Pencarian

Lembah Patah Hati 4

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung Bagian 4


Lalu melayang turun dari mulut goa.
Ketika ia berada dibawahm ia menemukna tanda darah,
tapi Thian-sat sin kun sudah tidak kelihatan lagi
bayangannya! Ia mendongak keatas, tapi Gouw Ya Pa tidak keliatan
turun. "Gouw toako, lekas turun." Ia berkata kepada kawannya.
Dua kali ia memanggil, baru kelihatan Gouw Ya Pa
tongolkan kepalanya. "Aku... aku tidak... bisa turun... "Jawabnya.
Ia tampak Gouw Ya pa tengan kesakitan, kedua
tangannya memegangi pinggangnya, napasnya memburu.
Tanpa banyak bicara, Ho kie lantas memondong sang
kawan lantas meloncat turun ke bawah.
Ia terus lari kira2 tiga atau empat lie jauhnya, mendadak
dirasakan Gouw Ya pa sudah tidak ada suaranya, Ia lalu
hentikan kakinya, Gouw ya pa diletakkan ditanah. Ia coba
periksa pernapasannya, ternyata sangat lemah, sudah terang
bahwa luka kawannya ini sangat berat.
Ia lalu duduk bersila, telapakan tangan kirinya diletakkan
diatas jalan darah Leng thay-hiat, dengan kekuatan tenaga
Iweekangnya sendiri ia salurkan kedalam dirinya Gouw Ya
pa, untuk menyembuhkan lukanya.
Kira2 satujam lamanya diatas kepala Ho kie nampak
mengepul ada hawa panas, napasnya tersengal2, maka ia
terpaksa hentikan usahanya untuk sementara.
Ia coba memeriksa keadaan sekitarnya, ternyata disitu
ada tempat yang penuh tumbuh2an rumput tebal dan
bunga2 yang beraneka warna. Tidak nyana setelah
berlalunya malam, ia dapat menemukan tempat yang
seindah itu. Kala itu, disebelah timur sudah kelihatan sedikit sinar
kuning, nampaknya sudah dekat terang tanah.
Ho kie menghela napas, selagi hendak melanjutkan
usahanya untuk mengobati kawannya, mendadak terdengar
suara orang berjalan, ia segera tarik kembali tangannya dan
lompat bangun. Ketiak ia membuka matanya tidak jauh dari tempat itu
ada sebuah pohon, maka ia lantas gendong Gouw Ya Pa,
dibawa sembunyi dibelakang pohon tersebut.
Tidak antara lama, kelihatan satu bayangan orang
menghampiri padanya dengan gerakan yang amat gesit.
Orang itu memakai pakaian serba putih, tangannya
membawa kipas. bukankah itu Lim kheng" tanya Ho kie
pada dirinya sendiri. Ho kie sungguh tidak nyana dalam keadaan demikian
bisa bertemu dengan Lim kheng lagi, maka lantas lompat
keluar dan memanggil padanya.
"Lim heng..." Tapi mendadak ia ingat bahwa Lim kheng sebetulnya
seorang wanita, tidak seharusnya ia panggil hengte. maka
buru2 merubah: "Enci Lim, aku mencari kau setengah mati."
-ooo0dw0ooJilid 7 ORANG BERBAJU PUTIH itu hentikan tindakannya,
tapi ketika mengawasi Ho kie, parasnya menunjukkan
perasaan heran, lantas hendak berlalu lagi.
Ho Kie sangat cemas, ia memanggil pula dengan suara
keras : "Enci Lim, harap suka tunggu sebentar, aka ada sedikit
perkataan hendak disimpaikan padamu!"
Tapi orang itu tidak menoleh sama sekali, bahkan lari
pergi dengan cepat. Ho Kie terus mengejar, sebentar saja sudah melalui
perjalanan beberapa lie jauhnya.
Ho Kie kuatir ia tidak dapat menyandak, ia juga
kuatirkan lukanya Gouw Ya Pa, maka sambil mengejar ia
terus bicara hampir meratap :
"Enci, aku mohon sukalah kau beri kesempatan padaku
untuk menjelaskan duduknya perkara... "
Tapi orang yang diajak bicara terus kabur seolah2 tidak
dengar perkataannya. Ho kie tambah penasaran, ia terus meratap:
"Enci, apa salahnya aku" apa kau tidak sudi memberi
kesempatan untuk aku untuk menjelaskan" Berilah aku
kesempatan, selanjutnya kau tidak mau perdulikan aku lagi,
aku juga rela..." Ucapannya itu agaknya menggerakan hatinya pemuda
baju puti itu, maka lantas menhentikan tindakan kakinya.
Ho kie girang sekali hendak mendekati, pemuda baju
putih itu lantas membentak:
"Berdiri disitu!"
Ho kie terpaksa berhenti. "enci, mau kah kau detar
bicaraku?" "Kau hendak bicara apa, kau bole ucapkan disitu saja,
kalau kau berani maju lagi selangkah saja, aku akan segera
menyingkir lagi!" jawabnya dengan tenang.
"Baiklah aku menurut, asal kau jangan lari lagi."
Pemuda itu ketawa. Mereka berdiri terpisah kira2 tiga tumbak, tapi Ho kie
merasakan seperti terpisah jauh sekali. Ia ingin maju
mendekati, tapi tidak berani. Maka ia cuma bisa mengawasi
dengan hati mendelu. Pemuda baju putih itu lama menantikan, agaknya sudah
tidak sabaran, maka lantas berkata dengan suara dingin:
"Bukankah kau hendak bicara" Mengapa kini membisau
saja?" "Yah." Ho kie menjawab sambil anggukkan kepalanya.
Banyak perkataan yang hendak diucapkan, tapi saat itu
mulutnya seperti terkancing, ia tidak tahu harus bagaimana
memulainya. Pemuda itu melirik, lalu berkata pula:
"Aku masih banyak urusan, kalau kau tidak lekas bicara,
aku sekarang hendak pergi lagi."
"Mau...! Harap tunggu sebentar. aku nanti jelaskan..."
kata Ho kie cemas. Tapi apa yang hendak diucapkan" Ia
tidak tahu. "Katakanlah!" tegur lagi sipemuda berbaju putih.
"Enci, aku hanya ingin bertanya, dalam hal apa aku telah
membuat kesalahan terhadap kalian?" akhirnya Ho kie
beranikan hati bertanya juga.
"Hanya itu saja?"
"Yah! aku hanya mohon kau suka memberitahukan
padaku, kalau aku benar2 bersalah terhadap kau, sekalipun
kau hendak memaki atau memukul, aku akan terima. Tapi
aku mohon kau jangan perlakukan aku secara demikian.
Saudara Gouw Ya Pa itu ada sebangsa orang kasar, dia
tidak tahu kalau kau.... oh... dia telah bikin robek bajumu!
Terang ini.... kau juga tidak boleh sesalkan kau..."
Pemuda baju putih itu setelah mendengar ucapannya.
hatinya tergoncang Pikirnya: "Ah!! dia begitu erat
perhubungannya dengan perempuan she Lim itu. kalau dia
tau aku bukanlah Lim kheng..."
Saat itu, ia sudah kepingin menjelaskan bahwa ia
bukanlah Lim Kheng, melainkan Giok Sie seng Jie Peng
dari Hian kui kauw. Tapi, mendadak ia berpikir pula. Ho kie bermusuhan
dengan Hian kui kauw, juga mungkin masih gemas pada
kejadian di Cit lie peng, maka lebih baik tidka dijelaskan.
Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas
menjawab dengan suara dingin:
"Sepotong baju berapa harganya" Sama sekali aku tidak
taruh di hati." Mendengar keterangan itu, Ho kie merasa girang.
"Mengapa kau mendadak tinggalkan aku?" Demikian
katanya. Jie peng diam2 merasa geli, tapi mulutnya berkata
dengan suara dingin "kalau aku berbuat demikian, siapa yang bisa melarang?"
Ho kie melongo, "tpai perbuatanmu ini pasti ada
sebabnya, apakah itu?"
"Tidak ada sebab apa2!"
Sehabis ucapkan perkataannya yang terakhir itu, ia
hendak berlalu lagi. Perasaan jelus telah menguasai dirinya, ketia Ho kie
mengejar, karena dianggapnya dirinya Lim kheng, perasaan
jelusnya ini semakin tebal, hingga akhirnya berubah
menjadi benci.... Kalau ia tidak lekas2 tinggalkan pemuda itu, barang kali
akan terbuka rahasianya yang ia telah mengaku sebagai
dirinya Lim Kheng. Dilain pihak, Ho kie yang anggap Jie Peng adalah Lim
kheng, benar2 hatinya semakin gelisah, maka ketika melihat
pemuda baju putih itu hendak berlalu lagi, ia lantas berkata
pula: "Enci, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"
"Apa yang harus dijawab" Aku benci padamu!!"
Ho kie merasa seperti disambar geledek, ia menjerit:
"Enci, apa salahku sehingga kau mempunyai benci aku
sedemikian rupa...?"
"Tidak ada, pendeknya aku merasa benci sekali padamu,
sebabnya apa kau juga tidak tahu. Aku tidak kepingin
bertemu lagi dengan kau, semoga selama hidupku ini aku
bisa menyingkir dari kau, kau boleh anggap saja tidka
pernah bertemu aku, aku tidak akan menjumpai kau lagi!"
Jawaban yang tidak terduga2 itu telah merupakan suatu
pukulan yang hebat bagi Ho kie, sehingga seketika itu juga
lantas berdiri terpaku disitu.
Apa sebabnya Lim kheng mendadak membenci padanya
sedemikian rupa" Apa lantaran bajunya dibkin robek oleh Gouw Ya Pa"
Tidak mungkin! Tidak mungkin karena urusan sepele itu
ia mendendam begitu rupa!
Tapi ucapannya itu begitu tegas, bukannya bikinan.
Lama ia berdiri bingung sendiri smabil pejamkan mata.
Apa sebabnya Lim kheng berbuat demikian" Pertanyaan ini
selalu berputaran diotakknya, tapi siapa yang mampu
menjawab" Ho kie memikirkan itu kepalanya seperti mau pecah dan
tatkala ia membuka mata, Lim kheng sudah tidak kelihatan
bayanganya. Lim kheng sudah pergi jauh, mungkin seperti apa
katanya sendiri, ia tidak akan menjumpainya lagi...
Yang ada cuma tinggal kenang2annya, yah.. suatu
kenangan yang mengharukan. Dalam kenaan dan
pergaulan yang terjadi dalam watu singkat antara Lim
kehngm tidak disangka akan meninggalkan bekas yang
tidka enak buat dirinya. Ia merasa benci, bencinya terhadap dunia yang kejam
ini... Sudah tentu ia tidak menduga sama sekali bahwa
pemuda dengan sikap yang dingin yang mengaku Lim
kheng, sebetulnya adalah Jie Pang dari Hian kui kauw.
Entah berapa lama Ho kie berdiri bingung demikian rupa
mendadak terdengar suara rintihan dari seorang wanita,
yang kedengarannya makin lama makin dekat.
"Engko Kie!! Engko Kie..." suara itu tegas terdengar
dalam telinganya. Ho kie terperanjat, badannya gemetaran dengan tiba2.
"Aaa.!! itu ada suaranya Siu Goat Eng!"
demikian ia berkata kepada dirinya sendiri.
Benar! itu memang Siu Goat Eng, yang oleh Thian-sat
sin kun dinikahkan padanya secara paksa.
Bukankah ia sudah ditotok jalan darahnya oleh Gouw
Ya pa" Mengapa bisa datang kemari"
Ho kie lantas ingat dirinya Gouw Ya pa yang masih
terluka, maka buru2 balik menghampiri padanya. Tapi
ketika ia tiba ditempat belakang pohon, disitu telah berdiri
seorang tua dengan satu kaki sambil menunjang dengan
tongkatnya. Orang tua itu adalah Thian sat sin kun yang
jatuh kedalam jurang. Ho kie diam2 mengeluh. Gouw Ya pa telah
menghajarnya sehingga orang tua itu terjatuh ke dalam
jurang dan sekarang Gouw Ya pa yang sedang terluka
parah telah terjauh dalam tangannyam sudah tentu banyak
bahayanya. Ah, kalau Gouw Ya Pa terbinasa didalam tangan orang
tua itu, bukankah ia sendiri yang telah mencelakakan
dirinya" Mengingat samapi disitu, ia lantas maju menghampiri si
orang tua dan memohon padanya dengan suara
mengharukan. "Locianpwe, semua yang telah terjadi telah timbul
karena diriku siorang she Ho seorang,Harap kau mau
melepaskan dia!" Thian sat sinkun melirik padanya sejenak,lalu berkata
dengan suara dingin: "Kau juga sudah tahu berbuat salah?"
"Aku merasa tidak pernah berbuat yang sangat
keterlaluan terhadap locianpwe..."
Orang tua itu mendadak membentak dengan suara
bengis dan memotong perkataan Ho kie:
"Bocah she Ho, kalau kau tidak suka menikah dengan
cucuku, mengapa kau cemarkan kehormatannya?"
Pertanyaan itu seperti geledek menyambar kepala,
sehingga Ho kie gelagapan seketika lamanya.
"Perkataan locianpwe ini, sungguh aku kurang paham..."
"Kau masih hendak berlagak pilon dihadapanku" Malam
ini yang kau membiarkan kau berdua anjing berlalu dari
sini. aku akan bunuh diri dengan tongkatku ini...!"
Seiring dengan ucapannya, orang tua itu lantas
membabat Ho kie dengan tongkatnya.
Ho kie menggunakan ilmu Hoan-in sie sek, mengelakan
serangan tersebut. "Aku... aku tidak..." ia coba membantah.
Tapi serangan si orang tua terus mengancam jiwanya.
Sekejap saja, ia sudah terdesak mundur sampai 10
tombak leibh jauhnya.

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho kie kini merasa sangat gelisah, Ia masih belum tahu
bagaimana nasibnya Gouw Ya Pa. Kembali harus berdaya
menghindarkan diri dari serangan siorang tua yang
nampaknya sudah kalap. Ia lebih2 heran atas pertanyaan
orang tua itu yang tentang dirinya Siu Goat Eng.
Terang ia belum pernah menjamah diri nona itu,
mengapa orang tua itu mengatakan padanya sudah
mencemarkan diri sinona"
MEndadak ia ingat sesuatu. Ah!! Cilaka!! Apakah itu
bukan perbuatan si tolol Gouw Ya Pa"
Ia masih ingat ketika sidogol itu menggantikan dirinya
naik keatas pembaringan pernah dengar suara rintihan
sinona, bukankah itu perbuatannya>"
Mengingat itu, perasaannya jadi kalut sendiri.
Pada saat itu Tongkatnya si orang tua sudah mengancam
didepan matanya. Ho kie buru2 miringkan kepalanya, tapi lantas
mendengar bentakan siorang tua. "Rebah!!!" ujung
tongkatnya sudah mengenakan pundak kirinya.
Ho kie yang merasakan sakit dipundak kirinya, terpaksa
mundur tiga empat tindak.
"Bocah she Ho, lohu suruh kau merasakan bagaimana
harus menebus dosa atas perbuatanmu yang menodakan
diri gadis orang!" kata si orang tua, lalu menyerang pula
dengan tongkatnya. Ho kie yang pundaknya sudah sakit, hanya
mengandalkan caranya berkeliat yang sangat luar biasa, tapi
belum 10 jurus, ia sudah mandi keringat karenanya.
Dalam keadaan demikian, mendadak terdengar suara
yang mengharukan "Engko Kie, Engko kie, kau ada dimana?"
