Pencarian

Pena Wasiat 13

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 13


aku orans she Cu janjikan kepada kalian pasti akan
kulaksanakan dengan sebaik-baiknya, nona bertiga tak usah
kuatir, sekarang mari kita berangkat..."
"Cu kongcu, apakah tidak kau coba dulu, dapatkah jalan
darah ditubuh Tiong kongcu itu kau bebaskan?" usul Ang Bo
tan. "Lebih baik kita bawa dia keluar dari sini lebih dulu''
"Kenapa"."
"Sebab aku hendak menyuruh sunio melihat keadaannya
lebih dulu, kemudian baru berusaha untuk membebaskan
jalin darahnya!" "Baik, terserah kepada kongcu sendiri", u-cap Ang Bo
tan. "Ji moay, Sam-moay, mari kita berganti pakaian dulu
sambil membawa senjata", seru Lik Hoo, mulai sekarang
kita harus menegakkan kembali nama tiga kuntum bunga
tersebut dalam dunia persilatan"
"Nona bertiga, lebib baik kalian jangan terlalu menyolok
dulu" kata Siau hong sambil tertawa. "kenakan saja pakaian
luar, tutupi lambang diatas pakaian yang kalian kenakan
itu" Lik Hoo tertawa. "Baik, kami akan menuruti semua perin-tah dari kongcu"
Ketiga orang nona itu segera berganti pakaian, lalu
masing-masing mengenakan sebuah jubah panjang untuk
menutupi lambang mereka.'
Lik Hoo tetap memakai baju berwarna hijau pupus, Ui
Bwee mengenakan baju berwarna kuning, sedangkan Ang
Bo tan mengenakan baju berwarna merah.
Ketiga orang perempuan itu semuanya menyanggul
rambut mereka model keraton, pakaian yang dipakai
berwarna-warni sehingga kelihatan menyolok sekali.
Menyolok atau tidak adalah soal kedua, maka Cu Siau
hong segera membawa mereka meninggalkan tempat itu.
Senjata yang dibawa tiga bersaudara itu adalah sebilah
pedang mestika...... Lik Hoo segera membuka pintu kamar yang berhubungan
dengan tempat luar, si-nar matahari segera menyorot
masuk ke dalam. Ang Bo tan dan Ui Bwe menerjang lebih dulu keluar sana.
. Cu Siau hong sambil membopong Tiong It ki berjalan
ditengah, sedangkan Lik Hoo dipaling belakang.
Setelah keluar dari pintu besi, sinar matahari terasa
menyilaukan mata, bau bunga yang harum semerbak
menusuk hidung. Mendadak terdengar Ui Bwee membentak keras.
"Berhenti! Siapa disitu?"
"Kemudian terdengar suara lain berkuman-dang pula.
Siau hong sute!" Ternyata yang datang adalah Tang Cuan.
Tang Cuan menghembuskan napas panjang dengan
langkah lebar dia segera maju mendekat sambil berseru:
"Sute, siapa yang berada dalam dukungan-mu itu"'
"Toa suheng, dia adalah It ki sute!" jawab Cu Siau hong.
"lt ki sute" Kau telah menemukannya?" suara Tang Cuan
kedengaran agak gemetar. Cu Siau hong manggut-manggut.
"Yaa, untung saja ada ketiga orarg nona ini yang
membantu diriku" katanya.
Tang Cuan memperhatikan Lik Hoo sekejap, kemudian
katanya: "Ketiga orang nona ini maksudmu . . ."
"Betul! Ketiga orang nona itulah orang-nya . ."
Tang Cuan tidak kenal dengan Lik Hoo tiga bersaudara,
buru-buru dia menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas banusan nona bertiga!"
"Tidak, kau tak usah berterima kasih ke-pada kami.!"
kata Lik Hoo sambil tertawa.
"Kau telah menolong Siau sute kami, dia adalah satusatunya
darah daging dari mendiang suhu kami, kau
menolongnya berarti menolong Bu khek bun kami, setiap
anggota Bu-khek bun sudah seharusnya merasa berterima
kasih kepadamu" Kembali Lik Hoo tertawa. "Saudara adalah. . . . ."
"Dia adalah toa suheng ku, juga merupakan ciangbunjin
dari Bu-khek-bun sekarang", buru-buru Cu Siau hong
memperkenalkan." Lik Hoo segera menyingkap jubahnya dan tiba-tiba
menjatuhkan diri berlutut, katanya:
''Lik Hoo menjumpai ciangbunjin."
Ketika Ui Bwe dan Ang Bo tan menyaksikan Lik Hoo
berlutut, buru-buru mereka turut berlutut.
Tang Cuan menjadi kelabakan menghadapi kejadian itu,
serunya dengan gugup: "Nona bertiga, harap kalian segera bangun!"
"Kami baru pertama kali ini berjumpa dengan
ciangbunjin, sudah sepantasnya jika kami menjalankan
penghormatan besar kepadamu" kata Lik Hoo.
"Nona bertiga sudah sepantasnya jika pihak Bu khek bun
yang mengucapkan terima kasih kepada kalian bertiga"
"Tidak berani, tidak berani, kami sudah menjadi
orangnya Cu kongcu, sudah seharusnya kami berbakti buat
Bu khek bun" Mendengar itu paras muka Tang Cuan agak berubah,
serunya: "Kalian sudah menjadi orangnya Cu -kongcu" Apa
maksudnya" Siau hong, kau...."
"Toa suheng" tukas Siau hong "demi menyelamatkan
jiwa siau sute, mau tak mau siaute harus mengambil
tindakan menurut keadaan, maka akupun meluluskan
permintaan mereka" Tang Cuan menghela napas panjang, tukasnya:
"Tak usah kau lanjutkan, Siau hong, kau sudah tidak
terikat lagi oleh peraturan perguruan, aku yang menjadi
Ciangbun-suheng mu juga tak akan mencampuri urusanmu,
cuma untuk melakukan suatu perbuatan haruslah tahu
batas batasnya. Masa sekaligus kau mengawini mereka
bertiga menjadi isterimu....."
"Suheng, kau salah paham" buru-buru Cu Siau hong
menerangkan. "Ciangbunjin, kami adalah dayang- dayangnya Cu
kongcu'' Lik Hoo segera menerangkan.
"Dayang" Hal ini. . .hal ini mana boleh?"
'Kenapa tidak boleh" Adalah kami sen-diri yang rela
mengikuti Cu kongcu seba-gai dayang" sambung Ui Bwe.
"Ooooh!" "Toa suheng!" kata Cu Siau hong kemu-dian, "mereka
bertiga adalah orang-orang kebun raya Ban hoa wan, tapi
mereka telah membantuku untuk menyelamatkan It ki sute,
juga memberitahukan banyak rahasia kepadaku, dengan
keadaan seperti ini, sudah pasti mereka tak bisa berdiam
dalam kebun raya Ban hoa wan lagi, itulah sebabnya aku
harus membawa mereka meninggalkan tempat ini serta
melindungi keselamatannya"
"Sudah seharusnya kalau kita berbuat demikian, mari
kita menjumpai subo, entah betapa gembiranya beliau
setelah berjumpa dengan It ki sute nanti"
"Sekarang, subo ada dimana" tanya Cu Siau hong.
"Sunio berada didalam kuil kecil, dia tampak sedih sekali
karena kehilangan jejakmu, aku lihat beberapa kali dia
membesut air mata secara diam-diam"
"Cu Siau hong merasakan hatinya menjadi kecut, hampir
saja air matanya jatuh bercucuran, tapi dia masih bertahan
terus dan menahan air matanya jangan sampai meleleh
keluar. Dengan memelototkan matanya bulat-bulat dia berseru:
"Hayo berangkat, kita jumpai sunio!"
Dengan langkah lebar dia berjalan lebih dulu ke depan.
Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo-tan segera menyusul di
belakang Cu Siau hong ...........
Tang Cuan berada dipaling belakang.
Jarak dari tempat itu dengan kuil tadi tidak terlalu jauh,
dengan cepatnya mereka sudah tiba didepan kuil.
'Terlihat Pek Bwee, Pek Hong, Tan Tiang kim, Sin Jut dan
Kui Meh serta Seng Tiong gak sekalian sedang menunggu
diluar kuil. Diantara ibu dan anak mungkin benar-benar terjalin
suatu kontak batin yang erat, belum lagi Pek Hong melihat
jelas siapa yang sedang dibopong oleh Cu Siau hong,
dengan langkah lebar dia telah menyong-song
kedatangannya sembari berseru:
"Siau hong, orang yang kau bopong itu apakah It-ki?"
Buru-buru Cu Siau hong menjatuhkan diri berlutut.
'Tecu benar-benar amat menyesal. . . ."
"Siau hong, kau. . apa yang kau sesalkan"' tukas Pek
Hong dengan cepat. "Tecu tak dapat membawa pulang It-ki sute dalam
keadaan yang utuh ....."
Paras muka Pek Hong segera berubah hebat, tapi dia
sempat membangunkan Siau--hong sembari berkata:
"Cepat bangun, beritahu kepadaku, apakah It ki sudah
meninggal dunia . . . . ?"
Cu Siau hong segera menggeleng.
"Tampaknya It ki sute sudah ditotok jalan darahnya oleh
semacam kepandaian yang khusus, mungkin juga dia
dipengaruhi oleh semacam obat-obatan, tecu tidak tahu
secara persis jadi tak berani pula turun ta-ngan secara
sembarangan" "Sementara itu Pek Bwe, Tan Tiang kim dan Seng-Tiong
gak sekalian telah datang berkerumun.
Sedang Pek Hong juga telah menyambut tubuh Tiong It
ki dan membaringkannya di-atas tanah.
Pek Bwe memandang sekejap ke arah Cu Siau hong,
dibalik sinar matanya terpancar keluar suatu sinar yang
sangat aneh, jago kawakan ini sungguh merasa tidak habis
mengerti, secara bagaimanakah Cu Siau hong berhasil
menemukan Tiong It ki secara demikian mudahnya.
Dia segera berjongkok dan membuka kelopak mata Tiong
It ki, setelah diperiksa sebentar katanya:
"Tidak mirip terluka oleh obat-obatan.
"Jika bukan oleh obat-obatan, itu berarti jalan darahnya
yang sudah tertotok!' sera Pek Hong. .
"Susah dikatakan, harus dicoba lebih dahulu baru bisa
diketahui." Tan Tiang kim segera menjulurkan tangannya dan
meraba sekujur badan Tiong it ki sejenak, kemudian
katanya: "Ilmu totokan yang digunakan juga bukan ilmu totokan
yang biasa dijumpai umum..!"
"Seandainya tototan tersebut dilakukan o-leh suatu
kepandaian yang khusus, sedangkan diantara kita tiada
orang yang sanggup memunahkan pengaruh totokan itu,
bukankah hal ini menjadi repot sekali.
"Yaa, hal ini harus tergantung pada kemujuran!" sahut
Tan Tiang kim sambil mengangguk.
"Didunia ini terdapat banyak sekali ilmu menotok jalan
darah yang khusus, bila tidak memahami keadaan yang
sebenarnya, me-mang agak sukar untuk turun tangan"
"Saudara Pek, aku lihat kita musti membicarakan
persoalan ini dengan sebaik-baiknya.
''Maksud kau si pengemis tua ...."
Tan Tiang kim menghela napas panjang, tukasnya:
Terus terang saja, aku si pengemis tua telah mencoba
untuk membebaskan totokan jalan darah itu, beberapa
macam ilmu membebaskan jalan darah yang kupahami
telah ku coba semua tapi tanpa hasil, bila kita memaksanya
terus secara kekerasan, aku kuatir bisa menimbulkan
perubahan-perubahan lain.
"Aaai. . . aku mengerti jika kita terlalu memaksakan
hawa peredaran darahnya, kemungkinan besar ia dapat
menderita luka dalam yang sangat parah.
"Tapi jika tidak dapat dipunahkan dengan segera,
kemungkinan besar jiwanya juga bisa melayang' .
"Tan cianpwe" seru Pek Hong, "bagaimana pun juga
sekarang It-ki sudah berada disini, kita toh tak akan
Membiar-kan dia menderita dengan begitu saja"
"Anak Hong, siapa yang mengatakan kita tak akan
mengurusinya?" bantah Pek Bwe. "bukankah kita sedang
memperbincangkan bagaimana caranya untuk memunahkan
totokan jalan darahnya?"
"Kalau dibicarakan soal ilmu menotok jalan darah, maka
pangcu kami boleh dibilang paling luas pengetahuannya"
ucap Tan Tiang-kim, "mungkin saja dia mampu untuk
memunahkannya...'' Sesudah melirik sekejap ke arah Cu Siau--hong,
terusnya: "Siau hong, kenapa kau tidak mencobanya?"
"Masalah ini besar sekali sangkut pautnya, boanpwe
tidak berani sembarangan turun tangan.."
"Siau hong, cobalah, asal hati-hati aku rasa tidak
mengapa, pokoknya bila kau merasa keadaan kurang beres,
segera hentikan perbuatanmu itu..."
Pek Hong memandang sekejap ke arah Cu Siau hong,
kemudian katanya: ''Siau hong, kau mempunyai beberapa ba-gian
keyakinan?" "Satu bagianpun tidak punya!"
"Bukankah berbahaya sekali kalau begitu!'
"ltulah sebabnya mengapa tecu membawa sute dalam
keadaan begini . . .'' "Lantas, Apa yang musti kita lakukan sekarang?"
"Sunio, bawalah It ki sute menghadap pangcu, dan
mohonlah kemurahan hati kepada nya!"
"Siau hong!" kembali Tan Tiang kim berkata, "aku rasa
tak ada salahnya bila kau coba, menolong orang bagaikan
menolong api, persoalan ini tak dapat ditunda-tunda lagi!
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong lantas berpikir


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didalam hati: "Dia menyuruh aku mencoba untuk membebaskan jalan
darah It ki sute yang tertotok, mungkin dalam hati kecilnya
mempuyai pandangan tertentu. yaa.... kalau keadaan
semacam ini dibiarkan berlarut-larut, ada baik nya kalau
mencobanya dengan menyerempet bahaya".
Berpikir sampai disitu, dia lantas membungkukkan badan
seraya menyahut: "Boanpwe bersedia untuk mencobanya dengan sepenuh
tenaga, cuma cianpwe berdua yang sudah mempunyai
pengalaman puluhan tahun harus memberi banyak petunjuk
kepada boanpwe" "Siau hong, perduli cara apapun yang hendak kau
gunakan, yang penting jangan dipergunakan kelewat keras,
asal dicoba saja su-dah cukup, ketahuilah untuk
membebaskan jalan darah sesungguhnya sepuluh kali lipat
jauh lebih sukar daripada sewaktu melancarkan totokan
jalan darah...' "Terima kasih atas petunjuk cianpwe."
Pelan-pelan dia berjongkok dan menempelkan sepasang
tangannya diatas tubuh Tiong It-ki, kemudian pelan- pelan
mengurutnya dengan seksama, ketika ia mencoba untuk
memperhatikan wajah Pek Hong, tampak peluh sebesar
kacang telah jatuh bercucuran membasahi seluruh jidatnya.
Dengar sedih Pek Hong menghela napas, panjang,
sepasang matanya segera dipejamkan dan dua baris air
mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, dengan serius
dia berkata: 'Siau hong, turun tangan saja dengan sepenuh hati, bila
ia benar-benar tak bisa tertolong lagi, ya apa boleh buat,
mungkin memang sudah beginilah suratan takdirnya!"
Cu Siau hong menggerakkan tangannya untuk menyeka
air keringat yang membasahi wajahnya, lalu berkata:
"Sunio, tecu telah berhasil menemukan gejalanya, It ki
sute tampaknya sudah terkena totokan pada Sam Im ciat
mehnya, bila salah turun tangan dalam membebasan jalan
darahnya, sekalipun tidak sampai mati, paling tidak ia akan
menjadi cacad" "Sam im ciat meh?" desis Pek Hong.
