Pencarian

Bandit Penyulam 2

Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung Bagian 2


lebih pintar sendiri." Lu Xiao Feng tersenyum sabar.
"Kau tahu kalau si penyulam berjenggot besar itu adalah seorang wanita yang
menyamar, kan?" Xue Bing tampaknya agak malu karena ucapan Lu Xiao Feng itu dan
mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali. "Dan kau juga tahu kalau ia memakai
sepatu merah. Kau tahu cukup banyak sebenarnya!"
"Dan itulah sebabnya aku merasa puas." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Sangat
puas!" "Nah, karena kau merasa puas, mengapa kau tidak menuangkan secangkir arak
untukku?" Xue Bing tersenyum.
"Wajahmu sudah lebih merah daripada sepatu-sepatu merah yang mereka pakai," Lu
Xiao Feng menjawab dengan dingin. "Dan kau masih ingin minum lagi?"
"Aku ingin mabuk malam ini," Xue Bing menggigit bibirnya. "Di samping itu, di
sini ada sebuah tempat tidur. Jika aku mabuk, aku akan berbaring di tempat tidur
itu." "Jangan lupa kalau aku pun berada di kamar ini!"
"Jadi kenapa kalau kau berada di ruangan ini?" Xue Bing meliriknya dari sudut
matanya. "Memangnya aku takut padamu?"
Koleksi Kang Zusi
30 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Kau berusaha mabuk agar kau bisa mengumpulkan cukup keberanian untuk merayuku?"
Lu Xiao Feng pun meliriknya dari sudut matanya.
Wajah Xue Bing kembali memerah, tapi kali ini ia tidak menundukkan kepalanya,
tapi malah menatap langsung ke mata Lu Xiao Feng.
"Kau tidak ingin aku merayumu?"
"Sejak awal kau memang berencana untuk merayuku?"
"Memangnya siapa dirimu" Fan An" Song Yu?"
{Catatan: Fan An dan Song Yu adalah dua orang penakluk wanita dan playboy
terkenal dalam dongeng.}
Lu Xiao Feng tiba-tiba bangkit.
"Apa yang kau lakukan?" Xue Bing bertanya.
"Aku berdiri, maka tentu saja aku akan pergi!"
"Kau benar-benar ingin pergi?"
"Karena kau tidak akan merayuku, lalu untuk apa aku tinggal di sini?"
"Puh!" Xue Bing tertawa kecil. "Kau ini bodoh. Aku tidak merayumu, tapi tak
bisakah kau yang merayuku?"
"Sayangnya aku tidak biasa merayu orang, selalu orang lain yang biasanya
merayuku!"
"Tidak bisakah kau membuat sebuah pengecualian untukku?" Sekarang ucapan Xue
Bing sudah hampir berupa bisikan. Wajahnya semakin memerah, lebih merah daripada
bunga persik di musim semi, merah seperti persik madu. Lu Xiao Feng tiba-tiba
menarik nafas dan duduk kembali dengan lambat.
"Apa yang kau takutkan?" Xue Bing memandangnya dan menggoda. "Kau bahkan belum
mulai merayuku, dan kau telah basah kuyup oleh keringat!"
"Karena aku merasa sangat kepanasan!"
"Aku juga merasa kepanasan!"
"Tapi kau adalah salju dan es, bagaimana mungkin kau bisa merasa kepanasan?" Lu
Xiao Feng bergurau.
{Catatan: Di sini Lu Xiao Feng membuat lelucon berdasarkan nama Xue Bing. "Xue"
adalah homofon dari kata salju dan "Bing" berarti es.}
"Aku pun heran, mengapa aku merasa kepanasan?" Ia berkedip-kedip beberapa kali
dan tiba-tiba bertepuk tangan tersadar. "Aku tahu!"
"Apa yang kau tahu?"
"SiKong ZhaiXing mungkin tidak memasukkan racun ke dalam arak, tapi memasukkan
semacam obat bius yang membuat kita merasa seolah-olah sedang terpanggang!"
"Dan jika kita merasa kepanasan, kita tentu akan melepaskan pakaian kita."
"Benda itu ada padamu, dan jika kau melepaskan pakaianmu, hal itu akan
memberinya kesempatan yang ia butuhkan!"
"Aku ingin tahu dari mana si Raja Pencuri mendapat ide yang begini bodoh!" Lu
Xiao Feng menarik nafas.
"Caranya ini mungkin bodoh, tapi sangat efektif!"
"Sayangnya benda itu sama sekali tidak ada padaku," Lu Xiao Feng tertawa dan
berkata dengan terus terang. "Maka ia tetap tidak bisa mencurinya!"
"Kau telah menyembunyikan benda itu di tempat lain?" Xue Bing bertanya setelah
dibuat tercengang oleh ucapannya itu.
"Menyembunyikannya di sebuah tempat yang tidak akan pernah difikirkannya dalam
sejuta tahun." Lu Xiao Feng tertawa. "Bahkan jika ia memiliki 30 buah tangan,
yang bisa ia curi dariku di sini hanyalah beberapa helai pakaianku yang usang."
"Kau jahat sekali!" Xue Bing cekikikan.
"Memang selalu begitu."
Saat itu ada seseorang yang sedang berada di atas atap bangunan seberang. Tentu
saja, ia tak lain tak bukan adalah SiKong ZhaiXing. Saat ini ia sedang mencaci-
maki Koleksi Kang Zusi
31 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Lu Xiao Feng di dalam hatinya.
"Si keparat kecil ini benar-benar bajingan!" Ia lupa kalau ia sendiri adalah
seorang bajingan, seorang yang bukan bajingan tidak akan pernah bersembunyi di
atas atap dan menguping percakapan orang lain.
"Di mana bajingan kecil ini menyembunyikannya?" SiKong ZhaiXing mulai mengingat-
ingat ke mana saja Lu Xiao Feng pergi seharian tadi. Tadi mereka minum-minum di
luar, dan ketika waktunya telah tiba, mereka pindah ke dalam.
Selain dari 2 tempat ini, Lu Xiao Feng hanya pernah buang hajat sekali!
"Mungkinkah ia menyembunyikannya di tempat buang hajat?" Itu adalah kemungkinan
yang sangat bagus, Lu Xiao Feng si bangsat ini bisa melakukan apa saja.
"Atau mungkinkah ia menyembunyikannya di dalam kendi arak, tempat yang ia kira
tidak akan pernah aku fikirkan!"
Sekarang Lu Xiao Feng telah melepaskan jubah luarnya dan meletakkannya di
punggung kursi di dekat jendela. Jendela itu tidak ditutup. Benda itu jelas
tidak berada di dalam jubah tersebut, kalau tidak ia tak akan bersikap begitu
tidak memperdulikannya!
Lu Xiao Feng bukanlah orang yang tidak teliti, dan menggali 680 ekor cacing pun
tidaklah lucu. SiKong ZhaiXing memutuskan untuk pergi. Ia baru saja hendak
bangkit tapi tiba-tiba berhenti dan matanya bersinar-sinar. Jika Lu Xiao Feng
memang menyembunyikan benda itu di dalam jubah, bukankah itu adalah tempat yang
tidak ia perkirakan sama sekali" Apakah ia sengaja mengucapkan kata-kata tadi
agar didengar oleh SiKong ZhaiXing"
"Bangsat kecil ini benar-benar seekor rubah cilik!" SiKong ZhaiXing tertawa pada
dirinya sendiri. "Tapi sayangnya hari ini kau bertemu dengan seekor rubah tua!"
Senyumannya membuat tampangnya sedikit mirip dengan seekor rubah tua.
Jubah itu tergantung di atas punggung kursi sana, ia bisa melihatnya, tapi tidak
bisa menyentuhnya. Maka apa yang harus ia lakukan" Tentu saja rubah tua ini
punya cara. "Raja Pencuri" bukanlah gelar yang ia curi. Suara tawa terdengar
dari dalam ruangan itu, apa yang membuat mereka begitu gembira"
"Apakah mereka sedang menertawakan orang tolol yang berada di luar, yang sedang
makan angin dan menonton mereka minum arak?"
SiKong ZhaiXing tiba-tiba melompat turun dari atap, mendorong pintu hingga
terbuka, dan berjalan masuk. Mata Xue Bing hampir melompat keluar dari
kelopaknya ketika ia melihat SiKong ZhaiXing dengan perasaan terkejut, seakan-
akan ia tidak pernah membayangkan bahwa orang ini akan muncul secara tiba-tiba.
Lu Xiao Feng juga demikian.
Tapi SiKong ZhaiXing tidak memperdulikan mereka, duduk, dan meminum secangkir
arak. "Minum arak rasanya memang lebih enak daripada makan angin." Ia bergumam pada
dirinya sendiri.
"Siapa yang menyuruhmu makan angin?" Xue Bing tersenyum.
"Aku sendiri!"
"Apakah kau juga seorang tolol besar seperti dia?" Xue Bing mengedip-ngedipkan
matanya dan tertawa.
"Bahkan walaupun aku bukan orang tolol, paling tidak aku berkepala kosong."
"Kau mengakui kalau kau berkepala kosong?" Xue Bing berusaha menahan tawanya.
"Jika aku tidak berkepala kosong, lalu mengapa aku mau bertaruh dengannya?"
SiKong ZhaiXing menarik nafas.
"Kau fikir itu tidak ada gunanya?"
SiKong ZhaiXing mengangguk.
"Dan itulah sebabnya taruhan ini dibatalkan!"
"Taruhan ini dibatalkan?" Lu Xiao Feng hampir menjerit. "Apa maksudmu taruhan
ini Koleksi Kang Zusi
32 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
dibatalkan?"
"Taruhan ini dibatalkan, artinya taruhan ini dibatalkan!"
"Tapi kita telah membuat perjanjian!"
"Banyak perjanjian yang kemudian dibatalkan. Dan banyak ucapan yang bisa
dianggap sebagai kentut!"
"Aku tidak faham," Lu Xiao Feng tersenyum sabar setelah menatapnya sambil
tercengang heran sebentar. "Mengapa kau tiba-tiba membatalkan taruhan ini?"
"Kau kira aku tidak tahu 'kotoran apa yang sedang kau keluarkan'?" SiKong
ZhaiXing mendengus.
"Memangnya 'kotoran macam apa yang aku keluarkan'?"
"Kau akan membiarkanku mencuri benda itu dan kemudian mengikutiku untuk melihat
pada siapa aku memberikan benda itu." SiKong ZhaiXing mendengus.
"Dengan cara itu, walaupun aku menang, aku juga yang rugi akhirnya."
"Bagaimana kau bisa berfikir begitu?" Lu Xiao Feng tampak seperti seorang anak
kecil yang polos. "Aku tidak faham."
"Kau pasti faham, kau lebih faham daripada siapa pun!"
"Mengapa aku sengaja membiarkanmu menang?" Lu Xiao Feng menarik nafas. "Kau
benar-benar mengira kalau aku suka menggali cacing?"
"Karena kau benar-benar ingin mengetahui siapa orang yang menyuruhku mencuri
benda itu. Dan untuk itu, hanya ini satu-satunya cara. Untuk mendapatkan apa
yang engkau inginkan, kau bersedia melakukan apa saja!"
"Kau benar-benar menganggap aku orang seperti itu?" Lu Xiao Feng tersenyum
sabar. "Aku tidak perduli kau orang macam apa, aku tidak mau meneruskan taruhan ini
lagi. Karena aku telah memutuskan bahwa aku tidak boleh terperdaya olehmu!" Ia
menuangkan secangkir arak dan meminumnya dalam satu tegukan. Setelah itu ia
mundur dan tertawa sebanyak 3 kali. "Arak yang bagus! Rasanya jauh lebih enak
daripada angin!"
Kalimatnya itu belum selesai ketika ia berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Lu Xiao Feng memperhatikan kepergiannya, dan duduk termangu sebentar sebelum
sebuah senyuman tiba-tiba tersungging di bibirnya.
"Orang ini benar-benar seekor rubah tua!"
"Kau benar-benar bermaksud membiarkan dia menang?" Xue Bing bertanya.
"Rubah tua itu benar, memang hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa tahu
siapa yang memberikan tugas itu padanya!" Lu Xiao Feng tertawa.
"Dan semua yang kau ucapkan tadi memang untuk memberitahu padanya di mana benda
itu berada?"
"Tepat sekali!"
"Tapi aku masih tidak bisa membayangkan di mana tepatnya kau menyembunyikannya!"
Xue Bing menarik nafas.
"Benda itu ada di dalam pakaianku!"
"Di dalam jubah yang ada di kursi itu?" Xue Bing tertegun.
"Dari tadi ada di situ!"
"Tapi barusan kau bilang...."
"Aku mengatakan itu karena aku tahu bahwa cepat atau lambat ia akan tahu bahwa
aku sedang berusaha untuk mengalihkan perhatiannya!"
"Aku masih tidak faham."
"Aku sengaja meletakkan jubahku di sana, tentu saja orang biasa tidak akan
curiga kalau benda itu ada di dalamnya. Tapi ia bukan orang biasa, ia adalah si
'Raja Pencuri'!"
"Maka kau telah menduga bahwa cepat atau lambat dia akan tahu kalau benda itu
ada di dalamnya!"
"Aku memang meletakkannya di sana agar dia bisa mencurinya!"
Koleksi Kang Zusi
33 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Jadi, ternyata kau memasang tipuan di dalam sebuah tipuan lain." Xue Bing
akhirnya mengerti. "Kau memang bermaksud membiarkan dia mencurinya!"
"Ya, aku ingin dia mencurinya, tapi aku tidak boleh membuatnya terlalu mudah
karena aku tidak ingin dia curiga!"
"Tapi ia tetap saja curiga dan tidak mau terperdaya!"
"Itulah sebabnya aku mengatakan bahwa ia benar-benar seekor rubah tua," Lu Xiao
Feng menarik nafas. "Sayangnya, walaupun...."
"Apanya yang sayang?"
Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa kecil.
"Sayangnya ia tetap saja terperdaya akhirnya!"
Xue Bing tercengang sebentar sebelum akhirnya tersenyum lembut.
"Aku tidak faham lagi."
"Ia tetap mencuri benda itu!"
"Kapan ia mencurinya?"
"Barusan!"
Xue Bing tak tahan untuk tidak mengambil jubah yang ada di kursi itu dan
mengguncang-guncangnya sedikit. Sehelai kain satin merah terjatuh, di atasnya
tersulam sebuah mawar hitam.
"Bukankah barangnya masih ada di sini?"
"Tapi kain satin ini bukan yang asli lagi!"
"Kau bilang dia telah mengganti kain satin milikmu itu dengan kain ini?"
"Perhatikan dengan teliti, bukankah ada beberapa perbedaan di antara keduanya?"
Perbedaannya memang tidak jelas, tapi ada.
"Ia mungkin telah mengetahui dari Jin Jiu Ling seperti apa kain satin itu dan
sulamannya, lalu ia mencari seseorang untuk membuat sulaman seperti itu untuk
ditukarkan dengan kain milikku!"
