Pencarian

Pendekar Baja 10

Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long Bagian 10


jit dengan tertawa dan perlahan mencubit pipi Si Kucing
sekali. Betapa mesranya ucapan "Si Kucing cilik", dan betapa
membuat sukma Si Kucing hampir terbang ke awang-awang
karena cubitan si nona. Ia tertawa senang dan berkata pula,
"Padahal caraku meneliti sesuatu benda kubelajar dari Sim
Long, dia...." Mendadak Jit-jit melengos dan berseru, "Kembali kau
singgung dia" Untuk apa kau sebut dia" Bila mendengar
namanya kepalaku lantas sakit."
Yang benar bukan kepalanya yang sakit, tapi hatinya. Ia
merasa sudah melupakan Sim Long, bilamana mendengar
namanya, hatinya lantas seperti ditusuk jarum.
Melihat si nona menjadi uring-uringan, Si Kucing jadi
melenggong, katanya kemudian, "Baiklah, jika engkau tidak
suka mendengar namanya, selanjutnya takkan... takkan
kusebut lagi." "Bagus, lalu bagaimana setelah bekas kaki ini semua dapat
dibedakan?" tanya Jit-jit.
Si Kucing menunjuk bekas kaki Kim Bu-bong dan berkata,
"Coba kau lihat, bekas kaki ini terhitung paling cetek di antara
bekas kaki yang lain, ini menandakan ginkang Kim Bu-bong
paling tinggi di antara beberapa orang ini. Tapi akhirnya,
lantaran kehabisan tenaga, jelas dia telah bertempur mati-
matian." "Lalu apa lagi?" tanya Jit-jit.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Di antara bekas kaki yang memperlihatkan waktu mereka
berangkat ini ternyata tidak terdapat bekas kaki Kim Bu-
bong...." "Hah, jangan-jangan dia tertawan dan digotong pergi," seru
Jit-jit. "Bisa jadi," ujar Si Kucing dengan sedih.
Jit-jit menjadi gelisah, "Wah, lantas bagaimana baiknya"
Bilamana dia tertawan oleh musuh, sungguh celaka dia."
Si Kucing termenung sejenak, katanya kemudian, "Dari bekas
tapak kaki waktu pergi ini tertampak lebih dalam daripada
waktu datangnya, jelas tenaga mereka juga habis terkuras,
lebih-lebih Lian Thian-hun dan Leng Toa...."
"Tapi biasanya Kim Put-hoan yang licik itu tidak mau
membuang tenaga dan bergebrak dengan orang, mengapa
bekas telapak kakinya juga sedalam ini?" ujar Jit-jit.
"Kukira dia yang memanggul pergi Kim Bu-bong, bobot dua
orang tentu akan meninggalkan bekas kaki yang dalam," kata
Si Kucing. Seketika Jit-jit berjingkrak dan menginjak-injak bekas kaki Kim
Put-hoan sambil mencaci maki, "Bangsat, binatang! Apabila
kalian berani... berani menyiksa dia, pada suatu hari kelak
pasti akan kucincang kalian."
Him Miau-ji memandangnya dengan berduka, entah berduka
bagi si nona atau bagi dirinya sendiri. Maklum, bila melihat
orang yang dicintainya cemas bagi pemuda lain, betapa
perasaannya sukarlah dilukiskan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak Jit-jit menarik tangan Si Kucing dan berkata dengan
gemetar, "Kumohon dengan sangat sudilah kau bantuku
menolong dia." Si Kucing menunduk, "Aku... aku...."
"Satu-satunya sanak keluargaku di dunia ini hanya engkau,
masakah engkau sampai hati...."
Mendadak Si Kucing mengentak kaki dan berteriak, "Baik,
berangkat!" ***** Padahal Si Kucing cukup tahu biarpun dirinya mampu
menyusul mereka, untuk merampas Kim Bu-bong dari tangan
Thian-hoat Taysu, Li Tiang-ceng dan lain-lain itu jelas sangat
sukar. Namun lelaki manakah di dunia yang mampu menolak
permohonan gadis yang dicintainya dengan menangis, apalagi
Him Miau-ji adalah pemuda yang simpatik.
Maka ia tidak mau omong lagi, terpaksa harus mengadu jiwa
bilamana perlu. Begitulah mereka terus mengejar mengikuti jejak yang terlihat
di atas salju. Karena perasaan tertekan, sepanjang jalan sama
tidak bicara. Tapi ketika tangan Jit-jit menyentuh tangan Si
Kucing, tangan kedua orang lantas saling genggam lagi
dengan erat. Dari jejak yang mereka ikuti itu arahnya ternyata bukan
menuju ke Lokyang melainkan sampai di kaki sebuah gunung,
sebenarnya tidak tinggi gunung ini, tapi dipandang dari bawah
rasanya tetap sangat tinggi.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Berdiri di kaki gunung, Si Kucing seperti termangu-mangu
pula. "Ayolah naik ke atas, untuk apa melamun?" kata Jit-jit.
Meski maksudnya mengomel, namun nadanya tatap mesra
dan lembut. Mustahil dia tidak tahu betapa perasaan Si Kucing
kepadanya. "Aku lagi heran," demikian tutur Si Kucing dengan perlahan,
"sesudah mereka menawan Kim Bu-bong untuk diperiksa dan
ditanyai, seharusnya mereka pulang ke Jin-gi-ceng, tapi
mengapa mereka menuju ke sini?"
"Jangan-jangan mereka hendak... hendak membunuhnya di
atas gunung," kata Jit-jit dengan khawatir.
"Jika mereka mau membunuhnya, kenapa mesti dibawanya ke
atas gunung" Di mana pun mereka dapat turun tangan. Kukira
di balik persoalan ini pasti ada sesuatu yang tidak beres."
"Betul, di mana pun mereka dapat membunuh Kim Bu-bong
dan tidak perlu membawanya ke atas gunung.... Ai, sungguh
aku tidak mengerti."
Padahal Him Miau-ji sendiri juga bingung.
