Pencarian

Elemen Kekosongan 12

Elemen Kekosongan Karya Nein Arimasen Bagian 12


asa, akan tetapi pada saat-saat seperti ini mereka diperlukan untuk
menangani bencana seperti itu.
Mengamati gra"k pantauan salah satu alat seismik yang diletakkan
dekat dengan air terjun, terlihat suatu pola lonjakan yang memperli-
hatkan bahwa telah terjadi seauatu pada waktu itu.
"Kurangi dulu isyarat itu dengan gangguan latar belakang..," kata
seseorang. "Sudah dilakukan," jawab sang penyaji. "Dan ini memang hasil
akhirnya." "Mengagumkan," kata yang lain, "begitu banyak gangguan akan
tetapi kita tidak tahu sebelumnya."
"Itu karena mirip dengan pola latar belakang," kata yang lain, "se-
hingga jaringan saraf tiruan tidak dapat mengerti bahwa itu bukan
gangguan latar belakang."
546 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
"Dan pula singkat berlangsungnya," kata seorang menambahkan,
"dan kemudian menghilang. Lebih sempit dari rentang waktu untuk
melakukan analisa." Semua orang terdiam dalam lamunan masing-masing.
"Tadi ada berita dari teknisi pemantai kartu identitas, bahwa peman-
car yang rusak telah diperbaiki. Dan menurut hasil pindai, semua
penghuni masih ada di lokasi, tidak ada yang hanyut jauh."
"Tidak mungkin," desis lelaki itu, "saat aku di sana tidak banyak
orang yang kulihat di taman. Di gedung bahkan hampir tidak ada
orang." "Memang tidak di sana, akan tetapi di kolam renang."
"Di kolam renang?" tanya beberapa orang hampir berbarengan.
"Ya, di kolam renang, Orang-orang dari gedung pun hanyut ke sana.
Belum diketahui apakah ada yang terluka atau tidak. Hanya saja hasil
pindai menyatakan konsentrasi orang-orang ada di kolam renang."
"Baiklah, biarkan anggota tim penyelamat menjalankan tugasknya,
kita juga punya tugas sendiri."
"Baik," kata yang lain hampir serempak.
Kemudian rapatlah mereka mengenai bencana yang baru terjadi, serta
keanehan-keanehan yang menyertainya. Tentang betapa singkatnya
hal itu terjadi dan bagaimana hal itu dapat secara lemah dideteksi
akan tetapi luput dari prediksi jaringan saraf tiruan dan sistem pakar.
Lelaki itu tak bisa meninggalkan pikirannya dari anak dan istrinya.
Akan tetapi berusaha ia mengkonsentrasikan pikirannya. Ini adalah
tugasnya. Setelah rapat itu selesai, lelaki itu kembali mencari semacam telepon
terdekat dan melakukan lagi pencarian istri dan anaknya melalui kartu
identitas mereka. Dan kali ini ia mendapat jawaban positif, dan kon-
"rmasi apakah ingin dihubungkan dengan mereka. Dengan tergesa
dan gembira ditekannya tombol untuk menyatakan "ya".
547 Sebuah jendela kecil muncul di layar dan terlihat lokasi di mana ter-
dapat orang-orang yang hanyut berkumpul. Melalui suatu kamera di
lokasi, ia dapat melihat anak dan istrinya di kerumunan orang-orang.
Dan kemudian ia melihat mereka bergegeas menuju semacam telepon
terdekat, karena adanya panggilan dari lelaki itu.
"Bunda," kata lelaki itu haru, "baik-baik saja, Bola juga?"
"Baik ayah," jawabnya terisak, "ayah di mana?"
"Di kantor pemantau gempa, habis rapat."
"Ngeri betul, ayah. Ada air bah. Kita hanyut. Bunda dan Bola
sedang naik ayunan dan kemudian tersapu. Tapi kami tidak tengge-
lam. Orang-orang juga. Tidak ada yang tenggelam. Mengapung
seperti gabus di atas air."
Lelaki diam mendengarkan cerita istrinya yang menegangkan menge-
nai ba-gaimana air bah dari air terjun itu datang tiba-tiba dan meng-
hanyutkan semua. Mengerikan tetapi abenteuerlich, karena tidak ada
yang tenggelam. Mirip wisata air bah.
Lelaki itu mengucap syukur, bahwa anak dan istrinya baik-baik saja.
Kemudian mereka bersepakat untuk bertemu di kolam renang saja.
Lelaki itu yang akan mengayunkan langkah ke sana.
2006-03-16 "Ini bagus, cukup jelas," katanya dalam hati. "Kuharap pula bagian
selanjutnya.." Kantuk Papan bidai yang biasanya jelas tampak buram di hadapannya.
Lelaki mengangguk-angguk menahan kantuk yang menyerang tak
berperasaan, padahal ia sedang dalam proses pengambilan data.
Lelaki itu menamakan dirinya Nein. Nein Arimasen.
Nein bekerja di suatu laboratorium di suatu institusi penelitian yang
cukup bona"d. Pusat Penelitian Fisiologis Molekul. Keren betul
judulnya, tapi Nein sendiri tidak begitu mengerti, karena ia kerja
548 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
hanya sebagai seorang teknisi yang mengambil data dari sebuah alat
dengan bantuan kompuer saja.
Pekerjaan yang dilakukan Nein cukup sederhana. Terdapat suatu -or
(entah apa namanya, mungkin reaktor, incenerator, inkubator, kaltrol
atau malah kompor), pokoknya ada suatu -or yang di dalamnya dicam-
purkan butir-butir kecil bahan yang kemudian diguncang-guncang ke
atas dan kebawah menggunakan suatu -or yang lain (yang ini Nein
ingat, vibrator namanya, tepatnya vibrator ke atas ke bawah, karena
ada juga yang ke kiri dan ke kanan). Akibat diguncang-guncang itu
maka butiran-butiran dalam, sebut saja kantor, dapat bergerak-gerak,
kadang ke kiri dan kadang ke kanan. Gejala ini yang hendak di amati,
kapan ia ke kiri, kapan ia ke kanan.
Saat di kiri atau saat di kanan butiran-butiran tersebut sudah berg-
erak dalam kekacauan atau kaos, lalu kemudian tanpa alasan yang
jelas ia dapat berpindah dari kacau di kiri menjadi kacau di kanan.
Perpindahan yang tidak jelas ini disebut orang intermittens. Nein
cukup lama menghapalkan kata tersebut sehingga dapat melafalkan-
nya dengan jelas. Intermittens itu dapat diamati dengan menggunakan suatu kamera
digital, mereknya Nein tidak tahu. Kamera itu tidak seperti kamera-
kamera digital yang ada atau terdapat di handy, akan tetapi lebih
kotak dan besar. Gambar yang dapat disampaikannya hanyalah hitam
putih, untuk itu orang butuh komputer, karena hasil penangkapan
disalurkan ke komputer lewat antar muka "rewire (Nein lupa kode
IEEE nya). Biasana suatu percobaan untuk mengukur intermittens dilakukan spe-
si"k untuk suatu kekuatan dan kerap getar vibrasi yang berbeda-beda,
untuk kemudian dibandingkan atau dicari korelasinya, antara keku-
atan dan kerap getar dengan kebolehjadian munculnya suatu intermit-
tens. Untuk itu Nein belum juga mengerti, walau Prof. Borokokok
telah berulang kali menjelaskannya. Bahkan ia telah memberi Nein
suatu ringkasan dari Vorlessungnya untuk dibaca. Akan tetapi tetap
saja Nein tidak mengerti.
Data yang diperoleh adalah berupa rekaman gambar dari format H5
suatu standar untuk "lm tertentu. Dengan menggunakan piranti lu-
549 nak yang dikembangkan oleh Suluz, seorang asisten Prof. Borokokok,
tampilan butiran-butiran yang bergerak ke sana dan kemari dapat
dilihat di layar komputer.
Akan tetapi semaju-majunya teknologi, pasti ada saja kekurangan-
nya, demikian pula dengan peralatan canggih di lab Nein, yang su-
dah dikon"gurasi sedemikian rupa otomatis, akan tetapi belum dapat
menghasilkan hasil akhir yang justru diharapkan, yaitu berapa jumlah
butiran yang sedang bergerak kacau di kiri dan berapa butiran yang
sedang bergerak kacau di kanan.
Untuk itulah Nein bekerja di sana, di salah satu laboratorium pada in-
stitusi Pusat Penelitian Fisiologis Molekul, karena pekerjaan tersebut
tidak diminati oleh orang-orang pintar yang memiliki sederet gelar
keilmuan. Tidak ada orang yang berminat. Akan tetapi Nein ya,
ia dapat melakukannya, karena pekerjaan itu tidak memerlukan pe-
nalaran dan pemahaman yang terlalu tinggi. Hanya kesabaran yang
diperlukan dan pula ketekunan.
