Bandit Penyulam 1
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung Bagian 1
Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Pendekar 4 Alis
Buku 2 Bandit Penyulam
Karya Khulung Bab 1: Sejumlah Perampokan
Panas yang menyengat. Sinar matahari seperti pisau panas, menusuk tanpa belas
kasihan pada jalanan yang kotor dan berdebu. Bahkan bekas luka di wajah Chang
Man Tian tampak terpanggang hingga merah.
Tepatnya ada tiga bekas luka, bekas luka itu dan sekitar 7 atau 8 macam luka
dalam telah memberikan dirinya kemasyuran dan posisi yang ia nikmati
sekarang ini. Bila cuaca berubah menjadi lembab atau hujan, luka dalamnya akan
mulai berdenyut-denyut lagi, menyebabkan ruas-ruas tulangnya terasa sakit, dan
ia tentu akan teringat lagi pada pertarungan-pertarungan dahsyat di masa mudanya
dan merasa sangat bersyukur.
Bisa bertahan hidup selama ini bukanlah hal yang mudah, bisa menjadi seorang
wakil kepala perusahaan ekspedisi yang pendapatannya 500 tael perak sebulan
malah lebih sulit lagi, karena posisi itu didapatkan dengan darah dan keringat.
Akhir-akhir ini ia jarang mengawal sendiri barang-barang antaran perusahaannya.
Kepala perusahaan ekspedisi
"Pembawa Kedamaian" adalah juga kakak seperguruannya. Mereka berdua menghabiskan
waktu beberapa tahun terakhir ini dalam hidup yang tenteram dan damai, berlatih
sedikit kungfu di pagi hari, minum arak di malam hari. Dengan melihat bendera
"Pedang Besi Tombak Emas" sudah cukup membuat orang-orang di wilayah tenggara
menjauh dari barang-barang antaran perusahaan "Pembawa Kedamaian".
Tetapi barang antaran kali ini terlalu penting, si pemilik meminta kedua saudara
seperguruan itu melakukan sendiri seluruh proses antaran. Tapi karena sang
kepala sedang sakit, Chang Man Tian terpaksa mengambil kembali sepasang pedang
besinya yang masing-masing berbobot lebih dari 13 kg dan memimpin sendiri
ekspedisi kali ini.
"Minggir.... Pembawa Kedamaian... Tolong minggir...." Si tua Zhao yang berada di depan
berteriak-teriak untuk membuka jalan bagi rombongan ekspedisi itu. Ia telah
berkecimpung di dunia ekspedisi ini selama 20 tahun. Ia masih memiliki suara
yang menggelegar, terutama setelah ia meminum beberapa kendi arak Golok Api
selama istirahat makan siang yang membuat tenaganya bangkit kembali lebih dari
biasanya. Chang Man Tian mengeluarkan sehelai saputangan berwarna hijau dan menghapus
keringat di keningnya. Waktu tiada memberi ampun, tiba-tiba ia menyadari bahwa
ia telah bertambah tua. Setelah misi kali ini selesai, mungkin sudah tiba
waktunya untuk menggantung pedang dan berhenti dari pekerjaannya ini. Saat itu
matahari benar-benar terik. Jika ada sebuah tempat untuk berteduh, mungkin tidak
ada salahnya untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan.
Chang Man Tian menyentakkan tali kekang kudanya dan berderap ke depan. Ia baru
Koleksi Kang Zusi
1 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
saja hendak memberikan instruksi pada si tua Zhao ketika tiba-tiba ia melihat
seseorang, yang sedang sibuk menjahit, duduk di tengah jalan. Seorang laki-laki
bertubuh besar dan berjenggot.
Selama berkelana di dunia persilatan 30 tahun lebih, Chang Man Tian belum pernah
melihat seorang laki-laki menyulam, apalagi orang itu melakukannya di tengah
terik matahari sambil duduk di tengah jalan raya.
"Mungkinkah ia gila?" Orang itu benar-benar tampak seperti orang gila, karena
permukaan jalan itu sudah cukup panas untuk menggoreng sebutir telur, dan ia pun
masih mengenakan sebuah mantel dari kain katun berwarna ungu kemerah-merahan.
Anehnya, sementara semua orang yang mengenakan selembar baju tipis saja telah
dipenuhi oleh keringat, tidak terlihat setetes pun keringat di wajah laki-laki
ini. Chang Man Tian mengerutkan keningnya, mengangkat tangannya untuk memberi isyarat
pada rombongannya agar berhenti, dan melirik ke arah si tua Zhao.
Si tua Zhao adalah orang yang telah lama berkecimpung di dunia persilatan, ia
telah menjadi anak buah Chang Man Tian sejak Chang Man Tian pertama kali
melakukan tugas ekspedisi.
Tentu saja ia langsung faham tentang keinginan majikannya. Maka ia pun tertawa
kecil untuk membersihkan tenggorokannya dan berjalan menghampiri orang itu.
Laki-laki berjenggot itu sedang berkonsetrasi menyulam sebuah bunga, persis
seperti seorang gadis yang baru jatuh cinta dan sedang duduk di kamarnya sambil
menjahit gaun pengantinnya sendiri, ia seperti tidak sadar bahwa selusin lebih
kereta kuda telah berhenti karena dirinya.
Bunga yang ia sulam di atas kain itu adalah bunga mawar, mawar hitam, sulamannya
jauh lebih indah daripada yang bisa dibuat oleh gadis mana pun.
"Sobat, keahlian menyulammu itu benar-benar mengagumkan, tapi sayangnya ini
bukan tempat untuk menjahit." Si tua Zhao tiba-tiba berkata dengan keras.
Suaranya memang sudah menggelegar, dan sekarang ia sengaja menakut-nakuti laki-
laki itu. Tapi tidak disangka, bukan hanya laki-laki itu tidak mengangkat
kepalanya, ia bahkan tidak berkedip sedikit pun.
"Apakah ia bukan hanya gila tapi juga tuli?" Si tua Zhao berjalan lebih dekat
lagi dan menepuk pundak orang itu.
"Sobat, bisakah kau biarkan kami lewat" Kau lihat...." Tiba-tiba ia berhenti dan
ekspresi wajahnya berubah. Waktu ia tadi mengulurkan tangannya untuk menepuk
pundak laki-laki itu, jarum di tangan laki-laki berjenggot itu kebetulan
terangkat sedikit dan menusuk punggung tangannya. Apalah artinya tusukan jarum
sekecil itu bagi seorang laki-laki yang tidak bakal mundur oleh goresan golok"
Si tua Zhao semula tidak perduli, tapi saat ia ingin menarik kembali tangannya,
ternyata tidak bisa! Separuh tubuhnya telah kaku! Setan apa yang ada di ujung
jarum itu"
Si tua Zhao mundur tiga langkah ke belakang dan mengamati tangannya dengan
teliti. Tidak ada bengkak sedikit pun, tapi tangan itu tidak mematuhi perintah
otaknya lagi. Ia terkejut dan juga marah.
Chang Man Tian melayang turun dari kudanya dengan indah dan berjalan dengan
cepat ke arah laki-laki berjenggot itu.
"Indah sekali mawar yang kau sulam itu, sobat." Ia berkata, sambil merangkap
tangannya. Laki-laki berjenggot itu tidak mengangkat kepalanya, tapi tiba-tiba
ia tertawa. "Aku bisa menyulam yang lainnya juga."
"Benarkah" Apa?"
"Orang buta."
"Orang buta tidak mudah disulam." Chang Man Tian mendengus.
"Sebaliknya, orang buta yang paling mudah, dua kali tusuk dan kau dapat satu."
Koleksi Kang Zusi
2 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Oh, benarkah" Bagaimana caranya?"
"Seperti ini." Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan menusuk ke wajah si tua
Zhao sebanyak dua kali.
Si tua Zhao mengeluarkan suara jeritan yang menyayat hati dan jatuh ke tanah.
Sambil menutupi wajahnya dengan tangannya, ia meronta-ronta di atas tanah dengan
kesakitan, sementara darah menyembur di antara jari-jarinya, darah dari matanya!
Wajah Chang Man Tian berubah dan ia segera memegang pedangnya.
Tapi si brewok itu masih duduk di situ dengan santai, tampaknya ia hanya
memikirkan urusannya sendiri saja.
"Lihat" Dua kali tusuk, satu orang buta."
"Gerakan yang cepat, sobat." Chang Man Tian tertawa kecil dan berkata dengan
dingin. "Menyulam orang buta adalah keahlianku, 72 kali tusuk dan aku bisa memberimu 36
orang buta." Si brewok menjawab seenaknya.
Untuk misinya kali ini, Chang Man Tian telah membawa 35 orang anak buah. Bila
termasuk dirinya, jumlah mereka adalah 36 orang. Orang-orang yang ia bawa adalah
jago-jago kelas satu, mereka semua telah maju dan berada di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan di sini" Mau membalas dendam atau merampok barang?"
Walaupun ia terkejut, Chang Man Tian masih berusaha tetap tenang.
"Aku di sini untuk menjahit."
"Apa yang akan kau jahit?"
"Pertama aku akan menjahit sendiri 36 orang buta, lalu aku akan menjahit kereta
kuda senilai 800.000 tael untuk dibawa pulang bersamaku."
Chang Man Tian tertawa panjang.
"Lucu, pedangku ini juga bisa menjahit sesuatu."
"Apa?"
"Orang mati!" Tawanya berhenti, pedangnya pun telah terhunus.
Pedang besi yang besar ini mungkin bukan sebuah senjata yang sangat berat, tapi
pedang itu tetaplah pedang yang telah digunakan oleh "Tuan Pedang Besi" di masa
lalu. Chang Man Tian telah menyempurnakan pedang ini selama 40 tahun, kalau tidak
bagaimana mungkin ia masih bisa hidup sampai sekarang"
Anak buahnya telah menghunus senjata mereka pula, seperti Golok Sayap Rajawali,
Tombak Sang Bijaksana, dan Pedang Gerbang Neraka.
Bila bertempur dengan penjahat, orang-orang perusahaan ekspedisi tidak perlu
mematuhi aturan-aturan dunia persilatan, dan tidak perlu harus bertarung satu
lawan satu. "Liang Qing Zi, ayo! Tusuk matanya!" Chang Man Tian berteriak.
Jika kau ingin membutakan orang lain, maka orang lain pun tentu ingin
membutakanmu! Ini adalah hukum di dunia mereka. "Sebuah gigi untuk sebuah gigi,
sebuah mata untuk sebuah mata!" Tapi si brewok masih menyulam ketika sebuah
pedang seberat lebih dari 13 kg berdesing ke arahnya.
Tombak Sang Bijaksana melakukan gerakan "Minuman Naga Beracun" dan menyerang
pinggang orang itu, semua pegawai perusahaan Pembawa Kedamaian telah diberikan
latihan satu atau dua ilmu kungfu oleh kedua saudara seperguruan itu. Karena
itu, bila bertarung, mereka bisa saling melengkapi satu sama lain dengan
sempurna. "Selesai!" Si brewok besar itu tiba-tiba tertawa.
Ia telah menyelesaikan sulaman mawarnya dan jarum itu pun tiba-tiba melesat dari
arah samping. Dalam sebuah kilatan sinar dingin di sekelilingnya, Chang Man Tian
tiba-tiba menyadari bahwa sinar itu telah berada di depan matanya.
Tidak seorang pun bisa menguraikan kecepatan ini, dan hampir tidak ada orang
yang mampu menghindarinya. Chang Man Tian meraung, pedang tiba-tiba terbang dari
Koleksi Kang Zusi
3 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
tangannya, tapi tubuhnya telah roboh ke atas tanah.
"Buk!" Pedang besi itu menancap hampir setengah meter pada sebuah batang pohon
di pinggir jalan. Saat itu si brewok besar telah selesai menyulam orang buta
keempat. Tujuh puluh dua kali tusuk, tiga puluh enam orang buta. Kecepatan yang
mengerikan, kekejaman yang luar biasa! Sehelai kain jatuh ke atas wajah Chang
Man Tian. Di atasnya tersulam sebuah mawar merah besar.
______________________________
Bila Jiang Zhong Wei berjalan, selalu terdengar suara gemerincing, seolah-olah
ia adalah sebuah lonceng. Tentu saja ia bukan lonceng. Jiang Zhong Wei adalah
Komandan Pasukan Pengawal Istana Kerajaan Damai Selatan, orang yang sangat agung
dan berkuasa. Di dalam Istana Kerajaan ada sejumlah tempat yang sangat rahasia. Dan di pintu-
pintu yang menuju ke tempat-tempat itu terpasang gembok. Dan semuanya ada di
bawah pengawasannya. Siapa pun orang yang membawa 30 rangkaian kunci atau lebih
tentu akan bergemerincing bila mereka berjalan.
Ia benar-benar orang yang dapat diandalkan. Ia bukan hanya tenang dan kalem, dan
setia hingga ke tulang sumsumnya, ia juga telah melatih tubuhnya dalam "Ilmu
Keji Tigabelas Pengawal", maka biarpun ilmunya itu belum mencapai taraf tak bisa
ditembus oleh golok atau tombak, tetap saja sangat sukar untuk melukainya. Tapi
tidak sukar baginya untuk melukai orang lain.
Telapak Pasir Besi-nya telah mencapai 90 % kesempurnaan dan mampu membelah balok
kayu atau menghancurkan batu karang menjadi pasir. Bila Pangeran mempercayakan
sebuah kunci lagi padanya, tentu ada perasaan lega di dadanya, tahu bahwa kunci
itu akan aman. Saat itu ia hendak mengambil kembali sebuah untaian intan dan
sepasang giok datar dengan sebuah lubang di tengahnya, yang biasanya digunakan
pada upacara-upacara resmi di China, dari Ruang Harta Kerajaan.
Hari ini adalah hari ulang tahun selir kesayangan Pangeran dan Pangeran telah
menjanjikan perhiasan itu sebagai hadiah ulang tahunnya.
Seperti kebanyakan orang di dunia, Pangeran selalu bermurah hati pada wanita
yang ia cintai.
Lorong yang panjang itu menyembunyikan ketenangan yang mencekam, karena tempat
itu sangat dekat dengan Ruang Harta Kerajaan, siapa pun yang melewatinya akan
mendapat hukuman mati!
Setelah memasuki daerah terlarang itu, setiap 7 atau 8 langkah tentu ada seorang
pengawal yang dipilih sendiri oleh Jiang Zhong Wei, berdiri dalam keadaan siaga
seperti patung batu.
Orang-orang ini telah melalui prosedur latihan yang keras dan ketat, seekor
lalat yang terbang dan mendarat di wajah mereka atau seseorang yang menginjak
kaki mereka pun tak akan sanggup menggerakkan mereka sedikit pun. Jiang Zhong
Wei bukan hanya memiliki pengaruh yang sangat besar dan populer di antara
mereka, perintah-perintah yang ia berikan juga jelas dan mutlak. Jika ada yang
lalai dalam tugasnya dan membiarkan seekor anjing saja masuk ke daerah terlarang
itu, maka hukuman mati akan menunggu mereka! Bahkan ia sendiri harus mengucapkan
kata sandi untuk hari itu sebelum memasuki daerah tersebut.
Kata sandi untuk hari ini adalah: "Matahari dan Bulan bersinar terang". Karena
hari ini adalah hari yang sangat cerah menurut penanggalan.
Bahkan pada wajah Jiang Zhong Wei yang kaku dan serius itu terlihat sedikit
perasaan bahagia. Karena ia juga diundang ke pesta ulang tahun selir kaisar itu.
Setelah menyelesaikan tugasnya, ia akan segera berganti pakaian dan bergabung
dengan pesta itu. Karena itu langkah kakinya sedikit lebih cepat daripada
biasanya. Delapan orang pengawal berpakaian sutera dan bersenjatakan golok berjalan
Koleksi Kang Zusi
4 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
mengikutinya. Pengawal-pengawal berpakaian sutera itu adalah orang-orang yang
berasal dari satuan pengawal terbaik, apalagi delapan orang ini adalah orang-
orang pilihan di antara 100 orang pengawal berpakaian sutera. Jiang Zhong Wei
adalah orang yang sangat berhati-hati.
Pintu-pintu besar yang menuju ke Ruang Harta Kerajaan dipasangi gembok yang
sangat kuat. Ada 3 lapis pintu, masing-masing tebalnya lebih dari setengah
meter, dan gembok di pintu-pintu itu semuanya dibuat oleh pandai besi terbaik.
Jiang Zhong Wei akhirnya membuka pintu terakhir dan hembusan udara yang dingin
dan lembab menerpa wajahnya.
Tempat ini seperti kebanyakan ruang harta di seluruh dunia, dingin, lembab,
gelap dan suram. Persis seperti kuburan.
Satu-satunya perbedaan adalah kuburan menyimpan orang-orang mati, di tempat ini
seekor semut mati pun tidak ada.
Setiap kali Jiang Zhong Wei masuk ke sini, ia selalu mendapat sebuah fikiran
yang aneh: jika seseorang berhasil memiliki seluruh harta yang ada di ruangan
ini, tapi ia harus tinggal di dalamnya, apa enaknya hal itu" Bahkan jika kau
memberikan seluruh harta di dunia ini padanya, ia tidak akan mau tinggal di
tempat ini satu hari pun.
Fikiran ini pun kembali muncul di benaknya kali ini. Ketika ia mendorong pintu
itu hingga terbuka dan berjalan masuk, satu-satunya keinginannya adalah keluar
secepat mungkin. Ia tidak menyangka kalau sekali ini ia masuk maka ia tak akan
pernah keluar lagi!
Tak dapat dipercaya, di dalam ruangan yang dingin, lembab dan suram itu ada
seseorang. Orang hidup.
Wajah orang ini tertutup oleh jenggotnya, ia mengenakan sehelai mantel katun
berwarna ungu kemerah-merahan, dan anehnya, sedang duduk di atas sebuah peti
harta sambil menjahit.
Jiang Zhong Wei bahkan tidak bisa membayangkan sesuatu seperti ini di dalam
mimpinya, ia hampir tidak mempercayai matanya sendiri.
Tapi di depannya memang ada seseorang, sedang duduk di sana sambil menjahit,
seorang laki-laki hidup.
"Apakah dia hantu?" Selain hantu, siapa lagi yang bisa masuk ke sini"
Jiang Zhong Wei tiba-tiba merasa bulu kuduknya berdiri dan ia bergidik sendiri.
Laki-laki brewok itu sedang berkonsentrasi menyulam, persis seperti sikap
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang gadis yang sedang duduk di kamarnya sambil melamun tentang kekasihnya.
Ia sedang menyulam bunga mawar, mawar hitam di atas sehelai kain satin merah.
"Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" Jiang Zhong Wei memberanikan diri dan
bertanya. "Aku berjalan masuk ke sini." Si brewok besar bahkan tidak mengangkat kepalanya
ketika ia menjawab dengan cara seenaknya.
"Kau tahu tempat apa ini?"
"Tempat untuk menjahit!"
"Jadi kau datang ke sini untuk menyulam?" Jiang Zhong Wei tertawa dingin.
"Karena hanya di sini aku bisa menyulam apa yang ingin kusulam!" Si brewok besar
mengangguk. "Dan apakah itu?"
"Seorang Jiang Zhong Wei yang buta!"
Jiang Zhong Wei mundur ke belakang dan tertawa seperti orang gila. Hanya bila ia
sedang marah dan bersiap untuk membunuh, ia tertawa gila seperti ini. Dengan
suara tawa yang masih bergema, tubuhnya melesat maju. Telapak tangannya mengaung
di udara seperti harimau ketika ia mengeluarkan ilmu Telapak Pasir Besi yang
mampu menghancurkan balok kayu. Tiba-tiba ia merasa bagian tengah telapak
tangannya kaku untuk sesaat, seolah-olah ia baru disengat oleh seekor lebah,
tapi Koleksi Kang Zusi
5 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
seluruh kekuatan di telapak-tangannya tiba-tiba dan secara misterius telah
menghilang. Saat itulah sekilas sinar dingin tiba di depan matanya.
"Ilmu Keji Tigabelas Pengawal" mungkin merupakan ilmu terkuat di dunia dalam hal
membuat kebal tubuh seseorang, tapi ilmu itu tidak mampu melindungi mata
pemiliknya. Para pengawal yang berada di luar tiba-tiba mendengar suara jeritan yang
menyayat hati dan berusaha mencoba masuk, tapi pintu besi itu telah ditutup dari
dalam. Saat mereka akhirnya berhasil membuka paksa pintu itu, Jiang Zhong Wei
yang tak sadarkan diri terlihat tergeletak di lantai, sehelai kain satin
berwarna merah darah tampak menutupi wajahnya. Di atas kain satin itu tersulam
sebuah mawar hitam!
______________________________
Dupa telah dinyalakan di ruang meditasi itu. Hua Man Lou telah selesai mandi dan
duduk dalam diam di sana, menunggu.
Jika kau ingin merasakan masakan Hwesio Labu Pahit, bukan hanya kau harus
membersihkan diri dulu, tapi kau juga harus sabar. Hwesio Labu Pahit bukanlah
orang yang sering memasak, bukan hanya tamunya harus orang-orang tertentu, tapi
suasana hatinya juga harus dalam keadaan baik. Tamu-tamu hari ini adalah orang-
orang yang istimewa, selain dari Hua Man Lou, juga ada Pertapa Cemara Kuno dan
orang yang mengaku sebagai jago catur nomor 1, jago puisi dan arak nomor 2, dan
jagoan nomor 3 dalam hal ilmu pedang: Tosu (pendeta Tao) Kayu.
Jelas orang-orang ini bukanlah tamu-tamu biasa, karena itu Hwesio Labu Pahit
merasa sangat gembira hari ini. Pada saat matahari terbenam, suara lonceng yang
nyaring dan jernih bisa terdengar, menandai datangnya malam. Saat itu Hua Man
Lou berjalan keluar. Pertapa Cemara Kuno dan Tosu Kayu telah menunggunya di
halaman. Angin malam bertiup di hutan bambu, hari yang panas menyengat telah
berada di sisi lain matahari terbenam.
"Kedua tetua telah menungguku, aku tak tahu bagaimana caranya memaafkan diriku
sendiri." Hua Man Lou tersenyum dan menyapa mereka.
Tosu Kayu tertawa. Tetua Sekte Wu Dang yang tidak pernah menurut dan selalu
berbeda ini ternyata juga telah mengganti jubah tosu-nya yang ditambal lebih
dari seribu kali itu dengan sebuah pakaian biru yang bersih dan berkilauan.
Karena ia tidak ingin terikat pada aturan-aturan dan harapan orang lain, ia
bersedia melepaskan posisi Ketua Wu Dang. Tapi agar dapat merasakan masakan
Hwesio Labu Pahit, ia mau menderita sedikit.
Setiap orang tahu tentang sifat Hwesio Labu Pahit yang aneh.
"Tampaknya si tosu tua ini benar." Pertapa Cemara Kuno menarik nafas.
"Apa yang dikatakan bapak pendeta?" Hua Man Lou bertanya.
"Aku mengatakan bahwa kau tentu tahu bahwa kita berada di sini. Bahkan jika kami
berdiri tak bergerak, kau akan tetap tahu!" Tosu Kayu tertawa.
"Tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana kau tahu kalau kami ada di sini."
Pertapa Cemara Kuno menarik nafas lagi.
"Aku juga tidak." Tosu Kayu membenarkan. "Tapi aku punya sesuatu yang tak bisa
kau tandingi."
"Dan apakah itu?"
"Bila aku menemui sesuatu yang tak bisa kubayangkan, aku akan berhenti
memikirkannya!" Tosu Kayu bergurau.
"Itulah sebabnya aku selalu berpendapat bahwa jika kau berhenti minum, kau tentu
akan hidup sampai umur 300 tahun!" Pertapa Cemara Kuno bergurau juga.
"Untuk apa aku hidup selama 300 tahun jika aku tak boleh minum?"
Tirai bambu di ruang meditasi itu telah diangkat. Tapi dari arah sana tercium
aroma makanan yang sangat enak, cukup enak untuk menggiring siapa pun ke meja
dan mengharapkan makanan itu.
"Masakan sayur Hwesio Labu Pahit benar-benar tak ada tandingannya di dunia ini."
Koleksi Kang Zusi
6 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Pertapa Cemara Kuno menarik nafas.
"Ia selalu mengatakan bahwa masakannya bahkan cukup untuk menggoda sang Budha!"
Tosu Kayu berkata sambil tertawa.
"Makanan telah diletakkan di atas meja, apa lagi yang kita tunggu?" Pertapa
Cemara Kuno memberi komentar.
Sambil menyingkap tirai bambu itu, mereka berjalan masuk, dan semuanya terkejut.
Bukan hanya makanan telah disiapkan di atas meja, di situ pun telah ada
seseorang, yang sedang makan sepuas-puasnya.
Tamu tak diundang ini tidak menunggu mereka, ia pun tidak mandi. Kenyataannya,
bukan hanya tubuhnya penuh dengan lumpur dan debu, tubuhnya pun menyiarkan bau
keringat yang menyengat. Tapi bukan hanya Hwesio Labu Pahit tidak mengusirnya
pergi, ia malah duduk di sampingnya, terus-menerus memasukkan makanan ke dalam
mangkuknya, seolah-olah ia takut kalau tamu ini tidak cukup makannya.
"Hwesio ini pilih kasih." Tosu Kayu menarik nafas.
"Kita adalah orang yang ia undang, tapi ia membiarkan orang lain lebih dulu
makan." Pertapa Cemara Kuno setuju.
"Dan ia menyuruh kita mandi, tapi orang ini tampaknya seakan-akan baru saja
bergulingan di sebuah kubangan lumpur." Tosu Kayu meneruskan.
Hwesio Labu Pahit tertawa mendengar ucapan mereka. "Benar, hwesio ini pilih
kasih, tapi hanya untuk satu orang ini, jadi kalian tidak usah marah."
"Kenapa kau begitu memperhatikannya?" Tosu Kayu bertanya.
"Karena aku tak tahu apa yang harus dilakukan bila aku bertemu dengannya."
"Aku tidak menyalahkanmu," Tosu Kayu pun tertawa. "Terakhir kali kami bertemu,
orang ini mencuri dua kendi arak Merah Perawan yang telah kusimpan selama lebih
dari 50 tahun. Dan yang bisa kulakukan hanyalah menatapnya dengan marah!"
"Bahkan sang Budha pun kehabisan akal bila orang ini muncul." Hua Man Lou
tersenyum masam.
Siapa lagi orang ini kalau bukan Lu Xiao Feng.
Sepiring daging babi dan sepiring tahu telah habis waktu Lu Xiao Feng akhirnya
berhenti dan melemparkan sebuah senyuman ke arah 3 orang tamu itu.
"Silakan caci maki diriku jika kalian ingin, aku akan terus makan. Kalian suka
mencaci-maki, aku kebetulan suka makan."
"Orang lain mungkin akan terperdaya oleh tipuanmu, tapi aku tidak." Tosu Kayu
tertawa terbahak-bahak dan duduk. Segera tiga potong daging bebek juga
menghilang ke dalam perutnya.
Hua Man Lou duduk di samping Lu Xiao Feng, dan segera mengerutkan keningnya.
"Kau biasanya tidak bau sama sekali, kenapa hari ini baumu seperti seekor anjing
yang baru merangkak keluar dari kubangan?"
"Karena aku belum mandi selama 10 hari."
"Berapa hari?" Hua Man Lou terkejut mendengar jawaban itu.
"Sepuluh hari."
"Kenapa kau tidak mandi selama 10 hari ini?" Hua Man Lou mengerutkan keningnya
tanda tidak setuju.
"Aku sibuk."
"Sibuk melakukan apa?"
"Sibuk melakukan sesuatu karena kalah judi."
"Dengan siapa kau kalah berjudi?"
"Selain SiKong Zhai Xing, siapa lagi?" Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Bagaimana kau kalah darinya?"
"Ingat saat aku mempermalukan dirinya waktu kami bertanding salto?" Lu Xiao Feng
tertawa. "Kali ini ia datang padaku dan ingin bertanding ulang. Bagaimana aku
bisa menolak?"
Koleksi Kang Zusi
7 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tentu saja kau menerima!"
"Tapi ternyata bajingan kecil itu tidak berbuat apa-apa selain berlatih salto
terus-menerus pada akhir-akhir ini. Dalam dua jam ia bisa bersalto 680 kali! Apa
lagi yang bisa kulakukan setelah itu?"
"Jadi kau kalah darinya?"
"Kami sepakat bahwa jika aku menang, ia harus, mulai saat itu, berlutut dan
memberi hormat padaku, dan berteriak sekuat-kuatnya: 'Paman!' jika ia melihatku
lagi. Dan jika aku kalah, maka dalam 10 hari berikutnya aku akan menggali dan
mencarikan seekor cacing untuk setiap salto yang ia lakukan."
Hua Man Lou tertawa.
"Tak heran kau sendiri mirip seekor cacing sekarang."
"Apakah kau benar-benar menggali dan mencarikan 680 ekor cacing untuknya?"
Tosu Kayu tidak bisa mengendalikan dirinya lagi dan bertanya di antara deraian
tawanya. "Beberapa hari pertama tidak seburuk itu, aku berhasil menemukan banyak cacing."
Lu Xiao Feng menarik nafas dan memasang senyuman angkuh. "Tapi kemudian, mencari
seekor cacing pun jadi lebih sukar daripada seorang pemalas yang mencari
isterinya."
