Pencarian

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 4

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Bagian 4


tempat ini". "Cayhe dan Ciok kouwnio justru datang untuk menolong Siau cui yang dibawa oleh
Hu toanio.". "Orang dan Tian Hua san ceng tidak perlu dikhawatirkan kalian berdua," kata Ciek
Ban Cing. Ciok Ciu Lan tidak dapat menahan kekesalannya lagi.
"Yok Siangkong kalau orang tidak membutuhkan perhatian kita. iebih baik kita
pergi saja," katanya. Mata Ciek Ban Cing tajam menusuk.
"Pergi" Apakah kalian pikir begitu mudah?".
Ciok Ciu Lan mencibirkan bibirnya,.
"Apa yang kalian kehendaki?".
'Kalian berdua Iebih baik ikut Lao siu kembati ke Tian Hua san ceng untuk
diadili" sahut Ciek Ban Cing. Yok Sau Cun berusaha keras mehahan hatinya yang sudah marah sekali.
"Bagaimana kalau cayhe tidak mau ikuf?" tanyanya dingin.
"Keputusan itu bukan di tangan kalian," sahut Ciek Ban Cing.
Yok Sau Cun merasakan seakan dadanya hampir meledak.
"Keturunan Yok tidak Terima dihina orang!" teriaknya.
"Kalau kau sudah Lao siu lumpuhkan nanti, lihat apa kau masih bisa berkeras?"
kata Ciek Ban Cing garang Begitu perkataannya setesai, tangan kanannya segera terulur Lima
jannya berbentuk cakar, mencengkeram ke arah dada Yok Sau Cun.
"Yok Siangkong, hati hati' Kirn ka sin adalah jago nomor satu dari perguruan Eng
jiau buni" tenak Ciok Ciu Lan cemas.
Rupanya julukan Ciek Ban Cing adalah Kirn Ka sin (Dewa berjari emas).
"Tidak apaapa Cayhe tidak perduli seberapa tinggi ilmunya itu,' sahut Yok Sau
Cun sambil menggeser tubuhnya menghindari serangan tersebut.
"Kalau tidak perduli, mengapa kau tidak membalas" teriak Ciek Ban Cing Sekali
lagi jannya direntangkan dan menerjang ke arah bahu pemuda itu.
Kali mi Yok Sau Cun tidak sungkan lagi Dia segera mengeluarkan pedang lentuylya
Tubuhnya mencelat setinggi satu depa Serangan Ciek Ban Cing luput lagi Namun
dengan kecepatan yang sulit diuraikan dia memutar tubuhnya dan mengambil posisi
setengah jongkok Bagaikan seekor harimau yang siap menerkam kedua kakmya
dihentakkan, tubuhnya menerjang Yok Sau Cun Pemuda itu kelabakan Dia
menjatuhkan din nya tiarap di atas tanah Dengan gaya seekor ular melata dia
menyelusup ke depan. Terkaman Ciek Ban Cing melewati arah kepalanya Yok Sau
Cun menekuk kedua lututnya dan sekali loncat dia sudah berdiri kembali.
Gulungan pedang masih tergenggam di tangannya Dia merasa kurang sopan mela
wan orang tua dengan senjata tajam, sedangkan Ciek Ban Cing sendiri hanya
bertangan kosong. Ciek Ban Cing semakin penasaran Dia menjulurkan tangan untuk menangkap
pergelangan tangan Yok Sau Cun. Dia sudah berhasil menyentuh tangan itu, ketika
Yok Sau Cun menendang dadanya dengan kekuatan penuh Untung saja dia berhasil
mundur satu langkah sebelum tendangan itu sampaj Tapi dengan demikian ia juga
tidak berhasil memegang pergelangan tangan Yok Sau Cun Hatinya sempat tercekat.
Dia tahu tipuan yang digunakan Yok Sau Cun tadi adalah sebuah jurus dari Butong
pai yang bernama Kung ciok san bue (Burung merak mengibaskan ekor) "Apakah
pemuda ini murid Butong pai'?" pikirnya dalam hati.
Tapi dia tidak ingin berpikir lebih lantut Kini dia merentangkan kembali kedua
tangannya serta mengkepakkepak Gerakan tubuhnya cepat bukan main seperti seekor
burung elang di angkasa Yok Sau Cun mengeluarkan serangan kaget Dia segera
mengerahkan ginkangnya untuk menghindarkan diri Kedua orang itu saling
menyerang dengan hebat Ciek Ban Cing mendapat kenyataan bahwa Yok Sau Cun
bukan saja dapat bergerak cepat namun ilmu silatnya juga campur aduk. Jurus yang
digunakannya berlainan terus. Kadangkadang dia menyerang dengan Jurus Siaulim
pai. Kadang dia berkelit dengan jurus Hua san pai. Lalu Kong to tong pal Pat
kua, bahkan ada beberapa jurus dari golongan hitam seperti Mo kauw Namun jurus itu
sudah banyak mengalami perubahan sehingga tidak begitu keJi dan ganas.
Pada saat itu, Yok Sau Cun baru sadar bahwa apa yang dikatakan suhunya memang
benar "Belajar ilmu silat bukan hanya penting menyerang sa|a Yang terutama ia
lah bagaimana mengelakkan diri dan serangan lawan Suhu mengajarkan berbagai macam
cara menangkis dan meloloskan diri dalam keadaaan terancam, sedangkan bagaimana
kau membalasnya, hal itu akan terlatih sendiri bila kau senng melakukan
pertarungan Asa! kau bisa menguasai dengan baik semua ajaran Suhu ini, maka kau tidak usah
ragu lagi menginjakkan kaki dalam dunia Kangouw".
Yok Sau Cun justru mengandalkan dmu mengelakkan diri ini untuk melawan Houw
jiau Sun. Song Bun Cun bahkan Song C"ng San Dansekarang melawan Ciek Ban Ong
Orang tua yang satu ini sudah lama mengikuti Song Ceng San llmu silatyang
dimilikinya saat mi, boleh dikatakan sLidah termasuk jago kelas satu datam duma
Bulim Yok Sau Cun dapat mengimbangmya sudah termasuk lumayan Apalagi dia
kalah dalam pengalaman. Ciek Ban Cing meloncat ke depan dan sekali melompat tubuhnya melambung ke alas
dan menyerang Yok Sau Cun dengan terkaman kedua kaki depan yang kuat Yok Sau
Cun yang sejak .tadi waspada cepat mengeiak dan menyusup di bawah perut laki-
laki itu. Tubrukan yang luput itu membuat Ciek Ban Cing semakin marah Dia
menggereng keras Tubuhnya memutar bagai angin puyuh Yok Sau Cun merasa
matanya berkunang Dia segera mengumpulkan hawa murni dalam tubuhnya dan
memejamkan mata Dia mempertaJam pendengaran nya Ciek Ban Cing masih dengan
gerakan memutar menyapu ke arahnya Yok Sau Cun membuka matanya seketika Dia
metesat ke kin sebanyak lima langkah Tubuhnya membalik. Tinju sebelah kanannya
dihantamkan kepada Ciek Ban Cing dengan nekat. Sungguh tidak sangka kalau cara
berkelahi yang asalasalan itu malah membawa hasil.
"Duk!!!!" Tubuh Ciek Ban Cing berputar beberapa kali kemudian berubah fadi
lambat. Ketika akhirnya terhenti, kakinya masih tidak dapat berdiri dengan mantap.
Gerakannya masih limbung, dia menatap Yok Sau Cun dengan terpesona Dia tahu,
seandai nya Yok Sau Cun bermaksud jahat Pasti dadanya yang akan terhantam dan
dia tentu sudah terluka dalam Namun sasaran pemuda itu hanya mengenai bahunya
dan hanya memmbulkan sedikit rasa sakit.
"Manusia she Yok Jurus tadi hebat sekali Dengan kata lain Lao siu mengaku kalah
denganmu ". "Kalau kau memang mengaku kalah, biarkan kami pergi dan sini," kata Ciok Ciu
Lan. "Katakata Lao siu masih betum selesai Meskipun kalah. Lao siu belum mau sudah
Apalagi hal irn menyangkut keselamatan Lao ceng cu," sahut Ciek Ban Cing.
Ciok Ciu Lan kesal sekali Matanya merah membara.
"Ciek Ban Cing, apakah kau masih mem punyai rasa malu'?" teriaknya.
"Apa pun yang kouwnio katakan, tetap tidak akan mecubah keputusan mi." Dia
menenangkan perasaannya sesaat Kakinya kembali memasang kudakuda untuk
menyerang. "Ciok kouwnio, biarkan Ciek Congkoan bertarung sampai puas," kata Yok Sau Cun.
Dia menanti sambil berdiri dengan tenang Melihat tubuh lawannya mulai bergerak,
matanya memandang dengan awas Beberapa kali pertarungan telah membuat
pengalamannya bertambah Otaknya juga berpikir lebih cepat. Sekarang dia segera
dapat terpikir jurus apa yang akan digunakannya untuk menangkis serangan lawan
Sekarang telapak tangan Ciek Ban Cing difulurkan keduaduanya Dia tidak
menggunakan jurus cakar elangnya lagi Mungkin inilah Jurus andalannya selama mi.
Yok Sau Cun mengerahkan smkana dan menyambut serangan itu dengan kekerasan.
"Blam'i'" Keduanya termundur beberapa langkah Memang Yok Sau Cun masih kalah
sedikit dalam hal Iwekang, namun dia lebih meraih keuntungan dari usianya Dia
masih muda Daya tahannya dalam pertempuran lebih kuat dibandingkan dengan Ciek
Ban. Cing Dia termundur sejauh empat langkah, sedangkan Ciek Ban Cing hanya dua
langkah. Tetapi nafasnya masih tersengal sengal Yok Sau Cun sendiri sudah mulai
kembali seperti biasa. Keduanya terhenti sejenak.
Tiba-tiba mata Ciek Ban Cing bersmar terang.
"Coba kau terima lagi beberapa serangan Lao siu mi'" teriaknya.
Tadi dia dilawan dengan kekerasan oleh pemuda itu, ternyata Iwekangnya cukup
tinggi Ciek Ban Cing lebih berhatihati seka rang Dia tahu sulit mengalahkan Yok
Sau Cun, tapi rasa setianya kepada Song Lao ceng cu mengharuskan dirinya mengadu
jiwa dengan anak muda tersebut Sekarang tenaga dalam yang sudah dilatihnya
selama berpuluh tahun dihimpun pada kedua tetapak. Dengan seruan lantang, dia meneriang
Terlihat kedua tangannya bergerak cepat Sekaligus delapan jurus dikeluarkannya
Jurus ini sangat hebat Angin yang ditimbulkan oleh kedua telapak itu menerbitkan
suara menderuderu Dapat dibayangkan betapa kuat tenaga yang terkandung di
dalamnya. Dia adalah seorang tokoh dalam dunia Bulim. Berpuluh tahun pula dia menyertai
Song loya cu Tentunya kirn Ka sin bukan hanya sekedar nama kosong seperti apa
yang terlihat sekarang. Yok Sau Cun dibuatnya kalang kabut Dia bagaikan seeker
cacing kepanasan yang menggeliat geliat Hatinya bingung seksli menghadapi
serangan yang gencar itu Dia tahu kalau tidak cepatcepat mencan jalan
pemecahannya, dia pasti akan segera terhantam oleh telapak tangan laki-laki itu
Pikirannya dipusatkan kepada lawan Sambil berkelit ke sana ke man, otaknya
bekerja Tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya. Dia ingat langkah ajaib yang diajarkan
oleh gurunya itu Siapa tahu bisa dipakai untuk menyelamatkan diri'" Kakinya segera
mundur tiga langkah Dengan penuh keyakinan dia mulai mengatur langkah pertama
Tampaknya hatinya jauh lebih tenang sekarang Dia meneruskan gerakannya tanpa
perduli kemana pun lawan menyerangnya.
Mata Ciek Ban Cing bersinar aneh Sambil menyerang, dia memperhatikan gerakan
yang dilakukan anak muda itu. Hatinya tergetar Serangannya menjadi perlahan .
"Kau adalah ". "Ciek Cong koan, tidak perlu banyak bicara dengannya," kata Song Bun Cun dengan
nada tidak sabar. Siapa tahu, Ciek Ban Cing malah menarik kembali telapak tangannya.
"Kongcu, Lao siu sedang berpikir, kalau Lao ceng cu sudah melepaskan Yok Siang
kong, tentu pandangannya tidak akan salah Lebih baik biarkan saja dia pergi,"
sahutnya. Ciok Ciu Lan terpana Nada bicara Ciek Ban Cing tiba tiba saja berubah Otaknya
memang sangat cerdas Diamdiam dia ber pikir dalam hati.
"Ciek Ban Cing tadi hanya mengatakan dua patah "Kau adalah " Kata kata
selanjutnya tidak sempat diteruskan. Sekarang nada bicaranya menjadi lunak.
Mungkinkah dia sudah mengenali asalusul Yok Siangkong'"'.
Wajah Song Bun Cun berubah kaku Dia memandang Ciek Ban Cing dengan dingin.
Bibirnya menyunggingkan senyum meng ejek.
"Ciek Congkoan, sekian lama bertarung toh belum kelihatan hasilnya Lebih baik
kau mundur dan biarkan kongcu yang membereskannya".
"Kongcu, setelah dipikirpikir, kita tidak boleh menyalahgunakan perkataan yang
sudah dmcapkan oleh Lao ceng cu ".
"Tidak usah banyak bicara lag;," kata Song Bun Cun sambjl mengangkat tangannya
'Sudan terang dia sekomplotan dengan manusia jahat itu Masa kita harus
membiarkan dia pergi begitu saja?".
Wajah Ciek Ban Cing memperlihatkan perasaan serba salah.
"Hal ini masih belum pasti bukan?".
Song Bun Cun tidak memperduhkannya [agi Dia rnaju beberapa langkah Pedangnya
diangkat ke atas dan ditudingkan kepada Yok Sau Cun.
"Urusan kita di rumah peristirahatan itu juga belum selesai Sekarang kita
teruskan dan lihat siapa di antara kita yang ilmunya lebih tinggi Lihat pedangi" bentaknya
sambij langsung menyerang. Yok Sau Cun mundur beberapa langkah.
"Song heng .." panggilnya.
"Manusia she Yok, tidak perlu mengoceh lagi Kecuali bila kau bersedia menyerah
dan membiarkan kami membawa kau dan nona itu pulang ke Tian Hua san ceng,"
kata Song Bun Cun. Yok Sau Cun hilang kesabarannya. Dia tertawa dingin.
"Song heng, kalau cayhe sudah menemukan obat pemunah itu, dengan sendirinya akan
cayhe antarkan ke Tian Hua san ceng Tidak ada seorang pun yang dapat
memaksa cayhe Sedangkan cayhe tidak mungkin me nyerah Perlu Song heng ketahui,
cayhe hanya enggan bergebrak dengan Song heng karena memandang wajah Song
loya cu, sama sekali bukan karena takuti' serunya.
Song Bun Cun tertawa terbahak-bahak.
"Bagus sekali kata kata mutiaramu Tidak ingin bergebrak dengan Kongcu, tapi juga
tidak mau menyerah Kalau kau keluar dari sini dengan merangkak seperti seekor
anjing, mungkin Kongcu akan membiarkannya.".
"Kongcu .!" panggil Ciek Ban Cing yang merasa perkataan Kongcunya sungguh tidak
sopan. Yok Sau Cun menatapnya dengan mata merah membara. Kesabarannya sudah habis
sama sekali. "Song Bun Cun! Jangan menghina sampai keterlaluan!'' teriaknya.
"Cringji!'" Pedang lenturnya dihentakkan. Kaku seperti sebatang pinsil besi Ciok
Ciu Lan terkejut melihat pedang itu.
"Yok Siangkong Bagaimana pedangmu bisa putus ujungnya?".
