tek tidak pernah mengimpi bahwa orang
7 setengah tua yang tadi melepaskan tiga mata uang-perak, yang
secara "kebetulan'" menutupi bekas demonstrasi tenaganya di
atas kain kuning, adalah Kwee Cun Gan, ketua dari Tiong-gi-pai
yang ditakuti! Sebaliknya, tentu saja Kwee Cun Gan yang berjuluk
Kim-sin-kang-jiu ini tahu betul siapa adanya pemuda tampan
kurus jangkung yang mendemonstrasikan tiga buah mata uang
sambil cengar-cengir itu.
70 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Sesuai dengan julukannya Kim-sin-kang-jiu, (Hati Emas Tangan
Baja), tergeraklah hati Kwee Cun Gan dan merasa kasihan
melihat keluarga yang kehabisan bekal uang di tengah jalan
sehingga terpaksa menjual kepandaian itu, maka tanpa ragu-ragu
ia menyumbangkan tiga mata uang perak dan sekaligus
memperlihatkan keahliannya sehingga tiga mata uang yang
dilemparkan itu menutupi bekas tangan Auwyang Tek.
Liem Hoan bukanlah seorang ahli silat biasa atau pemain akrobat
pasaran. Di selatan dia juga seorang tokoh kang-ouw yang
terkenal Sudah banyak pengalamannya dan matanya amat tajam.
Maka apa yang terlihat oleh dua orang puterinya tadi pun tidak
terlepas dari pandangan matanya, membuat ia berdebar tak enak
dan maklum bahwa di kota raja baru di mana ia sudah
mendengar terdapat banyak sekali orang pandai ini,


Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedatangannya tidak disuka orang.
Cepat ia memberi isyarat kepada tiga orang anaknya untuk
mengumpulkan uang dan barang-barang, berkemas untuk segera
pergi. Kepada orang banyak ia menjura sambil berkata, "Terima
kasih banyak kami haturkan kepada cu-wi yang sudah menaruh
kasihan kepada kami dan memberi sumbangan, terutama sekali
kepada para eng-hiong yang memaafkan pertunjukan kami yang
tidak ada harganya tadi."
71 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Melihat pertunjukan akan dibubarkan, orang banyak menjadi
kecewa. Biarpun apa yang disuguhkan tadi sudah cukup menarik
dan mengagumkan, akan tetapi terlampau sedikit dan mereka
menghendaki lebih banyak lagi.
"Guci-guci besar sudah dikeluarkan dan belum dimainkan,
apakah hanya untuk hiasan belaka?" terdengar seorang di antara
para penonton mencela. "Mungkin hanya untuk menarik hati kita
menonton!" kata orang ke dua.
8 supaya datang "Aku ingin melihat demonstrasi silat!" orang ke tiga berteriak
keras. "Akur! Akur!! Guci harap dimainkan!" Banyak orang kini berteriakteriak karena mereka ingin melihat
permainan guci yang biasanya
amat menarik. Liem Hoan saling pandang dengan anak-anaknya, kemudian
dengan terpaksa sambil tersenyum ia berkata nyaring. "Baiklah.
kalau cu-wi menghendaki dan tidak mencela permainan kami
yang masih rendah dan tidak berharga, siauwte akan
72 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
memperlihatkan kebodohan, mengharap petunjuk-petunjuk dari
cu-wi yang pandai!" Setelah berkata demikian, Liem Hoan
mengambil sebuah guci dan melemparkannya ke atas.
Lemparan ini disusul oleh guci ke dua, ke tiga, dan ke empat
sehingga berturut-turut empat buah guci yang beratnya masingmasing ada lima puluh kati itu
melayang turun. Dengan cekatan ia
menyambut guci pertama terus dilemparkan lagi ke atas. Indah
sekali pemandangan ini. Guci-guci itu menari-nari di udara,
ditangkap dilemparkan bergantian dengan amat teratur. Setelah
melakukan demonstrasi melempar guci, tiba-tiba Liem Hoan
menerima sebuah guci bukan dengan tangannya melainkan
dengan...... kepalanya di bagian jidat! Memang kalau dilihat amat
mustahil menerima guci seberat itu dengan jidat, akan tetapi
kenyataannya memang demikian.
Seni permainan guci ini di Tiongkok merupakan seni rakyat yang
sudah amat tua usianya dan agaknya Liem Hoan menguasai
permainan itu baik baik. Dengan guci berdiri di atas jidatnya,
kedua tangannya tetap melempai lemparkan guci yang lain. Pada
saat yang baik, guci ke dua jatuh tepat di atas guci yang berada
di atas jidatnya dan...... dapat diterima dengan baik hampir tidak
mengeluarkan suara. Tepuk sorak riuh-rendah menyambut permainan istimewa ini.