"Untuk apa si Raja Pencuri membutuhkan semua cacing itu?" Pertapa Cemara Kuno
bertanya. "Ia tidak butuh!" Lu Xiao Feng menjawab dengan nada pahit. "Ia hanya ingin
melihatku menggali cacing."
"Siapa yang menyangka Lu Xiao Feng akan mengalami nasib seperti hari ini!" Tosu
Kayu tertawa terbahak-bahak. "Membuatmu merasa senang sekali!"
"Kau ingin bertaruh juga denganku?" Lu Xiao Feng mengusulkan, matanya sedikit
berputar-putar di kelopak matanya.
"Taruhan apa?"
"Minum."
"Aku tak akan terperdaya." Tosu Kayu berkata sambil tersenyum.
"Jadi kau mengakui kekalahanmu?" Lu Xiao Feng meliriknya dari samping.
"Dari dulu aku telah mengakuinya. Dalam hal minum aku bukan tandinganmu, dalam
hal ilmu pedang aku bukan tandingan XiMen Chui Xue dan Yie Gu Xing. Jika kau
benar-benar ingin bertaruh denganku, mari kita bertanding catur!"
"Kau kira aku akan terperdaya?" Lu Xiao Feng tertawa.
"Orang lain tahu bahwa aku adalah jago nomor 1 di dunia dalam hal catur, tapi
mereka tidak tahu bahwa ada satu lagi kemampuanku yang tak bisa ditandingi orang
lain!" Tosu Kayu berkata dengan bangga.
"Apa itu?"
"Makan, kau mau bertanding makan denganku?"
"Aku ingin, tapi aku bukan gentong nasi!" Lu Xiao Feng menarik nafas.
{Catatan: istilah "gentong nasi" atau "fan tong" adalah ejekan dalam bahasa
China.} "Siapa yang mengira kalau Lu Xiao Feng yang terkenal di seluruh dunia mau
mengaku kalah. Ini benar-benar peristiwa langka." Tosu Kayu pun menarik nafas.
"Kenyataannya, akhir-akhir ini ia bukan lagi orang yang paling terkenal di dunia
persilatan!" Hwesio Labu Pahit tiba-tiba membuat pernyataan.
"Memangnya ada orang lain lagi?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Siapa menurutmu?"
"XiMen Chui Xue?"
"Kabar burung mengatakan bahwa ia sedang merawat Nona Sun dari Empat Cantik
E'Mei akhir-akhir ini dan tak pernah menunjukkan mukanya lagi di dunia
persilatan sekarang!" Hua Man Lou menjawab untuk Hwesio Labu Pahit. Lu Xiao Feng
tersenyum mendengarnya.
"Siapa yang mengira ia akan mengalami hal seperti ini sekarang" Dulu kukira ia
Koleksi Kang Zusi
8 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
akhirnya akan menjadi seorang hwesio."
"Kami tidak menginginkan hwesio seperti itu di kalangan Budha!" Hwesio Labu
Pahit menjawab.
"Yah, kalau bukan XiMen Chui Xue, mungkinkah itu Yie Gu Xing?" Lu Xiao Feng
mengalihkan pembicaraan.
"Juga bukan dia!"
"Akhir-akhir ini Yie Gu Xing jatuh sakit!" Tosu Kayu memberitahu.
"Ia bisa sakit juga?" Lu Xiao Feng tercengang mendengar berita itu. "Sakit apa?"
"Penyakit yang sama denganku. Penyakit malas." Tosu Kayu tersenyum. "Bila kau
terkena penyakit ini, tak perduli siapa pun dirimu, kau tak akan pernah membuat
hal yang menggemparkan lagi!"
"Mungkinkah itu si Tauke dan Isteri Tauke?" Lu Xiao Feng bertanya setelah
berfikir sebentar.
"Si Tauke malah lebih pemalas!" Hua Man Lou tertawa dan menghilangkan pilihan
itu. "Hwesio Jujur tidak mungkin melakukan hal yang menggemparkan, ... tidak, tidak
mungkin dia...." Lu Xiao Feng berfikir keras.
"Mungkinkah itu harimau betina dari Gunung Qi Xia?" Ia bertanya, setelah
berfikir dalam-dalam.
"Tidak, sama sekali tidak. Bukan hanya kau tidak kenal orang ini, kujamin kau
pun belum pernah mendengar tentang dirinya!" Hwesio Labu Pahit menjawab.
"Orang macam apakah dia?"
"Seorang laki-laki yang bisa menyulam!" Hwesio Labu Pahit menjawab. Lu Xiao Feng
tercengang sebentar sebelum ia tertawa.
"Memang ada beberapa orang laki-laki yang bisa menyulam. Dari beberapa orang
penjahit yang kukenal, beberapa dari mereka bisa menyulam!"
"Tapi ia bukan hanya bisa menyulam bunga, ia pun bisa menyulam orang buta!"
Hwesio Labu Pahit menjawab. Lu Xiao Feng kembali tercengang.
"Menyulam orang buta?"
"Tampaknya ia telah menyulam paling sedikit 70 atau 80 orang buta dalam beberapa
hari terakhir ini!"
"Bagaimana caranya ia menyulam orang buta?"
"Dengan sebatang jarum jahit, dua kali tusuk dan kau dapatkan satu!"
Lu Xiao Feng akhirnya memahami apa yang ia katakan.
"Orang-orang macam apakah orang buta yang ia sulam itu?"
"Paling sedikit ada 4 atau 5 orang yang kau kenal!"
"Siapa?"
"Chang Man Tian, Hua Yi Fan, Jiang Zhong Wei...."
"Jiang Zhong Wei dari Istana Kerajaan di Selatan?" Ucapannya belum selesai
ketika ekspresi wajah Lu Xiao Feng berubah secara dramatis.
"Apakah ada Jiang Zhong Wei yang lain?"
"Tapi sejak ia memasuki Istana Kerajaan, ia tidak ikut campur lagi dalam urusan
dunia persilatan, kenapa ada orang yang memburunya?" Lu Xiao Feng mengerutkan
keningnya. "Tidak ada yang memburunya, tapi seseorang memburu 18 untaian intan di Istana
Kerajaan!" Hwesio Labu Pahit menjawab.
"Orang ini bukan hanya membutakan Jiang Zhong Wei, tapi juga kabur bersama 18
untaian intan dari Istana Kerajaan?"
"Bukan hanya itu, ia juga mengambil 70 atau lebih karya seni dan kaligrafi yang
tak ternilai harganya yang telah dikumpulkan oleh Hua Yu Gan, 800 ribu tael
perak uang yang dipercayakan pada Perusahaan Ekspedisi Pembawa Kedamaian, dan
kira-kira 90.000 tael daun emas dari kelompok Sungai Pasir Emas!" Hwesio Labu
Pahit menghirup nafas dan meneruskan. "Dalam waktu sebulan, orang ini telah
melakukan Koleksi Kang Zusi
9 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
60 perampokan yang sangat besar, dan semuanya dilakukan seorang diri. Benar-
benar menggemparkan, bukan?"
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kenapa aku tidak mendengar apa-apa sedikit pun?" Lu Xiao Feng bertanya, masih
agak terkejut mendengar berita itu.
"Akhir-akhir ini kau sibuk di wilayah Barat Laut, kejahatan-kejahatan ini
terjadi di wilayah Tenggara. Beritanya pun baru tiba di sini beberapa hari
terakhir ini, hanya saja kau sedang sibuk menggali cacing!" Hwesio Labu Pahit
menjawab. "Berita ini baru tiba di sini, dan kau telah tahu tentang semuanya!" Lu Xiao
Feng berkata. "Mmm!"
"Sejak kapan kau jadi tertarik pada semua kejadian di dunia?" Lu Xiao Feng ingin
tahu. "Jangan lupa, aku punya seorang adik seperguruan yang terkenal." Hwesio Labu
Pahit menarik nafas.
"Jin Jiu Ling?"
"Untunglah aku hanya punya seorang saudara seperguruan seperti dia!" Hwesio Labu
Pahit tersenyum jengkel.
"Sekarang aku faham." Lu Xiao Feng menarik nafas panjang.
"Apa yang kau fahami?"
"Jin Jiu Ling berteman baik dengan Jiang Zhong Wei, dan ia dulunya juga
merupakan Pemburu Hadiah Nomor Satu di dunia. Walaupun ia telah mencuci tangan
dari pekerjaannya itu, tapi ia tentu akan ikut campur dalam masalah ini."
Hwesio Labu Pahit setuju dengan ucapan Lu Xiao Feng. Sekali seseorang telah
bekerja satu hari saja untuk pemerintah, sukar baginya untuk keluar begitu saja.
"Hingga hari ini, aku masih tidak mengerti kenapa ia memutuskan untuk melakukan
pekerjaan seperti itu!" Hwesio Labu Pahit menarik nafas.
"Apa" Kau malah menginginkan dia jadi hwesio?" Tosu Kayu memotong.
"Seorang hwesio paling tidak tak akan memiliki banyak masalah dan tak perlu
merasa cemas!" Hwesio Labu Pahit menjawab.
"Tapi hwesio juga tidak punya isteri!" Tosu Kayu menusuk dengan cepat. Hwesio
Labu Pahit tidak menjawab lagi. Setiap orang di dunia persilatan tahu bahwa
kelemahan terbesar Jin Jiu Ling adalah ia menganggap dirinya sendiri lemah
lembut dan memikat. Menurut kabar angin, ia dulu mau bekerja untuk pemerintah
juga karena seorang wanita.
"Jin Jiu Ling diakui oleh masyarakat umum sebagai orang terbaik dalam 300 tahun
sejarah Enam Pintu. Semua perkara, besar atau kecil, tentu akan terpecahkan bila
ia turun tangan." Lu Xiao Feng berkata.
"Itulah sebabnya aku selalu berpendapat bahwa masalah terbesarnya adalah ia
terlalu hebat, terlalu cerdas." Hwesio Labu Pahit kembali menarik nafas.
"Tapi orang yang paling cerdas pun tentu akan menemui sesuatu yang tak mampu ia
pecahkan." Lu Xiao Feng berkata, dan Hwesio Labu Pahit setuju.
"Mungkin kasus ini adalah kasus yang tak bisa ia pecahkan, maka ia menginginkan
bantuan." Hwesio Labu Pahit kembali menyetujui pendapat itu.
"Dan karena kau hanya punya seorang adik seperguruan seperti dia, kau tentu mau
menolongnya mencarikan bantuan!" Lu Xiao Feng menarik nafas dan tertawa masam.
"Sayangnya, kebetulan aku adalah seorang pembantu yang sempurna. Bila seseorang
menemui sesuatu yang tak bisa mereka selesaikan, mereka selalu datang padaku,
karena itu...."
"Karena itu....?" Hwesio Labu Pahit bertanya.
"Karena itu waktu kau mengundangku ke sini untuk makan, kau mungkin tidak
melakukannya dengan hati yang tulus."
"Jangan lupa kalau kamu-lah yang masuk ke sini, aku tidak mengundangmu."
"Mungkin aku memang tidak beruntung." Lu Xiao Feng menertawakan nasibnya Koleksi
Kang Zusi 10 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
sendiri. "Kenapa aku masuk begitu saja ke sini?"
"Tampaknya akhir-akhir ini kau memang kurang beruntung!" Tosu Kayu tertawa.
"Tapi kali ini aku tak mau, aku tak perduli apakah ia menyulam bunga atau
menambal celana, bukan urusanku. Aku tak perduli betapa besarnya peristiwa ini,
aku tidak ingin ambil bagian!"
"Ia tidak ingin melibatkanmu kok, kenapa kau rewel?" Hwesio Labu Pahit berkata
padanya. "Tidak?" Lu Xiao Feng terkejut.
"Memang tidak!" Seorang laki-laki menjawab, sambil tersenyum.
Tentu saja ia tak lain tak bukan adalah Jin Jiu Ling.
Seperti yang diketahui oleh orang-orang di dunia persilatan, ada dua hal pada
diri Jin Jiu Ling yang sangat sedikit orang yang mampu menandinginya.
Pakaiannya, dan matanya. Mata Jin Jiu Ling tidak terlalu besar, juga tidak
terlalu bersinar-sinar, tapi selama ia memasang matanya pada sesuatu, ia tak
akan pernah melupakannya.
Pakaian yang dikenakan oleh Jin Jiu Ling selalu terbuat dari bahan kain terbaik,
dengan model terakhir, dan dibuat dengan sangat teliti. Bahkan kipas lipat yang
digenggam di tangannya itu adalah benda yang tak ternilai harganya. Bila keadaan
mendesak, kipas itu bahkan bisa digunakan sebagai senjata. Keahlian Jin Jiu Ling
dalam hal mencari dan menotok urat syaraf termasuk jajaran kelas satu.
Kenyataannya, segala hal pada dirinya adalah kelas satu.
Jika araknya bukan arak kelas satu, ia tak pernah mau meminumnya. Jika wanitanya
bukan kelas satu, ia bahkan tak mau meliriknya. Jika kereta-kudanya bukan kelas
satu, ia tak akan pernah mau menaikinya. Tapi ia bukanlah orang kaya kelas satu.
Untunglah baginya, ia memiliki banyak kemampuan untuk mendapatkan uang. Ia
adalah seorang ahli dalam menilai lukisan dan kaligrafi antik serta memiliki
kemampuan yang ajaib dalam menilai keaslian sebuah benda. Dengan dua macam
kemampuan itu saja telah cukup menjamin dirinya untuk menikmati kehidupan kelas
satu selama sisa hidupnya.
Di samping itu, ia masih seorang laki-laki yang sangat tampan dan menarik, dan
tidak terlihat begitu tua. Ini membuat dirinya bisa mengeluarkan uang yang
sangat sedikit untuk sesuatu yang seharusnya bisa membuatnya bangkrut. Senyuman
si cantik yang orang lain mungkin harus menghabiskan seribu tael emas untuk
mendapatkannya, biasanya bisa ia dapatkan hanya dengan uang sepeser saja.
Itulah sebabnya ia selalu hidup nyaman, dan juga sangat merawat dirinya sendiri,
sedikit pun tidak kelihatan seperti jago kungfu yang namanya saja mampu membuat
gemetar para penjahat, tapi malah lebih mirip seperti seorang petualang cinta
yang suka menulis puisi dan naik kuda.
"Apakah kau mendapatkan sesuatu yang berharga?" Pertapa Cemara Kuno segera
bertanya ketika melihatnya masuk.
Hobi utama Pertapa Cemara Kuno adalah mengumpulkan karya seni dan kaligrafi
klasik. Koleksinya sedikit pun tidak lebih buruk daripada koleksi Hua Yu Gan.
"Semua barang bagus telah dibawa ke Gunung Huang oleh pertapaku yang baik, apa
lagi yang tersisa untuk kutemukan?" Jin Jiu Ling tersenyum.
"Bahkan tidak satu lukisan pun?"
Jin Jiu Ling berhenti sebentar sebelum tersenyum lagi.
"Aku punya sebuah bunga yang baru diciptakan!"
"Oh, ya" Ayo, perlihatkan pada kami!" Pertapa Cemara Kuno meminta. Tapi Jin Jiu
Ling memang sedang mengeluarkannya. Itu adalah sehelai kain satin berwarna merah
darah, di atasnya tersulam sebuah mawar hitam.
"Apa ini?" Pertapa Cemara Kuno bertanya setelah terkejut sejenak saat
melihatnya. "Akhir-akhir ini memang banyak pesanan untuk sulaman." Jin Jiu Ling tersenyum.
"Mungkinkah ini hasil karya Dewi Jarum, Nyonya Xue?" Pertapa Cemara Kuno
bertanya. Koleksi Kang Zusi
11 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tidak, seorang laki-laki yang menyulamnya."
"Laki-laki penyulam yang satu itu?" Ekspresi Pertapa Cemara Kuno berubah hebat
saat mendengar ucapan tersebut.
Jin Jiu Ling mengangguk.
"Ini adalah sulaman yang ia buat di dalam Ruang Harta Kerajaan."
"Apakah ia benar-benar duduk di sana sambil menyulam?" Lu Xiao Feng bertanya.
Jin Jiu Ling mengangguk lagi.
"Waktu Jiang Zhong Wei membuka pintu, ia sedang duduk di sana sambil menyulam
bunga ini!"
"Ruang Harta Kerajaan tentu dijaga luar dalam oleh sepasukan pengawal, bagaimana
ia bisa masuk?"
"Tidak ada yang tahu bagaimana ia bisa masuk, bahkan tak seorang pun tahu di
mana mulainya." Jin Jiu Ling tersenyum agak lelah.
"Dan ia tidak meninggalkan petunjuk apa-apa?"
"Tidak."
"Orang macam apakah dia?"
"Ia adalah orang yang berjenggot besar dan mengenakan sebuah mantel katun yang
sangat besar walaupun di siang hari yang terik."
"Dan?"
"Dan ia adalah seorang laki-laki, dan ia tahu cara menyulam, dan ia sangat ahli
dalam hal itu!"
"Itu saja yang kau tahu?"
"Itu saja yang aku tahu, dan itu juga yang diketahui semua orang, tidak ada
orang yang tahu lebih banyak lagi daripada diriku."
"Kungfu macam apa yang ia gunakan?"
"Tak tahu!"
"Bahkan Jiang Zhong Wei pun tidak tahu?"
"Bahkan seseorang yang telah lama berkecimpung di dunia persilatan seperti Chang
Man Tian pun tidak tahu, apalagi Jiang Zhong Wei?" Jin Jiu Ling menarik nafas.
"Telapak Besi Jiang Zhong Wei mungkin yang terbaik di wilayah Tenggara."
"Tapi ia tetap tidak punya satu kesempatan pun untuk melakukan sebuah gerakan!"
Jin Jiu Ling menarik nafas lagi.
"Bagaimana mungkin seseorang yang begitu tangguh tiba-tiba muncul begitu
saja....?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Kau tadi mengatakan bahwa kau tak akan ikut campur dalam urusan ini, kenapa kau
mengajukan semua pertanyaan ini?" Hwesio Labu Pahit bertanya dengan dingin.
"Apa salahnya bertanya?"
"Tentu saja tidak ada salahnya." Jin Jiu Ling kembali tersenyum letih. "Semua
yang kuketahui, telah kau ketahui sekarang."
Lu Xiao Feng menatapnya beberapa saat.
"Mengapa kau memberitahu semuanya padaku?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Karena kau bertanya."
"Tidak ada alasan lain?"
"Tidak."
"Dan kau bukan sengaja menungguku di sini?"
"Bagaimana aku bisa tahu kalau kau akan datang ke sini?" Jin Jiu Ling tak tahan
untuk tidak tersenyum letih lagi.
"Dan kau tidak bermaksud mencariku?"
"Tidak."
"Bagus, sekarang aku bisa bersantai dan minum arak." Lu Xiao Feng berkata sambil
tersenyum. Walaupun mulutnya mengatakan "bagus", senyumannya tampak sangat
canggung, sangat tidak wajar, dan tampaknya ia tidak ingin minum arak lagi.
Tapi sekarang giliran Jin Jiu Ling yang tiba-tiba tersenyum.
Koleksi Kang Zusi
12 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tapi karena sekarang kau ada di sini, ada sesuatu yang ingin kutanyakan
padamu!" Ia berkata. Mata Lu Xiao Feng segera bersinar-sinar.
"Aku tahu, aku tahu kau tentu akan menanyakan sesuatu padaku!" Ia tertawa dan
berkata. "Untuk memecahkan kasus ini dan menemukan Bandit Penyulam, mungkin hanya satu
orang di seluruh dunia ini yang mampu melakukannya." Jin Jiu Ling berkata.
Mata Lu Xiao Feng bersinar semakin terang, siapa lagi selain dirinya yang bisa
menyelesaikan misteri ini"
"Siapa orang yang kau bicarakan itu?" Tapi, walaupun demikian, ia sengaja
bertanya, ingin mendengar Jin Jiu Ling mengatakannya sendiri.
"SiKong Zhai Xing!"
"Siapa yang kau katakan?" Lu Xiao Feng bertanya setelah dibuat tertegun
sebentar. "SiKong Zhai Xing." Jin Jiu Ling mengulangi. Lu Xiao Feng memalingkan wajahnya,
tidak memperdulikannya lagi.
Tapi Jin Jiu Ling seolah-olah tidak melihat dan meneruskan.
"SiKong Zhai Xing dikenal sebagai Raja Pencuri, dan ia benar-benar seorang
jenius yang hanya muncul sekali dalam seabad. Jika ada orang di dunia ini yang
bisa menebak bagaimana caranya Bandit Penyulam masuk ke Ruang Harta Kerajaan,
maka orang itu tentulah SiKong Zhai Xing."
Lu Xiao Feng telah mulai minum, tampaknya ia juga tidak tertarik untuk
mendengarkan lagi.
Tapi Jin Jiu Ling meneruskan.
"Jika kita ingin memecahkan kasus ini, maka kita harus menemukan SiKong Zhai
Xing. Tapi sayangnya, ia adalah tipe orang yang keberadaan dan gerak-geriknya
selalu merupakan misteri, jadi...."
"Jadi kau ingin bertanya padaku di mana kau bisa menemukannya?" Lu Xiao Feng tak
bisa menahan dirinya lagi.
"Benar."
Lu Xiao Feng tiba-tiba, dan dengan keras, meletakkan cangkir yang berada di
tangannya ke atas meja.
"Jadi dari tadi kau membuang-buang waktu dengan menceritakan semua sampah itu
padaku, hanya bertujuan untuk mencari dia?"
"Siapa lagi yang bisa kumintai pertolongannya selain dia?" Jin Jiu Ling menarik
nafas. Lu Xiao Feng tiba-tiba melompat bangkit dan menunjuk hidungnya sendiri.
"Aku!" Ia berteriak. "Kenapa kau tidak memintaku?"
Jin Jiu Ling tertawa, tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau tak akan mampu!"
"Apa maksudmu aku tak akan mampu?" Lu Xiao Feng tampak melompat lebih tinggi.
"Tak mungkin kau bisa melakukan ini." Jin Jiu Ling masih menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Kenapa tidak bisa?"
"Karena kasus ini terlalu berbahaya," Jin Jiu Ling menjawab seenaknya. "Di
samping itu, kau tadi mengatakan bahwa kau tidak ingin ambil bagian dalam urusan
ini." "Siapa bilang aku tidak ingin ambil bagian" Aku akan ikut campur dalam urusan
ini untuk menunjukkan padamu bahwa aku mampu." Sekarang Lu Xiao Feng sampai
menjerit. "Aku masih ingin bertaruh bahwa kau tak akan mampu memecahkan kasus ini!"
"Baik!" Lu Xiao Feng memukulkan tangannya ke atas meja. "Apa pun yang ingin kau
pertaruhkan, aku setuju!"
Ia belum menyelesaikan kalimatnya ketika ia melihat orang lain tertawa. Memang,
semua orang sedang tertawa. Itulah jenis tawa yang kau dapatkan bila kau tiba-
tiba melihat seseorang menginjak seonggok tahi anjing. Lu Xiao Feng tiba-tiba
menyadari Koleksi Kang Zusi
13 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
bahwa ia memang baru saja menginjak setumpuk tahi anjing, tumpukan yang sangat
besar dan bau sehingga ia tak bisa menarik kakinya walaupun ia ingin.
"Lebih baik memancingnya daripada mengundangnya, begitulah kata pepatah." Tosu
Kayu menarik nafas setelah tertawa terbahak-bahak.
Makan malam telah selesai. Pertapa Cemara Kuno adalah orang yang sangat merawat
diri, ia bangun pagi dan tidur cepat. Tosu Kayu punya sebuah penyakit: penyakit
malas; dan Hwesio Labu Pahit harus mengikuti sebuah upacara malam.
Maka hanya 3 orang yang tersisa di ruang tamu tersebut.
Lu Xiao Feng menatap mawar hitam di atas kain satin merah itu.
"Kapan pertama kalinya orang ini muncul?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Tanggal 3 Juni, orang pertama yang bertemu dengannya adalah Chang Man Tian."
Jin Jiu Ling menjawab.
"Dan terakhir kalinya?"
"Terakhir yang kuketahui adalah 13 hari yang lalu, apakah masih ada perampokan
baru atau tidak beberapa hari terakhir ini, aku tidak tahu!"
"Tigabelas hari yang lalu aku sedang sibuk bertanding salto dengan SiKong Zhai
Xing, jelas bukan dia pelakunya."
"Aku memang tidak mencurigai dia!"
"Dan kau pun memang tidak ingin meminta bantuannya." Lu Xiao Feng mencela dengan
dingin. Jin Jiu Ling tertawa.
"Yang kutahu adalah bahwa kau baru saja menggali 600 ekor cacing untuknya, maka
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau tentu sedang merasa tidak senang pada dirinya!"
"Jadi kau sengaja memancingku?"
"Bagaimana lagi aku bisa melibatkanmu dalam hal ini?" Jin Jiu Ling tertawa dan
menjawab. "Tampaknya aku seharusnya tidak coba-coba berteman dengan orang-orang yang
menekuni pekerjaan seperti kalian!" Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Tidak perduli apa, karena kita semua telah terseret dalam urusan ini, lebih
baik kita mencari cara untuk keluar darinya."
"Pertama, kita harus menebak orang macam apakah dia." Lu Xiao Feng berkata
setelah berfikir dalam-dalam.
"Setuju."
"Dari yang kuketahui, bukan hanya orang ini melakukan pekerjaannya dengan cepat
dan bersih, ilmu kungfunya juga termasuk kelas satu, tidak mungkin ia merupakan
orang yang baru muncul di dunia persilatan."
"Aku pun berfikiran demikian, ia tentu seorang sangat terkenal yang sedang
menyamar. Tapi aku tak bisa menebak siapa dia."
"Ia sengaja memakai jenggot besar dan mantel katun yang besar, dan duduk di
tengah jalan sambil menyulam; semua itu untuk menarik perhatian orang-orang
sehingga tak seorang pun memperhatikan hal-hal lain pada dirinya!"
"Tampaknya kau seharusnya juga menekuni pekerjaan sepertiku." Jin Jiu Ling
bergurau. "Bahkan seekor rubah tua sepertiku, yang telah menghabiskan waktu
sepuluh tahun atau lebih di Enam Pintu tak bisa menganalisa keadaan ini dengan
cara yang lebih baik darimu."
Lu Xiao Feng sengaja memasang muka kaku.
"Kau telah menyeretku dalam masalah ini, kau tak perlu menjilat-jilat pantatku
lagi sekarang!"
"Satu jilatan, dua jilatan, tak ada yang bisa mengalahkan jilatan pantat! Tak
ada salahnya menjilat pantat beberapa kali lebih banyak daripada yang
diperlukan!" Jin Jiu Ling tertawa.
"Tak perduli betapa baik samarannya, selalu ada kelemahannya di suatu tempat,"
Hua Man Lou tiba-tiba bicara. "Mungkin Chang Man Tian dan yang lainnya tidak
Koleksi Kang Zusi
14 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
melihat; mungkin mereka melihat, tapi menganggap hal itu tidak penting."
"Sangat mungkin!" Jin Jiu Ling setuju.
"Karena itu, jika kita menanyai mereka lagi secara mendetil; mungkin kita bisa
menemukan beberapa petunjuk baru!" Hua Man Lou menarik kesimpulan.
"Kita?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Kita!"
"Apakah 'kita' termasuk kamu?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Jangan lupa, aku buta." Hua Man Lou tersenyum. "Bagaimana mungkin aku tidak
boleh terlibat dalam urusan orang buta lainnya?"
Lu Xiao Feng dan Jin Jiu Ling saling berpandangan satu sama lain, mereka berdua
merasa sedikit bersalah. Mereka telah bicara "buta-ini" dan "buta-itu" sejak
tadi, sama sekali lupa bahwa ada seorang laki-laki buta yang sedang duduk tepat
di samping mereka. Memang orang-orang sering bersikap seolah-olah Hua Man Lou
bukanlah orang yang buta.
Lu Xiao Feng terbatuk ringan beberapa kali.
"Ok, mari kita berpencar agar tugas kita bisa dilakukan dengan lebih cepat.
Kalian berdua pergi mencari Chang Man Tian dan Jiang Zhong Wei!"
"Dan kau?" Jin Jiu Ling bertanya.
"Aku akan mencari seseorang!" Lu Xiao Feng memasukkan kain satin merah itu ke
dalam bajunya. "Siapa?"
"Seekor harimau betina!"
"Yang mana?"
"Yang paling cantik, tentunya." Lu Xiao Feng tersenyum. Jin Jiu Ling juga
tersenyum. "Jangan lupa, yang paling cantik adalah juga yang paling buas. Berhati-hatilah
supaya tidak tergigit!"
"Oh, ia akan berhati-hati, kau bisa yakin akan hal itu!" Hua Man Lou
meyakinkannya. "Kenapa begitu?"
"Karena ia telah digigit beberapa kali!" Hua Man Lou tersenyum.
Ada empat harimau betina di dunia persilatan. Tampaknya keempat-empatnya
semuanya pernah menggigit Lu Xiao Feng satu atau dua kali.
Bab 2: Mengunjungi Dewi Jarum Xue
Lereng bukit. Di bawah sinar senja, lereng bukit yang hijau itu menampilkan
warna ungu yang ganjil dan tak nyata. Sekarang hari telah senja, dan lereng
gunung itu tertutup oleh segala jenis bunga mawar yang sedang berbunga. Dua
gadis muda dengan rambut dikepang sedang memetik bunga. Dari mulut mereka
mengalun irama lagu pegunungan yang lembut dan manis.
