Pencarian

Rock N Roll Onthel 3

Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya Bagian 3


na akhirnya bisa berada di tempat itu, di Gudang Sembilan.
Tempat di mana kakak yang sangat ia kagumi pernah menjadi
12"' pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
jawara. Tempat yang selama ini hanya bisa ia dengar dari Saka
dan teman-temannya yang lain.
Dimas menggandeng tangan mungil PUtri memasuki pintu
besi. Kata Dimas, PUtri nggak boleh jauh-jauh darinya di
tempat ini. Terlalu berbahaya.
Jantung Pittri berdegUp kencang ketika melangkah memasuki
gedung itu. Suara musik kgn-kap terdengar di telinga. Seperti-
nya sedang berlangsung acara kzp-kap. Sebagian besar orang
yang hadir mengenakan pakaian serba kebesaran dan topi mi-
ring. Rapper di atas panggung terlihat sangat mahir melontar-
kan kritikan-kritikan pedas dengan kata-kata cepat.
Dimas menarik tangan PUtri melewati kerumunan orang.
Kemudian mereka berhenti di salah satu sudut ruangan. Men-
dadak Dimas mengangkat tubuh mungil Putri dan menduduk-
annya di sebuah kotak besar yang agak tinggi agar Putri aman
dan dapat melihat dengan jelas ke panggung.
Selama kana kip-kap itu beraksi di panggung, Purri terkesi-
ma melihat sekeliling Gudang Sembilan. Ia merasakan atmosfer
yang begitu kuat di dalamnya, sangat bebas dan lepas. Semua
seakan bebas berekspresi.
Pukul 14.00 tepat, Dimas mengajak Patti pulang. Masalah-
nya, dia nggak enak sama Melanie kalau sampai nggak mene-
pati janji. Putri menuruti perkataan Dimas. Tapi sebelumnya,
Putri ingin ke toilet dulu.
Dimas memberitahukan arah toilet yang tidak jauh dari
meja bar. PUtri mengangguk sementara Dimas menunggunya
di meja tersebut. Ia memesan segelas Coca"eola kepada kaiten-
afer di sana. Putri melangkah menuju pintu toilet yang ditunjuk Dimas.
Ia heran ketika melihat tidak ada tanda pembeda antara toilet
128 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
cewek dan cowok. Akhirnya, ia hanya memilih salah satu dari
dua pintu di sana dan masuk.
Suasana di dalam toilet begitu sunyi. Suara ingar"bingar
yang terdengar di dalam Gudang Sembilan tadi mendadak
samar di dalam sini. Kondisi toilet tersebUt juga terang dan
bersih. Di dalamnya terdapat satu wastafel berwarna hitam dan
satu bilik dengan warna pintu senada.
Buru-buru Putri memasuki bilik tersebut dan menggunakan-
nya. Setelah selesai, Putri mendengar seseorang memasuki toilet
tersebut. Untung ia sudah selesai. Jadi orang itu nggak perlu
menunggu lama untuk memakai bilik. Putri membuka kunci
bilik, membuka pintunya, dan terkejut melihat seseorang ber-
sandar pada dinding toilet sambil mengisap rokok di tangan-
nya. "Ss. . . Sisko?" PUtri buru-buru lari ke pintu toilet dan berusa-
ha membukanya. Tapi kenapa pintu itu terkunci" Ya Tuhan!
"Udah aku bilang, kamu nggak usah takut sama aku."
Tubuh Putri bergetar. Ia sungguh ketakutan. ]eritannya tak
mampu menembus dinding toilet itu. Ia tak berani membalik-
kan tubuhnya dari pintu. Air mata menetes di pelupuk mata
tanpa mampu ia tahan. Ia merasakan kedua tangan Sisko me-
nyentuh lengannya dan membalikkan tubuhnya. Kepalanya
sebisa mungkin ia tundukkan.
"Aku paling suka cewek seperti kamu. Lemah dan nggak ber-
daya. Sama seperti anak kelinci yang baru lahir," Sisko mengang-
kat dagu Putri dengan tangan kanan, kemudian mendekatkan
wajahnya. "imajinasiku terlalu liar untuk membayangkan betapa
pendiam kamu. Betapa nggak berdaya kamu hingga nggak
mampu melawan apa pun yang aku lakukan ke kamu."
Tubuh Purri semakin bergetar ketakutan. Napasnya tersengal
dengan air matanya yang semakin (181115 mengalir.
129 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Ouw... kamu nangis" Kamu ketakutan, ya" Udah aku bi-
lang, kamu nggak usah takut sama aku. Bukannya Celia bilang
kamu ngefans sama Sisko Seven Eighty" Bukannya kamu ter-
obsesi dengan gitaris kana.r itu" Sekarang kenapa kamu nangis?"
Sisko meneliti detail wajah Putri, menikmati manisnya wajah
gadis di hadapannya. "Kamu emang terlalu manis untuk disa-
kiti, Pun Meskipun di dalam tubuhmu mengalir darah yang
sama dengan musuh besarku. 1%", lihat, Saka" adik kesayang-
anmu ketakutan. Dia takut sama Sisko." Lihat Saka, kamu
akan merasakan sakit yang sama seperti yang kurasakan dua
tahun lalu." Mendengar nama Saka disebut, Putri tersentak. "Mas...
Saka?" Sisko tertawa aneh. Goresan cahaya di matanya begitu me-
nyeramkan. "Kamu kaget kenapa aku bisa mengenal mas-mu
itu?" Sisko semakin mendekatkan wajahnya, mengirup aroma
sampo di rambut Patti dalam-dalam. "Si bodoh Celia cerita
kalau kamu punya kakak bernama Saka, mantan personel The
Velders. Saking bodohnya, dia nggak pernah tahu siapa sebenar-
nya orang yang sedang dia ajak cerita. Ha ha ha?" Sisko
tertawa kencang layaknya psikopat.
Antara ketakutan dan penasaran, Putri menyimak setiap de-
tail kata-kata yang keluar dari mulut Sisko.
Perlahan Sisko membelai wajah Putri. "Kamu tahu siapa saja
personel The Velders" Banar yang mas-mu khianati itu?" Sisko
mendekatkan wajahnya ke telinga Putri. Kemudian dengan
suara pelan namun menakutkan, cowok itu berkata, "Saka
Satrio Adiwijoyo, Abdi Kunto alias Kunto, Dimas Haryanto
alias Dimas, dan... Fransisko Bramantyo alias... Sisko..."
Di bawah lampu warna-warni Gudang Sembilan, Dimas
menuangkan botol Coca"cola dalam gelas. Mendadak perasaan
130 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Dimas nggak tenang, seperti ada yang tidak beres. Dimas
menengok ke kerumunan orang dan matanya seperti menang-
kap sosok Putri di tengah-tengah kerumunan tersebut. Ia tidak
mungkin salah karena ingat betul warna baju yang dikenakan
cewek itu. Sepertinya, ada seseorang yang menarik tangan Putri
menerobos kerumunan orang di sana.
Dimas beranjak dari tempat duduknya dan buru-buru
mengejar Purri. Ia berteriak memanggil nama PLItri, namun
suaranya tertump dengan sorak-sorai penonton dan round
.gatern Gudang Sembilan yang keras. Susah payah Dimas mele-
wati kerumunan orang yang sebagian besar enggan untuk
bergeser. Bahkan, beberapa orang mengumpat ketika Dimas
terpaksa mendorong mereka karena ingin lewat. Dimas melihat
Putri dibawa ke arah pintu keluar. Dari kejauhan Dimas mem-
perhatikan orang yang membawa Putri.
"Sisko?" Dimas semakin panik ketika mengetahui siapa yang
membawa Putri. Ia tahu Putri dalam bahaya.
Sisko" Buat apa Sisko membawa PUtri pergi"
Dimas berusaha mengejar mereka.
Ketika tiba di luar, Dimas melihat Sisko memaksa Putri me-
naiki motornya. Purri tampak menolak dan dengan kasar Sisko
mencengkeram dan menarik lengan gadis itu.
"SISKO BRENGSEK! JANGAN PERNAH KANIU SEN-
TUH PUTRI!" Dimas berteriak dan dengan emosi mendekati
mereka. "Dimas!!!" Putri berteriak ketakutan dengan air mata mene-
tes. Sisko sempat menengok dan menyeringai licik ke arah
Dimas. Kemudian dengan cepat ia menjalankan motornya,
pergi meninggalkan cowok itu.
Buru-buru Dimas mengambil motornya dan mengejar Sisko.
131 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Dimas tak peduli lagi dengan apa pun. Yang ia pedulikan saat
ini adalah keselamatan Putri. Bayangan Sisko yang dengan ka-
sar menampar gadis mungil itu membuat emosi Dimas mem-
bara tak terkendali. Putri menangis sambil memegang kuat pinggang Sisko. Ia
begitu ketakutan. Takur dengan Sisko dan takut akan bahaya
yang mengancamnya di depan mata. Ia menenggelamkan wa-
jahnya di balik tubuh Sisko. Jantungnya berdegup sangat ken-
cang. Belum pernah ia setakut ini seumur hidupnya. "Aku
mau pulang!!!" Sisko melajukan motornya dengan cepat dan membelokkan
motornya dengan lincah. Sudah lama sekali ia tidak mengebut
di jalan raya. Terakhir kali ia melakukan ini adalah saat ia dan
Dimas mengikuti balapan liar. Dimas jawara di sana. Ia tak
pernah sekali pun bisa mengalahkan cowok itu. Tapi hari ini,
Sisko yakin sekali bisa mengalahkan Dimas. Dalam hati Sisko
tertawa kencang akan hal itu.
Dimas menatap lurus ke arah motor Sisko yang melaju ken-
cang di depannya. Matanya seperti elang yang ingin menerkam
mangsa. Emosinya bergejolak tak menentu. Sisko sudah gila.
Kedua motor tersebUt melewati area persawahan yang berke-
lok"kelok. Keduanya menambah laju masing"masing. Udara
dingin dan aroma padi menemani mereka.
Motor Dimas nyaris mendekati motor Sisko. Sisko yang pa-
nik kembali menambah kecepatan dan sengaja mengecoh
Dimas dengan membuat gerakan frontal. Namun, hal tersebut
membuat Sisko justru kehilangan keseimbangan. Ketika motor-
nya berbelok, Sisko melakukan kesalahan dengan mengerem
mendadak, membuat Purri terjatuh dari motornya.
Dengan panik Dimas menghentikan motornya dan buru-
buru mendekati tubuh Putri. Ia mengangkatnya.
132 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Sementara Sisko terlihat panik. Ia buru-buru kabur layaknya
pengecut. Putri diam menatap Dimas. Matanya sayu. Kepala Putri
berdarah. Lututnya terluka membentur trotoar jalan. "Dim,
Putri sakit...," ucap PLItri pelan sebelum akhirnya tidak sadar-
kan diri. "SISKO BRENGSEKKK! AAARGH!!!"
Di tempat lain, Saka baru saja mengantarkan Coto ke kosan-
nya siang itu. Sebelumnya, mereka sempat ke toko musik dan
toko kaset untuk melihat album musisi terbaru.
"Makasih ya, Sak. Maaf udah ngerepotin kamu."
Saka mengangguk sambil tersenyum. "Nggak apa"apa. Seka-
lian saya jalan pulang kok."
Coto tersenyum kecil. "Kamu tuh formal banget ya, Sak."
"Maksudmu?" "Saya. Kamu selalu pakai kata 'saya' bukan 'aku'. Sebenernya
JJ! aku lebih nyaman kalau kamu pake kata 'aku.
"Aku." Coto terkekeh pelan. Ia menghela napas panjang. Ketika
cewek itu berbalik dan hendak melangkah, tiba-tiba Saka mena-
han tangan cewek itu. Sekujur tubuh Coto merinding. Seolah-
olah tangan Saka mengalirkan listrik bervoltase tinggi. Cewek
itu menengok. Tatapannya beradu dengan Saka.
Saka menatap teduh dan dalam. " Enke care, ya," ueapnya
sambil melepaskan pegangan tangannya perlahan.
Coto mengangguk. Ia berdiri menatap kepergian Saka de-
ngan onthelnya hingga sepeda Saka menghilang di balik tikung-
133 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
an jalan. Ia merasakan sesuatu yang sangat sulit diungkapkan.
Entah apa itu. Bahagia, sedih, atau tertekan.... Tertekan" Kare-
na apa" Bahkan, untuk mengakui perasaannya saja ia tak be-
rani. Air matanya hampir menetes ketika sebuah telapak ta-
ngan menutup matanya dari belakang.
"Surprise." Coro berbalik. Seorang cowok menatapnya dengan senyum-
an. Sangat kontras dengan ekspresinya yang tegang ketika me-
lihat cowok itu. "Sisko?"
"Kaget, ya" Sengaja. I realify min yuu, Beib. Sany fin'
everything," ucap Sisko sambil memeluk Coto dan mengecup
manis kepala cewek itu. Tubuh Sisko berkeringat. Di tengah
kepanikan dan ketegangan, ia sengaja menemui Coto karena
tak tahu harus lari ke mana. Lalu bagaimana dengan Putri"
Bagaimana kalau gadis itu meninggal akibat perbuatannya"
Sisko berUSaha menenangkan diri dengan menghilangkan ba-
yangan kejadian tadi jauh-jauh. Ya, dari dulu Sisko memang
tak pernah berani menghadapi kenyataan. Ia memang penge-
cut. Tapi, ini urusannya dengan nyawa.
Sementara itu, Coto sibuk dengan pikirannya sendiri. Kena-
pa Sisko harus datang pada saat seperti ini" Apakah dia tahu
semuanya" Apa dia sempat melihat Saka tadi" Coro terus-mene-
ms bertanya dalam hati. Semoga Sisko tak mengetahui semua-
nya. Ya, semoga dia tidak melihat. Coto berusaha mengontrol
ketegangan yang menyelimutinya, "Kamu kok bisa tiba-
tiba"." "Maalin aku. Aku cuma nggak terima kamu membahas
masalah cowok itu." Coro diam saja mendengarkan ucapan Sisko. Setidaknya co-
wok itu berusaha meminta maaf. Meskipun Coro tahu betul
seperti apa Sisko. Sekali dia meminta maaf, bukan berarti dia
134 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
tak akan mengulangi hal yang sarna. Entah kenapa tebersit
perasaan bersalah telah membohongi Sisko saat itu. Sekuat
tenaga Coro berusaha menjauhkan perasaan itu. Saka bukan
apa-apa. Pacarnya adalah Sisko. Ya, Sisko.
