Pencarian

Asmara Pedang Dan Golok 6

Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng Bagian 6


mati pun tidak menyesal!" kata suara itu.
Di bawah sinar kuning redup, di dalam rumah sedikit
pun tidak ada suara.
Pu-couw-siancu dan Liong Siang-yang, yang satu sedih,
yang satu lagi bola matanya berputar-putar memeriksa
keadaan di sekeliling.
Siapa pun tidak tahu mereka telah berbicara cukup
banyak (sebenarnya mereka berbicara di dalam hati,
makanya bisa disebut pikirannya menyambung).
Ilmu aneh dan misterius ini, adalah salah satu ilmu silat
Sen Hai-kun yang paling rahasia, disebut Yang-yan-hoansim-
kang (Ilmu matahari berganti ha ti).
Ilmu aneh ini dibagi dua bagian, yang satu adalah Simsuo
(Kunci hati), yang satu lagi adalah Sim-jiau (Jembatan
hati). Yang pertama disebut ilmu mengunci pikiran, yang
belakangan disebut ilmu menghubungkan pikiran.
Kemampuan kedua ilmu ini sangat aneh dan misterius,
kadang malah tidak terlihat manfaatnya.
Tapi sekarang jelas sudah manfaat Yang-yan-hoan-simkang.
Terhadap saudara kembarnya, hubungan batin Pu-couwsiancu
yang sejak lahir sudah terputus. Di lain pihak, Pucouw-
siancu Cui Lian-gwat dengan Liong Siang-yang,
malah bisa berbicara menggunakan pikiran nya.
Pu-couw-siancu bangkit berdiri, sengaja dengan suara
pelan berkata: "Aku keluar dulu memeriksa, aku tidak akan pergi jauh,
tapi aku juga akan menggunakan anak buah di luar."
Liong Siang-yang berbisik:
"Kau tenang saja keluar memeriksa, tapi kenapa anak
buah di luar harus ditarik?"
"Aku merasa musuh sepertinya masih ada di sekitar ini,
malah aku bisa mencium baunya. Makanya aku akan
memeriksa seluruh kekuatannya, kau seorang menjaga
disini sudah cukup!"
"Benar!" Liong Siang-yang menganggukkan kepala
menjawab, "Siancu tenang saja, walaupun aku bertemu
dengan musuh, paling sedikit aku masih mampu bertahan
seratus jurus lebih, aku pikir ada waktu selama ini, Siancu
pasti bisa tepat waktu kembali lagi membantuku!"
"Tentu bisa, asal kau mampu bertahan lima puluh jurus
itu sudah cukup!"
$ $ $ Malam semakin larut, lampu akan padam.
Pu-couw-siancu segera pergi keluar rumah, bukan saja
tubuhnya menghilang di kegelapan malam, wajah kejinya
pun tidak ada orangyangbisa melihat-nya.
Tapi kenyataan tidak bisa menyalahkan dia, sebab Yangyan-
hoan-sim-kang dibandingkan dengan Coan-sen-pian-cie
dan Sin-ie-tay-hoat lebih sulit dipelajari.
Kecuali Sen Hai-kun menganggap orang ini bisa diberi
tugas berat, sudah bisa menggantikan kedudukannya, baru
diajarkan ilmu berbicara pikiran yang sangat hebat ini.
Maka bagaimana pentingnya Liong Siang-yang di mata
Sen Hai-kun, sampai menaruh harapan pada dia, jelas
seperti huruf hitam di atas kertas putih.
Terhadap orang yang mungkin mengambil alih
kedudukanmu, malah mungkin bisa mengambil nyawa mu,
bagaimana akalmu menghadapi dia"
Dalam sejarah mau pun kehidupan nyata, keadaan
seperti ini banyak sekali contohnya.
Dan cara menghadapinya juga sulit dihitung. Pokoknya
tergantung kepintaran orang masing-masing, kelembutan
hati berbeda-beda, caranya lembut atau keji pun berbedabeda.
Karena itu cara menghadapinya tidak ada satu patokan
yang pasti, itu hanya tergantung pilihanmu saja!
Liong Siang-yang membuka mulurnya lebar-lebar
menguap dan meluruskan pinggangnya.
Walaupun dia bersifat kelaki-lakian, tapi juga bersifat
kewanitaan, hingga orang tidak tahan menganggap dia
adalah wanita... malah wanita cantik.
Mendadak matanya menatap tajam, kantuknya tersapu
hilang. Dalam matanya yang seperti berlian, menyorot sinar
waspada yang amat tajam, dia melihat keluar pintu
lapangan yang gelap.
Dalam sekejap mata mendadak di depan pintu muncul
seorang laki-laki yang wajahnya sempit mata-nya besar,
tubuhnya kurus tinggi, kerutan di keningnya dan garis
wajahnya, menerangkan usia dia diantara tiga puluh sampai
empat puluh tahun.
Kedua belah pihak saling menatap sejenak, di dalam
mata besar laki-laki itu tampak tersenyum dengan
bersemangat. Sebenarnya sudut bibir dia sedikit pun tidak bergerak,
tapi dari matanya orang bisa tahu dia sedang tersenyum,
malah tertawa yang bersemangat.
Jika seorang wanita melihat senyum laki-laki seperti ini,
tentu tidak akan merasakan keheranan.
Tapi terhadap laki-laki tidak mudah muncul keadaan
begini. Maka seharusnya Liong Siang-yang merasa terkejut dan
heran, baru betul.
Reaksi Liong Siang-yang di luar dugaan, dia tidak
marah, malah dengan genit mengangkat bahunya dengan
lembutberkata: "Siapa kau?"
"Aku Un Ci-eng, apa kau pernah mendengar nama ini?"
"Belum pernah," Suara Liong Siang-yang meng anclung
rasa sesal dan berkata lagi, "kau dari perguruan mana" Kau
mahir ilmu silat apa?"
Un Ci-eng menggelengkan kepala:
"Tidak perlu sedih, jika kau pernah mendengar namaku,
aku malah merasa tidak baik. Aku tidak ada perguruan,
senjataku juga kampungan sekali, yaitu sebuah palu
tembaga dan sebuah pahat besi."
Liong Siang-yang tertawa lalu berkata:
"Wajahmu sempit, tapi matamu besar sekali, sekarang
aku menemukan lagi, gigi kau sangat putih."
Mendadak dia berbicara menyimpang dari arah
pembicaraan. Un Ci-eng tertegun karenanya, berkata:
"Lalu kenapa?"
"Walaupun kau seperti punya rasa permusuhan
denganku, tapi jika kita tidak punya dendam kesumat,
bukankah lebih baik kita berteman saja" Tentu saja bukan
teman biasa, tapi teman yang akrab! Baik tidak?"
Sejenak Un Ci-eng ragu-ragu, di dalam matanya kembali
tampak senyum bergairah. Dia berkata:
"Aku bisa pertimbangkan usulmu, biasanya aku tidak
ada gairah pada wanita, tapi aku bukan kayu atau patung
batu, aku juga harus melampiaskan!"
Perbincangan seperti ini sungguh menyebalkan.
Namun di dunia ini justru ada orang menyebal-^ kan
seperti ini, bisa menikmati perbincangan yang menyebalkan
semacam ini. Liong Siang-yang melihat-lihat keluar, berkata:
"Sekarang tidak akan ada orang yang datang lagi?"
Jika mereka siap melakukan hal yang tidak bisa dilihat
orang, lalu ada orang datang tentu akan merasa canggung
dan tidak baik.
"Tidak akan ada orang yang datang lagi!" dalam
suaranya terdengar sangat yakin.
Tapi masalahnya adalah darimana keyakinan-nya
datang" Pu-couw-siancu dan anak buahnya dua orang laki-laki
dan satu orang wanita itu, kemana perginya"
Un Ci-eng mendekati Liong Siang-yang, sampai tubuh
mereka bersentuhan.
Sehingga muncullah pemandangan yang aneh.
Setelah beberapa saat tiba-tiba Un Ci-eng seperti
memeluk wanita saja, dia memeluk Liong Siang-yang, dan
mencium bibirnya, setelah itu baru berkata:
"Kau sungguh cantik, aku tidak pernah melihat orang
secantik kau!"
Senyum Liong Siang-yang sangat genit, pipinya yang
putih lembut bersinar seperti bunga Tho, dia berkata:
"Masih banyak yang belum pernah kau lihat! Ada sebuah
benda setelah kau melihatnya, dijamin kau sulit
melupakannya seumur hidup......"
"Benda apa itu?"
"Bunga mawar dan durinya, hanya saja bunga mawar
semacam ini bukan bunga mawar seperti biasanya, durinya
mengandung racun yang sangat berbisa.
Siapa pun jika tertusuk, segera akan bertemu dengan
Giam-lo-ong! Maka kau paling bagus jangan melihatnya
seumur hidup, jika tidak tentu seumur hidupmu sulit
melupakannya!"
Sepasang mata Un Ci-eng yang besar itu menyempit
menjadi satu garis, seperti tertawa tapi tidak
tertawa, katanya:
"Aku harap tidak melihat bunga mawar semacam itu.
Bagaimana dengan kau" Kau ini bunga apa?"
Saat dia bicara terlihat sepasang tangan dia meraba-raba
tubuh lawan. Rupanya dia menganggap Liong Siang-yang sebagai
wanita! Liong Siang-yang malah tidak malu atau marah!
Dia malah berlaku seperti wanita, tubuhnya bergoyanggoyang
di dalam pelukan Un Ci-eng.
Kejadian seperti ini, orang yang melihat tentu akan
muntah. Tapi melihat wajah Liong Siang-yang yang tampan,
kulitnya yang putih, dan gerakannya seperti seorang wanita,
semua membuat orang merasa alami dan masuk akal.
Sepertinya dia dilahirkan untuk dipeluk laki-laki.
Dalam jenis yang sama, tidak peduli laki-laki atau
perempuan, bisa saja melakukan gerakan selanjut-nya, tidak
hanya sebatas berciuman berpelukan.
Un Ci-eng mulai melakukan serangan berikutnya, dan
Liong Siang-yang tampak tidak bermaksud menolaknya.
Mereka pertama kali bertemu di tempat seperti ini dan di
dalam situasi seperti ini.
Siapa yang percaya mereka bisa langsung bermesraan"
Apakah benar seperti cerita orang-orang, setiap homosek
memiliki satu kemampuan aneh, di dalam puluhan ratusan
ribu orang, langsung bisa menemukan teman kencannya"
Tiba-tiba Liong Siang-yang menekan tangan Un Ci-eng
yang bergerak kemana-mana, karena tangan ini tidak saja
sudah masuk ke dalam bajunya, dan malah mau membuka
kancing dan ikat bajunya, mau melepaskan baju dia.
Dia tersenyum dan berkata:
"Jangan terburu-buru, kau tidak melihat disini tidak ada
ranjang yang nyaman dan hangat?"
Nafas Un Ci-eng terengah-engah, berkata: "Siapa yang
perlu ranjang" Asal ada meja sudah cukup!"
Liong Siang-yang tetap menekan tangannya: "Tidak bisa,
aku suka ranjang yang nyaman dan hangat. Aku percaya
kau juga pasti suka, makanya kenapa kita tidak ganti tempat
saja?" "Di kemudian hari masih banyak waktu untuk
menikmatinya. Tapi sekarang aku sudah tidak tahan lagi,
kau menurutlah padaku?"
Liong Siang-yang menarik wajahnya sedikit ke belakang,
sehingga kedua belah pihak bisa saling melihat dengan jelas.
Wajah Un Ci-eng tampak gelisah dan terburu-buru,
seperti seorang laki-laki yang sudah berada di atas tubuh
telanjang wanita, tapi sesaat tidak tahu jalan masuknya, dia
sudah tidak sabaran.
Liong Siang-yang seperti seorang wanita cantik, tang
sedang mempermainkan laki-laki yang tidak sabaran.
Dia sangat genit dan tersenyum simpul.
Bibirnya yang merah dan giginya yang putih, kulitnya
yang hangat licin, membentuk daya tarik yang amat besar,
dan membuat orang marah tidak bisa melampiaskan
kegairahannya. Dia berkata lembut:
"Buat apa kau begini terburu-buru" Aku takut ada orang
tiba-tiba menerobos masuk, juga takut ada orang asing tibatiba
muncul. Tentu saja takut dia seorang pesilat tinggi kelas
satu, dan yang paling menakutkan adalah dia mungkin
tidak setuju dengan perbuatan kita, sehingga dia mungkin
akan membunuh kita berdua!"
Un Ci-eng tertegun sejenak, tubuh dan wajah-nya
mendadak berubah.
Berubah menjadi sangat dingin dan waspada.
Liong Siang-yang kembali berkata:
"Kita pindah tempat ada baiknya, tidak ada buruknya,
apakah kau setuju dengan usulku?"
Un Ci-eng ketakutan:
"Ada pesilat tinggi tidak dikenal" Siapa dia" Coba kau
terka, salah menerka juga tidak masalah!"
"Mungkin Mo-to Hoyan Tiang-souw" Di jaman sekarang
selain dia, siapa yang bisa membuat Pu-couw-siancu
ketakutan" Menurutmu betul tidak?"
Un Ci-eng menganggukan kepala: ,
"Tidak salah......" t
Mendadak dia bersuara "Heek!"
Wajahnya berubah menjadi pucat seperti kertas putih,
sorot matanya pun sudah kehilangan sinarnya.
"Kau......kau menggunakan cara apa?"
Liong Siang-yang tersenyum, dia mengangkat tangan
mengusap wajahnya dan berkata:
"Dengan cara apa kau bisa dilumpuhkan" Jika aku
adalah kau, aku pasti bisa menduganya!"
Suara Un Ci-eng terlihat sangat lemah, tidak bertenaga.
Dia berkata: "Apakah Soh-yang-sam-kou (Tiga kancing mengunci
matahari) dari aliran Kong-tong" Tapi jurus hebat dari
aliran Kong-tong ini sudah ratusan tahun menghilang, kau


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin bukan murid dari Kong-tong" Siapa kau
sebenarnya?"
"Siapa aku sepertinya bukan masalah penting, siapa
dirimu itu baru penting. Ini dilihat dari sudut pandangku,
apa kau setuju?"
Un Ci-eng tertawa pahit dan berkata: "Aku setuju atau
tidak setuju, rasanya juga tidak bisa merubah keadaan!"
Dia sudah tahu lawan sedang mempermainkan dirinya,
maka sambil tertawa pahit dia berusaha mengumpulkan
tenaga dalamnya.
Liong Siang-yang menunggu sebentar, lalu tertawa
sambil berkata:
"Kau tidak perlu berusaha lagi, di dunia ini ada
bermacam-macam jurus pengunci jalan darah dan
pemotong tenaga dalam, Soh-yang-sam-kou disebut nomor
satu. Menurut aku walaupun tidak disebut nomor satu, juga
bisa disebut nomor dua!"
Un Ci-eng tertawa pahit dan berkata: "Benar saja jurus
rahasia Soh-yang-sam-kou dari aliran Kong-tong, hay, tidak
kusangka Khu-eng (Elang yatim) Un Ci-eng benar-benar
roboh di bawah jurus hebat aliran ini!"
Liong Siang-yang menggelengkan kepala tanda tidak
setuju: "Ku dengar kau mahir ilmu Siau-yang-sin-kang (Ilmu
tenaga sinar matahari), maka Lui-cui-tian-couw mu (Palu
petir pahat listrik) benar-benar sedahsyat geledek. Juga
karena itulah selama dua puluh tahun, kau berkelana tidak
pernah bertemu dengan lawan yang setanding, dan orang
yang ingin kau bunuh, pasti tidak bisa hidup......"