Lagu mereka lebih lembut dan halus daripada angin musim panas yang hangat,
mereka sendiri lebih cantik daripada bunga-bunga. Waktu Lu Xiao Feng berjalan
mendaki lereng bukit itu, lagu mereka tiba-tiba berhenti dan mereka berdua
menatap Lu Xiao Feng dengan mata mereka yang besar dan terang. Untunglah Lu Xiao
Feng telah biasa melihat wanita memandangnya, maka ia tidak menjadi malu tapi
malah tersenyum.
"Hei, apa yang kau lakukan di sini?" Gadis muda ini bermata besar dan memiliki
beberapa bintik kecil di hidungnya, semua itu malah membuatnya tampak lebih
manis dan menarik.
"Bunga-bunga di sini begitu indah, tidak bolehkah aku melihat bunga-bunga ini?"
Lu Xiao Feng menjawab, masih sambil tersenyum.
"Tidak!" Mata gadis berhidung bintik itu bertambah besar. "Tempat ini milik
kami, kami tidak menerima laki-laki!"
"Gadis kecil seharusnya tidak cepat marah." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Gadis-
Koleksi Kang Zusi
15 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
gadis seperti itu mungkin tak akan menemukan seorang suami!"
"Itulah sebabnya aku tidak pernah bersikap ketus!" Gadis satunya lagi berwajah
bulat dan bila ia tersenyum maka dua buah lesung pipi muncul, membuatnya tampak
manis dan lembut, persis seperti yang ia katakan.
"Jika kau sangat menyukai bunga, bagaimana bila kuberikan 2 buah?" Ia terus
tersenyum manis.
"Bagus!"
Gadis berlesung pipi itu berjalan menghampiri dan, sambil tersenyum manis,
memasukkan tangannya ke dalam keranjang-bunganya. Yang ia keluarkan dari dalam
keranjang itu bukanlah bunga, tapi gunting yang tiba-tiba ia tusukkan ke arah Lu
Xiao Feng. Gerakan gadis yang manis dan lembut ini luar biasa cepatnya, kejam,
dan keji. Bahkan Lu Xiao Feng pun tercengang. Untunglah ini bukan pertama kalinya seorang
wanita berusaha menusuknya dengan gunting dan ia tampaknya memang telah
menduganya. Sambil memutar tubuhnya dengan cepat, ia mundur sejauh 5 m atau
lebih ke belakang.
"Orang ini tampaknya hanya seorang sampah masyarakat, jangan biarkan dia kabur!"
Gadis berhidung bintik berseru. Sebuah gunting juga muncul di tangannya dan ia
pun terjun ke arena pertarungan. Gerakan-gerakannya juga tidak lebih lambat
sedikit pun. "Gunting digunakan untuk memotong bunga, sejak kapan digunakan untuk memotong
orang?" Lu Xiao Feng bergurau. Ia menghindari beberapa serangan pertama, tapi
serangan kedua gadis itu makin lama semakin keji. Ia berusaha keras untuk
merenggut gunting itu dari tangan mereka, memiliki sebuah lubang besar di
tubuhmu tentunya bukan sebuah gagasan yang lucu.
Pada saat itulah seseorang tiba-tiba muncul di lereng bukit.
"Jika kalian ingin memotongnya, cukup potong saja 2 kumis kecilnya itu, tapi
kalian jangan memotong orangnya sampai mati!" Sambil tersenyum, ia memberi
perintah. Pakaiannya berwarna putih seperti salju, terbuat dari bahan yang ringan dan
lembut. Ia berdiri dengan anggun dan ringan di atas puncak bukit, seolah-olah kapan saja
ia bisa terbang terbawa oleh angin. Ia sedang memandang Lu Xiao Feng dengan
sepasang mata yang dipenuhi oleh kehangatan dan kelembutan yang tak dapat
diuraikan dengan kata-kata.
Kedua gadis itu tiba-tiba berhenti dan berjumpalitan ke belakang, dan mendarat
di hadapannya. "Nona kenal orang ini?"
"Mmhmm!"
"Siapa orang ini?"
"Kalian tak melihat kalau dia punya 4 alis mata?"
"Lu Xiao Feng" Orang ini adalah Lu Xiao Feng?" Kedua gadis itu mulai cekikikan
tak terkendali ketika mengetahui hal tersebut. "Tak heran tampangnya seperti
seorang penjahat waktu ia tersenyum!"
"Nona adalah seorang harimau betina, tapi siapa yang mengira kalau pelayan-
pelayannya juga begitu keji." Lu Xiao Feng menarik nafas dan tersenyum sabar.
"Jika aku lebih lamban sedikit, mungkin sudah ada 17 atau 18 buah lubang di
tubuhku." "Salah siapa kau lama sekali tidak datang ke sini untuk menemuiku?" Si nona
menggigit bibirnya. "Aku pun sebenarnya tergoda untuk menusukkan 18 buah lubang
ke tubuhmu. Tapi...."
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi wajahnya telah memerah, merah seperti
matahari terbenam di pegunungan sana. Ternyata ia sangat pemalu.
Lu Xiao Feng memandangnya, seperti terpesona.
Wajah si nona semakin memerah.
Koleksi Kang Zusi
16 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Kenapa kau memandangku, tak mungkin sebatang bunga tumbuh di wajahku." Ia
berkata dengan ringan.
"Gadis kecil yang begini sopan dan pemalu, siapa yang menduga kalau ia adalah
'Ruskha Dingin', Xue Bing. Di dunia persilatan, siapa pun yang melihatnya tentu
akan sakit kepalanya." Lu Xiao Feng menarik nafas lagi dan bergumam pada dirinya
sendiri. "Dunia yang aneh, bukan?"
"Apakah kepalamu juga sakit bila melihatku?" Xue Bing bertanya.
"Tidak, kepalaku tidak." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Tapi jantungku berdebar 3
kali lebih cepat daripada biasanya!"
"Orang ini mungkin memiliki sepasang mata penjahat, tapi mulutnya lebih manis
daripada madu!" Gadis berlesung pipi tertawa dan berbisik.
"Jika mulutnya tidak manis, bagaimana dia bisa membuat Nona memikirkannya setiap
detik setiap harinya?" Gadis yang satunya lagi balas berbisik.
"Kalian tidak tahu kapan waktunya diam" Siapa bilang aku selalu memikirkan
bangsat tak berperasaan ini?" Xue Bing melirik dengan marah pada kedua gadis itu
dan berkata, wajahnya pun memerah. Ia mencibirkan mulut tapi tersenyum, marah
tetapi malu, tapi akibatnya matahari terbenam yang terang dan indah itu seperti
kehilangan seluruh warnanya.
"Aku seharusnya datang dari dulu, kenapa aku menunggu sampai hari ini?" Lu Xiao
Feng kembali bergumam pada dirinya sendiri, dan menarik nafas.
"Aku tahu kenapa." Xue Bing menjawab dengan anggun.
"Kau tahu?"
"Kau melihatku dan melupakan yang lain, tapi waktu kau melihat yang lain, kau
pun lupa sama sekali padaku." Xue Bing menggigit bibirnya lagi. "Kau adalah
seorang laki-laki yang tidak memiliki perasaan sedikit pun."
"Jika aku tahu aku akan mendapat caci-maki, mungkin seharusnya aku tidak
datang!" Lu Xiao Feng tersenyum dengan lembut dan sabar.
"Kau kira aku tidak bisa melihat fikiranmu" Jika kau tidak memiliki keperluan
yang mendesak, maukah kau datang?" Xue Bing berkata dengan dingin.
"Aku memang memiliki sebuah keperluan yang mendesak," Lu Xiao Feng mengakui.
"Tapi bukan untukmu!"
"Katakanlah! Kau ke sini untuk bertemu siapa?" Xue Bing memasang muka serius.
"Untuk menemui Nyonya!"
"Apa tujuanmu?" Xue Bing merasa aneh. "Mengapa kau ingin bertemu ibuku?"
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padanya!"
"Aku tak akan mengijinkanmu mengganggu ibuku. Jika kau punya pertanyaan, tanya
saja padaku, itu sama saja."
"Tapi tak mungkin kau bisa membantu dalam hal ini."
"Apa itu?"
"Sulam-menyulam."
"Sulam-menyulam" Kau ingin belajar menyulam" Sejak kapan kau menjadi penjahit?"
Xue Bing semakin heran.
"Hanya penjahit yang boleh belajar menyulam?"
"Bahkan jika kau membunuhku, aku masih tidak percaya bahwa kau benar-benar ingin
belajar menjahit!"
Sekali lagi Lu Xiao Feng harus bersabar.
"Tapi benar-benar ada sesuatu yang ingin kutanyakan pada ibumu, bisakah kau bawa
aku menemuinya?"
"Aku masih keturunan 'Dewi Jarum' Nyonya Xue, ingat" Mengapa kau tidak bertanya
padaku?" "Karena aku tahu kau tak pernah mau menyentuh jarum jahit sama sekali." Lu Xiao
Feng menarik nafas. "Dulu kau pernah bercerita padaku, sekali saja kau memegang
jarum jahit, kau tentu akan tertidur!"
Koleksi Kang Zusi
17 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Kau masih ingat itu?"
"Aku mengingat setiap kata yang pernah katakan padaku. Maka lebih baik kau
segera membawaku ke tempat ibumu!"
"Aku tidak mau. Kau mau apa?" Xue Bing tersenyum misterius.
Nyonya Xue tahun ini telah berusia 77 tahun, tapi tak seorang pun bisa yakin
kalau ia berumur 77 tahun. Dalam ruangan yang tidak begitu terang, banyak orang
yang tentu akan mengira kalau usianya tidak lebih dari 38 tahun. Tingkah laku
dan gayanya selalu patut dan sempurna, matanya masih berkilauan dan jernih.
Bahkan, bila ia melihat seorang laki-laki muda yang ia sukai, maka tatapan polos
seorang gadis remaja masih bisa terlihat di matanya.
Lu Xiao Feng kebetulan adalah seorang pemuda yang ia sukai. Lu Xiao Feng pun
sangat menyukainya. Ia selalu berharap agar setiap wanita bisa secantik wanita
ini saat seusianya - tentu dunia ini akan menjadi lebih indah daripada
sebelumnya. "Seharusnya kau lebih sering datang dan menemuiku, kau tahu." Nyonya Xue
tersenyum. "Seorang wanita setua diriku bukan lagi merupakan bahaya bagi pemuda
sepertimu. Paling tidak kau seharusnya tak takut kalau aku berusaha memaksamu
menikahiku!"
"Aku ingin datang lebih sering, tapi Xue Bing tidak mengijinkan!" Lu Xiao Feng
sengaja menarik nafas secara berlebih-lebihan.
"Oh?"
"Tadi saja ia tidak mau membawaku ke sini menemuimu!"
"Kenapa?"
"Aku pun tak tahu kenapa." Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya seperti orang
tak berdosa. "Aku rasa dia tentu cemburu."
Nyonya Xue tertawa lagi. Matanya mulai bersinar-sinar dan keriput di wajahnya
pun menghilang.
"Bisakah kau lihat ini sebentar?" Lu Xiao Feng mengambil kesempatan itu untuk
menyerahkan kain satin berwarna merah itu padanya.
"Apa itu?" Nyonya Xue hanya melirik kain satin itu sekilas sebelum perasaan tak
suka muncul di wajahnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berkata lagi.
"Aku bisa menyulam lebih baik daripada ini sejak aku berusia 6 tahun!"
"Aku tidak memintamu memeriksa bunga ini," Lu Xiao Feng tersenyum. "Aku
memintamu untuk melihat kain satin dan benangnya."
"Aku telah melihat berjuta-juta benda seperti ini dalam hidupku, dan kau ingin
aku melihatnya lagi?"
"Itulah sebabnya aku memintamu untuk melihatnya, karena kau telah begitu banyak
melihat benda seperti ini. Bisakah kau menduga dari mana kain satin dan benang
ini berasal, dan toko mana yang menjualnya?"
Nyonya Xue memegang kain satin itu dan menyentuhnya sedikit dengan kuku jarinya.
"Kain satin ini berasal dari toko Tanda Kemujuran di ibukota, benangnya dibeli
di toko Lambang Keberuntungan. Kedua toko ini dimiliki oleh orang yang sama,
letaknya di wilayah Dinding Penyekat Yang Lengket." Ia segera mengambil
kesimpulan. "Dan hanya di toko mereka di ibukota sana kita bisa membeli barang-barang ini?"
"Kedua toko ini hanya ada di satu lokasi, tidak ada cabangnya!"
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah mereka juga mengirimnya ke luar daerah atau menjualnya ke toko-toko
lain?" "Bahkan jika toko-toko lain memiliki barang-barang ini, mereka tentu
mendapatkannya dengan datang langsung ke toko itu dan membelinya!" Nyonya Xue
menerangkan lebih jauh. "Kedua toko ini membuat barang-barang bermutu tinggi
yang mereka jual sendiri. Mereka tidak membuat banyak, juga tidak
mengiklankannya. Pemiliknya, Yan Ah Fu adalah orang sangat sederhana yang tidak
Koleksi Kang Zusi
18 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
berusaha menjadi kaya dalam bisnis ini!"
"Di mana letak tokonya di ibukota?"
"Di sebuah jalan kecil yang sangat terpencil di belakang Istana Musim Dingin.
Selama bertahun-tahun ia tak pernah memasang iklan sedikit pun. Selain orang
yang benar-benar ahli, sangat sedikit orang yang mengetahuinya!" Nyonya Xue
tiba-tiba tersenyum. "Sejujurnya, apakah kau jatuh cinta pada gadis ini tapi tak
bisa menemukannya karena ia bersembunyi darimu" Karena itu kau berusaha
mencarinya dengan menggunakan kain ini?"
{Catatan: Istana Musim Dingin adalah istana di mana isteri-isteri dan selir-
selir Kaisar sebelumnya berdiam sampai saat kematian mereka.}
Lu Xiao Feng terkejut, setelah beberapa lama baru ia tersadar.
"Wanita" Apakah seorang wanita yang menyulam ini?" Ia akhirnya berujar.
"Tentu saja seorang wanita yang menyulam ini."
"Apakah... apakah kau yakin?"
"Apakah kau bisa keliru saat mengenali seorang wanita" Apakah kau bisa keliru
mengenali seorang gadis muda dan menyangkanya seorang wanita tua?" Nyonya Xue
membuat kaku wajahnya, tampaknya ia agak jengkel mendengar pertanyaan itu.
"Tidak."
"Aku paling tidak 10 kali lebih ahli dalam hal ini dibandingkan kamu terhadap
wanita. Jika aku keliru, maka aku merelakan anakku itu untukmu."
"Bahkan jika kau benar-benar merelakan dia untukku, aku tak berani mengambil
hadiahku." Lu Xiao Feng bergurau.
"Mengapa tidak" Menurutmu dia buruk rupa?" Mata Nyonya Xue terbelalak marah.
"Oh tidak, sama sekali tidak buruk." Lu Xiao Feng tersenyum. "Hanya sedikit
galak. Terakhir kali bertemu, ia hampir menggigit putus telingaku."
Xue Bing sejak tadi berdiri dengan patuh di sana, tanpa membuat suara sedikit
pun. Tapi sekarang wajahnya memerah dan kepalanya makin menunduk.
"Kau bilang ia galak, tapi bila aku memandangnya, dia bukan hanya tidak galak,
tapi manis dan penurut seperti seorang malaikat!" Nyonya Xue pun tersenyum. Ia
menggenggam tangan Xue Bing. "Anakku, satu-satunya masalahmu adalah kau terlalu
pemalu. Kenapa wajahmu gampang memerah" Wanita menggigit pria adalah sesuatu
yang wajar dan biasa!"
Sekarang, bahkan bagian bawah telinga Xue Bing pun telah memerah karena malunya.
"Memangnya aku mau menggigit dia" Dia itu bau!" Ia menjawab.
"Jika kau tidak menggigitnya, lalu bagaimana kau tahu kalau ia bau?" Nyonya Xue
tertawa keras. "Mmmm!" Xue Bing mencibirkan mulutnya sebelum berlari masuk ke dalam karena
malu. Tapi walaupun demikian, ia tak lupa untuk melirik Lu Xiao Feng dan
berbisik. "Hati-hati!"
Lu Xiao Feng memperhatikan kepergiannya, ia seperti terpesona.
"Kau ingin mengejarnya, kan?" Nyonya Xue tersenyum begitu lebarnya sehingga
matanya nyaris hanya berupa sebuah garis tipis. "Silakan! Apa yang
menghalangimu?"
Lu Xiao Feng bimbang, matanya tidak lepas dari kain satin merah di tangan si
nyonya. "Apa yang kau pandangi" Kau kira aku menginginkannya?" Ia menertawakan Lu Xiao
Feng dan melemparkan kain itu kembali padanya. "Jika ada 2 helai, tentu aku bisa
membuat sepasang sepatu untuk anak gadisku, tapi hanya ada satu...."
"Apa yang akan kau buat?" Lu Xiao Feng memotongnya sebelum ucapannya selesai.
"Sepatu, memangnya apa lagi. Ini adalah kain permukaan sebuah sepatu."
Lu Xiao Feng kembali terkejut.
Koleksi Kang Zusi
19 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Apakah itu sepasang sepatu merah?" Ia bergumam.
"Tentu saja sepatu merah." Nyonya Xue tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya
dengan heran. "Bagaimana kau bisa membuat sepatu hitam dari kain merah"
Tampaknya kau begitu cerdas, sejak kapan kau berubah jadi orang tolol?"
"Baru saja," Lu Xiao Feng menarik nafas, "karena ketakutan pada sesuatu."
"Apa yang kau takuti?"
"Aku takut kalau-kalau dia menunggu di luar pintu untuk menggigitku!"
Ia benar-benar digigit ketika ia berjalan keluar dari ruangan itu. Xue Bing
benar-benar menunggunya di luar, dan gigitan itu cukup menyakitkan.
"Aku benar-benar peramal yang hebat. Aku terlalu pintar meramalkan sesuatu." Lu
Xiao Feng tertawa letih, menggosok-gosok telinganya dengan keras.
"Salahmu sendiri kenapa tadi mempermalukanku. Dan kenapa pula kau katakan bahwa
aku tidak mau membawamu ke sini?"
Ia menatap Lu Xiao Feng dengan marah dan mencela. "Jika bukan karena aku,
bagaimana kau bisa berada di sini" Kau beruntung aku tidak menggigit kupingmu
itu sampai buntung."
Lu Xiao Feng hanya bisa menutup mulutnya. Bila seorang gadis selalu mencari
keributan denganmu, laki-laki yang cerdas tentu akan menutup mulutnya rapat-
rapat. Tiba-tiba, Xue Bing merenggut kain satin merah itu dari tangannya.
"Katakan padaku, siapa yang menyulamkan ini untukmu" Kenapa kau memperlakukannya
seperti sebuah harta yang tak ternilai?"
"Karena kain itu memang sebuah harta yang tak ternilai."
"Harta tak ternilai apanya," Xue Bing mendengus. "Bagiku harganya bahkan tidak
sampai setael."
"Kali ini kau keliru. Kain ini paling tidak bernilai sama dengan 18 untaian
intan, ditambah dengan 800 ribu tael perak, dan 9000 potong daun emas!"
"Kau gila!" Xue Bing menatapnya dengan perasaan terkejut.
"Tidak."
"Jika tidak, kenapa kau membuat dusta yang tidak masuk akal begitu?"
Lu Xiao Feng menarik nafas. Ia tahu, walaupun ia tidak memberitahu gadis ini
sekarang, cepat atau lambat ia tentu akan tahu sendiri. Maka ia memutuskan lebih
baik memberitahunya sendiri sekarang.
Xue Bing mendengarkan ceritanya sambil membisu, matanya mulai bersinar-sinar.
"Selain dari benda kecil ini, tidak ada petunjuk lain?" Ia bertanya setelah Lu
Xiao Feng selesai bercerita.
"Tidak."
"Dan itulah sebabnya kau bermaksud pergi ke ibukota dan mengunjungi toko Tanda
Kemujuran untuk menyelidiki kapan mereka menjual kain ini dan pada siapa"
Apakah aku benar?"
"Aku hanya berharap akhir-akhir ini tidak banyak kain satin merah yang terjual."
"Toko dan pembuat bahan pakaian biasanya mempunyai catatan jual-beli paling
tidak untuk masa setahun ke belakang." Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya dan
berkata. "Itulah sebabnya aku harus pergi sekarang juga."
"Bagus, kita akan berangkat besok!"
"Kita?" Lu Xiao Feng tampak terkejut.
"Kita."
"Dan 'kita' ini termasuk kamu?"
"Tentu saja!"
"Jika 'kita' ini termasuk kamu, maka itu tidak termasuk aku!" Lu Xiao Feng
berkata apa adanya.
"Kau tidak ingin membawaku ke sana?" Xue Bing menatapnya dengan tajam.
Koleksi Kang Zusi
20 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tidak."
Xue Bing menatapnya beberapa lama sebelum matanya tiba-tiba berputar-putar
sedikit. "Waktu ibuku tadi mengatakan sesuatu tentang sepatu merah, kau tampak terkejut."
"Mm!"
"Apakah kau pernah melihat seseorang yang memakai sepatu merah?"
"Banyak orang yang memakai sepatu merah!"
"Tapi di antara mereka ada orang-orang yang istimewa. Seperti, contohnya, ada
orang yang seharusnya tidak memakai sepatu merah, tapi masih juga memakai
sepasang sepatu merah." Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah. Ia masih tidak
melupakan kalau Kaisar Rajawali Emas yang palsu itu, setelah mati pun, masih
mencengkeram sebuah sepatu merah di tangannya.
"Apakah kau tahu mengapa orang-orang ini mengenakan sepatu merah?" Xue Bing
bertanya dengan santai. Melihat ekspresi di wajah Lu Xiao Feng, ia tahu kalau
ucapannya telah mengena.
"Tidak."
"Apakah kau tahu siapa orang-orang yang mengenakan sepatu merah ini" Kau tahu
rahasia macam apa yang dimiliki sepatu merah ini?"
"Tidak."
"Nah, aku tahu."
Lu Xiao Feng menarik nafas dalam-dalam, jantungnya mulai berpacu lagi. "Rahasia
sepatu merah" ini benar-benar menggugah hatinya. Tapi ia tidak bertanya. Karena
ia tahu walaupun ia bertanya sekarang, Xue Bing tak akan mau menjawabnya.
"Kau ingin tahu rahasia ini?" Xue Bing bertanya dengan santai, sambil meliriknya
dari sudut matanya sekarang.
"Ya."
"Kalau begitu, kau mau membawaku ke ibukota?"
"Ya!" Lu Xiao Feng tersenyum kesal. "Sangat mau!"
______________________________
Lu Xiao Feng benar-benar tidak suka naik kereta kuda. Ia lebih suka naik kuda,
atau bahkan berjalan kaki. Tapi saat ini ia sedang duduk di dalam sebuah kereta,
karena Xue Bing menyukainya. Xue Bing merupakan seorang gadis yang bertingkah-
laku sangat baik dan pemalu, dalam artian ia tidak pernah berjalan dengan
langkah-langkah kaki yang besar, paling tidak ia suka berpura-pura seperti itu.
Untunglah kereta itu sangat stabil, karena jalan pun sangat mulus. Jalan raya
menuju ibukota memang sangat bagus. Duduk di dalam kereta, Lu Xiao Feng
mengurut-urut dagunya, karena dagunya terasa sangat sakit. Tiba-tiba ia
menyadari bahwa akhir-akhir ini ia tampaknya terlalu sering tersenyum sabar dan
lelah, begitu seringnya sehingga dagunya pun menjadi sakit. Xue Bing duduk di
seberangnya, menghadapnya, memandangnya; matanya kembali dipenuhi oleh
kelembutan dan kegembiraan yang tak mampu diuraikan oleh orang lain.
"Bisakah kau beritahu rahasia itu sekarang padaku?" Lu Xiao Feng tak bisa
menahan dirinya lagi.
"Rahasia" Rahasia apa?" Xue Bing secara menakjubkan bersikap seolah-olah ia sama
sekali telah lupa tentang persoalan itu!
"Rahasia sepatu merah itu tentu saja, memangnya apa lagi?"
"Oh, rahasia itu. Sekarang belum waktunya mengungkapkan rahasia itu!"
"Kapan waktunya tiba untuk mengungkapkannya?"
"Bila aku sedang bahagia, dan sekarang aku tidak begitu bahagia."
"Mengapa kau tidak bahagia?"
"Tidak seorang pun yang akan merasa bahagia bila ada seorang tolol besar duduk
di seberangnya."
Koleksi Kang Zusi
21 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Siapa orang tolol itu?"
"Kau."
Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa ia sedang tertawa sabar lagi.
"Jadi siapakah aku ini" Seorang bangsat tak berperasaan" Atau seorang tolol
besar?" "Keduanya." Xue Bing tertawa kecil dengan santai. "Karena jika kau bukan seorang
bangsat tak berperasaan, maka tak mungkin kau akan memperlakukan aku dengan
demikian buruk. Dan jika kau bukan seorang tolol besar, kau tak akan membuang-
buang waktu dengan pergi ke ibukota!"
"Kenapa aku menjadi tolol kalau pergi ke ibukota?" Lu Xiao Feng merasa bingung.
"Coba katakan, apa rencanamu setelah tiba di sana?"
"Kau tahu persis apa yang hendak kulakukan!"
"Menanyakan pada pedagang di toko Tanda Kemujuran tentang siapa yang membeli
kain satin ini, benar kan?"
"Benar!"
"Kau tahu berapa potong kain seperti ini yang mereka jual setiap harinya"
Bahkan, seandainya mereka mengingat semua detil penjualannya, apakah kau
bermaksud menyelidiki semua pembelinya?"
"Tapi tidak mungkin ada orang sebanyak itu yang hanya membeli kain satin merah
dan benang hitam."
"Dan di samping itu, orang ini melakukan semua perampokan seorang diri. Jadi
mungkin ia sendiri juga yang membeli semua barang ini." Xue Bing menambahkan.
"Ya, urusan ini sangat rahasia, maka sebaiknya tidak melibatkan orang kedua
dalam hal ini!"
"Tapi mengapa menurutmu ia hanya membeli benang hitam dan kain satin merah?"
Xue Bing tiba-tiba mendengus.
"Karena ia hanya menggunakan 2 macam barang ini."
"Dan itulah sebabnya ia hanya membeli 2 macam barang ini dan barang lainnya
tidak" Apakah ada aturan yang melarangnya membeli barang lain?"
"Tapi ia hanya menggunakan 2 macam barang ini!"
"Dan karena ia tidak menggunakannya, ia tidak mungkin membelinya" Apakah ia
harus membeli benang hitam dan kain satin merah dalam jumlah yang amat besar
untuk menarik perhatian orang lain dan membuat urusan jadi mudah bagimu?" Xue
Bing mendengus dengan dingin. "Apakah kau benar-benar mengira ia seorang tolol besar sepertimu?"
Bahkan Lu Xiao Feng pun tak mampu menjawab pertanyaan itu.
"Karena urusan ini begitu rahasia dan beresiko, lalu mengapa ia harus
meninggalkan petunjuk yang begitu besar dan mudah diikuti untukmu" Bahkan jika
ia meninggalkan sedikit petunjuk di sana, saat kau tiba di toko Tanda Kemujuran
kau mungkin akan menemukannya telah habis terbakar."
Setelah terdiam beberapa lama, Lu Xiao Feng akhirnya tersadar dan menarik nafas.
"Tampaknya aku benar-benar tolol."
"Dan seorang bangsat yang tak berperasaan!"
"Dan karena itu tak ada gunanya pergi ke ibukota!"
"Hal itu hanya akan membuang-buang waktu saja."
"Jika kita tidak akan pergi ke ibukota, lalu mengapa kau tadi ingin mengambil
jalan ini?"
"Karena aku tahu ada sebuah tempat yang menyediakan arak enak di depan sana.
Dan aku tahu bahwa kau adalah orang yang sangat pemurah dan tentu mau
mengundangku minum secangkir atau dua cangkir." Xue Bing menjawab dengan manis.
"Ternyata aku bukan hanya orang yang tolol dan tidak berperasaan, aku pun masih
punya sifat yang baik." Lu Xiao Feng tersenyum sabar. "Paling tidak aku bukan
orang yang kikir."
Koleksi Kang Zusi
22 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Selama seorang laki-laki memiliki sifat itu, tentu selalu banyak gadis yang
menyukainya."
Menyingkap tirai ke samping, pinggiran sebuah sungai kecil bisa terlihat di
kejauhan. Di hutan pohon willow itu, sehelai bendera hijau bertuliskan "ARAK" tampak
melambai-lambai.
"Inilah warung araknya." Mata Xue Bing tampak bersinar-sinar.
"Tempat yang bersih dan indah!"
"Dan araknya juga benar-benar bagus; sangat enak!"
Melihat matanya yang bersinar-sinar, Lu Xiao Feng pun tersenyum.
"Sejak kapan kau jadi suka alkohol?"
"Baru-baru ini."
"Perasaanmu kurang enak akhir-akhir ini?"
"Akhir-akhir ini ibuku tidak mengijinkan aku minum. Semakin ia melarangku,
semakin aku ingin, dan di samping itu...." Ia melirik pada Lu Xiao Feng dan
meneruskan dengan nada pahit. "Waktu kita berpisah terakhir kalinya, aku
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyuruhmu datang dan berkunjung ke tempatku, tapi tidak pernah kau lakukan,
jadi bagaimana mungkin aku bisa merasa enak?"