Yok Sau Cun sama sekali tidak tahu bahwa Song foya cu berhasil menebas
pedangnya tempo hari Ha! itu disebabkan dirinya yang melayang dan jatuh terduduk
Dia tidak sempat metihatnya dan langsung memasukkannya kembali ke balik pakaian
Sampai saat mi baru digunakannya lagi Dia sendiri terkejut mendengar katakata
Ciok Ciu Lan. "Kemungkinan besar pedang ini tertebas ketika cayhe bertandmg dengan Song loya
cu Cayhe merasa tidak enak telah merusak Ran pedang pusaka Ciok kouwnio," sahut Yok Sau
Cun sambil tertunduk dengan wajah tersipu sipu.
Wajah Ciok Ciu Lan juga merah padarn.
"Yok Siangkong Jangan berkata demikian Pedang itu telah kuberikan kepadamu
Apapun yang terjadi dengan pedang itu, tidak ada sangkut pautnya lagi denganku,"
katanya. Song Bun Cun kesal melihat kedua ocang itu.
"Manusia she Yok di sini bukan tempat untuk kalian berkasih-kasihan. Kongcumu
ini juga tidak mempunyai kesabaran sebanyak itu Lihat pedangi".
Pergelangan tangannya berputar. Pedangnya ditudingkan ke depan Gerakannya ini
hanya tipuan belaka Dia hanya ingin menunjukkan bahwa dia akan segera mulai
menyerang. Pedang Yok Sau Cun juga sudah tergenggam di tangan, tapi dia belum bergerak


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Matanya menatap Song Bun Cun dengan tajam.
"Kalau Song heng berkeras ingin bergebrak juga, cayhe tentu akan menemani Tapi
ada satu hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu Kelau sudah saling menyerang, apa lagi
dengan senjata tajam, tentu ada yang akan terluka. Bukankah terlalu tidak
berharga?" katanya. "Kau masih mau mungkir" Kau membawa surat beracun dan membuat ayahku
celaka, sesudah itu kau masih bersilat lidah memperdaya ayahku sehingga percaya
kepadamu dan melepaskan dirimu begitu saja Tapi Siau cui terang terangan
mendengar Hu toanio mengatakan bahwa kau adalah orang sendiri Ketika kami
cepatcepat menyusul kemari, kau bahkan ada di markas penjahat ini. Apakah di
dunia ini ada begitu banyak kebetulan?" bentak Song Bun Cun.
Semakin berkata, hatinya semakin marah. Pedang di tangannya digetarkan "Sudah.
Kongcu telah mengatakan semuanya. Lihat pedang!".
Serangannya kali ini bukan tipuan lagi Pedangnya mengeluarkan cahaya yang
menyllaukan mata Terlihat pedang bergetar keras bagaikan sebuah kipas besar
Serangan itu tepat menyerah ke jantung Yok Sau Cun.
"Piauko. " Dan luar berkumandang teriakan yang mengandung kekesalan Kemudian
disusul dengan . "Cringh" Pedang Song Bun Cun yang sedang meluncur di tengah jalan terkibas ke
samping. Di antara Yok Siangkong dan Song Bun Cun sudah bertambah seorang gadis dengan
sebilah pedang di tangan Pakaiannya berwarna hijau. Dialah yang mengibas pe dang
Song Bun Cun tadi Dia tentu saja Hui Fei Cin kouwnio Di belakangnya terlihat Siau cui
yang melangkah dengan tenang Pakaiannya juga berwarna hijau Di pinggangnya
terselip sebilah pedang pendek Tampaknya kedua orang itu melakukan perjalanan
dengan tergesa gesa Nafas mereka masih memburu.
Song Bun Cun menarik pedangnya kernball. Bibirnya menyunggmgkan senyurnan.
"Piau moi' Bagairnana kau juga bisa datang ke tempat mi?" tanyanya.
Hui Fei Cin memasukkan kembali pedangnya.
"Piauko Mengapa kau demikian keras kepala" Baru mendengar sepatah perkataan Siau
cui, langsung memaksa Yok Sau Cun bergebrak Mengapa kau tidak berpikir, apa sebabnya
Hu toanio yang sudah berhasil meringkus Siau cui, melepaskannya
kembali'" Ha! ini membuktikan bahwa dia memang sengaja membiarkan Siau cui
menyebarkan apa yang didengarnya Dengan demikian, kalau kita tidak berhasil
menemukan Hua toanio, kita pasti akan mencari Yok Siangkong. Bukankah biasanya
kau sangat cerdik dan berpikiran panjang" Mengapa kali inii bisa tertipu siasat
manusia-manusia jahat itu?" Kata-katanya tajam dan ketus sekali Siapa pun yang
mendengarnya, akan segera tahu bahwa hatinya memang sangat marah.
Song Bun Cun tampaknya sangat takut kepada piaumoinya itu Dia tersenyum lebar.
"Aku dan Ciek Cong koan bergegas datang ke tempat ini Kami menemukan markas
manusia Jahat itu Tidak tahunya kedua orang ini juga ada di sini Tentu saja kami curiga
" sahutnya. Hui Fei Cin melink sekilas kepada Ciok Ciu Lan Dia tidak membiarkan Song Bun
Cun meneruskan perkataannya.
"Apakah piauko sudah menanyakan kepada Yok Siangkong atau nona ini, mengapa
mereka bisa berada di tempat ini?".
"Menurut Yok heng, mereka datang untuk menolong Siau cui Tentu saja katakatanya
tidak bisa dipercaya," sahut Song Bun Cun.
"Mengapa tidak dapat dipercaya?" Justru karena Siau cui ingin menolong Yok
Siangkong, maka ia kena ditawan oleh Hu toanio Yok Siangkong bergegas kemari
unluk menolongnya, memangnya salah" Ini malah membuktikan bahwa Yok
Siangkong adalah seorang manusia yang mengingat budi orang lain Justru karena
Piauko terlalu percaya kepada diri sendiri dan tidak pernah mempercayai orang
lain maka terjadi hal seperti ini'" katanya ketus.
"Apa yang dikatakan Piau siocia memang ada benarnya " kata Ciek Ban Cing yang
berdiri di samping. Hui Fei Cin menofehkan kepalanya.
"Ciek Congkoan, apakah kau sudah me meriksa bahwa tempat mi benar benar tidak
ada orang lam?" tanyanya. "BetuI Lao siu sudah memenksa seluruh ruangan dalam rumah ini Tampaknya sudah
tidak ditinggali orang lagi Dan karena kita menemukan nona ini dan Yok Siangkong, maka
terjadi salah paham," sahutnya.
"Waktu Ciek Congkoan masuk ke rumah ini, apakah melihat seorang kakek yang su~
dah tua renta'?" tanya Yok Sau Cun.
"Ketika lao siu masuk ke rumah ini, tidak melihat seorang pun," sahut Ciek Ban
Cing dengan tegas. "Aneh sekali, ketika kami masuk tadi ada seorang penjaga rumah yang sudah tua
sekali Dia tidak membiarkan kami masuk sehingga Ciok kouwnio terpaksa
menotoknya. Bagaimana dia bisa menghilang"' kata Yok Sau Cun.
Sekali lagi Hui Fei Cin melink ke arah Ciok Ciu Lan.
"Apakah Yok Siangkong masih menemukan halhal yang lain'?" tanyanya.
"Tidak .. Orangorang di rumah ini tampaknya sudah kabur semua Keadaannya jauh
berlaman dengan kemann malam Tetapi ada beberapa |ejak yang tertinggal Ketika
cayhe sedang memenksa lebih lanjut, Ciek Congkoan dan Song heng masuk ke man,"
sahut Yok Sau Cun. "Oh ya .. Lao siu mendengar dan centa Siau cui bahwa Yok Siangkong semalam
dibawa ke man oleh Hu toanio Sebetulnya apa yang terjadi?" tanya Ciek Ban Cing.
"Rupanya Ciek Congkoan belum menanyakan dengan jelas langsung menyerang Yok
Siangkong, sindir Hui Fei Cin sambil mencibirkan bibirnya.
Wajah Ciek Ban Cing merah seketika Dia mengelapkan tangannya dan berkata
"Harap Piau siocia mau memaafkan Lao siu adalah orang kasar sehmgga tidak
memakal peraturan," sahutnya.
Yok Sau Cun kemudian menceritakan sekali lagi apa yang dialaminya tadi malam
Ciek Ban Cing sampai terpana dibuatnya.
"Kalau begitu, tempat ini memang markas para penjahat Kemungkinan besar karena
kedok Hu toanio telah terbuka, maka mereka bergegas memnggalkan tempat ini,"
katanya. "Yok Siangkong, tadi kau mengatakan bahwa orang yang bersama-sama dengan Hu
toanio tadi adalah laki-laki she Yu yang menitipkan surat berisi racun kepadamu,'
tanya Hui Fei Cin. "Tidak salah Meskipun cayhe tidak sempat melihat jelas raut mukanya namun dari
nada suaranya, cayhe bisa mengenali" sahut Yok Sau Cun.
'Hm " Hui Fei Cin menganggukkan kepalanya berkali-kali " Kern ungki nan besar
keberadaannya bersama Hu toanio di Hu kian adalah untuk mendengar gerakgerik
yang teriadi di Tian Hua san ceng Tempat mi memang markas mereka Sedangkan
Tiong kouwnio yang ditemui Yok Siangkong kemann malam pasti salah satu pentolan
mereka " Matanya mengerfing sekali "Yok Siangkong, menurut centamu, kau dibawa
mereka dalam keadaan mata tertutup Apakah ini tempat di mana kau bertemu dengan
Tiong kouwnio itu'?".
'BetuI Cayhe ingat dengan jelas Di tempat ini tadmya ada sebuah meja bundar dan
beberapa kursi Sekarang tentu sudah dipindahkan Bahkan di lantai mi sengaja
ditaburkan kotoran dan debu Tapi cayhe pasti tidak keliru," sahut Yok Sau Cun
yakin. "Ciek Congkoan, kau bawa beberapa orang untuk memenksa daerah sekitar sini.
Kemungkinan rombongan penjahat itu masih bersembunyi dan belum pergi," kata Song
Bun Cun. Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya.
"Baik. Lao siu segera melaksanakan,' sahutnya.
Dia segera mengajak enam laki-laki tinggi besar yang berpakaian pengawal
menyertainya Song Bun Cun menoleh ke arah Hui Fei Cin.
"Piaumoi apakah kita perlu berpencar untuk ikut mencari?".
"Semalam ketika Yok Siangkong tersadar dia menemukan dirinya dikurung dalam se
buah ruangan bawah tanah Kalau saja kita dapat menemukan ruang bawah tanah
tersebut, kemungkinan bisa menemukan jejak lain yang tertinggal," sahut Hui Fei
Cin. "Piaumoi sungguh cerdas, kalau kau tidak mengemukakannya aku sendiri tentu tidak
akan terpikirkan," kata Song Bun Cun.
"Sayangnya mata Yok Siangkong sedang tertutup saat itu, entah apakah Yok
Siangkong masih bisa mengingatnya?" kata Hui Fei Cin.
"Memang mata cayhe sedang tertutup saat itu, namun diamdiam cayhe berusaha
mengingatnya dalam hati Kalau tidak salah, cayhe meiewati dua lorong panjang,
menembus lima pintu Seluruhnya berjumlah limaratus tuiuh puluh tiga tindak "
sahut Yok Sau Cun. "Yok Siangkong benar-benar orang yang penuh perhatian terhadap segala hal" kata
Ciok Ciu Lan sambil tertawa Entah dia bermaksud menyindir atau memang
mengatakan hal yang sebenarnya".
'Cayhe hanya menuruti nasehat suhu Ka tanya, jadi manusia itu harus tenang dalam
keadaan segenting apa pun Meskipun hal yang kecil, tetap tidak boleh diremehkan
Ketika itu mata cayhe sedang tertutup jadi tidak tahu berada di tempat apa Hanya
bisa mengingat secara diamdiam dengan harapan dapat menemukan jalan untuk melarikan
diri Oleh karena itu, cayhe berusaha mengingat jalan keluar itu," sahutnya
tersipu sipu. Dan pembicaraan kedua orang itu, Hui Fei Cin dapat merasakan bahwa hubungan
mereka sangat dekat, namun dia tidak enakhati menanyakan di mana mereka
terkenalan Oleh sebab itu, dia melanjutkan perkataannya tentang hal yang sedang
diselidiki. "Bagus sekali kalau Yok Siangkong masih mengingatnya Mari kita selidiki sekarang
juga". Semua orang meninggalkan taman tersebut. Song Bun Cun mengibaskan telapak
tangannya. "Yok heng, silahkan," katanya.
"Cayhe harus bertindak sebagai penunjuk jalan, maaf cayhe mendahului ' sahut Yok
Sau Cun sambi! mendahului mereka berjalan di muka.
Ciok Ciu Lan ]uga tidak sungkan lagi Dia segera mengikuti di belakang Yok Sau
Cun Hati Hui Fei Cin merasa tidak enak Tapi dia juga tidak banyak bicara, hanya
menginngi di belakang gadis itu Sedangkan Siau cui adalah pelayan Hui Fei Cin,
sudah pasti dia mengintili nonanya Dengan demikian Song Bun Cun terpaksa
berjalan di bansan paling akhir Tetapi, karena di sisi Yok Sau Cun sekarang ada Ciek kouwnio
maka perasaannya lebih lega Dengan tangan menggeng' gam pedang, dia berjalan di
barisan paling ujung Tampangnya terlihat gagah dan tampan.
Beberapa orang itu melewati lorong panjang Tiba-tiba di tikungan depan, Yok Sau
Cun berhenti Matanya menatap ke dinding sebelah kanan. Bibirnya tersenyum lebar
Ciok Ciu Lan yang beijalan di belakangnya menjadi heran.
"Yok Siangkong, apa yang sedang kau perhatikan?" tanyanya.
'Ketika cayhe keiuar dari ruang bawah tanah dengan mata tertutup serta duringi
oieh seorang gadis bergaun pendek, cayhd merasa tangannya menarik ke arah kin,"
sahutnya. "Apa hubungannya dengan perhatianmu pada dinding ini?" tanya Ciok Ciu Lan.
"Kalau dia menarik sebelah tangan Cayhe, bukankah masih ada tangan sebelahnya
yang nganggur?" sahut Yok Sau Cun.
Ciok Ciu Lan kebingungan namun Hui Fei Cin mengeluarkan suara kaget.
"Apakah Yok Siangkong meninggalkan suatu tanda di dinding ini'>" tanya Hui Fei
Cin. "BetuI," sahut Yok Sau Cun sambil menganggukkan kepalanya "Ketika cayhe ditarik
oleh gadis itu, secara sembunyi-sembunyi cayhe menggoreskan ujung kuku ke
dinding sebelah kanan Hal mi membuktikan bahwa semalam cayhe memang dibawa
melalui lorong ini".
Semua orang ikut melihat ke dinding yang ditunjuk oleh Yok Sau Cun Ternyata me
mang ada guratan kuku yang cukup dalam tertera di sana Kalau SBJB tidak
dijelaskan lebih dahulu, tentu tidak akan ada orang yang memperhatikannya karena guratan
itu hanya samarsamar. "Yok Siangkong ternyata orang yang berpikiran panjang," kata Hui Fei Cin.
"Hui Siocia terlalu memuji Cayhe sendiri tidak sengaja melakukannya siapa sangka
han mi akan bermanfaat" sahut Yok Sau Cun.
Ciok Ciu Lan tidak ingin melihat Yok Sau Cun banyak bicara dengan Hui Fei Cin
Dia segera menukas. "Yok Siangkong, sekarang kita tel,ah menemukan sebuah petunjuk Dengan demikian
waktu kita jadi tidak terbuang siasia Man kita lanjutkan penyelidikan ini".
Yok Sau Cun tidak berkata apa-apa lagi. Dengan mengikuti goresan kuku pada
dinding itu, mereka berjalan terus Sampai di Ujungnya mereka membelok ke sebuah
gang yang sempit, kemudian menembus Ke belakang Di dindmg sebelah kanan,
kembali terlihat guratan kuku Karena lorong itu tidak mempunyai pintu penghubung
maka mereka tidak perlu mencari tapi hanya maju sampai ujungnya Di sana ada
sebuah pintu besar Bahkan di depannya terlihat sebuah rantai yang dikaitkan
dengan gembok. "Tadi kau mengatakan bahwa ada lima pintu yang kau lewati, ini adalah pintu
kelima," kata Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun mengangguk kecil Diamenjulurkan tahgan dan mematahkan gembok
tersebut Pintu dibukanya. Terdengar seruan dari mulut Ciok Ciu Lan.
