Pencarian

Legenda Bunga Persik 3

Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long Bagian 3


"Coba lihat kulitnya Putih-mulus dan amat empuk! Seandainya
aku adalah laki-laki, baik dia punya suami atau tidak, aku akan
berikhtiar agar mendapatkan dia!"
Zhang Jiejie makin berkata makin bersemangat, dan sewaktu is
mau meneruskan celotehannya, untunglah daging dan arak sudah
mulai disajikan. Istri pedagang itu berkata seraya tersenyum manis : "Daging sapi
hari ini betul-betul baru saja direbus dengan kecap, tuan muda akan
mengetahuinya setelah mencoba."
Zhang Jiejie menyela tiba-tiba: "Anda kok hanya menyilahkan
tuan muda untuk mencoba" Bagaimana dengan saya si nona ini?"
Istri pedagang itu mendelik sejenak ke dia, lalu berkata dengan
senyum yang dipaksakan: "Setelah tuan muda mencobanya, tidaklah
terlambat bagi nona untuk mencobanya"
Kalimat ini belum selesai diucapkan, kepalanya sudah diputar ke
arah lain; sebelum kepalanya selesai diputar, di wajahnya sudah
tertampak kemarahannya. Zhang Jiejie menjulurkan lidah sejenak, lalu berkata dengan
suara kecil sambil menyeringai: "Ternyata dia melihat aku saja sudah
tidak senang! Agaknya lebih baik aku pergi saja, agar tidak disebali
orang." Ia ambil secangkir arak dan meneguk habis, lalu membalikkan
badan mau pergi. Tanpa terasa Chu Liuxiang berseru: "Kau betul-betul mau pergi?"
Zhang Jiejie menjawab: "Aku kan pernah bilang hanya minum
secangkir arak traktiranmu, jika minum lebih banyak lagi nanti kau
akan merasa sayang dan menyesal!"
Badannya melompat dan duduk di kudanya Chu Liuxiang, lalu
menjalankan kuda sambil berkata seraya tertawa cekikikan:
"Kudamu ini aku pinjam dulu ya, lain kali saat kita ketemu lagi akan
kukembalikan. Kau pasti tidak sedemikian kikirnya sampai seekor
kuda pun tidak mau dipinjam orang kan?"
Begitu kata-katanya selesai diucapkan, kuda dan orangnya telah
pergi amat jauh. Sebenarnya Chu Liuxiang mau mengejarnya, namun kemudian
mengurungkan niatnya. Ia betul-betul tidak dapat menemukan sesuatu alasan untuk
mengejar gadis itu. "Aku kan tidak pernah mencelakaimu, juga tidak pernah
berhutang padamu, lalu dengan dalih apa kau mau mengejarku?"
Sekalipun ia dapat mengejar gadis itu, namun dengan sekalimat
kata seperti itu saja sudah bisa membuat dia mati kutu!
Oleh sebab itu ia hanya bisa memandangi si gadis yang pergi
jauh, yang bisa dilakukan hanyalah termangu-mangu dan tersenyum
masam saja. Lalu terdengar istri pedagang itu berkata "Apakah ada sesuatu
yang tidak beres pada diri nona itu" Kok kata-katanya ngelantur
tidak karuan?" Chu Liuxiang menghela nafas, lalu berkata seraya tersenyum
masam: "Yang tidak beres itu bukan dia, tapi aku."
Istri pedagang itu sambil menggoyang-goyangkan anak yang
digendongnya itu, dengan wajah sumringah, matanya terus melirik
Chu Liuxiang, lalu berkata lirih sambil menggigit bibir pelan-pelanbegitu
kau ketemu aku adalah nasibmu yang sedang baik, karena
aku spesialis menyembuhkan ketidakberesan laki-laki semacam
kamu ini!" Chu Liuxiang mengelus-elus hidungnya, lalu tiba-tiba berdiri.
Ia pernah bersumpah pada dirinya:Jika melihat ada seorang
wanita yang tersenyum padanya, ia segera akan pergi sejauhjauhnya.
Nampaknya istri pedagang itu terkejut, lalu berkata seraya
membelalakkan mata "Seteguk arak pun belum diminum, tuan muda
kok sudah mau pergi?"
Chu Liuxiang menjawab dengan wajah cemberut: "Arak ini
kecut." Ketika ia mau membalikkan badan, terdengar istri pedagang itu
berkata dengan suara keras: "Tunggu sebentar! Aku masih punya
sesuatu yang mau kuberikan padamu."
Tiba-tiba anak kecil yang digendongnya itu dilemparkan ke Chu
Liuxiang! "Uuwaaah!" Anak itu mulai menangis, dan tanpa terasa Chu
Liuxiang mengulurkan tangan untuk menerima anak itu.
Tepat pada saat ini, pedagang yang sejak tadi jongkok di tanah
untuk menyalakan api bagi panci itu, tiba-tiba menerjang ke Chu
Liuxiang bagai anak panah yang baru dilepaskan dari busur!
Hampir bersamaan, badan istri pedagang itu pun melayang dan
menyerang Chu Liuxiang! Badannya betul-betul tidak gemuk sedikit pun, dari gerakannya
ringan dan lincah bagaikan burung terbang!
Tangan Chu Liuxiang menggendong anak orang lain, di bawah
ada sebuah bangku yang menghalangi kakinya; Anak kecil itu
sedang menangis dengan amat sedih, dan bagaimana mungkin ia
tega melepaskan anak yang sedang menangis itu"
Tentu saja ia bukanlah orang type demikian, maka itu kesialan
menimpa padanya! **** Chu Liuxiang sedang berbaring di sebuah ranjang, kelihatannya ia
merasa nikmat sekali. Ranjang itu amat empuk, bantal kepalanya tidak tinggi juga tidak
rendah, di sisi dia ada seorang wanita, yang dengan wajah
sumringah sedang menyuapi.
Orang lain melihat keadaan dia pada saat ini, pastilah hatinya iri
dan kepingin sekali. Cuma Chu Liuxiang sedikit pun tidak berpendapat demikian,
sebab selain sisi mulutnya bisa bergerak, dan hidungnya bisa
bernafas, seluruh tubuhnya kaku bagaikan seonggok kayu layu, dan
tidak bisa merasakan apa-apa.
Tangan istri pedagang itu sedang memegang sebuah cangkir
arak, yang dituangkan pelan-pelan ke mulut Chu Liuxiang, dan
berkata seraya tersenyum menggoda: "Arak ini kecut tidak?"
"Tidak kecut." Wanita itu mengerling, lalu berkata dengan senyum yang kian
manis: "Aku cantik tidak?"
"Amat cantik." Istri pedagang itu berkata seraya menggigit bibir: "Seberapa
cantiknya?" "Lebih cantik dari dewi kayangan."
"Kalau dibandingkan dengan gadis bau kencur yang ugal-ugalan
itu?" "Paling sedikit lebih cantik 38.657 kali lipat"
"Bisa makan daging sapi dan arak yang sedemikian enaknya,
serta ditemani wanita yang sedemikian cantiknya, lalu kenapa kau
masih bermuram durja?"
Chu Liuxiang menjawab setelah menghela nafas: "Sebab aku
takut, jika suamimu yang selalu bermuram durja itu kembali, aku
akan dimasukkan ke dalam panci daging sapi kecap."
Istri pedagang itu berkata seraya tersenyum mans: "Tenanglah!
Ia tidak akan kembali."
"Mengapa?" "Sebab suamiku itu sebenarnya cuma hasil pinjaman, sekarang
sudah terpakai, makanya dikembalikan kepada pemiliknya"
"Masa' anak kecil itu pun hasil pinjaman?"
"Tentu saja." Mendadak is membuka baju atasnya, sehingga menyembul keluar
sepasang buah dada yang montok dan membusung! Lalu bertanya:
"Kamu lihat apakah aku mirip seperti wanita yang pernah melahirkan
anak!" Chu Liuxiang mau menutup matanya tapi tidak bisa, sehingga
terpaksa menjawab seraya tersenyum kecut: "Sedikit pun tidak
mirip." Perempuan itu berkata sambil senyum: "Pandanganmu sungguh
jeli, tidak heran ada begitu banyak wanita menyukaimu!"
Ia mengelus-elus wajah Chu Liuxiang yang kurus, seraya berkata
dengan suara lembut: "Kau semuanya baik, cuma sedikit terlalu
kurus, jikalau ikut aku, aku pasti akan membuatmu jadi gemuk"
Chu Liuxiang menatap buah dadanya, benar-benar tidak berani
memikirkan dengan apa perempuan itu akan membuat dia jadi
gemuk! Perempuan itu mengerling lagi dan tiba-tiba bertanya: "Apakah
kau tahu sekarang aku akan berbuat apa padamu?"
"Tidak tahu." Perempuan itu menyipitkan matanya yang menggoda, lalu
berkata: "Aku mau menjadikanmu sebagai anakku."
Chu Liuxiang tersenyum. Anda bisa mengatakan dia sedang tersenyum, juga bisa
mengatakan dia sedang menangis.
Memang ada sejenis senyuman yang hampir mirip dengan
tangisan! Seandainya tangannya bisa digerakkan, pasti tidak dapat
menahan dirinya untuk mengelus-elus hidung lagi.
Ketika ekspresi wajah Chu Liuxiang terlihat oleh perempuan itu,
maka ia berkata seraya tersenyum makin senang: "Apakah kau tabu
bahwa hal yang paling menggembirakan di bawah kolong langit ini,
adalah menjadi anak orang lain?"
"Tapi aku ada seorang kawan yang tidak berkata demikian."
"Apa yang dia katakan?"
"Ia senantiasa berkata, bahwa hal yang paling menggembirakan
di bawah kolong langit ini adalah minum arak."
"Kawanmu itu pasti lebih bodoh dari babi bodoh, ketahuilah
bahwa walaupun minum arak itu menggembirakan, akan, tapi hari
pertama minumnya makin menggembirakan, akan, hari kedua akan
makin menyengsarakan!"
"Setelah sengsara bisa minum lagi kan."
"Makin minum makin sengsara."
"Makin sengsara makin minum."
"Bagaimana bisa ada sedemikian banyak arak untuk kau minum?"
"Beli." "Beli dengan apa?"
"Beli dengan uang."
"Dari mana dapat uang?"
"Banyak sekali cara mendapatkan uang."
"Sekalipun banyak sekali cara mendapat uang, tapi semuanya
kan mesti berusaha dan memutar otak! Sekalipun kau mencuri atau
merampok, juga bukan hal yang mudah kan!"
Chu Liuxiang mau tidak mau mengaku bahwa: Cara mendapat
uang tapi tanpa berusaha, sampai sekarang masih belum ditemukan!
Perempuan itu berkata lagi: "Tetapi jika kau jadi anak orang lain
dulu, maka segala hal tidak usah kau cemas lagi, uang datang
tinggal mengulurkan tangan, nasi datang tinggal membuka mulut,
mau minta barang apa saja dapat diperoleh dari ayah dan ibumu
yang berusaha mati-matian, yang takut anaknya tidak bisa puas dan
senang.... Menurut kau: Di bawah kolong langit ini, masih adakah
hal lain yang lebih menggembirakan dari hal ini?"
Chu Liuxiang menjawab setelah menghela nafas: "Memang tidak
ada." Perempuan itu berkata sambil tersenyum manis: "Jikalau kau
sudah mengerti, lalu mengapa wajahmu bermuram durja" Masa'
selama ini tidak ada orang yang menginginkan kau jadi anaknya?"
Kata Chu Liuxiang seraya tersenyum kecut: "Ini memang pertama
kali dalam hidupku."
Ia memang berkata jujur. Ada orang yang ingin jadi kawannya, ada orang yang ingin jadi
kekasihnya, tapi juga ada orang yang menganggap dia sebagai
musuh yang tidak bisa hidup bersamaan!
Namun orang yang menginginkan dia sebagai anaknya, memang
betul belum ada. Bermimpipun ia tidak pernah berpikir bahwa di dunia ini ada
orang semacam ini! Perempuan itu bertanya seraya matanya berkerlingan: "Tahukah
kau kenapa aku ingin kau jadi anakku?"
"Tidak tahu." Ia menundukkan kepala, lalu berbisik di sisi telinga Chu Liuxiang:
"Aku ingin menyusuimu."
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum masam: "Jikalau kau
tidak memberitahukan sebab ini, maka seumur hidup pun aku tidak
sanggup menebaknya" Perempuan itu berkata seraya menggigit "Bagaimana kau tidak
sanggup menebaknya" Setiap orang kalau sampai usia semacam aku
ini, pasti ingin punya anak."
Chu Liuxiang bertanya seraya memelototkan mata: "Kau
mengeluarkan tenaga dan usaha sebesar ini apakah tujuannya cuma
ingin aku jadi anakmu?"
"Pada mulanya bukan"
"Pada mulanya apa tujuanmu?"
"Menginginkan nyawamu."
"Yang menginginkan nyawaku itu kau atau orang lain?"
"Tentu saja orang lain, aku dan kau kan tidak bermusuhan, juga
tidak punya dendam, untuk apa menginginkan nyawamu?"
Chu Liuxiang berkata sambil menghela nafas: "Ternyata tidak
saja kau bukan istri majikan yang benar, tapi juga adalah pelayan
kecilnya orang lain."
Perempuan itu bertanya seraya mendelik: "Siapa bilang aku
adalah pelayan kecilnya orang lain?"
"Jika kau bukan pelayan kecilnya orang lain, kenapa bekerja
untuk orang lain?" "Aku hanya membantu dia saja."
"Membantu siapa?"
Perempuan itu menjawab seraya memutar-mutarkan biji
matanya: "Seorang kawan."
"Kau rela membunuh demi seorang kawan" Membunuh seorang
yang tidak bermusuhan denganmu dan seorang yang tidak punya
dendam denganmu?" Ia menghela nafas lagi, lalu bergumam: "Aku kira dia pasti bukan
kawanmu, tapi dia ayahmu kan" Memang lumayan juga punya anak
perempuan secerdas kamu ini, bahkan aku pun ingin. jadi ayahmu"
Perempuan itu berkata dengan wajah marah: "Apakah kau tidak
percaya omonganku?" "Aku sulit percaya"
"Mengapa?" "Tiada seorang pun yang membantu kawannya dengan cara ini.
Membunuh orang bukan hal yang main-main."
"Ia tidak suruh aku membunuhmu."
"Ia suruh kau berbuat apa?"
"Ia suruh aku menangkapmu, lalu antarkan ke tempatnya -
Dalam keadaan hidup."
Mata Chu Liuxiang berkerlingan seraya bertanya: "Mengapa kau
tidak antarkan aku ke tempatnya?"
Rasa marah perempuan itu telah sirna, lalu menjawab dengan
suara lembut: "Bagaimana aku tidak merasa sayang kalau kau
diberikan kepada orang lain?"
"Namun kau telah menyanggupi orang lain kan?"


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu hanya dikarenakan aku belum pernah melihatmu, belum tahu
kau demikian tampan dan menyenangkan sekali!"
Ia mengulurkan tangan untuk mengusap-usap wajah Chu
Liuxiang dengan ringan, seraya berkata dengan suara lembut:
"Seorang wanita demi pria yang disukainya, bahkan orang tua
kandungnya saja dapat ditinggalkan, apalagi cuma kawan!"
Tangannya putih mulus, wajahnya pun termasuk tidak jelek.
Tetapi Chu Liuxiang teringat akan rupanya ketika mengiris daging
sapi, dan sepertinya mencium bau daging sapi lagi, sehingga ia
merasa kalau bisa mau cepat-cepat pergi mandi saja.
Sekalipun daging sapi berbau harum dan lezat sekali, namun jika
di tangan seorang wanita ada bau daging sapi Wah! Mana tahan!
Chu Liuxiang bertanya seraya menghela nafas: "Apakah sekarang
kau sudah siap menahanku di sini?"
"Aku mau menahanmu seumur hidup."
"Apakah kau tidak takut kawanmu itu datang mencarimu untuk
buat perhitungan?" "Ia tidak akan bisa mencari sampai ke sini."
"Mengapa?" Perempuan itu menjawab dengan senyuman yang menggoda:
"Ini adalah tempat rahasiaku untuk menyimpan pacar gelap, siapa
pun tidak tahu aku punya tempat demikian!"
"Tetapi kita kan tidak bisa seumur hidup berbaring saja di rumah
ini kan?" "siapa bilang tidak bisa" Aku justru ingin kau seumur hidup tingal
di rumah ini, agar tidak terlihat oleh wanita lain."
"Kalau aku mau keluar untuk jalan-jalan?"
"Kau tidak bisa keluar."
"Kau...kau tak akan membiarkan aku seumur hidup berbaring di
ranjang kan?" "Kenapa tidak" Seorang wanita demi pria yang disukainya, hal
apa pun bisa dibuatnya!"