Lu Xiao Feng tidak berani menjawab, karena ia tahu jika ia menjawab, telinganya
mungkin akan digigit lagi.
Ia tidak ingin menjadi orang yang hanya memiliki satu telinga. Satu telinga
benar-benar tidak cocok dengan empat alis mata.
Tempat itu ternyata benar-benar indah. Sungai kecil yang berkelok-kelok melatari
pemandangan di tempat itu, pohon willow mengelilinginya dalam warna yang hijau.
Terutama sekarang, saat senja datang, air sungai yang berwarna hijau memantulkan
sinar matahari yang kemerah-merahan ke wajah orang-orang, membuat wajah mereka
tampak merah seperti bunga persik. Di luar hutan pohon willow ada beberapa rumah
kecil. Meja-meja arak diletakkan di tepi sungai yang berpasir, dengan beberapa
semak bunga melati tumbuh di dekatnya, yang dapat membantu menenangkan fikiran
orang. Xue Bing tiba-tiba menyadari bahwa ini bukan pertama kalinya Lu Xiao Feng
datang ke sini, ia bahkan tahu ke mana harus pergi untuk buang air. Tapi
beberapa saat yang lalu ia masih berpura-pura belum pernah mendengar tentang
tempat ini. "Bajingan ini tampaknya benar-benar telah belajar untuk bersikap bodoh sekarang.
Sekarang apa yang harus kulakukan" Ini bisa menjadi masalah." Xue Bing menarik
nafas. Ia berfikiran bahwa Lu Xiao Feng persis seperti seekor ikan, hampir
mustahil untuk ditangkap. Mungkin sebaiknya ia harus memikirkan ide-ide baru dan
lebih baik untuk digunakan terhadapnya.
Pelayan datang menghampiri. Ia adalah orang desa biasa dengan alis mata yang
tegak, mata yang lurus, dan tangan yang besar.
"Pertama, berikan kami 500 gram arak Hijau Bambu dengan 4 piring makanan dingin,
4 piring lagi makanan panas yang baru dimasak. Lalu pergi ke belakang dan
sembelih seekor ayam betina yang tua untuk dijadikan sop." Sebenarnya ia tidak
makan sebanyak itu, tapi ia suka melihatnya - memang ada beberapa orang yang
suka melihat makanan berada di hadapan mereka bila mereka sedang minum, Nona Xue
adalah salah satu dari mereka.
"Sebanyak itu untuk dua orang" Kau ingin mengisi penuh perutmu hingga mati?" Si
pelayan memandangnya dan berkata dengan dingin. Xue Bing terkejut, ia tentu saja
belum pernah bertemu dengan pelayan seperti ini sebelumnya. Si pelayan mendengus
dan meneruskan ucapannya. "Seorang wanita yang terlalu banyak makan tidak akan
pernah menikah. Jika kau ingin menikahi si kumis kecil yang di sana itu,
sebaiknya kau jangan makan banyak-banyak. Kalau tidak ia tak akan sanggup
memberimu makan."
"Siapa kau?" Xue Bing makin terkejut. "Kau mengenal si kumis kecil itu?"
Koleksi Kang Zusi
23 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Mata si pelayan berputar-putar sebentar sebelum ia tiba-tiba mendekat dan
membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. Mata Xue Bing makin lama semakin
membesar ketika ia mendengarkan bisikannya, sampai akhirnya ia tak bisa
mengendalikan dirinya sendiri dan tertawa kecil. Sambil memegang tangan si
pelayan, ia balas membisikkan sesuatu. Mereka berdua tampak akrab. Di tempat itu
masih ada beberapa tamu lain, dan sekarang mereka semua sedang memandangnya
sedemikian rupa sehingga mata mereka hampir melompat keluar dari tempatnya.
Seorang wanita yang pemalu, sopan, anggun, dan lemah lembut seperti dirinya mau
bersikap begitu akrab dengan pelayan yang bertampang petani itu" Xue Bing
tampaknya tidak memperdulikan betapa anehnya pandangan orang lain terhadapnya,
si pelayan pun tampaknya tidak perduli. Akhirnya, setelah membuang hajat, Lu
Xiao Feng kembali, ia tampak sangat tidak senang.
"Kita akan minum, kenapa kau tidak senang?" Mata Xue Bing berkedip-kedip. Lu
Xiao Feng menjawab dengan sebuah dengusan dingin dan muka yang kaku.
"Kapan kau belajar bersikap begitu ramah pada laki-laki di depan umum?" Ia
bertanya. "Laki-laki?" Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya. "Laki-laki mana?"
"Pelayan tadi itu laki-laki, bukan?" Lu Xiao Feng tetap memasang muka kaku.
Tidak ada laki-laki yang senang bila melihat gadis yang datang bersamanya
bersikap akrab dengan laki-laki lain.
"Kau benar-benar tolol, ya?" Xue Bing tertawa dan berbisik padanya. "Tadi aku
bersikap sedikit ramah padanya, dan bila nanti ia memberi kita tagihan, tentu
tagihan itu akan sedikit lebih murah. Kau faham logika ini, bukan?"
Tapi Lu Xiao Feng tidak faham, Xue Bing bukan tipe gadis seperti itu.
Sekarang pelayan itu datang kembali dengan membawa cangkir dan sumpit.
"Buk!" Ia meletakkan cangkir-cangkir itu dengan kasar di atas meja dan melirik
dengan kesal pada Lu Xiao Feng.
"Bunga yang begini cantik, kenapa dibuang di atas tumpukan kotoran?" Ia bergumam
pada dirinya sendiri. Kali ini Lu Xiao Feng pun jadi terdiam. Ada apa dengan
pelayan ini" Xue Bing menutupi mulutnya sedemikian rupa agar tidak keluar suara
tawanya yang keras.
Lu Xiao Feng mengamati kepergian pelayan itu dan tiba-tiba ia pun tertawa. Ia
hendak mengatakan sesuatu waktu tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki berjalan
menghampiri dalam keadaan mabuk, tubuhnya sempoyongan hampir roboh. Ia memegang
secangkir arak di tangan yang satu dan menepuk bahu Lu Xiao Feng dengan
tangannya yang lain.
"Aku mengenalimu, kita pernah bertemu sebelumnya." Ia berkata, dengan sebuah
senyuman dungu di wajahnya.
Lu Xiao Feng hanya bisa tersenyum. Ia memang pernah bertemu dengan orang ini, di
jamuan pesta seseorang beberapa waktu yang lalu. Ia masih ingat bahwa namanya
Sun Zhong, ia juga cukup terkenal di dunia persilatan. Waktu itu, seperti saat
ini, ia dalam keadaan sangat mabuk sehingga lidahnya pun membengkak.
Lu Xiao Feng memiliki dua buah prinsip. Ia tidak akan mengganggu orang-orang
yang tidak mabuk di saat ia sendiri sedang mabuk, dan bila ia tidak mabuk maka
ia pun tidak akan mengganggu orang yang sedang mabuk.
Tapi Sun Zhong ingin mengganggunya, sampai-sampai orang ini pun sekarang duduk
di hadapannya. "Aku masih ingat kumismu ini, tapi aku tidak ingat namamu."
Mungkin memang sebaiknya ia tidak ingat. Tapi Lu Xiao Feng tentu saja tidak
berkata demikian padanya.
Sun Zhong tiba-tiba memalingkan kepalanya dan memandang Xue Bing.
"Gadis kecil yang bersamamu ini benar-benar cantik, persis seperti bunga
narsiskus. Jika kau memerasnya, maka akan keluar airnya." Ternyata ia datang untuk Xue
Koleksi Kang Zusi
24 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Bing. Waktu ia melihat betapa akrabnya Xue Bing dengan pelayan tadi, ia pun
merasa tergoda. Wajah Xue Bing memerah dan ia menundukkan kepalanya, bahkan
seakan-akan terlalu malu untuk membuka kelopak matanya.
"Sobat, tampaknya kau sedang mabuk, mengapa tidak beristirahat?" Lu Xiao Feng
menarik nafas. Ia benar-benar tidak ingin ada masalah, bagi dirinya sendiri atau
pun Sun Zhong. Tidak ada orang yang pernah mengganggu "Ruskha Dingin" bisa
tenang hidupnya. Tapi tampaknya Sun Zhong tidak mendengarkan dan terus menatap
Xue Bing. Tiba-tiba ia kembali menepuk bahu Lu Xiao Feng dengan keras.
"Sobat, jika kau memberikan gadis ini padaku untuk hari ini saja, maka kau
selalu bisa datang padaku jika kau mendapat masalah di dunia persilatan."
Lu Xiao Feng, anehnya, tetap mampu menjaga ketenangannya.
"Aku tidak ingin mendapat masalah," Ia menjawab apa adanya. "Tapi tampaknya kau
sendiri yang akan mendapatkannya, nasehatku padamu adalah...."
"Aku sudah memberimu muka dengan mengajukan permintaan tadi!" Sun Zhong tidak
membiarkan dirinya menyelesaikan ucapannya sebelum berteriak di mukanya.
"Kau mau mengalah?"
"Mengapa kau tidak bertanya sendiri padanya?" Lu Xiao Feng menyerah dan menarik
nafas. "Aku tidak perlu bertanya, aku tahu ia menyukaiku." Sun Zhong tertawa dengan
keras. "Memangnya apa yang kau miliki yang tidak aku punya?"
Wajah Xue Bing semakin memerah, wajahnya semakin menunduk, ia tampak semakin
cantik dan polos.
"Nona kecil, bagaimana bila kau dan aku minum-minum di sana?" Sun Zhong menelan
air liurnya. Dengan wajah memerah, Xue Bing hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Kamu harus ikut, baik kau mau atau tidak!" Sun Zhong mengulurkan tangannya dan
memegang tangan Xue Bing.
"Bisakah kau lepaskan tanganku?" Xue Bing semakin menundukkan kepalanya dan
bertanya dengan perlahan.
"Tidak!" Sun Zhong tertawa dan menjawab.
"Kau benar-benar tidak mau?" Xue Bing bertanya, wajahnya tiba-tiba menjadi
pucat. "Bahkan jika kau memotong tanganku, aku tak akan melepaskanmu!"
"Bagus!" Tiba-tiba gadis itu merenggut golok yang terpasang di pinggang Sun
Zhong. Ketika ia melihat wajah gadis itu menjadi pucat, Lu Xiao Feng tahu kalau
ada sesuatu yang akan terjadi. Ia baru saja hendak mengatakan sesuatu, tapi saat
itu golok tersebut telah terhunus. Dengan sebatang golok terbang berkilauan di
depan matanya, Sun Zhong tampaknya tersadar sedikit dan ia berusaha merampas
kembali golok itu. Tapi, dalam sekejap tangannya telah terpotong dan jatuh ke
atas tanah sambil memercikkan darah.
Bola matanya tiba-tiba terbeliak dan matanya melotot ketika ia menatap tangannya
yang buntung dan kembali memandang pada Xue Bing, tampaknya ia tidak bisa
mempercayai apa yang baru saja terjadi. Dan pada saat ia akhirnya mulai
mempercayainya, tubuhnya pun roboh ke tanah, diiringi oleh suara jeritan yang
menyayat hati. Orang mabuk memang selalu bereaksi lebih lambat. Baru sekarang
teman-temannya, yang tadinya menonton dari samping dengan gembira, maju dengan
marah. "Mengapa kau memotong tangannya?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya, sengaja
tidak memperdulikan orang-orang yang menerjang mereka itu.
"Ia yang menyuruhku!" Xue Bing menjawab dengan muka yang marah.
"Tapi ia sedang mabuk!"
"Tapi ia tetap seorang manusia."
Lu Xiao Feng tiba-tiba merenggut golok itu dari tangan gadis tersebut dan,
dengan perlahan menjepitnya di antara kedua jarinya, lalu menggerakkan tangannya
dengan Koleksi Kang Zusi
25 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
perlahan. "Tak!" Golok baja itu patah menjadi dua bagian. Ia mengulangi perbuatannya itu
lagi. Dengan hanya menggunakan kedua jarinya dan beberapa kali jepitan, sebatang golok
yang terbuat dari baja yang telah dilebur dan ditempa lebih dari 100 kali telah
terpotong-potong menjadi 10 bagian kecil.
"Aneh, bagaimana mungkin sampah seperti ini bisa memotong tangan seseorang?"
Ia mengerutkan keningnya. Orang-orang yang hendak menyerang itu berhenti dengan
serentak, terkejut tak terkira dan hampir tidak mempercayai pertunjukan yang
baru mereka lihat itu.
"Sobat, siapa namamu?" Salah seorang dari mereka akhirnya bertanya.
"Margaku Lu!"
"Lu seperti pada kata 'jalan'?"
"Lu seperti pada nama Lu Xiao Feng!"
"Kau... kau adalah Lu Xiao Feng?" Wajah-wajah yang takjub tadi digantikan oleh
wajah-wajah yang berubah warna menjadi hijau. Lu Xiao Feng mengangguk.
Tidak seorang pun yang bicara lagi ketika mereka mengangkat teman mereka yang
tergeletak di atas tanah itu, membalikkan tubuh, dan mulai berbaris keluar.
"Tidak mengenali Lu Xiao Feng, kedua tanganmu memang pantas dibuntungi!"
"Tampaknya nama Lu Xiao Feng pun sanggup membuat mundur orang-orang jahat, siapa
yang mengira?" Xue Bing tertawa manis.
"Aku tahu kau memang suka membuat keributan," Lu Xiao Feng kesal dan menarik
nafas. "Seharusnya aku tidak membawamu!"
"Apakah kejadian tadi itu kesalahannya atau kesalahanku?"
"Tapi kau seharusnya tidak memotong tangannya."
"Ia yang menyuruhku!"
"Ia sedang mabuk!"
"Dan karena mabuk, ia berhak mengganggu orang lain?"
"Orang mabuk tetaplah manusia," Pelayan tadi kebetulan datang lagi bersama
makanan dan arak dan berkomentar. "Orang-orang seperti itu patut dipotong paling
sedikit 180 kali."
"Benar, ucapanmu cukup beralasan!" Xue Bing menjawab dengan manis.
"Hmph!" Pelayan itu, sekali lagi, meletakkan dengan kasar nampan berisi makanan
dan arak itu di atas meja dan pergi, ia bahkan tidak melirik Lu Xiao Feng sama
sekali. "Dan orang sepertimu patut dipotong paling sedikit 360 kali." Lu Xiao Feng
berkata dengan dingin. Wajahnya berubah menjadi gelap dan ia tiba-tiba
menyerang. Ia memungut sebuah potongan golok dengan kedua jarinya dan
menyambitkannya dengan suara mendesing ke arah punggung si pelayan. Pelayan itu
tidak berpaling, tapi tiba-tiba ia melesat ke depan, seolah-olah ia mendadak
punya sepasang sayap.
Bagaimana mungkin seorang pelayan warung arak memiliki kungfu yang demikian
hebat" "Aku tahu kau bukan orang baik-baik, ternyata kau seorang penjahat yang bisa
terbang!" Lu Xiao Feng mendengus. Ia mengibaskan tangannya dan sebilah potongan
golok kembali melesat seperti kilat ke arah pinggang si pelayan. Pelayan itu
sedang berada di udara tanpa ada sesuatu di sekitarnya yang bisa digunakan untuk
menghindar atau membelokkan arah serangan itu. Serangan Lu Xiao Feng benar-benar
sangat cepat, tampaknya ia tidak mungkin bisa lolos lagi.
"Kau benar-benar akan membunuhnya?" Xue Bing bertanya.
"Jangan khawatir, ia tak akan mati." Lu Xiao Feng menjawab dengan dingin.
Sebelum ia menyelesaikan jawaban itu, si pelayan telah bersalto tiga kali di
udara, menangkap potongan golok itu, dan mendarat dengan perlahan di atas tanah.
Xue Bing menatapnya, lalu menatap Lu Xiao Feng, dan tersenyum cerah.
Koleksi Kang Zusi
26 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Jadi kau telah tahu siapa dia!"
"Aku hanya tahu kalau ia adalah penjahat!" Lu Xiao Feng memasang wajah serius.
"Jika aku penjahat, lalu kau apa?" Si pelayan tiba-tiba tertawa.
"Bapaknya penjahat!"
Pelayan itu tidak pergi dan mengambilkan makanan lagi, tapi malah duduk.
"Sayangnya kau tidak melakukan pelanggaran hukum, yang bisa kau lakukan hanyalah
menggali beberapa ekor cacing tanah!"
"Menggali cacing?" Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya.
"Oh, kau tidak tahu?" Si pelayan tertawa. "Ia tidak terlalu ahli dalam melakukan
hal-hal lain, tapi sangat ahli dalam mencari cacing. Dalam 10 hari ia telah
menggali 680 ekor cacing untukku!"
"Untuk apa kau membutuhkan semua cacing itu?" Xue Bing ingin tahu.
"Aku tidak butuh satu ekor pun, aku hanya suka menonton dia menggali cacing."
Xue Bing tertawa.
"Pernahkah kau melihat dia menggali cacing?"
"Belum!"
"Oh, seandainya aku tahu sebelumnya, aku tentu akan mengundangmu nonton juga."
Si pelayan menarik nafas. "Waktu ia menggali cacing, lagak dan gayanya sangat
sempurna. Anggun dan indah, kau tahu, bahkan penyanyi teater terbaik pun akan
dibuat malu. Sayang sekali kau tidak melihatnya."
"Tak apa-apa, masih ada waktu lain." Setelah berhenti tertawa beberapa lama,
barulah akhirnya Xue Bing bisa menjawab.
"Memangnya ada waktu lain?" Si pelayan ingin tahu.
"Tentu saja!" Xue Bing menjawab dengan muka kaku. "Mencari cacing tanah itu
seperti minum arak: bisa kecanduan! Sekali seseorang menggali cacing, kau tak
bisa mencegahnya menggali lagi bahkan jika kau ingin!"
"Bila lain kali aku menggali beberapa ekor cacing, aku tentu akan
menyumpalkannya semua ke mulut kalian!" Lu Xiao Feng memotong dengan dingin.
Pelayan yang aneh itu, tentu saja, tak lain tak bukan adalah SiKong ZhaiXing.
Tamu-tamu lain telah lama pergi karena ketakutan. Maka mereka bertiga bisa
berbincang-bincang dengan tenang di warung kecil itu. Satu-satunya yang
menderita adalah pemilik warung arak yang kecil ini.
"Hidupmu sudah enak sebagai seorang pencuri, mengapa kau beralih ke bisnis
menjual arak?" Xue Bing bertanya sambil menuangkan secangkir arak untuk SiKong
ZhaiXing. "Karena ia juga kecanduan!" Malah Lu Xiao Feng yang menjawab. Ia masih tidak
lupa kalau dulu SiKong ZhaiXing pernah menyamar sebagai Zhao si Muka Bopeng.
Hal itu bukanlah sesuatu yang mudah dilupakan orang.
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saat itu aku memperdayaimu, tapi rasanya tidak sebaik hari ini." SiKong
ZhaiXing tertawa.
"Tampaknya kali ini kau tidak benar-benar berusaha memperdayaiku." Lu Xiao Feng
menatap langsung ke mata SiKong ZhaiXing. Tidak ada pelayan di dunia ini yang
memiliki masalah tingkah laku yang demikian besar. Jika ia bukan berusaha
menarik perhatian Lu Xiao Feng dengan sengaja, lalu mengapa ia bertingkah
seperti tadi"
"Waktu kau dulu menyerbu masuk ke dalam api yang menyala-nyala untuk menolong
Zhao si Muka Bopeng, aku tiba-tiba menyadari bahwa kau adalah seorang sahabat
yang baik!" SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas.
"Tapi kau masih menyuruhku menggali cacing untukmu."
"Kenapa kau" Khawatir kalau orang lain tidak tahu tentang hal itu?" SiKong
ZhaiXing tertawa lagi. "Ke mana pun kau pergi, pada setiap orang yang kau temui,
kau tentu menyebut-nyebut hal itu!"
"Jadi kau telah bertemu Hua Man Lou dan Jin Jiu Ling?" Mata Lu Xiao Feng
bersinar-sinar.
Koleksi Kang Zusi
27 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Mm!"
"Dan mereka memberitahumu bahwa aku akan mencari Xue Bing?"
SiKong ZhaiXing mengangguk.
"Jadi kau menduga bahwa kami tentu akan melewati tempat ini dan berhenti di sini
untuk minum?"
"Maka aku menunggu di sini!"
"Menunggu di sini hanya untuk ikut minum arak?"
"Kau tahu bukan demikian halnya, dan aku pun tidak ingin berdusta padamu!"
SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas.
"Aku hanya tahu bahwa kita bersahabat."
"Hal yang aneh adalah, kebetulan ada banyak orang yang menginginkan aku mencuri
sesuatu darimu!" SiKong ZhaiXing menarik nafas.
"Apa yang sekarang diincar?"
"Kau punya sehelai kain satin merah?"
"Kau tahu aku memilikinya, dan aku tidak ingin berdusta padamu." Lu Xiao Feng
tersenyum. "Dan ada sebuah mawar hitam yang tersulam di kain satin merah itu?"
"Apakah kain ini yang ingin kau curi?"
"Benar."
"Kau telah mengakui bahwa kita bersahabat, dan kau masih ingin merampokku?"
"Karena aku telah berjanji pada seseorang!"
"Mengapa kau membuat janji itu?"
"Aku terpaksa!"
"Mengapa?"
"Karena aku banyak berhutang budi pada orang ini!"
"Siapa orang itu?"
"Kau tahu kalau aku tidak akan memberitahukannya padamu, mengapa bertanya?"
SiKong ZhaiXing tersenyum letih.
"Rasanya kau pun berhutang budi padaku." Lu Xiao Feng tertawa. "Bukan hanya aku
telah menyelamatkanmu, aku pun menggali 680 ekor cacing untukmu."
"Itulah sebabnya aku bersikap jujur dan menceritakan hal ini padamu sekarang!"
"Tapi walaupun kau memberitahukan hal ini padaku, kau tetap akan mencuri
dariku?" "Sehelai kain satin merah seperti itu kan harganya tidak mahal."
"Dan kau tidak pernah mencuri sesuatu yang tidak bernilai!"
"Karena kau telah melihat kain itu, tentu tidak banyak lagi gunanya untukmu,
bukan?" "Kau ingin aku menyerahkannya saja padamu?"
"Itulah yang ingin kukatakan dari tadi!"
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya.
"Mengapa kita tidak membuat sebuah perjanjian?"
"Perjanjian macam apa?" SiKong ZhaiXing bertanya.
"Asal kau beritahukan padaku siapa yang memintamu untuk mencurinya dariku, aku
akan membiarkanmu mencurinya!"
"Tak ada orang yang mau menyetujui perjanjian seperti itu!"
"Jika kita tidak bisa membuat sebuah perjanjian, maka kita hanya bisa bertaruh."
Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Bagaimana cara taruhannya?"
"Kau tahu berapa banyak kamar tamu yang ada di belakang?"
"Enam."
"Aku akan menginap di sini malam ini dan menunggumu untuk datang dan mencurinya
dariku!" "Jika kau tahu aku akan datang untuk mencurinya, bagaimana mungkin aku bisa
Koleksi Kang Zusi
28 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
berhasil?" SiKong ZhaiXing mengerutkan keningnya.
"Kau adalah Raja Pencuri, ingat?" Lu Xiao Feng tertawa. "Tidak pernah gagal
mencuri sesuatu, aku yakin kau akan menemukan caranya."
"Dan bagaimana jika aku benar-benar punya rencana tentang cara mencurinya?"
Mata SiKong ZhaiXing tiba-tiba mulai bersinar-sinar.
"Benda itu sekarang ada padaku, jika kau berhasil mencurinya, maka aku bersedia
menggali 680 ekor cacing lagi untukmu!"
"Aku bisa menggunakan cara apa pun yang aku mau?"
"Tentu saja. Apa pun yang kau mau!"
"Beberapa metode tidak akan kugunakan terhadap seorang sahabat!"
"Hanya untuk malam ini, kau boleh berhenti menganggapku sebagai sahabatmu!"
"Baik! Jadi!" SiKong ZhaiXing tiba-tiba mengangkat sebuah cangkir dan
menghabiskan isinya dalam satu tegukan. "Dan jika aku kalah, aku pun akan
menggali cacing untukmu!"
"Aku tidak ingin kau menggali cacing!"
"Kau masih ingin aku berlutut di hadapanmu dan memanggilmu 'Paman!' setiap kali
kita bertemu?"
"Kali ini sapaannya diubah menjadi 'Ayah!'" Lu Xiao Feng tertawa.
"Baik! Setuju!"
"Dan siapa pun yang mengingkarinya adalah anak kura-kura!"
"Tampaknya, tak perduli siapa pun yang menang, aku akan ditraktir nih!" Xue Bing
tertawa dan berkata dengan senang.
"Tapi sekarang belum malam." SiKong ZhaiXing berkata.
"Jadi kita masih bersahabat!"
"Maka aku ingin mengundangmu minum!"
"Aku hanya berharap kau tidak memasukkan racun ke dalam minuman ini." Lu Xiao
Feng tersenyum.
"Dan aku hanya berharap kau tidak membuatku mabuk!" SiKong ZhaiXing balas
tersenyum. Bab 3: Kau Menipu Aku Berdusta
Malam. Tapi malam belum begitu larut. SiKong ZhaiXing tidak mabuk, dan telah
pergi. Lu Xiao Feng, tentu saja, tidak diracuni. SiKong ZhaiXing bukan tipe
orang yang suka memasukkan racun ke dalam arak. Di samping itu, jika ia
menggunakan racun, Lu Xiao Feng tidak akan meminumnya.
Tapi terlihat secercah senyuman di wajah Xue Bing.
"Ia tentu akan kalah kali ini!" Ia tiba-tiba menarik nafas.
"Ia tentu kalah?"
"Benda itu ada padamu, dan kau tahu kalau ia akan datang untuk mencurinya.
Bagaimana mungkin ia bisa berhasil?"
"Ia adalah Raja Pencuri, dan seorang Raja Pencuri tentu memiliki segala macam
cara yang aneh dan ganjil untuk mencuri sesuatu benda!"
"Kau benar-benar tidak yakin kalau kau dapat mengalahkannya?" Xue Bing bertanya.
Lu Xiao Feng tertawa kecil dan menuangkan secangkir arak untuk dirinya sendiri.
Tapi ia tidak meminumnya, ia hanya menatapnya, seakan-akan terpesona olehnya.
"Apa yang sedang kau fikirkan" Orang yang menginginkan dia mencuri benda itu
darimu?" Xue Bing bertanya.
Lu Xiao Feng tidak membantahnya.
"Mungkinkah orang ini adalah orang yang sama dengan orang yang menyulamnya?"
Xue Bing bertanya.
"Sangat mungkin."
Koleksi Kang Zusi
29 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Jika aku adalah kamu, aku akan memutar otakku untuk mencari cara agar bisa
memaksanya memberitahuku siapa orang itu."
"Kau bukan aku!"
"Bagus juga kalau begitu," Xue Bing tersenyum manis. "Jadi aku tidak menanggung
semua kekhawatiran dan kesulitan yang kau miliki!"
"Dan itulah sebabnya kau sangat bahagia!"
"Ya, sangat bahagia!"
"Nah, karena kau sedang bahagia, kau akan memberitahu kan?" Lu Xiao Feng tiba-
tiba tersenyum.
"Memberitahu apa?" Xue Bing tampaknya telah lupa lagi.
"Tentang sepatu merah, tentunya!"
Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali, dan merasa bahwa ia tak bisa
menyimpan rahasia ini lagi.
"Kau tahu Paviliun Baju Hijau?" Ia tiba-tiba bertanya.
Lu Xiao Feng mengangguk. Tentu saja ia tahu.
"Nah, Sepatu Merah itu seperti Paviliun Baju Hijau, sebuah organisasi yang
sangat rahasia. Satu-satunya perbedaannya dengan Paviliun Baju Hijau adalah
tidak ada laki-laki di dalam organisasi ini. Maka mereka lebih keji dan kuat
daripada Paviliun Baju Hijau!"
"Mengapa begitu?"
"Karena wanita memang lebih kuat daripada pria." Xue Bing tertawa dan menjawab
dengan cerdik. "Dan?"
"Dan tidak ada lagi, itu saja."
"Itu saja?" Lu Xiao Feng 'hampir melompat keluar dari kulitnya'. "Apa maksudmu
dengan 'itu saja'?"
"Itu saja, artinya itu saja yang aku tahu." Xue Bing menjawab dengan santai.
"Itu artinya, walaupun kau menodongkan sebilah pisau di leherku, aku tak bisa
bercerita lebih banyak lagi."
Lu Xiao Feng terdiam dan hanya memandangi gadis itu dengan tatapan bodoh selama
beberapa saat. "Wanita memang lebih kuat daripada laki-laki," ia menarik nafas, "mereka tidak
bermain secara jujur!"
"Sejak kapan aku tidak bermain dengan jujur?" Xue Bing menatapnya. "Apakah aku
tidak memberitahumu siapa orang-orang yang memakai sepatu merah ini" Apakah aku
juga tidak memberitahumu bahwa Sepatu Merah adalah sebuah organisasi yang sangat
rahasia" Kau tidak puas juga?"