Thian sat sin kum yang mendengar suara itu hatinya
merasa pilu, serangannya lantas menjadi kendor.
Menggunakan kesempatan itu, Ho kie lantas berakta:
"Locianpwe, kau dengar dulu keterangan ku, aku benar2
tidak..." Belum haibs ucapannya itu, sudah dipotong oleh suara
yang memilukan: "Engko kie, Ah! kau ada disini..."
Berbarengan dengan itu, sesosok bayangan merah lari
menghampiri. Thian-sat sin kun yang menyaksikan keadaan demikian,
cuma bisa menghela napas.
Siu Goat Eng masih mengenakan pakiannya
kemantin,hanya rambutnya saja yang awut2an menutupi
wajahnya, ia lari sambil pentang tangannya hendak
menubru Ho kie. "Nona siu, harap mengenal sedikit aturan!" berkata Ho
kie sambil mundur. Siu Goat Eng tercengang dan hentikan tindakannya, ia
mengawasi dengan sepasang matanya yang bening
"Eh!! kita diantara suami istri masakan masih malu2..?"
Ketiak ia menampak yayanya berdiri disitudengan sinar
mata gusar, ia agaknya mengerti, maka lantas berkata pula
sambil ketawa: "Ouw!! kiranya yaya ada disini,kau takut dicela oleh dia"
Tidak apa, yaya paling sayang padaku. selanjutnya kau
akan menjadi cucu menantunya, malu apa..."
Thian Sat Sin kun yang mendengar perkataan cucunya ,
air matanya mengalir turun dari kelopak matanya, sambil
menuding dengan tongkat,ia berkata kepada Ho kie:
"Manusia berhati kejam, apa kau masih ada muka untuk
bertemudengan dia?" Siu Goat Eng bingung mendengar perkataan
engkongnya, dengan perlahan ia mendekati engkongnya,
lalu berkata dengan suara lemah lembut:
"Yaya, mengapa kau begitu marah" sekalipun dia salah,
yaya juga harus pandang cucumu, ampunilah padanya!"
Thian Sat Sin kun hatinya seperti diiris2, sambil
merangkul cucunya ia berkata dengan suara sedih:
"Anak tolol, apa kau masih membantui dia" Bocah
berhati binatang ini..... Dia..... dia sudha tidak sudi kau
lagi.... dia sekarang hendak kabur...!"
Siu Goat Eng agak tercengang, ia berpalng mengawasi
Ho kie. Ho kie menampak pandangan nona itu agaknya tidak
mengandung rasa kebencian, bahkan lemah lembut, hingga
hatinya merasa tidak enak sendiri.
Sambil ketawa getir, Siu Goat Eng berkata kepadanya:
"Engko kie, aku tahu parasku jelek, tidak pantas turut
menjadi istrimu, tapi...."
tiba2 ia menghela napas "Tapi....paras jelek itu
pembawaan dari lahir, karunia Tuhan, bagaimana aku bisa
merubah" Kalau kau tidak menampik,seumur hidupku ini
aku bisa melayani kau setulus hatiku, aku akan bantu
mengurus rumah tanggamu, mencuci pakaianmu, memasak
untuk kau. Kalau kau hendak kawin lagi dengan wanita
yang cantik, aku juga tidak melarang, aku cima
menginginkan bisa merawat keturunan kitayang bagus dan
cantik.. itu saja aku sudah puas....!"
Thian Sat Sin kun hatinya semakin pilu, dengan suara
sedih ia berkata: "Anak tolol, buat apa kau meminta2 padanya demikian
rupa, dia ada seorang yang tidak berbudi dan tidak
mempunyai perhatian, biarlah yayamu binasakan padanya.
yayamu nanti carikan laki2 lain yang lebih cakap darinya..."
"yaya, kau jangan berkata demikian, Pepatah ada kata"
Nikah dengan ayam harus mengikuti ayam, nikah dengan
Anjing,harus mengikuti anjing. Eng ji meskipun jelek, tapi
juga mengerti apa artinya kesucian dan kewajiban sebagai
seorang perempuan. Hidupku menjadi orang keluarga Ho,
mati juga aku akan menjadi setannya keluarga Ho!"
Thian Sat Sin kun menghela napas panjang, ia kerutkan
alisnya, yang sudah putih cuma bisa menjawab sambil
anggukkan kepalanya:: "Anak baik!! anak baik!!"
Ho kie merasa malu dan pilu serta menyesal, ia lalu
berkata sambil menyoja: "Budi dan kecintaan nona, aku siorang she Ho merasa
banyak2 terima kasih. tapi..........."
Tpai Siu Goat Eng lantas memotong:
"Tidak usah pakai tapi2 lagi, kalau kau merasa aku
terlalu jelek, bawalah aku disampingmu, aku bisa
membawa diri sebagai bujangmu yang akan melayani kau,
tidka akan nanti aku akan membuat kau malu...."
Ho kie merasa sangat terharu, ia hampir tidak dapat
menahan air matanya: "Aku siorang she Ho, bukannya orang yang pamer paras
cantik dan jemu terhadap paras jelek, cuma saja aku merasa
tidak ada mempunyai peruntungan untuk menerima
kebaikan nona!" "Mengapa" kita toah sudak menikah.. bahkan sudah..."
"Ho kie mendadak memotong dengan suara agak keras:
"Noan Siu, harap kau suka dengar keteranganku,
dimalam perkawinan kita itu, orang yang tidur bersam2
dengan nona bukanlah aku si orang she Ho.."
Ucapan itu telah membuat Thian Sat Sin kun dan Siu
Goat Eng pada pucat, mereka lompat mundur beberapa
tindak dan bertanya hampir berbareng:
"Apa benar" dan siapa dia?"
-oo0dw0oo- DENGAN perasaan sangat malu Ho kie menjawab
dengan suara perlahan: "Dia adalah sahabat ku, ialah saudara Gouw Ya Pa yang
terluka dibawah tongkat locianpwe!"
Siu Goat Eng mendengar keterangan itu lantas menjerit
seketika dan jatuh pingsan....
Thian Sat Sin kun repot, buru2 menolongi dan menotok
jalan darah sang cucu, kemudian berbangkit sambil pegang
erat2 tongkatnya. "Manusia rendah yang tidak tahu malu!" Bentaknya
dengan sangat gusar, "Bagus sekali kalau mengandalkan akal bangsatmu, kau
anggap apa si orang she Siu ini?"
"locianpwee aku....." perkataannya Ho kie belum
lampias, Thian sat sin kun sudah menggeram sambil
menyapu dengan tongkatnya.
Lengan kirinya Ho kie sudah tidak leluasa digerakkan,
tapi dengan menggunakan kegesitan kakinya ia berhasil
menghindarkan serangan tersebut.
"Locianpwee, kasihlah kesempatan aku untuk berikan
penjelasan.." "Binatang.. apa lagi yang kau hendak bicarakan?"
Orang tua itu rupanya sudah gelap pikirannya, ia
menyerang lagi dengan senjata kalap. Ia kepingin bisa
membinasakan Ho kie pada seketika itu juga.
Ho kie merasa sakit dan gelisah, dengan terpaksa ia
mengandalkan kegesitannya berkelitan, tapi nampaknya
sudah hampir kewalahan. Mendadak ia dapat satu pikirian, "soal ini adalah sulit
untuk dijelaskan, sebaiknya aku menyingkir dulu, kemudian
mencari kesempatan suruh Gouw Ya Pa yang menebus
dosa ini". Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas
mengeluarkan serangannya sambil mundur dan berseru:
"Locianpwee, harap kau jangan terlalu mendesak."
"Kalau kau mempunyai kepandaian boleh keluarkan,
kalau aku si orang tua tidak bisa membinasakan kau,
bagaimana ada muka untuk menemui cucuku?"
Ho kie pura2 gusar, ia melancarkan serangannya yang
hebat, Thian sat sin kun terpaksa berlaku hati2. tapi tidak
urung Ho kie dengan menggunakan ilmunya yang aneh
sekali dapat meloloskan diri dari bawah tongkatnya
kemudian dengan cepat melesat ke tempatnya Gouw Ya Pa
dibelakang pohon besar. Keadaan Gouw Ya Pa sungguh menggenaskan,
wajahnya kering pucat,ia rebah terlentang dengan napas
sudah hampir hilang. Ho kie tidak mempunyai waktu untuk memeriksa
lukanya Gouw Ya Pa, dengan cepat ia pondong pergi.......
"Binatang, kau masih mengharap kabur?"
Suaranya si orang tua sudah sampai disusul oleh
serangannya. Dalamkeadaan kepepet, Ho kie terpaksa menggunakan
ilmu Kim-na-khiu hoat, dengan tangan kirinya ia merebut
ujung tongkat siorang tua.
Siapa nyana,siorang tua itu sudah seperti kerbau
gila,dengan sekuat tenaga ia mendorong tongkat yang
dicekal ujungnya oleh Ho kie. sehingga anak muda itu
mundur sempoyongan beberapa tindak, akhirnya jatuh
duduk ditanah. Thian sat sin kun perdengarkan suara ketawanya yang
aneh, tongkatnya diayun, membabat kepalanya kedua
pemuda itu. Selagi dalam keadaan sangat berbahaya mendadak
terdengar suara bentakan, kemudian disusul oleh
munculnya dua bayangan orang. Satu berpakaian putih,
satu lagi berpakaian kelabu.
Orang berpakaian kelabu itu kakinya belum menginjak
tanah, nampak sudah mengebutkan lengan bajunya, dari
situ meluncur sebuah benda berkeredepan menyerang
tongkat siorang tua. "Trang!" Suara beradunya barang keras terdengar
nyaring. Thian sat sin kun dan orang yang menyerang
sama2 pada mundur dua tindak.
Thian sat sin kun terkejut. Ketiak ia menegasi siapa
lawannya ternyata seorang wanita tua yang wajahnya sudah
keriputan, rambutnya putih seperti perak. Bersama seorang
pemuda yang berdandan seperti anak sekolah, sedang
berdiri melintang didepan Ho kie dan memandang padanya
dengan mata mendelik. Siorang tua mendadak ingat dirinya seseorang:
Dalam kagetnya, kakinya mundur lagi setindak, lalu
berkata dengan suara keren:
"Owh!! Kiranya kau masih belum mampus!"
Nenek2 itu ketawa dingin, matanya mengawasi dengan
sorot mata keheran2an. "Aku kira siapa" Kiranya adalah kau si tua bangka!"
Jawabnya dengan suara dingin.
"Kau Hun lie-go, adatmu yang kukoay itu benar2 masih
seperti dulu! Apa kau masih ingat pertemuan kita diatas
Cay Sak kie" Tidak nyana kita bertemu lagi disini.
Nampaknya kau masih tetap merupakan seorang wanita tua
yang masih cantik!" kata Thian sat sin kun dengan ketawa
bergelak2. "Pantas muridku mencari kau dimana2 tidak bisa
menemukan., kiranya kau umpetkan diri sini" Aku siorang
tua karena menghormati kau sebagai orang tingkatan tua,
aku tidak jadi kecil hati. Tapi harap kau tahu diri sedikit,
jangan nyeloncong tidak keruan!" jawabnya si nenek dingin.
"Tidak nyana Kau lun lie mo si wanita geniat yang dulu
pernah membikin banyak laki2 tergila2,sekarang juga
mengerti apa artinya tahu diri. Sungguh aneh bin ajaib.
Hahahahaha...!" mengejek siorang tua.
"Tua bangka she Siu, kau hidup sampai begini tua,
agaknya sudah masih tetap kotor mulutmu, apakah kau
sudah bosan hidup?" "Mendengar perkataan mu, apa barangkali kau sudah
bekerja sama dengan muridku yang durhaka, Jie Hui itu,
dalam perkumpulan Hian kui kauw?"
"Jie Hui ada sagat menghargakan orang2 tua, didalam
Hian kui kauw khusus disediakan satu tempat yang disebut
Cun-Hian-Koan, mengundang semua jago dari golongan
tua untuk diberi kenikmatan dihari tuanya. Diantar begitu
banyak jago2 tua, hanya kurang kau satu orang tua yang
pernah menjadi gurunya. Disini ternyata kau punya adat
dan martabat, bagaimana kau bisa sesalkan orang lain kalau
tidak mau anggap kau sebagai sahabat, sedangkan muridmu
sendiri juga tidak anggap kau sebagai guru?"
"Kalau begitu, murtadnya Jie Hui adalah karena diogok


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oleh bangsa kalian orang2 jahat. Bagus sekali lohu kepingin
mengunjungi Kui kok. untuk menyaksikan orang2 tua yang
dipandang jago2 tua itu sebenarnya orang macam apa?"
"Siu It Ciu, barang kali kau tidak cukup panjang
umurmu untuk mencapai maksudmu itu!"
"Sekarang aku hendak mencoba kekuatan siwanita
genit!" Siu It Ciu membentak sambil delikkan matanya.
Sedang tongkatnya juga tidak kelihatan, lantas membabat
kepalnya sinenek. Si nenek yang disebut Kau Lun Lo mo itu tertawa
dingin, sambil kakinya menyambuti serangan siorang tua
dengan tongkatnya juga. "Trang!!" Suara keras terdengar nyaring. sinenek dibuat
mundur tiga tindak. sedang Siu It Ciu sediri juga mundur
beberapa tindak. "Kau lun lie mo, sungguh tidka kecewa kau menjadi
pujaan dalam Cun Hian koan, kekuatanmu ternyata lebih
hebat dari dulu. coba kau sambut seranganku sekali lagi.!"
Demikian Thian sat sin kun mengejek,kemudian
tongkatnya diangkat untuk menyerang lagi.
Kau lun lie mo berdiri tegak dengan sepenuh tenagaia
menyambuti lagi serangan siorang tua.
"Trang!" kembali suara beradunya kedua senjata tongkat
terdengar nyaring. KEdua fihak mundur beberapa tindak.
Tapi Siu It Ciu masih berdiri tegak diatas kaki tunggalnya,
sedangkan Kau lun lie mo karena kekuatannya masih kalah
setingkat, berdiri agak sempoyongan. mulutnya
mennyemburkan darah segar!
"Kau lun lie mo, sekarang kau sudah merasakan sendiri
bagaimana tongkatku ini?"
bertanya Thian sat sin lun sambil ketawa puas.
Kau lun lie mo wajahnya pucat, tangannya yang
digunakan untuk memegang tongkat bergemetaran.
"Siu It Cin, kapan kau hendak ke kui kok?"
"Setelah membereskan persoalanku,nanti aku akan
kesana untuk melihat sahabat lamamku!"
"Baik!! Aku nanti yang akan menunggu kedatanganmu!"
Siu It Cin dengan gemas memandang Ho kie dan Gouw
Ya Pa, lalu memondong cucunya dan lari laksana terbang.
Sinenek lalu berkata kepada sipemuda baju putih yang
berada disampingnya: "Nona Peng mari kita pergi!"
Ho kie tadinya masih menganggap pemuda baju putih itu
adalah Lim kheng, ketika mendengar panggilan si nenek ,
Nona Peng, hatinya hampir lompat keluar.
Lantas Gouw Ya Pa diletakkan ditanah dan ia sendiri
lompat bangun. Pemuda baju putih yang bukan lain dari pada Giok Sie
seng Jie Peng melirik kepada Ho kie lalu menghampiri
padanya dengan tindakan perlahan.
Ho kie buru2 melintangkan tangannya didepan dada dan
bertanya dengan suara tidak lampias.
"Kau...kau adalah...."
"Aku adalah orang yang pernah kau jumpai didalam Thit
lie kang dan dalam kuburan di Ngo kui-Cie. Apa kau sudah
lupa?"Jawab Jie Peng sambil tertawa.
