Pencarian

Lembah Tiga Malaikat 16

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id Bagian 16


bertambah perkasa, tenaga pukulan yang dilancarkannya makin lama semakin
bertambah tangguh. Sebaliknya Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng yang ditekan dan didesak terus
menerus oleh tenaga pukulan lawan yang kuat dan dahsyat, nampak sudah
keletihan, peluh telah membasahi seluruh tubuh mereka, apa yang masih tersisa
sekarang tak lebih cuma sisa-sisa kekuatan untuk menangkis belaka.
Buyung Im seng sendiri telah mengeluarkan segenap jurus pukulan dan jurus silat
yang dia hapalkan selama ini di bawah tekanan lawan yang sangat tangguh,
meskipun keringat sudah membasahi seluruh tubuhnya, akan tetapi jurus serangan
dan perubahan gerak yang dipakai pun makin lama bertambah makin sempurna.
Waktu itu rambut Nyoo Hong leng sudah terurai tidak karuan, peluh membasahi
seluruh tubuhnya membuat pakaiannya basah kuyup, ibaratnya orang yang baru
naik dari dalam kolam, kendatipun demikian, dia masih tetap bertempur tiada
hentinya. Tiba-tiba ia berseru sambil tertawa :
664 "Hei toako, masih punya tenagakah kau untuk melanjutkan pertarungan ini... ?"
"Aku percaya masih sanggup untuk bertarung sebanyak berapa ratus jurus
gebrakan lagi, apakah kau sudah sangat lelah ?"
"Walaupun aku sudah merasa agak lelah, tapi semangat bertarungku justru makin
lama semakin berkobar."
"Dalam seratus gebrakan permulaan tadi, kau sudah menyambut sebagian besar
pukulan yang dilontarkan olehnya, maka dalam seratus gebrakan berikut ini sudah
sepantasnya kalau akulah yang menyumbangkan sedikit tenagaku."
Habis berkata, jurus pukulannya diperketat, benar juga dia telah menyambut
hampir sebagian besar pukulan yang dilepaskan Buyung Tiang kim...
Nyoo Hong leng dapat merasakan pula keadaan dari rekannya itu, dia merasa
didalam pertarungan sengit yang sedang berlangsung sekarang, Buyung Im seng
makin bertambah perkasa, perubahan jurus serangannya pun makin lama semakin
aneh dan hebat. Melihat hal mana, nona itu jadi berlega hati, maka disamping mengendorkan
serangannya membiarkan Buyung Im seng menyambut hampir sebagian besar
serangan yang dilancarkan pihak lawan, diam-diam ia mulai mengatur
pernapasannya untuk memulihkan kembali kesegaran badannya.
Tak selang berapa saat kemudian, ketiga orang itu sudah bertarung lagi sebanyak
lima puluh gebrakan. Ketika Buyung Tiang kim menyaksikan pertarungan yang telah berlangsung
hampir mencapai seratus lima puluhan jurus ini belum bisa diakhiri dengan suatu
kemenangan, bahkan bukan saja ia tak berkeyakinan tentang hasil pertarungan
nanti, malahan pihak lawan bertarung semakin nampak perkasa.
Dengan perasaan bergetar keras lantaran terperanjat, ia lantas berpikir :
"Bila aku tak dapat melukai parah salah seorang diantara dua orang musuh yang
sedang kuhadapi sekarang dalam dua ratus jurus mendatang, mungkin sulit bagiku
untuk meraih kemenangan dari pertarungan yang sedang berlangsung hari ini."
Ternyata disaat permulaan pertarungan itu dilangsungkan, dia merasa Nyoo Hong
leng selain memiliki kecerdasan otak yang luar biasa bahkan memiliki pula ilmu
silat yang jauh lebih tangguh dari pada kepandaian Buyung Im seng.
Asal ia sanggup melukai Nyoo Hong leng, kemudian baru menghadapi Buyung Im
seng, maka suasana pasti dapat dikuasai lebih gampang lagi.
Siapa tahu meski sudah bertarung ratusan gebrakan, kenyataannya Buyung Im
seng bertarung setangguh baja, makin bertarung semakin tangguh malahan secara
lamat-lamat dia berperasaan kalau kepandaian anak muda ini agaknya masih
berada di atas Nyoo Hong leng.
Kenyataan yang terbentang segera timbul niatnya untuk menyelesaikan
pertarungan ini secepat mungkin, jurus-jurus serangan yang tangguh dan
mematikan segera digunakan beruntun, dia berharap bisa melukai Buyung Im seng
lebih dahulu. 665 Siapa tahu justru sikapnya yang tak menentu dan berubah kesan kemari inilah,
selain memberi kesempatan yang sangat baik buat Buyung Im seng, juga memberi
kesempatan yang baik untuk Nyoo Hong leng.
oooOooo Pada umumnya kawanan jago lihai tentu memiliki dasar tenaga dalam yang
sempurna. Begitu Nyoo Hong leng memperoleh peluang untuk beristirahat, secara diam-diam
ia lantas mengatur pernapasannya untuk memulihkan kembali kesegaran
tubuhnya, benar ia tak bisa mengatur napas sambil berhenti bergerak hingga
kekuatan tubuhnya benar-benar pulih kembali seperti sedia kala, tapi justru
karena adanya kesempatan ini maka keletihan yang semula mencekam tubuhnya
sudah jauh berkurang. Tatkala dia merasa kemampuannya untuk bertempur telah pulih kembali, dengan
cepat sepasang telapak tangannya digetarkan semakin kencang, dari taktik
bertahan kini dia berubah menjadi posisi menyerang, serunya dengan lantang :
"Hai toako ! Dugaanku tidak salah bukan ?"
Agak tertegun Buyung Im seng menghadapi pertanyaan tersebut, dengan
keheranan ia bertanya : "Apa yang kau maksudkan ?"
Karena pikirannya bercabang, Buyung Tiang kim segera manfaatkan kesempatan
itu untuk menyarangkan kedua buah pukulannya, nyaris anak muda itu termakan
sodokan lawan. Dalam terkesiapnya buru-buru Buyung Im seng mengerahkan segenap perhatian
dan tenaganya untuk melakukan perlawanan.
Akhirnya setelah dibantu oleh Nyoo Hong leng dan melepaskan dua belas buah
pukulan berantai, mereka berhasil juga mengendalikan kembali posisi mereka yang
terdesak dan kritis tadi.
Sambil menghembuskan napas panjang dia pun berseru :
"Oooh, sungguh berbahaya sekali, kita tak boleh membiarkan dia merebut setitik
keuntungan pun dari kita."
"Kau hanya tahu berbicara, tak tahu bagaimana mesti mempergunakan otak, coba
kalau meniru caraku, tanggung jalan pikiranmu tak akan sampai bercabang,"
Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya.
"Tadi aku mengatakan kalau dia bukan Buyung Tiang kim yang asli, nampaknya
dugaanku itu tak bakal salah."
"Atas dasar apa kau berkata demikian ?"
"Semua kitab silatmu diperoleh dari kitab pusaka yang ditulis sendiri oleh
Buyung Tiang kim, seandainya dia benar-benar Buyung Tiang kim yang asli, masa tidak ia
ketahui bagaimana cara untuk mematahkan seranganmu itu " Padahal
kenyataannya dia seperti sama sekali tidak tahu menahu akan hal ini."
666 "Ucapan nona ada alasannya juga, yaa, betul, hampir saja aku terkecoh olehnya."
Mendadak ia merasakan semangatnya berkobar kembali, serangan-serangan yang
dilancarkan pun bertambah menghebat.
Terdengar Nyoo Hong leng berkata lagi :
"Bila kita berdua dapat berhasil menguasainya, rahasia yang meliputi perguruan
tiga malaikat ini pasti dapat kita ungkap sampai tuntas."
"Betul juga apa yang nona katakan."
Dalam pembicaraan yang berlangsung antara kedua orang itu, mereka saling
menambah semangat rekannya sehingga semangat bertarung mereka tampak
makin berkobar. Buyung Tiang kim sama sekali tidak menyangka kalau ilmu silat yang dimiliki
muda mudi ini demikian lihainya, bahkan kepandaian silat yang mereka berdua
miliki nampaknya mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam pertarungan itu.
Makin lama dia merasa gelagat semakin tidak menguntungkan, maka sesudah
melancarkan dua buah serangan gencar, mendadak tubuhnya melompat mundur
sejauh lima langkah dari posisi semula.
"Kenapa tidak bertarung lebih jauh ?" tegur Nyoo Hong leng sambil tertawa
hambar. "Hm, sekalipun pertarungan dilangsungkan lebih jauh, belum tentu kalian berdua
mempunyai kesempatan untuk menangkan diriku." sahut Buyung Tiang kim tawar.
"Kalau memang begitu, apa salahnya bila pertarungan dilanjutkan lebih jauh."
"Lohu segan bertarung lebih jauh dengan kalian berdua !"
"Kami tak sudi menyerahkan diri dengan begitu saja." sela Nyoo Hong leng cepat,
"kecuali menggunakan cara kekerasan, sebelum kau berhasil menangkan kami
berdua, rasanya tiada cara lain yang lebih baik lagi untukmu..."
Para muka Buyung Tiang kim berubah menjadi hijau membesi. Jelas dia sudah
dibikin gusar oleh ejekan dan sindiran dari Nyoo Hong leng itu, sambil tertawa
dingin serunya. "Aku mempunyai banyak kesempatan untuk membinasakan kalian berdua, tapi
mengingat hatiku memang bajik..."
Agaknya Nyoo Hong leng memang berniat memancing kobaran hawa amarahnya,
belum selesai orang itu berbicara, dia telah menukas dengan cepat :
"Hal ini hanya bisa menyalahkan dirimu yang kurang dalam kecerdasan, sehingga
perhitunganmu sama sekali meleset."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.
"Sekarang kami sudah berada dalam keadaan bahaya, soal mati hidup merupakan
suatu pertanyaan besar, bila kami dapat menangkan dirimu berarti kami akan
memperoleh harapan untuk melanjutkan hidup. Oleh karena itu kecuali kau dapat
membunuh kami berdua, kalau tidak, hari ini jangan harap bisa meninggalkan
ruangan batu ini." 667 "Baik ! Loloskan senjata kalian !" seru Buyung Tiang kim dengan amat geramnya.
Nyoo Hong leng memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, lalu berkata :
"Pedang kami telah ditahan di luar ruangan, berarti sekarang kami tidak
membawanya, cuma..."
Buyung Im seng berseru cepat dengan perasaan gelisah :
"Locianpwe, senjata tajam tak bermata, jika digunakan tentu ada yang jatuh
korban, apa gunanya mesti beradu jiwa ?"
"Hm, sungguh tak kusangka kau adalah seorang manusia pandai yang bisa
merahasiakan diri" ucap Buyung Tiang kim dingin, "setelah lohu tertipu satu
kali, tak nanti aku akan tertipu untuk kedua kalinya..."
Mendadak Nyoo Hong leng mengunci pintu ruangan tersebut, kemudian ujarnya
dengan wajah serius : "Toako, percuma banyak bicara, hati orang ini sekeras baja, jangan harap
perkataanmu dapat meluluhkan hatinya, terpaksa kita harus berjuang untuk
mempertahankan hidup dengan melangsungkan pertarungan mati hidup
melawannya." Mendadak tangannya merogoh ke saku, tahu-tahu dari balik celana dalamnya dia
telah mengeluarkan sebuah sarung pedang yang berwarna hijau muda.
Panjang sarung pedang itu hanya delapan inci dua hun. Itu berarti pedang yang
sudah diloloskan dari sarungnya hanya sepanjang delapan inci belaka. Ketika Nyoo
Hong leng menekan tombolnya, pedang pendek itu segera lolos dari sarungnya,
bahkan merupakan pedang jantan betina yang bersatu padu.
Tubuh pedang itu amat tipis, tetapi mendengungkan segulung hawa dingin yang
menggidikkan hati. Nyoo Hong leng memberikan sebilah pedang pendek yang jantan kepada Buyung Im
seng, kemudian berkata : "Ibuku pernah bilang bila jiwaku tidak benar-benar terancam, pedang ini tak
boleh digunakan secara sembarangan, sebab pedang ini membawa hawa jahat, setelah
diloloskan dari sarung, maka sebelum mengendus darah, senjata mana tak akan
masuk kembali ke dalam sarungnya. Hari ini situasi yang kritis telah memaksaku
mengeluarkan pedang ini, karena mati hidup kita benar-benar terancam.
Tampaknya sebelum darah berceceran, keadaan tak bakal berakhir."
Kemudian dia mengayunkan pedangnya menuding ke arah Buyung Tiang kim,
serunya : "Sekarang kau pun boleh meloloskan senjatamu."
Dengan sorot mata tajam Buyung Tiang kim mengawasi pedang pendek tersebut
tampak berkedip, sikapnya nampak tegang sekali.
Nyoo Hong leng berkerut kening, lalu bentaknya dengan suara nyaring :
668 "Jika kau tidak meloloskan senjatamu lagi, jangan salahkan kalau kami akan turun
lebih dulu !" Seperti baru mendusin dari impian, buru-buru Buyung Tiang kim berseru dengan
gugup. "Darimana kau peroleh pedang pendek ini ?"
Nyoo Hong leng tertawa hambar.
"Apakah kau ingin mengetahui riwayat pedang pendek ini ?"
"Benar !" "Darimanakah pedang pendek ini kudapatkan, mungkin hanya kau seorang yang
tahu, bila aku tidak mengatakannya, maka selama hidup jangan harap kau bisa
mengetahuinya, cuma aku masih mempunyai satu cara yang mungkin bisa
membuatku untuk membereskan keadaan yang sebenarnya."
"Bagaimanakah cara tersebut ?"
"Kau memberitahukan rahasia tentang perguruan tiga malaikat tersebut kepadaku
dan aku akan memberitahukan keadaan yang sebenarnya dari pedang pendek ini
kepadamu, dengan demikian kedua belah pihak sama-sama tidak menderita
kerugian." "Bagaimana caranya lohu bisa mempercayai dirimu " Kau si bocah perempuan
meski berusia sangat muda, namun liciknya bukan kepalang."
"Ya, sama-sama, akupun sama saja tak mempercayai dirimu, tapi hal tersebut
bukan merupakan sebuah simpul mati yang tak dapat dipecahkan, aku telah
menemukan sebuah cara untuk menyelesaikan persoalan ini."
"Aai... kau memang sangat pintar" seru Buyung Tiang kim, sesudah berseru
tertahan, "entah bagaimanakah caramu itu " Coba kau katakan lebih dulu kepada
lohu." "Kita seorang mengucapkan dua patah kata, masing-masing pihak pasti tak bakal
rugi." "Cara ini memang bagus sekali, hanya tidak kuketahui siapakah yang harus
berbicara lebih dulu."