"Ternyata bukan hanya mereka tidak bermain dengan jujur, mereka juga merasa
Rajahan Naga Hitam 1 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Hati Budha Tangan Berbisa 4
Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Pendekar 4 Alis
Buku 2 Bandit Penyulam
Karya Khulung Bab 1: Sejumlah Perampokan
Panas yang menyengat. Sinar matahari seperti pisau panas, menusuk tanpa belas
kasihan pada jalanan yang kotor dan berdebu. Bahkan bekas luka di wajah Chang
Man Tian tampak terpanggang hingga merah.
Tepatnya ada tiga bekas luka, bekas luka itu dan sekitar 7 atau 8 macam luka
dalam telah memberikan dirinya kemasyuran dan posisi yang ia nikmati
sekarang ini. Bila cuaca berubah menjadi lembab atau hujan, luka dalamnya akan
mulai berdenyut-denyut lagi, menyebabkan ruas-ruas tulangnya terasa sakit, dan
ia tentu akan teringat lagi pada pertarungan-pertarungan dahsyat di masa mudanya
dan merasa sangat bersyukur.
Bisa bertahan hidup selama ini bukanlah hal yang mudah, bisa menjadi seorang
wakil kepala perusahaan ekspedisi yang pendapatannya 500 tael perak sebulan
malah lebih sulit lagi, karena posisi itu didapatkan dengan darah dan keringat.
Akhir-akhir ini ia jarang mengawal sendiri barang-barang antaran perusahaannya.
Kepala perusahaan ekspedisi
"Pembawa Kedamaian" adalah juga kakak seperguruannya. Mereka berdua menghabiskan
waktu beberapa tahun terakhir ini dalam hidup yang tenteram dan damai, berlatih
sedikit kungfu di pagi hari, minum arak di malam hari. Dengan melihat bendera
"Pedang Besi Tombak Emas" sudah cukup membuat orang-orang di wilayah tenggara
menjauh dari barang-barang antaran perusahaan "Pembawa Kedamaian".
Tetapi barang antaran kali ini terlalu penting, si pemilik meminta kedua saudara
seperguruan itu melakukan sendiri seluruh proses antaran. Tapi karena sang
kepala sedang sakit, Chang Man Tian terpaksa mengambil kembali sepasang pedang
besinya yang masing-masing berbobot lebih dari 13 kg dan memimpin sendiri
ekspedisi kali ini.
"Minggir.... Pembawa Kedamaian... Tolong minggir...." Si tua Zhao yang berada di depan
berteriak-teriak untuk membuka jalan bagi rombongan ekspedisi itu. Ia telah
berkecimpung di dunia ekspedisi ini selama 20 tahun. Ia masih memiliki suara
yang menggelegar, terutama setelah ia meminum beberapa kendi arak Golok Api
selama istirahat makan siang yang membuat tenaganya bangkit kembali lebih dari
biasanya. Chang Man Tian mengeluarkan sehelai saputangan berwarna hijau dan menghapus
keringat di keningnya. Waktu tiada memberi ampun, tiba-tiba ia menyadari bahwa
ia telah bertambah tua. Setelah misi kali ini selesai, mungkin sudah tiba
waktunya untuk menggantung pedang dan berhenti dari pekerjaannya ini. Saat itu
matahari benar-benar terik. Jika ada sebuah tempat untuk berteduh, mungkin tidak
ada salahnya untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan.
Chang Man Tian menyentakkan tali kekang kudanya dan berderap ke depan. Ia baru
Koleksi Kang Zusi
1 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
saja hendak memberikan instruksi pada si tua Zhao ketika tiba-tiba ia melihat
seseorang, yang sedang sibuk menjahit, duduk di tengah jalan. Seorang laki-laki
bertubuh besar dan berjenggot.
Selama berkelana di dunia persilatan 30 tahun lebih, Chang Man Tian belum pernah
melihat seorang laki-laki menyulam, apalagi orang itu melakukannya di tengah
terik matahari sambil duduk di tengah jalan raya.
"Mungkinkah ia gila?" Orang itu benar-benar tampak seperti orang gila, karena
permukaan jalan itu sudah cukup panas untuk menggoreng sebutir telur, dan ia pun
masih mengenakan sebuah mantel dari kain katun berwarna ungu kemerah-merahan.
Anehnya, sementara semua orang yang mengenakan selembar baju tipis saja telah
dipenuhi oleh keringat, tidak terlihat setetes pun keringat di wajah laki-laki
ini. Chang Man Tian mengerutkan keningnya, mengangkat tangannya untuk memberi isyarat
pada rombongannya agar berhenti, dan melirik ke arah si tua Zhao.
Si tua Zhao adalah orang yang telah lama berkecimpung di dunia persilatan, ia
telah menjadi anak buah Chang Man Tian sejak Chang Man Tian pertama kali
melakukan tugas ekspedisi.
Tentu saja ia langsung faham tentang keinginan majikannya. Maka ia pun tertawa
kecil untuk membersihkan tenggorokannya dan berjalan menghampiri orang itu.
Laki-laki berjenggot itu sedang berkonsetrasi menyulam sebuah bunga, persis
seperti seorang gadis yang baru jatuh cinta dan sedang duduk di kamarnya sambil
menjahit gaun pengantinnya sendiri, ia seperti tidak sadar bahwa selusin lebih
kereta kuda telah berhenti karena dirinya.
Bunga yang ia sulam di atas kain itu adalah bunga mawar, mawar hitam, sulamannya
jauh lebih indah daripada yang bisa dibuat oleh gadis mana pun.
"Sobat, keahlian menyulammu itu benar-benar mengagumkan, tapi sayangnya ini
bukan tempat untuk menjahit." Si tua Zhao tiba-tiba berkata dengan keras.
Suaranya memang sudah menggelegar, dan sekarang ia sengaja menakut-nakuti laki-
laki itu. Tapi tidak disangka, bukan hanya laki-laki itu tidak mengangkat
kepalanya, ia bahkan tidak berkedip sedikit pun.
"Apakah ia bukan hanya gila tapi juga tuli?" Si tua Zhao berjalan lebih dekat
lagi dan menepuk pundak orang itu.
"Sobat, bisakah kau biarkan kami lewat" Kau lihat...." Tiba-tiba ia berhenti dan
ekspresi wajahnya berubah. Waktu ia tadi mengulurkan tangannya untuk menepuk
pundak laki-laki itu, jarum di tangan laki-laki berjenggot itu kebetulan
terangkat sedikit dan menusuk punggung tangannya. Apalah artinya tusukan jarum
sekecil itu bagi seorang laki-laki yang tidak bakal mundur oleh goresan golok"
Si tua Zhao semula tidak perduli, tapi saat ia ingin menarik kembali tangannya,
ternyata tidak bisa! Separuh tubuhnya telah kaku! Setan apa yang ada di ujung
jarum itu"
Si tua Zhao mundur tiga langkah ke belakang dan mengamati tangannya dengan
teliti. Tidak ada bengkak sedikit pun, tapi tangan itu tidak mematuhi perintah
otaknya lagi. Ia terkejut dan juga marah.
Chang Man Tian melayang turun dari kudanya dengan indah dan berjalan dengan
cepat ke arah laki-laki berjenggot itu.
"Indah sekali mawar yang kau sulam itu, sobat." Ia berkata, sambil merangkap
tangannya. Laki-laki berjenggot itu tidak mengangkat kepalanya, tapi tiba-tiba
ia tertawa. "Aku bisa menyulam yang lainnya juga."
"Benarkah" Apa?"
"Orang buta."
"Orang buta tidak mudah disulam." Chang Man Tian mendengus.
"Sebaliknya, orang buta yang paling mudah, dua kali tusuk dan kau dapat satu."
Koleksi Kang Zusi
2 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Oh, benarkah" Bagaimana caranya?"
"Seperti ini." Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan menusuk ke wajah si tua
Zhao sebanyak dua kali.
Si tua Zhao mengeluarkan suara jeritan yang menyayat hati dan jatuh ke tanah.
Sambil menutupi wajahnya dengan tangannya, ia meronta-ronta di atas tanah dengan
kesakitan, sementara darah menyembur di antara jari-jarinya, darah dari matanya!
Wajah Chang Man Tian berubah dan ia segera memegang pedangnya.
Tapi si brewok itu masih duduk di situ dengan santai, tampaknya ia hanya
memikirkan urusannya sendiri saja.
"Lihat" Dua kali tusuk, satu orang buta."
"Gerakan yang cepat, sobat." Chang Man Tian tertawa kecil dan berkata dengan
dingin. "Menyulam orang buta adalah keahlianku, 72 kali tusuk dan aku bisa memberimu 36
orang buta." Si brewok menjawab seenaknya.
Untuk misinya kali ini, Chang Man Tian telah membawa 35 orang anak buah. Bila
termasuk dirinya, jumlah mereka adalah 36 orang. Orang-orang yang ia bawa adalah
jago-jago kelas satu, mereka semua telah maju dan berada di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan di sini" Mau membalas dendam atau merampok barang?"
Walaupun ia terkejut, Chang Man Tian masih berusaha tetap tenang.
"Aku di sini untuk menjahit."
"Apa yang akan kau jahit?"
"Pertama aku akan menjahit sendiri 36 orang buta, lalu aku akan menjahit kereta
kuda senilai 800.000 tael untuk dibawa pulang bersamaku."
Chang Man Tian tertawa panjang.
"Lucu, pedangku ini juga bisa menjahit sesuatu."
"Apa?"
"Orang mati!" Tawanya berhenti, pedangnya pun telah terhunus.
Pedang besi yang besar ini mungkin bukan sebuah senjata yang sangat berat, tapi
pedang itu tetaplah pedang yang telah digunakan oleh "Tuan Pedang Besi" di masa
lalu. Chang Man Tian telah menyempurnakan pedang ini selama 40 tahun, kalau tidak
bagaimana mungkin ia masih bisa hidup sampai sekarang"
Anak buahnya telah menghunus senjata mereka pula, seperti Golok Sayap Rajawali,
Tombak Sang Bijaksana, dan Pedang Gerbang Neraka.
Bila bertempur dengan penjahat, orang-orang perusahaan ekspedisi tidak perlu
mematuhi aturan-aturan dunia persilatan, dan tidak perlu harus bertarung satu
lawan satu. "Liang Qing Zi, ayo! Tusuk matanya!" Chang Man Tian berteriak.
Jika kau ingin membutakan orang lain, maka orang lain pun tentu ingin
membutakanmu! Ini adalah hukum di dunia mereka. "Sebuah gigi untuk sebuah gigi,
sebuah mata untuk sebuah mata!" Tapi si brewok masih menyulam ketika sebuah
pedang seberat lebih dari 13 kg berdesing ke arahnya.
Tombak Sang Bijaksana melakukan gerakan "Minuman Naga Beracun" dan menyerang
pinggang orang itu, semua pegawai perusahaan Pembawa Kedamaian telah diberikan
latihan satu atau dua ilmu kungfu oleh kedua saudara seperguruan itu. Karena
itu, bila bertarung, mereka bisa saling melengkapi satu sama lain dengan
sempurna. "Selesai!" Si brewok besar itu tiba-tiba tertawa.
Ia telah menyelesaikan sulaman mawarnya dan jarum itu pun tiba-tiba melesat dari
arah samping. Dalam sebuah kilatan sinar dingin di sekelilingnya, Chang Man Tian
tiba-tiba menyadari bahwa sinar itu telah berada di depan matanya.
Tidak seorang pun bisa menguraikan kecepatan ini, dan hampir tidak ada orang
yang mampu menghindarinya. Chang Man Tian meraung, pedang tiba-tiba terbang dari
Koleksi Kang Zusi
3 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
tangannya, tapi tubuhnya telah roboh ke atas tanah.
"Buk!" Pedang besi itu menancap hampir setengah meter pada sebuah batang pohon
di pinggir jalan. Saat itu si brewok besar telah selesai menyulam orang buta
keempat. Tujuh puluh dua kali tusuk, tiga puluh enam orang buta. Kecepatan yang
mengerikan, kekejaman yang luar biasa! Sehelai kain jatuh ke atas wajah Chang
Man Tian. Di atasnya tersulam sebuah mawar merah besar.
______________________________
Bila Jiang Zhong Wei berjalan, selalu terdengar suara gemerincing, seolah-olah
ia adalah sebuah lonceng. Tentu saja ia bukan lonceng. Jiang Zhong Wei adalah
Komandan Pasukan Pengawal Istana Kerajaan Damai Selatan, orang yang sangat agung
dan berkuasa. Di dalam Istana Kerajaan ada sejumlah tempat yang sangat rahasia. Dan di pintu-
pintu yang menuju ke tempat-tempat itu terpasang gembok. Dan semuanya ada di
bawah pengawasannya. Siapa pun orang yang membawa 30 rangkaian kunci atau lebih
tentu akan bergemerincing bila mereka berjalan.
Ia benar-benar orang yang dapat diandalkan. Ia bukan hanya tenang dan kalem, dan
setia hingga ke tulang sumsumnya, ia juga telah melatih tubuhnya dalam "Ilmu
Keji Tigabelas Pengawal", maka biarpun ilmunya itu belum mencapai taraf tak bisa
ditembus oleh golok atau tombak, tetap saja sangat sukar untuk melukainya. Tapi
tidak sukar baginya untuk melukai orang lain.
Telapak Pasir Besi-nya telah mencapai 90 % kesempurnaan dan mampu membelah balok
kayu atau menghancurkan batu karang menjadi pasir. Bila Pangeran mempercayakan
sebuah kunci lagi padanya, tentu ada perasaan lega di dadanya, tahu bahwa kunci
itu akan aman. Saat itu ia hendak mengambil kembali sebuah untaian intan dan
sepasang giok datar dengan sebuah lubang di tengahnya, yang biasanya digunakan
pada upacara-upacara resmi di China, dari Ruang Harta Kerajaan.
Hari ini adalah hari ulang tahun selir kesayangan Pangeran dan Pangeran telah
menjanjikan perhiasan itu sebagai hadiah ulang tahunnya.
Seperti kebanyakan orang di dunia, Pangeran selalu bermurah hati pada wanita
yang ia cintai.
Lorong yang panjang itu menyembunyikan ketenangan yang mencekam, karena tempat
itu sangat dekat dengan Ruang Harta Kerajaan, siapa pun yang melewatinya akan
mendapat hukuman mati!
Setelah memasuki daerah terlarang itu, setiap 7 atau 8 langkah tentu ada seorang
pengawal yang dipilih sendiri oleh Jiang Zhong Wei, berdiri dalam keadaan siaga
seperti patung batu.
Orang-orang ini telah melalui prosedur latihan yang keras dan ketat, seekor
lalat yang terbang dan mendarat di wajah mereka atau seseorang yang menginjak
kaki mereka pun tak akan sanggup menggerakkan mereka sedikit pun. Jiang Zhong
Wei bukan hanya memiliki pengaruh yang sangat besar dan populer di antara
mereka, perintah-perintah yang ia berikan juga jelas dan mutlak. Jika ada yang
lalai dalam tugasnya dan membiarkan seekor anjing saja masuk ke daerah terlarang
itu, maka hukuman mati akan menunggu mereka! Bahkan ia sendiri harus mengucapkan
kata sandi untuk hari itu sebelum memasuki daerah tersebut.
Kata sandi untuk hari ini adalah: "Matahari dan Bulan bersinar terang". Karena
hari ini adalah hari yang sangat cerah menurut penanggalan.
Bahkan pada wajah Jiang Zhong Wei yang kaku dan serius itu terlihat sedikit
perasaan bahagia. Karena ia juga diundang ke pesta ulang tahun selir kaisar itu.
Setelah menyelesaikan tugasnya, ia akan segera berganti pakaian dan bergabung
dengan pesta itu. Karena itu langkah kakinya sedikit lebih cepat daripada
biasanya. Delapan orang pengawal berpakaian sutera dan bersenjatakan golok berjalan
Koleksi Kang Zusi
4 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
mengikutinya. Pengawal-pengawal berpakaian sutera itu adalah orang-orang yang
berasal dari satuan pengawal terbaik, apalagi delapan orang ini adalah orang-
orang pilihan di antara 100 orang pengawal berpakaian sutera. Jiang Zhong Wei
adalah orang yang sangat berhati-hati.
Pintu-pintu besar yang menuju ke Ruang Harta Kerajaan dipasangi gembok yang
sangat kuat. Ada 3 lapis pintu, masing-masing tebalnya lebih dari setengah
meter, dan gembok di pintu-pintu itu semuanya dibuat oleh pandai besi terbaik.
Jiang Zhong Wei akhirnya membuka pintu terakhir dan hembusan udara yang dingin
dan lembab menerpa wajahnya.
Tempat ini seperti kebanyakan ruang harta di seluruh dunia, dingin, lembab,
gelap dan suram. Persis seperti kuburan.
Satu-satunya perbedaan adalah kuburan menyimpan orang-orang mati, di tempat ini
seekor semut mati pun tidak ada.
Setiap kali Jiang Zhong Wei masuk ke sini, ia selalu mendapat sebuah fikiran
yang aneh: jika seseorang berhasil memiliki seluruh harta yang ada di ruangan
ini, tapi ia harus tinggal di dalamnya, apa enaknya hal itu" Bahkan jika kau
memberikan seluruh harta di dunia ini padanya, ia tidak akan mau tinggal di
tempat ini satu hari pun.
Fikiran ini pun kembali muncul di benaknya kali ini. Ketika ia mendorong pintu
itu hingga terbuka dan berjalan masuk, satu-satunya keinginannya adalah keluar
secepat mungkin. Ia tidak menyangka kalau sekali ini ia masuk maka ia tak akan
pernah keluar lagi!
Tak dapat dipercaya, di dalam ruangan yang dingin, lembab dan suram itu ada
seseorang. Orang hidup.
Wajah orang ini tertutup oleh jenggotnya, ia mengenakan sehelai mantel katun
berwarna ungu kemerah-merahan, dan anehnya, sedang duduk di atas sebuah peti
harta sambil menjahit.
Jiang Zhong Wei bahkan tidak bisa membayangkan sesuatu seperti ini di dalam
mimpinya, ia hampir tidak mempercayai matanya sendiri.
Tapi di depannya memang ada seseorang, sedang duduk di sana sambil menjahit,
seorang laki-laki hidup.
"Apakah dia hantu?" Selain hantu, siapa lagi yang bisa masuk ke sini"
Jiang Zhong Wei tiba-tiba merasa bulu kuduknya berdiri dan ia bergidik sendiri.
Laki-laki brewok itu sedang berkonsentrasi menyulam, persis seperti sikap
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang gadis yang sedang duduk di kamarnya sambil melamun tentang kekasihnya.
Ia sedang menyulam bunga mawar, mawar hitam di atas sehelai kain satin merah.
"Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" Jiang Zhong Wei memberanikan diri dan
bertanya. "Aku berjalan masuk ke sini." Si brewok besar bahkan tidak mengangkat kepalanya
ketika ia menjawab dengan cara seenaknya.
"Kau tahu tempat apa ini?"
"Tempat untuk menjahit!"
"Jadi kau datang ke sini untuk menyulam?" Jiang Zhong Wei tertawa dingin.
"Karena hanya di sini aku bisa menyulam apa yang ingin kusulam!" Si brewok besar
mengangguk. "Dan apakah itu?"
"Seorang Jiang Zhong Wei yang buta!"
Jiang Zhong Wei mundur ke belakang dan tertawa seperti orang gila. Hanya bila ia
sedang marah dan bersiap untuk membunuh, ia tertawa gila seperti ini. Dengan
suara tawa yang masih bergema, tubuhnya melesat maju. Telapak tangannya mengaung
di udara seperti harimau ketika ia mengeluarkan ilmu Telapak Pasir Besi yang
mampu menghancurkan balok kayu. Tiba-tiba ia merasa bagian tengah telapak
tangannya kaku untuk sesaat, seolah-olah ia baru disengat oleh seekor lebah,
tapi Koleksi Kang Zusi
5 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
seluruh kekuatan di telapak-tangannya tiba-tiba dan secara misterius telah
menghilang. Saat itulah sekilas sinar dingin tiba di depan matanya.
"Ilmu Keji Tigabelas Pengawal" mungkin merupakan ilmu terkuat di dunia dalam hal
membuat kebal tubuh seseorang, tapi ilmu itu tidak mampu melindungi mata
pemiliknya. Para pengawal yang berada di luar tiba-tiba mendengar suara jeritan yang
menyayat hati dan berusaha mencoba masuk, tapi pintu besi itu telah ditutup dari
dalam. Saat mereka akhirnya berhasil membuka paksa pintu itu, Jiang Zhong Wei
yang tak sadarkan diri terlihat tergeletak di lantai, sehelai kain satin
berwarna merah darah tampak menutupi wajahnya. Di atas kain satin itu tersulam
sebuah mawar hitam!
______________________________
Dupa telah dinyalakan di ruang meditasi itu. Hua Man Lou telah selesai mandi dan
duduk dalam diam di sana, menunggu.
Jika kau ingin merasakan masakan Hwesio Labu Pahit, bukan hanya kau harus
membersihkan diri dulu, tapi kau juga harus sabar. Hwesio Labu Pahit bukanlah
orang yang sering memasak, bukan hanya tamunya harus orang-orang tertentu, tapi
suasana hatinya juga harus dalam keadaan baik. Tamu-tamu hari ini adalah orang-
orang yang istimewa, selain dari Hua Man Lou, juga ada Pertapa Cemara Kuno dan
orang yang mengaku sebagai jago catur nomor 1, jago puisi dan arak nomor 2, dan
jagoan nomor 3 dalam hal ilmu pedang: Tosu (pendeta Tao) Kayu.
Jelas orang-orang ini bukanlah tamu-tamu biasa, karena itu Hwesio Labu Pahit
merasa sangat gembira hari ini. Pada saat matahari terbenam, suara lonceng yang
nyaring dan jernih bisa terdengar, menandai datangnya malam. Saat itu Hua Man
Lou berjalan keluar. Pertapa Cemara Kuno dan Tosu Kayu telah menunggunya di
halaman. Angin malam bertiup di hutan bambu, hari yang panas menyengat telah
berada di sisi lain matahari terbenam.
"Kedua tetua telah menungguku, aku tak tahu bagaimana caranya memaafkan diriku
sendiri." Hua Man Lou tersenyum dan menyapa mereka.
Tosu Kayu tertawa. Tetua Sekte Wu Dang yang tidak pernah menurut dan selalu
berbeda ini ternyata juga telah mengganti jubah tosu-nya yang ditambal lebih
dari seribu kali itu dengan sebuah pakaian biru yang bersih dan berkilauan.
Karena ia tidak ingin terikat pada aturan-aturan dan harapan orang lain, ia
bersedia melepaskan posisi Ketua Wu Dang. Tapi agar dapat merasakan masakan
Hwesio Labu Pahit, ia mau menderita sedikit.
Setiap orang tahu tentang sifat Hwesio Labu Pahit yang aneh.
"Tampaknya si tosu tua ini benar." Pertapa Cemara Kuno menarik nafas.
"Apa yang dikatakan bapak pendeta?" Hua Man Lou bertanya.
"Aku mengatakan bahwa kau tentu tahu bahwa kita berada di sini. Bahkan jika kami
berdiri tak bergerak, kau akan tetap tahu!" Tosu Kayu tertawa.
"Tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana kau tahu kalau kami ada di sini."
Pertapa Cemara Kuno menarik nafas lagi.
"Aku juga tidak." Tosu Kayu membenarkan. "Tapi aku punya sesuatu yang tak bisa
kau tandingi."
"Dan apakah itu?"
"Bila aku menemui sesuatu yang tak bisa kubayangkan, aku akan berhenti
memikirkannya!" Tosu Kayu bergurau.
"Itulah sebabnya aku selalu berpendapat bahwa jika kau berhenti minum, kau tentu
akan hidup sampai umur 300 tahun!" Pertapa Cemara Kuno bergurau juga.
"Untuk apa aku hidup selama 300 tahun jika aku tak boleh minum?"
Tirai bambu di ruang meditasi itu telah diangkat. Tapi dari arah sana tercium
aroma makanan yang sangat enak, cukup enak untuk menggiring siapa pun ke meja
dan mengharapkan makanan itu.
"Masakan sayur Hwesio Labu Pahit benar-benar tak ada tandingannya di dunia ini."
Koleksi Kang Zusi
6 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Pertapa Cemara Kuno menarik nafas.
"Ia selalu mengatakan bahwa masakannya bahkan cukup untuk menggoda sang Budha!"
Tosu Kayu berkata sambil tertawa.
"Makanan telah diletakkan di atas meja, apa lagi yang kita tunggu?" Pertapa
Cemara Kuno memberi komentar.
Sambil menyingkap tirai bambu itu, mereka berjalan masuk, dan semuanya terkejut.
Bukan hanya makanan telah disiapkan di atas meja, di situ pun telah ada
seseorang, yang sedang makan sepuas-puasnya.
Tamu tak diundang ini tidak menunggu mereka, ia pun tidak mandi. Kenyataannya,
bukan hanya tubuhnya penuh dengan lumpur dan debu, tubuhnya pun menyiarkan bau
keringat yang menyengat. Tapi bukan hanya Hwesio Labu Pahit tidak mengusirnya
pergi, ia malah duduk di sampingnya, terus-menerus memasukkan makanan ke dalam
mangkuknya, seolah-olah ia takut kalau tamu ini tidak cukup makannya.
"Hwesio ini pilih kasih." Tosu Kayu menarik nafas.
"Kita adalah orang yang ia undang, tapi ia membiarkan orang lain lebih dulu
makan." Pertapa Cemara Kuno setuju.
"Dan ia menyuruh kita mandi, tapi orang ini tampaknya seakan-akan baru saja
bergulingan di sebuah kubangan lumpur." Tosu Kayu meneruskan.
Hwesio Labu Pahit tertawa mendengar ucapan mereka. "Benar, hwesio ini pilih
kasih, tapi hanya untuk satu orang ini, jadi kalian tidak usah marah."
"Kenapa kau begitu memperhatikannya?" Tosu Kayu bertanya.
"Karena aku tak tahu apa yang harus dilakukan bila aku bertemu dengannya."
"Aku tidak menyalahkanmu," Tosu Kayu pun tertawa. "Terakhir kali kami bertemu,
orang ini mencuri dua kendi arak Merah Perawan yang telah kusimpan selama lebih
dari 50 tahun. Dan yang bisa kulakukan hanyalah menatapnya dengan marah!"
"Bahkan sang Budha pun kehabisan akal bila orang ini muncul." Hua Man Lou
tersenyum masam.
Siapa lagi orang ini kalau bukan Lu Xiao Feng.
Sepiring daging babi dan sepiring tahu telah habis waktu Lu Xiao Feng akhirnya
berhenti dan melemparkan sebuah senyuman ke arah 3 orang tamu itu.
"Silakan caci maki diriku jika kalian ingin, aku akan terus makan. Kalian suka
mencaci-maki, aku kebetulan suka makan."
"Orang lain mungkin akan terperdaya oleh tipuanmu, tapi aku tidak." Tosu Kayu
tertawa terbahak-bahak dan duduk. Segera tiga potong daging bebek juga
menghilang ke dalam perutnya.
Hua Man Lou duduk di samping Lu Xiao Feng, dan segera mengerutkan keningnya.
"Kau biasanya tidak bau sama sekali, kenapa hari ini baumu seperti seekor anjing
yang baru merangkak keluar dari kubangan?"
"Karena aku belum mandi selama 10 hari."
"Berapa hari?" Hua Man Lou terkejut mendengar jawaban itu.
"Sepuluh hari."
"Kenapa kau tidak mandi selama 10 hari ini?" Hua Man Lou mengerutkan keningnya
tanda tidak setuju.
"Aku sibuk."
"Sibuk melakukan apa?"
"Sibuk melakukan sesuatu karena kalah judi."
"Dengan siapa kau kalah berjudi?"
"Selain SiKong Zhai Xing, siapa lagi?" Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Bagaimana kau kalah darinya?"
"Ingat saat aku mempermalukan dirinya waktu kami bertanding salto?" Lu Xiao Feng
tertawa. "Kali ini ia datang padaku dan ingin bertanding ulang. Bagaimana aku
bisa menolak?"
Koleksi Kang Zusi
7 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tentu saja kau menerima!"
"Tapi ternyata bajingan kecil itu tidak berbuat apa-apa selain berlatih salto
terus-menerus pada akhir-akhir ini. Dalam dua jam ia bisa bersalto 680 kali! Apa
lagi yang bisa kulakukan setelah itu?"
"Jadi kau kalah darinya?"
"Kami sepakat bahwa jika aku menang, ia harus, mulai saat itu, berlutut dan
memberi hormat padaku, dan berteriak sekuat-kuatnya: 'Paman!' jika ia melihatku
lagi. Dan jika aku kalah, maka dalam 10 hari berikutnya aku akan menggali dan
mencarikan seekor cacing untuk setiap salto yang ia lakukan."
Hua Man Lou tertawa.
"Tak heran kau sendiri mirip seekor cacing sekarang."
"Apakah kau benar-benar menggali dan mencarikan 680 ekor cacing untuknya?"
Tosu Kayu tidak bisa mengendalikan dirinya lagi dan bertanya di antara deraian
tawanya. "Beberapa hari pertama tidak seburuk itu, aku berhasil menemukan banyak cacing."
Lu Xiao Feng menarik nafas dan memasang senyuman angkuh. "Tapi kemudian, mencari
seekor cacing pun jadi lebih sukar daripada seorang pemalas yang mencari
isterinya."