"Kamu nggak punya perasaan apa-apa kan, sama Saka?"
Degf Detak jantung Coro bergerak cepat. Untuk beberapa
saat ia terdiam. Kenapa sekujur tubuhnya berusaha menerima
pertanyaan Siskoi| Apa dia benar-benar telah jatuh cinta dengan
Saka" Corn menarik napas panjang. Kemudian dengan berat hati


Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Coro berkata, "A-aku nggak ada apa-apa sama Saka. Kamu
tetap pacarku yang terbaik...."
Sisko mempererat pelukannya. Lebih untuk mengatasi rasa
gugup yang menghinggapi tubuhnya. Ia begitu takut mengha-
dapi apa yang akan terjadi dengan Putri.
Dari kejauhan, sinar matahari senja menerangi sesosok cowok
dengan sepeda onthelnya yang sejak tadi bersembunyi di balik
pohon, menatap ke arah mereka tanpa mampu bersuara. Cowok
itu menyandarkan tubuhnya pada pohon, memejamkan mata-
nya, lalu kemudian menaiki sepeda onthelnya dan pergi...
Di kosan Soda, Melanie mondar-mandir di ruang santai sambil
meremas-rernas telapak tangan. Ia begitu cemas. Dengan air
mata yang nyaris tumpah, Melanie menggigit bibirnya.
Sekarang sudah jam empat sore dan Putri belum juga
pulang. Padahal sebentar lagi Saka akan pulang dan pasti akan
menanyakan keberadaan Putri. Dia harus menjawab apa"
Jhony, Aiko, Dara, dan Bima yang kebetulan berada di
135 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
ruang santai bengong melihat kelakuan cewek cantik itu. Bima
pun angkat bicara. "Mel, udah kamu tenang aja dulu. Nanti aku yang ngo-
mong ke Saka," ucap Bima lembur.
"Gimana aku bisa tenang" Aku tuh yang ngizinin Putri per-
gi sarna cowok itu, Bim," ucap Melanie semakin nggak tenang.
Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga.
"Cowok?" Jhony, Aiko, dan Dara kompak bertanya heran.
Bima yang terlihat paling tenang melihat ke arah Melanie.
Kemudian ia menarik kedua pergelangan tangan cewek itu
hingga cewek itu terduduk di sofa. Bima memiringkan kepala-
nya dan menghapus air mata Melanie dengan punggung telun-
juknya. Dengan sangat lembUt, Bima bertanya, "Kamu tahu
Putri pergi sama siapa?"
Melanie mengangguk pelan. Ia terdiam sejenak. Berusaha
mengontrol napasnya. Kemudian ia menutup mata, menarik
napas panjang, lalu mulai menjelaskan. "Tadi Putri dijemput
sarna cowok. Namanya Dimas. Aku lihat Dimas cowok baik-
baik dan aku yakin dia akan menjaga Putri dengan baik.
jadi. .. aku izinin mereka pergi. Tapi dengan satu syarat, mere-
ka harus pulang sebelum Saka pulang. Nggak taunya..." Mel
tidak melanjUtkan kalimatnya. Ia menggeleng, seakan menyesal
telah mengizinkan mereka berdua pergi. Kedua telapak tangan-
nya menutupi wajah. Bima kembali berbicara untuk mencairkan suasana, "Seka-
rang begini, kamu ada nomor ponsel Dimas, kan?"
Melanie mengangguk. Belum sempat ia mengambil kertas
kecil berisi nomor ponsel Dimas, tiba"tiba ponselnya berbunyi.
Mel menarik napas panjang dan mengangkatnya. "Halo?"
Semua mata tertuju pada Melanie. Masing"masing mencoba
menerka siapa yang meneleponnya. Melanie tampak serius ber-
136 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
bicara dengan orang di telepon. Mendadak ekspresi wajah ce-
wek itu berubah. Membuat Jhony, Aiko, Dara, dan Bima
semakin penasaran. Melanie menurup ponselnya. Wajahnya tertunduk. Sesaat
kemudian ia mengangkat kepalanya dengan air mata yang kem-
bali mengalir deras. "Ini semua salahku?" Melanie kembali
menump wajah dengan teiapak tangan. Kemudian ia melanjUt-
kan, "Purri kecelakaan."
1 37 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
DADA Saka sesak. Seakan sebilah pisau menusuk tepat ke
jantungnya, menghentikan kerja organ-organ dalam tubuhnya,
dan membuatnya lemas tak berdaya.
"Putri. . . kecelakaan, Sak."
Kata-kata Bima tems terngiang di telinganya, membuatnya
tak mampu berpikir panjang. Jangankan berpikir, menarik na-
pas saja rasanya seperti di ruang hampa udara. Berat.
Mendadak ia melupakan semuanya, membuang luapan emo-
si yang menyelimUti dirinya. Rentetan pertanyaan yang ingin
ia lontarkan mendadak hilang, berganti dengan kekhawatiran
luar biasa akan nasib adik kesayangannya itu.
Baru saja Saka berniat pulang ke Soda. Tetapi, telepon dari
Bima membuatnya mengurungkan niat tersebUt. Ia memutar
onthel miliknya, mengayuh dengan cepat menuju rumah sakit
tempat PUtri dirawat. Bima dan yang lainnya juga sedang me-
nuju ke sana. Tapi siapa cowok yang Bima sebur-sebut tadi" Dimas"
Dimas siapa" Perasaan Putri nggak punya teman dekat cowok.
138 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Tidak sejauh yang Saka tahu. Tapi kenapa Bima bilang Putri
sedang bersama cowok itu ketika kecelakaan terjadi" Ah, Saka
tak peduli. Yang jelas, dirinya belum tenang sebelum melihat
sendiri keadaan Putri. Mudah-mudahan Purri baik"baik saja.
Ya, Patti harus baik"baik saja!
Melanie, Bima, Jhony, dan Dara sudah di rumah sakit ketika
Saka tiba. Melanie yang sangat merasa berdosa atas kejadian
ini langsung mendekati Saka dengan menangis dan meminta
maaf. Tapi Saka tak peduli, bukan karena marah, ia hanya me-
mikirkan keselamatan adiknya sehingga tidak terlalu memper-
hatikan ketika Melanie berbicara padanya.
Saka berlari menuju ruang UGD yang ditunjukkan oleh
Jhony. Tetapi, langkahnya terhenti ketika seorang perawat men-
cegahnya masuk. "Mohon tunggu di luar ya, Mas. Pasien sedang kami ta-
ngani." "Bagaimana keadaan adik saya, Suster?" tanya Saka panik.
Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia terus memaksa suster ter-
sebUt agar dirinya diperbolehkan masuk. Ia ingin memastikan
kondisi PUtri yang sebenarnya. Ia harus tahu.
"Saat ini pasien sedang kami Stabilkan untuk menghindari
risiko terjadinya kerUsakan pada tulang leher dan tulang bela-
kang. Permisi." "Tapi Suster..."
Melihat kejadian tersebut, Bima menepuk pundak Saka, me-
mintanya agar tenang, kemudian mengajaknya duduk di ruang
tunggu. 139 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Saka duduk sambil meletakkan kedua tangan di kepala. Pu-
sing sekali. Rahangnya berdenyut menahan emosi yang amat
dalam. Berkali-kali ia memejamkan mata, berharap semua ini
hanyalah mimpi. Tetapi setiap kali kembali membuka mata, ia
tak bisa menerima bahwa apa yang terjadi saat ini, nyata! Ia
bingung apa yang harus ia lakukan. Bagaimana keadaan Putri"
Kenapa ini semua bisa terjadi di luar dugaannya" Dalam bebe-
rapa detik Saka terus-menerus menyalahkan diri sendiri.
"Aku... bukan kakak yang baik untuk Putri," pelan Saka
berkata. Kata-kata yang sangat berat keluar dari bibir cowok
itu karena mewakili rasa bersalah besar di hatinya. "SeharUSnya
aku nggak membawa PUtri ke kota ini," lanjut Saka dengan
bibir bergetar menahan emosi.
"Sak, semua kejadian sudah diatur sama Tuhan. Kamu
nggak boleh menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi."
Bima berkata dengan intonasi setenang mungkin.
"Maahn aku, Sak. ini semua gara-gara aku?" Mel tiba-tiba
berucap. "Aku yang ngizinin PUtri pergi dengan cowok itu.
Aku nggak pernah mikir kalau kejadiannya akan seperti ini"
Maafin aku, Sak" Aku bener-bener nggak tau?"
Dengan berat, Saka mendongak dan menatap Mel bingung,
"Cowok" Siapa cowok itu?"
"Aku, Sak. Aku yang ngajak PUtri pergi." Tiba-tiba sebuah
suara menjawab pertanyaan Saka. Semua mata tertuju kepada
cowok berjaket kulit yang berjalan mendekat. Wajah cowok itu
terlihat lelah. "Putri begini karena aku. Tapi demi Tuhan, aku
nggak tau kalau PUtri itu adik kamu, Sak?"
Tanpa basa-basi Saka bangkit dari tempat duduknya, mena-
rik kerah jaket Dimas, dan mengempaskannya ke tembok.
Kemudian sebuah pukulan mengenai wajah cowok itu. Keras
dan tanpa ampun. 140 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Jhony dan Bima buru-buru menarik tubuh Saka. Mereka
menahannya agar ia tidak kembali memukul cowok itu.
Saka semakin memberontak. "Karun yang bikin Putri jadi
celaka"! Aku pikir kita teman, Dim!"
"Saka, tenang dulu kau!" Jhony ikutan panik sambil susah
payah menahan bahu Saka. Dimas memegang wajahnya yang sakit akibat pukulan Saka.
Ia pasrah. Ia menyadari, dirinya memang bersalah atas semua
yang menimpa PUtri. Tapi rasa sakit akibat pukulan itu tidak
lebih sakit daripada rasa bersalahnya. "Kamu boleh pukul aku
sampai puas, Sak. Tapi kamu harus tahu, aku juga sayang
sama Putri?" "Cowok macam apa kamu masih berani bilang sayang sama
Putri padahal jelas-jelas kamu yang bikin adikku celaka!"
"Aku juga nggak mau semua ini terjadi!"
Saka tetap mencoba melepaskan pegangan Bima dan Jhony.
Tapi ia tak kuasa. "Jangan mentang-mentang sekarang kamu
personel kanalr terkenal jadi adikku bisa kamu permainkan se-
enak kamu!" "Ini nggak ada hubungannya sarna profesi aku, Sak."
"Sak, kamu tenang dulu. Masalah ini nggak akan bisa selesai
kalau kamu nggak bisa tenang!" Melanie berusaha menetralisir
keadaan. Ia juga ikut-ikutan kalut karena merasa ikut bertang-
gung jawab atas semua yang terjadi.
"Tinggalin aku sendiri!" bentak Saka. Ia merapatkan diri ke
dinding. Napasnya tak terkontrol. Air matanya menetes, me-
nunjukkan luapan emosinya yang tertahan. Urat-urat di seku-
jur tubuhnya menegang. Ia memejamkan mata rapat-rapat.
Kemudian dalam hitungan detik kepalan tangannya memben-
tur dinding rumah sakit. DASH!
141 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Pukul 19.00, hujan deras membasahi kaca rumah sakit. Suara
halilintar membelah langit, membuat suasana pagi mencekam.
Aneh. Pagi-pagi buta sudah turun hujan selebat ini.
"Sisko yang merebut Putri dari aku saat peristiwa ini terjadi.
Demi Tuhan, aku udah berusaha mengejar mereka. Tapi sebe-
lum berhasil, Putri terjatuh dari motor Sisko. Aku nggak bisa
berbuat apa-apa, Sak. Sisko juga menyukai Putri sejak pertama
kali mereka ketemu. Tapi di antara aku dan Sisko nggak ada
yang tau sama sekali kalau Purri adikmu, Sak. Kamu kan tahu
Sisko cowok paling sinting yang pernah kita kenal. Maafin
aku, Sak. Maahn aku karena telah membuat Putri jadi seperti
ini..." Saka mengulang"ulang kalimat yang dilontarkan Dimas di
dalam benaknya. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya.
Dari mana Putri kenal Siska" Bagaimana mungkin dalam jang-
ka waktu cepat mereka bisa begitu akrab" Adakah yang diraha-
siakan Putri darinya"
Sejak diperbolehkan masuk, Saka terus-menerUS berada di
sebelah tempat tidur Putri. Putri masih belum siuman. Kepala-
nya diperban karena benturan, terlihat dililitkan di leher dan
kaki Putri. Dokter belum bisa memberikan keterangan dengan
jelas karena harus dilakukan pemeriksaan, mntgen, dan CT-
Sean terlebih dahulu. Saka mencoba menahan perih di hatinya. Apakah Saka ha-
rus bilang kepada Bapak-Ibu tentang masalah ini" Nggak. Ba-
pak"Ibu nggak boleh tahu. Tapi mau disembunyikan seperti
apa pun, Bapak-Ibu pasti akan tahu juga.
142 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Ya Tuhan, Saka rela mengorbankan apa pun asalkan Putri
bisa sembuh. Termasuk mengorbankan dirinya sendiri.
Saka menyentuh tangan PUtri. Wajahnya tertunduk lemah.
Ia terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu.
Air mata menetesi telapak tangan PUtri. Bapak pernah bilang,
seorang kesatria tidak akan meneteskan air mata walau bagaima-
napun situasinya. Saka tak peduli. Yang jelas, hatinya begitu
sakit melihat adiknya terbaring lemah di sana dengan nasib tak
pasti. Drrrttt... ponsel di kantong Saka bergetar. Seketika cowok
itu langsung menjawabnya. Ia menyapa sambil beranjak dari
tempat duduknya. Menjauhi tempat tidur Putri agar adiknya
itu tidak terganggu. Perlahan terdengar suara Coto di seberang sana. Bergetar.
