Pencarian

Asmara Pedang Dan Golok 7

Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng Bagian 7


gelombang kedua, berturut-turut menyerang sebanyak tujuh
jurus. Setelah Hoyan Tiang-souw berturut-turut mundur tujuh
kali tujuh empat puluh sembilan langkah ke\ belakang,
punggungnya mendadak membentur pohon besar yang
kokoh. Saat ini Kie Ting-hoan tidak terlihat kelelahan. Dia
malah berteriak keras, laksana guntur di siang hari bolong,
tombaknya diangkat, sinar kilat laksana ular menari,
kembali menyerang gencar.
Dalam waktu yang singkat ini, dia malah juga bisa
melihat di ujung alisnya Hoyan Tiang-souw
memperlihatkan dua hawa amarah.
Belum lagi dia keburu memikirkan kenapa di ujung alis
manusia bisa memperlihatkan hawa amarah yang seperti
bisa dilihat dan berbentuk itu" Di saat itulah dia melihat
sinar golok menutupi langit, dan dua tetes besar air mata
berkilau-kilau di udara!
Dua tetes besar air mata itu bisa muncul pada saat seperti
ini, sungguh di luar dugaan dan membuat orang berpikir
tidak mengerti.
Sayang di dunia ini sedikit sekali orang yang tahu, setiap
kali sinar Mo-to (Golok setan) muncul dua tetes air mata,
itu artinya pertarungan berakhir, juga berarti pasti ada
darah mengalir sampai kematian.
Golok Hoyan Tiang-souw menyerang di saat dia sudah
keluar amarahnya, sekali menyabet, paling sedikit ada
delapan belas sinar golok terlihat di udara.
Di antara delapan belas sinar golok itu, ada tujuh belas
yang membelit tombak baja.
Hanya satu sinar golok yang paling kecil dan paling
terang, menembus lapisan-lapisan sinar.
Dalam sekejap mata, sinar golok ini bisa mengitari bumi
beberapa putaran.
Dengan kata lain, serangan golok ini seperti kilat dan
sangat dahsyat, bukan muncul di sekeliling tombak baja
saja, tapi melewati tubuh Kie Ting-hoan.
Bayang-bayang dua tetes besar air mata itu pun jadi
semakin jelas, juga tidak buyar, setelah lewat sejenak,
kecuali Kie Ting-hoan, siapa pun tidak melihat tetes air
mata itu. Wajah Kie Ting-hoan mendadak jadi pucat pasi, tapi dia
masih tetap tersenyum!
"Jurus golok hebat." Dia berkata, tapi suaranya sudah
tidak seperti semula, kuat bertenaga, "walaupun aku sudah
luka, tapi masih mampu bertarung."
Hoyan Tiang-souw memasukan golok ke dalam sarung
golok dan berkata:
"Aku tahu."
"Kau bukan tidak mau membunuhku, hanya tidak bisa
membunuh aku! juga tidak bisa memukul jatuh tombak baja
di tanganku."
"Sebenarnya hawa golokmu sudah mampu membunuh
sepuluh orang, tapi di dalam bajuku masih ada baju lapis
dalam, bisa menahan senjata apa pun. Baju dalamku ini
disebut Ceng-liong-lim (Sisik naga hijau), pusaka warisan
dari nenek moyang keluarga Kie. Selama aku berkelana di
dunia persilatan, entah sudah bertarung berapa banyak, tapi
tidak pernah menggunakan pusaka pelindung tubuh ini."
"............" Hoyan Tiang-souw bukan sengaja diam tidak
bicara, tidak mempedulikan lawan, tapi karena tidak pernah
mendengar kabar ini, dan sungguh tidak tahu apa masud
dia menceritakan ini"
"Kali ini ketika aku akan keluar rumah, dua kakakku
memaksa aku memakai Ceng-liong-lim, hati-ku ^ selalu
merasa terganjal, mengira mereka terlalu berhati-hati
sampai sedikit memandang rendah diriku.
Tapi sekarang, pandangan mereka itu ternyata benar,
juga membuktikan di dalam keluarga Kie kami, Kie Tinghoan
bukanlah orang yang paling hebat......"
Di dalam lubuk hati Hoyan Tiang-souw samar-samar
merasa kata-kata dia tidak ada gunanya.
Kenapa manusia harus yang paling hebat, paling kuat,
baru dianggap boleh"
Apakah tidak boleh jadi orang yang biasa-biasa saja"
Atau jadi pesilat tinggi kelas dua saja"
Di wajah kotaknya Kie Ting-hoan, tampak sebuah tekad,
berkata: "Aku sudah bilang aku masih mampu ber-tarung hidup
atau mati, maksudku adalah aku masih ingin bertarung."
Hoyan Tiang-souw dengan tegas berkata:
"Baik, aku tunggu!"
"Jika tidak beruntung kau kalah, maka tidak perlu
dibicarakan lagi. Tapi jika aku mati dalam bertarung,
mohon lepaskan Ceng-liong-lim di tubuhku, aku rela
memberikan pusaka ini pada orang yang dengan sportif
membunuhku! Orang ini adalah kau!"
Hoyan Tiang-souw tidak menyanggupinya, juga tidak
menolaknya. Orang-orang ini selalu suka melakukan hal yang tidak
ada gunanya, dia pikir,
'Jika baju Ceng-liong-lim inipun tidak bisa melindungi
nyawamu, apa gunanya aku memilikinya"
Maka aku tidak akan berterima kasih padamu, dan juga
tidak perlu menolaknya. Tunggu setelah kau mati, apakah
aku mengambil Ceng-liong-lim ini atau tidak
mengambilnya, kau selamanya tidak tahu, maka buat apa
aku banyak bicara!
Kie Ting-hoan mengambil ancan-ancang, tombak
bajanya di julurkan, hawa bunuh segera memenuhi
lapangan. Walaupun tombak ini belum menyerang, tapi jika
seorang penakut berdiri di depan ujung tombak, pasti akan
ketakutan sampai mati.
Nama jurus tombaknya pun sangat menggetarkan, Buhwie-
su (Tidak kembali) berarti sekali jurus ini di keluarkan
nyawa lawan pun akan melayang, tidak akan kembali lagi.
Hoyan Tiang-souw mundur dua langkah ke belakang,
punggungnya kembali menempel di pohon besar itu. Saat
ini dua alis tebalnya mengangkat miring ke atas, ujung
alisnya kembali seperti mengeluarkan hawa amarah yang
bisa dilihat, bisa diraba.
Tenaga dalam Kie Ting-hoan sangat hebat, jurus
tombaknya juga sangat mahir, pada saat begini dia masih
bisa bicara. Dia bertanya:
"Mengapa kau marah sekali" Aku ingat tadi pun kau juga
sangat marah, apa sebabnya?"
Jawab Hoyan Tiang-souw:
"Jika aku masih punya jalan mundur, aku tidak akan
marah, tapi ketika aku tidak bisa mundur lagi, dan nyawaku
terancam, maka timbullah amarahku! Bagaimana
denganmu" Saat itu apakah kau akan marah pada orang
yang mau membunuh kau?"
Kie Ting-hoan menganggukan kepala: "Tentu saja aku
pun akan begitu. Tapi marah bukanlah hal yang baik, apa
lagi buat orang yang berilmu tinggi. Kau pun tentu tahu,
setiap orang bisa marah, perasaan ini tidak perlu menjadi
heran. Tapi tidak marah, tidak emosi, tetap tenang di dalam hati,
adalah tingkat orang yang sudah hebat."
Hoyan Tiang-souw marah dan berkata:
"Kenapa banyak omong kosong yang tidak ada gunanya"
Jika kau ingin bertarung maka cepatlah bergerak, jika tidak
ingin bertarung cepa t pergi!"
Sepasang mata Kie Ting-hoan berkilat-kilat, menatap
tajam lawannya.
Dia tidak bicara lagi, seperti sedang mengumpulkan
seluruh tenaganya untuk melakukan serangan terakhir.
Tapi rasa permusuhan di matanya jelas semakin
memudar. Pertama tiba-tiba dia teringat beberapa orang yang sangat
dekat dan sangat sayang padanya, teringat hari-hari yang
senang, dan juga rumah dan sawah yang dia rindukan.
Kedua yang lebih penting lagi tiba-tiba dia menemukan
akal sehat yang maknanya lebih dalam lagi, yaitu ternyata
'terlihat marah' tidak seperti di permukaannya begitu
mudah! Ternyata amarah juga persis seperti 'tenang hati tidak
gundah', bisa terbentuk dengan insting sejak lahir dan
latihan di kemudian hari.
Jika hanya amarah sejak lahir, amarah ini seperti daun
mengapung di atas permukaan air, sama sekali tidak ada
basisnya, tapi jika ditambah latihan di kemudian hari, maka
amarah ini jadi jauh berbeda, ada ilmunya!
Dari sini bisa diketahui walaupun Hoyan Tiang-souw
seperti orang biasa marah, mencabut goloknya membunuh
orang, sebenarnya di dalamnya sangat ruwet berliku-liku,
misalnya 'marah' nya datang dari mana"
Siapa yang membuat dia jadi 'marah' dan lain
lainnya...... Itulah sebabnya Kie Ting-hoan menghela nafas dalamdalam,
permusuhan dalam matanya memudar sampai
akhirnya menghilang.
Tiba-tiba dia berturut-turut mundur kebalakang tiga
langkah, tombaknya di taruh ke tanah menahan dirinya,
dengan keras berkata:
"Hoyan Tiang-souw, aku mengaku kalah!"
Tadi dia telah banyak bicara, tapi tidak niat
bertarungnya, makanya Hoyan Tiang-souw
menganggapnya omong kosong.
Tapi sekarang dia menahan tubuhnya dengan tombak,
dan mengaku kalah.
Semua ini ternyata bukan omong kosong.
Hawa amarah yang keluar dari dua alis tebal-nya,
laksana dihisap oleh alisnya, mendadak meng-hilang. Dia
berkata: "Kie-samya, kau berani mengaku kalah, kau baru benarbenar
seorang Enghiong!"
"Kata-katamu tidak salah, perkataan mengaku kalah ini
ratusan kali jauh lebih sulit di keluarkan dari pada mati
dalam pertarungan."
Dia berhenti sejenak, lalu berkata lagi:
"Tapi aku tetap bukan seorang Enghiong, aku mungkin
golongan orang tua yang licik, makanya aku sudah
menyusun sebuah jebakan lain untuk menghadapimu."
Di dalam hati Hoyan Tiang-souw terlintas bayangan
cantik Cui Lian-hoa, dia segera jadi terkejut.
Mala petaka apa pun, pembunuh bayaran utusan musuh
mana pun, dia tidak takut.
Tapi Cui Lian-hoa tidak bisa tidak membuat dia
khawatir! Ujung alis dia keluar lagi hawa amarah yang bisa dilihat,
suaranya laksana geledek, berkata: "Jebakan apa?"
Kie Ting-hoan memandang keheranan dan pelan-pelan
berkata: "Jangan berteriak-teriak, aku bukan takut padamu."
Hati Hoyan Tiang-souw laksana dibakar, membuat
suaranya laksana geledek memekakan telinga katanya:
"Aku tidak peduli kau takut padaku, aku hanya ingin
tahu jebakan apa itu?"
Otak Kie Ting-hoan berputar, dia sudah ter-nama
puluhan tahun, pengalamannya sudah tidak terhitung
banyaknya, dalam sekejap dia sudah bisa menduga siapa
yang benar-benar diperhatikan oleh lawannya, dengan kata
lain inilah titik kelemahan dia sebenarnya.
Dia tersenyum dan berkata:
"Jebakanku hanya untukmu sendiri, tidak ada sangkut
pautnya dengan orang lain."
Bagaimana pun dia adalah seorang yang ter-nama di
masanya, dia berhati lapang dan terang-terangan, maka bisa
mengatakannya. Jika tidak dia bisa saja memperalat
kelemahan lawan ini, melakukan serangan dahsyat malah
mematikan. Benar saja terlihat Hoyan Tiang-souw menghela nafas
lega, hawa amarahnya menghilang.
Kie Ting-hoan tersenyum lagi dan berkata: "Paling bagus
kau baik-baik belajar bagaimana menyembunyikan isi
hatimu, apa lagi perasaan yang bisa membuat kau kalah
atau tewas. Semakin kau perhatian pada seseorang, semakin
tidak boleh ketahu-an oleh lawan."
Hoyan Tiang-souw sudah tahu lawan sudah mengetahui
rahasia di dalam hatinya, saatitu berkata:
"Terima kasih atas petunjuk tuan."
"Begitu kau meninggalkan tempat ini, di dalam waktu
satu jam, pasti akan menghadapi serangan diam-diam yang
sangat menakutkan. Aku telah mencari dua orang, aku
yakin mereka adalah pesilat tinggi yang pasti bisa
membalaskan dendamku.
Aku sudah membuat perjanjian dengan mereka, jika kau
bisa hidup dan pergi melewati jembatan batu yang menuju
kota itu, itu artinya aku sudah kalah atau sudah mati!"