Demi suatu data, bisa Nein menghabiskan dar 8 jam sehari sampai
5 hari dalam seminggu. Itu pun bergantung, seberapa teliiti deret
waktu yang ingin dihasilkan. Bila diinginkan kasar terlebih dahulu
untuk praduga, maka bisa cepat. Sehari, kadang setengah hari pun
sudah selesai. Akan tetapi apabila diharuskan cukup teliti agar deret
waktu tersebut dapat diintegral atau didiferensialkan, maka perlu Nein
menghabiskan waktu di depan komputer sampai 5 hari kerja.
Hanya duduk di depan layar monitor, dan ketak-ketik, kiri-kanan, per-
hatikan butiran yang terbang ke kiri dari kanan dan ke kanan dari kiri,
melewati suatu dinding pemisah di tengah-tengah kompor tersebut.
Bila sedang mengamat-amati itulah, datang serangan kebosanan yang
menggila, sampai kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga Nein
bisa hampir tertidur di meja kerjanya. Atau kadang-kadang ia baca-
baca atau surfen untuk menghilangkan kantuk, dan sudah pasti bosan
yang menyertainya. *** Dan hari ini Nein memperoleh tugas yang sama.
550 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
Hal pertama yang harus dilakukannya adalah mencari kombinasi
butiran-butiran yang akan digetarkan seperti diinstruksikan oleh Prof.
Borokokok melalui Inprof (Instruksi Profesor). Setelah memperoleh
butiran yang dimaksud sesuai dengan ukuran yang dispesi"kasikan,
lalu Nein harus menghitunga butiran-butiran tersebut, sejumlah yang
dibutuhkan. Untuk menghitung jumlah butiran-butiran yang kecil tersebut (kadang
sampai 1 - 2 mm diameternya) benar-benar menguji kesabaran Nein.
Setelah selesai kemudian diambillah kompor oleh Nein. Kompor terse-
but telah dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Antara lain adalah bahwa kompor tersebut harus sederhana, murah
dan dapat berfungsi. Syarat yang sepertinya diajukan oleh banyak
orang. Setelah memasukkan butiran-butiran tersebut ke dalam kompor, Nein
mulai menyalakan listrik alat-alat yang terkait dengan kompor, seperti
vibrator bergerak ke atas ke bawah, osiloskop, pemindai gerak, pen-
gada daya listrik dan lampu penyinaran serta kamera "rewire.
Setelah semua disambung-sambungkan dan dicek apakah telah dicolok
ke ke steker di dinding, mulailah Nein menyalakan satu per satu den-
gan urut-urutan tertenu. Nein tidak tahu apakah bila prosedur urut-
urutan tersebut tidak ditaati dapat terjadi sesuatu yang berbahaya.
Ia hanya mengikuti dan tidak mau mencoba-coba untuk berspeku-
lasi hanya untuk memuaskan dahaga ingin tahunya saja. Taruhannya
adalah omelan atau bahkan pekerjaanya. Lebih baik terlihat sedikit
bodoh dan konservatif, dari pada terlalu agresif, penuh inisiatif akan
tetapi riskan. Begitulah Nein. Hati-hati selalu.
Setelah dinyalakan osiloskop, pemindah gerak, pengada daya listrik
dan lampu penyinaran, Nein mulai membuka suatu konsol di kom-
puter untuk mengamati apakah letak obyek dan kamera telah cocok,
sehingga memberikan gambar yang baik. Diketikkannya di konsol
tersebut "coriander &" dan ditekannya tombol "Enter". Sekejap kemu-
dian muncul suatu jendela dengan banyak tabulasi. Perlahan dipilih-
nya tombol "Start" dan kemudian "View". Jumlah gambar yang akan
ditangkap adalah 300 gambar per detik. Cukup baik menurut Nein.
551 Kemudian ia melihat jendela kecil yang terbuka, yang menggambarkan
obyek yang ditangkap oleh kamera.
Obyek tersebut terlihat agak gelap dan samar. Untuk itu Nein memu-
tar tombol arus litrik yang menghidupi lampu, sehingga cahayanya
bertambah terang. Cukuplah sudah. Ia harus bermain dengan lampu,
dan tidak dengan kecepatan pengambilan gambar dari kamera, karena
ia butuh jumlah gambar yang tinggi tidap detiknya.
Setelah itu ia mula memainkan pengaturan fokus dari kamera "rewire
tersebut. Diputarnya ke kanan, gambar semakin kabur, akhirnya
dibalasknya ke kiri perlahan-lahan sampai terlihat gambar yang jelas,
dan kemudian kabur kembali. Putaran dibalasnya, berulang bolak-
balik, sampai ia puas memperoleh gambar yang cukup tajam atau
optimal tajam dengan pencahayaan itu.
Tapi tunggu dulu, bagaimana apabila kecepatan kamera masih ku-
rang, sehingga saat butiran bergerak terlihat kabur. Penataan ini
masih untuk tuiran yang diam. Untuk itu Nein menyalakan pengge-
tar atas bawah, dan melihat perlahan-lahan butira-butiran tersebut
bergerak ke atas ke bawah dan ke kiri ke kanan, pokoknya kacau.
Nein kemudian menekuni kembali layar monitor dan melihat bahw
butiran-butira yang bergerak cukup tajam dan dapat diamati untuk
saat analisa nanti. Cukuplah pikirnya.
Nein kemudian menutup piranti lunak aplikasi coriander dan mengetikan
perintah "vidtool", sebuah piranti lunak karya Suluz, yang dimodi"kasi
oleh Simik dan juga Nein sendiri (atas bantuan Simik). Banyak opsi
yang harus dimasukkan Nein. Dan Nein sering lupa, oleh karena
itu ditempelkannya sebuah kertas dekat monitor komputer untuk
mengingatkan opsi-opsi apa yang harus dimasukkan.
Pertama-tama buat tujuan "le sementar "exprot VIDEO TMP=/video
/nein/rekaman2938/".
Selanjutnya ketikkan "vidtool" dengan opsi "/dev/video1394 reka-
man2938.h5" yang masih harus diikuti oleh opsi-opsi ?"gray", ?"
usetmp", ?"c-vres 200", ?"c-vres 308". Oh ya terlupa berapa gambar
dan berapa yang akan dibuang, yaitu ?"frames 300000" dan ?"drop 2".
Lalu ditekannya "Enter".
552 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
Jalanlah proses perekaman data yang terlebih dahulu dituliskan ke
suatu "le sementara dengan besar masing-masing 1 GB. Nein kemu-
dian menjalankan semua alat-alat terkait, dan menunggu percobaan
berjalan. Kadang harus ditunggu beberapa saat untuk melihat apakah fenom-
ena yang diinginkan akan muncul, antara lain osilasi atau pemisahan.
Bila tidak, vidtool harus dibatalkan, "le-"le yang terbentuk harus di-
hapus dan butira-butiran dibersihkan atau ditiup untuk mengubah hu-
miditasnya, hal ini terutama untuk mecegak terjadinya listrik statis.
Kadang pula butir-butir harus diganti baru, dan kompornya diber-
sihkan. Entah kenapa, dalam hal ini butir-butir tidak lagi bersifat
lenting, harus digunakan butir-butir yang baru.
Akan tetapi Nein sayang untuk membuang butir-butir tersebut, yang
ia lakukan adalah mencampurnya dengan yang baru, mengaduknya
dan kemudian memisahkan sejumlah yang akan digunakan. Dengan
asumlsi bahwa akan terdapat butiran lama dan baru, dan fenomena
yang diinginkan umumnya muncul. Dengan cara itu butiran yang
segar dapat diperoleh dengan tidak membuang butiran bekas pakai
sama sekali. Apabila digunakan cara sekali pakai, maka kurang dari
sepuluh kali percobaan, sudah harus dibelikan butiran baru.
Saat ini percobaan berjalan lancar. Nein tinggal menunggu sam-
pai listrik statis muncul dan mengacaukan percobaan. Lalu meng-
CTRL+C vidtool untuk masuk pada mode konversi "le sementara.
Suluz telah memrogram untuk menangkap peristiwa CTRL+C men-
jadi lompat proses, ketimbang membatalkan program secara keselu-
ruhan. Di sela-sela perekaman yang memakan waktu kira-kira setengah jam
dan proses konversi yang sampai 4-8 jam, Nein kadang mengerjakan
hal-hal lain. Mumpung lagi kenceng-kencengnya sambungan internet.
Saat ini Nein sedang gandrung eBook dengan format Microsoft
Reader. Walaupun itu propriatery, akan tetapi hasilnya dengan True


Elemen Kekosongan Karya Nein Arimasen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Type Font memang benar-benar mempesona. Teman Nein, John
Engray saja mengakuinya. Setelah klik kesana kemari di Google, akhirnya tibalah Nein di
Michisoft buatan Michael (karena piranti yang lain tidak bebas
553 merdeka dari windows), yang membuatkan Reader Studio yang free-
ware (http://michisoft.com/). Disayangkan proyek tersebut berhenti
Mei 2004. Dengan piranti ini Nein dapat mengkonversi tulisan Audi-
nar Vi sehingga dapat dibaca di Microsoft Reader di rumah.
