Pencarian

Bara Maharani 4

Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 4


telapaknya, dengan begitu perterunganpun berjatan
semakin sengit dan seru.
"Dengan susah payah ibu mendidik serta memelihara
aku selama belasan tahun, maksudnya tidak lain adalash
agar bisa meneruskan cita-cita ayah yang luhur serta
melakukan suatu perbuatan besar untuk menyelamatkan
umat Bu lim dari penindasan kaum durjana. Ternyata
sebelum cita-cita terwujud aku harus mati konyol dalam
keadaan begini, kematianku ini betul-betul sangat tidak
berharga apa lagi mati diujung tangan seorang gadis
muda...tetapi seandainya beruntung dan aku menang,
Pek Koen Gie tentu bakal terluka atau binasa ditanganku,
dalam keadaan begini aku semakin tak ada harapan
untuk hidup Aaaai.... kebaikan serta jerih payah ibu
selama inipun sama sekali tak ada harganya...".
Walaupun persoalan yang dipikirkan dalam hatinya
amat banyak tetapi gerakan tangannya sama sekali tidak
menjadi kendor. Mendadak darah panas bergolak dalam
dadanya, ia membentak keras:
"Nona Pek! Walaupun cayhe akan mati, tapi aku tak
sudi menemui ajalnya ditanganmu"
"Hmm! Bakal mati diujung telapak siapa, kau tidak
berhak untuk menentukannya sendiri!" sahut Pek Koen
Gie ketus, serangan-serangan kilat yang maha hebatpun
dilancarkan dengan menggunakan kesempatan itu.
Hong Po Seng merasasedih barcampur dengan marah
ia membentak keras, perubahan gerakan terakhir yang
berhasil ia pelajaripun segera dikeluarkan.
Gulungan angin puyuh meluncur keluar dari
telapaknya, diiringi desiran angin tajam yang
memekikkan telinga menggulung dan menyapu keluar
dengan hebatnya.
Pek Koen Gie yang berhasil duduk diatas angin tentu
saja tak sudi beradu kekerasan dengan lawannya,
menyakstkan betapa keji dan hebatnya ancaman
tersebut ia segera mengenjotkan badannya melayang
mundur kebelakang.
Siapa sangka justru kesaktian serta keampuhan dari
jurus "Koen-Sioe Ci Tauw" ini terletak pada bagian
belakang, ketika serangan Hong po Seng mencapai
ditengah jalan mendadak gerakannya berubah sama
sekali. Pek Koen Gie segera merasakan perubahan yang aneh
dalam serangan musuh, melihat ujung telapak sudah
mengancam didepan mata, dalam keadaan gugup buru
buru ia tangkis serangan tersebut dengan keras lawan
keras. Serangan Hong-po Seng laksana kilat meluncur
datang... Plokkk ! dengan telak bersarang diatas telapak
gadis she Pek itu.
Air muka Pek Koen Gie berubah jadi pucat pias, ia
loncat mundur beberapa tombak kebelakang dan berdiri
dengan mata napsu membunuh.
"Gie jie. tenangkan hatimu bertarunglah dengan
perlahan dan mantap.... jangan terburu napsu ! " seru
Pek Siauw Thian dengan nada dingin.
Pek Koen Gie mendengus dingin, tanpa mengucapkan
sepatah katapun ia menerjang maju kedepan, sekejap
mata mereka berdua saling bergebrak lagi dengan
serunya. Pek Siauw Thian adalah seorang lihay dalam dunia
persilatan, dalam bentrokan barusan ia dapat melihat
bahwasanya Pek Koen Gie sama sekali tidak terluka,
sementara itu matanya dengan tajam mengawasi terus
gerakan dari pukulan Hong po Seng sambil menantikan
perubahan jurus yang terakhir itu.
Bagi Hong po Seng pribadi sekalipun jurus seranganya
memperoleh kemajan yang pesat namun tenaga
lweekangnya lambat sekai kemajuannya, bertarung
sampai disini a sudah mulai merasa lelah dan tak
betenaga, tapi dengan andalkan kekerasan hatinya itulah
pertempuran dipaksakan juga untuk berlangsung lebih
jauh. Belum lama pertarungan berlangsung posisi Hong po
Seng sudah semakin terjepit dan keadaannya berada
dalam keadaan sangat berbahaya, sekali lagi ia keluarkan
perubahan gerakan terakhir untuk mendesak mundur
musuhnya. Tapi kali ini Pek Koen Gie sudah mengadakan
persiapan, sulit bagi sianak muda itu untuk memaksakan
suatu pertarungan keras lawan keras.
Setelah mundur dengan cepat Pek Koen Gie
menerjang maju lagi kedepan, jengeknya dengan nada
dingin: "Hong-po Seng, tentunya kau sudah kehabisan bahan
untuk bertarung lagi bukan?"".
Hong po Seng menggertak giginya keras-keras dan
barpikir dalam hati:
"Urusan sudah jadi begini, terpaksa aku harus beradu
jiwa dengan dirinya!".
Setelah mengambit keputusan didalam hati ia lantas
membentak keras sekuat tenaga diserangnya gadis itu
habis-habisan. Dalam sekejap mata dari posisi bertahan ia berubah
jadi posisi menyerang, secara beruntun tiga belas buah
pukulan dilancarkan secara berantai, sedikitpuu tidak
salah ia benar benar berhasil memancing dada kiri Pek
Koen Gie memperlihatkan titik kelemahan.
Semua yang terjadi sudah terlingkup didalam rencana
pertarungan yang disusun secara cermat oleb Kakek
Telaga Dingin, sudah tentu baik Pek Siauw Thian
maupun Pek Koen Gie sama sekali tidak menduganya
sama sekali Hong Po Seng yang sudah sangat hapal
dengari jalannya pertarungan ketika menyaksikan
kesempatan yang di nanti-nanti telah tiba, tanpa berpikir
panjang lagi segera menyodorkan telapaknya kedepan.
Serangan ini muncul dengan posisi yang sangat aneh
dan sama sekali tak terduga oleh siapapun, andaikata
Pek Koen Gie tidak hapal dengan gerakar jurus"Koen
Sioe Ci Tauw" ini mungkin disaat terakhir masih sanggup
menyelamatkan diri, tapi ia punya pendapat lain disaat
tersebut, walaupun melihat datangnya ancaman namun
badannya tetap berdiri tegak ditempat semula untuk
menantikan perubahan berikutnya_
Menanti gadis itu merasakan keadaan tidak beres,
untuk berkelit sudah tak sempat lagi.
Semua perubahan ini terjadi dalam waktu tersingkat,
terdengar Pek Siauw Thian serta siucay berusia
pertengahan itu membentak berbareng, mereka berdua
bersama-sama menubruk kedepan.
Siapa tahu disaat menjelang detik yang terakhir itulah
kembali terjadi perubahan diluar dugaan, tampak Pek
Koen Gie menekan pergelangan tangannya kebawah...
Blaam ! sebuah pukulan dahsyat dengan telak bersarang
diatas ulu hati Hong-po Seng.
Sianak muda itu mendengus kesakitan, secara
beruntun tubuhnya mundur tiga langkah kebelakang,
kakinya jadi lemas dan jatuh terduduk diatas lantai,
darah segar mengucur keluar dari mulutnya membasahi
seluruh baju serta badannya.
Suasana ditengah kalangan berubah jadi sunyi senyap,
Pek Siauw Thian, Pek Koen Gie serta siucay berusia
pertengahan itu berdiri kaku ditengah kalangan tanpa
mengucapkan sepatah katapun, wajah mereka
menunjukkan perubahan yang sangat aneh.
Kiranya serangan telapak yang dilancarkan Homg-po
Seng tampaknya segera akan membinasakan gadis
tersebut, siapa tahu pada saat itulah sinar matanya
menemukan bahwa sasaran yang dituju telapaknya
bukan lain adalah buah dada Pek Koen Gie, sebagai
seorang lelaki sejati yang sedari kecil mendapat didikan
keras, ia merasa perbuatan itu adalah tindakan yang
sangat bejat sekali, maka disaat yang terakhir itulah
tangannya bagaikan dipagut kala beracun segera ditarik
kebelakang cepat-cepat.
Karena perbuatannya inilah serangan yang kemudian
dilancarkan Pek Koen Gie segera bersarang telak diatas
ulu hatinya. Suasana hening untuk beberapa saat lamanya, tiba
tiba Pek Siauw Thian alihkan sinar matanya kearah
siucay berusia pertengahan dan berkedip sekejap.
Siucay berusia pertengahan itu mengangguk dia
segera melangkah maju kedepan, telapaknya diayun siap
menabok batok kepala Hong Po Seng.
"Paman Yauw!"mendadak terdengar Pak Koen Gie
membentak keras.
Jeritan ini penuh mengandung rasa kaget dan kuatir
membuat hati siucay berusia pertengahan itu terkesiap,
cepat ia tarik kembali tagannya dan berpaling kearah
gadis itu. Dalam pada itu Hong Po Seng yang duduk diatas
lantai dengan isi perut yang tergoncang keras telah
mejamkan matanya menantikan kematian, mendadak
mendengar jeritan Pek Koen Gie membuat ia jadi
tertegu, sinar matanya segera dialihkan pula keatas
wajahnya. Sekilas rasa dingin dan ketus yang amat
sangat terlintas di wajahnya yang cantik, kemudian
ujarnya kaku: "Ayah, sebenarnya tiada halangan bagi kita u ntuk
membinasakan orang ini, tapi seandainya kita berbuat
demikian maka putrimu merasa tidak punya muka lagi
untuk berkelana didalam dunia persilatan, kalau kau
orang tua suka melindungi nama baik putrimu, aku
berharap agar ayah mau berjiwa besar dan melepaskan
satu jalan hidup bagi Hong po Seng!".
Perkataan ini diucapkan dengan tegas dan tajam
suaranya dingin kaku seakan akan bukan pembicaraaa
antara seorang putri terhadap ayahnya.
Mendengar perkataan itu Pek Siauw Thian berdiri
tertegun, air mukanva segera berubah jadi pucat kehijau
hijauan, jelas ia sudah dibikin kikuk bercampur gusar
oleh ucapan putrinya.
Siucay berusia pertengahan yang selama ini berdiri
disisi kalangan, ketika menyaksikan ayah dan anak
segera akan bentrok sendiri, dalam hati lantas berpikir
"Budak cilik ini punya rasa dendam yang amat tebal, ia
bisa saja lupa hubungan dan tertindak keji. Kalau dalam
persoalan ini hari aku tidak ikut buka suara, niscaya
dikemudian hari bakal dibenci olehnya, serangan
bokongannya sulit dijaga alangkah baiknya kalau aku
bersikap lebih hati hati". -
Siucay berusia pertengahan ini she Yauw bernama
Soet dengan julukan "Tok Coe-kat" atau si Coe-kat
beracun, ia baru munculkan diri sewaktu diadakan
pertemuan besar Pak Beng-Hwie, dimana akhirnya
diterima Pek Siauw Thian menjadi anggota
perkumpulannya dan diangkat sebagai penasehat yang
paling dipercaya, setiap ucapannya didengarkan seratus
persen. Perkumpulan Sin-Kee Pang bisa jaya seperti hari
ini sebagian besar adalah berkat jasanya.
Orang ini berakal panjang, berotak cerdas dan berhati
kejam, siapapun yang mengenal dirinya pada gelengkan
kepala. Oleh sebab itu diatas julukan "Coe kat" telah
ditambahi de ngan kata "Tok" atau beracun.
Demikianlah dengan mempertimbangkan kepentingan
sendiri, Yauw Soet segera putar biji matanya dan berkata
kepada Pek Siauw Thian dengan ilmu menyampaikan
suara: "Si mahkluk tua itu sudah mewariskan ilmu silat
andalannya kepada pemuda ini, jelas ia sudah
tumpukkan semua harapannya ketangan orang ini,
menurut dugaan aku Yauw Soet, sembilan belas persen
ia sudah merencanakan siasat bagi lolosnya ini. Aku pikir
persoalan ini tentu adahubungannya dengan pedang
emas, seandainya kita bunuh dirinya dengan begitu saja
berarti kita bakal kehilangan satu pembantu yang baik,
maka lebih baik lepaskan saja dirinya".
Mendengar ucapan itu Pek Siauw Thian mengangguk,
dengan ilmu menyampaikan suara pula ia lantas
menyahut: "Pendapat Koensu sedikitpun tidak salah, tapi
seandainya "Pedang emas" itu benar benar berada
ditangan Jie Hian, dengan kepandaian silat yang dimiliki
Hong- po Seng belum tentu berhasil mendapatkannya.
daripada kita gantungkan urusan ini kepadanya kenapa
kita tidak berusaha sendiri saja ?".
"Sin Kee-Pang, Hong-lm Hwie serta Thong Thian Kauw
merupakan tiga besar didalam dunia persilatan,
andaikata terjadi bentrokan langsung dapat dibayangkan
bagaimana ngerinya akibat tersebut, sebelum kita
bersiap sedia melakukan bentrokan secara langsung apa
salahnya kalau membiarkan Hong-po Seng bergerak lebih
duluan ?" bagaimanapun juga melepaskan bocah ini tak
akan mendatangkan kejelekan bagi kita".
Pek Siauw Thian lantas mengangguk, senyum an yang
belum pernah diperIihatkan pun segera tersungging
diujung bibirnya.
,.Apa yang Koen su ucapkan sangat beralasan sekali,
tetapi bagaimapapun juga aku tetap merasa kendati usia
Hong Po Seng masih muda, tapi dia punya kegagahan
serta keangkeran yang luar biasa, bila kita sia-siakan
kesempatan baik ini untuk menyingkirkan dirinya,
kemungkinan besar dikemudian hari ia bakal menjadi
bibit bencana bagi dunia persilatan, kalau memang tak
bisa dipergunakan tenaganya lebih baik cepat-cepat
dilenyapkan saja".
Coe kat beracun Yauw Soet segera tertawa.
"Walaupun orang ini merupakan keturunan dari orang
kenamaan, tapi beberapa orang seteru kita yang paling


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berat sudah mati semua, yang tersisapun hanya satu dua
orang belaka, ilmu silat yang mereka milikipun jauh
dibawah kita. Mungkin saja Hong Po Seng bisa menjadi
besar dan terkenal, tapi urusan ini mungkin baru bisa
terwujud dua tiga tahun mendatang.
Kalau pangcu memang kuatir rasanya tiada halangan
bagimu untuk menancapkan beberapa batang jarum"
Soh Hoen Sin Ciam"atau Jarum sakti Pengunci sukrna
diatas tubuhnya, setelah itu kita tak usah murung dia
dapat terbang kelangit, Andaikata kita dapat memancing
pula kemunculan beberapa orang musuh kita yang
berhasil lolos, sekali tepuk membasmi mereka semuapun
rasanya merupakan suatu tindakan yang lumayan".
Mendengar sampai disini Pak Siauw Thian segera
mendongak dan tertawa terbahak-bahak
"Pendapat Koen-su yang hebat betul betul memuaskan
hatiku, dua tiga tahun kemudian jago-jago perkumpulan
Sin-Kee Pang yang jauh hebat ilmu sitatnya daripadanya
pun paling sedikit masih ada dua puluh orang lebih,
kenapa kita musti jeri terhalap seorang bocah cilik ?"
Pembicaraan mereka berdua mula-mula dilakukan
dengan ilmu menyampaikan suara, ketika secara tiba-riba
Pek Siauw Thian berseru sambil tertawa terbabak-bahak,
Hong po Seng, serta Pek Koen Gie yang tidak mengerti
mak sud sebenarnya dari ucapan itu jadi melengak dan
berdiri termangu-mangu.
