Pencarian

Mayat Persembahan 2

Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan Bagian 2


Wiro merasa ragu kakek konyol tukang kencing ini akan benar-benar mau
membantunya. Saat itu tiba-tiba untuk pertama kalinya Gondorowo Patah Hati berkata. "Tiga
puluh tahun lalu aku pernah mendengar riwayat tentang bunga melati hitam itu.
Bunga itu dikenal dengan nama Melati Tujuh Racun. Kalau tidak terjadi perubahan,
walau sangat sulit mungkin aku masih bisa menyelidik di mana bunga itu
beradanya. Kalau aku boleh bertanya, untuk apakah bunga melati hitam itu bagimu"
kalau aku menemukan, berapa kembang harus kuambil?"
"Saat ini aku belum bisa memberi tahu untuk apa bagiku melati hitam itu. Nek,
kau cukup hanya memberi tahu padaku di mana beradanya bunga itu.
Biar nanti aku sendiri yang akan mengambilnya.
Mengenai jumlahnya kalau kau bisa menemukan cukup satu tangkai saja. Nek, kalau
kau bisa menolong, aku benar-benar sangat berterima kasih...."
Gondorowo Patah Hati berpaling pada Naga Kuning. Si bocah menghela nafas
panjang, bersungut-sungut lalu berkata.
"Orang bercinta seharusnya mencari bunga mawar merah, bukan melati gosong!"
Diiringi gelak tawa tiga gadis cantik Naga Kuning dan Gondorowo Patah Hati
segera tinggalkan tempat itu. Setan Ngompol sesaat tegak termangu sambil pegangi
bagian bawah perutnya yang basah kuyup.
Akhirnya kakek ini berkelebat pula ke arah lenyapnya Naga Kuning dan Gondorowo
Patah Hati. Setelah orang-orang itu pergi Wiro berpaling pada tiga gadis cantik di
hadapannya. "Bidadari Angin Timur, Ratu Duyung, Anggini.
Kita terpaksa berpisah di tempat ini. Dalam menyelidik Pedang Naga Suci 212
berlakulah hati-hati. Aku berharap, pada purnama tiga minggu di muka kita bisa
bertemu di puncak Bukit Menoreh di selatan Kotaraja...."
"Kau sendiri hendak ke mana dan mau melakukan apa Wiro?" tanya Bidadari Angin
Timur. "Sesuatu yang tak kalah penting dan berbahayanya dengan apa yang akan kalian
lakukan. 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 27
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Sekali lagi hati-hatilah...."
Saat itu ingin sekali Wiro memeluk ke tiga gadis itu satu persatu namun dia
sadar hal itu tidak mungkin dilakukan. Dia hanya bisa menatap tiga wajah gadis
cantik jelita itu lalu akhirnya tinggalkan tempat itu.
"Aneh," kata Anggini. "Dia tidak memberi tahu untuk apa bunga melati hitam itu."
"Benar, bukankah Wiro telah berjanji pada putri Patih Selo Kaliangan bahwa dia
akan mencari obat penyembuh racun ular yang mendekam di tubuh sang patih yang
menyebabkan orang ke dua di Kerajaan itu saat ini terbaring sakit dan lumpuh,"
ikut bicara Ratu Duyung.
"Yang jadi pertanyaan, dari mana Wiro dapat petunjuk bahwa bunga melati hitam
itu merupakan obat bagi kesembuhan Patih Kerajaan" Setahuku selama ini dia tidak
pernah bertemu orang pandai,"
ujar Anggini pula sambil memandang pada Ratu Duyung dan Bidadari Angin Timur.
Ratu Duyung mengangkat bahu. Sedang Bidadari Angin Timur tak menjawab. Gadis ini
palingkan wajah,
memandang ke jurusan lain.
"Apa yang kita lakukan sekarang?" bertanya Ratu Duyung. "Langsung tinggalkan
tempat ini menyelidik lenyapnya Pedang Naga Suci 212?"
"Makin cepat kita mulai menyelidik makin baik,"
menyahuti Anggini.
"Tunggu dulu," kata Bidadari Angin Timur. "Wiro tidak mau memberi tahu apa yang
hendak dikerjakannya. Tadi aku memperhatikan. Sewaktu meninggalkan tempat ini
tadi, Wiro pergi ke arah yang sama dengan perginya Sutri Kaliangan.
Jangan-jangan sebenarnya dia hendak menyusul gadis itu...."
Jelas ada rasa cemburu terbayang pada ucapan Bidadari Angin Timur.
"Mungkin sebelumnya antara mereka sudah saling janji," kata Ratu Duyung pula
yang ikutan jadl cemburu.
Tiga gadis merasa cemburu wajar-wajar saja karena Sutri Kaliangan memiliki wajah
jelita dan seorang puteri Patih Kerajaan pula.
"Kita harus menyelidik. Apa sebenarnya yang dilakukan Wiro," kata Bidadari Angin
Timur. Dia memberi isyarat pada dua sahabatnya. Ke tiga gadis tinggalkan tempat
itu, berkelebat ke arah lenyapnya Sutri Kaliangan dan Pendekar 212 Wiro Sableng.
Belum lama berlari tiba-tiba Ratu Duyung yang berada di sebelah belakang
berkata. "Kawan-kawan. Ada orang mengikuti kita. Lekas sembunyi!"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 28
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Tiga gadis cantik segera menyelinap ke balik serumpun semak belukar lebat. Tak
lama kemudian muncul orang yang menguntit. Dada turun naik, nafas memburu dan
dua tangan pegangi perut.
"Heran, tiga-tiganya bisa lenyap. Melesat ke langit atau amblas ke dalam tanah"
Tidak mungkin...
tidak mungkin. Pasti sembunyi sekitar sini! Ha...
ha... aku si tua bangka masakan bisa ditipu tiga gadis ingusan!" Sepasang mata
belok orang ini memperhatikan ke atas pohon besar. Dia tidak melihat orang-orang
yang dicarinya.
Di balik semak belukar Bidadari Angin Timur setengah jengkel berkata. "Huh...
tua bangka itu rupanya!" Bersama dua gadis lainnya dia keluar dari balik semak
belukar. "Kakek Setan Ngompol!" tegur Bidadari Angin Timur. Si kakek yang celingukan
mencari-cari langsung pancarkan air kencing saking kagetnya.
"Kek! Bukankah sebelumnya kau ikut bersama Naga Kuning dan Gondorowo Patah Hati"
Sekarang mengapa menguntit kami dan muncul di sini?"
"Kalian jangan curiga. Tadinya aku memang ikutan sama nenek angker dan bocah
konyol itu. Tapi kupikir-pikir apa untungnya mengikuti dua orang yang sedang mabok cinta.
Salah-salah aku bisa jadi ngiler sendiri. Ha... ha... ha." Menjawab Setan
Ngompol. Habis tertawa langsung saja kencingnya terpancar hingga tiga gadis
berteriak dan cepat menjauh. "Dari pada mengikuti mereka bukankah lebih untung
ikut kalian saja"!"
"Untungnya apa?" tanya Bidadari Angin Timur.
"Pertama kalian cantik-cantik! Berarti setiap saat aku melihat pemandangan
indah. Kedua...."
"Sudah! Jangan bicara melantur!" tukas Ratu Duyung. "Kawan-kawan, apa kalian
sudi jalan bersama kakek ini?"
"Sudi tak sudi asal dia mau menurut apa kata kita ya boleh-boleh saja...." jawab
Anggini. "Aku tahu... aku tahu kalian tak bisa menolak.
Bukan karena aku memaksa tapi karena aku dulu juga pernah muda dan ganteng...."
"Uhhhh!" ucap tiga gadis berbarengan.
"Mata belok, kuping kanan terbalik tak karuan!" kata Bidadari Angin Timur
menggoda. "Tampang keriputan. Badan bau pesing!" Ratu Duyung ikut menggoda.
"Sudah... sudah!" kata Setan Ngompol.