"Mengapa ?" "Seluk beluk tentang perguruan tiga malaikat pasti rumit dan banyak perihal yang
pelik, berapa puluh patah kata tak mungkin bisa diselamatkan, berbeda dengan
riwayat pedang pendekku ini, hanya berapa patah kata saja segala sesuatunya
akan beres, mungkin saja kau baru berbicara sampai setengah jalan, aku telah
menyelesaikan penuturan ku."
"Coba kau hitung lebih dahulu, kurang lebih berapa patah kata yang kau butuhkan
untuk menjelaskan riwayat pedang pendekmu itu ?"
Nyoo Hong leng berpikir sebentar, kemudian sahutnya,
"Lebih kurang puluhan patah kata, aku rasa segala sesuatunya sudah dapat dibikin
jelas." 669 "Baik ! Kalau begitu lohu akan berbicara lebih dahulu."
"Tunggu sebentar," mendadak Nyoo Hong leng kembali berseru.
"Hm ! Kau si budak kecil memang paling banyak permainan busuknya...."
"Kau harus ingat baik-baik, meskipun pembicaraan ini dimulai dari kau, jika
ucapanmu tidak benar dan memutar balikkan fakta, maka jangan harap kau bisa
mendengar sesuatu keterangan dari mulutku."
"Lohu telah mencoba kelihaianmu itu" sahut Buyung Tiang kim.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Lohu dengan dua orang yang lain bekerja sama menciptakan perguruan tiga
malaikat ini." Kemudian setelah mendehem pelan, dia meneruskan :
"Keterangan lohu ini cukup jelas bukan ?"
Nyoo Hong leng termenung sejenak, kemudian berganti dia yang memberi
keterangan tentang pedangnya, ia berkata begini :
"Pedang pendekku ini terbagi menjadi pedang jantan dan pedang betina,
keduaduanya tersimpan didalam sebuah sarung."
Mendengar ucapan mana, Buyung Tiang kim segera berkerut kening, serunya
cepat. "Walaupun kau memberi keterangan cukup jelas, namun apa yang kau terangkan
itu diketahui pula setiap orang."
"Itukan cuma pembukaannya saja ! Tentu tak bisa dianggap sebagai suatu rahasia
besar. Apalagi kau sendiripun hanya mengucapkan basa basi belaka dalam
permulaan keteranganmu tadi, itu namanya setali tiga uang, kita sama-sama tak
bakal menderita kerugian."
"Kami bertiga mempunyai kedudukan yang jauh berbeda," Buyung Tiang kim


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melanjutkan kembali keterangannya, "yakni seorang pendeta, seorang tojin dan
seorang preman, orang yang preman itu tak lain adalah lohu sendiri."
Sekarang gantian Nyoo Hong leng yang memberi keterangan :
"Sepasang pedang jantan betinaku ini kuperoleh dari hadiah seorang cianpwe dunia
persilatan, tokoh persilatan yang baik hati itu adalah seorang perempuan."
"Siapakah nama perempuan itu ?"
"Maaf, aku sudah menyelesaikan kedua patah kata yang wajib kuucapkan..."
"Aaah !" Buyung Tiang kim berseru tertahan, "kau masih membutuhkan berapa
kali bicara untuk menyelesaikan semua keteranganmu itu ?"
Nyoo Hong leng tertawa hambar.
"Itu mah tergantung pada dirimu sendiri, seandainya keteranganmu cukup jelas
dan memuaskan, siapa tahu aku hanya membutuhkan dua kali kesempatan
berbicara untuk menyelesaikan keteranganku itu " Tapi bila keteranganmu sendiri
670 tidak jelas dan berusaha untuk memutar balikkan keadaan, siapa tahu kalau
keteranganku itu tak pernah akan selesai."
"Padahal lohu hanya ingin memahami dua hal itu" ucap Buyung Tiang kim
kemudian. "Aku mengerti !"
"Budak yang pandai bersilat lidah, katakanlah apa yang lohu ingin ketahui itu
secepat mungkin !" "Aku mengerti persoalan apa yang hendak kau tanyakan, pertama bukankah kau
ingin mengetahui siapakah orang yang menghadiahkan pedang pendek ini
kepadaku dan kedua, kau ingin mengetahui dia berada dimana sekarang, bukan
demikian ?" Buyung Tiang kim tertegun untuk beberapa saat lamanya, lalu mengangguk
berulang kali. "Betul, betul !"
Dengan paras muka amat serius Nyoo Hong leng berkata :
"Kau tidak seharusnya memaksa aku untuk bersantap, kaupun tidak seharusnya
membawa dirimu masuk ke dalam suasana yang terjepit seperti ini, sekarang lebih
baik tak usah membeberkan rahasia tentang perguruan tiga malaikat, kalau tidak,
jangan harap kau dapat mengetahui rahasia yang ingin kau ketahui itu."
Buyung Tiang kim manggut-manggut.
"Sewaktu kami mendirikan perguruan tiga malaikat, tujuannya semula adalah
mulia, kami berharap dapat menciptakan suatu kekuatan yang sangat besar dan
istimewa di dalam dunia persilatan hingga dapat menggetarkan seluruh sungai
telaga, kami pun berharap semua pertikaian dan persengketaan yang seringkali
terjadi dalam dunia persilatan bisa dihindari, agar dunia persilatan selalu
berada dalam keadaan damai, tentram, jauh dari persengketaan dan balas membalas yang
berakibat banyak korban berjatuhan."
Mendengar sampai di situ, Nyoo Hong leng lantas berkata :
"Kali ini keterangan yang kau ucapkan memang tidak hanya dua tiga patah kata
saja, namun isinya justru amat miskin, bila kita terus bersilat lidah dengan
cara semacam ini, berbincang semalam suntuk pun belum tentu dapat diperoleh suatu
keterangan secara lengkap."
"Lantas bagaimana menurut kehendak nona ?"
"Lebih baik kita bertukar cara saja."
"Baik akan kudengarkan penjelasanmu yang sebenarnya."
"Kedua belah pihak harus memberikan keterangan dengan sejujurnya dan setulus
hati mungkin, masing-masing pihak tidak boleh bersilat lidah dengan kata-kata
yang bernada diplomatis, kalau bisa dalam tiga sampai lima patah kata segala
sesuatunya sudah menjadi jelas.:
"Bagus sekali ! Bagus sekali ! Tapi siapakah diantara kita yang harus mulai
berbicara lebih dulu ?"
671 "Kali ini tentu saja kau yang bertanya lebih dahulu."
"Ehmm, memang sangat adil !"
Sesudah berhenti sejenak, Buyung Tiang kim mulai bertanya :
"Orang yang menghadiahkan pedang jantan dan betina ini, kini berada dimana ?"
"Dia berada di lembah May-hoa-kok di tebing Sian-soat-nia !"
"Lembah May-hoa-kok " Mengapa lohu belum pernah mengetahui letak lembah
tersebut." "Soal itu mah terpaksa harus kau tunggu sampai tiba giliranmu untuk bertanya
nanti !" Setelah berhenti sebentar, gadis itu melanjutkan :
"Dimanakah si pendeta dan si tosu yang bekerja sama denganmu mendirikan
perguruan tiga malaikat tersebut sekarang ?"
"Suatu pertanyaan yang sangat bagus, sekarang mereka masih tetap berada di
dalam kota batu di bawah tanah ini"
"Ooh... mereka terjebak oleh siasatmu dan disekap ditempat ini.. ?"
Buyung Tiang kim tidak menjawab pertanyaan itu, dia segera mengajukan
pertanyaannya lagi : "Dimanakah letak lembah May-hoa-kok tebing Sian-soat-nia tersebut ?"
"Eee... bagaimana ini " Apakah ucapanmu tersebut dianggap pula sebagai sebuah
jawaban ?" "Jawabanku sudah kuberikan sejelas-jelasnya. Asal kau mau berpikir sebentar
dengan mempergunakan otak, seharusnya hal mana bisa kau ketahui dengan amat
jelas." Kemudian setelah termenung dan berpikir sebentar, dia bertanya lagi :
"Kau bilang dia gemar sekali menanam bunga."
"Baiklah", kata si nona kemudian, "biar aku yang rugi sedikit dengan memberi
keterangan lebih lengkap kepadamu."
Sesudah termenung beberapa waktu, dia melanjutkan :
"Tebing Sian-soat-nia terletak di atas tanah perbukitan karang yang tandus dan
curam, dimanapun dapat mengubur bunga?"
"Mengapa begitu ?" tanya Buyung Tiang kim.
"Locianpwe yang menghadiahkan pedang pendek tersebut kepadaku sangat gemar
bebungaan, oleh karena itu setiap bunga mulai layu dan berguguran di atas tanah,
diapun membawa cangkul dan keranjang untuk menjelajahi seluruh lembah untuk
mengubur bunga-bunga yang telah berguguran ke atas tanah, itulah sebabnya
lembah yang dihuni olehnya dinamakan lembah pengubur bunga.
"Ooh.. kiranya begitu."
672 Sekarang tiba giliran Nyoo Hong leng yang bertanya :
"Pendeta dan tosu yang bersama-samamu mendirikan tiga malaikat apakah masih
sehat walafiat sampai sekarang ?"
"Benar, mereka masih tetap hidup segar sampai sekarang."
"Aku sudah mengerti. Mungkin lantaran cita-cita kalian semula sewaktu
mendirikan perguruan tiga malaikat adalah kebajikan dan bertujuan mulia,
selanjutnya pandangan masing-masing pihak berbeda, maka kaupun menyekap
mereka ditempat ini, apakah begitu ?"
Buyung Tiang kim termenung lagi sesaat, kemudian katanya :
"Baiklah ! Lohu pun menderita sedikit kerugian, kau berhasil menebaknya secara
jitu." Nyoo Hong leng tersenyum.
"Sekarang giliranku yang bertanya"
"Siapakah nama orang yang menghadiahkan sepasang pedang kepadamu...?"
"Dia she Tian bernama Ciat yok !"
"Tak bakal salahkan nama tersebut,"
"Nama tersebut bukan samaran, melainkan nama sesungguhnya dari orang itu."
"Baik ! Sekarang giliran kau yang bertanya."
"Benarkah kau Buyung Tiang kim yang asli ?"
Tampaknya pertanyaan tersebut benar-benar merupakan suatu pertanyaan yang
sangat telak, Buyung Tiang kim jadi tertegun dan untuk sesaat lamanya tak
mampu mengucapkan sepatah katapun.
Dengan suara lembut Nyoo Hong leng segera berkata, "Apa yang kuberitahukan
kepadamu semuanya adalah kata-kata sejujurnya, maka kaupun tak boleh
membohongi aku." "Kau budak cilik benar-benar pintarnya bukan kepalang, sekalipun lohu ingin
membohongi dirimu, rasanya juga belum tentu bisa berhasil..."
"Aah, kalau begitu mengakulah secara berterus terang."
"Lohu bisa mengatakan kalau bukan...." kata Buyung Tiang kim pelan.
Selama ini Buyung Im seng memperhatikan terus perkataan lawan, terutama
ucapan yang terakhir ini, dengan cepat ia menimbrung :
"Mengapa kau harus menyaru sebagai Buyung Tiang kim ?"
"Aku sedang berbincang-bincang dengan nona Nyoo, lebih baik kau tutup mulut !"
tukas Buyung Tiang kim dingin.
Nyoo Hong leng menjadi marah.
"Aku lihat, lebih baik kita tak usah melanjutkan perbincangan ini lagi..."
"Mengapa ?" 673 "Aku tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan " Boleh dibilang bukan itu !"
"Beritahu dulu kepadaku, apa hubunganmu dengan Thian Ciat yok tersebut.
Kemudian lohu baru mengungkapkan latar belakang dari peristiwa ini..."
"Dia adalah ibuku."
"Seharusnya lohu sudah dapat menduga ke situ."
"Aku rasa pertanyaanmu sudah habis kau tanyakan, bila kau adalah seorang yang
memegang janji, sekarang boleh kau ungkapkan latar belakang dari persoalan ini,
tapi kalau kau menganggap dirimu adalah seseorang yang tidak usah memegang
janji, maka kau pun tak usah mengungkap hal mana. Padahal kau hendak
berbicara atau tidak, hal tersebut sudah bukan suatu hal yang penting lagi,"
"Mengapa ?" "Sebab sekalipun tidak kau katakan, akupun dapat menduga enam tujuh puluh
persen diantaranya, tentu saja dibalik kesemuanya itu masih terdapat banyak
halhal yang tak mungkin bisa kutebak."
"Ehmm, kalau begitu coba kau katakan dahulu !"
"Pertama, aku berani memastikan kalau kau bukan Buyung Tiang kim yang asli."
Buyung Tiang kim tertawa hambar.
"Lanjutkan. Asal kau benar-benar bisa menduga garis besarnya, andaikata
diantaranya terdapat hal-hal yang kurang, lohu bersedia untuk menambahkannya,
cuma..." "Cuma kenapa ?"
"Seandainya kalau salah, lohu pun tak akan menyambung apa-apa."
"Baiklah, mari kita coba."
"Lohu akan mendengarkan dengan seksama."
"Kalian bertiga yang menyaksikan dunia persilatan penuh dengan pertikaian dan
pembunuhan, maka timbullah niat bajik untuk mendirikan perguruan tiga
malaikat, maksudnya untuk melenyapkan pertikaian yang terjadi dalam dunia
persilatan, hingga pembunuhan dan pertikaian yang tidak diperlukan bisa
dihindari." Buyung Tiang kim manggut-manggut.
"Semula tujuan lohu memang demikian !"
"Tapi kemudian kau telah berubah, karena kedua orang rekanmu tidak bersedia
menyelewengkan cita-cita dan tujuan yang semula ketika mendirikan perguruan
tiga malaikat tersebut, maka kaupun menggunakan cara keji menyekap mereka
berdua di sini, bahkan dijebloskan ke dalam kota batu di bawah tanah.
Buyung Tiang kim segera tersenyum.
"Kau hanya berhasil menebak benar separuh, sebab orang yang mula-mula ingin
menyelewengkan cita-cita dan tujuan semula dalam mendirikan perguruan tiga
malaikat bukanlah lohu !"
674 "Bukan kau " Lantas siapa ?" seru Nyoo Hong leng dengan kening berkerut
kencang. "Soal ini lebih baik nona duga sendiri." Buyung Tiang kim tertawa.
"Peraturan partai Siau-lim selamanya ketat dan disiplinnya tinggi, ilmu silat
perguruan inipun terhitung paling top dan paling berjasa dalam usaha mendirikan
perguruan tiga malaikat ini, itu berarti orang yang berasal dari kuil Siau-lim-
si ini mempunyai kedudukan amat tinggi, menurut dugaanku, sudah pasti orang tersebut
bukan seorang hwesio dari Siau-lim-pay."