Tampaklah Pek Siauw Thian segera merogoh kedalam
sakunya mengambil keluar sebuah kotak kecil, dari dalam
kotak mengambil keluar tiga batang jarum beracun
sepanjang dua coen yang memancarkan cahaya kebiru
biruan, lalu berkata:
"Hong-po Seng, ketiga batang jarum sakti pengunci
sukma ini akan katancapkan diatas tubuhmu, racun
tersebut baru akan bekerja setahun kemudian dimana
sebelum menelan obat pemunah maka nyawamu bakal
melayang. Kau harus ingat bahwa obat penawar hanya
berada disakuku, sampai waktunya datanglah kembali
kemarkas perkumpulan Sin Kee Pang dan jumpailah
diriku "selesai berkata selangkah ia mendekati sianak
muda itu. Meskipun dalam hati kecil Hong po Seng merasa arnat
gusar, tapi ia tahu banyak bicarapun tak ada gunanya,
karena itu sambil menggertak gigi kencang kencang ia
bungkam seribu bahasa.
Setibanya dibelakang tubuh pemuda itu Pek Siauw
Thian segera rentangkan telapak tangannya, tiga batang
jaram beracun yang memancarkan cabaya kebiru biruan
itu segera ditancapkan kedalam tulang pungunguya.
Hong po Seng merasakan badannya gemetar keras,
bibirnya menjadi kaku dan bersin beberapa kali, setelah
itu keadaan menjadi tenang kembali.
Pek Koen Gie yang berdiri disisi kalangan
menggerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan
sesuatu, tapi akhirya ia batalkan maksud tadi dan segera
melengos kearah lain.
Diam diam Hong po Seng menghela napas panjang, ia
meronta untuk bangkit berdiri, menyapu sekejap orang
orang dihadapannya dengan mata melotot dan berkata:
"Andaikata cuwi sekalian tidak maksud untuk menahan
diriku lebih lanjut, cayhe akan mohon diri terlebih
dahulu". Selesai menjura pemuda itu segera melangkah keluar
dari tempat itu.
Air muka Pek Siauw Thian seketika berubah jadi hijau
membesi, air muka si Coe kat beracun Yauw Soet serta
Pek Koen Gie pun berubah hebat, mereka tahu bahwa
Hong po Seng tak akan lolos dari jaring perkumpulan Sin
Kee pang, tapi mereka sama sama merasa mendapat
pukulan batin yang hebat seakan akan baru saja mereka
menderita kekalahan.
Suasana hening untuk beberapa saat lamanya,
mendadak Yauw Soet si Coe kat beracun tertawa
tcrbahak bahak.
"Haasaah...,haaah"..haaaah Siauw Leng han antarlah
dia keluar, sampaikan berita urtuk membuka jalan bagi
dirinya !"
Siauw Leng segera mengiakan dan buru bunu
mengejar dari belakang pemuda she Hong po.
Pek Siauw Thian berdiri termangu-mangu, akhirnya ia
bergumam seorang diri .
"Enghiong hoohan tidak terpikat oleh kecantikan
wajah tidak kemaruk oleh harta benda, tidak kesemsem
oleh kedudukan serta pangkat dan tidak tertarik pada
nama besar, entah bocah ini apakah manusia diluar
pengecualian....".
Dalam pada itu Hong po Seng dengan langkah lambat
berjalan kedepan, ditengah perjalanan ia rasakan
kepalanya pusing tujuh keliling, sepasang kakinya lemas
sekali dan ulu hatinya teramat sakit.
Semenjak terjun kedalam dunia persilatan, secara
beruntun ia telah dua kali menderita luka parah, kejadian
ini membuat hatinya teramat sedih hingga sukar
dilukiskan dengan kata kata, tetapi ia tidak menggerutu
atau menyesal, hanya secara lapat-lapat hatinya merasa
kosong dan kesal.
Pikirnya didaIam hati :
"Aku tak usah memikirkan persoalan-persoalan itu lagi,
yang penting hanyalah "Tan Hwie Tok Lian" Teratai
racun empedu api benda yang dibutuhkan oleh ibuku,
bagaimana pun juga aku harus berusaha untuk
mendapat kannya".
Saat itulah tiba-tiba Siauw-Leng menyusul datang
sambil berseru .,Hong po Seng, marilah ikuti diriku, aku akan
menunjukkan jalan untukmu!'
Mendengar ucapan itu Hong-po-Seng memperhatikan
sekejap sekeliling tubuhnya, ternyata ia sudah tersesat
jaIan ditengah tumbuhan pohon bamhu itu, segera ia
manyahut dan mengikuti dibelakang dayang tersebut.
Sekeluarnya dari belakang benteng terdengar suara
derap kaki kuda berkumandang datang, Oh Sam dengan
menunggang kereta milik Pek Koen Gie telah meluncur
datang dari balik benteng.
Kereta itu berhenti tepat dihadapannya, Oh Sam
sambil melayang turun ketanah segera mengangsurkan
sebutir pil kehadapan sianak muda itu sambil ujarnya :
"Ceyhe mendapat perintah untuk menghantar Hong po
Seng kongcu keluar dari wilayah kekuasaan perkumpulan
Sin Kee Pang, Kongcu hendak pergi kemana silahkan kau
utarakan kepada cayhe".
Hong po Seng mendongak dan memandang sekejap
kearah kereta itu. ia lihat sebuah panji kuning tertancap
diujung kereta dan benda itu belum pernah dilibat
sebelumnya, maka setelah berpikir sejenak ia berkata :
"Aku mau berangkat keutara, kekota Yan Im!".
Oh Sam mengangguk tanda mengerti lalu melangkah
kedepan membukakan pintu kereta, Melihat sikapnya
mendadak berubah sama sekali terhadap dirinya walau
dalam hati merasa curiga tapi sianak muda itu ogah
untuk berpikir lebih jauh, setelah mengangguk kepada
Siauw-Leng ia lantas melangkah masuk kedalam kereta.
Ledakan pecut menggeletar ditengah angkasa, roda
kereta bergulung menggilas jalan, dengan cepat kereta
itu berangkat menuju kearah utara.
Selama beberapa hari berikutnya Hong- po Seng hidup
dalam kemewahan dan keagungan panji "Hong-Loei-
Leng" yang teatancap di atas kereta kuda walaupun kecil
bentuknya tapi mempunyai kekuasaan sangat besar
dimana kereta itu lewat para jago Bu-lim baik dari
golongan Pek to maupun Hek to sama sama menyingkir
kesamping, dimana mereka menginap karnar yang
disediakan tentu bersih clan mewah, makanan yang
dihidangkanpun lezat serta mewah, dimanapun Hong po
Seng berada suasana selalu dipelihara dalam
keheningan. Belum sampai beberapa hari dalam keteta mereka
sudah dipenuhi oleh tumpukan uang mas dan perak.
'00oo0O' 9 Sejak menelan pil pemberian Oh Sam, sepanjang hari
Hong-po Seng bersemedi terus untuk menyembuhkan
luka dalamnya. Tidak sampai sepuluh hari luka yang
dideritanya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda
sembuh. Suatu hari ketiaa ia sedang duduk dalam kereta
dengan hati kesal, tiba tiba telinganya menangkap suara
pertempuran yang sedang berlangsung dari arah depan,
ia segera melongok keluar lewat jendela, dimana
terlihatlah disisi sebuah jalan segerombol manusia
sedang melangsungkan pertempuran sengit.
Sebuah gerobak dorong diparkir dipinggir jalan, diatas
kereta terlapis selembar selimut dekil, seorang kakek tua
berbaju compang-camping meringkuk diatas gerobak
dorong itu, noda darah berpelepotan diatas kain dekil
tadi sedangkan matanya ditujukan ketengah kalangan
dimana pertempuran sedang berlangsung.
Sementara dttengah kalangan seorang nenek tua
berambut putih serta seorang lelaki berbadan kekar
dengan punggung menempel punggung sedang
bertarung menghadapi nausuh-musuhnya, empat buah
telapak dengan perkasa menghadapi sembilan orang
lelaki bersenjata tajam yang mengelilingi disekitarnya,
Nenek serta lelaki kekar itu telah terluka tubuhnya,
darah segar membasahi hampir seluruh pakaian yang
dekil. Disamping itu terdapat pula seorang lelaki berbaju
perlente dengan tangan yang luar biasa panjangnya
berdiri disisi kalangan sambil bertolak pinggang, matanya
dengan tajam sedang mengawasi pula jalannya
pertarungan itu
Sebelum Hong Po Seng sempat naelihat jelas
datangnya pertempuran sipria berbaju perlente yang
sedang mengawasi jalannya pertempuran itu telah
mangenal sang kusir dari kereta tersebut. menyaksikan
pula panji "Hong Loei Leng" yang menancap diujung
kereta wajahnya menunjukkan rasa yang amat
terperanjat, buru-buru ia ulapkan tangannya sambil
membentak: ,.Mundur! Mundur! Mundur!".
Secara beruntun ia mangulangi teriakannya itu sampai
tiga kali, mendapat perintah kilat yang dilontarkan lelaki
barbaju perlente itu, sembilan orang jagoan yang sedang
mengerubuti nenek serta lelaki kekar tadi segera
meloncat mundur kebelakang dan mengundurkan diri
dari kalangan. Hong po Seng pun menyaksikan pula dengan jelas
keadaan ketiga orang itu, melihat keadaan yang sangat
mengenaskan hawa amarahnya kontan berkobar, ia
segera mengetuk lantai kereta dan memerintahkan untuk
berhenti. Dalam melakukan perjalanannya kali ini Oh Sam
membawa tugas rahasia yang diperintahkan atasannya
terhadap ,Hong-po Seng sikapnya selalu para pura
menghormat. Tapi sesudah melakukan perjalanan beberapa kali,
sikap gagah dan agung yang diperlihatkan pemuda itu
sedikit demi sedikit mulai menembusi hati kecilnya
sehingga membuat kusir ini dari berpura pura akhirnya
menjadi sungguh sungguh menghormat.
Kereta kuda segera berhenti, Hong po Seng membuka
pintu kereta dan melangkah turun.
Oh Sam segera memperkenalkan pemuda itu kepada
pria berpakaian perlente yang sedang berdiri disisi
kalangan dengan wajah penuh rasa terkejut itu:
"Inilah Hong po Seng kongcu, Tong Hoen Tong cu
silahkan menemuinya !"
Pria herbaju perlente itu melirik sekejap "'Hong Loei
Leng" yang berkibar diujung kereta. kemudian buru buru
menjura sambil berkata : Cayhe Tong Ceng, menghunjuk
hormat untuk Hong po kongcu".
Dalam pada itu kesembilan orang tadi telah
rnenyimpan kembali senjata tajamnya. melihat
pemimpinnya memberi hormat mereka pun bensama
sama memberi hormat pu1a.
Diam diam Hong po Seng berpikir didalam hati.
"Luka dalam yang kuderita belum sembuh, tak munkin
bagiku untuk bertempur, rasanya mengatasi persoalan ini
aku harus pura pura menjadi srigala".
Berpikir demikian ia lantas ulapkan tangan dan
menyahut dengan nada ketus.
"Tong hoen Tong cu tak usah banyak adat !" seraya
menuding tua muda tiga orang itu tegurnya lebih jauh.
"Siapakah ketiga orang itu?"".
"Kalek tua yang berada diatas kereta bernama " Bong
Beng Hauw" atau si Harimau Pelarian Tiong Liauw,
Sinenek bernama Bee Ya Hauw atau si Harimau Ompong,
sedangkan si lelaki itu adalah putra mereka berdua
bernama 'Poet Siauw Hauw" atau siharimau bisu Tiong
Long orang orang kangouw
menyebut ketiga orang ini sebagai Tiong Sam Hauw
atau tiga ekor harimau dari keluarga Tiong."
"Ehemm kesalahan apa yang telah mereka lakukan ","
tanya Hong po Seng lagi dengan alis berkerut.
"Si Harimau pelarian Tiong Liauw yang ada digerobak
dorong itu segera mendengus dingin dan berteriak:
"Aku telah membunuh bapak tuamu !" kemudian
dengan lengan sebagai bantal berbaring kembali diatas
kereta gerobak dorongnya.
Tong Ceng serta sembilan orang pria dibelakangnya
menjadi naik pitam setelah mendengar teriakan itu,


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka bersama sama menoleh kearah kakek itu
kemudian melototinya dengan hati mendongkol.
Buru buru Hong po Seng ulapkan tangannya.
"Tong Hoen tong cu, katakanah duduk perkara yang
sebenarnya. aku punya cara untuk membereskan
mereka." Mendapat teguran Tong Ceng berpaling kembali dan
segera menjawab:
"Tiga ekor harimau dari keluarga Tiong ini bengis dan
suka berkelahi, mereka bernyali besar dan tak takut mati,
seringkali tanpa sebab menerbitkan keonaran dan
berkelahi dengan orang. Bulan berselang mereka telah
menyelesaikan jiwa dua orang saudara dari perkumpulan
kita, dari pihak markas pusat segera turunkan peritah
untuk memberi tanda mata diatas tubuh ketiga orang ini
di manapun ia tiba, tapi jiwa mereka harus tetap
dipertahankan. Karena itu sewaktu mereka memasuki
wilayah kekuasaan kantor cabang kami, cayhe mendapat
tugas untuk melaksanakan perintah tersebut".
Darah panas dalam rongga dada Hogg po Seng kontan
bergerak keras, ia menjadi teramat gusar sekali, pikirnya
: "Kawanan bajingan kalau tilak cepat cepat dibasmi
dari muka bumi, umat Bu lim yang ada dikolong langit
mana bisa hidup dengan aman dan sentausa?".
Ketika Tog Ceng menyaksikan wajah Hong po Seng
menujukkan kegusaran, ia mengira pemuda ini benci
terhadap ketiga ekor harimau dari kelurga Tiong, buru
buru ia maju membari hormat seraya ujarnya:
"Harap kongcu jangaa gusar, cayhe segera turun
tangan untuk meninggalkan tanda mata ditubuh mereka
setelah itu baru kutemui kongcu untuk beristitahat
dikantor cabang".
Tangan berkelebat kebelakang, tahu-tahu dalam
genggamannya telah bertambah dengan sebilah golok,
kemudian dengan langkah lebar segera menghampiri
ketiga ekor harimau dari keluarga Tiong itu.
Dengan cepat pikiran Hong po Seng berputar, ia
merasa tidak ada untungnya untuk bentrok dengan
mereka dalam keadaan begini maka teriaknya keraskeras:
"Tong hoen Tong cu, harap tunggu sebentar !".
Tong Ceng berhanti dan menjura.
"Kongcu masih ada pesan apa?"?".
"Aku membutuhkan jiwa ketiga orang ini sebagai
kado, kebetulan sekall ketiga ekor harimau dari keluarga
Tiong cocok dengan seleraku
Ia menoleh kearah Oh Sam diatas kereta dan
menambahkan: ,.Tangkap ketiga orang itu dan lemparkan kedalam
kereta!". Oh Sam yang mendapat perintah ini diam-diam
merasa gelisah, tapi keadaan memaksa dia harus berbuat
begini, maka tanpa membantah ia segera melayang
turun dari tempat duduknya dan mendekati ketiga orang
itu. Si harimau Ompong Tiong Lo Popo kontan menuding
Hong po Seng sambil meraung gusar:
"Bajingan cilik anjing betina, kenapa kau tidak turun
tangan sendiri?".
Hong Po Seng pura-pura tidak mendengar, dengan
wajah membesi ia masuk kembali kedalam kereta.
Secara lapat-lapat Oh Sam dapat merasakan maksud
hati sianak muda itu, melihat ia kena dimaki diam diam
hatinya merasa geli. Sebagai seorang jago
berkepandaian lihay tentu saja ketiga orang itu bukan
tandingannya, dalam waktu singkat ketiga ekor harimau
itu sudah ditotok jalan darahnya dan dilemparkau
kedalam kereta.