Chu Liuxiang berkata seraya menghela nafas yang panjang:
"Tampaknya kau sudah bertekad untuk tidak mengantarkan aku ke
sana." Perempuan itu menjawab seraya tersenyum manis: "Pada
pandangan pertama aku melihatmu, maka tekad ini sudah
ditetapkan." Ia menggigit hidung Chu Liuxiang dengan ringan, lalu berkata
dengan suara lembut: "Asal kau berbaring di sini dengan patuh, aku
jamin kau ada makan ada minum, dan lebih nyaman dari menjadi
anaknya siapa saja!"
Chu Liuxiang termangu-mangu sebentar, tiba-tiba bertanya "Dari
sini ke tempat tinggal kawanmu itu jauh tidak?"
"Kenapa kau tanya?"
"Aku cuma khawatir ia akan mencari sampai ke sini."
Perempuan itu berkata seraya gigit bibir: "Seandainya ia bisa
mencari sampai ke sini, maka aku akan membunuhmu terlebih
dahulu." "Membunuhku" Kenapa?"
"Aku lebih rela membunuhmu, daripada membiarkanmu jatuh ke
tangan wanita lain!"
"Jadi kawanmu itu seorang wanita?"
"Wanita yang bagaimana" Bagaimana rupanya?"
Perempuan itu berkata seraya mendelik: "Lebih baik kau jangan
tanya sampai terlalu jelas, agar aku tidak cemburu."
"Tetapi ia mau membunuhku dengan berbagai usahanya, paling
tidak aku kan mesti tahu dia itu siapa?"
"Kau tidak perlu tahu, sebab sudah tahu pun tidak berfaedah
bagimu." "Apakah kau pasti tidak mau beritahukanku?"
Perempuan itu menjawab setelah memutar-mutarkan biji
matanya "Lewat suatu jangka waktu tertentu, barangkali aku akan
beritahu." "Sampai kapan?"
"Sampai aku senang --- Mungkin tiga sampai lima hari, mungkin
setengah sampai satu tahun."
Ia melanjutkan kata-katanya seraya tersenyum manja "Kamu kan
bersiap-siap akan berbaring di sini seumur hidup, buat apa tergesagesa?"
Chu Liuxiang termangu-mangu lagi sebentar, kemudian
bergumam: "Tampaknya aku tetap tinggal di sini pun sudah tidak
ada gunanya." "Kau bilang apa?"
"Aku bilang sudah saatnya aku pergi."
Perempuan itu bertanya seraya tersenyum: "Apakah kau sanggup
pergi?" "Akan kucoba." Tiba-tiba ia bangun dri ranjang itu!
Persis seperti tiba-tiba melihat orang mati bisa bangkit, saking
kagetnya perempuan itu sampai termangu-mangu.
Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum: "Tampaknya aku masih
bisa jalan ya." Mata perempuan itu membelalak, mulutnya pun terbuka lebar,
lalu berkata dengan terbata-bata: "Kau.... Bukankah jelas-jelas telah
kutotok jalan darahmu?"
Chu Liuxiang menjawab dengan santai: "Ini mungkin dikarenakan
ilmu menotokmu masih kurang mahir, mungkin juga karena kau
tidak tega menotok dengan terlalu keras sih!"
"Ternyata....Kau tadi cuma bersandiwara saja ya?"
Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum: "Kau bisa
bersandiwara, kenapa aku tidak bisa?"
"Tapi.... Jika tidak tertotok jalan darahmu, kenapa masih ikut
aku?" "Sebab aku suka kamu."
Kali ini ia tidak berkata jujur.
Ia berbuat demikian, tujuannya adalah untuk bisa bertemu
dengan orang yang mengutus banyak orang untuk membunuh dia.
Sebab dugannya semula adalah perempuan itu akan
mengantarkan dia ke tempat orang itu.
Perempuan itu berkata seraya menggigit bibirnya "Jika kau suka
aku, kenapa sekarang mau pergi?"
Chu Liuxiang berkata dengan suara hambar; "Sebab kau tidak
cuci tangan setelah mengiris daging sapi, dan aku tidak menyukai
wanita yang tangannya ada bau daging sapi."
Perempuan itu merah padam wajahnya, saking marahnya sampai
tak mampu berkata-kata. Chu Liuxiang berkata lagi: "Aku tidak suka berjalan dengan kaki
telanjang, di manakah sepatuku" Ambilkanlah untukku."
Mata perempuan itu mendelik, saking marahnya sampai warna
mukanya berubah-ubah, namun akhirnya toh mengambilkan
sepasang sepatu untuk Chu Liuxiang.
Chu Liuxiang berkata seraya menepuk-nepuk kakinya: "Tolong
pakaikan." Perempuan itu mengertakkan giginya, lalu memakaikan sepatu
untuk Chu Liuxiang. Ada pepatah bahasa Tionghoa yang berbunyi "Seorang laki-laki
yang cerdik tidak akan menelan kerugian yang diakibatkan oleh
kebodohannya!." Pepatah ini hanya betul separuh, sebab tidak hanya laki-laki yang
cerdas, wanita yang cerdas atau cerdik pun tidak mau menelan
kerugian yang diakibatkan oleh kebodohannya!
Bahkan dalam hal ini, wanita umumnya jauh lebih cerdik dari lakilaki!
Chu Liuxiang turun pelan-pelan dari ranjang, memakai pakaian
luarnya, dan merapikannya dengan gerakan perlahan.
Perempuan itu tidak bisa menahan dirinya dan bertanya:
"Katanya kamu mau pergi, kok tidak cepat pergi?"
Chu Liuxiang bertanya balik seraya tersenyum: "Kenapa sekarang
kau malahan mau mengusirku" Kau takut apa?"
Perempuan itu menggigit bibirnya dan tidak menjawab.
Chu Liuxiang bertanya lagi: "Apakah kau takut aku memaksamu
untuk menyebutkan nama kawanmu itu?"
Wajah perempuan yang putih dan mulus itu, sekarang sudah
mulai jadi agak pucat. Chu Liuxiang tersenyum, lalu berkata: "Tenangkanlah hatimu!
Hanyalah seorang laki-laki yang amat bengis, yang akan
mempergunakan cara kekerasan kepada wanita yang bantu
memakaikan sepatu baginya ---- Paling tidak aku masih bukan lakilaki
tipe demikian!" Perempuan itu tercenung sejenak, lalu berkata seraya tersenyum
manis: "Tak kusangka bahwa kau adalah seorang laki- laki yang
demikian baiknya!" "Memang aku adalah pilihan dari orang-orang yang baik."
Perempuan itu tersenyum kian manis dan berkata: "Sekarang jika
kau mau jadi anakku, aku masih mau menerima."
Kali ini giliran Chu Liuxiang yang jadi tercenung.
Sebab tiba-tiba ia merasa tidak boleh jadi orang baik, apalagi di
depan wanita! Sebab sejumlah wanita punya kepandaian yang paling dikuasai,
yaitu menindas orang-orang yang baik dan jujur!
Ada sejumlah wanita, yang jika anda berlaku makin baik
padanya, malahan ia makin ingin menindas anda! Tapi jika anda
berlaku agak garang, malahan ia akan menjadi "jinak"!
Perempuan itu berdiri dengan gerakan lemah gemulai, lalu
berbuat sepertinya mau mengelus-elus wajah Chu Liuxiang lagi.
Kali ini Chu Liuxiang telah memutuskan untuk memberi
"pelajaran" bagi dia.
Namun tepat pada saat itu juga, dari luar jendela tiba-tiba
terdengar suara jeritan -- Suara jeritan kaget dari tujuh sampai
delapan orang laki-laki! Lalu menyusul bunyi jatuhnya tujuh sampai delapan senjata ke
tanah. Dengan gerakan secepat anak panah yang baru lepas dari
busur, Chu Liuxiang telah melesat ke luar jendela.
**** Pekarangan yang ada di luar itu amat indah dan amat hening.
Tapi pekarangan yang seberapa indahnya pun, jika di dalamnya
terbaring tujuh sampai delapan laki-laki kekar yang seluruh
wajahnya berlumuran darah, akan sirna keindahannya.
Yang jatuh berserakan di tanah itu ternyata bukan senjata biasa,
tapi adalah kotak busur lintang yang garapannya amat halus.
Anak panah yang dilepaskan dari kotak busur lintang sejenis ini,
kekuatannya terkadang bahkan lebih dahsyat dari senjata rahasia
yang dilepaskan oleh pesilat kelas wahid!
Laki-laki kekar itu datang dari mana" Mau menggunakan senjata
itu untuk melawan siapa"
Dengan cara bagaimana orang-orang itu dirobohkan"
Siapa yang melakukannya"
Chu Liuxiang jongkok, mendirikan seorang laki-laki lalu
menelitinya. Laki-laki ini memiliki wajah yang bengis, sehingga
semua orang bisa menduga bahwa dia pasti bukan orang baik.
Sekalipun dia berwajah tampan, tapi jika seluruh wajahnya
berlumuran darah, juga tak akan menarik lagi.
Darah mengalir dari jalan darah "chengqi" yang berada di bawah
mata orang itu. Sehingga orang itu bukan saja mengalirkan darah, juga
mengalirkan air mata. Di antara darah dan air mata terlihat ada sinar perak yang
berkilauan, benda itu seperti jarum, tapi lebih tipis dan lebih kecil
dari jarum. Ketika Chu Liuxiang meneliti bekas luka dari orang-orang yang
lain, ternyata sama semuanya.
Jeritan kaget dan memilukan dari orang-orang itu, ternyata juga
bersamaan waktunya. Terlihat jelas bahwa: Hanya dalam waktu sekejap mata saja,
orang-orang itu telah dirobohkan dalam waktu yang sama!
Hanya dalam waktu sekejap mata saja, seseorang telah sanggup
merobohkan tujuh sampai delapan orang pada waktu yang sama,
hanya dengan senjata rahasia yang sedemikian kecilnya!
Bahkan dengan kejituan luar bisa mengenai jalan darah yang
mematikan, sampai tidak meleset sedikit pun!
Chu Liuxiang berdiri, lalu menghembuskan nafas yang panjang.
Orang yang memiliki ilmu menimpukkan senjata rahasia yang
demikian mahirnya - Mungkin yang termahir di dunia Orang ini
siapa ya" Ia berpikir keras tapi tak bisa mendapat jawabannya.
Sewaktu ia sudah tak ingin lagi memikirkannya, mendadak ia
melihat ada sebuah benda jatuh dari kerindangan pohon besar yang
berada di depan itu. Yang jatuh itu ternyata adalah kulit buah leci.
Ia mengangkat kepala dan terlihat ada seorang gadis yang
memakai baju ringan yang berwarna kuning, sedang duduk di
sebuah ranting pohon yang ternaung dari sinar matahari, dan di
tangannya ada segugus buah leci.
Chu Liuxiang tidak usah melihat wajahnya pun sudah tahu siapa
gadis itu. Zhang Jiejie. Mengapa gadis ini sepertinya setiap saat dan di mana pun bisa
muncul di hadapannya"
**** Apakah di atas pohon ada burung kepodang yang sedang
berkicau riang" Bukan burung kepodang, tapi itu adalah suara tertawa Zhang
Jiejie. Suara tertawanya renyah dan merdu bagaikan kicauan burung
kepodang yang keluar dari lembah.
Sepasang matanya yang mirip dengan bulan sabit itu, ketika
mulai tertawa, seolah-olah ada gumpalan awan yang tipis sekali dan
gumpalan kabut yang juga tipis sekali.
Dengan tiba-tiba is muncul lagi di tempat ini.
Chu Liuxiang seharusnya merasa aneh, merasa di luar
dugaannya. Namun anehnya, saat ini hatinya hanya merasa gembira sekali.
Di mana pun dan kapan pun, ketika melihat Zhang Jiejie, hatinya
selalu gembira, walaupun sering merasa aneh dan terkejut juga.
Zhang Jiejie mengeluarkan sebutir biji buah leci dari mulutnya,
lalu berkata seraya tersenyum manis: "Mau makan buah leci" Aku
minta seseorang untuk mengantar kemari dengan kuda yang dipacu
dengan cepat lho! Dan buah-buah leci ini didatangkan dari kota
Jinan yang cukup jauh lho!"
Chu Liuxiang berkata setelah menghela nafas: "Kenapa kau tidak
bermarga Yang?" Zhang Jiejie membulatkan bentuk bibirnya, lalu berkata dengan
marah yang dibuat-buat: "Masa' cuma Yang Guifei (Yang Guifei,
dalam sejarah Tiongkok kuno, adalah seorang selir kesayangan dari
seorang kaisar Dinasti Tang. Selir ini sangat terkenal karena
kecantikannya, walaupun badannya sedikit gemuk la gemar makan
buah leci.) yang boleh makan buah leci, aku tidak boleh" Di dalam
hal apa aku kalah dari dia?"
Chu Liuxiang tertawa tanpa bisa ditahan, lalu berkata "Paling
tidak kau sedikit lebih langsing dari dia."
"Juga jauh lebih muda dari dia!"
Ia melayangkan tangannya, lalu ada sebuah benda kecil yang


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'berkilauan' terbang menuju ke Chu Liuxiang.
Ternyata itu adalah buah leci yang kulitnya telah dikupas.
Chu Liuxiang tidak menjulurkan tangan, hanya membuka
mulutnya. Buah leci itu masuk dengan tepat ke dalam mulutnya.
Zhang Jiejie bertanya seraya tertawa cekikikan: "Enak tidak?"
Chu Liuxiang bergumam seraya mulutnya mengunyah leci: "Ada
tangan halus yang mengupaskan leci, tidak enak pun jadi enak."
Zhang Jiejie bertanya lagi seraya membelalakkan matanya
"Apakah kau tidak takut leci ini beracun?"
"Tidak takut." Ia mengeluarkan biji leci dari mulut, lalu meneruskan katakatanya
seraya tersenyum: "Sekalipun benar-benar beracun,
sekarang pun tidak keburu lagi, sebab aku telah memakannya dan
tidak bisa dimuntahkan lagi kan!"
"Apakah kau betul-betul tidak takut?"
"Betul." "Apakah kau mau aku memberitahukanmu satu hal?"
"Mau." "Baik, jika begitu aku memberitahukanmu: Bukan saja leci ini
beracun, bahkan adalah racun yang amat ganas!"
Senyuman Zhang Jiejie kian manis dan kian indah, sepasang kaki
mungilnya yang memakai sepatu bersulam itu bergoyang-goyang di
atas pohon, persis seperti seekor burung flamingo yang berada di
tengah-tengah dahan dan ranting-ranting yang hijau.
Ia melanjutkan kata-katanya seraya tersenyum manis: "Jangan
lupa bahwa aku pun seorang wanita, lebih-lebih tidak seharusnya
kau melupakan 'nasib bunga persik yang dapat merenggut nyawa',
yang saat ini masih berjalan di atas dirimu itu!"
Bab 5: Bunga Bukan Bunga, Kabut Bukan Kabut
Seseorang jika mendengar dirinya telah kena racun, reaksi
bagaimanakah yang akan muncul"
Orang yang berbeda akan timbul reaksi yang berbeda pula.
Ada orang yang saking takutnya sampai seluruh badannya
bergemetaran, wajahnya pucat pasi, sampai berteriak minta tolong
pun tidak sanggup. Ada orang yang segera berlutut minta ampun, serta berteriakteriak
minta tolong. Ada orang yang saking tegangnya sampai muntah-muntah,
bahkan makanan tadi malam pun mungkin bisa dimuntahkan.
Ada orang yang sedikit pun tidak tegang, hanya tersenyum dingin
dengan rasa curiga, lalu memancing dengan sejumlah kata.
Ada orang yang satu kalimat bahkan satu kata pun malas
mengatakannya, tidak peduli dia benar-benar kena racun atau hanya
tipuan, segera melabrak lawannya habis-habisan baru ngomong hal
yang lain. Namun juga ada orang yang sama sekali tidak bereaksi, bahkan
sedikit reaksi pun tidak ada.
Oleh karena itu orang lain tidak dapat mengerti. Apakah
sebenarnya dia percaya" Atau tidak percaya" Takut atau marah"
Orang semacam ini tentu saja adalah orang yang paling sulit
dihadapi! Tentu saja Chu Liuxiang adalah semacam orang yang paling sulit
dihadapi itu. Oleh karena itu ia sama sekali tidak bereaksi, cuma jadi
tercenung. Tercenung seraya memandangi sepasang kaki
ZhangJiejie yang terus bergoyang-goyang itu.
Di antara wanita, Zhang Jiejie Tanpa diragukan lagi adalah wanita
yang pandai sekali mengendalikan dirinya.
Ia telah menunggu lama sekali untuk menantikan reaksi Chu
Liuxiang, namun sekarang ia toh tidak bisa mengendalikan dirinya
lagi. Tanpa bisa ditahan, ia bertanya: "Apakah kau telah mendengar
kata-?kataku?" Chu Liuxiang menganggukkan kepalanya, tapi tampak jelas ia
kurang berkonsentrasi. Zhang Jiejie bertanya lagi: "Jika sudah dengar, lalu kau mau
apa?" "Aku sedang berfikir...."