Perkataannya sedikitpun tidak ditaruh di hati Hoyan
Tiang-souw, dia hanya berkata: "Aku pergi dulu."
"Kau tidak ingin tahu siapa dua orang itu?"
"Tahu tidak apa, tidak tahu juga tidak apa, buatku sama
saja. Sebab pertama aku sudah menduga kau mungkin tidak
akan memberitahukan padaku siapa mereka, jika tidak kau
akan menjadi orang yang tidak bis^ dipercaya dan tidak
setia. Kedua, terhadap berbagai aliran dan perguruan di dunia
persilatan, dan terhadap berapa banyak orang aneh, hebat
dan lain-lainnya, sedikit sekali yang aku tahu, walaupun
kau memberitahukan padaku, aku tetap saja tidak tahu."
Kie Ting-hoan berpikir sejenak dan berkata: "Baik, kau
pergilah!"
Hoyan Tiang-souw tidak menjawab lagi, sambil
mengepit golok dia berjalan menjauh, tapi baru saja
melangkah delapan langkah dia menghentikan langkah nya.
Dia memalingkan wajahnya dan bertanya:


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hubunganmu denganku sekarang ini sebenarnya
hubungan yang bagaimana" Kita ini bukan musuh, tapi juga
bukan teman. Apakah kehidupan ini seperti ini, berubahrubah
sulit diduga?"
Walaupun Kie Ting-hoan tidak menjawab, tapi ekspresi
di wajahnya jelas tampak kebingungan dan mengeluh sedih,
pertanyaan anak muda ini mengena ke dalam lubuk
hatinya. Menunggu sampai dia sendiripun mengalami kehidupan
penuh ini, dan merasakannya.
Apakah dia bisa lebih banyak mengerti arti kehidupan
ini" 00OoodwoOO00 Jembatan batu yang kuno melintang di atas sungai dua
tombak lebih. Kedua sisi sungai rimbun dengan pohon Liu, dan pohon
Seng yang bunganya sedang mekar. Di bawah pohon
dimana-mana bisa terlihat rumput yang rimbum,
bergoyang-goyang ditiup angin musim semi.
Di saat musim burung Eng terbang rumput tumbuh di
Kang-lam, pemandangannya sangat indah sekali, membuat
orang jadi melamun.
Tapi Hoyan Tiang-souw membuat dirinya sendiri jadi
tenang sedingin es balok.
Langkah dia semantap langkah gajah, dan mata nya
setajam elang atau macan.
Dia selangkah demi selangkah melewati jembatan batu,
sampai di seberang baru merasakan adanya bahaya.
Kie-samya tidak membohongi dia, juga tidak membesarbesarkan.
Orang yang dia undang memang pesilat tinggi kelas satu,
sampai orang seperti Kie-samya yang begitu ternama,
mungkin juga masih kalah.
Bahayanya datang dari dua arah, yang satu dari kiri di
dalam rerumputan rimbun di pinggir sungai.
Yang satu lagi dari dalam bayangan rimbun pohon besar
yang berjarak tiga tombak lebih.
Dia hanya merasakannya saja!
Seperti hewan liar di dalam hutan yang kadang bisa
merasakan bahaya yang tersembunyi.
Di dalam rerumputan mendadak terdengar suara "Ssst
ssst!", satu orang muncul keluar.
Saat ini Hoyan Tiang-souw baru saja selesai melangkah
keluar dari jembatan batu, melangkah di atas jalan yang
datar, di sana ada satu lapangan datar seluas tujuh delapan
tombak. Dia menghentikan langkah dan mengawasinya,
tampangnya gagah sekali.
Orang yang muncul dari rerumputan telah terlihat,
semua, ternyata dia adalah seorang wanita yang kotor.
Tidak kelihatan berapa usianya, karena wajah-nya
setengah tertutup oleh rambutnya, dan bagian yang tampak,
juga tertutup oleh debu!
Tapi usianya pasti tidak terlalu tua, sebab dari baju
atasnya yang robek, tampak sebagian besar buah dadanya.
Dan buah dadanya yang terlihat itu tampak berisi, tidak
seperti buah dada wanita tua yang sudah kendur ke bawah.
Tampangnya sangat aneh saat keluar dari rerumputan,
sepertinya tubuh atasnya terkurung oleh borgol besi, sangat
kaku dan tidak normal.
Dia pernah berusaha membalikan kepalanya melihat ke
arah rerumputan, gerakan kepalanya juga sangat kaku.
Di dalam rerumputan masih ada gerakan. Di lihat oleh
mata Hoyan Tiang-souw, tahu di dalam rerumputan masih
ada orang yang bersembunyi.
Sehingga wanita yang kotor yang baju atasnya robek ini,
jelas-jelas adalah seorang korban, sengaja di dorong keluar
oleh orang yang ada di dalam rerumput-an, supaya menarik
perhatian saja.
Hoyan Tiang-souw menunggu wanita kotor yang
gerakannya kaku itu berjalan ke tengah lapangan kosong,
jaraknya kurang dari dua tombak, tapi tetap tidak bersuara
menanyakan dia, juga tidak pergi.
Wanita itu malah berhenti sendiri, mengguna-kan satu
mata yang tampak di luar menatap dia.
OOoodwooOO BAB 19 Matanya masih ada sinar, juga masih lincah, berarti
pikirannya tidak dikendalikan orang. Bukan begitu saja, di
dalam sorot matanya masih ada perasaan yang dalam dan
jauh, membuat orang merasa kebingungan.
Dia terdiam sebentar baru berkata, suaranya selain tidak
tua juga tidak jelek:
"Apa kau Hoyan Tiang-souw" Kau tahu tidak ada dua
orang ingin membunuh mu?"
Hoyan Tiang-souw tidak menjawabnya, ini adalah
kebiasaan lamanya, setiap kata-kata yang tidak ada
maknanya, jika dia bisa tidak menjawab pasti tidak akan
menjawab. "Aku adalah salah satunya, dan satu orang lagi ada di
belakang pohon sana. Jika aku tidak bisa membunuhmu,
baru giliran dia melakukannya."
"............" Hoyan Tiang-souw tetap tidak bicara dan
tidak bergerak, bahkan matanya pun tidak bergerak, tidak
melihat ke arah pohon besar itu.'
Dia bukan berhati batu atau tidak ada pikiran.
Kenyataannya pikiran dia sedang menyelidikinya,
apakah wanita ini pembunuh bayaran yang sebenarnya"
Atau boneka yang dikendalikan oleh orang lain"
Sekarang dia baru benar-benar merasakan pengalaman
dia di dunia persilatan masih kurang banyak, kelemahan
atas minimnya pengetahuan tentang peristiwa di dunia
persilatan. Jika pengetahuan dia cukup banyak dan cukup luas,
wanita yang rupanya aneh dan memamerkan buah dadanya
ini, pasti sangat dikenal oleh orang-orang persilatan.
Sehingga dia tidak perlu menduga-duga siapa dia ini!
Wanita kotor itu berkata lagi:
"Sepertinya kau tidak kenal aku. Jika kau benar benar
tidak'mengenal tapi juga ingin tahu siapa aku, maka aku
akan mengatakannya padamu."
Hoyan Tiang-souw mengangkat bahu, tampang
amarahnya laksana dewa di langit.
Tapi karena dia masih tetap bungkam, maka sulit bisa
diduga apa maksud sikapnya ini.
Buah dada siwanita itu lebih di tonjolkan lagi dan
berkata: "Aku adalah Kiu-beng-lo-cat (Iblis bernyawa sembilan),
aku tahu kau pasti belum pernah mendengar namaku."
Walaupun buah dadanya sangat menonjol dan mencolok
mata, tapi tidak ada gaya tariknya, malah ada perasaan
licik. Suaranya kaku, nadanya datar, seperti kakak tua yang
baru belajar bahasa manusia, membuat orang merasa tidak
nyaman! Apa betul di dalam dunia persilatan ada orang yang
disebut Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw, Hoyan Tiang-souw
tidak tahu, jika tidak tahu, maka dia terpaksa
memperhatikannya dari bagian lain.
Dia ingat ketika dia keluar dari rerumputan, pernah
membalikan kepala melihat ke belakang, dan di dalam
rerumputan sampai sekarang masih ada orang yang
bersembunyi. Sekarang di tambah dengan suaran)'a yang kaku, dia
segera mendapat satu kesimpulan, gerak dan bicara dia
selain bukan keinginannya sendiri juga bukan refleknya.
Dengan kata lain, dia mungkin boneka yang
dikendalikan orang.
Tujuan orang yang mengendalikannya sangat jelas, tidak
lain supaya dia lengah, supaya dia bisa menyerang, saat itu
orang yang mengendalikan di belakang jadi ada kesempatan
untuk menyerangnya.
Hoyan Tiang-souw memutuskan menyelidiki-nya dengan
tuntas. Dia segera meloncat sejauh dua tombak ke kiri.
Semua orang pasti mengira dia ketakutan dan melarikan
diri, tapi begitu kakinya Hoyan Tiang-souw menyentuh
tanah, mendadak dia menerjang lagi miring ke kanan. Saat
dia berhenti jaraknya tinggal satu tombak lagi dari
rerumputan itu.
Jalur loncatan dia ini, tepat menghindarkan hadangan
wanita kotor itu.
Sinar golok terlihat laksana kilat di malam yang gelap,
sinarnya menyilaukan mata, sekali melesat langsung hilang.
Mo-to kembali ke dalam sarungnya, juga tetap'^ dikepit
di ketek kirinya. Tapi rerumputan itu ada seluas satu
tombak lebih sudah dibabat rata oleh dia, sehingga orang
yang ada di dalam rerumputan itu jadi terlihat.
Dia juga seorang nyonya.
Memakai baju orang kampung, di punggung-nya masih
menggendong seorang anak kecil.
Dia berlutut disana, wajah menengadah keatas, maka
terlihat wajahnya yang jujur dan polos, dan masih terlihat
sepasang matanya sudah tertutup rapat!
Malah terlihat garis alis dan bibirnya yang terlihat
ketakutan, pelan-pelan menghilang, kembali ke wajah
asalnya yang jujur dan polos itu.
Posisi bersujudnya pun tidak bisa dipertahan-kan lagi,
dengan cepat jatuh ke samping. Anak kecil di punggungnya
tidak bereaksi, bisa dilihat jika bukan tertidur lelap, maka
pasti sudah mati.
Hoyan Tiang-souw mendengar sebuah suara tawa, sekali
membalikan kepala dan mengawasi, terlihat Kiu-beng-lo-cat
mengangkat kepala, membuka rambut, menampakan
setengah wajahnya lagi.
Ternyata dia bermata cantik, warna kulitnya juga terang.
Di bandingkan dengan setengah wajah kotor lainnya,
laksana salju di banding dengan tanah.
Suaranya pun sudah tidak kaku lagi, berkata:
"Buat apa kau membunuh ibu dan anak yang sama sekali
tidak bisa ilmu silat?"
Setelah berbicara, dia melenggok dan buah dadanya
bergoyang-goyang menghampiri.
Belum selesai bicara, dia sudah mendekat dalam jarak
dua belas langkah.
Mendadak lima gumpal serat perak melesat.
Sasarannya tentu saja Hoyan Tiang-souw, tapi arah
malah kecepatannya ada sedikit perbedaan, membuat
kekuatannya juga sedikit berbeda.
Saat itu Mo-to Hoyan Tiang-souw melesat mengeluarkan
desingan suara yang cukup keras, Mo-to seperti naga keluar
dari sarung goloknya.
Walaupun desingan itu keluar tanpa bisa di cegah, tapi
telapak tangan Hoyan Tiang-souw yang sangat kuat pada
waktu yang tepat sudah menangkap pegangan goloknya
lagi, kelihatannya dia seperti baru mencabut goloknya.
Sinar Mo-to berkilat-kilat, menyilaukan mata.
Lima gumpal serat perak seperti masuk ke dalam lautan,
hilang tidak berbekas.
Tubuh Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw bergetar seperti
kedinginan. Wajahnya terlihat ketakutan sekali, matanya berkunangkunang,
tangannya menjadi lemas, kaki sulit bergerak.
Begitu wajahnya menjadi pucat, mana masih ada
tampang seorang penjahat ulung masa kini"
Di ujung sepasang alis tebalnya Hoyan Tiang-souw
timbul hawa amarah yang amat sangat, sambil mengangkat
golok dia melangkah mendesak ke depan, suaranya laksana
geledek: "Wanita jahat yang sadis, kembalikan nyawa ibu dan
anak itu!"
Bentakan dia ini malah jadi menyadarkan Seebun
Kiauw. Terlihat dia menyilangkan sepasang tangannya, seperti
menutupi dadanya yang terbuka.
Tapi kenyataannya bukan begitu. ^
Begitu sepasang tangannya disatukan lalu dibuka lagi,
segulung awan hitam sebesar muka meja terbang keluar,
dengan cepat mengurung lawannya.