"Rupanya pintu ini menembus ke taman belakang," katanya.
"BetuI Ruang bawah tanah itu memang dibangun dalam taman ini" sahut Yok Sau Cun.
"Wah Kalau begini jadi sulit. Seandainya lorong tadi yang kau lalui semalam
tidak heran, kau masih meninggalkan tanda karena jalannya yang sempit sekali Tidak
heran kau bisa menjulurkan tangan untuk menggores dinding tersebut Namun di sini adalah
sebuah taman yang luas. Tentu kau tidak bisa meninggalkan tanda apaapa Bagaimana kita
bisa menemukan ruang bawah tanah itu'?" kata Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun tertawa lebar.
"Tanda yang ada di sini tentu bukan guratan kuku," sahutnya.
"Apakah kau juga meninggalkan tanda di sini''" tanya Ciok Ciu Lan dengan mata
terbelalak. "Ketika cayhe dibawa melalui taman mi, cayhe merasakan tanahnya agak lunak ".
"Pada kentungan pertama tadi malam me mang turun huian lebat" sahut Ciok Ciu Lan


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerangkan. "Karena menginjak tanah lunak itu maka cayhe berpikir pasti tidak sedikit je.iak
kaki cayhe yang tertinggal di sini Oleh k'arena itUi setiap beberapa langkah, cayhe
sengaia me nambah tenaga pada telapak kaki supaya meninggalkan jejak yang dalam.
Seharusnya sampai sekarang masih ada ".
"Yok heng ternyata memang banyak akal," kata Song Bun Cun.
Semuanya masuk ke dalam taman itu. Baru berjalan beberapa langkah, pada tanah
yang agak lembab ternyata memang ada jeiak kaki yang tertinggal. Karena waktu
itu adalah tengah hari, maka jetak kaki itu se makin jelas.
Taman itu sangat luas Untung saja ada |ejak kaki sebagai petunjuk Tidak berapa
jauh melangkah. mereka sampai pada sebuah jembatan kecil. Di bawahnya ada sebuah
aliran air Kemudian mereka sampai pada gunung buatan yang banyak menghias
rumahrumah besar Di atasnya tertanam pohon pohon palem berukuran sedang
Membuat pemandangan semakin indah Di depan gunung buatan itu terdapat padang
rumput yang luas Karena sekarang hampir rnasuk musim dingin maka rumput rumput
itu berwarna kekuningan. "Tanah lunak yang pertama dunjak Yok heng pasti rumput rumput ini," kata Song
Bun Cun sambil menunjuk dengan ujung kakinya.
Yok Sau Cun maju beberapa langkah Dia berdiri dan memperhatikan sekitarnya
Kemudian kepalanya dianggukkan.
"Betul. Pertamatama keluar dari ruang bawah tanah, cayhe sempat mendengar
getaran daun yang tertiup angin,' sahut Yok Sau Cun.
"Kalau begitu kemungkinan besar ruangan bawah tanah itu terletak di bawah gunung
buatan," kata Ciok Ciu Lan.
"Man' Kita penksa tempat ini," ajak Song Bun Cun.
Dia mendahului yang lain memenksa gu nung buatan itu Di samping kanan ternyata
ada sebuah goa Mereka memasukinya Di dalamnya terdapat sebuah gang kecil yang
sempit sekali Mereka berjalan menelusunnya Di bagian Ujung ada sebuah pintu Song
Bun Cun membuka pintu tersebut Tempat itu adalah sebuah ruang tamu. Di tengah
tengah ada sebuah meja segi delapan Di sudut ada sebuah pintu lagi Rumah itu
ternyata demikian ruwet Entah siapa yang membangunnya" Sekali lagi. Song Bun
Cun mendahuiui yang lainnya membukakan pin tu Terdengar seruan kekecewaan dan
mulut beberapa orang. Termasuk Yok Sau Cun sendiri Di balik pintu itu ternyata
hanya ada sebuah dapur. Mereka memperhatikan sekitar ruangan Jtu sejenak. Tampaknya tidak ada yang
mencun'gakan Mereka pun mundur kembali ke ruang tamu tadi. Di bagian kin ada
sebuah jendela bundar yang dapat melihat pemandangan di taman Mereka berpencar
untuk mencari ruang bawah tanah yang dikatakan Yok Sau Cun Namun semuanya
berkumpul kembafi ke ruang tamu itu tanpa hasil apaapa Akhirnya mereka keluar
dan goa itu. Song Bun Cun memandangi gunung buatan itu dengan termangumangu Kemudian
dia menoleh kepada Yok Sau Cun.
"Coba Yok heng ingatingat lagi Apakah tempatnya tidak salah'" Mengapa kita tidak
berhasil menemukannya?".
"Cayhe tidak mungkin salah ingat Dari jejak yang cayhe tmggalkan, sudah ]elas
ruangan bawah tanah itu terletak di sekitar tempat ini," sahut Yok Sau Cun.
"Kita sejak tadi menelusun jejak yang ditinggalkan Yok heng. tapi sampai batas
jembatan ini tidak ada jejak lagi Mungkinkah ruangan bawah tanah itu tidak berada di
'sekitar sini?" tanya Song Bun Cun.
"Meskipun mata cayhe semalam tertutup, tapi tanah lunak yang diinjak cayhe tidak
saiah lagi rumputrumput ini. Di jembatan memang tidak ada jeiak Hal ini disebabkan
tenaga dalam cayhe yang kurang tinggi sehingga tidak sanggup meninggalkan jejak di alas
batu Tapi menurut cayhe, ruangan bawah tanah itu pasti ada di sini Hanya saja kita
befum menemukan pintu masuknya " sa hut Yok Sau Cun.
Mereka terdiam sekian lama Masing ma sing sibuk ikut berpikir Tiba tiba Yok Sau
Cun mengeluarkan seruan terkejut.
"Ah... cayhe ingat ketika dibawa keluar dari ruang bawah tanah semalam hanya
berjalan beberapa langkah saja sudah tercium udara segar Berarti ruang bawah tanah itu
pasti berada di sekitar gunung buatan ini " katanya.
"Man kita cari sekali lagi" ajak Ciok Ciu Lan.
Mereka berpencar sekali lagi. Setiap pohon disibak oleh mereka namun tetap tidak
ada hasilnya. "Di sekitar sini pasti ada pintu rahasia," kata Ciok Ciu Lan.
"Pintu rahasia apa'?" tanya Hui Fei Cin.
"Aku pernah dengar cerita dart ibuku, bahwa ada beberapa komplotan terselubung
yang takut gerakgenk mereka' diketahui orang Biasanya komplotan ini mempunyai
tempat pertemuan dengan pintu rahasia Kalau bukan anggota mereka sendiri, tentu
tidak tahu di mana letaknya pintu rahasia tersebut Sedangkan untuk membuka pintu
rahasia, setalu ada tombol yang tersembunyi. Asal kita dapat menemukan tombol
tersebut maka pintu rahasia itu akan terbuka sendiri," sahut Ciok Ciu Lan
menjelaskan. "Kalau begitu. kita coba masuk kembali ke dalam goa. Sejak tadi kita hanya
mencari pintu menuju ruang bawah tanah, sama sekali tidak memperhatikan tombol apa pun
Siapa tahu apa yang dikatakan Ciok kouwnio ada benarnya." kata Song Bun Cun
memberi saran. Beramai-rarnai mereka kembali ke dalam goa Hampir sepeminuman teh mereka
meraba ke sana ke man tapi masih juga tidak ada hasilnya Hui Fei Cin hampir
putus asa. "Di mana tombol itu sebenarnya" Apa lagi tempat ini tidak tertembus cahaya
sehingga remangremang Lagipula kita tidak mempunyai korek api, untuk melihat
jelas saja sulit. Piauko. mungkin lebih baik kita ajak Ciek Congkoan ke mari
saja Dia sudah berpengalaman di dunia kangouw. Siapa tahu dia bisa menemukan tombol
pembuka pintu rahasia itu," katanya.
"Aku punya korek api," sahut Ciok Ciu Lan. Dia mengeluarkan sebuah korek api
dari ikat pinggangnya. "Ces!" Dinyalakannya api itu dan diangkatnya untuk menymari dinding goa
tersebut. Ditelusun dan kin ke kanan Lalu dinding sebelahnya lagi Bagian ujung dinding goa
itu merupakan tempat yang tergelap karena letaknya yang di p0j0k Ciok Ciu Lan
melihat sebuah lekukan di dalam dinding tersebut.
"Mungkin di sini tombolnya ".
Tangannya segera menyusup ke dalam lekukan yang cukup dalam itu Terasa
tangannya meraba sebuah gelang besi Dia berusaha menariknya Terdengar suara
deritan samarsamar di telinga mereka.
"Dentan itutampaknya berasal dari bawah tanah," kata Yok Sau Cun.
Baru saja ucapannya selesai terdengar suara benda berat yang bergeser. Mata
mereka semua menoleh ke arah sumber suara itu Dinding batu sebelah kanan tibatlba
berputar dan terbuka. Di dalamnya gelap gulita, namun t'erlihat ada tangga yang menuju ke
bawah. "Ciok kouwnio sungguh pandai Kalau tidak ada engkau, mungkin untuk selamanya
kita juga tidak bisa menemukan tempat mi," kata Hui Fei Cin.
"Hui Siocia terlalu memandang tinggi aku." sahut Ciok Ciu Lan Korek api di
tangannya diangkat tinggitinggi "Biar aku berjalan di muka agar ada penerangan ".
Perlu diketahui korek api zaman itu lain dengan zaman sekarang Korek yang ada di
tangan Ciok Ciu Lan dapat bertahan lama seperti sebuah obor.
"Ciok kouwnio, lebih baik cayhe yang t>erjalan di depan ' kata Yok Sau Cun
menawarkan diri. Ciok Ciu Lan tersenyum manis.
"Tidak apaapa Aku yang jalan lebih dahulu juga sama saja," sahutnya.
Dia segera menuruni tangga batu itu Yok Sau Cun takut terjadi apa-apa pada gadis
itu, maka dia segera mengikuti di belakangnya. Begitu Juga yang lain, tiba-tiba ada
sesuatu hal yang terlintas di benak Hui Fei Cin.
"Siau cui, kau tinggal di smi saja Jangan sampai kita terkurung di dalam. Kalau
terjadi sesuatu atau ada orang yang tidak kenal datang, maka kau harus bertenak
memanggil kami, mengerti'?" katanya.
"Baik," sahut Siau cui Dia naik kembali ke atas.
Tangga batu itu tidak terlalu panjang Di sebelah kiri terdapat dua buah pintu
besi Keduanya tidak terkunci Mereka mendorong pintu yang pertama Rupanya hanya
sebuah gudang tempat penyimpanan botol botol arak yang sudah kosong Mereka se
gera membuka pintu satunya lagi. Ruangan ini juga gudang namun yang tersimpan di
dalamnya adalah berbagai keperluan rumah tangga yang sudah tidak terpakai. Di
sudut dalam terdapat sebuah pintu lagi. Mereka membuka pintu itu Dalamnya kosong
melompong. "Dalam ruangan inilah cayhe disekap tadi malam," kata Yok Sau Cun.
Ciok Ciu Lan mendahului mereka masuk ke dalam. Diedarkannya api itu ke
sekeliling ruangan. "Di sini tidak ada patunjuk apa pun. Tarnpaknya komplotan para penjahat itu
memang sudah kabur.". "Rasanya ini bukan markas mereka. Kemungkinan hanya tempat pertemuan
sementara," kata Yok Sau Cun kecewa.
"Kalau memang bukan markas mereka, mengapa harus dipasang tombol rahasia?"
tanya Hui Fei Cin. Song Bun Cun tersenyum lebar.
"Ini bukan termasuk hal yang mengherankan Banyak orang kaya yang takut harta
bendanya dirampok, ada juga yang membangun ruang rahasia untuk penyimpanan
harta tersebut Hanya berdasarkan ruang bawah tanah ini, kita belum dapat
memastikan bahwa mi markas mereka ' katanya menjelaskan.
"Kalau demikian kita naik kembali saja," sahut Hui Fei Cin.
Keempat orang itu naik ke alas dan meninggalkan ruang bawah tanah tersebut.
Tampak Siau cui masih berdiri di tempat semuia dengan pedang pendek di tangan.
Dia tidak menemukan apaapa Hal ini membuktikan bahwa Tiong kouwnio bersama
komplotannya memang sudah kabur. Mereka keluar dari gunung buatan Dari
kejauhan tampak bayangan tinggi besar Ciek Ban Cing mendatangi dengan
tergopogopoh. "Apakah Ciek Cong koan menemukan sesuatu hal yang genting?" tanya Song Bun Cun
sambil menghampin dengan langkah lebar.
Hui Fei Cin Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan juga memburu ke sana Setelah melewati
aliran air Ciek Ban Cing sampal pada jernbatan kecil Dia menghentikan langkahnya
dan membungkuk dengan sikap hormat.
"Kongcu, Piau Siocia, ternyata kalian ber ada di sini," sapanya.
"Apakah Ciek Cong koan menemukan sesuatu'?" tanya Song Bun Cun.
"Lao sm sudah memeriksa seluruh rumah dan daerah sekitar Tidak ada apaapa yang
mencurigakan. Tetapi Lao ceng cu meng utus Song hin menyusu! ke mari dan
menyuruh Kongcu serta Piau siocia segera kembali ke Tian Hua san ceng," sahut
Ciek Ban Cing. "Apakah Song hin tahu mengapa Tia meminta kami kembali?" tanya Song Bun Cun
cemas. "Menurut Song hin, ada tamu yang datang dan Yang ciu," sahutnya.
"Siapa yang datang dari rumahku?" tanya Hui Fei Cin.
"Lao siu tidak tahu. Song hin hanya mengatakan bahwa Lao ceng cu memmta
Kongcu dan Piau siocia kembali aegera. Tampaknya ada persoalan mendesak yang
Lao ceng cu ingin rundingkan dengan kalian berdua," sahutnya.
"Kalau begitu, Piau moi man kita berangkat segera," ajak Song Bun Cun sambil
mendahului jalan di muka. Hui Fei Cin menganggukkan kepalanya dan menoleh kepada Yok Sau Cun.
"Yok Siangkong, jangan lupa |anjimu untuk berkunjung ke Yang ciu," katanya.
Katakata itu diucapkan dengan nada berbisik. Mungkin hanya Yok Sau Cun seorang
yang bisa mendengamya karena dia berdirl tepat di sisi Yok Sau Cun Belum lagi
anak muda itu memberikan jawaban, Hui Fei Cin, Siau cui dan Ciek Ban Cing sudah
mengikuti Song Bun Cun melangkah keluar. Tetapi di telinga Yok Sau Cun masih
terasa berkumandang suara lembut dan penuh harapan itu!.
"Yok Siangkong orangnya sudah pergi Apa lagi yang kau renungkan'?" sindir Ciok
Ciu Lan. Yok Sau Cun terkejut "Eh ... Apa yang kau katakan?" "Aku lihat sebelum pergi
tadi, Hui Siocia itu mengucapkan sesuatu kepadamu," kata Ciok Ciu Lan dengan bibir
mencibir. Terhhat rona merah di pipi Yok Sau Cun "Tidak .. tidak ada apaapa. Dia hanya
mengucapkan selamal tinggal," sahutnya gugup.
"Tidak usah mengatakannya. Apa yang diucapkannya kepadamu, tidak seharusnya aku
tanyakan. Hm... man kita pergi," ajak Ciok Ciu Lan. Setelah meninggalkan gedung
beaar itu, Yok Sau Cun melihat ke sekitarnya Tidak tampak satu orang pun.
"Ciok kouwnio, aku tetap beranggapan bahwa gedung ini mencungakan.".
"Oleh sebab itu, kita harus segera pergi dan sini," sahut Ciok Ciu Lan
tersenyum. "Apa yang nona maksudkan?" tanya Yok Sau Cun.