Kepada Tong Ceng yang berada diluar kereta, Hong
Po Seng segera ulapkan tangau sambil berkata:
"Sakarang aku sedang ada urusan penting yang harus
segera diselesaikan, waktu kembali nanti saja akan
kusinggah kekantor"
Jangan dikata tanda perinteh" Hong Loei Leng" berada
didepan mata. Cukup kereta kuda milik Pek Koen Gie
serta kusirnya Oh Sam telah menggetarkan hati para
pemimpin kantor cabang, tentu saja Tong Ceng tidak
berani banyak bicara lagi, bersama sama anak buahnya
mereka segera memberi hormat dan menghantar
keberangkatan sianak muda itu.
Kereta kudapun melanjutkan perjalanannya menuju
kedepan, Hong-po Seng yang berada didalam ruang
kereta segera bangkit berdiri dan membebaskan jalan
darah Si Harimau pelarian Tiong Liauw yang tertotok.
Setelah jalan darahnya tertotok tadi keempat anggota
badan siharimau pelarian Tiong Liauw sama sekali tak
bisa berkutik, tapi riak kental yang berada dimulutnya
dapat diludahkan sekehendak hatinya, melihat Hong-po
Seng datang mendekat ia kegirangan, menggunakan
kesempatan dikala pihak lawan tidak bersiap siaga itulah
mendadak ia pentang mulutnya dan meludah.
Cuuuh....! riak kental tadi segera disembur kearah
wajah sianak muda itu.
Hong-po Seng mimpipun tidak menyangka kalau ia
bakal diludahi, belum sempat ia bertindak pipinya segera
terasa amat sakit, riak kental itupun sudah mengotori
seluruh wajahnya mendatangkan rasa yang sangat tidak
enak dibadan. Pemuda ini baru berusia enam tujuh belas tahunan,
wataknya keras hati dan masih berdarah panas.
mendapat penghinaan yang sama sekali tak terduga ini
kontan membangkitkan hawa amarah dalam hatinya,
telapak kiri segera diayun menggaplok kedepan.
Tapi ketika serangannya tiba ditengah jalan, hatinya
jadi lemah, sambil menarik kembali serangannya ia
menghela napas dan berkata :
,.Aaai ..! aku tak akan mengumbar hawa amarah
dengan kalian !".
Dengan ujung bajunya ia menyeka noda riak kental
yang menempel diatas wajahnya, kemudian berpailing
kearah Tiong Loo-po dengan maksud membebaskan
jalan darahnya.
Si Harimau ompong Tiong Lo Poo cu merasa amat
girang dan sewaktu dilihatnya sang suami berhasil
mendaratkan riaknya diatas wajah orang diam diam
diapun mempersiapkan riaknya didalam mulut, asal
Hong-po Seng berani mendekat maka dengan cara yang
sama dia akan melukai pemuda itu.
Dari perubahan air muka sinenek tua itu Hong po
Seng menyadari bahwa orang inipun mengandung
maksud jelek terbadap dirinya, maka dia lantas
mengambil keputusan untuk tetap membiarkan ketiga
orang itu berbaring dilantai, sedang ia sendiri kembali
kekursinya sambil berpikir didalam hati:
"Ketiga orang ini berjiwa gagah, berhati keras kepala
dan tanpa memperdulikan keselamatan sendiri berani
memusuhi manusia manusia laknat itu, manusia
semacam itu boleh dibilang termasuk patriot sejati. Aaai!
cuma sayang kepandaian silat yang mereka miliki terlalu
cetek". Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya
hingga tanpa terasa ia bergumam seorang diri:
"Dunia persilatan penuh diliputi kelicikan serta
kekejian, setiap langkah penuh dengan jebakan mara
bahaya, diatas tubuh Pek Siauw Thian telah
menghujamkan ketiga batang paku beracun pengunci
sukmanya yang membuat badanku jadi tersiksa,
walaupun racun diujung senjata itu baru akan bekerja
setahun mendatang, siapa tahu kau sebelum batas
waktunya aku bakal kehilangan nyawa terlebih dahulu?".
Berpikir demikian didalam hati diapun segera
mengambil keputusan, serunya:
"Siapa bilang ilmu silat hanya boleh dimiliki pribadi"
alangkah baiknya kalau kusebar luaskan kepandaian
tersebut keseluruh dunia persilatan, suatu hari pasti akan
muncul seorang pendekar sejati yang memiliki ilmu silat
lihay, waktu itu dengan suatu kerja sama yang keras
rasanya tidak sulit untuk membasmi kaum durjana dari
muka bumi".
Mendadak terdengar si Harimau pelarian Tiong Liauw
menegur sambil tertawa:
"Bajingan cilik, rupanya kau sedang mimpi disiang hari
bolong?". Dengan cepat Hong po Seng menenteramkan hatinya,
lalu dengan wajah sungguh-sungguh ujarnya:
"Aku minta kalian perhatikan dengan seksama, aku
bernama Hong po Seng dengan pihak perkumpulan Sin
Kee Pang terikat dendam yang amat mendalam, setiap
saat jiwaku terancam oleh bahaya maut...''.
"Bajingan cilik, semestinya sedari dulu kau harus
modar!" jengek Tiong Liauw sinis.
Hong po Seng menghela napas panjang.
"Dalam hatiku sebenarnya terdapat banyak persoalan
yang hendak dibicarakan dengan kalian....".
Siharimau ompong Tiong Loo Boo cu yang selama ini
berbaring disudut kereta mendadak menyela:
"Anjing bajingan cilik, kalau mau melepaskan kentut
busuk cepat kau lepaskan!".
Sikap serta tingkah laku beberapa orang ini benarbenar
membuat Hong po Seng jadi serba salah, mau
menangis tak bisa mau tertawapun sungkan, tapi
disambungaya juga katanya:
"Walaupan aku ada pesan terakhir yang hendak
disampaikan kepada kalian, sayang kalian termasuk
manusia manusia patriot yang terlalu emosi, manusia
macam kalian sulit untuk memikul tanggung jawab berat,
akupun tidak tega untuk memasrahkan pesanku ini
kepada kalian".
Bicara sampai disini nadanya tiba tiba berubah jadi
amat sedih, sambungnya :
"Aku mempunyai serangkaian sim hoat tenaga dalam
serta satu jurus ilmu pukulan yang maha dahsyat, kini
akan kupersembahkan kepada kalian semua, setelah
kalian berhasil mempelajari kepandalan tersebut carilah
suatu tempat terpencil serta terasing dari pergaulan
masyarakat untuk berlatih kepandaian tersebut dengan
tekun, bilamana ilmu si1at itu berhasil kalian kuasahi saat
itulah kalian baru boleh muncul kembali didalam dunia
persilatan, bantulah kaum lemah dan hadapilah kaum
laknat, jadilah pendekar yang sejati pembela rakyat
jelata". Mendengar perkataan itu Si Harimau pelarian Tiong
Liauw mengerutkan alisnya, setelah memperhatikan
wajah Hong po Seng beberapa kejap, ujarnya dengan
nada dingin : "Bajingan cilik, sungguh tak nyana kau adalah seorang
manusia yang berhati bajik, waaah.... maaf kalau loohu
bersikap kurang hormat terhadap dirimu, kau punya sim
hoat serta ilmu pukulan apa" cepat dikeluarkan agar
kami bisa menyaksikan kelihayanmu"
Hong po Seng mengerti bahwa dirinya sedang disindir
tapi dia tidak menggubris sindiran orang, ujarnya
hambar. "Tak usah banyak bicara lagi, baik baiklah perhatikan
keterangan serta pelajaran yang akan kuutarakan".
Selesai berkata tanpa memperdulikan apakah ketiga
orang itu suka mendengarkan atau tidak segera mulai
menerangkan rahasia dari jurus serangan ,Koen Sioe Ci
Tauw " tersebut .
Petangya kereta berjalan masuk kedalam kota, Hong
po Seng segera menggedor dinding kereta sambil
berteriak keras .
"Siapkan rangsum kering dan lanjutkan perjalanan
menuju keutara, malam ini kita menginap didalam hutan
saja" Oh Sam menghentikan keretanya dan segera meloncat
bangun, sambil menghampiri jendela kereta serunya:
"Kongcu-ya, buat apa kau mencari penderitaan yang
tak berguna?"".
"Sudah, tak usah banyak bicara lagi, apa yang aku
lakukan sama sekali tidak dirahasiakan terhadap dirimu,
kalau kau merasa senang dengan caraku bekerja
lakukanlah apa yang kuucapkan, sebaiknya kalau kau
tidak senang hati, silahkan membawa tanda perintah
Hong Loei Leng tersebut dan kembali kemarkasmu!".
Oh Sam rada tertegun, tapi ia segera tertawa.
.,Cayhe mendapat perintah untuk menghantar kongcu
keluar dari perbatasan, sebelum juga dilaksanakan
hingga selesai aku tidak berani pulang kemartkas untuk
memberi laporan".
Habis berkata ia kembali keatas keretanya dan
meneruskan kembali perjalanannya menuju kedepan.
Dalam pada itu siharimau pelarian Tiong Liauw setelah
mendengarkan uraian dari Hong Po Seng mengenai sim
hoat tenaga dalam serta ilmu pukulan dan merasa bahwa
kepandaian tersebut benar benar merupakan kepandaian
maha sakti yang sangat berharga serta belum pernah
didengar sebelumnya dalam hati merasa terkejut
bercampur curiga, nada pembicaraannya pun sudah jauh
berobah lebih lunak.
Terdengarlah ia berkata dengan nada serius:
"Kongcu ya sebenarnya siapakah kau?" Kau berbuat
demikian sebetulnya disebabkan karena apa?".
"Aku berbuat demikian karena setiap saat ada
kemungkinan bagiku untuk menemui ajalnya, kalian
sekeluarga tiga orang adalah manusia-manusia kosen
yang berjiwa besar dan bersemangat patriot, hanya
manusia-manusia semacam kalianlah yang pantas untuk
mendapat pelajaran ilmu silat seperti ini".
Sambil berkata ia maju kedepan dan membebaskan


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jalan darah yang tertotok ditubuh ketiga orang itu.
Si Harimau ompong Tiong Loo Boo cu dengan
pandangan yang tajam mengawati wajah pemuda itu
beberapa saat, kemudian dengan mata melotot
tanyanya: "Antara kau dengan pentolan perkumpulan Sin Kee
Pang sabetulnya terikat dendam sakit hati" ataukah
masih ada ikatan sanak serta keluarga.?"".
"Waktu yang kita miliki sangat terbatas, lebih baik tak
usah kita bicarakan persoalan yang tak berguna itu"
tukas Hong-po Seng cepat, ia segera meneruskan
keterangannya membicarakan soal rahasia ilmu pukulan
tersebut. Sejak itulah setiap hari baik siang maupun malam
Hong po Seng selalu bekerja keras mewariskan ilmu
pukulan yang amat lihay itu kepada tiga ekor harimau
dari keluarga Tiong ini, tetapi berhubung dilihatnya bakat
yang dimiltki mereka bertiga hanya biasa biasa saja,
sewaktu mempelajari kepandatan tersebut terlalu lamban
dan payah, maka akhirnya ia membagi ketiga orang itu
rnenjadi rombongan dan mempelajari kepandaian
tersebut secara bergilir.
Tiap orang mempelajari perubahan jurus serangan
yang berbeda, dengan demikian maka setiap orang harus
menghapalkan tiga puluh gerakan labih, dengan cara
begini bukan saja beban yang diterima mereka rada
enteng, bahkan merekapun bisa beristirahat secara
bergilir dan pelajaranpun dapat diingat lebih mendalam.
Dua tiga puluh hari kemudian sampailah mereka di
tepi sungai Hoang hoo, dan dengan susah payah pula
ketiga orang itu berhasil mempelajari satu jurus ilmu
pukulan itu. Waktu itu Hong po Seng telah mewariskan sim hoat
tenaga dalam keluarganya kepada mereka bertiga,
melihat kereta mendadak berhenti ia segera loncar keluar
dari ruang kereta dan menjura kearah Ong Sam, ujarnya:
"Ong heng, walaupun perkenalan kita tidak terhitung
pendek tapi berhubung diantara kita masih terikat
permusuhan, make lebih baik kita berpisah sampai disini
saja, bila ada jodoh dikemudian hari kita saling berjumpa
kembali!".
"Kongcu ya, apakah kau hendak menyeberangi
sungai?" tanya Oh Sam sambil loncat turun dari
keretanya dan tertawa.
Hong po Seng mengangguk membenarkan.
"Aku masih ada urusan penting yang harus segera
diselesaikan, banyak bicara tak ada gunanya, lebih baik
kita berpisah sampai disini saja"
Bicara sampai disitu diapun lantas berjalan menuju
ketepi pantai. Oh Sam meloncat masuk kedalam kereta untuk
mengambil beberapa keping uang emas, kemudian
sambil menyusul pemuda itu serunya:
"Tak ada uang sulit untuk melanjutkan perjalanan,
uang ini adalah sumbangan dari tiap tiap kantor cabang
kepada diri kongcu. lebih baik kongcu bawa saja sebagai
persediaan."
Sambil tertawa Hong po Seng menyambut uang itu,
melihat tiga ekor harimau dari keluarga Tiong mengikuti
disisinya, ia segera mengambil satu keping uang emag
untuk diri sendiri dan menyerahkan sisanya ketangan
Harimau ompong Tiong Loo Poo cu.
Tiong Loo Poo cu menyambutnya dan tanpa
mengucapkan sepatah katapun segera dimasukkan
kedalam saku. Mereka bertigapun segera naik perahu untuk
menyebrangi sungai Huang hoo, setibanya diatas daratan
Hong po Seng putar badan dan ujarnya kepada ketiga
orang itu: "Sebelah utara sungai Huang hoo sudah bukan
termasuk wilayah kekuatan perkumpulan Sin Kee Pang,
lebih baik kalian bertiga untuk sementara waktu berdiam
diwilayah utara saja, tiga lima tahun kemudian rasanya
belum terlambat untuk kembali kedesa kelahiran kalian"
Mendengar perkataan itu siharimau pelarian Tiong
Liauw segera berdiri dan tertegun serunya:
"Eeee.. kenapa" apakah Kongcu-ya mengusir kita
pergi ?"?".
Hong po Seng sendiripun dibikin tertegun oleh
pertanyaan tersebut, ia segera menyahut:
"Secara kebetulan kita bisa saling bertemu satu sama
lainnya, persahabatan pun telah kita jalin, apakah kalian
selamanya hendak mengikuti diriku terus?"
Mendadak terdengar siharimau ompong, nenek tua
she Tiong berteriak keras:
"Tiga lembar jiwa dan tiga ekor harimau dari keluarga
Tiong kau yang menyelamatkan, sedang kami tiada
rumah tempat bertinggal lagi, kalau tidak ikut kongcu lalu
kita musti pergi kemana?"
"Aaaah, hal ini mana boleh jadi ?" sahut Hong po Seng
dengan wajah melengak.
"Aku masih ada banyak urusan yang harus
diselesaikan, lagi pula perjalananku selanjutnya penuh
dihalangi oleh kesulitan serta mara bahaya, aku tidak
ingin menyusahkan kalian bertiga!"
Pada dasarnya pemuda ini baru saja sembuh dari luka
dalam yang parah ditambah pula selama hampir sebulan
lamanya siang malam ia bekerja keras untuk mewariskan
ilmu silatnya kepada Tiong Si Sam Hauw, hal ini
membuat kesehatan badannya lama kelamaan jadi
semakin lemah, bukan saja luka dalamnya kambuh
kembali, matanya jadi cekung, wajahnya kunyal dan lesu
hingga untuk mengucapkan beberapa patah kata itupun
harus menggunakan banyak tenaga.