Jika orang lain melihat serangan yang amat keji ini,
bukan saja akan terkejut, dan juga sulit bisa melihat benda
apa awan hitam itu"
Di dalam hati Hoyan Tiang-souw malah tertawa dingin,
dia bisa melihat jelas apa sebenarnya gulungan hitam itu,
awan hitam itu terdiri dari dua jaring serat hitam.
Di balik jaring hitam ada lagi beberapa jarum perak yang
bersinar terang melesat datang.
Amarah di dalam hati dia segera bertambah beberapa
kali. Manusia semacam Seebun Kiauw yang berilmu tinggi,
malah bisa secara diam-diam menyerang dirinya?"
Dia selain sudah membunuh dua nyawa yang tidak
berdosa, apa pun bisa di perbuatnya"
Sinar Mo-to dan hawa dingin mengikuti amarahnya
bertambah beberapa kali lipat.
Orang yang langsung menghadapinya, selain bisa
melihat di dalam kilatan sinar yang memenuhi langit ada
dua tetes air mata jernih, juga masih harus menerima hawa
dingin yang membekukan darah.
Sebenarnya orang lain juga bisa melihat dua tetes air
mata itu, hanya tidak bisa merasakan bagaimana hawa
dingin yang amat dahsyat itu.
Hoyan Tiang-souw membacokan goloknya dari atas
kebawah, dan bersamaan waktu berteriak seperti geledek,
hingga menggetarkan bumi.
Serangan ini tidak ada keanehan, tapi bisa mengandung
jutaan perubahan. Rambut hitam dan puluhan jarum perak
Seebun Kiauw, semua jatuh ke tanah.
Seebun Kiauw sendiri lebih celaka lagi dari pada senjata
kejinya, dia bukan saja jatuh tertelungkup ke tanah,
kepalanya juga terbang sejauh satu tombak lebih.
Sebelum mati, sedikit jerit pun tidak keluar dari


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulutnya. Hanya satu jurus Hoyan Tiang-souw sudah membunuh
musuhnya, seperti biasa Mo-to sudah masuk kembali ke
dalam sarungnya.
Pelan-pelan dia memutar tubuhnya, melihat pada sebuah
pohon besar yang berjarak tujuh delapan tombak.
Alis tebalnya berdiri, amarahnya masih ada, tampangnya
ganas sekali. Di dalam rimbunnya daun di atas pohon besar terdengar
bunyi "Ssst ssst!", seseorang terbang keluar laksana burung
raksasa terbang turun ke atas tanah!
Jarak di antara mereka hanya kurang lebih lima tombak,
terlihat orang itu berkepala sangat besar, sepasang telapak
tangannya juga besar sekali seperti kipas.
Tubuh Hoyan Tiang-souw sudah cukup tinggi besar, tapi
dibandingkan dengan orang ini, malah jadi seperti orang
biasa bertemu dengan raksasa, sama sekali tidak
terlihatbesar. Tentu saja orang berperawakan raksasa bukan berarti
tidak bisa dibunuh, lebih-lebih bukan tiada lawannya di
dunia. Tapi orang berperawakan tinggi besar, dengan lengannya
yang besar berotot, sebelum bertarung sudah * mendapat
keuntungan. Perihal menakutkan juga jauh lebih menakut-kan dari
pada orang yang berperawakan kecil pendek.
Makanya tidak mengherankan jika raksasa itu bertingkah
memandang remeh setiap orang.
Walaupun dia sudah terbiasa memandang remeh setiap
orang yang lebih kecil dari pada dia, tapi belum tentu dia
pasti memandang enteng lawannya.
Perkataannya walaupun tidak bisa disebut lebih
menggelegar dibandingkan dengan Hoyan Tiang-souw, tapi
juga tidak lebih kecil. Pokoknya jika kedua orang ini
bertengkar, dipastikan orang yang berada dalam jarak
sepuluh li lebih juga akan merasakan berisik.
Dia berkata: "Kehebatan Mo-to, memang bukan kabar angin, benarbenar
telah membuka mataku!"
"Siapa kau?" kata Hoyan Tiang-souw. Otot di wajah
raksasa itu bergetar-getar, tawa-nya sangatbengis
menakutkan orang.
"Margaku Lirn, Bengs-an namaku, julukannya Cian-Ii-itcin-
hong (Angin berhembus seribu), julukan ini terlalu
panjang, dan tampangku seperti beruang, dari sudut mana
melihatnya juga tidak setenang seperti It-cin-hong.
Makanya aku sangat tidak suka julukan ini. Kau panggil
saja aku Lirn Beng-san sudah cukup!"
Orang yang berperawakan sebesar dia, walau pun
suaranya seperti geledek, tapi tidak diduga isinya kosong
dan panjang. Tapi Hoyan Tiang-souw tidak berpikir demi-kian, dia
dengan teliti memperhatikan segalanya, malah setiap
kalimatnya juga diteliti dengan hati-hati sekali.
Sebab diapun berperawakan tinggi besar dan ganas,
hingga gerakannya menutupi gerakan otaknya.
Sepanjang hidupnya dan untuk pertama kali di dalam
hatinya samar-samar timbul sedikit rasa ngeri.
Musuh kali ini sungguh menakutkan sekali, bukan saja
sejak lahir dia sudah bertenaga besar dan pemberani, dia
pun masih berotak licik.
Musuh seperti ini tentu saja musuh yang paling ditakuti
di dunia! Orang ini mungkin tidak termasuk dalam katagori orang
jahat, walaupun dia menghadang jalan-nya ingin
membunuh, tapi pesilat pemberani mana yang tidak ingin
mencari lawan sepandan"
Siapa yang tidak ingin merasa bangga karena bisa
mengalahkan lawannya"
Maka secara serius tindakan seperti ini tidak bisa
diartikan licik juga tid ak bisa diartikan jaha t.
Masalah ketika bertarung menggunakan cara dan siasat,
tentu saja itu pun tidak bisa disebut licik.
Sehingga dia tidak sama dengan Seebun Kiauw, begitu
menghadapi Mo-to, nyawanya langsung melayang.
Dalam sekejap Hoyan Tiang-souw sudah memutuskan
cara menghadapi Lim Beng-san. Saat itu dia berkata:
"Tidak perlu banyak bicara, jika kau berniat
membunuhku, maka menyeranglah. Jika tidak berani, kau
cepatpergi dari tempatini!"
Lim Beng-san melototkan matanya besar-besar^ seperti
lonceng. Apa lagi di dalam matanya menyorot sinar bengis,
sungguh menakutkan orang.
Dengan marah dia berkata:
"Tidak perlu sungkan-sungkan seperti ini. Walaupun aku
menjaga di sini untuk membunuhmu, tapi sebelum
bertarung, ada satu hal yang kau tidak boleh tidak harus
tahu." "Tidak perlu, masalahku bisa kuurus sendiri. Masalahmu
aku tidak ingin tahu."
Lim Beng-san tertawa terbahak-bahak sampai
menggetarkan dedaunan hingga jatuh. Lalu berkata:
"Kau sungguh tidak mau tahu" Kau jangan
menyesal......"
Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak terpengaruh,
dengan tegas berkata:
"Aku jarang menyesal, dan kuharap kau juga sama."
Di dalam mata Lim Beng-san tampak sinar mengejek
dan licik. Di dalam hati dia memang sedang
mentertawakan Hoyan Tiang-souw. menganggap dia
adalah orang kasar yang merasa diri sendiri benar.
'Setiap orang yang sudah sedikit berhasil, selalu suka
memperkirakan masalah berdasarkan pikirannya sendiri,
dan tidak suka mendengarkan kata-kata orang"
Malas mendengarkan kata-kata orang masih bagus, tapi
kata-kata musuh harus didengarkan semakin teliti semakin
bagus, dengan demikian baru bisa hidup lebih lama.
Ini adalah nasihat guruku beberapa tahun lalu,
kelihatannya Hoyan Tiang-souw tidak punya guru sebaik
yang ku punya......'
Tapi Hoyan Tiang-souw jelas mempunyai guru yang
pandai mengajarkan ilmu silat, makanya Mo-to nya sangat
mahir membunuh orang.
Kelihatannya sifat dia juga mungkin sangat kejam dan
kasar, laksana jurus goloknya, makanya mengenai
wanitanya itu, diberitahukan pada dia juga mungkin tidak
akan bisa mempengaruhinya"
Hawa amarah Hoyan Tiang-souw pelan-pelan
menyembur di kedua ujung alis tebalnya.
Dia tahu pasti Lim Beng-san sedang men-tertawakan dia
di dalam hatinya.
Apa yang dia tertawakan tidak bisa diketahui.
Tapi ini sudah cukup membuat dia jadi marah!
Jika di tangan Lim Beng-san memegang senjata, dia pasti
tidak menunggu lagi langsung mencabut golok
membunuhnya. Tapi menunggu sebentar juga tidak masalah, karena
hawa amarahnya semakin menunggu bisa semakin tinggi,
tidak akan karena menunggu jadi berkurang.
Dan jurus goloknya malah semakin hebat jika hawa
amarahnya semakin tinggi, semakin hebat dan semakin
dahsyat. Dengan suara keras Lim Beng-san menarik nafas,
tubuhnya yang seperti raksasa juga tampak lebih besar lagi.
Di dalam rerumputan berjarak satu tombak lebih "Weet!"
terbang keluar satu tongkat besi sebesar telur bebek,
panjangnya kurang lebih tujuh kaki.
Tongkat besi ini tentu sangat berat.
Tapi Lim Beng-san dengan tenaga dalamnya bisa
menghisap dari kejauhan, begitu mudah seperti memungut
rumput. Ketika telapak tangannya yang besar menang-kap
tongkat besi itu, tongkat besi yang tidak bisa diangkat oleh
orang biasa itu, malah seperti berubah jadi batang padi,
seperti orang biasa memegang tongkat kecil panjang.
Suara dia lebih keras dari biasanya, hingga memekakan
telinga. Dia berkata:
"Sebenarnya aku tidak suka bertemu dengan musuh
seperti Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw, tapi setelah tadi
melihat ilmu silat dia, sepertinya tidak sehebat sebutannya."
Telinga Hoyan Tiang-souw mendengung.
Tapi setelah hawa amarahnya bertambah terus, maka
suara di telinganya menghilang.
Di dalam hati dia tahu sesungguhnya bukan ilmu silat
Seebun Kiauw yang kurang hebat, tapi karena sifatnya
jahat, jadi begitu bertemu dengan Mo-to, maka seperti
serangga menerjang api, mencari mati sendiri.
Musuh didepan mata ini tidak terpengaruh oleh Mo-to,
maka pertarungan ini pasti sangat seru dan berbahaya
sekali. Maka dia membuat hawa amarahnya mening-kat berlipat
ganda. "Sreeng!" Mo-to sudah meloncat keluar dari sarungnya
beberapa cun. Mata golok yang keluar beberapa cun dari sarungnya itu,
mengeluarkan sinar berkilauan, terasa ada hawa membunuh
yang sangat dingin.
Saat dia benar-benar sudah mencabut goloknya, dia
melihat Lim Beng-san dengan satu tangan meme-gang
tongkat menunjuk pada dirinya.
Dalam sekejap ini, paling sedikit ada tiga puluh jurus
golok terlintas di dalam hatinya.
Namun tidak ada satu jurus pun yang bisa dipakai untuk
menyerang. Lim Beng-san tidak sama, dia bukan saja sekali
menyerang langsung mengerahkan jurus terhebatnya It-kunting-
kang-san (Dengan tongkat menentukan sungai
gunung), jurusnya mengandung dua puluh empat gerakan
perubahan. Selain itu tangan kiri dia yang sudah dialiri tenaga dalam
ikut menyerang dari kejauhan, tujuh gerakan untuk
membunuh. Sepanjang hidup dia sudah bertarung ratusan kali, jika
dia menggunakan tongkat digabungkan dengan telapaknya,
tidak pernah satu kali pun tidak berhasil dalam sekali
menyerang. Tapi kali ini tidak berhasil.
Hawa membunuh, sinar dingin Mo-to lawan laksana
ombak samudra menerjang, sudah bagus dia tidak terdesak
mundur ke belakang, bagaimana bisa melakukan serangan
terhebatnya. Dalam sekejap Lim Beng-san sudah mengerahkan tenaga
dalamnya melewati batas, tubuh dia seperti membesar lagi.
Sedangkan hawa amarah Hoyan Tiang-souw juga sudah
sampai pada taraf tidak tertahankan lagi, tiba-tiba
rambutnya menyembur keluar, sebagian melayang-layang
di udara, sebagian malah tegak lurus ke atas. ,
Tapi masing-masing dengan jelas merasakan pertahanan
lawannya tidak ada celahnya, jurus apa pun tidak bisa
dikeluarkan. Jika memaksa menyerang, akibatnya pasti bisa
berakibat fatal.
Maka kedua belah pihak hanya bisa berdiri tegak, hanya
bisa menggunakan ketajaman matanya mengawasi lawan.
