Bara Maharani 5
Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 5
jangan terburu napsu. terutama mulut jangan banyak
bicara sebab salah-salah bisa mengundang datangnya
mara bahaya bagi diri sendiri"
Hong-po Seng mengucapkan banyak terima kasihnya
berulang kali kemudian baru alihkan sinar matanya ke
arah dermaga, tampaklah serombongan jago-jago
bersenjata lengkap menyebarkan diri di sekitar tepi
sungai, wajah mereka semuanya menghadap ke arah
sungai, seakan-akan sedang mengawasi permukaan
su?ngai itu untuk menghindari ada orang yang
menyusup keluar.
Kurang lebih sepenanak nasi lamanya sudah lewat
namun belum nampak suatu gerak gerik apapun juga,
ratusan orang banyaknya sama-sama menunggu giliran
untuk menyeberang, suasana hiruk-pikuk memenuhi
angkasa namun tak seorangpun bisa meninggalkan
tempat itu. Sementara sang surya perlahan-lahan mulai condong
ke arah barat, haripun mulai menjadi gelap.
Dalam hati diam-diam Hong-po Seng berpikir:
,,Kalau ditinjau keadaan ini jelas peristiwa berdarah
yang terjadi di perkampungan Liok Soat San-cung sudah
diketahui oleh mereka, sedang Teratai Racun Empedu
Api saat ini berada di dalam sakuku, apa yang harus aku
lakukan dalam keadaan begini?""........."
Si Harimau Pelarian Tiong Liauw tiba-tiba maju
menghampiri sambil bisiknya lirih:
,,Kongcu-ya. Kalau harus menunggu dan menunggu
terus entah sampai kapan kita baru bisa menyebrang,
aku lihat lebih baik kita menyebrang dengan jalan
berenang saja"
,,Setelah tempat ini ditutup bagi penyeberangan aku
pikir di tempat lain pun keadaannya tidak akan jauh
berbedaa, daripada bergerak lebih baik bersikap tenang
daripada memancing perhatian orang terhadap kita"
Si Harimau Pelarian Tiong Liauw melirik sekejap ke
arah sungai sebelah depan, kemudian ia berbisik
kembali: "Pantai seberang berada di bawah kekuasaan
perkumpulan Sin Kee Pang, asal kita bisa merampas
perahu ......"
Mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang
gemuruh keras berkumandang datang, tiga puluhan ekor
kuda yang tinggi besar secara serentak munculkan diri di
tepi sungai, debu mengepul memenuhi angkasa... begitu
tiba di situ dengan sigapnya ketiga puluh orang tadi
segera meloncat turun dari atas punggung
tunggungannya. Gerak getik serombongan orang ini cekatan dan gesit
semua, gerakan tubuh mereka enteng dan cepat. Sekilas
memandang siapapun tahu kalau mereka memiliki llmu
silat yang sangat lihay.
Hong-po Seng yang dapat melihat pula kehadiran
orang-orang itu, dalam hati segera merasa amat kesal,
pikirnya: ,,Aliran air sungai teramat deras, permukaan sungai ini
pun sangat luas, aku sama sekali buta di dalam
kepandaian memegang kemudi perahu ditambah pula
ilmu berenang di air tak kupahami . . . aaaai ! kalau
suruh aku merampas perahu untuk menyebrangi sungai
ini, jelas di dalam sepuluh ada sembilan bagian akan
mengalami kegagalan total"
Berpikir demikian otaknya lantas berputar kencang
untuk mencari akal yang lain, di samping itu kepada si
Harimau Pelarian Tiong Liauw bisiknya pula:
,,Mari kita jalan secara terpisah, perduli peristiwa apa
yang bakal terjadi dan menimpa diriku, kalian barus
berlagak seolah-olah tidak pernah kenal dengan diriku,
janganlah sekali kali menyapa atau menunjukkan sikap
ingin menolong"
Si Harimau Pelarian Tiong Liauw merasa tertegun
setelah mendengar ucapan itu, tapi ia tidak membantah,
perlahan-lahan badannya meninggalkan tempat itu dan
mengabarkan kepada ketiga orang lainnya.
Kembali beberapa saat telah lewat, dari ujung sungai
mulai terjadi kegaduhan yang sangat berisik, dalam
suasana yang remang-remang karena senja telah
menjelang tiba, berpuluh-puluh batang obor dipasang di
sekitar dermaga tersebut.
Hong po Seng dengan cepat alihkan sinar matanya ke
arah permukaan sungai, ia temukan beberapa buah
perabu sudah mulai bergerak meninggalkan dermaga
rupanya orang-orang yang baru datang dengan
menunggang kuda tadi mulai melakukan pemeriksaan
yang ketat terbadap setiap penyeberang yang melewati
tempat itu. Dengan seksama si anak muda itu memeriksa lebih
jauh, atau secara mendadak ia jadi amat terperanjat
sebab dilihatnya setiap orang yang mendapat
pemeriksaan bukan saja harus menjawab pertanyaanpertanyaan
yang diajukan kepada mereka bahkan
sekujur badannya harus di geledah dan diraba dengan
teliti prosedurnya amat rumit dan sulit untuk ke atas
perahu penyeberang seseorang harus melewati
pemeriksaan secara berulang kali dengan ketatnya.
Diam-diam ia jadi merasa amat geilsah pikirnya:
,,Teratai Racun Empedu Api berada di dalam sakunya,
seandainya sampai digeledah dan tertangkap sudah pasti
aku tak bisa meloloskan diri dari tempat ini dalam
keadaan selamat, padahal teratai racun ini sangat
mempengaruhi sembuh atau sakitnya ibuku" dengan
susah payah aku berhasil mendapatkannya dan kini
akupun tak boleh membuang dengan begitu saja..!"
Sementara hatinya sedang gelisab dan berusaha
karena mencari akal untuk meloloskan diri dari tempat
itu, mendadak dirasakannya si Hanmau Pelarian Tiong
Liauw telah berjalan menghampiri dirinya lagi, tanpa
terasa sepasang alisnya berkerut kencang, sembari
berpaling serunya:
"Jalan mondar mandir ke sana ke mari gampang
memancing kecurigaan orang ..."
"Keparat cilik, pentang matamu lebar-lebar dan
libatlah siapakah aku! ...." serentetan tertawa riang
berkumandang dari sisi telinganya.
Ternyata orang yang menghampiri dirinya dari
belakaug itu bukanlah si Harimau Pelarian Tiong Liauw
seperti apa yang diduganya semula.
Hong po Seng jadi amat terperanjat, ia merasa amat
kenal dengan suara tersebut, ketika kepalanya hendak
berpaling ke betakang mendadak jalan darah "Leng Sioe
hiat" di atas pinggangnya jadi kaku, disusul urat nadi di
atas pergelangan kirinya dicengkeram orang.
Perubahan yang terjadi secara mendadak ini sama
sekali tidak memberi kesempatan bagi Hong po Seng
untuk berkutik ataupun menunjukkan suatu reaksi,
sebelum ia sempat berbuat sesuatu mendadak di
hadapan wajahnya telah muncul seraut wajah putih yang
halus dan sangat dikenal olehnya, sambil tetawa rendah
terdengar ia menegur:
,,Hey, bangsat cilik! rupanya nasibmu masih mujur
dan umurmu masih panjang, masihkah kau kenali diri
kongcu-ya mu ?"?"
Hong po Seng mempehatikan wajah orang itu lebih
seksama, dan dengan cepat diapun kenali orang itu
sebagai Kok See Piauw anak murid dari Boe Liang Sin
Koen, mereka berdua pernah saling berjumpa muka di
rumah kediaman keluarga Chin Pek Cuan di kota Keng
Chiu, bahkan pernah melangsungkan pertempuran sengit
pula di sana, setelah berpisah selama beberapa bulan
sungguh tak nyana mereka berjumpa muka lagi di sini.
Hong po Seng pernah termakan pukulan maut Kioe Pit
Sin Ciang-nya sehingga hampir saja selembar jiwa
melayang, kini setelah berjumpa muka lagi dengan
musuh besarnya hawa amarah kontan berkobar, sambil
tertawa dingin jengeknya:
,,Membokong dari belakang, kau terhitung enghiong
hoohan macam apa?" Hmm....!"
Kok See Piaow tersenyum, mendadak dengan wajah
membesi hardiknya lirih terhadap orang di depan yang
kebetulan sedang menoleh ke belakang:
,,Hey kalau kau pingin hidup, lebih baik jangan
mencampuri urusan orang lain !"
Hong po Seng merasa amat gelisah, tiba-tiba ia
teringat babwa tangan lembut halus yang mencengkram
pergelangan kirinya saat ini bukanlah tangan dari Kok
See Piauw, ingin sekali ia menoleh untuk melihat lebih
jelas tetapi apa daya Kok See Piauw telah menotok jalan
darah kakunya sehingga membuat batok kepalanya sama
sekali tak mampu berputar.
Sebaliknya orang itu menyembunyikan diri di
belakangnya, dengan demikian ia tak sanggup untuk
melihat jelas raut wajah orang tadi.
Diam-diam pikirnya di dalam hati:
,,Nona Chin serta tiga Orang harimau ganas dari
keluarga Tiong berada di sekitar sini dan hingga kini tidak
nampak gerak-gerik mereka, jangan-jangan keempat
orang itupun sudah tertangkap oleh pihak lawan?" ...."
Belum habis dia berpikir mendadak terasalah sebuah
tangan yang kecil dan lembut menerobos masuk ke
dalam sakunya lewat bawah iganya, diikuti lubang
hidungnya mencium bau harum semerbak yang
menyegarkan badan.
Hong Po Seng merasa makin gelisah, begitu
dirasakannya sebuah tangan yang lembut halus merogoh
ke dalam sakunya dan meraba Teratai Racun Empedu
Api yang disimpan di sana, ia jadi kaget dan segera
menegur dengan setengah merengek:
,,Siapa kau?" apa gunanya kau ambil teratai racun
itu?""
0000O0000 11 TERDENGAR suara sahutan yang merdu dan enak
didengar menggema masuk ke sisi telinganya :
,,Aku! kalau tahu diri tenang dan janganlah banyak
berkutik!"
Dari nada suara tersebut Hong-po Seng segera kenali
sebagai nada suara Pek Koen Gie yang ketus dan dingin,
terpaksa ia memperendah nada suaranya seraya
menjawab: ,,Teratai racun itu tiada kegunaannya sama sekali
bagimu, harap nona suka mengembalikannya kepadaku!"
"Hmm ! kalau memang tiada kegunaannya sama
sekali, buat apa kau menyimpannya di dalam saku?""
Sembari berkata tangannya kembali menggeledah
saku pemuda itu.
Selama ini Kok See Piauw selalu berada di sisi mereka,
tatkala dilihatnya Pek Koen Gie dengan tangan kiri
mencengkeram pergelangan kiri Hong Po Seng,
sedangkan tangan kanannya sedang melewati di bawah
iga pemuda itu sedang menggeledah saku Hong Po Seng
sehingga tubuh kedua orang itu hampir saja menempel
antara yang satu dengan lainnya, timbul rasa cemburu iri
dan gusar dalam hati kecilnya.
Semenjak perkenalannya dengan diri Pek Koen Gie,
anak murid dari Boe Liang Sin Koen ini selalu berusaha
untuk mendekati dara tersebut, ia berdaya upaya untuk
menarik perhatian gadis itu serta suka membalas
cintanya, apa lacur tabiat Pek Koen Gie memang sangat
kukoay, terhadap cinta kasih muda mudi seakan-akan
tidak menaruh minat sama sekali, oleh sebab itu
hubungan cinta di antara mereka selalu tidak
memperoleh kemajuan seperti apa yang diinginkan, dan
kini setelah dilihatnya sang gadis idamannya saling
berdempetan begitu rapatnya dengan lelaki lain, sudah
tentu hatinya jadi panas.
Tapi ia tidak berani terlalu memperlihatkan rasa
cemburunya, sambil tersenyum katanya lirih.
,,Hian moay, kau tak usah repot-repot musti turun
tangan sendiri biarlah Siauw-heng yang menggeledahkan
saku keparat cilik ini!"
,,Terima kasih atas perhatian Kok heng kau tak usah
turut campur dalam persoalan ini" tukas Pek Koen Gie
ketus sambil berbicara tangan meneruskan
pengeledahannya memeriksa seluruh isi saku pemuda
she Hong po itu tapi dengan cepat ia jadi kecewa, sebab
benda yang diharapkan ternyata tidak berbasil
ditemukan. Hong Seng sendiri setelah dilihatnya gadis itu sesudah
mengambil teratai racun Empedu Api masih juga
menggeledah sakunya, dalam hati segera memahami
maksud hati lawannya, dalam hati iapun berpikir,
,,Pastilah ia sedang menggeledah sakuku untuk
menemukan pedang Emas tersebut Kalau begitu sudah
jelas sekarang perbuatan Poei Che Giok dengan
kecantikan wajahnya mimikat hati Jien Bong, delapan
bagian ada sangkut pautnya dengan persoalan ini.
Mendadak terdengar Pek Koen Gie membentak
dengan suara lirih:
,,Cepat mengaku sejujurnya barang itu kau
sembunyikan dimana ?""
"Terus terang saja kukatakan, kedatangan cayhe ke
perkampungan Liok Soat San cung adalah bertujuan
untuk mengambil Teratai Racun Empedu Api itu, aku
sama sekali tiada bermaksud hendak mencuri pedang!"
,,Kurangajar!" maki Pek Koen Gie sambil tertawa
dingin, "Kalau hanya mencuri sebatang Teratai Racun
Empedu Api saja, masa keadaan bisa berubah jadi begini
tegang dan pihak mereka sampai mengerahkan kekuatan
intinya untuk melakukan penggeladahan" Perkumpulan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hong Im Hwie tak nanti unjukkan kerepotan dan
kebingungan semacam ini"
,,Oooh ..... - kiranya kabar berita mengenai
terbunuhnya Jien Bong belum sampai bocor di tempat
luaran...." pikir Hong po Seng, mendadak siatu ingatan
berkelebat di dalam benaknya.
Diam-diam ia berseru:
,,Aduuuh! Andaikata secara diam-diam ia
menghancurkan Teratai Racun Empedu Api itu, apa yang
harus aku lakukan?""
Saking gelisah dan gugupnya, tanpa berpikir panjang
lagi segera serunya:
"Nona! Harap kau buang teratai racun itu ke dalam
sungai, sedang aku akan membantumu untuk
menemukan pedang emas itu kalau tidak, maafkanlah
daku kalau tidak sudi memberitahukan kepadamu !"
Pek Koen Gie sendiripun telah menduga selain
lenyapnya Teratai Racun Empedu Api ini pastilah sudah
terjadi peristiwa lain, karena takut jejaknya ketahuan
sehingga rahasianya terbongkar dia memang ada
maksud hen?dak melenyapkan teratai racun empedu api
itu dari muka bumi, tetapi setelah saat ini Hong-po Seng
terus terang mengancam bahkan mcnggunakan pedang
emas itu sebagai ancaman, ia jadi serba salah dan untuk
beberapa saat lamanya tidak tahu musti menjawab apa.
Hingga saat itu belum nampak sebuah perahupun
yang membawa penumpang menyeberangi sungai
tersebut, berhubung pemeriksaan dan penggeledahan
dilakukan sangat lambat, sementara orang yang
menunggu di tepi pantai amat banyak, terutama sekali
para jago perkumpulan Hong Im Hwie yang sebagian
besar telah berkumpul semua di tepi dermaga, membuat
suasana di sekitar situ terasa bertambah tegang dan
seram. Di bawah sorot cahaya api, kilapan senjata
bergemerlapan di tengah kegelapan, deru angin kencang
serta gulungan ombak yang menghantam tepian
menambah seramnya suasana di situ. Dalam ada itu
ketika Kok See Piauw menyaksikan Pek Koen Gie
termenung dan tidak mengucapkan sepatah katapun,
seakan-akan gadis itu merasa serba salah dibuatnya
segera bertindak cepat, jari tangannya berulang kali
berkelebat melancarkan beberapa totokan yang
kesemuanya bersarang di bawah iga Hong-po Seng,
kemudian jengeknya sambil tertawa:
,,Barang itu kau sembunyikan di mana" bangsat cilik!
Kau suka mengaku tidak?"
JILID KE 8: Siapa Pembunuh Jien Bong"
Ilmu totok memisah urat dan penembus ulu hati yang
digunakan anak murid Boe Liang Sin Koen ini benarbenar
merupakan suatu ilmu penyiksaan yang paling keji,
siapapun yang termakan serangan ini tidak akan kuat
menahan diri, Dalam waktu singkat sekujur badan Hong
Po Seng serasa bagaikan digigit oleh berjuta-juta ekor
semut, seluruh urat nadi dalam tubuhnya mengerut
kencang, jantungnya mengembang besar, darah
mengalir keatas semakin deras sementara tubuh bagian
bawahnya mengerut kecil, keringat dingin sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya
membasahi seluruh badan, sambil merintih tubuhnya
bergulingan diatas tanah.
Sekali cengkeram Kok See Piauw menarik lengan Hong
Po Seng sehingga tidak sampai roboh diatas tanah,
sedangkan tangan yang lain mendekap mulutnya agar
suara rintihan tidak sampai kedengaran oleh orang lain.
Sembari menyeringai seram bisiknya sinis:
"Bangsat! ayoh cepat mengaku, barang itu kau
sembunyikan dimana?" kalau tidak mau mengaku
lagi...Hmm! Hmm!,.. kongcumu segera akan
memunahkan ilmu silat terlebih dahulu!".
Haruslah diketahui mereka bertiga berada diantara
gerombolan manusia yang terletak dipaling belakang,
jaraknya dari penyebrangan sungai masih terpaut dua
puluh tombak lebih, kendati orang-orang yang berjejeran
dibelakang mereka dapat melihat tingkah laku ketiga
orang itu, tetapi sebagian besar yang terdiri dari kaum
pedagang, kaum pekerja kasar yang sudah sering kali
menjumpai keonaran serta peristiwa2 aneh semacam itu
pada berlagak pilon semua, siapapun tidak berani
mencampuri urusan tersebut sehingga mengakibatkan
dirinyapun terjerumus dalam perisiwa tadi.
Kalau Kok See Piauw masih bersikap tenang saja
menyiksa diri Hong Po Seng, sebaliknya Pek Koen Gie
jadi gelisah dan tidak tenang. Dengan wajah memberat
serunya: "Kok heng, cara ini tak bisa digunakan"
Melihat gadis itu menunjukkan sikap gusar dan tidak
senang hati, buru buru Kok See Piauw menjulurkan
tangannya dan memijat beberapa kali dibawah iga Hong
po Seng untuk membebaskan ilmu totokan pembuyar
urat nadinya, kemudian setelah menotok jalan darah
kakunya ia berkata sambil tertawa.
"Hian-moay ! harap kau suka menyerahkan Teratai
Racun Empedu Api itu kepada siauw-heng ,sekalipun Jien
Hian datang sendiripun, tanggung ia tak berani
menggeladah saku siauw-heng ".
"Walaupun aku tidak takut kalau sampai ada anggota
perkumpulan Hong Im Hwie yang menggeladah tubuhku"
pikir Pek Koen Gie dalam hati. "Tapi terang-terangan
bohong pun rasanya bukan suatu keadaan yang sedap
dinikmati ".
Karena berpikir demikian, ia lantas angsurkan Teratai
Racun Empedu Api itu ke tangannya sambil pesannya
lirih : "Benda ini merupakan suatu benda yang sangat
langka didalam dunia persilatan, harap Kok-heng suka
menyimpannya secara baik2, setelah menyebrangi sungai
nanti harap segera serahkan kembali kepada siauwmoay!"
"Hian-moay. harap kau jangan kuatir "sahut Kok-See
Piauw sambil tertawa, ia segera masukkan Teratai Racun
Empedu Api itu kedalam sakunya. "Paling banter aku
bakal bentrok sama orang2 dari perkumpulan Hong Im
Hwie, tak usah bingung, tanggung aku tak akan
membuat kapiran urusan Hian moay!"
Pada saat itulah dari atas permukaan sungai
berkumandang datang suara senandung panjang yang
amat nyaring: "Thong Thian It Coe Hiang.. Thong Thian It Coe Hiang
". "Aaah.. dari pihak sekte agama Thong Thian Kauw
pun ada orang yang datang ke mari! "seru Kok See
Piauw tercengang.
Terdengar suara seseorang yang nyaring dan lantang
segera menyahut:
"Hong Im Kie Hwie,... Hong Im Kie Hwie sahabat dari
Thong Thian Kauw silahkan ".
Suaranya keras, nyaring dan lantang. lama sekali baru
membuyar diangkasa.. dari permukaan sungai terdengar
suara dayung yang membentur air berkumandang
datang. Hong po Seng yang baru saja mendapat siksaan,
waktu itu pikirannya masih bergolak keras, dengan mata
melotot bulat awasi permukaan sungai.
Tampaklah sebuah perahu dengan tiga batang tiang
layar yang terbentang lebar menerjang ombak melaju
datang. puluhan buah lampu 1entera tergantung diujung
perahu itu membuat suasana disekelilngnya jadi terang
benderang. "Hian-moay, siapakah orang itu ?" mendadak
terdengar Kok See Piauw bertanya.
"Hmmm ! siluman rase dari sekte agama Thong Thian
Kauw, orang kangouw menyebutnya sebagai Giok-Theng
Hujien nyonya hioolo kumala! ".
Hong-po Seng yang ikut mendengar pembicaraan itu
segera alihkan sinar matanya kearah ujung perahu,
tampaklah diatas sebuah kursi kebesaran berlapis emas
duduklah seorang perempuan cantik berbaju hijau,
bersanggul tinggi, bergaun panjang dan berwajah sangat
agung. Perempuan itu tampak sangat angker dan berwibawa,
terlihatlah pada tangan kanannya mencekal sebuah Huttim
bergagang kumala, ditangan kirinya membopong
seekor makhluk aneh yang menyerupai rase, berbulu
putih salju dan bermata merah tajam, kakinya menginjak
sebuah bangku berlapis kain sutra, disisi bangku terletak
sebuah hioolo kumala yang tingginya mencapai beberapa
depa, asap hijau yang menyiarkan bau harum mengepul
keluar dari hioolo tadi.
Disisi hioloo tadi berdiri seorang dara bergaun ungu,
berwajah cantik dan berusia lima enam belas tahun
sedangkan dibelakangnya berdirilah sebaris toojien
bejubah abu2 bersoren pedang dan usianya diantara tiga
puluhan tahunan.
Dalam pada itu perahu tadi sudah merapat ditepi
pantai, mendadak tampaklah dari rombongan
perkumpulan Hong Im Hwie muncul seorang pria
berwajah putih bersih berjenggot hijau maju
menyongsong kedatangan mereka, sembari menjura
serunya: "Ooooh ! kiranya Giok Theng Hujien yang telah
datang, apabila kami tidak sempat menyambut
kedatangan hujien dari tempat jauh, harap suka memberi
maaf yang sebesar besarnya"
Per-lahan2 Giok Thing Hujien turun dari tempat
duduknya dan bergerak menuju ke ujung perahu,
sahutnya sambil tertawa.
"Haaah haaah . haaaah . Sam Tang-Kee baik2kah kau
" 0oow . . . sudah terjadi jual beli apa sih sehingga kau
harus turun tangan sendiri untuk mengatasinya ?"
"Tidak aneh kalau Pek Koen Gie bersem bunyi diantara
gerombolan manusia banyak" diam2 Hong-po Seng
membatin. "dan tak berani sembarangan berkutik,
kiranya Sam Tang-Kee dari perkumpulan Hong Im Hwie
pun telah hadir disini ".
Pria berbaju perlente itu she-Cie bernama Kiam
dengan julukan "Pat pit Sioe Loo" malaikat berlengan
delapan, dialah si majikan nomor tiga dari perkumpulan
Hong Im Hwie, salah satu diantara orang2 kepercayaan
Jien Hian. Pada waktu itu, orang2 yang hendak menyebrang
sungai sama2 mengundurkan diri kebelakang, ada
diantara yang jeri atau takut diam2 telah ngeloyor pergi
dari situ. Pek Koen Gie mengerti bahwa Hong Po Seng
mempunyai kemampuan untuk melepaskan diri dari
pengaruh totokan, oleh sebab itu cekalannya pada
pergelangan orang sama sekali tidak dikendorkan,
melihat semua orang mundur kebelakang diapun sambil
menarik tangan pemuda itu ikut mundut kebelakang,
meski demikian mereka tetap berada diantara
gerombolan manusia.
Ditengah jalan mendadak Hong Po Seng menemukan
Oh Sam serta seorang pria lainnya masing2
mencengkeram dua orang, mereka bukan lain adalah tiga
ekor harimau dari keluarga Tiong serta Chin Wan Hong
tanpa terasa pemuda kita menghela napas panjang,
dengan pikiran yang kalut pandangan mata segera
dialihkan kembali kearah permukaan sungai.
Terdengar si malaikat berlengan delapan Cie Kim
dengan suara dingin sedang berkata.
"Dalam tubuh perkumpulan kami sedang tertimpa
suatu peristiwa maha besar, hingga kini duduk perkara
yang sebenarnya masih belum jelas. Hujien kalian toh
selama ini berkeliaran didaerah tenggara, kali ini
berkunjung ke-Barat entah karena urusan apa?"
Dengan wajah berseri seri dan senyum di kulum Giok
Theng hujien berdiri diujung perahunya, sehabis
mendengar pembicaraan orang ia lantas menjawab:
"Berhubung ada sedikit persoalan yang harus
diselesaikan dikota Thong Kwan aku telah melakukan
perjalanan datang kemari, dari pada merepotkan sahabat
sahabat dari perkumpulan Hong Im Hwie, maafkan kalau
aku tidak turun kedarat"
Berbicara sampai disini, dengan sepasang biji matanya
yang jeli ia menyapu sekejap kearah gerombolan
manusia yang saling berdesak desakan diatas darat.
Jarak antara Hong po Seng dengan perempuan itu
masih terpaut sangat jauh, tetapi entah apa sebabnya
ketika menyaksikan sinar mata perempuan itu menyapu
datang hatinya mendadak terasa jaii bergidik. Terasalah
lengannya jadi kencang dan ia sudah ditarik Pek Koen
Gie bersembunyi dibelakang punggung orang.
Mendadak dari tepi seberang berkumandang lagi suara
dayung memecah ombak, disusul suara manusia
berteriak keras:
"Sin Kie Hoei yang.... Sin Kie Hoei yang."
"Hmm! orang2 dari perkumpulan Sin Kie Pang pun
turut berdatangan... "batin Hong po Seng dengan alis
berkerut. "Huuuh kawanan serigala dan harimau
semuanya..: sedikitpun tak berguna bagi aku orang she
Hong po.... ".
Suatu perasaan begidik secara mondadak muncul dari
dasar lubuk hatinya ia merasa suatu peristiwa tragis yang
tidak menguntungkan bakal meninipa dirinya,
pengalaman semacam ini selamanya belum pernah
dirasakan barang satu kalipun, untuk sesaat tangan dan
kakinya jadi dingin saking tegangnya, sekujur badan
terasa seolah-olah gemetar keras.
Pek Koen Gie yang sedang mencengkram
pergelangannya ketika secara tiba tiba merasakan tangan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
slanak muda itu berubah jadi dingin, ia nampak tertegun,
kemudian bisiknya lirih.
"Hong Po Seng, katakanlah sipedang emas itu telah
kau sembunyikan dimana! aku tanggung jiwamu tidak
akan mendapat rintangan ataupun terancam
marabahaya, bahkan mulai detik ini aku tidak akan
memusuhi dirimu lagi"
Terhadap diri Hong-po Seng, perempuan ini boleh
dibilang mempunyai suatu pandangan serta perasaan
yang aneh, ia merasa kagum juga merasa mendongkol
dan mangkel. Ia merasa sianak mucla ini berbeda dengan pemuda
lain, tetapi iapun merasa bahwa kegagahan serta
keangkeran pemuda ini jauh melebihi dirinya, setiap
tingkah lakunya se-olah2 menyinggung gengsi serta
martabat baiknya membuat timbulnya suatu pandangan
yang aneh dalam hati kecil gadis ini.
Dia ingin cepat2 menghukum mati Hong po Seng,
tetapi iapun merasa tidak rela kalau dia mati ditangan
orang lain. Hong-po Seng sendiri tatkala mendengar gadis itu
bersikeras menuduh dia telah mendapatkan "Pedang
Emas" sadarlah ia bahwa banyak bicara tiada berguna
sinar matanya segera dialihkan kearah permukaan
sungai. Tampaklah tiga buah perahu besar meluncur datang
dari tepi seberang, pada ujung perahu yang ada diposisi
tengah berdiri seorang lelaki berjubah lebar. dialah koen
su perkumpulan Sin Kie Pang yang julukan Tok Coe kat si
Coe kat beracun Yauw Soet.
"Huaaah - hahh, bagus sekali!" mendadak terdengar
Giok Theng Hujien berseru sambil tertawa nyaring."Coe
kat Cay-siang siperdana menteri Coe kat membawa
tentara hendak menaklukan wilayah Tionggoan utara!".
"Haaah",haah..?"Coe kat beracun Yauw Soet takut
mendongak dan tertawa terbahak2 "Hujien! selamat
bertemu kembali" selamat bertemu kembali, ternyata
kecantikanmu kian lama kian bertambah segar. kiong
hie.... kiong hie!".
Sinar mata perlahan-lahan dialihkan kearah Malaikat
berlengan delapan Cie Kim lalu sambungnya sambil
tertawa: "Sam Tang Kee, sejak berpisah apakah selama ini kau
berada dalam keadaan baik"' Yauw Soet disini memberi
hormat kepadamu".
"0ooh.. Yauw heng, baik-baikah kau" Pat Pit sioe Loo
Gie Kim mendongak dan menjura.
Setelah merandek sejenak, mendadak ia tertawa
dingin dan melanjutkan:
" Yauw heng! tiada urusan kau tak akan mengunjungi
istana Som Tian, kunjunganmu kewilayah utara entah
disebabkan karena persoalan apa?"...".
,.Haah...haah... Sam Tang Kee! terus terang saja
kukatakan bahwa putri kesayangan pangcu kami nona
Koen Gie karena sedang mengejar musuh besarnya kini
telah memasuki wilayah kalian, oleh sebab itulah aku
buru2 tinggalkan kota Lok yang untuk menyusul kemari.
Berhubung aku dengan di pantai utara suasana sedang
tegang dan nampaknya ada tanda2 hendak
menggunakan kekerasan, maka sengaja aku menyebrang
kemari untuk menyambut pulang nona Koen Gie kami.".
"Oooh. kiranya begitul"per lahan2 Pat Pit Sioe Loo Cie
Kim mengangguk.
Ia berpaling kebelakang dan segera serunya lantang:
"Diatas dermaga apakah terdapat nona Pek Koen Gie
dari perkumpulan Sin Kie Pang?".
Ketika Hong Po Seng menyaksikan sepasang matanya
dengan langsung memandang kearah mereka, walaupun
jaraknya jauh tetapi ketajaman matanya menggidikkan
hati, diam2 merasa terkesiap pikirnya:
"Orang ini sendiri tadi tak pernah munculkan diri,
setelah tampil kedepan tak pernah juga menoleh
kebelakang, darimana ia bisa tahu kalau Pek Koen Gie
berada disini?"".
Pek Koen Gie sendiripun merasa agak terkejut. kepada
Kok See Piauw segera serunya:
"Kok heng, harap kau suka membawa orang ini!"
sembari berkata ia segera turun kearah tepi sungai.
Kok See Piauw tidak bicara, setelah mengampit tubuh
sianak muda itu dibawah ketiaknya, ia mengancam
sambil tertawa;
"Hey bajingan she Hong Po, bila kau tidak ingin
modar, aku harap kau bisa sedikit tahu diri dan jangan
banyak bertingkah."
