Pena Wasiat 14
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 14
buncu, bila dalam anggota Bu khek bun kedapatan ada
yang mati, maka dia pasti akan mengubur jenazah secara
wajar dan baik" "Tentu saja demikian"
"Nah inilah titik terang yang bisa kita gunakan sebagai
pangkal penyelidikan kita'
"Perlukah kita membuka peti mati untuk melakukan
pameriksaan"' 'Persoalannya sekarang adalah sekarang dia berada
dimana" Dimana jenasahnya di kuburkan?"
Kali ini Cu Siau hong tidak mengangguk, juga tidak
menggeleng. Melihat itu, Ui lo pangcu segera menghembuskan napas
panjang, katanya lebih jauh:
"Pek Bwe lote, menurut jalan pemikiranku, tempat
jenasahnya dikubur sudah pasti tak terlalu jauh letaknya
dari perkampungan Ing gwat san ceng."
Pek Bwe dan Ui pangcu segera menengok kembali ke
wajah Cu Siau hong. Si anak muda itu masih tetap duduk dengan tenang di
tempat tanpa mengangguk ataupun menggeleng.
Pek Bwee lantas mendeham beberapa kali, katanya:
"Kalau begitu tempat jenasah itu dikubur pasti sukar
sekali ditemukan. " "Mungkin juga orang yang mengubur jenasahnya telah
mengalami musibah semua, sehingga tak ada orang yang
tahu dimanakah letak tempat penguburannya?"
Paras muka Cu Siau bong kelihatan amat sedih, namun
ia tidak bergerak ataupun mengucapkan sepatah katapun.
Pek Bwe segera berkerut kening lalu mendeham berat,
ujarnya kembali: "Lo pangcu, kelihatannya persoalan ini rada sedikit
merepotkan" "Yaa, memang ada sementara persoalan yang tak bisa
terlampau dipaksakan ....."
Cu Siau hong mendongakkan kepalanya dan memandang
kedua orang itu sekejap, kemudian tertawa getir.
''Pek lote" kata Ui pangcu kemudian, "aka rasa mungkin
ada banyak orang yang tahu akan persoalan ini, kenapa kita
tidak mencari orang lain untuk ditanyanya?"
Kali ini Cu Siau hong memberikan reaksinya, kembali dia
menggelengkan kepala-nya berulang kali.
Ui Pangcu segera tersenyum, katanya:
"Pek lote, dalam persoalan ini, jangan biarkan terlalu
banyak orang yang tahu"
Kembali Cu Siau hong mengangguk.
"Saudara Pek, aku lihat kita pikirkan kembali persoalan
ini pelan-pelan, siapa tahu bisa kita pikirkan suatu cara
yang lebih praktis dan sempurna?" Pelan-pelan Cu Siau
hong bangkit berdiri kemudian katanya:
"Boanpwe ingin mohon diri lebih dahulu"
"Baik! Kau boleh berangkat selangkah lebih duluan,
setelah lelah seharian penuh memang sepantasnya kalau
kau pergi beristirahat"
Cu Siau hong segera membalikkan badan dan pelanpelan
berlalu dari tempat itu. Memandang bayangan punggung Cu Siau hong yang
menjauh, Pek Bwe menghembus-kan napas panjang
katanya: "Lo pangcu, bocah ini terlalu muda, tidak tahu aturan,
bila telah melakukan kesalahan harap lo pangcu jangan
marah!" "Saudara Pek, aku dapat melihat bahwa perasaannya
amat gundah dan berat sekali"
Bila orang muda bisa memegang janji hal ini tak akan
merugikan kepribadiannya dan kejadian tersebut
merupakan suatu per-buatan yang baik, lohu merasa tidak
leluasa untuk terlampau menegurnya"
"Aku mengerti, kitalah yang telah menyusahkan dia,
mana mungkin kita akan menegurnya lagi"'' .
"Sungguh, bijaksana lo pangcu mengha-dapi setiap
persoalan, lohu merasa kagum sekali"
Ui pangcu segera tertawa.
"Pek lote, kalau didengar dari pembica-raan Siau hong,
agaknya pena wasiat me-mang benar-benar telah
berkunjung ke per-kampungan Ing gwat san ceng,
sedangkan kitab pusaka Bu beng kiam bok tersebut
rupanya juga merupakan hadiah dari pena wasiat ....... '
'Yang membuat lohu keheranan adalah pena wasiat tak
pernah melibatkan diri da-lam pertikaian dunia persilatan,
kenapa ia bisa menghadiahkan sejilid kitab Kiam boh
kepada Cu Siau hong" '
''Pek lote" kata Ui pangcu dengan wajah serius, "Aku
rasa persoalan ini tak akan terlepas dari dua alasan,
pertama pena wasiat telah menetapkan ahli warisnya dan
Cu Siau hong mungkin merupakan pilihannya."
"Oooh. . . soal ini bukankah sedikit agak berbeda dengan
cara kerja Pena Wasi-at pada umumnya" Bukankah cara
kerja pena wasiat selamanya amat rahasia?"
"Bila pertanyaan ini kau ajukan kepadaku lebih awal
sendiri, maka akupun tak akan mampu untuk
menjawabnya, tapi sekarang aku si pengemis tua telah
berha-sil menelusuri sedikit akan duduknya persoalan'
"Lohu siap mendengarkan penjelasan!'
"Orang yang berhak memegang pena wasiat selain musti
jujur dan bijaksana, yang paling penting lagi adalah dia
harus memiliki ilmu silat yang sangat lihay serta ji-wa yang
sosial dan tidak serakah akan pahala dan kedudukan, orang
orang semacam ini tak mungkin bisa dibina sedari kecil,
melainkan harus dicari dari antara pendekar--pendekar
sejati yang telah ada didalam dunia persilatan, ternamanya
Tiong buncu da-lam dunia persilatan menunjukkan kalau dia
punya pamor mungkin diapun termasuk salah seorang
pilihannya untuk menggantikan kedudukannya si pemegang
pena wasiat terse-but, oleh karena itu pula baru tersiar
beri-ta bahwa pena wasiat telah datang keperguruan Bu
khek bun" Berbicara sampai disini, mendadak ia menutup mulut.
Pek Bwe menghela napas panjang, kata-nya:
"Leng kang memang cukup jujur dan bi-jaksana, tapi
ilmu silatnya masih belum cukup untuk menduduki jabatan
memegang pena wasiat, Lo pangcu tak usah ragu-ragu lagi
untuk berbicara, apa yang ingin kau katakan, utarakan saja
secara terus terang"
"Menurut dugaan aku sipengemis tua, Pena wasiat telah
berkunjung ke Bu khek-bun mungkin telah melakukan pula
suatu penyelidikan yang seksama, setelah mengeta-hui
kalau Tiong buncu merupakan anggota persi-latan yang
secara langsung terlibat di-dalam pertikaiannya dan merasa
tidak co-cok dengan syarat sebagai pemegang pena wasiat,
maka pilihannyapun terjatuh pada Cu Siau hong. Tentu
saja, Cu Siau hong pun merupakan pilihan permulaan saja,
sedang mengenai cara untuk merahasiakan indenti-tasnya,
tentu saja kematian merupakan suatu tindakan yang paling
tepat" Pek Bwee mengangguk tiada hentinya.
"Benar dengan kecerdaaan dan kebijaksanaan Siau hong,
dia memang merupakan pilihan yang paling baik tapi
menurut pandangan lohu agaknya dia tidak memiliki suatu
kewibawaan, apakah hal ini cocok untuk menjabat sebagai
pemegang pena wasiat?"
"Soal ini" Aku seorang pengemis tuapun mempunyai
semacam pandangan yang berbeda, Cu Siau hong termasuk
diantara orang yang berwajah gagah, dapat menegakkan
keadilan dan kebenaran, juga tidak terlalumempersoalkan
segala tetek bengeknya masalah,
tindakannya untuk menampung Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang
Bo tan merupakan suatu bukti yang nyata dari kebesaran
jiwanya, tapi juga merupakan suatu tindakan yang tepat
selain dari pada itu, untuk menolong Tiong It ki merupakan
suatu tindakan yang belum tentu bisa tercapai meski telah
mengorbankan nyawa puluhan orang jago lihay pun tentu
saja cara yang digunakannya itu hanya Cu siau hong
seorang yang bisa mempergunakannya, bila berganti orang
lain belum tentu dia memiliki syarat yang cukup untuk
menaklukkan ketiga orang siluman perempuan tersebut''
"Aaaai... lo pangcu, akupun masgul karena persoalan ini,
bagamanapun juga tindakan Siau hong untuk menerima
ketiga o-rang siluman perempuan itu untuk selalu
mendampinginya bukan merupakan tindakan yang baik,
tapi apa yang harus kita lakukan" Harap lo pangcu bersedia
memberi putunjuk untuk mengatasi hal ini'
"Aku rasa, soal ini tak perlu kalian risaukan, walaupun
aku tidak mengerti soal ilmu perbintangan, namun
pengalamanku selama puluhan tahun hidup menjadi
manusia, membuat pandanganku terhadap orang lain
jarang keliru." "Lihk Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan merupakan
perempuan-perempuan cabul yang sudah amat termashur
namanya dalam du-nia persilatan, bagaimana mungkin Bu
khek bun bisa menerima mereka" Sekalipun sebelum
matinya Leng kang telah meninggalkan pesan yang
mengijinkan Siau hong bertindak sekehendak hatinya tanpa
terikat oleh peratur-an Bu khek bun, tapi bila ia sampai
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan dengan
membawa serta beberapa orang cabul itu, maka harus
ditaruh ke manakah nama baik perguruan" Apalagi dia
masih muda, berdarah panas dan besar gairah hidupnya,
andaikata kena terangsang oleh pancingan yang berani
ketiga orang budak tersebut, bukankah kejadian ini akan
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang
memalukan?" Ui Pangcu segera tertawa.
''Lote, kalau toh sudah tidak terbelenggu oleh peraturan
perguruan Bu khek Bun dan mengapa pula kau harus
menguatirkan baginya"'.
"'Lo pangcu, agaknya kau sama sekali ti-dak merasa
kuatir akan persoalan ini?"
'Kuatirpun apa gunanya". Dalam kenyataan, cara
kerjanya sudah merupakan suatu tindakan yang baik, Pek
lote, seandainya Tiong It ki belum tertolong sekarang,
dapatkah Bu khek bun menerima permintaan dari ke tiga
orang perempuan itu?"
''Soal ini.. . soal ini...'
Sambil tertawa Ui pangcu segera berkata:
" Aku percaya, Bu khek bun pasti akan menyetujui
permintaannya, waktu itu Bu- khek bun sudah pasti bukan
memikul suatu beban yang berat sekali ...."
"Tapi Cu Siau hong telah meluluskannya itu berarti
kamipun tak dapat menampiknya lagi.
''Paling tidak, dalam perasaan kalian tak akan terdapat
beban terlampau berat"
"Maksud pangcu.."
"Maksud lohu, bila Cu Siau hong bisa bertindak bijaksana
tanpa mempersoalkan hal-hal yang kecil....''.
Mendadak ia berhenti berbicara, wajahnya berubah
menjadi amat serius, pelan-pelan lanjutnya:
''Pek lote, semenjak pena wasiat muncul dalam dunia
persilatan, sudah banyak manusia munafik yang dibongkar
kedoknya sehingga ketenangan yang meliputi dunia
persilatan selama ini boleh dibilang merupakan pemberian
dari pada wasiat, tapi keadilan meningkat satu depa,
kejahatan meningkat satu tombak, sekalipun pena wasiat
berhasil membongkar kedok kemunafikan se-mentara
orang, namun hal itu justru telah mendesak pula kaum
laknat dan manusia keji itu untuk menyembunyikan dirinya
semakin rapat, dari laporan Tiang kim dapat kuketahui
semua kejadian dalam kebun raya Ban hoa wan, kekuatan
serta pengaruh yang begitu besarnya tak mungkin bisa
terbentuk dalam satu hari saja, apalagi sudah puluhan
tahunan dalam dunia persilatan dalam ketenangan mustahil
secara tiba-tiba bisa masuk sekelompok kekuatan yang
demikian besarnya, oleh sebab itu menurut pendapat lohu,
sudah pasti kelompok kekuatan itu telah dibina banyak
tahun, cuma tindak tanduk mereka terlampau rahasia dan
gerak geriknya a-mat misterius sehingga sulit buat orang
lain untuk menduga asal usulnya "
''Benar juga perkataanmu itu, misalnya saja Keng Ji
kongcu itu bukan cuma ilmu silatnya saja yang sangat lihay,
pengetahuan nya pun luas sekali, agaknya ilmu silat yang
dipelajarinya berasal dari satu aliran yang sama ..... .
"Nah itulah suatu titik kelemahan" sela Ui pangcu.
Pelan pelan ia bangkit berdiri, kemudian melanjutkan:
''Pek lote, kau boleh pergi, berhubung masalahnya
terlampau besar, mungkin soal ini tak bisa dibicarakan
sampai jelas dalam dua tiga patah kata saja. Kitapun tak
usah menduga-duga yang tidak-tidak, malam sudah larut,
silahkan Pek lote kembali ke kamar un-tuk beristirahat"
Persoalan itu memang terlampau berat dan besar, Pek
Bwe sendiripun tahu kalau persoalan ini tak mungkin bisa
dibicarakan lebih jauh, maka ia lantas beranjak dan mohon
diri. . Dia tidak segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat,
melainkan berbelok menuju ke kamar tidurnya Cu siau
hong. Cahaya lampu menerangi ruangan itu, sambil bertopang
dagu Cu Siau hong sedang memandangi sinar lentera itu
dengan termangu: Ketika mendengar suara langkah mendekat Cu Siau hong
baru mendongakkan kepalanya, jelas perasaannya sangat
berat dan gundah sehingga dia memusatkan perhatiannya
ke satu arah sambil mengulapkan tangannya, Pek Bwe
menegur: "Nak, kau belum tidur?"
Cu Siau hong bangkit berdiri dan mengambilkan secawan
air teh untuk Pek Bwe, setelah itu katanya dengan lirih:
"Boanpwe sedang memikirkan beberapa persoalan!''
"Apa yang kau pikirkan"..
`Aaaai... boanpwe masih muda dan tak tahu urusan,
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setelah kululuskan permintaan Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Botian
untuk membawanya keluar dari kebun raya Ban hoa
wan, sekarang aku tak tahu bagaimana caranya untuk
menempatkan me-reka" '
Setelah memperoleh petunjuk dari Ui pangcu, pikiran dan
cara berpandangan dari Pek Bwe jauh lebih terbuka. sambil
tertawa katanya. 'Kenapa" Jika belum tahu bagaimana ca-ranya untuk
menyelesaikan persoalan mereka, kenapa kau meluluskan
permintaan nya"' "Waktu itu boanpwe hanya bertujuan untuk menolong It
ki sute, sekalipun mereka ajukan syarat yang lebih tinggi,
aku tetap akan meluluskannya tak kusangka. . ."
"Tak kau sangka kalau akhirnya akan mendatangkan
banyak kesulitan bagimu?" sam-bung Pek Bwe.
''Saat ini boanpwe sedang mengawali kesulitan tersebut"
"Coba katakan agak jelas kesulitan maceam apakah yang
sedang kau alami sekarang'
"Boanpwe merasa masih banyak urusan yang harus
segera diselesaikan, akan tetapi aku tak tahu harus
menitipkan ketiga orang budak itu dimana?"
"Bukankah Tang ciangbunjin telah setuju untuk
menerima mereka sebagai anggota Bu-khek bun.
"Telah boanpwe pikirkan hal ini, tapi aku rasa tindakan
tersebut kurang baik"
Diam-diam Pek Bwee berpikir:
"Bagaimanapun juga, bocah ini sudah banyak membaca
buku, kecerdikannya memang jauh melebihi orang lain"
Tapi diluar, sengaja dia bertanya:
"Bagian manakah yang kau rasakan kurang baik?"
'Mereka bertiga adalah orang-orang yang sering kali
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pamor
mereka kurang baik, jika dibiarkan berada dalam Bu khek
bun, aku kuatir sikap mereka kurang baik, aai....! Tang
ciang bunjin terlalu serius dan sukar bergaul dengan
mereka, apalagi mereka pun mempunyai banyak permainan
busuk, takutnya tindak tanduk mereka akan menimbulkan
banyak kejadian yang tak di inginkan"
''Betul juga perkataanmu itu" ucap Pek Bwee,
"bagaimana pun juga ke tiga orang budak itu merupakan
manusia-manusia cabul yang sudah termashur dalam dunia
persilatan, padahal ciangbun suhengmu terlampau jujur dan
polos, memang agak susah baginya untuk menghadapi
mereka" "Itulah sebabnya boanpwe merasa kuatir sekali"
"Siau hong, aku dapat melihatnya." termasuk si
pengemis tua Tan Tiang kim, tampaknya ketiga orang
dayang itu hanya mengagumi kau seorang, oleh sebab itu
hanya kau saja yang dapat membawa serta mereka bertiga,
ilmu silat yang dimiliki ketiga orang budak itu rata-rata
hebat sekali, orangnya juga amat cerdas dan cekatan, bila
kau sertakan mereka disisimu, jelas sudah mereka
merupakan pembantu-pembantu yang bisa diandalkan, bila
dikemudian hari watak mereka bisa dirubah, siapa tahu
kalau mereka bertiga dapat berubah menjadi orang-orang
yang berguna?" " Aaai . . . loya cu, boanpwe pun berpikir demikian, tapi
selama aku lagi menyelesaikan persoalan, kalau bisa
kulakukan seorang diri, sebab membawa serta mereka
sungguh merupakan suatu beban bagiku"
Pek Bwe segera tertawa. "Disinilah letak kesulitannya, kau telah meluluskan
permintaan orang, tentunya kau tak akan lepas tangan dan
tidak mengurusinya lagi bukan?" demikian katanya.
Cu Sung hong termenung dan berpikir sebentar,
kemudian sahutnya: ''Loya cu, Siau hong telah berhasil menemukan dua
tempat yang bisa digunakan untuk menampung mereka,
cuma saja, aku masih memerlukan bantuan dari loya cu"
''Aku bisa membantumu" Coba katakan"
'Kay pang adalah suatu organisasi yang amat besar,
tentunya tak menjadi soal bu-kan bila ditambah lagi dengan
beberapa o-rang murid" Apalagi peraturan perkumpulan itu
sangat ketat, mereka pasti tak akan berani melanggarnya
secara gegabah" "Cara ini memang cukup bagus, sayang mereka adalah
perempuan, selamanya pihak Kay pang tidak menerima
anggota perem-puan" "Bagaimana dengan perkumpulan Pay kau?"
"'Pay kau" Waah.... aku si orang tua tak punya akal"
"Loyacu kau orang tua ........."
Buru-buru Pek Bwe menggoyangkan ta-ngannya
berulangkali sambil berseru keras.
"Siau hong, tak usah mengenakan topi kebesaran
kepadaku, loya-cu tak suka menggunakan topi semacam
itu" "Loya cu, apakah kau benar-benar tidak mau
mengurusinya"'' kata Cu Siau hong kemudian sambil
tertawa getir. "Mengurusi" Bagaimana cara mengurusi-nya" Kalau
menghadapi persoalan macam be-gini mah aku benar-benar
tidak mempunyai kepandaian untuk mencampurinya"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Padahal, untuk melepaskan keleningan paling tepat
kalau orang yang memasang keleningan itu sendiri, kalau
toh kau telah mengundang datang ketiga orang dayang itu..
maka sudah seharusnya kau sendiri yang mencari akal
untuk menyelesaikannya, aku rasa lebih baik biarkan saja
mereka turut serta disampingmu'
Cu Siau bong segera menghela napas panjang.
'Aaai... seandainya kalau memang tiada cara lain,
terpaksa aku musti berbuat demikian" katanya.
"Bila kau dapat memahaminya, ini lebih baik.
Sesudah mendehem beberapa kali, sambungnya lebih
jauh: "Siau hong semua perkataanmu telah selesai kau
ucapkan ...sekarang giliran aku si orang tua yang hendak
menanyakan beberapa persoalan kepadamu. ..
"'Boanpwe telah siap untuk mendengarkannya."
"Entah siapa dan macam apakah orang yang mati dalam
perkampungan Ing gwat san ceng menjelang datangnya
penyerbuan ditengah malam itu aku rasa sudah pasti tak
banyak orang yang mengetahuinya bukan?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Sebetulnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang
tidak menarik perhatian o-rang, tapi seandainya sampai
tersiar keluar sudah pasti peristiwa ini akan menggemparkan
seluruh dunia persilatan" kata Pek Bwe kembali.
'Ucapan loyacu memang benar''
"Hal-hal yang maha penting dalam persoalan ini justru
terletak disinilah, coba kau pikirkan, seandainya hal ini
ditanyakan ke pada orang lain, mungkinkah ... ... . '
Cu Siau hong segera menghela napas panjang tukasnya:
"Dibalik kejadian ini terdapat banyak hal yang amat
mencurigakan, boanpwe telah bertekad untuk
memeriksanya sampai jelas!'
"Kalau begitu pergilah"
"Baik. . . seandainya persis seperti apa yang loya cu
katakan, maka dalam peristiwa ini paling tidak kalau jangan
sampai diketahui orang yang terlalu banyak"
"Perlukah persoalan ini kita beritahukan kepada Ui lo
pangcu?" "Soal ini, biarlah kau orang tua yang menentukan."
Pek Bwe lantas manggut-manggut.
"Baik Siau hong, kau bersiap-siap kapan baru
berangkat?" `Besok malam." Pek Bwe termenung lagi sejenak, kemudian bertanya
lebih jauh: "Siau hong, apakah kurang leluasa kalau dilakukan
ditengah hari bolong.... "Boanpwe akan tiba disitu sebelum hari gelap dan turun
tangan menjelang kentongan pertama, aai.. untung saja
boanpwe sudah mendapat perintah dari mendiang suhu untuk
tidak terikat oleh peraturan perguruan Bu khek bun,
andaikata aku masih terhitung murid Bu khek bun, sudah
pasti banyak ge-rak gerikku yang dibatasi oleh peraturan
perguruan" "Disinilah terletak kebijaksanaan serta ketelitian Leng
kang dalam berpikir, juga berarti kepercayaannya yang
amat besar terhadap dirimu, sehingga kau diberi
kesempatan untuk bertindak dengan leluasa"
"Boanpwe merasa amat tarharu dan berte-rima kasih
sekali atas kebijaksanaan mendiang suhu, setelah beliau
memberi kesempatan yang begini baik kepadaku, sudah
sepan-tasnya bila boanpwe mempergu-nakannya sedapat
mungkin. . .' Pek Bwe tertawa. "Siau hong, beristirahatlah sebentar", katanya kemudian.
"besok, kau masih ada uru-san yang harus segera
diselesaikan" Keesokan harinya, Cu Siau hong mengundang datang Lik
Hoo, Ui Bwe serta Ang Bo--tan, kemudian pelan-pelan dia
berkata: "Sekarang, kita akan menentukan suatu persoalan yang
sangat penting artinya"
"Persoalan apakah itu?" tanya Liok Hoo dengan wajah
tertegun dan tidak habis me-ngerti.
"Sekarang, kalian harus menentukan apa-kah masih
ingin mengikuti diriku atau tidak?"
Dengan cepat Lik Hoo manggut-manggut.
"Tentu saja kami masih akan terus me-ngikuti Cu
kongcu" sahutnya segera.
"Boleh saja bila kalian ingin mengikutiku, cuma
sebelumnya aku hendak membicara-kan beberapa buah
syarat dengan kalian?"
'Syarat apa?" ''Pertama, kalian harus bertobat serta tak boleh
melakukan perbuatan yang melanggar hukum serta adat
istiadat lagi." "Soal ini, kami pasti akan berusaha untuk, menurutinya"
"Kedua, aku adalah seorang yang suka sekali mencari
urusan, selama kalian mengikutiku, sudah pasti akan ada
banyak kesulitan dan penderitaan yang akan kalian
rasakan" "Kami bersedia mengikuti kongcu, sekali pun harus mati
juga tidak menyesal"
"Persoalan ketiga, merupakan persoalan yang mungkin
sulit untuk kalian kerjakan"
"Persoalan apakah itu" Harap kongcu katakan"
"Menjaga diri, hubungan kalian denganku tak lebih hanya
hubungan dayang, aku harap kalian dapat menjaga diri
kalian sebagai seorang budak, dan jangan melakukan halhal
yang kelewat batas!' Ui Bwe segera tertawa, katanya:
"Tentang persoalan ini kami sudah cukup memahami,
kami akan mengikuti kongcu, melayani kongcu serta
mengurusi soal makanan dan pakaian bagi kongcu"
"Kecuali itu, kalian dilarang membunuh orang secara
sembarangan" kata Cu Siau hong menambahkan.
"Baik!' Cu Siau hong segera tertawa, kembali dia berkata:
"Padahal kalianpun tak usah mengikuti aku mencari
kesengsaraan, kami bisa men-carikan suatu tempat yang
nyaman untuk kalian bertiga tempati . . . "
'Apakah kongcu sudah tidak maui kami lagi?" tanya Ang
Bo tan tiba-tiba. "Itu sih tidak, aku hanya merasa kalian berhak untuk
menentukan pilihan" "Tak usah" tampik Lik Hoo, "Kami su-dah memilih untuk
mengikuti kongcu, sam-pai mati kami akan tetap
mendampingimu dan keputusan ini tak pernah akan
berubah lagi" "Baiklah, sewaktu masih dirumah dulu aku pernah
memakai dayang, aku adalah orang yang pandai sekali
mempergunakan dayang."
"Bagus sekali, kami tiga bersaudara pernah melakukan
banyak pekerjaan namun belum pernah menjadi dayang
orang, maka kami sangat berharap bisa sungguh-sungguh
menjadi seorang budak yang sesungguhnya"
Cu Siau hong tertawa. "Kalian jangan terburu gembira dulu" ka-tanya, "Bila
kalian sudah menjadi dayangku nanti, kalian pasti akan
mengatakan bahwa aku adalah seorang lelaki yang amat
sukar dilayani, apalagi soal makanan, aku bisa banyak
bicara" "Kongcu soal semacam itu tak perlu kau kuatirkan lagi,
kami tiga bersaudara pernah belajar memasak selama
beberapa hari, asal mau bersungguh-sungguh, masakan
kami ti-dak terhitung terlalu jelek"
"Diam-diam Cu Siau hong lantas berpikir.
"Tampaknya ketiga orang dayang ini su-dah bertekad
untuk mengikuti diriku terus"
Berpikir demikian, dia. lantas berkata.
''Kalian tak perlu masuk menjadi anggo-ta Bu khek bun
lagi, ikuti saja diriku pribadi!"
Ang Bo tan segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Sejak meninggalkan tempat itu dulu, budak sekalian
memang telah bertekad untuk -turut serta bersama Kongcu
sungguh tak di-sangka apa yang kami harapkan akhirnya
tercapai juga . " "Hari ini, aku hendak meninggalkan kota Siang yang
sementara waktu untuk menyelesaikan suatu persoalan......
"Apakah akan membawa serta kami bertiga?" Lik Hoo
segera bertanya. "Justru karena kurang leluasa untuk membawa serta
kalian bertiga maka aku harap kalian mau tinggal dulu
disini..." "Baik, cuma sampai kapan kongcu baru akan kembali?"
"Paling cepat malam nanti juga sudah kembali, atau
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
paling lambat besok tengah hari"
"Hanya sehari?"
"Benar tempat ini merupakan markas sementara
perkumpulan Kay pang, keamanannya terjamin, cuma
selama tinggal disini, ada baiknya bila kalian bertindak lebih
berhati-hati lagi ........"
"Hati-hati soal apa lagi?" Sela Lik Hoo, "tempat ini toh
sudah aman dari gangguan, kami harus berhati-hati
terhadap soal apa-lagi?"
"Hati-hati dengan tingkah laku kalian sendiri jangan
sampai menerbitkan lelucon yang tak lucu"
Paras muka Lik Hoo kontan saja berubah menjadi merah
padam lantaran jengah, katanya:
"Tak usah kuatir kongcu, kami pasti tak akan membuat
kongcu kehilangan muka, mulai sekarang kami semua akan
menjadi seorang perempuan yang bersih dan jujur"
''Semoga saja demikian . . ."
Setelah berhenti sejenak, dan melanjutkan.
"Kalian boleh bersiap-siap sekarang, ha-ri ini aku ingin
bersantap siang yang le-zat dan penuh kenikmatan, setelah
itu baru keluar rumah untuk manyelesaikan urusan`
Tiga orang perempuan itu saling berpan-dangan sambil
tertawa kemudian bersama-sama mengundurkan diri dari
situ, betul juga mereka turun kedapur untuk
mempersiapkan hidangan. Koki yang memasak nasi menjadi bingung menyaksikan
tiga orang nona besar yang cantik jelita mendadak
menyerbu masuk, lalu yang memasang api yang mencuci
sayur mereka bertiga tanpa menggubris pandangan
keheranan orang dan turun tangan sendiri.
Jangan dilihat ketiga orang itu adalah perempuanperempuan
jalang yang telah termashur namanya dalam
dunia persilatan, namun kepandaian mereka membuat
sayur ternyata luar biasa sekali.
Mendekati tengah hari, mereka telah mempersiapkan
delapan macam hidangan yang amat lezat. Yang mengeluh
justru sang kokinya, sebab bahan masakan yang dipilih
tiga'orang perempuan itu hanya bagian-bagian yang paling
baik, seperti misalnya untuk sawi, mereka hanya
mengambil sedikit ay-sim nya saja. sedang sisanya di
tinggal dengan begitu saja.
Cu Siau hong mencicipi ke delapan macam masakan itu
satu per satu, lalu sambil tertawa katanya:
"Kepandaian memasak kalian bertiga sungguh luar biasa
sekali" "Aaah, sudah lama kami tak pernah turun ke dapur,
rasanya tangan masih rada kaku, kongcu ...."
Cepat-cepat Cu Siau hong mengulapkan tangannya
seraya berkata: "Aku hanya berkata masih lumayan juga, tidak terhitung
sangat baik, hanya cukup soal makan saja, entah berapa
banyak tenaga dan pikiran yang telah kalian buang?"
"Kongcu, bumbu yang tersedia didapur tidak komplit''
kata Ui Bwe dengan cepat, "coba kalau kami diberi
kesempatan untuk berbelanja sendiri, mungkin masakannya
akan jauh lebin baik"
"Aaah, kita kan hidup bersama-sama, masalah itu sih tak
usah diributkan, apalagi aku hanya ingin mencoba
kepandaian memasak kalian saja, hidup sebagai manusia di
dunia ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,
ambil contohnya saja seperti masak memasak, sekalipun
kelihatannya gampang sesungguhnya bukan suatu
pekerjaan yang enteng, aku rasa dengan diambil contoh ini,
tentunya kalian bisa memikirkan juga masalah-masalah
yang lain bukan. . ."
Lik Hoo segara menghela napas panjang, selanya:
"Budak sekalian dapat memahami maksud hati kongcu,
kau suruh kami belajar hidup sebagai manusia yang wajar,
menjadi seorang perempuan yang benar dan sewajarnya"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Bila kalian sudah memahaminya, hal ini lebih baik lagi"
ucapnya kemudian. "Kongcu, kami berlatih silat apakah termasuk juga suatu
perbuatan yang benar"'' tanya Lik Hoo.
