Pencarian

Lembah Patah Hati 5

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung Bagian 5


"Manusia goblok!! Mengapa tidak lekas bunyikan
kentongan ?" Beberapa orang yang masih hidup, saat itu pada berdiri
melongo tidak berani berbuat apa2. Ketika mendengar
bentakan Bo Pin, mereka baru sadar, maka cepat2 mereka
lari keluar kamar. Ho Kie mengetahui, jika mereka berhasil membunyikan
kentongan, tidak lama kemudian kamar itu tentu akan
berada dalam kepungan dan saat itu lebih sulit lagi baginya
untuk meloloskan diri. Oleh karena itu, maka ia segera
meninggalkan Bo Pin dan lompat ke-depan pintu sambil
menyerang seorang yang sudah berada dipintu. Tidak
ampun lagi sikorban lantas binasa disitu juga.
Bo Pin yang menyaksikan kejadian itu, amarahnya
memuncak segera ia menyerang Ho Kie dengan goloknya.
Dengan kekuatan Bo Pin pada kala itu, Sebetulnya Ho
Kie belum merupakan tandingannya yang setimpal, tetapi
Ho Kie sudah mata merah ( kesetanan ). Dengan tangan
kosong ia mencegat didepan pintu, tidak membiarkan
seorangpun bisa keluar dari dalam kamar,
Dua di antara orang2 yang masih hidup telah
menggunakan kesempatan selagi Ho Kie sedang bertempur
dengan Bo Pin, telah molos dari lubang angin.
Ho Kie yang harus melawan Bo Pin dengan sekuat
tenaga, hanya dapat menyaksikan keluarnya kedua orang
itu dengan hati gelisah dan mata mendelik.
Tepi heran, orang2 yang keluar dari lubang tadi,
bukannya lekas membunyikan kentongan untuk meminta
pertolongan, sebaliknya malah tidak ada kabar ceritanya.
Bo Pin jadi gelisah hatinya. Mendadak pada saat itu
kelihatan sesosok bayangan molos dari jendela, kemudian
disusul pula oleh bayangan yang lain.
Kedua bayangan itu ternyata adalah kedua orang yang
baru keluar tadi yang kini sudah balik kembali dalam
keadaan sudah menjadi mayat.
Bukan saja Bo Pin, Ho Kie sendiri juga merasa heran
karenanya. "Bangsat cilik, kau datang dengan berapa kawan",
Mengapa kau tidak suruh mereka menempur aku sendiri?"
kata Bo Pin dengan suara gusar.
Sudah tentu Ho Kie tidak bisa menjawab karena ia
datang hanya seorang diri saja.
Siapakah gerangan orang dimuka itu" Apakah mungkin
dia ada nona Jie Peng" sebab yang mengetahui Ho Kie
menyerbu kekamar hukuman itu, kecuali Jie Peng, tidak
ada orang keduanya lagi. Tetapi kalau betul Jie Peng mengapa membantu dirinya
dan membinasaksa orang2nya sendiri".
Ho Kie juga sudah tidak ragu2 lagi akan pertolongan
orang kedua, semangatnya lantas berkobar, serangannya
diperhebat dan dapat mendesak mundur Bo Pin,
"Orang she Bo!!" bentaknya dengan suara dingin,
"Sekarang dalam kamar ini hanya tinggal aku dan kau
berdua! Kalau aku membunuh kau, sudah tentu tidak ada
orang lain yang mengetahuinya."
"Apa kau kira aku takuti kau" Hmm!! Mari kita adu
kekuatan" Bo Pin lemparkan goloknya
"Kau tidak usah berteriak! sekalipun tenggorokannya
pecah, juga tidak ada yang bisa dengar. Malam ini hanya
kematian saja akan menjadi bagianmu. Sebelum kau mati,
biarlah kau ketahui dulu siapa adanya aku ini, Apakah kau
masih ingat itu bocah kecil yang kau kejar2 pada dua tahun
berselang ?" Bo Pin terperanjat, ia sekarang lapat2 mulai ingat
kembali, maka lantas lompat mundur sambil berseru:
"Aaii ! Kau adalah anaknya Ho In Bo."
"Benar! Kalau begitu ingatanmu masih terang. Masih
ingatkah kau peristiwa berdarah itu?"
"Apa kau kira dengan kepandaianmu sekarang ini kau
dapat menggunakannya untuk menuntut balas kepada
Hian-kui-kiauw" Setan cilik. Kau sudah salah hitung !!"
"Belum tentu! Malam ini seolah2 ada kekuatan gaib yang
membimbing aku, telah mempertemukan kita berdua
didalam kamar ini. Orang she Bo, Perbuatanmu yang sudah
membinasakan ayahku, malam ini harus kau ganti dengan
jiwamu." Bo Pin menoleh kepada Tio Go yang terluka dan
kemudian mengawasi Toan-theng Lojin yang berada
didalam kuali serta orangnya yang sudah pada rubuh
binasa. Memang bebar, malam itu seperti ia berada berdua
hanya dengan pemuda itu. Dengan tidak dirasa, hatinya
mulai keder. Ia yang mempunyai kekuatan masih diatasnya
kekuatan Ho Kie, tetapi karena ia mengetahui bahwa
dirinya pernah berbuat salah, mau tidak mau hatinya
merasa gentar juga. Tiba2 ia lantas membentak dengan suara keras, disusul
dengan serangannya yang hebat.
Ho Kie ketawa dingin, dengan berani ia, menyambuti
serangan lawannya itu. Setelah kekuatan kedua orang itu beradu, kedua pihak
terpental mundur masing2 dua tindak-.
Bo Pin menggeram hebat, dengan mata beringas ia
menyerang lagi, Ho Kie pusatkan kekuatannya dikedua tangannya, untuk
kedua kalinya ia hendak menyambuti serangannya Bo Pin.
Tetapi kali ini serangaannya Bo Pin ada lebih hebat, Ho Kie
merasakan dadanya bergolak .....
Bo Pin sendiri juga pucat wajahnya, matanya mengawasi
Ho Kie sambil kerutkan alisnya.
Terang ia sendiri, setelah mengadu kekuatan, telah
terluka parah didalamnya. Kedua pihak hanya saling
pandang sambil mengatur pernapasan masing2, siapapun
tidak berani bergerak, sehingga keadaan menjadi lebihsunyi.
Mendadak Ho Kie mendengar suara elahan napas
panjang, kemudian ada suara yang memanggil padanya.
"Anak, apakah kau......?"
Ho Kie terperanjat, sampai kekuatannya yang sudah
akan pulih kembali hampir buyar semuanya. Ia lihat mata
Toan theng lojin sedang mengawasi padanya.
Dengan badan bergemetaran Ho Kie berkata perlahan :
"Locianpwe, memanglah aku.....Dengan susah payah
aku mencari dirimu...."
Tian theng Lojin kembali menghela napas panjang.
"Kau.....Kau!! Mengapa tidak mau dengar perkataanku"
Dan mencari aku kemari?"
Ho Kie merasa sangat pilu, air mata mengalir keluar,
tetapi ia masih bisa menjawab dengan suara mantap.
"Aku hendak menolong kau keluar dari sini. Locianpwe,
aku hendak membunuh semua orang2 yang menyiksa
dirimu " "Anak bodoh, dengan kepandaianmu yang dimiliki
sekarang, apa kau kira bisa menolong aku" Kau tidak mau
dengar pesanku, dengan sembrono berani menerjang
kemari. Itu berarti antarkan jiwa dengan cuma2."
"Sekalipun harus binasa, aku juga akan binasa dengan
kau bersama2." Pada saat itu mendadak Bo Pin membuka matanya
dengan per-lahan2, kemudian dengan meringis berkata :
"Kecuali binasa bersama2m memang kalian tidak
mempunyai jalan keduanya... "
"Tutap mulut!" Ho Kie membentak, segera melancarkan
serangannya. Bo Pin menyambuti dengan kertak gigi, setelah terdengar
suara benturan dari beradunya kedua kekuatan, keduanya
terpental mundur untuk kedua kalinya dan jatuh duduk
bersama2 ditanah. Bo Pin kemudian jatuh pingsan karena benturan
kekuatan yang hebat tadi.
Ho Kie merasakan dadanya bergolak hebat, tetapi ia
masih tidak mau melupakan Toan-theng Lojin, Ia tidak
perdulikan lukanya sendiri, sambil memandang dengan
matanya yang layu ia berkata kepada Toan theng Lojin.
"Locianpwe, aku,.....aku barangkali....... benar2 tidak
mampu.... menolong dirimu.... keluar dari sini...."
"Aih ! ya sudahlah, kau anggap saja aku tidak pernah
menolong kau. Dua tahun berselang kau sudah binasa
dilembah Patah Hati...." Toan theng Lojin mengeluh.
Ho Kie yang mendadak dengar perkataan itu, hatinya
tergetar dan ia melompat berdiri sempoyongan, matanya
berkunang-kunang. Tetapi ia paksakan berdiri. Dengan suara nyaring ia
berkata : "Tidak! Kita tidak boleh mati disini......Aku pasti dapat
menolong kau keluar, dari sini .....Locianpwee, apa kau
masih bisa bergerak ?"
Toab-theng Lojin gelengkan kepalanya dan menjawab :
"Kau lenyapkan saja pikiranmu itu, badanku sudah kena
racun Thian tok Cin mo. Kedua pahaku sudah bercacat,
jalan darahku sudah ditotok, kepandaianku sudah musnah
semua. Sekarang kembali disiksa oleh Tio Go dengan Pektok
Kong-sim, Aku rasa, ajalku sudah hampir tiba.
Sekalipun kau bisa menolong aku keluar dari sini percuma
saja jiwaku tidak bisa tertolong."
Ho Kie tidak mau pencaya, dengan berjalan
sempoyongan ia mau menubruk Toan-theng Lojin,
Tak disangka, tiba2 ia dengar Toan theng Lojin
membentak : "Diam !" Ho Kie terkejut, terpaksa urungkan maksudnya.
"Locianpwe," ia meratap," Harap supaya kau suka turut
aku sekali ini saja,"
Toan theng Lojin dongakkan kepala lalu berkata dengan
suara sungguh2: "Lekas berlutut !"
Ho Kie tidak mengerti apa maksudnya, tetapi ia menurut
saja. Hatinya berdebaran, entah kenapa orang tua itu
demikian gusar. Pada saat itu. Tio Go yang rebah dilain sudut perlahan
lahan membuka matanya. Toan theng Lojin berkata pada Ho Kie dengan suara
perlahan: "Kau dengar aku meskipun mempunyai hubungan
seperti murid dengan guru, tetapi namanya masih belum
menjadi muridku benar-benar. Sekarang, kalau aku binasa
masih ada dua soal yang masih belum kuselesaikan. Inilah
yang membikin aku mati tidak meram. Anak, asal kau bisa
keluar dari Kui-kok. dengan selamat, apakah dua soal ini
mau kau selesaikan ?"
"Locianpwe, kalau kau tidak mau ikut dengan aku pergi
bersama sama, aku juga tidak mau pergi dari sini.........."
Toan theng Lojin segera memotong :
"Ngaco ! Aku memberikan pelajaran ilmu silat padamu,
apakah pesan teakhirku ini juga tidak mau kau dengar ?"
"Aku suka turut pesan Locianpwe......" jawab Ho Kie,
gemetar suaranya , Toan theng Lojin tersenyum, dan anggukkan kepala.
"Kau dengar baik2 dua soal penting yang kukatakan
tadi," katanya. Ho Kie berlutut ditanah untuk mendengarkan pesannya
si orang tua, pada saat itu Tio Go yang sudah sembuh dari
luka2nya ia sudah menggeser tubuhnya dengan perlahan
dan hendak berdiri. Toan-theng Lojin agak berpikir sejenak, lalu berkata :
"Pertama, setelah aku binasa kau harus meloloskan diri.
Sebelum kepandaianmu sempurna betul, aku larang kau
menyatroni lembah Kui kok ini- Selama kau mempertinggi
ilmu mu itu, kau harus pergi ke Lam hay pho tho mencari
seorang Nikow tua yang bergelar hian sim. Beritahukan
padanya tentang kematianku ini......"
Ho Kie terperanjat, ia bertanya sambil mengalirkan air
mata ; "Hanya untuk memberi kabar sajA, apakah tidak ada
soal lainnya?" Toan theng Lojin geleng2kan kepalanya, air mata
mengalir turun, ia berkata pula dengan suara parau :
"Kau katakan saja bahwa sebelum aku meninggal dunia,
aku telah hidup menyendiri beberapa puluh tahun lamanya
dan merasa sangat menyesal terhadap semua kesalahan
dimasa lampau yang sudah tinggal sudah, harap saja di lain
penitisan kita membalas untuk menebus dosaku !"
"Dan soal yang kedua?" Ho Kie bertanya. Toan theng
Lojin menghela napas panjang, matanya tiba2
memancarkan sinar aneh, "Kalau kau tiba di Pho tho" jawabnya "Dia pasti akan
perlakukan kau dengan sikap yang dingin, tetapi kau harus
bersabar. Kalau dia menanyakan kau pernah apa dengan
aku, kau......." Baru saja berkata sampai disitu. mendadak
sepasang matanya jadi beringas, kedua tangannya menekan pinggiran kuali,
badannya melesat tinggi dan menubruk belakang Ho Kie.
Ho Kie terperanjat, ia tidak mengetahui apa sebabnya,
maka ia merasa serba salah
Dalam keadaan demikian tiba2 terdengar suara jeritan
ngeri. Tatkala Ho Kie menoleh dilihatnya Toan-theng Lojin
sudah jatuh ditanah, tangannya menggenggam erat seutas
tali emas, mulutnya tersungging senyuman puas,
suara jeritan itu datangnya dari luar kamar dan lama
tidak berhenti. Tatkala Ho Kie mengawasi keadaan
disekitar kamar itu. ternyata sudah tidak kelihatan
bayangan Tio Go, ia lalu mengerti apa yang telah terjadi, maka cepat2
menubruk dan memeluk dirinya Toan-theng Lojin seraya
berkata ; "Locianpwee, Locianpwee."
Napasnya Toan-theng Lojin memburu, tetapi masih bisa
tersenyum bangga. Dengan susah payah ia berkata :
"Tidak sangka, selagi mendekati ajalku, aku masih bisa
memberi hajaran kepada Tio Go yang ganas itu...,!"


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Locianpwe, aku benar-benar seorang yang tidak
berguna," kata Ho Kie dengan suara terharu,
Toan-theng Lojin mendadak berkata dengan suara keren
: "Panggil aku suhu! Dengar tidak ?"
Ho Kie tercengang, tetapi lantas saja merasa girang.
"Suhu!! Suhu, kau...." serunya.
Toan theng Lojin anggukkan kepalanya dengan puas.
"Kalau dia tanya kau ada mempunyai hubungan apa
dengan aku. katakan saja bahwa kau adalah murid satu2nya
dari aku." orang tua itu berkata puas.
"Suhu, suhu boleh legakan hati. Muridmu sudah
mengerti," Sinar matanya Toan theng Lojin makin lama makin
guram, ia menyuruh Ho Kie mendekatkan telinganya,
kemudian berkata dengan suara terputus putus ;
"Suhumu masih ada hal lain yang hendak dikatakan
padamu. Kau harus ingat, kau ...... harus ingat .... baik2!" Ia
terhenti sebentar untuk bernapas, sebentar kemudian baru ia
berkata pula ; "Mereka siang hari malam mendesak aku mengeluarkan
Kian kui-pit kip jilid ketiga, tetapi semua kepandaian yang
terdapat dalam kitab itu sudah kuberikan padamu. Kitab itu
sudah lama kubakar, coba pikirkan, bukankah mereka itu
bodoh sekali?" Ho Kie tidak tahu bagaimana harus menjawab, maka
hanya anggukkan kepala saja.