Orang2 yang berkumpul ditepi pantai sama2
menyingkir kesamping membuka jalan, dengan dipimpin
oleh Pek Koen Gie disusul oleh Kok See Piauw sambil
mengepit Hong po Seng dan Oh Sam serta seorang pria
berbaju hijau mengepit Tiong-si Sam-Hauw dan Chin
Wan Hong mereka berjalan menuju ke dermaga.
Coe-kat beracun Yauw Soet yang berdiri diujung
perahu segera menuding kearah Cie Kim dan ujarnya
sambil tertawa :
"Nona Koen Gie, dia adalah Cie Cienpwee majikan
ketiga dari perkumpulan Hong Im Hwie, dalam
pertemuan Pak-Beng-Hwie tempo dulu dengan kedelapan
puluh satu jurus ilmu pukulan Koei-Goan-Cieng-hoat-nya
ia berhasil membinasakan Huang-san It-To, membelah
Hoo-Pak It Sioe, sampai2 si Ciong Kian-Khek jagoan
berambut gondrong yang amat tersohor namanya
dimasa itu pun harus mengorbankan lengannya ditangan
Cie Tang-kee !".
Pek Koen Gie alihkan sinar matanya kearah Pat-Pit
Sioe-Loo Cie Kim, setelah memandang sekejap
kearahnya ia segera menjura.
"Sudah lama aku mengagumi akan kehebatan serta
nama besar dari Sam Tang kee".
Pat Pit Sioe-Loo Cie Kim mendengus dingin,dengan
pandangan tajam ia awasi wajah Pek Koen Gie tanpa
berkedip, lalu katanya:
"Aku telah memperoleh laporan yang mengatakan
bahwa pagi tadi nona Pek telah menyebrangi sungai
memasuki wilayah kekuasaan kami, apakah musuh2 yang
sedang kau kejar telah berhasil ditangkap semua"."
Berbicara sampai disitu ia melirik sekejap kearah
orang2 yang berada dibelakang.
"Atas berkah dari Sam Tang kee boanpwee telah
berhasil menangkap semua kelima orang itu!".
Setelah merandek sejenak, tanyanya lagi:
"Entah kejadian apakah yang menimpa dalam tubuh
perkumpulan kalian" sehingga Sam Tang kee harus
repot2 turun tangan sendiri datang kemari?".
Sepasang alis malaikat berlengan delapan Cie kim
berkerut kencang, mendadak dengan sorot mata yang
tajam ia tatap wajah Pek Koen Gie tanpa berkedip
kemudian serunya ketus:
"Nona Pek, peristiwa yang terjadi teramat besar
sekali....".
Tatkala dilihatnya orang itu menatap wajahnya
dengan tajam tanpa berkedip, air muka Pek Koen Gie
seketika berubah hebat, dengan penuh kegusaran
tukasnya: "Kalau memang kejadian itu teramat besar sekali,
harap Sam Tang Kee segera menerangkan sejelas
jelasnya, entah peristiwa itu terjadi dimana dan pada
saat kapan?"
"Hehh...helahl...hehhh...nona Pek, pintar amat
otakmu, hanya didalam sepatah dua patah kata saja
pertanyaanmu kau telah ajukan persis kedalam pokok
persoalan"
"Ayah harimau mana mungkin melahirkan anak anjing
"timbrung Giok Theng Hujien secara tiba2 sambil
tertawa, "Hey Sam Tang Kee, apakah kau sudah lupa
akan kemampuan dari Pek pangcu?".
Pat Pit Sioe Loo simalaikat berlengau delapan Cie Kim
mendengus dingin, ia tidak menanggapi ucapan tersebut.
Sebaliknya si Coe kat beracun Yaw Soet segera
tertawa dan berkata.
"Hujien!. kau bukannya menikmati Sorga hidup
didalam kamar pribadimu yang harum, jauh datang
kemari mau apa atau jangan2 kau memang tersangkut
didalam peristiwa besar yang terjadi didalam tubuh Hong
Im Hwie ini?"
Giok Theng Hujien memutar biji matahya yang jeli lalu
tersenyum. "Coe kat Cay siang! biasanya dugaan serta
perhitungan sangat tepat tak pernah meleset, tapi kali ini
dugaanmu telah Salah besar, aku hanya secara
kebetulan saja hadir ditempat ini bahkan sampai
sekarang aku masih belum tahu kejadian apakah yang
telah menimpa perkumpulan Hong im Hwie!".
Pat Pit Sin Loo Cie Kim segera mendongak dan
tertawa seram. "Haaah....haaah!....kalau memang kalian berdua tidak
tahu akan duduknya perkara, dus berarti hanya aku
orang she Cie seorang yang tahu akan peristiwa ini".
Ia merandek sejenak, lalu dengan dua rentetan sorot
mata yang tajam bagaikan pisau ia menyapu sekejap
wajah Pek Koen Gie serta Kok See Piauw sekalian,
sambungnya: "Dari perkampungan Liok Soat San Chung telah
kehilangan dua macam benda mustika dan selembar jiwa
manusia melayang, saudara berdua harus tahu dunia
persilatan yahg tenang selama sepuluh tahun, mulai
detik ini tidak bakal akan tenang kembali"
Hong-po Seng dikempit dibawah ketiak Kok See Piauw
tak dapat melihat perubahan wajah orang, tapi ketika
mendengar bahwa ada dua macam benda mustika yang
hilang suatu ingatan dengan cepat berkelebat didalam
benaknya. pemuda itu segera berpikir:
"Jangan jangan persoalan itu tersangkut didalam
masalah "Pedang emas" andaikata demikian adanya,
maka pastilah perbuatan itu adalah hasil karya dad Poei
Che Giok! ".
Sehabis perkataan tadi diutarakan keluar Si Coe kat
beracun Yauw Soet sama sekali tidak menunjukkan
reaksi apapun, dengan sikap yang tenang ia
mendengarkan perkataan Cie Kim selanjutnya.
Sebaliknya Giok Theng Hujien segera berseru
tercengang, katanya:
"Sudah lama aku dengar orang berkata bahwa
perkampungan Liok soat san cung. telah dijadikan
Pesanggrahan oleh Jien Tang kee, entah jiwa siapa yang
telah melayang dan dua macam benda mustika apakah
yang ikut lenyap?".
Air muka Pat Pit Sioe Loo Cie berubah jadi dingin
membesi, dengan ketus sahutnya.
"Dua macam benda mustika itu sih bukan urusan
besar, justru jiwa yang melayang itulah merupakan
peristiwa yang maha hebat"
"Aduuh celaka" diam2 Coat kat beracun Yauw Soet
berpikir dengan hati bergetar keras,' Hong po Seng
betul2 bernyali besar dan tidak tahu lihay, mungkin
orang yang telah dibunuh olehnya adalah sanak keluarga
dari Jien Loo jie!",
Dalam hati berpikir demikian, diluar ia segera
menimbrung: "Sam Tang kee, entah siapakah yang telah jatuh
korban?". Pat Pit Sioe Loo si malaikat berlengan delapan Cie Kim
tertawa dingin, dengan suara keras teriaknya:
-Kami sudah kehilangan jiwa putra tunggal
kesayangan _Jien Tang kee kami, Siauw Thian Seng Jien
Bong adanya, coba cuwi sekalian pikir, apakah sejak kini
dunia persilatan bisa aman tenteram lagi"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, air muka
semua orang yang hadir dikalangan sama2 berubah
hebat, termasuk juga segenap anak buah yang
tergabung didalam
perkumpulan Hong Im Hwie, rata2 mereka
menunjukkan rasa kaget dan tercengang yang tak
terhingga. Jelas sebelum ucapan barusan diutarakan,
mereka sendiripun tidak tahu duduk perkara yang
sebetulnya.....
Diam2 Pek Koen Gie merasa amat terperanjat,
pikirnya: "Bangsat cilik ini kenapa bertindak begitu goblok?"
masa mau bikin onarpun sampai memancing meledaknya
bencana begitu besar?".
Makin dipikir ia semakin gemas sehingga akhirnya
sepasang giginya bargemerutukkan menahan rasa
mangkel yang tak terkirakan, ingin sekali satu kali tabok
ia cabut jiwa pemuda she Hong Po itu.
Dalam pada itu terdengarlah Coe kat beracun Yauw
Soet dengan wajah serius berkata:
"Peristiwa ini memang sangat menyedihkan sekali,
setelah Jien Tang kee mengalami musibah yang tak
terduga ini pasti ia rasa amat sedih hati"
Setelah merandek dan termenung beberapa saat
lamanya., ia berkata kembali:
"Sam Tang kee, perkampungan Liok Soat San Chung
terletak ditengah bukit Im Tiong San yang jaraknya ada
ribuan li dari tempat ini, entah peristiwa tragis itu kapan
terjadinya?"
"Kejadian ini berlangsung pada tiga hari berselang,
Yauw-heng! kau tersohor sebagai seorang Koen-su yang
memiliki banyak akal cerdik, entah apa petunjukmu
mengenai peristiwa ini ?"
Diam2 Si Coe-kat beracun Yauw Soet berpikir dalam
hatinya "Andai kata Pedang Emas itu belum terjatuh
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketangan pihak kami, untuk lolos dari ternpat ini rasanya
tidak terlalu sulit, sebaliknya kalau pedang emas itu
sudah berada didalam saku Koen Gie . waaah ! urusan
jadi radaan repot, entah benda apa yang di maksudkan
sebagai mustika kedua itu" ".
Berpikir sampai disitu, ia segera melayang turun
keatas daratan, kepada Cie Kim ajarnya.
"Kematian dari Jien kongcu pastilah ada hubungannya
dengan kedua macam mustika itu, apabila perkumpulan
kalian ada maksud mencari tahu siapakah pembunuhnya,
maka satu2nya jalan adalah berusaha untuk menemukan
kembali kedua macam benda tersebut."
Berbicara demikian sinar matanya segera dialihkan
kearah Pek Koe Gie sebagai tanda pertanyaan.
Pek Koen Gie adalah seorang gadis yang cerdik dan
banyak akal, melihat urusan amat kritis dan sangat
tegang buru2 ia memberi hormat kepada Cie Kim,
katanya : "Kalau memang peristiwa berdarah itu terjadi pada
tiga hari berselang, itu berarti persoalan tersebut sama
sekali tiada sangkut pautnya dengan diriku sebab baru
pagi tadi boanpwee menyebrangi sungai Huang-Hoo. Cie
Cienpwee ! urusan ini mempunyai sangkut paut yang
besar dengan ketenteraman Bu-lim, kami dari pihak
perkumpulan Sin Kie-Pang tidak ingin melibatkan diri
didalam kancah air keruh itu, maaf kalau boanpwee akan
mohon diri terlebih dahulu!"
Habis berkata ia segera putar badan dan berjalan
menuju kearah perahu perkumpulannya.
"Tunggu sebentar " hardik Pat-Pit Sioe Loo Cie Kim
dengan suara keras, tangannya bergerak dan segera
mengirim satu cengkeraman kearah depan.
Sejak tadi si Coe-kat beracun Yauw Soet sudah bersiap
siaga menghadapi serangan orang ini, melihat
dilancarkannya serangan sang badan segera meloncat
kedepan menghadang jalannya serangan tersebut.
Seraya menjura dan tertawa lantang,"Sang Tang kee,
harap didengarkan dulu".
Seraya berkata sepasang tangannya yang sedang
menjura segera didorong kemuka menghantam dada Cie
Kim. Dalam keadaan begini seandainya Pat Pit Soen Loo Cie
Kim tidak menarik kembali tangannya yang hendak
mengancam tangan Pek Koen Gie, niscaya lengan
kanannya bakal terhajar patah.
Malaikat berlengan delapan Cie Kim bukanlah lampu
lantera yang kekurangan minyak, terdengar ia
mendengus dingin, tangan kanannya segera ditarik
kembali kemudian dengan sikap menjura ia tembus
sepasang tangan Coe kat beracun Yauw Sect yang
sedang meluncur datang.
Diantara bergelombangnya ujung jubah yang lebar,
segulung hawa pukulan berhawa lm yang lunak tanpa
menimbulkan sedikit suarapun segera menerjang kearah
tubuh Pek Koen Gie.
Diam2 Coe kat beracun Yauw Soet merasa
terperanjat, tapi diluaran ia berlagak se-olah2 tak pernah
terjadi sesuatu urusan apapun, dengan langkah yang
enteng dan seenaknya ia mundur setengah langkah
kabelakang, sepasang lengan ditarik kembali dan
menggunakan kesempatan dikala segulung angin
serangan menyapu tiba itulah ia segera menahadang
dibelakang tubuh Pek Koen Gie.
Sementara itu putri kesayangan dari Pek Siauw Thian
pangcu perkumpulan Sin Kie Pang itu sedang berjalan
satu tindak kedepan, dua gulung tenaga pukulan yang
maha dahsyat telah saling bertumbukan dibelakang
tubuhnya. "Blaaaam" ditengah ledakan keras, desiran angin
tajam menyambar keempat penjuru membuat tubuhnya
bergetar keras dan maju dengan sempoyongan kemuka.
Dalam waktu singkat.... Sreeet ! Sreeet !
Sreeeet ! para anggota perkumpulan Sin Kie Pang
yang berada diatas ketiga buah perahu itu bagaikan
jangkrik2 segera berloncatan naik keatas darat, sekeliling
tubuh Pek Koen Gie dengan cepat telah terlindung
dibawah kurungan jago2 lihaynya.
"Haah . . . haah . . haaah . . . nama besar Coe-kat
Cay-siang ternyata bukan nama kosong belaka"
terdengar Giok Theng Hujien berseru sambil tertawa
riang. "Bukan saja ilmu silatnya sangat lihay, bahkan anak
buahnyapun sama2 cekatan semua. inilah yang
dikatakan orang kuno sebagai dibawah asuhan panglima
kenamaan tiada prajurit yang lemah, anggota sekte
agama Thong Thian Kauw tak terdapat anak murid yang
cekatan dan gesit seperti kalian ".
Sementara itu kegusaran yang berkobar dalam dada
Pat-Pit Sioe-Loo Cie Kim belum sirap, sehabis mendengar
ucapan itu bagaikan minyak yang kena api hawa
amarahnya semakin berkobar hebat. mendadak ia
berpaling kearah para anggota perkumpulan Hong Im
Hwie yang berkumpul disitu, lalu bentaknya :
"Sebelum digeladah dengan teliti siapapun dilarang
naik keatas perahu, barang siapa yang berani
membangkang segera bunuh, kalau sampai ada satu
orang saja yang berhasil lobos, kalian semua harus
bunuh diri untuk menebus dosa itu !".
Terdengar seluruh anak buah Hong Im Hwie berseru
mengiakan, kemudian tampaklah bayangan manusia
saling berkelebat, dalam waktu singkat jalan mundur Pek
Koen Gie telah terputus, suasana jadi tegang dan kedua
belah pihak sama2 mempersiapkan diri untuk
melangsungkan suatu pertarungan sengit.
Coe kat beracun Yauw Soet berotak tajam dan banyak
akal. meski ia merasa suasana meruncing dan setiap saat
kemungkinan besar bisa terjadi pertempuran sengit,
tetapi sikapnya masih tetap tenang2 saja seakan2 tidak
pernah terjadi suatu kejadian apapun, pikirnya.
"Siluman rise itu sengaja memancing kobarnya api
pertempuran diantara dua perkumpulan. Hmm! dia
pingin perkumpulan Sin Kie Pang saling bertarung
dengan perkumpulan Hong Im Hwie bagaikan burung
bangau yang berebut makanan, sedangkan sekte agama
Thong Thian Kauw hanya tinggal menanti hasilnya
bagaikan nelayan mujur. dianggapnya urusan bisa
berlangsung begitu gampang?"
Berpikir demikian ia lantas berpaling kearah Pek Koen
Gie sambil tegurnya:
"Tit li. apakah kau terluka?".
Dari lirikan matanya yang tajam Pek Koen Gie dapat
mengetahui bahwa sanya Si Coe Kat beracun Yauw Soet
sedang bertanya kepada dirinya apakah "Pedang emas"
itu berhasil didapatkan, ia pun segeta gelengkan
kepalanya tanda belum mendapatkannya, tetapi
berhubung "Tetatai Racun empedu Api" berada disaku
Kok See Piauw maka sinar matanya melirik sekejap
kearah sianak muda itu. Jawabnya.
"Terima kasih atas perhatian paman, untung Tit li
tidak sampai menderita !"
Si Coe kat beracun Yanw Soet sendiri ketika melihat
dara itu gelengkan kepalanya lalu melirik sekejap kearah
Kok See Piauw, dalam hatinya segera timbul perasaan
ragu dan sangsi, pikirnya.
"Apa artinya sikap itu?" apakah Pedang emas itu
sudah didapatkan tapi telah diambil oleh Kok See
Piauw?" Karena belum tahu dnduk perkara yang sebetulnya,
untuk beberapa saat lamanya ia tak berani mengambil
keputusan ataupun merencanakun siasat, maka dari itu
sembari tertawa terbahak-bahak katanya:
"Kok hian tit, mari aku perkenalkan dirimu kepada
orang ini",.
Samil menuding kearah Cie Kim sambungnya:
"Saudara ini adalah Sam Tang kee diapun merupakan
salah seorang sahabat karib suhumu. Hian tit, ayoh cepat
maju mengunjuk hormat kepada Sam Tang kee"
Dengan tangan kiri mengempit tubuh Hong Po Seng,
Kok See Piauw maju melangkah kedepan lalu berkata:
"Cayhe Kok See Piauw anak murid perguruan Boe
Liang Bun, menghunjuk hormat buat Sam Tang kee"
Dengan pandangan mata yang tajam "Pat Pit Sioe
Loo" malaikat berlengan delapan Cie Kim menyapu
seluruh tubuh Kok See Piauw dari atas hingga kebawab,
lalu ejeknya: "Kok See heng, rupanya kau sudah menggabungkan
diri menjadi anggota perkumpulan Sin Kie Pang?"".
"Hmm!"dari nada ucapan Cie Kim barusan, Kok See
Piauw rupanya dapat menangkap arti sindiran tersebut,
hawa pitam kontan memuncak keatas kepala, dengan
dingin ia mendengus.
"Cayhe selamanya malang melintang seorang diri,
belum pernah aku menjadi anggota sebuah Kauw atau
sebuah Pang."'
Habis berkata ia putar badan dan berlalu dengan sikap
angkuh. Selama hidupnya ia selalu bersikap jumawa dan tinggi
hati, kecuali terpikat oleh kecantikan Pek Koen Gie
sehingga rela takluk dibawah gaunnya dan
mendengarkan perintahnya, terhadap orang lain ia tak
pernah bersikap ramah ataupun besikap mengalah
sepatah dua patah kata tidak cocok pertempuran sengit
segera akan terjadi.
Dengan pandangan tajam Pat Pit Sioe loo Cie Kim
mengawasi bayangan punggung pemuda itu sambil
tertawa dingin, belum sampai satu tombak Kok See
Piauw berlalu mendadak dari balik semak meloncat
keluar seseorang sambil membentak keras:
"Kembali ketempat asalmu."
Sambil membentak orang itu segera melancarkan
sebuah babatan maut kedepan.
Kok See Piauw tentu saja tak mau mengalah dengan
begitu saja, melihat datangnya ancaman ia segera
ayunkan tangannya pula menyambut datangnya
serangan itu dengan keras lawan keras.
"Blamm...! terdengar suara bentrokan nyaring
berkumandang diangkasa, ditengah ledakan keras itu
masing2 pihak sama2 tergetar mundur tiga langkah, hal
ini menunjukkan bahwa kekuatan mereka berdua adalah
seimbang. Terdengar Pat-Pit Sioe-Loo Cie Kim tertawa dingin
"Kok See Piauw " jengeknya. " Andaikata aku orang
she-Cie harus turun tangan sendiri, maka orang akan
menganggap aku menganiaya orang muda. dan kini kau
tentu bisa sedikit tenang bukan ! ".
Kok See Piauw yang harus mengepit tubuh Hong-po
Seng dibawah ketiak dan menyambut serangan tadi
dengan hanya menggunakan tangan sebelah saja tidak
Sempat mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimiliki, setelah mendengar ucapan tersebut ia segera
mendongak dan memperhatikan orang yang turun
tangan menghalangi dirinya barusan.
Segera terlihatlah orang itu adalah seorang pemuda
berpakaian ringkas yang berusia dua puluh tahunan. bisa
dibayangkan betapa..mangkel dan jengkelnya perasaan
anak murid Boe-Liang Sin-Koen ini, tangannya
segera diayun melemparkan Hong-po Seng kesamping
kemudian dengan langkah lebar berjalan mendekati
pemuda berpakaian ringkas.
Hong Po Seng yang dilemparkan kesisi jalan segera
bergelindingan kesamping, mendadak ia menjejakkan
kakinya keatas tanah dan meloncat bangun.
Orang yang hadir ditengah kalangan dewasa ini
sebagian besar adalah para jago lihay dari dunia
persilatan, mereka semua telah mengetahui bahwa jalan
darah Hong Po Seng adalah tertotok tetapi setelah
menyaksikan sianak muda itu mendadak meloncat
bangun, tanpa terasa semua orang jadi tertegun
dibuatnya. Kok See Piauw sendiripun segera merasakan keadaan
sedikit tidak beres, dengan cepat ia menghentikan
langkahnya dan berpaling.
Terdengar si Coe kat beracun Yauw Soet tertawa
enteng serunya.
"Bangsat keparat, ternyata kau memiliki banyak ragam
ilmu setan!"
Tanpa diketahui segera tubuh apakah yang telah
digunakan. tahu2 ia sudah menyusup kebelakang
punggung Hong Po Sung dan menempelkan telapak
diatas punggungnya.
Deagan pandangan tajam bagaikan pisau Pat Pit Sioe
Loo Cie Kim menyapu sekejap wajah Hong Po Seng,
mendadak kepada Kok See Piauw serunya:
"Saudara saudara dari Perkumpulan Hong lm Hwie
memang mempunyai hubungan persahabatan yang erat
dengan Boe Liang Sin Koen. seandainya berada di-hari2
biasa aku orang she-Cie tidak nanti akan menyusahkan
dirimu, tetapi situasi pada hari ini jauh berbeda,
berhubung kejadiannya luar biasa maka mau tak mau
terpaksa kita musti menyalahi gurumu"
"Enak betul ucapan dari Sam Tang-kee" jengek Kok
See Piauw ketus. " Pertama cayhe tidak membunuh
orang. kedua, akupun tidak mencuri barang mustika milik
kalian; barang siapa berani menahan ataupun
menghalangi jatan pergiku, cayhe nomor satu yang
merasa tidak puas dan tak mau takluk"
Mendadak terdengar Giok Theng Hujien tertawa
nyaring lalu timbrungnya dari samping.
"Anak murid pergiruan dari Boe-Liang Sin Koen
biasanya bilang satu tidak akan jadi dua, Sam Tang kee
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau sebagai seorang Cian pwee lebih baik berilah satu
jalan keluar baginya"
Entah sedari kapan ia telah kembali ke tempat duduk
kebesarannya, sambil menonton ketegangan yang
mencekam ditepi pantai, senyum masih selalu menghiasi
bibirnya. sikap yang enteng dan ringan menujukkan
betapa senangnya hati perempuan itu.
Pada saat itulah seorang kakek berbaju hijau berjalan
menghampiri Cie Kim lalu membisikkan sesuatu kesisi
telinganya. Selesai mendengar bisikan dengan sorot mata tajam
Pat Pit Sioe Loo Cie Kim menatap wajah Hong Po Seng
tajam2 tegurnya:
"Yauw hong, apakah pemuda itu adalah anak buah
dari perkumpulan Sin Kie Pang kalian?"".
"Haah...haah...orang ini meskipun usianya masih
muda tetapi akal liciknya sangat banyak, ia pernah
masuk menjadi anggota perkumpulan kami kemudian
berkhianat dan melarikan diri. Kegagalan anak murid Boe
Liang Sin Koen didalam melakukan tuntutan balasnya
dikota Keng Chiu pun sebagai besar disebabkan keparat
cilik ini".
"Hmm! beberapa hari berselang, ada orang pernah
menjumpai pemuda itu melakukan perjalanan disekitar
Tay Goan, karena itu siauw te ada suatu pemintaan yang
mungkin tidak pantas diucapkan keluar".
"Haaah.., haaah,.. haaah... Sam Tang kee, kalau ada
perkataan, silahkan diutarakan keluar, masa terhadap
teman karib banyak tahunpun kau besikap sungkan
sungkan" "Pat Pit Sioe Loo "Malaikat berlengan delapan Cie Kim
tertawa dingin.
"Heeh.. heeeh kalau memang begitu, tolong Yauw
heng suka serahkan orang itu kepada aku orang she Cie,
aku hendak menanyakan beberapa persoalan
kepadanya"
"Rahasia yang diketahui keparat cilik ini terlalu
banyak" diam diam Coe kat beracun Yauw Soet berpikir,
"Membiarkan ia tetap hidup dikolong langit
bagaimanapun juga merupakan suatu bibit bencana yang
sangat berbahaya, lebih baik aku lenyapkan dirinya saja
dari muka bumi, daripada dikemudian hari merepotkan
sendirl" Ia dijuluki "Si Cioe kat beracun", kekejamn hatinya
sudah amat tersohor dikolong tangit, Kini setelah
menduga bahwa "Padang emas" telah terjatuh ketangan
Kok See Piauw maka timbullah pikiran bahwa Hong po
Seng sudah tak berguna bagi mereka.
Karena tetapak tangannya yang menempel diatas
pinggang sianak muda itu perlahan lantas didorong
kedepan, ujarnya sambil tertawa:
"Sam tong kee ada petanyaan hendak diajukan
kepadamu kesanalah untuk menjawab! Tapi..Sam Tong
Kee! kau musti hati2, takutnya kalau ia tak bisa
menguasai diri sehingga sepatah2 katapun tak sanggup
diutarakan keluar"
Hong Po Seng sama sekali tidak merasakan suatu
perubahan yang dirasakan aneh, sambil melangkah maju
kedepan tindak depan katanya:
"Cie Tong kee, kau ada persoalan apa yang hendak
ditanyakan kepadaku, silahkan diutarakan keluar"
Pat Pit Sine Lon Cie Kim tidak langsung buka suara,
dalam hati pikirnya:
"Kalau dikatakan Jien Bong menemui ajalnya ditangan
keparat cilik yang hitam lagi kurus ini, aku merasa
sedikitpun rada kurang percaya, kalau memang
perempuan yang jejaknya amat misterius itu bukanlah
budak sialan she Pek lalu siapakah dia?"
Berpikir demikian, ia lantas bertanya:
"Apa she-mu" dan siapa namamu?" kau belajar
kepandaian dari siapa ?""
"Cayhe bernama Hong-po...Aduuh ...".
Mendadak ia menjerit kesakitan lalu roboh terjengkang
keatas tanah. Simalaikat berlengan delapan Cie Kim adalah seorang
jago kawakan, menghadapi perubahan secara mendadak
ini reaksinya cukup cekatan. dengan cepat ia tangkap
pergelangan tangan Hong-po Seng kemudian salurkan
hawa murninya menembusi urat diatas pergelangan.
Kejadian ini berlangsung diluar dugaan siapapun juga,
semua orang yang hadir ditengah kalangan dewasa itu
sama2 terperanjat dibuatnye
Air muka Pek Koen Gie berubah hebat, kepada Coe-kat
berancun Yauw Soet ia melirik sekejap kearahnya,
diantara sorot matanya yang tajam secara lapat2
terkandung hawa amarah yang bergelora.
Sebaliknya Kok See Piauw berdiri tertegun air
mukaaya berubah tidak menentu. Sedang kan Giok
Theng Hujien yang duduk diatas perahu justru malah
amat gembira setelah menyaksikan kejadian itu sebab ia
memang berkeinginan demikan, sambil membelai mahluk
aneh berbulu Salju ia tersenyum dan membungkamkan
diri. Pat Pit Sioe Loo Cie Kim dengan air muka berubah jadi
hijau membesi menatap wajah Yauw Soet tajam tajam.
"Hmmemm, kalau kau sanggup menolong orang itu
sehingga lolos dari kematin, aku Yauw Soet tidak akan
disebut Coe kat beracun lagi..."pikir Si Coe kat beracun
Yauw Soet didalam hati,
Ia segera tertawa lantang dan berkata:
"Haah..haaah...haaah.,.. Sam Tong kee. kau keliru,
orang itu sudah diberi hadiah jarum sakti Sun Hoen Sin
Ciam oleh pangcu kami, besok pagi daya kerja racun keji
itu akan mulai bereaksi, entah apa sebabnya ternyata
kerja racun itu mulai menunjukkan tanda2-nya mulai
sekarang ...haah...haaah." aku orang She Yauw sih tidak
mempunyai kepandaian selihay itu"
Diam diam simalaikat berlengan delapan Cie Kim
dibuat terperanjat juga setelah mendengar ucapan itu,
pikirnya: "Kalau ia benar2 terkena jarum beracun Soe Hoen Tok
Ciam dari Pek Loo jie, jelas selembar jiwanya sukar
diselamatkan lagi!".
Berpikir sampai disitu dengan sorot mata yang tajam
ia segera berpaling kearah Pek Koen Gie,
"Aku tidak memiiiki obat penawarnya" jawab dara she
Pek itu dengan wajah ketus dan suara hambar.
Mendadak terdengar Giok Theng Hujien tertawa dan
menimbrung kembali dari atas perahunya:
"Pek kongcu betul-betul orang yang lihay.. sampai
waktunyapun bisa dihitung dengan demikian tepatnya"
"Ha..hah...Hujien, bukankah kau sangat lihay dan
memiliki kepandaian ampuh ?" seru si Coe kat beracun
Yauw Soet sambil tertawa nyaring." Apa salahnya kalau
kau unjukkan kesaktianmu untuk menyelamatkan
selembar jiwa dari Hong Po Seng?"
Giok Theng Hujien tersenyurrn.
"Aku sih memang memiliki sebatang Leng ci berusia
seribu tahun; tapi sayang benda mustika itu tidak sempat
kubawa dalam kunjunganku kali ini kalau tidak, untuk
menolong selembar jiwanya aku rasa bukan satu
persoalan yang sulit"
Disaat semua orang sedang saling menimbrung itulah
mendadak terdengar Hong po Seng merintih lalu berbisik
lirih: "Hie Sim.. Hie Lek.. Hie Pi..."
Mendengar disebutkannya nama2 jalan darah penting
itu semua orang sama-sama dibikin terkesiap.
si Malaikat berlengan delapan Cie Kim karena takut
Yauw Soet turun tangan kembali untuk melenyapkan
sianak muda itu dari muka bumi, badannya segera
bergerak cepat dan membawa tubuh Hong Po Seng
melayang mundur beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula, tangan kanannya bergerak berulang kali. dalam
sekejap mata seluruh jalan darah "Tok Meh" yang
disebutkan tadi sudah tertotok semua.
Segulung angin berbau harum menghembus lewat
Giok Theng Hujien sambil membopong makhluk aneh
berbulu saljunya melayang naik keatas daratan, kepada
Coe kat beracun Yauw Soet ia tersenyum dan berseru:
"Betulkah orang itu bernama Hong-Po Seng ?" banyak
amat kepandaian aneh yang ia miliki !"
Kiranya Hoa Hujien terlalu sayang terhadap putranya
ini, karena itu selama sepuluh tahun menyembuyikan diri
dari kejaran musuh2 besarnya ia telah wariskan segenap
kepandaian untuk menjaga serta melindungi dirinya
kepada sang putra.
