Bara Maharani 3
Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 3
bakal terbanting hancur didasar telaga tersebut.
Bisa dibayangkan betapa terperanjat dan kagetnya
hati sianak muda itu. dengan cepat ia berjumpalitan
untuk bangun, tapi pada saat yang bersamaan kembali
terasa munculnya segulung hawa tekanan yang sangat
kuat menyendat tubuhnya:
Ploook ..! tidak ampun lagi badannya terjengkang dan
jatuh tertelentang diatas permukaan salju.
Dasar telaga itu tiada air gelap gulita hingga susah
melihat kelima jari tangan sendiri. Hong Po Seng yang
berbaring diatas permukaan salju yang dingin menusuk
ketulang sumsum seketika merasakan persendian tulang
disekujur tubuhnya seolah olah terlepas semua sedikit
bergerak atau meronta saja seluruh badannya terasa
amat sakit sukar ditahan.
Ditengah kegelapan terdengar suara tertawa seram
yang rnengerikan itu berkumandang kernbali. begitu
ngeri dan tajam suaranya sampai telinga terasa sakit
seperti ditusuk tusuk dengan jarum. Kendati Hong Po
Seng bernyali besar tak urung bulu kuduk disekujur
tubuhnya berdiri juga, ia gemetar dan merinding.
Lama... lama sekali suara tertawa aneh baru sirap,
terdengar orang itu berkata:
"Orang bilang anjing yang sedang gelisah akan
meloncati tembok, Hmmm..,....ucapan ini sedikitpun
tidak salah, ucapan ini sedikitpun tidak salah,.."
Hong Po Seng dapat menangkap suara tadi sebagai
suara ucapan manusia, tanpa terasa nyalinya menjadi
besar sekali, dengan cepat ia meronta, berusaha untuk
bangun, apa daya tulang belulang disekujur badannya
terasa amat sakit, maka terpaksa ia menahan rasa dingin
yang menusuk kedalam tulang dan berbaring diatas
tanah tanpa berkutik, sementara hawa murninya
perlahan lahan berusaba dikumpulkan kembali.
Terdengar suara yang tajam menusuk pendengaran
tadi berkumandang kembali,
"Karena pusaka loohu terkurung disini selama banyak
tahun Hey ! keparat cilik yang tahu diri, apakah kau
datang kemari menghantarkan selembar jiwamu juga
disebabkan karena mestika itu "Heeeh. .heeeh... "
"Ngomong orang ini ngawur dan tak ada aturannya"
Pikir Hong Po Seng dalam hati "Jangan jangan orangnya
sudah sinting dan ingatannya sudah tidak waras
berhubung sudah terkurung terlalu lama disini !"
Perlahan lahan ia mendongak keatas, ditengah
kegelapan yang mencekam seluruh jagad tampaklah dua
buah titik cahayanya tajam berkilauan tiada hentinya dari
kejauhan warna biru yang menggidikkan itu tidak mirip
sebagai mata rnanusia.
Karena tulang berulang badannya sakit maka sianak
muda itu beristirahat untuk beberapa saat lamanya
ditanah, baru beberapa saat kemudian ia mulai
merangkak kesamping dan akhirnya dengan punggung
menempel diatas dinding baru ia bangun dan duduk.
Dalam pada itu angin berhembus amat kencang, salju
turun dengan derasnya.
Luka pukulannya baru sembuh dan kini setelah
terjatuh dari atas tebing pertahanan tubuhnya semakin
lemah lagi. Sambil mengeraskan diri pemuda itu
mengatur pernapasan dalam tubuhnya, menanti rasa
dingin sudah terusir pergi ia mulai merasa lelah
bercampur mengantuk dan akhirnya tertidur dengan
pulasnya. Entah berapa saat lamanya telah lewat, mendadak ia
merasakan badannya seolah-olah jadi enteng dan
terbang meninggalkan permukaan tanah, disusul
tenggorokannya terasa amat sakit, suara tertawa aneh
yang tajam dan tinggi bagaikan jeritan setan ditengah
pekuburan berkumandang tiada hentinya dari sisi telinga.
Dengan hati terkesiap Hong-po Seng mendusin dari
tidurnya, ia membentangkan matanya lebar-lebar tapi
dengan segera matanya jadi terbelalak dan mulutnya
melongo, sementara jantungnya berdebar sangat keras.
Ternyata ketika itu fajar telah menyingsing dan
seluruh permukaan telah terang benderang tetapi telaga
kering yang dalamnya mencapai tujuh puluh tombak ini
masih tetap diliputi kegelapan serta kelembaban yang
amat tebal, kabut menutupi permukaan tanah dan hawa
dingin menusuk kedalam tulang.
Ditengah lapat-lapatnya suasana itulah tampak
seorang manusia aneh berbadan telanjang, berkaki
kutung sedang mementangkan kelima jari tangannya
yang tajam bagaikan cakar mencengkeram
tenggorokannya, mulut yang lebar dan bau tersungging
senyurnan aneh, gelak tertawa seram menggema tiada
hentinya. Karena dicekik lehernya Hong Po Seng merasa
pernapasannya jadi sesak dan ia tak sanggup
mengungkapkan sepatah katapun, keempat anggota
badannya jadi lemas sedikitpun tak bertenaga.
Lama...lama sekall manusia aneh itu tertawa seram,
akhirnya dengan wajah menyeringai tegurannya:
.,Hey, keparat cilik. rupanya kau barusan kematian
bapak tuamu?"".
Hong Po Seng membentangkan mulutnya lebar-Iebar
tanda tak sanggup mengucapkan sepatah katapun,
rupanya manusia aneh itu merasa amat girang
menyaksikan keadaan korbannya. mendadak ia
perkencang cekikannya membuat Hong Po Seng
mendengus berat, kedua biji matanya hampir saja
melorot keluar dari dalam kelopak matanya.
Manusia aneh itu tertawa seram beberapa saat
kemudian ia baru mengendorkan cekikannya seraya
menegur lagi: "Hey. keparat cilik! apakah kau barusan kematian
bapakmu": Jantung Hong-po Seng berdetak semakin keras,
menanti kelima jarinya yang mencekik lehernya rada
mengendor mendadak ia memiringkan kepalanya
kesamping lalu merangkak kedepan menjauhi manusia
aneh itu. Gelak tertawa seram kembali menggema memecahkan
kesunyian, ditunggunya sampai pemuda itu merangkak
sejauh beberapa tombak kemudian medadak ia bangun
duduk, telapak kirinya yang kurus bagaikan cakar setan
diayun kedepan dan meraung diudara kosong.
Sungguh dahsyat cengkeraman diudara kosong itu,
belum habis Hong-po Seng merasa terkesiap bercampur
kaget tiba tiba badannya tak sanggup menguasahi
diri.Sreett...! kepalanya terpelanting kebelakang dan
tersedot kembali kearah manusia aneh itu.
Sekali membalik telapaknya orang aneh tadi menekan
batok kepala Hong po Seng keatas tanah, dan serunya
sambil tertawa seram:
"Eeeei.... kamu sudah tuli yah" Ayoh jawab
pertanyaan dari loohu. Apakah kau si keparat cilik
barusan kematian bapakmu?"
Hong Po Seng merasa teramat gusar, tapi karena rasa
ngeri dan takut masih tersisa dalam hatinya maka ia tak
berani membentak dengan nada yang kasar dan bersikap
menantang. Sahutnya:
"Ayahku sudah mati banyak tahun,"
"Kalau begitu kau tentu barusan kematian ibumu?"
teriak manusia aneh itu lagi dengan nada marah.
Mendengar orang itu menyumpai ibunya kontan Hong
Po Seng naik pitam, ia lupa akan keselamatan dirinya
dan segera membentak dengan penuh kegusaran:
"Kentut busuk, !"
Sekuat tenaga ia meronta dan berusaha untuk
melepaskan diri dari tekanan orang, siapa tahbu tenaga
tekanan yang menekan batok kepalanya berat bagaikan
tindihan sebuah bukit, kedati ia meronta dengan segenap
tenaga namun badannya sama sekali tak bergeming
barang sedikitpun jua.
Melihat tingkah laku pemuda itu, bukannya gusar
manusia aneh malah tertawa,
"Haa..haah...,baaah....haah....keparat cilik. rupanya
kau adalah seorang anak yang berbakti kepada orang
tua". Ia merandek sejenak, lalu mengangkat raut wajah
sianak muda itu keatas untuk dipan?dang sekejap dan
tanyanya lebih jauh:
"Wajah sedih dan murung, waktu tidur mengucurkan
air mata, aku mau tanya apa sebabnya?",
"Kenapa aku mesti mengucurkan air mata waktu
tidur?""pikir pemuda she Hong Po ini, ia jadi mendongkol
dan sahutnya gusar:
"Dikolong langit kejahatan merajalela, manusia
manusia laknat pegang kekuasaan dan malang melintang
kesana kemari. aku hidup sebatang kara dengan
kekuatan yang lemah, sebagai manusia tak bisa
melenyapkan kajahatan bagi dunia persilatan tak bisa
menciptakan kebahagiaan bagi umat Bu lim kalau tidak
tidur sambil melelehkan air mata apakah suruh aku
tertawa terbahak bahak?"".
Mendengar ucapan itu manusia aneh tadi mendadak
mendongak memandang angkasa lalu tertawa terbahak
bahak. Sungguh hebat tenaga lwekang yang dimiliki orang
aneh ini, begitu gelak tertawanya, bergema diangkasa
seketika itu juga bunga salju berguguran keseluruh
angkasa, menggulung dan berombak bagaikan gulungan
air ditengab samudra luas.
Hong po Seng rnerasakan cengkeraman orang itu kian
mengendor, pemuda itu segera merangkak bangun dari
atas tanah dan duduk. tapi ia tak berani mundur
kebelakang, sinar matanya dialihkan kearah orang tadi
dan dipandangnya dalam dalam.
Tapi sebentar saja sianak muda itu sudah terperanjat
dibuatnya, Kiranya bukan saja sepasang kaki manusia aneh itu
sudah dipotong kutung sebatas paha tangan kanannya
yang diayun keataspun sudah ditembusi oleh berpuluh
puluh utas tali hitam yang tepat menembusi jalan darah
penting ditubuhnya. tali tali berwarna hitam tadi
diikatkan pada dinding batu sehingga praktis lengan
tersebut tak bisa digunakan
Lengan kirinya bebas dapat berputar kesana kemari,
rambutnya panjang terural sampai di batas permukaan
tanah, kulit tubuhnya putih pucat tak tampak warna
darah dan diliputi oleh bulu bulu lunak berwarna hitam.
Raut wajahnya kecuali sepasang mata yang berwarna
kebiru biruan hanya mulutnya yang besar dan bersinar
minyak itu saja yang nampak.
Keadaannya jelek, bengis dan mengerikan membuat
orang yang melihat merasa ngeri dan bergidik.
Dalam pada itu manusia aneh tadipun sedang
memandang wajah Hong-po Seng dengan sorot matanya
yang tajam, mendadak ia tertawa seram. serunya:
"Haah...haaah haaah sekarang loohu telah paham, kau
sibocah keparat tentulah manusia baik yang belum
sempat dibasmi sampai ludas!''.
"Hmmm! tak nanti manusia baik bisa di basmi sampai
ludas "batin Hong-po Seng sambil mendengus dalam
hati. "Cukup didengar dari ucapan barusan, aku telah
mengetahui kalau kau bukan manusia baik baik!".
Walaupun dalam hati ia berpikir demikian namun tak
berani diutarakan keluar, perasaan tidak puas itu hanya
disimpan dalam hatinva saja.
Dari perubahan air muka sianak muda itu, rupanya
manusia aneh tadi dapat menebak isi hatinya. Mendadak
ia mencengkeram pemuda itu dengan tangan kirinya dan
menegur: "Bocah keparat rupanya kau tidak puas yaaah dengan
ucapanku?"..., ayoh jawab !"
Hong Po Seng ada maksud menghindarkan diri dari
cengkeraman lawan, siapa tahu gerakan tangan orang
betul betul laksana sambaran kilat, ia hanya merasakan
pandangan matanya jadi kabur dan tahu tahu
tenggorokannya sudah dicekik oleh jari jari tangan
musuh. Merasa dirinya berulang kali dipermainkan orang,
sianak muda itu naik pitam, otot-otot berwarna hijau
diwajah dan tubuhnya pada menonjol keluar, sedang
dalam hati diam-diam ia menyumpah:
"Tua bangka sialan kau sampai mengalami nasib
sejelek dan sesetan ini rasanya pantas dan Thian punya
mata, sayang manusia she Pek itu..."
Belum habis ia berpikir manusia aneh itu sudah
melepaskan kembali cengkeramannya.
"Hey bocah keparat !" ia menghardik "Ayo jawab
secara terus terang, mau apa kau datang kedasar telaga
ini?""
"Hmm..Pek Koen Gie ada maksurd merampas pedang
emasmu, aku ditangkap dan ditawan olehnya karena itu
sengaja kudatangi tempat ini untuk mengadu nasib "
Rupanya manusia aneh itu tidak menyangka kalau
pihak lawan bisa berterus terang dihadapannya, setelah
tertegun beberapa saat lamanya ia berseru:
,,Apa " Pek Koen Gie ?"" apakah budak liar anak jadah
dari Pek Siauw Thian ?".
Hong po Seng sudah kenyang disiksa dan dihina oleh
keluarga Pek, terhadap ayah dan anak she-Pek itu
maupun terhadap manusia aneh dihadapannya ia
menaruh rasa benci dan antipatik. Kini mendengar
pertanyaan tersebut ia lantas tertawa dingin.
"Heeh..heeh..Pek Koen Gie adalah putri dari pangcu
perkumpulan Sin-Kee Pang, betulkah dia anak jadah atau
bukan. aku tak tahu dan tidak ingin tahu".
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Manusia aneh itu merasa amat gembira ketika
didengarnya dari nada ucapan tersebut jelas
menunjukkan pandangan jelek dan rasa benci sianak
muda itu terhadap Pek Koen Gie.
"Eeei bocah keparat" ujarnya lagi. "Aku lihat
kepandaian silatmu tidak jelek, kenapa kau bisa
ditangkap dan dipermainkan oleh budak rendah sialan itu
ooh.... jangan-jangan kau sedang membohongi diriku
?""...".
"Hmm bukankah ilmu silat yang kau miliki sangat lihay
?" kenapa pula kau mengalami nasib yang demikian
jeleknya sehingga harus hidup bagaikan seekor binatang
?"?".
Bekas cengkeraman pada lehernya secara lapat lapat
masih terasa amat sakit. hal ini menggusarkan hati
pemuda itu. maka sengaja ia sindir dan ejek manusia
aneh tersebut dengan kata kata yang tajam dan tak enak
di dengar. Bisa dibayangkan betapa marah dan gusarnya
manusia aneh itu, bagaikan binatang kalap ia meraung
sekeras kerasnya. sekali cengkeram ia tangkap rambut
pemuda itu kemudian menekan wajahnya keatas
permukaan salju dan digosoknya berulang kali. teriaknya
keras keras. ..Keparat sialan kau bilang apa ?""
Setelah mengucapkan kata kata penghinaan tadi,
sebetulnya Hong po Sang pun merasa agak menyesal.
Tapi menyesalpun tak ada gunanya karena semua sudah
terlambat, Dalam keadaan begini ia hanya dapat
menggertak giginya rapat rapat, dengan mulut
membungkam merasakan siksaan yang sedang
dideritanya. Dasar wataknya memang keras kepala, sejak petistiwa
dikantor cabang kota Seng-Chu, di mana karena desakan
rasa setia kawan ia harus menerima penghinaan dari Pek
Koen Gie dan kehilangan tiga biji gigi karena digaplok
oleh gadis itu, ia merasa dirinya sudah dihina habishabisan,
setiap kali teringat akan kejadein itu dia pasti
merasakan dadanya jadi sesak dan wajahnya jadi
murung, suatu perasaan benci dan kecewa yang amat
dalam menekan dadanya.
Tapi setelah disiksa dan dianiaya oleh manusia aneh
tersebut pada saat ini, meski badan terasa sakit namun
hatinya malah terasa jauh lebih nyaman.
Entah sudah berapa waktu lamanya manusia aneh itu
menggosok raut wajah Hong po Seng diatas permukaan
salju, tiba tiba ia berhenti dan mendongakan wajah
korbannya. Tampaklah kulit wajah sianak muda itu telah pecah
dan lecet lecet, darah segar, mengucur keluar
membasahi seluruh permukaan salju yang putih, wajah
pemuda ini sudah tidak
utuh lagi. Ia mendongak dan segera tertawa keras, jengeknya:
"Bocah keparat kalau kau berani mengucapkan kata
kata yang tidak senonoh lagi, loohu segera akan putar
tengkukmu sehingga patah jadi dua bagian !"
Pada dasarnya manusia aneh ini memang bukan
manusla baik baik, ditambah pula ia sudah terkurung
selama banyak tahun, rasa mangkel, mendongkol
dendam yang sudah terkumpul selama banyak tahun
segera dilampiaskan keluar semua.
Siapa tahu ejekan yang dilontarkan Hong Po Seng
memang disertai dengan maksud mak?sud tertentu, ia
ada maksud untuk menyiksa diri sendiri.
Maka setelah mendengar ancaman itu bukannya
berhenti malah mengejek semakin menjadi, serunya
lantang: "Waaduuuh kau sungguh lihay sekali ! setelah Pek
Siauw Thian memotong kuntung sepasang kakimu, kau
,* Belum habis kata kata itu diutarakan, manusia aneh
itu dengan mata melotot bulat sudah bersuit nyaring,
tangannya berkelebat mencengkeram kaki kanan Hong
Po Seng dan ancamannya dengan wajah menyeringai
buas. "Keparat busuk, loohu akan suruh kau merasakan
keadaan yang sama dengan diriku!',. Sembari bicara ia
siap mematahkan kaki kanan lawannya, tapi sewaktu
dijumpainya wajah pemuda itu tetap tenang dan sama
sekali tidak menunjukan rasa gentar atau sedih, dari
gusar ia malah jadi tertawa serunya
.,Bocah, usiamu masih sangat muda . . sayang amat
kalau kakimu harus dikutung orang!"
Ucapan ini diutarakan tidak lain banya bermaksud
memancing munculnya rasa gentar dan takut dalam hati
Hong-po Seng asal pemuda itu sudah merasa takut maka
ia segera akan turun tangan.
Siapa tahu Hong po Seng bukannya gentar aebaliknya
malah menunjukkan sikap semakin tawar dan dingin,
katanya ketus. ..Silahkan turun tangan sesuka hatimu, sedari dulu
aku sudah pernah mati sekali. Hanya harapanku semoga
kalau kau berjumpa kembaIi dengan Pek Siauw Thian
nanti, tunjukkanlah kegagahan serta keangkeranmu
seperti pada saat ini."
"Anak jadah ! sepasang kaki loohu kutung diujung
pedang Hoa Goan Sioe . , . " jerit manusia aneh itu
sambil menggertak giginya keras- keras.
Begitu mendengar disebutnya nama Hoa Goan Sioe
sekujur tubuh Hong-po Seng gemetar. keras.
Rupanya firasat serta perasaan manusia aneh itu
tajam sekali, baru saja tubuh sianak muda itu bergetar
keras, pergelangan tangannya sudah berputar
mencengkeram baju korbannya sambil diangkat kedepan
mata sendiri, hardik nya dengun suara berat
"Ayoh jawab yang jujur, apa hubunganmu dengan Hoa
Goan Sloe ?"'.
Rupanya segara mendadak ia menjadi tenang kembali.
suaranya rendah dan perlahan sama sekall tidak disertai
emosi. Hong- po Seng yang sedari tadi sudah menyingkirkan
jauh jauh pikiran tentang "Mati" dan "Hidup", saat ini
berpikir didalam hatinya:
"Kalau ditinjau sikapnya yang congkak dan tinggi hati
beberapa saat berselang, sungguh tak nyana begitu
mengungkap nama ayahku ia segera menjadi tenang dan
halus !". Terdengar manusia aneh itu berkata lagi dengan suara
serak : , Loohu lah yang paling akhir menghadiahkan sebuah
pukulan ketubuhnya sehingga nyawa Hoa Goan Sloe
kuhantar pulang keakhirat, coba jawab, apa
hubunganmu dengan Hoa Goan Sloe ?"".
"Bagus dia adalah ayahku almarhum" jerit Hong po
Seng dengan suara melengking, ia termakan oleh ucapan
itu dan berkobarlah rasa dendam dalam hatinya ,.Ayoh
cepat turun tangan membinasakan diriku, membiarkan
aku hidup dikolong langit berarti menanam bibit bencana
bagi dirimu sendiri. cepat atau lambat aku pasti akan
mencabut jiwamu!"
Manusia aneh itu tertegun, tiba tiba ia melepaskan
cengkeramannya dan barkata kembali:
"Hoooh .! Hoa Goan Sloe modar karena dikepung dan
dikeroyek oleh sekelompok jago-?jago lihay dari
kalangan Hek-to, Pek Siauw Thian ada!ah salah satu
diantaranya. Sepasang kaki loohu kutung lebih duluan
dan tidak tahu duduk perkara yang sebetulnya, tapi kalau
kamu ingin menuntut balas atas kematian ayahmu,
bunuh saja budak anak jadah dari Pek Siauw Thian!"
"Usia Pek Koen Gie masih sangat muda apa sangkut
pautnya urusan ini dengan dirinya"
"Setelah kau bunuh orang yang sama sekall tidak
tersangkut dalam peristiwa itu, kenapa tidak sekalian
mencabut jiwa budak sialan anak jadah itu?"" sahut
orang aneh itu dengan mata melotot bulat.
"Waaah...,rupanya kebencian orang ini terhadap Pek
Siauw Thian telah merasup ketulang sumsum, sehingga
dosanya ditimpakan pula pada anak keturunannya"
pikirnya Hong Po Seng.
Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya,
sambil tertawa dingin ia mengejek:
"Bukankah sepasang kakimu kutung ditangan ayahku
almarhum?" kenapa kau tidak ingin menuntut balas atas
sakit hati itu diatas tubuhku?"".
"Haaah....haaah....Hoa Goan Sioe sudah modar, loohu
tidak sudi membinasakan dirimu."
"Hmmm... Hmmm....orang yang paling loohu benci
adalah Pek loo jie itu".
"Ehmm, rupanya ucapanmu yang terakhir adalah kata
kata yang jujur dan sebenarnya, kalau memang kita
punya musuh dan sakit hati yang sama, lebih baik bunuh
dulu Pek Siauw Thian kemudian baru menyelesaikan
hutang piutang diantara kita berdua".
Manusia aneh itu melototkan matanya bulat bulat.
"Boen.. mendadak ia merandek dan berganti sebutan.
"Dimana ibumu ?" kenapa ia begitu tega dan kuatir
melepaskan kau berkelana seorang diri dalam dunia
persilatan?"".
"Dia orang tua masih sedih setiap mengenang
kejadian dimasa lampau dan tidak ingin munculkan diri
lagi didalam dunia pesilatan, aku keluar karena diam
diam melarikan diri."
Manusia aneh itu mengangguk.
"Nah ! begitu baru betul." Ia berpiktr sebentar dan
lanjutnya, "Ayahmu punya potongan wajah yang cakap
dan menarik, sedang kau bukan saja hitam, kurusnya
seperti monyet sedikitpun tidak mirip jadi putra
kandungnya"
Dalam kenyataan sewaktu pertama kali anak muda ini
turun gunung, kecuali wajahnya dan kulit tubuhnya
berwarna hitam pekat, perawakannya sehat dan kekar.
Justru karena berulang kali harus mendapat pukulan
batin dan hatinya selalu dibikin kecewa, akhirnya bukan
saja badan jadi kurus, kering bahkan kelihatan tidak
cantik dan layu.
-Hey keparat cilik she Hoa" meadadak terdengar
manusia aneh itu menegur lagi. "Kalau memang Pek
Koen Gie memaksa kau datang kemari untuk mencari
pedang emas kenapa kau malah justru mengaku terus
terang di hadapan loohu?"
Walaupun ucapan orang ini kasar dan berangasan,
ternyata otak serta pikirannya tajam serta teliti" pikir
Hong po Seng, ia menjawab dengan suara ketus :
"Dewasa ini aku bernama Hong-po Seng." Manusia
aneh itu meiengak tersenyum.,
,.Aaaah betul, kalau Pek loo-jie sampai mengetahui
asal usulmu yang sebenarnya maka ia pasti akan turun
tangan membinasakan dirimu. Hmm . . hmmm . . loohu
.dewasa ini pun bernama Han Than Sioe sikakek telaga
dingin" "Apa" Han Than Sioe binatang telaga dingin" hoo .
memang pantas, memang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya!"
Haruslah diketahui kata "Sioe" kakek dan 'Sioe`
binatang, meski suaa ucapannya sama namun dalam
tulisannya sama sekali berbeda..
Manusia aneh itu tertegun beberapa saat lamanya,
tapi dengan cepat ia menangkap maksud yang
sebenarnya dari perkataan itu, kontan sepasang matanya
melotot bulat. "Binatang cilik. kau benar benar sudah bosan hidup
dan pingin cari mati?".
"Hmmm! tak usah kau gertak diriku dengan persoalan
mati atau hidup, walaupun kau tidak ingin membunuh
diriku, masih banyak oraag lain yang ingin kematian
diriku". Sinar matanya dialihkan memandang kearah salju
putih yang berhamburan dari angkasa, setelah lama
berdiri termangu mangu ia baru menunduk kembali
sambil berkata dengan suara hambar:
"Kakek Telaga Dingin! sebelum salah satu diantara kita
berdua ada yang mati lebih dulu, lebih balk kau tak usah
untuk taring pamer cakar dihadapanku, kau musti tahu
kami keturunan dari keluarga Hoa bukanIah manusia
yang bisa dibikin gentar atau takluk oleh gertak sambel.".
Han Thian Sloe sikakek telaga dingin tertawa aneh,
mukannya pun secara tiba-tiba berubah jadi lebih kendor
dan rileks. ,,Baiklah" ia menyanggupi." Mengingat Hoa Goan Sioe
adalah seorang enghiong hoo han, lalu akan bersikap
sungkan terhadap dirimu. tapi kaupun harus bisa
menjaga diri dan terutama sekali mengerem ucapan yang
bisa menyinggung perasaaan loohu, daripada hinaan
serta sindiran tersebut membangkitkan hawa amarah
dalam hatiku!"
Hong-po Seng mengangguk.
"Baiklah. kita tetapkan begitu saja" sinar matanya
lantas dialihkan kearah rambutnya yang panjang hingga
terurai keatas tanah, tanyanya:
"Bukankah kau kehilangan sepasang kakimu dalam
pertemuan Pek-Beng Hwe" bagaimana caranya hingga
akhirnya kau terjerumus dalam jebakan Pek Siauw
Thian?" Dari balik mata Han Than Sioe memancar keluar sinar
penuh kebencian, katanya
"Setelah pertemuan besar Pek Beng Thay hwee, Pek
Loo jie ada maksud merampas pedang emas milik loohu,
dia pura-pura berla gak baik hati dengan alasan hendak
menghantar loohu pulang gunung, padahal sedari semula
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Loohu sudah mengetahui akan ketajaman serta kekejian
hatinya, maka sengaja kupilih markas besar Sin Kee Pang
ini untuk merawat lukaku. Hmm..hmmbegitulah aku
merawat luka selama sepuluh tahun lamanya"
"Jadi kalau begitu, ia sama sekali tidak tahu
dimanakah letak rumah tinggal?""tanya Hong Po Seng
dengan alis berkerut.
,.Kalau dia tahu, mungkin sejak dulu dulu loohu sudah
mati kelaparan!"
Mendadak ia tertawa aneh menunjukkan betapa
bangga hatinya, lalu ujarnya lebih jauh:
,,Ketika sepasang kaki Ioohu baru kutung, aku masih
bukan tandingannya maka ia pantas jebloskan loohu
kedalam dasar telaga kering ini. setiap kali ada waktu
luang ia lantas datrang kemari menyiksa aku dan
mengepot aku agar loohu mau serahkan pedang emas
itu sebagai penebus bagi kebebasanku, Hmm! Hmm!
mana mungkin loohu bisa tertipu?" kalau pedang emas
itu sudah terjatuh ketangannya, masa loohu bisa hidup
sampai sekarang?"
"Berapa sih nilainya sebilah pedang emas?" apa
gunanya kau.."
"Bagi manusia yang tidak tahu tentang duduknya
perkara tentu saja pedang emas itu sama sekali tak ada
harganya" tukas sikakek telaga dingin sambil
menggoyangkan tangannya berulang kali."Tapi bagi
orang yang mengerti, pedang emas tersebut merupakan
banda pusaka yang tak ternilai harganya, benda itu
merupakan mustika yang diidam idam?kan serta diimpiimpikan
oleh setiap manusia, panjang sekali kisahnya
mengenai benda berharga itu".
"Sebelum Pek Siauw Thian berhasil mendapatkan
pedang emas itu, dia pun akan menggunakan tindakan
serta siksaan yang bagaimana kejampun untuk menyiksa
badanmu serta membuat kau menderita. apa kau
sanggup menahan siksaan hidup yang demikian beratnya
Itu?" "Haah...haah.. tak usah dibicarakan, hal itu sudah
jelas sekali !".
la merandek sejenak, dengan wajah yang riang
gembira sambungnya :
"Pada waktu itu kolong langit baru saja mau tenteram,
Pek Loo-jie masih disibukkan untuk mengumpulkan
komplotan serta anak buah untuk memperkuat posisi
serta pengaruhnya dalam dunia pertalatan, ia dibikin
pusing tujuh keliling oleh masalah nama serta kedudukan
sehingga melupakan sama sekali keadaan diri loohu
haaah..haah..mimpipun ia tak akan menyangka dikala ia
repot menjadi seorang pangcu,loohu pun sedang repot
berlatih ilmu silat. Mendadak pada suatu hari ia datang
berkunjung, loohu segera mengangkat telapak dan...".
"Apakah pukulanmu bersarang telak ditubuhya ?""
sela Hong-po Seng tak tahan lagi.
"Hmmm ! bukan bersarang telak saja, serangan diatas
tubuhnya, bahkan aku buat dirinya menggeletak
setengah mati untuk menyembuhkan luka parahnya itu ia
harus berobat hampir selama satu tahun lamanya !"
jawah sikakek telaga dingin dengan nada sombong
bercampur bangga.
Hong-po Seng segera tertawa.
"Ia merasa berat hati kehilangan barang pusaka,
berarti berat hati pula membinasakan dirimu, aku tebak
meskipun hukuman mati bisa terhindar kau pasti tak
akan terhindar dari siksaan hidup, bukankah begitu "
sampai dimana siksaan yang kau derita sejak peristiwa
itu ?". Sambil menggertak gigi si Kakek Telaga dingin
bercerita lebih jauh:
, Setahun itu loohu hanya bersantap tiga hari sekali,
hampir saja aku mati karena kelaparan. Semenjak
peristiwa itulah Pek Loo-jie melatih ilmu silat baru dan
turun ke dasar telaga untuk bertanding melawan loohu,
setelah ia datang membawa persiapan Loohu tak
sanggup melukai dirinya lagi, tetapi ilmu silat yang loohu
miliki selamanya berjalan di depannya dan selamanya ia
tak mampu menangkan diriku, disamping itu iapun
merasa berat hati serta sayang untuk mencelakai jiwa
loohu". "Waaah kalau begitu ia betul-betul termasuk manusia
hebat "Pikir Hong po Seng dalam hati - "Tangan
kanannya entah terbelenggu oleh benda apa diatas
dinding batu, dengan mengandalkan lengan kiri saja ia
sanggup menangkan Pek Siauw Thian, kelihayan ilmu
silatnya mungkin sudah cukup untuk malang melintang
dikolong langit'.