"Kalau kita pergi berarti kita tidak menaruh cunga apaapa pada gedung ini".
"Apakah kita perlu kembali lagi nanti?" lanya Yok Sau Cun.
"Tentu saja harus Namun bukan sekarang," sahut Ciok Ciu Lan "Kapan'?".
Ciok Ciu Lan mendongakkan kepalanya "Ssst Ada yang datang " katanya Dan arah
depan terlihat seorang laki laki dengan dandanan penduduk biasa mendatangi Yok
Sau Cun tidak berkata apaapa i lagi Mereka melewati jalan setapak dan berjalan
menuju kota Senja han mereka sudah sampai di sana.
"Kita cari tempat untuk beristirahat Malam nanti kita kembali lagi," kata Ciok
Ciu Lan. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya Tiba-tiba terdengar suara seseorang
berseru: "Man... mari. . Saudara berdua, kemarilah! Duduk sebentar agar kita
dapat berbincang-bincang.".
Yok Sau Cun menolehkan wajahnya ke arah suara itu. Tampak di tikungan jalan
besar, ada seorang laki-laki yang duduk di belakang sebuah meja Di atas
kepalanya tergantung secank kain bertuliskan Peramal sakti Tidak tepat tak usah bayar!
Wajah laki-laki tua itu kurus kecil seperti kepala tikus. Di atas bibirnya menjuntai
dua buah kumis panjang Usianya hampir enam puluh an. Matanya sipit, hidungnya pesek,
giginya agak tonggos Wajahnya kekuningan Ku rusnya tinggal tulang dibungkus
kulit Dia

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenakan pakaian yang warnanya sudah pudar. Tangannya memegang sebuah
kipas yang besar dan lebar. Dia sedang menunjuk kepada Yok Sau Cun dan Ciok Ciu
Lan Wajahnya menampilkan senyuman yang lebih mirip senngai seekor tikus.
"Manusia berpatok pada kata jodoh Seng mia lo (Peramal tua) dan kalian dapat
bertemu di sini juga karena ada jodoh He. . he... he . saudara berdua berjatan dengan
tergesa-gesa Pasti ada hal yang genting di depan mata. Marl duduk di sini sebentar.
Kita berbincangbincang sejenak Seng mia lo kirn jui (Mulut emas memiliki ramalan
yang selalu tepat). Tidak tepat, saudara berdua boleh segera angkat kaki," katanya.
Yok Sau Cun tidak memperdulikannya.
Ciok Ciu Lan terpana mendengar peramal itu berkata, "Saudara berdua berjalan
dengan tergesa-gesa, pasti ada hal yang genting di depan mata" Oia menjadi tertarik
Kakinya berhenti melangkah Dia menoleh ke arah Yok Sau Cun.
"Yok Siangkong, bagaimana kalau kita cobacoba?" katanya.
"Orang-orang semacam itu semuanya hanya menipu untuk mencari makan Buat apa
mencoba?" sahut Yok Sau Cun. "Coba kita tanyakan hal genting apa yang membuat kita tergesa-gesa'?" kata Ciok
Ciu Lan. Terdengar suara tawa dari mulut peramal itu.
"Apa yang dikatakan kouwnio itu memang benar Orang meramal untuk mencegah
musibah, bukan bertanya tentang rezeki saja. Siapa tahu dapat dijadikan patokan
apabila hendak melaksanakan suatu rencana" sahutnya.
Ciok Ciu Lan melangkah menghampirinya.
'. "Bagaimana kau bisa tahu kalau ada persoalan gawat yang sedang kami hadapi"
tanyanya. "Seng mia lo melihatnya dan wajah kalian berdua," sahutnya.
"Coba kau lihat, apakah persoalan ini dapat diselesaikan dengan baik?" tanya
Ciok Ciu Lan. "Kouwnio tampaknya sedang menguji Seng mia lo Bagaimana kalau kouwnio
mengambil sebuah ciam si (Sumpil yang ada tulisannya, biasanya terdapat di
kelenleng)?". "Tidak Ciam si kadang-kadang bisa diatur. Bagaimana kalau menuliskan satu huruf
saja?" tanya Ciok Ciu Lan. "Boleh boleh Silahkan kouwnio menulis huruf apa saja Nanti Seng mia lo berusaha
meramalnya.". "Yok Siangkong, kira kira huruf apa yang harus kululis?" tanya Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu. Matanya melihat
sebuah pedati yang ditarik seekor sapi Dia menyahut sekenanya.
"Tulis saja huruf Gu (sapi).".
"Seng mia lo, bagaimana?" tanya Ciok Ciu Lan.
"Boleh . Tapi karena huruf itu dipilih oleh Siangkong ini, maka Seng mia lo akan
meramalnya lebih dahulu," sahut peramal Itu.
"Coba katakan," ujar Ciok Ciu Lan.
"Huruf yang dipilih oleh Siangkong ini adalah 'Gu' Kalau garis alasnya dibuang
maka yang terbaca adalah huruf Wu'. Kalau dari huruf 'Gu' tadi ditambahkan sebuah
kumis di bawahnya. akan terbaca huruf 'Sit' (hilang). Huruf 'Wu' artinya siang Namun
karena hufuf itu diambil dari huruf 'Gu' tanpa kepala, berarti bukan siang tapi malam
Sedangkan huruf 'sit' didapatkan dan huruf Gu' yang ditambah segaris. Apakah
artinya bahwa ada orang yang menghitang kemann malam" Sedangkan 'Gu' yang dilihat
Siangkong tadi, diinngi oleh seseorang Hal ini berarti hilangnya orang tersebut
kemarin malam karena dibawa orang. Dan apabila huruf 'Gu' tadi ditambah segaris
iagi di bawahnya, maka akan terbaca huruf 'Seng' (Hidup) Hal ini berarti bahwa
orang yang menghilang tadi malam meskipun dibawa oleh seseorang tapi sekarang dalam
keadaan baikbaik saja," kala peramal itu menjelaskan.
Yok Sau Cun lerpana mendengar keterangan tersebut, Apakah peramal ini benarbenar
bermulut emas sehingga apa yang ditebaknya selalu tepat Kalau tidak,
bagaimana dia bisa tahu bahwa tadi malam dia dibawa oleh seseorang namun
berhasil kembali dengan selamat Tetapi, pikiran lain melintas Iagi di benaknya Apakah
peramal ini merupakan satu komplolan dengan para penjahat itu.
"Hai. . Seng mia lo, aku yang meminta diramalkan, seharusnya kau menghitung
perkiraanku." sahut Ciok Ciu Lan.
"Baiklah... Seng mia lo lihat ada beberapa hal yang sama dengan Siangkong ini
Tapi karena huruf 'Gu' tadi dipilih oleh Siangkong ini, maka Seng mia lo berani
memastikan bahwa yang hilang semalam bukan kouwnio tapi Siangkong ini.
Sedangkan 'Gu' yang dipilih kouwnio bila ditambah satu kumis juga menjadi kata
sin Tapi karena huruf itu sebelulnya pilihan Siangkong ini maka berarti 'sin' yang
disebut di sini bukan bermakna hilangnya dan kouwnio tapi memberi makna bahwa kouwnio
akan kehilangan sesuatu. Sedangkan huruf Gu' yang dibuang kepalanya menjadi Wu'
(Malam) Namun karena kejadian semalam dialami lebih dahulu oleh Siangkong ini
dan baru diketahui kouwnio kemudian, maka berarti bukan malam kemarin tapi
malam ini". "Maksudmu, aku akan kehilangan sesuatu malam ini'?" tanya Ciok Ciu Lan terkejut.
'Betul Namun ada suatu hal lagi yang perlu diketahui kouwnio Apabila kouwnio
menernui kesulitan apapun, ambillah jalan menuju arah barat Dengan demikian,
jiwa kouwnio masih dapal dipertahankan," katanya lebih lanjut.
"Sudahlah. Kau mengoceh sembarangan Aku yang mendengar juga tidak perlu
dimasukkan daiam hati." Dia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan uang beberapa
sen. Diletakkannya di atas meja dan mengajak Yok Sau Cun meninggalkan tempat
peramal itu. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, terdengar si peramal berseru "Kouwnio,
berhenti dulu'". "Apalagi . Bukankah ongkosnya sudah kubayar" bentak Ciok Ciu Lan.
Peramal itu lersenyum lebar.
"Apa yang kouwnio berikan tadi masih jauh dari cukup " sahutnya.
Ciok Ciu Lan menjadi marah mendengar perkataannya.
"Berapa yang kau pinta?".
"Paling sedikit lima tail," sahut peramal itu.
"Lima tail'" Bukankah sama saja kau menipu?" bentak Ciok Ciu Lan.
"Kalau Siangkong ini, Seng mia lo meramal dengan gratis Tapi lain dengan kouwnio
Seng mia lo sudah memberikan jalan untuk menghindarkan diri dan marabahaya,
maka bayarannva tidak dapat disamakan dengan orang lain ".
"Kau. " Mata Ciok Ciu Lan mendelik Karena marah.
"Sudahlah " kata Yok Sau Cun sambil merogoh sakunya dan mengeluarkan uang
sebanyak lima tail Dia segera mengajak Ciok Ciu Lan meninggalkan tempat itu.
Selelah agak jauh, Ciok Ciu Lan berpaling sekali lagi kepada laki-laki tukang
ramal tadi. "Tampaknya dia bukan peramal biasa," katanya.
Yok Sau Cun mengangkat tubuhnya.
Mereka mengisi perut di sebuah kedai bakmi di perbatasan kota Setelah itu
bergegas menuju Cang ciu. Mereka memmla dua kamar di penginapan Hinlong Pelayan
membawakan leko berisi teh dan dua baskom air hangat unluk mencuci muka
Kemudian dia rnengundurkan diri.
Yok Sau Cun sudah mencuci muka Dia duduk sambil menikmali teh hangat Dia
melihat Ciok Ciu Lan berjalan ke kamarnya Dia segera berdiri dan membukakan
pintu. "Ciok kouwnio, apakah kita harus berma lam di sini?" tanyanya Ciok Ciu Lan
menulupkan kembali pinlu kamar Dia menyahut dengan suara rendah.
"Siapa yang bilang kita akan bermalam di sini'?" Malam ini kita harus cepat-
cepat kembali ke Wi su kan Kita akan memeriksa sekali lagi gedung besar itu,"
sahutnya. Yok Sau Cun menuangkan secangkir teh unluk gadis itu.
"Kalau begitu, buat apa kita datang ke tempat yang begini jauh'?" tanya pemuda
itu tidak mengerti. "Tuan besar. Ini yang dinamakan siasat "Perangkap tikus" Kemungkinan besar
mereka mengulus orang unluk mengikuti kita Kalau mereka lihat kita pergi
sedemikian jauh, mereka tentu mengira kita tidak menaruh curiga lagi pada gedung
itu Seandainya tempat itu memang markas mereka maka komplolan itu akan kembali
ke sana dengan hati lapang Mereka pasli tidak menyangka kita bakal kembali lagi
Oleh sebab itu, malam mi kita balik tanpa sepengetahuan siapa pun Tapi,
kepergian kita ini hanya unluk mencari bukti yang berharga atau petunjuk di mana kita bisa
mendapalkan obat penawar bagi Song loya cu Sekali-kali jangan turun tangan tidak perlu,"
kata Ciok Ciu Lan mengingatkan Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya
berkali-kali. "Ciok kouwnio memang banyak pengalaman Cayhe berhasil memetik hasilnya dari
pengalaman kouwnio". Ciok Ciu Lan tertawa lebar.
"Aku sejak kecil sudah sering mengikuti ibu berkelana Tidak pernah menjadi kutu
buku seperti dirimu," katanya.
"Karena ingin memenuhi permintaan Cia su, cayhe sekarang |uga berkecimpung di
dunia Bulim Kelak masih mengharapkan bimbingan Kouwnio ".
Mala Ciok Ciu Lan menjadi cerah sekelika Dia memandang Yok sau Cun dengan
seksama. 'Asal kau tidak keberatan, aku tentu de ngan senang hati memberitahukan apa yang
aku ketahui" Dia menarik napas sekali "Yok Siangkong, tadi kau mengatakan bahwa kau
ingin rnemenuhl permintaan suhumu Apa sebelulnya permintaan itu'?".
Yok Sau Cun tidak menutupi. Dia menceritakan apa kedua permintaan suhunya dan
bagaimana dia berusaha memenuhinya.
"Menilik dan ceritamu, permintaaan suhumu yang pertama adalah menemukan putra
tunggalnya yang menghilang enambelas tahun yang lampau Pada waktu itu usianya
baru duabelas tahun, berarti sekarang sudah tumbuh dewasa. Dia mempunyai tahi
lalat merah di alis sebelah kanan Panggilannya kelika kecil adalah Liong Koan.
Selain itu, tidak ada pelunjuk lagi Aih.. Dunia ini begitu luas Ke mana kau hendak
mencarinya Sedangkan permintaan kedua lebih sulit lagi Song loya cu akan
memenuhi permintaan itu kalau kau sanggup menerima satu jurus ilmu pedangnya
Tetapi Song loya cu mendapat gelar Bulim it kiam' yaitu jago pedang nomor satu
di Bulim Satu jurus ilmu pedangnya lebih sulit ditandingi daripada seratus jurus ilmu
pedang jago lain." kata Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun tertawa gelir Ciok Ciu Lan kasihan melihatnya.
"Oh ya . Yok Siangkong, kalau menurut pendapatku, tampaknya Song loya cu dan
suhumu saling kenal Mengapa waktu itu kau tidak mencoba bertanya kepadanya, apa
permintaan kedua suhumu itu?" tanyanya.
"Tidak perlu bertanya Cayhe tidak sanggup menerima satu jurus ilmu pedang Song
loya cu Tanya pun tidak ada gunanya Pada suatu hari, kalau cayhe sanggup menerima satu
jurus ilmunya itu Tanpa ditanyakan dia juga akan menjelaskannya kepadaku,"
sahut Yok Sau Cun. "Apa yang kau katakan ada benarnya juga," kata Ciok Ciu Lan Dia merenung sejenak
Sekali tagi dia menarik nafas panjang. "Namun . aih, Jago-jago Bulim yang dikenal ibuku
memang banyak, tapi tidak ada seorang pun yang sanggup menandingi Song
loya cu. Kalau tidak, ibu mungkin bisa memohon mereka membimbingmu '.
"Tidak. , Cayhe yakin suatu han pasti sanggup menerima satu jurus itu, namun
yang paling penling adalah memunahkan racun dalam lubuh Song loya cu, cayhe sudah
berjanji akan menemukan obal pemunah itu sampai dapat," sahut Yok Sau Cun legas.
"Persoalan ini tidak terlalu sulit. Asal malam ini kita bisa membuktikan bahwa
yang meracuni Song loyacu adalah komplotan ini, maka aku akan meminia ibu
mengambilkan obal pemunah tersebut. Kemungkinan besar, dengan menghargai
ibuku, mereka akan memberikannya' sahut Ciok Ciu Lan.
Tiba-tiba Yok Sau Cun teringat sesuatu.
"Peramal yang kita temui hari ini sangat aneh Tampaknya dia sudah tahu apa yang
kita rencanakan malam ini," katanya.
"Orang itu hanya penipu Kata-katanya hanya berdasarkan dugaan," sahut Ciok Ciu
Lan. "Bukankah kau sendiri yang memaksa mendengar apa yang akan dikatakannya?"
goda Yok Sau Cun. "Aku loh bukan orang bodoh Siapa yang bisa percaya ocehan seorang peramal
pemeras seperii itu" aku hanya penasaran mendengar dia berkata bahwa kita sedang
menghadapi persoalan gawal Rasanya dia bukan satu komplolan dengan para penjahal
itu," kata Ciok Ciu Lan sambil tertawa.
"Aku letap merasa curiga " sahut Yok Sau Cun.
"Pembicaraan kita tidak akan ada habisnya kalau berdebal seperti ini Aku ke mari
unluk mengalakan bahwa matam ini kita harus kembali lagi ke Wi sukan Sekarang
masih ada cukup banyak waktu. Lebih balk kita memulihkan tenaga untuk
berjagajaga kalau terjadi sesuatu nanti,' kata Ciok Ciu Lan.