"Tentu saja perbuatan yang benar" cepat-cepat Ang Bo
tan berseru, mulai sekarang kita akan selalu mengikuti
kongcu untuk berkelana dalam dunia persilatan, itu berarti
kesempatan untuk bertarung melawan orang pasti akan
selalu muncul, bila kepandaian silat kita tak becus, bukan
saja mendatangkan kekuatiran bagi kongcu saja, malah
kemungkinan besar justru akan merepotkan dirinya''
"Kongcu, perkataan dari sam moy ada betulnya juga,
tapi bila tiada orang yang memberi petunjuk kepada kami,
rasanya agak sulit bagi kami untuk memperoleh kemajuan''
"Oooh. . . kalian bermaksud hendak meminta petunjuk
beberapa jurus silat dariku"
Lik Hoo segera mengangguk.
"Benar, budak sekalipun memang bermaksud demikian"
"Baik, ilmu silat apakah yang ingin kalian pelajari?"
"Kalau bisa budak sekalian ingin mempe-lajari sedikit
kepandaian untuk perkelahian bersama, kalau bisa ilmu silat
kami bertiga digabungkan menjadi satu dan meleburnya
hingga tercipta suatu kerja sama yang kuat bagi kami
bertiga" "Baik, bila aku telah selesai dengan pe-kerjaanku nanti,
kalian boleh memperlihat-kan kepandaian silat yang kalian
miliki, kemudian akan kucoba memikirkan kepandaian
macam apa yang harus kuwariskan agar kalian bisa bekerja
sama dalam menghadapi lawan."
"Terima kasih banyak kongcu''
"Kongcu, kali ini kami tak dapat mengiringi kongcu,
harap kau bisa baik-baik menjaga diri" bisik Ang Bo-tan
kemudian dengan suara lirih..
Nada ucapan tersebut penuh disertai de-ngan perasaan
kuatir dan perhatian yang sangat besar.
'"Ehmm....!" Cu Siau hong manggut-mang-gut.
"Budak sekalian pasti akan mempersiap-kan sayur dan
arak untuk menantikan kedatanganmu"
'Aku mengerti." kembali anak muda itu tertawa.
Dia lantas beranjak seraya menambahkan.
"Nah sekarang aku hendak pergi, bagaimana menjaga
diri kalian sendiri terserah pada kebijaksanaan kalian
bertiga, kalau bisa tanamkan dahulu kesan baik orang lain
terhadap kalian" Selesai berpesan dengan langkah lebar dia dantas berlalu
dari tempat itu. Sebuah topi yang besar dan berat menutupi hampir
sebagian besar wajah asli Cu Siau hong, dia sedang
berangkat menuju ke per-kampungan Ing gwat san ceng.
Walaupun dia berjalan dengan amat ter-gesa-gesa
namun sepasang matanya selalu mengawasi setiap
perubahan disepanjang jalan.
Untung saja dia belum menemukan orang-orang yang
mencurigakan. Cu Siau hong tidak langsung menuju ke perkampungan
Ing gwat san ceng, dia merangkak naik dulu ke atas
sebatang pohon besar, kemudian diamatinya tempat yang
sudah ditinggali selama setahun itu dari kejauhan,
Gedung Megah yang semula berpeman-dangan alam
indah serta penuh diselingi gelak tertawa riang itu kini telah
berubah menjadi hening, sepi dan tinggal puing-puing yang
berserakan! Hanya beberapa bulan yang singkat, di dalam halaman
telah tumbuk semak belukar yang lebat, memenuhi setiap
ruang kosong diantara tembok yang roboh dan tiang yang
patah. -ooo0ooo- BAGIAN 27 PEMUDA ini memang seorang yang bernyali besar,
berotak cerdas dan amat teliti, walaupun dia ingin sekali
mendatangi ruang tengah untuk berziarah didepan makam
sementara gurunya, namun dia paham, tindakan semacam
itu kemungkinan besar akan mendatangkan banyak
kesulitan bagi nya. Itulah sebabnya ia tetap bersabar diri.
Diapun cukup memahami, maksud kedatangannya
kemari adalah untuk membuktikan suatu persoalan yang
amat penting. Diam-diam dia lantas merosot turun dari atas pohon dan
mencari kuburan baru dari Lo liok si tukang kuda itu.
Diatas kuburan itu telah tumbuh rumput-rumputan hijau.
Sebuah batu nisan yang semula menghiasi pusara
tersebut kini sudah lenyap tak berbekas.
Waktu itu mata hari senja sedang memancarkan sinarnya
dengan indah, dikejauhan sana tampak petani dan pencari
kayu se-dang membawa cangkul dan kayu bakar berjalan
pulang ke rumahnya masing-masing'
Tempat ini merupakan suatu tempat yang sepi dan
terpencil, Cu Siau hong segera duduk dan memandang
awan di angkasa dengan termangu.
Bagi Cu Siau hong, hal ini benar-benar merupakan suatu
keputusan yang amat sulit untuk ditentukan.
Sebab untuk membuktikan mati hidupnya Lo Liok, dia
harus menggali kuburan dan membuka peti mati untuk
membuktikannya. Burung-burung mulai beterbangan kembali ke
sarangnya, kegelapan malam pun mulai menyelimuti
seluruh angkasa. Suasana sekeliling tempat itu mulai diliputi keheningan,
keheningan yang membawa keseraman dan kengerian.
Sekarang kentongan pertama sudah lewat namun Cu
Siau hong belum juga mengambil keputusan apakah harus
menggali kuburan membuka peti mati atau jangan, dia tak
tahu bagaimana baiknya, tapi yang pasti harus
membuktikan mati hidupnya Lo Liok, apakah dia telah mati
benar atau hanya ber pura-pura saja.
Pekikan burung malam berkumandang dari kejauhan
memecahkan keheningan malam dan menyadarkan kembali
Cu Siau hong dari lamunannya.
Pelan-pelan dia menggeserkan kakinya mendekati pusara
itu, kemudian berlutut dan menyembah tiga kali.
"Locianpwe" doanya dengan suara dalam "maafkan
kelancangan boanpwe, maafkan perbuatanku yang akan
mengusik jenasah kau orang tua, tapi persoalan ini amat
penting, boanpwe harus memeriksanya dengan seksama."
"Aaaai.... locianpwe, boanpwe telah berpikir tiga kali,
boanpwe merasa kemungkinan kau orang tua berada dalam
kuburan amat kecil, itulah sebabnya aku memberanikan diri
untuk melakukan kesemua ini ....."
Selesai berdoa ia lantas mulai turun tangan menggali
kembali kuburan baru itu.
Gundukan kuburan tanah tersebut memang gundukan
tanah yang baru, maka tak lama kemudian peti mati
tersebut telah terlihat. Itulah sebuah peti mati yang berkayu tipis Cu Siau hong
masih ingat amat jelas setelah menjumpai peti itu maka dia
yakin kalau ti-dak salah tempat.
Ketika peti mati itu dibuka, benar juga di sana tidak
dijumpai sesosok bayangan manusiapun.
Dibawah cahaya bintang yang redup ha-nya tampak
selembar kain putih yang terlipat rapi dalam peti tadi.
Cu Siau hong segera mengambil kain putih itu dan
dibuka lipatannya. ternyata di-dalamnya bertulisan empat
bait tulisan yang mirip sebuah syair.
"Aku datang dari tempatku datang,
Aku pergi ke tempatku pergi.
Tiada aku didunia ini. Apa artinya mencari bukti?"
Untung Cu Siau hong memiliki tenaga da-lam yang amat
sempurna sehingga ketajaman matanyapun luar biasa,
walaupun tulisan kertas itu tidak jelas, namun dia masih
dapat membacanya dengan teramat jelas.
Mendadak terdengar suara helaan napas berkumandang
memecahkan keheningan, kemudian kedengaran seseorang
menegur: ''Cu kongcu, apa yang tertulis diatas ka-in itu?"
Datangnya teguran tersebut sama sekali tidak diluar
dugaan Cu Siau hong, oleh sebab itu diapun sama sekali
tidak terkejut atau keheranan, pelan-pelan dia membalikkan
ba-dan seraya menengadah.
Tampak Ui lo pangcu dari Kay pang dengan jubah
panjangnya berkibar terhembus angin sedang berdiri satu
kaki dihadapannya. Dibelakang pengemis tua itu tampak Pek Bwe.
Dengan cepat dia maju ke depan, kemudi-an pelan-pelan
mengangsurkan kain putih itu kedepan..
Apakah cianpwe berdua baru tiba" te-gurnya ..
"Kami telah datang cukup lama" sahut Pek Bwe.
''Karena kami saksikan sauhiap sedang termenung dan
sukar mengambil keputusan, maka selama itupun kami
tidak mengganggu.' Ucap Ui Lo-pangcu pula.
"Mayatnya telah hilang, yang tertinggal hanya tulisan ini
saja" kata Cu Siau hong kemudian.
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Tampaknya dia telah menduga kalau kau akan datang
lagi untuk mencari bukti"
Cu Siau hong tidak berkata apa-apa, dia berpaling
kemudian mendekati peti mati itu, menutupnya kembali dan
dipendam ketempat semula.
Pek Bwe berkata. "Kalau begitu, si kacung kuda Lo Liok besar kemungkinan
adalah penjelmaan dari Pena Wasiat"
"Pek lote dewasa ini kita belum menemukan bukti yang
jelas, lebih baik jangan mengucapkan kata-kata yang
mengandung ke-putusan" sela Ui lo pangcu cepat.
''Yaa, ucapan lo pangcu memang ada benarnya juga"
Ui Lo pangcu lantas berpaling kembali ke arah Cu Siau
hong, setelah itu katanya:
"Cu kongcu, hari ini kita telah mengetahui akan satu hal,
yakni si tukang kuda Lo- Liok sesungguhnya bukan seorang
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
manusia biasa' "Lo pangcu, bila si tukang kuda Lo liok bukan si pena
wasiat, lantas siapa pula diri-nya itu?" seru Pek Bwe.
"Sulit untuk dikatakan, mungkin saja dia adalah si Pena
wasiat, tapi kemungkinan juga bukan. . .'
Pek Bwe berpaling dan memandang sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian ujarnya lebih lanjut:
"Kini malam sudah kelam dan suasana amat hening,
ijinkan aku untuk berbicara terus terang, seandainya orang
itu bukan si Pena wasiat, lantas siapakah dia?"
"Hampir sembilan puluh persen orang-orang kenamaan
yang berada dalam dunia persilatan pada enam puluh tahun
belakangan ini pernah kujumpai diantaranya hanya dua
orang saja yang belum pernah kutemui"
"Siapakah mereka?"
"Yang seorang adalah Ban Ci cu, sedang yang lain adalah
Pena wasiat" Rupanya Pek Bwe ada maksud untuk menggunakan
kesempatan pada malam ini guna menambah pengetahuan
Cu Siau hong dalam memahami seluk beluk tentang dunia
persilatan, selain daripada itu juga memberi kisikan kepada
Cu Siau hong agar mendengarkan nya dengan seksama.
Maka sambil memberi hormat, dia lantas berkata:
"Pengetahuan dari pangcu amat luas, tentunya kau
mengetahui bukan hal-hal tentang Ban Ci cu serta pena
wasiat tersebut" Ui lo pangcu segera tertawa.
"Selama tiga puluh tahun belakangan ini aku si pengemis
tua sudah jarang sekali banyak berbicara, agaknya niatku
untuk berbicara telah kau pancing pada malam ini''.
Lo pangcu mempunyai kedudukan yang sangat terhormat
didalam dunia persilatan, setiap anggota Kay pang juga
menaruh hormat yang luar biasa kepadamu, ada banyak hal
tidak berani terlalu merepotkan diri pangcu bila boanpwe
banyak berbicara..' Ui lo pangcu segera tertawa, dia mengangkat tangannya
mencegah Pek Bwe berkata lebih lanjut, kemudian selanya:
"Dalam dada aku si pengemis tua, terdapat banyak
persoalan yang hendak ku utarakan keluar, mungkin juga
inilah kesempatan terakhir bagiku untuk berbicara banyak"
'Kenapa lo pangcu harus berkata demikian" sela Pek
Bwe, ''kau berusia panjang, bertenaga dalam sempurna,
sekalipun harus hidup seratus tahun lagi juga mungkin tak
sulit" Ui pangcu segera tertawa. ''Lahir, dewasa, tua dan mati,
semuanya sudah merupakan garis kehidupan yang harus
dialami setiap manusia, sedang kata-kata dewa tiada
buktinya, sekalipun kenyataan memang begitu juga bukan
kita manusia biasa yang dapat mengalaminya, tahun ini aku
sudah berusia seratus tahun lebih, padahal jarang sekali
ada orang yang bisa hidup setua ini, berarti Thian telah
berbaik kepadaku, jika aku masih juga tak puas, bukankah
hal ini keterlaluan namanya?"
Tidak membiarkan Pek Bwee menimbrung, Ui pangcu
berkata lebih jauh. "'Walaupun umat persilatan tidak tahu siapakah pena
wasiat itu, namun menurut penilaian dari aku si pengemis
tua, sudah pasti mereka merupakan jago-jago kenamaan
dalam dunia persilatan, malah mungkin saja salah seorang
diantara mereka pernah bersua muka dengan aku
sipengemis tua" "Kalau begitu, lo pangcu sudah tahu akan asal usul
mereka?" Ui pangcu tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya
kembali berpesan: "Apa yang kita bicarakan hari ini hanya boleh keluar dari
mulutku dan masuk ketelinga kalian berdua, jangan sekalikali
sampai tersiar kemana-mana''
Dengan hormat Pek Bwee dan Cu Siau hong segera
menyahut: "Soal ini tak usah pangcu kuatirkan, sete-lah mendengar
perkatannya itu kami hanya akan mengingatkannya dihati
dan tak akan disiarkan kembali kepada siapapun"
''Aku si pengemis tua bukan meminta kepada kalian
untuk membungkam dalam seribu bahasa, cuma masalah
ini besar sekali pe-ngaruhnya, sepatah kata salah berbicara
bisa berakibat datangnya bencana pembunuhan diri sendiri,
siapa tahu malah akan menerbitkan badai besar dalam
dunia persilatan, a-ku sebagai ketua dari Kay pang lebihlebih
tak boleh sembarangan berbicara, itulah se-babnya
apa yang kalian dengar nanti, harap dicatat saja didalam
hati, tentang sampai kapan perkataan ini baru boleh
dibicarakan kembali, terserah kepada kebijaksanaan dari
kalian sendiri' Pek Bwe mengerti, sebenarnya perkataan tersebut
hendak dibicarakan, namun berhubung hal ini menyangkut
suatu keadaan yang amat besar, apalagi diapun seorang
pangcu dari Kay pang, maka jadinya kurang lelua-sa untuk
membicarakan persoalan itu, sebab dia kuatir akan
mendatangkan banyak kesulitan bagi Kay-pang, itulah
sebabnya dia tetap berusaha untuk menahan diri.
Setelah memahamt liku-likunya persoalan, dengan wajah
serius Pek Bwe segera me-ngangguk.
"Aku mengerti, silahkan lo pangcu mem-bicarakannya!"
ia berkata. Ui pangcu pelan-pelan mengangguk, kemudian ujarnya:
"Aku si pengemis tua juga sulit untuk menunjukkan
siapakah pena wasiat itu, tapi aku sudah mempunyai suatu
lingkungan yang terbatas sekali, yakni satu diantara tiga lima
orang saja" "Kalau begitu, pena wasiat tak bisa dikatakan amat
misterius sekali bukan?" kata Cu Siau hong.
"Bukannya tidak misterius, cuma dia mempunyai
semacam garis kontak yang dapat ditelusuri, berbicara soal
misterius Ban Ci cu berpuluh-puluh kali lipat lebih misterius
dari pena wasiat" . "Manusia macam apa sih Ban Ci cu itu?" sela Cu siau
hong lagi. ''Mungkin tiada seorang manusiapun yang tahu macam
apakah dirinya itu" Kitab senjata tajam yang dibuatnya tak lebih hanya
menunjukkan pengetahuannya yang sangat luas' ucap Pek
Bwe, "masakah manusia semacam inipun bisa mendatangkan
mara bahaya bagi dunia persilatan?"
"Catatan senjata tajam hasil karya Ban Ci cu yang
tersebar dalam dunia persilatan dewasa ini tak lebih hanya
petikan atau risalahnya belaka, Pek lote pernah melihatnya
?" 'Aku pernah melihatnya, tapi bagian yang penyebarannya
paling luas dalam dunia persilatan adalah bagian yang
membicarakan soal pedang''
'Setelah kau baca risalah tentang pedang, perasaan apa
yang kau dapatkan..."''
"Aku merasa bahwa penilaian serta penerangannya amat
jelas walaupun tak bisa dikatakan berupa sebuah kitab
pusaka ilmu silat, namun diantara perubahan-perubahan
jurus pedang yang dibahasnya, banyak terdapat
keistimewaan dan kehebatan-kehebatan yang menonjol"
Berapa banyakkah risalah-risalah dari kitab senjata
tajam karya Ban Ci cu yang tersebar dalam dunia
persilatan, mungkin tiada seorangpun yang tahu..."
"Konon terdiri dari tiga puluh enam buah risalah, delapan
belas bagian membicarakan delapan belas macam senjata,
tujuh belas bagian membicarakan soal senjata tajam aneh,
tapi yang paling penting hanya satu bagian yakni urutan
senjata tajam, bagian yang inilah baru merupakan inti dari
segenap isi kitab senjata tajam tersebut"
Sambil mengelus jenggotnya Ui pangcu tertawa,
katanya: "Pek lote, siapa yang pernah melihat daftar nama dari
kitab senjata tajam itu" Aku si pengemis tua sendiripun
harus mengorbankan waktu selama sepuluh tahun lamanya
untuk mengumpulkan sembilan bagian, empat bagian di
wilayah Kanglam, empat bagian lagi di wilayah Kangpak dan
satu bagian lagi berada di wilayah Lenglam, mungkin dari
tiga puluh enam bagian yang dikatakan orang, hanya
sembilan bagian saja yang terjatuh kedalam dunia
persilatan, mungkin hanya sembilan bagian itu saja yang
ada, aku benar-benar tak dapat menduga, masih ada siapa
lagi yang bisa mengumpulkan lebih banyak dari pada diriku"
"Soal ini . . .' 'Pek lote, mungkin kau masih belum begitu percaya
dengan perkataanku ini....."
''Ucapan lo pangcu lebih berat dari pada bukit Thay san,
siapa lagi yang berani tidak mempercayainya" tukas Pek
Bwe. .. "Pek lote, kenyataan tetap merupakan kenyataan,
kenyataan tak dapat dirubah kare-na pengaruh kekuasaan
yang dimiliki seseorang dua puluh tahun lamanya
kuperhatikan dengan seksama kemudian sepuluh tahun
kulakukan pelacakan dengan jumlah Kay pang yang begini
banyak serta tersebar dimana-mana, kami berhasil
mengumpulkan seratus tujuh belas bagian risalah dari kitab
senjata tajam karya Ban Ci cu, namun setelah dilakukan
penelitian yang seksama ternyata risalah yang lain hanya
merupakan pengu-langan belaka dari isi sembilan bagian
pokok utama, kemudian selama sepuluh tahun lagi aku si
pengemis tua selalu memperhatikan persoalan ini, alhasil
kami tidak berhbasil menemukan bagian lain kecuali sembilan
bagian itu" "Jadi kalau begitu . . . ."
Ui pangcu segera mengalihkan sorot mata nya ke wajah
Cu Siau hong, kemudian lanjutnya:
'Pena wasiat bukan terdiri dari satu orang, Ban Ci- cu
juga mungkin bukan cuma seorang saja'
"Locianpwe, kalau begitu pena wasiat dan Ban Ci cu
hanya merupakan dua julukan be-laka?"
'Yaa, hanya dua julukan belaka, dengan mata kepala
sendiri aku si pengemis tua menyaksikan kemunculan pena
wasiat didalam dunia persilatan, juga kulihat kitab senjata
tajam dari Ban Ci cu tersebar luas dalam dunia persilatan '
'Maksud locianpwe...' "Aku dapat menyaksikan kegunaan dari pena wasiat,
namun tak dapat menyaksikan kegunaan dari kitab senjata
tajam karya Ban Ci cu, menurut pendapatku, orang ini
cuma berlagak besar saja, tujuannya hanya mem-buat kitab
senjata tajam dan menyebarnya dalam dunia persilatan,
jadi maksud hati orang ini sampai sekarangpun sukar untuk
di jelaskan.!" "Locianpwe, setelah mendengar penjelasanmu ini,
bukankah dengan begitu kitab senjata tajam serta pena
wasiat merupakan titik kecurigaan yang sangat besar?"
"Paling tidak, tujuan pena wasiat sudah diketahui umum,
sedang tujuan kitab senjata tajam masih belum diketahui
orang, dan lagi kecerdasan orang ini tidak berada di bawah
pena wasiat, kitab senjata tajam telah menciptakan
semacam perasaan misterius bagi umat persilatan
sekarang, buktinya perguruan atau aliran mana saja yang
berhasil mendapatkan bagian risalah dari kitab itu, mereka
lantas menyimpan dan menyembunyikannya bagaikan
barang mestika saja'' ''Lo pangcu, aku dengar, pihak Siau lim -pay juga lagi
mengumpukan risalah-risalah dari kitab senjata tajam,
entah jumlah yang berhasil mereka kumpulkan itu telah
melampaui jumlah yang diperoleh Kay pang atau belum" '
"Belum, sudah kutanyakan hal ini kepada ketua Siau lim
pay, mereka hanya berha-sil mengumpulkan delapan
bagian" "Delapan bagian?"
''Bagian yang tersebar diwilayah Lenglam paling sedikit
jumlahnya, hal ini membuat bagian tersebut tidak mudah
untuk mengum-pulkannya' .
"Betul, walaupun Siau lim pay mempunyai kekuasaan
yang amat besar, namun berbicara soal jumlah anggota,
mereka masih kalah dibandingkan dengan Kay-pang'
"Sekarang aku telah berkeputusan untuk menyerahkan
kesembilan bagian risalah senjata tajam ini kepada Cu
kongcu!" Mendengar ucapan itu Cu Siau hong menjadi tertegun.
'"Locianpwe kau .....'
"Nak, aku bukan menyayangi dirimu, juga bukan ingin
menambahkan semacam tanggung jawab kepadamu, aku
hanya merasa bahwa kemungkinan besar kau mampu untuk
menyingkap tabir rahasia dibalik kesemuanya ini'' sambung
Ui Lo pangcu lebih lan-jut.
"'Tapi tanggung jawab ini terlampau besar"
Ui lo pangcu segera tertawa.
'Nak, apakah kau merasa agak takut'' tanyanya.
"Boanpwe hanya merasa tanggung jawab ini sangat
berat, aku kuatir tak dapat memenuhi apa yang locianpwe
harapkan" Ui lo pangcu segera tertawa hambar ujarnya:
"Cu kongcu, aku si pengemis tuapun tak akan
membiarkan kau memikul tangung jawab ini dengan sia-sia"
"Maksud locianpwe?"
"Aku si pengemis tua menyimpan beberapa jurus ilmu
silat yang ku persiapkan untuk diwariskan kepada Cu
kongcu" Ui pangcu aku rasa hal ini kurang baik'' ucap Pek Bwee
setelah termenung sejenak.
"Pek lote tak usah kuatir, ilmu silat yang hendak
kuwariskan kepada Cu kongcu itu sama sekali tak ada
hubungannya dengan Kay pang.
Mendengar itu Pek Bwe menghela napas panjang.
''Siau hong, cepat berterima kasih kepada lo pangcu!'
serunya. Cu Siau hong segera bangkit menjura, katanya:
''Boanpwe mengucapkan banyak terima kasih lebih dulu
atas kesediaan cianpwe untuk mewariskan ilmu silat
kepadaku"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tak perlu begitu, sesungguhnya aku si -pengemis
tuapun hanya tinggal mengingat rahasia dari ketiga jurus
serangan itu saja, dulu memang pernah kulatih, namun
sepan-jang hidup belum pernah kugunakan"
"Oooh....." "Aku sendiripun tak tahu sampai dimanakah kehebatan
dari jurus serangan itu, apalagi ketiga jurus ilmu silat itu
berada dia-liran antara satu dengan lainnya, jurus pertama
datang dari wilayah See ih, jurus ke dua berasal dari lam
hay, sedang juus ke-tiga konon bersumber dari kuil Siau lim
si namun aku si pengemis tuapun belum per-nah
menyaksikan anak murid kuil Siau lim-si pernah
mempergurakan jurus ilmu tersebut."
"Lo pangcu, kalau dilihat dari asal mula-mula ketiga jurus
ilmu silat itu, yakni dari wilayah See ih, Lam hay dan kuil
Siau lim si, bisa diduga kalau kepandaian tersebut tentu
amat dahsyat, dengan bakat yang boan-pwe miliki, aku
kuatir tak akan mampu un-uk mempelajari kepandaian
tersebut" "Siau hong, ke tiga jurus ilmu silat itu sudah ku simpan
selama dua puluh tahun, sampai sekarang belum pernah
kuwariskan kepada siapapun lantaran aku belum berhasil
menemukan orang yang tepat, hari ini aku telah tertarik
kepadamu" "Locianpwe ......"
"Tak usah menampik lagi Siau-hong" tukas Ui pangcu,
'bila ke tiga jurus ilmu silat itu tidak kuwariskan kepadamu
hari ini, kuatirnya kepandaian tersebut akan lenyap dari
peredaran dunia persilatan untuk selamanya . ."
"Nak, tak usah banyak bertanya lagi, cepatlah
mempelajari jurus kepandaian tersebut!" tukas Pek Bwee.
Kemudian dia membalikkan badan dan segera
mengundurkan diri dari tempat itu.
Ui pangcu tidak mengundang balik Pek Bwe, dengan
sendirinya Cu Siau hong juga tak enak untuk membuka
suara. Setelah menghabiskan waktu selama satu jam lebih,
akhirnya Cu Siau hong berhasil juga menguasahi ke tiga
jurus serangan tersebut. Sambil tertawa Ui pangcu lantas berkata:
'Nak, hebat betul kau, kemampuanmu sungguh tidak
membuat aku si pengemis tua merasa kecewa ......
"Boanpwe terlalu bodoh, aku telah membuang banyak
waktu berharga dari lo pangcu untuk mempelajari ketiga
jurus serangan itu " sambung Cu Siau hong dengan cepat.
Ui Lo pangcu kembali tertawa.
"Nak, kemampuanmu sesungguhnya jauh diluar
dugaanku." 'Aaah, boanpwe merasa malu"
Pelan-pelan Ui pangcu mendongakkan kepalanya
memandang cuaca, setelah itu katanya:
"Aku masih menduga, asal kau dapat menguasahinya
menjelang fajar nanti, kemampuanmu sudah luar biasa, tak
tahunya kau hanya membutuhkan waktu selama satu jam
belaka" Setelah berhenti sebentar, dengan mempertinggi
suaranya dia lantas berseru:
''Pek lote, sekarang kau boleh kemari"
Pelan-pelan Pek Bwee berjalan mendekat, serunya
sambil tertawa: "Waaah.... aku malah sudah tertidur sebentar"
Mendadak paras muka Ui pangcu berubah menjadi amat
serius, lalu ujarnya: "Aku minta kalian berdua dengarkan baik-baik, apa yang
terjadi pada malam ini jangan sekali-kali sampai tersiar
keluar .....'' Kemudian sambil mengalihkan sinar matanya ke wajah
Cu Siau hong, dia berkata lebih jauh:
''Aku juga bukan suhumu, ketiga jurus serangan itu
bukan milikku juga bukan milik -Kay pang"
Tidak menanti Cu Siau hong bukah suara dia berkata
lebih jauh: "Oleh sebab itu kau tak usah berterima kasih kepadaku,
juga tak usah membicarakan hal budi karena mendapat
warisan ilmu silat, mulai detik ini aku si pengemis tua te-lah
melupakan peristiwa ini, aku harap kalian pun turut
melupakan hal ini" `Tapi kenapa?" tanya Cu Siau hong.
"Aku hanya memberitahukan hal ini ke-padamu, tiada
alasan lainnya ..... ' "Siau hong, luluskan permintaan dari lo pangcu, lakukan
saja seperti apa yang dipesankan" timbrung Pek Bwe.
"Baik, boanpwe akan turut perintah"
Sambil mengelus jenggotnya Ui lo pangou segera
tertawa, dari sakunya ia mengeluarkan segulung kain putih,
lalu sambil diserahkan kepada anak muda itu ujarnya:
"Siau hong, benda inipun kuserahkan pula kepadamu"
''Benda apa lagi ini?"
"Kitab senjata tajam dari Ban Ci cu, semuanya berjumlah
sembilan bagian, sesampainya dirumah nanti, pelajari baikbaik"
"Locianpwe, terlalu banyak kebaikan yang kau berikan
kepadaku, boanpwe tak tahu bagaimana harus
membalasnya?" Ui pangcu bangkit berdiri dan membersih-kan debu dari
bajunya, lalu katanya: Nah hanya sekian saja, mari kita pulang."
"Lo pangcu, siapakah pena wasiat itu?" seru Pek Bwe,
dapatkah kau mengungkap-kannya sedikit kepada kami,
agar menambah pengetahuan kami semua ...." '
''Sebelum aku si pengemis tua mempunyai keyakinan
yang bisa dipertanggung jawab kan, aku si pengemis
enggan membicarakan nya secara sembarangan, sebab
kalau dibicarakan cuma menambah bingungnya orang,
marilah kita pulang saja".
Dia lantas berjalan lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Pek Bwe berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu
Siau hong, kemudian katanya:
"Nak, sesampainya dirumah, nanti apa-bila kau telah
selesai mempelajari ke sembilan risalah tersebut, lebih baik
dibakar saja." "Boanpwe mengerti"
Tiba di kota Siang yang, fajar baru saja menyingsing.
Cu Siau hong langsung kembali kekamar tidurnya.
Belum lagi pintu dibuka, pintu kamar tersebut telah
membuka dengan sendirinya.
Kemudian tampak Lik Hoo. Ui Bwee dan Ang Bo tan
berdiri tegak didepan pintu.
Cu Siau hong menjadi tertegun dibuatnya, segera
tegurnya: "Apakah semalam kalian tidur disini?"
"Benar, kami tidur disini!'' sahut Ui Bwee.
'Kalian tidur dimana"''..
"Kami tak berani tidur di ranjang kongcu, maka semalam
hanya duduk bersemedi belaka" Lik Hoo menerangkan.
Dengan langkah lebar Cu Siau hong segera masuk
kedalam kamar tidurnya, benar juga pembaringan itu masih
rapi sama sekali tiada tanda pernah ditiduri orang.
''Kongcu, agaknya kau semalam belum tidur'' kembali Lik
Hoo menegur pelan. ''Ehmm!'' Ang Bo tan segera menyambung:
'Didapur telah tersedia sayur dan arak buat kongcu,
apakah perlu budak ambil untuk sarapan?"
"Baik! ambillah"
Melihat senyuman telah menghiasi bibir Cu Siau hong,
pelan-pelan Lik Hoo berjalan mendekatinya.
"Kongcu, kau tampak lelah sekali!" bisiknya.
'Ya, memang agak lelah"
"Mari kupijatkan tubuh kongcu."
Cu Siau hong memang berasal dari keluarga pembesar,
sejak kecil dia sudah terbiasa dilayani oleh para dayang,
sehingga terhadap kejadian macam itu sudah terbiasa'.