Bagi pihak mana pun asal ada celah sekecil apa pun,
maka salah satu diantara mereka pasti segera tergeletak ke
tanah selamanya tidak bisa bangun lagi.
Suasana terasa paling dingin, paling kejam paling tidak
ada perasaan, laksana embun dingin tidak berbentuk
menutup kedua orang ini.
Mereka bersama-sama demi 'hidup', berusaha
semampunya mengikuti aturan alam yang paling berkuasa,
hanya bisa melanjutkan hidup baru segala-nya berarti.
Dengan kata lain, hidup adalah segalanya, barulah nyata
tidak palsu. Jika sudah tidak hidup, waktu yang abadi, ruang yang
tidak ada batasnya, sudah tidak ada artinya lagi" Sudah
tidak ada hubungannya lagi"
Keadaan yang membuat orang mengerahkan semua
tenaga tersembunyi, tentu saja tidak bisa bertahan lama.
Berbeda dengan kelelahan orang biasa, kehabisan tenaga
bertarung. Pokoknya, masalah di dunia ini pasti adalah, semakin
tajam maka akan semakin mudah tumpul, semakin cantik
maka semakin mudah menjadi buruk......
Dua orang pesilat tinggi ini hanya dalam waktu sekejap,
sudah merasakan dirinya sendiri tidak mampu melanjutkan
keadaan yang paling tajam dan paling tinggi ini.
Maka kedua belah pihak timbul sedikit perasaan takut.
Walau pun berusaha supaya perasaan takutnya tidak
mengembang, tapi tetap saja masih ada perasaan takut,
artinya, mereka di desak masuk ke dalam keadaan bahaya
yang tidak bisa dirubah lagi.
Keberanian Lim Beng-san kembali timbul.
Hoyan Tiang-souw juga bertambah hawa amarahnya.
Di dalam sekejap ini mereka bersama-sama menyerang,
melakukan serangan yang hanya bisa maju tidak bisa
mundur, tidak mempedulikan keselamatan dirinya.
Mo-to dan tongkat besi bergerak di dalam teriakan yang
menggetarkan bumi dan langit, yang satu naik yang satu
turun, mereka masing-masing telah menyerang sebanyak
dua kali tujuh, empatbelas jurus.
Setiap kali golok dan tongkat bentrok, terdengar suara
"Traang!" yang memekakan telinga, di tambah ada
kembang api yang memancar keluar menyilaukan mata.
Setelah berturut-turut bertarung empat belas jurus, kedua
belah pihak masing-masing mundur satu langkah.
Terlihat keadaannya berubah, dari sangat mencekam jadi
sedikit longgar, semua disebabkan oleh jarak kedua belah
pihak sudah menjauh.


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Beng-san dengan keras berkata:
"Jurus golok yang hebat, Hoyan Tiang-souw, hari ini kita
harus bertarung sampai ada yang menang atau kalah,
sampai ada yang mati atau hidup!"
Hoyan Tiang-souw marah berkata:
"Kentut, kata-kata ini tidak perlu dikatakan" Sungguh
seperti anjing kentut saja."
Lim Beng-san jadi naik pitam, wajahnya juga jadi
berubah. Hoyan Tiang-souw mengayunkan Mo-to nya, di dalam
sinar yang menyilaukan mata, dua tetes air mata besar
dengan jelas tampak di dalamnya.
Jurus golok Hoyan Tiang-souw semakin marah semakin
dahsyat, tapi orang lain pasti tidak begitu.
Tapi buat Lim Beng-san lain, begitu marah segera timbul
celah untuk diserang.
Lim Beng-san sendiri sadar karena dirinya lengah
sehingga dia kehilangan kesempatan, dia sadar keadaannya
sangat berbahaya, bahkan sulit meng-hindar dari bahaya
kekalahan atau tewas.
Tidak perlu penjelasan dari lawan, dia juga mengerti apa
tanda dari dua tetes air mata itu, saat itu dia dengan
sebisanya menyapukan tongkatnya.
Kekuatan sapuan tongkat ini laksana gempa bumi,
serangan tongkat hanya bisa pergi tidak bisa kembali,
kejadian yang dahsyat mencekam ini sungguh bisa
membuat orang mati ketakutan!
Tubuh Hoyan Tiang-souw bergerak miring ke kiri tiga
kaki, Mo-tonya sudah mengendalikan keadaan.
Dengan kata lain, dia bisa melukai lawan dan dirinya
sedikit pun tidak terluka.
Dia bisa membunuh lawan, dan dia hanya akan
mendapat sedikit luka!
Terlihat Mo-to dibacokan ke bawah, golok dan tongkat
bentrok mengeluarkan suara menggelegar menggetarkan
bumi dan langit, saat ini Lim Beng-san berturut-burut
mundur delapan langkah kebelakang, matanya seperti
lonceng, menatap tajam pada musuh-nya.
Mo-to Hoyan Tiang-souw sudah masuk ke dalam
sarungnya, dikepit di bawah ketetnya.
Hawa amarah yang terlihat dari ujung alisnya, juga
sudah menghilang tidak terlihat lagi, gerakan dia
selanjutnya adalah melangkah pergi, lebih-lebih tidak bicara
lagi. Kaki dia panjang langkahnya besar, dalam sekejap sudah
jalan sejauh sepuluh tombak lebih.
Tiba-tiba telinganya mendengar suara yang seperti
geledek, orang yang bicara tentu saja Lim Beng-san. Dia
berkata: "Hoyan Tiang-souw, kenapa kau tidak membunuh aku"
Apakah kau tidak berani?"
Tanpa memalingkan kepala, Hoyan Tiang-souw
menjawab: "Sebenarnya aku tidak bisa mengalahkanmu, maka
walaupun aku ada kesempatan, aku tetap tidak mau
membunuhmu." Suaranya sedikit pun tidak kalah keras dari
lawannya. Suara Lim Beng-san kembali terdengar oleh Hoyan
Tiang-souw yang sudah berada sejauh dua puluh tombak.
Dia berkata: "Tapi kau tahu tidak" Aku tidak bisa menerima kebaikan
hatimu" Lain kali jika bertemu lagi, tongkatku pasti tidak
akan memberi ampun! Apakah kau bisa mengingat katakataku
ini?" * Siapa yang bisa melupakan kata-kata yang seperti
menyumpahi orang ini"
Walaupun Hoyan Tiang-souw sudah sering mendengar
kata-kata ini, tapi kali ini terasa berbeda sekali.
Dia merasakan tekanan yang tidak pernah dirasakannya.
Sumpah yang dikatakan orang ini, pasti seperti gunung
yang tidak tergoyahkan. Dia berpikir,
'Tapi apakah orang ini tahu, jika lain kali bertemu lagi,
jika aku masih bisa membunuh dia, juga pasti tidak akan
melepaskan dia"
Di musim semi yang sejauh mata memandang rumput
hijau yang baru tumbuh, hanya Kang-lam yang
gelombangnya sejauh ribuan li.
Tekad dan niat membunuh mereka yang paling sadis dan
menakutkan ini, laksana batu kecil dilemparkan ke dalam
lautan, riak pun hampir tidak terlihat....
OooodwoooO Senyuman terkejut dan senang di luar dugaan Cui Lianhoa,
sinar cantiknya bersinar ke segala arah, kekuatan daya
tariknya sampai burung kecil di atas pohon juga hampir
terpeleset jatuh ke bawah.
Hoyan Tiang-souw yang melihatnya sampai bengong.
Dia berpikir, 'Hay! Di dunia ini sungguh ada orang secantik ini! Dan
orang ini malah sangat akrab dengan aku! Apakah aku
sedang bermimpi"'
Sepasang tangan Cui Lian-hoa memeluk leher dia.
Sehingga tubuhya dengan lembut menempel di
tubuhnya. Dia berkata:
"Terima kasih langit, akhirnya kau kembali! Sebenarnya
kau menemui siapa" Ada kejadian apa"
Hoyan Tiang-souw keheranan dan berkata:
"Kenapa kau bisa bertanya ini" Dulu kau tidak begini."
Nafas Cui Lian-hoa seperti bunga anggrek: "Dulu aku
bagaimana?"
"Aku tidak tahu. Pokoknya kau tidak pernah bertanya,
kau dengan sabar sekali akan menunggu aku memberitahu."
"Dulu aku memang begitu, tapi sekarang tidak lagi.
Sekarang aku ingin buru-buru tahu apa yang kau alami,
apakah kau mau memberitahukan padaku?"
Hoyan Tiang-souw tersenyum, lalu menceritakan
kejadiannya. Permintaan yang masuk akal dan mengandung
kemesraan itu, siapa yang bisa menolaknya"
Tapi kenapa dia buru-buru ingin tahu peristiwa saling
bunuh yang kejam itu"
Kenapa dia sudah berubah"
Berubah tidak seperti Cui Lian-hoa lagi"
00oodwoo00 Dia bisa melihat kebun berwarna-warni yang sangat
indah, lebih jauh lagi adalah air danau yang biru jernih.
Tapi waktu dan pemandangan yang indah ini, terhadap
orang yang kepalanya sakit sekali, maka ja!di tidak ada
artinya. Selemah itulah manusia.
Asalkan kau punya keadaan salah satu di bawah ini,
maka kau akan berubah menjadi sekecil semut:
1. Sakit... saat kau merasa sakit, walaupun luuiya sakit
gigi, tapi seluruh dunia sudah berubah warnanya. Saat ini
arti kehidupan manusia menjadi omong kosong, hanya
pikiran yang membohongi orang dan membohongi diri
sendiri. 2. Lapar... orang yang pernah mengalami kelaparan, dan
sejauh ribuan li adalah tanah liar yang tandus, sekali
mendengar lapar, pasti akan ketakutan setengah mati.
Saat itu asalkan bisa terlepas dari siksaan itu, dia tentu
saja rela sekali menjadi semut.
3. Kelelahan... sejak zaman dahulu ada jurus kelelahan
untuk menginterogasi tersangka, tapi dipakai sampai
sekarang. Ini karena menggunakan kelelahan menginterogasi
tersangka lebih 'manusiawi', lebih cocok dengan prinsip
demokrasi. Tapi jika cara ini tidak bisa membuat orang kesakitan,
tidak bisa membuat orang mengaku, maka bisa dipastikan
tidak akan diadakan, tidak akan diguna kan oleh orang di
masa sekarang. Dari sini bisa diketahui kadang 'lelah' di bandingkan
dengan beberapa sakit malah lebih menyakitkan, membuat
kau terpaksa dalam interogasi kelelahan dan mengakui
segalanya. Malah sampai hal yang tidak pernah dilakukannya juga
mau mempertanggung jawabkan, asal segera menghentikan
interogasinya saja!
Di sini masih ada kedinginan, kepanasan, siksaan tubuh
atau pikiran, ketakutan karena tidak tahu apa-apa, dan lainlainnya......
Jika manusia berada dalam keadaan salah satu yang
diutarakan di atas, maka akan berubah menjadi lemah dan
menyedihkan, mungkin semut pun tidak selemah itu.
Karena kepalanya sakit seperti mau pecah, sekarang ini
hal yang paling penting adalah bagaimana menghilangkan
sakit kepala ini.
Dia inilah Li Poh-hoan, perawakannya atletis, baju
putihnya melayang-layang. Dia adalah ketua perkumpulan
Thi-pian-tan, perkumpulan paling besar diperairan Han-sui.
Kemarin malam dia terbangun dari mimpi buruknya,
segera menemukan seluruh tubuhnya lemas tidak
bertenaga, kepalanya sakit sekali, walaupun dia hanya sadar
sejenak, tapi untung dia pernah dilatih dengan latihan keras
pembunuh bayaran.
Maka walaupun dia jatuh pingsan, sebenarnya dia diamdiam
sudah mengerahkan tenaga dalamnya dengan
mengikuti 'Latihan berjuang untuk hidup' aturan paling
tinggi, dan ketabahan yang amat kuat.
Tapi juga harus menunggu sampai setelah pagi, dia baru
benar-benar sadar.
Sekarang walaupun dia masih sakit kepala, tidak
bertenaga, tapi derajatnya sudah jauh berbeda.
Dia hanya bangkit sebentar memeriksanya, lalu
merebahkan diri kembali, sampai mata pun ditutup-nya,
Tapi begitu berpikir jernih dia sudah mendapatkan
banyak bahan untuk menduganya, juga mengerti sekali hal
pertama yang paling penting yang harus dilakukannya saat
ini, yaitu mengembalikan kekuatan, menghilangkan sakit
kepala. Lalu baru ada kemampuan menghadapi apa yanj akan
terjadi. Aku jadi begini, tentu ini adalah perbuatan Pn couwsiancu
Cui Lian-gwat. Pertanyaannya adalah kenapa dia melakukan hal ini"
Siapa yang diuntungkan" Kemana sekarang dia pergi"
Masalah apa pun sampai di tangan dia, selalu yang
mudah menjadi ruwet, yang cantik menjadi buruk, yang
damai menjadi bahaya, yang biasa-biasa menjadi misterius,
yang baik hati menjadi licik......