Un Ci-eng mengerutkan alisnya dalam-dalam, berkata:
"Kau tadi mengatakan tidak pernah mendengar
namaku?" "Kata-kataku kadang bisa dipercaya kadang tidak. Ketika
kau memandang aku sebagai wanita, saat di dalam hatimu
timbul gairah yang tidak normal padaku, maka kata-kataku
sama sekali tidakbisa di percaya!"
Dia berjalan mengelilingi tubuh kurus Un Ci-eng dan
berkata lagi: "Aku jelas seorang laki-laki, tapi kau justru menganggap
aku seorang wanita, jadi kenapa aku harus berkata jujur
padamu?" Kata-kata dia tidak peduli benar atau salah, juga tidak
peduli nadanya penuh dengan hawa kematian dan kejam.
Tapi wajah dia begitu cantik, bibir merah gigi putih
mengeluarkan bau harum, sungguh sulit bagi orang, tidak
menganggap dia seorang wanita cantik.
Un Ci-eng tetap mencoba mengumpulkan tenaga
dalamnya. Dengan susah payah selama dua puluh tahun lebih dia
berlatih Siau-yang-sin-kang, maka walau pun seluruh tenaga
dalamnya di kurangi menjadi tiga bagian, saat ini pasti tidak
mampu melawan pesilat tinggi dunia persilatan.
Tapi baju di seluruh tubuhnya tetap sedikit mengembang
bergetar-getar, hanya bicara soal ini saja, itu sudah bukan
keberhasilan pesilat biasa!
Liong Siang-yang mengangguk kepala, bau harum
menyembur ke wajah lawan sambil tertawa dia berkata:
"Bagus, sangat bagus, tapi aku sampai sekarang hanya
tahu aku adalah Khu-eng Un Ci-eng. Pesilat tinggi kelas
satu yang sifatnya suka menyendiri, mungkin juga satusatunya
orang di jaman sekarang yang berhasil melatih Kiuhoa-
siau-yang-sin-kang. Tapi aku tetap tidak tahu siapa kau
sebenarnya?"
Un Ci-eng keheranan:
"Jika aku Un Ci-eng, maka akulah Un Ci-eng, selain itu
aku bisa siapa lagi?"
Liong Siang-yang mengangkat tangan, jarinya yang putih
mulus mencubit-cubit wajah dia.
"Yang ingin aku tahu adalah kedudukanmu sekarang ini,
bukan namamu, kenapa kau mau menjadi musuhku" Siapa
yang menyuruh kau melakukan ini?"
Perbincangan mereka berputar-putar, akhirnya sampai
pada masalah yang sebenarnya. Un Ci-eng tertawa pahit
berkata: "Kau kira aku bisa mengatakannya?" "Orang lain
tentu saja tidak bisa. Tapi kau adalah pesilat kelas satu, kau
pasti tidak mau hanya karena uang lalu sembarangan
membunuh orang.
Mungkin kau sudah menyelidiki aku, tahu banyak
tentang diriku. Tapi sayang kau tidak berhasil mengetahui
aku berhasil mempelajari jurus Soh-yang-sam-kou yang
hebat itu. Sekarang kau beritahu aku, siapa yang
menyuruhmu membunuhku?"
Mata Un Ci-eng mengawasi keluar jendela sejenak,
dengan pelan berkata:
"Apa untungnya bagiku kalau aku katakan?"
"Kalau kau mengatakan, kau tidak perlu khawatir tidak
bisa melihat matahari besok, kau malah bisa menjadi
temanku, kau bisa bantu aku menghadapi beberapa bahaya,
atau mengusir orang-orang yang aku benci!"
Un Ci-eng seperti tergoda, berkata:
"Kau sungguh mau melakukan ini" Kau tidak bohong?"
"Kenapa aku harus bohong" Ada seorang pesilat tinggi
seperti kau, tentu saja lebih baik dari pada seluruh anak
buahku!" Un Ci-eng berpikir sejenak lalu berkata:
"Kalau begitu kau buka dulu totokan dua belas jalan
darah di tubuhku, sebab aku sudah merasakan tidak enak!"
Liong Siang-yang menggunakan jarinya yang mulus itu
mencubit-cubit wajahnya dan berkata:
"Tidak sulit membuka totokan ini, sebenarnya aku tidak
menotok dua belas jalan darah besarmu. Hanya saja ilmu
jari dari Soh-yang-sin-kang memang aneh sekali, laksana
jurus rahasia Ban-ji-to-go-cie dari Siauw-lim, orang yang
terkena jari ini tiga ratus enam puluh jalan darah di
tubuhnya seperti tersumbat?"
Tiba-tiba seluruh tubuh Un Ci-eng tergetar, matanya
melotot lebih besar lagi dan berkata:
"Apa kau sudah membukanya" Kenapa hanya mencubitcubit
wajahku sudah bisa membukanya?"
Liong Siang-yang tertawa, tangan kirinya tidak tahu
bagaimana sudah dijulurkan ke dalam perutnya, telunjuk
jari tengah dan jari manis bersama-sama disentilkan dengan
pelan. Wajah Un G-eng kembali berubah besar, hati-nya
menyesal sekali.
Yang dia sesalkan adalah kenapa dirinya tidak bisa
mengambil kesempatan ini, saat lawan membuka
totokannya yang keji, segera bergerak mundur ke belakang!
Sekarang dia sudah dilumpuhkan lagi, tampaknya sudah
tidak ada kesempatan tawar menawar lagi! Dia mengeluh
dan berkata: "Baiklah, tampaknya jika aku tidak mengalah, jika tidak
percaya padamu, maka tidak perlu ada yang dibicarakan
lagi." Liong Siang-yang memasang telinganya: "Siapa yang
menyuruh kau?" "Pu-couw-siancu!"
"Dia?" Liong Siang-yang tertegun, sesaat baru berkata
lagi, "dia sungguh pintar, dia tahu siapa orang yang benarbenar
berbahaya! kulihat aku pasti tidak bisa melawan dia,
jika aku cukup pintar, paling baik adalah cepat-cepat
menyerah pada dia."
"Jika kau menyerah, bagaimana dengan aku?" Suara Un
Ci-eng penuh ketakutan, sebab jika Liong Siang-yang
menyerah, maka segala yang terjadi malam ini tentu saja
akan dilaporkan semuanya.
& & &
Angin dingin meniup ke dalam, api lampu di dalam
rumah bergoyang-goyang orang yang bertarung dan
berbincang Liong Siang-yang dan Un Ci-eng mendadak
meninggalkan rumah.
Dia yang telah membocorkan rahasia, bagaimana
mungkin Pu-couw-siancu mau mengampuninya"
Liong Siang-yang kembali mencubit wajah kurusnya
sambil tertawa berkata:
"Masalahmu, kau bereskan sendiri, aku harap kau bisa
melanjutkan hidupmu. Laki-laki berumur empat puluh
seperti sekuntum bunga, semua orang berkata begitu. Aku
harap kau jangan mati di usia sekuntum bunga......"
Un Ci-eng meloncat mundur dua belas kaki. "Aku sulit
bisa percaya ini adalah kenyataan, tapi apa benar kau telah
membuka totokan jalan darah-ku. Bagaimana aku harus
berpikir?"
Perbincangan kedua orang ini dari pertama sampai
terakhir, sangat seru juga berubah-rubah sulit diduga.
Sedangkan jurus Soh-yang-sam-kou Liong Siang-yang
sangat hebat, beberapa kali dilakukannya, dimata ahli,
seperti kembang api yang paling bagus dari Tong-kwan.
Lima sinar dengan sepuluh warna sangat meriah,
membuat orang tidak keburu melihatnya.
Tidak ada orang yang tidak tertarik melihatnya.
Akibatnya......
Angin dingin bertiup masuk dari lubang di atap rumah.
Di sana tadinya ada genteng yang amat rapat dan rapih,
tapi mendadak hilang tujuh delapan buah, maka terjadi
sebuah lubang besar, juga karena itu angin dingin meniup
masuk dari sana.
Li Poh-hoan tengkurap di atas tiang atap. Punggung dan
lehernya tertiup angin dingin hingga merasa tidak nyaman.
Tapi yang benar-benar tidak nyaman dua puluh kali lipat
adalah hawa membunuh dari ketajaman jari.
Dia tahu jari yang bisa membuat hawa menjadi dingin,
membuat darah orang membeku, hati menjadi ciut, adalah
jari yang enak dilihat dan bagus sekali!
O))~~dw~~((O BAB 16 Jari ini walaupun tidak secantik jari giok, tapi paling
sedikit jari giok tidak bisa mencabut nyawa orang,
sedangkan jari ini bisa.
Dia tidak memalingkan kepala, kain warna abu-abu di
bawah tubuhnya tadinya untuk menghalangi mata orang
yang di bawah. Tapi sekarang jika di bawah sudah tidak ada orang, tapi
di atas atap malah terbuka sebuah lubang, dari kejauhan
sejalur tenaga dari jari telunjuk mengarah ke jalan darah
kematiannya, sehingga kain abu-abu yang terjuntai ke
bawah juga menjadi tidak masalah!
Li Poh-hoan terpaksa tertawa pahit, dia ingat jarang
sekali dia berekspresi seperti ini, sekarang selain hanya bisa
tertawa pahit, masih bisa berbuat apa lagi"
Di atas atap rumah terdengar suara lembut merdu
berkata: "Aku Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat, mungkin kau
sudah tahu?"
Li Poh-hoan malas bicara, hidung hanya mengeluarkan
suara "Mmm!" sekali.
Pu-couw-siancu kembali berkata:
"Maafkan, aku terpaksa menggunakan cara ini. jika aku
tidak menyuruh orang melakukan pertunjukan tadi,
bagaimana aku bisa mendapatkan dirimu" Dan bagaimana
bisa mengalahkanmu" Pertunjukan mereka tadi tidak jelek
bukan?" Li Poh-hoan merasa dia tidak bisa berdiam diri terus,
sebab tidak sopan, maka jawabnya:
"Tidak jelek! Jika ada kesempatan, aku masih mau
menontonnya sekali lagi!"
Sebenarnya posisi seperti dia itu, tertelungkup di atas
tiang' atap, kesopanan apa pun tidak perlu dibicarakan.
Pu-couw-siancu mungkin tidak memperhatikan hal ini,
dia hanya tertawa ringan dan berkata:
"Baik, jika ada kesempatan, kau bisa melihat yang lebih
hebat lagi!"
Lewat beberapa saat, dia tidak bicara, tidak
mengerahkan tenaga dalamnya mencabut nyawa atau
melumpuhkan dia.
Sehingga Li Poh-hoan merasa tidak mengerti dan
berkata: "Hei.. Pu-couw-siancu, kau kenapa" ku harap kau tidak
kedinginan sehingga menjadi pilek, sampai tidak bisa
memutar otak!"
Suara Pu-couw-siancu sedikit marah.
"Kau bilang apa" Kau ingin aku pilek?"
"Tidak, aku sedikit pun tidak mengharapkan. Tapi di atas
atap sangat dingin, juga harus mengerah kan tenaga dalam
mengendalikan aku dari kejauhan. Dengan demikian kau
mudah terkena pilek!"
"Kau ini bodoh benar, ingin aku tidak membunuhmu itu
baru persoalan sulit. Maka aku sedang berpikir, berpikir
apakah bisa memecahkan persoalan ini"
Jika persoalannya bisa dipecahkan, itu artinya dia tidak
perlu membunuhnya.
Tentu saja ini hal yang bagus, tapi kenapa dia harus
membunuh Li Poh-hoan"
Apa dosa Li Poh-hoan pada dia"
Jika bukan karena persoalan dendam pribadi, kenapa
Tong-to-bun ingin membunuh Li Poh-hoan" Malah harus
sampai melenyapkan perkumpulan Thi-pian-tan-pangbaru
merasa puas"
Pu-couw-siancu berpikir sesaat, berkata lagi:
"Cara memecahkan persoalan bukan tidak ada, tapi
benar-benar tidak mudah, makanya aku berharap bisa
mendapatkan cara yanglebih mudah dan mantap.
Kata Li Poh-hoan:
"Anggap saja tidak mudah, tapi kau bisa mencoba
mengatakannya supaya aku tahu!"
"Kau yang ingin aku mengatakannya, di kemudian hari
kau jangan menyalahkan aku!"
Li Poh-hoan sadar, dia sudah terjerumus ke dalam
jebakan lembut dan hangat seorang wanita licik, tapi kalau
sudah terjerumus ya terjerumuslah!
Siapa yang bisa seumur hidup tidak pernah melakukan


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hal bodoh" Dia berkata:
"Aku tidak akan menyalahkanmu, beritahu saja padaku,
mungkin jika aku mengerjakannya tidak terasa sulit!"
Pu-couw-siancu dengan pelan berkata: "Baik, kau dengar
dengan jelas. Persoalannya ada di Liong Siang-yang, jika
sebelum hari terang kau bisa membunuhnya, maka aku
tidak perlu membunuh mu!"
Li Poh-hoan berpikir sejenak, dia adalah orang yang
berambisi menguasai dunia persilatan, kepintaran nya tentu
saja tidak bisa disamakan dengan orang biasa.
Maka sekali berpikir, dia sudah mengerti banyak hal.
Sekarang kunci yang paling penting adalah setelah
membunuh Liong Siang-yang, maka hubungan dia dengan
Pu-couw-siancu akan bagaimana"
Sorot mata dia tiba-tiba berubah dalam mem-buat orang
terkejut, lalu dia membalikan kepalanya, melihat pada
orang di atas atap itu.
Wajah Pu-couw-siancu segera muncul di lubang itu,
dengan sinar lampu sekarang dia bisa melihat wajahnya
yang cantik melebihi bunga! Li Poh-hoan berkata pelan:
"Bisa, aku bisa membunuh dia. Tapi setelah itu
walaupun aku tidak bisa memiliki seluruhnya, paling sedikit
harus memiliki setengahnya!" Inilah hal yang sulit
dijelaskan. Seorang wanita bagaimana mungkin di miliki
hanya setengahnya"
Lalu setengah lagi milik siapa" Apakah boleh menjadi
milik laki-laki lainnya" Pu-couw-siancu tersenyum manis,
sedikit pun tidak merasa kesulitan.
Dia menganggukan kepala dan berkata: "Baik, tapi aku
harus beritahu, Liong Siang-yang sulit dibunuh, selain itu
dia menguasai ilmu hebat dari berbagai perguruan besar,
dia sendiri juga benar benar memiliki jurus rahasia yang
hebat, aku sendiri juga tidak bisa memperkirakan, sehingga
membuat aku merasa ngeri! Kau harus hati hati sekali!"
Lalu dia menarik jari tangannya, dan Li Poh-hoan
kembali jadi bebas.
Tapi jika diselidiki lebih dalam lagi, sebenarnya dia
hanya melepaskan kelumpuhan yang berbentuk, tapi
terjerumus dalam ke dalam kelumpuhan yang tidak
berbentuk. Li Poh-hoan terbang laksana asap, dalam sekejap sudah
berada di atas atap rumah.
Lubang itu walaupun lebih kecil dari pada tubuhnya, tapi
tidak bisa menghalangi dia.