Bukan main herannya Ho Kie, sampai ia berseru dan
kemudian mengedumel sendiri, "Ya Allah, mengapa begitu
mirip?" Dengan sikapnya yang lemah lembut, Jie Peng berdiri
sejarak lima kaki dihadapan Ho kie lalu berkata sambil
menunjuk Gouw Ya Pa dengan kipasnya:
"apakah sahabatmu ini lukanya parah?"
"Benar! ilmu kebalnya sudah dibikin buyar oleh orang
tua itu, lukanya tidak ringan."
Jie Peng keluarkan sebotol obat dalam sakunya, lalu
disodorkan kepada Ho kie sambil berkata:
"Ini adalah obat yang khusus digunakan untuk luka di
dalam. kau boleh berikan kepadanya!"
Ho kie ulurkan tangannya, tetapi mendadak hatinya
tercekat, Tangannya ditarik kembali dengan cepat dan
berkata dengan suara keras:
"Apakah kau orangnya Hian kui kauw?"
"Ini ada hubungan apa dengan Hian kui kauw?" Balas Jie
Peng sambil tersenyum. "Kita dengan Hian kui kauw adalah mempunyai
permusuhan yang dalam. Barusan meskipun kalian pernah
memberi pertolongan kepada kami, tetapi rasanya tidak
pantas memakan obat pemberianmu ini."
Kau hun lie mo yang mendengar perkataan itu, dalam
hati merasa gusar, ia lantas berkata sambil tertawa dingin:
"Nona Peng, obat Kiu-Coan wan ini dibuat oleh ayahmu
secara tidak mudah. Manusia yang tidak kenal budi ini,
perlu apa kau perlakukan baik padanya. Sayang2 obat
demikian mujarabnya."
Jie peng tidak ambil perduli omongn Kau hun lie mo, ia
berkata pada Ho kie sambil tertawa manis.
"Meskipun betul kau mempunyai permusuhan dalam
dengan Hian kui kauw, tetapi tidak demikian dengan
sahabatmu ini. Obat ini aku berikan padanya, tolong kau
yang memberikan, apakah itu tidak boleh?"
"Aku si orang She HO karena merasa pernah menerima
bantuanmu, hari ini aku tidak mempersoalkan permusuhan
kita. Tentang luka sahabatku ini, aku percaya masih bisa
mengobatinya sendiri. Tidak perlu kau turut capaikan diri."
Jie Peng wajahnya berubah merah, terpaksa obatnya
disimpan lagi, diam2 pula putar tubuhnya dan berlalu
dengan tindakan perlahan. Tetapi belum berapa jauh ia
berjalan mendadak ia memutar tubuhnya dan bertanya
dengan suara pilu: "Kau sebetulnya ada permusuhan apa dengan Hian kui
kauw?" Ho kie menatap wajah Jie Peng. dilihatnya dikedua pipi
nona itu sudah basah dengan air mata. sehingga membuat
pikirannya agak terguncang...
Tetapi kematian ayahnya yang sangat menggenaskan
kembali terbayang diotaknya, pengalamannya sendiri yang
mengerikan telah menimbulkan rasa dendam yang sangat
dalam. Dendam. Dendam!!! ini merupakan suatu dendam Sakit
hati yang tidak dapat dihapus untuk selama2nya dan harus
dicuci dengan darah. "Permusuhan aku si orang she Ho dengan orang2 Hian
kui kauw mungkin tidak bisa dibikin habis untuk
selama2nya. Ini saja keterangan yang dapat ku katakan.
Bagaimana pikiran nona, itu terserah!" jawab Ho kie sambil
angkat kepala. Kelihatan Jie Peng sangat berduka, Ia menghela napas
berulang2, lama baru ia bisa berkata pula:
"Aku tidka bisa berkata apa2, aku hanya mengharap
supaya permusuhan diantara mereka dari golongan tua
jangan diperhitungkan dipundaknya golongan muda seperti
kita. Ho Siaohiap, meskipun kau pandang musuh padaku,
demikian rupa, tetapi aku masih menganggap kau sebagai
sahabat baik." Ho kie tertegun, Dengan tidak sadar ia lalu mundur
beberapa langkah. Kedua matanya memancarkan sinar
aneh. semua perkataan Jie Peng seperti palu besar yang
mengetuk hatinya. Memang sebenarnya meskipun ia sendiri bermusuhan
dengan Kauwcu hian kui kauw, begitu pula dengan Pun-tui
ciu, Do Pao, tetapi dengan cara Jin Peng yang lemah
lembut ini ada permusuhan apa"
Hian kui kauw masih mempunyai ratusan, bahkan
ribuan pengikut, apakah mereka itu semua adalah
musuh2nya" Dengan pikiran sangat kalut Ho kie mengawasi Jie Peng
yang tengah terlalu meninggalkan padanya. Ia merasa
seperti tenggorokannya terkancing. Sebetulnay banyak
perkataan hendak diucapkan. Tetapi tidak bisa dikeluarkan.
Bayangan Jie Peng makin lama makin jauh dan akhirnya
hilang dari pandangan matanya.
Hati Ho kie merasa bingung seolah2 sedang berada
ditengah kabut tebal yang tidak dapat membedakan jurusan
mana yang hendak ditemptuh.
Kau lun lie mo mengawasi padanya, Lama baru berkata
dengan suara dingin: "Seorang bodoh yang tidak kenal budi!"
Ho kie terperanjat, ketika pentang matanya si nenek
sudah melesat menyusul majikannya.
Ia menghela napas panjang, lalu menghampiri Gouw Ya
Pa. Setelah digendong lagi,ia lantas berlalu dengan tindakan
lebar. Malam sudah berlalu, sang pagi mendatangi. Ho kie
berjalan sambil tundukkan kepala, kakinya dirasakan sangat
berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan sudah 2
kali ia mengobati Gouw Ya Pa, tetapi hasilnya nihil.
Ia sangat kuatir dan gelisah. Sambil kertak gigi ia
menahan penderitaan dalam dirinya. Auw Yang khia sudah
mencuri kalajengking emas, pemunah racun. Lim kheng
juga sudah berlalu tanpa pamit. Sekarang ditambah lagi
lukanya Gouw Ya Pa yang sukar disembuhkan oleh
usahanya sendiri. Bagaimana Ho kie tidak jadi jengkel"
Sudah dua hari Gouw Ya Pa tidak makan dan minum,
napasnya semakin lemah seperti orang mau mendekati
ajalnya. Ternyata ia mencari tempat sunyi dibawah kaki
gunung untuk mengobati Gouw Ya Pa dengan kekuatan
Lweekangnya. Setelah berkutet satu jam lamanya. Ho kie dijidatnya
sudah bermandikan keringat, napasnya tersengal2. Tapi
Gouw Ya Pa saat itu parasnya sudah kelihatan merah,
kemudian bisa mebuka matanya perlahan2 dan menatp
wajah Ho Kie. Ho kie menampak sorto mata Gouw Ya Pa ternyata
suram, dalam hati merasa kaget, ia buru2 bertanya:
"Gouw Toako, apa kau merasakan sudah agak baikan?"
Gouw Ya Pa menjawab dengan susah payah sambil
gelengkkan kepalanya. "Aku... aku barang kali....... sudah tidak ada harapan
lagi..." Hati Ho kie seperti diiris2 dengan tanpa dirasa air
matanya mengalir keluar. "Gouw Toako, ini adalah gara2 aku yang mencelakakan
dirimu..." demikian Ho kie berkata dengan suara pilu.
"Bagaimana bisa salahkan kau" Aku dengan kau sudah
bergaul sudah seperti saudara saja. Untuk kau sekalipun aku
sudah mati seratus kali aku juga merasa senang. Hanya...
Dalam hatiku masih mempunyai sedikit urusan yang belum
bisa dapat kulepaskan begitu saja..."
"Kau masih ada urusan apa" KAtakan saja kepadaku.
ASal aku masih punya tenaga, sekalipun harus terjun
kelautan api juga akan kulakukan..."
"Aku juga tidak mempunyai sanak keluaraga. Dengan
kau sudah kuanggap sebagai saudara sendiri, Jika urusan ini
hanya dapat diberitahukan kepadamu saja."
"Gouw toako, katakan saja, Pasti kubantu
menyelesaikannya." Gouw Ya Pa kelihatan susah untuk mengeluarkan
ucapannya, lama baru ia bisa berkata dengan perlahan.
"Apa yang dalam hatiku kurasakan sukar dilepaskan
adalah itu nona jelek didalam goa.."
Ho kie terperanjat: "kau maksudkan, apakah cucu perempuan Thian sat sin
kun itu?" tanyanya"
Gouw Ya Pa anggukkan kepalanya.
"Benar! adalah cucu perempuannya orang tua itu.
Deengan terus terang malam itu aku telah berbuat gelo!" ia
mengakui dosanya. Ho kie lantas ingat apa yang dikatakan oleh Thian sat sin
kun yang mengatakan bahwa ia telah mencemarkan
kehormatan cucunya. "Kau kata, apakah malam itu kau sudah berbuat tidak
pantas dengan dia?" "Eii, mengapa kau sudah tahu?"
"Toako, kau tidak usah bilang apa2 lagi. Soal ini aku
sudah mengerti. Selanjutnya kau adalah cucu menantunya
Thian sat sin kun. asal ada ksempatan sudah tentu aku akan
menjelaskan persoalan itu padanya."
Gouw Ya Pa anggukkan kepala dengan perasaan
bersyukur. Sambil menghela napas ia berkata pula:
"Ah! seumur hidup aku belum pernah mendekati orang
perempuan. Tetapi pada saat itu entah apa sebabnya aku
sudah berbuat begitu gelo. Saudara Hoa, kau toh tidak akan
sesalkan aku?" "Kenapa aku mesti sesalkan kau" soal ini......."
Pada saat itu mendadak ada orang memotong sambil
ketawa dingin: "Ho siaohiap, Lolap sudah lama menunggu kau."
HO kie terperanjat, ketika ia mengangkat wajahnya
bukan main kagetnya. Ternyata ia sudah dikurung oleh
segerombolan manusia, diantara meraeka terdapat orang2
biasa, imam dan padri. Jumlahnya tidak kurang dari dua
puluh orang dan masing2 pada membawa senjata tajam.
Orang yang berdiri dibarisan terdepan ada tiga, satu
memakai pakaian padri berwaran kuning, satu berdandan
seperti orang biasa, dan yang satunya lagi memakai pakaian
imam dan di punggungnya membawa pedang tua.
Terhadap orang2 ini, satupun tidak ada yang ia kenal, ia
tidak mengerti, engapa mereka mengetahui namanya dan
apa maksud mereka mengurung dirinya"
Ia berbangkit dengan perlahan, matanya menyapu
kawanan orang2 itu dan akhirnya mengawasi si padri baju
kunin. Padri itu kira-kira sudah berusia tujuh puluhan tahun,
alisnya yang panjang kelihatan menurun, matanya
memancarkan sinar tajam. Terang ia adalah seorang tua
yang mempunyai dasar Iweekang yang sudah sempurna.
Ho kie bertanya dengan tenang:
"Lo suhu dari mana" mengapa mengetahui namaku yang
rendah?"

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ho siaohiap dalam waktu yang sangat singkat dengan
mengandalkan kepandaianmu yang luar biasa telah
membuat namamu terkenal di dunia kangouw. Sudah lama
lolap mendengar kabar tentang dirimu, tetapi hari ini baru
ada jodoh untuk kita saling bertemu." jawab sipadri baju
kuning itu sambil tersenyum.
"Apa itu betul" Dan Lo suhu ada orang dari golongan
mana?" HO kie bertanya kaget.
"Lolap bergelar Hui-kat ketua dari Ngo bie pay."
Ho kie terperanjat, diam2 ia berpikir "Mengapa ciang
bun jin Ngo bie pay juga datang kemari?"
Secepat2nya ia menindan perasaannya yang tegang lalu
berkata pula sambil menyoja:
"Aku yang rendah baru saja terjun ke dunia kangouw,
sehingga belum mengenal lo suhu. Harap supaya Lo suhu
suka memberi maaf. Hui kak siansu cepat2 membalas hormat sambil
merangkapkan kedua tangannya dan berkata sambil
tertawa.: "Mana bisa begitu, sebaliknya adalah lolap yang terlalu
ceroboh. Harap Ho siaohiap tidak kecil hati."
Ho kie lalu mengawasi orang tua yang berdandan biasa
yang berdiri dikiri padri tadi, lalu berkata sambil menyoja
dihadapannya: "Harap cianpwe ini memberitahukna nama cianpwe
yang mulia." Orang tua yang berwajah kelimis dan berbadan kurus
kering itu lantas menjawab sambil membalas hormat.
"Aku siorang tua bernama Tio Thian Ek, sekarang
memangku jabatan ketua partay Tian-cong pay."
Kembali Ho kie terkejut. Kemudian memandang orang
tua berpakaian imam. Belum membuka mulutnya, orang tua itu telah berkata
dengan suara dingin: "Nama pinto yang rendah, kiranya Ho siaohiap sudah
pernah dengar!" "Aku yang rendah masih belum mempunyai pengalaman
apa2, bagaimana pernah dengar" " menjawab Ho kie heran.
"Pinto Thian-hian, ketua Hoa san pay, Ho siaohiap
sudah melukai orang2 kami, dan menjatuhkan kedua sute
pinto, apakah sudah lupa?"
Mendengar keterangan itu, Ho kie terkejut. Ia menyapu
orang2 disekitarnya. mereka pada mengawasi padanya
dengan sorot mata beringas, dengan tanpa banyak bicara
mengurung dirinya. Ia memang ada seorang muda beradat tinggi,
menyaksikan keadaan demikian, sebaliknya lantas hilang
rasa kedernya, lantas menjawab sambil ketawa dinign:
"Apa maksudmu totiang mengajak ketua Ngo-bie dan
Tiam khong serta banyak orang ini mengurung aku yang
rendah?" "Ho siaohiap kita sebagai orang terang tidak perlu
berbuat menggelap. Di Ngo kui cio kau telah
membinasakan banyak jiwa, merampas benda pusaka
kalajengking emas, kejadian ini belum berapa hari saja.
apakah kau sudah lupa semuanya?" jawab Thian hian
totiang sambil ketawa menyindir.
"Peristiwa di Ngo kui khiu, kenapa kau tidak berani
menanyakan kepada Hian kui kauw?"
"Hian tancu dari Hian kui kauw, Li Hui Hoaw, juga
terbinasa dalam kuburan tua. Ho siaohiap yang masih
begini muda sungguh tidak nyana ada begitu cerdik, bisa
menggunakan akal untuk melimpahkan dosanya kepada
orang, supaya Hian kui kauw dengan Hoa san pay kedua
partay saling bunuh dan kau sendiri akan memungut
untungnya?" Ho kie mendengar perkataan imam tua itu lantas gusar
seketika. "Totiang cuma berani menghina yang lemah dan takuti
yang kuat. Kau tidak berani mengganggu Hian kui kauw,
sebaliknya berlaku begini garang kepada diriku seorang
yang lemah. Heh.. heh.. kau siorang she Ho meskipun
cuma seorang diri, tapi tidak nanti takut kepada Hoa san
pay yang mengandalkan jumlah banyak."
"Tutup mulut! Apa kau kira pinto tidak berani
menempur kau sendirian?"
Hui kak siansu yang melihat kedua pihak sudah mau
bergebrak cepat2 berkata dengan suara nyaring:
"Omitohud! Bolehkah Ho siaohiap dengar perkataan
Lolap dulu?" "Lo suhu adalah salah satu ketua dari partai besar, sudah
tentu aku si orang she Ho akan hargakan perkataanmu!"
jawab Ho kie. "Hoa san pay telah kehilangan banyak orangnya di Ngo
kui cio. Ho siaohiap boleh mengatakan tidak tahu tentang
ini, tetapi itu kalajengking emas yang sangar berharga,
apakah Ho siaohiap yang mengambil dari kuburan?"