Lik Hoo segera menggerakkan tangannya mulai memijit.
Ui Bwee segera maju dan menghampirinya pula seraya
berkata: 'Kongcu, aku pijitkan kakimu!
Agaknya kedua orang budak ini mempu-nyai keahlian
khusus dalam kepandaian memijit, ternyata pijitan mereka
tidak terlalu enteng juga tidak terlalu keras, rasanya
nyaman sekali. Selang sejenak kemudian, Ang Bo tan telah datang
menghidangkan sayur dan arak.
Cu Siau hong segera mulai merasa mengantuk sekali,
matanya menjadi berat dan ingin terpejam.
Cu Siau hong mendahar sedikit, setelah itu katanya
sambil tertawa: "Kalian boleh pergi, aku hendak tidur sebentar"
"Kami akan melayani kongcu tidur"
Tiga orang perempuan itu segera turun tangan
melepaskan pakaiannya, menarikkan selimut dan dibawah
kerubutan tiga orang dayang tersebut, Cu Siau herng
segera dibaringkan diatas ranjangnya.
Ternyata ketiga orang perernpuan itupun tahu diri,
setelah menyelimuti tubuh Cu Siau hong, diam-diam diapun
mengundurkan diri. Entah berapa lama sudah lewat, mendadak Cu Siau hong
dibangunkan dari tidurnya oleh suara ribut yang cukup
keras. Kedengaran Ang Bo tan sedang berseru:
"Harap locianpwe memaafkan, kongcu baru saja tertidur,
budak kurang leluasa untuk membangunkannya'
''Panggil dia kemari, katakan aku ada urusan penting
yang hendak dibicaratan dengannya" katakan Tan Tiang
kim. Tidak bisa, silahkan Tan cianpwe menghajar budak,
namun tak bisa kami bangunkan kongcu dari tidurnya"
Hai, setia amat kalian dengannya!" bentak Tan Tiang
kimi lagi dengan suara dalam.
'Harap Tan cianpwe memaafkan"
Cu Siau hong segera melompat bangun dari atas
ranjang, kemudian buru-buru berpakaian dan memburu
kedepan pintu. Sementara Tan Tiang kim sudah membalik kan badannya
siap berlalu dari situ. Buru-buru Cu Siau hong berseru:
"Tan locianpwe!"
'Ooh, kau telah bangun" kata Tan Tiang kim sambil
berpaling dan tertawa. "Aaai.. bila budak sekalian kurang sopan, harap Tan
ciangpwg jangan marah"
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Dia amat melindungimu, aku pengemis tua merasa
gembira untukmu, kau memang telah memperoleh tiga
orang pengawal- yang hebat"
"Ang Bo tan, hayo cepat minta maaf" seru Cu Siau hong
kemudian dengan suara rendah.
Ang Bo tan mengiakan, dengan langkah lebar dia maju
ke depan sembari katanya:
BUDAK datang menunggu hukuman.
Ternyata ia benar-benar menjatuhkan diri berlutut
dihadapan Tan Tiang kim. ''Nona, cepat bangun" buru-buru Tan Tiang kim berseru.
'Sebelum ada perintah dari kongcu, budak tak berani
bangun berdiri." "Bangunlah!" ucap Cu Siau hong kemudian, "Aku ada
urusan yang hendak dirundingkan dengan Tan locianpwe,
harap kalian menyingkir agak jauh dari sini"
Ang Bo tan segera bangkit berdiri.
"Budak akan menyediakan air teh untuk kalian berdua"'
katanya. Cu Siau hong segera mempersilahkan tamunya duduk,
Ang Bo tan datang menghi-dangkan air teh, kemudian
mengundurkan diri. Sambil tertawa Tan Tiang kim lantas berkata.
"Kongcu jejak dari kebun Ban hoa wan sudah ketahuan,
entah apa rencana Kongcu selanjutnya?"
"Untuk menghadapi persoalan seperti ini, lebih baik kau
rundingkan dengan ciangbun-jin perguruan kami atau
berunding dengan sunio ku, mana mungkin tecu bisa
mengambil keputusan?"
"Tentang soal ini, aku si pengemis tua telah
memikirkannya, aku telah membicarakan pula hal ini
dengan Tiong hujin."
"Ooooh.. apa kata sunio ku?"
''Tiong hujinmenyuruh aku merundingkan dulu persoalan
ini denganmu, kemudian perkumpulan kami baru akan
mengimbangi ge-rakan kalian"
"Aaah, ucapan locianpwe selalu serius, dalam operasi kali
ini sudah seharusnya kalau perkumpulan anda yang
memegang tampuk pimpinan"
"Bila berbicara soal jumlah jago yang tersedia, tentu saja
jago-jago dari Kay pang banyak sekali jumlahnya, cuma
kekuatan yang paling diandalkan pihak kebun raya Ban boa
wan mungkin adalah para pendekar pedang macan
kumbang hitam, untuk menghadapi para pendekar pedang
macan kumbang tersebut, terpaksa kami harus
mengandalkan ilmu pedang dari perguruan an-da"
"Kita bisa saja merundingkan suatu rencana, tapi
bagaimana keputusannya harus dirundingkan lagi dengan
ciangbun suheng a-tau diputuskan oleh ibu guru kami"
"Baik coba kau utarakan dulu caranya"
'Dari pihak kebun raya Ban hoa wan sudah terdapat
gerakan apa?" "Herannya, para jago dari perkumpulan kami yang
ditugaskan mengawasi sekeliling kebun raya itu sama sekali
tidak menemukan suatu gerakan aneh, kecuali mereka
memiliki suatu jalan bawah tanah yang berhu-bungan
dengan suatu tempat lima li dari situ, sebab lima li disekitar
kebun raya Ban hoa wan telah berada dibawah pengawasan
kami"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
'Dari pihak Pay kau apakah sudah ada kabar yang
didapat?" "Pihak Pay kau telah mengutus orang yang mengabarkan
bahwa kekuatan inti mereka sudah akan tiba pada
kentongan ketiga ma-lam nanti untuk menyatakan rasa
terima kasihnya kepada Tiong ciangbunjin dari Bu khek bun,
mereka bersedia memikul tugas-tugas penting apapun''
"Oooh . . . Kay pang dan Pay kau sudah terlalu banyak
melepaskan budi kepada Bu khek bun kami, Siau hong
merasa amat berterima kasih sekali "
"Setelah berhenti ssbentar, dia berkata lebih lanjut:
"Locianpwe, apakah pangcu kalian ada pesan atau
petunjuk yang lain?"
"Belakangan ini pangcu kami sudah ja-rang sekaii
mencampuri urusan perkumpul-an, semua persoalan telah
diserahkan pertang-gungan jawabnya kepada aku si
pengemis tua" "Apakah besok kebun raya Ban hoa wan akan dibuka
secara umum?" Agaknya tak akan dibuka untuk umum, alasan yang
mereka pakai terhadap pengunjung dari luar adalah dua
ekor harimau yang dipelihara dalam kebun itu telah terlepas
dari kandangnya, lantaran kuatir melukai para tamu, maka
untuk sementara waktu di tutup selama dua hari"
"Tan cianpwe, andaikata kebun raya Ban hoa wan dibuka
untuk umum, maka diantara beribu-ribu pengunjung yang
tiap hari berdatangan kesana, bila mereka menyusup kan
berapa banyak jago lihaypun tak akan ada yang tahu "
"Akupun berpendapat demikian, maka dari itu, bila kita
hendak melakukan suatu gerakan lebih baik ditentukan
dengan segera, untuk sementara waktu anggota
perkumpul-an kami masih dapat mencegah para
pengunjung untuk tidak memasuki kebun raya Ban hoa
wan" "Aku rasa bila kita sampai mencegah para pengunjung
kebun raya memasuki Ban hoa wan, maka pertama hal ini
tidak mudah dilakukan kedua mungkin akan menimbul kan
perhatian mereka" "Siau hong, apakah kau beranggapan bahwa orang orang
Ban hoa wan masih belum merasakan apa-apa"'
"Soal ini boanpwe juga telah memikirkannya, mungkin
saja mereka telah mengetahui akan hal ini, malahan siapa
tahu kalau mereka telah mengirim orang untuk mengawasi
kita secara diam-diam"
Tan Tiang kim segera manggut-manggut.
"Ehm, organisasi ini selain misterius juga sangat aneh,
dalam dua hari ini kebun raya Ban hoa wan telah
mengalami perubahban yang besar sekali, tapi mereka tidak
menyiarkan berita ini keluar"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong lantas berpikir
dalam hatinya. "Ucapan ini terlalu sembrono, sekalipun mereka telah
menyiarkan berita ini keluar, toh tak perlu melaporkan dulu
kepada kita, siapa tahu kalau hal ini merupakan keteledoran
kita?" Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Mungkin saja mereka mempunyai suatu cara yang
istimewa untuk saling menyampai-kan berita"
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Siau hong, kau anggap ucapanku tadi a-da yang tak
tepat" Katakan saja secara blak-blakan, tak usah berputarputar
lagi" Cu Siau hong segera tertawa.
"Locianpwe, boanpwe rasa masalah pertama yang paling
penting sekarang adalah setelah kita masuk ke dalam
kebun raya Ban hoa wan, dengan cara apakah kita akan -
memaksa mereka keluar dari lubang persembunyiannya
.....?" 'Yaa, masalah ini memang merupakan suatu masalah
yang amat besar, aku si pe-ngemis tua telah mengajak
beberapa orang teman untuk merundingkan persoalan ini,
tapi kami tak pernah berhasil untuk menemukan cara
terbaik untuk memaksa mereka ke luar"
"Locianpwe, boanpwe rasa bila kita diharuskan masuk
kedalam lorong bawah tanah untuk mencari mereka, lebih
baik kita mencari akal untuk memaksa mereka keluar da-ri
tempat-tempat persembunyiannya itu...'
"Benar, cara apakah yang harus dipergunakan hingga
memaksa mereka keluar dari lubang persembunyiannya,
memang merupakan suatu masalah yang amat sukar''.
"Bagaimana kalan kita gunakan api" A-sal kita berusaha
untuk menemukan mulut masuk menuju ke ruang bawah
tanah, kemudian menggunakan asap api untuk memaksa
keluar, niscaya hal ini akan berhasil. Kemungkinan besar
mereka telah menyiapkan makanan dan minuman dalam
lorong rahasia tersebut, tapi ada suatu benda yang tak
mungkin bisa mereka persiapkan."
"Benda apakah itu" .."
"Udara!, dimana udara bisa masuk, disitu juga asap api
pasti dapat masuk juga"
Tan Tiang kim segera bertepuk tangan sambil bersorak:
"Tepat sekali, Baik, kita gunakan cara ini saja, aai. . .
heran, kenapa aku si pengemis tua tak bisa berpikir sampai
ke situ" Jika diantara asap api kita berikan sedikit bubuk
merica, maka sekalipun mereka enggan keluar juga
terpaksa akan keluar"
"Cuma cara ini sedikit agak melanggar peri kemanusiaan,
apakah tidak terlampau buas sedikit?"
"Yaa, apa boleh buat lagi" Apalagi siapakah didunia ini
yang bisa berbuat lemah lembut terhadap musuhnya yang
bengis" Baik, kita tetapkan begini saja, aku segera akan
menyuruh mereka mempersiapkan diri..
"Locianpwe, masih ada satu hal yang kurasakan sedikit
agak susah ........ "0ya" Cobe katakan!"
"Kecuali kita berhasil menemukan mulut masuk menuju
ke ruang rahasia mereka, kalau tidak penggunaan asap ini
belum tentu akan mendatangkan kemanjuran seperti yang
dlharapkan" "Soal ini tak usah kau risaukan, aku telah menemukan
cara yang baik ubtuk mengatasi soal ini"
"Oooh, aku siap mendengarkan penjelasan mu''
"Aku telah mempersiapkan sejumlah besar jago untuk
melakukan pencarian secara besar-besaran"
"Mungkin mereka terlalu rapat menyem-bunyikan diri,
tak mudah untuk menemukannya"
'Soal ini akupun telah memikirkannya, jika kita gagal
menemukan mulut masuk ke ruang bawah tanah mereka,
terpaksa kita harus menggunakani satu cara yang terakhir,
yaitu membakar kebun raya Ban hoa wan tersebut..."
"Ehmm, Cara ini memang bagus, mungkin saja mereka
akan menjadi takut, cuma bila mereke bersikeras tak mau
keluar dari tempat persembunyiannya, sekalipun kita ba-kar
kebun raya Ban hoa wan ini juga tak nanti berhasil
memaksa mereka keluar' `Jika mereka tak mau keluar juga, aku telah
mempersiapkan air dari sungai Siang-kang untuk
menenggelamkan mereka diba-wah tanah..."
''Menenggelamkan mereka"''
"Benar, sudah kau perhatikan bentuk tanah ditempat ini"
Asal kita rubah sedikit saja dengan tenaga manusia, untuk
menenggelamkan tempat itu bukan merupa-kan suatu
pekerjaan yang sukar"
''Cara ini amat jitu, juga baik sekali"
"Untuk mengalirkan air dari sungai Siang-kang ketempat
ini tentu saja membutuhkan suatu pekerjaan yang besar
tapi orang-orang Pay kau bersedia membantu kita untuk
mengalirkan air dari sungai Siang kang un-tuk
menenggelamkan tempat ini"
''Bagaimana setelah menenggelamkannya"
"Merubah tempat ini menjadi sebuah telaga".
"Baik, beritahukan dulu persoalan itu kepada mereka,
aai.. cuma sayangnya untuk mendirikan kebun raya Ban
hoa wan entah sudah berapa banyak biaya, pikiran dan
tenaga yang dicurahkan, tapi pemandangan alam yang
sangat indah itu akhirnya harus dimusnahkan menjadi abu"
Tan Tiang kim tertawa. "Aaai... jangan lupa kalau pepohonan serta
pemandangan yang sangat indah itu tak lebih hanya
mereka pergunakan untuk melindungi sarang mereka untuk
melakukan kejahatan'' ''Baik, kita gunakan kedua cara itu saja" sekarang harap
locianpwe bersedia untuk merundingkan dahulu persoalan
ini dengan cingabun suheng kami"
"Baik, segera aku akan membicarakannya dengan
mereka, kapan kita akan berangkat?"
''Asal sudah dibicarakan, kita segera berangkat"
Tan Tiang kim segera beranjak dari tempat duduknya
sambil berseru. "Baik, kita tetapkan demikian saja, sekarang aku si
pengemis tua mohon diri lebih dahulu'
Setelah menghantar Tan Tiang kim, Cu Siau hong segera
mengundang datang Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan,
setelah itu ujarnya: ''Barusan Tan Tiang kim dari Kay pang telah
membicarakan sesuatu denganku"
"Soal apa?" tanya Lik Hoo, "Apa pula sangkut pautnya
dengan kami tiga bersaudara..?"
"Ada sangkut pautnya denganku. . . ."
"Nah, itulah dia, bila ada sangkut pautnya dengan
kongcu, tentu saja ada sangkut pautnya pula dengan kami"
lanjut Lik Hoo segera. "Tapi dalam hal ini kalian musti mengambil keputusan
sendiri, kalian boleh memilih sekehendak hati kalian sendiri"
'Kongcu dapatkah kau beritahukan dulu kepada kami,
persoalan apakah itu?" tanya Ang Bo tan.
"Pihak Kay pang telah mengambil keputusan untuk
menyerang kebun raya Ban hoa wan pada hari ini"
"Kami akan turut serta?"
"Terserah kalian sendiri yang memutus-kannya."
Lik Hoo segera menghela napas panjang, katanya:
"Bila kongcu menyuruh kami pergi, tentu saja kami akan
turut pergi" "Baik, kalau toh kalian sudah memilih maka hal ini
berarti ada sangkut pautnya juga dengan mati hidup kalian"
"Dapatkah kongcu menjelaskan lebih jauh?"
''Kali ini kita akan memasuki kebun raya Ban hoa wan
lagi, tapi kali ini kita akan pergunakan cara apapun untuk
memaksa mereka keluar, setelah itu kita baru membuat
perhitungan sampai tuntas''
'Kongcu hendak mempergunakan cara apa untuk
memaksa kemunculan mereka...'.
"Dengan api. . . ."
Lik Hoo segera tertawa. "Mereka tak akan takut, lorong rahasia bawah tanah itu
mempunyai persiapan yang sangat baik, mereka tidak takut
diserang de-ngan kobaran api...." .
Cu Siau hong turut tertawa.
'"Kalau tidak takut api, takut tidak mereka dengan
asap"'. "Asap" Siapa yang menemukan akal ini"`
''Menurut kau, siapa yang menemukan cara ini?" Cu Siau
hong balik bertanya sam-bil tersenyum.
"Sudah pasti kongcu"
"Benar, memang aku"
"Cara ini memang merupakan sebuah akal yang bagus
sekali" "Persoalannya sekarang adalah bagaimana carannya
untuk menemukar mulut masuk menuju ke lorong rahasia
mereka, sebab bila asap tersebut tidak dilepaskan dari
lubang masuknya, maka cara ini sama sekali tak ada
gunanya" Lik Hoo berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Padahal tak usah meenmukan mulut masuk terlalu
banyak, asal ditemukan tiga atau lima diantaranya lalu
berusaha untuk menghembuskan asap yang tebal ke dalam
lubang itu, otomatis kerembesan juga asap-asap tebal itu. .
." "Aaah, betul juga" sela Cu Siau hong sambil tertawa,
"kenapa aku tidak berpikir sampai kesitu?"
"Pandangan kongcu terlampau jauh ke depan, sehingga
hal-hal yang kecil sering dilupakan. . ."
"Tak nyana kau si budak cilik pandai juga menangkap
pembicaraan orang. . ." seru Cu Siau hong sambil
tersenyum. Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan saling berpandangan
sekejap sambil tertawa, tanpa terasa hubungan antara
pelayan dengan majikanpun lebih mendalam setingkat.
Cu Siau hong segera mendehem pelan, kemudian
katanya lagi: "Lik Hoo, dalam perguruan Bukhek bun mempunyai
peraturan serta pantangan yang amat ketat, maka dari itu
murid Bu khek bun rata-rata selalu serius dan keren"
"Paling tidak kongcu termasuk orang yang tidak
terlampau serius" tukas Lik Hoo cepat, 'buktinya kami
diperbolehkan berbicara dan menentukan kehendak
sendiri"' Cu Siau bong segera tertawa.
"Jangan mengambil diriku sebagai contoh, bagi semua
anggota Bu khek bun lainnya, aku adalah satu-satunya
pengecualian" "0ya." "Selama kita berada bersama tanpa kehadiran orang lain,
sikap kalian boleh lebih leluasa dan bebas tapi begitu ada
orang lain, sikap kalian harus berhati-hati, ber-sungguhsungguh
dan sangat beraturan mengerti"''
-ooo0ooo- BAGIAN 28 MAKSUD kongcu ..... "bisik Lik Hoo.
Masa kalian benar-benar tidak menger-ti?" kata Cu Siau
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hong sambil tertawa. "Maksud kongcu kami harus menjadi gadis yang sopan
santun dan lemah lembut tahu aturan?"
"Benar, memang itulah yang kumaksud-kan!'
"Tapi, kami tak lebih cuma dayang!"
''Peraturan buat dayang justru lebih berat lagi''
Ang Bo tan segera tertawa, selanya:
'Maksud kongcu, bila berada didepan o-rang lain, maka
kita musti berlagak sopan santun, lemah lembut dan tahu
adat dan a-turan, tapi bila kita hanya berada bersama
kongcu saja, maka sikap kita boleh lebih bebas lagi"
"Jangan mengartikan maksud perkataan itu sejauh sana,
menyuruh kalian berlagak tapi bersungguh-sungguh dengan
tulus hati se-dangkan bila kita berkumpul bersama tanpa
kehadiran orang lain, kalian boleh leluasa bertindak dan
bebas merdeka cuma. . . hati hati, tak boleh kelewat batas"
Ui Bwee segera manggut-manggut.
''Kami mengerti, harap kongcu berlega hati, kami tak
akan membuat kau kehilangan muka."
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang. Katanya
kemudian. "Kalau begitu akupun berlega hati, kalian juga harus
pergi beristirahat sebentar, persiapkan diri baik-baik,
tentunya kalian juga mengerti, persoalan ini mempunyai
hubung-an yang besar sekali dengan kalian, maka dari itu
berapa banyak yang kalian pahami dari delapan belas
macam senjata tajam ba-walah yang lebih banyak lagi"
"Kalau kudengar dari ucapan kongcu, seakan-akan kau
mau bawa kami tiga bersau-dara pandai menggunakan
senjata rahasia saja?" ucap Lik Hoo tiba-tiba.
Cu Siau hong mangangguk. "Tepat sekali" sahutnya, "bila kalian dapat menggunakan
senjata rahasia, bawalah senjata rahasia itu lebih banyak
lagi sehingga bilamana perlu, kalian bisa mempergunakannya
dengan sepuas mungkin. Lik Hoo turut manggut-manggut.
"Kongcu" katanya, "sebenarnya kami merasa agak takut
kalau disuruh masuk lagi ke dalam kebun raya Ban hoa
wan, tapi sekarang secara tiba-tiba saja rasa takut itu bisa
hilang lenyap tak berbekas."
"Kenapa bisa begitu?"
"Entahlah, pokoknya kami tak bisa melukiskannya, kami
hanya merasa seakan-akan kongcu telah memberi suatu
keberanian yang sangat besar untuk kami"
"Mungkin setelah kongcu membawa kami keluar dari
kebun raya Ban hoa wan, membuat kami semakin merasa
harga atau nilai dari kami sendiri" sambung Ui Bwe.
"Yaa, kami bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah" lanjut Lik Hoo. "Tapi yang penting, kami
telah berha-sil menembusi pikiran yang membedakan
antara hidup dan mati" kata Ang Bo tan menambahkan.
"Sekarang kami berpendapat bahwa kematian bukan
sesuatu yang menakutkan, tapi kalau harus mati maka kita
harus mati dengan hati yang tenang."
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Ehmm, setelah kudengar semua perkataan kalian ini,
hatiku juga terasa jauh lebih lega, sekarang kalian pergilah
beristirahat" Lik Hoo sekalian segera memohon diri untuk
meninggalkan tempat itu...
Keesokan harinya, baru saja Cu Siau hong bangun dari
tidurnya, Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah berdiri
berjajar ditengah ruangan itu ....
Waktu itu mereka bertiga telah mengenakan seperangkat
pakaian ringkas dengan dipinggangnya masing-masing
tergantung sebuah kantong terbuat dari kulit.
Lik Hoo memakai baju ringkas berwarna hijau, hijau
seperti daun teratai, cuma kali ini bunga teratai besar yang
berada di dada-nya telah hilang lenyap.
Ui Bwee mengenakan pakaian berwarna kuning, baju
kuning dengan celana kuning ditambah sepatu kuning,
namun didepan dadanya sudah tiada sulaman bunga Bwe
yang berwarna kuning lagi.
Sebaliknya Ang Bo tan mengenakan baju serba merah,
merah bagaikan menyalanya kobaran api, hanya sulaman
bunga besar Botan yang berada didadanya kini juga tidak
nampak. Pada dasarnya ketiga orang perempuan itu rata-rata
berwajah cantik jelita, sekalipun pakaian ringkas yang
mereka kenakan sekarang berwarna menyolok, namun
tidak sam-pai mengurangi kecantikan muka mereka bertiga.
Dibalik pakaian ringkasnya yang ketat, tertera potongan
tubuh mereka yang padat berisi, pinggang yang ramping
dengan dandanan wajah yang tidak menyolok, sungguh
menambah daya tarik mereka bertiga.
Tampaknya ketiga orang perempuan ini telah melakukan
suatu perombakan secara besar-besaran terhadap
dandanan mereka, mereka tahu sampai dimanakah jalan
pikiran Cu Siau hong terhadap dandanan mereka itu.
sehingga kali ini dandanan mereka sengaja dilakukan amat
sederhana. Cu Siau hong sebenarnya tidak terlalu suka mengurusi
soal-soal sepele, tapi sekarang hampir seperminum teh
lamanya dia mengawasi ketiga orang nona itu, kemudian
sam-bil tertawa baru ujarnya.
'Sungguh amat cantik, juga menarik hati'
"Bila kami tiga bersaudara Hong berdan-dan sedikit jika
harus mengikuti kongcu, hal ini pasti akan memalukan diri
kongcu sendiri" kata Lik Hoo menerangkan.
"Setelah kulihat dandanan kalian, meski warnanya masih
terlampau menyolok, namun lambang didepan dada telah
dilepas, dari sini terbukti sudah kalau kalian memang ada
niat untuk merubah sifat diri sendiri"
'Dahulu, kami kakak beradik adalah siluman dari dunia
persilatan, tapi sekarang paling tidak kami sedang
melakukan perubahns secara pelan-pelan, cuma kamipun
berharap agar kongcu jangan menuntut terlalu banyak dari
kami" ''Soal ini aku mengerti, aku berharap setiap hari dapat
menyaksikan sedikit perubahan dari kalian, tak usah
banyak-banyak walau hanya setitikpun aku sudah puas"
Lik Hoo segera menghembuskan napas lega.
"Ooooh kongcu, kami pasti akan berusaha keras untuk
merubah diri" janjinya.
Cu Siau hong tidak berkata apa-apa lagi.
Lik Hoo kembali menghembuskan napas panjang,
lanjutnya: "Kongcu, dahulu kami tak pernah serius, kami selain
mempermainkan setiap lelaki yang dijumpai, hanya satu
kali kami benar-benar bersikap serius, tapi kali ini justru
kami harus menelan banyak penderitaan ditangan Keng Ji
Kongcu, Tapi sekarang, perasaan kami ibaratnya sumur
yang telah mengering, tak nanti akan terjadi gelombang
besar lagi, itulah sebabnya kau tak usah kuatir, kami pasti
tak akan melakukan suatu perbuatan yang akan
memalukan dirimu' Cu Siau hong tersenyum. 'Setelah kudengar perkataanmu itu, hatiku benar-benar
merasa amat lega, walau pun aku lega terhadap kalian,
namun tidak lega terhadap orang lain!"
"Orang lain" Siapakah orang lain" Ang Bo tan keheranan.
"Soal ini, aku sendiripun tidak tahu, tapi mereka sudah
pasti adalah orang lelaki, dan aku yakin hal ini tak bakal
salah" "Aku masih saja tidak habis mengerti ' seru Ang Bo tan.
"Adikku yang bodoh" sela Lik Hoo, "kongcu maksudkan,
bila dandanan kita masih menyolok seperti sekarang ini,
seandainya ada lelaki yang datang mencari kita, lantas apa
yang musti kita lakukan?"
"Tentu saja gampang sekali, asal dibunuh kan urusannya
akan menjadi beres?"
"Hmm, kalau dapat membunuh orang itu kongcu tak
akan memberitahukan kepada kita dengan begini serius dan
bersungguh-sungguh" "Kenapa tidak" Mereka berani mengganggu ketenangan
wanita, dosa sebesar ini mati pun masih tak cukup"
'Kalau dibicarakan hal ini memang benar, cuma urusan
tak mungkin bisa di sele-saikan dengan cara begitu ?"
"Lantas harus bagaimana" Aku tak dapat menemukan
cara lain yang baik, toh musta-hil kalau kita yang mesti
berlutut dihadapan mereka sambil memohon agar mereka
ber-sedia membantu kita?"
Cu siau hong segera tersenyum.
"Kalian tak usah meributkan persolan itu terus menerus"
katanya, "apa yang telah kalian ucapkan tak lebih hanya
betul separuh saja" Kongcu berpengetahuan luas, budak sekalian tak bisa
menebak maksud hati kongcu yang sebenarnya ........."
'Kalian tak usah mengumpak, aku tidak doyan dengan
segala macam umpakan " tukas Cu Siau hong sambil
tersenyum. Setelah berhenti sebentar, dia melanjut-kan.
'Andaikata yang yang datang adalah manusia cecunguk
dari luar, tentu saja kalian wajib untuk memberi pelajaran
kepadanya, tapi seandainya orang itu bukan manusia
cecunguk yang datang dari luar?"
"Andaikata kongcu yang menghendaki, tentu saja kami
tak akan melawan, apapun yang kau kehendaki pasti akan
kami turuti" jawab Ang Bo tan cepat.
Dengan kening berkerut Cu Siau hong se-gera berseru.
'Aku yakin masih memiliki kemampuan untuk
mengendalkan diri, akupun tidak masukkan diriku dalam
hitungan ini" "Sebenarnya memang tak perlu diperhi-tungkan!"
sambung Ang Bo tan. "Masalahnya sekarang adalah orang lain misalnya orangorang
Bu khek bun sendiri, misalkan saudara
seperguruanku sendiri, atau yang yang pihak Kay pang'
"Kay pang adalah sebuah perguruan kenamaan yang
bertujuan lurus, rasanya tak nanti mereka akan melanggar
pantangan untuk bermain perempuan" tukas Ang Bo tan,
"sedang orang-orang Bu khek bun, wah... sulit untuk
dikatakan' 'Kau maksudkan peraturan dari perguru-an Bu khek bun
kurang ketat dan tegas?" ujar Cu Siau hong sambil
tersenyum. "Soal itu aku kurang tahu, perguruan Bu khek bun kalian
tidak terhitung sebuah perguruan besar didalam dunia
persilatan, anggotanya juga tidak banyak, oleh sebab itu
jarang sekali kami dengar hal-hal yang menyangkut tentang
perguruan Bu khek bun"
"Kalau berbicara dari soal jumlah ang-gota, kami
memang bukan terhitung sebuah perguruan besar, tapi
kalau berbicara soal peraturan perguruan, peraturan kami
sedikitpun tidak berada dibawah perkum-pulan Kay pang.
''Kalau memang begitu, kami semakin tak perlu takut
lagi, baik dipihak Kay pang maupun dari kalian orang-orang
Bu khek bun, semuanya dibelenggu oleh serangkaian
peraturan perguruan yang sangat ke-tat, bayangkan saja,
soal apa pula yang mesti kami risaukan atau takutkan lagi?"
''Bukan demikian maksudku, perlu kalian ketahui,
walaupun mereka mempunyai peraturan perkumpulan yang
membelenggu gerak-gerik mereka, namun kalian bertiga
cantik jelita bagaikan bunga yang sedang mekar, dimanamana
akan terendus bau harum yang semerbak, dalam
keadaan begini, tidak sulit untuk menimbulkan kesalahan
paham diantara mereka sendiri...."
''Salah paham" Kesalahan paham apa?"
"Waaah... soal itu sih amat sukar diterangkan, misalkan
saja senyuman atau gerak gerik kalian, kemungkinan besar
akan mena-rik perhatian kaum lelaki"
"Itu mah gampang, asal kami tidak tertawa, kan
urusannya menjadi beres"'
"Yaaa, persoalan ini memang sulit untuk diterangkan
dalam dua tiga patah kata saja, pokoknya yang penting,
kalian harus belajar bersikap terbuka, pandai membawa diri
sehingga jangan sampai menimbulkan ingatan sesat bagi
orang yang memandangnya"
"Kongcu, berilah kesempatan kepada kamni untuk
mempelajarinya secara pelan-pelan" pinta Lik Hoo.
Sementara itu Tan Tiang kim telah menampakkan diri
dalam ruangan, sambil berjalan mendekat, ia menegur.