Tindakan dia kali ini, pasti ada siasat busuknya, tidak
diragukan lagi.
Tapi siapa yang bisa mengetahui siasat busuk dia" Jika
ada orang yang tahu, maka bisa di usaha-kan dari orang ini
untuk mencari akal.
Sayang jalur ini kurang benar, wanita cantik yang tiada
duanya ini, sungguh banyak sekali siasat yang sulit diduga,
maka mungkin saja ada orang yang tahu siasat busuk di
dalam hatinya. Kalau begitu menyelidikinya harus menelusuri jalur
mana dan bagaimana menghadapi wanita cantik yang
manis tapi menakutkan ini"
Kepala Li Poh-hoan jadi semakin sakit karena-nya. Juga
membuat dia jadi gusar sehingga saluran tenaga dalamnya
jadi terganggu.
Dia buru-buru mengatur nafasnya, supaya tenaga
dalamnya kembali normal.
Di saat begini, ketabahannya yang sudah lama terlatih
menampakan kegunaannya yang mengejutkan.
Dia bisa seperti orang yang mula-mula belajar meditasi,
pertama menaruh segala kekesalan segala perasaan di luar
pintu, menunggu setelah selesai mengatur nafas baru
dipikirkan lagi.
Tidak lama dia sudah masuk ke dalam keadaan sangat
tenang, pikiran kosong, tidak tahu lewat berapa lama, dia
merasakan ada sedikit gangguan, dalam memusatkan
seluruh perhatiannya.
Itu karena dia mendengar suara langkah yang amat
pelan, biasanya langkah ini hanya pertanda ada orang yang
sedang berjalan, tapi suara langkah seperti ini malah terasa
seperti ada 'bahaya'.
Tentu saja ini adalah perasaan tajam dari seorang
pembunuh bayaran tingkat tinggi.
Kurang sedikit saja maka mungkin tidak akan
merasakannya. Namun yang aneh adalah 'bahaya' semacam ini bukan
ditujukan pada dia.
Dia malah dengan tegang memasang telinga-nya.
Orang yang mengandung bahaya ini, sebenar-nya mau
menghadapi siapa"
Mungkinkah......
Jika benar untuk menghadapi dia, masalahnya malah
jadi lebih mudah diselesaikan.
Tapi jika bukan, maka masalahnya jadi sangat ruwet
sekali. Dia menarik nafasnya dalam-dalam, dalam sekejap
tenaga dalamnya sudah mengalir ke seluruh tubuhnya, lalu
tanpa bersuara sedikit pun, dia melayang keluar dari kamar
yang tenang itu.
Di sudut kiri diagonal riunah, bergerak-gerak satu kepala
yang rambutnya setengah pulih.
Sisi wajah orang ini terlihat jelas, dipastikan tidak pernah
bertemu. Orang setengah baya yang rambutnya setengah putih itu,
berpakaian ketat, bahannya sangat mahal, jelas dia bukan
seorang pencuri.
Justru itu, orang ini benar-benar ada masalah besar.
Dengan teliti dia mengawasinya, di dalam had sudah
mendapatkan tidak sedikit bahan.
Orang setengah baya itu berdiri di satu jendela beberapa
saat, lalu menjulurkan tangan membuka pintu jendela.


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di dalam kamar ada seorang wanita yang pakaiannya
sederhana. Mendengar suara itu dia lalu memalingkan kepala
melihat ke jendela, dalam sesaat waktu tiba-tiba seperti
berhenti, kegiatan kehidupan manusia di dunia ini semua
seperti telah kehilangan makna.
Semua karena wanita ini terlalu cantik, di gambarkan
dengan kata kiasan, ikan tenggelam walet turun, bulan malu
bunga tertutup, mungkin masih jauh tidak cukup.
OO))>dw<((OO
BAB 20 Orang setengah baya itupun tertegun sejenak, sampai Li
Poh-hoan yang pernah memeluk dan menciumnya pun
tidak terasa tertegun.
Ketika keadaan pulih kembali seperti semula, orang
setengah baya itu meloncat ke dalam kamar, dengan lembut
berkata: "Toa-siocia, apakah kau masih ingat aku" Aku Yancauw,
aku dulu di Chun-hong-lou!"
Pemilik Chun-hong-lou bermarga Liu, tempat-nya di
Yang-ciu, dengan Hoa-goat-Iou dari keluarga Cui samasama
berada di Yang-ciu, keduanya disatu-kan dan di sebut
Chun-hong-hoa-goat-lou, adalah keluarga turun-temurun
yang sangat ternama di dunia persilatan.
Karena hubungan keluarga Cui dan keluarga Liu sangat
dekat, maka pegawai dari kedua keluarga itu, kebanyakan
saling kenal atau pernah bertemu.
Toa-siocia keluarga Cui adalah Cui Lian-hoa, dia
tertawa senang dan berkata:
"Aduh, paman Yan, tentu saja aku ingat dirimu. Dimana
Toako" Dimana dia sekarang?"
Yan-cauw berkata:
"Aku sudah cukup lama meninggalkan Chun-hong-lou.
Maka keberadaan Liu-siauya sedikit pun aku tidak tahu." *j
'Toako' 'Liu-siauya' yang dikatakan mereka adalah satu
orang, yaitu Kiam-liu (Pedang marga Liu), keluarga
ternama di dunia persilatan, yaitu Chun-hong-lou di Yangciu.
Satu satunya keturunan keluarga Liu adalah Liu Sianghen.
Cui Lian-hoa dan adiknya biasanya memanggil dia
'Toako'. Cui Lian-hoa keheranan dan berka ta:
"Kau sudah meninggalkan" Apa maksudnya
meninggalkan?"
Kata Yan-cauw: "Maksudnya aku sudah tidak bekerja untuk keluarga Liu
lagi,, waktu sangat cepat berlalu, dalam sekejap mata sudah
lewat tiga tahun."
"Lalu kenapa kau bisa muncul disini" Bagai-mana kau
bisa tahu aku adalah Toa-siocia?"
Yan-cauw tertawa sejenak dan berkata:
"Ceritanya panjang, pokoknya Ji-siocia menyuruh aku
melayani dan melindungimu. Maka aku tahu kau adalah
Toa-siocia, pasti tidak salah menduga kau bukan Ji-siocia."
Cui Lian-hoa menarik nafas lega dan berkata:
"Begitu, jika kau datang untuk melindungi aku, aku jadi
merasa lega."
Yan-cauw mengusap-usap rambutnya yang sudah
beruban, berpikir sejenak, baru pelan-pelan berkata:
"Toa-siocia, disini bukanlah Yang-ciu, waktu-nya juga
bukan beberapa tahun lalu, maka ada banyak hal sudah
terjadi perubahan."
Cui Lian-hoa "Mmm!" sekali lalu berkata: "Tentu saja
bisa terjadi banyak perubahan. Philosophy sifat kosong dari
agama Budha, kebanyak-an basisnya yaitu di dunia ada
kejadian yang bembah-rubah tidak menentu.
Jika selamanya tidak berubah, maka di dunia tidak ada
wajah baru. Jika ada perubahan, maka yang disebut f aham
pesimis buat apa pesimis"
Penganut reinkarnasi dan penganut mekanis buat apa
bersiteguh pada teori mereka" Nasib tentu saja tidak
terkecuali bisa ada perubahan, coba kau katakan betul
tidak?" Yan-cauw terbengong-bengong sejenak, baru menjawab:
"Kata-kata ini mungkin hanya Liu-siauya yang bisa
membicarakan denganmu."
Cui Lian-hoa menenangkan diri sejenak, sambil menatap
dia berkata: "Kalau begitu apa yang ingin kau beritahukan padaku"
Suaramu seperti tidak normal, sepertinya ada kata-kata
yang kurang enak, kau adalah orang tua yang melihat aku
tumbuh besar, kenapa ada kata-kata yang tidak mau
diucapkan?"
Yan-cauw berpikir sejenak baru berkata:
"Aku memang tidak enak mengucapkannya." Wajah dia
mendadak menjadi serius, lalu berubah menjadi dingin,
"tapi aku terpaksa harus mengata-kannya, bahkan ada
beberapa hal terpaksa aku harus melakukannya!"
Cui Lian-hoa sudah mendapat pengalaman pahit, di
dalam hati sudah tahu ada yang tidak beres.
Dengan tersenyum sedih sejenak, tiba-tiba hatinya
menjadi kacau. ?
Kenyataannya persis seperti yang dia katakan tadi, selalu
berubah-rubah tidak menentu.
Siapa yang akan terpikir Yan-cauw......menyaksikan dia
dari kecil tumbuh menjadi dewasa... malah ada keinginan
jahat yang tidak menguntung!-an dia"
Tapi sebenarnya juga tidak terlalu serius, jika sudah tidak
hidup di dunia lagi, masalah apa pun segera jadi tidak ada
maknanya, juga tidak ada luka.
"Baiklah, silahkan beritahu aku." Dia berkala, "aku
hanya berharap apa yang kau lakukan, walaupun itu
merugikan aku, tapi pasti bisa menguntungkanmu, baguslah
kalau begitu!"
Jika melakukan pekerjaan yang merugikan orang lain
tapi tidak menguntungkan diri sendiri, mungkin hanya idiot
baru mau melakukannya.
Apakah Yan-cauw seorang idiot"
Laki-laki sangat aneh, kadang di depan wanita, sering
melakukan hal yang lebih bodoh dari pada yang dilakukan
oleh seorang idiot.
Pelan Yan-cauw berkata:
"Mungkin aku akan mati karena melakukan hal ini.
Tapi, aku juga mungkin merasa mati pun setimpal!"
Hati Cui Lian-hoa tergetar, sambil menggelengkan
kepala berkata:
"Kau tidak perlu mengatakannya lagi, tapi aku tetap
berharap kau mempertimbangkannya sekali lagi, mati
adalah akhir dari masa kehidupan ini, benar kau merasa
pantas melakukan hal ini?"
Yan-cauw sudah bertekad, berkata:
"Pantas, jika aku bisa mendapatkanmu, walaupun bukan
untuk selamanya, walaupun hanya sejenak, mati pun
setimpal."
Di dalam hati Cui Lian-hoa merasa kasihan, bersamaan
juga merasakan sedih terhadap tekanan mala petaka akan
menimpanya. Kenapa laki-laki selalu tidak bisa melewati wanita cantik.
Kenapa sudah jelas-jelas tahu lawan tidak mau, tapi diri
rela membayar dengan harga semahal ini"
Malah nyawa melayang juga tidak mau mundur, tidak
menyesal" Kenapa perbedaan antara laki-laki dengan wanita bisa
banyak begitu"
Dengan demikian, bukankah setelah beratus beributahun
kemudian, laki laki dengan wanita tetap tidak bisa
setara" Persis seperti kau mau memandang emas kuning sebagai
batu, sebenarnya mana mungkin"
Bagaimana mungkin kau bisa merangkai batu jadi kalung
yang indah"
Bagaimana mungkin kau memandang sama kegunaan
dan harga emas dengan batu"
Setara memang bukan sama dengan, tapi paling sedikit
sebagian mengandung arti sama dengan.
Dan dikehidupan nyata kita, sama sekali tidak bisa
memandang emas adalah batu, atau menganggap batu
sebagai emas, walaupun ada sebagian sama dengan, juga
tidak mungkin. Laki-laki dengan wanita juga begitu.
Jika mengatakan sama-sama bernyawa, kalau begitu
manusia dan semut juga sama, bernyawa. .
Jika mengatakan semua orang ada emosi senang marah,
sedih senang, kera pun ada.
Pokoknya laki-laki bukan wanita, wanita pun bukan lakilaki.
Dan teori ini tidak tidak seluruhnya sama dengan
teorinya 'kuda putih bukan kuda' dari Kongsun Liong-cu.
Beberapa keinginan, beberapa rencana, jika ridai
mengatakannya, sangat mudah mati tli dalam pi-iul
sebelum lahir, jika sudah dikatakan, atau ditulis di dalam
surat, maka menjadi anak panah di atas busur terpaksa
harus dilepaskan.
Cui Lian-hoa dengan lembut berkata: "Paman Yan, aku
bisa melupakan kau teJah mengatakan semua ini, kau
percaya tidak padaku?"
Tubuh Yan-cauw berdiri tegak lurus, semangat nya
bertambah. Dia berkata:
"Tidak, kau tidak perlu melupakannya. Aku hanya
berharap kau bisa melihat keadaan dengan jela:., berharap
kau tahu apa yang bisa dihindarkan, apa yang tidak bisa
dihindarkan. Dengan demikian, kita semua mungkin akan
merasa lebih baik!"
Tentu saja dia melihat dengan jelas keadaannya. Jika
sekarang hanya wanita lemah yang tidak mampu
menangkap ayam, tapi cantik sekali membuat laki-laki
meneteskan air liur, dalam keadaan sekarang sama sekali
tidak ada bantuan dari luar juga tidak ada orang yang
melindunginya, masih ada akal apa lagi" Apakah dia
sanggup melawannya" Jika dia tahu di luar masih ada
seorang Li Poh-hoan pesilat yang berlimu sangat tinggi dari
aliran pembunun bayaran, sedang diam seribu bahasa
menyaksikan peristiwa ini, mungkin reaksi dia bisa sangat
berbeda. Dia tersenyum sedih dan berkata: "Paman Yan, kau tahu
tidak, nyawa mudah sekali hilang?"