Ho kie tercengang, dengan tidak berasa ia telah mundur
satu tindak, Ia hanya bisa menjawab: "Tentang ini....."
Ketua Tiam khong pay, Tio Thian Ek tiba2 nyeletuk:
"Orang she Ho! Seorang laki2 berani berbuat harus
berani pula bertanggung jawab. Apakah kau hendak
menurut perbuatannya manusia yang tidak tahu mau itu
yang hendak cuci tangan begitu saja?"
Ho kie sangat gusar, mendadak ia mendongak dan
ketawa bergelak-gelak.. Thian Hian totiang dengan sorot matanya yang beringas
mendadak membentak dengan suara bengis
"Bocah sombong! apa yang kau ketawakan?"
"Ho kie adalah seorang laki2 sejati. Bagaimana tidak
berani mengaku perbuatannya sendiir" Memang benar
benda pusaka kalajengking emas itu adalah aku siorang she
Ho yang mendapatkan. Tetapi bukannya didapatkan dari
tangan orang2 Hoa san pay Lo Su Ie."
"Dari tangan siapa kau dapatkan barang itu?" memotong
Thian hian Totiang. "Aku dapat benda itu dari tangan siorang cebol, Shao Cu
beng." Thian hian totinga lalu mengawasi Hui kak siansu dan
berkata padanya sambil ketawa dingin:
"Siansu sekarang kau bolehlah percaya bahwa ucapan
pinto tidak bohong! Bocah she Ho ini perkataannya
melantur tidak keruan. Benar2 menggemaskan."
"Omitohud! Anak muda jangan suka membohong."
"Perlu apa siansu banyak capaikan hati?"
Tio Thian Ek menyelak. "Aku situa bangka sungguh
tidak suka dengan sikap bocah yang kurang ajar ini. Lebih
baik tangkap saja dan geledah dirinya."
Ho kie yang mendengar perkataan itu naik darah
seketika. "Ho siaohiap." Hui kak Siansu berkata pula kepada Ho
kie. "Lolap hendak mengatakan sepatah kata yang mungkin
tidak enak didengar. Kalajengking emas itu adalah
kepunyaan Hoa san pay, sudah seharusnya kalau
dikembalikan kepada Thian hian totiang. Dengan
demikian, permusuhan kedua pihak boleh segera
dihapuskan....." "Tadi sudah kujelaskan dengan tegas, Benda itu
sebenarnya bukan kepunyaan Hoa san pau, apalagi aku
dapatkan itu dari tangannya si orang she Shao" Jawab Ho
kie gusar. "Ho siaohiap tidak perlu membantah, Shao Cu beng
sudah menjelaskan semua persoalan kepada Hoa san pau.
Tidak seharusnya Ho siaohiap membunuh mati Lo
Khungcu dan membawa kabur kalajengking emasnya."
"Mereka semua telah memfitnah aku. Apa yang bisa ku
perbuat?" "Orang she Ho, jangan banyak rewel. Kau mau
keluarkan atau tidak?" membentak Tio Thian Ek.
"taruh kata kalajengking emas itu benar ada dibadanku,
kau mau apa?" Ho kie tetap tidak mau mengalah.
"Aku si tua bangka nanti suruh kau rasakan sendiri!"
Bentak Tio thian Ek yang lantas menghunus pedangnya.
Ho kie lantas ketawa bergelak2 seraya berkata:
"Tuan2 telah mengandalkan pengaruh yang besar dan
mendesak aku sedemikian rupa. Terpaksa aku melawan."
Tio Thian Ek hanya ketawa dingin. ia lantas memutar
pedangnya, dengan tipu serangan, Lo ma Hun ciong,
pedangnya menikam dada Ho kie.
Ho kie hanya bertangan kosong, tidak membawa senjata
apa2. tetapi ia tidak takut...Kakinya digeser dan tangannya
diputar, dengan berani ia menyambuti tangan Tio Thian Ek
yang memegang pedang. Gerak tipu anak muda itu yang sangat luar biasa
cepatnya, membuat Tio Thian Ek terperanjat, sekalipun
sudah merupakan seorang tua dengan banyak pengalaman
ia juga masih merasa jeri. Maka cepat2 ia menarik kembali
serangannya dan sekali ini pedangnya digunakan untuk
menyabet. Ho kie yang sudah panas hatinya, telah turun tangan
tanpa ragu2 lagi. Dengan menggunakan tipu silatnya Hoan
Eng sie sek, secara gesit sekali berseliweran diantara sinar
pedang, sehingga membuat kawannya agak ripuh, Belum
sampai lima jurus tangannya sudah berhasil nyelusup dan
menepok sikut kanan lawannya.
Pedang lantas terlepas dari tangannya Tio Thian ek jatuh
ketanah. Tio Thian Ek hanya bisa berdiri menganga,
keringat dingin membasahi badannya.
Orang2 yang mengepung Ho kie lantas pada berterika,
sebentar saja sudah ada lima atau enam, orang yang maju
menyerang berbareng. Ho kie kembali menggunakan tangan kosong
menyambuti serangan setiap orang. Setelah terdengar
beberapa kali suara benturan keras disusul oleh beberapa
kali suara jeritan. Ada empat atau lima orangnya Tiam
cong pay yang sudah dibikin terpental dan jatuh ke tempat
yang jauhnya lebih dari satu tombak.
"Sudah lama kudengar, sembilan partai besar yang
katanya ada mempunyai banyak orang kuat. Tidak tahunya
hanya begini saja!" Kata Ho kie sambil ketawa dingin.
Orang2nya Ngo bie pay semua telah dibikin kesima oleh
kekuatan Ho kie yang luar biasa itu, sehingga tidak ada
seorang pun yang berani berlaku gegabah lagi.
Hui Kak siansu lalu berkata sambil rangkapkan
tangannya: "Omitohud! Ho siaohiap turun tangan terlalu kejam.
Sebentar saja sudah melukai banyak orang. KEkejaman
demikian barangkali akan menimbulan marahnya banyak
orang!" "Aku sebetulnya si orang she Ho tidak ingin melukai
orang. Adalah kalian sendiir yang mendesak aku berbuat
demikian. " Jawab Ho kie sambil ketawa dingin.
Tiba2 terdengar suara bentakan keras dan Thian hian
Totiang sudah melompat menghadapi Ho kie.
"Bocah she Ho, jangan terlalu jumawa. Pinto hendak
menghajar kau.!" "Boleh coba saja!" Ho kie menantang.
Thian hian totiang lalu berseru kepada orang2nya
dengan suara nyaring. "Semua anak murid Hoa san hanya diperbolehkan
menonton, dilarang bergerak jika tidak ada perintah."
Kiranya ia sudah mengetahui kekuatan Ho kie yang
demikian hebat, ia kuatirkan jika dirinya sendiri kalah,
nanti anak muridnya akan menyerbu dan tentu
mengakibatkan jatuhnya banyak korban seperti apa yang
telah terjadi pada anak muridnya Tiam cong pay.
"Sebetulnya Totiang tidak usah terlalu merendah, suruh
saja mereka maju berbareng, aku tidak takut!"
Thian-hian Totiang yang sudah gusar benar benar lalu
melancarkan serangannya dengan hebat.
Begitu juga Ho Kie yang sangat benci kepada imam yang
hendak memfitnah dirinya ini, ia sengaja tidak menyingkir
maupun berkelit, dengan kedua tangannya ia menyambut
serangannya Thian-hian Totiang.
Kedua pihak telah menggunakan kekuatan lebih dari
tujuh bagian, maka sebelum kedua kekuatan saling beradu,
angin keras sudah mengaung lebih dulu.
Sebentar kemudian lalu kedengaran suara benturan
hebat. Ho Kie mundur satu tindak, pundaknya tergoyang,
sedangkan Thian hian Totiang harus mundur sampai tiga
tindak baru bisa berdiri tegak lagi.
Ketua Hoa-san-pay itu hatinya merasa kaget bukan
main. Pantas bocah ini berani berlaku begitu jumawa.
Dalam usia yang begini muda ternyata sudah mempunyai
kekuatan begitu hebat. Demikian siimam itu berpikir, dan
seketika itu lantas tidak berani memandang ringan
lawannya, diam2 ia memusatkan seluruh kekuatannya
dikedua tangannya. Ho Kie memandang gerak gerik Thian-hian Totiang
dengan tidak bergerak- Mendadak terdengar bentakan Thian-hian Totiang yang
dibarengi dengan serangan tangannya.
Kembali Ho Kie menyambuti serangan itu, sehingga
suara benturan terdengar pula. Sekarang masing2 mundur
tiga tindak. Ho Kie merasa luka lama dilengan kirinya jadi linu
kembali, cepat2 ia mengatur pernapasannya untuk
menghadapi kembali serangan lawannya,
Sebaliknya Thian hian Totiang merasakan isi perutnya
seperti diudal. Hampir saja ia mengeluarkan darah segar
dari dalam mulutnya. Kini ia telah mengerti, bahwa anak muda dihadapannya
ini mempunyai kekuatan yang tidak dibawah kekuatannya
sendiri. Kecuali terluka kedua duanya, ia sebetulnya sudah
merasa tidak ungkulan untuk menundukkan padanya.
Dalam kedudukan sebagai ketua, jika sampai ia
dikalahkan oleh musuhnya yang muda ini, bukankah akan
menjadi buah tertawaan dunia rimba persilatan"
Otaknya diasah mencari akal, diam2 timbul pikiran
jahatnya, bahkan lantas berkata sambil ketawa dingin ;


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Binatang, apa kau berani bertanding pedang dengan
pinto?" "Kau hendak menggunakan pedang" Terserah pedamu
sendiri ! Aku siorang she Ho selamanya tidak pernah
menggunakan senjata."
Thian hian totiang tidak menantikan Ho Kie selesai
bicara, lantas ulapkan tangannya dan berseru :
"Minta pedang!"
Seorang laki laki berpakaian imam lantas menyahut dan
melemparkan sebilah pedang Ceng kong kiam.
Thian hian Totiang menyambuti, kemudian
ditancapkannya ditengah dan lantas berkata dengan suara
dingin : "Kalau pinto menggunakan pedang sendiri-meskipun
dapat merebut kemenangan, tetapi itu tidak jujur. Sekarang
kau boleh menggunakan pedang ini, mari kita main main
beberapa jurus." Ho Kie melihat pedang yang menancap itu masih
menggetar, maka diam2 lantas berpikir. "Kalau aku tidak
mau menggunakan pedang, tentunya akan ditertawakan
orang." Setelah berpikir demikian ia lalu mengulurkan lengannya
untuk mencabut pedang tersebut.
-oo0dw0oo- Jilid 8 THIAN HIAN Totiang ketawa bergelak gelak.
"bocah she Ho, kalau kita bertempur nanti, kau tidak
usah sungkan2. Pinto akan pertaruhkan jiwa yang sudah tua
ini. Kalau masih belum mendapatkan keputusan, siapapun
tidak boleh berhenti !" sehabis berkata lantas menghunus
pedangnya. Pedang tua itu, seluruhnya memperlihatkan warna ungu
kehitam hitaman serta memancarkan sinar yang berwarna
serupa pula. Terang pedang itu pedang pusaka,
Sebaliknya pedang ditangan Ho Kie hanya merupakan
pedang biasa saja, dengan perbandingan itu saja pedang Ho
Kie bukannya tandingan pedang lawannya. Thian-hian
Totiang sebagai ketua dari salah satu partai besar, ternyata
tidak malu menggunakan akal muslihat yang begitu rendah
untuk merebut kemenangan. jika hal itu tersiar di dalam
Kang-ouw, pasti akan menjadi buah tertawaan orang
banyak. Tetapi pada saat itu ia sudah bernapsu benar hendak
mengambil jiwanya Ho Kie, maka ia sudah tidak
memikirkan lagi dirinya nanti akan dicaci maki dan
mendapatkan nama busuk. Setelah mempersilahkan Ho Kie bersiap, ia lantas mulai
menyerang dengan pedangnya.
SejaK Ho Kie belajar ilmu silat dilembah Toa-thenp gay,
belum pernah ia menggunakan senjata tajam, maka ilmu
pedangnya tidak dapat dibandingkan dengan ilmu pedang
Thiau hian Totiang yang sudah terkenal sebagai akhli
pedang. Ketika melihat pedang Thian hian Totiang sudah
menikam dirinya, dengan tidak banyak pikir pula ia cepat2
menangkis dengan pedangnya.
Thian-hian Totiang ketawa dingin, ia memutar
pedangnya sehingga membuat lingkaran besar.
Ho Kie terperanjat, dengan sendirinya lantas
mengeluarkan serangan tangannya sambil mundur beberapa
tindak...... Thian hian Totiang semula sabetannya hendak memapas
pedang ditangan lawannya yang kemudian akan mengambil
jiwa lawannya itu. Sungguh tidak disangkanya Ho Kie ada
demikian cerdik dan tangkas, begitu melihat gelagat kurang
menguntungkan lantas mundur sambil mengeluarkan
serangan tangannya, sehingga dapat mencegah maksud
siimam yang jahat itu. Thian hian Totiang sudah kalap benar. Setelah
serangannya yang pertama dibikin gagal, kembali
mengeluarkan serangannya beruntun tiga kali,
Ilmu pedang Hoa-san-pay memang sudah sangat terkenal
didunia persilatan. jangan kata Ho Kie yang tidak pernah
menggunakan pedang sebelumnya, sekalipun bagi orang
yang sering menggunakan pedang juga masih sukar
menandingi Thian hian totiang yang sudah mempunyai
latihan beberapa puluh tahun lamanya.
Betul saja, serangan pedang itu sudah membuat Ho Kie
kelabakan. Ia merasa seperti dirinya sudah terkurung oleh
pedang imam itu. Dalam kagetnya, mendadak ia dapatkan satu pikiran
yang aneh. Sekarang ia tidak lagi menangkis atau menyambuti, juga
tidak balas menyerang, hanya dengan menggeser2kan
kakinya ia melepaskan diri dari ancaman pedang lawannya
dan perlahan lahan sudah berada dibelakaug imam itu.
Thian hian Totiang yang sedang merasa bangga,
mendadak telah kehilangan lawan, kemudian
dibelakangnya tiba2 suara Ho Kie berkata :
"Totiang, lihat pedang!" dan ternyata ujung pedang
sudah menempel, dipunggungnya.
Thian hian Totiang terkejut, secepat kilat ia membalikan
tangannya dan menyambuti.
Setelah suara Tranngg!! Terdengar nyaring, tangan Ho
Kie mendadak dirasakan ringan, ternyata pedangnya sudah
terpapas kutung. Dalam kagetnya, Thian hian Totiang sudah
membalikkan badannya dan membabat dengan pedangnya.
Ho Kie terperanjat- Kembali ia menggunakan ilmu Hui
kat hian kangnya dengan cepat kembali sudah berada
dibelakang dirinya Thian hian Totiang,
Kali ini ia sudah mempunyai pengalaman, ia tidak
menggunakan pedangnya lagi, melainkan dengan tangan
kirinya ia menyerang punggung si Imam.
Thian hian Totiang yang seumur hidupnya belum pernah
menyaksikan ilmu silat yang demikian aneh, dengan cepat
memutar kembali tubuhnya, tetapi kembali Ho Kie juga
sudah menghilang. Ia tahu, bahwa Ho Kie pasti sudah
berada dibelakang dirinya.