Dan karena kedua orang sama-sama tidak paham, terpaksa
mereka mendaki gunung untuk melihat kejadian selanjutnya.
Namun jalan pegunungan berliku-liku, di antara batu padas
dan tetumbuhan penuh ditimbuni salju. Ada juga tanah yang
teraling oleh tebing sehingga tidak teruruk bunga salju, sebab
itulah cara mereka mengikuti jejak menjadi tidak semudah
tadi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Begitulah mereka terus mendaki ke atas, sebentar berjalan,
sebentar berhenti, memeriksa sini dan melihat sana. Setiba di
suatu tempat datar, di sana ada sebuah gardu kecil. Gardu
yang biasa digunakan istirahat, juga dapat menjadi gardu
pemandangan. Namun jejak yang mereka ikuti sampai di sini mendadak
putus, lenyap tanpa bekas lagi. Meski mereka coba periksa lagi
sekitar situ tetap tidak menemukan bekas kaki apa pun.
"Aneh... sungguh aneh," ucap Si Kucing dengan kening
bekernyit. "Ya, memang aneh, masakah setiba di sini orang-orang ini
bisa terbang ke langit secara mendadak?" tukas Jit-jit.
Sejenak kemudian, mendadak ia berkeplok berteriak girang,
"Aha, kiranya demikian!"
"Demikian bagaimana?" tanya Si Kucing.
"Keadaan demikian sudah pernah kualami satu kali," tutur Jit-
jit. "Yaitu ketika aku bersama Sim... bersama Thi Hoat-ho dan
lain-lain menyelidiki makam kuno itu, di sana juga ada sebaris
bekas kaki yang menghilang secara mendadak di tengah jalan.
Tatkala itu pun mereka menyatakan rasa heran apakah
mungkin orang-orang itu mendadak terbang ke langit?"
"Akhirnya bagaimana?" tanya Si Kucing.
"Kemudian baru kuketahui, setiba di sana, mereka lantas
mundur kembali ke arah semula dengan menginjak bekas
tapak kaki sendiri, dengan demikian orang akan sukar
menemukan jejak mereka, bahkan akan curiga dan terheran-
heran." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Aha, memang betul akal bagus." seru Si Kucing, segera ia
coba menyurut mundur mengikuti tapak kaki yang terlihat,
tapi baru dua langkah, segera ia berkerut kening dan berucap
pula, "Tapi sekali ini... sekali ini mungkin tidak demikian
halnya." "Sebab apa" Mengapa sekali ini tidak bisa sama?"
"Urusan makam kuno itu memang tidak terlalu banyak yang
kita ketahui, tapi dapat dibayangkan pasti juga perbuatan
yang misterius dan mencurigakan, dengan sendirinya harus
diatur sedemikian rupa sehingga membuat orang sangsi dan
takut. Sebaliknya tokoh-tokoh seperti Thian-hoat Taysu dan
lain-lain...." "Memangnya orang-orang ini pasti orang baik?" ujar Jit-jit
dengan tertawa. "Orang-orang ini baik atau busuk tidak perlu kita urus dulu,"
ujar Si Kucing, "yang jelas mereka adalah tokoh ternama dan
dikenal, biarpun main sembunyi tetap takkan terhindar dari
tanggung jawab. Apalagi sama sekali mereka tidak tahu bakal
dikuntit orang, terlebih lagi, dengan kepandaian mereka,
biarpun dikuntit orang juga mereka tidak perlu main
sembunyi." Jit-jit termenung sejenak, "Ya, uraianmu juga masuk di akal,
tapi jika menurut pendapatmu, lantas apa yang terjadi ini"
Memangnya mereka benar-benar bisa terbang ke langit secara
mendadak?" "Hal ini memang... memang sukar dimengerti," kata Si Kucing
dengan menyesal. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Jika aku tidak mengerti dan kau pun tidak mengerti, lalu...
lalu bagaimana baiknya" Masa harus kita tunggu di sini sampai
mereka jatuh kembali dari atas langit?"
"Kukira... kukira kita tetap mendaki ke atas saja untuk
melihatnya, bisa jadi...."
Belum lanjut ucapannya, tiba-tiba terdengar suara jeritan
ngeri dari atas gunung. Suara serak seorang berteriak,
"Tolong... tolong!...."
Jit-jit dan Si Kucing terkejut, kedua orang saling pandang
sekejap, serentak mereka bergerak dan melayang ke arah
datangnya suara itu secepat terbang.
Jeritan minta tolong itu berkumandang dari atas tebing yang
curam sana. Setiba di sana suara itu sudah sangat lemah,
orang yang berteriak tolong itu sudah kehabisan tenaga,
namun tanpa berhenti tetap merintih dan berteriak, "Tol...
tolong.... Aku akan terjerumus ke jurang, tolong!"
Waktu mereka memandang ke arah suara sana, betul juga
terlihat di tepi jurang ada dua tangan memegangi tepian, ruas
jarinya sampai berubah menjadi hijau, jelas sudah tidak
sanggup bertahan lagi. Jit-jit menghela napas, ucapnya, "Untung jiwa orang ini belum
ditakdirkan mati sehingga tidak terjerumus, kebetulan juga
kita naik ke sini...."
Segera ia berseru, "Jangan khawatir.... Tahan dulu sekuatnya,
segera kami akan menolong dirimu!"
Selagi dia hendak menerjang ke sana, mendadak Him Miau-ji
menarik tangannya dan berkata dengan kening bekernyit,
"Nanti dulu, kukira hal ini agak...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Jiwa orang sangat penting, menolong orang seperti menolong
kebakaran, masa perlu tunggu apa lagi?" ujar Jit-jit dengan
tidak sabar. Dalam pada itu suara rintih minta tolong orang itu bertambah
cemas dan semakin lemah. "Kulihat urusan ini rada-rada...."