Akan tetapi Nein belum puas, karena masih belum bisa membuat kover
dan daftar isi. Setelah ditelaah lagi ternyata ada Reader Studio beta
dan yang sudah "nal. Di sana disebutkan bahwa mendukung juga
gambar dalam format PNG selain JPG dan GIF dan juga daftar isi
(hanya untuk "le HTML). Hal ini membuat Nein makin bersemangat
sambil menunggu konversinya vidtool.
Akan tetapi sayangnya Reader Studio tidak jalan di Linux meng-
gunakan Wine. Dia bilang ada masalah dengan DOM XML-nya.
Nein tidak mengerti itu. Lalu coba-coba baja spesi"kasi OpenEbook
(http://www.idpf.org/oebps /oebps1.2/download/oeb12-xhtml.htm)
dan juga metadata di Dublin Core (http://dublincore.org/), malah
makin bingung. Akhirnya untuk sementara Nein menyerah, karena terlalu banyak
waktu yang dibuang untuk mempelajari sesuatu yang bersifat hobit.
Es lohnt sich nicht. Jadi Nein mencoba memanfaatkan Reader Studio
Final secara maksimal dulu, tanpa mengoprek format XML dari spesi-
"kasi OpenEbook. Salah satu yang berhasil dipecahkan adalah mem-
buat page-break-after dengan CSS (http://www.w3schools.com/css
/pr print pageba.asp), tapi untuk konversinya baru bisa dicoba di
rumah. Sementara itu konversi yang dilakukan vidtool belum juga selsai.
Nein kemudian membuka halaman Wikipedia Indonesia yang dibu-
atnya mengenai Media Butiran, hal-hal yang dikerjakannya di dalam
lab sehari-hari. Halam tersebut berlamat http://id.wikipedia.org/wiki
/Material butiran dan ia telah dikoreksi oleh *drew. Akan tetapi hari
ini *drew tidak muncul, padahal Nein sedang mengajukan pertanyaan
dalan forum diskusi dia, mengenai penggunaan gambar yang tidak
public domain. Untuk suatu gambar dari Physical Review Letter 90, 014302 (2003),
Nein telah berkorespondensi dengan Prof. Dr. Ingo Rehberg dan
memperoleh persetujuannya untuk menggunakan gambar tersebut,
554 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
"Ja, Sie drfen die Bilder gerne benutzen. Viel Erfolg!"
Senang hati Nein menerima tanggapan yang positif. Tinggal me-
nunggu komentar dari admin-admin Wikipedia Indonesia saja.
Nein kembali menengok hasil konversi dari vidtool. Sudah setengah
data yang ada hilang dan pindah ke SH-PO.h5 yang ukurannya se-
makin membengkak. "Kira-kira sebentar lagi," gumam Nein.
"Nulis cerita dulu dah, dari pada ngantuk," kata suatu suara di kepala
Nein. Dan menarilah jari-jarinya di atas tombol-tombol papan bidai,
mengalirkan ide-ide yang liar bergentayangan di kepala. Liar tapi
terkendali, jangan seperti kesurupan yang sedang meraja-lela di In-
donesia, akibatnya banyaknya tayangan mistis untuk mengejar rating
penonton. Untuk urusan penulisan, Nein teringat sama "lem Finding Forrester
atau Forrester gefunden. Yang menyarankan untuk membiarkan jari-
jari menari, dan jangan berpikir saat menulis cerita. I love that "lm.
Ubrigens dan by the way, Audinar minta tolong ubah blognya ditam-
bahkan script untuk bikin Snow"akes, keren, tapi bikin lambat :).
Nein udah capek dan sekarang sudahn 19.46, mau ngebom dan pulang.
Selesai. Deutschland, 23.3.6 " 2006-03-23
"Benar-benar memusingkan," ucapnya tanpa sadar. Tapi ia masih
memutuskan untuk terus melanjutkan membaca buku tersebut.
Bis Terjungkal Balik Hari ini lelaki yang tempo hari mimpi air terjun meluap, bermimpi
hal lain lagi. Juga hal yang benar-benar khayal dan tidak "sis.
Entah bagaimana mulanya, tapi tahu-tahu setting mimpinya adalah
berada dalam satu bis dengan sang istri. Tapi tanpa sang anak.
Mereka sedang bersama duduk dalam suatu bis yang besar, atau keli-
hatan besar, akan tetapi tidak ada orang lain kecuali mereka berdua.
Dan apakah mereka saat itu sedang berlaku sebagai penumpang
ataupun pengemudi juga tidak terlalu jelas.
555 Pokoknya begitu. Lelaki tersebut dan istrinya duduk dalam bis yang
besar, yang sedang melaju, entah di atas jalan raya ataupun terbang.
Entahlah. Dan yang anehnya tidak ada pemandangan ataupun hal-
hal yang terlihat di sepanjang perjalanan tersebut. Waktu seakan-akan
berhenti saja. Juga tidak ada pembicaraan di antara lelaki itu dan istrinya.
Sunyi. Tetapi bisa masih berjalan. Cerita masih berlanjut. Dan mimpi masih
mengalir. Mungkin asumsi bahwa bis tersebut masih berjalan adalah adanya
getaran-getaran yang terasa berasal dari tempat duduk dan kaki.
Adalah normal bahwa bis yang sedang berjalan akan merambatkan
getaran-getaran, kecuali saja suspensinya sedekian bagus, sehingga
saat sedang berjalan di malam hari, orang sampai tidak dapat mem-
bedakan apakah bis itu sedang berjalan atau berhenti, bila matanya
ditutup. Mungkin saja. Tapi tidak dengan bis dalam mimpi lelaki itu. Lelaki itu bermimpi
bahwa bisnya masih berjalan. Ia dan istrinya duduk di dalamnya,
akan tetapi tidak melakukan apa-apa, dan tidak melihat apa-apa selain
kesadaran bahwa bisnya sedang berjalan.
Ya, bisnya sedang jalan. Lalu" Lalu apa" Ah, ya, masak itu saja. Membosankan bukan, apabila seseorang
menulis cerita bahwa ia di dalam mimpinya sedang mengendari bis,
dan kemudian bisnya sedang berjalan. Dan itu saja.
Untunglah dalam mimpi lelaki itu ada hal lain yang bisa diceritakan,
jika tidak, mungkin saja kata-kata ini menjadi kata-kata terakhir dari
cerita ini. Jangan. Masih ada kelanjutannya. Tak lama atau sebentar
kemudian, atau keterangan waktu yang lain, melihatlah lelaki itu dan
istrinya bahwa bis itu sedang berjalan di suatu jalanan yang terletak
di atas tebing, dengan satu sisi adalah lereng dan satu sisi adalah
556 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
jurang. Penampakan itu membuat mereka menjadi ngeri, terutama lelaki itu,
karena ia yang sedang bermimpi, sedangkan istrinya hanyalah tokoh
yang muncul dalam mimpi itu. Untuk adilnya, katakanlah bahwa
istrinya juga merasa ngeri.
Mereka berdua merasa ngeri karena kemudian mereka sadar bahwa bis
itu tidak ada pengemudinya. Jadi bis itu berjalan dengan sendirinya.
Entah benar-benar tidak ada pengemudinya atau drive-by-wire.
Karena merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut, maka sang
istri mengambil inisiatif untuk mengambil allh kemudi, untuk mem-
berikan rasa aman bahwa bis itu akan tetap berada di jalurnya dan
bukan masuk ke dalam jurang.
Akan tetapi pengambilalihan kemudi tersebut tidak membawa banyak
dam-pak yang berarti terhadap arah gerak bis itu. Bis itu makin
bergerak menggila, salip kiri dan kanan di antara kosongnya jalan,
membuat kedua penumpangnya semakin kebat-kebih hatinya.
Akhirnya malang tak dapat tolak, untung tak dapat diraih, tibalah bis
tersebut pada suatu jalan yang membelok tajam ke kiri, di mana sang
istri tidak sempat membanting stir karena sebelumnya membelok ke
kanan. Dengan laju yang cukup tinggi terbanglah bis tersebut bebas
di udara, menuruni lereng tidak melalui jalan akan tetapi langsung
memanfaatkan gaya tarik bumi.
Dalam pada itu, entah kenapa, masih sempat-sempatnya lelaki itu
memarahi istrinya karena tidak dapat mengemudi dengan baik. Bi-
asalah lelaki, kalau dirinya yang diserahkan untuk mengemudi, belum
tentu ia dapat lebih baik dari seorang wanita.
Kemudian entah bagaimana, terjadilah sesuatu yang sama sekali di
luar dugaan, baik lelaki itu maupun istrinya. Bis tersebut setelah
secara tak sadar sang istri mengganti gigi mundur dan kemudian
tekan gas, bis itu melayang kembali ke jalan dan selanjutnya berjalan
mundur. Seperti waktu yang diputar kembali.
Selesai. " 2006-03-26
Mengangguk-angguk pemud itu saat bagian yang baru terbaca sele-
557 sai. Matahari tampak tidak lagi terik. Ia meluruskan kakinya, sedikit
melemaskan tubuhnya dan mulai membalik halaman selanjutnya.