Guci ke tiga sudah "hinggap" pula di atas guci ke dua dan pada
73 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
saat guci ke empat melayang turun hendak diterima oleh guci ke
tiga, tiba-tiba terdengar suara keras dari sebelah kanan dan guci
9 ke empat itu tahu-tahu meledak pecah. Itulah pukulan Hek tok
Ciang yang dilepas dari jauh oleh Auwyang Tek, akan tetapi hawa
pukulannya saja sudah dapat membikin guci itu meledak pecah!
Akan tetapi pada saat yang hampir bersamaan dari sebelah kiri
terdengar seruan keras dan guci yang sudah pecah itu terdorong
ke samping sehingga jatuhnya tidak menimpa Liem Hoan.
Inipun merupakan pukulan istimewa dari Kwee Cun Gan yang
menolong muka guru silat itu sehingga tidak tertimpa pecahan
guci dan tidak menderita malu. Dengan hawa pukulan yang
dikerahkan menggunakan tenaga Iweekang tinggi, ia berhasil
menolong Liem Hoan. Akan tetapi diam-diam ketua Tiong gi-pai
ini terkejut bukan main menyaksikan kedahsyatan pukulan
pemuda tinggi kurus putera menteri itu dan diam-diam memuji.
Adapun Liem Hoan yang melihat kejadian itu, terkejut bukan
main. Cepat ia menurunkan tiga buah gucinya dan berdiri dengan
muka pucat. Sedangkan Auwyang Tek yang sengaja hendak
mencari perkara dan ingin mendapatkan dua orang gadis Liem
yang jelita itu, melihat ada orang pandai membantu mereka,
timbul kecurigaannya. Ia bersuit keras memberi tanda kepada
orang-orangnya lalu berseru, "Tangkap mata-mata pemberontak,
tawan dua orang gadis itu!" Ucapan ini bermaksud bahwa dua
orang gadis itu harus ditawan hidup-hidup.
74 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Memang, pada masa itu kaum durna berhasil menguasai kendali
pemerintahan dengan jalan mempengaruhi kaisar dan sebuah di
antara siasat mereka untuk menjatuhkan musuh-musuh mereka
adalah fitnah busuk bahwa para musuh itu adalah pemberontakpemberontak yang katanya hendak
merebut kekuasaan Kerajaan
Beng! Juga dalam menghadapi rombongan akrobat karena ingin
mendapatkan dua orang gadis itu, apa lagi melihat adanya orang
pandai membantu, Auwyang Tek tidak segan-segan menggunakan fitnah ini dan menyiapkan orang-orangnya.
Belasan orang pengawal istana yang sudah siap selalu menanti
perintah putera menteri itu, cepat menyerbu masuk. Mereka ini
seperti anjing-anjing disuruh mengambil tulang, saling berebut
untuk menawan dan memeluk gadis-gadis cantik itu, dan berebut
memperoleh pahala! Liem Hoan berseru keras dengan marah
sambil menyerbu dan seorang pengawal yang terdepan terlempar
oleh pukulannya. Juga dua orang gadis Liem itu tidak gampanggampang ditangkap, mereka
10 mencabut pedang dan melakukan
perlawanan sengit. Demikian pula Liem Han Sin yang ternyata
memiliki ilmu silat yang lumayan juga. Sementara itu, Auwyang
Tek sendiri tidak mcmperdulikan lagi penyerbuan orang-orangnya
untuk menawan dua orang gadis itu, melainkan melompat ke
dekat orang setengah tua yang menolong Liem Hoan tadi sambil
mengulur tangan kanan untuk mencengkeram dada orang itu!
75 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Kwee Cui Gan maklum akan kelihaian pemuda yang memiliki ilmu
pukulan Hek-tok-ciang ini, maka ia mengerahkan tenaganya
menangkis. Dua tenaga Iweekang bertemu dan Auwyang Tek
berseru keras sambil terhuyung-huyung ke belakang. Tak pernah
disangkanya bahwa orang setengah tua ini demikian lihai.
"Siapa kau..?" bentaknya, lalu mengeluarkan sepasang sarungtangan yang mengeluarkan sinar dari
dalam sakunya, langsung dipakainya. Para penonton begitu melihat lapangan pertunjukan berubah
menjadi lapangan pertarungan, lari simpang-siur dan panik.
Keadaan menjadi gaduh sekali dan ribut.