"Betul!" "Siau hong, jangan turun tangan lebih dulu!" Tan Tiang
kim segera mencegah. Baru saja Cu Siau hong menyeka keringat yang
membasahi jidatnya, keringat kembali jatuh bercucuran
membasahi seluruh badannya, dia berkata:
"Locianpwe, kau ada petunjuk apa?"
Jilid 21 "Aku si pengemis tua pernah mendengar orang berkata,
"konon totokan pada urat nadi Sam im ciat meh merupakan
suatu ilmu totokan jalan darah yang paling susah dipelajari,
cara untuk membebaskannya juga merupakan suatu cara
yang paling sukar. Kau musti lebih berhati-hati lagi dalam
tindakanmu nanti.!" "Tecu ..... tecu.... tecu mengerti."
'Nah, Siau hong, turun tanganlah" seru Pek Hong
kemudian. Cu Siau Hong mengiakan, mendadak secepat sambaran
kilat dia melancarkan sembilan buah totokan berantai,
Rupanya didalam mempergunakan ke sembilan buah
totokan tersebut, dia telah menyalurkan segenap kekuatan
yang dimilikinya sehingga paras muka si anak muda itu
seketika berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
sedangkan orangnya juga berubah menjadi agak bodoh,
dengan membelalakkan matanya lebar-lebar dia mengawasi
wajah Tiong It ki tanpa berkedip...
Dalam kenyataan, bukan cuma Cu Siau hong seorang
yang berbuat demikian, melainkan hampir segenap orang
yang hadir di sana telah mengalihkan semua perhatian
mereka ke atas wajah Tiong It ki.
Suasana disekeliiing tempat itu berubah menjadi hening,
sedemikian heningnya sampai jatuhnya jarumpun dapat
terdengar. Lik Hoo, Ui Bwee. Ang Bo tan dibuat tertegun juga oleh
suasana serius yang mencekam di seluruh arena. Hanya
manusia yang berhati jujur saja yang akan tersentuh
perasaannya oleh suasana seperti itu.
Keadaan yang hening tapi tegang itu berlangsung hampir
seperempat jam lamanya, tiba-tiba Tiong It ki
menggerakkan sepasang lengannya lalu bangkit dan duduk.
Cu Siau hong segera memejamkan matanya rapat-rapat,
dua baris air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya,
dia berseru: "Oooh... sunio!"
Dengan cepat pemuda itu menjatuhkan diri berlutut
dihadapan Pek Hong. Pek Hong sendiripun sangat terharu, de-ngan cepat dia
membangunkan Cu Siau hong sambil berseru:
"Anakku, aku telah merepotkan kau!"
Tecu merasa amat tegang, amat takut sekali, bila aku
salah, aku akan mengiringi sute untuk mati bersama".
'Siau bong, tenangkan hatimu, mati atau hidup adalah
nyawanya, nak. kali ini kau telah berhasil"
Sementara itu, Tiong It ki sudah bangkit berdiri,pelanpelan
dia berpaling memandang sekeliling tempat itu
sekejap, kemudian serunya dengan keras:
"Ooooh. . . . . ibu!"
Dengan cepat ia menubruk kedalam rangkulan Pek Hong,
air matanya jatuh bercucuran bagaikan hujan deras.
Terlalu banyak penderitaan yang telah dialaminya,
banyak siksaan yang telah dijalaninya, seorang bocah yang
baru berusia belasan tahun memang tak akan sanggup
untuk menahan penderitaan semacam ini, kendatipun dia
tangguh dan cukup tahan uji.
Pek Hong menghembuskan napas panjang, ujarnya:
'Nak, menangislah! Menangislah sepuas hatimu,
menangis terus sampai semua ganjalan dalam hatimu
terlampiaskan keluar semua!' .. .
Mendengar perkataan itu Tiong It ki malah rikuh untuk
menangis lebih lanjut, cepat dia membesut air matanya
sambil ber-kata: "Ibu, Apakah aku masih hidup dengan segar bugar?"
"Yaa, kau masih hilup segar bugar."
Cepat berterima kasih kepada Jit Suhengmu, demi kau,
dia telah mempertaruhkan selembar jiwanya"
'Ooooh ...." Tiong It ki segera berpaling dan menja-tuhkan diri
berlutut dihadapan Cu Siau hong.
Buru-buru Cu Siau hong berlutut pula, seraya berkata:
'It ki, kita adalah sesama saudara aku tak berani
menerima penghormatanmu itu '
"Sudahlah nak, kalian bangun semua,' Pek Bwe lantas
menimbrung. Cu Siau hong segera bangkit berdiri, kepada Pek Hong
baru ujarnya: "Sunio, yang sudah menyelamatkan jiwa It ki sute dari
ancaman bahaya adalah ketiga orang nona itu, untuk hal
tersebut dia-tas dengan memberanikan diri tecu telah
meluluskan permintaan mereka untuk melin-dungi
keselamatan jiwanya"
"Sudah sepantasnya kalau berbuat demikian"
'Tecu telah melapor kepada ciangbun suheng dan
memohon agar mereka bisa di-terima"
Pek Hong tidak segera menjawab, dia berpaling dan
memandang sekejap ke-arah Lik Hoo sekalian lalu
tanyanya: "Apakah kalian hendak masuk kedalam perguruan Bu
khek bun?" "Tidak!" jawab Lik Hoo.
"Kalian telah menyelamatkan satu-satuntya darah daging
dari keluarga Tiong, berdiri pada pribadiku sendiri aku
bersedia untuk meluluskan syarat apa saja yang hendak
kalian ajukan, nah katakanlah!"
"Kami hanya memohon kepada cianpwe agar bersedia
meluluskan keinginan kami untuk mendampingi terus Cu
kongcu " "Kalian bertiga?" sela Pek Hong sambil tertegun.
"Benar!" Pek Hong menjadi tertegun beberapa saat lamanya,
untuk sesaat dia tak mampu ber-kata-kata.
Dengan kening berkerut Pek Bwe lantas berkata.
"Sebenarnya kalian adalah apanya Cu-Siau hong?"
Nama kami bertiga didalam dunia persilatan kurang baik
maka kamipun tidak berani memohon apa-apa, asal Cu
kongcu bersedia selalu membawa kami disisinya, itu sudah
lebih dari cukup" "Hei, sebenarnya apa yang telah terjadi' seru Pek Bwe.
"Kalian bertiga telah memohon ingin menjadi apanya?"
sambung Pek Hong pula. Apapun boleh, pokoknya apapun yang dikehendaki oleh
Cu kongcu akan kami laksanakan tanpa membantah"
Pek Hong lantas mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu
Siau- hong, setelah itu katanya:
"Siau Hong, kau bermaksud suruh mereka melakukan
apa?" "Waktu itu tecu hanya bertujuan untuk menolong jiwa It
ki sute, persoalan yang lain belum sempat kupikirkan"
Jawaban itu sangat diplomatis, seketika itu juga Pek
Hong terbungkam dalam seribu bahasa..
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, lalu
berkata lagi: "Sunin! Siau hong hanya menyanggupi untuk menerima
mereka disisiku, suruh mereka menjadi apa belum pernah
kubicarakan' "Oooh...!' Pek Bwe berseru tertahan.
Cu Siau hong segera merasakan bahwa persoalan ini
merupakan suatu kesulitan yang harus dibikin terang
secepatnya, maka kembali berpaling dan memandang
sekejap kearah Lik Hoo sekalian, katanya:
''Nona bertiga, kalian mempunyai persya-ratan apa"
Bolehkah kau ajukau sekarang"
"Kami tidak mempunyai syarat apa-apa, kami cuma
berharap bisa mendampingi kongcu sepanjang masa, mau
jadi pelayan juga boleh, menjadi dayang juga mau"
''Siau hong!" Pek Hong lantas berkata, "aku lihat lebih
baik kau putuskan sendiri persoalan tersebut, tapi kau toh
sudah me-nyanggupi untuk melindungi keselamatan orang"
Dalam hal ini, kami pasti akan melaksanakannya dengan
sebaik mungkin" "Tecu mengerti!"
'' Ayah!" Pek Hong lantas berkata kepa-da Pek Bwe,
"apakah kita sudah boleh pergi sekarang?"
Cu Siau hong mendongakkan kepalanya dan memandang
keadaan cuaca sekejap, lalu berkata:
"Sebelum malam nanti, orang-orang Ban-hoa wan akan
melangsungkan suatu serangan secara besar-besaran
terhadap kita" "Kita berhasil menyelamatkan Tiong It ki, aku percaya
dalam kebun raya Ban hoa wan ini masih ada orang yang
mengawasi kita, dan akupun percaya mereka telah
mengetahui semua kejadiaa ini dengan sejelas-jelasnya,
tapi heran kenapa mereka harus menunggu sampai magrib
baru mulai melancarkan serangannya?"
"Konon mereka sedang menunggu kedatangan
seseorang!" kata Cu Siau hong cepat.
"Siapa yang mereka tunggu"''
"Soal ini Siau hong kurang jelas ....."
Setelah berpaling dan memandang sekejap kearah Lik
Hoo, katanya lebih lanjut:
"Nona, siapakah orang itu?"
"Mungkin dia adalah Keng-loji, cuma budak tak berani
memastikan" sahut Lik Hoo.
Dengan menyebut dirinya sebagai budak, tampaknya dia
telah memastikan tingkat kedudukan mereka.
'Hanya menunggu satu orang?" tanya Tan Tiang kim.
''Berita yang budak dengar memang demikian!.'
"Kalau cuma satu orang, sekalipun ilmu silatnya sangat
lihay, belum tentu mampu menghadapi kami?"
"Apakah masih ada orang lain, budak tidak berani
memastikan seratus persen.'
Tan Tiang kim segera termenung dan membungkam
dalam seribu bahasa... Dengan suara lirih Pek Bwe lantas berkata:
"Hei, pengemis tua, coba lihatlah sebenarnya apa yang
telah terjadi. . . . ?"
"Waktu yang telah mereka tetapkan untuk menghadapi
kita belum tiba, sekalipun kita berhasil menolong Tiong It
ki, saat yang ditetapkan ternyata sama sekali tidak
dilanggar, aaaai. . . ! Organisasi ini sungguh menakutkan
sekali" "Saudara Tan!" kembali Pek Bwe berbisik, "coba pikirkan,
perlu tidak kita tinggal di sini sambil menunggu sampai
mereka melancarkan serangannya."
"Aku si pengemis tuapun sedang kesulitan, kalau dilihat
dari posisi yang terbentang didepan mata, jelas terlihat
kalau serangan yang mereka persiapkan adalah suatu
penyerangan yang luar biasa sekali, bila kita tetap tinggal
disini, besar kemung-kinan kalau kita bakal rugi, tapi kalau
te-tap tidak berdiam disini, kuatirnya kesem-patan baik ini
kita lewatkan dengan begitu saja"
"Tan cianpwe, boanpwe mempunyai suatu pendapat yang
bodoh, entah bisa dipergunakan atau tidak?" timbrung Cu
Siau hong. "Baik, coba kau katakan!"
"Boanpwe rasa, belum tentu kita harus menuruti apa
yang telah mereka rencanakan''
"Maksudmu?" "Sekarang It-ki sute butuh beristirahat, sekalipun kita
mempunyai rencana melangsungkan pertarungan adu
kekuatan de-ngan mereka, toh belum tentu harus
dilangsungkan dalam kebun raya Ban hoa wan ini'


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar! Mari kita berangkat"
Maka berangkatlah rombongan jago-jago lihay itu
meninggalkan kebun raya Ban hoa wan.
Diluar dugaan, segala sesuatunya tetap tenang dan
aman, tidak dijumpai sesuatu perubahan, juga tiada
seorang manusiapun yang menegur kepergian mereka.
Pek Bwe segera berpaling dan memandang sekejap ke
arah kebun raya Ban hoa wan yang berada dibelakangnya,
lalu sambil tertawa getir katanya:
"Siapa yang akan menduga sampai kesana" Kebun raya
yang demikian tersohornya ternyata adalah sebuah sarang
penyamun, dibalik aneka bunga yang indah tersembunyi
hawa pembunuhan yang mengerikan"
Tan Tiang-kim tertawa, katanya:
'Saudara Pek, aku si pengemis tua telah teringat akan
sesuatu, entah bagaimana dengan pendapat dari saudara
Pek?" "Soal apa?" "Mereka mempunyai seseorang yang diandalkan, tapi
orang itu sudah pasti tidak berada dalam kebun raya Ban
hoa wan" "Saudara Tan, apakah kau ada niat untuk menghadang
jalan pergi orang ini?"
"Betul, kita hadang kedatangnya diluar sana, dengap
begitu kitapun bisa melihat manusia macam apakah
sebenarnya orang itu"
"Cara ini memang bagus sekali, dalam pertikaian yang
berlangsung selama ini, kita selalu berdiri pada posisi pihak
yang diusik, sekarang kita musti membalikkan posisi
tersebut, dari pihak yang diancam menjadi pihak yang
mengancam" "Betul! Aku si pengemis tua juga mempunyai rencana
tersebut, cuma It ki petlu banyak beristirahat, aku lihat,
lebih baik kalian lindungi dulu It ki sampai di rumah, sedang
tempat ini serahkan saja kepada aku si pengemis tua dan
pihak Pay kau yang menghadapinya"
"Apakah orang-orang dari perkumpulan Pay kau sudah
berdatangan?" tanya Pek Hong.
"Yaa, sudah datang, cuma jumlahnya tidak terlampau
banyak, semuanya hanya berjumlah empat orang, meski
demikian, mereka justru merupakan jago-jago yang paling
top di dalam perkumpulan Pay kau"
''Tan cianpwe pernah bertemu dengan mereka"''
"Mereka sudah melakukun hubungan kontak dengan
perkumpulan kami, berhubung pihak kami sudah keburu
membawa orang lebih dulu, agaknya mereka menjadi
kurang leluasa untuk membawa orang yang lebih banyak,
itulah sebabnya hanya empat orang huhoat saja yang di
utus kemari, bila kita membu-tuhkan bantuannya, asal
diberi khabar nis-caya mereka akan menyusul kemari'
'Gara-gara urusan kami, perkumpulan anda dan
perkumpulan Pay kau harus ikut menjadi repot, kejadian ini
sungguh membuat aku yang ditinggalkan merasa amat
tidak tentram" "Keponakan Hong jangan berkata demikian, kesemuanya
ini adalah atas kerelaan dari perkumpulan kami serta
perkumpulan Pay kau sendiri, aaai........! Terutama sekali
dari pihak Pay kau sekalipun sudah berganti ketua dua kali
namun mereka masih saja terinagat dengan hubungan
lama, kejadian ini benar-benar diluar dugaan...."
Tiba-tiba Cu Siau hong berpaling dan memandang
sekejap ke arah Lik Hoo, kemudian sapanya:
"Nona besar.!" "Budak siap menanti perintah" buru-buru Lik Hoo
memberi hormat. "Apakah di dalam kebun raya Ban Hoa wan ini terdapat
lorong rahasia bawah tanah lain yang berhubungan dengan
tempat luar?" "Agaknya tidak ada!"
Cu Siau hong segera berpaling dan memandang sekejap
ke arah Tang Cuan, kemudian katanya:
'Ciangbun suheng, siaute akan tetap tinggal disini,
agar..." "Akupun tetap tinggal disini", tukas Tang Cuan cepat.
Pek Bwe termenung dan berpikir sebentar, lalu katanya:
"Begini saja, Hong ji dengan membawa It ki pulang lebih
dulu, lohu dan Seng Tiong gak juga akan tetap tinggal
disini, urusan yang menyangkut Bu khek bun, tak bisa kita
serahkan seluruhnya kepada pihak Kay--pang dan Pay kau"
Tang Cuan lantas berpaling dan memandang sekejap ke
arah Pek Hong, setelah itu katanya:
"Bagaimana menurut pendapat sunio?"
"Aku juga harus tinggal disini ...." kata Pek Hong.