"Ia begitu cepat, tak heran kalau ia dijuluki si 'Raja Pencuri'!" Xue Bing
menarik nafas. "Tadi aku mengamatinya sepanjang waktu dan tetap tidak melihat
bagaimana ia melakukannya."
"Ia mungkin mengira bahwa aku pun tidak melihatnya." Lu Xiao Feng tersenyum. "Ia
mungkin mengira bahwa aku masih belum tahu!"
"Kau telah memeriksa kain satin ini berulang kali. Dan sekarang, karena benda
itu tidak dicuri, kau tentu akan menyembunyikannya di suatu tempat. Bagaimana
pun juga, kau tentu tidak akan mengeluarkannya dengan segera!"
"Itulah sebabnya ia mengira bahwa aku tidak akan menyadari dengan segera bahwa
barang ini palsu!"
"Dan sekarang, karena ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan, ia tentu akan
berusaha memberikannya pada orang yang menyuruhnya!"
"Ia memang harus menyelesaikan tugasnya!"
"Lalu mengapa kau tidak membuntutinya sekarang juga?"
"Karena aku tahu bahwa tidak mungkin ia akan berangkat sekarang juga!"
"Mengapa tidak?"
"Karena ia khawatir kalau aku jadi curiga!"
Xue Bing berfikir sebentar.
"Karena tampaknya kau tidak akan segera tahu tentang pertukaran kain itu, maka
ia mungkin mengambil kesempatan ini dan bersantai sejenak!"
"Semakin ia bersikap santai, semakin tidak mungkin aku mencurigainya!"
"Dan saat kita berangkat besok pagi, ia bisa mengantarkan kepergian kita dan
kemudian dengan hati-hati ia bisa kembali dan menyelesaikan tugasnya!"
"Tampaknya, jika kau terus ikut dengan kami, kau pun akhirnya akan menjadi
seekor rubah kecil!" Lu Xiao Feng menarik nafas.
Mata Xue Bing berputar-putar sedikit dan sebuah ekspresi yang mirip sebuah
senyuman tapi bukan senyuman muncul di wajahnya.
Koleksi Kang Zusi
34 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" Ia bertanya dengan suara yang hampir
seperti bisikan.
"Hmm, tentunya aku akan menemaninya!" Lu Xiao Feng sengaja tidak mengacuhkan
ekspresi wajah gadis itu.
"Kau ingin meninggalkanku di sini untuk menemani dia!" Xue Bing seperti hendak
melompat bangkit lagi.
"Ia tidak akan mencoba merayuku, aku pun tidak akan merayunya." Lu Xiao Feng


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjawab seenaknya. "Aku jauh lebih aman bila bersamanya!"
Xue Bing menggigit bibirnya dan menatapnya dengan pahit. Tiba-tiba ia tersenyum
menggoda. "Akhirnya aku tahu siapa kau!"
"Oh" Siapakah aku ini?"
"Kau seekor anjing!"
"Kenapa aku ini seekor anjing?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Jika SiKong ZhaiXing adalah seekor rubah tua, bukankah kau menjadi seekor
anjing pemburu rubah?" Xue Bing menggoda.
______________________________
SiKong ZhaiXing sedang berbaring di atas ranjang, menggunakan tangannya sebagai
bantal. Ia sedang memusatkan perhatiannya pada cangkir arak yang ada di atas
dadanya. Lu Xiao Feng sering minum arak seperti itu. Bukan hanya itu, bila Lu
Xiao Feng minum dengan cara seperti ini, ia tak pernah menumpahkan setetes arak
pun. Jika Lu Xiao Feng bisa melakukan sesuatu, maka SiKong ZhaiXing harus
mempelajarinya. Bukan hanya mempelajarinya, tapi juga harus mampu menguasainya
lebih baik daripada Lu Xiao Feng.
Ia tiba-tiba mendengar seseorang tertawa di luar kamarnya.
"Itu adalah tipuanku dan hanya milikku sendiri. Kau tak akan pernah bisa
mempelajarinya!" Seorang laki-laki mendorong pintu hingga terbuka dan berjalan
masuk. Lu Xiao Feng, tentu saja.
SiKong ZhaiXing tidak menoleh saat mendengar komentar itu, tapi ia malah tetap
berkonsentrasi pada cangkir arak yang ada di atas dadanya.
"Apa yang kau inginkan sekarang?" Ia bertanya dengan dingin.
"Yang kuinginkan" Tak ada, aku ke sini hanya untuk menemanimu!"
"Kau meninggalkan dia sendirian hanya untuk menemaniku?"
"Apakah taruhannya sekarang telah dibatalkan?" Bukannya menjawab pertanyaan itu,
Lu Xiao Feng malah tertawa dan mengajukan pertanyaannya sendiri.
"Uh huh!"
"Jadi kita masih bersahabat?"
"Uh huh!"
"Nah, karena kita masih bersahabat, lalu mengapa aku tidak boleh datang dan
menemanimu?"
"Tentu saja boleh, tapi sekarang kufikir aku sebaiknya pergi dan menemani dia!"
SiKong ZhaiXing menghirup nafas dalam-dalam. Cangkir arak di atas dadanya segera
terbang ke bibirnya, dan arak di dalam cangkir itu pun terbang ke dalam mulutnya
juga. Sayangnya, tidak semua arak yang berhasil masuk ke dalam mulutnya,
setengahnya lagi tertumpah ke sekujur tubuhnya.
"Sudah kubilang tadi," Lu Xiao Feng tertawa senang melihat nasibnya. "Kau tak
akan menguasai gerakan itu walau kau mencoba seumur hidupmu!"
SiKong ZhaiXing melirik dengan marah pada Lu Xiao Feng sebelum ia mulai bangkit.
Tiba-tiba raut wajahnya berubah secara dramatis, seluruh wajahnya menjadi kaku
dan mulai berkernyit. Seluruh tubuhnya mengejang, seolah-olah sebilah pedang
tipis baru saja ditusukkan ke dalam perutnya.
"Ada apa?" Bahkan Lu Xiao Feng pun menjadi terkejut melihat perubahan itu.
SiKong ZhaiXIng membuka mulutnya, mencoba bicara, tapi tak ada yang keluar. Lu
Xiao Koleksi Kang Zusi
35 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Feng segera berlari ke sisinya dan membantunya duduk. Tiba-tiba ia mencium bau
yang aneh. Ia memungut cangkir arak itu dan mengendusnya. Ekspresi wajahnya berubah secara
dramatis. "Ada racun di dalam cangkir ini!" Sekarang wajah SiKong ZhaiXing telah pucat
pasi dan butir-butir keringat yang besar berkumpul di keningnya.
"Dari mana asal arak ini" Apakah ada orang yang datang ke sini sebelumnya?" Lu
Xiao Feng bertanya.
SiKong ZhaiXing berusaha menggelengkan kepalanya sedikit dan menatap kendi arak
yang ada di atas meja. Masih ada sedikit arak di dalam kendi itu.
Lu Xiao Feng mengambil kendi itu dan mengendusnya, arak di dalam kendi itu tidak
beracun. "Racunnya ada di cangkir!" Cangkir itu mungkin selalu ada di dalam kamar. Saat
SiKong ZhaiXing menguping di atas atap tadi, seseorang tentu telah datang ke
sini dan meletakkan sesuatu pada cangkir itu.
"Biasanya kau selalu berhati-hati!" Lu Xiao Feng menghentakkan kakinya dengan
frustrasi. "Mengapa kau begitu sembrono sekarang!"
SiKong ZhaiXing mengkertakkan giginya dan akhirnya tiga patah kata keluar dari
mulutnya. "Biara Masih Senja!"
"Kau kenal seseorang di sana yang bisa menyembuhkanmu" Kau ingin aku membawamu
ke sana?" "Cepat... cepat...." SiKong ZhaiXing berjuang untuk mengangguk sedikit.
"Baiklah, aku akan mencari Xue Bing, kami akan membawamu ke sana!" Lu Xiao Feng
memondong SiKong ZhaiXing dan berlari keluar, mencari Xue Bing.
Tapi Xue Bing tak berhasil ditemukan. Cangkir arak yang belum selesai ia minum
masih ada di atas meja, tapi ia telah menghilang di udara. Di atas piring yang
tadinya ada beberapa potong daging sapi, sekarang ada sepasang tangan, sepasang
potongan tangan! Lu Xiao Feng mengenalinya sebagai tangan Sun Zhong.
Mungkinkah ia telah mengumpulkan beberapa orang dan kembali untuk membalas
dendam dan membawa pergi Xue Bing" Tapi kenapa mereka yang tadi berada di
ruangan sebelah tidak mendengar apa-apa"
Xue Bing bukan orang yang gampang ditundukkan, bagaimana ia bisa dibawa pergi
dengan begitu mudah" Lu Xiao Feng tidak punya waktu untuk memikirkan semua itu.
Saat ini, segalanya harus dikesampingkan dulu, hal yang terpenting adalah
menyelamatkan SiKong ZhaiXing. Di samping itu, perubahan keadaan ini terlalu
mengejutkan, terlalu luar biasa. Tak perduli betapa pun ia berusaha, ia tak
berhasil menyimpulkan apa-apa. Untunglah kereta kuda yang mereka tumpangi tadi
masih ada di sini.
Lu Xiao Feng membangunkan kusirnya dan melompat ke atas kereta bersama SiKong
ZhaiXing yang sekarang tampaknya benar-benar tidak mampu bergerak lagi.
"Kau tidak boleh mati. Kau bukan orang baik-baik, bagaimana mungkin nyawamu
begitu pendek?" Ia bergumam padanya, dan pada dirinya sendiri.
Ajaib, SiKong ZhaiXing tidak mati dan tetap berada dalam keadaan sekarat di
sepanjang perjalanan ke Biara Masih Senja.
Biara Masih Senja terletak di dalam sebuah hutan bambu hitam, sebuah hutan bambu
hitam di lereng gunung. Pintu gerbang ke atas gunung tampak terbuka, tapi dunia
manusia tertinggal di belakang untuk selamanya, di luar hutan bambu itu.
Mustahil kereta kuda bisa naik ke lereng gunung, maka Lu Xiao Feng pun memondong
SiKong ZhaiXing, berjalan menelusuri hutan bambu, melangkah dengan perlahan di
atas daun-daun yang berguguran. Bersamaan dengan hembusan angin, terdengar
dentangan lonceng yang menandakan datangnya malam. Tapi malam belum turun, warna
matahari terbenam memenuhi seluruh angkasa, hari masih Koleksi Kang Zusi
36 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
senja. "Kau mampu! Hal ini memang sukar, tapi kau pasti mampu!" Lu Xiao Feng bergumam
ketika ia menunduk untuk melihat SiKong ZhaiXing yang berada di dalam
pondongannya, sambil berusaha menarik nafas. Tubuh SiKong ZhaiXing menggigil
sedikit dan ia mengerang dengan perlahan, seolah-olah ia mendengar kata-kata Lu
Xiao Feng. "Bagaimana perasaanmu?" Lu Xiao Feng segera bertanya.
"Aku lapar!" SiKong ZhaiXing tiba-tiba membuka matanya.
"Kau lapar?" Lu Xiao Feng terkejut.
"Yeah, dua hari terakhir ini kau naik kereta dan makan-minum sepuas hatimu dan
aku hanya bisa bersembunyi di dalam kereta sambil mengunyah roti kue yang
dingin. Bagaimana mungkin aku tidak kelaparan?" SiKong ZhaiXing mengedip-
ngedipkan matanya pada Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng terdiam. Ia seperti baru
menelan 600 ekor cacing hidup.
"Hati-hati membawaku, jangan jatuhkan aku ya?" SiKong ZhaiXing memberi perintah.
"Oh, aku akan berhati-hati, tapi aku khawatir hal itu tak akan membunuhmu!" Lu
Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya. Tiba-tiba ia mengangkat tubuh SiKong
ZhaiXing di atas kepalanya dan membantingkannya ke atas tanah. Tapi sebelum
SiKong ZhaiXing menyentuh tanah, tiba-tiba ia bersalto di udara. Malah, ia
bersalto sebanyak 7 atau 8 kali dan mendarat dengan perlahan di atas tanah. Ia
melirik Lu Xiao Feng dan mulai tertawa, tertawa begitu kerasnya hingga tubuhnya
pun membungkuk.
"Seharusnya kubiarkan kau mati di sana!" Lu Xiao Feng berkata dengan nada pahit.
"Hanya orang baik yang mati muda, bagaimana mungkin orang sepertiku mati?"
SiKong ZhaiXing masih tertawa. Ia mengakui bahwa dirinya memang bukan orang
baik-baik. "Kau tidak diracuni orang, ya?"
"Tentu saja tidak, siapa yang bisa meracuni seekor rubah tua yang abadi seperti
diriku?" "Racun yang ada di cangkir arak itu adalah sesuatu yang kau masukkan sendiri?"
"Itu bukan racun!" SiKong ZhaiXing tertawa dengan nada penuh kemenangan. "Itu
hanya ramuan jamu yang baunya seperti racun. Tapi tidak ada akibatnya sedikit
pun walau kau memakannya sebanyak 1 kg."
"Kau pura-pura keracunan untuk membuatku sibuk dan membawamu ke sini."
"Jika aku tidak melakukan hal itu, lalu bagaimana lagi caranya agar aku bisa
keluar dari tempat itu?"
"Bagaimana kau bisa melakukan semua itu" Di sepanjang jalan kau pura-pura
sekarat dan tidak bergerak sedikit pun!"
"Aku punya cara sendiri. Jangan lupa, bukan saja aku ini si 'Raja Pencuri', aku
juga seekor rubah tua yang cerdik!"
"Tapi jika bukan karena seekor rubah kecil, tipuanmu itu mungkin tidak akan
berhasil semudah ini!" Lu Xiao Feng tiba-tiba mendengus.
"Rubah kecil?" SiKong ZhaiXing tampak terkejut mendengar pernyataan itu. "Selain
dari dirimu, apakah ada seekor rubah kecil lagi?"
"Mungkin bukan seekor rubah kecil, tapi tentu saja seekor rubah betina!" Lu Xiao
Feng mendengus.
"Aku tahu kalau aku tidak bisa mengelabuimu terus-menerus!" SiKong ZhaiXing
tertawa terbahak-bahak. "Kau tidak sebodoh itu!"
"Kapan kau merencanakan tipuan ini dengan Xue Bing?"
"Waktu kau pergi untuk buang hajat!"
"Mengapa ia mau menuruti rencanamu?"
"Mungkin karena ia jatuh cinta padaku!" SiKong ZhaiXing berkata dengan Koleksi
Kang Zusi 37 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
seenaknya. "Ia bisa jatuh cinta pada seekor rubah tua sepertimu?"
"Aku rasa kau tidak faham, semua wanita mencintai rubah tua!" SiKong ZhaiXing
menertawakan dirinya sendiri.