Berpikir demikian ia lantas berkata:
"Menurut Pek Koen Gie, ayahnya menahan dirinya
karena kau sangat berguna bagi mereka, aku pikir yang
dimaksudkan pastitlah dalam hal ini, kau telah digunakan
sebagai teman bertarung untuk melatih kepandaian
silatnya".
"Hmmm!"si kakek Telaga Dingin mendengus berat.
"Dugaanmu sama sekali tidak salah,loohu pun sama
halnya dengan dia, menggunakan Pek Loo-jie sebagal
teman untuk berlatih ilmu silat"
Ia merandek sebentar dan terusnya:
"Kita sudah saling bergebrak selama hampir sepuluh
tahun lamanya, ilmu silat yang dimiliki kedua pihak sama
sama memperoleh kemajuan pesat hingga sampai kini
jurus jurus lama sudah tak blsa digunakan lagi, kedua
belah pihak sama sama putar otak memeras keringat
untuk menciptakan gerakan serta jurus jurus lain yang
lebih ampuh Haaah.... haaah..haaah..... selamanya loohu
lebih unggul setingkat dari pada dirinya, walaupun Pek
Loo jie mempunyai kekuasaan serta pengaruh yang
meluas sampai seantero jagad, siapa tahu kalau ia tak
pernah tidur dengan nyenyak, tak pernah makan dengan
enak, setiap hari pikirannya pusing memikirkan soal
diriku!". ,.Kalau ditinjau serta dibicarakan dari kedudukan dan
nama besar dari Pek Siauw Thian dalam dunia persilatan
"pikir Hong-po Seng didalam hati "Seandainya ia tidak
mengandalkan kekerasan untuk merebut barang milik
orang lain, rasanya tidak nanti ia mengalami keadaan
seperti ini dan aku pikir sama sekali tak berharga baginya
untuk memperebutkan sebilah pedang".
Tiba tiba terdengar sikakek telaga Dingin tertawa licik,
lalu berkata: "Hong Po Seng, andaikata loohu menghadiahkan
pedang emas itu kepadamu, maukah kau untuk
menerimanya?"".
Hong po Seng segera gelengkan kepalanya berulang
kali. "Benda yang bukan menjadi milikku aku tak sudi untuk
menerimanya, apa lagi setelah mendapatkan pedang
emas itupun aku tak bisa lolos dari cengkeraman maut
Pek Siauw Thian, apa gunanya aku mencarikan
keuntungan bagi orang lain?"".
,.Haaah....haaah... bagaimana sekarang?" apa yang
hendak kau lakukan untuk melepaskan diri dari
cengkeraman maut Pek Loo jie?"".
Hong Po Seng menunduk dengan wajah sedih:
"Aku akan berusaha dengan kemampuan yang dimiliki,
dan menurut pada takdir yang telah ditetapkan oleh
Thian, apabila aku memang ditakdirkan harus mati,
rasanya bergulat dan memberontak tak ada gunanya!".
"Haaah....haaah....usiamu masih muda tapi bisa
memandang lebih masak tentang mati dan hidup, loohu
sudah punya pengalaman, orang yang makin tidak takut
mati seringkali usianya malah semakin panjang, mungkin
saja nasibmu memang begitu dan kau masih mempunyai
kesempatan untuk hidup selama beberapa tahun lagi.
Hanya saja....".
"Hanya saja kenapa ?"?" tanya Hong po Seng dengan
mata melotot bulat-bulat.
Si Kakek Telaga Dingin tertawa.
"Hanya saja pada tahun-tahun belakangan ini, jarang
sekali terjadi peristiwa aneh yang ada diluar dugaan".
"Apa maksud ucapanmu itu ?"?".
,.Seandainya kau terkurung didasar telaga ini pada
sepuluh tahun berselang, kemungkinan besar dari atas
langit akan muncul seorang dewa yang datang
menyelamatkan jiwamu, mewariskan ilmu silat kepadamu
dan membantu kau untuk menuntut balas. Tapi
sekarang... Heeeh... Heeeh.... kejadian yang demikian
beruntungnya sudah tak mungkin lagi terjadi".
"Yang dia maksudkan sebagai dewa pastilah jago jago
lihay yang telah lama mengasingkan diri" pikir pemuda
Hong-po Seng dalam hati, ia lantas bertanya:
"Kanapa ?"".
Kakek Telaga Dingin mendongak dan tertawa
terbahak- bahak.
"Haah..haah..semua dewa sakti telah kembali
keakherat setelah pertemuan besar Pak Beng Tay Hwie
diadakan. Ehmmn! masih ketinggalan seorang yaitu
ibumu sendiri, kecuali dia yang datang menyelamatkan
dirimu aku rasa hanya kematian yang bakal kau hadapi !"
Hong-po Seng yang mendengar ucapan itu diam-diam
merasa sedih, tapi diluaran ia berkata :
"Ibuku dia orang tua pasti akan datang
menyelarnatkan jiwaku karena ia tentu mendongkol dan
marah kepadaku sebab aku tak mau menuruti
ajarannya!"
Beberapa saat lamanya sikakek telaga dingin berdiri
termangu-mangu tiba-tiba ujarnya :
.,Aku rasa kaki tangan serta kuku garuda dari pihak
perkumpulan Sin Kee Pang tentu tidak sedikit jumlahnya,
sekalipun ibumu datang sendiri kemari juga belum tentu
bisa menyelamatkan jiwamu."
Hong po Seng tiada perkataan yang bisa diucapkan,
diam-diam ia menghela napas panjang dan
membungkam. Sikakek telaga dingin sendiri sedang rnerasa gembira
dan bangga iapun bermalas malasan tidak bicara lagi.
Dengan mulut membungkam kedua orang itu duduk
saling berhadapan, lewat sesaat kemudian dari atas
telaga berkumandang suara desiran perlahan. sikakek
telaga dingin segera mendongak keatas sambil
menggetarkan tangannya.
Sreeet....! diiringi desiran tajam, tahu-tahu diatas
tangannya telah bertambah dengan sepuluh buah paha
kijang panggang yang harum baunya, diikuti ....Plaaaak !
sebuah paha lagi menggeletak diatas permukaan itu.
"Bocah keparat" seru kakek telaga Dingin segera
sambil menggigit paha kijang panggang itu. "Agaknya
Pek Loo jie masih menginginkan kau hidup didasar
telaga. coba lihat ! dia sudah mengirim makanan
untukmu selama beberapa waktu kau tentulah dibiarkan
mati kelaparan !`'
Hong Po Seng merangkak bangun dari tempatnya
untuk mengambil paha kijang yang menggeletak diatas
permukaan salju, kemudian duduk ditempatnya dan
mulai bersantap.
Cara makan sikakek Telaga Dingin betul betul sadis
dan mengerikan, dalam waktu singkat la sudah
menghabiskan separuh dari daging kijang tersebut.
mendadak ia duduk tertegun beberapa saat Iamanya dan
kemudian berkata:
"Bocah keparat, harapanmu untuk hidup hingga saat
ini masih belum menentu, mungkin saja kau bisa hidup
lebih jauh mungkin saja tidak. aku rasa kau harus mulai
mempersiapkan diri untuk melakukan pembalasan
dendam " "Silahkan kau utarakan pendapatmu"
Sambil mulutnya tiada henti mengunyah daging
kijang, sikakek telaga dingin berkata lebih jauh:
"Angkatlah tebih dahulu loohu sebagai gurumu, aku
segera akan mewariskan kepandaian silatku kepadamu,
Perduli kau bisa hidup atau mati, tanggung kau pasti
berhasil membinasakan Pek Koen Gie untuk menuntut
balas atas sakit hatimu !"
"Tidak begitu bagus. tidak bagus!" dengan cepat
Hong-po Seng menampik seraya tersenyum. "Kalau kau
berbuat demikian maka kau akan terjatuh kedalam
perhitungan Pek Koen Gie, sebab sedari semula ia sudah
menduga bahwa kau bakal berbuat demikian "
"Kenapa ?" tanya kakek itu tercengang.
"Andaikata aku mengangkat dirimu menjadi guru
maka asal kau menemui kesulitan atau bencana yang
mempengaruhi mati hidupku sebelum meninggal hatimu
tentu akan jadi lembek dan dengan sendirinya semua
kepandaian silat serta rahasia dari pedang itu akan kau
wariskan kepadaku, sementara buluku be!um tumbuh
dengan subur dan sanggup terbang dengan mantap,
ayah dan anak dari keluarga Pek itu tentu akan
menangkap diriku serta menyiksa diriku, bukankah itu
berarti harapan mereka bakal terpenuhi?"
.,Anak jadah cilik!" sumpah kakek telaga dingin sambil
menggerutu tiada hentinya. "Tidak mau ya tidak mau,
apa kau anggap loohu betul- betul senang menerima
dirimu sebagai muridku?"
Mendadak dengan mata melotot bulat bentaknya:
"Cepatan dikit kalau makan! loohu akan mewariskan
jurus serangan kepdamu, bunuh dulu budak sialan anak
jadah itu agar rasa mendongkol dalam hatiku bisa
terlampiaskan!"
Melihat sikapnya yang galak waktu membentak tapi
berbicara dengan halus dan ramah, Hong po Seng
mengerti kalau ucapan tersebut bukan bermaksud hanya
main-main saja,maka dengan cepat ia menyikat habis
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
daging kijang itu kemudian menelan beberapa genggam
bunga salju dan maju menghampiri kakek aneh tadi.
,Pek Koen Gie punya pandangan mata yang tajam,
sifat yang keras kepala dan gerakan kaki tangan yang
mantap. aku rasa ilmu silat yang ia miliki jauh lebih
hebat, beberapa kali lipat daripada diriku, dalam satu dua
jurus apa aku mampu untuk membinasakan dirmya" kata
pemuda she Hong po itu.
,,Hmm! pendapat katak dalam sumur !"`
JILID 5 Jurus Koen Sioe Ci Tauw untuk Hong po Seng
MENDENGAR perkataan itu tanpa sadar Hong-po Seng
mendongak ke atas, ia lihat telaga kering itu mirip sekali
dengan sebuah sumur kering yang besar, dirinya
memang betul-betul menjadi katak dalam sumur, empat
dinding merupakan tebing yang curam dan di manapun
tiada tempat untuk berpijak, andaikata dari atas telaga
tak ada orang yang menurunkan tali sudah pasti ia akan
mati terkurung di dasar telaga tersebut.
Teringat betapa sengsaranya si kakek telaga dingin
yang terkurung hampir sepuluh tahun lamanya, rasa
bergidik seketika muncul dari dasar hati kecilnya.
Mendadak terdengar kakek telaga dingin berseru
dengan gusar: "Loohu hanya menciptakan satu jurus serangan saja
yaitu jurus "Koen Sioe Ci Tauw" atau Pergulatan
binatang-binatang terkurung. Dengan andalkan satu
jurus inilah Pek loojie harus putar otak peras keringat
selama lima tahun untuk melawan diriku, sekali pun
begitu hingga detik ini dia masib belum sanggup
menangkap diriku!"
Begitu keras ucapan ini digemborkan sampai Hong Po
Seng merasakan telinganya lapat-lapat terasa amat sakit,
menunggu kakek itu menyelesaikan kata-katanya dengan
cepat menyambung dangan nada riku:
"Aaah....! hanya satu jurus ilmu silat saja Pek Siauw
Thian tak bisa memecahkannya walau sudah putar otak
selama lima tahun, tak usah dikatakan lagi bisa
dibayangkan betapa lihaynya pukulan tersebut. "Koea
Sioe Ci Sauw" atau pergulatan binatang-binatang
terkurung memang tepat sekali untuk nama jurus
serangan tersebut"
Si kakek telaga dingin mendengus congkak, ia
mengangkat tangan kirinya yang bisa bergerak bebas
untuk melakukan gerakan setengah di depan dada
kemudian sambil mendorong telapak itu kearah depan
serunya lantang:
"Badan terbelenggu tak bisa berkutik, segenap
kepandaian silat yang kumilikipun tak dapat digunakan,
dalam posisi yang terdesak dan terancam oleh bahaya
maut akhirnya loo hu berhasil menciptakan jurus
serangan yang amat lihay ini."
Begitu ia selesai berbicara, dari tumpukan salju kurang
lebih dua tombak di hadapannya berkumandang suara
gemerisik yang santar, diikuti menggulungnya pusaran
argin tajam bunga salju berpusing dan berputar dengan
kencangnya, dalam waktu singkat terciptalah sebeuah
tiang salju setinggi satu tombak dengan badan besar
tujuh depa. Hong Po Seng merasa terkejut bercampur bergidik,
pikirnya : "Tidak aneh kalau ia sombong dan tinggi hati, ternyata
kekuatan pukulannya betul-betul dahsyat hingga
mencapai ke atap yang demikian tingginya!"
"Bagaimana ?"?" seru Si kakek telaga Dingin sambil
tertawa keras, "Bagaimana kalau di bandingkan dengan
Pek loo jie?"?"
"Sin kang yang kau miliki betul-betul terhitung dahsyat
dan luar biasa sekali aku pikir Pek Siauw Thian tak nanti
bisa menandingi dirimu"
"Huuuh ! kau betul-betul manusia yang punya mata
yang tak berbiji" maki si kakek telaga Dingin dengan
mata melotot, "kehebatan dari jurus seranganku barusan
bukan terletak pada kesempurnaan tenaga lwekang yang
dimili seseorang, tapi kehebatannya justru terletak pada
kesaktian serta keajaiban dari perubaban jurus
tersebut!".
,,Hmmm, apa gunanya kau sombong dan berbangga
diri?"", batin Hong Po Seng. ,,Sekalipun ilmu silat yang
kau miliki sangat lihay, kalau tak dapat menikmati
kehidupan yang wajar apa gunanya" Huh...! begitu
masih bisanya berlagak sok!"
Walaupun dalam hati berpikir demikian, sudah tentu di
luaran tidak berkata keras. cuma ujarnya dengan
hambar: ,,Kepandaian sakti itu adalah ilmu silat andalanmu,
antara kita berdua tiada ikatan sanak maupun keluarga,
akupun tak bisa mengangkat dirimu sebagai guru, masa
kau telah mewariskan kepadaku dengan begitu saja?""
"Tentu saja bisa!" Si kakek telaga Dingin tertawa
seram. ,,Cuma aku mempunyai syarat yang harus kau
kabulkan, asal kau merasa sanggup uutuk menerima dua
syaratku itu maka jurus serangan "Koen Sioe Ci Tauw ini
akan kupinjamkan kepadamu, di sampiug itu akan
kuajarkan pula satu siasat bagus untukmu, tanggung kau
berhasil membinasakan Pek Koen Gie si budak sialan itu.
Asal dendammu sudah terbalas maka kau boleh
kembalikan jurus ilmu pukulau itu kepadaku!"
"Jurus ilmu pukulan mana bisa dipinjam dan
bagaimana pula caranya mengembalikan kepadamu ?"?"
pikir sianak muda itu. Ia melirik sekejap kearah kakek
tadi dan katanya :
,,Coba kau terangkan lebih dahulu, apakah kedua
syarat yang bendak kau ajukan itu?"?".
"Haah ... haah .... haah ... kedua syarat tersebut ?"?"
kakek telaga dingin mendongak dan tertawa terbahakbahak.
,,Itu urusan kecil, justru yang paling penting
adalah cara meminjam jurus pukulan yang gampang tadi,
cara pengembaliannya yang rada merepotkan itu"
"Bagaimana repotnya ?"?"
,,Loohu melatih kepandaian sakti itu dengan telapak
kiri, maka untuk mengembalikan ilmu pukulan tadi
kepadaku, terpaksa tangan kirimu harus kutebas dan
kemudian serahkan kepada loohu"
"Sepasang kakinya kutung di ujung pedang ayahku"
pikir Hong-po Seng dalam hati. "Dendam kesumat
macam ini benar-benar besar dan dalam, sampai kini ia
tak mau membunuh diriku adalah karna aku masih
berguna baginya, andaikata aku harus kutungkan sebuah
lenganku untuk dikembalikan kepadanya, kejadian ini
betul-betul menarik dan aneh sekali"
ooooOoooo BERPIKIR sampai disitu ia lantas berkata dengan suara
hambar: "Yang selalu kau pikirkan dalam hati hanyalah balas
dendam .... balas dendam melulu, walaupun aku tahu
bahwa maksud hatimu tidak baik, tapi semangat serta
cita-citanya tidak memalukan. Baiklah! ada meminjam
pasti ada mengembalikan, kusempurnakan keinginan
hatimu itu"
"Anjing cilik ...." maki si kakek telaga dingin dengan
penuh kebencian setelah mendengar perkataan itu,
giginya saling bergemerutukan hingga berbunyi nyaring.
Hong-po Seng mendelik bulat-bulat, tegurnya ketus :
,,Aku minta kalau berbicara sedikitlah tahu diri, asal
jangan ngerocos keluar saja!"
Meski usia sianak muda ini masih kecil tapi dia
mempunyai wajah yang gagah perkasa serta semangat
patriot yang hebat, baik Pek Koen Gie maupun si kakek
telaga dingin yang berhadapan dengan dirinya tentu
merasa hatinya sangat tidak enak, hal itu bukan lain
dikarenakan rasa rendah diri serta rasa malu yang timbul
dari dasar lubuk hati mereka, hanya saja kedua orang itu
sama-sama tidak memahami sampai kesitu.
Si kakek telaga dingin merandek sejenak, mendadak
bentaknya keras:
"Kau benar-henar tidak menyesal mengucap kan katakata
tersebut?""
,,Hidup di dalam suasana yang kacau, nyawa masih
bisa diselamatkan sudah merupakan satu peruntungan,
berapa besar nilainya sebuah lengan kiri....?"" cepat kau
sebutkan syaratnya!"
Si kakek telaga dingin mendengus berat.
"Hmm... pertama, bunuh Pek Koen Gie dan
kedua bunuh Pek Koen Gie!"
Mendengar perkataan itu Hong-po Seng melengak.
"Eeei... dua macam syarat yang kau ajukan barusan
bukankah berarti pula banya satu syarat belaka ?"?"
,,Heeeh ... heeeh.... heeeh...." Kakek Telaga Dingin
tertawa dingin. "Sekalipun hanya satu syarat belum tentu
kau bisa laksanakan dengan sempurna. Hmmm!
membiarkan Pek Loo-jie merasakan siksaan serta
penderitaan karena kematian putrinya jauh lebih
menyenangkan dari pada membinasakan dirinya!"
,,Haaah... haaah... haaah... sungguh keji dan telengas
siasat yang kau gunakan ini. setelah kubunuh Pek Koen
Gie kau kira Pek Siauw Thian dapat melepaskan aku
dengan begitu saja?" siasatmu sekali timpuk mendapat
dua ekor burung benar-benar lihai sekali!"
,,Cissss! telaga kering ini merupakan daerah terlarang
dari perkumpulan Sin-Kee Pang, kau anggap bisa keluar
dari sini dalam keadaan hidup-hidup?"?"
"Hmmm! tentang persoalan itu sudah kupikirkan sejak
semulia" pemuda itu merandek sejenak dan termenung.
"Terkurungnya kau di dasar telaga keiring ini merupakan
suatu rahasia besar, seandainya ada orang yang berhasil
meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup, rahasia
ini sudah pasti akan bocor dan tersiar di tempat luaran!"
,,Betul!" kakek telaga dingin tertawa.
"Pada saat itu beberapa orang kerabat lamanya akan
berdatang kemari dan sama-sama berkumpul jadi satu.
Pepatah mengatakan siapa yang melihat ikut mendapat
bagian, kau mendapat semangkok bubur dan aku
mendapat semangkok bubur, sekalipun loohu serahkan
pedang emas itu belum tentu Pek Loo-jie bisa
mengangkanginya seorang diri"
Mendadak ia tutup mulut dan memandang kearah
sianak muda iru dengan mata melotot bulat.
,,Aku bukan seorang manusia yang jeri menghadapi
kematian dan tidak ingin membunuh orang tanpa sebab
musabab" kata Hong-po Seng seraya usapkan
tangannya. ,,Coba berilah kesempatan kepadaku untuk
berpikir dengan lebih seksama, seandainya aku
menganggap bahwa Pek Koen Gie memang patut dijatuhi
hukuman mati, kita baru mengadakan kerja sama saling
bertukar syarat?".
Rupanya si Kakek Telaga Dingin takut kalau pemuda
itu secara tiba-tiba berubah pikiran, begitu ia selesai
berbicara segera sambungnya:
,,Walaupun kau tidak mau membunuh orang, orang
lain pun akan membinasakan dirimu, ba gaimanapun
juga akhirnya kau harus mati juga, kenapa tidak
menggunakan kesempatan ini untuk menarik balik
sebagian dan modalmu?"?" lagipula Pek Siauw Thian
banya punya satu keturunan, asal kau bunuh budak
sialan itu maka setelah Pek Loo jie modar, perkumpulan
Sin-Kee-Pang tanpa kendali seorang pcmimpin yang lihay
pasti akan menjadi buyar dengan sendirinya"
Hong-po Seng tertawa hambar, pikirnya :
,,Apa yang diucapkan meski belum tentu seluruhnya
benar, tapi memang masuk di akal juga, dalam sebuah
perkumpulan yang amat besar sudah tentu bercampur
baur manusia-manusia dan pelbagai lapisan, kalau tiada
seorang pemimpin yang tangguh dan kosen yang
mengendalikan mereka, tentu saja sulit untuk menguasai
manusia-manusia itu"
Berpikir begitu ia lantas berkata :
,,Baiklah, kita tetapkan dengan sepatah kata ini, aku
akan meminjam ilmu pukulan itu untuk membunuh Pek
Koen Gie, seandainya beruntung aku bisa lolos dari
bahaya maut, tangan kiriku segera akan kutebas untuk
dikembalikan kepadamu. Nah! sekarang kau boleh
terangkan siasat bagusmu itu, bagaimana caranya aku
bisa mencabut selembar jiwa Pek Koen Gie dengan
mengandalkan jurus "Koen Sioe Ci Tauw" tersebut.
Si Kakek Telaga Dingin tertawa.
,,Soal siasat bagus lebih baik kita bicarakan setelah
ilmu pukulan itu kuwariskan kapadamu
Haaaa ...., haaaaaah inilah pekerjaan yang
memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, Eei ?"
pedang bajamu itu kukoay sekali bentuknya, coba
mainkanlah beberapa jurus untuk diperlihatkan
kepadaku!"
,,Orang ini terlalu serakah dan mementingkan diri
sendiri" batin Hong po seng dalam hati. ,,Sedikitpun tiada
perasaan kasihan atau iba kepada mereka senasibnya,
aku tidak cocok untuk bergaul dengan dirinya, lebih baik
sedikit menyimpan diri saja"
Maka ia lantas gelengkan kepalanya berulang kali
serunya: ,,Ayahku almarhum terlalu cepat meninggalkan dunia
yang fana, sedangkan ilmu silat yang dimiliki ibuku tidak
cocok bagi kaum pria untuk melatihnya, maka dari itu
meski sim boat tenaga dalamku memperoleh warisan dari
ajaran keluarga, itupun harus digabungkan dengan ilmu
pedang yang sederhana baru bisa digunakan untuk
melindungi keselamatan sendiri. Ilmu yang terlalu
sederhana lebih baik tak usah dipamerkan dihadapan
orang lihay saja"
Si Kakek Telaga Dingin merasa setengah percaya
setengah tidak, ia mendengus gusar.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
,,Hmm ! omong kosong, masa ilmu silatpun kok
dirahasiakan!"
Tapi ia tidak mendesak lebih jauh, tanpa menggubris
apakah pemuda itu sudah mempersiapkan diri atau tidak
segera mulai menerangkan rahasia ilmu pukulannya.
Mula-mula ia terangkan dahulu di manakah letak dari
himpunan tenaga yang mereka miliki serta letak-letak
tempat yang vital di tubuh manusia, kemudian
membicarakan rahasia dari bagaimana caranya
mengerahkan tenaga yang baik.
Dengan penuh perhatian dan seksama Hong po Seng
pusatkan semua konsentrasinya untuk mendengarkan
keterangan-keterangan orang tua itu, tanpa sadar ia
sudah terserap dan terpesona oleh kesaktian serta
keanehan dari kepandaian tersebut, masalah tangan
kinnya yang bakal dikutungi dikemudian hari sudah jauhjauh
terlupakan dari dalam benaknya.
Dengan menghimpun segenap semangat yang
dimilikinya Heng-po Seng mendengarkan penjelasan itu,
ia hampir mabok dibuatnya.
Sebaliknya Si Kakek Telaga Dingin sendiri makin bicara
ia merasa semakin bangga, hingga senja hari menjadi
tiba ia baru menyelesaikan keterangannya.
Hong Po Seng pun segera mengundurkan diri ke sisi
dinding sambil mengulangi kembali rahasia yang
didapatkan, berusaha bila bertemu dengan hal-hal yang
kurang jelas baginya ia segera mohon petunjuk kepada
orang tua itu. Melihat betapa kesemsem dan terpesonanya si anak
rnuda itu oleh kesaktian ilmu pukulan yang dimilikinya, Si
Kakek Telaga Dmgin merasa bangga sekali.
Malam itu dilewatkan dengan kedua orang itu dalam
suasana yang gelisah dan tidak sabar mereka berharap
pagi hari tepat menjelang datang. Akhirnya setelan
dinantikan dengan susah payah, fajarpun menyingsing di
ufuk sebelah Timur, Si kakek Telaga Dingin segera
menurunkan gerakan jurus serangan itu kepada Hong Po
Seng. Jurus "Koen Sioe Ci Tauw" ini merupakan suatu
gerakan memutar setengah lingkaran terdahulu di depan
dada kemudian disodok kearah depan, walau bagitu si
Kakek Telaga Dingin membutuhkan waktu selama hampir
setengah jam lamanya untuk membuat si anak muda itu
memahaminya sungguh-sungguh, maka ia segera
memerintahkannya untuk berlatih dibahapannya.
Keampuhan daripada ilmu silat Hong po Seng terletak
di atas permainan pedangnya, tapi sim-boat tenaga
dalam yang dimilikinya merupakan pelajaran tingkat atas,
ditambab pula ia berwatak keras hati, berjiwa besar,
bercita-cita luhur serta mempunyai barapan untuk
membasmi kaum laknat serta menolong umat Bu-lim dari
penindasan kaum iblis, maka sewaktu berlatih
kepandaian tersebut ia berlatih dengan tekun, giat dan
rajin, dengan sendirinya kemajuan yang diperolehpun
semakin pesat. Gerakan jurus pukulan itu sederhana sekali, tapi Hongpo
Seng tidak memandangnya sebagai pelajaran rendah,
selesai berlatih satu kali ia berlatih lagi satu kali hingga
akhirnya badan jadi lelah dan tenaga babis, sementara
malampun telah tiba.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Hong-po Seng
sudah berlatih ilmu pukulan itu. Selesai sarapan
mendadak si Kakek Telaga Diugin menggapai ke arahnya
sambil tertawa licik.
,,Hong po Seng, gunakanlah segenap kekuatan yang
kau miliki dan cobalah menghantam loobu dengan jurus
pululan itu"
Hong po Seng sudah mengerti akan kelihayan tenega
lwekang yang dimiliki pihak lawan jelas pukulan tersebut
tak nanti bisa melukai dirinya, maka ia segera
mengempos tenaga berkelebat maju kedepan dan putar
telapak mengirim satu pukulan gencar.
,,Haaaa,.,,,haaaa.....haaaa...... bocah keparat modar
kau!" bentak kakek Dingin sambil tertawa terbahakbabak.
Tangannya berputar kencang, dengan menggunakan
pula jurus pukulan "Koeu Sioe Ci Tauw" ia sodok
telapaknya ke muka.
Plooook! dengan telak pukulan tadi bersarang di atas
dada si anak muda itu.
Hong po Seng berteriak keras badannya mencelat ke
belakang dan meluncur sejauh lima enam tombak, di
mana badannya terbaring keras-keras mencium tanah.
Si Kakek telaga dingin segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaa ......... haaaaah ............, tempo dulu ketika
Pek Loo jie termakan oleh pukulan loobu, keadaannya
pun tidak jauh berbeda dengan keadaanmu sekarang!"
Hong po Seng segera meloncat bangun dari atas
tanah, diam-diam ia mengempos tenaga ketika dirasakan
bahwa dirinya tidak terluka buru-buru ia maju ke depan
dan menjura. "Oooa! rupanya saudara masih menyembunyikan
kepandaian kepadaku" serunya sambil tertawa ,,Sungguh
tak nyana kalau ditenga gerakan jurus Koen Sioe Ci Tauw
tersebut masih terdapat perubahan lain"
"Ebmm, sungguh tajam pandaagan mata bocah
keparat ini!" diam-diam si kakek telaga dingin memuji ia
segara tertawa tergelak.
,,Haaah ... haaah .... kau pandang Pek Loo jie sebagai
manusia macam apa?" kalau tiada perubahan mana aku
sanggup mencelakai dirinya?""
Sembari bicara ia ulangi kembali juros pukulan itu dan
diwariskan kepadanya.
Hong Po Seng melatih perubahan jurus tadi dengan
sungguh-sungguh dan tekun, siapa tahu setiap kali si
Kalsek Telaga Dingin selalu mempunyai perubahan baru.
Berhubung sepasang kakinya sudah cacad sedang
tangan kanannya terikat di atas dinding maka selamanya
kakek itu harus melayani serangan-serangan lawan
dengan mengandalkan tangan kirinya belaka, dengan
sendirinya gaya pemnukaan dari serangannya pun tak
berbeda. Tapi setelah pukulan itu tiba di tengah jalan
terdapatlah pelbagai perubahan yang tak terkirakan
banyaknya, jadi walaupun namanya saja hanya terdiri
dari saiu jurus, dalam kenyataan gerakannya melebihi
seratus buah. Perububan gerakan satu sama lain memang hanya
terpaut sedikit sekali kendati begitu dalam
penggunaannya ternyata memiliki keampuhan yang
sukar dilukiskan, kalau tidak dengan kepandaian silat
yang dimiliki Pek Siauw Thian mana bisa memaksa harus
berpikir k ras dan peras otak selama lima tahun untuk
memecahkan gerakan itu tanpa berbasil.
Begitulah pada hari itu ia mempelajari lima gerakan,
keesokan harinya belajar tujuh buah gerakan, hingga
belasan hari kemudian jurus pukulan "Koen Sioe Ci
Tauw" ini akhirnya berhasil dikuasai semua.
Si Kakek Telaga Dingin merasa amat bangga, sedari
pemuda itu menyelesaikan pelajarannya setiap hari
mereka berdua duduk saling berhadapan sambil
menggerakkan telapak kirinya saling serang menyerang
dengan serunya.
Ketika untuk pertama kali diadakan pertarungan,
karena Hong-po Seng belum begitu hapal dengan
gerakan pukulan itu, seringkali dia barus termakan oleh
bogem mentah kakek telaga dingin.
Tapi sesudah lewat tiga empat hari menanti Hong-po
Seng telah hapal dengan gerakan ilmu pukulan itu,
kesempatan si kakek Telaga Dingin untuk menyarangkan
bogem mentahnya di tubuh pemuda itu semakin tipis,
setiap kali bertarung mereka hanya bertahan dalam
posisi yang seimbang, dengan sendirinya pertarunganpun
berlangsung makin seru.