Tidak menunggu Yok Sau Cun menyahut, dia segera kembali ke kamarnya sendiri
Yok Sau Cun naik ke atas tempat tidurnya Dia duduk dengan sikap bersila. Tidak
lama kemudian, pikirannya sudah kosong dan tenang.
Entah berapa lama sudah berlalu. Kelika dia membuka matanya, ruangan kamarnya
gelap-gulita Sudah waktunya menyalakan penerangan Dan depan kamar lerdengar
seorang pelayan menyapa. "Kek kuan. . kalian ingin makan di luar alau Siaujin pesankan beberapa macam hidangan
unluk diantarkan ke dalam kamar?".
Yok Sau Cun turun dan lempal lidur Belum lagi dia menjawab, terdengar suara Ciok
Ciu Lan mendahuluinya. "Kami tidak ke mana mana Suruh lukang masak memilihkan beberapa macam
hidangan yang lezal dan aniarkan ke dalam kamar." pelayan itu mengiakan dan
mengundurkan diri Pintu kamar dibuka Ciok Ciu Lan melangkah masuk Dia
tersenyum melihat Yok Sau Cun yang sudah duduk di kursi.
"Ternyata Yok Siangkong sudah bangun. Aku gembira kau masih bermimpi".
"Apakah kau sempat tidur tadi'?" tanya Yok Sau Cun.
Ciok Cin Lan menggelengkan kepalanya.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak bisa lidur kalau pikiran sedang kaiul," sahutnya.
Pelayan tadi masuk kembali sambil membawakan teko berisi air teh Yok Sau Cun
menunggu pelayan itu keluar, baru benanya.
"Apakah kita langsung berangkat sehabis makan nanti?".
"Masih terlalu pagi Jangan sampai ada yang tahu Lebih baik menunggu sampai
kentungan perlama ' kata Ciok Ciu Lan.
"Cayhe menurut saja apa kata kouwnio," sahut Yok Sau Cun.
Kali ini pelayan masuk membawa beberapa macam sayuran dan nasi Dia
meletakkannya di alas me|a dan mempersilahkan kedua lamu itu menikmatinya.
Mereka makan dengan cepal. Setelah selesai, Ciok Ciu Lan bangkit.
"Aku kembali ke kamar sekarang Kau juga pura pura memadamkan lilin lalu lidur
Kentungan pertama nanti kau keluar melalui jendela samping. Aku menunggumu di
ujung jalan. Tinggalkan saja beberapa tail untuk pembayaran kamar dan makanan,"
katanya. Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.
"Cayhe sudah mengerti.".
"Dan jendela samping, ada dua cumah penduduk. Kau harus lewat tempat itu karena
keadaannya iebih gelap Di sana ada sebuah gang kecil. Bila kau jalan terus maka
akan menembus ujung jalan," kaia Ciok Ciu Lan menjelaskan Sekali lagi Yok Sau Cun
menganggukkan kepalanya. 'Cayhe sudah mengingalnya".
Ciok Ciu Lan membuka pmlu kamar dan keluar Yok Sau Cun merapatkan kembali
pintu tersebut dan meniup lilin supaya padam Keadaan di dalam kamar itu gelap
kembaii Dia naik ke alas tempat tidur tanpa berganti pakaian.
Yok Sau Cun adalah turunan lerpelajar Dia belum pernah menjadi Ya heng jin
(Orang yang berjalan malam) Hatinya agak tegang Seperti mendapatkan mainan baru
Lama sekali rasanya waktu berlaiu Tepat kenlungan pertama berbunyi, dia meloncat
bangun Dan sakunya dia mengambil dua pecahan uang perak dan diletakkan di atas
meja Dengan hati hati dia membuka Jendela samping Selelah melongok ke kiri dan
kanan, dia melompali jendela tersebut Kemudian ia merapatkannya kembali.
Sejak kecil dia sudah berlatih silal. Ginkangnya tentu saja sudah cukup tinggi
Dia hanya belum berpengalaman menjadi Ya heng jin. Dengan sigap dia meloncat ke atap
rumah penduduk Langkah kakinya nngan sekali. Seperti sehelai daun yang tertiup
angin dan hinggap di atas rumah orang. Dia turun kembali ketika melihat gang
kecil yang disebutkan Ciok Ciu Lan tadi Dengan mengendap endap, dia berjalan terus Di
u]ung jalan lerlihat sesosok bayangan tinggi kurus Bukankah itu Ciok Ciu Lan".
Gadis itu juga sudah melihat kedatangannya Dia segera maju mendekati.
"Apakah ada yang melihat dirimu?" tanyanya.
"Tidak'" sahut Yok Sau Cun tegas "Tadi ada sesosok bayangan yang muncul dari
atap rumah seberang Aku hampir saja menduga dirimu Tapi dia mengambil arah utara Gerak
tubuhnya sangat cepat Kemudian aku melihat kau rnuncul dari gang kecil itu, maka aku
segera tahu bahwa yang tadi bukan engkau Ginkang orang itu sangat tinggi Entah dia melihat
engkau tidak barusan'?" kata Ciok Ciu Lan.
"Rasanya tidak Waktu cayhe metewali gang kecil, tidak merasa adanya orang lain,"
sahut Yok Sau Cun. "Untunglah... Mari kita berangkal sekarang," ajak Ciok Ciu Lan.
Mereka melangkah dengan tergesa-gesa Sebentar saja sudah sampai di bawah
tembok perbatasan kota. Ciok Ciu Lan mengajak Yok Sau Cun ke tempat yang sepi.
"Man kita naik," katanya.
Kedua tangannya menempel di tembok. Dengan sigap merayap ke atas Jurus yang
digunakannya adalah Cecak merayap Yok Sau Cun juga menempeikan kedua
tangannya ke tembok itu Tapi dia menyalurkan lenaga ke telapak tangannya dan
sekali hentak melayang meloncali tembok tersebut llmu yang digunakannya adalah
Burung walel mencari sarang.
"Yok Siangkong, ginkangmu linggi seka li," kata Ciok Ciu Lan kagum.
"llmu Ciok kouwnio juga luar biasa," sahut Yok Sau Cun.
Ciok Ciu Lan melirik sambil tersenyum.
"Kalau dibandingkan dengan Yok Siangkong, masih terpaut jauh ".
Dia memberi isyarat dengan tanganny agar melanjutkan perjalanan Mereka melesat
menuju luar kota. "Dari sini Wi su kan hanya memerlukan waktu setengah kentungan. Umumnya Ya
heng jin, dua ketungan sebelumnya sudah bergerak Lebih beik kita sampai di sana
lebih dim, agar tidak kepergok orang lain Di depan gedung itu ada padang rumput
yang luas. Tidak ada tempat untuk menyembu nyikan diri Di sana memang terdapst
be nyak pohon Namun jaraknya terlalu jauh sehingga tidak dapat mengintai dengan
je las Aku rasa, sebaiknya kita masuk dan laman belakang Tempat itu lebih sesuai un tuk
pengintaian " kata Ciok Ciu Lan.
"Cayhe sudah menyatakan akan menurut apa kata Ciok kouwnio," sahut Yok Sau Cun.
Mata Ciok Ciu Lan yang bening menatapnya dengan penuh perhatian. Ada sinar ce
merlang terpancar dari mala itu.
"Kata-kataku belum selesai Kedatangan kita malam ini hanya untuk menyelidiki Ja
ngan sampai ada yang tahu Teriebihlebih jangan bergebrak dengan siapapun juga"
katanya. "Apakah cayhe ada tampang suka mencan keributan'?" tanya anak muda itu sambil
tersenyum. "Aku hanya mengingatkan bahwa kedatangan kita bukan untuk berkelahl," kata Ciok
Ciu Lan sambil mencibirkan bibirnya.
Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.
"Cayhe sudah tahu Man kita melanjulkan perjalanan," sahutnya.
Ciok Ciu Lan tersenyum sekilas dia melesat mendahului anak muda itu Yok Sau Cun
mengikuti di belakangnya Dia juga segera mengerahkan ginkang Dua sosok bayangan
bagai burung yang lerbang di malam hari Satu di depan satu lagi di belakang
Tidak sampai setengah kentungan mereka sudah liba di Wi su kan.
Ciok Ciu Lan menghindan jalan besar Dia mengambil jalan kecil Selelah menempuh
dua li Dia berhenti. "Sudah sampai," katanya dengan nada berbisik.
" Mata Yok Sau Cun memandang ke depan Dalam kegelapan, samarsamar lerlihat
gedung yang besar itu Jarak antara mereka dan gedung itu kirakira masih ada
setengah li. Dengan pandangan mereka yang tajam, mereka dapat melihat tidak ada
sedikit pun penerangan yang nyala di dalam gedung itu.
Hati Yok Sau Cun Jadi curiga.
"Apakah kawanan penjahal itu benarbenar sudah pergi'" Mengapa tidak ada
penerangan sama sekali?".
Ciok Ciu Lan menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada penerangan juslru menandakan bahwa mereka sudah mempunyai ren cana
lertentu," sahutnya.
"Apakah mereka sudah menduga kalau kita akan datang kembali malam harinya'?"
tanya Yok Sau Cun. Ciok Ciu Lan tertawa kecil.
"Apa yang mereka persiapkan bukan untuk menghadapi kita. Mari. tempat ini tidak
aman kalau berdiam terlalu lama," sahutnya.
Dia mengajak Yok Sau Cun mengikutinya Mereka menghindan pintu depan. Dengan
mengambil arah berputar, mer'eka tiba di laman belakang. Jaraknya memang belum
terlalu dekat. Kebetulan di sana banyak terdapat pohon buah Karena hari gelap
dan daundaun pohon itu sangat rimbun Maka tidak mudah kepergok orang Ci0k Ciu
Lan memberi isyarat dengan tangan Sekejap kemudian mereka sudah menyelinap di dalam
hutan buah itu. Yok Sau Cun melihat Ciok Ciu Lan sangat berhati-hati Dia berjalan dengan
mengendapendap Ditelusurmya pohon pohon yang lebat agar bayangannya
tidakterpantui oleh cahaya rembulan Kirakira setengah )alan, Ci0k Ciu Lan
menghentikan langkah kakinya.
"Jarak dan sini ke taman belakang gedung itu tidak terlalu jauh Kita menunggu
dulu sejenak baru menyelinap kesana ," katanya.
Yok Sau Cun tidak berani terlalu besar hati melihat sikap Ciok Ciu Lan yang
demikian waspada Dia melangkah maju beberapa tindak Dia juga menghindari tempat
yang dapat memantulkan bayangannya Di arahkannya pandangan ke depan Di bagian
luar hutan buah merupakanpadang rumput Tembok belakang taman itu sangat tinggi
bagai sebuah benteng yang kokoh. Kecuali suara jangkrik, hanya kesenyapan yang
menyelimuti suasana sekitar.
Tiba-tiba hatinya tergetar, telmganya menangkap suara sayup sayup percakapan dua
orang manusia Tidak lama kemudian menyusul tubuh yang nngan melayang turun di
tengah hutan buah Perlu diketahui bah wa sejak kecil dia sudah berlatih Iwekang
aliran murni Walaupun sedikit suara atau gerakan sa)a Panca mderanya segera akan
membenkan reaksi Cuma sa)a dirinya sen diri tidak menduga kalau Iwekang yang
dimilikinya telah mencapai tahap sedemikian tinggi.
Begitu perasaannya tergugah, dia segera menjawil lengan baju Ci0k Ciu Lan.
"Cepat menunduk! Ada orang datang," katanya.
Ciok Ciu Lan sama sekali tidak mendengarapaapa Hatinya merasaheran Namun dia
menuruti juga permintaan anak muda itu.
Dalam waktu sekejap saja, terdengar suara "Sret'" Yang nngan Sesosok bayangan
melayang turun. Jaraknya tiga depa dengan mereka.
Dalam kegelapan. tampak orang itu bertubuh pendek kecil Kepalanya memakai
kopiah warna hitam, pakaiannya seperti seOrang tosu Warnanya hitam pula. Di
punggungnya terselip sebatang pedang panjang Tangannya menggenggam sebuah
tasbih berwarna putih berkilauan, Melihat gerakannya ketika melayang turun tadi
Kecepatannya bagai petir yang menyambar Mereka dapat menduga bahwa ilmu silat
orang itu pasti sangat tinggi Tapi penampilannya menunjukkan dia bukan orang
baikbaik. Baru saja orang itu melayang turun, di belakangnya menyusul sesosok bayangan
kurus meioncat ke sisinya Tubuh orang yang kedua ini tinggi kurus,.
"Suhu .!" panggil orang yang kedua.
Rupanya suara orang ini yang tadi menggetarkan hati Yok Sau Cun Begitu dia
membuka mulut, Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan segera mengenalinya. Dia adalah
pemuda berwajah hitam yang ada di kedai makan milik Houw jiau Sun tempo hari.
Orang yang berpakaian itu bersiehem sekali.
"Murid.,. apakah gedung Ini yang kau katakan'?".
"BetuI Gedung besar ini," sahut anak muda itu.
"Kau mengatakan bahwa Hek Houw Sin Cao Kuang Tu )uga menaruh hormat ketika
bertemu dengan bocah she Tiong itu?" tanyanya kembali.
Anak muda berwajah hitam itu mengiakan kembali.
"Aneh sekali Siapa sebetulnya gadis itu'?".
"Apakah Suhu juga tidak tahu'?".
Orang berpakaian hitam itu tertawa terkekehkekeh.
"Suhu toh tidak melihat orangnya, bagaimana bisa mengenah" Tetapi kalau dia
berhasil menawan Hui taihiap, tampaknya ilmu silatnya tinggi juga," katanya.
Hati Yok Sau Cun tergetar. Diam-diam dia berpikir dalam hati.
"Bukankah Hui taihiap itu ayah dan Hui fei Cin sio cia'?".
"BetuI" Terdengar sahutan dari mulut anak muda itu "Bahkan dia hanya menggunakan
tiga jurus untuk melumpuhkannya ".
Sekali Yok Sau Cun terkejut.
"Ayah Hui fei Cin siocia adalah seorang tokoh dunia persilatan temanteman dunia
kangouw men)ulukinya Wi yang taihiap Tetapi dia berhasil dikalahkan oleh tiong
kouwnio dalam tiga jurus saja Kalau memang benar, Jmu manusia she Yu yang
menitipkan .surat kepadanya untuK disampaikan kepada Song lo ya cu lebih
mengerikan lagi ' katanya dalam hati.
"Suhu, apakah kita perlu masuk ke dalam?" tanya anak muda itu.
"Kita toh sudah sampai di sini tentu saja harus masuk ke dalam " sahut orang tua
berpakaian hitam itu. Dia segera mengedarkan pandangannya ke gedung besar tersebut.
"Muridku, mari kita masuk " ajaknya.
Baru saja perkataannya selesai tanpa ada gerakan sedikit pun, tubuhnya mencelat
hinggap di atas tembok gedung itu dan , menghilang Pemuda berwajah hitam itu
mengikuti di belakang suhunya. Namun ilmu meringankan tubuhnya masih terpaut
jauh. Ketika melesat meninggalkan tempat itu terdengar suara gemerisik rumput yang
diinjaknya. Ciok Ciu Lan memandangi kedua orang itu sampai menghilang di balik tembok
gedung tersebut. "Yok Siangkong, tahukah kau siapa Hek pao tojin (Pendeta berpakaian hitam) itu?"
tanyanya. "Cayhe belum pernah berkelana di dunia kangouw, mana mungkin bisa tahu siapa
orang itu" Kalau mendengar dan nada bicara Ciok Kouwnio tampaknya tojin itu
mempunyai nama besar" sahut Yok Sad Cun.
'Dia bernama Hek I cun yang (Penggapai matahan berpakaian hitam) Nama aslinya
Kongsun Kian Oh ya pemuda berwajah hitam tadi bukankah anak muda yang pernah
bertemu dengan kita di Kwa ciu" Waktu itu kita masih belum tahu asatusulnya
Ternyata dia merupakan anak mund Hek t cun yang Berarti dia yang disebut Hek hai
ji (Bocah hitam)" kata Ciok Ciu Lan.