Dia melihat pada Pu-couw-siancu dan bertanya:
"Mungkinkah perbincangan kita didengar oleh dia"
Apakah aku harus waspada pada Un Ci-eng itu?"
Pu-couw-siancu menunjuk ke arah timur, Li Poh-hoan
melihat ke arah itu, terlihat di dalam ruangan kecil lainnya
ada sinar lampu, samar-samar masih terlihat Liong Siangyang
dan Un Ci-eng berdua sedang bergerak-gerak dan
berbicara. "Mereka adalah anak buahku, tapi Un Ci-eng sudah
tidak bisa mengancam kedudukanku lagi, sedangkan Liong
Siang-yang masih bisa, aku hanya bisa memberitahu ini saja
padamu, mengenai kau harus waspada pada Un Ci-eng"
Aku sendiri juga tidak tahu!"
Setelah selesai bicara, setelah meninggalkan senyumnya
yang sangat cantik, diapun melayang pergi!
Bintang di langit masih berkedip-kedip sebentar terang
sebentar gelap.
Bintang malam ini, bukan malam kemarin, juga bukan
malam besok. Malam ini artinya 'sekarang', di depan 'sekarang', yang
lalu dan yang akan datang jadi samar-samar, jadi seperti
ada tapi tidak ada......
Manusia seperti kebanyakan binatang lainnya, biasa
bergerak di siang hari, istirahat di malam hari.
Maka orang-orang yang seharusnya istirahat tapi masih
bergerak, pasti ada sebab khusus. Misalnya orang biasa
tidak bisa tidur, berjudi, ramai mengobrol sehingga tidak
tidur. Pasukan yang khusus bergerak di tengah malam, mau
menghancurkan musuh. Orang orang malam berjalan di
atas ribuan atap rumah, ada yang mau mencuri atau mau
balas dendam. Orang orang yang disebut di atas ini mungkin bisa
disebut ada alasan khusus, maka seharusnya tidur lelap,
malah sebaliknya bekerja dengan giat.
Sekarang Khu-eng Un Ci-eng benar-benar menyendiri, di
bawah sinar bintang yang lemah, dia melangkah di atas
lapangan liar yang luas berjalan ke depan.
Setiap malam dia menginap dimana, selalu menjadi
rahasia besar. Sampai atasan dia Pu-couw-siancu juga tidak tahu.
Tapi dia pasti bisa berhubungan atau muncul pada saat
yang menentukan, tidak pernah absen.
Maka kebiasaannya yang menyendiri dan rahasia jadi
dibiarkan saja.
Tiba-tiba Un Ci-eng menyelinap ke belakang pohon,
sorot matanya berkilat-kilat menatap ke arah kanan depan
di pinggir sungai.
Setelah beberapa saat, dia pelan-pelan menggelengkan
kepala tanda dia tidak puas pada dirinya.
Diam-diam dia terpikir lagi, 'Apakah karena usiaku
maka perasaan yang tadinya tajam sekarang menjadi
tumpul" apakah ilmu silatku menjadi mundur dibandingkan
dulu" Jika bukan, kenapa aku merasakan ada bahaya, tapi
setelah berhenti dan teliti mengawasinya beberapa saat,
tetap saja tidak menemukan bahaya itu ada dimana"'
Setelah lewat beberapa saat lagi, dari belakang pohon dia
kembali ke jalanan, gerakannya seperti roh, sangat cepat
tapi tidak bersuara.
Dia membusungkan dadanya melangkah ke depan,
meneruskan perjalanannya.
Tapi baru saja kakinya diangkat, mendadak dia berhenti
lagi, dengan posisi aneh dia berdiri di kegelap-an malam,
sedikit pun tidak bergerak. Malah seperti ditotok jalan
darahnya, hingga tubuhnya menjadi kaku seperti kayu.
"Ssst" Serumpun rerumputan di pinggir sungai terbang ke
atas, entah terbang kemana.
Tapi siapa pun tidak akan memperhatikan kemana
terbangnya rerumputan itu.
Setelah rerumputan terbang, yang muncul di tempat
rerumputan itu adalah sesosok bayangan manusia yang
berbaju putih melayang-layang ditiup angin, tubuhnya
tinggi ramping.
Wajah orang berbaju putih ini dalam beberapa., detik
tidak bisa dilihat dengan jelas, tapi tangan kiri dia yang
memegang pedang panjang dengan sarungnya, tentu tidak
lolos dari penglihatan orang.
Suara Un Ci-eng sangat tenang dan berkata:
"Ternyata ketua Li Poh-hoan. Kau mau membunuh
aku?" Orang berbaju putih itu memang Li Poh-hoan.
Dia tertawa dua kali baru berkata:
"Mata saudara Un sungguh tajam, aku memang Li Pohhoan.
Ada satu hal dari saudara Un yang membuat aku
kagum, yaitu menduga masalah dengan tepat."
Jika dugaan Un Ci-eng selalu tepat, berarti Li Poh-hoan
benar berniat membunuhnya. Un Ci-eng berkata:
"Terima kasih atas kejujurannya. Sebelum kau
menyerang, aku hanya punya satu pertanyaan mohon
dijelaskan dulu."
"Silahkan katakan!"
"Li-pangcu ternyata punya keahlian menjadi pembunuh
bayaran, hingga aku tidak bisa mengantisipasinya. Tapi
punya keahlian menjadi pembunuh bayaran kelas satu tidak
gampang, punya uang punya nama punya kedudukan juga
belum tentu bisa menjadi ahli, makanya aku menjadi heran
bagaimana kau bisa mempunyai keahlian hebat ini?"
Li Poh-hoan hanya tertawa, di dalam hati dia berkata,
'Jika kau tahu pembunuh bayaran nomor satu di dunia
dulu Leng-hiat (Darah dingin) Li Cap-pwee adalah
kakekku, maka kau tidak akan menanyakan hal ini!'
Dia berkata pelan-pelan, tapi bukan menjawab malah
balik bertanya:
"Di mana aku telah membuat kau merasakan aku ini
pembunuh bayaran?"
"Pertama kali saat aku bersandiwara dengan Liong
Siang-yang, aku dan dia juga merasakan hawa
membunuhmu. Kedua kalinya adalah tadi, aku juga
merasakan hawa membunuh menerpa kepadaku."
"Banyak orang punya hawa membunuh, kau juga ada!"
"Tapi hawa membunuhmu tidak sama. Setelah aku
menyelidikinya dengan teliti, ternyata seperti ada seperti
juga tidak ada, seperti jauh tapi juga seperti dekat, malah
mendadak kuat mendadak lemah, mendadak tajam
mendadak tumpul. Sulit sekali menduga keberadaanmu,
malah aku tidak yakin pada perasaan sendiri, keadaan
begini, selain orang yang berhasil berlatih jadi pembunuh
bayaran kelas satu, siapa yang mampu melakukannya?" Li
Poh-hoan tersenyum dan berkata: "Sekarang aku sudah
muncul, dan jaraknya dengan kau sejauh dua tombak, jika
aku pembunuh bayaran, aku pasti dengan sabar
menunggumu berjalan lebih dekat lagi, baru menampakan
diri!" Un Ci-eng menganggukan kepala: "Kata-katamu benar
juga!" Li Poh-hoan menunggu orang sudah setuju, baru
merubah nada bicaranya:
"Tapi mungkin aku mampu membunuh orang dalam
jarak dua-tiga tombak, maka tidak masalah akut muncul,
betul tidak?"
Un Ci-eng tertegun sejenak dan berkata:
"Betul juga!"
"Maka aku pembunuh bayaran kelas satu atau bukan, itu
tidak penting. Yang penting adalah apakah aku mau
membunuhmu atau tidak, dan bisa tidak kau membunuhku.
Apakah kau setuju dengan kata-kata ini?"
"Tentu saja aku setuju," kata Un Ci-eng.
"Kalau begitu kau dengar baik-baik, jika aku tidak
muncul mencegah kau berjalan ke depan, asalkan kau
melewati sungai itu, maka kau akan bertemu dengan orang
yang benar-benar ingin membunuhmu, juga orang yang
mampu membunuhmu!"
Un Ci-eng merasa bingung, tidak tahan tanya-nya:
"Siapa orang itu?"
"Dialah Liong Siang-yang, sekarang kau boleh
melanjutkan perjalananmu, jadi paling sedikit kau bisa
memastikan apakah aku bohong atau tidak."
Benar saja, Un Ci-eng melangkah sampai lima langkah,
baru tiba-tiba sadar, dan berhenti sambil melotot berkata:
"Kalau aku berjalan ke depan memang bisa mengetahui
apakah kau bohong atau tidak. Tapi dilain pihak, begitu aku
berjalan sejauh sepuluh langkah, saat itu kau bisa
menggunakan jurus yang paling dahsyat, menyerang
mengambil nyawaku!"
Li Poh-hoan berkata:
"Kedengarannya kau seperti terjun sendiri ke dalam
perangkap, tapi kau tidak perlu khawatir, aku berani
bertaruh setelah aku pergi, tidak lama Liong Siang-yang
akan muncul. Sebab dia sudah berjalan memotong
menunggu kau di depan, jika kau tidak muncul pada saat
yang diperkirakan, maka dia akan berbalik kemari
mencarimu, menurutmu betul tidak?"
Suara Un Ci-eng mengandung nada sangat hati-hati,
berkata: "Dengan demikian, bukankah sama dengan kau
nembantu aku" Tapi apa sebabnya" Apakah kita dulu
nempunyai dendam atau budi?"
"Tidak ada." Jawaban Li Poh-hoan tegas sekali, 'aku
hanya tidak suka pada orang seperti Liong Siang-yang. Dan
aku ingin tahu Soh-yang-sam-kou dia, apakah benar-benar
bisa melumpuhkan Siau-yang-sin-kang punyamu?"
Selesai bicara dia melayang menjauh, dalam sekejap
sudah menghilang di dalam bayangan hitam pohon.
Un Ci-eng mengatur nafasnya, bersamaan memusatkan
pikiran memasang telinganya. Dalam sekejapbenar saja
terdengar suara aneh yang pelan sekali.
Jika bukan Li Poh-hoan yang memperingatinya,
sehingga dia berhenti melangkah dan mendengarkan, suara
ini pasti tidak akan terdengar!
Dia tersenyum dingin, mendadak berkata:
"Liong Siang-yang, rasa ingin tahumu pasti besar sekali,
bagaimana sampai tempat istirahatku pun kau ingin tahu?"
Di atas jalan menuju sungai, sesosok bayangan manusia
melayang turun ke bawah.
Orang ini masih berjalan ke depan beberapa langkah,
maka walaupun tidak terlihat rupanya, tapi dari cara
jalannya yang khusus, dia tahu itu adalah Liong Siangyang.
Kenyataannya karena jarak kedua orang itu hanya
delapan langkah, dan juga karena berilmu tinggi maka
walaupun malam hari, dia bisa melihat lawan dengan jelas.
Senyum Liong Siang-yang selain bagus juga ada sinar
kelicikan. Dia berkata:
"Wow, telingamu cukup tajam, otaknya pun encer. Aku
memang ingin tahu setiap malam kau tidur di tempat yang
bagaimana!"
Sambil berkata dia maju tujuh langkah. Tapi kaki Un Cieng
ikut bergerak, juga berturut-turut mundur tujuh
langkah. Jarak kedua belah pihak tidak bertambah, juga tidak
berkurang. Kata Un Ci-eng:
"Pergilah, anggap saja aku suka tidur di kubur-an, itu
juga urusanku sendiri."
Tiba-tiba Liong Siang-yang menyerang dengan sangat
cepat, lima jarinya berbentuk bunga anggrek disapukan.
Hampir saja ujung jarinya mengenai Un Ci-eng. Jika ke


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lima jarinya tidak gagal, Un Ci-eng tentu segera roboh ke
tanah. Karena Un Ci-eng tidak roboh, berarti mundur nya Un
Ci-eng tadi ada gunanya, jika saja mundurnya kurang satu
langkah, keadaannya tentu tidak bisa dibayangkan.
Sepasang tangan Un Ci-eng menghantam, "Traang!"
kembang api memancar, pukulan yang seperti kilat
mendadak membuat terang radius seluas dua tombak lebih.
Ribuan titik sinar kembang api itu terjadi ketika dia
mengadukan Lui-cui-tian-couwnya.
Dan dalam situasi yang menyilaukan mata ini, palunya
mengarah ke atas kepala, pahat menuju dada, dengan
dahsyat balas menyerang Liong Siang-yang.
Palunya sangat dahsyat dan pahatnya tajam menusuk,
jurusnya hebat sekali.
Ilmu silat seluas lautan tidak ada batasnya, jurus hebat
apa pun di dunia, pasti selalu ada beberapa cara untuk
menghadapinya. Tapi cara yang mana yang paling berguna, apa lagi jika
mampu balik mengancam lawan"
Itu harus dibuktikan dengan kenyataan. Karena selain di
dalam jurus dan caranya, ada tidak kelemahan nya, masih
harus ditambah lagi kharakter masing-masing orang dan
kemahiran ilmu silatnya, baru bisa ditentukan.
Teori ini seperti air bisa memadamkan api, kenyataan
yang tidakbisa dibantah.
Tapi jika apinya besar dan airnya lemah, maka setelah
air bereaksi menjadi hidrogen, malah bisa menambah
kekuatan api. Teori Im-yang-ngo-heng dari daratan tengah, sejak
dahulu sudah menggunakan teori ini.
Seperti air bisa menumbuhkan kayu, tapi jika airnya
terlalu besar, dan juga bukan waktunya kayu tumbuh, maka
kayu malah menjadi busuk karenanya (sama dengan mati
tenggelam). Pokoknya, semua kejadian di alam semesta ini, saling
berhubungan dengan aturan.
Tapi karena setiap benda sendiri mengandung perubahan
yang tidak menentu, dan bersifat tidak abadi, sehingga di
saat saling bersatu, sering terjadi keadaan di luar aturannya!
Kembali dalam pertarungan Liong Siang-yang dengan
Un Ci-eng. Dengan jurus Wie-cin-thian-sia (Getar tertinggi langit di
bawah) dari Un Ci-eng, sekilas terlihat tidak ada orang yang
mampu menahannya, sangat dahsyat.
Tapi Liong Siang-yang memiringkan tubuhnya, sepasang
tangan bersama-sama menyerang.
Terlihat sepuluh jarinya terbuka dengan rapih,
bersamaan waktu mencengkram kedua arah.
Sesaat kembang api yang memenuhi langit tidak terlihat
lagi) kembang api yang seperti kuntung rokok masuk ke
dalam air, sampai asap terakhir pun tidak bisa muncul.
Sepuluh jari Liong Siang-yang masing-masing sudah
menyentuh dua macam senjata lawan.
Tenaga jarinya laksana jarum panjang yang sangat tajam
menusuk ke dalam tahu, sudah menusuk jalan darah di
kedua pergelangan tangan Un Ci-eng.
"Lepaskan," Liong Siang-yang berteriak dingin. Tiba-tiba
Un Ci-eng bergerak mundur miring tiga langkah. Dua
senjata anehnya masih tetap di dalam genggaman
tangannya. Sambil tertawa dingin berkata: "Lepaskan" Tidak
semudah itu!" Setelah berkata, dia sudah menyerang
sebanyak lima jurus dengan lima belas perubahan.
Malam yang tadinya gelap gulita, mendadak terdengar
suara geledek memekakan telinga, sinar kilat menyilaukan
mata. Lima jurus dengan lima belas perubahan ini menyerang
secara beruntun, sangat cepat dan dahsyat.
