Pencarian

Antara Budi Dan Cinta 9

Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long Bagian 9


perempuan cantik seperti dia!"
"Ya!" jawab anak Buahnya segera.
Air mata Feng-feng mulai menetes lagi, dia hanya bisa
menangis. Perempuan selalu pasrah kepada nasib.
Asal bisa bertahan hidup apa pun akan dia lakukan.
Tiba-tiba Meng Xing-hun berkata, "Tunggu sebentar!"
"Apakah kau masih butuh dia?" Dia tersenyum dan
berkata lagi, "Tidak apa-apa, asalkan kau bisa membawa
kepala Lao-bo, apa pun akan kuberikan."
Dengan wajah seram Meng Xing-hun bertanya, "Aku
ingin bertanya kepadamu, siapa ketua Tu itu?"
Sepertinya posisi Wan Peng-wang pun seperti Lao-bo,
dia juga dikhianati oleh anak buahnya.
Lu Xiang-chuan sudah bersekongkol dengan Tu Dapeng,
rencana busuk ini sepertinya sudah lama disusun.
Keruntuhan Lao-bo adalah kesempatan yang ditunggutunggu
oleh mereka. Mereka mempergunakan kesempatan ini supaya Lao-bo
terus bertarung dengan Wan Peng-wang. Pertarungan ini
membuat kerugian yang besar untuk kedua belah pihak,
juga membuat dendam semakin dalam. Beban yang dipikul
semakin berat, beban yang berat membuat mereka tidak
tahan, terakhir mereka akan bertarung besar-besaran.
Lu Xiang-chuan sudah memperhitungkan semuanya
dengan tepat pada saat itu Lao-bo akah menyerahkan
kekuasaannya ke tangan Lu Xiang-chuan.
Karena tidak ada orang yang dapat dipercaya oleh Laobo.
Ini adalah bagian dari rencananya yang paling penting,
yaitu mendepak Lao-bo.
Rencananya begitu sempurna benar-benar tidak ada
celahnya, diam-diam Meng Xing-hun kagum dengan
kelicikan Lu Xiang-chuan.
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Kau
tidak bertanya lagi, tentunya kau sudah tahu sandiwara
ini." "Masih ada yang tidak kumengerti?"
"Oh?"
"Dalam sandiwara ini, aku berperan sebagai apa?" Lu
Xiang-chuan tampak berpikir dan menjawab, "Peranmu
kecil dalam sandiwara ini."
"Sekecil apa?"
"Sebenarnya aku memperalatmu untuk menambah
beban Lao-bo, memperalatmu supaya Lao-bo lebih percaya
kepadaku, tapi malah...."
"Terakhir bagaimana?" tanya Meng Xing-hun.
Lu Xiang-chuan menarik nafas dan menjawab,
"Belakangan peranmu menjadi penting dalam sandiwara ini
dan aku menyesalinya mengapa aku melibatkanmu dalam
sandiwara ini."
Lu Xiang-chuan benar-benar menyesal karena dia salah
tafsir kepada si pembunuh tanpa nama ini.
Meng Xing-hun terdiam lama, kemudian bertanya,
"Bagaimana dengan Gao Lao-da" Dia memerankan apa?"
"Dia adalah perempuan."
"Maksudmu....?"
"Maksudku adalah dia memang sebagai perempuan, itu
tidak akan mengubah kenyataan."
"Dalam sandiwara-sandiwara lain biasanya perempuan
sangat penting," kata Meng Xing-hun.
Meng Xing-hun melanjutkan lagi, "Tapi dalam
sandiwara ini ternyata tidak begitu."
Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Dalam sandiwara
ini hanya ada satu peran utama, dan. itu adalah diriku."
"Bagaimana akhir dari peran utamanya?"
"Biasanya berakhir dengan baik," jawab Lu Xiangchuan.
"Apakah kau yakin?"
"Aku harus yakin karena semua peran dalam sandiwara
ini semua aku yang menentukan karena peranku adalah
sebagai dewa. Dewa bisa menentukan hidup dan mati
manusia." Di dunia ini ternyata ada yang menganggap dirinya
dewa, orang seperti ini memang berbakat tapi juga gila.
Biasanya akhir ceritanya malah menyedihkan.
Tapi sandiwara ini hampir selesai, tiap peran sudah
diatur dengan baik, tidak ada yang bisa mengubahnya.
Yang terakhir berada di panggung mungkin hanya Lu
Xiang-chuan dan mayat-mayat berserakan di atas
panggung. Kecuali bila ada yang ingat, bila tidak akhirnya
tidak akan ada orang yang dapat mengubahnya. Tapi hal ini
jarang terjadi. Jarang, tapi bukan berarti tidak ada sama
sekali. Ooo)dw(ooO BAB 27 Pintu sudah ditutup.
Tikus-tikus gemuk keluar dan masuk, tempat itu
dihembus angin yang membawa bau menyengat.
Hanya beberapa hari yang lalu dia dipuji oleh temantemannya
sebagai tuan rumah yang ramah, mempunyai istri
yang baik, putra dan putri yang sangat sopan pada saat
makan. Di atas meja selalu ada sayur dan arak.
Tapi rumah itu sekarang sudah berubah menjadi
menyeramkan. Tiap orang yang melewati rumah itu akan
berjalan menjauh sambil menutup hidung karena tempat itu
sangat bau. Tidak ada yang tahu di tempat itu sudah terjadi apa" Dan
tidak ada yang tahu mengapa dalam waktu satu malam,
satu keluarga yang terdiri dari 4 orang, mati bersama-sama.
Banyak cerita yang bermacam-macam, teman baik pun
ikut bergosip. Tidak perlu merasa sedih atau jengkel, karena
ini adalah kehidupan,waktu mereka hidup mereka
mempunyai teman. Waktu mati pun demi teman.
Mereka hidup sangat bahagia dan senang, mati pun
cukup berharga untuk mereka, ini sudah lebih dari cukup,
rumput di belakang rumah tumbuh semakin tinggi.
Di antara rumput-rumput itu ada sebuah sumur. Di
bawah sinar matahari senja, sumur itu terlihat seperti tidak
ada air. Tapi di dalam sumur itu masih ada air. Air yang
hijau seperti berwarna hitam.
Lu Xiang-chuan melihat ke dalam sumur, dia berkata
kepada dirinya sendiri, "Sumur ini sangat dalam, lebih
dalam dari sumur yang ada di dapurku."
Tiba-tiba dia membalikkan tubuh, tertawa pada Meng
Xing-hun. "Apakah kau pun tahu bahwa membuat sumur pun ada
tekniknya, bila kau tidak tahu caranya, bagaimana pun
dalamnya kau menggali, sumur itu tidak akan keluar air."
Meng Xing-hun hanya mendengar dan terus mendengar,
dia merasa di saat yang penting mengapa Lu Xiang-chuan
mengeluarkan kata-kata yang tidak berarti, apakah karena
hatinya sedang risau" Atau dia sengaja berkata seperti itu
hanya untuk menenangkan hatinya.
Lu Xiang-chuan kembali melihat ke dalam sumur, dia
berkata lagi kepada dirinya sendiri, "Harusnya dari dulu
aku ke sini untuk melihat-lihat bila aku melihat sumur ini,
pasti, bisa langsung menebak Lao-bo berada di mana."
Tiba-tiba dia bertanya kepada Meng Xing-hun, "Kau
tahu mengapa?"
"Tidak tahu," jawaban Meng Xing-hun sederhana.
Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Karena aku tahu
siapa yang bisa menggali lubang yang begitu bagus, orang
ini bukan sengaja datang ke desa yang sepi hanya untuk
menggali sumur."
"Oh?"
"Teman-teman Lao-bo sudah mati semua," kata Lu
Xiang-chuan. Tawa Lu Xiang-chuan sangat tajam seperti pisau,
kemudian dia berkata lagi, "Tapi bagaimana pun dia bisa
memikirkan hal ini sudah hebat, di dalam sumur dia bisa
menyembunyikan orang, dia orang yang sangat berbakat,
apakah kau tahu bahwa bersembunyi juga adalah suatu
ilmu?" "Tidak tahu," jawab Meng Xing-hun.
"Itu adalah suatu ilmu yang sangat tinggi, harus mencari
tempat yang paling cocok dan harus mencari waktu yang
tepat untuk bersembunyi, dan ini merupakan dua hal yang
tidak mudah."
"Ada hal yang lebih penting lagi," kata Meng Xing-hun.
"Oh?"
"Bila kau tidak mau ditemukan orang, kau harus bisa
menyembunyikan diri...."
Lu Xiang-chuan tertawa lagi dan berkata, "Benar, hal ini
paling penting dan yang lebih penting lagi adalah hanya
orang idiot saja yang percaya bahwa perempuan akan
menjaga rahasia demi seseorang. Kata-kata ini sebenarnya
Lao-bo yang mengatakannya, aku tidak mengerti mengapa
dia bisa lupa?"
"Aku sendiri pun tidak mengerti."
Lu Xiang-chuan bicara dengan perlahan, "Apakah
karena dia sudah terlalu tua" Orang yang terlalu tua atau
yang terlalu muda, sangat sering ditipu oleh perempuan."
"Lao-bo tidak tua. Ada sejenis orang dia hanya bisa
mati, tapi tidak akan bisa menjadi tua."
Kata Lu Xiang-chuan, "Benar, aku pun akan memilih
mati dari pada cepat menjadi tua. Menjadi tua lebih
menakutkan dari pada mati."
Dia menepuk pundak Meng Xing-hun dan berkata,
"Oleh karena itu cepatlah ke sana untuk menemani dia
mati." "Bagaimana dengan dirimu?" tanya Meng Xing-hun.
"Aku akan menunggumu di sini, sebelum meiihat kepala
Lao-bo aku tidak akan tenang."
Wajah Meng Xing-hun datar, matanya memandang jauh
kemudian dia berkata, "Kau akan segera melihatnya."
Lu Xiang-chuan menepuk pundak Meng Xing-hun lagi,
dengan tersenyum dia berkata, "Aku percaya padamu,
sebab kata-katamu bisa dipegang."
Meng Xing-hun tidak bicara apa-apa lagi, tiba-tiba dia
meloncat masuk ke dalam sumur.
Lu Xiang-chuan membungkukkan badan untuk melihat,
katanya, "Cepatlah naik, makin cepat makin baik, bila aku
sudah tidak sabar aku akan menutup sumur ini."
"Aku akan cepat kembali, aku mengerti keinginanmu!"
Lu Xiangchuan tertawa lagi dan berkata, "Aku tahu kau
orang yang penuh pengertian."
Air sumur sangat dingin.
Air yang dingin membasahi tubuh Meng Xing-hun,
tubuh Meng Xing-hun terendam air sumur, sekarang dia
baru bisa tenang.
Dia segera memikirkan kembali rencananya.
Dia kembali bukan untuk membunuh Lao-bo, siapa pun
tidak akan bisa menyuruh dia membunuh Lao-bo.
Dia melakukan ini hanya untuk bertemu dengan Lao-bo
kemudian menyusun rencana yang lain.
Walaupun Lao-bo berada di mana pun, jalan mundur
tidak hanya ada satu, pasti ada jalan lain.
Dia percaya kepada hal ini, dia percaya di dalam tempat
rahasia itu masih ada jalan lain. Dia percaya dia akan bisa
membantu Lao-bo melarikan diri.
Meng Xing-hun sudah menghilang di dalam air.
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan mendengar di belakangnya
ada suara seseorang melangkah. Namun dia tidak
membalikkan kepalanya.
Karena dia tahu siapa orang itu.
Tempat ini sudah terpasang banyak perangkap. Kecuali
orang yang dipercaya, lalat pun tidak dapat masuk ke sana.
Lu Xiang-chuan yang sekarang bukan Lu Xiang-chuan
yang dulu, nyawanya sudah sangat berharga.
Langkahnya sangat ringan, suaranya berat. Gao Lao-da
terus berjalan mendekatinya, dia pun ikut melihat ke dalam
sumur. Dengan ringan dia bertanya, "Apakah kau yakin dia
akan benar-benar membunuh Lao-bo?"
"Tidak," jawab Lu Xiang-chuan.
"Mengapa kau membiarkan dia turun?"
"Memang aku menyuruhnya turun tapi aku tidak akan
membiarkan dia naik lagi," jawab Lu Xiang-chuan.
Mata Gao Lao-da dimainkan dan dia berkata, "Apakah
pernah terpikir olehmu, di bawah sana masih ada jalan
lain?" "Pernah terpikir olehku."
"Apakah kau tidak takut, mereka akan melarikan diri
melalui jalan lain?"
"Tidak."
"Mengapa?"
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata, "Aku
bertanya kepadamu, di dunia ini siapa yang paling mengerti
Lao-bo?" "Kau!"
"Memang aku," kata Lu Xiang-chuan.
"Apakah dia tidak akan melarikan diri melalui jalan
lain?" "Tidak akan."
"Mengapa?"
"Karena ini adalah jalan mundurnya yang terakhir, dia
sudah sampai di sini artinya sudah tidak ada jalan lagi....
walaupun masih ada jalan, dia tidak akan mundur lagi."
"Mengapa?" tanya Gao Lao-da.