Selagi hendak menyerang dengan pedangnya tiba2 Ho
Kie sudah mengancam jalan darah Leng tay hiat pada
panggungnya. Bukan main terkejutnya imam itu, ia tidak keburu
memutar tubuhnya lagi. terpaksa harus lompat melesat
tinggi dan setelah berjungkir balik ditengah udara lalu
melayang turun sejauh satu tumbak lebih.
Meskipun gerakannya itu sudah cukup gesit, tetapi ketika
orangnya melesat keatas, paha kirinya sudah kena
serangannya Ho Kie sehingga ketika melayang turun
ditanah ia sempoyongan dan hampir saja jatuh duduk
ditanah. Ho Kie ketawa dingin, ia lantas lemparkan pedangnya
yang tinggal sepotong, kemudian memburu sambil ayun
tangannya. "jangan lari!! Sambut lagi seranganku!!" katanya
Tian hian Totiang sudah tidak mempunyai tempat untuk
menyingkirkan diri lagi. jika ia menyambuti dengan tangannya, pasti akan terluka
dibawah serangan Ho Kie yang hebat. Oleh karenanya,
maka ia lantas hendak berlaku nekad, pedangnya
disambitkan dan meluncur kearah Ho Kie.
Tiba2 terdengar bentakan keras:
"Jangaa !!!" Sesosok bayangan kuning dengan cepat telah maju,
tangan kirinya diputar untuk menyambuti pedang Thian
hian Totiang. sedangkan tangan kanannya digunakan untuk
menghalau serangan Ho Kie.
Meskipun tindakannya itu telah berhasil, tetapi karena
kekuatan tangan dan pedang tadi ada sangat hebat, maka
tidak urung dirinya sendiri juga terdorong sampai tiga
tindak jauhnya. Ho Kie melihat bahwa orang yang memisahkan tadi
ternyata adalah ketua dari Ngo bie pay, Hui Kak Siansu.
Dalam hati ia merasa tidak senang, maka ia lantas berkata
sambil tertawa dingin : "Apa kalian hendak mengandalkan jumlah orang banyak
hendak menghadapi aku siorang she Ho secara bergiliran?"
Setelah membalikkan pedangnya Thian hian Totiang,
Hui Kak Siansu lalu menjawab pertanyaan Ho Kie sambil
rangkapkan kedua tangannya
"Omitohud! Lolap karena memandang Buddha yang
welas asih, hanya mengharapkan supaya permusuhan
kalian kedua pihak dibikin hahis sampai disini saja,"
"Tidak usah banyak bicara dihadapanku, sekalipun
kalian maju semua, aku si orang sbe Ho juga tidak takut".
"Ho siauhiap demikian mengagulkan diri sendiri, apa
kau sudah menganggap bahwa kepandaianmu ini sudah
tidak ada orang lagi yang mampu menandingi?"
"Apa kau juga ingin mencoba?"
"Meskipun lolap seorang bodoh dan tidak berguna, tetapi
ingin mencoba kekuatan Siaohiap."
"Baiklah. Sambutlah seranganku ini !!" Dengan cepat Ho
Kie lalu mengerahkan serangannya yang segera disambut
oleh Hui kak Siansu. Ketika kedua kekuatan saling beradu, lantas terdengar
suara nyaring. Hui kak Siansu terdorong mundur dua tindak,
maka dalam hati juga merasa heran. "Sungguh
hebat!" Demikian pikirnya.
Ho Kie juga terpental mundur sampai tiga tindak, darah
segar hampir saja keluar dari mulutnya, tetapi ia tidak mau
menunjukkan kelemahannya, maka darah itu ditelan
kembali dan kemudian berkata sambil tertawa :
"Siansu, kau rasa bagaimana?"
"Siancay!! Siancay!! Hampir saja lolap tidak sanggup."
"Toa suhu, sekarang sambut lagi seranganku!!"
Adu kekuatan untuk kedua kalinya telah terjadi,
Meskipun Ho Kie mempunyai kekuatan sangat tinggi,
tetapi ia yang sudah dengan beruntun menghadapi tiga
musuh kuat. kekuatan tenaganya sudab tentu berkurang.
Apa lagi harus menghadapi Hui-kak Siansu yang
kekuatannya masih diatas kekuatan Thian hian Totinag dan
Tio Thiao Ek, maka ketika mengadu kekuatannya yang
kedua kali, Hui-kak Siansu terdampar mundur satu sampai
lima tindak, dadanya dirasakan sakit, tetapi Ho Kie sendiri
sudah terdampar sampai tujuh tindak, dan sekali ini darah
segar sudah keluar dari mulutnya, maka ia lantas cepat2
duduk bersemedi untuk mengatur pernapasannya.
Tio Thian Ek yang menyaksikan itu, hatinya merasa
girang, dengan tidak banyak rewel lagi ia lantas lari
menghampiri. Ia sudah napsu besar untuk mendapatkan Kalajengking
emas itu, maka dangan tidak memperdulikan Ho Kie yang
sedang terluka itu, ia lantas merobek bajunya.
Baju Ho Kie robek menjadi dua potong. Selagi tangan
Tio Thian Ek hendak mengambil Kalajengking emas, siapa
tahu telah menemukan sesuatu benda yang tidak terdugaduga...
Ketika ia menyaksikan benda tersebut, wajahnya
berubah seketika, kedua tangannya gemetaran, perasaannya
menegang, kedua kakinya lemas kemudian berlutut
dihadapan Ho Kie dengan lakunya yang sangat hormat
seraya berkata: "Ciang bun-jin Tiam-khong pay keturunan ketiga puluh,
Tio Thian Ek disini menerima dosa."
Thian-hian totiang yang menyaksikan keadaan demikian
merasa bingung sendiri ia buru2 menghampiri dan ketika ia
dapat lihat benda itu, wajahnya juga berubah seketika,
kemudian berlutut sembari berkata dengan sikap hormat :
"Ciang bun jin Hoa-san-pay keturunan ke-7 Thian Hian
menerima dosa!" Hui Kak Siansu mengerutkan alisnya setelah
mengebutkan bajunya, ia lantas maju menghampiri. Ketika
menampak benda tersebut, buru2 mundur 3 tindak, sambil
rangkapkan kedua tangannya. Dengan sikap yang
menghormat sekali ia berlutut sambil berkata:
"Ciang bun jin Ngo-bie pay keturunan ke 40, Hui Kak
disini menerima dosa!"
Kejadian ini telah mengejutkan semua orang yang
menjadi murid2nya ketiga partai besar itu. mereka saling
memandang, tidak mengerti apa sebabnya ketua mereka itu
mendadak berlaku demikian terhadap lawannya!
Tapi, karena mereka semua merupakan anak murid
ketiga partai besar itu, menampak ketua mereka berlaku
demikian, terpaksa pada melemparkan senjata masing2 dan
lantas berlutut dibelakang ketuanya.
-oo0dw0oo- SETELAH hening sekian lamanya, Ho Kie per-lahan2
membuka mata. Ketika ia menampak semua orang2 dari ketiga partai itu
berlutut dihadapannya, hatinya menjadi heran, maka lantas
lompat bangun. Mendadak ia rasakan dadanya dingin, ia baru tahu kalau
bajunya telah terobek, hingga kelihatan dadanya. Ia jadi
semakin heran, apakah mereka semua sudah gila" Tentu
tidak!! Hal ini mesti ada sebabnya.
Ia coba memeriksa keadaan dirinya sendiri, kecuali
rantai dan tanda emas yang dikalungkan dilehernya oleh
ayahnya, tidak kedapatan apa2 lagi
Apakah benda ini yang menyebabkan orang2 ketiga
partay berlutut dihadapannya" ia bingung sendiri lalu
meraba-raba kalungnya itu.
Itu hanya sembilan buah rantai yang terbuat dari emas
biasa, dibawah masing2 rantai ada tergantung sebuah
lempengan emas kecil yang ada lukisannya 9 orang dengan
ber-macam2 dandanannya. Ada yang berpakaian paderi,
imam dan biasa ... Benda itu tidak ada apa2 yang aneh apakah benda ini
mempunyai pengaruh gaib" Ia menebak3 dalam hati
sendiri. Ia memang ada seorang cerdas, setelah berpikir lagi,


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantas dapat menduga bahwa sembilan buah rantai ini pasti
ada mempunyai riwayatnya yang penting.
Ia coba berlaku tenang, dengan suara dingin ia berkata
kepada mereka ; "Apa kalian sudah tahu dosa sendiri?" Hui
Kak Siansu buru2 menjawab sanbil tundukan kepala:
"Kami sesungguhnya tidak tahu kalau Ho Siaohiap
adalah Kiu hoa Sang. jeng Lengcu (pemegang kuasa tanda
pusaka 9 partay}, atas kedosaan kami, kami semua rela
menerima hukuman!" Ho Kie terperanjat. Benda dilehernya itu kiranya adalah
Kiu-hoan Seng-leng yang dibuat oleh 9 partay besar dirimba
persilatan. Mengenai benda ini dahulu pernah diberitahukan kepada
Toan-theng Lojin, tidak tahunya kalau itu berada
dibadannya sendiri. Kalau waktu itu ia tahu benda tersebut
dibadannya, niscaya Toan-theng Lojin tidak perlu turun
gunung lagi, sehingga dibikin celAka oleh orang- Cian-tok
Jin-mo yang sampai sekarang belum ketahuan nasibnya.
Dengan pikiran kusut Ho Kie memegang rantai
kalungnya itu. setelah termenung sekian lamanya,
mendadak ia ingat pesan ayahnya tentang benda yang
menyangkut nasibnya 9 partai besar dirimba persilatan.
Itu adalah Kiu-hoan Seng leng! Kalau tidak karena benda
ini, ayahnya tidak akan binasa dilembah Kui-kok, Toantheng
Lojin juga tidak akan menderita kecelakaan......
Kalau mengingat itu, Ia benci kepada 9 partai besar itu
mengapa menciptakan benda yang membawa malapetaka
demikian" Ia bolak balik memeriksa benda emas itu, 9 orang yang
terukir diatas lempengan emas adalah "Ciang- bun Cowsu
dari 9 partai yang menciptakan Kiu-goan Seng-leng ini.
Mereka telah mengukirnya pada masing2 lempengan
emas ini sebagai tanda perhubungan erat antara kesembilan
partai supaya anak muridnya dari masing2 partai
dikemudian hari menjunjung tinggi dan menghormati orang
yang membawa tanda ini. Tetapi benda itu sekarang dimata Ho Kie merupakan
tanda yang telah menyebabkan kematian ayahnya, sehingga
ia menjadi seorang piatu yang ter luntah2. Perasaan itu
telah membuat ia benci kepada Kiu hoan leng.
Mendadak ia menarik benda itu dari lehernya.
Para ketua dari Ngo bie, Hoa san dan Cian khong semua
pada berseru kaget, Hui Kak Siansu lantas menanya dengan
gelisah : "Ho Siaohiap, kau menghendaki apa?"
Ho Kie tidak menjawab, ia hanya memegang Kiu hoan
lengnya erat2. Akhirnya ia berkata :
"Baik! Aku hendak........"
Semula ia pikir hendak menghancurkan benda yang
membawa malapetaka ini, tetapi kemudian dapat berpikir
lain, benda ini adalah peninggalan ayahnya yang diberikan
kepadanya dengan taruhan jiwa. Kalau sekarang dirusak,
bukankah itu berarti akan mengecewakan roh ayahnya"
Pada saat itu ia mendadak ingat Gouw Ya Pa yang
sedang terluka parah, maka ia berkata dengan perlahan :
"Diantara kalian siapa yang membawa obat luka didalam
?" Hui Kak Siansu menjawab dengan segera:, "Lolap ada
membawa Sam-yang Pek-po wan. obat dan Ngo-bie-pay,
khusus untuk luka dalam, Apa Ho siauhiap ingin
menggunakannya?" "Lekas kau keluarkan dan coba obati sahabatku yang
luka itu." "Baiklah." Hui Kak Siansu lalu memeriksa luka Gouw Ya Pa, tetapi
ia kemudian mengerutkan alisnya yang panjang dan berkata
dengan suara sungguh2 ; "Ho Siaohiap ilmu yang dilatih oleh sahabatmu ini telah
dibikin buyar, ditambah lagi karena banyak bicara,
barangkali,......." "Bagaimana" Apa masih bisa disembuhkan dengan
obatmu?" tanya Ho Kie cemas.
"Untuk menyembuhkan saja sih bisa tetapi harus dibantu
oleh orang yang mempunyai ilmu lwekang yang mahir
sekali supaya lekas berhasil". jawab sipaderi.
"Kalau begitu, tolong Toa suhu saja yang melaksanakan
itu." "Kekuatan Lolap seorang ada batasnya, mungkin tidak
sanggup melaksanakannya."
Ho Kie lantas berkata kepada Hoa-san dan Tiam khong
dengan suara nyaring. : "Ciang bun jin Hoa san dan Tiam khong dengar perintah
!" Thian hian totiang dan Tio Thian Ek lalu majukan diri
berbareng dan menjawab: "Murid Hoa san dan Tiam khong disini menantikan
perintah Lengcu." "Kalian berdua membantu Hui Kak Siansu dengan
secara bergiliran mengobati luka sahabatku itu!"
Kedua orang itu saling pandang, tidak ada yang berani
membantah, lalu menghampiri Hui Kak Siansu.
Ho Kie mengawasi sambil berdiri. Kini telah didapatkan
kenyataan bahwa Ciang bun-jin dan ketiga partai besar itu
sudah menurut segala perintahnya, maka dalam hatinya
diam diam merasa senang juga.
Pada taat itu ia telah melihat anak muridnya ketiga
partai itu masih terus berlutut, maka lantas diperintahkan
supaya bangun semua. Sekarang ia merasa seperti dirinya
sudah menjadi seorang yang berkuasa atas semua orangdari
ketiga partai itu. Dua tahun berselang, ia masih merupakan satu anak
piatu yang dikejar kejar oleh malaikat elmaut, tetapi hari
ini, dua tahun kemudian, sungguh tidak disangka ia telah
menjadi Bengcu dari sembilan partai besar, yang setiap
waktu dapat memberikan perintahnya kepada orang2nya
sembilan partai itu. Pada saat itu, Hui Kak Siansu sudah mulai mengobati
luka Gouw Ya Pa sehingga keadaan disitu menjadi sunyi
sekali. Sang waktu perlahan2 sudah berlalu. Wajahnya Gouw
Ya Pa per-lahan2 kelihatan memerah. Ketika ia membuka
matanya. Ho Kie angkat bicara sambil tertawa;
"Gouw toako apa kau merasa baikan?"
Gouw Ya Pa tidak menjawab, sebaliktnya malahan
bertanya; "Ini.. ..apakah artinya?"
"Tidak apa2, aku hanya minta beberapa siansu ini untuk
menolong mengobati lukamu!!"
Gouw Ya Pa mengawasi ketiga Ciang bun jin itu, lantas
bertanya dengan terheran-:
"Eh. Dari mana kau dapatkan kawanan imam dan
kepala gundul ini?" Thian hian Totiang, Thio Thian Ek dan Hui Kak Siansu
wajahnya merah seketika tetapi tidak berani buka suara.
"Gouw Toako." Ho Kie berkata dengan sungguh2
"jangan membikin sakit hati orang. Siansu dan Totiang ini
sudah menghamburkan tenaga dalam yang tidak sedikit
untuk menyembuhkan lukamu."
Gouw Ya Pa lantas lompat bangun.