"Aku membakar sejilid kitab yang mati, tetapi
mendapatkan kitab yang hidup berupa dirimu. Sekalipun
aku binasa, akupun akan merasa puas...... " Toan theng
Lojin tersenyum. Ho Kie sangat pilu hatinya. "Suhu, aku gendong kau
keluar dari sini." demikian ia bersuara sekali lagi memohon.
Sebelum sang suhu menjawab, dari jauh mendadak
terdengar suara terompet dan kentongan yang kemudian
disusul oleh suara ramainya orang2 berjalan kaki semakin
mendekati. Toan-theng lojin berubah wajahnya, lantas berkata
sambil ulapkan tangannya :
"Jejakmu sudah diketahui. Lekaslah pergi ! Nanti tidak
keburu lagi." Ho Kie tidak mau meninggalkan suhunya begitu saja, ia
coba pondong dirinya orang tua yang bernasib malang itu.
Tapi, karena lukanya sendiri sangat parah, ia tidak bisa
berdiri dengan tegak, sudah tentu tidak dapat memondong
dirinya Toan-theng Lojin. Maka baru saja hendak berjalan,
ia sudah rubuh lagi Toan theng Lojin tersenyum puas, lantas bisik2
ditelinganya : "Giok Sie seng Jie Peng dari Hian kui-kauw, meskipun
berada dalam lumpur tapi tidak kena kotoran, orang
demikian jarang didapatkan. Maka kau harus baik2
perlakukan padanya!"
Setelah itu, mendadak angkat tangan kanannya,
menepok diatas jalan darah Khun-sim hiat Ho Kie sambil
berseru "Pergilah!!"
Ho Kie terkejut, tiba2 badannya gemetar, tapi segera
perasaannya tenang kembali, luka2 dalam badannya
seketika lantas lenyap sebadan!
Dengan cepat ia lompat bangun dan hendak pondong
dirinya Toan theng Lojin lagi, Tapi orang tua itu ternyata
sudah tidak bernyawa, Dengan memondong tubuhnya Toan theng Lojin yang
sudah dingin, Ho Kie berdiri kesima........
Diluar kamar suara orang yang datang hendak
menangkap padanya. tapi ia masih tetap berdiri seperti
orang linglung. Orang2 Hian kui kauw lantas menyerbu masuk. mereka
dipimpin oleh Hui tun Thian-cun Tie Kong Han .
Dibelakangnya ada 7-8 hiocu yang pada membawa golok
dan pedang terhunus. Tapi ketika melihat Ho Kie, tampaknya hanya pemuda
biasa saja mereka terheran heran.
"Bangsat kecil!! Kau mau kabur?" bentaknya Cek Kong
Han. Ho Kie tidak ambil pusing, ia pondong Toan theng Lojin
diikat dengan sobekan pakaiannya sendiri.
Cek Kong Han yang tidak digubris sama sekali oleh Ho
Kie, lantas menjadi gusar, lalu perintahkan para hiocu
lantas turun tangan. Dua hiocu lantas maju menyerang dengan goloknya,
mereka mengira Ho Kie bersedia menyerahkan diri maka
bermaksud hendak di tangkap hidup2. Siapa nyana saja
bergerak, Ho Kie sudah melancarkan serangannya yang
hebat!! Meskipun dirinya masih terluka. hingga kekuatannya
agak berkurang, tapi sudah cukup untuk bikin lawannya
sungsang sumbel. Ketika menampak kedua kawannya dibikin rubuh, yang
lainnya segera maju mengurung. Ho Kie tidak berani
berlaku ayal, ia sekarang mengerti keadaannya sendiri
sangat berbahaya, maka ia berkelahi seperti kerbau gila.
Sekejap saja sudah melancarkan serangannya yang sangat
hebat. Dengan sisa tenaga yang masih ada. Ho Kie melawan
musuh2nya yang berjumlah lebih banyak. Karena ia
berkelahi secara nekad, sebentar saja sudah berhasil
merubuhkan 3 atau 4 musuh.
Cek Kong Han lalu turun tangan sendiri.
Ho Kie tahu bahwa musuh ini bukan orang
sembarangan, ia tidak berani bertindak dengan kekerasan,
dan kini memikirkan caranya untuk meloloskan diri.
Dengan cepat ia menggunakan ilmunya Hoan in Sie sak,
hingga sebentar saja sudah memutari sekitar kamar, 10 lebih
obor lampu telah dibikin padam, hingga keadaan dalam
kamar hukuman itu menjadi gelap gulita.
"Bangsat kau ingin kabur!" demikian bentak Cek Kong
Han yang segera menyerang dengan senjatanya.
Secara gesit sekali Ho Kie mengelakan serangan tersebut,
kemudian lompat melesat melalui lobang angin.
Cek Kong Han ketika mengetahui bahwa Ho Kie sudah
lolos dari lobang angin, ia segera msngejar.
Ho Kie setelah berada diluar, ketika mendongak kelangit,
keadaannya ternyata gelap gulita, tidak ada satu bintangpun
juga. Karena lukanya belum sembuh sama sekali, lagi pula
harus menggendong diri Toan-theng Lojin, sudah tentu
tidak bisa menyingkir jauh2. Tapi tempat itu sekitarnya
adalah merupakan sarang Hian kui kauw, kemana ia harus
menyembunyikan diri"
Selagi masih bingung memikirkan untuk sembunyikan
diri, Cekc Kong Han sudah menyusul dibelakangnya.
Terpaksa ia lari terus sambil kertak gigi !
Karena sudah tidak mengenali jurusan, Ho Kie lari
sekena kenanya, sedang Cek Kong Han yang mengejar
nampaknya makin lama makin dekat.
Ketika menampak didepannya ada sebuah rumah yang
menghalangi, dengan tanpa ragu2 Ho Kie lantas lompat
melesat keatas genteng ! Apa mau, baru saja menginjak genteng, dari samping
tiba tiba muncul satu bayangan hitam, sebentar saja sudah
berada di depan matanya........
-oo0dw0ooBAYANGAN hitam itu bergerak cepat sekali, sebentar
saja sudah berada didepan matanya.
Ho Kie tidak mendapat kesempatan untuk menegaskan
wajahnya orang itu, sambil kertak gigi ia hendak
menyerang. Tapi tiba-tiba bayangan itu berkata dengan suara
perlahan. "Ho Siaohiap, mari ikut aku!"
Ko Kie dengar suara orang itu seperti bukan suara Jie
Peng, buru2 bertanya sambil urungkan menyerang !
"Kau siapa?" Bayangan hitam itu menjelinap ketempat gelap.
"Sekarang jangan tanya dulu, mari ikut aku !" ia berkata
sambil gapaikan tangannya.
Karena orang itu agaknya tidak mengandung maksud
jahat, Ho Kie lantas mengangguk. Dibelakangnya kembali
terdengar suara bentakan Hui tun Thian cun yang
kemudian loncat naik keatas genteng.
Bayangan hitam itu tidak berkata apa2, ia hanya ayun
tangan kirinya sambil membentak dengan suara perlahan ;
"Mampus kau !" Sinar merah lantas meluncur, menyerang Hui-tun Thiancin
yang masih menginjak genteng.
Hui tun Thian cun ada membawa perisai yang berat,
maka ia tidak takuti senjata rahasia tersebut.
Siapa nyana sinar merah itu bukan senjata rahasia biasa,
begitu membentur perisai lantas meledak dan apinya
berkobar hebat ! Hui tun Thian cun terperanjat, ia buru2 mundur, apa
mau terpelanting jatuh kebawah!
Bayangan hitam itu kembali menggapai, dengan cepat
lari kebelakang lembah ! Ho Kie terus mengikuti, tapi ketika menampak bayangan
hitam itu lari menuju ketempat kediamannya Cian tok Jin
mo- lantas berhenti sembari bertanya :
"Sahabat, kau sebenarnya siapa ?"
Bayangan hitam itu nampak sangat gelisah, selagi
hendak menjawab, tiba2 terdengar suara orang ketawa aneh
dan menyeramkan, Kemudian disusul dengan munculnya
sesosok bayangan putih. Ho Kie angkat kepala, ia lihat bayangan putih itu
ternyata adalah seorang aneh tinggi kurus dengan
pakaiannya serba putih sambil memegang ruyung orang
mati. Orang itu wajahnya sangat seram, kepalanya terikat
sepotong kain putih seperti seorang sedang kematian orang
tuanya, matanya mendelong, mirip dengan malaikat
penunggu kelenteng...... Ho Kie mengawasi wajah orang itu seperti setan, hatinya
agak ragu2, dengan tanpa terasa ia mundur setengah tindak.
"Kamu berdua benar2 bernyali besar. Kenal kah kamu
aku siorang she Siang yang tidak berguna ini?" katanya
orang aneh itu dengan suara dingin,
Dari caranya orang itu mengunjukan diri, Ho Kie segera
mengerti bahwa orang yang seperti setan itu mempunyai
kepandaian tinggi. Dan oleh karena ia sendiri belum
sembuh benar dari lukanya, apa lagi sedang menggendong
jenazah suhunya, kalau harus bertempur padanya, rasanya
sulit dapat menyingkirkan diri.
Dalam keadaan demikian terpaksa ia cuma bisa
kerahkan seluruh tenaganya dikedua tangannya, apa bila
perlu ia akan gempur manusia seperti setan itu dengan
secara nekad. Tapi orang berbaju hitam yang membawa Ho Kie kemari
itu lantas menghadang didepannya, dengan tenang ia
berkata kepada si-orang she Siang.
"Sahabat, kau menyebutkan dirimu orang she Siang,
apakah kau adalah Siang Seng-seorang kejam dan ganas
yang bergelar Im San Tiauw khek itu ?"
"Tepat ! Kau tokh kenal baik tabiatku, kenapa bukan
lekas menyerah ?" jawabnya orang aneh itu.
Tapi sibaju hitam tidak menjawab, sebaiknya lantas
bergerak dengan cepat, tangannya menghajar jalan darah
Ciang thay hiat di dada orang itu.
Setelah melakukan serangannya, lantas berkata kepada
Ho Kie. "Ho Siaohiap, harap segera menerjang ke luar, biarlah
aku yang melayani orang ini...."
Siang Seng berkelit, dengan cepat lantas balas
menyerang, kemudian berkata :
"Satupun jangan harap bisa lolos. Aku si orang she Siang
selamanya tidak suka kasih lolos korbannya yang sudah
berada ditangannya!!"
Tapi si baju hitam itu terus mendesak dalam waktu
sekejapan saja mereka sudah bertempur sengit.
Ho Kie menampak sibaju hitam ternyata bisa menahan
Siang Seng, untuk sementara barangkali tidak sampai kalah,
maka ia segera kabur. Siapa nyana baru saja bertindak, ia rasakan ada angin
menyambar dengan hebat dan ia hampir saja terjungkal.
Saat itu dengan suaranya Siang Seng :
"Sahabat kecil, kau juga harus rasakan pentungan
loyamu !" Ho Kie terkejut, buru2 mengeluarkan ilmunya Hoan ing
sie sek , dengan secara gesit sekali dapat menghindarkan
serangannya orang she Siang itu.
Namun Ho Kie sudah keluarkan keringat dingin, ia
sungguh tidak menduga kepandaian orang itu ada demikian
tingginya, selagi masih bertempur dengan si baju hitam itu,
ia masih bisa menggunakan kesempatan menyerang
padanya. Ho Kie meski berhasil menyingkirkan serangannya orang
she Siang itu. tapi nampak kepandaian orang she Siang itu
masih diatasnya sibaju hitam hingga buat bisa kabur dengan
selamat, rasanya tidak mudah. Maka-diam2 ia mengeluh.
Siapa nyana dalam keadaan putus asa, mendadak
terdengar suara bentakan nyaring. kemudian disusul dengan
suara jeritan. Ternyata Siang Seng badannya sudah
sempoyongan, sedang sibaju hitam itu nampak lengan
kirinya sudah diturunkan, agaknya juga sudah terluka.
Namun ia masih bisa ulapkan tangan kanannya sambil
berkata kepada Ho Kie : "Ho Siaohiap, lekas pergi........"
"Sahabat apa kau terluka........?" tanya Ho Kie kaget,
Tapi pada saat itu mendadak terdengar suara dan
beberapa bayangan orang datang menyerbu kesitu.
Si baju hitam lompat menghampiri Ho Kie dan berkata
dengan suara perlahan:

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dari sini jalan kebelakang lembah, dibawah sebuah
loteng dilamping gunung itu, ada sebuah goa tersembunyi,
kau lekas sembunyikan diri disana............"
Karena mereka berdua berdiri dekat, Ho Kie segera
mengenali wajah orang itu maka lantas berseru :
"Aaaa! Kau bukankah Auw yang......"
Tapi orang itu segera ulapkan tangannya.
"Jangan berisik! Lekas pergi!" katanya.
Ho Kie sudah mengenali bahwa sibaju hitam itu adalah
Auw-yang Khiu yang membawa kabur kalajengking
emasnya. Dalam keadaan kepepet ia mendapat pertolongan, malah
perbuatannya dilakukan nekad untuk membela padanya,
dalam hati merasa tidak enak atas anggapannya dulu
terhadap diri siorang tua itu. Maka ia marasa tidak tega hati
meninggalkan orang tua itu untuk menghadapi bahaya
sendiri...... "Locianpwe kau......" demikian ia berkata dengan suara
gemetar. Tapi Auw yang Khiu tidak memberi kesempatan untuk
ia banyak rewel, maka Ho Kie terpaksa meninggalkan
orang tua itu untuk lari ketempat yang ditunjuk.
Saat itu ia lantas teringat akan beberapa kawannya yang
pada membela dirinya begitu nekad. Pertama ia ingat
dirinya Gouw Ya Pa. sitolol yang hampir binasa karena
diirinya, kemudian Jie Peng yang tidak segan menghianati
peRguruannya sendiri dan Auw-yang Khia yang bersedia
pertaruhkan jiwanya untuk menyelamatkan dirinya....
Dibelakangnya lapat2 terdengar suara orang bertempur,
ini membuat ia merasa sedih dan malu terhadap dirinya
sendiri,.. Ia tidak tahu apakah Auw-yang Khia mampu
menghadapi semua musuhnya" Apakah Auw yang Khia
mempunyai akal yang sempurna untuk menyingkirkan diri
dari kepungan musuh-musuhnya",
Beberapa kali ia ingin balik untuk memberi bantuan
kepada Auw-yang Khia, tapi bila mengingat jenazah
suhunya, terpaksa ia menghela napas dan melanjutkan
perjalanannya. Mendadak dibelakang dirinya kelihatan sinar merah,
suara bentakan terdengar saling susul..
Sinar merah itu ternyata adalah api yang dilepas oleh
Auw-yang Khia. mungkin itu adalah senjata rahasia si
orang tua untuk menolong dirinya lolos dari musuhmusuhnya.
Ho kie terkejut, selagi ia menghentikan kakinya,
ternyata ia sedang lari menuju kebawah sebuah kamar
bertingkat. Taida ia lari tanpa tujuan, sehingga sudah lupa, rumah
bertingkat mana yang ditunjuk oleh Auw-yang Khia.
Loteng didepan matanya itu ternyata tingginya setumbak
lebih, disekitarnya ada taman bunga yang menawan hati.
Disisinya tidak ada rumah2 lain.