"Apakah kita juga ikut masuk sekarang?" tanya Yok Sau Cun.
"Tampaknya kau begitu ingin masuk ke dalam. Sebetulnya ada tokoh yang berilmu
demikian tinggi seperti Hek I cun yang, yang mewakiii kita menyelidiki keadaan di dalam
dan kita menunggu hasil di sini, merupakan jalan pemecahan yang terbaik "
kata Cio Ciu Lan. "Kita bersembunyi di sini sedangkan di hadapan kita ada tembok tinggi sebagai
penghalang. Apa yang terjadi di dalam tidak kita ketahui Kalau kita menyelinap
ke gunung buatan yang kita datangi kemann, pasti bisa melihat segalanya dengan
jelas Lagipula di sana banyak pohon siong yang menutupf diri kita sehingga tidak
mungkin kepergok orang lain," sahut Yok Sau Cun.
Ciok Ciu Lan merapikan rambutnya yang tergerai.
"Kalau kau memang mendesak ingin masuk Marii" sahutnya.
"Biar cayhe yang jalan di depan," kata Yok Sau Cun.
Dengan gerakan ringan, dia segera menyelinap keluar dan hutan buah tersebut
Kakinya dihentakkan, tubuhnya melayang ke atas tembok tanpa suara sedikit pun
Kemudian dia meloncat ke gunung buatan tersebut. ilmu menngankan tubuh Ciok Ciu
Lan tidak setinggi Yok Sau Cun Dia harus me nutui tiga kali baru sampai di
belakangnya. "Yok Siangkong, cepat kemari' panggilnya.
Yok Sau Cun menghampirinya.
"Gunung buatan ini lebih tinggi dari tembok gedung itu Memang semua
pemandangan dalam taman dapat terlihat jelas namun tempat ini juga paling
dicurigai orang. Lebih baik kita can tempat persembunyian yang lain saja '.
Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya Mereka mengendap endap sekitar tempat
itu Akhirnya mereka menemukan sebuah batu besar yang terhalang oleh pohon pohon
yang nmbun Tempat itu pas untuk dua orang sa|a dan mereka dapat melihat keadaan
sekitar dengan jelas dan batu ter sebut.
Jangan kata saat itu tengah malam, dan keadaan sekitar sangat gelap Biar pun
siang hari juga susah ditemukan Orang Belum lama kedua orang itu berjongkok
menyembunyikan diri, tiba tiba terdengar suara.
"Srseet! Sesosok bayangan entah melayang turun dan sebelah mana, persis hinggap


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di alas gunung buatan. Otak Ciok Ciu Lan bekerja dengan cepat. Dia menarik Yok Sau Cun agar menunduk
kan kepalanya Pemuda itu menurut Hatinya kagum sekali kepada kesigapan gadis
itu. "Untung saja Ciok kouwnio tadi memper ingatkan Tampaknya gunung buatan itu
mempunyat fungsi yang banyak Kalau kami tadi tidak segera menemukan tempat ini,
pasti sudah kepergok oleh orang ' katanya dalam hati.
Tempat persembunyian mereka memang sangat sempit Begitu keduanya
menundukkan kepala wajah mereka )adi saiing menempe! Seumur hidupnya Yok Sau
Cun be lum pernah berdekatan dengan perempuan Hatinya berdebar debar Dia dapat
mencium harum yang terpancar dan rambut Ciok Ciu Lan Perasaannya
melayanglayang Hampir saja dia lupa bahwa di dekat gunung buatan itu ada
seseorang yang entah kawan atau lawan.
Ya heng jin itu tampaknya tidak mengetahui ada dua orang yang sedang
menyembunyikan diri di batik batu besar itu Dia memandang sekitarnya sekilas
lalu melon cat menurum gunung. Ciok Ciu Lan mengangkat kepalanya memperhatikan orang tersebut Kelihatan nya
orang itu bertubuh sedang Di pung gungnya terseiip sebatang pedang panjang Dia
tecus menurum bagian aliran sungai Tiba-tiba tangannya terangkst ke atas dan
menepuk satu kali Kemuoian dia melesat dan menghilang dalam kegelapan.
Tepa! pada saat itu dan bagian kin dan Ranan gunung buatan meloncat ketuar dua
orang Mereka segera mengikuti orang per tama tadi dan juga menghilang dalam
hutan kecil Karena keadaan sangat gelap Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan tidak sempat
melihat wajah kedua orang itu Namun dan caranya yang melongok ke kanan kin dan
mengerahkan gmkang ketika melayang. tentunya tujuan mereka juga menyehdiki ge
dung ini. "llmu yang dimiliki tiga orang tadi cukup tmggi. Tampaknya orang yang menyatroni
gedung ini tidak sedikit Juga," kata Ciok Ciu Lan.
Dia menolehkan kepalanya. Ketika itu, dia baru tersadar bahwa pipi mereka sangat
dekat sehingga ketika menoleh sempat saling menyentuh sekilas Yok Sau Cun
semakm terpesona. Natas Ciok Ciu Lan yang harum menerpa hidungnya, membuat
hatinya semakin berdegupdegup Gadis itu malu sekafi, dia segera menolehkan
wajahnya kembali. Yok Sau Cun sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakannya Sampai wajah
gadis itu berpaling kembali dia baru sadar Wajahnya yang tampan menjadi merah pa
dam seketika. "Ciok kouwnio apa yang kau katakan?" tanyanya.
"Aku sedang berbicara kepadamu, pikiranmu sendiri melayang ke mana?".
"Cayhe cayhe sedang berpikir. apakah kita perlu masuk ke dalam'?" sahut Yok Sau.
Cun gugup. "Kau lihat keadaan dalam taman sunyi senyap, sedikit gerakan pun tidak ada Kalau
apa yang kuterka tidak salah, kemungkinan besar sejak tadi dalam kegelapan sudah ada
yang mengintai," kata Ciok Ciu Lan sambil mencibir.
Tepat pada saat itu, terlihat dua titik sinar melayang di kejaunan Perlu
diketahui, bagi seorang yang melatih ilmu silat, diperlukan mata Ya heng jin, yaitu dapat
melihat jauh meski dalam kegelapan Sekarang tiba-tiba ada dua titik sinar, tentu saja
makin kentara. Ternyata yang terlihat itu adalah dua buah lentera. Tentunya ada orang yang
menenteng Lentera itu berjumlah dua buah Dapat dipastikan orang yang datang
berjumlah dua Yok Sau Cun menaiamkan matanya Dan kejauhan terlihat langkah
mereka yang gemulai Pemuda itu dapat memastikan bah wa yang datang adalah dua
orang gadis. "Ciok kouwnio. kedua orang yang menenteng lentera itu adalah anak gadis,"
katanya. Iwekang Ciok Ciu Lan lebih cetek Dia baru dapat menangkap dua titik sinar saia
Belum terlihat bayangan manusianya.
"Tampaknya kedua gadis itu menuju kemari Kemungkinan besar mereka adalah pe
layan Tiong kouwnio itu Hitung hitung kedatangan kita malam ini tidak sia sia juga,"
sahutnya. Kedua lentera Itu menembus jalan setapak di antara pepohonan. Terkadang
cahayanya bergoyanggoyang karena tiupan angin. Terkadang menghilang sejenak
dalam nmbunnya pohon tetapi makin lama makin mendekat.
Tidak lama kemudian, kedua orang itu sudah sampai di bagian aliran air Kali ini
Ciok Ciu Lan dapat melihat dengan jelas. Ternyata yang membawa lentera adalah dua
orang gadis yang mengenakan rok pendek. Mereka beqalan berdampingan Tangan
yang satunya membawa lentera Sedangkan tangan yang lainnya membawa sebuah
keranjang Entah apa isi keranjang tersebut Sekarang mereka sudah sampai di atas
jembatan. "Rasanya tujuan mereka tidak mungkin gunung buatan itu," kata Ciok Ciu Lan
sambii menggefengkan kepalanya. "Aneh .. orang yang pertama tama masuk ke taman ini adalah Hek i tojin dan
mundnya Mengapa mereka tidak terlihat lagi?".
"Kalau sampai saat inl mereka belum menunjukkan diri, kemungkinan besar mereka
fuga sedang bersembunyi," sahut Ciok Ciu Lan.
Kedua gadis itu menuruni jembatan Mereka berhenti di tempat itu. Lentera yang
mereka bawa digantungkan di atas ranting pohon. Keranjangnya juga diletakkan di
tanah Seteiah itu, mereka mengeluarkan sebuah kam lap dan membersihkan meja per
segi yang terdapat di samping jembatan Seteiah itu mereka membuka keranjang yang
terletak di tanah Yang seorang mengeluarkan sebuah teko terbuat dan emas dan
beberapa cawan dari bahan yang sama Juga beberapa macam peralatan makan se
perti sumpit mangkok dan yang lainlam Gadis yang satunya lagi mengeluarkan se buah
tempat pedupaan Dia meletakkannya di sisi jembatan dan dinyalakannya Sekejap
saja sudah tercium harum yang menyegarkan. Ciok Ciu Lan tertawa dingin.
"Gadis yang bernama Tiong kouwnio ini sungguh banyak lagaknya".
Pada saat itu. lubang gua yang kemann mereka periksa muncul dua buah lentera
iagi Namun langkah kaki kedua orang ini lebih cepat dari yang tadi Dalam waktu seke)ap saja
mereka sudah tiba di sisi jembatan.
Yang membawa lentera itu juga dua orang gadis Yang satunya membawa sebatang
pedang, sedangkan gadis yang lainnya membawa sebuah kurungan minp kandang, Di
belakang mereka terlihat seorang gadis yang )uga mengenakan rok pendek
Langkahnya anggun sekali.
'Dialah Tiong kouwnio," bisik Yok Sau Cun.
Di belakang Tiong kouwnio masih ada seorang nenek tua renta yang berjalan dengan
pinggang membungkuk. Siapa lagi kalau bukan Hu toanio.
Kedua gadis yang berjalan dimuka segera menggantungkan lentera yang dibawa
mereka Suasana )adi terang dan semarak dengan adanya keempat lentera tersebut.
Ditambah lagi beberapa gadis yang sibuk kian keman membuet pemandangan itu
bagaikan sebuah lukisan hidup Tiong kouwnio dengan langkah lemah gemulai
berfalan ke sisi )embatan. Dia duduk di atas sebuah kursi yang telah tersedia di
sana. Gadis yang membawa sebuah kurungan segera menghampiri Tiong kouwnio Dia
membuka ku rungan tersebut Isinya ternyata sebuah harpa besar.
Kedua orang yang sedang bersembunyi itu sampai termangu mangu Aneh sekali
Seumur hidupnya belum pernah mereka melihat orang membawa harpa dalam
kurungan seperti kandang itu Gadis itu meletakkan harpa tersebut di samping
Tiong kouwnio Ciok Ciu Lan memperhatikan gadis itu Usia nya pasti tidak lebih dan
duapuluh Begitu tafsirannya Alisnya berbentuk indah namun agak tipis Raut
wa)ahnya cantik )elita Sayangnya mimik wajah itu terlalu kaku dan dingira Gadis
itu bagaikan putri es yang rupawan.
"Sudah terang komplotan penjahat lagaknya dibuat seperti putri kaum terpelajar
Memetik harpa menikmati malam Thian justru tidak mengabulkan Malam ini tidak
berbintang bahkan gelap bagai kuburan " pikir Ciok Ciu Lan dalam hati.
Tapi, meskipun malam tidak berbintang dan suasana gelap. Apalagi kalau tidak ada
lentera yang dibawa para gadis pelayan itu, Tiong kouwnio tampaknya sangat
menikmati keindahan malam Dia mengangkat harpa tersebut dan diletakkan di
pangkuannya. "Tingi Tengi Tong!" Dia menjentikkan jarinya yang halus di atas senar harpa itu.
Memang umumnya kalau seseorang ingin memamkan harpa, mereka pasti
menyesuaikan nadanya terlebih dahulu Namun bunyi yang dijentikan oleh )ari Tiong
kouwnio itu bukan hanya penyesuaian nada sebab bagi telinga Ciok Ciu Lan terasa
bagaikan petir yang menyambar.
Tidak' Masih lumayan kalau suara petir menyambar Suara harpa ini membuat hatinya
berdegupdegup Keringat dmgin mengucur Serta kepalanya berat bagai dibebani
sebuah batu yangbesar Yok Sau Cun terkejut Dia segera mengulurkan tangan
memapahnya. "Ciok kouwnio, apa yang terjadi'?".
Tangan Ciok Ciu Lan mendekap dadanya Matanya berkerut kerut.
"Yok Siangkong, suara harpa ini aneh sekali," sahutnya.
'Bagaimana anehnya?" tanya Yok Sau Cun.
"Apakah kau tidak merasakannya?" Ciok Ciu Lan malah baUk bertanya.
"Tidak. Sebetulnya apa yang terjadi dengan dirimu?".
"Ketika mendengar dentingan harpa itu, jantungku berdebar-debar, kepalaku berat
sekali ..." Nafasnya makin terengah-engah.
Belum lagi nada bicaranya selesai, di samping jembatan terdengar lagi suara.
"Ting! Tengi Tong!" Tubuh Ciok Ciu Lan bergetar. Wajahnya pucat pasi Kedua ta
ngannya cepatcepat ditutupkan ke telinga.
"Celaka sua... ara harpa ini ada... lah semacam ilmu sesat yang . " Beberapa patah
kata ini dmcapkan nya dengan susah payah Tubuhnya jatuh terkulai.
Yok Sau Cun panik sekali Dia tidak per dulikan lagi perbedaan antara laki-laki
dan perempuan Dengan tangan gemetar dia me meluk tubuh Ciok Ciu Lan.
"Berusahalah untuk tenang Sebetulnya apa yang terjadi?" tanyanya cemas.
Suara harpa tetap berbunyi, memperdengarkan irama yang indah Yok Sau Cun tidak
mengerti Nafas Ciok Ciu Lan makin memburu. Matanya bahkan mendelik ke atas.
Keempat anggota tubuhnya menggelepargelepar, seperti seorang yang terkena racun
jahat. Yok Sau Cun memeluknya semakin erat Dia tidak tahu harus berbuat apa.
Tibatiba otaknya bekerja Suatu ingatan terlintas di benaknya Dia segera mengulurkan
tangan dan ditempelkan di punggung Ciok Ciu Lan Disalurkannya hawa murni ke
tubuh gadis itu Ternyata cara ini sangat ampuh. Ciok Ciu Lan bagaikan baru
terbebas dari penyakft yang parah Nafasnya mulai teratur Matanya tidak mendeffk lagi Kaki
dan tangannya juga melemah perlahan Dia menarik natas dalam dalam.
"Terima kasih Kalau kau tidak segera menyalurkan hawa murni ke dalam tubuhku,
kemungkinan besar jantungku akan tergetar putus oleh irama itu ".
"Begitu gawaP Kalau demikian mengapa cayhe tidak merasakan apa pun?" tanya Yok
Sau Cun heran. Tepat pada saat itu, terdengar suara.
"Sreettt!!'"Sesosok tubuh melayangturun di dekat jembatan.
"Perempuan rendah! Apakah kau masih belum mau berhenti?" bentaknya.
Sesosok bayangan yang melayang turun itu ternyata laki-laki pendek kecil yang
bernama Hek i tojin Di tangan kanannya tergenggam sebuah tasbih. Sedangkan
tangan kirinya mencekal seseorang. Rupanya pemuda berwajah hitam itu. Nafasnya
sedang tersengalsengal Orangnya sudah tidak sadar.
Suara harpa sudah berhenti Mata Tiong kouwnio yang bening itu menyipit.
"Hu popo coba kau lihat, siapa yang mengganggu kesenangan kita".
Hu toanio mengiakan Dia segera melangkah mendekati jembatan Terangterangan dia
sudah melihat Hek i tojin tapi sengaja seperti tidak melihat.
"Tiong kouwnio sedang memainkan harpa. Siapa yang datang mengganggu?"
teriaknya lantang. Hek i tojin menggeletakkan mundnya di etas tanah Dia menekan sekejap bagian
punggungnya Setelah mundnya dapat berdiri dengan tegak, dia mengeluarkan suara
tawa tergelakgelak. "Lohu!" sahutnya.