Tapi sayang jarum beracun Soh Hoen Tok Ciam terlalu
lihay, ditambah pula serangan keji dari Yauw Soet
dilancarkan tanpa bekas dan tanpa terasa oleh karena ia
itu meski Hong-po Seng sudah kerahkan segenap
kemampuan yang dimilikinya ia hanya bisa
memperlambat datangnya kematian belaka, untuk
melanjutkan hidup masih terlalu sulit baginya.
Dalam pada itu suasana ditengah kalangan telah
berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun, semua pandangan mata sama2 ditujukan
keatas tubuh Hong Po Seng.
Si Coe-kat beracun Yauw Soet sendiri walaupun ada
maksud hendak mencabut jiwa Hong-po Seng, tapi pada
saat ini diapun berkeinginan agar pemuda itu bisa sadar
kembali hingga dapat dilihat apa yang akan
dilakukannya. Lama....lama sekali... ditengah kesunyian yang
mencekam seluruh jagat perlahan lahan Hong po Seng
membuka matanya kembali, lengannya ber-gerak2
seperti sedang berusaha untuk melepaskan diri dari
cekalan Cie Kim.
Terhadap pemuda kurus hitam yang berada
dihadapannya ini simalaikat berlengan delapan Cie Kim
mempunyai pandangan yang aneh, ia segera
mengendorkan cekalannya sambil bertanya:
"Hong po Seng apakah kau masih sanggup untuk
mempertahankan diri ?""
Hong po Seng mengangguk.
"Apakah kau ingin mengetahui jejak tentang "Pedang
emas" dan menuntut balas bagi kematian Jien Bong ?"
Ucapan ini begitu diutarakah keluar, sekujur tubuh
simalaikat berlengan delapan Cie Kim bergetar keras,
dengan cepat mengangguk.
"Tentu saja "
"Baik! aku akan memberi petunjuk satu jalan terang
bagimu" ia merandek sejenak, setelah mengatur
napasnya yang tersengkal sambungnya kembali.
"Paling banter aku hanya bisa hidup setengah jam
lagi, apa yang bisa kuucapkan tidak selalu banyak tapi
kau harus membinasakan aku maka dengan sendirinya,
aku tidak ingin menemui ajalku ditangan orang lain".
"Aku orang she Cie menyanggupi permintaanmu itu"
sahut malaikat berlengan delapan Cie Kim dengan
tegas."Barang siapa berani turun tangan melukai dirimu,
aku orang she Cie meskipun harus berjuang hingga
darah berceceran tidak nanti akan membiarkan orang itu
tinggalkan tempat ini dalam keadaan selamat"
"Jien Tong kee dari perkumpulan kalian apakah malam
ini bisa tiba disini?"
Pat Pit Sioe Loo Cie Kim tertegun.
"Lima propinsi yang terletak dalam wilayah Hoo pak
sudah tertutup semua bagi lalu lintas, Tong kee kami
harus melakukan inspeksi disemua daerah, mungkin
besok malam ia baru akan tiba ditempat ini"
Hong Po Deng mengangguk, sambil menjura katanya:
"Sam Tong kee harap tunggu sejenak, cayhe ada
sedikit urusan yang hendak kuselesaikan dahulu"
Suasana ditengah kalangan kembali dicekam dalam
kesunyian, segulung angin malam berhembus lewat
membuat para jago kalangan Hek to yang membunuh
orang tanpa berkedip itu secara tiba2 merasa hatinya
jadi bergidik, banyak diantara mereka yang merinding
dibuatnya. 00000000o 12 PERLAHAN2 Hong Po Seng memutar tubuhnya,
mendadak kepada Pek Koen Gie ia berseru:
"Nona Pek diantara kita bukankah pernah
membicarakan tentang sesuatu ?".
"Membicatakan soal apa?""tanya Pek Keen Gie
tertegun. Hong Po Sang tertawa hambar.
"Aku berlutut dihadapanmu dan masuk menjadi
anggota perkumpulan Sin Kie Pang kalian. kemudian kau
sekali tabok menggampar mulutku sehingga tiga buah
gigiku copot. apakah kau telah melupakannya?"
Air muka Pek Koen Gie kontan berubah jadi merah
jengah, ia segera berpaling dan serunya kepada Oh Sam
"Lepaskan beberapa orang itu."
Oh Sam serta pria berbaju hitam itu segera
mengiakan. buru2 mereka melepaskan Tong si Sam
Hauw serta Chin Wan Hong dari cekalan dan
membebaskan jalan darah mereka berempat.
Ketika jalan darahnya masih tertotok tadi, keempat
orang itu merasa banyak persoalan hendak diutarakan,
tapi sekarang setelah berada didekat pemuda itu mereka
semua malah berdiri menjublak tanpa sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Melihat wajah keempat orang itu Hong Po Seng
menghela papas panjang:
,Aaai..! kekuatan kalian berempat terlalu lemah, lebih
baik janganlah berkelana lagi didalam dunia persilatan"
Setelah rnerandek sejenak untuk mengatur napas
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ujarnya kembali.
"Setelah aku mati nanti, para enghiong dari Sin Kie
Pang meski tidak punya malu menyusahkan kalian lagi,
lebih baik kalian pulanglah kekampung desa kelahiran
kalian masing2!".
"Kongcu..."terdengar Chin Wan Hong berseru sambil
menahan isak tangis ditenggorokan.
Hong Po Seng tersenyum.
"Aku tidak lebih hanya berangkat satu langkah lebih
duluan. tiada sesuatu yang terlalu luar biasa, nona Chinkau
tak usah bersedih hati"
Bicara sampai disitu ia lantas berpaling dan
menambahkan: "Sam Tong kee. ilmu silat yang dimiliki empat orang
ini sangat cetek lagi pula mereka tidak tersangkut dalam
peristiwa yang terjadi dalam perkampungan Liok Soat
San cung. cayhe berharap agar Sam Tong kee bisa
berbuat bijaksana terhadap mereka berempat "
Suasana yang penuh diliputi kesedihan serta
kepedihan memenuhi seluruh kalangan saat itu, semua
orang ikut merasa beriba hati menyaksikan kejadian
tersebut. Simalaikat berlengan delapan Cie Kim segera
anggukkan kepalanya.
"Baiklah!" dia menyanggupi. "Seandainya keempat
orang itu ada maksud untuk berdiam disini, maka orang2
dari perkumpulan Hong Im Hwie tidak akan mengganggu
atau mencelakai mereka ".
"Semoga Sam Tong kee bisa pegang janji, cayhe disini
banyak ucapkan terima kasih terlebih dulu" kata Hong po
Seng, sambil sagera menjura member hormat, sinar
matanya perlahan lahan dialihkan keatas wajah Kok See
Piauw, dan serunya:
"Sahabat Kok, bawa kemari!".
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua sinar
mata segera dialihkan kearah kok See Piauw.
Mendengar teguran itu anak murid dari Boe Liang Sin
koen ini nampak terperanjat, sinar matanya dengan
cepat melirik sekejap kearah Pek Koen Gie yang berada
dihadapannya. Terdengar si Coe-kat beracun Yauw Soet
tertawa keras, lalu menegur:
"Hey Hong po Seng, apa yang kau inginkan?"
Si Malaikat berlengan delapan Cie kim pun ikut maju
kedepan, sambil melototi wajah Kok See Piauw dengan
sorot mata tajam ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Kenapa" apakah kau hendak paksa aku untuk turun
tangan" ".
"Sam Tong kee, harap jangan gusar dulu, cayhe ada
alasan untuk memaksanya agar menyerahkan diri" kata
Hong po song sambil ulapkan tangannya, sinar matapun
segera dialihkan kearah Kok See Piauw ujarnya.
"Sahabat Kok. apabiia kau tidak mau serahkan kembali
Teratai Racun Empedu Api itu kepadaku, maka Jien
Sauw-ya akan kuanggap sebagai mati ditanganmu!"
Malaikat berlengan delapan Cie Kim adalah salah
seorang anggota yang ikut mendirikan perkumpulan
Hong Im Hwie, separuh hidupnya boleh dibilang
berkecimpungan didalam dunia persilatan, tetapi saat ini
ia dibuat keder juga oleh kegagahan Hong Po Seng yang
tidak jeri menghadapi kematian, kebengisan serta
kebuasannya di hari2 biasa saat ini tak sanggup
diperlihatkan. Ia segera mundur satu langkah kebelakang dan
dengan tenang menyaksikan Hong Po Seng
menyelesaikan masalah tersebut,
Sebaliknya si Coe kat beracun Yauw Soet sendiri,
sehabis mendengar bahwa benda yang digembol Kok See
Piauw bukanlah "Pedang Emas" dia pun tidak ikut banyak
berbicara lagi.
Mendadak terdengar Pek Koen Gie berkata hambar.
"Kok heng.,serahkan Teratai Racun kepadanya!"
Kok See piauw tertawa kering,, ia ambil keluar teratai
racun empedu api itu dari sakunya dan melemparkannya
kedepan. Setelah menerima kembali teratai racun itu. Hong po
Seng mengatur napasnya yang tersengkal sengkal
sedang dalam hati pikirnya:
"Ibu memerintahkan aku bertukar nama untuk
menghindari marabahaya yang mungkin akan
mengancam diriku setiap saat, siapa tahu Thian telah
berkehendak demikian Aaaai...! ini hari urusan telah
berlangsung jadi begini dan aku telah berada diambang
kematian. kalau memang harus mati, aku harus mati
dalam keadaan yang tenang dan terbuka!"
Sesudah mengambil keputusan didalam hati. ia segera
angkat kepalanya. dengan sorot matanya yang tajam ia
sapu semua wajah orang dan akhirnya berhenti diatas
wajah Cie Kim. ujarnya dengan nada serius:
"Sam Tong Kee, cayhe she Hoa bernama Hoa Thian
Hong. aku tidak bernama Hong po Seng. Perkampungan
Liok Soat san cung adalah harta peninggalan milik
keluargaku, sedang teratai racun empedu api merupakan
mustika milik keluarga Hoa kami. dan ini hari aku Hoa
Thian Hong telah mengambil kembali barang milik
keluargaku, rasanya orang tidak akan menganggap
bahwa aku telah melakukan pencurian didalam
perkampungan Liok-Soat San-cung bukan ?"
Semua orang terkejut dan tercengang sehabis
mendengar ucapan ini. Haruslah diketahui pada sepuluh
tahun berselang nama besar Hoa Goan Sioe amat
tersohor dikolong langit, setiap jago kalangan Pek-to
sama2 menaruh hormat kepadanya, jago2 kalangan Hekto
tunduk kepadanya. ia bagaikan sang surya ditengah
hari.. Dan yang ia tinggalkan dalam dunia adalah
tegaknya kebenaran di dunia serta ilmu silat yang maha
dahsyat. Sepuluh tahun kemudian, ternyata keturunan dari Hoa
Goan Sioe, telah muncul kembali didalam dunia
persilatan, tentu saja semua orang jadi terkejut dan
tercengang dibuatnya.
Keheningan mencekam seluruh kalangan untuk
beberapa saat tamanya, tiba2 terdengar si Harimau
Pelarian Tiong Liauw berteriak keras.
"Kongcu-ya. kiranya kau adalah Sauw-ya dari Hoa
tayhiap, dimanakah Hoa hujien?"
Dalam hati diam diam Hoa Thian Hong merasa sedih,
tapi diluaran ia paksakan diri untuk tersenyum, sahutnya.
"Ibuku telah mengasingkan diri ditengah pegunungan
yang sunyi, sedari dulu beliau sudah tak berminat untuk
mencamputi urusan keduniawian lagi.."
Sedangkan Chin Wan Hong dengan air mata
bercucuran segera berseru memanggil:
"Hoa. kongcu...".
Hoa Thian Hong tersenyum.
"Aaaaii nona. ayahku almarhum pun bisa mati, kenapa
cayhe tak bisa mati pula?"".
Si Coe kat beracun Yauw Soet sendiri diam2 merasa
terperanjat, ia merasa perhitungannya yang selalu jitu
ternyata kali ini meleset sama sekali ia tak pernah
berpikir sampai kesitu. hal ini membuat hatinya jadi
sangsi dan ragu, ia tak tahu tindakan yang telah
dilakukan ini sebenarnya benar atau tidak.
Sedangkan si malaikat berlengan delapan Cie Kim
serta Giok Theng Hujien diam diam merasa girang hati,
mereka meaduga bahwa ibu Hoan Thian Hong pasti akan
munculkan diri kembali didalam dunia parsilatan untuk
membalaskan dendam bagi kematian putranya, dus
berarti perkumpulan Sin Kie Pang telah mengundang
satu bencana besar bagi mereka.
Pek Koen Gie dan Kok See Piauw sekalian kecuali
merasa terkejut bercampur tercengang mereka tidak
sempat berpikir lebih jauh. Mendadak terdengar Hoa
Thian Hong berkata kembali.
"Sam Tong kee aku akan menceritakan kisah yang
sebenarnya mengenai kematian dari Jien Bong. cuma.
saja dibalik kisah tersebut masih tercekam pula oleh
beberapa teka teki. tetapi asal kau sampaikan kepada
Jien Tong kee dan dipikirkan dengan seksama, rasanya
tidak sulit untuk menemukan jawabannya"
"Hoa kongcu, silahkan katakan saja. aku orang she Cie
akan mandengarkannya dengan seksama" sahut malaikat
berlengan delapan Cie Kim dengan wajah serius.
Persoalan ini mempunyai sangkut paut yang amat
besar atas ketenteraman dunia persilatan, penyelesaian
yang tidak benar bisa mengakibatkan terjadinya
pertarungan sengit antara perkumpulan Sin Kie Pang,
Hong Im Hwie serta perkumpulan Thong Thian Kauw.
Mayat yang sudah bergelimpangan dimana2, darah yang
berceceran bagaikan air selokan sudah bisa dibayangkan
pasti akan terjadi.
Oleb sebab itu semua orang yang hadir di tengah
kalangan sama2 pasang telinga dan pusatkan
perhatiannya untuk mendengarkan perkataan pemuda
itu. Hoa Thian Hong sendiri diam2 pun berpikir dalam
hatinya. "Seandainya aku menambah-nambahi kisah yang
sebenarnya dengan cerita bohong mungkin pernyataanku
malah akan disangsikan orang dan memancing
ditingkatkannya kewaspadaan mereka terhadap masing2
pihak. Bagaimanapun juga peristiwa berdarah ini kalau
bukan hasil karya dari Thong Thian Kauw pastilah
perbuatan dari Sin Kie Pang, lebih baik aku mengatakan
seadanya saja agar mereka menyesali sendiri persoalan
itu !". Berpikir demikian, dengan wajah serius ia lantas
berkata. "Didalam perjalananku pulang kedalam perkampungan
untuk mengambil teratai racun Empedu Api, secara
kebetulan aku telah memergoki pertemuan rahasia yang
ditakukan Jien Bong dengan seorang perempuan
berkerudung hitam, suatu ketika tempat persembunyian
ketahuan maka cayhe dipaksa untuk turun tangan
bergebrak melawan Jien Bong: Tatkala cayhe sedang
bertarung mengadu tenaga lwekang dengan Jien Bong
itulah gadis tadi bukannya membantu dia sebaliknya
malah mencabut pisau belatinya dan menusuk punggung
Jien Bong."
"Setelah peristiwa itu cayhe sambil melarikan diri
bertempur tiada hentinya dengan gadis tadi, sampai
keesokan harinya kita baru saling berpisah.
Sedangkan mengenai persoalan "Pedang emas" cayhe
sama sekali tidak tahu menahu".
Mendadak terdengar si Coe kat Beracun Yauw Soet
menimbrung: ,,Terang2an kau tahu kalaub "Pedang emas" itu sudah
terjatuh ketangan Jien Tong kee. kenapa pada waktu
itu.." Mertabat serta kedudukan Hoa Goan Sioe didalam
dunia persilatan sangat tinggi dan terhormat, hal ini tak
dapat memaksa dia untuk menaruh curiga kepada Hoa
Thian Hong bahwa sanya ia sedang berbohong, kata2
yang sudah meluncur keluar dari tenggorokannya segera
ditelan kembali mentah2.... Hoa Thian Hong mengerti
apa yang ingin ia katakan. sambil melirik sekejap kearah
Cie Kim ujarnya hambar:
"Cayhe belum pernah menyaksikan " Pedang emas"
tersebut, percaya atau tidak terserah pada kebijaksanaan
Sam Tong-kee !"
"Aku orang she Cie percaya akan perkataanmu ini" ia
merandek sejenak, lalu tanyanya lagi:
"Hoa Kongcu, dari mana kau tabu kalau "Pedang emas
" itu telah terjatuh ketangan Jien Tong-kee dari
perkumpulan kami ?"".
"Oooh, soal ini ?" pemilik dari "Pedang emas" tersebut
dewasa ini masih dipenjarakan didalam perkumpulan Sin
Kie Pang, aku tahu akan persoalan ini karena dia yang
mengatakannya sendiri kepada cayhe!"
"Haaah..haaah.haaah.. bagus ! bagus sekali"
Timbrung Giok Theng Hujien secara tiba2 sambil tertawa.
"Pek Pang cu benar2 lihay dan punya kepandaian luar
biasa. aku masih mengira Cioe It Bong telah berhasil
memecahkan rahasia "Pedang emas' itu dan
bersembunyi ditengah pegunungan yang sunyi untuk
berlatih silat, rupanya ia sudah terjatuh ketangan Pek
pangcu dan sampai sekarang masih menjadi tamu
terhormat didalam penjaranya ! "
Gelak tertawa serta sindirannya benar-benar
mempunyai ciri khas tertentu, begitu buka suara cukup
membuat orang dari perkumpulan Sin Kie Pang jadi
jengah dan riku.
Sajak tadi Pek Koen Gie sudah mangkel dan
mendongkol sekali, tetapi diapun tahu kalau perempuan
tersebut merupakan seorang manusia yang paling
menakutkan, setelah sabar dia harus sabar terus hingga
akhirnya ia tak tahan dan melotot kearahnya dengan
sinar mata berapi-api.
Si Coe kat beracun Yauw Soet cepat mengikuti
perubahan air muka Pek Koen Gie dengan sangat jelas,
melihat ia mulai gusar dan takut dara itu mengambil
tindakan sembrono, buru2 ia tertawa panjang dan
berkata: "Hujien, kau keliru besar, meskipun Cie It Bong berada
didalam markas besar- perkumpulan kami, tetapi ia kami
layani sebagai tamu agung dan bukannya tawanan
didalam penjara. Ha..hah..kapan saja bila kita berhasil
mengundang kehadiran Hujien, kau akan tahu akan
kelihayan dari pangcu kami"
"Aaahh....rupanya sikakek telaga dingin bernama Cie
It Bong" batin Hoa Thian Hong didalam hati. "Coe-kat
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beracun Yauw Soet sungguh seorang manusia licik yang
bermuka tebal, pandai amat ia memutar balikkan
keadaan tanpa merasa jengah, diapun termasuk manusia
yang lihay"
Dalam lamunannya mendadak ia rasakan daya kerja
racun keji yang bersarang didalam nadi " Tok-Meh " nya
per-lahan2 merembes keatas dan kian lama tekanan itu
kian bertambah kencang, agaknya dua buah jalan darah
pentingnya telah tertembus.
Secara lapat2 ia mulai merasa amat sakit dan sukar
ditahan iebih lanjut.
Si Malaikat bertangan delapan Cie Kim yang
menyaksikan air muka sianak muda itu sudah berubah
jadi pucat ke-abu2an, sikapnya lesu dan lemah. ia segera
sadar bahwa kematian pemuda itu sudah hampir tiba.
Buru buru tanyanya :
"Hoa kongcu, siapakah nama dari perempuan
berkerudung hitam itu ?"
"Ia mengaku dirinya she-Poei bernama Che Giok dan
berasal dari Sekte Agama Thong Thian Kauw, benar atau
tidak cayhe tidak berani yakin seratus persen ".
Malaikat berlengan delapan Cie Kim segera berpaling
hardiknya : "Hujien, apakah didalam perkumpulan agama kalian
terdapat seorang gadis yang bernama Poei Che Giok?"
"Ada!" sahut Giok Theng Hujien sambil tertawa
cekikikan. ia segera berpaling dan menggape kearah
dalam ruang perahunya.
"Giok jie! ayoh cepat kemari" teriaknya." Bagus sekali.
diluar sepengetahuanku kau telah melakukan perbuatan
bagus!". Semua orang merasa terperanjat dan sama2 berpaling
kearah perahu, terlihatlah sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat. gadis yang sendiri tadi berdiri disisi
kursi kebesaran Giok Theng Hujien itu segera melompat
ketengah lapangan, serunya:
"Aku tidak pernah meninggalkan sisi tubuh hujien,
apakah aku pernah membunuh orang dan mencuri benda
mustika?".
"Hong Po Seng..."seru Giok Theng Hujien dengan alis
berkerut." Ooh.... Hoa Thian Hong, dialah Poei Che Giok,
orang yang kenali dirinya diwilayah timur ataupun
selatan tidak sedikit. coba lihatlah apakah dia adalah
gadis yang membunuh orang dan mencuri mustika
itu?"".
Meskipun gadis ini mempunyai kecantikan wajah yang
menggiurkan dan pakaian yang dikenakan juga berwarna
ungu tetapi usianya cuma enam belas tahunan, raut
wajahnya sama sekali tidak mirip dengan gadis
pembunuh serta pencuri benda mustika itu.
Setelah dipandangnya beberapa saat Hoa Thian Hong
segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan. bukan nona ini! ".
Ia merandek sejenak, kemudian kepada Cie Kim
sambungnya. "Sedari permulaan tadi aku sudah menerangkan
bahwa dibalik kejadian ini masih terdapat pula teka teki
yang belum terpecahkan, pergerakan ini jelas sudah
diatur oleh suatu rencana yang amat sempurna, lebih
baik kau selidiki dan bicarakan lagi dengan Tong kee
kemudian baru mengambil keputusan ".
Malaikat berlengan delapan Cie Kim mengerutkan
alisnya rapat2.
"Hoa kongcu. kenapa kau tidak sekalian tuliskan
bagaimanakah potongan serta raut wajah dari gadis yang
mengaku bernama Poei Che Giok tersebut?"...
Hoa Thian Hong mengangguk, ia menoleh kesamping
dan katanya: "Nona Pek, setelah cayhe mengatakannya nanti harap
kau jangan marah ataupun salahkan diriku ".
Pek Koen Gie tertegun tapi ia segara mengangguk.
"Katakantah, salahkan dirimu pun tak berguna ! ".
Hoa Thian Hong tertawa hambar.
"Gadis yang membunuh orang dan mencuri benda
mustika itu mempunyai raut wajah yang hampir mirip
dengan dirimu, ilmu silatnya tidak lemah dan ilmu
meringankan tubuhnya jarang sekali ditemui dalam dunia
persilatan ! ".
"Hong-po Seng kau jangan memfitnah orang
semaunya sendiri ! "teriak Kok See Piauw dengan gusar.
"Aku bernama Hoa Thian Hong dan bukan Hong-po
Seng, apa yang telah aku orang she-Hoa katakan mau
tidak mau kau harus mempercayainya"
Tiba2 sianak muda itu merasakan ulu hatinya teramat
sakit, tubuhnya sempoyongan kebelakang dan hampir
saja jatuh terjenkang keatas permukaan tanah.
Chin Wan Hong serta si Harimau Pelarian Tiong Liauw
buru-buru maju kedepan, satu dari kiri yang lain dari
kanan segera memayang tubuhnya hingga tak sampai
terjatuh ketanah.
Harimau ompong si nenek tua she-Tiong mendadak
mendepakan kakinya ketanah sambil putar badan ia
menangis terisak.
"Hmmm..apanya yang mirip" sementara itu malaikat
berlengan delapan Cie Kim berpikir didalam
hatinya,"Mungkin saja Poei Che Giok adalah Pek Koen
Gie, dan Pek Koen Gie adalah Poei Che Giok! ",
Tiba tiba terdengar Giok Theng Hujien berkata:
"Yauw heng, dalam kolong langit dewasa ini hanya
Hoa Thian Hong seorang yang pernah menjumpai gadis
pembunuh dan pencuri benda mustika itu, memandang
diatas wajah Jien Tong kee aku harap kau sukalah
mempertahankan selembar jiwanya"
"Siluman rase sialan" diam2 Coe kat beracun Yauw
Soet memaki didalam hatinya, "Kau berulang kali
memojokkan posisi aku orang she Yauw, hmmm kalau
aku tidak membiarkan dirimu untuk merasakan
kelihayanku, percuma aku dijuluki orang sebagai si Coe
kat beracun"
Dengan langkah lebar si Malaikat lengan delapan Cie
Kim maju menghampiri diri Yauw Soet, seraya
menjulurkan tangannya kedepan ia berkata dengan
wajah menyeringai:
"Yauw heng, kalau kau punya obat penawar harap
serahkan kepada diri siauw te"
"Haah....haah Sam Tong kee, masa kau suka
mempercayai perkataan dari Giok Theng Hujien?"".
Terdengar Giok Theng Hujien tertawa terkekeh-kekeh
sambil goyang pinggul menghampiri kehadapan Yauw
Soet katanya: "Yauw heng, dihadapanku kau berani menyumpahi
diriku. jangan salahkan kalau aku tidak akan bersikap
hormat terhadap dirimu lagi".
JILID 9 Teratai racun Empedu Api
TATKALA dilihatnya perempuan itu berjalan
menghampiri kehadapannya seakan-akan berhadapan
dengan musuh tangguh si Cukat beracun Yauw Sut
segera mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam telapak
untuk mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan, sepasang matanya dengan tajam
mengawasi perempuan itu tanpa berkedip.
"Orang ini adalah lengan kanan dari Pek Siauw-thian,"
pikir malaikat berlengan delapan Cia Kim di dalam hati
"Andaikata aku berhasil melenyapkan dirinya saat ini
juga, itu berarti bahwa aku berhasil menyingkirkan
sabuah tiang tonggak penyanggah dari perkumpulan Sinkie-
pang, kemudian bilamana perkumpulan Hong Im
Hwat serta Thong Thian Kauw biasa bekerja sama,
rasanya tidak sulit untuk melenyapkan segenap kekuatan
dari perkumpulan Sin-kie-pang dan membagi rata
ketujuh daerah propinsi di Selatan menjadi kekuasaan
dua perkumpulan."
Berpikir demikian, ia lantas berkata dengan nada
ketus, "Yauw-heng andaikata kau tidak suka
menyerahkan obat penawar itu kepadaku untuk
menyelamatkan selembar jiwa Hoa Thian-hong sehingga
pembunuh yang sebetulnya sukar ditemukan, maka itu
berarti Thong Thian Kauw pun tidak akan luput dari
kecurigaan, sekalipun Giok Theng Hujien bisa
mengampuni dirimu, belum tentu siauwte bisa bersikap
sungkan-sungkan terhadap dirimu!"
"Ucapan dari Sam Tang-kee Sedikitpun tidak meleset,"
sambung Giok Theng Hujien sambil tertawa merdu.
"Yauw-heng! apabila kau tidak mau menyerahkan obat
penawar itu lagi, kami segera akan turun tangan!!...."
Perempuan inipun tahu bahwa Yauw Sut tidak bakal
memiliki obat penawar tersebut separti apa yang
dikehendaki Cia Kim, di dalam hati kecil diapun berhasrat
untuk mengajak pihak perkumpulan Hong-im-hwie untuk
bekerja sama melenyapkan si Cukat beracun Yauw Sut
terlebih dahulu.
Si Harimau pelariain Tiong Liauw sedang merasa sedih
karena keadaan dari Hoa Thian-hong, kini setelah
mendengar ada orang menantang Yauw Sut untuk
menyerahkan obat penawarnya, seketika itu juga dengan
langkah lebar ia maju ke depan. Serunya, "Hey orang
she-Yauw, apabila hari ini kau tidak serahkan obat
penawar itu, sekalipun aku Tiong Liauw tidak mampu
menghajar dirimu, paling sedikit aku akan menggigit
badanmu." Si Harimau ompong nenek tua shek-Tiong serta
putranya si Harimau Bisu Tiong Long yang melihat
kejadian itu segera ikut mengerubut ke depan, dalam
keadaan gusar dan di liputi emosi ketiga orang itu telah
melupakan kelihayan dari Si Cukat beracun Yauw Sut.
Tiong Luo-tiang! Ayoh Segera kembali terdengar Hoa
Thian-hong berseru. "Apakah kalian sudah lupa akan
perkataanku di saat mewariskan ilmu silat tersebut
kepada kalian?"
Daya kerja racun keji yang bersarang di dalam
badannya mungkin sudah bereaksi hingga sekujur
tubuhnya terasa amat sakit dan tersiksa, di dalam
mengutarakan kata-katanya itu terdengar suara Hoa
Thian-hong sudah berubah jadi serak, lirih dan
gemetar.... Cukat beracun Yauw Sut mendongak dan tertawa
lantang, "Haaah............... haaah.............. haaa....kalian
benar-benar tidak memahami keadaan yang benar.
Hmm! Kamu anggap Hoa Hujien adalah seorang manusia
yang gampang dilayani" Seandainya ia munculkan diri
lagi di dalam dunia persilatan dan berseru kepada umat
Bulim, maka komplotan-komplotannya di masa silam
pasti akan berduyun-duyun munculkan diri. Coba
bayangkan apakah manusia-manusia lihay itu bukan
merupakan satu ancaman bahaya bagi kekuasaan kita
semua" Kini kami dari pihak perkumpulan Sin-kie-pang
dengan pelbagai akal berusaha hendak menyingkirkan
musuh tangguh ini dari muka bumi, sebaliknya kalian
malah memaksa aku orang she-Yauw untuk
menyerahkan obat penawar guna manyelamatkan jiwa
putranya, bukankah tindakan kilian ini justru malah
terbalik dan tidak mempertimbangkan berat entengnya
persoalan" Aku takut apabila Thian Ie Kauwcu serta Jien
Tang-kee mengetahui urusan ini, dalam hati kecil mereka
akan merasa tidak senang hati!"
Malaikat berlengan delapan Cia Kim terkesiap sehabis
mendengar ucapan itu, pikir nya, "Perkataan bangsat itu
sedikitpun tidak salah, perduli dia mempunyai obat
penawar atau tidak, asal Hoa Thian-hong mati maka hal
ini berarti akan mendapatkan ketidak beruntungan bagi
pihak Sin-kie-pang!"
Karena berpendapat demikian ia segera
mengundurkan diri ke samping dan menanti tiga Hoa
Thian-hong mati karema keracunan.
Giok Theng Hujien memutar biji matanya mendadak ia
tertawa mengejek.
"Tok Cukat benar-benar luar biasa, hanya
mengucapkan dua tiga patah kata saja telah berhasil
melenyapkan ancaman kematian yang bakal menimpa
dirinya. Aaaai ketajaman lidah ternyata memang jauh
lebih hebat daripada kekuatan sepuluh laksa prajurit
bersenjata lengkap."
Dalam hati Cukat beracun Yauw Sut menaruh
kebencian yang amat sangat, tetapi tidak ia perlihatkan
di luaran, sinar matanya segera dialihkan ke arah Hoa
Thian-hong. "Sam Tang-kee" terdengar Hoa Thian-Hong berkata
sambil mengangkat Teratai Racun Empedu Api itu ke
atas. "Teratai racun ini kecuali mengandung racun yang
amat keji sama sekali tiada kegunaan lain, aku akan
memintanya kembali."
"Hmmm! apakah kau hendak membawanya pulang ke
akhirat?" pikir Cia Kim si malaikat berlengan delapan
dalam hati. Hoa Thian-hong sendiripun tidak menantikan
jawabannya, ia alihkan sinar matanya menyapu sekejap
ke sekeliling tempat itu, tatkala dilihatnya Tiong-si Sam
Houww serta Chin Wan Hong pada menangis terisak, ia
segera menghela napas panjang.
"Aaaai....! cuwi sekalian..............."