Ho kie mengetahui bahwa dirinya sekarang berada
dalam pusatnya perkumpulan Hian Kui Kauw, jika kuran
ghati2 sedikit saja, setiap saat jiwanya bisa melayang. Ia
berdiri diam dibawah loteng, sama skelai tidak berani
bergerak karena ia harus memperhatikan keadaan loteng itu
terlebih dahulu. Ternyata loteng itu tidak mempunyai penerangan lampu,
keadaan didalamnya gelap gulita. Disebelah kanan kira-kira
sepuluh tombak jauhnya terdapat sebarisan rumah-rumah
yang pendek2 bangunannya, sedangkan disebelah kirinya
terdapat sebuah rimba pohon bambu serta gununggunungan
buatan manusia. Taman bunga didekat rumah bertingkat itu ditanami
bunga2 beraneka warna. Dalam taman itu ada sebuah
jalanan kecil berliku liku yang menuju ke sebuah empang.
Melihat taman yang terhias sangat indah itu dapat
diduga bahwa orang yang bertempat tinggal diatas loteng
itu pasti salah satu orang terpenting dari Hian Kui Kauw.
Kemungkinan besar adalah tempat berdiamnya Cian Tok
Jin mo sendiri. Pikiran Ho kie mulai bimbang. Ia memandang kearah
rimbunan pohon bamgu, pikirnya ia hendak
menyembunyikan diri disitu dahulu. Tetapi beru saja
kakinya bergerak, tiba-tiba didengarnya orang bicara
dengan sangat perlahan, "Ho siao hiap..."
Ho kie terperanjat, dengan cepat ia membalikan
tubuhnya. Segera diketahuinya bahwa disebuah pohon yang tidak
berjauhan dengan tempatnya berdiri itu kelihatan seorang
wanita berbaju putih. Meskipun ia tidak dapat melihat
parasnya dengan tegas, tetapi dari bentuk badan serta
suaranya, dapat diduga bahwa wanita itu pasti cantik.
Ho kie merasa heran, mengapa wanita itu bisa
mengetahui namanya dan bagaimana pula ia bisa berada
didekat dirinya tanpa diketahuinya"
Ia lalu menjawab dengan sopan,
"Nona siapa" Mengapa mengetaui namaku yang
rendah?" Wanita itu ketawa halus, dengan perlahan ia berjalan
menghampiri Ho kie "Ho siao hiap, apa kau sudah tidak mengenali aku?"
tanyanya merdu. Ho kie terpesona, Ia kini kenali wanita itu siapa,
matanya terbelalak "Aaaa., kau adalah Jie...."
Ucapan "Peng" belum keluar dari mulutnya, wanita baju
putih itu kelihatan bergerak pundaknya, secepat kilat ia
sudah berada di dekatnya Ho kie dan dengan jari
telunjuknya ia mendekap mulut Ho kie.
"Jangan ribut2/. Hati2 nanti kedengaran oleh orang
luar." katanya dengan suara perlahan.
Ho kie tercengang, tetap disamping itu ia juga merasa
girang, takut dan malu. Dengan seorang yang mempunyai kepandaian seperti Ho
kie pada saat itu, sebetulnya tidak mudah untuk mendekati
dirinya. siapa tahu Jie Peng dalam sekejap mata saja sudah
bisa berada di depannya, bahkan dengan sekali bergerak jari
si nona sudah berhasil mendekap mulunya. Ini benar2
merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa.
"Kiranya adalah nona Jie Peng. Aku yang rendah sangat
menyesal dengan perbuatanku yang kurang hormat tadi."
Demikianlah ia berkata kepada si nona.
Jie Peng yang berdandan sebagai wanita kelihatannya
bersikap malu, dengan tangannya ia menepok kepalanya
sendiri, sambil ketawa berkata perlahan:
"Ouw, aku sungguh keterlaluan. Bagaimana aku telah
melupakan kau masih belum sembuh dari lukamu dan
lantas berlaku kasar terhadap kau. Ho siao hiap, kau toh
tidak begitu kaget bukan?"
Ho kie bertambah merasa tidak enak sendiri, maka ia
juga ketawa seraya berkata:
"Tidak apa, aku telah lari sampai disini, Tidak nyana
nona juga berada didekat sini."
Jie Peng memandang padanya sejenak, tiba2 ia
mengerutkan alisnya. "Ah!! Aku hampir saja lupa. Dari rumah penjara kan kau
menolong Toan theng lojin, mereka pasti akan mencari kau
kemana2. Lekas!! mari ikut aku sembunyi."
Ia mengajak Ho kie jalan melalui taman bunga menuju
ke loteng. Ho kie yang terus mengikuti dibelakang dirinya si nona,
seolah-olah terpengaruh oleh kekuatan gaib. Ketika berada
dibawah loteng mendadak seperti baru tersadar, maka ia
bertanya: "Nona, apakah loteng ini...."
"Loteng ini adalah tempat kediamanku, tidak akan
berani sembarangan masuk kemari. Kau boleh legakan
dirimu, tidak nanti mereka bisa menemui kau."
Ho kie mengangguk, ia mengikuti si nona naik ke loteng.
Dalam loteng itu hana terdapat dua kamar, satu kamar
buku dan satu lagi kamar tidur.
Ho kie lalu meletakan jenazah Toan theng lojin diatas
kursi dalam kamar buku. Matanya mengawasi keadaaan
disekitarnya, ternyata bersih dan rapi sekali.
Saat itu Jie Peng sudah menghampiri sambil membawa
lampu lilin. Dengan sikap sopan sekali ia tanya Ho kie :
"Ho siao hiap, apa lukamu berat?"
"Barangkali tidak seberapa..."
Tetapi sebelum ucapannya itu habis, mendadak
dirasakannya puyeng, sehingga hampir saja ia jatuh dan
cepat-cepat duduk diatas sebuah kursi.
"Aaaa... lukanya tidak ringan, Parasmu sampai
berubah." seru Jie Peng
"Didalam rumah penjara aku telah bertempur dengan Bo
Pin. Barang kali karena menggunakan tenaga terlalu
banyak, badanku terluka..."
"Pantas. Bo Pin terkenal dengan juluka Tangan Geledek.
Kekuatan lweekangnya sangat hebat. Baru2 ini ia kembali
telah mendapatkan kepercayaan Kaucu, ia mulai melatih
ilmu serangan Hu sie Hiat kut ciang lik. KAu telah oleh
serangan tangannya. Kalau tidak lekas diobati, akibatnya
akan hebat sekali." Si nona lalu masuk kamar dan mengambil sebuah botol
kecil, lalu mengeluarkan tiga butir pil dari dalamnya dan
diberikan kepada Ho kie, kemudian menyuruh Ho kie
rebahkan diri diatas kursi.
Dalam hati Ho kie merasa bersyukur terhadap nona ini,
ia lantas berkata sambil menyoja:
"Meskipun nona berada dalam Hian Kui Kauw, tetapi
tidak ketularan oleh perbuatan kotor dan jahat. Aku yang
rendan telah beberapa kali mendapatkan bantuanmu, entah
bagaimana aku dapat membalas budimu ini."
Wajah Jie Peng segera memerah, lalu menjawab sambil
ketawa: "Kau dengna kau meskipun belum lama berkenalan,
tetapi aku sudah mengetahui bahwa kau merupakan orang
gagah dijaman ini. Bisa berkenalan dengan kau saja aku
merasa bangga...." "Bagaimana nona bisa berkata begitu" Sebelum suhu
menarik napas yang penghabisan, ia masih memuji diri
nona. Nona juga merupakan penolongku, maka selama
hidupku tidak nanti aku melupakan kau."
Jie Peng kelihatan terperanjat, matanya terbuka lebar2, ia
bertanya dengan suara cemas:
"Apa" Kau kata Toan-theng lojin...."
"Ah, suhu sudah menderita sangat hebat" waktu aku
datang, sudah tidak keburu menolong jiwanya,"
Jie Peng seolah- terpukul hebat, mendadak ia lompat dari
kursinya dan berseru . "Haaa, apa dia siorang tua sudah,......"
"Suhu sudah menderita seumur hidupnya." Ho Kie
menjawab dengan sedih. "Waktu, dekat pada ajalnya,
kembali dia harus menerima siksaan yang sangat hebat.
Kalau diingat penderitaan siorang tua, sungguh membikin,
orang punya kegusaran meluap dAn ingin membikin habis
orang2 Hian kui kauw...."
bicara sampai disini, mendadak ia ingat bahwa Jie Peng
juga termasuk orang dari Hian kui kauw, maka ia segera
menutup mulus dan tidak berani melanjutkan
perkataannya, tetapi sebaliknya Jie Peng lantas menyahut
sambil ketawa getir. "Jangan kau keliru, karena aku juga orannnya Hian kui
kauw, lantas kau juga membenci diriku!"
"Nona Jie, kau sudah mengetahui bahwa Hian kui kauw
merupakan bencana besar bagi dunia dan banyak
kejahatan2 yang sudah dilakukan oleh mereka mengapa kau
masih...." "Dalam hal ini, aku mempunyai kesulitanku sendiri!" Jie
Peng tiba2 memotong. "Sebaiknya kita jangan bicarakan
soal itu. Lukamu tidak ringan. Sungguh tidak kusangka kau
bisa lolos dari tangan Bo Pin. Aku sekarang hendak pergi
sebentar. kau baik2 mengaso disini."
"Aku mempunyai seorang sahabat," kata Ho Kie. "Oleh
karena dia hendak menolong aku bisa meloloskan diri.
sekarang ini dia telah kena dikurung oleh orang2nya Hiankui-
kauw. Kepergian nona ini jika mempunyai sedikit
kesempatan, tolong berikan bantuan nona kepadanya atau
tolong dengar kabar apakah dia sudah lolos dari kepungan."
Jie Peng anggukkan kepala.....
Setelah Jie Peng berlalu, dengan seorang diri Ho Kie
menunggui jenazah Toan theng Lojin. Mengingat akan
nasibnya, air mata telah mengalir turun tanpa terasa.
Sekujur badan dirasakan sangat lelah, keringat mengucur
deras, ia tahu bahwa itu adalah reaksi dari bekerjanya obat,
Maka ia lantas merebahkan diri diatas kursi, sebentar
kemudian lama2 tidur pulas.
Entah berapa lama telah berlalu, mendadak ia dengar
suara tindakan kaki, hingga tersadar.
Tindakan kaki itu saagat perlahan, tidak berapa lama
sudah berada didepan pintu kamar
Ho Kie mengira Jie Peng yang kembali, buru2 berduduk
ia sudah kepingin tahu kabar tentang Auw-yang Khia.
Siapa nyana ketika pintu terbuka, yang melangkah
masuk ternyata ada satu nona tanggung.....
Nona itu berusia kira kira baru 14 atau 15 tahun,
parasnya sangat cantik. Ho Kie terperanjat, entah dari mana datangnya
kekuatan, seketika itu lantas lompat turun dari kursinya.
Nona kecil itu rupanya juga tidak menduga dalam kamar
itu ada orang laki-laki, maka seketika itu juga terkejut,
kemudian keluarkan suara bentakan ;
"Siapa " Sungguh berani mati! Ini tempat apa, kau berani
masuk semborangan?" Ho Kie takut nona itu nanti akan membuat gaduh,
sehingga ia susah terlolos, maka secepat kilat lantas menjual
pergelangannya. supaya nona itu jangan sampai membikin
ribut.

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa nyaua nona kecil itu ternyata mempunyai
kepandaian cukup berarti, dengan secara bagus sekali ia
bisa menghindarkan cekalannya Ho Kie, kemudian ia
membentak pula : "Manusia liar dari mana" Kau bsnar2 hendak mencari
mampus ?" Ho Kie tercengang, ia juga tidak menjawab, hanya ulur
tangan kanannya, kembali menyambar jalan darah Ciok tiehiat
si nona. Nona kecil itu alisnya berdiri, sekali lagi ia berhasil
mengelakan sambaran tangan Ho Kie.. kemudian ulur
tangannya dan menyerang dada Ho Kie.
Ho Kie tidak menduga nona kecil itu mempunyai
kepandaian begitu tinggi karena sudah tidak keburu
menyingkir, terpaksa menyambuti serangan si nona !
Kalau pada waktu biasanya, nona kecil itu sudah tentu
bukan tandingan Ho Kie, tapi saat itu Ho Kie yang masih
belum sembuh betul dari lukanya, setelah kedua tangan
beradu, lantas mundur dua tindak dan duduk lagi dikursi.
Nona kecil itu juga mundur setindak, ia nampaknya
terkejut, tapi dengan cepat sudah maju hendak menyerang
lagi. Tiba2 terdengar suara bentakan :
"Ah Bwee, kau mau apa ?"
Nona kecil itu buru2 menarik kembali serangannya dan
lompat mundur. "Nona, kau.........." ia berkata dengan suara gugup
"Kau tidak boleh banyak mulut, Ho Siao-hiap ini adalah
sahabatku, bukan kau lekas minta maaf padanja?" berkata
orang yang di panggil nona, yang ternyata adalah Jie Peng
Nona kecil itu menatap nonanya dan Ho Kie dengan
bergantian, lalu ketawa sambil menekap mulutnya, selagi
hendak bertanya, Jie Peng sudah membentak lagi.
"Ah Bwee, kau dengar perkataanku tadi atau tidak?"
Nona kecil itu benar saja lantas memberi hormat dan
minta maaf kepada Ho Kie.
"Nona Jie, nona ini adalah....." bertanya Ho Kie.
"ia adalah pelayanku yang aku boleh andalkan, tapi dia
agak berandalan, tidak tahu adat, harap Ho Siaohiap suka
memaafkan padanya !" jawab Jie Peng.
Ho Kie melongo, ia tidak nyana pelayannya saja sudah
mempunyai kepandaian begitu tinggi.
Jie Peng perintahkan Ah Bwee mengambil barang
hidangan, ia sendiri lantas duduk di sampingnya Ho Kie,
kemudian bertanya dengan suara lembut :
"Badanmu terluka, lagi pula tidak mendapat waktu
cukup untuk merawat diri sudah itu harus melakukan
pertempuran pula, bukankah itu tambah berat lukanya" Kau
baik2 beristirahat dalam kamarku ini dua hari. kalau sudah
sembuh betul, nanti kita pikirkan lagi bagaimana baiknya!"
"Nona tadi keluar, apakah sudah dengar kabar tentang
sahabatku itu ?" tanya Ho Kie tidak sabaran.
"Sahabatmu itu bukankah Auw yang Khia, si pencuri
sakti yang terkenal digolongan hitam?"
"Sedikitpun tidak salah, entah bagaimana nasibnya dia
dikepung oleh orang Hian-kui kauw" Apakah bisa
meloloskan diri....?"
"Sahabatmu itu benar licin. entah dari mana dia dapat
mencuri senjata rahasia Ong kee-po yang mengandung api,
bukan saja sudah berhasil meloloskan diri dari kepungan 4-
3 orang kuat dari Hian kui kauw, bahkan sudah melukai
Hui tun Thian cun dan lain2nya, serta sudah membakar
habis dua buah rumah. Sekarang seluruh lembah sudah
terjaga keras, segala orang dilarang keluar masuk,
pemeriksaan dilakukan dengan teliti!!"
Hati Ho Kie baru merasa lega ketika mendengar
keterangan itu, ia lantas berkata sambil menghela napas :
"Kalau begitu syukurlah! Aku terus merasa kuatir
memikirkan nasibnya, karena jika ada terjadi apa2 atas
dirinya, sekalipun aku sendiri bisa terlolos dari bahaya,
hatiku juga merasa tidak enak !"
Jie Peng bantu Ho Kie membungkus jenazahnya Toan
theng Lojin dengan kain putih setelah itu mengawasi Ho
Kie mengobrol, sikapnya sangat open sekali.
Hari2 yang penuh kemesraan itu telah dilewati dengan
sangat cepat sekali rasanya, Ho Kie yang berada diloteng
kecil itu tahu2 sudah dua hari. Sekarang lukanya sudah
mulai berangsur2 sembuh seperti sedia kala.