"Bukankah kalian mau mengejar Wiro" Berlama-lama di sini nanti kehilangan
jejak." "Eh, bagaimana kau bisa tahu kami hendak mengejar Wiro?" tanya Bidadari Angin
Timur curiga. 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 29
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Setan Ngompol menyeringai. "Apa ada pemuda lain yang pantas kalian kejar" Kalau
saja aku masih muda...."
"Uhhhh...!"
"Ha... ha... ha!" Setan Ngompol tertawa bergelak dan kembali terkencing-kencing.
*** 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 30
6 SEKARANG kita ikuti perjalanan Sutri Kaliangan, putri Patih Kerajaan. Seorang
diri gadis ini memacu kudanya menuju Kotaraja. Saat itu hari masih pagi.
Udara terasa segar. Untuk mempercepat sampai ke Kotaraja Sutri sengaja mengambil
jalan memotong, melewati sebuah lembah, menembus satu rimba belantara kecil.
Sekeluarnya dari rimba itu Kotaraja tak jauh lagi. Namun tak terduga seseorang
telah menunggu kemunculannya di tepi rimba.
Orang ini hanya mengenakan sehelai celana komprang hitam. Tangan dan dada
ditumbuhi bulu lebat. Kulit muka kebiru-biruan. Sepasang mata berwarna merah. Di
sudut bibir mencuat taring.
Masing-masing mata memiliki dua buah alis
berwarna merah. Satu di atas satu di bawah mata.
yang paling aneh adalah kepalanya. Mulai dari kening ke atas kepala orang ini
berbentuk segi empat, berwarna kelabu kehitaman dan keras atos.
DI atas kepala ada sebuah pendupaan yang selalu mengepulkan asap menebar bau
kemenyan. Di pinggangnya tergantung sebuah guci berleher panjang terbuat dari
tembaga. Orang menghadang di tengah jalan, Sutri Kaliangan terpaksa hentikan kudanya.
Tunggangan si gadis ini meringkik beberapa kali sambil mengangkat dua kaki depan
pertanda binatang ini mencium bahaya
mengancam tuannya. Sutri sendiri sudah merasa kalau orang punya niat jahat
terhadapnya. Dia melirik pada guci tembaga yang tergantung di pinggang orang.
Dia ingat keterangan Wiro bahwa seorang gadis sahabatnya dari alam roh telah
disekap di dalam guci ini. Sutri sedikit agak bingung. Menurut Wiro guci itu
terbuat dari perak sedang yang dilihatnya adalah guci tembaga.
Sutri yang sudah kenal siapa adanya si penghadang segera menegur.
"Iblis Kepala Batu Alis Empat! Beberapa lama ini kau menghilang entah ke mana.
Tahu-tahu muncul di pinggir rimba belantara. Bukankah tugasmu seharusnya berada
di kawasan Istana?"
"Terus-menerus berada di sekitar Istana lama-lama membuat diriku jenuh. Apa
salahnya sekali-sekali BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
aku keluyuran dan nasib mujur bertemu gadis secantik dirimu! Ha... ha... ha!"
"Hem.... Cara bicaramu tidak pantas. Apa kau lupa berhadapan dengan puteri
seorang Patih Kerajaan yang harus kau hormati" Melihat caramu berdiri di tengah
jalan, sikapmu seperti menghadang.
Atau mungkin aku salah menduga?"
Orang yang ditegur menyeringai. Mulutnya komat-kamit. Asap menebar bau kemenyan
mengepul dari pendupaan di atas kepalanya yang berbentuk empat persegi.
"Sutri Kaliangan, puteri Patih Kerajaan!
Dugaanmu tidak keliru! Aku sudah mengikutimu sejak dari air terjun Jurang
Mungkung. Sengaja menghadangmu di pinggir rimba belantara ini. Ada satu
persoalan yang ingin kubicarakan denganmu!"
"Hemmm. Mengikuti orang lalu menghadang.
Kini berkata ingin bicara. Sungguh perbuatan tidak pantas. Aku dapat membaca
dari air mukamu! Kau punya niat tidak baik! Iblis Kepala Batu Alis Empat, hati-
hati bicara dan bersikap padaku. Ayahku bisa menjatuhkan hukuman berat atas
dirimu! Ingat itu!"
Iblis Kepala Batu tertawa bergelak.
"Ayahmu memang Patih Kerajaan. Tapi saat ini apa yang bisa dilakukannya.
Tubuhnya tergolek lumpuh di atas pembaringan. Kau masih ingin mengandalkannya
dirinya" Tak lama lagi dia akan dicopot dari jabatannya, digantikan oleh orang
lain!" "Mulutmu lancang, ucapanmu kurang ajar! Lekas menyingkir dari hadapanku!" bentak
Sutri Kaliangan.
"Sutri Kaliangan, aku ingin tahu, apa kepentinganmu hingga memberi tahu pada
Pendekar 212 tempat kediamanku di Kali Mungkung. Pendekar keparat itu telah
menghancurkan tempat kediamanku. Apa kau mengerti kalau kau harus ikut
bertanggung jawab atas perbuatannya itu?"
"Bicara soal tanggung jawab memang satu hal yang tidak enak," jawab Sutri
Kaliangan sambil pasang air muka sinis. "Karenanya aku juga ingin bertanya, apa
kau juga punya rasa tanggung jawab, menculik seorang gadis alam roh dan
menyekapnya dalam guci perunggu itu?"
"Ha... ha... ha!" iblis Kepala Batu Alis Empat alias Iblis Kepala Batu Pemasung
Roh tertawa bergelak.
Asap menggebubu dari dalam pendupaan di atas kepalanya. "Pendekar 212 jelas-
jelas musuh Kerajaan.
Buronan yang harus ditangkap hidup atau mati. Bahkan manusia itu telah
mencelakai ayahmu, Patih Kerajaan.
Tapi justru aku lihat saat ini kau membelanya!
Sungguh keanehan luar biasa! Tapi mungkin bukan keanehan kalau kau sudah jatuh
cinta padanya."
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 32
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Wajah cantik Sutri Kaliangan serta merta bersemu merah.
"Iblis Kepala Batu. Kepala batu berarti otakmu juga batu! Tidak heran kalau
perbuatan dan bicaramu seenaknya! Lekas menyingkir dari hadapanku! Atau kaki-
kaki kudaku akan menghancurkan kepala batumu!"
Kembali Iblis Kepala Batu Alis Empat keluarkan tawa bergelak. "Aku menyirap
kabar kau pernah diculik pendekar itu. Jangan-jangan ha... ha! Kalian berdua
sudah ber ha... ha... ha! Itu sebabnya kau kini ingin membela pemuda itu!"
Merah padam wajah Sutri Kaliangan. Bergetar tubuhnya. Tangan kanannya bergerak,
menekan ujung gagang pedang yang tergantung di pinggang.
Iblis Kepala Batu menyeringai. Bukannya
menyingkir malah dia rentang dua kaki dan tegak berkacak pinggang.
"Dasar iblis! Bicara kurang ajar! Tak mau menyingkir!
Jangan menyesal kalau kupecahkan kepalamu!"
Puteri Patih Kerajaan itu sentakkan tali kekang kudanya. Binatang tinggi besar
itu meringkik keras.
Dua kaki depannya melesat ke atas. Menyambar ke arah kepala orang yang berdiri
di depannya. Sambil menyeringai Iblis Kepala Batu Alis Empat gerakkan dua kakinya. Tubuhnya
melesat miring ke atas. Tendangan kuda tunggangan puteri Patih Kerajaan tak
mengenai sasaran. Bersamaan dengan itu Iblis Kepala Batu tendangkan kaki
kanannya. "Bukkk! Praaakk!"
Kuda besar meringkik keras. Tubuhnya terlempar satu tombak lalu terguling di
tanah, melejang-lejang akhirnya diam, meregang nyawa dengan kepala pecah!
Sutri Kaliangan menjerit keras. Sebelum kudanya tergelimpang di tanah gadis ini
telah melompat dari punggung kuda, mencabut pedang lalu dari atas menyerbu Iblis
Kepala Batu Alis Empat dengan satu bacokan ganas.
"Traangg!"
