Pencarian

Sampul Maut 4

Sampul Maut Karya Wen Wu Bagian 4


"Yan koko, kau harus berhati-hati terhadap si orang she Ouw ini,
menurut pandanganku dia itu sangat cerdik, mungkin ada apa-apa
di balik ketulusan hatinya itu......"
"Aku kira tidak..... tetapi biarlah aku melanjutkan kisahku ini."
234 "Lanjutkanlah, aku tidak pernah mencegah!"
"Setelah aku terima lentera kertas dari tangan Ouw Locianpwee,
aku lalu berjalan memasuki mulut lembah di bawah hujan rintikrintik. Tempat yang dipilih oleh Suhu betul-betul luar biasa sekali,
seram dan gelap lagi! Tengah aku berjalan dengan perasaan takut,
tiba-tiba aku dikejutkan olah suara helaan napas. Hatiku berdebar
keras, karena helaan napas itu dekat sekali terdengarnya. Aku
berhenti dan berdiri terpaku, tetapi demi tekadku menuntut balas,
aku memberanikan diri untuk berjalan lagi, dan dengan tiba-tiba
pula aku mendengar orang bernyanyi sedih.
"Dunia yang besar dan luas ini, masih dapat dicari tapal batasnya Tetapi peristiwa yang menyedihkan hati, Hanya terlupa pada akhirnya nyawa!"
"Syair yang bagus sekali!" Siauw Bie memuji.
"Sungguh aneh," Wei Beng Yan melanjutkan. "Sungguh aneh
suara nyanyian itu terdengarnya datang dari tempat yang jauh,
seolah-olah berkumandang dari sebuah rumah kosong, padahal
aku yakin benar, tarikan napas dan nyanyian itu adalah perbuatan
orang yang sama!"
"Apakah orang yang bernyanyi itu Yu Leng Suhumu?" tanya Siauw
Bie. "Betul! Lalu tanpa menghiraukan itu semua aku berjalan terus
sambil menenteng lentera merah yang sudah basah kuyup
kertasnya terkena air hujan, tetapi apinya sendiri tidak padam. Aku
235 jalan lagi dan tatkala sudah bertindak beberapa puluh langkah,
samar-samar aku dapat melihat sesosok tubuh yang kurus tengah
berdiri beberapa puluh meter saja di hadapanku. Aku jadi kaget
bukan main, tetapi beruntung aku masih dapat menguasai diri
untuk lekas-lekas berlutut sambil berkata.
"Teecu bernama Wei Beng Yan. Kedatangan Teecu di sini yalah
untuk memohon kepada Locianpwee agar teecu diterima sebagai
murid......"
"Siapa nama ayahmu?" tanya Yu Leng.
".Ayah Teecu bernama Wei Tan Wi," sahut Wei Beng Yan.
"Wei Tan Wi! Hm......"
Setelah itu lama juga Yu Leng tidak berkata-kata, kemudian
setelah meneliti Wei Beng Yan dengan tajam ia berkata lagi.
"Siapa yang telah memberikan petunjuk-petunjuk untuk kau masuk
kemari?" "Teecu datang di sini dengan tekad diterima menjadi murid
Locianpwee untuk menuntut balas dendam ayah Teecu yang telah
dibunuh oleh kedua iblis Soat-hay-siang-hiong dan Eu-yong Lokoay. Teecu tidak pernah diberikan petunjuk oleh siapapun......"
Wei Beng Yan menjusta.
"Kau mengatakan Wei Tan Wi telah dibunuh orang?"
"Betul!"
236 Yu Leng menarik napas sambil menyalakan tiga lentera kertas
merah, yang kemudian digantungnya di mulut lembah.
"Baiklah......" katanya.
Tetapi ketiga lentera kertas merah itu tiba-tiba menjadi padam.
"Kurang ajar!" bentak Yu Leng dengan gusar. "Kau tunggu di sini,
aku harus memberi hukuman kepada jahanam yang telah berlaku
kurang ajar ini!"
Setelah berkata demikian, Yu Leng segera meloncat dan mengejar
keluar lembah, sesaat kemudian Wei Beng Yan mendengar jeritanjeritan yang memilukan hati! Selama itu Wei Beng Yan tidak berani
bergerak, ia tetap berlutut sambil memegangi lentera buatan Ouw
Lo Si. Beberapa saat kemudian satu bayangan hitam telah kembali
dan melewati kepalanya, lalu dari tempat yang agak jauh ia
mendengar Yu Leng berkata.
"Kau harus berjalan terus, jangan biluk ke kanan atau ke kiri, nanti
kau akan menjumpai aku di suatu tempat tertentu. Jagalah agar
lentera yang kau bawa itu tidak padam apinya!"
Wei Beng Yan yang sudah ketakutan bukan main, menjadi girang
tatkala mendengar perintah itu, ia segera berbangkit dan berjalan
memasuki lembah itu. Setelah berjalan lebih kurang setengah jam,
ia tiba di suatu batu gunung yang besar sekali, di atas batu itu
tampak seorang sedang duduk bersila. Wei Beng Yan menatap
orang itu yang ternyata Yu Leng adanya.
237 "Aku telah tinggal lama sekali di dalam lembah ini," kata Yu Leng,
"sehingga aku tidak mengetahui apa yang telah terjadi di luar. Kau
mengaku sebagai putera Wei Tan Wi, untuk membuktikan ini kau
harus sanggup memperlihatkan sesuatu kepadaku!"
"Ayah telah dikerubuti oleh Soat-hay-siang-hiong dan Eu-yong Lokoay, sehingga tewas terkena racun Hian-peng-tok-bong, sebelum
meninggal dunia ayah telah memberikan cincin baja ini kepadaku,"
sahut Wei Beng Yan sambil melepaskan cincin baja yang berada
di jarinya. "Demikianlah nasib seorang Tay-hiap!" kata Yu Leng.
Setelah itu ia mengangkat sebelah tangannya untuk mengebat dari
bawah ke atas akibat dari pada kebatan lengan bajunya itu telah
menarik tubuh Wei Beng Yan yang sedang berlutut beberapa puluh
meter jauhnya, kehadapannya!
"Ai!" Wei Beng Yan berseru kaget di dalam hatinya. "Dia telah
mengangkat dan menarik tubuhku tanpa menyentuh anggota
badanku, jika aku berhasil mewarisi ilmu silatnya, aku pasti dapat
membalas dendam dengan mudah!"
"Coba aku lihat cincin itu!" kata lagi Yu Leng.
Masih dalam keadaan berlutut Wei Beng Yan lalu menyerahkan
cincin yang diminta itu, ia berada dekat sekali sehingga ia dapat
melihat muka Yu Leng yang pucat, rambutnya panjang menutupi
pundaknya, perawakannya jangkung kurus, tetapi kedua matanya
bersinar tajam sekali.
238 "Setelah isteriku meninggal dunia," Yu Leng berkata sambil
memeriksa cincin baja itu. "Aku lalu bertapa di lembah ini, ayahmu
adalah kawan akrabku, sayang sekali ia harus mati lebih dulu......
tetapi kita semua juga harus mati bukan......?"
Mendengar ayahnya dikatakan "harus mati lebih dulu" Wei Beng
Yan merasa pilu sekali, ia hanya menundukkan kepalanya.
"Melihat usiamu yang masih muda," kata lagi Yu Leng, "aku yakin
kau hanya mengenal aku sebagai Yu Leng yang bertapa di dalam
lembah Yu-leng-kok ini, siapa namaku yang asli dan siapa
sebenarnya aku ini, kau tentu tidak mengetahui!"
Wei Beng Yan menjadi heran mendengar suara Yu Leng yang
lemah lembut itu, ia tidak menduga sama sekali bahwa orang yang
sering melemparkan mayat-mayat keluar dari lembah Yu-leng-kok
itu halus sekali tutur katanya.
"Semenjak aku berdiam di sini," Yu Leng melanjutkan. "tidak ada
orang yang berani menyebut namaku yang sejati. Kau telah aku
terima menjadi muridku dan menurut aturan yang lazim berlaku,
kau harus mengetahui namaku, tetapi namaku sudah mati. Ya,
sudah mati dan terkubur bersama-sama jenazah isteriku selama
sepuluh tahun yang lalu! Kau panggil saja aku Suhu dan tak usah
kau bersusah payah mencari tahu tentang riwayat pertualanganku
di kalangan Bu-lim!"
Wei Beng Yan hanya mengangguk ia mulai mengenal sifat dan
tabiat gurunya yang aneh itu.
Yu Leng bersenyum getir dan berkata lagi.
239 "Ilmu silat ayahmu berbeda sekali dari ilmu silat yang bakal kau
pelajari, tetapi segala ilmu silat boleh dikatakan dasarnya serupa.
Setelah aku mengajari ilmu Tay-yang-sin-kong (Tenaga sakti) dan
Tay-yang-sin-jiauw, ditambah dengan kecerdasanmu dan ilmu silat
yang kau telah warisi dari ayahmu, maka kau sudah memiliki ilmu
silat yang sukar dicari tandingannya di kalangan Bu-lim. Dengan
kemahiranmu nanti, soal membalas dendam adalah soal yang
remeh sekali!"
Mendengar penjelasan itu Wei Beng Yan jadi girang sekali, ia
menjura menghaturkan hormat dan terima kasihnya yang tinggi.
Sekonyong-konyong Yu Leng berdiri lalu sambil mengangkat
tinjunya ia bergerak dan menyerang udara kosong, berbareng
dengan meluncurnya tinju yang besar dan bulat itu, terdengarlah
suara. "Braakk.....!"
Wei Beng Yan menjadi terkesiap melihat akibat dari pada pukulan
Yu Leng itu, pohon besar yang tadi berdiri dengan teguhnya telah
tumbang terpukul oleh hembusan angin tinju itu!
"Suhu," kata Wei Beng Yan, "apakah itu akibat daripada tenaga
sakti ilmu Tay-yang-sin-kong?"
"Ya!" sahut Yu Leng sambil mengangguk dan bersenyum.
"Suatu tenaga dalam yang dahsyat sekali!" Wei Beng Yan tanpa
terasa berkata.
240 "Aku bertapa di dalam lembah ini sudah sepuluh tahun lamanya,
selama jangka waktu itu aku senantiasa berlatih, sehingga ilmu
silatku selalu menampakkan kemajuan-kemajuan. Sebetulnya,
segala benda manusia atau binatang dapat aku musnahkan
dengan Tay-yang-sin-kong, bila sasaran itu berada tidak
melampaui jarak lima meter! Kau harus pelajari ilmu ini dan dalam
waktu dua tahun yang mendatang ini kau harus sudah dapat
memusnahkan segala sesuatu dalam jarak sasaran dua setengah
meter! Dan kau tentu sudah mengetahui bahwa setelah aku
mewariskan ilmu-ilmu tersebut, atau setelah lewat dua tahun, aku
harus menyusul isteriku di dunia baka!"
Mendengar ucapan itu dan melihat kuku yang panjang dan runcing
menghiasi jari tangan gurunya, Wei Beng Yan bergidik.
"Suhu seorang yang berkepandaian sangat tinggi," pikirnya.
,,Mengapa dia harus membunuh diri" Untuk apakah manusia hidup
di dunia" Apakah hanya untuk menanti mati?""
"Sepuluh tahun yang lalu, sambil membawa jenazah isteriku aku
datang di lembah ini, dan di bawah batu gunung inilah aku telah
mengubur isteriku itu. Aku akan menyusulnya di alam baka, tetapi
sebelum itu aku harus memperoleh kembali ketiga mustika isteriku,
yang sekarang entah berada di mana."
"To-ji (murid) tidak berani minta banyak. To-ji sangat berterima
kasih telah diterima sebagai murid!"
"Orang hidup hanya menanti mati, dan kita harus mati dengan
perasaan puas......!"
241 Ucapan Yu Leng itu sangat disetujui oleh Wei Beng Yan, ia tidak
takut mati asal saja tekadnya menuntut balas terpenuhi.
"Aku akan mulai menurunkan kepandaianku setelah lewat lima
hari, selama waktu itu kau diperbolehkan bergerak ke mana saja
kecuali meninggalkan lembah ini."
"Baik Suhu, To-ji akan menanti kedatangan Suhu di atas batu
gunung ini."
Pada malam itu mereka tidur bersama-sama, tetapi keesokan
hatinya Wei Beng Yan tidak melihat Suhunya berada di situ.
Tepat pada hari keenam, Yu Leng tiba-tiba telah muncul lalu sambil
bersenyum ia mengajak Wei Beng Yan ke suatu tempat yang
rupanya sering dipergunakan Yu Leng untuk berlatih ilmu silat.
Maka mulai hari itu dan selanjutnya Yu Leng telah memberi
pelajaran ilmu silat dengan sabar serta seksama sehingga dalam
waktu dua tahun itu Wei Beng Yan telah berhasil mewarisi jurusjurus aneh dari ilmu Tay-yang-sin-kong dan Tay-yang-sin-jiauw.
TIGABELAS Demikianlah dua tahun telah lewat, dan bulan tujuh sudah tiba lagi.
Selama berada di dalam lembah Yu-leng-kok, Wei Beng Yan
sering melihat gurunya menggantung lentera-lentera kertas merah
di dekat batu gunung yang besar itu sambil menarik napas dan
mengucurkan air mata, ia segera mengetahui bahwa saat untuk
gurunya membunuh diri sudah hampir tiba!
242 Tanggal sebelas lewat, tanggal duabelas, tigabelas dan
empatbelas...... selama empat hari empat malam itu gurunya tak
pernah berlalu dari batu gunung. Dan akhirnya tanggal limabelas
tiba, gumpalan awan hitam terapung-apung di angkasa raya, angin
dingin meniup santar dan hujanpun lalu turun rintik-rintik.
Suasana di waktu itu serupa benar dengan suasana pada malam
pertengahan bulan tujuh dua tahun yang lalu ketika ia berjalan
masuk ke dalam lembah itu atas petunjuk-petunjuk si kakek
pincang Ouw Lo Si.
Tiba-tiba Yu Leng menangis sedih, demikian terharunya Wei Beng
Yan sehingga ia tidak dapat menahan perasaannya yang bergolak
dan akhirnya iapun menangis tersedu-sedu!
"Beng Yan! Kau telah mewarisi ilmu silatku, jika kau terus berlatih
dengan rajin dan tekun, maka dalam jangka waktu lebih kurang
duapuluh tahun, kau pasti akan menjadi terlebih lihay daripadaku."
"Suhu! Janganlah kita perbincangkan lagi soal ilmu silat! Subo
(isteri guru) telah meninggal dunia, aku yakin rohnya telah
bersemayam di tempat yang layak, mengapa Suhu masih saja
bersedih hati?"
"Kau masih muda dan belum mengetahui apa artinya cinta bagi
penghidupan! Semenjak Subo mu meninggal dunia watakku
berubah banyak sekali. Aku telah membunuh banyak orang yang
masuk ke dalam lembah ini disebabkan mereka telah membawa
lentera kertas yang bentuk maupun warnanya aku tidak sukai!"
243 "Mengapa Suhu hanya menyukai lentera kertas seperti yang
pernah To-ji bawa ke sini dua tahun yang lalu?"
"Aku sangat menyintai isteriku, bentuk serta warna lentera kertas
yang kau bawa dulu adalah kesukaannya. Cintaku demikian besar
terhadap Subo mu itu, sehingga aku menjadi gusar jika melihat
lentera kertas yang tidak serupa dengan kesukaannya itu...."
Wei Beng Yan tidak menanyakan lagi, ia hanya merasa heran
mengapa Ouw Lo Si mengetahui rahasia lentera kertas ini"
Ketika mengingat si kakek, ia meraba-raba ketiga sampul surat
yang telah diberikan oleh kakek itu, tiga sampul yang akan
merupakan TIGA SAMPUL MAUT bagi dirinya sendiri!!