"Tampaknya ia telah terhipnotis oleh salah satu tipuan jahatmu, sedemikian rupa
sehingga ia mau melakukan sesuatu seperti ini!" Lu Xiao Feng menarik nafas, tapi
tiba-tiba ia mengajukan sebuah pertanyaan lagi. "Jika ia pergi untuk
menyelesaikan tugasmu dan memberikan barang itu pada pemiliknya, lalu apa arti
sepasang potongan tangan itu?"
"Potongan tangan?" SiKong ZhaiXing tampak bingung. "Potongan tangan yang mana?"
"Potongan tangan Sun Zhong!"
"Di mana tangan itu?"
"Di atas piring tempat daging sapi itu!"
"Aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu!" SiKong ZhaiXing mengerutkan keningnya
dan menggelengkan kepalanya.
"Kau benar-benar tidak tahu?"
"Kapan aku berdusta padamu?" SiKong ZhaiXing menarik nafas.
"Kau selalu berdusta padaku!" Lu Xiao Feng menjawab dengan nada pahit.
"Seorang jenius sepertimu" Bagaimana mungkin aku mampu membuatmu percaya pada
dusta-dustaku?" SiKong ZhaiXing mengedip-ngedipkan matanya.
"Tentu saja kau tidak mampu," Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak menarik nafas
lagi. Sambil tersenyum sabar, ia meneruskan. "Tapi sayangnya aku adalah orang
yang terlalu baik."
"Apakah orang baik di luar sana adalah Lu Xiao Feng?" Seseorang tiba-tiba
bertanya dari balik pintu gerbang.
Pintu gerbang itu setengah tertutup, di baliknya ada sebuah halaman kecil di
mana seseorang duduk di sebuah kursi bambu di bawah pohon putih yang terdapat di
halaman. Matahari senja menyinari pohon putih itu, dan juga menyinari wajahnya
yang pucat. Hidungnya tegak dan keningnya menonjol keluar, siapa pun bisa
melihat dalam sekilas pandangan bahwa ia tentu orang yang agung dan berpengaruh.
Tapi di bagian wajahnya di mana seharusnya matanya yang jernih dan berkilauan
berada, sekarang hanya ada dua buah lubang hitam.
"Jiang Chong Wei!" Lu Xiao Feng berseru dengan heran ketika ia memasuki halaman
itu. "Bagaimana kau bisa berada di sini?"
"Jika aku tidak di sini, lalu ke mana lagi aku pergi?" Jiang Chong Wei
tersenyum. Senyumannya tampak sedih dan murung. "Aku bukan apa-apa selain seorang laki-laki
buta sekarang, Istana Kerajaan tidak akan memakai seorang laki-laki buta sebagai
komandan pengawal. Walaupun mereka tidak memaksaku pergi, aku pun tentu akan
pergi sendiri!"
Ketika Lu Xiao Feng mengamati wajahnya, hatinya pun dipenuhi oleh perasaan
sedih. Jiang Chong Wei adalah orang yang sangat berbakat dengan masa depan
gemilang di depannya. Tapi seorang laki-laki buta....
Lu Xiao Feng tiba-tiba menoleh ke arah SiKong ZhaiXing.
"Kau mengenalnya?" Ia menatap SiKong ZhaiXing. SiKong ZhaiXing mengangguk.
"Kau tahu kenapa ia menjadi seperti ini?"
SiKong ZhaiXing menarik nafas. Ia pun merasa tidak enak di dalam hatinya.
"Karena kau tahu, sekarang kau seharusnya memberitahu padaku siapa orang itu."
"Siapa?"
"Orang yang menyulam kain itu, orang yang menyuruhmu mencurinya dariku!"
"Kau kira mereka adalah orang yang sama?"
"Benar!"
"Mungkin kain satin itu memang milik orang itu, tapi mengapa orang itu ingin aku
Koleksi Kang Zusi
38 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
mencurikannya?"
"Mungkin ada sebuah rahasia padanya dan orang itu takut kalau aku menemukannya."
"Kau telah memeriksa kain itu berulang kali?"
"Tidak cukup sering!"
SiKong ZhaiXing tidak menjawab. Ia tampak ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
"Kau berhutang budi pada orang ini. Tapi jika orang ini melakukan semua
perbuatan itu, jika kau masih memiliki secercah rasa kemanusiaan di hatimu, maka
kau seharusnya tidak melindungi orang ini!"
"Kau memaksaku untuk mengatakannya?"
"Kau harus memberitahuku!"
"Baiklah, kuberitahu padamu." SiKong ZhaiXing tiba-tiba menarik nafas. "Orang
itu adalah dia!"
Ia tiba-tiba menunjuk ke depannya. Lu Xiao Feng secara naluriah menoleh ke arah
yang ia tunjuk dan melihat seseorang berjalan keluar dengan lambat dari dalam
biara, dengan kepala tertunduk. Dia adalah seorang pendeta wanita Tao yang
berjubah ungu, berkaus kaki putih, dan sebuah jepit rambut ungu yang terbuat
dari giok terpasang di rambutnya yang hitam legam. Wajahnya pun tampak pucat. Di
matanya yang jernih seperti air terlihat perasaan sedih dan gelisah yang bahkan
memberikan dirinya kecantikan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata,
sederhana tapi seperti tidak berasal dari alam dunia, cantik seperti semburat
sinar matahari ungu di ujung langit sana. Dengan kepala tertunduk, ia mendekat
perlahan dengan sebuah mangkuk yang berisi obat panas yang beruap di tangannya.
Ketika Lu Xiao Feng melihatnya, ia segera tahu kalau SiKong ZhaiXing berdusta
lagi. Orang yang ia cari tidak mungkin dia. Ia menoleh dengan maksud bertanya lebih
jauh, tapi SiKong ZhaiXing telah menghilang. Saat Lu Xiao Feng menoleh ke arah
pendeta wanita berjubah ungu itu, rubah tua ini telah melesat keluar dari pintu
seperti sebuah meteor. Untuk sesaat tadi Lu Xiao Feng memang seperti agak
terhipnotis. Kenyataannya, siapa pun akan seperti terhipnotis bila melihat
kecantikan yang luar biasa ini.
Tapi jika ia berusaha memburunya sekarang, hal itu akan sia-sia. SiKong ZhaiXing
mungkin bukan orang tercepat di dunia, tapi kemampuannya tidak jauh dari itu. Lu
Xiao Feng menarik nafas dan bersumpah bahwa suatu hari nanti ia akan menangkap
rubah tua ini dan memaksanya menelan 680 ekor cacing, cacing-cacing yang ia gali


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri. Sinar matahari terbenam mulai menghilang. Angin yang dingin membuat daun-daun
pohon putih itu bergemerisik saat tertiup angin. Pendeta berjubah ungu itu
mendekat dengan perlahan, masih tidak mengangkat kepalanya.
"Qing Xia, kaukah itu?" Jiang Chong Wei tiba-tiba bertanya.
"Ini aku, sudah waktunya minum obat." Suaranya lembut seperti angin malam.
"Lu Xiao Feng, kau masih ada di sini?"
"Aku di sini."
"Ini adalah adikku, Qing Xia, ia adalah tuan rumah di sini. Sekarang kau tentu
mengerti kenapa aku berada di sini!"
"Jin Jiu Ling dan Hua Man Lou sedang mencarimu!" Lu Xiao Feng tiba-tiba
memberitahunya.
"Aku tahu!"
"Mereka tahu kau berada di sini?"
"Mereka telah datang ke sini!"
"Apa yang dikatakan Hua Man Lou padamu?"
Sebuah ekspresi yang sangat aneh tiba-tiba muncul di wajah Jiang Chong Wei.
"Ia berkata padaku, jangan lupa kalau dia pun buta; dan lebih jauh lagi, jangan
lupa juga kalau dia memiliki kehidupan yang luar biasa!" Ia berkata dengan
perlahan-Koleksi Kang Zusi
39 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
lahan. "Tentu saja kau tidak lupa!"
"Dan itulah sebabnya aku masih hidup!" Seorang laki-laki seperti dia tiba-tiba
menjadi buta, bukanlah hal yang mudah untuk memiliki keberanian agar tetap
hidup. "Ia benar-benar orang yang luar biasa!" Lu Xiao Feng menarik nafas pertanda
kagum. "Ia tidak seperti orang lain," Jiang Chong Wei pun mengangguk dan menarik nafas.
"Ia unik. Ia selalu mencari cara agar orang lain tetap hidup!"
"Aku seharusnya sudah tahu bahwa alasan utamanya mencarimu adalah untuk
mengatakan hal ini padamu!"
"Ia pun mengajukan beberapa pertanyaan padaku!"
"Pertanyaan macam apa?"
"Tentang apa yang terjadi pada hari itu di Ruang Harta Kerajaan!"
"Aku juga ingin menanyakan hal itu padamu. Selain dari apa yang kau ceritakan
pada Jin Jiu Ling, apakah kau melihat hal lain yang mencurigakan?"
"Tidak!" Wajah Jiang Chong Wei tampak berkernyit-kernyit lagi karena ketakutan.
"Bahkan jika pun ada, aku tak akan memberitahukannya padamu!" Ia berkata dengan
perlahan. "Mengapa tidak?"
"Karena aku tidak ingin kau menemukan orang ini!"
"Mengapa tidak?" Lu Xiao Feng merasa bingung.
"Karena aku tidak pernah melihat orang yang memiliki kungfu demikian mengerikan.
Bahkan jika kau menemukan orang ini, kau tak akan mampu menandinginya!"
Tubuhnya pun sekarang menggigil, seolah-olah ia sedang teringat pada orang yang
mengerikan itu, dan pada jarumnya. Darah menetes-netes dari jarum; segar, merah,
darah.... Lu Xiao Feng ingin bertanya lagi, tapi Jiang Qing Xia tiba-tiba memotongnya
dengan dingin. "Kau sudah terlalu banyak bertanya, luka-lukanya masih belum sembuh. Aku tidak
ingin ia teringat lagi pada kejadian hari itu."
"Tak apa, aku akan sembuh dengan segera!" Jiang Chong Wei berusaha memaksakan
sebuah tawa. "Kau akan segera sembuh, aku yakin itu!" Lu Xiao Feng pun tertawa dipaksa. "Aku
tahu kau adalah orang yang tangguh!"
"Karena kau ada di sini, mengapa tidak tinggal selama beberapa hari?" Tawa Jiang
Chong Wei sekarang lebih riang dan tidak dipaksakan lagi. "Mungkin aku bisa
mengingat sesuatu nantinya untukmu!"
"Bagaimana mungkin ia tinggal di sini?" Jiang Qing Xia mengerutkan keningnya.
"Tidak pernah ada laki-laki di sini!"
"Bukankah aku juga laki-laki?" Jiang Chong Wei tertawa.
"Tapi kau...."
"Jika aku boleh tinggal di sini, maka dia pun boleh!" Ekspresi wajah Jiang Chong
Wei menjadi gelap.
"Tapi aku..." Lu Xiao Feng berusaha memotong.
"Tak perduli apa, kau harus tinggal di sini," Jiang Chong Wei juga memotong
ucapannya. "Hua Man Lou dan Jin Jiu Ling mungkin akan kembali dalam beberapa
hari lagi, kau tak pernah tahu itu. Mereka pun sedang mencarimu!"
"Tapi kau harus segera tidur setelah memakan obatmu!" Jiang Qing Xia berkata.
"Aku akan pergi tidur. Mengapa kau tidak menjadi tuan rumah yang baik dan
membawa dia ke belakang dan memberi dia sesuatu untuk dimakan" Kau tidak boleh
membiarkan seorang tamu kelaparan!"
"Silakan Tuan yang dermawan mengikuti saya," Tanpa ekspresi, Jiang Qing Xia
Koleksi Kang Zusi
40 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
menoleh dan mempersilakan Lu Xiao Feng dengan dingin.
Ia bahkan tidak memandang mata Lu Xiao Feng. Ia benar-benar seorang wanita yang
dingin, bahkan lebih dingin daripada es.
Bab 4: Sepasang Sepatu Merah
Warna senja semakin gelap, lentera di ruang meditasi belum dinyalakan. Sinar
terakhir dari matahari terbenam jatuh di lorong yang menuju ke kamar tamu di
belakang ruang meditasi. Sinar itu menerpa tiang-tiang kayu yang tua dan mulai
lapuk, membuatnya tampak mengkilap seperti dulu. Bersama hembusan halus angin
malam di bulan Juli, tercium aroma lembut dari gunung dan pepohonan di kejauhan
sana, yang membuat hati manusia dipenuhi oleh perasaan riang dan gembira.
Jiang Qing Xia berjalan dengan sangat lamban, Lu Xiao Feng juga berjalan dengan
sangat lamban. Jiang Qing Xia tidak mengucapkan sepatah kata pun, Lu Xiao Feng
juga tidak membuka mulutnya. Tampaknya ia menyadari bahwa dirinya adalah tamu
tak diundang. Tamu yang tak diundang setidaknya harus cukup bijaksana untuk
tetap menutup mulutnya. Halaman di sisi mereka tampak sepi, tak seorang pun
terlihat atau terdengar suaranya. Tempat ini memang tempat yang sepi, orang-
orang kesepian biasanya pendiam.
"Tuan yang dermawan, silakan masuk!" Jiang Qing Xia mendorong sebuah pintu
hingga terbuka dan menoleh pada Lu Xiao Feng dengan wajah serius.
"Terima kasih banyak!" Lu Xiao Feng menjawab dengan muka yang serius. Lampu di
ruangan itu belum dinyalakan, bahkan sinar matahari terbenam pun tak mampu
menembus dindingnya. Lu Xiao Feng berjalan dengan perlahan memasuki ruangan itu,
seolah-olah ia agak takut masuk ke sana. Mungkinkah ia takut kalau perempuan
sedingin es itu akan mengurungnya di dalam ruangan sedingin es ini"
"Setan tidak ada di dalam ruangan ini, apa yang kau takutkan?" Jiang Qing Xia
berkata dengan dingin.
"Setan memang tidak ada di dalam kamar ini," Lu Xiao Feng tersenyum sabar, "tapi
ia ada di dalam fikiran!"
"Fikiran siapa?"
"Fikiranmu!"
"Kau sendiri setannya!" Jiang Qing Xia menggigit bibirnya. Tiba-tiba pendeta
wanita sedingin es ini berubah, berubah seperti menjadi orang yang benar-benar
berbeda. Dengan kuat ia mendorong Lu Xiao Feng masuk, mendorongnya hingga terduduk di
atas sebuah kursi, lalu menekan pundaknya dengan kedua tangannya agar ia tetap
duduk, dan menggigit telinganya.
"Ini baru mirip seekor harimau betina," Lu Xiao Feng tertawa. "Tadi kau
bertingkah seperti...."
"Seperti apa?" Jiang Qing Xia menatapnya dengan marah.
"Seperti harimau mati!" Jiang Qing Xia bahkan tidak menunggu ucapan Lu Xiao Feng
selesai sebelum menggigit telinganya lagi.
Lu Xiao Feng hampir menjerit karena kesakitan.