Pedang di tangan Sutri Kaliangan menghancurkan pendupaan di atas kepala Iblis
Kepala Batu Alis Empat. Kejut dan marah manusia ini bukan alang kepalang.
Pendupaan di atas kepalanya itu merupakan salah satu benda penunjang
kekuatannya. Tubuh orang ini langsung bergetar karena salah satu kekuatan yang
dimilikinya telah musnah. Dia cepat menguasai diri dengan mengerahkan tenaga
dalam. "Keparat jahanam!" gertak Iblis Kepala Batu.
Selama ini dia memang tahu kalau puteri Patih Kerajaan itu memiliki ilmu pedang
tapi tidak 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 33
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
menyangka begitu hebatnya hingga sanggup menghancurkan pendupaan di atas
kepalanya dalam satu jurus saja!
"Sutri Kaliangan! Kau telah menghancurkan pendupaan di atas kepalaku! Orang lain
pasti akan kubunuh saat ini juga! Tapi terhadapmu aku masih punya belas kasihan!
Aku ampuni selembar nyawamu kalau kau mau menyerahkan Keris Naga Kopek padaku!"
"Apa"!" sentak Sutri Kaliangan. "Jadi senjata pusaka itu rupanya yang jadi
incaranmu! Hemmm....
Selama ini kau dikenal sebagai tokoh silat Istana.
kini jelas belangmu. Ternyata kau adalah musuh dalam selimut!"
"Jangan banyak bicara! Aku justru ingin menyelamatkan senjata itu. Banyak orang
yang mengincar. Lekas serahkan dan kau akan selamat!"
"Senjata pusaka itu tidak ada padaku! Ada pada Pendekar 212 Wiro Sableng!"
"Aku sudah mengampuni nyawamu! Kau masih berani bicara dusta! Terpaksa aku
memisahkan kepala dengan badanmu!"
Habis berkata begitu Iblis Kepala Batu Alis Empat melompat ke depan. Dua tangan
bergerak cepat. Sutri babatkan pedangnya.
"Traangg! Traangg!"
Pedang menghantam dua tangan Iblis Kepala
Batu. Senjata itu seperti membacok batu atos. Kejut Sutri bukan alang-kepalang.


Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia tidak pernah tahu kalau musuh memiliki ilmu kebal dahsyat begitu rupa.
Untung pedangnya tidak sampai patah.
"Iblis Kepala Batu! Patih Kerajaan akan menghukummu atas apa yang kau lakukan
terhadapku! Lekas pergi dari sini!"
"Ayahmu yang terbaring sakit punya daya apa saat ini" Jangan bicara sombong
padaku! Dalam waktu dekat Sri Baginda akan mencopot jabatannya sebagai Patih
Kerajaan!" Iblis Kepala Batu Alis Empat mengulang ucapannya tadi. Lalu dia
membentak. "Mana Keris Naga Kopek"!"
"Kau ingin keris" Makan dulu pedangku!" jawab Sutri Kaliangan. Didahului
teriakan keras si gadis kiblatkan pedangnya. Senjata itu lenyap dari pemandangan
yang kelihatan hanya satu cahaya berkilau deru angin menggidikkan. Sutri sengaja
mengeluarkan jurus-jurus terhebat dari ilmu pedangnya. Dimulai dengan jurus
pertama bernama
"Menusuk Puncak Gunung" disusul gebrakan kedua bernama "Menikam Dasar Samudera"
lalu diteruskan dengan jurus ketiga bernama "Membelah Rembulan Di Puncak
Langit." 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 34
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Serangan Sutri Kaliangan memang luar biasa ganas. Sesuai dengan nama jurusnya
mula-mula senjata itu menusuk ke arah tenggorokan lawan.
Begitu lawan mengelak pedang memburu dengan tikaman ke arah perut. Sekali lagi
lawan berkelit pedang mengejar dari bawah ke atas, siap menggorok leher terus
membelah dagu sampai kepala.
Orang lain, tidak pada jurus pertama atau kedua, pada jurus ke tiga pasti akan
jebol pertahanannya.
Namun yang jadi lawan Sutri Kaliangan saat itu adalah tokoh silat Istana yang
menjadi salah satu dedengkot para tokoh rimba persilatan pada masa itu.
Iblis Kepala batu membuat empat kali gebrakan.
Telapak tangan kirinya didorongkan ke depan.
"Desss!"
Sutri Kaliangan menjerit keras. Dadanya laksana dihantam batu besar. Tubuhnya
terpental. Pedang terlepas dari genggaman. Ketika terguling di tanah, dari
mulutnya kelihatan ada lelehan darah. Si gadis terluka di dalam cukup parah.
"Kau masih belum mau menyerahkan Keris Naga Kopek"! Mau mati sekarang juga"!"
bentak Iblis Kepala Batu seraya melangkah mendekati Sutri.
Puteri Patih Kerajaan itu ludahkan darah di mulutnya. Lalu melompat bangkit,
tegak terhuyung-huyung, keluarkan ucapan.
"Siapa takut kau bunuh! Lihat tangan!"
Entah gerakan apa yang dilakukan Sutri Kaliangan, tubuh gadis ini tiba-tiba
melesat, tangannya sebelah kanan menyambar ke arah mata kiri sebelah bawah Iblis
Kepala Batu. Iblis Kepala Batu Alis Empat alias Iblis Kepala Batu Pemasung Roh berseru kaget.
Dengan cepat dia melompat mundur dan melintangkan telapak tangan kiri melindungi
mata kiri. "Gadis jahanam ini. Apakah dia tahu...."
Iblis' Kepala Batu tak bisa berpikir dan berucap lebih panjang. Saat itu Sutri
Kaliangan kembali menyerbu. Setiap serangan yang dilancarkannya selalu mengarah
ke pipi kiri di bawah mata lawan.
"Jahanam! Kalau tidak kuhajar sekarang juga bisa berbahaya. Sepertinya dia
tahu... dia tahu!
Mungkin ayahnya yang memberi tahu! Aku harus bertindak cepat!"
Iblis Kepala Batu angkat dua tangannya ke atas.
Mulutnya berkomat-kamit. Ketika dua tangan itu dipukulkan menghantam udara
kosong terdengar suara mendesis dua kali berturut-turut. Di lain kejap dua
mahluk raksasa entah dari mana datangnya 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang
Zusi & Aby Elziefa 35
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
muncul 'di kiri kanan Iblis Kepala Batu. Dua mahluk ini hanya mengenakan cawat.
Memiliki rambut panjang dikepang sampai ke punggung. Mula-mula Sutri hanya
samar-samar melihat dua mahluk raksasa ini.Namun ketika iblis Kepala Batu
berseru "Ringkus gadis itu!" baru Sutri melihat kemunculan dua mahluk raksasa dahsyat
mengerikan itu.
Sebelum dia bisa berbuat apa tahu-tahu dua mahluk itu telah mencekal tangannya
kiri kanan. "Sekap dia dalam Kantong Akhirat!" Iblis Kepala Batu kembali memerintah.
Salah satu dari mahluk raksasa keluarkan sebuah kantong aneh berwarna merah.
Begitu dikembangkan, kantong ini langsung melesat siap untuk membungkus sosok
Sutri Kaliangan. Si gadis coba berontak lepaskan pegangan dua mahluk raksasa.
Tapi sia-sia saja. Sesaat lagi kepalanya akan tenggelam ke dalam kantong merah
yang disebut Kantong Akhirat tiba-tiba satu lidah api meyambar dari balik batang
pohon besar di ujung rimba belantara.
Dua mahluk besar keluarkan jeritan dahsyat.
Tubuh mereka disabung kobaran api lalu seperti leleh dan akhirnya berubah
menjadi asap. Sekali lagi dua mahluk itu menjerit keras lalu lenyap dari pemandangan.
Kejut Iblis Kepala Batu bukan alang kepalang.
"Kurang ajar! Siapa berani mati menyerang jin peliharaanku"!" teriaknya marah.
Dia hantamkan tangannya ke arah pohon besar. Selarik angin dahsyat menggebubu.
"Bummmm!" satu ledakan keras menggelegar.
"Kraaakkk!"