Hari itu, selagi Jie Peng dan Ho Kie asyik mengobrol,
Ah Bwee tiba- datang tergopoh2. Dengan suara gugup ia
berkata kepada Ho Kie. "Ho Siaohiap, lekas sembunyi. Lebih cepat lebih
baik........." Jie Peng lantas lompat bangun.
"Ah Bwee apa yang telah terjadi " Tidak perlu ribut2 "
katanya. "Celaka, kaucu segera akan datang sendiri kesini." jawab
Ah Bwee. Bukan main kagetnya Ho Kie mendengar keterangan itu,
ia lantas lompat bangun dan hendak menggendong
jenazahnya Toan-theng Lojin dibawa keluar.
Jie Peng mencegah seraya berkata :
"Tunggu dulu!!" Kemudian ia berpaling dan menanya
kepada Ah Bwee : "Dari mana kau dapat kabar ini " Bicaralah dengan
tenang!!" "Kaucu sudah dua hari tidak melihat kau menengoki dia,
maka dia kuatir kau tidak enak badan. Barusan dia sudah
keluarkan perintah, dia segera hendak datang kemari
dengan membawa tabib........."
Jie Peng berubah wajahnya seketika.
"Apa benar?" tanyanya dengan suara perlahan.
"Siapa yang main2 dengan nona. Ho Siao-hiap, lekas kau
sembunyi. Sebentar lagi barangkali kaucu akan tiba!!"
Ho Kie lantas memberi hormat kepada Jie Peng.
"Terima kasih atas kebaikan nona yang sudah
memberikan tempat untuk aku merawat diri. Budimu ini
tidak akan kulupakan. Sekarang aku hendak pergi. Aku
tidak bisa membiarkan nona kerembet rembet oleh karena
urusanku!" Sehabis berkata, kembali ia hendak berlalu.
Jie Peng dengan erat sekali memegang baju Ho Kie,
setelah berpikir sejenak ia lalu berkata :
"Tengah hari bolong seperti ini, dirimu mudah dapat
diketahui orang. Apalagi selama dua hari ini penjagaan
dilembah dilakukan sangat keras, bagaimana kau mampu
menerjang keluar" Lebih baik kau sembunyi dalam
kamarku, mungkin lebih selamat."
"Meskipun itu ada benarnya, tetapi jika sampai diketahui
oleh Thian tok Jin mo, bukankah akan menyusahkan diri
nona....?" "Tidak apa. Sudah tentu aku bisa menghadapinya
sendiri." Dengan cepat Jie Peng bersama Ah Bwee mengajak
masuk Ho Kie kekamar tidurnya. Lebih dulu ia meletakkan
jenazahnya Toan theng Lojin dibawah pembaringan,
kemudian membuka lemari pakaian yang besar dan
menyuruh Ho Kie sembunyi didalamnya.
Ketika menutup pintunya, Jie Peng memesan supaya Ho
Kie menahan napas, jangan sampai kedengaran suaranya.
Jie Peng berkata pula dengan sungguh2:
"Aku tahu bahwa kau mempunyai permusuhan yang
sangat dalam dengan dia. tetapi sekarang kau hanya
seorang diri saja. Kepandaianmu diduga masih belum bisa
menandingi kepandaiannya. Aku minta supaya bisa
bersabar sedikit, jangan mengadakan gerakan apa2, apa kau
suka terima permintaanku ini?"
Sekalipun aku dengan dia mempunyai permusuhan yang
sangat dalam, tetapi sekali kali aku tidak mau berbuat untuk
menjerumuskan diri nona kedalam bahaya kecelakaan
maka sudah barang tentu aku bisa bersabar."
Jie Feng ketawa puas, ia lantas mengulap tangannya,
dengan perlahan ia menepok pundaknya Ho Kie dan
berkata dengan suara yang lemah lembut sambil unjukan
ketawanya yang manis : "Benar, Itulah baru namanya orang yang bisa dengar
kata........" Sebentar kemudian pintu lemari ditutup, keadaan
didalamnya menjadi gelap.
Ho Kie duduk bersih bersemedi, sedikit pun tidak berani
bernapas, karena Toan tok Jin-mo mempunyai kepandaian
yang sangat tinggi, jika kurang hati2 akibatnya bisa lenyap
bagi dirinya,, Mati" Ia tidak takut mati, tetapi kalau ia mati siapa yang
akan menuntut balas sakit hati ayahnja" Siapa pula yang
akan menuntut balas sakit hati suhunya" Apa lagi jika hal
itu nanti akan merembet rembet dirinja Jie Peng, sekalipun
ia mati, juga rasanya tidak akan bisa meram.
Setelah mempasrahkan dirinya Ho Kie, Jie Peng lalu
membuka pakaiannya dan sengaja bikin kusut paras
mukanya dan rambutnya, kemudian lompat naik keatas
pembaringan, menutupi dirinya dengan selimut, seolah2
seorang yang tengah menderita sakit,
Tidak lama kemudian, dibawah loteng sudah kedengaran
suara ramai. Seorang kacung sudah naik Iebib dahulu untukc
memberitahukan kedatangan Kaucunya.
Ah Bwee menyambut dengan sikapnya yang sangat
hormat, ia berlutut dipinggir pintu.
Kedatangan Kaucu ini seperti raja saja, ia diapit oleh 4
anak laki2 kecil yang membawa pedang, kebutan, tetabuhan
dan buli2 merah, Dibelakangnya sianak kecil itu diikuti
oleh si tangan geledek Bo Pin, Im-san Tiauw Khek Siang
Seng dan seorang imam tua berambut dan berjenggot putih.
Orang2 itu pada masuk kekamar buku menunggu
cukongnya. Sebentar kemudian seorang tua berpakaian sangat
perlente dengan jenggotnya yang panjang serta badannya
yang tegap telah masuk dengan tindakan perlahan sambil
menggendong tangannya. Ah Bwee lantas mengangguk2kan kepalanya sembari
berkata : "Budakmu yang rendah disini Ah Bwee menyambut
kedatangan Kaucu!!" Orang tua itu ternyata adalah iblis dunia persilatan.
Hian-kui-kuw Kaucu, Thian-tok Jin-mo Ujie-Hui !"
"Bangunlah, tidak perlu peradatan !" er kata Jie Hui
sambil ulapkan tangannya.
Ah Bwee lantas berbangkit dan berdiri di samping
dengan sikap sangat hormat.
Jie Hui duduk diatas sebuah kursi, dengan matanya yang
tajam memandang Ah Bwee sembari bertanya;
"Beberapa hari ini tidak kelihatan nonamu, apa
badannya kurang enak ?"
Ah Bwee buru2 menjawab : "Tidak seberapa penyakitnya, cuma ada sedikit tidak
enak badan saja, nona pesan hendak beristirahat dengan
tenang kira2 dua hari saja "
Jie Hui anggukan kepalanya, diwajahnya yang sangat
dingin nampaknya ada sangat perhatikan anaknya.
Si tangan geledek Bo Pin tiba2 berkata.
"Kaucu tidak usah kuatir, kiranya nona Peng cuma
sedikit kurang enak badan, rasanya sudah cukup Leng-ho
Cianpwe memberian resep dan obat untuk diminum,
sakitnya tentu lekas sembuh."
"Baiklah mari kisa tengok keadaannya" jawab Thiam-tok
Jin-mo sambil anggukkan kepala.
Jin Hui lalu ajak imam tua yang bernama Leng-Ho Ko
itu masuk kedalam kamar Jie Peng, diikuti oleh anak kecil
pengiringnya. Jie Peng sudah dapat menangkap semua pembicaraan
mereka, maka baru saja Thian tok Jin-mo melangkah
masuk, lalu sengaja angkat dirinya sambil menunjang
dengan tangannya, kemudian berkata sambil ketawa :
"Ayah, kau datang ...."
Ucapan itu telah membikin terkejut Ho Kie yang
sembunyi didalam lemari !
Karena saking kagetnya, dengan tidak disengaja hatinya
telah tergetar sehingga badannya agak tergetar juga.......
Siapa nyana gelaran itu telah menimbulkan suara halus !
Bagi Cian tok Jin mo, seorang yang sudah mempunyai
kepandaian begitu tinggi, sedikit suara saja sudah cukup
menimbulkan kecurigaannya, maka ia lantas berhenti
sejenak, matanya memancarkan sinar tajam yang
menakutkan......... ! -oo0dw0oo- JIE PENG juga terkejut, tapi ia sangat cerdik. Dengar
cepat ia tepok2 pinggir tempat tidurnya sembari berkata
dengan suara lemah lembut :
"Ayah.. Duduklah disini!!"
Cian tok Jin mo matanya berputaran sejenak, kemudian
anggukkan kepalanya sembari ketawa, lalu duduk dipinggir
pembaringan anaknya, ia bertanya :
"Sudah berapa hari tidak melihat kau, ada-apa yang
kurang enak" Sekarang ayah membawa tabib kenamaan
pada dewasa ini Lang ho Locianpwee untuk melihat
penyakitmu!" Jie Peng lalu memberi hormat kepada ho Kow dan
berkata ; "Sebetulnya tidak ada sakit apa2, bagaimana sampai
membikin repot Leng-ho Locianpwee ?"
Leng ho Kow tertawa bergelak . "Ah Bwee ambilkan
sebuah kursi untuk ia duduk.
Setelah memeriksa sejenak, tabib itu lantas berkata :
"Keadaan nona ada baik, barangkali tidak mendapat
gangguan apa2, nanti pinto berikan sedikit obat, sebentar
pasti baik." Cian tok Jin mo, menghela napas perlahan, kemudian
berkata ; "Lohu cuma mempunyai satu anak perempuan ini,
ibunya meninggalkan ia terlalu pagi, sudah tentu agak


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aleman. Sianseng tidak perlu merendah terhadap anak2,
kalau perlu diberi nasehat apa2, katakanlah saja terus
terang, supaya dia bisa beujar baik !"
Jie Hui yang gelarnya saja Thian tok Jin mo ( manusia
iblis beracun ), didalam rimba persilatan, orang yang baru
saja mendengar namanya sudah merasa jeri. Tidak nyana
begitu melihat anaknya, ternyata mempunyai perasaan
welas asih seperti manusia umumnya-Perkataannya dan
sikapnya yang begitu menyayang terhadap anaknya
sesungguhnya membuat orang susah percaya kalau ia ada
seorang manusia yang seperti iblis kejamnya.
Selagi tabib tua itu memeriksa nadinya Jie Peng, Cian
tok Jin mo sudah pasang telinga dengan ilmunya Cian
thong jie. Tidak antara lama tabib tua itu selesai memeriksa
nadinya Jie Peng, setelah menghibur sebentar, lain mundur
kekamar buku untuk menulis resep obatnya.
Cian-tok Jin-mo membuka matanya, ia mengawasi
anaknya, tiba2 berkata sambil ketawa :
"Peng-jie, kali ini kau pergi pesiar dengan Kao-him Liemo.
apa selama beberapa hari itu tidak mendapatkan
pengalaman yang agak aneh " coba ceritakan kepada
ayahmu !" Jie Peng bingung atas pertanyaan ayahnya itu, ia cuma
bisa menjawab sambil gelengkan kepalanya :
"Tidak ada!! Bukankah aku begitu pulang lantas memberi
tahukan kepada ayah?"
"Maksud ayah, dalam perjalananmu itu apakah tidak
menemukan sahabat yang erat perhubungannya dengan kau
?" "juga tidak!!" jawabnya Jie Peng agak tercengang.
"Dua hari berselang ada orang dengan berani mati masuk
kelembah Kui-kok, ia memasuki penjara dan membawa
kabur Toan-theng Lojin, apakah peristiwa ini kau ada
dengar ?" "Dengar sih dengar, tapi saat itu aku sedang tidak enak
badan, tidak keluar kemana mana......"
Siapa nyana belum habis ucapannya, Cian tok Jin-mo
mendadak wajahnya berubah ia berkata dengan suara
dingin : "Peng jie, kau tidak seharusnya membohongi ayahmu.
Malam itu, Cek siok siokmu telah melihat sendiri kau
datang kedepan lembah, berdiri tidak jauh diatas-genteng
rumah dengan rumah penjara itu, bagaimana kau
mengatakan tidak keluar pintu ?"
-oo0dw0oo- Jilid 10 MENDENGAR pertanyaan itu bukan main kagetnya Jie
Pang- Tapi ia seorang cerdik. sebentar lantas dapat satu
pikiran, maka ia lantas pura2 gusar dan berkata :
"Ayah begitu menanya pada anak, apakah ayah
mencurigakan anak yang menolong dirinya orang itu,
bukan" jahanam tua she Tiek itu sungguh kurang ajar, dia
telah berani mengatakan ucapan yang tidak pantas terhadap
diriku didepan ayah. Anak tidak mau mengerti ! Sekarang
anak hendak membikin perhitungan dengan dia !"
Sembari berkata ia mendorong selimutnya dengan
uring2an, ia berlagak hendak turun dari pembaringan
sambil berkaok kaok : "Ah Bwee, lekas ambilkan pakaianku...."
Aksinya Jie Peng itu nampaknya sungguh2, sehingga
seorang yang licin seperti Cian tok Jin mo juga sudah kena
diselomoti. Ia lalu menahan anaknya dan berkata sambil
ketawa : "Adatmu masih seperti anak kecil saja! Ayahmu tokh
cuma iseng menanya saja, kau lantas gerubukan seperti
orang kebakaran jenggot. Lekas rebahkan lagi, hati2 nanti
masuk angin !" Jie Peng makin tidak mau mengerti, sambil menekap
parasnya ia menangis terseduh-seduh. mulutnya berkaok
kaok : "Semua adalah gara2nya simanusia tua bangka keparat
itu. setiap hari gawenya cuma makan tidur. Karena takut
tidak terpakai tenaganya, maka lantas cari2 muka, sampai
bapak juga hendak diadu domba dengan anaknya. Ayah,
lebih baik kau bubarkan saja perkumpulan Hian kui kauw
ini ! Sebelum maksud mu hendak menjadi jago tercapai,
kau sudah anggap anakmu sendiri menjadi maling. Aih!!
Apa artinya aku hidup " Oh ibu ! Ibu.. Semua lantaran kau
meninggalkan aku terlalu pagi!! sehingga anakmu hidup
sendirian didalam dunia dan harus menerima penghinaan
segala manusia keparat!!"
ia menangis sembari banting badannya dan kakinya
sehingga tempat tidurnya menjadi murat marit tidak
keruan. Cian tok Jin mo kewalahan benar2. Karena ia terlalu
sayang kepada anaknya itu, maka lantas ia menghibur :
"Peng jie, Peng jie, jangan begitu. Kalau nanti
kedengaran oleh Bo Siok siok sekalian bukankah, akan
menjadi buah tertawaan?"
Jie Peng masih tidak mau mengerti,
"Aku masih perlu menjaga muka apa lagi" Orang tokh
sudah menganggap aku sebagai maling, namaku sudah
dibikin tergoda." "Anak tolol, kau jangan mengucap demikian."
Bo Pin, Siang Seng dan Leng-ho Kouw yang berada
didalam kamar buku telah dikejutkan oleh kejadian itu,
maka mereka buru2 masuk. Jie Peng ketika melihat orang2 itu datang, Ia menangis
semakin keras. Cian - tok Jin - mo yang melihat anaknya hanya
memakai pakaian tipis, lalu berkata sambil kerutkan alisnya
: "Peng-jie, badanmu kurang enak, kenapa pakai pakaian
begitu tipis " Haii... nanti kena hawa dingin, benar2 kau
menjadi sakit." kemudian ia berpaling, dan berkata kepada pelayannya :
"Ah Bwee, ambilkan pakaian tebal untuk nonamu."