"lbu!" Tiong It ki menambahkan. "aku tidak terluka,
seharusnya akupun turut tinggal disini"
"It ki, jangan keras kepala" kata Pek Bwe, walaupun Jitsuheng
mu dapat membebaskan jalan darahmu, dan kau
sama sekali ti-dak menderita luka, cuma badanmu terlalu
lemah, oleh sebab itu kau harus baik-baik memelihara
kesehatanmu" "Tiong It-ki juga mengerti, sekalipun badannyn tidak
terluka, tapi kondisi badan-nya sangat lemah, dia harus
beristirahat cukup lama sebelum kekuatan badannya bisa
pulih kembali seperti sedia kala dan bertarung melawan
orang, itu berarti kehadirannya disana tak lebih hanya
merepotkan orang lain saja..
Pek Bwe menghembuskan napas panjang, lalu berkata.
'Hong-ji, bawalah It ki dan pulanglah lebih dulu!"
Pek Hong tidak banyak berbicara lagi, dia mengangguk
dan mengajak Tiong It ki berlalu dari situ dengan langkah
cepat. Menanti bayangan punggung dari kedua orang itu sudah
lenyap dari pandangan mata, Cu Siau hong baru berbisik:
"Tan cianpwe, boanpwe akan melindungi dulu sunio
sampai di tempat tujuan, sedang locianpwe juga harus
mempersiapkan orang untuk menutup semua jalan di empat
penjuru serta mengawasi setiap orang yang ber-lalu lalang
di sekitar tempat ini"
"Sute, mari kita pergi bersama" bisik Tang Cuan.
Pek Bwe menghela napas panjang, bisiknya:
"Siau hong benar-benar teliti seka-lil"
"Saudara Pek!", kata Tan Tiang kim pula, "sepanjang
jalan aku sudah mempersiapkan anak murid dari Kay pang,
aku lihat tak perlu merepotkan diri Siau hong lagi"
"Sesungguhnya hal itu pun timbul atas perasaan mereka
sendiri, biarkanlah mereka perlihatkan rasa baktinya."
Setelah mendongakkan kepala dan mem-perhatikan
cuaca dia melanjutkan lebih jauh:
"Dan lagi, Sekarang waktu sudah tidak pagi, sekalipun
harus menghantar mereka sampai ke kota Siang-yang
kemudian balik lagi kemari juga masih sempat"
Tan Tiang kim tak menghalangi niat mereka lagi...
Cu Siau hong lantas berbisik:
"Tan locianpwe, ketiga orang nona ini benar-benar
berniat untuk melepaskan diri dari lumpur kenistaan, entah
bagaimana perbuatan mereka dimasa silam, yang pasti
sekarang mereka berhati bersih bagaikan bulan purnama,
bila locianpwe ingin menga-jukan pertanyaan-pertanyaan,
silahkan tanyakan langsung kepada mereka"
"Tak usah banyak ribut lagi, cepat pergi dan cepat
kembali, jangan sampai menelantarkan persoalan"
Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap kearah
Tang Cuan, kemudian beranjak dan lari ke depan, disusul
Tang Cuan tepat dibelakang tubuhnya.
Kedua orang itu mempertahankan jarak sejauh sepuluh
kaki dengan Pek Hong, menanti mereka sudah masuk ke
dalam kota Siang yang dan menyaksikan Pek Hong dan
putranya masuk ke dalam bangunan rumah yang didiami
pangcu dari Kay pang, mereka baru membalikkan badan
dan balik ke dalam kebun raya Ban Hoa wan.
Sementara itu sang surya sudah tenggelam di balik
bukit, magrib pun menjelang tiba.
Pek Bwe mengerti, seandainya didalam kebun raya Ban
hoa wan terdapat pendekar-pendekar pedang macan
kumbang hitam, maka kepergian Cu Siau hong dan Tang
Cuan benar-benar suatu tindakan yang keliru besar,
terutama sekali Cu Siau hong, pemuda ini memiliki ilmu
pedang serta ilmu silat yang tampaknya justru merupakan
tandi-ngan dari pendekar-pendekar pedang macan
kumbang hitam. Tentu saja perkiraan semacam itu tak dapat dia
utarakan, apa yang bisa dilakukan hanya merasa cemas
dihati. Untung saja Tang Cuan dan Cu Siau hong segera kembali
lagi ke ke tempat itu. Diam-diam Pek Bwe menghembuskan napas lega,
ujarnya lirih: "Mereka sudah sampai rumah?"
"Yaa! Boanpwe melihat subo dan sute sudah masuk ke
dalam gedung, baru balik kembali ke sini' jawab Cu Siau
hong. 'Bagus! Bagus!" Tang Cuan segera menjura dan berkata pula:
"Tan cianpwe, apakah orang itu belum datang?" .
"Sampai sekarang belum ada kabar berita nya" sahut
Tan Tiang kim. 'Siau hong, coba kau tanyakan kepada nona Lik Hno, apa
gerangan yang telah terjadi"
Belum sempat Cu Siau hong menjawab, Lik Hoo sudah
membungkukkan badannya memberi hormat seraya
berkata. "Budak menjawab pertanyaan dari ciangbunjin, budak
hanya tahu mereka akan da-tang pada saat magrib, serta
melancarkan serangan untuk membasmi kalian semua,
sedang soal dengan cara apa mereka hendak bertindak,
budak kurang begitu tahu''
"Manusia macam apakah yang sedang mereka tunggu"
Tahukah kau?" "Budak tidak tahu"
Tang Cuan segera menghembuskan napas panjang,
katanya: "Sekarang kita sudah meninggalkan kebun raya Ban hoa
wan, mungkin saja mereka telah merubah pikiran. . ''
Belum selesai ucapan tersebut diucapkan, tiba-tiba
terdengar suara sempritan bambu yang tajam dan tinggi,
melengking berkumandang datang.
Tan Tang kim segera merasakan semangatnya berkobar
kembali, serunya dengan cepat:
"Nah, mereka sudah dataug, tepat sekali penyesuaian
waktu yang mereka rencanakan. . . hayo berangkat . . . kita
sambut kedatangan mereka !"
Selesai berkata dia lantas melangkah maju lebih dulu ke
depan. Pek Bwe, Cu Siau hong, Tang Cuan, Seng Tiong-gak, Sin
Jut, Kui Meh dan Lik Hoo bertiga segera mengikuti
dibelakangnya. Dibawah sinar matahari senja, tampak seorang kakek
berjubah hitam, berjenggot pu-tih sepanjang dada, berdiri
tegak ditengah jalan. Empat orang murid Kay-pang dengan senjata terhunus
sedang menghadang jalan pergi kakek berjubah hitam itu.
Tan Tiang kim agak tertegun, kemudian tegurnya:
'Hai, apa yang terjadi" Kenapa kalian menghunus senjata
tajam?" Buru-buru ke empat orang murid Kay-pang itu memberi
hormat, jawabnya: "Ilmu silat yang dimiliki lotiang ini li-hay sekali, dalam
sekali penyerangan kami berempat sudah dipaksa mundur
sejauh delapan langkah lebih, oleh sebab itu tecu sekalian
menghunus senjata" "Oooh, kiranya begitu"
Tiba-tiba terdengar kakek berjubah hitam itu menegur:
"Kalian adalah orang orang Kay-pang?"
"Pakaian yang kukenakan sudah jelas menunjukkan
kalau aku ini pengemis, menga-pa kau banyak bicara lagi?"
"Lohu dengan perkumpulan anda tak pernah terlibat
dalam hutang piutang, tiada dendam ataupun sakit hati,
mengapa kalian menghalangi perjalananku?" seru kakek
berjubah hitam itu dengan suara dingin.
"Aku si pengemis tua sudah setengah a-bad lamanya
berkelana dalam dunia persilat-an, orang kenamaan dunia
ini meski tak kukenal, paling tidak juga pernah kudengar,
tapi kau. . .' "Lohu bukan orang persliatan, lagi pula jarang sekali
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan" tukas kakek
itu cepat. Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah
Pek Bwe, kemudian ujarnya:
"Saudara Pek, matamu lebih awas . . . pengetahuanmu
lebih luas daripada aku si- pengemis tua, kenalkah kau
dengan saudara ini?"
'Tidak kenal!" jawab Pek Bwe sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Kalau begitu, silahkan loheng menyebutkan sendiri
siapa nama besarmu, dan apa pula julukannya."
Kakek berjubah hitam itu segera mendengus lalu tertawa
dingin tiada hentinya. "Sudah lama lohu mendengar nama besar Kay pang,
lohupun mendengar kalau Kay pang adalah suatu
perkumpulan besar, partai ternama yang mengutamakan
keadilan serta kesetia kawanan, sungguh tak ku sangka
partai besar yang didengung-dengungkan itu ternyata tak
lebih adalah suatu organisasi dari kaum pencoleng yang tak
mengerti aturan, Hmm.....! Dari pada melihat lebih baik
mendengar, sungguh bikin hati .lohu merasa amat
kecewa....' Tan Tiang kim berpaling sekejap, kemudian katanya:
"Saudara Pek, saudara ini benar-benar pandai
menyembunyikan indentitas sendiri, bila dalam hati kecilku
tiada perhitungan, bisa jadi aku akan terkena gertak


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambalnya itu." Setelah berhenti sebentar, sambungnya:
"Hari sudah mendekati magrib, kebun raya sudah tutup
pintu, ada urusan apa kau malam-malam datang kemari?"
"Hmmm! Sejak kapankah perkumpulan Kay pang sudah
menjajah wilayah diseputar tempat ini?" jengek kakek
berbaju hitam itu dingin.
Tan Tiang kim tertawa. "Lo heng, apakah kau belum meminta ijin kepada
pentolan wilayah tempat ini?"
Mendadak kakek berbaju hitam itu mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahh. . . tampaknya partai
kalian memang berniat untuk mencari kesulitanku"
-ooo0ooo- BAGIAN 25 KEBUN RAYA BAN HOA WAN telah mempersiapkan suatu
serangan besar-besaran terhadap kami' kata Tan Tiang kim,
'"tapi oleh karena kedatanganmu terlambat satu langkah,
membuat serangan yang sudah kalian susun dengan
secermat-cermatnya ini akan mengalami kegagalan total,
aku kuatir keterlambatan yang kau lakukan kali ini,
mungkin akan memperoleh teguran, bahkan hukuman yang
berat dari organisasimu ini"
Paras muka kakek berbaju bitam itu berubah hebat,
dengan dingin ujarnya: "Kau lagi mengaco belo apa?"
Tan Tiang kim tertawa, kembali ujarnya:
"Dalam sekali ayunan tangan kau berha-sil
mengundurkan empat orang murid Kay-pang, tenaga dalam
yang begini sempurna nya itu benar-benar mengejutkan
hati orang, kalau toh merasa punya kepandaian, mengapa
tidak berani mengakuinya?"
"Kau suruh lohu mengakui apa!" bentak kakek berbaju
hitam itu dengan gusar. "Mengakui asal usulmu yang sebenarnya'
"Biasanya penyakit itu keluar dari mulut, perbuatan
orang-orang Kay pang benar-benar diluar dugaan lohu"
Cu Siau-hong tak kuasa menahan diri lagi, mendadak dia
menimbrung dari samping: "Lotiang tidak kenal dengan kami, entah apakah kau
kenal dengan mereka bertiga"'
"Siapa yang kau maksud?"
"Lik Hoo Ui Bwee dan Ang Bo-tan?"
"Dia berada dimana"
Tapi begitu ucapan tersebut diutarakan dia segera tahu
kalau sudah salah berbicara, sayang kesalahan tersebutt
sudah tak dapat diperbaiki lagi.
Cu Siau-hong segera tersenyum, serunya dengan suara
lantang: "Kalau toh kalian sudah berniat untuk mengikuti diriku,
cepat atau lambat toh pasti akan bertemu orang, kenapa
masih takut dengan mereka" Hayo keluar!"
Ternyata Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah
menyembunyikan diri dibelakang pohon, tapi setelah
dibentak oleh Cu Siau hong, terpaksa ketiga orang itu
munculkan diri. Rupanya ketiga orang nona itu menyembunyikan diri
dibelakang sebatang pohon yang sangat besar dan daun
yang rimbun. Pelan-pelan Lik Hoo munculkan dirinya, disusul Ui Bwe
dan Ang Bo tan mengikuti dibelakangnya.
Dengan ketajaman mata bagaikan samba-ran kilat,
orang berbaju hitam itu mengawasi sekejap wajah Lik Hoo
sekalian bertiga kemudian katanya dengan sinis:
"Kau maksudkan ketiga orang budak ini" Darimaha lohu
bisa kenal dengan mereka?"
''Lik Hoo!" Cu Siau hong segera berkata, orang lain tidak
kenal dengan kalian, apakah kalian kenal dengan dirinya?"
"Hamba kenal dengannya, sekalipun tubuhnya sudah
terbakar hangus menjadi serbuk abu pun kami tetap
mengenalinya" 'Oooh, siapakah dia"
"Keng Ji kongcu!"
Cu Siau hong segera manggut-manggut.
"Ternyata dugaanku tidak salah", katanya, "kau memang
benar-benar pentolan dari ke-bun raya Ban hoa wan ini"
"Hei, apalagi yang kau igaukan" Belum pernah lohu
berjumpa dengan mereka."
"Ji kongcu", ujar Lik Hoo, "jangankan kau baru menyaru,
sekalipun berubah menjadi seorang perempuan pun kami
tetap menenali dirimu. . . ."
"Ji kongcu terlalu gegabah, mengapa kau lupa untuk
menutupi tahi lalat kecil dijari tengah tangan kirimu, aku
rasa di dunia ini tak akan terdapat manusia yang memiliki
ciri khas seperti itu."
Pakaian yang dikenakan kakek berbaju hitam itu segera
bergetar sendiri meski tidak terhembus angin, jelas hawa
amarah yang berkobar didalam dadanya telah mencapai
pada puncaknya. Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan segera mundur dengan
perasaan takut, ketiga orang ini sudah lama bergaul dengan
Keng ji kongcu, mereka mengerti bahwa orang itu sudah
mulai diliputi oleh kemarahan yang meluap.
Itu berarti jika dia sampai melancarkan serangan, maka
serangan yang dilancarkan itu sudah pasti merupakan suatu
serangan dahsyat yang mematikan.
Cu Siau hong maju dua langkah kedepan dan
menghadang didepan Lik Hoo sekalian sambil katanya:
"Ji kongcu akan meloloskan senjata tajam" Ataukah
bertarung dengan tangan kosong belaka?"
Ternyata kakek berbaju hitam itu masih bisa menahan
diri untuk tidak melibatkan dari dalam pertarungan itu, tibatiba
katanya lagi: "Kalian sudah salah melihat orang, aku bukan Keng-ji
kongcu!" "Kau bukan?" "Keng ji kongcu masih mude, mana mungkin
tampangnya macam lohu begini. . . ?" kata kakek berbaju
hitam itu dengan suara dingin.
"Ilmu menyaru muka yang ada didalam dunia persilatan
banyak yang sangat lihay, kalau Cuma ingin berganti rupa
saja bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu sulit."
"Jadi kau menganggap luho adalah Keng ji kongcu?" seru
kakek berbaju hitam itu lagi dengan dingin.
"Aku percaya mereka tiga bersaudara tak akan salah
melihat" 'Keng Ji kongcu!" dengan suara lantang Lik Hoo segera
berseru: "selama ini kau selalu berani berbuat berani
menanggungnya, kenapa sekarang menjadi penakut macam
cucu kura-kura" Masa kau tak berani mengakui dirimu
sendiri?" Mendadak kakek itu mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Haaahh. . . haaahh. . . haaahh. . . tampaknya kalian
bersikeras juga untuk berjumpa dengan Keng ji kongcu"
Mendadak dia mencabut kumis diatas wajahnya dan
melepaskan selembar topeng kulit manusia, katanya lebih
jauh. "Benar, aku adalah Keng Ji-kongcu!"
Itulah selembar wajah yang sangat tampan dengan sorot
mata yang tajam bagaikan sembilu, ditatapnya wajah Tan
Tiang kim lekat-lekat, kemudian tegurnya:
"Kau bernama Tan Tiang kim bukan?"