Pakaian yang dikenakannya adalah pa kaian tojin Tapi dia menyebut dirinya sen
diri. 'Lohu'. Rasanya sangat tidak sesuai Hu toanio melinknya sekilas.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya ketus.
Sinar mata Hek i tOJin bagai kilat yang menyambar.
"Kau adalah perempuan siluman, Hu toanio He he Apakah kau tidak mengenali Lohu
lagi?". Hu toanio terlawa sumbang.
"Kaum keroco di dunia Bulim ini sudah banyak yang pernah kulihat Mana mungkin
aku mengingatnya satu persatu?".
Ciok Ciu Lan telap bersandar di dada Yok Sau Cun Dia berkata dengan suara
rendah. "Hu toanio berani bicara tidak sopan kepada Hek i tojin pasti karena ada Tiong
kouwmo sebagai tulang punggung Kalau tidak, biar pun dia mempunyai nyali sebesar gunung
juga harus berpikir tiga kali dulu " katanya.
Mata Hek i tojin semakin tajam.
"Hu pocu, kau berani bicara dengan nada demikian kepada Lohu Biar lohu memberi
pelajaran kepadamu ".
Lengan bajunya dikibaskan Suaranya se perti angin topan menerjang ke arah Hu
toanio. Nenek itu tentu saja tidak berani menyambutnya Dia rnundur beberapa
langkah de ngan kalang kabut Tepat pada saat itu, terlihat tangan Tiong kouwmo
menyentil Tempat pedupaan yang terletak di sampingnya me mang sedang menyala,
bahkan keharuman nya membuat perasaan segar Tampak bara api di dalam pedupaan
itu melayang oleh sen tilannya. Dengan kecepatan yang mengagum kan melesat ke
arah Hek i tojin. "Rupanya dia menyalakan pedupaan itu bukan hanya ingin rnencium baunya yang
harum saia Dia dapat menggunakannya sebagai sen|ata rahasia".
Hek i tojin tentu tahu kelihaian serangan itu Dia segera menarik kembali lengan
ba|u nya Ketika itu bara api sudah hampir men capai dirinya Dia mengulurkan tangan
kiri nya dan mengibas sekali lagi Sedangkan tangan kanannya mencekal leher muridnya
dan meloncat rnundur beberapa tmdak Hu toanio segera kernbali ke samping meja
majikannya. "Hu popo siapa orang ini?" tanya Tiong kouwnio.
"Menjawab pertanyaan kouwnio, orang ini mendapat sebutan Hek i tojin Nama
aslinya Kongsun Kian." sahut Hu toanio dengan tubuh membungkuk.
"Bagaimana dengan asal usulnya?" tanya gadis itu kembali.
"Menurut centa yang tersebar dia berasal dari Pak hai, kemudian pindah...
pindah. ke ..". "Tidak usah dilanjutkan lagi Dia menamakan dirinya sendiri Hek i t0(in Cukup me
menuhl syarat perguruan kami " tuk Tiong kouwnio.
Hu toanio tertawa lebar. "Seandainya kouwnio menganggap orang ini cocok untuk dijadikan pengikut Tahan


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saJa dia di sini," sahutnya. Mendengar dan nada bicaranya. dia seperti menganggap rendah orang itu. Di dalam
dunia Bulim, nama Hek i tojin cukup menggetarkan Tetapi Hu toanio malah
menganjurkan mengangkatnya sebagai pengikut Tiong kouwnio.
Qadis itu berdehem sekali. Tangannya diangkat kembali. Jarinya kali ini
menyentil ke pedupaan, tetapi yang terlihat bukan satu titik bara apl sa)a namun tiga titik
Dengan kecepatan yang mengejutkan melesat ke arah Hek i toiin. Tampaknya cfia
sungguh sungguh ingin menahan orang itu.
Hek i tojin tergelak-gelak Pergelangan tangannya diangkat Beberapa butir
tasbihnya mencelat ke udara Kalau dikatakan aneh juga Butiran tasbih yang seialu dibawanya
berwarna putih Bahkan berkilauan seperti mutiara Namun begitu melayang di udara,
terdengar suara percikan Dan butiran tasbih itu memijar asap berwarna hitam dan
seperti dapat diatur melayang ke arah jembatan.
Tiong kouwnio yang melihat Hek I tojin menyebarkan asap hitam, segera menjentik
kan jannya, meskipun jarak asap itu masih agak jauh Kali ini terlihat berpuluh
titik bara api memijar menjadi asap kehijauan Jarak kedua orang itu tidak terlalu
dekat, namun cara mereka bertempur boleh dibilang mengagumkan. Asap h'tam melawan
asap hijau. Dan yang lebih aneh lagi, asapasap itu seperti dapat dikendalikan
Kedua asap itu saling mendesak Balk yang hitam atau pun yang hijau, samasama tidak mau
mengalah. Yok Sau Cun tidak tahu asap hitam yang menyebar dan butiran tasbih itu terbuat
dan bahan apa Namun dia melihat dengan jelas kalau asap hijau yang dipercikkan Tiong
kouwnio berasal dari tempat pedupaan.
Biasanya bara apt yang terdapat di pedupaan adalah semacam hio wangi atau
kemenyan Benda itu seperti debu Apabtlater tiup angin langsung buyar Namun Tiong
kouwnio ternyata dapat mengendalikannya sehingga berupa asap hiJau yang
beterbangan Tangannya tidak henti menjentik begitu )uga Hek i t0)in Tasbih di
tangannya terus dilemparkan Seakan tidak habishabisnya Siapa pun tidak ada yang
mau mengalah. Meskipun Tiong kouwnio hanya duduk di atas kursi, letapi jentikan jannya seperti
bermafn di udara Sebetulnya kedua orang itu sedang menyalurkan hawa murni
masmgmasing Seperti sedang mengadu kekuatan Pertarungan ini sangat
menegangkan Walaupun tidak terdengar benturan senjata atau pun teriakan lantang,
namun keadaan mereka jauh lebih berbahaya dan orang yang bertempur langsung
Sepeminuman teh sudah berlalu.
"Tiong kouwnio dapat bertanding dengan Hek i tojin dalam keadaan seimbang, hal
ini membuktikan bahwa ilmu silatnya memang tinggi sekali Tidak heran kalau
mulutnya berani sesumbar," kata Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun kebingungan. "Tahukah kau apa yang mereka perebutkan?" tanyanya.
"Tidak tahu Tapi dalam asap kedua orang itu pasti terkandung sesuatu ".
Tiba-tiba terdengar suara tawa tergelak gelak dan Hek i tojin.
"Budak cilik. Ternyata Tok liong teng (Racun tanduk naga) hanya demikian saja,"
katanya. Pergelangan tangannya berputar dengan cepat Kali ini terlihat berpuluh puluh
tasbih memercik di udara dan memmbulkan awan hitam. Seperti asap juga laksana kabut
Awan hilam itu menenang ke arah kepala Tiong kouwnio.
Dia sudah memperkirakan dengan tepat Tentunya Tiong kouwnio akan men)entikkan
bara api dalam jumlah yang banyak Sebe lumnya dia sudah bersiapsiaga Tenaga
dalamnya dihimpun dan dengan hembusan yang kuat menyapu asap hi)au gadi itu
sehingga membuyar di udara Dengan demikian percikkan tasbihnya tidak akan
mendapat halangan apa pun.
Tiong kouwmo tampaknya tidak ambil perduli.
"Nona besarmu juga ttdak memandang sebelah mata terhadap Hek ceng si (Percikan
hitam halus) itu," sahutnya.
Dengan sigap dia mengambil harpanya dan diletakkan di pangkuan Dalam seke)ap
saja. terdengar irama merdu mengalun Makin lama makin cepat Suaranya makin lama
makin menyeramkan Sebentarsebentar berubah Terkadang seperti suara gunung
meletus, terkadang seperti gempa bumi, terkadang seperti kilat menyambarnyambar
Orang yang mendengarkannya akan membayangkan seperti suara yang dimainkannya
Sementara itu, terlihat asap hitam yang sedang memenuni udara buyar dengan
sendirinya. Hek i tojin dapat merasakan gelagat yang kurang baik Dia segera menutulkan
kakmya dan mencelat sejauh beberapa depa Sampaisampai mundnya sendiri tidak
diperdulikannya lagi Rupanya pemuda berwajah hitam itu sudah jatuh pingsan sejak
tadi. Tubuhnya terkulai di tanah Hek i tojin sendiri sedang menahan sebisanya Mana
mungkm dia sempat memikirkan muridnya lagi".
Kali ini, Yok Sau Cun dapat merasakan hatinya berdegupdegup Telinganya terasa
pekak sekali Sedangkan Ciok Ciu Lan yang ada di pelukannya, terlebihlebih lagi
Wajahnyakembali pucat seperti tadi Bergerak pun tidak.
"Celaka'" pikir Yok Sau Cun dalam hati Tubuhnya sendiri mulai lemas Dia segera
mengumpulkan hawa murninya dan diedar kan ke seluruh tubuh Untung saja dia
segera pulih Kalau tidak, akibatnya sulit dibayangkan Sedangkan seorang tokoh
besar seperti Hek i tojin sa|a sampai lan terbintbirit dan tidak memperdulikan nasib
mundnya. Hal ini membuktikan bahwa ilmu memetik harpa Tiong kouwnio sudah sampai
puncaknya Apabila sejak kecil dia tidak mempelajan ilmu Yang tian ci kang. tentu
dia )uga tidak dapat menahan suara tersebut.
Tiba-tiba dia tersadar, dok Ciu Lan masih datam keadaan gawat Diulangnya kembali
cara yang tadi digunakannya untuk memulihkan gadis itu Dia segera menempetkan
tangannya di punggung Ciok Ciu Lan Baru saJa hawa murninya mulai tersalur ke
dalam tubuh gadis itu Tiong kouwnio yang melihat Hek I tojin lan terbintbirit
segera menghentikan permainan harpanya Tampak wajahnya menunjukkan kelelahan yang
sangat Kenngat besarbesar menetes dan kemngnya Hal ini membuktikan bahwa dia
juga sudah mengerahkan segenap tenaga untuk memainkan harpa maut itu.
Ciok Ciu Lan yang bersandar di dada Yok Sau Cun menarik nafas panjang.
"Lihai sekali permainan harpanya ".
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Yok Sau Cun khawatir.
Ciok Ciu Lan mengembangkan senyuman manis.
'Begitu permainan harpanya berhenti aku juga segera pulih kembali. Kau tidak
perlu menyalurkan hawa murnimu lagi Aih Harpanya itu sangat aneh. Seumur hidup aku
belum pernah mendengar bahwa ada seseorang yang memainkan harpa untuk
mengacaukan konsentrasi lawan," katanya.
Yok Sau Cun menarik kembali tangannya dan punggung gadis itu Baru sa(a dia
hendak membuka mulut tiba-tiba terdengaf Ciok Ciu Lan mengeluarkan seruan
terkejut. "Cepat lihai Bukankah itu Song Bun Cun dan Hui Fei Cin'" Apa gerangan yang
terjadi dengan mereka"''.
Dengan panik Yok Sau Cun melongokkan kepalanya lewat batu tersebut Dia meman
dang ke arah yang ditunjuk Ciok Ciu Lan Di bagian aliran air ternyata ada empat
orang yang sedang mendatangi.
Yang berjalan paling depan adalah se orang pemuda gagah dengan pakaian berwarna
biru langit Di pmggangnya terselip sebatang pedang Siapa lagi kalau bukan Song
Bun Cun" Di belakangnya menginngi dua orang gadis bertubuh langsing Mereka adalah
Hui Fei Cin dan pelayannya Siau cui Di deretan paling akhir berjalan seorang
lakilaki sebagai pengawal. Sekali Irhat saja, sudah dapat dipastikan bahwa ketiga orang
itu dijaga ketat olehnya Laki-laki itu mengenakan pakaian berwarna hijau Ukuran
tubuhnya sedangsedang saja. Usianya sekitar empat puluh ke atas Wajahnya kurus.
Yok Sau Cun memperhatikan laki-laki itu dengan seksama Matanya menyiratkan
sinar kemarahan. "Rupanya dial" serunya perlahan. Ciok Ciu Lan menolehkan kepalanya. "Siapa yang
kau maksudkan"' tanyanya "Laki laki berpakaian hijau yang mengiringi ketiga kawan
kita, adalah orang yang purapura terluka dan memperalat cayhe mengantarkan surat
beracun kepada Song loya cu Yaitu manusia yang mengaku She Yu Man kita keluar
Cayhe ingin menanyakannya di hadapan Song heng," katanya penuh semangat.
Dia langsung bersiap untuk menunjukkan diri Dengan panik Ciok Ciu Lan
menariknya kembah dan mencegahnya.
"Sabar sedikit. Kita dengar duiu apa yang mereka katakan Setelah mengerti alasan
kedua pihak, kita masih belum terlambat untuk turun tangan ".
Mendengar kata-kata itu, Yok Sau Cun terpaksa menahan dirinya Sementara itu,
Song Bun Cun beserta yang iainnya sudah sampai di batas jembatan Laki laki she
Yu itu segera mendahului di depan mereka Dia membungkuk dengan hormat.
"Lapor Tfong kouwnio, Siaujin berhasit memergoki tiga orang ini, setelah
tertawan, Siau jin segera membawanya kemari dan melaporkan kepada Tiong kouwnio.'
katanya. Tiong kouwnio mendongakkan wajahnya sedikit.
"Hu popo. giring kemarii".
"Baik," sahut Hu toa nio. Kemudian dia menoleh ke arah laki-laki she Yu tadi
Tiong kouwnio memerintahkan agar kau menggiring tawanan ftu kemarii" tenaknya lantang.
"Tidak heran kalau mereka mandah sa)a digiring ke sana ke mari Ternyata jalan da
rah mereka dalam keadaan tertotok," bisik Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun mengerutkan keningnya.
"Dengan kepandaian yang dimiliki Song heng. rasanya mustahil dapat ditawan orang
begitu saja," sahutnya. "Kau lupa permainan harpa perempuan siluman itu Lihai sekali bukan" Sampaisampai
seorang tokoh terkenal seperti Hek I tojin rela meninggalkan muridnya dan
melarikan diri seperti pengecut. Mereka bertiga pasti terpengaruh oleh irama
harpa tersebut dan dalam keadaan setengah sadar dibokong oleh laki-laki she Yu." kata
Ciok Ciu Lan. "Kita harus mencari akal untuk membebaskan mereka," sahut Yok Sau Cun.
"Jangan berkata-kata apaapa sekarang Lihat, tampaknya Tiong kouwnio ingin
mengaiukan beberapa pertanyaan," kata Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun segera mengikuti pandangan mata Ciok Ciu Lan Ketika itu, Song Bun
Cun, Hui Fei Cin dan Siau cui sudah diginng melintasi jembatan Mereka berhenti
di hadapan gadis itu Tiong kouwnio tetap duduk di tempat semula Matanya menatap
tiga orang itu secara bergantian. "Siapa kalian" Siapa yang menyuruh kalian datang keman?" tanyanya.
"Menjawab pertanyaan Tiong kouwnio. pemuda ini bernama Song Bun Cun Dia
adalah putra tunggal Bulim Toa lo Song Ceng San Sedangkan gadis ini bernama Hui
Fei Cin. Dia adalah putri kesayangan Wi Yang taihiap Hui Kian Sai" kata laki
laki she Yu itu. Mata Tiong kouwnio berkilauan mendengar keterangan tersebut.
"Ternyata orang yang mempunyai asal usul lumayan.".
"Kaiau dibandingkan dengan ham partai besar dunia Bulim. terhitung apa kalian
ini" Kalau memang ada kemampuan mengapa tidak lepaskan Kongcumu dan mencoba
mengadu ilmu sejati Kalau sampai Kongcu mu kalah, mati pun tidak akan
mengerulkan kening sekejap," sahut Song Bun Cun tan tang.
"Apakah kau tidak senang diperlakukan demikian?" tanya Tiong kouwnio dengan nada
datar. "Tentu saja Kongcumu tidak senang " sahut Song Bun Cun.