Liong Siang-yang sekaligus menggunakan telapak tangan
dan jari tangan menangkis tiga belas perubahannya, dua
perubahan terakhir walaupun bisa ditangkisnya, tapi samarsamar
dia mendehem sekali, dengan cepat mundur ke
belakang delapan kaki.
Dengan kata lain, jarak mereka sekarang kembali lagi ke
semula, kurang lebih delapan langkah.
Tapi jarak yang tadi sebisanya dipertahankan oleh Un
Ci-eng, sekarang malah berbalik menjadi jarak yang ingin
dipertahankan oleh Liong Siang-yang.
Selain itu, wajah Liong Siang-yang sudah menjadi pucat
seperti kertas, bibirnya tertutup rapat.
Jelas dalam babak pertama pertarungan ini, dia telah
kalah sejurus. Tapi saat ini masih belum diketahui separah apa
kekalahannya"
Apakah dia masih mampu menghadapi Un Ci-eng"
Sekarang malah Liong Siang-yang yang membuka mulut
dulu. Sebelum berkata dia tertawa dingin dulu sejenak baru
berkata: "Bagus, bagus, Un Ci-eng, aku ingin memberi tahu satu
hal padamu, harap kau mau mendengar-kannya!"
Suara Un Ci-eng seperti batu besi, dingin menusuk hati,
berkata: "Katakanlah! Jika kau perlu istirahat dulu, aku juga akan
memberi waktu padamu!"
Siapa yang mau melepaskan musuh di saat penentuan
siapa hidup siapa mati ini" ^
Setelah melepaskan apakah dia masih mampu
memenangkannya lagi"
Walaupun Un Ci-eng mengatakan dengan lapang dada,
tapi apakah kenyataannya dia mau"
Liong Siang-yang segera menjawab, untuk menyatakan
bahwa dia bukan mengambil kesempatan untuk bernafas.
Dia berkata: "Tidak perlu, keluarkan seluruh kemampuan-mu, aku
ingin melihat selain Siau-yang-sin-kang dan Ngo-im-ie-mehhiat
(Lima hawa dingin mengalihkan jalan darah) dari
utara, kau masih memiliki jurus hebat apa lagi?"
Ternyata dia tadi sudah menggunakan jurus Soh-yangsam-
kou, tapi Un Ci-eng menggunakan Ngo-in-ie-meh-hiat
dari perguruan Pak-boang. Sehingga serangannya tidak
berhasil, malah sebaliknya men-dapat sedikit luka.
Un Ci-eng berkata:
"Tidak ada gunanya banyak bicara, silahkan coba saja
maka kau akan tahu!"
Liong Siang-yang berubah dari marah jadi tertawa lalu
berteriak pelan:
"Bagus, bagus sekali!"
Sepasang tangannya seperti ekor burung walet, dengan
cepat menggunting.
Sebelah tangan menyerang wajah lawan, sebelah lagi
menjepitleher lawan.
Un Ci-eng berteriak dingin, Lui-cui-tian-suo nya
menyerang tujuh kali.
Dalam radius dua tombak dari atas ke bawah, kembang
api meletup-letup, laksana pohon kembang api perak
menyilaukan mata orang.
Liong Siang-yang menerjang masuk, di bawah sorotan
kembang api terlihat pemuda tampan bermuka putih bibir
merah ini, mendadak jadi semakin cantik, malah bisa
dilukiskan cantik genitnya menarik orang.
Sayang sinar yang terbentuk dari ribuan kembang api
dalam sekejap menghilang.
Maka ketika kedua orang itu beberapa detik beradu lalu
berpisah lagi, masing-masing berdiri sejauh tujuh langkah,
saat ini wajah cantik yang menarik orang itu pun sudah
hilang di kegelapan malam!
Angin malam bertiup di atas permukaan sungai,
menembus hutan, mengeluarkan suara "Mmm, mmm!"
yang memilukan.
Di dalam kegelapan, dua orang yang saling berhadapan
itu, salah satunya mengeluh dalam, lalu lemas jatuh ke
tanah...... @ @ @ Laksana harimau yang bersembunyi di-kegelapan, atau
sendirian dan liar yang abadi, ada lagi bahaya yang
berkeliling di sekitar dan ketakutan......
Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya, dalam matanya
menyorot sinar kengerian yang tidak bisa dilihat orang.
Tentu saja ini disebabkan terlalu gelap. Jika di siang hari,
mungkin anak kecil juga bisa melihatnya.
Sebenarnya dia orang yang sulit ketakutan, selamanya
orang lain yang ketakutan karena dia.
Tapi sekarang malah sebaliknya.
Tidak jauh di depan rumah berderet-deret, tapi hanya
sedikit rumah yang ada sinar lampu, itu karena malam
sudah sangat larut!
Tanpa bersuara sedikit pun dia berputar di tempat itu.
Mata, hidung, telinga sampai seluruh tubuhnya
dikerahkan semua.
Jika perasaannya sudah ada tanda peringatan, maka itu
bukan hal kecil yang bisa dihadapi sembarang an, tapi
masalah besar tentang hidup atau mati.
Tapi dimana musuhnya berada"
Jika benar ada musuh yang bersembunyi, kenapa orang
ini sangat sulit ditemukan tempat persembunyiannya"
Jika benar ada musuh yang tidak bisa ditemu-kan, maka
masalahnya menjadi sangat serius sekali! Itulah sumber
ketakutannya. Hal-hal begini panjang jika diceritakan, tapi
kejadian di dalam hatinya hanya sekejap mata saja!
Di depan dan di belakang jalan luas dan datar, tidak ada
satu halangan pun, tapi di kedua sisinya ada pepohonan
dan rumput liar yang bisa dijadikan tempat persembunyian
oleh musuh. Dia melihat-lihat sejenak, tiba-tiba sepasang tangannya
di ayunkan, enam titik sinar biru melesat ke kiri dan kanan,
setiap sisi tiga titik sinar, semuanya mengenai sasarannya
yaitu pohon yang berbeda-beda.
"Buum buum!" timbul enam gumpalan api, seperti tibatiba
menyalakan enam buah obor. Maka di sekeliling
tempat itu segera menjadi terang benderang.
Enam gumpalan api itu dalam beberapa detik tidak mati,
tapi membara di atas pohon.
Maka di bawah sorot sinar api, orang yang berdiri di
tengah lapangan jadi terlihat jelas wajahnya.
Terlihat wajahnya berpupur, berbibir merah. Tubuhnya
tidak tinggi juga tidak kurus, kulit-nya putih, seperti seorang
wanita cantik. Wajah diantara laki-laki yang bisa seperti dia, tidak ada
satu pun di antara sepuluh ribu.
Memang wajah Liong Siang-yang sangat mudah dikenal,
asalkan orang telah melihat dia sekali saja, maka sedikit
sekali yang akan lupa terhadap dia.
Dia memakai baju hitam untuk orang keluar malam,
sehingga kulitnya semakin tampak putih, di kiri kanan
pinggangnya tergantung satu kantong kulit yang isinya
penuh. Sinar api walaupun menerangi lapangan seluas sepuluh
tombak, tapi Liong Siang-yang tetap tidak bisa melihat
musuhnya. Apa benar ada musuh kuat yang sedang bersembunyi"
Atau itu hanya perasaan saja"
Sesaat dia benar-benar tidak berani menentukannya,
keadaan begini tidak pernah terjadi sejak dia turun gunung.
Pertama, perasaan dia tidak pernah salah, kenapa
sekarang tidak terlihat ada musuh"
Kedua, walaupun dia belum lama turun gunung, tapi
telah banyak membunuh orang.
Kenapa malah bisa muncul perasaan takut"
Enam gumpalan api itu seperti semakin besar. Tapi
mendadak api di kiri dan kanan yang tepat berhadapan
masing-masing apinya padam.
Api bisa menyala juga bisa padam, itu adalah kejadian
lumrah. Tapi jika bahan apinya belum habis, dan tidak ada benda
untuk memadamkannya, seperti air dan lain lain, maka api
yang sedang membara bisa mendadak padam, tentu itu hal
yang aneh! ^^% dw %^^ Sampai orang biasa pun akan merasa aneh, apalagi buat
mata Liong Siang-yang, maknanya jadi bukan hanya aneh
saja. Sebisanya dirinya tenang, sebisanya menahan rasa
ketakutan di dalam hatinya.
Dia segera memeriksa keadaan di sekeliling, dan dua
pohon yang apinya mati sebagai bagian yang terpenting, di
dalam radius beberapa tombak apakah ada benda yang
menghalangi"
Misalnya batu, lubang, pohon rumput dan yang lainlainnya.
Setelah itu dari kedua sisi jalan, di atas tanah, di antara
pepohonan, rumput dan lain-lain, tiba-tiba bersama-sama
membara terbakar api.
Liong Siang-yang sudah mengerahkan jurus
membunuhnya. Ini adalah jurus terhebat yang tidak pernah diketahui
oleh orang luar.... api.
Bara api di puluhan tempat ini, timbulnya sangat
misterius, dan api di setiap tempat dengan sekejap membara
besar, api menjilat setinggi lima enam kaki ke atas.
Malam di musim semi hawanya masih sangat dingin,
sekarang mendadak hawanya meninggi, dan bersamaan itu
di sekeliling juga semakin terang, bisa melihat dengan jelas.
Dia berdiri diam.
Sinar api di sekeliling menyinari dirinya yang menyendiri
dan wajahnya yang seperti wanita cantik.
"Kau tidak mampu membunuh dia?" orang yang
bertanya bukan saja wajahnya secantik dewi, juga seperti
bunga di musim semi.
Suaranya pun manis menyejukan hati.
Tapi makna dari pertanyaan ini, malah sedikit terlalu


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejam. Laki-laki di depan matanya berbaju putih bersih seperti
baru ganti baju saja, rubuhnya tinggi ramping, wajah bersih
tampan, di mata dan alisnya tampak hawa yang
mempesona. Pelan-pelan dia duduk di depan wanita cantik itu, tapi
dia tidak melepaskan pedang panjang yang dikepit di ketek
kirinya. Dia menganggukan kepala, suara dan sikapnya juga
tenang sekali. Orang yang seperti dia yang begitu tampan, apa benar
bisa mencabut pedang dan membunuh orang"
Dia berkata: "Liong Siang-yang bukan orang yang mudah dibunuh."
Wanita cantik itu tertawa dan berkata:
"Tapi kau adalah Li Poh-hoan!"
Li Poh-hoan sedikit menggelengkan kepala:
"Liong Siang-yang bukan pesilat tinggi biasa, walaupun
kau mengerahkan seribu pasukan khusus mengeroyok dia,
dia pun punya akal untuk bersama-sama mati dengan seribu
orang ini."
Dia berhenti sejenak dan berkata lagi:
"Maka julukanmu harus dirubah!"
Wanita cantikitu sedikit keheranan d.m kata:
"Julukanku harus dirubah" Dirubah jadi bagaimana?"
"Sekarang kau harus dijuluki Yu-couw-siancu bukannya
Pu-couw-siancu!" (Dewi gelisah)
Pu-couw-siancu tertawa sambil meludah:
"Jangan main-main. Ku lihat disorot matamu ada sinar
kelelahan, tapi kau masih bisa berkelakar..."
"Aku tidak main main juga tidak berkelakar. Coba pikir
ada 'seorang yang seperti Liong Siang-yang mengikutimu,
apakah kau tidak diam-diam gelisah?"
Pu-couw-siancu menatapnya, sorot matanya lama tidak
pindah dari wajahnya.
Lalu, di matanya mendadak timbul perasaan sayang.
Di dalam ruangan sesaat dipenuhi oleh hawa kemesraan.
Dia berkata pelan:
"Kau tampak kelelahan, bisa dilihat kau memang telah
menghabiskan tenaga dan pikiranmu demi aku, bagaimana
kalau aku pijat?"
Li Poh-hoan berpikir sejenak, lalu pelan-pelan menaruh
pedang panjang yang dikepit di kereknya ke atas meja,
pinggangnya yang tadi tegak lurus sekarang sedikit
bungkuk, tiba-tiba di matanya tampak jelas sinar kelelahan.
Tentu saja dia sangat kelelahan.
Sebab saat dia menghadapi Liong Siang-yang, dia telah
menggunakan hawa pedang dari kejauhan mengirim hawa
membunuh yang amat dingin dan tajam, membuat lawan
ragu-ragu dan ketakutan.
Juga karena itu akhirnya memaksa Liong Siang-yang
mau tidak mau harus mengeluarkan jurus membunuh yang
menakutkan dan sangat rahasia.
Dalam kejadian itu, bukan saja Li Poh-hoan harus
mengendalikan hawa pedangnya, ada satu kali dari jarak
puluhan tombak dia mengerahkan seluruh tenaganya
melontarkan dua butir Pi-han-cu (Batu giok dingin),
memadamkan api di dua pohon itu.
Dua butir Pi-han-cu itu bisa segera memadam-kan
berbagai macam api (walaupun api dari kimia), penemuan
yang mengejutkan dari ahli senjata.
Saat Li Poh-hoan melontarkan dua butir Pi-han-cu, dia
menghabiskan banyak tenaga dalam karena menggunakan
ilmu Cui-cu (meniup bambu).
Menggunakan tenaga yang dibentuk oleh dua macam
tenaga dalam, melontarkan dua butir Pi-han-cu.
Kelihatannya dia hanya dua kali meniup, tapi
sebenarnya dia sudah mengerahkan seluruh tenaga
dalamnya, maka dia kehabisan tenaga.
Kehabisan tenaga dalam tidak seperti kehabisan tenaga
luar, lebih mudah pulih kembali.
Maka Li Poh-hoan memutuskan menerima kebaikan hati
wanita cantik ini, membiarkan dia memijitnya.
Saat dia mengendurkan seluruh tubuhnya, segera
kelelahannya terlihat dengan jelas.
Jari cantik Pu-couw-siancu memijat-mijat leher, bahu
punggung dan tempat lain-lainnya.
Tubuh dia kadang-kadang menyentuh tubuh-nya, bau
harum tercium oleh hidung Li Poh-hoan......
Apakah kelelahannya bisa segera dihilangkan, sepertinya
sudah menjadi hal yang tidak penting!
Ketika pikirannya melayang-layang, siapa yang
memikirkan tubuhnya masih lelah atau tidak"
Sepasang tangan Pu-couw-siancu sambil memijat-mijat,
sambil membungkukkan tubuh, dengan demikian dia bisa
melalui keningnya Li Poh-hoan ke bawah melihat matanya.
Walaupun mereka saling pandang, tapi sedikit pun tidak
mengganggu penampilan masing-masing di dalam hati
mereka. Karena sentuhannya semakin meluas, dan saling
menempel, maka kemesraannya semakin kental seperti bisa
dilihat, bisa diraba oleh tangan.
Malah bisa tercium hawa harum......
Setelah beberapa saat, Pu-couw-siancu baru kembali
berdiri ke posisi semula.
Tetap berdiri di belakangnya.
Tapi sepasang tangannya masih memijat-mijat.
Lalu, sepuluh jari dia mendadak terbuka, setiap ujung
jari dengan tepat berhenti di satu jalan darah, di antara
sepuluh jalan darah itu, ada tiga jalan darah adalah jalan
darah yang sangat penting.
Tentu saja Li Poh-hoan tahu.
Ilmu silat dia yang sangat tinggi, terhadap setiap jalan
darah selalu terasa paling sensitif.