Sepertinya cewek itu menangis.
"Coto" Kamu kenapa?"
"Sak... bisa" bisa kita ketemu" Aku... aku bntuh kamu."
"Cor, aku..." "Oh, ya udah nggak apa-apa kalau kamu sibuk. Makasih,
Sak." Klik. Sambungan terputus. Saka berusaha menelepon kem-
bali, tapi tak bisa. Ponsel Corn mati.
Saka terdiam sejenak. Coto kenapa lagi" Bukannya tadi
siang dia baik"baik saja dengan Sisko" Saka berusaha berpikir
apa yang sebaiknya ia lakukan. Kemudian perlahan ia beranjak
dari tempatnya, mencium kening Putri, dan pergi.
fe" Hujan masih belum berhenti ketika Saka tiba di sebuah kos-
143 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
kosan. Pintu salah satu kamar kos sedikit terbuka. Di dalam-
nya terlihat seorang cewek duduk di sudut ruangan sambil
membenamkan wajahnya dalam-dalam pada kedua lurutnya.
Ia mendongak ketika mendengar seseorang mengetuk pintu
kamarnya perlahan. Ketika mengetahui siapa orang yang
mengetuk pintu kamar kosnya, ia kembali membenamkan wa-


Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jahnya. "Dari mana kamu tau aku ada di kosan?"
"Cuma perasaan aku aja," jawab Saka, kemudian masuk dan
duduk di sebelah Coto, bersandar di tembok. Sesaat ia mem-
perhatikan wajah cewek di sebelahnya dan kaget ketika menge-
tahui wajah cewek itu memar.
"Com...," ucap Saka sambil menyentuh dagu Coto.
"Sisko selingkuh, Sak. Bamsan pacarnya dateng dan lang-
sung pukulin aku... Dia bilang justru aku selingkuhan Sisko,"
tntur Coto sambil kembali berpaling. Mata cewek itu menatap
jauh. "Rasanya perih, Sak. Lebih sakit daripada tamparan yang
sering Sisko lakukan."
"Tamparan" Sisko sering menampar kamu" Cowok macam
apa yang berani menampar ceweknya?" Saka langsung emosi.
"Dia nggak baik buat kamu, Cor! Sadar, Cor" Sadar?"
Coto menggeleng. "Nggak segampang itu, Sak. Aku...
aku..." "Kamu apa" Kamu udah nggak sayang sama dia lagi, kan?"
"Aku masih sayang sama Sisko."
"Dia udah nyakitin kamu, Cor. Dia selingkuh. Seharusnya
kamu membenci dia." "Aku masih sayang sama Sisko. Titik!"
"Cor..." "Aku udah minta penjelasan ke Sisko dan dia mau purusin
pacarnya itu demi aku, Sak."
"Dan kamu masih percaya sama cowok kayak dia?"
144 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"AKU NIASIH SAYANG SAMA SISKO! JANGAN PAKSA
AKU UNTUK BENCI DIA."
"Kamu bohong! TrUS, apa artinya pelukan kita kemarin?"
"Waktu itu hujan! Semua bisa terjadi kalau lagi hujan.
Nggak ada artinya sama sekali. Kita kebawa suasana. Kamu
tau itu. Lupain aja. Aku nggak mungkin purusin Sisko gara-
gara kamu!" Saka terdiam. Perih. Ya, rasanya sakit mendengar Coto
mengucapkan hal itu. Tapi ia berusaha mengontrol amarahnya.
Sepersekian detik ia menyadari betapa licik dirinya. Meminta
Coto membenci Sisko" Apa-apaan itu" "Oke, aku bisa terima.
Tapi aku nggak bisa terima kamu diperlakukan kayak gini te-
rus sama Sisko." Coto kembali membenamkan wajahnya, "A"aku nggak bera-
ni murusin Sisko, Sak. Aku" belum sanggup kalau harus
kehilangan dia" nggak tau kenapa..." Dengan wajah sendu,
Coro meneteskan air mata yang selama ini ia tahan. Ia mena-
ngis. Kemudian ia menyandarkan kepalanya pada bahu Saka.
Saka bersikap sangat dingin. Ia menatap lurus ke depan.
Seperti sedang memikirkan sesuatu. Ingin rasanya ia bertemu
Sisko dan memukulnya saat itu juga. PUtri celaka karena Sisko,
dan Coro seperti ini juga karena Sisko. Saka tidak mungkin
bisa memaafkan cowok itu. Sampai ke ujung dunia pun akan
ia cari. Sisko harUS bertanggung jawab atas perbuatannya.
Perlahan Coro mendongak, menatap wajah Saka yang tegang
karena emosi. Coro juga bisa merasakan jantung Saka yang
berdetak kencang dan emosi yang bergelora.
"Apa kamu benci aku, Sak?"
Saka tak menjawab pertanyaan Coto. Pikirannya justru tertu-
ju pada Sisko. Ia merasa begitu emosi. Sisko tidak akan bisa
lari begitu saja dari masalah ini.
145 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Coto menatap cowok itu sambil menunggu jawabannya.
Entah kenapa kalimat yang tak disangka keluar dari mulut
Saka, meluncur begitu saja. "Sekarang semuanya terserah
kamu, Cor. Mulai sekarang aku nggak akan peduli lagi sama
apa yang terjadi dengan hubungan kalian," ucap Saka sambil
berjalan pergi meninggalkan Coro. Sesaat ia menengok, "Kamu
sudah membawa hubungan kita terlalu jauh, Cor, dan kamu
nggak pernah berani mengambil kepUtusan. Aku harap kita
nggak usah ketemu lagi."
Coto menatap kepergian Saka. Kaget. Air matanya kembali
mengalir deras. Ia menangis sekencang-kencangnya. Seorang
diri. Di sudut kamarnya yang sempit.
Pukul 21.00, Saka kembali ke rumah sakit untuk bertemu
dokter yang merawat Piltri. Saat ini ia terduduk lemas di salah
satu ruangan rumah sakit. Di hadapannya terlihat seorang
lelaki berperawakan tinggi mencermati hasil rontgen. Dari sera-
gamnya terlihat jelas profesi orang tersebut, dokter.
"Dari hasil pemeriksaan rontgen dan C T-Sean menunjukkan
bahwa PUtri mengalami benturan yang sangat keras. Terdapat
patah tulang di beberapa bagian. Untungnya, tidak sampai ter-
jadi internalr kleeding. Tetapi, hal ini harus segera ditindaklan-
juti. Salah satunya adalah dengan melakukan operasi. Operasi
itu pun tidak cukup sekali. Minimal Putri harus menjalani dua
kali operasi. Satu untuk tulang bagian ini," tutur dokter sambil
menunjuk hasil rantgen. "lalu bagian sini..."
Saka memperhatikan dengan saksama bagian-bagian yang
ditunjukkan oleh dokter tersebut. Wajahnya terlihat tegang.
146 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Kalau tidak..." Dokter itu tidak melanjutkan kalimatnya.
Ia melepaskan kacamata, menatap Saka sambil menarik napas
panjang. Sebuah kalimat pendek meluncur dari mulm dokter
itu, "Purri bisa mengalami cacat permanen."
Seperti kiiat menyambar tepat di sudut matanya. Saka ter-
diam, tak tahu harus berpikir apa. Jantungnya seakan berhenti.
Telinga dan bibirnya seakan bungkam. Senyap seperti berada di
kedalaman lantan. Bayangan wajah Putri mendadak hadir di
hadapannya. Putri cacat" Demi Tuhan, ia tak akan pernah
sanggup memaafkan dirinya kalau sampai hal tersebut menimpa
adik kesayangannya, dan menghapus semua senyuman di wajah
putri, membuyarkan semua angan-angan dan cita-eita Putri.
"Bagaimanapun, Putri harus segera dioperasi untuk memper-
kecil risiko," Dokter tersebut menegaskan kalimatnya kembali.
"Oleh karena itu, kami membutuhkan persetujuan dan jaminan
dari pihak keluarga untuk melakukan operasi tersebur."
Saka menatap dokter tersebut sambil terus menahan kekalut-
an hatinya. "Apa... ada jalan lain selain operasi?"
Dokter tersebut balas menatap Saka tajam. Ia tersenyum
lembur. Kemudian ia menepuk pundak Saka beberapa kali
sambil berkata pelan, "Semua yang terjadi di dunia ini sudah
ada yang mengatur. Kadang memang sulit untuk diterima.
yakinlah, selalu ada hikmah di balik semua yang terja-
Tiba di kosan Soda, anak"anak masih belum tidur. Mereka
sengaja menunggu Saka untuk mengetahui hasil diagnosis dok-
Tapi di. . . '.' ter mengenai Putri. 147 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Biayanya harus lunas minggu ini. Putri harus segera diope-
rasi. Kata pihak rumah sakit, setengah dari biaya itu harus
dibayarkan dahulu untuk DP."
Semua mata di ruang santai menatap Saka. Wajah-wajah
mereka terlihat sangat tegang. Jhony sampai menelan ludah
saking kagetnya mendengar besar biaya operasi Putri.
"Tadi Dimas bilang mau menanggung seluruh biaya operasi
Putri, Sak," ujar Melanie mengulang kalimat yang dikatakan
Dimas di Rumah Sakit. "Aku ndak akan menerima bantuan dari dia." Saka menolak
mentah-mentah. "Dia pikir semuanya bisa dibayar dengan
uang." "Tapi ini kan demi kesehatan Putri, Sak. Dari mana kamu
bisa dapat uang sebanyak itu dalam waktu singkat?" Dara men-
coba memberikan pengertian.
Saka terdiam. Dalam hati ia berlisaha memikirkannya.
"Eyang bisa memberi kamu uang untuk membayar biaya ope-
rasi Putri." Tiba-tiba Eyang Santoso muncul dari balik pintu.
"Kenapa sih kalian harus merahasiakan kejadian ini dari Eyang"
Putri kan cucu Eyang sendiri. Eyang harus tahu masalah ini."
Melanie langsung beranjak dari tempat duduknya, memban-
tu Eyang Santoso berjalan menuju ruang santai. "Kami semua
nggak mau Eyang khawatir," ucap Melanie menjelaskan.
"Lebih baik Eyang khawatir dibandingkan harUS menyesal
karena tidak mengetahui kejadian ini. PUtri itu cueu saya. Saya
berhak tau!" jawab Eyang Santoso dengan tegas.
"Ini tanggung jawab Saka, Eyang. Putri begini karena Saka
gagal menjadi kakak yang baik untuk Putri. Tidak bisa menja-
ganya. Saka ingin menyelesaikan masalah ini sendiri, Yang.
Cuma begitu cara saya untuk belajar dewasa dan bertanggung
jawab." 148 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Itu namanya bukan belajar dewasa, Saka. Itu namanya
egois. Dewasa itu bukan hanya masalah tindakan. Tapi juga
masaiah berpikir." Eyang Santoso berkata sambil menempelkan
telunjuk di samping keningnya. "Buat apa kamu pertahankan
gengsimu itu" Jika ada seseorang yang dengan tulus ingin mem-
bantu, lantas apa yang jadi masalah?"
Saka berpikir sejenak. Perkataan Eyang Satoso memang be-
nar. Kondisi Putri saat ini adalah yang paling penting. Ia me-
mang membutuhkan uang itu untuk operasi Putri agar bisa
segera dioperasi. "Permasalahan sebenarnya adalah kamu, Saka. Kita ndak
akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Semuanya ter-
gantung kepumsan yang kita ambil saat ini."
Kepala Saka terasa berat. Seakan semua jawaban berputar-
putar di kepalanya. Ia harus mengambil keputusan. Ya, ia harus
bisa. Eyang Santoso benar. Ketika ada seseorang yang dengan
tulus ingin berbuat baik, kenapa ia harus menolak kebaikan
orang tersebut" ]elas-jelas sampai detik ini pun ia tak tahu apa
yang harus diperbuatnya. Dari mana ia bisa mendapatkan uang
sebanyak itu dalam waktu singkat" Came an, Saka, belajarlah
menurunkan gengsi demi kebaikan semuanya.
Saka menarik napas dalam-dalam, mencoba berpikir jernih.
Kemudian sebuah kalimat meluncur mulus dari bibirnya,
"Baik, saya terima tawaran Eyang. Tapi, saya ndak mau mene-
rima ini secara cuma-cuma. Saya berjanji akan mengembalikan
uang itu secepatnya, Eyang."
Eyang Santoso tersenyum. "Eyang akan pegang janji kamu.
Janji seorang kesatria sejati. Meminta bantuan tak selamanya
sebuah kekalahan. Tapi kadang merupakan strategi kemenang-
an cerdas yang digunakan pada waktu tepat."
149 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Pagi-pagi Saka sudah berdiri di depan bengkel sepeda milik
]igo bersama onthel kesayangannya. Tadi malam ia sempat ber-
pikir banyak hal. Hingga perlahan ia menemukan jawaban atas
satu per satu permasalahan yang menimpanya. Sesaat ia meng-
elus setiap bagian si Onthel sebelum akhirnya menekan bel
bengkel ]igo yang masih tUtup.
Belum ada semenit, ]igo sudah berteriak menyapa Saka dari
kejauhan seperti biasanya. Dengan tongkat di tangannya, ia
bersemangat mendekati Saka.
"Hei, Saka! Wah, wah, tumben sekali pagi-pagi begini kamu
sudah datang ke bengkel saya. Gimana, gimana" Ada yang bisa
saya bantu?" tanya ]igo ramah.
Saka tampak ragu. Ia tertunduk, kemudian memberanikan
diri untuk berkata, "Saya... mau jual onthel saya...."
Ekspresi wajah ]igo langsung berubah seketika. RaUt wajah-
nya menandakan ia kaget mendengar pernyataan Saka barusan.
Ia tidak menjawab sama sekali. Ia hanya bertanya-tanya dalam
hati sambil menatap Saka dengan sendu.
"Saya... butuh uang, Mas."
"Kamu yakin" Apa semuanya sudah kamu pikirkan?"
"Tolong, Mas. Saya terpaksa. Adik saya harUs operasi. Se-
umur hidup saya akan menyesal kalau sampai dia kehilangan
kakinya karena tidak dioperasi."