"Apa betul?" katanya dengan keheran heranan. cepat ia
memberi hormat kepada Hui Kak, Thian hian dan Tio
Thian Ek bertiga untuk mengucapkan terima kasihnya
sambil menyoja. Hui Kak Siansu sambil rangkapkan kedua tangannya
berkata : "Omitohud! Gouw Sicu adalah seorang yang berwatak
polos. Semua perkataannya hanya dimulut saja, tetapi tidak
disengaja, maka tidak perlu dikesalkan!"
Setelah berpikir sejenak Ho Kie lalu berkata.:
"Sekarang kaki tangan- Hian kui kau telah tersebar luas,
Mereka sangat bernapsu hendak menguasai dunia, mengapa
kalian orang dari sembilan partai besar seolah olah seperti
menutup mata dan tutup telinga sehingga tidak ada
seorangpun yang berani bertindak terhadap mereka?"
Hui Kak Siansu sambil bungkukkan badan, menjawab ;
"Lolap sekalian, meskipun sudah mampunyai pikiran
begitu, tetapi apa mau Cian tok Jin mo itu mempunyai ilmu
silat yang tinggi sekali, pengaruh Hian kui kauw juga sangat
besar........." "Menumpas kejahatan harus sungguh2 hati, bagaimana
boleh merasa takut" Sekarang aku sebagai Kiu hoan leng
Lengcu memerintahkan kalian, orang2 dari ketiga partai,
supaya segera memberitahu kepada para ketua dari enam
partai besar lainnya, dalam waktu satu bulan semua sudah
harus berkumpul dilembah Kui kok untuk mendengar
perintahku lebih lanjut. Thian hian Totiang dan lain2 ketika mendengar itu, pada
berubah wajahnya. "Perintah Lengcu sudah seharusnya kami taati." Hui Kak
Siansu berkata. "Tetapi orang2 dari enam partai lainnya itu
ada tersebar diseluruh dunia. satu bulan saja barang kali
tidak cukup untuk menyampaikan perintah ini!!"
"Biar bagaimana, nanti pada tanggal sembilan bulan
sembilan semua harus sudah berkumpul dilembah Kui kok.
Siapa yang melanggar akan dapat hukuman berat!"
"Lolap akan perhatikan perintah ini, sekarang lolap akan
segera memberi tahukan kepada Bu tong dan Kun lun yang
terdekat dan sini." jawab Hui Kak sambil anggukkan kepala
: "Pinto akan menyampaikan perintah ini kepada Ceng sia
dan Siauw Lim." Tio Thian Ek juga berjanji,
"Aku situa bangka ingin mengabarkan kepada Khong
thong dan Kiong Say "
"Baiklah! Harap Cuwie segera berangkat." Ho Kie
berkata sambil ketawa. "Pada tanggal sembilan bulan
sembilan nanti kita bertemu lagi dibawah bukit Pek kut
nia!" Setelah memberi hormat, ketua dari ketiga partai itu
dengan mengajak anak murid masing2 lantas berlalu untuk
melakukan kewajiban mereka sendiri2,
Gouw Ya Pa yang menyaksikan para imam dan padri itu
begitu hormat sikapnya terhadap Ho Kie. dalam hati
merasa heran dan tidak habis mengerti. Mengapa
sababatnya ini mempunyai pengaruh yang begitu besar.
Ho Kie lantas menanyakan bagaimana keadaan Gouw
Ya Pa saat itu, siapa segera menjawab sambil anggukkan
kepala : "Kawanan kepala gundul itu benar2 mempunyai ilmu
gaib. Sekarang keadaanku sudah sama seperti sebelum
terluka." Setelah mengetahui bahwa luka sahabat itu sudah
sembuh benar, Ho Kie lantas ajak ia melanjutkan
perjalanannya...... Beberapa bulan telah berlalu. Ho Kie dau Gouw Ya Pa
telah tiba dikaki bukit Pek kut nia. Ho Kie menghitung
waktunya yang di janjikan dengan sembilan partai besar itu,
maka ia lantas mengajak Gouw Ya Pa dengan jalan
memutar mereka pergi kelembah Patah hati.
Lembah yang merupakan tempat yang digunakan oleh
Ho Kie untuk belajar ilmu silat, keadaannya sama seperti
dahulu, sedikitpun tidak ada yang berubah. Hanya untuk
kedua kalinya Ho Kie datang disitu semua terjadi semua
yang lampau. Dengan tindakan perlahan ia ajak Gouw Ya Pa kegoa
Pek giok kiong yang pernah di diami dua tahun lamanya.
Baru saja mereka tiba dimulut goa, mendadak hati Ho Kie
terguncang. ia hentikan tindakan kakinya dengan segera ia
telah mendapat kenyataan bahwa keadaan dalam goa itu
sudah berbeda sama sekali.
Dalam goa yang luas, yang tadinya kosong melompong,
sekarang sudah penuh dengan segala perabotan rumah
tangga, keadaan lantainyapun amat bersih.
Ho Kie memandang dengan melongo sebentar.
mendadak timbul rasa gusarnya sambil kertak gigi ia
berkata : "Siapa orangnya yang mempunyai nyali begitu berani
menempati Pek giok kiong ini" Nanti kuberikan hajaran
tanpa ampun1!!" Dengan tindakan lebar ia terus berjalan masuk. Ketika ia
sudah berada didalam, dilihatnya pada satu sudut terdapat
sebuah meja sembahyang. Ho Kie lalu lompat
menghampiri. ketika ia dongakkan kepala ia merasa heran,
dengan tidak merasa ia telah mundur tiga tindak.
Gouw Ya Pa cepat2 menghampirinya.
"Lautee, apa yang telah terjadi?" tanyanya heran.
Ho Kie menjawab sambil manunjuk pada meja
sembahyang : "Entah ini perbuatan siapa......?"
Gouw Ya Pa mengawasi keatas meja sembahyang,
kepapan yang bertulisan dengan tinta mas : Thoan theng
Lojin, penghuni Pek giok kiong di Lembah Patah Hati.
"Aaa..! Apakah dia siorang tua sudah binasa?" Gouw Ya
Pa berseru kaget. "Ngaco !" Ho Kie membentak, "Bagaimana dia bisa
binasa" Ini pasti adalah perbuatan orang dengan sengaja,
aku harus bisa menangkap orang yang menulis ini supaya
bisa kuhajar mampus baru aku puas!!."
Dalam sengitnya Ho Kie sudah hendak menghajar meja
sembahyang abu tersebut. Tapi Gouw Ya Pa cepat2 mencegah sembari berkata :
"Sabar dulu......"
Ho Kie lantas urungkan maksudnya dan bertanya
dengan mata mendelik : "Kenapa?" "Kita masih belum tahu benar tentang mati hidupnya
Thoan Theng Lojin, maka meja sembahyang ini baiknya
kita biarkan dulu. Kalau kau hajar berantakan kemudiaa
ternyata hal itu memang benar, bukankah kita harus
membuat meja sembahyang lagi?"


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi Ho Kie tidak ambil pusing pikiran Gouw Ya Pa.
sebab ia sudah menghajar meja sembahyang itu sehingga
hancur berantakan. "Sayang! Sayang!" Gouw Ya Pa berkata sambil
gelengkan kepala. "Kalau aku yang binasa, barangkali tidak
ada orang yang mau membuatkan meja sembahyang yang
seperti ini." Ho Kie yang masih belum reda amarahnya, lalu
memeriksa keadaan disekitarnya. Ketika mendapat
kenyataan bahwa disitu sudah tidak ada orang lagi, ia lalu
masuk ke bagian dalam. Goa bagian dalam itu memang tidak begitu luas, dulu
digunakan oleh Toan-theng Lojin untuk melatih ilmunya.
Waktu Ho Kie seorang diri tinggal disitu dua tahun
lamanya, ia tahu bahwa dalam ruangan itu hanya terdapat
sebuah kasur tua yang digunakan untuk bersemedi, tetapi
sekarang, ketika ia tiba ditempat itu, sesaat lamanya ia telah
dibuat kesima, Dalam ruangan itu, lantainya digelari permadani indah,
sebuah tempat tidur baru diletakkan disitu sudut. Diatas
pembaringan ada kasur lengkap dengan bantal gulingnya,
serta bau harum yang semerbak. Didekat pintu ada sebuah
meja tulis besar, dua meja teh dan dua kursi besar. Diatas
meja terdapat lengkap dengan perabot tulisnya serta
beberapa jilid buku. Diatas meja teh, situ diantaranya ada
tempat hio yang masih mengepulkan asap. Dari situ
ternyata bahwa orang yang memasang hio itu mungkin
belum lama berlalu. Dengan diliputi oleh teka teki, Ho Kie, dengan tindakan
perlahan berjalan masuk kedalam kamar, Diatas meja tulis
terdapat sepotong kertas yang ada tulisannya berbunyi
sebagai berikut ; Sudah kuduga, Longkun (sebutan wanita bagi kaum pria)
pasti akan kembali, maka telah kusediakan tempat tidur dan
hio. Suhumu telah pulang kerakhmatulah karena lukanya.
Sebelum menarik napas yang penghabisan dia telah
meninggalkan pesan kepada Ciat (sebutan diri sendiri bagi
kaum wanita), jangan sekali kali Longkun sembarangan
menempuh bahaya memasuki lembah Kui-kok sebelum
berhasil dengan kepandaianmu sendiri, harus bisa menahan
sabar. Tulisan ini terang ditujukan kepada Ho Kie, tetapi tidak
disebutkan namanya, begitu juga penulisnya, maka ia juga
tidak mengetahui siapa orangnya yang meninggalkan surat
itu. Dengan badan bergemetaran dan air mata bercucuran
Ho Kie terus mengawasi surat itu. Akhirnya ia gelengkan
kepala berulang2 sambil berkata sendiri :
"Tidak!!! ini tidak benar...."
Gouw Ya Pa lalu mendekati ketika melihat tulisan diatas
kertas, ia lantas menggeram.
"Ini pasti adalah perbuatan bangsat, Kita jangan pencaya
saja!!!" Ho Kie berkata pula dengan suara sedih,
"Gouw Toako, aku minta tolong kau menyelesaikan satu
urusan, apa kau terima?"
"Adikku yang baik, kau masih ada urusan apa" Apa bila
aku mampu mengerjakan, apa juga perintahmu aku
lakukan!" si tolol pelembungkan dada.
Ho Kie lantas membuka rantai kalungnya dan
diserahkan kepada Gouw Ya Pa sembari berkata ;
"Aku minta tolong kau, tiga hari kemudian dengan
membawa tanda ini kau mewakili aku untuk mengadakan
pertemuan dengan orang2 dari sembilan partai besar,
kemudian ajak mereka langsung kelembah Kui-kok."
"Dan kau sendiri ?" tanya Gouw Ya pa heran.
"Aku sudah tidak sabaran dalam hal Toan Kheng Lojin.
Aku akan berangkat dengan segera kelembah Kui kok.
Kalau orangnya masih ada aku akan menemui orang, tetapi
kalau orangnya sudah binasa, aku akan menemukan
bangkainya......,." "Ho Lauwtee, kau jangan perbuat demikian. Biar
bagaimana kita harus tunggu dulu tiga hari dengan orang
banyak mudah untuk ktta turun tangan. kalau kau pergi
seorang diri bukankah seperti mengantarkan jiwa dengan
percuma" Bila pergi tidak bisa kembali."
"jiwaku ini memang dulu ditolong Toan theng Lojin,
sekalipun aku harus binasa di lembah Kui-kok, aku rela
hitung2 membalas budinya dia siorang tua........"
Sehabis berkata ia sudah lantas berlalu meninggalkan
ruangan, Gouw Ya Pa cepat2 mengejar.
"Lauwtee, tunggu sebentar......Aku akan pergi bersama2
dengan kau...." serunya.
"Gouw Taoko, kalau kau anggap aku sebagui
saudaramu, sukalah kau turut pesanku. Kau terus berdiam
disini. jika dalam waktu tiga hari aku masih belum kembali,
aku minta kau lantas pimpin para ketua dan sembilan partai
besar pergi kelembah Kui-kok untuk menuntut balas. Kalau
kau tidak mau, itu berarti kau tidak pandang saudara
denganku!!" "Aku..... Aku sebetulnya tidak tega melepaskan kau
seorang diri,. "Mati atau hidup, itulah sudsh di takdirkan Tuhan.
Gouw Toako, kau adalah seorag laki2 mengapa berlaku
seperti orang perempuan?"
Gouw Ya Pa membisu. Dengan sorot mata terkuatir ia
mengawasi berlalunya Ho Kie.
Hari sudah mulai malam, Kabut tebal menutupi bukit
Pek-kut-Nia yang menjulang tinggi diatas awan.
Lembah Kui-kok merupakan suatu lembah yang
menyeramkan dikaki bukit tersebut.
Disuatu tempat yang luasnya kira2 beberapa puluh lie
persegi, yang ditutupi oleh pohon2 rindang, disitulah ada
markas besar perkumpulan Hian-kui-kauw.
banyak kamar2 dan rumah2 dibangun disekitar lamping
jurang yang sukar didatangi oleh sembarang orang. Hanya
mulut lembah dibagian depan merupakan jalanan masuk
dau keluar tempat tersebut.
Terpisah sepuluh lie dari tempat itu, hampir setiap
jengkalnya didadakan pesawat pesawat baik yang
menggelap, maupun yang terang2an untuk memperkokoh
penjagaan tempat tersebut.
Sejak munculnya Hian-Kui-kauw di rimba persilatan,
sudah sepuluh tahun lebih lamanya tidak ada orang lagi
yang berani secara sembarangan memasuki lembah Kuikok,
tetapi pada malam itu. Sesosok bayangan manusia
dengan cepat lari kemulut lembah, bayangan itu adalah
bayangan Ho Kie yang dengan bertangan kosong dan
seorang diri pula telah menerjang lembah Kui-kok yang
sangat menyeramkan ini. Kedukaan dan kegusaran telah membuat dia lupa, bahwa
setiap jengkal tanah yang diinjak itu adalah tempat yang
sangat berbahaya setiap saat bisa menjebloskan dirinya ke
jurang neraka! Ketika tiba didekat mulut goa, tiba2 ada dua laki2 tinggi
besar yang membawa golok telah mencegat ia sembari
membentak! "Siapa" jangan bergerak !!"
Ho Kie lantas melayang turun ke bawah sebatang pohon
besar, setelah mengawasi kedua laki2 itu sejenak, lalu
berkata dengan suara dingin.
"Kalau kalian masih belum kepingin mampus, lekas
memberi jalan untukku! Jangan mencari mati sendiri!!"
Kedua laki2 itu memandang Ho Kie sejenak, dalam hati
merasa heran dengan cara bagaimana anak muda ini bisa
melalui segala rintangan dan tiba dimulut lembah dalam
keadaan selamat" Satu diantara mereka lantas berkata sambil lintangkan
goloknya : "Bocah, tahukah tempat apa ini" Bagaimana bisa
sembarangan masuk ?"
"Kui- ok yang tidak ada artinya, tokh bukan goa macan,
apa yang dibuat heran" Dengan kekerasan kalian coba
hendak merintangi kau. Apakah kalian hendak meniru itu
contohnya beberapa orang yang sembunyi di tempat
ruangan dibagian depan?"
Orang itu terkejut mendengar ucapan Ho Kie, ia buru
buru berkata kepada kawannya dengan suara rendah :
"Lie Hiocu, lekas bunyikan kentongan. bocah ini ada
sedikit kepala batu!"
Siapa nyana Ho Kie bertindak lebih dulu, dengan
kecepatan bagaikan kilat ia sudah berhasil menyekal sikut
kedua orang itu. "Kalau kalian masih menginginkan jiwa, jangan ribut2"
demikian ia mengancam. Orang tadi wayahnya berubah seketika, ia coba
melawan, Golok ditangan kanannya, lantas dipakai untuk
membabat. Orang yang diparggil Lie Hiocu buru2 mengambil alat
tanda bahaya dari dalam sakunya................