"Sedang memikirkan apa?"
"Sedang memikirkan Jika sekarang kau bertelanjang kaki, pasti
akan lebih menarik."
Kaki Zhang Jiejie tidak bergoyang lagi.
Tiba-tiba ia bangkit dan berdiri di ranting pohon, lalu loncat ke
bawah dan berdiri tepat di depan Chu Liuxiang, seraya matanya
mendelik. Sekalipun ia mendelik, namun sepasang matanya tetap kecil dan
bengkok, bagaikan bulan sabit.
Sekalipun sedang marah, di dalam matanya masih terbayang
senyurnanyang seolah-olah dibungkus dengan kabut dan bunga,
sehingga orang lain tidak dapat takut atau marah kepadanya!
Sekarang Chu Liuxiang tidak memandangi kakinya.
Sekarang Chu Liuxiang sedang memandangi matanya
Memandang dengan tercenung.
Zhang Jiejie menggigit bibirnya, lalu berkata dengan suara keras:
"Aku memberitahukanmu bahwa kau telah kena racun, bahkan itu
sejenis racun yang teramat ganas, kau malahan memikirkan kakiku!
Kau.... Kau sebenarnya manusia atau babi?"
"Manusia." Ia menjawab dengan cepat, lalu melanjutkan: "Oleh
karena itu aku masih memikirkan satu hal yang lain."
*** Perempuan yang menyamar jadi istri pedagang itu, jelas terlihat
ia mati karena diracuni orang.
Kena racun apa" Chu Liuxiang berusaha membuka mulut perempuan itu, lalu ada
sebuah benda jatuh dan mulutnya.
Sebuah biji leci. Dari belakang badannya terdengar bunyi lengan baju dan angin.
Ia memutar badannya, dan mendelikkan mata pada Zhang Jiejie
yang baru saja melayang masuk dari jendela.
Di wajah Zhang Jiejie pun timbal ekspresi terkejut, lalu bertanya:
"Untuk apa kau mendelik padaku" Masa kau mengira aku yang
bunuh dia?" Chu Liuxiang tetap saja mendelik padanya.
Zhang Jiejie berkata seraya tersenyum dingin: "Wanita macarn ini
yang lebih mementingkan pacar gelapnya daripada kawannya,
walaupun mati satu kurang satu, tapi bukan aku yang
membunuhnya Ia sama sekali belum layak bagiku untuk
membunuhnya!" Chu Liuxiang tiba-tiba berkata seraya menghela nafas: "Aku tahu
kau tidak membunuhnya Ketika dia mati, kau masih bercakap-cakap
denganku di luar." Zhang Jiejie berkata dengan sikap dingin: "Kau mengertiya paling
baik, tidak mengerti ya tidak apa-apa, toh aku sama sekali tidak
peduli! Sedikit pun tidak peduli!"
Tentu saja ini adalah ucapan emosional.
Seorang gadis selesai mengucapkan ucapan emosional, biasanya
cuma ada satu satu tindakan Memutar badannya dan pergi.
Namun sejak awal Chu Liuxiang sudah bersiap-siap.
Baru saja Zhang Jiejie memutar badannya, ia sudah melihat Chu
Liuxiang masih berdiri di depannya.
Berdirinya pas di depan matanya.
Namun Zhang Jiejie sengaja tidak melihat matanya, dan berkata
seraya tersenyum dingin: "Peribahasa berbunyi: 'Anjing yang baik
tidak merintangi jalan'. Untuk apa kau merintangi jalanku?"
"Sebab kau tidak peduli, aku yang peduli."
"Kau mempedulikan apa?"
"Mempedulikanmu!"
Biji mata Zhang Jiejie berputar-putar, tapi "es" di dalam matanya
telah mulai mencair. Chu Liuxiang berkata lagi: "Sebab aku tahu kau datang demi aku,
tapi kenapa kau bisa tahu aku ada di sini" Kau...."
Zhang Jiejie tiba-tiba menyela dengan suara keras: "Ternyata kau
bukan benar-benar mempedulikanku, tapi hanyalah mencurigaiku,
mencurigai apakah aku telah bersekongkol dengan mereka! Jika
demikian, sekalipun aku mati kau pun tak akan peduli!"
Ini pun adalah ucapan emosional.
Maka selesai mengucapkannya, ia segera memutar badannya dan
pergi. Kali ini ia pergi dengan lebih cepat.
Ketika ia betul-betul mau pergi, bahkan Chu Liuxiang pun tak
sanggup menghalanginya! Ketika Chu Liuxiang mengejar sampai di luar, sudah tidak
kelihatan lagi orangnya! Yang kelihatan hanyalah tujuh sampai delapan orangyang
berbaring di tanah itu. Tadi mereka walaupun seluruh wajahnya berlumuran darah, tapi
masih hidup. Tetapi sekarang di wajah mereka sepertinya sudah
tidak ada darah lagi, dan semuanya pun telah mati.
Saat ini wajah mereka telah berobah jadi warna ungu, sampaisampai
warna darah pun tidak bisa dibedakan lagi!
Chu Liuxiang menggenggam sepasang kepalannya erat-erat, air
mukanya pun berobah jadi warna ungu.
Ini menunjukkan bahwa kemarahannya sudah sampai
puncaknya! Ia amat benci pada kekerasan, dan amat benci pada
pembunuhan! Saat ini ia amat benci pula pada kelalaian diri sendiri, sebab tadi
seharusnya ia membukakan jalan darah mereka yang tertotok,
dengan demikian mungkin saja saat ini mereka tidak mati.
Saat ini ia bahkan merasa bahwa orang-orang ini seolah-olah
adalah mati di tangannya sendiri.
Bahkan tangannya mulai bergemetaran.
Tiba-tiba sebuah tangan terjulur dari belakang badannya, lalu di
pinggir telinganya terdengar suara yang lemah lembut bagaikan
kabut: "Tanganmu dingin sekali."
Tangan Chu Liuxiang betul-betul dingin sekali, dan berkeringat.
Saat ini, pas lagi membutuhkan tangan seorang wanita yang
menggenggam tangannya dengan ringan.
Namun ia justru melepaskan tangan gadis itu dengan cara
menghempaskannya! Barangkali inilah pertama kalinya ia menghempaskan tangan
seorang wanita! Zhang Jiejie menundukkan kepalanya, ternyata ia tidak marah
dan tidak pergi, suaranya malahan jadi kian lemah lembut.
"Orang-orang ini hanyalah tukang pukul dari kelas terendah, yang
demi sedikit bayaran uang saja sudah mau membunuh orang.
Mengapa kau begitu sedih atas kematian mereka?"
Chu Liuxiang mendadak membalikkan kepalanya dan mendelik
padanya, lalu berkata dengan sekata demi sekata: "Memang benar,
mereka semuanya hina dina, tapi paling baik kau jangan lupa:
Mereka pun adalah manusia!"
"Tapi.... Tapi manusia pun ada bermacam-macam, dan macam
mereka Mi...." "Macam mereka ini, kematiannya tentu saja tidak pantas
dikasihani, namun mereka pun punya istri atau orang-orang yang
mengasihi mereka kan" Lalu apakah orang-orang itu juga bersalah?"
Zhang Jiejie jadi terdiam.
"Makanya lain kali ketika kau mau membunuh orang, sekalipun
mereka memang layak dibunuh, tapi cobalah direnungkan sejenak,
dan pikirkanlah orang-orangyang tidak bersalah, dan yang
menggantungkan hidupnya pada mereka itu! Setelah mereka mati,
maka yang masih hidup itu pasti akan merasakan kesedihan yang
amat dalam." Zhang Jiejie menundukkan kepalanya.
Meskipun ia menundukkan kepalanya, tetapi Chu Liuxiang masih
bisa melihat matanya. Sepasang matayang seolah-olah bisa selalu tersenyumitu,
sekarang sudah berkaca-kaca. Tidak ada air matayang menetes, karena air matanyayang
berkilau?-kilau bagaikan sinar mutiara itu tertahan di dalam
matanya. *** Chu Liuxiang adalah orangyang berprinsip, dan ia pun
menghormati orang yang berprinsip.
Ia menghormati prinsip orang lain, sama seperti menghormati
prinsipnya sendiri. Terhadap kaum wanita, tentu saja ia punya prinsipnya.
Ia tidak akan berdebat dengan wanita mana pun, dan tidak akan
melukai harga diri wanita mana pun.
Ia tidak suka memberi wejangan pada orang lain dengan wajah
yang serius, lebih-lebih ketika menghadapi gadis-gadis, ia tak akan
menunjukkan wajah yang cemberut.
Dikarenakan ia merasa bahwa nasihat yang disertai senyuman
itu, jauh lebih efektif dari teguran yang disertai wajah yang
cemberut! Namun pada hari ini ia tiba-tiba menyadari bahwa ia sudah
melanggar prinsip diri sendiri.
Bagi dia, ini betul-betul sebuah hal yang sulit dibayangkan!
Apakah ini disebabkan ia sudah tidak menganggapnya sebagai gadis
biasa, serta menganggapnya sebagai seorang sahabat atau orang
yang amat dekat" Hanyalah di depan seorang sahabat yang paling dekat, seseorang
paling mudah membuat kekeliruan.
Karena hanya pada saat itulah, perasaannya baru bisa rileks
seluruhnya, bukan saja lupa untuk waspada pada orang lain, bahkan
juga lupa untuk waspada pada diri sendiri.
Apalagi di depan kekasihnya sendiri, setiap pria bisa dengan
mudah sekali melupakan segalanya, bahkan bisa berubah menjadi
seperti kanak kanak! "Masa' aku betul-betul sudah menganggap dia sebagai
sahabatku" Atau kekasihku" Mengapa di depan dia, aku selalu
mudah sekali berkata salah" Berbuat salah" Bahkan bisa menilai
salah?" Zhang Jiejie bertanya "Sedang memikirkan apa?"
"Sedang memikirkan: Apakah kakimu juga seindah matamu?"
Ia menatap mata Zhang Jiejie, lalu melanjutkan kata-katanya
dengan wajah serius: "Kau tahu kan" Wanita yang matanya indah,
belum tentu kakinya juga indah."
Muka Zhang Jiejie tidak menjadi merah.
Ia memang bukan tipe gadis yang mudah sekali jadi merah
mukanya. Ia pun menatap mata Chu Liuxiang, berkata perlahan dengan
wajah serius: "Lain kali aku tak akan bertanya lagi:'Apakah kau
manusia atau babi"' "
"Oh ya?" "Karena aku menemukan bahwa kau bukan manusia! Baik kau
adalah makhluk apa saja, tetapi pasti bukan manusia!"
"Oh ya?" Zhang Jiejie berkata dengan nada dongkol: "Di bawah kolong
langit ini pasti tidak ada manusia semacam kamu ini! Setelah


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengar diri sendirinya kena racun, malahan masih berani
menggoda orang lain!"
Chu Liuxiang tiba-tiba tersenyum dan bertanya "Apakah kau tahu
sebabnya?" "Tidak tahu." "Karena aku tahu di buah leci itu pasti tidak ada racunnya!"
"Yang kau tahu cuma kentut!"
Ia tersenyum dingin, lalu melanjutkan kata-katanya "Apakah kau
mengira dirimu sangat ahli dalam hal racun, sehingga racun apa
saja, begitu sampai ke mulutmu kau segera dapat merasakannya?"
"Bukan." Jika demikian berdasarkan apa kau berani bilang bahwa di leci itu
pasti tidak ada racunnya?"
"Berdasarkan satu hal."
"Apa itu?" Chu Liuxiang memandanginya seraya berkata sambil tersenyum:
"Barangkali apa pun aku tidak paham dan tidak tahu, tetapi
seseorang berbuat baik atau buruk padaku, aku selalu bisa tahu."
Matanya seolah-olah juga muncul segumpal awan, senyumannya
samar-samar seperti kabut, dan suaranya lebih lemah lembut dari
awan dan kabut. Ia melanjutkan kata-katanya dengan lambat: "Cuma berdasarkan
hal inilah aku tahu di leci itu tidak ada racunnya, sebab kau pasti
tidak akan membubuhi racun untuk mencelakaiku kan!"
Zhang Jiejie ingin mencemberutkan wajahnya.
Namun matanya mulai menyipit, dan hidungnya berkerut dengan
ringan. Dalam dunia ini jarang ada orang yang bisa mengerti: Alangkah
mempesonakannya ketika seorang gadis cantik tersenyum seraya
mengerutkan hidungnya! Andaikata anda pun tidak mengerti, maka kami beri saran:
Buruanlah pergi mencari dan menemukan seorang gadis cantik yang
bisa tersenyum dengan cara ini, lalu mintalah dia senyum pada
anda! *** Buah-buah leci itu jatuh ke tanah.
Zhang Jiejie merasakan hatinya dan tangannya amat ringan dan
mau melayang-layang rasanya, sampai-sampai tak kuasa memegang
buah?buah leci itu! Ia menundukkan kepalanya pelan-pelan dan berkata dengan
suara lembut: "Aku sungguh tidak mengira...."
"Tidak mengira?"
Zhang Jiejie mengangkat kepalanya, menatapnya seraya berkata:
"Aku tidak mengira kamu ternyata masih dapat mengerti siapa yang
baik dan siapa yang jahat!"
Saat ini matanya tidak seperti bunga, juga tidak seperti kabut,
lebih?lebih tidak seperti bulan sabit.
Sebab di dunia ini tak akan ada: bunga yang begitu cantik, kabut
yang begitu indah, dan sinar bulan yang begitu mempesonakan!
Chu Liuxiang berjalan menghampirinya, sampai dekat sekali.
Dekatnya sudah hampir bisa membaui nafasnya yang harum!
Seandainya ada seorang gadis semacam ini, yang menatap anda
dengan pandangan semacam ini, jikalau anda masih saja tidak
berjalan menghampirinya, tentulah kedua kaki anda sudah putus,
bahkan tentulah anda adalah seorang pandir dan buta yang kedua
kakinya sudah putus! Sebab jika anda tidak buta dan tidak pandir, sekalipun kaki putus,
anda pun akan menghampirinya dengan cara merangkak!
*** Chu Liuxiang berjalan kian mendekat, lalu mengangkat dagu
Zhang Jiejie dengan ringan, seraya berkata dengan nada mesra:
"Tentu saja aku tahu bahwa kau kemari, justru adalah membantuku
untuk merobohkan orang-orang ini kan" Tujuannya adalah
menyelamatkan aku kan" Jikalau ini pun tidak tahu, bukankah aku
betul-betul adalah babi?"
Zhang Jiejie menutup matanya pelan-pelan.
Ia tidak berbicara .Karena sudah tidak perlu lagi.
Seandainya anda mengangkat dagu seorang gadis, dan is telah
menutup matanya, anda seharusnya sudah mengerti artinya!
Chu Liuxiang menundukkan kepalanya, demikian pula bibirnya!
Namun bibirnya tidak mencari bibir Zhang Jiejie, tapi bibirnya
menempel di kuping Zhang Jiejie , lalu berkata lirih: "Apalagi aku
juga tahu satu hal yang lain!"
"Hmm..." Kali ini Zhang Jiejie berbicara bukan dengan mata, tapi juga
bukan dengan mulut. Ia memakai hidungnya. Ketika seorang gadis cantik berbicara dengan hidungnya, ini
seringkali lebih mempesonakan daripada berbicara dengan mulut
atau mata! "Aku tahu bahwa gadis semacam kau ini, sekalipun ingin
membunuhku, pasti akan memilih satu cara yang agak aneh dan
yang agak istimewa! Betul kan?" kata Chu Liuxiang.
Zhang Jiejie membuka mulutnya.
Bukan untuk berbicara, tapi untuk menggigit. Ia menggigit kuping
Chu Liuxiang! *** Di dalam dunia ini ada banyak hal yang mengherankan.
Di badan manusia, yang bisa berbicara, sebenarnya adalah mulut.
Tetapi setiap laki-laki yang berpengalaman tahu bahwa: Sewaktu
seorang wanita berbicara dengan mata atau hidung atau tangan
atau kaki, itu lebih menyenangkan hati dari berbicara dengan mulut!
Mulut sebenarnya dipakai untuk berbicara.
Tetapi juga ada banyak pria yang beranggapan bahwa Sewaktu
seorang wanita memakai mulutnya untuk menggigit seorang pria, ini
juga lebih menyenangkan hati daripada ia memakai mulutnya untuk
berbicara! Banyak pria yang lebih suka digigit wanita, daripada mendengar
seorang wanita bawd berbicara!
Oleh karena itu wanita yang bijak seharusnya memahami satu
hal: Di depan pria lebih baik sedikit buka mulut untuk berbicara.
*** Gigitan Zhang Jiejie tidak mengena.
Ketika ia membuka mulutnya, Chu Liuxiang telah menjauh dari
depan badannya. Ketika ia membuka matanya, Chu Liuxiang telah melayang masuk
ke dalam jendela itu. Agaknya ia masih belum melupakan istri pedagang gadungan itu
dan masih ingin melihatnya.