"Lagi-lagi tembakannya tepat sekali, dari kami bertiga, lohu tidak bermaksud
menyeleweng tujuan perguruan, pendeta agung dari Siau lim pay pun tidak, berarti
orang itu adalah pihak yang ketiga, cuma siapakah aku rasa tak usah diterangkan
lagi. Namun lohu merasa heran, pendeta dikolong langit ini berjumlah puluhan
ribu, dan sebagian besar tidak termasuk anggota Siau-lim, darimana kau yakin
jika pendeta itu berasal dari perguruan Siau-lim ?"
"Jika aku disuruh menjawab sejujurnya maka jawabanku adalah untung-untungan
saja. Karena pendeta dari Siau-lim-si paling tidak mempunyai kemungkinan yang
jauh lebih besar daripada orang lain."
"Lanjutkan perkataanmu !"
Jelas perubahan dibalik kejadian tersebut membuat Nyoo Hong leng merasa
kesulitan untuk menjawab lebih jauh, setelah termenung sampai lama sekali, dia
baru melanjutkan. "Kau tak ingin cita-cita dan tujuan semula sewaktu mendirikan perguruan tiga
malaikat diselewengkan orang maka kaupun mencelakai mereka, akan tetapi
setelah kau berhasil mengendalikan perguruan tiga malaikat seorang diri, kau
sendiripun turut berubah, kau berambisi untuk menguasai seluruh jagad dan
memerintah semua umat persilatan, bukankah demikian ?"
"Kali ini dugaanmu hampir sebagian besar benar, tapi diantaranya masih terjadi
lagi suatu peristiwa lain yang menyebabkan aku segera merubah tujuanku semula."
"Sudah kukatakan tadi, diantaranya mungkin saja terjadi peristiwa-peristiwa
lain, dan aku tak mungkin bisa menebak seluruh peristiwa kecil tersebut."
"Maka dari itulah lohu harus memberikan keterangan tambahan, yakni aku
terpengaruh oleh seorang perempuan."
Ketika berkata sampai di situ, sepasang matanya segera dialihkan ke atas pedang
pendek yang berada ditangan Nyoo Hong leng itu.
Menyaksikan tindak tanduk orang, Nyoo Hong leng merasakan hatinya bergetar
keras, serunya kemudian :
"Apakah perempuan itu ada hubungannya dengan pedang pendek ini ?"
"Lohu hanya bilang, ketika itu perempuan tersebut memang membawa sepasang
pedang pendek tersebut, tapi pedang adalah benda, bisa jadi dia akan berganti
pemilik, maka sebelum berjumpa dengan orang itu, lohu tak berani memastikan."
675 "Ehmm, agak bisa diterima dengan akal ucapanmu itu !"
"Baiklah, sekarang kau boleh melanjutkan perkataanmu, cuma lohu tak bisa
selamanya tetap tinggal di sini."
"Keadaan secara garis besarnya sudah kuketahui, hanya ada satu hal yang masih
tak aku pahami." "Dalam hal apa ?"
Buyung Tiang kim mengangkat kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, suaranya
nyaring dan menggema sampai lama sekali.
Begitu ia tertawa, kontan Nyoo Hong leng yang cerdas dan cekatan ini dibuat
kebingungan setengah mati dan tidak habis mengerti, akhirnya karena tak tahan
diapun menegur : "Apa yang kau tertawakan ?"
"Sesungguhnya hal ini tak sulit diduga cuma kemungkinan yang terselip dibalik
peristiwa itu kelewat banyak, hingga kalau harus ditebak sudah pasti akan
membuang banyak waktu."
Buyung Tiang kim segera tertawa.
"Nona sudah pernah jumpa dengan Buyung Tiang kim ?"
"Belum pernah>"
Kemudian sambil berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, dia
bertanya : "Toako, masih ingatkah kau dengan raut wajah ayahmu ?"
Buyung Im seng segera menggeleng.
"Kami ayah dan anak belum pernah jumpa muka, aaii... seandainya salah seorang
saja diantara ketiga orang pamanku ada yang hadir di sini, niscaya dalam sekejap
mata dapat mengenali identitasnya."
"Dalam kota batu di bawah tanah ini tersekap puluhan orang lihai yang termasyhur
namanya dalam dunia persilatan, tetapi tiada seorang pun yang memahami
identitas lohu." "Kalau begitu, hanya kau sendiri yang dapat mengatakan hal ini."
"Budak, tak nyana kecerdasanmu hanya terbatas sampai di sini saja, lohu tak akan
beradu mulut dengan kalian lagi."


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nyoo Hong leng segera tertawa dingin.
"Sayang sekali kau sudah tidak dapat meloloskan diri dari sini lagi" serunya.
"Jadi kalian benar-benar hendak menghalangi kepergian lohu ?"
"Kalau tidak percaya silahkan saja dicoba sendiri, sebelum kami meninggalkan
tempat ini, jangan harap kaupun bisa meninggalkan tempat ini."
Buyung Tiang kim menggetarkan pedangnya, mendadak terlintas cahaya perak
yang membelah ke tengah angkasa.
676 Nyoo Hong leng menggerakkan pula pedang pendeknya untuk menangkis "Traaang
!" suatu benturan nyaring yang memekakkan telinga berkumandang memecahkan
keheningan, tahu-tahu ia telah menangkis datangnya ancaman itu.
Buyung Tiang kim kembali menggetarkan pedangnya kesana kemari, dalam waktu
sekejap dia melancarkan lagi tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Ketiga buah serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan amat dahsyatnya.
Nyoo Hong leng yang menggunakan senjata kelewat pendek sulit untuk
membendung ancaman tersebut dia segera terdesak sampai mundur beberapa
langkah. Buyung Im seng membentak keras, dia maju sambil melancarkan serangan. Dalam
waktu singkat ketiga orang itu sudah terlibat dalam suatu pertempuran yang amat
seru. Hawa pedang segera mengembang dalam seluruh ruangan batu, cahaya kilat
beterbangan kemana-mana dan menyilaukan mata, benar-benar suatu pertarungan
yang mengerikan hati. Sekalipun jurus serangan yang digunakan Buyung Tiang kim rata-rata sangat
tangguh dan hebat, akan tetapi setelah dikerubuti oleh Nyoo Hong leng dan Buyung
Im seng yang menyerang dengan sepenuh tenaga, meski dua ratus gebrakan sudah
lewat, nyatanya menang kalah masih belum bisa ditentukan.
Sekarang Buyung Tiang kim baru benar-benar merasakan kelihaian dari kerja
sama muda mudi itu. Pedang pendek Nyoo Hong leng lebih mengutamakan kelincahan serta kegesitan di
dalam gerakan, sebaliknya Buyung Im seng lebih mengutamakan kesempurnaan
tenaga dan kemantapan dalam melancarkan serangan, kerja sama yang amat jitu
dari kedua orang ini dengan persis berhasil saling menutupi kekurangan kedua
belah pihak hingga terciptalah suatu kerja sama yang amat sempurna.
(Bersambung ke Jilid 33) 677 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 33 Lima puluh jurus kembali lewat, sekarang Buyung Tiang kim telah yakin kalau dia
tak akan berhasil menaklukan kedua orang itu dalam permainan ilmu pedang dan
ilmu pukulan, kina satu-satunya cara yang masih bisa diandalkan adalah
mengandalkan tenaga dalam yang sempurna untuk melukai salah seorang
diantaranya, asal salah satu diantara mereka sudah terluka, maka kesempatan
untuk meraih kemenangan akan segera terbuka.
Namun kerja sama kedua orang itu benar-benar amat lihai, mereka selalu berusaha
keras menghindarkan diri dari suatu pertarungan adu kekerasan dengan Buyung
Tiang kim. Apa yang diucapkan Nyoo Hong leng tadi memang benar, seandainya tidak terjadi
suatu kejutan, sulit bagi Buyung Tiang kim untuk menerjang keluar dari ruangan
batu itu. Peristiwa yang sama sekali di luar dugaan ini kontan membuat Buyung Tiang kim
merasa amat menyesal, dia menyesal tidak seharusnya menitahkan dua orang
dayangnya pergi jauh. Seandainya kedua orang dayang tersebut masih berjaga di luar pintu, maka
pertarungan sengit yang tidak menguntungkan semacam ini pasti bisa diselesaikan,
tanpa disuruh pun mereka pasti akan pergi mencari bala bantuan.
Asal ada orang yang sanggup menghadapi Nyoo Hong leng atau Buyung Im seng
sebanyak sepuluh jurus saja, dia pasti bisa memanfaatkan kesempatan selama
sepuluh jurus itu untuk melukai salah seorang diantara mereka berdua, dan bila
ini sampai berhasil, niscaya situasinya akan mengalami perubahan besar.
Sebenarnya dia ingin berteriak memanggil datang kedua orang dayangnya tapi
diapun merasa cara seperti ini hanya akan menurunkan derajatnya dimata orang,
apa lagi Nyoo Hong leng telah menutup rapat pintu ruangan tersebut, apakah
678 kedua orang dayangnya bisa mendengar suara panggilannya masih merupakan
sebuah tanda tanya besar.
Karena ingatan mana melintas dalam benaknya, tanpa terasa perhatiannya
menjadi bercabang, seketika itu juga Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng
memanfaatkan peluang itu untuk menyerang lebih gencar dan berusaha merebut
posisi yang lebih menguntungkan.
Sepasang pedang bergerak kian kemari, tekanan diperhebat beberapa kali lipat,
seketika itu juga dia kena didesak mundur sejauh lima langkah ke belakang.
Buyung Tiang kim benar-benar merasa amat terperanjat, buru-buru dia
menenangkan hatinya, kemudian dengan sepenuh tenaga melancarkan lima buah
serangan balasan. Setelah bersusah payah, akhirnya dia berhasil juga memaksakan suatu posisi yang
seimbang dengan lawan-lawannya.
Kini kedua belah pihak sama-sama telah mengerahkan segenap kepandaian silat
serta tenaga dalam yang dimilikinya hingga mencapai puncak yang dimiliki, dalam
keadaan seperti ini kedua belah pihak sama-sama tak berhasil memaksakan
musuhnya untuk mundur lagi.
Justru selisih yang kecil diantara mereka berdualah yang bakal menentukan kunci
dari menang dan kalah berhasil pertarungan ini.
Mendadak Buyung Tiang kim membentak dengan suara menggeledek:
"Tahan !" Dia menarik serangannya lebih dulu sambil melompat mundur ke belakang...
Nyoo Hong leng memandang sekejap sekitar tempat itu, melihat kunci besi pada
pintu ruangan masih terpantek seperti semula, dia lantas berkata :
"Mereka tak mungkin bisa mendengar suara bentakanmu itu, kendatipun bisa
mendengar juga tak mungkin bisa memasuki tempat ini."
Diam-diam Buyung Tiang kim merasa terperanjat sekali, pikirnya :
"Budak ini benar-benar lihai sekali, setiap langkah setiap tindakan dia selalu
berhasil merebut posisi yang lebih menguntungkan."
"Kendatipun demikian, di luar wajahnya dia masih tetap mempertahankan
ketenangannya seperti semula," serunya.
"Budak cilik, kau berlagak sok pintar saja !"
Nyoo Hong leng sama sekali tidak memperdulikan ucapan Buyung Tiang kim, dia
berpaling dan katanya kepada Buyung Im seng.
"Ooh toako ! Tadi aku bilang dia bukan Buyung Tiang kim yang asli, sekarang
tentunya kau sudah percaya bukan ?"
"Ya, tampaknya mau tak mau harus mempercayai kenyataan tersebut...."
"Sekarang aku sudah mendapatkan sebuah cara yang baik untuk membunuh dia,
apakah kau tega untuk turun tangan ?"
679 "Soal ini, soal ini..."
"Cara terbaik tak mungkin bisa dicoba, oleh karena itu sebelum diputuskan harus
kau pikirkan dulu masak-masak."
"Mengapa ?" "Sebab kesempatan untuk meraih kemenangan hanya ditentukan dalam waktu
singkat, jika kau tak tega turun tangan, maka aku akan segera terluka atau
bahkan tewas di ujung pedangnya, bila aku tak mampu bertempur lagi maka kau
sendiripun tak akan mampu bertahan sepuluh gebrakan lagi.."
"Lohu tidak percaya ada kejadian seperti ini" seru Buyung Tiang kim dengan
gusar. "Asal Buyung toako setuju dan tega untuk turun tangan, kita dapat segera
membuktikannya." Sementara itu Buyung Ting kim sendiripun sedang memutar otak dan berusaha
menemukan cara terbaik untuk menghadapi kedua orang lawannya, sebelum cara
tersebut berhasil ditemukan, terpaksa dia harus menyadarkan diri sambil berusaha
mengulur waktu sebisa mungkin, maka katanya kemudian :
"Tak usah dicoba lagi, soal kau mengutarakan dengan kata-kata, sanggup atau
tidak melukai lohu, dalam hati kecilku pasti akan lebih mengerti.."
Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sejenak lalu katanya :
"Boleh saja kau memberitahukan hal ini kepadamu, cuma ada sebuah syarat yang
harus kau penuhi." "Baiklah, lohu mengabulkan !"
"Kau toh masih belum mengetahui syarat apakah yang hendak kuajukan. Mengapa
belum tahu sudah setuju lebih dulu ?" tanya Nyoo Hong leng keheranan.
"Aaah, paling-paling yang kau inginkan hanyalah mengungkap latar belakang dari
perguruan tiga malaikat ku serta betul atau tidaknya aku sebagai Buyung Tiang
kim" "Itu mah sudah tak ada gunanya lagi" tukas Nyoo Hong leng sambil menggeleng.
Di dalam anggapan Buyung Tiang kim, dugaannya kali ini pasti akan berhasil
dengan tepat, siapa sangka Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya sambil
menyangkal, kenyataan ini membuat hatinya tercengang dan keheranan.
"Mengapa ?" tanyanya kemudian.
"Keadaan secara garis besarnya telah kupahami, yang kurang tak lebih hanya
urusan kecil, kami bisa mencari bukti sendiri akan hal tersebut."
"Kalau memang begitu, lohu memohon petunjukmu."
"Kepandaian silat yang kau miliki tidak terhitung kelewat tinggi, buktinya
tenaga gabungan kami berduapun bisa memaksakan suatu keadaan seimbang dengan
dirimu, tetapi tenaga gabungan kami berdua justru tak pernah berhasil menangkan
Khong Bu siang, sehingga aku menjadi tidak habis mengerti dengan cara apakah
kau berhasil menjaring begitu banyak jago persilatan yang berilmu tinggi dan
680 menyekapnya dalam perguruan tiga malaikat ini, bahkan tanpa membelenggu
tubuh mereka atau mengikat kaki mereka, tak seorangpun diantara mereka yang
bersedia melarikan diri meninggalkan tempat ini ?"
Buyung Tiang kim segera tertawa.
"Haah... haaah... haah.. suatu pertanyaan yang bagus, disinilah baru terletak
rahasia yang sebenarnya dari perguruan tiga malaikat."
"Apakah kau kuatir rahasia ini sampai bocor ?"