Ho Kie miringkan badannya untuk mengelakkan
serangan golok orang itu, dengan sikutnya ia menumbuk,
sedang tangan kirinya ia mengirim satu serangan dari jarak
jauh kepada orang yang akan meniup alat tanda bahaya
tadi. Serangan dilancarkan sekaligus terhadap dua lawannya
ini, Ho Kie telah lakukan dengan kecepatan bagaikan kilat,
hingga kedua orang itu tidak ampun lagi lantas rubuh
ditanah. Setelah membereskan kedua perintang itu Ho Kie lantas
melanjutkan perjalanannya.
Ia yang memang dibesarkan dilembah Kui-kok, Sudah
tentu mengenal baik semua jalan dilembah tersebut, maka
sebentar saja ia sudah memasuki kebagian dalamnya.
Cian-tok Jin-mo, Kauwcu dari Hian kui kauw, tinggal
diatas loteng yang paling belakang. Ho Kie tahu benar
bahwa disitu siang malam ada terjaga keras oleh orang2nya
Hian kui kauw yang berkepandaian tinggi. oleh karenanya
agak sukar untuk masuk. Satu2nya jalan ialah dengan
kekerasan. Saat itu ia sudah nekad benar2, dengan tekadnya yang
bulat, lantas lompat naik keatas loteng, terus menuju
kebelakang lembah, Tapi baru saja melesat keatas, mendadak melihat
bayangan putih, sekejap saja sudah menghilang keempat
gelap dibelakaag lembah. Ko Kie terkejut, dalam hati men-duga2, "Apa mungkin
dia?" Dengan tanpa banyak pikir, ia lantas mengejar.
Bayangan putih itu setelah melalui dua payon rumah,
mendadak lari menuju kekanan, tidak terus kebagian
belakang. Ho Kie lantas berhenti. Diam2 hatinya berpikir : "Dalam
Hian kui kauw ada terdapat banyak orang berkepandaian
tinggi, mengapa ia bisa masuk secara leluasa apa lagi
dengan pakaian serba putih yang sangat menyolok
demikian?" Selagi masih berada dalam ke-ragu2an, tiba2 dengan
suara tanda bahaya berulang2, datangnya dari mulut
lembah! Suara tanda bahaya itu telah menimbulkan panik,
sebentar saja, beberapa rombongan orang pada lari menuju
kemulut lembah sambil membawa obor.
Ho Kie menyesal tadi tidak menyingkirkan dua
bangkainya penjaga pintu itu, mungkin dua bangkai itu
diketahui oleh lain orang yang meronda, sehingga
menimbulkan kegegeran ini.
Dengan tiba2- sda sebuah benda menyambar didepan
mukanya. Ho Kie dengan cepat miringkan kepalanya.
dengan tangan kanan ia menyambar benda tersebut yang
ternyata ada segumpal kertas. Ketika ia buka, diatas kertas
itu ada terdapat tulisan yang berbunyi ;
"Ikut aku!!" Ho Kie menduga bahwa itu ada perbuatannya sibaju
putih tadi, hingga diam2 berpikir sambil menghela napas :
"ah, enci Lim, aku sudah tidak menghiraukan jiwaku
sendiri masuk kegoa macan ini, mengapa kau juga
menempuh bahaya ini ?"
Ia coba mencari dimana adanya bayangan putih tadi,
ternyata dia tengah berdiri diatas sebuah rumah yang tidak
jauh dari tempatnya berdiri. Terhadap keadaan yang kalang
kabut dari orang- Hian-kui-kauw itu, ia agaknya tidak
perdulikan sama sekali. Selagi Ho Kie hendak melesat kesana, tiba2 ada sesosok
bayangan hitam yang melayang menghampiri bayangan
putih itu. Ho Kie buru-buru sembunyi ke tempat gelap
sambil siap2 menghadapi segala kemungkinan,
bayangan hitam itu ketika didepan bayangan putih itu
lantas berdiri, ternyata ia ada seorang tua berewokan. yang
berpakaian imam. Kedengaran suaranya bayangan putih itu menegur lebih
dulu: "Cek Losu, ada urusan apa ?"
Imam itu agaknya kenal betul dengan bayangan putih
itu, ia menjawab sambil tertawa;
"Nona Jie,apa kau tidak dengar suara tanda bahaya
dimulut lembah" Selama 10 tahun lebih lamanya belum
pernah ada seorangpun yang berani menginjak kelembah
Kui-kok setindak saja, tidak nyana dimalam ini ada seorang
goblok yang berani mati coba menyabut kumisnya macan!"
"Ada kau Hui tun Thian cun Cek Losu yang menjaga
disini, siapa yang berani kemari untuk menghantarkan
jiwa?" jawabnya nona Jie.
"Adakah nona Jie pernah melihat hal yang aneh?"
"Tidak, kalau Cek Losu masih ada urusan, silahkan."
"Baiklah, kalau begitu pinto akan menengok kemulut
lembah!" setelah itu lantas ia melesat dan menghilang
ketempat gelap. Ho Kie terperanjat, diam2 mengagumi kepandaiannya si


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

imam yang disebut Hui tun Thian Cun itu.
bayangan putih itu. setelah imam tua itu pergi jauh,
lantas gapaikan tangannya kepada Ho Kie seraya berkata :
"Ho Siaohiap, mari ikut aku."
Ho Kie saat itu sudah tahu bahwa bayangan putih itu
bukan Lim Kheng. melainkan Jie Peng. Maka dalam hati
merasa kurang senang. Dengan perlahan ia bangkit dan
menjawab : "Aku si orang she Ho yang tidak berguna dulu pernah
menerima budi atas pertolongan nona, budi itu. aku ukir
selamanya dalam hatiku. Tapi malam ini kedatanganku
kemari, satu sama lain berdiri sebagai musuh, harap nona
bertindak hati2!" Jie Peng mengelah napas. "Kau tidak perlu bicara terlalu
banyak, kawan atau lawan, itu tergantung pada pikirannya
orang sendiri. Apakah kedatanganmu ini bukannya hendak
mencari beritanya Toan-theng Lojin " Disini bukan tempat
untuk bicara. mari kau ikut aku !"
Ho Kie tampak tertegun, "Mengapa kau tahu maksud
kedatanganku?" Jie Peng ketawa hambar, mendadak dongakan kepala.
"Semua perbuatanmu dimulut lembah sudah kuketahui.
Tidak lama lagi ada banyak orang2 yang berkepandaian
tinggi akan mengadakan pemeriksaan ramai disini. Kalau
kau ingin tahu sejelas jelasnya perihal si orang tua, harap
kau suka ikut aku, nanti aku beritahu penjelasannya?"
Ho Kie bersangsi sejenak, kemudian lalu mengikuti
dibelakang Jie Peng yang lompat turun dari atas genteng.
Jie Peng ajak Ho Kie melalui jalanan membelok kekanan
dan kekiri, akhirnya sampai dibawah satu rumah. Ho Kie
lantas hentikan kakinya dan bertanya :
"Nona Jie hendak bicara apa" Harap sekarang suka
dijelaskan, aku masih ada urusan yang hendak dibereskan!"
Jie Peng menyelinap kepinggir tembok rumah, ia berkata
dengan suara perlahan, "Apa kau dapat lihat surat yang kutinggalkan untuk kau
?" Ho Kie yang mendengar pertanyaan itu, sekujur
badannya menggigil. "Apa" Surat itu ada tulisanmu.....?" demikian tanyanya.
Jie Peng mengangguk, lalu menyahut dengan suara
rendah ; "Aku tahu kau pasti akan datang kelembah Kui kok,
maka aku sengaja mengatur itu segala perabotan dan
meninggalkan surat, minta kau jangan menempuh bahaya,
kenapa kau tidak dengar kata....."
Dengan mendadak Ho Kie menyambar jalan darah Ciok
ti hiat, si nona lalu berkata dengan suara tidak senang :
"Kiranya ini perbuatanmu" Sekarang aku hendak tanya,
apa dia siorang tua benar sudah binasa?"
Jie Peng tidak berkelit atau menyingkir ia membiarkan
lengan kirinya diceka oleh Ho Kie, kemudian menjawab
dengan suara perlahan : "Sssttt.. jangan bicara terlalu keras, hati2
nanti mengejutkan orang. Kalau sampai hal itu terjadi,
kau nanti sukar meloloskan diri!!"
"Aku berani datang kemari, sudah tentu tidak takut
mengagetkan orang2nya Hian kui-kauw. Harap kau suka
jawab lekas, apakah Toan-theng Lojin sudah terjatuh
kedalam tangan kalian ?" berkata Ho Kie gusar
"Dengan terus terang, Toan theng Lojin memang benar
sudah terjatuh kedalam tangannya orang2 Hian kiu-kauw.
Aku justru mendapat pesan orang tua itu, baru pergi
kelembah Patah Hati dan meninggalkan surat itu!"
"Sekarang dia ada dimana" Benarkah sudah teraniaya
oleh orang2mu?" "Dia siorang tua telah diketemukan orang2 kuat dari
Hian-kui kauw, setelah dikepung oleh beberapa puluh
orang, akhirnya karena kakinya tidak bisa bergerak dengan
leluasa, maka lantas tertangkap dan dibawa kelembah Kuikok,
Setiap hari dia disiksa untuk diminta keterangannya
tentang kitab Hian Kui Pit kip jilid ke III yang entah
disembunyikan dimana. Sampai hari ini, badannya sudah
penuh bekas tanda siksaan, jiwanya mungkin cuma tinggal
beberapa hari saja....."
"Kalau begitu, dia siorang tua masih belum binasa."
"Ai!! Siksaan demikian, meski tidak binasa, juga berarti
tidak jauh dari saat kematiannya."
"Ngaco, dia tokh belum binasa, mengapa kau tinggalkan
surat yang bunyinya tidak keruan itu serta menaruh segala
meja sembahyang " Apa kau sengaja hendak memancing
aku?" Sehabis berkata, ia menekan lebih keras. Jie Peng
keluarkan seruan tertahan, keringat dingin mengucur deras
dijidatnya. Tapi ia menahan rasa sakitnya, sambil ketawa getir ia
menjawab : "Kau jangan salahkan aku membohongi kau, itu semua
meja sembahyang dan tulisan, adalah Toan-theng Lojin
sendiri yang menyuruh aku berbuat demikian, aku cuma
menurut perintahnya saja."
"Hmm ! Kau masih mau menyangkal, siapa orangnya
yang sebelum mati menyuruh orang lain menyediakan meja
sembahyang?" "Ini karena kau tidak mengerti maksud siorang tua itu.
Dia tahu kalau diberitahukan hal yang sebenarnya
kepadamu, kau pasti akan menempuh bahaya datang
kelembah Kui-kok untuk menolong dirinya. Biar bagaimana
dalam dirinya sudah terkena racun. dia sudah tahu pasti
kalau dirinya akan binasa, maka dia pikir supaya kau tidak
lantas bertindak, sebaliknya bertekun melatih ilmu ilmumu
dulu, untuk menuntut balas kelak ..."
Bicara sampai disitu ia mendadak berhenti, dengan mata
layu ia memandang Ho Kie, kemudian tundukkan
kepalanya. Ho Kie hatinya sangat pilu, Ia melepaskan tangannya Jie
Peng, kemudian berkata sambil mengucurkan air mata :
"Maksudnya orang tua itu memang baik, tapi aku setelah
mengetahui keadaan sebenarnya, sekalipun harus
korbankan jiwaku, aku juga tidak bisa tinggal peluk tangan..
!" "Maka ketika aku melihat kau masuk ke lembah, lantas
sengaja pancing kau kemari. Sekarang kepandaianmu
belum cukup sempurna, sudah berani menempuh bahaya,
barang kali bukan saja tidak berhasil menolong diri siorang
tua, sebaliknya kau sendiri yang mendapat celaka. Kalau
kau mau turut perkataannya orang tua itu, Kau harus segera
berlalu dari sini, pulang untuk mempertinggi pelajaran ilmu
silatmu dulu baru nanti balik lagi.."
Ho Kie tiba2 delikkan matanya dan memotong ;
"Aku telah menerima budinya begitu besar, lagi pula ia
mempunyai permusuhan demikian dalam dengan Hian-kuikauw.
Biar bagaimana, aku tidak mau bikin habis begitu
saja. Nona Jie, kau adalah orang Hian-kui-kauw, dengan
menempuh bahaya besar kau telah memberitahukan semua
hal ini kepadaku, ini akan aku ingat baik-baik untuk selama
lamanya, pasti ada satu hari aku nanti akan membalas
budimu yang besar ini."
Sehabis berkata, ia lantas hendak berlalu
Jie Peng agaknya sudah tidak dapat menguasai dirinya
sendiri, dengsn cepat menarik tangannya Ho Kie dan
berkata dengan suara rendah :
"Ho Siaohiap, kau hendak kemana?"
"Aku Ho Kie sekalipun harus mengucurkan darah
dilembah Kui kok ini, juga harus menolong Toan theng
Lojin supaya aku bisa membawa pulang keLembah Patah
Hati." "Tapi dengan kau seoraag diri, sekalipun mempunyai
kepandaian luar biasa, juga masih sulit...."
"Aku sudah mengambil keputusan tetap, nona mencegah
juga sudah tidak ada gunanya !"
Jie Peng menghela napas, akhirnya ia berkata :
"Ai ! Kau tidak mau dengar kata, terpaksa aku
mengiringi kehendakmu, mari ikutlah aku!!"
Ia lalu ajak Ho Kie naik keatas genteng lagi, kemudian
manunjuk kesebuah rumah batu sebelah kiri sembari
berkata dengan suara perlahan :
"Disana adalah rumah penjara, aka tidak bisa
mengawani kau, pergilah sendiri! Harap berlaku hati2!"
Ho Kie lantas angkat tangan memberi hormat seraya
berkata : "Terima kasih atas petunjuk nona, budi kebaikanmu ini
kelak aku pasti membalas."
Jie Ping menjawab sambil tertawa getir ;
"Aku justru tidak mengharap pembalasanmu. Malam ini
kedatanganmu sudah di ketahui orang, penjagaan didalam
lembah pasti diperkeras, Kuasa rumah penjara itu, Pun-Tuikhiu
Bo Pin, kepandaiannya cuma dibawah Kauwcu
seorang saja, Ho Siaohiap, kalau kau bisa maju, kau boleh
maju, tapi seandai tidak bisa, lebih baik kau bersabar,
tunggu lain kesempatan lagi!"
Ho Kie ketika mendengar disebutnya nama Bo Pin, sakit
hatinya mendadak berkobar, maka lantas menjawab deegan
ketus, "Kekuatannya Bo Pin, sudab lama aku pernah
menghadapi, nona boleh tak usah kuatir"
Jie Peng tercengang, Selagi hendak menanyakan maksud
arti perkataan itu. Ho Kie sudah pergi jauh,
Saat itu hati Ho Kie sangat gelisah memikirkan nasib
Toan theng Lojin, disamping itu ia juga ingat sakit ayahnya.
maka sambil kertak gigi ia menuju kerumah penjara.
Rumah penjara itu mempunyai banyak kamar tahanan,
dibangun disepanjang lamping jurang dengan batu yang
amat kokoh kuat. Ho Kie tidak tahu Toan-theng Lojin di sekap dikamar
mana, terpaksa mencari di setiap lubang anginnya.