Pohon besar berderak patah dan tumbang. Dari balik pohon yang kemudian roboh
melesat keluar seorang berpakaian serba putih.
"Jahanam keparat! Kau rupanya!" teriak Iblis Kepala Batu marah. Dia tidak takut
pada orang yang barusan muncul ini, malah mendendam setengah mati. Tapi saat itu
jika dia punya kesempatan untuk mendapatkan Keris Naga Kopek, mengapa
menghabiskan waktu melayani orang itu. Maka tidak pikir panjang lagi Iblis
Kepala Batu jentikkan jari telunjuk tangan kirinya.
Sutri Kaliangan merasakan ada angin aneh
laksana tusukan jarum menyambar urat besar di leher kirinya. Di lain saat gadis
ini dapatkan dirinya tak mampu lagi bergerak maupun bersuara. Iblis Kepala Batu
Alis Empat cepat memanggul Sutri dan berkelebat dari tempat itu.
"Mahluk jahanam! Kau mau lari ke mana!" teriak orang berpakaian serba putih yang
bukan lain adalah 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 36
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Pendekar 212 adanya segera mengejar. Tapi Iblis Kepala Batu sudah lenyap laksana
ditelan bumi. Wiro memburu sambil kerahkan ilmu "Menembus Pandang" pemberian Ratu Duyung. Dia
berhasil melihat sosok Iblis Kepala Batu dan Sutri Kaliangan, namun agak samar-
samar, kemudian lenyap.
"Mahluk jahanam! Kau sudah menyekap Bunga, kini melarikan Sutri! Aku bersumpah
membunuhmu!"
Murid Sinto Gendeng kerahkan ilmu warisan gurunya yang disebut Kaki Angin.
Pohon-pohon di sekitarnya laksana beterbangan. Debu dan pasir bertaburan.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 37
7 BELUM lama Wiro melakukan pengejaran, tiba-tiba di depannya, menghalang di jalan
yang hendak dilaluinya, duduk bersila seorang nenek berpakaian aneh, terbuat
dari akar dan serat kulit pohon berwarna coklat. Dari mulutnya keluar suara
meracau tak berkeputusan. Tak jelas apa yang diracaunya.
Mungkin melafalkan mantera, mungkin juga tengah menyanyi. Yang hebatnya di atas
kepala si nenek ada kepulan asap merah berbentuk kerucut terbalik.
Keanehan lain orang tua ini memiliki sepasang mata berbentuk kerucut merah yang
bisa bergerak keluar masuk, membuat tampangnya yang sudah seram jadi bertambah
angker. Wiro hentikan larinya. Selain si nenek memang menghalangi jalan, dia juga
terkesima karena sepertinya dia mengenali orang tua ini. Garuk-garuk kepala
murid Sinto Gendeng berpikir keras, coba mengingat-ingat.
"Astaga!" Pendekar 212 tersurut satu langkah dan pukul jidatnya sendiri. "Kalau
memang dia, bagaimana bisa berada di sini?" Wiro berpikir lagi.
Dia ingat. "Tapi mengapa aku harus heran. Beberapa orang tokoh dari Negeri
Latanahsilam kabarnya juga sudah berada di Tanah Jawa. Aku malah telah bertemu
dengan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab...." Wiro garuk-garuk kepala bergerak
mendekat, lalu jongkok di samping si nenek yang sampai saat itu masih terus
meracau, bersikap seolah tidak ada orang lain di tempat itu. Dua bola matanya
yang lancip bergerak keluar masuk.
"Nek...." Wiro menggamit bahu kanan si nenek.
"Wusss!" Digamit orang si nenek tak bergerak, tidak melirik. Tapi dari batok
kepalanya mengepul keluar asap merah sedang asap merah berbentuk kerucut
terbalik yang menggantung di atas kepalanya bergerak ke atas setinggi lima
jengkal lalu perlahan-lahan kembali ke tempatnya semula!
Murid Sinto Gendeng garuk kepala.
"Nek," Wiro memanggil lagi. Tapi kali ini tak berani menggamit bahu atau lengan
si nenek. Karena orang seperti tidak perduli terus saja meracau maka Wiro
lanjutkan ucapannya, bertanya. "Nek, kalau BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga
Geni 212 aku tak salah duga, bukankah kau ini tokoh dari negeri Latanahsilam, negeri
seribu dua ratus silam?"
Suara meracau lenyap dari mulut si nenek yang ditanya. Berganti dengan suara
tawa mengekeh panjang.
"kau masih mengenali diriku. Berarti kau masih ingat budi orang. Kau sendiri
bukankah pemuda dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang yang dulu pernah
tersesat di Negeri Latanahsilam dan memikat habis semua gadis-gadis cantik
bahkan para janda muda di negeri itu?"
Wiro undurkan tubuh ke belakang, kerenyitkan kening dan garuk-garuk kepala lalu
tertawa lebar. "Kau bisa saja Nek. Dulu di Negeri Latanahsilam, kalau aku tak sempat
mengucapkan terima kasih padamu, maka saat ini aku ingin menyampaikannya.
Banyak budi pertolonganmu kuterima selama tersesat di negeri itu. Nek, aku tak
mau kesalahan menduga, kau ini bukankah tokoh bernama
Luhniknik, berjuluk Hantu Penjunjung Roh?"
Si nenek tertawa kembali.
"Bagus, kau rupanya memang masih ingat diriku."
"Bagaimana, bagaimana kau bisa tersesat ke Tanah Jawa ini Nek?" tanya murid
Sinto Gendeng. "Jangan kau pura-pura tidak tahu...."
"Maksudmu Nek?"
"Waktu Istana Kebahagiaan meledak hancur, semua orang yang ada di dalam Istana
gila itu termasuk dirimu melesat ke udara, menembus langit lalu jatuh
berhamparan di berbagai kawasan negeri seribu dua ratus tahun mendatang ini."
"Jadi selain kau, siapa lagi yang berada di negeri ini"
Yang aku tahu Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab...."
"Banyak... banyak! Hampir semua. Termasuk si jahanam Hantu Muka Dua. Cuma aku
tidak tahu mereka berada di mana. Tapi satu ketika mereka pasti muncul satu
persatu. Termasuk para gadis cantik yang pasti akan mencarimu. Hik... hik...
hik." (Mengenai riwayat Luhniknik yang bergelar
Hantu Penjunjung Roh ini serta negeri Latanahsilam harap baca serial petualangan
Wiro di negeri Latanahsilam mulai dari Episode "Bola-Bola Iblis"
sampai "Istana Kebahagiaan.")
"Nek, aku sebenarnya, aku ingin bicara banyak denganmu. Tapi saat ini aku ada
urusan penting.
Bagaimana kalau kita berjanji dua hari di muka di tempat ini?" Habis berkata
Wiro hendak bangkit berdiri. Tapi si nenek cepat pegang bahu si pemuda hingga
bagaimanapun Wiro mengerahkan tenaga luar dia tak sanggup bergerak. Ketika Wiro
hendak kerahkan tenaga dalamnya si nenek berkata.
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 39
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Aku tahu, kau tengah mengejar seseorang...."
"Syukur kalau kau sudah tahu. Jadi aku minta diri dulu. Nanti kita bertemu
lagi." Si nenek gelengkan kepala dan pegang lengan Wiro kuat-kuat. "Dengar," katanya.
"Aku tak ingin kau mengejar orang itu."
"Apa katamu Nek"!" kejut Wiro. "Orang yang aku kejar adalah mahluk jahat.
Berjuluk Iblis Kepala Batu Alis Empat. Dia juga dikenal dengan gelaran Iblis
Kepala Batu Pemasung Roh. Dia menyekap seorang gadis dan barusan melarikan lagi
seorang gadis...."
"Aku sudah tahu, sudah tahu...."
"Kalau kau tahu mengapa melarang aku mengejarnya"!"
"Aku berjanji akan bantu membebaskan orang yang disekap dan gadis yang diculik.
Asalkan kau berjanji tidak mengejarnya...."