Suatu pagi ketika kedua orang itu melangsungkan
pertarungan lagi, mendadak si kakek Telaga Dingin
tertawa tergelak, telapak secara tiba tiba menerobos
masuk ke dalam pertahanan lawan dan menghantatn
tubun Hong-po Seng sampai mencelat sejauh beberapa
tombak. Pusing tujuh keliling pemuda itu merasakan sakit di
atas kepalanya, dengan susah payah ia merangkak
bangun dari atas tanah kemudian menghampiri kakek itu.
Ketika menyaksikan si kakek telaga dingin masih tertawa
tergelak dengan bangganya, ia segera menegur sambil
tertawa pula: ,,Ooooh, rupanya kau masih menyembunyikan satu
jurus serangan, selain yang diturunkan kepadaku!"
"Tidak, jurus pukulan ini adalah ciptaanku yang
terakhir" sahut kakek telega Dingin sambil menarik
kembali tertawanya. Hingga detik ini Pek Loo jie masih
belum pernah menjumpai pukulanku ini"
,,Kalau memang begitu aku tak mau mempelajari
pukulan tadi, daripada sampai ketahuan lebih dabulu
oleh Pek Siauw Thian hingga ia sempat mempersiapkan
diri untuk menghadapi dirimu"
,,Haaah. haaah . bocah keparat tak nyana kalau
hatimu sesungguhnya jujur, baik dan menyenangkan,
tapi kalau kau tidak sekalian mempelajari ilmu pukulan
mi, maka tidak nanti kau akan berhasil mercabut jiwa
budak sialan itu"
,,Pikirkanlah sendiri membunu Pek Koen Gie lebih
penting ataukah menyelamatkan jiwamu lebih penting?"
nah setelah itu tentukan pilihanmu, aku sih hanya
menantikan keputusanmu yang terakhir"
Si kakek telaga dingin mendongak dan menatap wajah
si anak muda itu tajam-tajam?" mendadak dengan wajah
berubah jadi marah serunya:
,,Bocah cilik! loohu telah mengambil keputusan untuk
mewariskan perubahan jurus yang terakhir ini kepadamu.
Seandainya Pek Loo jie tidak ada maksud mencari
keuntungan dengan jalan ini masih mendingan, kalau ia
mau cari keuntungan dengan memikirkan gerakan
pemecahan lebih dahuiu sebelum bergerak melawan
loobu. Hmmm.... hmmm.... hmmm.... Pek Loo-jie.... Pek
Loo-jie....."
"Kenapa?"" tanya Hong po Seng tercengang.
,,Kenapa" sekalipun loohu bakal mati kelaparan, paling
sedikit akan kusuruh orang she Pek itu berbaring selama
setahun tanpa bisa berkutik!.. ."
,,Aaaah, dia tentu masih mempunyai jurus ampuh
yang sengaja dirahasiakan... ,,Pikir Hong-po Seng"
,,Kemudian mengatur siasat dan sengaja suruh aku
membocorkan lebih dahulu gerakan terbaru tadi agar Pek
Siauw Thian yang tak tahu diri terjebak ke dalam
perangkapnya"
Sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, terdengar
si kakek telaga Dipgin telah berkata lagi sambil tertawa
panjang. "Hmmm! andaikata aku tidak menggunakan sedikit
akal dan kecerdikan, hidupku mana bisa diperpanjang
sampai sepuluh tahun lamanya?" kalau kau pun tidak
ingin mati konyol, lebih baik gunakanlah otakmu untuk
berpikir dan berusaha."
Walaupun Hong po Seng tahu kalau tenaganya
hendak dipergunakan oleh pihak lawan, dan mati
hidupnya sama sekali tidak diperdulikan olehnya, namun
ia tetap menjura memberi hormat serta mengucapkan
terima kasih atas petunjuk yang telah diberikan
kepadanya. Hari itu si Kakek Telaga Dingin telah mewariskan jurus
perubahan yang terakbir itu kepada Hong-po Sepg dan
keesokan harinya mereka saling bergebrak seharian
penuh. Ketika fajar menyingsing pada hari yang ketiga, tibatiba
si Kakek Telaga Dingin berkata :
,,Hong-po Seng, sekarang aku akan menggunakau
jurus-jurus silat dari Pek Loo-jie untuk menyerang dirimu,
kalau kau bertarung sampai pada posisi yang lidak tahan,
pergurnakanlah perubahan gerakan yang terakhir itu.
Budak sialan anak jadah itu belum pernah menjumpai
perubahan gerakanku yang terbaru, dalam keadaan
begitu ia pasti akan meloncat mundur ke belakang untuk
menghindar, gunakanlah kesempatan itu untuk mengatur
kembali posisimu yang terdesak dan lanjutkan
pertarungan"
,,Apa ?" kau bisa aenggunakan jurus-jurus serangan
dari Pek Siauw Thian ?"...." tanya Hong po Seng
tercengang. ,,Heeeeh ........ heeeeh ....... kami sudah saling
bergebrak selama sepuluh tahun lamanya, Pek Loo jie
bisa hapal dengan gerakan pukulan milik loohu, kenapa
loohu tidak dapat menghapalkan jurus-jurus serangan
miliknya?" sekalipun gerakan itu kupelajari sesara kasar
dan garis besarnya saja, namun rasanya masih cukup
ampuh dan bisa digunakan setiap waktu"
Sembari berkata telapaknya didorong ke depan
melancarkaa satu babatan dahsyat. Hong po Seng segera
putar telapaknya menangkis dan kedua orang itupun
saling bertarung lagi dengan serunya.
Kendati Si Kakek Telaga Dingin hanya memiliki sebuah
lengan kiri belaka, tetapi serangannya yang sebentar ke
atas sebentar ke bawah, sebentar ke kiri sebentar ke
kanan cukup ampuh dan dahsyat, seringkali telapaknya
mengirim babatan gencar tapi sekejap mata berubah jadi
serangan totokan dengan beribu-ribu macam
perubahannya, kadangkala ia menyerang tubuh bagian
bawah lalu secara tiba-tiba mengirim sapuan-sapuan
yang menyerupai serangan tendangan, saking cepat
hebatnya desakan-desakan tadi membuat orang yang
menonton jalannya pertarungan itu akan mengira ada
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beribu-ribu buah lengan sedang menyerang secara
berbareng. Ketika pertarungan berlangsung mencapai pada
puncaknya, Hong po Seng tidak tahan dan segera
mengguuakan jurus perubahan yang terakhir.
Sedikitpun tidak salah, karena gerakannya itu Si Kakek
Telaga Dingin tak berani merangsek lebih lanjut dan
segera tarik kembali serangannya sambil meloncat
mundur ke belakang.
Jurus serangan Koen "Sioe Ci Tauw" ini merupakan
gerakan yang diciptakan si Kakek Telaga Dingin kbusus
untuk menghadapi serangan ilmu silat milik Pek Siauw
Thian, bukan saja maju dan mundur sangat beraturan
bahkan ancaman-ancamanpun semuanya ditujukan ke
arah titik kelemahan pihak lawan maka walau
kemanapun gerakan tersebut datang menyerang selalu
berhasil dibendung dan dipunahkan tanpa bekas.
Begitulah setelah mundur ke belakang si Kakek Telaga
Dingin menerjang maju lagi dan pertarunganpun
berlangsung kembali dengan serunya.
Puluhan jurus kemudian sekali lagi Hong po Seng
menggunakan gerakan yang terakhir untuk paksa si
Kakek Telaga Dingin terdesak mundur kebelakang,
menanti posisinya berhasil diperbaiki ia lanjutkan pula
serangan-serangan berikutnya.
Makin bertarung kedua orang itu bergerak semakin
cepat, beberapa gebrakan kemudian Hong po Seng
terpaksa harus mengeluarkan pula gerakan terakhir
untuk menolong diri.
Tapi gerakannya kali ini ketika mencapai di tengah
jalan, mendadak ia berhenti dan mundur ke belakang.
Melihat tindakan si anak muda itu si Kakek Telaga
Dingin melengak dan segera menegur.
,,Eeei, bocah cilik, apa kau sudah lelah?" baiklah,
istirabatlah dulu beberapa saat kemudian kita bergebrak
kembali" Hong po Seng berdiri termenung tanpa mengucapkan
sepatah katapun, sesudah termangu- mangu beberapa
saat lamanya mendadak ia berkata :
,,Tadi dada kirimu memperlihatkan sebuah titik
kelemahan, babatan yang menggunakan gerakan
berputar apakah tak bisa diubah menjadi sodokan kilat
yaug dibarengi dengan gerakan majunya sang badan"
Mendengar perkataan itu air muka si Kakek Telaga
Dingin berubah hebat, ia tertawa paksa dan jawabnya :
"Bocah cilik kau benar-benar amat cerdik itulah siasat
yang loohu siapkan untukmu guna membinasakan Pek
Koen Gie, dapatkah kau laksanakan tindakan tersebut
mengikuti siasat itu ?"?"
Hong-po Seng tidak langsung menjawab, kembali ia
termenung beberapa saat lamanya dan menggeleng.
"Tidak bisa! berada dalam posisi yang demikian,
kecuali memutar telapaknya menyodok dari samping,
rasanya kalau menggunakan gerakan lain maka kita tak
bisa menggunakan tenaga mencapai pada apa yang kita
harapkan ......."
"Aaai...! bocah cilik, kalau kau suka mengangkat loohu
menjadi gurumu, maka sekali pun loohu harus matipun
aku mati dengan mata meram"
Hong-po Seng tertawa hambar.
,,Cinta kasih dari loocianpwee membuat boan pwee
merasa amat berterima kasih, sayang tiap manusia
mempunyai cita-cita serta pendapat yang berbeda...."
"Tak usah dibicarakan lagi" tukas kakek telaga dingin
seraya ulapkan targannya. ,,Ayoh kita bertarung kembali,
bila mencapai pada posisi seperti tadi gunakanlah
kesempatan yang baik itu untuk mengubah gerakan
berputar menjadi sodokan langsung disertai dengan
gerakan majunya sang badan...."
Hong po Seng menurut dan scgera mulai menyerang
lagi dan pertarunganpun berlangsung dengan serunya,
ketika serangan-serangan mencapai pada posisi yang
dimaksudkau si anak muda itu segera merangsek maju
ke depan sambil menyodokkan tangannya ke dada
lawan. Tapi sayang gerakan itu sudah melanggar pada posisi
yang diharapkan seseorang untuk memukul telak,
walaupun secara dipaksakan tukulan itu mengenai
ditubuh musuh tetapi tenaganya lemah dan sama sekali
tak berarti. Gerakan itu diulangi kembali sampai beberapa kali,
tetapi keadaan masih tetap setali tiga uang, akhirnya
dengan napas terengah-engah Hong-po Seng berkata :
,,Marilah kita saling bertukar posisi, loocian pwee
boleh menggunakan gerakan itu untuk diperlihatkan dulu
kepada boanpwee"
Si Kakek Telaga Dingin tertawa kering.
"Loohu sendiripun belum berhasil menguasai penuh
gerakan tadi" katanya, setelah merandek sejenak ia
menyambung lebih jauh. ,,Asal tenaga lweekang
seseorang bisa dilatih hingga mencapai kesempurnaan,
bagai scbuab longkat besi yang diasah menjadi jarum
kecil ukuran gerakan itu pasti mantap hasilnya. Sedikitlah
berusaha yang lebib tekun, ayoh kita ulangi kembali"
Hong-po Seng mengangguk, telapaknya diputar dan
melancarkan serangan kembali, dalam sekejap mata
bayangan telapak, desiran angin tajam menderu-deru
memenuhi angkasa.
Begitulah percobaan dilakukan hingga tiga hari
lamanya, suatu senja mendadak dari atas telaga
dilemparkan seekor babi kering yang wangi dan harum
baunya, baru saja si kakek telaga dingin menyambutnya
ditangan tiba-tiba dari tengah udara berkumandang
kembali suara desiran angin yang aneh.
Cepat cepat ia menggape ke arah Hong-po Seng untuk
menyambut datangnya benda itu. Pemuda Hong-po maju
selangkah ke depan ketika dilihatnya sesosok bayangan
hitam meluncur datang dengan kecepatan tinggi ia
segera menyambutnya dengau gerakan manis.
Ternyata benda itu bukan lain adalah seguci arak
wangi tanpa sadar ia tersenyum dan berkata:
"Loociampwe, rupanya sudah tiba saatnya bagi kita
untuk saling berpisah"
"Haah ...... haaah, benar di dalam jagad tiada
pertemuan yang tidak bubar, berangkatlah lebih dahulu
bertindak dan bunuhlah budak sialan anak jadah itu, Pek
Loo jie pun tak akan membiarkan loobu hidup lebib jauh,
kita berjumpa lagi diperjalanan menuju ke akhirat nanti"
Hong Po Seng tertawa kecil, duduklah pemuda itu
dibadapannya, membuka mulut guci dan kedua orang itu
mulai menikmati harumnya arak dengan pecuh
keramahan. Pergaulan selama beberapa hari telah melenyapkan
rasa permusuban di antara mereka berdua, dalam
pembicaraan serta guraupun tanpa sadar bubungan
mereka berdua, semakin rapat seakan-akan dua orang
gahabat karib saja, seguci arak wangi ini mempunyai
kadar alkohol yang sangat tinggi, Hong Po Seng sebagai
seorang pemuda yang jarang minum arak, serta si Kakek
Telaga Dingin yang walaupun punya kekuatan minum
yang bebat, tapi setelah hampir sepuluh tahun lamanya
tidak minum arak, baru saja menghabiskan separuh guci,
mereka berdua delapan bagian telah dipengaruhi oleb air
kata-kata. Mendadak terdengar Hong Po Ssng berkata.
,,Loocianpwee, bebicara menurut suara isi hati yang
sebetulnya, Pek Koen Gie tidak lebih hanya seorang gadis
muda, kalau aku Hong Po Seng barus baradu jiwa
dengan dirinya setelah dipikir-pikir rasanya terlalu tidak
berharga" ,,Kau tidak membunuh dirinya maka ia akan
menbunuh dirimu, peristiwa ini adalah suatu kejadian
yang apa boleh buat"
Hong Po Seng menghela napas panjang.
,,Aaai...! sayang Pek Siauw Thian tidak turun ke dasar
telaga kalau tidak dengan tenaga gabungan kita berdua
mungkin saja masih sanggup untuk mencabut selembar
jiwanya" "Kau tak usah kecewa atau menyesal" hibur kakek
telaga dingin sambil tertawa. ,,Asalkan budak sialan anak
jadah itu modar, Pek Loo jie tentu akan memotongmotong
jenasahmu jadi beberapa bagian dan ibumu
pasti akan muncul untuk membalaskan dendam sakit
hatimu. Kendati perkumpulan Sie-Kee Pang punya kuku
garuda yang tersebar luas di mana-mana, rasanya Pek
Loo jie tak akan berhasil meloloskan diri dari ujung
telapak ibumu!"
,,Orang ini selalu sombong dan pandang rendah setiap
orang" pikir si anak muda itu dalam hati. ,,Tetapi setiap
kali mengungkap nama ibuku, sikapnya tentu sangat
menghormat serta menunjukkan rasa malu serta
menyesal yang mendalam. Aaaaai..! dia mana tahu Kalau
Hoa Hujien yang tempo dulu malang-melintang dalam
dunia persilatan tanpa tandingan kini ilmu silatnya telah
punah sama sekali!"
Berpikir sampai di situ, iapun teringat kembali akan
"Tan-Hwie Tok Lian" Teratai Racun Empedu Api.
,Hong po Seng, apa yang sedang kau pikir kan?"..."
tiba-tiba terdengar si Kakek Tejaga Dingin menegur.
Hong po Seng segera tarik kembali lamunannya dan
menjawab : ,,Aku sedang memikirkan siasat keji berantaimu itu.
Hmm .. meminjam pisau membunuh orang, betul-betul
libay cara kerjamu!"
Mendengar tuduhan itu Kakek Telaga Dingin
melototkan matanya bulat-bulat.
"Apa salahnya ?"?"
,,Hmm, jago lihay yang dihimpun perkumpulan Sin-
Kee-Pang banyak bagaikan awan di angkasa, sekalipun
ibuku berhasil membinasakan Pek Siauw Thian, apakah
dia orang tua sendiri dapat lolos dalam keadaan selamat
tanpa cidera ?"?"
"Haah... haah... haah... itu sih bukan satu urusan yang
terlalu parah, semua orang toh sudah mati dan loobu
pun sama saja akan mengorbankan pula selembar
jiwaku" Pengaruh alkobol dalam perut Hong po Seng semakin
tebal kerjanya, ia mendengus dingin,
"Hmm, kalau kau modar lalu bagaimana dengan
pedang emas itu?" siapa yang bakal beruntung ?""
Si Kakek tetaga Dingin melengak, mendadak ia
pejamkan matanya dan berkata lirih:
,,Bocah keparat mengakulah terus terang! kau loncat
turun ke dasar telaga ini adalah atas desakan dari Pek
Koen Gie ataukah mendapat tugas dari ibumu ?"?"
,,Huuh ?"!! kau anggap kami orang-orang dari
keluarga Hoa adalah manusia macam apa?"" sekalipun
benda mustika yang tak ternilai harganya di kolong langit
tak nanti akan membuat mata kami jadi silau.
Kembali si Kakek Telaga Dingin termenung beberapa
saat lamanya, ketika matanya terbuka kembali pengaruh
arak yang mempengaruhi benaknya telah tersapu bersih
sama sekali. ,,Bocah cilik! kau benar-benar tidak tahu duduknya
perkara mengenai pedang emas itu?"" tegurnya.
Hong po Seng segera menggeleng ,,Menurut Pek Koen
Gie, pedang emas ini mempunyai hubungan serta
pengaruh yang besar atas kehidupan mereka ayah dan
anak, lainnya aku sama sekali tidak tahu"
,,Cissss ! manusia tidak tahu malu!" jengek kakek itu
dengan bibir mengejek, mendadak dengan wajah serius
terusnya. ,,Loohu akan memberitahukan dahulu satu persoalan
kepadamu, masalah mengenai pedang emas itu sejak
jaman kuno hingga kini hanya merupatan satu khayalan
yang kosong"
Mendengar perkataan itu Hong-po Seng tert'egun,
iapun tersadar kembali dari pengaruh arak.
"Cianpwee, maafkanlah atas kebodohan boanpwee,
aku tak dapat menangkap maksud yang sebenarnya dari
perkataan itu"
Si Kakek Telaga Dingin tertawa getir.
,,Berbicara yang gampangnya saja, antara sebelas dua
betas tahun berselang dalam dunia persilatan secara
tiba-tiba muncul seseorang, usianya tidak begitu besar
dan berdandan sebagai seorang sastrawan, ia mergaku
bernama "It Kiam Kay-Tionggoan" atau Pedang Sakti
Menyapu Tionggoan Siang Tang Lay......."
,,Huuh! julukan itu terlalu latah dan jumawa, rupanya
nama orang itu hanya samaran belaka" timbrung Hongpo
Seng dari samping.
Kakek Telaga Dingin mengangguk.
Kemungkinan besar orang itu berasal dari wilayah
See-Ih, yang dimaksudkan pedang sakti adalah sebilah
pedang pendek berwarna emas yang panjangnya hanya
mencapai lima coen, begitu muncul dalam dunia
persilatan maka ia segera mencari satroni dengan tiga
orang kakek-kakek peyot dari It-kang, It-Hoei serta It-
Kauw...." ,,It Pang, It Hoei, It Kauw?"?" gumam Hong po Seog
dengan nada tercengang.
"Kenapa?"" masa terhadap pekumpulan Sin Kee-Pang,
Hong Im Hoei serta Thong-Thian-Kauw pun kau tidak
tahu?" kalau cuma soal ini saja tak mengerti apa
gunanya kau berkelana dalam dunia persilatan?"?"
Hong po Seog terseryum.
,,Baiklah. boanpwee tak akan menimbrung lagi,
silahkan loocianpwee lanjutkan keteranganmu"
Kakek Telaga Dingin meneguk dahulu setegukan arak
kemudian melanjutkan kata-katanya:
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
,,Ilmu silat yang dimiliki Siang Tang Lay betul-betul
hebat dan mengejutkan hati, pedang kecilnya yang
sepanjang lima coen itu ketika dipergunakan seolah-olah
pedang yang mencapai tiga depa. Pertama-tama dari
pihak perkumpulan Sin Kee Panglah yang turun tangan
lebih dahulu, Pek Loo jie telah bertarung selama hampir
setengah harian lamanya dengan dia, akhimya ia tidak
tahan dan keok. Jien Loo jie dari perkumpulaa Hong Im
Hoei serta siluman tua dari perkumpulan agama Thong
Thian Kauw yang mendapat kabar ini buru-buru
melakukan perjalanan jauh dan menghindarkan diri dari
perjumpaan dengan orang tadi."
"Ooooh, rupanya kedua orang itu mergerti akan
kekuatan sendiri!" sela Hong po Seng tertawa.
Kakek Telaga Dingin pura-pura lidak mendengar ia
melanjutkan: ,,Karena maksud hatinya tidak terpenuhi akhirnya
Siang Tang Lay berdiam di kota Cho Chiu di situ ia
siarkan berita yang mengatakan hendak menemui
seluruh kaum enghiong hoohan dari daratan Tionggoan,
kebetulan Lie Boe Liang serta loohu pun berada di situ,
dalam pertarungan yang berlangsung selanjutnya kami
berdua sama-sama dipukul roboh oleh dia dan mundur
dengan menderita kekalahan"
,,Yang kau maksudkan sebagai Lie Boe Liang tentulah
Boe Liang Sin Koen itu bukan?"" kembali pemuda itu
menimbrung. ,,Sedikitpun tidak salah, memang Boe Lie Liang loo jie"
ia mendongak memandang keangkasa, seakan-akan
sedang mengenang kembali kejadian di masa lampau
beberapa saat kemudian terusnya:
,,Setelah apa yang dicita-citakan terkabulkan, Siang
Tang Lay segera menantang ayahmu untuk berduel,
lewat beberapa bulan kemudian ayah dan ibumu betulbetul
berangkat menuju ke kota Cho Chiu tapi sayang
kedatangan mereka agak terlambat, kabar berita Siang
Tang Lay bagaikan batu yang tenggelam di tengah
samudra, bayangan tububnya sudah lenyap tak
berbekas...."
"Apakah dia sudah pulang ke wilayah See Ih"
,,Hmmm! pulang ke wilayah See Ih?" kita beberapa
orang kerabat tua telah merencanakan satu siasat bagus
dan berhasil membekuk si jago latah dari ruas
perbatasan ini"
Hong Po Seng mengerutkan dahinya mendengar
perkataan itu. "Menang atau kalah adalah suatu kejadian yang
umum, kalau ilmu silat yang dimiliki tak bisa menangkar
orang semestinya pulang ke gunung dan berlatih dengan
lebih tekun, menggunakan siasat busuk mencelakai
orang, apakah kalian tidak takut ditertawakan orang?""
,,Hmmn! pendapat bocah cilik, tujuan kami
menangkap si manusia latah itu bukan lain adalah
bermaksud menyelidiki sumber dari ilmu silat yang
dimilikinya, siapa tahu walaupun diancam maut ia tetap
tak mau mengaku, terpaksa kami gunakan alat
penyiksaan yang hebat untuk memaksa dia mengaku,
dikala manusia latah itu mulai tak tahan dan siap
mengaku itulah mendadak ayah dan ibumu datang."
"Peristiwa itu luar biasa sekali, kenapa kalian
membiarkan ayah ibuku berhasil menemukan tempat
tersebut?"" tanya Hong po Seng tercengang.
,,Kenapa kalau berhasil ditemukan ayah ibumu?""
dengan adanya kamil lima orang kerabat tua yang
berkumpul menjadi satu sekalipun raja akhirat datang
sendiripun hanya bisa berdiri dengan mata terbelalak"
Ia merandek sejenak untuk tukar napas, lalu
tambahnya: ,,Persoalan ini justru hancur di tangan seorang
perajurit tak bernama dari dunia persilatan, bangsat itu
bernama Chin Pek Cuan, dialah yang pertama-tama
mengetahui akan persoalan ini, kecuali memberitahukan
kepada ayah ibumu, diapun menyampaikan persoalan ini
kepada dua orang toosu bidung kerbau yang mendapat
kabar dan sedang berada di kota Chi Chin itu hingga
mereka itu datang, persoalan itu masih terhitung
masalah kecil"
Berbicara pampai di sini mendadak ia membungkam
dan menuding ke atas angkasa.
Heng po Seng segera mendongkak ke atas, kecuali
cahaya bintang ia tidak menemukan suatu di mulut
telaga tersebut", maka tanyanya lirih:
"Apakah Pek Siauw Thian?""
Sikakek Telaga Dingin sendiri banya mendengar sedikit
suara lirih belaka, ia tak bisa meyakinkan suara apakah
itu. Matanya lantas di dongakkan ke atas dan
menatapnya tanpa berkedip, kemudian tertawa terbabakbahak
dan berkata: ,,Bocah keparat, bagus amat arak ini, ayoh
minumlah!"
,,Baik, boanpwee akan minum dan silahkan
loocianpwee melanjutkan ceritatmu!"
Kakek Telaga Dingin mendehem ringan lalu
melanjutkan: ,,Kalau dibicarakan panjang sekali ceritanya, pokoknya
terakhir Siang Tang Lay berhasil diselamatkan oleh Hoa
Goan Sioe, sedangkan loohu mendapatkan pedang emas
milik bangsat she Siang itu, siapa sangka sebelum
meninggalkan tempat itu bangsat she Siang tadi, telah
meninggalkan sepatah kata, justru karena perkataannya
itulah loohu jadi mengenaskan sekali keadaannya"
,,Siang Tang Lay hendak merampas kembali pedang
emas itu, sudah tentu ia tak mau melepaskan
loocianpwee dengan begitu saja" sambung Hong Po Seng
cepat. ,,Huuh! kau anggap kami beberapa orang kerabat tua
manusia macan apa?" selamanya pekerjaan yang kami
kerjakan selalu dilakukan dengan sempurna dan tak sudi
meninggalkan bibit bencana bagi diri sendiri dikemudian
hari, walaupun Slang Tang Lay berhasil ditolong oleh
ayahmu tapi keadaannya tidak jauh berbeda bagaikan
sesosok mayat, ia tak bakal bisa hidup lebih jauh.
,,Aaah! sebetulnya apa yang telah dia ucapkan" dan
sampai dimanakah mengenaskannya keadaan
loocianpwee?"
,,Bangsat itu berkata, barang siapa yang berbasil
mendapatkan pedang emasnya, dialah yang bakal punya
harapan untuk memperoleh kepandaian silat yang dimiliki
itu, kunci yang paling pokok untuk mendapatkan ilmu
silat maha sakti itu dapat dilihat di atas pedang tersebut.
Coba bayangkanlah setelah mendengar perkataan itu,
beberapa orang kerabat tua yang sama-sama bukan
manusia baik apakah rela membiarkan pedang emas itu
berada di tangan loohu" dan loobu sendiri apakah dapat
hidup dalam hari-hari yang tenang serta damai?""
Hong Po Seng tertawa hambar.
,,Asalkan loocianpwee serahkan pedang emas itu
kepada mereka, bukankah persoalan jadi beres dan kau
bisa bidup dalam kedamaian serta ketenangan ?"?"
serunya. ,,Kentut busuk!" teriak Kakek Telaga Dingin dengan
mata melotot besar besar, ,,Bini sih masih dapat dipakai
bersama, kalau ilmu silat dimiliki bersama lalu apa
gunanya memiliki kepandaian silat tersebut ?""
,,Bukankah ilmu silat yang dimiliki Siang Tang Lay
cukup libay ?"" sekalipun ia berhasil melatih ilmunya
mencapai taraf demikian hebat, tapi apa hasilnya?" toh
akhirnya dia sendiripun mendapat akibat yang tidak
menguntungkan?"?"
"Tidak cocok ! tidak cocok !" tukas Kakek Telaga
Dingin dengan cepat. "Orang she-Siang itu masih muda,
tidak berpengalaman dan otaknya kurang cerdas,
andaikata loohu yang memiliki ilmu silat selihay dia,
dalam pertempuran besar Pak- Beng-Hwie tidak nanti
kakiku bakal kutung jadi begini, dan sekarang akupun tak
akan menderita siksaan seperti ini"
Hong po Seng mengangguk.
,,Loocianpwee sendiri bukankah berhasil memperoleh
pedang emas itu?"" Kenapa ilmu silat yang kau miliki
masih tetap seperti sedia kala?""
,,Ketika loohu merasa keadaanku berada dalam mara
bahaya, saat itu juga timbul pikiran dalam benakku untuk
ngeloyor pergi sambil membawa pedang emas tadi.
Hmmm! Pek loo-jie paling tidak tahu malu, dialah yang
pertama-tama bentrok dengan aku serta turun tangan
merampas pedang tersebut, diikuti Lie Boe Liang pun ikut
ribut, siluman tua dari Thong Shian Kauw ikut
menimbrung dari samping membuat suasana berubah
semakin panas. Loohu jadi pusat sasaran, semua orang, rupanya kalau
aku tidak serahkan pedang emas itu bakal dikerubut
orang banyak. Di saat yang kritis itulah Jien loo jie dan
perkumpulan Hong Im Hwie berkata...."
"Apa yang dia katakan?"?"
Dengan hati benci kakek telaga dingin mendengus.
,,Jien loo-jie bilang, kalian senua menggelikan sekali,
orang she-Siang itu adalah manusia licik, seaudainya
kalian betul-betul saling bergebrak karena persoalan ini,
sekalipun manusia she Jien itu mati karena lukanya,
diapun akan tertawa terbahak-hahak di dalam baka!
mendengar ucapan itu loo-hu buru-buru menyambung:
betul! sekali pun pedang kecil ini adalah sebilah pedang
mustika, tapi mana mungkin ada sangkut pautnya
dengan ilmu silat?" sudah terang ini lah siasat licik yang
sengaja diatur oleh bangsat she Siang itu untuk
memancing pertikaian serta perpecaban diantara kita,
agar kita saling bunuh-membunuh semuanya, Jien loo jie
pun segera menyambung kembali: bagaimanapun juga
kita toh sahabat-sahabat yang sudah berhubungan
selama banyak tahun, janganlah kita saling bertengkar
hingga membiarkan Hoa Goan Sioe merasa senang dan
bangga. Melihat ada orang yang membantu loohu
berbicara dalam hati aku lantas berpikir: kalau tidak pergi
sekarang mau tunggu sampai kapan lagi ?" maka aku
segera berpamitan dengan semua orang dan segera
ngeloyor pergi"
Diam-diam Hong po Seng merasa geli mendengar
cerita itu, jengeknya:
,,Waaaah, rupanya manusia sbe Jien dan perkumpulan
Hong Im Hwie itu punya hubungan yang tidak jelek
dengan loocianpwee ?"?"
,,Hmmm! justru bajingan tua itulah merupakan
manusia berhati serigala ....!" teriak kakek telaga dingin
sambil menggertak gigi menahan rasa benci yang
meluap-luap. ,,Belum sampai satu bulan ia telah
memimpin jago-jago lihay anak buahnya untuk
mengurung loohu serta memaki loohu untuk
menyerahkan pedang emas itu kepadanya"
Hong po Seng gelengkan kepalanya dan menghela
napas panjang. ,,Aaaai.... merampas benda milik orang dengan akal
yang licik, betul-betul suatu perbuatan yang memalukan"
Ia berpikir sejenak lalu tertawa"
,,Setelah loocianpwee kehilangan pedang emas itu,
Pek Siauw Thian bukannya pergi mencari manusia she
Jien itu untuk merampas pedang tersebut sebaliknya
malah mengurung loocianpwee, apa pula sebabnya?"?".