Dalam kamar itu ternyata sangat gelap, cuma diterangi
oleh lampu kecil. Ho Kie melongok kebelakang lubang, tetapi tidak
menemukan dimana adanya orang tua itu, sebaliknya
menyaksikan suata pemandangan yang mengerikan.
Orang2 yang disekap dan disika dalam kamar tahanan
terdiri dari banyak macam. Tua muda laki2 dan perempuan
semuanya ditelanjangi, badannya dirangket dan dibakar
dengan besi panas, sehingga badan mereka pada melepuh
tidak keruan rupanya. Hampir semua kamar Ho Kie sudah longok, tapi tidak
menemukan Toan-theng Lojin hingga ia hampir menduga
Jie Peng telah menipu dirinya. Selagi hendak berlalu, tiba2
ia deagar suara orang berkata,
"Kauwcu masih memandang kau seorang yang
mempunyai kepandaian tinggi dalam rimba persilatan maka
sampai sekarang masih menahan jiwaku, aku nasehati kau,
sebaiknya kau berikan saja barang itu. Kalau tidak jangan
sesalkan aku siorang she Bo berlaku ganas. Kalau terpaksa
aku nanti akan menggunakan siksaan yang dinamakan Pektok
Kong-Sim, suruh kau merasakan kesengsaraan yang
sangat hebat !" Ho Kie terperanjat, ia tahu bahwa suara itu datangnya
dari kamar paling belakang, maka dengan cepat gerakkan
badannya mengintip dari lubang angin...
-oo0dw0oo KAMAR ITU penerangannya lebih terang dari pada
kamar2 lainnya, tapi lubangnya sangat kecil. Ho Kie tahu
bahwa Bo Pin bukan orang sembarangan, maka ia sangat
hati2 sekali sampai tidak berani bernapas.
Lebih dulu ia pusatkan semua kekuatannya, kemudian
dengan ilmu cecak merayap didinding, perlahan2 ia
mendekati lubang angin. Ia bertindak sangat waspada.
ia tahu bahwa Toan theng Lojin tertawan dalam kamar
itu, jika ia tidak hati2, bukan saja tidak akan dapat
menolong keluar orang tua itu bahkan bisa mencelakakan
dirinya. Ia cuma bersendirian dalam sarang Hian-kui-kauw.
Untuk dapat menolong keluar seorang yang sudah tidak
bisa bergerak dari tempat yang terjaga kuat oleh orang2
pandai, sesungguhnya bukan suatu perbuatan mudah.
Tapi, ia harus dapat melaksanakan itu, sekalipun harus
mengorbankan jiwanya, ia juga akan membawa keluar diri
Toan-theng Lojin..... Karena tekadnya yang bulat, ia sedikitpun tidak merasa
takut, setapak demi setapak ia mendekati lubang.
MENDADAK, ia dengar suaranya orang tertawa dingin,
lantas disusul dengan suara jeritan............
Ho Kie hatinya berdebar keras, cepat2 melongok
kedalam. Kamar itu ternyata cuma kira2 satu tumbak persegi
luasnya, adi 6 - 8 orang laki2 sedang mengerubungi dua
orang laki2 tua, Satu diantaranya, rambut jenggot dan alisnya putih,
dipunggungnya ada menggemblok sebilah golok emas,
orang tua itu adalah Pun lui khin Bo Pin, musuh basar yang
membunuh mati ayahnya................
Orang tua lainnya, berusia kira2 50 tahun lebih, matanya
seperti mata tikus, kepalanya kecil, mukanya tirus,
dipundak kirinya ada tali panjang yang mengeluarkan sinar
berkaredepan. Didepan mereka kira2 tiga kaki jaraknya, ada sebuah
kuali besar, yang dibawahnya ada api yang morong. Dalam
kuali terdapat sedikit air mendidih yang mengeluarkan bau
amis, Di-tengah2 air mendidih itu duduk seorang tua
berbadan kurus dan berambut putih seperti perak.
Orang tua itu duduk bersila, badannya telanjang,
rambutnya yang putih terurai menutupi wajahnya, sehingga
orang tidak bisa melihat dengan tegas. Ia agaknya sedang
menahan siksaan dari panasnya air mendidih itu, sedang
sekujur badannya mengucur darah dan nanah.
Hati Ho Kie berdebar keras. Apakah orang tua itu Toantheng
Lojin" ia sendiri tidak berani memastikan.
Karena orang tua itu telah menolong jiwanya, memberi


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelajaran ilmu silat padanya serta sudah pernah tinggal bersama2
dalam satu goa sebulan lamanya, tapi kalau itu ia
cuma tahu orang tua itu dengan dandanannya yang
istimewa serta wajahnya tertutup oleh kedok putih,
sehingga tidak mengenali wajah aslinya.
Meski api marong dan air mendidih, tapi orang tua itu
tetap duduk tanpa bersuara atau melawan.
Lewat sejenak, tiba tiba terdengar suara siorang tua yang
membawa tali panjang : "Go tongtiu, tua bangka ini deagan mengandalkan
kekuatan ilmunya, hingga dapat menahan siksaan ini. Perlu
apa kita membuang buang banyak waku" Lebih baik kita
segera menggunakan siksaanku yang paling sempurna Pektuk
Keng-sim. Bikin rusak dulu isi perutnya , aku kepingin
tahu apa dia masih dapat bertahan?"
"Sebaiknya memang begitu, cuma Tio losu boleh kira
sendiri, karena perintah kaucu supaya jiwanya jangan
sampai binasa." jawab Bo Pin sambil anggukkan kepala.
Orang the Tio itu menyahut: : "Biarlah!!" lalu
mengeluarkan kotak kecil.
Ho Kie memandang tanpa berkedip. Ia lihat orang she
Tio itu ulapkan tangannya, memerintahkan orang- yang
mengerumuni itu mengecilkan api. Dengan tangan meraba2
kotak kecil itu ia maju 2 langkah, dan membuka kotak
dengan hati2 sekali.,......
Apa yang terdapat dalam kotak itu " Ternyata terdapat
binatang kelabang yang jumlahnya banyak sekali !
Tapi heran meski tutup kotak sudah terbuka, kelabang
itu tidak ada yang keluar,
Sambil mengajukan kelabang dalam kotak itu, si orang
she Tio berkata kepada orang tua dalam kuali sambil
ketawa dingin : "Sahabat, kalau kau masih tidak mau mengaku, jangan
sesalkan aku si orang she Tio nanti akan menggunakan
siksaan ini!!" Orang tua dalam kuali itu mendadak dongakan
kepalanya dan menjawab dengan suara dingin :
"Tio Go, kau sudah banyak melakukan kejahatan, nanti
ada suatu hari, kau pasti akan mendapat pembalasan!!"
Ho Kie pasang mata betul ketika orang itu
mendongakkan kepalanya. Dari sorot matanya Ho Kie
dapat memastikan bahwa orang tua itu adalah Toan theng
Lojin. Dalam kagetnya, ia hampir saja menjerit !
Ia tidak tahan menyaksikan keadaan si orang tua yang
menggenaskan itu, ia sudah hendak berlaku nekad.
Mendadak ia dengar siorang she Tio itu berkata pula :
"Tua bangka, dagingmu sudah hancur diseduh, sekalipun
kau masih bertahan, tapi apa gunanya" Sskarang kalau kau
akan kusiksa lagi dengan Pek to Kong sim ini, isi perutmu
akan berubah menjadi darah semuAnya. Maka saat itu
jiwamu juga tidak dapat dipertahankan lagi, maka apa
perlunya kau kukuhi Pit kip itu" Lebih baik kau serahkan
kepada kaucu barangkali masih bisa mengampuni jiwamu!"
Orang tua dalam kuali itu tertawa hambar:
"Nasibku memang jelek, selama hidupku, aku belum
pernah memikirkan tentang matiku. Kalian mempunyai alat
siksaan apa saja, boleh keluarkan semua tapi kalau
menghendaki Pit kip, jangan harap !"
"Kalau kau memangnya mau mencoba, jangan sesalkan
aku berlaku ganas!" jawab Tio Go sambil tertawa dingin,
lalu mengambil sumpit, ia menjepit dua ekor kelabang
dimasukkan kedalam telinganya Toan-theng Lojin.............
Sebentar kemudian badannya Toan theng Lojin
kelihatan menggigil, wajahnya mengerut, agaknya sedang
menderita hebat. Dilain pihak, Tio Go sudah memerintahkan orang2nya
membesarkan apinya, sehingga air didalam kuali mendidih
lagi. Sambil ketawa bangga Tio Go berkata ;
"Hei,, Kau mengaku saja. Aku cuma menggunakan dua
ekor kelabang, ternyata kau sudah tidak tahan. Kalau aku
menggunakan semuanya, kau pasti tidak akan sanggup
menerima penderitaan ini."
Toan theng Lojin bungkam sambil kertak gigi, badannya
menggigil semakin hebat, keringatnya mengucur dengan
deras. Sebentar sebentar kedengaran suara keluhannya
kemudian perkataannya dengan tidak lampias ;
"Tio.....Go...Kau....terlalu....buas !"
Bo Pin lantas menyelak : "Kita ada menghargai kau sebagai orang dari tingkatan
tua, maka kita hanya menggunakan dua ekor kelabang saja.
Kalau kau masih tetap tidak mau menyerah, jangan
sesalkan......" Tio Go kembali unjukkan ketawanya yang
menyeramkan, mendadak ia maju selangkah, kembali ia
membuka kotaknya. Ho Kie yang berada diluar sudah tidak dapat menahan
sabarnya lagi, sayang ia tidak mengetahui dimana adanya
pintu kamar tersebut, lagi pula lubang angin itu amat kecil
sehingga tidak dapat memasuki oleh badannya. Dalam
gusarnya ia sudah tidak perdulikan jiwanya sendiri lagi,
dengan sekuat tenaga ia menggempur lubang kamar
tersebut. Gempurannya telah berhasil, dinding lubang telah
hancur berantakan sehingga ia bisa segera melesat masuk
melalui lubang besar akibat gempuran tadi,
Orang2 didalam kamar telah dikejutkan oleh suara
gempuran keras. Bo Pin segera memutar tubuh sambil
membetatak: "Siapa?" sambil mencabut golok dipunggungnya.
-oo0dw0oo- Jilid 9 TIO GO mundur kepinggir pintu sambil menyiapkan
senjata talinya. Setelah berada didalam kamar, tanpa banyak rewel lagi
Ho Kie dengan kedua lengannya menyerang Bo Pin dan
Tio Go. Karena ia sudah berlaku nekad, serangannya itu telah
dilancarkannya dengan sepenuh tenaganya,
Bo Pin dan Tio Go yang tidak pernah menyangka dalam
tempat penting itu juga ada orang yang berani masuk,
dalam kagetnya mereka hanya bisa mengelakan seranganya
Ho Kie. Apa mau serangannya Ho Kie yang hebat itu telah
nyelonong menggempur dua orang laki-laki yang sedang
menjalankan tugasnya memasang api, sehingga keduanya
lantas pada rubuh binasa seketika itu juga.
Orang2 yang lainnya coba mengurung Ho Kie, tapi Ho
Kie yang sudah kalap benar, sudah menyerang semua yang
dihadapannya dengan hebat sekali, sehingga sebentar saja
ada lima atau enam orang yang terbinasa di-bawah
tangannya. Segera ia sudah menyerbu kepinggir kuali
hendak menolong dirinya Toan-theng Lojin,
Mendadak didengarnya suara bentakan:
"Bangsat cilik, kau mencari mampus?"
Bentakan itu dibarengi dengan berkeredepnya sinar
kuning didepan matanya Ho Kie. Itu adalah senjata talinya
si orang she Tio. Tio Go adalah seorang yang namanya sudah terkenal
dalam kalangan hitam. senjata talinya yang dinamakan Tali
Terbang itu entah sudah berapa banyak meminta korban
jiwa manusia, sehingga menarik hatinya kaucu dan pada
hari terakhir ini ia telah ditarik menjadi anggota Hian kuikauw.
Karena ia ingin membuat pahala, lagi pula melihat Ho
Kie yang masih muda belia, maka agaknya tidak dipandang
sama sekali. "Bangsat kecil!! Kau tidak lekas2 menyerah" Nanti Tio
Go-ya mu suruh kau...."
Siapa tahu, perkataan kau baru saja keluar dari
mulutnya, Ho Kie sudah lenyap dari pandangannya.
Tio Go terperanjat. Pada saat itu suatu kekuatan yang
maha dahsyat telah menerjang dari belakang dirinya.
Tio Go yang masih belum mengenal ilmu silat Hong eng
sie sek, seketika itu terjadi kelabakan. Cepat2 ia menyabet
balik dengan talinya, Meskipun gerakannya itu dilakukan dengan cepat, tetapi
tidak urung pundaknya telah terkena serangan Ho Kie
dengan telak. Ho Kie yang sudah merasa gemas sekali terhadap orang
tua itu, telah melancarkan serangannya dengan kekuatan
penuh, sehingga Tio Go ter-huyung2 dan mulutnya
menyemburkan darah segar,.....
Bo Pin sangat kaget, ia lantas memburu pada Ho Kie,
Sambil lintangkan goloknya, ia menegur dengan bengis ;
"Bangsat cilik, kau siapa begitu berani bikin onar dalam
goa harimau ?" Dengan mata merah, beringas Ho Kie menjawab sambil
ketawa dingin ; "Bo Pin, apa kau sudah tidak kenali Siao-yamu" Ha, ha !
Siaoyamu hendak menagih atas serangan tanganmu tempo
hari diatas lembah Patah Hati!"
"Kau....apa kau..." Bo Pin berseru tidak
lampias, "Rasakan dulu seranganku. Nanti kau mengetahui siapa
adanya Siaoyamu ini" kata Ho Kie yang segera
menggunakan ilmu "Tey lek kim kong cian"nya
menggempur dadanya Bo Pin.
Bo Pin sudah lama melupakan peristiwa diatas lembah
Patah Hati, maka ketika itu ia tidak dapat menduga siapa
adanya pemuda dihadapannya ini Tapi melihat pemuda itu
dengan hanya sekali pukul saja sudah dapat merubuhkan
Tio Go sampai terluka parah, segera ia mengerti bahwa
bocah dihadapannya ini bukannya bocah sembarangan.
Maka ia tidak berani memandang ringan lawannya,
setelah mengelakkan serangannya Ho Kie. dengan
kecepatan bagaikan kilat yang nyambar mukanya sianak
muda. Bo Pin yang mempunyai gelar Pun lui khiu (tangan
kilat), terang ia mahir dalam pertempuran kilat, Sekali ini ia
menyambar pundak Ho Kie yang dibarengi dengan
kekuatan Iweekang Liong jiauw kang, bukan main
hebatnya. Tetapi malam itu Ho Kie bukan lagi merupakan
Ho Kie yang masih anak anak pada dua tahun berselang!
Ho Kie yang sudah bertekad bulat hendak menuntut
balas, sedikitpun tidak mempunyai rasa jeri atas serangan
Bo Pin. Ketika diserang secara demikian, ia kelit secara gesit
sekali dan kemudian menggunakan Ilmu Hu kut hian kangnya,
sehingga sebentar saja ia sudah berada dibelakang Bo
pin, Bukan main kagetnya Bo Pin. Untung ia tidak
memandang ringan pada musuh mudanya itu. Melihat Ho
Kie menghilang dari pandangan matanya. dengan tidak
menoleh lagi, goloknya lantas menyambar kebelakang
dirinya sedangkan mulutnya bersamaan dengan itu lantas
bar-kaok2 mendamprat orangnya ;
Di Balik Caping Bambu 1 Pendekar Mata Keranjang 2 Bara Di Jurang Guringring Manusia Beracun 1
^