"Tadinya aku berniat melepaskan kalian begitu saja, tapi karena kau tidak
senang, maka aku ingin membuat matamu terbuka lebih lebar," katanya.
Matanya mengerling sekilas.
"Yu Kim Piau, lepaskan mereka'" perintahnya.
Ciok Ciu Lan mengeluarkan seruan terkejut.
"Dia adalah Ceng sat ciu (Pembunuh bayaran bertangan ringan) Yu Kim Piau."
Katanya. "Apakah dia sangat terkenal?" tanya Yok Sau Cun.
"Di daerah Kang lam namanya sangat terkenal llmu andalannya adalah Cesal ciang
(Telapak hijau maut). Itu adalah sejenis ilmu dan golongan sesat di daerah perbatasan.
Menurut cerita yang tersebar, siapa pun yang terkena racun tersebut dalam waktu
setengah hari tubuhnya akan menghijau dan tidak tertolong lagi," Rata Ciok Ciu
Lan menjetaskan. Sementara mereka bercakapcakap Laki-laki she Yu sudah membebaskan lalan darah
ketiga orang tersebut. "Bagaimana kau akan membuat mata kami terbuka'?" tanya Song Bun Cun.
"Ayahmu sejak dua puluh tahun yang lalu sudah terkenal sebagai Bulim it kiam,
ilmu pedangnya menggetarkan dunia kangouw Aku yakin kau tentunya sudah mewarisi
cukup banyak Biarlah kita bertanding ilmu pedang saja," kata Tiong kouwnio.
"Bulim it kiam, nama besar yang diberikan kepada ayahku. tapi sejak semula ayah
sudah mengatakan bahwa beliau tidak sanggup menerimanya Cayhe juga tak pernah
mengatakan bahwa ilmu pedang keluarga kami amat tinggi Tetapi cayhe memang
sejak kecil sudah berlatih ilmu pedang Kalau kouwnio memang ingin memberi
pelaiaran, baiklah kita bertanding dengan ilmu pedang." sahut Song Bun Cun
tenang. Yok Sau Cun menganggukkan kepala dengan diam-diam. Ucapan Song Bun Cun itu
bagus sekali Sama sekali tidak menyombongkan nama besar ayahnya.
"Baik sekali." kata Tiong kouwnio dingin Dia menolehkan kepalanya Tangannya
menggapai salah satu gadis yang membawa lentera tadi.
"Cun Hong!". "Hamba di sini," sahut salah seorang gadis yang berusia muda sekali.
"Coba kau terima beberapa jurus ilmu pedang Song Sauya itu," perintah Tiong
Kownio. "Hamba menerima perintah," sahut Cun Hong.
Dia mengeluarkan sebatang pedang pendek dari selipan ikat pinggangnya Dengan
langkah gemulai dia maju ke depan Song Bun Cun marah sekali.
"Kouwnio memenntahkan seorang pelayan cihk meladam cayhe, apakah memang
kouwnio tidak memandang sebelah mata pada Kongcumu ini?" bentaknya.
"Kalau kau sanggup mengalahkannya, aku tentu akan turun tangan sendiri," sahut
Tiong kouwnio ketus. Cun Hong mendekati u)ung jembatan dengan langkah tenang Mukanya yang
berbentuk kuaci itu sanga't manis, apalagi usianya masih muda sekali, mungktn
tidak lebih dan enambejas tahun Tampangnya sangat menawan tapl karena Song Bun Cun
tadi memanggilnya sebagal pelayan cilik, wajahnya berubah cemberut.
"Apakah pelayan bukan manusia" Yang kita pertarungkan adalah pedang bukan


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

derajat diri kita Dalam bertarung, yang kuat menang, yang kalah ditindas, itu
sudah rnerupakan hukum alam. Kalau kau sanggup mengalahkan aku. nanti baru bicara
besar toh belum terlambat," katanya.
Lidah pelayan cilik itu tajam sekali Sama sekali tidak memaafkan kata-kata Song
Bun Cun yang dianggapnya menyakitkan itu Anak muda itu sampai terbungkam
dibuatnya Siau cui segera maju ke depan dengan dada ditegakkan.
"Piau sauya . Biar budak menerima beberapa jurus darinya.".
"Song Bun Cun menganggukkan kepalanya.
"Baik," sahutnya.
Siau cui mengeluarkan pedang pendek dan selipan pinggangnya Dia maju lagi satu
langkah dan tersenyum kepada Cun Hong.
"Bagaimana kalau kita yang mencoba kepandaian?" tanyanya.
"Kau ingin bergebrak denganku'?" suara Cun Hong terdengar dingin.
"Apakah aku tidak pantas bergebrak denganmu'?" tanyanya Siau cui.
Cun Hong tersenyum tipis.
"Tentu saja boleh," sahutnya.
"Bagus Kalau begitu kita car! tempatyang lebih luas," ajak Siau cui.
"Tidak perlu. Untuk benanding ilmu pedang, para ko ciu hanya memerlukan tempat
untuk berpijak. Meskipun hanya sepetak keen sudah cukup Aku tentu saja belum
dapat disebut Ko ciu. namun jembatan itu rasanya sudah cukup besar Kita
bertanding di atas jembatan itu saja," kata Cun Hong angkuh.
Siau cui tentu saja tidak mau kalah gertak.
"Kalau kau memang mau bertanding di atas jembatan, ayolah. Kau pikir aku takuf?"
bentaknya. "Mengadu ilmu pedang harus menggunakan kepandaian sejati, bukan dengan mulut
besar sudah dapat mengalahkan lawan," sahut Cun Hong.
Dada Siau cui serasa akan meledak karena mendongkol.
"Bagus... Kau sudah boleh melancarkan serangan." Katanya.
Cun Hong mengangkat pedang pendeknya ke atas.
"Kalian adalah tamu Aku sepatutnya mengalah. Kau mulailah lebih dulu," sahutnya.
Siau cui benci sekali melihat lagaknya yang konyol Rasanya ingin dalam sekali
tusuk ia menyerang agar budak itu mati saja.
"Kalau demikian keinginanrnUi aku tidak sungkan lagi." Dengan gerakan kilat,
pedang pendeknya menghunjam ke depan. Jurus ini sangat lihai. Apalagi dia sudah
mefatih sampai matang. tentu saja tidak dapat dianggap ringan.
Sementara itu, Song Bun Cun dan Hui Fei Cin sudah mundur beberapa langkah dan
memperhatikan jalannya penarungan dengan seksama Hui Fei Cin melihat Siau cui
membuka permulaan yang bagus sekali Diam diam dia menganggukkan kepalanya
Cun Hong sendiri tadinya dipenntahkan untuk melawan Song Bun Cun. sekarang
digantikan oleh seorang budak, tentu saja dia tidak memandang sebelah mata
"Bagus sekali," katanya dingin Pedang di tangannya juga dipular dengan cepat Sinarnya
sepeni pelangi yang indah Dengan keyakinan penuh dia menyambut serangan Siau cui dengan
kekerasan "Trang?"".
Terdengar suara benturan yang nyanng Pedang di tangan mereka samasama tof getar
Keduanya mundur satu langkah. Tu buh Cun Hong berputar dengan panik Pedang
pendek di tangannya ditarik kembali dengan segera.
Siau cui juga menekuk pinggangnya dengan gaya yang manis. Pedang pendeknya
juga segera ditarik kembali Tubuhnya berdiri dengan tegak Pergelangan tangannya
diputar dan sekaligus dikeluarkannya tiga jurus berturut turut. Cun Hong
terperanjat melihat serangan itu, dia mengelit dengan kelabakan Tubuhnya bergeser ke kin dan
kanan Langkah kakinya mundur terus.
Song Bun Cun mendengus dingin.
"Dengan kepandaian cakar ayam begitu berani beranian ingin bertanding dengan
Kongcul" katanya ketus. Sementara itu, Cun Hong kembali mundur satu langkah Siau cui sama sekali tidak
membennya kesempatan. "Kalau kau mundur lagi. maka lembatan ini tentu tidak cukup untuk kita mengadu
kepandaian," sindirnya.
Wajah Cun Hong merah padam Dia menjadi nekad. Pedangnya digerakkan
dengangaya memutar, Kakinya maju dua langkah. Dia menenang Siau cut tanpa
memperdulikan serangan gadis itu, Tubuhnya miring kesamping Gerakannya tiba-tiba
berubah. Tangannya bergerak dengan gaya yang aneh Tidak sepsrti sedang mengadu
ilmu dengan pedang, Tapl dengan tangan kosong Siau cul merasa matanya
berkunangkunang Dia tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan pedang
pendeknya Cun Hong yang merasa di atas angin makin bersemangat. Dengan cepat ia
menusuk ke depan Siau cui tidak tahu harus berbuat spa Pedang pendeknya diangkat
ke atas untuk diadukan dengan pedang Cun Hong Ternyata dia sudah termakan siasat
budak cilik itu, Karena memang itulah yang diharapkan oleh Cun Hong Pergelangan
tangannya memutar dengan cepat Padang pendek Siau cui seakan dililit oleh
gulungan angin kencang,. "Trangg!!!. Pedang pendek Siau cui tedepas dari tangan dan melayang di udara Cun Hong
mundur dua langkah Bibirnya mengembangkan senyuman mengejek.
"Kau bukan tandinganku Lebih baik suruh saja majikanmu menghadapikui" katanya.
Siau cui hampir menangis mendengar ejekan itu Dia tidak memunggut kembali
pedang pendeknya yang terjatuh di tanah. Dengan tangan kosong dia menyerbu ke
arah Cun Hong. "Biarlah aku mengadu jiwa denganrnui" teriaknya.
Hui Fei Cin segera maju mencegahnya.
"Siau cui, kembali'" bentaknya.
"Siocia. aku belum kalah!" sahut gadis itu kesal.
"Pedangmu saja sudah terlepas dari tangan, masih tidak mau mengaku kalah'"
sindir Cun Hong sambil mencibirkan bibirnya.
Siau cui masih mau menyahut, tapi Hui Fei Cin mengibaskan tangannya.
"Tidak usah berkata apa-apa lagi Kembalilah!".
Siau cui mendengus satu kali kepada Cun Hong Dia terpaksa mundur ke samping Hui
Fei Cin Mata gadis itu sedang memandang Song Bun Cun.
"Piauko. biar aku yang menghadapinya ".
"Piaurnoi harus berhati-hati llmu pedang budak ilu biasa-biasa saja, tapi
geifkan la ngannya sangat aneh," kata Song Bun Cun.
Hui Fei Cin mengembangkan senyuman lebar.
"Karena itulah aku ingin menghadapinya," sahutnya.
Dia maju ke depan beberapa langkah.
"Cun Hong, kau juga balik!" teriak Tiong kouwnio.
Cun Hong tampak terpana. "Tiong kouwnio Budak ".
Tiong kouwnio tidak membiarkan dia membantah lebih lanjut.
"Kau sudah memenangkan satu kali pertandingan Sekarang mereka mengganti orang
lain. Kita juga harus mengganti orang." Katanya.
Cun Hong tidak berani membantah lagi Setelah mengucapkan sepatah kata 'Baik'
Dengan langkah lebar dia kembali ke sisi nonanya.
Sia Ho Kau sambut beberapa jurus dan Hui toa siocia." ujar Tiong kouwnio.
Gadis yang berdiri di sebelah kanannya segera menyahut.
"Budak terima perintah " Dia melangkah ke depan Hui Fei Cin.
Cadar di muka Hui Fei Cin bergerakge rak Dia menunggu sampai Sia Ho berada di
hadapannya. "Apakah kita juga bertanding dengan pedang?" tanyanya lembut.
"Budak menerima perintah Tiong kouwnio untuk melayam Siocia Tentu saja
bertanding dengan pedang," sahut Sia Ho.
"Bagus sekali Kita juga tidak perlu sungkan lagi Keluarkanlah seniatamu," kata
Hui Fei Cin. Sia Ho mengeluarkan sebatang pedang pendek dari selipan pinggangnya. Pedangnya
itu persis seperti yang digunakan Cun Hong tadi Dia berdiri menanti.
Pedang yang dibawa oleh Hui Fei Cin malam ini bukan pedang Cen Ku kiam yang
terkenal di dunia kangouw itu Tangannya diangkat ke atas.
'Cring!'. Terdengar suara yang nyaring Pedang itu terbuat dari bahan baja putih dengan
sebuah rantai panjang menjuntai di bagian ujungnya Bayangan Hui Fei Cin yang mempesona
terpantaul di aliran air. apalagi dengan pedang yang berkilauan Makin indah
dipandang mata Sekali lihat saja, orang akan tahu bahwa yang ada di tangannya
adalah sebilah pedang pusaka.
Hui Fei Cin mendongakkan wajahnya Pedangnya telah tergenggam di tangan.
"Kau boleh mulai sekarang," katanya.
Dia benar-benar pantas menjadi putri kesayangan Wi Yang taihiap Sikapnya anggun
dan menawan. "Tidak! Budak menerima perintah majikan berarti mewakili Tiong kouwnio Sebagai
seorang tamu yang harus dihormati, maka Siocia yang harus mulai dulu," sahut Sia Ho.
Nada bicaranya sangat ramah, karena dia melihat Hui Fei Cin juga begitu ramah
terhadapnya Sekarang gadis itu sedang tersenyum manis ".
"Kalau demikian, aku juga tidak perlu sungkan lagi," kata Hui Fei Cin.
Pedangnya diputar, kilauan sinar putih menebar di sekelilmg Hui Fei Cin maju
beberapa tindak dan menusuk ke arah Sia Ho Serangannya ini hanya percobaan saja,
dia hanya ingin menyelidiki dahulu permainan pelayan itu Ternyata Sia Ho tenang
tenang saja Tubuhnya berkelit ke kiri. Dan lengan bajunya yang lebar tiba-tiba
dikeluarkan lagi sebatang pedang pendek Pedang tersebut dibagi di kedua belah
tangannya Dengan gerakan yang sangat cepat, menyambut serangan Hui Fei Cin.
'Trang' Trang". Dia tidak berhenti sampai di situ saja Pedang di tangan kirinya ditarik kembali,
sedangkan yang ada di tangan kanan menusuk dari bawah.
Hui Fei Cin terkejut sekali. Dia tidak menyangka pelayan itu begitu lihai.
"Benar apa yang dikatakan orang Di bawah pimpinan seorang panglima besar tidak
ada Prajurit yang lemah. Seorang pelayan saja sudah memiliki kepandaian begitu
tinggi, apa lagi Tiong kouwnio itu," pikirnya dalam hati Sekarang dia lebih
waspada. Gerakannya lebih dipectimbangkan Dia mundur dua langkah menghadapi tusukan
pedang Sia Ho, namun sekali lagi dia terkejut Baru saja pedang di tangan
kanannya berhasil dihmdari, pedang pendek di tangan kiri gadis itu sudah menyambarnya.
Hui Fei Cin sampai mandi kenngat men jaga diri dan serangan yang tiba liba da
tangnya itu. Serangan itu berbahaya sekali Hui Fei Cin mengangkat pedangnya dan
menangkis. Berpijarlah bungabunga api yang menyilaukan mata. Song Bun Cun Siau
cui serta Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan menonton "pertandingan itu dengan hati
tegang Mereka belum tahu siapa yang akan menang atau kalah.
Sebetulnya dalam hal tenaga dalam, ke duanya tampak seimbang, tapi dalam hal
kecepatan gerakan, Hui Fei Cin mungkin masih kalah sedikit dengan gadis pelayan
itu Perlahanlahan dia mulai terdesak dan mundur terus Tiba-tiba pedang Sia Ho
menyambar. HUI Fei Cin dengan cepatnya mengelak, pedangnya menyambar dan
mengurung Sia Ho. tapt dia kalah cepat karena sepasang pedang pendek pelayan itu
telah disilangkan dan diadukan dengan pedangnya Untuk sesaat Hui Fei Cin
kehilangan keseimbangan Tangannya terasa kesemutan dan.
"Cring'". Pedangnya terlepas dan tangan Sia Ho meloncat mundur beberapa langkah.
Misteri Pulau Neraka 1 Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo Pedang Tanpa Perasaan 11
^