Tetapi perempuan itu sudah tidak bisa melihat dia lagi.
Perempuan yang putih mulus itu, saat ini seluruh tub uhnya
berubah jadi berwarna hitam keungu-unguan, matanya tertutup
rapat, giginya terkatup kencang, dan mulutnya masih mengulum
sebuah benda. *** "Mengapa aku bisa berbuat demikian" Seberapa banyakkah aku
mengerti dia?" Chu Liuxiang menatap Zhang Jiejie, juga menatap ke matanya.
Sepasang mata gadis ini, ketika sedang tersenyum memang
menyenangkan hati, tapi ketika bersedih malahan lebih
menggerakkan hati! Itu mirip sekali dengan bulan sabit yang melengkung itu, tiba-tiba
tertutup oleh segumpal awan dan kabut yang samar-samar.
Namun kecuali hal ini, boleh dibilang ia hampir seluruhnya tidak
tahu apa-apa tentang Zhang Jiejie!
"Aku bahkan tidak tahu apakah kakinya indah atau tidak?" Ia
mengelus-elus hidungnya seraya tersenyum masam.
Ia pernah melihat Zhang Jiejie menangis.
Tapi pada kali itu berbeda.
Pada kali itu Zhang Jiejie menangis, masih tercampur sedikit
emosi dan sedikit manja. Tapi pada kali ini ia bisa melihat bahwa Zhang Jiejie benar-benar
sedih dan benar-benar terharu hatinya
Tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis yang seperti kuda liar ini,
ternyata juga punya nisi yang lemah lembut dan baik hati!
Sampai pada saat ini, barangkali ia mengenal Zhang Jiejie cuma
sampai hal ini saja. Tetapi hal ini saja sudahlah cukup.
*** Pantaiyang banyak ditumbuhi pohon willow Cahaya rembulan nan
lembut. Zhang Jiejie menggandeng tangan Chu Liuxiang, keduanya
berjalan santai di tanggul yang panjang dan lures itu.
Deburan ombak menghantam tanggul itu dengan ringan,
seringan rambut Zhang Jiejie.
Ia melepaskan pita sutera yang mengikat rambutnya,
membiarkan angin malam menghembusi rambutnya sampai teruraiurai
dan mengenai pipi dan leher Chu Liuxiang.
Rambutnya lembut dan ringan, seringan deburan ombak yang
berada di bawah tanggul itu!
Malam yang amat cerah, selain rembulan yang terang, tidak ada
yang lain. Di dalam hati Chu Liuxiang juga tidak ada yang lain, yang ada
hanyalah, sedikit perasaan murung yang manis.
Seseorang hanyalah pada ketika dia merasa paling bahagia,
barulah ada perasaan murung yang aneh semacam ini.
Tetapi ini karena apa"
Tiba-tiba Zhang Jiejie bertanya: "Apakah kau tahu sebuah sajak
yang paling kusukai?"
"Tidak tahu'. "Coba terka." Chu Liuxiang mengangkat kepalanya, lalu terlihatlah biji-biji
willow yang menyerupai kapas itu sedang melayang-layang di
tengah angin, Cahaya bulan yang pucat, dan tanggul panjang yang agak
remang. Deburan ombak yang ringan itu bagaikan musik yang
mengalun. Chu Liuxiang tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu
bersenandung dengan suara yang tidak keras:
"Bilakah dan di manakah bangun dari mabuk arak di malam ini?"
Pantai pohon willow Angin subuh dan rembulan yang sudah hampir terbenam."
Tangan Zhang Jiejie tiba-tiba menggenggam erat tangan Chu
Liuxiang, dan tubuhnya bersandar di bahu Chu Liuxiang.
Ia tidak berkata apa-apa.
Apa pun sudah tidak perlu dikatakan lagi.
Dua orang jikalau hati dan pikirannya telah menyatu, memang
sudah tidak perlu untuk berkata-kata lagi!
"Bilakah dan di manakah bangun dari mabuk arak di malam ini"
Pantai pohon willow. Angin subuh dan rembulan yang sudah hampir terbenam."
Sajak Tiongkok yang kuno ini memiliki konsepsi artistik yang:
Amat bebas lepas, amat memilukan, dan amat kesepian!
Chu Liuxiang pernah mengenal banyak gadis, ia pernah mencintai
dan mengerti mereka. Tetapi tidak tahu mengapa, hanyalah ketika ia berada bersama
Zhang Jiejie, baru bisa betul-betul menghayati konsepsi artistik ini!
Seseorang ketika berada bersama dengan orang yang paling
mengerti hatinya, seringkali merasakan ada semacam rasa kesepian
yang memilukan! Namun itu bukanlah kepiluan yang sejati, atau kesepian yang
sejati. Itu hanyalah semacam perasaan ajaib terhadap kehidupan
manusia. Seseorang hanyalah kalau sudah mencapai serta merasakan taraf
kehidupan yang terindah ini, barulah puny-a perasaan demikian.
Ini sama dengan konsepsi artistik dari sebuah sajak Tiongkok
kuno yang lain, yang berbunyi:
"Memikirkan langit dan bumi yang luasnya tak terhingga,
lalumnengucurkan air mata karen sadar dirinya hanyaa seorang diri
saja." Itu bukan kepiluan, bukan kesepian.
Itu adalah keindahan. Keindahan yang dapat menggetarkan sukma!
Keindahan yang dapat juga mematahkan semangat!
Seseorang kalau belum pernah merasai konsepsi artistik
semacam maka yang dia miliki benar-benar adalah kehidupan yang
sepi! *** Mereka sudah sampai di ujung tanggul.
Seberapa panjang sebuah jalan pun, suatu ketika pasti selesai
menjalaninya. Jikalau sudah selesai, apakah sudah tiba saatnya untuk berpisah"
Chu Liuxiang menghela nafas dengan lirih, lalu berkata lirih seperti
berbisik: "Apakah kau mau pergi lagi?"
Zhang Jiejie merundukkui kepala, dan berkata seraya menggigit
bibirnya: "Kau bagaimana?"
"Kau tentu punya tempat yang mesti dituju kan?"
"Ya, dan semua orang juga punya,"
"Tetapi kau belum pernah menanyaiku: Kau datang dari mana"
Dan mau pergi ke mana?"
"Benar, aku tak pernah menanyai."
Selama ini ia jarang menanyai orang.
Dikarenakan ia selalu berasa bahwa: Jikalau orang itu rela
mengatakannya, maka sama sekali tidak ada perlunya untuk
menanyai. Jikalau tidak, maka menanyai pun tidak ada gunanya.
Zhang Jiejie berkata: "Kau cuma pernah menanyaiku: Siapakah
pemilik sepasang tangan itu" Dan dia berada di mana?"
Chu Liuxiang mengangguk. "Tapi.... Tapikenapa hari ini kau tidak bertanya?" tanya Zhang
Jiejie. "Dikarenakan aku pernah tanya, lalu buat apa tanya lagi?"
"Kau kira aku tidak akan mengatakannya?"
Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum masam: "Jika kau rela
mengatakannya, buat apa aku bertanya kan?"
"Itu mungkin karena dulu aku sendiri pun tidak tahu."
Chu Liuxiang berkata setelah tersenyum sejenak: "Bagaimanapun
juga, aku sudah tidak ingin tanya lagi."
Zhang Jiejie bertanya seraya mengedipkan matanya: "Mengapa?"
"Dulu ketika secara kebetulan aku bertemu denganmu, memang
benar aku mau mengorek sedikit informasi dari dirimu, makanya aku
bertanya, tapi sekarang...."
"Sekarang bagaimana?"
"Sekarang.... Sekarang aku berjumpa denganmu, hanyalah ingin
bersama-sama denganmu, tidak ada lagi yang lain."
Zhang Jiejie menengadahkan kepalanya dan menatap dia lekatlekat.
Pandangan matanya bagaikan orang yang mabuk arak.
Badannya gemetar dengan pelan.
Apakah karena angin malam yang dingin" Atau karena rasa cinta
yang membara dalam hatinya"
Tiba-tiba ia jatuh ke dalam pelukan Chu Liuxiang.


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Pantai pohon willow Malam hampir berakhir, rembulan hampir terbenam.
Zhang Jiejie bangun dan duduk, lalu membelai rambut di pelipis
yang awut-awutan. Dada Chu Liuxiang lebar sekali.
Di dalam rongga dada ini sebenarnya dapat menampung berapa
banyak cinta dan benci"
Zhang Jiejie rebah di dadanya lama sekali, kemudian tiba-tiba
berkata: "Bangunlah, aku mau bawa kau ke suatu tempat"
"Kemana?" "Sebuah tempat bagus."
"Untuk apa?" "Mencari seseorang."
"Mencari siapa?"
Mata Zhang Jiejie berkerlingan, lalu berkataperlahan, satu kata
demi satu kata: "Pemilik tangan itu."
*** Kaum gadis umumnya aneh dan benar-benar aneh.
Jika anda memaksanya untuk menjawab satu kalimat saja, ia
akan berkeras Bahkan mungkin sampai mati pun ---- tak mau
mengatakannya. Tapi jika anda tidak tanya, barangkali ia malahan ngotot mau
memberitahukan anda! Tembok yang amat tinggi. Tembok yang saking tingginya sampai bunga badam merah pun
tak kuasa menjulurkan ujung bunganya!
Seolah-olah bulan yang terang itu tepat berada di ujung tembok
itu! "Inikah tempat yang kau mau bawa aku kemari?" tanya Chu
Liuxiang. "Ini tempat apa?"
Zhang Jiejie tidak menjawab, malahan balas tanya "Apakah kau
sanggup naik ke ujung tembok itu?"
Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum sekilas: "Di bawah
kolong langit ini masih belum ada tembok yang aku tak sanggup
naik ke atasnya" "Jika begitu naiklah."
"Kemudian?" "Kemudian lompatlah ke bawah."
"Kemudian?" "Di bawah tembok itu ada sebuah jalan kecil, yang dialasi
batu?batu warna-warni yang didatangkan dari Yuhuatai (= nama
tempat)." "Jalan yang amat mewah!"
"Jika kau tidak berani berjalan dengan kaki, pakailah tangan atau
dengan cara apa pun, setelah sampai di ujungnya, akan terlihat
sebuah hutan bunga Mungkim bunga persik, di dalam hutan bunga
itu ada beberapa rumah."
"Kemudian?" "Masukilah rumah itu, kau akan bertemu dengan orang yang
ingin kau cari itu."
"Sedemikian sederhana?"
"Sedemikian sederhana."
Zhang Jiejie tersenyum mans, lalu berkata lagi: "Urusan-urusan di
dunia ini memang demikian: Urusan yang tampaknya amat ruwet,
pada kenyataannya seringkali amatlah sederhana!"
"Paling tidak kau seharusnya memberitahukanku: Sebenarnya ini
tempat apa" Dan orang macam bagaimanakah yang berada di dalam
rumah itu?" "Dikarenakan kau segera akan mengetahuinya tidak perlu kan
aku mengatakannya?" "Tetapi kenapa kau bisa mengetahuinya" Dan kenapa bisa tahu
bahwa orang itu pasti berada di dalam rumah itu?"
Zhang Jiejie tidak menjawab.
Chu Liuxiang menghela nafas, lalu berkata seraya tersenyum
kecut: "Sejak awal aku sudah tahu: Jika aku bertanya, kau pasti
tidak mau mengatakannya."
Zhang Jiejie mengangkat kepala dan berkata seraya mendelik:
"Apakah sejak awal kau juga sudah tahu: Jika kau sengaja tidak
bertanya, aku malahan akan memberitahukanmu?"
Chu Liuxiang mendadak terbatuk-batuk.
Zhang Jiejie terus mendelikinya, tiba-tiba menarik tangan Chu
Liuxiang dan menggigitnya keras-keras, kemudian badannya
melayang dan berjumpalitan di udara, segera raja sudah berada di
jarak kira-kira 40-50 kaki jauhnya.
"Kamu sungguh-sungguh bukan manusia! Tapi adalah babi! Babi
yang mati! Babi besar hidup yang tak tahu malu!"
Suara caci-makinya masih berada di dalam telinga Chu Liuxiang,
narnun orangnya sudah tidak kelihatan!
*** Sebuah tembok yang luar biasa tingginya.
Tetapi di dalam dunia ini mana ada tembok yang Chu Liuxiang
tidak sanggup melompatinya"
Chu Liuxiang berdiri di ujung tembok, dan setelah dihembusi
angin malam, kesadarannya baru agak pulih, narnun perasaan
hatinya masih kacau balau, dan tak tahu perasaan itu apa rasanya!
Ia betul-betul tidak bisa memahami. Sebenarnya Zhang Jiejie
adalah macam gadis yang bagaimana"
Namun sekarang bukanlah saatnya untuk memikirkan hal ini,
maka is memaksa diri agar bisa jadi tenang.
Ia tahu jika sekarang dirinya tidak bisa tenang, barangkali
selamanya tidak bisa tenang lagi!
Pekarangan itu amat dalam, walaupun ada beberapa titik sinar
lampu yang menghiasi di antaranya, tetap terlihat gelap gulita.
"Setelah naik ke ujung tembok, loncat turunlah."
"Namun macam tempat yang bagaimanakah yang ada di bawah
itu?" Ada hal atau benda apakah yang sedang menunggunya di dalam
kegelapan itu" Ia tidak tahu, namun ia sudah memutuskan untuk mencobanya
dengan menerjang bahaya. Maka ia melompat ke bawah!
*** Bab 6: Malam yang Sedih, Orang yang sedih
Seseorang jika mau mendaki ke atas, mesti mau mengucurkan
peluh dan menanggung kesulitan.
Tetapi setelah ia berhasil mendaki ke atas, akan merasa bahwa
berapa banyak pun peluh yang dikucurkan, atau berapa banyak pun
kesulitan yang ditanggung, semuanya berharga untuk dilakukan!
Tetapi jika melompat ke bawah" Wah! Ini jauh lebih mudah!
Bukan saja melompat dari mana pun adalah perkara mudah,
bahkan perasaan ketika badan meluncur ke bawah, seringkali itu
adalah semacam rasa gembira yang berbaur dengan dosa!
Namun ketika sudah sampai di bawah, ia baru akan menyesal,
sebab di bawah mungkin saja adalah: Rawa-rawa, perangkap atau
liang api! Pada saat itu tidak saja ia akan menanggung kesulitan yang lebih
besar, mengucurkan peluh yang lebih banyak, kadang-kadang bisa
mengucurkan darah! Sewaktu Chu Liuxiang meloncat ke bawah dari tembok tinggi itu,
ia tidak mengucurkan darah, tapi mulai menyesal!
Tadi ketika ia berada di ujung tembok tinggi itu, situasi dan
lingkungan dari tempat ini, sebenarnya ia sudah melihatnya sampai
jelas sekali. Namun sekarang ia baru menyadari bahwa dirinya telah berada di
suatu tempat yang sama sekali asing baginya!
Tadi ia bisa melihat jauh sekali, setiap bunga dan setiap pohon
dari taman ini, semua dalam penglihatannya.
Namun saat ini ia tiba-tiba menyadari bahwa: Bunga dan pohon
yang tadinya kelihatan kecil itu, sebenarnya lebih tinggi sedikit
darinya. Seandainya ada seseorang berdiri di belakang pohon bunga yang
ada di depannya itu, belum tentu ia bisa melihatnya!
Seseorang jika berada di tempat tinggi, pada umumnya bisa
melihat lebih jauh dan lebih jelas.
Namun ketika ia mulai jatuh di bawah, seringkali berubah
menjadi hampir semuanya tidak bisa dilihat dengan jelas!
Barangkali inilah sebabnya mengapa ia jatuh ke bawah.
"Rumah kecil yang berada di tengah hutan bunga, dan orang itu
ada di sana." Untung Chu Liuxiang masih ingat akan arah itu, dikarenakari saat
ini ia sudah tiba di sini, mau tidak mau mesti berjalan ke arah itu.
Saat ini yang bisa dilakukan hanyalah: Ekstra hati-hati dalam
tiap-tiap langkahnya! Dikarenakan ia sama sekali tidak dapat memprediksi akhir dari
hal ini. Terhadap perkembangan dan perubahan yang mungkin
terjadi, ia pun tak mampu menguasainya!
"Tempat ini sebenarnya adalah tempat apa?"
"Siapakah orang itu sebenarnya?"
Bahkan sedikit pun ia tak dapat menebaknya!
Angin malam membawa datang harum bunga yang ringan dan
anggun. Chu Liuxiang mengelus-elus hidungnya, tiba-tiba merasa dirinya
pantas ditertawai! Ia memang bukan orang yang gegabah dan ceroboh, tapi kenapa
bisa berbuat demikian"
Apakah karena ia terlalu mempercayai Zhang Jiejie"
Tapi kenapa ia demikian mempercayai gadis ini"
Ia pun tidak tahu mengapa"
Padahal Zhang Jiejie belum pernah melakukan satu hal yang
pantas dia percayai secara mutlak!