Tapi dia tidak bergerak, tidak melawan.
Malah sampai berpikir was-was pun tidak timbul.
"Ada pikiran apa di dalam hatimu?" dia pelan bertanya,
bau harum mulutnya membuat orang mabuk.
Li Poh-hoan menjawab:
"Perasaanku seperti gelombang di lautan besar bergolak,
aku tidak tahu sebabnya, sama sekali......"
Dia pelan-pelan menutup matanya, menghirup nafas
dalam-dalam. Perasaan yang melayang-layang, darahnya mengalir
semakin cepat seperti ini, kenapa begitu asing begitu aneh"
Kenapa tiba-tiba dia mendapatkan kehidupan yang
begitu penuh begitu mantap"
Mendadak bisa melihat sinar cemerlang musim semi"
Dulu dia tidak pernah ada perasaan ini, apa karena
hatiku dulu masih tertutup" Atau mataku buta"
Lalu kenapa dengan rela melepaskan segala
kewaspadaan"
Kenapa mendadak kehilangan kecurigaan dan
ketakutan"
Dia jelas-jelas tahu sepasang tangan cantik itu, setiap saat
bisa mengambil nyawa pesilat tinggi dunia persilatan, tapi
kenapa dia tidak takut bisa muncul kejadian menakutkan
ini" Dia menghela nafas, tapi suaranya penuh dengan
kebahagiaan dan kepuasan.
Pipi mulusnya Pu-couw-siancu timbul warna merah yang
mencolok. Entah kapan sudah ditempelkan pada wajah-nyaa Dua
orang itu sedikit pun tidak bergerak, setelah lewat beberapa
saat tetap masih begitu.
Perasaan yang lembut seperti air, dan juga panas seperti
api, sering membuat banyak hal di dunia ini berubah, malah
bisa membuat sejarah ditulis ulang......
Ambisi pelan-pelan mengangkat kepalanya dari riak
asmara ini. Istri yang secantik bunga, wanita cantik sehebat ini.
Jika orang biasa-biasa saja, bagaimana mungkin serasi
dengan dia"
Laki-laki sejati seharusnya berjuang mendirikan usaha
besar, lalu menggandeng istri kesayangannya, berdiri di
gerbang perbatasan, bercengkrama......
Saat semangatnya bergelora, tapi bersamaan itu dia
merasakan tubuh Pu-couw-siancu semakin kaku, hangat di
wajah cantiknya semakin berkurang.
Apa penyebabnya sehingga dia berubah jadi begini"
Haruskah dia bertanya padanya"
Pu-couw-siancu pelan-pelan meninggalkan dia, tetap
berdiri di belakang dia, sepuluh jarinya masih tetap
menempel di sepuluh jalan darahnya, katanya:
"Kau membuat perasaanku bergolak, membuat aku
mendadak berubah kembali menjadi gadis tujuh delapan
belas tahunan."
"Bukankah itu bagus?"
"Kenyataannya kurang bagus, begitu perasaan-ku
bergolak, aku jadi teringat kakakku, maksudku di dalam
hati jadi memikirkannya, bukan hanya di mulut saja, pun
bukan ada kemauan lainnya..."
"Tujuan berbeda, apa ada hubungannya?"
"Hubungannya terlalu erat. Jika aku berpikir dengan
sungguh-sungguh, akibatnya bukan saja ber-beda juga akan
ada orang lain yang tahu (Hal ini sudah diberitahukan oleh
Tong-leng-siang-jin)."
00oodwoo00 BAB 17 Li Poh-hoan tidak mengerti, dia bertanya: "Siapa lagi
yang tahu?"
"Liong Siang-yang akan tahu." Jawabnya, "dia pun telah
berhasil melatih jurus rahasia Sin-ie-tay-hoat dari Tong-tobun,
makanya aku dengan dia bisa berbicara menggunakan
pikiran." "Kalau begitu apa yang kita perbincangkan, apa yang
kita pikiran disini, dia juga bisa tahu?"
Hal ini membuat Li Poh-hoan sangat terkejut. Dia bukan
terpikir 'bahaya', tapi terpikir dua orang ini bisa saling
berhubungan melalui pikirannya, wajah dan kepintaran
mereka juga begitu serasi.
Coba tanya siapa yang sanggup merebut Pu-couw-siancu
dari tangannya Liong Siang-yang"
Pu-couw-siancu menggelengkan kepala: "Dia tidak akan
tahu, kecuali aku sengaja membiarkan dia tahu. Selain ini
aku pernah belajar Yang-yan-hoan-sim-kang, maka
hubungan batinku dengan kakakku sejak lahir jadi terputus,
tentu saja Liong Siang-yang juga tidak bisa tahu pikiranku."
Li Poh-hoan jadi merasa sedikit lega, dia berkata:
"Kelihatannya aku masih ada kesempatan, tadi hatiku
mendadak seperti berhenti, itu disebabkan oleh rasa putus
asa......"
Pu-couw-siancu terdiam sejenak lalu berkata:
"Seharusnya kau lebih mengkhawatirkan hal lainnya, baru
betul, tapi kau malah hanya memikirkan perasaan! Kau
seperti remaja delapan belas tahun saja, bukan ketua
perkumpulan yang gagah perkasa yang berambisi
menguasai dunia!"
Li Poh-hoan tertawa pahit dan berkata:
"Jika bisa sekalian demi seorang lain, bukan hanya untuk
diri sendiri, menguasai dunia persilatan baru sangat berarti.
Aku sungguh berpikir demikian!"
Pu-couw-siancu tidak segera menjawab.
Tapi sepuluh ujung jarinya mengeluarkan hawa panas,
masuk ke dalam sepuluh jalan darah Li Poh-hoan.
Sepuluh hawa panas ini ada yang lemah ada yang kuat,
ada yang keras ada yang lembut.
Saat masuk ke dalam mula-mula dihadang oleh tenaga
dalam Li Poh-hoan, tapi segera menjadi satu tanpa ada
hambatan. Jelas Li Poh-hoan sudah melepaskan segala
pertahanannya, seluruh rubuhnya sudah menjadi benteng
yang tanpa ada pertahanan.
Jika dia sekarang mau mengambil nyawanya, sangat
mudah seperti membalikan telapak tangan.
Tapi dia tidak melakukannya,
Dia hanya tersenyum pahit.
"Aku tidak tahu kenapa aku bisa melepaskan dirimu"
Aku pernah mengutus orang membunuhmu, aku
merencanakan jebakan untukmu, tapi ketika aku
mendapatkan kesempatan yang sangat bagus, aku malah
tidak bisa melakukannya?"
Li Poh-hoan memeramkan mata tidak bicara.
Karena hawa panas yang dikeluarkan dari ujung jarinya,
dengan cepat memulihkan tenaga dalam-nya malah
menambahnya. Jelas dia dengan rela menghabiskan tenaga dalamnya
sendiri, melalui jarinya menyalurkan tenaga dalamnya......
Dia berguman kembali:
"Walaupun Liong Siang-yang tidak tahu arah tujuan
hatiku, tapi dia bisa mengetahui aku sudah mengeluarkan
perasaan hatiku sekali, maka dia akan berusaha secepatnya
mencari aku. Dia akan menggunakan kesempatan baik ini
mengerahkan Sin-ie-tay-hoat, mengendalikan pikiranku.
Jika pikiranku sudah dikendalikan oleh dia, aku tidak bisa
berbuat apa-apa, dan aku akan menjadi bawahan dia, atau
menjadi selir dia......"
((8-dxw-8)) Benar saja Liong Siang-yang dengan cepat menemukan
ruangan yang masih ada sinar lampunya.
Dia berdiri di luar ruangan beberapa saat.
Akhirnya sorot mata dia melihat kesekeliling lagi, lalu
menatap tajam pada wajah cantik Pu-couw-siancu yang
sedang duduk di sisi meja.
Pu-couw-siancu tersenyum.
Tapi senyumnya terlihat sedih.
Liong Siang-yang melangkah masuk ke dalam ruangan,
wajahnya yang seperti wanita cantik itu tampak keheranan
dan gembira, dia tidak mendesak terlalu dekat," dia berhenti
dalam jarak delapan kaki lebih.


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cepat sekali kau menemukan aku." Pu-couw-siancu
berkata, "aku sungguh kagum."
"Kelihatannya kau sangat lelah, kenapa bisa begitu?"
kata Liong Siang-yang.
"Nada bicaramu dan tingkah lakumu tiba-tiba berubah
menjadi sangat hormat dan sungkan, apakah kedudukan
kita sudah bertukar, beritahu aku dulu, kenapa kau tampak
begitu lemas" Apakah tadi kau bertemu dengan musuh?"
"Musuh di dalam hatiku. Aku tidak perlu bertemu
dengan dia, dia selalu mengikuti aku."
Liong Siang-yang menjadi sangat senang dan berkata:
"Ooo begitu, tidak heran setelah aku memeriksa nya, di
dalam kamar tidak ada bekas pertarungan. Jika musuhnya
ada di dalam hatimu, itu bagus sekali!"
"Bagus bagaimana?"
"Paling tidak aku bisa membantumu, jika orang lain pasti
tidak bisa membantumu!"
Pelan Pu-couw-siancu menggelengkan kepala.
"Tidak bagus, walaupun kata-katamu masuk akal,
namun ketika pikiranku sedang kelelahan karena bertarung
dengan musuh, saat itu kau tanpa perlu mengeluarkan
banyak tenaga, akan mengunci pikiran ku."
Dia berpikir sejenak lalu berkata lagi:
"Ku rasa kalau aku menjadi orang yang tidak punya
pikiran, bukankah itu sama dengan menjadi budakmu?"
Liong Siang-yang menggoyangkan kepala dan topinya
jatuh, rambutnya yang panjang menjumtai ke bawah, lalu
melangkah ke depan tiga langkah.
Wajah dia berubah menjadi pucat seperti es, sepasang
matanya menyorot sinar dingin.
Muka dia yang tampan berubah menjadi menyeramkan,
tampak seperti dukun jahat.
Suaranya pun jadi tajam dan dingin, menambah
keseramannya. Dia berkata: "Biar kucoba saja sekarang, aku suka mengunci pikiran
orang lain, jika pada pikiranmu, maka aku akan lebih suka
lagi!" Sinar lampu seperti ada tenaga misterius, warna nya tibatiba
berubah dari kuning padam menjadi hijau putih,
membuat orang dan segala sesuatu di dalam ruangan seperti
disinari oleh sinar yang menyeramkan dan dingin.
Api lampu tiba-tiba membesar lalu tiba-tiba mengecil
bergoyang-goyang, menimbulkan banyak bayangan yang
menyeramkan. Sepasang tangan Pu-couw-siancu menekan meja,
tubuhnya duduk dengan tegak, laksana seorang dewi.
Setiap dewi berkonsentrasi, selain dilindungi oleh roh
dewa, berusaha menangkal serangan setan.
Selama di dunia masih ada setan-setan, maka harus
mendirikan altar dan segala keperluannya, supaya tubuh
berwarna ini bisa bertahan.
Jika hanya sihir yang menyerang, maka di saat
berkonsentrasi tidak ada pikiran, pikirannya bersih dan
tenang, kebanyakan sihir itu tidak bisa masuk.
Jika Pu-couw-siancu benar-benar seperti dewi yang
berkonsentrasi, dan juga mencapai taraf benar-benar tenang,
tentu saja dia tidak perlu takut pada sihirnya Liong Siangyang.
Sayang dia tidak bisa mencapai taraf seperti itu, maka
warna wajahnya mendadak menjadi putih pucat, saling
berhadapan dengan wajahnya Liong Siang-yang.
Bersamaan waktu itu sepasang tangannya perlahan mulai
gemetar. Tampak dia berusaha keras supaya sepasang
tangannya yang cantik itu tidak gemetar, tapi dia tidak
mampu menahannya.
Jika dia mampu menahan sepasang tangannya tidak
gemetar terlalu keras itu sudah bagus sekali.
Saat ini sinar dingin dari sepasang mata Liong Siangyang
terasa semakin dingin, wajahnya pun dingin
menakutkan. Sorot matanya ditujukan pada Pu-couwsiancu,
hidungnya mengeluarkan suara dengus-an yang
aneh. Suara anehnya masuk ke dalam telinga Pu-couw-siancu,
dia merasakan seperti dipukul oleh palu besar, dan seperti
bor tajam menusuk telinga.
Jiwanya jadi terasa sangat sakit.
Waktu di dalam ruangan seperti membeku, dalam situasi
angker ini. Sangat mungkin hanya dalam sekejap, juga mungkin
sudah berlalu lama.
Pokoknya mala petaka yang tidak bisa dilihat atau diraba
ini, dalam perasaan tidak ada mulanya, juga tidak ada
akhirnya. Masalah apa saja (termasuk kebahagian atau mala
petaka) jika tidak ada permulaannya, maka hanya bingung
saja yang ada. Jika merasa tidak ada akhirnya, maka kese-nangan pun
bisa berubah menjadi tidak bisa menerima-nya.
Maka tidak perlu dikatakan lagi malapetaka, kesedihan
dan lain-lainnya.
Ternyata kita manusia semua karena ketakutan terhadap
kemusnahan dan kematian yang tidak bisa diketahui
sehingga berusaha mati-matian mencapai keabadian. Tapi
di luar dugaan, kita juga tidak begitu mengerti sifat abadi itu
apa. Ketika kita benar mendapatkan keabadian, tidak peduli
itu kegembiraan atau kesusahan, pasti berubah jadi hal yang
tidak bisa diterima.
Maka pelepasan yang sungguh-sungguh, sebenarnya
adalah di luar batas keabadian.
Jika kau bisa membayangkan bagaimana keada-an di
luar batas keabadian itu, maka kau boleh mencoba
membayangkan. Tapi jika tidak bisa, itu pun tidak perlu
sedih dan putus asa.
Karena itu sebenarnya tidak bisa dilukiskan oleh huruf,
bahasa, pikiran dan lain-lain manusia!
Gemetarnya sepasang tangan Pu-couw-siancu tampak
bertambah keras.
Dialisnya ada tetes keringat, sorot matanya tampak putus
asa dan sedih. Liong Siang-yang tertawa licik sambil melangkah maju.
Dia tahu secara garis besar dia sudah mengendalikan Pucouw-
siancu, hanya perlu menghampirinya, hanya perlu
menyentuh tubuhnya bagian mana saja, maka berhasillah
dia. Dan selanjutnya pikirannya akan dikendalikan,
selanjutnya jiwanya akan diborgol, selamanya jadi budak
Liong Siang-yang, selamanya diperintah dia, sama sekali
tidak akan bisa melawan.
Satu-satunya sisa pikiran dia, semuanya diguna kan
untuk berjalan.
Maka di dalam waktu kritis ini, begitu ada sesosok
bayangan seperti daun jatuh ke tanah, tanpa bersuara tanpa
peringatan turun di belakang tubuhnya, dia masih tidak
merasakannya. Dia bukan tidak merasakan sama sekali, tapi sudah
terlambat satu kedipan mata.
Dia melihat sepasang tangan Pu-couw-siancu mendadak
tidak gemetar lagi, di dalam hati dia jadi terkejut, dari
keadaan itu di dalam hati segera sadar keadaannya ada
yang tidak beres.
Bagaimana Pu-couw-siancu bisa dalam keadaan
terkendali, mendadak timbul perlawanan"
Satu-satunya jawaban adalah dia mendapatkan bantuan.