"Lohu boleh saja memberitahukan hal ini kepadamu, pernahkah kalian dengar
tentang C- sim-sut (ilmu menguasai hati) ?"
"Ilmu menguasai hati " Apakah termasuk sejenis ilmu silat ?" tanya Buyung Im
seng. "Boleh dibilang begitu, tapi bisa juga dibilang bukan, karena ilmu menguasai
hati ini tiada hubungannya sama sekali dengan tinggi rendahnya tenaga dalam
seseorang. Mungkin kalian sudah pernah mendengar, setiap hari tanpa mereka
sadari orang-orang itu telah makan sejenis racun obat yang mempunyai daya kerja
lambat ?" "Benar, soal itu memang pernah kami dengar."
"Orang yang lihai dalam ilmu obat-obatan, paling banter mereka hanya sanggup
membuat racun obat yang bisa memperpanjang daya kerja racunnya selama dua
tiga tahun, orang yang memiliki tenaga dalam sempurna juga sanggup untuk
menghimpun racun yang ditelannya untuk terpusatkan di salah satu bagian
tubuhnya atau mungkin dengan melakukan pembedahan racun yang sudah
terpusatkan itu berhasil dikerahkan keluar, tapi jika di dunia ini terdapat
racun obat yang tak usah kuatir bisa bekerja pada puluhan tahun kemudian maka racun
semacam itu tak bisa dikatakan sebagai racun lagi."
"Ya, masuk diakal, locianpwe memang benar-benar memiliki kepandaian melebihi
orang lain." Buyung Tiang kim tertawa.
"Inilah pujianmu yang pertama kalinya kepada lohu semenjak kita saling bertemu
muka." "Bila kau mempunyai kepandaian yang cukup membuat orang kagum, tentu saja
kami akan menyatakan kekaguman kami."
"Mereka rela tinggal di sini karena mereka sadar kepergiannya meninggalkan
tempat berarti kematian, semuanya terpengaruh oleh ilmu menguasai hati
tersebut." "Tidak masuk akal dan sukar membuat orang percaya," pekik Nyoo Hong leng
dengan wajah tak puas, "sebab kawanan jago lihai itu mempunyai ketenangan dan
iman yang tebal, seandainya di dunia ini betul-betul terdapat ilmu menguasai
hati, seharusnya kepandaian mana termasuk dalam bangsa ilmu pembingung sukma
atau lain sebagainya, mana mungkin kepandaian macam begitu dapat menguasai
jago persilatan." 681 "Ilmu silat luasnya melebihi samudra, dengan usiamu yang begitu muda, meski
memiliki kecerdasan yang luar biasa, toh pengetahuanmu masih tetap terbatas."
Nyoo Hong leng tertawa hambar.
"Menurut perkataanmu, orang-orang yang hidup dikata batu bawah tanah ini
kebanyakan dikendalikan oleh ilmu menguasai hati tersebut ?"
"Apakah kau tidak mempercayai akan hal ini ?"
"Benar, aku tidak percaya, sekarang aku berdiri tegak di hadapanmu, seandainya
ilmu menguasai hatimu memang betul-betul manjur, tak ada salahnya jika kau
cobakan pada diriku."
"Nona Nyoo, kau...." pekik Buyung Im seng.
Nyoo Hong leng tertawa, tukasnya :
"Kau tak usah mengurusi aku, aku ingin sekali mencoba sampai dimanakah
kelihaian dari ilmu menguasai hatinya."
"Jika nona tidak menyesal, tak ada salahnya jika kita mencobanya sekarang juga,"
kata Buyung Tiang kim. Nyoo Hong leng tidak ambil perduli perkataan dari Buyung Tiang kim tersebut, dia
hanya membisikkan sesuatu di sisi telinga Buyung Im seng.
Mendengar bisikan mana, Buyung Im seng manggut-manggut, lalu kemudian
pelan-pelan berjalan ke samping dan mundur sejauh tiga langkah.
Buyung Tiang-kim menjadi curiga setelah menyaksikan kejadian tersebut, segera
tegurnya : "Permainan busuk apakah yang hendak kalian siapkan ?"
"Sekarang kita saling berhadapan sebagai musuh, bukan saja harus beradu tenaga
juga harus beradu kecerdasan. Aku tidak percaya kalau kau pandai ilmu menguasai
hati, tetapi bila ilmu silatku bisa mencapai suatu keadaan tertentu maka aku
bisa membunuh orang dari jarak berapa depa, bahkan akupun dapat meminjam benda
untuk menyalurkan tenaga, melukai orang tanpa wujud, oleh sebab itu mau tak
mau aku harus melakukan persiapan yang matang."
"Oooh.... persiapan macam apakah yang hendak kalian lakukan ?" tanya Buyung
Tiang kim lagi. "Kalau sampai hal ini kukatakan kepadamu, lantas apa gunanya semua persiapan
kami ?" Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan :
"Aku hendak mencoba ilmu menguasaimu, apa pula yang harus kulakukan
sekarang ?" "Jadi nona bersikeras hendak mencobanya ?"
"Benar, aku bertekad untuk mencobanya, karena di dunia ini pada hakekatnya tak
mungkin terdapat kepandaian silat macam begini."
682 Setelah membereskan rambutnya yang kusut, pelan-pelan ia melanjutkan lebih
jauh : "Sekarang kau sudah tua, kemungkinan untuk memanfaatkan bakat alam sudah
ada batasnya, kecerdasanmu pun sudah mundur, jika kami bisa bertarung tiga hari
lagi dalam ruangan ini, mungkin saja dengan mudah kau bisa kubunuh,
kesempatan bagi kami untuk menderita kalah pun makin lama semakin kecil, akan
tetapi suatu kesempatan kalah bagimu justru kian lama kian besar, kau pasti
mengerti juga bukan, jikalau di dunia ini benar-benar terdapat ilmu menguasai
hati maka detik ini adalah salah satunya kesempatan yang terbaik bagimu."
Paras muka Buyung Tiang kim berubah menjadi amat serius, dia membungkam
dalam seribu bahasa. "Sebaliknya jika kita tak mendapat makan dan minuman, maka dalam dua belas
jam kemudian kemungkinan besar kami berhasil menangkan dirimu secara mudah"
sambung Nyoo Hong leng. "Hmmm, jangankan lohu sudah mempunyai persiapan lain," kata Buyung Tiang


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kim dingin, "sekalipun kalian benar-benar berhasil membinasakan lohu, kalian
sendiripun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat."
Ketika Nyoo Hong leng menyaksikan serangan batinnya berhasil mendatangkan
hasil dan menyaksikan semangat serta kegagahannya makin mengendor, diamdiam
Nyoo Hong leng merasa gembira.
Namun rasa gembiranya itu tidak sampai di atas wajahnya malah dengan suara
dingin dia membentak : "Orang yang hampir mati biasanya berbicara yang jujur dan mulia, bila kau sudah
yakin bahwa kematian telah berada diambang pintu maka saat itulah rahasia yang
akan terungkap dengan sendirinya dari mulutmu."
Mendadak terdengar suara gedoran pintu yang amat keras bergema datang,
tampaknya orang yang memukul-mukul pintu batu tersebut dari luar.
Sambil tertawa dingin Buyung Tiang kim berseru :
"Nah, sudah datang ! Sudah datang !"
"Siapa yang sudah datang ?" tanya Buyung Im seng cepat.
Buyung Tiang kim termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya :
"Buyung Tiang kim yang asli !"
"Apa ?" seru Buyung Im seng dengan perasaan bergetar keras, ia segera
bersiapsiap membuka pintu. "Jangan tertipu oleh akal busuknya !" buru-buru Nyoo Hong leng berseru dengan
gelisah. Buyung Im seng berpikir sebentar, lalu ujarnya :
"Benar, sudah jelas bala bantuannya yang datang, dalam keadaan seperti itu tak
mungkin ada bala bantuan bagi kita yang datang kemari."
683 "Sekalipun kalian tidak membukakan pintu, mereka juga bisa mendobrak pintu dan
menyerbu kemari." jengek Buyung Tiang kim.
oooOooo Mendadak Nyoo Hong leng berpaling lalu berkata sambil tersenyum :
"Toako, apa yang kukatakan tidak salah bukan ?"
"Tepat sekali, segala sesuatunya telah berada dalam dugaanmu."
Buyung Tiang kim merasa semakin murung dan kesal, ia tak bisa menebak
permainan busuk apakah sebenarnya yang dilakukan oleh dua orang muda mudi
itu. Terdengar Nyoo Hong leng berseru sambil tertawa cekikikan, "Kalau begitu
lakukanlah seperti cara yang kulakukan tadi, mari kita turun tangan !"
Padahal dihati Nyoo Hong leng sendiri sama apa, tetapi dia telah memberitahukan
kepada Buyung Im seng secara diam-diam agar dalam menghadapi setiap
persoalan, mereka harus saling memahami isi hati rekannya hingga seakan-akan
mereka berdua sudah mempunyai suatu rencana yang matang.
Bertindak tanpa suatu tujuan, melainkan mengandalkan pengamatan, kecerdasan
serta penyerangan ke batin lawan yang mereka lakukan sekarang betul-betul
merupakan suatu pertarungan urat syaraf yang menegangkan, sebab dari
kelemahan yang terlihat di pihak lawannya mereka berusaha menyusun suatu
rencana untuk menyerang kelemahan tersebut.
Untung saja semua sandiwara ini dipimpin oleh Nyoo Hong leng sendiri dan gadis
itu pula yang memegang rel, sebaliknya Buyung Im seng cuma membantu belaka
dari samping dengan demikian rahasia mereka ini tak gampang ketahuan.
Setelah menderita kegagalan dalam pertarungan yang berlangsung tadi, lalu
terjerumus ke dalam suasana kecewa dan juga putus asa karena tak melenyapkan
lawannya, ditambah lagi sindiran dan tekanan demi tekanan yang dilancarkan
Nyoo Hong leng secara gencar, lama kelamaan Buyung Tiang kim mulai kehilangan
ketenangan hatinya. Justru keadaan tidak tenang semacam inilah yang sesungguhnya dinantikan dan
diharapkan oleh Nyoo Hong leng.
Buyung Tiang kim tidak berani menggunakan Nyoo Hong leng sebagai kelinci
percobaan untuk membuktikan ilmu menguasai hatinya, hal itu merupakan
langkah pertama keberhasilan gadis tersebut dalam perang syaraf ini. Sebab dia
tak berhasil menebak, apa yang menjadi tujuan dan maksud Buyung Im seng
bergeser mundur sejauh tiga langkah tadi.
Sepanjang hidupnya belum pernah Nyoo Hong leng memeras otak dan memutar
benak sebanyak hari ini, lamat-lamat rasa lelah sudah mulai menghiasi wajahnya
yag cantik, peluh sudah membasahi seluruh badannya sehingga orang lain melihat
wajahnya seolah-olah sudah bertambah sepuluh tahun saja.
Tampaknya suatu pertarungan adu syaraf berpuluh kali lipat lebih berat daripada
suatu pertarungan adu tenaga.
684 Tiba-tiba terdengar Buyung Im seng tertawa keras, kemudian sambil menggetarkan
pedangnya ia berkata : "Buyung Tiang kim, perduli kau yang asli atau yang palsu, sekarang hal mana
sudah tak penting lagi, sebab kau telah menunjukkan bahwa dirimu penuh dengan
dosa...." Sembari berkata pelan-pelan dia berjalan menghampiri Buyung Tiang kim...
Setajam sembilu Buyung Tiang kim memperhatikan anak muda itu, ia
menyaksikan paras muka pemuda tersebut diliputi keseriusan, kegagahan dan
kekerenannya memancarkan suatu wibawa yang sukar dilukiskan dengan katakata,
kontan saja dia merasakan hatinya bergetar keras.
Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, kemudian ujarnya :
"Buyung toako, belum pernah kusaksikan orang yang begitu gagah dan perkasa
seperti kau sekarang, ibaratnya bukit karang yang angker dan teguh, kau
benarbenar mengagumkan." Tampaknya Buyung Tiang kim sendiripun sudah terpengaruh oleh kekerasan dan
kegagahan Buyung Im seng, setelah tertegun sejenak, ujarnya kemudian :
"Kau hendak mengajak lohu untuk mengadu jiwa ?"
"Benar, secara tiba-tiba saja aku berpendapat bahwa manusia hidup di dunia ini,
tak seorang pun diantara mereka yang berhasil lolos dari kematian, nilai
kehidupan seseorang di dunia ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan soal usia,
asal kematiannya bisa mendatangkan kenangan bagi generasi mendatang, maka
kematian itu merupakan suatu kematian yang amat berharga."
"Jika kau harus mati ditempat yang gelap tak melihat sinar matahari seperti ini,
orang persilatan sama sekali tidak tahu apa yang menyebabkan kematian,
bagaimana mungkin mereka dapat mengenang selalu dirimu...?" kata Buyung Tiang
kim dingin. Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak,
"Haah.... haahh... haaah... tapi, paling tidak aku bisa mati dengan hati yang
tenang, bukankah begitu ?" sahutnya pelan.
"Apalagi yang bakal mati belum tentu kau" sambung Nyoo Hong leng dengan cepat.
"Seandainya kau tidak turun tangan membantu, dalam sepuluh gebrakan saja lohu
bisa merenggut nyawanya." ucap Buyung Tiang kim tiba-tiba.
"Baiklah, kalau begitu mari kita coba" tantang Buyung Im seng.
"Baik, lohu mempersilahkan kau untuk menyerang lebih dulu."
"Toako," Nyoo Hong leng berkata lagi, "paling tidak kau masih sanggup untuk
menahan dua puluh jurus serangannya."
"Mungkin saja dalam tiga-lima gebrakan dia sudah sanggup membinasakan aku,
tapi mungkin juga aku sanggup menahan ratusan gebrakan serangannya... " seru
Buyung Im seng gagah. 685 "Oooh toako, jika kau sanggup bertarung seratus gebrakan saja melawannya, sudah
pasti kemenangan bisa kau raih."
"Aah, tak mungkin hal ini bisa terjadi" seru Buyung Im seng dengan wajah
tertegun. "Kapan sih aku pernah bergurau denganmu " apalagi peristiwa ini menyambut soal
mati hidup ?" "Meski ucapanmu itu memang masuk diakal, pokoknya aku akan berusaha dengan
sepenuh tenaga, cuma, kau harus pergi meninggalkan tempat ini."
"Kenapa ?" "Seandainya aku mati, dia pasti akan membinasakan pula dirimu."
Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Tiang kim,
lanjutnya : "Sesudah kau ingin berduel satu lawan satu denganku, maka sudah sepantasnya
bila nona Nyoo dipersilahkan pergi dari sini, kehadirannya di tempat ini sudah
pasti akan mencegah keinginanmu untuk membunuhku, bahkan bisa jadi dia akan
membantuku." Buyung Tiang kim termenung sejenak, kemudian ujarnya :
"Baiklah, suruh dia membuka pintu dan keluar sendiri, lohu akan menurunkan
perintah agar tiada orang yang menghalangi perjalanannya lagi sepanjang jalan
nanti." "Bagaimana caranya melewati daerah yang berkabut racun itu ?"