Pekarangan itu amat luas dan dalam.
Daun-daun pohon berdesau-desau karena ditiup angin,
menyebab?kan tempat ini berkesan kian hening clan kian misterius!
Meskipun Chu Liuxiang merasa lucu ketika berbuat demikian,
namun pada waktu yang sama di hatinya timbul semacam
perasaan rangsangan yang penuh rasa misterius dan ketegangan!
Itu persis dengan seorang yang tiba-tiba menerima sebuah kado
yang misterius, ketika mau membuka dan melihatnya, ia selain tidak
tahu siapa yang memberinya, juga tidak tahu apa isinya.
Oleh sebab itu ia harus membuka dan melihatnya.
Di dalamnya mungkin adalah pedang berbisa yang mematikan,
tapi mungkin juga adalah barang yang paling ingin dia peroleh!
Walaupun hal ini penuh resiko, tapi juga adalah semacam
pengalaman mendebarkan hati yang asyik!
Chu Liuxiang memang orang yang suka menerjang bahaya.
Apakah karena Zhang Jiejie telah memahami dia secara amat
mendalam, makanya sengaja menggunakan cara ini agar dia masuk
perangkap" *** Di tengah-tengah hutan bunga itu memang ada beberapa rumah
kecil yang mungil dan indah.
Ada sebuah rumah kecil berada di sebuah jembatan yang
berbelok sembilan kali. Jembatan yang terbuat dari batu hijau itu, berkilauan bagaikan
batu giok sewaktu dilihat pada malam hari.
Di dalam jendela rumah itu ada lampu yang sinarnya merah ke
ungu-unguan. Apakah orang yang berada di dalam rumah itu sudah menduga
dan yakin Chu Liuxiang akan datang, makanya ia menanti meskipun
malam telah selarut ini"
Yang sedang menanti ini, masa adalah seorang wanita lagi" Chu
Liuxiang masih belum dapat memastikan hal Mi.
Sekarang ia hanya dapat memastikan bahwa di jembatan ini tidak
berperangkap, juga tidak ada penghadang.
Oleh sebab itu ia berjalan dan naik ke jembatan itu.
Sampai di depan pintu rumah itu, ia baru berhenti.
Sebetulnya ia tak perlu berhenti.
Dikarenakan sudah sampai di sini, dan sudah sampai pada situasi
ini, sebenarnya bisa menendang pintu ini sampai terbuka, lalu
menerjang masuk. Atau satu kaki menendang pintu sampai terbuka, satu kaki
lainnya menendang jendela sampai terbuka dan menerjang masuk.
Atau terlebih dahulu membasahi kuku jari tangan dengan air
ludah, untuk membuat lubang kecil di kertas jendela itu, untuk
mengintai keadaan di dalam rumah itu.
Orang lain jika sudah sampai pada situasi ini, tentu akan
memakai cara-cara yang tersebut di atas itu.
Tetapi Chu Liuxiang bukanlah orang lain.
Jika melakukan sesuatu, ia selalu punya cara-cara yang unik.
Sekalipun ia pun mencuri, mencuri bermacam-macam barang,
kadang-kadang mencuri wanita cantik juga, namun ia selalu
memakai cara-cara yang paling jujur dan satria!
Oleh sebab itu, ketika ia mencuri barang seseorang, seringkali
bahkan hati orang itu pun berhasil dicurinya!
*** Pintu itu tertutup. Chu Liuxiangmengetuk pintu itu dengan perlahan, layaknya
seorang satria ketika berkunjung ke rumah kawannya.
Tidak ada orang menyahut.
Sewaktu ia mau mengetuk lagi, pintu itu tiba-tiba terbuka.
Ia segera saja melihat sebuah wajah yang luar biasa cantiknya!
Kecantikan wanita juga bermacam-macam banyaknya. Kecantikan
Zhang Jiejie dari jenis yang ceria dan dinamis, kecantikan Ai Qing
dari jenis yang matang dan seksi.
Namun gadis ini berbeda. Barangkali ia tidak semenarik seperti Zhang Jiejie, juga tidak
memiliki pesona seksi seperti Ai Qing, namun ia memiliki kecantikan
yang lebih halus dan lebih anggun!
Seandainya kecantikan Zhang Jiejie dan Ai Qing adalah bersifat
panas, maka kecantikan dia adalah bersifat dingin!
Dinginnya bagaikan bulan pada malam musim salju, atau
bagaikan bunga nusa indah di bawah sinar bulan yang dingin!
Bahkan sinar matanya pun terasa dingin dan apatis, sehingga
menimbulkan kesan bahwa: Baik menghadapi hal apa pun, tidak
akan membuatnya terkejut.
Oleh sebab itu, ketika melihat Chu Liuxiang ia pun tidak merasa
terkejut, cuma menatap dia sejenak dengan sikap yang dingin.
Pandangan ini ternyata membuat Chu Liuxiang merasa tidak enak
hati, bahkan merasa wajahnya sudah agak merah.
Bagaimanapun juga, pada waktu tengah malam begini datang
dan mengetuk pintu kamar seorang gadis yang belum dikenalnya,
tentu saja ini adalah hal yang cukup menjengahkan!
Ketika ia sedang memikirkan kata-kata cerdik apa yang akan
diucapkan, agar dirinya tidak merasa terlalu jengah.
Tetapi gadis itu telah membalikkan badannya dan berjalan
masuk. *** Di dalam kamar. Gadis itu duduk pelan-pelan di sebuah kursi, lalu berkata seraya
agak melambai-lambaikan tangan ke sebuah kursi yang lain:


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Silahkan duduk."
Ajakan ini bukan saja bersifat mendadak, juga terasa aneh.
Seorang gadis semacam dia ini, kenapa bisa sembarangan dan
mudah sekali mengajak seorang pria yang talc dikenalnya ---- Yang
pada waktu tengah malam datang mengetuk pintu rumahnya masuk
dan duduk di dalam kamarnya"
Masa' sejak awal ia sudah tabu siapa yang datang"
*** Walaupun Chu Liuxiang sudah duduk, tetap merasa tidak enak
hati dan agak kikuk. Ia betul-betul tidak punya alasan untuk menerobos masuk begini
saja ke dalam kamar seorang gadis yang belum dikenalnya!
Lalu seandainya gadis ini bukanlah orangyang mau dicari, dan
tidak punya kaitan apa-apa dengan urusan ini, maka sekalipun orang
lain tidak mengatainya, ia pun akan merasa amat malu!
Tanpa terasa ia mengelus-elus hidungnya lagi.
Ketika ia merasa tidak enak hati, selain mengelus-elus hidung,
sepertinya tidak ada hal lain yang dapat dilakukan, bahkan tidak
tahu mau meletakkan sepasang tangannya di mana!
Kemudian ia melihat tangan gadis itu terjulur ke arahnya dengan
memegang secangkir teh. Cangkir itu terbuat dari zamrud yang berwarna hijau cerah, teh
yang ada di dalamnya juga berwarna hijau cerah, dengan kontras ini
tangannya tampak lebih putih cerah, bagaikan batu giok yang
tembus pandang! Tiba-tiba gadis itu bertanya dengan senyum samar-samar: "Teh
di dalam cangkir ini baru saja aku minum sedikit, apakah kau merasa
kotor?" Tiada seorang pun yang bisa merasa kotor pada dia!
Ia bersihnya bagaikan bunga teratai putih yang baru keluar dari
air! Namun ajakan ini lebih mendadak dan lebih aneh.
Seorang gadis semacam dia ini, kenapa bisa sembarangan
meminta seorang laki-laki yang belum dikenalnya untuk minum teh
bekas minumnya" Chu Liuxiang menatapnya sejenak, lalu menjawab seraya
tersenyum: "Terima kasih."
Ia menerima cawan itu. Tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis itu tidak saja memiliki
kecantikan yang bersifat halus dan anggun, bahkan punya semacam
kepribadian misterius yang sulit diungkapkan oleh kata-kata,
sepertinya memiliki pandangan yang sembarangan dan hambar
terhadap semua hal! Ia minta Chu Liuxiang minum teh dari cangkir ini, bukanlah
semacam tindakan keakraban, hanyalah dikarenakan ia menganggap
hal ini tidak bermaksud apa-apa, dan menganggap hal ini
sesuatuyang remeh. Bahkan tampaknya ia tidak mernandang sebelah mata pada Chu
Liuxiang! Chu Liuxiang pernah dicintai banyak wanita, pernah juga dibenci
beberapa wanita, tapi belum pernah dipandang begitu dingin oleh
wanita! Dinginnya bahkan sudah mendekati taraf memandang
rendah! Meskipun perasaan ini membuat dia jengkel, tapi juga
sekaligus sejenis pengalaman yang baru bagi dia!
Sesuatu yang baru seringkali juga adalah sensasi yang baru!
Tidak tahu mengapa, tiba-tiba timbul semacam hasrat mesti
menaklukkan wanita ini! Barangkali setiap laki-laki yang bertemu dan melihat wanita
semacam ini, bisa timbul hasrat semacam ini Tanpa bisa ditahan
lagi! Chu Liuxiang meminum habis teh dari cangkir ini sebab ia pun
mesti menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak mengacuhkan hal ini.
Bahkan juga tidak mengacuhkan semua hal yang lain.
Apalagi sejak awal ia sudah memperkirakan bahwa teh itu tidak
beracun. Terhadap segala jenis racun, ia memiliki semacam reaksi
misterius yang amat peka Bagaikan seekor anjing pemburu yang
sudah digembleng lama, yang selalu bisa mencium dan mengetahui
rubah itu bersembunyi di mana!
Gadis itu menatap dia dengan dingin, lalu tiba-tiba berkata: "Di
sini cuma ada satu cangkir teh, karena belum pernah ada tame
kemari." Jawaban Chu Liuxiang juga amat dingin: "Aku pun tidak bisa
dianggap sebagai tamumu."
"Tetapi kau datang untuk mencariku kan?"
"Mungkin." "Mungkin?" Chu Liuxiang berkata dengan senyuman yang dingin juga: "Saat
ini aku hanya bisa berkata demikian, sebab aku belum tahu apakah
kau adalah orang yang aku mau cari itu?"
"Siapakah yang kau mau cari?"
"Seseorang yang agaknya menginginkan aku harus mati." "Oleh
karena itu kau pun menginginkan dia mati?"
Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum sekilas: "Orang yang
dirinya sendiri tidak ingin mati, biasanya juga tidak menginginkan
orang lain mati." Sisi lain dari kata-kata ini juga sama tepatnya.
"Jika kamu mau membunuh, maka bersiap-siaplah untuk
dibunuh!" Ia masih menatap Chu Liuxiang, dari dalam mata yang indah tapi
dingin itu, tiba-tiba menampakkan ekspresi yang mengherankan'
"Apakah yang kau inginkan?" tanya gadis itu.
"Aku hanya ingin tahu satu hal."
"Apa itu?" "Siapakah dia" Mengapa mau membunuhku?"
Tiba-tiba gadis itu berciiri, lalu berjalan ke depan jendela dan
membukanya, membiarkan hembusan angin malam mengacaukan
rambutnya. Lama sekali, tampaknya ia baru saja membuat keputusan, lalu
tiba?tiba berkata: "Orang yang kau mau cari itu ialah aku!"
*** Di luar luar jendela, malam tampak terang tapi suasananya amat
hening, di dalam jendela, pakaian putih gadis itu seperti salju
tampaknya. Ia membelakangi Chu Liuxiang, lama tidak membalikkan
kepalanya, yang terlihat hanya pinggang langsing yang dibalut
pakaian ringan. Orang semacam ini, ternyata adalah seorang pembunuh yang
licik dan kejam" Chu Liuxiang tidak bisa percaya, tapi juga tidak bisa tidak
percaya! Tiada seorang pun yang mau mengaku dirinya adalah pembunuh,
kecuali dia benar-benar adalah pembunuh, dan sudah tiba saatnya
terpaksa mengaku. Chu Liuxiang memandangi terus belakang punggungnya,
kemudian bertanya karena sudah tidak tahan lagi: "Betulkah kau
yang mau membunuhku?"
"Hmmh" "Apakah orang-orang itu adalah utusanmu untuk membunuhku?"
"Kau mengenalku?" "Tidak."
"Tidak kenal mengapa mau membunuhku?"
Tidak ada jawaban. "Apakah Ai Qing dan adiknya diculik orang-orangmu" Sekarang
mereka berada di mana?"
Tetap tidak ada jawaban. Chu Liuxiang menghela nafas, lalu bertanya dengan nada dingin:
"Masa' aku mesti memaksa, baru kau mau buka mulut?"
Ia tiba-tiba membalikkan badannya dan menatap Chu Liuxiang.
Ekspresi matanya makin menjadi aneh, sepertinya sedang menatapi
Chu Liuxiang, juga sepertinya tidak melihat apa-apa.
Lewat waktu yang amat lama, ia baru berkata perlahan, kata
demi kata: "Apa saja yang kau mau tanyakan, semuanya aku bisa
beritahukan." "Lalu kenapa kau tidak beritahukanku?"
Suara gadis itu makin lirih: "Di sini aku tidak bisa
memberitahu?kanmu." "Lalu di manakah kau bisa memberitahukanku?"
Suara gadis itu lirih bagai bisikan, dan cuma dua kata: "Di
ranjang." *** Di sudut kamar itu ada sebuah pintu.
Ketika gorden ringan itu tersingkap sedikit oleh hembusan angin,
bisa terlihat di dalam pintu ada sebuah ranjang.
Di depan ranjang itu terjuntai kelambu kasa sutera yang
bertatahkan mutiara. Gadis itu telah masuk ke pintu itu, dan masuk ke dalam kelambu
kasa sutera itu! Seolah-olah ia telah berada di dalam kabut!
"Jikalau kau mau tidur, ikutlah aku naik ke ranjang itu." Bermimpi
pun Chu Liuxiang tidak pernah menduga, bahwa dari mulut gadis
semacam dia ini, bisa terdengar kata-kata semacam ini! Kata-kata ini
betul-betul tidak bisa dianggap sebagai kata-kata yang halus, apalagi
anggun! Gadis dari macam dan rupa apa saja, ketika mengucapkan kata
kata ini di depan anda, sekalipun anda akan merasa senang, namun
pada waktu yang sama anda pun akan menilai dia sebagai orang
yang hina dina ! Tetapi gadis ini beda. Ketika ia mengucapkan kata-kata ini di depan Chu Liuxiang,
bukan saja Chu Liuxiang tidak merasa senang, juga tidak menilai dia
sebagai orang yang hina-dina!
Sebab ia berkata demikian, bukanlah berarti ia menyukai anda,
juga bukanlah berarti ia menginginkan anda!
Ia hanyalah ingin anda berbuat demikian saja!
Sebab ia amat memandang remeh pada hal semacam ini, juga
sama sekali tidak anggap peduli!
Barangkali ia tidak benar-benar bermaksud demikian, tapi
bagaimanapun juga, ia telah menyebabkan Chu Liuxiang punya
perasaan demikian. Perasaan semacam ini umumnya dapat membuat orang merasa
tidak enak hati. Pakaian yang seputih salju itu ditanggalkannya, dan tubuhnya
kelihatan makin putih, mulus dan bercahaya!
Itu bukanlah keindahan manusiawiyang biasa! Itu adalah
keindahan yang sudah mendekati kesucian dewi!
Barangkali anda siang malam mengkhayalkan seorang wanita
semacam ini, tapi saya berani menjarnin' , bahwa meskipun hanya
dalam khayalan, juga tidak akan berani berharap untuk
mendapatkan dia! Dikarenakan dia bukanlah yang bisa didekati atau diperoleh insan
biasa! Dikarenakan anda bisa mengkhayali dia, atau memuja-muja dia,
tetapi anda tak akan berani berbuat yang tidak patut padanya!
Namun andaikata sekarang ada seorang wanita semacam ini,
yang justru sedang menunggu anda, anda juga pasti bisa
mendapatkannya! - Bahkan amat mudah mendapatkannya!
Apa yang akan anda pikirkan" Tampaknya Chu Liuxiang tidak
berpikir apa-apa. Memang pada saat-saat demikian, satu tael tindakan itu jauh
lebih berharga dari satu ton pikiran!
Ia berjalan pelan-pelan ke sana, lalu menyingkap kelambu itu. Di
sini pun terdapat lampu. Ketika sinar lampu menyinari tubuh gadis itu, maka tubuhnya
bercahaya bagaikan sutera satin!
Matanya pun bersinar, tapi ia tidak melihat ke Chu Liuxiang.
Kelihatannya sinar matanya masih berhenti di sesuatu tempat nun
jauh. Sebaliknya Chu Liuxiang terus melihatnya, sebab mau tidak mau
mesti demikian. Tentu saja ia tahu Chu Liuxiang terus melihatnya, tapi tetap
berdiri diam di sana, tidak bergerak dan tidak berkata-kata.