Tapi tenaga semacam ini sepertinya tidak mungkin
datang dari dirinya sendiri, kalau begitu datangnya pasti
dari luar, datang dari orang lain.
Baru saja dia berpikir begitu, tiba-tiba hatinya muncul
perasaan terkejut dan ketakutan yang belum pernah terjadi,
tapi juga sedikit mengenalnya.
Dari mana datangnya" Siapa orang yang bisa
menimbulkan perasaan takut ini"
Ketuanya hari itu pernah berkata..... sayang baru
sekarang dia teringat.... tidak mudah menghadapi Pu-couwsiancu
Cui Lian-gwat, jika ingin benar-benar bisa
mengendalikan dia, paling sedikit dia harus giat belajar
sepuluh tahun lagi.
Tapi, jika hanya mau membunuh dia, hanya
menginginkan kedudukan dia, maka kesempatannya besar
sekali! Ketuanya memang tidak berat sebelah, dia memang
menunjukan keadaan sebenarnya.
Mengingat kembali hal itu, akhir-akhir ini, jelas dia ada
kesempatan membunuhnya, tapi dia selalu melepaskan
begitu saja, kenapa"
Oh langit" Apakah sebenarnya jiwaku diam-diam sudah
dikendalikan oleh dia"
Sorot matanya kembali normal, sampai warna wajahnya
pun ada kemerahan.
Pokoknya, dia sudah kembali lagi ke 'manusia' bukan
'dukun'. Bersamaan waktu itu, dia merasakan punggung sampai
dadanya entah kapan seperti telah ditembus oleh sebuah
benda dingin, sehingga dia merasa dingin sekali dan
sakitnya sampai ke tulang.
Dia tidak pernah mengalami hal ini, namun yang aneh
adalah dia tahu perasaan aneh dan sakit ini, pasti
ditimbulkan oleh pedang yang menakutkan.
Jika pedang itu tidak muncul di depan mata di dadanya,
pasti ditusukan dari belakang punggung, dan masuk ke
dalam tubuhnya.
Maka dada dan punggungnya menjadi ber-lubang
sehingga terasa dingin dan sakit.
Siapa yang menggunakan pedang ini"
Bagaimana orang ini bisa melakukannya tanpa
diketahui"
Jurus pedang apa ini"
Wajah Pu-couw-siancu pun sudah pulih kembali menjadi
segar, kecantikannya membuat orang tidak berani menatap
dia. Dia berkata sambil tersenyum, suaranya sangat lemah
tidak bertenaga:
"Coba ceritakan, Li Poh-hoan, aku sungguh berterima
kasih padamu!"
Liong Siang-yang tidak perlu memalingkan kepala, di
dalam kepalanya sudah terbayang seorang laki-laki berbaju
putih yang sangat tampan.
Hanya saja entah pedang itu sekarang sudah kembali ke
sarungnya lagi atau belum"
Apakah sudah dikepitlagi di keteknya" Ternyata dua jam
sebelumnya, di atas jalan raya itu, yang menimbulkan
perasaan dingin dan takut adalah hawa membunuh dari
pedang Li Poh-hoan. Tidak heran saat dia tadi merasa
takut, juga ada perasaan seperti yang pernah dirasakannya!
Di belakang dia terdengar suara Li Poh-hoan yang
nyaring dan kuat dan berkata:
"Tidak perlu berterima kasih, sebenarnya kau sendiri
yang mengalahkan Liong Siang-yang! Aku hanya
menusukan pedang saja!"
Pu-couw-siancu berkata:
"Hai... jangan bicara begitu. Aku punya kemampuan apa
bisa menggerakan pedangmu ?"
Liong Siang-yang masih berdiri tegak, tidak jatuh
kebawah, juga tidak ada wajah yang menunjukan seperti
orang akan mati, dia menyela:
"Li Poh-hoan, sebagai Pangcu satu perkum-pulan. Ku
dengar ambisimu ingin menguasai dunia sangat besar.
Berita yang ku dapatkan itu salah tidak?"
"Tidak!" jawaban Li Poh-hoan sangat terus terang,
"sekarang kau menyinggung hal ini, apa ada gunanya?"
"Aku merasa kau tidak pantas diam-diam menyerangku
dari belakang. Jika kau hanya bisa menggunakan cara ini
untuk menghabisi musuh-musuhmu, mungkin orang-orang
di dunia tidak akan tunduk padamu!"
"Benar juga kata-katamu. Tapi apakah kau sudah lupa di
jalan raya di luar kota, kita pernah diam-diam bertarung
satu kali?"
"Aku tidak lupa, lalu kenapa?"
"Jujur saja pertarungan kali itu, aku sudah kalah. Hanya
saja kau tidak tahu!"
Liong Siang-yang keheranan dan berkata:
"Kau sudah kalah" Tapi sebenarnya kita belum benarbenar
bertarung kan?"
"Memang benar belum benar-benar bertarung. Tapi
setelah kau menghabisi Un Ci-eng, tenaga dalam-mu sudah
berkurang tidak sedikit, dan di saat itu aku malah tidak bisa
membunuhmu, malah kehabisan tenaga dalam, terpaksa
diam-diam aku meninggalkan tempat itu. Jadi sebenarnya
aku pernah kalah sekali."
"Aku masih kurang mengerti!"
"Kau mengerti atau tidak sudah tidak penting. Sebab
tidak peduli kau menggunakan cara apa ingin
mengumpulkan tenaga untuk menyerang terakhir kalinya,
pasti akan gagal semua.
Aku tahu serangan terakhirmu menggunakan senjata api,
ini semua tidak ada bedanya dengan diam diam menyerang
orang dari belakang. Aku juga tahu kau^ ingin sekali
melakukan tindakan besar mati bersama-sama. Tapi
menyesal sekali, aku tidak meng-izinkan mala petaka ini
terjadi!" Saat ini wajah Liong Siang-yang mendadak jadi pucat,
sorot matanya memudar, pikirannya putus asa dan
ketakutan. Dia berguman: "Li Poh-hoan, siapa kau sebenarnya" pikiran dan
tindakanmu jelas seorang ketua perkumpulan besar. Tapi
cara dan siasatmu malah seperti seorang pembunuh bayaran
kelas satu!"
Jawab Li Poh-hoan:
"Kalau begitu kau bolah menganggap aku sebagai


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang pembunuh bayaran kelas satu saja!"
Liong Siang-yang roboh ke bawah, sepasang matanya
sudah tertutup, nafasnya sudah berhenti.
Pu-couw-siancu memperingati Li Poh-hoan:
"Orang yang menakutkan ini sudah mati!"
Li Poh-hoan tetap berkata:
"Liong Siang-yang, supaya kau tahu saja, sebenarnya aku
terlahir sebagai seorang pembunuh bayaran kelas satu,
sebab darahku yang mengalir bersifat demikian! Jika kau
tahu asal-usulku, maka kau sedikit pun tidak akan
keheranan!"
Lampu di atas meja belum padam. Tetap mengeluarkan
sinar kuning, suasananya menyedihkan!
Tapi saat tangan Li Poh-hoan memegang tangan
mulusnya Cui Lian-gwat, di dalam hati kedua orang itu
timbul api muda dan api harapan.
Sehingga di dalam relung hati mereka, ruangan ini tidak
lagi dingin menyedihkan, tapi adalah harapan dan
kehidupan di kemudian hari......
# # # Kecantikan Pu-couw-siancu, senyumannya,
penampilannya dan lain-lain, hanya ada satu di antara
sepuluh ribu, sulit dilukiskan.
Tapi wanita yang sama secantik semenarik seperti dia....
sebenarnya digambarkan persis sama dengan dia juga
boleh.... Di dunia ini masih ada satu lagi.
Yaitu kakak kembarnya Cui Lian-hoa.
Setelah Cui Lian-hoa mengalami siksaan dan mala
petaka, juga kemiskinan, kesendirian dan lain-lainnya,
akhirnya dia bisa lega, paling sedikit sekarang ada seorang
Hoyan Tiang-sou w yang gagah perkasa di sampingnya.
Pesilat tinggi dunia persilatan ini jika ditaksir usianya
sepertinya lebih kecil dari dia.
Tapi dia adalah pesilat tinggi dunia persilatan, dari ahliahli
golok yang ada di dunia persilatan, tidak kurang
puluhan ribu ahli golok yang hebat-hebat, tapi dia adalah
salah satu yang terhebat.
Orang ini membuat orang-orang menjadi teringat akan
To-ong (Raja golok) Pouw Kang-ong.
Dahulu Pouw Kang-ong dengan Hiat-kiam (Pedang
darah) dari Yan-pak bersama-sama tiada tandingannya di
dunia. Tapi jika kedua orang pesilat tanpa tandingan di dunia
ini bertarung, siapa sebenarnya yang benar-benar tanpa
tandingan di dunia"
Pertanyaan ini sangat menarik, ratusan juta orang-orang
di dunia persilatan sering diam-diam memperkirakannya.
Hanya saja masalah seperti ini tidak bisa hanya
memperkirakan saja, lalu mendapatkan jawabannya.
Maka beberapa tahun lalu To-ong Pouw Kang-ong dan
Hiat-kiam dari Yan-pak mendadak meng-hilang,
selanjutnya kedua orang itu tidak ditemukan lagi, maka
masuk akal jika banyak orang mencurigai di antara kedua
orang itu pasti ada hubungannya.
Selain itu, diantara mereka, masih terselip seorang yang
disebut Opas nomor satu dunia Tiong-liu-ti-cu (Di tengah
air mengalir di hadang tiang) Beng Ci-siu.
Orang inipun dalam waktu bersamaan ikut menghilang,
dan prestasi opas nomor satu ini selama beberapa tahun,
tidak ada satu perkara pun yang tidak bisa dia pecahkan,
tentu saja dia tidak mau membiar-kan To-ong dan Hiatkiam
kedua pesilat tinggi ini meraja lela di dunia persilatan.
Sehingga menghilangnya para pesilat tinggi ini, menjadi
perbincangan seru di kalangan orang-orang persilatan!
Saat ini Mo-to Hoyan Tiang-souw di dunia persilatan
hampir diakui sebagai orang yang mampu menggantikan
kedudukannya To-ong Pouw Kang-ong.
Sayangnya dia bukan keturunannya Pouw Kang-ong,
maka walau dia lebih lihay, tapi muncul dari golongan yang
berbeda. Seperti pepatah berkata:
"Setiap generasi di dunia selalu muncul genius silat......"
Di dunia yang ramai oleh manusia, waktu berputar tanpa
berhenti, memang selalu muncul orang genius, gelombang
belakang mengejar gelombang di depannya, setiap saat
selalu begitu. Maka di dunia tidak berhenti-hentinya ada
permasalahan, kenangan yang tidak ada batasnya!
Banyak sekali orang yang tersisih ke belakang gelombang
waktu, bagaimana tidak mengenang masa lalu sehingga
mengeluh" Hoyan Tiang-souw mengepit Mo-to, di bawah sinar
mentari musim semi, diam memandangi wanita yang
seperti dewi itu.
Hati dia terasa sakit sekali, pengalaman ini tidak pernah
dia alami selama hidupnya.
Dia sebenarnya dewi atau iblis"
Dia sebenarnya punya ilmu silat atau tidak"
Dia sungguh dihina orang dan tidak mampu melawan"
Cui Lian-hoa dengan kaku melangkah di pinggir sungai,
kelihatannya setiap saat bisa jatuh ke dalam sungai.
Maka Hoyan Tiang-souw segera menghampirinya,
dengan tangannya yang amat kuat menangkap lengannya.
Saat ini walau pun dia berada di pinggir jurang yang
amat curam, tapi bisa dipastikan dia tidak akan jatuh ke
bawah, apa lagi hanya di pinggir sungai kecil"
=V v V v V= Di atas air sungai yang tenang dan jernih, tercermin satu
bayangan wajah yang sangat cantik. '
Dia mengambil air sungai dan dibasuhkan ke wajahnya.
Saat air sungai turun menimbulkan jipratan air, membuat
bayangan yang amat cantik itu terpecah.
Sebenarnya kehidupan manusia seperti itu.
Segala sesuatu yang paling bagus, paling cantik, juga
hanya 'bayangan palsu' saja, begitu dihantam atau diganggu
oleh kekuatan luar, maka segera pecah dan menghilang.
Cui Lian-hoa menghela nafas:
"Hoyan Tiang-souw, jika di dalam jiwamu tidak ada aku,
bukankah itu akan lebih bebas dan tidak ada beban"
Bukankah itu akan lebih bersinar?"
Suara Hoyan Tiang-souw selamanya seperti geledek, tapi
sekarang kedengaran walau pun masih memekakan telinga,
tapi mengandung kelembutan.
"Aku tidak mengerti, kau tahu aku tidak banyak
membaca buku, pengalamanku pun tidak luas!"
"Lalu kenapa kau membawa golok datang ke selatan."
Cui Lian-hoa berkata, "Apa tujuannya" Kau sepertinya
telah membunuh banyak orang, juga bermusuhan dengan
tidak sedikit musuh kuat, untuk apa semua itu?"
"Tidak untuk apa-apa. Asalkan orang yang pantas mati,
orang yang tanpa alasan jelas menghadang jalanku, juga
bukan orang yang baik-baik, aku juga akan membunuhnya!"
"Hay! To-ong Pouw Kang-ong dulu meraja lela di dunia,
tidak ada lawannya, juga tidak meraja lela seperti itu......"
"Kalau begitu coba kau beritahu aku!" suara Hoyan
Tiang-souw sangat tulus, "aku harus bersikap bagaimana"
Apakah jika bertemu dengan orang-orang yang menghina
dan mencelakai orang lain, aku tidak boleh turun tangan?"
Cui Lian-hoa terkejut sekali, berkata: "Bicara apa itu"
kenapa kau tidak boleh turun tangan?"
Hoyan Tiang-souw menjadi gelisah:
"Membunuh orang tidak boleh, tidak turun tangan juga
tidak boleh! Kalau begitu kau suruh aku bagaimana?"
Cui Lian-hoa berpikir sejenak, pelan-pelan melihat ke
atas langit, juga pelan pelan menghela nafas, baru dia
berkata: "Saat ini aku baru benar-benar mengerti, sebab
masalahmu sudah berubah menjadi masalahku, sehing-ga
aku benar-benar terlibat dan harus memutuskan."
Dia menurunkan pandangannya ke wajah Hoyan Tiangsouw,
sorot matanya lembut sekali seperti tiupan angin di
musim semi. Dia berkata lagi:
"Dulu aku hanyalah orang luar, maka masalah yang aku
pikirkan tidak begitu mendetail, juga tidak bisa merasakan
keadaanmu, tapi sekarang aku sudah tahu."
Tahu dan mengerti satu hal, tapi bagaimana
melakukannya, itu hal lain lagi.
Dengan lembut dia berkata lagi:
"Kau sebisanya jangan membunuh orang, tidak mencari
musuh itu yang paling bagus, karena itu sangat berbahaya
sekali. Orang dulu berkata tinggi gunung ada yang lebih
tinggi lagi, sungguh sedikit pun tidak salah. Tapi jika
sampai terdesak tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ingin tidak
membunuh orang juga tidak bisa, saat itu kau tentu saja
harus berkonsentrasi penuh, supaya bisa" melaksanakan
tugas menyelamat-kan diri atau' menyelamatkan orang
lain." Hoyan Tiang-souw menghela nafas panjang,
kelihatannya di dalam hatinya juga bukan tidak pernah
tidak ada pertanyaan ini, hanya saja dia bisa menahan diri
tidak banyak memikirkannya saja.