"Rada-rada apa?" sela Jit-jit. "Apa pun juga orang harus
diselamatkan lebih dulu. Jika menunggu lagi, mungkin orang
akan terjerumus ke bawah. Jika begitu, bagaimana perasaan
hati nuranimu?" Si Kucing mau omong lagi, tapi segera dia didorong oleh Cu
Jit-jit. Terpaksa ia mengangguk dan berkata, "Baik, akan
kutolong dia, kau tunggu saja di sini."
Cepat ia melompat ke tepi tebing dan berjongkok untuk
memegang kedua tangan orang itu.
"Tarik sekuatnya... lekas!...."
Belum lanjut ucapan Jit-jit, mendadak terlihat kedua tangan
yang semula bertahan pada tepi tebing itu meraih ke atas,
tahu-tahu pergelangan tangan Him Miau-ji tercengkeram
malah. Nyata yang digunakannya adalah kim-na-jiu-hoat atau
ilmu menangkap dan menawan yang mahalihai.
Karena tidak terduga-duga, Si Kucing tidak mampu mengelak,
sekali terpegang pun sukar terlepas lagi, seketika ia merasa
lengan sendiri kaku kesemutan, tenaga pun lenyap.
Selagi Jit-jit tercengang, terdengarlah Si Kucing menjerit,
orangnya terus terlempar ke dalam jurang.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Perubahan ini sungguh terlalu mendadak, Jit-jit merasa seperti
disambar geledek, seketika ia melongo di tempat.
Terdengar suara jeritan Si Kucing berkumandang menggema
angkasa, sebaliknya dari bawah tebing itu lantas terdengar
pula suara orang tertawa terkekeh-kekeh, sesosok bayangan
orang lantas melayang ke atas.
Hari sudah mulai gelap, dalam keadaan remang-remang hanya
terlihat orang ini memakai baju yang longgar, memakai topi
dengan pelindung telinga, inilah dandanan kaum saudagar
waktu menempuh perjalanan dalam musim dingin.
Sedapatnya Jit-jit menenangkan diri, bentaknya gusar,
"Bangsat kau, bayar kembali jiwa Si Kucing!"
Sembari membentak ia terus menerjang ke sana.
Orang itu tidak mengelak, juga tidak menghindar, ia sambut
serudukan Jit-jit dengan tertawa, "Anak baik, kau berani
bergebrak denganku?"
Suaranya halus dan welas asih. Namun suara lembut ini
segera menyerupai cambuk yang menghajar tubuh Cu Jit-jit,
begitu mendengar suara ini, seketika ia merandek dan berdiri
terpaku. Angin mendesir, hawa terasa dingin. Namun wajah Cu Jit-jit
penuh butiran keringat, tubuhnya tidak bergerak, namun
tangan dan kakinya gemetar.
"Hehe, anak baik, mendingan masih kau kenal diriku," ucap
orang itu dengan tertawa.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kau... kau...." Jit-jit tidak sanggup bersuara lebih lanjut,
kerongkongannya seperti terkancing, lidah pun kaku.


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul, aku inilah bibimu sayang," kata orang itu. "Hawa
sangat dingin, kupakai baju longgar ini, bisa jadi bentukku
banyak berubah." "Kau... kau...." Jit-jit tetap gelagapan.
"Ai, bibi selalu baik padamu, memberi baju, menyuapi kau
makan, tapi masih juga kau kabur, sungguh tidak punya
perasaan," omel orang itu dengan suara lembut sembari
mendekati Jit-jit. "Oo... mohon... mohon jangan...."
"Ai, setelah kau pergi, kau tahu betapa sedihku, betapa
kurindukan dirimu. Syukurlah sekarang dapat bertemu pula,
lekas kemari, biar bibi cium sayang...."
Jit-jit berteriak ketakutan, "Kau... kau... enyah...."
"Ai, masa pantas kau suruh bibi enyah," ujar orang itu dengan
tertawa. "Justru bibi hendak membawamu pergi, akan kuberi
lagi baju yang apik, menyuapimu makanan yang enak...."
bicara sampai di sini ia sudah berada di depan Cu Jit-jit.
"Jangan... jangan mendekat lagi, akan kupukul kau...."teriak
Jit-jit dengan suara parau, ia angkat sebelah tangan terus
menghantam. Tapi mungkin saking takutnya sehingga pukulannya itu sama
sekali tidak bertenaga, dengan perlahan orang itu dapat
menangkap tangan Jit-jit sambil berkata, "Jangan bandel,
anak baik, turutlah perkataan bibi...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Hanya sekian kata saja yang dapat didengar Cu Jit-jit,
mendadak kepala terasa pusing, tubuh menjadi lemas dan
tidak tahu apa-apa lagi. Angin pegunungan meniup dengan kencang, tidak lama
kemudian Jit-jit siuman kembali. Begitu dia membuka mata,
segera dirasakannya tubuhnya berada dalam pelukan "iblis"
itu, sungguh kagetnya luar biasa, rasanya lebih menakutkan
daripada mati. Meski teraling oleh dua lapis baju, tapi Jit-jit merasa tubuhnya
seperti dililit oleh badan ular yang dingin dan licin.
"Lepas... lepaskan aku...." teriaknya parau.
"Ai, sayang, masa kutega melepaskan dirimu?" ujar orang itu
dengan tertawa. Jit-jit bermaksud meronta, tapi dirasakan tubuh sendiri lemas
lunglai tanpa bisa berkutik.
Pengalaman yang dulu mestinya sudah dianggapnya sebagai
impian buruk dan tidak berani lagi dibayangkannya. Tapi
sekarang dia ternyata terjeblos lagi ke dalam impian buruk
yang sama. Perasaannya sekarang tidak dapat lagi dilukiskan dengan kata-
kata seperti gemetar, takut dan sebagainya, boleh dikatakan
sukar untuk dilukiskan. Dia tidak dapat melawan, tidak mampu meronta, hanya air
mata saja yang bercucuran.
Terpaksa ia memohon belas kasihan dengan suara gemetar,
"Kumohon su... sudilah engkau membebaskan diriku. Aku
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
tidak ada permusuhan apa pun denganmu, mengapa engkau
membikin susah padaku" Kenapa...."