Sekonyong-konyong Yu Leng berkata lagi dengan suara keras.
"Beng Yan! Kau harus tinggalkan aku jauh-jauh. Jika kau masih


Sampul Maut Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suka tinggal di sini, aku melarang kau datang lagi sebelum tengah
malam, di waktu itu yang harus kau perbuat yalah tancap dua
batang kayu di depan batu gunung ini!"
"Suhu! Subo pasti tidak menyetujui tindakan Suhu ini," sahut Wei
Beng Yan yang mengetahui bahwa gurunya ingin membunuh diri.
"Suhu dapat memerintahkan apa saja, tetapi kali ini To-ji harus
membangkang, To-ji tidak ingin meninggalkan Suhu sendirian di
sini!" Yu Leng bersenyum puas melihat kebaktian muridnya, lalu sambil
merogoh sakunya ia berkata lagi.
244 "Ketiga jarum Yan-bie-tin ini harus DIKEMBALIKAN kepada
pemiliknya, yang terkenal di kalangan Kang-ouw sebagai si gaetan
baja tinju besi!"
Setelah berkata demikian, ia lalu mengulur tangannya untuk
menyerahkan ketiga jarum tersebut. Tetapi ketika Wei Beng Yan
pun mengulurkan tangannya untuk menerima jarum-jarum itu, tibatiba Yu Leng membentak.
"Enyahlah dari hadapanku!"
Berbareng dengan berakhirnya bentakan itu, dengan tiba-tiba
tubuh Wei Beng Yan jadi terpental ke belakang, ia berusaha
menahan agar tidak jatuh tetapi suatu tenaga yang dahsyat sekali
telah memaksanya bergulingan di tanah!
"Akan kusergap dia!" pikirnya selagi bergulingan di tanah.
Maka begitu lekas dapat berdiri lagi, Wei Beng Yan segera
menerkam gesit seperti harimau, ke arah tadi Yu Leng sedang
duduk bersila, ia telah menubruk tempat kosong, Yu Leng sudah
tidak berada di situ lagi!
"Suhu! S u h u......!" ia berteriak kalap.
Tidak terdengar suara sahutan. Ia berusaha mencari, tetapi setelah
hampir seluruh pelosok lembah itu ia putari, Yu Leng tetap tidak
kelihatan! Maka dengan tindakan lesu ia berjalan balik ke arah batu
gunung, tatkala itu hari sudah menjelang tengah malam.
245 Wei Beng Yan berjalan sambil menundukkan kepala, ketika hampir
tiba di batu gunung ia menjadi terperanjat sekali -- di atas batu
gunung itu tampak Yu Leng tengah berdiri sambil mendongak ke
langit, yang aneh kini Yu Leng menutupi mukanya dengan
selembar kain! Dengan satu loncatan ia sudah berada di depan
batu besar itu.
"Suhu! Apakah yang telah terjadi?" tanyanya. "Aku telah berputarputar mencari."
"Mulai hari ini kau tidak usah usil-usil urusanku lagi, sekarang
pergilah!"
"Suhu......!"
"Pergi!"
Wei Beng Yan menjadi heran sekali, mengapa sikap dan nada
gurunya mendadak berubah demikian kasarnya. Ia sebagai
seorang murid tidak berani membangkang, setelah diusir ia segera
bertindak untuk meninggalkan gurunya meskipun hatinya merasa
bingung akan perintah gurunya itu. Ia berjalan sambil sebentarsebentar menoleh ke belakang, ketika sudah berada beberapa
ratus meter dekat mulut lembah, tiba-tiba ia mendengar gurunya
memanggil. "Beng Yan!!"
Wei Beng Yan memutar tubuhnya dengan mata terbelalak, ia betulbetul menjadi bingung bukan main, apakah Yu Leng
memanggilnya agar ia kembali"
246 "Beng Yan!! Apakah kau tidak mendengar suaraku?"
"Ya Suhu! To-ji mendengar suara panggilan Suhu!" seru Wei Beng
Yan dengan hati berdebar-debar
"Kalau begitu kau kemarilah!"
Wei Beng Yan lekas-lekas bertindak untuk menghadap gurunya.
Setelah berada dekat batu gunung lagi, Yu Leng lalu berkata.
"Apakah kau ketahui ini benda apa?" sambil mengeluarkan satu
barang dari dalam bajunya.
Wei Beng Yan terkejut melihat benda itu, yalah sarung tangan
Ciam-hua-giok-siu. Ia mengetahui sebelum masuk ke dalam
lembah bahwa Suhunya memiliki tiga benda pusaka, tetapi benda
pusaka itu telah dicuri orang, entah siapa. Yu Leng sendiri telah
mengatakan bahwa ia ingin mencari ketiga pusaka itu sebelum
mati, kenapa sekarang sarung tangan itu berada di tangannya"
Apakah selagi ia memutari lembah, Yu Leng telah berhasil
mendapatkan kembali pusaka itu"
"Tidak mungkin!" pikirnya.
"Apakah itu bukan sarung tangan Ciam-hua-giok-siu?" tanyanya
kepada Yu Leng.
"Betul!" sahut Yu Leng sambil melemparkan benda itu kepada Wei
Beng Yan. "Terimalah pusaka itu sebagai tanda mata dariku!" Wei
Beng Yan meneliti benda itu sesaat lamanya.
247 "Apakah dengan pemberian tanda mata ini, Suhu......"
"Tidak! aku tidak jadi membunuh diri! Aku telah mengambil
keputusan baru, yalah hidup lagi sepuluh tahun untuk
membereskan suatu urusan yang belum aku selesaikan. Kau telah
mahir melancarkan, meskipun belum begitu sempurna, ilmu-ilmuku
yang sakti, aku hanya khawatir......"
"Apakah yang Suhu khawatirkan?"
"Pepatah kuno mengatakan. Orang dapat menggambar seekor
macan dengan kulitnya yang loreng, tetapi tiada satu orangpun
mampu melukis tulangnya sekali! Atau dengan lain perkataan, kita
dapat mengenal orang, tetapi kita tak dapat mengenal isi hatinya!"
"Apakah Suhu khawatir akan kepatuhanku terhadap Suhu?"
"Tidak! Aku cukup mengenal keluhuran hatimu, tetapi meskipun
demikian, dalam jangka waktu sepuluh tahun ini kau dapat berubah
pikiran serta pendapat, mungkin juga kau akan membenci aku!
Maka untuk mencegah kejadian itu, aku kira mulai hari ini
sebaiknya kita putuskan saja hubungan kita sehagai guru dan
murid!" Jika pada waktu itu guntur meledak tepat di sisi telinganya,
mungkin Wei Beng Yan tidak demikian kaget seperti ia mendengar
ucapan Yu Leng itu. Apakah ia telah mengucapkan sesuatu yang
menyinggung perasaan gurunya" Yu Leng memang seorang yang
angkuh tetapi selama telah tinggal bersama-sama lebih dari dua
tahun, ia telah dapat menyesuaikan diri dengan keangkuhannya
itu. 248 "Suhu! Mengapakah Suhu berpikiran demikian?"
". . . . . . . . ."
"Jika Suhu masih tidak percaya akan kepatuhanku itu, To-ji
bersedia bersumpah untuk mendengar segala perintah suhu!"
"Kau dapat melanggar sumpahmu sendiri!"
"Biarlah langit menjadi saksi bahwa jika To-ji melanggar sumpah,
To-ji akan tidak diberkahi dalam usaha To-ji membalas dendam!"
"Ha, ha, ha! Jika kau berani bersumpah demikian, mau tak mau
aku harus percaya bahwa hubungan kita tetap masih ada dan tak
akan retak kelak!"
Wei Beng Yan berlutut untuk memberi hormat, tetapi Yu Leng
mengebat lengan bajunya sambil berkata.
"Jangan berlutut! Sekarang telah tiba saatnya untuk kau pergi dan
membereskan urusanmu sendiri, kesempatan untuk kita berjumpa
lagi di kemudian hari masih banyak!"
Wei Beng Yan telah tinggal bersama gurunya selama dua tahun
dan ternyata gurunya itu seorang yang cukup lemah lembut
meskipun wataknya angkuh, ia telah manganggap gurunya itu
sebagai ayahnya sendiri, maka ketika diperintahkan untuk pergi, ia
merasa berat sekali untuk mengangkat kaki dari lembah itu, tetapi
ia tidak berani membangkang, bukankah ia baru saja bersumpah
untuk mendengar segala perintah gurunya" Berpikir sampai di situ
249 ia segera memberi hormat, lalu bertindak pelahan-lahan keluar dari
dalam lembah Yu-leng-kok.
EMPATBELAS Wei Beng Yan berkelana kebanyak tempat untuk mencari ketiga
musuh ayahnya, tetapi ia tidak berhasil, maka ia lalu menuju ke
rumah seorang sahabat ayahnya yang bernama Gan Leng Hong,
pada siapa ia telah menitipkan pedang ayahnya dua tahun yang
lalu. Ia menjadi terkejut sekali ketika mendapat kenyataan bahwa Gan
Leng Hong kini sudah bukan lagi seorang jago silat yang disegani.
Gan Leng Hong telah menjadi seorang cacad...... kedua matanya
sudah buta! "Gan Supee, apa yang telah terjadi atas dirimu?" tanya Wei Beng
Yan. Gan Leng Hong bersenyum getir dan tidak menyahut. "Gan Supee,
siapakah yang telah menganiayamu?"
"Ai! Aku tidak nyana kedua jahanam itu ingin juga mencelakai aku!"
kata Gan Leng Hong sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Ilmu silat yang telah aku pelajari dengan susah payah telab dibikin
musnah oleh kedua iblis itu!"
"Siapakah kedua iblis itu?"
"Lebih baik kau tidak mengetahui siapa iblis itu, jika kau berhasil
membalas dendam ayahmu aku sudah merasa puas!"
250 "Tetapi aku tidak akan merasa puas jika tidak mengetahui siapa
musuh-musuh Gan Supee yang kejam itu!"
"Terimalah pedang Ku-tie-kiam ayahmu ini, seperti telah aku
katakan tadi, jika kau berhasil membunuh ketiga musuh ayahmu,
aku sudah merasa puas!"
"Aku tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum Gan Supee
memberitahukan siapa yang telah menganiaya Gan Supee!"
"Beng Yan, apakah gunanya kau mendesak demikian rupa"
Apakah kau kira kedua mataku ini akan dapat melihat lagi jika aku
memberitahukan juga siapa musuh-musuhku itu?"
"Mata yang sudah dirusak tidak akan dapat melihat lagi. tetapi
orang yang membutakan mata itu harus menerima hukuman! Maka
tolonglah Gan Supee beritahukan siapa musuh-musuh Gan Supee
itu dan apa sebabnya jahanam-jahanam itu berbuat demikian
kejam terhadap Gan Supee?"
Gan Leng Hong menundukkan kepalanya berpikir, ia merasa
kewalahan juga didesak terus.
"Baiklah jika kau ingin juga mengetahui," sahutnya. "Kedua iblis
yang telah menganiayaku adalah orang yang telah menewaskan
ayahmu!" "Hah! Soat-hay-siang-hiong......?"
251 "Betul! Soat-hay-siang-hiong! Ha, ha, ha! Kedua mataku dibikin
buta, ilmu silatku musnah karena urat di punggungku telah
diputuskan! Ha, ha, ha......."
Wei Beng Yan menjadi terharu sekali melihat keadaan Gan Leng
Hong yang sudah seperti orang gila itu.
"Tetapi mengapa mereka harus menganiaya Gan Supee?"
tanyanya "Karena aku adalah sahabat terkarib ayahmu, karena khawatir aku
membikin pembalasan, mereka telah menganiaya aku dengan
mempergunakan racun sehingga aku pingsan dan di waktu
inilah...... aku masih dapat merasakan suatu besetan kulit di
punggungku setelah itu aku tidak dapat berdiri lagi...... tidak bisa
berdiri lagi! Ha, ha, ha......."
Suaranya yang seram itu mendadak berhenti, Wei Beng Yan
menghampiri sambil memanggil-manggil Supeenya, tetapi yang
dipanggil telah menjadi mayat!
Baru saja keluar dari lembah Yu-leng-kok, Wei Beng Yan telah
ketemui kekejaman kedua iblis musuh besarnya itu, sehingga
napsunya membalas dendam semakin berkobar. Setelah
mengubur jenazah Gan Leng Hong ia segera menuju ke
pegunungan Kun-lun-san untuk mencari musuhnya itu, tetapi ia
tidak berhasil menemui kedua iblis itu. Maka pada malam tanggal
limabelas bulan delapan menurut hitungan Im-lek, karena tertarik
oleh keindahan sang puteri malam, maka ia telah pergi pesiar
dengan perahu di atas telaga tong-teng, sehingga di luar dugaan
sama sekali di situ ia bertemu dengan Siauw Bie. Dan ketika ia
252 hampir berhasil membalas dendam ayahnya, yaitu ketika
bertempur dengan kedua iblis Soat-hay-siang-hiong, mendadak
suasana di seluruh telaga menjadi gelap gulita!
Tatkala itu Siauw Bie juga sudah berada di atas Lui-tay dengan
maksud membantu Wei Beng Yan menggempur kedua iblis itu,
tetapi ketika suasana menjadi gelap, ia jadi gugup. Dalam
kegelapan ia memanggil Wei Beng Yan.
"Hei! Kau berada dimana"!"
Siauw Bie terpaksa memanggil Wei Beng Yan dengan "Hei", karena
waktu itu ia belum mengetahui nama si pemuda. Ia terkejut bukan
main ketika merasa lengannya dipegang orang, ia meronta dan
berusaha membebaskan tangannya itu sambil melepaskan satu
jotosan dengan tangannya yang bebas, jotosannya itu ditangkis
dan ia menjadi kaget berbareng girang ketika mendengar.
"Siauw siocia, jangan menyerang! Akulah yang memegang
tanganmu!"
Itulah suara Wei Beng Yan, pemuda pujaan hatinya! Sejenak
kemudian ia mendengar lain orang membentak.
"Hei, kamu berdua! Mengapa masih berlaku sungkan" Ayoh ikut
aku!" Siauw Bie menjadi bingung mendengar ucapan orang yang ia tak
kenal itu, tetapi terdengar Wei Beng Yan, berkata.
"Suhu! Kedua orang itu adalah musuh-musuh besarku yang......."
253 "Cukup!" orang itu memotong. "Kedua orang itu tidak boleh kau
lukai! Mereka adalah kawan-kawan karibku!" sahut Yu Leng.
Wei Beng Yan betul-betul tidak percaya jika Yu Leng bisa
memerintahkan demikian, apakah dia ini Yu Leng" Demikianlah ia
menanya dirinya sendiri, tetapi ketika mengingat hanya gurunya
saja seorang yang dapat memadamkan semua lampu dan obor
demikian cepatnya, rasa ragu dan curiganya mendadak lenyap.
"Beng Yan! Kau harus, lekas-lekas berlalu dari sini! Ayoh ikut aku!"
kata lagi Yu Leng.
"Baik Suhu!" sahut Wei Beng Yan sambil melepaskan tangan
Siauw Bie dan mengikuti Yu Leng.
"Kau mau ke mana?" tanya Siauw Bie.
"Entahlah......!"
"Aku ikut! Jangan tinggalkan aku!"
"Siauw siocia, aku......"
"Beng Yan, ajaklah siocia itu bersamamu!" kata Yu Leng.
Bukan main girangnya Wei Beng Yan mendengar perintah itu, ia
sambar tangan Siauw Bie lalu sambil memeluk gadis itu ia
kerahkan ilmu meringankan tubuhnya Gak-hie-to-cui (Buaya hitam
menyeberangi sungai), untuk menyeberang ke tepi telaga dalam
suasana gelap gulita.