"Apakah kalian semua dilatih oleh pawang yang sama atau apa" Kenapa suka
menggigit telinga?" Ia tersenyum dipaksa.
"Kalian semua" Siapa itu 'kalian semua'?" Jiang Qing Xia kembali menatapnya
dengan marah. Lu Xiao Feng tidak menjawab, tiba-tiba ia sadar kalau ia telah
membuat sebuah kesalahan lagi.
"Apakah telingamu sering digigit?" Jiang Qing Xia tidak mau mengalihkan
pembicaraan. "Aku sedang dikelilingi anjing atau apa ya, mengapa telingaku digigit?"
Tapi mata Jiang Qing Xia semakin membesar dan tatapannya semakin marah.
"Jadi kau menyebutku seekor anjing" Itu yang kau katakan?" Lu Xiao Feng kembali
Koleksi Kang Zusi
41 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
tersudut dan tak tahu harus mengatakan apa.
"Katakan yang sebenarnya, berapa banyak orang yang telah menggigit telingamu?"
Jiang Qing Xia bertanya dengan marah, ia masih menatap Lu Xiao Feng dengan
gusar. "Cuma... cuma kamu!"
"Benar?"
"Siapa lagi yang berani menggigitku?"
"Bagaimana dengan Xue Bing" Apakah ia berani?"
"Ia bahkan terlalu takut untuk menyentuhku, ia beruntung aku tidak
menggigitnya."
"Tentu kau sekarang bicara yang baik-baik, tapi bila kau sedang berhadapan
dengannya, aku berani bertaruh kalau kau akan terlalu takut untuk mengatakan
apa-apa!" Jiang Qing Xia mencibir.
"Mengapa aku harus takut?" Lu Xiao Feng tertawa. "Kau kira aku takut padanya?"
Jiang Qing Xia pun tiba-tiba tertawa, tertawa seperti seekor rubah cilik yang
licik. "Baiklah, silakan! Aku di sini, ayo kita lihat kau bisa apa!" Saat itu seseorang
berkata dengan dingin dari luar pintu.
Jantung Lu Xiao Feng seperti tenggelam. Ia bahkan tak perlu berpaling untuk
melihat bahwa orang itu adalah Xue Bing. Bertemu dengan satu harimau betina saja
sebenarnya sudah cukup buruk.
Hal yang lebih buruk daripada bertemu dengan satu harimau betina adalah bertemu
dengan dua harimau betina pada saat yang bersamaan. Kepala Lu Xiao Feng tiba-
tiba terasa tiga kali lebih besar. Jiang Qing Xia cekikikan sambil menyalakan
lampu. Sinar lampu itu menyinari wajah Xue Bing. Wajahnya memerah lagi, merah seperti
merica, tapi kali ini karena marah.
"Lebih dulu mengambil inisiatif." Tentu saja Lu Xiao Feng tahu persis mengapa
hal ini penting.
"Aku memang sedang mencarimu! Tidak kusangka kau malah berani mencariku!"
Tiba-tiba ia melompat bangkit dan berkata dengan dingin pada Xue Bing,
memberikannya tatapan paling gusar yang bisa ia tampilkan.
"Mengapa... mengapa aku tidak berani datang mencarimu?" Melihat dirinya begitu
marah, Xue Bing jadi melunak.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Kami adalah sahabat lama," Jiang Qing Xia memotong dan menjawab untuk Xue Bing.
"Dan kami juga diajari oleh pawang yang sama, khusus dalam ilmu menggigit
telinga, mengapa ia tidak boleh berada di sini?"
"Aku bertanya padamu, apa yang sedang kau lakukan di sini?" Lu Xiao Feng tetap
menatap Xue Bing dengan marah, tanpa menghiraukan Jiang Qing Xia.
"Kau tahu pasti bahwa aku berada di sini untuk menyampaikan sesuatu!" Anehnya,
ia mengakui hal itu dengan santai, bahkan tidak ada tanda-tanda kebimbangan
sedikit pun di wajahnya. "Tentu saja kain satin merah itu!"
"Kau tidak menyangkalnya?" Sekarang giliran Lu Xiao Feng yang agak tercengang.
"Itu bukan sesuatu yang memalukan, mengapa aku harus menyangkalnya?"
"Kau membantu seseorang menipuku!" Lu Xiao Feng hampir berteriak. "Apakah itu
sesuatu yang dapat dibanggakan?"
"SiKong ZhaiXing bukan orang lain, ia sahabatmu, kau sendiri yang
mengatakannya!" Bahkan Lu Xiao Feng pun harus mengiyakan hal itu. Xue Bing
tertawa kecil dan meneruskan dengan bangga. "Aku membantu sahabatmu, kau
seharusnya berterimakasih!"
"Kau membantunya menjualku, dan aku seharusnya berterimakasih?" Lu Xiao Feng
kembali tercengang.
"Kain satin itu tidak berguna lagi untukmu tapi sangat berguna untuknya. Yang
aku lakukan adalah membantunya membawanya ke sini, bagaimana aku bisa
menjualmu?" Ia tampak lebih marah daripada Lu Xiao Feng dan merasa sepuluh kali
Koleksi Kang Zusi
42 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
lebih benar daripada Lu Xiao Feng. "Di samping itu, bukankah dia itu temanmu"
Bukankah kau pun berdusta padanya" Dan sesudah itu kau merasa bangga dan puas
pada dirimu sendiri. Jadi mengapa aku tidak boleh berdusta padamu?"
"Tapi kau... kau... kau seharusnya membantuku!"
"Memangnya salah siapa kau begitu puas pada dirimu sendiri" Seolah-olah tidak
ada orang di dunia ini yang lebih baik darimu. Aku tidak tahan pada sikapmu
itu!" Xue Bing menyeringai.
Lu Xiao Feng tidak menjawab. Ia tiba-tiba menyadari bahwa bila seorang laki-laki
bertemu dengan seorang wanita, hal itu seperti seorang pelajar bertemu dengan
segerombolan serdadu: berdebat hanyalah usaha yang sia-sia. Di dalam hati
seorang wanita tampaknya tidak ada kata-kata "benar" dan "salah". Semua yang ia
lakukan hanya berdasarkan keinginannya dan jika kau beradu debat dengannya, ia
selalu punya bahan debatan 10 kali lebih banyak daripada kamu.
"Aku bahkan belum mengusut ucapanmu di belakangku tadi dan kau malah berusaha
menekanku?" Seringai itu menghilang dari wajah Xue Bing.
"Ini yang disebut 'lebih dulu mengambil inisiatif', semua laki-laki di dunia ini
melakukannya!" Jiang Qing Xia mendengus.
"Dan apa yang hendak kau katakan untuk dirimu sendiri sekarang?" Xue Bing
mengejek. "Hanya satu hal yang ingin kukatakan!" Lu Xiao Feng tersenyum sabar.
"Katakanlah!" Xue Bing memberi perintah.
"Kepada siapa kau berikan kain satin itu?"
"Lu Dong Bin!"
"Siapa lagi Lu Dong Bin ini?" Lu Xiao Feng tercengang sekali lagi.
"Kau bahkan tidak tahu siapa Lu Dong Bin" Bagaimana kau bisa hidup sampai usia
30 tahun?" Xue Bing terheran-heran.
"Lu Dong Bin adalah Lu Chun Yang, pendeta Tao yang bernyanyi dan terbang dalam
perjalanannya ke Danau Dong Ting. Kau tidak tahu?" Jiang Qing Xia menerangkan.
{Catatan: Lu Dong Bin adalah salah seorang ahli filsafat Tao paling terkenal
dalam cerita rakyat China. Kisah mengenai dirinya sangat banyak dan beragam. Ia
bagi para penganut Tao sama seperti Budha bagi para pengikut Budha.}
"Kukira Lu Dong Bin suka mawar putih, sejak kapan ia ingin mawar hitam yang
tersulam di atas kain satin merah?" Lu Xiao Feng tersenyum lemah.
"SiKong ZhaiXing tidak menyuruhku untuk memberikan kain satin itu pada
seseorang," Xue Bing akhirnya menerangkan. "Ia hanya ingin aku meletakkannya di
depan altar Lu Dong Bin."
"Dan di manakah altar itu?"
"Di dalam kuil kecil di belakang sana."
"Sudah berapa lama kau berada di sini?"
"Belum terlalu lama, tapi cukup lama untuk mendengar ucapanmu yang memburuk-
burukkan diriku!" Xue Bing menjawab dengan dingin.
______________________________
Di dalam hutan bambu di belakang biara ada sebuah kuil kecil. Bagian dalam kuil
itu diterangi oleh sebuah lampu yang selalu menyala, yang cahayanya menerpa
wajah Mahaguru Tao Chun Yang yang sedang tersenyum. Walaupun ia mungkin tak
dapat menikmati daging dan kemenyan yang berada di atas altar di depan biara,
tapi ia masih tetap sangat puas. Lu Dong Bin adalah dewa yang cerdas, dewa yang
cerdas itu seperti orang-orang yang cerdas, mereka semua faham bagaimana caranya
puas dan bahagia. Lu Xiao Feng tidak menunggu ucapan Xue Bing selesai sebelum
berlari ke sana dan menemukan bahwa sehelai kain satin merah bersulamkan mawar
hitam berada di kaki altar. Saat ia memungut kain satin itu, Jiang Qing Xia dan
Xue Bing pun tiba.
"Masih ada di sini!" Lu Xiao Feng bergumam pada dirinya sendiri ketika ia
Koleksi Kang Zusi
43 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
membolak-balik kain itu di dalam genggamannya dan tenggelam dalam renungan.
"SiKong ZhaiXing tentu tidak mengira kalau Xue Bing akan begitu cepat


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberitahu hal yang sebenarnya padamu sehingga ia tidak buru-buru datang ke
sini untuk mengambilnya." Jiang Qing Xia menebak-nebak.
"Mungkin memang bukan dia yang akan mengambilnya!" Lu Xiao Feng tiba-tiba
mengangkat kepalanya dan berkata, sambil menatap langsung ke mata pendeta wanita
itu. "Lalu siapa kalau bukan dia?" Jiang Qing Xia bertanya.
"Kamu!"
"Apakah kau gila?" Jiang Qing Xia tertawa. "Untuk apa aku memerlukan kain satin ini?"
"Aku sendiri hendak menanyakan hal itu padamu!"
"Kau benar-benar mengira bahwa aku adalah orang yang menyuruhnya mencuri barang
ini darimu?" Ekspresi wajah Jiang Qing Xia pun berubah.
Lu Xiao Feng mengiyakan hal itu.
"Jika aku yang menyuruh dia mencurinya, lalu mengapa ia membawamu ke mari?"
"Mungkin ia harus menyelesaikan urusan ini sendiri tapi ia tak bisa 'melepaskan
aku dari ekornya'; atau mungkin tiba-tiba ia sadar dan merasa bahwa ia telah
berbuat salah padaku; atau mungkin ia membawaku ke sini dengan tujuan agar aku
tidak mencurigaimu!"
"Jadi menurut pendapatmu aku adalah si Bandit Penyulam?" Wajah Jiang Qing Xia
menjadi merah karena marah.
Lu Xiao Feng tidak menyangkalnya.
"Mungkin kau tidak sebodoh itu," Jiang Qing Xia tiba-tiba tertawa lagi. "Tapi
kau lupa satu hal!"
"Oh?"
"Kau lupa kalau Jiang Chong Wei adalah kakakku! Mengapa aku tega membutakan
kakakku sendiri?" Segera setelah ucapannya selesai, ia berbalik untuk pergi,
seakan-akan ia telah bosan berdebat dengan orang tolol ini.
"Tunggu!" Tapi Lu Xiao Feng menghalangi jalannya.
"Apa yang hendak kau katakan sekarang?" Jiang Qing Xia mendengus.
"Hanya satu hal!"
"Ok, aku akan mendengarkan perkataanmu tentang satu hal lagi!"
"Jiang Chong Wei tidak punya adik, dan kau tidak punya saudara laki-laki. Nama
keluargamu yang asli pun bukan Jiang!"
Seluruh warna di wajah Jiang Qing Xia pun menghilang dan wajahnya berubah pucat
pasi. "Bagaimana... bagaimana... bagaimana kau tahu hal itu?"
"Aku pun tidak tahu." Lu Xiao Feng menarik nafas. "Tapi aku tak bisa mencegah
jika nasib menginginkan aku menemukan hal-hal yang seharusnya tidak kuketahui!"
"Apa lagi yang kau ketahui?" Jiang Qing Xia menatap gusar dengan matanya yang
setajam pisau. "Kau benar-benar ingin aku mengatakannya?"
"Katakanlah!"
"Dulu kau adalah calon isteri Jiang Chong Wei, tapi karena sesuatu alasan kau
malah menjadi seorang biarawati. Kau pura-pura tidak mengenalku di hadapannya
karena kau tidak ingin mengusik perasaannya, tidak ingin ia tahu...."
"Diam!" Jiang Qing Xia tiba-tiba menjerit. Seluruh tubuhnya bergetar.
"Aku pun sebenarnya tidak ingin mengatakannya!" Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Itu benar, Jiang Chong Wei dan aku dijodohkan waktu kami masih kecil." Tubuh
Jiang Qing Xia masih gemetaran tak terkendali, tapi ia masih menjawab dengan
gigi yang dikertakkan. "Tapi waktu kami dewasa dan bertemu, kami menyadari bahwa
tidak mungkin kami bisa bersama-sama, maka...."
Koleksi Kang Zusi
44 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Maka kau pun menjadi seorang biarawati?" Lu Xiao Feng menyelesaikan ucapannya.
Jiang Qing Xia mengangguk.
"Selain menjadi seorang biarawati, apa lagi yang bisa kulakukan?" Air mata
bercucuran dari matanya.
Seorang gadis seperti dia menjadi seorang biarawati pada usia muda, tentu hal
itu berkaitan dengan sebuah cerita yang tragis dan menyakitkan.
"Kau seharusnya tidak memaksanya mengatakan semua ini!" Xue Bing menggigit
bibirnya dan menegur Lu Xiao Feng dengan keras, matanya yang menatap Lu Xiao
Feng pun telah berurai dengan air mata.
"Tak apa-apa, aku memang ingin mengatakannya!" Jiang Qing Xia tiba-tiba berseru.
Dengan perlahan ia menghapus air matanya dengan lengan bajunya dan mengangkat
kepalanya tinggi-tinggi. "Walaupun aku seorang biarawati, aku masih muda dan tak
tahan terhadap kesunyian dan kesepian seperti ini. Maka aku pun pergi ke luar
dan berpetualang sekali dua kali di dunia luar. Maka aku pun berkenalan dengan
beberapa orang pria, dan berkenalan denganmu!"
Lu Xiao Feng pun diam-diam menarik nafas - walau seorang wanita telah menjadi
seorang biarawati, bukan berarti ia mati, ia masih punya hak terhadap hidupnya
sendiri dan berhak menikmati kehidupan yang ia rasa sesuai.