"Huuuh! tak nyana otakmu terlalu sederhana sekali.
Coba pikirlah sendiri. Seandainya loohu mengatakan
bahwa pedang emas itu sudah dirampas oleh Jien loo-jie
sedang Jien Lo-jie tidak mau mengaku, menurut
pendapatmu Pek Loo-jie bakal mempercayai
perkataannya atau percaya kepadaku....?"?"
,,Bukankah manusia she Jien itu adalah seorang
pemimpim dari suatu perkumpulan besar, perbuatan
yang sudab dilakukan sendiri apakah tidak berani untuk
diaku?"?"
8 ,,HMMM! kau mengerti apa?"" seru Kakek Telaga
Dingin. "Dalam pertemuan besar Pak-Beng-Hwie,
dibadapan para eng-hiong hoohan dari seluruh kolong
langit loohu telah menuntut kembali pedang emas itu
dari tangan jien Loo-jie, tapi sampai matipun Jien Loo-jie
tetap ngotot tidak mau mengaku, ditinjau dari
tersohornya pedang itu dalam dunia persilatan, ditambah
pula ilmu silat yang loobu miliki tidak berada di bawab
kepandaian bajingan tua itu, kalau kukatakan pedang itu
berhasil dirampas olehnya semua orang bukan saja tidak
percaya malahan mengira loobu sengaja mengatur siatat
itu guna mengacaukan serta membingungkan hati para
jago di kolong langit"
,,Kalan didengar dari pembicaraan itu" kata Hong-po
Seng kemudian dengan alis berkerut ,,Walaupun
loocianpwee ada maksud menyerahkan pedang emas
itupun tak ada benda yang sanggup diserahkan,
terkurung di tempat seperti ini bukankah berarti tiada
harapan untuk munculkan dia lagi dalam dunia kang-ouw
?"?" "Mau apa munculkan diri ?"?" jengek kakek itu ketus.
,,Justru loohu akan suruh Pek Siauw Thian menanti
dengan sia-sia. Haah... baab... haah... entah bajingan
tua she Jien itu telah berbasil memecahkan rahasia dari
pedang emas itu atau belum, dan entah a pula dengan
latihan ilmu silatnya ?"?"
Berbicara sampai di situ mendadak ia mendongak dan
memandang ke sana ke mari dengan pandangan tajam,
tampaklah dinding di sekeliling tempat itu gelap gulita,
tiada benda yang terlihat dan meski di angkasa ada
cahaya bintang namun cahaya itu hanya sebagian yang
berhasil menembusi dasar telaga itu.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suasana hening untuk beberapa saat lamanya,
mendadak Kakek Telaga Dingin mendongak dan berkata:
,,Bocah kepara!, loohu telah mewariskan ilmu pukulan
itu kepadamu, seandainya kau berhasil melarikan diri dari
sini maka kau harus lakukan satu pekerjaan buat loobu"
,,Perintah apa yang hendak loocianpwee berikan
kepadaku ?"?".
,,Kau harus berusaha mencuri pedang emas itu dan
menyusup kembali kemari, dengan adanya pedang kecil
itu loobu dapat memutuskan tali liur naga yang
membelengeu lengan loohbu, dengan sendirinya loobu
pun punya harapan untuk melarikan diri"
Ucapan ini disampaikan dengan nada dingin bagaikan
es. ,,Boanpwee pasti akan berusaha dengan sekuat
tenaga, tapi aku tak berani berjanji seratus persen pasti
berhasil" "Tentu saja. Markas besar perkumpular Sin-Kee-Pang
adalah telaga naga, markas besar perkumpun Jan Hong
Im Hwie adalah gua harimau, tempat-tempat semacam
itu bukanlah daerah yang bisa dimasuki dan ditinggalkan
dengan leluasa"
Ia termenung sebentar, kemudian katanya lagi :
"Jien Loo-jie si bangsat tua itu mempunyai seorang
putra, kalau kau berbasil membinasakan keparat cilik itu,
berarti pula hutang- piutang di antara kita sudah impas,
siapapan tidak berhutang budi kepada pihak yang lain"
"Hiiih....orang in betul-betul berhati kejam!" batin
Hong Po Seng, ia mendongak memandang sekejap
tangan kanannya yang dibelenggu di atas dinding lalu
berkata: ,,Apakah tali serat liur naga ini hanya bisa dipatahkan
dengan pedang emas itu saja?".
Kakek Telaga Dingin mengangguk.
"Benar, hati Pek loo jie memang amat kejam bagaikan
kala, bilamana liur naga itu mengering maka golok
mustika atau pedang mustika biasa tak akan berbasil
mematahkannya, tetapi ketajaman dari pedang kecil
berwarna emas itu melampaui ketajaman dari pedangpedang
emas lain, apabila loohu ingin meloloskan diri
maka aku harus menggunakan pedang emas itu untuk
mematahkan serat liur naga ini. Dan di sinilah letak
kekejian dari siasat Pek Loo jie"
Diam-diam Hong Po Seng menghela napas panjang,
mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya dan
segera ujarnya:
,,Loocianpwee, menurut ucapanmu tadi persoalan
mengenai pedang emas itu sejak dahulu kala hanya
suatu cerita kosong belaka, apa maksudmu yang
sebetuluya?""
Kakek telaga dingin memutar biji matanya melirik
sekejap ke atas telaga, kemudian jawab:
,,Kapan loohu sudah mengatakan demikian" Hmmm!
pedang emas itu sudah berada di tangan loohu selama
sebulan lamanya tapi loohu tidak berhasil memecahkan
rahasia ilmu silat seperti apa yang dimaksudkan, kalau
bukan cerita kosong lalu apa artinya ?"?"
Berbicara sampai di situ ia lantas pejamkan matanya
dan duduk bersila mengatur pernapasan, kakek itu tidak
berbicara apa-apa lagi.
Hong po Seng sendiri setelah melangsungkan
pertarungan seharian penuh juga mulai merasa lelah,
maka diapun mengundurkan diri ke samping untuk
mengatur pernapasan, tanpa sadar akhirnya ia tertidur
lelap. Bintang bergeser dari angkasa, tanpa terasa
semalampun sudah lewat, mendadak terdengar si Kakek
Telaga Dingin tertawa terbahak-bahak sambil berseru :
"Hong po Seng, saatmu untuk munculkan diri telah
tiba" Hong po Seng segera membuka matanya, di bawah
sorot cahaya matahari pagi tampaklah seutas tali
diturunkan dari atas telaga, darah panas dalam rongga
dadanya kontan bergolak, buru-buru ia meloncat bangun.
"Kini aku akan melihat dirimu!" seru kekek telaga
dingin sambil menuding tali tersebut.
Sesudah bergaul beberapa saat lamanya, sedikit
banyak Hong Po Seng telah dapat menilai perubahan
wajah kakek itu, mendengar di antara ucapannya
terkandung rasa sedih tanpa terasa ia tertawa getir, ia
maju ke depan lalu menjura.
,,Dengan ini boanpwee mohon diri terlebih dahulu...",
ucapan selanjutnya tak sanggup ia teruskan.
Dengan wajah penuh nada mengejek Kakek Telaga
Dingin mencibirkan bibirnya dan nyahut:
,,Kau tak usah banyak adat, kita masing-masing pihak
saling mempergunakan". Tangan kirinya mendadak
menyambar ke depan mencabut ke luar pedang baja
milik si anak muda itu, kemudian sekali ayun pedang tadi
menancap di atas tanah hingga tinggal gagangnya
belaka. ,,Loocianpwee, apa yang kau lakukan?" tegur Hong Po
Seng dengan wajah tercengang.
"Haah...haah.... memandang benda bagaikan
memandang orang, baiklah loohu ambil pedang baja itu
sebagai tanda mata"
,,Tapi.... pedang itu adalah senjata boanpwee untuk
menjaga diri.."
"Tidak usah pakai senjata" tukas kakek telaga dingin
seraya ulapkan tanannya. ,,Satu jurus ilmu pukulan yang
telah loohu wariskan kepadamu jauh lebih ampuh
daripada pedang bajamu itu"
Hong-po Seng semakin gelisah, kembali serunya:
Pedang baja itu adalah hadiah dari ayahku almarhum
kepada boanpwee, ketika menyerahkan pedang tersebut
kepada boanpwee beliau telah berpesan: pedang utuh
manusia tetap hidup, pedang hancur manusia ikut
binasa.... cianpwee......"
Kakek Telaga Dingin tertawa semakin keras lama
sekali ia baru tarik kembali gelak tertawanya seraya
berkata: "Kalau memang demikian malah lebih bagus lagi,
berusahalah mencuri pedang emas milik loohu kalau kau
telah serahkan kembali pedang tadi kepadaku maka
loohu pun akan mengembalikan senjata ini kepadamu di
samping memberi pula kebaikan-kebaikan lain
kepadamu" Mendengar perkataan ini Hoag-po Seng jadi naik
pitam, teriaknya:
,,Kiranya apa yang kemarin kau ucapkan adalah
kejadian yang sabenarnya..."
,,Yang benar lebih banyak dari pada yang bohong"
tukas kakek telaga dingin. "Loohu pun tidak berani
memastikan apakah Pek Loo jie telah datang kemari atau
tidak, pergilah adu untung, kalau kau benar-benar bakal
modar, membawa serta pedang baja ini pun tiada
gunanya" Hong-po Seng merasa amat gusar tapi dia sadar
bicara banyakpun tak ada gunanya karena itu dengan
perasaan apa boleh buat ia menjejakan kakinya loncat ke
atas, mencekal tali tadi dan memanjat keluar.
Hampir satu bulan lamanya ia terkurung di dasar
telaga, kerjanya tiap hari hanya berlatih ilmu silat dengan
tekun hal ini membuat luka dalamnya bukan saja telah
sembuh, ilmu silatnyapun sudah memperoleh kemajuan
yang sangat pesat, saat ini memanjat naik ke atas cepat
dan gesit bagaikan monyet, dalam sekejap mata ia sudah
keluar dari telaga itu.
Sepasang matanya segera berputar cepat menyapu
sekejap sekeliling tempat itu tampaklah seoiang kakek
berjubah warna ungu berdiri kaku di sisi telaga sambil
mencekal ujung tali.
Kakek itu memelihara jenggot yang panjang,
wajahnya tampan tapi dingin dan hambar, sama sekali
tidak menunjukkan sikap mesra, membuat orang yang
memandang segera merasa bergidik dan tidak berani
mendekat. Sekali memandang orang itu, Hong-po Seng segera
menduga kakek itu sebagai Pek Siauw Thian, pangcu dari
perkumpulan Sin-Kee Pang, bibirnya bergerak mau
mengucapkan sesuatu, tapi setelah menyaksikan
sikapnya yang dingin dan hambar ia segera batalkan
kembali maksudnya untuk berbicara, karena dia takut
bicarapun tak ada gunanya sebab orang itu belum tentu
mau memperdulikan dirinya.
Kakek berjubah warna ungu itupun hanya memandang
sekejap ke arah Hong-po Seng, ke mudian menyimpan
kembali tali yang dipegang dan putar badan berlalu.
Si anak muda itu tertegun, tapi dengan cepat ia
menyusul dari belakang.
Dengan mulut membungkam kedua orang itu berjalan
melampaui batas wilayah yang dipagar dengan panji
berwarna kuning lalu putar ke samping masuk ke dalam
sebuah jalan kecil. Di situ ia jumpai Pek Koen Gie diiringi
seorang siucay berusia pertengahan yang bermata tajam
bagaikan panah serta Siuw Leng dan seorang bocah
lelaki berbaju hijau berdiri di sisi jalan.
Beberapa orang itu berdiri tenang di samping jalan
dengan wajah serius, menanti kakek berjubah ungu serta
Hong-po Seng sudah lewat mereka baru menyusul dari
belakang. Sekarang si anak muda itu sudah merasa makin yakin
bahwasanya kakek berbaju ungu ini bukan lain adalah
ketua dari perkumpulan Sin-Kee Pang yang sangat
berkuasa dewasa itu, tanpa terasa semangatnya
berkobar. Dengan kepala diangkat dan dada dibusungkaa
ia meneruskan langkabnya ke depan, selama hidup
belum pernah ia merasa segagah hari ini.
Beberapa saat kemudian mereka sudah memasuki
hutan pobon Song yang lebat, setelah melewati sebuah
selokan kecil sampailah beberapa orang itu di depan
sebuah ruangan kecil yang mungil dan indah.
Setelah masuk ke dalam ruangan, kakek berjubah
ungu itu mengambil tempat duduk di sebuah kursi yang
ada di tengah ruangan sedang siucay berusia
pertengahan serta Pek Koen Gie duduk dikedua belah
sampingnya. Hong-po Seng yang berdiri di tengah ruangan diamdiam
berpikir dalam hati kecilnya:
"Tiga orang iblis libay masing-masing du?duk dikursi
utama sedang aku disuruh beidiri di tengah ruangan
persis seperti tawanan yang sedang diadili. Hmm!
seandainya ibu tidak selalu berpesan kepadaku agar
jangan bertindak menuruti emosi dan darah panas, ingin
sekali kumaki mereka habis-habisan kemudi-an
mempertaruhkan selembar jiwaku untuk beradu jiwa
dengan mereka!"
,,Hong Po Seng!" mendadak terdengar kakek berjubah
ungu itu menegur dengan suara ketus, ,,Kau pingin mati
atau pingin hjdup?"
Hong Po Seng tertegun, diam-diam pikirnya lagi:
,,Ucapan dan orang ini kaku dan aneh, membuat
orang susah untuk menangkap maksud yang
sebenarnya"
Dalam hati ia berpikir begitu, diluar dengan tenang
jawabnya: ,,Seandainya cayhe pingin mati, sedari dulu-dulu
sudah mati diujung telapak putrimu"
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan kilat kakek
berjubah ungu itu menyapu sekejap wajah Hong Po Seng
dari atas hingga ke bawah kemudian mendengus dingin:
"Hmm, terus terang kuberitabukan kepadamu, putriku
serta Kok See Piauw sama sekali tidak memandang
sebelah matapun kepada dirimu"
Ia merandek sejenak dan kembali memperhatikan
sekejap wajah Hong po Seng kemudian melanjutkan
,,Mereka hanya mengerti tentang keadaan sendiri dan
kurang pengetahuan untuk menilai orang lain, hal ini tak
bisa salahkan mereka"
Hong po Seng alihkan sinar matanya ke samping, dia
lihat wajah Pek Keen Gie telah berubah jadi merah
padam dan tertunduk dengan rasa amat jengah, segera
pikirannya: ,,Pek Siaow Thian kalau berbicara terlalu belakbelakan
dan sama sekali tidak pikirkan orang lain,
ditinjau dari hal ini bisa diduga bagaimana tak
berbudinya orang ini dalam setiap tindakan segera
wataknya ......."
Berpikir begitu ia lantas menjura dari berkata dengan
nada hambar: ,,Terima kasih atas cinta kasih dari Loo pang cu,
manusia hidup memang demikian keadaannya tidak
terkecuali dan cayhe sendiri"
Kakek berjubah ungu itu tertawa hambar senyuman
dalam sekejap telah lenyap kembali tanpa berbekas
terdengar ia berkata lambat-lambat:
,,Hanya anak yang berbakti yang dapat menjadi
pembantu setia, dalam kolong langit anak yang betulbetul
berbakti tidak banyak jumlahnya, apalagi pembantu
yang benar-benar setia lebib sedikit jumlahnya. Aku
dengar kau adalah seorang anak yang berbakti, dikala
keselamatan jiwa sendiri terancam bahaya masih dapat
memahami maksud hati ayah dan ibumu, kaiena itu aku
punya maksud untuk menarik dirimu sebagai pembantu
dan bantu diriku. Tapi sebelum itu aku ingin kau suka
berbicara yang sejujurnya lebih dabulu, apakah kau
benar-benar suka masuk menjadi anggota
perkumpulanku serta berbakti dan setia kepadaku?""
,,Sedari dulu caybe sudah masuk menjadi anggota
perkumpulan Sin-Kee-Pang...!" jawab Hong po Seng.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun kakek berjubah ungu itu segera gelengkan
kepalanya. "Putriku bertindak menuruti emosi dan jalan pikirannya
sendiri, hal itu tidak terhitung sungguh-sungguh"
Ia merandek sejeuak dan kembali menatap wajah
Hong po Seng tajam-tajam, katanya lebib jauh:
"Akupun tidak ingin membohongi dirimu kalau kau
tidak mau berbakti kepadaku dengan sungguh hati,
untuk menghindari bibit bencana di kemudian hari
terpaksa aku tak akan membiarkan kau hidup lebih
lanjut" "Apa yang harus kalakukan sehingga bisa terhitung
benar-benar setia dan berbakti?" serta bagaimana pula
aku harus lakukan sehingga bisa mendapat kepercayaan
dari loo pangcu ?"?"
,,Gampang sekali, ceritakanlah asal-usulmu yang
sebenarnya dan bawalah batok kepala Chin Pek Cuan
untukku, maka aku segera akan mempercayai dirimu !"
Mendengar perkataan ini air muka Hong-po Seng
segera berubah jadi amat sedih, katanya :
,,Cayhe mengerti loo pangcu tidak akan membiarkan
cayhe hidup lebih lanjut" ia menjura kepada kakek itu
dan menambabkan dengan wajah serius. ,,Semoga loo
pangcu suka memberikan sebuah pukulan berat kepada
cayhe, daripada cayhe harus terjun ke air membawa
lumpur serta tak dapat mempertanggungjawabkan diri
dihadapan leluburku"
,,Hong-po Seag" tiba-tiba Pek Koen Gie membentak
dengan gusar. "Siapakah sebenarnya ayah ibumu?""
sampai di manakah kehebatan mereka, sehingga kau
pandang setinggi langit ?" kalau kau rela mengaku terus
terang asal usulmu, mungkin jiwamu bisa diselamatkan
dari kematian"
Hong-po Seng alihkan sinar matanya ke arah gadis itu,
lalu menjura dan menjawab:
,,Nona tak usah banyak bertanya, cayhe bukanlah
manusia pengecut yang takut menghadapi kematian, bisa
mati dalam markas besar perkumpulan Sin-Kee-Pong
juga terhitung-hitung sebagai balas budi atas
pertolongan nona dalam menyembuhkan lukaku"
,,Kurang ajar" Pek Koen Gie semakin gusar. ,,Untuk
menyembuhkan lukamu itu aku harus membuang dua
butir pil mujarab, kalau kau bikin mendongkol hatiku....
Hmm ! tidak nanti kubiarkan kau mendapat kematian
dengan enteng ...."
"Banyak bicara tiada gunanya" tukas kakek berjubah
ungu itu secara tiba-tiba sambil mengulapkan tangannya
berpaling ke arah Hong-po Seng ia menambahkan:
"Memandang kematian bagaikan pulang ke rumah
adalah suatu perbuatan yang terhina dalam pandangan
loohu, terang-terangan kau takut mati tapi tidak ingin
hidup terhina itu baru perbuatan yang patut loohu hargai
serta kagumi, ambillah keputusan untuk membereskan
diri sendiri daripada loohu harus repot-repot turun
tangan sendiri"
Hawa amarah yang berkobaran dalam dada Pek Keen
Gie benar-benar telah mencapai pada puncaknya,
dengan cepat is meloncat bangun sambil berteriak:
,,Bajingan cilik yang tak tahu diri, kau anggap ayahku
adalah menusia apa" untuk mencabut jiwa anjingmu,
tidak perlu dia orang tua harus turun tangan sendiri"
Melihat gadis itu tambil ke depan Hong Po Seng malah
jadi senang karena dia memang berharap begitu, segera
katanya dengan nada hambar:
,,Dari si kakek telaga dingin cayhe telab meminjam
sebuah jurus ilmu pukulan, kalau nona punya
kegembiraan tiada halangannya untuk mewakili ayahmu
turun tangan"
,,Gie jie ayoh duduk" kakek berjubah ungu itu berseru.
"Dalam bilik kecil pendengar salju ini tidak akan
memperkenankan kalian utuk turun tangan"
Bicara sampai di situ ia berpaling ke arah siucay
berusia pertengahan yang duduk di sisinya dan ia
menambabkan: "Koen su, aku minta tolong kepadamu untuk sekali
tabok mencabut nyawa Hong Po Seng" Siucay berusia
pertengahan itu tersenyum ia bangkit dari tempat
duduknya dan berjalan mendekati si anak muda itu,
langkahnya tenang dan mantap seolah-olah tak pernah
terjadi sesuatu apapun, dalam anggapnya dalam sekali
tabok Hoa po Seng pasti akan menemui ajalnya.
Menyaksikan siucay berusia pertengahan itu berjalan
mendekati ke arahnya, jago kita segera ayunkan telapak
kirinya melakukan peristiwa untuk menghadapi serangan
lawan. Sebelum pertarungan berlangsung, mendadak
terdengar Pek Koen Gie bertenak :
,,Ayah orang yang Gie jie bawa pulang harus kubunuh
dengan tanganku sendiri !"
Mendengar ucapan itu Pek Siauw Thian mengerutkan
alisnya, sedangkan siucay berusia pertengahan yang
dicebut Koen su atau penasehat itu mendadak berpaling
dan tersenyum, katanya:
,,Sebelah selatan dari sungai Hoang ho merupakan
daerah kekuasaan dari perkumpulan Sin Kee Pang,
setelab Koen Gie berhasil melatih serangkaian ilmu silat,
tiada kesempatan untuk mengujukkan kekuatan, rasanya
sebagai seorang remaja yang ingin mencari menang pasti
merasa tidak puas. Pangcu! apa salahnya kalau kau
ijinkan Koen Gie untuk bertindak menuruti suara batinya
sehingga ia jadi tidak kecewa ataupun merasa menyesal"
Pek Siauw Thian termenung sebentar akhirnya ia
bangkit dan berjalan keluar.
Air muka Pek Koen Gie segera berubah jadi girang,
bisiknya kepada siucay berusia pertengahan itu:
,,Bantuan dari paman Coe-kat, tit-li merasa amat
berterima kasih sekali!"
Siucay berusia pertengahan itu tersenyum tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia berjalan keluar dari
ruangan. Jilid 6: Lepas dari Sin Kee Pang
HONG-PO SENG sendiri sesudah mengetahui bahwa
kematian berada diambang pintu, sikapnya malahan
berubah jadi semakin tenang, dengan mulut
membungkam ia lantas mengikuti dibelakang semua
orang berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
Siauw Leng yang berjalan didepan Hong-po Seng tibatiba
berpaling, mengerling sekejap kearahnya, rupanya ia
menasehati sianak muda itu agar jangan menghantarkan
nyawa dengan percuma.
Hong-po Seng tertawa sedih, ia segera gelengkan
kepalanya berulang kali.
Sekeluarnya dari bilik kecil yang indah tadi. Pek Siauw
Thian serta siucay berusia pertengahan itu berdiri
menanti disisi lapangan. sedangkan Pek Koen Gie sambil
bertolak pinggang berdiri kaku ditengah lapangan,
ujarnya ketus sambil memandang kearah pemuda itu:
"Menyeranglah dengan segenap tenaga yang kau
miliki, asal kau bisa menangkap aku orang Pek Koen Gie
satu jurus atau setengah gerakan, kami akan
menganggap nasibmu baik dan umurmu panjang, jiwamu
akan kami ampuni untuk kali ini".
"Terima kasih atas nasehatmu" sahut Hong Po Seng
dengan wajah serius."Sejak kecil cayhe sudah dapat
didikan keras dari keluargaku untuk melakukan segala
pekerjaan dengan segenap tenaga, akupun berharap
agar nona lebih berhati hati".
Napsu membunuh melintasi diatas wajah Pek Koen
Gie, ia mendengus gusar kemudian menerjang maju
kedepan, sebuah pukulan kilat dengan cepat dilepaskan.
Tampak Hong Po Seng menarik mundur kaki kirinya
setengah langkah kebelakang, telapak kirinya dikepal
kencang lalu membentuk gerakan setengah lingkaran
depan dada...Duus! satu pukulan kilat telah dilepaskan
kedepan. Sedari tadi baik Pek Siauw Thian maupun Pek Koen
Gie telah mengetahui kalau pemuda ini telah mempelajari
jurus pukulan tersebut, tetapi setelah menyaksikan
kedahsyatan serta kemantapan dari serangan yang
dilepaskan, diam-diam merasa kaget juga.
Gerakan telapak yang amat sederhana dari Hong-po
Seng barusan dengan gampang sekali berhasil
mematahkan serangan telapak musuh melihat
pukulannya digagalkan Pek Koen Gie mengerutkan dahi,
ia tertawa dingin dan jurus serangannya segera berubah.
Telapaknya langsung menabok kearah pinggang
sementara jari tangan kirinya mendadak meletik dan
diam-diam membokong punggungnya.
Serangan telapak serta jari yang dilancarkan dalam
tempo yang bcrsamaan ini kecepatan yang luar biasa,
Hong- po Seng ter kesiap, dengan tetap menggumakau
jurus "Koen-Siuw-Ci-Tauw" ia balas mengancam bahu
gadis itu, kecepatan serta kedahsyatannya tidak kalah
dengan pihak lawan, memaksa Pek Koen Gie harus
membuyarkan ancamannya sambil berkelit kesamping
untuk menghindarkan diri.
.,Gie-jie, bertarunglah dengan hati mantap dan
Jenyapkan godaan emosi dari benakmu! "terdengar Pek
Siauw Thian memperingatkan.
"Aku sudah tahu! "sahut gadis itu, badannya meluncur
kembali kedepan sambil melepaskan pukulan-pukulan
maut. Dengan langkah yang mantap tapi tepat Hong Po
Seng selalu berputar kian kemari dalam ruangan seluas
tiga depa, telapak kirinya membabat terus dengan gagah
dan berat, walaupun perobahannya sangat banyak
namun tetap hanya memakai jurus" Koen Sie Ci Sauw".
Sekalipun begitu perlahan-lahan tapi tetap Pek Koen
Gie berhasil dipaksa mundur hingga sudut yang terjepit.
Setelah lewat belasan jurus kembali, mendadak Hong
Po Seng mengerutkan alisnya, Sreet - . .! sebuah pukulan
gencar yang dilepaskan kembali memaksa Pek Koen Gie
untuk mundur satu langkah lebar kesamping.
Hong Po Seng tidak rela menyerah dengan begitu
saja, tapi diapun tahu meskipun berhasil merebut
kemenangan juga sulit baginya untuk lolos dari situ
dalam keadaan hidup, maka pertarungan ini
dilangsungkan dengan tenaga, mantap dan sama sekali
tidak gugup. Tanpa sadar perbuatannya ini justru
membawa dia mencapat puncak yang tertinggi dari ilmu
silat, dengan sendirinya daya tekanan yang dihasilkan
oleh pukulan-pukulannya jauh lebih ampuh t
tiga bagian. Pek Koen Gie sendiri walaupun dua kali berturut-turut
kena didesak mundur oleh pukulan Hong-po Seng,
namun hatinya pun semakin tenang, sepasang bahunya
diangkat dan sekali lagi ia menerjang kemuka sambil
mengirim serangan-serangan mematikan.
Ilmu silat yang dimiliki gadis ini berasal dari warisan
langsung ayahnya Pek Siauw Thian, sebagai musuh
tangguh Kakek Telaga Dingin selama sepuluh tahun,
setelah melakukan penyelidikan yang seksama selama
lima tahun akhirnya ketua dari perkumpulan Sin Kee
Pang itu berhasil menciptakan ilmu silat yang kbusus
untuk memunahkan serangan "Koen-Sioe Ci-Tiauw".
Pek Koen Gie yang setiap hari belajar silat beserta
ayahnya tentu saja merasa paham sekali gerakangerakan
aneh dari ilmu pukulan itu, kendati ia tak
mengerti intisari yang sebenarnya dari kepandaian lawan,
tapi ia menyadari perubaban-perubahan yang rumit dari
jurus tersebut.
Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah saling
bertempur mencapai lima puluh jurus lebih.
Angin pukulan menderu-deru, ujung baju berkibar
kencang tertiup angin, pohon siong yang tumbuh
diempat penjuru bergoyang tiada hentinya tetapi tak
sepatah katapun suara
manusia berbicara yang terdengar berkumandang
disitu. Dengan wajah berat dan serius Pek Siauw Thian serta
siucay berusia pertengahan itu berdiri disisi kalangan
sambil menyaksikan jalannya pertarungan antara kedua
orang itu, suasana disekeliling tempat itu yang semula
memang sunyi kini diliputi oleh napsu membunuh yang
amat tebal, membuat keadaan terasa bertambah
mengerikan. Mendadak ....dari balik sorot mata Pek Koen Gle
memancar keluar sinar napsu membunuh, ia tertawa
dingin, tiba tiba gerakan telapaknya berubah semakin
cepat, mengitari di sekeliling tubuh Hong Po Seng, ia
menyerang semakin gencar hingga boleh dikata tiada
hentinya. Serangan gencar yang dilancarkan ini boleh dibilang
bagaikan hujan deras ditengah badai, kecepatan gerakan
tubuh Pek Koen Gie laksana sesosok bayangan yang
tipis, sebaliknya ba yangan telapak yaag memenuhi
angkasa membentuk jadi selapis tembok yang
mengurung tubuh Hong Po Seng ditengah kalangan.
Dalam sekejap mata dengusan napas berat anak muda
itu sudah mulai kedengaran, terkurung ditengah deruan
angin pukulan yang menyapu kian kemari, keringat
sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.
Kakek telaga Dingin hanya memiliki lengan kiri yang
bisa bergerak, karena itu Hong po Seng pun mempelajari
telapak kiri, karena Han-Than-Sioe terkurung ditermpat
terpencil ia namakan ilmu pukulannya "Koen-Sioe-Ci-
Tauw"atau Pergulatan binatang binatang terkurung dan
kini Hong-po Seng sedang bergulat menjelang kematian
yang mengancam dirinya, keadaan yang dihadapi saat ini
persis seperti binatang buruan yang melakukan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pergulatan terakhir dalam perangkap.
Pertarungan antara jago liehay berlangsung cepat
bagaikan kilat, ditengah berlangsungnya serangan gencar
itu ratusan jurus telah dilampai, dengan sekuat tenaga
Hong -po Seng berusaha mententeramkan diri sendiri
kemudian memancing jalannya pertarungan itu menuju
kearah jalan yang pernah digambarkan Kakek Telaga
Dingin beberapa hari berselang.
Pek Siauw Thian bukanlah jago kemarin sore, sekali
pandang ia segera berhasil menangkap keadaan dari
Hong-po Seng meskipun dia keteter dan berada didalam
posisi terdesak tapi sianak muda itu masih bertahan
keras seakan masih menantikan sesuatu dan masih ada
sebuah serangan mematikan yang belum dipergunakan,
maka ia lantas berseru:.
"Gie jie. hati hati, bertarunglah yang mantap dan
kalem !". Siucay berusia pertengahan itu sendiri rupanva dapat
menangkap pula tersernbunyinya napsu membunuh
dibalik kenakalan sianak muda itu, ia sadar asal ilmu
simpanan tersebut digunakan maka akibatnya tentu
sukar dilukiskan dengan kata kata.
Maka ia maju dua langkah kedepan dan bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan, andaikata Pek Koen
Gie menjumpai marabahaya ia segera akan turun tangan
melakukan pertolongan.
Pertarungan ini betul betul suatu pertarungan yang
sengit, Koen Gie sebagai seorang gadis berpandangan
pendek jadi makin gusar hatinya menyaksikan
serangannya tidak mempan, makin gagal ia semakin
bernapsu untuk membinasakan Hong po Seng dibawah
Darah Asmara Gila 1 Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun Karya Wang Du Lu Pangeran Perkasa 15
bakal terbanting hancur didasar telaga tersebut.