"Eh, kupelukmu sehangat ini, masakah kau bilang kubikin
susah padamu?" kata orang itu dengan tertawa. "Jika cara
begini kau anggap membikin susah, baiklah, boleh kau peluk
saja diriku biar kau yang membikin susah padaku."
"Jika... jika tidak mau kau lepaskan diri, lebih baik kau bunuh
diriku saja, menjadi setan pun aku akan berterima kasih
padamu." "Ah, jangan bercanda, bila kubunuhmu, masa kau berterima
kasih padaku malah" Omong kosong!"
"Betul... sungguh...."
Orang itu tidak menanggapi ucapan Cu Jit-jit lagi, ia bawa si
nona ke tepi jurang sana dan memandang ke bawah, tiba-tiba
ia tertawa dan berkata, "Hah, kucingmu yang jinak itu
sungguh hebat juga, sampai sekarang dia masih bertahan
pada sesuatu sehingga tidak sampai terjerumus ke bawah."
"He, apakah betul dia belum mati?" seru Jit-jit dengan girang.
"Ehm, dia belum mati," orang itu mengangguk. "Tampaknya
dia berusaha hendak merambat ke atas, cuma sayang, betapa
pun dia takkan mencapai atas sini.... Apakah kau mau
melihatnya?" Sejauh itu Jit-jit tidak berani membuka mata untuk
memandang "iblis" ini, sekarang mendadak dirasakan orang
mengangkat tubuhnya ke depan. Dengan gemetar ia coba
membuka mata, tertampak awan mengambang di bawah,
jurang itu sangat dalam dan tidak kelihatan dasarnya, tidak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
jauh di bawah tebing yang curam itu benarlah ada sesosok
bayangan orang sedang meronta dan bergerak-gerak.
Hanya memandang sekejap saja kepala Jit-jit lantas pusing,
cepat ia memejamkan mata pula dan berseru, "O, mohon
sudilah engkau men... menolongnya!"
"Menolongnya" Kenapa harus kutolong dia?" ujar orang itu.
"Tadi dia bermaksud... bermaksud menolongmu, akibatnya dia
terjerumus." "Hahahaha!" orang itu bergelak tertawa. "Kubuntuti kalian
sepanjang jalan sehingga tiba di sini, lalu kugunakan akal
bagus ini untuk menamatkan riwayat hidupnya. Memangnya
kau kira tadi aku benar-benar lagi minta tolong?"
"Ka... kau iblis... binatang...."
"Betul, aku memang iblis," kata orang itu dengan tertawa.
"Mengapa tadi tidak kau pikirkan, di tempat seperti ini
masakah bisa terjadi orang berteriak minta tolong" Mengapa
tadi perlu kau tolong diriku" Bukankah kau sendiri yang
membikin celaka dia?"
Jit-jit jadi teringat pada keadaan tadi, memang berulang Him
Miau-ji hendak menyatakan pendapatnya, tapi dicegahnya,
bahkan dipaksanya agar memberi pertolongan kepada orang
ini, akibatnya sekarang Si Kucing sendiri yang terancam maut.
Hati Jit-jit menjadi pedih, teriaknya mendadak, "Him Miau-ji...
Si Kucing.... Akulah yang membikin susah padamu... akulah
yang membikin celaka dirimu...."
Sekonyong-konyong dari bawah berkumandang suara Si
Kucing, "Jit-jit... Cu Jit-jit.... Engkau berada di mana" Baik-
baikkah engkau"!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Suara itu penuh rasa cemas dan putus asa, tapi juga penuh
rasa perhatian, namun yang diperhatikan dan dicemaskan
bukan Si Kucing sendiri melainkan bagi Cu Jit-jit.
Bahwa seorang sedang bergulat di tepi garis antara mati-
hidup bagi diri sendiri, tapi masih juga memerhatikan
keselamatan orang lain, betapa besar jiwa dan betapa luhur
budinya ini sungguh tidak ada bandingannya.
Hati Cu Jit-jit serasa dirobek-robek, hancur luluh. Teriaknya
dengan serak, "Aku berada di sini, Kucing.... Di atas sini...."
Ia meronta mati-matian, tanpa menghiraukan akibatnya ia
ingin terjun ke bawah, dalam benaknya sekarang cuma ada
satu pikiran, suatu pikiran yang murni, yaitu terjun ke bawah
dan mati bersama Him Miau-ji.
Dalam keadaan demikian urusan lain tidak terpikir lagi
olehnya, sudah terlupakan seluruhnya.
Namun tangan si iblis serupa tanggam kuatnya merangkulnya,
mana Jit-jit mampu melepaskan diri, apalagi terjun ke bawah.
"Lepas... lepaskan diriku!" teriak Jit-jit.
"Ai, mestikaku sayang, mana boleh kulepaskan, dengan susah
payah baru kudapatkan kembali dirimu, mana boleh
membiarkan kau mati begitu saja. Selanjutnya jangan lagi kau
pikirkan soal mati segala."
"O, Allah, masakah ingin mati pun tidak boleh?" ratap Jit-jit.
"Mati memang soal yang aneh," kata orang itu. "Ada
sementara orang ingin mati, tapi sangat sulit. Sebaliknya ada
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
lagi setengah orang lain justru teramat mudah bilamana ingin
mati...." Sampai di sini, mendadak ia mendepak sepotong batu padas
sehingga batu itu mencelat ke bawah jurang.
Dengan membawa suara gemuruh batu itu terguling ke
bawah, menyusul lantas terdengar pula jeritan ngeri seorang
berkumandang dari bawah tebing, suara ngeri menggetar
sukma. Jit-jit juga menjerit kaget, tapi jeritannya lantas terhenti
mendadak serupa lehernya mendadak dicekik orang, sebab
jeritan ngeri di bawah jurang juga mendadak terputus.