254 Setelah tiba di sana, mereka tidak melihat Yu Leng, sejenak
kemudian awan hitam membuyar, bulan purnama bersembul
kembali, dua pasang mata bertemu dan mendebarkan kedua
insan. Meskipun kedua pasang bibir tertutup rapat tetapi, mereka


Sampul Maut Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tokh mengerti apa yang terkandung dalam lubuk hati mereka
masing-masing! "Tadinya aku mengira kau seorang pelajar yang mengerti juga
sedikit ilmu silat, setelah melihat kau bertempur...... Ai......" kata
Siauw Bie sambil bersenyum manis.
"Siauw siocia terlalu memuji!"
"Apakah kau orang yang telah beruntung mewarisi ilmu silat Yu
Leng, orang sakti dari lembah Yu-leng-kok?"
Wei Beng Yan bersenyum dan mengangguk.
"Tetapi mengapa Yu Leng tidak membunuh diri setelah
mewariskan ilmunya?"
Wei Beng Yan menundukkan kepalanya dan menghela napas
panjang. "Kisahnya agak panjang," sahutnya, "aku tidak dapat menjelaskan
di sini." Setelah itu ia lalu berjalan mundar-mandir di tepi telaga itu sambil
menggendong kedua tangannya di belakang.
255 "Ayahku telah tewas dianiaya orang," katanya lagi, "mengapa
guruku justru melarang aku membunuh orang yang telah
membunuh ayahku itu" Ai......"
Tidak lama kemudian tampak sebuah perahu mendatangi, ketika
sudah menepi kedua muda mudi itu dapat mengenali bahwa orang
yang berada di atas perahu adalah Yu Leng sendiri.
"Suhu!" Wei Beng Yan memanggil sambil menghampiri.
Siauw Bie yang pernah mendengar bahwa Yu Leng itu adalah
seorang jago silat yang luar biasa lihaynya, segera memberi
hormat seraya berkata.
"Aku Siauw Bie merasa heruntung sekali dapat menjumpai
Locianpwee!" sambil coba melihat wajah Yu Leng yang ditutupi
oleh selembar kain itu, ia menjadi bergidik ketika dapat melihat
sepasang mata yang bersinar terang.
"Beng Yan," kata Yu Leng, "katakanlah jika kau merasa tidak puas
terhadapku!"
"To-ji hanya merasa heran Suhu tidak memperkenankan To-ji
membunuh Soat-hay-siang-hiong!"
"Jika kau masih menganggap aku sebagai gurumu, kau harus
mentaati segala perintahku, apakah kau sudah mulai
membangkang?"
Wei Beng Yan jadi sangat putus asa sekali.
256 "Apa gunanya aku meyakinkan ilmu yang dahsyat," katanya di
dalam hati, "jika aku dilarang membunuh musuh-musuh besarku?"
Yu Leng menatap tajam ke arah Siauw Bie, lalu ia berkata.
"Jadi kalian berdua tidak ingin berpisah" -- Baiklah kalian harus
menanti kedatanganku di rumah gedung keluarga Tie di kota Buouw pada hari lusa."
Setelah selesai bicara, dengan satu loncatan yang lincah bukan
main ia telah berlalu dari situ.
Suasana di telaga sudah terang lagi, dari kejauhan tampak orangorang yang barada di atas perahu atau kapal sungai, semua
tengah sibuk, itulah orang-orang Siauw Cu Gie!
"Siauw siocia," kata Wei Beng Yan, "untuk tidak membikin kakak
laki-lakimu sibuk tidak keruan, aku kira ada baiknya kau balik saja
kesana!" Dengan tiba-tiba wajah Siauw Bie berubah jadi cemberut masam,
lalu ia menyahut dengan sikap gusar yang dibikin-bikin.
"Barusan kau sendiri yang memperkenankan aku mengikutimu,
sekarang sekonyong-konyong kau berubah pikiran!"
Wei Beng Yan bersenyum.
"Baiklah, mari kita berangkat ke kota Bo-ouw!" sahutnya.
257 Dari telaga tong-teng mereka langsung menuju ke kota tujuan
mereka dan tiba di sana lebih cepat daripada Yu Leng, yang tiba di
situ pada malam harinya.
Demikianlah Wei Beng Yan telah bercerita tanpa mengetahui
bahwa Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu telah mendengar ceritanya
itu. "Ouw Si-ko," Khouw Kong Hu berbisik, "apakah kisah Wei Beng
Yan itu dapat dipercaya?"
"Orang yang telah ditembusi panah asmara, tidak mungkin
berdusta terhadap kekasihnya!" sahut Ouw Lo Si dengan suara
rendah, "Tetapi kita harus senantiasa berusaha, agar kita tidak
bentrok dengannya. Karena kini ia betul-betul seorang pemuda
yang dahsyat sekali!"
Tetapi suara yang rendah itu ternyata dapat juga didengar oleh Wei
Beng Yan, yang segera terdengar menegur.
"Apakah Suhu sudah kembali?"
"Ai...... coba lihat, betapa hebat indera pendengarannya!" Ouw Lo
Si berbisik dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Khouw Kong Hu yang sudah sangat gelisah, ingin segera meloncat
keluar dari tempat sembunyi, bagus saja Ouw Lo Si keburu
menahan jika tidak ia tentu sudah dapat dilihat oleh Wei Beng Yan
yang ketika itu sudah berdiri dekat jendela. Kalau saja Wei Beng
Yan melongok ke bawah, maka terpergoklah perbuatan Ouw Lo Si
258 dan Khouw Kong Hu yang telah mencuri mendengar percakapan
orang itu. Justru pada saat yang gawat itu, tiba-tiba terdengar suara.
"Tok! Tok! Tok!" yang nyaring sekali. Suara itu adalah suara orang
mengetok kayu sebagaimana lazimnya dilakukan oleh penjual
bakmi atau bakso, yang dibarengi dengan suara orang menyebut.
"O-mi-to-hud!"
Dan tiba-tiba tampak sesosok bayangan mencelat cepat laksana
kilat melewati tembok yang mengelilingi rumah gedung itu.
Sekejapan saja bayangan itu telah masuk ke dalam ruangan besar
di mana Wei Beng Yan dan Siauw Bie berada.
Ilmu meringankan tubuh yang telah diperlihatkan oleh bayangan itu
telah mempesonakan Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu.
Empat pasang mata yang di dalam maupun yang di luar ruangan
dengan tertib mengikuti gerak-gerik bayangan yang baru datang
itu, mereka dapat melihat seorang Nikouw yang sudah berusia
lanjut, mengenakan jubah warna abu-abu, tengah berdiri
mengawasi Wei Beng Yan dan Siauw Bie bergantian. Tangan
kirinya memegang kayu tok-tokan yang mengkilat, sedang tangan
kanannya memegang sepotong kayu yang diberi lobang panjang
di tengah-tengahnya.
Wei Beng Yan mengkerutkan keningnya sejenak, kemudian sambil
bersenyum ia berkata.
259 "Apakah Suthay (panggilan kepada seorang rahib wanita) mencari
seseorang?"
"Siapakah sebenarnya Sicu (saudara) ini" Mengapa berada di
sini?" Nikouw itu balik bertanya dengan tidak kalah herannya.
Wei Beng Yan menjadi bingung ditanya demikian, karena ia datang
di situ atas perintah gurunya tanpa diberitahukan apa sebabnya.
Kemudian Si Nikouw mengangkat kepalanya dan memperhatikan
ke tujuh lentera kertas merah yang tergantung di situ.
"Hm! Ji Cu Lok pun berada di sini?" kata si Nikouw. "mengapa aku
tidak melihat dia?"
Pertanyaan itu membikin Wei Beng Yan menjadi tambah bingung.
"Siapa itu yang dipanggil Ji Cu Lok?" pikirnya.
Ouw Lo Si yang masih bersembunyi di luar jendela pun menjadi
terkejut mendengar nama itu disebut-sebut!
Siapakah sebenarnya Ji Cu Lok itu"
Beberapa puluh tahun yang lalu Ji Cu Lok dan isterinya Goei Su
Nio pernah menggetarkan kalangan Bu-lim dan tiada seorangpun
mampu menggempur mereka. Mereka adalah Yu Leng dan
isterinya, Thian-hiang-sian-cu!
Dan si Nikouw adalah Ceng-sim Lo-ni yang bertapa di pegunungan
Go-bi-san, mungkin kedatangannya di situ adalah atas permintaan
260 ke tiga saudara Tie, agar si Nikouw membalaskan sakit hati mereka
terhadap Yu Leng!
"Sicu, mengapa kau diam saja, apakah Ji Cu Lok tidak ada di sini?"
Ceng Sim Lo-ni menanya lagi.
Baru saja si Nikouw bertanya, tiba-tiba terdengar suara orang
tertawa berkakakan, bersamaan dengan itu seorang yang
menutupi mukanya dengan selembar kain hitam sudah menerjang
masuk ke dalam ruangan itu dengan gerakan yang lincah bukan
main! "Siapa kau!" tanya Ceng Sim Lo-ni, ketika melihat orang itu tengah
menatapnya dengan angkuh.
"Barusan kau menanyakan aku setelah melihat ketujuh lentera
kertas merah tergantung di sini," sahut orang itu, yang bukan lain
daripada Yu Leng. "Mengapa setelah aku datang kau masih
menanyakan aku siapa?"
Setelah sadar dari perasaan heran tentang sikap Yu Leng itu, si
Nikouw lalu berkata.
"Ji Cu Lok, lama juga aku tidak menjumpaimu, apakah kau
sekarang menjadi takut wajahmu dilihat orang?"
"Tidak perlu kau mengetahui maksudku, kau juga tidak perlu
mengajukan pertanyaan yang tolol itu!"
261 "Semenjak isterimu meninggal dunia, kau telah berubah banyak
sekali! Bagaimana dengan usulku agar kau menjadi seorang
paderi daripada membunuh diri mengikuti isterimu itu?"
"Apakah kau kira otakku sudah miring sehingga aku menuruti saja
usulmu yang memang sinting itu! Menjadi paderi, ha, ha, ha!"
Ceng Sim Lo-ni jadi terperanjat dikatakan sebagai seorang sinting,
tetapi ia sebagai seorang yang selalu menyebar kebaikan kepada
semua orang dan berjiwa besar tidak ingin menggubris ejekan itu
lalu ia berseru keras sambil menoleh ke lain jurusan.
"Hei! Apakah pemilik rumah ini tidak ada di rumah?"
Tentu saja panggilannya itu tidak ada sahutan, lalu ia menoleh ke
arah Yu Leng dan berkata.
"Ji Cu Lok, apakah kau ketahui ke mana perginya ke tiga saudara
Tie?" ,,Ha, ha, ha......"
"Mengapa kau tertawa?"
"Karena ke tiga saudara Tie telah pergi jauh. Ya, jauh sekali!"
Ceng Sim Lo-ni menjadi heran, karena ke tiga saudara Tie selalu
menantikan kedatangannya yang tiga tahun sekali itu.
"Aku menanyakan apakah kau ketahui ke mana mereka telah
pergi?" 262 "Tentu saja aku mengetahui. Mereka sudah pergi ke akhirat dan
tengah menantikan kedatanganmu di sana!"
"Mengapa mereka tewas" Siapa yang telah membunuh mereka?"
"Hm! Nikouw sinting! Jangan kau berlagak tidak tahu! Bukankah
ketiga saudara bedebah itu telah pergi ke markas Kong-ya Coat
untuk merebut Ciam-hua-giok-siu dua tahun lebih yang lalu"
Mereka ingin merampas benda pusaka isteriku maka aku telah
memberi sedikit pelajaran kepada mereka! Kau masih berlagak
menanya-nanya, bukankah kedatanganmu di sini untuk
membalaskan sakit hati mereka?"
Ejekan itu telah didengar juga oleh Wei Beng Yan, Siauw Bie dan
Ouw Lo Si bersama Khouw Kong Hu yang tengah bersembunyi di
luar jendela, Wei Beng Yan menjadi gelisah ketika mengetahui sikap gurunya
demikian rendahnya karena iapun mengetahui bahwa Ceng Sim
Lo-ni adalah seorang biarawati yang selalu melakukan kebajikan,
yang dulunya pernah juga berkecimpungan di kalangan Kang?ouw
dan terkenal sebagai Jin Sim Li-hiap (pendekar wanita yang baik
hati). "Apakah guruku sebagai seorang jago silat dari golongan
durhaka?" tanyanya di dalam hati.
Ceng Sim Lo-ni tampaknya berusaha keras mengendalikan
kemarahannya, ia mengetok kayu tok-tokannya tiga kali. Suara
ketokannya itu luar biasa nyaringnya, sehingga mendengingdenging di tiap kuping orang yang berada di situ.
263 "Ji Cu Lok," katanya sungguh-sungguh, ,,jika kau betul-betul
memandang kepadaku, tidak seharusnya kau berbuat demikian
kejam kepada ketiga keponakanku itu!"
Yu Leng bersikap congkak sekali.
"Aku bukan saja sudah bersikap kejam terhadap kemanakan
bedebahmu itu," sahutnya, "yang ingin merebut benda pusaka
isteriku, tetapi aku akan bertindak kejam pula terhadapmu yang
ingin turut campur urusan orang lain!"
Dengan tiba-tiba tampak tubuh Ceng Sim Lo-ni menggigil saking
marahnya, tetapi ia masih tetap berusaha menahan amarahnya itu.
"Ha, ha, ha! Aku sudah lama mengetahui bahwa kau -- Ceng Sim
Lo-ni, memiliki ilmu Cap-sa-ciang-bu-ciang (ilmu silat tinju yang
dapat menaklukkan setan), dan kayu tok-tokan itu adalah
senjatamu yang ampuh. Disamping itu kau masih mempunyai
suatu ilmu menotok jalan darah yang disebut Im-yang-peng-sitiam-hiat-go-hoat (ilmu menotok jalan darah dengan tenaga dalam
maupun luar dengan mempergunakan kelima jari tangan yang
dapat diubah-ubah), tidak ada taranya di kolong langit!"
"Mengapa kau menyebut-nyebut itu semua?"
"Karena aku ingin sekali mencoba kesemua ilmumu itu, ayoh
keluarkan semua kepandaianmu untuk dinilai dengan ilmuku
sendiri!" limaBeLAs 264 Bukan main marahnya Ceng Sim Lo-ni ditantang demikian
kasarnya. Sambil melangkah mundur satu tindak ia menyahut.
"Ilmu-ilmu yang telah kau sebutkan di atas tidak dapat
diperbandingkan dengan ilmumu sendiri Thay-yang-sin-jiauw!
Tetapi...... aku tidak gentar bertempur denganmu!"
"Hm! Untuk bertempur denganmu aku tidak perlu turun tangan
sendiri. -- Beng Yan!"
Wei Beng Yan jadi kaget sekali mendadak mendengar namanya
dipanggil oleh Yu Leng, tetapi ia lekas-lekas menyahut.
"Suhu, To-ji berada di sini........"
Yu Leng menoleh kepada muridnya dan berkata.
"Kau telah berhasil mewarisi ilmu silatku, aku belum merasa puas
sebelum melihat
dengan mata kepala sendiri,
kau mempergunakan ilmu-ilmu tersebut. Sekarang Ceng Sim Lo-ni,
yang menurut hematku, merupakan lawanmu yang sepadan,
berada di sini, maka kesempatan yang terbaik ini tidak boleh
dilewatkan begitu saja! -- Pergunakanlah ilmu Thay-yang-sin-jiauw
terhadap Nikouw ini!"