Di bengkel itu, berjam-jam Saka bercerita kepada ]igo ten-
tang semua. Kejadian yang membuatnya rela menjual onthel
kesayangannya. Biaya operasi Putri terlalu besar. Meskipun
Eyang Santoso ingin membiayai operasi Putri, tapi Saka merasa
dialah yang harus bertanggung jawab. ia tak mau meminta
150 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
orang lain menanggung kesalahan yang telah ia perbuat karena
tidak beCUs menjaga PUtri. Tapi ia juga tidak tahu dari mana
harUs memperoleh uang sebanyak itu.
"Bagaimana kalau saya berikan harga yang pantas untuk
onthelmu ini?" Saka langsung setuju dengan tawaran ]igo ketika lelaki itu
menawarkan harga tiga kali lipat dari harga onthelnya sebenar-
nya. Meskipun harga onthel tersebut tak bisa menggantikan
biaya operasi Putri yang tinggi, tapi setidaknya tinggal mencari
kekurangannya. Bagaimanapun ia harus mencari cara menggan-
ti uang Eyang Santoso meskipun Eyang tak terlalu berharap
Saka mengganti uangnya. "Selanjutnya apa rencana kamu, Saka?"
Saka terdiam sejenak. Dengan tatapan tajam, ia berkata ya-
kin, "Saya harus menemukan Sisko. Biar bagaimanapun, dia
yang harus menjelaskan semua ini."
]igo menatap Saka sambil tersenyum penuh misteri. Kemu-
dian sebuah kalimat keluar dari bibirnya, "Sepertinya, saya
punya ide yang lebih baik untuk mencari orang itu."
ia" Deretan pedagang kaki lima berjejer di sepanjang jalan
Malioboro. Mulai dari pedagang pernak-pernik hingga makan-
an khas Jogja. Tak ketinggalan andong dan becak yang siap
sedia mengantarkan para turis asing ataupun lokal yang ingin
keliling Malioboro. Sejak pagi jalanan Malioboro sudah ramai dipenuhi wisata-
wan asing yang ingin berbelanja. Memang di kota ini unsur
budaya tradisional dan modern dapat mereka temukan.


Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

151 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Seorang lelaki penjual cendera mata khas jogja terlihat se-
dang berbicara dengan salah seorang turis asing. Dengan ba-
hasa Inggris pas-pasan, ia mencoba menjelaskan mengenai to-
peng kayu bermotif batik yang sedang dilihat turis tersebut.
Sebuah suara menghentikan pembicaraan mereka. Lelaki ter-
sebut mengambil walkie talkie yang ia gantungkan di bahu
bersama dengan beraneka kunci. Dengan sekali tekan, ia berbi-
cara. "Halo, Mister ]igo! Di sini Petruk satu. Ganti."
"Halo, Petruk satu. ]igo mencari orang bernama Sisko.
Mohon Infonya. Ganti."
"Pesan diterima. Tolong dikopi fotonya dan langsung disebar
ke anggota lain. Ganti."
"Petruk satu ditunggu di Djawani satu jam lagi. Saya siap-
kan semuanya. Ganti."
"Petruk satu siap. Mayday mayday seluruh anggota. Gan-
ti." Pesan melalui walkie talkie tersebUt langsung tersebar ke se-
tiap anggota komunitas onthel hampir di seluruh Jogja. Komu-
nitas onthel punya kode-kode tertentu yang hanya dimengerti
anggota komunitas mereka.
Tak lama setelah mendapat pesan tersebut, Pudjo, seorang
penjual cendera mata di Malioboro yang bergelar Petruk satu,
langsung menutup kiosnya. Pudjo memang menduduki jabatan
sebagai kurir di komunitas onthel. Ia yang biasa berkeliling
jogja dengan onthelnya untuk mengantarkan barang kepada
anggota komunitas onthel. Komunitas onthel pimpinan Pak
]igo ini biasa berkomunikasi melalui walkie takkie dalam radius
tertentu. Bahkan, saking solidnya komunitas ini, nggak jarang
mereka dimintai tolong oleh polisi setempat untuk memberi-
kan informasi. 152 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Pudjo tiba di bengkel Djawani 25 dan langsung membawa
tumpukan selebaran bergambar foto Sisko. Kemudian dalam
beberapa jam saja, selebaran tersebut telah dipegang oleh pu-
luhan anggota komunitas onthel yang tersebar di Jlogja melalui
perantara lelaki itu dan anggota lainnya secara estafet. Mulai
dari Stasiun Lempuyangan, AIun-alun Keraton, Pasar Kem-
bang, Kebun Binatang Gembira Loka, Monumen Jogja Kem-
bali, dan lainnya. "Kamu tenang saja, Saka. Komunitas kami sudah terbiasa
membantu mencari orang hilang. Selama dia belum meninggal-
kan Jogja, saya yakin dia tidak bisa lepas dari pantauan kami."
"Saya na'ak tau bagaimana harus berterima kasih pada Mas
]igo." ]igo tersenyum sambil menggeleng. "Onthel itu bukan
sekadar sepeda. Tapi onthel merUpakan jati diri. ]ati diri se-
orang pejuang. Orang yang menggunakan onthel adalah orang
yang dituntut untuk selalu rendah hati, toleransi, dan mem-
bantu sesama. Karena onthel itu sendiri memiliki nilai sejarah
yang sangat tinggi dalam perjuangan bangsa kita."
153 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
SELEMBAR amplop putih tergeletak manis di dalam kotak
pos kosan Soda. Saka selalu rajin mengecek setiap surat yang
masuk di kotak tersebut setiap pagi. Biasanya surat-surat yang
datang kebanyakan ditujukan untuk Eyang Santoso. Namun
kali ini agak berbeda. Karena nama Saka-lah yang tertera di
depan amplop putih tersebut.
Saka menyobek sisi kanan amplop untuk membuka isinya.
Kemudian ia menarik kertas yang berada di dalam amplop
tersebut dan membukanya. Di bagian atas kertas tersebut terda-
pat kop surat yang menampilkan logo sebuah lembaga pendi-
dikan. Dari logo itulah Saka langsung memahami siapa pengi-
rim surat itu. Perlahan Saka membacanya.
Kepada Yth. Sdr. Saka Satrio Adiwijoyo
Di tempat Selamat Anda diterima menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi
154 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Seni MUSik Indonesia. Mohon segera melengkapi adminis-
trasi sebagai syarat penerimaan mahasiswa. Kalender aka-
demik akan diberikan ketika Anda melunasi seluruh biaya
administrasi yang telah ditentukan.
Atas perhatian Anda kami mengucapkan terima kasih.
Sekretariat STSMI Saka membuang napas panjang sambil melipat kembali ker-
tas di tangannya. Kenapa hal baik harus datang bersamaan
dengan hal buruk" Haruskah ia mengeluhkan semua ini" Kena-
pa kehidupannya harus complicated begini"
Tak lama ia menyadari kehadiran seseorang di hadapannya.
Saka mendongak dan tercengang melihat sosok pria yang saat
ini berdiri tegak sambil menatap tegas ke arahnya. Membuat
seluruh otot dalam tubuhnya menegang. Jantungnya berdetak
cepat. Sesaat kemudian ia tersadar dan sebuah sapaan yang
sangat tidak nyaman keluar dari mUIUtya, "Ba... Bapak?"
Lelaki setengah baya berbadan bidang itu menatap Saka tan-
pa ekspresi. Dingin. Membuat setiap orang yang melihatnya
tidak dapat menerka isi kepalanya. Saka hafal betul kepribadian
Bapak yang mampu mengontrol orang"orang di sekelilingnya
untuk tunduk pada aturannya.
Ketika melihat wanita di sebelahnya, Saka lantas menunduk
dan mencium tangannya, "Ibu...."
Ekspresi Bapak masih sama, memandang lurus ke depan
tanpa berkata apa-apa. Dingin layaknya puncak gunung
Everest. Saka yang ingin mencium tangan Bapak langsung terperanjat
ketika Bapak menarik tangannya.
Pandangan Bapak mulai beralih ke arah Saka. Menghunjam
155 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
pUpil mata cowok itu. Bara api seakan berkobar di lingkaran
matanya yang hitam. Lalu dengan suara bergetar nan berat ia
berkata, "Bapak sangat kecewa dengan kamu."
Ibu terlihat mengusapkan telapak tangannya pada punggung
suaminya. Ia mencoba menenangkan. Air matanya tidak dapat
ditutupi dari wajahnya. "Kenapa semua ini bisa terjadi toh,
Le" Kamu di mana, kok Putri bisa celaka seperti itu" Bia-ya
operasinya tidak sedikit, toh?"
"Jadi ini yang katamu dulu bertanggung jawab" Yang mem-
buat kamu memilih untuk tinggal di kota daripada bersama
orangtuamu sendiri" Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi"
Masih mau mengharapkan uang dari jadi anak kanal itu"
Kesatria macam apa yang mengorbankan saudaranya hanya
untuk kesenangan pribadi?"
"Saka yang akan menanggung semua biaya operasi Putri,
Pak!" Saka berusaha membela diri.
"Uang dari mana" Dari main kana sana-sini" Huh! Ndak
sudi aku inturakke"i anak perempuanku sama kamu."
"Putri adik Saka juga, Pak!"
Bapak hanya diam. Dari wajahnya terlihat beliau begitu ma-
rah. Ia bersedekap. Hanya sesekali ia melirik ke arah Saka.
Sepertinya ia enggan melihat wajah anak lelakinya terlalu lama.
Tiba-tiba Bapak berbalik dan berjalan menuju mobil, diikuti
oleh Ibu. "Bapak sudah menandatangani surat persetujuan ope-
rasi Putri. Hari ini Putri akan menjalani operasi pertamanya.
Kamu ndak Usah ikut ke rumah sakit. Biar Bapak-Ibu yang
menjaga Putri." Saka menatap ke arah kedua orangtuanya. Mengamati lang-
kah mereka menuju mobil. Dalam hati ia menjerit keras.
* Memasrahkan 156 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Kekecewaan, kesedihan, dan amarah bercampur menjadi satu.
Bagaimanapun ia harus menolong PUtri. Ia rela melakukan apa
pun untuk adiknya. Apa pun! Termasuk bila harus mengorban-
kan nyawa sekalipun. Teriakan keluar dari mulumya, "PUTRI
PASTI SEMBUH. SAYA YANG AKAN MENANGGUNG
SEMUANYA, PAK. SAYA JANJI. JANJI SEBAGAI KESAT-
RIA!" Bapak berbalik. "Kesatria sejati hanya bUtuh bukti. Bukan
hanya janji. Ingat itu, Saka Satria Adiwijoyo!"
Akhir-akhir ini hujan deras terus mengguyur Jogja. Malam itu,
Saka memetik gitarnya di sudut kamar. Pandangannya kosong.
Sangat kontras dengan pikirannya yang hampir meledak saking
penuhnya. Ia mencoba memainkan gitarnya dengan kunci sem-
barang. Entah lagu apa yang sebenarnya ia mainkan. Menda-
dak petikannya menjadi sangat keras dan kasar. Kemudian
berubah menjadi permainan gitar yang penuh emosi, seakan
merefleksikan perasaannya saat itu. Semakin keras, lagi dan
lagi. Dan... Brak!!! Gitar terpeianting membentur tembok ka-
mar. Saka mengepalkan kedua tangan. Jantungnya berdetak sangat
cepat. Tubuhnya bergetar tak terkontrol. Ia berteriak kencang,
meluapkan emosi yang tertahan, dan ia pun terkulai lemah
dengan tubuh basah oleh keringat. Ia merasa tak berdaya. Le-
mah seperti kapas. Mungkin angin pun akan dengan mudah
menyapunya saat itu. Angin" Kenapa tiba-tiba ia merasakan embusan angin di
helai-helai rambutnya" Seketika itu sebersit pemikiran terlintas
157 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
di kepalanya. Saka mengambil ponsel dan mencari nama sese-
orang di dalam pkanekaak-nya. Kemudian ia menghubungi
nomor orang yang ia cari.
"Halo" Saka" What" up?" sapa orang di seberang.
"Bon, aku butuh bantuanmu."
"Anything. Apa yang bisa kubantu?"
"Produser yang kamu bilang waktu itu" Kamu bisa hu-
bungi dia" Aku" kemungkinan akan terima tawarannya."
" Gath! Are you sure" Kamu akan hebat Saka! Aku yakin seka-
li. Kalau gitu buruan kamu cari personel yang lain untuk
membentuk band lagi."
"Aku coba, Bon." Saka menump teleponnya ketika Boni
ingin cepat-cepat menghubungi sang produser saking girang-
nya. Selama ini Saka tak pernah bermusik demi uang. Tapi
kali ini ia terpaksa menyerah. Karena kesehatan Putri, adik
kesayangannyaiah taruhannya. Untuknya, Saka rela menanggal-
kan segala idealisme dan ketakutannya pada panggung musik.
Ia tak peduli lagi. Baru saja Saka meletakkan ponselnya, benda itu tiba"tiba
berbunyi. Refleks Saka langsung mengangkatnya.
"Saka, ]igo di sini. Target sudah ditemukan. Sekarang lagi
ada di Gudang Sembilan sekitar lima menit yang lalu. Lebih
baik kamu cepat sebelum..."
Secepat kilat Saka beranjak dari tempat duduknya, menyam-
bar jaket di kursi, dan bergegas keluar kamar. Sekelebat tangan-
nya menggapai surat yang tadi ia terima dan melemparkannya
ke tong sampah kamar. Ptukf
158 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Pukul delapan tepat, kamar Eyang Santoso tampak sunyi. De-
ngan lampu yang dipasang sedikit temaram, membuat suasana
kamar begitu tenang dan nyaman. Di sudumya terpajang foto
istri tercintanya, Melati Adiwijoyo tersenyum hangat.
Seorang lelaki terlihat berdiri di depan foto tersebut. Me-
mandangnya dengan tatapan sendu. Seperti sedang memasuki
dimensi kehidupan masa lalunya. Lelaki itu adalah Bapak
Saka. "Akhirnya kamu kembali ke rumahmu, Kresna."