"Tidak ada orang yang pernah menyangka bahwa Laobo
bisa bersembunyi di dalam lubang anjing ini."
"Memang tidak pernah."
"Sekarang dengan terpaksa dia sembunyi di sini, ini
adalah jalan yang terakhir bila dia sudah tidak dapat
bangkit lagi, dia akan lebih memilih mati di dalam dan
tidak akan keluar lagi."
Mana bisa dia mundur lagi, memangnya dia mau
mundur sampai di mana"
Benar-benar dia sangat mengerti Lao-bo.
"Bila tidak bisa membalas dendam dan tidak bisa bangkit
lagi lebih baik mati saja di sini."


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hal ini sudah direncanakan oleh Lao-bo.
Bila mundur lagi keadaan lebih menyedihkan, lebih-lebih
tidak ada kesempatan untuk bangkit.
Apalagi bila ada yang mengejar, orang-orang itu akan
teras mengejar sampai dapat.
Walaupun dia bisa melarikan diri, tapi sampai kapan dia
akan berlari teras"
Melarikan diri adalah hal yang sangat memalukan dan
sangat menyedihkan, lebih sedih dari pada kematian.
Karena di dalam pikiran Lao-bo, sama sekali tidak ada
kamus untuk melarikan diri. Huruf-huruf yang ada di
kamus Lao-bo adalah mengejar, menangkap, dan
membunuh. Akhirnya Gao Lao-da mengerti kata-kata Lu Xiangchuan,
dengan senang Gao Lao-da bertanya, "Apakah
maksudmu Lao-bo sampai di. tempat ini sama seperti Couw
Pa-ong yang lari sampai ke Bu-kang. Hingga mati dia tetap
di sana?" "Benar, memang seperti itu maksudku," jawab Lu
Xiang-chuan. Tiba-tiba dia mengayunkan tangannya, segera orangorang
berdatangan membawa batu besar. Semua batu itu
dijatuhkan ke dalam sumir. Tiga bongkah batu besar,
sebuah gerobak besar yang diisi penuh dengan tanah, 30
buah batu dan 10 gerobak tanah. Sedalam apa pun sumur
itu pasti akan penuh juga.
Gao Lao-da melihat Lu Xiang-chuan tiba-tiba dia
menarik nafas. "Mengapa kau menarik nafas?" tanya Lu Xiang-chuan.
"Pada saat aku senang aku pun sering menarik nafas."
"Apakah kau sedang senang?"
"Aku pasti senang sebab kau adalah sahabatku dan
bukan musuh."
Siapa pun yang memilih Lu Xiang-chuan menjadi musuh
bukan hal yang menyenangkan, yang memilih dia menjadi
sahabat juga bukan hal yang menyenangkan, mungkin lebih
tidak menyenangkan.
Orang seperti Lu Xiang-chuan, lebih baik tidak pernah
bertemu dengannya.
Tembok sumur sudah terbuka. Meng Xing-hun
menggelincir masuk ke dalam, air di dalam kolam lebih
hangat. Tapi pada saat itu Meng Xing-hun merasa sedikit takut,
dia tidak berani menghadap Lao-bo.
Karena bila dia sudah bertemu dengan Lao-bo, entah dia
harus mengatakan apa.
Dia tidak tega memberitahu Lao-bo bahwa Feng-feng
pun mengkhianatinya. Pukulan ini terlalu berat untuk
seorang pak tua. Mungkin lebih parah sewaktu Lu Xiangchuan
mengkhianatinya.
Bila laki-laki tahu bahwa dia dikhianati oleh perempuan
yang dicintai, dia akan merasa marah dan sedih.
Kemarahan dan kesedihan tidak dapat digantikan oleh apa
pun. Meng Xing-hun tidak tega memberi tahu Lao-bo bahwa
taruhannya sudah habis dimakan orang, harapan terakhir
juga sudah hilang.
Sekarang tidak ada orang yang dapat pergi ke Fei-fengbao
menolong orang-orang yang ada di sana.
Tapi sekarang juga bukan waktu untuk melarikan diri.
Meng Xing-hun merasa sedih. Dia berharap Lao-bo lebih
kuat dari dugaannya.
Dia mengeluarkan kepalanya.
Dan dia hanya bisa bengong.
Ruang rahasia masih seperti pada waktu dia pergi, bantal
pun tidak bergeser dari tempatnya.
Tapi Lao-bo sudah tidak ada.
Meng Xing-hun keluar dari kolam, badannya basah, dia
berdiri di sana, tubuhnya menggigil kedinginan.
Keadaan di sini jauh dari dugaannya, sehingga dia
seperti orang bodoh dan lucu.
Perubahan ini membuatnya lama baru bisa berpikir.
Mengapa Lao-bo tidak ada di sini"
Apakah dia pergi sendiri" Atau ada yang menculik"
Tempat apa yang ditujunya"
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat dijawab oleh
Meng Xing-hun. Dia merasa pikirannya sangat kacau, tibatiba
matanya bersorot sangat aneh.
Dia mendengar suara orang yang bicara tapi suaranya
terdengar sangat kecil, suara ini keluar dari pipa ventilasi.
Suara ini memberi dia suatu petunjuk besar, membuat
matanya tambah bersinar.
"Dia benar-benar rubah tua yang licik."
Dia marah, tapi dia sudah berbaring di tempat tidur, dia
tertawa, hingga air matanya keluar.
Saat itu dia mendengar batu pertama yang dijatuhkan ke
dalam sumur, kemudian ada goncangan yang sangat dasyat,
seperti ada gempa bumi.
Meng Xing-hun tahu Lu Xiang-chuan sedang menutup
sumur ini, kecuali menunggu kematian apa pun dia tidak
pikirkan lagi. Dia tidak terkejut karena dia tahu masih ada jalan lain
untuk dia keluar dari tempat itu.
Getaran akhirnya berhenti, walaupun sumur begitu
dalam, pasti sumur itu akan penuh juga.
Perlahan-lahan dia bergerak di ruangan itu untuk
mencari jalan keluar, tapi tidak ada jalan keluar.
Meng Xing-hun menjadi putus asa, akhirnya dia hanya
bisa pasrah, bila dia tidak dapat menemukan jalan keluar,
berarti di sini memang tidak ada jalan keluar.
Dia duduk. Sampai saat ini dia belum merasa takut, dia hanya
merasa aneh dan kaget, dia tidak habis berpikir mengapa
Lao-bo mau mati sendiri di dalam sumur seperti ini.
Sepi seperti kematian.
Ruangan ini semakin panas, apakah di dalam kuburan
juga terasa panas"
Meng Xing-hun merasa dia mulai susah bernafas,
terpaksa dia berbaring di tempat tidur karena orang yang
diam oksigen yang dibutuhkan juga lebih sedikit, walaupun
dia tidak tahu apakah hal itu benar, dia hanya bisa
melakukan hal ini.
Dia seperti binatang yang sekarat berharap masih bisa
hidup. Langit-langit ruangan ini terbuat dari batu yang berwarna
abu-abu, ruang berbentuk persegi ini seperti sebuah peti
mati. Meng Xing-hun berbaring dengan diam, dia berpikir
lama, tiba-tiba dia mengerti mengapa Lao-bo tidak
membuat jalan keluar.
Orang seperti Lao-bo bila sudah dikejar hingga ke tempat
seperti ini seperti layaknya seekor tikus yang bersembunyi,
perasaannya pasti lebih sakit, bila dia tidak bisa bangkit lagi
dan tidak bisa membalas dendam, apakah dia masih bisa
bertahan" Bila aku adalah Lao-bo, aku juga tidak akan lari. Bila
sudah sampai di sini, hanya tinggal 1 jalan saja.
Dia tidak takut kepada maut, kematian baginya tidak
menakutkan, yang menakutkan adalah dia tidak bisa
bertemu dengan orang yang dia cintai.
Hanya ketakutan seperti ini yang membuatnya sedih.
Mengingat kepada sorot mata Xiao Tie pada saat terakhir,
mengingat sorot matanya yang penuh cinta, kasih dan
penuh harapan. Meng Xing-hun meneteskan air mata.
Sumur sudah penuh oleh batu dan pasir.
Lu Xiang-chuan sedang menikmati hasil karyanya seperti
seorang pelukis sedang menikmati lukisannya dengan lama.
"Tidak ada orang yang bisa keluar dari tempat ini begitu
juga dengan Lao-bo."
Ini adalah kuburan untuk Lao-bo dan Meng Xing-hun.
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dengan santai, lalu
berkata, "Kelihatannya Lao-bo sangat setia kawan."
Gao Lao-da menatapnya, dia tidak tahu apa yang
dimaksud oleh Lu Xiang-chuan.
Dengan tersenyum Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Laobo
tidak mau merepotkan teman, hingga kuburannya pun
sudah disiapkan olehnya sendiri."
Gao Lao-da ikut tertawa dan berkata, "Kuburan ini
sangat kokoh, bila sudah meninggal dan mempunyai
kuburan seperti ini, dia pasti akan sangat puas."
Ooo)*(ooO Panas. Panas yang menyesakkan dada. Di sini bukan
kuburan. Di sini adalah neraka.
Di neraka masih ada cahaya api, tapi di tempat ini lampu
sudah padam. Meng Xing-hun terbaring di tempat gelap, keringatnya
terus menetes, dalam kegelapan seperti ada sepasang tangan
yang mencekik tenggorokannya.
Dia tahu harapannya sudah menipis.
"Lao-bo masih hidup."
Rubah tua itu sudah menipu semua orang, dia sudah ada
jalan untuk bangkit dan membalas dendam.
Dia benar-benar menipu semua orang, bahkan Meng
Xing-hun pun sudah ditipunya.
Tapi Meng Xing-hun tidak membencinya juga tidak
marah. Dia membayangkan apa yang akan dialami Lu
Xiang-chuan. Meng Xing-hun tertawa sangat keras, dia
sangat ingin tertawa. Ingin sekali.
Tapi sayang dia sudah tidak bisa.
Lu Xiang-chuan sedang tertawa, dia merasa dia harus
tertawa, semua musuhnya sudah musnah, semua
perjuangan dan rencananya sudah selesai, yang
menunggunya di depan mata hanya harta kekayaan,
kekuasaan, dan kenikmatan, bila tidak tertawa senang,
kapan lagi"
Gao Lao-da masih menatapnya, dari sorot matanya
entah dia itu kagum atau sirik"
Dengan tersenyum Lu Xiang-chuan berkata, "Apakah
kau melihat bahwa aku sangat tampan?"
Gao Lao-da mengangguk dan berkata, "Pasti tampan,
orang yang sukses biasanya lebih tampan, sekarang kau
sudah sukses."
"Apakah kau iri kepadaku?"
"Hanya sedikit."
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata,
"Bila kau tahu berapa harga kesuksesan ini, mungkin kau
tidak akan iri kepadaku."
Gao Lao-da mengedipkan mata dan berkata, "Apakah
harus dibayar dengan mahal" Kau kan tidak perlu
meneteskan darah dan keringat, yang meneteskan darah
dan keringat adalah orang lain."
"Memang betul, tapi apakah kau tahu beberapa tahun
lalu bagaimana kehidupanku?"
"Aku hanya tahu beberapa tahun ini hidupmu sangat
enak." "Kehidupan seperti apa yang baru dikatakan sulit, tengah
malam aku tidak tidur dengan nyenyak dikejutkan oleh
dengan mimpi buruk, apakah kau pernah mengalaminya?"
"Mengapa bisa seperti itu?" tanya Gao Lao-da.
"Benar-benar tidak enak, hanya lebih sedikit enak dari
pada dicelakai."
Dia tertawa dan berkata, "Sukses pun tidak enak, hanya
sedikit lebih baik dari pada kegagalan."
"Sekarang kau masih kekurangan apa?" tanya Gao Laoda.
"Aku tidak mengeluh, hanya sedikit merasa kesal."
"Apa yang membuatmu kesal?"
Lu Xiang-chuan memandang ke tempat jauh dengan
jelas dia berkata, "Karena aku tidak melihat mayat Lao-bo
dengan mata kepalaku sendiri."
Tiba-tiba dia membalikkan badan, dia melihat seseorang
yang masuk dari dinding luar, dengan cepat dia berjalan ke
arah Lu Xiang-chuan.
Orang yang bernama Giok Hong, dia adalah kepala dari
3 kelompok itu.
Dengan marah Lu Xiang-chuan bertanya, "Aku sudah
menyuruhmu berjaga di luar, siapa yang menyuruhmu
masuk?" Sikapnya tidak begitu galak tapi dingin hingga menusuk
tulang, dia tidak sama dengan Lao-bo.
Lao-bo kadang-kadang seperti angin topan kadangkadang
seperti terik matahari, dia dingin kadang membuat
darah bisa membeku.
Wajah Giok Hong segera berubah, dari jauh dia sudah
telungkup di tanah saking takutnya dan dia berkata,
"Hamba tidak berani meninggalkan tugas, ada orang yang
mengantarkan surat, dia bilang harus segera memberikan
surat ini kepada ketua, karena surat ini sangat penting."
Lao-bo selalu bukan ketua dari perkumpulan mana pun,
dia pun bukan ketua perkumpulan lainnya, dia lebih senang
orang menganggapnya sebagai teman walaupun semua
orang sangat hormat kepadanya.