Tiba-tiba ia merasa bahwa banyak bicara tiada
kegunaannya, sebelum pemuda itu sempat berbuat
sesuatu badannya terasa tak kuat menahan diri,
mulutnya segera ditutup dan hawa murni diempos keluar
dari pusar untuk melindungi denyutan jantung. Setelah
menentukan arah ia jatuhkan diri berlutut menghadap ke
Barat-laut. "Hoa kongcu......" terdengar Chin Wan Hong menjerit
sambil menahan isak tangisnya. "Kau............ apakah kau
ada pesan-pesan terakhir yang hendak kau sampaikan?"
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hoa Thian-hong yang berlutut di atas tanah berpikir di
dalam hati. "Sebetulnya aku hendak titip kabar kepada seseorang
untuk disampaikan kepada ibuku, tapi aku takut
memancing setan masuk pintu hingga rahasia tempat
persembunyian ibuku ketahuan. Aaaai....! setelah aku
mati ibupun tak dapat hidup lebih jauh, lebih baik kita
anak dan ibu berjumpa di alam baka saja!"
Karena berpikir hegitu ia lantas gelengkan kepala dan
mulai kemak-kemik mencoba doa.
Suasana di kalangan pada saat itu hening..... sunyi......
tak kedengaran seorang manusiapun yang buka suara,
Tiong-si Sam Houww serta Chin Wan Hong pun hanya
menangis terisak, seakan-akan semua orang tidak ingin
mengganggu doanya yang terakhir.
Angin malam berhembus lewat menerbitkan bunyi lirih
yang memilukan hati, perasaan sedih dan iba hampir
menyelimuti sebagian orang yang hadir di situ.
Beberapa saat kemudian Hoa Thian-hong telah selesai
berdoa, tampak ia menjalankan penghormatan beberapa
kali kemudian memasukkan Teratai Racun Empedu api
itu ke dalam mulutnya, setelah dikunyah-kunyah segera
di telan ke dalam perut.
Tampaklah si harimau ompong nenek tua she Tiong
mendepak-depakan kakinya ke atas tanah, jeritnya keras,
"Yaaan ampuh.. Oooh Thian, habis sudah."
Ia duduk mendeprok di atas tanah dan menangis
tersedu-sedu. Beberapa saat kemudian sekujur badan Hoa Thianhong
mengejang keras, sambil berbaring di atas tanah ia
berguling ke sana ke mari mulutnya merintih kesakitan
dan beberapa gumpal darah kental berwarna hitam
muntah keluar dari mulutnya.
Dalam waktu singkat sernua orang yang hadir dibikin
saling berpandangan dengan wajah muram, si harimau
pelarian Tiong Liauw, si harimau bisu Tiong Long serta
Chin Wan Hong sama sama jatuhkan diri berlutut di atas
tanah dan menangis pilu.
Pemandangan itu benar benar menyedihkan hati
setiap orang, kendati sekawanan orang orang hek-to
yang biasanya membunuh orang tanpa berkedip saat itu
ikut merasa beriba hati.
Pek Kun-gie pertama-tama yang putar badan masuk
ke dalam ruang perahunya dengan kepala tertunduk,
Giok Theng Hujien serta dara berbaju Ungu itu saling
berpandangan sekejap lalu meloncat kembali ke atas
perahunya, sedangkan Cukat beracun Yauw Sut yang
merasa uringin segera menjura ke arah malaikat
berlengan delapan Cia Kim lalu dengan membawa anak
buahnya kembali ke atas perahu.
Malaikat berlengan delapan Cia Kim tahu bahwa Hoa
Thian-hong pasti akan menemui ajalnya, melihat pemuda
itu mengerang kesakitan di atas tanah sambil bergulinggulingan
dalam hati timbul perasaan tidak tega ia segera
maju ke depan sambil mengirim satu pukulan.
Chin Wan Hong yang berlutut di sisinya jadi kaget dan
berseru tertahan ketika menyaksikan kejadian itu, ia
menubruk ke depan menutupi badan Hoa Thian-hong
dengan tubuhnya lalu jeritnya keras-keras, "Jangan lukai
dirinya!" Si Malaikat berlengan delapan Cia Kim tertegun,
setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya ia
berkata, "Aku berbuat demikian karena bermaksud baik!"
Setelah merandek ia menghela napas panjang,
tambahnya, "Sayang di sini bukanlah wilayah Biauw,
kalau tidak kita bisa mohon bantuan diri Kioe Tok Sian
Cie ...." Sikap serta keadaan diri Chin wan Hong sama sekali
berubah, seakan-akan telah berubah jadi seseorang yang
lain, ia mendongak dan bertanya dengan wajah
termangu-mangu.
"Kenapa kalau ada Mioe Tok Sian cie?"
Malaikat berlengan delapan Cia Kim tertawa kering.
"Kioe Tok Sian Cie adalah seorang ahli di dalam
menggunakan racun, tapi kalau ia harus menjumpai
korban karena makan Teratai Racun Empedu Api.... aku
rasa walaupun dewa turun dari kahyanganpun tidak nanti
bisa menyelamatkan jiwanya."
Lama sekali Chin Wan Hong berdiri termangu-mangu,
mendadak selintas keteguhan hati berkelebat di atas
wajahnya. "Aku akan coba pergi mencari dirinya!" ia berseru.
Dengan sepasang tangannya ia membopong tubuh
Hoa Thian-hong kemudian berjalan menuju tepi sungai.
Menyaksikan tingkah laku dara ayu itu, di dalam hati
kecilnya si malaikat berlengan delapan lantas berpikir,
"Rupanya si gadis ini menaruh rasa cinta terhadap diri
Hoa Thian-hong, cuma saja merasa pemuda itu masih
dalam keadaan sehat ia tidak sampai perlihatkan
perasaannya itu."
Melihat sinar matanya kabur dan tidak tenang, dengan
sikap yang limbung dara itu berjalan menuju ketepi
sungai, sepasang alisnya kontan berkerut, teriaknya,
"Nona, jarak dari tempat ini menuju ke wilayah Biauw
amat jauh sekali, kalau aku ingin berjalan menuju ke situ
sampai di tengah hutanpun belum tentu tiba di tempat
tujuan, lebih baik urungkan saja niatmu itu!"
"Aku akan pergi mencobanya!" jawab Chin Wan Hong
singkat. Jelas kesadaran otaknya telah kabur dan
separuh hilang, tanpa memandang atau melirik ia
langsung meloncat naik ke atas perahu besar di mana si
Cukat beracun Yauw Sut berada.
Tiong-si Sam Houww yang semalam ini selalu
dirundung kesedihan dan menangis tiada hentinya kini
baru mendusin dari kepedihan hatinya, mereka
terperanjat dan buru-buru mengejar ke depan ikut
meloncat naik ke atas perahu besar.
Tok-Cukat Yauw Sut serta Pek Kun-gie sekalian melirik
sekejap ke arah Chin Wan Hong kemudian memandang
pula ke arah Hoa Thian-hong yang berada di dalam
bopongannya. Tampaklah si anak muda itu berada dalam keadaan
meram dan tak berkutik, darah kental berwarna hitam
masih mengucur keluar tiada hentinya, sepintas lalu
kelihatannya ia sudah putus nyawa.
Karena itu setelah melirik sekejap ke arah mereka,
orang-orang itu segera alihkan pandangannya ke arah
lain dan tidak memperdulikan keempat orang itu lagi.
Beberapa saat kemudian perahu mulai bergerak
tinggalkan tepian, sementara perahu besar yang
ditumpangi Giok Theng Hujien berlayar menjauhi tempat
kejadian, ketiga buah perahu dari perkumpulan Sin-kiepang
bergerak menuju ke tepi seberang.
Si harimau pelarian Tiong Liauw yang menjumpai Chin
Wan Hong sambil membopong tubuh Hoa Thian-hong
berdiri di ujung perahu, di mana tubuhnya bergoncang
dan sempoyongan tiada hentinya, seakan akan setiap
saat kemungkinan besar bisa tercebur ke dalam sungai,
hatinya jadi tidak tega, ia segera maju menghampiri
sambil katanya.
"Nona, biarlah aku yang membopong tubuh Hoa sauw
ya!" "Tidak usah!" sahut Chin Wan Hong sambil
menggeserkan tubuhnya satu langkah ke samping.
Si harimau pelarian Tiong Liauw terperanjat, karena
takut gadis itu tercebur ke dalam sungai terpaksa diamdiam
ia memperhatikan dan mengawasi gerak-geriknya
di samping dara tersebut, mulutnya tetap membungkam
dalam seribu bahasa.
Perahu dengan cepatnya merapat di tepi pantai,
semua orang telah berloncatan naik ke darat tapi Chin
Wan Houg masih berdiri termangu-mangu di ujung
perahu, menanti Tiong-si Sam Houw menegur dirinya ia
baru membopong tubuh Hoa Thian-hong dan melangkah
turun dari atas perahu tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Tiga ekor harimau dari keluarga Tiong jadi kelabakan
dibuatnya, terpaksa mereka menguntil terus di
belakangnya. Pemuda yang dahulu bernama Hong-po Seng dan kini
bernama Hoan Thian-hong itu, setelah menelan Teratai
Racun Empedu Api seluruh darah segar di dalam
tubuhnya telah berubah jadi cairan beracun, daya kerja
racun jarum sakti penembus tulang yang dihadiahkan
Pek Siauw-thian di atas bahunya sudah tidak
menunjukkan arti yang dalam lagi, racun tersebut
bagaikan tetesan air di tengah samudra lenyap
kegunaannya. Meski demikian jantung Hoa Thian-hong masih
berdetak dan badannya masih terasa hangat, seakanakan
Thian tidak tega untuk mencabut kembali jiwanya
dan memberi kesempatan kepada si anak muda ini untuk
meronta dan berjuang untuk menentang maut.
Meskipun Chin Wan Hong hanya sempat bertemu
sebanyak tiga kali dengan si anak muda itu dan saat
berkumpul mereka hanya beberapa hari saja, tetapi
berhubung watak yang sama dan di antara mereka
terasa ada kecocokan, maka dalam hati kecilnya yang
ramah, halus dan penuh welas itu telah tumbuh benih
cinta yang mendalam, cuma saja ia tak herani
mengutarakan rasa cintanya itu di luaran.
Tetapi benih cinta yang telah tumbuh dalam hatinya
kian lama kian bertambah besar, ia merasa tak dapat
membendung perasaan hatinya itu. Hingga akhirnya Hoa
Thian-hong berada di ambang maut, dalam keadaan
begini semua halangan dan rintangan yang mengganjal
hatinya lenyap dan tersingkirkan dengan sendirinya,
tanpa ia sadari rasa cinta yang terpendam selama inipun
terutarakan keluar.
Sepanjang pejalanan Chin Wan Hong serta Tiong-si
Sam Houww berada di depan sedangkan Cukat beracun
Yauw Sut dengan memimpin anak buah perkumpulan
Sin-kie-pangnya membuntut di belakang, memandang
bayangan punggung beberapa orang itu entah
bagaimana secara tiba-tiba Pek Kun-gie merasakan
dirinya seolah-olah telah kehilangan sesuatu.
Sesudah termangu-mangu sesaat lamanya, mendadak
Oh Sam yang mengikuti di belakangnya ia berseru,
"Bawa kereta dan hantar mereka menuju ke tempat
tujuan, setelah mengubur Hong-po............ Hoa Thianhong
nanti, coba kau bereskan dan aturlah diri mereka
sehingga beberapa orang itu terhindar dari pelbagai
kesulitan!"
Oh Sam mengiakan, dengan cepat ia berlalu dari situ.
Tatkala Chin Wan Hong sekalian telah melakukan
perjalanan sejauh beberapa li, Oh Sam dengan keretanya
telah menyusul tiba segera ujarnya, "Nona Chin! kalian
mau pergi kemana" mari cayhe hantar kalian sampai di
tempat tujuan."
Kegagahan serta kehebatan yang ditinggalkan Hoa
Thian-hong telah membuat orang ini bersikap sangat
hormat terhadap diri Chin Wan Hong.
Terdengar Chin Wan Hong menjawab dengan sikap
bimbang, "Kami akan menuju ke wilayah Biauw,
perjalanan yang amat jauh sekali!"
"Aaaai.....nona ini tentu sudah gila karena rasa sedih
yang kelewat batas" pikir Oh Sam dalam hati Sesudah
tertegun sejenak ia lantas berseru, "Naiklah dulu ke atas
kereta, setibanya di kota Keng-Chiu nanti boleh kau
lanjutkan kembali perjalanan!"
Pikiran Chin Wan Hong pada saat ini telah kalut dan
kacau balau, ia cuma tahu secepatnya pergi ke wilayah
Biauw, oleh sebab itu sehabis mendengar tawaran tadi
tanpa berpikir panjang ia segera menerobos masuk ke
dalam ruang kereta.
Si Harimau pelarian Tiong Liauw yang menyaksikan
kejadian itu, tanpa berpikir panjangpun ikut meloncat
masuk ke dalam ruang kereta. Si nenek tua she-Tiong
serta putranya Tiong Long pun terpaksa ikut masuk ke
dalam kereta. Perjalanan menuju ke arah Selatan dilakukan dengan
sangat cepat, sepanjang perjalanan Oh Sam selalu
menyediakan makanan dan minuman yang cukup
pelayanannya terhadap beberapa orang ini ternyata baik
dan sangat ramah.
Setelah lewat beberapa hari rasa sedih yang
mencekam Tiong-si Sam Houww mulai berkurang,
kejernihan otak merekapun sudah pulih kembali seperti
sedia kala, hanya Chin Wan Hong seorang yang
pikirannya tetap kabur dan tidak beres, setiap hari baik
siang maupun malam ia selalu mendampingi Hoa Thianhong,
tak sepatah katapun diucapkan dan sikapnya tetap
termangu-mangu terus.
Dalam pikiran Oh Sam semula, setelah ia menghantar
mereka sampai di kota Keng-chiu maka pikiran serta
kejernihan otak Chin Wan Hong telah pulih kembali
seperti sedia kala, sehabis mengubur jenazah Hoa Thianhong
maka tugasnyapun akan selesai.
Siapa tahu setelah melakukan perjalanan selama
beberapa hari, ia temukan bahwasanya Hoa Thian-hong
yang nampaknya sudah mati itu ternyata napasnya
belum putus dan jantungnya masih berdetak meski amat
lemah sekali, ia jadi terkejut bercampur keheranan.
Dalam keragu-raguannya kereta dilarikan semakin cepat
lagi langsung menuju ke dalam wilayah Biauw.
Haruslah diketahui letak wilayah Biauw amat terpencil
sekali dan berada di arah Barat daya, jaraknya dari
Tionggoan kira-kira ada satu dua laksa li, begitulah
dengan tanpa banyak komentar dan banyak bicara
kelima orang itu sambil mengawal Hoa Thian-hong yang
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hampir sekarat meneruskan perjalanan siang dan malam,
kurang lebih satu bulan kemudian akhirnya sampailah
mereka di tempat tujuan.
Siang itu kereta memasuki wilayah Hek Hong Tong,
Oh Sam pun segera menghentikan lari kudanya dan
membuka pintu kereta, kepada Chin Wan Hong ujarnya,
"Nona, antara perkumpulan Sin-kie-pang dengan Kioe
Tok Sian Cie pernah mengadakan perjanjian bahwa
orang-orang dari perkumpulan kami tidak diperkenankan
melewati wilayah Hek Hong Tong, karena itu maafkanlah
diri cayhe apabila tak bisa menghindar perjalanan kalian
lebih lanjut!....."
Mendengar perkataan itu Chin Wan Hong segera
membopong tubuh Hoa Thian-hong dan meloncat keluar
dari dalam kereta.
"Terima kasih atas pertolonganmu!" serunya dengan
sinar mata liar menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian tambah nya, "Di manakah Kioe Tok Sian Cie
itu?" "Aaai..... penyakit yang diderita nona ini entah bisa
sembuh atau tidak?" batin Oh Sam di dalam hati.
Ia segera mjnuding ke arah gua-gua suku Siauw yang
berada di bagian depan sahutnya, "Setelah melewafi
gua-gua itu berangkatlah menuju ke arah Selatan dan
carilah letak sebuah selat yang disebut selat Hoe-Hiang-
Kok, di situlah Kioe-Tok Stan-Cie berdiam!"
"Terima kasih atas bantuanmu," Chin Wan Hong
mengangguk. "Setelah penyakit yang diderita Hoa
Kongcu sembuh, aku pasti akan suruh dia mengucapkan
rasa terima kasihnya kepadamu."
Rupanya gadis ini merasa amat gelisah dan tergesagesa,
sehabis mengucapkan kata-kata itu ia segera
berjalan menuju ke daerah perumahan suku Biauw,
kepala tidak di paling dan ia sama sekali tidak
memperdulikan apakah Tiong-si Sam Houww mengikuti
dibelakangnya atau tidak.
Nenek tua she-Tiong merasa tidak tega, cepat-cepat ia
memburu ke depan dan mengikuti di belakangnya.
Oh Sam menghela napas panjang dan alihkan sinar
mata ke arah si Harimau Pelarian Tiong Liauw.
Seorang tua itu segera menjura dan mengucapkan
rasa terima kasihnya atas jerih payah Oh Sam dalam
menghantar mereka selama ini, kemudian dengan
membawa putranya mengejar sang istri serta Chin Wan
Hong yang telah menjauh,
Pergaulan yang lama di antara mereka berempat
ditambah pula rasa terima kasih serta hutang budi dari
Tiong-si Sam Houw terhadap Hoa Thian-hong, membuat
ketiga orang itu tanpa sudah telah menganggap Chin
Wan Hong sebagai majikan mereka, sepanjang
perjalanan si harimau ompong nenek tua she Tiong itu
tak pernah berpisah sejengkalpun dari gadis tersebut,
pelayanannya amat baik dan teliti.
Setelah mencari keterangan mengenai letak selat Hoe
Hiang Kok, berangkatlah ke-empat orang itu menerobosi
Hek Hong Tong dan menuju ke arah selatan...
Kiranya selat Hoe Hiang Kok letaknya berada di
tengah-tengah wilayah Biauw, sesudah melakukan
perjalanan siang malam selama tiga hari, akhirnya
tempat tujuanpun berada di depan mata.
Tampaklah di hadapan mereka terbentang samudra
bunga yang amat luas, bunga yang beraneka warna
menyiarkan bau harum yang semerbak, di tengah
tumbuhan bunga tampak sebuah jalan kecil
menghubungkan tempat itu dengan selat Hoe Hiang Kok,
selain itu tidak nampak jalan lain lagi.
Tiong-si Sam Houw jadi sangat kegirangan, sebaliknya
Chin Wan Hong tetap bersikap kaku dan murung,
perjalanan siang malam yang dilakukan dengan susah
payah selama ini ditempuhnya dengan gigih tanpa
melepaskan tubuh Hoa Thian-hong barang sekejappun,
ia tidak membiarkan tubuh pemuda itu dibopong oleh
siapapun. Kini gadis itupun tidak berdiam terlalu lama di sana,
setelah merandek sejenak ia segera lanjutkan
perjalanannya memasuki hutan bunga tersebut.
Siapa tahu belum sampai beberapa ratus tombak
mereka berjalan, mendadak keempat orang itu
merasakan badannya jadi limbung dan tak terhindar lagi
secara beruntun mereka roboh terjengkang ke atas tanah
dan jatuh tak sadarkan diri.
Kiranya sepuluh li di sekitar samudra bunga ini disebut
barisan Hoe-Hiang-Tin, semua jago lihay yang
bagaimana dahsyatpun ilmu silatnya setelah melewati
daerah tersebut pasti akan keracunan dan jatuh tidak
sadarkan diri. Chin Wan Hong sekalian berada dalam keadaan sedih
dan punya pikiran yang mengganjal di dalam hati,
ditambah pula tenaga lwekangnya amat cetek, hal ini
tentu saja semakin memperlemah keadaan mereka, oleh
sebab itu belum jauh mereka berjalan beberapa orang itu
sudah roboh tak sadarkan diri.
Kurang lebih setengah jam kemudian, dari balik
pepohonan yang lebat muncul beberapa orang gadis
suku Biauw dengan gerakan cepat bagaikan kilat....
Sungguh cepat gerakan tubuh mereka, dalam sekejap
mata mereka sudah berdiri di sisi Chin Wan Hong.
Terdengar ucapan Kukulala-kukulala yang tidak
dimengerti bergema memecahkan kesunyian, diikuti
orang-orang itu membopong mereka berempat dan
bergerak masuk ke dalam selat.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki beberapa orang
gadis muda itu sangat lihay, belum sampai seperminum
teh samudra bunga sudah dilewati dan mereka langsung
menuju ke dalam selat yang terkurung bukit.
Di dalam selat terdapat sebuah tanah lapang yang
luas, bagian yang dekat dengan pintu luar penuh
ditanami bunga-bungaan yang aneh dan beraneka
ragam, setelah memasuki sebuah tebing terlihatlah
sebuah lapangan berbentuk lingkaran bulan yang
berdempetan dengan dinding tebing yang terjal, di
bawah dinding terdapat sebuah pintu gua berbentuk
bulat, di sisi pintu besar tadi terdapat pula empat buah
gua bulat yang jauh lebih kecil dan teratur rapi.
Sementara itu sekelompok perempuan-perempuan
berwajah cantik sedang berkumpul di tengah lapangan,
di tengah kebun terdapat pula sekelompok gadis sedang
menyirami bunga, ketika menyaksikan ada orang asing
dibawa masuk mereka segera berseru nyaring dan samasama
meninggalkan pekerjaannya untuk berkerumun,
beberapa saat kemudian mereka membawa Chin Wan
Hong sekalian yang tak sadarkan diri itu masuk ke dalam
gua besar. Ruangan di dalam gua itu tinggi dan luas, udara terasa
amat dingin, tepat berhadapan dengan pintu masuk
terletak sebuah pembaringan terbuat dari batu pualam
yang luas, di sisi pembaringan batu itu berderet dua
belas buah bantalan bulat yang terbuat dari batu pualam
juga. Pada saat itu di atas pembaringan duduk seorang
perempuan muda suku Biauw yang berwajah amat
cantik, bertangan telanjang, berdada terbuka sehingga
nampak buah dadanya dan berpakaian sangat minim,
sedang di atas bantalan yang berjumlah dua betas buah
itu duduk beberapa orang gadis.
Begitu tubuh Chin Wan Hong sekalian dibaringkan ke
atas tanah, perempuan muda suku Biauw yang duduk di
atas pembaringan itu segera membuka matanya dan
menatap wajah Hoa Thian-hong tajam-tajam, kemudian
ia loncat turun dari pembaringan dan mengucapkan
sepatah kata bahasa Biauw.
Setelah itu dengan tangannya yang putih mulus dan
halus itu ia membuka kelopak mata Hoa Thian-hong
untuk diperiksa sejenak kemudian memegang pula
denyutan nadi si anak muda itu.
Beberapa saat kemudian seorang gadis dengan
membopong sebuah guci yang penuh berisikan cairan air
obat berwarna merah tawar berjalan masuk ke dalam
gua, dengan menggunakan sebuah cawan kecil dara tadi
menyedu air obat kemudian diguyurkan ke dalam mulut
Chin Wan Hong serta Tiong-si Sam Houw.
Suasana di dalam gua berubah jadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, berpasang-pasang biji
mata yang jeli sama-sama diarahkan ke atas wajah
beberapa orang yang belum sadarkan diri itu.
Di antara mereka hanya sepasang mata perempuan
muda itu saja yang ditujukan ke atas wajah Hoa Thianhong,
sambil memeriksa denyutan nadinya air muka
perempuan itu tampak berubah hebat dan menundukkan
rasa terkejut bercampur tercengang.
Lewat seperminum kemudian secara beruntun Chin
Wan Hong serta Tiong-si Sam Houw telah siuman
kembali, Seakan-akan otaknya secara mendadak berubah
jadi tajam dan pandai, begitu membuka matanya gadis
she Chin itu segera menuju sekejap sekeliling tubuhnya
kemudian meloncat bangun dan jatuhnya diri berlutut di
hadapan perempuan muda suku Biauw itu.
Tiong-si Sam Houw yang menyaksikan perbuatan dari
iru tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka juga
meloncat bangun dan jatuhnya dari berlutut di atas
tanah. Perempuan muda suku Biauw alihkan sinar matanya
menyapu sekejap ke arah empat orang itu, kemudian
melepaskan cekalannya pada nadi Hoa Thian-hong dan
kembali duduk di atas pembaringannya.
Chin Wan Hong segera maju ke depan dan berlutut
kembali di hadapan perempuan itu tak sepatah katapun
yang diucapkan keluar.
Mendadak tampaklah perempuan muda itu
mengerutkan alisnya, lalu menegur, "Hey bocah
perempuan, kenapa kau berlutut dan angguk-anggukkan
kepalamu tiada hentinya?"
Bahasa Han yang digunakan ternyata lancar dan amat
jelas sekali untuk didengar.
Chin Wan Hong tertegun, diikuti dengan air mata
bercucuran dan menahan isak tangis yang makin menjadi
sahutnya, "Siauw-li bernama Chin Wan Hong, kami
datang untuk menyambangi Kioe Tok Sian...... untuk
menyambangi Kioe Tok Sian Nio!"
Perempuan muda suku Biauw itu tersenyum "Akulah
Kioe-Tok Sian-Ci! kedatanganmu kemari apakah
disebabkan karena hendak menolong jiwa bocah itu?"
Sambil berkata ia tuding ke arah tubuh Hoa Thianhong.
Begitu mendengar bahwasanya perempuan yang
berada di hadapannya adalah Kioe-Tok Sian-Cie, gadis
she-Chin itu segera anggukkan kepalanya berulang kali.
"Sian-Nio! tolonglah selembar jiwanya, sekalipun
siauw-li harus menyeberangi samudra api dan mendaki
gunung golok, aku pasti akan membalas budi kebaikan
dari Sian-Nio!"
Tiong-si Sam Houww berlutut di sisinya, si harimau
pelarian Tiong Liauw serta si harimau ompong nenek tua
she-Tiong mengucurkan air mata tiada hentinya, bibir
mereka berkemak-kemik seperti mau ikut berbicara tapi
tak sepatah katapun yang meluncur keluar kegelisahan
serta kecemasan yang tertera di atas wajah mereka sulit
untuk dilukiskan dengan kata-kata.
Air muka Kioe-Tok Stan-Ci berubah jadi amat murung
dan membesi, seolah-olah dia pun telah menjumpai
suatu masalah yang amat menyulitkan dirinya, setelah
tundukan kepala termenung beberapa saat lamanya tibatiba
ia gelengkan kepalanya berulang kali.
"Sian Niol" seru Chin Wan Hong dengan air mata
bercucuran. "Ia sudah terkena ja
rum beracun pengunci sukma milik Sin-kie-pangcu,
kemudian menelan pula Teratai Racun Empedu Api.
Tolonglah selembar jiwanya Sian-Nio! Berbuatlah welas
dan usahakanlah penyembuhan baginya."
"Aaah! Ternyata benar, disebabkan karena benda itu,"
bisik Kioe-Tok Sian-Cie sambil alihkan sinar matanya dan
melirik sekejap ke arah Hoa Thian-hong yang berbaring
di atas tanah. Bibirnya kembali bergerak seperti mau mengucapkan
sesuatu, tapi setelah lama sekali termenung akhirnya
dengan wajah serius ia baru berkata, "Terus terang saja
kukatakan kepadamu, dewasa ini pemuda ini masih
berada dalam keadaan hidup atau telah mati, aku sendiri
pun tidak jelas. Aku tak bisa menyelamatkan jiwanya,
darimana bisa kukabulkan permintaanmu itu?"
"Sian-Nio! Kau pasti bisa menyelamatkan jiwanya,
tolonglah......" seru Chin Wan Hong lagi dengan air mata
bercucuran. Kioe-Tok Sian-Cie segera tersenyum.
"Kau si bocah perempuan benar-benar amat bodoh,
andaikata suku bisa menyelamatkan jiwa rekanmu itu,
maka aku tak akan disebut Kioe Tok Sian Cie si Dewi
cantik sembilan Bisa!"
"Kenapa?" dara she Chin itu dengan mata melotot
bulat. "Bukankah aku lebih baik disebut Sip Tok Sian Cie si
dewi cantik sepuluh Basa?"
Para gadis muda yang duduk di atas bantalan batu
pualam itu kesemuanya adalah anak murid Kioe Tok Sian
Cie, mereka semua mengerti akan bahasa Han karena itu
sehabis mendengar perkataan gurunya tak tertahan
mereka semua tertawa geli.
Tiba-tiba terdengar gadis yang duduk di atas batubatu
bantalan batu pualam dekat dengan pembaringan
itu berseru, "Hay, Chin Wan Hong, apakah pemuda itu
adalah kekasihmu?"
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis suku Biauw biasanya polos dan tidak
pemandang terlalu ketat akan hubungan antara pria dan
wanita, pertanyaan ini musti diutarakan amat terbuka
dan bukan dibuat tapi segera membuat Chin Wan Hong
jadi tersipu, wajahnya berubah jadi merah padam,
kepalanya tertunduk rendah-rendah dan tak sepatah
katapun yang sanggup diutarakan keluar!"
"Lan Hoa! jangan banyak bicara," tukas Kioe Tok Sian-
Cie dengan cepat. "Aku tak sanggup menyelamatkan
orang, banyak bertanya malah terasa rada tidak enak!"
"Suhu, tecu amat senang dengan Chin Wan Hong ini!"
seru gadis yang bernama Lan Hoa itu sambil tertawa.
"Kita tak sanggup menyelamatkan jiwa orang,
senangpun tak ada gunanya!"
Pembicaraan tersebut dilakukan dengan bahasa Han,
dengan sendirinya Tiong-si Sam Houw dapat menangkap
artinya dengan jelas.
Si nenek tua she Tiong yang berjulukan harimau
ompong adalah seorang yang berjiwa terbuka, apa yang
ia pikirkan selalu diutarakan tanpa dipikir lagi. Kini ia tak
kuasa menahan diri segera serunya, "Sian-Nio! kau toh
belum turun tangan untuk mencoba darimana bisa tahu
kalau jiwa Hoa sauw-ya tak bisa tertolong lagi" bilamana
kau tak sudi untuk menolong jiwanya, kamipun tak bisa
banyak bicara, sebaliknya kalau kau mengatakan tak
sanggup untuk menolong.... julukan Sian-Nio sebagai
Kioe Tok kenapa tidak dikurangi satu menjadi Pat-Tok
Sian-cie saja"....."
Pat-Tok Sian-Cie adalah dewi cantik delapan bisa.
Pada dasarnya nenek tua ini memang seorang yang
berbuat mengikuti emosi belaka, otaknya sama sekali tak
pernah digunakan. Kini setelah hatinya jadi gelisah
karena jiwa Hoa Thian-hong tak tertolong, ucapan yang
diutarakan keluarpun kedengarannya amat menusuk
perasaan. Chin Wan Hong jadi gelisah bercampur cemas, ia takut
di dalam gusarnya Kioe-Tok Sian-Cie akan mengusir
mereka keluar dari wilayahnya, karena itu dengan air
mata berlinang kembali menganggukkan kepalanya
berulang kali. Sebetulnya Kioe-Tok Sian-Cie serta anak muridnya
merasa amat terharu oleh kesedihan hati Chin Wan
Hong, apa daya racun Teratai Empeau Api itu memang
sulit di tolong, maka dalam keadaan serba salahnya
iapun tak mengerti harus berbuat apa.