"Betul ....!" jawab Tan Tiang kim. "Keng Ji kongcu
sungguh tak kusangka aku si pengemis tua mempunyai
nama yang begini besarnya!''
'Tan Tiang kim, hal ini bukan dikarenakan namamu
sangat besar, kau tak usah terlalu membanggakan diri
sendiri, terus terang saja kalau cuma seorang tianglo dari
Kay pang mah masih belum dianggap masalah oleh Keng ji
kongcu" "Keng Ji kongcu, betul-betul tekebur ucapanmu, cuma
sudah setengah abad lamanya aku si pengemis tua
berkelana didalam dunia persilatan, akupun belum pernah
mendengar nama besarmu!"
"Jago lihay yang sesungguhnya tidak akan mencari nama
didalam dunia persilatan, jago lihay yang sesungguhnya
juga tak akan terlalu menonjolkan diri didepan orang lain,
tapi yang mereka kerjakan selalu adalah pekerjaan besar
yang tidak meninggalkan jejak"
"Aku masih kurang mengerti, pekerjaan besar apakah
yang telah kau lakukan?" tanya Tan Tiang kim sambil
,tertawa. Kembali Keng Ji kongcu tertawa.
"Tan Tiang kim, aku tak ingin terlalu banyak
memberitahukan urusan ini kepadamu, ambil contoh saja
dirimu, aku rasa kau merupakan suatu bukti yang teramat
jelas" "Coba katakanlah!' ''Misalnya saja, nama besarmu didalam dunia persilatan
amat termashur, tapi dalam kenyataannya belum tentu kau
memiliki kemampuan yang melebihi namamu"
Soal ini harus dicoba lebih dulu baru bisa dimengerti.
Orang yang benar-benar mengerti ilmu, dia tak akan
terlalu mempersoalkan nama yang kosong.
"O, ya ?" "Aku percaya yang kau unggulkan selama ini bukan
kepandaian sastramu yang indah, juga bukan jiwa besarmu
yang terpuji, melainkan tak lebih karena mengira dirimu
memiliki serangkaian ilmu silat yam hebat dan top"
"Aku si pengemis tua tak berani mengatakan kalau aku
adalah seorang jago lihay, tapi tiada nama yang diperoleh
secara untung-untungan, aku yakin jurus-jurus silat
kampungan yang kumiliki masih cukup untuk menjaga diri"
"Andaikata aku sanggup merobohkan kau dalam sepuluh
gebrakan saja, apalagi yang bisa kau gunakan untuk
membanggakan diri?" "Maksudmu dalam sepuluh gebrakan saja kau sudah
mampu untuk merenggut selembar jiwaku?".
"Dapatkah aku merenggut nyawamu, hal ini tergantung
pula seberapa banyak yang bisa kau lakukan untuk
menghadapinya" "Aku si pengemis tua tidak begitu paham"
Keng Ji kongcu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhhh. . . aku jarang
sekali turun tangan, tapi sekali turun tangan tak pernah ada
yang kubiarkan tetap hidup, cuma aku tak ingin ada begitu
banyak orang yang menyaksikan diriku membunuh orang,
maka asal kau Tan Tiang kim bersedia mengangkat
sumpah, jika dalam sepuluh gebrakan nanti menderita
kalah maka kau bersedia bunuh diri, kemungkinan besar
aku tak akan mencabut nyawa mu......"
"Soal menang atau kalah sudah lumrah dalam suatu
pertarungan, aku rasa tak perlu diembel-embeli dengan
segala sumpah janji atau pertaruhan ....." tukas Cu Siau--
hong. Keng Ji kongcu segera mendengus dingin.
"Hmm! Tiga kuntum bunga dari dunia persilatan selalu
cabul dan jalang, mungkin lantaran kau berparas bagus,
maka mereka baru bersedia menghianati diriku ...."
"Setiap orang tentu mempunyai sifat yang baik" tukas Cu
Siau hong lebih lanjut, "mereka sadar dari kesalahannya
karena kau tak pernah menganggap mereka sebagai
manusia, oleh sebab itu sudah sedari dulu mereka berminat
untuk menghianatimu, hanya selama ini menunggu saja
datangnya kesempatan baik dan sekarang kesempatan
yang mereka tunggu-tunggu itu telah datang'
Keng Ji-kongcu segera mengalihkan sinar matanya ke
wajah Lik Hoo, lalu tanyanya.
"Begitukah keadaan yang sebenarnya?"
"Benar, kami tiga bersaudara sudah ba-nyak tahun
mengikuti dirimu tapi kau belum pernah menganggap kami
sebagai manusia." Keng Ji-kongcu tertawa. "Persoalannya terletak pada diri kalian sendiri" katanya,
"bayangkan saja apa yang kalian lakukan selama ini apakah
mirip dengan peraturan manusia" Jangan salahkan kalau
akupun tak pernah menganggap kalian sebagai
manusia......." Sesudah tertawa terbahak-bahak dia melanjutkan.
"Setiap benda setelah membusuk baru keluar ulatnya,
kalian tiga bersaudara sudah memperkosa seluruh dunia
persilatan, entah berapa banyak orang yang telah
dicelakainya, Ji kongcu tidak membunuh kalian, hal ini
boleh dibilang sudah merupakan sesuatu yang sangat baik
dan bijaksa-na untuk kalian"
"Paras muka Lik Hoo segera berubah menjadi hijau
membesi, katanya dengan suara dingin:
"Kami tiga bersaudara bukan orang baik dan kamipun
mengerti, bahwa kami ini ko-tor tapi ucapan semacam itu
tidak berhak muncul dari mulutmu, kami mau hina mau
cabul, mau jalang, apa urusannya dengan kau Keng Ji
kongcu" Lagi pula kau sendiri juga tak akan lebih hebat dari
kami, bera-pa banyak perempuan yang sudah rusak di -
tanganmu" Bisakah kau menghitungnya" Kau bukan cuma
telah membohongi badan kami, bahkan menipu pula
perasaan kami." Keng Ji kongcu kembali tertawa:
"Apa yang dilakukan oleh aku selamanya ibarat Ciang
Tay kong meman-cing ikan, yang mau biarlah terkena pancingan,
kalian tiga bersaudara adalah ikan-ikan yang rela
membiarkan dirinya terpan-cing, aku rasa kalian juga tahu
bahwa aku tak pernah membujuk rayu dengan kata-kata
yang manis, akupun tak pernah menjanjikan apa-apa
kepada kalian, jika kalian rela kenapa tidak kuterima?"
Lik Hoo menghela napas panjang.
"Aai ..... dalam kenyataan kau memang berbuat
demikian, kau memang tak pernah menjanjikan apa-apa
kepada kami, tapi si-kap maupun tindak tandukmu telah


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperlihatkan kesemuanya itu"
"Keng Ji kongcu segera tertawa..
"Penjelasan semacam ini mungkin hanya kalian tiga
bersaudara yang mau percaya, aku percaya orang lain tak
akan mempercayainya dan tak akan mendengarnya, tapi
sekarang kalian telah menghianati diriku, itu berarti kalian
harus dijatuhi hukuman mati."
"Seandainya kami tidak terlalu menguatirkan soal mati
hidup, sedari dulu dulu kami sudah meninggalkan kebun
raya Ban-hoa wan ini"
'Bagus sekali, kalau begitu kalian berti-ga cepatlah
mampus bersama, bila harus menunggu sampai aku yang
turun tangan, akan kusuruh kalian mati tak bisa, hidup pun
tak dapat.'' Rasa takut dan ngeri dengan cepat menyelimuti seluruh
wajah Lik Hoo, Ui-Bwe dan Ang Bo tan, jelas merasa
ketakutan setengah mati oleh ancaman dari Keng Ji kongcu
tersebut. Cu Siau hong tertawa. "Sobat!" tukasnya, "kalau hanya mempermainkan dan
menakut-nakuti beberapa orang bocah perempuan mah
bukan perbua-tan dari seorang enghiong yang perkasa
.....'" "Kalau didengar dari perkataanmu, tampaknya kau ingin
menanggung semua persoalan ini?" sambung Keng Ji
kongcu. ''Aku yang tak becus, memang bermaksud demikian"
"Bagus sekali, bagaimana kalau kau sambut dulu tiga
jurus serangan dari Ji-kongcu?"
Cu Siau hong segera berpaling dan memandang sekejap
ke arah Tan Tiang kim lalu katanya:
"Locianpwe, bagai mana kalau pertarung-an babak
pertama ini diberikan dulu kepada boanpwe?"
"Baiklah!' jawab Tan Tiang kim sambil tertawa.
"Tenaga dalam boanpwe sangat cetek, seandainya
sampai kalah ditangan Keng Ji kongcu nanti, belum
terlambat rasanva bila cianpwe menggantikan diriku"
Tan Tiang kim manggut-manggut.
Sepasang mata Keng Ji kongcu yang tajam bagaikan
sembilu itu segera dialihkan ke a-tas wajah Cu Siau hong,
kemudian dengan wajah serius katanya:
Kalau didengar dari ucapanmu itu, tampaknya kau
merasa yakin sekali untuk dapat menyambut ketiga buah
jurus seranganku?" "Coba saja nanti, mungkin bahwa satu jurus saja tak
mampu kuterima ?" "Kau adalah anggota Kay pang?"
"Bukan, aku adalah anak murid Bu khek-bun." setelah
berhenti sejenak, lanjutnya:
MASIH ada satu hal, ingin kukatakan pada kepada ji
kongcu." "Baik, silahkan kau ucapkan"
"Seorang siau sute ku yang terjebak di dalam lorong
bawah tanah kebun raya ini te-lah berhasil kami
selamatkan" Keng Ji kongcu manggut-manggut.
"Soal ini aku sudah tahu"
Sinar matanya lantas dialihkan ke wajah Lik Hoo,
kemudian melanjutkan: "Aku rasa, sudah pasti hal ini merupakan hasil karya dari
kalian tiga bersaudara bukan?"
"Benar, kami telah menggabungkan diri dengan Cu
kongcu, padahal belum pernah berjasa apa-apa, maka
kamipun menyelamat-kan Tiong kongcu sebagai pernyataan
ketulusan hati kami"
"Bagus, kalian memang telah membuat pahala, tapi
pahala tersebut harus kalian buat dengan pengorbanan jiwa
kamu bertiga. "Saudara Keng, tampaknya kecuali meng-gertak dan
mengancam keselamatan jiwa o-rang, kau sudah tidak
memiliki cara lain yang lebih balk lagi, ehmm... hanya soal
ancaman jiwa saja, aku sudah mendengarnya sampai
beberapa kali" "Kalau begitu, sekarang kita buktikan dengan suatu
gerakan nyata saja ...."
Pelan pelan dia mengangkat tangan kanannya ke tengah
udara, kemudian katanya lebih lanjut:
"Sudah kukatakan tadi, bila kau sanggup untuk
menerima tiga jurus seranganku, silahkan kau
meninggalkan tempat ini dengan selamat"
Ucapan orang ini terlalu besar lagaknya, seakan-akan Cu
Siau hong pun sampai turut kena digertak olehnya. .
Dengan suara dalam Pek Bwe lantas berkata.
"Saudara Tan, nada ucapan orang-orang ini betul-betul
sangat terkebur, tampaknya apa yang dia ucapkan bukan
omong kosong belaka"
Dalam pada itu Keng Ji-kongcu sudah menggerakkan
tangan kanannya dan menekan ke dada Cu Siau hong
dengan suatu gerakan yang sangat enteng sekali.
Walaupun pukulan itu sangat enteng dan lembut, tapi
cepatnya bukan kepalang. Tampak tangannya yang baru diayunkan itu tahu-tahu
sudah mengancam dada. Betul-betul sebuah pukulan yang cepat sekali.
Kendatipun sejak tadi Cu Siau hong sudah melakukan
persiapan, toh dia dibikin terperanjat juga oleh kejadian itu.
Serangan yang dilancarkan olehnya itu betul-betul
terlampau cepat. Sekalipun Cu Siau hong sudah menarik napas sambil
mundur, tak urung ujung jari tangan lawan sempat
menyambar pula diatas pakaian bagian dadanya.
Ujung jari yang tajam serta membawa te-naga serangan
dahsyat itu ibaratnya sebilah pisau yang tajam, dengan
cepatnya merobek pakaian yang dikenakan Cu Siau hong.
Menyaksikan kejadian itu, Cu Siau hong menjadi
tertegun, serunya tertahan.
"Betul-betul suatu ilmu pukulan yang a-mat cepat!"
Agaknya Keng Ji kongcu juga merasa agak diluar dugaan
dengan peristiwa itu, sambil menghembuskan napas
panjang katanya .. "Ternyata kau berhasil juga menghindar-kan diri dari
seranganku itu!" "Kau anggap dengan seranganmu itu kau dapat
melukaiku?" "Semestinya seranganku ini dapat melukai-mu, tapi tak
kusangka kau mampu meng-hindarkan diri dari ancamanku
ini" Siau hong segera tertawa hambar.
"Masih ada dua jurus" katanya, "itu berarti kau masih
mempunyai kesempatan un-tuk melawanku"
Diam-diam Keng Ji kongcu merasa terkejut sekali setelah
menyaksikan sikap tenang dari lawannya, diam-diam dia
berpikir. "Bocah keparat ini sangat pandai menahan diri, ternyata
pukulan kilat yang kulancarkan tadi tidak berhasil
melukainya" Sedang Cu Siau hong juga sedang berpikir:
"Sungguh cepat pukulan yang dilancarkan orang ini,
sedemikian cepatnya sampai selama hidup belum pernah
kujumrai sebelumnya, heran kenapa ia bisa memiliki
pukulan yang sedemikian cepatnya".
Dengan berpikir demikian, kedua pihak pun sama-sama
melakukan persiapan yang lebih seksama, otomatis
kewaspadaan pun semakin ditingkatkan.
Tiba-tiba Keng Ji Kongcu tertawa dingin, lalu berseru:
"Berhati-hatilah, sambut seranganku yang kedua inil'
Tangan kanannya diayunkan ke udara, kemudian
pelan=pelan didorong ke depan.......
Kalau serangan yang pertama tadi dilakukan dengan
kecepatan luas biasa, maka di-dalan serangannya yang
kedua ini, dia melakukan serangan dengan-gerakan yang
sangat lamban. Namun didalam perasaan Cu Siau hong, keadaan itu
sama sekali berbeda, ia merasa serangan yang dilancarkan
tersebut telah menyelimuti seluruh tubuhnya, tujuh buah
jalan darah pentingnya hampir semua berada ditengah
kepungannya. Untuk sesaat dia menjadi sulit untuk menduga, kearah
manakah sebenarnya serangan itu dilancarkan.
Sementara dia masih tertegun, serangan yang semula
sangat lamban itu mendadak berubah menjadi cepat
bagaikan sambaran kilat dan langsung menyerang depan
dada Cu Siau hong. Buru-buru si anak muda itu melayang mundur sejauh
lima jengkal lebih dari tempat semula.
Sekalipun serangan tersebut tidak sampai mengenai
tubuh Cu Siau hong, akan tetapi anak muda itu merasakan
dadanya lamat-lamat menjadi sakit sekali ......
Ternyata serangan yang dilancarkan dari lamban menjadi
cepat itu hampir saja membuat Cu Siau hong terluka
diujung telapak tangannya.
Sekalipun nyaris terkena serangan dan terluka, namun
hakekatnya dia tetap berada dalam keadaan segar bugar.
Paras muka Keng Ji kongcu berubah sangat hebat,
ditatapnya wajah Cu Siau hong lekat-lekat, sampai lama
kemudian dia baru berkata:
"Lagi-lagi kau berhasil menghindarkan diri dari
seranganku!" "Beruntung aku tidak sampai terluka!'
"Aneh sekali, mengapa kau tidak melancarkan serangan
balasan?" "Setelah mendengar nada perkataan Keng Ji kongcu tadi,
timbul perasaan ingin tahu didalam hatiku"
"Masih ada satu jurus lagi, kau harus bersikap lebih
berhati-hati lagi ....."