Tapi Lu Xiang-chuan lebih senang dipanggil dengan
sebutan ketua, karena dia merasa sebutan ketua itu
melambangkan kedudukan dan kekuasaan.
Ooo)dw(ooO BAB 28 Amplopnya sangat biasa, tipis, dan tidak berat.
Di amplop tidak tertulis huruf apa pun, di dalamnya pun
tidak ada surat. Tapi amplop itu tidak kosong.
Pada saat Lu Xiang-chuan menyobek amplop, dia
melihat ada beberapa jarum setipis bulu sapi.
Itu adalah senjata dan hanya dimiliki olehnya. Itu adalah
senjata yang digunakan kepada Lao-bo.
Dia sangat mengenali jarumnya, karena senjatanya
belum pernah dia pakai sebanyak 2 kali.
Tapi jarumnya sekarang kembali kepadanya. Kembali
kepada pemiliknya.
Tiba-tiba dia merasa sekujur tubuhnya menjadi dingin,
dengan marah dia bertanya, "Dimana orang yang
mengantar surat ini"!"


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Masih menunggu di luar."
Kata-katanya belum selesai, dia sudah melihat Lu Xiangchuan
meloncat seperti terbang.
Saat itu juga dia mendengar suara teriakan seseorang
yang seperti sedang dibunuh.
Orang-orang yang berjaga di luar, dalam satu kelompok
ada 3 orang. Ketiga orang itu, yang satu mahir menggunakan golok,
yang satu adalah pemanah yang hebat, dan satu lagi ahli
menggunakan senjata kait. Senjata yang dipakai Giok Hong
adalah golok. Di tangan Lu Xiang-chuan ada secarik kertas
yang sudah kusut. Kertas itu membungkus 7 buah jarum
perak sebesar bulu sapi.
Gao Lao-da mengerutkan dahi dan bertanya, "Apa itu?"
"Ini adalah jarum 7 bintang milikku."
"Apakah itu senjata rahasia?" Lu Xiang-chuan
mengangguk. "Bila itu adalah senjata rahasiamu mengapa harus
merasa aneh?"
Lu Xiang-chuan mengepalkan sepasang tangannya
dengan suara berat dia berkata, "Tapi senjata rahasia ini
seharusnya ada di punggung Lao-bo."
Wajah Gao Lao-da pun berubah, nafasnya seperti
tercekat. Bila Lao-bo sudah terkubur di bawah sumur, senjata
rahasia tidak akan bisa kembali lagi ke tangan. Lu Xiangchuan.
Setelah lama Gao Lao-da baru bersuara dan bertanya,
"Apakah artinya dia sudah tidak berada di bawah sumur?"
Lu Xiang-chuan menggigit bibirnya dan mengangguk.
"Tapi.... bila dia sudah melarikan diri, mengapa harus
mengantar jarum ini kepadamu?" kata Gao Lao-da.
Wajah Lu Xiang-chuan di dalam kegelapan tampak
pucat seperti secarik kertas, setelah lama dia baru berkata,
"Aku sudah mengerti maksudnya."
"Kau tahu apa?"
"Artinya dia memberitahu kepadaku bahwa dia belum
mati, setiap saat dia bisa kembali mencariku."
Gao Lao-da bertanya, "Mengapa dia membuatmu
waspada" Bila kau tidak tahu dia masih hidup, saat dia
menyerangmu bukankah itu lebih mudah?"
"Maksud dia menyuruhku selalu waspada, adalah hanya
ingin membuatku tegang dan takut.... walaupun dia
menginginkan aku mati, hal ini juga tidak mudah."
Tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Tapi aku tidak akan
masuk ke dalam perangkapnya, tidak akan pernah."
Walaupun dia tertawa tapi wajahnya terlihat takut dan
tegang. Gao Lao-da pun melihat ke tempat gelap di kejauhan,
matanya pun terlihat ketakutan dengan berat dia bertanya,
"Bila dia kembali ke sini, tentu orang yang akan dicarinya
bukan hanya kau saja."
Lu Xiang-chuan mengangguk dan berkata, "Pasti bukan
hanya aku saja."
Gao Lao-da melihat Lu Xiang-chuan, tiba-tiba dia
memegang erat tangan Lu Xiang-chuan.
Kedua tangannya sangat dingin.
Mereka tidak pernah merasa begitu dekat, rasa ketakutan
telah membuat mereka bersatu hati.
Malam sudah larut, di tempat jauh yang ada adalah
kegelapan. Orang yang mereka takuti, kapankah akan datang"
Tidak ada yang tahu. Siapa pun tidak tahu.
Apalagi Meng Xing-hun, lebih-lebih dia tidak tahu.
Tiba-tiba dia merasa sangat lelah dan kesadarannya
semakin berkurang. Dia hanya ingin tidur dengan nyenyak.
Tapi dia tahu bila dia tertidur dia tidak akan bangun lagi.
Dia berusaha melawannya, dengan paksa dia membuka
matanya, tapi kelopak matanya semakin berat, berat seperti
besi. Kematian sudah menunggunya di dalam ruangan gelap.
Bagitu kesadarannya semakin menghilang, dia hanya
berkata, "Xiao Tie, maafkan aku...."
Tiba-tiba Meng Xing-hun terloncat karena kaget.
Dia dibangunkan oleh suara tembok yang dipukul seperti
suara hujan yang jatuh ke atap.
Dia merasa dirinya sudah kembali ke rumahnya yang
berada di tepi pantai. Di luar jendela tampak hujan sudah
turun, seprai walaupun sudah usang tapi baru diganti.
Dia sedang berbaring di tempat tidur sambil memeluk
istrinya tercinta sambil mendengar suara hujan. Suara itu
seperti musik. Bila ada Xiao Tie di. sisinya, suara dari langit pun akan
terdengar seperti musik.
Angin yang berhembus dari jendela, meniup wajahnya
hingga terasa dingin dan sejuk.
Tiba-tiba dia membuka mata.
Angin datang dari pipa ventilasi yang sudah ditutup oleh
Lu Xiang-chuan, suara orang memukul tembok pun berasal
dari sana. Ada apa ini"
Apakah ada orang yang menggali kuburannya"
Dia tidak dapat berpikir, lebih-lebih tidak dapat berpikir
siapa yang menolongnya.
Tapi dia benar-benar merasa ada angin dingin membuat
dia sadai', juga membuat dia kembali bersemangat.
Dia merasa ada kehidupan baru, terasa ada tenaga
masuk ke dalam hidung merasuk terus ke dalam tubuhnya.
Nadinya pun terasa berdenyut kembali.
Kematian sudah meninggalkannya. Dia menggoyangkan
tangannya, seperti ingin membuktikan bahwa semua ini
bukan mimpi. Dan dia duduk.
Saat itu tiba-tiba ada sedikit cahaya, kemudian dia
melihat ada seseorang keluar dari kolam dan tangannya
memegang obor. Orang itu tidak dikenalnya.
Meng Xing-hun merasa terkejut, tapi orang ini lebih
kaget lagi matanya berputar sebentar, kemudian masuk lagi
ke dalam kolam.
Setelah lama dia baru mendengar ada suara yang datang
dari pipa ventilasi mengatakan, "Di dalam hanya ada dia."
Tiba-tiba Meng Xing-hun tertawa, sekarang dia sudah
mengerti persoalannya. Dia menunggu.
Tidak begini lama, dia melihat lagi ada orang yang
muncul dari kolam.
Orang ini juga dikenalnya.
Lu Xiang-chuan sudah keluar dari kolam, berdiri di sisi
tempat tidur dan dia menyalakan lampu.
Walaupun dia tersenyum tapi dia tidak terlihat seperti
dulu, begitu sopan, menawan, dan segar.
Siapa pun yang sedang basah kuyup tidak enak
dipandang. Tapi Meng Xing-hun lebih suka melihat Lu Xiang-chuan
yang sekarang karena itu dia terus memperhatikan Lu
Xiang-chuan. Lu Xiang-chuan melirik ke kiri dan kanan kemudian ke
atas ke bawah. Seseorang bila keadaannya sangat tidak
lazim dia tidak mau dilihat oleh orang lain.
Tiba-tiba Meng Xing-hun tertawa dan bertanya, "Siapa
yang kau cari?"
Lu Xiang-chuan terpaksa melihat Meng Xing-hun dan
menjawab, "Kau melihat aku sedang mencari siapa?"
Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Aku hanya tahu,
kau tidak akan mencariku."
"Mengapa tidak" Memangnya kecuali dirimu, di sini
masih ada siapa lagi?"
"Kau pasti tahu bahwa Lao-bo tidak ada di sini bukan?"
Lu Xiang Cuan hanya tertawa.
Meng Xing-hun pun ikut tertawa dan dia berkata, "Kau
pasti tahu di sini tidak ada Lao-bo, maka kau baru berani
turun, kau tahu dari mana Lao-bo tidak ada disini?"
Lu Xiang-chuan tidak menjawab.
Dia selalu tidak menjawab pertanyaan yang tidak
menguntungkan baginya.
Dia masih terus melihat dan mendekati tempat tidur itu
kemudian menekan-nekannya, dia berjalan ke tempat
penyimpanan daging.
Dia mencoba menekan-nekannya lagi, baru dia berkata,
"Tempat tidur itu terlalu keras, daging pun terlalu asin, bila
aku menjadi Lao-bo, aku akan membuat tempat ini lebih
nyaman." Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Dia tidak perlu
membuat tempat ini menjadi lebih nyaman."
"Mengapa?"
"Karena dia tidak akan bertahan lama tinggal di tempat
ini." Lu Xiang-chuan membalikkan badan dan melihat Meng
Xing-hun, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Sepertinya
kau sangat kagum kepadanya?"
"Benar, tapi yang kagum kepadanya bukan aku saja."
"Oh?"
Dengan santai Meng Xing-hun berkata lagi, "Orang yang
paling mengagumi Lao-bo adalah kau dan kau sangat takut
kepadanya, kau sangat ingin menghabisi dia."
Lu Xiang-chuan masih bisa tertawa tapi tawanya seperti
sangat dipaksakan.
"Apakah perkataanku benar?" tanya Meng Xing-hun.
Lu Xiang-chuan tiba-tiba menarik nafas dan menjawab,
"Benar, orang yang bisa menipuku tidak banyak?"
"Kalau kau menipu teman, suatu hari kau pun akan
ditipu, kata-kata ini kau harus ingat selalu."
Kata Meng Xing-hun. "Siapa yang mengatakan kalimat
ini?" "Aku."
Dengan dingin Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Tapi kau
sendiri pun ditipu Lao-bo."
"Benar, aku juga ditipu olehnya. Walaupun aku ditipu
sebanyak 10 kali, aku tetap dapat menerimanya."
Tanya Lu Xiang-chuan, "Kapan kau tahu bahwa kau
juga telah ditipu oleh Lao-bo?"
"Begitu aku masuk sini, aku langsung tahu."
"Jadi kau sudah mengerti hal ini?"
Meng Xing-hun mengangguk.
Lu Xiang-chuan menarik nafas lagi dan berkata,
"Apakah kau bisa menceritakannya dari awal?"
"Baiklah."
Wajah Meng Xing-hun berekspresi sangat aneh, tiba-tiba
dia tertawa lalu berkata, "Walaupun kau tidak mau
mendengarnya, aku tetap harus menceritakan hal ini
kepadamu."
"Baik, aku akan mendengarnya."
Sebenarnya tidak ada yang mengetahui rencana Lao-bo
selain dirinya, tapi dia tetap mendengarkannya.
Dalam hidupnya selama ini tidak ada yang memberi dia
pelajaran yang begitu bagus, hal sekecil apa pun yang
menyangkut Lao-bo, dia berharap bisa mengetahuinya
dengan jelas. Dia berharap tidak akan melakukan kesalahan yang
sama. Tanya Meng Xing-hun, "Apakah kau tahu, peran utama
dalam rencana ini siapa?"
"Aku tahu dia adalah Feng-feng," jawab Lu Xiangchuan.
"Benar, peran utamanya dilakoni oleh Feng-feng dan
bukan kau."
Jawab Lu Xiang-chuan dengan ringan, "Tidak setiap
orang di tiap sandiwara terus menjadi peran utama."
"Sayangnya kali ini peran Feng-feng adalah peran yang
sangat menyedihkan, sedih dan lucu," kata Meng Xing-hun.
'Sedih dan lucu', dua hal ini. memang tidak bertentangan,
tapi mempunyai satu sebab pada akhirnya yaitu....
.kebodohan. Kebodohan bisa membuat seseorang bertambah sedih
dan juga bisa menyebabkan seseorang menjadi lucu.
"Benar, Feng-feng itu tidak terlalu bodoh, hanya saja dia
terlalu percaya diri dan terlalu meremehkan Lao-bo."
Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata, "Orang
yang bodoh selalu sok tahu."
Kata Meng Xing-hun, "Feng-feng mengira dia sudah
berhasil menipu Lao-bo, dia mengira Lao-bo tertarik
kepadanya, tapi dia tidak tahu bahwa Lao-bo sudah
mengetahui rencananya, dengan sengaja Lao-bo
melepaskan dia pergi."