"Jika kau kira aku tidak ingin Jiang Chong Wei tahu, maka kau keliru. Dan jika
kau mengira bahwa aku membutakannya karena aku tidak ingin menikah dengannya,
maka kau lebih keliru lagi. Ia...."
Tiba-tiba ia berhenti dan ia menatap keluar jendela dengan terkejut.
Jiang Chong Wei telah berjalan masuk dari kegelapan di luar sana, berjalan masuk
dengan tangan meraba-raba untuk mencari jalan. Wajahnya tampak pucat pasi.
"Kejadian itu bukan karena ia tidak ingin menikah denganku, tapi karena aku yang
tak bisa mengambilnya sebagai isteriku!" Ia berkata dengan perlahan.
"Mengapa?" Xue Bing tak tahan untuk tidak bertanya.
"Karena aku...."
"Kau tidak perlu memberitahu mereka," Jiang Qing Xia berteriak sekali lagi
dengan putus asa. "Kau tidak perlu memberitahu siapa-siapa!"
Jiang Chong Wei tersenyum, senyuman yang sedih dan sepi.
"Tidak apa-apa, aku memang ingin mengatakannya." Wajahnya penuh dengan perasaan
sakit. "Aku tak bisa mengambilnya sebagai isteriku, karena aku telah lama
menjadi laki-laki yang cacat, aku tak bisa menjadi suami siapa-siapa, dan tidak
bisa menjadi ayah siapa pun!"
Xue Bing akhirnya faham, tapi sekarang ia menyesal telah bertanya. Mengapa ia
harus tahu" Bukankah penderitaan orang lain juga menyakitkan bagi diri kita
sendiri" "Semua hal yang dilakukan Qing Xia, aku tahu semuanya." Jiang Chong Wei
meneruskan. "Tak perduli apa yang ia lakukan, aku tidak menyalahkan dia sedikit
pun. Di samping itu, aku juga tahu bahwa, walau di luarnya tidak kelihatan, ia
sama sekali bukan seorang wanita yang hina!"
Kepala Jiang Qing Xia menunduk dan air mata mengalir menuruni pipinya. Bagi
seorang wanita yang muda dan rapuh seperti dirinya, berjuang melawan perasaan
dan emosi jiwa mudanya adalah hal yang hampir mustahil, tak perduli apa yang ia
lakukan, semua itu bisa dimaafkan oleh orang lain. Tapi ia tidak bisa memaafkan
dirinya sendiri sedikit pun.
"Tak perduli apa pun yang engkau katakan, aku bisa menjamin bahwa ia benar-benar
bukan orang yang membutakanku!" Jiang Chong Wei mengambil kesimpulan.
"Kau yakin" Kau cukup lama memperhatikan orang itu untuk bisa memastikan bahwa
orang itu bukan dia?" Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya. Hatinya pun penuh dengan
perasaan simpati, tapi urusan ini terlalu penting, maka ia terpaksa menelan
perasaannya dan berusaha memastikan.
Koleksi Kang Zusi
45 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Tentu saja!" Jiang Chong Wei segera menjawab tanpa bimbang sedikit pun.
"Apa yang kau lihat sehingga kau begitu yakin kalau orang itu bukan dia?"
"Aku... aku tahu begitu saja, jangan lupa bahwa waktu pertama kali kami bertemu,
ia masih seorang anak kecil!"
"Tapi kalian berdua telah bertahun-tahun tidak saling bertemu, kan?"
"Apa yang hendak kau katakan?" Wajah Jiang Chong Wei tertekuk dan ia bertanya
dengan dingin. "Kau ingin menyindir bahwa aku sedang berdusta untuknya?"
Lu Xiao Feng menarik nafas. Ia benar-benar kehabisan akal untuk menyelidiki
lebih jauh. "Selama kita tidak memiliki perasaan menyesal dan keraguan di hati kita, tak
usah perdulikan apa yang ia fikirkan!" Jiang Qing Xia berkata dengan dingin.
Jiang Chong Wei mengangguk. Jiang Qing Xia telah berjalan ke sisinya dan
meletakkan tangannya di pundaknya untuk membantunya berjalan.
"Mari kita pergi!" Ia berkata.
Lu Xiao Feng hanya bisa menundukkan kepalanya dan membiarkan mereka lewat.
Cahaya lampu tampak redup, lantai terbuat dari lempengan batu hijau. Jiang Qing
Xia memakai sepasang sepatu berwarna hijau yang sama sekali tidak cocok dengan
jubahnya yang berwarna ungu. Biasanya ia adalah seorang wanita yang sangat
teliti. "Tunggu!" Lu Xiao Feng tiba-tiba berkata lagi.
"Kau belum selesai?" Jiang Qing Xia bermaksud mengacuhkannya, tapi tiba-tiba ia
melihat bahwa Lu Xiao Feng sedang menatap kakinya, maka ia mendengus.
"Aku menemukan sesuatu yang agak aneh!"
"Apanya yang begitu aneh?"
Tatapan mata Lu Xiao Feng masih tidak lepas dari kakinya.
"Mengapa ada warna merah di dalam sepatumu yang berwarna hijau?" Ia bertanya
lambat-lambat. Ekspresi wajah Jiang Qing Xia berubah lagi dan ia secara naluriah berusaha
menyembunyikan kakinya di bawah jubahnya.
"Jubah Tao-mu tidak cukup panjang untuk menyembunyikan kakimu," Lu Xiao Feng
berkata seadanya. "Di dalam sepatu hijau itu, kau seharusnya tidak memakai
sepatu merah!"
Sepatu merah! Ekspresi wajah Jiang Chong Wei pun tampak berubah.
"Hebat sekali matamu!" Jiang Qing Xia tiba-tiba tertawa dengan dingin. Sebelum
suara tawanya hilang, ia telah menyerang. Ia berusaha menggunakan dua buah
jarinya yang indah dan seperti anggrek itu untuk mengorek mata Lu Xiao Feng!
Gerakannya cepat dan akurat!
"Kau seharusnya hanya mencoba menggigit telinga, kau seharusnya tidak mencoba
mengorek biji mataku!" Lu Xiao Feng menarik nafas. Saat ia mengucapkan 12 kata
itu, Jiang Qing Xia telah menyerang sebanyak 11 kali. Gerakan yang demikian
cepat! Serangan yang demikian cepat! Jiang Qing Xia adalah salah satu dari empat orang
wanita yang paling ditakuti di dunia persilatan. Mereka semua cantik luar biasa,
tapi mereka semua adalah harimau betina. Tak terhitung banyaknya laki-laki yang
telah terluka di bawah cakar mereka.
Bila wanita menyerang, gerakan mereka akan lebih cepat dan lebih keji daripada
serangan laki-laki. Karena mereka tahu bahwa kekuatan mereka tak bisa menandingi
kekuatan pria, maka mereka tidak ingin terlibat dalam perkelahian yang
berlangsung lama dengan laki-laki! Jadi gerakan mereka hanya ditujukan untuk
mengambil nyawa! Tapi Lu Xiao Feng tidak seperti laki-laki lain, ia bahkan lebih
cepat daripada Jiang Qing Xia.
Bahkan, dengan mudah ia menghindari 11 buah serangan Jiang Qing Xia tanpa
menangkisnya. Tampaknya ia tidak ingin balas menyerang, tapi jika ia balik
menyerang, Jiang Qing Xia mungkin tak akan mampu menghindar.
"Senjata rahasia!" Jiang Qing Xia mengkertakkan giginya dan berteriak. Lu Xiao
Feng Koleksi Kang Zusi
46 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
segera mundur sejauh 2 meter atau lebih, tapi Jiang Qing Xia tidak melepaskan
senjata rahasia apa pun. Tubuhnya malah berjumpalitan di udara dan melesat ke
arah pintu keluar. Saat itu, Lu Xiao Feng tiba-tiba mengulurkan tangannya dan,
dengan kecepatan seperti kilat, merampas sepatunya. Dan hanya berhasil menyambar
sepatunya, bukan orangnya. Di dalam sepatu kain berwarna hijau itu, benar-benar
ada sepasang sepatu merah - sepatu sulam dari kain satin merah. Tapi orangnya
telah diselubungi oleh kegelapan dan segera menghilang.
Lu Xiao Feng tidak memburunya. Xue Bing juga tentu saja tidak, ia tampaknya
masih terkejut.
Jiang Chong Wei berdiri di sana tanpa bergerak, raut mukanya tampak kelabu.
"Ia telah pergi?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Ia telah pergi!" Lu Xiao Feng menjawab.
Tinju Jiang Chong Wei terkepal erat dan sudut matanya berkernyit tak terkendali,
membuat rongga matanya yang gelap seperti gua tampak semakin mengerikan.
"Apakah si Bandit Penyulam itu juga memakai sepatu merah?" Lu Xiao Feng
bertanya. Ekspresi wajah Jiang Chong Wei tampak semakin tersiksa. Akhirnya, dengan lambat
ia mengangguk. "Mengapa kau tidak mengatakan apa-apa tadi?"
"Aku benar-benar tidak ingat, setelah kau mengatakannya barulah aku teringat!"
Tepat saat kilauan ujung jarum tiba di depan matanya, ia melihat sepasang sepatu
merah itu. Merah seperti darah.
"Mata seperti apa yang kau miliki?" Xue Bing akhirnya menarik nafas. "Aku tak
melihat sedikit pun warna merah di sepatunya."
"Aku juga tidak!"
Xue Bing tercengang.
"Aku hanya berfikir bahwa warna sepatunya sama sekali tidak cocok dengan
pakaiannya, dan tampaknya sepatu itu juga agak kebesaran, seperti sesuatu yang
dipakai untuk sementara dan dengan tergesa-gesa!"
"Maka kau menguji dia?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Berada di sekitar orang sepertimu benar-benar berbahaya!" Xue Bing menarik
nafas lagi. "Sun Zhong mungkin tidak akan setuju," Lu Xiao Feng tersenyum. "Ia mungkin yakin
bahwa kau lebih berbahaya daripada aku!"
"Seharusnya aku memotong kedua kakinya juga!" Xue Bing bergurau.
"Apakah ia datang dan mengganggumu lagi?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Ia tak akan berani!"
"Lalu bagaimana potongan tangannya bisa berada di atas piring di mejamu?"
"Tangan apa?" Xue Bing tampak bingung mendengar pertanyaan itu.
"Kau tidak melihat tangan itu?"
"Tidak!"
"Tak mungkin tangan itu bisa merangkak naik ke atas piring, kan?" Lu Xiao Feng
tersenyum sabar. Ia sama sekali tak bisa membayangkan kejadian yang sebenarnya.
"Ada satu hal lagi yang tak bisa kubayangkan," Xue Bing berkata. "SiKong
ZhaiXing menginginkan aku membawa kain itu ke sini, lalu mengapa ia pun
membawamu ke mari?"
"Tak seorang pun bisa membayangkan mengapa orang seperti dia berbuat seperti
itu," Lu Xiao Feng menarik nafas. "Maka lebih baik tidak memikirkannya."
"Aku juga tidak faham, mengapa Jiang Qing Xia melakukan sesuatu seperti ini?"
Jiang Chong Wei bertanya dengan muram.
"Kau juga bisa berhenti memikirkannya sekarang!" Lu Xiao Feng menjawab.
"Mengapa?"
Koleksi Kang Zusi
47 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Karena ia tidak melakukannya." Lu Xiao Feng kembali tersenyum.
"Ia tidak melakukannya?" Jiang Chong Wei terkejut mendengar pernyataan itu. "Ia
bukan si Bandit Penyulam?"
"Mustahil. Kungfu-nya memang lumayan, tapi masih sangat jauh untuk berharap bisa
membutakan jago-jago seperti Chang Man Tian dan Hua Yi Fan dalam satu gerakan!"
"Kau yakin kalau ia tidak berpura-pura lemah?"
"Aku yakin!"
"Dan itulah sebabnya kau membiarkan dia pergi!" Jiang Chong Wei menarik nafas
dalam-dalam. Lu Xiao Feng tidak menyangkalnya. Jika ia mampu merampas sepatu seseorang, maka
ia pun tentu bisa menangkap kaki orang itu. Sekali kaki seseorang tertangkap,
maka tak mungkin orang itu bisa meloloskan diri.
"Jika ia tidak bersalah, lalu mengapa ia lari?" Jiang Chong Wei mengerutkan
keningnya sambil berfikir dalam-dalam.
"Karena ia memiliki sebuah rahasia lain yang ia tidak ingin orang lain
mengetahuinya!" Lu Xiao Feng mengambil kesimpulan.
"Rahasia apa?"
"Rahasia sepatu merah!"
"Si Bandit Penyulam juga memakai sepatu merah," Jiang Chong Wei mengangguk.
"Mungkinkah mereka berasal dari organisasi yang sama?"
"Mungkin ya, mungkin juga tidak." Lu Xiao Feng menjawab. Ia tahu benar bahwa apa
yang barusan ia katakan adalah benar-benar tidak berguna, tapi ia tetap saja
mengatakannya. "Bandit Penyulam itu sangat tangguh dan kuat, berjenggot, tapi ia
adalah seorang wanita yang mengenakan sepatu merah."
Hanya itu saja yang mereka tahu, tapi mereka pun tidak yakin akan hal ini, dan
masih belum berhasil membuktikannya.
"Ia dulu seorang gadis yang sederhana, polos dan baik," Ekspresi wajah Jiang


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chong Wei tampak sendu. "Ia bisa menjadi pasangan yang sempurna bagi seorang
pria, mungkinkah ia benar-benar telah berubah?"
"Kapan terakhir kalinya kau bertemu dengannya?" Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya.
"Belum lama, ia tentu datang menemuiku pada setiap hari ulang-tahunku di setiap
tahunnya!"
"Kapan hari ulang-tahunmu?"
"Tanggal 14 Mei!"
"Kapan perampokan itu terjadi?"
"Tanggal 11 Juni."
Lu Xiao Feng tidak berkata apa-apa lagi. Jiang Chong Wei tampaknya ingin
mengatakan sesuatu, tapi karena sesuatu hal ia membatalkannya dan hanya
mengeluarkan desahan nafas yang panjang dan lelah. Dengan kepala tertunduk, ia
berputar dan berjalan pergi dengan cara meraba-raba.
Melihat bayangannya yang kesepian menghilang dalam kegelapan, Xue Bing tak tahan
untuk tidak menarik nafas juga.
"Ia tentu merasa gundah dalam hatinya sekarang!"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Jiang Qing Xia mengunjunginya pada tanggal 14 Mei, dan tidak sampai sebulan
kemudian, perampokan itu terjadi!"
"Itu hanya sebuah kebetulan saja!"
"Tapi tingkat keamanan Ruang Harta Kerajaan begitu tinggi sehingga seekor lalat
pun tidak bisa masuk, bagaimana mungkin si Bandit Penyulam berhasil masuk?"
"Ada gagasan?"
"Menurutku, mungkin seseorang telah masuk ke Istana Kerajaan dan memeriksa tata
ruang tempat itu untuknya serta membuatkan cetakan kunci Ruang Harta Koleksi
Kang Zusi 48 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
dengan menggunakan lilin." Mata Xue Bing tampak bersinar-sinar ketika ia
menjelaskan dugaannya.