Keadaan lantas berubah sunyi seperti kuburan, angin pun
seolah-olah berhenti mendesir secara mendadak, suasana
kelam.... Jagat raya ini seakan-akan beku di tengah kesunyian
ini, semuanya membeku di tengah adegan yang mengerikan
dan menyesakkan napas. Namun yang terbayang oleh Cu Jit-jit rasanya seperti adegan
yang penuh berlumuran darah, dia seperti melihat Si Kucing
terjatuh oleh batu padas tadi, lalu lelaki yang penuh gairah
hidup dan gagah perkasa itu dalam sekejap itu hancur lebur di
bawah jurang. Saraf sekujur badan Cu Jit-jit seakan-akan kaku juga dalam
sekejap itu. Entah berselang berapa lama baru dapat
dirasakan "iblis" yang memondongnya itu sedang menggeser
ke depan. Soal ke mana tujuannya dan sudah berada di mana
hampir tidak diketahuinya, juga tidak ingin tahu.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Maklum, baginya sudah tidak ada bedanya hendak dibawa ke
mana, dia sudah jatuh dalam cengkeraman iblis, jalan ke
mana pun tetap menuju ke neraka.
Akan tetapi neraka yang dituju ini ternyata berada di puncak
gunung. Orang itu membawanya menuju ke atas gunung.
Jalan pegunungan berliku-liku, terkadang hampir sukar dilalui,
namun cara berjalan si iblis ini sedemikian enteng dan santai,
tampaknya hafal betul terhadap jalan pegunungan yang
melingkar-lingkar ini. Memangnya menembus ke manakah jalan ini"
Di atas gunung yang terpencil terdapat hutan cemara yang
lebat, dipandang dari hutan yang ditaburi salju itu samar-
samar kelihatan di kejauhan sana ada dinding dan wuwungan
rumah yang tinggi. "Berhenti!" mendadak Jit-jit berteriak.
"Berhenti" Mau apa?" orang itu menegas dengan heran,
disangkanya mungkin si nona mendadak kebelet kencing.
"Berhenti dulu, ingin kutanya padamu," kata Jit-jit pula.
Orang itu tambah heran, "Ingin tanya apa?"
Dilihatnya wajah Jit-jit yang pucat itu mendadak bersemu
merah bergairah, sorot matanya yang putus asa itu tiba-tiba
juga berubah bersemangat, senang dan berdaya hidup.
Hal ini serupa seorang yang hampir terbenam di lautan ketika
mendadak berhasil meraih sepotong kayu sehingga
menemukan jalan hidup kembali. Tapi apa yang berhasil diraih
Cu Jit-jit" Jangan-jangan teringat sesuatu olehnya"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Terdengar nona itu berteriak pula, "Kusuruh berhenti harus
cepat berhenti, bila kutanya padamu harus lekas kau jawab,
tahu?" "Wah, mestikaku sayang, bilakah engkau jadi galak begini dan
main perintah padaku?" ujar orang itu dengan tertawa geli.
"Eh, sesungguhnya pikiran aneh apa yang timbul dalam
benakmu?" "Huh, memangnya kau sangka aku tidak tahu siapa dirimu?"
jengek Jit-jit. "Mau apa kalau tahu?" tanya orang itu.
"Engkau ini antek Koay-lok-ong, she Suto, tugasmu khusus
mencarikan perempuan cantik bagi Koay-lok-ong, sekarang
juga hendak kau bawa diriku kepadanya untuk... untuk
dijadikan... dijadikan selirnya."
"Betul, lantas bagaimana?" orang itu tertawa.
"Maka bila sekarang tidak kau tunduk kepada perintahku,
nanti setelah kujadi selirnya, tentu akan kucari daya upaya
untuk menawan hatinya, bilamana aku telah menjadi selir
kesayangannya, akan ku...."
Kata itu diucapkan dengan menggunakan tenaga yang besar,
walaupun begitu kedengarannya tetap tergegap.
Ia berhenti dan ganti panas, lalu berkata pula dengan lagak
sungguh-sungguh, "Nah, bila kujadi selir kesayangannya nanti
apa yang kuminta pasti akan diturutinya, tatkala mana
umpama kuminta dia membunuhmu pasti juga akan
dilaksanakannya." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Orang itu jadi melengak. Dengan tertawa Jit-jit lantas menyambung, "Sudah tentu kau
tahu apa yang kukatakan ini bukan gertakan belaka. Berani
bicara pasti berani kulakukan. Maka harus kau pikirkan dulu,
jika kau takut...." "Hahaha, memang betul, aku sangat takut!" seru orang itu.
"Jika takut, sekarang harus kau...."
Mendadak orang itu bergelak tertawa. "Hahaha, mestikaku
sayang, boleh juga jalan pikiranmu ini, sungguh engkau
seorang nona yang pintar. Mari sayang, akan kucium dikau...."
Benar juga, mendadak ia menunduk dan Jit-jit di"ngok"
dengan bernafsu. Seketika muka Jit-jit pucat lagi, teriaknya gemetar, "Masa...
masa engkau tidak takut?"
Orang itu tidak bicara lagi melainkan cuma bergelak tertawa
dan masuk ke hutan cemara itu.
Jilid 15 Di depan pintu gerbang yang bercat hitam itu, suasana sunyi
senyap, iblis itu langsung menolak pintu dan masuk begitu
saja serupa pulang ke rumahnya sendiri.
Perkampungan di tengah hutan itu ternyata sangat megah,
dinding merah menjulang tinggi, wuwungan rumah berderet-
deret diliputi bunga salju sehingga menambah keangkeran
kompleks bangunan ini. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dalam keadaan putus asa, diam-diam Jit-jit juga terkesiap,
pikirnya, "Jangan-jangan inilah sarang Koay-lok-ong yang
sengaja didirikan di daerah Tionggoan sini"...."
Tengah berpikir, terasa hawa hangat merangsang dan
menyelimuti seluruh tubuhnya, kiranya mereka telah
memasuki sebuah kamar indah, di pojok sana ada perapian
penghangat dengan api yang berkobar, namun tiada tampak
bayangan orang di dalam kamar.