Ah Bwee yang mendengar perintah itu menjadi
kebingungan, sebab Ho Kie sedang bersembunyi didalam
lemari pakaian. jika lemari itu dibuka, sudah pasti Ho Kie
akan dapat diketahui. Tetapi perintahnya Kauwcu tidak
boleh tidak harus diturut.
Sebentar kelihatan ia bersangsi, Cian tok Jin mo yang
menyaksikan itu sudah merasa tidak sabaran, maka ia
lantas membentak pula : "Aku suruh kau ambilkan pakaian tebal untuk nonamu,
kau dengar tidak " Lekas!!!"
Terpaksa Ah Bwee keraskan hati, dengan cepat ia
berjalan menuju kearah lemari pakaian.
Dengan badannya menghadang didepan lemari, tangan
kirinya perlahan2 menarik pmtu tangan kanannya dengan
cepat menyambar sepotong pakaian, kembali menutup
pintu lagi Ho Kie yang sedang berada dalam lemari sudah
ketakutan setengah mati. Apa mau si Ah Bwee karena
terburu2, telah kesalahan mengambil baju sutra.
Cian tok Jin mo lantas berbangkit sembari berkata ;
"Dasar anak tolol. Nanti Ayahmu akan ambilkan
sendiri." Jie Peng terperanjat, cepat2 ia berkata ;
Ayah, aku tidak kedinginan..,....kau tidak usah capaikan
hati," "Lihat, kau masih seperti anak kecil saja-Kau adalah
anak satu2nya dari ayahmu apakah menjadi baju untuk kau
saja lantas menjadi repot?"
Orang tua itu sembari berkata, tangan yang lain menarik
pintu lemari...... Ah Bwee ketakutan setengah mati, wajahnya berubah,
badannya gemetaran, hampir saja ia jatuh pingsan.
Ho Kie sudah mendengar semua pembicaraan mereka,
terpaksa ia kerahkan seluruh kekuatan tenaganya siap sedia
untuk menghadapi segala kemungkinan.
Asal Cian tok Jin mo menarik pintu lemari, terpaksa ia
berlaku nekad karena sudah tidak ada jalan lain.
Sesaat suasana dalam kamar tersebut menjadi tegang.
Apa yang akan terjadi selanjutnya sukar sekali dapat
diduga......... Meskipun Jie Peng orangnya cerdik, tetapi dalam
keadaan gawat yang seperti itu, ia juga tidak berdaya.
Tangan Cian-tok Jin mo sudah menempel dipinggang
lemari, begitu ia menarik, Ho Kie sudah tidak dapat
sembunyikan dirinya lagi.
Jie Peng pejamkan matanya, terpaksa ia hanya
menantikan nasib jeleknya yang akan menimpa dirinya.
Siapa nyana, dalam keadaan yang sangat berbahaya itu,
tiba2 terdengar suara terompet yang ditiup berulang ulang.
Dalam kagetnya, Cian tok Jin mo dengar, sendirinya
lantas urungkan maksudnya membuka lemari.
Tidak lama, seorang anak murid dari Hian kui kauw,
kelihatan lari naik keatas loteng.
Empat orang anak kecil yang menjaga Kaucunya,
melihat kedatangan orang itu, lantas mencegat dipintu dan
membentak : "Kaucu ada disiai, lekas berhenti."
Orang itu lantas berlutut, dengan suara gugup ia
memberikan laporannya: "Hunjuk beritahu kepada Kaucu, bahwa Para ketua dari
sembilan partai besar dari rimba persilatan telah berkumpul
menyatroni lembah Kui-kok dan sekarang sudah berada
dimulut lembah." Semua orang yang mendengar laporan itu, lantas pada
berubah wajahnya. Hanya Cian tok Jin mo yang kelihatan
masih tenang saja. "Sungguh besar sekali nyali mereka, Bo Tongcu kau
pimpin dulu para Tongcu dan Hiocu pergi menyambut.
Lohu segera akan menyusul." Kauwcu keluarkan perintah,
Bo Pin terima baik perintah itu, bersama-sama dengan
Siang Seng lalu lari turun dari atas loteng.
Cian tok Jin mo kembali menghibur anaknya, kemudian
baru mengajak empat pengiringnya bersama Leng ho Kouw
pergi meninggalkan kamar Jie Peng........
ooo0dw0ooo Sekarang kita kembali kepada Gouw Ya Pa. sejak
ditinggal pergi oleh Ho Kie, didalam goa Pek giok kiong
setiap hari ia merasa gelisah. Sebetulnya ia sudah hendak
cepat2 menyusul kelembah Kui kok, tetapi karena harus
mentaati pesan Ho Kie, terpaksa ia harus menunggu sampai
tiga hari lamanya. Karena sampai tiga hari kemudian ia juga tidak
mendapatkan kabar beritanya tentang diri Ho Kie, maka
pagi2 sekali ia sudah meninggalkan lembah Patah Hati
sambil membawa benda pusaka Kin hoan leng.
Siapa tahu, ketika ia tiba dibawah bukit Pek kit nia,
disitu keadaaannya tetap sunyi, tidak kelihatan bayangan
para ketua dari sembilan partai besar.
Gouw Ya Pa mencari berputar-putaran, Tidak berhasil
menemukan walaupun orang2nya dari sembilan partai
besar itu, ia lantas naik darah, lalu memaki-maki dengan
suara keras: "Kurang ajar!! Hweeshio bangsat, Imam jahanam!
Perkataan kalian seperti kentut saja. Hari ini kalau kalian
tidak muncul, nanti Gouw Toaya akan mendatangi sarang
kalian sambil membawa Hou hoan-leng dan
memerintahkan kalian pada bunuh diri "...
Tiba tiba dibelakangnya ada orang yang berkata dengan
suara dingin : "sicu ini kelihatannya marah2 sendirian. Siapakah yang
sicu maki2 tadi?" Gouw Ya Pa berpaling, segera dilihAtnya seorang iman
yang sudah lanjut usianya sedang berdiri disebuah batu
besar yang tidak jauh dibelakang dirinya.
Karena ia sedang mendongkol, maka imam itu lantas
dibuat bulan-bulanan. Ia membentak dengan suara bengis :
"Jahanaaammm ! Kau dari golongan mana ?"
Imam itu tercengang, ia menjawab dengan suara dingin ;
"Pinto adalah Siong Leng, sekarang menjabat ketua Butong
pay...... " Gouw Ya Pa merasa girang, ia lalu membentak dengan
suara keras : "Siong Leng, sungguh besar sekali nyalimu. Mengapa
tidak lekas berlutut?"
Siong Leng Totiang adalah Cian-bun dari Bu-tong-pay
pada waktu itu, sebetulnya ia adAlah seorang tua yang
sudah kenamaan dalam rimba persilatan, tetapi mendengar
perkataan dan juga melihat sikap Gouw Ya Pa yang, begitu
kasar, dalam hati juga merasa heran maka ia menanya
dengan sikapnya yang sungguh sungguh :
"Numpang tanya, sicu ada murid dari golongan mana"
Mengapa berani berlaku kasar dihadapan pinto ?"
"Kau berani bertanya aku murid dari golongan mana "
Kalau aku sebutkan, nyalimu akan lompat keluar !" sahut
Gouw Ya Pa sambai ketawa dingin, kemudian tangannya
merogoh sakunya untuk mengambil Kiu hoan Leng yang
lalu diangkatnya tinggi- sembari berkata :
"Kenal tidak " Ini permainan apa" Aku adalah muridnya
ini.......,..." Ketika melihat benda pusaka itu, seketika itu wajah
Siong Leng Totiang berubah, cepat cepat ia memberi
hormat sembari berkata ; "Melibat tanda pusaka seperti melihat Cau-wu. Pinto
Ciang-bun dari Bu-tong-pay keturunan kelima puluh dua
disini menghadap Seng Leng."
Gouw Ya Pa merasa sangat bangga, tetapi ia tidak
merasa puas, maka kembali ia membentak :
"Apa begitu sudah cukup " Lekas berlutut!!"
Siong Leng Totiang ada ketua dari satu partai besar,
diperlakukan secara demikian sudah tentu agak
mendongkol. Tetapi karena anak tolol itu membawa tanda
pusaka, tidak boleh tidak harus ia menurut perintahnya,


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka dengan terpaksa ia berlutut. Dalam hati diam2 ia
memaki : Thian Hian lojin sungguh membikin susah orang.
Kalau aku tahu pembawa tanda pusaka ini ada seorang
kasar macam ini, biar bagaimana juga aku tidak mau
menemuinya lebih dulu."
Kembali Gouw Ya Pa berkata dengan suara keras;
"Hai jahanam! Suruh kalian datang semua kenapa kau
cuma sendiri yang muncul" Dimana itu kepala gundul dan
imam2 yang lainnya?"
Siong Leng Totiang benar2 sangat mendongkol, tetapi
juga merasa geli, dengan terpaksa ia menahan amarahnya,
Ia menjawab dengan, lakunya yang hormat sekali:
"Pinto yang kebetulan pesiar telah berpapasan dengan
Thian Hiao toyu dari Hua-san pay. Dari padanya pinto
mendapat kabar tentang maksud Leng-cu, maka malam itu
juga pinto sudah menuju kemari. Tentang partai lainnya
pinto tidak tahu." "Bohong ! Kalian berani tidak menepati janji. semua
harus dibunuh!!." Siong Leng Totiang terperanjat, diam2 ia berpikir :
"Kelihatannya Leng cu ini orang kasar, kalau begitu, kita
tidak boleh membuat ia gusar, Kalau dia perintahkan aku
bunuh diri, apa boleh aku tidak menurut?"
Berpikir sampai disitu, dia terperanjat, menahan rasa
marahnya, lalu menyahut dengan sangat hormat :
"Hari ini adalah tanggal sembilan bulan sembilan. Ciang
bun dari partai lainnya barangkali sebentar lagi akan datang
semua." "Dalam waktu yang begitu lama, apa masih belum cukup
" Apakah perlu harus berias segala baru menemui orang?"
Perkataan itu benar2 telah membuat Siong Long Totiang
tidak bisa menjawab. "Baiklah.. Kau berlutut saja disini, kapan mereka datang,
saat itulah kau boleh berdiri," kata Gouw Ya Pa pula.
Siong Leng Totiang terperanjat, ia berkata dengan suara
cemas : "Pinto............"
"Tidak perlu segala pinto pinto. Aku yang suruh kau
berlutut sampai tiga hari tiga malam."
Selagi berkata begitu, kembali ia mendengar suara orang
berjalan, sebentar kemudian lantas kelihatan muncul dua
bayangan orang, Gouw Ya Pa menoleh, seketika itu lantas berkata sambil
ketawa : "Bagus ! Kembali datang dua orang yang akan menalangi
kau." Kedua orang yang baru datang itu ternyata adalah Tio
Thian Ek, ketua Tiam khong pay dan satunya lagi adalah
seorang yang sudah berusia kira-kira enam puluh tahun,
dipunggungnya menggemblok sebuah pedang panjang
tetapi belum dikenal oleh Gouw Ya Pa. Tio Thian Ek yang
melihat Siong Leng Totiang berlutut dihadapan Gouw Ya
Pha dengan laku yang sangat hormat, dalam hati merasa
sangat heran, maka ia lantas bertanya kepada Gouw Ya Pa
sambil menjura: "Numpang tanya, Kiu hoan leng Lengcu, Ho siaohiap
sekarang ini ada dimana ?"
Gouw Ya Pa memandang kepadanya dengan sorot mata
dingin, ia menjawab: "Hmmmm, apa kau masih ingat Ho Siaohiap. kalau kau
datang lebih lambat lagi mungkin dirinya Ho Siaohiap
sudah dicincang orang."
Tio Thian Ek kenal Gouw Ya Pa ini sahabatnya Ho Kie,
pada pikirnya tidak perlu terlalu merendah terhadap orang
muda, maka ketika mendengar perkataan itu, hatinya
merasa kurang tenang. "Aku telah mendapat perintah untuk menyampaikan
berita kepada khong-thong dan Kiong lay kedua partai, lalu
terus menuju kemari. Kalau aku tiba disini tidak
menemukan Ho Siaohiap, tokh tidak boleh disalahkan
kalau aku melanggar perintah."
Gouw Ya Pa melototkan matanya, ia lalu mengangkat
Kiu hoan lengnya tinggi-tinggi sambil membentak:
"Kau masih mau membantah, lihat! ini apa ?"
Tio Thian Ek yang melihat Kiu hoan leng itu berada
ditangan anak tolol itu, ia diam-diam mengeluh sendiri.
Terpaksa ia tundukkan kepala, kemudian berlutut sambil
berkata. "Tio Thian Ek menyumpai lengcu."
Orang tua yang berdiri disampingnya juga lantas berlutut
sambil berkata: "Cian bun Tecu dari Khong thong pay keturunan ketiga
puluh empat Lim Co Ek disini menjumpai Lengcu,"
Gouw Ya Pa berkata dengan suara dingin;
"Kedatanganmu berdua sungguh kebetulan sekali.
Sekarang yang lainnya tidak perlu dibicarakan. Imam dari
Bu tong ini tadi sudah berlutut lama, sekarang kalian
menggantikan dia untuk menantikan yang lainnya. Jika
yang lainnya itu tidak datang, kalian jangan bangun."
Siong Leng lantas berbangkit sambil mengucapkan
terima kasih. Tio Thian Ek coba membantah: "Aku siorang tua sudah
memerlu menyampaikan kabar dan kedatanganku juga
tidak terlambat, Kenapa....."
"Aku juga tidak berkata kalian terlambat." Gouw Ya Pa
memotong. "Hanya kuatir kalian mengaso sebentar." si
tolol nyengir. Tio Thian Ek menjadi gusar, ia mengawasi Lim Co Ek
sebentar. kelihatannya orang itu juga tidak puas terhadap
Lengcu ini, ma ka timbulah pikiran jahatnya. diam-diam ia
memberi isyarat kepada Lim Co Ek.
Kedua orang tua itu lantas melesat dari kanan dan kiri.
Lim Co Ek menyerang Gouw Ya Pa, sedangkan Tio Thian
Ek hendak merampas Kiu boan leng.
Siong Leng Totiang yang berdiri disampingnya juga
sudah siap sedia. Tio Thian Ek berhasil, ia juga akan turun
tangan. Siapa tahu, selagi mereka bergerak Gouw Ya Pa yang
tadinya kelihatan memejamkan matanya mendadak
menbuka lebar-lebar matanya dan membentak:
"Kalian hendak berbuat apa?"
Tio Thian Ek terperanjat, cepat2 tangannya ditarik
kembali dan lompat mundur. Tetapi Lim Co Ek yang sudah
turun tangan, ketika mendengar bentakan itu. ia memaksa
menarik kembali serangannya. kembali berlutut ditanah.
Gouw Ya Pa lantas berkata sambil tertawa nyengir:
"Aku tahu, bahwa kalian berdua tua bangka pasti tidak
puas, tetapi kalian berani hendak merampas Kiu hoan leng
kalau tidak dikasih ajaran, Kalian nanti tidak tahu diri."
Ia lalu mengangkat Kiu hoan lengnya dan berkata pula:
"Ketua Tiang khong dan Khong thong tidak menurut
perintah Lengcu serta sudah timbul pikiran jahat. Sekarang
harus dihukum tampar pipi masing-masing sepuluh kali."
Tio Thian Ek, Lim Tio Ek saling pandang akhirnya
sama2 berkata. Gouw Ya Pa lalu berkata kepada lim co ek, "Orang tua
she Lim, kau pukul dia dulu."