"Dan menurutmu orang itu tak lain tak bukan adalah Jiang Qing Xia!"
Xue Bing tidak membantah dan menarik nafas. "Hanya dia yang sangat dekat
hubungannya dengan Jiang Chong Wei, dan hanya Jiang Chong Wei yang memiliki
kunci Ruang Harta itu!"
"Menurutmu, ia diam-diam membuatkan cetakan kunci, membuat duplikatnya dari
cetakan itu, dan memberikannya pada si Bandit Penyulam?"
"Benar!"
"Dan si Bandit Penyulam masuk ke Ruang Harta dengan menggunakan kunci itu untuk
membuka pintu Ruang Harta."
"Aku fikir, itulah yang seharusnya terjadi!"
"Dugaanmu cukup beralasan, tapi kau melupakan dua hal!"
"Apa?"
"Pintu Ruang Harta itu dijaga siang dan malam, bagaimana mungkin seseorang
berjenggot besar bisa membuka pintu Ruang Harta dan berjalan masuk tanpa
terlihat oleh penjaga" Ia tak terlihat oleh siapa pun."
Xue Bing tidak punya penjelasan untuk hal ini.
"Bukan hanya itu, waktu Jiang Chong Wei masuk ke Ruang Harta pada hari itu,
pintu itu masih terkunci dari luar. Bagaimana mungkin si Bandit Penyulam bisa
mengunci pintu dari luar setelah ia memasuki Ruang Harta itu?"
"Yah, kalau gagasanku keliru, lalu bagaimana menurutmu cara ia melakukannya?"
Wajah Xue Bing kembali memerah.
"Ia tentu menggunakan sebuah cara yang unik, mungkin hal itu tak ada hubungannya
dengan Jiang Qing Xia!"
"Sayangnya, kau pun tidak bisa membayangkan dengan tepat caranya yang unik itu."
Xue Bing menjawab dengan dingin.
"Itulah sebabnya aku harus melakukan sebuah percobaan!"
"Melakukan sebuah percobaan?"
"Untuk melihat apakah aku bisa menemukan sebuah cara untuk masuk!"
Mata Xue Bing terbelalak takjub dan ia memandang dengan heran.
"Kau mabuk lagi?"
"Aku belum minum setetes pun arak hari ini!"
"Jika kau tidak mabuk, maka kau pasti gila! Orang yang normal dan sehat tak akan
pernah berfikir untuk melakukan hal seperti itu!"
"Oh?"
"Kau tahu ada berapa banyak penjaga di dalam Istana Kerajaan?"
"Lebih dari 800 orang!"
"Dan kau tahu bahwa setiap penjaga membawa sebuah Busur Zhu Ge yang sangat kuat"
Sehingga bila ada orang yang tertangkap, mereka akan segera merubahnya jadi
seekor landak?"
"Aku tahu!"
"Dan kau tahu ada berapa banyak jago kungfu di Istana Kerajaan di samping
penjaga-penjaga itu?"
"Seperti jumlah bintang di langit!"
"Dan kau tahu bahwa ilmu pedang Pangeran Muda diajarkan sendiri oleh Majikan
Benteng Awan Putih?"
"Menurut kabar burung, ia adalah petarung terbaik di Istana Kerajaan!"
"Dan kau tahu bahwa tempat-tempat terlarang di Istana Kerajaan semuanya membawa
maut bagi siapa saja yang tertangkap di dalamnya, tanpa melalui pengadilan
lagi?" "Aku tahu!"
"Tapi kau masih ingin mencoba masuk?"
Koleksi Kang Zusi
49 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Ya!"
"Kau ingin mati?"
"Tidak!"
"Apa yang membuatmu berfikir bahwa kau bisa mencoba masuk dan keluar dalam
keadaan hidup-hidup?"
"Tak ada!"
"Lalu mengapa kau ingin mengambil resiko?" Xue Bing menggigit bibirnya. "Hanya
untuk membuktikan bahwa Jiang Qing Xia tidak bersalah?"
"Aku hanya ingin tahu apakah ia benar-benar ada hubungannya atau tidak dengan
seluruh masalah ini."
"Kau benar-benar demikian perduli padanya?"
"Karena aku menyukainya!"
Xue Bing tiba-tiba melompat bangkit dan menatapnya dengan gusar.
"Baiklah, pergilah dan mampuslah!" Ia berseru dengan keras.
Angin semakin lembut, halaman yang sunyi itu bahkan semakin sunyi. Lu Xiao Feng
berjalan keluar, dan Xue Bing mengikutinya.
"Apakah kita menuju ke Tenggara sekarang?"
"Kita" Lagi?" Lu Xiao Feng seperti seseorang yang mulutnya penuh dengan jeruk
limau yang masam.
"Tentu saja kita!" kata Xue Bing dengan wajah yang kaku. "Kau kira kau bisa
meninggalkanku sendirian di sini?"
Lu Xiao Feng memang ingin melakukan hal itu, tapi ia tahu bahwa sekali perempuan
seperti ini memutuskan untuk mengikutimu, kau tak bisa menyingkirkannya tak
perduli apa pun yang kau coba lakukan.
"Untuk apa kau ikut denganku" Ingin menemaniku bila aku mati?"
"Tidak!" Xue Bing menggigit bibirnya lagi. "Aku hanya ingin melihat seperti apa
dirimu setelah kau mati!"
______________________________
Jalan itu hampir seluruhnya tertutup oleh lempeng batu hijau, pohon-pohon kapas
merah yang lebih merah daripada daun maple berbaris di sepanjang jalan, warna-
warna dunia tampak cerah dan indah seperti saat fajar.
"Inikah kota Wang Ping?"
"Mmhmm!"
"Kudengar makanan di sini adalah yang terbaik!"
"Kau pernah mencicipinya?"
"Tidak, tapi kudengar beberapa jenis masakan di sini adalah yang terbaik!"
"Coba beritahu aku."
"Sayap Besar dari Tiga Lingkaran Besar, Ayam Seratus Warna dari Wen Tian,
Sayuran Danau dari Xi Yuan, Rumah Siput Yang Dibakar dari Nan Yuan...."
Xue Bing baru bicara sampai di situ sebelum ia terpaksa berhenti, karena ia
sadar bahwa air liurnya hampir menetes.
"Itu belum seberapa, makanan terbaik yang ada di sini mungkin belum pernah kau
dengarkan sebelumnya!" Lu Xiao Feng berkata dengan acuh tak acuh.
"Kau ingin mengajakku makan sekarang juga?" Mata Xue Bing bersinar-sinar.
"Selama kau bersikap sebagai seorang gadis yang baik, kujamin kau akan
mendapatkan sesuatu yang enak untuk dimakan!"
Jelas ia pernah datang ke tempat ini karena ia memasang tampang seperti seekor
kuda tua yang mengenali jalan pulangnya. Dengan Xue Bing mengikuti di
belakangnya, ia berputar dan berbelok-belok menelusuri jalan dan tiba di sebuah
jalan kecil yang sangat sempit. Jalan itu tidak begitu terang, dan di atas
tanahnya masih tersisa lumpur bekas hujan beberapa hari yang lalu. Di kedua sisi
jalan ada berbagai jenis warung pedagang kecil, tapi semua pintunya juga sangat
sempit. Orang-orang yang keluar-masuk semua tampak lusuh.
Koleksi Kang Zusi
50 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Ada makanan enak di tempat seperti ini?" Xue Bing bergumam pada dirinya
sendiri. Tapi ia tidak berani untuk bertanya keras-keras. Tempat ini seperti sebuah
negeri yang asing baginya, ia tak mengerti sepatah kata pun yang diucapkan oleh
penduduk setempat. Ia benar-benar agak khawatir kalau-kalau Lu Xiao Feng
meninggalkannya di sini sendirian.
Saat itulah ia menyadari bahwa ada sebuah aroma yang lezatnya tak terkira
terbang bersama angin. Ia belum pernah mencium aroma yang begitu harum.
Tampaknya Lu Xiao Feng sama sekali tidak berdusta padanya, benar-benar ada
sesuatu yang enak untuk dimakan di tempat ini.
"Aroma apa ini?" Ia bertanya.
"Aroma makanan terenak di dunia, kau akan setuju setelah kau mencicipinya!" Lu
Xiao Feng berkata padanya.
Tepat di ujung jalan itu ada sebuah warung yang sangat kecil, di pintu depannya
ada sebuah tungku yang sangat besar. Di atas tungku ada sebuah panci besar
berisi masakan, aroma tadi berasal dari panci ini. Tapi bagian dalam warung
tampak sangat kotor. Dinding, kursi, meja, semuanya hitam berminyak karena asap,
bahkan papan nama di atas pintu pun sudah begitu gelapnya sehingga kata-katanya
tidak bisa dikenali. Tapi aroma ini benar-benar terlalu menggoda. Mereka baru
saja duduk waktu seorang pelayan menghidangkan dua mangkuk besar daging giling
untuk mereka. Tampaknya tempat ini tidak menyediakan makanan lain. Daging itu masih beruap,
bukan hanya aromanya harum, sepertinya rasanya juga enak.
Lu Xiao Feng segera mengambil sebuah sendok dan menyerahkannya pada Xue Bing.
"Makanlah selagi masih panas, rasanya kurang enak kalau sudah dingin!"
Xue Bing mencoba sesendok, lalu sesendok lagi. Rasanya luar biasa enak.
"Apa isinya?" Ia bertanya. "Selain daging, sepertinya ada yang lain juga."
"Kau menyukainya?"
"Lezat sekali!"
"Jika rasanya lezat, maka makanlah lagi dan jangan bicara lagi!"
Lu Xiao Feng menghabiskan satu mangkuk dan menambah satu mangkuk lagi. Tiba-tiba
ia membuat sebuah isyarat aneh pada si pelayan. Pelayan itu tadinya bersikap
seolah-olah ia tidak begitu memperdulikan tamu-tamu dari luar kota ini.
Tapi setelah ia melihat isyarat Lu Xiao Feng itu, sikapnya segera berubah.
"Ada 'pa?" Ia datang berlarian sambil tersenyum lebar.
"Aku k'sini tuk cari s'seorang!" Lu Xiao Feng menjawab.
"S'apa yang kau cari?"
"Raja Ular."
Ekspresi wajah si pelayan tampak berubah sedikit.
"U'tuk 'pa kau m'ncarinya?"
"Margaku Lu, b'lang begitu pad'anya, ia 'kan tahu!"
Si pelayan bimbang sebentar sebelum akhirnya mengangguk sedikit.
"T'nggu di sini!"
Xue Bing terheran-heran selama itu. Akhirnya, setelah si pelayan keluar melalui
sebuah pintu sempit di belakang, ia tak bisa menahan dirinya lagi dan bertanya.
"Apa yang barusan kalian bicarakan?"
"Aku meminta bantuannya untuk menemukan seseorang!"
"Seseorang di tempat seperti ini" Siapa?"
"Raja Ular!"
"Raja Ular" Dan siapakah Raja Ular ini?"
"Di sepanjang jalan menuju ke sini, apa yang kau lihat?" Lu Xiao Feng tidak
menjawab tapi malah bertanya padanya.
"Itu bukan jalan, hanya sebuah gang kecil dan kotor."
Koleksi Kang Zusi
51 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Ini adalah sebuah jalan, dan bisa dibilang merupakan jalan paling terkenal di
kota ini!"
"Oh?"
"Kau tahu apa yang ada di jalan ini?"
"Beberapa pedagang yang lusuh dan tidak rapi, dan beberapa orang yang kumal!"
"Tahukah kamu apa yang dilakukan orang-orang itu?"
"Aku bahkan tidak memandang pada mereka, apalagi memikirkan tentang mereka!"
"Kau seharusnya melakukannya!"
"Mengapa?"
"Karena di antara mereka, paling tidak ada 10 orang buronan yang kepalanya
berharga, paling sedikit ada 20 orang pencuri ulung, setidak-tidaknya ada 30
orang jagoan. Jika kau bermusuhan dengan mereka, hampir mustahil untuk bisa
melakukan sesuatu di kota ini!"
"Aku faham sekarang, ini adalah jalan tempat para penjahat!"
"Raja Ular adalah raja di jalan ini, ia juga merupakan pemimpin dari mereka
semua. Hanya satu kata darinya dan mereka semua tentu bersedia melakukan apa saja yang
kau minta pada mereka!"
"Kau tidak bermaksud meminta orang-orang ini untuk bertarung bagimu, bukan?"
"Jika aku membutuhkan bantuan untuk berkelahi, aku sudah punya pembantu yang
hebat seperti dirimu, mengapa aku membutuhkan orang lain?" Lu Xiao Feng tertawa.
"Lalu untuk apa kau menanyakan si Raja Ular?"
"Aku ingin memintanya membantuku...."
Ia belum selesai bicara waktu pelayan tadi datang kembali sambil berlarian.
Sikapnya pada Lu Xiao Feng berubah sekali lagi, sekarang lebih hangat dan lebih
hormat. "Jadi T'uan ad'lah t'man lama. Sehar'snya T'uan bil'ng t'di!"
"Dia m'sih ingat pad'ku?" Lu Xiao Feng tersenyum.
"Tent' saja! Bos bilang T'uan ad'lah sah'bat yang baik. Ia menyuruh hamba
membawa T'uan deng'n segera!"
Di balik pintu sempit di belakang sana ada sebuah gang yang bahkan lebih sempit
lagi. Dari dalam selokan yang gelap, tercium bau busuk yang sangat menyengat,
lalat-lalat beterbangan di mana-mana. Di ujung gang, ada sebuah pintu kecil
lagi. Setelah mendorong pintu itu hingga terbuka, mereka tiba di sebuah halaman yang
sangat luas. Kira-kira 10 orang atau lebih laki-laki bertubuh kuat dan tidak
mengenakan pakaian tampak sibuk bermain dadu di halaman itu, begitu asyiknya
mereka sehingga tubuh mereka bersimbah dengan keringat. Di sudut sana ada
beberapa puluh kandang, di dalam beberapa kandang ada ular-ular berbisa, di
dalam kandang-kandang yang lain ada kucing liar dan anjing liar. Seseorang
sedang menarik seekor anjing kuning keluar dari sebuah kandang dan, dengan
sebuah gerakan yang cepat, membenamkan anjing itu ke sebuah bak mandi besar
sehingga hewan itu tenggelam di air dan mati lemas. Xue Bing hampir muntah
melihatnya. Tapi Lu Xiao Feng tampaknya tidak tergoyahkan.
"Nah, ini baru benar-benar seorang ahli membunuh anjing," Ia berkata dengan
santai. "Dengan cara itu tidak setetes pun darah yang hilang. Daging anjing
seperti itu pasti rasanya benar-benar enak!"
Xue Bing tidak menjawab, ia khawatir kalau ia bicara maka seluruh daging yang
barusan ia makan akan tertumpah keluar.