"Cu Sauhiap, sudah sia sedia untuk berangkat?"
"Boanpwe memang sedang menunggu"
"Baik, kalau begitu mari kita berangkat. . ." ujar Tan
Tiang kim kemudian sambil tertawa.
"Bagaimana dengan Ciangbun suheng kami?"
"Mereka bergabung dalam kelompok ketiga, kita
berangkat selangkah lebih duluan."
"Apakah dari pihak Kay pang telah berangkat
serombongan lebih dulu?"
"Benar, dalam kelompok pertama tadi telah kami
sertakan jago-jago lihay perkumpulan kami, mereka sudah
berangkat tengah malam kemarin."
Cu Siau hong tidak banyak bertanya lagi, dia manggutmanggut
dan segera beranjak pergi.
Ketika mencapai jarak seratus kaki dari kebun raya Ban
hoa wan, mereka sudah menyaksikan anak murid pihak Kay
pang berjaga-jaga disetiap sudut tempat yang strategis.
Agaknya dalam operasinya kali ini, mereka datang secara
terbuka dan terang-terangan, sama sekali tidak berusahaa
untuk menutupi gerakan mereka.. .
"Selain anggota Kay pang, Cu Siau hong juga menjumpai
banyak sekali orang-orang ber-pakaian ringkas warna biru
yang berlalu lalang disekitar tempat itu.
Ia lantas berpalind dan memandang sekejap ke arah Tan
Tiang kim, kemudian bisiknya.
"Locianpwe, apakah orang-orang itu berasal dari
perkumpulan Pay kau.. "'
"Benar! Didalam operasi kita kali ini, Pay kau juga telah
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengirimkan jago-jagonya dalam jumlah yang cukup
besar". "Gara-gara urusan Bu khek bun, ternyata kami harus
merepotkan orang-orang Kay- pang dan Pay kau untuk
melakukanr banyak perbuatan, kejadian ini sungguh
membuat kami merasa tidak tenang"
Ketika permulaan kami datang ke kota Siang-yang,
mungkin saja bantuan kami hanya bersifat bantuan
terhadap sahabat me-ngingat hubungan Kay pang dengan
Bu khek bun yang akrab, tapi sekarang kejadiannya sudah
tidak demikian lagi. Organisasi raha-sia yang berada
didalam kebun raya Ban hoa wan ini sudah merupakan
suatu ancaman langsung terhadap keamanan serta
ketentraman umat persilatan pada umumnya, atau dengan
perkataan lain, setiap saat besar kemungkinan Kay pang
dan Pay kau akan menjadi incaran mereka berikutnya,
itulah sebabnya tindakan yang kami lakukan sekarang
hanya bisa dikatakan sebagai sesuatu tindakan untuk
melindungi diri. . . "
"Locianpwe, ucapanmu itu terlalu berle-bihan' tukas Cu
Siau hong cepat. "Setiap perkataan yang aku si pengemis tua katakan
merupakan ucapan yang muncul dari sanubariku yang jujur,
bukan saja pihak Kay pang berpendapat demikian, sekali
pun pihak Pay kau juga mempunyai perasaan semacam
ini.." Cu Sian hong manggut-manggut.
'Peristiwa ini berlangsung dalam suatu keadaan yang
sangat aneh, Pena wasiat kitab senjata tajam, ditambah lagi
organisasi rahasia yang tak pernah bersuara, aku rasa
masalahnya memang sedikit agak kalut' .
"Pena wasiat dari dunia persilatan merupakan manusia
paling aneh dalam dunia belakangan ini,.merupakan
masalah yang amat besar, ia dihormati dan disanjung setiap
umat persilatan, mana mungkin masalahnya bisa dicampur
adukan dengan bencana besar yang akan melanda dunia
persilatan dewasa ini?"
"Maksud boanpwe, Pena wasiat ini selalu tiada hentinya
menyelidiki rahasia dalam dunia persilatan, kemudian
mengumumkan-nya secara meluas kepada khalayak
umum.." "Cara seperti ini toh tidak salah?" tukas Tan Tiang kim,
"manusia laknat paling besar yang sukar dihadapi adalah
manusia munafik yang baik diluar jahat didalam, mungkin
saja mereka adalah seorang saudagar kaya raya, mungkin
juga seorang tokoh persilatan suatu daerah atau mungkin
juga mereka adalah seorang manusia yang tak pernah
ternama, tapi mereka selalu melakukan kejahatan secara
diam-diam, membuat orang sukar untuk menemukan jejak
mereka, tak berhasil menemukan mereka, manusia
semacam inilah baru bisa disebut sebagai manusia buas
yang paling menakutkan, tapi pena wasiat mampu untuk
mengungkap rahasia mereka, agar kedok kemunafikan
mereka terungkap." "Locianpwe, pernahkah kau saksikan keadaan sewaktu
pena wasiat itu menampak-kan diri?"
"Pernah, waktu itu benar-benar merupakan suatu
pertemuan dunia persilatan yang belum pernah dijumpai
sebelumnya, Pena wasiat telah mencatat banyak masalah
dalam kitab catatannya dan membongkar banyak
kebobrokan serta kemunafikan yang ada didunia ini, banyak
orang yang tak tahan menyaksikan nama baiknya ternoda
sehingga bunuh diri seketika itu juga, adapula yang menjadi
gila karena gelisah, pemandangan ketika itu betul-betul
mengerikan sekali." Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, lalu
berkata: 'Locianpwe, keadaan semacam ini pasti a-kan
mendatangkan rangsangan serta ketegangan yang luar
biasa bagi siapapun yang hadir dalam arena, terhadap
orang-orang itu, apakah tindakan tersebut tidak kelewat
kejam dan tak berperi kemanu-siaan"''
Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . berbicara dari
soal perikemanusiaan, mungkin tindakan tersebut sedikit
kelewatan, tapi berbicara untuk pihak Kay pang, aku si
pengemis tua setuju untuk membasmi kaum laknat sampai
ke akar-akarnya, dengan terbasminya kejahatan barulah
kebajikan akan bersemi disetiap insan manusia''
'Locianpwe maksudku seandainya Pena -wasiat bisa
menambahkan sedikit kebajikan diantara tindakan
pembasmiannya itu maka keadaannya pasti akan jauh
berbeda" "Cu kongcu tiada persoalan yang sera-tus persen
sempurna didalam dunia ini, juga tiada orang yang seratus
persen sempurna, seperti misalnya Pena wasiat, sekalipun
dia belum terhitung sempurna seratus persen, paling tidak
kesempurnaannya toh mencapai sembilan puluh persen'
Cu Siau hong menghela napas panjang dan tidak banyak
berbicara lagi. Dalam pada itu, rombongan kawanan jago itu sudah
semakin mendekati kebun raya Ban hoa wan.
Diluar dugaan, Keng ji kongcu ternyata seorang diri
berdiri didepan pintu Kebun raya Ban hoa wan dengan
pedang terhunus. Cu Siau hong segera memburu ke depan, kemudian
tegurnya: "Keng ji kongcu lagi-lagi kita bersua muka"
'Keng ji kongcu memandang sekejap ke arah Lik Hoo, Ui
Bwee dan Ang Bo tan, lalu ujarnya dengan hambar:
`Dalam kebun raya Ban hoa wan terdapat banyak sekali
jago lihay..." 'Jumlah jagoan dari pihak kami pun tidak sedikit"
sambung Tan Tiang kim cepat.
Dengan dingin Keng Ji Kongcu segera berkata:
'Pengemis tua, dengarkan dulu perkataanku ini,
kemudian tidak terlambat bila hendak menimbrungnya"
Tan Tiang kim manggut-manggut.
"Baik! Silahkan kau ucapkan, aku tidak akan
mempersoalkan waktu beberapa menit"
Keng Ji kongcu mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu
Siau hong, setelah menatap nya beberapa kejap, dia
berkata: "Tiga orang dayang jalang itu sudah berubah pikiran, aku
rasa tak sedikit rahasia kami yang telah dia ungkap
kepadamu" "Ehmm..." Cu Siau hong hanya mengiakan.
Sambil berkerut kening Keng Ji kongcu kembali berkata:
"Cukup dilihat dari sikapmu yang amat tenang dan
mantap, dapat kuketahui bahwa kau merupakan musuh
yang cukup tangguh bagiku"
"Ji kongcu terlalu memuji"
"Tahukah kau, berapa banyak lorong rahasia yang telah
dibangun dibawah tanah dalam kebun raya Ban hoa wan
ini?" "Aku tahu!" "Kau bermaksud akan menggunakan cara apa untuk
menyerang kami"' Memaksa kalian keluar dari lorong bawah tanah
kemudian melangsungkan pertaru-ngan antara hidup dan
mati'' "Dengan cara apa?"
"Dalam kebun raya Ban hoa wan ini banyak terdapat
kayu dan pepohonan, kami a-kan menggunakan asap yang
tebal untuk memaksa mereka keluar.'
"Suatu cara yang sangat bagus"
"Lihat saja hasilnya nanti, pokoknya waktu yang kami
miliki amat banyak, sekali pun harus diundur sampai tiga
lima hari juga tak menjadi soal.''
Keng Ji kongcu segera tertawa.
"Aku lihat kalian tak usah repot musti melakukan
pekerjaan sebanyak itu" katanya.
"Bagaimana" Apakah saudara bersedia untuk
menyambut tantangan kami?"
Sekali lagi Keng Ji kongcu tertawa.
"Setelah mendengar cara yang kau beberkan itu,
agaknya tiada pilihan lain lagi buat kami, terpaksa kami
harus melakukan suatu perlawanan mati-matian".
"Bagus sekali, memang paling baik kalau kita masingmasing
saling mengandalkan kemampuan sendiri untuk
menentukan hidup mati kita"
"Ditengah kebun raya Ban hoa wan sana terdapat tanah
lapang yang luas sekali, tepat bila kita pakai sebagai tempat
pertarungan, Cu kongcu, Tam Tiang kim, silahkan masuk ke
dalam kebun raya!." Cu Siau hong kembali tersenyum.
"Kenapa?" ucapnya, "apakah kami harus bertarung
didalam kebun raya Ban hoa wan?"
'"Kongcu, jika kalian tidak masuk ke dalam kebun raya
Ban hoa wan, kami tak akan menampilkan diri untuk
menyambut pertarungan itu"
"Ehmmm, betul juga perkataan ini, kalau begitu silahkan
ji kongcu untuk pulang dulu ke dalam kebun, suruh mereka
siapkan barisan menanti kedatangan kami, sebentar aku
musti berunding dulu dengan mereka"
Keng ji kongcu mengiakan, dia lantas membalikkan
badan dan berlalu dari situ.
Sepeninggal orang itu, Cu Siau hong baru berpaling dan
memandang sekejap kearah Tan Tiang kim, kemudian
katanya: "Locianpwe, pengalamanmu sangat luas, bagaimanakah
pendapatmu tentang persoa-lan ini?"
"Andaikata mereka tetap bertahan disitu tak mau keluar,
sedang kita enggan masuk ke dalam kebun raya Ban hoa
wan, otomatis keadaannya akan menjadi kaku dan sa-ling
bertahan" "Locianpwe, organisasi ini selain penuh diliputi
kemisteriusan, lagipula cara kerja-nya amat keji, aku rasa
mereka pasti sudah mempersiapkan suatu rencana busuk
untuk menjebak kita' "Persiapan apa maksudmu?"
"Ambil contoh, misalnya saja mereka menanamkan obat
peledak ditengah kebun ra-ya itu, atau menyiram minyak
disekeliling tempat itu . . .''
"Bila sumbu obat peledak itu mereka su-lut, bukankah
mereka sendiripun akan turut tewas disitu?" sela Tan Tiang
kim. ''Bagi pandangan boanpwe, mereka tak akan
mempersoalkan kerugian tersebut, namun bagi kita
keadaan semacam ini justru sangat tidak menguntungkan,
selain semua kekuatan inti dari Bu khek bun akan mati
semua ditempat ini, dari pihak Kay pang maupun Pay kau
juga akan kehilangan sebagi-an besar kekuatan intinya"
"Aah . . . ! Kalau sampai benar-benar demikian adanya,
cara ini benar-benar merupakan suatu cara yang keji, Siau
hong, hal ini bukan andaikata lagi, besar kemungkinan mereka
memang berbuat demikian"
"Yaa, kemungkinan tersebut memang be-sar sekali"
"Bukan kemungkinan lagi, tapi kenyata-an memang
demikian, sela Lik Hoo tiba-tiba.
"Kau tahu akan hal ini?" tanya Cu Siau -hong.
"Sebenarnya budak tidak tahu, karena a-ku belum
memikirkannya, bahwa selama itu siang maupun malam,
aku selalu hidup diatas tumpukan minyak bakar serta
mesiu, tapi sekarang setelah kubayangkan kembali keadaan
ini benar-benar menakutkan sekali"
"Lik Hoo! Dalam peristiwa ini, bukan alasan yang
dibutuhkan, melainkan harus ada bukti yang nyata"
"Banyak tempat didalam kebun raya Ban hoa wan
dilarang membawa api, siapa yang berani membangkang
perintah ini akan di hukum mati, bila dibayangkan kembali
se-karang, rasanya tiada suatu partai pun di dunia ini yang
mempunyai peraturan seke-ras ini, coba dibayangkan saja,
apa yang mereka takuti dengan diperlakukannya peraturan
untuk melakukan persiapan tersebut"'
''Takut kalau sampai api yang kalian bawa membakar
sumbu mesiu dan minyak yang tersimpan dibawah tanah"
sahut Cu Siau hong. ''Benar!' "Oleh karena itu, mereka ingin memancing kita untuk
melangsungkaa pertempuran ini dalam kebun raya Ban hoa
wan" "Betul, sehingga bila pertarungan dilangsungkan, entah
menang entah kalah kami a-kan dibunun dalam kebun raya
itu' `Tepat sekali, disinilah letaknya maksud serta tujuan
mereka sebenarnya' ''Apakah Keng Ji kongcu mengetahui akan hal ini?" sela
Tan Tiang kim tiba-tiba. "Dia seharusnya tahu''
"Apakah dia tidak takut"'
"Mungkin ia telah menyiapkan tempat persembunyian
untuk meloloskan diri dari ben-cana tersebut"
"Kalau memang begitu, kita lebih-lebih tak boleh
memasuki kebun raya Ban hoa -wan tersebut"
"Kalau tidak memasuki kebun raya Ban -hoa wan,
bagaimana pula caranya untuk membasmi meresa seakarakarnya"
' ucap Cu Siau hong. "Bahayanya terlampau besar, bagaimana-pun juga kita
tak akan menyerempet bahaya ini bukan?"
"Bahaya semacam ini, sudah barang tentu tak boleh kita
tempuh, tapi kita pun tak dapat berdiam diri belaka
sehingga terjadi suasana kaku yang tidak menguntungkan.
"Siau hong, tampaknya kau sudah mempunyai rencana
yang matang tentang masalah ini"' kembali Tan Tiang kim
berkata. "Kita coba saja nanti! Sekarang, aku masih belum
mempunyai suatu pegangan yang meyakinkan"
Sementara itu, Pek Bwe, Pek Hong, Tang Cuan, Seng
Tiong gak serta Tiong It--ki sekalian telah berdatangan
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semua. Pek Bwee yang mula-mula bertanya:
"Pengemis tua Tan, bagaimana keadaan-nya?"
"Agak sulit" "Dapatkah, kau terangkan lebih jelas lagi?" pinta Pek
Bwe lebih lanjut. Setelah Tan Tiang kim menerangkan dugaan dari Cu Siau
hong, dia melanjutkan. 'Padahal, sekalipun diberitahu kepadamu juga sama saja
tak ada gunanya' "Cara semacam ini betul-betul sebuah cara yang amat
keji, mengajak orang beradu jiwa, sungguh membuat orang
tak tahu ba-gaimana cara untuk menghadapinya"
"Caranya cuma ada satu, hanya saja cara ini sedikit
kelewat keji" ucap Cu Siau hong.
"Untuk menghadapi pertarungan, makin licin siasatnya
semakin baik, coba kau terangkan"
"Kita lepaskan api dari arah belakang kebun raya Ban
hoa wan dan memaksa mereka untuk keluar lewat depan"
"Suatu cara yang bagus" puji Pek Bwee.
'Benar!'' kata Tan Tiang kim pula "memaksa mereka
keluar dari sarangnya dengan demikian mereka terpaksa
harus mengguna-kan ilmu silatnya untuk memberi perlawanan"
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan.
"Padahal, bila mereka mau melakukan perlawanan secara
terbuka, siapa menang siapa kalah belum tentu bisa
ditentukan mulai sekarang, herannya kenapa mereka justru
harus melakukan tindakan semacam ini?"
''Mungkin mereka telah menyingkirkan orang penting dan
barang penting yang berada disini ditempat lain" kata Pek
Bwee. "Tentu saja, hal inipun ada kemungkinannya benar" ucap
Cu Siau hong. "Hei pengemis tua, begitu kita putuskan mari kita segera
kerjakan, perintahkan ke-pada mereka untuk segera turun
tangan!" "Baik!' sahut Tan Tiang kim, aku segera turunkan
perintah, kepada mereka untuk turun tangan"
Tanda rahasia segera dilepaskan, bahkan sengaja
mempertinggi suaranya sambil berseru:
"Gunakan api untuk melawan mereka!'
Jilid 23 Anggota Kay pang yang hadir ditempat itu memang tak
sedikit jumlahnya, begitu perintah diturunkan berpuluhKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
puluh batang panah berapi segera dibidikkan ke dalam
kebun raya Ban Hoa wan. Tak selang berapa saat kemudian, tampak Keng ji
kongcu tergopoh-gopoh munculkan diri dengah wajah
penuh kegusaran teriaknya:
"Cu Siau hong, apa-apaan kau ini?"
Cu Siau hong segera tersenyum.
"Masa maksudnya masih belum kau pahami?" ucapnya,
''kami tak ingin memasuki kebun raya Ban hoa wan"
"Kenapa?" ''Sebab kami tak ingin tertipu dan masuk perangkap"
sahut Cu Siau hong sambil tertawa.
''Kita toh sudah berjanji akan melangsung-kan
pertarungan didalam kebun raya Ban hoa wan, kenapa
secara tiba-tiba kau berubah ingatan?"
"Betul aku berkata demikian, tapi setelah kupikirkan
kembali, terasa olehku kalau cara ini berbahaya sekali..
seandainya didalam kebun raya Ban hoa wan kau telah
menyiapkan jebakan untuk mencelakai kami, bukankah
kami akan terperangkap mentah--mentah"..
"Hmm, dengan pikiran seorang siaujin menilai kebesaran
jiwa seorang Kuncu" "Perkataan semacam inipun dapat kau ucapkan, hal ini
benar-benar membuat aku merasa kagum sekali'
"Apa maksudmu berkata demikian?"
"Pada saat ini kita berdiri sebagai musuh yang saling
berhadapan, kemungkinan besar kalian telah menyiapkan
banyak jebakan dalam kebun raya Ban hoa wan, padahal
kami berharap dapat menyelesaikan persoalan ini secara
adil" "Penyelesaian secara adil" Sekalipun demikian, hal ini
juga tak boleh dilangsungkan diluar kebun raya Ban hoa
wan" ucap Keng ji kongcu kemudian cepat.
"Kenapa tak boleh bertarung diluar kebun raya Ban hoa
wan?" "Bagaimanapun juga kita tak boleh meng-ganggu orang
jalan" Cu Siau hong segera tertawa.
"Dalam pertarungan ini, kita masing-masing akan
mengandalkan kepandaian yang dimilikinya untuk berusaha
membunuh pihak lawan, nyawa saja sudah tidak dimaui,
mengapa mesti takut terhadap orang jalan''
"Kalau begitu, kalian tak berani memasuki kebun raya
Ban hoa wan?" ucap Keng-ji kongcu kemudian dingin.
"Sekarang kita bertarung dengan mengandalkan
kepandaian masing-masing untuk menentukan mati hidup
kita, dalam hal ini tak bisa dibicarakan soal berani
memasuki kebun raya Ban hoa wan atau tidak, kami tak
ingin memasuki kebun raya Ban hoa wan tak lain karena
kami ingin mencari suatu keadilan belaka"
"Cu Siau hong, kalau lagi bercekcok, perkataan apapun
dapat digunakan, lebih baik kita tak usah membicarakan
persoalan terse-but lagi."
"Saudara Keng, aku lihat bagaimana ka-lau kita berdua
menentukan dahulu mati hidup kita sendiri?"
"Kau ingin bertarung lebih dulu melawan aku?"
Cu Siau hong mengangguk. "Benar! Kita berdua memang lebih baik menentukan
dahulu siapa yang lebih berhak untuk hidup"
'Cu Siau hong, agaknya dalam hatimu sudah mempunyai
suatu keyakinan dapat menangkan aku bukan begitu"`
''Aaaah, siapa bilang" Aku hanya merasa diantara kita
berdua agaknya sudah mencapPai suatu keadaan yang
harus diselesaikan dengan suatu pertarungan......"
"Baiklah, kalau begitu mari kita langsungkan pertarungan
ini di kebun raya Ban hoa wan"
"Baik, cuma sebelum pertarungan dilangsungkan,
terlebih dahulu ada beberapa patah kata yang hendak ku
beritahukan dulu kepada mu"
"Aku siap mendengarkan ucapanmu itu'
'Dalam waktu singkat kami akan melepas api dari
belakang bukit, sebelah kiri mau-pun kanan, jika mereka
tak mau munculkan diri sekarang maka jangan harap
mereka bisa keluar lagi dari tempat itu dalam kea-daan
selamat' Paras muka Keng ji kongcu segera beru-bah hebat.
"Apa" Kalian akan melepaskan api dari belakang bukit
sana?" teriaknya tertahan. .
Sebelum melakukan perkerjaan tersebut aku bermaksud
untuk memberitahukan lebih dahulu kepada kalian, kami
tak ingin kehilangan sikap terbuka yang kami miliki'!
Keng ji kongcu segera tertawa hambar.
'Cuma saudara Cu juga tak usah meng-harapkan yang
terlalu besar" katanya cepat, sekalipun kau lepaskan api
untuk membakar tempat itu, belum tentu apimu itu dapat
membakar habis kami semua."
"Lihat saja nanti, pokoknya sampai saat ini menang
kalah, kita tahu belum ditentukan.
Keng Ji kongcu segera menggerakkan tangan kanannya
untuk meraba gagang pedang yang tersoren dipinggangnya,
kemudian u-jarnya dengan dingin:
"Cu Siau hong, cabut pedangmu!.
Tergerak hati Cu Siau hong, segera pikir-nya.
"Aku telah memberitahukan soal melepaskan api
kepadanya, namun ia sama sekali tidak nampak gelisah
atau cemas. Masa mereka benar-benar mempunyai cara
yang terbaik untuk menghindarkan diri dari bencana api
tersebut?" Sementara dia masih memikirkan persoalan itu,
mendadak terasa cahaya tajam berkelebat lewat, sebuah
bacokan kilat telah me-nyambar kearah batok kepalanya.
Cu Siau hong segera menggerakkan pe-dang ditangan
kanannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Criing!" benturan nyaring yang memekik-kan telinga
bergema memecahkan keheningan, sepasang pedang itu
saling membentur dan meninbulkan percikan bunga api.
Mendadak saja kedua bilah pedang itu patah menjadi
dua, membuat senjata tersebut melesat kesamping:
Tapi kutungan pedang kedua orang itu masih
melanjutkan gerakannya membabat ke tubuh lawannya.
Rupanya cara tersebut telah diperhitung-kan masakmasak
oleh Keng ji kongcu. Beberapa hari berselang, setelah mereka berdua
melangsungkan suatu pertarungan yang seru, Keng Ji
kongcu telah merasa bahwa dia tak akan bisa menangkan
musuhnya dengan mengandalkan perubahan jurus
serangan yang lihay, itulah sebabnya dia lantas merubah
taktik pertarungan yang dipergunakannya.
Terlintas ingatan untuk menggunakan cara beradu jiwa
ini untuk mengajak lawannya mati bersama.
Dikala sepasang pedang mereka saling membentur, dia
lantas mengerahkan tenaga dalamnya yang kuat untuk
mematahkan ke-dua bilah pedang itu sekaligus.
Keng Ji kongcu telah memperhitungkan pula kekuatan
tenaga dalam yang dimiliki lawannya, berbicara soal tenaga
dalam saja, Cu Siau hong tak akan lebih unggul daripa-da
kemampuannya. Bila sepasang pedang itu patah secara tiba-tiba, apalagi
dalam keadaan tenaga da-lamnya tak bisa ditarik kembali,
mustahil Cu Siau hong dapat merubah gerakan lagi untuk
mematahkan ancaman yang datang.
Walaupun cara ini lihay dan keji, namum harus
mempunyai suatu syarat, yakni orang yang menggunakan
cara ini harus bersedia pula untuk mengorbankan nyawa
sendiri. Sebab arah yang dituju oleh kutungan pedang itu
merupakan bagian-bagian memati-kan ditubuh lawan.
Andaikata tenaga dalam yang terpancar ke luar tak dapat
ditarik kembali tepat pada waktunya, gerakan pedang
tersebut pasti akan meluncur ke depan lebih jauh, dalam
keadaan demikian kemungkinan musuhnya untuk terluka
diujung pedang tersebut menjadi besar sekali.
Yaa, kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya
perhitungan ini merupakan suatu perhitungan yang cermat,
Keng ji kongcu telah mempertaruhkan pula selembar
jiwanya. Betul juga, Cu Siau hong sama sekali tidak menyangka
kalau Keng Ji kongcu dapat mengerahkan tenaga dalamnya
untuk mematahkan pedang tersebut dalam bentro-kan yang
barusan terjadi, ia lebih-lebih tak menduga kalau pikak
lawan mengajak dirinya untuk mati bersama.
Begitu sepasang pedang mereka putus, Keng Ji kangcu
segera menambah kecepatan gerak kutungan pedangnya
menusuk dada Cu Siau hong.
Pedang ditangan Cu Siau hong sendiri pun sebenarnya
memang tertuju ke bagian mematikan didada Keng Ji
kongcu, tapi dalam keadaan tenaga dalamnya tak dapat
ditarik kembali, pedang itupun secepat kilat menusuk pula
ke atas dada Keng Ji kongcu.
Tan Tiang kim yang pertama-tama menjerit kaget,
namun ia sudah tak sempat un-tuk memberi pertolongan
lagi. Dalam waktu singkat sepasang pedang mereka telah
saling menusuk tubuh lawan seorang secara telak.
Keng Ji kongcu memang tidak berniat untuk
menghindarkan diri, kutungan pedang itu dengan telak
menembusi dadanya hingga tembus ke punggung.
Sebaliknya Cu Siau hong tidak menyerah dengan begitu
saja, dalam keadaan yang amat krisis itu, mendadak ia
keluarkan suatu gerakan langkah yang amat aneh sekali, tiba-
tiba tubuhnya berkelit ke samping.
Namun gerakan itu toh masih terlambat selangkah,
kutungan pedang itu segera menembusi bahu kirinya secara
telak. Keng Ji kongcu memang sangat berhasrat untuk
membinasakan Cu Siau hong, dalam melepaskan serangan
tadi, ia sertakan suatu kekuatan yang besar sekali.
Kutungan pedang itu segera menembusi bahunya sampai
kebelakang, menembusi bahu kiri si anak muda itu.
Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam sekejap
mata, Tan Tiang kim, Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan,
semuanya telah berlarian mendekat.
Lik Hoo segera melompat mendekat sambil melancarkan
sebuah tendangan kilat ke lambung Keng ji kongcu.
Sementara Ui Bwee dan Ang Bo tan segera turun tangan
membimbing tubuh Cu Siau hong,
Keng Ji kongcu segera mengebaskan tangan kirinya
menangkis tendangan dari Lik Hoo itu, kemudian bentaknya
dengan suara dingin: "Kau pingin mampus!"
Bagaimanapun juga, dia masih mempunyai kewibawaan
untuk mengendalikan ke tiga orang dayang itu, bersamaan
itu juga sapuan telapak tangannya itu telah menggetarkan
kaki kanannya sehingga kaku dan kesemutan.
Dalam pada itu, Keng Ji kongcu maupun Cu Siau hong
sama-sama telah melepaskan kutungan pedang
ditangannya. Dengan suatu gerakan cepat Tan Tiang kim melompat ke
depan dan menghadang dihadapan Cu Siau hong, setelah
itu ujarnya dingin. "Tindakan yang kau lakukan benar-benar terlalu rendah
dan memalukan. . ." Walaupun dadanya telah ditembusi pedang, namun Keng
Ji kongcu masih tetap berdiri tegak, sikapnya yang buas
dan keren itu menambah rasa ngeri dan bergidik bagi
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siapapun yang melihatnya.
Bibirnya tampak bergetar seperti hendak mengucapkan
sesuatu, namun ia tidak men-jawab pertanyaan dari Tan
Tiang kim itu. Pelan-pelan Cu Siau hong berjalan mele-wati Tan Tiang
kim, kutungan pedang terse-but masih menancap diatas
bahu kirinya. "Saudara Keng, apakah kau hendak ber-bicara
denganku"' dia bertanya.
Keng Ji kongcu manggut-manggut.
Dia berusaha keras menghindari banyak berbicara,
dengan gerakan ia menggantikan ucapan tersebut.
"Baiklah, kau boleh berkata dan siaute akan
mendengarkan dengan seksama" sahut Cu Siau hong.
Keng Ji kongcu buka suara, tapi begitu bibirnya
digerakkan darah segar segera meleleh keluar.
Dari sini terbuktilah sudah bahwa jantung nya telah
terkena tusukan maut itu.
Dengan suara yang kabur, dia bertanya:
"Bagaimana caramu untuk menghindarkan diri dari
tusukan pedangku itu?"
Ternyata Keng Ji kongcu menutup rapat-rapat dan
enggan banyak berbicara karena kesempatannya untuk
berbicara memang tidak terlalu banyak...
"Aku pernah belajar ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay na
ih!" sahut Cu Siau hong, Keng Ji kongcu kembali manggutmanggut,
katanya lebih jauh: "Aku sudah merasa perhitunganku sempurna sekali, tapi
aku tetap menilai rendah dirimu, betul, ilmu gerakan tubuh
Ngo heng tay na ih. . .' Belum habis perkataan itu diucapkan, dia sudah roboh
terkapar diatas tanah. Pelan-pelan Cu Siau hong menghembuskan napas
panjang, katanya: "Keng Ji kongcu, sesungguhnya aku tidak berniat untuk
membunuhmu, walaupun kau adalah seorang musuhku,
namun kau adalah seorang musuhku yang menarik hati"
Waku itu Keng Ji kongcu telah menutup matanya, tapi
setelah mendengar ucapan tersebut, mendadak ia
membuka matanya lagi, lalu katanya sambil tersenyum:
"Cu Siau hong, terima kasih banyak atas ucapanmu itu,
jangan sekali-kali kau ma-suki kebun raya Ban hoa wan!"
Cu Siau hong mengangguk. "Terima kasih banyak atas petunjukmu''
Setelah berhenlt sejenak dia melanjutkan.
''Saudara Keng apakah didalam kebun rayga Ban hoa
wan telah ditanam obat peledak?"