"Dengan cara yang dipakai sewaktu kalian datang nanti, dengan menutupi
sepasang matanya menembusi daerah tersebut."
Sementara Nyoo Hong leng hanya berdiri dengan pandangan menatap kosong ke
depan, agaknya dia sedang memikirkan suatu perasaan yang amat penting, selama
ini dia terus membungkam dan tidak mengucapkan sepatah katapun.
Diam-diam Buyung Im seng berpikir :
"Kini kami terkurung dalam ruangan batu, sedang ilmu silat yang kami miliki pun
tak bisa menangkan mereka, padahal cepat atau lambat anak buahnya bakal
datang kemari memberi bantuannya, bila sampai begitu sudah pasti kami akan
tewas di sini. Andaikata kau bisa memaksakan sebuah syarat hingga Nyoo Hong
leng bisa lolos dari sini dengan selamat, sekalipun harus mati di sini, rasanya
hal inipun tak sampai menyia-nyiakan cinta kasihnya."
Dia merasa semua persahabatan, cinta maupun hubungan pribadinya tergantung
pada pertarungan yang menentukan ini, tanpa disadari perasaannya menjadi cerah,
dadanya lebih terang, dengan wajah berseru ujarnya kemudian.
"Aku harus mengetahui dia sudah lolos dari sini dengan selamat lebih dahulu
sebelum bisa melangsungkan pertarungan dengan perasaan lega melawanmu."
"Kalian tidak percaya kalau membiarkan aku pergi meninggalkan ruangan ini,
agaknya terpaksa kalianlah yang harus percaya kepada lohu."
686 "Aku akan membuka pintu ini dan kau harus menyuruh mereka menghantar nona
Nyoo meninggalkan tempat ini."
"Kini di luar pintu ruangan sudah berkumpul bala bantuannya" sela Nyoo Hong
leng tiba-tiba, "jika membuka pintu ruangan tersebut, maka kita akan kehilangan
peluang untuk menguasai keadaan."
"Lohu adalah manusia macam apa, masa ucapanku tidak bisa diterima ?" seru
Buyung Tiang kim marah. "Itu toh menurut ucapanmu, padahal tempat ini letaknya dibawah tanah, andaikata
kami mati dibunuh, maka ucapanmu barusan juga tak akan diketahui oleh
siapapun, baginya hal ini dengan kedudukanmu sekarang ?"
"Lantas apa yang harus lohu lakukan ?"
"Kami mempercayai dirimu, tentu saja kaupun harus mempercayai kami satu kali
saja !" "Coba kau katakan !"
"Jalan darahmu akan kutotok lebih dahulu, kemudian pintu ruangan baru dibuka
dan membiarkan anak buahmu masuk, jika kau dapat melaksanakan janji seperti
apa yang dikatakan, kami akan meninggalkan Buyung Im seng di sini agar dia
melangsungkan duel satu lawan satu melawanmu."
"Soal ini, soal ini.."
"Soal ini apalagi ?" tukas Nyoo Hong leng, "tempat ini milikmu, orang-orang di
luar juga anak buahmu, ucapanmu memang tak salah, bila kami membunuh dirimu
maka jangan harap bisa meninggalkan tempat ini."
Buyung Tiang kim termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya :
"Baiklah, lohu akan membiarkan jalan darahku kau totok."
Selesai berkata dia lantas memejamkan matanya rapat-rapat.
Perubahan sikap yang gagah ini sungguh di luar dugaan, pedangnya segera
diletakkan dan sepasang pedangnya ditelikung ke belakang, jelas dia sudah
melepaskan niatnya untuk melakukan perlawanan.
Nyoo Hong leng memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian katanya :
"Toako, benarkah kau hendak tetap tinggal di sini ?"
"Jika kau tidak pergi, entah bagaimanakah hasil dari peristiwa ini, yang pasti
kita akan sama-sama mati di sini, benar bukan ?"
"Aku memahami tujuan hatimu, tapi aku mempunyai pandangan yang berbeda."
"Dalam keadaan genting dan berbahaya, jelas terlihat kecerdasanmu yang melebihi
orang lain, sekarang kau masih mempunyai pandangan istimewa apa lagi " Akan
kudengarkan dengan seksama."
687 "Aku rasa setelah lewat suatu jangka waktu tertentu, ilmu silatmu benar-benar
bisa mengungguli dia, pertarungan dan percobaan yang kau alami beberapa waktu
ini jauh melebihi latihan selama sepuluh tahu menghadapi dinding...."
Sesudah menghembuskan napas panjang, dia melanjutkan :
"Setiap orang memuji kecerdikan ku, tetapi aku tahu kemampuan yang kumiliki
terbatas sekali, namun sejak memasuki kota batu ini, setiap saat aku harus
menggunakan otakku untuk berpikir, maka aku benar-benar jauh lebih cerdik lagi.
Begitu juga dengan kau, dalam suatu percobaan dan perjuangan yang diliputi
penderitaan serta mara bahaya, kau pasti akan berubah menjadi seorang tokoh
ilmu silat." "Moga-moga saja apa yang kau katakan itu benar" Buyung Im seng tertawa lirih.
Nyoo Hong leng menghela nafas sedih, kembali dia berkata :
"Selesai ini akupun berhasil menemukan satu hal, yakni antara lelaki dan
perempuan sesungguhnya terdapat perbedaan, karena berbeda bentuk tubuh
maupun fisik maka bagaimanapun lihainya seorang perempuan, jika ilmu silatnya
telah mencapai suatu batas tertentu, maka selamanya dia tak akan berhasil
melampaui orang pria. Sewaktu kita berjumpa dulu, ilmu silatku jauh lebih
mengungguli dirimu, bahkan sebelum memasuki kota batu ini kungfuku masih jauh
lebih tangguh dari padamu, akan tetapi setelah terjadi pertarungan sengit
melawan kakek itu, aku tak mampu melebihi dirimu, setiap saat setiap detik kau seperti
memperoleh kemajuan yang sangat pesat, sebaliknya aku seperti mogok, tak bisa
maju lagi meski hanya selangkahpun."
"Aah, nona terlalu memuji"
"Selain itu, setelah kusaksikan sikapmu tadi dapat kurasakan bahwa kau memang
mempunyai semangat seorang pendekar besar, wibawa seorang tokoh dunia
persilatan, bila pada generasi lalu terdapat Buyung Tiang kim, maka pada
generasi saat ini kaulah yang melanjutkan kedudukannya.
"Aku tidak mempunyai perasaan bisa mengungguli dia, yang paling penting adalah
aku berhasil melampaui pikiran takut mati, serta memahami pula arti dari suatu
kehidupan." Mendadak terdengar Buyung Tiang kim berteriak.
"Mengapa kau belum juga turun tangan " Lohu menunggu sampai kapan lagi ?"
Pelan-pelan Nyoo Hong leng berjalan menghampirinya, lalu melancarkan dua
totokan di atas dua buah jalan darah penting di tubuh Buyung Tiang kim.
Ternyata Buyung Tiang kim memegang teguh apa yang telah dijanjikan tadi dan
sama sekali tidak melakukan perlawanan atau melancarkan serangan balasan, dia
membiarkan Nyoo Hong leng menotok dua jalan darah penting di tubuhnya.
Mendadak Nyoo Hong leng mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan kiri
Buyung Im seng, kemudian katanya lirih :
"Berjanjilah kepadaku, kau harus menggunakan segenap kecerdasan dan kekuatan
yang kau miliki untuk melanjutkan hidup."
688 Buyung Im seng hanya merasakan tangan kirinya yang digenggam gadis itu seperti
diberi segulung hawa panas dan dengan cepat menyusup ke seluruh tubuhnya,
segera timbul satu pergolakan emosi yang amat keras dalam dadanya.
Mendadak dia mengeluarkan pula tangan kanannya dan merangkul pinggang Nyoo
Hong leng yang ramping itu.
Akan tetapi dengan cepat dia menjadi teringat akan kedudukan Nyoo Hong leng
sekarang, meskipun belum sampai kawin, namun dia sudah berstatus istri orang
lain. Teringat akan hal ini dengan cepat Buyung Im seng melepaskan kembali
rangkulannya dan mendorong tangan Nyoo Hong leng yang sedang menggenggam
tangannya itu. Ujarnya sambil menghela napas panjang.
"Nona, kau sudah harus pergi dari sini !"
Di atas wajah Nyoo Hong leng terlintas perasaan cinta kasih yang amat mendalam,


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sorot matanya memancarkan penantian, tapi gerak geriknya seperti merasa takut,
seperti pula merasa tersipu-sipu karena jengah, suatu daya tarik yang amat
mempesonakan hati orang. Namun angin puyuh yang dibayangkan tidak sampai terjadi, Buyung Im seng telah
menarik diri sebelum keduanya terjerumus ke dalam jurang...
Entah kecewa atau menderita, Nyoo Hong leng tertawa sedih, pedang pendek yang
berada dalam genggamannya itu berikut sarung pedangnya diserahkan ke tangan
Buyung Im seng, kemudian ujarnya :
"Kedua belah pedang ini selalu berpasangan dan tak pernah berpisah, kau harus
menyimpannya baik-baik."
Buyung Im seng tertawa rawan.
"Jika aku bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup, sepasang pedang
pendek ini pasti akan kukembalikan kepada nona."
"Tak usah dikembalikan, simpan saja untukmu ! Ibuku pernah berkata, sepasang
pedang pendek ini sangat berharga, tapi aku tidak berhasil menemukan dimanakah
letak keistimewaannya, mungkin aku memang tak berjodoh dengan pedang itu,
atau mungkin aku kelewat bodoh sehingga tidak berhasil menemukan
kegunaannya." Pelan-pelan dia membalikkan tubuhnya, membuka pantekan besi dan pelan-pelan
menggeser pintu ruangan itu ke samping.
Tampak dua orang dayang serta seorang lelaki bermuka pucat dan berbaju serba
hitam membawa pedang terhunus berdiri di luar pintu.
Dengan cepat Buyung Im seng mengayunkan pedang pendeknya mengancam dada
Buyung Tiang kim, kemudian serunya.
"Cepat turunkan perintah agar mereka tidak melukai dirinya."
Pelan-pelan Buyung Tiang kim membuka kembali sepasang matanya, setelah itu
dengan suara dingin dan serius katanya :
689 "Hantar dia meninggalkan tempat ini, jangan lukai atau mencelakai dia..."
Kedua dayang itu segera mengiakan dan mengajak Nyoo Hong leng berjalan
menuju keluar. Lelaki berbaju hitam itu masih tetap berdiri serius ditempat dengan pedang
terhunus. Dengan keras Buyung Im seng berseru :
"Setelah berjumpa Khong Bu siang nanti suruh mereka membawa pesan kemari,
aku harus membebaskan jalan darahnya dan melangsungkan pertarungan
dengannya." Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Tiang kim,
lanjutnya : "Jika nona Nyoo sampai menjumpai mara bahaya, kau tak akan mempunyai
kesempatan untuk bertarung melawan diriku lagi."
"Apa maksud perkataanmu itu ?"
"Aku pasti akan memegang janji tersebut dan akupun berharap demikian juga
dengan kau, jangan menyuruh orang lain membantu dirimu."
"Aku akan menutup rapat pintu ruangan ini sebelum bertarung melawannya, harap
nona tak perlu kuatir," seru Buyung Im seng.
"Jika kau tidak memegang janji dan mencelakai nona Nyoo, maka akupun tak akan
membebaskan jalan darahmu, sekali tusuk kubunuh dirimu, tentu saja kau tak
akan mempunyai kesempatan lagi untuk melangsungkan pertarungan denganku."
"Setelah lohu setuju menghantar dia meninggalkan tempat ini, tentu saja aku tak
akan mencelakai dia lagi."
Waktu itu Nyoo Hong leng sudah berjalan keluar dari ruangan tersebut, ketika
mendengar tanya jawab antara kedua orang itu, sambil tertawa dia lantas
berpaling dan berkata : "Oooh toako ! Sekarang kau telah mengalami kemajuan yang amat pesat..."
"Budak cilik," dengus Buyung Tiang kim dingin, "aku harap kau bisa memegang
janji dengan mengirim surat kemari."
Nyoo Hong leng menghela napas panjang, dia seperti hendak berbicara tapi
kemudian mengurungkan niatnya, lalu membalikkan badan dan bersama dua orang
dayang itu beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Memandang hingga bayangan punggung dari Nyoo Hong leng sudah lenyap dari
pandangan mata, Buyung Im seng baru mengangkat kepalanya dan memandang
sekejap ke arah manusia berbaju hitam itu.
Tampak lelaki itu berwajah dingin, kaku dan pucat pias seperti mayat yang baru
diseret keluar dari dalam peti mati, dipandang secara bagaimanapun dia tidak
mirip dengan seorang manusia hidup.
Tanpa terasa serunya dengan kening berkerut,
690 "Dia bernama Tok kim (si pedang beracun) Phang Hong beng, ilmu pedangnya telah
mencapai puncak kesempurnaan, selain itu jurus-jurus serangannya juga jahat dan
keji. Sewaktu masih berkelana di dalam dunia persilatan dahulu, belum pernah ada
korban yang berhasil lebih dalam keadaan hidup dari ujung pedangnya."
"Mau apa dia datang kemari ?"
"Dia datang untuk membantu diriku."
"Tapi dia tidak mempunyai kesempatan untuk turun tangan !"
"Jika dia turut memegang janji, tentu saja dia tak akan turun tangan terhadap
dirimu !" "Lihai kah ilmu silat yang dimilikinya ?"
"Mau apa kau ?"
"Dia bisa datang sampai di sini, tentu saja orang itu termasuk orang
kepercayaanmu." "Benar." "Aku lihat orang itu macam mayat hidup saja, ditambah lagi mempunyai sebutan si
pedang beracun, aku duga tindak tanduknya pasti kejam, ganas dan tak kenal
perikemanusiaan." "Kalau betul kenapa ?"
"Aku ingin membinasakan dia lebih dulu !"
"Kau belum tentu sanggup membinasakan dirinya."
"Tapi sebelum aku turun tangan, akan kutotok kembali dua buah jalan darahmu."
"Kenapa ?" "Tenaga dalammu amat sempurna, jika tidak menotok lagi dua buah jalan darah
dalam tubuhmu, sementara aku sedang bertempur melawan dia nanti, bisa jadi kau
akan mengerahkan tenaga dalam untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan,
apabila kemudian kalian berdua mengerubuti aku seorang, bukankah sudah pasti
aku akan menderita kekalahan total ?"
Tidak menunggu suara jawaban dari Buyung Tiang kim lagi, dia segera menotok
dua buah jalan darah lagi di tubuh orang itu.