Untuk ketiga kalinya Wei Beng Yan jadi terkejut tatkala mendengar
perintah gurunya yang betul-betul aneh itu. Pertama ia diperintah
membunuh si pemilik jarum Yan-bie-tin, kedua ia diperintah jangan
membunuh Soat-hay-siang-hiong, musuh besarnya. Dan sekarang
ia diperintahkan menggempur seorang biarawati yang selalu
menjalankan kebajikan kepada semua orang!
265

Sampul Maut Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia tentu saja segan melawan, karena mengetahui bahwa ilmu
Thay-yang-sin-jiauw dahsyat sekali, barang siapa kena diserang
oleh jurus cakaran maut itu, pasti tewas! Atau jika si korban masih
beruntung tidak mati seketika, maka setelah lewat tujuh hari tujuh
malam, korban itu pasti mati!
Wei Beng Yan telah dilatih dan digembleng oleh ayahnya
almarhum Wei Tan Wi, agar ia menjadi seorang yang luhur serta
budiman, maka waktu mendengar gurunya memerintahnya
melakukan perbuatan yang durhaka itu, ia sudah berniat
melanggar sumpahnya sendiri. Membangkang!
"Suhu," katanya, "aku......."
"Kau mengapa" Apakah kau merasa gentar terhadap Nikouw ini?"
"Suhu! Aku tidak dapat menuruti perintah Suhu itu! Mengapa kita
harus bermusuhan terhadap seorang suci seperti Ceng Sim Lo-ni
ini?" "Ngaco! Apakah kau sudah lupa akan sumpahmu" "
Wei Beng Yan merasa seolah-olah sebilah pisau yang tajam sekali
membeset dadanya. Lalu sambil menatap gurunya ia menyahut.
"Suhu! Aku pandang Suhu sebagai ayahku sendiri, mengapa......"
"Berhenti! Jika kau takut aku akan turun tangan sendiri!"
Wei Beng Yan menginsyafi bahwa semenjak gurunya tidak jadi
membunuh diri, watak serta tabiat gurunya itu telah berubah
266 banyak sekali. Iapun mengetahui bahwa jika Yu Leng sendiri yang
turun tangan, maka dapat dipastikan di muka bahwa Ceng Sim Loni akan hancur lebur diganyang Thay-yang-sin-jiauw! Bukankah
jika ia sendiri yang bertempur, ia dapat mencegah agar biarawati
itu tidak tewas" Bahkan ia dapat membikin Ceng Sim Lo-ni tidak
menderita luka apapun!
Oleh karena itu ia lekas-lekas menyahut.
"Baiklah! Aku akan menuruti perintah Suhu itu!"
"Bagus! Tetapi pertama-tama kau harus mempergunalan pedang
Ku-tie-kiam mu dahulu," kata Yu Leng sambil memperhatikan
gerak-gerik muridnya itu. "Baru kau pergunakan jurus Thay-yangsin-jiauw jika kau merasa kewalahan!"
Wei Beng Yan perlahan-lahan menghunus pedang pusaka
ayahnya, tidak lama kemudian tampak ujung pedangnya tergetar
dan berputar beberapa lingkaran, dengan gerak-gerakan itu ia
sudah siap melancarkan serangan-serangan yang cepat serta
dahsyat! Setelah melihat Wei Beng Yan merasa sungkan menempurnya,
Ceng Sim Lo-ni jadi sangat bersimpati terhadap pemuda yang
sudah berada di hadapannya itu. Iapun mengetahui bahwa
pemuda itu memiliki ilmu silat yang lihay sekali, tetapi jika pemuda
itu harus bertempur mempergunakan pedang, ia merasa yakin
betul bahwa pemuda itu bukan tandingnya yang setimpal! Iapun
merasa sungkan melukakan pemuda itu.
267 "Ji Cu Lok!" katanya, "mengapa kau menganggap aku demikian
rendahnya" Mengapa kau tidak turun tangan sendiri" Apakah kau
merasa takut"!"
Yu Leng kelihatannya hanya menyengir dan tidak menyahut.
Wei Beng Yan yang telah mempunyai suatu maksud lekas
melancarkan serangan dengan jurus-jurus yang telah dapat
dipelajarinya dari mendiang ayahnya. Ia khawatir tantangan
biarawati itu betul-betul membikin Yu Leng gusar dan turun tangan
sendiri! Segera tampak sinar pedang menyambar-nyambar laksana kilat,
yang sebentar-sebentar lewat di atas kepala Ceng Sim Lo-ni!
Serangan-serangan itu membikin Ceng Sim Lo-ni teringat akan
Wei Tan Wi yang pernah menggemparkan kalangan kang-ouw. Ia
dapat mengenali jurus-jurus yang dilancarkan oleh Wei Beng Yan
itu, yalah jurus Liu-seng-kiam-hoat (Bintang sapu mencari
mangsa). Ia merasa kagum sekali, karena pemuda itu dapat
melancarkan jurus lebih dahsyat lagi daripada yang pernah
dilancarkan oleh Wei Tan Wi dahulu!
Lalu iapun mulai membuka serangan, digentak tok-tokan kayunya
ke atas dan tampak kayu itu menyebarkan sinar yang berkilau-kilau
laksana kilat! Setelah bertarung dua jurus, tiba-tiba terdengar Ceng Sim Lo-ni
berseru. 268 "Berhenti! Anak muda, kau pernah apa dengan Wei Tan Wi tayhiap?"
Bukan main terharunya Wei Beng Yan mendengar nama ayahnya
disebut, lalu sambil melangkah mundur dan menurunkan ujung
pedangnya ke bawah ia menyahut.
"Beliau adalah ayahku!"
"O...... Aku telah dengar bahwa ayahmu telah dianiaya oleh Soathay-siang-hiong dan Eu-yong Lo-koay! Tetapi dengan ilmu silatmu
yang lihay itu, aku merasa yakin kau dapat membalas dendam
dengan mudah!"
Ucapan itu membikin Wei Beng Yan penasaran sekali, karena ia
teringat akan peristiwa di telaga Tong-teng, ketika kesempatan
untuk membunuh musuh-musuh besarnya sudah di depan mata ia
dicegah oleh Yu Leng.
"Tetapi aku belum dapat melaksanakan maksudku itu," sahutnya
sedih. "Ai! Kau tidak boleh menunda-nunda lagi maksudmu itu!"
"Beng Yan!" Yu Leng membentak gusar melihat tingkah laku
muridnya itu. "Kau boleh bawa Ciam-hua-giok-siu dan ajak Siauw
Bie berlalu dari sini! Tetapi awas! Di lain waktu kita berjumpa lagi,
kita akan berhadapan sebagai musuh!"
Wei Beng Yan agaknya menjadi gusar juga mendengar kata-kata
gurunya yang kasar itu, kalau saja ia mengetahui watak dan tabiat
269 Yu Leng akan berubah demikian rupa, ia tentu akan berpikir seribu
kali sebelum mengucapkan sumpahnya. Tetapi, waktu mengingat
gurunya telah dengan susah payah dan rela mengajarinya ilmu
Thay-yang-sin-jiauw dan Thay-yang-sin-kang, hatinya yang luhur
menjadi lunak lagi!
"Suhu! Aku akan menurut perintahmu!" sahutnya serba salah.
"Apa benar kau masih patuh kepada perintahku!"
" Y...... a......"
"Serang si Nikouw bedebah itu!"
Dengan terpaksa Wei Beng Yan mengangkat pedangnya dan
menyerang dengan jurus Seng-wa-thian-kong (Bintang sapu
terbang di angkasa), pedangnya menyabet ke arah lambung
Nikouw itu. Ceng Sim Lo-ni hanya menangkis dengan pukulan kayu toktokannya sambil meloncat mundur beberapa langkah.
"T i n g!!" terdengar beradunya kedua senjata itu.
Wei Beng Yan segera meloncat mundur; lalu maju lagi sambil
mengirim tusukan tiga kali berturut-turut. Tampak pedangnya
menyodok secepat kilat, seolah-olah ular kobra menyambar
mangsanya, itulah jurus yang disebut Gan-keng-coa-pun-tok (Ular
kobra menyemburkan bisa).
270 "Ai! Dahsyat dan bagus sekali jurus itu!" seru Ceng Sim Lo-ni,
sambil mengegos dari tusukan yang bertubi-tubi itu.
Lalu ia mulai lagi dengan serangannya. Ia bergerak maju sambil
memukul kepala Wei Beng Yan dengan jurus Sam-hud-sin-thian
(Tiga dewa terbang ke langit).
Ujung daripada pukulan kayunya itu berwarna ungu dan
selebihnya berwarna hijau. Jurus yang telah dilancarkannya itu
menyambar laksana kilat dan memancarkan warna yang
menyilaukan mata sehingga lawannya menjadi kelabakan karena
tidak mengetahui dari mana datangnya serangan.
Wei Beng Yan agaknya sudah mulai terdesak, tampak ia
mengegos dan meloncat ke samping. Justru pada saat itu,
terdengar Yu Leng membentak.
"Beng Yan! Lancarkan Thay-yang-sin-jiauw!"
Dengan tiba-tiba Wei Beng Yan mencelat mundur lagi ke belakang
ketika mendengar perintah gurunya itu, ia merasa sangat serba
salah, memang dalam pertempuran itu ia sudah sangat terdesak
dan jika bertempur tentu ia pasti akan dipecundangi oleh biarawati
itu yang ilmu silatnya mungkin setaraf dengan gurunya, tetapi ia
merasa kejam sekali jika harus melancarkan ilmu Thay-yang-sinjiauw.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu juga menjadi berdebar-debar
mendengar disebutnya nama Thay-yang-sin-jiauw yang
senantiasa tidak pernah gagal membawa maut kepada lawan!
271 "Ouw Si-ko," Khouw Kong Hu berbisik, "rupanya malam ini kita tak
akan memperoleh keterangan yang penting apapun. Jika kita
masih terus berada di sini, aku khawatir kita akan terjebak......"
"Sst! Tunggu sampai si pemuda melancarkan ilmu Thay-yang-sinjiauw!"
"Tidak mungkin si pemuda melancarkan ilmu yang dahsyat itu......"
"Hiantee berpendapat serupa dengan aku, tetapi Wei Beng Yan
telah didesak oleh Yu Leng!"
Tiba-tiba tampak Yu Leng mengangkat tangannya lalu dengan
tiba-tiba pula ia menggeprak meja kecil yang berada dekat tembok
sehingga meja itu hancur berantakan!
"Hei murid murtad!" bentaknya mengguntur. "apakah barangkali
kau sudah lupa akan ilmu-ilmu yang telah kau pelajari dariku?"
Wajah Wei Beng Yan menjadi merah padam dimaki sebagai murid
murtad, ia melirik ke arah gurunya dan dapat melihat kedua mata
Yu Leng seolah-olah menyala saking gusarnya.
"Suhu....... aku tidak dapat....... aku betul-betul tidak dapat
melancarkah Thay-yang-sin-jiauw!" sahutnya.
Yu Leng tertawa berkakakan seperti orang tidak waras, sehingga
seluruh ruangan rumah gedung itu jadi tergetar oleh suara
tertawanya yang bergema tak henti-hentinya! Suara tertawa belum
berhenti ketika tampak Yu Leng meloncat ke arah Siauw Bie dan
meletakkan sebelah tangannya di atas pundak nona itu.
272 Siauw Bie yang dari tadi tidak berkata-kata dan sedang asyik
menonton pertempuran, jadi terkejut sekali waktu pundaknya kena
dijambret, karena tangan Yu Leng telah menekan berat sekali, ia
merasa seolah-olah sekarung beras menindih tubuhnya! Ia
berusaha melepaskan dirinya, tetapi betapapun kerasnya ia
meronta, tangan yang berwarna merah itu tetap melekat. Dengan
tiba-tiba keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya
yang padat serta langsing itu!
"Apakah akibatnya jika Yu Leng menumpahkan kegusarannya atas
diriku?" pikirnya cemas.
"Suhu! Siauw Bie tidak bersalah!" teriak Wei Beng Yan dengan
suara gemetar. "Mengapa Suhu ingin menyiksa seorang gadis?"
"Ha, ha, ha! Aku hanya sekedar ingin memberi contoh bagaimana
harus melancarkan Thay-yang-sin-jiauw!"
Kata-kata yang dingin itu membikin tubuh Wei Beng Yan menggigil,
ia sudah jatuh hati terhadap gadis itu, jika Yu Leng betul-betul
membuktikan ancamannya itu......
Ouw Lo Si pun menjadi terkejut sekali melihat ancaman yang keji
itu. Ji Cu Lok yang dulunya seorang jago silat yang tangguh,
memang kadang-kadang melakukan juga perbuatan yang tidak
pantas. Tetapi perbuatan yang sekarang hendak dilakukannya
terhadap Siauw Bie, betul-betul merupakan suatu perbuatan yang
paling kotor, sehingga membikin ia, Ouw Lo Si, bekas perampok
yang sangat ditakuti dan pernah menyaksikan banyak perbuatanperbuatan keji dan kejam, tidak dapat mengerti akan niat yang gila
itu! 273 "Sekarang!" bentak Yu Leng kepada muridnya, "aku bersedia
memberi dua pilihan kepadamu. Pilihlah satu di antara kedua
wanita itu, yang muda atau yang sudah hampir masuk lobang
kubur, yang harus pergi dari dunia ini"!"
Pada saat yang gawat itu terdengar Ceng Sim Lo-ni berkata.
"Aku mengetahui bahwa Thay-yang-sin-jiauw hebat sekali, tetapi
mengapa kau ingin mencelakai seorang gadis yang tidak bersalah,
bahkan ia mungkin tidak mengetahui sama sekali apa yang
menjadi persoalan" Mengapa kau tidak mencoba ilmu yang
dahsyat itu terhadap aku?"
"Beng Yan!" Yu Leng membentak lagi, "aku menanti jawabanmu!"
Wei Beng Yan berbalik dan menghadap kepada Ceng Sim Lo-ni
yang tengah menjaga dadanya dengan kayu tok-tokannya.
"Suthay, aku terpaksa......" katanya.
"Aku mengetahui hatimu yang luhur sungkan melanggar sumpah,"
kata Ceng Sim Lo-ni.
"Aku harap Suthay dapat mengerti, aku...... terpaksa!" sahut Wei
Beng Yan. "Pendekar muda! Aku mengerti...... ayohlah lancarkan Thay-yangsin-jiauw!"
Wei Beng Yan masuki lagi pedang Ku-tie-kiam nya, lalu pelahanlahan ia mengangkat sebelah tangannya yang sudah mengepal
274 keras, sehingga merata dengan dada, tiba-tiba tangan itu menjurus
ke depan lalu pelahan-lahan kelima jari yang menegang itu
bergerak terbuka dan memancarkan cahaya ajaib yang
menyilaukan mata!
Ketika Wei Beng Yan bertindak maju dengan ke lima jarinya yang
sudah mengembang itu, Ouw Lo Si yang kebetulan sedang
melongok ke dalam, jadi kaget bukan main, karena ia tidak dapat
melihat apapun, kecuali cahaya yang sangat menyilaukan mata!
Makin lama makin dekat Wei Beng Yan menghampiri Ceng Sim Loni. Tampak sinar mata Yu Leng yang menyala-nyala senantiasa
mengikuti tiap gerakan muridnya itu. Tidak lama kemudian
terdengar Wei Beng Yan berseru.
"Suthay! Berhati-hatilah...... serangan akan segera datang!"
Ceng Sim Lo-ni memejamkan matanya sambil mulutnya
berkemak-kemik memanjatkan doa agar Wei Beng Yan tidak
menanggung dosa Yu Leng yang keji serta kejam itu! Kayu toktokan di tangan kirinya disodokkan keluar dan hembusan angin
yang hebat sekali menerjang ke depan!