Cu Siau hong tertawa. "Keng Ji kongcu" jawabnya, "aku sudah bertekad untuk
menjajal tiga jurus seranganmu, cuma setiap saat
kemungkinan besar aku akan melancarkan serangan
balasan, sebab kaupun harus bersikap lebih berhati-hati"
"Seorang murid Bu khek bun ternyata sanggup
menerima dua jurus seranganku, terus terang saja, aku
orang she Keng merasa sangat tidak percaya ."
Cu siau hong kembali tertawa.
'Hal itu dikarenakan pengetahuanmu terlampau cetek,
ilmu pedang Cing peng kiam hoat luas tiada taranya, tak
nanti orang lain bisa memahaminya"
'Haaahhh . . . haaahhh. . . haaahhh. . . cing peng kiam
hoat dari Bu khek bun terdiri dari seratus delapan jurus,
peruba-han yang paling rumitpun cuma satu jurus berubah
menjadi lima gerakan hingga total jendral jumlahnya
menjadi tiga ratus delapan belas gerakan, dalam partai
pedang didunia persilatan, ilmu semacam itu mah masih
belum terhitung suatu kepandaian yang luar biasa"
Cu Siau hong mendengus, diam-diam pikirnya:
"Heran, mengapa dia bisa mengetahui dengan begitu
jelas akan ilmu pedang Cing -peng kiam hoat dari Bu khek
bun?" Bagaimanapun terperanjatnya dia, namun paras
mukanya masih tetap setenang sedia kala, sambil tertawa
katanya kemudian: "Apa yang kau katakan itu tidak lebih hanya suatu
penilaian pada kulit luarnya saja memangnya suatu rahasia
dari suatu perguruan serta suatu jurus mematikan dari
suatu ilmu pedang akan diberitahukan kepada orang luar?"
Kedua orang ini sama-sama tidak turun tangan, tapi
tanya jawab yang sedang ber-langsung waktu itu justru
lebih tegang daripada suatu pertarungan, yang lebih
penting lagi adalah dibalik tanya jawab itu, selain kedua
belah pihak harus mempunyai kepandaian berbicara yang
hebat, juga ha-rus memiliki kecerdasan otak yang luar biasa.
Demikianlah, terdengar Keng Ji kongcu kembali berkata:
"Memangnya didalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat
masih terdapat perubahan istimewa lainnya"'
Keng Ji kongcu, aku percaya kebun raya Ban hoa wan
yang kau pimpin ini pasti ada sangkut pautnya dengan para
pendekar pedang macan kumbang hitam bukan?"
"Kau menyuruh aku mengakui?"
"Kau boleh saja tak usah mengaku, cuma kenyataan
telah terlihat dengan jelas, bila kau merasa keberatan untuk
mengaku, kitapun tak usah membicarakannya lebih lanjut"
Kalau dilanjutkan pembicaraannya, apa pula yang bisa
kita perbincangkan lagi?"
"Akan kuberitahukan kepadamu dimana letak inti sari
dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat yang sesungguhnya,
padahal memberitahukan kepadamu juga tak menjadi soal,
diantara sekian banyak pendekar-pendekar pedang macam
kumbang hitam yang tersebar dalam kota Siang-yang,
memang ada sebagian yang berada dibawah pimpinanku
......." `Kepandaian yang mereka miliki sangat lihay, setiap
jurus serangan yang dilancar-ken memang merupakan
jurus-jurus pembunuh yang membetot sukma, tapi ada
beberapa orang diantaranya yang tewas diujung pedang
Cing peng kiam hoat dari partai Bu khek bun kami"
Keng Ji kongcu kembali tertawa.
"Aku tak bisa menemukan jurus pedang manakah dari
ilmu pedang Cing peng kiam -hoat yang sanggup
membinasakan para pendekar pedang macam kumbang
hitam" "Aku kan sudah bilang, kau tak akan memahami inti sari
dari ilmu pedang Cing- peng kiam hoat, rahasia inipun
bukan diketahui oleh setiap orang yang berada diluar Bu
khek bun" Paras muka Keng Ji kongcu berubah hebat, katanya
dengan dingin: "Jadi mereka benar-benar sudah tewas oleh ilmu pedang
Cing peng kiam hoat"'
'Apakah kau belum percaya?"
Keng Ji kongcu berpaling dan meman-dang sekejap ke


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arah Tan Tiang kim, kemu-dian ujarnya.
"Aku masih mengira mereka tewas oleh kerubutan
orang-orang Kay pang, tapi jika pihak Kay pang ingin
membunuh para pen-dekar pedang macan kumbang hitam,
paling tidak kalian harus membayar korban yang sepuluh
kali lipat lebih besar"
'Kay pang tak berani menerima pujian ini" kata Tan Tiang
kim, "sebab dalam kenyataannya mereka memang tewas
oleh ujung pedang orang-orang Bu khek bun"
Paras muka Keng Ji kongcu segera beru-bah menjadi
amat serius, pelan-pelan ujarnya:
"Kalau begitu, aku telah memandang rendah orang-orang
perguruan Bu khek bun?"
"Sekarang, kau sedang berhadapan deng-an anak murid
Bu khek bun, lagi pula kau sudah melancarkan dua buah
serangan, seberapa besarkah kemampuan Bu khek bun
yang sesungguhnya, aku rasa kau tentunya sudah mengerti
bukan" Pertarungan ini benar-benar merupakan pertarungan
batin yang sangat hebat, kedua belah pihak sama-sama
berusaha untuk me-nekan lawannya dan berusaha meraih
kedu-dukan yang lebih menguntungkan.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, Keng
Ji kongcu menatap wajah Cu Siau hong beberapa saat
lamanya, kemudian ia berkata:
"Sungguh tak kusangka didalam perguru-an Bu khek
bun, masih terdapat rahasia semacam ini"
Mendadak dla melompat kedepan sambil melancarkan
sebuah pukulan dahsyat .........
Serangan itu dilancarkan dengan kecepa-tan luar biasa
dan keanehan yang diluar dugaan.
Cu Siau hong tidak bermaksud untuk menghindarkan diri
lagi, dia segera melayang kedepan dan menyongsong
datangnya ancaman tersebut.. .
Tubuh mereka berdua bagaikan kilatan cahaya tajam
langsung bertubrukan ditengah angkasa.
"Blaaammm... !" sebuah bentrokan kekerasan
menggelegar di tengah udara dan menimmbulkan suara
yang memekikkan teli-nga.
Ketika mereka melayang kembali keatas tanah, ternyata
posisinya telah saling bertukar tempat.
Sambil tertawa Cu Siau hong lantas berkata:
"Dalam ketiga jurus seranganmu barusan aku tidak
berhasil menyaksikan sesuatu yang dibilang sangat
mengerikan" "Dalam perguruan Bu khek bun bisa terdapat seorang
manusia berbakat macam kau sedang sebelumnya ternyata
kami tak berhasil membinasakan dirimu lebih dahulu,
kejadian ini benar-benar merupakan suatu kete-ledoran
besar buat kami" Cu Siau hong tertawa, katanya:
"Sekarang aku toh masih berada disini dan kaupun
mempunyai kesempatan untuk membunuh diriku, buat apa
musti disesali"'' "Aku masih belum percaya kalau dalam Bu khek bun
terdapat seorang manusia semacam dirimu itu?"
"Apa maksud ucapan itu?"
Kecuali ilmu silat pihak Siau lim pay yang sukar dipahami
karena luasnya kepandaian mereka, boleh dibilang aku
mengetahui amat jelas sekali terhadap kepandaian silat dari
aliran lainnya, kalau cuma ilmu silat dari perguruanmu itu
mah masih belum bisa terhitung seberapa"
Ilmu silat kami tak berani dibandingkan dengant
kepandaian silat dari kuil Siau lim si, cuma ilmu silat kami
bila dipakai untuk menghadapi orang-orang seperti
pendekar pedang macan kumbang hitam, maka kepandaian
itu boleh dibilang tepat sekali"
"Aku tak bisa menemukan dalam jurus pedang Cing peng
kiam hoat masih terdapat gerakan manakah yang bisa
dipakai untuk menghadapi para pendekar pedang macan
kumbang hitam, kecuali kalau partai kalian benar-benar
memiliki rahasia jurus yang tidak diwariskan kepada
sembarangan orang. "Mendiang suhu kami adalah seseorang yang berjiwa
besar, beliau tak pernah merahasiakan sesuatu terhadap
murid Bu khek bun, beliaupun tak pernah pilih kasih,
separuh diantara Bu khek bun sanggup menggunakan ilmu
pedang tersebut!" "Bagus sekali! sebentar aku bisa mencarikan upaya
untuk mengundang kehadiran beberapa orang pendekar
pedang macan kumbang hitam untuk mencoba kepandaian
kalian itu'' "Baik, undang mcreka datang kemari! Kau pun boleh
menyaksikan dengan mata kepala sendiri"
Keng Ji kongcu tertawa, katanya kemudian:
"Kau telah manyambut tiga jurus seranganku,
memandang diatas wajahmu, aku berse-dia melepaskan
mereka pergi dari sini"
Cu Siau hong segara tertawa dingin.
"Heeehhh. .. heeehhh.... heeehhh ... kau melepaskan
aku lebih dulu, ataukah kau ingin kabur?"
Sementara itu Seng Tiong gak maupun Tang Cuan telah
maju ke depan dan menghadang jalan pergi Keng Ji kongcu.
Melihat itu, Keng Ji kongcu menegur sambil tertawa
dingin: "Hmm... bagaimana" Kalian bermaksud untuk
menghalangi diriku" '
"Keng Ji kongcu, kau sudah mengucapkan kata-kata
buas selama setengah harian, juga melancarkan tiga jurus
serangan, tapi bukan saja tak bisa membuat kami takut,
juga tak sampai mencelakai kami, sekarang hanya
mengandalkan kata-kata sederhana itu saja hendak
menyuruh kami. Hmm! Kau anggap urusan akan
diselesaikan dengan sedemikian gampangnya?"
"Lantas maksudmu . . . ."
"Aku ingin sekali mencoba meminta beberapa jurus
pelajaran ilmu pedangmu, apakah kongcu bersedia
melayaninya?" ''Ilmu pedang?" ''Benar! Aku telah memperoleh pelajaran ilmu pukulan
dari Ji kongcu, maka akupun berharap bisa menyaksikan
kelihayan ilmu pedang kongcu"
''Aku jarang sekali mempergunakan senjata, bila kau
bersikeras memaksaku untuk turun tangan, biarlah
kugunakan tangan kosong saja untuk menyambut jurus itu'
''Baik! Manusia macam Keng Ji kongcu tampaknya
memang sudah terbiasa sombong dan jumawa, akupun tak
ingin banyak ber-bicara denganmu, asal kau sanggup
menerima ilmu pedang Bu khek bun kami dengan tangan
kosong silahkan saja untuk mencabut pedangmu bila kau
merasa tidak kuat, tolong Ji kongcu mau memberi tanda,
aku pasti akan memberi kesempatan padamu untuk meloloskan
senjata tajam' "Cu Siau bong setelah pertemuan hari ini, aku dapat
merasakan bahwa kau memang seorang manusia yang
gagah perkasa." "Mana, mana akupun telah merasakan kecerdasan Ji
kongcu yang luar biasa itu" sambung Cu Siau hong sambil
tertawa. Ucapan itu mengandung arti yang sangat mendalam, tapi
Keng Ji kongcu memang seorang yang teramat pintar,
sehingga tak perlu dijelaskan pun dia sudah memahami
maksudnya. Keng Ji kongcu segera tertawa terbahak-bahak.
'Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . Cu Siau hong,
kalahkan dulu aku Ji kongcu sebelum berbicara membual"
Cu Siau hong segera mempersiapkan serangannya
dengan tangan kiri, kemudian serunya:
"Hati-hatilah kau ji kongcu!."
Mendadak sebuah tusukan dilancarkan.
Dengan cekatan Keng ji kongcu berkelit ke samping.
Secepat kilat Cu Siau hong mengembangkan permainan
pedangnya, jurus-jurus serangan yang digunakan ternyata
adalah jurus-jurus pedang dari ilmu pedang Cing peng kiam
hoat. Agaknya Keng ji kongcu betul-betul sudah hapal sekali
terhadap setiap perubahan dari ilmu pedang Cing peng kiam
hoat tersebut, dengan sangat enteng dan leluasa sekali ia
menghindarkan diri dari setiap serangan pedang Cu Siau
hong. Dalam waktu singkat, seratus delapan jurus ilmu pedang
Cing peng kiam hoat sudah hampir digunakan habis.
Cu Siau hong segera menghentikan serangannya seraya
berseru: ''Tampaknya kau benar-benar sangat menguasahi akan
rahasia ilmu pedang Cing peng kiam hoat kami"
Keng Ji kongcu segera tertawa:
"Aaah, jurus pedang Cing peng kiam hoat paling-paling
hanya begitu saja, tiada sesuatu yang baru atau aneh,
cuma aku merasa rada keheranan"
"Apa yang kau herankan"'"
"Walaupun ilmu pedang Cing-peng kiam hoat terdiri dari
seratus delapan jurus, na-mun perubahannya amat rumit
tak terhitung jumlahnya paIing tidak jurus-jurus serangan
tersebut bisa dirubah menjadi seratus jurus lagi, mengapa
kau hanya mengembangkan ke seratus delapan jurus itu
saja....."'' ''Apakah hanya jurus-jurus pedang Cing peng kiam hoat
yang ini saja yang pernah kau jumpai selama ini?"
'Masa ilmu pedang Cing peng kiam hoat masih terdapat
jurus-jurus serangan lain-nya lagi!" tukas Keng ji kongcu.
'Betul, masih ada jurus yang lebih ampuh lagi didalam
ilmu pedang Cing peng kiam hoat, sebentar aku akan
menyuruh kau menyaksikan kehebatan dari jurus serangan
tersebut" 'Kalau begitu, diantara jurus-jurus serangan yang aneh
lagi?" . "Benar, masih ada tiga jurus simpanan, di dalam ketiga
jurus serangan inilah mencakup segenap inti sari dari ilmu
pedang Cing peng kiam hoat yang sesungguh-nya.. .
"Apakah ketiga jurus serangan itu pula yang kalian
pergunakan sewaktu menghadapi para pendekar pedang
macan kumbang hitam tempo hari?"
'Benar, aku masih dapat memberitahukan pula
kepadamu, inti sari ilmu pedang Cing -peng kiam hoat
hanya terdiri dari tiga ju-rus, asal kau sanggup untuk
menerima ke ti-ga jurus serangan tersebut, maka itu baru
berarti kau telah menghadapi semua jurus serangan dari
ilmu pedang Cing peng kiam- hoat yang sesungguhnya.''
Keng Ji kongcu kembali tertawa.
"Aku percaya jurus serangan itu sudah pasti adalah
jurus-jurus serangan yang amat dahsyat, aku amat
berharap bisa merasakan kelihayan tersebut "
"Baik! Apakah kau hendak meloloskan senjata
tajammu?" "Bila hanya terdiri dari tiga jurus saja, mungkin aku
orang she Keng masih belum perlu untuk menggunakan
senjata tajam'' "Kalau begitu, berhati-hatilah kau!"
'Silahkan turun tangan!''
Cu Siau hong segera menggetarkan pedangnya dan tibatiba
memancarkan selapis cahaya pedang.
Walaupun Keng Ji kongcu telah memperhatikannya
dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, namun
dia tak berhasil melihat jelas arah serangan dari musuhnya
itu, tanpa sadar dia melompat mundur sejauh lima depa
dari belakang dengan perasaan terperanjat.
Sambil tertawa dingin Cu siau hong segera mengejek:
"Ji kongcu, dari ketiga jurus ilmu pedang Cing peng kiam
hoat, sejuruspun belum sempat kulancarkan"
"Hmm, Jurus serangan yang kau pergunakan bukan jurus
serangan dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat''
"llmu pedang Cing peng kiam hoat bera-sal dari
perguruan Bu khek bun, jika ilmu pedang Cing peng kiam
hoat yang kupergunakan, lantas ilmu pedang apakah yang
kupergunakan sekarang?"
'Soal itu sulit untuk dikatakan, mungkin saja kau
memang bukan anggota perguruan Bu khek bun" .