Tubuh Yan-cauw tergetar dan berkata: " Apa maksud
kata-katamu ?"
"Maksudku sangat sederhana dan jelas, kau sebenarnya
juga bukan tidak mengerti, apalagi dari sudut pandang
seorang pesilat tinggi dunia persilatan, memusnahkan
nyawa orang lain, seringkah lebih mudah dari pada
memusnahkan diri sendiri."
Yan-cauw buru-buru berkata:
"Jangan tergesa-gesa, kita bicarakan terlebih dulu."
Di dalam hatinya sebenarnya ketakutan wanita cantik ini
mendadak menjadi bunga yang layu, menjadi tubuh yang
tidak bernyawa.
Buat orang biasa, membunuh orang lain dengan
membunuh diri sendiri, semua hal yang tidak mudah.
Tapi bagi orang yang pernah belajar ilmu silat tingkat
tinggi, walaupun ilmu silatnya telah musnah, tapi tetap bisa
melakukan hal yang di luar dugaan orang biasa.
Dia berkata lagi:
"Jika seseorang sudah tidak ada kerinduan terhadap
kehidupan, terhadap musnahnya satu-satu-nya tubuh dia
sudah tidak ada perasaan sayang. Lalu kenapa dia tidak bisa
menahan sedikit kerugian tubuh-nya?"
"Aku mengerti maksudmu," Cui Lian-hoa berkata lagi,
"jika dahulu, mungkin aku bisa menahan-nya. Tapi
sekarang tidak bisa, sebab Hoyan Tiang-souw pasti sangat
marah." Kebesaran Mo-to sekarang ini di utara mau puri di
selatan sungai besar tidak ada orang yang tidak tahu, Yancauw
pun tentu saja tidak mungkin tidak tahu.
Dia tertegun sejenak, lalu kembali tersenyum, katanya:
"Ternyata Hoyan Tiang-souw. Bagus sekali, dia memang
pantas untukmu. Aku menduga, demi dia mungkin ada
beberapa hal kau mau mengalah. Kau mau tidak
melakukan itu?"
Biasanya Cui Lian-hoa tidak mudah marah, tapi
sekarang dia tidak tahan menjadi marah juga.
Laki-laki ini benar-benar bukan manusia, malah
mengharapkan aku mau diperkosanya, juga mengharapkan
aku tidak memberitahukan pada Hoyan liang souw"
Jika betul demikian, hal ini apa jadi perkosaan" Atau
perselingkuhan"
Untungnya di luar jendela terdengar sebuah suai a yang
nyaring, mewakili dia menjawabnya.
Orang itu adalah Li Poh-hoan, dia tahu di lu.u sepertinya
masih bisa dibicarakan, sebenarnya masalah sudah di batas
bahaya, jika Cui Lian-hoa menolaknya, maka harus buruburu
bungun mendahuluinya. Sehingga dia segera
menjawabnya: "Tentu saja Cui Toa-siocia tidak akan mau,
jika dia berpikir demi Hoyan Tiang-souw, mungkin hanya
mati jalan satu-satunya."
Orangnya muncul bersamaan dengan suaranya, d i
dalam kamar terdengar angin berhembus.
Seorang pemuda yang berbaju putih dengan wajah
tenang sudah muncul.
Di bawah ketek dia menjepit sebilah pedang panjang
berikut sarungnya.
Wajahnya yang tampan tampak cerah, semangatnya
sangat tinggi. Hati Cui Lian-hoa merasa tertarik sambil
memandanginya, dia ianya:
"Siapa kau?"
Tingkah Li Poh-hoan selain sopan juga santai anggun,
berkata: "Margaku Li, aku adalah sahabatnya Hoyan Tiangsouw,
sahabatnya sedikit sekali, aku kebetulan salah
satunya, kebetulan juga bertemu dengan masalah yang ada


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hubungannya dengan dia, makanya aku memberanikan diri
muncul. Tapi sangat mungkin aku hanya mempermalukan
diriku sendiri, malah ditertawa kan orang, congcorang
menahan kereta. Tapi aku tetap akan berusaha
semampunya, walaupun aku sampai mati, juga tidak akan
menyesal."
Cui Lian-hoa terkejut dan berkata:
"Apa Hoyan Tiang-souw sungguh punya sahabat
setampanmu" Kenapa aku tidak tahu?"
Li Poh-hoan tersenyum, lalu sorot matanya ditujukan
pada Yan-cauw, terhadap laki-laki setengah baya ini, dia
tidak merasa terlalu membencinya.
Suka yang cantik-cantik adalah sikap manusia yang
normal. Hanya saja yang dia tuju salah alamat.
"Saudara Yan, bagaimana kalau masalah hari ini kita
lupakan semua?"
Yan-cauw sudah menjalurkan seluruh tenaga dalamnya,
tujuh anak panah beracun di dalam lengan baju kirinya juga
sudah siap dilemparkan. Dia berkata: ^
"Melupakannya tentu saja boleh, tapi jika di kemudian
hari setiap malam aku tidak bisa tidur, maka lebih baik
bereskan saja masalahnya hari ini! Siapa marga dan nama
besarmu?" "Kau sudah tahu siapa aku, kenapa masih bertanya" Aku
tidak percaya ji-siocia tidak pernah menyebut aku, lebihlebih
tidak percaya kalau kau lidak tahu aku adalah
temannya Ji-siocia!"
Cui Lian-hoa keheranan danberkata:
"Ahh, kau ini temannya A-Gwat?"
Li Poh-hoan tersenyum dan berkata:
"Sepertinya betul, tapi apakah dia benar-benar
memandang aku adalah temannya, itu rada sulil
dikatakan!"
Yan-cauw mengerutkan alisnya, sehingga kerul di
wajahnya tampakbertambahbanyak.
Dari sini bisa di lihat tekanan di dalam hatinya sangat
berat sekali, jika dia bukan seorang dunia persilatan,
biasanya tidak akan terlihat ekspresinya.
Dia berkata: "Toa-siocia wajahnya persis serupa dengan Ji-siocia,
apakah karena Ji-siocia menjauh darimu, maka kau
mendekati Toa-siocia" Di dalam hati menganggap Toasiocia
adalah Ji-siocia?"
Li Poh-hoan mengangkat bahu, tersenyum lalu berkata:
"Mungkin di kemudian hari ada kemungkinan ini, tapi
sekarang belum. Karena hari ini aku pertama kalinya
melihat Toa-siocia, sesaat aku tidak terpikir menggunakan
dia menggantikan Pu-couw-siancu. Tapi bagaimana pun
juga, aku berterima kasih padamu telah mengingatkan aku!"
Yan-cauw jadi tidak tahan, di wajahnya tampak rasa
penyesalan. Tentu saja dia harus menyesal, sebab orang yang tadinya
tidak terpikirkan, buat apa kau banyak bicara menginga
tkannya" Li Poh-hoan kembali berkata:
"Sepanjang hidup aku jarang sekali bertarung, bukannya
aku tidak ada musuh, tapi karena ilmu silat dan jurus
pedang yang aku pelajari terlalu keji. Jika aku tidak bisa
membunuhmu, maka aku pun tidak bisa hidup! Oleh
karena itu, aku sebisanya menghindar pertarungan."
"Kenapa kau beritahukan padaku?"
"Aku bukan memberitahu padamu, tapi memberitahukan
pada Toa-siocia. Supaya dia tahu satu hal, yaitu salah satu
diantara kita, hari ini pasti ada satu yang tergeletak di
tanah. Jika yang tergeletak itu adalah aku, maka dia akan
tahu tindakan apa yang harus dia lakukan!"
"Aku sudah tahu, aku sangat berterima kasih padamu!"
kata Cui Lian-hoa.
Tiba-tiba pedang Li Poh-hoan keluar dari sarungnya,
sebelumnya sedikit pun tidak ada tanda tandanya.
Tapi yang mengherankan adalah orang tidak merasa
'diserang mendadak' 'diserang diam-diam'. Dengan kata
lain, serangan pedang dia sepertinya memang seharusnya
sangatnormal sekali.
Pedang bergerak laksana kilat, dalam sekejap pedangnya
sudah menusuk lima kali.
Setiap serangan dia mengenai sasaran.
Tusukan pertama, mengenai tangan kanan Yan-cauw
dan memelintirnya.
Saat Yan-cauw tahu tangan dia tidak apa-apa, tapi dia
juga tahu tabung berisi tujuh anak panah beracun 'di dalam
lengan bajunya sudah dihancurkan, sudah tidak bisa
digunakan lagi.
Tusukan ke dua Li Poh-hoan adalah mengenai kantong
kulit yang digantung di pinggang kiri dia. Yan cauw tidak
perlu meraba dengan tangannya, juga tidak perlu
melihatnya, dia sudah tahu kantong kulit itu sudah hancur.
Sehingga seekor cecak tujuh warna yang sangat berbisa,
tidak perlu dijelaskan juga sudah dicacah hancur.
Tusukan ke tiga Li Poh-hoan mendongkel lepas senjata
Poan-koan-pit yang diselipkan di punggung-nya.
Tusukan ke empat pedangnya mengenai lutut kaki kiri
dia, saat ini jika dia menggulung celananya, dijamin di atas
lutut tidak mengalirkan darah, hanya ada satu bekas merah
yang kecil. Tentu saja di mata seorang ahli, sekali inelihal sudah
tahu kaki kirinya Yan-cauw sudah lumpuh tidak bisa
digerakan lagi.
Juga karena itulah pisau beracun sepanjang cm p? t inci
yang ada di dalam sepatunya, sudah tidak bisa
dipergunakan lagi.
Tusukan ke lima Li Poh-hoan juga selesai dalam sekejap
mata, pedangnya keluar masuk hanya dalam sekejap mata.
Tusukan ke lima dia menusuk dengan pelan Kie-kai-hiat
di perutnya Yan-cauw, sangat mungkin bekas merah pun
tidak ada, tapi tenaga dalam Yan-cauw sudah berpencar
kemana-mana, seluruh tubuh-nya sudah kehilangan tenaga.
Cui Lian-hoa berteriak terkejut:
"Jurus pedang apa ini" Berapa orang di dunia ini yrang
mampu lolos dari jurus pedangmu?"
"Cukup banyak. Misalnya Hoyan Tiang-souw dia
mampu lolos.. Jurus pedangku ini pasti tidak bisa melukai
dia, sebenarnya aku pun tidak perlu meng-gunakan jurus
pedang ini kepada Hoyan Tiang-souw, sebab dia orang
yang sangat terbuka, di tubuhnya tidak ada senjata gelap
dan binatang berbisa seperti dia......"
Terengah-engah dia berhenti, baru berkata lagi:
"Aku lelah sekali!"
Gelombang mata Cui Lian-hoa tampak penuh rasa kasih,
di dalam hati dia merasa hormat dan akrab terhadap lakilaki
yang tampan perkasa ini.
Sebab tidak peduli pihak orang yang mem-bunuh atau
dibunuh, dalam waktu singkat ini, di ambang batas
kematian dalam pertarungan singkat ini, semua orang
sudah mengerahkan segala kemampuan-nya.
Hidup atau mati hanya ditentukan dalam sekejap.
Di bawah tekanan berat, berhadapan pilihan hidup atau
mati, mana berani menyisakan tenaga, tidak
menggunakannya"
Maka tampang Li Poh-hoan yang kehabisan tenaga dan
wajahnya yang pucat, membuat hatinya Cui Lian-hoa jadi
terenguh sekali. Dia berkata:
"Kau istirahatlah sebentar......"
Setelah berkata, dia berjalan menghampirinya dan
memegang lengannya membawa ke sisi ranjang dan
didudukan di atas ranjang. "
Walaupun Yan-cauw sudah terkulai di atas lantai, tapi
dia belum mati.
Dia menutup mulutnya, tiba-tiba dia merasa dirinya
adalah orang yang paling tolol, paling tidak berguna di
dunia, gadis secantik Toa-siocia, adalah dewi yang turun
dari khayangan. Kau hanyalah manusia biasa, dan malah
sudah setengah baya, mana boleh timbul pikiran jahat"
Mana boleh melakukan perbuatan dosa menyerang dan
menghina dia"
Li Poh-hoan menarik nafas dalam-dalam lalu sambil
tersenyum berkata:
"Aku pernah mendengar Pu-couw-siancu mengatakan,
kau adalah kakak kembarnya."
"Memang benar, kau lihat apakah wajahku mirip dengan
dia tidak?"
"Kalian sangat mirip sekali. Tapi sayang hanya wajahnya
yang mirip, sedangkan hati kalian sepertinya tidak......"