Sejenak Bapak Saka terdiam sebelum akhirnya berbalik dan
menatap pria tua di hadapannya. Pria itu masih seperti dulu.
Raut wajah bersinar dengan senyuman yang selalu terpancar di
wajahnya. Guratan-guratan wajahnya terlihat lebih jelas kali
ini. Simbol usianya yang semakin menua. Tapi entah kenapa,
hanya itu yang dirasa berubah dari sosok Santoso, bapaknya.
"Ini karena Putri. Bukan karena saya ingin kembali ke sini.
Lagi pula saya hanya mampir," jawab Kresna tegas. Matanya
menatap lurus ke arah ayahnya. Sangat kontras dengan ta-tap-
an ayahnya yang hangat dan bersahabat.
"Kamu masih saja keras kepala," ucap Eyang Santoso dengan
nada datar. Wajahnya masih belum berubah. "Bagaimana de-
ngan operasi Putri tadi?"
"Operasi pertama Pittri berjalan lancar."
"Syukur alhamdulillah...." Eyang Santoso tersenyum lega.
"Saya ke sini ingin meminta Bapak suPaya tidak menge-
luarkan uang untuk biaya rumah sakit. Itu tanggung jawab
saya." Eyang Santoso hanya diam dengan senyuman yang masih
belum hilang dari wajahnya. Semakin dalam ia menatap anak
lelakinya. "Terakhir kali kamu menginjakkan kaki di rumah
ini adalah ketika ibumu meninggal dunia, Kresna. Selebihnya
159 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
kamu seperti antipati datang ke rumah ini. Tempat kamu dibe-
sarkan." "Satu hal yang akan membuat saya kembali ke rumah ini
adalah anak"anak saya. Putri dan?"
"Saka?" tanya Eyang Santoso mendahului kata-kata ayah
Saka. Eyang Santoso tersenyum lebar, "Kamu terlalu sombong,
Kresna, hingga Saka pun tak akan membuat kamu kembali
menginjakkan kaki ke rumah ini."
"Itu karena Saka lebih memilih menjadi anak kanar yang ti-
dak jelas dan tinggal bersama Bapak ketimbang mengikuti
Ucapan kedua orangtuanya." Kresna membela diri. Guratan di
kepalanya terlihat jelas. Emosinya seakan memberontak ingin
keluar. Ia memalingkan wajah dari Eyang Santoso.


Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Eyang Santoso menatap wajah anak lelakinya itu dalam-da-
lam. Senyumnya melebar. "Saka... sangat mirip dengan kamu,
Kresna." Kresna menengok ke arah Eyang Santoso. BerjUta pertanyaan
muncul di kepalanya. "Kresna Adiwijoyo. LuIUsan terbaik sekolah seni di Tokyo.
jatuh cinta pada wanita jawa dan rela meninggalkan segala
kesuksesannya di kota untuk mendalami seni pewayangan. Sia-
pa yang pernah menyangka?" Eyang Santoso tersenyum. "Di
keluarga Adiwijoyo, cuma kamu yang sejak kecil mencintai
dunia pewayangan. Kamu senang mendengarkan cerita
Ramayana, Mahabarata. Kamu tidak seperti anak"anak keba-
nyakan yang menyenangi mainan mobil-mobilan atau perang-
perangan. Kamu lebih suka membawa wayang"wayang pembe-
rianku ke mana-mana sambil dengan bangga memamerkan
keahlian kamu dalam mendalang kepada teman-temanmu. Ya,
kamu tidak memiliki banyak teman. Tidak ada yang betah
160 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
mendengar kamu bercerita dengan wayangmu. Mereka lebih
menyukai cerita dari negeri seberang, robot dan superhero."
Mendadak bayangan masa lalu menghinggapi pikiran
Kresna, membayangkan dirinya yang berusia sepuluh tahun. Ia
tak menyangka bapaknya yang selama ini ia tentang masih
mengingat dengan jelas kejadian itu.
"Profesi anak kana' itu bukan dosa, Kresna. Sama halnya
seperti dalang. Saka masih menghormati kamu. Tapi dia sudah
tumbuh dewasa. Dia berhak menentukan jalan hidUpnya. Sama
seperti ketika kamu memutuskan untuk tinggal di sebuah desa
di Solo bersama istrimu dan memilih profesi menjadi dalang
profesional." "Saka berbeda dengan saya, Pak!" Kresna terlihat tak bisa
menerima ucapan Eyang Santoso.
Eyang Santoso menggerakkan kursi rodanya menuju salah
satu meja di sudUt ruangan yang penuh dengan foto-foto. Ia
mengambil salah satu foto dengan pigura cokelat. Kemudian
ia menatap foto tersebut dengan senyuman tulus, seakan meng-
ingat sesuatu. Sejenak ia menutUp mata sebelum akhirnya
berkata, "Kamu tahu kenapa Melati, ibumu, sangat ingin mem-
berikan nama Kresna padamu?"
Kresna terdiam. Pikirannya bergejolak. Belum pernah ia ber-
bicara sedekat ini dengan ayahnya semenjak ia menikah dan
pindah ke desa di Solo. "Kamu pasti tahu, Kresna merupakan nama salah seorang
tokoh pewayangan yang paling disukai Melati. Dia dikenal
sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, berwibawa, dan teguh
pada pendirian. Melati berharap anaknya nanti akan tumbuh
menjadi anak seperti Kresna. Ternyata harapan Melati memang
tak pernah meleset. Pengaruh nama begitu kental di dalam
dirimu, Kresna. Pemimpin yang bijaksana, berwibawa, dan
161 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
teguh pada pendirian. Ya, itu yang membuat kamu spesial, dan
sifat itu menurun pada CLICU laki-lakiku... Saka."
Gudang Sembilan sama seperti biasanya, penuh sesak dengan
lautan manUsia. Suara mnsik rack anair reli menggetarkan ruang-
an tersebut. Terdengar suara para penonton fanatik yang ikut
menyanyikan lagu yang dibawakan oleh tham"!r di panggung.
Saka merinding. Seakan ia masuk kembali ke dimensi masa
lalu hidupnya. Saka ingat betul sensasi itu. Meskipun ia ingin
sekali melupakannya... meIUpakan Gudang Sembilan. Lahir
sebagai Saka baru. Saka yang tidak pernah mengetahui adanya
tempat bagi mnsisi Indonesia segiia Gudang Sembilan.
Saka berjalan menyusuri pinggir ruangan. Matanya terUs
meneliti setiap sudut ruangan mencari Sisko. Ia tidak peduli
dengan penampilan kana' di panggung. Tapi Saka tahu, per-
mainan musik mereka tidak terlalu buruk. Setidaknya itu yang
berhasil ditangkap telinganya.
Dari kejauhan ia melihat Boni di meja bar sedang menatap
serius ke panggung. Meskipun letaknya sangat jauh, tapi Saka
tahu betul bahwa orang yang berdiri di bar itu adalah Boni.
Yeah, siapa lagi orang di Gudang Sembilan yang senang meng-
gunakan ikat kepala seperti itu selain Boni.
Saka langsung berjalan ke bar dan duduk di salah satu kursi
di sana. Boni yang menyadari kehadiran Saka langsung sumringah.
Ia langsung menjabat tangan Saka dengan gaya yang biasa
mereka lakukan. "Saka! Panjang umur." Baru aja kami ngo-
mongin kamu." 162 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
"Kami?" Saka mengulangi ucapan Boni dengan wajah bi-
ngung. Kemudian ia melanjUtkan, "Kami siapa?"
Boni menunjuk dengan dagunya ke arah seseorang yang du-
duk membelakangi Saka. Bersamaan dengan itu orang yang
ditunjuknya membalikkan badan dan tersenyum aneh ke arah
Saka. Bukan senyum pertemanan pastinya.
Saka yang mengetahui siapa orang yang dimaksud Boni lang-
sung menatapnya tajam. Sisko. Mendadak sekujur tubuh Saka
berdenyut"denyut. Emosinya menggelora. SeharUsnya ia han-
tamkan kepala Sisko ke meja saat itu juga. Atau, seharusnya ia
pukul wajahnya dengan kepalan tangan. Tapi kenapa sesuatu
yang sangat besar seperti mengunci semuanya. Membuat diri-
nya hanya mampu tenggelam bersama emosi.
Boni menatap kedua makhluk di hadapannya dengan eks-
presi yang sulit diartikan. Ia tahu betul masa lalu kedua teman-
nya itu. Perlahan Boni mengambil gelas-gelas kosong berada
di meja bar dan meletakkannya di atas nampan. Ia kemudian
menyingkir dari hadapan kedua cowok itu. "Aku mau balik
kerja dulu." Saka dan Sisko tidak terlalu peduli dengan Boni. Mereka
sibuk mewaspadai gerak masing"masing.
Sisko menenggak segelas bir di tangannya, kemudian dengan
tenang berkata, "Saka The Slash..." Sisko berpaling sejenak,
kemudian kembali menatap Saka. "Kamu tau siapa aku?"
Saka masih terdiam menatap sosok di hadapannya dengan
penuh emosi. Apa maksud orang gila ini dengan pertanyaan
itu" "Apa kamu masih ingat dengan Felix" Felix Bramantyo?"
Sekonyong-konyong benak Saka mengingat kembali keja-
dian beberapa tahun silam saat Saka memegang gitarnya pada
acara adu jawara di Gudang Sembilan.
163 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
Felix Bramantyo adalah cowok yang saat itu bersamanya di
atas panggung. Cowok yang memiliki skil! gitar di atas rata-
rata. Saka ingat betul sosok cowok itu yang sangat terobsesi
menjadi jawara di Gudang Sembilan. Ia ingin sekali mendepak
posisi Saka saat itu. Meskipun berkali-kali ia kalah di atas
panggung oleh permainan gitar Saka. Namun, ia tak pernah
bisa menerima kekalahan. Dan akhirnya impian cowok itu pun
terwujud. ia berhasil mengalahkan Saka tanpa perlawanan. Ya,
Saka tidak hadir pada saat acara adu jawara berlangsung. Bu-
kan karena takut, tapi semenjak tragedi kematian Indah di
Gudang Sembilan seminggu sebelumnya, Saka tak pernah mun-
cul lagi di Gudang Sembilan. Lenyap bagai ditelan bumi.
Sama seperti kebanyakan kanalr pada umumnya yang akan
menghilang setelah mendapat kritikan sadis dari penonton keti-
ka gagal tampil maksimal di Gudang Sembilan.
"Felix Bramantyo adalah master gitar di mataku, raekrtar
sejati." Sisko memiringkan kepala sambil menatap Saka tajam.
"Dia orang yang berkali-kali kamu kalahkan di Gudang Sem-
bilan. Dipermalukan berkali-kali di depan ratusan pasang mata
di sini. Hanya karena cowok kuno, tolol, dengan penampilan
pas"pasan, yang sama sekali tidak cocok sebagai mekrtar. Apa-
lagi dipanggil dengan sebutan... The Slash. Buiitkitf
Saka menarik kencang kerah jaket Sisko. Cukup sudah ia
menahan emosinya sejak tadi. "Kamu nggak punya hak sama
sekali untuk ngomong seperti itu! Kamu yang seharusnya ber-
tanggung jawab atas apa yang menimpa Putri, adikku."
Sisko senyum meremehkan. "Great. Sekarang kamu tahu
rasanya melihat saudara kandungmu disakiti tanpa kamu bisa
berbuat apa-apa." Pegangan di kerah jaket Sisko merenggang. Saka menatap
164 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
mata Sisko, berusaha memahami kata-kata cowok itu barus-
an. "Saka... Sejak kecil Felix Bramantyo mengorbankan banyak
hal untuk menjadi musisi andai di Indonesia. Tapi gara-gara
obsesi anehnya untuk mengalahkan cowok bernama Saka, dia
gila! Gila karena pada detik dia berhasil mengalahkan kamu,
tanpa adanya perlawanan, nggak ada satu orang pun yang
mengakui kemenangannya. Dia dihujat karena ketololanmu
dengan nggak datang pada hari itu! Padahal momen itu yang
paling ia tunggu. Momen ketika kamu akan bertekuk lurut di
hadapan ribuan mata di Gudang Sembilan. Berminggu-minggu
dia berlatih gitar untuk bisa mengalahkanmu. Tapi apa balasan-
nya" Dia masuk Rumah Sakit Jiwa!"
Tangan Saka bergetar. Ia melepaskan cengkeramannya pada
kerah jaket Sisko. "Kamu lupa namaku" Fransisko Bramantyo. Adik kandung
Felix Bramantyo." Saka terdiam, emosinya mendadak surm. Ia begitu terkejut
mendengar ucapan Sisko barusan. Ia jadi merasa ikut bertang-
gung jawab atas apa yang terjadi dengan Felix. Bodoh! Kenapa
ia baru menyadari persamaan nama belakang keduanya"
"Kenapa" Kamu kaget" Bertahun-tahun kita dekat, tapi
kamu nggak pernah menyadari nama belakangku."
Saka mengerutkan kening. Sisko terlihat aneh hari itu. Se-
pertinya cowok itu dipengaruhi alkohol, drugs atau apalah yang
mampu membuat seseorang kehilangan setengah kesadarannya.
Saka menyadarinya dari tatapan Sisko yang terlihat kacau.
"Ini semua skenario yang aku buat, Sak. The Velders itu
alatku untuk mempelajari sejauh mana akikr gitarmu. Dan ter-
nyata, Putri, teman Celia, adalah adik kandung dari musuh
165 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
yang selama ini aku cari. Semakin gampang saja aku memba-
laskan dendam Felix."
Saka menatap Sisko tak percaya. Rupanya semua ini adalah
akal busuk Sisko. Ia sudah merencanakan semuanya.
"Saat aku ngajak kamu nge-kana' pertama kali, itu adalah
skenario. Aku ingin tau seberapa jagonya permainan kamu
hingga membuat Felix gila. Sampai kamu ada di depan aku
saat ini, juga termasuk dalam skenario yang aku buat. Setelah
aku mencelakakan PUtri, aku yakin kamu nggak akan melepas-
kan aku. jadi seandainya aku muncul di Gudang Sembilan,
pasti kamu akan datang. Ana'... kere you are," ungkap Sisko
sambil tersenyum licik. Ketika itu pula sebuah pukulan ken-
cang mengenai wajah Sisko, membuatnya tersungkur lumayan
jauh mengenai meja penuh gelas. Pecahan gelas pun langsung
berhamburan di lantai. Perlahan Sisko mengelap darah yang
menetes di ujung bibirnya dengan punggung tangan. Ia terse-
nyum penuh makna. Seakan apa yang ia harapkan terwujud.