"Aku juga merasa aneh mengapa Lao-bo bisa percaya
kepada perempuan seperti dia," kata Lu Xiang-chuan.
"Lao-bo membuat dia percaya bahwa taruhan yang
terakhir berada di Fei-feng-bao dan sengaja membiarkan dia
membocorkan rahasia ini kepadamu, waktu itu Feng-feng
sangat mempercayainya, begitu pun dengan diriku."
Dengan dingin Lu Xiang-chuan berkata, "Tapi mengapa
Lao-bo harus menipumu, apakah dia juga tidak percaya
kepadamu?"
"Lao-bo melakukan ini karena dia ingin membuat hal
yang lain terlihat begitu meyakinkan, bila aku sudah tahu
rencananya, sikapnya tidak akan sama, dan kau pasti bisa
melihatnya."
"Menipumu bukan hal yang mudah."
"Bila aku tadi tidak menemukan pipa besi dan
mendengarkan suara dari luar, mungkin sampai sekarang
aku juga tidak akan tahu hal ini."
"Oh?"
"Waktu itu aku belum mencari sampai ke tempat ini dan
Lao-bo sudah melepaskan Feng-feng, dia sangat senang,
saat dia senang dia tidak mengeluarkan suaranya," kata
Meng Xing-hun. "Apakah kau mendengar Feng-feng tertawa?"
"bila Aku tidak mendengar suara tawanya, mungkin saat
itu selamanya aku tidak akan tahu bahwa Lao-bo sedang
bersembunyi di sini."
Lu Xiang Chuan menarik nafas dan berkata, "Ini juga
sebuah pelajaran bahwa seseorang jangan terlalu emosi."
"Kalau Lao-bo benar-benar ditipu oleh Feng-feng dari
pipa besi ini dia sudah mendengar tawa Feng-feng, untuk
kedua kalinya, mana mungkin Lao-bo mau


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melepaskannya."
"Karena itu kau tadi mengatakan bahwa Lao-bo sengaja
melepaskan Feng-feng?"
"Benar."
Dengan tawa dingin Lu Xiang-chuan berkata, "Waktu
itu kau tidak tahu rencana Lao-bo karena itu kau membawa
kembali Feng-feng masuk ke dalam sumur?"
"Mungkin waktu Lao-bo melihat aku membawa kembali
Feng-feng dalam hatinya dia sangat marah, tapi dia tetap
tidak mengeluarkan reaksi apa pun."
"Mungkin saat itu terpikir oleh Lao-bo bagaimana
memanfaatkanmu," kata Lu Xiang-chuan.
"Benar," jawab Meng Xing-hun sambil tertawa.
Kata Lu Xiang-chuan lagi, "Yang lebih aneh lagi, orang
yang sudah diperalat olehnya malah merasa senang."
"Aku selalu merasa senang."
"Yang kau sebut senang itu apa?"
"Aku senang karena aku sudah mengerti maksud Laobo,
dan kau sendiri masih belum mengerti."
"Oh?"
Kata Meng Xing-hun lagi, "Apakah kau tahu maksud
dari semua rencana Lao-bo?"
"Dia ingin aku percaya bahwa dia masih bersembunyi di
sini, dia juga ingin aku memakai seluruh kekuatan
menghadapi dia, dan dia akan mempergunakan waktu ini
untuk pergi ke Fei-feng-bao dan bergabung dengan anak
buahnya yang ada di sana, dia mengandalkan tenaga yang
terakhir untuk bisa bangkit kembali."
"Apakah kau kira ada banyak orang yang menunggunya
di Fei-feng-bao?"
"Itu sudah pasti."
Lu Xiang-chuan bicara dengan yakin.
Lu Xiang-chuan tahu, setiap kali bertarung, Lao-bo
mempunyai rencana yang sangat sempurna, bila belum
terpaksa dia tidak akan menyerang.
Di Fei-feng-bao bila tidak ada yang membantu, Lao-bo
tidak akan memimpin 12 kelompoknya untuk menyerang.
"Apakah menurutmu orang-orangnya tetap akan
menunggu perintahnya untuk menyerang pada tanggal 7?"
tanya Meng Xing-hun.
Kali ini tampaknya dia tidak begitu yakin.
Kata Meng Xing-hun lagi, "Apakah kau menganggap
bila Lao-bo sudah sepakat dengan mereka, dia tidak akan
memikirkan akibat yang akan terjadi dan hal yang tidak
diinginkan olehnya?"
Lu Xiang-chuan tidak bisa menjawabnya.
Dengan santai Meng Xing-hun berkata lagi, "Kau harus
tahu, penyerangan ini sangat penting untuknya, apakah
dengan begitu dia akan secara sembarangan memutuskan
sesuatu?" Wajah Lu Xiang-chuan menjadi pucat setelah lama dia
baru berkata, "Kau tahu apa maksudnya?"
"Maksudku adalah dia ingin kau datang ke sini untuk
mencariku."
"Aku masih belum mengerti."
"Menurut perhitungan Lao-bo, aku pasti akan dihadang
olehmu di tengah jalan, karena aku hanya sendiri, dan aku
pasti akan jatuh ke tangan kalian."
"Masih ada lagi?"
Kata Meng Xing-hun melanjutkan, "Lao-bo pun sudah
memperhitungkan, kalian pasti akan memaksaku ke sini
untuk membunuh dia."
"Apakah dia pikir aku akan memakai berbagai cara
untuk mengancammu?" tanya Lu Xiang-chuan.
Mata Meng Xing-hun mulai bersorot marah dengan
dingin dia menjawab, "Memakai Xiao Tie dan Gao Lao-da,
orang seperti dirimu akan menghalalkan segala cara."
Kata Lu Xiang-chuan, "Apakah Lao-bo pun sudah
memperhitungkan, begitu kau turun ke dalam sumur, aku
akan menutup sumur ini?"
"Mungkin juga."
"Lalu dia masih ada memperhitungkan apa lagi?"
"Dia memperhitungkan, kau akan membuka kembali
sumur ini dan kau sendiri akan turun untuk mencari dia, dia
mempunyai cara untuk membuatmu percaya bahwa dia
sudah tidak berada di sini lagi, kau akan merasa takut dan
curiga dan kau pasti akan turun tangan sendiri untuk
melihat dan membuktikannya."
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dengan dingin,
"Bagimu, Lao-bo adalah orang yang mudah
diperhitungkan."
"Memang benar."
Dengan dingin Lu Xiang-chuan melanjutkan, "Kau
pandang dia itu siapa" Apakah dia adalah seorang dewa?"
Dengan entengnya Meng Xing-hun menjawab, "Apakah
benar dia sangat lihai, aku hanya tahu satu hal, dia tidak
salah memperhitungkan sesuatu."
"Mengenai apa?"
Meng Xing-hun menatapnya dan menjawab, "Dia sudah
memperhitungkan, begitu kau turun ke dalam sumur, aku
tidak akan mengijinkan kau naik lagi."
Wajah Lu Xiang-chuan berubah. Meng Xing-hun berkata
lagi, "Kau boleh tidak percaya hal yang lain, tapi yang ini
kau harus percaya."
Lu Xiang-chuan terus menatapnya, wajahnya pucat di
bawah cahaya lampu, wajahnya terlihat seperti memakai
topeng, walaupun tidak ada ekspresi dia terlihat lebih
misterius dan menakutkan.
Saat ini wajah Meng Xing-hun tidak enak dipandang.
Dia sudah duduk, satu tangan memegang selimut dan
tangan lain memegang bantal.
Cara duduknya pun tidak istimewa, siapa pun yang
duduk di tempat tidur posisinya akan seperti itu.
Anehnya, dia masih bisa duduk dengan santai di depan
musuhnya. Hanya dia yang tahu, lebih baik duduk dari pada
berbaring atau berdiri.
Bila dia berdiri, dia akan menjadi sasaran Lu Xiangchuan,
bila dia berada dalam posisi duduk kemungkinan
menjadi sasaran Lu Xiang-chuan menjadi semakin kecil.
Dia berpikir, bantal itu bisa menjadi tamengnya dan
selimut bisa menjadi senjata untuk menyerang.
Lu Xiang-chuan melihat dia dengan seksama, seperti
seorang pelatih binatang yang sedang melatih binatang yang
masih terkurung di dalam kandang.
Wajahnya tampak tenang dan serius, tiap gerakan Meng
Xing-hun dilihatnya dengan waspada dan seksama.
Meng Xing-hun pun melihatnya dengan waspada,
keadaan seperti ini seperti dua ekor serigala berada dalam
kandang, saling memandang, saling menunggu, kemudian
akan saling menyerang.
Setelah lama Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata,
"Tampaknya kau adalah musuh yang sangat menakutkan."
"Oh."
"Kau sangat pandai menyembunyikan kekuranganmu
sendiri dan kau terlihat sangat tenang."
"Oh!"
Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Tapi kau membuat suatu
kesalahan fatal, sebuah kesalahan yang tidak bisa
dimaafkan."
"Oh?"
Lu Xiang-chuan berkata lagi, "Bila kau berhadapan
dengan musuh seperaku, seharusnya kau jangan bersikap
seperti itu, karena aku mempunyai senjata rahasia,
seharusnya kau menyerangku dulu"
Meng Xing-hun hanya menatapnya, kemudian pelanpelan
mengangguk dan berkata, "Sebenarnya aku memang
harus melakukan hal seperti itu, tapi aku tidak boleh
melakukannya."
"Mengapa?"
Jawab Meng Xing-hun, "Karena kakiku sedang terluka,
gerakanku tidak selincah biasanya, bila aku yang
menyerang dulu, aku pasti tidak akan menang, malah akan
membahayakanku."
"Apakah kau tidak yakin dalam sekali menyerang akan
menang?" "Ya, menghadapi musuh seperti dirimu, siapa pun tidak
akan menang dalam satu kali serangan."
"Karena itu kau tidak berani?"
"Benar, aku tidak berani."
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan tertawa dan berkata,
"Seharusnya kau tidak perlu berkata jujur kepadaku."
"Kau pun tidak perlu membeberkan kesalahanku,
kesalahan yang besar malah akan sangat
menguntungkanmu," jawab Meng Xing-hun.
"Aku membeberkan kesalahanmu hanya ingin agar kau
menyerangku dulu."
"Tapi kau pun gagal," kata Meng Xing-hun.
Dia pun dengan tenang mengangguk dan berkata,
"Memang aku sudah gagal."
Hingga saat ini mereka masih bersikap tenang, tidak
tergesa-gesa juga tidak marah-marah.
Tapi sikap tenang juga membuat seseorang menjadi
tertekan. Untung saja di dalam ruangan itu tidak ada orang ketiga,
bila tidak mereka akan semakin tertekan dengan suasana
seperti itu. Setelah lama tiba-tiba Meng Xing-hun tertawa dan
berkata, "Sebenarnya aku sudah tahu bahwa kau adalah
musuh yang menakutkan."
"Terima kasih."
Kata Meng Xing-hun lagi, "Kau sangat tenang dan juga
bisa menekan musuh, kau pun bisa menyembunyikan
kekuranganmu sendiri."
Kata Lu Xiang-chuan, "Pengalamanku membunuh
orang tidak kalah darimu."
"Kau sudah tahu kekuranganku, mengapa masih diam?"
Jawab Lu Xiang-chuan, "Walaupun kau mempunyai
kekurangan tapi kau pun menjaganya dengan baik, hal
seperti ini lebih baik dari pada kau menyerang, kau lebih
bisa menjaga situasi dari pada orang lain."
"Tapi senjata rahasiamu...."
"Walaupun aku sangat lihai dalam menggunakan senjata
rahasia, tapi bila menghadapimu, belum tentu aku bisa
menyerangmu dalam satu kaili serangan dan mematahkan
perlawananmu."
"Kalau begitu kau boleh menyerangku beberapa kali."
"Kau salah lagi," jawab Lu Xiang-chuan.
"Oh?"
Kata Lu Xiang-chuan, "Seorang pesilat tangguh hanya
boleh satu kali menyerang dan harus langsung menang, bila
dia sudah habis kekuatannya untuk menyerang kedua
kalinya, akan lebih sulit mencapai sasarannya."
"Karena itu kau menungguku menyerang terlebih
dahulu?" "Aku selalu menunggu dengan sabar."
Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Kalau begitu kau
menunggu saja."
"Aku pasti akan menunggu, semakin lama akan semakin
mengutungkanku," jawab Lu Hiang-coan. "Oh"'
Dengan tersenyum Lu Xiang-chuan berkata, "Apakah
kau tidak tahu bahwa Gao Lao-da pun ikut ke sini?"
"Tidak tahu."
"Bila dia tidak melihatku naik ke atas lagi, dia akan
turun mencariku."
Lu Xiang-chuan tersenyum dan berkata lagi, "Mungkin
dia tidak akan membantuku untuk menyerangmu, tapi bila
ada dia di sini, kau pasti tidak akan tenang, saat itu adalah
kesempatan untukku bisa menyerangmu."
Sudut mata Meng Xing-hun bergetar, lehernya sudah
mulai terasa beku.
Lu Xiang-chuan menatap ke dalam matanya dan
berkata, "Sebenarnya Gao Lao-da selalu baik kepadamu,
aku juga berbuat baik kepadamu, asal kau bisa menjadi
temanku aku akan melupakan hal yang tidak enak yang
pernah terjadi di antara kita."