Orang itu menurunkan Jit-jit di atas sebuah dipan yang rendah


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan lunak. Segera dirasakan oleh Jit-jit sorot mata orang yang
jahat itu sedang mengamati tubuhnya yang meringkuk di atas
pembaringan. Jantung Jit-jit berdebar, ia pejamkan mata rapat-rapat dan
tidak berani beradu pandang dengan mata orang. Di dalam
rumah yang hangat dan tidak ada orang lain ini, sungguh ia
tidak berani membayangkan apa yang bakal terjadi.
Sampai saat ini dia belum lagi dapat memastikan "iblis jahat"
ini lelaki atau perempuan" Tapi dapat dirasakannya sorot mata
iblis yang mengandung maksud jahat dan kotor.
Lebih-lebih sekali ini, dirasakannya sinar matanya yang kotor
dan jahat itu jauh lebih nyata daripada yang dulu. Meski jelas
sepasang mata yang sama, namun tidak sedikit perbedaannya
antara mata yang dulu dengan mata yang sekarang. Entah
apa sebabnya" Tentu di dalam hal ini ada sesuatu yang tidak
beres. Namun sekarang Jit-jit tidak sempat memikirkannya.
Dia tetap memejamkan mata dan mulut terkatup rapat untuk
menantikan kejadian yang paling buruk baginya. Dalam
keadaan menanti yang kejam ini, dia berharap raganya tidak
lagi menjadi miliknya. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Siapa tahu, selang sekian lamanya, si iblis tetap tidak
melakukan sesuatu. Sedapatnya ia menahan perasaannya, bulu roma serasa
berdiri semua, berada di dalam kamar yang indah dan hangat
ini dirasakan lebih dingin daripada berada di gua es.
Mendadak dirasakannya orang lagi membalik tubuh,
melangkah keluar perlahan. Sungguh Jit-jit tidak percaya, ia
coba membuka mata. Benar juga, dilihatnya bayangan orang
menghilang keluar pintu. Orang itu benar-benar pergi tanpa mengganggunya, hal ini
membuat Jit-jit terkejut malah. Ia heran kenapa orang tidak
mengganggunya sama sekali" Apakah karena ucapannya tadi
berhasil menggertaknya"
Tapi lantas dibantah sendiri oleh Jit-jit, mana bisa iblis jahat ini
takut kepada gertakannya, meski sekarang dia pergi, bukan
mustahil sebentar lagi akan melakukan sesuatu yang lebih keji
kepadanya. Dalam sekejap ini perasaan Jit-jit berganti-ganti, sebentar
khawatir, lain saat bergirang, tapi segera sedih lagi.
Mendadak pikirannya tergerak, dirasakannya bayangan
punggung orang tadi ada sesuatu yang tidak benar, seperti
berbeda dengan bayangan orang yang sudah pernah
dilihatnya dahulu. Ia menjadi sangsi jangan-jangan orang ini bukan orang yang
dulu itu" Ia coba memandang keadaan kamar ini, ternyata
segala sesuatunya teratur dengan indah. Diam-diam ia heran
pula, tak terduga Koay-lok-ong sendiri belum muncul di
daerah Tionggoan, lantas siapakah yang mengaturkan tempat
ini" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Menurut perkiraan Jit-jit, iblis jahat itu tidak mungkin dapat
mengatur tempat seindah ini, ia pikir jangan-jangan Kim Bu-
bong yang mengaturnya, tapi bila betul, kenapa tidak pernah
diceritakannya" Selain itu, Thian-hoat Taysu dan lain-lain menuju ke
pegunungan ini, jejak mereka mendadak menghilang di depan
gardu di pinggang gunung tadi, jelas karena dari gardu sana
ada jalan rahasia yang menembus ke tempat ini. Mereka
memasuki jalan rahasia, dengan sendirinya jejak mereka
menghilang secara mendadak, jadi mereka tidak terbang ke
langit, tapi masuk ke bumi.
Tapi pikiran ini lantas dibantahnya lagi, dari watak Kim Bu-
bong yang sudah dikenalnya, meski tertawan dan dipaksa juga
takkan dibawanya mereka ke sini, apalagi memberitahukan
tempat rahasia ini. Jangan-jangan Kim Bu-bong sebenarnya tidak tertawan oleh
mereka, tapi berbalik berhasil mengatasi dan menawan
mereka, lalu Kim Bu-bong membawa mereka ke sini. Dan bila
Kim Bu-bong berada di sini berarti aku pun akan tertolong.
Tapi... tapi cara bagaimana Kim Bu-bong dapat mengatasi
keempat orang itu" Hal ini pun jelas tidak mungkin terjadi.
Begitulah Jit-jit terus berpikir, tambah dipikir tambah ruwet
persoalannya sehingga akhirnya dia bingung sendiri.
Sekonyong-konyong tertampak bayangan orang berkelebat
diri luar. Meski cuma sekilas pandang saja, namun sudah
merasakan bayangan orang sudah pernah dikenalnya. Ia
heran siapakah orang ini, ia coba mengingat-ingat, di tengah
kekusutan pikirannya tiba-tiba ia tahu siapa orang ini, jeritnya
di dalam hati, "Ah, dia Li Tiang-ceng!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sekilas tampak bayangan orang yang berperawakan jangkung
dan berjenggot panjang itu, tampaknya memang mirip Li
Tiang-ceng, tapi Put-pay-sin-kiam Li Tiang-ceng mengapa bisa
berada di sini. Jika benar dia berbalik tertawan oleh Kim Bu-bong dan dibawa
ke sini, mana mungkin dia dapat bergerak secara bebas.
Sebaliknya jika dia memaksa Kim Bu-bong membawanya ke
sini, seharusnya sejak tadi dia melabrak si iblis jahat itu,
mengapa sejak tadi tidak terdengar sesuatu suara apa pun"
Jangan-jangan dia juga berkomplot dengan iblis jahat ini"
Tapi dengan nama dan kedudukannya, rasanya hal ini pun
tidak mungkin terjadi, lantas mengapa tindak tanduknya perlu
main sembunyi-sembunyi cara begini"
Selagi Jit-jit merasa bingung, dua orang telah mendekatinya.