Terpaksa Lim Co Ek angkat tangannya, sembari berkata
dengan suara perlahan: "Tio heng ini jangan sesalkan aku." dan lantas
menampar pipi Tio Thian Ek sampai sepuluh kali.
Kasihan Tio Thian Ek sebagai seorang jago kenamaan.
karena merasa malu terhina demikian rupa maka dengan
mendadak lantas menghunus pedangnya dan kemudian
hendak menggorok lehernya sendiri....
Mendadak ada sebuah benda menyambar,
Tio Thinn Ek. merasakan lengannya kesemutan.
pedangnya lantas terlepas jatuh ditanah, kemudian disusul
oleh suaranya orang yang berkata nyaring:
"Tio-heng adalah satu Ciangbunjin dari satu partai besar.
Apa artinya baru dihukum oleh Lengcu begitu saja sudah
berpikiran seperti seorang wanita ?"
Gouw Ya Pa menoleh, ia melihat dikanan kirinya sudah
berdiri seorang padri dan tiga orang imam. Orang yang
bicara tadi ada adalah ketua Ngo-bie pay, Hui Kak Siansu.
Padri tua itu lalu menghampiri Gouw Ya Pa dan lantas
berkata sambil rangkapkan kedua tangannya:
"Gouw Sicu yang telah mewakili Ho Siaohiap
menyampaikan kabar dengan membawa tanda pusaka,
sudah tentu kita orang harus menurut. Tetapi tidak tahu Ho
Siaohiap sekarang berada dimana?"
Gouw Ya Pa lantas merasa gusar, ia berkata dengan
suara bengis: "Kau juga tanya aku, siapa suruh kalian datang begitu
lambat. Dia sudah pergi menerjang sendiri kelembah Kui
kok. Sampai hari ini, sudah tiga hari lamanya, tetapi masih
belum ada kabar beritanya. Kebanyakan tentu dia sudah
binasa." Hui Kak Siansu berubah wajahnya seketika.
"Lembah Kui kok bukan tempat sembarangan, dengan
seorang diri Ho Siaohiap menempuh bahaya, barangkali
betul-betul akan menemukan bahaya." katanya agak gugup.
Gouw Ya Pa kembali membentak,
"Hei! Kalian tiga imam, apa kalian datang untuk
bertemu" Lekas beritahukan nama kalian supaya kita bisa
lekas berangkat." Hui Kak Siansu buru-buru ajak ke tiga imam itu
memberi hormat kepada Kin hoan leng, mereKa itu
ternyata adalah ketua Kun-lun pay keturunan kelima puluh
satu Bu wie Totiang ketua Ceng shia pay keturunan ketiga
puhluh sembilan. Liauw Tim Totiang dan ketiga Kiong lay
pay keturunan ketiga puluh tuiuh. Bun Hie Totiang.
Gouw Ya Pa menghitung jumlahnya orang, ternyata
masih kurang dua. Bu wie Totiang dari Kun lun pay lantas memberi
keterangan: "Thian-hian Toyu dari Hoa san pay mungkin
sebentar lagi bisa datang,"
"Aku siorang tua juga pernah mengabarkan kepada
Tiauw Goan Taysu dari Siao-lim pay' Sebelum tengah hari
pasti ia akan sudah sampai." Hui Kak Siansu turut bicara.
Goauw Ya Pa terkejut, sebab ia sendiri adalah orang dari
Siao-lim-sie, terhadap ketua Siao-lim-sie Tiauw Goan
Taysu, selamanya ia sangat takut dan menghormat.
Tapi ia bisa sesukanya memberi perintah sama sekali
tidak memikirkan itu, maka bukan main kagetnya ketika
mendengar keterangan Hui Kak tadi. cepat berkata:
"Kita tidak usuh tunggu mereka. Mari kita pergi
menolong orang yang sangat penting. Sudah ada kalian
bertujuh. mungkin sudah cukup."
Selagi ia hendak memberi perintah lebih lanjut. Lim Co
Ek tiba-tiba menunjuk dengan jarinya serta berkata:
"Apakah itu bukan Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian
Totiang ?" Benar saja, dari jauh kelihatan seorang hweesio dan
seorang imam yang berlari mendatangi dengan cepat.
Gouw Ya Pa memang kenal kepada mereka seketika itu
lantas kelabakan, Cepat ia menarik tangan Hui Kak Siansu
seraya berkata. "Toa Hosiang, lekas kau suruh Touw Goan Taysu dari
Siao lim-pay itu pulang sana.
Hui Kak Siansu terperanjat, lalu bertanya: "Apa artinya
ini" Tiaaw Goan Taysu adalah seorang yang berkedudukan
tinggi. Untuk menyerbu kelembah kui kok, justeru
membutuhkan dia sebagai ketua. Bagaimana kalau dia
disuruh pulang?" Gouw Ya Pa menjawab sambil meringis, "Kau tidak
tahu. aku tidak bisa bertemu muka dengan dia."
Kembali Hui Kak Siansu terperanjit. "Kenapa tidak
berani bertemu dia ?"
"Aih ! Kau benar benar cerewet."
Pada Saat itu Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian
Totiang sudah sampai dan terus berkata kepada semua
orang sambil memberi hormat:
"Tuan-tuan sudah datang terleblh dulu, kami agak
terlambat. Harap dimaafkan."
Goaw Ya Pa buru-buru menjawab sambil membalas
hormat, "Ooo, tidak apa, tidak apa."
Semua orang merasa heran, mengapa Lengcu itu
adatnya sangat aneh. Tadi sikapnya begitu galak, tapi
kenapa terhadap Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian
Totiang sikapnya begitu rendah"
Tiauw Goan Tayau agaknya tidak mengenali Gouw Ya
Pa, ini memang tidak mengherankan sebab gereja Siao limsie
mempunyai murid murid jumlahnya ribuan orang,
bagaimana Tiauw Goan Taysu bisa mengenali satu demi
satu, apa lagi Gouw Ya Pa yang merupakan muridnya
tukang masak dan sebagai orang biasa saja.
"Sicu inikah pemegang benda pusaka dari partai kita, Ho
Siaohiap adanya?" ia bertanya.
Gouw Ya Pa yang tidak tahu ketua Siao lim sie itu tak
mengenali padanya. ketika ditanya iapun gugup, cepat ia
jawab sambil goyangkan tangan.
"Aku bukan orang she Ho. Aku hanya mewakili saudara
Ho membawa pusaka untuk mewakili tuan tuan sekalian,
bagaimana berani disebut Lengcu?"
Gouw Ya Pa lalu angsurkan benda itu, "Ini adalah Kiu
hoan leng harap taysu periksa." katanya hormat.
Tiauw Goan Taysu yang melihat Kiu hoan leng itu
adalah benda pusaka yang dibuat beberapa tahun berselang,
cepat ia mundur tiga tindak dan lantas berlutut seraya
berkata: "Melihat tanda partai, seperti melihat Couwsu, pinceng
Tiauw Goan, Ciangbunjin Soao lim sie keturunan Kelima
puluh enam, disini menghadap beng leng."
Gouw Ya Pa juga cepat berlulut:
"Lo-suhu lekas bangun, jangan menyulitkan aku Gouw
Ya Pa." Siapa tahu, perbutannya itu telah mengejutkan ketua dari
delapan partay yang lainnya, maka semuanya berlutut.
Tauw Goan Taysu juga terperanjat, cepat cepat ia


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memimpin bangun Gouw Ya Pa sehingga semua lantas
pada bangkit. "Ho Siaahiap membawa tanda partay menyampaikan
kabar menyuruh kita semua berkumpul disini. Apakah
karena urusan Hian kui kauw dari lembah Kui kok?"
bertanya Tiauw Goan Taysu.
"Benar. Sekarang dia sudah pergi sendiri kelembah Kui
kok, sudah tiga hari lamanja
sampai kini masih belum kedengaran kabar ceritanya."
jawab Gouw Ya pa. "Kalau begitu, kita tidak boleh terlambat kita orang
orang dari sembilan partai rasanya harus menemui juga
Cian Tok Jin Mo." Thian Hian Totiang mendadak ingat kalajengking
emasnya, maka ia lantas berkata dengan suara gusar:
"Hian kui kauw telah mengganas didunia. sudah lama ia
ingin membasmi sembilan partai besar kita. Taysu dan para
toyu sekalian, hari ini sangat beruntung kita bisa berkumpul
disini, mengapa tidak segera berangkat kelembah Kui kok"
pertama kita segera menolong dirinya Ho Siaohiap, kedua
kita suruh Hian Kui kauw juga kenal kelihayan kita
sehingga dikemudian hari tidak berani memandang rendah
lagi !" Tiam cong, Khong tong, Kiong lay dan Ceng shia yang
anak muridnya sudah pernah dibikin susah oleh orangorang
Hian kui kauw, segera mrnyetujui usul itu.
Sebaliknya dengan Hui kak Siansu yang berpikir
panjang. ia ini berkata: "Hian kui kauw meski belum lama muncul dirimba
persilatan, tapi belakangan ini mengumpulkan banyak
orang-orang pandai. apa lagi lembah kui kok merupakan
markas besarnya, kalau kita hendak pergi, harus membuat
rencana yang sempurna, baru bisa bergerak,"
"Aku seorang kasar, tidak mengerti perkara begitu,
mengapa tidak mengangkat Tiaw Goan Taysu saja sebagai
pemimpin?" kata Gouw Ya Pa.
"Lolap cuma mendapat perintah untuk mengumpulkan
orang, bagaimara boleh berlaku melewati batas?" berkata
Tiauw Goan Taysu sambil ketawa.
"Taysu seorang berilmu tinggi. memang seharusnya yang
bertindak sebagai pemimpin." kata orang banyak.
"Terima kasih atas kecintaan serta kepercayaan
saudara2. lolap merasa berat untuk menolak. Tapi menurut
pikiran lolap, Hian kui kaw ada mempunyai banyak orang
berkepandaian tinggi apa lagi ilmunya Hu sie Biat kut orang
dari cian tok Jin mo, barangkali disini tidak ada yang
mampu menandingi. Maka kali ini kita pergi kesana,
sebaiknya dengan secara hormat lebih dahuku, untuk
menanyakan dimana adanya Ho Siaohiap, kita lihat
bagaimana jawabannya?"
Usul itu telah diterima baik oleh semua orang, maka
lantas mereka berangkat bersama-sama menuju kelembah
Kui kok. Ketua dari partai itu semua mempunyai kepandaian ilmu
lari pesat, maka sebentar saja sudah pada melesat
meninggalkan bukit Pek kutnya.
Tapi dengan secara demikian kasihan bagi Gouw Ya Pa
yang tidak mempunyai kepandaian ilmu pesat, hingga
untuk mengikuti mereka sudah empas empis dan toh masih
ketinggalan jauh. Terpaksa ia keluarkan Kin hoan leng, paksa mereka
berjalan agak lambat. Terpisah kira satu lie dari lembah Kui kok. tiba-tiba dari
sebuah rimba melesat seekor burung yang membawa kabar.
"Penjagaan lembah kui kok ini benar-benar sangat kuat,
masih sejauh 10 lie, perjalanan kita sudah diketahui oleh
mereka," kata Hui Kak Siansu sambil tertawa.
"Kita lebih dulu menghadap dengan secara hormat,
sudah tidak perlu sembunyi-sembunyi, kita harus tunjukan
diri secara terang," kata Tiaw Goan Taysu,
Kembali berjalan beberapa li, kini sudah mendekati
mulut lembah. Tiba-tiba muncul dua orang, masing-masing bawa
pedang dipunggungnya. Ketika tiba didepan rombongan
Tiauw Goan Taysu. lantas berkata sambil angkat tangan
memberi hormat: "Bo Tongcu dari Hian kui kauw telah mendapat perintah
dari Kauwcu mewakilinya menyambut kedatangan
Ciangbunjin dari sembilan partai. Sekarang dia dimulut
lembah menantikan Ciangbunjin sekalian."
"Kuarang ajar! Apa dia tidak bisa keluar menyambut
sendiri" Mengapa harus menunggu disana?" Gouw Ya Pa
membentak. Gouw Sicu tidak boleh begitu. Ini hanya orang yang
menyampaikan kabar saja. Kita tidak perlu ribut dengan
mereka," kata Tiauw Goan Taysu, kemudian berpaling
kepada kedua orang itu sembari ketawa berkata.
"Tolong kalian sampaikan kepada Bo Tongcu, katakan
saja bahwa Ciangbun dari Kun lun, Ngo-bie. Bu tong,
Khong-tong' Ceng shia. Kiong lay, Hoa san Siao lim dan
Tiam cong sembilan partai, karena mempunyai sedikit
urusan, ingin bertemu dengan Kauwcu sendiri."
Kedua orang itu angkat kepala. mengawasi Gouw Ya Pa
dengan sikapnya yang dingin lalu bertanya :
"Ingin tanya, Eng hiong ini dari partai mana ?"
Gouw Ya Pa gusar, ia lantas membentak: "Aku adalah
ketua dari partai sundel yang khusus mengurus kalian
bangsa sundel." Kedua orang itu menjadi gusar. mereka mundur dua
langkah. agaknya segera hendak turun tangan.
Gouw Ya Pa lantas menghunus pecutnya dan
membentak pula: "Kurang ajar! apa kalian mengajak aku
berkelahi" Nanti kubikin patah tulang2 kalian dulu!"
Tiauw Goan Taysu lalu maju dan menghadang ditengah,
berkata kepada dua orang itu,
"Tuan ini adalah Lengcu yang memegang tanda pusaka
partai Kiu hoan leng yang hari ini memimpin sembilan
partai untuk berkunjung kepada ketua kalian."
Mereka mendengar keterangan itu pada terkejut,
wajahnya berubah seketika, agaknya merasa sangsi.
Gouw Ya Pa lalu berkata sambil acungkan Kiu hoan
lengnya: "Kawanan bangsat, apa kau tidak percaya, Gouw
Toayamu tidak mempunyai apa-apa hanya ini saja hari ini
akan mencari setori dengan Hian kui kauw!"
Dua orang itu matanya membelalak, mereka lantas
angkat tangan menberi hormat, kemudian undurkan diri.
Tiauw Goan Taysu dan lain-lainnya pada merasa tidak
puas dengan sepak terjangnya Gouw Ya Pa, tapi karena
Kiu hoan leng berada d tangannva, apa yang mereka bisa
berbuat terhadap padanya"
Ketika rombongan Tiauw Goan Taysu tiba dimulut
lembah, dari jauh sudah kelihatan barisan yang menyambut
kedatangan mereka. Ditengah-tengah rombongan barisan penyambut itu ada
berdiri seorang berewokan dengan alis yang putih ia itu
adalah ketua bagian kepengajaran Bo Tongcu, si tangan
geledek Bo Pin. Di kedua sisinya berdiri Cek Kong Han, si Toata Tan
Liang. Giok bin Kim kong Ong Hoa Cu, Sie Lek, Siang
Hong Siang, Cian Siu, Tio GO, Siang Seng dan lainlainnya.
Dalam Hian kui kauw kecuali kaucunya sendiri dan
beberapa orang golongan tertua, boleh dibilang semua
sudah keluar menyambut menemui ketua dari partai
persilatan. Inilah buat pertama kalinya Hian kui-kauw mengajukan
barisan yang demikian kuat sehingga membuat para ketua
partai itu pada terkejut.
Bo Pin yang maju lebih dulu dan berkata pula para
tamunya sambil menjura. "Hari ini sungguh beruntung kami dapat menyambut
kedatangan tuan, siorang she Po atas nama kaucu, disini
mengucapkan selamat datang kepada tuan tuan!"
"Kau adalah Tongcu dari Hian kui kauw siapakah
kaucumu?" Gouw Ya Pa nyeletuk.