Mendadak terdengar si Harimau Pelarian Tiong Liauw
berkata, "Sian Nio! kongcu ini bernama Hoa Thian-hong,
dia adalah putra tunggal dari Hoa Goan Sioe yang amat
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Pendekar Rajawali Sakti 204 Titah Sang Ratu Undangan Berdarah 1
jangan terburu napsu. terutama mulut jangan banyak
bicara sebab salah-salah bisa mengundang datangnya
mara bahaya bagi diri sendiri"
Hong-po Seng mengucapkan banyak terima kasihnya
berulang kali kemudian baru alihkan sinar matanya ke
arah dermaga, tampaklah serombongan jago-jago
bersenjata lengkap menyebarkan diri di sekitar tepi
sungai, wajah mereka semuanya menghadap ke arah
sungai, seakan-akan sedang mengawasi permukaan
su?ngai itu untuk menghindari ada orang yang
menyusup keluar.
Kurang lebih sepenanak nasi lamanya sudah lewat
namun belum nampak suatu gerak gerik apapun juga,
ratusan orang banyaknya sama-sama menunggu giliran
untuk menyeberang, suasana hiruk-pikuk memenuhi
angkasa namun tak seorangpun bisa meninggalkan
tempat itu. Sementara sang surya perlahan-lahan mulai condong
ke arah barat, haripun mulai menjadi gelap.
Dalam hati diam-diam Hong-po Seng berpikir:
,,Kalau ditinjau keadaan ini jelas peristiwa berdarah
yang terjadi di perkampungan Liok Soat San-cung sudah
diketahui oleh mereka, sedang Teratai Racun Empedu
Api saat ini berada di dalam sakuku, apa yang harus aku
lakukan dalam keadaan begini?""........."
Si Harimau Pelarian Tiong Liauw tiba-tiba maju
menghampiri sambil bisiknya lirih:
,,Kongcu-ya. Kalau harus menunggu dan menunggu
terus entah sampai kapan kita baru bisa menyebrang,
aku lihat lebih baik kita menyebrang dengan jalan
berenang saja"
,,Setelah tempat ini ditutup bagi penyeberangan aku
pikir di tempat lain pun keadaannya tidak akan jauh
berbedaa, daripada bergerak lebih baik bersikap tenang
daripada memancing perhatian orang terhadap kita"
Si Harimau Pelarian Tiong Liauw melirik sekejap ke
arah sungai sebelah depan, kemudian ia berbisik
kembali: "Pantai seberang berada di bawah kekuasaan
perkumpulan Sin Kee Pang, asal kita bisa merampas
perahu ......"
Mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang
gemuruh keras berkumandang datang, tiga puluhan ekor
kuda yang tinggi besar secara serentak munculkan diri di
tepi sungai, debu mengepul memenuhi angkasa... begitu
tiba di situ dengan sigapnya ketiga puluh orang tadi
segera meloncat turun dari atas punggung
tunggungannya. Gerak getik serombongan orang ini cekatan dan gesit
semua, gerakan tubuh mereka enteng dan cepat. Sekilas
memandang siapapun tahu kalau mereka memiliki llmu
silat yang sangat lihay.
Hong-po Seng yang dapat melihat pula kehadiran
orang-orang itu, dalam hati segera merasa amat kesal,
pikirnya: ,,Aliran air sungai teramat deras, permukaan sungai ini
pun sangat luas, aku sama sekali buta di dalam
kepandaian memegang kemudi perahu ditambah pula
ilmu berenang di air tak kupahami . . . aaaai ! kalau
suruh aku merampas perahu untuk menyebrangi sungai
ini, jelas di dalam sepuluh ada sembilan bagian akan
mengalami kegagalan total"
Berpikir demikian otaknya lantas berputar kencang
untuk mencari akal yang lain, di samping itu kepada si
Harimau Pelarian Tiong Liauw bisiknya pula:
,,Mari kita jalan secara terpisah, perduli peristiwa apa
yang bakal terjadi dan menimpa diriku, kalian barus
berlagak seolah-olah tidak pernah kenal dengan diriku,
janganlah sekali kali menyapa atau menunjukkan sikap
ingin menolong"
Si Harimau Pelarian Tiong Liauw merasa tertegun
setelah mendengar ucapan itu, tapi ia tidak membantah,
perlahan-lahan badannya meninggalkan tempat itu dan
mengabarkan kepada ketiga orang lainnya.
Kembali beberapa saat telah lewat, dari ujung sungai
mulai terjadi kegaduhan yang sangat berisik, dalam
suasana yang remang-remang karena senja telah
menjelang tiba, berpuluh-puluh batang obor dipasang di
sekitar dermaga tersebut.
Hong po Seng dengan cepat alihkan sinar matanya ke
arah permukaan sungai, ia temukan beberapa buah
perabu sudah mulai bergerak meninggalkan dermaga
rupanya orang-orang yang baru datang dengan
menunggang kuda tadi mulai melakukan pemeriksaan
yang ketat terbadap setiap penyeberang yang melewati
tempat itu. Dengan seksama si anak muda itu memeriksa lebih
jauh, atau secara mendadak ia jadi amat terperanjat
sebab dilihatnya setiap orang yang mendapat
pemeriksaan bukan saja harus menjawab pertanyaanpertanyaan
yang diajukan kepada mereka bahkan
sekujur badannya harus di geledah dan diraba dengan
teliti prosedurnya amat rumit dan sulit untuk ke atas
perahu penyeberang seseorang harus melewati
pemeriksaan secara berulang kali dengan ketatnya.
Diam-diam ia jadi merasa amat geilsah pikirnya:
,,Teratai Racun Empedu Api berada di dalam sakunya,
seandainya sampai digeledah dan tertangkap sudah pasti
aku tak bisa meloloskan diri dari tempat ini dalam
keadaan selamat, padahal teratai racun ini sangat
mempengaruhi sembuh atau sakitnya ibuku" dengan
susah payah aku berhasil mendapatkannya dan kini
akupun tak boleh membuang dengan begitu saja..!"
Sementara hatinya sedang gelisab dan berusaha
karena mencari akal untuk meloloskan diri dari tempat
itu, mendadak dirasakannya si Hanmau Pelarian Tiong
Liauw telah berjalan menghampiri dirinya lagi, tanpa
terasa sepasang alisnya berkerut kencang, sembari
berpaling serunya:
"Jalan mondar mandir ke sana ke mari gampang
memancing kecurigaan orang ..."
"Keparat cilik, pentang matamu lebar-lebar dan
libatlah siapakah aku! ...." serentetan tertawa riang
berkumandang dari sisi telinganya.
Ternyata orang yang menghampiri dirinya dari
belakaug itu bukanlah si Harimau Pelarian Tiong Liauw
seperti apa yang diduganya semula.
Hong po Seng jadi amat terperanjat, ia merasa amat
kenal dengan suara tersebut, ketika kepalanya hendak
berpaling ke betakang mendadak jalan darah "Leng Sioe
hiat" di atas pinggangnya jadi kaku, disusul urat nadi di
atas pergelangan kirinya dicengkeram orang.
Perubahan yang terjadi secara mendadak ini sama
sekali tidak memberi kesempatan bagi Hong po Seng
untuk berkutik ataupun menunjukkan suatu reaksi,
sebelum ia sempat berbuat sesuatu mendadak di
hadapan wajahnya telah muncul seraut wajah putih yang
halus dan sangat dikenal olehnya, sambil tetawa rendah
terdengar ia menegur:
,,Hey, bangsat cilik! rupanya nasibmu masih mujur
dan umurmu masih panjang, masihkah kau kenali diri
kongcu-ya mu ?"?"
Hong po Seng mempehatikan wajah orang itu lebih
seksama, dan dengan cepat diapun kenali orang itu
sebagai Kok See Piauw anak murid dari Boe Liang Sin
Koen, mereka berdua pernah saling berjumpa muka di
rumah kediaman keluarga Chin Pek Cuan di kota Keng
Chiu, bahkan pernah melangsungkan pertempuran sengit
pula di sana, setelah berpisah selama beberapa bulan
sungguh tak nyana mereka berjumpa muka lagi di sini.
Hong po Seng pernah termakan pukulan maut Kioe Pit
Sin Ciang-nya sehingga hampir saja selembar jiwa
melayang, kini setelah berjumpa muka lagi dengan
musuh besarnya hawa amarah kontan berkobar, sambil
tertawa dingin jengeknya:
,,Membokong dari belakang, kau terhitung enghiong
hoohan macam apa?" Hmm....!"
Kok See Piaow tersenyum, mendadak dengan wajah
membesi hardiknya lirih terhadap orang di depan yang
kebetulan sedang menoleh ke belakang:
,,Hey kalau kau pingin hidup, lebih baik jangan
mencampuri urusan orang lain !"
Hong po Seng merasa amat gelisah, tiba-tiba ia
teringat babwa tangan lembut halus yang mencengkram
pergelangan kirinya saat ini bukanlah tangan dari Kok
See Piauw, ingin sekali ia menoleh untuk melihat lebih
jelas tetapi apa daya Kok See Piauw telah menotok jalan
darah kakunya sehingga membuat batok kepalanya sama
sekali tak mampu berputar.
Sebaliknya orang itu menyembunyikan diri di
belakangnya, dengan demikian ia tak sanggup untuk
melihat jelas raut wajah orang tadi.
Diam-diam pikirnya di dalam hati:
,,Nona Chin serta tiga Orang harimau ganas dari
keluarga Tiong berada di sekitar sini dan hingga kini tidak
nampak gerak-gerik mereka, jangan-jangan keempat
orang itupun sudah tertangkap oleh pihak lawan?" ...."
Belum habis dia berpikir mendadak terasalah sebuah
tangan yang kecil dan lembut menerobos masuk ke
dalam sakunya lewat bawah iganya, diikuti lubang
hidungnya mencium bau harum semerbak yang
menyegarkan badan.
Hong Po Seng merasa makin gelisah, begitu
dirasakannya sebuah tangan yang lembut halus merogoh
ke dalam sakunya dan meraba Teratai Racun Empedu
Api yang disimpan di sana, ia jadi kaget dan segera
menegur dengan setengah merengek:
,,Siapa kau?" apa gunanya kau ambil teratai racun
itu?""
0000O0000 11 TERDENGAR suara sahutan yang merdu dan enak
didengar menggema masuk ke sisi telinganya :
,,Aku! kalau tahu diri tenang dan janganlah banyak
berkutik!"
Dari nada suara tersebut Hong-po Seng segera kenali
sebagai nada suara Pek Koen Gie yang ketus dan dingin,
terpaksa ia memperendah nada suaranya seraya
menjawab: ,,Teratai racun itu tiada kegunaannya sama sekali
bagimu, harap nona suka mengembalikannya kepadaku!"
"Hmm ! kalau memang tiada kegunaannya sama
sekali, buat apa kau menyimpannya di dalam saku?""
Sembari berkata tangannya kembali menggeledah
saku pemuda itu.
Selama ini Kok See Piauw selalu berada di sisi mereka,
tatkala dilihatnya Pek Koen Gie dengan tangan kiri
mencengkeram pergelangan kiri Hong Po Seng,
sedangkan tangan kanannya sedang melewati di bawah
iga pemuda itu sedang menggeledah saku Hong Po Seng
sehingga tubuh kedua orang itu hampir saja menempel
antara yang satu dengan lainnya, timbul rasa cemburu iri
dan gusar dalam hati kecilnya.
Semenjak perkenalannya dengan diri Pek Koen Gie,
anak murid dari Boe Liang Sin Koen ini selalu berusaha
untuk mendekati dara tersebut, ia berdaya upaya untuk
menarik perhatian gadis itu serta suka membalas
cintanya, apa lacur tabiat Pek Koen Gie memang sangat
kukoay, terhadap cinta kasih muda mudi seakan-akan
tidak menaruh minat sama sekali, oleh sebab itu
hubungan cinta di antara mereka selalu tidak
memperoleh kemajuan seperti apa yang diinginkan, dan
kini setelah dilihatnya sang gadis idamannya saling
berdempetan begitu rapatnya dengan lelaki lain, sudah
tentu hatinya jadi panas.
Tapi ia tidak berani terlalu memperlihatkan rasa
cemburunya, sambil tersenyum katanya lirih.
,,Hian moay, kau tak usah repot-repot musti turun
tangan sendiri biarlah Siauw-heng yang menggeledahkan
saku keparat cilik ini!"
,,Terima kasih atas perhatian Kok heng kau tak usah
turut campur dalam persoalan ini" tukas Pek Koen Gie
ketus sambil berbicara tangan meneruskan
pengeledahannya memeriksa seluruh isi saku pemuda
she Hong po itu tapi dengan cepat ia jadi kecewa, sebab
benda yang diharapkan ternyata tidak berbasil
ditemukan. Hong Seng sendiri setelah dilihatnya gadis itu sesudah
mengambil teratai racun Empedu Api masih juga
menggeledah sakunya, dalam hati segera memahami
maksud hati lawannya, dalam hati iapun berpikir,
,,Pastilah ia sedang menggeledah sakuku untuk
menemukan pedang Emas tersebut Kalau begitu sudah
jelas sekarang perbuatan Poei Che Giok dengan
kecantikan wajahnya mimikat hati Jien Bong, delapan
bagian ada sangkut pautnya dengan persoalan ini.
Mendadak terdengar Pek Koen Gie membentak
dengan suara lirih:
,,Cepat mengaku sejujurnya barang itu kau
sembunyikan dimana ?""
"Terus terang saja kukatakan, kedatangan cayhe ke
perkampungan Liok Soat San cung adalah bertujuan
untuk mengambil Teratai Racun Empedu Api itu, aku
sama sekali tiada bermaksud hendak mencuri pedang!"
,,Kurangajar!" maki Pek Koen Gie sambil tertawa
dingin, "Kalau hanya mencuri sebatang Teratai Racun
Empedu Api saja, masa keadaan bisa berubah jadi begini
tegang dan pihak mereka sampai mengerahkan kekuatan
intinya untuk melakukan penggeladahan" Perkumpulan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hong Im Hwie tak nanti unjukkan kerepotan dan
kebingungan semacam ini"
,,Oooh ..... - kiranya kabar berita mengenai
terbunuhnya Jien Bong belum sampai bocor di tempat
luaran...." pikir Hong po Seng, mendadak siatu ingatan
berkelebat di dalam benaknya.
Diam-diam ia berseru:
,,Aduuuh! Andaikata secara diam-diam ia
menghancurkan Teratai Racun Empedu Api itu, apa yang
harus aku lakukan?""
Saking gelisah dan gugupnya, tanpa berpikir panjang
lagi segera serunya:
"Nona! Harap kau buang teratai racun itu ke dalam
sungai, sedang aku akan membantumu untuk
menemukan pedang emas itu kalau tidak, maafkanlah
daku kalau tidak sudi memberitahukan kepadamu !"
Pek Koen Gie sendiripun telah menduga selain
lenyapnya Teratai Racun Empedu Api ini pastilah sudah
terjadi peristiwa lain, karena takut jejaknya ketahuan
sehingga rahasianya terbongkar dia memang ada
maksud hen?dak melenyapkan teratai racun empedu api
itu dari muka bumi, tetapi setelah saat ini Hong-po Seng
terus terang mengancam bahkan mcnggunakan pedang
emas itu sebagai ancaman, ia jadi serba salah dan untuk
beberapa saat lamanya tidak tahu musti menjawab apa.
Hingga saat itu belum nampak sebuah perahupun
yang membawa penumpang menyeberangi sungai
tersebut, berhubung pemeriksaan dan penggeledahan
dilakukan sangat lambat, sementara orang yang
menunggu di tepi pantai amat banyak, terutama sekali
para jago perkumpulan Hong Im Hwie yang sebagian
besar telah berkumpul semua di tepi dermaga, membuat
suasana di sekitar situ terasa bertambah tegang dan
seram. Di bawah sorot cahaya api, kilapan senjata
bergemerlapan di tengah kegelapan, deru angin kencang
serta gulungan ombak yang menghantam tepian
menambah seramnya suasana di situ. Dalam ada itu
ketika Kok See Piauw menyaksikan Pek Koen Gie
termenung dan tidak mengucapkan sepatah katapun,
seakan-akan gadis itu merasa serba salah dibuatnya
segera bertindak cepat, jari tangannya berulang kali
berkelebat melancarkan beberapa totokan yang
kesemuanya bersarang di bawah iga Hong-po Seng,
kemudian jengeknya sambil tertawa:
,,Barang itu kau sembunyikan di mana" bangsat cilik!
Kau suka mengaku tidak?"
JILID KE 8: Siapa Pembunuh Jien Bong"
Ilmu totok memisah urat dan penembus ulu hati yang
digunakan anak murid Boe Liang Sin Koen ini benarbenar
merupakan suatu ilmu penyiksaan yang paling keji,
siapapun yang termakan serangan ini tidak akan kuat
menahan diri, Dalam waktu singkat sekujur badan Hong
Po Seng serasa bagaikan digigit oleh berjuta-juta ekor
semut, seluruh urat nadi dalam tubuhnya mengerut
kencang, jantungnya mengembang besar, darah
mengalir keatas semakin deras sementara tubuh bagian
bawahnya mengerut kecil, keringat dingin sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya
membasahi seluruh badan, sambil merintih tubuhnya
bergulingan diatas tanah.
Sekali cengkeram Kok See Piauw menarik lengan Hong
Po Seng sehingga tidak sampai roboh diatas tanah,
sedangkan tangan yang lain mendekap mulutnya agar
suara rintihan tidak sampai kedengaran oleh orang lain.
Sembari menyeringai seram bisiknya sinis:
"Bangsat! ayoh cepat mengaku, barang itu kau
sembunyikan dimana?" kalau tidak mau mengaku
lagi...Hmm! Hmm!,.. kongcumu segera akan
memunahkan ilmu silat terlebih dahulu!".
Haruslah diketahui mereka bertiga berada diantara
gerombolan manusia yang terletak dipaling belakang,
jaraknya dari penyebrangan sungai masih terpaut dua
puluh tombak lebih, kendati orang-orang yang berjejeran
dibelakang mereka dapat melihat tingkah laku ketiga
orang itu, tetapi sebagian besar yang terdiri dari kaum
pedagang, kaum pekerja kasar yang sudah sering kali
menjumpai keonaran serta peristiwa2 aneh semacam itu
pada berlagak pilon semua, siapapun tidak berani
mencampuri urusan tersebut sehingga mengakibatkan
dirinyapun terjerumus dalam perisiwa tadi.
Kalau Kok See Piauw masih bersikap tenang saja
menyiksa diri Hong Po Seng, sebaliknya Pek Koen Gie
jadi gelisah dan tidak tenang. Dengan wajah memberat
serunya: "Kok heng, cara ini tak bisa digunakan"
Melihat gadis itu menunjukkan sikap gusar dan tidak
senang hati, buru buru Kok See Piauw menjulurkan
tangannya dan memijat beberapa kali dibawah iga Hong
po Seng untuk membebaskan ilmu totokan pembuyar
urat nadinya, kemudian setelah menotok jalan darah
kakunya ia berkata sambil tertawa.
"Hian-moay ! harap kau suka menyerahkan Teratai
Racun Empedu Api itu kepada siauw-heng ,sekalipun Jien
Hian datang sendiripun, tanggung ia tak berani
menggeladah saku siauw-heng ".
"Walaupun aku tidak takut kalau sampai ada anggota
perkumpulan Hong Im Hwie yang menggeladah tubuhku"
pikir Pek Koen Gie dalam hati. "Tapi terang-terangan
bohong pun rasanya bukan suatu keadaan yang sedap
dinikmati ".
Karena berpikir demikian, ia lantas angsurkan Teratai
Racun Empedu Api itu ke tangannya sambil pesannya
lirih : "Benda ini merupakan suatu benda yang sangat
langka didalam dunia persilatan, harap Kok-heng suka
menyimpannya secara baik2, setelah menyebrangi sungai
nanti harap segera serahkan kembali kepada siauwmoay!"
"Hian-moay. harap kau jangan kuatir "sahut Kok-See
Piauw sambil tertawa, ia segera masukkan Teratai Racun
Empedu Api itu kedalam sakunya. "Paling banter aku
bakal bentrok sama orang2 dari perkumpulan Hong Im
Hwie, tak usah bingung, tanggung aku tak akan
membuat kapiran urusan Hian moay!"
Pada saat itulah dari atas permukaan sungai
berkumandang datang suara senandung panjang yang
amat nyaring: "Thong Thian It Coe Hiang.. Thong Thian It Coe Hiang
". "Aaah.. dari pihak sekte agama Thong Thian Kauw
pun ada orang yang datang ke mari! "seru Kok See
Piauw tercengang.
Terdengar suara seseorang yang nyaring dan lantang
segera menyahut:
"Hong Im Kie Hwie,... Hong Im Kie Hwie sahabat dari
Thong Thian Kauw silahkan ".
Suaranya keras, nyaring dan lantang. lama sekali baru
membuyar diangkasa.. dari permukaan sungai terdengar
suara dayung yang membentur air berkumandang
datang. Hong po Seng yang baru saja mendapat siksaan,
waktu itu pikirannya masih bergolak keras, dengan mata
melotot bulat awasi permukaan sungai.
Tampaklah sebuah perahu dengan tiga batang tiang
layar yang terbentang lebar menerjang ombak melaju
datang. puluhan buah lampu 1entera tergantung diujung
perahu itu membuat suasana disekelilngnya jadi terang
benderang. "Hian-moay, siapakah orang itu ?" mendadak
terdengar Kok See Piauw bertanya.
"Hmmm ! siluman rase dari sekte agama Thong Thian
Kauw, orang kangouw menyebutnya sebagai Giok-Theng
Hujien nyonya hioolo kumala! ".
Hong-po Seng yang ikut mendengar pembicaraan itu
segera alihkan sinar matanya kearah ujung perahu,
tampaklah diatas sebuah kursi kebesaran berlapis emas
duduklah seorang perempuan cantik berbaju hijau,
bersanggul tinggi, bergaun panjang dan berwajah sangat
agung. Perempuan itu tampak sangat angker dan berwibawa,
terlihatlah pada tangan kanannya mencekal sebuah Huttim
bergagang kumala, ditangan kirinya membopong
seekor makhluk aneh yang menyerupai rase, berbulu
putih salju dan bermata merah tajam, kakinya menginjak
sebuah bangku berlapis kain sutra, disisi bangku terletak
sebuah hioolo kumala yang tingginya mencapai beberapa
depa, asap hijau yang menyiarkan bau harum mengepul
keluar dari hioolo tadi.
Disisi hioloo tadi berdiri seorang dara bergaun ungu,
berwajah cantik dan berusia lima enam belas tahun
sedangkan dibelakangnya berdirilah sebaris toojien
bejubah abu2 bersoren pedang dan usianya diantara tiga
puluhan tahunan.
Dalam pada itu perahu tadi sudah merapat ditepi
pantai, mendadak tampaklah dari rombongan
perkumpulan Hong Im Hwie muncul seorang pria
berwajah putih bersih berjenggot hijau maju
menyongsong kedatangan mereka, sembari menjura
serunya: "Ooooh ! kiranya Giok Theng Hujien yang telah
datang, apabila kami tidak sempat menyambut
kedatangan hujien dari tempat jauh, harap suka memberi
maaf yang sebesar besarnya"
Per-lahan2 Giok Thing Hujien turun dari tempat
duduknya dan bergerak menuju ke ujung perahu,
sahutnya sambil tertawa.
"Haaah haaah . haaaah . Sam Tang-Kee baik2kah kau
" 0oow . . . sudah terjadi jual beli apa sih sehingga kau
harus turun tangan sendiri untuk mengatasinya ?"
"Tidak aneh kalau Pek Koen Gie bersem bunyi diantara
gerombolan manusia banyak" diam2 Hong-po Seng
membatin. "dan tak berani sembarangan berkutik,
kiranya Sam Tang-Kee dari perkumpulan Hong Im Hwie
pun telah hadir disini ".
Pria berbaju perlente itu she-Cie bernama Kiam
dengan julukan "Pat pit Sioe Loo" malaikat berlengan
delapan, dialah si majikan nomor tiga dari perkumpulan
Hong Im Hwie, salah satu diantara orang2 kepercayaan
Jien Hian. Pada waktu itu, orang2 yang hendak menyebrang
sungai sama2 mengundurkan diri kebelakang, ada
diantara yang jeri atau takut diam2 telah ngeloyor pergi
dari situ. Pek Koen Gie mengerti bahwa Hong Po Seng
mempunyai kemampuan untuk melepaskan diri dari
pengaruh totokan, oleh sebab itu cekalannya pada
pergelangan orang sama sekali tidak dikendorkan,
melihat semua orang mundur kebelakang diapun sambil
menarik tangan pemuda itu ikut mundut kebelakang,
meski demikian mereka tetap berada diantara
gerombolan manusia.
Ditengah jalan mendadak Hong Po Seng menemukan
Oh Sam serta seorang pria lainnya masing2
mencengkeram dua orang, mereka bukan lain adalah tiga
ekor harimau dari keluarga Tiong serta Chin Wan Hong
tanpa terasa pemuda kita menghela napas panjang,
dengan pikiran yang kalut pandangan mata segera
dialihkan kembali kearah permukaan sungai.
Terdengar si malaikat berlengan delapan Cie Kim
dengan suara dingin sedang berkata.
"Dalam tubuh perkumpulan kami sedang tertimpa
suatu peristiwa maha besar, hingga kini duduk perkara
yang sebenarnya masih belum jelas. Hujien kalian toh
selama ini berkeliaran didaerah tenggara, kali ini
berkunjung ke-Barat entah karena urusan apa?"
Dengan wajah berseri seri dan senyum di kulum Giok
Theng hujien berdiri diujung perahunya, sehabis
mendengar pembicaraan orang ia lantas menjawab:
"Berhubung ada sedikit persoalan yang harus
diselesaikan dikota Thong Kwan aku telah melakukan
perjalanan datang kemari, dari pada merepotkan sahabat
sahabat dari perkumpulan Hong Im Hwie, maafkan kalau
aku tidak turun kedarat"
Berbicara sampai disini, dengan sepasang biji matanya
yang jeli ia menyapu sekejap kearah gerombolan
manusia yang saling berdesak desakan diatas darat.
Jarak antara Hong po Seng dengan perempuan itu
masih terpaut sangat jauh, tetapi entah apa sebabnya
ketika menyaksikan sinar mata perempuan itu menyapu
datang hatinya mendadak terasa jaii bergidik. Terasalah
lengannya jadi kencang dan ia sudah ditarik Pek Koen
Gie bersembunyi dibelakang punggung orang.
Mendadak dari tepi seberang berkumandang lagi suara
dayung memecah ombak, disusul suara manusia
berteriak keras:
"Sin Kie Hoei yang.... Sin Kie Hoei yang."
"Hmm! orang2 dari perkumpulan Sin Kie Pang pun
turut berdatangan... "batin Hong po Seng dengan alis
berkerut. "Huuuh kawanan serigala dan harimau
semuanya..: sedikitpun tak berguna bagi aku orang she
Hong po.... ".
Suatu perasaan begidik secara mondadak muncul dari
dasar lubuk hatinya ia merasa suatu peristiwa tragis yang
tidak menguntungkan bakal meninipa dirinya,
pengalaman semacam ini selamanya belum pernah
dirasakan barang satu kalipun, untuk sesaat tangan dan
kakinya jadi dingin saking tegangnya, sekujur badan
terasa seolah-olah gemetar keras.
Pek Koen Gie yang sedang mencengkram
pergelangannya ketika secara tiba tiba merasakan tangan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
slanak muda itu berubah jadi dingin, ia nampak tertegun,
kemudian bisiknya lirih.
"Hong Po Seng, katakanlah sipedang emas itu telah
kau sembunyikan dimana! aku tanggung jiwamu tidak
akan mendapat rintangan ataupun terancam
marabahaya, bahkan mulai detik ini aku tidak akan
memusuhi dirimu lagi"
Terhadap diri Hong-po Seng, perempuan ini boleh
dibilang mempunyai suatu pandangan serta perasaan
yang aneh, ia merasa kagum juga merasa mendongkol
dan mangkel. Ia merasa sianak mucla ini berbeda dengan pemuda
lain, tetapi iapun merasa bahwa kegagahan serta
keangkeran pemuda ini jauh melebihi dirinya, setiap
tingkah lakunya se-olah2 menyinggung gengsi serta
martabat baiknya membuat timbulnya suatu pandangan
yang aneh dalam hati kecil gadis ini.
Dia ingin cepat2 menghukum mati Hong po Seng,
tetapi iapun merasa tidak rela kalau dia mati ditangan
orang lain. Hong-po Seng sendiri tatkala mendengar gadis itu
bersikeras menuduh dia telah mendapatkan "Pedang
Emas" sadarlah ia bahwa banyak bicara tiada berguna
sinar matanya segera dialihkan kearah permukaan
sungai. Tampaklah tiga buah perahu besar meluncur datang
dari tepi seberang, pada ujung perahu yang ada diposisi
tengah berdiri seorang lelaki berjubah lebar. dialah koen
su perkumpulan Sin Kie Pang yang julukan Tok Coe kat si
Coe kat beracun Yauw Soet.
"Huaaah - hahh, bagus sekali!" mendadak terdengar
Giok Theng Hujien berseru sambil tertawa nyaring."Coe
kat Cay-siang siperdana menteri Coe kat membawa
tentara hendak menaklukan wilayah Tionggoan utara!".
"Haaah",haah..?"Coe kat beracun Yauw Soet takut
mendongak dan tertawa terbahak2 "Hujien! selamat
bertemu kembali" selamat bertemu kembali, ternyata
kecantikanmu kian lama kian bertambah segar. kiong
hie.... kiong hie!".
Sinar mata perlahan-lahan dialihkan kearah Malaikat
berlengan delapan Cie Kim lalu sambungnya sambil
tertawa: "Sam Tang Kee, sejak berpisah apakah selama ini kau
berada dalam keadaan baik"' Yauw Soet disini memberi
hormat kepadamu".
"0ooh.. Yauw heng, baik-baikah kau" Pat Pit sioe Loo
Gie Kim mendongak dan menjura.
Setelah merandek sejenak, mendadak ia tertawa
dingin dan melanjutkan:
" Yauw heng! tiada urusan kau tak akan mengunjungi
istana Som Tian, kunjunganmu kewilayah utara entah
disebabkan karena persoalan apa?"...".
,.Haah...haah... Sam Tang Kee! terus terang saja
kukatakan bahwa putri kesayangan pangcu kami nona
Koen Gie karena sedang mengejar musuh besarnya kini
telah memasuki wilayah kalian, oleh sebab itulah aku
buru2 tinggalkan kota Lok yang untuk menyusul kemari.
Berhubung aku dengan di pantai utara suasana sedang
tegang dan nampaknya ada tanda2 hendak
menggunakan kekerasan, maka sengaja aku menyebrang
kemari untuk menyambut pulang nona Koen Gie kami.".
"Oooh. kiranya begitul"per lahan2 Pat Pit Sioe Loo Cie
Kim mengangguk.
Ia berpaling kebelakang dan segera serunya lantang:
"Diatas dermaga apakah terdapat nona Pek Koen Gie
dari perkumpulan Sin Kie Pang?".
Ketika Hong Po Seng menyaksikan sepasang matanya
dengan langsung memandang kearah mereka, walaupun
jaraknya jauh tetapi ketajaman matanya menggidikkan
hati, diam2 merasa terkesiap pikirnya:
"Orang ini sendiri tadi tak pernah munculkan diri,
setelah tampil kedepan tak pernah juga menoleh
kebelakang, darimana ia bisa tahu kalau Pek Koen Gie
berada disini?"".
Pek Koen Gie sendiripun merasa agak terkejut. kepada
Kok See Piauw segera serunya:
"Kok heng, harap kau suka membawa orang ini!"
sembari berkata ia segera turun kearah tepi sungai.
Kok See Piauw tidak bicara, setelah mengampit tubuh
sianak muda itu dibawah ketiaknya, ia mengancam
sambil tertawa;
"Hey bajingan she Hong Po, bila kau tidak ingin
modar, aku harap kau bisa sedikit tahu diri dan jangan
banyak bertingkah."