Ia tetap saja bersikap tidak peduli.
Ia menginginkan anda berbuat demikian, namun ia tidak peduli Ia
tidak merayu anda, bahkan juga tidak menggoda anda, hanya ingin
anda berbuat demikian saja!
Boleh dibilang bahwa "dinginnya" gadis ini sudah mencapai taraf
yang mengerikan! Tetapi es yang paling dingin pun sama dengan lidah api! Ketika
anda menjamahnya, pada waktu yang bersamaan akan punya
perasaan dibakar oleh lidah api!
Di dalam hati Chu Liuxiang pun sepertinya ada lidah api yang
mulai menyala! Jika itu pria lain, saat ini pasti sudah merenggut rambut gadis itu
dengan kuat, dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya, agar gadis
itu tahu dia adalah pria tulen!
Serta membuktikan bahwa hanyalah dia adalah pria yang kuat!
Namun Chu Liuxiang hanya memegang tangan gadis itu dengan
ringan. Tangan gadis itu indah sekali, jari-jari tangannya lentik sekali,
telapak tangannya lembut bagaikan muka bayi!
Umumnya muka bayi berwarna seperti apel, dan telapak tangan
gadis itu berwarna seperti ini.
Bahkan Chu Liuxiang pun tidak pernah melihat tangan yang
demikian indahnya ini! Sebab wanita-wanitayang pernah dia lihat, setelah belajar ilmu
silat, sedikit banyak pasti menimbulkan bekas pada tangan mereka.
Tetapi sepasang tangan ini indah dan tidak berbekas.
Chu Liuxiang merundukkan kepalanya, pandangan matanya turun
dari garis lekuk tubuh yang lembut itu, dan berhenti di mata kaki
gadis itu. Mata kaki dan pergelangan kaki gadis itu pun indah sekali.
Sekalipun seorang wanita yang paling hati-hati, setelah berlatih
ilmu silat, mau tidak mau pergelangan kakinya akan menjadi sedikit
besar. Jelas bahwa ia bukanlah wanita yang pernah berlatih ilmu silat.
Chu Liuxiang menghembuskan nafas dengan ringan, lalu
mengangkat kepalanya pelan-pelan, dan terlihat gadis itu sedang
menatapnya. Di dalam mata gadis itu seolah-olah terpancar senyuman dingin
yang mengejek, dan ia berkata dengan nada hambar: "Sepertinya
kau pandai sekali melihat wanita ya!"
Memang Chu Liuxiang pandai sekali melihat wanita.
Seorang laki-laki berpengalaman ketika melihat wanita, biasanya
dimulai dan melihat tangan dan kaki wanita itu Tetapi ini bukanlah
cara pandang seorang satria!
Gadis itu berkata lagi dengan senyum sekilas: "Apakah sekarang
kau sudah merasa puas?"
Sekalipun seorang laki-laki yang paling pemilih pun, pasti tidak
akan tidak merasa puas pada dia!
Oleh sebab itu Chu Liuxiang sama sekali tidak perlu menjawab.
Gadis itu masih tersenyum hambar, dan pandangan matanya
sepertinya kembali lagi ke tempat jauh.
Lama sekali, ia baru berkata lirih: "Gendonglah aku ke ranjang."


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chu Liuxiang menggendongnya.
Ranjang itu tidak terlalu besar, tapi empuk sekali. Sprei yang
berwarna putih salju itu pun agaknya baru saja diganti, sampai
sedikit kerut pun tidak ada.
Orang laki-laki dari segala jenis pun, pasti akan merasa puas dan
tidak dapat mencela sedikit pun pada ranjang ini!
Wanita yang ideal! Ranjang yang ideal! Pada situasi dan kondisi seperti ini, masih adakah alasan menolak
dari orang laki-laki"
Chu Liuxiang menggendong gadis itu dan meletakkannya di
ranjang dengan ringan. Gadis itu sedang menunggu, dan bersiap-sedia untuk
menerimanya. Yang perlu dilakukan Chu Liuxiang hanyalah menghampiri dan
"mendapatkannya" Sama sekali tidak ada apa-apa yang patut
dirisaukan atau dikuatirkan!
K arena dalam hal ini sama sekali tidak ada pemaksaan!
Di dalam rumah ini tidak ada orang lain, gadis itu tidak bisa ilmu
silat, dan di ranjang itu pun tidak ada jebakannya.
Di manakah mau cari keberuntungan semacam ini" Apayang
masih ditunggu Chu Liuxiang"
Mengapa ia masih berdiri saja di sana" Dan tampaknya ia
malahan lebih berkepala "dingin" daripada tadi"
Masa' ia menemukan lagi sesuatu yang tidak terlihat orang lain"
Gadis itu telah menunggu lama, lalu membalikkan wajahnya dan
menatapnya, dan bertanya dengan nada hambar: "Apakah kau tidak
ingin tahu hal-hal itu?"
"Ingin." "Apakah kau tidak menginginkanku?"
"Ingin." Akhirnya dari dalam mata gadis itu terlihat senyuman, dan
bertanya lagi: "Jika begitu, kenapa masih tidak menghampiriku?"
Chu Liuxiang menghela nafas yang amat panjang, lalu bertanya
dengan sekata demi sekata: "Siapakah yang suruh kau berbuat
demikian" Kau mengapa mau...."
Pertanyaan ini belum habis diucapkan, tiba-tiba terdengar bunyi
"Doooang!", kayaknya ada sebuah gong tembaga yang dijatuhkan
orang dari tempat tinggi.
Menyusul terdengar suara teriakan dari seorang wanita.
"Ada maling! Cepat datang tangkap coaling! Di sini ada seorang
maling cabul!" Teriakan itu berhenti setelah diulang satu kali lagi.
Namun sekelilingnya tetap sunyi senyap. Sepertinya tidak ada
orang yang mendengar teriakan itu.
Di wajah gadis itu sama sekali tidak ada ekspresi heran atau
terkejut, bahkan tidak ada ekspresi apa pun.
Di dalam dunia ini agaknya tiada satu hal pun yang dapat
menggerakkan hatinya! Setelah waktu berlalu lama sekali, tiba-tiba ia menanyakan
pertanyaan yang aneh: "Kamu seorang satria atau seorang cerdik?"
"Dua-duanya bukan."
"Kamu adalah apa?"
Jawab Chu Liuxiang dengan senyum sekilas: "Mungkin aku
hanyalah seorang yang bodoh!"
Tiba-tiba gadis itu pun tersenyum sekilas dan berkata: "Mungkin
kau sama sekali bukan manusia!"
Barulah saat ini dari dalam matanya sungguh-sungguh terlihat
senyumannya, namun itu pun cuma semacam senyuman yang
"menerawang" dan sulit dimengerti.
Bahkan ketika tersenyum pun, dapat terlihat ada semacam
kepiluan hati yang tak dapat diungkap dengan kata-kata!
Chu Liuxiang balas menatapnya, tiba-tiba juga menanyakan
pertanyaan yang aneh: "Apakah kau tahu" Bahwa tadinya aku
menduga kau pasti akan kecewa?"
Setelah berdiam lama, ia baru menganggukkan kepalanya
pelan?pelan, dan berkatadengan masygul: "Aku tahu. Tadinya aku
pun menduga aku pasti akan kecewa."
"Tetapi saat ini sepertinya kau tidak merasa kecewa?"
Ia berfikir sejenak, baru menjawab dengan nada hambar: "Itu
mungkin hanya dikarenakan selama ini aku belum pernah benarbenar
amat mengharapkan sesuatu."
"Kau pernah mengharapkan apa?"
Ia tersenyum sekilas lagi, lalu menjawab dengan sekata demi
sekata: "Tidak ada. Sekarang aku sudah amat puas kok."
Apakah ia betul-betul sudah puas"
Chu Liuxiangmau tanya lagi, tapi begitu melihat sepasang
matanya yang penuh dengan rasa kesepian dan kesedihan, tiba-tiba
hatinya pun merasakan semacam kesedihan yang sulit diungkapkan!
Ia tidak tega bertanya lagi, maka ia diam-diam membalikkan
badannya dan pergi keluar.
Sebenarnya apa yang mau ditanyakan Chu Liuxiang"
Rahasia apa dari gadis itu yang tidak bisa ditanyakan"
Atau: Hal memilukan apa dari gadis itu yang tidak tega
ditanyakan" Dalarn dugaan Chu Liuxiang: Gadis itu mengharapkan
apa" Dan kecewa pada hal apa"
Apakah betul ia adalah "otak" dari serentetan peristiwa ini"
Siapakah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini"
*** Ketika Chu Liuxiang pergi dengan diam-diam, gadis itu cuma
melihat saja. Entah kapan sinar lampu yang ada di luar itu telah padam.
Ia melihat sampai bayangan badan Chu Liuxiang pelan-pelan
menjadi lenyap. Kemudian yang bisa terlihat hanya kegelapan!
Kegelapan yang tanpa harapan!
Tiba-tiba dari matanya mengucurkan air mata yang mirip dengan
untaian mutiara, yang membasahi bantal kepala itu....
*** Bab 7 : Jembatan yang Berkelok Sembilan Kali
Walaupun jendela itu terbuka, tapi tidak bisa melihat sinar
bintang dan bulan yang berada di luar jendela.
Chu Liuxiang berdiri bagaikan patung di dalam kegelapan.
Ia datang dengan diam-diam, sekarang pergi pun dengan diam?-
diam. Tidak meninggalkan apa-apa, juga tidak membawa pergi apaapa.
Tapi kenapa ekspresi wajahnya demikian menderita"
Ia menderita untuk hal apa"
Ia menderita untuk siapa"
Sewaktu datang ia hanya mengetuk pintu sejenak, lalu masuk
dengan begitu saja. Sewaktu pergi ia tidak mengucapkan: "Jagalah dirimu", lalu pergi
dengan begitu saja. Di sini meskipun tidak memperoleh apa-apa, tapi juga tidak
kehilangan apa-apa. Di dalam sepanjang hidupnyayang penuh dengan bahaya
legendaris itu, hal ini tampaknya cuma sebuah selingan yang biasabiasa
saja, selain tidak berharga untuk diingat, juga tidak berharga
untuk diceritakan pada orang lain.
Namun' ia sendiri tahu, bahwa selama hidupnya ia akan sulit
sekali melupakan hal ini!
Dikarenakan selama ini belum pernah la demikian dekatnya
dengan kematian! "Yang paling mengerikan adalah bahaya yang tidak kelihatan!"
Apakah ia benar-benar telah menemukan bahaya itu berada di
manea" Sesungguhnya apa yang telah ia temukan"
Hal-hal ini cuma ia sendiri yang tahu, namun sayangnya mungkin
selamanya ia tidak mau mengatakannya.
*** Malam kian hening. Tadi bunyi gong jatuh, serta teriakan-teriakan wanita itu,
sepertinya tidak mengagetkan siapa-siapa.
Masa' di tempat ini tidak ada lagi orang yang lain"
Paling sedikit seharusnya ada satu orang Wanita yang berteriak
itu. Mengapa ia cuma berteriak dua kali"
Dari mama datangnya" Dan mengapa tiba-tiba pergi lagi" Siapa
dia" Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin Chu Liuxiang sendiri pun
sukar menjawabnya! Ketika angin berhembus, sayup-sayup ia mendengar bunyi
tangisan lirih yang berasal dari rumah itu.
Ia ingin kembali lagi, tapi ditahannya.
Sebab ia tahu: selain tidak bisa menghiburnya, juga tidak bisa
membantu menanggung kesedihan dan penderitaan gadis itu Selain
merasa simpati, apa pun ia tak bisa berbuat.
la terpaksa menegakan hatinya, inginnya cepat pergi dan cepat
menamatkan hal ini. Seumur hidup hatinya tidak pernah setega kali ini.
Tadi ketika datang, ia merasa dirinya layak ditertawai, sekarang
ia merasa dirinya jahat sekali.
Ketika ada angin berhembus lagi, ia mendorong pintu dan
melangkah keluar. Tiba-tiba ia tertegun. Di dalam tarnan bunga amat hening, sedikit bunyi pun tidak ada,
tetapi ada orang! Sebaris panjang orang, persis seperti sebaris panjang pohon,
tanpa suara menunggu di dalam kegelapan, dan tidak bergerak
sama sekali. Chu Liuxiang tidak bisa melihat wajah mereka, juga tidak bisa
mengetahui jumlah mereka, yang terlihat hanyalah busur dan golok
mereka! Golok sudah keluar dari sarungnya, busur telab dipentang talinya.
Rumah itu berada di jembatan, dan jembatan itu berada di tengah
empang teratai. Empang teratai yang berada di tengah hutan bunga itu, sudah
terkepung seluruhriya oleh orang-orang itu!
Namun sewaktu mereka datang, tidak menimbulkan bunyi sedikit
pun! Dan bunyi langkah kaki sekian banyak orang, ternyata bisa
mengelabui Chu Liuxiang! Sehingga saat ini ia cuma bisa tersenyurn kecut.
Memang tadi pikirannya terlalu kalut, sebab yang dipikirkannya
terlalu banyak. Namun bunyi langkah kaki orang-orang ini benar-benar terlalu
ringan H anya orang-orang yangsudah pernah rnengalarni
gemblengan keraslah, yang bisa punya bunyi langkah kaki demikian!
Dan bisa dalam keadaan tanpa bunyi sedikit pun menghunus golok
dan mementang busur! Tetapi yang benar-benar menakutkan bukanlah mereka.
Yang benar-benar menakutkan adalah orang yang
menggembleng mereka! Tepat pada saat ini, di jembatan yang berkelok-kelok sembilan
kali itu, tiba-tiba terangkat tinggi dua buah obor api yang menyala.
Sinar api yang tiba-tiba menyala di dalam kegelapan, pasti
membuat mata jadi silau. Sinar api yang menyilaukan mata itu menerangi wajah seorang.
Akhirnya Chu Liuxiang bisa melihat serta mengenali siapa orang ini.
Orang yang paling tidak ingin dia lihat pada saat ini, justru adalah
orang ini! *** Orang yang paling berkuasa di Taman Wanfu Wanshou sudah
hampir pasti dia adalah orang yang paling berkuasa di dunia
persilatan Jiangnan! (jiangnan, daerah di sepanjang bagian selatan
Bari sungai Yangzi.) Orang ini bukanlah Nyonya Besar Jin, dia cuma menjadi semacam
lambang dan orang yang sekaligus memiliki keberuntungan dan
umur panjang, dan semacam idola bagi banyak orang saja.
Orang yang betul-betul rnemegang tampuk kekuasaan adalah Jin
Siye! (Tuan Besar Jin Keempat).
Boleh dibilang sebelah tangannya menggenggam kekayaan yang
berlimpah ruah, sebelah tangannya menggenggam hidup-mati dan
nasib dari kebanyakan orang di dunia persilatan Jiangnan!
Sinar api yang menyilaukan itu menerangi wajah dari seorang
yang luar biasa ini. Sebuah wajah yang penuh dengan keberanian, tekad dan rasa
percaya diri yang teguh, seorang paruh-baya yang walaupun
wajahnya amat berwibawa narnun berpakaian biasa dan sederhana.
Di ujung jembatan ada sebuah kursi besar dan nyaman yang
biasa diduduki para menteri.
Rambut kepala Jin Siye dibalut kain sutera hitam dan dibuat jadi
sanggul dengan sembarangan, kakinya juga mengenakan sepasang
kasut rami dengan sembarangan, dan duduk di kursi itu dengan
sembarangan. Namun tidak ada seorangpun yang berani memandang dia
dengan sembarangan, lebih-lebih tiada seorang pun yang berani
berkata satu kalimat dengan sembarangan di depan dia!
Ada semacam orang" baik dia berdiri, duduk maupun berbaring"
selalu menimbulkan kesan kewibawaan yang tidak terkatakan!
Jin Siye adalah orang demikian!
Hal ini pun disadari oleh Chu Liuxiang.
Sebaliknya, apakah Jin Siye juga menyadari bahwa Chu Liuxiang
pun adalah orang yang luar biasa"
Chu Liuxiang menghela nafas panjang, lalu berjalan menuju sana,
dan ketika sudah sampai di depan Jin Siye, air mukanya telah
menjadi tenang sekali. Tidak banyak orang yang dapat melihat wajah paniknya Chu
Liuxiang. Sepasang mata Jin Siye yang tajam bagaikan mata elang itu
menatap wajah Chu Liuxiangcukup lama, tiba-tiba berkata:
"Ternyata adalah kau." "Ya, ini saya", jawab Chu Liuxiang.
Jin Siye berkata dengan sikap sengit "Kami benar-benar tidak
menyangka adalah kau."
Chu Liuxiang tersenyum sekilas dan berkata: "Saya juga tidak
menyangka bahwa Jin Siye ternyata masih bisa ingat saya."
Jin Siye berkata dengan wajah serius yang dikerutkan: "Orang
semacam kau ini, asal aku melihat sekali saja, tidak akan pernah
lupa." "Oh ya?" "Kau punya wajah yang istimewa."