"Untuk apa si Raja Pencuri membutuhkan semua cacing itu?" Pertapa Cemara Kuno
bertanya. "Ia tidak butuh!" Lu Xiao Feng menjawab dengan nada pahit. "Ia hanya ingin
melihatku menggali cacing."
"Siapa yang menyangka Lu Xiao Feng akan mengalami nasib seperti hari ini!" Tosu
Kayu tertawa terbahak-bahak. "Membuatmu merasa senang sekali!"
"Kau ingin bertaruh juga denganku?" Lu Xiao Feng mengusulkan, matanya sedikit
berputar-putar di kelopak matanya.
"Taruhan apa?"
"Minum."
"Aku tak akan terperdaya." Tosu Kayu berkata sambil tersenyum.
"Jadi kau mengakui kekalahanmu?" Lu Xiao Feng meliriknya dari samping.
"Dari dulu aku telah mengakuinya. Dalam hal minum aku bukan tandinganmu, dalam
hal ilmu pedang aku bukan tandingan XiMen Chui Xue dan Yie Gu Xing. Jika kau
benar-benar ingin bertaruh denganku, mari kita bertanding catur!"
"Kau kira aku akan terperdaya?" Lu Xiao Feng tertawa.
"Orang lain tahu bahwa aku adalah jago nomor 1 di dunia dalam hal catur, tapi
mereka tidak tahu bahwa ada satu lagi kemampuanku yang tak bisa ditandingi orang
lain!" Tosu Kayu berkata dengan bangga.
"Apa itu?"
"Makan, kau mau bertanding makan denganku?"
"Aku ingin, tapi aku bukan gentong nasi!" Lu Xiao Feng menarik nafas.
{Catatan: istilah "gentong nasi" atau "fan tong" adalah ejekan dalam bahasa
China.} "Siapa yang mengira kalau Lu Xiao Feng yang terkenal di seluruh dunia mau
mengaku kalah. Ini benar-benar peristiwa langka." Tosu Kayu pun menarik nafas.
"Kenyataannya, akhir-akhir ini ia bukan lagi orang yang paling terkenal di dunia
persilatan!" Hwesio Labu Pahit tiba-tiba membuat pernyataan.
"Memangnya ada orang lain lagi?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Siapa menurutmu?"
"XiMen Chui Xue?"
"Kabar burung mengatakan bahwa ia sedang merawat Nona Sun dari Empat Cantik
E'Mei akhir-akhir ini dan tak pernah menunjukkan mukanya lagi di dunia
persilatan sekarang!" Hua Man Lou menjawab untuk Hwesio Labu Pahit. Lu Xiao Feng
tersenyum mendengarnya.
"Siapa yang mengira ia akan mengalami hal seperti ini sekarang" Dulu kukira ia
Koleksi Kang Zusi
8 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
akhirnya akan menjadi seorang hwesio."
"Kami tidak menginginkan hwesio seperti itu di kalangan Budha!" Hwesio Labu
Pahit menjawab.
"Yah, kalau bukan XiMen Chui Xue, mungkinkah itu Yie Gu Xing?" Lu Xiao Feng
mengalihkan pembicaraan.
"Juga bukan dia!"
"Akhir-akhir ini Yie Gu Xing jatuh sakit!" Tosu Kayu memberitahu.
"Ia bisa sakit juga?" Lu Xiao Feng tercengang mendengar berita itu. "Sakit apa?"
"Penyakit yang sama denganku. Penyakit malas." Tosu Kayu tersenyum. "Bila kau
terkena penyakit ini, tak perduli siapa pun dirimu, kau tak akan pernah membuat
hal yang menggemparkan lagi!"
"Mungkinkah itu si Tauke dan Isteri Tauke?" Lu Xiao Feng bertanya setelah
berfikir sebentar.
"Si Tauke malah lebih pemalas!" Hua Man Lou tertawa dan menghilangkan pilihan
itu. "Hwesio Jujur tidak mungkin melakukan hal yang menggemparkan, ... tidak, tidak
mungkin dia...." Lu Xiao Feng berfikir keras.
"Mungkinkah itu harimau betina dari Gunung Qi Xia?" Ia bertanya, setelah
berfikir dalam-dalam.
"Tidak, sama sekali tidak. Bukan hanya kau tidak kenal orang ini, kujamin kau
pun belum pernah mendengar tentang dirinya!" Hwesio Labu Pahit menjawab.
"Orang macam apakah dia?"
"Seorang laki-laki yang bisa menyulam!" Hwesio Labu Pahit menjawab. Lu Xiao Feng
tercengang sebentar sebelum ia tertawa.
"Memang ada beberapa orang laki-laki yang bisa menyulam. Dari beberapa orang
penjahit yang kukenal, beberapa dari mereka bisa menyulam!"
"Tapi ia bukan hanya bisa menyulam bunga, ia pun bisa menyulam orang buta!"
Hwesio Labu Pahit menjawab. Lu Xiao Feng kembali tercengang.
"Menyulam orang buta?"
"Tampaknya ia telah menyulam paling sedikit 70 atau 80 orang buta dalam beberapa
hari terakhir ini!"
"Bagaimana caranya ia menyulam orang buta?"
"Dengan sebatang jarum jahit, dua kali tusuk dan kau dapatkan satu!"
Lu Xiao Feng akhirnya memahami apa yang ia katakan.
"Orang-orang macam apakah orang buta yang ia sulam itu?"
"Paling sedikit ada 4 atau 5 orang yang kau kenal!"
"Siapa?"
"Chang Man Tian, Hua Yi Fan, Jiang Zhong Wei...."
"Jiang Zhong Wei dari Istana Kerajaan di Selatan?" Ucapannya belum selesai
ketika ekspresi wajah Lu Xiao Feng berubah secara dramatis.
"Apakah ada Jiang Zhong Wei yang lain?"
"Tapi sejak ia memasuki Istana Kerajaan, ia tidak ikut campur lagi dalam urusan
dunia persilatan, kenapa ada orang yang memburunya?" Lu Xiao Feng mengerutkan
keningnya. "Tidak ada yang memburunya, tapi seseorang memburu 18 untaian intan di Istana
Kerajaan!" Hwesio Labu Pahit menjawab.
"Orang ini bukan hanya membutakan Jiang Zhong Wei, tapi juga kabur bersama 18
untaian intan dari Istana Kerajaan?"
"Bukan hanya itu, ia juga mengambil 70 atau lebih karya seni dan kaligrafi yang
tak ternilai harganya yang telah dikumpulkan oleh Hua Yu Gan, 800 ribu tael
perak uang yang dipercayakan pada Perusahaan Ekspedisi Pembawa Kedamaian, dan
kira-kira 90.000 tael daun emas dari kelompok Sungai Pasir Emas!" Hwesio Labu
Pahit menghirup nafas dan meneruskan. "Dalam waktu sebulan, orang ini telah
melakukan Koleksi Kang Zusi
9 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
60 perampokan yang sangat besar, dan semuanya dilakukan seorang diri. Benar-
benar menggemparkan, bukan?"
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kenapa aku tidak mendengar apa-apa sedikit pun?" Lu Xiao Feng bertanya, masih
agak terkejut mendengar berita itu.
"Akhir-akhir ini kau sibuk di wilayah Barat Laut, kejahatan-kejahatan ini
terjadi di wilayah Tenggara. Beritanya pun baru tiba di sini beberapa hari
terakhir ini, hanya saja kau sedang sibuk menggali cacing!" Hwesio Labu Pahit
menjawab. "Berita ini baru tiba di sini, dan kau telah tahu tentang semuanya!" Lu Xiao
Feng berkata. "Mmm!"
"Sejak kapan kau jadi tertarik pada semua kejadian di dunia?" Lu Xiao Feng ingin
tahu. "Jangan lupa, aku punya seorang adik seperguruan yang terkenal." Hwesio Labu
Pahit menarik nafas.
"Jin Jiu Ling?"
"Untunglah aku hanya punya seorang saudara seperguruan seperti dia!" Hwesio Labu
Pahit tersenyum jengkel.
"Sekarang aku faham." Lu Xiao Feng menarik nafas panjang.
"Apa yang kau fahami?"
"Jin Jiu Ling berteman baik dengan Jiang Zhong Wei, dan ia dulunya juga
merupakan Pemburu Hadiah Nomor Satu di dunia. Walaupun ia telah mencuci tangan
dari pekerjaannya itu, tapi ia tentu akan ikut campur dalam masalah ini."
Hwesio Labu Pahit setuju dengan ucapan Lu Xiao Feng. Sekali seseorang telah
bekerja satu hari saja untuk pemerintah, sukar baginya untuk keluar begitu saja.
"Hingga hari ini, aku masih tidak mengerti kenapa ia memutuskan untuk melakukan
pekerjaan seperti itu!" Hwesio Labu Pahit menarik nafas.
"Apa" Kau malah menginginkan dia jadi hwesio?" Tosu Kayu memotong.
"Seorang hwesio paling tidak tak akan memiliki banyak masalah dan tak perlu
merasa cemas!" Hwesio Labu Pahit menjawab.
"Tapi hwesio juga tidak punya isteri!" Tosu Kayu menusuk dengan cepat. Hwesio
Labu Pahit tidak menjawab lagi. Setiap orang di dunia persilatan tahu bahwa
kelemahan terbesar Jin Jiu Ling adalah ia menganggap dirinya sendiri lemah
lembut dan memikat. Menurut kabar angin, ia dulu mau bekerja untuk pemerintah
juga karena seorang wanita.
"Jin Jiu Ling diakui oleh masyarakat umum sebagai orang terbaik dalam 300 tahun
sejarah Enam Pintu. Semua perkara, besar atau kecil, tentu akan terpecahkan bila
ia turun tangan." Lu Xiao Feng berkata.
"Itulah sebabnya aku selalu berpendapat bahwa masalah terbesarnya adalah ia
terlalu hebat, terlalu cerdas." Hwesio Labu Pahit kembali menarik nafas.
"Tapi orang yang paling cerdas pun tentu akan menemui sesuatu yang tak mampu ia
pecahkan." Lu Xiao Feng berkata, dan Hwesio Labu Pahit setuju.
"Mungkin kasus ini adalah kasus yang tak bisa ia pecahkan, maka ia menginginkan
bantuan." Hwesio Labu Pahit kembali menyetujui pendapat itu.
"Dan karena kau hanya punya seorang adik seperguruan seperti dia, kau tentu mau
menolongnya mencarikan bantuan!" Lu Xiao Feng menarik nafas dan tertawa masam.
"Sayangnya, kebetulan aku adalah seorang pembantu yang sempurna. Bila seseorang
menemui sesuatu yang tak bisa mereka selesaikan, mereka selalu datang padaku,
karena itu...."
"Karena itu....?" Hwesio Labu Pahit bertanya.
"Karena itu waktu kau mengundangku ke sini untuk makan, kau mungkin tidak
melakukannya dengan hati yang tulus."
"Jangan lupa kalau kamu-lah yang masuk ke sini, aku tidak mengundangmu."
"Mungkin aku memang tidak beruntung." Lu Xiao Feng menertawakan nasibnya Koleksi
Kang Zusi 10 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
sendiri. "Kenapa aku masuk begitu saja ke sini?"
"Tampaknya akhir-akhir ini kau memang kurang beruntung!" Tosu Kayu tertawa.
"Tapi kali ini aku tak mau, aku tak perduli apakah ia menyulam bunga atau
menambal celana, bukan urusanku. Aku tak perduli betapa besarnya peristiwa ini,
aku tidak ingin ambil bagian!"
"Ia tidak ingin melibatkanmu kok, kenapa kau rewel?" Hwesio Labu Pahit berkata
padanya. "Tidak?" Lu Xiao Feng terkejut.
"Memang tidak!" Seorang laki-laki menjawab, sambil tersenyum.
Tentu saja ia tak lain tak bukan adalah Jin Jiu Ling.
Seperti yang diketahui oleh orang-orang di dunia persilatan, ada dua hal pada
diri Jin Jiu Ling yang sangat sedikit orang yang mampu menandinginya.
Pakaiannya, dan matanya. Mata Jin Jiu Ling tidak terlalu besar, juga tidak
terlalu bersinar-sinar, tapi selama ia memasang matanya pada sesuatu, ia tak
akan pernah melupakannya.
Pakaian yang dikenakan oleh Jin Jiu Ling selalu terbuat dari bahan kain terbaik,
dengan model terakhir, dan dibuat dengan sangat teliti. Bahkan kipas lipat yang
digenggam di tangannya itu adalah benda yang tak ternilai harganya. Bila keadaan
mendesak, kipas itu bahkan bisa digunakan sebagai senjata. Keahlian Jin Jiu Ling
dalam hal mencari dan menotok urat syaraf termasuk jajaran kelas satu.
Kenyataannya, segala hal pada dirinya adalah kelas satu.
Jika araknya bukan arak kelas satu, ia tak pernah mau meminumnya. Jika wanitanya
bukan kelas satu, ia bahkan tak mau meliriknya. Jika kereta-kudanya bukan kelas
satu, ia tak akan pernah mau menaikinya. Tapi ia bukanlah orang kaya kelas satu.
Untunglah baginya, ia memiliki banyak kemampuan untuk mendapatkan uang. Ia
adalah seorang ahli dalam menilai lukisan dan kaligrafi antik serta memiliki
kemampuan yang ajaib dalam menilai keaslian sebuah benda. Dengan dua macam
kemampuan itu saja telah cukup menjamin dirinya untuk menikmati kehidupan kelas
satu selama sisa hidupnya.
Di samping itu, ia masih seorang laki-laki yang sangat tampan dan menarik, dan
tidak terlihat begitu tua. Ini membuat dirinya bisa mengeluarkan uang yang
sangat sedikit untuk sesuatu yang seharusnya bisa membuatnya bangkrut. Senyuman
si cantik yang orang lain mungkin harus menghabiskan seribu tael emas untuk
mendapatkannya, biasanya bisa ia dapatkan hanya dengan uang sepeser saja.
Itulah sebabnya ia selalu hidup nyaman, dan juga sangat merawat dirinya sendiri,
sedikit pun tidak kelihatan seperti jago kungfu yang namanya saja mampu membuat
gemetar para penjahat, tapi malah lebih mirip seperti seorang petualang cinta
yang suka menulis puisi dan naik kuda.
"Apakah kau mendapatkan sesuatu yang berharga?" Pertapa Cemara Kuno segera
bertanya ketika melihatnya masuk.
Hobi utama Pertapa Cemara Kuno adalah mengumpulkan karya seni dan kaligrafi
klasik. Koleksinya sedikit pun tidak lebih buruk daripada koleksi Hua Yu Gan.
"Semua barang bagus telah dibawa ke Gunung Huang oleh pertapaku yang baik, apa
lagi yang tersisa untuk kutemukan?" Jin Jiu Ling tersenyum.
"Bahkan tidak satu lukisan pun?"
Jin Jiu Ling berhenti sebentar sebelum tersenyum lagi.
"Aku punya sebuah bunga yang baru diciptakan!"
"Oh, ya" Ayo, perlihatkan pada kami!" Pertapa Cemara Kuno meminta. Tapi Jin Jiu
Ling memang sedang mengeluarkannya. Itu adalah sehelai kain satin berwarna merah
darah, di atasnya tersulam sebuah mawar hitam.
"Apa ini?" Pertapa Cemara Kuno bertanya setelah terkejut sejenak saat
melihatnya. "Akhir-akhir ini memang banyak pesanan untuk sulaman." Jin Jiu Ling tersenyum.
"Mungkinkah ini hasil karya Dewi Jarum, Nyonya Xue?" Pertapa Cemara Kuno
bertanya. Koleksi Kang Zusi
11 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tidak, seorang laki-laki yang menyulamnya."
"Laki-laki penyulam yang satu itu?" Ekspresi Pertapa Cemara Kuno berubah hebat
saat mendengar ucapan tersebut.
Jin Jiu Ling mengangguk.
"Ini adalah sulaman yang ia buat di dalam Ruang Harta Kerajaan."
"Apakah ia benar-benar duduk di sana sambil menyulam?" Lu Xiao Feng bertanya.
Jin Jiu Ling mengangguk lagi.
"Waktu Jiang Zhong Wei membuka pintu, ia sedang duduk di sana sambil menyulam
bunga ini!"
"Ruang Harta Kerajaan tentu dijaga luar dalam oleh sepasukan pengawal, bagaimana
ia bisa masuk?"
"Tidak ada yang tahu bagaimana ia bisa masuk, bahkan tak seorang pun tahu di
mana mulainya." Jin Jiu Ling tersenyum agak lelah.
"Dan ia tidak meninggalkan petunjuk apa-apa?"
"Tidak."
"Orang macam apakah dia?"
"Ia adalah orang yang berjenggot besar dan mengenakan sebuah mantel katun yang
sangat besar walaupun di siang hari yang terik."
"Dan?"
"Dan ia adalah seorang laki-laki, dan ia tahu cara menyulam, dan ia sangat ahli
dalam hal itu!"
"Itu saja yang kau tahu?"
"Itu saja yang aku tahu, dan itu juga yang diketahui semua orang, tidak ada
orang yang tahu lebih banyak lagi daripada diriku."
"Kungfu macam apa yang ia gunakan?"
"Tak tahu!"
"Bahkan Jiang Zhong Wei pun tidak tahu?"
"Bahkan seseorang yang telah lama berkecimpung di dunia persilatan seperti Chang
Man Tian pun tidak tahu, apalagi Jiang Zhong Wei?" Jin Jiu Ling menarik nafas.
"Telapak Besi Jiang Zhong Wei mungkin yang terbaik di wilayah Tenggara."
"Tapi ia tetap tidak punya satu kesempatan pun untuk melakukan sebuah gerakan!"
Jin Jiu Ling menarik nafas lagi.
"Bagaimana mungkin seseorang yang begitu tangguh tiba-tiba muncul begitu
saja....?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Kau tadi mengatakan bahwa kau tak akan ikut campur dalam urusan ini, kenapa kau
mengajukan semua pertanyaan ini?" Hwesio Labu Pahit bertanya dengan dingin.
"Apa salahnya bertanya?"
"Tentu saja tidak ada salahnya." Jin Jiu Ling kembali tersenyum letih. "Semua
yang kuketahui, telah kau ketahui sekarang."
Lu Xiao Feng menatapnya beberapa saat.
"Mengapa kau memberitahu semuanya padaku?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Karena kau bertanya."
"Tidak ada alasan lain?"
"Tidak."
"Dan kau bukan sengaja menungguku di sini?"
"Bagaimana aku bisa tahu kalau kau akan datang ke sini?" Jin Jiu Ling tak tahan
untuk tidak tersenyum letih lagi.
"Dan kau tidak bermaksud mencariku?"
"Tidak."
"Bagus, sekarang aku bisa bersantai dan minum arak." Lu Xiao Feng berkata sambil
tersenyum. Walaupun mulutnya mengatakan "bagus", senyumannya tampak sangat
canggung, sangat tidak wajar, dan tampaknya ia tidak ingin minum arak lagi.
Tapi sekarang giliran Jin Jiu Ling yang tiba-tiba tersenyum.
Koleksi Kang Zusi
12 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tapi karena sekarang kau ada di sini, ada sesuatu yang ingin kutanyakan
padamu!" Ia berkata. Mata Lu Xiao Feng segera bersinar-sinar.
"Aku tahu, aku tahu kau tentu akan menanyakan sesuatu padaku!" Ia tertawa dan
berkata. "Untuk memecahkan kasus ini dan menemukan Bandit Penyulam, mungkin hanya satu
orang di seluruh dunia ini yang mampu melakukannya." Jin Jiu Ling berkata.
Mata Lu Xiao Feng bersinar semakin terang, siapa lagi selain dirinya yang bisa
menyelesaikan misteri ini"
"Siapa orang yang kau bicarakan itu?" Tapi, walaupun demikian, ia sengaja
bertanya, ingin mendengar Jin Jiu Ling mengatakannya sendiri.
"SiKong Zhai Xing!"
"Siapa yang kau katakan?" Lu Xiao Feng bertanya setelah dibuat tertegun
sebentar. "SiKong Zhai Xing." Jin Jiu Ling mengulangi. Lu Xiao Feng memalingkan wajahnya,
tidak memperdulikannya lagi.
Tapi Jin Jiu Ling seolah-olah tidak melihat dan meneruskan.
"SiKong Zhai Xing dikenal sebagai Raja Pencuri, dan ia benar-benar seorang
jenius yang hanya muncul sekali dalam seabad. Jika ada orang di dunia ini yang
bisa menebak bagaimana caranya Bandit Penyulam masuk ke Ruang Harta Kerajaan,
maka orang itu tentulah SiKong Zhai Xing."
Lu Xiao Feng telah mulai minum, tampaknya ia juga tidak tertarik untuk
mendengarkan lagi.
Tapi Jin Jiu Ling meneruskan.
"Jika kita ingin memecahkan kasus ini, maka kita harus menemukan SiKong Zhai
Xing. Tapi sayangnya, ia adalah tipe orang yang keberadaan dan gerak-geriknya
selalu merupakan misteri, jadi...."
"Jadi kau ingin bertanya padaku di mana kau bisa menemukannya?" Lu Xiao Feng tak
bisa menahan dirinya lagi.
"Benar."
Lu Xiao Feng tiba-tiba, dan dengan keras, meletakkan cangkir yang berada di
tangannya ke atas meja.
"Jadi dari tadi kau membuang-buang waktu dengan menceritakan semua sampah itu
padaku, hanya bertujuan untuk mencari dia?"
"Siapa lagi yang bisa kumintai pertolongannya selain dia?" Jin Jiu Ling menarik
nafas. Lu Xiao Feng tiba-tiba melompat bangkit dan menunjuk hidungnya sendiri.
"Aku!" Ia berteriak. "Kenapa kau tidak memintaku?"
Jin Jiu Ling tertawa, tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau tak akan mampu!"
"Apa maksudmu aku tak akan mampu?" Lu Xiao Feng tampak melompat lebih tinggi.
"Tak mungkin kau bisa melakukan ini." Jin Jiu Ling masih menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Kenapa tidak bisa?"
"Karena kasus ini terlalu berbahaya," Jin Jiu Ling menjawab seenaknya. "Di
samping itu, kau tadi mengatakan bahwa kau tidak ingin ambil bagian dalam urusan
ini." "Siapa bilang aku tidak ingin ambil bagian" Aku akan ikut campur dalam urusan
ini untuk menunjukkan padamu bahwa aku mampu." Sekarang Lu Xiao Feng sampai
menjerit. "Aku masih ingin bertaruh bahwa kau tak akan mampu memecahkan kasus ini!"
"Baik!" Lu Xiao Feng memukulkan tangannya ke atas meja. "Apa pun yang ingin kau
pertaruhkan, aku setuju!"
Ia belum menyelesaikan kalimatnya ketika ia melihat orang lain tertawa. Memang,
semua orang sedang tertawa. Itulah jenis tawa yang kau dapatkan bila kau tiba-
tiba melihat seseorang menginjak seonggok tahi anjing. Lu Xiao Feng tiba-tiba
menyadari Koleksi Kang Zusi
13 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
bahwa ia memang baru saja menginjak setumpuk tahi anjing, tumpukan yang sangat
besar dan bau sehingga ia tak bisa menarik kakinya walaupun ia ingin.
"Lebih baik memancingnya daripada mengundangnya, begitulah kata pepatah." Tosu
Kayu menarik nafas setelah tertawa terbahak-bahak.
Makan malam telah selesai. Pertapa Cemara Kuno adalah orang yang sangat merawat
diri, ia bangun pagi dan tidur cepat. Tosu Kayu punya sebuah penyakit: penyakit
malas; dan Hwesio Labu Pahit harus mengikuti sebuah upacara malam.
Maka hanya 3 orang yang tersisa di ruang tamu tersebut.
Lu Xiao Feng menatap mawar hitam di atas kain satin merah itu.
"Kapan pertama kalinya orang ini muncul?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Tanggal 3 Juni, orang pertama yang bertemu dengannya adalah Chang Man Tian."
Jin Jiu Ling menjawab.
"Dan terakhir kalinya?"
"Terakhir yang kuketahui adalah 13 hari yang lalu, apakah masih ada perampokan
baru atau tidak beberapa hari terakhir ini, aku tidak tahu!"
"Tigabelas hari yang lalu aku sedang sibuk bertanding salto dengan SiKong Zhai
Xing, jelas bukan dia pelakunya."
"Aku memang tidak mencurigai dia!"
"Dan kau pun memang tidak ingin meminta bantuannya." Lu Xiao Feng mencela dengan
dingin. Jin Jiu Ling tertawa.
"Yang kutahu adalah bahwa kau baru saja menggali 600 ekor cacing untuknya, maka
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau tentu sedang merasa tidak senang pada dirinya!"
"Jadi kau sengaja memancingku?"
"Bagaimana lagi aku bisa melibatkanmu dalam hal ini?" Jin Jiu Ling tertawa dan
menjawab. "Tampaknya aku seharusnya tidak coba-coba berteman dengan orang-orang yang
menekuni pekerjaan seperti kalian!" Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Tidak perduli apa, karena kita semua telah terseret dalam urusan ini, lebih
baik kita mencari cara untuk keluar darinya."
"Pertama, kita harus menebak orang macam apakah dia." Lu Xiao Feng berkata
setelah berfikir dalam-dalam.
"Setuju."
"Dari yang kuketahui, bukan hanya orang ini melakukan pekerjaannya dengan cepat
dan bersih, ilmu kungfunya juga termasuk kelas satu, tidak mungkin ia merupakan
orang yang baru muncul di dunia persilatan."
"Aku pun berfikiran demikian, ia tentu seorang sangat terkenal yang sedang
menyamar. Tapi aku tak bisa menebak siapa dia."
"Ia sengaja memakai jenggot besar dan mantel katun yang besar, dan duduk di
tengah jalan sambil menyulam; semua itu untuk menarik perhatian orang-orang
sehingga tak seorang pun memperhatikan hal-hal lain pada dirinya!"
"Tampaknya kau seharusnya juga menekuni pekerjaan sepertiku." Jin Jiu Ling
bergurau. "Bahkan seekor rubah tua sepertiku, yang telah menghabiskan waktu
sepuluh tahun atau lebih di Enam Pintu tak bisa menganalisa keadaan ini dengan
cara yang lebih baik darimu."
Lu Xiao Feng sengaja memasang muka kaku.
"Kau telah menyeretku dalam masalah ini, kau tak perlu menjilat-jilat pantatku
lagi sekarang!"
"Satu jilatan, dua jilatan, tak ada yang bisa mengalahkan jilatan pantat! Tak
ada salahnya menjilat pantat beberapa kali lebih banyak daripada yang
diperlukan!" Jin Jiu Ling tertawa.
"Tak perduli betapa baik samarannya, selalu ada kelemahannya di suatu tempat,"
Hua Man Lou tiba-tiba bicara. "Mungkin Chang Man Tian dan yang lainnya tidak
Koleksi Kang Zusi
14 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
melihat; mungkin mereka melihat, tapi menganggap hal itu tidak penting."
"Sangat mungkin!" Jin Jiu Ling setuju.
"Karena itu, jika kita menanyai mereka lagi secara mendetil; mungkin kita bisa
menemukan beberapa petunjuk baru!" Hua Man Lou menarik kesimpulan.
"Kita?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Kita!"
"Apakah 'kita' termasuk kamu?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Jangan lupa, aku buta." Hua Man Lou tersenyum. "Bagaimana mungkin aku tidak
boleh terlibat dalam urusan orang buta lainnya?"
Lu Xiao Feng dan Jin Jiu Ling saling berpandangan satu sama lain, mereka berdua
merasa sedikit bersalah. Mereka telah bicara "buta-ini" dan "buta-itu" sejak
tadi, sama sekali lupa bahwa ada seorang laki-laki buta yang sedang duduk tepat
di samping mereka. Memang orang-orang sering bersikap seolah-olah Hua Man Lou
bukanlah orang yang buta.
Lu Xiao Feng terbatuk ringan beberapa kali.
"Ok, mari kita berpencar agar tugas kita bisa dilakukan dengan lebih cepat.
Kalian berdua pergi mencari Chang Man Tian dan Jiang Zhong Wei!"
"Dan kau?" Jin Jiu Ling bertanya.
"Aku akan mencari seseorang!" Lu Xiao Feng memasukkan kain satin merah itu ke
dalam bajunya. "Siapa?"
"Seekor harimau betina!"
"Yang mana?"
"Yang paling cantik, tentunya." Lu Xiao Feng tersenyum. Jin Jiu Ling juga
tersenyum. "Jangan lupa, yang paling cantik adalah juga yang paling buas. Berhati-hatilah
supaya tidak tergigit!"
"Oh, ia akan berhati-hati, kau bisa yakin akan hal itu!" Hua Man Lou
meyakinkannya. "Kenapa begitu?"
"Karena ia telah digigit beberapa kali!" Hua Man Lou tersenyum.
Ada empat harimau betina di dunia persilatan. Tampaknya keempat-empatnya
semuanya pernah menggigit Lu Xiao Feng satu atau dua kali.
Bab 2: Mengunjungi Dewi Jarum Xue
Lereng bukit. Di bawah sinar senja, lereng bukit yang hijau itu menampilkan
warna ungu yang ganjil dan tak nyata. Sekarang hari telah senja, dan lereng
gunung itu tertutup oleh segala jenis bunga mawar yang sedang berbunga. Dua
gadis muda dengan rambut dikepang sedang memetik bunga. Dari mulut mereka
mengalun irama lagu pegunungan yang lembut dan manis.