Orang2 yang berkumpul ditepi pantai sama2
menyingkir kesamping membuka jalan, dengan dipimpin
oleh Pek Koen Gie disusul oleh Kok See Piauw sambil
mengepit Hong po Seng dan Oh Sam serta seorang pria
berbaju hijau mengepit Tiong-si Sam-Hauw dan Chin
Wan Hong mereka berjalan menuju ke dermaga.
Coe-kat beracun Yauw Soet yang berdiri diujung
perahu segera menuding kearah Cie Kim dan ujarnya
sambil tertawa :
"Nona Koen Gie, dia adalah Cie Cienpwee majikan
ketiga dari perkumpulan Hong Im Hwie, dalam
pertemuan Pak-Beng-Hwie tempo dulu dengan kedelapan
puluh satu jurus ilmu pukulan Koei-Goan-Cieng-hoat-nya
ia berhasil membinasakan Huang-san It-To, membelah
Hoo-Pak It Sioe, sampai2 si Ciong Kian-Khek jagoan
berambut gondrong yang amat tersohor namanya
dimasa itu pun harus mengorbankan lengannya ditangan
Cie Tang-kee !".
Pek Koen Gie alihkan sinar matanya kearah Pat-Pit
Sioe-Loo Cie Kim, setelah memandang sekejap
kearahnya ia segera menjura.
"Sudah lama aku mengagumi akan kehebatan serta
nama besar dari Sam Tang kee".
Pat Pit Sioe-Loo Cie Kim mendengus dingin,dengan
pandangan tajam ia awasi wajah Pek Koen Gie tanpa
berkedip, lalu katanya:
"Aku telah memperoleh laporan yang mengatakan
bahwa pagi tadi nona Pek telah menyebrangi sungai
memasuki wilayah kekuasaan kami, apakah musuh2 yang
sedang kau kejar telah berhasil ditangkap semua"."
Berbicara sampai disitu ia melirik sekejap kearah
orang2 yang berada dibelakang.
"Atas berkah dari Sam Tang kee boanpwee telah
berhasil menangkap semua kelima orang itu!".
Setelah merandek sejenak, tanyanya lagi:
"Entah kejadian apakah yang menimpa dalam tubuh
perkumpulan kalian" sehingga Sam Tang kee harus
repot2 turun tangan sendiri datang kemari?".
Sepasang alis malaikat berlengan delapan Cie kim
berkerut kencang, mendadak dengan sorot mata yang
tajam ia tatap wajah Pek Koen Gie tanpa berkedip
kemudian serunya ketus:
"Nona Pek, peristiwa yang terjadi teramat besar
sekali....".
Tatkala dilihatnya orang itu menatap wajahnya
dengan tajam tanpa berkedip, air muka Pek Koen Gie
seketika berubah hebat, dengan penuh kegusaran
tukasnya: "Kalau memang kejadian itu teramat besar sekali,
harap Sam Tang Kee segera menerangkan sejelas
jelasnya, entah peristiwa itu terjadi dimana dan pada
saat kapan?"
"Hehh...helahl...hehhh...nona Pek, pintar amat
otakmu, hanya didalam sepatah dua patah kata saja
pertanyaanmu kau telah ajukan persis kedalam pokok
persoalan"
"Ayah harimau mana mungkin melahirkan anak anjing
"timbrung Giok Theng Hujien secara tiba2 sambil
tertawa, "Hey Sam Tang Kee, apakah kau sudah lupa
akan kemampuan dari Pek pangcu?".
Pat Pit Sioe Loo simalaikat berlengau delapan Cie Kim
mendengus dingin, ia tidak menanggapi ucapan tersebut.
Sebaliknya si Coe kat beracun Yaw Soet segera
tertawa dan berkata.
"Hujien!. kau bukannya menikmati Sorga hidup
didalam kamar pribadimu yang harum, jauh datang
kemari mau apa atau jangan2 kau memang tersangkut
didalam peristiwa besar yang terjadi didalam tubuh Hong
Im Hwie ini?"
Giok Theng Hujien memutar biji matahya yang jeli lalu
tersenyum. "Coe kat Cay siang! biasanya dugaan serta
perhitungan sangat tepat tak pernah meleset, tapi kali ini
dugaanmu telah Salah besar, aku hanya secara
kebetulan saja hadir ditempat ini bahkan sampai
sekarang aku masih belum tahu kejadian apakah yang
telah menimpa perkumpulan Hong im Hwie!".
Pat Pit Sin Loo Cie Kim segera mendongak dan
tertawa seram. "Haaah....haaah!....kalau memang kalian berdua tidak
tahu akan duduknya perkara, dus berarti hanya aku
orang she Cie seorang yang tahu akan peristiwa ini".
Ia merandek sejenak, lalu dengan dua rentetan sorot
mata yang tajam bagaikan pisau ia menyapu sekejap
wajah Pek Koen Gie serta Kok See Piauw sekalian,
sambungnya: "Dari perkampungan Liok Soat San Chung telah
kehilangan dua macam benda mustika dan selembar jiwa
manusia melayang, saudara berdua harus tahu dunia
persilatan yahg tenang selama sepuluh tahun, mulai
detik ini tidak bakal akan tenang kembali"
Hong-po Seng dikempit dibawah ketiak Kok See Piauw
tak dapat melihat perubahan wajah orang, tapi ketika
mendengar bahwa ada dua macam benda mustika yang
hilang suatu ingatan dengan cepat berkelebat didalam
benaknya. pemuda itu segera berpikir:
"Jangan jangan persoalan itu tersangkut didalam
masalah "Pedang emas" andaikata demikian adanya,
maka pastilah perbuatan itu adalah hasil karya dad Poei
Che Giok! ".
Sehabis perkataan tadi diutarakan keluar Si Coe kat
beracun Yauw Soet sama sekali tidak menunjukkan
reaksi apapun, dengan sikap yang tenang ia
mendengarkan perkataan Cie Kim selanjutnya.
Sebaliknya Giok Theng Hujien segera berseru
tercengang, katanya:
"Sudah lama aku dengar orang berkata bahwa
perkampungan Liok soat san cung. telah dijadikan
Pesanggrahan oleh Jien Tang kee, entah jiwa siapa yang
telah melayang dan dua macam benda mustika apakah
yang ikut lenyap?".
Air muka Pat Pit Sioe Loo Cie berubah jadi dingin
membesi, dengan ketus sahutnya.
"Dua macam benda mustika itu sih bukan urusan
besar, justru jiwa yang melayang itulah merupakan
peristiwa yang maha hebat"
"Aduuh celaka" diam2 Coat kat beracun Yauw Soet
berpikir dengan hati bergetar keras,' Hong po Seng
betul2 bernyali besar dan tidak tahu lihay, mungkin
orang yang telah dibunuh olehnya adalah sanak keluarga
dari Jien Loo jie!",
Dalam hati berpikir demikian, diluar ia segera
menimbrung: "Sam Tang kee, entah siapakah yang telah jatuh
korban?". Pat Pit Sioe Loo si malaikat berlengan delapan Cie Kim
tertawa dingin, dengan suara keras teriaknya:
-Kami sudah kehilangan jiwa putra tunggal
kesayangan _Jien Tang kee kami, Siauw Thian Seng Jien
Bong adanya, coba cuwi sekalian pikir, apakah sejak kini
dunia persilatan bisa aman tenteram lagi"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, air muka
semua orang yang hadir dikalangan sama2 berubah
hebat, termasuk juga segenap anak buah yang
tergabung didalam
perkumpulan Hong Im Hwie, rata2 mereka
menunjukkan rasa kaget dan tercengang yang tak
terhingga. Jelas sebelum ucapan barusan diutarakan,
mereka sendiripun tidak tahu duduk perkara yang
sebetulnya.....
Diam2 Pek Koen Gie merasa amat terperanjat,
pikirnya: "Bangsat cilik ini kenapa bertindak begitu goblok?"
masa mau bikin onarpun sampai memancing meledaknya
bencana begitu besar?".
Makin dipikir ia semakin gemas sehingga akhirnya
sepasang giginya bargemerutukkan menahan rasa
mangkel yang tak terkirakan, ingin sekali satu kali tabok
ia cabut jiwa pemuda she Hong Po itu.
Dalam pada itu terdengarlah Coe kat beracun Yauw
Soet dengan wajah serius berkata:
"Peristiwa ini memang sangat menyedihkan sekali,
setelah Jien Tang kee mengalami musibah yang tak
terduga ini pasti ia rasa amat sedih hati"
Setelah merandek dan termenung beberapa saat
lamanya., ia berkata kembali:
"Sam Tang kee, perkampungan Liok Soat San Chung
terletak ditengah bukit Im Tiong San yang jaraknya ada
ribuan li dari tempat ini, entah peristiwa tragis itu kapan
terjadinya?"
"Kejadian ini berlangsung pada tiga hari berselang,
Yauw-heng! kau tersohor sebagai seorang Koen-su yang
memiliki banyak akal cerdik, entah apa petunjukmu
mengenai peristiwa ini ?"
Diam2 Si Coe-kat beracun Yauw Soet berpikir dalam
hatinya "Andai kata Pedang Emas itu belum terjatuh
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketangan pihak kami, untuk lolos dari ternpat ini rasanya
tidak terlalu sulit, sebaliknya kalau pedang emas itu
sudah berada didalam saku Koen Gie . waaah ! urusan
jadi radaan repot, entah benda apa yang di maksudkan
sebagai mustika kedua itu" ".
Berpikir sampai disitu, ia segera melayang turun
keatas daratan, kepada Cie Kim ajarnya.
"Kematian dari Jien kongcu pastilah ada hubungannya
dengan kedua macam mustika itu, apabila perkumpulan
kalian ada maksud mencari tahu siapakah pembunuhnya,
maka satu2nya jalan adalah berusaha untuk menemukan
kembali kedua macam benda tersebut."
Berbicara demikian sinar matanya segera dialihkan
kearah Pek Koe Gie sebagai tanda pertanyaan.
Pek Koen Gie adalah seorang gadis yang cerdik dan
banyak akal, melihat urusan amat kritis dan sangat
tegang buru2 ia memberi hormat kepada Cie Kim,
katanya : "Kalau memang peristiwa berdarah itu terjadi pada
tiga hari berselang, itu berarti persoalan tersebut sama
sekali tiada sangkut pautnya dengan diriku sebab baru
pagi tadi boanpwee menyebrangi sungai Huang-Hoo. Cie
Cienpwee ! urusan ini mempunyai sangkut paut yang
besar dengan ketenteraman Bu-lim, kami dari pihak
perkumpulan Sin Kie-Pang tidak ingin melibatkan diri
didalam kancah air keruh itu, maaf kalau boanpwee akan
mohon diri terlebih dahulu!"
Habis berkata ia segera putar badan dan berjalan
menuju kearah perahu perkumpulannya.
"Tunggu sebentar " hardik Pat-Pit Sioe Loo Cie Kim
dengan suara keras, tangannya bergerak dan segera
mengirim satu cengkeraman kearah depan.
Sejak tadi si Coe-kat beracun Yauw Soet sudah bersiap
siaga menghadapi serangan orang ini, melihat
dilancarkannya serangan sang badan segera meloncat
kedepan menghadang jalannya serangan tersebut.
Seraya menjura dan tertawa lantang,"Sang Tang kee,
harap didengarkan dulu".
Seraya berkata sepasang tangannya yang sedang
menjura segera didorong kemuka menghantam dada Cie
Kim. Dalam keadaan begini seandainya Pat Pit Soen Loo Cie
Kim tidak menarik kembali tangannya yang hendak
mengancam tangan Pek Koen Gie, niscaya lengan
kanannya bakal terhajar patah.
Malaikat berlengan delapan Cie Kim bukanlah lampu
lantera yang kekurangan minyak, terdengar ia
mendengus dingin, tangan kanannya segera ditarik
kembali kemudian dengan sikap menjura ia tembus
sepasang tangan Coe kat beracun Yauw Sect yang
sedang meluncur datang.
Diantara bergelombangnya ujung jubah yang lebar,
segulung hawa pukulan berhawa lm yang lunak tanpa
menimbulkan sedikit suarapun segera menerjang kearah
tubuh Pek Koen Gie.
Diam2 Coe kat beracun Yauw Soet merasa
terperanjat, tapi diluaran ia berlagak se-olah2 tak pernah
terjadi sesuatu urusan apapun, dengan langkah yang
enteng dan seenaknya ia mundur setengah langkah
kabelakang, sepasang lengan ditarik kembali dan
menggunakan kesempatan dikala segulung angin
serangan menyapu tiba itulah ia segera menahadang
dibelakang tubuh Pek Koen Gie.
Sementara itu putri kesayangan dari Pek Siauw Thian
pangcu perkumpulan Sin Kie Pang itu sedang berjalan
satu tindak kedepan, dua gulung tenaga pukulan yang
maha dahsyat telah saling bertumbukan dibelakang
tubuhnya. "Blaaaam" ditengah ledakan keras, desiran angin
tajam menyambar keempat penjuru membuat tubuhnya
bergetar keras dan maju dengan sempoyongan kemuka.
Dalam waktu singkat.... Sreeet ! Sreeet !
Sreeeet ! para anggota perkumpulan Sin Kie Pang
yang berada diatas ketiga buah perahu itu bagaikan
jangkrik2 segera berloncatan naik keatas darat, sekeliling
tubuh Pek Koen Gie dengan cepat telah terlindung
dibawah kurungan jago2 lihaynya.
"Haah . . . haah . . haaah . . . nama besar Coe-kat
Cay-siang ternyata bukan nama kosong belaka"
terdengar Giok Theng Hujien berseru sambil tertawa
riang. "Bukan saja ilmu silatnya sangat lihay, bahkan anak
buahnyapun sama2 cekatan semua. inilah yang
dikatakan orang kuno sebagai dibawah asuhan panglima
kenamaan tiada prajurit yang lemah, anggota sekte
agama Thong Thian Kauw tak terdapat anak murid yang
cekatan dan gesit seperti kalian ".
Sementara itu kegusaran yang berkobar dalam dada
Pat-Pit Sioe-Loo Cie Kim belum sirap, sehabis mendengar
ucapan itu bagaikan minyak yang kena api hawa
amarahnya semakin berkobar hebat. mendadak ia
berpaling kearah para anggota perkumpulan Hong Im
Hwie yang berkumpul disitu, lalu bentaknya :
"Sebelum digeladah dengan teliti siapapun dilarang
naik keatas perahu, barang siapa yang berani
membangkang segera bunuh, kalau sampai ada satu
orang saja yang berhasil lobos, kalian semua harus
bunuh diri untuk menebus dosa itu !".
Terdengar seluruh anak buah Hong Im Hwie berseru
mengiakan, kemudian tampaklah bayangan manusia
saling berkelebat, dalam waktu singkat jalan mundur Pek
Koen Gie telah terputus, suasana jadi tegang dan kedua
belah pihak sama2 mempersiapkan diri untuk
melangsungkan suatu pertarungan sengit.
Coe kat beracun Yauw Soet berotak tajam dan banyak
akal. meski ia merasa suasana meruncing dan setiap saat
kemungkinan besar bisa terjadi pertempuran sengit,
tetapi sikapnya masih tetap tenang2 saja seakan2 tidak
pernah terjadi suatu kejadian apapun, pikirnya.
"Siluman rise itu sengaja memancing kobarnya api
pertempuran diantara dua perkumpulan. Hmm! dia
pingin perkumpulan Sin Kie Pang saling bertarung
dengan perkumpulan Hong Im Hwie bagaikan burung
bangau yang berebut makanan, sedangkan sekte agama
Thong Thian Kauw hanya tinggal menanti hasilnya
bagaikan nelayan mujur. dianggapnya urusan bisa
berlangsung begitu gampang?"
Berpikir demikian ia lantas berpaling kearah Pek Koen
Gie sambil tegurnya:
"Tit li. apakah kau terluka?".
Dari lirikan matanya yang tajam Pek Koen Gie dapat
mengetahui bahwa sanya Si Coe Kat beracun Yauw Soet
sedang bertanya kepada dirinya apakah "Pedang emas"
itu berhasil didapatkan, ia pun segeta gelengkan
kepalanya tanda belum mendapatkannya, tetapi
berhubung "Tetatai Racun empedu Api" berada disaku
Kok See Piauw maka sinar matanya melirik sekejap
kearah sianak muda itu. Jawabnya.
"Terima kasih atas perhatian paman, untung Tit li
tidak sampai menderita !"
Si Coe kat beracun Yanw Soet sendiri ketika melihat
dara itu gelengkan kepalanya lalu melirik sekejap kearah
Kok See Piauw, dalam hatinya segera timbul perasaan
ragu dan sangsi, pikirnya.
"Apa artinya sikap itu?" apakah Pedang emas itu
sudah didapatkan tapi telah diambil oleh Kok See
Piauw?" Karena belum tahu dnduk perkara yang sebetulnya,
untuk beberapa saat lamanya ia tak berani mengambil
keputusan ataupun merencanakun siasat, maka dari itu
sembari tertawa terbahak-bahak katanya:
"Kok hian tit, mari aku perkenalkan dirimu kepada
orang ini",.
Samil menuding kearah Cie Kim sambungnya:
"Saudara ini adalah Sam Tang kee diapun merupakan
salah seorang sahabat karib suhumu. Hian tit, ayoh cepat
maju mengunjuk hormat kepada Sam Tang kee"
Dengan tangan kiri mengempit tubuh Hong Po Seng,
Kok See Piauw maju melangkah kedepan lalu berkata:
"Cayhe Kok See Piauw anak murid perguruan Boe
Liang Bun, menghunjuk hormat buat Sam Tang kee"
Dengan pandangan mata yang tajam "Pat Pit Sioe
Loo" malaikat berlengan delapan Cie Kim menyapu
seluruh tubuh Kok See Piauw dari atas hingga kebawab,
lalu ejeknya: "Kok See heng, rupanya kau sudah menggabungkan
diri menjadi anggota perkumpulan Sin Kie Pang?"".
"Hmm!"dari nada ucapan Cie Kim barusan, Kok See
Piauw rupanya dapat menangkap arti sindiran tersebut,
hawa pitam kontan memuncak keatas kepala, dengan
dingin ia mendengus.
"Cayhe selamanya malang melintang seorang diri,
belum pernah aku menjadi anggota sebuah Kauw atau
sebuah Pang."'
Habis berkata ia putar badan dan berlalu dengan sikap
angkuh. Selama hidupnya ia selalu bersikap jumawa dan tinggi
hati, kecuali terpikat oleh kecantikan Pek Koen Gie
sehingga rela takluk dibawah gaunnya dan
mendengarkan perintahnya, terhadap orang lain ia tak
pernah bersikap ramah ataupun besikap mengalah
sepatah dua patah kata tidak cocok pertempuran sengit
segera akan terjadi.
Dengan pandangan tajam Pat Pit Sioe loo Cie Kim
mengawasi bayangan punggung pemuda itu sambil
tertawa dingin, belum sampai satu tombak Kok See
Piauw berlalu mendadak dari balik semak meloncat
keluar seseorang sambil membentak keras:
"Kembali ketempat asalmu."
Sambil membentak orang itu segera melancarkan
sebuah babatan maut kedepan.
Kok See Piauw tentu saja tak mau mengalah dengan
begitu saja, melihat datangnya ancaman ia segera
ayunkan tangannya pula menyambut datangnya
serangan itu dengan keras lawan keras.
"Blamm...! terdengar suara bentrokan nyaring
berkumandang diangkasa, ditengah ledakan keras itu
masing2 pihak sama2 tergetar mundur tiga langkah, hal
ini menunjukkan bahwa kekuatan mereka berdua adalah
seimbang. Terdengar Pat-Pit Sioe-Loo Cie Kim tertawa dingin
"Kok See Piauw " jengeknya. " Andaikata aku orang
she-Cie harus turun tangan sendiri, maka orang akan
menganggap aku menganiaya orang muda. dan kini kau
tentu bisa sedikit tenang bukan ! ".
Kok See Piauw yang harus mengepit tubuh Hong-po
Seng dibawah ketiak dan menyambut serangan tadi
dengan hanya menggunakan tangan sebelah saja tidak
Sempat mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimiliki, setelah mendengar ucapan tersebut ia segera
mendongak dan memperhatikan orang yang turun
tangan menghalangi dirinya barusan.
Segera terlihatlah orang itu adalah seorang pemuda
berpakaian ringkas yang berusia dua puluh tahunan. bisa
dibayangkan betapa..mangkel dan jengkelnya perasaan
anak murid Boe-Liang Sin-Koen ini, tangannya
segera diayun melemparkan Hong-po Seng kesamping
kemudian dengan langkah lebar berjalan mendekati
pemuda berpakaian ringkas.
Hong Po Seng yang dilemparkan kesisi jalan segera
bergelindingan kesamping, mendadak ia menjejakkan
kakinya keatas tanah dan meloncat bangun.
Orang yang hadir ditengah kalangan dewasa ini
sebagian besar adalah para jago lihay dari dunia
persilatan, mereka semua telah mengetahui bahwa jalan
darah Hong Po Seng adalah tertotok tetapi setelah
menyaksikan sianak muda itu mendadak meloncat
bangun, tanpa terasa semua orang jadi tertegun
dibuatnya. Kok See Piauw sendiripun segera merasakan keadaan
sedikit tidak beres, dengan cepat ia menghentikan
langkahnya dan berpaling.
Terdengar si Coe kat beracun Yauw Soet tertawa
enteng serunya.
"Bangsat keparat, ternyata kau memiliki banyak ragam
ilmu setan!"
Tanpa diketahui segera tubuh apakah yang telah
digunakan. tahu2 ia sudah menyusup kebelakang
punggung Hong Po Sung dan menempelkan telapak
diatas punggungnya.
Deagan pandangan tajam bagaikan pisau Pat Pit Sioe
Loo Cie Kim menyapu sekejap wajah Hong Po Seng,
mendadak kepada Kok See Piauw serunya:
"Saudara saudara dari Perkumpulan Hong lm Hwie
memang mempunyai hubungan persahabatan yang erat
dengan Boe Liang Sin Koen. seandainya berada di-hari2
biasa aku orang she-Cie tidak nanti akan menyusahkan
dirimu, tetapi situasi pada hari ini jauh berbeda,
berhubung kejadiannya luar biasa maka mau tak mau
terpaksa kita musti menyalahi gurumu"
"Enak betul ucapan dari Sam Tang-kee" jengek Kok
See Piauw ketus. " Pertama cayhe tidak membunuh
orang. kedua, akupun tidak mencuri barang mustika milik
kalian; barang siapa berani menahan ataupun
menghalangi jatan pergiku, cayhe nomor satu yang
merasa tidak puas dan tak mau takluk"
Mendadak terdengar Giok Theng Hujien tertawa
nyaring lalu timbrungnya dari samping.
"Anak murid pergiruan dari Boe-Liang Sin Koen
biasanya bilang satu tidak akan jadi dua, Sam Tang kee
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau sebagai seorang Cian pwee lebih baik berilah satu
jalan keluar baginya"
Entah sedari kapan ia telah kembali ke tempat duduk
kebesarannya, sambil menonton ketegangan yang
mencekam ditepi pantai, senyum masih selalu menghiasi
bibirnya. sikap yang enteng dan ringan menujukkan
betapa senangnya hati perempuan itu.
Pada saat itulah seorang kakek berbaju hijau berjalan
menghampiri Cie Kim lalu membisikkan sesuatu kesisi
telinganya. Selesai mendengar bisikan dengan sorot mata tajam
Pat Pit Sioe Loo Cie Kim menatap wajah Hong Po Seng
tajam2 tegurnya:
"Yauw hong, apakah pemuda itu adalah anak buah
dari perkumpulan Sin Kie Pang kalian?"".
"Haah...haah...orang ini meskipun usianya masih
muda tetapi akal liciknya sangat banyak, ia pernah
masuk menjadi anggota perkumpulan kami kemudian
berkhianat dan melarikan diri. Kegagalan anak murid Boe
Liang Sin Koen didalam melakukan tuntutan balasnya
dikota Keng Chiu pun sebagai besar disebabkan keparat
cilik ini".
"Hmm! beberapa hari berselang, ada orang pernah
menjumpai pemuda itu melakukan perjalanan disekitar
Tay Goan, karena itu siauw te ada suatu pemintaan yang
mungkin tidak pantas diucapkan keluar".
"Haaah.., haaah,.. haaah... Sam Tang kee, kalau ada
perkataan, silahkan diutarakan keluar, masa terhadap
teman karib banyak tahunpun kau besikap sungkan
sungkan" "Pat Pit Sioe Loo "Malaikat berlengan delapan Cie Kim
tertawa dingin.
"Heeh.. heeeh kalau memang begitu, tolong Yauw
heng suka serahkan orang itu kepada aku orang she Cie,
aku hendak menanyakan beberapa persoalan
kepadanya"
"Rahasia yang diketahui keparat cilik ini terlalu
banyak" diam diam Coe kat beracun Yauw Soet berpikir,
"Membiarkan ia tetap hidup dikolong langit
bagaimanapun juga merupakan suatu bibit bencana yang
sangat berbahaya, lebih baik aku lenyapkan dirinya saja
dari muka bumi, daripada dikemudian hari merepotkan
sendirl" Ia dijuluki "Si Cioe kat beracun", kekejamn hatinya
sudah amat tersohor dikolong tangit, Kini setelah
menduga bahwa "Padang emas" telah terjatuh ketangan
Kok See Piauw maka timbullah pikiran bahwa Hong po
Seng sudah tak berguna bagi mereka.
Karena tetapak tangannya yang menempel diatas
pinggang sianak muda itu perlahan lantas didorong
kedepan, ujarnya sambil tertawa:
"Sam tong kee ada petanyaan hendak diajukan
kepadamu kesanalah untuk menjawab! Tapi..Sam Tong
Kee! kau musti hati2, takutnya kalau ia tak bisa
menguasai diri sehingga sepatah2 katapun tak sanggup
diutarakan keluar"
Hong Po Seng sama sekali tidak merasakan suatu
perubahan yang dirasakan aneh, sambil melangkah maju
kedepan tindak depan katanya:
"Cie Tong kee, kau ada persoalan apa yang hendak
ditanyakan kepadaku, silahkan diutarakan keluar"
Pat Pit Sine Lon Cie Kim tidak langsung buka suara,
dalam hati pikirnya:
"Kalau dikatakan Jien Bong menemui ajalnya ditangan
keparat cilik yang hitam lagi kurus ini, aku merasa
sedikitpun rada kurang percaya, kalau memang
perempuan yang jejaknya amat misterius itu bukanlah
budak sialan she Pek lalu siapakah dia?"
Berpikir demikian, ia lantas bertanya:
"Apa she-mu" dan siapa namamu?" kau belajar
kepandaian dari siapa ?""
"Cayhe bernama Hong-po...Aduuh ...".
Mendadak ia menjerit kesakitan lalu roboh terjengkang
keatas tanah. Simalaikat berlengan delapan Cie Kim adalah seorang
jago kawakan, menghadapi perubahan secara mendadak
ini reaksinya cukup cekatan. dengan cepat ia tangkap
pergelangan tangan Hong-po Seng kemudian salurkan
hawa murninya menembusi urat diatas pergelangan.
Kejadian ini berlangsung diluar dugaan siapapun juga,
semua orang yang hadir ditengah kalangan dewasa itu
sama2 terperanjat dibuatnye
Air muka Pek Koen Gie berubah hebat, kepada Coe-kat
berancun Yauw Soet ia melirik sekejap kearahnya,
diantara sorot matanya yang tajam secara lapat2
terkandung hawa amarah yang bergelora.
Sebaliknya Kok See Piauw berdiri tertegun air
mukaaya berubah tidak menentu. Sedang kan Giok
Theng Hujien yang duduk diatas perahu justru malah
amat gembira setelah menyaksikan kejadian itu sebab ia
memang berkeinginan demikan, sambil membelai mahluk
aneh berbulu Salju ia tersenyum dan membungkamkan
diri. Pat Pit Sioe Loo Cie Kim dengan air muka berubah jadi
hijau membesi menatap wajah Yauw Soet tajam tajam.
"Hmmemm, kalau kau sanggup menolong orang itu
sehingga lolos dari kematin, aku Yauw Soet tidak akan
disebut Coe kat beracun lagi..."pikir Si Coe kat beracun
Yauw Soet didalam hati,
Ia segera tertawa lantang dan berkata:
"Haah..haaah...haaah.,.. Sam Tong kee. kau keliru,
orang itu sudah diberi hadiah jarum sakti Sun Hoen Sin
Ciam oleh pangcu kami, besok pagi daya kerja racun keji
itu akan mulai bereaksi, entah apa sebabnya ternyata
kerja racun itu mulai menunjukkan tanda2-nya mulai
sekarang ...haah...haaah." aku orang She Yauw sih tidak
mempunyai kepandaian selihay itu"
Diam diam simalaikat berlengan delapan Cie Kim
dibuat terperanjat juga setelah mendengar ucapan itu,
pikirnya: "Kalau ia benar2 terkena jarum beracun Soe Hoen Tok
Ciam dari Pek Loo jie, jelas selembar jiwanya sukar
diselamatkan lagi!".
Berpikir sampai disitu dengan sorot mata yang tajam
ia segera berpaling kearah Pek Koen Gie,
"Aku tidak memiiiki obat penawarnya" jawab dara she
Pek itu dengan wajah ketus dan suara hambar.
Mendadak terdengar Giok Theng Hujien tertawa dan
menimbrung kembali dari atas perahunya:
"Pek kongcu betul-betul orang yang lihay.. sampai
waktunyapun bisa dihitung dengan demikian tepatnya"
"Ha..hah...Hujien, bukankah kau sangat lihay dan
memiliki kepandaian ampuh ?" seru si Coe kat beracun
Yauw Soet sambil tertawa nyaring." Apa salahnya kalau
kau unjukkan kesaktianmu untuk menyelamatkan
selembar jiwa dari Hong Po Seng?"
Giok Theng Hujien tersenyurrn.
"Aku sih memang memiliki sebatang Leng ci berusia
seribu tahun; tapi sayang benda mustika itu tidak sempat
kubawa dalam kunjunganku kali ini kalau tidak, untuk
menolong selembar jiwanya aku rasa bukan satu
persoalan yang sulit"
Disaat semua orang sedang saling menimbrung itulah
mendadak terdengar Hong po Seng merintih lalu berbisik
lirih: "Hie Sim.. Hie Lek.. Hie Pi..."
Mendengar disebutkannya nama2 jalan darah penting
itu semua orang sama-sama dibikin terkesiap.
si Malaikat berlengan delapan Cie Kim karena takut
Yauw Soet turun tangan kembali untuk melenyapkan
sianak muda itu dari muka bumi, badannya segera
bergerak cepat dan membawa tubuh Hong Po Seng
melayang mundur beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula, tangan kanannya bergerak berulang kali. dalam
sekejap mata seluruh jalan darah "Tok Meh" yang
disebutkan tadi sudah tertotok semua.
Segulung angin berbau harum menghembus lewat
Giok Theng Hujien sambil membopong makhluk aneh
berbulu saljunya melayang naik keatas daratan, kepada
Coe kat beracun Yauw Soet ia tersenyum dan berseru:
"Betulkah orang itu bernama Hong-Po Seng ?" banyak
amat kepandaian aneh yang ia miliki !"
Kiranya Hoa Hujien terlalu sayang terhadap putranya
ini, karena itu selama sepuluh tahun menyembuyikan diri
dari kejaran musuh2 besarnya ia telah wariskan segenap
kepandaian untuk menjaga serta melindungi dirinya
kepada sang putra.