Tiong Si Sam Hauw semuanya merupakan manusia
manusia yang berjiwa keras, semula mereka tidak
berpikir lebih mendalam akar, maksud perbuatan sianak
muda itu. Kini setelah mengetahui bahwa Hong po Seng
benar benar tiada permintaan yang diajukan kepada
mereka bahkan justru mereka malah yang berhutang
budi kepadanya, jadi tertegun dan berdiri termanguTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
mangu, tanpa sadar air mata jatuh bercucuran
membasahi wajab ketiga orang itu.
Hong- po Seng tidak ingin melihat keadaan seperti itu
berlarut larut, ia segera keraskan hati dan menjura
kepada mereka bertiga.
"Harap kalian bertiga suka baik baik menjaga diri kita
berpisah dahulu ditempat ini !"
"Kongcu-ya!" mendadak siharimau pelarian Tiong
Liauw berseru dengan suara gagah. "Kamni Tiong si Sam
Houw bukan lantaran hendak membalas budi lantas
hendak mengutarakan kata-kata ini, tapi berhubung kami
kami kagum atas kegagahan serta kebesaran jiwa
kongcu ya maka bila kongcu menampik, kami sekeluarga
tiga orang rela mengikuti diri kongcu untuk berbuat apa
saja, walaupun harus mengorbankan jiwa kamipun kami
bertiga rela."
Hong po Seng dibuat amat terharu oleh ketulusan hati
ketiga orang itu, tanpa terasa air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya.
"Terima kasih kuucapkan atas maksud dari cuwi
bertiga" katanya lirih. "Aku menyadari bahwa jiwaku
selalu terancam bahaya maut, aku tidak ingin
menyusahkan pula kalian bertiga. Untuk sementara
waktu kalian berdiamlah diwilayah utara, tekunilah
pelajaran ilmu silat kalian, bilamana suatu waktu aku
membutuhkan bantuan pasti akan kucari kalian bertiga
untuk menyumbangkan tenaganya".
"Kongcu ya, dewasa ini kau hendak pergi kemana?".
Sebelum Hong po Seng sempat menjawab
terdengarlah siharimau ompong Tiong Loo Poo cu talah
membentak dengan nada gusar:
"Hey tua bangka, kenapa kau musti banyak bicara
yang tak berguna, kita ikuti saja dibelakangnya".
Mendengar perkataan itu siharimau pelarian Tiong
Liauw benar-benar tidak berbicara lagi.
Sebaliknya Hong-po Seng diam diam segera berpikir :
"Sekeluarga ini berjiwa besar dan berhati jujur, setiap
melaksanakan pekerjaan hanya didasari oleh emosi serta
perasaan, andaikata aku tidak menerangkan yang jelas,
mereka tentu akan mengikuti diriku terus menerus,
seandainya sampai terjadi begini bukankah urusan
besarku bakal runyam dibuatnya ?".
Karena berpikir demikian baru buru serunya kepada
Tiong Liauw dengan wajah serius :
"Loo-tiang, harap kau berpikir dengan seksama,
sebenarnya apa sih maksud tujuanku dengan susah
payah menurunkan ilmu silat yang kumiliki kepada kalian
bertiga ?"".
Mendengar pertanyaan itu si Harimau Pelarian Tiong
Liauw berpikir sejenak, kemudian jawabnya :
"Aaah betul ! pastilah kongcu memandang ilmu silat
yang kami miliki terlalu cetek, maka bilamana mengikuti
disisimu sebaliknya malah mengganggu serta
merepotkan".
Walaupun perkataan tersebut tidak mengena dengan
jitu atas apa yang dipikirkan di dalam hati, tetapi Hongpo
Seng tidak membantah, sambil mengangguk katanya:
"Perkataanmu ini ada benarnya juga, kalian musti tahu
kepergianku kali ini kalau bisa alangkah baiknya kalau
menyembunyikan diri terhadap pengawasan orang lain,
bilamana kita harus melakukan perjalanan secara
bergerombol, hal itu malah justru menyulitkan untuk
menyelesaikan pekerjaan itu".
Mendengar sampai disini, si Harimau pelarian Tiong
Liauw tidak berbicara lagi, setelah berdiri termangu
mangu beberapa saat lamanya mendadak ia jatuhkan diri
berlutut diatas tanah diikuti oleh Sinenek tua she-Tiong
serta si Harimau Bisu Tiong Long.
Hong-po Seng jadi terkesiap, buru-buru ia ikut terlutut
diatas tanah setelah itu putar badan dan cepat berlalu.
Semenjak kecilnya sianak muda ini sama sekali belum
pernah meninggalkan rumahnya seorang diri, boleh dia
dia buta seratus persen terhadap jalanan disekitar
tempat itu, setelah melepaskan diri dari Tiong Si Sam-
Hauw pemuda itu segera mancari tahu jalan menuju
keutara dari para penduduk disekitar situ, kemudian
langsung berangkat menuju kegunung Im-Tiong san.
Setelah melakukan perjalanan belasan hari, suatu
petang sampailah sianak muda itu didalam wilayah
pegunungan Im-Tiong san.
Setelah masuk gurung, daya ingatnya terhadap
perkampungan Liok-Soat san cung kian lama kian
bertambah jelas. Waktu itu sambil melakukan perjalanan
dibawah sinar bulan purnama diam-diam doanya didalam
hati: .,Sukma ayah yang ada dilangit, moga moga kau suka
melindungi teratai racun empedu api itu tetap berada
ditempat semula, agar ananda berhasil mendapatkan
teratai racun itu untuk mengobati luka ibu yang parah
sehingga tenaga dalam yang dimiliki dia orang tua bisa
pulih kembali seperti sedia kala, dengan begitu Ibu baru
sanggup membalaskan dendam sakit hati ayah....'.
Tanpa terasa sampailah pemuda ini dimulut sebuah
selat, setelah memperhatikan sekejap suasana
disekeliling tempat itu, keragu raguan yang semula masih
tersisa dalam hatinya seketika tersapu lenyap, ia merasa
yakin bahwa perkampungan Liok-Soat san-cung terletak
di dalam selat tersebut.
Dalam pada itu bulan purnama berada di awang
awang, cahaya yang terang menerangi seluruh isi selat
tersebut setelah melakukan perjalanan beberapa saat
lamanya mendadak Hong-po Seng merasakan sesuatu
yang tidak beres, ia segera berpikir:
"Pepohonan didalam selat ini diatur dengan sangat
teratur dan rapi, jalan gunung bersih bebas dari debu,
bahkan batu kerikil serta rumput ilalangpun tidak
nampak, kalau ditinjau keadaan tersebut jangan-jangan
perkampunganku sudah diduduki orang lain "...".
Begitu ingatan tersebut berkelebat lewat di dalam
benaknya, ia segera menyembunyikan diri kebalik
pepohonan dan meneruskan perjalanannya dari tempat
kegelapan. Ketika tubuhnya hampir tiba dipintu perkampungan,
mendadak ia temukan kerlipan cahaya lentera, hatinya
semakin terkesiap, pikir nya lebih jauh:
"Aaah ! dugaanku ternyata tidak salah, kampung
halamanku benar-benar sudah diduduki orang lain. Kalau
ditinjau dari cahaya lentera yang dipasang begitu rapat,
jelas keadaan didalam perkampungan jauh lebih terang
benderang... Ehmm! Wilayah Sam Say adalah daerah
kekuasaan perkumpulan Hong Im Hwie, para jago dari
kalangan lurus tidak nanti akan menduduki kampung
halamanku ini dengan manusia-manusia dari kalangan
hek to yang biasa jelas lebih-lebih tak punya nyali untuk
menempati perkampungan Liok Soat san cung, manusiamanusia
laknat yang telah mengangkangi rumah
kediamaaku ini seratus persen pastilah tokoh-tokoh
terpenting dari perkumpulan Hong Im Hwee.
Setelah mengetahui kelihayan orang, ia segera
menyusup kesebelah kiri perkampungan kemudian
menyusup masuk kedalam perkampungan dengan
gerakan yang sangat berhati-hati.
Tampaklah gunung-gunung, pepohonan, kebun
bunga, serambi, jalan berlapis batu-batu semuanya
masih tetap seperti apa yang pernah dilihatnya dikala dia
masih kecil. Maka sambil menghindari sorotan cahaya
lampu ia meneruskan gerakannya menyusup kebelakang
perkampungan.

Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia masih ingat dengan jelas bahwa tempat tinggal
ayah ibunya serta dia terletak dibelakang perkampungan,
Teratai Racun empedu Api itupun dipelihara dibelakang
kamar tidur ayahnya, diam diam ia lantas berpikir:
"Mengambil teratai adalah suatu pekerjaan yang
besar, perduli amat siapa yang telah mengangkangi
perkampunganku ini, setelah berhasil mendapatkan
teratai racun empedu api aku akan segera berlalu
sedangkan urusan yang lain dibicarakan dikemudian hari
saja, dari pada menimbulkan peristiwa yang tidak
diinginkan sehingga masalah besar ibuku terbengkalai . .
. ." Diperkampungan sebelah depan seringkali ia jumpai
ada manusia yang berlalu lalang, pengamatannya yang
cermat membuktikan bahwa orang orang itu semuanya
pandai bersilat bahkan sebagian besar memiliki ilmu silat
yang tidak lemah, mereka semua bpleh dibilang
merupakan jago jago kelas satu didalam dunia persilatan,
hal ini seketika mempertinggi kewaspadaannya
selangkah demi selangkah ia bergerak lebih hati hati
sedikitpun tidak berani bertindak gegabah.
Meskipun usianya masih kecil namun pemuda ini dapat
meresapi betapa pentingnya masalah besar, pada saat
itu ia segera tinggalkan persoalan-persoalan kecil yang
dianggapnya tak penting dan pusatkan seluruh
perhatiannya untuk mengambil teratai racun tersebut.
Dengan mengandalkan daya ingatan yang telah hapal
dengan daerah sekitar situ, akhirnya pemuda itu berhasil
menyusup ketempat dimana teratai racun itu dipelihara,
ia segera bersembunyi ditempat kegelapan dan
mengawasi dengan seksama, setelah diketahui bahwa
benda yang dicari masih tetap berada ditempat semula.
Bisa dibayangkan betapa girangnya hati pemuda itu
hingga sukar terkendalikan.
Kiranya Teratai Racun Empedu Api itu masih tetap
terpelihara ditempat semula, hitam dan menyungging
keatas persis seperti keadaan tempo dulu cuma dari balik
jendela memancar keluar sebilah cahaya lampu dan tepat
menyinari permukaan kolam teratai tersebut.
Hong Po Seng segera alihkan sinar matanya kearah
jendela tersebut, terlihatlah didalam ruangau duduk
seorang pria berusia dua puluh tahunan, raut wajah
orang itu tidak bengis dan memakai jubah panjang putih
bersulamkan kuntum bunga emas, waktu itu sambil
mencekal sebuah cawan air teh sedang duduk seorang
diri menikmati minuman,
"Entah bagaimanakah ilmu silat pang dimiliki orang
ini?" diam-diam Hong Po Seng menpertimbangkan
diri."Aku harus merampas teratai itu dengan menempuh
mara bahaya" ataukah lebih baik menunggu sampai
tertidur lebih dahulu kemudian baru perlahan-lahan turun
tangan?"...".
Otaknya dengan cepat berputar keras, ia sadar apabila
perbuatannya kali ini mengalami kegagalan niscaya
urusan yang kedua kalinya akan jauh lebih susah,
mengingat betapa besar nya masalah ini mempengaruhi
keselamatan ibunya, pemuda itu akhirnya mengambil
keputusan untuk bertindak lebih hati hati.
Setelah mengambil keputusan maka diapun
menyembunyikan diri kebelakang sebuah pohon Koei dan
menanti dengan hati sabar, ingatan untuk menempuh
mara bahaya tersapu lenyap dari dalam benaknya.
Lewat beberapa saat kemudian terlihatlah dua orang
dara berbaju hijau masuk kedalam ruangan setelah
menghidangkan sayur dan arak diatas meja, ujarnya
kepada pria berbaju putih itu dengan nada hormat :
"Lapor kongcu sayur dan arak telah disiapkan. apakah
kau masih ada pesan"
"Peringatkan mereka, jangan memperbolehkan
siapapun melangkah masuk kedalam perkampungan
belakang, barang siapa yang melanggar, bunuh dia
sampai mati" kata pria berbaju putih itu "Kalianpun harus
memperhatikan peringatanku ini sebelum memperoleh
panggilan tak usah kamu berdua mendekat tempat ini,
siapa yang berani mengintip kucukil biji matanya biar
buta !". Kedua orang dara berbaju hijau itu mengiakan
berulang kali kemudian mengundurkan diri dari ruangan
tersebut. Hong po Seng yang bersembunyi ditempat kegelapan
jadi tercengang dan heran, pikirnya:
"Apa sih yang hendak dia lakukan ?" kenapa hanya
mengintip saja biji matanya lantas mau dicongkel keluar
?". Beberapa saat telah berlalu, pria berbaju putih itu
mulai bergendong tangan berjalan bolak balik didalam
kamar dengan hati gelisah dan tidak tenang, seringkali ia
menoleh keluar jendela dan memperhatikan sekeliling
tempat itu. Hong-po Seng yang menyaksikan perbuatan pria itu
segera dibikin sadar, sekarang ia mengerti pastilah pria
berbaju putih itu sedang menantikan kedatangan
seseorang. Mendadak.... terdengar suara sentilan jari
berkumandang memecahkan kesunyian.
Pria berbaju putih itu segera meloncat kedepan
jendela, dengan nada kaget bercampur girang serunya :
"Ooh Giok-moay, kalau kau tidak munculkan diri lagi,
siauw-heng pasti bakal mati saking gelisahnya!".
Hong-po Seng segera mendongak keatas, tapi seketika
itu juga keringat dingin mangucur keluar membasahi
seluruh tubuhnya.
Ternyata ada sesosok bayangan manusia tepat berdiri
diatas ranting diatas batok kepalanya, ranting pohon itu
sama sekali tidak bergerak atau bergoyang, Hong po
Seng yang bersembunyi dibelakang pohon sedikitpun
tidak merasa sedari kapan ada sesosok bayangan
manusia telah berada diatas pohon itu.
Ditinjau dari gerakan tubuh sidara berbaju putih yang
meluncur kearah jendela, pemuda ini menyadari bahwa
kepadaiannya masih jauh ketinggalan kalau dibandingkan
dengan orang itu, hatinya semakin terperanjat dibuatnya.
Mendadak terdengar suara tertawa merdu bergema
diangkasa, angin berbau harum menyambar lewat dan
orang itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun telah
menerobos masuk kedalam ruangan.
"Hooooh sungguh lihay ilmu meringankan tubuhnya!
diam diam Hong po Seng memuji.
Menanti ia berpaling kembali kearah ruangan,
tampaklah ditempat itu telah bertambah dengan seorang
gadis berbaju ungu.
Dara itu mengenakan kain kerudung berwarna ungu
diatas wajahnya hingga tidak kelihatan raut wajahnya,
sementara Hong po Seng sedang tercengang pria tadi
telah melepaskan kain kerudung tersebut sambil ujarnya
tertawa: "Giok moay' legakanlah hatimu ! aku telah
menurunkan perintah yang melarang siapapun
mendekati tempat ini, meski dibelakang perkampungan
masih ada beberapa orang dayang, tetapi sebelum
mendapat panggilanku tidak nanti mereka berani datang
mengintip".
Sementara pembicaraan itu masih berlangsung, kain
kerudung yang menutupi wajah dara tadi telah terlepas,
Hong po Seng yang bersembunyi ditempat kejauhan
segera merasakan pandangannya jadi terang.