Bulat dan Paman Pengetuk Dinding
Bulat, begitulah ia sering dipanggil Bulat oleh orang tuanya, karena
wajahnya yang bulat segar dan menggemaskan, adalah seorang anak
kecil yang tinggal bersama kedua orang tuanya di sebuah apartemen
di daerah Marten, kota Dortmund, Jerman.
Di sana terdapat banyak Haus yang memiliki puluhan Wohnung. Ada
Haus dengan dua puluh Wohnung, bahkan ada yang sampai lima puluh
Wohnung. Oleh karena itu tidaklah orang dapat mengetahui siapakah
tetangga sebelah dindingnya apabila berada di rumah sebelah, apalagi
yang berada di rumah belakangnya.
Bulat tinggal bersama kedua orang tuanya, Aya dan Ana. Ia tinggal di
sebuah Haus berbentuk U yang di tengahnya ada taman kecil tempat
anak-anak penghuni Haus itu berkumpul dan bermain. Taman itu
tidak tampak dari luar. Orang baru akan melihatnya, setelah melewati
sebuah kelokan yang menuju tempat parkir di dalam. Bulat tinggal
di salah satu Wohnung yang terdapat dalam sudut Haus berbentuk
U tersebut. Dan di belakang Haus tersebut terdapat Haus lain yang
terdiri pula dari puluhan Wohnung.
Entah bagaimana ceritanya, suatu hari Bulat "berkenalan" dengan
Onkel Ketukan Dinding (Ongkel Klopfende-Wand). Saat itu Bu-
lat sedang sedih karena mainannya hilang, dan ia berdiam diri di
kamarnya sambil terisak, mengingat-ingat di mana terakhir kali ie
meninggalkan Etee (sebuah boneka Eisbr).
Saat ia terisak, terdengan suara ketukan lamat-lamat di dinding, "tuk..
tuk.. tuk." Seperti seakan-akan menanyakan, "ada apa?"
Bulat pun berhenti terisak, dan berusaha mendengarkan, kalau-kalau
ketukan tersebut berulang kembali.
Akan tetapi tidak terdengar apa-apa. Oleh karena itu, Bulat tiba-
tiba mempunyai ide untuk melakukan ketukan pula, "tuk... tuk..,"
ketuknya. Sunyi sebentar, dan kemudian terdengar jawaban, "tuk!"
558 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
Bulat tertawa, lupa pada kesedihannya. Dan ia mengetuk lagi sambil
berucap, "Siapa di sana?"
"Tuk... tuk. tuk...., tuk!" jawab ketukan itu.
"Wah, aku tidak mengerti," jawab Bulat sambil kembali mengetuk
sekenanya. Ketukan itu kembali terdengar, dengan nada yang berbeda-beda,
kadang pelan, kadang keras. Dan kadang lambat, kadang cepat.
Bulat tidak mempedulikan, apakah ia atau seseorang yang mengetuk
itu saling dapat mengerti, akan tetapi ia membalas ketukan itu pula
kembali. Mulai saat itulah, apabila Bulat tidak sedang mendapatkan Aya dan
Ana, yang keduanya harus bekerja, untuk bercerita mengenai kegem-
biraan atau kesedihannya, ia menceritakannya pada Onkel Klopfende-
Wand melalui ketukan-ketukan. Entah bagaimana, Onkel Klopfende-
Wand dapat mengerti dan menjawab ketukan-ketukan tersebut, se-
hingga seakan-akan ia dan Bulat dapat berkomunikasi dengan lan-
car. Dan Bulat tidak pernah memikirkan atau mencoba untuk menge-
tahui siapakah sebenarnya orang yang mengetuk-ketuk di balik dind-
ing tersebut. *** Suatu hari Bulat pulang dari sekolah dan ingin cepat-cepat bertemu
dengan Aya dan Ana. Ia ingin memberitahukan hasil tulisannya yang
mendapatkan nilai terbaik di kelas. Tulisan itu merupakan tugas sas-
tra, dan dalam kesempatan itu Bulat menceritakan tentang kehidupan
seorang keluarga yang terdiri dari seoranga ayah, ibu dan anaknya.
Persis seperti keadaan dirinya sendiri. Akan tetapi dalam cerita itu,
mereka tinggal di suatu negeri yang jauh, di mana masih terdapat
hal-hal yang menakjubkan seperti hewan-hewan purba dan sihir.
Akan tetapi alangkah kecewanya Bulat setibanya sampai di rumah,
karena tiada seorang pun di rumah. Aya dan Ana walaupun telah pu-
lang, akan tetapi harus pergi lagi untuk mengurus sesuatu, hal itu
dapat diketahuinya dari catatan yang ditempelkan di pintu lemari
pendingin di dapur. 559 "Bulat sayang, Ana dan Aya ada urusan sebentar. Makan saja dulu, tak lama kami
kembali. Di Mikrowelle sudah ada makanan kegemaranmu, tinggal
dipanaskan. Peluk dan cium, Ana dan Aya." Bulat sedih. Diletakkannya hasil karangan yang akan ditunjukkan-
nya di atas meja dapur. Di atas tulisannya itu terdapat catatan oleh
gurunya, yang menyatakan bahwa ia boleh dikatakan memiliki bakat
untuk menulis, dan diharapkan untuk diperhatikan di rumah. Akan
tetapi untuk saat ini siapa yang akan diperhatikan. Aya dan Ana
sedang tidak di rumah. Dengan malas-malasan Bulat kemudian memanaskan makanannya,
dan kemudian membawanya ke kamar tidur, ia akan makan sambil
mendengarkan radio. Mencoba tidur sehabis makan, untuk menghi-
langkan kekecewaannya. Saat ia berbering mendengarkan lagu "Bad Day" yang dilantunkan
oleh Daniel Powter, ia mendengar ketukan samar-samar.
"Ah Onkel Klopfende-Wand," serunya.
"Onkel," panggilnya sambil mengetuk.
"Tuk!" jawaban yang muncul.
"Aku punya cerita hari ini"
"Tuk.... Tuk. Tuk!"
"Mau mendengarnya?"
"Tuk!" Bergegaslah Bulat kembali ke dapur untuk mengambil tulisan yang
diletakkannya tadi di meja. Setelah kembali duduk di atas tempat
tidur, lalu berceritalah Bulat pada Onkel Klopfende-Wand mengenai
karya tulisnya yang diberikan nilai bagus. Ia mengisahkannya dengan
560 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
melakukan ketukan-ketukan dan juga sambil membacakannya.
Tiada ketukan balasan. Mungkin Onkel Klopfende-Wand sedang
mendengarkannya dengan hikmat.
Akhirnya setelah selesai bercerita, Bulat pun capai dan tertidur.
Saat ia bangun, ia melihat sebuah majalah baru ada di mejanya. Dan
ia tahu itu pasti dari Ana dan Aya. Mereke telah pulang, dan mele-
takkan majalah tersebut dan juga mengambil piring bekasnya makan,
serta karangannya, akan tetapi tidak membangunkannya.
Sambil setengah berlari, Bulat keluar kamar dan kemudian menuju
dapur. Benar saja, di sana tampak Ana dan Aya sedang membaca
karya tulis yang diletakkannya.
"Bulat, bagus betul ini," kata Ana sambil menghampiri dan kemudian
mencium dahinya, "Mmmmuah!"


Elemen Kekosongan Karya Nein Arimasen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Iya, Aya bangga sekali Bulat dapat menulis seperti ini," timpal Aya.
"Makasih Ana. Makasih Aya." lanjut Bulat, "Tapi sayangnya bukan
Aya dan Ana yang pertama diceritakan."
"Lho, bukan kami" Memang sudah cerita ke siapa?" tanya Aya ingin
tahu. "Onkel Klopfende-Wand," sahut Bulat tersenyum.
"Onkel Klopfende-Wand" Siapa itu?" tanya Bunda tertarik.
"Nggak tahu! Bulat cuman tahu dulu ada yang ketok-ketok di kamar,
terus Bulat balas. Lanjut deh sampe sekarang."
"Memangnya bagaimana cara Bulat berbincang-bincang" Ketak-
ketok gitu?" tanya Aya penasaran, karena ia hanya dapat mem-
bayangkan kode morse yang digunakan dalam kasus ini.
"Wah, g tahu ya!" jawab Bulat polos, "asal aja ketoknya, atau cerita,
nanti dia balas kok?"
Aya dan Ana tersenyum mendengar cerita Bulat, walapun mereka
belum sepenuhnya percaya. Jangan-jangan itu hanya khayalannya
561 saja. Kemudian diskusi pun berlanjut. Aya dan Ana menjelaskan bahwa
mereka tadi pergi ke dokter kandungan. Dan dari hasil pemeriksaan
diperoleh berita bahwa Bulat akan memperoleh adik. Tak dapat di-
tahankan gembiranya, lalu Bulat memeluk Ana dan Aya, dan masih
ditambah dengan mencium dan mengelus perut Ana, yang saat itu
tentu saja masih belum terlihat membulat.
*** "Tok.. Tok!" terdengan ketukan yang cukup keras di dinding, yang
mengakibatkan Bulat terbangun dari tidurnya. Dengan masih menggosok-
gosoknya matanya, Bulat kemudian balas mengetuk, "Tukkkk!"