"Tapi aku tidak dapat melupakannya begitu saja."
"Kau tidak bisa melupakan apa?"
"Yang tidak dapat kulupakan adalah akhir dari riwayat
teman-temanku. "
Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata, "Karena itu
kau masih tetap ingin membunuhku."
"Aku tidak ingin membunuhmu tapi hanya ingin kau
mati." "Apa bedanya?"
"Aku tidak yakin bisa membunuhmu, tapi aku yakin bisa
membuatmu mati."
"Aku masih tidak mengerti."
Kata Meng Xing-hun, "Maksudku adalah walaupun kau
mempunyai kesempatan lebih besar untuk membunuhku,
tapi aku tetap mempunyai kesempatan menemani mu
sampai mati, walaupun aku hidup atau mati, yang penting
kau harus mati."
Sikap Meng Xing-hun sangat dingin, sepertinya setiap
kata dipikirkannya baik-baik baru dia percaya bahwa setiap
kata yang diucapkannya pasti, akan dilaksanakan.
Lu Xiang-chuan terlihat sangat tidak tenang, dengan
tawa paksa dia berkata, "Tapi sampai sekarang kau tetap
tidak mau menyerangku."
"Benar."
"Aku tidak ingin membunuhmu, bila kau tidak mau
menyerang, aku akan pergi," kata Lu Hiang-chuan.
"Kau tidak boleh pergi," kata Meng Xing-hun.
"Bila kau tidak mengijinkanku pergi, kau harus
menyerangku dulu walau tidak tepat pada sasaran dan aku.
dengan segera bisa membunuhmu, waktu itu kau tidak bisa
menemaniku mati lagi."
Dengan santai Meng Xing-hun menjawab, "Benar juga.
Baiklah kau boleh pergi, aku tidak akan melarangmu, tapi
kau jangan lupa di sini hanya ada satu jalan keluar."


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sikap Meng Xing-hun sangat tenang dengan pelan dia
melanjutkan lagi, "Waktu kau pergi aku tidak akan
melarangmu tapi pada saat kau masuk ke dalam kolam, aku
pun akan ikut masuk, sedikit kesempatan pun kau tidak
akan punya."
Dengan dingin Lu Xiang-chuan bertanya, "Mengapa kau
tahu bahwa di dalam air aku tidak bisa menandingimu?"
"Mu juga tidak tahu, bila ingin tahu kau boleh
mencobanya dulu."
Mata Lu Xiang-chuan menyipit, ujung hidungnya sudah
berkeringat. Leher Meng Xing-hun yang tadinya kaku, sekarang
mulai kendur dengan tersenyum dia berkata, "Aku tidak
berani coba-coba, lebih-lebih pada dirimu karena nyawamu
lebih mahal dibandingkan degan diriku."
Lu Xiang-chuan menundukkan kepalanya, tapi matanya
tampak tertawa, tawa yang licik dan kejam, dia berkata,
"Kau sengaja menganggap nyawaku lebih berharga dari
dirimu, supaya aku lebih takut pada kematian, tapi ada satu
orang yang berbeda pendapat."
"Siapa dia?"
"Xiao Tie. XiaoTie."
Lu Xiang-chuan tertawa terbahak-bahak dan berkata,
"Di dalam matanya, nyawamu lebih berharga dari siapa
pun, apakah kau tega meninggalkannya?"
Xiao Tie, nama itu seperti paku, tiba-tiba menancap ke
dalam hati Meng Xing-hun yang paling dalam.
Hati Meng Xing-hun terasa sakit, hingga membuat dia
hampir meneteskan air mata.
Di atas langit dan di bawah langit, tidak ada yang dapat
menggerakkan hatinya, kecuali Xiao Tie.
Tidak ada. Menggunakan kesempatan yang sempit ini Lu Xiangchuan
mulai menyerang, tidak dapat di sangsikan bahwa
senjata-senjata rahasia Lui sangat menakutkan, tapi
anehnya kali ini dia tidak menggunakan senjata rahasianya.
Dia hanya menarik selimut dari tempat tidur. Meng
Xing-hun yang duduk di atas selimut segera terjatuh, tangan
Lu Xiang-chuan secepat kilat memegang kakinya dan
memukul. Dia sendiri sangat terkejut mendengar suara tulang
kakinya yang patah, terdengar sangat menusuk di telinga.
Waktu itu juga dalam sekejap seprai yang dipegang oleh
Meng Xing-hun segera ditarik dan menelungkup menutupi
kepala Lu Xiang-chuan.
Lu Xiang-chuan pun terjatuh, keringat dingin bercampur
dengan air mata menetes.
Meng Xing-hun sambil menahan rasa sakit, meloncat
turun dari tempat tidur, menindih tubuh Lu Xiang-chuan
yang terjatuh tadi, dia mengayunkan tangannya memukul
rusuk Lu Xiang-chuan.
Pukulan itu sangat kuat, pukulan itu bisa membuat Lu
Xiang-chuan jatuh pingsan.
Tapi mereka seperti binatang, mereka bisa menahan rasa
sakit. Tulang mereka walau sudah retak di beberapa tempat,
tapi mereka masih bisa memukul dan berguling-guling,
siapa pun tidak akan menyangka orang yang tadinya begitu
tenang, sekarang seperti binatang saling menyerang.
Apakah kebencian mereka yang tersimpan dalam hati
semuanya ingin dilampiaskan saat ini"
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan berhasil memukul perut Meng
Xing-hun. Meng Xing-hun terdorong mundur ke belakang
beberapa langkah, perutnya terasa sangat sakit.
Hidung Lu Xiang-chuan masih mengalir darah dan dia
terengah-engah, sebenarnya dia masih ingin menambah
pukulan tapi dia merasa lemah, dia tidak mampu maju lagi.
Meng Xing-hun pun sudah tidak ada tenaga untuk
membalas, tapi dia terus berusaha dengan suara serak dia
berkata, "Aku sudah mengatakan bila aku mati kau pun
harus ikut mati."
Lu Xiang-chuan tertawa sinis dan berkata, "Mengapa
kau begitu membenciku" Apakah karena anak Xiao Tie
adalah anakku" Kau bisa merebut Xiao Tie tapi tidak bisa
merebut anakku."
Kemarahan Meng Xing-hun membuat tubuhnya
bergetar. "Dia merasa bila ingin orang ini mati, dia harus tenang."
Jarang ada orang yang bisa berpikir seperti Meng Xinghun,
dia tahu pepatah ini, tapi dia melupakannya.
Mengapa Lu Xiang-chuan juga bisa lupa"
Apakah di dalam hatinya, dia pun mencintai Xiao Tie"
Atau karena dia sudah tahu akan kehilangan Xiao Tie dia
baru sadar bahwa dia sangat mencintai Xiao Tie.
Karena itu kebencian Lu Xiang-chuan seperti Meng
Xing-hun juga, sangat dalam.
Mereka saling melotot, nafasnya sudah seperti binatang,
begitu tenaga mereka pulih, mereka segera akan saling
menyerang lagi.
Pada saat itu juga mereka mendengar ada seseorang yang
menarik nafas. Ada seseorang yang sudah keluar' dari kolam, dia seperti
seekor ikan, begitu lincah dan ringan.
Jarang ada orang yang bisa begitu mahir berenang.
Orang itu tidak dikenal mereka.
Seseorang yang gemuk, dia mengapung di atas air,
tubuhnya menggelembung seperti ditiup oleh udara.
Dia menggelengkan kepala, menghela nafas dan berkata,
"Kalian berdua adalah pesilat tangguh mengapa pada saat
kalian berkelahi seperti 2 ekor binatang liar, apakah kalian
tidak merasa malu?"
Lu Xiang-chuan langsung menjawab, "Aku malu, sangat
sangat malu."
Walaupun dia sedang terengah-engah tapi matanya
mulai bercahaya.
Tiba-tiba Meng Xing-hun sadar bahwa Lu Xiang-chuan
mengenali orang itu, bahkan mempunyai hubungan akrab
dengannya. Akhirnya pembantu musuhnya datang juga.
Siapa pun yang melihat keadaan ini, hatinya akan terasa
berat. Mungkin orang ini bukan orang yang dekat tapi dia
tetap musuh yang menakutkan.
Mata orang ini terus menatap Meng Xing-hun. Matanya
kecil tapi berkilauan seperti ujung sebuah jarum. Wajahnya
bulat. Pada saat bernafas wajahnya seperti orang tertawa.
Tapi gaya tawanya sangat aneh, mungkin bila dia
membunuh orang pun dengan wajah tersenyum.
Dengan ringan dia mengapung di atas air, tubuhnya
tidak terlihat berat.
Orang ini tertawa dan menjawab, "Kau tidak
mengenalku, tapi aku mengenalmu."
"Apakah kau kenal denganku?" tanya Meng Xing-hun.
Dengan tersenyum orang ini menjawab, "Kau she Meng,
bernama Xing-hun, dalam kurun waktu 10 tahun ini kau
adalah pembunuh yang paling kejam dan dingin. Kau juga
sangat ahli membunuh, tapi hati ini kau membuatku
kecewa." Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Seorang
pembunuh terkenal walaupun harus bertahan hidup tapi
mengapa pada saat bertengkar seperti seekor anjing gila
yang menggigit orang?"
Meng Xing-hun melihatnya dengan lama, kemudian
berkata, "Kau mengenalku, aku pun mengenalmu."
"Oh ya?"
Dengan dingin Meng Xing-hun menjawab, "Margamu
Yi, bernama Qian-long, dalam kurun 30 tahun ini kau
adalah orang yang paling jago berenang dan kepandaianmu
sangat lihai."
Orang ini tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Betul
juga, kau sudah kenal denganku."
Meng Xing-hun tertawa dan berkata, "Hari ini kau sudah
membuatku kecewa."
"Mengapa?"
"Kau adalah teman baik Lao-bo tapi pada saat dia
kesulitan kau malah mengkhianati dia."
Yi-qian-long melotot dan berkata, "Siapa yang
mengatakan aku mengkhianatinya" Aku hanya tidak ingin
bertemu dengannya."
"Mengapa?"
"Kalau aku bertemu dengannya, pasti dia akan
menyuruhku bertarung untuknya."
Kata Meng Xing-hun tajam, "Karena itu kau kabur?"
Jawab Yi-qian-long, "Harus menunggu apa lagi bila
tidak kabur?"
Yi-qian-long mengatakan itu sangat biasa.
Dengan dingin Meng Xing-hun berkata, "Kau benarbenar
teman yang baik dan pintar."
"Aku tidak bisa berteman baik dengan siapa pun tapi aku
berasal dari kalangan persilatan dan sudah berpengalaman,
karena itu Lao-bo mau berteman denganku. Apa arti orang
dari kalangan persilatan yang berpengalaman" Artinya
adalah lata tidak boleh terlalu setia kawan, kulit muka juga
tidak boleh terlalu tipis."
Dengan dingin Meng Xing-hun berkata, "Kau benarbenar
seorang pesilat yang berpengalaman."
Tiba-tiba Yi-qian-long menghela nafas dan berkata, "Aku
tahu kau memandangku sebelah mata tapi kau harus tahu
aku mempunyai anak banyak dan juga istri yang banyak."
Kemudian dia berkata lagi, "Aku mempunyai 17 orang
istri dan 38 orang anak, kau pikir saja apakah aku masih
bisa bertarung" Bila aku mati siapa yang akan menghidupi
anak-anak dan istri-istriku?"
Meng Xing-hun hanya mendengar.
Biasanya dia tidak sudi bicara dengan orang seperti itu
yang bicara adalah kepalan tangannya tapi sekarang dia
butuh waktu. Membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaga dan
membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikiran.
Hanya dengan bicara dia bisa mengulur waktu, oleh
karena itu walau dia marah, tapi dia berusaha untuk tetap
mendengar. Untung Yi-qian-long adalah orang yang senang
bicara. Tanya Meng Xing-hun, "Kau sudah melarikan diri,
mengapa kembali lagi?"
"Pertama, aku sudah tahu bahwa Lao-bo sudah tidak
bisa menyuruh anak buahnya bertarung untuk dia. Kedua,
aku membutuhkan uang."
"Kau membutuhkan uang?"
Yi-qian-long menarik nafas dan menjawab, "Keluargaku
yang harus kuberi makan sangat banyak, tapi orang yang
mencari uang sangat sedikit menghidupi keluarga yang
besar tidak mudah."
"Kau mencari siapa mau meminta uang?" tanya Meng
Xing-hun. "Mencari orang yang mau memberiku uang, siapa saja
yang akan memberiku uang, aku mau saja."
Dia melihat Meng Xing-hun tertawa dan bertanya,
"Apakah kau mempunyai uang?"
"Tidak ada."
Yi-qian-long menarik nafas dan berkata, "Kalau begitu
aku harus mencair orang lain."
"Walaupun aku tidak mempunyai uang tapi aku akan
berusaha untuk meminjamnya," kata Meng Xing-hun.
"Dengan cara apa?" tanya Yi-qian-long.
"Lu Xiang-chuan mempunyai banyak uang, bila kau
mau membunuhnya, uangnya akan menjadi milikmu."