Lagu mereka lebih lembut dan halus daripada angin musim panas yang hangat,
mereka sendiri lebih cantik daripada bunga-bunga. Waktu Lu Xiao Feng berjalan
mendaki lereng bukit itu, lagu mereka tiba-tiba berhenti dan mereka berdua
menatap Lu Xiao Feng dengan mata mereka yang besar dan terang. Untunglah Lu Xiao
Feng telah biasa melihat wanita memandangnya, maka ia tidak menjadi malu tapi
malah tersenyum.
"Hei, apa yang kau lakukan di sini?" Gadis muda ini bermata besar dan memiliki
beberapa bintik kecil di hidungnya, semua itu malah membuatnya tampak lebih
manis dan menarik.
"Bunga-bunga di sini begitu indah, tidak bolehkah aku melihat bunga-bunga ini?"
Lu Xiao Feng menjawab, masih sambil tersenyum.
"Tidak!" Mata gadis berhidung bintik itu bertambah besar. "Tempat ini milik
kami, kami tidak menerima laki-laki!"
"Gadis kecil seharusnya tidak cepat marah." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Gadis-
Koleksi Kang Zusi
15 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
gadis seperti itu mungkin tak akan menemukan seorang suami!"
"Itulah sebabnya aku tidak pernah bersikap ketus!" Gadis satunya lagi berwajah
bulat dan bila ia tersenyum maka dua buah lesung pipi muncul, membuatnya tampak
manis dan lembut, persis seperti yang ia katakan.
"Jika kau sangat menyukai bunga, bagaimana bila kuberikan 2 buah?" Ia terus
tersenyum manis.
"Bagus!"
Gadis berlesung pipi itu berjalan menghampiri dan, sambil tersenyum manis,
memasukkan tangannya ke dalam keranjang-bunganya. Yang ia keluarkan dari dalam
keranjang itu bukanlah bunga, tapi gunting yang tiba-tiba ia tusukkan ke arah Lu
Xiao Feng. Gerakan gadis yang manis dan lembut ini luar biasa cepatnya, kejam,
dan keji. Bahkan Lu Xiao Feng pun tercengang. Untunglah ini bukan pertama kalinya seorang
wanita berusaha menusuknya dengan gunting dan ia tampaknya memang telah
menduganya. Sambil memutar tubuhnya dengan cepat, ia mundur sejauh 5 m atau
lebih ke belakang.
"Orang ini tampaknya hanya seorang sampah masyarakat, jangan biarkan dia kabur!"
Gadis berhidung bintik berseru. Sebuah gunting juga muncul di tangannya dan ia
pun terjun ke arena pertarungan. Gerakan-gerakannya juga tidak lebih lambat
sedikit pun. "Gunting digunakan untuk memotong bunga, sejak kapan digunakan untuk memotong
orang?" Lu Xiao Feng bergurau. Ia menghindari beberapa serangan pertama, tapi
serangan kedua gadis itu makin lama semakin keji. Ia berusaha keras untuk
merenggut gunting itu dari tangan mereka, memiliki sebuah lubang besar di
tubuhmu tentunya bukan sebuah gagasan yang lucu.
Pada saat itulah seseorang tiba-tiba muncul di lereng bukit.
"Jika kalian ingin memotongnya, cukup potong saja 2 kumis kecilnya itu, tapi
kalian jangan memotong orangnya sampai mati!" Sambil tersenyum, ia memberi
perintah. Pakaiannya berwarna putih seperti salju, terbuat dari bahan yang ringan dan
lembut. Ia berdiri dengan anggun dan ringan di atas puncak bukit, seolah-olah kapan saja
ia bisa terbang terbawa oleh angin. Ia sedang memandang Lu Xiao Feng dengan
sepasang mata yang dipenuhi oleh kehangatan dan kelembutan yang tak dapat
diuraikan dengan kata-kata.
Kedua gadis itu tiba-tiba berhenti dan berjumpalitan ke belakang, dan mendarat
di hadapannya. "Nona kenal orang ini?"
"Mmhmm!"
"Siapa orang ini?"
"Kalian tak melihat kalau dia punya 4 alis mata?"
"Lu Xiao Feng" Orang ini adalah Lu Xiao Feng?" Kedua gadis itu mulai cekikikan
tak terkendali ketika mengetahui hal tersebut. "Tak heran tampangnya seperti
seorang penjahat waktu ia tersenyum!"
"Nona adalah seorang harimau betina, tapi siapa yang mengira kalau pelayan-
pelayannya juga begitu keji." Lu Xiao Feng menarik nafas dan tersenyum sabar.
"Jika aku lebih lamban sedikit, mungkin sudah ada 17 atau 18 buah lubang di
tubuhku." "Salah siapa kau lama sekali tidak datang ke sini untuk menemuiku?" Si nona
menggigit bibirnya. "Aku pun sebenarnya tergoda untuk menusukkan 18 buah lubang
ke tubuhmu. Tapi...."
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi wajahnya telah memerah, merah seperti
matahari terbenam di pegunungan sana. Ternyata ia sangat pemalu.
Lu Xiao Feng memandangnya, seperti terpesona.
Wajah si nona semakin memerah.
Koleksi Kang Zusi
16 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Kenapa kau memandangku, tak mungkin sebatang bunga tumbuh di wajahku." Ia
berkata dengan ringan.
"Gadis kecil yang begini sopan dan pemalu, siapa yang menduga kalau ia adalah
'Ruskha Dingin', Xue Bing. Di dunia persilatan, siapa pun yang melihatnya tentu
akan sakit kepalanya." Lu Xiao Feng menarik nafas lagi dan bergumam pada dirinya
sendiri. "Dunia yang aneh, bukan?"
"Apakah kepalamu juga sakit bila melihatku?" Xue Bing bertanya.
"Tidak, kepalaku tidak." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Tapi jantungku berdebar 3
kali lebih cepat daripada biasanya!"
"Orang ini mungkin memiliki sepasang mata penjahat, tapi mulutnya lebih manis
daripada madu!" Gadis berlesung pipi tertawa dan berbisik.
"Jika mulutnya tidak manis, bagaimana dia bisa membuat Nona memikirkannya setiap
detik setiap harinya?" Gadis yang satunya lagi balas berbisik.
"Kalian tidak tahu kapan waktunya diam" Siapa bilang aku selalu memikirkan
bangsat tak berperasaan ini?" Xue Bing melirik dengan marah pada kedua gadis itu
dan berkata, wajahnya pun memerah. Ia mencibirkan mulut tapi tersenyum, marah
tetapi malu, tapi akibatnya matahari terbenam yang terang dan indah itu seperti
kehilangan seluruh warnanya.
"Aku seharusnya datang dari dulu, kenapa aku menunggu sampai hari ini?" Lu Xiao
Feng kembali bergumam pada dirinya sendiri, dan menarik nafas.
"Aku tahu kenapa." Xue Bing menjawab dengan anggun.
"Kau tahu?"
"Kau melihatku dan melupakan yang lain, tapi waktu kau melihat yang lain, kau
pun lupa sama sekali padaku." Xue Bing menggigit bibirnya lagi. "Kau adalah
seorang laki-laki yang tidak memiliki perasaan sedikit pun."
"Jika aku tahu aku akan mendapat caci-maki, mungkin seharusnya aku tidak
datang!" Lu Xiao Feng tersenyum dengan lembut dan sabar.
"Kau kira aku tidak bisa melihat fikiranmu" Jika kau tidak memiliki keperluan
yang mendesak, maukah kau datang?" Xue Bing berkata dengan dingin.
"Aku memang memiliki sebuah keperluan yang mendesak," Lu Xiao Feng mengakui.
"Tapi bukan untukmu!"
"Katakanlah! Kau ke sini untuk bertemu siapa?" Xue Bing memasang muka serius.
"Untuk menemui Nyonya!"
"Apa tujuanmu?" Xue Bing merasa aneh. "Mengapa kau ingin bertemu ibuku?"
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padanya!"
"Aku tak akan mengijinkanmu mengganggu ibuku. Jika kau punya pertanyaan, tanya
saja padaku, itu sama saja."
"Tapi tak mungkin kau bisa membantu dalam hal ini."
"Apa itu?"
"Sulam-menyulam."
"Sulam-menyulam" Kau ingin belajar menyulam" Sejak kapan kau menjadi penjahit?"
Xue Bing semakin heran.
"Hanya penjahit yang boleh belajar menyulam?"
"Bahkan jika kau membunuhku, aku masih tidak percaya bahwa kau benar-benar ingin
belajar menjahit!"
Sekali lagi Lu Xiao Feng harus bersabar.
"Tapi benar-benar ada sesuatu yang ingin kutanyakan pada ibumu, bisakah kau bawa
aku menemuinya?"
"Aku masih keturunan 'Dewi Jarum' Nyonya Xue, ingat" Mengapa kau tidak bertanya
padaku?" "Karena aku tahu kau tak pernah mau menyentuh jarum jahit sama sekali." Lu Xiao
Feng menarik nafas. "Dulu kau pernah bercerita padaku, sekali saja kau memegang
jarum jahit, kau tentu akan tertidur!"
Koleksi Kang Zusi
17 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Kau masih ingat itu?"
"Aku mengingat setiap kata yang pernah katakan padaku. Maka lebih baik kau
segera membawaku ke tempat ibumu!"
"Aku tidak mau. Kau mau apa?" Xue Bing tersenyum misterius.
Nyonya Xue tahun ini telah berusia 77 tahun, tapi tak seorang pun bisa yakin
kalau ia berumur 77 tahun. Dalam ruangan yang tidak begitu terang, banyak orang
yang tentu akan mengira kalau usianya tidak lebih dari 38 tahun. Tingkah laku
dan gayanya selalu patut dan sempurna, matanya masih berkilauan dan jernih.
Bahkan, bila ia melihat seorang laki-laki muda yang ia sukai, maka tatapan polos
seorang gadis remaja masih bisa terlihat di matanya.
Lu Xiao Feng kebetulan adalah seorang pemuda yang ia sukai. Lu Xiao Feng pun
sangat menyukainya. Ia selalu berharap agar setiap wanita bisa secantik wanita
ini saat seusianya - tentu dunia ini akan menjadi lebih indah daripada
sebelumnya. "Seharusnya kau lebih sering datang dan menemuiku, kau tahu." Nyonya Xue
tersenyum. "Seorang wanita setua diriku bukan lagi merupakan bahaya bagi pemuda
sepertimu. Paling tidak kau seharusnya tak takut kalau aku berusaha memaksamu
menikahiku!"
"Aku ingin datang lebih sering, tapi Xue Bing tidak mengijinkan!" Lu Xiao Feng
sengaja menarik nafas secara berlebih-lebihan.
"Oh?"
"Tadi saja ia tidak mau membawaku ke sini menemuimu!"
"Kenapa?"
"Aku pun tak tahu kenapa." Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya seperti orang
tak berdosa. "Aku rasa dia tentu cemburu."
Nyonya Xue tertawa lagi. Matanya mulai bersinar-sinar dan keriput di wajahnya
pun menghilang.
"Bisakah kau lihat ini sebentar?" Lu Xiao Feng mengambil kesempatan itu untuk
menyerahkan kain satin berwarna merah itu padanya.
"Apa itu?" Nyonya Xue hanya melirik kain satin itu sekilas sebelum perasaan tak
suka muncul di wajahnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berkata lagi.
"Aku bisa menyulam lebih baik daripada ini sejak aku berusia 6 tahun!"
"Aku tidak memintamu memeriksa bunga ini," Lu Xiao Feng tersenyum. "Aku
memintamu untuk melihat kain satin dan benangnya."
"Aku telah melihat berjuta-juta benda seperti ini dalam hidupku, dan kau ingin
aku melihatnya lagi?"
"Itulah sebabnya aku memintamu untuk melihatnya, karena kau telah begitu banyak
melihat benda seperti ini. Bisakah kau menduga dari mana kain satin dan benang
ini berasal, dan toko mana yang menjualnya?"
Nyonya Xue memegang kain satin itu dan menyentuhnya sedikit dengan kuku jarinya.
"Kain satin ini berasal dari toko Tanda Kemujuran di ibukota, benangnya dibeli
di toko Lambang Keberuntungan. Kedua toko ini dimiliki oleh orang yang sama,
letaknya di wilayah Dinding Penyekat Yang Lengket." Ia segera mengambil
kesimpulan. "Dan hanya di toko mereka di ibukota sana kita bisa membeli barang-barang ini?"
"Kedua toko ini hanya ada di satu lokasi, tidak ada cabangnya!"
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah mereka juga mengirimnya ke luar daerah atau menjualnya ke toko-toko
lain?" "Bahkan jika toko-toko lain memiliki barang-barang ini, mereka tentu
mendapatkannya dengan datang langsung ke toko itu dan membelinya!" Nyonya Xue
menerangkan lebih jauh. "Kedua toko ini membuat barang-barang bermutu tinggi
yang mereka jual sendiri. Mereka tidak membuat banyak, juga tidak
mengiklankannya. Pemiliknya, Yan Ah Fu adalah orang sangat sederhana yang tidak
Koleksi Kang Zusi
18 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
berusaha menjadi kaya dalam bisnis ini!"
"Di mana letak tokonya di ibukota?"
"Di sebuah jalan kecil yang sangat terpencil di belakang Istana Musim Dingin.
Selama bertahun-tahun ia tak pernah memasang iklan sedikit pun. Selain orang
yang benar-benar ahli, sangat sedikit orang yang mengetahuinya!" Nyonya Xue
tiba-tiba tersenyum. "Sejujurnya, apakah kau jatuh cinta pada gadis ini tapi tak
bisa menemukannya karena ia bersembunyi darimu" Karena itu kau berusaha
mencarinya dengan menggunakan kain ini?"
{Catatan: Istana Musim Dingin adalah istana di mana isteri-isteri dan selir-
selir Kaisar sebelumnya berdiam sampai saat kematian mereka.}
Lu Xiao Feng terkejut, setelah beberapa lama baru ia tersadar.
"Wanita" Apakah seorang wanita yang menyulam ini?" Ia akhirnya berujar.
"Tentu saja seorang wanita yang menyulam ini."
"Apakah... apakah kau yakin?"
"Apakah kau bisa keliru saat mengenali seorang wanita" Apakah kau bisa keliru
mengenali seorang gadis muda dan menyangkanya seorang wanita tua?" Nyonya Xue
membuat kaku wajahnya, tampaknya ia agak jengkel mendengar pertanyaan itu.
"Tidak."
"Aku paling tidak 10 kali lebih ahli dalam hal ini dibandingkan kamu terhadap
wanita. Jika aku keliru, maka aku merelakan anakku itu untukmu."
"Bahkan jika kau benar-benar merelakan dia untukku, aku tak berani mengambil
hadiahku." Lu Xiao Feng bergurau.
"Mengapa tidak" Menurutmu dia buruk rupa?" Mata Nyonya Xue terbelalak marah.
"Oh tidak, sama sekali tidak buruk." Lu Xiao Feng tersenyum. "Hanya sedikit
galak. Terakhir kali bertemu, ia hampir menggigit putus telingaku."
Xue Bing sejak tadi berdiri dengan patuh di sana, tanpa membuat suara sedikit
pun. Tapi sekarang wajahnya memerah dan kepalanya makin menunduk.
"Kau bilang ia galak, tapi bila aku memandangnya, dia bukan hanya tidak galak,
tapi manis dan penurut seperti seorang malaikat!" Nyonya Xue pun tersenyum. Ia
menggenggam tangan Xue Bing. "Anakku, satu-satunya masalahmu adalah kau terlalu
pemalu. Kenapa wajahmu gampang memerah" Wanita menggigit pria adalah sesuatu
yang wajar dan biasa!"
Sekarang, bahkan bagian bawah telinga Xue Bing pun telah memerah karena malunya.
"Memangnya aku mau menggigit dia" Dia itu bau!" Ia menjawab.
"Jika kau tidak menggigitnya, lalu bagaimana kau tahu kalau ia bau?" Nyonya Xue
tertawa keras. "Mmmm!" Xue Bing mencibirkan mulutnya sebelum berlari masuk ke dalam karena
malu. Tapi walaupun demikian, ia tak lupa untuk melirik Lu Xiao Feng dan
berbisik. "Hati-hati!"
Lu Xiao Feng memperhatikan kepergiannya, ia seperti terpesona.
"Kau ingin mengejarnya, kan?" Nyonya Xue tersenyum begitu lebarnya sehingga
matanya nyaris hanya berupa sebuah garis tipis. "Silakan! Apa yang
menghalangimu?"
Lu Xiao Feng bimbang, matanya tidak lepas dari kain satin merah di tangan si
nyonya. "Apa yang kau pandangi" Kau kira aku menginginkannya?" Ia menertawakan Lu Xiao
Feng dan melemparkan kain itu kembali padanya. "Jika ada 2 helai, tentu aku bisa
membuat sepasang sepatu untuk anak gadisku, tapi hanya ada satu...."
"Apa yang akan kau buat?" Lu Xiao Feng memotongnya sebelum ucapannya selesai.
"Sepatu, memangnya apa lagi. Ini adalah kain permukaan sebuah sepatu."
Lu Xiao Feng kembali terkejut.
Koleksi Kang Zusi
19 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Apakah itu sepasang sepatu merah?" Ia bergumam.
"Tentu saja sepatu merah." Nyonya Xue tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya
dengan heran. "Bagaimana kau bisa membuat sepatu hitam dari kain merah"
Tampaknya kau begitu cerdas, sejak kapan kau berubah jadi orang tolol?"
"Baru saja," Lu Xiao Feng menarik nafas, "karena ketakutan pada sesuatu."
"Apa yang kau takuti?"
"Aku takut kalau-kalau dia menunggu di luar pintu untuk menggigitku!"
Ia benar-benar digigit ketika ia berjalan keluar dari ruangan itu. Xue Bing
benar-benar menunggunya di luar, dan gigitan itu cukup menyakitkan.
"Aku benar-benar peramal yang hebat. Aku terlalu pintar meramalkan sesuatu." Lu
Xiao Feng tertawa letih, menggosok-gosok telinganya dengan keras.
"Salahmu sendiri kenapa tadi mempermalukanku. Dan kenapa pula kau katakan bahwa
aku tidak mau membawamu ke sini?"
Ia menatap Lu Xiao Feng dengan marah dan mencela. "Jika bukan karena aku,
bagaimana kau bisa berada di sini" Kau beruntung aku tidak menggigit kupingmu
itu sampai buntung."
Lu Xiao Feng hanya bisa menutup mulutnya. Bila seorang gadis selalu mencari
keributan denganmu, laki-laki yang cerdas tentu akan menutup mulutnya rapat-
rapat. Tiba-tiba, Xue Bing merenggut kain satin merah itu dari tangannya.
"Katakan padaku, siapa yang menyulamkan ini untukmu" Kenapa kau memperlakukannya
seperti sebuah harta yang tak ternilai?"
"Karena kain itu memang sebuah harta yang tak ternilai."
"Harta tak ternilai apanya," Xue Bing mendengus. "Bagiku harganya bahkan tidak
sampai setael."
"Kali ini kau keliru. Kain ini paling tidak bernilai sama dengan 18 untaian
intan, ditambah dengan 800 ribu tael perak, dan 9000 potong daun emas!"
"Kau gila!" Xue Bing menatapnya dengan perasaan terkejut.
"Tidak."
"Jika tidak, kenapa kau membuat dusta yang tidak masuk akal begitu?"
Lu Xiao Feng menarik nafas. Ia tahu, walaupun ia tidak memberitahu gadis ini
sekarang, cepat atau lambat ia tentu akan tahu sendiri. Maka ia memutuskan lebih
baik memberitahunya sendiri sekarang.
Xue Bing mendengarkan ceritanya sambil membisu, matanya mulai bersinar-sinar.
"Selain dari benda kecil ini, tidak ada petunjuk lain?" Ia bertanya setelah Lu
Xiao Feng selesai bercerita.
"Tidak."
"Dan itulah sebabnya kau bermaksud pergi ke ibukota dan mengunjungi toko Tanda
Kemujuran untuk menyelidiki kapan mereka menjual kain ini dan pada siapa"
Apakah aku benar?"
"Aku hanya berharap akhir-akhir ini tidak banyak kain satin merah yang terjual."
"Toko dan pembuat bahan pakaian biasanya mempunyai catatan jual-beli paling
tidak untuk masa setahun ke belakang." Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya dan
berkata. "Itulah sebabnya aku harus pergi sekarang juga."
"Bagus, kita akan berangkat besok!"
"Kita?" Lu Xiao Feng tampak terkejut.
"Kita."
"Dan 'kita' ini termasuk kamu?"
"Tentu saja!"
"Jika 'kita' ini termasuk kamu, maka itu tidak termasuk aku!" Lu Xiao Feng
berkata apa adanya.
"Kau tidak ingin membawaku ke sana?" Xue Bing menatapnya dengan tajam.
Koleksi Kang Zusi
20 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tidak."
Xue Bing menatapnya beberapa lama sebelum matanya tiba-tiba berputar-putar
sedikit. "Waktu ibuku tadi mengatakan sesuatu tentang sepatu merah, kau tampak terkejut."
"Mm!"
"Apakah kau pernah melihat seseorang yang memakai sepatu merah?"
"Banyak orang yang memakai sepatu merah!"
"Tapi di antara mereka ada orang-orang yang istimewa. Seperti, contohnya, ada
orang yang seharusnya tidak memakai sepatu merah, tapi masih juga memakai
sepasang sepatu merah." Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah. Ia masih tidak
melupakan kalau Kaisar Rajawali Emas yang palsu itu, setelah mati pun, masih
mencengkeram sebuah sepatu merah di tangannya.
"Apakah kau tahu mengapa orang-orang ini mengenakan sepatu merah?" Xue Bing
bertanya dengan santai. Melihat ekspresi di wajah Lu Xiao Feng, ia tahu kalau
ucapannya telah mengena.
"Tidak."
"Apakah kau tahu siapa orang-orang yang mengenakan sepatu merah ini" Kau tahu
rahasia macam apa yang dimiliki sepatu merah ini?"
"Tidak."
"Nah, aku tahu."
Lu Xiao Feng menarik nafas dalam-dalam, jantungnya mulai berpacu lagi. "Rahasia
sepatu merah" ini benar-benar menggugah hatinya. Tapi ia tidak bertanya. Karena
ia tahu walaupun ia bertanya sekarang, Xue Bing tak akan mau menjawabnya.
"Kau ingin tahu rahasia ini?" Xue Bing bertanya dengan santai, sambil meliriknya
dari sudut matanya sekarang.
"Ya."
"Kalau begitu, kau mau membawaku ke ibukota?"
"Ya!" Lu Xiao Feng tersenyum kesal. "Sangat mau!"
______________________________
Lu Xiao Feng benar-benar tidak suka naik kereta kuda. Ia lebih suka naik kuda,
atau bahkan berjalan kaki. Tapi saat ini ia sedang duduk di dalam sebuah kereta,
karena Xue Bing menyukainya. Xue Bing merupakan seorang gadis yang bertingkah-
laku sangat baik dan pemalu, dalam artian ia tidak pernah berjalan dengan
langkah-langkah kaki yang besar, paling tidak ia suka berpura-pura seperti itu.
Untunglah kereta itu sangat stabil, karena jalan pun sangat mulus. Jalan raya
menuju ibukota memang sangat bagus. Duduk di dalam kereta, Lu Xiao Feng
mengurut-urut dagunya, karena dagunya terasa sangat sakit. Tiba-tiba ia
menyadari bahwa akhir-akhir ini ia tampaknya terlalu sering tersenyum sabar dan
lelah, begitu seringnya sehingga dagunya pun menjadi sakit. Xue Bing duduk di
seberangnya, menghadapnya, memandangnya; matanya kembali dipenuhi oleh
kelembutan dan kegembiraan yang tak mampu diuraikan oleh orang lain.
"Bisakah kau beritahu rahasia itu sekarang padaku?" Lu Xiao Feng tak bisa
menahan dirinya lagi.
"Rahasia" Rahasia apa?" Xue Bing secara menakjubkan bersikap seolah-olah ia sama
sekali telah lupa tentang persoalan itu!
"Rahasia sepatu merah itu tentu saja, memangnya apa lagi?"
"Oh, rahasia itu. Sekarang belum waktunya mengungkapkan rahasia itu!"
"Kapan waktunya tiba untuk mengungkapkannya?"
"Bila aku sedang bahagia, dan sekarang aku tidak begitu bahagia."
"Mengapa kau tidak bahagia?"
"Tidak seorang pun yang akan merasa bahagia bila ada seorang tolol besar duduk
di seberangnya."
Koleksi Kang Zusi
21 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Siapa orang tolol itu?"
"Kau."
Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa ia sedang tertawa sabar lagi.
"Jadi siapakah aku ini" Seorang bangsat tak berperasaan" Atau seorang tolol
besar?" "Keduanya." Xue Bing tertawa kecil dengan santai. "Karena jika kau bukan seorang
bangsat tak berperasaan, maka tak mungkin kau akan memperlakukan aku dengan
demikian buruk. Dan jika kau bukan seorang tolol besar, kau tak akan membuang-
buang waktu dengan pergi ke ibukota!"
"Kenapa aku menjadi tolol kalau pergi ke ibukota?" Lu Xiao Feng merasa bingung.
"Coba katakan, apa rencanamu setelah tiba di sana?"
"Kau tahu persis apa yang hendak kulakukan!"
"Menanyakan pada pedagang di toko Tanda Kemujuran tentang siapa yang membeli
kain satin ini, benar kan?"
"Benar!"
"Kau tahu berapa potong kain seperti ini yang mereka jual setiap harinya"
Bahkan, seandainya mereka mengingat semua detil penjualannya, apakah kau
bermaksud menyelidiki semua pembelinya?"
"Tapi tidak mungkin ada orang sebanyak itu yang hanya membeli kain satin merah
dan benang hitam."
"Dan di samping itu, orang ini melakukan semua perampokan seorang diri. Jadi
mungkin ia sendiri juga yang membeli semua barang ini." Xue Bing menambahkan.
"Ya, urusan ini sangat rahasia, maka sebaiknya tidak melibatkan orang kedua
dalam hal ini!"
"Tapi mengapa menurutmu ia hanya membeli benang hitam dan kain satin merah?"
Xue Bing tiba-tiba mendengus.
"Karena ia hanya menggunakan 2 macam barang ini."
"Dan itulah sebabnya ia hanya membeli 2 macam barang ini dan barang lainnya
tidak" Apakah ada aturan yang melarangnya membeli barang lain?"
"Tapi ia hanya menggunakan 2 macam barang ini!"
"Dan karena ia tidak menggunakannya, ia tidak mungkin membelinya" Apakah ia
harus membeli benang hitam dan kain satin merah dalam jumlah yang amat besar
untuk menarik perhatian orang lain dan membuat urusan jadi mudah bagimu?" Xue
Bing mendengus dengan dingin. "Apakah kau benar-benar mengira ia seorang tolol besar sepertimu?"
Bahkan Lu Xiao Feng pun tak mampu menjawab pertanyaan itu.
"Karena urusan ini begitu rahasia dan beresiko, lalu mengapa ia harus
meninggalkan petunjuk yang begitu besar dan mudah diikuti untukmu" Bahkan jika
ia meninggalkan sedikit petunjuk di sana, saat kau tiba di toko Tanda Kemujuran
kau mungkin akan menemukannya telah habis terbakar."
Setelah terdiam beberapa lama, Lu Xiao Feng akhirnya tersadar dan menarik nafas.
"Tampaknya aku benar-benar tolol."
"Dan seorang bangsat yang tak berperasaan!"
"Dan karena itu tak ada gunanya pergi ke ibukota!"
"Hal itu hanya akan membuang-buang waktu saja."
"Jika kita tidak akan pergi ke ibukota, lalu mengapa kau tadi ingin mengambil
jalan ini?"
"Karena aku tahu ada sebuah tempat yang menyediakan arak enak di depan sana.
Dan aku tahu bahwa kau adalah orang yang sangat pemurah dan tentu mau
mengundangku minum secangkir atau dua cangkir." Xue Bing menjawab dengan manis.
"Ternyata aku bukan hanya orang yang tolol dan tidak berperasaan, aku pun masih
punya sifat yang baik." Lu Xiao Feng tersenyum sabar. "Paling tidak aku bukan
orang yang kikir."
Koleksi Kang Zusi
22 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Selama seorang laki-laki memiliki sifat itu, tentu selalu banyak gadis yang
menyukainya."
Menyingkap tirai ke samping, pinggiran sebuah sungai kecil bisa terlihat di
kejauhan. Di hutan pohon willow itu, sehelai bendera hijau bertuliskan "ARAK" tampak
melambai-lambai.
"Inilah warung araknya." Mata Xue Bing tampak bersinar-sinar.
"Tempat yang bersih dan indah!"
"Dan araknya juga benar-benar bagus; sangat enak!"
Melihat matanya yang bersinar-sinar, Lu Xiao Feng pun tersenyum.
"Sejak kapan kau jadi suka alkohol?"
"Baru-baru ini."
"Perasaanmu kurang enak akhir-akhir ini?"
"Akhir-akhir ini ibuku tidak mengijinkan aku minum. Semakin ia melarangku,
semakin aku ingin, dan di samping itu...." Ia melirik pada Lu Xiao Feng dan
meneruskan dengan nada pahit. "Waktu kita berpisah terakhir kalinya, aku
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyuruhmu datang dan berkunjung ke tempatku, tapi tidak pernah kau lakukan,
jadi bagaimana mungkin aku bisa merasa enak?"