Buyung Tiang kim mendengus dingin serunya :
"Aku lihat kau si bocah keparat sudah bosan hidup !"
Buyung Im seng tidak memperdulikan Buyung Tiang kim lagi, dia segera
memungut pedang milik Buyung Tiang kim dan menggapai ke arah manusia
berbaju hitam itu sambil berseru :
"Kau boleh masuk !"
"Mundur !" buru-buru Buyung Tiang kim berteriak cemas.
Sebenarnya manusia berbaju hitam itu sudah melangkah masuk ke dalam ruangan,
akan tetapi setelah mendengar bentakan dari Buyung Tiang kim, tiba-tiba ia
mengundurkan diri lagi dari situ.
691 Sementara itu Buyung Im seng telah menyimpan sepasang pedang pendek
pemberian Nyoo Hong leng itu, sambil menggenggam pedang panjang katanya
sambil tertawa. "Mengapa tidak membiarkan saja dia masuk kemari ?"
"Kau bukan tandingannya"
Buyung Im seng segera tertawa hambar.
"Mengapa secara tiba-tiba kau menguatirkan mati hidupku ?"
"Jika aku tidak terlalu menguatirkan mati hidupmu, sekalipun kau mempunyai
jiwa rangkap sepuluh pun tak akan bisa hidup sampai sekarang." kata Buyung
Tiang kim dingin. "Kecuali waktu masuk kemari tadi, kita habis melalui wilayah yang diliputi kabut
beracun, aku benar-benar tidak berhasil menemukan pada bagian manakah kau
telah membantu kami."
Sesudah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh :
"Disamping itu, akupun tidak percaya kalau manusia berbaju hitam yang berada di
luar ruangan itu sanggup menandingi aku."
"Berbicara dari soal ilmu silat, dia sanggup bertarung seratus gebrakan melawan
dirimu apalagi didalam pedangnya tersimpan jarum beracun, membuat orang tak
akan menduga serangan mautnya."
Buyung Im seng agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera tanyanya :
"Mengapa kau memberitahukan kesemuanya itu kepadaku ?"
"Sebab aku tak ingin kau mampus di sini."
"Mengapa ?" Bukan menjawab pertanyaan itu, Buyung Tiang kim kembali berkata :
"Ia telah menelan sejenis obat beracun, setelah bertarung lima puluh jurus
dengan orang maka obat itu akan mulai bekerja, tenaga serangan yang terpancar keluar
dari pedangnya pun kian lama kian bertambah tangguh, tapi selewatnya dua tiga
ratus gebrakan, daya kerja obat tersebut akan lenyap kembali tak berbekas."
"Sebetulnya dimanakah letak maksud dan tujuanmu memberitahukan kesemuanya
itu kepadaku ?" Buyung Tiang kim tetap tidak menjawab pertanyaan anak muda tersebut, dia
berkata lebih jauh : "Sekalipun seorang jagoan yang dikatakan berilmu tinggi, jangan harap ia sanggup
menahan tiga ratus jurus serangan dahsyatnya."
"Bila ada orang yang sanggup bertahan selama tiga ratus jurus, menanti obat yang
bekerja dalam tubuhnya telah lenyap baru melancarkan serangan, bukankah untuk
membunuh orang itu gampang sekali ?"
692 "Bila seseorang mampu bertahan selama tiga ratus gebrakan, maka dia tak perlu
dibunuh lagi, karena secara otomatis dia akan mampus dengan sendirinya karena
kehabisan tenaga." "Betul-betul sebuah cara yang amat keji."
Terdengar Buyung Tiang kim berseru lagi dengan gelisah :
"Cepat bebaskan jalan darahku !"
"Kabar dari Nyoo Hong leng belum kuterima, maaf kalau aku tak sanggup
memenuhi harapanmu itu, tapi aku tak akan mencelakai dirimu."
Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang, sewaktu
dia mendongakkan kepalanya, tampak manusia berbaju hitam itu berjalan
memasuki ruangan dengan langkah lebar.
Sebenarnya para muka manusia berbaju hitam itu pucat pias seperti mayat, tapi
sekarang mukanya telah berubah menjadi merah padam, dari matanya terpancar
keluar hawa pembunuhan yang menggidikkan hari.
Dengan suara keras Buyung Tiang kim segera berseru :
"Naik ! Cepat bebaskan jalan darahku, bila kau mengulur waktu lagi, bukan hanya
kita saja yang akan tewas di tangannya, bahkan rahasia dari seluruh kota batu
ini tak akan kau ketahui untuk selamanya."
Sambil diam-diam menghimpun tenaganya mempersiapkan diri, Buyung Im seng
berkata dingin : "Sebenarnya siapakah kau " Mengapa kau menyaru sebagai Buyung Tiang kim....?"
"Bebaskan dulu jalan darahku, lohu berjanji akan memberitahukan rahasia ini
kepadamu, selama banyak tahun lohupun sudah jemu tinggal di ruang bawah
tanah yang pengap dan tak ada sinar matahari ini."
Sementara itu manusia berbaju hitam itu sudah semakin mendekati tubuh Buyung
Im seng, kini jaraknya tinggal lima depan saja, sementara pedangnya sudah
diangkat siap melancarkan serangan.
Diam-diam Buyung Im seng berpikir :
"Banyak persoalan yang diucapkan Buyung Tiang kim kepadaku bersifat rahasia
sekali bagi orang ini, entah mengapa ternyata dia berlagak seakan-akan tidak
mendengar, buka saja tidak marah, juga tidak bermaksud menegur. Kalau dibilang
kesadarannya sudah kalut, mengapa pula dia bisa memahami arti dari perkataan
Buyung Tiang kim tersebut " Dibalik kesemuanya ini jelas terdapat hal-hal yang
aneh sekali." Sementara berpikir sampai di situ, dengan suara dingin ia lantas bertanya :
"Apakah kau ingin sekali bertarung melawan diriku ?"
Paras muka manusia berbaju hitam itu dingin, kaku tanpa emosi, membuat orang
tak bisa menduga apakah dia bisa memahami arti dari pada perkataan itu atau
tidak. 693 Sikapnya, perubahan mimik wajahnya mendatangkan suatu perasaan mengerikan,
kosong dan hampa bagi orang lain, satu-satunya yang mirip dengan manusia hidup
hanyalah sepasang matanya yang bersinar tajam dan bergerak kian kemari.
Walaupun Buyung Im seng telah memperhatikan wajah manusia berbaju hitam itu
beberapa kejap, dia merasa wajah orang itu pucat pias, gerak geriknya kaku
bagaikan sesosok mayat hidup, namun setelah diperhatikan lebih seksama, suatu
perasaan yang lain muncul kembali dalam hati kecilnya.
Dia merasa selain gerak geriknya kurang lincah dan cekatan, sikap orang berbaju
hitam itu dingin dan mengerikan, sorot matanya memancarkan cahaya buas,
membuat orang merasa bergidik dan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Terdengar Buyung Tiang kim berteriak lagi.
"Nak, cepat bebaskan jalan darahku, kau tak bisa menunggu sampai dia mulai
bergerak, mungkin sekarang sudah kau saksikan bukan bahwa dia jauh berbeda
dengan manusia biasa."
"Benar, aku dapat merasakan bau ganas dan kejam yang melilit tubuhnya, tanpa
bertarung saja sudah dapat dirasakan segulung hawa pembunuhan yang
menggidikkan hati." "Benar nak, dia sudah ibaratnya anak panah yang berada di ujung gendewa, jika
kau memberi kesempatan lagi kepadanya maka keadaannya akan mirip air bah
yang menjebolkan bendungan, bila sampai dibiarkan berlangsung terus, maka dia
sukar ditaklukkan lagi."
Lagi-lagi Buyung Im seng dipancing emosinya oleh beberapa kata tersebut, sambil
tertawa dingin serunya : "Aku tidak percaya kalau dia akan sedemikian hebatnya, dia belum tentu bisa
menangkan aku." Ketika mengalihkan sorot matanya ke depan, dilihatnya paras muka manusia
berbaju hitam itu kian lama kian bertambah merah, dari balik matanya
memancarkan cahaya buas yang menggidikkan hati dan cahaya itu kian lama kian
bertambah tajam, tak terlukiskan rasa terkesiap yang segera mencekam
perasaannya. Akan tetapi suatu perasaan ingin tahu yang sangat kuat muncul kembali dalam
hatinya, dia berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Tiang kim,
kemudian tanyanya : "Seandainya dia berhasil membinasakan dirimu juga bukan ?"
"Benar" Buyung Tiang kim mengangguk.
Buyung Im seng segera tertawa.
"Keadaannya dan keadaanku sedikit berbeda, entah siasat licik apa saja yang
hendak kau gunakan, janji apapun yang kau pernah ucapkan, semuanya tak
mungkin bisa membuatnya percaya."
Buyung Tiang kim menjadi gusar sekali, segera bentaknya :
694 "Cepat bebaskan jalan darah lohu, bila kau mengulur waktu lagi, keadaan
benarbenar akan terlambat." Tergerak hati Buyung Im seng setelah mendengar perkataan itu, mendadak dia
mundur dua langkah ke belakang, kemudian menyelinap ke belakang tubuh
Buyung Tiang kim. Kejadian ini sama sekali di luar dugaan Buyung Tiang kim, segera tegurnya agak
heran : "Mau apa kau ?"
"Dalam dunia persilatan terdapat banyak sekali orang yang sama sekali tidak
kukenal yang membantu diriku, karena mereka semua percaya kalau aku adalah
putra dari Buyung Tiang kim."
"Dengan nama besar serta kedudukan Buyung Tiang kim dalam dunia persilatan,
menjadi putranya bukan suatu kejadian yang mempermalukan dirimu bukan ?"
tukas Buyung Tiang kim. "Tapi dimanakah Buyung Tiang kim yang sebenarnya " Dan siapa pula diriku ini "
Selama beberapa waktu belakangan ini aku selalu dibelenggu dan dimurungkan
oleh persoalan ini, aku selalu merasa terkejut dan menghadapi mara bahaya. Apa
tujuan semuanya itu " Tak lebih hanya ingin berjumpa muka dengan Buyung Tiang
kim, akupun tak segan-segannya mengorbankan cinta kasih seorang gadis cantik,
akan tetapi apa yang kuharapkan ternyata sukar tercapai, sekarang.."


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika kau tidak segera membebaskan jalan darahku, kematian sudah berada di
depan mata, mana mungkin masih ada sekarang atau di kemudian hari lagi ?"
tukas Buyung Tiang-kim. "Aku memang tak berani membayangkan masa yang akan datang, bahkan tiada
pula sekarang, perduli kau adalah Buyung Tiang kim yang asli atau bukan,
siapakah orang tuaku yang sebenarnya, aku mulai segan untuk melakukan
penyelidikan lebih jauh."
Sewaktu mengucapkan perkataan itu, suaranya tenang dan kalem, sedikitpun tidak
diliputi oleh dorongan perasaan atau emosi, tapi justru demikian, hal ini
membuktikan bahwa cita-citanya menjadi tenggelam setelah dia kenyang
menderita dan tersiksa. Kini ia sudah berada dalam suatu keadaan yang paling
puncak, keadaan rela mati begitu saja.
Buyung Tiang kim menjadi terkejut sekali, buru-buru serunya :
"Setiap manusia tentu mempunyai ayah dan ibu, demikian pula dengan kau, masa
kau tidak ingin mengetahui riwayat hidupmu sendiri " Cepat bebaskan jalan darah
lohu, nanti lohu pasti akan membantumu untuk menyingkap rahasia dari riwayat
hidupmu itu." Dengan cepat Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berulang kali, tampiknya:
"Tidak usah, kau sendiri telah mengakui sebagai putramu, perduli kau adalah
Buyung Tiang kim yang asli atau palsu, tapi yang jelas kau bukan orang baik dan
rasanya kitapun tak usah berdebat karena persoalan ini. Aku tak tega membunuh
dirimu dengan tenagaku sendiri, maka akan ku pinjam tangan manusia berbaju
hitam ini untuk membantuku membinasakan kau..."
695 "Seandainya lohu adalah ayah kandungmu, apakah kaupun tak akan ambil perduli
" "tukas Buyung Tiang kim.
"Setelah dia membinasakan dirimu, aku akan membunuhnya untuk membalaskan
dendam bagimu, seandainya diantara kita benar-benar mempunyai hubungan,
maka anggap saja hal tersebut sebagai balasanku atas budi kebaikanmu... "
"Di bawah sarang yang porak poranda tiada telur yang utuh, lohu tidak habis
mengerti bagaimana caramu menghitung hutang piutang ini ?"
"Aku memang tak punya sarang, darimana bisa muncul sarang yang porak poranda
?" Sementara itu manusia berbaju hitam tersebut sudah mulai menggerakkan
langkahnya dan pelan-pelan berjalan menghampiri mereka berdua.
Menyaksikan kejadian tersebut Buyung Tiang kim segera menghela napas panjang.
"Nak, cepat bebaskan jalan darah pada lengan kananku, kemudian berikan sebelah
pedang kepadaku, biar ku lawan dia beberapa jurus, setuju bukan..?"
Buyung Im seng termenung dan berpikir sejenak, lalu ujarnya.
"Aku tidak habis mengerti, kau menyebut manusia berbaju hitam ini sebagai orang
kepercayaanmu. Mengapa kau tak sanggup menguasai dia, bahkan membiarkan dia
berbalik menggigit dirimu ?"
"Persoalan yang tidak kau pahami pasti akan lohu terangkan kepadamu, andaikata
aku terbunuh di tangannya maka rahasia besar dunia persilatan akan lenyap
bersama jasadku, sekalipun kau selidiki, paling tidak juga membutuhkan waktu
selama sepuluh tahun lamanya, itupun hanya akan berhasil kau temukan sedikit
saja latar belakangnya, sedang keadaan yang sesungguhnya akan tetap menjadi
teka-teki terbesar bagi umat persilatan."
Tampaknya Buyung Im seng telah terpikat oleh rasa ingin tahunya yang amat
besar dan menggelora di dalam dadanya, dengan cepat dia menepuk bebas dua
buah jalan darah Buyung Tiang kim yang berada di sebelah kanan tubuhnya, selain
itu diapun menyerahkan pedang yang berada di tangannya itu ke tangan Buyung
Tiang kim. Dengan cepat Buyung Tiang kim meronta bangun lalu pelan-pelan mundur lima
langkah ke belakang, kini punggungnya bersandar pada dinding, sementara pedang
ditangan kanannya di obat-abitkan kian kemari.
Setiap kali Buyung Tiang kim menggerakkan satu kali pedangnya, manusia berbaju
hitam itupun segera memperlambat gerakan tubuhnya yang sedang maju ke depan,
dimana akhirnya dia berhenti tak berkutik di situ.