Sementara itu, ketika Kwee Cun Gan melihat putera menteri itu
mengenakan sarung tangan, ia makin terkejut. Tahulah ia bahwa
pemuda ini merupakan lawan tangguh sekali, apa lagi tadi
pertemuan tangan membuat ia merasa lengannya kesemutan
Biarpun ia dapat membuat pemuda itu terhuyung dan ini
menyatakan bahwa dalam hal tenaga Iweekang ia sedikit lebih
kuat, namun kiranya untuk menghadapi pemuda ini. ia
membutuhkan ratusan jurus untuk mencapai kemenangan. Dan
bertempur melawan putera menteri berikut kaki tangannya di
dalam kota raja bukanlah hal main-main.
76 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Cepat ia nengayun tangannya dan tiga buah uang logam perak
meluncur cepat menyambar tiga bagian tubuh Auwyang Tek.
Pemuda ini kelabakan ketika pertanyaannya tadi dijawab dengan
tiga sambaran senjata rahasia. Cepat ia menggerakkan
tangannya yang sudah bersarung itu menangkis. Terdengar
suara nyaring dan tiga buah mata uang itu terpukul runtuh. Akan
tetapi ketika ia menengok, orang setengah tua yang berjenggot
tadi sudah lenyap dari depannya.
Para pengawal istana itu rata-rata memilik kepandaian tinggi, pula
sebentar saja di situ sudah berkumpul puluhan orang pengawal.
Tentu saja orang-orang muda seperti anak-anak Liem Hoan itu
11 bukan lawan mereka dan sebentar saja Kui Lan dan Siang Lan
sudah dapat tertawan dan diseret pergi atas perintah Auwyang
Tek. "Lepaskan saudara-saudaraku!" Han Sin berseru sambil
memburu cepat dengan pedang di tangan. Akan tetapi ia
dikeroyok dan terguling roboh dengan pundak terluka. Namun
dengan semangat tak kunjung padam pemuda tanggung ini
melompat lagi dan berlari cepat mengejar Auwyang Tek yang
membawa pergi dua orang gadis tawanan itu.
Sementara itu, Liem Hoan setelah merobohkan empat orang
pengawal, akhirnya terpaksa tak dapat mempertahankan diri dari
keroyokan lagi. Sebuah bacokan pedang membuat ia terguling
77 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
roboh. Baiknya sebelum para pengawal menghujankan senjata ke
arah tubuhnya, berkelebat bayangan putih dan tahu-tahu empat
lima orang pengawal bergelimpangan dan di lain saat tubuh Liem
Hoan sudah dikempit oleh Kwee Cun Gan yang membawanya
pergi dengan lari cepat sekali. Baiknya Auw-yang Tek sudah tidak
berada di situ karena pemuda ini lebih mementingkan urusan dua
tawanan wanita itu dari pada mengurus Liem Hoan, maka guru
silat akrobat itu dapat diselamatkan oleh Kwee Cun Gan.
Adapun Liem Han Sin yang mengejar untuk menolong enciencinya. kembali roboh oleh keroyokan
para pengawal. Tubuh pemuda tanggung ini sudah mandi darah, pakaiannya sudah
cobak-cabik dan pedangnya sudah terpental entah ke mana.
Namun dengan gigih ia menyerang terus, bersiap sedia mengadu
nyawa untuk membela saudara-saudaranya.
Akan tetapi kepandaiannya belum tinggi, tubuhnya sudah lemas
dan sebuah tendangan keras yang tepat mengenai lambungnya
membuat ia roboh dan mengeluh kecil, terguling pingsan. Lima
enam buah golok gemerlapan menyambar ke arah tubuh pemuda
tanggung yang sudah mandi darah itu.
"Triungg... traanggg..... aduh.... ahh.... uakk....! Ayaaaa....!"
sekalian pengawal yang mengeroyok hendak membunuh Liem Han Sin roboh malang
melintang ketika sebatang pit (alat tulis) menangkis senjatasenjata ini, kemudian pit itu mengamuk
dengan totokan-totokan 78 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
luar biasa. Pit itu bergerak tanpa kelihatan orangnya. Para
pengawal seperti melihat setan di tengah hari dan mereka lari
tunggang-langgang menyusul Auwyang Tek yang sudah lebih
dulu membawa lari dua orang gadis tawanannya.