Justru pada saat itulah, Wei Beng Yan mengangkat tangannya,
yang seperti gaetan baja itu, untuk mencengkram batok kepala si
Nikouw! Dan terdengarlah suara keras laksana guntur meledak
yang menggoncangkan seluruh ruangan dan mengejutkan semua
orang yang berada di situ, bahkan Yu Leng sendiri tampaknya
terkejut bukan main, seolah-olah ia tidak menyangka Thay-yangsin-jiauw dapat menerbitkan suara yang demikian dahsyatnya!
275 Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu yang sedang mengalihkan
pandangan mereka karena silau menjadi demikian kagetnya
sehingga mereka lekas-lekas bertiarap di atas tanah!
Kedua orang yang tengah bertempur itu saling bentur, lalu terpisah
lagi, tiba-tiba tampak satu sinar ungu melonjak ke atas, menembusi
atap rumah dan melayang ke udara bebas, berbareng dengan itu
tampak sesosok tubuh manusia terlempar keluar dari ruangan itu
dan mendampar tembok yang mengelilingi pekarangan gedung itu
sehingga toblos!
Dari puing-puing yang berserakan di situ, tampak Ceng Sim Lo-ni
merayap bangun dengan susah payah, mukanya pucat dan
tubuhnya menggigil keras, kayu alat mengetok di tangan kirinya
sudah patah, sedangkan sepotong kayu yang berada di tangan
kanannya sudah lenyap entah ke mana! Sejenak kemudian ia
berkata dengan suara parau.
"Ji Cu Lok! Thay-yang-sin-jiauw betul-betul dahsyat, aku mengaku
kalah! Sampai kita jumpa lagi...... "
Setelah itu ia berbalik dan berjalan dengan langkah berat serta
limbung! "Nikouw sinting! Kau akan mampus dalam waktu tujuh hari tujuh


Sampul Maut Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malam!" Yu Leng berteriak kalap bahna girang.
Tetapi rupanya ia tidak mau bertindak kepalang tanggung, karena
setelah berteriak, tampak tubuhnya sudah mencelat mengejar
biarawati itu. 276 Wei Beng Yan tidak menghiraukan gurunya mengejar Ceng Sim
Lo-ni, ia hanya berkata dengan suara putus asa.
"Aku tidak menduga bahwa ilmu yang telah aku yakinkan dengan
susah payah telah dipergunakan secara tidak layak, sedangkan
musuh-musuh besarku masih bergentayangan dengan bebas di
kalangan Bu-lim! Untuk apakah sebetulnya ilmu-ilmu yang dahsyat
ini"!"
Setelah berkata begitu, mendadak ia mengangkat tangan yang jarijarinya masih mengembang dan menyerang ke arah tembok dekat
pintu dan "B r a k k!!" Tembok rumah gedung itu roboh diterjang
hembusan angin tinjunya!
"Ai! Yan koko, kau telah merusak rumah gedung orang!" kata
Siauw Bie sambil memegang tangan Wei Beng Yan dengan erat.
"Bie moay, kau telah menyaksikan sendiri aku telah melukakan
seorang biarawati yang tidak berdosa!"
"Tetapi kau tidak boleh terlalu mempersalahkan dirimu sendiri!
Bukankah jika kau tidak turun tangan, Ceng Sim Lo-ni pun tidak
akan luput dari serangan gurumu?"
Wei Beng Yan hanya menghela napas dan tidak menyahut.
Mendengar sampai di situ, Ouw Lo Si segera berbisik kepada
Khouw Kong Hu. "Kita pergi sekarang!"
277 "Pergi ke mana?"
"Mengejar ORANG yang mengejar Ceng Sim Lo-ni!"
"Orang yang menutupi mukanya dengan kain hitam"!!"
"Ya!"
Khouw Kong Hu merasa heran sekali mengapa Ouw Lo Si tidak
menyebut Yu Leng saja daripada mengatakan "orang yang
mengejar" Ceng Sim Lo-ni?" Tetapi ia tidak menanya apapun
kepada saudara angkatnya itu.
"Mari!" sahutnya sambil mendahului merangkak menjauhkan diri
dari bawah jendela.
Setelah berada di luar rumah gedung itu, mereka segera mengejar
ke arah jalan yang ditempuh Ceng Sim Lo-ni dan Yu Leng tadi.
Sambil berlari-lari Ouw Lo Si berkata.
"Hiantee, apakah tadi kau melihat Yu Leng menggeprak meja?"
"Ya, mengapa memang?"
"Dua tahun yang lalu Yu Leng pun menggeprak meja di markas
Kong-ya Coat! Dengan melihat akibat daripada pukulan itu, kita
dapat meraba betapa hebat ilmu Thay-yang-sin-jiauw Yu Leng itu!
Kehebatan itu telah membikin aku menarik kesimpulan. apakah Yu
Leng pun ikut campur dalam pembunuhan besar-besaran di
markas Kiu It"!"
278 "Mengapa Si-ko dapat menarik kesimpulan begitu?"
"Untuk menjawab pertanyaan Hiantee itu, aku masih memerlukan
beberapa bukti! Tunggulah sampai kita telah mengejar Ceng Sim
Lo-ni!" Mereka berlari terus untuk kemudian menikung ke arah jalan di tepi
sungai, dalam sekejapan saja mereka telah menempuh jarak
sepuluh lie lebih. Di bawah sinar bulan yang cukup terang, tampak
air sungai bergelombang kecil tertiup angin malam yang dingin.
Tiba-tiba mereka melihat dua bayangan tidak beberapa jauh di
depan mereka, satu di depan, sedang yang satunya lagi di
belakang, saling berusaha mempercepat langkah mereka masingmasing.
Itulah bayangan Ceng Sim Lo-ni dan Yu Leng!
"Ayoh! Kita harus berlari lebih cepat, rupanya si Nikouw akan
segera dapat dikejar oleh ORANG itu!" kata Ouw Lo Si.
Lagi-lagi Khouw Kong Hu telah dibikin heran oleh kata-kata
saudara angkatnya yang terakhir. ORANG itu! Tetapi ia masih tidak
menanyakan, ia hanya mengerahkan seluruh tenaga dalam untuk
mempercepat langkahnya.
Tidak lama kemudian mereka tiba di suatu hutan pohon bambu
yang terletak tidak jauh dari tepi sungai itu. Tiba-tiba mereka
mendengar Ceng Sim Lo-ni berkata.
"Ji Cu Lok! Apakah betul-betul kau ingin membunuh aku?"
279 Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu cepat-cepat mencari tempat yang
agak gelap, lalu mereka mengintip.melalui celah-celah pohon
bambu, dan dapat melihat si Nikouw menjaga dadanya dengan
lengan kirinya, lengan kanannya tampak terkulai ke bawah.
Rupanya serangan Wei Beng Yan bukan saja telah melemparkan
tubuhnya keluar dari gedung ke tiga saudara Tie, tetapi Thay-yangsin-jiauw juga telah melukai serta melumpuhkan sebelah lengan
Nikouw yang malang itu!
Tampak Yu Leng tengah berdiri dengan sikap yang angkuh sekali
beberapa meter di depan Nikouw itu. Setelah tertawa berkakakan
seram terdengar ia berkata.
"Kau sebagai orang yang sudah lama berkecimpungan di kalangan
rimba persilatan, seharusnya sudah mengetahui bahwa Thayyang-sin-jiauw hebat sekali!"
"Aku hanya mengetahui bahwa jika seorang jago silat memiliki ilmu
yang begitu sakti," sahut si Nikouw, "ilmu tersebut harus
dipergunakan untuk membasmi iblis-iblis serta jahanam-jahanam.
Aku tidak menduga bahwa kau telah memaksa muridmu yang luhur
itu menyerang aku! Aku telah mempasrahkan jiwaku kepada
Tuhan, aku tidak akan menyesal meskipun aku harus mati
sekarang. Aku hanya merasa kasihan terhadapmu, kau yang akan
terkutuk sehingga akhir jaman!"
"Ha, ha, ha! Aku tidak memerlukan nasehat ataupun khotbah!
Tetapi oleh karena kau telah memberikan juga nasehat serta
khotbahmu itu, maka sebagai tanda terima kasihku, kauterimalah
ini........"
280 Setelah selesai bicara, Yu Leng dengan sekonyong-konyong telah
menyerang Ceng Sim Lo-ni dengan jotoson-jotosan maut!
Ternyata Ceng Sim Lo-ni masih dapat melawan, meskipun tangan
kanannya sudah lumpuh dan hanya mempergunakan sebelah
lengan kirinya saja. Maka pertarungan tanpa senjata sudah lantas
berlangsung lagi. Sepuluh jurus telah lewat dan makin lama makin
jelas kelihatan bahwa si Nikouw sudah tidak dapat mengimbangi
lagi serangan-serangan Yu Leng yang ganas itu.
Si Gaitan baja tinju besi Khouw Kong Hu yang berwatak kesatria
tak dapat membiarkan saja si biarawati didesak demikian
kerasnya, berkali-kali ia ingin menyerbu keluar dan membantu,
tetapi ditahan oleh Ouw Lo Si.
Tiga jurus lagi telah lewat, dan tiba-tiba terdengar suara.
"P a n g!!" tampak tubuh si biarawati terpental ke belakang
beberapa langkah sambil memuntahkan darah segar dari
mulutnya! Yu Leng tertawa berkakakan, tampaknya ia girang sekali melihat
cairan yang merah itu yang keluar dari mulut lawannya mendadak
suara tertawanya berhenti dan tampak ia bergerak untuk
menerkam sambil mengangkat kedua tangannya yang berwarna
merah. Pada saat yang menentukan itu Ceng Sim Lo-ni
mengerahkan tenaganya, dan dengan satu enjotan tenaga terakhir
ia meloncat dan masuk ke dalam sungai!
Disebabkan rasa takutnya yang demikian besar, sehingga waktu
meloncat Ceng Sim Lo-ni tidak memperhatikan lagi keadaan
281 sungai, ia baru terkejut ketika merasa tubuhnya ditangkap orang
yang segera membawanya kembali ke atas darat.
Setibanya di atas dan dapat mengenali orang itupun menjadi kaget.
"Ah.....! Ceng Sim Suthay"! Siapa yang telah menganiaya Suthay
demikian kejamnya"!"
Di bawah sinar bulan tampak kedua orang itu bertubuh tinggi
besar, berusia lebih kurang empatpuluh tahun.
Ceng Sim Lo-ni menghela napas dan berkata dengan lemah.
"Kalian berdua jangan turut campur urusanku! Ayoh lekas-lekas
pergi!" Kedua orang itu bersenyum, salah seorang lalu berkata.
"Suthay telah terluka parah, aku tidak dapat membiarkan begitu
saja. Siapakah yang telah menganiaya Suthay?"
Tetapi tiba-tiba kedua orang itu dapat melihat satu bayangan hitam
berpeta di atas tanah, dengan hati berdebar-debar mereka lekaslekas menoleh ke arah orang yang tengah berdiri beberapa tindak
saja di depan mereka, lalu sambil menghunus pedang, mereka
maju setindak dan berkata.
"Kita Cit-kiat-kiam (si ahli pedang dengan tujuh keistimewaan) dan
Cit-siu-kiam (si ahli pedang dengan tujuh keahlian).
Perkenalkanlah nama saudara!"
282 Ternyata kedua orang itu adalah Kim Cin Jie dan Kim Cin Lam dari
partai Kong-tong yang termashur!
Setelah mengalami kegagalan dalam usaha mereka menuntut
balas terhadap Pek Tiong Thian yang telah membunuh saudara
mereka yang tertua, kedua saudara Kim ini lalu kembali ke
pegunungan Kong-tong dengan tekad memperdalam ilmu silat
pedang mereka. Dengan tekun dan rajin mereka menyelidiki
segala sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan ilmu silat
pedang partai Kong-tong, dan akhirnya di atas puncak Lek-kiehong mereka beruntung menemukan satu batu gunung yang
besar, yang terukir dengan penjelasan-penjelasan ilmu silat
pedang Ciok Cui Eng, pemimpin pertama partai Kong-tong.
Ilmu silat pedang yang disusun oleh pemimpin itu adalah yang
terkenal sebagai Thian-seng-kiam-hoat, tetapi Ciok Cui Eng sendiri
telah menghilang entah ke mana, sehingga hanya beberapa
muridnya saja yang mengenal ilmu tersebut.
Bukan main girangnya kedua saudara Kim itu, mereka segera
mengambil ketetapan untuk tinggal terpencil di atas puncak Lekkie-hong dan mempelajari ilmu pedang yang memang mereka
sedang cari itu. Maka setelah lewat dua tahun, kemahiran mereka
melancarkan jurus-jurus Thian-seng-kiam-hoat sudah tidak lagi
dapat diragukan kelihayannya!
Setelah itu mereka lalu pergi ke Tan-kwi-san-cong untuk mencari
Kong-ya Coat yang pernah mempecundangi mereka di markas
partai Thian-pek-kiam, tetapi mereka tidak berhasil menjumpai
Kong-ya Coat di sana, maka mereka lalu menyewa perahu untuk
283 menikmati malam terang bulan di atas sungai. Mereka jadi terkejut
sekali ketika melihat satu bayangan dengan tiba-tiba menerkam
dari atas, mereka segera menangkap bayangan itu yang disangka
mereka orang yang ingin membunuh diri, dan mereka jadi tambah
terkejut ketika mengetahui bahwa bayangan itu adalah Ceng Sim
Lo-ni yang sudah terluka parah.
Yu Leng pun tampaknya kaget bukan main ketika dapat mengenali
siapa kedua orang itu, tetapi setelah itu ia segera tertawa
berkakakan. "Hei! Siapa saudara"!" bentak Kim Cin Lam.
Tetapi sebelum Yu Leng menyahut si Nikouw sudah mendahului.
"Dia adalah yang dulunya termashur sebagai Ji Cu Lok alias Naga
Sakti, yang gemar sekali kepada lentera-lentera kertas merah dan
tinggal di lembah Yu-leng-kok!"
Mendengar penjelasan itu kedua saudara Kim segera menyadi
pucat mukanya, karena mereka percaya bahwa Ceng Sim Lo-ni
seorang yang jujur dan tidak mungkin memberikan keterangan
palsu. "Nikouw gadungan itu telah memperkenalkan siapa aku ini!" kata
Yu Leng dengan sikap yang mengejek. "Nah, sekarang kalian mau
apa"!"
Kedua saudara Kim tidak menyahut, mereka hanya saling
pandang. Sebetulnya mereka ingin menjadi terkenal dengan ilmu
yang baru saja mereka pelajari itu, yalah ilmu silat pedang Thian284
seng-kiam-hoat, tetapi apa celaka mereka telah menjumpai Ji Cu
Lok yang terkenal ilmu Thay-yang-sin-jiauw nya! Mereka menjadi
jerih, sehingga tanpa terasa mereka sudah melangkah mundur
beberapa langkah sambil berkata.
"Kita tidak mengetahui bahwa kita sedang berhadapan dengan Ji
tay-hiap, harap Tayhiap suka memaafkan......"
"Ha, ha, ha! Jika kalian tidak puas akan perbuatanku terhadap
Nikouw gadungan itu, aku persilahkan kalian membikin
perhitungan!"
"Kita tidak dapat mengenali karena Ji tayhiap menutupi muka, jika
kita telah berbuat sesuatu yang kurang sopan, harap Tay-hiap sudi
memberi maaf......"
Setelah berkata begitu, mereka segera masuki lagi pedang mereka
ke dalam serangkanya dan ingin berlalu.
"Apakah begitu saja kalian hendak menyudahi persoalan ini?"
tanya Yu Leng, "Tanpa meninggalkan sesuatu sebagai kenangkenangan!"