Bisa dibayangkan betapa terperanjat dan kagetnya
hati sianak muda itu. dengan cepat ia berjumpalitan
untuk bangun, tapi pada saat yang bersamaan kembali
terasa munculnya segulung hawa tekanan yang sangat
kuat menyendat tubuhnya:
Ploook ..! tidak ampun lagi badannya terjengkang dan
jatuh tertelentang diatas permukaan salju.
Dasar telaga itu tiada air gelap gulita hingga susah
melihat kelima jari tangan sendiri. Hong Po Seng yang
berbaring diatas permukaan salju yang dingin menusuk
ketulang sumsum seketika merasakan persendian tulang
disekujur tubuhnya seolah olah terlepas semua sedikit
bergerak atau meronta saja seluruh badannya terasa
amat sakit sukar ditahan.
Ditengah kegelapan terdengar suara tertawa seram
yang rnengerikan itu berkumandang kernbali. begitu
ngeri dan tajam suaranya sampai telinga terasa sakit
seperti ditusuk tusuk dengan jarum. Kendati Hong Po
Seng bernyali besar tak urung bulu kuduk disekujur
tubuhnya berdiri juga, ia gemetar dan merinding.
Lama... lama sekali suara tertawa aneh baru sirap,
terdengar orang itu berkata:
"Orang bilang anjing yang sedang gelisah akan
meloncati tembok, Hmmm..,....ucapan ini sedikitpun
tidak salah, ucapan ini sedikitpun tidak salah,.."
Hong Po Seng dapat menangkap suara tadi sebagai
suara ucapan manusia, tanpa terasa nyalinya menjadi
besar sekali, dengan cepat ia meronta, berusaha untuk
bangun, apa daya tulang belulang disekujur badannya
terasa amat sakit, maka terpaksa ia menahan rasa dingin
yang menusuk kedalam tulang dan berbaring diatas
tanah tanpa berkutik, sementara hawa murninya
perlahan lahan berusaba dikumpulkan kembali.
Terdengar suara yang tajam menusuk pendengaran
tadi berkumandang kembali,
"Karena pusaka loohu terkurung disini selama banyak
tahun Hey ! keparat cilik yang tahu diri, apakah kau
datang kemari menghantarkan selembar jiwamu juga
disebabkan karena mestika itu "Heeeh. .heeeh... "
"Ngomong orang ini ngawur dan tak ada aturannya"
Pikir Hong Po Seng dalam hati "Jangan jangan orangnya
sudah sinting dan ingatannya sudah tidak waras
berhubung sudah terkurung terlalu lama disini !"
Perlahan lahan ia mendongak keatas, ditengah
kegelapan yang mencekam seluruh jagad tampaklah dua
buah titik cahayanya tajam berkilauan tiada hentinya dari
kejauhan warna biru yang menggidikkan itu tidak mirip
sebagai mata rnanusia.
Karena tulang berulang badannya sakit maka sianak
muda itu beristirahat untuk beberapa saat lamanya
ditanah, baru beberapa saat kemudian ia mulai
merangkak kesamping dan akhirnya dengan punggung
menempel diatas dinding baru ia bangun dan duduk.
Dalam pada itu angin berhembus amat kencang, salju
turun dengan derasnya.
Luka pukulannya baru sembuh dan kini setelah
terjatuh dari atas tebing pertahanan tubuhnya semakin
lemah lagi. Sambil mengeraskan diri pemuda itu
mengatur pernapasan dalam tubuhnya, menanti rasa
dingin sudah terusir pergi ia mulai merasa lelah
bercampur mengantuk dan akhirnya tertidur dengan
pulasnya. Entah berapa saat lamanya telah lewat, mendadak ia
merasakan badannya seolah-olah jadi enteng dan
terbang meninggalkan permukaan tanah, disusul
tenggorokannya terasa amat sakit, suara tertawa aneh
yang tajam dan tinggi bagaikan jeritan setan ditengah
pekuburan berkumandang tiada hentinya dari sisi telinga.
Dengan hati terkesiap Hong-po Seng mendusin dari
tidurnya, ia membentangkan matanya lebar-lebar tapi
dengan segera matanya jadi terbelalak dan mulutnya
melongo, sementara jantungnya berdebar sangat keras.
Ternyata ketika itu fajar telah menyingsing dan
seluruh permukaan telah terang benderang tetapi telaga
kering yang dalamnya mencapai tujuh puluh tombak ini
masih tetap diliputi kegelapan serta kelembaban yang
amat tebal, kabut menutupi permukaan tanah dan hawa
dingin menusuk kedalam tulang.
Ditengah lapat-lapatnya suasana itulah tampak
seorang manusia aneh berbadan telanjang, berkaki
kutung sedang mementangkan kelima jari tangannya
yang tajam bagaikan cakar mencengkeram
tenggorokannya, mulut yang lebar dan bau tersungging
senyurnan aneh, gelak tertawa seram menggema tiada
hentinya. Karena dicekik lehernya Hong Po Seng merasa
pernapasannya jadi sesak dan ia tak sanggup
mengungkapkan sepatah katapun, keempat anggota
badannya jadi lemas sedikitpun tak bertenaga.
Lama...lama sekall manusia aneh itu tertawa seram,
akhirnya dengan wajah menyeringai tegurannya:
.,Hey, keparat cilik. rupanya kau barusan kematian
bapak tuamu?"".
Hong Po Seng membentangkan mulutnya lebar-Iebar
tanda tak sanggup mengucapkan sepatah katapun,
rupanya manusia aneh itu merasa amat girang
menyaksikan keadaan korbannya. mendadak ia
perkencang cekikannya membuat Hong Po Seng
mendengus berat, kedua biji matanya hampir saja
melorot keluar dari dalam kelopak matanya.
Manusia aneh itu tertawa seram beberapa saat
kemudian ia baru mengendorkan cekikannya seraya
menegur lagi: "Hey. keparat cilik! apakah kau barusan kematian
bapakmu": Jantung Hong-po Seng berdetak semakin keras,
menanti kelima jarinya yang mencekik lehernya rada
mengendor mendadak ia memiringkan kepalanya
kesamping lalu merangkak kedepan menjauhi manusia
aneh itu. Gelak tertawa seram kembali menggema memecahkan
kesunyian, ditunggunya sampai pemuda itu merangkak
sejauh beberapa tombak kemudian medadak ia bangun
duduk, telapak kirinya yang kurus bagaikan cakar setan
diayun kedepan dan meraung diudara kosong.
Sungguh dahsyat cengkeraman diudara kosong itu,
belum habis Hong-po Seng merasa terkesiap bercampur
kaget tiba tiba badannya tak sanggup menguasahi
diri.Sreett...! kepalanya terpelanting kebelakang dan
tersedot kembali kearah manusia aneh itu.
Sekali membalik telapaknya orang aneh tadi menekan
batok kepala Hong po Seng keatas tanah, dan serunya
sambil tertawa seram:
"Eeeei.... kamu sudah tuli yah" Ayoh jawab
pertanyaan dari loohu. Apakah kau si keparat cilik
barusan kematian bapakmu?"
Hong Po Seng merasa teramat gusar, tapi karena rasa
ngeri dan takut masih tersisa dalam hatinya maka ia tak
berani membentak dengan nada yang kasar dan bersikap
menantang. Sahutnya:
"Ayahku sudah mati banyak tahun,"
"Kalau begitu kau tentu barusan kematian ibumu?"
teriak manusia aneh itu lagi dengan nada marah.
Mendengar orang itu menyumpai ibunya kontan Hong
Po Seng naik pitam, ia lupa akan keselamatan dirinya
dan segera membentak dengan penuh kegusaran:
"Kentut busuk, !"
Sekuat tenaga ia meronta dan berusaha untuk
melepaskan diri dari tekanan orang, siapa tahbu tenaga
tekanan yang menekan batok kepalanya berat bagaikan
tindihan sebuah bukit, kedati ia meronta dengan segenap
tenaga namun badannya sama sekali tak bergeming
barang sedikitpun jua.
Melihat tingkah laku pemuda itu, bukannya gusar
manusia aneh malah tertawa,
"Haa..haah...,baaah....haah....keparat cilik. rupanya
kau adalah seorang anak yang berbakti kepada orang
tua". Ia merandek sejenak, lalu mengangkat raut wajah
sianak muda itu keatas untuk dipan?dang sekejap dan
tanyanya lebih jauh:
"Wajah sedih dan murung, waktu tidur mengucurkan
air mata, aku mau tanya apa sebabnya?",
"Kenapa aku mesti mengucurkan air mata waktu
tidur?""pikir pemuda she Hong Po ini, ia jadi mendongkol
dan sahutnya gusar:
"Dikolong langit kejahatan merajalela, manusia
manusia laknat pegang kekuasaan dan malang melintang
kesana kemari. aku hidup sebatang kara dengan
kekuatan yang lemah, sebagai manusia tak bisa
melenyapkan kajahatan bagi dunia persilatan tak bisa
menciptakan kebahagiaan bagi umat Bu lim kalau tidak
tidur sambil melelehkan air mata apakah suruh aku
tertawa terbahak bahak?"".
Mendengar ucapan itu manusia aneh tadi mendadak
mendongak memandang angkasa lalu tertawa terbahak
bahak. Sungguh hebat tenaga lwekang yang dimiliki orang
aneh ini, begitu gelak tertawanya, bergema diangkasa
seketika itu juga bunga salju berguguran keseluruh
angkasa, menggulung dan berombak bagaikan gulungan
air ditengab samudra luas.
Hong po Seng rnerasakan cengkeraman orang itu kian
mengendor, pemuda itu segera merangkak bangun dari
atas tanah dan duduk. tapi ia tak berani mundur
kebelakang, sinar matanya dialihkan kearah orang tadi
dan dipandangnya dalam dalam.
Tapi sebentar saja sianak muda itu sudah terperanjat
dibuatnya, Kiranya bukan saja sepasang kaki manusia aneh itu
sudah dipotong kutung sebatas paha tangan kanannya
yang diayun keataspun sudah ditembusi oleh berpuluh
puluh utas tali hitam yang tepat menembusi jalan darah
penting ditubuhnya. tali tali berwarna hitam tadi
diikatkan pada dinding batu sehingga praktis lengan
tersebut tak bisa digunakan
Lengan kirinya bebas dapat berputar kesana kemari,
rambutnya panjang terural sampai di batas permukaan
tanah, kulit tubuhnya putih pucat tak tampak warna
darah dan diliputi oleh bulu bulu lunak berwarna hitam.
Raut wajahnya kecuali sepasang mata yang berwarna
kebiru biruan hanya mulutnya yang besar dan bersinar
minyak itu saja yang nampak.
Keadaannya jelek, bengis dan mengerikan membuat
orang yang melihat merasa ngeri dan bergidik.
Dalam pada itu manusia aneh tadipun sedang
memandang wajah Hong-po Seng dengan sorot matanya
yang tajam, mendadak ia tertawa seram. serunya:
"Haah...haaah haaah sekarang loohu telah paham, kau
sibocah keparat tentulah manusia baik yang belum
sempat dibasmi sampai ludas!''.
"Hmmm! tak nanti manusia baik bisa di basmi sampai
ludas "batin Hong-po Seng sambil mendengus dalam
hati. "Cukup didengar dari ucapan barusan, aku telah
mengetahui kalau kau bukan manusia baik baik!".
Walaupun dalam hati ia berpikir demikian namun tak
berani diutarakan keluar, perasaan tidak puas itu hanya
disimpan dalam hatinva saja.
Dari perubahan air muka sianak muda itu, rupanya
manusia aneh tadi dapat menebak isi hatinya. Mendadak
ia mencengkeram pemuda itu dengan tangan kirinya dan
menegur: "Bocah keparat rupanya kau tidak puas yaaah dengan
ucapanku?"..., ayoh jawab !"
Hong Po Seng ada maksud menghindarkan diri dari
cengkeraman lawan, siapa tahu gerakan tangan orang
betul betul laksana sambaran kilat, ia hanya merasakan
pandangan matanya jadi kabur dan tahu tahu
tenggorokannya sudah dicekik oleh jari jari tangan
musuh. Merasa dirinya berulang kali dipermainkan orang,
sianak muda itu naik pitam, otot-otot berwarna hijau
diwajah dan tubuhnya pada menonjol keluar, sedang
dalam hati diam-diam ia menyumpah:
"Tua bangka sialan kau sampai mengalami nasib
sejelek dan sesetan ini rasanya pantas dan Thian punya
mata, sayang manusia she Pek itu..."
Belum habis ia berpikir manusia aneh itu sudah
melepaskan kembali cengkeramannya.
"Hey bocah keparat !" ia menghardik "Ayo jawab
secara terus terang, mau apa kau datang kedasar telaga
ini?""
"Hmm..Pek Koen Gie ada maksurd merampas pedang
emasmu, aku ditangkap dan ditawan olehnya karena itu
sengaja kudatangi tempat ini untuk mengadu nasib "
Rupanya manusia aneh itu tidak menyangka kalau
pihak lawan bisa berterus terang dihadapannya, setelah
tertegun beberapa saat lamanya ia berseru:
,,Apa " Pek Koen Gie ?"" apakah budak liar anak jadah
dari Pek Siauw Thian ?".
Hong po Seng sudah kenyang disiksa dan dihina oleh
keluarga Pek, terhadap ayah dan anak she-Pek itu
maupun terhadap manusia aneh dihadapannya ia
menaruh rasa benci dan antipatik. Kini mendengar
pertanyaan tersebut ia lantas tertawa dingin.
"Heeh..heeh..Pek Koen Gie adalah putri dari pangcu
perkumpulan Sin-Kee Pang, betulkah dia anak jadah atau
bukan. aku tak tahu dan tidak ingin tahu".
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Manusia aneh itu merasa amat gembira ketika
didengarnya dari nada ucapan tersebut jelas
menunjukkan pandangan jelek dan rasa benci sianak
muda itu terhadap Pek Koen Gie.
"Eeei bocah keparat" ujarnya lagi. "Aku lihat
kepandaian silatmu tidak jelek, kenapa kau bisa
ditangkap dan dipermainkan oleh budak rendah sialan itu
ooh.... jangan-jangan kau sedang membohongi diriku
?""...".
"Hmm bukankah ilmu silat yang kau miliki sangat lihay
?" kenapa pula kau mengalami nasib yang demikian
jeleknya sehingga harus hidup bagaikan seekor binatang
?"?".
Bekas cengkeraman pada lehernya secara lapat lapat
masih terasa amat sakit. hal ini menggusarkan hati
pemuda itu. maka sengaja ia sindir dan ejek manusia
aneh tersebut dengan kata kata yang tajam dan tak enak
di dengar. Bisa dibayangkan betapa marah dan gusarnya
manusia aneh itu, bagaikan binatang kalap ia meraung
sekeras kerasnya. sekali cengkeram ia tangkap rambut
pemuda itu kemudian menekan wajahnya keatas
permukaan salju dan digosoknya berulang kali. teriaknya
keras keras. ..Keparat sialan kau bilang apa ?""
Setelah mengucapkan kata kata penghinaan tadi,
sebetulnya Hong po Sang pun merasa agak menyesal.
Tapi menyesalpun tak ada gunanya karena semua sudah
terlambat, Dalam keadaan begini ia hanya dapat
menggertak giginya rapat rapat, dengan mulut
membungkam merasakan siksaan yang sedang
dideritanya. Dasar wataknya memang keras kepala, sejak petistiwa
dikantor cabang kota Seng-Chu, di mana karena desakan
rasa setia kawan ia harus menerima penghinaan dari Pek
Koen Gie dan kehilangan tiga biji gigi karena digaplok
oleh gadis itu, ia merasa dirinya sudah dihina habishabisan,
setiap kali teringat akan kejadein itu dia pasti
merasakan dadanya jadi sesak dan wajahnya jadi
murung, suatu perasaan benci dan kecewa yang amat
dalam menekan dadanya.
Tapi setelah disiksa dan dianiaya oleh manusia aneh
tersebut pada saat ini, meski badan terasa sakit namun
hatinya malah terasa jauh lebih nyaman.
Entah sudah berapa waktu lamanya manusia aneh itu
menggosok raut wajah Hong po Seng diatas permukaan
salju, tiba tiba ia berhenti dan mendongakan wajah
korbannya. Tampaklah kulit wajah sianak muda itu telah pecah
dan lecet lecet, darah segar, mengucur keluar
membasahi seluruh permukaan salju yang putih, wajah
pemuda ini sudah tidak
utuh lagi. Ia mendongak dan segera tertawa keras, jengeknya:
"Bocah keparat kalau kau berani mengucapkan kata
kata yang tidak senonoh lagi, loohu segera akan putar
tengkukmu sehingga patah jadi dua bagian !"
Pada dasarnya manusia aneh ini memang bukan
manusla baik baik, ditambah pula ia sudah terkurung
selama banyak tahun, rasa mangkel, mendongkol
dendam yang sudah terkumpul selama banyak tahun
segera dilampiaskan keluar semua.
Siapa tahu ejekan yang dilontarkan Hong Po Seng
memang disertai dengan maksud mak?sud tertentu, ia
ada maksud untuk menyiksa diri sendiri.
Maka setelah mendengar ancaman itu bukannya
berhenti malah mengejek semakin menjadi, serunya
lantang: "Waaduuuh kau sungguh lihay sekali ! setelah Pek
Siauw Thian memotong kuntung sepasang kakimu, kau
,* Belum habis kata kata itu diutarakan, manusia aneh
itu dengan mata melotot bulat sudah bersuit nyaring,
tangannya berkelebat mencengkeram kaki kanan Hong
Po Seng dan ancamannya dengan wajah menyeringai
buas. "Keparat busuk, loohu akan suruh kau merasakan
keadaan yang sama dengan diriku!',. Sembari bicara ia
siap mematahkan kaki kanan lawannya, tapi sewaktu
dijumpainya wajah pemuda itu tetap tenang dan sama
sekali tidak menunjukan rasa gentar atau sedih, dari
gusar ia malah jadi tertawa serunya
.,Bocah, usiamu masih sangat muda . . sayang amat
kalau kakimu harus dikutung orang!"
Ucapan ini diutarakan tidak lain banya bermaksud
memancing munculnya rasa gentar dan takut dalam hati
Hong-po Seng asal pemuda itu sudah merasa takut maka
ia segera akan turun tangan.
Siapa tahu Hong po Seng bukannya gentar aebaliknya
malah menunjukkan sikap semakin tawar dan dingin,
katanya ketus. ..Silahkan turun tangan sesuka hatimu, sedari dulu
aku sudah pernah mati sekali. Hanya harapanku semoga
kalau kau berjumpa kembaIi dengan Pek Siauw Thian
nanti, tunjukkanlah kegagahan serta keangkeranmu
seperti pada saat ini."
"Anak jadah ! sepasang kaki loohu kutung diujung
pedang Hoa Goan Sioe . , . " jerit manusia aneh itu
sambil menggertak giginya keras- keras.
Begitu mendengar disebutnya nama Hoa Goan Sioe
sekujur tubuh Hong-po Seng gemetar. keras.
Rupanya firasat serta perasaan manusia aneh itu
tajam sekali, baru saja tubuh sianak muda itu bergetar
keras, pergelangan tangannya sudah berputar
mencengkeram baju korbannya sambil diangkat kedepan
mata sendiri, hardik nya dengun suara berat
"Ayoh jawab yang jujur, apa hubunganmu dengan Hoa
Goan Sloe ?"'.
Rupanya segara mendadak ia menjadi tenang kembali.
suaranya rendah dan perlahan sama sekall tidak disertai
emosi. Hong- po Seng yang sedari tadi sudah menyingkirkan
jauh jauh pikiran tentang "Mati" dan "Hidup", saat ini
berpikir didalam hatinya:
"Kalau ditinjau sikapnya yang congkak dan tinggi hati
beberapa saat berselang, sungguh tak nyana begitu
mengungkap nama ayahku ia segera menjadi tenang dan
halus !". Terdengar manusia aneh itu berkata lagi dengan suara
serak : , Loohu lah yang paling akhir menghadiahkan sebuah
pukulan ketubuhnya sehingga nyawa Hoa Goan Sloe
kuhantar pulang keakhirat, coba jawab, apa
hubunganmu dengan Hoa Goan Sloe ?"".
"Bagus dia adalah ayahku almarhum" jerit Hong po
Seng dengan suara melengking, ia termakan oleh ucapan
itu dan berkobarlah rasa dendam dalam hatinya ,.Ayoh
cepat turun tangan membinasakan diriku, membiarkan
aku hidup dikolong langit berarti menanam bibit bencana
bagi dirimu sendiri. cepat atau lambat aku pasti akan
mencabut jiwamu!"
Manusia aneh itu tertegun, tiba tiba ia melepaskan
cengkeramannya dan barkata kembali:
"Hoooh .! Hoa Goan Sloe modar karena dikepung dan
dikeroyek oleh sekelompok jago-?jago lihay dari
kalangan Hek-to, Pek Siauw Thian ada!ah salah satu
diantaranya. Sepasang kaki loohu kutung lebih duluan
dan tidak tahu duduk perkara yang sebetulnya, tapi kalau
kamu ingin menuntut balas atas kematian ayahmu,
bunuh saja budak anak jadah dari Pek Siauw Thian!"
"Usia Pek Koen Gie masih sangat muda apa sangkut
pautnya urusan ini dengan dirinya"
"Setelah kau bunuh orang yang sama sekall tidak
tersangkut dalam peristiwa itu, kenapa tidak sekalian
mencabut jiwa budak sialan anak jadah itu?"" sahut
orang aneh itu dengan mata melotot bulat.
"Waaah...,rupanya kebencian orang ini terhadap Pek
Siauw Thian telah merasup ketulang sumsum, sehingga
dosanya ditimpakan pula pada anak keturunannya"
pikirnya Hong Po Seng.
Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya,
sambil tertawa dingin ia mengejek:
"Bukankah sepasang kakimu kutung ditangan ayahku
almarhum?" kenapa kau tidak ingin menuntut balas atas
sakit hati itu diatas tubuhku?"".
"Haaah....haaah....Hoa Goan Sioe sudah modar, loohu
tidak sudi membinasakan dirimu."
"Hmmm... Hmmm....orang yang paling loohu benci
adalah Pek loo jie itu".
"Ehmm, rupanya ucapanmu yang terakhir adalah kata
kata yang jujur dan sebenarnya, kalau memang kita
punya musuh dan sakit hati yang sama, lebih baik bunuh
dulu Pek Siauw Thian kemudian baru menyelesaikan
hutang piutang diantara kita berdua".
Manusia aneh itu melototkan matanya bulat bulat.
"Boen.. mendadak ia merandek dan berganti sebutan.
"Dimana ibumu ?" kenapa ia begitu tega dan kuatir
melepaskan kau berkelana seorang diri dalam dunia
persilatan?"".
"Dia orang tua masih sedih setiap mengenang
kejadian dimasa lampau dan tidak ingin munculkan diri
lagi didalam dunia pesilatan, aku keluar karena diam
diam melarikan diri."
Manusia aneh itu mengangguk.
"Nah ! begitu baru betul." Ia berpiktr sebentar dan
lanjutnya, "Ayahmu punya potongan wajah yang cakap
dan menarik, sedang kau bukan saja hitam, kurusnya
seperti monyet sedikitpun tidak mirip jadi putra
kandungnya"
Dalam kenyataan sewaktu pertama kali anak muda ini
turun gunung, kecuali wajahnya dan kulit tubuhnya
berwarna hitam pekat, perawakannya sehat dan kekar.
Justru karena berulang kali harus mendapat pukulan
batin dan hatinya selalu dibikin kecewa, akhirnya bukan
saja badan jadi kurus, kering bahkan kelihatan tidak
cantik dan layu.
-Hey keparat cilik she Hoa" meadadak terdengar
manusia aneh itu menegur lagi. "Kalau memang Pek
Koen Gie memaksa kau datang kemari untuk mencari
pedang emas kenapa kau malah justru mengaku terus
terang di hadapan loohu?"
Walaupun ucapan orang ini kasar dan berangasan,
ternyata otak serta pikirannya tajam serta teliti" pikir
Hong po Seng, ia menjawab dengan suara ketus :
"Dewasa ini aku bernama Hong-po Seng." Manusia
aneh itu meiengak tersenyum.,
,.Aaaah betul, kalau Pek loo-jie sampai mengetahui
asal usulmu yang sebenarnya maka ia pasti akan turun
tangan membinasakan dirimu. Hmm . . hmmm . . loohu
.dewasa ini pun bernama Han Than Sioe sikakek telaga
dingin" "Apa" Han Than Sioe binatang telaga dingin" hoo .
memang pantas, memang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya!"
Haruslah diketahui kata "Sioe" kakek dan 'Sioe`
binatang, meski suaa ucapannya sama namun dalam
tulisannya sama sekali berbeda..
Manusia aneh itu tertegun beberapa saat lamanya,
tapi dengan cepat ia menangkap maksud yang
sebenarnya dari perkataan itu, kontan sepasang matanya
melotot bulat. "Binatang cilik. kau benar benar sudah bosan hidup
dan pingin cari mati?".
"Hmmm! tak usah kau gertak diriku dengan persoalan
mati atau hidup, walaupun kau tidak ingin membunuh
diriku, masih banyak oraag lain yang ingin kematian
diriku". Sinar matanya dialihkan memandang kearah salju
putih yang berhamburan dari angkasa, setelah lama
berdiri termangu mangu ia baru menunduk kembali
sambil berkata dengan suara hambar:
"Kakek Telaga Dingin! sebelum salah satu diantara kita
berdua ada yang mati lebih dulu, lebih balk kau tak usah
untuk taring pamer cakar dihadapanku, kau musti tahu
kami keturunan dari keluarga Hoa bukanIah manusia
yang bisa dibikin gentar atau takluk oleh gertak sambel.".
Han Thian Sloe sikakek telaga dingin tertawa aneh,
mukannya pun secara tiba-tiba berubah jadi lebih kendor
dan rileks. ,,Baiklah" ia menyanggupi." Mengingat Hoa Goan Sioe
adalah seorang enghiong hoo han, lalu akan bersikap
sungkan terhadap dirimu. tapi kaupun harus bisa
menjaga diri dan terutama sekali mengerem ucapan yang
bisa menyinggung perasaaan loohu, daripada hinaan
serta sindiran tersebut membangkitkan hawa amarah
dalam hatiku!"
Hong-po Seng mengangguk.
"Baiklah. kita tetapkan begitu saja" sinar matanya
lantas dialihkan kearah rambutnya yang panjang hingga
terurai keatas tanah, tanyanya:
"Bukankah kau kehilangan sepasang kakimu dalam
pertemuan Pek-Beng Hwe" bagaimana caranya hingga
akhirnya kau terjerumus dalam jebakan Pek Siauw
Thian?" Dari balik mata Han Than Sioe memancar keluar sinar
penuh kebencian, katanya
"Setelah pertemuan besar Pek Beng Thay hwee, Pek
Loo jie ada maksud merampas pedang emas milik loohu,
dia pura-pura berla gak baik hati dengan alasan hendak
menghantar loohu pulang gunung, padahal sedari semula
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Loohu sudah mengetahui akan ketajaman serta kekejian
hatinya, maka sengaja kupilih markas besar Sin Kee Pang
ini untuk merawat lukaku. Hmm..hmmbegitulah aku
merawat luka selama sepuluh tahun lamanya"
"Jadi kalau begitu, ia sama sekali tidak tahu
dimanakah letak rumah tinggal?""tanya Hong Po Seng
dengan alis berkerut.
,.Kalau dia tahu, mungkin sejak dulu dulu loohu sudah
mati kelaparan!"
Mendadak ia tertawa aneh menunjukkan betapa
bangga hatinya, lalu ujarnya lebih jauh:
,,Ketika sepasang kaki Ioohu baru kutung, aku masih
bukan tandingannya maka ia pantas jebloskan loohu
kedalam dasar telaga kering ini. setiap kali ada waktu
luang ia lantas datrang kemari menyiksa aku dan
mengepot aku agar loohu mau serahkan pedang emas
itu sebagai penebus bagi kebebasanku, Hmm! Hmm!
mana mungkin loohu bisa tertipu?" kalau pedang emas
itu sudah terjatuh ketangannya, masa loohu bisa hidup
sampai sekarang?"
"Berapa sih nilainya sebilah pedang emas?" apa
gunanya kau.."
"Bagi manusia yang tidak tahu tentang duduknya
perkara tentu saja pedang emas itu sama sekali tak ada
harganya" tukas sikakek telaga dingin sambil
menggoyangkan tangannya berulang kali."Tapi bagi
orang yang mengerti, pedang emas tersebut merupakan
banda pusaka yang tak ternilai harganya, benda itu
merupakan mustika yang diidam idam?kan serta diimpiimpikan
oleh setiap manusia, panjang sekali kisahnya
mengenai benda berharga itu".
"Sebelum Pek Siauw Thian berhasil mendapatkan
pedang emas itu, dia pun akan menggunakan tindakan
serta siksaan yang bagaimana kejampun untuk menyiksa
badanmu serta membuat kau menderita. apa kau
sanggup menahan siksaan hidup yang demikian beratnya
Itu?" "Haah...haah.. tak usah dibicarakan, hal itu sudah
jelas sekali !".
la merandek sejenak, dengan wajah yang riang
gembira sambungnya :
"Pada waktu itu kolong langit baru saja mau tenteram,
Pek Loo-jie masih disibukkan untuk mengumpulkan
komplotan serta anak buah untuk memperkuat posisi
serta pengaruhnya dalam dunia pertalatan, ia dibikin
pusing tujuh keliling oleh masalah nama serta kedudukan
sehingga melupakan sama sekali keadaan diri loohu
haaah..haah..mimpipun ia tak akan menyangka dikala ia
repot menjadi seorang pangcu,loohu pun sedang repot
berlatih ilmu silat. Mendadak pada suatu hari ia datang
berkunjung, loohu segera mengangkat telapak dan...".
"Apakah pukulanmu bersarang telak ditubuhya ?""
sela Hong-po Seng tak tahan lagi.
"Hmmm ! bukan bersarang telak saja, serangan diatas
tubuhnya, bahkan aku buat dirinya menggeletak
setengah mati untuk menyembuhkan luka parahnya itu ia
harus berobat hampir selama satu tahun lamanya !"
jawah sikakek telaga dingin dengan nada sombong
bercampur bangga.
Hong-po Seng segera tertawa.
"Ia merasa berat hati kehilangan barang pusaka,
berarti berat hati pula membinasakan dirimu, aku tebak
meskipun hukuman mati bisa terhindar kau pasti tak
akan terhindar dari siksaan hidup, bukankah begitu "
sampai dimana siksaan yang kau derita sejak peristiwa
itu ?". Sambil menggertak gigi si Kakek Telaga dingin
bercerita lebih jauh:
, Setahun itu loohu hanya bersantap tiga hari sekali,
hampir saja aku mati karena kelaparan. Semenjak
peristiwa itulah Pek Loo-jie melatih ilmu silat baru dan
turun ke dasar telaga untuk bertanding melawan loohu,
setelah ia datang membawa persiapan Loohu tak
sanggup melukai dirinya lagi, tetapi ilmu silat yang loohu
miliki selamanya berjalan di depannya dan selamanya ia
tak mampu menangkan diriku, disamping itu iapun
merasa berat hati serta sayang untuk mencelakai jiwa
loohu". "Waaah kalau begitu ia betul-betul termasuk manusia
hebat "Pikir Hong po Seng dalam hati - "Tangan
kanannya entah terbelenggu oleh benda apa diatas
dinding batu, dengan mengandalkan lengan kiri saja ia
sanggup menangkan Pek Siauw Thian, kelihayan ilmu
silatnya mungkin sudah cukup untuk malang melintang
dikolong langit'.