Tapi sayang jarum beracun Soh Hoen Tok Ciam terlalu
lihay, ditambah pula serangan keji dari Yauw Soet
dilancarkan tanpa bekas dan tanpa terasa oleh karena ia
itu meski Hong-po Seng sudah kerahkan segenap
kemampuan yang dimilikinya ia hanya bisa
memperlambat datangnya kematian belaka, untuk
melanjutkan hidup masih terlalu sulit baginya.
Dalam pada itu suasana ditengah kalangan telah
berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun, semua pandangan mata sama2 ditujukan
keatas tubuh Hong Po Seng.
Si Coe-kat beracun Yauw Soet sendiri walaupun ada
maksud hendak mencabut jiwa Hong-po Seng, tapi pada
saat ini diapun berkeinginan agar pemuda itu bisa sadar
kembali hingga dapat dilihat apa yang akan
dilakukannya. Lama....lama sekali... ditengah kesunyian yang
mencekam seluruh jagat perlahan lahan Hong po Seng
membuka matanya kembali, lengannya ber-gerak2
seperti sedang berusaha untuk melepaskan diri dari
cekalan Cie Kim.
Terhadap pemuda kurus hitam yang berada
dihadapannya ini simalaikat berlengan delapan Cie Kim
mempunyai pandangan yang aneh, ia segera
mengendorkan cekalannya sambil bertanya:
"Hong po Seng apakah kau masih sanggup untuk
mempertahankan diri ?""
Hong po Seng mengangguk.
"Apakah kau ingin mengetahui jejak tentang "Pedang
emas" dan menuntut balas bagi kematian Jien Bong ?"
Ucapan ini begitu diutarakah keluar, sekujur tubuh
simalaikat berlengan delapan Cie Kim bergetar keras,
dengan cepat mengangguk.
"Tentu saja "
"Baik! aku akan memberi petunjuk satu jalan terang
bagimu" ia merandek sejenak, setelah mengatur
napasnya yang tersengkal sambungnya kembali.
"Paling banter aku hanya bisa hidup setengah jam
lagi, apa yang bisa kuucapkan tidak selalu banyak tapi
kau harus membinasakan aku maka dengan sendirinya,
aku tidak ingin menemui ajalku ditangan orang lain".
"Aku orang she Cie menyanggupi permintaanmu itu"
sahut malaikat berlengan delapan Cie Kim dengan
tegas."Barang siapa berani turun tangan melukai dirimu,
aku orang she Cie meskipun harus berjuang hingga
darah berceceran tidak nanti akan membiarkan orang itu
tinggalkan tempat ini dalam keadaan selamat"
"Jien Tong kee dari perkumpulan kalian apakah malam
ini bisa tiba disini?"
Pat Pit Sioe Loo Cie Kim tertegun.
"Lima propinsi yang terletak dalam wilayah Hoo pak
sudah tertutup semua bagi lalu lintas, Tong kee kami
harus melakukan inspeksi disemua daerah, mungkin
besok malam ia baru akan tiba ditempat ini"
Hong Po Deng mengangguk, sambil menjura katanya:
"Sam Tong kee harap tunggu sejenak, cayhe ada
sedikit urusan yang hendak kuselesaikan dahulu"
Suasana ditengah kalangan kembali dicekam dalam
kesunyian, segulung angin malam berhembus lewat
membuat para jago kalangan Hek to yang membunuh
orang tanpa berkedip itu secara tiba2 merasa hatinya
jadi bergidik, banyak diantara mereka yang merinding
dibuatnya. 00000000o 12 PERLAHAN2 Hong Po Seng memutar tubuhnya,
mendadak kepada Pek Koen Gie ia berseru:
"Nona Pek diantara kita bukankah pernah
membicarakan tentang sesuatu ?".
"Membicatakan soal apa?""tanya Pek Keen Gie
tertegun. Hong Po Sang tertawa hambar.
"Aku berlutut dihadapanmu dan masuk menjadi
anggota perkumpulan Sin Kie Pang kalian. kemudian kau
sekali tabok menggampar mulutku sehingga tiga buah
gigiku copot. apakah kau telah melupakannya?"
Air muka Pek Koen Gie kontan berubah jadi merah
jengah, ia segera berpaling dan serunya kepada Oh Sam
"Lepaskan beberapa orang itu."
Oh Sam serta pria berbaju hitam itu segera
mengiakan. buru2 mereka melepaskan Tong si Sam
Hauw serta Chin Wan Hong dari cekalan dan
membebaskan jalan darah mereka berempat.
Ketika jalan darahnya masih tertotok tadi, keempat
orang itu merasa banyak persoalan hendak diutarakan,
tapi sekarang setelah berada didekat pemuda itu mereka
semua malah berdiri menjublak tanpa sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Melihat wajah keempat orang itu Hong Po Seng
menghela papas panjang:
,Aaai..! kekuatan kalian berempat terlalu lemah, lebih
baik janganlah berkelana lagi didalam dunia persilatan"
Setelah rnerandek sejenak untuk mengatur napas
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ujarnya kembali.
"Setelah aku mati nanti, para enghiong dari Sin Kie
Pang meski tidak punya malu menyusahkan kalian lagi,
lebih baik kalian pulanglah kekampung desa kelahiran
kalian masing2!".
"Kongcu..."terdengar Chin Wan Hong berseru sambil
menahan isak tangis ditenggorokan.
Hong Po Seng tersenyum.
"Aku tidak lebih hanya berangkat satu langkah lebih
duluan. tiada sesuatu yang terlalu luar biasa, nona Chinkau
tak usah bersedih hati"
Bicara sampai disitu ia lantas berpaling dan
menambahkan: "Sam Tong kee. ilmu silat yang dimiliki empat orang
ini sangat cetek lagi pula mereka tidak tersangkut dalam
peristiwa yang terjadi dalam perkampungan Liok Soat
San cung. cayhe berharap agar Sam Tong kee bisa
berbuat bijaksana terhadap mereka berempat "
Suasana yang penuh diliputi kesedihan serta
kepedihan memenuhi seluruh kalangan saat itu, semua
orang ikut merasa beriba hati menyaksikan kejadian
tersebut. Simalaikat berlengan delapan Cie Kim segera
anggukkan kepalanya.
"Baiklah!" dia menyanggupi. "Seandainya keempat
orang itu ada maksud untuk berdiam disini, maka orang2
dari perkumpulan Hong Im Hwie tidak akan mengganggu
atau mencelakai mereka ".
"Semoga Sam Tong kee bisa pegang janji, cayhe disini
banyak ucapkan terima kasih terlebih dulu" kata Hong po
Seng, sambil sagera menjura member hormat, sinar
matanya perlahan lahan dialihkan keatas wajah Kok See
Piauw, dan serunya:
"Sahabat Kok, bawa kemari!".
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua sinar
mata segera dialihkan kearah kok See Piauw.
Mendengar teguran itu anak murid dari Boe Liang Sin
koen ini nampak terperanjat, sinar matanya dengan
cepat melirik sekejap kearah Pek Koen Gie yang berada
dihadapannya. Terdengar si Coe-kat beracun Yauw Soet
tertawa keras, lalu menegur:
"Hey Hong po Seng, apa yang kau inginkan?"
Si Malaikat berlengan delapan Cie kim pun ikut maju
kedepan, sambil melototi wajah Kok See Piauw dengan
sorot mata tajam ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Kenapa" apakah kau hendak paksa aku untuk turun
tangan" ".
"Sam Tong kee, harap jangan gusar dulu, cayhe ada
alasan untuk memaksanya agar menyerahkan diri" kata
Hong po song sambil ulapkan tangannya, sinar matapun
segera dialihkan kearah Kok See Piauw ujarnya.
"Sahabat Kok. apabiia kau tidak mau serahkan kembali
Teratai Racun Empedu Api itu kepadaku, maka Jien
Sauw-ya akan kuanggap sebagai mati ditanganmu!"
Malaikat berlengan delapan Cie Kim adalah salah
seorang anggota yang ikut mendirikan perkumpulan
Hong Im Hwie, separuh hidupnya boleh dibilang
berkecimpungan didalam dunia persilatan, tetapi saat ini
ia dibuat keder juga oleh kegagahan Hong Po Seng yang
tidak jeri menghadapi kematian, kebengisan serta
kebuasannya di hari2 biasa saat ini tak sanggup
diperlihatkan. Ia segera mundur satu langkah kebelakang dan
dengan tenang menyaksikan Hong Po Seng
menyelesaikan masalah tersebut,
Sebaliknya si Coe kat beracun Yauw Soet sendiri,
sehabis mendengar bahwa benda yang digembol Kok See
Piauw bukanlah "Pedang Emas" dia pun tidak ikut banyak
berbicara lagi.
Mendadak terdengar Pek Koen Gie berkata hambar.
"Kok heng.,serahkan Teratai Racun kepadanya!"
Kok See piauw tertawa kering,, ia ambil keluar teratai
racun empedu api itu dari sakunya dan melemparkannya
kedepan. Setelah menerima kembali teratai racun itu. Hong po
Seng mengatur napasnya yang tersengkal sengkal
sedang dalam hati pikirnya:
"Ibu memerintahkan aku bertukar nama untuk
menghindari marabahaya yang mungkin akan
mengancam diriku setiap saat, siapa tahu Thian telah
berkehendak demikian Aaaai...! ini hari urusan telah
berlangsung jadi begini dan aku telah berada diambang
kematian. kalau memang harus mati, aku harus mati
dalam keadaan yang tenang dan terbuka!"
Sesudah mengambil keputusan didalam hati. ia segera
angkat kepalanya. dengan sorot matanya yang tajam ia
sapu semua wajah orang dan akhirnya berhenti diatas
wajah Cie Kim. ujarnya dengan nada serius:
"Sam Tong Kee, cayhe she Hoa bernama Hoa Thian
Hong. aku tidak bernama Hong po Seng. Perkampungan
Liok Soat san cung adalah harta peninggalan milik
keluargaku, sedang teratai racun empedu api merupakan
mustika milik keluarga Hoa kami. dan ini hari aku Hoa
Thian Hong telah mengambil kembali barang milik
keluargaku, rasanya orang tidak akan menganggap
bahwa aku telah melakukan pencurian didalam
perkampungan Liok-Soat San-cung bukan ?"
Semua orang terkejut dan tercengang sehabis
mendengar ucapan ini. Haruslah diketahui pada sepuluh
tahun berselang nama besar Hoa Goan Sioe amat
tersohor dikolong langit, setiap jago kalangan Pek-to
sama2 menaruh hormat kepadanya, jago2 kalangan Hekto
tunduk kepadanya. ia bagaikan sang surya ditengah
hari.. Dan yang ia tinggalkan dalam dunia adalah
tegaknya kebenaran di dunia serta ilmu silat yang maha
dahsyat. Sepuluh tahun kemudian, ternyata keturunan dari Hoa
Goan Sioe, telah muncul kembali didalam dunia
persilatan, tentu saja semua orang jadi terkejut dan
tercengang dibuatnya.
Keheningan mencekam seluruh kalangan untuk
beberapa saat tamanya, tiba2 terdengar si Harimau
Pelarian Tiong Liauw berteriak keras.
"Kongcu-ya. kiranya kau adalah Sauw-ya dari Hoa
tayhiap, dimanakah Hoa hujien?"
Dalam hati diam diam Hoa Thian Hong merasa sedih,
tapi diluaran ia paksakan diri untuk tersenyum, sahutnya.
"Ibuku telah mengasingkan diri ditengah pegunungan
yang sunyi, sedari dulu beliau sudah tak berminat untuk
mencamputi urusan keduniawian lagi.."
Sedangkan Chin Wan Hong dengan air mata
bercucuran segera berseru memanggil:
"Hoa. kongcu...".
Hoa Thian Hong tersenyum.
"Aaaaii nona. ayahku almarhum pun bisa mati, kenapa
cayhe tak bisa mati pula?"".
Si Coe kat beracun Yauw Soet sendiri diam2 merasa
terperanjat, ia merasa perhitungannya yang selalu jitu
ternyata kali ini meleset sama sekali ia tak pernah
berpikir sampai kesitu. hal ini membuat hatinya jadi
sangsi dan ragu, ia tak tahu tindakan yang telah
dilakukan ini sebenarnya benar atau tidak.
Sedangkan si malaikat berlengan delapan Cie Kim
serta Giok Theng Hujien diam diam merasa girang hati,
mereka meaduga bahwa ibu Hoan Thian Hong pasti akan
munculkan diri kembali didalam dunia parsilatan untuk
membalaskan dendam bagi kematian putranya, dus
berarti perkumpulan Sin Kie Pang telah mengundang
satu bencana besar bagi mereka.
Pek Koen Gie dan Kok See Piauw sekalian kecuali
merasa terkejut bercampur tercengang mereka tidak
sempat berpikir lebih jauh. Mendadak terdengar Hoa
Thian Hong berkata kembali.
"Sam Tong kee aku akan menceritakan kisah yang
sebenarnya mengenai kematian dari Jien Bong. cuma.
saja dibalik kisah tersebut masih tercekam pula oleh
beberapa teka teki. tetapi asal kau sampaikan kepada
Jien Tong kee dan dipikirkan dengan seksama, rasanya
tidak sulit untuk menemukan jawabannya"
"Hoa kongcu, silahkan katakan saja. aku orang she Cie
akan mandengarkannya dengan seksama" sahut malaikat
berlengan delapan Cie Kim dengan wajah serius.
Persoalan ini mempunyai sangkut paut yang amat
besar atas ketenteraman dunia persilatan, penyelesaian
yang tidak benar bisa mengakibatkan terjadinya
pertarungan sengit antara perkumpulan Sin Kie Pang,
Hong Im Hwie serta perkumpulan Thong Thian Kauw.
Mayat yang sudah bergelimpangan dimana2, darah yang
berceceran bagaikan air selokan sudah bisa dibayangkan
pasti akan terjadi.
Oleb sebab itu semua orang yang hadir di tengah
kalangan sama2 pasang telinga dan pusatkan
perhatiannya untuk mendengarkan perkataan pemuda
itu. Hoa Thian Hong sendiri diam2 pun berpikir dalam
hatinya. "Seandainya aku menambah-nambahi kisah yang
sebenarnya dengan cerita bohong mungkin pernyataanku
malah akan disangsikan orang dan memancing
ditingkatkannya kewaspadaan mereka terhadap masing2
pihak. Bagaimanapun juga peristiwa berdarah ini kalau
bukan hasil karya dari Thong Thian Kauw pastilah
perbuatan dari Sin Kie Pang, lebih baik aku mengatakan
seadanya saja agar mereka menyesali sendiri persoalan
itu !". Berpikir demikian, dengan wajah serius ia lantas
berkata. "Didalam perjalananku pulang kedalam perkampungan
untuk mengambil teratai racun Empedu Api, secara
kebetulan aku telah memergoki pertemuan rahasia yang
ditakukan Jien Bong dengan seorang perempuan
berkerudung hitam, suatu ketika tempat persembunyian
ketahuan maka cayhe dipaksa untuk turun tangan
bergebrak melawan Jien Bong: Tatkala cayhe sedang
bertarung mengadu tenaga lwekang dengan Jien Bong
itulah gadis tadi bukannya membantu dia sebaliknya
malah mencabut pisau belatinya dan menusuk punggung
Jien Bong."
"Setelah peristiwa itu cayhe sambil melarikan diri
bertempur tiada hentinya dengan gadis tadi, sampai
keesokan harinya kita baru saling berpisah.
Sedangkan mengenai persoalan "Pedang emas" cayhe
sama sekali tidak tahu menahu".
Mendadak terdengar si Coe kat Beracun Yauw Soet
menimbrung: ,,Terang2an kau tahu kalaub "Pedang emas" itu sudah
terjatuh ketangan Jien Tong kee. kenapa pada waktu
itu.." Mertabat serta kedudukan Hoa Goan Sioe didalam
dunia persilatan sangat tinggi dan terhormat, hal ini tak
dapat memaksa dia untuk menaruh curiga kepada Hoa
Thian Hong bahwa sanya ia sedang berbohong, kata2
yang sudah meluncur keluar dari tenggorokannya segera
ditelan kembali mentah2.... Hoa Thian Hong mengerti
apa yang ingin ia katakan. sambil melirik sekejap kearah
Cie Kim ujarnya hambar:
"Cayhe belum pernah menyaksikan " Pedang emas"
tersebut, percaya atau tidak terserah pada kebijaksanaan
Sam Tong-kee !"
"Aku orang she Cie percaya akan perkataanmu ini" ia
merandek sejenak, lalu tanyanya lagi:
"Hoa Kongcu, dari mana kau tabu kalau "Pedang emas
" itu telah terjatuh ketangan Jien Tong-kee dari
perkumpulan kami ?"".
"Oooh, soal ini ?" pemilik dari "Pedang emas" tersebut
dewasa ini masih dipenjarakan didalam perkumpulan Sin
Kie Pang, aku tahu akan persoalan ini karena dia yang
mengatakannya sendiri kepada cayhe!"
"Haaah..haaah.haaah.. bagus ! bagus sekali"
Timbrung Giok Theng Hujien secara tiba2 sambil tertawa.
"Pek Pang cu benar2 lihay dan punya kepandaian luar
biasa. aku masih mengira Cioe It Bong telah berhasil
memecahkan rahasia "Pedang emas' itu dan
bersembunyi ditengah pegunungan yang sunyi untuk
berlatih silat, rupanya ia sudah terjatuh ketangan Pek
pangcu dan sampai sekarang masih menjadi tamu
terhormat didalam penjaranya ! "
Gelak tertawa serta sindirannya benar-benar
mempunyai ciri khas tertentu, begitu buka suara cukup
membuat orang dari perkumpulan Sin Kie Pang jadi
jengah dan riku.
Sajak tadi Pek Koen Gie sudah mangkel dan
mendongkol sekali, tetapi diapun tahu kalau perempuan
tersebut merupakan seorang manusia yang paling
menakutkan, setelah sabar dia harus sabar terus hingga
akhirnya ia tak tahan dan melotot kearahnya dengan
sinar mata berapi-api.
Si Coe kat beracun Yauw Soet cepat mengikuti
perubahan air muka Pek Koen Gie dengan sangat jelas,
melihat ia mulai gusar dan takut dara itu mengambil
tindakan sembrono, buru2 ia tertawa panjang dan
berkata: "Hujien, kau keliru besar, meskipun Cie It Bong berada
didalam markas besar- perkumpulan kami, tetapi ia kami
layani sebagai tamu agung dan bukannya tawanan
didalam penjara. Ha..hah..kapan saja bila kita berhasil
mengundang kehadiran Hujien, kau akan tahu akan
kelihayan dari pangcu kami"
"Aaahh....rupanya sikakek telaga dingin bernama Cie
It Bong" batin Hoa Thian Hong didalam hati. "Coe-kat
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beracun Yauw Soet sungguh seorang manusia licik yang
bermuka tebal, pandai amat ia memutar balikkan
keadaan tanpa merasa jengah, diapun termasuk manusia
yang lihay"
Dalam lamunannya mendadak ia rasakan daya kerja
racun keji yang bersarang didalam nadi " Tok-Meh " nya
per-lahan2 merembes keatas dan kian lama tekanan itu
kian bertambah kencang, agaknya dua buah jalan darah
pentingnya telah tertembus.
Secara lapat2 ia mulai merasa amat sakit dan sukar
ditahan iebih lanjut.
Si Malaikat bertangan delapan Cie Kim yang
menyaksikan air muka sianak muda itu sudah berubah
jadi pucat ke-abu2an, sikapnya lesu dan lemah. ia segera
sadar bahwa kematian pemuda itu sudah hampir tiba.
Buru buru tanyanya :
"Hoa kongcu, siapakah nama dari perempuan
berkerudung hitam itu ?"
"Ia mengaku dirinya she-Poei bernama Che Giok dan
berasal dari Sekte Agama Thong Thian Kauw, benar atau
tidak cayhe tidak berani yakin seratus persen ".
Malaikat berlengan delapan Cie Kim segera berpaling
hardiknya : "Hujien, apakah didalam perkumpulan agama kalian
terdapat seorang gadis yang bernama Poei Che Giok?"
"Ada!" sahut Giok Theng Hujien sambil tertawa
cekikikan. ia segera berpaling dan menggape kearah
dalam ruang perahunya.
"Giok jie! ayoh cepat kemari" teriaknya." Bagus sekali.
diluar sepengetahuanku kau telah melakukan perbuatan
bagus!". Semua orang merasa terperanjat dan sama2 berpaling
kearah perahu, terlihatlah sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat. gadis yang sendiri tadi berdiri disisi
kursi kebesaran Giok Theng Hujien itu segera melompat
ketengah lapangan, serunya:
"Aku tidak pernah meninggalkan sisi tubuh hujien,
apakah aku pernah membunuh orang dan mencuri benda
mustika?".
"Hong Po Seng..."seru Giok Theng Hujien dengan alis
berkerut." Ooh.... Hoa Thian Hong, dialah Poei Che Giok,
orang yang kenali dirinya diwilayah timur ataupun
selatan tidak sedikit. coba lihatlah apakah dia adalah
gadis yang membunuh orang dan mencuri mustika
itu?"".
Meskipun gadis ini mempunyai kecantikan wajah yang
menggiurkan dan pakaian yang dikenakan juga berwarna
ungu tetapi usianya cuma enam belas tahunan, raut
wajahnya sama sekali tidak mirip dengan gadis
pembunuh serta pencuri benda mustika itu.
Setelah dipandangnya beberapa saat Hoa Thian Hong
segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan. bukan nona ini! ".
Ia merandek sejenak, kemudian kepada Cie Kim
sambungnya. "Sedari permulaan tadi aku sudah menerangkan
bahwa dibalik kejadian ini masih terdapat pula teka teki
yang belum terpecahkan, pergerakan ini jelas sudah
diatur oleh suatu rencana yang amat sempurna, lebih
baik kau selidiki dan bicarakan lagi dengan Tong kee
kemudian baru mengambil keputusan ".
Malaikat berlengan delapan Cie Kim mengerutkan
alisnya rapat2.
"Hoa kongcu. kenapa kau tidak sekalian tuliskan
bagaimanakah potongan serta raut wajah dari gadis yang
mengaku bernama Poei Che Giok tersebut?"...
Hoa Thian Hong mengangguk, ia menoleh kesamping
dan katanya: "Nona Pek, setelah cayhe mengatakannya nanti harap
kau jangan marah ataupun salahkan diriku ".
Pek Koen Gie tertegun tapi ia segara mengangguk.
"Katakantah, salahkan dirimu pun tak berguna ! ".
Hoa Thian Hong tertawa hambar.
"Gadis yang membunuh orang dan mencuri benda
mustika itu mempunyai raut wajah yang hampir mirip
dengan dirimu, ilmu silatnya tidak lemah dan ilmu
meringankan tubuhnya jarang sekali ditemui dalam dunia
persilatan ! ".
"Hong-po Seng kau jangan memfitnah orang
semaunya sendiri ! "teriak Kok See Piauw dengan gusar.
"Aku bernama Hoa Thian Hong dan bukan Hong-po
Seng, apa yang telah aku orang she-Hoa katakan mau
tidak mau kau harus mempercayainya"
Tiba2 sianak muda itu merasakan ulu hatinya teramat
sakit, tubuhnya sempoyongan kebelakang dan hampir
saja jatuh terjenkang keatas permukaan tanah.
Chin Wan Hong serta si Harimau Pelarian Tiong Liauw
buru-buru maju kedepan, satu dari kiri yang lain dari
kanan segera memayang tubuhnya hingga tak sampai
terjatuh ketanah.
Harimau ompong si nenek tua she-Tiong mendadak
mendepakan kakinya ketanah sambil putar badan ia
menangis terisak.
"Hmmm..apanya yang mirip" sementara itu malaikat
berlengan delapan Cie Kim berpikir didalam
hatinya,"Mungkin saja Poei Che Giok adalah Pek Koen
Gie, dan Pek Koen Gie adalah Poei Che Giok! ",
Tiba tiba terdengar Giok Theng Hujien berkata:
"Yauw heng, dalam kolong langit dewasa ini hanya
Hoa Thian Hong seorang yang pernah menjumpai gadis
pembunuh dan pencuri benda mustika itu, memandang
diatas wajah Jien Tong kee aku harap kau sukalah
mempertahankan selembar jiwanya"
"Siluman rase sialan" diam2 Coe kat beracun Yauw
Soet memaki didalam hatinya, "Kau berulang kali
memojokkan posisi aku orang she Yauw, hmmm kalau
aku tidak membiarkan dirimu untuk merasakan
kelihayanku, percuma aku dijuluki orang sebagai si Coe
kat beracun"
Dengan langkah lebar si Malaikat lengan delapan Cie
Kim maju menghampiri diri Yauw Soet, seraya
menjulurkan tangannya kedepan ia berkata dengan
wajah menyeringai:
"Yauw heng, kalau kau punya obat penawar harap
serahkan kepada diri siauw te"
"Haah....haah Sam Tong kee, masa kau suka
mempercayai perkataan dari Giok Theng Hujien?"".
Terdengar Giok Theng Hujien tertawa terkekeh-kekeh
sambil goyang pinggul menghampiri kehadapan Yauw
Soet katanya: "Yauw heng, dihadapanku kau berani menyumpahi
diriku. jangan salahkan kalau aku tidak akan bersikap
hormat terhadap dirimu lagi".
JILID 9 Teratai racun Empedu Api
TATKALA dilihatnya perempuan itu berjalan
menghampiri kehadapannya seakan-akan berhadapan
dengan musuh tangguh si Cukat beracun Yauw Sut
segera mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam telapak
untuk mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan, sepasang matanya dengan tajam
mengawasi perempuan itu tanpa berkedip.
"Orang ini adalah lengan kanan dari Pek Siauw-thian,"
pikir malaikat berlengan delapan Cia Kim di dalam hati
"Andaikata aku berhasil melenyapkan dirinya saat ini
juga, itu berarti bahwa aku berhasil menyingkirkan
sabuah tiang tonggak penyanggah dari perkumpulan Sinkie-
pang, kemudian bilamana perkumpulan Hong Im
Hwat serta Thong Thian Kauw biasa bekerja sama,
rasanya tidak sulit untuk melenyapkan segenap kekuatan
dari perkumpulan Sin-kie-pang dan membagi rata
ketujuh daerah propinsi di Selatan menjadi kekuasaan
dua perkumpulan."
Berpikir demikian, ia lantas berkata dengan nada
ketus, "Yauw-heng andaikata kau tidak suka
menyerahkan obat penawar itu kepadaku untuk
menyelamatkan selembar jiwa Hoa Thian-hong sehingga
pembunuh yang sebetulnya sukar ditemukan, maka itu
berarti Thong Thian Kauw pun tidak akan luput dari
kecurigaan, sekalipun Giok Theng Hujien bisa
mengampuni dirimu, belum tentu siauwte bisa bersikap
sungkan-sungkan terhadap dirimu!"
"Ucapan dari Sam Tang-kee Sedikitpun tidak meleset,"
sambung Giok Theng Hujien sambil tertawa merdu.
"Yauw-heng! apabila kau tidak mau menyerahkan obat
penawar itu lagi, kami segera akan turun tangan!!...."
Perempuan inipun tahu bahwa Yauw Sut tidak bakal
memiliki obat penawar tersebut separti apa yang
dikehendaki Cia Kim, di dalam hati kecil diapun berhasrat
untuk mengajak pihak perkumpulan Hong-im-hwie untuk
bekerja sama melenyapkan si Cukat beracun Yauw Sut
terlebih dahulu.
Si Harimau pelariain Tiong Liauw sedang merasa sedih
karena keadaan dari Hoa Thian-hong, kini setelah
mendengar ada orang menantang Yauw Sut untuk
menyerahkan obat penawarnya, seketika itu juga dengan
langkah lebar ia maju ke depan. Serunya, "Hey orang
she-Yauw, apabila hari ini kau tidak serahkan obat
penawar itu, sekalipun aku Tiong Liauw tidak mampu
menghajar dirimu, paling sedikit aku akan menggigit
badanmu." Si Harimau ompong nenek tua shek-Tiong serta
putranya si Harimau Bisu Tiong Long yang melihat
kejadian itu segera ikut mengerubut ke depan, dalam
keadaan gusar dan di liputi emosi ketiga orang itu telah
melupakan kelihayan dari Si Cukat beracun Yauw Sut.
Tiong Luo-tiang! Ayoh Segera kembali terdengar Hoa
Thian-hong berseru. "Apakah kalian sudah lupa akan
perkataanku di saat mewariskan ilmu silat tersebut
kepada kalian?"
Daya kerja racun keji yang bersarang di dalam
badannya mungkin sudah bereaksi hingga sekujur
tubuhnya terasa amat sakit dan tersiksa, di dalam
mengutarakan kata-katanya itu terdengar suara Hoa
Thian-hong sudah berubah jadi serak, lirih dan
gemetar.... Cukat beracun Yauw Sut mendongak dan tertawa
lantang, "Haaah............... haaah.............. haaa....kalian
benar-benar tidak memahami keadaan yang benar.
Hmm! Kamu anggap Hoa Hujien adalah seorang manusia
yang gampang dilayani" Seandainya ia munculkan diri
lagi di dalam dunia persilatan dan berseru kepada umat
Bulim, maka komplotan-komplotannya di masa silam
pasti akan berduyun-duyun munculkan diri. Coba
bayangkan apakah manusia-manusia lihay itu bukan
merupakan satu ancaman bahaya bagi kekuasaan kita
semua" Kini kami dari pihak perkumpulan Sin-kie-pang
dengan pelbagai akal berusaha hendak menyingkirkan
musuh tangguh ini dari muka bumi, sebaliknya kalian
malah memaksa aku orang she-Yauw untuk
menyerahkan obat penawar guna manyelamatkan jiwa
putranya, bukankah tindakan kilian ini justru malah
terbalik dan tidak mempertimbangkan berat entengnya
persoalan" Aku takut apabila Thian Ie Kauwcu serta Jien
Tang-kee mengetahui urusan ini, dalam hati kecil mereka
akan merasa tidak senang hati!"
Malaikat berlengan delapan Cia Kim terkesiap sehabis
mendengar ucapan itu, pikir nya, "Perkataan bangsat itu
sedikitpun tidak salah, perduli dia mempunyai obat
penawar atau tidak, asal Hoa Thian-hong mati maka hal
ini berarti akan mendapatkan ketidak beruntungan bagi
pihak Sin-kie-pang!"
Karena berpendapat demikian ia segera
mengundurkan diri ke samping dan menanti tiga Hoa
Thian-hong mati karema keracunan.
Giok Theng Hujien memutar biji matanya mendadak ia
tertawa mengejek.
"Tok Cukat benar-benar luar biasa, hanya
mengucapkan dua tiga patah kata saja telah berhasil
melenyapkan ancaman kematian yang bakal menimpa
dirinya. Aaaai ketajaman lidah ternyata memang jauh
lebih hebat daripada kekuatan sepuluh laksa prajurit
bersenjata lengkap."
Dalam hati Cukat beracun Yauw Sut menaruh
kebencian yang amat sangat, tetapi tidak ia perlihatkan
di luaran, sinar matanya segera dialihkan ke arah Hoa
Thian-hong. "Sam Tang-kee" terdengar Hoa Thian-Hong berkata
sambil mengangkat Teratai Racun Empedu Api itu ke
atas. "Teratai racun ini kecuali mengandung racun yang
amat keji sama sekali tiada kegunaan lain, aku akan
memintanya kembali."
"Hmmm! apakah kau hendak membawanya pulang ke
akhirat?" pikir Cia Kim si malaikat berlengan delapan
dalam hati. Hoa Thian-hong sendiripun tidak menantikan
jawabannya, ia alihkan sinar matanya menyapu sekejap
ke sekeliling tempat itu, tatkala dilihatnya Tiong-si Sam
Houww serta Chin Wan Hong pada menangis terisak, ia
segera menghela napas panjang.
"Aaaai....! cuwi sekalian..............."