Tampaktah dara berbaju ungu itu baru berusia
delapan sembilan belas tahunan, matanya jeli dengan
bibir yang mungil, kecantikan wajahnya boleh dibilang
bagaikan bidadari turun dari kahyangan.
Setelah melepaskan kain kerudung tersebut pria
berbaju putih itu segera memeluk tubuh gadis tadi, dan
mereka berduapun melakukan suatu gerakan yang
diliputi kemesraan. Hong po Seng buru-buru
memejamkan matanya.
Kedua orang itu berbisik bisik sesaat dengan suara
lirih diikuti saling berpandangan sambil tertawa,
kemudian sembari bergandeng tangan mereka menuju
kearah meja perjamuan, ambil tempat duduk dan mulai
minum arak sambil berbicara.
Melihat sampai disini, Hong-po Seng tantas berpikir
didaam hatinya :
"Aaaii..! perbuatan pribadi seorang pria dan wanita
tidak sepantasnya kuintip, apalagi ikut mencuri
dengar..."!
Sebagai seorang lelaki yang jujur dan tahu sopan
santun, setelah mengambil keputusan untuk tidak
melihat dan mendengar, ia benar-benar pejamkan mata
dan menutupi lubang telinganya dengan jari tangan,
dalam benaknya sama sekali tidak terlintas pikiran apa
apa. Lewat beterapa saat kemudian ia membuka matanya
dan melirik kedalam ruangan, tapi setelah dilihatnya
kedua orang itu masih bercakap-cakap sambil minum
arak maka pemuda itu sekali lagi pejamkam matanya.
Dengan sabar ditunggunya beberapa waktu dengan
mata terpejam, setelah dirasakan kira-kira dua orang itu
telah selesai bersantap maka ia baru membuka matanya,
Tetapi kali ini wajahnya seketika berobah jadi merah
jengah, ternyata dibawah pengaruh air kata-kata
sepasang muda mudi itu telah melanggar susila, gaun
yang dikenakan dara berbaju ungu tadi telah dicopot
separuh hingga terlihatlah bagian terlarangnya dibawab
sorot cahaya lampu lentera.
Pemuda ini usianya masih muda lagi pula dibesarkan
dalam gunung yang terpencil, terhadap perbuatan seperti
ini boleh dibilang belum mengenalnya sama sekali, tapi
setelah menyaksikan kejadian itu ia segera merasa
sangat malu, buru buru matanya dipejamkan kembali.
Lubang telinga yang ditutupi terlalu lama dirasakan
sangat tak enak, tapi ketika jari tangannya dikendorkan,
rayuan-rayuan tengik seketika menggema masuk
kedalam telinganya membuat ia semakin muak, akhirnya
sambil pejam mata dan menutupi telinganya ia
menyumpah didalam hati:
,,Sialan ! sungguh tak tahu malu, mau melakukn
perbuatan begitupun tidak menutup pintu jendela
terlebih dahulu!".
Lama,... lama sekali, akhirnya pemuda itu tak kuat
menahan diri dan membuka matanya kali ini dia hanya
menjumpai pakaian luar dan pakaian dalam berserakan
diatas lantai sedangkan muda mudi itu tidak nampak
batang hidungnya lagi.
Secara lapat-lapat dia mengetahui bahwa kedua orang
itu pasti sudah naik keatas pembaringan, hatinya
semakin muak dibuatnya, kesabaran hatinya kontan
hilang. Melihat dibalik jendela sudah tak ada orang
pemuda itu segera menjejakkan kakinya melayang ke
tepi kolam teratai.
Bagi orang yang berlatih silat, ketajaman
pendengarannya jauh lebih tajam dari orang biasa,
setelah tubuhnya berada semakin dekat dengan kolam
teratai apalagi tangannya telah dilepaskan dari lubang
telinga tentu saja rayuan-rayuan maut, dengusan napas
memburu serta rintihan cabul kedengaran makin jelas
lagi membuat jantung sianak muda ini berdebar debar
keras. Jilid 7 : Putra Ketua Hong Im Hwee terbunuh
LUAS kolam teratai itu hanya delapan depa, Teratai
Racun Empedu Api tumbuh di tengah kolam, meskipun
tak usah turun ke kolam, untuk menjangkau teratai
tersebut dengan tangan dari tepi kolam masih sanggup
dilakukan. Hong-po Seng tegera miringkan tubuhnya ke samping
dan menjulurkan lengan kirinya ke depan, sepasang
jarinya mengerahkan tenaga dan menggunting batang
teratai itu, seketika itu juga bunga Teratai Racun
Empedu Api terjatuh ke dalam tangannya.
Sayang sekali pada waktu itu hatinya terpegaruh oleh
emosi hawa murni yaug berada di dalam tububnya tak
dapat tenang dan mantap seperti hari-hari biasa, dikala
melakukan pemetikan itulah tanpa sadar ia telah
menimbulkan sedikit suara berisik.
Mendadak terdengar gadis yang berada di dalam
ruangan membentak nyaring. ,,Siapa diluar?""
Hong Po Seng amat terperanjat, buru-buru ia sambar
teratai racun itu dan tutulkan ujung kirinya meluncur
keluar dari situ.
Terdengar desiran angin tajam menyambar datang
dari arah belakang, sebuah pukulan yang tajam dan
berat telah mengancam punggungnya.
,,Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu" batin Hong
po Seng di dalam hati.
Dengan cepat badannya berputar ke belakang, sebuah
pukulan laksana kilat dilancarkan.
Terdengar suara pengejar berseru tertahan, jurus
serangannya buru-buru dibuyarkan dan berganti arah, ia
melayang turun persis pada si anak-muda itu dan tanpa
membuang sedikit waktu pun ia lanjutkan serangan
berikutnya secara bertubi-tubi.
Suatu pertarungan sengitpun segera berkobar di
tengah kalangan, angin pukulan menderu-deru bayangan
telapak memenuni seruluh angkasa.
Hong po Seng melemparkan beberapa kerlingan ke
arah lawannya, segera tertampak olehnya bahwa lawan
yang sedang bertarung melawan dirinya sekarang bukan
lain adalah pria berbaju putih itu. Meski pada saat ini ia
berada dalam keadaan telanjang bulat tetapi sepasang
telapaknya dimainkan sedemikian gencar, sehingga
pukulan-pukulannya boleh dibilang merupakan seranganserangan


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mematikan. Dalam keadaan demikian kedua orang itu sama-sama
mempunyai tujuan yang sama yaitu cepa-cepat
menyelesaikan pertarungan tersebut, di salah satu pihak
ingin cepat-cepat membungkamkan mulut lawannya,
sedang di lain pihak cepat-cepat melepaskan diri dari
kepungan lawan dengan begitu pertempuran pun
berlangsung dengan serunya. Siapapun tidak ingin
memberi kesempatan kepada lawannya untuk menguasai
keadaan. Mendadak terlihatlah dara ayu tadi munculkan diri
diluar jendela, setelah terburu-buru mengenakan
pakaian, matanya segera menatap keluar jendela sambil
serunya dengan suara berat :
,,Engkoh Bong, jangan sekali-kali kau lepaskan orang
itu dalam keadaan hidup!" ,,Jangan kuatir adik Giok"
sahut pria itu dengan suara lirih. ,,Kalau orang ini
berhadil lolos, siauw beng akan persembahkan batok
kepalaku kepadamu"
"Engkoh Bong, dapatkah kau melakukan petarungan
dengan mempergunakan tenaga dalam?""
"Apa susahnya?" sahut sang pria.
Sepasang telapaknya segera bekerja keras dan secara
beruntun melancarkan beberapa buah serangan kilat.
Menggunakan kesempatan dikala Hong po Seng
melakukan pembalasan itulah ia sambut datangnya
serangan itu dengan keras lawan keras.
Ploook.. ! sepasang telapak segera bertemu satu lama
lainnya menimbulkan suara yang nyaring.
Ternyata orang ini mempunyai pengalaman yang
sangat luas di dalam melakukan pertarungan, setelah
mengatakan hendak beradu tenaga dalam orang itu
segera membuktikan kata-katanya. Hong po Seng yang
pada dasarnya sudah kewalahan kini semakin keteter
keadaannya. Dalam pada itu sepasang telapak dari kedua orang itu
saling menempel satu sama lainnya, masing-mating
pihak mengerahkan segenap tenaga lweekang yang
dimlikinya ke atas telapak, sebab mereka tahu menang
kalah dalam pertempuran ini sangat mempengarubi mati
hidupnya masing-masing pihak, karena itu siapapun tak
berani bertindak gegabah.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, di atas jidat
Hong po Seng telah muncul butiran air keringat,
sebaliknya sang pria berada dalam keadaan telanjang
bulat itu tetap kokoh dan kuat seperti sedia kala,
sedikitpun tidak nampak gejala payah atau keteter.
Tiba tiba tertihatlah dara berbaju ungu itu melayang
keluar dari dalam ruangan, sambil berdiri di sisi pria itu
ujarnya tertawa :
"Engkoh Bong, jangan takut! mari kubantu dirimu
untuk menyelesaikan bajingan ini!".
Seraya berkata telapak kirinya segera diayun ke depan
melancarkan dua serangan dahsyat ke arah Hong po
Seng. "Mati aku kali ini !" jerit si anak muda itu diam diam.
"Giok moay, menyingkirlah ke samping!" seru pria itu
dengan suara berat, "Lihatlah siauw beng akan
membereskan orang ini seorang diri!"
Mendengar perkataan itu, mendadak dara berbaju
ungu tadi tertawa cekikikan.
"Hiiih ....... hiiih ...... hiiih .... kalau kau tidak sudi
menerima bantuanku, lebih baik aku membantu dirinya
saja!" Begitu selesai berkata ujung bajunya segera bergetar
dan tampaklah sekilat cabaya tajam berkelebat lewat
tahu-tahu sebilah pisau belati telah menembusi
punggung pria itu.
Hong Po Seng yang berdiri saling berhadap-hadapan
muka dengan pria telanjang itu tidak sempat
menyaksikan perubahan yang terjadi di belakang
punggungnya, ketika mendadak menyaksikan orang itu
mendengar berat dan hawa murninya seketika buyar, ia
tak dapat menahan diri lagi, hawa pukulannya bagaikan
gulungan ombak di tengah samudra segera memancar
keluar dengan bebatnya.
Terdengar pria itu mendengus berat, darah segar
segera muncerat keluar dari bibirnya, tanpa
mengeluarkan suara jeritan badannya terjengkang ke
atas tanah dan menemui ajalnya saat itu juga.
Perubahan ini terjadi sangat mendadak, baru saja
Hong Po Seng berdiri tertegun mendadak terasalah
cahaya tajam yang menyilaukan mata menyambar lewat,
sebilah pisau belati dengan cepatnya mengancam ulu
hatinya. Hong po Seng merasa amat terperanjat buru-buru
sepasang kakinya menjejak tanah dan meloncat mundur
beberapa tombak jauhnya ke belakang, nyaris sekali ia
tampak oleh tusukan pisau belati tersebut.
-oooOooo- MELIHAT serangannya tidak mengenai sasaran, biji
mata dara berbaju ungu itu segera berputar, lalu
bentaknya dengan suara lirih:
"Bajingan cilik, kenapa kau tidak coba melarikan diri ?"
rupanya kau benar-benar kepingin modar ?""
Hong-po Seng alihkan sinar matanya melirik sekejap
ke arah mayat telanjang yang membujur di atas lantai,
teringat akan peristiwa yang baru saja barlangsung di
mana dalam pertarungannya mengadu tenaga dalam.
Ternyata dara berbaju ungu itu telah melakukan tusukan
maut dari arah belakang, hatinya jadi terperanjat
bercampur curiga, ia jadi bergidik dan segera putar
badan melarikan diri.
Perkampungan bagian belakang adalah daerah yang
tidak bermanusia, Hong po Seng sambil menghindari
cabaya lampu lentera dalam beberapa kali loncatan telah
berhasil keluar dari perkampungan tersebut, tanpa
berhenti ia segera lari menuju keluar selat.
Akhirnya dengan susah payah dia berhasil juga tiba di
mulut selat, hatinya jadi lega dan sambil menyeka
keringat yang membasahi jidatnya diam-diam ia melirik
ke arah belakang.
Sreeet....! mendadak segulung angin desiran tajam
berkelebat lewat. Sebilah pisau belati yang memancarkan
cahaya berkilauan tahu-tahu sudah mengancam
pinggangnya. Hong po Seng merasa terkejut bercampur gusar di
saat yang amat kertis ia segera melemparkan diri
kesamping dan menggelinding beberapa tombak jauhnya
dari tempat semula.
Kiranya selama ini si dara berbaju ungu itu menguntil
terus dari belakangnya cuma karena ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki dara tersebut sangat lihay, maka
walaupun sudah diikuti setengah harian lamanya Hong
po Seng sama senali tidak merasakan akan hal itu.
Melinat serangannya kembili mengemi sasaran yang
kosong, dara berbaju ungu itu segera menarik
pinggangnya sambil ayun pisau belatinya ke depan.
Kembali ia melakukan pengejaran.
Sementara itu kain kerudung yang menutupi wajahnya
telah dikenakan kembali hingga dari luar hanya nampak
sepasang biji matanya yang menonjol keluar. Di balik biji
matanya yang bening secara lapat-lapat terpancar keluar
napsu membunuh yang tebal, rupanya sebelum berhasil
membinasakan Hong Po Seng ia merasa tidak terima.
Hong Po Seng sendiri setelah melihat dirinya dibokong
sebanyak dua kali, hawa amarahnya kootan memuncak.
Ia tunggu sampai senjata pisau belati orang bampir
mendekati, tiba tiba badannya tergeser ke samping,
telapak kirinya dengan sepuluh bagian tenaga dalam
segera dihantamkan ke depan.
Pukulan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini
benar-benar amat dahsyat, diiringi desiran angin tajam
yang memekikan telinga segera meluncur ke depan.
Air muka dara berbaju ungu itu berobah hebat,
sepasang pundaknya segera bergerak dan
meloncat mundur beberapa tombak ke belakang.
Melihat serangannya mengenai di sasaran yang
kosong, dalam hati Hong po Seng lantas berpikir:
,,Perempuan memang tersohor akan kekejaman
hatinya yang seperti ular berbisa, setelah ia membunuh
kekasih gelapnva sekarang hendak melenyapkan pula
diriku. Waaah ..... jelas dalam ilmu meringankan tubuh
aku tidak dapat menangkan dirinya kalau aku sampai
sambil langkah seribu dia pasti akan berusaba untuk
membokong diriku dari belakang, lebih baik aku
melakukan perlawanan saja sekuat tenaga ............."
Setelah mengambil keputusan di dalam hatinya, sang
badan dengan cepat menerjang maju ke muka, sebuah
pukulan dahsyat dilancarkan.
Criiing dari balik punggungnya dara berbaju ungu itu
meloloskan sebilah pedang baja, dengan jurus "Pat Hong
Hong Yu" atau angin hujan dari delapan penjuru
mengirim satu tusukan kilat ke arah Hong po Seng.
Sewaktu meninggalkan perkampungan Liok-Soat san
cung tadi, di atas tubuhnva hanya terdapat sebilah pisau
belati, entah sejak kapan pada punggunagnya telah
tersoren sebilah pedang panjang. Saat itu gerakannya
menghindar dari serangan, mencabut pedang serta
melancarkan serangan balasan dilakukan dengan
kecepatan bagaikan kilat, bukan saja tusukan yang
dilepaskan amat keji bahkan luar biasa mengerikannya
............ Baru saja Hong po Seng merasakan serangannya
mengenai sasaran yang kosong mendadak pandangan
matanya jadi silau. Cahaya tajam segera bermunculan
dari empat penjuru, seluruh angkasa dipenuhi oleh
bayangan pedang yang membingungkan hati.