Rupanya ucapan tersebut diutarakan oleh-nya dengan
mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, begitu
Misteri Batu Bulan 1 Pendekar Mabuk 089 Pedang Penakluk Cinta Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 4
buncu, bila dalam anggota Bu khek bun kedapatan ada
yang mati, maka dia pasti akan mengubur jenazah secara
wajar dan baik" "Tentu saja demikian"
"Nah inilah titik terang yang bisa kita gunakan sebagai
pangkal penyelidikan kita'
"Perlukah kita membuka peti mati untuk melakukan
pameriksaan"' 'Persoalannya sekarang adalah sekarang dia berada
dimana" Dimana jenasahnya di kuburkan?"
Kali ini Cu Siau hong tidak mengangguk, juga tidak
menggeleng. Melihat itu, Ui lo pangcu segera menghembuskan napas
panjang, katanya lebih jauh:
"Pek Bwe lote, menurut jalan pemikiranku, tempat
jenasahnya dikubur sudah pasti tak terlalu jauh letaknya
dari perkampungan Ing gwat san ceng."
Pek Bwe dan Ui pangcu segera menengok kembali ke
wajah Cu Siau hong. Si anak muda itu masih tetap duduk dengan tenang di
tempat tanpa mengangguk ataupun menggeleng.
Pek Bwee lantas mendeham beberapa kali, katanya:
"Kalau begitu tempat jenasah itu dikubur pasti sukar
sekali ditemukan. " "Mungkin juga orang yang mengubur jenasahnya telah
mengalami musibah semua, sehingga tak ada orang yang
tahu dimanakah letak tempat penguburannya?"
Paras muka Cu Siau bong kelihatan amat sedih, namun
ia tidak bergerak ataupun mengucapkan sepatah katapun.
Pek Bwe segera berkerut kening lalu mendeham berat,
ujarnya kembali: "Lo pangcu, kelihatannya persoalan ini rada sedikit
merepotkan" "Yaa, memang ada sementara persoalan yang tak bisa
terlampau dipaksakan ....."
Cu Siau hong mendongakkan kepalanya dan memandang
kedua orang itu sekejap, kemudian tertawa getir.
''Pek lote" kata Ui pangcu kemudian, "aka rasa mungkin
ada banyak orang yang tahu akan persoalan ini, kenapa kita
tidak mencari orang lain untuk ditanyanya?"
Kali ini Cu Siau hong memberikan reaksinya, kembali dia
menggelengkan kepala-nya berulang kali.
Ui Pangcu segera tersenyum, katanya:
"Pek lote, dalam persoalan ini, jangan biarkan terlalu
banyak orang yang tahu"
Kembali Cu Siau hong mengangguk.
"Saudara Pek, aku lihat kita pikirkan kembali persoalan
ini pelan-pelan, siapa tahu bisa kita pikirkan suatu cara
yang lebih praktis dan sempurna?" Pelan-pelan Cu Siau
hong bangkit berdiri kemudian katanya:
"Boanpwe ingin mohon diri lebih dahulu"
"Baik! Kau boleh berangkat selangkah lebih duluan,
setelah lelah seharian penuh memang sepantasnya kalau
kau pergi beristirahat"
Cu Siau hong segera membalikkan badan dan pelanpelan
berlalu dari tempat itu. Memandang bayangan punggung Cu Siau hong yang
menjauh, Pek Bwe menghembus-kan napas panjang
katanya: "Lo pangcu, bocah ini terlalu muda, tidak tahu aturan,
bila telah melakukan kesalahan harap lo pangcu jangan
marah!" "Saudara Pek, aku dapat melihat bahwa perasaannya
amat gundah dan berat sekali"
Bila orang muda bisa memegang janji hal ini tak akan
merugikan kepribadiannya dan kejadian tersebut
merupakan suatu per-buatan yang baik, lohu merasa tidak
leluasa untuk terlampau menegurnya"
"Aku mengerti, kitalah yang telah menyusahkan dia,
mana mungkin kita akan menegurnya lagi"'' .
"Sungguh, bijaksana lo pangcu mengha-dapi setiap
persoalan, lohu merasa kagum sekali"
Ui pangcu segera tertawa.
"Pek lote, kalau didengar dari pembica-raan Siau hong,
agaknya pena wasiat me-mang benar-benar telah
berkunjung ke per-kampungan Ing gwat san ceng,
sedangkan kitab pusaka Bu beng kiam bok tersebut
rupanya juga merupakan hadiah dari pena wasiat ....... '
'Yang membuat lohu keheranan adalah pena wasiat tak
pernah melibatkan diri da-lam pertikaian dunia persilatan,
kenapa ia bisa menghadiahkan sejilid kitab Kiam boh
kepada Cu Siau hong" '
''Pek lote" kata Ui pangcu dengan wajah serius, "Aku
rasa persoalan ini tak akan terlepas dari dua alasan,
pertama pena wasiat telah menetapkan ahli warisnya dan
Cu Siau hong mungkin merupakan pilihannya."
"Oooh. . . soal ini bukankah sedikit agak berbeda dengan
cara kerja Pena Wasi-at pada umumnya" Bukankah cara
kerja pena wasiat selamanya amat rahasia?"
"Bila pertanyaan ini kau ajukan kepadaku lebih awal
sendiri, maka akupun tak akan mampu untuk
menjawabnya, tapi sekarang aku si pengemis tua telah
berha-sil menelusuri sedikit akan duduknya persoalan'
"Lohu siap mendengarkan penjelasan!'
"Orang yang berhak memegang pena wasiat selain musti
jujur dan bijaksana, yang paling penting lagi adalah dia
harus memiliki ilmu silat yang sangat lihay serta ji-wa yang
sosial dan tidak serakah akan pahala dan kedudukan, orang
orang semacam ini tak mungkin bisa dibina sedari kecil,
melainkan harus dicari dari antara pendekar--pendekar
sejati yang telah ada didalam dunia persilatan, ternamanya
Tiong buncu da-lam dunia persilatan menunjukkan kalau dia
punya pamor mungkin diapun termasuk salah seorang
pilihannya untuk menggantikan kedudukannya si pemegang
pena wasiat terse-but, oleh karena itu pula baru tersiar
beri-ta bahwa pena wasiat telah datang keperguruan Bu
khek bun" Berbicara sampai disini, mendadak ia menutup mulut.
Pek Bwe menghela napas panjang, kata-nya:
"Leng kang memang cukup jujur dan bi-jaksana, tapi
ilmu silatnya masih belum cukup untuk menduduki jabatan
memegang pena wasiat, Lo pangcu tak usah ragu-ragu lagi
untuk berbicara, apa yang ingin kau katakan, utarakan saja
secara terus terang"
"Menurut dugaan aku sipengemis tua, Pena wasiat telah
berkunjung ke Bu khek-bun mungkin telah melakukan pula
suatu penyelidikan yang seksama, setelah mengeta-hui
kalau Tiong buncu merupakan anggota persi-latan yang
secara langsung terlibat di-dalam pertikaiannya dan merasa
tidak co-cok dengan syarat sebagai pemegang pena wasiat,
maka pilihannyapun terjatuh pada Cu Siau hong. Tentu
saja, Cu Siau hong pun merupakan pilihan permulaan saja,
sedang mengenai cara untuk merahasiakan indenti-tasnya,
tentu saja kematian merupakan suatu tindakan yang paling
tepat" Pek Bwee mengangguk tiada hentinya.
"Benar dengan kecerdaaan dan kebijaksanaan Siau hong,
dia memang merupakan pilihan yang paling baik tapi
menurut pandangan lohu agaknya dia tidak memiliki suatu
kewibawaan, apakah hal ini cocok untuk menjabat sebagai
pemegang pena wasiat?"
"Soal ini" Aku seorang pengemis tuapun mempunyai
semacam pandangan yang berbeda, Cu Siau hong termasuk
diantara orang yang berwajah gagah, dapat menegakkan
keadilan dan kebenaran, juga tidak terlalumempersoalkan
segala tetek bengeknya masalah,
tindakannya untuk menampung Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang
Bo tan merupakan suatu bukti yang nyata dari kebesaran
jiwanya, tapi juga merupakan suatu tindakan yang tepat
selain dari pada itu, untuk menolong Tiong It ki merupakan
suatu tindakan yang belum tentu bisa tercapai meski telah
mengorbankan nyawa puluhan orang jago lihay pun tentu
saja cara yang digunakannya itu hanya Cu siau hong
seorang yang bisa mempergunakannya, bila berganti orang
lain belum tentu dia memiliki syarat yang cukup untuk
menaklukkan ketiga orang siluman perempuan tersebut''
"Aaaai... lo pangcu, akupun masgul karena persoalan ini,
bagamanapun juga tindakan Siau hong untuk menerima
ketiga o-rang siluman perempuan itu untuk selalu
mendampinginya bukan merupakan tindakan yang baik,
tapi apa yang harus kita lakukan" Harap lo pangcu bersedia
memberi putunjuk untuk mengatasi hal ini'
"Aku rasa, soal ini tak perlu kalian risaukan, walaupun
aku tidak mengerti soal ilmu perbintangan, namun
pengalamanku selama puluhan tahun hidup menjadi
manusia, membuat pandanganku terhadap orang lain
jarang keliru." "Lihk Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan merupakan
perempuan-perempuan cabul yang sudah amat termashur
namanya dalam du-nia persilatan, bagaimana mungkin Bu
khek bun bisa menerima mereka" Sekalipun sebelum
matinya Leng kang telah meninggalkan pesan yang
mengijinkan Siau hong bertindak sekehendak hatinya tanpa
terikat oleh peratur-an Bu khek bun, tapi bila ia sampai
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan dengan
membawa serta beberapa orang cabul itu, maka harus
ditaruh ke manakah nama baik perguruan" Apalagi dia
masih muda, berdarah panas dan besar gairah hidupnya,
andaikata kena terangsang oleh pancingan yang berani
ketiga orang budak tersebut, bukankah kejadian ini akan
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang
memalukan?" Ui Pangcu segera tertawa.
''Lote, kalau toh sudah tidak terbelenggu oleh peraturan
perguruan Bu khek Bun dan mengapa pula kau harus
menguatirkan baginya"'.
"'Lo pangcu, agaknya kau sama sekali ti-dak merasa
kuatir akan persoalan ini?"
'Kuatirpun apa gunanya". Dalam kenyataan, cara
kerjanya sudah merupakan suatu tindakan yang baik, Pek
lote, seandainya Tiong It ki belum tertolong sekarang,
dapatkah Bu khek bun menerima permintaan dari ke tiga
orang perempuan itu?"
''Soal ini.. . soal ini...'
Sambil tertawa Ui pangcu segera berkata:
" Aku percaya, Bu khek bun pasti akan menyetujui
permintaannya, waktu itu Bu- khek bun sudah pasti bukan
memikul suatu beban yang berat sekali ...."
"Tapi Cu Siau hong telah meluluskannya itu berarti
kamipun tak dapat menampiknya lagi.
''Paling tidak, dalam perasaan kalian tak akan terdapat
beban terlampau berat"
"Maksud pangcu.."
"Maksud lohu, bila Cu Siau hong bisa bertindak bijaksana
tanpa mempersoalkan hal-hal yang kecil....''.
Mendadak ia berhenti berbicara, wajahnya berubah
menjadi amat serius, pelan-pelan lanjutnya:
''Pek lote, semenjak pena wasiat muncul dalam dunia
persilatan, sudah banyak manusia munafik yang dibongkar
kedoknya sehingga ketenangan yang meliputi dunia
persilatan selama ini boleh dibilang merupakan pemberian
dari pada wasiat, tapi keadilan meningkat satu depa,
kejahatan meningkat satu tombak, sekalipun pena wasiat
berhasil membongkar kedok kemunafikan se-mentara
orang, namun hal itu justru telah mendesak pula kaum
laknat dan manusia keji itu untuk menyembunyikan dirinya
semakin rapat, dari laporan Tiang kim dapat kuketahui
semua kejadian dalam kebun raya Ban hoa wan, kekuatan
serta pengaruh yang begitu besarnya tak mungkin bisa
terbentuk dalam satu hari saja, apalagi sudah puluhan
tahunan dalam dunia persilatan dalam ketenangan mustahil
secara tiba-tiba bisa masuk sekelompok kekuatan yang
demikian besarnya, oleh sebab itu menurut pendapat lohu,
sudah pasti kelompok kekuatan itu telah dibina banyak
tahun, cuma tindak tanduk mereka terlampau rahasia dan
gerak geriknya a-mat misterius sehingga sulit buat orang
lain untuk menduga asal usulnya "
''Benar juga perkataanmu itu, misalnya saja Keng Ji
kongcu itu bukan cuma ilmu silatnya saja yang sangat lihay,
pengetahuan nya pun luas sekali, agaknya ilmu silat yang
dipelajarinya berasal dari satu aliran yang sama ..... .
"Nah itulah suatu titik kelemahan" sela Ui pangcu.
Pelan pelan ia bangkit berdiri, kemudian melanjutkan:
''Pek lote, kau boleh pergi, berhubung masalahnya
terlampau besar, mungkin soal ini tak bisa dibicarakan
sampai jelas dalam dua tiga patah kata saja. Kitapun tak
usah menduga-duga yang tidak-tidak, malam sudah larut,
silahkan Pek lote kembali ke kamar un-tuk beristirahat"
Persoalan itu memang terlampau berat dan besar, Pek
Bwe sendiripun tahu kalau persoalan ini tak mungkin bisa
dibicarakan lebih jauh, maka ia lantas beranjak dan mohon
diri. . Dia tidak segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat,
melainkan berbelok menuju ke kamar tidurnya Cu siau
hong. Cahaya lampu menerangi ruangan itu, sambil bertopang
dagu Cu Siau hong sedang memandangi sinar lentera itu
dengan termangu: Ketika mendengar suara langkah mendekat Cu Siau hong
baru mendongakkan kepalanya, jelas perasaannya sangat
berat dan gundah sehingga dia memusatkan perhatiannya
ke satu arah sambil mengulapkan tangannya, Pek Bwe
menegur: "Nak, kau belum tidur?"
Cu Siau hong bangkit berdiri dan mengambilkan secawan
air teh untuk Pek Bwe, setelah itu katanya dengan lirih:
"Boanpwe sedang memikirkan beberapa persoalan!''
"Apa yang kau pikirkan"..
`Aaaai... boanpwe masih muda dan tak tahu urusan,
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setelah kululuskan permintaan Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Botian
untuk membawanya keluar dari kebun raya Ban hoa
wan, sekarang aku tak tahu bagaimana caranya untuk
menempatkan me-reka" '
Setelah memperoleh petunjuk dari Ui pangcu, pikiran dan
cara berpandangan dari Pek Bwe jauh lebih terbuka. sambil
tertawa katanya. 'Kenapa" Jika belum tahu bagaimana ca-ranya untuk
menyelesaikan persoalan mereka, kenapa kau meluluskan
permintaan nya"' "Waktu itu boanpwe hanya bertujuan untuk menolong It
ki sute, sekalipun mereka ajukan syarat yang lebih tinggi,
aku tetap akan meluluskannya tak kusangka. . ."
"Tak kau sangka kalau akhirnya akan mendatangkan
banyak kesulitan bagimu?" sam-bung Pek Bwe.
''Saat ini boanpwe sedang mengawali kesulitan tersebut"
"Coba katakan agak jelas kesulitan maceam apakah yang
sedang kau alami sekarang'
"Boanpwe merasa masih banyak urusan yang harus
segera diselesaikan, akan tetapi aku tak tahu harus
menitipkan ketiga orang budak itu dimana?"
"Bukankah Tang ciangbunjin telah setuju untuk
menerima mereka sebagai anggota Bu-khek bun.
"Telah boanpwe pikirkan hal ini, tapi aku rasa tindakan
tersebut kurang baik"
Diam-diam Pek Bwee berpikir:
"Bagaimanapun juga, bocah ini sudah banyak membaca
buku, kecerdikannya memang jauh melebihi orang lain"
Tapi diluar, sengaja dia bertanya:
"Bagian manakah yang kau rasakan kurang baik?"
'Mereka bertiga adalah orang-orang yang sering kali
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pamor
mereka kurang baik, jika dibiarkan berada dalam Bu khek
bun, aku kuatir sikap mereka kurang baik, aai....! Tang
ciang bunjin terlalu serius dan sukar bergaul dengan
mereka, apalagi mereka pun mempunyai banyak permainan
busuk, takutnya tindak tanduk mereka akan menimbulkan
banyak kejadian yang tak di inginkan"
''Betul juga perkataanmu itu" ucap Pek Bwee,
"bagaimana pun juga ke tiga orang budak itu merupakan
manusia-manusia cabul yang sudah termashur dalam dunia
persilatan, padahal ciangbun suhengmu terlampau jujur dan
polos, memang agak susah baginya untuk menghadapi
mereka" "Itulah sebabnya boanpwe merasa kuatir sekali"
"Siau hong, aku dapat melihatnya." termasuk si
pengemis tua Tan Tiang kim, tampaknya ketiga orang
dayang itu hanya mengagumi kau seorang, oleh sebab itu
hanya kau saja yang dapat membawa serta mereka bertiga,
ilmu silat yang dimiliki ketiga orang budak itu rata-rata
hebat sekali, orangnya juga amat cerdas dan cekatan, bila
kau sertakan mereka disisimu, jelas sudah mereka
merupakan pembantu-pembantu yang bisa diandalkan, bila
dikemudian hari watak mereka bisa dirubah, siapa tahu
kalau mereka bertiga dapat berubah menjadi orang-orang
yang berguna?" " Aaai . . . loya cu, boanpwe pun berpikir demikian, tapi
selama aku lagi menyelesaikan persoalan, kalau bisa
kulakukan seorang diri, sebab membawa serta mereka
sungguh merupakan suatu beban bagiku"
Pek Bwe segera tertawa. "Disinilah letak kesulitannya, kau telah meluluskan
permintaan orang, tentunya kau tak akan lepas tangan dan
tidak mengurusinya lagi bukan?" demikian katanya.
Cu Sung hong termenung dan berpikir sebentar,
kemudian sahutnya: ''Loya cu, Siau hong telah berhasil menemukan dua
tempat yang bisa digunakan untuk menampung mereka,
cuma saja, aku masih memerlukan bantuan dari loya cu"
''Aku bisa membantumu" Coba katakan"
'Kay pang adalah suatu organisasi yang amat besar,
tentunya tak menjadi soal bu-kan bila ditambah lagi dengan
beberapa o-rang murid" Apalagi peraturan perkumpulan itu
sangat ketat, mereka pasti tak akan berani melanggarnya
secara gegabah" "Cara ini memang cukup bagus, sayang mereka adalah
perempuan, selamanya pihak Kay pang tidak menerima
anggota perem-puan" "Bagaimana dengan perkumpulan Pay kau?"
"'Pay kau" Waah.... aku si orang tua tak punya akal"
"Loyacu kau orang tua ........."
Buru-buru Pek Bwe menggoyangkan ta-ngannya
berulangkali sambil berseru keras.
"Siau hong, tak usah mengenakan topi kebesaran
kepadaku, loya-cu tak suka menggunakan topi semacam
itu" "Loya cu, apakah kau benar-benar tidak mau
mengurusinya"'' kata Cu Siau hong kemudian sambil
tertawa getir. "Mengurusi" Bagaimana cara mengurusi-nya" Kalau
menghadapi persoalan macam be-gini mah aku benar-benar
tidak mempunyai kepandaian untuk mencampurinya"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Padahal, untuk melepaskan keleningan paling tepat
kalau orang yang memasang keleningan itu sendiri, kalau
toh kau telah mengundang datang ketiga orang dayang itu..
maka sudah seharusnya kau sendiri yang mencari akal
untuk menyelesaikannya, aku rasa lebih baik biarkan saja
mereka turut serta disampingmu'
Cu Siau bong segera menghela napas panjang.
'Aaai... seandainya kalau memang tiada cara lain,
terpaksa aku musti berbuat demikian" katanya.
"Bila kau dapat memahaminya, ini lebih baik.
Sesudah mendehem beberapa kali, sambungnya lebih
jauh: "Siau hong semua perkataanmu telah selesai kau
ucapkan ...sekarang giliran aku si orang tua yang hendak
menanyakan beberapa persoalan kepadamu. ..
"'Boanpwe telah siap untuk mendengarkannya."
"Entah siapa dan macam apakah orang yang mati dalam
perkampungan Ing gwat san ceng menjelang datangnya
penyerbuan ditengah malam itu aku rasa sudah pasti tak
banyak orang yang mengetahuinya bukan?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Sebetulnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang
tidak menarik perhatian o-rang, tapi seandainya sampai
tersiar keluar sudah pasti peristiwa ini akan menggemparkan
seluruh dunia persilatan" kata Pek Bwe kembali.
'Ucapan loyacu memang benar''
"Hal-hal yang maha penting dalam persoalan ini justru
terletak disinilah, coba kau pikirkan, seandainya hal ini
ditanyakan ke pada orang lain, mungkinkah ... ... . '
Cu Siau hong segera menghela napas panjang tukasnya:
"Dibalik kejadian ini terdapat banyak hal yang amat
mencurigakan, boanpwe telah bertekad untuk
memeriksanya sampai jelas!'
"Kalau begitu pergilah"
"Baik. . . seandainya persis seperti apa yang loya cu
katakan, maka dalam peristiwa ini paling tidak kalau jangan
sampai diketahui orang yang terlalu banyak"
"Perlukah persoalan ini kita beritahukan kepada Ui lo
pangcu?" "Soal ini, biarlah kau orang tua yang menentukan."
Pek Bwe lantas manggut-manggut.
"Baik Siau hong, kau bersiap-siap kapan baru
berangkat?" `Besok malam." Pek Bwe termenung lagi sejenak, kemudian bertanya
lebih jauh: "Siau hong, apakah kurang leluasa kalau dilakukan
ditengah hari bolong.... "Boanpwe akan tiba disitu sebelum hari gelap dan turun
tangan menjelang kentongan pertama, aai.. untung saja
boanpwe sudah mendapat perintah dari mendiang suhu untuk
tidak terikat oleh peraturan perguruan Bu khek bun,
andaikata aku masih terhitung murid Bu khek bun, sudah
pasti banyak ge-rak gerikku yang dibatasi oleh peraturan
perguruan" "Disinilah terletak kebijaksanaan serta ketelitian Leng
kang dalam berpikir, juga berarti kepercayaannya yang
amat besar terhadap dirimu, sehingga kau diberi
kesempatan untuk bertindak dengan leluasa"
"Boanpwe merasa amat tarharu dan berte-rima kasih
sekali atas kebijaksanaan mendiang suhu, setelah beliau
memberi kesempatan yang begini baik kepadaku, sudah
sepan-tasnya bila boanpwe mempergu-nakannya sedapat
mungkin. . .' Pek Bwe tertawa. "Siau hong, beristirahatlah sebentar", katanya kemudian.
"besok, kau masih ada uru-san yang harus segera
diselesaikan" Keesokan harinya, Cu Siau hong mengundang datang Lik
Hoo, Ui Bwe serta Ang Bo--tan, kemudian pelan-pelan dia
berkata: "Sekarang, kita akan menentukan suatu persoalan yang
sangat penting artinya"
"Persoalan apakah itu?" tanya Liok Hoo dengan wajah
tertegun dan tidak habis me-ngerti.
"Sekarang, kalian harus menentukan apa-kah masih
ingin mengikuti diriku atau tidak?"
Dengan cepat Lik Hoo manggut-manggut.
"Tentu saja kami masih akan terus me-ngikuti Cu
kongcu" sahutnya segera.
"Boleh saja bila kalian ingin mengikutiku, cuma
sebelumnya aku hendak membicara-kan beberapa buah
syarat dengan kalian?"
'Syarat apa?" ''Pertama, kalian harus bertobat serta tak boleh
melakukan perbuatan yang melanggar hukum serta adat
istiadat lagi." "Soal ini, kami pasti akan berusaha untuk, menurutinya"
"Kedua, aku adalah seorang yang suka sekali mencari
urusan, selama kalian mengikutiku, sudah pasti akan ada
banyak kesulitan dan penderitaan yang akan kalian
rasakan" "Kami bersedia mengikuti kongcu, sekali pun harus mati
juga tidak menyesal"
"Persoalan ketiga, merupakan persoalan yang mungkin
sulit untuk kalian kerjakan"
"Persoalan apakah itu" Harap kongcu katakan"
"Menjaga diri, hubungan kalian denganku tak lebih hanya
hubungan dayang, aku harap kalian dapat menjaga diri
kalian sebagai seorang budak, dan jangan melakukan halhal
yang kelewat batas!' Ui Bwe segera tertawa, katanya:
"Tentang persoalan ini kami sudah cukup memahami,
kami akan mengikuti kongcu, melayani kongcu serta
mengurusi soal makanan dan pakaian bagi kongcu"
"Kecuali itu, kalian dilarang membunuh orang secara
sembarangan" kata Cu Siau hong menambahkan.
"Baik!' Cu Siau hong segera tertawa, kembali dia berkata:
"Padahal kalianpun tak usah mengikuti aku mencari
kesengsaraan, kami bisa men-carikan suatu tempat yang
nyaman untuk kalian bertiga tempati . . . "
'Apakah kongcu sudah tidak maui kami lagi?" tanya Ang
Bo tan tiba-tiba. "Itu sih tidak, aku hanya merasa kalian berhak untuk
menentukan pilihan" "Tak usah" tampik Lik Hoo, "Kami su-dah memilih untuk
mengikuti kongcu, sam-pai mati kami akan tetap
mendampingimu dan keputusan ini tak pernah akan
berubah lagi" "Baiklah, sewaktu masih dirumah dulu aku pernah
memakai dayang, aku adalah orang yang pandai sekali
mempergunakan dayang."
"Bagus sekali, kami tiga bersaudara pernah melakukan
banyak pekerjaan namun belum pernah menjadi dayang
orang, maka kami sangat berharap bisa sungguh-sungguh
menjadi seorang budak yang sesungguhnya"
Cu Siau hong tertawa. "Kalian jangan terburu gembira dulu" ka-tanya, "Bila
kalian sudah menjadi dayangku nanti, kalian pasti akan
mengatakan bahwa aku adalah seorang lelaki yang amat
sukar dilayani, apalagi soal makanan, aku bisa banyak
bicara" "Kongcu soal semacam itu tak perlu kau kuatirkan lagi,
kami tiga bersaudara pernah belajar memasak selama
beberapa hari, asal mau bersungguh-sungguh, masakan
kami ti-dak terhitung terlalu jelek"
"Diam-diam Cu Siau hong lantas berpikir.
"Tampaknya ketiga orang dayang ini su-dah bertekad
untuk mengikuti diriku terus"
Berpikir demikian, dia. lantas berkata.
''Kalian tak perlu masuk menjadi anggo-ta Bu khek bun
lagi, ikuti saja diriku pribadi!"
Ang Bo tan segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Sejak meninggalkan tempat itu dulu, budak sekalian
memang telah bertekad untuk -turut serta bersama Kongcu
sungguh tak di-sangka apa yang kami harapkan akhirnya
tercapai juga . " "Hari ini, aku hendak meninggalkan kota Siang yang
sementara waktu untuk menyelesaikan suatu persoalan......
"Apakah akan membawa serta kami bertiga?" Lik Hoo
segera bertanya. "Justru karena kurang leluasa untuk membawa serta
kalian bertiga maka aku harap kalian mau tinggal dulu
disini..." "Baik, cuma sampai kapan kongcu baru akan kembali?"
"Paling cepat malam nanti juga sudah kembali, atau
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
paling lambat besok tengah hari"
"Hanya sehari?"
"Benar tempat ini merupakan markas sementara
perkumpulan Kay pang, keamanannya terjamin, cuma
selama tinggal disini, ada baiknya bila kalian bertindak lebih
berhati-hati lagi ........"
"Hati-hati soal apa lagi?" Sela Lik Hoo, "tempat ini toh
sudah aman dari gangguan, kami harus berhati-hati
terhadap soal apa-lagi?"
"Hati-hati dengan tingkah laku kalian sendiri jangan
sampai menerbitkan lelucon yang tak lucu"
Paras muka Lik Hoo kontan saja berubah menjadi merah
padam lantaran jengah, katanya:
"Tak usah kuatir kongcu, kami pasti tak akan membuat
kongcu kehilangan muka, mulai sekarang kami semua akan
menjadi seorang perempuan yang bersih dan jujur"
''Semoga saja demikian . . ."
Setelah berhenti sejenak, dan melanjutkan.
"Kalian boleh bersiap-siap sekarang, ha-ri ini aku ingin
bersantap siang yang le-zat dan penuh kenikmatan, setelah
itu baru keluar rumah untuk manyelesaikan urusan`
Tiga orang perempuan itu saling berpan-dangan sambil
tertawa kemudian bersama-sama mengundurkan diri dari
situ, betul juga mereka turun kedapur untuk
mempersiapkan hidangan. Koki yang memasak nasi menjadi bingung menyaksikan
tiga orang nona besar yang cantik jelita mendadak
menyerbu masuk, lalu yang memasang api yang mencuci
sayur mereka bertiga tanpa menggubris pandangan
keheranan orang dan turun tangan sendiri.
Jangan dilihat ketiga orang itu adalah perempuanperempuan
jalang yang telah termashur namanya dalam
dunia persilatan, namun kepandaian mereka membuat
sayur ternyata luar biasa sekali.
Mendekati tengah hari, mereka telah mempersiapkan
delapan macam hidangan yang amat lezat. Yang mengeluh
justru sang kokinya, sebab bahan masakan yang dipilih
tiga'orang perempuan itu hanya bagian-bagian yang paling
baik, seperti misalnya untuk sawi, mereka hanya
mengambil sedikit ay-sim nya saja. sedang sisanya di
tinggal dengan begitu saja.
Cu Siau hong mencicipi ke delapan macam masakan itu
satu per satu, lalu sambil tertawa katanya:
"Kepandaian memasak kalian bertiga sungguh luar biasa
sekali" "Aaah, sudah lama kami tak pernah turun ke dapur,
rasanya tangan masih rada kaku, kongcu ...."
Cepat-cepat Cu Siau hong mengulapkan tangannya
seraya berkata: "Aku hanya berkata masih lumayan juga, tidak terhitung
sangat baik, hanya cukup soal makan saja, entah berapa
banyak tenaga dan pikiran yang telah kalian buang?"
"Kongcu, bumbu yang tersedia didapur tidak komplit''
kata Ui Bwe dengan cepat, "coba kalau kami diberi
kesempatan untuk berbelanja sendiri, mungkin masakannya
akan jauh lebin baik"
"Aaah, kita kan hidup bersama-sama, masalah itu sih tak
usah diributkan, apalagi aku hanya ingin mencoba
kepandaian memasak kalian saja, hidup sebagai manusia di
dunia ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,
ambil contohnya saja seperti masak memasak, sekalipun
kelihatannya gampang sesungguhnya bukan suatu
pekerjaan yang enteng, aku rasa dengan diambil contoh ini,
tentunya kalian bisa memikirkan juga masalah-masalah
yang lain bukan. . ."
Lik Hoo segara menghela napas panjang, selanya:
"Budak sekalian dapat memahami maksud hati kongcu,
kau suruh kami belajar hidup sebagai manusia yang wajar,
menjadi seorang perempuan yang benar dan sewajarnya"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Bila kalian sudah memahaminya, hal ini lebih baik lagi"
ucapnya kemudian. "Kongcu, kami berlatih silat apakah termasuk juga suatu
perbuatan yang benar"'' tanya Lik Hoo.