Yi-qian-long tertawa terbahak-bahak dan berkata,
"Benar, ini adalah cara yang sangat tepat."
Lu Xiang-chuan yang berada di sisinya tersenyum dan
berkata, "Tapi ada tidak baiknya."
"Apa?"
"Walaupun aku mempunyai banyak uang tapi tidak ada
yang tahu di mana aku menyimpan uang itu."
"Aku akan mencarinya," jawab Yi-qian-long.
"Aku jamin kau tidak akan bisa mencarinya."
Lu Xiang-chuan tertawa dan melanjutkan, "Bila kau
membunuh Meng Xing-hun, aku akan membagi setengah
uangku untukmu."
"Apakah hanya setengah?"
"Dari pada tidak dapat apa-apa, setengahnya pun
lumayan." Yi-qian-long tertawa lagi dan berkata, "Benar, walaupun
hanya 1 tail itu juga lumayan, dari pada tidak ada sama
sekali." Dia membalikkan badan menghadap kepada Meng Xinghun
wajahnya masih tertawa dan berkata, "Kalau begitu
aku harus membunuhmu."
Dengan pelan Meng Xing-hun berkata, "Benar juga, kau
memang harus membunuhku."
"Bila aku sudah mempunyai uang, aku akan membeli
sebuah peti mati yang bagus untukmu."
"Terimakasih," kata Meng Xing-hun.
"Apakah ada pesan terakhir?"
"Hanya ada satu."
"Cepat katakan, aku sangat suka dengan pesan terakhir
dari orang yang akan mati, biasanya pesan-pesan itu sangat
masuk akal."
"Bila uang belum masuk ke dalam kantungmu, itu belum
menjadi milikmu," kata Meng Xing-hun.
"Masuk akal, sangat masuk akal."
Kata Meng Xing-hun lagi, "Kadang-kadang bila kita
sedang meminta uang, malah member pisau."
"Walaupun aku sudah lama tidak ditusuk pisau, tapi bila
mengingatnya, ngeri juga rasanya," kata Yi-qian-long.
"Memang tidak enak, apalagi kau begitu gemuk, bila
ditusuk dengan pisau pasti akan banyak mengeluarkan
darah." Yi-qian-long menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Tidak bisa, aku takut melihat darah. Siau Liu, perjanjian
tadi dibatalkan."


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lu Xiang-chuan sejak tadi hanya mendengarkan, dia
tidak bergerak, sekarang dengan tersenyum dia berkata,
"Tulang rusukku sudah ada yang patah, tulang hidungku
pun sudah patah, bila kau mau membunuhnya kau tidak
perlu takut aku tidak akan membayarmu."
Yi-qian-long berkata lagi, "Benar juga, aku takut apa,
tapi lebih aman bila kita sekarang naik ke atas, dan bila kau
sudah membayarku baru aku akan membunuhnya."
"Seperti itu pun boleh"
"Tidak bisa!" kata Meng Xing-hun, "Bila naik ke atas, di
sana adalah daerah kekuasaannya."
Yi-qian-long melihat Meng Xing-hun dan berkata,
"Sepertinya kau belum mengerti satu hal."
"Apa?" tanya Meng Xing-hun.
Jawab Yi-qian-long, "Sekarang aku adalah Lao-da
(paling tua), aku bilang bisa ya bisa, di sini tidak ada hak
bagimu untuk bicara."
Tanya Meng Xing-hun, "Apakah kau tidak takut dia
akan menipumu?"
"Asalkan ada uang, menjadi cucunya pun tidak apaapa."
"Baiklah, bila aku punya uang, aku akan
memberikannya untuk-mu," kata Meng Xing-hun.
Tiba-tiba dia meloncat seperti akan menyerang Yi-qianlong
tapi begitu sampai di tengah-tengah dia balik arah.
Sasarannya adalah Lu Xiang-chuan bukan Yi-qian-long.
Walaupun Meng Xing-hun akan mati, dia ingin Lu
Xiang-chuan menemaninya mati. Tapi sungguh sangat
disayangkan, Lu Xiang-chuan juga sudah ada persiapan,
sebelum Meng Xing-hun menyerangnya dia sudah masuk
ke dalam kolam.
Air sangat dingin, air dingin bisa membuat orang sadar.
Begitu Lu Xiang-chuan masuk ke dalam air, dia tidak ingin
nyawa Meng Xing-hun lagi dan juga tidak ingin mendengar
perkataannya Yi-qian-long, dia hanya ingin secepatnya
meninggalkan tempat itu.
Tapi ada seorang yang ikut memegang kakinya.
Dia sudah sampai di tempat tombol, begitu ditekan dia
mengangkat kepalanya, dia melihat sinar bintang yang
berada di atas sumur.
Sinar bintang yang sangat indah.
Akhirnya dia bisa meninggalkan tempat setan itu. Dia
tidak akan pernah mau kembali lagi ke sana.
Angin berhembus meniup tubuhnya, tulang rusuknya
yang patah terasa sakit.
Tapi Lu Xiang-chuan tidak peduli. Dia tidak peduli lagi
pada hal apa pun.
Sekarang dia sudah kembali menjadi Lao-da (yang
tertua) lagi. Gao Lao-da tidak menunggunya di atas. Bayangannya
pun tidak terlihat.
"Benar-benar perempuan itu tidak ada yang bisa
dipercaya!"
Lu Xiang-chuan tampak geram dan berteriak, "Di mana
orang-orang"!"
Kata-katanya masih mengandung perintah.
Segera dalam kegelapan muncul seseorang yang berjalan
ke arahnya. Orang itu adalah Giok Hong, dia sangat setia
kepadanya. Orang yang setia kepadamu jangan kau singkirkan, bila
kau mau dia tetap setia kepadamu, kau jangan membuat dia
ketakutan. Ini bukan nasehat Lao-bo, melainkan kata-kata darinya,
karena dia merasa kata-katanya lebih masuk akal dari pada
nasehat Lao-bo.
Karena itu dia segera marah dan berkata, "Dimana
saudaramu yang berjaga?"
Giok Hong tertelungkup di tanah, dia sangat kaget
dengan gemetar dia menjawab, "Saudara-saudara kita
masih berjaga di sana, tidak ada yang berani meninggalkan
tempat." Dengan tertawa Lu Xiang-chuan berkata, "Kalian harus
berjaga dengan baik."
Tiba-tiba dia menggaplok Giok Hong, dengan marah dia
berkata, "Bila tidak ada yang meninggalkan tempat,
mengapa Yi-qian-long bisa masuk?"
Giok Hong menutup wajahnya dan berkata, "Tidak ada
yang masuk, hanya ada Kao toanio yang pergi
meninggalkan tempat ini."
Dengan suara masih marah Lu Xiang-chuan berkata,
"Siapa yang menyuruh kalian membiarkan Kao toanio
pergi?" Dengan wajah sedih Yu Hong menjawab, "Dia adalah
tamu ketua, bila dia mau pergi tidak ada yang berani
melarang."
Lu Xiang-chuan tertawa dengan dingin.
Tapi Lu Xiang-chuan tahu sekarang bukan saatnya untuk
marah-marah, sekarang masih banyak hal yang harus
dikerjakan. Tiba-tiba dia melambaikan tangan dan berkata, "Mana
pemanah" Cepat suruh mereka ke sini, tutup sumur ini, bila
ada yang naik langsung bunuh!"
Kata-katanya adalah perintah, perintahnya lebih
berpengaruh dari perintah Lao-bo, tapi sepertinya sekarang
dia sama sekali tidak berpengaruh lagi.
Tidak ada pemanah, tidak ada orang, satu pun tidak ada,
wajah Lu Xiang-chuan langsung berubah. Waktu itu dia
mendengar tawa Yi-qian-long.
Entah kapan Yi-qian-long keluar dari sumur, dia sedang
duduk sambil tertawa di atas sumur, dengan santai dia
bertanya, "Mana pemanah ketua Liu" Mengapa mereka
belum muncul?"
Kata-kata Yi-qian-long tiba-tiba menjadi seperti sebuah
perintah. Segera muncul bayangan-bayangan orang dari
kegelapan, terdengar pula suara orang yang jatuh, mereka
jatuh dengan keras dan lurus, mereka memang pemanah,
tapi mereka sudah pada mati.
Tubuh Lu Xiang-chua,n dingin seperti es, dari ujung
kepala hingga ujung kaki semua terasa dingin.
Yi-qian-long melihatnya dengan tertawa dia berkata,
"Ketua Liu, pemanahmu semua sudah datang, kau akan
menyuruh mereka melakukan apa?"
Lu Xiang-chuan tiba-tiba menjadi kaku.
Kata Yi-qian-long lagi, "Ketua Liu, apakah tukang golok
dan tukang senjata kailmu sudah kau suruh datang kemari
juga?" "Tidak perlu," jawab Lu Xiang-chuan dengan terpaksa.
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan berubah menjadi orang yang
tampak jujur dan hati-hati, dengan tersenyum dia berkata,
"Sebenarnya aku sudah tahu bahwa Paman Yi akan datang
walaupun aku memasang 80 buah perangkap, tapi di mata
Paman Yi semua perangkap itu tidak berguna."
Yi-qian-long mengerdipkan matanya dan berkata, "Sejak
kapan aku menjadi pamanmu?"
"Paman Yi adalah orang yang sangat kuhormati, dari
dulu hingga sekarang tidak pernah berubah."
Tanya Yi-qian-long, "Bagaimana dengan Lao-bo" Aku
ingat, dulu orang yang paling kau hormati adalah Lao-bo
tapi dia...."
Lu Xiang-chuan menarik nafas dan berkata, "Betul, aku
selalu menghormati dia tapi dia...."
"Mengapa dengan dia?"
"Di matanya kita ini hanya kaki tangannya, bagitu kita
tidak berguna lagi hanya mati yang bisa kita dapatkan.
Sebagai contoh adalah pamanku, Lu Man-tian."
"Apakah dia membunuh Lu Man-tian?"
Dengan sedih Lu Xiang-chuan menjawab, "Sifat
pamanku memang sedikit aneh, kadang-kadang dia pun
sering beringas dan bertengkar dengan Paman It,
sebenarnya di dalam hati pamanku, Paman It adalah
saudara seperjuangan."
"Oooo?"
Kata Lu Xiang-chuan, "Lao-bo berkata dia adalah Hansin,
dia menghaluskan Paman Yi menjadi Chang-liang,
karena Lao-bo mirip dengan Lauw-pang, susah senang
hidup bersama. Tapi tidak bisa menjadi kaya bersamasama.
Pada saat kaya, dia selalu curiga kepada teman
lamanya akan merebut posisinya, sayang pamanku sudah
tahu, tapi dia sudah terlambat, bila tidak dia tidak akan
mati di tangan Lao-bo."
"Karena itu kau mau membunuh Lao-bo" Hanya untuk
membalaskan dendam pamanmu?" kata Yi-qian-long.
Lu Xiang-chuan mengangguk dan menjawab, "Paman
Yi tentunya sangat mengerti Lao-bo, bila tidak kau tidak
akan diam-diam mundur."
Yi-qian-long menatapnya dengan sangat lama, tiba-tiba
dia tertawa dan berkata, "Apakah kau tahu, kapan kau
terlihat begitu jujur dan begitu lucu?"
Lu Xiang-chuan menggelengkan kepalanya, dia tidak
mengerti maksud Yi-qian-long.
Yi-qian-long tertawa dan menjawab, "Pada saat kau
berbohong kau terlihat sangat jujur dan lucu."
"Paman Yi sangat teliti, di depan Paman It aku tidak
berani berbohong."
"Apakah kata-katamu itu jujur?" tanya Yi-qian-long.
"Jujur dari dalam hati yang paling dalam."
Kata Yi-qian-long lagi, "Tapi ada seseorang yang
berbeda pendapat denganmu."
Lu Xiang-chuan mengerdipkan matanya dan berkata,
"Paman Yi jangan mempercayai kata-kata Meng Xing-hun,
dia hanya seorang pembunuh dan dia dibesarkan oleh
seorang pelacur, kata-katanya tidak dapat dipercaya."
Dengan ringan Yi-qian-long menjawab, "Aku juga tidak
percaya dengan kata-katanya, tapi ada kata-kata dari mulut
orang yang aku percaya."
"Siapa?"
Tiba-tiba di belakang Lu Xiang-chuan ada yang
menjawab, "Aku!"
Ooo)dw(ooO BAB 29 Tiba-tiba Lu Xiang-chuan merasa lumpuh, dia tidak
perlu membalikkan tubuh untuk melihat siapa orang itu.
Semua itu sudah membuatnya tubuhnya terasa lumpuh.
Di dunia hanya ada satu orang yang bisa berjalan di
belakangnya secara diam-diam.
Di dunia ini hanya ada satu orang yang bisa
membuatnya berlutut.
Lao-bo. Tidak ada orang lain, hanya ada Lao-bo. Air mata Meng
Xing-hun pun hampir menetes.
Lao-bo masih tetap seperti Lao-bo yang biasa. Tidak
berubah sedikit pun. Di bumi dan langit tidak ada yang bisa
mengubahnya. Dia berdiri di sana, masih tegak, seperti sebuah tombak
yang ditancapkan ke tanah.