"Di tempat ini toh bukan hanya aku seorang yang
merupakan anggota perguruan Bu khek bun, kenapa Ji
kongcu tidak memilih salah seorang anggota Bu khek bun
yang lain untuk mencobanya?"
"Aku memang ada maksud untuk berbuat demikian"
"Ji kongcu kami dapat saja meluluskan keinginanmu itu,
namun ada syaratnya"
"Apa syaratnya ?"
"Bila kau telah memilih orang lain, namun tetap kalah di
ujung pedangnya, lantas bagaimana keputusannya?"
"Hal ini tak mungkin bisa terjadi!"
"Yang ditakutkan adalah seandainya, seandainya ji
kongcu sampai kalah maka bagaimana keputusannya"
"Aku tidak percaya kalau didalam jurus-jurus ilmu
pedang Cing peng kiam hoat masih etrdapat tiga jurus
serangan ampuh, oleh sebab itu akupun percaya bahwa
anak murid Bu khek bun tak akan bisa menangkan diriku.
Tiong It ki pernah mengembangkan seluruh jurus serangan
dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat tersebut, lagipula aku
memang sengaja memancing kemarahannya sehingga
menyerang dengan sekuat tenaga, tapi di dalam
kenyataannya aku hanya membutuhkan tiga gebrakan saja
sudah berhasil merampas senjatanya itu, malah sekalian
kutotok jalan darahnya sehingga dia roboh terkapar, cara
tersebut kuulangi sampai beberapa kali, namun hasilnya
tetap sama saja." Cu Siau hong segera tertawa lebar sehabis mendengar
perkataan itu, katanya kemudian:
"Ji kongcu mengapa kau tak berani untuk menjajalnya?"
Sementara Keng ji kongcu berkata demikian dibibirnya,
sementara sepasang matanya mengawasi wajah Cu Siau
hong tanpa berkedip, kalau dilihat dari sikapnya yang begitu


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

enteng dan santai, cara berbicaranya yang bersungguhsungguh,
dengan cepat hatinya dibukin setengah percaya
setengah tidak. Setelah termenung sebentar, dia lantas berkata:
"Siapa saja yang merupakan anggota perguruan Bu khek
bun harap tampil ke depan."
Tang Cuan dan Seng Tiong gak segera tampil kedepan
sambil menyahut bersama. "Kami adalah orang-orang Bu khek bun!" Memandang
pedang Cing peng kiam yang berada ditangan Tang Cuan
pelan-pecan Keng Ji kongcu berkata lagi:
"Kau pergunakan pedang Cing peng kiam milik Tiong
Leng kang, aku rasa tentunya engkaulah yang telah
mewariskan keduduk-annya dalam partai, bukan demikian?"
"Betul, Tang Cuan memperoleh kepercayaan dari suhu
untuk melanjutkan jabatannya sebagai ciangbunjin
perguruan Bu khek bun"
"Bagus sekali, bila didalam ilmu pedang Cing peng kiam
benar-benar masih terdapat tiga jurus simpanan yang tidak
diketahui orang, sudah pasti kesempurnaanmu didalam
permainan jurus serangan tersebut paling hebat daripada
yang lain" ''Aku segera dapat mambuktikan akan hal itu"
"Baik! Pilihanku terjatuh pada dirimu, nah, silahkan kau
lancarkan seranganmu!' "Ji kongcu, kau belum menyanggupi persyaratan yang
kami ajukan" tiba tiba Cu Siau hong berseru.
Keng Ji kongcu segera tertawa dingin.
"Aku tidak akan meluluskan syarat ma-cam apapun yang
kau ajukan kepadaku! Paras muka Cu Siau hong segera berubah menjadi dingin
membesi, katanya dengan cepat.
''Bila syaratnya belum dibicarakan secara baik-baik, itu
berarti kau tidak berhak untuk mcmilih lawan tandinganmu
dengan sesuka hatimu sendiri ......."
"Kalau didengar dari perkataanmu itu, tampaknya lagilagi
kau akan turun tangan sen-diri?" sambung Keng Ji
kongcu. 'Kita bisa saja bermain kerubut, lagipula tiada
pengapunan diujung pedang kami nanti.
Agaknya Keng Ji kongcu benar-benar me-rasa ngeri
sekali terhadap gerakan pedang yang telah diperlihatkan Cu
Siau hong tadi. Sesungguhnya dia memiliki pengetahuan maupun
pengalaman yang luas sekali, pelbagai ilmu pedang dari
sebagian aliran didunia ini hampir sebagian besar dikenali
olehnya. namun belum pernah dia menjumpai jurus pedang
semacam tadi itu. Dengan cepat dia berpikir sebentar, kemudian katanya
dengan suara dingin. "Perguruan Bu khek bun juga terhitung suatu perguruan
besar, bila kalian sampai bermain kerubut untuk
menghadapi aku seorang, apakah tindakan tersebut tidak
kuatir ditertawakan oleh segenap teman-teman dunia
persilatan' "Itu mah tergantung pada siapa yang sedang dihadapi.
Untuk menghadapi seorang pembunuh keji yang tak kenal
peri kemanusiaan sudah barang tentu kamipun tak perlu
membicarakan soal peraturan dunia persilatan lagi .. . ..'
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Toa suheng, setelah pedang mestika keluar dari
sarungnya maka tiada pengampunan yang bisa diberikan,
mau bunuh dia atau melukai dia tak menjadi soal, lebih
beruntung lagi bila kita dapat menyingkirkan dirinya dari
muka bumi, selain dapat melenyapkan bibit bencana bagi
dunia persilatan juga bisa membalaskan dendam sakit hati
guru kita" Tang Cuan segera meloloskan pedangnya dan
menyilangkan senjata tersebut didepan dadanya:
Tergerak hati Keng Ji kongcu setelah menyaksikan
kejadian tersebut, tiba-tiba serunya:
"Tunggu sebentar!"
"Ji kongcu, silahkan kau loloskan senjata tajammu!" seru
Tang Cuan dengan cepat. Secara tiba-tiba aku menjadi tertarik sekali dengan
perkataanmu, aku ingin tahu syarat apakah yang hendak
kalian ajukan kepadaku!'.
''Syarat apakah itu" Tang Cuan sendiripun masih belum
memahami seluruh maksud hati dan jalan pikiran dari Cu
Siau hong. Maka setelah mendehem pelan, ia berkata:
"Jit sute, beritahu kepadanya"
"Siaute turut perintah!" sahut Cu Siau hong sambil
tersenyum. Sinar matanya segera dialihkan ke atas wajah Keng ji
kongcu, setelah itu sambungnya lebih jauh:
"Ji kongcu, syaratnya sederhana sekali, amdaikata ji
kongcu sampai kalah di ujung pedangnya nanti, kami hanya
berharap agar ji kongcu bersedia untuk menerangkan
duduk persoalan yang sebenarnya."
"Duduk persoalan apa ?"
"Kenapa malam-malam kalian menyerang perguruan Bu
khek bun dan siapa pula pemimpin kalian?"
Dengan cepat Keng Ji kongcu menggelengkan kepalanya
berulang kali, sahutnya: "Soal pertama aku bisa memberitahukan kepadamu, tapi
soal yang kedua tak bisa ku beritahukan kepadamu"
"Kenapa?" "Sebab aku sendiripun tidak tahu siapakah dalang dari
semua peristiwa ini"
Omong kosong!" seru Tang Cuan dengan marah.
Tapi Cu Siau hong segera menghela napas panjang.
"Aaai. . . mungkin saja yang dikatakan itu benar, toa
suheng kau boleh segera turun tangan!''
Mendadak Keng Ji kongcu menggerakkan tubuhnya dan
secepat sambaran kilat menerjang ke samping Cu Siau
hong. Tang Cuan segera memutar pedangnya untuk menahan,
akan tetapi ia tak berhasil menghalangi jalan perginya.
Benar-benar suatu gerakan tubuh yang cepat bagaikan
sambaran kilat membuat Pek Bwe maupun Tan Tiang kitn
menjadi terte-gun dibuatnya.
Kecepatan gerak Keng Ji kongcu sewaktu maju tadi
mengerikan sekali, tapi sewaktu mundur, gerakannya jauh
lebih cepat lagi, tampak bayangan manusia berkelebat
lewat tahu-tahu dia sudah mundur kembali ke tempat
semula, hanya saja pada diri Keng ji kongcu telah terdapat
suatu perbedaan yang menyolok.
Pada bagian bahu kirinya tampak pakaian yang robek
serta darah yang bercucuran dengan amat derasnya.
Sambil tertawa hambar Cu Siau hong berkata:
"Inilah salah satu jurus serangan dari il-mu pedang Cing
peng kiam hoat, bagaima-nakah menurut pendapat ji
kongcu"' "Betul, memang suatu ilmu pedang yang luar biasa
hebatnya!" "Apakah Ji kongcu sudah percaya kalau jurus serangan
tersebut merupakan salah sa-tu jurus serangan dari ilmu
pedang Cing peng kiam hoat .?"
Keng Ji kongcu tetap kukuh dengan pendiriannya, dia
segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
''Aku masih tetap tidak percaya kalau ju-rus serangan
tersebut merupakan jurus sera-ngan dari ilmu pedang Cing
peng kiam-hoat" "Kalau memang begitu. mengapa kau tidak mencoba
pada diriku?" tantang Tang Cuan.
Keng Ji kongcu segera tertawa, sahutnya:
"Tentu saja aku akan mencobanya, cuma kali ini, aku
akan bertindak lebih berhati--hati lagi`
Akhirnya Keng Ji kongcu meloloskan juga senjata
tajamnya. Senjata yang dia pergunakan adalah sebilah pedang
emas, sebilah pedang emas yang panjangnya hanya satu
depa lima inci. Senjata tersebut benar-benar aneh sekali bentuknya,
selain bentuknya mirip dengan sebilah pedang, kedua belah
sampingnya tidak kelihatan mata pedangnya, sehingga
praktis yang tajam hanya ujung pedang belaka ........
Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap ke arah
Lik Hoo sekalian, lalu bisiknya:
"Nona bertiga, apakah pedang emas itu yang biasanya
dipergunakan oleh Keng Ji -kongcu?"
"Kami belum pernah menyaksikan ia pergunakan
senjatanya, malah baru kali ini ka-mi saksikan dia
meloloskan senjata tersebut"
''Oooh. . . .' Cu Siau hong lantas berpaling kearah Tang
Cuan seraya berseru: "Toa suheng, hati-hatilah sedikit, kuatirnya diujung
pedang emas tersebut masih terdapat ke anehan lainnya"
"Benar!" Keng Ji kongcu segera membenarkan, ''diujung
pedangku ini memang terdapat sedikit keanehan, kalian
memang harus lebih berhati-hati sedikit, tentang keanehan
apakah itu, maaf kalau aku tak dapat memberi tahukannya'
"Tak usah sungkan" kata Tang Cuam dingin, "diantara
pedang emasmu itu mau ada keanehan atau tidak tak
menjadi soal, silahkan saja kau pergunakan untuk
menghadapi diriku" Keng Ji kongcu segera mendengus, tangan kanannya
diayunkan ke depan dan menciptakan selapis cahaya emas
yang amat menyilaukan mata.
Dengan suatu gerakan cepat Tang Cuan melancarkan
pula sebuah serangan kilat.
"Traaang. . . !" suatu bunyi benturan yang amat keras
segera berkumandang memecahkan keheningan, menyusul
kemudian tampak dua sosok bayangan manusia saling
berpisah. Gerak serangan yang dilakukan dua orang itu benarbenar
cepatnya bukan kepalang, sedemikian cepatnya
sampai tiada o-rang yang bisa melihat dengan cepat
kejadian peratungan itu. Mereka hanya bisa melihat hasil dari bentrokan tersebut.
Tang Cuan masih tetap utuh dan sehat, diatas tubuhnya
tidak kedapatan luka apapun.
"Sebaliknya Keng Ji kongcu kembali mendapat luka dan
luka itu masih tetap berada diatas bahu kirinya itu.
Orang lain mungkin tidak dapat melihat apa-apa, namun
Cu Siau hong diam-diam merasa amat terkesiap, pikirnya:
"Pertahanan orang ini terhadap sekeliling tubuhnya
benar-benar sangat kuat dan rapat, sedang bagian kirinya
yang terdapat setitik kelemahan, pada hakekatnya seluruh
badannya dapat dilindungi dan ditutup dengan sangat kuat
........ Sementara itu Keng Ji kongcu sedang memeriksa luka
diatas lengan kirinya, kemudian mengangguk berulang kali,
pujinya: "Memang suatu ilmu pedang yang bagus sekali, suatu
ilmu pedang yang begitu hebat dan belum pernah kujumpai
selama hidupku." ''Kami hanya ingin membuktikan satu hal kepadamu
yakni didalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat masih
terdapat jurus pedang lainnya yang lebih luas dan
mendalam. Itulah sebabnya mengapa Bu -khek bun bisa
menempatkan diri dalam kehidupan dunia persilatan" kata
Tang Cuan. Keng Ji kongcu termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
"Mungkin kami benar-benar telah salah
memperhitungkan kemampuan kalian semua."
'Bukan cuma salah perhitungan saja, bah-kan kesalahan
tersebut terlampau besar" sambung Cu Siau hong.
"Ooooh !" "Kalian bukan cuma salah menilai Bu khek bun saja,
mungkin saja kalianpun telah salah menilai kemampuan
dari perguruan lainnya, sebuah perguruan, asal mereka
sudah bisa menancapkan kakinya dalam dunia persilatan,
itu berarti mereka memiliki kemam-puan untuk melanjutkan
hidupnya. mungkin saja mereka kurang besar, tapi syaratsyarat
,yang mereka miliki tak boleh dipandang remeh..
Keng Ji kongcu segera manggut-manggut.
"Terima kasih banyak atas petunjuk itu!"
Pelan-pelan Cu Siau hong maju dua langkah kedepan,
setelah melewati Tang Cuan, ia berkata lebih jauh.
"Keng Ji kongcu kecuali ingin menunjukkan kemampuan
dari ilmu pedang Cing peng kiam-hoat dari perguruan Bu
khek bun, ingin pula membuktikan sesuatu yang lain''
"Ooooh!" ''Yaitu, kami mempunyai kemampuan untuk
membinasakan dirimu!"
"Soal ini... " "Aku tahu sampai sekarang kau masih belum terlalu
percaya" tukas Cu Siau hong cepat, "karena dua serangan
kami yang beruntun hanya mengakibatkan luka diatas
lengan kirimu" "Yang lebih penting lagi, luka tersebut tidak terlampau"
parah sambung Keng Ji kongcu.
"Keng Ji kongcu" Cu Siau hong kembali berseru, "jangan
lupa kalau didalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat
terdapat tiga jurus simpanan, sedangkan yang kau terima
tadi hanya salah satu diantaranya dua macam serangan
yang dilancarkan dengan jurus yang sama, ternyata
mengakibatkan pula luka yang sama di atas lengan kirimu.
"Aku percaya setiap anggota Bu khek bun yang
menyerang diriku dengan mempergunakan jurus tersebut
maka dia tak akan mam-pu untuk melukai diriku lagi"
"Kehebatan Keng Ji kongcupun sangat mengagumkan
hati kami, Cuma Ji kongcupun harus mengerti, dalam ilmu
pedang Cing peng kiam- hoat, semuanya terdiri dari tiga
jurus simpanan, apa yang telah kami perli-hatkan
kepadamu tadi, tak lebih hanya sa-lah satu jurus
diantaranya, bila Ji kongcu bersedia, bagaimana kalau kita


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertaruh, sanggupkah kami gunakan dua jurus serangan
yang terakhir itu untuk membinasakan dirimu.
"Membunuh diriku mah tak mungkin, tapi aku percaya
masih sanggup untuk melukai diriku"
"Persoalannya sekarang adalah sehabis terluka, masih
punyakah tenaga untuk melawan lagi, pada waktu itu,
mungkin saja kami dapat merenggut nyawamu tanpa
menggunakan jurus serangan yang ampuh lagi"
"Itu tergantung bagaimanakah luka yang kuderitanya,
bila kalian hanya berhasil mengutungi sebuah lenganku
atau memotong sebuah kakiku, aku percaya masih ada
kemampuan untuk menarik kembali modalku"
''Oleh sebab itu kau ingin bertaruh?"