"Tentu saja perbuatan yang benar" cepat-cepat Ang Bo
tan berseru, mulai sekarang kita akan selalu mengikuti
kongcu untuk berkelana dalam dunia persilatan, itu berarti
kesempatan untuk bertarung melawan orang pasti akan
selalu muncul, bila kepandaian silat kita tak becus, bukan
saja mendatangkan kekuatiran bagi kongcu saja, malah
kemungkinan besar justru akan merepotkan dirinya''
"Kongcu, perkataan dari sam moy ada betulnya juga,
tapi bila tiada orang yang memberi petunjuk kepada kami,
rasanya agak sulit bagi kami untuk memperoleh kemajuan''
"Oooh. . . kalian bermaksud hendak meminta petunjuk
beberapa jurus silat dariku"
Lik Hoo segera mengangguk.
"Benar, budak sekalipun memang bermaksud demikian"
"Baik, ilmu silat apakah yang ingin kalian pelajari?"
"Kalau bisa budak sekalian ingin mempe-lajari sedikit
kepandaian untuk perkelahian bersama, kalau bisa ilmu silat
kami bertiga digabungkan menjadi satu dan meleburnya
hingga tercipta suatu kerja sama yang kuat bagi kami
bertiga" "Baik, bila aku telah selesai dengan pe-kerjaanku nanti,
kalian boleh memperlihat-kan kepandaian silat yang kalian
miliki, kemudian akan kucoba memikirkan kepandaian
macam apa yang harus kuwariskan agar kalian bisa bekerja
sama dalam menghadapi lawan."
"Terima kasih banyak kongcu''
"Kongcu, kali ini kami tak dapat mengiringi kongcu,
harap kau bisa baik-baik menjaga diri" bisik Ang Bo-tan
kemudian dengan suara lirih..
Nada ucapan tersebut penuh disertai de-ngan perasaan
kuatir dan perhatian yang sangat besar.
'"Ehmm....!" Cu Siau hong manggut-mang-gut.
"Budak sekalian pasti akan mempersiap-kan sayur dan
arak untuk menantikan kedatanganmu"
'Aku mengerti." kembali anak muda itu tertawa.
Dia lantas beranjak seraya menambahkan.
"Nah sekarang aku hendak pergi, bagaimana menjaga
diri kalian sendiri terserah pada kebijaksanaan kalian
bertiga, kalau bisa tanamkan dahulu kesan baik orang lain
terhadap kalian" Selesai berpesan dengan langkah lebar dia dantas berlalu
dari tempat itu. Sebuah topi yang besar dan berat menutupi hampir
sebagian besar wajah asli Cu Siau hong, dia sedang
berangkat menuju ke per-kampungan Ing gwat san ceng.
Walaupun dia berjalan dengan amat ter-gesa-gesa
namun sepasang matanya selalu mengawasi setiap
perubahan disepanjang jalan.
Untung saja dia belum menemukan orang-orang yang
mencurigakan. Cu Siau hong tidak langsung menuju ke perkampungan
Ing gwat san ceng, dia merangkak naik dulu ke atas
sebatang pohon besar, kemudian diamatinya tempat yang
sudah ditinggali selama setahun itu dari kejauhan,
Gedung Megah yang semula berpeman-dangan alam
indah serta penuh diselingi gelak tertawa riang itu kini telah
berubah menjadi hening, sepi dan tinggal puing-puing yang
berserakan! Hanya beberapa bulan yang singkat, di dalam halaman
telah tumbuk semak belukar yang lebat, memenuhi setiap
ruang kosong diantara tembok yang roboh dan tiang yang
patah. -ooo0ooo- BAGIAN 27 PEMUDA ini memang seorang yang bernyali besar,
berotak cerdas dan amat teliti, walaupun dia ingin sekali
mendatangi ruang tengah untuk berziarah didepan makam
sementara gurunya, namun dia paham, tindakan semacam
itu kemungkinan besar akan mendatangkan banyak
kesulitan bagi nya. Itulah sebabnya ia tetap bersabar diri.
Diapun cukup memahami, maksud kedatangannya
kemari adalah untuk membuktikan suatu persoalan yang
amat penting. Diam-diam dia lantas merosot turun dari atas pohon dan
mencari kuburan baru dari Lo liok si tukang kuda itu.
Diatas kuburan itu telah tumbuh rumput-rumputan hijau.
Sebuah batu nisan yang semula menghiasi pusara
tersebut kini sudah lenyap tak berbekas.
Waktu itu mata hari senja sedang memancarkan sinarnya
dengan indah, dikejauhan sana tampak petani dan pencari
kayu se-dang membawa cangkul dan kayu bakar berjalan
pulang ke rumahnya masing-masing'
Tempat ini merupakan suatu tempat yang sepi dan
terpencil, Cu Siau hong segera duduk dan memandang
awan di angkasa dengan termangu.
Bagi Cu Siau hong, hal ini benar-benar merupakan suatu
keputusan yang amat sulit untuk ditentukan.
Sebab untuk membuktikan mati hidupnya Lo Liok, dia
harus menggali kuburan dan membuka peti mati untuk
membuktikannya. Burung-burung mulai beterbangan kembali ke
sarangnya, kegelapan malam pun mulai menyelimuti
seluruh angkasa. Suasana sekeliling tempat itu mulai diliputi keheningan,
keheningan yang membawa keseraman dan kengerian.
Sekarang kentongan pertama sudah lewat namun Cu
Siau hong belum juga mengambil keputusan apakah harus
menggali kuburan membuka peti mati atau jangan, dia tak
tahu bagaimana baiknya, tapi yang pasti harus
membuktikan mati hidupnya Lo Liok, apakah dia telah mati
benar atau hanya ber pura-pura saja.
Pekikan burung malam berkumandang dari kejauhan
memecahkan keheningan malam dan menyadarkan kembali
Cu Siau hong dari lamunannya.
Pelan-pelan dia menggeserkan kakinya mendekati pusara
itu, kemudian berlutut dan menyembah tiga kali.
"Locianpwe" doanya dengan suara dalam "maafkan
kelancangan boanpwe, maafkan perbuatanku yang akan
mengusik jenasah kau orang tua, tapi persoalan ini amat
penting, boanpwe harus memeriksanya dengan seksama."
"Aaaai.... locianpwe, boanpwe telah berpikir tiga kali,
boanpwe merasa kemungkinan kau orang tua berada dalam
kuburan amat kecil, itulah sebabnya aku memberanikan diri
untuk melakukan kesemua ini ....."
Selesai berdoa ia lantas mulai turun tangan menggali
kembali kuburan baru itu.
Gundukan kuburan tanah tersebut memang gundukan
tanah yang baru, maka tak lama kemudian peti mati
tersebut telah terlihat. Itulah sebuah peti mati yang berkayu tipis Cu Siau hong
masih ingat amat jelas setelah menjumpai peti itu maka dia
yakin kalau ti-dak salah tempat.
Ketika peti mati itu dibuka, benar juga di sana tidak
dijumpai sesosok bayangan manusiapun.
Dibawah cahaya bintang yang redup ha-nya tampak
selembar kain putih yang terlipat rapi dalam peti tadi.
Cu Siau hong segera mengambil kain putih itu dan
dibuka lipatannya. ternyata di-dalamnya bertulisan empat
bait tulisan yang mirip sebuah syair.
"Aku datang dari tempatku datang,
Aku pergi ke tempatku pergi.
Tiada aku didunia ini. Apa artinya mencari bukti?"
Untung Cu Siau hong memiliki tenaga da-lam yang amat
sempurna sehingga ketajaman matanyapun luar biasa,
walaupun tulisan kertas itu tidak jelas, namun dia masih
dapat membacanya dengan teramat jelas.
Mendadak terdengar suara helaan napas berkumandang
memecahkan keheningan, kemudian kedengaran seseorang
menegur: ''Cu kongcu, apa yang tertulis diatas ka-in itu?"
Datangnya teguran tersebut sama sekali tidak diluar
dugaan Cu Siau hong, oleh sebab itu diapun sama sekali
tidak terkejut atau keheranan, pelan-pelan dia membalikkan
ba-dan seraya menengadah.
Tampak Ui lo pangcu dari Kay pang dengan jubah
panjangnya berkibar terhembus angin sedang berdiri satu
kaki dihadapannya. Dibelakang pengemis tua itu tampak Pek Bwe.
Dengan cepat dia maju ke depan, kemudi-an pelan-pelan
mengangsurkan kain putih itu kedepan..
Apakah cianpwe berdua baru tiba" te-gurnya ..
"Kami telah datang cukup lama" sahut Pek Bwe.
''Karena kami saksikan sauhiap sedang termenung dan
sukar mengambil keputusan, maka selama itupun kami
tidak mengganggu.' Ucap Ui Lo-pangcu pula.
"Mayatnya telah hilang, yang tertinggal hanya tulisan ini
saja" kata Cu Siau hong kemudian.
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Tampaknya dia telah menduga kalau kau akan datang
lagi untuk mencari bukti"
Cu Siau hong tidak berkata apa-apa, dia berpaling
kemudian mendekati peti mati itu, menutupnya kembali dan
dipendam ketempat semula.
Pek Bwe berkata. "Kalau begitu, si kacung kuda Lo Liok besar kemungkinan
adalah penjelmaan dari Pena Wasiat"
"Pek lote dewasa ini kita belum menemukan bukti yang
jelas, lebih baik jangan mengucapkan kata-kata yang
mengandung ke-putusan" sela Ui lo pangcu cepat.
''Yaa, ucapan lo pangcu memang ada benarnya juga"
Ui Lo pangcu lantas berpaling kembali ke arah Cu Siau
hong, setelah itu katanya:
"Cu kongcu, hari ini kita telah mengetahui akan satu hal,
yakni si tukang kuda Lo- Liok sesungguhnya bukan seorang
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
manusia biasa' "Lo pangcu, bila si tukang kuda Lo liok bukan si pena
wasiat, lantas siapa pula diri-nya itu?" seru Pek Bwe.
"Sulit untuk dikatakan, mungkin saja dia adalah si Pena
wasiat, tapi kemungkinan juga bukan. . .'
Pek Bwe berpaling dan memandang sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian ujarnya lebih lanjut:
"Kini malam sudah kelam dan suasana amat hening,
ijinkan aku untuk berbicara terus terang, seandainya orang
itu bukan si Pena wasiat, lantas siapakah dia?"
"Hampir sembilan puluh persen orang-orang kenamaan
yang berada dalam dunia persilatan pada enam puluh tahun
belakangan ini pernah kujumpai diantaranya hanya dua
orang saja yang belum pernah kutemui"
"Siapakah mereka?"
"Yang seorang adalah Ban Ci cu, sedang yang lain adalah
Pena wasiat" Rupanya Pek Bwe ada maksud untuk menggunakan
kesempatan pada malam ini guna menambah pengetahuan
Cu Siau hong dalam memahami seluk beluk tentang dunia
persilatan, selain daripada itu juga memberi kisikan kepada
Cu Siau hong agar mendengarkan nya dengan seksama.
Maka sambil memberi hormat, dia lantas berkata:
"Pengetahuan dari pangcu amat luas, tentunya kau
mengetahui bukan hal-hal tentang Ban Ci cu serta pena
wasiat tersebut" Ui lo pangcu segera tertawa.
"Selama tiga puluh tahun belakangan ini aku si pengemis
tua sudah jarang sekali banyak berbicara, agaknya niatku
untuk berbicara telah kau pancing pada malam ini''.
Lo pangcu mempunyai kedudukan yang sangat terhormat
didalam dunia persilatan, setiap anggota Kay pang juga
menaruh hormat yang luar biasa kepadamu, ada banyak hal
tidak berani terlalu merepotkan diri pangcu bila boanpwe
banyak berbicara..' Ui lo pangcu segera tertawa, dia mengangkat tangannya
mencegah Pek Bwe berkata lebih lanjut, kemudian selanya:
"Dalam dada aku si pengemis tua, terdapat banyak
persoalan yang hendak ku utarakan keluar, mungkin juga
inilah kesempatan terakhir bagiku untuk berbicara banyak"
'Kenapa lo pangcu harus berkata demikian" sela Pek
Bwe, ''kau berusia panjang, bertenaga dalam sempurna,
sekalipun harus hidup seratus tahun lagi juga mungkin tak
sulit" Ui pangcu segera tertawa. ''Lahir, dewasa, tua dan mati,
semuanya sudah merupakan garis kehidupan yang harus
dialami setiap manusia, sedang kata-kata dewa tiada
buktinya, sekalipun kenyataan memang begitu juga bukan
kita manusia biasa yang dapat mengalaminya, tahun ini aku
sudah berusia seratus tahun lebih, padahal jarang sekali
ada orang yang bisa hidup setua ini, berarti Thian telah
berbaik kepadaku, jika aku masih juga tak puas, bukankah
hal ini keterlaluan namanya?"
Tidak membiarkan Pek Bwee menimbrung, Ui pangcu
berkata lebih jauh. "'Walaupun umat persilatan tidak tahu siapakah pena
wasiat itu, namun menurut penilaian dari aku si pengemis
tua, sudah pasti mereka merupakan jago-jago kenamaan
dalam dunia persilatan, malah mungkin saja salah seorang
diantara mereka pernah bersua muka dengan aku
sipengemis tua" "Kalau begitu, lo pangcu sudah tahu akan asal usul
mereka?" Ui pangcu tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya
kembali berpesan: "Apa yang kita bicarakan hari ini hanya boleh keluar dari
mulutku dan masuk ketelinga kalian berdua, jangan sekalikali
sampai tersiar kemana-mana''
Dengan hormat Pek Bwee dan Cu Siau hong segera
menyahut: "Soal ini tak usah pangcu kuatirkan, sete-lah mendengar
perkatannya itu kami hanya akan mengingatkannya dihati
dan tak akan disiarkan kembali kepada siapapun"
''Aku si pengemis tua bukan meminta kepada kalian
untuk membungkam dalam seribu bahasa, cuma masalah
ini besar sekali pe-ngaruhnya, sepatah kata salah berbicara
bisa berakibat datangnya bencana pembunuhan diri sendiri,
siapa tahu malah akan menerbitkan badai besar dalam
dunia persilatan, a-ku sebagai ketua dari Kay pang lebihlebih
tak boleh sembarangan berbicara, itulah se-babnya
apa yang kalian dengar nanti, harap dicatat saja didalam
hati, tentang sampai kapan perkataan ini baru boleh
dibicarakan kembali, terserah kepada kebijaksanaan dari
kalian sendiri' Pek Bwe mengerti, sebenarnya perkataan tersebut
hendak dibicarakan, namun berhubung hal ini menyangkut
suatu keadaan yang amat besar, apalagi diapun seorang
pangcu dari Kay pang, maka jadinya kurang lelua-sa untuk
membicarakan persoalan itu, sebab dia kuatir akan
mendatangkan banyak kesulitan bagi Kay-pang, itulah
sebabnya dia tetap berusaha untuk menahan diri.
Setelah memahamt liku-likunya persoalan, dengan wajah
serius Pek Bwe segera me-ngangguk.
"Aku mengerti, silahkan lo pangcu mem-bicarakannya!"
ia berkata. Ui pangcu pelan-pelan mengangguk, kemudian ujarnya:
"Aku si pengemis tua juga sulit untuk menunjukkan
siapakah pena wasiat itu, tapi aku sudah mempunyai suatu
lingkungan yang terbatas sekali, yakni satu diantara tiga lima
orang saja" "Kalau begitu, pena wasiat tak bisa dikatakan amat
misterius sekali bukan?" kata Cu Siau hong.
"Bukannya tidak misterius, cuma dia mempunyai
semacam garis kontak yang dapat ditelusuri, berbicara soal
misterius Ban Ci cu berpuluh-puluh kali lipat lebih misterius
dari pena wasiat" . "Manusia macam apa sih Ban Ci cu itu?" sela Cu siau
hong lagi. ''Mungkin tiada seorang manusiapun yang tahu macam
apakah dirinya itu" Kitab senjata tajam yang dibuatnya tak lebih hanya
menunjukkan pengetahuannya yang sangat luas' ucap Pek
Bwe, "masakah manusia semacam inipun bisa mendatangkan
mara bahaya bagi dunia persilatan?"
"Catatan senjata tajam hasil karya Ban Ci cu yang
tersebar dalam dunia persilatan dewasa ini tak lebih hanya
petikan atau risalahnya belaka, Pek lote pernah melihatnya
?" 'Aku pernah melihatnya, tapi bagian yang penyebarannya
paling luas dalam dunia persilatan adalah bagian yang
membicarakan soal pedang''
'Setelah kau baca risalah tentang pedang, perasaan apa
yang kau dapatkan..."''
"Aku merasa bahwa penilaian serta penerangannya amat
jelas walaupun tak bisa dikatakan berupa sebuah kitab
pusaka ilmu silat, namun diantara perubahan-perubahan
jurus pedang yang dibahasnya, banyak terdapat
keistimewaan dan kehebatan-kehebatan yang menonjol"
Berapa banyakkah risalah-risalah dari kitab senjata
tajam karya Ban Ci cu yang tersebar dalam dunia
persilatan, mungkin tiada seorangpun yang tahu..."
"Konon terdiri dari tiga puluh enam buah risalah, delapan
belas bagian membicarakan delapan belas macam senjata,
tujuh belas bagian membicarakan soal senjata tajam aneh,
tapi yang paling penting hanya satu bagian yakni urutan
senjata tajam, bagian yang inilah baru merupakan inti dari
segenap isi kitab senjata tajam tersebut"
Sambil mengelus jenggotnya Ui pangcu tertawa,
katanya: "Pek lote, siapa yang pernah melihat daftar nama dari
kitab senjata tajam itu" Aku si pengemis tua sendiripun
harus mengorbankan waktu selama sepuluh tahun lamanya
untuk mengumpulkan sembilan bagian, empat bagian di
wilayah Kanglam, empat bagian lagi di wilayah Kangpak dan
satu bagian lagi berada di wilayah Lenglam, mungkin dari
tiga puluh enam bagian yang dikatakan orang, hanya
sembilan bagian saja yang terjatuh kedalam dunia
persilatan, mungkin hanya sembilan bagian itu saja yang
ada, aku benar-benar tak dapat menduga, masih ada siapa
lagi yang bisa mengumpulkan lebih banyak dari pada diriku"
"Soal ini . . .' 'Pek lote, mungkin kau masih belum begitu percaya
dengan perkataanku ini....."
''Ucapan lo pangcu lebih berat dari pada bukit Thay san,
siapa lagi yang berani tidak mempercayainya" tukas Pek
Bwe. .. "Pek lote, kenyataan tetap merupakan kenyataan,
kenyataan tak dapat dirubah kare-na pengaruh kekuasaan
yang dimiliki seseorang dua puluh tahun lamanya
kuperhatikan dengan seksama kemudian sepuluh tahun
kulakukan pelacakan dengan jumlah Kay pang yang begini
banyak serta tersebar dimana-mana, kami berhasil
mengumpulkan seratus tujuh belas bagian risalah dari kitab
senjata tajam karya Ban Ci cu, namun setelah dilakukan
penelitian yang seksama ternyata risalah yang lain hanya
merupakan pengu-langan belaka dari isi sembilan bagian
pokok utama, kemudian selama sepuluh tahun lagi aku si
pengemis tua selalu memperhatikan persoalan ini, alhasil
kami tidak berhbasil menemukan bagian lain kecuali sembilan
bagian itu" "Jadi kalau begitu . . . ."
Ui pangcu segera mengalihkan sorot mata nya ke wajah
Cu Siau hong, kemudian lanjutnya:
'Pena wasiat bukan terdiri dari satu orang, Ban Ci- cu
juga mungkin bukan cuma seorang saja'
"Locianpwe, kalau begitu pena wasiat dan Ban Ci cu
hanya merupakan dua julukan be-laka?"
'Yaa, hanya dua julukan belaka, dengan mata kepala
sendiri aku si pengemis tua menyaksikan kemunculan pena
wasiat didalam dunia persilatan, juga kulihat kitab senjata
tajam dari Ban Ci cu tersebar luas dalam dunia persilatan '
'Maksud locianpwe...' "Aku dapat menyaksikan kegunaan dari pena wasiat,
namun tak dapat menyaksikan kegunaan dari kitab senjata
tajam karya Ban Ci cu, menurut pendapatku, orang ini
cuma berlagak besar saja, tujuannya hanya mem-buat kitab
senjata tajam dan menyebarnya dalam dunia persilatan,
jadi maksud hati orang ini sampai sekarangpun sukar untuk
di jelaskan.!" "Locianpwe, setelah mendengar penjelasanmu ini,
bukankah dengan begitu kitab senjata tajam serta pena
wasiat merupakan titik kecurigaan yang sangat besar?"
"Paling tidak, tujuan pena wasiat sudah diketahui umum,
sedang tujuan kitab senjata tajam masih belum diketahui
orang, dan lagi kecerdasan orang ini tidak berada di bawah
pena wasiat, kitab senjata tajam telah menciptakan
semacam perasaan misterius bagi umat persilatan
sekarang, buktinya perguruan atau aliran mana saja yang
berhasil mendapatkan bagian risalah dari kitab itu, mereka
lantas menyimpan dan menyembunyikannya bagaikan
barang mestika saja'' ''Lo pangcu, aku dengar, pihak Siau lim -pay juga lagi
mengumpukan risalah-risalah dari kitab senjata tajam,
entah jumlah yang berhasil mereka kumpulkan itu telah
melampaui jumlah yang diperoleh Kay pang atau belum" '
"Belum, sudah kutanyakan hal ini kepada ketua Siau lim
pay, mereka hanya berha-sil mengumpulkan delapan
bagian" "Delapan bagian?"
''Bagian yang tersebar diwilayah Lenglam paling sedikit
jumlahnya, hal ini membuat bagian tersebut tidak mudah
untuk mengum-pulkannya' .
"Betul, walaupun Siau lim pay mempunyai kekuasaan
yang amat besar, namun berbicara soal jumlah anggota,
mereka masih kalah dibandingkan dengan Kay-pang'
"Sekarang aku telah berkeputusan untuk menyerahkan
kesembilan bagian risalah senjata tajam ini kepada Cu
kongcu!" Mendengar ucapan itu Cu Siau hong menjadi tertegun.
'"Locianpwe kau .....'
"Nak, aku bukan menyayangi dirimu, juga bukan ingin
menambahkan semacam tanggung jawab kepadamu, aku
hanya merasa bahwa kemungkinan besar kau mampu untuk
menyingkap tabir rahasia dibalik kesemuanya ini'' sambung
Ui Lo pangcu lebih lan-jut.
"'Tapi tanggung jawab ini terlampau besar"
Ui lo pangcu segera tertawa.
'Nak, apakah kau merasa agak takut'' tanyanya.
"Boanpwe hanya merasa tanggung jawab ini sangat
berat, aku kuatir tak dapat memenuhi apa yang locianpwe
harapkan" Ui lo pangcu segera tertawa hambar ujarnya:
"Cu kongcu, aku si pengemis tuapun tak akan
membiarkan kau memikul tangung jawab ini dengan sia-sia"
"Maksud locianpwe?"
"Aku si pengemis tua menyimpan beberapa jurus ilmu
silat yang ku persiapkan untuk diwariskan kepada Cu
kongcu" Ui pangcu aku rasa hal ini kurang baik'' ucap Pek Bwee
setelah termenung sejenak.
"Pek lote tak usah kuatir, ilmu silat yang hendak
kuwariskan kepada Cu kongcu itu sama sekali tak ada
hubungannya dengan Kay pang.
Mendengar itu Pek Bwe menghela napas panjang.
''Siau hong, cepat berterima kasih kepada lo pangcu!'
serunya. Cu Siau hong segera bangkit menjura, katanya:
''Boanpwe mengucapkan banyak terima kasih lebih dulu
atas kesediaan cianpwe untuk mewariskan ilmu silat
kepadaku"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tak perlu begitu, sesungguhnya aku si -pengemis
tuapun hanya tinggal mengingat rahasia dari ketiga jurus
serangan itu saja, dulu memang pernah kulatih, namun
sepan-jang hidup belum pernah kugunakan"
"Oooh....." "Aku sendiripun tak tahu sampai dimanakah kehebatan
dari jurus serangan itu, apalagi ketiga jurus ilmu silat itu
berada dia-liran antara satu dengan lainnya, jurus pertama
datang dari wilayah See ih, jurus ke dua berasal dari lam
hay, sedang juus ke-tiga konon bersumber dari kuil Siau lim
si namun aku si pengemis tuapun belum per-nah
menyaksikan anak murid kuil Siau lim-si pernah
mempergurakan jurus ilmu tersebut."
"Lo pangcu, kalau dilihat dari asal mula-mula ketiga jurus
ilmu silat itu, yakni dari wilayah See ih, Lam hay dan kuil
Siau lim si, bisa diduga kalau kepandaian tersebut tentu
amat dahsyat, dengan bakat yang boan-pwe miliki, aku
kuatir tak akan mampu un-uk mempelajari kepandaian
tersebut" "Siau hong, ke tiga jurus ilmu silat itu sudah ku simpan
selama dua puluh tahun, sampai sekarang belum pernah
kuwariskan kepada siapapun lantaran aku belum berhasil
menemukan orang yang tepat, hari ini aku telah tertarik
kepadamu" "Locianpwe ......"
"Tak usah menampik lagi Siau-hong" tukas Ui pangcu,
'bila ke tiga jurus ilmu silat itu tidak kuwariskan kepadamu
hari ini, kuatirnya kepandaian tersebut akan lenyap dari
peredaran dunia persilatan untuk selamanya . ."
"Nak, tak usah banyak bertanya lagi, cepatlah
mempelajari jurus kepandaian tersebut!" tukas Pek Bwee.
Kemudian dia membalikkan badan dan segera
mengundurkan diri dari tempat itu.
Ui pangcu tidak mengundang balik Pek Bwe, dengan
sendirinya Cu Siau hong juga tak enak untuk membuka
suara. Setelah menghabiskan waktu selama satu jam lebih,
akhirnya Cu Siau hong berhasil juga menguasahi ke tiga
jurus serangan tersebut. Sambil tertawa Ui pangcu lantas berkata:
'Nak, hebat betul kau, kemampuanmu sungguh tidak
membuat aku si pengemis tua merasa kecewa ......
"Boanpwe terlalu bodoh, aku telah membuang banyak
waktu berharga dari lo pangcu untuk mempelajari ketiga
jurus serangan itu " sambung Cu Siau hong dengan cepat.
Ui Lo pangcu kembali tertawa.
"Nak, kemampuanmu sesungguhnya jauh diluar
dugaanku." 'Aaah, boanpwe merasa malu"
Pelan-pelan Ui pangcu mendongakkan kepalanya
memandang cuaca, setelah itu katanya:
"Aku masih menduga, asal kau dapat menguasahinya
menjelang fajar nanti, kemampuanmu sudah luar biasa, tak
tahunya kau hanya membutuhkan waktu selama satu jam
belaka" Setelah berhenti sebentar, dengan mempertinggi
suaranya dia lantas berseru:
''Pek lote, sekarang kau boleh kemari"
Pelan-pelan Pek Bwee berjalan mendekat, serunya
sambil tertawa: "Waaah.... aku malah sudah tertidur sebentar"
Mendadak paras muka Ui pangcu berubah menjadi amat
serius, lalu ujarnya: "Aku minta kalian berdua dengarkan baik-baik, apa yang
terjadi pada malam ini jangan sekali-kali sampai tersiar
keluar .....'' Kemudian sambil mengalihkan sinar matanya ke wajah
Cu Siau hong, dia berkata lebih jauh:
''Aku juga bukan suhumu, ketiga jurus serangan itu
bukan milikku juga bukan milik -Kay pang"
Tidak menanti Cu Siau hong bukah suara dia berkata
lebih jauh: "Oleh sebab itu kau tak usah berterima kasih kepadaku,
juga tak usah membicarakan hal budi karena mendapat
warisan ilmu silat, mulai detik ini aku si pengemis tua te-lah
melupakan peristiwa ini, aku harap kalian pun turut
melupakan hal ini" `Tapi kenapa?" tanya Cu Siau hong.
"Aku hanya memberitahukan hal ini ke-padamu, tiada
alasan lainnya ..... ' "Siau hong, luluskan permintaan dari lo pangcu, lakukan
saja seperti apa yang dipesankan" timbrung Pek Bwe.
"Baik, boanpwe akan turut perintah"
Sambil mengelus jenggotnya Ui lo pangou segera
tertawa, dari sakunya ia mengeluarkan segulung kain putih,
lalu sambil diserahkan kepada anak muda itu ujarnya:
"Siau hong, benda inipun kuserahkan pula kepadamu"
''Benda apa lagi ini?"
"Kitab senjata tajam dari Ban Ci cu, semuanya berjumlah
sembilan bagian, sesampainya dirumah nanti, pelajari baikbaik"
"Locianpwe, terlalu banyak kebaikan yang kau berikan
kepadaku, boanpwe tak tahu bagaimana harus
membalasnya?" Ui pangcu bangkit berdiri dan membersih-kan debu dari
bajunya, lalu katanya: Nah hanya sekian saja, mari kita pulang."
"Lo pangcu, siapakah pena wasiat itu?" seru Pek Bwe,
dapatkah kau mengungkap-kannya sedikit kepada kami,
agar menambah pengetahuan kami semua ...." '
''Sebelum aku si pengemis tua mempunyai keyakinan
yang bisa dipertanggung jawab kan, aku si pengemis
enggan membicarakan nya secara sembarangan, sebab
kalau dibicarakan cuma menambah bingungnya orang,
marilah kita pulang saja".
Dia lantas berjalan lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Pek Bwe berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu
Siau hong, kemudian katanya:
"Nak, sesampainya dirumah, nanti apa-bila kau telah
selesai mempelajari ke sembilan risalah tersebut, lebih baik
dibakar saja." "Boanpwe mengerti"
Tiba di kota Siang yang, fajar baru saja menyingsing.
Cu Siau hong langsung kembali kekamar tidurnya.
Belum lagi pintu dibuka, pintu kamar tersebut telah
membuka dengan sendirinya.
Kemudian tampak Lik Hoo. Ui Bwee dan Ang Bo tan
berdiri tegak didepan pintu.
Cu Siau hong menjadi tertegun dibuatnya, segera
tegurnya: "Apakah semalam kalian tidur disini?"
"Benar, kami tidur disini!'' sahut Ui Bwee.
'Kalian tidur dimana"''..
"Kami tak berani tidur di ranjang kongcu, maka semalam
hanya duduk bersemedi belaka" Lik Hoo menerangkan.
Dengan langkah lebar Cu Siau hong segera masuk
kedalam kamar tidurnya, benar juga pembaringan itu masih
rapi sama sekali tiada tanda pernah ditiduri orang.
''Kongcu, agaknya kau semalam belum tidur'' kembali Lik
Hoo menegur pelan. ''Ehmm!'' Ang Bo tan segera menyambung:
'Didapur telah tersedia sayur dan arak buat kongcu,
apakah perlu budak ambil untuk sarapan?"
"Baik! ambillah"
Melihat senyuman telah menghiasi bibir Cu Siau hong,
pelan-pelan Lik Hoo berjalan mendekatinya.
"Kongcu, kau tampak lelah sekali!" bisiknya.
'Ya, memang agak lelah"
"Mari kupijatkan tubuh kongcu."
Cu Siau hong memang berasal dari keluarga pembesar,
sejak kecil dia sudah terbiasa dilayani oleh para dayang,
sehingga terhadap kejadian macam itu sudah terbiasa'.