Sunyi sebentar. Akan tetapi kemudian, "tuk, tuk, tok!"
Bulat bingung, apa maksudnya Onkel Klopfende-Wand. Biasanya ia
yang bercerita, akan tetapi saat ini tidak. Onkel Klopfende-Wand
yang lebih dulu mengetuk.
Tiba-tiba terbersit suatu pikiran, mungkin Onkel Klopfende-Wand in-
gin memberi tahu sesuatu.
"Ada sesuatu, Onkel?"
"Tok!" "Apa?" "Tok, tuk, tok...!"
Bulat bingung. Sulit mengertikan arti ketukan-ketukan tersebut.
Akhirnya Bulat mencoba-coba berbagai kata-kata yang kemudian di-
jawab dengan selalu dua ketukan. Mungkin artinya "tidak" atau
"bukan". Sampai akhirnya saat ia mengatakan, "telepon?"
Terdengarlah, "tuk!"
"Telepon?" sahut Bulat, "ada apa ya?"
562 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
Dengan agak bingung kemudian Bula keluar dari kamarnya dan
menghampiri pesawat telepon yang terletak di ruang keluarga. Dan
di sana ditemukannya keadaan di mana pesawat teleponnya tidak
dalam keadaan sebagaimana mestinya. Pantas malam itu Bulat tidak
mendengar adanya telepon berdering. Biasanya minimal ada satu
telepon dari Oma dan Opa.
Bulat hampir melonjak kaget saat telepon tiba-tiba berdering saat ia
meletakkan gagangnya pada tempatnya.
Dengan takut-takut Bulat mengangkat telepon dan menjawabnya.
"Bulat di sini, malam," katanya.
"Bulat, ini Oma, susah betul masuknya!"
"Iya Oma, tadi teleponnya masih terbuka, jadi tidak bisa dihubungi."
"Oh, gitu!" "Ada apa Oma?" "Tidak ada apa-apa, cuman pengen denger suaramu saja." Oma me-
mang kangenan banget sama Bulat. Ia suka sekali menanyakan kabar
Bulat. Dan walaupun kabar yang sama diulang-ulang, tidak bosan
Oma mendengarnya. "Tapi Oma ini kan udah tengah malam, kok masih nelepon sih" Nggak
tunggu besok pagi aja?" kata Bulat kasihan.
"Wah, mana Oma bisa tidur sebelum nelepon kamu, Bulat. Kangen
sih!" sahut Oma dengan gaya ABG-nya. Oma itu walaupun udah tua,
tapi gaya bicaranya kalau dengan Bulat masih seperti anak ABG. Lain
halnya kalo bicara dengan orang-orang lain, dipasangnya gaya sangar.
Berbicaralah kemudian Oma dan cucunya Bulat, yang diakhiri dengan
peluk dan cium lewat telepon dan ucapan selamat tidur.
"Untung ada Ongkel Klopfende-Wand," gumam Bulat. "Kalau tidak,
bisa-bisa Oma nggak tidur semalaman."
Bulat tertawa kecil kalau melihat kekangenan Oma terhadapnya.
563 "Terima kasih Onkel," kata Bulat saat sudah masuk kembali ke dalam
selimutnya, "selamat bobo!"
"Tuk...!" *** Begitulah kisah Bulat dan Onkel Klopfende-Wand-nya.
- Onkel: paman - Haus: rumah (umumnya lebih dari satu lantai)
yang ditinggali banyak keluarga / orang - Wohnung: rumah (umunya
satu lantai) yang ditinggali satu keluarga / beberapa orang - Eisbr:
beruang salju - Mikrowelle: alat masak microwave
* Kolaborasi dengan Doodlez Milinding " 2006-08-08
Dan langsung pemuda itu membaca lanjutannya, sudah terlarut ia
dalam kisah sebelumnya. Bulat dan Ulang Tahun Oma
Pagi itu adalah suatu pagi yang berudara dingin dan berlangit men-
dung, saat mana Bulat belum beranjak dari tempat tidurnya. Jam
weker sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, akan tetapi
hal itu belum juga membuat ia bangun dan bergegas pergi ke ka-
mar mandi seperti yang biasa ia lakukan apabila jam wekernya telah
berdering nyaring. Entah mengapa, pagi itu Bulat malas sekali un-
tuk bangun pagi. Ditambah lagi dengan cuaca dingin dan hari masih
agak gelap. Membuatnya enggan untuk meninggalkan peraduannya
dan masih asyik dengan bantal dan selimut tebal yang membungkus
tubuhnya. Sesaat terdengar suara Aya memanggil putri kesayangannya dari ru-
ang makan. "Bulat.., ayo bangun..! Sudah siang, nanti kamu terlambat ke seko-
lah," teriak Aya membangunkan Bulat.
"Iya.. ya.., sebentar lagi," jawab Bulat malas sambil membenamkan
lagi kepalanya ke dalam bantal segi empat bergambar SpongeBob,
tokoh kartun kesayangannya. Bantal itu merupakan hadiah ulang
tahunnya dari Oma ketika ia berumur lima tahun.
564 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
Tak lama kemudian Ana pun masuk ke kamar Bulat dan duduk di
pinggiran tempat tidurnya.
"Selamat pagi, sayang," sapa Ana lembut sambil membuka bantal
yang menutupi muka Bulat. Lalu ia mengusap rambut putrinya yang
masih menutupi wajahnya hingga terlihatlah muka Bulat yang masih
malas membuka mata. "Pagi, Ana," jawab Bulat tersenyum.
"Kenapa Prinzessin Ana-Aya hari gini masih malas bangun yaa...,"
gurau Ana sambil membuka selimut tebal Bulat lalu sedikit menggeli-
tik perut Bulat. Mau tak mau Bulat pun bangun, tapi hanya sebentar.
Ia merebahkan dirinya kembali ke atas kasur empuknya, setelah tiada
lagi serangan kelitikan ibunya.
"Ana.., Bulat masih ngantuk, lima menit lagi yaa...," tawar Bulat
dengan mimik yang manja. "Loh kok menawar, ayo dong sayang.., kami sudah dari tadi sudah
menunggumu di bawah untuk sarapan pagi bersama, kasian Aya nanti
ke kantornya telat," Ana memohon agar putrinya mau cepat bangun
dan bisa sarapan bareng seperti biasa mereka lakukan.
"Iya Ana-ku sayang, tapi Ana ke bawah dulu yaa... nanti Bulat
menyusul," jawab Bulat seraya memeluk Ana manja dan mencium
pipi ibunya. Bulat sudah tahu kalau nanti dia mengulur-ulur waktu
lagi ibunya pasti akan banyak berbicara panjang lebar dan pagi itu
sudah tentu bukan waktu yang tepat untuk beradu argumen dengan
Ana. Selesai membersihkan dirinya Bulat segera mengganti baju mandinya
dengan baju sekolahnya, lalu ia merapikan buku-bukunya yang belum
sempat ia bereskan dari tadi malem setelah ia belajar. Selesai mema-
sukkan buku-bukunya ke dalam tas ransel warna birunya, ia bergegas
pergi ke ruang makan. Di sana ia sudah ditunggu oleh Aya-Ana untuk
sarapan pagi. "Pagi Aya, pagi Ana," sapanya penuh ceria.
"Pagi sayang," jawab mereka hampir bersamaan.
565 Sambil mengoles roti tawarnya dengan selai kacang, Aya bertanya
pada Bulat tentang tidur malamnya dan menanyakan keadaannya.
Dengan roman yang lucu Bulat menjawabnya dengan sangat antusias
apa yang menjadi buah tidurnya malam tadi. Diskusi pagi itu penuh
keceriaan dan tawa, walaupun udara dingin masih menyelimuti dan
rintik-rintik hujan mulai turun.
*** Waktu sudah menunjukkan pukul 06.15, tiba saatnya Aya dan Bulat
untuk pergi beraktivitas. Hari itu Ana mendapat jatah cuti kerja
sehari, jadi hari itupun ia tidak ikut serta dengan mereka. Sambil
mengantarkan ke depan pintu rumah, Ana berpesan pada bulat.
"Pulang sekolah nanti, Bulat langsung pulang ke rumah yaa...., hari
ini Oma ulang tahun," kata Ana sambil mencium kening putrinya.
"Ah..., hari ini tanggal berapa?" tanya Bulat agak surprise juga
mendengar kabar bahwa hari itu Oma berulang tahun.
"Tanggal 11 Oktober, iya sudah, sekarang kamu berangkat tuh Aya
sudah menunggumu di mobil," kata Ana buru-buru karena Aya sudah
menglakson beberapa kali tanda harus segera berangkat.
"Oh iyaa..., Bulat lupa ini sudah tanggal 11 Oktober yaa...., aduh
kenapa aku jadi pelupa begini," kata Bulat sambil memegang jidatnya
lalu berlari ke arah mobil yang siap meluncur.
Di dalam mobil, Bulat melambaikan tangannya pada Ana. Ibunya
membalas dan berpesan dengan sedikit berteriak karena bunyi deru
mobil. "Hati2 Bulat, Aya.... I love you," kata Ana.