"Ji tay-hiap ingin kita meninggalkan barang apa sebagai kenangkenangan?"
"Kedua pasang kaki kalian! Ha, ha, ha!!"
Kedua saudara Kim tidak pernah bermusuhan terhadap Yu Leng,
menganggap bahwa Yu Leng tengah berguyon dengan katakatanya itu, maka Kim Cin Jie lalu menyahut.
285 "Aku tidak menyangka jika Ji tay-hiap seorang yang suka
berkelakar, ha, ha......"
"Buntungi kedua pasang kaki kalian!" Yu Leng membentak lagi
deugan suara mengguntur.
Mendengar suara Yu Leng yang sungguh-sungguh itu, kedua
saudara Kim jadi saling lirik.
"Bukankah barusan kita telah mohon maaf sebelum berlalu," sahut
Kim Cin Lam, "aku harap Tay-hiap tidak terlalu mendesak!"
"Jika aku mau mendesak, juga kalian mau apa?"
"Ji tay-hiap! Kita dari partai Kong-tong tidak pernah bermusuhan
terhadapmu, mengapa tay-hiap minta barang yang bukan-bukan"!"
kata Kim Cin Lam dengan agak gusar.
"Tidak pernah bermusuhan terhadapku" Ha, ha, ha! Kalian telah
ikut campur urusanku terhadap Nikouw gadungan ini, bukankah
dengan demikian kalian telah bersikap bermusuhan terhadapku!
Untuk dosa itu, aku bersedia memberi dua pilihan, buntungi sendiri
kedua pasang kaki kalian itu, atau aku akan turun tangan sendiri!"
Dari merasa jerih, kedua saudara Kim menjadi gusar dan nekad,
lalu sambil menghunus pedang lagi, Kim Cin Jie balas membentak.
"Jika demikian, kita lebih suka memilih aturan kita sendiri!"
Baru saja kata-kata itu selesai diucap, Yu Leng sudah menerkam
ke arah kedua lawannya itu.
286 Kim Cin Jie dan Kim Cin Lam yang sudah siap segera menangkis
terkaman itu dengan pedang mereka.
Yu Leng yang kejam dun licik ternyata tidak menerkam dengan
tangan kosong, ia telah menerkam dengan dua potong senjata
rahasia di tangannya yang segera dilontarkan ke arah kedua
saudara Kim dengan cepat sekali.
enamBeLAs Kedua saudara Kim melihat datangnya kedua benda berkilat itu
menerjang ke arah mereka, tanpa banyak pikir lagi mereka
menangkis dan menjadi kaget sekali merasakan tubuh mereka
mendadak jadi panas setelah menangkis benda itu berbareng
dengan itu terdengar suara.
"T i n g!!" yang nyaring sekali, dan tampak Yu Leng secepat kilat


Sampul Maut Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah berada dekat mereka sambil mengulur tangannya untuk
menotok pundak Kim Cin Lam dan Kim Cin Jie!
Senjata rahasia itu telah dipergunakan Yu Leng untuk menangkis
serangan pedang, dan begitu lekas sudah melontarkan senjatanya
itu, secepat kilat ia menyerang lawannya!
Kim Cin Lam dan Kim Cin Jie merasa bahwa pedang mereka
seolah-olah digempur oleh suatu tenaga yang gaib sekali, ketika
melihat Yu Leng mendekati, mereka lekas-lekas memutar pedang
mereka dengan jurus Thian-ji-ie-hua (Hujan lebat menyiram bumi).
287 Yu Leng menjadi cemas melihat terkamannya yang pertama itu
meleset. Ia meraung keras dan meloncat ke kiri, ke kanan mencari
lowongan untuk menerkam dan menotok lawannya lagi.
Tiba-tiba tampak ia dengan nekad meloncat dan menerobos
masuk di antara kedua saudara itu dengan tangan kanannya
menotok jalan darah di pundak Kim Cin Jie dan kaki kirinya
menendang ke arah lambung Kim Cin Lam!
Dua serangan yang pesat itu -- satu ke atas dan satu lagi kebawah
-- yang telah dilancarkan dengan jurus-jurus yang luar biasa
anehnya, telah membikin Kim Cin Jie sibuk sekali, ia hanya dapat
menangkis berbareng menabas lengan Yu Leng dengan
pedangnya. Tetapi tangan Yu Leng telah lebih cepat lagi menemui
sasarannya dan.......
"P a n g!!" Pedang yang telah menabas angin itu digeprak jatuh!
Pada waktu yang bersamaan Kim Cin Lam telah menabas kaki kiri
Yu Leng yang hendak menendang lambungnya.
Tabasan itu adalah salah satu jurus dari ilmu silat pedang Thianseng-kiam-hoat yang khas dari partai Kong-tong! Yu Leng pada
waktu itu tengah berdiri atas satu kaki, karena ia tidak keburu
menarik kembali tendangan maut kaki kirinya, dan agaknya tidak
keburu menarik kakinya itu!
Dan betul saja, tabasan pedang yang dilancarkan secepat kilat itu
telah berhasil menggores betis Yu Leng, tetapi untuk kagetnya
pihak yang menyerang, ujung pedang itu seolah-olah telah
menggores baja!
288 Pedang Kim Cin Lam maupun pedang Kim Cin Jie, meskipun tidak
setajam senjata yang dapat memotong logam, namun dapat
memotong kulit kerbau yang tebal dan pasti dapat memotong kulit
manusia yang tidak setebal kulit kerbau!
Tetapi ternyata tabasan yang dikerahkan dengan sekuat tenaga itu
tidak berhasil melukai betis Yu Leng sedikitpun!
Kim Cin Lam jadi melongo melihat kenyataan yang betul-betul tidak
masuk diakalnya itu, dan justru pada waktu ia terlongong-longong
itulah tendangan Yu Leng mendarat tepat di lambungnya!
Tampak Kim Cin Lam terpental ke belakang sambil menekan
perutnya, sejenak kemudian ia roboh terlentang di tanah!
Yu Leng merampas pedang lawannya yang sudah tidak berdaya
itu untuk menempur Kim Cin Jie, yang tadi digeprak tangannya,
dan terdengarlah suara dahsyat dari beradunya kedua senjata
orang-orang yang sedang berbaku hantam itu, sebentar-sebentar
tampak lelatu api herhamburan dan menyilaukan mata. Tetapi
ketika pada suatu waktu senjata mereka beradu lagi, pedang Kim
Cin Jie patah! Sebetulnya pedang yang dipergunakan oleh kedua orang itu, sama
mutu serta kekuatannya, tetapi Yu Leng telah menyerang dengan
tenaga dalam yang ajaib dan berhasil mematahkan pedang
lawannya, sehingga Kim Cin Jie jadi terperanjat tercampur cemas
justru pada saat itulah, Yu Leng yang pandai mempergunakan
kesempatan terlowong telah menusuk langsung ke tenggorokan
lawan. 289 Kim Cin Jie tidak berdaya mengegosi tusukan itu, ia hanya merasa
suatu barang dingin lagi tajam menjurus ke dalam tenggorokannya
dan roboh tanpa mengeluarkan suara apapun!
Kim Cin Lam yang sudah terluka parah masih dapat melihat cara
bagaimana kakaknya telah tewas di tangan Yu Leng sehingga
dalam kesedihan dan sakarat maut, ia muntahkan darah dari
mulutnya dan setelah menjerit seram iapun menyusul kakaknya di
alam baka! Begitulah nasib ketiga saudara Kim dari partai Kong-tong. Yang
tertua telah tewas di tangan Pek Tiong Thian, sedangkan Kim Cin
Jie dan Kim Cin Lam yang telah mewarisi ilmu silat pedang Thianseng-kiam-hoat yang termashur dan berhasrat menjagoi lagi di
kalangan Kang-ouw, tidak terduga harus mati di tepi sungai Tiangkang dalam tangan Ji Cu Lok alias Yu Leng!
Yu Leng lalu menyeret kedua mayat itu ke dekat sungai. Lalu ia
menghampiri Ceng Sim Lo-ni. Muka biarawati itu pucat sekali dan
kedua matanya terbelalak ke langit, karena ia sudah menjadi
mayat. Dengan satu tendangan, Yu Leng mendepak mayat itu ke dalam
sungai, sehingga air sungai itu menjadi merah dinodai darah!
Semua kejadian di tepi sungai Tiang-kang itu telah disaksikan oleh
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu yang bersembunyi di hutan pohon
bambu. Mereka jadi bergidik mengingat keganasan Yu Leng, yang
telah dengan mudah saja membunuh ketiga orang itu.
290 Tiba-tiba mereka mendengar Yu Leng meraung dan tertawa
berkakakan seperti orang yang kerasukan setan sambil berkata
dengan suara keras.
"Tidak diduga bahwa dendamku yang sepuluh tahun lebih lamanya
dapat kubalas di sini sekaligus!"
Kemudian setelah tertawa berkakakan lagi sekian lamanya,
tampak Yu Leng mengacungkan pedang rampasannya dan
menatap pedang itu, lalu perlahan-lahan kepalanya dialihkan ke
arah kedua mayat saudara Kim, dan dengan tiba-tiba ia
mendongak ke langit sambil melepaskan suara tertawanya yang
mengguntur. Setelah itu ia membungkukkan tubuhnya dan mendadak ia
menusuk serta mendodet perut kedua mayat itu. Tusukan atau
dodetan pedang itu dilakukan demikian ganasnya, sehingga
tampak orang yang.melakukan perbuatan itu, betul-betul sudah
lupa kepada dirinya sendiri!
Setelah itu ia berjalan mengitari mayat-mayat itu yang sudah tidak
keruan macam dan meraung sambil mematahkan pedang
rampasannya yang lalu dilemparkan ke tanah, dan sesaat
kemudian ia memutar tubuhnya dan meninggalkan tempat itu!
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu menunggu sampai Yu Leng sudah
lari jauh, baru mereka dapat bernapas lega.
"Ai......! Kejam!" kata Khouw Kong Hu sambil menggeleng-geleng
kepalanya melihat kekejaman semacam tadi. "Aku hampir tidak
dapat melihat kekejaman Yu Leng itu!"
291 "Akupun tidak menyangka jika Ji Cu Lok demikian ganasnya!"
sahut Ouw Lo Si.
"Kita telah melihat bagaimana Ceng Sim Lo-ni dan kedua saudara
Kim dibunuh dengan kejam sekali, dan selama itu kita berdua
hanya menonton! Bukankah sikap kita itu memalukan sekali"!"
"Hiantee, kita terpaksa harus bersikap demikian demi keselamatan
kita sendiri serta untuk mengungkap tabir suatu rahasia besar di
kalangan Bu-lim!"
"Rahasia apa"!"
"Rahasia orang edan yang barusan lari pergi itu!"
"Apakah Ouw Si-ko merasa curiga terhadap Yu Leng" Bahwa dia
itu bukan Ji Cu Lok yang tulen, suami Thian-hiang-sian-cu"!"
"Ya! Tetapi untuk sementara waktu aku belum dapat memastikan
seratus persen!"
"Ouw Si-ko! Makin lama tindakan Ouw Si-ko makin tambah
gegabah saja! Bukankah untuk menyelidiki kecurigaan Ouw Si-ko
itu kita harus berjudi dengan nyawa kita"!"
"Hiantee, jangan kau gelisah! Si-ko mu ini setelah matanya picak
sebelah dan kakinya pincang satu, menjadi lebih hati-hati lagi
dalam segala urusan. Jangan gelisah tidak keruan, aku akan
mengatur sedemikian rupa sehingga usaha kita ini tidak
membahayakan sama sekali!"
292 "Dengan dasar apa Ouw Si-ko mencurigakan keaslian Yu Leng?"
Ouw Lo Si jadi tertawa ditanya demikian, lalu sambil bersenyum ia
balik bertanya.
"Hm! Aku ingin menanya sekarang. Sepuluh tahun yang lalu, Ji Cu
Lok, si Naga Sakti berada dimana?"
"Semua orang mengetahui bahwa sepuluh tahun yang lalu Ji Cu
Lok tinggal di dalam lembah Yu-leng-kok di pegunungan Tay-pietsan!"
"Cocok! Tetapi barusan, seperti hiantee dapat lihat sendiri, bahwa
sebelum Yu Leng berlalu, ia menuding mayat-mayat kedua
saudara Kim sambil berkata bahwa ia tidak menduga bahwa
dendamnya dari sepuluh tahun yang lalu dapat ia balas sekaligus
sekarang! Coba pikir, siapakah yang bernyali demikian besar untuk
bermusuhan terhadap Ji Cu Lok" -- Jika umpama kata ada juga
orang, yang karena satu atau lain hal, jadi bermusuhan terhadap Ji
Cu Lok, apakah orang itu masih dapat hidup sampai sepuluh tahun
lamanya"!"
Khouw Kong Hu manggut-manggut sambil matanya berkesip-kesip
mendengar keterangan itu.
"Kedua," Ouw Lo Si melanjutkan, "ketika berada di dalam ruangan
rumah gedung ke tiga saudara Tie di kota Bo-ouw, Yu Leng, atau
siapa saja orang itu sebenarnya, telah menyuruh Wei Beng Yan
melancarkan Thay-yang-sin-jiauw untuk menggempur Ceng Sim
Lo-ni, oleh karena ia sudah mengetahui bahwa biarawati itu sangat
293 lihay, dan hanya dengan Thay-yang-sin-jiauw sajalah Nikouw itu
dapat dikalahkan!"
"Jika Yu Leng menyuruh Wei Beng Yan bertempur dengan
biarawati itu, menurut hematku, itu wajar dan tidak mengherankan,
karena si pemuda adalah muridnya!" kata Khouw Kong Hu.
"Apakah kau tidak dapat melihat bahwa Yu Leng tidak pernah
menggunakan ilmu yang dahsyat itu, ketika bertempur melawan
kedua saudara Kim" Ia hanya menerkam dan berusaha menotok
jalan darah lawannya. Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini, aku
jadi condong kepada kesimpulan bahwa Yu Leng tidak mengerti
sama sekali apa itu Thay-yang-sin-jiauw!!"
"Hah...... mengapa aku tidak berpikir sampai ke situ?"
Ouw Lo Si berhenti sebentar, kelihatannya ia sedang berusaha
mengingat-ingat segala sesuatu sambil mendongak dan
menyapukan matanya yang tinggal satu itu ke kanan dan ke kiri,
kemudian berkata lagi.
"Ceng Sim Lo-ni seharusnya sudah mati ketika diserang oleh Thayyang-sin-jiauw, tetapi kenyataan membuktikan bahwa ia hanya
terluka parah dan baru mati setelah diganyang Yu Leng. Mengingat
bahwa ilmu yang dahsyat itu BELUM atau TIDAK pernah gagal
mengambil korban setelah dilancarkan, dengan demikian berani
aku katakan bahwa Wei Beng Yan belum dapat melancarkan jurus
itu dengan tenaga serta kemahiran seratus persen penuh"
Tetapi akibatnya"
294 Hanya melihat cahaya yang dipancarkan oleh tangan yang sudah
siap menyerang itu, mata kita bisa menjadi buta!
Hembusan anginnya dapat merobohkan tembok!
Dan cakarannya membakar nyawa!
Jika ilmu-ilmu.yang kita miliki diperbandingkah dengan ilmu itu,
rasanya percuma saja kita telah bersusah payah!"
"Huh! Aku tidak setuju dengan kata-kata Si-ko yang terakhir itu!
Apakah tanpa mempelajari ilmu silat Si-ko bisa jadi terkenal
sebagai si Ahli nujum kipas baja"!"
"Dan menjadi pincang serta picek sebelah mataku...... Ha, ha, ha!