Tak sedikit pun muncul keinginan untuk membalas pukulan
Saka. Ia jUstru terlihat lebih tenang.
Mendadak pandangan orang-orang di dalam Gudang
Sembilan tertuju ke arah mereka berdua. MUSik di panggung
mendadak terhenti. MC berusaha mengontrol keadaan. "Woooy!
Kalau mau ribUt jangan di sini!" Tapi sayang, ia tak berhasil
menarik perhatian penonton untuk kembali menatap panggung.
Sinar lampu justru menyorot ke arah Sisko dan Saka, membuat
penonton semakin tertarik melihat mereka.
"Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada
Putri, Sisko!" Boni yang terkejut dengan apa yang terjadi berlari menuju
TKP. Ia tidak menyangka kedua temannya bisa membuat kega-
166 pustaka"indoblogspotnom
http :ttpustaka-indoblogspotnom
duhan di Gudang Sembilan seperti itu. langkahnya terhenti
ketika melihat Sisko perlahan berdiri.
Sisko merentangkan tangan lebar-lebar sambil berputar,
kemudian dengan suara lantang ia berkata, "Siapa di antara
kalian semua di sini yang pernah mendengar nama Saka The
Slash di Gudang Sembilan?" Sisko berjalan pelan sambil mena-
tap pengunjung satu per satu.
Hening. Namun tiba-tiba sebuah suara terdengar dari balik
kerumunan orang. "Aku tau." Seorang lelaki muncul dari balik
tubuh orang"orang yang berdiri di hadapannya. "Legenda Gu-
dang Sembilan yang tidak diketahui kebenarannya. Saka The
Slash. Anak muda ajaib. Jawara Gudang Sembilan yang meng-
hilang sekitar dua tahun lalu."
"Aku juga tahu," ucap wanita berjaket kulit yang berdiri tak
jauh darinya. Seketika itu banyak orang yang mengacungkan
tangan, merasa dirinya mengetahui nama Saka The Slash yang
pernah melegenda di Gudang Sembilan. Satu orang. Dua
orang. Tiga, empat, lima" hingga hampir setengah ruangan
mengacungkan tangan, merasa mengetahui nama Saka The
Slash meskipun hanya dari obrolan semata di Gudang Sem-
bilan. Dari kejauhan, Boni tampak tersenyum lebar sambil meng-
angguk. Ia tahu betul seberapa fenomenal Saka di telinga ko-
munitas Gudang Sembilan. Ia pun bertepuk tangan akan hal
itu. Sisko kembali berbicara, "Adakah di antara kalian semua
yang tahu seperti apa sosok Saka The Slash itu?"
Senyap. Tak satu suara pun menjawab pertanyaan Sisko.
Hanya Boni yang terlihat mengacungkan tangannya perlahan
sampai membuat semua mata tertuju kepadanya.
"Apa kalian percaya bahwa Saka The Slash yang selama ini
167 pustaka"indoblogspotnom


Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http :!!pustaka-indnblogspntcnm
dibayangkan sebagai sosok mckrtar sejati ternyata adalah cowok
berpenampilan seperti dia?" Sisko menunjuk tepat ke wajah
Saka disertai tatapan bingung orang-orang.
Beberapa pengunjung sibuk berbisik"bisik. Mungkin saling
berkomentar. Atau, justru menganggap Sisko orang gila yang
mencari perhatian di Gudang Sembilan.
Dengan senyum meremehkan, Siska berkata kepada Saka,
"See" Nggak ada satu pun di antara mereka yang tau sosok
Saka The Siash seperti apa sekarang. Saka The Slash sudah
mati. iMATI!" Tiba-tiba Siska berlari ke panggung, merebur
mic dari MC, kemudian berkata dengan lantang, "Hari ini
adalah hari di mana kalian semua akan tahu siapa di antara
aku dan cowok itu," tunjuk Siska pada Saka. ?"yang berhak
menyandang gelar The Slash di Gudang Sembilan!" ucap Siska
lantang sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Suasana yang semula senyap mendadak kisruh. Banyak yang
memberikan sorakan untuk membakar emosi.
Saka terlihat tenang. Namun dalam hatinya, ia begitu terba-
wa emosi. Ya, dia memang pintar menyembunyikan perasaan-
nya. Saat ini dalam hati ia berpikir keras. Apa yang seharusnya
ia lakukan" Apakah ia harus menerima tantangan Siska" Co-
wok sinting itu" Atau, ia harus pergi tanpa menghiraukan
tantangannya" Bapak pernah mengajarkan kepadanya bahwa
strategi terbaik untuk mengalahkan musuh adalah dengan ber-
sikap tenang. Siska menunggu reaksi Saka.
Saka bergeming. Sesaat ia justru membalikkan tubuhnya dan
berjalan pergi meninggalkan Sisko. Ia berhasil mengontrol
emosinya yang menggelora.
"Kenapa" Kamu takUt, hah" Tahan dia!" perintah Siska kepa-
da orang di dekat Saka agar menghalangi langkah cowok itu. Ia
168 pustaka"indoblugspoteum
http :!!pustaka-indnblogspntcnm
lalu turun dari panggung dan berjalan pelan mendekati Saka.
"Aku nggak akan membiarkanmu keluar dari pintu itu!"
Saka menghentikan langkahnya, berpaling ke arah Siska,
dan berkata tenang, "Selamanya aku nggak akan pernah mau
mencampuradukkan musik dengan emosi." Ia pun kembali
melangkah tanpa menghiraukan pandangan nrang"nrang di
Gudang Sembilan. Sisko terkejur dengan Ucapan Saka. Dengan emosi ia menge-
luarkan dompet dari saku celananya. "Hei, kamu butuh uang
untuk operasi Putri, kan" Apa kamu lebih memilih adikmu
cacat seumur hidup?" Suara Sisko terdengar meninggi, "Kamu
buruh berapa" Satu juta" Dua juta" Atau berapa jura, HAH?"
Sisko melemparkan tumpukkan uang tepat ke punggung Saka.
"Lawan aku!" Semua orang menatap ke arah mereka berdua. Kerumunan
orang membelah, membentuk jalanan kosong dari tempat Saka
berdiri menuju panggung. "MAIN! MAIN! MAIN!" Boni berteriak seorang diri. Nggak
berapa lama kemudian semua orang di Gudang Sembilan
meneriakan hal yang sama. Meminta Saka untuk menerima
tantangan Siska. Saka mulai tak bisa menahan diri. Siska benar-benar telah
menjatuhkan harga dirinya. Keraguannya seketika hilang.
Mungkin inilah saatnya. Inilah saat yang tepat untuk membuk-
tikan apakah ia masih hanyur dalam trauma masa lalunya ber-
sama Indah atau dia justru telah terbang bebas meninggalkan
tragedi memilukan itu dan muncul sebagai Saka yang baru.
Emosinya betul-betul meledak kali ini.
Saka merasakan embusan angin menyentuh telinganya, mem-
buat rambur-rambut kecil di sekitar telinga kanannya bergerak.
Entah energi apa yang merasukinya hingga tubuhnya seakan
169 pustaka"indoblugspoteum
http :!!pustaka-indnblogspntcnm
dipaksa untuk melangkah ke arah panggung. Saka merasa ada
hal aneh di dalam tubuhnya. Perasaan ini" sensasi ini" &"ng
im. Di atas panggung, Siska memberikan gitar dengan setengah
melempar, yang dengan tangkas ditangkap Saka.
"Bravo! Ternyata idealisme bisa dibayar dengan tumpukkan
uang kertas." Siska tertawa licik dengan alis kanan terangkat.
Hal itu tak dihiraukan oleh Saka.
Saka menengok dan tersenyum kecil, "Aku nggak bntuh
uang dari pecundang seperti kamu."
"WOW! Kita lihat saja nanti."
Saka tak peduli. Ia terdiam sejenak, meraba setiap bagian
dari gitar di tangannya. Ia lalu mencoba mengetes beberapa
nada pada gitar di tangannya untuk memastikan bahwa suara
gitar tersebut tidak finite". Ia menutup mata sejenak sambil me-
narik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya membuka mata
dan melihat iautan manusia di hadapannya. Saka mencoba
mengontrol diri. Mencoba mengumpulkan keberaniannya un-
tuk kembali berdiri di panggung Gudang Sembilan. Sesaat
kemudian ia tersenyum. Gudang Sembilan yang tadinya ramai mendadak hening.
Semua orang fokus menatap ke panggung. Mereka tidak sabar
ingin melihat penampilan Saka dan Siska. Lampu sorot pun
langsung menerangi mereka berdua.
"Ah, kelamaan!" Siska tidak sabaran. Ia langsung mencuri
start dan memainkan gitar di tangannya dengan penuh emosi.
Rf End qf Rf Line. Ya, lagu dari grup band legendaris Metalli-
ca itu yang ia pilih untuk menunjukkan keganasannya bermain
gitar. Semua mata berdecak kagum. Sebagian bersorak takjub de-
ngan permainan Siska yang penuh energi. Ia seperti mentrans-
170 pustaka"indoblugspoteum
http :!!pustaka-indnblogspntcnm
fer luapan kemarahan dalam dirinya pada gitar di tangannya.
Suara yang dihasilkan pun mampu membuat setiap orang di
dalam Gudang Sembilan ikut merasakan emosi tersebut. Begitu
keras dan brural. Siska memang gitaris andal.
Perlahan di tengah lagu, terdengar aiunan suara petikan gitar
yang sangat lembut. Berlawanan dengan musik Metallica yang
dimainkan Siska. Suara tersebut seketika mencairkan emosi
panas dari permainan gitar Siska. Membuat cowok itu meng-
hentikan permainan gitarnya dan perlahan menengok ke arah
datangnya suara. Saka memainkan petikan-petikan sensasional yang membuat
semua orang di dalam Gudang Sembilan tak berani bersuara.
Aneh. Padahal lagu itu sangat farnilier di telinga mereka. Tapi,
entah kenapa Saka membawakannya dengan berbeda. Membuat
lagu Knockin' fm Heaven: Dear dari Guns N, Roses begitu da-
lam. Mereka tak mau kehilangan momen berharga itu di teli-
nga mereka. Semua mata terpaku menatap titik yang sama.
Saka masih seperti dulu saat namanya harum di Gudang Sem-
bilan. Permainan gitarnya sangat mengagumkan. ]emarinya
bergerak cepat layaknya kereta api EA?"?" buatan jepangI na-
mun tetap memberikan melodi yang menenteramkan hati pen-
dengarnya. Layaknya air yang diciptakan untuk memadamkan
api. Pantas saja dulu namanya begitu tersohor di Gudang Sem-
bilan. Bahkan, menjadi sosok yang menakutkan dalam adu
gitar di tempat itu. Saka The Slash, begitu orang-orang menyebur namanya. Me-
nyandingkan dirinya dengan Slash, gitaris legendaris dari grup
band Guns Ni Roses, yang lagunya sedang ia mainkan. Tidak
ada satu pun orang yang mampu menebak permainan Saka. Ia
tak pernah menampilkan permainan biasa pada setiap lagu.
Tak peduli aliran musik apa yang dibawakannya.
I"] pustaka"indoblugspoteum
http :!!pustaka-indnblogspntcnm
Saka memejamkan mata, menghayati setiap nada yang ke-
luar dari petikan gitarnya. Ia merasakan seluruh aliran darah-
nya menyatu dengan gitar di tangannya. Seakan ada sebuah
saluran dari tubuhnya yang terhubung dengan gitar tersebUt.
Sesuatu yang dingin dan halus menyentuh telinganya. Ram-
bur di sekitar telinganya kembali bergerak. Embusan yang
sama dengan saat sebelum ia naik ke panggung. Entah apa itu.
Namun, sebuah nama tiba-tiba muncul di pikirannya... Indah.
Ya, sosok gadis itu seakan muncul di hadapannya. Mengemba-
likan dia pada memori masa lalu" sensasi itu."
"Kama pernah mendengar nyanyian angin?"
Gada itu berkata [emirat ramai! memqjarnii'an mata di sarn-
pz'ng Saka, mfmhiarkan angin azza menerpanya.
Saka terdiam. Dibandangz'nya gadis itu dalarn-aiafam. Gadis
itu Eegim indian. Hz, Saka memang kah rana menyebarnya "in"
dah" dibanding kantin" Sama seperti namanya. Sackdress panil"
yang membalut tanahnya mamana" ia Jepara malaikat yang
ditakdirkan menemani Saka. 1li'z'f'ty'rzhnya hegim ahmai dengan 50-
mi" mata yang tadah. 'Hngin?"
"Sista" .. " [Wb mengarahkan telunjuknya di hadapan Sana,
agar mamie im diam dan mengikuti apa yang dilakukannya.
Saka menatap Indah heran. Namun, kemudian ia mengikuti
apa yang dibakukan cewek im. Diam aan menatap matanya.
Makanan ia tak tahu apa :enfnarnya yang dimaksud alfi;
Indal). Hening. Agak lama mereka hanya terdiam. Namun, "ana-tiba Saka
172 pustaka"indoblugspomum
http :!!pustaka-indnblogspntcnm
merasakan fmnman angin di telingannya. Ia tersentak. Sabari
ada suara yang mengenai" tfiinganya. Natal-naiia lembut yang
ierhentak dari pftgeraaan angin. Semakin irama :ernakin jfiar,
mencantakan rangkaian melodi yang menggetarkan jiwa. Saka
sangar menikmatinya. Indah mengajaknya afrsahaiiar dengan
angin, agar rangkaian nada dapat terfzpta.