12 Dalam keadaan selengah pingsan Liem Han Sin melihat bahwa
penolongnya adalah seorang kakek losu (pendeta lo) yang
berwajah angker, tangan kanan memegang sebatang pit baja dan
tangan kiri memegang sebuah kitab. Wajah tosu tua ini halus dan
sikapnya seperti seorang sasterawan, namun sinar matanya
tajam mengiris jantung dan tarikan bibirnya dan dagunya keras
membayangkan kegagahan luar biasa. Dengan tenang kakek itu
mengangkat tubuh Liem Han Sin dan membawanya pergi dari
situ. Langkahnya lambat saja namun Han Sin merasa angin
menyambar di kedua telinganya, sebentar saja mereka sudah
keluar dari kota raja. Inilah peristiwa "perkenalan" pertama-dari pihak Auwyang-taijin
dengan Kwee cun Gan, sedangkan Kwee Cun Gan sendiri yang
menolong Liem Hoan, tidak berlaku kepalang tanggung. Dia
melarikan diri membawa Liem Hoan bukan karena takut,
melainkan karena maklum bahwa ia sudah tidak akan dapat
menolong dua orang gadis yang ditawan itu. Maka ia membawa
Liem Hoan ke luar kota dan bersembunyi di kelenteng tua yang
menjadi tempat persembunyian sementara. Cepat Kwee Cun Gan
mengumpulkan kawan-kawannya dan pada malam hari itu dia
79 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
bersama lima orang kawannya diam-diam memasuki kota raja
dan berusaha menolong Kui Lan dan Siang Lan.
Dengan mudah Kwee Cun Gan mendapat keterangan bahwa dua
orang gadis itu ditahan di dalam istana Menteri Auwyang Peng
dan bahwa urusan ini tidak dilanjutkan kepada yang berwajib
seperti yang ia sudah duga. Memang Kwee Cun Gan mempunyai
banyak kawan pula di kota raja. Kawan sehaluan, yaitu anti
pembesar korup dan jahat semacam Auwyang taijin Dia sudah
mendengar akan watak jahat dan mata keranjang dari Auwyang
Tek. maka tadi melihat dua orang gadis itu tidak dilukai melainkan
ditawan, ia sudah menduga akan maksud keji Auwyang Tek.
Kwee Cun Gan didampingi oleh Liem Hoan yang sudah diobati
lukanya, dan lima orang kawannya yang rata-rata memiliki
kepandaian tinggi, mempergunakan ginkang mereka dan pada
tengah malam mereka menuju ke istana Menteri Auwyang di
sebelah barat kota. Istana ini besar dan dikurung pagar tembok
yang tinggi. Para pengawal menjaga di depan pintu gcihang dan
selalu meronda. Namun enam orang yang tinggi kepandaiannya
ini dengan mudah melompati pagar tembok dan langsung
melompat ke atas genteng. Dengan hati-hati mereka maju
menyelidik. Keadaan di atas genteng sunyi, bahkan di bawahpun amat sunyi.
13 Agaknya semua orang sudah tidur pulas. Akan tetapi Kwee Cun
80 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
Gan yang berpengalaman dan memiliki kepandaian yang paling
lihai di antara mereka semua, merasa tidak enak hati. Keadaan di
situ terlampau sunyi sehingga tidak wajar.
"Tunggu dulu..." bisiknya dan seorang diri ia meninggalkan
kawan-kawannya di atas genteng, melompat turun dengan
gerakan seperti seekor burung walet menyambar, mengagumkan


Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

enam orang kawannya. Tak lama kemudian ia melompat naik lagi
ke atas genteng sambil mengempit tubuh seorang pengawal. Tadi
ia menyergap pengawal ini yang sedang meronda di bagian
dalam, menotok-nya dan dibawanya melompat naik.
Setelah berada di atas genteng dengan pedang ditodongkan ke
tenggorokan Kwee Cun Gan memaksa peronda itu mengaku di
mana adanya dua orang nona yang siang tadi ditawan.
"Di.... di kamar... kongcu...." katanya dengan tubuh menggigil,
kemudian peronda itu menunjuk ke kiri ke arah sebuah kamar
yang masih bercahaya, tanda bahwa di dalamnya masih
dinyalakan penerangan. Liem Hoan tidak sabar lagi lalu
melompat dan lari ke kamar itu.
"Liem-kauwsu, tunggu...'' kata Kwee Cun Gan perlahan, akan
tetapi guru silat yang amat mengkhawatirkan nasib dua orang
81 Pusaka Gua Siluman - Asmaraman S Kho Ping Hoo
puterinya itu cepat lari terus tanpa memperduiikan. seruan
kawannya. Terpaksa Kwee Cun Gan. cepat menusukkan
pedangnya, peronda itu tewas tanpa sempat membuka suara,
kemudian bersama lima orang kawannya iapun mengejar Liem
Hoan. Dengan dada berdebar guru silat ini mendorong daun pintu
dengan tangan kirinya, dan tangan kanan siap dengan pedang di
tangan. Pintu terbuka dengan mudah. Cahaya lilin menerangi
kamar itu, dan menyambut mata Liem Hoan yang menjadi silau.
Perawan Lembah Wilis 5 Matahari Matahari Karya Ratih Tri Widowati Membela Teman 2
^