Hiantee, sudahlah, tidak usah kita bertengkar......"
Khouw Kong Hu ternyata telah kena di "set" satu nol oleh saudara
angkatnya yang memang lincah lidah serta otaknya itu.
"Ya, sudahlah, tidak usah kita perbincangkan itu! Mari kita lanjutkan
percakapan kita tadi......" sahutnya.
Ouw Lo Si menjadi geli sekali melihat sikap saudara angkatnya ini,
lalu ia berkata.
"Ayohlah Hiantee mulai dengan pertanyaan-pertanyaan Hiantee!
Aku senantiasa bersedia menjawab!"
"Jika orang itu bukan Yu Leng, siapakah dia yang memiliki ilmu silat
demikian lihay?" tanya Khouw Kong Hu.
295 "Inilah justru yang aku sedang berusaha mengetahui. Siapakah
telah menyamar sebagai Yu Leng" Ilmu silatnya demikian lihay dan
menurut penglihatanku, kepandaiannya hampir setaraf dengan Yu
Leng yang asli! Mengapa pedang Kim Cin Jie tidak mempan
menabas betis orang itu" Apakah dia juga memiliki ilmu membikin
tubuh menjadi kebal terhadap segala senjata tajam" Hm, Betulbetul aneh! Ayoh, kita lihat pedang yang sudah dipatahkan!"
Tanpa menanti lagi Ouw Lo Si sudah bertindak keluar dari pohon
bambu untuk menuju ke pinggir sungai.
Tetapi baru saja mereka tiba di dekat mayat-mayat Kim Cin Jie dan
Kim Cin Lam, dan hendak memungut pedang yang sudah patah
itu, mereka jadi terperanjat berbareng merasa sedih sekali!
"Kiu Ji-tee!" Ouw Lo Si berseru terharu.
Ketika itu, di tepi sungai Tiang-kang yang panjang itu, tidak tampak
manusia lain kecuali Ouw Lo Si, Khouw Kong Hu dan ke dua mayat
saudara Kim, mengapa si kakek pincang menyebut-nyebut nama
Kiu It" Karena di dekat mayat kedua saudara Kim, di atas permukaan
tanah yang agak basah, tampak empat huruf besar yang berbunyi.
"Kematian bagi orang yang menganiaya!!"
Gaya tulisan keempat huruf tersebut serupa benar dengan gaya
tulisan yang juga tertera di atas permukaan tanah dekat batu
gunung di tempat Kiu It dua tahun yang lalu. Hanya arti daripada
tulisan itu berlainan sedikit.
296 "Kematian bagi orang yang menipu!!"
Semenjak Kiu It dibunuh orang, Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu
senantiasa mencari jejak si pembunuh saudara angkat mereka itu,
namun usaha mereka selama dua tahun itu tidak memberikan
petunjuk-petunjuk atau bukti-bukti yang meyakinkan.
Mereka telah menyelidiki Soat-hay-siang-hiong, Eu-yong Lo-koay,
Kong-ya Coat dan banyak lagi orang-orang dari kalangan rimba
persilatan, tetapi ternyata mereka itu semua bukan si pembunuh
Kiu It. Mereka pun sudah bersumpah untuk terus menyelidiki selama
mereka masih hidup, dan sungguh di luar dugaan mereka bahwa
mereka akhirnya menemui juga petunjuk tentang si pembunuh
yang justru mereka sedang cari itu, di tepi sungai Tiang-kang!
"Ouw Si-ko!" tiba-tiba terdengar Khouw Kong Hu berseru sambil
memukul tanah dengan gaitan bajanya. "Jika sekarang kita tidak
mengejar jahanam itu di kota Bo-ouw, kapan lagi kita akan
menemui kesempatan sebaik ini?"
"Hiantee! Dalam urusan ini kita harus bertindak hati-hati. Bukankah
kau sendiri telah menasehatkan aku bahwa untuk menyelidiki Yu
Leng kita berarti harus berjudi dengan nyawa kita"! Jangan keburu
napsu, atau kitapun akan mengalami nasib serupa!"
"Aku senantiasa bertindak menuruti Ouw Si-ko, tetapi kali ini, aku


Sampul Maut Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak dapat bersabar lagi!"
297 Setelah berkata demikian Khouw Kong Hu betul-betul telah
meloncat meninggalkan saudara angkatnya, untuk mengejar Yu
Leng di kota Bo-ouw.
Si kakek menjadi kaget sekali melihat kenekatan saudaranya itu,
dengan gerak yang gesit sekali ia menerkam Khouw Kong Hu yang
sudah berlari cepat, sehingga mereka jadi bergumulan di tanah.
"Hiantee!!" si kakek membentak, "jika kau sekarang pergi ke kota
Bo-ouw, kau hanya mengantarkan jiwamu saja!"
"Tetapi musuh kita sudah terang, yalah orang yang menutupi
mukanya dengan selembar kain hitam! Jika kita tidak mengejarnya
sekarang mungkin kita tidak akan menjumpainya lagi!"
Ouw Lo Si menggeleng-geleng kepalanya dan menyahut.
"Misalnya kau berhasil mengejar orang itu di kota Bo-ouw, apakah
kau dapat melawannya"!"
Khouw Kong Hu agaknya menjadi lunak juga mendengar
keterangan itu.
"Dan...... jika sampai kita berdua mati di kota Bo-ouw, siapakah
yang akan membalaskan dendam Kiu Ji-tee itu?"
Ouw Lo Si berkata lagi.
"Apakah kita harus melepaskan musuh kita itu begitu saja?"
298 "Hiantee, kita bertiga telah bersama-sama bersumpah untuk
sehidup semati. Tekadku untuk membalas dendam tidak lebih kecil
daripada tekadmu! Jika kita bertindak semberono, pasti kita
menjumpai kegagalan. Aku sudah merencanakan Tiga jalan untuk
membalas dendam ini!"
"Tiga jalan?"
"Ya!" sahut Ouw Lo Si sambil menaruh sebelah tangannya di atas
pundak Khouw Kong Hu, "mari Hiantee, kita balik lagi ke tepi
sungai!" Di sana Ouw Lo Si memeriksa lagi dengan teliti empat huruf-huruf
itu, lalu ia memungut pedang yang sudah patah, setelah ditelitinya
sesaat, dilontarkannya pedang buntung itu yang lalu nancap dalam
di batang pohon.
"Ouw Si-ko. jelaskanlah ketiga rencanamu itu!" kata Khouw Kong
Hu tidak sabaran.
Ouw Lo Si berbalik dan kebetulan dapat melihat cahaya terang
seperti bintang yang bersudut tujuh, cahaya itu bergerak cepat
menuju ke arah dimana mereka sedang berdiri!
"Hiantee!" bisiknya dengan paras terkejut, "ada orang mendatangi
ke sini!" sambil membetot tangan Khouw Kong Hu untuk
meninggalkan tempat itu. Dalam waktu sekejapan saja mereka
sudah berada lagi di dalam hutan pohon bambu tadi.
Cahaya terang yang seperti bintang itu makin mendekat, dan
ternyata cahaya itu bukan lain daripada cahaya lentera kertas
299 merah yang ditenteng oleh orang yang tengah berlari-lari ke tepi
sungai. Jantung mereka jadi berdebar keras, ketika melihat orang itu
menghampiri ke arah mereka sedang bersembunyi. Tiba-tiba
Khouw Kong Hu jadi terbetalak, tangannya meraba gaitan bajanya
ketika dapat mengenali orang itu. Tetapi tiba-tiba ada tangan yang
menekap mulutnya dan menahan tangannya yang sudah siap
menghunus senjatanya, bersamaan dengan itu terdengar suara
bisikan. "Diam! Jangan bikin gagal rencanaku!"
Itulah suara Ouw Lo Si yang juga sudah dapat mengenali orang itu,
yalah yang bukan lain daripada Yu Leng sendiri!
Tampak Yu Leng menggantung satu lenteranya di ranting pohon
bambu, lalu ia berjalan ke tepi sungai dan mengitari kedua mayat
saudara Kim sambil tertawa berkakakan dan membungkukkan
tubuhnya untuk memungut pedang yang sudah patah.
"Celaka!" kata Ouw Lo Si di dalam hati, ,,Jika Yu Leng mengetahui
patahan pedang yang sebelah lagi telah kulontarkan ke pohon,
pasti ia akan merasa curiga dan mengetahui bahwa telah ada
orang yang datang di tempat ini! Ia tentu akan mencari orang yang
usil itu dan......"
Maka setelah berpikir demikian, segera mengeluarkan kipas
bajanya, dan memberi isyarat kepada Khouw Kong Hu agar
saudara angkatnya itupun menghunus gaitan baja serta
mengeluarkan jarum Yan-bie-tin nya!
300 Tetapi Yu Leng ternyata tidak menyadari hal itu, ia hanya
berjongkok dan menggores-gores tanah dengan pedang buntung
itu, lalu setelah memandangi goresan-goresan itu, ia
mengkeremus lentera yang sedang ditentengnya sambil tertawa
seperti orang gila dan meninggalkan lagi tempat itu.
"Dengan bukti-bukti ini, sudah dapat dipastikan bahwa yang
melakukan pembunuhan di tempat Kiu Ji-ko adalah Yu Leng!" kata
Khouw Kong Hu, setelah Yu Leng pergi.
"Ya! Sudah dapat dipastikan dialah si pembunuh yang kejam itu!"
sahut si kakek.
"Tadi si-ko mengatakan, untuk menutut balas kau mempunyai tiga
rencana, rencana apakah itu?"
"Aku pernah mengatakan bahwa ketika iblis Tong-coan-sam-ok
pernah mencuri tok-beng-oey-hong dan Cu-gan-tan dari kuil Citpo-sie di atas puncak Beng-keng-ya, yang letaknya di pegunungan
Ngo-thay-san. Kuil itu dipimpin oleh Bak Kiam Taysu yang sangat
lihay ilmu silatnya. Rencanaku yang kesatu yalah kita harus pergi
ke pegunungan itu dan menanyakan Bak Kiam Taysu, karena
sebagai orang yang pernah menyimpan benda-benda mujizat itu,
aku yakin Bak Kiam Taysu mengetahui cara menggunakannya
kedua benda mujizat itu."
"Tetapi perbuatan kita itu akan mengakibatkan kecurigaan
pemimpin kuil itu. Dengan demikian kita hanya mendapat
tambahan satu musuh lagi saja!"
301 Ouw Lo Si manggut-manggut menyetujui pikiran saudara
angkatnya seraya berkata.
"Betul! Aku sependapat dengan Hiantee!"
"Dan rencana kedua bagaimana?" Khouw Kong Hu menanya lagi.
"Rencana kedua masih samar-samar! Kita harus pergi ke goa
Long-ya untuk menemukan orang sakti yang pernah disebut-sebut
oleh Kiu Ji-tee kepada Pek Tiong Thian. Aku rela memberikan
kepadanya kedua benda mujizat yang kini berada di tanganku, asal
saja iapun rela membantu kita membalaskan dendam Kiu Ji-tee!"
"Tetapi dimanakah letaknya goa Long-ya di daerah Bi-keng itu?"
"Kita harus menanyakan kepada Pek Tiong Thian! Aku hanya
khawatir orang sakti itu sendiri tidak sudi membantu kita!"
Khouw Kong Hu menghela napas panjang seraya menanya.
"Bagaimana rencana Si-ko yang ketiga" "
Ouw Lo Si bersenyum getir, lalu sambil menggeleng-geleng
kepalanya ia menyahut.
"Inilah yang tersukar, karena kita harus berusaha membikin Wei
Beng Yan percaya bahwa Yu Leng yang sekarang bukan gurunya
yang asli!"
"Mengapa Si-ko dapat berpikir sampai di situ?"
302 "Karena aku sudah mempunyai rencana satu lagi! -- Menurut
penglihatanku, begitu bertemu dengan Ceng Sim Lo-ni, Yu Leng
sudah tidak berani turun tangan sendiri untuk menggempur
biarawati itu. Betul ia memiliki kepandaian sangat tinggi, tetapi
untuk melawan Ceng Sim Lo-ni, ia harus berpikir-pikir dulu!
Aku juga yakin bahwa Yu Leng sangat iri hati terhadap Wei Beng
Yan yang telah berhasil mewarisi ilmu Thay-yang-sin-jiauw dan
Thay-yang-sin-kang, maka jika kita dapat meyakinkan Wei Beng
Yan bahwa Yu Leng yang sekarang bukan gurunya, kita tentu
dapat membujuknya untuk membunuh musuh Kiu Ji-tee itu!"
"Bagus, bagus!" kata Khouw Kong Hu sambil tertawa girang. "tetapi
bagaimana kita harus meyakinkan Wei Beng Yan agar ia mau juga
percaya bahwa Yu Leng bukan gurunya?"
"Soal ini aku terpaksa harus minta Hiantee sendiri yang
melaksanakannya!"
"Aku?""!"
Ouw Lo Si mengangguk-sambil bersenyum.
"Ya! Kaulah yang akan melaksanakan siasat ini!"
Setelah berkata begitu, lalu Ouw Lo Si berbisik di telinga Khouw
Kong Hu...... "Apakah aku dapat mengandal kepada Hiantee dalam hal ini?"
tanya si kakek.
303 "Si-ko tak usah khawatir. Si Gaitan baja tinju besi akan
melaksanakan siasatmu yang licin itu!" sahut Khouw Kong Hu
tegas. Lalu sambil menggunakan ilmu meringankan tubuh mereka segera
meninggalkan tepi sungai yang sunyi dan seram itu untuk menuju
ke kota Bo-ouw.
Keesokan harinya, mayat-mayat kedua saudara Kim telah
diketemui orang, dan dengan cepat tersiarlah kabar di kalangan
Bu-lim bahwa pembunuhan itu erat sekali hubungannya dengan
pembunuhan di Hui-ing-san-cong, markas Kiu It dua tahun yang
lampau! Hanya semua orang bertanya-tanya siapakah si pembunuh yang
kejam itu"
Petunjuk-petunjuk yang dapat dikenal adalah lentera kertas merah
telah dirusak, di permukaan tanah tertera beberapa tulisan,
sehingga hampir semua orang menduga bahwa peristiwa-peristiwa
yang sangat ganjil itu ada juga hubungannya dengan Yu Leng dari
lembah Yu-leng-kok!
Harus diketahui bahwa kedua saudara Kim dari partai Kong-tong,
Kiu It, si garuda terbang dan Yo Tie ko si lengan delapan, semasa
hidupnya, terkenal sebagai tokoh-tokoh yang sangat disegani di
kalangan Kang-ouw. Pembunuhan tersebut telah membikin orangorang dari kalangan tersebut merasa benci berbareng gentar
terhadap Yu Leng! Terutama Eu-yong Lo-koay, Siauw Cu Gie dan
Si Lam Tojin yang pernah mendengar kisah di pertemuan Tan-kwipiauw-hiang-song-ta-hwee dari mulut Kong-ya Coat!
304 Demikianlah ancaman-ancaman Yu Leng telah berkecamuk dan
merupakan teka-teki dalam dunia rimba persilatan. Mereka semua
bertanya-tanya, apakah betul orang yang telah melakukan
pembunuhan keji di tepi sungai Tiang-kang itu Yu Leng palsu"
Jika "ya".
Mengapa Yu Leng asli tinggal diam saja terhadap perbuatanperbuatan orang itu yang mencemarkan nama harumnya?"!
Pertanyaan-pertanyaan itu tinggal tetap suatu pertanyaan yang
tidak terjawabkan!