Akan tetapi setelah lewat beberapa saat lagi, kembali dia bergerak maju ke
depan. Diam-diam Buyung Im seng memperhatikan semua gerak gerik Buyung Tiang kim
dengan seksama, ia temukan pedang yang berada di tangan Buyung Tiang kim itu
seakan-akan sedang membuat semacam lukisan, bisa diduga kalau lukisan mana
tentu ada sangkut pautnya dengan manusia berbaju hitam itu maka hal itulah yang
membuat gerak maju manusia berbaju hitam itu selalu terhadang.
696 Maka katanya kemudian : "Agaknya dia sudah tidak mau mendengarkan perintahmu lagi ?"
"Benar ! Dia sudah melepaskan diri dari kontrol serta kendaliku, sekarang
keadaannya ibarat kuda liar yang lepas dari kandang, tiada seorang manusiapun
dikolong langit yang sanggup mengendalikan dirinya lagi."
Lambat laun manusia berbaju hitam itu sudah semakin mendekat kehadapan
Buyung Tiang kim, kini dia mulai mengangkat pedang yang berada di tangannya.
Semua gerakan yang dilakukan manusia berbaju hitam itu dilakukan dengan amat
lamban dan berat, seakan-akan tiada kekuatan didalam tubuhnya yang menunjang
gerakan mana. Sementara itu Buyung Im seng telah mengundurkan diri sejauh delapan depa lebih
dan menyembunyikan diri di belakang sebuah tempat duduk, diam-diam ia merasa
keheranan, pikirnya : "Tampaknya Buyung Tiang kim seperti merasa takut sekali terhadap manusia
berbaju hitam itu, entah apa sebabnya ternyata dia segan untuk melancarkan
serangan lebih dulu. Padahal gerak gerik dari manusia berbaju hitam itu lamban
sekali. Mungkin saja dalam sekali tusukan dia sudah dapat membunuhnya, atau
paling membuatnya terluka parah, jika tubuh seseorang sudah mengalami beberapa
kali tusukan, bagaimanapun kerasnya obat perangsang yang telah bersarang dalam
tubuhnya, tak mungkin akan muncul suatu kekuatan yang maha besar."
Tampak manusia berbaju hitam itu sudah mengangkat pedangnya tinggi-tinggi
kemudian pelan-pelan diayunkan ke bawah membacok tubuh Buyung Tiang kim.
Gerakan pedang itu dilakukan amat lamban, sekalipun seseorang yang sama sekali
tidak mengerti akan ilmu silatpun dapat menghindarkan diri dengan mudah sekali.
Tapi anehnya Buyung Tiang kim tidak mencoba untuk menghindarkan diri dari
ancaman tersebut, malahan dia pun menggunakan suatu gerakan yang amat
lamban pula bergeser ke samping.
Dengan kening berkerut Buyung Im seng segera berpikir :
"Aaah, betul, dia licik dan punya akal busuk amat banyak, tentu ia sedang
memancing manusia berbaju hitam itu agar bertarung melawan diriku."
Tatkala tusukan yang dilancarkan manusia berbaju hitam itu mengenai sasaran
kosong, serangan kedua segera dibacokkan kembali ke arah depan...
Didalam melancarkan serangan yang kedua ini agaknya gerakan tersebut
dilakukan jauh lebih cepat daripada gerak serangan yang pertama tadi...
Separuh badan Buyung Tiang kim masih kaku karena darahnya belum ditotok
bebas, akibatnya sulit juga baginya untuk menghindarkan diri dari ancaman lawan.
Walaupun serangan yang kedua ini lagi-lagi berhasil dihindari olehnya, akan
tetapi akibatnya dia sendiri pun ikut tersandung dan jatuh terjerembab ke atas tanah.
Tiba-tiba saja pedang yang berada ditengah manusia berbaju hitam itu membentur
ruangan. "Blaaam..." suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera bergema di situ.
697 Mendadak paras muka Buyung Tiang kim berubah hebat, "weees... !" ia segera
melancarkan tusukan ke lutut manusia berbaju hitam itu.
Buyung Im seng yang menyaksikan kejadian itu kembali berpikir didalam hati :
"Padahal separuh badan bagian bawah dari manusia berbaju hitam itu terbuka
sama sekali, entah mengapa dia tidak menusuk lambungnya ?"
Tampak manusia berbaju hitam itu menarik kembali pedangnya, menyusul
kemudian tubuhnya turut berputar pula ke samping.
Tusukan pedang yang dilancarkan Buyung Tiang kim secara tepat sekali
menghajar di atas kaki sebelah kiri dari manusia berbaju hitam itu, sementara
tubuhnya menggunakan kesempatan itu melejit ke tengah udara.
"Traaaanng.. !" agaknya pedang tersebut menghajar di atas sepotong lempengan
besi. Sekali lagi Buyung Im seng merasakan hatinya tergerak, sekarang sadarlah dia apa
gerangan yang sebenarnya terjadi, rupanya manusia berbaju hitam itu
menggunakan lempengan baja di dalam tubuhnya dan lempengan tersebut tidak
terlihat dari luar. Baru saja ingatan tersebut melintas di dalam benaknya, jurus serangan yang
dilancarkan manusia berbaju hitam itu sudah berubah dari lambat menjadi cepat
sekali. Buyung Tiang kim masih tetap menghadapi serangan lawan dengan punggung
menempel di atas dinding, berhubung dua buah jalan darah yang mengendalikan
separuh badannya belum dibebaskan maka gerak geriknya menjadi kurang leluasa,
dia harus menggunakan dinding tersebut untuk bantu menyangga badannya.
Dengan cepat, Buyung Im seng kembali menemukan suatu kejadian yang sangat
aneh, serangan pedang manusia berbaju hitam itu makin menyerang semakin
cepat, tubuhnya pun semakin lama bergerak semakin lincah, kini Buyung Tiang
kim sudah tak sanggup melancarkan serangan balasan lagi, dia hanya dapat
menggerakkan pedangnya untuk melakukan penangkisan. Hal itu pun segera
membuka pikiran Buyung Im seng, apa sebabnya Buyung Tiang kim enggan
melancarkan serangan lebih dahulu, tampaknya ilmu silat manusia berbaju hitam
itu baru akan terangsang keluar setelah mendapatkan daya pantulan yang
terpancar dari ujung senjata seseorang....
Mendadak terdengar sepasang pedang saling membentur hingga menimbulkan
suara yang amat nyaring, termakan oleh tenaga pantulan yang sangat kuat itu,
Buyung Tiang kim terpental hingga jatuh sejauh empat lima depa dari posisi
semula. Gerakan tubuh dari manusia berbaju hitam itu cepat sekali, "Sreeet !" kembali ia
lepaskan sebuah tusukan. Buyung Tiang kim segera menggelinding ke samping menghindarkan diri, bacokan
pedang manusia berbaju hitam itu dengan cepat merobek pakaiannya.
Dengan perasaan terkejut Buyung Im seng segera berpikir.
698 "Ilmu pedang yang dimiliki manusia berbaju hitam ini benar-benar cepat sekali,
tampaknya dia bukan seperti membohongi aku."
Tampak manusia berbaju hitam itu mengayunkan pedangnya berulang kali
melepaskan serangkaian serangan beruntun, cahaya tajam berkilauan menyengat
pandangan, sedemikian cepatnya serangan itu sehingga sukar diikuti dengan
pandang mata. Semestinya Buyung Tiang kim sudah terluka di ujung pedang manusia berbaju
hitam itu, tapi dia telah meminjam sebuah meja rendah di atas meja dan sebuah
tempat duduk untuk melindungi diri dari ancaman, dia menggelinding masuk
kedalamnya. Jurus pedang manusia berbaju hitam yang cepat bagaikan sambaran petir itu
bukan cuma digerakkan sangat cepat, bahkan di ujung pedang tersebut disertakan
pula tenaga dalam yang amat besar.
Dalam waktu singkat meja rendah dan tempat duduk itu sudah hancur semua
dihajar oleh bacokan pedangnya.
Buyung Im seng dapat menyaksikan betapa berbahayanya situasi waktu itu, besar
kemungkinan Buyung Tiang kim akan terluka di ujung pedang orang itu dalam
sepuluh jurus mendatang. Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, diam-diam pikirnya :
"Hingga kini aku masih belum mengetahui bagaimana nasib Nyoo Hong leng,
seandainya dia benar-benar mati di ujung pedang manusia berbaju hitam itu,
bukankah aku sama sekali tidak berpegangan lagi ?"
Berpikir sampai di situ, dia lantas meloloskan sepasang pedang pendek jantan
betinanya, kemudian menggelinding ke hadapan Buyung Tiang kim, bisiknya :
"Akan kubebaskan kedua buah jalan darahmu yang lain."
Pedang pendek ditangan kanannya digerakkan dan menghadang gerak serangan
pedang dari manusia berbaju hitam itu, sementara tangan kirinya diayunkan ke
depan membebaskan dua buah jalan darah Buyung Tiang kim yang tertotok.
Begitu jalan darahnya bebas dari totokan, Buyung Tiang kim segera merasakan
tubuhnya jauh lebih gesit dan enteng, dia segera melompat bangun, secara
beruntun pedangnya melancarkan tiga buah serangan balasan.
Ketiga buah serangan itu seharusnya merupakan serangan keras lawan keras yang
menggunakan tenaga besar, serentetan suara benturan nyaring segera
berkumandang memecahkan keheningan.
Dalam pada itu, Buyung Im seng telah mengundurkan diri ke samping begitu
selesai membebaskan jalan darah Buyung Tiang kim yang tertotok, dia
menghindarkan diri dari pertarungan sengit yang sedang berlangsung itu.
Setelah diamati dengan seksama, akhirnya diketahui bahwa manusia berbaju
hitam itu sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membedakan musuhnya,
bagi orang itu, asal sudah turun tangan maka dia akan segera menyerang dengan
mempergunakan semua jurus mematikan yang dimilikinya...
699 Ilmu silat yang dimiliki Buyung Tiang kim beraneka ragam, jurus serangannya
kebanyakan aneh dan luar biasa, setelah melepaskan belasan jurus serangan
balasan, boleh dibilang semua serangan dari manusia berbaju hitam itu telah
terbendung semua. Buyung Im seng yang menonton dua harimau bertarung secara diam-diam mulai
mempertimbangkan apa tindakan yang harus diambil setelah kedua orang itu
berhasil mengetahui menang kalahnya.
Andaikata manusia berbaju hitam itu yang menang, dia akan segera turun tangan
untuk membalaskan dendam bagi Buyung Tiang kim.
Sebaliknya kalau Buyung Tiang kim yang menang, apa yang harus dia lakukan "
Menggunakan peluang sewaktu kekuatannya belum pulih, dia harus menotok
kembali jalan darahnya atau untuk sementara waktu berdiam diri sambil
menyelidiki rahasia dari kota batu di bawah tanah "
Walaupun Buyung Im seng mempunyai waktu yang cukup untuk berpikir, namun
ia tak berhasil menemukan suatu cara untuk mengambil keputusan.
Mendadak terdengar Buyung Tiang kim membentak keras, pedangnya menyambar
ke muka dan tahu-tahu pinggang manusia berbaju hitam itu sudah terbabat hingga
kutung menjadi dua bagian.
Buyung Im seng memandang sekejap mayat manusia berbaju hitam itu, untuk
sesaat ia menjadi terheran.
Ternyata darah yang mengalir keluar dari tubuh manusia berbaju hitam itu sedikit
sekali, ketika pinggangnya kena dibabat sampai kutung oleh Buyung Tiang kim,
darah yang mengalir keluar tak lebih cuma semangkuk kecil.
Tampaknya Buyung Tiang kim merasa lelah sekali, pedangnya dipakai untuk
menopang badannya, sementara punggungnya menempel di atas dinding, pelanpelan
ujarnya : "Mengapa kau berubah pikiran lagi dengan menolong diriku ?"
"Terus terang saja kukatakan, hal ini disebabkan berita yang ditulis sendiri
oleh nona Nyoo belum kuterima, hingga kini aku masih belum tahu akan mati
hidupnya." "Hanya karena alasan ini ?" tanya Buyung Tiang kim dingin.
"Aku menyaksikan sikap manusia berbaju hitam itu sangat aneh, apalagi setelah
menyaksikan dia mati di ujung pedangmu, rasa curiga dan ingin tahuku semakin
menjadi-jadi." "Maka rasa ingin tahumu lantas timbul dan kau ingin mengetahui duduk persoalan
yang sebenarnya ?" sambung Buyung Tiang kim.
"Aku dilahirkan terlalu lambat, pengetahuanku soal dunia persilatan masih amat
cetek tapi baru terjun ke dunia sudah kujumpai masalah besar yang paling
misterius dalam dunia persilatan ini, aku rasa liku-liku serta perubahan
diantaranya pasti amat menarik hati."
700 "Dalam ruang ini cuma ada kita berdua... bila aku tidak memegang janji, dalam
sepuluh jurus gagal membunuhmu, aku akan menggunakan dua puluh jurus
bahkan seratus jurus untuk membunuhmu, memangnya orang di dunia mengetahui
akan hal ini ?" Buyung Im seng tertawa hambar.
"Soal itu mah telah kupikirkan juga, tetapi aku rasa latar belakang yang penuh
liku-liku dan perubahan dari persoalan ini masih cukup berharga bagiku untuk
diketahui, kendatipun harus mengorbankan selembar nyawaku."
Buyung Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haah... haaah.... haaah... setiap orang pasti mempunyai perasaan ingin tahu,
biasanya semakin orang itu tidak terbiasa bergaul, rasa ingin tahunya justru
semakin kuat, seringkali lohu berpikir, orang-orang itu dapat membuang jauh-jauh
sifat kemaruk harta dan kedudukan tapi justru tak dapat membuang rasa ingin
tahunya. Seringkali rasa ingin tahu justru akan merupakan titik kelemahan yang


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berakibat kematian dari para enghiong, hohan, usiamu masih muda, tak nyana
kalau kaupun mengidap penyakit semacam itu ?"
(Bersambung ke Jilid 34) 701 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 34 Buyung Im seng tertegun, lalu katanya:
"Perkataanmu memang benar, semakin sulit rahasia itu diketahui orang, makin
besar daya tariknya. Kau begitu gagah dan perkasa, aku rela terjatuh ke dalam
perhitunganmu." Kembali Buyung Tiang kim tertawa tergelak-gelak.
"Haaah.... haaah... haaah... tampaknya kau benar-benar sudah terpikat, bila
rahasia dari kota batu ini belum terbongkar, rasanya kau seperti mati tak
meram." "Benar, aku memang ibarat manusia yang kehausan di padang pasir, rasa haus
tersebut sudah sukar dikendalikan lagi."
"Nak, kau harus membayar mahal."
"Kau toh bisa melihat dengan jelas, berapa banyak yang bisa kubayar, modalku
yang terbesar hanya selembar jiwaku."
"Lohu tak akan menyusahkan dirimu, tentu saja apa yang lohu inginkan dapat pula
kau lakukan." "Baik, kalau begitu bukalah harga !"