Bo Pin tercengang, dengan matanya yang tajam ia
menyapu Gouw Ya Pa kemudian berkata pula sambil
ketawa seram: "Tuan ini tentunya adalah sahabat yang membawa Kiu
hoan leng?" "Sedikitpun tidak salah, kau siorang tua benar-benar
pintar!" jawab Gouw Ya Pa.
"Kiu hoan leng sebetulnya adalah benda kepunyaan
partai kami, yang dicuri dan dibawa kabur oleh seorang
murid yang berkhianat, sehingga terjatuh ketangan orang
dunia Kang-ouw, apa yang dibuat heran" Lagi pula
perkumpulan kami bukan orang-orang dari partai. dulu
tidak pernah turut membuat tanda kepartaian itu. Benda itu
tidak ada dimata aku siornng she Bo."
Ucapan Bo Pin itu sangat jumawa sekali, Se0lah-olah
dalam matanya tidak pandang sama sekali. semua ketua
sembilan partai besar itu, sehingga membuat mereka lantas
pada berubah wajahnya. Tiauw Goan Taysu lalu maju dan berkata sambil
rangkap kedua tangannya: "Bo Tongcu tidak kecewa menjadi kepala penjara,
kegagahanmu membuat kagum kita semua. Cuma saja lolap
sekalian hari ini hanya datang untuk menemui Kaucu untuk
merundingkan soal lain, bukan urusan Kiu hoan leng !"
"Aku si tua bangka juga untuk itu menyambut
kedatangan tuan-tuan, tapi lembah ini tempatnya sangat
kotor, tidak dapat dibandingkan dengan kediaman Taysu di
gereja Siao lim-sie. Maka kalau kurang sempurna
penyambutan Kami, harap minta dimaafkan banyakbanyak!"
Sehabis berkata ia lantas perkenalkan mereka dengan
semua orangnya, Kemudian serombongan anak-anak kecil
menyuguhkan arak berikut cawannya.
Setelah upacara penyambutan selesai para tetamunya
diajak oleh Bo Pin untuk menemui Kaucunya.
Mereka diajak mengasoh didalam satu kupel yang luas
didalam lembah itu. Tidak diantara lama, tiba tiba muncul dua anak kecil
yang tangannya masing-masing membawa panci berwarna
kuning lantas berkata dengan suara nyaring:
"Kaucu mengucapkan selamat datang kepada para
Ciangbunjin sekalian!"
Semua orang pada berdiri. hanya Gouw Ya Pa yang
masih tetap duduk tidak bergerak.
Sesaat kemudian, dari lembah bagian dalam muncul
sebuah tandu kecil yang indah, dipikul oleh delapan orang
laki-laki kuat. serta diiringi dua anak laki-laki kecil.
Tandu itu dilarikan sangat pesat sekali, sebentar saja
sudah berada didepan kupel.
Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan itu diam-diam
merasa terkejut. Diam-diam ia mengakui bahwa Jie Hui ini
benar-benar bukan orang sembarangan, orang-orang
bawahannya saja kepandaiannya sudah demikian tingginya,
apa lagi ia sendiri. Maka kalau Hian kau kauw tidak lekas
dibasmi mungkin sepuluh tahun lagi akan merupakan
bencana besar bagi rimba persilatan !
Pada saat itu tandu itu sudah diletakan ditanah dari
dalamnya lalu kelihatan turun keluar seorang tua berbadan
tegap dengan dandanannya yang sangat mewah.
Orang-orang hian kui kauw yang bera da dalarn kupel
semuanya membungknkkan badan memberi hormat Tiauw
Goan Taysu dan lainnya cepat-cepat rangkapkan kedua
tangan memberi hormat. Cian tok Jin mo dengan matanya yang tajam menyapu
semua orang. kemudian lantas berkata sambil ketawa
bergelak-gelak: "Hari ini entah angin apa yang telah membawa para
ketua yang berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan
kelembah yang seperti hutan belukar ini ?"
Tiauw Goan lalu menjawab sambil tersenyum: "Lolap
sekalian agak gegabah, harap Kaucu suka maafkan banyakbanyak."
Cian tok Jin mo ketawanya bergelak gelak, suara
ketawanya itu menggema lama didalam lembah.
Mendadak Gouw Ya Pa menggeram, kemudian berkata:
"Ketawai apa " Ada apa yang lucu" Kita datang untuk
mencari sotori bukan untuk mengandalkan tali
persahabatan, kau tua bangka ketawai apa ?"
Ucapan itu telah menggusarkan semua orang-orang Hian
Kui kauw, Cian tok Jin mo menghentikan ketawanya,
dengan sorot mata dingin ia mengawasi Gouw Ya Pa
sejenak. "Apakah Tuan ini adalah Gouw Insu yang membawa
Kui hoan leng ?" ia bertanya.
"Kalau tokh sudah tahu, mengapa tidak lekas keluar
saudara Ho kita perlu apa masih berlagak?" jawab Gouw
Ya Pa dengan sikapnya yang angkuh.
Tiba-tiba Cian tok Jin-mo ketawa dengan perlahan, ia
memasuki kupel seraya berkata,
"GOuw losu ada seorang yang polos dan berbicara
seraya terang-terangan. Aku situa bingka sangat merasa
kagum." Sehabis berkata ia mempersilahkan Tiauw Goan Taysu
dan lain-lain dnduk ditempat masing-masing dan ia sendiri
duduk di atas kursi kulit macan.
Setelah semuanya sudah minum, Tiauw Goan Taysu
berbangkit dan berkata sembari memberi hormat:
"Aku si tua bangka sudah lama mendengar nama besar
Kaucu, hari ini sungguh beruntung dapat menjumpai
sendiri. Lolap ada sedikit urusan, mohon Kaucu suka
memberi muka untuk memberi bantuan."
"Taysu ada seorang pemimpin rimba persilatan dan
seorang beribadat tinggi. Ada urusan apa yang ingin minta
bantuank " jika aku si tua bangka masih mampu
melakukan. sudah tentu tidak merasa keberatan." jawab
Cian tok Jin mo. "Dulu kami sembilan partai telah membuat Seng leng


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan disumpah, siapa jang memegang Seng leng itu adalah
pemimpin dari sembilan partai kami. Lolap sekarang
sebagai muridnya sambilan partai itu, sudah tentu tidak
dapat tidak mentaati perintah Seng leng. Sekarang kita telah
mendapat kabar bahwa Kiu hoan leng Ho Siaohiap tiga hari
berselang telah datang kesini dan sampai sekarang masih
tidak ada kabar beritanya. Lolap sekalian hari ini dengan
menebalkan muka menjumpai kaucu, sadikah kiranya
kaucu memandang muka kita untuk memberi petunjuk.
dimana adanya Ho Siaohiap sekarang" Mengenai
perselisihan antara Ho Siohiap dengan Kaucu, lolap
sekalian bersedia menjadi orang pertengahan untuk
membereskan soal permusuhan itu."
Cian tok Jin mo yang mendengar itu, tiba-tiba kerutkan
alisnya dan berkata dengan heran:
"Perkataan Taysu ini, sungguh membuat aku siorang tua
tidak mengerti, partai kami selamanya tidak mencampuri
urusan permusuhan dalam dunia Kang-ouw, juga tidak
mempunyai musuh seorang she Ho. juga tidak tahu bahwa
beberapa hari ini ada Ho siaohiap yang kesasar dalam
perkumpulan kami, apakah Taysu hanya mendengar berita
saja yang belum pasti kebenarannya ?"
Gouw Ya Pa yang mendengar jawaban itu lantas
menjadi gusar, mendadak ia berbangkit dan membentak
dengan suara bengis: "Enak saja kau pungkir. Saudara Ho tiga hari berselang
sudah datang, sampai sekarang belum kelihatan
bayangannya. sudah tentu kalian yang sudah mencelakakan
jiwanya. SeKarang kau apakan dia" Hari ini kalau kau
serahkan orangnya, kita masih bisa berunding dengan cara
baik-baik. kalau tidak, aku akan mengubrak-abrik sarangmu
Hian kui kauw ini." Kaucu Hian kui kauw yang merasa terhina demikian
rupa, sudah menunjukkan sikap kurang senang, tetapi ia
tidak menjawab, hanya dengan matanya ia melirik Siang
Seng sejenak. Siang Seng mengerti, ia lalu maju dan berkata dengan
suaru dingin. "Lembah Kui kok apa kau kira bisa dibuat sembarangan
oleh manusia tolol seperti kau ini" Kalau merasa tidak puas,
aku si orang she Siang nanti suruh kau tahu tingginya langit
dan tebalnya bumi." Gouw Ya Pa lantas beringas, sambil mengeluarkan
pecutnya ia memaki dengan gusar:
"Jahanam, Gouw Toayamu sedang bicara dengan
Kauwcu kalian, kau adalah makhluk apa begitu berani turut
campur mulut?" "Gouw Losu ini matanya tidak memandang orang
tentunya mempunyai kepandaian tinggi. Siang-heng boleh
coba-coba main-main beberapa jurus dengan dia," kata Cian
tok Jin mo sambil tertawa seram.
Perkataan Kaucu ini tidak bedanya dengan menyuruh
Siang Seng turunkan tangan jahat untuk membinasakan
Gouw Ya Pa yang mulutnya bawel itu.
Siang Seng terima perintah dari kaucunya, lalu dengan
senjatanya ia menantang Gouw Ya Pa.
Kalau bicara tentang kepandaiannya, sekali pun sepuluh
Gouw Ya Pa juga masih bukan tandingan Siang Seng,
tetapi Gouw Ya Pa tidak mau perdulikan itu semua.
Dengan suara gusar ia menceburkan dirl kedalam kalangan,
tanpa banyak rewel lagi ia lantas menghajar Siang Seng
dengan pecutnya. Siang Seng hanya mengganda ketawa dingin, lalu
mengangkat senjata pentungannya untuk menangkis pecut
Gouw Ya Pa. Tangan Gouw Ya Pa merasakan kesemutan. pecutnya
hampir terlempar dari tangannya. Hatinya terkejut.
badannya mundur sampai empat tindak.
Orang-orang Hian kui kauw tidak menyangka bahwa
pemuda wajah hitam yang galak itu ternyata tidak ada
gunanya, baru segebrakan saja sudah mundur oleh Siang
Seng maka lantas semuanya pada ketawa.
Wajah Gouw Ya Pa menjadi merah, dengan mata
mendelik ia menggeram hebat, kemudian menyapu lagi
dengan pecutnya ia sudah berlaku nekad, tidak memikirkan
lagi apa akibatnya, ia terus menjerbu Siang Seng dengan
pecutnya. Kembali Siang Seng hanya mengganda dengan ketawa
dingin, dengan cepat ia berkelit, kemudian senjatanya
setelah menyingkirkan pecut Gouw Ya Pa lalu mengnajar
pundak kiri si tolol. Serangan Siang Seng itu amat gsnas, pada pikirannya
anak tolol itu kalau tidak binasa, pasti akan terluka parah.
Tetapi apa yang telah terjadi sesungguhnya sangat diluar
dngaan semua orang. Meskipun serangannya itu sudah berhasil mengenakan
dengan telak tetapi Gouw Ya Pa hanya kelihatan mundur
beberapa tindak, sedikitpun tidak terluka.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu pada
terheran-heran tidak akan menyangka bahwa pemuda tolol
itu menpunyai kepandaian ilmu kebal yang sudah
sempurna. Selagi masih kesima, Siang Seng sudah diserang lagi
dengan pecutnya Gouw Ya Pa.
Siang Seng dalam kagetnva menyambuti pecutnya Gouw
Ya Pa dengan senjatanya sendiri, pikirnya, ia hendak
membikin pecut itu terlepas dulu, baru kemudian
membinasakan jiwanya, siapa nyana bahwa perbuatannya
itu sudah masuk perangkapnya Gouw Ya Pa.
Kiranya, Meskipnn Gouw Ya Pa adalah orang yang
kasar, tetapi juga masih mempunyai akal licik. Dalam
gebrakan pertama tadi ia telah mendapatkan kerugian,
maka sekali ini hendak menarik keuntungan dengan
menggunakan akal licik. Serangannya tadi tidak dilakukan dengan sungguhsungguh,
maka ketika ada sambutan senjata Siang Seng,
pecut itu lantas terpental ditengah udara,
Saemua orang pada ketawa geli menyaksikan
ketololannya Gouw Ya Pa. Siapa tahu, selagi ketawanya belam lagi sirna, pecut
Gouw Ya Pa yang ada ditangan kanannya dengan
kecepatan bagai kilat sudah merabu dada Siang Seng.
Siang Seng yang sedang merasa bangga tidak mengira
kalau Gouw Ya Pa bisa berbuat demikian, ia baru kaget
ketika pecut baja itu sudah berada didepan dadanya. Cepatcepat
ia mendongakkan badannya, tetapi pecut yang sudah
didepan dadanya itu lantas didorong oleh Gouw Ya Pa
sehingga sudah menyodok janggutnya Siang Seng hingga
terhuyung-huyung rubuh. Siang Seng kesakitan. ketika ia lompat bangun, ternyata
giginya sudah copot empat atau lima biji, darah mengucur
dari mulutnya. Meskipun luka itu tidak berarti apa-apa baginya tetapi
nama Siang Seng sebagai jago kenamaan telah ludes
ditangan pemuda itu. Gouw Ya Pa menarik kembali serangannya, sambil
ketawa dingin ia berkata: "Kau bukan tandingan. Aku
ampuni jiwamu. Suruh orang lain yang maju."
Siang Seng, jago yang kenamaan telah terjatuh ditangan
Gouw Ya Pa, jangan kata orang-orangnya Hian Kui kauw,
sekali para ketua dari sembilan partay semuanya melongo
heran. Mendadak terdengar suara bentakan bengis: "Bocah she
Gouw, kau jangan jual lagak. Aku si orang tua bangka ingin
menemui kau main-main berapa jurus."
Gouw Ya Pa menoleh, keringat dingin mengucur
seketika karena rasa kagetnya ....
APA YANG IA LIHAT" Kiranya ada seorang laki-laki
tinggi besar dengan bengis dan rambut merah. Tangan
kirinya membawa senjata kecer dan tangan kanannya
membawa sebuah tombak berujung tajam, sedang
mengawasi dirinya dengan mata mendelik.
Meskipun Gouw Ya Pa orangnya bernyali besar, tetapi
ketika melihat wajah orang yang seperti setan itu, dengan
tidak terasa badannva sudah gemetaran. Tetapi kemudian ia
dapat berpikir lain, ia sekarang sebagai Lengcu, masakah
bisa kaget oleh orang semacam begitu saja, maka ia
bungkukan badanya dan maju sambil membentak;
"Bocah! Kau siapa" Manusia atau setan?"
"Aku adalah salah satu Tongcu dari Hian kui-kauw,
Namaku Siang Hong Siang."
"Kau bukan tandinganku. aku harap supaya kau mundur
saja." Tetapi belum habis ucapannya, orang ita sudah
membentak dengan nyaring: "Ngaco. kau orarg macam apa,
begitu berani menghina aku si orang tui ?"
"Perlu, a apa kau ribut2! Kau hendak berkelahi atau
perlu ribut ?" "Bocah jumawa, rasakan senjataku!" orangnya
membentak, lalu tombaknya menyerang kearah Gouw Ya
Pa. Gouw Ya Pa miringkan badannya, lalu menangkis
dengan pecutnya, tetapi tangannya dirasakan sakit seketika
dan pecut yang tinggal satu-satunya itu telah terbang
ketengah udara. Siang Hong Siang ketawa terkekeh-kekeh lalu maju
menyerang Goaw Ya Pa dengan kedua senjatanya
berbareng. Gouw Ya pa sekarang sudah tidak memegang senjata
ditangannya. cepat-cepat ia lompat mundur sambil
berteriak: "Bocah, tahan dulu!"