"Mengapa kau melarangku, mengapa aku harus berjanji" Bagaimana mungkin kau bisa
membantu" Kalau kau punya niat baik hendak membantu lepaskan tanganku. Mari kita sama-sama
mengejarnya!" kata Wiro.
"Anak muda, aku tak ingin terjadi sesuatu dengan orang yang kau kejar...."
"Nek, mulutku bisa berbusa bicara denganmu.
Agaknya kau tidak mengerti apa yang telah terjadi...."
"Aku lebih dari mengerti...."
Wiro kerahkan tenaga dalamnya. Sekali dia menyentakkan tangan, terlepaslah
pegangan si nenek. Tapi ketika dia hendak berkelebat pergi si nenek cepat sekali
sudah menghadang di depannya.
Sepasang matanya yang berbentuk kerucut merah terjulur keluar, pancarkan cahaya
mengerikan. "Dengar Wiro. Orang yang kau kejar adalah adik kandungku. Waktu aku diberi nama
Hantu Penjunjung Roh dia mendapat nama Hantu
Pemasung Roh. Belasan tahun silam dia berhasil mendapatkan satu kekuatan hebat
hingga mampu melesat keluar dari Negeri Latanahsilam dan tersesat ke Tanah Jawa
ini. Karena kejahatan yang dibuatnya dia dijuluki Iblis Kepala Batu Pemasung
Roh. Rimba persilatan Tanah Jawa memberikan gelar lain padanya yakni Iblis
Kepala Batu Alis Empat. Aku belum lama tersesat ke negeri ini. Aku belum sempat
bicara banyak dengan adikku itu. Jika sampai dia menemui ajal sebelum aku bisa
bertemu dan bicara dengan dia, aku akan menyesal seumur-umur. Siapa tahu aku
bisa membujuknya, melepaskan orang yang disekapnya dalam guci dan melepaskan
gadis 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 40
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
yang barusan diculiknya...."
"Siapa tahu...." kata Wiro mengulang ucapan si nenek. "Maafkan aku Nek, waktuku
sudah terbuang banyak. Aku harus segera mengejar Iblis Kepala Batu."
"Aku terpaksa menghalangimu," kata si nenek pula.
"Nek, di negerimu antara kita tidak ada permusuhan.
Mengapa sesampainya di sini hatimu keras sekali untuk menghalangiku?"
"Bagaimanapun juga aku lebih menyayangi adik kandungku dari pada orang lain...."
"Kau mau berbuat apa Nek"!"
"Terserah maumu! Aku sudah beri peringatan."
Jawab si nenek berjuluk Hantu Penjunjung Roh.
"Kalau begitu.... Apa boleh buat," ujar murid Sinto Gendeng. Secepat kilat dua
jari tangan kanannya berkelebat menotok urat besar di leher si nenek. Yang
ditotok ganda tertawa dan tahan nafas.
Begitu nafas dilepas kembali maka desss! Totokan di leher serta merta musnah!
Dalam kagetnya melihat kehebatan si nenek murid Sinto Gendeng tanpa sungkan-
sungkan lagi segera saja menyerbu Hantu Penjunjung Roh dengan serangan berantai.
Sebenarnya serangan ini hanyalah pancingan belaka. Begitu si nenek lengah dia
akan pergunakan kesempatan untuk meninggalkan tempat itu. Tapi celakanya si
nenek sudah dapat membaca apa yang ada di benak Pendekar 212. Maka dia hadapi
serangan Wiro dengan bergerak membuat lingkaran seputar tubuh pemuda itu. Dari
sepasang matanya menyembur kilatan cahaya merah menebar panas luar biasa.
Dalam waktu singkat Wiro sudah terkurung serangan lawan. Sadar kalau dia tidak
bisa main-main lagi Pendekar 212 segera rubah jurus-jurus ilmu silatnya.
Ilmu silat warisan Tua Gila dipadu dengan ilmu silat ajaran Sinto Gendeng, lalu
dipadu lagi dengan ilmu silat yang dipelajarinya dari Kitab Putih Wasiat Dewa.
Hantu Penjunjung Roh jadi bingung sendiri.
Berputar lebih cepat untuk mengurung lawan tapi lawan yang dikurung mendadak
lenyap entah ke mana. Ketika dia memutar tubuh tahu-tahu Wiro sudah berada dekat
sekali di depannya, bergerak seperti orang mabok. Bagitu diserang sosok pemuda
ini lenyap dan dia merasa ada angin menyambar dari samping. Ketika dia memukul
ke samping, lawan sudah bergerak ke tempat lain!
"Anak muda! Kau boleh punya ilmu silat aneh!
Jangan harap bisa lolos dari asap mautku!"
Habis berkata begitu Hantu Penjunjung Roh
hembuskan nafas panjang. Asap merah berbentuk kerucut terbalik di atas kepalanya


Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serta merta 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 41
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
menebar lebar lalu bergerak ke bawah, siap membungkus dan meringkus Pendekar
212. Masih jauh tebaran asap merah itu dari tubuhnya namun Wiro sudah merasa ada
getaran hebat yang membuat tenaganya seolah disedot.
Murid Sinto Gendeng cepat jatuhkan diri ke tanah. Semula dia bermaksud hendak
menghajar nenek ini dengan satu pukulan sakti, tapi hati kecilnya merasa tidak
tega dan malah entah bagaimana di benaknya muncul satu pikiran untuk
mempermainkan Hantu Penjunjung Roh.
"Nek, kau pakai celana dalam apa tidak?"
"Jahanam kurang ajar! Apa maksudmu"! Lancang sangat mulutmu!" teriak Hantu
Penjunjung Roh. Dia meniup keras-keras. Asap merah menderu lebih cepat ke arah
Wiro. Tapi mendadak terdengar suara kreekkk... kreekkk. Bersamaan dengan itu
tubuhnya tertarik keras ke bawah. Si nenek menjerit ketika melihat ke
bawah,'sebagian pakaiannya yang terbuat dari akar dan kulit pohon telah robek
besar. Pinggul dan pahanya sebelah kiri tersingkap, nyaris bugil!
Si nenek kalang kabut menutupi auratnya sambil berteriak, menjerit dan memaki
panjang pendek.
"Wahail" Wiro meniru ucapan orang di Negeri Latanahsilam. "Aku sudah menduga.
Ternyata benar!
Kau tidak pakai celana Nek! Ha... ha... ha!"
"Pemandangan bagus! Pemandangan bagus!"
tiba-tiba ada orang berseru. "Wiro, serahkan nenek ini padaku. Aku memang sudah
lama tidak melihat nenek-nenek bugil! Anak gadis tidak pernah, nenek-nenekpun
jadilah! Ha... ha... ha!"
Pendekar 212 kenali suara orang yang berseru.
Untuk memastikan dia palingkan kepala lalu tertawa lebar. "Sobatku kakek konyol!
Rejekimu memang besar! Silahkan menikmati! Ha... ha... ha!" Habis berkata begitu
sambil tertawa Wiro segera berkelebat tinggalkan tempat itu.
Sambil menutupi auratnya Hantu Penjunjung Roh delikkan matanya yang berbentuk
kerucut merah. "Jahanam, dia rupanya!" maki si nenek.
Sepasang matanya menjulur keluar. Kemarahan terhadap Wiro ditumpahkan pada orang
yang barusan datang. Tangan kiri dipergunakan untuk memegangi pakaian yang
tersingkap, tangan kanan dihantamkan ke depan.
"Wusss!"
Serangkum angin keras menderu. Si kakek yang diserang, bukan lain Setan Ngompol
karuan saja jadi kaget. Terkencing-kencing dia melompat selamatkan diri sambil
berseru. "Tidak ada permusuhan, sebelumnya kita 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi
& Aby Elziefa 42
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
bersahabat Hantu Penjunjung Roh, mengapa kau menyerangku"!"
"Tua bangka tukang kencing! Sejak kau kesasar di Latanahsilam bersama pemuda itu
mulutmu sudah kurang ajar! Aku tidak pernah merasa bersahabat denganmu!" bentak
Hantu Penjunjung Roh.