Dalam keadaan terkesiap sepasang kakinya segera
menjejak tanah dan buru-buru melayang mundur sejauh
dua tombak lebih.
Dara berbaju ungu itu tidak mengeluarksn sedikit
suarapun, sambil menempel permukaan tanab ia
meluncur maju ke depan, laksana kilat pedangnya
dibabat keluar melakukan pengejaran.
Kegusaran Hong po Seng sudah mencapai pada
puncaknya, sang telapak kiri segera dibekukan setelah
membentuk gerakan setengah lingkaran busur ia
membentak keras kemudian melepaskan satu pukulan
dahsyat ke depan.
Jurus pukulan ,,Koen Sioe Ci Taow" benar-benar luar
biasa sekali, ditambah pula Hong po Seng melancarkan
serangannya dengan segenap tenaga, ujung pedang si
dara berbaju ungu itu baru saja mencapai di tengah jalan
segera terpental ke samping setelab termakan oleh
getaran angin pukulan yang maha dahsyat itu.
Dara berbaju ungu itu segera bergeser satu langkah
ke samping, dengan cepat ia mengerling sekejap ke
belakang kemudian tegurnya sambil tertawa:
,,Siapakah namamu " kalau mau berkelahi yaah
berkelahi, kenapa musti berteriak-teriak dan gembar
gembor seperti setan kepanasan?""
,,Aku bernama Ong Khong!" sahut Hong po Seng
dengan nada ketus, telapak kirinya disilangkan di depan
dada siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. "Setiap kali melepaskan satu pukulan harus
dibarengi dengan gemboran keras, eeei siapa pula
namamu?"?"
Sejak turun gunung walaupun ia selalu berada dalam
suasana yang demikian krisisnya seperti kali ini, kendati
Kok See Piauw serta Pek Koen Gie sekalian hendak
mencabut jiwanya tetapi ia masih mempunyai alasan
untuk mengadakan pembicaraan dengan mereka.
Sebaliknya keadaan dari dara berbaju ungu ini jauh
berbeda dengan keadaan mereka, ia selalu tenang tidak
bergerak sepintas lalu bagaikan permukaan samudra
yang tenang serta bebas dari angin, tetapi setiap pukulan
serta tusukan pedang yang dilancarkan semuanya
merupakan jurus maut yang mengancam jiwanya,
sedikitpun tiada keraguan-raguan atau rasa kasihan.
Dalam keadaan begini asal sekali saja ia salah
perhitungan, maka niscaya jiwanya bakal melayang di
tengah tusukan pedang yang masih membigungkan
hatinya itu. Tampak si dara berbaju ungu itu tersenyum biji
matanya sekali lagi melirik sekejap ke sekeliling tempat
itu, kemudian tegurnya:
,,Aku bernama Che Giok, apakah kau adalah anak
buah dari perkumpulan Sin Kee Pang?""
Namaku Ong Khong adalah nama palsu, jelas Che Giok
yang diakui sebagai namanya pun hanya cuma samaran
belaka" pikir Hong po Seng di dalam hati.
Karena berpikir begitu, dengan serius dia harus
menjawab: ,,Aku berasal dari perkumpulan agama Thong Thian
Kauw, Nona Che Giok! Apakah kau adalah enghiong dari
perkumpulan Sin Kee Pang?""
Dara berbaju ungu itu mengangguk.
"Lebih baik kita jangan membicarakan soai ini, aku
libat tindakanmu rada sedikit tolol ......"
Biji matanya berkilat dan kembali ia mengerling
sekejap ke sekeliling tempat itu.
"Nona Che Giok, hatimu bimbang dan kacau apakah
kau takut ada orang yang berhasil menyusul dirimu ?"?"
,,Aku mengatakan kau tolol ternyata ucapan ini
sedikitpun tidak salah, setelah kau bunuh Jien Bong
kalau tidak bermaksud lari sejauh-jauhnya ke ujung
langit untuk menghindarkan diri dari pengejaran, apakah
kau ingin berlagak sok-sokan untuk berlagak pilon di
tempat ini?" Hmm! setelah kejadian ini diketahui besok


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pagi, lima propinsi besar di wilayah utara pasti akan
terjadi kekacauan yang hebat, akan kulihat kau hendak
menyembunyikan diri di mana?"?"
Diam-diarn Hong-po Seng merasa terperanjat dengan
ucapan itu, setelah berhasil menenteramkan hatinya ia
menyahut: "Siapakah Jien Bong itu" Bukankah sudah jelas sekali
nonalah yang diam-diam menusuknya hingga mati, apa
sangkut pautnya peristiwa berdarah itu dengan cayhe?""
"Huuuh sungguh suatu lelucon besar yang
menggelikan hati" seru si dara berbaju ungu itu sambil
mengangkat bahu, "Masa siapakah Jien Bong pun kau
tidak tahu, mau apa kau menyusup ke dalam
perkampungan Liok Soat san cung?""
"Masalah mencuri teratai tak boleh kuutarakan
kepadanya!" pikir Hong po Seng dalam hati, ia segera
tertawa lantang.
,,Secara tidak sengaja cayhe telah menyusup ke dalam
perkampungan Liok Soat san cung, mengenai siapakah
manusia yang disebut Jien Bong itu, serta apa
hubungannya dengan nona aku tidak mau tahu,
pokoknya aku hanya tahu bahwa nonalah yang
melancarkan serangan bokongan untuk mengabisi
selembar jiwanya"
Merah padam selembar wajah dara berbaju ungu itu
sehabis disindir oleh si anak muda ini, untung wajahnya
tertutup oleh kain kerudung sehingga Hong po Seng
tidak sempat melihat perubahan wajahnya itu.
Setelah memutar biji matanya, gadis itu tertawa dan
berkata kembali:
,,Jien Bong adalah putra kesayangan dan ketua
perkumpulan Hong Im Hwie, baik dia mati lantaran
dibunuh olehmu atau mati di tanganku pokoknya kalau
malam ini kita tak berhasil melarikan diri, maka kita
berdua bakal mati konyol di tangan mereka"
,,Waaah ...... rupanya kejadian ini luar biasa sekali"
pikir si anak muda itu di dalam hati dengan gelisah.
,,Tetapi racun empedu api masih berada di dalam
sakuku, dan benda itu merupakan bukti yang kuat untuk
menunjukkan kebadiranku dalam perkampungan Liok
Soat San cung pada malam peritiuwa berdarah ini. Jika
benda ini sampai ketahuan orang-orang dari
perkumpulan Hong Im Hwie . . . waaaah bisa berabe.
Sekalipun aku menceburkan diri ke dalam sungai Huang
hoo pun belum tentu bisa mencuci bersih segala tuduhan
yang dilontarkan kepadaku"
Di dalam hati ia berpikir demikian, diluaran sambil
tertawa lantang sahutnya:
,,Haaah ...... haah ...... haaa ...... kiranya Jien Bong
adalah putra tunggal dan Jien Hian si ketua dari
perkumpulan Hong Im Hwie. Bagus! ..... bagus! .....
daerah di sebelah utara
sungai Huang Hoo merupakan wilayah kekuaasaan
orang-orang perkumpulan Hong Im Hwie, peristiwa ini
pasti luar biasa jadinya. Kenapa nona sendiri tidak
berusaha untuk melarikan diri?""
Sebenarnya keadaan dari dara berbaju ungu itu tidak
jauh berbeda dengan keadaan dari Hong-po Seng, bukan
saja hatinya merasa amat gelisah bahkan ia ingin cepatcepat
kabur dari situ. Namun diluaran ia sengaja
berlagak tenang. Mendengar perkataaa itu diapun
tertawa. "Mau kabur aku masih sanggup untuk merat secepatcepatnya
justru yang paling kutakuti adalah dirimu yang
tak bisa lari cepat, jangan-jangan sebelum berhasil
bersembunyi telah kedahuluan di tangan orang-orang
Hong Im Hwie!"
,,Soal itu nona tak usah kuatir, sekalipun cayhe
ketangkap tidak nanti akan kuseret orang lain untuk ikut
tercebur ke dalam air!"
"Sungguhkah ucapanmu itu?" hiiih...biiih... hiiih..
jarang sekati aku bisa menjumpai manusia yang berbaik
hati seperti kau!"
Sambil berkata dengan senyum dikulum dan langkah
yang genit setindak demi setindak ia maju ke depan.
Hong po Seng bukanlah seorang manusia yang bodoh,
begitu otaknya berputar ia segera menyadari bahwa
situasi yang dihadapinya saat ini jauh lebib parah dari
pada sewaktu dirinya terjerumus ke dalam kekuasaan
perkumpulan Sin Kee Pang.
Ia segera mendongak dan tertawa terbabak-bahak.
,,Haaah...haaaah ..haaaah kalau nona ada maksud
melenyapkan diriku dari muka bumi, maka perhitungan
itu adalah salah besar ...!" sembari membentak keras ia
segera melancarkan babatan yang maha dahsyat.
Si dara berbaju ungu itu segera mengerutkan dahinya,
melihat pemuda itu menyerang pulang pergi selalu hanya
menggunakan gerakan yang sama, tapi justru di tengah
persamaan tadi muncul perubahan aneh yang sulit
dipatahkan olehnya, dalam keadaan apa boleh buat
terpaksa ia mundur selangkah untuk menghindar .
,,Kau benar-benar kepingin mati?" jeritnya.
,,Hmmmm marilah kita bersama-sama pergi
menghadap Jien Hian, siapa salah siapa benar dia pasti
akan memberi keadilan buat kita!"
Dara berbaju ungu itu segera tertawa cekikikan.
,,Hiiih ...... hiiih ......hiiiih ...... sungguh tidak becus!"
setelah melirik lagi sekeliling tempat itu serunya, "Ayoh
cepat melarikan diri, persoalan yang lain lebih baik kita
bicarakan nanti saja!"
Hong-po Seng diam-diam merasa bergidik juga setelah
dia harus berhadapan dengan perempuan yang
menyembunyikan kekejiannya di balik senyumannya, ia
segera mendengus dingin.
,,Kau berangkatlah lebih dulu, aku segera menyusul di
belakang ..!"
"Eeei .....! kenapa musti begitu ?"?"
,,Hmm! hatimu terlalu licik, menyembunyikan golok di
balik senyuman, membuat orang harus berjaga-jaga
terhadap segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
cayhe tidak berani berjalan di depanmu"
Dara berbaju ungu itu tertawa cekikikan, ia segera
menyimpan kembali pedangnya ke dalamn sarung dan
berangkat lebih dahulu.
Hong-po Seng tahu bahwa situasi yang dihadapinya
saat ini sangat berbahaya, maka diapun tak berani
berayal segera mengikuti di belakang dara tersebut.
Kali ini perjalanan dilakukan dengan cepat dan
terburu-buru, hingga fajar menyingsing mereka baru
berhenti berlari.
Sementara itu keadaan dari si dara berbaju ungu
masih tetap seperti sedia kala, seakan-akan tak pernah
melakukan suatu apapun, sebaliknya keadaan Hong-po
Seng payah sekali, bukan saja keringat telah membasahi
seluruh tubuhnya bahkan dengusan napas memburupun
secara lapat-lapat kedengaran nyata sekali.
Mcndadak terdengar dara berbaju ungu itu berkaia:
,,Ong Khong! gertaklah gigimu raput-rapat, kita harus
melanjutkan perjalanan secepatnya, dengan begitu
barulah kita bisa lolos dari daerah bahaya"
,,Perkataanmu memang tidak salah, tetapi bilamana
cayhe harus menuruti perkataanmu sehingga akhirnya
kehabisan tenaga dan tak sanggup mempertahankan diri
lagi, bukankah caybe bakal mati konyol bilamana
menggunakan kesempatan itu nona melakukan serangan
mematikan kepadaku?""
Pada mulanya dia masih mengikuti di belakang tubuh
si dara berbaju ungu itu, tapi setelah berbicara napasnya
semakin memburu dan dia pun ketinggalan sampai
beberapa tombak jauhnya.
Si dara berbaju ungu itu segera memperlambat
larinya, berlari di samping si anak muda itu ujarnya
sambil tertawa:
"Kau sangat sigap dan cerdik, di dalam perkumpulan
agama Thong Thian Kauw merupakan anak murid dan
cin jien mana sih?""
Dalam keadaan demikian Hong po Seng selalu
waspada dan berjaga-jaga terhadap pembokong dari
nona tersebut, mendengar ia hendak mengorek
keterangan dari mulutnya, segera dijawab dengan
sekenanya: ,,Persoalan yang menyangkut perkumpulan agama
kami tidak ingin cayhe bicarakan de?ngan orang lain
nona Che Giok memiliki ilmu silat yang lihay, entah di
dalam perkumpulan Sin Kee Pang menduduki jabatan
apa?""
Dara berbaju ungu itu tertawa riang.
,,Aku bekerja di ruang Thian Kie Thong! dan kau?"
murid dari jago lihay mana?""
,,Tindak tanduk pertempuran ini sangat mencurigakan
membuat hati orang sukar menduga" pikir Hong po Seng
di dalam hati, ,,Apa yang diucapkan jelas bukan ucapan
sejujurnya, dia mengakui sebagai anggota perkumpulan
Sin Kee Pang, sudah jelas seratus persen bahwa dia
bukanlah anggota dari perkumpulan itu!"
Berpikir demikian iapun menyahut:
,,Suhuku adalah seorang awam biasa, dia she Lie,
sedang menanya aku yang menjadi muridnya tidak
berani sembarangan menyebut, nona apakah she-mu?""
Jawaban yang diutarakan sekenanya ini membuat dara
berbaju ungu itu tertegun, lalu sambil tertawa ia berkata.
,,Aku she Poei!"
Pergelangannya bergerak, ia segera menyalurkan
telapak tangannya yang halus dan empuk bagaikan tak
bertulang itu ke depan, sahutnya:
,,Mari aku ajak kau melakukan perjalanan, dengan
bergandeng tangan maka kau tak usah menguatirkan
dirinku akan melancarkan serangan bokongan terhadap
dirimu lagi"
Ilmu pukulan yang dilatih Hong po Seng, adalah
pukulan sebelah kiri, maka ia segera menggeleserkan
badannya ke sebelah kiri dari gadis itu.
Poei Che Giok tersenyum, ia ganti mengulurkan
tangan kirinya ke depan dan Hong po Seng pun
menggenggam telapak tangannya dengan tangan kanan,
dalam hati kecilnya pemuda ini sudah mengambil
keputusan, asal dara berbaju ungu itu melancarkan
serangan bokongan maka ia segera akan membalas
dengan memakai jurus pukulan Koen Sioe Ci Tauw yang
tersohor akan kedahsyatannya itu.
Begitu telapak saling menggenggam, mendadak Hong
po Seng merasa agak rikuh, pertama, karena antara
perempuan dan lelaki ada batasnya, terutama sekali
telapak Poei Che Giok yang halus, licin dan empuk seperti
tak bertulang itu mendatangkan perasaan yang tak enak
dalam genggaman Hong po Seng. Kedua dirinya sebagai
seorang lelaki sejati ternyata harus membutuhkan
tuntunan seorang gadis untuk melakukan perjalanan, ia
merasa wajahnya kehilangan cahaya, karena itu baru
saja digenggam segera dilepaskan kembali.
Poei Che Giok mengencangkan kelima jarinya dan
berbalik mencengkeram telapak tangannya, sambil
tertawa ia berseru:
,,Bicara sesungguhnya ilmu meringankan tubuh yang
kau miliki sudah termasuk lumayan, ilmu pukulan serta
tenaga dalammu pun termasuk kukoay sekali, kalau
dibicarakan aku hanya dengan paksakan diri menang
setingkat darimu dalam hal ilmu meringankaa tubuh
saja!" ,,Heeeh . . . heeeh . . . heee . . seandainya dalam
semua hal kau lebih unggul dariku, mungkin sedari tadi
aku sudah modar di ujung pedangmu! ......." jengek Hong
po Seng sambil tertawa dingin.