Dua orang laki-laki bertubuh besar yang tadinya asyik mengamati teman-temannya
bermain dadu tiba-tiba berjalan menghampiri.
"K'lian ke sini u'tuk Raja Ular?" Mereka menatap Lu Xiao Feng.


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lu Xiao Feng mengangguk. Kedua laki-laki itu saling melirik satu sama lain
sebelum tiba-tiba menyerang, berusaha menyergap Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng tidak bergerak, kedua laki-laki itu baru saja menyentuhnya ketika
Koleksi Kang Zusi
52 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
mereka sendiri tiba-tiba terpental ke udara.
Si pelayan bersorak dengan gembira.
"S'dah kub'lang kungf'nya h'bat, k'lian tid'k perc'ya juga pad'ku. Ada l'gi yang
m'u cob'-coba?"
Semua orang yang berada di halaman itu berpaling dan memandang Lu Xiao Feng
dengan segan, perlahan-lahan mereka mundur untuk memberi jalan baginya.
Si pelayan membawanya ke sebuah warung kecil lainnya dan menaiki sebuah tangga
yang sangat sempit dan tiba di sebuah pintu yang amat sempit. Pintu itu tertutup
oleh sebuah tirai yang terbuat dari manik-manik hitam.
"Raja Ular berada di dalam, silakan!"
Bagaimana mungkin pemimpin yang mampu mengendalikan para penjahat kota ini
tinggal di sebuah tempat yang begini kumal" Xue Bing merasa amat aneh, sampai ia
berjalan melewati pintu. Bagian dalam ternyata merupakan dunia yang benar-benar
berbeda dengan bagian luar. Bahkan seorang gadis manja seperti Xue Bing yang
dibesarkan dalam keluarga kaya-raya pun belum pernah melihat ruangan yang
perabotannya begini mewah dan mahal. Setiap benda, setiap barang di ruangan ini
adalah mahakarya yang tak ternilai harganya, mulai dari cangkir teh yang terbuat
dari giok putih hingga mangkuk buah yang terbuat dari kristal Persia, begitu
juga dengan lukisan-lukisan di dinding. Dua di antaranya adalah potret Wu Dao
Zi, satunya lagi adalah lukisan kuda yang dibuat oleh Han Gan dan satu lagi
adalah hasil karya Kaisar sendiri.
Seseorang sedang duduk bersandar di sebuah kursi goyang yang dipasangi bantalan.
Sambil tersenyum, ia mengulurkan tangannya ke arah Lu Xiao Feng. Hampir tidak
ada daging sama sekali di tangan itu. Xue Bing tak pernah melihat orang yang
begitu kurus dalam hidupnya. Bukan hanya tidak ada daging di tangannya, wajahnya
yang pucat pun tampak tidak lebih dari sehelai kulit yang menggelantung di
tulang. Walaupun di luar cuaca sedang panas terik, kursi itu dilapisi oleh sehelai kulit
harimau, dan orang itu mengenakan sebuah mantel yang amat besar. Xue Bing tak
bisa membayangkan bahwa pemimpin semua penjahat di kota itu bertampang seperti
ini. Lu Xiao Feng telah berjalan menghampiri dan menjabat tangannya erat-erat.
"Tidak kukira bahwa kau benar-benar ingat pada orang cacat sepertiku dan mau
datang mengunjungiku!" Raja Ular tersenyum.
Xue Bing menarik nafas lega, akhirnya seseorang mengucapkan kata-kata yang bisa
ia fahami. "Sudah lama aku ingin mengunjungimu, tapi kali... kali ini aku ke sini bukan hanya
untuk menemuimu!" Lu Xiao Feng menjawab.
"Tak apa-apa, kau sudah berada di sini, dan aku benar-benar senang karenanya!"
"Aku ingin meminta sesuatu darimu."
"Kau datang ke sini, tentu saja untuk meminta sesuatu dariku, kenyataan bahwa
kau berfikir untuk datang padaku adalah bukti bagiku bahwa kau masih
menganggapku sebagai seorang sahabat, itu sudah lebih dari cukup!" Ia tertawa
dengan tulus dan berpaling pada Xue Bing. "Di samping itu, kau membawa seorang
wanita yang begini cantik, belum pernah aku melihat yang secantik ini!"
Wajah Xue Bing memerah.
"Margaku Xue, lengkapnya Xue Bing!" Ia menjawab dengan malu. Tiba-tiba ia
menyadari bahwa walaupun fisik Raja Ular lemah, ia tetaplah seorang yang sangat
berani dan terus terang, juga seorang sahabat yang sangat setia. Ia tiba-tiba
menyadari bahwa kesannya terhadap orang ini adalah sangat baik.
"Xue Bing" Apakah kau Xue Bing dari keluarga Jarum Dewi Xue?"
Xue Bing mengangguk dengan wajah memerah.
"Siapa yang tahu kalau aku bisa melihat si cantik yang paling terkenal di dunia
persilatan?" Raja Ular tertawa dan berkata dengan keras. Sambil menjabat tangan
Koleksi Kang Zusi
53 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Lu Xiao Feng dengan erat, ia berkata, "Tampaknya bukan hanya seleramu sangat
tinggi, nasibmu juga sangat mujur. Jika aku jadi kau, aku akan minum sekarang
juga!" Kali ini Lu Xiao Feng tampaknya sangat patuh dan ia segera menuangkan minuman
dan meminumnya. Di atas meja memang ada sebuah cangkir emas berbentuk tanduk,
dan araknya berwarna kuning gelap.
Arak itu hampir habis ketika Raja Ular akhirnya bicara lagi.
"Apa yang kau inginkan" Jika aku memilikinya, kau boleh mengambilnya. Jika aku
tidak memilikinya, aku akan mencarikannya untukmu!"
"Aku ingin sebuah peta!"
"Peta apa?"
"Sebuah peta mengenai tata ruang Istana Kerajaan, berikut lokasi penjaga dan
perangkap di sana serta waktu pergantian para penjaga!"
Ini, tentu saja, bukan hal yang mudah untuk didapatkan. Tapi Raja Ular tampaknya
tidak keberatan, ia juga tidak bertanya peta itu digunakan untuk apa.
Jawabannya sangat sederhana.
"Baik!"
Lu Xiao Feng tidak mengucapkan terima kasih padanya, persahabatan mereka jauh
melebihi kata itu.
Raja Ular memandang mata Lu Xiao Feng dengan perasaan puas di matanya. Ia faham
perasaan Lu Xiao Feng. Ia hanya mengajukan satu pertanyaan.
"Di mana kau hendak menginap malam ini?"
"Penginapan 'Seperti Yang Anda Harapkan'!"
"Sebelum matahari terbenam besok, aku akan mengirimkan seseorang bersama peta
itu padamu."
______________________________
Angin di tepi sungai selamanya dingin dan menyegarkan. Malam itu hawanya dingin
seperti air. Di langit tampak bulan dan bintang, dan ada beratus-ratus bintang
seperti api di atas perahu nelayan. Dengan hati senang, mereka berjalan-jalan
dengan perlahan di tepi sungai. Kota ini benar-benar indah, mereka menyukainya,
dan juga menyukai orang-orang di kota ini.
"Aku akhirnya memahami sesuatu!" Xue Bing tiba-tiba menarik nafas dengan lembut.
"Apa itu?" Lu Xiao Feng bertanya.
"Kau benar-benar memiliki banyak sahabat yang hebat!"
"Terutama seorang sahabat seperti si Raja Ular," Lu Xiao Feng setuju. "Siapa pun
yang memiliki sahabat seperti dia pasti beruntung!"
Xue Bing berhenti dan mengamati lampu di perahu nelayan yang berkerlap-kerlip di
sungai dan gelombang air sungai yang diterangi oleh sinar bulan. Hatinya penuh
dengan perasaan riang dan gembira.
"Aku suka tempat ini, nanti aku mungkin akan bertempat-tinggal di sini!"
"Bukan hanya orang-orang di sini hebat, cuacanya juga bagus, dan banyak makanan
enak di sini!"
"Terutama daging giling yang kita makan tadi," Xue Bing berkata dengan malu.
"Aku tak akan pernah melupakannya!"
"Jika kau tahu daging itu terbuat dari apa, maka kau benar-benar tidak akan
pernah melupakannya!" Lu Xiao Feng tertawa.
"Memangnya terbuat dari apa?"
"Daging ular dan kucing."
______________________________
Xue Bing masih muntah-muntah. Ia telah muntah 5 kali. Waktu ia kembali ke
penginapan, ia mencari sebuah baskom cucian dan bersembunyi di sudut kamar,
muntah-muntah. Ia sedang memuntahkan sisa-sisa air di perutnya saat ini. Lu Xiao
Koleksi Kang Zusi
54 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
Feng hanya tersenyum sambil menonton di pinggir.
Akhirnya Xue Bing berhenti muntah-muntah dan berpaling. Ia menatap Lu Xiao Feng
dengan gusar. "Tentu ada sesuatu yang salah padamu, kau suka melihat orang lain menderita." Ia
menggerutu dengan nada yang pahit dan gigi dikertakkan.
"Aku tidak suka melihat orang lain menderita," Lu Xiao Feng masih tersenyum.
"Aku hanya suka melihatmu menderita sedikit!"
"Apa salahku padamu?" Xue Bing melompat bangkit. "Mengapa kau menyiksaku seperti
ini?" "Bukankah orang seperti ini tidak punya hati?" Lu Xiao Feng menggeleng-gelengkan
kepalanya dan menarik nafas. "Aku mengajaknya makan makanan yang begitu lezat,
dan ia masih menuduhku menyiksanya!"
"Jadi, menurutmu, seharusnya aku berterima-kasih padamu?"
"Tepat!"
"Aku sangat berterima-kasih, begitu berterima-kasihnya sehingga aku ingin
menggigitmu sampai mampus!"
Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan menarik Lu Xiao Feng. Ia menggigit
telinganya. Gigitan itu tidaklah keras....
______________________________
Angin begitu lembut, malam begitu sunyi. Dua orang muda-mudi yang berkasih-
kasihan di sebuah kota yang aneh tetapi indah - jika kau seorang laki-laki,
bukankah kau berharap menjadi Lu Xiao Feng" Jika kau seorang wanita, bukankah
kau berharap dirimu adalah Xue Bing"
______________________________
Senja, senja lagi. Sambil bergandengan tangan, mereka kembali dari kota. Ada
sebuah amplop besar di atas meja.
Hanya ada 3 kata di atas amplop itu.
"Beruntung Tidak Mengecewakanmu!"
Di bawah sinar bintang, jalan yang terbuat dari lempengan batu hijau itu
berkilauan seperti cermin.
"Haruskah kau pergi?" Xue Bing memegang tangan Lu Xiao Feng seerat-eratnya. Lu
Xiao Feng mengangguk.
"Dan kau tidak mengijinkan aku ikut denganmu?"
Lu Xiao Feng mengangguk lagi.
Gadis itu berpaling, karena air mata telah menitik dari matanya, ia tidak ingin
Lu Xiao Feng melihatnya.
"Jika kita berdua pergi, maka kesempatan bagi kita untuk tetap hidup jadi
tinggal setengahnya!" Ia menjelaskan.
"Tapi... bagaimana mungkin aku menunggumu di luar sendirian?"
"Kau boleh pergi untuk mencari seseorang buat dijadikan teman berbincang-bincang
atau minum-minum."
"Siapa yang bisa kucari?"
"Siapa pun, selama mereka punya lidah yang bisa bicara dan mulut yang bisa
minum!" Lu Xiao Feng bergurau.
Xue Bing menegakkan kepalanya dan menatap Lu Xiao Feng dengan gusar. Ia
menendang tulang kering pemuda itu dengan agak keras.
"Ok, baik! Aku akan pergi dan mencari laki-laki lain, kau pergilah dan
mampuslah!"
Ia berkata dengan keras.
Bab 5: Resiko Mencari Petunjuk
Angin masih lembut, malam masih hening. Tapi Lu Xiao Feng tahu betul bahwa malam
yang tenang ini mungkin menyembunyikan perangkap yang tak terhitung Koleksi Kang
Zusi 55 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
jumlahnya, angin yang lembut ini mungkin membawa anak-anak panah yang mematikan.
"Di dalam Istana Kerajaan, sebenarnya hanya ada 620 orang penjaga, pada malam
hari mereka dibagi menjadi 3 giliran jaga."
"Tiap giliran jaga ada 200 orang, dan setiap giliran dibagi lagi menjadi 6
kelompok."
"Dari 6 kelompok ini, ada yang berpatroli menelusuri Istana, ada yang tetap
berjaga di luar kediaman Pangeran, dan ada yang bersembunyi di halaman dan aula
untuk menjebak tamu tak diundang."
"Satu kelompok yang berpatroli di luar Ruang Harta terdiri dari 54 orang
anggota. Mereka terbagi lagi menjadi regu-regu yang terdiri dari 9 orang. Mulai pukul 8
malam, mereka mulai berpatroli mengelilingi daerah di sekitar Ruang Harta, dan
selang waktu antara tiap regu paling lama adalah 5 menit."
Raja Ular telah menemukan banyak hal tentang semua ini. Jelas ia mempunyai orang
di dalam Istana Kerajaan. Untuk memasuki Istana Kerajaan, hanya ada satu cara -
lewat sebuah halaman kecil di sudut Barat Laut. Di situlah letak markas para
penjaga, dan juga merupakan tempat yang paling tidak dijaga di seluruh Istana
Kerajaan. Penjaga yang sedang tidak bertugas mungkin semuanya kelelahan dan
bahkan telah tertidur sebelum sampai di tempat tidur mereka. Lu Xiao Feng telah
mengamat-amati tembok istana, tapi ia masih merasa tidak enak. Ia tidak ingin
mengucapkan kata-kata tadi pada Xue Bing, tapi ia terpaksa, ia tak boleh
membiarkan Xue Bing mengambil resiko ini bersamanya.
Walaupun yang ingin ia lakukan adalah mencari tahu apakah seseorang bisa masuk
sendiri ke Ruang Harta atau tidak, walaupun yang ingin ia lakukan adalah mencari
tahu bagaimana caranya si Bandit Penyulam masuk ke Ruang Harta sehingga ia bisa
mendapatkan petunjuk untuk diikuti, tapi ia juga tahu betul bahwa memasuki
Istana Kerajaan itu seperti meletakkan kakinya di pintu kematian. Sekali
ketahuan, maka ia akan mati di bawah hujan golok dan panah.
Para penjaga di dalam Istana Kerajaan tak akan mau mendengarkan penjelasannya.
Ia tak boleh membiarkan Xue Bing mengambil resiko ini.