Lu Xiao Feng tidak berani menjawab, karena ia tahu jika ia menjawab, telinganya
mungkin akan digigit lagi.
Ia tidak ingin menjadi orang yang hanya memiliki satu telinga. Satu telinga
benar-benar tidak cocok dengan empat alis mata.
Tempat itu ternyata benar-benar indah. Sungai kecil yang berkelok-kelok melatari
pemandangan di tempat itu, pohon willow mengelilinginya dalam warna yang hijau.
Terutama sekarang, saat senja datang, air sungai yang berwarna hijau memantulkan
sinar matahari yang kemerah-merahan ke wajah orang-orang, membuat wajah mereka
tampak merah seperti bunga persik. Di luar hutan pohon willow ada beberapa rumah
kecil. Meja-meja arak diletakkan di tepi sungai yang berpasir, dengan beberapa
semak bunga melati tumbuh di dekatnya, yang dapat membantu menenangkan fikiran
orang. Xue Bing tiba-tiba menyadari bahwa ini bukan pertama kalinya Lu Xiao Feng
datang ke sini, ia bahkan tahu ke mana harus pergi untuk buang air. Tapi
beberapa saat yang lalu ia masih berpura-pura belum pernah mendengar tentang
tempat ini. "Bajingan ini tampaknya benar-benar telah belajar untuk bersikap bodoh sekarang.
Sekarang apa yang harus kulakukan" Ini bisa menjadi masalah." Xue Bing menarik
nafas. Ia berfikiran bahwa Lu Xiao Feng persis seperti seekor ikan, hampir
mustahil untuk ditangkap. Mungkin sebaiknya ia harus memikirkan ide-ide baru dan
lebih baik untuk digunakan terhadapnya.
Pelayan datang menghampiri. Ia adalah orang desa biasa dengan alis mata yang
tegak, mata yang lurus, dan tangan yang besar.
"Pertama, berikan kami 500 gram arak Hijau Bambu dengan 4 piring makanan dingin,
4 piring lagi makanan panas yang baru dimasak. Lalu pergi ke belakang dan
sembelih seekor ayam betina yang tua untuk dijadikan sop." Sebenarnya ia tidak
makan sebanyak itu, tapi ia suka melihatnya - memang ada beberapa orang yang
suka melihat makanan berada di hadapan mereka bila mereka sedang minum, Nona Xue
adalah salah satu dari mereka.
"Sebanyak itu untuk dua orang" Kau ingin mengisi penuh perutmu hingga mati?" Si
pelayan memandangnya dan berkata dengan dingin. Xue Bing terkejut, ia tentu saja
belum pernah bertemu dengan pelayan seperti ini sebelumnya. Si pelayan mendengus
dan meneruskan ucapannya. "Seorang wanita yang terlalu banyak makan tidak akan
pernah menikah. Jika kau ingin menikahi si kumis kecil yang di sana itu,
sebaiknya kau jangan makan banyak-banyak. Kalau tidak ia tak akan sanggup
memberimu makan."
"Siapa kau?" Xue Bing makin terkejut. "Kau mengenal si kumis kecil itu?"
Koleksi Kang Zusi
23 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Mata si pelayan berputar-putar sebentar sebelum ia tiba-tiba mendekat dan
membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. Mata Xue Bing makin lama semakin
membesar ketika ia mendengarkan bisikannya, sampai akhirnya ia tak bisa
mengendalikan dirinya sendiri dan tertawa kecil. Sambil memegang tangan si
pelayan, ia balas membisikkan sesuatu. Mereka berdua tampak akrab. Di tempat itu
masih ada beberapa tamu lain, dan sekarang mereka semua sedang memandangnya
sedemikian rupa sehingga mata mereka hampir melompat keluar dari tempatnya.
Seorang wanita yang pemalu, sopan, anggun, dan lemah lembut seperti dirinya mau
bersikap begitu akrab dengan pelayan yang bertampang petani itu" Xue Bing
tampaknya tidak memperdulikan betapa anehnya pandangan orang lain terhadapnya,
si pelayan pun tampaknya tidak perduli. Akhirnya, setelah membuang hajat, Lu
Xiao Feng kembali, ia tampak sangat tidak senang.
"Kita akan minum, kenapa kau tidak senang?" Mata Xue Bing berkedip-kedip. Lu
Xiao Feng menjawab dengan sebuah dengusan dingin dan muka yang kaku.
"Kapan kau belajar bersikap begitu ramah pada laki-laki di depan umum?" Ia
bertanya. "Laki-laki?" Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya. "Laki-laki mana?"
"Pelayan tadi itu laki-laki, bukan?" Lu Xiao Feng tetap memasang muka kaku.
Tidak ada laki-laki yang senang bila melihat gadis yang datang bersamanya
bersikap akrab dengan laki-laki lain.
"Kau benar-benar tolol, ya?" Xue Bing tertawa dan berbisik padanya. "Tadi aku
bersikap sedikit ramah padanya, dan bila nanti ia memberi kita tagihan, tentu
tagihan itu akan sedikit lebih murah. Kau faham logika ini, bukan?"
Tapi Lu Xiao Feng tidak faham, Xue Bing bukan tipe gadis seperti itu.
Sekarang pelayan itu datang kembali dengan membawa cangkir dan sumpit.
"Buk!" Ia meletakkan cangkir-cangkir itu dengan kasar di atas meja dan melirik
dengan kesal pada Lu Xiao Feng.
"Bunga yang begini cantik, kenapa dibuang di atas tumpukan kotoran?" Ia bergumam
pada dirinya sendiri. Kali ini Lu Xiao Feng pun jadi terdiam. Ada apa dengan
pelayan ini" Xue Bing menutupi mulutnya sedemikian rupa agar tidak keluar suara
tawanya yang keras.
Lu Xiao Feng mengamati kepergian pelayan itu dan tiba-tiba ia pun tertawa. Ia
hendak mengatakan sesuatu waktu tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki berjalan
menghampiri dalam keadaan mabuk, tubuhnya sempoyongan hampir roboh. Ia memegang
secangkir arak di tangan yang satu dan menepuk bahu Lu Xiao Feng dengan
tangannya yang lain.
"Aku mengenalimu, kita pernah bertemu sebelumnya." Ia berkata, dengan sebuah
senyuman dungu di wajahnya.
Lu Xiao Feng hanya bisa tersenyum. Ia memang pernah bertemu dengan orang ini, di
jamuan pesta seseorang beberapa waktu yang lalu. Ia masih ingat bahwa namanya
Sun Zhong, ia juga cukup terkenal di dunia persilatan. Waktu itu, seperti saat
ini, ia dalam keadaan sangat mabuk sehingga lidahnya pun membengkak.
Lu Xiao Feng memiliki dua buah prinsip. Ia tidak akan mengganggu orang-orang
yang tidak mabuk di saat ia sendiri sedang mabuk, dan bila ia tidak mabuk maka
ia pun tidak akan mengganggu orang yang sedang mabuk.
Tapi Sun Zhong ingin mengganggunya, sampai-sampai orang ini pun sekarang duduk
di hadapannya. "Aku masih ingat kumismu ini, tapi aku tidak ingat namamu."
Mungkin memang sebaiknya ia tidak ingat. Tapi Lu Xiao Feng tentu saja tidak
berkata demikian padanya.
Sun Zhong tiba-tiba memalingkan kepalanya dan memandang Xue Bing.
"Gadis kecil yang bersamamu ini benar-benar cantik, persis seperti bunga
narsiskus. Jika kau memerasnya, maka akan keluar airnya." Ternyata ia datang untuk Xue
Koleksi Kang Zusi
24 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Bing. Waktu ia melihat betapa akrabnya Xue Bing dengan pelayan tadi, ia pun
merasa tergoda. Wajah Xue Bing memerah dan ia menundukkan kepalanya, bahkan
seakan-akan terlalu malu untuk membuka kelopak matanya.
"Sobat, tampaknya kau sedang mabuk, mengapa tidak beristirahat?" Lu Xiao Feng
menarik nafas. Ia benar-benar tidak ingin ada masalah, bagi dirinya sendiri atau
pun Sun Zhong. Tidak ada orang yang pernah mengganggu "Ruskha Dingin" bisa
tenang hidupnya. Tapi tampaknya Sun Zhong tidak mendengarkan dan terus menatap
Xue Bing. Tiba-tiba ia kembali menepuk bahu Lu Xiao Feng dengan keras.
"Sobat, jika kau memberikan gadis ini padaku untuk hari ini saja, maka kau
selalu bisa datang padaku jika kau mendapat masalah di dunia persilatan."
Lu Xiao Feng, anehnya, tetap mampu menjaga ketenangannya.
"Aku tidak ingin mendapat masalah," Ia menjawab apa adanya. "Tapi tampaknya kau
sendiri yang akan mendapatkannya, nasehatku padamu adalah...."
"Aku sudah memberimu muka dengan mengajukan permintaan tadi!" Sun Zhong tidak
membiarkan dirinya menyelesaikan ucapannya sebelum berteriak di mukanya.
"Kau mau mengalah?"
"Mengapa kau tidak bertanya sendiri padanya?" Lu Xiao Feng menyerah dan menarik
nafas. "Aku tidak perlu bertanya, aku tahu ia menyukaiku." Sun Zhong tertawa dengan
keras. "Memangnya apa yang kau miliki yang tidak aku punya?"
Wajah Xue Bing semakin memerah, wajahnya semakin menunduk, ia tampak semakin
cantik dan polos.
"Nona kecil, bagaimana bila kau dan aku minum-minum di sana?" Sun Zhong menelan
air liurnya. Dengan wajah memerah, Xue Bing hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Kamu harus ikut, baik kau mau atau tidak!" Sun Zhong mengulurkan tangannya dan
memegang tangan Xue Bing.
"Bisakah kau lepaskan tanganku?" Xue Bing semakin menundukkan kepalanya dan
bertanya dengan perlahan.
"Tidak!" Sun Zhong tertawa dan menjawab.
"Kau benar-benar tidak mau?" Xue Bing bertanya, wajahnya tiba-tiba menjadi
pucat. "Bahkan jika kau memotong tanganku, aku tak akan melepaskanmu!"
"Bagus!" Tiba-tiba gadis itu merenggut golok yang terpasang di pinggang Sun
Zhong. Ketika ia melihat wajah gadis itu menjadi pucat, Lu Xiao Feng tahu kalau
ada sesuatu yang akan terjadi. Ia baru saja hendak mengatakan sesuatu, tapi saat
itu golok tersebut telah terhunus. Dengan sebatang golok terbang berkilauan di
depan matanya, Sun Zhong tampaknya tersadar sedikit dan ia berusaha merampas
kembali golok itu. Tapi, dalam sekejap tangannya telah terpotong dan jatuh ke
atas tanah sambil memercikkan darah.
Bola matanya tiba-tiba terbeliak dan matanya melotot ketika ia menatap tangannya
yang buntung dan kembali memandang pada Xue Bing, tampaknya ia tidak bisa
mempercayai apa yang baru saja terjadi. Dan pada saat ia akhirnya mulai
mempercayainya, tubuhnya pun roboh ke tanah, diiringi oleh suara jeritan yang
menyayat hati. Orang mabuk memang selalu bereaksi lebih lambat. Baru sekarang
teman-temannya, yang tadinya menonton dari samping dengan gembira, maju dengan
marah. "Mengapa kau memotong tangannya?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya, sengaja
tidak memperdulikan orang-orang yang menerjang mereka itu.
"Ia yang menyuruhku!" Xue Bing menjawab dengan muka yang marah.
"Tapi ia sedang mabuk!"
"Tapi ia tetap seorang manusia."
Lu Xiao Feng tiba-tiba merenggut golok itu dari tangan gadis tersebut dan,
dengan perlahan menjepitnya di antara kedua jarinya, lalu menggerakkan tangannya
dengan Koleksi Kang Zusi
25 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
perlahan. "Tak!" Golok baja itu patah menjadi dua bagian. Ia mengulangi perbuatannya itu
lagi. Dengan hanya menggunakan kedua jarinya dan beberapa kali jepitan, sebatang golok
yang terbuat dari baja yang telah dilebur dan ditempa lebih dari 100 kali telah
terpotong-potong menjadi 10 bagian kecil.
"Aneh, bagaimana mungkin sampah seperti ini bisa memotong tangan seseorang?"
Ia mengerutkan keningnya. Orang-orang yang hendak menyerang itu berhenti dengan
serentak, terkejut tak terkira dan hampir tidak mempercayai pertunjukan yang
baru mereka lihat itu.
"Sobat, siapa namamu?" Salah seorang dari mereka akhirnya bertanya.
"Margaku Lu!"
"Lu seperti pada kata 'jalan'?"
"Lu seperti pada nama Lu Xiao Feng!"
"Kau... kau adalah Lu Xiao Feng?" Wajah-wajah yang takjub tadi digantikan oleh
wajah-wajah yang berubah warna menjadi hijau. Lu Xiao Feng mengangguk.
Tidak seorang pun yang bicara lagi ketika mereka mengangkat teman mereka yang
tergeletak di atas tanah itu, membalikkan tubuh, dan mulai berbaris keluar.
"Tidak mengenali Lu Xiao Feng, kedua tanganmu memang pantas dibuntungi!"
"Tampaknya nama Lu Xiao Feng pun sanggup membuat mundur orang-orang jahat, siapa
yang mengira?" Xue Bing tertawa manis.
"Aku tahu kau memang suka membuat keributan," Lu Xiao Feng kesal dan menarik
nafas. "Seharusnya aku tidak membawamu!"
"Apakah kejadian tadi itu kesalahannya atau kesalahanku?"
"Tapi kau seharusnya tidak memotong tangannya."
"Ia yang menyuruhku!"
"Ia sedang mabuk!"
"Dan karena mabuk, ia berhak mengganggu orang lain?"
"Orang mabuk tetaplah manusia," Pelayan tadi kebetulan datang lagi bersama
makanan dan arak dan berkomentar. "Orang-orang seperti itu patut dipotong paling
sedikit 180 kali."
"Benar, ucapanmu cukup beralasan!" Xue Bing menjawab dengan manis.
"Hmph!" Pelayan itu, sekali lagi, meletakkan dengan kasar nampan berisi makanan
dan arak itu di atas meja dan pergi, ia bahkan tidak melirik Lu Xiao Feng sama
sekali. "Dan orang sepertimu patut dipotong paling sedikit 360 kali." Lu Xiao Feng
berkata dengan dingin. Wajahnya berubah menjadi gelap dan ia tiba-tiba
menyerang. Ia memungut sebuah potongan golok dengan kedua jarinya dan
menyambitkannya dengan suara mendesing ke arah punggung si pelayan. Pelayan itu
tidak berpaling, tapi tiba-tiba ia melesat ke depan, seolah-olah ia mendadak
punya sepasang sayap.
Bagaimana mungkin seorang pelayan warung arak memiliki kungfu yang demikian
hebat" "Aku tahu kau bukan orang baik-baik, ternyata kau seorang penjahat yang bisa
terbang!" Lu Xiao Feng mendengus. Ia mengibaskan tangannya dan sebilah potongan
golok kembali melesat seperti kilat ke arah pinggang si pelayan. Pelayan itu
sedang berada di udara tanpa ada sesuatu di sekitarnya yang bisa digunakan untuk
menghindar atau membelokkan arah serangan itu. Serangan Lu Xiao Feng benar-benar
sangat cepat, tampaknya ia tidak mungkin bisa lolos lagi.
"Kau benar-benar akan membunuhnya?" Xue Bing bertanya.
"Jangan khawatir, ia tak akan mati." Lu Xiao Feng menjawab dengan dingin.
Sebelum ia menyelesaikan jawaban itu, si pelayan telah bersalto tiga kali di
udara, menangkap potongan golok itu, dan mendarat dengan perlahan di atas tanah.
Xue Bing menatapnya, lalu menatap Lu Xiao Feng, dan tersenyum cerah.
Koleksi Kang Zusi
26 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Jadi kau telah tahu siapa dia!"
"Aku hanya tahu kalau ia adalah penjahat!" Lu Xiao Feng memasang wajah serius.
"Jika aku penjahat, lalu kau apa?" Si pelayan tiba-tiba tertawa.
"Bapaknya penjahat!"
Pelayan itu tidak pergi dan mengambilkan makanan lagi, tapi malah duduk.
"Sayangnya kau tidak melakukan pelanggaran hukum, yang bisa kau lakukan hanyalah
menggali beberapa ekor cacing tanah!"
"Menggali cacing?" Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya.
"Oh, kau tidak tahu?" Si pelayan tertawa. "Ia tidak terlalu ahli dalam melakukan
hal-hal lain, tapi sangat ahli dalam mencari cacing. Dalam 10 hari ia telah
menggali 680 ekor cacing untukku!"
"Untuk apa kau membutuhkan semua cacing itu?" Xue Bing ingin tahu.
"Aku tidak butuh satu ekor pun, aku hanya suka menonton dia menggali cacing."
Xue Bing tertawa.
"Pernahkah kau melihat dia menggali cacing?"
"Belum!"
"Oh, seandainya aku tahu sebelumnya, aku tentu akan mengundangmu nonton juga."
Si pelayan menarik nafas. "Waktu ia menggali cacing, lagak dan gayanya sangat
sempurna. Anggun dan indah, kau tahu, bahkan penyanyi teater terbaik pun akan
dibuat malu. Sayang sekali kau tidak melihatnya."
"Tak apa-apa, masih ada waktu lain." Setelah berhenti tertawa beberapa lama,
barulah akhirnya Xue Bing bisa menjawab.
"Memangnya ada waktu lain?" Si pelayan ingin tahu.
"Tentu saja!" Xue Bing menjawab dengan muka kaku. "Mencari cacing tanah itu
seperti minum arak: bisa kecanduan! Sekali seseorang menggali cacing, kau tak
bisa mencegahnya menggali lagi bahkan jika kau ingin!"
"Bila lain kali aku menggali beberapa ekor cacing, aku tentu akan
menyumpalkannya semua ke mulut kalian!" Lu Xiao Feng memotong dengan dingin.
Pelayan yang aneh itu, tentu saja, tak lain tak bukan adalah SiKong ZhaiXing.
Tamu-tamu lain telah lama pergi karena ketakutan. Maka mereka bertiga bisa
berbincang-bincang dengan tenang di warung kecil itu. Satu-satunya yang
menderita adalah pemilik warung arak yang kecil ini.
"Hidupmu sudah enak sebagai seorang pencuri, mengapa kau beralih ke bisnis
menjual arak?" Xue Bing bertanya sambil menuangkan secangkir arak untuk SiKong
ZhaiXing. "Karena ia juga kecanduan!" Malah Lu Xiao Feng yang menjawab. Ia masih tidak
lupa kalau dulu SiKong ZhaiXing pernah menyamar sebagai Zhao si Muka Bopeng.
Hal itu bukanlah sesuatu yang mudah dilupakan orang.
Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saat itu aku memperdayaimu, tapi rasanya tidak sebaik hari ini." SiKong
ZhaiXing tertawa.
"Tampaknya kali ini kau tidak benar-benar berusaha memperdayaiku." Lu Xiao Feng
menatap langsung ke mata SiKong ZhaiXing. Tidak ada pelayan di dunia ini yang
memiliki masalah tingkah laku yang demikian besar. Jika ia bukan berusaha
menarik perhatian Lu Xiao Feng dengan sengaja, lalu mengapa ia bertingkah
seperti tadi"
"Waktu kau dulu menyerbu masuk ke dalam api yang menyala-nyala untuk menolong
Zhao si Muka Bopeng, aku tiba-tiba menyadari bahwa kau adalah seorang sahabat
yang baik!" SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas.
"Tapi kau masih menyuruhku menggali cacing untukmu."
"Kenapa kau" Khawatir kalau orang lain tidak tahu tentang hal itu?" SiKong
ZhaiXing tertawa lagi. "Ke mana pun kau pergi, pada setiap orang yang kau temui,
kau tentu menyebut-nyebut hal itu!"
"Jadi kau telah bertemu Hua Man Lou dan Jin Jiu Ling?" Mata Lu Xiao Feng
bersinar-sinar.
Koleksi Kang Zusi
27 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Mm!"
"Dan mereka memberitahumu bahwa aku akan mencari Xue Bing?"
SiKong ZhaiXing mengangguk.
"Jadi kau menduga bahwa kami tentu akan melewati tempat ini dan berhenti di sini
untuk minum?"
"Maka aku menunggu di sini!"
"Menunggu di sini hanya untuk ikut minum arak?"
"Kau tahu bukan demikian halnya, dan aku pun tidak ingin berdusta padamu!"
SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas.
"Aku hanya tahu bahwa kita bersahabat."
"Hal yang aneh adalah, kebetulan ada banyak orang yang menginginkan aku mencuri
sesuatu darimu!" SiKong ZhaiXing menarik nafas.
"Apa yang sekarang diincar?"
"Kau punya sehelai kain satin merah?"
"Kau tahu aku memilikinya, dan aku tidak ingin berdusta padamu." Lu Xiao Feng
tersenyum. "Dan ada sebuah mawar hitam yang tersulam di kain satin merah itu?"
"Apakah kain ini yang ingin kau curi?"
"Benar."
"Kau telah mengakui bahwa kita bersahabat, dan kau masih ingin merampokku?"
"Karena aku telah berjanji pada seseorang!"
"Mengapa kau membuat janji itu?"
"Aku terpaksa!"
"Mengapa?"
"Karena aku banyak berhutang budi pada orang ini!"
"Siapa orang itu?"
"Kau tahu kalau aku tidak akan memberitahukannya padamu, mengapa bertanya?"
SiKong ZhaiXing tersenyum letih.
"Rasanya kau pun berhutang budi padaku." Lu Xiao Feng tertawa. "Bukan hanya aku
telah menyelamatkanmu, aku pun menggali 680 ekor cacing untukmu."
"Itulah sebabnya aku bersikap jujur dan menceritakan hal ini padamu sekarang!"
"Tapi walaupun kau memberitahukan hal ini padaku, kau tetap akan mencuri
dariku?" "Sehelai kain satin merah seperti itu kan harganya tidak mahal."
"Dan kau tidak pernah mencuri sesuatu yang tidak bernilai!"
"Karena kau telah melihat kain itu, tentu tidak banyak lagi gunanya untukmu,
bukan?" "Kau ingin aku menyerahkannya saja padamu?"
"Itulah yang ingin kukatakan dari tadi!"
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya.
"Mengapa kita tidak membuat sebuah perjanjian?"
"Perjanjian macam apa?" SiKong ZhaiXing bertanya.
"Asal kau beritahukan padaku siapa yang memintamu untuk mencurinya dariku, aku
akan membiarkanmu mencurinya!"
"Tak ada orang yang mau menyetujui perjanjian seperti itu!"
"Jika kita tidak bisa membuat sebuah perjanjian, maka kita hanya bisa bertaruh."
Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Bagaimana cara taruhannya?"
"Kau tahu berapa banyak kamar tamu yang ada di belakang?"
"Enam."
"Aku akan menginap di sini malam ini dan menunggumu untuk datang dan mencurinya
dariku!" "Jika kau tahu aku akan datang untuk mencurinya, bagaimana mungkin aku bisa
Koleksi Kang Zusi
28 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
berhasil?" SiKong ZhaiXing mengerutkan keningnya.
"Kau adalah Raja Pencuri, ingat?" Lu Xiao Feng tertawa. "Tidak pernah gagal
mencuri sesuatu, aku yakin kau akan menemukan caranya."
"Dan bagaimana jika aku benar-benar punya rencana tentang cara mencurinya?"
Mata SiKong ZhaiXing tiba-tiba mulai bersinar-sinar.
"Benda itu sekarang ada padaku, jika kau berhasil mencurinya, maka aku bersedia
menggali 680 ekor cacing lagi untukmu!"
"Aku bisa menggunakan cara apa pun yang aku mau?"
"Tentu saja. Apa pun yang kau mau!"
"Beberapa metode tidak akan kugunakan terhadap seorang sahabat!"
"Hanya untuk malam ini, kau boleh berhenti menganggapku sebagai sahabatmu!"
"Baik! Jadi!" SiKong ZhaiXing tiba-tiba mengangkat sebuah cangkir dan
menghabiskan isinya dalam satu tegukan. "Dan jika aku kalah, aku pun akan
menggali cacing untukmu!"
"Aku tidak ingin kau menggali cacing!"
"Kau masih ingin aku berlutut di hadapanmu dan memanggilmu 'Paman!' setiap kali
kita bertemu?"
"Kali ini sapaannya diubah menjadi 'Ayah!'" Lu Xiao Feng tertawa.
"Baik! Setuju!"
"Dan siapa pun yang mengingkarinya adalah anak kura-kura!"
"Tampaknya, tak perduli siapa pun yang menang, aku akan ditraktir nih!" Xue Bing
tertawa dan berkata dengan senang.
"Tapi sekarang belum malam." SiKong ZhaiXing berkata.
"Jadi kita masih bersahabat!"
"Maka aku ingin mengundangmu minum!"
"Aku hanya berharap kau tidak memasukkan racun ke dalam minuman ini." Lu Xiao
Feng tersenyum.
"Dan aku hanya berharap kau tidak membuatku mabuk!" SiKong ZhaiXing balas
tersenyum. Bab 3: Kau Menipu Aku Berdusta
Malam. Tapi malam belum begitu larut. SiKong ZhaiXing tidak mabuk, dan telah
pergi. Lu Xiao Feng, tentu saja, tidak diracuni. SiKong ZhaiXing bukan tipe
orang yang suka memasukkan racun ke dalam arak. Di samping itu, jika ia
menggunakan racun, Lu Xiao Feng tidak akan meminumnya.
Tapi terlihat secercah senyuman di wajah Xue Bing.
"Ia tentu akan kalah kali ini!" Ia tiba-tiba menarik nafas.
"Ia tentu kalah?"
"Benda itu ada padamu, dan kau tahu kalau ia akan datang untuk mencurinya.
Bagaimana mungkin ia bisa berhasil?"
"Ia adalah Raja Pencuri, dan seorang Raja Pencuri tentu memiliki segala macam
cara yang aneh dan ganjil untuk mencuri sesuatu benda!"
"Kau benar-benar tidak yakin kalau kau dapat mengalahkannya?" Xue Bing bertanya.
Lu Xiao Feng tertawa kecil dan menuangkan secangkir arak untuk dirinya sendiri.
Tapi ia tidak meminumnya, ia hanya menatapnya, seakan-akan terpesona olehnya.
"Apa yang sedang kau fikirkan" Orang yang menginginkan dia mencuri benda itu
darimu?" Xue Bing bertanya.
Lu Xiao Feng tidak membantahnya.
"Mungkinkah orang ini adalah orang yang sama dengan orang yang menyulamnya?"
Xue Bing bertanya.
"Sangat mungkin."
Koleksi Kang Zusi
29 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Jika aku adalah kamu, aku akan memutar otakku untuk mencari cara agar bisa
memaksanya memberitahuku siapa orang itu."
"Kau bukan aku!"
"Bagus juga kalau begitu," Xue Bing tersenyum manis. "Jadi aku tidak menanggung
semua kekhawatiran dan kesulitan yang kau miliki!"
"Dan itulah sebabnya kau sangat bahagia!"
"Ya, sangat bahagia!"
"Nah, karena kau sedang bahagia, kau akan memberitahu kan?" Lu Xiao Feng tiba-
tiba tersenyum.
"Memberitahu apa?" Xue Bing tampaknya telah lupa lagi.
"Tentang sepatu merah, tentunya!"
Xue Bing mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali, dan merasa bahwa ia tak bisa
menyimpan rahasia ini lagi.
"Kau tahu Paviliun Baju Hijau?" Ia tiba-tiba bertanya.
Lu Xiao Feng mengangguk. Tentu saja ia tahu.
"Nah, Sepatu Merah itu seperti Paviliun Baju Hijau, sebuah organisasi yang
sangat rahasia. Satu-satunya perbedaannya dengan Paviliun Baju Hijau adalah
tidak ada laki-laki di dalam organisasi ini. Maka mereka lebih keji dan kuat
daripada Paviliun Baju Hijau!"
"Mengapa begitu?"
"Karena wanita memang lebih kuat daripada pria." Xue Bing tertawa dan menjawab
dengan cerdik. "Dan?"
"Dan tidak ada lagi, itu saja."
"Itu saja?" Lu Xiao Feng 'hampir melompat keluar dari kulitnya'. "Apa maksudmu
dengan 'itu saja'?"
"Itu saja, artinya itu saja yang aku tahu." Xue Bing menjawab dengan santai.
"Itu artinya, walaupun kau menodongkan sebilah pisau di leherku, aku tak bisa
bercerita lebih banyak lagi."
Lu Xiao Feng terdiam dan hanya memandangi gadis itu dengan tatapan bodoh selama
beberapa saat. "Wanita memang lebih kuat daripada laki-laki," ia menarik nafas, "mereka tidak
bermain secara jujur!"
"Sejak kapan aku tidak bermain dengan jujur?" Xue Bing menatapnya. "Apakah aku
tidak memberitahumu siapa orang-orang yang memakai sepatu merah ini" Apakah aku
juga tidak memberitahumu bahwa Sepatu Merah adalah sebuah organisasi yang sangat
rahasia" Kau tidak puas juga?"
"Ternyata bukan hanya mereka tidak bermain dengan jujur, mereka juga merasa
Rajahan Naga Hitam 1 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Hati Budha Tangan Berbisa 4