"Walah! Sialnya diriku! Maksud hati melihat pemandangan bagus, ternyata malah
mau digebuk! Nenek dari negeri Latanahsilam, aku tidak mau berkelahi denganmu. Kalau kau
masih penasaran silahkan menghadapi tiga orang anak buahku!"
Setan Ngompol melompat menjauhi si nenek.
Lalu berpaling pada Bidadari Angin Timur, Ratu Duyung dan Anggini. Sambil
rangkapkan dua tangan di depan dada, kepala mendongak ke atas, dengan sikap
seperti seorang tuan besar memerintah bawahannya, si kakek berkata.
"Anak-anak, harap kalian beri pelajaran pada nenek jelek itu!"
Hantu Penjunjung Roh palingkan kepala,
pandangi tiga gadis. Amarahnya berkurang ketika dia melihat kecantikan wajah
Bidadari Angin Timur dan dua kawannya. Malah dia hampir mengira, Ratu Duyung
yang bermata biru adalah Peri Angsa Putih dari negeri Latanahsilam.
"Tiga gadis cantik, menjadi anak buah kakek konyol tukang kencing, sulit aku
mempercayai,"
membatin Hantu Penjunjung Roh. Dia bertanya pada Bidadari Angin Timur. "Gadis
rambut pirang. Apa benar kau dan dua kawanmu anak buah kakek tukang kencing
itu"!"
"Mengapa percaya ucapannya! Justru dia adalah kacung pembantu kami!" jawab
Bidadari Angin Timur. Lalu tertawa gelak-gelak diikuti Anggini dan Ratu Duyung.
Setan Ngompol terlonjak mendengar ucapan Bidadari Angin Timur. Satu tangan
pegangi bagian perutnya, satu lagi garuk-garuk kepala. Mulut bersungut cemberut.
"Nek, kami tidak kenal siapa dirimu. Pakaianmu aneh. Kau ini siapa sebenarnya
dan kenapa tadi bertempur melawan Pendekar 212 Wiro Sableng?"
Bertanya Ratu Duyung.
Si nenek tidak mau menjawab.
Anggini diam-diam merasa kasihan melihat keadaan pakaian si nenek. Pakaian itu
terbuat dari akar dan kulit pepohonan dan robek besar hingga dia kerepotan
berusaha menutupi auratnya. Dari kantong perbekalannya gadis ini keluarkan
sehelai pakaian.
"Nek, kuharap kau suka mengenakan pakaian ini."
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 43
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Anggini menyerahkan pakaian itu tapi si nenek tak mau menanggapi. Malah
bertanya. "Apa hubungan kalian dengan pemuda bernama Wiro Sableng itu?"
"Kami adalah sahabat-sahabatnya...."
"Hemmm... Ambil saja kembali. Aku tak akan menerima pakaian itu."
"Kami tidak tahu apa silang sengketamu dengan Wiro. Tapi soal pakaian ini tidak
ada sangkut pautnya dengan pemuda itu."
Karena si nenek tetap tidak mau menerima pakaian yang diserahkan akhirnya
Anggini letakkan pakaian itu di tanah. Dia memberi isyarat pada kawan-kawannya.
Bersama Bidadari Angin Timur dan Ratu Duyung Anggini tinggalkan tempat itu.
Setan Ngompol mengikuti kemudian.
Berada sendirian Hantu Penjunjugn Roh tegak termangu pandangi pakaian yang
teronggok di tanah. Dia memandang berkeliling. Agaknya pikirannya mulai berubah.
Nenek ini melangkah mendekati pakaian itu lalu mengambilnya.
Dikembangkan dan dipandangi penuh rasa kagum lalu diukur dipatut-patutkan ke
badan. Dari wajahnya kelihatan terpancar rasa senang.
"Tiga gadis cantik tadi, mereka baik-baik semua.
Menyesal aku bertindak kasar. Apakah semua orang di negeri seribu Hua ratus
tahun mendatang ini punya sifat baik" Bagaimana aku mencari jalan keluar
urusanku dengan Pendekar 212. Kalau tidak kubantu adikku, pasti pemuda itu akan
menghabisinya. Dia memiliki kesaktian luar biasa. Sebenarnya aku sendiri belum
tentu bisa menghadapinya. Hantu Pemasung Roh, apa salah kedua orang tua kita
hingga kau tersesat ke Tanah Jawa dan jadi orang jahat begitu rupa...."
Si nenek kembali mematut-matut pakaian yang diberikan Anggini ke tubuhnya. Entah
karena senang entah karena menduga memang tak ada lagi orang lain di tempat itu,
tanpa berlindung ke balik pohon atau semak belukar si nenek tanggalkan
pakaiannya yang terbuat dari akar dan kulit pohon.
Saat itulah satu kepala menyembul dari balik batang pohon. "Sahabatku, agaknya
kau perlu bantuan bagaimana cara mengenakan pakaian bagus itu?"
Si nenek terkejut dan terpekik. Kalang kabut dia lari ke balik semak belukar.
Dari balik semak belukar dia memaki habis-habisan.
"Tua bangka kurang ajar! Beraninya mengintip orang! Aku bersumpah akan mengorek
dua biji matamu!"
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 44
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Di balik pohon Setan Ngompol tertawa terkekeh kekeh. Tentu saja sambil beser.
"Untung cuma dua biji mataku yang hendak kau korek. Bagaimana dengan biji-bijian
lainnya" Apa hendak kau korek juga" Ha... ha... ha!"
Si nenek marah besar mendengar ucapan itu.
Tangan kanannya dihantamkan ke arah pohon. Satu gelombang angin dahsyat menderu.
"Kraakkk! Buuummm!"
Pohon besar patah lalu tumbang menggemuruh.
Tapi Setan Ngompol sudah berkelebat selamatkan diri dan kabur masih tertawa-tawa
dan terkencing-kencing.
"Aneh nenek satu itu. Mukanya jelek tapi badannya masih bagus. Tidak ada
rempelannya. Tidak rugi tadi aku mengintip! Ha... ha... ha."
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 45
8 KEMBALI ke Tanah Bugis.
Hari ke tiga, hari perjanjian, Sebelum fajar menyingsing.
Telaga Malakaji diselimuti kegelapan. Kesunyian mencekam. Hawa dingin menyayat
kulit mencucuk tulang.
Daeng Wattansopeng duduk bersila di atas balai-balai kayu. Sepasang mata
terpejam. Dua tangan diletakkan di atas lutut. Di hadapannya terbentang sehelai
kain hitam empat persegi. Di atas kain hitam itu terletak sebilah badik belum
bergagang, didampingi sarungnya.
Desiran angin dingin menerobos masuk dari jebolan atap yang masih belum
diperbaiki, menyapu kepala, wajah dan tubuh orang tua ahli pembuat senjata sakti
itu. Bukan angin dingin itu yang membuat dia membuka mata tetapi suara yang
barusan ditangkapnya. Suara orang berlari cepat, berkelebat di dalam malam
gelap. "Mereka datang...." bisik suara hati Wattansopeng.
Orang tua ini memandang ke arah pintu pondok.
Dengan kesaktian yang dimilikinya, dengan pandangan mata saja dia sanggup
membuka kayu palang pengunci pintu. Perlahan-lahan dengan suara berkereketan
pintu pondok itu bergerak membuka.
Baru saja daun pintu terpentang lebar, dua sosok berkelebat muncul tapi tak
segera masuk. Yang berdiri di sebelah kanan, berambut biru berminyak, kening diikat lilitan
tali, itulah orang tua bernama Sarontang. Orang yang telah dianggap sebagai
saudara oleh Daeng Wattansopeng walau banyak perilaku perbuatan Sarontang yang
sangat tidak disukai Wattansopeng. Di sebelahnya berdiri seorang lelaki tinggi
besar berkumis melintang.
Orangi ini bukan lain Jatilegowo, Adipati Salatiga.
"Saudaraku Daeng Wattansopeng, aku datang memenuhi janji. Bersamaku ikut orang
dari Tanah Jawa."
"Kalian berdua sudah kutunggu. Pintu terbuka silahkan masuk." Daeng Wattansopeng
berucap. Sarontang memberi isyarat pada orang di
sampingnya lalu mendahului masuk. Sampai di dalam pondok dia memberi tanda pada
Jatilegowo. BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Adipati Salatiga ini segera membungkuk memberi penghormatan.