"Dulu hati kami juga bisa saling berhubungan, tapi entah
kenapa kemudian tidak lagi! Maka sekarang dia sudah
berubah jadi orang bagaimana, aku tidak tahu."
"Jika dia seperti kau begitu baik dan jujur, akan sangat
bagus. Tapi sekarang aku sangat ragu apakah ada
kemungkinan seperti itu"
Coba kau pikir, kau adalah kakak sekandung dia, aku
adalah teman dia, tapi kita menemukan kita berada di
tempat ini, aku malah kehilangan segala tenaga, dengan
susah payah baru bisa pulih" Kenapa dia melakukan ini
semua pada kita" Sebelum kejadian apakah dia tidak tahu
Yan-cauw ini tidak bisa dipercaya?"
Mata Yan-cauw tidak bisa dibuka, dengan lemas berkata
pelan: "Dia tidak tahu, karena dia juga tumbuh besar di bawah
mataku! Kebanyakan orang mengira hubungan seperti kami ini
tidak akan terjadi apa-apa, tapi tidak dipikir-kan orang bisa
berubah, maka reaksinya juga jadi berbeda." Li Pch-hoan
keheranan dan berkata: "Kata-katamu begitu dalam dan
menyeluruh, apakah sejak dulu kau sudah bolak-balik
memikirkan hal ini?"
Cui Lian-hoa dengan lembut bertanya:
"Paman Yan, sekarang kau merasa bagai-mana?"
Yan-cauw tersenyum pahit:
"Kepalaku masih di atas leher, aku masih bisa bicara,
bagusnya sudah tidak bisa lebih bagus lagi!" Kata Li Pohhoan:
"Paling sedikit kau masih bisa memberitahukan kepada
kami masih ada bahaya apa saja" Kau malah mungkin tahu
apa rencana Pu-couw-siancu" Tahu sekarang dia sedang
melakukan apa?"
Kata Yan-cauw: "Dia sekarang mungkin sudah berubah menjadi Toasiocia,
sehingga temannya Toa-siocia berubah jadi teman
dia!" "Asalkan dia tidak bermaksud jahat pada orang, itupun
tidak masalah." Kata Cui Lian-hoa.
"Cui Toa-siocia, tadinya kau tinggal dimana?" tanya Li
Poh-hoan. Sebagai ketua perkumpulan besar masa kini yang hanya
ada beberapa gelintir orang yang setingkat kedudukannya,
kepintarannya tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan
orang biasa. Maka dia langsung bertanya pada hal yang
paling penting ini.
Tapi kejadian di dunia sulit diduga, apakah lial bagus
kepintarannya tinggi reaksinya cepat" Masih berguna bagi
nasib atau sebaliknya"
Dalam hal ini sejak zaman dahulu sampai sekarang,
tidak ada orang yang berani memastikan.
Bulu di seluruh tubuh Hoyan Tiang-souw mendadak
berdiri seperti singa.
Tapi kecuali ganas dan menakutkan, masih ili tambah
rasa ketakutan dan kesedihan.
Dia berdiri di belakang sebuah pohon besar, dia bisa
melihat dari jauh orang yang berjalan datang mendekat,
tapi orang itu sulit sekali bisa melihat keberadaan dia.
Baju putih orang itu melambai-lambai, saat melewati
belokan di pinggir danau, dia seperti berjalan di atas danau.
Dilihat dari kejauhan, pemandangannya sangat indah.
Pertama Hoyan Tiang-souw melihatnya, dia sudah
mengenal orang itu adalah Li Poh-hoan, sesaat dia jadi
banyak pikiran, dan bersamaan itu timbul amarah yang
datang entah dari mana.
Maka dia menghentikan langkahnya yang akan masuk
ke dalam rumah dimana Cui Lian-hoa berada, dia tetap
sembunyi di belakang pohon, ingin tahu apa sebenarnya
yang akan terjadi"
Di luar kota Ku-su yang amat tua, di atas jembatan batu
kuno itu. Sorot mata dia membuat orang sulit
melupakannya, sayang sorot mala ini ditujukan padri Li
Poh-hoan. Saat itu, dia melihat dirinya seperti orang asing yang
tidak pernah bertemu.
Sekarang Li Poh-hoan kembali muncul lagi.
Dia jelas datang untuk bertemu dengan Cui Lian-hoa.
Sebenarnya ini tidak ada apa-apanya, tapi jika tingkah
laku Cui Lian-hoa jadi tidak biasa, maka masalahnya akan
menjadi ruwet dan serius.
Yang disebut 'tidak biasa' maksudnya sangat baik, sangat
mesra. Dia melihat Li Poh-hoan dari jauh mendekat.
Akhirnya dari luar jendela melihat pertemuan Li Pohhoan
dengan Cui Lian-hoa.
Karena jaraknya agak jauh, maka pembicaraan mereka
tidak terdengar.
Terlihat Cui Lian-hoa yang berpakaian seder-hana tapi
tetap sangat cantik, melihat kemunculan Li Poh-hoan
seperti terkejut sekali.
Setelah mereka berbicara sejenak, tiba-tiba Cui Lian-hoa
seperti seekor burung walet, memeluk Li Poh-hoan.
Kedua orang itu, pemuda tampan dan wanita cantik
berpelukan sangat mesra sekali, bibir mereka menempel
menjadi satu, membuat dia berpikir menggunakan goloknya
memisahkan mereka pun mungkin tidak bisa. '
Bulu roma Hoyan Tiang-souw berdiri tegak, dirinya
terasa jatuh ke dalam neraka, tubuh dan hatinya terasa sakit


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang amat sangat.
Di lain pihak, dia fuga tahu jika saal ini dirinya
mencabut golok dan membacok, pasii mampu mencincang
hancur bumi dan gunung.
Dia pun tidak mengerti kenapa dia tidak menerobos
masuk ke dalam"
Menunggu setelah dia sadar dan berdiri tegak, dia
menemukan dirinya berjarak tidak jauh dari rumah itu. Jika
dia mau konsentrasi mendengarkan, dia rasa mungkin bisa
mendengar suara Li Poh-hoan dan Cui Lian hoa. Hanya
saja dalam keadaan hatinya seperti ini, siapa yang sudi
mendengarkan suara mereka"
Dia berdiri sampai matahari condong ke barat, langit
menjadi merah, baru bisa sedikit tenang.
Sebenarnya dia tidak mudah bisa sadar dan tenang, itu
karena ada seorang tua berbaju warna warni melesat lewat
dari jarak beberapa tombak.
Orang tua berbaju warna warni itu melihat dia, sejenak
berhenti dan memperhatikan, lalu mendadak menghilang.
Kejadian ini membuatpikirannya berputar lagi. Membuat
dia mulai memikirkan, apa yang harus dia lakukan"
Namun tidak lama, sudah terdengar langkah kaki. Irama
langkah itu sangat mantap dan mengandung keangkuhan,
selain ketua perkumpulan Thi-pian-tan yang menguasai
beberapa propinsi Li Poh-hoan, siapa lagi yang bisa seperti
itu" Bayangan putih Li Poh-hoan tidak lama sudah muncul.
Sambil tersenyum dia melambaikan tangan menyapa:
"Saudara Hoyan, apa kabarnya?"
Kata-kata ini sebenarnya sapaan bertemu yang sangat
biasa-biasa saja. Setelah itu bisa langsung masuk ke pokok
pembicaraan. Tadinya Li Poh-hoan ingin menjelaskan, siapa wanita
cantik yang berada di dalam rumah itu"
Ini adalah penjelasan yang sangat penting.
Sayang begitu Hoyan Tiang-souw memutar tubuhnya, di
sekeliling seperti ada kekuatan yang bisa menerbangkan
batu dan debu. Li Poh-hoan merasakan hawa membunuh dari golok
yang sangat dingin, sudah mengurung dirinya, saat ini
sudah tidak bisa digambarkan dengan jurang dalam salju
tipis, sungguh laksana nyawa tergantung pada seutas
rambut. Asal sedikit lengah saja, maka dia segera akan tewas
mengenaskan. Dia menarik nafas pun tidak sempat, lima jari kanan
sudah menempel di pegangan pedang.
Tidak peduli ada alasan sebesar langit, tapi jika tidak
sempat mengatakannya, sama juga dengan tidak ada!
Maka Li Poh-hoan harus merebut kesempatan, dan
mampu atau tidaknya merebut kesempatan adalah satusatunya
cara supaya tubuhnya tidak dibabat menjadi dua
oleh Mo-to. Itulah sebabnya dia sudah memusatkan seluruh tenaga
dalamnya siap bergerak, sehingga sesaat tidak bisa
membuka mulut berbicara.
Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak berminat bicara,
sebab kejadian yang dia saksikan dengan mata kepala
sendiri adalah bukti yang sangat bisa dipercaya, tidak perlu
membicarakannya lagi"
Mengenai setelah membunuh Li Poh hoan, langkah
kedua langkah ketiga harus lakukan apa itu sudah menjadi
masalah selanjutnya!
Sikap mereka dingin membeku seperti balu seperti es,
Mo-to dan pedang panjang walau pun masih di dalam
sarung masing-masing, tapi dibandingkan dengan pesilat
biasa-biasa, kekuatan golok dan pedang mereka, sebenar
sudah sama dengan seperti per-tarungan.
Sebenarnya Li Poh-hoan tidak berniat mem-buniih
orang, tapi situasi yang sangat berbahaya membuat dia
tidak bisa mempertimbangkan, membuat dia tidak bisa
tidak harus mengerahkan seluruh kemampuannya.
Maka seharusnya dia tidak menyerang terlebih dulu, tapi
karena ada kesempatan, maka pedangnya dicabut keluar
dari sarungnya, saat pedang di cabul suaranya laksana
siulan naga auman harimau.
Sekali pedangnya menyerang, jurus terlihay Kuang-su-itki
(Pahlawan pergi) dilancarkan dari tiga jurus hebat yang
dia pelajari beberapa tahun dengan susa h payah. Jurus ini
seperti tidak ada variasi, tapi arahnya tidak kaku tidak ada
titik serangan yang pasti.
Asalkan melihat ada celah, maka pedangnya bisa
langsung menyerang masuk. Jurus ini seperti tidak
menghiraukan keselamatan dirinya sendiri, jurus ini seperti
jurus nekad sehingga tidak menyisakan untuk mundur dan
perubahan. Serangan pedangnya laksana seorang prajurit sekali pergi
ke medan pertempuran tidak mengharap-kan akan kembali
lagi. Jika sudah tidak memikirkan kembali lagi, tentu saja
tidak perlu memikirkan masalah keselamatan dirinya
sendiri. Ujung pedang dia sudah menyentuh kulit di sebelah kiri
dadanya Hoyan Tiang-souw, mungkin sudah menusuk
sedikit. Tapi siapa pun tidak akan mempermasalahkan semua
ini, sebab sinar pedang Li Poh-hoan sudah menyerang
masuk kedalam berlapis-lapis sinar golok yang mendadak
dilakukan oleh Hoyan Tiang-souw.
Dalam keadaan kritis ini, kedua belah pihak mendadak
berhenti, tidak bergerak.
Mo-to itupun berhenti di ujung hidungnya, maka
pedangnya tidak bisa dimajukan lagi satu inci juga.
Tapi golok Hoyan Tiang-souw pun karena ancaman
yang sama jadi berhenti tidak bisa diteruskan, tidak bisa
membelah hidungnya.
Tapi Li Poh-hoan malah merasa keadaannya sangat
tidak bagus, sebab dua butir air mata di ujung Moto itu
tampak berkilau-kilau, sinarnya menyilaukan mata, samarsamar
tercium bau aneh yang menyeram-kan.
Seumur hidupnya baru kali ini dia merasakan tubuhnya
seperti direndam di dalam es, juga pertama kalinya
merasakan kematian begitu dekatnya, dekatnya sampai
sudah menyentuh ujung hidungnya.
Jika hawa pedang dan tenaga dalam dia sedikit lemah,
jujur saja muka dia sudah dibelah menjadi dua bagian.
Justru karena hawa pedang dan tenaga dalam-nya, maka
dia bisa menahan Hoyan Tiang-souw.
Mo-to nya Hoyan Tiang-souw tentu saja mengancam
dia. Maka kedua belah pihak di saat yang sangat berbahaya
ini, mendadak menghentikan serangan golok dan
pedangnya. Hanya saja keadaan begini pasti tidak bisa bertahan
lama, kenyataannya bukan saja tidak lama, malah
sebaliknya hanya dalam waktu yang amat singkat sudah
harus ada akibatnya.... kematian.
Dalam keadaan begini Li Poh-hoan malah masih bisa
tertawa, dan tertawanya juga sangat santai.
Tapi di dalam matanya tampak ada kesedihan yang
mengherankan. Melihat Hoyan Tiang-souw yang menyerang dahsyat
seperti lupa diri, dia sadar dia pasti telah melihat keadaan
saat dirinya bertemu dengan Pu-couw-siancu.
Karena Hoyan Tiang-souw tidak tahu Pu-couw-siancu
menyamar menjadi Cui Lian-hoa, makanya dia jadi salah
paham, itu tidak mengherankan.