Poei Che Giok segera tertawa cekikikan.
,,Kau anggap aku benar-benar tidak sanggup untuk
membinasakan dirimu ?" ........"
Jari tangannya ditegangkan bagaikan tombak,
kemudian laksana kilat disodorkan keatas iga pemuda
itu. Hong po Seng yang telah bersiap sedia sedari tadi
tentu saja tak akan membiarkan dirinya tertotok, ia
mendengus dingin, telapak kirinya diayunkan dan
meluncurlah sebuah babatan dahsyat.
Terdengar Poei Che Giok menjerit kaget, badannya
buru-buru berputar satu lingkaran memindahkan diri ke
sisi yang lain dari pemuda itu, kemudian teriaknya gusar
: ,,Kau benar-benar kepingin berkelahi ?"?"
,,Nona! kau menyembunyikan jarum dibalik selimut,
cayhe sekalipun bodoh dan kasar tapi selamanya tak
akan membiarkan orang lain menginjak injak kepalaku !"
Kedua orang itu saling bergenggaman tangan dan
berpandangan pula tanpa bicara. kalau dipandang
sepintas lalu keadaan tersebut persis seperti sepasang
muda mudi yang berkasih-kasihan.
Setelah termenung beberapa waktu, akhirnya Poei Che
Giok menggigit bibir dan se-gera berlarian ke depan.
Hong-po Seng membiarkan dirinya ditarik untuk
berlarian ke arah depan sementara di dalam hati
pikirnya: ,,Perempuan ini mempunyai tingkah laku yang tidak
benar, hatinya kejam dan perbuatannya telengas, kalau
aku harus melakukan perjalanan bersama-sama dirinya
berarti setiap saat jiwaku bakal terancam mara bahaya.
Mulai sekarang aku harus mencari akal yang bagus untuk
berusaha menaklukkan dirinya, atau melarikan diri dari
sisinya, ataupun membinasakan dirinya hingga
menghilangkan bibit bencana dikemudian hari, setelah itu
akupun harus cepat-cepat pulang ke gunung untuk
menyembuhkan luka dari ibu agar tenaga dalamnya


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat pulih kembali seperti sedia kala ..."
Berpikir sampai di sini, diam-diam ia meraba teratai
racun empedu api yang berada di dalam sakunya, dalam
hati pemuda ini merasa bergirang hati karena
perjalanannya turun gunung kali ini, kendati harus
mengalami pelbagai siksaan batin, kenyang dihina dan
kehilangan pedung baja pemberian ayahnya, bahkan di
atas punggungnya masih menggembol tiga batang jarum
racun pengunci sukma dari Pek Siauw Thian yang setiap
saat dapat mencabut jiwanya, tetapi Teratai Racun
Empedu Api yang dibituhkan berhasil didapatkan juga, itu
berarti kesehatan ibunya ada harapan untuk pulih
kembali seperti sedia kala.
Dalam pada itu ketika Poei Che Giok menyaksikan
pemuda itu membungkam diri dan lama sekali tidak
berbicara, mendadak memperlambat larinya. Sambil
melepaskan kain kerudung yang menutupi wajahnya ia
berpaling dan tertawa.
,,Ong Khong! Apakah kau kenal dengan diriku?"
tegurnya. Mendengar ucapan tersebut Hong-po Seng tertegun
dan segera berpaling ke samping, begitu memperhatikaa
raut wajah itu dengan cermat jantungnya segera
berdebar keras.
,,Aaak., ! kenapa potongan wajahnya persis seperti
raut wajah diri Pek Koen Gie ?"" pikirnya.
Kiranya kemarin malam sewaktu berada di
perkampungan Liok Soat san cung meskipan ia sempat
melihat wajah gadis ini, tetapi disebabkan pertama,
jaraknya terlalu jauh. Kedua sorot cahaya lampu yang
redup, dan ketiga karena ia tak suka mengintip rahasia
pribadi orang, maka dalam sekelebatan ia hanya merasa
bahwa gadis itu hanya potongan wajah yang menarik,
kemudian ia tidak perhatikan lebih laujut.
Kini setelah berdiri saling berhadapan dengan jarak
hanya beberapa jengkal, sudah tentu kendaannya jauh
berbeda. Pemuda ini dapat memperhatikan setiap lekuk
wajahnya dengan lebih seksama.
Terdengar Poei Che Giok tertawa dan menegur
kembali: "Kau benar-benar tidak kenal denganku?"?"
Sekali lagi Hong po Seng tertegun, diam-diam
pikirnya: "Ia bertanya kepadaku apakah kenal dengan dirinya
sebanyak dua kali, di balik pertanyaan itu pasti terselip
sebab-sebab tertentu kalau dilihat panca inderanya yang
rada mirip Pek Koen Gie, jelas tak mungkin dia adalah
budak sialan dari Sin Kee Pang .........."
Sementara dia masih termenung, Poei Che Giok telah
memutar biji matanya dan tertawa cekikikan.
"Hiiih .... hiiih ... hiiih .... sekarang aku sudah
mengerti!" serunya.
Mula mula Hong-po Seng rada melengak, tetapi
dengan cepat iapun menyadari akan sesuatu, sambil
tertawa serunya pula:
"Cayhe pun telah mengerti!"
"Apa yang kau pahami?"
"Dan nona sendiri apa yang telah kau pahami?"
Sepasang biji mata yang jeli dan penuh daya
pengaruh yang kuat dengan tajam menyapu sekejap
wajah pemuda itu, lalu ujarnya sambil tertawa:
,,Sekarang aku sudah mengerti, kau adalah anak buah
dari perkumpulan Sin Kee Pang dan bukan anak murid
dari perkumpulan agama Thong Thian Kauw!"
,,Cayhe sendiri pun sudah mengerti bahwa nona
adalah jago lihay dari perkumpulan Thong Thian Kauw,
dan jelas bukan enghiong dari ruang Thian Kie Thong
dalam perkumpulan Sin Kee Pang!"
,,Darimana kau bisa tahu?""
,,Buat apa musti banyak bicara?" cayhe tidak kenal diri
nona hal ini menyebabkan nona lantas beranggapan
babwa cayhe bukanlah anak murid dari perkumpulan
Thong Thian Kauw, ditinjau dari hal ini sudah jelas
membuktikan bahwa nona di dalam perkumpulan Thong
Thian Kauw mempunyai nama yang gemilang serta
kedudukannya yang tinggi"
,,Ooo, kau sangat cerdik" seru Poei Che Giok sambil
tertawa, setelah merandek sejenak sambungnya. "Aku
dengar Pek Siauw Thian mempunyai seorang putri yang
bernama Pek Koen Gie mempunyai potongan wajah
persis seperti diriku, sungguhkah perkataan itu?""
Dengan tajam Hong Po Seng memperhatikan sekejap
wajah nadis itu kemudian me-ngangguk.
,,Memang enam tujuh bagian mirip dengan wajahnya,
cuma dalam hati berbicara serta tingkah lakunya jauh
bertolak belakang"
"Bagaimana bertolak balakangnya?""
Hong po Seng tersenyum.
"Pek Koen Gie sombong, jumawa dan tinggi hati,
sikapnya dingin bagaikan es dan ketusnya luar biasa,
membuat orang yang memandang jadi benci dan anti
pati!", ,,Hiih...hiih... hiih..... setan cilik, tentunya disebabkan
wajahmu kurang ganteng sehingga tidak mendapat
perhatian dari Pek Koen Gie maka kau lantas
mengucapkan kata yang tidak enak didengar ini"
Sambil menaban gelinya ia menambahkan :
,,Bagaimana dengan aku?" Apakah akupun
menimbulkan perasaan benci dan anti pati di dalam
hatimu?". ,,Caybe merasa nona kalem dan mempunyai potongan
yang agung serta menyenangkan hati, tetapi itu hanya
termasuk kebaikan pribadi dirimu, kalau tidak melihat
perbuatanmu yang licik, serta suka membokong orang di
kala korbannya tidak berjaga aku tentu akan
menganggap dirimu bagus seratus persen"
Merah jengah selembar wajah Poei Che Giok saking
malunya, mendadak sambil menggertak gigi makinya :
,,Bajingan cilik, mati kau!"
Telapak tangannya diayun dan segera melancarkan
sebuah pukulan dahsyat ke arah lawannya.
Pukulan ini bukan saja dilancarkan dengan kecepatan
bagaikan kilat bahkan luar biasa hebatnya Hoog po Seng
jengah terperanjat, ia hendak menangkis datangnya
serangan itu dengan keras lawan keras tapi sudah tidak
sempat lagi. Dalam keadaan gugup dan terdesak telapak kanannya
segera diangkat ke atas sambil membentak keras ia
mengirim satu serangan balasan ke arah depan.
Tampaklah bayangan ungu memenuhi angkasa. Hong
po Seng mencengkeram tangan kiri gadis She Poei itu
dan segera diangkatnya ke atas, kemudian berada di
tengah udara ia putar tangan tersebut satu lingkaran.
Reaksi yang diberikan secara tiba-tiba ini sama sekali
tidak memakai aturan tapi kelihayannya justru terletak
pada kecepatan serta ketepatannya menggunakan
tenaga. Poei Che Giot segera merasakan tulang telapak kirinya
jadi sakit bagaikan retak, ia menjerit keras dan hawa
murninya seketika lenyap tak berbekas.
Diikuti Hong Po Seng ayunkan tangannya ke depan
dan melemparkan tubuh gadis itu ke muka, serunya
dingin: "Andaikata aku harus melukai dirimu dalam keadaan
begini sebagai seorang lelaki sejati aku merasa jadi amat
malu, apalagi bukan menggunakan jurus silat yang sejati,
tetapi kalau kau terus menerus tak tahu diri dan
menginginkan kedua belah pihak sama-sama menderita
luka, terpaksa kita harus melangsungkan pertarungan
kembali!" Sembari memegangi tangan kirinya yang sakit Poei
Che Giok berseru dengan wajah gusar:
,,Orang mati, aku ingin sekali melangsungkan
pertarungan sengit melawan dirimu, tapi aku takut para
pengejaran dari perkumpulan Hong Im Hwie menyusul
kemari" Perempuan ini dasarnya memang berwajah cantik
ditambah pula tingkah lakunya yang mempersonakan,
membuat Hong po Seng kendati berjiwa besar dan tidak
mempunyai ingatan sesat, dipandang terus oleh biji
matanya yang jeli lama kelamaan merasa malu juga ia
tak tahu apa yang harus dilakukan.
Setelah merandek sejenak, gadis she Poei itu maju
selangkah ke depan, sambil ulurkan tangan serunya:
,,Orang tolol ayoh berangkat!"
Hong po Seng mundur satu langkah ke belakang,
dengan wajah membesi hardiknya:
,,Lebih baik kau berjalan di depan sana! kau harus
tahu bahwa aku tidak meagenal apa artinya kasihan
terhadap kaum wanita, bila kau berani menunjukkan
maksud jelek lagi terbadap diriku, jangan salahkan kalau
telapakku tidak mengenal kasihan!"
"Huuh ........ ! orang laki hatinya paling palsu" jengek
Poei Che Giok sambil mencibirkan bibirnya. ,,Semakin
mengatakan tidak kenal kasihan, dia justru paling tahu
kasihan ......"
Sembari berkata ia segera ulurkan tangannya untuk
menarik pergelangan pemudi ter-sebut.
"Hmm! lihat saja aku benar-benar tahu kasihan atau
tidak kenal kasihan!" dengus Hong-po Seng sinis,
telapaknya segera diayun dan sebuah pukulan yang
maha dahsyat bagaikan gulungan ombak di tengah
samudra segera menghantam tubuh Poei Che Giok.
Setelab lama melatih kepandaiannya, jurus pukulan
"Koen-Sioe Ci-Tauw" ini boleh dibilang telah dapat
dipergunakan sesuai dengan kehendak hati, bukan saja
amat dahsyat serangannya babkan jauh lebih ampuh
daripada sewaktu bertarung melawan Pek Koen Gie
tempo dulu. Diam-diam Poei Che Giok merasa terperanjat, ia sadar
bahwa dirinya telah bertemu dengan musuh tangguh,
sang badan segera berkelebat mundur beberapa tombak
ke belakang kemudian setelah mengerling sekejap ke
arah pemuda itu ia putar badan dan berlalu lebih dahulu.
Hong-po Seng sendiripun menyadari akan bahaya
yang mecgancam dirinya, ia tak berani berayal dan
segera enjotkan badannya menyusul di belakang gadis
itu. Tetapi setelah dilihatnya dara berbaju ungu itu berlari
menuju ke selatan, dalam hati kecilnya segera timbul
perasaan curiga.
Beberapa puluh li kembali dilewati dengan cepat, lama
kelamaan akhirnya Hong-po Seng tidak kuat menahan
diri, teriaknya:
"Hey, Poei Che Giok! bukankah kau hendak kembali
keperkumpulanmu Thong Thian Kauw?" kenapa
mengambil jalan kearah Tenggara ?"?"
,,Ini namanya siasat untuk mengelabuhi mata musuh!"
sahut Poei Che Giok sambil tertawa. "Seandainya rahasia
sampai konangan, maka biarlah pihak Hong Im Hwie
mencari orang-orang dari perkumpulan Sin Kee Pang
untuk dimintai pertanggungan jawab.
Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Hong po
Seng mengerutkan dahinya.
"Eeei ...., sekarang kita berada di mana?"?" kembali
teriaknya, "Kenapa sepanjang perjalanan tidak nampak
seorang manusiapun yang berlalu lalang ?""
"Sebelah kiri adalah gunung Thay beng san, jalan
kuno ini sudah lama dilupakan orang, tentu saja sulit
untuk menjumpai ada orang yang mengambil jalan ini
......" Belum habis ia berkata, mendadak dari arah depan
meluncur datang empat sosok bayangan manusia, di
antara keempat orang itu terdapat lelaki perempuan tua
dan muda. Merasakan dari depan ada orang yang muncul diri.
Hong po Seng segera pusatkan perhatiannya untuk
memandang, tapi dengan cepat ia telah berpikir dengan
hati tertegun. "Eeeei ?" kenapa mereka bisa berjalan satu
rombongan ?"" .........."
Kiranya keempat orang yang sedang berlarian
mendatang itu bukan lain adalah Tiong si Sam Hauw tiga
ekor harimau dari keluarga Tiong sedangkan si gadis
berbaju abu-abu yang mengiringi di belakang bukanl
adalah Chin Wan Hong, putri dari Chin Pek Cuan.
Mendadak terdengar Poei Che Giok berseru.
"Ong Khong! keempat orang itu harus dibasmi semua,
jangan dibiarkan seorangpun di antara mereka berbasil
meloloskan diri!"
Sembari berkata ia segera meloloskan pedangnya dari
sarung. Sejak pertama kali tadi Hong po Seng mengaku
bermama Ong Khong, dan gadis itupun sudah terbiasa
menyebut nama tersebut, maka pemuda itupun selalu
berlagak pilon.
Dalam pada itu Tiong si Sam Hauw telah berajalan
semakin dekat, berhubung kedua belah pihak sama-sama
melakukan perjalanan dengan cepat, sedangkan Hong po
Seng pun membuntuti di belakang Poei Che Giok maka
ketiga orang itu sama sekeli tidak mengetahuinya.
"Perempuan yang menyebut dirinya bernama Poei Che
Giok ini bukan saja cabul dan bermoral rendah, hatinya
sangat keji sekali" pikir si anak rauda itu di dalam hati
"Daripada membiarkan dirinya hidup jauh, lebih baik
dibasmi saja dari muka bumi!"