Sekarang jika Cui Lian-hoa sudah berdiri di pihaknya,
dia mengatakan sendiri mendukung diri-nya, maka tidak
ada pertanyaan lagi"
Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi" Semangat dia jadi
menggelora, dia bersiul panjang ke langit, suaranya
menggetarkan lapangan liar.
Saat "ini di dalam hatinya merasa senang sekali. Cui
Lian-hoa memeluk tangan dia yang kekar kuat, tersenyum
lembut berkata:
"Aku masih punya beberapa rahasia ingin
memberitahukan padamu, tapi waktunya bukan sekarang!
Aku senang sekali melihat kau gembira, dan melihat
semangatmu yang menggelora itu. Apakah kau tidak
pernah merasa ketakutan!"
Hoyan Tiang-souw menganggukan kepala: "Betul, tapi
aku juga sangat mudah marah. Asalkan lawan bukan orang
baik-baik, atau dia menggunakan akal busuk, tidak
menggunakan cara terang-terangan mencelakai aku, maka
aku tidak akan bisa menahan diri, akan marah sekali, saat
itu golokku akan dicabut keluar!"
Cui Lian-hoa tersenyum, mengangkat tangan-nya
mengusap dengan lembut wajah muda yang penuh dengan
brewok pendek dan keras, tangan mulus dia hampir saja
terluka olehbrewoknya.
Tapi dia merasa sangat senang juga nyaman. Dia
berkata: "Kelihatannya jurus golokmu, semakin kau marah
semakin lihay. Ini sungguh hal yang sangat aneh dan
misterius, jika aku ingin tahu kenapa bisa begitu, di dunia
ini mungkin hanya ada satu orang yang bisa
menjelaskannya."
Hoyan Tiang-souw keheranan dan berkata:
"Siapa orang itu?"
Di dalam hati Cui Lian-hoa muncul satu wajah Cin Sentong
yang bersih berusia setengah baya itu.
Tapi dia tidak mengatakannya, buat apa mengatakan
keadaan hati gadis remaja yang dulu diam-diam
mencintainya"
Cin Sen-tong itu adalah opas paling kuat nomor satu
dunia di jamannya.
Walaupun dia telah mengundurkan diri beberapa tahun,
tapi generasi penerusnya di dunia persilatan sudah tidak ada
orang yang mengenal dia.
Tapi di dalam hati Cui Lian-hoa, selamanya tidak bisa
melupakannya, juga tidak tahan jika teringat pelayan yang
sangat cantik Li Hong-ji (sebenarnya dia adalah ketua
perkumpulan Sin-jiu (Tangan dewa) di Hang-ciu, tapi
karena sesuatu hal, menjadi pelayannya Cin Sen-tong) yang
ada disisi dia.
Dimana mereka sekarang berada"
Bagaimana keadaan mereka"
Hari-hari keperkasaannya yang menggempar-kan dunia
persilatan, apakah masih muncul di dalam mimpinya Cin
Sen-tong" Hoyan Tiang-souw berkata:
"Kau tidak mau mengatakannya, aku pun tidak akan
bertanya, tapi ada satu hal aku harus tanyakan padamu!"
Cui Lian-hoa sedikit terkejut dan kebingungan berkata:
"Kau tanya saja! Kau mau tanya apa?" Tiba-tiba Hoyan
Tiang-souw mengerutkan alisnya, tampak dia merasa
kesulitan, seperti berkata pada dirinya sendiri:
"Tidak bisa, jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya,
apa gunanya aku menanyakan?"
Wajah dan suaranya Cui Lian-hoa, seperti ada semacam
tenaga aneh yang membuat orang tidak bisa, tidak tega dan
tidak percaya. Sebenarnya 'bersumpah' sama sekali tidak ada
hubungannya 'asli atau palsu', ada orang tidak bisa
berbohong sejak lahir, makanya bersumpah atau tidak sama
saja, sebab kata-katanya pasti jujur.
Tapi ada orang sejak lahir tidak pernah berkata jujur,
walaupun setiap katanya di ikuti sumpah, tapi tetap saja
bohong, kata-katanya pasti tidak akan berubah menjadi
kata-kata jujur.
Mengenai apakah bersumpah bisa mengikat orang" Juga
berbeda-beda pada masing-masing orang.
Tapi kebanyakan orang tidak terlalu sulit mengingkari
sumpah, makanya orang yang sudah lama di dunia
persilatan, selalu tidak mau mempercayai sumpah orang.
Hanya saja Hoyan Tiang-souw sudah seratus persen
mempercayainya.
Dia ingin sekali mengeluarkan hatinya untuk
dipelihatkan padanya. Dia buru buru berkata:
"Tidak perlu bersumpah, aku pasti percaya padamu, pasti
akan percaya padamu!"
"Kalau begitu kau tanyalah!"
Hoyan Tiang-souw hampir lupa apa yang tadi dia ingin
tanyakan" Maka dia berpikir-pikir lagi sejenak baru berkata:
"Apakah kau kadang-kadang bisa berubah menjadi


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat jahat" Maksudku adalah kau sekarang ini sungguh
seperti dewi yang paling baik hati paling cantik dan paling
nyata. Tapi apakah kau kadang-kadang bisa berubah
menjadi sangat jahat?"
Di dalam hati Cui Lian-hoa terasa sangat pahit.
Yang membuat dia berpikiran demikian tidak salah lagi,
pasti Cui Lian-gwat.
Hay! Adik yang dulu pikirannya bisa saling berhubungan
dan sifatnya baik dan lincah, kenapa sekarang berubah
menjadi orang asing yang sangat menakutkan" Dia yang
dulu, sekarang sudah pergi entah kemana"
"Aku tidak akan berubah menjadi jahat." Dia
menenangkan diri sesaat baru menjawab, "tapi aku masih
ada aku satunya lagi, aku yang ini bisa bagaimana" Aku
tidak tahu!"
Hoyan Tiang-souw teliti memikirkan, kepala-nya segera
menjadi pusing, dia merasa kata-katanya yang seperti katakata
agama Budha ini, pasti sulit dimengerti.
Maka dia mengangkat tangan tanda menyerah dan
berkata: "Baiklah, hal ini dibicarakan lain hari saja......"
Dia berhenti dan berpikir sejenak, mendadak sebuah
senyuman muncul di wajahnya yang muda dan kasar itu,
semakin melebar, laksana gelombang di air. Dia berkata:
"Mendadak aku ingat sekarang seharusnya waktunya
makan. Dulu begitu perutku lapar, dengan mudah sekali
aku menyelesaikannya, rumah makan besar boleh, tukang
mie di pinggir jalan juga boleh, pokoknya aku bisa mengisi
penuh perutku. Tapi sekarang sedikit berbeda!"
Cui Lian-hoa tertawa sambil berkata: "Perkataanmu
seperti seorang ahli philosophy saja, sebenarnya apa yang
ingin kau katakan?"
"Sekarang aku terpikir makan nasi, jadi dengan
sendirinya terpikir selera makanmu. Dan juga bersamasama
denganmu, tentu saja paling bagus makan di rumah
makan besar yang bersih dan megah."
"Tempat yang bersih dan megah tentu saja akan lebih
romantis! Sekarang yang aku tahu hanya kau sangat baik
padaku, tapi sepertinya kau masih ada maksud lain?"
Hoyan Tiang-souw menganggukan kepala: "Dari masalah
makan ini, aku jadi teringat kata katamu tadi. Kau berkata
di dalam kehidupanku jika kehilanganmu, tentu akan lebih
bebas merdeka, aku lihat di dalam masalah makan nasi ini
saja, sudah membuktikan perkataanmu tadi betul sekali."
Cui Lian-hoa tersenyum manis: "Sebenarnya tidak hanya
satu hal makan nasi saja" Mungkin kau sudah
merasakannya, juga bisa membayangkannya?"
Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw menjulurkan sepasang
tangannya, dengan mantap tapi lembut memeluknya.
Dia tidak pernah memeluk wanita.
Tapi hal ini sepertinya tidak perlu diajarkan orang.
Dia memeluknya dengan baik, membuat dia selain
merasakan hangat dan aman, masih merasakan rangsangan
dari seorang laki-laki.
Dia masih bisa menundukan kepala mencium bibirnya
yang merah lembut, dan saat ini bumi langit dan kesibukan
manusia, sudah tidak ada satu hal pun yang bisa
mengganggu mereka......
=XoXoX= Musim semi yang hangat dan bunga mekar di Kang-lam,
perbedaannya seperti bumi dan langit dibandingkan dengan
cuaca yang dingin di utara.
Hoyan Tiang-souw yang terbiasa hidup di utara memang
sangat merasakannya.
Sampai orang yang sudah lama tinggal di Kang-lam,
melihat bunga-bunga mekar di lapangan liar, juga bisa
dengan sendirinya terpikir kesusahan hidup di utara yang
dingin tandus, terpikir indahnya Kang-lam di musim semi!
Sekarang yang merasakan perasaan ini adalah Pu-couwsiancu
Cui Lian-gwat, dia sendiri sudah berubah menjadi
seorang nyonya setengah baya yang berwajah kuning.
Ilmu merubah wajahnya sungguh hebat, wajau pun mata
cantik dan bibir munggilnya masih tetap sama, tapi karena
warna wajahnya kuning kering, rambut dan pakaiannya
berubah, maka kelihatannya seperti seorang wanita
kampung setengah baya.
Sorot mata dia menatap tajam ke bawah satu pohon
bunga Tho yang sedang mekar, di sana ada seorang wanita
cantik berpakaian biasa, namun lebih cantik lebih mencolok
mata dibandingkan dengan bunga Toh.
Tentu saja Cui Lian-gwat mengenal wanita cantik ini,
walaupun sudah beberapa tahun tidak bertemu, tapi kakak
kembar yang pikirannya bisa ber-hubungan, bagaimana
mungkin dia bisa melupakan-nya"
Cui Lian-hoa berada di bawah pohon bunga Toh,
matanya melihat ke permukan air danau yang beriak,
tubuhnya sedikit pun tidak bergerak, bengong seperti sedang
memikirkan sesuatu!
Lalu muncullah Hoyan Tiang-souw yang bertubuh gagah
perkasa itu. Tangan kiri dia memegang golok pusaka, tangan kanan
di julurkan memeluk Cui Lian-hoa dengan lembut,
membisikan entah perkataan apa, lalu kedua orang itu
tertawa terkekeh-kekeh.
O00-dw-00O BAB 18 Di dalam hati Cui Lian-gwat tidak ada rasa senang, juga
tidak ada cemburu.
Jika dia teliti memperhatikan dirinya sekarang, pasti
diapun akan merasa keheranan.
Sebab jika kakak yang sudah beberapa tahun tidak
bertemu sekarang tiba-tiba muncul di depan matanya, dan
dia pun bersama-sama teman laki-lakinya, kenapa perasaan
dia sedikit pun tidak ada reaksi"
Anggap saja cemburu! Itu jauh lebih baik dari pada
sampai perasaan ini pun tidak ada.
Kenapa dia jadi seperti kayu atau batu, hanya terus
mengawasi gerak-gerik mereka, tapi tidak meng-hampiri
kakaknya untuk bertemu"
Hoyan Tiang-souw dan Cui Lian-hoa berjalan menyusuri
pantai See-ouw.
Melihat arahnya jelas mereka ingin mencari sebuah
perahu kecil, untuk pergi ke gedung Lo-say-lou yang berada
di tengah danau, minum dan makan sambil melihat
pemandangan di sana.
Cui Lian-gwat berdiri diam, sampai bayangan sepasang
kekasih itu menghilang, dia baru tersenyum dingin,
membalikan tubuh diam-diam pergi.
O O O Hoyan Tiang-souw merasa selama sepuluh hari ini, dia
seperti hidup di sorga bukan di dunia.
Sekarang, dia baru menyadari pemandangan di
sekelilingnya selain indah, malah masih ada sebuah tenaga
yang membuat hatinya bergetar!
Dia tahu walaupun telah melewati beberapa tahun,
walaupun sampai tua, berambut putih, jika dari kejauhan
melihat seorang gadis cantik berdiri di bawah pohon bunga
Tho yang sedang mekar, dia pasti akan ingat hari-hari ini,
pasti darahnya bergolak, juga pasti terharu dan
mengenangnya! Dia sudah bisa minum sedikit arak, dan disaat sedikit
mabuk, dia merasa kecantikan dan penampilan Cui Lianhoa
malah terlihat lebih cantik lagi.
Dia sudah bisa berkata yang lucu-lucu, mem-buat
keadaannya jadi lebih akrab lebih mesra.
Jika arak hanya ada kegunaan ini, tidak ada kejelekan
lainnya, mungkin danau dan bak penampungan air di
seluruh dunia akan di isi oleh arak, juga tidak akan cukup
untuk kebutuhan manusia.
Satu keburukan dari arak adalah bisa mem-busukan
malah menghancurkan jiwa.
Dan ketika sedang kesal, maka arak bisa menambah
kekuatan kekesalannya.
Maka ketika seseorang sedang mabuk, berjalan
sempoyongan dan menabrak dia, maka dia akan
memutuskan sepanjang hidupnya tidak boleh berbuat
seperti orang yang begini menyebalkan.
Tapi pikirannya dengan cepat beralih ke tempat lain.
Dia melihat Cui Lian-hoa dengan pandangan yang
sangat dalam, lalu bangkit dan pergi ke tembok penghalang,
menjulurkan kepala melihat ke bawah pohon bunga Tho.
Sebenarnya mata dia melihat ke atas kertas kusut yang
ada ditangannya, di atas kertas tertulis:
"Jam tiga hari ini, bertarung di lereng selatan Giok-koan,
jangan membawa wanita. Kie Ting-hoan."
Walaupun hurufnya ditulis sangat kecil, tapi sangat
bertenaga dan mantap.
Kie Ting-hoan adalah pesilat tinggi nomor satu dari
keluarga Kie di Hong-lai Soa-tang, juga yang paling
berkuasa dalam keluarga Kie.
Dia datang sendiri ke Hang-ciu, secara diam-diam
mengundang tarung, membuat orang kebingung-an tidak
bisa mengerti. Satu-satunya penjelasan adalah kalimat 'jangan
membawa wanita'.
Tombak baja Mo-tang dari keluarga Kie sangat ternama
di dunia persilatan, dan Kie Ting-hoan adalah pesilat tinggi
nomor satu di keluarga Kie, tentu saja ilmu silatnya sangat
hebat. Tapi benar atau tidak dari kejauhan dia pernah
melihatkecantikan Cui Lian-hoa yang sangat cantik itu"
Melihat tingkahnya yang sedang senang sekali, dia tidak
tega mengganggunya"
Dia tidak ingin menyaksikan keadaan lapangan
pertarungan yang berlumuran darah"
Hoyan Tiang-souw sangat setuju dengan cara
pertarungan seperti ini, tapi mempertimbangkan keadaan
Cui Lian-hoa yang sudah tidak bisa bersilat itu, maka dia
jadi bimbang dan sulit menentukan.
Hari sudah melewati tengah hari, sudah lewat jam satu
siang. Saat ini matahari bersinar terang. Jika naik perahu di
danau, tentu sangat menyenangkan sekali.
Dia kembali ke tempat duduknya, mengangkat gelas dan
sekali teguk menghabiskan araknya.