Tapi salah paham seperti ini adalah salah paham yang
bisa merengut nyawa, setelah kejadian apabila Hoyan
Tiang-souw mengetahui keadaan sebenarnya, dia tentu
akan jadi menyesal sekali.
Tapi sudah tidak ada gunanya lagi" Penyesalan dia tidak
ada gunanya lagi" Sekarang kecuali di depan ujung hidung
Li Poh-hoan mendadak muncul satu plat baja, jika tidak
bagaimana dia bisa menarik kembali pedangnya"
Jika pedang dia tidak bisa ditarik kembali, goloknya
Hoyan Tiang-souw pun tentu tidak bisa ditarik, di saat ini
tidak diragukan dia pasti tidak akan menarik kembali
goloknya. Sehingga keadaan kedua belah pihak pasti terluka pasti
ada seorang yang mati, bagaimana bisa menghindarkannya"
Jika saat ini muncul Pu-couw-siancu, apakah dia bisa
melerai keadaan yangmematikan ini"
Atau malah mempercepat kejadian yang menyedihkan
ini" Karena dia tidak muncul, maka tidak ada jawaban yang
pasti. Di dalam hati Li Poh-hoan mendadak terbayang
bayangan seorang hweesio tua.
Dia sangat heran kenapa saat dirinya berada dalam
keadaan yang sangat berbahaya ini, masih bisa terpikir
hweesio tua ini, wajahnya sepertinya tidak lebih bersih dari
pada orang tua lainnya"
Kenapa kelihatannya dia lebih kasih lebih damai seperti
ayah ibunya sendiri"
Membuat orang walaupun bertemu sekali tapi tidak bisa
melupakannya"
Hweesio tua ini pernah bertemu sekali dengan dia ketika
dia berusia dua belas tahun, dia adalah ketua Siauw-lim
Thi-kak-siang-jian (Orang sakti kaki besi) yang paling
ternama dalam ratusan tahun ini.
Siang-jin ini menurut kabar usianya sudah lebih dari
seratus tahun, tapi masih sehat wal afiat.
Tapi buat orang luar tidak gampang bisa menemui dia,
sehingga ketenarannya sudah semakin memudar.
Li Poh-hoan teringat dia, karena dia ingat posisi Siangjin
saat menekukan saru lututnya bersujud di depan meja
arwah kakeknya.
Selama beberapa tahun ini, tidak pernah dia terpikir
posisi ini bisa ada keanehan!
Lebih-lebih tidak terpikir ada gunanya!
Tapi sekarang mendadak dia teringat, dan malah dengan
jelas mengetahui kegunaannya posisi ini, juga tahu apa
akibatnya! Tentu saja di lain pihak, dia juga tahu dia mampu
melukai Hoyan Tiang-souw, walaupun belum Irnlti
mematikannya, tapi bisa melukainya, sudah sang,\t cuku p
Pesilat setinggi mereka, 'terluka' sudah tidak j.mli
perbedaannya dengan 'kematian'!
Tapi jika dia hanya kehilangan satu lengan dan nyawa
kedua belah pihak bisa diselamatkan, pantaskah dia
melakukan hal ini"
Dia kembali tersenyum, saat ini selain rasa tenang, juga
mengandung kebingungan, kesal sampai sedih dan lain
lainnya...... O000dw000O Saat Pu-couw-siancu melihat Cui Lian-hoa, tidak tahan
dia jadi kebingungan.
Pertama, kenapa Cui Lian-hoa bisa lolos dari kematian"
Kenapa berani melanggar janji datang kema ri"
Kedua, kenapa dia kelihatannya jauh lebih tegar dan
tenang" Dibandingkan dahulu yang penuh kasih sayang dan
penurut, jauh sekali perbedaannya"
Cui Lian-hoa sedikit mengerutkan alis dan berkata:
"A-Gwat, dimana mereka?" Pu-couw-siancu Cui Liangwat
berkata: "Mereka sekarang semua baik-baik saja, juga
tidak jauh dari kita!"
"Bawa aku melihat mereka."
"Kau sudah tahu, aku tidak ingin kita berdua bersamasama
muncul di hadapan mereka."
Cui Lian-hoa menggelengkan kepala:
"Kau membuat aku jadi teringat peristiwa masa lalu,
Thian Kim-wie menghadapi Kim-soan-poan. Di dalam
peristiwa itu, pemeran utama wanita Li Keng-hong dan Li
Su-ceng yang wajahnya mirip sekali. Li Su-ceng yang
menjadi adik bukan saja telah membunuh kakaknya, malah
membuat banyak masalah mengeri-kan lainnya."
"Aku tidak sama dengan dia. Paling sedikit aku pasti
tidak akan membunuhmu."
"Tapi kurang lebih sama saja, coba kau pikir, kau telah
berlatih ilmu sesat, membuat hubungan batin kita terputus,
membuat aku kehilangan ilmu silat, juga membuat aku
menjadi lemah. Beberapa tahun ini, untung tidak terjadi apa apa padaku,
langit masih melindungi aku, tapi jika terjadi masalah,
apakah kau bisa menolong aku" Apa kau tidak merasa
bertanggung jawab?"
"Kelihatannya ilmu silatmu sudah pilih, apa betul?" kata
Pu-couw-siancu keheranan. *
"Aku hanya memulihkan pikiran sehat yang sudah
hilang, maka tidak sampai seperti wanita biasa yang sangat
lemah!" Dia tidak mau melepaskan permasalahannya, kembali
mendesak, tanyanya:
"Jika terjadi apa-apa padaku, A-gw?t, apa kau bisa
merasa tidak bertanggungjawab?"
"Kau masih sehat wal afiat, masalah ini sepertinya tidak
perlu diperbincangkan lagi!"
"Walaupun kau tidak menjawab, tapi paling tidak
kejadian yang memilukan ini jangan sampai terjadi. Mari
kita bersama-sama pergi melihat mereka. Kita bisa
membuat hal yang mengerikan menjadi indah, bisa
membuat kesedihan menjadi bahagia......"
Pu-couw-siancu menghela nafas dalam dalam sepasang
matanya yang cantik tiba-tiba menjadi huyai, tidak jelas.
Saat ini kecantikannya bertambah warna iblis, sehingga
lebih menarik juga lebih misterius. Dia berkala
"Cui Lian-hoa, kau harus menurut perintahku." Setelah
berbicara, sepertinya dia sudah berubah menjadi orang lain
bukan Cui Lian-gwat lagi.


Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara dia jika didengar oleh orang lain mungkin sangat
enak didengar, tapi bagi Cui Lian-hoa malah merasa tidak
tahu kenapa seperti jatuh ke dalam mimpi yang dalamnya
tidak terbatas.
Aku tidak boleh terjerumus ke dalam selimut hangat dan
mimpi yang indah. Dia berpikir, jika tidak, di dunia ini
akan bertambah satu lagi drama sedih, juga selamanya tidak
bisa menyelamatkan adikku tersayang ini......
Cui Lian-hoa berusaha menyadarkan diri, saat ini tenaga
dalam aneh yang disalurkan oleh Li Poh-hoan ke dalam
tubuhnya, ikut bereaksi kegunaannya, membuat dia
mendadak sadarkan diri.
Begitu sadarkan diri, Pu-couw-siancu laksana dipukul
oleh godam hingga terluka parah, warna wajahnya menjadi
pucat, hawa iblis yang membuat matanya buyar telah
hilang. Cui Lian-hoa maju memeluk adiknya, dengan lembut
berkata: "A-gwat, beritahu aku, mereka ada dimana?"
Pu-couw-siancu terengah-engah sesaat, baru dengan
pelan berkata: "Di dalam hutan tidak jauh di sebelah kiri rumah."
Cui Lian-hoa membopong adiknya berjalan ke sana, di
dalam hati walaupun kegelisahannya hampir meledak, tapi
suaranya masih bisa tenang dan berkata:
"Kita harus berusaha secepatnya, mereka semua adalah
orang baik......"
00--dw--00 Li Poh-hoan bersujud di bawah ancaman Mo-to yang
tajam berkilauan, sedikit pun tidak aneh.
Tapi orang di seluruh dunia pasti tidak mau berpikir
demikian, jika semua orang tahu bahwa dia yang begitu
angkuh, dan kemampuannya yang begitu tinggi.
Apa lagi dilihat oleh kakak beradik Cui, lebih lebih akan
menjadi bengong, dan mengira matanya lamur.
Kepercayaan diri dan keangkuhannya Li Poh hoan
begitu tinggi Walaupun dia telah melihat dewa kematian,
dia tetap bisa santai tertawa dan bicara.
Tapi sekarang dia malah bertekuk lutut, bukan mata
orang lamur, juga bukan di dalam mimpi.
Ooh langit! Ketua perkumpulan yang gagali tampan
yang berambisi menguasai dunia, ketenangan dia seharihari,
keangkuhan dia dan lain-lainnya, kemana sekarang
semuanya... "
Mo-to itu berkilat-kilat mengeluarkan sinar yang
menakutkan, hampir membuat orang tidak bisa membuka
matanya. Untungnya hanya hampir saja. Maka Cui Lian-hoa
masih bisa melihat dengan jelas, melihat sebelah tangan
kanan Li Poh-hoan sudah putus dari bahunya, potongan
tangannya masih memegang pedang panjang, jatuh ke atas
tanah beberapa kaki jauhnya.
Dia meloncat ke depan, jarinya dengan cepat menotok,
mengunci dulu beberapa jalan darah di sekeliling lukanya.
Tapi di wajah dan tubuhnya sendiri, akhirnya tidak
terhindar menjadi merah karena terkena tidak sedikit darah
segar. Dia meneteskan air mata haru, sepasang kaki-nya
bersujud menahan rubuhnya Li Poh-hoan, dengan lembut
berkata: "Kami mengerti, kami semua mengerti.."
Cui Lian-gwat pun air matanya berlinang terharu,
mendadak beratus, beribu kesalahan yang telah dilakukan,
semua tergambar di dalam hatinya.
Hoyan Tiang-souw menjadi bengong, melihat Cui Lianhoa,
lalu melihat Cui Lian-gwat, sesaat tidak bisa
membedakan wanita mana yang pernah menjalin cinta
dengan dirinya.
Maka mata dia hanya bisa melotot bengong.
Masih dengan posisi bersujud, Cui Lian-hoa membopong
Li Poh-hoan yang sebelah kakinya masih bersujud. Dia
harus menemani dia bersujud, jika tidak pemandangannya
akan seperti apa"
Sambil berlinang air mata dia berkata:
"Li Poh-hoan, kau benar-benar seorang Enghiong sejati.
Tidak ada satu orang pun yang bisa menahan penghinaan,
bersujud dan tangan dipotong. Aku kagum padamu, juga
bersyukur mempunyai kau adalah kawan bukan lawan."
Li Poh-hoan tersenyum. Walaupun wajahnya pucat
sekali, tapi sikapnya tetap tenang.
Tapi mungkin karena lukanya sangat parah, sehingga dia
tidak bicara. "Buuk," Hoyan Tiang-souw bersujud, Mo-to nya
menancap ke dalam tanah sedalam dua kaki.
Suara dia selalu seperti geledek, walaupun dalam
keadaan begini, tetap saja sama. Dia berkata:
"Li Poh-hoan, aku sangat menyesal."
Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat dengan susah payah
berjalan menghampiri, wajahnya yang pucat tidak kalah
oleh Li Poh-hoan.
Dia menjulurkan tangan mengusap wajah Li Poh-hoan,
lalu menarik berdiri Hoyan Tiang-souw.
"Kami tidak menyalahkanmu, di dalam hati kami j tahu,
jika kau bukan Enghiong sejati, gerakan golok selanjutnya
sudah bisa membelah dia menjadi dua......"
Dia mengatakan apa yang ingin dikatakan oleh Li Pohhoan.
Juga membuat Hoyan Tiang-souw timbul rasa saling
percaya. Kenyataannya memang tidak salah, karena Li Poh hoan
bersujud mengaku kalah, maka gerakan golok selanjutnya
tidak bisa membunuhnya"
Kenapa dia tidak meneruskan gerakan golok-nya. Di saat
yang kritis itu, apakah Hoyan Tiang-souw tidak mengalami
kesulitan mengambil keputusan"
Hanya seorang Enghiong sejati, baru bisa dalam keadaan
kritis ini mengambil keputusan mengampuni.
Juga hanya dada seorang Enghiong sejati, baru bisa rela
mengorbankan sebelah tangannya.
Seorang wanita cantik dan satu negara. Walau ambisi
menguasai dunia masih tetap harapannya, tapi kadang ingin
melepaskannya, lebih sulit dibandingkan dengan terus
memperjuangkannya.
Dunia persilatan selalu ditempa oleh berbagai macam
perasaan ini. Di antaranya ada darah ada air mata, ada muncul ada
menghilang......
Habis Dendam Iblis Seribu Wajah 1 Dewa Linglung 2 Geger Pedang Inti Es Badai Laut Selatan 11
^