Belum sempat ia mengambil sesuatu tindakan
terlihatlah gadis itu sudah mempersiapkan pedangnya
untuk melancarkan serangan bokongan ke arah si
harimau pelarian Tiong Liauw yang berada di paling


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan. Ia jadi terperanjat bercampur gelisah segera
bentaknya keras-keras:
"Poei Che Giok, lihat serangan!"
Gadis she-Poei itu terperanjat, buru-buru ia berkelit ke
samping dan melayang lima depa ke depan.
Dalam pada itu si harimau pelarian Tiong Liauw telah
menghentikan larinya, ketika menjumpai Hong-po Seng
secara tiba-tiba munculkan diri di tempat itu ia jadi
sangat kegirangan segera teriaknya :
,,Hong-po Kongcu ......."
,,Harap cuwi sekalian menanti sebentar di samping!"
seru pemuda itu, ia segera maju ke depan dan
melancarkan sebuah pukulan lagi ke arah depan.
Poei Che Giok dari jengkelnya jadi tertawa ia putar
pedangnya ke depan, bukannya mundur sebaliknya
malah maju ke depan. Sahutnya :
"Keparat cilik, ternyata kau benar- benar tidak
bernama Ong Khong!!..."
Sementara pembicaraan masih berlangsung dengan
cepatnya kedua orang itu telah saling melancarkan tiga
buah serangan. "Poei Che Giok!" teriak Hong Po Seng lagi sambil
mengirim pukulan-pukulan gencar. "Kau harus mengaku
terus terang Jien Bong dengan dirimu toh sepasang
kekasih yang setimpal, mengapa kau melancarkan
serangan keji dengan membinasakan dirinya?"
sebetulnya apa tujuan mu?" ....."
Air muka Poei Che Giok seketika berubah hebat sambil
menyeringai seram serunya:
"Untuk menyelamatkan jiwamu tahu bangsat!"
Pedangnya meluncur ke depan semakin cepat
bagaikan biang lala yang membelah bumi ia lepaskan
serangan-serangan keji yang dahsyat dan mematikan.
Mendadak terdengar suara bentakan keras
berkumandang memecahkan kesunyian, si Harimau
pelarian Tiong Liauw sambil menubruk ke depan
telapaknya segera diayun menghajar punggung Poei Che
Giok. Poei Che Giok putar pedang sambil menangkis, ia
temukan ilmu pukulan yang digunakan
orang lain ternyata persis dengan ilmu pukulan yang
digunakan Hong po Seng hatinya kontan jadi terkejut
bercampur sangsi, dengan pandangan tercengang
ditatapnya wajab lawan tanpa berkedip.
Hong po Seng sendiri diam-diam pun berpikir:
"Ilmu pukulan ini meski digunakan dengan tenaga
yang jauh belum mencukupi tetapi gerkannya tepat dan
sedikitpun tidak salah dengan bakatnya yang amat bagus
itu, asalkan dikemudian hari dia mau berlatih rajin dan
tekun rasanya tidak sulit untuk memperoleh kemajuan
pesat!" Berpikir demikian ia lantas berseru lantang:
"Tiong loo enghiong, untuk sementara waktu harap
mundur dulu ke belakang! ..."
Terdengar harimau pelarian Tioag Liauw dengan suara
dingin berseru:
"Tiong Liauw belum pernah jadi seorang enghiong
silahkan Kongcu yang menyingkir ke samping untuk
beristirahat, berilah kesempatan kepada kami tiga ekor
harimau dari keluarga Tiong untuk menunjukkan
kebaktian kami ......."
Sedari tadi si harimau ompong Liong Soe Poocu sudab
gatal-gatal tangand, begitu suaminya berbicara ia segera
enjotkan badannya melompat ke depan, dengan jurus
Koen Sioe Ci Tiauw, ia hantam tubuh Poei Che Giok keras
keras. Tampaklah bayangan tubuh berkelebat lewat si
harimau bisu Tiong Song tahu-tahu menyerang datang
dari sayap kiri. Orang ini bergelar harimau bisukarena
sepanjang tahun jarang sekali mendangar ia buka suara
un tuk berbicara.
Terlihatlah dengan perawakan tubuh yang gagah dan
kuat karena usianya masih muda. Ia mainkan jurus
pukulan itu dengan sangat hebat, angin pukulan
menderu-deru hawa serangan dengan tajamnya
meluncur ke depan mengurung sekujur tubuh lawan.
Poei Che Giok terkejut bercampur gusar menyaksikan
tiga buah telapak kiri secara se-rentak mengerubuti
dirinya dengan lihay, memaksa tubuhnya cepat-cepat
harus menyingkir ke samping untuk meloloskan diri
teriaknya dengan penuh kegusaran:
,,Hey manusia she Hong-po, sebenarnya kalian berasal
dan aliran sesat mana?"?"
Hong po Seng tertawa ringan, sambil melayang
mundur ke samping sahutnya:
,,Kami adalah sekelompok manusia-manusia
perkumpulan Sin Kee Pang yang tertugas di ruang Thian
Kie Thong .........."
Berbicara sampai di situ mendadak ia merasa malu
sendiri, pikirnya di dalam hati:
,,Aku mana boleh menyamar jadi manusia-manusia
serigala yang bergabung dalam organisasi kaum bajingan
perkumpulan Sin Kee Pang" meskipun asal-usul
perempuan ini rada tidak beres, tetapi perbuatan kami
yang mengerubuti dirinya dengan andalkan jumlah besar
sudah merupakan suatu tindakan yang kurang terbuka
dan jujur, tidak pantas sebagai tingkah laku seorang
lelaki sejati"
Sementara ia masih membatin, tampaklah keempat
orang itu sudah saling bergebrak beberapa jurus
banyaknya, menghadapi musuh yang demikian
tangguhnya ini ternyata tiga ekor harimau dari keluarga
Tiong menunjukkan sikap yang gagah dan tidak jera
menghadapi kematian, sekeluarga tiga orang bersatu
padu maju mundur dengan teratur bagaikan satu tubuh,
kendati gerakan ilmu pukulannya belum matang dan
tenaga lwekang yang dimiliki masih amat cetek, tetapi
untuk beberapa saat Poei Che Giok tidak sanggup pula
merebut kemenangan, apalagi meneter ketiga orang itu.
Maka ia segera membentak keras :
,,Cuwi sekalian harap segera berhenti bertempur!"
Begitu mendengar suara bentakan dari Hong po Seng,
tiga ekor harimau dari keluarga Tiong segera mengirim
satu babatan secara berbareng dan meloncat mundur ke
belakang, tetapi mereka tidak pergi jauh, dengan berdiri
di tiga penjuru mereka kepung Poei Che Giok di tengah
kalangan. Terhadap kepungan tersebut Tosi Chee Tong purapura
tidak melihat, sambil mencekal pedangnya ja
mengerling sekejap ke arah Hong po Seng lalu ujarnya
dengan nada menyindir:
,,Sedari tadi aku telah menduga bahwa kedudukanmu
di dalam perkumpulan Sin Kee Pang tidak rendah, ayoh
sebutkan namamu. Hong po apa ?"?"
Hong po Seng tersenyum diikuti wajahnya berubah
serius, katanya sungguh-sungguh:
"Kami berlima tidak termasuk perkumpulan atau
perkumpulan agama apapun juga!....." setelah menjura
tambahnya, ,,Tempat ini bukan merupakan suatu tempat
yang aman, keadaan amat kritis dan mara bahaya setiap
saat bisa mengancam tiba, silahkan nona segera berlalu
dari sini"
Dengan biji matanya yang jeli Poei Che Giok menatap
wajah si anak muda itu tajam-tajam, setelah mengetahui
bahwa ucapannya bukan kata-kata yang bohong, dengan
alis berkerut ia segera berseru :
"Sin Kee Pang, Hong Im Hwie serta Thong Thian Kauw
merupakan tiga kekuatan besar yang menguasai dunia
persilatan dewasa ini bila kalian tidak termasuk di dalam
salah satu perkumpulan yang ada dewasa ini, kemanakah
kamu semua hendak menyelamatkan diri?" Menurut
pendapatku, alangkah baiknya kalian mengikuti aku
menuju ke arah Tenggara saja, aku tanggung kalian akan
mendapat jaminan hidup yang baik serta punya nama
serta kedudukan yang terhormat"
"Terima kasih atas maksud baik dari nona" sahut
Hong-po Seng seraya menjura. "Sayang cayhe masih ada
tugas di badan hingga untuk saat ini tak bisa memenuhi
harapanmu itu. Untuk waktu di kemudian hari masih
panjang bila kita sempat berjumpa muka lagi di
kemudian hari tiada halangan nona ajukan lagi tawaran
tersebut" "Justru aku takut waktu dikemudian hari tidak banyak,
dan kita sukar untuk saling berjumpa kembali" kata Poei
Che Giok setelah termenung sejenak.
Setelah merandek mendadak ia tertawa nyaring dan
berseru: ,,Semoga cuwi sekalian diberkahi nasib yang baik, kita
sampai jumpa lagi di lain kesempatan"
Habis berkata sepasang bahunya segera bergerak dan
tubuhnya dengan enteng melayang ke depan.
Menyaksikan air mukanya yang menunjukkan tandatanda
tidak beres, satu ingatan segera berkelebat di
dalam benak Hong-po Seng, sedikitpun tidak salah ketika
ia menyambar lewat di sisi tubuh Chin Wan Hong
mendadak tangan nya menyambar ke depan, laksana
kilat ia mencengkeram tubuh gadis she Chin tersebut.
Chin Wan Hong sebagai seorarg gadis yang alim dan
lemah lembut sama sekali tidak pernah menyangka kalau
dirinya bakal dibokong, menanti ia menyadari akan mara
bahaya yang mengancam dirinya sang hati baru merasa
terkesiap, seketika itu juga dara ayu ini dibikin gelagapan
dan kalang kabut tidak karuan.
Terdengar Hong-po Seng mendengus dingin sambil
miringkan tubuhnya satu pukulan dahsyat segera
dilontarkan ke depan.
Pukulan ini meluncur ke depan laksana kilat yang
menyambar di tengah angkasa, dalam waktu singkat
telah mencapai pada saarannya. Baru saja jari tangan
Poei Che Giok hendak menyentuh di atas urat nadi
pergelangan tangan Chin Wan Hong, mendadak segulung
tenaga tekanan yang berat laksana sebuah tindihan bukit
telah menerjang punggungnya.
Ia terkesiap dan buru-buru menyusut mundur
beberapa langkah ke belakang, teriaknya:
"Sebuah pukulan yang sangat indah!"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh badannya meluncur ke
depan, dalam waktu singkat gelak tertawanya telah
berada kurang lebih ratusan tombak jauhnya dari tempat
semula. Menyaksikan gerakan tubuhnya yang begitu cepat dan
sebat, semua orang jadi tertegun dan berdiri dengan
mulut melongo, air muka mereka berubah hebat dan
siapapun tidak percaya kalau seorang gadis yang
demikian mudanya ternyata memiliki kepandaian sehebat
itu. ,,Hoog po Kongcu" terdengar Chin Wan Hong buka
suara memecahkan kesunyian yang mencekam seluruh
kalangan: ,,Siapakah gadis itu" mirip benar dengan Pek
Koen Gie!"
"Dia bernama Poei Che Giok dan termasuk anggota
dari sekte agama Thong Thian Kauw"
Setelah merandek sejenak, tambahnya lagi:
,,Sekarang kita berada di daerah yang sangat
berbabaya dan setiap saat kemungkinan besar jiwa kita
terancam, bilamana tidak cepat-cepat melarikan diri
niscaya kita semua bakal mati di sini, ayoh kita segera
berangkat!"
Dengan langkah lebar ia segera mendahului dan
berjalan duluan di paling depan.
Tadi di antara dua orang ilmu meringankan tubuh dari
Hong po Seng tidak bisa melebihi kelihayan Poei Che
Giok tetapi sekarang di antara kelima orang ini boleh
dibilang tenaga lwee kang Hong-po Senglah yang paling
tinggi. Setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya,
ia temukan Chin Wan Hong sudah mulai kepayahan,
keringat mulai mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya, maka ia pun mengulurkan tangannya untuk
menggandeng tangan dara tadi, tanyanya:
,,Nona Chin, secara bagaimana kaupun bisa datang ke
Propinsi Sian-say ......?"?"
Chin Wan Hong tertawa jengah.
,,Selama ini aku selalu menguntil di belakang Kongcu,
cuma disebabkan karena kereta itu berlari terlalu cepat
ditambah pula aku tidak kenal jalan, maka ......."
Diam diam Heng-po Seng merasa terharu setelah
mendengar ucapan itu, pikirnya di dalam hati:
,,Dari kota Seng Chiu ia membuntuti aku sampai di
sini, ooh ......, aku telah menyulitkan nona ini ........."
Sebenarnya pemuda ini ada maksud hendak
mengutarakan beberapa patah kata yang menyatakan
rasa terima kasihnya, tetapi ia merasakan
tenggorokannya seakan-akan tersumbat, tak sepatah
katapun berhasil dilontarkan keluar.
Dari perubahan air mukanya Chin Wan Hong bisa
memahami maksud hati si anak muda itu, kepalanya
segera tertunduk rendah-rendah dan bisiknya lirih:
,,Demi keluarga Chin, Kongcu harus mengalami
kejadian yang menyusahkan dirimu, membuat jiwamu
selalu terancam bahaya dan mengalami pelbagai siksaan
yang membuat kau menderita, meskipun kami orangorang
dari keluarga Chin harus mengorbankan jiwa dan
tubuh bakal remuk redam, kami bersumpah akan
membalas budi kebaikaamu itu ....."
"Nona kau keliru" kata Hong-po Seng. "Cayhe berbuat
demikianpun tidak lain karena ingin membalas budi
kebaikan yang pernah diberikan Chin Loo Enghiong
kepada keluarga kami di masa yang silam"


Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepanjang perjalanan menuju ke arah Selatan, kelima
orang itu selalu berada dalam keadaan aman tenteram
tanpa mengalami cegatan atau halangan apapun juga,
senja itu tibalah mereka di tepi sebuah sungai, sungguh
tak dinyana tepi pantai sungai Huang-Hoo ternyata
penuh berjubel-jubel manusia yang sedang anteri untuk
menyeberang. Semua perahu penyeberang berderet-deret merapat di
tepi namun tak sebuah perahupun yang belayar menuju
ke tepi seberang, sebaliknya dari pantai selatanpun tidak
nampak ada perahu yang berlayar datang.
Diam-diam Hong po Seng terperanjat ia segera
mengerlingkan matanya memerintahkan Chin Wan Hong
serta Tiong si Sam Hauw mencampur baurkan diri
dengan khalayak ramai, sedang ia sendiri duduk di atas
tanah sambil bertanya kepada seorang pedagang yang
berada di sisinya:
"Paman, tolong tanya kenapa begitu banyak orang
yang menunggu di tepi pantai tapi tak sebuah perahupun
yang menyeberang ke tepi selatan ?""
Pedagang itu memperhatikan sekejap wajah Hong Po
Seng, kemudian setelah menyapu sejenak ke sekeliling
tempat itu bisiknya:
,,Para yaya dari pihak perkumpulan telah menutup
sungai ini dari semua penyebrangan, mungkin di dalam
tubuh perkumpulan mereka telah terjadi peristiwa besar,
kami sekalian sudah seharian penuh menanti di sini ....
Aai! orang muda kalau bepergian musti sabarkan diri dan
Keris Maut 1 Pendekar Rajawali Sakti 140 Mustika Bernoda Darah Siluman Penghisap Darah 1
^