"Too....," jawab mereka singkat dan kemudian berlalu. Ana menatap
sampai mobil yang dinaiki orang-orang yang dicintainya lenyap di ba-
lik tikungan sana. *** Jam di tangan tangan Bulat telah menunjukkaan pukul 12.50. Betapa
girangnya hati Bulat karena tak lama lagi ia akan pulang dan menyi-
566 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
apkan kado ulang tahun buat Oma tercinta. Tiba-tiba Ibu Mulan,
guru bahasa, menegur Bulat sehingga ia tersadar dari lamunannya.
"Bulat, apakah kamu sakit?" tanya Ibu Mulan tiba-tiba sambil meng-
hampiri meja Bulat "Eh.. oh.. ee..., tidak bu," gagap Bulat menjawab karena kaget. Ibu
Mulan sudah ada di depannya. Ia sama sekali tidak tahu sejak kapan
Ibu Mulan berada di sana. Langsung saja wajahnya memerah malu,
karena ketauan lagi melamun.
"Maaf bu, saya kurang memperhatikan," kata Bulat dengan muka
menunduk dan merasa bersalah.
"Ya sudah, sana kamu pergi ke belakang dan cuci muka!" perintah Ibu
Mulan pada Bulat. Bulat pun mengangguk dan beranjak dari tempat
duduknya. Pelajaran berlanjut lagi setelah Bulat keluar dari kelas.
Air dingin pun membasuh mukanya, tampak kini wajahnya kembali
segar. Sambil bercermin ia menyesali dirinya sendiri, kenapa hal ini
musti terjadi, ini sangat memalukan, katanya dalam hati.
Tak lama bel berbunyi tanda waktu belajar telah usai. Banyak anak-
anak berhamburan keluar dari kelas. Bulat masih mencatat beber-
apa ringkasan dan tugas-tugas yang ditinggalkan Ibu Mulan di papan
tulis. Tulisan-tulisan yang tertinggal waktu ia pergi ke belakang untuk
mencuci mukanya. Ibu Mulan masih berada di kelas. Ia melihat Bu-
lat masih mencatat tugasnya. Ia pun menghampiri dan menanyakan
Bulat kenapa hari ini Bulat tidak seperti biasa. Sambil membenahi
buku-bukunya, Bulat bercerita, bahwa hari ini adalah hari ulang tahun
Oma tersayangnya. Dan ia bingung ingin memberikan hadiah apa
buat Omanya nanti dan belum menyiapkan sesuatu yang istimewa
buat Oma karena baru mengetahuinya tadi pagi dari Ana ketika akan
pergi berangkat sekolah. "Jadi itu yang membuatmu banyak melamun?" tanya Ibu Mulan
menegaskan. "Iya bu, maafkan saya," kembali Bulat merasa bersalah
"Oh, tidak..., lain kali jangan ulangi lagi yaa.... Oh ya, sampaikan
salam selamat ulang tahun untuk Oma tercinta kamu, semoga panjang
567 umur dan sehat selalu," kata Ibu Mulan yang berubah menjadi baik
dan bersahabat, bahkan ibu guru itu pun kemudian banyak mencer-
itakan pengalamannya dulu, ketika ia masih kecil. Saat ia juga san-
gat dekat dengan Omanya. Dan ketika Omanya berulang tahun ia
memberikan sebuah kotak yang berisi gambar-gambar coretan tangan-
nya yang dikumpulkan oleh Ibunya dari sejak ia berumur dua tahun.
Omanya sangat senang dan terharu, saat ia membuka kado itu.
"Sekarang Oma Ibu, sudah tiada dan sampai sekarang kenangan den-
gan Oma tercinta tetap melekat di hati Ibu," kata Ibu Mulan men-
gakhiri ceritanya. Tak terasa suasana siang itu jadi begitu akrab. Bulat sangat senang
mendengar cerita Ibu Mulan mengenai kedekatannya dengan Omanya,
yang hampir mirip dengan Bulat yang juga dekat dengan Oma dan
Opa. *** Di rumah Ana sedang menyiapkan kue ulang tahun buat Oma. Bulat
yang sudah pulang sejak tadi, tidak ikut membantu Ana. Ia sibuk
mencari-cari apa yang bisa dijadikan kado buat oma nanti. Hampir
seluruh isi lemari di kamarnya dikeluarkan semua. Tak terkecuali isi
laci dan kardus-kardus. Akan tetapi ia belum menemukan sesuatu
yang surprise buat Oma. Kemudian Bulat pergi ke gudang, di sana ia juga membongkar banyak
tempat, kardus, lemari, dan lain-lain untuk mencari barang-barangnya
waktu ia masih kecil. Bulat sangat sibuk hingga lupa makan siangnya.
Ana yang dari tadi masih menghias-hias kue ulang tahun Oma, merasa
sedikit aneh dengan kelakuan anaknya yang sibuk mencari-cari sesu-
atu. "Bulat, makan dulu Nak, nanti kamu sakit", kata Ana rada kuatir.
"Iya Ana, sebentar lagi Bulat makan. Ini Bulat lagi mencari barang-
barang Bulat", jawabnya.
"Apa yang kamu cari?" tanya Ana sambil menghampiri Bulat ke gu-
dang. "Ana, di mana Ana simpen barang-barang Bulat waktu kecil", tanya
568 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
Bulat, yang tentu saja membuat Ana tak mengerti.
"Barang-barang apa?" tanya Ana masih dipenuhi tanda tanya.
"Barang-barang Bulat ketika Bulat masih kecil," jawab Bulat agak
senewen karena dari tadi yang dicari belum juga ketemu.
"Oh..., itu Ana simpen di lemari Ana, memang buat apa kamu men-
carinya?" tanya Ana menyelidik.
"Ada deh... Ana, surprise...," sahut Bulat lega, karena ternyata yang
dicarinya bakal ketemu. Sambil menghabiskan makan siangnya, Bulat bercerita panjang lebar


Elemen Kekosongan Karya Nein Arimasen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenai hari itu, apa yang terjadi di sekolahnya dan tentu saja juga
cerita tentang Ibu Mulan yang juga dekat dengan Omanya. Ana
mendengarkan cerita Bulat sambil membereskan dapur yang beran-
takan karena membuat kue ulang tahun tadi.
"Ana, kue ulang tahunnya cantik banget ya, pasti Oma seneng tuh.
Dan warnanya, warna kesukaan Oma, merah muda..." Bulat memuji
kue ulang tahu bikinan Ana.
"Iya, apalagi kalo yang membuatnya kamu, Oma mungkin lebih suka.
Oma kan sayang kamu," kata Ana sambil tersenyum dan melihat Bu-
lat. "Yaa..., tapi Bulat...", kalimatnya tidak diselesaikan, karena ia malu
belum bisa membuat kue atau memasak.
"Ana, boleh Bulat masuk kamar Ana-Aya sekarang" Bulat mau men-
cari barang-barang Bulat waktu masih kecil", katanya mengalihkan
pembicaraan. Ana pun mengangguk. Langsung saja Bulat melesat menuju kamar
ayah-bundanya. Di dalam kamar Ana-Aya, bulat sudah membongkar semua perabotan
kecilnya yang disimpan Ana. Tapi nampaknya Bulat kembali kecewa
karena yang ia harapkan tidak ada. Semua barang-barang waktu ke-
cilnya hanya berupa baju, selimut, sepatu, kaos kaki, dan lain-lainnya.
Tapi yang dicarinya tidak ada. Dan Bulatpun mulai terlihat sedih.
569 Suara deru mobil memasuki halaman rumah Bulat yang masih basah
karena hujan tadi siang. Aya pulang sedikit terlambat karena harus
terlebih dulu ke supermarket untuk membeli sesuatu. Titipan Ana
juga, kado buat Oma. Wajah Aya tampak ceria sore itu. Memasuki
rumah seperti biasa ia menyapa penghuni rumahnya, Bulat dan Ana,
sambil membawa belanjaan langsung ke dapur.
"Ana.. Bulat.. di mana kalian" Kok gak ada orang di rumah?" tanya
Aya sambil membuka sepatunya. Tidak seperti biasa suasana rumah
yang ditemuinya ini. Di kamar Aya mendapati putrinya sedang menangis di atas tempat
tidur Ana-Aya. Sambil menyapanya, Aya bertanya ada apa dengan
Bulat. Bukankah hari itu Oma berulang tahun, jadi seharusnya ia
senang karena ia akan bertemu dengan saudara-saudara sepupunya
dan juga Oma dan Opa. Mendengar itu semakin pecahlah suara tangis
Bulat. Sambil memeluk Aya, Bulat bercerita. Menurutnya Ana tidak
sayang padanya karena catatan-catatan Bulat waktu kecil tidak per-
nah dikumpulkan. Ana yang waktu itu baru saja selesai mandi, begitu mendengar cerita
putrinya pada ayahnya, menjadi amat terharu.