"Y" Pada suatu hari Yu Leng memerintahkan Wei Beng Yan pergi
mencari semacam buah yang kulitnya berwarna kuning, tanpa
memberitahukan apa nama buah tersebut dan apa gunanya. Yu
Leng hanya mengatakan buah tersebut terdapat di daerah
pegunungan Oey-san. Wei Beng Yan pun tidak menanyakan apa
khasiatnya buah tersebut, ia hanya menuruti saja perintah gurunya
itu. Ketika ia bersama-sama Siauw Bie tiba di pegunungan itu, ia
menjadi sedih sekali mendapat kabar bahwa Ceng Sim Lo-ni telah
meninggal dunia. Tanpa terasa tangannya telah menyentuh ketiga
sampul surat Ouw Lo Si, yang baru boleh dibukanya setelah ia
berhasil membunuh salah satu musuh besarnya!
"Mungkin sampul nomor satu dapat aku buka setelah membunuh
Eu-yong Lo-koay, tetapi kapan aku dapat membunuh kedua iblis
305 Soat-hay-siang-hiong!" pikirnya cemas. Ia menghela napas
panjang, lalu berkata kepada Siauw Bie.
"Bie moay, orang hidup hanya untuk menderita! Aku tidak lagi
dapat berbuat menurut kehendak hatiku, tugasku untuk menuntut
balas belum dapat dilaksanakan, sebenarnya untuk apakah ilmuilmu yang sekarang aku miliki ini?"
"Yan koko," sahut Siauw Bie, "aku mengetahui bahwa kau selalu
memikiri nasibmu yang malang, kau merasa cemas belum dapat
menuntut balas karena gurumu melarang kau membunuh Soathay-siang-hiong. Tetapi bukankah gurumu akan membunuh diri
sepuluh tahun lagi" Jangka waktu sepuluh tahun akan lewat
dengan pesat, setelah itu kau dapat bertindak menurut kehendak
hatimu! Kau harus bersabar!"
"Bie moay, soalnya bukan terbatas kepada pembalasan dendam
ayahku saja, aku khawatir selama sepuluh tahun ini aku akan
diperintahkan lagi melakukan perbuatan yang kejam dan keji.
Misalnya membunuh Ceng Sim Lo-ni, bukankah itu suatu
perbuatan yang terkutuk! Aku betul-betul tidak dapat mengerti akan
perubahan-perubahan watak guruku itu!"
"Yan koko, kau telah menerima budi gurumu, dan kau terpaksa
harus mentaati segala perintahnya. Bukankah ia telah memberikan
sarung tangan ajaib sebagai tanda cintanya kepadamu" Hanya
tabiatnya kini memang agak ganjil!"
Wei Beng Yan tidak menyahut, ia hanya menatap lereng gunung
entah memikiri apa.
306 "Yan koko, kita harus memberi maaf kepada tindak-tanduknya itu,"
Siauw Bie berkata pula, "misalnya salah satu dari kita yang sudah
saling mencinta harus meninggal dunia, bukankah yang masih
hidup akan mengalami goncangan jiwa yang hebat" Begitu pun
dengan gurumu, ia telah kehilangan isterinya yang tercinta,
sehingga tidak heran jika kini otaknya jadi terganggu sedikit dan
tindak tanduknya seperti orang gila!"
"Bie moay," sahut Wei Beng Yan sambil memegang tangan Siauw
Bie, "janganlah menyebut-nyebut salah satu dari kita akan
meninggal dunia, karena aku tidak dapat hidup tanpa kau berada
di dampingku! Aku hanya merasa cemas memikiri cara
memecahkan persoalanku yang betul-betul rumit."
Wei Beng Yan yang telah digembleng oleh ayahnya agar kelak
menjadi seorang yang kesatria, merasa muak sekali dengan
perbuatan Yu Leng itu. Kekejaman Yu Leng terhadap Ceng Sim
Lo-ni telah menggores dalam sekali di hatinya yang luhur itu.
Setelah itu mereka lalu berjalan untuk mencari buah yang berkulit
kuning. Pemandangan di pegunungan itu indah permai dengan
rumput hijau, bunga beraneka warna yang harum semerbak dan
pohon-pohon yang tumbuh dengan subur di sekitarnya.
Tiap-tiap bidang tanah merupakan tempat untuk orang beristirahat
dengan tenang. Setelah berjalan setengah harian, mereka merasa
letih dan ingin beristirahat sebentar. Tetapi tiba-tiba mereka dibikin
terkejut oleh suara "Cit!"
Dan tampak dari semak belukar seekor kelinci melarikan diri. Pada
waktu yang bersamaan terdengar bentakan.
307 "Hei binatang! Kau hendak lari ke mana?"
Setelah mengeluarkan suara "Cit!" sekali lagi, kelinci itu jadi
terguling dan mati seketika!
Wei Beng Yan dan Siauw Bie yang merasa kasihan, segera
menghampiri binatang itu, ternyata di atas punggung kelinci itu
telah tertancap sebatang jarum. Setelah meneliti jarum itu Siauw
Bie menjadi kaget dan herseru.
"Yan koko! Coba kau lihat benda yang nancap di punggung kelinci


Sampul Maut Karya Wen Wu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini!" "Yan-bie-tin!" Wei Beng Yan berseru kaget ketika dapat mengenali
senjata rahasia itu. Sejenak kemudian dari semak belukar berlari
keluar seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar. Orang itu pun
agaknya terkejut ketika dapat melihat mereka berdua.
Wei Beng Yan menatap orang itu dan segera mengenali sebagai
orang yang telah diperkenalkan kepadanya oleh si kakek pincang
Ouw Lo Si, Yo Go!
"E! Yo Locianpwee! Mengapa Locianpwee pun berada di sini?"
tanyanya heran.
"Aku kira siapa, tidak tahunya Wei siohiap dan Siauw Sio-cia?" kata
orang itu yang ternyata bukan lain daripada Khouw Kong Hu.
"Apakah yang membunuh kelinci itu senjata rahasia Lo-cianpwee?"
tanya Wei Beng Yan.
308 "Betul Wei siohiap!"
"Apakah senjata ini yang terkenal sebagai Yan-bie-tin?"
"Senjata rahasia ini bernama Bo-hong-yan-bie-tin! Tetapi jika
menghadapi Wei siohiap, aku kira senjata itu tidak berarti apa-apa!"
"Apakah Lo-cianpwee bernama Khouw Kong Hu, yang terkenal
sebagai si Gaitan baja tinju besi?"
"Betul! Tetapi......"
"Apakah Lo-cianpwee yang memadamkan tiga lentera kertas
merah dalam Lembah Yu-leng-kok dua tahun yang lalu"!"
Khouw Kong Hu menjadi bingung juga tampaknya, menghadapi
serentetan pertanyaan-pertanyaan yang bertubi-tubi itu.
"Aku tidak menduga Wei siohiap mengetahui juga peristiwa itu,"
sahutnya sambil bersenyum. "Betul! Dua tahun yang lalu aku
pernah memadamkan tiga lentera kertas dengan jarum Yan-bie-tin
ku itu!" Tiba-tiba Wei Beng Yan menatap Khouw Kong Hu, tetapi sejenak
kemudian sambil menggeleng-geleng kepalanya ia berkata.
"Apakah Khouw Tay-hiap mengetahui bahwa perbuatan Tay-hiap
itu dapat menyebabkan kematian bagi tay-hiap?"
"Hah! Perbuatanku itu dapat membahayakan diriku sendiri?"
309 "Ya!"
"Mengapa memang" Apa salahnya jika aku perbuat demikian?"
"Aku tidak mengetahui apa salahnya! Hanya guruku Yu Leng, telah
berpesan agar aku mengambil jiwa pemilik ketiga jarum tersebut!"
"Jika begitu, aku sebagai orang yang hendak dicabut nyawanya,
harus melawan! Meskipun aku sudah mengetahui bahwa aku
bukan tandingan Wei siohiap!" sahut Khouw Kong Hu sambil
melangkah mundur dan menghunus gaitan bajanya.
Beberapa waktu yang lalu, Wei Beng Yan pernah menyelidiki
bahwa Khouw Kong Hu adalah seorang jago silat yang budiman.
Semenjak waktu itu ia sebetulnya sudah tidak lagi mau menuruti
saja perintah gurunya untuk membunuh si Gaitan baja.
Kini ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa Khouw
Kong Hu adalah seorang yang berterus terang, polos dan berani,
sehingga ia menjadi bingung.
Kehadiran Khouw Kong Hu di situ sebetulnya bukan semata-mata
kebetulan saja, itulah siasat Ouw Lo Si yang telah dirancangkan
pada setengah bulan yang lalu ketika mereka berada di tepi sungai
Tiang-kang. Siasat itu sangat berbahaya, sebab jika begitu berhadapan Wei
Beng Yan menuruti saja perintah Yu Leng itu, maka Khouw Kong
Hu sudah pasti tewas diterjang Thay-yang-sin-jiauw!
310 Tetapi Ouw Lo Si yang berpengalaman sudah yakin betul bahwa
Wei Beng Yan adalah seorang yang berjiwa besar dan pasti
sungkan melakukan perintah gurunya yang gila itu, maka ia sudah
mempertaruhkan jiwa Khouw Kong Hu untuk menjalankan
siasatnya itu dengan perasaan lega.
"Khouw Tay-hiap," kata Wei Beng Yan, "aku harap Tay-hiap pergi
saja dari sini!"
Khouw Kong Hu menatap Wei Beng Yan, lalu sambil bersandiwara
ia menyahut. "Wei siohiap, aku berterima kasih atas kemurahan hatimu itu, tetapi
aku sungguh tidak mengerti mengapa gurumu sekarang demikian
telengas wataknya?"
Itulah ucapan yang telah diatur dengan cermat oleh Ouw Lo Si si
ahli nujum yang licik, untuk menyerang hati nurani Wei Beng Yan
yang luhur. Karena ucapan itu telah membikin kekejaman serta
kekejian Yu Leng lebih menonjol lagi.
Khouw Kong Hu sudah melihat bahwa siasat saudara angkatnya
sudah mulai berhasil, tetapi ia masih belum mau meninggalkan
tempat itu. "Jika Yu Leng mengetahui bahwa Wei siohiap membangkang akan
perintahnya, apakah ia tidak akan menjadi gusar?" katanya.
"Khouw Tay-hiap pergilah dan jangan terlalu mendesak aku!" sahut
Wei Beng Yan. 311 "Aku bukan ingin mendesak, aku hanya merasa heran mengapa
Yu Leng kini jadi berubah demikian ganas wataknya?"
"Aku tidak tahu!"
"Mengapa Wei siohiap sungkan membunuh aku?"
"Karena dia merasa perintah gurunya itu tidak adil dan kejam!"
sahut Siauw Bie yang senantiasa berada di samping Wei Beng
Yan. "Ee! Siauw Siocia kiranya mengetahui juga alasannya?" kata
Khouw Kong Hu "Sudahlah, Khouw Tay-hiap jangan terlalu, menekan kepada Yan
koko!" tujuhBeLAs Khouw Kong Hu berlagak tidak mengerti kata-kata Siauw Bie itu.
"Wei siohiap telah berhasil mewarisi kepandaian Yu Leng,"
katanya, "sebagai ahli warisnya kau tentu harus disayang oleh
gurumu itu, tetapi mengapa dia justru menjerumuskan Wei siohiap
ke jurang dosa?"
Wei Beng Yan dan Siauw Bie tidak menyahut.
"Yu Leng sendiri telah membunuh Kiu It beserta keluarganya,
setelah itu ia membunuh kedua saudara Kim yang terkenal
budiman dan yang paling ganjil yalah, Yu Leng telah mengganyang
312 Ceng Sim Lo-ni, biarawati yang suci! Sekarang dia memerintahkan
kepada Wei siohiap untuk membunuh aku! Apakah kesalahanku"
Apakah oleh karena aku telah memadamkan lentera kertas merah,
lalu aku harus dibunuh?"
"Cukup!" teriak Wei Beng Yan. "Khouw Tay-hiap jangan sebutsebut lagi soal itu!"
Setelah berdiam sejenak ia berkata lagi.
"Tadi Khouw Tay-hiap mengatakan guruku melakukan
pembunuhan atas diri Kiu Locianpwee, apakah dugaan Tay-hiap
itu tidak keliru?"
"Aku telah menyelidiki dengan seksama, dan ternyata memang
guru Siohiap itulah yang telah membunuh saudara angkatku, Kiu
It!" "Tidak mungkin!"
Khouw Kong Hu menjadi terperanjat mendengar demikian.
"Tidak mungkin?"!!" tanyanya heran.
"Karena semenjak aku masuk ke dalam lembah dua tahun yang
lalu, Suhu belum pernah meninggalkan lembah Yu-leng-kok!"
Khouw Kong Hu tidak menduga bahwa kedatangannya di situ
memberikan kepadanya suatu keterangan yang sangat penuh arti
itu di dalam usahanya mencari jejak pembunuh Kiu It.
313 Ouw Lo Si yang sembunyi di semak belukar tidak jauh dari tempat
itu, juga telah mendengar semua percakapan mereka, terutama
keterangan terakhir Wei Beng Yan yang sangat menarik sekali.
Keterangan itu cocok benar dengan perhitungan serta
pertimbangannya!
Siapakah pembunuh Kiu It"
Tidak ada yang mengetahui karena semua orang yang berada di
tempat itu telah mati dibunuh! Hanya anak perempuan Kiu It yang
sudah berusia sembilanbelas tahun tidak dapat diketemukan
mayatnya, apakah anak perempuan itupun masih hidup"
Jika "ya"! Di mana ia sekarang"
Ouw Lo Si yakin bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Yu Leng,
karena menurut pahamnya, Yu Leng sajalah yang kiranya mampu
melakukan pembunuhan itu, mengingat ilmunya yang sangat
tinggi. Tetapi ia belum memperoleh bukti-bukti yang nyata!
Di waktu pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee, di
markas Kong-ya Coat, yang telah membunuh ke tiga saudara Tie
adalah Yu Leng. Jika Wei Beng Yan mengatakan selama dua
tahun gurunya tidak pernah keluar dari lembah Yu-leng-kok, maka
siapakah yang telah datang di markas Kong-ya Coat ketika itu,
yang telah mengaku sebagai suami Thian-hiang-sian-cu?""
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, Ouw Lo Si jadi
berkesimpulan bahwa kunci daripada soal yang rumit itu adalah.
314 Apakah keterangan-keterangan Wei Beng Yan tadi itu tulen, bukan
dusta" Jika Wei Beng Yan tidak berdusta, maka Yu Leng yang
sekarang berbuat sewenang-wenang adalah Yu Leng palsu!
Tetapi jika keterangan Wei Beng Yan itu palsu, maka segala
sesuatu harus diselidiki lagi dari pangkalnya!!
Berpikir sampai di situ, Ouw Lo Si tidak lagi dapat menahan untuk
tidak ikut bicara, ia segera keluar dari tempat sembunyinya seraya
berkata. "Wei siohiap! Jika Suhumu tidak pernah meninggalkan lembah Yuleng-kok, dari manakah ia memperoleh Ciam-hua-giok-siu?"
Wei Beng Yan dan Siauw Bie menjadi terkejut sekali tatkala melihat
si kakek pincang tiba-tiba muncul di situ. Wei Beng Yan sendiri
tidak mengetahui riwayat petualangan kakek pincang yang pernah
menolongnya itu, baru belakangan ia mengetahui bahwa si kakek
adalah yang dulunya terkenal sebagai si Ahli nujum kipas baja!
"Ouw Locianpwee! Aku sungguh tidak menduga bahwa kau adalah
yang terkenal sebagai Tie-san-sai-cu-kat!" katanya sambil
memberi hormat.
"Wei siohiap, kau sangat rendah hati" Aku sudah berusia lanjut,
Geger Putri Istana 3 Makam Bunga Mawar Karya Opa Golok Yanci Pedang Pelangi 4
^