"Orang tua, saya menghaturkan banyak terima kasih bahwa kau sudi menerima
kedatangan saya.
Lebih dari itu saya juga berterima kasih bahwa kau bersedia membuat dan
memberikan sebuah senjata sakti bertuah untuk saya...."
Daeng Wattansopeng angkat kepala, memandang orang yang berdiri di depannya. Air
muka orang tua ini berubah kaget ketika menyaksikan wajah Jatilegowo.
Hidung yang seharusnya berada di atas mulut, secara aneh terletak menempel di
kening. Untuk beberapa lamanya Daeng Wattansopeng hanya bisa
memandang, tak mampu berkata apa-apa. Tidak pernah menyangka kalau orang yang
akan menemuinya itu memiliki keadaan wajah seperti itu.
Merasa tidak enak, setelah melirik pada senjata yang terletak di atas kain hitam
empat persegi, Jatilegowo segera berkata.
"Orang tua, maafkan kalau keadaan wajah saya tidak sedap untuk dipandang. Justru
karena keadaan yang seperti inilah tekad saya semakin kuat datang ke Tanah Bugis
ini menemuimu guna meminta
tolong...."
Daeng Wattansopeng memandang sebentar
pada Sarontang lalu berpaling pada orang yang barusan bicara padanya, bertanya.
"Orang dari tanah seberang, siapa namamu?"
"Saya Jatilegowo...."
"Daeng, orang ini adalah Adipati di Salatiga."
Sarontang menambahkan.
"Jatilegowo, apakah cacat di mukamu itu kau dapat sejak lahir?" tanya Daeng
Wattansopeng pula.
Jatilegowo gelengkan kepala.
"Seseorang mencelakai saya," katanya.
"Aneh, mencelakaimu dengan cara seperti itu.
Baru sekali ini aku melihat kejadian seperti ini.
Apakah ada silang sengketa antara kau dengan orang itu" Atau mungkin dia seorang
dukun jahat, seorang penebar guna-guna?"
"Dia seorang pemuda berkepandaian tinggi.
Entah ilmu apa yang dimilikinya hingga mampu menghina mencelakai saya seperti
ini." "Dalam sengketa itu, apakah kau berada di
pihak yang benar?"
"Saya menganggap begitu. Mungkin orang lain menganggap tidak...."
"Siapa nama pemuda berkepandaian tinggi itu?"
tanya Daeng Wattansopeng selanjutnya.
"Namanya Wiro Sableng, bergelar Pendekar
Kapak Maut Naga Geni 212. Dia adalah murid 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang
Zusi & Aby Elziefa 47
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
seorang nenek sakti dari Gunung Gede...."
Wajah jernih Daeng Wattansopeng berubah.
Orang tua ini elus janggutnya beberapa kali. Melihat perubahan air muka saudara
angkatnya itu, Sarontang lantas bertanya.
"Saudaraku, apakah kau mengenal pemuda itu?"
"Aku tak pernah bertemu muka dengan Wiro Sableng. Tapi dengan gurunya, Sinto
Gendeng, aku pernah berkenalan. Peristiwanya sekitar lima puluh tahun silam.
Sewaktu aku masih muda, mengembara ke Tanah Jawa. Dalam satu pertemuan para
tokoh silat di puncak Pegunungan Dieng aku bertemu dengan nenek sakti itu. Saat
itu aku ingin menjajal sampai di mana kehebatannya. Bukan untuk menantang tapi
sekedar untuk mengetahui setinggi apa ilmu yang telah aku miliki. Sekaligus
mencari pelajaran dan pengalaman berguna. Saat itu kami boleh dikatakan masih
sama-sama muda. Usia sekitar tiga puluhan. Sinto Gendeng mungkin belum mencapai
tiga puluh karena dia beberapa tahun lebih muda dariku."
Dari dalam saku jubah sebelah kiri Daeng
Wattansopeng keluarkan sesuatu. Benda ini ternyata adalah sebuah tusuk konde
berkilau, terbuat dari perak murni.
"Memandang tusuk konde ini, seolah terbayang jelas kembali dalam ingatan dan
pandangan mataku peristiwa setengah abad yang silam...."
******* ARENA pertemuan para tokoh rimba persilatan delapan penjuru angin di salah satu
puncak pegunungan Dieng lima puluh tahun silam.
Daeng Wattansopeng menjura di hadapan Sinto Gendeng yang memandang padanya
sambil senyum-senyum. Dalam rimba persilatan Sinto terkenal genit.
Banyak pemuda yang terpikat padanya. Sebaliknya dia juga pernah jatuh hati pada
beberapa pemuda gagah.
"Sahabatku Sinto, aku sudah lama mendengar nama besarmu. Kehebatanmu tersiar
sampai ke tanah kelahiranku di Bugis sana. Kalau kau tidak keberatan ingin
6ekali aku yang bodoh ini minta pelajaran menimba pengalaman darimu...."
"Tanah Bugis tanah bertuah. Banyak tokoh silat ternama berasal dari sana. Salah
seorang di antaranya yang aku kenal baik adalah Karaeng Jeneponto."
"Karaeng Jeneponto, dia tokoh terhebat kawasan selatan. Selama bertahun-tahun
dia dianggap sebagai 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 48
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
pimpinan para tokoh silat Tanah Bugis." Berkata Daeng Wattansopeng.
"Jeneponto orangnya baik. Ilmu tinggi, rendah hati. Suatu ketika dia minta aku
bertukar pengalaman.
Kami bersilat selama lima jurus. Jeneponto hebat sekali. Dia sanggup mengambil
dua dari lima tusuk konde perak yang ada di kepalaku. Tapi aku sempat
menjahilinya. Mendodorkan celana hitamnya hingga dia setengah telanjang. Untung
Jeneponto masih pakai celana dalam butut. Kalau tidak. Hik... hik... hik...."
Sinto Gendeng tertawa cekikikan.
Daeng Wattansopeng tersenyum tapi otaknya


Wiro Sableng 127 Mayat Persembahan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpikir. "Ilmu kesaktian dan kepandaian silat Karaeng Jeneponto dua tingkat
bahkan mungkin tiga tingkat di atas kepandaianku. Bagaimana mungkin aku barusan
berani menantang Sinto Gendeng" Ah, aku mencari penyakit sendiri. Tapi jika aku
membatalkan niat, bagaimana aku
menyembunyikan rasa malu?"
Saat itu Sinto Gendeng yang masih muda, berkulit hitam manis dan cantik berkata.
"Sahabat Daeng Wattansopeng, benar kau ingin bermain-main denganku barang
sejurus dua jurus?"
Sudah terlanjur menantang Daeng Wattansopeng menjawab. "Kalau kau tidak
keberatan memberi petunjuk, aku akan sangat berterima kasih Sinto.
Aku tahu tingkat kepandaianku jauh di bawah ketinggian ilmumu. Jadi harap kau
jangan menelanjangiku seperti kau lakukan pada Karaeng Jeneponto."
Sinto Gendeng tertawa cekikikan. Diam-diam dia merasa suka pada tokoh silat dari
Tanah Bugis itu.
"Aku tahu diri. Tidak akan mempermalukanmu di depan orang banyak," jawab Sinto
Gendeng. Saat itu banyak tokoh silat berkumpul membuat lingkaran besar, ingin
menyaksikan jalannya adu kepandaian antara ke dua orang tersebut. "Tapi aku
lebih dulu ingin membuat satu perjanjian denganmu."
Sambung Sinto Gendeng.
"Perjanjian apa?" tanya Daeng Wattansopeng.
"Jika aku kalah, kau harus mengambil diriku sebagai istrimu."
Tentu saja Daeng Wattansopeng melengak kaget dan ternganga mendengar ucapan
Sinto Gendeng. Tempat itu sesaat diselimuti kesunyian. Kemudian mulai terdengar siulan-siulan.
Disusul suara tawa satu persatu. Selanjutnya tempat itu penuh dengan gemuruh
suara orang banyak tertawa bergelak.