Keng Ji kongcu memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, mendadak ia menghela napas panjang.
"Keng Ji kongcu, apakah kau menyesal tidak membawa
orang-orangmu?" tegur Cu Siau hong.
Keng Ji kcngcu segera tertawa getir.
''Hal ini benar-benar merupakan suatu pelajaran yang
amat berharga bagiku!' ''Ji kongcu, aku rasa setiap perkataan yang seharusnya
kukatakan, kini telah selesai kuucapkan semua"
'Aku mengerti!" "Organisasi kalian didalam menghadapi yang lain tak
pernah meninggalkan korbannya dalam keadaan hidup..."
Paras muka Keng Ji kongcu berubah hebat.
"Jadi kalian bersiap-siap.."..
'Bila Keng ji kongcu tidak percaya dengan aku orang she
Cu, boleh kau minta jaminan dari ciangbun suheng kami"
Tang Cuan segera berkata.
''Bila sute kami telah berjanji akan melepaskan dirimu,
maka perguruan Bu khek-bun jamin atas keselamatanmu
untuk meninggalkan tempat ini..'
Keng Ji kongcu segera mengangguk.
"Cu Siau hong, katakanlah!` dia berkata kemudian.
"Jawablah tiga pertanyaan ku berikut ini, pertama apa
nama organisasi kalian dan macam apakah organisasi
tersebut" Apa tujuannya" Kedua siapakah pemimpinnya"
Ketiga kenapa kalian menyerbu perguruan Bu khek bun. . .
?" "Aku hanya dapat menjawab dua patah kata saja, kami
meneyrang Bu khek bun pertama untuk mencoba
kekuatanm kedua untuk menanamkan kewibawaan kami
dalam dunia persilatan, sedang soal lain, maaf kalau tak
bisa menjawab, nah kalian boleh turun tangan sekarang!"
"Baik!" kata Tang Cuan kemudian sambil mempersiapkan
pedangnya, "kalian telah membasmi Bu khek bun kami
sehinga darah bercucuran, maka sekarang aku akan
membunuhmu untuk membalaskan dendam bagi mereka
yang telah tiada.." ''Lebih baik kau gunakan saja ketiga jurus simpananmu
itu'' sambung Keng ji kongcu dengan dingin. "kalau tidak,
maka kau hanya mempunyai kesempatan uutuk melepaskan
sejurus serangan saja."
Tiba-tiba Cu Siau hong berbisik.
`Toa-suheng siaute mohon persetujuanmu untuk
melepaskan dirinya masuk kedalam kebun"
Mendengar ucapan itu, Keng Ji kongcu menjadi tertegun,
sedangkan Tang Cuanpun turut tertegun.
"Melepaskan dia" Kenapa?" serunya..
"Mohon kebesaran jiwa ciangbun suheng"
Tang Cuan termenung sejenak lamanya, kemudian dia
lantas menyingkir kesamping, sambil katanya.
''Silahkan kau lewat!"
Dengan cepat Keng Ji kongcu menjura katanya:
"Cu Siau hong, selama bukit nan hijau, sampai jumpa
lain waktu, budimu ini pasti akan kuingat terus.
Dengan cepat ia membalikkan badan dan masuk kedalam
kebun raya Ban hoa wan. Sepeninggal Keng Ji kongcu, Tang Cuan segera berkata:
''Siau hong kali ini aku benar-benar kau buat tidak habis
mengerti, kita kan mempunyai kesempatan untuk
menahannya disini, tapi mengapa kau lepaskan dirinya
malah"' Mendadak terdengar desingan angin tajam berkelebat
lewat ditengah angkasa, kemudian tampaklah puluhan
batang anak panah menyambar lewat dari atas kepalanya.
Panah-panah itu menyambar lewat hanya tiga depa saja
diatas kepala beberapa orang itu, tapi semua orang dapat
merasakan kalau panah panah tersebut memang sengaja
dibidikkan lebih tinggi daripada tubuh mereka semua.
Cu Siau hong segara berkata:
"Inilah balas jasanya kepada kita, dalam kegelapan
malam yang mencekam, kita se-mua telah berada dalam
jarak bidikan panah-panah mereka, seandainya hujan panah
tersebut dilancarkan, maka akibatnya paling tidak ada
beberapa orang diantara kita yang akan terluka"
"Tapi Jit sute, bagaimana dengan dendam kesumat sam
sute sekalian yang telah tewas .'' sela Tang Cuan.
"Membunuh seorang Keng Ji kongcu pun belum terhitung
sudah membalaskan dendam bagi mereka. apalagi
kemungkinan sekali tindakan yang ceroboh itu akan
menyebabkan terputusnya titik terang itu, Perguruan Bu
khek bun tak lebih hanya panglima garis depan saja,
padaha1 tujuan mereka bukan terbatas pada perguruan Bu
khek bun belaka" "Ucapan Siau hong memang benar" kata Tan Tiang Kim
kemudian, "Sebelum keadaan menjadi jelas, membunuh
seorang manusia macam Keng Ji kongcu sama sekali tak
ada artinya, mungkin ketiga jurus simpanan dari Bu khek
bun justru akan membantu kita untuk merebut waktu yang
cukup banyak ...." "Demi menjaga nama baiknya, aku percaya Keng Ji
kongcu pasti akan berusaha un-tuk memutar balikkan
keadaan" 'Siau hong apa yang harus kita lakukan sekarang?"
'Bila dapat mengadakan kontak dengan orang orang Pay
kau, lebih baik kita bisa mundur bersama"
Sambil berjalan diam-diam dia berbisik dengan ilmu
menyampaikan suara: "Pihak lawan terlampau merahasiakan diri, kita pun
harus mengorek akar-akar mereka secara diam-diam,
lociaapwe, dalam persoalan ini kau harus membantu usaha
kami, kita tekan mereka dan kalau bisa menaklukkannya,
boanpwe akan berusaha untuk me-mutar otak dan mencari
akal bagaimana cara untuk menghadapinya"''
"Menguasai bagaimana maksudmu?"
"Dewasa ini telah membuktikan kalau kebun raya Ban
hoa wan merupakan suatu pusat berkumpulnya kawanan
jago persilatan yang bermaksud menguasahi seluruh dunia,
tapi tempat inipun tak lebih hanya sebuah kantor cabang
mereka, bila ada kekuatan kay-pang dan Pay kau yang mau
membatu maka dengan kekuatan kita yang teramat besar,
bukan suatu pekerjaan yang terlalu sukar bila ingin
menghancurkan kantor cabang ini, tapi bila kita sampai
berbuat demikian, besar kemungkinan mereka akan
menyembunyikan diri dan tak muncul-muncul sampai lama
sekali" "Siau hong, jadi maksudmu adalah meminta kepadaku
untuk mencarikan akal guna mencegah Kay pang dan Pay
kau turun tangan mengahadapi kebun raya Ban hoa wan?"
Cu Siau hong mangut-manggut, sambil membalikkan
badannya mendekat, ia berbisik:
"Memang begitulah maksud boanpwe!"
"Baiklah, soal Kay pang gampang untuk diselesaikan,
tapi apakah orang-orang Pay-kau bersedia mendengarkan
perkataanku atau tidak, hal ini susah untuk dikatakan, aku
si pengemis tuapun hanya bisa menjajal lebih dulu"
-ooo0ooo- BAGIAN 26 LOCIANPWE pasti dapat melaksanakannya dengan baik,
kata Cu Siau hong cepat. "Yaa, aku si pengemis tua akan berusaha dengan
sepenuh tenaga" Sementara itu Pek Bwe telah menghela napas panjang,
katanya: "Pengemis tua, tahun-tahun belakangan ini makin lama
semakin tidak beres keada-annya, kalau dimasa lalu orangorang
jahat dari dunia persilatan paling tidak masih
membicarakan soal peraturan golongan hitam, tapi
sekarang mereka sama sekali telah berubah sifat, bagaikan
ular beracun saja, mereka selalu menyembunyikan diri
dibalik kegelapan sambil bersiap-siap untuk memagut orang
setiap saat. Tan Tiang kim tertawa getir, katanya:
'Aku si pengemis tuapun pernah berpikir sampai ke situ.
Makin menyembunyikan diri agaknya mereka bersembunyi
makin dalam dan rapat, tapi aku yakin mereka hanya
berusaha untuk menghindari seseorang"
''Siapa?" "Pena wasiat!" 'Benar! pena sakti ini selalu bijaksana dan tidak berat
sebelah, selama inipun sudah banyak membongkar
kemunafikan banyak orang, tapi yang mengherankan
sekarang adalah kenapa masih ada orang yang berani
bersembunyi-sembunyi sambil melakukan kejahatan"''
"Itulah yang dinamakan kebenaran meningkat sedepa,
kejahatan meningkat setombak. Pena wasiat terlalu hebat
dan mengerikan, oleh sebab itu kawanan manusia laknat
tersebut mau tak mau harus berusaha untuk
menghindarinya, secara diam-diam mereka membentuk
suatu organisasi rahasia dan secara diam-diam pula
melakukan pelbagai kejahatan. . . ."
"Siau hong, setelah kau menyinggung kembali persoalan
ini, aku jadi teringat pula akan suatu persoalan' sela Pek
Bwee. "Persoalan apakah itu?"
"Mengapa mereka harus memilih perguruan Bu khek bun
sebagai sasarannya yang pertama" Dibalik persoalan ini
sudah pasti a-da alasan-alasan tertentu"
"Sekalipun Bu khek bun bukan termasuk suatu
perguruan besar, namun kita makmur sekali" kata Tang
Cuan, "berbicara terus terang andaikata kami diberi
kesempatan selama sepuluh tahun lagi, bukan saja
keberhasilan Siau hong sute akan mencapai taraf yang tak
terhingga, sekalipun aku orang she Tang dan It ki sute pun
akan memperoleh juga keberhasilan yang memuaskan
......." "Tapi aku rasa hal itu bukan merupakan alasannya yang
terutama" kata Pek Bwe sambil menggelengkan kepalanya
berulangkali. Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Hei. . . pengemis tua, kau bilang siapa yang mereka
takuti dan siapa pula yang mereka benci?"
"Pena Wasiat!"'
'Benar, orang yang mereka takuti dan mereka paling
benci adalah pena wasiat, sebab itu orang pertama yang
harus dibunuh pa-ling dulu adalah pena wasiat"
Tan Tiang kim menjadi tertegun.
'Apa" Kau bilang, antara Tiong Leng -kang dengan pena
wasiat masih ada hubung-an!'' serunya.
"Aku hanya menaruh curiga, selamanya ini perbuatan
Leng kang selalu ada keputusan yang tegas, terus terang
saja apa yang telah dilakukannya selama ini, aku sendiripun
jarang tahu, tapi aku masih teri-ngat tiga tahun berselang,
dalam perkam-pungan Ing gwat san ceng pernah tersiar se
buah berita' "Locianpwe, apakah kau maksudkan ten-tang akan
datangnya pena wasiat ke perkampungan Ing gwat san
ceng?" sela Tang Cuan .
"Entah khabar itu dari mana datangnya, tapi semua
orang mengatakan kalau pena wasiat akan mendatangi
perkampungan Ing gwat san ceng"
"Apakah dia sudah kesana?"
'Masa kau tidak tahu"''
'Agaknya dia tidak datang"
'Siapa yang tahu dengan pasti" Selan-jutnya orang juga
tak tahu apakah pena wa-siat telah berkunjung ke
perkampungan Ing gwat san ceng atau tidak!''
"Aku rasa tidak" kata Tang Cuan. "sebab lambat laun
kabar itu lenyap dengan sendirinya.."
Mendadak Cu Siau hong merasakan hati-nya bergetar
keras, pikirnya: ' Aaah. . . . bukankah orang itu adalah si kusir kuda Lo
Liok?" "Pengemis tua, menurut pendapatmu, mungkinkah
peristiwa tersebut ada sangkut pautnya dengan pena
wasiat"' . Tan Tiang kim termenung dan berpikir sejenak,
kemudian balik bertanya: "Sebetulnya yang dimaksudkan sebagai pena wasiat itu
hanya satu orang, ataukah orang banyak?"
"Soal ini kau bertanya kepadaku, lantas aku harus
bertanya kepada siapa" Dalam kolong langit orang hanya
tahu soal pena wasiat, mungkin pena wasiat terdiri dari
beberapa orang?" 'Kalau didengar dari pembicaraan loya cu, apakah kau
maksudkan pena wasiat bukan hanya satu orang?" kata Cu
Siau hong. "Yaa, kalau hanya satu orang saja, dia tak akan memiliki
kemampuan sedemikian besarnya, dengan sebatang pena,
tak mung-kin ia dapat mencatat begitu banyak peris-tiwa?"
"Kalau begitu locianpwe maksudkan, de-ngan sebatang
pena tak mungkin bisa men-catat pelbagai peristiwa yang
terjadi dalam dunia persilatan dengan kemampuan
seseorang tak mungkin bisa menyelidiki begitu banyak
persoalan sampai tuntas"
Pek Bwe tertawa getir: "Siau hong!" katanya, "Apa yang kukatakan tadi tak lebih
hanya dugaanku saja, di dalam kenyataan siapa yang bisa


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menduga, apa dan siapakah pena wasiat tersebut?"
Cu Siau hong tertawa. "Loya cu, kita toh cuma menduga saja, hanya menduga
tak akan membedakan resi-ko apa-apa terhadap siapapun"
Soal ini akupun tahu, tapi mengambil kesimpulan tentang
pena wasiat adalah suatu lelucon yang amat besar, selama
banyak tahun, setiap umat persilatan tahu tentang pena
wasiat, namun tak seorangpun yang memahami soal pena
wasiat, lebih-lebih tak ada seorang manusiapun yang berani
mengeritik soal pena wasiat.
Cu Siau hong lantas berpaling dan memandang sekejap
ke arah Seng Tiong gak, lalu katanya:
"Susiok, pernahkan kau dengar cerita tentang pena
wasiat tersebut....?"
Seng Tiong gak termenung sejenak, lalu sahutnya:
"Agaknya da kejadian semacam itu, selama beberapa
hari lamanya aku lihat toa--suhengku pantang
membersihkan badan dan tidak memakan barang-barang
berjiwa, dia hanya memberitahukan kepadaku bahwa ada
seorang tamu agung yang berkunjung kesana, tamu
agungnya pun merupakan seorang to-koh sakti didalam
dunia persilatan" "Bagaimana selanjutnya?" timbrung Tang Cuan.
"Kemudian, suheng tak pernah menyinggung kembali
persoalan itu, jadi apakah tamu agung itu telah berkunjung
ke perkampungan Ing gwat san ceng atau tidak mungkin
selain suheng pribadi, tiada orang lain yang akan
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya"
'Jadi kalau begitu pena wasiat memang pernah
mempunyai niat untuk mengunjungi perguruan kalian"'
tanya Tan Tiang kim. Aaaai. . . ! Apa yang kuketahui pun hanya terbatas
sampai disini saja....'' "Seandainya pena wasiat benar-benar pernah berkunjung
ke perkampungan Ing gwat san ceng maka hal ini
merupakan suatu masalah yang amat besar sekali, kata Tan
Tiang kim lagi. . "Itu berarti orang yang menyerang Ing gwat san ceng,
sebetulnya bertujuan untuk mencari pena wasiat' sambung
Pek Bwee. "Tapi anehnya pena wasiat bisa berkenalan dengan Tiong
Leng kang !" . "Yaa, benar, selamanya pena wasiat tak pernah
berhubungan dengan orang lain, ia bisa mengadakan
kontak dengan pihak Bu khek bun ?"
"Tiba-tiba Cu Siau hong menghela napas panjang,
selanya: 'Tan locianpwe, menurut berita yang tersiar dalam dunia
persilatan, sebenarnya pena wasiat itu adalah seorang
manusia ma-cam apa?"