Tapi mengapa ia mau mengambil resiko ini" Bahkan ia sendiri tidak terlalu yakin
bahwa ia tahu jawaban untuk pertanyaan ini. Mungkin tak lebih karena ia terlahir
sebagai orang yang suka mengambil resiko. Mungkin ia terdorong bukan hanya oleh
perasaan ingin tahu tetapi juga perasaan tersaingi. Tak perduli apa, ia telah
bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan menyingkap siapa sebenarnya Bandit
Penyulam itu. Di dalam halaman ada sebaris bangunan yang agak sederhana, sekali waktu suara
dengkuran bisa terdengar dari dalamnya. Di belakangnya, lampu di dapur besar
masih menyala, jelas seseorang sedang sibuk mempersiapkan makan malam untuk para
penjaga yang hendak kembali dari tugasnya. Sekarang adalah waktu para penjaga
giliran pertama kembali dari tugasnya dan kelompok jaga kedua menggantikannya.
Kelompok jaga ketiga masih terlelap dalam mimpi mereka.
Lu Xiao Feng bukanlah si Raja Pencuri, karena ia tak pernah mencuri. Tapi
mencuri seperangkat pakaian seragam dari sekelompok orang yang sedang tidur
adalah jauh dari sukar bagi orang seperti dia.
Maka sekarang ia telah memiliki satu stel lengkap pakaian seragam penjaga, ia
memakainya di luar pakaian malamnya yang ketat. Para penjaga itu adalah orang-
orang muda yang bertubuh besar dan kuat, maka tubuh mereka semua sama tingginya
dan sebangun dengan dirinya. Tapi ia harus cepat. Selama pergantian giliran
jaga, sedikit kebingungan dan kekacauan tentu tak dapat dihindarkan, dan karena
kekacauan itu perasaan kurang waspada tentu tak dapat dihindarkan pula.
Ini adalah kesempatan terbaiknya. Ia telah menemukan rute tercepat ke Ruang
Harta berdasarkan peta itu.
Dalam perjalanannya ia bertemu dengan para penjaga yang baru pulang dari Koleksi
Kang Zusi 56 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
tugasnya, tapi ia tidak menghindari mereka, dan mereka pun tidak
memperhatikannya.
Seseorang terlambat muncul selama pergantian giliran jaga bukanlah hal yang luar
biasa. Di samping itu, dari 800-an orang penjaga di dalam Istana Kerajaan, ada
beberapa di antaranya yang merupakan orang-orang baru. Kawasan Ruang Harta
mencakup daerah yang luas. Di sebelah kiri ada sebuah hutan pohon persik, tapi
bunga-bunganya telah gugur. Lu Xiao Feng bersembunyi di hutan sampai sebuah regu
patroli lewat sebelum melompat keluar dengan ringan dan perlahan dan masuk ke
dalam barisan di belakang orang terakhir.
Gerakannya, tentu saja, sama sekali tidak terdengar. Dan regu-regu patroli lain
yang mereka lewati jelas tidak melihat bahwa regu ini bertambah 1 orang
anggotanya di belakang. Tugas regu ini adalah berpatroli di luar Ruang Harta,
maka ia mengikuti mereka mengelilingi seluruh Ruang Harta untuk satu putaran.
Hatinya bertambah dingin. Dinding Ruang Harta terbuat dari balok-balok raksasa
dan hampir tidak ada lubang di mana pun, apalagi jendela. Tampaknya seekor lalat
pun tidak bisa masuk.
Sesudah menunggu orang di depannya berbelok di tikungan, Lu Xiao Feng tiba-tiba
melayang ke atas atap Ruang Harta. Mungkin ada sebuah lubang udara di atap,
bahkan jika atap itu tertutup oleh genteng, genteng-genteng itu tentu tak sukar
untuk digeser. Ia tahu bahwa sejumlah orang golongan hitam di dunia persilatan
suka menggunakan cara ini. Maka sekarang ia meniru mereka dan memeriksa atap itu


Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan teliti. Ia masih tak berhasil menemukan jalan masuk.
Ia menggeser beberapa lembar genteng untuk menemukan bahwa di bawahnya ada 3
lapis kawat baja yang tampaknya mustahil untuk dipotong walaupun dengan
menggunakan golok yang paling tajam. Ruang Harta ini persis seperti peti baja
yang kedap udara. Lupakan saja lalat, bahkan angin pun tak bisa masuk. Jadi
bagaimana caranya si Bandit Penyulam masuk" Di samping Ruang Harta ada sebuah
bangunan yang agak kecil, bagian dalamnya tampak gelap gulita.
Seperti seekor burung, ia melayang. Sekarang ia benar-benar menyerah dan hanya
ingin mencari jalan keluar secepat mungkin. Saat ia melayang, tiba-tiba ia
melihat seseorang berdiri di dalam bangunan kecil tadi. Dia adalah seorang laki-
laki berwajah pucat, berjenggot tipis, dan mengenakan jubah putih seperti salju.
Dalam kegelapan, matanya seperti sepasang bintang yang dingin. Jantung Lu Xiao
Feng tenggelam, dan tubuhnya pun melayang turun.
Dengan gerakan "Balok Seribu Ton", ia mendarat di atas tanah. Tepat saat itu, ia
melihat kilauan sebatang pedang melesat langsung ke arahnya dari atas atap
seberang. Seumur hidupnya, belum pernah ia melihat kilatan pedang yang demikian
spektakuler dan cepat.
Tiba-tiba, seluruh tubuhnya seolah-olah terbungkus oleh sebuah aura, aura
pedang, aura yang sanggup menggigilkan seorang manusia, siapa pun orangnya,
hingga ke pusat tulangnya. Kilatan pedang itu tampaknya, luar biasa sekali,
bahkan lebih menakutkan daripada kilatan pedang XiMen ChuiXue. Hampir tak ada
orang di dunia ini yang mampu bertahan terhadap serangan itu. Lu Xiao Feng pun
tidak, bahkan walaupun ia berusaha. Ia menjejakkan kakinya ke tanah dan melesat
mundur. Kilatan pedang itu mengikutinya, memburunya. Tak perduli betapa cepat ia mundur,
ia tak bisa menjauh dari serangan itu, apalagi di belakangnya tidak ada lagi
tempat untuk mundur.
Tubuhnya telah mepet ke salah satu dinding Ruang Harta itu. Kilatan pedang itu,
seperti sebuah petir, meluncur ke arah dadanya. Tak ada gunanya berusaha
menghindar ke samping, bahkan jika ia mampu. Apa pun gerakan yang bisa ia
lakukan sekarang tentu akan terlalu lambat, akan terlambat. Ia menghadapi
ancaman kematian!
Tapi saat inilah, dadanya tiba-tiba melesak ke dalam, melesak begitu dalamnya
sehingga dadanya seperti menempel ke tulang belakangnya. Serangan pedang itu
Koleksi Kang Zusi
57 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
mengandung tenaga dan posisi yang telah terukur, tapi tidak memperhitungkan
kalau tubuh Lu Xiao Feng tiba-tiba bisa menjadi lebih kurus. Perubahan ini
adalah sesuatu yang tak dapat dibayangkan oleh siapa pun. Maka waktu kilatan
pedang itu mencapainya, pedang itu terhenti di tengah jalan, karena seharusnya
dadanya sekarang telah tertusuk dan tidak perlu menambah tenaga dan menusukkan
pedang itu lagi.
Orang yang benar-benar jagoan tentu selalu teliti dan kikir dalam hal
mengeluarkan energi sehingga tidak membuang-buang tenaga walaupun sedikit.
Apalagi orang ini adalah seorang jagoan di antara para jagoan! Ia tak pernah
membayangkan kalau serangannya ini tidak mencapai sasarannya. Tapi Lu Xiao Feng
masih tidak bisa pergi ke mana-mana, yang harus ia lakukan hanyalah mendorongkan
pedangnya ke depan sedikit lagi dan Lu Xiao Feng tetap akan mati.
Tapi, pada saat yang genting ini, Lu Xiao Feng menyerang! Tiba-tiba ia
mengulurkan 2 buah jarinya dan menjepit pedang itu! Tak seorang pun bisa
menguraikan kecepatan dan kecekatan gerakan ini, karena jika kau melihatnya
dengan mata kepalamu sendiri, kau tak akan pernah mempercayainya. Laki-laki
berjubah putih itu turun kembali ke tanah. Ia tidak berusaha mengalirkan energi
lagi ke dalam pedangnya tapi malah menatap dingin pada Lu Xiao Feng dengan
matanya yang gemerlapan seperti bintang.
Lu Xiao Feng balas menatapnya.
"Majikan Benteng Awan Putih?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Kau mengenalku?" Orang itu menjawab dengan dingin.
"Selain dari Majikan Benteng Awan Putih, siapa lagi di dunia ini yang bisa
membuat sebuah serangan seperti itu?" Lu Xiao Feng menarik nafas.
Orang itu akhirnya mengangguk.
"Lu Xiao Feng?" Tiba-tiba ia juga bertanya.
"Kau mengenalku?"
"Selain dari Lu Xiao Feng, siapa lagi yang bisa bertahan terhadap seranganku
itu?" Lu Xiao Feng tersenyum. Siapa pun akan merasa senang bila mendengar "Majikan
Benteng Awan Putih" berkata demikian. Menurut kabar angin, ia tak pernah memuji
siapa pun, tapi kalimat tadi jelas merupakan sebuah pujian.
"Empat tahun yang lalu, kau menggunakan gerakan yang sama dan menangkap serangan
pedang dari Tosu Kayu." Ye Gu Cheng meneruskan. "Hingga saat ini ia masih
menyatakan bahwa gerakanmu itu benar-benar tak ada tandingannya di dunia ini."
"Ia adalah sahabatku, banyak orang yang suka melebih-lebihkan sedikit tentang
sahabatnya!" Lu Xiao Feng tertawa.
"Empat bulan yang lalu, ia melihatku menggunakan serangan 'Malaikat Khayangan'
tadi. Ia juga menyatakan bahwa gerakan tadi tak ada bandingnya di dunia ini."
"Memang benar!" Lu Xiao Feng menarik nafas.
"Tapi ia masih berpendapat bahwa kau mampu menghentikan gerakanku itu!"
"Oh?"
"Aku tidak mempercayainya, maka aku harus mencobanya!"
"Kau tahu kalau aku akan datang ke sini?"
Ye Gu Cheng mengangguk.
"Dan kau sedang menungguku di sini?"
Ye Gu Cheng mengangguk lagi.
"Bagaimana jika aku tak mampu menangkap serangan tadi?"
"Maka kau bukanlah Lu Xiao Feng!" Ye Gu Cheng menjawab dengan bersahaja.
"Bahkan Lu Xiao Feng pun mungkin tak sanggup menangkap seranganmu tadi!" Lu Xiao
Feng tersenyum sabar.
"Jika Lu Xiao Feng tak mampu menangkap serangan tadi, maka Lu Xiao Feng tidak
akan menjadi Lu Xiao Feng yang sekarang."
Koleksi Kang Zusi
58 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Jika Lu Xiao Feng tidak menangkap serangan tadi, maka Lu Xiao Feng tentu telah
mati sekarang!"
"Benar!" Ye Gu Cheng mengiyakan dengan dingin. "Orang mati adalah orang mati.
Mayat tidak memiliki nama!"
Tiba-tiba ia menarik dan pedang itu kembali ke sarungnya. Ia juga merupakan
orang pertama yang mampu menarik pedangnya dari jepitan jari-jari Lu Xiao Feng.
"Tampaknya kau memang tidak ingin membunuhku!" Lu Xiao Feng tersenyum.
"Oh?"
"Karena jika kau mau, sekarang adalah kesempatan berikutnya untuk melakukannya."
Ye Gu Cheng memandang wajah Lu Xiao Feng.
"Tidak banyak lawan sepertimu di dunia ini. Bila satu terbunuh, maka berkurang
satu orang!" Ia berkata dengan lambat-lambat. Dalam matanya yang gemerlap
seperti bintang tiba-tiba terlihat sinar mata kesepian. "Aku orang yang sangat
angkuh, maka aku tidak memiliki banyak teman. Aku tidak perduli tentang hal itu.
Tapi hidup di dunia ini tanpa ada lawan yang berharga, itulah baru kesepian yang
sesungguhnya."
Lu Xiao Feng pun menatapnya.
"Jika kau menginginkan seorang teman, kau selalu bisa menemukan seseorang!" Ia
tersenyum. "Oh?"
"Paling tidak kau bisa menemukan satu sekarang juga!"
"Tampaknya mereka tidak berdusta tentangmu, kau benar-benar orang yang suka
bersahabat!" Mata Ye Gu Cheng tampak menunjukkan sedikit perasaan gembira.
"Mereka" Mereka siapa?"
Ye Gu Cheng tidak menjawab, ia memang tak perlu melakukannya. Karena Lu Xiao
Feng telah melihat Jin Jiu Ling dan Hua Man Lou.
Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa Ye Gu Cheng dan XiMen ChuiXue memiliki
banyak kesamaan. Mereka berdua adalah orang-orang yang sangat kesepian dan
angkuh. Tak seorang pun di antara mereka yang memandang tinggi terhadap nyawa
manusia - baik itu nyawa musuhnya atau nyawa mereka sendiri, bagi mereka itu
sama saja. Gerakan mereka selalu tidak kenal ampun, karena gaya mereka hanya
terdiri dari gerakan-gerakan dan serangan yang mematikan. Mereka berdua juga
suka mengenakan pakaian putih.
Dan mereka berdua selalu bersikap dingin seperti es di pegunungan sana.
Mungkinkah hanya manusia seperti ini yang bisa menguasai ilmu pedang tiada
tandingan" Waktu Lu Xiao Feng mengangkat cangkir araknya, ia melihat sesuatu hal
lagi. Ye Gu Cheng juga tidak menyentuh alkohol, ia bahkan tidak minum teh. Yang
ia minum hanyalah air putih. Segera setelah Lu Xiao Feng mengangkat cangkirnya,
arak telah masuk ke mulutnya.
Ye Gu Cheng memandangnya, tampaknya ia sangat heran.
"Kau suka minum arak?" Ia bertanya.
"Dan aku meminumnya dengan cukup cepat!" Lu Xiao Feng tertawa.
"Itulah yang membuat aku heran!"
"Kau berpendapat minum arak itu hal yang sangat membingungkan?"
"Arak bisa merusak tubuh seseorang dan mengacaukan fikiran seseorang. Tapi,
secara fisik dan mental, kekuatanmu tetap berada di puncaknya!"
"Sebenarnya aku tidak sering minum sebanyak ini," Lu Xiao Feng tersenyum. "Hanya
bila merasa sedih barulah aku minum sekalap ini!"
"Kau sedang sedih?"
"Bagaimana mungkin seseorang tidak merasa sedih bila ia dikhianati oleh sahabat-
sahabatnya?"
Hua Man Lou tersenyum, tentu saja ia faham maksud ucapan Lu Xiao Feng itu.
Koleksi Kang Zusi
59 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam.
"Kau berpendapat bahwa kami telah mengkhianatimu?" Jin Jiu Ling pun tersenyum.
"Kalian tahu kalau aku akan datang ke sini, dan kalian tahu bahwa ada pedang
tiada tanding menungguku di sini. Dan kalian berdua bersikap seperti sepasang
Pendekar Muka Buruk 15 Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan Mayat Persembahan 2
^