*** Acara ulang tahun Oma berlangsung meriah walaupun sederhana.
Tamu-tamu yang datang meliputi keluarga dan tetangga-tetangga
dekatnya. Oma memang omanya Bulat, dapat ia melihat kesedihan
di mata cucunya itu. Di dapur Oma bertanya pada Ana, mengapa
cucunya tidak ceria seperti biasanya. Mengenai apakah ada masalah
di rumah tadi sebelum berangkat ke sini. Ana pun menjelaskan alasan
kenapa cucu Oma itu berubah menjadi pendiam. Tersenyum Oma
mendengar alasan yang dikemukakan mantunya itu. Setelah perbin-
cangan di dapur itu, Oma beranjak menuju kamarnya di lantai atas.
Tampak di ruang tengah Aya sedang asyik mengobrol bersama tamu-
tamu Oma sambil menikmati jamuan makan malam. Sedangkan Bulat
nampak berkumpul bersama saudara-saudara sepupunya menonton
acara anak remaja yang sedang digandrungi saat itu di TV, sam-
bil memakan makanan dan minuman ringan. Acara ulang tahun ini
cukup meriah. Tampak Onkel Yunas adik dari Aya nampak tertidur
570 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
kecapekan di atas sofa Oma.
Tak lama kemudian pesta pun usai. Aya mengantarkan tamu-tamu
Oma sampai di depan pintu. Hanya Bulat sekeluarga dan keluarga
Om Yunas yang masih tinggal, saudara-saudara yang lain pamit
bersama-sama dengan pulangnya tetangga-tetangga, dikarenakan
rumah mereka yang jauh. Rumah Bulat walaupun di kota lain, pal-
ing dekat dengan rumah Oma di antara saudara-saudara sepupunya.
Sedangkan Om Yunas tinggal di kota yang sama dengan Oma.
Bulat kemudian mencari Ana ke dapur. Ana yang saat itu sedang
asyik berbincang-bincang dengan Tante Hera, istri dari Om Yunas,
begitu melihat putrinya di depan pintu dapur langsung menggapainya
untuk mendekat. "Ada apa, sayang" Kamu capek?" tanya Ana saat Bulat telah sam-
pai dan menyenderkan kepala padanya. Dielus-elus sayang rambut
putrinya itu. "Enggak Ana, Tante Hera perutnya udah gendut ya... kira-kira kapan
ya, dede baby-nya datang," tanyanya asal. Tak tahu apa yang harus
diucapkan. Pembicaraan pun berlanjut. Tante Hera pun menceritakan persiapan-
persiapannya menanti kelahiran bayinya. Bulat lumayan terhibur atas
cerita mengenai kelucuan bayi-bayi. Walaupun kadang hal itu mengin-
gatkannya kembali pada kesedihannya semula.
Kira-kira pukul dua belas lewat tengah malam, Bulat dan keluarga
pamit pulang karena besok masih harus pergi sekolah dan Aya-Ana
pergi ke kantor. Tante Hera dan Om Yunas berencana memang akan
bermalam di sana. Oma memeluk Bulat erat-erat. Bulat mengatakan
maaf karena tidak sempat membawa kado buat Oma. Mendengar itu
Oma hanya tersenyum dan mengatakan bahwa kedatangannya sudah
cukup membuatnya bahagia daripada sebuah kado. Kemudian Oma
memberikan oleh-oleh sebuah kotak segi empat berpita biru pada Bu-
lat. Kotak yang sedari tadi berada di belakang punggungnya. Bulat
terlihat bingung dengan apa yang diterimanya itu.
"Tapi Oma.., bukankah Oma, yang ulang tahun yang harusnya mener-
ima kado ini, bukannya Bulat," kata Bulat
571 "Iya, tapi ini Oma sudah siapkan sejak jauh-jauh hari sebelum Oma
akan berulang tahun," kata Oma sambil tersenyum.
"Terimalah sayang, ini buatmu, dan semoga kamu menyukainya
yaaa..., ayo dong cucu Oma kok cengeng begini, mana senyummu
berikan sekali buat Oma, biar Oma tak akan melupakannya malam
ini", canda Oma yang membuat Bulat menjadi tersenyum malu, lalu
memeluk manja Oma. "Terima kasih, Oma..., nanti aku akan buatkan kue kesukaan Oma
tapi buatanku sendiri dan aku berjanji ingin belajar pada Ana", kata
Bulat penuh semangant. Bangkit keceriaan di wajahnya.
"Iya.., sekarang pulanglah, cepatlah tidur, kado itu nanti aja setelah
sampai rumah baru kamu buka, jangan nakal, pintar-pintarlah belajar,
nurut sama Ana-Aya!" Nasehat Oma yang serasa sudah hapal di luar
kepala oleh Bulat. Setiap kali Bulat berkunjung ke Oma, saat akan
pulang ia selalu mengatakan hal itu.
"Iya Oma," jawabnya.
Sekali lagi cucu dan nenek itu saling berpelukan, seakan-akan kedu-
anya tidak ingin berpisah malam itu.
*** Di tengah perjalan pulang Bulat berkata pada Aya juga Ana.
"Aya dan Ana, bolehkah aku malem ini tidur bersama kalian?" tanya
Bulat penuh harap. "Kenapa nggak bobo sendiri di atas, Bulat takut..?"" tanya Ana den-
gan wajah yang sudah mengantuk.
"Bulat mau nonen ya..., sama Ana," kata Aya sedikit meledek Bulat
"IIIhh.. Aya, Bulat kan sudah gede," Kata Bulat sambil memony-
ongkan bibir mungilnya itu.
"Iya, iya..., tidurlah nanti bersama kami", kata Ana mencairkan
suasana malam itu. "Terima kasih Ana, Aya jelek weeeek...," kata Bulat sambil mencium
572 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
pipi Ana lalu menjulurkan lidahnya ke Aya. Aya pun membalasnya
dengan kilikan di pinggang. Suasana malam itu menjadi cair dan
cerita. Aya berkata bila nanti sudah tiba di rumah Bulat pasti sudah
digisangnya habis-habisan. Bulat tertawa, dia sudah membayangkan
bagimana Ayanya akan menggelitikinya dan mencium gemas padanya.
Di atas tempat tidur mereka bertiga pun mulai bersiap-siap untuk
tidur. Semua saling mengucap selamat tidur. Ana dan Aya men-
cium kening sang buah hati yang berbaring di antara mereka. Tak
lama kemudian Aya sudah terdengar mengorok dan Ana juga sudah
terlihat sudah tidur. Akan tetapi Bulat masih belum dapat meme-
jamkan matanya. Masih teringat ia akan kotak segi empat berpita biru
yang tadi berikan Oma kepadanya. Akhirnya ia bangun dan berjalan
menuju meja TV, ke tempat di mana ia meletakkan kotak berpita biru
oleh-oleh dari Omanya itu. Ia sudah tidak tahan ingin melihat isinya,
padahal Ana tadi berpesan agar besok saja membukanya, karena saat
ini sudah hampir dini hari dan Bulat kudu bobo.
Pita yang membalut kotak itu perlahan ia tarik, sambil duduk di atas
bangku kayu yang terletak di sisi tempat tidur. Ia pun membuka pelan
kotak itu dan mulai menjenguk isinya. Ada sepucuk surat di atas
jilidan kertas-kertas yang tampak sudah menguning dimakan usia.
"Dear Cucuku yang manis,
Hari ini Oma sangat bahagia sekali, bisa melihat semua orang-orang
yang Oma sayangi datang ke ulang tahun ini, termasuk kamu tentu
saja. Jangan sedih lagi ya... Oma jadi ikut sedih kalo cucu Oma yang
cantik ini murung tidak ceria.
By The Way... (pada saat membaca bagian ini Bulat tersenyum,
karena gaya bahasa Oma seperti ABG saja) ini adalah kumpulan
surat-surat dan coret-coretan tanganmu ketika kamu masih kecil.
Anamu sangat rajin sekali mengirimkan perkembanganmu dari waktu
ke waktu, sejak kamu masih berumur 1 bulan hingga sekarang kamu
sudah berumur 10 tahun. Dulu di rumah Oma belom mempunyai telepon seperti sekarang ini
yang bisa menghubungimu kapan saja kalo Oma kangen. Sekarang
kamu jangan sedih lagi ya... Oma jadi sedih kalo mukamu murung
seperti tadi. Oma sayang kamu. Met bobo dan mimpi yang indah.
573 peluk cun dari Oma" Tak terasa meleleh air mata Bulat dan jatuh di atas surat Oma. Bu-
lat terharu membaca surat itu. Kemudian ia membuka kertas-kertas
yang penuh coret-coretan yang tidak beraturan itu sambil tersenyum-
senyum sendiri. Coretan-coretannya semasa kecil. Ia teringat kembali
kenangan masa kecil yang penuh kasih sayang Aya dan Ana, juga
Oma. Ingatannya kembali ke masa lalu, sesuatu hal yang amat tak
dapat ia lupakan adalah saat mencoret-coret dinding-dinding rumah
Aya-Ana. Di kamar tidurnya sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa
hasil-hasil karyanya itu.