Siang Hong Siang terkejut, maka dengan terpaksa ia
menarik kembali serangannya dan berkata:
"Kau sudah mau mampus masih mau meninggalkan
pesan apa lagi ?" Gouw Ya Pa putar matanya sambil berkata:
"Kau hanya merupakan salah satu Tongcu dari Hian kui
kauw dan aku adalah Lengcu. Bagaimana bisa berpikir
seperti itu" Kau tunggu sebentar, aku nanti perintahkan
orang lain untuk melayani kau."
Siang Hong Siang gusar, senjatanya diangkat dan sudah
hendak turun tangan lagi ...
Mendadak Gouw Ya Pa putar tubuhnya dan lompat
balik kedalam kupel dan kemudian mengeluarkan Kiu hoan
lengnya yang diangkat tinggi-tinggi.
Cian tok Jin mo yang menyaksikan Kiu hoan leng itu,
seketika matanya terbuka lebar lalu saling pandang dengan
Bo Pin agaknya merasa terheran-heran.
Mereka sungguh tidak habis pikir, mengapa malam itu,
sehabis menewaskan Ho In Bo dan menghajar anaknya,
Kiu hoan leng yang dicari-cari setengah mati itu mengapa
bisa terjatuh ditangan bocah tolol ini.
Tetapi Kiu hian leng itu memang benar yang aslinya,
sedikitpun tidak salah. Pada saat itu Gouw Ya Pa sudah berkata dengan suara
nyaring: "Ketua Tiam Khong pay. dengar perintah !"
Tio Tian Ek terperanjat, terpaksa ia harus berdiri sambil
menyahut. "Orang she Tio disini menantikan perintah Leng
Cu." "Kau ambil kepalanya itu bocah !" perintah Gouw Ya Pa
sambil menuding Siang Hong siang.
Tio Thian Ek. karena ia sudah mengetahui bahwa Siang
Hong Siang sangat tinggi kepandaiannya, ia merass sangsi
apakah ia dapat menandinginya, tetapi Gouw Ya Pa sudah
berkata pula: "Kalau kau berani melanggar perintah. bawa kepadamu
sendiri kemari !" Ucapan itu telah membuat Tiaw Goan Taysu sendiri
juga diam-diam merasa kaget. Tetapi perintah sudah
dikeluarkan, siapa yang berani menentang "
Terpaksa Tio Thian Ek keraskan kepala, lantas
menyerbu kedalam kalangan,
Ia sudah tahu bahwa pertempuran ini bukan saja ada
menyangkut jiwanya sendiri, tetapi juga ada hubungannya
dengan nama baiknya Tiam khong pay. Kalau ia tidak bisa
merebut kemenangan. dimana harus menaruh mukanya"
Maka selagi masih melayang di tengah udara. pedang
Tui hun kiamnya sudah dihunus dari serangkanya.
Ia menghampiri Siang Hong Siang.
Tio Thian Ek, sebagai ketua dari salah satu partai besar
ilmu pedangnya sudah terkenal dalam dunia persilatan,
Orang-orang dan Hian kui kauw diam-diam pada
kuatirkan Siang Hong Siang mempunyai kepandaian tinggi
dan tangannya telengas maka diam2 mereka kuatirkan
dirinya Tio Thian Ek. Hanya Gouw Ya Pa, setelah keluar perintahnya dapat
bernapas lega, dengan tenang ia duduk kembali.
Dengan mata mendelik Siang Hong Siang memandang
Tio Thian Ek. "Orang she Tio." katanya, "Kau adalah ketua dari salah
satu partai. mengapa mau diperintah oleh satu bocah tolol?"
"Perintah dan Seng leng tidak dapat kubantah, aku tidak
bisa berbuat apa-apa." jawabnya.
"Kalau kau ingin ada jiwa dengan aku siorang she Siang,
jangan sesalkan kalau aku nanti berlaku telengas!"
"Kau boleh keluarkan semua kepandaianmu."
Sebelum ucapannya selesai, Siang Hong Siang sudah
keluarkan bentakan nyaring yang segera maju menyerang
Tio Thian Ek dengan senjata tumbaknya.
Tio Tian Ek geser kakinya, dengan ujung pedang ia
sambut tumbak Siang Hong Siang. Kemudian kedengaran
suara beradunya senjata, orangnya masing-masing mundur
dua tindak. Tio Thian Ek yang mendongkol mendadak berpekik
nyaring, ia maju menyerang dengan pedangnya.
Begitu turun tangan, ia sudah menggunakan ilmu
pedangnya Tui hun kiam -hoat, yang terdiri dari dua belas
jurus sehingga sebentar saja dirinya Siang Hong Siang
sudah terkurung dalam sinar pedang.
Tetapi Siang Hong Siang juga bukannya orang lemah,


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecernya diputar bagaikan titiran sehingga menimbulkan
suara berisik dengan itu ia bernasil membendung serangan
pedangnya Thio Thian Ek. Ketua Tiam cong pay tidak berhasil dengan serangannya,
selanjutnya serangannya mulai kendor, kesempatan itu
telah digunakan se-baik2nya oleh Siang Hong Siang untuk
rebut kedudukan berbalik sebagai penyerang.
Pertempuran sengit itu sebentar saja sudah berlangsung
dua atau tiga puluh jurus, kekuatan kedua pihak
kelihatannya berimbang satu sama lain masih belum
kelihatan siapa yang menang.
Diantara 9 partai itu, hubungannnya ketua Khong tong
pay Lim Co Ek dengan Tio Thian Ek paling rapat, maka
ketika melihat Thio Tniang Ek masih belum mampu
merubuhkan lawannya, ia berkali-kali sudah ingin turut
campur tangan. Sebentar terdengar suara nyaring dari beradunya dua
senjata, Tio Thian Ek dan Siang Hong Siang pada mundur
tiga tindak, wajahnya berubah, pada kecerannya Siang
Hong Siang terdapat lobang dalam bekas tusukkan pedang
Tio Thian Ek. Siang Hong Siang merasa sakit hati, wajahnya yang jeiek
nampak semakin jelek, dengan suaranya seperti gembreng
pecah ia berkata: "Orang she Tio, kau sambuti lagi seranganku tumbak
terbang!" Baru saja menutup kata-katanya, senjata tumbaknya
yang bergigi tiga sudah meluncur keluar dari tangannya
bagaikan terbang! Tio Thian Ek matanya ditujukan kearah tumbak, siapa
nyana sebelum tumbak sampai matanya telah dibuat kabur
oleh sinarnya yang gemerlapan menyilaukan matanya,
sehingga tidak dapat menangkap kemana arahnya tumbak
itu .... Ia terperanjat, sjeera mengetahui gelagat tidak baik.
Maka lantas putar pedangnya, tapi
ternyata sudah terlambat.
Tiba-tiba ia merasakan sambaran angin dingin. Tio
Thian Ek terpaksa berkelit, tapi pundak kirinya dirasakan
sakit sekali, sehingga ia mengeluarkan seruan tertahan,
badannya mundur sampai lima enam tindak.
Tiauw Goan Taysu dan lain-lainnya semua pada pucat
wajahnya sedang Lim Co Ek saat itu lantas loncat keluar
sambil berseru: "Tio heng, jangan takut siaotee. . . ."
Belum habis ucapannya itu. Tio Thian Ek sudah menarik
tumbak yang menancap dipundak kirinya sehingga darah
menyembur keluar seperti air mancur.
Tio Thian Ek nampak pucat Wwajahnya, keringatnya
keluar menetes, ia lalu mendongak keatas sambil berkata
dengan suara bengis: "Tiam cong pay Khay-san Couwsu, teecu Thio thian Ek
telah menbuat malu nama baik perguruan, tak ada muka
untuk hidup, maka hanya ingin mati saja untuk menebus
dosa!" Begitu habis mengucapkan perkataannya pedangnya
lantas diangkat hendak menggorok lehernya sendiri....
Lim Co Ek segera berseru: "Tio heng, jangan!...."
Ia coba melesat dan dengan jari tangannya ia coba
menotok jalan darah Yang ko-hiatnya Tio Thian Ek, tapi
sebelum jarinya sampai, Tio Thian Ek tiba-tiba menyerang
dengan tangan kiri yang luka.
Lim Co EK terkejut. selagi merandek, kepala Tio Thian
Ek sudah menggelinding ditanah, sedang badannya masih
tetap berdiri sambil memegang pedang....
Tiauw Goan Taysu rangkapkan dua tangannya.
menyebut nama Buddha, sedang Hui Kak Siansu, Bu Wie
Totiang dan lain-lainnya pada mengucurkan air mata.
Orang-orang dari Hian kui kauw yang menyaksikan
keadaan itu juga pada kesima. Siang Hong Siang sendiri
juga merasa bergidik, tanpa berasa mundur dua tindak.
Lim Co Ek dengan mata beringas membentak dengan
suara bengis: "Orang she Siang jangan bergerak !"
Siang Hong Siang terkejut, tapi ia masih berlaku tenang.
"Kau mau apa ?" tanyanya.
"Aku si orang she Lim ingin belajar kenal dengan
tumbakmu yang terkenal namanya didunia Kang-ouw !"
"Apa kau lihat karena ditanganku cuma ada kecer pecah
ini, maka hendak mencari keuntungan?"
"Ambil tumbakmu, mari kita bertempur lagi."
Siang Hong Siang ketawa terkekeh-kekeh dengan
perlahan menghampiri mayat Tio Thian Ek! Tiba-tiba ada
berkelebat satu bayangan orang.
"Siang Tongcu! Silahkan mengaso dulu, orang she Lim
ini biarlah aku situa bangka yang melayani!" kata bayangan
tadi. Lim Co Ek lintangkan pedang didadanya ia melihat
orang itu sudah putih seluruh rambutnya, usianya mungkin
sudah lebih enam pulah tahunan. Badannya kurus kering,
kulit mukanya sudah keri^putan. ditangannya membawa
tongkat bambu hijau. Orang tua itu menghadang didepannya Siang Hong
Siang, lalu berkata: "Aku situa bangka adalah Cian Siu. salah satu Tongcu
dari Hian kui kauw Kini ingin mewakili Siang Tiongcu
untuk menyambuti ilmu silat Khong-tong pay!"
"Kau tentunya ada itu orang tua yang bergelar orang tua
sakti bertongkat hijau yang namanya sangat kesohor
didunia Kang-ouw, bukan ?"
"Julukkan yang tidak berarti itu. bagaimana bisa
direndengkan dengan nama Lim-heng ?"
"Baiklah aku si orang she Lim ingin belajar kenal dengan
senjata tongkatmu yang ternama itu!"
Lim Co Ek lalu angkat pedangnya, badannya bergerak
laksana kilat menyerang lawannya.
Cian Siu tidak menyambuti, dengan gesit ia egoskan
dirinya untuk mengelakkan serangan tersebut. Tongkatnya
sekali menotol ke tanah, dirinya lantas melesat keudara.
Lim Co Ek menarik kembali serangannya dengan
perasaan kagum, sambil memutar pedangnya ia bergerak
mundur. Siapa tahu Cian Siu yang masih berada ditengah udara
mendadak memutar tubuhnya. tongkatnya hendak
mengemplang kepala Lim Co Ek.
Sambil membentak keras, Lim Co Ek kerahkan seluruh
kekuatannya untuk menangkis serangan lawan.
Sebertar kemudian, pedang dan tongkat saling beradu
sehingga menimbulkan suara nyaring.
Cian Siu melayang turun, lalu berkata sambil tertawa:
"Tidak kecewa Khong tong pay termasuk salah satu
partai besar. Dengan mengadu kekerasan ini, baru kelihatan
kekuatan aslinya!" Dalam mengadu kekuatan tadi, Lim Co Ek sudah
mengetahui bahwa orang tua itu. kecuali mempunyai ilmu
mengentengkan tubuh yang luar biasa, ternyata kekuatan
tenaga dalamnya tidak begitu mahir. Dengan tidak banyak
bicara pula ia maju lagi menyerang.
Benar saja, Cian Siu tidak berani menyambuti serangan
secara kekerasan, ia selalu mencari kesempatan untuk
melesat ke udara. Kedua orang itu sebentar saja sudah bertempur sepuluh
jurus lebih. Lim Co Ek keluarkan seluruh kepandaiannya, setelah
berhasil dengan pedangnya ia menyingkirkan tongkat
lawannya, tangan kirinya secepat kilat mengirim satu
serangan kearah Cian Siu yang sedang berada ditengah
udara. Cian Siu sudah tidak mempunyai tem-pat lagi untuk
berkelit, maka terpaksa harus menyambuti dengan
kekerasan. Karena Lim Co Ek mengeluarkan seluruh kekuatan
tenaganya, maka Cian Siu tidak sanggup menyambuti
serangan itu dirinya terpental sampai jungkir balik tiga kali,
lalu melayang turun sejauh tujuh tombak.
Ketika kakinya menginjak tanah. badannya
sempoyongan. . . . Tiba-tiba timbul pikiran keji Lim Co Ek. ia lalu
mengambil senjata tombak Siang Hong yang dilemparkan
oleh Tio Thian Ek, kemudian membentak dengan suara
keras: "Orang she Cian, kau juga boleh menyambuti tombak
terbang ini." Ia lantas menyambit dengan tombak itu orangnya
berbareng juga melesat menerjang Cian Siu yang sudah
terluka didalam barusan berhasil menyingkirkan senjata
tombak, tahu-tahu Lim Co Ek sudah berada didepan
matanya yang hendak menikam dengan pedangnya.
Kelihatannya terhadap serangan tersebut Cian Siu sudah
tidak mempunyai daya untuk menyambutnya.
Lim Co Ek yang sudah bernapsu hendak membalas sakit
hati Tio Thian Ek, ia memutar pedangnya untuk
mengurung dirinya Cian Siu supaya tidak mempunyai
tempat untuk meloloskan diri lagi.
Siapa tahu, selagi ia hendak turun tangan, dibelakang
dirinya tiba-tiba merasa ada sambaran angin kuat.
-ooo0dw0ooo- Jilid 11 LIM CO Ek tahu bahwa dibelakangnya ada orang yang
membokong dengan senjata gelap, dilam gusarnya ia
menyampuk dengan tangan kirinya, pedang ditangan
kanannya tetap meneruskan serangannya.
Sesaat lalu terdengar suara jeritan ngeri, darah
berhamburan. Telapak tangan Lim Co Ek dirasakan seperti ada benda
yang menembus dalam. Sambil kertak gigi, ia menarik
kembali pedangnja dada kiri Cian Siu sudah berlubang dan
badannya lantas rubuh ditanah.
Lim Co Ek ketika memeriksa tangannya, ternyata ada
jarum halus, Hong bwee ciam yang sangat berbisa
menancap ditelapak tangannya. Racunnya kelihatan sudah
mulai menjalar. Ia keluarkan suara ketawanya yang menyeramkan, lantas
mengangkat pedangnya untuk membacok tangan kirinya,
kemudian ia menutup jalan darah dilengan kirinya itu dan
lantas membentak dengan suara bengis;
"Manusia keparat. siapa yang tidak tahu malu,
membokong orang dengan senjata gelap. Lekas unjukkan
diri!" Dari dalam kupel saat itu lantas muncul seorang yang
menjawab dengan suara dingin.
"Sungguh mengecewakan kau menjadi ketua dari partai
yang baik-baik. Ternyata begitu kejam turun tangan
terhadap lawan. Aku hanya memberikan kau sebuah jarum
kecil sekedar untuk memberi peringatan padamu, itu hanya
Sepasang Pendekar Bertopeng 2 Pendekar Naga Putih 46 Petualangan Di Alam Roh Guna Guna Tombak Api 1
^