Di dalam mata Cui Lian-hoa tampak sinar gelisah. Dia
dengan lembut berkata:
"Tiba-tiba kau punya pikiran, darimana datangnya
pikiran ini" Apakah pemandangan indah disini, masih tetap
membuat kau merindukan utara?"
Hoyan Tiang-souw kembali menghabiskan segelas penuh
araknya. Cui Lian-hoa berkata:
"Aah! Maksudku tadinya bukan menduga begitu. Kau
jangan terlalu banyak minum arak, banyak minum arak bisa
mempengaruhi refleksi jarak dan kecepatan (kecelakaan lalu
lintas masa kini mabuk mengendarai mobil, sama
alasannya). Aku tahu kau sebentar lagi sangat memerlukan
refleksi ini."
Keluhan Hoyan Tiang-souw seperti orang biasa
berteriak. Setelah mengeluh baru dia berkata:
"Ucapanmu betul sekali, tapi aku tidak ingin
menjelaskan padamu."
Cui Lian-hoa berkata pelan:
"Kau hanya perlu menentukan mau pergi atau tidak!
Mengenai akibatnya, aku pasti akan tahu."
"Aku harus pergi, karena dia bukan orang hina, dia sama
sekali tidak mau mengganggumu!"
"Pergilah! Jika aku yang kau beratkan, maka aku
sekarang juga bisa memberitahu, aku masih bisa mengurus
diriku sendiri.
Paling sedikit aku ada cara selamanya melepaskan diri
dari kesedihan dan kesulitan, aku beritahu, aku pasti masih
duduk di tempat duduk ini, menanti kau muncul dari
kejauhan di luar pagar!"
Apa saja yang dia tahu"
Tentu saja dia tidak tahu.
Tapi jika Hoyan Tiang-souw menganggap orang itu
bukan orang yang hina, maka bahayanya jadi berkurang
banyak. Jika demikian, jika tidak membiarkan dia pergi, mungkin
sepanjang hidup ini, dia akan resah karena-nya, selamanya
tidak bisa tenang, dan dia sendiri pun tentu juga tidak bisa
tenang. Bahaya dan kesulitan di dunia ini, selalu harus dihadapi
dengan tegar, itu baru cara yang tepat.
Tapi kali ini entah betul atau tidak"
00=dw=00 Pohon tua di sekeliling sangat rimbun, suasana sangat
tenang. Lapangan rumput yang sangat luas seperti gelombang
lautan, hijau lembut, membuat orang jadi bernafsu ingin
berguling-guling diatasnya, atau tidur diatasnya,
membiarkan matahari menjemurnya.
Kie-samya menenteng tombak baja sebesar telur bebek,
berdiri di tengah lapangan rumput yang luas dan datar.
Perawakan dia pendek tegar dan mantap, usia-nya
kurang lebih lima puluh tahunan.
Wajahnya berbentuk pesegi memberi kesan adil dan jujur
pada orang. Yang dipandang oleh mata walaupun sebatang pohon
tua sejenis cemara, tapi di dalam hati dia malah melihat
pohon Tho yang indah, bunga-bunga Tho yang indah,
malah masih kalah oleh sinar kecantikan Cui Lian-hoa.
Tidak mengherankan keponakannya Kie Hong-in rela
tewas demi dia.
Aku sendiri pun... berpikir sampai disini dia tertawa
pahit sejenak... setelah melihatnya, sepertinya tidak bisa
tidak dia merasa harus merebut dia kembali adalah satu hal


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang paling penting dalam hidupnya.
Tapi dia jika begitu akrab dengan Hoyan Tiang-souw,
kenapa diam-diam bisa muncul di hadapanku, memohon
padaku supaya aku mengusulkan pertarung-an yang adil"
Jika tidak bertarung berarti tidak usah mengalirkan
darah, bukankah itu lebih bagus"
Kie Ting-hoan merasa yakin pandangannya luar biasa,
setelah melihat orang sekali saja, dia pasti tidak pernah
lupa. Tapi, tentu saja dia tidak tahu wanita cantik yang diamdiam
muncul di hadapannya ini adalah Cui Lian-gwat
bukan Cui Lian-hoa.
Apakah tombak baja Mo-tang Kie Ting-hoan bisa
mengalahkan Mo-to"
Pertanyaan ini sangat menarik sekali, banyak orang pun
tentu ingin mengetahuinya.
Mengenai dua orang yang bersangkutan... Kie Ting-hoan
dan Hoyan Tiang-souw... tentu saja mereka juga sangat
ingin tahu. Hanya saja ketika jawabannya diumumkan, salah
satunya selalu menemukan jawabannya itu tidak ada arti
lagi baginya. Sejauh seratus langkah lebih muncul bayangan tubuh
Hoyan Tiang-souw yang gagah perkasa.
Dia mengapit Mo-to, datang dengan langkah besar.
Langkah dia tidak tergesa-gesa, juga tidak dibuat-buat.
Namun kekuatan terlihat seperti pasukan tentara, seperti
tenaga aneh yang bisa mempengaruhi lawan.
Dengan hawa kekuatan pasukannya, dia 'menerjang'
(sebenarnya hanya berjalan saja) sepuluh langkah di depan
lawannya, baru berhenti.
Walaupun sudah berhenti, tapi keadaan laksana ada
sepuluh ribu pasukan yang mengepung, sangat
menakutkan. Kie Ting-hoan berdiri tegak tidak bergerak sedikit pun,
laksana batu karang yang kokoh.
Matanya pun tidak berkedip.
Sorot matanya damai, sedikit pun tidak ada perasaan
senang marah terkejut dan lain-lainnya.
Walaupun mereka berdua belum bertarung, juga belum
berbicara sepatah kata pun. Tapi hati mereka sama-sama
tahu satu hal. Yaitu lawan pasti pesilat tinggi yang ternama.
Tentu saja mereka akhirnya akan berbicara dulu', baru
bertarung. Jika yang satu adalah pejabat kerajaan, yang satu adalah
buronan, maka itu tidak perlu berbicara apa-apa lagi,
pejabat menangkap buronan, buronan menolak ditangkap.
Suara Kie Ting-hoan sangat kuat bertenaga dan berkata:
"Aku Kie Ting-hoan dari Hong-lai di Soa-tang."
Hoyan Tiang-souw mengikuti cara dia memperkenalkan
dirinya. "Benarkah kau telah membunuh keponakanku KieHongin?"
"Benar," kata Hoyan Tiang-souw.
"Ku'dengar kau hanya mengeluarkan satu jurus saja,
sudah berhasil melepaskan tombak baja di tangannya,
apakah betul?"
"Tidak salah!"
"Di antara kita ada dua masalah yang harus
dibicarakan," kelihatannya Kie Ting-hoan semakin mantap
semakin percaya diri, "satu masalah orang, satu lagi
masalah tombak baja."
"Aku tidak mengerti, sebenarnya apa yang ingin kau
katakan?" "Silahkan dengar," nada bicara dia sopan, karena ahli
golok yang berusia muda ini, adalah lawan yang pantas
dihormati, "mengenai soal orang, kelaku-an Kie Hong-in
memang tidak betul, maka dibunuh orang pun tidak
keterlaluan, walaupun aku merasa sedih atas kematian dia
dan merasa malu, tapi niat untuk membalasnya tidak terlalu
kuat." Hoyan Tiang-souw mengangkat angkat bahu, tidak
bicara. Karena ini hanyalah pikiran dan perasaan Kie Tinghoan,
tidak ada hubungannya dengan dia. Kie Ting-hoan
kembali berkata:
"Mengenai hal kedua yaitu tombak baja, inilah penyebab
aku terpaksa datang ke Kang-lam mencari-mu."
Dia mengangkat tombak baja di tangannya, di bawah
sinar matahari baja murni itu berkilau-kilau menyilaukan
mata. "Tombak baja Kie Hong-in serupa dengan yang aku
punya, yang dia pelajari juga jurus tombak turun temurun
dari keluargaku. Maka jika tombak baja dia dipukul jatuh
olehmu, maka tombak bajaku juga akan terjadi hal yang
sama. Aku datang kemari justru ingin minta pelajaran
darimu, membuktikan kenyataannya!"
Hoyan Tiang-souw malas membicarakannya, sebab
akhirnya tetap tidak terhindar harus mencabut golok,
bertarung. Apa gunanya membicarakan omong kosong ini"
Kie Ting-hoan tidak percuma menjadi seorang angkatan
tua di dunia persilatan, begitu melihatnya dia sudah tahu
apa yang menjadi pikiran lawannya. Saat itu sambil
tersenyum dia berkata:
"Mungkin kau merasa aku terlalu cerewet, merasa aku
mencari alasan untuk bertarung. Tapi setiap orang di dunia
ini, dalam kehidupannya selalu ada pandangan sendiri, dia
harus membujuk dirinya sendiri, merasa perbuatannya
masuk akal sekali, baru hatinya bisa tenang."
Kata Hoyan Tiang-souw:
"Pokoknya, tetap saja akhirnya tombakmu dan golokku
harus bertarung, bertarung sampai mati! Ada alasan atau
tidak ada alasannya, sama sekali tidak ada urusannya
denganku!"
Kie Ting-hoan menggelengkan kepala tanda tidak setuju,
berkata: "Tidak, sama-sama membunuh, tapi mem-bunuh orang
yang sudah diadili, algojonya tidak bersalah. Sedangkan
membunuh orang karena gengsi, pamer kekuatan atau
sengaja dengan siasat mem-bunuhnya, maka masalahnya
jadi berbeda! Kau lihat, akibatnya sama-sama membunuh
orang, tapi alasan-nya sangat berbeda."
Kata-kata dia seperti tidak bisa dibantah.
Hoyan Tiang-souw tidak pandai bicara, maka
seharusnya dia diam membisu baru benar.
Walaupun kenyataannya Hoyan Tiang-souw tidak
pandai bicara, tapi itu bukan berarti otaknya ada masalah,
maka dia mengatakan perasaan di dalam hatinya. Dia
berkata: "Aku hanya tahu sejak dulu aku sudah memasukan
kalian di dalam satu kelompok, makanya teori apa pun
darimu, buatku sama dengan tidak ada. Karena kau pasti
ingin bertarung menggunakan tombakmu, pasti akhirnya
semacam ini!"
Kesimpulan dia memang tidak salah.
Kecuali Kie Ting-hoan sekarang langsung membalikan
tubuh dan pergi, jika tidak walaupun ada seribu alasan, di
dalam hatinya Hoyan Tiang-souw, tetap saja jenis orang
yang sama! Tentu saja Kie Ting-hoan tidak membalikan tubuh dan
pergi, senyumnya juga sudah menghilang.
Suara dia menjadi tidak enak di dengar:
"Sebenarnya aku jenis orang yang mana?"
"Sejenis dengan orang yang pasti mau mencari
kesalahanku, yang pasti ingin bertarung denganku!"
Kie Ting-hoan merasa lega, tadinya dia mengira Hoyan
Tiang-souw memasukan dia ke dalam jenis orang yang
tanpa alasan yang tepat, hanya mengandal-kan kekuasaan
menghina orang. Jika bukan, maka itu tidak apa-apalah!
"Hoyan Tiang-souw, sebenarnya kata-katamu itupun
benar, jika aku sudah memutuskan datang ke Kang-Iam,
berarti aku harus bertarung, makanya aku sejenis orang
dalam pandanganmu!"
Dengan jujur dia mengakui, hingga membuat Hoyan
Tiang-souw diam-diam timbul rasa simpati, dia merasa
orangini walaupun termasuk golongan jenis orang yang
mau tidak mau harus bertarung, namun dia sepertinya tidak
sama dengan orang semacam itu!
Mo-to di bawah ketek kiri, yang tadinya dikepit dengan
kuat sekali, mendadak meluncur ke bawah ke telapak
tangan kirinya.
Sekarang selain goloknya belum keluar dari sarungnya,
segalanya sudah siap!
Kie Ting-hoan berturut-turut mundur tiga langkah,
bukan mundur karena kalah atau mau melarikan diri.
Sebaliknya, dia mundur dengan cara angkuh, laksana
naga meluncur macan melangkah, membuat orang tidak
berani memandang rendah dirinya.
Tombak baja dia yang berkilau-kilau, sudah j diangkat
sejajar dengan pinggangnya, ujung tombak ditujukan pada
lawan. Dari mimik wajahnya yang serius dan pemusat-an
pikiran penuh, sekali melihat sudah tahu dia sedikit pun
tidak memandang remeh lawannya, dia sedang
mengerahkan seluruh kemampuannya.
Inilah sikap seorang ternama, menangkap kelinci
menggunakan seluruh kemampuannya, menang kap singa
pun menggunakan seluruh kemampuannya.
Seluruh tubuh Hoyan Tiang-souw dari atas ke bawah
sedikit pun tidak bergerak.
Maksudnya tidak bergerak untuk beberapa saat lamanya.
Kie Ting-hoan pun diam hanya menatap tajam, tombak
bajanya masih belum menyerang.
Setelah lewat cukup lama. Hoyan Tiang-souw seperti
kelelahan berdiri, titik berat tubuhnya dipindahkan ke kaki
belakang. Tapi gerakan yang sangat kecil ini malah menimbulkan
tekanan dan serangan yang dahsyat seperti gunung runtuh,
gelombang laut menerpa.
Terlihat tombak baja sepanjang tujuh kaki itu berkilaukilau
menyilaukan mata, dalam sekejap mata sudah
menusuk sebanyak tujuh kali.
Jika menganalisa tujuh tusukan tombak ini,
kehebatannya sulit diutarakan.
Pokoknya setiap serangan tombak Kie Ting-hoan laksana
ada puluhan ribu tentara menyerang dan ingin membunuh,
kedahsyatannya sulit digambarkan. Sehingga tidak perlu
ditanyakan orang yang berani menghadapinya pasti
berbahaya sekali.
Setiap serangan tombaknya menyerang titik penting di
atas tengah danbawah, ketiga bagian tubuh.
Ujung tombaknya hanya berjarak kurang dari satu inci
lagi akan mengenai kulitnya.
Maka jika tombak baju itu bisa seperti sulap memanjang
dua tiga inci saja, maka paling sedikit di atas wajah dan
tubuh Hoyan Tiang-souw akan ber tambah tujuh lubang!
Sesudah Kie Ting-hoan mengeluarkan tujuh jurus
tombaknya, dia sudah mendesak mundur Hoyan Tiangsouw
tujuh langkah ke belakang, selangkah pun tidak lebih
dan selangkah pun tidak kurang, lalu dia kembali
melanjutkan serangan tombaknya.
Arah, cara dan kecepatan setiap serangannya persis sama
dengan serangan pertamanya.
Hoyan Tiang-souw kembali di desak mundur tujuh
langkah ke belakang, dia tidak bisa mencabut Mo-to nya
untuk balas menyerang.
Tombak baja Mo-tang keluarga Kie di Hong-lai Soa-tang
memang bukan nama kosong, apa lagi diperagakan oleh
Kie Ting-hoan, seorang pesilat tinggi kelas satu.
Walaupun jurus tombaknya sama, tapi di dalamnya
samar-samar mengandung perubahan lain, dan juga
kedahsyatannya tidak berkurang.
Teriakannya menggetarkan gunung dan bumi, sinar
tombak baja berkilau-kilau menyilaukan mata, setelah
gelombang pertama serangannya diteruskan dengan
Memanah Burung Rajawali 18 Pendekar Mabuk 113 Tabib Sesat Sayembara Maut 2
^