Sinai saat itu mereka m'aia menikmati mara angin. Ketika
angin menggerakkan air di Pantai, menggayangaan panan-panan
knapa. Kinika angin mmbuat naaia-nada indah diarena menyeng-
gai nenda-bfna'a di sekitarnya. Bahkan, kaan Saka menggenjot
Stpf'dd onthelnya menemani angin hermana Indah. Merana pencaya
aanwa mezba'i indah aini aia! musin apa pan sarida terjadi kare-
na angin.... Hz, Indian memiliki tfiinga raja": untuk meminda-
kan saara-snara yang ia tangkap. Indah yang mengajarkan Saka
memaentnk meba'i cantik rneiaini kepekaan tfiinga menangkap
Ketika Saka mulai tersadar, tiba-tiba saja seluruh penonton di
suara angin. Gudang Sembilan menyanyikan lagu Knackin an Hfawm' Dani:
mengiringi permainan gitar Saka. Semua seakan ikut hanyur
dalam perasaan itu. Tenggelam begitu dalam"
"Knock, anaan, knariein' an heaven: daar....'
Suara mesin fotokopi terdengar keras di salah satu kios di su-
dut Jogja. Tanda bahwa mesin tersebUt sedang bekerja meski
173 pustaka"indoblugspomum
http :!!pustaka-indnblogspotcom
sepertinya sudah sangat tua karena suaranya yang terus-mene-
ms berdesing. Petugas fotokopi yang sedang berjaga di sana
sibuk mengambil tumpukan kertas dan merapikannya.
"Emangnya Bang ]hon yakin cara ini akan berhasil?"
Jhony si kribo, mengoyang-goyangkan tubuhnya di atas Ves-
pa Pinky miliknya seperti bermain kuda"kudaan. Padahal Ves-
panya sedang diam, anteng tanpa gerak sedikit pun. Si kribo
mengangkat kacamata hitamnya sambil berkata, "Saka, ibarat
pepatah, ada gula ada semut. Kau harus mampu menabur gula
dalam waktu singkat agar semur"semut cepat berdatangan."
Heeek"! Maksudnya"! Saka berpikir dalam hati. Kenapa pepa-
tah setenar itu mendadak bermakna aneh" Hingga sulit dime-
ngerti. "Pokoknya kau tenang saja. Ramburku ini mampu menam-
pung ide"ide cemerlang."
Bersamaan dengan itu seorang petugas fotokopi mengham-
piri mereka dan memberikan setumpuk kertas kepada Jhony.
Dengan cepat Jhony memberikannya kepada Saka dan menya-
lakan Vespa Pinky miliknya.
"Sekarang kita ke mana, Bang Jhon?"
"Ke Bengkel ]igo. Kita minta tolong komunitas onthelnya
untuk menyebarkan selebaran ini.w
Saka tidak berkomentar. Ia langsung duduk manis di kursi
belakang Vespa Jhony sambil berpikir, tumben sekali Bang
]hony punya pemikiran sedahsyat itu. Ya, dengan meminta
bantuan komunitas onthel ]igo, selebaran ini akan lebih cepat
tersebar. Itu artinya kemungkinan Saka untuk mendapatkan
personel band yang ingin ia bentuk akan lebih cepat terlaksana.
That" anima Boleh dibilang bagian menyebarkan selebaran nggak begitu
sulit. Soalnya, kebetulan banget bengkel ]igo sedang ramai de-
174 http :!!pustaka-indnblogspotcom
ngan anggota komunitas onthelnya yang memang sedang ber-
kumpul di sana. Selebaran pun langsung tersebar merata ke
hampir seluruh Jogja berkat kerja sama mereka.
Selama beberapa saat Jhony sempat menjadi objek menarik
di bengkel ]igo. Selain karena Vespa pinky miliknya bikin mata
kecolok, penampilan Jhony yang sangat norak dan ajaib mem-
buat orang"orang di bengkel ]igo terbengong-bengong. Seba-
gian malahan ada yang niat banget kepingin pegang"pegang
rambut Jhony. Seperti biasa, semakin diperhatikan, Jhony ma-
lah semakin pasang aksi. Ia menunjukkan atraksi sulap dengan
menghilangkan barang di tengah rimbunan rambut kribonya.
"Oke, kita lihat besok. Mudah-mudahan ada yang da-
tang." Pagi ini bengkel ]igo tutup. Bukan lantaran lagi sepi pengun-
jung. Melainkan gara-gara di dalam bengkel telah disulap men-
jadi ruang audisi dadakan. Peralatan band seperti drum, gitar,
dan bas beserta mnnd"nya telah dipinjamkan Boni.
Selesai beres-beres, Saka, ]igo, Jhony, dan Dara duduk di
sofa burut di tengah ruangan, menunggu kehadiran peserta
audisi. ]hony mengangkat tangannya untuk melihat arloji. Kemu-
dian ia mulai berhitung, "10... 9" 8" 7" 6" 5" 4"
3" Z.?" Benar saja, seorang cowok mendadak muncul dari balik pin-


Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tu dengan dandanan aia anak metal. Baju hitam bertuliskan
nama sebuah band metal terkenal, sepatu bot penuh ring, dan
berponi panjang"lurus-klimis yang sebagian menumpi mata
175 http :apustaka-indnblogspotcom
kanannya, mirip Kapten Hook di Him Peter Pan. Taruhan, co-
wok itu pasti hanya menggunakan mata kirinya untuk meli-
hat. ReHeks Saka, ]igo, Jhony, dan Dara langsung memiringkan
kepala, penasaran dengan wajah di balik poni panjang-iurus-
klimis itu. "Saya denger di sini sedang mencari pemain gitar untuk
nana?" ujar cowok bajak laur itu memecahkan keheningan.
Dalam hitungan detik, setelah Saka dan lainnya mengang-
guk, cowok itu langsung beraksi.
"METAAAL! YEAH!" teriak cowok bajak laut itu sambil
sibuk memainkan gitar di tangannya. Heboh. Padahal kalau
diperhatikan kunci yang ia mainkan hanya kisaran C, G, Am,
Em, dan D. Begitu seterusnya. Sesaat ia mengangguk"angguk"
kan kepalanya dengan cepat. Secepat gerakan gitar dengan
kunci sangat standar yang ia mainkan. Poni panjang-iurus-
kiimis miliknya bergoyang-goyang. "METAAAH YEAH!" teriak-
nya lagi. Terus dan terus.
Dara menatap cowok itu bengong. Mulutnya melongo. Se-
saat ia ikutan mengangguk. Terkontaminasi dengan gerakan
cowok bajak laut itu. Mendadak permainan bajak laut amatiran itu berhenti. Ia
mengangkat kepalanya. Kemudian dengan wajah yang sulit
dideskripsikan, ia bertanya, "Gimana, saya diterima nggak?"
Hening. Masih hening. Kemudian Dara menjawab pertanyaan cowok itu dengan
menunjukkan lambang metal dengan telapak tangannya, "Sa-
lam metal!" Cowok bajak laut itu hanyalah satu dari sekian orang "aneh"
yang datang untuk audisi siang itu. Setelahnya, ada juga cewek
176 http :apustaka-indnblogspotcom
bergaya punk rock dengan rambur jabrik ber-bzghhg/n pink
yang datang dengan pakaian lengkap ala punk sambil memba-
wa radin rape. Baru juga nongol, si Dara langsung jingkrak-
jingkrak kegirangan melihat gaya cewek itu yang menurutnya
sangat keren. Mungkin Dara merasa ada kemiripan di antara
mereka. Tapi mendengar pernyataan cewek itu yang panjang-
lebar, Dara kembali bengong.
"Saya ndak bisa nyanyi, ndak bisa main gitar, ndak bisa
main drum, ndak bisa main bas, ndak bisa main kqbaard,"
ucap cewek itu berturut-turur. Kemudian ia kembali berkata,
"Oh iya, satu lagi. Saya juga ndak bisa baca-tulis."
Hening. "TrUS, kau bisanya apa?" tanya Jhony mewakili pertanyaan
yang sama di benak teman-temannya.
Si cewek punk rock langsung menyetel radio yang ia bawa.
Terdengar mnsik puna rani" dari sana. Kemudian dengan cepat
cewek itu meraih gitar dan mulai bergaya layaknya personel
banci terkenal di atas panggung. Maju-mundur, jingkrak-jing"
krak, muter"murer. Saka, ]igo, Jhony, dan Dara kompak mengangguk dan ber-
kata, "Ooo" bisa ngikutin gaya, toh?"
Seteiah dua jam berlalu, Dara menjatuhkan tubuhnya di
sofa. Ia mengacak"acak tambur. Ia heran kenapa nggak ada
satu orang pun kandidat memenuhi syarat yang dicari Saka.
Jhony, Saka, dan ]igo juga ikuran putus asa hingga seorang
gadis cantik berdiri di depan pintu garasi bengkel ]igo sambil
menenteng boks gitar. "Hmmm" Masih bisa ikutan audisi, nggak?"
Jhony, Dara, dan ]igo langsung menengok ke arah pintu,
dan langsung menengok ke arah Saka ketika mengetahui siapa
yang datang. 177 http :apustaka-indnblogspotcom
"Goro?" Saka tersontak melihat Coro tiba-tiba datang untuk
ikut audisi. Dengan wajah ragu, Coro memberanikan diri untuk kembali
bertanya. "Aku... boleh ikutan audisi?"
Tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab.
"Pacar aku anak nana, bukan berarti aku nggak bisa main
musik juga, kan?" Saka menatap Coro dalam diam. Kemudian ia mengangkat
dagunya, tanda bahwa Coro diperbolehkan untuk menunjuk-
kan kebolehannya. Coto membuka pengunci boks gitar di tangannya, kemudian
menarik gitar merek Fender berwarna putih dari dalamnya.
Perlahan ia melangkah mendekati mirrophanf.
Bola mata Saka menatap lurus ke arah gadis itu. Menghun-
jam seperti mata panah. Entah apa yang dirasakannya saat itu.
Bahkan, tak satu pun dari Dara, Jhony, dan ]igo mampu mene-
baknya. Coto melepas kalung berbandul Pic gitar yang dikenakannya,
kemudian bemsaha memfokuskan diri pada Fender putih yang
tergantung manis di tubuhnya. Perasaan grogi tak bisa dengan
mudah ia tutupi. Tapi bagaimanapun harus bisa ia taklukkan.
Sebisa mungkin ia tidak menengok ke arah Saka yang ia yakini
sedang menatap lurUs ke arahnya. Sesaat kemudian terdengar
bait-bait lagu dari bibir tipisnya.
"Hey" Man, Iin aiiza', Iin taking each day anar night at a
time. Iin fading iikf a Monday init ramaday Fii 6.9 Saturday
night..." Saka terdiam mendengar bait lagu yang baru saja keluar dari
mulur Coro. Lagu Sameday Efi in' Saturday night milik Bon
Jovi. Jantung Saka berdegup lebih kencang. Pikirannya seakan
mengalami flasbirafk pada saat awal bertemu dengan Coro.
178 http :apustaka-indnblogspotcom
Saat suara Coro menembus angin, menggetarkan dinding-
dinding bangunan. Saat mereka bersama di atas onthel. Semua
seperti bebas tanpa beban, dan saat ini di hadapannya, Coto
kembali menyanyikan lagu itu dengan iringan gitarnya, mem-
buat sensasi itu kembali terasa, mengalir bersama darah dalam
tubuhnya. ] 79 http :apustaka-indnblogspotcom
AKU mau dia." Dara menengok kepada Saka yang sejak tadi duduk terdiam
di kap mobil kuno di halaman kosan Soda. Malam itu Dara
dan Saka membicarakan masalah kelanjuran nami yang baru
saja ingin dibentuk. "Dia?"
Saka berpaling ke arah Dara. "Aku mau dia" Coro."
11Ta-tapi. . ." "Sani musik ada di dalam dia, Dar. Aku bisa merasakan-
nya. "Kamu kebawa perasaan, Sak. Apa kamu yakin bisa nge-
nana' bareng dia?" Saka kembali memalingkan wajahnya, menatap langit malam
yang bercahaya bintang. Ia bertanya dalam hati tentang ucapan
Dara barusan. Apa benar ia terlalu hanyur dengan perasaan"
',,Satu-satunya cara adalah kamu ngelupain dia, Sak. Anggap
aja kalian teman baik. Ingat, Coro itu masih milik Sisko.
Kamu juga ingat kan apa yang udah Sisko perbuat terhadap
Putri" Bagaimanapun kamu tetap dalam posisi salah kalau ne-
kat merebut |Coro dari cowok itu."
180 http :apustaka-indnblogspotcom
"Tapi Coro ndak bahagia sama Sisko, Dar. Aku tau itu."
"Sak, Sisko punya segalanya yang Coro mau. Uang, popu-
laritas, tampang oke, ski" gitar... sementara kamu?""
"Corn ndak seperti yang kamu kira."
Dara menghela napas panjang, "Oke, kalau kamu memang
udah yakin bisa profesional, aku pasti mendukungmu, Sak.
Berarti, besok kita tinggal mencari personel lainnya. Bagaima-
napun kita masih butuh drammer dan bassist," ucap Dara ber-
usaha mengerti. Kemudian ia melanjutkan, "Tapi aku mohon
sama kamu, SakI jangan bawa-bawa perasaan di dalam iaanar
barumu ini. Semuanya bisa kacau. Saat ini kesehatan Putri
lebih penting daripada apa pun."
ia" Rumah Sakit terlihat sepi ketika Saka tiba di sana. Jadwal be-
suk sudah hampir habis. Perlahan Saka membuka pintu kamar
tempat Putri dirawat. Setelah menjalani operasi pertama, PUtri
memang mulai stabil. Ia diharuskan menjalani proses pemulih-
an sebelum dilakukan operasi kedua.
Mendengar pintu dibuka, Putri yang terbaring di tempat
tidur langsung menengok ke arah pintu dan tersenyum ketika
melihat kakak semata wayangnya datang. "Mas Saka?"
Saka menarik kursi di sudut ruangan dan duduk di sebelah
tempat tidur PUtri. "Hai," sapa Saka lembut sambil membelai
rambut Putri. Putri merasakan kenyaman belaian tangan Saka pada ram-
bumya. Ia tahu persis kakaknya itu sangat menyayanginya.
"Masih kerasa sakitnya, Pur?"