Seorang di depan bertubuh kurus kecil, baju panjang
menyentuh tanah, mukanya memakai kerudung kain hitam,
kedua tangan terselubung di dalam lengan baju. Sukar bagi
Jit-jit untuk melihat wajahnya, bahkan lelaki atau perempuan
pun tidak dapat dibedakan.
Orang di belakangnya berperawakan tinggi besar, alis tebal
mata bulat, muka hitam kasar, sekali pandang saja dapat
diketahui seorang lelaki dogol yang bertenaga kuat.
Jit-jit tahu maksud kedatangan kedua orang ini pasti tidak
baik, tapi kecuali terhadap si iblis jahat, hakikatnya dia tidak
gentar kepada siapa pun, segera ia mendahului membentak,
"Siapa kalian" Mau apa?"
"Jangan urus siapa diriku, kedatanganku cuma ingin tanya
sesuatu padamu...." jawab si baju panjang dengan suara yang
melengking nyaring menusuk telinga, suaranya seperti
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
sengaja dibuat-buat, tapi juga seperti memang begitu
pembawaannya. "Jika tidak kau tanggalkan kerudungmu, jangan harap akan
kau dapatkan jawabanku," seru Jit-jit, meski tubuhnya
lumpuh, tapi suaranya cukup keras.
"Benar begitu?" tanya si baju panjang.
"Boleh kau coba," jawab Jit-jit tegas.
Mendadak si baju panjang mendengus, "Hm, baik. Maju, Tay
Hong!" Rupanya lelaki dogol tinggi besar itu bernama Tay Hong, si
Kuning Gede. Sambil menyeringai sehingga kelihatan giginya
yang serupa taring serigala, segera ia melompat ke depan Cu
Jit-jit, sekali raih dada baju si nona dicengkeramnya terus
diangkat seperti elang menyambar anak ayam.
"Kau... kau mau apa?" teriak Jit-jit dengan suara parau, gentar
juga dia. "Apa yang ditanyakannya harus kau jawab, tahu?" kata si
gede dengan menyeringai. "Ti... tidak...." kata Jit-jit.
"Tidak?" si gede menegas, ia menarik terlebih keras, dada
baju Jit-jit lantas robek, bila menarik lagi, buah dada si nona
pasti akan menongol. Sungguh gemas dan juga takut Jit-jit, dalam keadaan
demikian ia mati kutu, terpaksa ia menahan air mata dan
mengertak gigi, teriaknya dengan suara terputus-putus, "Ap...
apa yang akan... akan kau tanyakan?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Hm, kan sudah kuperingatkan tadi, kenapa cari penyakit
sendiri?" jengek si baju panjang. "Ingin kutanya padamu,
apakah kau suka menjadi selir putra Ongya (pangeran) kami
yang ke-27?" "Kentut busuk!...." damprat Jit-jit dengan gusar.
"Kurang ajar!" bentak si lelaki gede, "bret", dada baju Jit-jit
terobek sehingga dadanya yang putih mulus tertampak jelas.
Dengan suara parau Jit-jit memaki, "Bangsat, anjing, kau...."
Segera lelaki kasar itu menarik baju bagian pundak Jit-jit, apa
bila dirobeknya lagi, seketika Jit-jit bisa telanjang seluruhnya.
"Ayo jawab, kau mau tidak!" tanya si baju panjang.
Sedapatnya Jit-jit berusaha mengelak pandangan lelaki gede
itu terhadap dadanya yang mulus itu, tapi apa daya, dia tak
bisa berkutik, ia berucap dengan menangis, "Tidak, mati pun
aku tidak mau. Boleh kalian menganiaya, menyiksa dan
menghina diriku tetap aku tidak sudi, boleh kalian bunuh saja
diriku dan jangan harap menyentuh tubuhku."
Si baju panjang jadi melenggong juga melihat sikap bandel Cu
Jit-jit, dia tidak memberi perintah, dengan sendirinya si lelaki
gede tidak berani bertindak lebih lanjut.
Selang sejenak barulah si baju panjang berkata, "Tay Hong,
masukkan dia ke penjara, biarkan dia pikirkan dengan tenang,
nanti kita tanyai dia lagi."
Penjara di mana pun sama saja, seram, lembap, dan gelap.
Penjara di puncak gunung ini juga tidak terkecuali, bahkan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
lembap dan seramnya terlebih hebat daripada penjara di
tempat lain. Lelaki gede itu sama sekali tidak kenal kasihan, dari mulut gua
Jit-jit dilemparkan begitu saja sehingga terbanting dengan
berat di gua batu, keruan tulang Jit-jit serasa mau retak,
belum lagi dia menjerit sudah lantas jatuh pingsan.
Entah berapa lamanya, ketika lamat-lamat didengarnya suara
seorang yang sudah dikenalnya dengan baik sedang
memanggil di tepi telinganya, "Jit-jit... bangun, Jit-jit...."
Meski suara ini kedengaran serak dan berat karena cukup
lama tersiksa, tapi bagi pendengaran Jit-jit suara orang tetap
sedemikian mesranya. Tergetar hatinya, cepat ia membuka
mata, segera terlihatlah seraut wajah yang cakap dengan
hidung yang mancung, siapa lagi dia kalau bukan Sim Long"
Sekuat tenaga Jit-jit angkat tangannya dan merangkul leher
Sim Long, ucapnya dengan suara gemetar, "O, Sim Long,
kiranya kau... apa betul kau?"
"Ya, betul aku, Jit-jit," kata Sim Long.
Air mata Jit-jit bercucuran. Air mata kegirangan, katanya pula,
"Jadi... jadi benar dan bukan... bukan mimpi?"
Ia merangkul Sim Long dengan erat, seakan-akan khawatir
mimpi indah ini bisa buyar mendadak.
"Memang benar dan bukan mimpi," jawab Sim Long pula.