Tiba-tiba ia merasa bahwa banyak bicara tiada
kegunaannya, sebelum pemuda itu sempat berbuat
sesuatu badannya terasa tak kuat menahan diri,
mulutnya segera ditutup dan hawa murni diempos keluar
dari pusar untuk melindungi denyutan jantung. Setelah
menentukan arah ia jatuhkan diri berlutut menghadap ke
Barat-laut. "Hoa kongcu......" terdengar Chin Wan Hong menjerit
sambil menahan isak tangisnya. "Kau............ apakah kau
ada pesan-pesan terakhir yang hendak kau sampaikan?"
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hoa Thian-hong yang berlutut di atas tanah berpikir di
dalam hati. "Sebetulnya aku hendak titip kabar kepada seseorang
untuk disampaikan kepada ibuku, tapi aku takut
memancing setan masuk pintu hingga rahasia tempat
persembunyian ibuku ketahuan. Aaaai....! setelah aku
mati ibupun tak dapat hidup lebih jauh, lebih baik kita
anak dan ibu berjumpa di alam baka saja!"
Karena berpikir hegitu ia lantas gelengkan kepala dan
mulai kemak-kemik mencoba doa.
Suasana di kalangan pada saat itu hening..... sunyi......
tak kedengaran seorang manusiapun yang buka suara,
Tiong-si Sam Houww serta Chin Wan Hong pun hanya
menangis terisak, seakan-akan semua orang tidak ingin
mengganggu doanya yang terakhir.
Angin malam berhembus lewat menerbitkan bunyi lirih
yang memilukan hati, perasaan sedih dan iba hampir
menyelimuti sebagian orang yang hadir di situ.
Beberapa saat kemudian Hoa Thian-hong telah selesai
berdoa, tampak ia menjalankan penghormatan beberapa
kali kemudian memasukkan Teratai Racun Empedu api
itu ke dalam mulutnya, setelah dikunyah-kunyah segera
di telan ke dalam perut.
Tampaklah si harimau ompong nenek tua she Tiong
mendepak-depakan kakinya ke atas tanah, jeritnya keras,
"Yaaan ampuh.. Oooh Thian, habis sudah."
Ia duduk mendeprok di atas tanah dan menangis
tersedu-sedu. Beberapa saat kemudian sekujur badan Hoa Thianhong
mengejang keras, sambil berbaring di atas tanah ia
berguling ke sana ke mari mulutnya merintih kesakitan
dan beberapa gumpal darah kental berwarna hitam
muntah keluar dari mulutnya.
Dalam waktu singkat sernua orang yang hadir dibikin
saling berpandangan dengan wajah muram, si harimau
pelarian Tiong Liauw, si harimau bisu Tiong Long serta
Chin Wan Hong sama sama jatuhkan diri berlutut di atas
tanah dan menangis pilu.
Pemandangan itu benar benar menyedihkan hati
setiap orang, kendati sekawanan orang orang hek-to
yang biasanya membunuh orang tanpa berkedip saat itu
ikut merasa beriba hati.
Pek Kun-gie pertama-tama yang putar badan masuk
ke dalam ruang perahunya dengan kepala tertunduk,
Giok Theng Hujien serta dara berbaju Ungu itu saling
berpandangan sekejap lalu meloncat kembali ke atas
perahunya, sedangkan Cukat beracun Yauw Sut yang
merasa uringin segera menjura ke arah malaikat
berlengan delapan Cia Kim lalu dengan membawa anak
buahnya kembali ke atas perahu.
Malaikat berlengan delapan Cia Kim tahu bahwa Hoa
Thian-hong pasti akan menemui ajalnya, melihat pemuda
itu mengerang kesakitan di atas tanah sambil bergulinggulingan
dalam hati timbul perasaan tidak tega ia segera
maju ke depan sambil mengirim satu pukulan.
Chin Wan Hong yang berlutut di sisinya jadi kaget dan
berseru tertahan ketika menyaksikan kejadian itu, ia
menubruk ke depan menutupi badan Hoa Thian-hong
dengan tubuhnya lalu jeritnya keras-keras, "Jangan lukai
dirinya!" Si Malaikat berlengan delapan Cia Kim tertegun,
setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya ia
berkata, "Aku berbuat demikian karena bermaksud baik!"
Setelah merandek ia menghela napas panjang,
tambahnya, "Sayang di sini bukanlah wilayah Biauw,
kalau tidak kita bisa mohon bantuan diri Kioe Tok Sian
Cie ...." Sikap serta keadaan diri Chin wan Hong sama sekali
berubah, seakan-akan telah berubah jadi seseorang yang
lain, ia mendongak dan bertanya dengan wajah
termangu-mangu.
"Kenapa kalau ada Mioe Tok Sian cie?"
Malaikat berlengan delapan Cia Kim tertawa kering.
"Kioe Tok Sian Cie adalah seorang ahli di dalam
menggunakan racun, tapi kalau ia harus menjumpai
korban karena makan Teratai Racun Empedu Api.... aku
rasa walaupun dewa turun dari kahyanganpun tidak nanti
bisa menyelamatkan jiwanya."
Lama sekali Chin Wan Hong berdiri termangu-mangu,
mendadak selintas keteguhan hati berkelebat di atas
wajahnya. "Aku akan coba pergi mencari dirinya!" ia berseru.
Dengan sepasang tangannya ia membopong tubuh
Hoa Thian-hong kemudian berjalan menuju tepi sungai.
Menyaksikan tingkah laku dara ayu itu, di dalam hati
kecilnya si malaikat berlengan delapan lantas berpikir,
"Rupanya si gadis ini menaruh rasa cinta terhadap diri
Hoa Thian-hong, cuma saja merasa pemuda itu masih
dalam keadaan sehat ia tidak sampai perlihatkan
perasaannya itu."
Melihat sinar matanya kabur dan tidak tenang, dengan
sikap yang limbung dara itu berjalan menuju ketepi
sungai, sepasang alisnya kontan berkerut, teriaknya,
"Nona, jarak dari tempat ini menuju ke wilayah Biauw
amat jauh sekali, kalau aku ingin berjalan menuju ke situ
sampai di tengah hutanpun belum tentu tiba di tempat
tujuan, lebih baik urungkan saja niatmu itu!"
"Aku akan pergi mencobanya!" jawab Chin Wan Hong
singkat. Jelas kesadaran otaknya telah kabur dan
separuh hilang, tanpa memandang atau melirik ia
langsung meloncat naik ke atas perahu besar di mana si
Cukat beracun Yauw Sut berada.
Tiong-si Sam Houww yang semalam ini selalu
dirundung kesedihan dan menangis tiada hentinya kini
baru mendusin dari kepedihan hatinya, mereka
terperanjat dan buru-buru mengejar ke depan ikut
meloncat naik ke atas perahu besar.
Tok-Cukat Yauw Sut serta Pek Kun-gie sekalian melirik
sekejap ke arah Chin Wan Hong kemudian memandang
pula ke arah Hoa Thian-hong yang berada di dalam
bopongannya. Tampaklah si anak muda itu berada dalam keadaan
meram dan tak berkutik, darah kental berwarna hitam
masih mengucur keluar tiada hentinya, sepintas lalu
kelihatannya ia sudah putus nyawa.
Karena itu setelah melirik sekejap ke arah mereka,
orang-orang itu segera alihkan pandangannya ke arah
lain dan tidak memperdulikan keempat orang itu lagi.
Beberapa saat kemudian perahu mulai bergerak
tinggalkan tepian, sementara perahu besar yang
ditumpangi Giok Theng Hujien berlayar menjauhi tempat
kejadian, ketiga buah perahu dari perkumpulan Sin-kiepang
bergerak menuju ke tepi seberang.
Si harimau pelarian Tiong Liauw yang menjumpai Chin
Wan Hong sambil membopong tubuh Hoa Thian-hong
berdiri di ujung perahu, di mana tubuhnya bergoncang
dan sempoyongan tiada hentinya, seakan akan setiap
saat kemungkinan besar bisa tercebur ke dalam sungai,
hatinya jadi tidak tega, ia segera maju menghampiri
sambil katanya.
"Nona, biarlah aku yang membopong tubuh Hoa sauw
ya!" "Tidak usah!" sahut Chin Wan Hong sambil
menggeserkan tubuhnya satu langkah ke samping.
Si harimau pelarian Tiong Liauw terperanjat, karena
takut gadis itu tercebur ke dalam sungai terpaksa diamdiam
ia memperhatikan dan mengawasi gerak-geriknya
di samping dara tersebut, mulutnya tetap membungkam
dalam seribu bahasa.
Perahu dengan cepatnya merapat di tepi pantai,
semua orang telah berloncatan naik ke darat tapi Chin
Wan Houg masih berdiri termangu-mangu di ujung
perahu, menanti Tiong-si Sam Houw menegur dirinya ia
baru membopong tubuh Hoa Thian-hong dan melangkah
turun dari atas perahu tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Tiga ekor harimau dari keluarga Tiong jadi kelabakan
dibuatnya, terpaksa mereka menguntil terus di
belakangnya. Pemuda yang dahulu bernama Hong-po Seng dan kini
bernama Hoan Thian-hong itu, setelah menelan Teratai
Racun Empedu Api seluruh darah segar di dalam
tubuhnya telah berubah jadi cairan beracun, daya kerja
racun jarum sakti penembus tulang yang dihadiahkan
Pek Siauw-thian di atas bahunya sudah tidak
menunjukkan arti yang dalam lagi, racun tersebut
bagaikan tetesan air di tengah samudra lenyap
kegunaannya. Meski demikian jantung Hoa Thian-hong masih
berdetak dan badannya masih terasa hangat, seakanakan
Thian tidak tega untuk mencabut kembali jiwanya
dan memberi kesempatan kepada si anak muda ini untuk
meronta dan berjuang untuk menentang maut.
Meskipun Chin Wan Hong hanya sempat bertemu
sebanyak tiga kali dengan si anak muda itu dan saat
berkumpul mereka hanya beberapa hari saja, tetapi
berhubung watak yang sama dan di antara mereka
terasa ada kecocokan, maka dalam hati kecilnya yang
ramah, halus dan penuh welas itu telah tumbuh benih
cinta yang mendalam, cuma saja ia tak herani
mengutarakan rasa cintanya itu di luaran.
Tetapi benih cinta yang telah tumbuh dalam hatinya
kian lama kian bertambah besar, ia merasa tak dapat
membendung perasaan hatinya itu. Hingga akhirnya Hoa
Thian-hong berada di ambang maut, dalam keadaan
begini semua halangan dan rintangan yang mengganjal
hatinya lenyap dan tersingkirkan dengan sendirinya,
tanpa ia sadari rasa cinta yang terpendam selama inipun
terutarakan keluar.
Sepanjang pejalanan Chin Wan Hong serta Tiong-si
Sam Houww berada di depan sedangkan Cukat beracun
Yauw Sut dengan memimpin anak buah perkumpulan
Sin-kie-pangnya membuntut di belakang, memandang
bayangan punggung beberapa orang itu entah
bagaimana secara tiba-tiba Pek Kun-gie merasakan
dirinya seolah-olah telah kehilangan sesuatu.
Sesudah termangu-mangu sesaat lamanya, mendadak
Oh Sam yang mengikuti di belakangnya ia berseru,
"Bawa kereta dan hantar mereka menuju ke tempat
tujuan, setelah mengubur Hong-po............ Hoa Thianhong
nanti, coba kau bereskan dan aturlah diri mereka
sehingga beberapa orang itu terhindar dari pelbagai
kesulitan!"
Oh Sam mengiakan, dengan cepat ia berlalu dari situ.
Tatkala Chin Wan Hong sekalian telah melakukan
perjalanan sejauh beberapa li, Oh Sam dengan keretanya
telah menyusul tiba segera ujarnya, "Nona Chin! kalian
mau pergi kemana" mari cayhe hantar kalian sampai di
tempat tujuan."
Kegagahan serta kehebatan yang ditinggalkan Hoa
Thian-hong telah membuat orang ini bersikap sangat
hormat terhadap diri Chin Wan Hong.
Terdengar Chin Wan Hong menjawab dengan sikap
bimbang, "Kami akan menuju ke wilayah Biauw,
perjalanan yang amat jauh sekali!"
"Aaaai.....nona ini tentu sudah gila karena rasa sedih
yang kelewat batas" pikir Oh Sam dalam hati Sesudah
tertegun sejenak ia lantas berseru, "Naiklah dulu ke atas
kereta, setibanya di kota Keng-Chiu nanti boleh kau
lanjutkan kembali perjalanan!"
Pikiran Chin Wan Hong pada saat ini telah kalut dan
kacau balau, ia cuma tahu secepatnya pergi ke wilayah
Biauw, oleh sebab itu sehabis mendengar tawaran tadi
tanpa berpikir panjang ia segera menerobos masuk ke
dalam ruang kereta.
Si Harimau pelarian Tiong Liauw yang menyaksikan
kejadian itu, tanpa berpikir panjangpun ikut meloncat
masuk ke dalam ruang kereta. Si nenek tua she-Tiong
serta putranya Tiong Long pun terpaksa ikut masuk ke
dalam kereta. Perjalanan menuju ke arah Selatan dilakukan dengan
sangat cepat, sepanjang perjalanan Oh Sam selalu
menyediakan makanan dan minuman yang cukup
pelayanannya terhadap beberapa orang ini ternyata baik
dan sangat ramah.
Setelah lewat beberapa hari rasa sedih yang
mencekam Tiong-si Sam Houww mulai berkurang,
kejernihan otak merekapun sudah pulih kembali seperti
sedia kala, hanya Chin Wan Hong seorang yang
pikirannya tetap kabur dan tidak beres, setiap hari baik
siang maupun malam ia selalu mendampingi Hoa Thianhong,
tak sepatah katapun diucapkan dan sikapnya tetap
termangu-mangu terus.
Dalam pikiran Oh Sam semula, setelah ia menghantar
mereka sampai di kota Keng-chiu maka pikiran serta
kejernihan otak Chin Wan Hong telah pulih kembali
seperti sedia kala, sehabis mengubur jenazah Hoa Thianhong
maka tugasnyapun akan selesai.
Siapa tahu setelah melakukan perjalanan selama
beberapa hari, ia temukan bahwasanya Hoa Thian-hong
yang nampaknya sudah mati itu ternyata napasnya
belum putus dan jantungnya masih berdetak meski amat
lemah sekali, ia jadi terkejut bercampur keheranan.
Dalam keragu-raguannya kereta dilarikan semakin cepat
lagi langsung menuju ke dalam wilayah Biauw.
Haruslah diketahui letak wilayah Biauw amat terpencil
sekali dan berada di arah Barat daya, jaraknya dari
Tionggoan kira-kira ada satu dua laksa li, begitulah
dengan tanpa banyak komentar dan banyak bicara
kelima orang itu sambil mengawal Hoa Thian-hong yang
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hampir sekarat meneruskan perjalanan siang dan malam,
kurang lebih satu bulan kemudian akhirnya sampailah
mereka di tempat tujuan.
Siang itu kereta memasuki wilayah Hek Hong Tong,
Oh Sam pun segera menghentikan lari kudanya dan
membuka pintu kereta, kepada Chin Wan Hong ujarnya,
"Nona, antara perkumpulan Sin-kie-pang dengan Kioe
Tok Sian Cie pernah mengadakan perjanjian bahwa
orang-orang dari perkumpulan kami tidak diperkenankan
melewati wilayah Hek Hong Tong, karena itu maafkanlah
diri cayhe apabila tak bisa menghindar perjalanan kalian
lebih lanjut!....."
Mendengar perkataan itu Chin Wan Hong segera
membopong tubuh Hoa Thian-hong dan meloncat keluar
dari dalam kereta.
"Terima kasih atas pertolonganmu!" serunya dengan
sinar mata liar menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian tambah nya, "Di manakah Kioe Tok Sian Cie
itu?" "Aaai..... penyakit yang diderita nona ini entah bisa
sembuh atau tidak?" batin Oh Sam di dalam hati.
Ia segera mjnuding ke arah gua-gua suku Siauw yang
berada di bagian depan sahutnya, "Setelah melewafi
gua-gua itu berangkatlah menuju ke arah Selatan dan
carilah letak sebuah selat yang disebut selat Hoe-Hiang-
Kok, di situlah Kioe-Tok Stan-Cie berdiam!"
"Terima kasih atas bantuanmu," Chin Wan Hong
mengangguk. "Setelah penyakit yang diderita Hoa
Kongcu sembuh, aku pasti akan suruh dia mengucapkan
rasa terima kasihnya kepadamu."
Rupanya gadis ini merasa amat gelisah dan tergesagesa,
sehabis mengucapkan kata-kata itu ia segera
berjalan menuju ke daerah perumahan suku Biauw,
kepala tidak di paling dan ia sama sekali tidak
memperdulikan apakah Tiong-si Sam Houww mengikuti
dibelakangnya atau tidak.
Nenek tua she-Tiong merasa tidak tega, cepat-cepat ia
memburu ke depan dan mengikuti di belakangnya.
Oh Sam menghela napas panjang dan alihkan sinar
mata ke arah si Harimau Pelarian Tiong Liauw.
Seorang tua itu segera menjura dan mengucapkan
rasa terima kasihnya atas jerih payah Oh Sam dalam
menghantar mereka selama ini, kemudian dengan
membawa putranya mengejar sang istri serta Chin Wan
Hong yang telah menjauh,
Pergaulan yang lama di antara mereka berempat
ditambah pula rasa terima kasih serta hutang budi dari
Tiong-si Sam Houw terhadap Hoa Thian-hong, membuat
ketiga orang itu tanpa sudah telah menganggap Chin
Wan Hong sebagai majikan mereka, sepanjang
perjalanan si harimau ompong nenek tua she Tiong itu
tak pernah berpisah sejengkalpun dari gadis tersebut,
pelayanannya amat baik dan teliti.
Setelah mencari keterangan mengenai letak selat Hoe
Hiang Kok, berangkatlah ke-empat orang itu menerobosi
Hek Hong Tong dan menuju ke arah selatan...
Kiranya selat Hoe Hiang Kok letaknya berada di
tengah-tengah wilayah Biauw, sesudah melakukan
perjalanan siang malam selama tiga hari, akhirnya
tempat tujuanpun berada di depan mata.
Tampaklah di hadapan mereka terbentang samudra
bunga yang amat luas, bunga yang beraneka warna
menyiarkan bau harum yang semerbak, di tengah
tumbuhan bunga tampak sebuah jalan kecil
menghubungkan tempat itu dengan selat Hoe Hiang Kok,
selain itu tidak nampak jalan lain lagi.
Tiong-si Sam Houw jadi sangat kegirangan, sebaliknya
Chin Wan Hong tetap bersikap kaku dan murung,
perjalanan siang malam yang dilakukan dengan susah
payah selama ini ditempuhnya dengan gigih tanpa
melepaskan tubuh Hoa Thian-hong barang sekejappun,
ia tidak membiarkan tubuh pemuda itu dibopong oleh
siapapun. Kini gadis itupun tidak berdiam terlalu lama di sana,
setelah merandek sejenak ia segera lanjutkan
perjalanannya memasuki hutan bunga tersebut.
Siapa tahu belum sampai beberapa ratus tombak
mereka berjalan, mendadak keempat orang itu
merasakan badannya jadi limbung dan tak terhindar lagi
secara beruntun mereka roboh terjengkang ke atas tanah
dan jatuh tak sadarkan diri.
Kiranya sepuluh li di sekitar samudra bunga ini disebut
barisan Hoe-Hiang-Tin, semua jago lihay yang
bagaimana dahsyatpun ilmu silatnya setelah melewati
daerah tersebut pasti akan keracunan dan jatuh tidak
sadarkan diri. Chin Wan Hong sekalian berada dalam keadaan sedih
dan punya pikiran yang mengganjal di dalam hati,
ditambah pula tenaga lwekangnya amat cetek, hal ini
tentu saja semakin memperlemah keadaan mereka, oleh
sebab itu belum jauh mereka berjalan beberapa orang itu
sudah roboh tak sadarkan diri.
Kurang lebih setengah jam kemudian, dari balik
pepohonan yang lebat muncul beberapa orang gadis
suku Biauw dengan gerakan cepat bagaikan kilat....
Sungguh cepat gerakan tubuh mereka, dalam sekejap
mata mereka sudah berdiri di sisi Chin Wan Hong.
Terdengar ucapan Kukulala-kukulala yang tidak
dimengerti bergema memecahkan kesunyian, diikuti
orang-orang itu membopong mereka berempat dan
bergerak masuk ke dalam selat.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki beberapa orang
gadis muda itu sangat lihay, belum sampai seperminum
teh samudra bunga sudah dilewati dan mereka langsung
menuju ke dalam selat yang terkurung bukit.
Di dalam selat terdapat sebuah tanah lapang yang
luas, bagian yang dekat dengan pintu luar penuh
ditanami bunga-bungaan yang aneh dan beraneka
ragam, setelah memasuki sebuah tebing terlihatlah
sebuah lapangan berbentuk lingkaran bulan yang
berdempetan dengan dinding tebing yang terjal, di
bawah dinding terdapat sebuah pintu gua berbentuk
bulat, di sisi pintu besar tadi terdapat pula empat buah
gua bulat yang jauh lebih kecil dan teratur rapi.
Sementara itu sekelompok perempuan-perempuan
berwajah cantik sedang berkumpul di tengah lapangan,
di tengah kebun terdapat pula sekelompok gadis sedang
menyirami bunga, ketika menyaksikan ada orang asing
dibawa masuk mereka segera berseru nyaring dan samasama
meninggalkan pekerjaannya untuk berkerumun,
beberapa saat kemudian mereka membawa Chin Wan
Hong sekalian yang tak sadarkan diri itu masuk ke dalam
gua besar. Ruangan di dalam gua itu tinggi dan luas, udara terasa
amat dingin, tepat berhadapan dengan pintu masuk
terletak sebuah pembaringan terbuat dari batu pualam
yang luas, di sisi pembaringan batu itu berderet dua
belas buah bantalan bulat yang terbuat dari batu pualam
juga. Pada saat itu di atas pembaringan duduk seorang
perempuan muda suku Biauw yang berwajah amat
cantik, bertangan telanjang, berdada terbuka sehingga
nampak buah dadanya dan berpakaian sangat minim,
sedang di atas bantalan yang berjumlah dua betas buah
itu duduk beberapa orang gadis.
Begitu tubuh Chin Wan Hong sekalian dibaringkan ke
atas tanah, perempuan muda suku Biauw yang duduk di
atas pembaringan itu segera membuka matanya dan
menatap wajah Hoa Thian-hong tajam-tajam, kemudian
ia loncat turun dari pembaringan dan mengucapkan
sepatah kata bahasa Biauw.
Setelah itu dengan tangannya yang putih mulus dan
halus itu ia membuka kelopak mata Hoa Thian-hong
untuk diperiksa sejenak kemudian memegang pula
denyutan nadi si anak muda itu.
Beberapa saat kemudian seorang gadis dengan
membopong sebuah guci yang penuh berisikan cairan air
obat berwarna merah tawar berjalan masuk ke dalam
gua, dengan menggunakan sebuah cawan kecil dara tadi
menyedu air obat kemudian diguyurkan ke dalam mulut
Chin Wan Hong serta Tiong-si Sam Houw.
Suasana di dalam gua berubah jadi sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, berpasang-pasang biji
mata yang jeli sama-sama diarahkan ke atas wajah
beberapa orang yang belum sadarkan diri itu.
Di antara mereka hanya sepasang mata perempuan
muda itu saja yang ditujukan ke atas wajah Hoa Thianhong,
sambil memeriksa denyutan nadinya air muka
perempuan itu tampak berubah hebat dan menundukkan
rasa terkejut bercampur tercengang.
Lewat seperminum kemudian secara beruntun Chin
Wan Hong serta Tiong-si Sam Houw telah siuman
kembali, Seakan-akan otaknya secara mendadak berubah
jadi tajam dan pandai, begitu membuka matanya gadis
she Chin itu segera menuju sekejap sekeliling tubuhnya
kemudian meloncat bangun dan jatuhnya diri berlutut di
hadapan perempuan muda suku Biauw itu.
Tiong-si Sam Houw yang menyaksikan perbuatan dari
iru tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka juga
meloncat bangun dan jatuhnya dari berlutut di atas
tanah. Perempuan muda suku Biauw alihkan sinar matanya
menyapu sekejap ke arah empat orang itu, kemudian
melepaskan cekalannya pada nadi Hoa Thian-hong dan
kembali duduk di atas pembaringannya.
Chin Wan Hong segera maju ke depan dan berlutut
kembali di hadapan perempuan itu tak sepatah katapun
yang diucapkan keluar.
Mendadak tampaklah perempuan muda itu
mengerutkan alisnya, lalu menegur, "Hey bocah
perempuan, kenapa kau berlutut dan angguk-anggukkan
kepalamu tiada hentinya?"
Bahasa Han yang digunakan ternyata lancar dan amat
jelas sekali untuk didengar.
Chin Wan Hong tertegun, diikuti dengan air mata
bercucuran dan menahan isak tangis yang makin menjadi
sahutnya, "Siauw-li bernama Chin Wan Hong, kami
datang untuk menyambangi Kioe Tok Sian...... untuk
menyambangi Kioe Tok Sian Nio!"
Perempuan muda suku Biauw itu tersenyum "Akulah
Kioe-Tok Sian-Ci! kedatanganmu kemari apakah
disebabkan karena hendak menolong jiwa bocah itu?"
Sambil berkata ia tuding ke arah tubuh Hoa Thianhong.
Begitu mendengar bahwasanya perempuan yang
berada di hadapannya adalah Kioe-Tok Sian-Cie, gadis
she-Chin itu segera anggukkan kepalanya berulang kali.
"Sian-Nio! tolonglah selembar jiwanya, sekalipun
siauw-li harus menyeberangi samudra api dan mendaki
gunung golok, aku pasti akan membalas budi kebaikan
dari Sian-Nio!"
Tiong-si Sam Houww berlutut di sisinya, si harimau
pelarian Tiong Liauw serta si harimau ompong nenek tua
she-Tiong mengucurkan air mata tiada hentinya, bibir
mereka berkemak-kemik seperti mau ikut berbicara tapi
tak sepatah katapun yang meluncur keluar kegelisahan
serta kecemasan yang tertera di atas wajah mereka sulit
untuk dilukiskan dengan kata-kata.
Air muka Kioe-Tok Stan-Ci berubah jadi amat murung
dan membesi, seolah-olah dia pun telah menjumpai
suatu masalah yang amat menyulitkan dirinya, setelah
tundukan kepala termenung beberapa saat lamanya tibatiba
ia gelengkan kepalanya berulang kali.
"Sian Niol" seru Chin Wan Hong dengan air mata
bercucuran. "Ia sudah terkena ja
rum beracun pengunci sukma milik Sin-kie-pangcu,
kemudian menelan pula Teratai Racun Empedu Api.
Tolonglah selembar jiwanya Sian-Nio! Berbuatlah welas
dan usahakanlah penyembuhan baginya."
"Aaah! Ternyata benar, disebabkan karena benda itu,"
bisik Kioe-Tok Sian-Cie sambil alihkan sinar matanya dan
melirik sekejap ke arah Hoa Thian-hong yang berbaring
di atas tanah. Bibirnya kembali bergerak seperti mau mengucapkan
sesuatu, tapi setelah lama sekali termenung akhirnya
dengan wajah serius ia baru berkata, "Terus terang saja
kukatakan kepadamu, dewasa ini pemuda ini masih
berada dalam keadaan hidup atau telah mati, aku sendiri
pun tidak jelas. Aku tak bisa menyelamatkan jiwanya,
darimana bisa kukabulkan permintaanmu itu?"
"Sian-Nio! Kau pasti bisa menyelamatkan jiwanya,
tolonglah......" seru Chin Wan Hong lagi dengan air mata
bercucuran. Kioe-Tok Sian-Cie segera tersenyum.
"Kau si bocah perempuan benar-benar amat bodoh,
andaikata suku bisa menyelamatkan jiwa rekanmu itu,
maka aku tak akan disebut Kioe Tok Sian Cie si Dewi
cantik sembilan Bisa!"
"Kenapa?" dara she Chin itu dengan mata melotot
bulat. "Bukankah aku lebih baik disebut Sip Tok Sian Cie si
dewi cantik sepuluh Basa?"
Para gadis muda yang duduk di atas bantalan batu
pualam itu kesemuanya adalah anak murid Kioe Tok Sian
Cie, mereka semua mengerti akan bahasa Han karena itu
sehabis mendengar perkataan gurunya tak tertahan
mereka semua tertawa geli.
Tiba-tiba terdengar gadis yang duduk di atas batubatu
bantalan batu pualam dekat dengan pembaringan
itu berseru, "Hay, Chin Wan Hong, apakah pemuda itu
adalah kekasihmu?"
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis suku Biauw biasanya polos dan tidak
pemandang terlalu ketat akan hubungan antara pria dan
wanita, pertanyaan ini musti diutarakan amat terbuka
dan bukan dibuat tapi segera membuat Chin Wan Hong
jadi tersipu, wajahnya berubah jadi merah padam,
kepalanya tertunduk rendah-rendah dan tak sepatah
katapun yang sanggup diutarakan keluar!"
"Lan Hoa! jangan banyak bicara," tukas Kioe Tok Sian-
Cie dengan cepat. "Aku tak sanggup menyelamatkan
orang, banyak bertanya malah terasa rada tidak enak!"
"Suhu, tecu amat senang dengan Chin Wan Hong ini!"
seru gadis yang bernama Lan Hoa itu sambil tertawa.
"Kita tak sanggup menyelamatkan jiwa orang,
senangpun tak ada gunanya!"
Pembicaraan tersebut dilakukan dengan bahasa Han,
dengan sendirinya Tiong-si Sam Houw dapat menangkap
artinya dengan jelas.
Si nenek tua she Tiong yang berjulukan harimau
ompong adalah seorang yang berjiwa terbuka, apa yang
ia pikirkan selalu diutarakan tanpa dipikir lagi. Kini ia tak
kuasa menahan diri segera serunya, "Sian-Nio! kau toh
belum turun tangan untuk mencoba darimana bisa tahu
kalau jiwa Hoa sauw-ya tak bisa tertolong lagi" bilamana
kau tak sudi untuk menolong jiwanya, kamipun tak bisa
banyak bicara, sebaliknya kalau kau mengatakan tak
sanggup untuk menolong.... julukan Sian-Nio sebagai
Kioe Tok kenapa tidak dikurangi satu menjadi Pat-Tok
Sian-cie saja"....."
Pat-Tok Sian-Cie adalah dewi cantik delapan bisa.
Pada dasarnya nenek tua ini memang seorang yang
berbuat mengikuti emosi belaka, otaknya sama sekali tak
pernah digunakan. Kini setelah hatinya jadi gelisah
karena jiwa Hoa Thian-hong tak tertolong, ucapan yang
diutarakan keluarpun kedengarannya amat menusuk
perasaan. Chin Wan Hong jadi gelisah bercampur cemas, ia takut
di dalam gusarnya Kioe-Tok Sian-Cie akan mengusir
mereka keluar dari wilayahnya, karena itu dengan air
mata berlinang kembali menganggukkan kepalanya
berulang kali. Sebetulnya Kioe-Tok Sian-Cie serta anak muridnya
merasa amat terharu oleh kesedihan hati Chin Wan
Hong, apa daya racun Teratai Empeau Api itu memang
sulit di tolong, maka dalam keadaan serba salahnya
iapun tak mengerti harus berbuat apa.
Mendadak terdengar si Harimau Pelarian Tiong Liauw
berkata, "Sian Nio! kongcu ini bernama Hoa Thian-hong,
dia adalah putra tunggal dari Hoa Goan Sioe yang amat
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Pendekar Rajawali Sakti 204 Titah Sang Ratu Undangan Berdarah 1