Berpikir demikian ia lantas berkata:
"Menurut Pek Koen Gie, ayahnya menahan dirinya
karena kau sangat berguna bagi mereka, aku pikir yang
dimaksudkan pastitlah dalam hal ini, kau telah digunakan
sebagai teman bertarung untuk melatih kepandaian
silatnya".
"Hmmm!"si kakek Telaga Dingin mendengus berat.
"Dugaanmu sama sekali tidak salah,loohu pun sama
halnya dengan dia, menggunakan Pek Loo-jie sebagal
teman untuk berlatih ilmu silat"
Ia merandek sebentar dan terusnya:
"Kita sudah saling bergebrak selama hampir sepuluh
tahun lamanya, ilmu silat yang dimiliki kedua pihak sama
sama memperoleh kemajuan pesat hingga sampai kini
jurus jurus lama sudah tak blsa digunakan lagi, kedua
belah pihak sama sama putar otak memeras keringat
untuk menciptakan gerakan serta jurus jurus lain yang
lebih ampuh Haaah.... haaah..haaah..... selamanya loohu
lebih unggul setingkat dari pada dirinya, walaupun Pek
Loo jie mempunyai kekuasaan serta pengaruh yang
meluas sampai seantero jagad, siapa tahu kalau ia tak
pernah tidur dengan nyenyak, tak pernah makan dengan
enak, setiap hari pikirannya pusing memikirkan soal
diriku!". ,.Kalau ditinjau serta dibicarakan dari kedudukan dan
nama besar dari Pek Siauw Thian dalam dunia persilatan
"pikir Hong-po Seng didalam hati "Seandainya ia tidak
mengandalkan kekerasan untuk merebut barang milik
orang lain, rasanya tidak nanti ia mengalami keadaan
seperti ini dan aku pikir sama sekali tak berharga baginya
untuk memperebutkan sebilah pedang".
Tiba tiba terdengar sikakek telaga Dingin tertawa licik,
lalu berkata: "Hong Po Seng, andaikata loohu menghadiahkan
pedang emas itu kepadamu, maukah kau untuk
menerimanya?"".
Hong po Seng segera gelengkan kepalanya berulang
kali. "Benda yang bukan menjadi milikku aku tak sudi untuk
menerimanya, apa lagi setelah mendapatkan pedang
emas itupun aku tak bisa lolos dari cengkeraman maut
Pek Siauw Thian, apa gunanya aku mencarikan
keuntungan bagi orang lain?"".
,.Haaah....haaah... bagaimana sekarang?" apa yang
hendak kau lakukan untuk melepaskan diri dari
cengkeraman maut Pek Loo jie?"".
Hong Po Seng menunduk dengan wajah sedih:
"Aku akan berusaha dengan kemampuan yang dimiliki,
dan menurut pada takdir yang telah ditetapkan oleh
Thian, apabila aku memang ditakdirkan harus mati,
rasanya bergulat dan memberontak tak ada gunanya!".
"Haaah....haaah....usiamu masih muda tapi bisa
memandang lebih masak tentang mati dan hidup, loohu
sudah punya pengalaman, orang yang makin tidak takut
mati seringkali usianya malah semakin panjang, mungkin
saja nasibmu memang begitu dan kau masih mempunyai
kesempatan untuk hidup selama beberapa tahun lagi.
Hanya saja....".
"Hanya saja kenapa ?"?" tanya Hong po Seng dengan
mata melotot bulat-bulat.
Si Kakek Telaga Dingin tertawa.
"Hanya saja pada tahun-tahun belakangan ini, jarang
sekali terjadi peristiwa aneh yang ada diluar dugaan".
"Apa maksud ucapanmu itu ?"?".
,.Seandainya kau terkurung didasar telaga ini pada
sepuluh tahun berselang, kemungkinan besar dari atas
langit akan muncul seorang dewa yang datang
menyelamatkan jiwamu, mewariskan ilmu silat kepadamu
dan membantu kau untuk menuntut balas. Tapi
sekarang... Heeeh... Heeeh.... kejadian yang demikian
beruntungnya sudah tak mungkin lagi terjadi".
"Yang dia maksudkan sebagai dewa pastilah jago jago
lihay yang telah lama mengasingkan diri" pikir pemuda
Hong-po Seng dalam hati, ia lantas bertanya:
"Kanapa ?"".
Kakek Telaga Dingin mendongak dan tertawa
terbahak- bahak.
"Haah..haah..semua dewa sakti telah kembali
keakherat setelah pertemuan besar Pak Beng Tay Hwie
diadakan. Ehmmn! masih ketinggalan seorang yaitu
ibumu sendiri, kecuali dia yang datang menyelamatkan
dirimu aku rasa hanya kematian yang bakal kau hadapi !"
Hong-po Seng yang mendengar ucapan itu diam-diam
merasa sedih, tapi diluaran ia berkata :
"Ibuku dia orang tua pasti akan datang
menyelarnatkan jiwaku karena ia tentu mendongkol dan
marah kepadaku sebab aku tak mau menuruti
ajarannya!"
Beberapa saat lamanya sikakek telaga dingin berdiri
termangu-mangu tiba-tiba ujarnya :
.,Aku rasa kaki tangan serta kuku garuda dari pihak
perkumpulan Sin Kee Pang tentu tidak sedikit jumlahnya,
sekalipun ibumu datang sendiri kemari juga belum tentu
bisa menyelamatkan jiwamu."
Hong po Seng tiada perkataan yang bisa diucapkan,
diam-diam ia menghela napas panjang dan
membungkam. Sikakek telaga dingin sendiri sedang rnerasa gembira
dan bangga iapun bermalas malasan tidak bicara lagi.
Dengan mulut membungkam kedua orang itu duduk
saling berhadapan, lewat sesaat kemudian dari atas
telaga berkumandang suara desiran perlahan. sikakek
telaga dingin segera mendongak keatas sambil
menggetarkan tangannya.
Sreeet....! diiringi desiran tajam, tahu-tahu diatas
tangannya telah bertambah dengan sepuluh buah paha
kijang panggang yang harum baunya, diikuti ....Plaaaak !
sebuah paha lagi menggeletak diatas permukaan itu.
"Bocah keparat" seru kakek telaga Dingin segera
sambil menggigit paha kijang panggang itu. "Agaknya
Pek Loo jie masih menginginkan kau hidup didasar
telaga. coba lihat ! dia sudah mengirim makanan
untukmu selama beberapa waktu kau tentulah dibiarkan
mati kelaparan !`'
Hong Po Seng merangkak bangun dari tempatnya
untuk mengambil paha kijang yang menggeletak diatas
permukaan salju, kemudian duduk ditempatnya dan
mulai bersantap.
Cara makan sikakek Telaga Dingin betul betul sadis
dan mengerikan, dalam waktu singkat la sudah
menghabiskan separuh dari daging kijang tersebut.
mendadak ia duduk tertegun beberapa saat Iamanya dan
kemudian berkata:
"Bocah keparat, harapanmu untuk hidup hingga saat
ini masih belum menentu, mungkin saja kau bisa hidup
lebih jauh mungkin saja tidak. aku rasa kau harus mulai
mempersiapkan diri untuk melakukan pembalasan
dendam " "Silahkan kau utarakan pendapatmu"
Sambil mulutnya tiada henti mengunyah daging
kijang, sikakek telaga dingin berkata lebih jauh:
"Angkatlah tebih dahulu loohu sebagai gurumu, aku
segera akan mewariskan kepandaian silatku kepadamu,
Perduli kau bisa hidup atau mati, tanggung kau pasti
berhasil membinasakan Pek Koen Gie untuk menuntut
balas atas sakit hatimu !"
"Tidak begitu bagus. tidak bagus!" dengan cepat
Hong-po Seng menampik seraya tersenyum. "Kalau kau
berbuat demikian maka kau akan terjatuh kedalam
perhitungan Pek Koen Gie, sebab sedari semula ia sudah
menduga bahwa kau bakal berbuat demikian "
"Kenapa ?" tanya kakek itu tercengang.
"Andaikata aku mengangkat dirimu menjadi guru
maka asal kau menemui kesulitan atau bencana yang
mempengaruhi mati hidupku sebelum meninggal hatimu
tentu akan jadi lembek dan dengan sendirinya semua
kepandaian silat serta rahasia dari pedang itu akan kau
wariskan kepadaku, sementara buluku be!um tumbuh
dengan subur dan sanggup terbang dengan mantap,
ayah dan anak dari keluarga Pek itu tentu akan
menangkap diriku serta menyiksa diriku, bukankah itu
berarti harapan mereka bakal terpenuhi?"
.,Anak jadah cilik!" sumpah kakek telaga dingin sambil
menggerutu tiada hentinya. "Tidak mau ya tidak mau,
apa kau anggap loohu betul- betul senang menerima
dirimu sebagai muridku?"
Mendadak dengan mata melotot bulat bentaknya:
"Cepatan dikit kalau makan! loohu akan mewariskan
jurus serangan kepdamu, bunuh dulu budak sialan anak
jadah itu agar rasa mendongkol dalam hatiku bisa
terlampiaskan!"
Melihat sikapnya yang galak waktu membentak tapi
berbicara dengan halus dan ramah, Hong po Seng
mengerti kalau ucapan tersebut bukan bermaksud hanya
main-main saja,maka dengan cepat ia menyikat habis
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
daging kijang itu kemudian menelan beberapa genggam
bunga salju dan maju menghampiri kakek aneh tadi.
,Pek Koen Gie punya pandangan mata yang tajam,
sifat yang keras kepala dan gerakan kaki tangan yang
mantap. aku rasa ilmu silat yang ia miliki jauh lebih
hebat, beberapa kali lipat daripada diriku, dalam satu dua
jurus apa aku mampu untuk membinasakan dirmya" kata
pemuda she Hong po itu.
,,Hmm! pendapat katak dalam sumur !"`
JILID 5 Jurus Koen Sioe Ci Tauw untuk Hong po Seng
MENDENGAR perkataan itu tanpa sadar Hong-po Seng
mendongak ke atas, ia lihat telaga kering itu mirip sekali
dengan sebuah sumur kering yang besar, dirinya
memang betul-betul menjadi katak dalam sumur, empat
dinding merupakan tebing yang curam dan di manapun
tiada tempat untuk berpijak, andaikata dari atas telaga
tak ada orang yang menurunkan tali sudah pasti ia akan
mati terkurung di dasar telaga tersebut.
Teringat betapa sengsaranya si kakek telaga dingin
yang terkurung hampir sepuluh tahun lamanya, rasa
bergidik seketika muncul dari dasar hati kecilnya.
Mendadak terdengar kakek telaga dingin berseru
dengan gusar: "Loohu hanya menciptakan satu jurus serangan saja
yaitu jurus "Koen Sioe Ci Tauw" atau Pergulatan
binatang-binatang terkurung. Dengan andalkan satu
jurus inilah Pek loojie harus putar otak peras keringat
selama lima tahun untuk melawan diriku, sekali pun
begitu hingga detik ini dia masib belum sanggup
menangkap diriku!"
Begitu keras ucapan ini digemborkan sampai Hong Po
Seng merasakan telinganya lapat-lapat terasa amat sakit,
menunggu kakek itu menyelesaikan kata-katanya dengan
cepat menyambung dangan nada riku:
"Aaah....! hanya satu jurus ilmu silat saja Pek Siauw
Thian tak bisa memecahkannya walau sudah putar otak
selama lima tahun, tak usah dikatakan lagi bisa
dibayangkan betapa lihaynya pukulan tersebut. "Koea
Sioe Ci Sauw" atau pergulatan binatang-binatang
terkurung memang tepat sekali untuk nama jurus
serangan tersebut"
Si kakek telaga dingin mendengus congkak, ia
mengangkat tangan kirinya yang bisa bergerak bebas
untuk melakukan gerakan setengah di depan dada
kemudian sambil mendorong telapak itu kearah depan
serunya lantang:
"Badan terbelenggu tak bisa berkutik, segenap
kepandaian silat yang kumilikipun tak dapat digunakan,
dalam posisi yang terdesak dan terancam oleh bahaya
maut akhirnya loo hu berhasil menciptakan jurus
serangan yang amat lihay ini."
Begitu ia selesai berbicara, dari tumpukan salju kurang
lebih dua tombak di hadapannya berkumandang suara
gemerisik yang santar, diikuti menggulungnya pusaran
argin tajam bunga salju berpusing dan berputar dengan
kencangnya, dalam waktu singkat terciptalah sebeuah
tiang salju setinggi satu tombak dengan badan besar
tujuh depa. Hong Po Seng merasa terkejut bercampur bergidik,
pikirnya : "Tidak aneh kalau ia sombong dan tinggi hati, ternyata
kekuatan pukulannya betul-betul dahsyat hingga
mencapai ke atap yang demikian tingginya!"
"Bagaimana ?"?" seru Si kakek telaga Dingin sambil
tertawa keras, "Bagaimana kalau di bandingkan dengan
Pek loo jie?"?"
"Sin kang yang kau miliki betul-betul terhitung dahsyat
dan luar biasa sekali aku pikir Pek Siauw Thian tak nanti
bisa menandingi dirimu"
"Huuuh ! kau betul-betul manusia yang punya mata
yang tak berbiji" maki si kakek telaga Dingin dengan
mata melotot, "kehebatan dari jurus seranganku barusan
bukan terletak pada kesempurnaan tenaga lwekang yang
dimili seseorang, tapi kehebatannya justru terletak pada
kesaktian serta keajaiban dari perubaban jurus
tersebut!".
,,Hmmm, apa gunanya kau sombong dan berbangga
diri?"", batin Hong Po Seng. ,,Sekalipun ilmu silat yang
kau miliki sangat lihay, kalau tak dapat menikmati
kehidupan yang wajar apa gunanya" Huh...! begitu
masih bisanya berlagak sok!"
Walaupun dalam hati berpikir demikian, sudah tentu di
luaran tidak berkata keras. cuma ujarnya dengan
hambar: ,,Kepandaian sakti itu adalah ilmu silat andalanmu,
antara kita berdua tiada ikatan sanak maupun keluarga,
akupun tak bisa mengangkat dirimu sebagai guru, masa
kau telah mewariskan kepadaku dengan begitu saja?""
"Tentu saja bisa!" Si kakek telaga Dingin tertawa
seram. ,,Cuma aku mempunyai syarat yang harus kau
kabulkan, asal kau merasa sanggup uutuk menerima dua
syaratku itu maka jurus serangan "Koen Sioe Ci Tauw ini
akan kupinjamkan kepadamu, di sampiug itu akan
kuajarkan pula satu siasat bagus untukmu, tanggung kau
berhasil membinasakan Pek Koen Gie si budak sialan itu.
Asal dendammu sudah terbalas maka kau boleh
kembalikan jurus ilmu pukulau itu kepadaku!"
"Jurus ilmu pukulan mana bisa dipinjam dan
bagaimana pula caranya mengembalikan kepadamu ?"?"
pikir sianak muda itu. Ia melirik sekejap kearah kakek
tadi dan katanya :
,,Coba kau terangkan lebih dahulu, apakah kedua
syarat yang bendak kau ajukan itu?"?".
"Haah ... haah .... haah ... kedua syarat tersebut ?"?"
kakek telaga dingin mendongak dan tertawa terbahakbahak.
,,Itu urusan kecil, justru yang paling penting
adalah cara meminjam jurus pukulan yang gampang tadi,
cara pengembaliannya yang rada merepotkan itu"
"Bagaimana repotnya ?"?"
,,Loohu melatih kepandaian sakti itu dengan telapak
kiri, maka untuk mengembalikan ilmu pukulan tadi
kepadaku, terpaksa tangan kirimu harus kutebas dan
kemudian serahkan kepada loohu"
"Sepasang kakinya kutung di ujung pedang ayahku"
pikir Hong-po Seng dalam hati. "Dendam kesumat
macam ini benar-benar besar dan dalam, sampai kini ia
tak mau membunuh diriku adalah karna aku masih
berguna baginya, andaikata aku harus kutungkan sebuah
lenganku untuk dikembalikan kepadanya, kejadian ini
betul-betul menarik dan aneh sekali"
ooooOoooo BERPIKIR sampai disitu ia lantas berkata dengan suara
hambar: "Yang selalu kau pikirkan dalam hati hanyalah balas
dendam .... balas dendam melulu, walaupun aku tahu
bahwa maksud hatimu tidak baik, tapi semangat serta
cita-citanya tidak memalukan. Baiklah! ada meminjam
pasti ada mengembalikan, kusempurnakan keinginan
hatimu itu"
"Anjing cilik ...." maki si kakek telaga dingin dengan
penuh kebencian setelah mendengar perkataan itu,
giginya saling bergemerutukan hingga berbunyi nyaring.
Hong-po Seng mendelik bulat-bulat, tegurnya ketus :
,,Aku minta kalau berbicara sedikitlah tahu diri, asal
jangan ngerocos keluar saja!"
Meski usia sianak muda ini masih kecil tapi dia
mempunyai wajah yang gagah perkasa serta semangat
patriot yang hebat, baik Pek Koen Gie maupun si kakek
telaga dingin yang berhadapan dengan dirinya tentu
merasa hatinya sangat tidak enak, hal itu bukan lain
dikarenakan rasa rendah diri serta rasa malu yang timbul
dari dasar lubuk hati mereka, hanya saja kedua orang itu
sama-sama tidak memahami sampai kesitu.
Si kakek telaga dingin merandek sejenak, mendadak
bentaknya keras:
"Kau benar-henar tidak menyesal mengucap kan katakata
tersebut?""
,,Hidup di dalam suasana yang kacau, nyawa masih
bisa diselamatkan sudah merupakan satu peruntungan,
berapa besar nilainya sebuah lengan kiri....?"" cepat kau
sebutkan syaratnya!"
Si kakek telaga dingin mendengus berat.
"Hmm... pertama, bunuh Pek Koen Gie dan
kedua bunuh Pek Koen Gie!"
Mendengar perkataan itu Hong-po Seng melengak.
"Eeei... dua macam syarat yang kau ajukan barusan
bukankah berarti pula banya satu syarat belaka ?"?"
,,Heeeh ... heeeh.... heeeh...." Kakek Telaga Dingin
tertawa dingin. "Sekalipun hanya satu syarat belum tentu
kau bisa laksanakan dengan sempurna. Hmmm!
membiarkan Pek Loo-jie merasakan siksaan serta
penderitaan karena kematian putrinya jauh lebih
menyenangkan dari pada membinasakan dirinya!"
,,Haaah... haaah... haaah... sungguh keji dan telengas
siasat yang kau gunakan ini. setelah kubunuh Pek Koen
Gie kau kira Pek Siauw Thian dapat melepaskan aku
dengan begitu saja?" siasatmu sekali timpuk mendapat
dua ekor burung benar-benar lihai sekali!"
,,Cissss! telaga kering ini merupakan daerah terlarang
dari perkumpulan Sin-Kee Pang, kau anggap bisa keluar
dari sini dalam keadaan hidup-hidup?"?"
"Hmmm! tentang persoalan itu sudah kupikirkan sejak
semulia" pemuda itu merandek sejenak dan termenung.
"Terkurungnya kau di dasar telaga keiring ini merupakan
suatu rahasia besar, seandainya ada orang yang berhasil
meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup, rahasia
ini sudah pasti akan bocor dan tersiar di tempat luaran!"
,,Betul!" kakek telaga dingin tertawa.
"Pada saat itu beberapa orang kerabat lamanya akan
berdatang kemari dan sama-sama berkumpul jadi satu.
Pepatah mengatakan siapa yang melihat ikut mendapat
bagian, kau mendapat semangkok bubur dan aku
mendapat semangkok bubur, sekalipun loohu serahkan
pedang emas itu belum tentu Pek Loo-jie bisa
mengangkanginya seorang diri"
Mendadak ia tutup mulut dan memandang kearah
sianak muda iru dengan mata melotot bulat.
,,Aku bukan seorang manusia yang jeri menghadapi
kematian dan tidak ingin membunuh orang tanpa sebab
musabab" kata Hong-po Seng seraya usapkan
tangannya. ,,Coba berilah kesempatan kepadaku untuk
berpikir dengan lebih seksama, seandainya aku
menganggap bahwa Pek Koen Gie memang patut dijatuhi
hukuman mati, kita baru mengadakan kerja sama saling
bertukar syarat?".
Rupanya si Kakek Telaga Dingin takut kalau pemuda
itu secara tiba-tiba berubah pikiran, begitu ia selesai
berbicara segera sambungnya:
,,Walaupun kau tidak mau membunuh orang, orang
lain pun akan membinasakan dirimu, ba gaimanapun
juga akhirnya kau harus mati juga, kenapa tidak
menggunakan kesempatan ini untuk menarik balik
sebagian dan modalmu?"?" lagipula Pek Siauw Thian
banya punya satu keturunan, asal kau bunuh budak
sialan itu maka setelah Pek Loo jie modar, perkumpulan
Sin-Kee-Pang tanpa kendali seorang pcmimpin yang lihay
pasti akan menjadi buyar dengan sendirinya"
Hong-po Seng tertawa hambar, pikirnya :
,,Apa yang diucapkan meski belum tentu seluruhnya
benar, tapi memang masuk di akal juga, dalam sebuah
perkumpulan yang amat besar sudah tentu bercampur
baur manusia-manusia dan pelbagai lapisan, kalau tiada
seorang pemimpin yang tangguh dan kosen yang
mengendalikan mereka, tentu saja sulit untuk menguasai
manusia-manusia itu"
Berpikir begitu ia lantas berkata :
,,Baiklah, kita tetapkan dengan sepatah kata ini, aku
akan meminjam ilmu pukulan itu untuk membunuh Pek
Koen Gie, seandainya beruntung aku bisa lolos dari
bahaya maut, tangan kiriku segera akan kutebas untuk
dikembalikan kepadamu. Nah! sekarang kau boleh
terangkan siasat bagusmu itu, bagaimana caranya aku
bisa mencabut selembar jiwa Pek Koen Gie dengan
mengandalkan jurus "Koen Sioe Ci Tauw" tersebut.
Si Kakek Telaga Dingin tertawa.
,,Soal siasat bagus lebih baik kita bicarakan setelah
ilmu pukulan itu kuwariskan kapadamu
Haaaa ...., haaaaaah inilah pekerjaan yang
memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, Eei ?"
pedang bajamu itu kukoay sekali bentuknya, coba
mainkanlah beberapa jurus untuk diperlihatkan
kepadaku!"
,,Orang ini terlalu serakah dan mementingkan diri
sendiri" batin Hong po seng dalam hati. ,,Sedikitpun tiada
perasaan kasihan atau iba kepada mereka senasibnya,
aku tidak cocok untuk bergaul dengan dirinya, lebih baik
sedikit menyimpan diri saja"
Maka ia lantas gelengkan kepalanya berulang kali
serunya: ,,Ayahku almarhum terlalu cepat meninggalkan dunia
yang fana, sedangkan ilmu silat yang dimiliki ibuku tidak
cocok bagi kaum pria untuk melatihnya, maka dari itu
meski sim boat tenaga dalamku memperoleh warisan dari
ajaran keluarga, itupun harus digabungkan dengan ilmu
pedang yang sederhana baru bisa digunakan untuk
melindungi keselamatan sendiri. Ilmu yang terlalu
sederhana lebih baik tak usah dipamerkan dihadapan
orang lihay saja"
Si Kakek Telaga Dingin merasa setengah percaya
setengah tidak, ia mendengus gusar.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
,,Hmm ! omong kosong, masa ilmu silatpun kok
dirahasiakan!"
Tapi ia tidak mendesak lebih jauh, tanpa menggubris
apakah pemuda itu sudah mempersiapkan diri atau tidak
segera mulai menerangkan rahasia ilmu pukulannya.
Mula-mula ia terangkan dahulu di manakah letak dari
himpunan tenaga yang mereka miliki serta letak-letak
tempat yang vital di tubuh manusia, kemudian
membicarakan rahasia dari bagaimana caranya
mengerahkan tenaga yang baik.
Dengan penuh perhatian dan seksama Hong po Seng
pusatkan semua konsentrasinya untuk mendengarkan
keterangan-keterangan orang tua itu, tanpa sadar ia
sudah terserap dan terpesona oleh kesaktian serta
keanehan dari kepandaian tersebut, masalah tangan
kinnya yang bakal dikutungi dikemudian hari sudah jauhjauh
terlupakan dari dalam benaknya.
Dengan menghimpun segenap semangat yang
dimilikinya Heng-po Seng mendengarkan penjelasan itu,
ia hampir mabok dibuatnya.
Sebaliknya Si Kakek Telaga Dingin sendiri makin bicara
ia merasa semakin bangga, hingga senja hari menjadi
tiba ia baru menyelesaikan keterangannya.
Hong Po Seng pun segera mengundurkan diri ke sisi
dinding sambil mengulangi kembali rahasia yang
didapatkan, berusaha bila bertemu dengan hal-hal yang
kurang jelas baginya ia segera mohon petunjuk kepada
orang tua itu. Melihat betapa kesemsem dan terpesonanya si anak
rnuda itu oleh kesaktian ilmu pukulan yang dimilikinya, Si
Kakek Telaga Dmgin merasa bangga sekali.
Malam itu dilewatkan dengan kedua orang itu dalam
suasana yang gelisah dan tidak sabar mereka berharap
pagi hari tepat menjelang datang. Akhirnya setelan
dinantikan dengan susah payah, fajarpun menyingsing di
ufuk sebelah Timur, Si kakek Telaga Dingin segera
menurunkan gerakan jurus serangan itu kepada Hong Po
Seng. Jurus "Koen Sioe Ci Tauw" ini merupakan suatu
gerakan memutar setengah lingkaran terdahulu di depan
dada kemudian disodok kearah depan, walau bagitu si
Kakek Telaga Dingin membutuhkan waktu selama hampir
setengah jam lamanya untuk membuat si anak muda itu
memahaminya sungguh-sungguh, maka ia segera
memerintahkannya untuk berlatih dibahapannya.
Keampuhan daripada ilmu silat Hong po Seng terletak
di atas permainan pedangnya, tapi sim-boat tenaga
dalam yang dimilikinya merupakan pelajaran tingkat atas,
ditambab pula ia berwatak keras hati, berjiwa besar,
bercita-cita luhur serta mempunyai barapan untuk
membasmi kaum laknat serta menolong umat Bu-lim dari
penindasan kaum iblis, maka sewaktu berlatih
kepandaian tersebut ia berlatih dengan tekun, giat dan
rajin, dengan sendirinya kemajuan yang diperolehpun
semakin pesat. Gerakan jurus pukulan itu sederhana sekali, tapi Hongpo
Seng tidak memandangnya sebagai pelajaran rendah,
selesai berlatih satu kali ia berlatih lagi satu kali hingga
akhirnya badan jadi lelah dan tenaga babis, sementara
malampun telah tiba.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Hong-po Seng
sudah berlatih ilmu pukulan itu. Selesai sarapan
mendadak si Kakek Telaga Diugin menggapai ke arahnya
sambil tertawa licik.
,,Hong po Seng, gunakanlah segenap kekuatan yang
kau miliki dan cobalah menghantam loobu dengan jurus
pululan itu"
Hong po Seng sudah mengerti akan kelihayan tenega
lwekang yang dimiliki pihak lawan jelas pukulan tersebut
tak nanti bisa melukai dirinya, maka ia segera
mengempos tenaga berkelebat maju kedepan dan putar
telapak mengirim satu pukulan gencar.
,,Haaaa,.,,,haaaa.....haaaa...... bocah keparat modar
kau!" bentak kakek Dingin sambil tertawa terbahakbabak.
Tangannya berputar kencang, dengan menggunakan
pula jurus pukulan "Koeu Sioe Ci Tauw" ia sodok
telapaknya ke muka.
Plooook! dengan telak pukulan tadi bersarang di atas
dada si anak muda itu.
Hong po Seng berteriak keras badannya mencelat ke
belakang dan meluncur sejauh lima enam tombak, di
mana badannya terbaring keras-keras mencium tanah.
Si Kakek telaga dingin segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaa ......... haaaaah ............, tempo dulu ketika
Pek Loo jie termakan oleh pukulan loobu, keadaannya
pun tidak jauh berbeda dengan keadaanmu sekarang!"
Hong po Seng segera meloncat bangun dari atas
tanah, diam-diam ia mengempos tenaga ketika dirasakan
bahwa dirinya tidak terluka buru-buru ia maju ke depan
dan menjura. "Oooa! rupanya saudara masih menyembunyikan
kepandaian kepadaku" serunya sambil tertawa ,,Sungguh
tak nyana kalau ditenga gerakan jurus Koen Sioe Ci Tauw
tersebut masih terdapat perubahan lain"
"Ebmm, sungguh tajam pandaagan mata bocah
keparat ini!" diam-diam si kakek telaga dingin memuji ia
segara tertawa tergelak.
,,Haaah ... haaah .... kau pandang Pek Loo jie sebagai
manusia macam apa?" kalau tiada perubahan mana aku
sanggup mencelakai dirinya?""
Sembari bicara ia ulangi kembali juros pukulan itu dan
diwariskan kepadanya.
Hong Po Seng melatih perubahan jurus tadi dengan
sungguh-sungguh dan tekun, siapa tahu setiap kali si
Kalsek Telaga Dingin selalu mempunyai perubahan baru.
Berhubung sepasang kakinya sudah cacad sedang
tangan kanannya terikat di atas dinding maka selamanya
kakek itu harus melayani serangan-serangan lawan
dengan mengandalkan tangan kirinya belaka, dengan
sendirinya gaya pemnukaan dari serangannya pun tak
berbeda. Tapi setelah pukulan itu tiba di tengah jalan
terdapatlah pelbagai perubahan yang tak terkirakan
banyaknya, jadi walaupun namanya saja hanya terdiri
dari saiu jurus, dalam kenyataan gerakannya melebihi
seratus buah. Perububan gerakan satu sama lain memang hanya
terpaut sedikit sekali kendati begitu dalam
penggunaannya ternyata memiliki keampuhan yang
sukar dilukiskan, kalau tidak dengan kepandaian silat
yang dimiliki Pek Siauw Thian mana bisa memaksa harus
berpikir k ras dan peras otak selama lima tahun untuk
memecahkan gerakan itu tanpa berbasil.
Begitulah pada hari itu ia mempelajari lima gerakan,
keesokan harinya belajar tujuh buah gerakan, hingga
belasan hari kemudian jurus pukulan "Koen Sioe Ci
Tauw" ini akhirnya berhasil dikuasai semua.
Si Kakek Telaga Dingin merasa amat bangga, sedari
pemuda itu menyelesaikan pelajarannya setiap hari
mereka berdua duduk saling berhadapan sambil
menggerakkan telapak kirinya saling serang menyerang
dengan serunya.
Ketika untuk pertama kali diadakan pertarungan,
karena Hong-po Seng belum begitu hapal dengan
gerakan pukulan itu, seringkali dia barus termakan oleh
bogem mentah kakek telaga dingin.
Tapi sesudah lewat tiga empat hari menanti Hong-po
Seng telah hapal dengan gerakan ilmu pukulan itu,
kesempatan si kakek Telaga Dingin untuk menyarangkan
bogem mentahnya di tubuh pemuda itu semakin tipis,
setiap kali bertarung mereka hanya bertahan dalam
posisi yang seimbang, dengan sendirinya pertarunganpun
berlangsung makin seru.