''Soal ini....apakah kau maksudkan latar belakangnya?"
"Maksudku, aku ingin tahu yang dinamakan pena wasiat
itu sesungguhnya seorang kakek atau seorang pemuda" '
''Untuk membedakan dia itu terdiri dari seorang atau
beberapa orang saja kami tak bisa, mana mungkin bisa
tahu kalau dia itu seorang pemuda atau seorang tua?"
"Loya cu, besar kemungkinan kalau pena wasiat memang
benar-benar pernah berkunjung keperkampungan Ing gwat
san ceng" "Aaai... akupun berpendapat demikian" kata Pek Bwe
sambil menghela napas pan-jang, ''cuma gerak geriknya
terlampau rahasia kecuali Leng kang, orang lain tak
mungkin akan tahu" "Apakah subo juga tidak tahu?" tanya Tang Cuan.
"Kemungkinan besar memang begitu, suhu mu adalah
seorang kuncu sejati, apa yang telah diucapkan tak pernah
diingkari, aku percaya semua persoalan yang telah diluluskan
olehnya pasti akan dipegang teguh."
"Maksud locianpwe, walaupun pena wa-siat telah sampai
didalam perkampungan Ing gwat san ceng, namun kecuali
suhu seorang, tiada orang kedua yang mengetahuinya"
Soal ini lohupun hanya menduga-duga saja."
Cu Siau hong segera menghembuskan na-pas panjang,
gumamnya: "Tampaknya memang tak bakal salah lagi"
Mendadak Pek Bwe menghentikan langkahnya dan
memperhatikan wajah Cu Siau -hong dengan sinar mata
tajam, setelah mem-perhatikan sekian lama dia berseru:
"Nak. . . kau..."
Dengan cepat Cu Siau hong menukas.
"Locianpwe, jangan mencurigai apa-apa, maksud
boanpwe hanya lah..."
Lama ia menjadi tertegun dan tak mampu melanjutkan
kembali kata-katanya. Pek Bwe segera menyambung:
"Hanya merasa heran, kenapa pena wasiat mau bertemu
dengan suhumu?" ''Benar, boanpwe memang bermaksud demikian"
Dengan matinya Leng kang maka persoalan inipun
menjadi tiada buktinya lagi, aku rasa tak perlu dibicarakan
lebih jauh" 'Soal ini ........" 'Pengemis tua" tukas Pek Bwee. "kau tak usah menaruh
curiga lagi, pena wasiat adalah seorang manusia yang amat
misterius, dia i-ngin berjumpa dengan Leng kang, mungkin
hanya ingin membuktikan satu persoalan saja.
"Kalau menurut keadaan yang sebenarnya Tiong buncu
paling tidak pasti akan menga-jak Pek heng untuk
merundingkan persoalan itu" kata Tan Tiang kim. .
"Aaai.. pengemis tua, biar lohu terima dalam hati saja,
separuh hidupku aku hidup menggantungkan menantu,
apalagi belaka-ngan ini umurku sudah makin menanjak dan
tak mau berkeliaran dalam dunia persilatan lagi, itulah
sebabnya aku bertekad untuk mengundurkan diri dan
pindah dari perkampu-ngan Ing gwat san ceng"
Tan Tiang kim hanya termenung saja tanpa
mengucapkan sepatah katapun juga.
Tiba di kota Siang yang semua jago pun segera kembali
ke kamarnya masing-masing untuk beristirahat.
Kini anggota Kay pang yang kena kewajiban menjaga
bertambah banyak, soal keamanan sudah barang tentu tak
perlu dikuatirkan lagi oleh Cu Siau hong sekalian.
Kentongan pertama malam itu, tiba-tiba Pek Bwe muncul
didalam kamar tidurnya Cu Siau hong.
Waktu itu, Cu Siau hong baru saja selesai bersemedi, dia
segera menghidangkan secawan air teh sambil katanya:
''Loya cu, kau . . . ."
'Nak, mari kita bertemu dengan Kay--pang pangcu"
tukas Pek Bwe dengan suara lirih, 'cianpwe yang berbudi
luhur ini mempunyai pengalaman yang luas sekali dalam
pembicaran nanti kau harus lebih berhati-hati"
"Apa yang diartikan dengan berhati-hati dalam
pembicaraan" Loya cu maksudkan setiap pertanyaan harus
dijawab ataukah setiap pertanyaan jangan dijawab
sepenuhnya"'' ''Jangan berbohong, dan jangan menipu, bila menjumpai
persoalan yang tak dapat di jawab, katakan saja secara
terus terang kalau kau tak mampu menjawabnya"
''Tecu mengerti" ''Baik, mari kita berangkat sekarang"
Kedua orang itu berjalan keluar dari kamar, waktu itu
Tan Tiang kim sudah menunggu di depan pintu.
Walaupun dia adalah seorang tianglo di dalam
perkumpulan Kay pang, namun terhadap pangcunya
menaruh rasa hormat yang amat sangat, dia melaporkan
namanya lebih dulu, kemudian baru mendorong pintu dan
masuk ke dalam ruangan. Pek Bwe dan Cu Siau hong segera mengikuti dibelakang
Tan Tiang kim berjalan masuk ke dalam.
Waktu itu Ui pangcu sadang duduk di ruang tengah,
jenggotnya sepanjang dada terurai lembut, dihadapannya
terlihat kayu wangi yang dibakar sebagai dupa.
Asap dupa mengepul di angkasa dan menyiarkan bau
harum ke mana-mana .......
Tan Tiang kim segera membungkukkan badannya
memberi hormat, kemudian ujarnya:
"Tecu telah berhasil mengundang kehadiran Cu Siau
hong dan Pek Bwe, menantikan perintah selanjutnya!"
Pelan-pelan Ui Pangcu membuka matanya dan
mengangguk. "Silahkan duduk!"
Pek Bwe dan Siau hong segera mengambil tempat
duduk. "Tiang kim, kau boleh keluar" kata Ui pangcu "aku
hendak berbincang-bincang dengan Pek Bwe dan Siau
hong" Tan Tiang kim segera mengiakan, setelah memberi
hormat dia lantas mengundurkan diri:
Bahkan Tan Tiang kim pun dipersilahkan mundur dari sini
dapat diketahui kalau persoalan yang hendak
diperbincangkan adalah suatu persoalan yang penting
sekali. Dengan sorot mata yang amat tajam, Ui pangcu
memperhatikan wajah Cu Siau hong lekat-lekat, kemudian
katanya: "Nak, dapatkah kau memberitahukan kepadaku darimana
asal datangnya ilmu silatmu itu"
Aaaai .... bukannya aku si pengemis tua berbicara besar
atau bermaksud menghina, ta-pi yang pasti jurus pedang
dan ilmu gerakan tangan tak mungkin bisa dimiliki oleh perguruan
Bu khek bun" Berada didepan seorang lo pangcu yang berbudi luhur
dan mempunyai reputasi baik dalam mata umat persilatan,
terpaksa Cu Siau hong harus berkata:
"Locianpwe, sesungguhnya boanpwe sudah terbelenggu
oleh sumpah yang telah kuucapkan, sehingga ada
sementara persoalan yang tak mungkin bisa kujawab
dengan sejujurnya, tapi bisa boanpwe terangkan bahwa
ilmu silat yang kumiliki itu kuperoleh dari dalam sejilid kitab
pusaka ilmu silat" "Siapakah yang menghadiahkan kitab itu kepadamu"
Apakah kau dapat memberitahu-kannya kepadaku?"
"Tidak dapat, justru hal inilah merupakan belenggu
boanpwe terhadap sumpah yang telah kuucapkan"
"Aai. . nak, katakanlah sendiri, pilihlah hal-hal yang bisa
diberitahukan kepada ku"
''Orang yang memberikan kitab pusaka itu kepada
boanpwe tinggal didalam perkampungan Ing gwat san
ceng" ' Ui lo pangcu segera manggut-manggut.
"Itulah dia!" katanya. "nak sewaktu kau menerima kitab
tersebut, pernahkah dia ujukan persyaratan yang harus kau
penuhi?" "Tidak!" "Apakah kitab itu harus diserahkan kembali kepadanya"''
"Tak perlu diserahkan kembali, cuma locianpwe itu
pernah berpesan kepada boanpwe bila telah selesai
mempelajarinya maka ki-tab terseout harus dibakar sampai
habis" "Sudah kau kerjakan?" "Bee... betul sudah boanpwe
musnahkan" Apakah kau masih bisa mengingat semua isi kitab
tersebut dengan jelas?"
"Masih ku ingat semua dengan jelas, tak sepatah
katapun yang kulupakan ....''
"Kalau memang begitu bagus sekali, tapi kalau lebih baik
lagi adalah mencatatnya kembali lalu disembunyikan
disuatu tempat yang tersembunyi sehingga tak sampai
diambil orang!" "Tapi tempat yang paling aman adalah dalam benak
boanpwe sendiri...."
Ui lo pangcu segera manggut-manggut.
'Ehmmm, apakah kau tidak kuatir jika sampai lupa?"
tegurnya. "Tidak mungkin, daya ingatan boanpwe cukup baik,
apalagi semua ilmu silat yang tercantum dalam kitab itupun
sudah mulai boanpwe latih semua"
"Bagus sekali, moga-moga saja kau bisa melatih semua
kepandaian tersebut dengan sebaik-baiknya" ''Terima kasih
atas petunjuk dari cianpwe."
Ui lo pangcu segera mengalihkan sinar matanya ke wajah
Pek Bwee, setelah memandang matanya sekejap dia
memanggil dengan suara lembut:
'Saudara Pek ......."
"Pek Bwe tidak berani, Pek Bwe tidak berani, lo pangcu
ada urusan apa?" buru-buru Pek Bwe bertanya.
Sambil mengelus jenggotnya, Ui lo pangcu tertawa,
katanya: ''Siau hong terbelengguoleh sumpahnya sehingga tidak
leluasa untuk membicarakan persoalan itu, karenanya
bagaimana kalau kita saja yang berbincang-bincang
sebentar" "Semua pertanyaan lo pangcu, pasti akan Pek Bwe jawab
bila kuketahuj...'' sahut Pek Bwe dengan hormat,
Cu Sian hong segera tersenyum sambil menimbrung:
"Aku hanya berjanji kepada locianpwe tersebut untuk
tidak menceritakan tentang dirinya, soal lain aku tidak
menjadikan apa-apa'' Pek Bwee manggut-manggut sambil tertawa, katanya
kemudian: "Lo pangcu ingin menanyakan soal apa?"
"Menurut pendapatmu, siapakah orang yang memberi
buku kepada Siau hong' "Lo pangcu, apakah kau curiga kalau orang itu
kemungkinan adalah si Pena Wasiat?"
'Yaa, aku si pengemis tua memang mempunyai
pandangan demikian" "Kalau begitu, orang tersebut telah sampai di
perkampungan Ing gwat san ceng, lagipula sudah berdiam
cukup lama disitu, hanya saja tiada orang yang mengetahui


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadaannya yang sebenarnya"
Pembicaraan itu meski tertuju kepada Ui pangcu, namun
sepasang matanya justru dialihkan ke wajah Cu Siau hong.
Cu Siau hong mengangguk tiada hentinya.
Kembali Ui pangcu berkata:
"Pek lote, kemampuan orang itu menyembunyikan diri
sudah pasti hebat sekali sehingga andaikata ia tidak
mencari orang, mungkin sulit bagi orang lain untuk
menemukan indentitasnya?"
Sekali lagi Cu Siau hong mengangguk.
"Lo pangcu" kata Pek Bwe kemudian menurut dugaanku,
dia sengaja menyembu-nyikan diri didalam perguruan Bu
khek bun a-dalah bertujuan untuk mengawasi gerak gerik
Tiong Leng kang. Pena wasiat tak pernah melibatkan diri
didalam pertikaian dunia persilatan, oleh sebab itu
walaupun ia tahu kalau Bu khek bun sudah terjerumus
dalam keadaan yang amat berbahaya, dan meski dia
merasa puas dengan watak serta cara kerja Tiong Leng
kang namun tak mampu untuk mencampuri atau
membantu-nya, sebab itu diapun lantas memilih seseorang
dan menghadiahkan kitab pusaka kepadanya dengan
harapan orang itu bisa menyelamatkan Bu khek bun dari
kehancuran, sayang sekali kehendak Thian sukar dibantah
sehingga orang perguruan Bu khek bun gagal untuk
menghindarkan diri dari bencana tersebut, meski dia
merasa pedih, namun tak mampu untuk menghalangi
terjadinya bencana tersebut"
Ketika Ui pangcu menyaksikan Cu Siau hong hanya
membungkam belaka, dia lantas mengangguk sambil
tertawa: "Mungkin memang begitulah duduknya persoalan"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Aaaai. . . hanya tidak tahu, apakah dia pun turut
menjadi korban di dalam musibah tersebut?"
"Soal ini. . . soal ini. . . ." Pek Bwe tergagap.
Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tampaknya dia sudah kabur dari bencana itu?" sambung
Pek Bwe. "Bila dia ingin melarikan diri, hal ini pasti dilakukan
beberapa hari sebelumnya. . . ." kata Ui lo pangcu pula.
CU SIAU HONG kembali menggeleng.
"Kalau begitu dia masih tetap tinggal dalam
perkampungan?" ucap Pek Bwe.
Sekali lagi Cu Siau hong menggeleng.
"Ui pangcu jangan-jangan diapun sudah mati" pekik Pek
Bwe kemudian. Cu Siau hong hanya termenung tidak berbicara.
"Apakah dia sudah mati beberapa hari sebelumnya?"
tanya Pek Bwe lagi. Tiba-tiba Cu Siau hong mengangguk.
"Apakah dia mati ketika perkampungan Ing gwat san
ceng hampir diserang ........?" kata Ui lo pangcu.
Cu Siau hong memandang wajah Ui lo pangcu dan Pek
Bwee sekejap, sementara mulutnya tetap membungkam
dalam seribu bahasa. "Yang menjadi persoalan sekarang adalah dia benarbenar
sudah mati" Ataukah menggunakan siasat mati untuk
menghin-darkan diri pertikaian tersebut", kata Ui lo pangcu
lagi. "Dia toh bisa menghindarkan diri dari kematian" Kenapa
musti berpura-pura mati?"
"Bila berbuat demikian, hal ini pasti akan menimbulkan
kecurigaan orang, selama-lamanya cara kerja pena wasiat
tak boleh meninggalkan bekas yang bisa menimbulkan
kecurigaan!" Pek Bwe mengangguk berulang kali.
PENA WASIAT Jilid 22 'Ucapan pangcu memang benar!"
"Aku pikir, entah dia muncul dalam bentuk apa dan
menampakkan diri dimana, cara yang paling sempurna
untuk menutupi jejaknya adalah kematian"
"Dalam dunia ini memang tiada persoalan lain yang lebih
mudah dilupakan orang dari pada suatu kematian"
"Benar! Itulah sebabnya mengapa ia tak pernah dicurigai
orang selama ini" "Kalau begitu, dia adalah seorang manusia?"
"Sulit untuk dikatakan! Tak ada orang yang kenal
dengannya, juga tak tahu apa kedudukannya sekarang,
menurut pendapat aku si pengemis tua, entah dia menampakkan
diri dimana dan pada saat apapun, mungkin
penampilannya itu tak akan menarik perhatian orang atau
perkataan lain dia selalu menampakkan diri dalam
kedudukan masyarakat yang rendah"
"Lo pangcu, apakah kita perlu me-lakukan pemeriksaan,
benarkah dia sudah mati sungguhan atau tidak?"
"Bukan soal perlu atau tidak, tapi kita harus melakukan
pemeriksaan tersebut"
Mau perika sih mudah saja! Tapi bagai mana, caranya
kita lakukan pemeriksaan ter-sebut?"
"Soal itu, tergantung adakah orang yang bersedia
membantu usaha kita, kalau berbicara menurut watak Tiong
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 16 Pendekar Rajawali Sakti 155 Misteri Mayat Darah Pantang Berdendam 2
^