Lik Hoo segera menggerakkan tangannya mulai memijit.
Ui Bwee segera maju dan menghampirinya pula seraya
berkata: 'Kongcu, aku pijitkan kakimu!
Agaknya kedua orang budak ini mempu-nyai keahlian
khusus dalam kepandaian memijit, ternyata pijitan mereka
tidak terlalu enteng juga tidak terlalu keras, rasanya
nyaman sekali. Selang sejenak kemudian, Ang Bo tan telah datang
menghidangkan sayur dan arak.
Cu Siau hong segera mulai merasa mengantuk sekali,
matanya menjadi berat dan ingin terpejam.
Cu Siau hong mendahar sedikit, setelah itu katanya
sambil tertawa: "Kalian boleh pergi, aku hendak tidur sebentar"
"Kami akan melayani kongcu tidur"
Tiga orang perempuan itu segera turun tangan
melepaskan pakaiannya, menarikkan selimut dan dibawah
kerubutan tiga orang dayang tersebut, Cu Siau herng
segera dibaringkan diatas ranjangnya.
Ternyata ketiga orang perernpuan itupun tahu diri,
setelah menyelimuti tubuh Cu Siau hong, diam-diam diapun
mengundurkan diri. Entah berapa lama sudah lewat, mendadak Cu Siau hong
dibangunkan dari tidurnya oleh suara ribut yang cukup
keras. Kedengaran Ang Bo tan sedang berseru:
"Harap locianpwe memaafkan, kongcu baru saja tertidur,
budak kurang leluasa untuk membangunkannya'
''Panggil dia kemari, katakan aku ada urusan penting
yang hendak dibicaratan dengannya" katakan Tan Tiang
kim. Tidak bisa, silahkan Tan cianpwe menghajar budak,
namun tak bisa kami bangunkan kongcu dari tidurnya"
Hai, setia amat kalian dengannya!" bentak Tan Tiang
kimi lagi dengan suara dalam.
'Harap Tan cianpwe memaafkan"
Cu Siau hong segera melompat bangun dari atas
ranjang, kemudian buru-buru berpakaian dan memburu
kedepan pintu. Sementara Tan Tiang kim sudah membalik kan badannya
siap berlalu dari situ. Buru-buru Cu Siau hong berseru:
"Tan locianpwe!"
'Ooh, kau telah bangun" kata Tan Tiang kim sambil
berpaling dan tertawa. "Aaai.. bila budak sekalian kurang sopan, harap Tan
ciangpwg jangan marah"
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Dia amat melindungimu, aku pengemis tua merasa
gembira untukmu, kau memang telah memperoleh tiga
orang pengawal- yang hebat"
"Ang Bo tan, hayo cepat minta maaf" seru Cu Siau hong
kemudian dengan suara rendah.
Ang Bo tan mengiakan, dengan langkah lebar dia maju
ke depan sembari katanya:
BUDAK datang menunggu hukuman.
Ternyata ia benar-benar menjatuhkan diri berlutut
dihadapan Tan Tiang kim. ''Nona, cepat bangun" buru-buru Tan Tiang kim berseru.
'Sebelum ada perintah dari kongcu, budak tak berani
bangun berdiri." "Bangunlah!" ucap Cu Siau hong kemudian, "Aku ada
urusan yang hendak dirundingkan dengan Tan locianpwe,
harap kalian menyingkir agak jauh dari sini"
Ang Bo tan segera bangkit berdiri.
"Budak akan menyediakan air teh untuk kalian berdua"'
katanya. Cu Siau hong segera mempersilahkan tamunya duduk,
Ang Bo tan datang menghi-dangkan air teh, kemudian
mengundurkan diri. Sambil tertawa Tan Tiang kim lantas berkata.
"Kongcu jejak dari kebun Ban hoa wan sudah ketahuan,
entah apa rencana Kongcu selanjutnya?"
"Untuk menghadapi persoalan seperti ini, lebih baik kau
rundingkan dengan ciangbun-jin perguruan kami atau
berunding dengan sunio ku, mana mungkin tecu bisa
mengambil keputusan?"
"Tentang soal ini, aku si pengemis tua telah
memikirkannya, aku telah membicarakan pula hal ini
dengan Tiong hujin."
"Ooooh.. apa kata sunio ku?"
''Tiong hujinmenyuruh aku merundingkan dulu persoalan
ini denganmu, kemudian perkumpulan kami baru akan
mengimbangi ge-rakan kalian"
"Aaah, ucapan locianpwe selalu serius, dalam operasi kali
ini sudah seharusnya kalau perkumpulan anda yang
memegang tampuk pimpinan"
"Bila berbicara soal jumlah jago yang tersedia, tentu saja
jago-jago dari Kay pang banyak sekali jumlahnya, cuma
kekuatan yang paling diandalkan pihak kebun raya Ban boa
wan mungkin adalah para pendekar pedang macan
kumbang hitam, untuk menghadapi para pendekar pedang
macan kumbang tersebut, terpaksa kami harus
mengandalkan ilmu pedang dari perguruan an-da"
"Kita bisa saja merundingkan suatu rencana, tapi
bagaimana keputusannya harus dirundingkan lagi dengan
ciangbun suheng a-tau diputuskan oleh ibu guru kami"
"Baik coba kau utarakan dulu caranya"
'Dari pihak kebun raya Ban hoa wan sudah terdapat
gerakan apa?" "Herannya, para jago dari perkumpulan kami yang
ditugaskan mengawasi sekeliling kebun raya itu sama sekali
tidak menemukan suatu gerakan aneh, kecuali mereka
memiliki suatu jalan bawah tanah yang berhu-bungan
dengan suatu tempat lima li dari situ, sebab lima li disekitar
kebun raya Ban hoa wan telah berada dibawah pengawasan
kami"
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
'Dari pihak Pay kau apakah sudah ada kabar yang
didapat?" "Pihak Pay kau telah mengutus orang yang mengabarkan
bahwa kekuatan inti mereka sudah akan tiba pada
kentongan ketiga ma-lam nanti untuk menyatakan rasa
terima kasihnya kepada Tiong ciangbunjin dari Bu khek bun,
mereka bersedia memikul tugas-tugas penting apapun''
"Oooh . . . Kay pang dan Pay kau sudah terlalu banyak
melepaskan budi kepada Bu khek bun kami, Siau hong
merasa amat berterima kasih sekali "
"Setelah berhenti ssbentar, dia berkata lebih lanjut:
"Locianpwe, apakah pangcu kalian ada pesan atau
petunjuk yang lain?"
"Belakangan ini pangcu kami sudah ja-rang sekaii
mencampuri urusan perkumpul-an, semua persoalan telah
diserahkan pertang-gungan jawabnya kepada aku si
pengemis tua" "Apakah besok kebun raya Ban hoa wan akan dibuka
secara umum?" Agaknya tak akan dibuka untuk umum, alasan yang
mereka pakai terhadap pengunjung dari luar adalah dua
ekor harimau yang dipelihara dalam kebun itu telah terlepas
dari kandangnya, lantaran kuatir melukai para tamu, maka
untuk sementara waktu di tutup selama dua hari"
"Tan cianpwe, andaikata kebun raya Ban hoa wan dibuka
untuk umum, maka diantara beribu-ribu pengunjung yang
tiap hari berdatangan kesana, bila mereka menyusup kan
berapa banyak jago lihaypun tak akan ada yang tahu "
"Akupun berpendapat demikian, maka dari itu, bila kita
hendak melakukan suatu gerakan lebih baik ditentukan
dengan segera, untuk sementara waktu anggota
perkumpul-an kami masih dapat mencegah para
pengunjung untuk tidak memasuki kebun raya Ban hoa
wan" "Aku rasa bila kita sampai mencegah para pengunjung
kebun raya memasuki Ban hoa wan, maka pertama hal ini
tidak mudah dilakukan kedua mungkin akan menimbul kan
perhatian mereka" "Siau hong, apakah kau beranggapan bahwa orang orang
Ban hoa wan masih belum merasakan apa-apa"'
"Soal ini boanpwe juga telah memikirkannya, mungkin
saja mereka telah mengetahui akan hal ini, malahan siapa
tahu kalau mereka telah mengirim orang untuk mengawasi
kita secara diam-diam"
Tan Tiang kim segera manggut-manggut.
"Ehm, organisasi ini selain misterius juga sangat aneh,
dalam dua hari ini kebun raya Ban hoa wan telah
mengalami perubahban yang besar sekali, tapi mereka tidak
menyiarkan berita ini keluar"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong lantas berpikir
dalam hatinya. "Ucapan ini terlalu sembrono, sekalipun mereka telah
menyiarkan berita ini keluar, toh tak perlu melaporkan dulu
kepada kita, siapa tahu kalau hal ini merupakan keteledoran
kita?" Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Mungkin saja mereka mempunyai suatu cara yang
istimewa untuk saling menyampai-kan berita"
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Siau hong, kau anggap ucapanku tadi a-da yang tak
tepat" Katakan saja secara blak-blakan, tak usah berputarputar
lagi" Cu Siau hong segera tertawa.
"Locianpwe, boanpwe rasa masalah pertama yang paling
penting sekarang adalah setelah kita masuk ke dalam
kebun raya Ban hoa wan, dengan cara apakah kita akan -
memaksa mereka keluar dari lubang persembunyiannya
.....?" 'Yaa, masalah ini memang merupakan suatu masalah
yang amat besar, aku si pe-ngemis tua telah mengajak
beberapa orang teman untuk merundingkan persoalan ini,
tapi kami tak pernah berhasil untuk menemukan cara
terbaik untuk memaksa mereka ke luar"
"Locianpwe, boanpwe rasa bila kita diharuskan masuk
kedalam lorong bawah tanah untuk mencari mereka, lebih
baik kita mencari akal untuk memaksa mereka keluar da-ri
tempat-tempat persembunyiannya itu...'
"Benar, cara apakah yang harus dipergunakan hingga
memaksa mereka keluar dari lubang persembunyiannya,
memang merupakan suatu masalah yang amat sukar''.
"Bagaimana kalan kita gunakan api" A-sal kita berusaha
untuk menemukan mulut masuk menuju ke ruang bawah
tanah, kemudian menggunakan asap api untuk memaksa
keluar, niscaya hal ini akan berhasil. Kemungkinan besar
mereka telah menyiapkan makanan dan minuman dalam
lorong rahasia tersebut, tapi ada suatu benda yang tak
mungkin bisa mereka persiapkan."
"Benda apakah itu" .."
"Udara!, dimana udara bisa masuk, disitu juga asap api
pasti dapat masuk juga"
Tan Tiang kim segera bertepuk tangan sambil bersorak:
"Tepat sekali, Baik, kita gunakan cara ini saja, aai. . .
heran, kenapa aku si pengemis tua tak bisa berpikir sampai
ke situ" Jika diantara asap api kita berikan sedikit bubuk
merica, maka sekalipun mereka enggan keluar juga
terpaksa akan keluar"
"Cuma cara ini sedikit agak melanggar peri kemanusiaan,
apakah tidak terlampau buas sedikit?"
"Yaa, apa boleh buat lagi" Apalagi siapakah didunia ini
yang bisa berbuat lemah lembut terhadap musuhnya yang
bengis" Baik, kita tetapkan begini saja, aku segera akan
menyuruh mereka mempersiapkan diri..
"Locianpwe, masih ada satu hal yang kurasakan sedikit
agak susah ........ "0ya" Cobe katakan!"
"Kecuali kita berhasil menemukan mulut masuk menuju
ke ruang rahasia mereka, kalau tidak penggunaan asap ini
belum tentu akan mendatangkan kemanjuran seperti yang
dlharapkan" "Soal ini tak usah kau risaukan, aku telah menemukan
cara yang baik ubtuk mengatasi soal ini"
"Oooh, aku siap mendengarkan penjelasan mu''
"Aku telah mempersiapkan sejumlah besar jago untuk
melakukan pencarian secara besar-besaran"
"Mungkin mereka terlalu rapat menyem-bunyikan diri,
tak mudah untuk menemukannya"
'Soal ini akupun telah memikirkannya, jika kita gagal
menemukan mulut masuk ke ruang bawah tanah mereka,
terpaksa kita harus menggunakani satu cara yang terakhir,
yaitu membakar kebun raya Ban hoa wan tersebut..."
"Ehmm, Cara ini memang bagus, mungkin saja mereka
akan menjadi takut, cuma bila mereke bersikeras tak mau
keluar dari tempat persembunyiannya, sekalipun kita ba-kar
kebun raya Ban hoa wan ini juga tak nanti berhasil
memaksa mereka keluar' `Jika mereka tak mau keluar juga, aku telah
mempersiapkan air dari sungai Siang-kang untuk
menenggelamkan mereka diba-wah tanah..."
''Menenggelamkan mereka"''
"Benar, sudah kau perhatikan bentuk tanah ditempat ini"
Asal kita rubah sedikit saja dengan tenaga manusia, untuk
menenggelamkan tempat itu bukan merupa-kan suatu
pekerjaan yang sukar"
''Cara ini amat jitu, juga baik sekali"
"Untuk mengalirkan air dari sungai Siang-kang ketempat
ini tentu saja membutuhkan suatu pekerjaan yang besar
tapi orang-orang Pay kau bersedia membantu kita untuk
mengalirkan air dari sungai Siang kang un-tuk
menenggelamkan tempat ini"
''Bagaimana setelah menenggelamkannya"
"Merubah tempat ini menjadi sebuah telaga".
"Baik, beritahukan dulu persoalan itu kepada mereka,
aai.. cuma sayangnya untuk mendirikan kebun raya Ban
hoa wan entah sudah berapa banyak biaya, pikiran dan
tenaga yang dicurahkan, tapi pemandangan alam yang
sangat indah itu akhirnya harus dimusnahkan menjadi abu"
Tan Tiang kim tertawa. "Aaai... jangan lupa kalau pepohonan serta
pemandangan yang sangat indah itu tak lebih hanya
mereka pergunakan untuk melindungi sarang mereka untuk
melakukan kejahatan'' ''Baik, kita gunakan kedua cara itu saja" sekarang harap
locianpwe bersedia untuk merundingkan dahulu persoalan
ini dengan cingabun suheng kami"
"Baik, segera aku akan membicarakannya dengan
mereka, kapan kita akan berangkat?"
''Asal sudah dibicarakan, kita segera berangkat"
Tan Tiang kim segera beranjak dari tempat duduknya
sambil berseru. "Baik, kita tetapkan demikian saja, sekarang aku si
pengemis tua mohon diri lebih dahulu'
Setelah menghantar Tan Tiang kim, Cu Siau hong segera
mengundang datang Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan,
setelah itu ujarnya: ''Barusan Tan Tiang kim dari Kay pang telah
membicarakan sesuatu denganku"
"Soal apa?" tanya Lik Hoo, "Apa pula sangkut pautnya
dengan kami tiga bersaudara..?"
"Ada sangkut pautnya denganku. . . ."
"Nah, itulah dia, bila ada sangkut pautnya dengan
kongcu, tentu saja ada sangkut pautnya pula dengan kami"
lanjut Lik Hoo segera. "Tapi dalam hal ini kalian musti mengambil keputusan
sendiri, kalian boleh memilih sekehendak hati kalian sendiri"
'Kongcu dapatkah kau beritahukan dulu kepada kami,
persoalan apakah itu?" tanya Ang Bo tan.
"Pihak Kay pang telah mengambil keputusan untuk
menyerang kebun raya Ban hoa wan pada hari ini"
"Kami akan turut serta?"
"Terserah kalian sendiri yang memutus-kannya."
Lik Hoo segera menghela napas panjang, katanya:
"Bila kongcu menyuruh kami pergi, tentu saja kami akan
turut pergi" "Baik, kalau toh kalian sudah memilih maka hal ini
berarti ada sangkut pautnya juga dengan mati hidup kalian"
"Dapatkah kongcu menjelaskan lebih jauh?"
''Kali ini kita akan memasuki kebun raya Ban hoa wan
lagi, tapi kali ini kita akan pergunakan cara apapun untuk
memaksa mereka keluar, setelah itu kita baru membuat
perhitungan sampai tuntas''
'Kongcu hendak mempergunakan cara apa untuk
memaksa kemunculan mereka...'.
"Dengan api. . . ."
Lik Hoo segera tertawa. "Mereka tak akan takut, lorong rahasia bawah tanah itu
mempunyai persiapan yang sangat baik, mereka tidak takut
diserang de-ngan kobaran api...." .
Cu Siau hong turut tertawa.
'"Kalau tidak takut api, takut tidak mereka dengan
asap"'. "Asap" Siapa yang menemukan akal ini"`
''Menurut kau, siapa yang menemukan cara ini?" Cu Siau
hong balik bertanya sam-bil tersenyum.
"Sudah pasti kongcu"
"Benar, memang aku"
"Cara ini memang merupakan sebuah akal yang bagus
sekali" "Persoalannya sekarang adalah bagaimana carannya
untuk menemukar mulut masuk menuju ke lorong rahasia
mereka, sebab bila asap tersebut tidak dilepaskan dari
lubang masuknya, maka cara ini sama sekali tak ada
gunanya" Lik Hoo berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Padahal tak usah meenmukan mulut masuk terlalu
banyak, asal ditemukan tiga atau lima diantaranya lalu
berusaha untuk menghembuskan asap yang tebal ke dalam
lubang itu, otomatis kerembesan juga asap-asap tebal itu. .
." "Aaah, betul juga" sela Cu Siau hong sambil tertawa,
"kenapa aku tidak berpikir sampai kesitu?"
"Pandangan kongcu terlampau jauh ke depan, sehingga
hal-hal yang kecil sering dilupakan. . ."
"Tak nyana kau si budak cilik pandai juga menangkap
pembicaraan orang. . ." seru Cu Siau hong sambil
tersenyum. Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan saling berpandangan
sekejap sambil tertawa, tanpa terasa hubungan antara
pelayan dengan majikanpun lebih mendalam setingkat.
Cu Siau hong segera mendehem pelan, kemudian
katanya lagi: "Lik Hoo, dalam perguruan Bukhek bun mempunyai
peraturan serta pantangan yang amat ketat, maka dari itu
murid Bu khek bun rata-rata selalu serius dan keren"
"Paling tidak kongcu termasuk orang yang tidak
terlampau serius" tukas Lik Hoo cepat, 'buktinya kami
diperbolehkan berbicara dan menentukan kehendak
sendiri"' Cu Siau bong segera tertawa.
"Jangan mengambil diriku sebagai contoh, bagi semua
anggota Bu khek bun lainnya, aku adalah satu-satunya
pengecualian" "0ya." "Selama kita berada bersama tanpa kehadiran orang lain,
sikap kalian boleh lebih leluasa dan bebas tapi begitu ada
orang lain, sikap kalian harus berhati-hati, ber-sungguhsungguh
dan sangat beraturan mengerti"''
-ooo0ooo- BAGIAN 28 MAKSUD kongcu ..... "bisik Lik Hoo.
Masa kalian benar-benar tidak menger-ti?" kata Cu Siau
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hong sambil tertawa. "Maksud kongcu kami harus menjadi gadis yang sopan
santun dan lemah lembut tahu aturan?"
"Benar, memang itulah yang kumaksud-kan!'
"Tapi, kami tak lebih cuma dayang!"
''Peraturan buat dayang justru lebih berat lagi''
Ang Bo tan segera tertawa, selanya:
'Maksud kongcu, bila berada didepan o-rang lain, maka
kita musti berlagak sopan santun, lemah lembut dan tahu
adat dan a-turan, tapi bila kita hanya berada bersama
kongcu saja, maka sikap kita boleh lebih bebas lagi"
"Jangan mengartikan maksud perkataan itu sejauh sana,
menyuruh kalian berlagak tapi bersungguh-sungguh dengan
tulus hati se-dangkan bila kita berkumpul bersama tanpa
kehadiran orang lain, kalian boleh leluasa bertindak dan
bebas merdeka cuma. . . hati hati, tak boleh kelewat batas"
Ui Bwee segera manggut-manggut.
''Kami mengerti, harap kongcu berlega hati, kami tak
akan membuat kau kehilangan muka."
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang. Katanya
kemudian. "Kalau begitu akupun berlega hati, kalian juga harus
pergi beristirahat sebentar, persiapkan diri baik-baik,
tentunya kalian juga mengerti, persoalan ini mempunyai
hubung-an yang besar sekali dengan kalian, maka dari itu
berapa banyak yang kalian pahami dari delapan belas
macam senjata tajam ba-walah yang lebih banyak lagi"
"Kalau kudengar dari ucapan kongcu, seakan-akan kau
mau bawa kami tiga bersau-dara pandai menggunakan
senjata rahasia saja?" ucap Lik Hoo tiba-tiba.
Cu Siau hong mangangguk. "Tepat sekali" sahutnya, "bila kalian dapat menggunakan
senjata rahasia, bawalah senjata rahasia itu lebih banyak
lagi sehingga bilamana perlu, kalian bisa mempergunakannya
dengan sepuas mungkin. Lik Hoo turut manggut-manggut.
"Kongcu" katanya, "sebenarnya kami merasa agak takut
kalau disuruh masuk lagi ke dalam kebun raya Ban hoa
wan, tapi sekarang secara tiba-tiba saja rasa takut itu bisa
hilang lenyap tak berbekas."
"Kenapa bisa begitu?"
"Entahlah, pokoknya kami tak bisa melukiskannya, kami
hanya merasa seakan-akan kongcu telah memberi suatu
keberanian yang sangat besar untuk kami"
"Mungkin setelah kongcu membawa kami keluar dari
kebun raya Ban hoa wan, membuat kami semakin merasa
harga atau nilai dari kami sendiri" sambung Ui Bwe.
"Yaa, kami bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah" lanjut Lik Hoo. "Tapi yang penting, kami
telah berha-sil menembusi pikiran yang membedakan
antara hidup dan mati" kata Ang Bo tan menambahkan.
"Sekarang kami berpendapat bahwa kematian bukan
sesuatu yang menakutkan, tapi kalau harus mati maka kita
harus mati dengan hati yang tenang."
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Ehmm, setelah kudengar semua perkataan kalian ini,
hatiku juga terasa jauh lebih lega, sekarang kalian pergilah
beristirahat" Lik Hoo sekalian segera memohon diri untuk
meninggalkan tempat itu...
Keesokan harinya, baru saja Cu Siau hong bangun dari
tidurnya, Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah berdiri
berjajar ditengah ruangan itu ....
Waktu itu mereka bertiga telah mengenakan seperangkat
pakaian ringkas dengan dipinggangnya masing-masing
tergantung sebuah kantong terbuat dari kulit.
Lik Hoo memakai baju ringkas berwarna hijau, hijau
seperti daun teratai, cuma kali ini bunga teratai besar yang
berada di dada-nya telah hilang lenyap.
Ui Bwee mengenakan pakaian berwarna kuning, baju
kuning dengan celana kuning ditambah sepatu kuning,
namun didepan dadanya sudah tiada sulaman bunga Bwe
yang berwarna kuning lagi.
Sebaliknya Ang Bo tan mengenakan baju serba merah,
merah bagaikan menyalanya kobaran api, hanya sulaman
bunga besar Botan yang berada didadanya kini juga tidak
nampak. Pada dasarnya ketiga orang perempuan itu rata-rata
berwajah cantik jelita, sekalipun pakaian ringkas yang
mereka kenakan sekarang berwarna menyolok, namun
tidak sam-pai mengurangi kecantikan muka mereka bertiga.
Dibalik pakaian ringkasnya yang ketat, tertera potongan
tubuh mereka yang padat berisi, pinggang yang ramping
dengan dandanan wajah yang tidak menyolok, sungguh
menambah daya tarik mereka bertiga.
Tampaknya ketiga orang perempuan ini telah melakukan
suatu perombakan secara besar-besaran terhadap
dandanan mereka, mereka tahu sampai dimanakah jalan
pikiran Cu Siau hong terhadap dandanan mereka itu.
sehingga kali ini dandanan mereka sengaja dilakukan amat
sederhana. Cu Siau hong sebenarnya tidak terlalu suka mengurusi
soal-soal sepele, tapi sekarang hampir seperminum teh
lamanya dia mengawasi ketiga orang nona itu, kemudian
sam-bil tertawa baru ujarnya.
'Sungguh amat cantik, juga menarik hati'
"Bila kami tiga bersaudara Hong berdan-dan sedikit jika
harus mengikuti kongcu, hal ini pasti akan memalukan diri
kongcu sendiri" kata Lik Hoo menerangkan.
"Setelah kulihat dandanan kalian, meski warnanya masih
terlampau menyolok, namun lambang didepan dada telah
dilepas, dari sini terbukti sudah kalau kalian memang ada
niat untuk merubah sifat diri sendiri"
'Dahulu, kami kakak beradik adalah siluman dari dunia
persilatan, tapi sekarang paling tidak kami sedang
melakukan perubahns secara pelan-pelan, cuma kamipun
berharap agar kongcu jangan menuntut terlalu banyak dari
kami" ''Soal ini aku mengerti, aku berharap setiap hari dapat
menyaksikan sedikit perubahan dari kalian, tak usah
banyak-banyak walau hanya setitikpun aku sudah puas"
Lik Hoo segera menghembuskan napas lega.
"Ooooh kongcu, kami pasti akan berusaha keras untuk
merubah diri" janjinya.
Cu Siau hong tidak berkata apa-apa lagi.
Lik Hoo kembali menghembuskan napas panjang,
lanjutnya: "Kongcu, dahulu kami tak pernah serius, kami selain
mempermainkan setiap lelaki yang dijumpai, hanya satu
kali kami benar-benar bersikap serius, tapi kali ini justru
kami harus menelan banyak penderitaan ditangan Keng Ji
Kongcu, Tapi sekarang, perasaan kami ibaratnya sumur
yang telah mengering, tak nanti akan terjadi gelombang
besar lagi, itulah sebabnya kau tak usah kuatir, kami pasti
tak akan melakukan suatu perbuatan yang akan
memalukan dirimu' Cu Siau hong tersenyum. 'Setelah kudengar perkataanmu itu, hatiku benar-benar
merasa amat lega, walau pun aku lega terhadap kalian,
namun tidak lega terhadap orang lain!"
"Orang lain" Siapakah orang lain" Ang Bo tan keheranan.
"Soal ini, aku sendiripun tidak tahu, tapi mereka sudah
pasti adalah orang lelaki, dan aku yakin hal ini tak bakal
salah" "Aku masih saja tidak habis mengerti ' seru Ang Bo tan.
"Adikku yang bodoh" sela Lik Hoo, "kongcu maksudkan,
bila dandanan kita masih menyolok seperti sekarang ini,
seandainya ada lelaki yang datang mencari kita, lantas apa
yang musti kita lakukan?"
"Tentu saja gampang sekali, asal dibunuh kan urusannya
akan menjadi beres?"
"Hmm, kalau dapat membunuh orang itu kongcu tak
akan memberitahukan kepada kita dengan begini serius dan
bersungguh-sungguh" "Kenapa tidak" Mereka berani mengganggu ketenangan
wanita, dosa sebesar ini mati pun masih tak cukup"
'Kalau dibicarakan hal ini memang benar, cuma urusan
tak mungkin bisa di sele-saikan dengan cara begitu ?"
"Lantas harus bagaimana" Aku tak dapat menemukan
cara lain yang baik, toh musta-hil kalau kita yang mesti
berlutut dihadapan mereka sambil memohon agar mereka
ber-sedia membantu kita?"
Cu siau hong segera tersenyum.
"Kalian tak usah meributkan persolan itu terus menerus"
katanya, "apa yang telah kalian ucapkan tak lebih hanya
betul separuh saja" Kongcu berpengetahuan luas, budak sekalian tak bisa
menebak maksud hati kongcu yang sebenarnya ........."
'Kalian tak usah mengumpak, aku tidak doyan dengan
segala macam umpakan " tukas Cu Siau hong sambil
tersenyum. Setelah berhenti sebentar, dia melanjut-kan.
'Andaikata yang yang datang adalah manusia cecunguk
dari luar, tentu saja kalian wajib untuk memberi pelajaran
kepadanya, tapi seandainya orang itu bukan manusia
cecunguk yang datang dari luar?"
"Andaikata kongcu yang menghendaki, tentu saja kami
tak akan melawan, apapun yang kau kehendaki pasti akan
kami turuti" jawab Ang Bo tan cepat.
Dengan kening berkerut Cu Siau hong se-gera berseru.
'Aku yakin masih memiliki kemampuan untuk
mengendalkan diri, akupun tidak masukkan diriku dalam
hitungan ini" "Sebenarnya memang tak perlu diperhi-tungkan!"
sambung Ang Bo tan. "Masalahnya sekarang adalah orang lain misalnya orangorang
Bu khek bun sendiri, misalkan saudara
seperguruanku sendiri, atau yang yang pihak Kay pang'
"Kay pang adalah sebuah perguruan kenamaan yang
bertujuan lurus, rasanya tak nanti mereka akan melanggar
pantangan untuk bermain perempuan" tukas Ang Bo tan,
"sedang orang-orang Bu khek bun, wah... sulit untuk
dikatakan' 'Kau maksudkan peraturan dari perguru-an Bu khek bun
kurang ketat dan tegas?" ujar Cu Siau hong sambil
tersenyum. "Soal itu aku kurang tahu, perguruan Bu khek bun kalian
tidak terhitung sebuah perguruan besar didalam dunia
persilatan, anggotanya juga tidak banyak, oleh sebab itu
jarang sekali kami dengar hal-hal yang menyangkut tentang
perguruan Bu khek bun"
"Kalau berbicara dari soal jumlah ang-gota, kami
memang bukan terhitung sebuah perguruan besar, tapi
kalau berbicara soal peraturan perguruan, peraturan kami
sedikitpun tidak berada dibawah perkum-pulan Kay pang.
''Kalau memang begitu, kami semakin tak perlu takut
lagi, baik dipihak Kay pang maupun dari kalian orang-orang
Bu khek bun, semuanya dibelenggu oleh serangkaian
peraturan perguruan yang sangat ke-tat, bayangkan saja,
soal apa pula yang mesti kami risaukan atau takutkan lagi?"
''Bukan demikian maksudku, perlu kalian ketahui,
walaupun mereka mempunyai peraturan perkumpulan yang
membelenggu gerak-gerik mereka, namun kalian bertiga
cantik jelita bagaikan bunga yang sedang mekar, dimanamana
akan terendus bau harum yang semerbak, dalam
keadaan begini, tidak sulit untuk menimbulkan kesalahan
paham diantara mereka sendiri...."
''Salah paham" Kesalahan paham apa?"
"Waaah... soal itu sih amat sukar diterangkan, misalkan
saja senyuman atau gerak gerik kalian, kemungkinan besar
akan mena-rik perhatian kaum lelaki"
"Itu mah gampang, asal kami tidak tertawa, kan
urusannya menjadi beres"'
"Yaaa, persoalan ini memang sulit untuk diterangkan
dalam dua tiga patah kata saja, pokoknya yang penting,
kalian harus belajar bersikap terbuka, pandai membawa diri
sehingga jangan sampai menimbulkan ingatan sesat bagi
orang yang memandangnya"
"Kongcu, berilah kesempatan kepada kamni untuk
mempelajarinya secara pelan-pelan" pinta Lik Hoo.
Sementara itu Tan Tiang kim telah menampakkan diri
dalam ruangan, sambil berjalan mendekat, ia menegur.