"Benarkah?" "Siapa pun orangnya, jika punya wajah semacam kau ini, akan
sulit sekali menjadi orang yang baik-baik."
Chu Liuxiang tersenyum lagi, lalu mengelus-elus hidungnya.
Sebenarnya ia ingin mengelus-elus wajahnya, namun tidak bisa
menahan diri untuk mengelus-elus hidungnya.
Dengan sikap dingin Jin Siye meneruskan kata-katanya: "Maka
begitu melihat kau, aku segera tahu bahwa kau bukanlah orang
baik-?baik" "Makanya anda tidak melupakan saya."
"Hmmml"

Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tetapi saya pun tidak melupakan anda."
Chu Liuxiangmeneruskan kata-katanya seraya tersenyum "Orang
semacam Jin Siye ini, siapa pun yang melihat anda pasti sulit
melupakan anda." Airmuka Jin Siye berubah, lalu berkata dengan suarakeras:
"Jikalau kau bisa mengenaliku, kau tidak seharusnya datang kemari!"
Chu Liuxiang menjawab seraya menghela nafas panjang: "Cuma
sayangnya saya telah datang."
"Apakah kau tahu tempat ini adalah tempat apa?"
"Tidak tahu." Memang betul ia tidak tahu, namun sekalipun ia tahu sejak awal,
ia toh tetap akan datang.
"Apakah kau tahu bahwa selama tigapuluh tahun ini, belum ada
seorang pun yang berani menerobos masuk ke tempat ini sesuka
hatinya?" "Tidak tahu." "Bagaimana kau bisa datang kemari?"
Chu Liuxiang menjawab seraya tersenyum rnasam: "Datang
dengan cara blo'on dan menggelikan."
Lama sekali Jin Siye mendeliki dia, lalu bertanya: "Bahkan kau
juga tidak tahu siapa yang tadi kau jumpai itu?"
"Betul, tapi saya ingin sekali mengetahuinya."
Jin Siye berkata dengan sekata demi sekata 'ia adalah anakku."
Kali ini Chu Liuxiang betul-betul terkesiap!
Ekspresi wajah Jin Siye berubah jadi aneh sekali, lalu bertanya
dengan suara berat "jika kau melihat ada orang pada tengah malam
berjalan keluar dari kamar anak perempuanmu, kau akan berbuat
apa untuk menghadapi dia?"
Pertanyaaan ini sepertinya juga rada aneh.
Tetapi Chu Liuxiang tetap menggelengkan kepala dan menjawab:
"Tidak tahu." Kali ini ia tidak berkata dengan sebenarnya.
Sebetulnya tentu saja ia tabu, bahwa dalam situasi ini, yang
menjadi sulit umumnya cuma ada dua pilihan, yang satunya
membunuh orang itu, yang sarunya memaksa orang itu menikahi
anaknya. Wajah jin Siye menunjukkan kegusarannya, lalu bertanya dengan
suara keras: "Betulkah kau tidak tahu?"
"Sebab saya tidak punya anak perempuan."
"Kau tahu apa?"
"Sampai pada saat ini, saya hanya tahu satu hal."
"Apa itu?" "Saya hanya tahu bahwa sepertinya saya telah jatuh ke dalam
sebuah jebakan. Dijebak dengan tiba-tiba dan tanpa tahu apa-apa!"
Memang betul ia tidak tahu apa-apa, dan sewaktu ia sadar bahwa
ini rnerupakan jebakan, lehernya telah terjerat "tali"!
Air muka Jin Siye berubah lagi, dengan suara keras bertanya:
"Jebakan! Jebakan apa?"
"Tidak tahu." Chu Liuxiang melanjutkan kata-katanya seraya tersenyum kecut:
"Seandainya saya tahu itu adalah jebakan macam apa, pasti tak
akan jatuh ke dalamnya kan?"
Jin Siye bertanya dengan sikap dingin: "Apakah kau masih mau
keluar?" "Tapi amat sulit kan?"
"Apakah kau tahu dengan cara bagaimana baru bisa keluar?"
"Tidak tahu." Sinar mata Jin Siye tiba-tiba berubah lagi menjadi aneh sekali,
lalu berkata: "Jika begitu cuma ada satu cara."
"Mohon beri petunjuk."
Jin Siye berkata dengan suara berat "Asal kau melupakan bahwa
ini adalah jebakan, maka kau sudah tidak lagi berada di dalam
jebakan ini." Chu Liuxiang berkata setelah berfikir sejenak: "Saya tidak terlalu
mengerti kalimat ini."
"Jika kau melupakan bahwa ini adalah jebakan, mana ada
jebakan lagi?" Chu Liuxiang berfikir sejenak lagi, lalu berkata: "Saya masih tidak
mengerti." Jin Siye bertanya dengan wajah gusar: "Mau bagaimana kau baru
dapat mengerti?" "Tidak tahu" Jin Siye berkata dengan suara keras: "Baik! Aku beritahukan!"
Dengan gerakan cepat ia tiba-tiba sudah berdiri di depan Chu
Liuxiang, telapak tangan kirinya melayang di depan mata Chu
Liuxiang, tangan kanannya secepat kilat mencengkeramke arah
pergelangan tangan Chu Liuxiang.
Sebenarnya ini tidak bisa dianggap sebagai jurus yang amat
istirnewa. Sewaktu Chu Liuxiang masih berusia 7-8 tahun, sudah belajar
serta menguasai cara untuk menghadapi jurus ini.
Sekalipun ia menutup kedua matanya, satu tangan dan satu kaki
diikat, tetap saja dapat mengelak jurus ini.
Tetapi jurus Jin Siye sudah berubah. Berubah secara mendadak
dan tidak diketahui cara berubahnya!
Chu Liuxiang tiba-tiba menyadari bahwa tangan kanan Jin Siye
sudah berada di dekat matanya, dan tangan kiri yang tadi berada di
depan matanya itu, ternyata telah mencengkeram pergelangan
tangannya! Kali ini ia baru benar-benar menjadi kaget!
Dalam waktu satu sampai dua tahun ini, jago-jago silat nomor
wahid yang pernah dihadapinya, jumlahnya jauh lebih banyak dari
yang diceritakan orang seumur hidup!
Ilmu meringankan tubuh dari Shi Guanyin, tenaga pukulan
telapak tangan Bari Shuimu Yu, senjata rahasia dari Tuan Muda
Kelelawar, pedang dari Xue. Boleh dibilang semuanya adalah
ilmusilatyang sudah mencapai taraf teramat tinggi! Setiap jurus yang
dilancarkan, pasti memiliki perubahan-perubahan yang membuat
orang terkagum-kagum, dan kekuatan dahsyat yang mengerikan!
Tetapi Chu Liuxiang belum pernah melihat ada semacam jurus
yang dilancarkan oleh Jin Siye ini, yang walaupun begitu sederhana,
tapi begitu efektif ! Jurus ini seolah-olah disediakan khusus untuk menghadapi Chu
Liuxiang! Jin Siye berseru dengan tidak begitu nyaring, otot jidatnya
menonjol semua, tangan dan lengannya diputar balik, lalu seluruh
tubuh Chu Liuxiang dibanting jauh jauh!
Ia menepuk-nepuk tangannya dan menghembuskan nafas, tanpa
terasa air mukanya menunjukkan kegembiraannya, dan merasa
amat puas akan ilmu silatnya.
Siapa pun yang mampu membanting Chu Liuxiang hanya dalam
satu jurus, pasti akan merasa amat puas terhadap dirinya!
Ketika melihat kepala Chu Liuxiang sudah hampir menabrak tiang
batu yang berada di sisi jembatan itu, Jin Siye membalikkan badan
dengan perlahan, melambaikan tangan satu sampai dua kali, artinya
adalah menyuruh para anak buahnya untuk menggotong pergi
mayat Chu Liuxiang. Ia sudah tidak mau lagi melihat Chu Liuxiang - Kepala seseorang
jika sudah tertabrak pecah, tentu bukanlah sebuah hal yang enak
ditonton. Tetapi ketika ia baru saja membalikkan badannya, lalu terlihat
ada seorang berdiri di depannya sambil memandang dia dengan
wajah penuh senyuman. Orang ini adalah orang yang tidak mau lagi dilihatnya untuk
selama-lamanya! Wajah Jin Siye mendadak jadi mengeras.
Chu Liuxiang sedang berdiri di depannya, sedang memandang dia
dengan wajah penuh senyuman, seluruh badannya utuh bagaikan
benda porselin yang baru saja diambil keluar dari peti, sedikit bekas`
rusak tabrakan pun tak ada!
Jin Siye memandang dia dari kepala sampai kaki, lalu dari kaki
sampai ke kepala, memandang sampai dua kali, kemudian berkata
seraya tersenyum dingin: "Bagus! Kungfu yang bagus!"
Chu Liuxiang pun berkata seraya tersenyum: "Kungfu anda pun
hebat sekali!" "Kau coba lagi dengan jurus ini!"
Sambil berkata jurusnya telah dilancarkan.
Setiap kata diucapkan dengan perlahan, jurusnya lebih perlahan,
bahkan teramat perlahan. Chu Liuxiang memandang terus tangan Jin Siye.
Tangannya agak besar dan pendek, tapi terawat baik sekali,
kuku-?kuku tangannya pun tergunting rapi dan bersih, dan tidak
seperti tuan-?tuan besar yang lain yang hidup dalam kemewahan
dan kenyamanan, tidak memelihara kuku jari kelingking sampai
amat panjang, untuk menunjukkan bahwa semua hal tidak perlu
dikerjakan oleh dia! Sepasang tangan ini sama sekali tidak menimbulkan kesan
menjijikkan, namun sekali-kali dapat mencabut nyawa orang!
Jari-jari tangan kirinya tampaknya lebih besar, lebih pendek, tapi
lebih kuat. Walaupun tangan kirinya sekarang sudah terangkat, tapi tidak
bergerak, yang bergerak adalah tangan kanannya, yang bergerak
perlahan ke Chu Liuxiang, sepertinya mau menggenggam tangan
Chu Liuxiang dan bersalaman dengannya.
Saat ini kelihatannya tangan ini sama sekali tidak berbahaya.
Namun hanyalah bahaya yang tak kelihatan, adalah bahaya yang
sesungguhnya! Apakah Chu Liuxiang mengerti atas kebenaran ini"
Tampaknya ia tidak mengerti.
Maka ketika ia sudah menyadari bahayanya tangan ini, sudahlah
terlambat! Tiba-tiba ia menyadari bahwa kedua tangannya sudah di bawah
kekuasaan tangan ini! Baik tangannya mau cligerakkan dengan cara apa pun,
kemungkinan besar pergelangan tangannya akan segera tercekal
oleh sepasang tangan Jin Siye!
Chu Liuxiang menghela nafas panjang.
Tepat pada saat ini, pergelangan tangannya telah tercekal tangan
Jin Siye - Bukan tangan kanan, tapi tangan kiri!
Ternyata tangan kanan Jilt Siye yang berhenti, tangan kirinya
tiba?-tiba dijulurkan dengan kecepatan bagai kilat, jurus ini
sebenarnya tidak terlalu aneh, bahkan boleh dikatakan jurus ini
sudah tua dan usang. Namun di tangan Jin Siye, jurus ini terlalu cepat dan terlalu
efektif! Agaknya seluruh perhatian Chu Liuxiang dipusatkan pada tangan
kanan dia, dan sama sekali tidak berjaga-jaga terhadap tangan kiri
dia. Tangan kiri yang maut!
Sekali lagi Jin Siye berseru dengan tidak begitu nyaring, badan
Chu Liuxiang segera dibanting dan dilempar!
Segera saja badan Chu Liuxiang sudah hampir menabrak tiang
batu yang berada di sisi jembatan itu!
Kali ini Jin Siye tidak membalikkan badannya, tetapi dengan mata
yang tidak berkedip terus menatap badan Chu Liuxiang.
Ada beberapa puluh orang yang berdiri di tempat ini, tapi
suasananya amat hening bagaikan tidak ada orang sama sekali!
Tidak ada orang yang berseru karena gembira, juga tidak ada
orang yang bersorak-sorak.
Orang-orang ini sudah digembleng sampai memiliki ketenangan
seperti batu atau besi, ketika Jin Siye berhasil hanya dalam satu
jurus saja, tali busur yang sudah dipentang penuh di tangan mereka
itu, sekalipun tidak pernah bergetar!
Tetapi mata mereka, mau tak mau, mesti memandang badan Chu
Liuxiang yang terlempar itu.
Ketika semua orang menyangka bahwakepala Chu Liuxiang sudah
akan menabrak tiang batu itu, badan dia tiba-tiba berputar balik di
udara --- Persis seperti ikan berputar balik di dalam air!
Perputaran balik ini sama sekali tidak menimbulkan kesan kaku,
bahkan indah dan anggunnya bagaikan tarian saja!
Menonton ilmu meringankan tubuh Chu Liuxiang, sama seperti
menonton seorang penari yang sudah lama digembleng, yang
sedang menari bersamaan dengan bunyi musik!
Dengan waktu yang nyaris bersamaan dengan berputar balik ini,
badan Chu Liuxiang telah kembali lagi ke depan Jin Siye!
Pandangan mata Jin Siye tidak pernah lepas dari badan Chu
Liuxiang, tepat pada waktu sekejap ini, tiba-tiba melancarkan
serangan lagi. Tiada seorang pun yang dapat melihat jelas gerakannya, yang
terlihat cuma badan Chu Liuxiang sekali lagi terbanting, terlempar
seperti ikan mati, tetapi kali ini posisi badannya tidak sama.
Tetapi cara yang dipergunakan Chu Liuxiang tetap sama seperti
tadi. Ketika ia sudah nyaris menabrak tiang batu itu, badannya tibatiba
berputar balik di udara, dan segera kembali lagi ke depan Jin
Siye. Terdengar seruan yang keras bagaikan bunyi geledek.
Badan Jin Siye sepertinya memanjang setengah kaki, sepertinya
seluruh tenaganya dicurahkan pada bantingan dan lemparan ini!
Badan Chu Liuxiang terlempar ke belakang dengan kecepatan
bagaikan anak panah yang baru lepas dan busurnya!
Ini adalah keempat kalinya ia terlempar.
Kekuatan lemparan kali ini sudah melampaui seribu kati, dan
agaknya kali ini Chu Liuxiang sudah tidak mampu lagi
mengendalikan badannya! Dengan kekuatan yang maha dahsyat ini, memang tidak mungkin
ada orang yang sanggup mengendalikan dirinyal
Kelihatannya pada kali ini ia pasti akan menabrak tiang batu itu,
tapi tiba-tiba ia menerobos di antara langkan tiang batu itu.
Terlihat ujung kakinya mengait tiang batu itu, dengan satu
jejakan yang kuat, tiba-tiba badannya berputar balik di antara
langkan itu, dengan kecepatan yang lebih kencang, ia telah kembali
lagi di depan Jin Siye! Gerakan badannya amat ringan bagaikan ikan yang berputar
ringan di dalam air, lalu dengan amat ringan pula badannya telah
berada di depan Jin Siye, di wajahnya masih tersungging senyuman
santai - Persis seperti sejak tadi telah berdiri terus di sana, dan
sama sekali tidak pernah bergerak!
Tidak ada orang yang bergerak, dan tidak ada orang yang
bersuara. Tetapi di dalam pandangan mata mereka, tanpa terasa
telah menunjukkan kekagumannya
Meskipun pertarungan ini disaksikan dengan mata kepala mereka
sendiri, tapi sampai pada saat ini pun, agaknya mereka masih tidak
bisa mempercayai mata mereka sendiri!
*** Manusia mempunyai banyak macam atau jenis.
Tetapi kebanyakan orang masuk dalam jenis ini: Setiap hal yang
dilakukan, agaknya semuanya di dalam dugaan - Di dalam dugaan
orang lain, juga di dalam dugaan diri sendiri.
Mereka bekerja ketika matahari terbit, dan beristirahat ketika
matahari terbenam.

Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah bekerja, mereka akan menunggu hasilnya.
Pada umumnya mereka tidak punya sukacita yang terlalu besar,
juga tidak punya dukacita yang terlalu besar.
Mereka melewati kehidupan ini dengan biasa-biasa saja, jarang
yang dapat menimbulkan kckaguman orang lain, juga jarang diiri
orang banyak karena prestasi yang amat menonjol.
Tetapi rnereka adalah orang-orang yang tidak boleh kekurangan
di dunia ini. Tetapi Chu Liuxiang bukanlah orang jenis ini!
Setiap hal yang dilakukannya, agaknya semuanya di luar dugaan
orang lain, dan semuanya sulit dipercayai, sebab ia adalah tokoh
legendaris dari "sono" nya!
*** Sinar api dari obor-obor itu bergoyang terus, dan menerangi
wajah Jin Siye. Di wajahnya tidak tampak ekspresi apa-apa, tapi di jidatnya ada
butiran-butiran peluh yang bergoyang-goyang.