Bulat kembali ke tempat tidur, sambil kemudian mencium Aya dan
Ana. Ia membisikkan sesuatu di telinga Ana. Ana yang tadi terlihat
tertidur lelap, ternyata hanyalah pura-pura belaka. Lelehan air mata
Ana membasahi bantal putihnya saat putrinya mengecup dahinya.
Terharu ia melihat putrinya dan kenangan-kenangannya dalam wujud
coretan-coretan itu. Keduanya pun saling berpelukan dan kemudian
tertidur hingga pagi yang cerah menyapa mereka.
*** * Prinzessin: puteri. * Dede baby: adik bayi. * Nonen, ronen: merogoh nenen.
* Gisang: mencium dengan gemas.
* Kudu: harus. * Bobo: tidur. * Cun: cium. " Kolaborasi dengan Doodlez Milinding " 2006-08-15
Terharu pemuda itu. Kisah dua terakhir benar-benar menyentuh
hatinya. Ia yang tidak terlalu ingat mengenai keluarganya merasa
kisah-kisah itu bisa mengisi kekosongan batinnya saat ini. "Sebaiknya
kuteruskan membaca buku ini," gumammnya.
574 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
Orang-orang Maya dan Nyata
Suatu hari pada hari yang lain. Nein Arimasen, orang itu tampak
tidak senang dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh seo-
rang wartawan di kantornya. Wartawan itu bernama Si Ingin Tahu.
"Pak Nein," katanya, "mengakulah bahwa Anda ini tidak lain adalah
Andi Muhammad. Saya telah menelusuri sejak keberadaan anda di
internet. Dan lagi buku-buku anda dijual pada toko online yang sama,
di mana buku-buku Andi Muhammad pun dijual."
Mendengar itu, Nein Arimasen hanya dapat menghela napas, lalu
jawabnya, "Pak Si," begitulah panggilan akrab Si Ingin Tahu, "jika
saya menjual buku-buku saya secara online di toko yang juga menjual
buku-buku J.K. Rowling, apakah berarti seorang Nein Arimasen itu
juga seorang J.K. Rowling" Tidak, bukan?"
"Kalau itu, ya.. jelas tidak!" sanggah Pak Si cepat, "tapi untuk kasus
anda ini unik. Hanya beberapa nama yang muncul di toko online itu.
Dan saya yakin, berdasarkan riset saya bahwa anda adalah juga Andi
Muhammad." "No comment untuk itu," jawab Nein, "seorang pengarang berhak toh,
untuk tetap menggunakan nama penanya. Biarkan orang itu eksis.
Jangan dikait-kaitkan dengan saya."
"Apakah karena orang itu, Andi Muhammad, memiliki haluan yang
berbeda dengan anda, sehingga anda tidak mengakui dirinya sebagai
diri anda?" tanya Pak Si keukeuh.
"Pak Si," akhirnya mengeras suara Nein, tak sabar ia akhirnya, "kita
telah kenal sejak lama. Sejak saya meminta tolong pada Pak Si untuk
membantu meresensikan karya-karya saya, sehingga pembaca dapat
mengenalnya. Akan tetapi bukan dengan alasan bantuan itu sehingga
Pak Si berhak memaksakan kehendak Pak Si untuk memperoleh berita
mengenai orang itu, anu, siapa namanya tadi?"
"Andi Muhammad..," jawab Pak Si cepat.
"Ya, orang itu yang saya maksud," ucap Nein, "tak lazim pula nama
itu di telinga saya. Bagaimana pula saya bisa pake nama pena itu,
bila itu benar saya."
575 "Jadi.., anda mengakuinya?" tanya Pak Si penuh harap. Bila hal ini
benar, dapatlah ia berita hangat untuk malam ini bagi korannya.
"Bukan, itu hanya ilustrasi," jawab Nein, masih dengan nada jengkel.
Di sudut ruangan, Dancewith Ghost tampak tersenyum-senyum
sendiri. Ia yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan itu, tak
dapat menyalahkan Pak Si seratus persen. Ada benarnya mengapa
Pak Si sampai curiga pada Nein bahwa ia adalah orang yang dimaksud
Pak Si. Terlalu banyak kebetulan belaka. Untung saja dirinya tak
ikut dikait-kaitkan. Ia juga menjual buku-bukunya pada toko online
yang sama. Memang ada beberapa orang yang menjual buku di sana.
Akan tetapi produk yang paling banyak memang dua orang itu. Jadi
jelas mengapa "kebetulan" mengarah ke mereka berdua.
"Baiklah jika demikian," lanjut Pak Si, "mari kita omongkan soal
novel yang akan anda tulis." Akhirnya Pak Si mengalah, walaupun di
hatinya masih gondok bahwa misinya untuk menembak Nein dengan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang sudah dipersiapkannya, tidak
berhasil. "Nah, itu baru betul," jawab Nein kembali antusias. Lalu jelasnya
mengenai novel yang akan dituliskannnya, yang berisikan lanjutan dari
novel sebelumnya, dikemas masih dalam setting waktu dan geogra"s
yang sama, akan tetapi dengan alur yang lebih sederhana dan cepat.
Beberapa pembaca memberikan umpan balik, bahwa novel terakhirnya
terlalu rumit dan meloncat-loncat dalam aluran waktu. Perlu pem-
baca serius untuk dapat mengertinya. Pembicaraan itu pun berlanjut


Elemen Kekosongan Karya Nein Arimasen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai matahari telah tenggelam dari kaki langit sebelah barat.
Pak Si pun pamit. *** "Yo.., Nein..," tanya Dancewith, "boleh dong gua tahu, sebagai teman,
apa bener itu si orang itu?"
"Heee...! Jangan mulai lagi dong," rengut Nein. "Udah cukup gua
hari ini ketemu Pak Si. Ditembak dengan pertanyaan-pertanyaan ga
beralasan itu. Masih untung dia g menulis dugaannya di korang. Bila
iya, makin banyak tembakan ke gw, deh.."
576 BAGIAN 9. KISAH-KISAH ANTAR RUANG DAN WAKTU
"Sorry, bro!" jawab Dancewith, "cuman becanda. Jangan dimasukan
ati ya!" Nein hanya mengangguk. Di persimpangan Jalan Gajah dan Tikus,
mereka berpisah. Nein menuju utara sedangkan Dancewith menuju
selatan, pusat kota. *** Sesampainya di rumah, setelah bersih-bersih, makan dan mene-
nangkan diri. Nein pun membuka PC-nya, ditujunya suatu situs
yang hanya diketahuinya sendiri dan beberapa orang. Termasuk di
dalamnya orang yang namanya dituduhkan sebagai dirinya tadi.
Tak lama muncul sebuah pesan,
"Bagus...! sasaran telah tampak. Orang-orang sudah mulai mencuri-
gaimu. Terus berupaya membentuk kecurigaan. Sesuaikan dengan
rencana. Master Kenobi" Nein tersenyum membaca itu. Master telah tahu kunjungan dan juga
tuduhan Pak Si. Hal ini memang direncanakan, agar jangan sampai
dugaan mereka mengarah pada orang yang sebenarnya. Lebih baik
salah sasaran, sehingga tokok sebenarnya masih dapat bergerak bebas.
Setelah menulis berbagai hal, merinci apa-apa yang ditanyakan Pak
Si tadi, Nein pun mematikan komputernya. Master tahu kunjungan
Pak Si, karena itu seperti perkiraannya semula. Akan tetapi ia perlu
pelaporan dari Nein untuk detil-detil yang terjadi. Nein puas. Ia telah
melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
Diputuskannya untuk tidur. Hari telah larut. Pekerjaan kantor, biar-
lah besok saja dilanjutkan. Walau sudah kadung dibawa pulang, tak
ada selera ia membereskannya.
Tidur merupakan obat yang baik. Obat bagi ketegangannya tadi
siang. Besok, entah tugas apa lagi yang diberikan Master padanya.
Di harus "t dan siap. Setiap saat.
*** 577 Entah kapan halusinasi ini akan berakhir. Selama nafsu-nafsu masih
merajalela dan dipupuk keinginan membuta. Entah nanti. Mungkin.
25-9-2006 " 2006-09-25
"Hah!! apa maksudnya ini?" ucap pemuda itu dan lalu ia teringat
akan perkataan ayahnya saat ia menemukan buku ini. Ia pun ke-
mudian mengangguk-angguk. Memang benar perkataan ayahnya, Seh
Pratahu, bahwa buku itu bukan buku yang bagus. Mungkin dari penu-
turan dan ceritanya yang meliar ke sana-kemari, ayahnya menilainya
sebagai buku yang kurang bagus.
"Tapi bagaimanapun, tidak mudah menulis sebuah buku," ucapnya
pada dirinya sendiri. "Mungkin baik bila aku gunakan buku ini sebagai
kerangka atau sumber ide untuk cerita yang ingin aku tulis suatu saat
nanti." Segera ia berlari ke ayahnya untuk mengembalikan buku tersebut.
Dan kisah pun berlanjut untuk dituliskan.
*** convert txt : http://www.mardias.mywapblog.com
Rahasia Rahasia Kelam 3 Goosebumps - Rahasia Kepala Terpenggal Dibalik Keheningan Salju 6
^