Salah seorang di antara para tokoh malah berseru.
"Terima saja Daeng! Di Tanah Bugis belum tentu kau menemukan perempuan secantik
dan 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 49
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
sepandai Sinto Gendeng!"
Daeng Wattansopeng sebelumnya memang
sudah mendengar kalau Sinto Gendeng orangnya aneh, bicara suka melantur tak
karuan. Tapi dia mana pernah mengira kalau si hitam manis cantik itu begini rupa
kelakuannya. Untuk beberapa lamanya Daeng Wattansopeng tak bisa menjawab.
Hanya wajahnya saja yang kelihatan berubah merah.
"Bagaimana" Kau terima perjanjian itu atau tidak?"
"Mungkin... mungkin dia sudah punya istri di kampung!" Seseorang berteriak.
"Tidak! Aku belum beristri!" jawab Daeng Wattansopeng. Lalu dia memaki dirinya
sendiri. Telah berlaku bodoh mengeluarkan ucapan seperti itu.
"Kalau begitu, mengapa tidak mau menerima perjanjian?"
"Punya dua istri juga tidak apa-apa! Siang lain malam lain! Ha... ha... ha!"
"Sinto juga belum pernah kawin! Satu perjaka satu perawan! Tunggu apa lagi!"
Suara tawa kembali menggemuruh di puncak
Dieng itu. "Hai, kau terima perjanjian atau tidak"!" Sinto Gendeng bertanya sambil berkacak
pinggang dan kedipkan matanya.
"Aku menerima...." Daeng Wattansopeng tak bisa berkelit akhirnya menjawab.
"Namun dengan satu syarat."
"Syarat apa?"
"Kejujuran."
"Heh!" Sinto Gendeng kelihatan heran.
"Kejujuran bagaimana maksudmu, sahabat Daeng Wattansopeng?"
"Kau tidak boleh sengaja mengalah."
Sepasang mata Sinto Gendeng membesar.
Perempuan muda ini lalu tertawa panjang.
"Baik.... Baik, aku tidak akan mengalah. Kau juga bertempur harus sungguh-
sungguh." Maka disaksikan banyak tokoh silat yang ada di tempat itu Sinto Gendeng dan
Daeng Wattansopeng menguji kepandaian masing-masing. Dari rencana hanya
bertempur lama lama jurus akhirnya berkembang sampai dua belas jurus dan masih
terus. Serangan yang dilancarkan Daeng Wattansopeng deras laksana curahan hujan. Ilmu
silat Bugis memang cepat dan ganas gerakannya. Orang lain mungkin sudah sejak
tadi kena dihantamnya.
Tetapi setiap dia merasa pukulan atau tendangannya akan mengenai lawan,
gerakannya serta merta 127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 50
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
seperti sengaja ditahan. Orang banyak tertawa dan berseru.
"Daeng Wattan! Pukul saja!"
"Teruskan tendanganmu Daeng!"
"Ah! Dia takut menang! Takut kawin dengan Sinto Gendeng!"
Merasa malu dan tak enak hati mendengar
ucapan-ucapan orang Daeng Wattansopeng
keluarkan seluruh kepandaian, menyerbu Sinto Gendeng tanpa sungkan-sungkan lagi.
Dalam jurus ke dua puluh satu, dengan gerakan silat bernama Membabat Bumi
Menghunjam Langit Daeng Wattansopeng berhasil membobol
pertahanan lawan. Kaki kanan menyapu ganas ke arah dua kaki Sinto Gendeng.
Jangankan kaki perempuan, batang kelapapun akan hancur tumbang dihantam
tendangan itu. Ketika Sinto Gendeng melompat ke atas untuk selamatkan kaki,
tangan kanan Daeng Wattansopeng secepat kilat melesat, menjotos masuk ke arah
perutnya. "Bukkk!"
Tubuh Sinto Gendeng terpental sampai satu tombak. Tapi dia tidak tergelimpang
jatuh, masih sanggup menjejak tanah dengan dua kaki terpentang kokoh. Wajahnya
kelihatan sedikit pucat pertanda menahan sakit.
"Astaga! Aku telah mencelakai orang!" Daeng Wattansopeng menyesal setengah mati.
Tapi bukan itu yang ditakutinya. Dia berhasil mengalahkan Sinto Gendeng. Berarti
sesuai perjanjian dia harus mengawini perempuan muda itu!
"Celaka aku!" keluh Daeng Wattansopeng.
Untuk beberapa lamanya dia hanya bisa berdiri dengan mulut ternganga dan mata
terpentang melotot. Para tokoh yang membentuk lingkaran bersorak riuh!
"Kita bakal pesta besar! Dua tokoh bertemu jodoh!"
"Potong sapi potong kerbau!"
"Pesta tiga hari tiga malam!"
Wajah Daeng Wattansopeng merah seperti saga.
Perjanjian sudah dibuat! Dia mengalahkan Sinto Gendeng! Tak ada cara untuk
mengelak. Tak mungkin dia menghindar memenuhi perjanjian. Dia harus mengawini
Sinto Gendeng. Dalam kalut kacau hati serta pikirannya dilihatnya Sinto Gendeng
melangkah mendekatinya sambil tersenyum-senyum. Salah satu tangannya yaitu
tangan kiri berada di belakang pinggang. Wattansopeng salah tingkah. Makin riuh
sorak sorai para tokoh.
Dua langkah di hadapan Daeng Wattansopeng
127 MAYAT PERSEMBAHAN Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa 51
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Sinto Gendeng berhenti. Bibirnya mengulum
senyum. "Daeng, aku Sinto Gendeng mengaku kalah...."
"Aku... aku...."
"Daeng! Jangan pura-pura malu!" teriak seorang tokoh silat.
"Kami tahu kau sebenarnya sudah lama suka pada Sinto!" berseru tokoh silat
lainnya. "Daeng, aku mengaku kalah," kata Sinto sekali lagi. "Untuk itu aku akan
kembalikan sorbanmu."
Tangan kiri yang sejak tadi berada di balik pinggang bergerak ke depan. Di
tangan itu ternyata Sinto Gendeng memegang sorban merah milik Daeng
Wattansopeng. "Astaga!" Daeng Wattansopeng terkejut besar.
Dua tangannya bergerak ke kepala. Sorbannya tak ada lagi. Sorban yang di tangan
Sinto Gendeng memang miliknya. Merah padam wajah Daeng Wattansopeng tapi diam-
diam hatinya merasa gembira. Ternyata dia tidak benar-benar
mengalahkan perempuan cantik hitam manis itu.
Cepat-cepat Daeng Wattansopeng mengambil sorban merahnya.
"Sinto, terima kasih atas petunjuk dan pelajaran yang kau berikan...."
"Ya... ya, lalu bagaimana dengan perjanjian kita?"
Pertanyaan Sinto Gendeng itu membuat Daeng
Wattansopeng terkejut. Sinto Gendeng tersenyum.
Dia layangkan pandangan pada para tokoh rimba persilatan yang masih membentuk
lingkaran. "Para sahabat, menurutku aku tidak kalah dan Daeng Wattansopeng tidak menang.
Bagaimana menurut kalian."
"Ya.... Bagaimana lagi," kata seorang tokoh dengan nada lesu. "Kelihatannya
pertempuran ini sudah diatur. Tak ada yang kalah tak ada yang menang! Sama-sama
imbang!" "Pesta besar batal! Makan besar batal!"
Para tokoh tertawa dan bersorak riuh. Semua mereka merasa senang. Walau tak jadi
pesta tapi mereka telah melihat satu pertandingan silat tingkat tinggi yang
jarang terjadi. Satu persatu mereka tinggalkan tempat itu dengan hati puas.
Sambil merapikan letak sorban di atas kepalanya, Daeng Wattansopeng mendekati
Sinto Gendeng. Perempuan muda ini senyum-senyum saja didekati begitu rupa. Malah enak saja
Mutiara Hitam 12 Pendekar Mata Keranjang 26 Lembaran Kulit Naga Pertala Bunga Abadi Gunung Kembaran 1
^