Ia sedang menatap Chu Liuxiang, lama sekali masih belum
mengalihkan tatapannya. la tiba-tiba berkata "Bagus! Kungfu yang bagus!"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum: "Kungfu anda juga hebat
sekali!" Dua kalimat yang sama seperti tadi, tapi ketika saat ini
mendengarnya, perasaannya sudah berbeda.
Jin Siye tiba-tiba membalikkan badannya, dan berjalan perlahan
ke kursi itu, lain duduk di kursi yang besar dan nyaman itu. Tetapi
Chu Liuxiang hanya berdiri saja.
Ketika Jin Siye melihat dia berdiri saja, air mukanya masih tidak
menampakkan ekspresi apa-apa, tetapi peluhnya sudah kering.
Chu Liuxiang tiba-tiba rnemutar badannya dan berjalan kembali
ke rumah kecil itu. Jin Siye hanya memandangi dia saja, tidak menghalangi, juga
tidak bersuara. Tak lama kemudian, terlihat Chu Liuxiang keluar lagi sambil
membawa sebuah kursi. Ia meletakkan kursi itu di hadapan Jin Siye, lalu mendudukinya.
Kursi ini pun lebar, besar dan nyaman.
Demikianlah kedua orang ini duduk saling berhadapan dan saling
memandang, siapa pun tidak bersuara.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Jin Siye tiba-tiba
menggoyang-goyangkan tangannya.
Hanya dalam waktu sekejap mata saja, semua tali busur telah
dikendurkan, semua golok telah disarungkan, dan beberapa puluh
orang itu secara bersarnaan mundur ke dalam kegelapan, dengan
tidak menimbulkan suara atau bunyi derap kaki sedikit pun!
Yang tersisa hanya dua orang yang terus mengangkat obor api
tinggi-tinggi itu, yang terus berdiri bagaikan arca batu di ujung
jembatan itu. Dalam penerangan api yang terus bergoyang-goyang itu, Jin Siye
tiba-tiba menggoyang-goyangkan tangan lagi dan berkata: "Bawa
arak" Perkataannya persis seperti sejenis sihir yang gaib. Tiba-tiba
muncul sebuah meja yang sudah tersaji arak beserta makanan
kecilnya, dan meja itu segera diletakkan di depan mereka.
Makanan kecil terdiri dari delapan macam masakan, yang selain
lezat juga indah bagi pandangan mata.
Arak itu berwarna ambar, dan dituangkan sampai penuh di dalam
dua buah cangkir yang terbuat dari emas.
Jin Siye mengangkat sebuah cangkir emas pelan-pelan dan
berkata: "Mari."
Chu Liuxiang mengangkat cangkir emas yang lain itu dan
meneguk arak sampai habis, lalu berkata "Arak bagus!"
"Pahlawan semestinya minum arak bagus."
"Saya tidak berani menerima pujian ini."
Jin Siye berkata dengan nada suara yang berat "Pada zaman
dahulu, Cao Cao dan Liu Bei, sambil minum arak sambil
memperbincangkan para pahlawan pada jaman itu, kisah indah ini
dibicarakan terus turun temurun. Tak tahulah apakah kita berdua ini
bisa disejajarkan dengan kedua pahlawan itu?"
Chu Liuxiang tak kuasa menahan dirinya untuk tersenyum clan
berkata: "Tidak bisa disejajarkan. Paling tidak saya tidak pantas."
"Kok tahu?" "Seorang pahlawan tidak mungkin duduk di dalam jebakan dan
tidak dapat keluar."
Jin Siye mengerutkan wajahnya dan terdiam, lama sekali baru
berkata pelan-pelan: "Seseorang jika masih berada di dalam
jebakan, masa' masih dapat duduk dengan amat nyaman?"
Umumnya orang yang berada di dalam jebakan adalah terbaring.
Sinar mata Chu Liuxiang "berkerlap-kerlip", lalu berkata seraya
tersenyum: "Jika demikian, berarti saya telah dapat keluar kan!"
"Itu masih tergantung kau."
"Oh ya?" Jin Siye terdiam lagi, lama sekali baru bertanya setelah menghela
nafas panjang: "Apakah kau pernah menjadi ayah?"
"Belum pernah."
"Tetapi sebagai anak orang, seharusnya mengerti kan bahwa
tidaklah mudah untuk menjadi ayah?"
"Memang tidaklah mudah."
Tiba-tiba ekspresi wajah Jin Siye menjadi muram durja, lalu
menuang arak sampai penuh di cangkir emasnya dan meminumnya
sampai habis, menghela nafas panjang dan berkata: "Apalagi
menjadi ayah dari seorang anak perempuan yang sudah hampir
sekarat, lebih tidak mudah lagi."
Chu Liuxiang pun berkata seraya menghela nafas: " Saya
paham." Jin Siye mengangkat kepala lagi, menatap dia dengan tatapan
setajam pisau, kemudian bertanya den gan suara keras: "Kau masih
paham apalagi?" "Yang saya pahami sebetulnya banyak sekali, namun sayangnya
sudah banyak yang lupa."
"Apa yang kau lupakan?"
"Apa yang saya lupakan ialah hal-hal yang tidak seharusnya
diingat." Jin Siye menurunkan tatapan mata dan menatap tangannya
sendiri, lama sekata baru berkata pelan: "Apakah kau juga dapat
melupakan hal ini?" Chu Liuxiang menjawab setelah tersenyum sekilas: "Barangkali
sekarang saja sudah lupa."
"Selanjutnya tidak akan diingat lagi?"
"Tentu." "Siapa yang mengucapkan kata-kata ini?"
"Chu Liuxiang yang mengucapkannya"
Tiba-tiba Jin Siye mengangkat kepala lagi dan menatap dia, lalu
mengangkat cangkir emas pelan-pelan dan berkata: "Mari."
Chu Liuxiang meneguk arak sampai habis dan berkata: "Arak
bagus!" "Pahlawan semestinya minurn arak bagus."
"Terima kasih."
Jin Siye mendongakkan kepala dan tertawa keras sampai tiga
kali, berdiri tiba-tiba lalu berjalan dengan langkah panjang clan
masuk ke dalam kegelapan.
Obor-obor api pun segera padam, dan sekeliling menjadi gelap
gulita, dua orang yang berdiri di ujung jembatan bagaikan arca batu
pun lenyap dalam kegelapan.
Tiada bunyi langkah kaki, tiada bunyi apa pun!
Chu Liuxiang seorang diri duduk diam di dalam kegelapan, sambil
memandangi cangkir emas yang ada pada tangannya. Cangkir emas
itu berkilauan di bawah cahaya bintang.
Ia ingin sekali memikirkan ulang hal ini dari awal sampai akhir,
tetapi pikirannya amat kalut, sama sekali tidak bisa berkonsentrasi
untuk memikirkan semua hal.
Karena hal ini sepertinya bukan hal yang benaran, sepertinya
bukan yang benaran pernah terjadi.
Bagaimana mungkin di dalam dunia ini terjadi hal yang aneh dan
tak masuk akal semacam ini" Sampai-sampai ia sendiri pun sulit
untuk miempercayainya! Tetapi cangkir emas itu tetap berkilau-kilau. Dan cangkir emas itu
sesuatu yang benar. Chu Liuxiang menghela nafas yang panjang, lalu mengangkat
kepala, di depan adalah kegelapan yang tidak berujung-pangkal, dan
ketika menoleh ke belakang, ternyata lampu di rumah kecil itu juga
sudah dipadamkan. Bagaimana dengan gadis yang berada di rumah itu"
Tiba-tiba ia menemukan bahwa gadis itu sudah berada di tengah
jembatan itu, sedang bersandar di langkan dan menatap dia dengan
tidak bersuara. Pakaiannya putih seperti saiju, matanya indah bagaikan bintang
- tapi saat ini sudah redup sinarnya, di dalam matanya terlihat
menyimpan duka yang teramat dalam, yang tiada seorang pun dapat
memahaminya! Orang lain cuma dapat melihat ada semacam kekosongan dan
keputus-asaan dari dalam matanya!
"Menjadi ayah dari seorang anak perempuan yang sudah hampir
sekarat, betul-betul suatu hal yang teramat sulit!"
Tiada seorang ayah pun yang sanggup rnelihat anak
perempuannya yang akan mati. Mati, mati secara pelan-pelan....
Chu Liuxiangtiba-tiba menyadari bahwa Jin Siye adalah orang
yang betul-betul patut dikasihani, sebab derita yang ditanggungnya
mungkin lebih banyak dari anaknya!
Gadis itu terus menatapi Chu Liuxiang, matanya sudah berkacakaca,
tiba-tiba bertanya: "Apakah sekarang kau sudah paham
sernuanya?" Chu Liuxiang menganggukkan kepalanya.
Tetapi ia ingin selama-lamamya tidak pernah paham - Di dunia
ini ada sejumlah faktayang benar-benar amat jelek dan amat
menakutkan! Gadis itu bertanya lagi: "Kau sudah mau pergi?"
Chu Liuxiang tidak menjawab, hanya tersenyum getir.
Gadis itu menundukkan kepala dan berkata dengan suara lirih:
"Kau tentu amat menyesal kan" Seharusnya benar-benar tidak usah
datang." "Tetapi aku toh telah datang."
Gadis itu menatapi air yang mengalir di bawah jembatan itu, lalu
bertanya: "Kenapa kau bisa datang" Kau sendiri tahu atau tidak"
Chu Liuxiang menjawab seraya menghela nafas: "Tidak tahu juga
baik" Gadis ini tiba-tiba mengangkat kepala, rnemandang Chu Liuxiang
seraya bertanya: "Apakah kau tahu bahwa aku dulu pernah
melihatmu?" Chu Liuxiang menggelengkan kepalanya.
Gadis itu meneruskan kata-katanya dengan perlahan: "Justru
karena aku pernah rnelihatmu, makanya aku menginginkan kau
datang." "Apakah kau yang berdaya upaya agar aku datang?"
Ia menganggukkan kepalanya, suaranya selirih bisikan: "Semua
orang berkata bahwa penyakit yang aku derita semacam ini, cuma
ada semacam cara untuk menyembuhkannya.... Hanya setelah
bersamaan dengan laki-laki, baru dapat sembuh, tetapi sejak dulu
aku belum pernah mencobanya"
"Mengapa?" "Aku tidak percaya, juga tidak mau."
"Tidak mau mencelakai orang lain?"
"Aku bukanlah seorang wanita yang hatinya begitu baik, tapi
aku..." "Kau kenapa?" "Aku jemu terhadap kaum pria, begitu berdekatan dengan
mereka, segera timbul perasaan mual!"
Dari dalam matanya yang kosong tiba-tiba muncul lagi semacam
perasaan yang samar-samar dan terkesan seperti ilusi.
Oleh sebab itu ia segera menghindari tatapan mata Chu Liuxiang,
dan berkata dengan amat "Aku menginginkan kau datang, hanya
karena aku tidak jemu kepadamu...."
Chu Liuxiang hanya bisa berdiam diri saja. Ia betulbetul tidak
tahu dirinya mesti berkata apa"
Bagaimanapun juga, jika ada seorang gadis jelita yang
memberitahukan anda, bahwa dia tidak jemu kepada anda, tentulah
ini sebuah hal yang layak digembirai!
Namun di dalam situasi sernacam ini, ia betul-betel tidak mampu
membuat dirinya merasa gembira.
Gadis itu pun berdiam diri lama sekali, baru berkata lagi:
"Seharusnya aku tidak mengatakan kata-kata ini."
"Mengapa kau mau mengatakannya?"
Tangan gadis itu memegang langkan itu erat-erat, seolah-olah
dinginnya langkan itu dapat menernbus ke hatinya.
"Aku mengatakannya, hanya karena aku mau memohonmu satu
hal" "Apa itu?" "Jangan menyalahkan ayahku atau orang lain, sebab dalam hal
ini akulah yang salah, kau cuma bisa menyalahkan aku saja."
Chu Liuxiang bertanya setelah merenung sejenak: "Kau duga aku
bisa menyalahkan siapa?"
"Orang yang menginginkan kau datang itu."
"Apakah kau tahu dia itu siapa?"
Gadis itu menggelengkan kepala dan berkata dengan nada
hambar: "Aku cuma tahu ada sejumlah orang, demi memperoleh uang
100.000 tad perak, saudara sendiri pun bisa dijual!"
Chu Liuxiang segera memburu dengan pertanyaan: "Apakah kau
tidak kenal Zhang Jiejie?"
"Siapa itu Zhang Jiejie?"
"Lalu Ai Qing" Atau Bu Ajuan" Apakah kau pun talc kenal
mereka?" "Nama-nama ini aku sama sekali tidak pernah mendengarnya."
Chu Liuxiang terdiam lama sekali, lalu berkata seraya menghela
nafas: "Sebenarnya engkau pun mesti menyalahkan dirimu sendiri"
"Mengapa?" "Sebab engkau pun dimanfaatkan oleh
seseorang....dimanfaaatican sebagai alat untuk membunuhku!"
Ia mementang matanya Iebar-lebar, tampaknya amat terkejut:
"Siapakah yang telah memanfaatkanku" Dan siapakah yang mau
membunuhmu?" Chu Liuxiang menjawab setelah tersenyum sekilas: "Sekarang
aku masih belum tahu, tapi pada suatu hari aku pasti bisa
menemukan dia!" *** Di atas tembok tinggi itu angin lebih dingin.
Chu Liuxiangberdiri di ujung tembok itu, secara samar-samar
masih bisa melihat gadis yang berpakaian seputih salju itu.
Ia masih bersandar di langkan itu - Langkan yang amat dingin,
namun di dunia ini masih ada apa lagi yang lebih dingin dari hatinya"
"Aku hanya memohonmu satu hal, hanya memohon kau jangan


Legenda Bunga Persik Tao Hua Zhuan Qi Seri 6 Pendekar Harum Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membenci ayahku." Chu Liuxiang sekali-kali tidak membenci ayah dan anak
perempuannya itu, bahkan menaruh rasa iba kepada mereka, serta
menganggap mereka sebagai orang-orang yang layak dikasihani!
Mereka dan Chu Liuxiang adalah sama-sama dimanfaatkan oleh
orang lain, dan sama-sama adalah korban.
Lalu siapakah sebenarnya yang layak dibenci oleh Chu Liuxiang"
"Kau pasti amat menyesal, semestinya tidak usah datang."
la memang amat menyesal, menyesal kenapa terlalu
mempercayai Zhang Jiejie.
la hanya berharap bisa bertemu lagi dengan Zhang Jiejie, pada
saat itu ia rnungkin akan menjambak rambut gadis itu dan menanyai
sampai jelas, kenapa gadis itu demikian mencelakai orang!
Tetapi ia pun sadar bahwa mungkin seumur hidup ia tak akan
bertemu lagi dengan dia. Tentu saja gadis itu tak akan berani lagi menemuinya, dan ia pun
tak berdaya untuk mencari gadis itu.
Selain hanya tahu namanya adalah Zhang Jiejie, yang lain
tentang gadis itu boleh dibilang ia sama sekali tidak tahu apa-apa!
Bahkan ia juga tidak tahu: nama ini benar atau tidak"
"Sebetulnya jika seumur hidup aku tak ketemu lagi dengan dia
pun baik kok! Malahan aku tidak dibikin pusing!"
Gadis semacam ini selain hanya membikin dia pusing dan sakit
kepala, apakah masih ada faedah yang lain bagi dia"
Namun entah mengapa, asal memikirkan bahwa kelak mungkin
tidak ketemu lagi untuk selama-lamanya, di dalam hatinya terasa
ada semacam rasa nelangsa yang tak terucapkan, semacam rasa
tiba-tiba kehilangan sesuatu!
Angin di atas tembok tinggi itu makin dingin saja.
Chu Liuxiang menghela nafas dengan lirih, lalu melompat ke
bawah dari ujung tembok itu.
Pada lompatan kali ini ia tidak merasa bimbang, sebab ia merasa
amat pasti. Ia tahu ia akan sampai di tempat apa - Di sana bukan tempat
berapi atau yang ada perangkapnya, di sana hanyalah sebuah gang
kecil yang sepi dan terpencil.
Ia bisa melegakan hatinya-Tetapi kali ini ia terlalu melegakan
hatinya. Ketika ia sudah hampir mendarat, baru sadar bahwa meskipun
dibawah tidak ada tempat berapi, tapi ada sebuah bak air yang
besar. Secara amat pas ia jatuh dan masuk ke dalam bak air yang
besar itu. Kemudian ia segera mendengar bunyi tertawa seseorang.
Bab 8 : Air di bawah Rembulan, Rembulan ditengah Air
Chu Liuxiang sutra tertawa.
la tidak saja suka dirinya sendiri yang tertawa, juga suka melihat
Betina Penghisap Darah 2 Pendekar Mabuk 092 Darah Pemuas Ratu Pedang Medali Naga 7
^