181 http :apustaka-indnblogspotcom
Putri menggeleng perlahan. Kemudian ia menatap Saka da-
lam-daiam hingga air mata menetes dari pelupuk matanya.
"Loh" kok nangis" Kenapa?" Saka berkata sambil mengha-
pus air mata Purri dengan jarinya. Tapi bukannya berhenti,
Putri malah semakin kencang menangis. Tubuhnya bergetar.
Saka mampu merasakannya. "Maahn Putri, Mas" Maaf..."
Saka beranjak dari tempat duduknya, memeluk Putri dalam-
dalam. Mengeeup kepala Putri dengan sayang. "Yang terpen-
ting saat ini kamu sembuh, Put."
"Semuanya salah Putri, Mas. Salah Putri ndak ngikutin kata-
kata Mas Saka. Emang sudah sepantasnya Purri mengalami ini
semua." I"Put, kamu ndak boleh ngomong gitu. Anggap saja ini ada-
lah proses pendewasaan diri kamu. Mas Saka ndak marah sama
kamu kok." Mendengar ucapan Saka, Putri semakin cengeng. Membuat
Saka merengkuh tubuh kecil adiknya. "Semua akan baik-baik
aja kok, Put. Kamu ndak usah takut."
Saka menutup pintu kamar rawat dan berjalan pelan melewati
koridor rumah sakit. Dalam hati ia terus berkata bahwa Putri
harus sembuh. Ia akan berUsaha mati-matian melunasi utang-
nya kepada Eyang Santoso. Karena itu yang bisa membuatnya
lepas dari perasaan bersalah atas kejadian yang menimpa
Putri. Satu-satunya jalan untuk membayar utangnya adalah mene-
rima tawaran produser tersebut. Karena prodUSer itu menawar-
182 http :apustaka-indnblogspotcom
kan angka yang fantastis. ]adi lebih baik ia fokus pada pemben-
tukan &and"nya yang baru. Tapi bagaimana kalau dia gagal"
Bagaimana kalau prodUser itu tidak menyukai hand Saka yang
baru" Apa ia harus menurunkan egonya untuk meminta Bapak
membiayai operasi Putri" Itu artinya, ia harus melanggar jan-
jinya kepada Bapak. Haruskah"
Tiba"tiba sebuah suara memanggil namanya dari ujung kori-
dor. Ketika Saka menengok, terlihat Dara yang berjalan terbu-
ru-buru ke arahnya. Dengan cepat gadis itu menarik tangan
Saka. "Kamu harus ikut aku, Sak. Aku kenalkan dengan teman-
ku. Dia kemungkinan adalah orang yang kita cari untuk meng-
isi posisi drummer," ucap Dara dengan nada terburu-buru.
Saka hanya terdiam ketika Dara mengajaknya ke daerah yang
sama sekali tak pernah ia sentuh. Sebuah kompleks perumahan
yang terlihat teduh dan sepi. Dari nama kompleksnya dapat
langsung menjelaskan siapa penghuni kompleks perumahan
tersebur. Kompleks Veteran.
Saka dan Dara berhenti pada salah satu rumah di paling
pojok kompleks. Ukuran rumah tersebUt tidak terlalu besar.
Setara dengan rumah-rumah sederetnya yang memiliki arsitek-
tur kuno dan teduh. Dara menekan bel di depan gerbang. Sebuah gerbang yang
nyaris tidak berhangsi dengan baik karena ukuran tingginya
yang hanya sebatas pinggang orang dewasa. ]adi siapa pun da-
pat melompatinya tanpa harus membuka pagarnya. Kecuali
kalau orang tersebut sejenis kurcaci yang tinggal di dalam ru-
mah pohon bonsai. 183 http :apustaka-indnblogspotcom
Efek ditekannya bel rumah tersebut menimbulkan bunyi
yang cukUp aneh dari dalam rumah. TRANG... TRANS...
BRANG! GUBRAK! PRANG... PRANG... KROMPYANG!
NGIIIK... PRAMK! Tak lama kemudian seorang cowok kurus kerempeng dengan
kacamata lebar membuka jendela kayu rumah tersebur. Ia terse-
nyum lebar ketika melihat Dara. "Woi, Dara! Sebentar, ya!"
Brak! Ia kembali menutup jendela. Aneh. Tapi lebih aneh lagi
ketika tiba-tiba jendela tersebut kembali terbuka dan cowok
kurus krempeng tadi buru-buru keluar lewat jendela.
Saka menengok ke arah Dara dengan heran. Dari raut wajah-
nya dapat dipastikan ia bertanya-tanya siapakah ielaki tersebut.
Buat apa Dara membawanya ke rumah itu"
Dara membalas tatapan Saka dengan nyengir. I"Hehe... Doi
emang agak ajaib." Cowok tadi berlari kecil mendekati Dara dan Saka. "Maaf
ya, pintu depan agak sUsah dibuka. Jadi lewat jendela lebih
cepet," ucapnya dengan suara agak cempreng kayak anak kecil.
"Kamu Saka kan, ya?" tanyanya kemudian ketika melihat
Saka. Saka mengangguk. Masih dengan wajah heran.
"Masuk, yuk," ajak cowok itu. "Kalian tunggu di depan aja.
Nanti aku bukain dari dalem," lanjutnya, kemudian kembali
masuk lewat jendela. 11Ngomong-ngomong dia siapa, Dar?" tanya Saka ketika ya-
kin cowok ajaib itu tidak mendengar.
"Namanya Warsito. Yang jelas, dia nggak mungkin aku ta-
warin jadi vokalis di hand kamu. Tapi... kamu liat sendiri deh
nanti." "TOOO! KANIU N1AU KE MANA, TUGU!!!" Tiba-tiba


Rock N Roll Onthel Karya Dyan Nuranindya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdengar suara dari dalam rumah.
184 http :apustaka-indnblogspotcom
"ADA TMU, EYAAANG!" Terdengar suara Warsito nggak
kalah kencang. "APAAA?" "TAMU, EYANG... TAMUUU!" Sesaat kemudian terlihat
Warsito muncul dari balik pintu setelah susah payah ia membu-
kanya. Dara dan Saka melangkah masuk sambil mengucap permisi
kepada lelaki tua yang duduk di ruang TV. Mereka mengikUti
1Warsito hingga tiba pada sebuah tangga di kebun kecil bela-
kang rumah yang menuju ruangan kayu di atas. Mereka pun
menaiki tangga tersebut. Warsito membuka pintu ruangan tersebut dan membuat
Saka takjub dengan interiornya.
Ruangan itu adalah studio musik dengan peralatan lengkap.
Temboknya penuh gambar-gambar musisi legendaris Indonesia
seperti Benyamin S, God Bless, sampai Koes Plus. Di sudutnya
terdapat meja dengan laptop di atasnya.
"Kamu biasa mainin mUsik apa, Saka?" tanya Warsito. Tapi
sebelum pertanyaan itu terjawab, ia kembali berbicara, "Eh iya,
nama aku Warsito. Tapi kamu cukup manggil aku Siro aja."
"jadi gini, Saka ini lagi nyari personel band. Aku keinget
kamu. Jadi aku bawa aja dia ke sini, Siro. Selama ini kan
kamu pengin banget bisa punya aana'f1 Dara langsung to the
point. "Kamu buruh apa, Saka?"
"Aku lagi nyari drummer sarna Gianni. Kamu bisanya megang
apa?" Sito tampak murung. Alis matanya menyatu. Ia menghela
napas panjang. "Persyaratannya apa?"
Dara dan Saka saling berpandangan. Agak bingung dengan
pertanyaan Siro. 185 pustaka"indoblogspoteom
http :apustaka-indnblogspotcom
"Apa ada persyaratan" hmmm... harus permak penampilan
atau permak wajah?" "Ya enggaklah!" Saka dengan cepat menjawab sambil terse-
nyum. Ia pikir Sito bercanda.
"Saka mau tau permainan musik kamu, Sito.?"
Belum sempat Dara melanjutkan kalimatnya, Siro tiba-tiba
mencopot celana panjangnya hingga hanya mengenakan celana
pendek dan melepas kacamatanya. Kemudian ia duduk di balik
dram set dan memutar stik drum di tangannya. Dalam hitung-
an detik, ia mulai menggebuk drumnya. Kakinya terlihat lin-
cah menginjak triple pedal drum tersebut. Ia pejamkan mata-
nya. Ia percepat tempo permainannya. Hebat! Sito mampu
menjaga kestabilan permainannya. Kunto Seven Eighty pun
tak mampu menandinginya. Ya, lelaki ajaib itu memang...
AJAIB! Dara tersenyum menatap Saka yang seriLIs mengamati per-
mainan Siro. Ia tahu betul, Sito memiliki kriteria personel
hana yang Saka cari. Yah" meskipun tampang dan penampil-
annya agak apes sedikit. Sito menutup permainannya dengan memukul silang dram
set"nya hingga nada penurup terdengar sempurna. Ia pun me-
ngenakan kembali kacamatanya dan menatap Saka dengan
mata membulat, "Gimana" Aku diterima, nggak?"
"DITERIMA?" Dara dan Saka kompak menjawab yakin.
WEH, itulah Sito. Mahasiswa seni rUpa semester awal yang
punya inii! musik mengagumkan. Menurut ceritanya, alat-alat
di daiam studio pribadinya itu belum pernah sama sekali dipa-
kai untuk latihan banci. Pasalnya, ia nggak punya teman yang
bisa ia ajak main nana. Orang-orang langsung nnderestimate
setiap kali mau ngajak nge-bana'. Apalagi kalau bukan masalah
penampilannya yang dianggap kurang menjual 1111111111. ukuran
186 pustaka"indoblogspoteom
http :apustaka-indnblogspotcom
anak nana. Belum lagi kebiasaan anehnya yaitu gemar meng-
gunakan bagiants saat bermain drum. Yang akan membuat ce-
wek-cewek berkata, "Iiiyyywww. . . "
"Soalnya kalo pake celana panjang selalu sobek." Begitu alas-
annya. Yah" cukup masuk akal.
Karena penolakan yang sering dialaminya ketika ia menawar-
kan diri bergabung dalam band, akhirnya Siro lebih suka me-
mainkan sendiri alat musik dalam studionya satu per satu,
merekamnya, dan menggabungkannya di laptop. Hingga tercip-
ta musik yang mirip dengan band.
"Besok"besok kalau latihan di sini aja, Saka."
"Emangnya suara alat musik di sini nggak mengganggu
eyangmu?" Siro terlihat mengorek"ngorek kuping dengan stik drum di
tangannya, WAhi. enggak, Kamu tenang aja. Eyangku itu pen-
dengarannya kurang. Dulu gara-gara keseringan denger suara
meriam. Makanya, kalau ngomong sama dia harus dari jarak
deket banget. Itu pun harus teriak"teriak."
"Oooh... pantesan tadi kamu teriak-teriak.11
Sito mengangguk"angguk. "Iya. Bel rumah ini juga udah
aku buat khusus buat Eyang. Jadi kalau dipencet, lemari pera-
botannya langsung jatuh. Dengan begitu kalau ada tamu,
Eyang bisa tahu." Dara ngikik mendengarkan cerita Sito yang begitu polos.
Sejak awal mengenal Siro, cowok itu nggak pernah berubah
sama sekali. Tetap jadi Sito yang apa adanya.
"Kalau gitu, besok kita bisa langsung mulai latihan, ya."
Saka berujar, kemudian menengok ke arah Dara yang terse-
nyum lega. Ia lega karena berhasil mempertemukan Saka de-
ngan orang yang tepat. Ya, Sito adalah orang yang sangat tepat
untuk bergabung dengan band Saka.
187 pustaka"indoblogspoteom
http :apustaka-indnblogspotcom
Sito tak pernah menyangka pada akhirnya ia bisa memiliki
hand juga. Cowok yang punya rekor selalu ditolak cewek itu
senangnya minta ampun. Saking girangnya, ia langsung sung-
kem sama eyangnya hari itu.
Sementara, eyangnya malahan sibuk bertanya, "Hari ini Le-
baran ya, To" Kok cepat sekali" Maaf lahir batin"."
Kosan Soda, kamar Saka. Saka memutar-mutar ponsel di tangannya. Sesekali ia meli-
hat ke layar, membuka pbaneimek, lalu kembali menekan
cancel. Ia berpikir sejenak, kemudian menarik napas panjang
dan kembali mencari nomor ponsel Coto di phonebook. Dan
kali ini" OK. Dengan sabar Saka menunggu telepon diangkat.
"Halo." Telepon dijawab.
1"Coto?" "Sa"Saka" Hmmm... Kenapa ya, Sak?"
"Besok jam tiga sore latihan di Kompleks Veteran 18. ]a-
ngan telat." "Jadi aku diterima, Sak?"" Oke, aku nggak bakalan telat."
"He-eh. Sampai ketemu besok.w
"Eh, Sak?" Coro buru-buru menahan. "Maafin aku, Sak,"
ueap Coto pelan. Saka terdiam sejenak. Rasa sakit di hatinya masih jelas tera-
sa. Tapi ia berusaha melupakannya. "Ndak ada yang perlu di-
maafkan, Cor. Besok jangan lupa bawa gitar Fender"mu.
Hanas untuk waktunya."
"Saka!" Kirin. Sambungan terputus ketika Coto kembali me-
188 pustaka"indoblogspoteom
http :apustaka-indnblogspotcom
manggil namanya. Air mata mengenang di peIUpuk mata
Coro. Wajahnya memerah menahan perasaannya. Ia menurun-
kan ponsel di telinganya perlahan. Tak percaya dengan perla-
kuan Saka barusan. Ya, ia tahu dirinya memang salah telah
memperlakukan Saka seperti itu. Mungkin ia memang pantas
mendapatkan itu. Sebenarnya Saka tak sampai hati memperlakukan Coro sedi-
ngin itu. Ia pun merasakan sakitnya. Apalagi sampai detik ini
Coto masih belum mampu untuk memilih antara Sisko dan
dirinya. Mungkin mencoba bersikap dingin adalah satu-satunya
Pergolakan Goa Teratai 1 Misteri Listerdale The Listerdale Mystery Karya Agatha Christie Naga Bhumi Mataram 10
^