"Cu Sauhiap, sudah sia sedia untuk berangkat?"
"Boanpwe memang sedang menunggu"
"Baik, kalau begitu mari kita berangkat. . ." ujar Tan
Tiang kim kemudian sambil tertawa.
"Bagaimana dengan Ciangbun suheng kami?"
"Mereka bergabung dalam kelompok ketiga, kita
berangkat selangkah lebih duluan."
"Apakah dari pihak Kay pang telah berangkat
serombongan lebih dulu?"
"Benar, dalam kelompok pertama tadi telah kami
sertakan jago-jago lihay perkumpulan kami, mereka sudah
berangkat tengah malam kemarin."
Cu Siau hong tidak banyak bertanya lagi, dia manggutmanggut
dan segera beranjak pergi.
Ketika mencapai jarak seratus kaki dari kebun raya Ban
hoa wan, mereka sudah menyaksikan anak murid pihak Kay
pang berjaga-jaga disetiap sudut tempat yang strategis.
Agaknya dalam operasinya kali ini, mereka datang secara
terbuka dan terang-terangan, sama sekali tidak berusahaa
untuk menutupi gerakan mereka.. .
"Selain anggota Kay pang, Cu Siau hong juga menjumpai
banyak sekali orang-orang ber-pakaian ringkas warna biru
yang berlalu lalang disekitar tempat itu.
Ia lantas berpalind dan memandang sekejap ke arah Tan
Tiang kim, kemudian bisiknya.
"Locianpwe, apakah orang-orang itu berasal dari
perkumpulan Pay kau.. "'
"Benar! Didalam operasi kita kali ini, Pay kau juga telah
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengirimkan jago-jagonya dalam jumlah yang cukup
besar". "Gara-gara urusan Bu khek bun, ternyata kami harus
merepotkan orang-orang Kay- pang dan Pay kau untuk
melakukanr banyak perbuatan, kejadian ini sungguh
membuat kami merasa tidak tenang"
Ketika permulaan kami datang ke kota Siang-yang,
mungkin saja bantuan kami hanya bersifat bantuan
terhadap sahabat me-ngingat hubungan Kay pang dengan
Bu khek bun yang akrab, tapi sekarang kejadiannya sudah
tidak demikian lagi. Organisasi raha-sia yang berada
didalam kebun raya Ban hoa wan ini sudah merupakan
suatu ancaman langsung terhadap keamanan serta
ketentraman umat persilatan pada umumnya, atau dengan
perkataan lain, setiap saat besar kemungkinan Kay pang
dan Pay kau akan menjadi incaran mereka berikutnya,
itulah sebabnya tindakan yang kami lakukan sekarang
hanya bisa dikatakan sebagai sesuatu tindakan untuk
melindungi diri. . . "
"Locianpwe, ucapanmu itu terlalu berle-bihan' tukas Cu
Siau hong cepat. "Setiap perkataan yang aku si pengemis tua katakan
merupakan ucapan yang muncul dari sanubariku yang jujur,
bukan saja pihak Kay pang berpendapat demikian, sekali
pun pihak Pay kau juga mempunyai perasaan semacam
ini.." Cu Sian hong manggut-manggut.
'Peristiwa ini berlangsung dalam suatu keadaan yang
sangat aneh, Pena wasiat kitab senjata tajam, ditambah lagi
organisasi rahasia yang tak pernah bersuara, aku rasa
masalahnya memang sedikit agak kalut' .
"Pena wasiat dari dunia persilatan merupakan manusia
paling aneh dalam dunia belakangan ini,.merupakan
masalah yang amat besar, ia dihormati dan disanjung setiap
umat persilatan, mana mungkin masalahnya bisa dicampur
adukan dengan bencana besar yang akan melanda dunia
persilatan dewasa ini?"
"Maksud boanpwe, Pena wasiat ini selalu tiada hentinya
menyelidiki rahasia dalam dunia persilatan, kemudian
mengumumkan-nya secara meluas kepada khalayak
umum.." "Cara seperti ini toh tidak salah?" tukas Tan Tiang kim,
"manusia laknat paling besar yang sukar dihadapi adalah
manusia munafik yang baik diluar jahat didalam, mungkin
saja mereka adalah seorang saudagar kaya raya, mungkin
juga seorang tokoh persilatan suatu daerah atau mungkin
juga mereka adalah seorang manusia yang tak pernah
ternama, tapi mereka selalu melakukan kejahatan secara
diam-diam, membuat orang sukar untuk menemukan jejak
mereka, tak berhasil menemukan mereka, manusia
semacam inilah baru bisa disebut sebagai manusia buas
yang paling menakutkan, tapi pena wasiat mampu untuk
mengungkap rahasia mereka, agar kedok kemunafikan
mereka terungkap." "Locianpwe, pernahkah kau saksikan keadaan sewaktu
pena wasiat itu menampak-kan diri?"
"Pernah, waktu itu benar-benar merupakan suatu
pertemuan dunia persilatan yang belum pernah dijumpai
sebelumnya, Pena wasiat telah mencatat banyak masalah
dalam kitab catatannya dan membongkar banyak
kebobrokan serta kemunafikan yang ada didunia ini, banyak
orang yang tak tahan menyaksikan nama baiknya ternoda
sehingga bunuh diri seketika itu juga, adapula yang menjadi
gila karena gelisah, pemandangan ketika itu betul-betul
mengerikan sekali." Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, lalu
berkata: 'Locianpwe, keadaan semacam ini pasti a-kan
mendatangkan rangsangan serta ketegangan yang luar
biasa bagi siapapun yang hadir dalam arena, terhadap
orang-orang itu, apakah tindakan tersebut tidak kelewat
kejam dan tak berperi kemanu-siaan"''
Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . berbicara dari
soal perikemanusiaan, mungkin tindakan tersebut sedikit
kelewatan, tapi berbicara untuk pihak Kay pang, aku si
pengemis tua setuju untuk membasmi kaum laknat sampai
ke akar-akarnya, dengan terbasminya kejahatan barulah
kebajikan akan bersemi disetiap insan manusia''
'Locianpwe maksudku seandainya Pena -wasiat bisa
menambahkan sedikit kebajikan diantara tindakan
pembasmiannya itu maka keadaannya pasti akan jauh
berbeda" "Cu kongcu tiada persoalan yang sera-tus persen
sempurna didalam dunia ini, juga tiada orang yang seratus
persen sempurna, seperti misalnya Pena wasiat, sekalipun
dia belum terhitung sempurna seratus persen, paling tidak
kesempurnaannya toh mencapai sembilan puluh persen'
Cu Siau hong menghela napas panjang dan tidak banyak
berbicara lagi. Dalam pada itu, rombongan kawanan jago itu sudah
semakin mendekati kebun raya Ban hoa wan.
Diluar dugaan, Keng ji kongcu ternyata seorang diri
berdiri didepan pintu Kebun raya Ban hoa wan dengan
pedang terhunus. Cu Siau hong segera memburu ke depan, kemudian
tegurnya: "Keng ji kongcu lagi-lagi kita bersua muka"
'Keng ji kongcu memandang sekejap ke arah Lik Hoo, Ui
Bwee dan Ang Bo tan, lalu ujarnya dengan hambar:
`Dalam kebun raya Ban hoa wan terdapat banyak sekali
jago lihay..." 'Jumlah jagoan dari pihak kami pun tidak sedikit"
sambung Tan Tiang kim cepat.
Dengan dingin Keng Ji Kongcu segera berkata:
'Pengemis tua, dengarkan dulu perkataanku ini,
kemudian tidak terlambat bila hendak menimbrungnya"
Tan Tiang kim manggut-manggut.
"Baik! Silahkan kau ucapkan, aku tidak akan
mempersoalkan waktu beberapa menit"
Keng Ji kongcu mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu
Siau hong, setelah menatap nya beberapa kejap, dia
berkata: "Tiga orang dayang jalang itu sudah berubah pikiran, aku
rasa tak sedikit rahasia kami yang telah dia ungkap
kepadamu" "Ehmm..." Cu Siau hong hanya mengiakan.
Sambil berkerut kening Keng Ji kongcu kembali berkata:
"Cukup dilihat dari sikapmu yang amat tenang dan
mantap, dapat kuketahui bahwa kau merupakan musuh
yang cukup tangguh bagiku"
"Ji kongcu terlalu memuji"
"Tahukah kau, berapa banyak lorong rahasia yang telah
dibangun dibawah tanah dalam kebun raya Ban hoa wan
ini?" "Aku tahu!" "Kau bermaksud akan menggunakan cara apa untuk
menyerang kami"' Memaksa kalian keluar dari lorong bawah tanah
kemudian melangsungkan pertaru-ngan antara hidup dan
mati'' "Dengan cara apa?"
"Dalam kebun raya Ban hoa wan ini banyak terdapat
kayu dan pepohonan, kami a-kan menggunakan asap yang
tebal untuk memaksa mereka keluar.'
"Suatu cara yang sangat bagus"
"Lihat saja hasilnya nanti, pokoknya waktu yang kami
miliki amat banyak, sekali pun harus diundur sampai tiga
lima hari juga tak menjadi soal.''
Keng Ji kongcu segera tertawa.
"Aku lihat kalian tak usah repot musti melakukan
pekerjaan sebanyak itu" katanya.
"Bagaimana" Apakah saudara bersedia untuk
menyambut tantangan kami?"
Sekali lagi Keng Ji kongcu tertawa.
"Setelah mendengar cara yang kau beberkan itu,
agaknya tiada pilihan lain lagi buat kami, terpaksa kami
harus melakukan suatu perlawanan mati-matian".
"Bagus sekali, memang paling baik kalau kita masingmasing
saling mengandalkan kemampuan sendiri untuk
menentukan hidup mati kita"
"Ditengah kebun raya Ban hoa wan sana terdapat tanah
lapang yang luas sekali, tepat bila kita pakai sebagai tempat
pertarungan, Cu kongcu, Tam Tiang kim, silahkan masuk ke
dalam kebun raya!." Cu Siau hong kembali tersenyum.
"Kenapa?" ucapnya, "apakah kami harus bertarung
didalam kebun raya Ban hoa wan?"
'"Kongcu, jika kalian tidak masuk ke dalam kebun raya
Ban hoa wan, kami tak akan menampilkan diri untuk
menyambut pertarungan itu"
"Ehmmm, betul juga perkataan ini, kalau begitu silahkan
ji kongcu untuk pulang dulu ke dalam kebun, suruh mereka
siapkan barisan menanti kedatangan kami, sebentar aku
musti berunding dulu dengan mereka"
Keng ji kongcu mengiakan, dia lantas membalikkan
badan dan berlalu dari situ.
Sepeninggal orang itu, Cu Siau hong baru berpaling dan
memandang sekejap kearah Tan Tiang kim, kemudian
katanya: "Locianpwe, pengalamanmu sangat luas, bagaimanakah
pendapatmu tentang persoa-lan ini?"
"Andaikata mereka tetap bertahan disitu tak mau keluar,
sedang kita enggan masuk ke dalam kebun raya Ban hoa
wan, otomatis keadaannya akan menjadi kaku dan sa-ling
bertahan" "Locianpwe, organisasi ini selain penuh diliputi
kemisteriusan, lagipula cara kerja-nya amat keji, aku rasa
mereka pasti sudah mempersiapkan suatu rencana busuk
untuk menjebak kita' "Persiapan apa maksudmu?"
"Ambil contoh, misalnya saja mereka menanamkan obat
peledak ditengah kebun ra-ya itu, atau menyiram minyak
disekeliling tempat itu . . .''
"Bila sumbu obat peledak itu mereka su-lut, bukankah
mereka sendiripun akan turut tewas disitu?" sela Tan Tiang
kim. ''Bagi pandangan boanpwe, mereka tak akan
mempersoalkan kerugian tersebut, namun bagi kita
keadaan semacam ini justru sangat tidak menguntungkan,
selain semua kekuatan inti dari Bu khek bun akan mati
semua ditempat ini, dari pihak Kay pang maupun Pay kau
juga akan kehilangan sebagi-an besar kekuatan intinya"
"Aah . . . ! Kalau sampai benar-benar demikian adanya,
cara ini benar-benar merupakan suatu cara yang keji, Siau
hong, hal ini bukan andaikata lagi, besar kemungkinan mereka
memang berbuat demikian"
"Yaa, kemungkinan tersebut memang be-sar sekali"
"Bukan kemungkinan lagi, tapi kenyata-an memang
demikian, sela Lik Hoo tiba-tiba.
"Kau tahu akan hal ini?" tanya Cu Siau -hong.
"Sebenarnya budak tidak tahu, karena a-ku belum
memikirkannya, bahwa selama itu siang maupun malam,
aku selalu hidup diatas tumpukan minyak bakar serta
mesiu, tapi sekarang setelah kubayangkan kembali keadaan
ini benar-benar menakutkan sekali"
"Lik Hoo! Dalam peristiwa ini, bukan alasan yang
dibutuhkan, melainkan harus ada bukti yang nyata"
"Banyak tempat didalam kebun raya Ban hoa wan
dilarang membawa api, siapa yang berani membangkang
perintah ini akan di hukum mati, bila dibayangkan kembali
se-karang, rasanya tiada suatu partai pun di dunia ini yang
mempunyai peraturan seke-ras ini, coba dibayangkan saja,
apa yang mereka takuti dengan diperlakukannya peraturan
untuk melakukan persiapan tersebut"'
''Takut kalau sampai api yang kalian bawa membakar
sumbu mesiu dan minyak yang tersimpan dibawah tanah"
sahut Cu Siau hong. ''Benar!' "Oleh karena itu, mereka ingin memancing kita untuk
melangsungkaa pertempuran ini dalam kebun raya Ban hoa
wan" "Betul, sehingga bila pertarungan dilangsungkan, entah
menang entah kalah kami a-kan dibunun dalam kebun raya
itu' `Tepat sekali, disinilah letaknya maksud serta tujuan
mereka sebenarnya' ''Apakah Keng Ji kongcu mengetahui akan hal ini?" sela
Tan Tiang kim tiba-tiba. "Dia seharusnya tahu''
"Apakah dia tidak takut"'
"Mungkin ia telah menyiapkan tempat persembunyian
untuk meloloskan diri dari ben-cana tersebut"
"Kalau memang begitu, kita lebih-lebih tak boleh
memasuki kebun raya Ban hoa -wan tersebut"
"Kalau tidak memasuki kebun raya Ban -hoa wan,
bagaimana pula caranya untuk membasmi meresa seakarakarnya"
' ucap Cu Siau hong. "Bahayanya terlampau besar, bagaimana-pun juga kita
tak akan menyerempet bahaya ini bukan?"
"Bahaya semacam ini, sudah barang tentu tak boleh kita
tempuh, tapi kita pun tak dapat berdiam diri belaka
sehingga terjadi suasana kaku yang tidak menguntungkan.
"Siau hong, tampaknya kau sudah mempunyai rencana
yang matang tentang masalah ini"' kembali Tan Tiang kim
berkata. "Kita coba saja nanti! Sekarang, aku masih belum
mempunyai suatu pegangan yang meyakinkan"
Sementara itu, Pek Bwe, Pek Hong, Tang Cuan, Seng
Tiong gak serta Tiong It--ki sekalian telah berdatangan
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semua. Pek Bwee yang mula-mula bertanya:
"Pengemis tua Tan, bagaimana keadaan-nya?"
"Agak sulit" "Dapatkah, kau terangkan lebih jelas lagi?" pinta Pek
Bwe lebih lanjut. Setelah Tan Tiang kim menerangkan dugaan dari Cu Siau
hong, dia melanjutkan. 'Padahal, sekalipun diberitahu kepadamu juga sama saja
tak ada gunanya' "Cara semacam ini betul-betul sebuah cara yang amat
keji, mengajak orang beradu jiwa, sungguh membuat orang
tak tahu ba-gaimana cara untuk menghadapinya"
"Caranya cuma ada satu, hanya saja cara ini sedikit
kelewat keji" ucap Cu Siau hong.
"Untuk menghadapi pertarungan, makin licin siasatnya
semakin baik, coba kau terangkan"
"Kita lepaskan api dari arah belakang kebun raya Ban
hoa wan dan memaksa mereka untuk keluar lewat depan"
"Suatu cara yang bagus" puji Pek Bwee.
'Benar!'' kata Tan Tiang kim pula "memaksa mereka
keluar dari sarangnya dengan demikian mereka terpaksa
harus mengguna-kan ilmu silatnya untuk memberi perlawanan"
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan.
"Padahal, bila mereka mau melakukan perlawanan secara
terbuka, siapa menang siapa kalah belum tentu bisa
ditentukan mulai sekarang, herannya kenapa mereka justru
harus melakukan tindakan semacam ini?"
''Mungkin mereka telah menyingkirkan orang penting dan
barang penting yang berada disini ditempat lain" kata Pek
Bwee. "Tentu saja, hal inipun ada kemungkinannya benar" ucap
Cu Siau hong. "Hei pengemis tua, begitu kita putuskan mari kita segera
kerjakan, perintahkan ke-pada mereka untuk segera turun
tangan!" "Baik!' sahut Tan Tiang kim, aku segera turunkan
perintah, kepada mereka untuk turun tangan"
Tanda rahasia segera dilepaskan, bahkan sengaja
mempertinggi suaranya sambil berseru:
"Gunakan api untuk melawan mereka!'
Jilid 23 Anggota Kay pang yang hadir ditempat itu memang tak
sedikit jumlahnya, begitu perintah diturunkan berpuluhKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
puluh batang panah berapi segera dibidikkan ke dalam
kebun raya Ban Hoa wan. Tak selang berapa saat kemudian, tampak Keng ji
kongcu tergopoh-gopoh munculkan diri dengah wajah
penuh kegusaran teriaknya:
"Cu Siau hong, apa-apaan kau ini?"
Cu Siau hong segera tersenyum.
"Masa maksudnya masih belum kau pahami?" ucapnya,
''kami tak ingin memasuki kebun raya Ban hoa wan"
"Kenapa?" ''Sebab kami tak ingin tertipu dan masuk perangkap"
sahut Cu Siau hong sambil tertawa.
''Kita toh sudah berjanji akan melangsung-kan
pertarungan didalam kebun raya Ban hoa wan, kenapa
secara tiba-tiba kau berubah ingatan?"
"Betul aku berkata demikian, tapi setelah kupikirkan
kembali, terasa olehku kalau cara ini berbahaya sekali..
seandainya didalam kebun raya Ban hoa wan kau telah
menyiapkan jebakan untuk mencelakai kami, bukankah
kami akan terperangkap mentah--mentah"..
"Hmm, dengan pikiran seorang siaujin menilai kebesaran
jiwa seorang Kuncu" "Perkataan semacam inipun dapat kau ucapkan, hal ini
benar-benar membuat aku merasa kagum sekali'
"Apa maksudmu berkata demikian?"
"Pada saat ini kita berdiri sebagai musuh yang saling
berhadapan, kemungkinan besar kalian telah menyiapkan
banyak jebakan dalam kebun raya Ban hoa wan, padahal
kami berharap dapat menyelesaikan persoalan ini secara
adil" "Penyelesaian secara adil" Sekalipun demikian, hal ini
juga tak boleh dilangsungkan diluar kebun raya Ban hoa
wan" ucap Keng ji kongcu kemudian cepat.
"Kenapa tak boleh bertarung diluar kebun raya Ban hoa
wan?" "Bagaimanapun juga kita tak boleh meng-ganggu orang
jalan" Cu Siau hong segera tertawa.
"Dalam pertarungan ini, kita masing-masing akan
mengandalkan kepandaian yang dimilikinya untuk berusaha
membunuh pihak lawan, nyawa saja sudah tidak dimaui,
mengapa mesti takut terhadap orang jalan''
"Kalau begitu, kalian tak berani memasuki kebun raya
Ban hoa wan?" ucap Keng-ji kongcu kemudian dingin.
"Sekarang kita bertarung dengan mengandalkan
kepandaian masing-masing untuk menentukan mati hidup
kita, dalam hal ini tak bisa dibicarakan soal berani
memasuki kebun raya Ban hoa wan atau tidak, kami tak
ingin memasuki kebun raya Ban hoa wan tak lain karena
kami ingin mencari suatu keadilan belaka"
"Cu Siau hong, kalau lagi bercekcok, perkataan apapun
dapat digunakan, lebih baik kita tak usah membicarakan
persoalan terse-but lagi."
"Saudara Keng, aku lihat bagaimana ka-lau kita berdua
menentukan dahulu mati hidup kita sendiri?"
"Kau ingin bertarung lebih dulu melawan aku?"
Cu Siau hong mengangguk. "Benar! Kita berdua memang lebih baik menentukan
dahulu siapa yang lebih berhak untuk hidup"
'Cu Siau hong, agaknya dalam hatimu sudah mempunyai
suatu keyakinan dapat menangkan aku bukan begitu"`
''Aaaah, siapa bilang" Aku hanya merasa diantara kita
berdua agaknya sudah mencapPai suatu keadaan yang
harus diselesaikan dengan suatu pertarungan......"
"Baiklah, kalau begitu mari kita langsungkan pertarungan
ini di kebun raya Ban hoa wan"
"Baik, cuma sebelum pertarungan dilangsungkan,
terlebih dahulu ada beberapa patah kata yang hendak ku
beritahukan dulu kepada mu"
"Aku siap mendengarkan ucapanmu itu'
'Dalam waktu singkat kami akan melepas api dari
belakang bukit, sebelah kiri mau-pun kanan, jika mereka
tak mau munculkan diri sekarang maka jangan harap
mereka bisa keluar lagi dari tempat itu dalam kea-daan
selamat' Paras muka Keng ji kongcu segera beru-bah hebat.
"Apa" Kalian akan melepaskan api dari belakang bukit
sana?" teriaknya tertahan. .
Sebelum melakukan perkerjaan tersebut aku bermaksud
untuk memberitahukan lebih dahulu kepada kalian, kami
tak ingin kehilangan sikap terbuka yang kami miliki'!
Keng ji kongcu segera tertawa hambar.
'Cuma saudara Cu juga tak usah meng-harapkan yang
terlalu besar" katanya cepat, sekalipun kau lepaskan api
untuk membakar tempat itu, belum tentu apimu itu dapat
membakar habis kami semua."
"Lihat saja nanti, pokoknya sampai saat ini menang
kalah, kita tahu belum ditentukan.
Keng Ji kongcu segera menggerakkan tangan kanannya
untuk meraba gagang pedang yang tersoren dipinggangnya,
kemudian u-jarnya dengan dingin:
"Cu Siau hong, cabut pedangmu!.
Tergerak hati Cu Siau hong, segera pikir-nya.
"Aku telah memberitahukan soal melepaskan api
kepadanya, namun ia sama sekali tidak nampak gelisah
atau cemas. Masa mereka benar-benar mempunyai cara
yang terbaik untuk menghindarkan diri dari bencana api
tersebut?" Sementara dia masih memikirkan persoalan itu,
mendadak terasa cahaya tajam berkelebat lewat, sebuah
bacokan kilat telah me-nyambar kearah batok kepalanya.
Cu Siau hong segera menggerakkan pe-dang ditangan
kanannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Criing!" benturan nyaring yang memekik-kan telinga
bergema memecahkan keheningan, sepasang pedang itu
saling membentur dan meninbulkan percikan bunga api.
Mendadak saja kedua bilah pedang itu patah menjadi
dua, membuat senjata tersebut melesat kesamping:
Tapi kutungan pedang kedua orang itu masih
melanjutkan gerakannya membabat ke tubuh lawannya.
Rupanya cara tersebut telah diperhitung-kan masakmasak
oleh Keng ji kongcu. Beberapa hari berselang, setelah mereka berdua
melangsungkan suatu pertarungan yang seru, Keng Ji
kongcu telah merasa bahwa dia tak akan bisa menangkan
musuhnya dengan mengandalkan perubahan jurus
serangan yang lihay, itulah sebabnya dia lantas merubah
taktik pertarungan yang dipergunakannya.
Terlintas ingatan untuk menggunakan cara beradu jiwa
ini untuk mengajak lawannya mati bersama.
Dikala sepasang pedang mereka saling membentur, dia
lantas mengerahkan tenaga dalamnya yang kuat untuk
mematahkan ke-dua bilah pedang itu sekaligus.
Keng Ji kongcu telah memperhitungkan pula kekuatan
tenaga dalam yang dimiliki lawannya, berbicara soal tenaga
dalam saja, Cu Siau hong tak akan lebih unggul daripa-da
kemampuannya. Bila sepasang pedang itu patah secara tiba-tiba, apalagi
dalam keadaan tenaga da-lamnya tak bisa ditarik kembali,
mustahil Cu Siau hong dapat merubah gerakan lagi untuk
mematahkan ancaman yang datang.
Walaupun cara ini lihay dan keji, namum harus
mempunyai suatu syarat, yakni orang yang menggunakan
cara ini harus bersedia pula untuk mengorbankan nyawa
sendiri. Sebab arah yang dituju oleh kutungan pedang itu
merupakan bagian-bagian memati-kan ditubuh lawan.
Andaikata tenaga dalam yang terpancar ke luar tak dapat
ditarik kembali tepat pada waktunya, gerakan pedang
tersebut pasti akan meluncur ke depan lebih jauh, dalam
keadaan demikian kemungkinan musuhnya untuk terluka
diujung pedang tersebut menjadi besar sekali.
Yaa, kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya
perhitungan ini merupakan suatu perhitungan yang cermat,
Keng ji kongcu telah mempertaruhkan pula selembar
jiwanya. Betul juga, Cu Siau hong sama sekali tidak menyangka
kalau Keng Ji kongcu dapat mengerahkan tenaga dalamnya
untuk mematahkan pedang tersebut dalam bentro-kan yang
barusan terjadi, ia lebih-lebih tak menduga kalau pikak
lawan mengajak dirinya untuk mati bersama.
Begitu sepasang pedang mereka putus, Keng Ji kangcu
segera menambah kecepatan gerak kutungan pedangnya
menusuk dada Cu Siau hong.
Pedang ditangan Cu Siau hong sendiri pun sebenarnya
memang tertuju ke bagian mematikan didada Keng Ji
kongcu, tapi dalam keadaan tenaga dalamnya tak dapat
ditarik kembali, pedang itupun secepat kilat menusuk pula
ke atas dada Keng Ji kongcu.
Tan Tiang kim yang pertama-tama menjerit kaget,
namun ia sudah tak sempat un-tuk memberi pertolongan
lagi. Dalam waktu singkat sepasang pedang mereka telah
saling menusuk tubuh lawan seorang secara telak.
Keng Ji kongcu memang tidak berniat untuk
menghindarkan diri, kutungan pedang itu dengan telak
menembusi dadanya hingga tembus ke punggung.
Sebaliknya Cu Siau hong tidak menyerah dengan begitu
saja, dalam keadaan yang amat krisis itu, mendadak ia
keluarkan suatu gerakan langkah yang amat aneh sekali, tiba-
tiba tubuhnya berkelit ke samping.
Namun gerakan itu toh masih terlambat selangkah,
kutungan pedang itu segera menembusi bahu kirinya secara
telak. Keng Ji kongcu memang sangat berhasrat untuk
membinasakan Cu Siau hong, dalam melepaskan serangan
tadi, ia sertakan suatu kekuatan yang besar sekali.
Kutungan pedang itu segera menembusi bahunya sampai
kebelakang, menembusi bahu kiri si anak muda itu.
Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam sekejap
mata, Tan Tiang kim, Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan,
semuanya telah berlarian mendekat.
Lik Hoo segera melompat mendekat sambil melancarkan
sebuah tendangan kilat ke lambung Keng ji kongcu.
Sementara Ui Bwee dan Ang Bo tan segera turun tangan
membimbing tubuh Cu Siau hong,
Keng Ji kongcu segera mengebaskan tangan kirinya
menangkis tendangan dari Lik Hoo itu, kemudian bentaknya
dengan suara dingin: "Kau pingin mampus!"
Bagaimanapun juga, dia masih mempunyai kewibawaan
untuk mengendalikan ke tiga orang dayang itu, bersamaan
itu juga sapuan telapak tangannya itu telah menggetarkan
kaki kanannya sehingga kaku dan kesemutan.
Dalam pada itu, Keng Ji kongcu maupun Cu Siau hong
sama-sama telah melepaskan kutungan pedang
ditangannya. Dengan suatu gerakan cepat Tan Tiang kim melompat ke
depan dan menghadang dihadapan Cu Siau hong, setelah
itu ujarnya dingin. "Tindakan yang kau lakukan benar-benar terlalu rendah
dan memalukan. . ." Walaupun dadanya telah ditembusi pedang, namun Keng
Ji kongcu masih tetap berdiri tegak, sikapnya yang buas
dan keren itu menambah rasa ngeri dan bergidik bagi
Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siapapun yang melihatnya.
Bibirnya tampak bergetar seperti hendak mengucapkan
sesuatu, namun ia tidak men-jawab pertanyaan dari Tan
Tiang kim itu. Pelan-pelan Cu Siau hong berjalan mele-wati Tan Tiang
kim, kutungan pedang terse-but masih menancap diatas
bahu kirinya. "Saudara Keng, apakah kau hendak ber-bicara
denganku"' dia bertanya.
Keng Ji kongcu manggut-manggut.
Dia berusaha keras menghindari banyak berbicara,
dengan gerakan ia menggantikan ucapan tersebut.
"Baiklah, kau boleh berkata dan siaute akan
mendengarkan dengan seksama" sahut Cu Siau hong.
Keng Ji kongcu buka suara, tapi begitu bibirnya
digerakkan darah segar segera meleleh keluar.
Dari sini terbuktilah sudah bahwa jantung nya telah
terkena tusukan maut itu.
Dengan suara yang kabur, dia bertanya:
"Bagaimana caramu untuk menghindarkan diri dari
tusukan pedangku itu?"
Ternyata Keng Ji kongcu menutup rapat-rapat dan
enggan banyak berbicara karena kesempatannya untuk
berbicara memang tidak terlalu banyak...
"Aku pernah belajar ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay na
ih!" sahut Cu Siau hong, Keng Ji kongcu kembali manggutmanggut,
katanya lebih jauh: "Aku sudah merasa perhitunganku sempurna sekali, tapi
aku tetap menilai rendah dirimu, betul, ilmu gerakan tubuh
Ngo heng tay na ih. . .' Belum habis perkataan itu diucapkan, dia sudah roboh
terkapar diatas tanah. Pelan-pelan Cu Siau hong menghembuskan napas
panjang, katanya: "Keng Ji kongcu, sesungguhnya aku tidak berniat untuk
membunuhmu, walaupun kau adalah seorang musuhku,
namun kau adalah seorang musuhku yang menarik hati"
Waku itu Keng Ji kongcu telah menutup matanya, tapi
setelah mendengar ucapan tersebut, mendadak ia
membuka matanya lagi, lalu katanya sambil tersenyum:
"Cu Siau hong, terima kasih banyak atas ucapanmu itu,
jangan sekali-kali kau ma-suki kebun raya Ban hoa wan!"
Cu Siau hong mengangguk. "Terima kasih banyak atas petunjukmu''
Setelah berhenlt sejenak dia melanjutkan.
''Saudara Keng apakah didalam kebun rayga Ban hoa
wan telah ditanam obat peledak?"
Rupanya ucapan tersebut diutarakan oleh-nya dengan
mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, begitu
Misteri Batu Bulan 1 Pendekar Mabuk 089 Pedang Penakluk Cinta Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 4