"Serahkan pedang pendek yang berada di tanganmu itu kepadaku."
"Soal ini... soal ini..."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata itu, dia masukkan kembali pedangnya
ke dalam sarung kemudian diangsurkan ke depan.
702 Setelah menerima pedang pendek itu, dengan pancaran sinar mata penuh kasih
sayang Buyung Tiang kim berkata:
"Inilah yang dinamakan dicari dengan susah payah, akhirnya didapatkan tanpa
membuang tenaga." "Apakah kau ingin mengingkari janji ?" seru Buyung Im seng dengan penuh
kemarahan. Buyung Tiang kim menyimpan kembali pedang pendek itu, kemudian katanya:
"Ulurkan tanganmu, lohu hendak menotok jalan darah Ci-ti-hiat pada kedua belah
lenganmu." "Kini aku sudah tak bersenjata lagi, aku sudah bukan tandinganmu, buat apa kau
mesti menotok jalan darahku ?"
"Lohu kuatir kau kelewat emosi setelah mendengar penuturanku sehingga sukar
untuk menahan diri dan bunuh diri, atau mungkin juga kau akan turun tangan
menyerang lohu, guna mencari kematian, oleh sebab itu aku harus menotok jalan
darah Ci-ti-hiat pada kedua belah lenganmu lebih dulu untuk melindungi jiwamu."
Buyung Im seng menghela napas panjang, terpaksa dia mengulurkan tangannya ke
depan. Sambil tersenyum Buyung Tiang kim menotok jalan darah Ci-ti-hiat pada kedua
belah lengan Buyung Im seng, kemudian baru berkata:
"Sekarang, kendatipun dalam hati kecilmu terdapat hal-hal yang tidak memuaskan
hatimu, sulit bagimu untuk turun tangan, tapi dengan begitu kaupun dapat
menyelamatkan diri dari bencana kematian."
"Aku tidak bermaksud meninggalkan tempat ini, kau tak usah banyak memberi
penjelasan." seru Buyung Im seng kecut.
Buyung Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh... haaaahhh... haaahh... tak dapat mengendalikan rasa ingin tahu
agaknya merupakan kekurangan dari watak setiap enghiong hohan, semakin gagah
orang itu rasa ingin tahunya semakin besar pula..."
Dengan perasaan tak sabar Buyung Im seng berseru:
"Kau tak usah banyak bicara lagi, pujianmu dan gertak sambalmu sudah kelewat
banyak yang kudengar, agaknya kau tak usah mengulangi sekali lagi, yang ingin
kuketahui sekarang adalah duduk persoalan yang sesungguhnya."
"Baik, pertama-tama lohu akan memberitahukan satu hal yang paling kau
kuatirkan, sesungguhnya akulah Buyung Tiang kim yang asli."
"Kau adalah Buyung Tiang kim yang asli ?" Buyung Im seng tertegun.
"Benar, dalam keadaan dan saat seperti ini, buat apa aku mesti membohongi dirimu
?" "Baiklah, anggap saja kau adalah Buyung Tiang kim yang asli, tapi jurus pedangku
hampir semuanya berasal dari ilmu silat peninggalan Buyung Tiang kim, mengapa
kau tidak mengenali jurus seranganku ?"
703 "Benar, ilmu silat yang kau gunakan memang merupakan ilmu silat yang
ditinggalkan Buyung Tiang kim di dunia ini. Namun semuanya itu merupakan hasil
karyaku dengan dasar kecerdasan serta kemampuan yang kumiliki, kitab jurus
pedang dan kitab ilmu pukulan yang kubuat belum sempat kupelajari sama sekali,
aku memang tahu akan jurus pedang yang kau gunakan, tapi untuk sesaat sulit
bagiku untuk mematahkannya, maka aku harus menotok jalan darah pada kedua
ketiakmu, agar aku mempunyai cukup waktu untuk memikirkan jurus serangan
guna mematahkan jurus pedangmu itu."
"Semua persoalan itu, kini sudah menjadi masalah yang basi, jalan darah pada
kedua ketiakku pun sudah kau totok, kini aku sudah kehilangan kemampuan untuk
melawan, aku hanya berharga bisa mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya."
"Aku akan memberitahukan satu hal yang paling kau kuatirkan lagi, yakni Buyung
Tiang kim tidak berputera, aku tidak mengakui dirimu sebagai putraku, apa yang
kuucapkan semuanya kenyataan dan sejujur-jujurnya...."
"Aaai ! Aku tak habis mengerti, mengapa orang lain bersikeras hendak mencampuri
urusan ini " Bukan saja menghantar aku masuk ke dalam gedung keluarga Buyung,
bahkan memalsukan tulisan dari Buyung Tiang kim dan meninggalkan sepucuk
surat bagiku, waktu itu aku tak lebih baru seorang bayi, agaknya aku toh sama
sekali tiada sangkut pautnya dengan siapa saja."
"Tak bisa menyalahkan dia. ia mengatur segala sesuatunya itu hanya demi diriku,
dia sengaja mengaturkan sebiji bibit untuk membalas dendam, namun mereka
sama sekali tidak menyangka, Pendekar Besar mana itu Buyung Tiang kim
ternyata telah berubah menjadi pentolan dan otak yang mengendalikan kehidupan
kota batu di bawah tanah."
"Jadi aku bukan putra Buyung Tiang kim, tapi dalam keadaan belum tahu
persoalan telah dilibatkan dalam soal budi dendamnya orang persilatan ?"
Buyung Tiang kim tertawa terbahak-bahak.
"Haah... haaah... haaaah... nak, seandainya kau tidak dianggap orang lain
sebagai putranya Buyung Tiang kim, entah kau dilahirkan dalam keluarga yang manapun,
apakah kau bisa memperoleh kegagahan dan kepopuleran seperti hari ini. sisa dari
kehidupan Buyung Tiang kim telah menciptakan pengalaman yang penuh
kegembiraan, kegetiran serta mara bahaya bagimu."
"Aku hendak menemukan ayah ibu yang telah melahirkan kau, entah mereka itu
seorang petani atau penebang kayu, entah bagaimanakah miskin dan sengsaranya
kehidupan mereka, aku ingin berbuat sebagai anak yang berbakti untuk
memelihara mereka." "Seandainya kau benar-benar mempunyai seorang putra yang begitu berbakti
seperti kau, wah, aku pasti akan senang."
"Heehh... heeeh... heeeh... jangan harap kau bisa berputera lagi sepanjang
hidupmu sekarang, jadi masalah itu tak usah dibicarakan lagi." tukas Buyung Im seng
sambil tertawa dingin. 704 "Kini, kau sudah tahu kalau aku bukan ayah kandungmu, buat apa kau masih ingin
tahu latar belakang yang sebenarnya dari peristiwa ini..."
"Jalan darahku telah kau totok, tentu saja aku harus tahu sampai sejelas-
jelasnya." "Baiklah, lohu akan memberitahukan kepadamu, cuma persoalan ini meliputi
banyak masalahnya, lohu tak tahu harus mulai bercerita dari bagian yang mana ?"
Setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya:
"Pengalaman hidup lohu selama ini ibarat gelombang ditengah samudra, naik turun
tiada hentinya. Sebelum memasuki kota batu di bawah tanah ini, lohu memang
seorang pendekar besar, selama hidup aku pernah melakukan banyak sekali
perbuatan amal, banyak membantu orang dan menyelamatkan banyak masalah
pelik bagi umat persilatan, entah manusia itu dari golongan putih maupun dari
golongan hitam, tiada seorang pun yang membenciku, entah musuh atau teman,
bahkan orang yang menderita kerugian di tanganku, tak ada seorang pun yang
menaruh perasaan benci atau dendam kepadaku."
"Lantas mengapa kau harus membuang segala sesuatunya dan menyembunyikan
diri di bawah kota batu yang terpencil ini untuk melakukan kejahatan...?"
pelanpelan Buyung Im seng bertanya. "Tapi aku telah membayar mahal segala sesuatunya ini."
"Membayar dengan apa ?"
"Aku mempunyai banyak teman, tapi mereka telah meninggalkan aku setelah
berhubungan sekian lama dengan diriku, bahkan istriku sendiripun akhirnya pergi
meninggalkan aku." "Waah, aneh sekali kalau begitu" seru Buyung Im seng keheranan, "kau adalah
orang yang paling dihormati dan disanjung oleh umat persilatan, mengapa mereka
justru pergi meninggalkan kau ?"
"Karena orang yang berada di sekelilingku semuanya merasa bahwa aku bersikap
kurang baik terhadap mereka. Orang yang sebenarnya menaruh rasa terima kasih
atau berhutang budi kepadaku, karena kelewat dekat berhubungan denganku,
akhirnya setelah melewati suatu jangka waktu tertentu, bukan saja tidak merasa
berterima kasih lagi kepadaku, malah sebaliknya banyak menyalahkan aku."
"Diantara sifat ingin tahu yang merupakan kelemahan umat manusia,
sesungguhnya di dunia ini masih terdapat suatu titik kelemahan lagi." kata
Buyung Tiang kim. "Kelemahan apa ?"
"Serakah ! Serakah akan harta, serakah akan perempuan, nama, pahala dan
segala-galanya. Mereka semua merasakan bahwa aku seharusnya bersikap lebih
baik lagi terhadap mereka."
Sesudah bernapas panjang, lanjutnya:
"Istriku misalnya, dia merasa kau lebih memperhatikan orang lain dan bersikap
dingin kepadanya, sedang teman-temanku mereka menganggap aku kurang setia
kawan terhadap mereka. Aaai... ! Mereka seperti lupa bahwa Buyung Tiang kim
cuma seorang, aku toh tak dapat menciptakan seribu atau selaksa orang Buyung
705 Tiang kim untuk memuaskan hati mereka semua. Semakin kucari kesempurnaan
hidup, kenyataan yang datang semakin berantakan, sebab di dunia ini pada
hakekatnya memang tiada persoalan yang seratus persen sempurna, tiada pula
manusia yang seratus persen sempurna."
"Maka, kaupun berubah ?"
Buyung Tiang kim tidak memperdulikan pertanyaan anak muda itu, kembali
sambungnya. "Nak, kau tahu, mengapa aku bisa disanjung dan dihormati oleh setiap umat
persilatan ?" "Aku tidak habis mengerti."
"Karena mereka menganggap Buyung Tiang kim sudah mati, karena orangnya
sudah tiada maka mereka baru teringat akan kebaikannya, mereka baru merasa
kalau di dunia ini sulit untuk menemukan manusia kedua seperti Buyung Tiang
kim." "Sayang, sayang sekali... " pelan-pelan Buyung Im seng bergumam
"Apanya yang disayangkan ?"
"Sayang kau tidak benar mati, seandainya kau benar-benar mati maka kau akan
menjadi orang yang paling dihormati di dalam dunia persilatan, nama kamu akan
harum sepanjang jaman, tapi mengapa kau tak mati saja ?"
"Lohu belum ingin mati karena ada dua alasan yang melarangku berbuat demikian,
sebab seorang hanya mati sekali, maka kematian jangan coba sembarangan, alasan
lain adalah lohu ingin tahu, bila aku telah mati bagaimana reaksinya umat
persilatan terhadapku ?"
"Kalau begitu dalam peristiwa terbunuhnya seluruh anggota keluarga Buyung
Tiang kim pun hal ini terjadi atas rencanamu pula ?"
"Benar, akulah yang merencanakan semua itu. Bahkan aku masih sengaja agar
orang menaruh kecurigaan terhadap kematian dari Buyung Tiang kim."
"Lantas apa sebabnya kau menyeret pula seorang bocah yang tidak tahu urusan ke
dalam kancah pertikaian dunia persilatan ini ?"
"Aku hendak mengatur seorang bocah untuk berperan sebagai putra Buyung Tiang
kim, aku ingin lihat bagaimanakah cara mereka dalam menghadapi bocah
tersebut." "Maka kaupun meninggalkan surat wasiat, bahkan meninggalkan kitab pedang dan
kitab ilmu pukulan didalam tanah bawah kolam teratai untuk meninggalkan
sebuah rahasia besar di sini " Jadi semua rencana ini hanya bertujuan untuk
menilai bagaimanakah sikap umat persilatan atas kematianmu itu...?"
"Bagi manusia yang hidup di dunia ini, siapakah yang dapat menyaksikan kejayaan
dan kepedihan yang berada di belakangnya " Tapi aku, Buyung Tiang kim dapat
melihatnya." 706 "Tahukah kau akan akibat dari gurauanmu itu " Beribu-ribu lembar jiwa manusia
telah melayang gara-gara perbuatanmu itu."
"Aku pernah menyelamatkan beribu lembar jiwa manusia, andaikata seseorang
punya pahala pun punya kesalahan, maka aku harus menggunakan pahalaku
untuk menutupi kesalahan tersebut."
"Kematian Buyung Tiang kim sesungguhnya telah meninggalkan suatu rahasia
yang sangat besar dan tak dimengerti setiap orang dalam dunia persilatan, tapi
setelah mendengar penjelasanmu itu, baru kuketahui bahwa kenyataannya tak
lebih hanya begitu, sekalipun dibalik kesemuanya masih ada lika-liku persoalan
itupun cuma daun dan ranting dari sebatang pohon besar. Aku sudah tidak
berminat lagi untuk mendengar lebih jauh. Kini, didalam hatiku masih ada
beberapa hal yang mencurigakan, setelah mendapat keterangan darimu nanti, aku
bersedia menerima hukuman apa saja yang hendak kau limpahkan padaku."
"Persoalan apa lagi yang mencurigakan hatimu ?"
"Siapakah orang tuaku " Sekarang mereka berada dimana " Aku tak ingin
membonceng ketenaran mu sebagai Buyung tayhiap, aku ingin mengetahui asal
usulku yang sebenarnya agar aku bisa mengganti namaku yang sebenarnya, hingga
orang tidak salah menganggap diriku lagi sebagai Buyung Tiang kim mengawasi
wajah Buyung Im seng lekat-lekat, kemudian tegurnya:
"Nak, kau bersikeras ingin mengetahui asal usulmu yang sesungguhnya ?"
"Seorang putra tak akan malu oleh kerendahan tingkat hidup orang tuanya,
sekalipun orang tuaku mempunyai hal-hal yang memalukan untuk diketahui orang
lain, aku sebagai putranya sudah menjadi kewajiban untuk turut memikulnya
bersama mereka." "Baiklah, akan kuberitahukan kepadamu, kalau dibilang sesungguhnya orang
tuamu bukan orang luar, mereka semua adalah pelayan dari gedung keluarga
Buyung. Sayang sekali, mereka semua ikut tewas didalam peristiwa pembunuhan
tersebut." "Kaukah yang mencelakai mereka ?" seru Buyung Im seng dengan penuh amarah.
Hantu Wanita Berambut Putih 6 Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Siluman Bukit Menjangan 2
^