Sinar bintang menyinari wajahnya, kerutan di wajahnya
bertambah dalam, matanya masih begitu tajam seperti
pedang dan golok yang sudah dikeluarkan dari tempatnya.
Begitu melihat Meng Xing-hun, sepasang matanya berubah
menjadi hangat, dia melihat wajah Lu Xiang-chuan
sebentar kemudian dia beralih kepada Meng Xing-hun.
Sekarang Meng Xing-hun baru tahu bahwa wajah Laobo
bukan tidak ada ekspresi, kerutan di wajahnya
menyembunyikan banyak perasaan. Kerutan di wajahnya
melambangkan pengalaman yang menyedihkan. Kerutan
semacam ini menyembunyikan perasaannya yang begitu
dalam. Lao-bo melihat Meng Xing-hun, sangat lama.... lama,
perlahan-lahan dia berkata, "Apakah kau baik-baik saja?"
Sepertinya dia ingin mengungkapkan banyak hal tapi dia
hanya berkata 1 kalimat. Walaupun hanya 1 kalimat tapi
bagi Meng Xing-hun sudah lebih berharga dari apapun.
Tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang menepuk
pundaknya. Dia menoleh dan melihat Yi-qian-long.
Wajah Yi-qian-long pun berseri-seri, ini adalah tawa
persahabatan yang hangat.
"Apakah kau sudah mengerti?" tanya Yi-qian-long.
Meng Xing-hun menggelengkan kepalanya dan dia
masih belum mengerti, dia terlalu senang hingga tidak bisa
berpikir. Yi-qian-long sangat mengerti perasaanya, Yi-qian-long
berkata lagi, "Aku tidak mengkhianati Lao-bo, juga tidak
melarikan diri.... aku tidak pernah kabur."
Tiba-tiba Meng Xing-hun mengerti dan menyambung
kata-kata Yi-qian-long.
"Saat orang lain menyangka kau melarikan diri,
sebenarnya kau sedang melatih prajurit baru untuk Laobo."
"Benar, orang dan perkumpulan itu pada prinsipnya
sama, membutuhkan darah segar, bila tidak dia akan cepat
tua dan cepat berubah, dan kapanpun bisa hancur."
Dari mata Meng Xing-hun terlihat bahwa dia sangat
kagum kepada Yi-qian-long karena dia tahu bahwa dia
adalah teman yang sangat mulia hatinya.
Yi-qian-long pun mengerti perasaan Meng Xing-hun,
dengan tersenyum dia berkata, "Sebenarnya itu belum apaapa,
mereka adalah anak-anak muda yang masih penuh
semangat dan sangat jujur. Melatih mereka tidak begitu
sulit, anak muda selalu jujur dan lebih bersemangat,
kelicikan dan rencana busuk tidak dipelajari oleh mereka."
Meng Xing-hun pernah muda, dia mengangguk pelan
dan menghela nafas, "Melatih mereka tidak begitu sulit,
yang sulit adalah harus menelan penghinaan orang lain, ini
lebih sulit dari pada harus bertarung dan mengeluarkan
darah." Yi-qian-long melihatnya, kemudian dia menepuk pundak
Meng Xing-hun, mereka sekarang menjadi sahabat karena
mereka saling mengerti dan saling menghormati.
Jujur kepada teman baru bisa dihormati orang lain.
"Demi seorang teman bisa menerima penghinaan,
adalah orang yang tidak akan kesepian."


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Meng Xing-hun bertanya, "Apakah kalian
sudah pergi ke Fei-feng-bao?"
"Tentu sudah, karena orang-orang yang kulatih sudah
siap untuk menyerang Wan Peng-wang."
"Lalu mengapa kau datang ke sini?"
"Karena aku sudah berjanji kepada Lao-bo sebelum
tanggal, 5 bila dia tidak memberi perintah kepadaku untuk
menyerang dari belakang Fei-feng-bao tanggal 7, maka
kami hanis segera ke sini."
"Apakah kalian tidak mendapat perintah?" tanya Meng
Xing-hun. "Tidak, karena kabar yang diterima adalah Lao-bo sudah
dibunuh oleh Lu Xiang-chuan."
Lu Xiang-chuan mendengar dari samping, hingga sampai
kata-kata Yi-qian-long berakhir, perutnya sudah merasa
mulas dan dia ingin muntah.
Sampai sekarang, dia baru tahu kesalahan di mana.
Seharusnya dia tidak membunuh orang-orang pilihan
Lao-bo untuk menyerang Fei-feng-bao, seharusnya
menunggu mereka menyerang dulu baru dibunuh.
Waktu itu dia terlalu senang hingga tidak bisa menahan
diri, karena itu dia membuat kesalahan yang fatal.
Kesalahan ini sudah tidak dapat diubah.
Lu Xiang-chuan membungkukkan badan dan
memuntahkan air empedu yang pahit, tapi tidak ada orang
yang mempedulikan dia.
Dia adalah orang yang pintar dan berbakat, juga bisa
disebut sebagai pahlawan, hanya tinggal setengah jalan lagi
dia bisa sukses.
Namun sekarang ini di mata orang lain, dia sudah
dianggap tidak ada.
Dia sudah dianggap mati.
Kata Yi-qian-long, "Aku terburu-buru datang ke sini dan
baru tahu rencana balas dendam Lao-bo, beliau
menjelaskannya dengan detail."
"Apakah sore ini kau baru sampai di tempat ini?"
"Harus sore ini, bagian dari rencana Lao-bo yang paling
penting adalah waktu, karena itu setiap saat kami harus
hati-hati memperhitungkan semuanya, karena aku tahu
bahwa waktu kadang-kadang lebih mahal dari darah."
"Aku mengerti," jawab Meng Xing-hun.
Dia benar-benar lebih mengerti dari orang lain. Bila dia
tidak dapat menggunakan waktu dengan baik mungkin saat
ini dia sudah mati.
Wajah Yi-qian-long mengeluarkan pancaran sombong
dan dia berkata, "Selama 30 hingga 40 tahun ini, aku sudah
ikut berperang dengan Lao-bo sebanyak 200 kali lebih tidak
pernah aku salah memperhitungkan waktu."
Meng Xing-hun menghela nafas dan berkata, "Siapa pun
yang memiliki teman sepertimu akan ikut bahagia."
Yi-qian-long berkata lagi, "Lao-bo sudah
memperhitungkan bahwa Lu Xiang-chuan akan ke sini
mencarinya, juga sudah memperhitungkan bila Lu Xiangchuan
sudah melihat 7 jarum bintang itu, dia sendiri yang
akan turun ke dalam sumur untuk mencari tahu karena dia
tidak percaya kepada orang lain."
Dengan dingin Meng Xing-hun berkata, "Kadangkadang
dia pun tidak percaya kepada dirinya sendiri."
Kata Yi-qian-long, "Dalam rencana Lao-bo pada saat dia
turun ke dalam sumur, kami akan menyerang dan
membasmi semua prajurit-prajurit penting Lu Xiangchuan."
Yi-qian-long tertawa dan melanjutkan, "Karena dia
tergesa-gesa, dia tidak mempunyai waktu untuk
mengumpulkan seluruh kekuatan, dia hanya sedikit
membawa anak buahnya."
"Kalian lebih tahu tempat ini daripada dia, dan ini
sangat menguntungkan kalian."
"Senjata Lu Xiang-chuan yang paling ampuh adalah
menghina orang. Tapi kali ini sepertinya dia tidak
menyangka akan ada orang-orang yang diam-diam
menentang dia."
"Karena itu kalian lebih beruntung," kata Meng Xinghun.
Kata Yi-qian-long, "Lu Xiang-chuan datang dengan
terburu-buru dan dia pun sudah menunggu lama di sini, itu
membuatnya merasa lelah. Namun prajurit kami seperti
harimau yang baru lahir, seperti harimau yang baru turun
dari gunung."
Dengan tersenyum dia berkata lagi, "Dengan semangat
yang masih segar kami berhadapan dengan lawan yang
sudah lelah, dari kegelapan kami menyerang ke tempat
terang. Pertarungan ini tidak membutuhkan waktu lama,
sudah jelas siapa yang menang dan siapa yang kalah."
Kata Meng Xing-hun, "Dari waktu, tempat, dan orang,
kalian sudah di atas angin."
"Tapi ada satu hal lagi yang dia salah perhitungan."
"Oh?"
"Dia tidak menyangka kau akan ikut ke sini, dan akan
turun ke dalam sumur."
Meng Xing-hun tertawa kecut, "Waktu itu aku salah
berpikir."
"Tapi Lao-bo mengerti pikiranmu, dia tahu kau akan
datang, siap sehidup semati dengannya."
Meng Xing-hun merasa air matanya hampir menetes,
tenggorokannya merasa tersekat.
Seseorang bila mati demi teman seperti Lao-bo mati pun
dia rela. Yi-qian-long sepertinya juga banyak perasaan, dia
berkata, "Setelah Lao-bo tahu bahwa kau ada di bawah
sumur dan bertemu dengan Lu Xiang-chuan, kau tidak
akan melepaskannya naik ke atas, dengan cara apa pun kau
akan menghalangi dia naik ke atas."
"Karena itu kau juga turun ke bawah sumur."
"Lao-bo tidak ingin Lu Xiang-chuan mati, lebih-lebih
tidak ingin kau mati, karena itu...."
Dia menepuk pundak Meng Xing-hun dan tertawa,
"Setelah itu apa yang terjadi, kau sudah tahu bukan?"
Meng Xing-hun mengangguk.
Walaupun dia mengangguk, tapi ada hal yang tidak
begitu dimengerti olehnya. Dia tidak tahu mengapa Lao-bo
tetap menginginkan Lu Xiang-chuan tetap hidup.
Tapi dia tidak bertanya apa-apa karena dia tahu apa pun
yang dilakukan oleh Lao-bo tidak akan pernah salah.
Tidak akan. Mengenai Lu Xiang-chuan, Lao-bo sudah salah
memperhitungkan, tapi tidak akan salah untuk kedua
kalinya. Lao-bo terus melihat mereka, mendengar mereka
bercerita mata Lao-bo sudah penuh dengan air mata.
Kemudian dengan perlahan Lao-bo berjalan ke arah
mereka, memandang mereka dan dengan perlahan dia
berkata, "Aku sudah melihat banyak orang, tapi aku tidak
salah melihat, kalian. Kalian adalah temanku, teman
terbaikku...."
Tiba-tiba Lao-bo memeluk Meng Xing-hun dan berkata,
"Kau adalah teman akrabku, juga anak laki-lakiku...."
Meng Xing-hun mengangguk, "Ya, benar."
Kemudian mereka berdua sudah meneteskan air mata.
Malam sudah larut, jumlah bintang semakin berkurang.
Semua orang sudah pergi, hanya tertinggal Lu Xiangchuan
yang berlutut di dalam kegelapan. Dia berlutut, tidak
ada yang bertanya juga tidak ada yang melihatnya.Tidak
ada yang marah juga tidak mengomel dan juga tidak ada
yang membalas dendam.
Lao-bo pergi begitu saja. Yi-qian-long dan Meng Xinghun
pun sudah pergi. Mereka membiarkan dia begitu saja.
Dia seperti seekor anjing liar, terus berlutut di sana.
Semua mayat pemanah sudah dipindahkan, tapi Lu
Xiang-chuan masih tertinggal di sana.
Dulu dia adalah orang yang sangat berkuasa, sekarang
dia dipandang remeh oleh orang lain.
Angin berhembus ke tubuhnya terasa dingin, tulang
rusuknya yang patah terasa lebih sakit lagi.
Tiba-tiba dia merasa seperti seekor anjing liar tanpa tuan
dan sudah dibuang dari dunia.
Dia hidup atau mati sudah tidak ada yang peduli,
keringat dingin terus menetes, apakah air matanya juga
akan menetes"
Lu Xiang-chuan menyeka keringat di dahinya.
Dia berusaha berdiri, "Bagaimana pun aku masih hidup,
bila masih hidup masih ada kesempatan untuk bangkit."
Dia berkata kepada dirinya sendiri, dia berusaha percaya
tapi entah mengapa dia tidak ingin membalas dendam, dia
hanya merasa lelah, lelah dan lelah....
Apakah keberaniannya, pun sudah hilang"
Apakah Lao-bo tidak akan membunuhnya" Tapi dia
sudah ada keberanian dan harga dirinya lagi.
Sekarang dia hanya ingin minum, minum yang
banyak.... Pemuda itu menelungkupkan wajahnya, tiba-tiba
terdengar suara ketukan di pintu yang mengagetkan dia.
Dia mengusap mata kemudian berdiri berjalan ke arah
pintu dan membukanya.
Ternyata di luar sudah hujan, Lu Xiang-chuan tampak
basah kuyup, dia berdiri di luar pintu, matanya tampak
merah, pintu sudah terbuka lama. Tapi dia masih bengong
berdiri di sana sepertinya lupa untuk masuk.
Seorang pemuda melihatnya, dia tidak tampak terkejut,
sepertinya sudah tahu dia akan datang.
Hujan membuat udara dingin.
Hujan pada bulan Juni mengapa bisa begitu dingin"
Pemuda itu membuka baju dan menelungkupkan ke
tubuh Lu Xiang-chuan.