Suatu pagi ketika kedua orang itu melangsungkan
pertarungan lagi, mendadak si kakek Telaga Dingin
tertawa tergelak, telapak secara tiba tiba menerobos
masuk ke dalam pertahanan lawan dan menghantatn
tubun Hong-po Seng sampai mencelat sejauh beberapa
tombak. Pusing tujuh keliling pemuda itu merasakan sakit di
atas kepalanya, dengan susah payah ia merangkak
bangun dari atas tanah kemudian menghampiri kakek itu.
Ketika menyaksikan si kakek telaga dingin masih tertawa
tergelak dengan bangganya, ia segera menegur sambil
tertawa pula: ,,Ooooh, rupanya kau masih menyembunyikan satu
jurus serangan, selain yang diturunkan kepadaku!"
"Tidak, jurus pukulan ini adalah ciptaanku yang
terakhir" sahut kakek telega Dingin sambil menarik
kembali tertawanya. Hingga detik ini Pek Loo jie masih
belum pernah menjumpai pukulanku ini"
,,Kalau memang begitu aku tak mau mempelajari
pukulan tadi, daripada sampai ketahuan lebih dabulu
oleh Pek Siauw Thian hingga ia sempat mempersiapkan
diri untuk menghadapi dirimu"
,,Haaah. haaah . bocah keparat tak nyana kalau
hatimu sesungguhnya jujur, baik dan menyenangkan,
tapi kalau kau tidak sekalian mempelajari ilmu pukulan
mi, maka tidak nanti kau akan berhasil mercabut jiwa
budak sialan itu"
,,Pikirkanlah sendiri membunu Pek Koen Gie lebih
penting ataukah menyelamatkan jiwamu lebih penting?"
nah setelah itu tentukan pilihanmu, aku sih hanya
menantikan keputusanmu yang terakhir"
Si kakek telaga dingin mendongak dan menatap wajah
si anak muda itu tajam-tajam?" mendadak dengan wajah
berubah jadi marah serunya:
,,Bocah cilik! loohu telah mengambil keputusan untuk
mewariskan perubahan jurus yang terakhir ini kepadamu.
Seandainya Pek Loo jie tidak ada maksud mencari
keuntungan dengan jalan ini masih mendingan, kalau ia
mau cari keuntungan dengan memikirkan gerakan
pemecahan lebih dahuiu sebelum bergerak melawan
loobu. Hmmm.... hmmm.... hmmm.... Pek Loo-jie.... Pek
Loo-jie....."
"Kenapa?"" tanya Hong po Seng tercengang.
,,Kenapa" sekalipun loohu bakal mati kelaparan, paling
sedikit akan kusuruh orang she Pek itu berbaring selama
setahun tanpa bisa berkutik!.. ."
,,Aaaah, dia tentu masih mempunyai jurus ampuh
yang sengaja dirahasiakan... ,,Pikir Hong-po Seng"
,,Kemudian mengatur siasat dan sengaja suruh aku
membocorkan lebih dahulu gerakan terbaru tadi agar Pek
Siauw Thian yang tak tahu diri terjebak ke dalam
perangkapnya"
Sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, terdengar
si kakek telaga Dipgin telah berkata lagi sambil tertawa
panjang. "Hmmm! andaikata aku tidak menggunakan sedikit
akal dan kecerdikan, hidupku mana bisa diperpanjang
sampai sepuluh tahun lamanya?" kalau kau pun tidak
ingin mati konyol, lebih baik gunakanlah otakmu untuk
berpikir dan berusaha."
Walaupun Hong po Seng tahu kalau tenaganya
hendak dipergunakan oleh pihak lawan, dan mati
hidupnya sama sekali tidak diperdulikan olehnya, namun
ia tetap menjura memberi hormat serta mengucapkan
terima kasih atas petunjuk yang telah diberikan
kepadanya. Hari itu si Kakek Telaga Dingin telah mewariskan jurus
perubahan yang terakbir itu kepada Hong-po Sepg dan
keesokan harinya mereka saling bergebrak seharian
penuh. Ketika fajar menyingsing pada hari yang ketiga, tibatiba
si Kakek Telaga Dingin berkata :
,,Hong-po Seng, sekarang aku akan menggunakau
jurus-jurus silat dari Pek Loo-jie untuk menyerang dirimu,
kalau kau bertarung sampai pada posisi yang lidak tahan,
pergurnakanlah perubahan gerakan yang terakhir itu.
Budak sialan anak jadah itu belum pernah menjumpai
perubahan gerakanku yang terbaru, dalam keadaan
begitu ia pasti akan meloncat mundur ke belakang untuk
menghindar, gunakanlah kesempatan itu untuk mengatur
kembali posisimu yang terdesak dan lanjutkan
pertarungan"
,,Apa ?" kau bisa aenggunakan jurus-jurus serangan
dari Pek Siauw Thian ?"...." tanya Hong po Seng
tercengang. ,,Heeeeh ........ heeeeh ....... kami sudah saling
bergebrak selama sepuluh tahun lamanya, Pek Loo jie
bisa hapal dengan gerakan pukulan milik loohu, kenapa
loohu tidak dapat menghapalkan jurus-jurus serangan
miliknya?" sekalipun gerakan itu kupelajari sesara kasar
dan garis besarnya saja, namun rasanya masih cukup
ampuh dan bisa digunakan setiap waktu"
Sembari berkata telapaknya didorong ke depan
melancarkaa satu babatan dahsyat. Hong po Seng segera
putar telapaknya menangkis dan kedua orang itupun
saling bertarung lagi dengan serunya.
Kendati Si Kakek Telaga Dingin hanya memiliki sebuah
lengan kiri belaka, tetapi serangannya yang sebentar ke
atas sebentar ke bawah, sebentar ke kiri sebentar ke
kanan cukup ampuh dan dahsyat, seringkali telapaknya
mengirim babatan gencar tapi sekejap mata berubah jadi
serangan totokan dengan beribu-ribu macam
perubahannya, kadangkala ia menyerang tubuh bagian
bawah lalu secara tiba-tiba mengirim sapuan-sapuan
yang menyerupai serangan tendangan, saking cepat
hebatnya desakan-desakan tadi membuat orang yang
menonton jalannya pertarungan itu akan mengira ada
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beribu-ribu buah lengan sedang menyerang secara
berbareng. Ketika pertarungan berlangsung mencapai pada
puncaknya, Hong po Seng tidak tahan dan segera
mengguuakan jurus perubahan yang terakhir.
Sedikitpun tidak salah, karena gerakannya itu Si Kakek
Telaga Dingin tak berani merangsek lebih lanjut dan
segera tarik kembali serangannya sambil meloncat
mundur ke belakang.
Jurus serangan Koen "Sioe Ci Tauw" ini merupakan
gerakan yang diciptakan si Kakek Telaga Dingin kbusus
untuk menghadapi serangan ilmu silat milik Pek Siauw
Thian, bukan saja maju dan mundur sangat beraturan
bahkan ancaman-ancamanpun semuanya ditujukan ke
arah titik kelemahan pihak lawan maka walau
kemanapun gerakan tersebut datang menyerang selalu
berhasil dibendung dan dipunahkan tanpa bekas.
Begitulah setelah mundur ke belakang si Kakek Telaga
Dingin menerjang maju lagi dan pertarunganpun
berlangsung kembali dengan serunya.
Puluhan jurus kemudian sekali lagi Hong po Seng
menggunakan gerakan yang terakhir untuk paksa si
Kakek Telaga Dingin terdesak mundur kebelakang,
menanti posisinya berhasil diperbaiki ia lanjutkan pula
serangan-serangan berikutnya.
Makin bertarung kedua orang itu bergerak semakin
cepat, beberapa gebrakan kemudian Hong po Seng
terpaksa harus mengeluarkan pula gerakan terakhir
untuk menolong diri.
Tapi gerakannya kali ini ketika mencapai di tengah
jalan, mendadak ia berhenti dan mundur ke belakang.
Melihat tindakan si anak muda itu si Kakek Telaga
Dingin melengak dan segera menegur.
,,Eeei, bocah cilik, apa kau sudah lelah?" baiklah,
istirabatlah dulu beberapa saat kemudian kita bergebrak
kembali" Hong po Seng berdiri termenung tanpa mengucapkan
sepatah katapun, sesudah termangu- mangu beberapa
saat lamanya mendadak ia berkata :
,,Tadi dada kirimu memperlihatkan sebuah titik
kelemahan, babatan yang menggunakan gerakan
berputar apakah tak bisa diubah menjadi sodokan kilat
yaug dibarengi dengan gerakan majunya sang badan"
Mendengar perkataan itu air muka si Kakek Telaga
Dingin berubah hebat, ia tertawa paksa dan jawabnya :
"Bocah cilik kau benar-benar amat cerdik itulah siasat
yang loohu siapkan untukmu guna membinasakan Pek
Koen Gie, dapatkah kau laksanakan tindakan tersebut
mengikuti siasat itu ?"?"
Hong-po Seng tidak langsung menjawab, kembali ia
termenung beberapa saat lamanya dan menggeleng.
"Tidak bisa! berada dalam posisi yang demikian,
kecuali memutar telapaknya menyodok dari samping,
rasanya kalau menggunakan gerakan lain maka kita tak
bisa menggunakan tenaga mencapai pada apa yang kita
harapkan ......."
"Aaai...! bocah cilik, kalau kau suka mengangkat loohu
menjadi gurumu, maka sekali pun loohu harus matipun
aku mati dengan mata meram"
Hong-po Seng tertawa hambar.
,,Cinta kasih dari loocianpwee membuat boan pwee
merasa amat berterima kasih, sayang tiap manusia
mempunyai cita-cita serta pendapat yang berbeda...."
"Tak usah dibicarakan lagi" tukas kakek telaga dingin
seraya ulapkan targannya. ,,Ayoh kita bertarung kembali,
bila mencapai pada posisi seperti tadi gunakanlah
kesempatan yang baik itu untuk mengubah gerakan
berputar menjadi sodokan langsung disertai dengan
gerakan majunya sang badan...."
Hong po Seng menurut dan scgera mulai menyerang
lagi dan pertarunganpun berlangsung dengan serunya,
ketika serangan-serangan mencapai pada posisi yang
dimaksudkau si anak muda itu segera merangsek maju
ke depan sambil menyodokkan tangannya ke dada
lawan. Tapi sayang gerakan itu sudah melanggar pada posisi
yang diharapkan seseorang untuk memukul telak,
walaupun secara dipaksakan tukulan itu mengenai
ditubuh musuh tetapi tenaganya lemah dan sama sekali
tak berarti. Gerakan itu diulangi kembali sampai beberapa kali,
tetapi keadaan masih tetap setali tiga uang, akhirnya
dengan napas terengah-engah Hong-po Seng berkata :
,,Marilah kita saling bertukar posisi, loocian pwee
boleh menggunakan gerakan itu untuk diperlihatkan dulu
kepada boanpwee"
Si Kakek Telaga Dingin tertawa kering.
"Loohu sendiripun belum berhasil menguasai penuh
gerakan tadi" katanya, setelah merandek sejenak ia
menyambung lebih jauh. ,,Asal tenaga lweekang
seseorang bisa dilatih hingga mencapai kesempurnaan,
bagai scbuab longkat besi yang diasah menjadi jarum
kecil ukuran gerakan itu pasti mantap hasilnya. Sedikitlah
berusaha yang lebib tekun, ayoh kita ulangi kembali"
Hong-po Seng mengangguk, telapaknya diputar dan
melancarkan serangan kembali, dalam sekejap mata
bayangan telapak, desiran angin tajam menderu-deru
memenuhi angkasa.
Begitulah percobaan dilakukan hingga tiga hari
lamanya, suatu senja mendadak dari atas telaga
dilemparkan seekor babi kering yang wangi dan harum
baunya, baru saja si kakek telaga dingin menyambutnya
ditangan tiba-tiba dari tengah udara berkumandang
kembali suara desiran angin yang aneh.
Cepat cepat ia menggape ke arah Hong-po Seng untuk
menyambut datangnya benda itu. Pemuda Hong-po maju
selangkah ke depan ketika dilihatnya sesosok bayangan
hitam meluncur datang dengan kecepatan tinggi ia
segera menyambutnya dengau gerakan manis.
Ternyata benda itu bukan lain adalah seguci arak
wangi tanpa sadar ia tersenyum dan berkata:
"Loociampwe, rupanya sudah tiba saatnya bagi kita
untuk saling berpisah"
"Haah ...... haaah, benar di dalam jagad tiada
pertemuan yang tidak bubar, berangkatlah lebih dahulu
bertindak dan bunuhlah budak sialan anak jadah itu, Pek
Loo jie pun tak akan membiarkan loobu hidup lebib jauh,
kita berjumpa lagi diperjalanan menuju ke akhirat nanti"
Hong Po Seng tertawa kecil, duduklah pemuda itu
dibadapannya, membuka mulut guci dan kedua orang itu
mulai menikmati harumnya arak dengan pecuh
keramahan. Pergaulan selama beberapa hari telah melenyapkan
rasa permusuban di antara mereka berdua, dalam
pembicaraan serta guraupun tanpa sadar bubungan
mereka berdua, semakin rapat seakan-akan dua orang
gahabat karib saja, seguci arak wangi ini mempunyai
kadar alkohol yang sangat tinggi, Hong Po Seng sebagai
seorang pemuda yang jarang minum arak, serta si Kakek
Telaga Dingin yang walaupun punya kekuatan minum
yang bebat, tapi setelah hampir sepuluh tahun lamanya
tidak minum arak, baru saja menghabiskan separuh guci,
mereka berdua delapan bagian telah dipengaruhi oleb air
kata-kata. Mendadak terdengar Hong Po Ssng berkata.
,,Loocianpwee, bebicara menurut suara isi hati yang
sebetulnya, Pek Koen Gie tidak lebih hanya seorang gadis
muda, kalau aku Hong Po Seng barus baradu jiwa
dengan dirinya setelah dipikir-pikir rasanya terlalu tidak
berharga" ,,Kau tidak membunuh dirinya maka ia akan
menbunuh dirimu, peristiwa ini adalah suatu kejadian
yang apa boleh buat"
Hong Po Seng menghela napas panjang.
,,Aaai...! sayang Pek Siauw Thian tidak turun ke dasar
telaga kalau tidak dengan tenaga gabungan kita berdua
mungkin saja masih sanggup untuk mencabut selembar
jiwanya" "Kau tak usah kecewa atau menyesal" hibur kakek
telaga dingin sambil tertawa. ,,Asalkan budak sialan anak
jadah itu modar, Pek Loo jie tentu akan memotongmotong
jenasahmu jadi beberapa bagian dan ibumu
pasti akan muncul untuk membalaskan dendam sakit
hatimu. Kendati perkumpulan Sie-Kee Pang punya kuku
garuda yang tersebar luas di mana-mana, rasanya Pek
Loo jie tak akan berhasil meloloskan diri dari ujung
telapak ibumu!"
,,Orang ini selalu sombong dan pandang rendah setiap
orang" pikir si anak muda itu dalam hati. ,,Tetapi setiap
kali mengungkap nama ibuku, sikapnya tentu sangat
menghormat serta menunjukkan rasa malu serta
menyesal yang mendalam. Aaaaai..! dia mana tahu Kalau
Hoa Hujien yang tempo dulu malang-melintang dalam
dunia persilatan tanpa tandingan kini ilmu silatnya telah
punah sama sekali!"
Berpikir sampai di situ, iapun teringat kembali akan
"Tan-Hwie Tok Lian" Teratai Racun Empedu Api.
,Hong po Seng, apa yang sedang kau pikir kan?"..."
tiba-tiba terdengar si Kakek Tejaga Dingin menegur.
Hong po Seng segera tarik kembali lamunannya dan
menjawab : ,,Aku sedang memikirkan siasat keji berantaimu itu.
Hmm .. meminjam pisau membunuh orang, betul-betul
libay cara kerjamu!"
Mendengar tuduhan itu Kakek Telaga Dingin
melototkan matanya bulat-bulat.
"Apa salahnya ?"?"
,,Hmm, jago lihay yang dihimpun perkumpulan Sin-
Kee-Pang banyak bagaikan awan di angkasa, sekalipun
ibuku berhasil membinasakan Pek Siauw Thian, apakah
dia orang tua sendiri dapat lolos dalam keadaan selamat
tanpa cidera ?"?"
"Haah... haah... haah... itu sih bukan satu urusan yang
terlalu parah, semua orang toh sudah mati dan loobu
pun sama saja akan mengorbankan pula selembar
jiwaku" Pengaruh alkobol dalam perut Hong po Seng semakin
tebal kerjanya, ia mendengus dingin,
"Hmm, kalau kau modar lalu bagaimana dengan
pedang emas itu?" siapa yang bakal beruntung ?""
Si Kakek tetaga Dingin melengak, mendadak ia
pejamkan matanya dan berkata lirih:
,,Bocah keparat mengakulah terus terang! kau loncat
turun ke dasar telaga ini adalah atas desakan dari Pek
Koen Gie ataukah mendapat tugas dari ibumu ?"?"
,,Huuh ?"!! kau anggap kami orang-orang dari
keluarga Hoa adalah manusia macam apa?"" sekalipun
benda mustika yang tak ternilai harganya di kolong langit
tak nanti akan membuat mata kami jadi silau.
Kembali si Kakek Telaga Dingin termenung beberapa
saat lamanya, ketika matanya terbuka kembali pengaruh
arak yang mempengaruhi benaknya telah tersapu bersih
sama sekali. ,,Bocah cilik! kau benar-benar tidak tahu duduknya
perkara mengenai pedang emas itu?"" tegurnya.
Hong po Seng segera menggeleng ,,Menurut Pek Koen
Gie, pedang emas ini mempunyai hubungan serta
pengaruh yang besar atas kehidupan mereka ayah dan
anak, lainnya aku sama sekali tidak tahu"
,,Cissss ! manusia tidak tahu malu!" jengek kakek itu
dengan bibir mengejek, mendadak dengan wajah serius
terusnya. ,,Loohu akan memberitahukan dahulu satu persoalan
kepadamu, masalah mengenai pedang emas itu sejak
jaman kuno hingga kini hanya merupatan satu khayalan
yang kosong"
Mendengar perkataan itu Hong-po Seng tert'egun,
iapun tersadar kembali dari pengaruh arak.
"Cianpwee, maafkanlah atas kebodohan boanpwee,
aku tak dapat menangkap maksud yang sebenarnya dari
perkataan itu"
Si Kakek Telaga Dingin tertawa getir.
,,Berbicara yang gampangnya saja, antara sebelas dua
betas tahun berselang dalam dunia persilatan secara
tiba-tiba muncul seseorang, usianya tidak begitu besar
dan berdandan sebagai seorang sastrawan, ia mergaku
bernama "It Kiam Kay-Tionggoan" atau Pedang Sakti
Menyapu Tionggoan Siang Tang Lay......."
,,Huuh! julukan itu terlalu latah dan jumawa, rupanya
nama orang itu hanya samaran belaka" timbrung Hongpo
Seng dari samping.
Kakek Telaga Dingin mengangguk.
Kemungkinan besar orang itu berasal dari wilayah
See-Ih, yang dimaksudkan pedang sakti adalah sebilah
pedang pendek berwarna emas yang panjangnya hanya
mencapai lima coen, begitu muncul dalam dunia
persilatan maka ia segera mencari satroni dengan tiga
orang kakek-kakek peyot dari It-kang, It-Hoei serta It-
Kauw...." ,,It Pang, It Hoei, It Kauw?"?" gumam Hong po Seog
dengan nada tercengang.
"Kenapa?"" masa terhadap pekumpulan Sin Kee-Pang,
Hong Im Hoei serta Thong-Thian-Kauw pun kau tidak
tahu?" kalau cuma soal ini saja tak mengerti apa
gunanya kau berkelana dalam dunia persilatan?"?"
Hong po Seog terseryum.
,,Baiklah. boanpwee tak akan menimbrung lagi,
silahkan loocianpwee lanjutkan keteranganmu"
Kakek Telaga Dingin meneguk dahulu setegukan arak
kemudian melanjutkan kata-katanya:
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
,,Ilmu silat yang dimiliki Siang Tang Lay betul-betul
hebat dan mengejutkan hati, pedang kecilnya yang
sepanjang lima coen itu ketika dipergunakan seolah-olah
pedang yang mencapai tiga depa. Pertama-tama dari
pihak perkumpulan Sin Kee Panglah yang turun tangan
lebih dahulu, Pek Loo jie telah bertarung selama hampir
setengah harian lamanya dengan dia, akhimya ia tidak
tahan dan keok. Jien Loo jie dari perkumpulaa Hong Im
Hoei serta siluman tua dari perkumpulan agama Thong
Thian Kauw yang mendapat kabar ini buru-buru
melakukan perjalanan jauh dan menghindarkan diri dari
perjumpaan dengan orang tadi."
"Ooooh, rupanya kedua orang itu mergerti akan
kekuatan sendiri!" sela Hong po Seng tertawa.
Kakek Telaga Dingin pura-pura lidak mendengar ia
melanjutkan: ,,Karena maksud hatinya tidak terpenuhi akhirnya
Siang Tang Lay berdiam di kota Cho Chiu di situ ia
siarkan berita yang mengatakan hendak menemui
seluruh kaum enghiong hoohan dari daratan Tionggoan,
kebetulan Lie Boe Liang serta loohu pun berada di situ,
dalam pertarungan yang berlangsung selanjutnya kami
berdua sama-sama dipukul roboh oleh dia dan mundur
dengan menderita kekalahan"
,,Yang kau maksudkan sebagai Lie Boe Liang tentulah
Boe Liang Sin Koen itu bukan?"" kembali pemuda itu
menimbrung. ,,Sedikitpun tidak salah, memang Boe Lie Liang loo jie"
ia mendongak memandang keangkasa, seakan-akan
sedang mengenang kembali kejadian di masa lampau
beberapa saat kemudian terusnya:
,,Setelah apa yang dicita-citakan terkabulkan, Siang
Tang Lay segera menantang ayahmu untuk berduel,
lewat beberapa bulan kemudian ayah dan ibumu betulbetul
berangkat menuju ke kota Cho Chiu tapi sayang
kedatangan mereka agak terlambat, kabar berita Siang
Tang Lay bagaikan batu yang tenggelam di tengah
samudra, bayangan tububnya sudah lenyap tak
berbekas...."
"Apakah dia sudah pulang ke wilayah See Ih"
,,Hmmm! pulang ke wilayah See Ih?" kita beberapa
orang kerabat tua telah merencanakan satu siasat bagus
dan berhasil membekuk si jago latah dari ruas
perbatasan ini"
Hong Po Seng mengerutkan dahinya mendengar
perkataan itu. "Menang atau kalah adalah suatu kejadian yang
umum, kalau ilmu silat yang dimiliki tak bisa menangkar
orang semestinya pulang ke gunung dan berlatih dengan
lebih tekun, menggunakan siasat busuk mencelakai
orang, apakah kalian tidak takut ditertawakan orang?""
,,Hmmn! pendapat bocah cilik, tujuan kami
menangkap si manusia latah itu bukan lain adalah
bermaksud menyelidiki sumber dari ilmu silat yang
dimilikinya, siapa tahu walaupun diancam maut ia tetap
tak mau mengaku, terpaksa kami gunakan alat
penyiksaan yang hebat untuk memaksa dia mengaku,
dikala manusia latah itu mulai tak tahan dan siap
mengaku itulah mendadak ayah dan ibumu datang."
"Peristiwa itu luar biasa sekali, kenapa kalian
membiarkan ayah ibuku berhasil menemukan tempat
tersebut?"" tanya Hong po Seng tercengang.
,,Kenapa kalau berhasil ditemukan ayah ibumu?""
dengan adanya kamil lima orang kerabat tua yang
berkumpul menjadi satu sekalipun raja akhirat datang
sendiripun hanya bisa berdiri dengan mata terbelalak"
Ia merandek sejenak untuk tukar napas, lalu
tambahnya: ,,Persoalan ini justru hancur di tangan seorang
perajurit tak bernama dari dunia persilatan, bangsat itu
bernama Chin Pek Cuan, dialah yang pertama-tama
mengetahui akan persoalan ini, kecuali memberitahukan
kepada ayah ibumu, diapun menyampaikan persoalan ini
kepada dua orang toosu bidung kerbau yang mendapat
kabar dan sedang berada di kota Chi Chin itu hingga
mereka itu datang, persoalan itu masih terhitung
masalah kecil"
Berbicara pampai di sini mendadak ia membungkam
dan menuding ke atas angkasa.
Heng po Seng segera mendongkak ke atas, kecuali
cahaya bintang ia tidak menemukan suatu di mulut
telaga tersebut", maka tanyanya lirih:
"Apakah Pek Siauw Thian?""
Sikakek Telaga Dingin sendiri banya mendengar sedikit
suara lirih belaka, ia tak bisa meyakinkan suara apakah
itu. Matanya lantas di dongakkan ke atas dan
menatapnya tanpa berkedip, kemudian tertawa terbabakbahak
dan berkata: ,,Bocah keparat, bagus amat arak ini, ayoh
minumlah!"
,,Baik, boanpwee akan minum dan silahkan
loocianpwee melanjutkan ceritatmu!"
Kakek Telaga Dingin mendehem ringan lalu
melanjutkan: ,,Kalau dibicarakan panjang sekali ceritanya, pokoknya
terakhir Siang Tang Lay berhasil diselamatkan oleh Hoa
Goan Sioe, sedangkan loohu mendapatkan pedang emas
milik bangsat she Siang itu, siapa sangka sebelum
meninggalkan tempat itu bangsat she Siang tadi, telah
meninggalkan sepatah kata, justru karena perkataannya
itulah loohu jadi mengenaskan sekali keadaannya"
,,Siang Tang Lay hendak merampas kembali pedang
emas itu, sudah tentu ia tak mau melepaskan
loocianpwee dengan begitu saja" sambung Hong Po Seng
cepat. ,,Huuh! kau anggap kami beberapa orang kerabat tua
manusia macan apa?" selamanya pekerjaan yang kami
kerjakan selalu dilakukan dengan sempurna dan tak sudi
meninggalkan bibit bencana bagi diri sendiri dikemudian
hari, walaupun Slang Tang Lay berhasil ditolong oleh
ayahmu tapi keadaannya tidak jauh berbeda bagaikan
sesosok mayat, ia tak bakal bisa hidup lebih jauh.
,,Aaah! sebetulnya apa yang telah dia ucapkan" dan
sampai dimanakah mengenaskannya keadaan
loocianpwee?"
,,Bangsat itu berkata, barang siapa yang berbasil
mendapatkan pedang emasnya, dialah yang bakal punya
harapan untuk memperoleh kepandaian silat yang dimiliki
itu, kunci yang paling pokok untuk mendapatkan ilmu
silat maha sakti itu dapat dilihat di atas pedang tersebut.
Coba bayangkanlah setelah mendengar perkataan itu,
beberapa orang kerabat tua yang sama-sama bukan
manusia baik apakah rela membiarkan pedang emas itu
berada di tangan loohu" dan loobu sendiri apakah dapat
hidup dalam hari-hari yang tenang serta damai?""
Hong Po Seng tertawa hambar.
,,Asalkan loocianpwee serahkan pedang emas itu
kepada mereka, bukankah persoalan jadi beres dan kau
bisa bidup dalam kedamaian serta ketenangan ?"?"
serunya. ,,Kentut busuk!" teriak Kakek Telaga Dingin dengan
mata melotot besar besar, ,,Bini sih masih dapat dipakai
bersama, kalau ilmu silat dimiliki bersama lalu apa
gunanya memiliki kepandaian silat tersebut ?""
,,Bukankah ilmu silat yang dimiliki Siang Tang Lay
cukup libay ?"" sekalipun ia berhasil melatih ilmunya
mencapai taraf demikian hebat, tapi apa hasilnya?" toh
akhirnya dia sendiripun mendapat akibat yang tidak
menguntungkan?"?"
"Tidak cocok ! tidak cocok !" tukas Kakek Telaga
Dingin dengan cepat. "Orang she-Siang itu masih muda,
tidak berpengalaman dan otaknya kurang cerdas,
andaikata loohu yang memiliki ilmu silat selihay dia,
dalam pertempuran besar Pak- Beng-Hwie tidak nanti
kakiku bakal kutung jadi begini, dan sekarang akupun tak
akan menderita siksaan seperti ini"
Hong po Seng mengangguk.
,,Loocianpwee sendiri bukankah berhasil memperoleh
pedang emas itu?"" Kenapa ilmu silat yang kau miliki
masih tetap seperti sedia kala?""
,,Ketika loohu merasa keadaanku berada dalam mara
bahaya, saat itu juga timbul pikiran dalam benakku untuk
ngeloyor pergi sambil membawa pedang emas tadi.
Hmmm! Pek loo-jie paling tidak tahu malu, dialah yang
pertama-tama bentrok dengan aku serta turun tangan
merampas pedang tersebut, diikuti Lie Boe Liang pun ikut
ribut, siluman tua dari Thong Shian Kauw ikut
menimbrung dari samping membuat suasana berubah
semakin panas. Loohu jadi pusat sasaran, semua orang, rupanya kalau
aku tidak serahkan pedang emas itu bakal dikerubut
orang banyak. Di saat yang kritis itulah Jien loo jie dan
perkumpulan Hong Im Hwie berkata...."
"Apa yang dia katakan?"?"
Dengan hati benci kakek telaga dingin mendengus.
,,Jien loo-jie bilang, kalian senua menggelikan sekali,
orang she-Siang itu adalah manusia licik, seaudainya
kalian betul-betul saling bergebrak karena persoalan ini,
sekalipun manusia she Jien itu mati karena lukanya,
diapun akan tertawa terbahak-hahak di dalam baka!
mendengar ucapan itu loo-hu buru-buru menyambung:
betul! sekali pun pedang kecil ini adalah sebilah pedang
mustika, tapi mana mungkin ada sangkut pautnya
dengan ilmu silat?" sudah terang ini lah siasat licik yang
sengaja diatur oleh bangsat she Siang itu untuk
memancing pertikaian serta perpecaban diantara kita,
agar kita saling bunuh-membunuh semuanya, Jien loo jie
pun segera menyambung kembali: bagaimanapun juga
kita toh sahabat-sahabat yang sudah berhubungan
selama banyak tahun, janganlah kita saling bertengkar
hingga membiarkan Hoa Goan Sioe merasa senang dan
bangga. Melihat ada orang yang membantu loohu
berbicara dalam hati aku lantas berpikir: kalau tidak pergi
sekarang mau tunggu sampai kapan lagi ?" maka aku
segera berpamitan dengan semua orang dan segera
ngeloyor pergi"
Diam-diam Hong po Seng merasa geli mendengar
cerita itu, jengeknya:
,,Waaaah, rupanya manusia sbe Jien dan perkumpulan
Hong Im Hwie itu punya hubungan yang tidak jelek
dengan loocianpwee ?"?"
,,Hmmm! justru bajingan tua itulah merupakan
manusia berhati serigala ....!" teriak kakek telaga dingin
sambil menggertak gigi menahan rasa benci yang
meluap-luap. ,,Belum sampai satu bulan ia telah
memimpin jago-jago lihay anak buahnya untuk
mengurung loohu serta memaki loohu untuk
menyerahkan pedang emas itu kepadanya"
Hong po Seng gelengkan kepalanya dan menghela
napas panjang. ,,Aaaai.... merampas benda milik orang dengan akal
yang licik, betul-betul suatu perbuatan yang memalukan"
Ia berpikir sejenak lalu tertawa"
,,Setelah loocianpwee kehilangan pedang emas itu,
Pek Siauw Thian bukannya pergi mencari manusia she
Jien itu untuk merampas pedang tersebut sebaliknya
malah mengurung loocianpwee, apa pula sebabnya?"?".
"Huuuh! tak nyana otakmu terlalu sederhana sekali.
Coba pikirlah sendiri. Seandainya loohu mengatakan
bahwa pedang emas itu sudah dirampas oleh Jien loo-jie
sedang Jien Lo-jie tidak mau mengaku, menurut
pendapatmu Pek Loo-jie bakal mempercayai
perkataannya atau percaya kepadaku....?"?"
,,Bukankah manusia she Jien itu adalah seorang
pemimpim dari suatu perkumpulan besar, perbuatan
yang sudab dilakukan sendiri apakah tidak berani untuk
diaku?"?"
8 ,,HMMM! kau mengerti apa?"" seru Kakek Telaga
Dingin. "Dalam pertemuan besar Pak-Beng-Hwie,
dibadapan para eng-hiong hoohan dari seluruh kolong
langit loohu telah menuntut kembali pedang emas itu
dari tangan jien Loo-jie, tapi sampai matipun Jien Loo-jie
tetap ngotot tidak mau mengaku, ditinjau dari
tersohornya pedang itu dalam dunia persilatan, ditambah
pula ilmu silat yang loobu miliki tidak berada di bawab
kepandaian bajingan tua itu, kalau kukatakan pedang itu
berhasil dirampas olehnya semua orang bukan saja tidak
percaya malahan mengira loobu sengaja mengatur siatat
itu guna mengacaukan serta membingungkan hati para
jago di kolong langit"
,,Kalan didengar dari pembicaraan itu" kata Hong-po
Seng kemudian dengan alis berkerut ,,Walaupun
loocianpwee ada maksud menyerahkan pedang emas
itupun tak ada benda yang sanggup diserahkan,
terkurung di tempat seperti ini bukankah berarti tiada
harapan untuk munculkan dia lagi dalam dunia kang-ouw
?"?" "Mau apa munculkan diri ?"?" jengek kakek itu ketus.
,,Justru loohu akan suruh Pek Siauw Thian menanti
dengan sia-sia. Haah... baab... haah... entah bajingan
tua she Jien itu telah berbasil memecahkan rahasia dari
pedang emas itu atau belum, dan entah a pula dengan
latihan ilmu silatnya ?"?"
Berbicara sampai di situ mendadak ia mendongak dan
memandang ke sana ke mari dengan pandangan tajam,
tampaklah dinding di sekeliling tempat itu gelap gulita,
tiada benda yang terlihat dan meski di angkasa ada
cahaya bintang namun cahaya itu hanya sebagian yang
berhasil menembusi dasar telaga itu.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suasana hening untuk beberapa saat lamanya,
mendadak Kakek Telaga Dingin mendongak dan berkata:
,,Bocah kepara!, loohu telah mewariskan ilmu pukulan
itu kepadamu, seandainya kau berhasil melarikan diri dari
sini maka kau harus lakukan satu pekerjaan buat loobu"
,,Perintah apa yang hendak loocianpwee berikan
kepadaku ?"?".
,,Kau harus berusaha mencuri pedang emas itu dan
menyusup kembali kemari, dengan adanya pedang kecil
itu loobu dapat memutuskan tali liur naga yang
membelengeu lengan loohbu, dengan sendirinya loobu
pun punya harapan untuk melarikan diri"
Ucapan ini disampaikan dengan nada dingin bagaikan
es. ,,Boanpwee pasti akan berusaha dengan sekuat
tenaga, tapi aku tak berani berjanji seratus persen pasti
berhasil" "Tentu saja. Markas besar perkumpular Sin-Kee-Pang
adalah telaga naga, markas besar perkumpun Jan Hong
Im Hwie adalah gua harimau, tempat-tempat semacam
itu bukanlah daerah yang bisa dimasuki dan ditinggalkan
dengan leluasa"
Ia termenung sebentar, kemudian katanya lagi :
"Jien Loo-jie si bangsat tua itu mempunyai seorang
putra, kalau kau berbasil membinasakan keparat cilik itu,
berarti pula hutang- piutang di antara kita sudah impas,
siapapan tidak berhutang budi kepada pihak yang lain"
"Hiiih....orang in betul-betul berhati kejam!" batin
Hong Po Seng, ia mendongak memandang sekejap
tangan kanannya yang dibelenggu di atas dinding lalu
berkata: ,,Apakah tali serat liur naga ini hanya bisa dipatahkan
dengan pedang emas itu saja?".
Kakek Telaga Dingin mengangguk.
"Benar, hati Pek loo jie memang amat kejam bagaikan
kala, bilamana liur naga itu mengering maka golok
mustika atau pedang mustika biasa tak akan berbasil
mematahkannya, tetapi ketajaman dari pedang kecil
berwarna emas itu melampaui ketajaman dari pedangpedang
emas lain, apabila loohu ingin meloloskan diri
maka aku harus menggunakan pedang emas itu untuk
mematahkan serat liur naga ini. Dan di sinilah letak
kekejian dari siasat Pek Loo jie"
Diam-diam Hong Po Seng menghela napas panjang,
mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya dan
segera ujarnya:
,,Loocianpwee, menurut ucapanmu tadi persoalan
mengenai pedang emas itu sejak dahulu kala hanya
suatu cerita kosong belaka, apa maksudmu yang
sebetuluya?""
Kakek telaga dingin memutar biji matanya melirik
sekejap ke atas telaga, kemudian jawab:
,,Kapan loohu sudah mengatakan demikian" Hmmm!
pedang emas itu sudah berada di tangan loohu selama
sebulan lamanya tapi loohu tidak berhasil memecahkan
rahasia ilmu silat seperti apa yang dimaksudkan, kalau
bukan cerita kosong lalu apa artinya ?"?"
Berbicara sampai di situ ia lantas pejamkan matanya
dan duduk bersila mengatur pernapasan, kakek itu tidak
berbicara apa-apa lagi.
Hong po Seng sendiri setelah melangsungkan
pertarungan seharian penuh juga mulai merasa lelah,
maka diapun mengundurkan diri ke samping untuk
mengatur pernapasan, tanpa sadar akhirnya ia tertidur
lelap. Bintang bergeser dari angkasa, tanpa terasa
semalampun sudah lewat, mendadak terdengar si Kakek
Telaga Dingin tertawa terbahak-bahak sambil berseru :
"Hong po Seng, saatmu untuk munculkan diri telah
tiba" Hong po Seng segera membuka matanya, di bawah
sorot cahaya matahari pagi tampaklah seutas tali
diturunkan dari atas telaga, darah panas dalam rongga
dadanya kontan bergolak, buru-buru ia meloncat bangun.
"Kini aku akan melihat dirimu!" seru kekek telaga
dingin sambil menuding tali tersebut.
Sesudah bergaul beberapa saat lamanya, sedikit
banyak Hong Po Seng telah dapat menilai perubahan
wajah kakek itu, mendengar di antara ucapannya
terkandung rasa sedih tanpa terasa ia tertawa getir, ia
maju ke depan lalu menjura.
,,Dengan ini boanpwee mohon diri terlebih dahulu...",
ucapan selanjutnya tak sanggup ia teruskan.
Dengan wajah penuh nada mengejek Kakek Telaga
Dingin mencibirkan bibirnya dan nyahut:
,,Kau tak usah banyak adat, kita masing-masing pihak
saling mempergunakan". Tangan kirinya mendadak
menyambar ke depan mencabut ke luar pedang baja
milik si anak muda itu, kemudian sekali ayun pedang tadi
menancap di atas tanah hingga tinggal gagangnya
belaka. ,,Loocianpwee, apa yang kau lakukan?" tegur Hong Po
Seng dengan wajah tercengang.
"Haah...haah.... memandang benda bagaikan
memandang orang, baiklah loohu ambil pedang baja itu
sebagai tanda mata"
,,Tapi.... pedang itu adalah senjata boanpwee untuk
menjaga diri.."
"Tidak usah pakai senjata" tukas kakek telaga dingin
seraya ulapkan tanannya. ,,Satu jurus ilmu pukulan yang
telah loohu wariskan kepadamu jauh lebih ampuh
daripada pedang bajamu itu"
Hong-po Seng semakin gelisah, kembali serunya:
Pedang baja itu adalah hadiah dari ayahku almarhum
kepada boanpwee, ketika menyerahkan pedang tersebut
kepada boanpwee beliau telah berpesan: pedang utuh
manusia tetap hidup, pedang hancur manusia ikut
binasa.... cianpwee......"
Kakek Telaga Dingin tertawa semakin keras lama
sekali ia baru tarik kembali gelak tertawanya seraya
berkata: "Kalau memang demikian malah lebih bagus lagi,
berusahalah mencuri pedang emas milik loohu kalau kau
telah serahkan kembali pedang tadi kepadaku maka
loohu pun akan mengembalikan senjata ini kepadamu di
samping memberi pula kebaikan-kebaikan lain
kepadamu" Mendengar perkataan ini Hoag-po Seng jadi naik
pitam, teriaknya:
,,Kiranya apa yang kemarin kau ucapkan adalah
kejadian yang sabenarnya..."
,,Yang benar lebih banyak dari pada yang bohong"
tukas kakek telaga dingin. "Loohu pun tidak berani
memastikan apakah Pek Loo jie telah datang kemari atau
tidak, pergilah adu untung, kalau kau benar-benar bakal
modar, membawa serta pedang baja ini pun tiada
gunanya" Hong-po Seng merasa amat gusar tapi dia sadar
bicara banyakpun tak ada gunanya karena itu dengan
perasaan apa boleh buat ia menjejakan kakinya loncat ke
atas, mencekal tali tadi dan memanjat keluar.
Hampir satu bulan lamanya ia terkurung di dasar
telaga, kerjanya tiap hari hanya berlatih ilmu silat dengan
tekun hal ini membuat luka dalamnya bukan saja telah
sembuh, ilmu silatnyapun sudah memperoleh kemajuan
yang sangat pesat, saat ini memanjat naik ke atas cepat
dan gesit bagaikan monyet, dalam sekejap mata ia sudah
keluar dari telaga itu.
Sepasang matanya segera berputar cepat menyapu
sekejap sekeliling tempat itu tampaklah seoiang kakek
berjubah warna ungu berdiri kaku di sisi telaga sambil
mencekal ujung tali.
Kakek itu memelihara jenggot yang panjang,
wajahnya tampan tapi dingin dan hambar, sama sekali
tidak menunjukkan sikap mesra, membuat orang yang
memandang segera merasa bergidik dan tidak berani
mendekat. Sekali memandang orang itu, Hong-po Seng segera
menduga kakek itu sebagai Pek Siauw Thian, pangcu dari
perkumpulan Sin-Kee Pang, bibirnya bergerak mau
mengucapkan sesuatu, tapi setelah menyaksikan
sikapnya yang dingin dan hambar ia segera batalkan
kembali maksudnya untuk berbicara, karena dia takut
bicarapun tak ada gunanya sebab orang itu belum tentu
mau memperdulikan dirinya.
Kakek berjubah warna ungu itupun hanya memandang
sekejap ke arah Hong-po Seng, ke mudian menyimpan
kembali tali yang dipegang dan putar badan berlalu.
Si anak muda itu tertegun, tapi dengan cepat ia
menyusul dari belakang.
Dengan mulut membungkam kedua orang itu berjalan
melampaui batas wilayah yang dipagar dengan panji
berwarna kuning lalu putar ke samping masuk ke dalam
sebuah jalan kecil. Di situ ia jumpai Pek Koen Gie diiringi
seorang siucay berusia pertengahan yang bermata tajam
bagaikan panah serta Siuw Leng dan seorang bocah
lelaki berbaju hijau berdiri di sisi jalan.
Beberapa orang itu berdiri tenang di samping jalan
dengan wajah serius, menanti kakek berjubah ungu serta
Hong-po Seng sudah lewat mereka baru menyusul dari
belakang. Sekarang si anak muda itu sudah merasa makin yakin
bahwasanya kakek berbaju ungu ini bukan lain adalah
ketua dari perkumpulan Sin-Kee Pang yang sangat
berkuasa dewasa itu, tanpa terasa semangatnya
berkobar. Dengan kepala diangkat dan dada dibusungkaa
ia meneruskan langkabnya ke depan, selama hidup
belum pernah ia merasa segagah hari ini.
Beberapa saat kemudian mereka sudah memasuki
hutan pobon Song yang lebat, setelah melewati sebuah
selokan kecil sampailah beberapa orang itu di depan
sebuah ruangan kecil yang mungil dan indah.
Setelah masuk ke dalam ruangan, kakek berjubah
ungu itu mengambil tempat duduk di sebuah kursi yang
ada di tengah ruangan sedang siucay berusia
pertengahan serta Pek Koen Gie duduk dikedua belah
sampingnya. Hong-po Seng yang berdiri di tengah ruangan diamdiam
berpikir dalam hati kecilnya:
"Tiga orang iblis libay masing-masing du?duk dikursi
utama sedang aku disuruh beidiri di tengah ruangan
persis seperti tawanan yang sedang diadili. Hmm!
seandainya ibu tidak selalu berpesan kepadaku agar
jangan bertindak menuruti emosi dan darah panas, ingin
sekali kumaki mereka habis-habisan kemudi-an
mempertaruhkan selembar jiwaku untuk beradu jiwa
dengan mereka!"
,,Hong Po Seng!" mendadak terdengar kakek berjubah
ungu itu menegur dengan suara ketus, ,,Kau pingin mati
atau pingin hjdup?"
Hong Po Seng tertegun, diam-diam pikirnya lagi:
,,Ucapan dan orang ini kaku dan aneh, membuat
orang susah untuk menangkap maksud yang
sebenarnya"
Dalam hati ia berpikir begitu, diluar dengan tenang
jawabnya: ,,Seandainya cayhe pingin mati, sedari dulu-dulu
sudah mati diujung telapak putrimu"
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan kilat kakek
berjubah ungu itu menyapu sekejap wajah Hong Po Seng
dari atas hingga ke bawah kemudian mendengus dingin:
"Hmm, terus terang kuberitabukan kepadamu, putriku
serta Kok See Piauw sama sekali tidak memandang
sebelah matapun kepada dirimu"
Ia merandek sejenak dan kembali memperhatikan
sekejap wajah Hong po Seng kemudian melanjutkan
,,Mereka hanya mengerti tentang keadaan sendiri dan
kurang pengetahuan untuk menilai orang lain, hal ini tak
bisa salahkan mereka"
Hong po Seng alihkan sinar matanya ke samping, dia
lihat wajah Pek Keen Gie telah berubah jadi merah
padam dan tertunduk dengan rasa amat jengah, segera
pikirannya: ,,Pek Siaow Thian kalau berbicara terlalu belakbelakan
dan sama sekali tidak pikirkan orang lain,
ditinjau dari hal ini bisa diduga bagaimana tak
berbudinya orang ini dalam setiap tindakan segera
wataknya ......."
Berpikir begitu ia lantas menjura dari berkata dengan
nada hambar: ,,Terima kasih atas cinta kasih dari Loo pang cu,
manusia hidup memang demikian keadaannya tidak
terkecuali dan cayhe sendiri"
Kakek berjubah ungu itu tertawa hambar senyuman
dalam sekejap telah lenyap kembali tanpa berbekas
terdengar ia berkata lambat-lambat:
,,Hanya anak yang berbakti yang dapat menjadi
pembantu setia, dalam kolong langit anak yang betulbetul
berbakti tidak banyak jumlahnya, apalagi pembantu
yang benar-benar setia lebib sedikit jumlahnya. Aku
dengar kau adalah seorang anak yang berbakti, dikala
keselamatan jiwa sendiri terancam bahaya masih dapat
memahami maksud hati ayah dan ibumu, kaiena itu aku
punya maksud untuk menarik dirimu sebagai pembantu
dan bantu diriku. Tapi sebelum itu aku ingin kau suka
berbicara yang sejujurnya lebih dabulu, apakah kau
benar-benar suka masuk menjadi anggota
perkumpulanku serta berbakti dan setia kepadaku?""
,,Sedari dulu caybe sudah masuk menjadi anggota
perkumpulan Sin-Kee-Pang...!" jawab Hong po Seng.
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun kakek berjubah ungu itu segera gelengkan
kepalanya. "Putriku bertindak menuruti emosi dan jalan pikirannya
sendiri, hal itu tidak terhitung sungguh-sungguh"
Ia merandek sejeuak dan kembali menatap wajah
Hong po Seng tajam-tajam, katanya lebib jauh:
"Akupun tidak ingin membohongi dirimu kalau kau
tidak mau berbakti kepadaku dengan sungguh hati,
untuk menghindari bibit bencana di kemudian hari
terpaksa aku tak akan membiarkan kau hidup lebih
lanjut" "Apa yang harus kalakukan sehingga bisa terhitung
benar-benar setia dan berbakti?" serta bagaimana pula
aku harus lakukan sehingga bisa mendapat kepercayaan
dari loo pangcu ?"?"
,,Gampang sekali, ceritakanlah asal-usulmu yang
sebenarnya dan bawalah batok kepala Chin Pek Cuan
untukku, maka aku segera akan mempercayai dirimu !"
Mendengar perkataan ini air muka Hong-po Seng
segera berubah jadi amat sedih, katanya :
,,Cayhe mengerti loo pangcu tidak akan membiarkan
cayhe hidup lebih lanjut" ia menjura kepada kakek itu
dan menambabkan dengan wajah serius. ,,Semoga loo
pangcu suka memberikan sebuah pukulan berat kepada
cayhe, daripada cayhe harus terjun ke air membawa
lumpur serta tak dapat mempertanggungjawabkan diri
dihadapan leluburku"
,,Hong-po Seag" tiba-tiba Pek Koen Gie membentak
dengan gusar. "Siapakah sebenarnya ayah ibumu?""
sampai di manakah kehebatan mereka, sehingga kau
pandang setinggi langit ?" kalau kau rela mengaku terus
terang asal usulmu, mungkin jiwamu bisa diselamatkan
dari kematian"
Hong-po Seng alihkan sinar matanya ke arah gadis itu,
lalu menjura dan menjawab:
,,Nona tak usah banyak bertanya, cayhe bukanlah
manusia pengecut yang takut menghadapi kematian, bisa
mati dalam markas besar perkumpulan Sin-Kee-Pong
juga terhitung-hitung sebagai balas budi atas
pertolongan nona dalam menyembuhkan lukaku"
,,Kurang ajar" Pek Koen Gie semakin gusar. ,,Untuk
menyembuhkan lukamu itu aku harus membuang dua
butir pil mujarab, kalau kau bikin mendongkol hatiku....
Hmm ! tidak nanti kubiarkan kau mendapat kematian
dengan enteng ...."
"Banyak bicara tiada gunanya" tukas kakek berjubah
ungu itu secara tiba-tiba sambil mengulapkan tangannya
berpaling ke arah Hong-po Seng ia menambahkan:
"Memandang kematian bagaikan pulang ke rumah
adalah suatu perbuatan yang terhina dalam pandangan
loohu, terang-terangan kau takut mati tapi tidak ingin
hidup terhina itu baru perbuatan yang patut loohu hargai
serta kagumi, ambillah keputusan untuk membereskan
diri sendiri daripada loohu harus repot-repot turun
tangan sendiri"
Hawa amarah yang berkobaran dalam dada Pek Keen
Gie benar-benar telah mencapai pada puncaknya,
dengan cepat is meloncat bangun sambil berteriak:
,,Bajingan cilik yang tak tahu diri, kau anggap ayahku
adalah menusia apa" untuk mencabut jiwa anjingmu,
tidak perlu dia orang tua harus turun tangan sendiri"
Melihat gadis itu tambil ke depan Hong Po Seng malah
jadi senang karena dia memang berharap begitu, segera
katanya dengan nada hambar:
,,Dari si kakek telaga dingin cayhe telab meminjam
sebuah jurus ilmu pukulan, kalau nona punya
kegembiraan tiada halangannya untuk mewakili ayahmu
turun tangan"
,,Gie jie ayoh duduk" kakek berjubah ungu itu berseru.
"Dalam bilik kecil pendengar salju ini tidak akan
memperkenankan kalian utuk turun tangan"
Bicara sampai di situ ia berpaling ke arah siucay
berusia pertengahan yang duduk di sisinya dan ia
menambabkan: "Koen su, aku minta tolong kepadamu untuk sekali
tabok mencabut nyawa Hong Po Seng" Siucay berusia
pertengahan itu tersenyum ia bangkit dari tempat
duduknya dan berjalan mendekati si anak muda itu,
langkahnya tenang dan mantap seolah-olah tak pernah
terjadi sesuatu apapun, dalam anggapnya dalam sekali
tabok Hoa po Seng pasti akan menemui ajalnya.
Menyaksikan siucay berusia pertengahan itu berjalan
mendekati ke arahnya, jago kita segera ayunkan telapak
kirinya melakukan peristiwa untuk menghadapi serangan
lawan. Sebelum pertarungan berlangsung, mendadak
terdengar Pek Koen Gie bertenak :
,,Ayah orang yang Gie jie bawa pulang harus kubunuh
dengan tanganku sendiri !"
Mendengar ucapan itu Pek Siauw Thian mengerutkan
alisnya, sedangkan siucay berusia pertengahan yang
dicebut Koen su atau penasehat itu mendadak berpaling
dan tersenyum, katanya:
,,Sebelah selatan dari sungai Hoang ho merupakan
daerah kekuasaan dari perkumpulan Sin Kee Pang,
setelab Koen Gie berhasil melatih serangkaian ilmu silat,
tiada kesempatan untuk mengujukkan kekuatan, rasanya
sebagai seorang remaja yang ingin mencari menang pasti
merasa tidak puas. Pangcu! apa salahnya kalau kau
ijinkan Koen Gie untuk bertindak menuruti suara batinya
sehingga ia jadi tidak kecewa ataupun merasa menyesal"
Pek Siauw Thian termenung sebentar akhirnya ia
bangkit dan berjalan keluar.
Air muka Pek Koen Gie segera berubah jadi girang,
bisiknya kepada siucay berusia pertengahan itu:
,,Bantuan dari paman Coe-kat, tit-li merasa amat
berterima kasih sekali!"
Siucay berusia pertengahan itu tersenyum tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia berjalan keluar dari
ruangan. Jilid 6: Lepas dari Sin Kee Pang
HONG-PO SENG sendiri sesudah mengetahui bahwa
kematian berada diambang pintu, sikapnya malahan
berubah jadi semakin tenang, dengan mulut
membungkam ia lantas mengikuti dibelakang semua
orang berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
Siauw Leng yang berjalan didepan Hong-po Seng tibatiba
berpaling, mengerling sekejap kearahnya, rupanya ia
menasehati sianak muda itu agar jangan menghantarkan
nyawa dengan percuma.
Hong-po Seng tertawa sedih, ia segera gelengkan
kepalanya berulang kali.
Sekeluarnya dari bilik kecil yang indah tadi. Pek Siauw
Thian serta siucay berusia pertengahan itu berdiri
menanti disisi lapangan. sedangkan Pek Koen Gie sambil
bertolak pinggang berdiri kaku ditengah lapangan,
ujarnya ketus sambil memandang kearah pemuda itu:
"Menyeranglah dengan segenap tenaga yang kau
miliki, asal kau bisa menangkap aku orang Pek Koen Gie
satu jurus atau setengah gerakan, kami akan
menganggap nasibmu baik dan umurmu panjang, jiwamu
akan kami ampuni untuk kali ini".
"Terima kasih atas nasehatmu" sahut Hong Po Seng
dengan wajah serius."Sejak kecil cayhe sudah dapat
didikan keras dari keluargaku untuk melakukan segala
pekerjaan dengan segenap tenaga, akupun berharap
agar nona lebih berhati hati".
Napsu membunuh melintasi diatas wajah Pek Koen
Gie, ia mendengus gusar kemudian menerjang maju
kedepan, sebuah pukulan kilat dengan cepat dilepaskan.
Tampak Hong Po Seng menarik mundur kaki kirinya
setengah langkah kebelakang, telapak kirinya dikepal
kencang lalu membentuk gerakan setengah lingkaran
depan dada...Duus! satu pukulan kilat telah dilepaskan
kedepan. Sedari tadi baik Pek Siauw Thian maupun Pek Koen
Gie telah mengetahui kalau pemuda ini telah mempelajari
jurus pukulan tersebut, tetapi setelah menyaksikan
kedahsyatan serta kemantapan dari serangan yang
dilepaskan, diam-diam merasa kaget juga.
Gerakan telapak yang amat sederhana dari Hong-po
Seng barusan dengan gampang sekali berhasil
mematahkan serangan telapak musuh melihat
pukulannya digagalkan Pek Koen Gie mengerutkan dahi,
ia tertawa dingin dan jurus serangannya segera berubah.
Telapaknya langsung menabok kearah pinggang
sementara jari tangan kirinya mendadak meletik dan
diam-diam membokong punggungnya.
Serangan telapak serta jari yang dilancarkan dalam
tempo yang bcrsamaan ini kecepatan yang luar biasa,
Hong- po Seng ter kesiap, dengan tetap menggumakau
jurus "Koen-Siuw-Ci-Tauw" ia balas mengancam bahu
gadis itu, kecepatan serta kedahsyatannya tidak kalah
dengan pihak lawan, memaksa Pek Koen Gie harus
membuyarkan ancamannya sambil berkelit kesamping
untuk menghindarkan diri.
.,Gie-jie, bertarunglah dengan hati mantap dan
Jenyapkan godaan emosi dari benakmu! "terdengar Pek
Siauw Thian memperingatkan.
"Aku sudah tahu! "sahut gadis itu, badannya meluncur
kembali kedepan sambil melepaskan pukulan-pukulan
maut. Dengan langkah yang mantap tapi tepat Hong Po
Seng selalu berputar kian kemari dalam ruangan seluas
tiga depa, telapak kirinya membabat terus dengan gagah
dan berat, walaupun perobahannya sangat banyak
namun tetap hanya memakai jurus" Koen Sie Ci Sauw".
Sekalipun begitu perlahan-lahan tapi tetap Pek Koen
Gie berhasil dipaksa mundur hingga sudut yang terjepit.
Setelah lewat belasan jurus kembali, mendadak Hong
Po Seng mengerutkan alisnya, Sreet - . .! sebuah pukulan
gencar yang dilepaskan kembali memaksa Pek Koen Gie
untuk mundur satu langkah lebar kesamping.
Hong Po Seng tidak rela menyerah dengan begitu
saja, tapi diapun tahu meskipun berhasil merebut
kemenangan juga sulit baginya untuk lolos dari situ
dalam keadaan hidup, maka pertarungan ini
dilangsungkan dengan tenaga, mantap dan sama sekali
tidak gugup. Tanpa sadar perbuatannya ini justru
membawa dia mencapat puncak yang tertinggi dari ilmu
silat, dengan sendirinya daya tekanan yang dihasilkan
oleh pukulan-pukulannya jauh lebih ampuh t
tiga bagian. Pek Koen Gie sendiri walaupun dua kali berturut-turut
kena didesak mundur oleh pukulan Hong-po Seng,
namun hatinya pun semakin tenang, sepasang bahunya
diangkat dan sekali lagi ia menerjang kemuka sambil
mengirim serangan-serangan mematikan.
Ilmu silat yang dimiliki gadis ini berasal dari warisan
langsung ayahnya Pek Siauw Thian, sebagai musuh
tangguh Kakek Telaga Dingin selama sepuluh tahun,
setelah melakukan penyelidikan yang seksama selama
lima tahun akhirnya ketua dari perkumpulan Sin Kee
Pang itu berhasil menciptakan ilmu silat yang kbusus
untuk memunahkan serangan "Koen-Sioe Ci-Tiauw".
Pek Koen Gie yang setiap hari belajar silat beserta
ayahnya tentu saja merasa paham sekali gerakangerakan
aneh dari ilmu pukulan itu, kendati ia tak
mengerti intisari yang sebenarnya dari kepandaian lawan,
tapi ia menyadari perubaban-perubahan yang rumit dari
jurus tersebut.
Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah saling
bertempur mencapai lima puluh jurus lebih.
Angin pukulan menderu-deru, ujung baju berkibar
kencang tertiup angin, pohon siong yang tumbuh
diempat penjuru bergoyang tiada hentinya tetapi tak
sepatah katapun suara
manusia berbicara yang terdengar berkumandang
disitu. Dengan wajah berat dan serius Pek Siauw Thian serta
siucay berusia pertengahan itu berdiri disisi kalangan
sambil menyaksikan jalannya pertarungan antara kedua
orang itu, suasana disekeliling tempat itu yang semula
memang sunyi kini diliputi oleh napsu membunuh yang
amat tebal, membuat keadaan terasa bertambah
mengerikan. Mendadak ....dari balik sorot mata Pek Koen Gle
memancar keluar sinar napsu membunuh, ia tertawa
dingin, tiba tiba gerakan telapaknya berubah semakin
cepat, mengitari di sekeliling tubuh Hong Po Seng, ia
menyerang semakin gencar hingga boleh dikata tiada
hentinya. Serangan gencar yang dilancarkan ini boleh dibilang
bagaikan hujan deras ditengah badai, kecepatan gerakan
tubuh Pek Koen Gie laksana sesosok bayangan yang
tipis, sebaliknya ba yangan telapak yaag memenuhi
angkasa membentuk jadi selapis tembok yang
mengurung tubuh Hong Po Seng ditengah kalangan.
Dalam sekejap mata dengusan napas berat anak muda
itu sudah mulai kedengaran, terkurung ditengah deruan
angin pukulan yang menyapu kian kemari, keringat
sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.
Kakek telaga Dingin hanya memiliki lengan kiri yang
bisa bergerak, karena itu Hong po Seng pun mempelajari
telapak kiri, karena Han-Than-Sioe terkurung ditermpat
terpencil ia namakan ilmu pukulannya "Koen-Sioe-Ci-
Tauw"atau Pergulatan binatang binatang terkurung dan
kini Hong-po Seng sedang bergulat menjelang kematian
yang mengancam dirinya, keadaan yang dihadapi saat ini
persis seperti binatang buruan yang melakukan
Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pergulatan terakhir dalam perangkap.
Pertarungan antara jago liehay berlangsung cepat
bagaikan kilat, ditengah berlangsungnya serangan gencar
itu ratusan jurus telah dilampai, dengan sekuat tenaga
Hong -po Seng berusaha mententeramkan diri sendiri
kemudian memancing jalannya pertarungan itu menuju
kearah jalan yang pernah digambarkan Kakek Telaga
Dingin beberapa hari berselang.
Pek Siauw Thian bukanlah jago kemarin sore, sekali
pandang ia segera berhasil menangkap keadaan dari
Hong-po Seng meskipun dia keteter dan berada didalam
posisi terdesak tapi sianak muda itu masih bertahan
keras seakan masih menantikan sesuatu dan masih ada
sebuah serangan mematikan yang belum dipergunakan,
maka ia lantas berseru:.
"Gie jie. hati hati, bertarunglah yang mantap dan
kalem !". Siucay berusia pertengahan itu sendiri rupanva dapat
menangkap pula tersernbunyinya napsu membunuh
dibalik kenakalan sianak muda itu, ia sadar asal ilmu
simpanan tersebut digunakan maka akibatnya tentu
sukar dilukiskan dengan kata kata.
Maka ia maju dua langkah kedepan dan bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan, andaikata Pek Koen
Gie menjumpai marabahaya ia segera akan turun tangan
melakukan pertolongan.
Pertarungan ini betul betul suatu pertarungan yang
sengit, Koen Gie sebagai seorang gadis berpandangan
pendek jadi makin gusar hatinya menyaksikan
serangannya tidak mempan, makin gagal ia semakin
bernapsu untuk membinasakan Hong po Seng dibawah
Darah Asmara Gila 1 Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun Karya Wang Du Lu Pangeran Perkasa 15