Tiba-tiba Lu Xiang-chuan dengan erat memeluknya, dia
berkata, "Hanya kau teman baikku, hanya kau saja."
Pemuda itu tidak bicara lagi dan wajahnya datar. Dia
terlalu bodoh hingga tidak tahu cara untuk
mengungkapkannya. Dengan diam dia membalikkan tubuh
dan menaruh arak di atas meja.
Akhirnya Lu Xiang-chuan masuk dan duduk. Walaupun
arak sudah dingin, tapi pada saat diminum tenggorokannya
terasa terbakar.
Hati Lu Xiang-chuan mulai terbakar, tiba-tiba dia
menggebrak meja dengan kuat, dia berteriak, "Aku belum
mati, asal aku masih hidup, suatu hari aku akan membalas
dendam.... betul tidak?"
Pemuda itu mengangguk.
Walaupun Lu Xiang-chuan mengatakan apa pun dia
akan setuju. Lu Xiang-chuan tertawa terbahak-bahak dan berkata,
"Tidak ada orang yang bisa mengalahkanku, suatu hari aku
akan bangkit lagi, bila sudah tiba saatnya, aku tidak akan
melupakanmu, karena kau teman baikku."
Sepertinya Lu Xiang-chuan ingin membuktikan kepada
pemuda itu karena itu dia berusaha berdiri dengan tegak.
Tapi di belakang punggungnya, mendadak ada sebuah
pisau menusuk dari belakang hingga menembus perutnya.
Begitu dia mengangkat kepala untuk melihatnya,
wajahnya sudah berubah menjadi pucat.
Wajah Lu Xiang-chuan melotot, sangat terkejut, dia
bertanya, "Apakah, kau menaruh racun di dalam arak?"
Pemuda itu mengangguk.
Walau apa pun yang dikatakan Lu Xiang-chuan, dia
selalu mengangguk dan setuju.
Dengan perlahan Lu Xiang-chuan berusaha berdiri dan
bertanya, "Mengapa kau melakukan ini" Mengapa?"
Wajah pemuda itu tetap datar, dia masih tidak tahu
memakai cara apa untuk mengungkapkan perasaannya.
Pemuda itu hanya berkata, "Aku sudah bosan dengan
hari-hari seperti ini, Lao-bo berkata akan memberiku
kehidupan yang lebih layak."
Lao-bo. Lao-bo lagi.
Bidak catur Lao-bo yang terakhir berada di sini.
"Binatang kau! Aku menganggap kau teman, tapi kau
malah mengkhianatiku," kata Lu Xiang-chuan dengan
marah. Dengan ringan pemuda itu berkata, "Aku pun belajar ini
darimu, kau bisa mengkhianati Lao-bo, mengapa aku tidak
bisa mengkhianatimu?"
Sebuah pukulan yang sangat dahsyat.
Lu Xiang-chuan seperti dipukul hingga pandangan
matanya terasa gelap, pemuda bodoh yang berada di
depannya pun sudah tidak dapat dilihatnya.
Mungkin dia belum pernah melihat dengan jelas pemuda
ini. Lu Xiang-chuan sangat marah, dia ingin mematahkan
leher pemuda itu.
Tapi dia sudah roboh terlebih dahulu, akhirnya dia pun
merasakan bagaimana dikhianati oleh teman.
Dan dia pun merasakan kematian. Mati mungkin tidak
begitu menyedihkan, tapi bila mati dikhianati oleh teman,
siapa pun tidak akan ikhlas.
Lu Xiang-chuan juga tidak bisa. Hari sudah tenang.
Walau malam sangat panjang akhirnya pasti akan.
terang juga. Asal mempunyai keberanian dan kesabaran,
pasti bisa menunggu sampai hari terang.
Sinar matahari masuk melalui jendela, menyinari kursi
yang berada di bawah jendela itu.
Akhirnya Lao-bo duduk kembali di kursinya sendiri.
Sekarang Meng Xing-hun baru melihat bahwa Lao-bo
sudah tampak semakin tua dan terlihat lelah.
Dia lelah karena rasa senang dan puas.
Lao-bo meluruskan sepasang kakinya, dia menghela
nafas, "Kau pasti merasa aneh mengapa aku tidak
membunuh Lu Xiang-chuan?"
"Aku tidak merasa aneh."
Lao-bo merasa aneh dengan jawaban Meng Xing-hun,
"Mengapa?"
Dengan tersenyum Meng Xing-hun berkata lagi, "Aku
tahu bahwa Tuan sudah mengatur semuanya dengan baik
bagaimana akhir hidup dari Lu Xiang-chuan."
Lao-bo pun tertawa, tapi tawanya mengandung


Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesedihan dan kegetiran.
Lu Xiang-chuan seperti pohon yang ditanam oleh Lao-bo
dan sekarang sudah ditebang.
Tiba-tiba Meng Xing-hun bertanya, "Dimana Gao Laoda?"
Dia sudah ingin menanyakan hal ini sejak tadi.
Lao-bo menarik nafas dan berkata, "Aku tidak
menyalahkannya, dia adalah seorang perempuan ambisius,
dia ingin mencapai posisi tinggi, walaupun dia memakai
cara yang salah. Tapi siapa yang tidak pernah berbuat salah
di dunia ini."
"Apakah Tuan mengijinkan dia pergi?" tanya Meng
Xing-hun. Lao-bo mengangguk.
"Aku pun sudah memberikan surat rumah yang sangat
dia inginkan, kelak bila kau melihat seseorang yang ingin
merangkak mencapai posisi tinggi, kau harus
membantunya, bukan mendorong dari belakang."
Meng Xing-hun menundukkan kepalanya, hatinya penuh
dengan rasa terima kasih dan hormat kepada Lao-bo.
Lao-bo adalah Lao-bo.
Mungkin dia sudah banyak melakukan kesalahan, hati
yang mulia yang dimiliki Lao-bo tidak ada yang bisa
menandinginya. Waktu itu juga dia melihat ada seorang
pemuda masuk, pemuda yang tampak hidup dan penuh
kehangatan. Gerakannya penuh dengan tenaga untuk
berjuang. Mereka adalah darah segar untuk perkumpulan Lao-bo
dan mereka juga adalah darah segar bagi masyarakat.
Meng Xing-hun menatapnya dan dia mengambil suatu
kesimpulan bahwa manusia tidak akan pernah musnah dari
dunia ini. Bila manusia masih ada, kebenaran pun selamanya tidak
akan pernah musnah dari dunia ini.
Setelah melihat pemuda-pemuda itu, Lao-bo pun ikut
bersemangat dengan tersenyum dia berkata, "Ada apa"
Masuklah!"
Pemuda itu tidak masuk, tapi dia berkata, "Wan Pengwang
tidak mati, yang mati adalah Tu Da-peng karena dia
sudah salah menilai Wan Peng-wang, karena itu dia mati."
Jawaban pemuda itu singkat dan padat. Latihan yang
diberikan Yi-qian-long dalam beberapa tahun ini tidak siasia.
"Bagaimana dengan Feng-feng?"
Dia tetap bertanya walaupun Lao-bo tidak bertanya.
Apakah dia masih hidup atau sudah mati, sudah tidak
penting lagi. Meng Xing-hun bertanya kepada Lao-bo, "Bagaimana
cara kita menghadapi Wan Peng-wang?"
Bila Wan Peng-wang belum mati, antara dia dan Lao-bo
pasti akan terjadi pertarungan yang menentukan.
Lao-bo menarik nafas dan menjawab, "Dia tidak mati,
aku pun tidak mati, karena itu kami harus bertarung terus,
walaupun kami sudah merasa lelah dan takut, kami tidak
akan pernah berhenti untuk bertarung."
Meng Xing-hun menundukkan kepalanya dan berkata,
"Aku mengerti, seseorang yang sudah masuk ke dunia
persilatan, seperti sudah menunggang seekor harimau, ingin
turun pun sangat sulit.
"Walaupun Wan Peng-wang sudah mati, yang lain pasti
akan mencariku, kecuali bila aku sudah roboh bila tidak
pertarungan ini tidak akan bisa berhenti."
Dia menarik nafas dan berkata, "Orang seperti diriku
selalu hidup di dalam ketakutan dan rasa bosan, pada saat
aku ingin membunuh seseorang pada saat itu juga orang
lain berniat untuk membunuhku."
Meng Xing-hun mengerti.
Dia mengerti masalah ini dari siapa pun.
Dengan pelan Lao-bo berkata lagi, "Bila orang menanam
bibit yang pahit, dia sendiri yang akan merasakan buah
yang pahit. Bila aku bersalah aku harus membayar harga
kesalahan itu, kecuali diriku siapa pun tidak dapat
menggantikannya."
Tiba-tiba Lao-bo tertawa dan berkata, "Tapi kau masih
muda, bila kau punya keberanian masih bisa mengubah
nasib, brla sudah melakukan kesalahan, itu bukan hal yang
memalukan. Asalkan masih mau mengubahnya, maka tidak
akan merasa malu."
Apakah Kuai-huo-lin bisa mengisi kekosongan hatinya"
Apakah surat rumah itu bisa menutup kesepian hatinya"
Tiba-tiba dia tertawa seperti orang gila, dia merobek surat
rumah itu. Di luar pintu ada yang berteriak, "Kakak Gao, cepatlah
keluar! Tuan Wang dari Luo-yang sedang menunggu."
Dengan tawa gila Gao Lao-da menjawab, "Suruh dia
mati saja, kalian mati saja!"
Di luar tidak ada suara lagi.
Tiap orang tahu bila Gao Lao-da sedang marah, lebih
baik didiamkan saja.
Gao Lao-da menutup jendela, rambutnya yang panjang
digerai, dia membuka semua bajunya, dengan telanjang dia
berdiri di dalam kegelapan. Pinggang Gao Lao-da masih
ramping, kakinya masih indah dan panjang, dadanya masih
membusung membuat nafsu laki-laki terbangkitkan. Tapi
Gao Lao-da tahu, hidupnya tidak akan lama lagi.
Masa muda sudah pergi, tidak akan kembali lagi.
"Seseorang lahir ke dunia ini dengan keadaan telanjang,
pergi dari dunia ini pun harus dalam keadaan telanjang."
Dia mulai tertawa lagi seperti orang gila, dia berputarputar
sambil berdansa dalam kegelapan, sambil berputar dia
minum arak. Ini adalah arak pahit kehidupan juga arak yang beracun.
Begitu Shi Qun pulang, dia langsung roboh, rambutnya
yang hitam tergerai di dadanya yang putih. Botol yang
indah masih berkilauan, tapi nyawa Gao Lao-da sudah
tidak tertolong lagi. Shi Qun berlutut di sisi Gao Lao-da, dia
membelai rambutnya, air mata Shi Qun menetes
membasahi rambut Gao Lao-da.
Tiba-tiba rambut Gao Lao-da tampak bercahaya,
matahari sudah terbit.
Siapa yang mengatakan laut tidak mempunyai perasaan"
Di bawah sinar bintang, air laut seperti sehelai sutra begitu
lembut dan licin.
Air laut sudah surut. Air laut seperti nyawa orang,
kadang-kadang seperti gelombang yang besar, kadangkadang
terlihat aman dan tenang.
Meng Xing-hun dan Xiao Tie berpegangan tangan,
mereka saling menggenggam dengan erat sambil melihat
laut yang tenang.
Perasaan mereka seperti laut yang disinari oleh cahaya
bintang, begitu tenang.
Anaknya sudah tertidur. Sekarang waktu untuk mereka
berdua, mereka saling berpelukan.
Setelah bekerja seharian, waktu untuk mereka berdua
sepertinya sangat pendek, tapi mereka sudah merasa puas.
Sangat puas. Karena mereka tahu setelah lewat hari ini, masih ada
hari esok, esok akan lebih baik dari sekarang.
Hari esok yang indah sedang menunggu mereka. Tibatiba
di atas laut ada bintang jatuh yang lewat, membuat
pemandangan laut semakin indah.
Tiba-tiba Meng Xing-hun berkata, "Aku sudah
melakukannya, akhirnya aku sudah melakukannya."
"Kau telah melakukan apa?" tanya Xiao Tie lembut.
Meng Xing-hun memeluknya dan menjawab, "Orang
mengatakan bila ada bintang jatuh, bila kita membuat
permohonan, permohonanmu akan dikabulkan."
"Itu cerita kuno, tapi tidak ada yang percaya."
"Tapi permohonanku dikabulkan," kata Meng Xing-hun
tertawa. Mata Xiao Tie tampak lebih bercahaya dan bertanya,
"Apakah pada saat ada bintang jatuh kau membuat
permohonan"'
"Benar."
"Apa permohonanmu?"
Meng Xing-hun tersenyum tapi tidak menjawab. Xiao
Tie pun tidak bertanya lagi, sebab dia tahu permohonan
Meng Xing-hun adalah permohonannya juga.
Senyum mereka begitu tenang dan bahagia. Walau gelap
sangat panjang tapi terang pasti akan datang juga.
0oo-d-TAMAT-w-oo0
Anak Pendekar 18 Roro Centil 21 Manusia Srigala Hantu Puncak Kematian Cinta 2
^