"Memang sudah kuduga engkau pasti akan datang menolong
diriku, memang sudah kuduga sebelumnya.... Tidak nanti kau
biarkan diriku dianiaya orang jahat, engkau pasti akan
menyelamatkan diriku," ucap Jit-jit setengah meratap.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long termenung, katanya kemudian, "Tapi aku tidak
menyelamatkan dirimu...."
"Apa katamu, engkau tidak menyelamatkan diriku?" Jit-jit
terkejut. "Habis cara bagaimana kita bisa bertemu di sini" O,
jangan-jangan engkau juga... juga terkurung di penjara ini?"
Pertanyaan ini tidak perlu dijawab Sim Long lagi, sebab
sekarang Jit-jit dapat melihat dinding batu yang mengelilingi
mereka. Ternyata Sim Long memang juga dipenjarakan orang
di sini. Kenyataan ini serupa sebilah pisau yang menikam hulu hati Cu
Jit-jit, terasa sakit, tapi tidak berdarah dan juga tidak
mengucurkan air mata, sebab darah dan air mata pun serasa
sudah membeku. Dia terkesima dan tidak dapat bicara lagi.
Senyuman khas Sim Long pun tidak kelihatan menghias ujung
mulutnya lagi, dengan sedih ia berucap, "Sungguh aku tidak
becus.... Tentu engkau sangat kecewa atas diriku.... Ai, tahu
begini, lebih baik kumati saja."
"Tidak, tidak, engkau tidak boleh mati," seru Jit-jit dengan
banjir air mata, "asalkan dapat kulihat dirimu, puaslah hatiku,
masa aku kecewa?" "Tapi... tapi di sini...."
"Sudahlah, jangan kau bicara lagi, peluklah diriku lebih erat,
asalkan kau peluk diriku erat-erat, aku... aku tidak peduli lagi
urusan apa pun," pinta si nona.
Memang baginya asalkan bisa berada di dalam pelukan Sim
Long, maka segala apa pun tidak ada artinya lagi.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kelembutan Kim Bu-bong dan simpati Him Miau-ji padanya
kini telah dilupakannya seluruhnya, bahkan dia lupa belum
lama dia baru saja mau mati bersama Him Miau-ji.
Jit-jit memang nona yang berdarah panas, simpatik, mudah
menyukai seseorang, bila orang lain baik padanya, tanpa
peduli apa pun dia akan balas kebaikan orang itu, biarpun hal
itu dilakukannya hanya karena dorongan emosi yang timbul
seketika itu. Tapi perasaannya terhadap Sim Long justru mirip beratus ribu
utas rambut halus yang telah mengikatnya, merasuk tulang,
menyusup ke lubuk hati sehingga sukar terlepas, dipotong
juga takkan putus. Meski penjara itu seram dan gelap, namun berada di dalam
pelukan Sim Long dirasakan oleh Cu Jit-jit seperti berada di
surga. Dia ingin menceritakan pengalamannya, penderitaannya,
rindunya... seakan-akan bila semua itu diceritakannya kepada
Sim Long, maka segala apa yang dialaminya itu akan menjadi
impas, terbayar lunas. Sebaliknya Sim Long terus-menerus hanya menghela napas
dan tidak bicara. Jit-jit memandangnya dalam keremangan penjara yang seram
itu, beberapa kali bibirnya bergerak dan ingin bicara lagi, tapi
urung. Akhirnya ia tidak tahan dan tercetus dari mulutnya, "Cara
bagaimana engkau datang ke sini?"
Dengan rawan Sim Long bertutur, "Terkena obat bius, aku
pun tidak menyangka minuman yang kuminum di warung
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
terpencil itu pun ditaruhi obat bius. Ai, sekali salah langkah,
segalanya lantas runtuh. Waktu aku siuman, tahu-tahu sudah


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada di sini." "Engkau tentu banyak tersiksa, coba, sampai... sampai
suaramu pun serak, entah betapa engkau telah disiksa oleh
kawanan bangsat itu, sungguh ingin ku... ingin ku...."
"Ah, apa gunanya biarpun engkau penasaran di sini?" ujar Sim
Long. "Oo, semua ini gara-gara diriku, engkau jadi ikut menderita
begini...." air mata Jit-jit bercucuran pula.
"Jangan menangis Jit-jit, sakit hati ini pasti akan kita balas,"
ucap Sim Long dengan lembut.
Mendadak Jit-jit berhenti menangis dan menengadah, "Engkau
mampu...." "Jangan khawatir, asalkan ada kesempatan...."
Belum lanjut ucapan Sim Long, mendadak ada cahaya terang
menyorot dari atas. Cepat Sim Long mengangkat tubuh Jit-jit dan menyingkir ke
kaki dinding. Kepala si lelaki gede serupa herder itu menongol di lubang
gua, letak lubang gua ini sedikitnya ada lima tombak
tingginya, dipandang dari bawah wajah orang ini terlebih
seram dan tidak mirip manusia.
"Bangsat, enyah!" teriak Jit-jit dengan parau.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Lelaki gede itu terkekeh-kekeh, "Hehe, apakah kalian tidak
lapar?" "Biarlah lebih baik mati lapar, lekas enyah!" teriak Jit-jit pula.
Orang itu terkekeh-kekeh pula sambil memperlihatkan
sesuatu, katanya, "Inilah bakpao yang biasa kami berikan
kepada anjing, mau tidak, terserah padamu."
"Kau sendiri anjing, bangsat...." damprat Jit-jit dengan gusar.
Tapi mendadak mulutnya didekap Sim Long.
Anak muda itu lantas mendongak ke atas dan berseru,
"Silakan Toako melemparkan bakpao itu."
"Hehe, tidak makan tambah kelaparan, ternyata kau lebih
cerdik daripada anak dara itu," ucap lelaki gede itu dengan
tertawa latah. Habis berkata, benarlah segera dilemparkannya beberapa biji
bakpao, terdengar suara "plok" beberapa kali, betapa
kerasnya bakpao basi itu dapatlah dibayangkan.
"Krek", lubang gua itu tertutup lagi, tangan Sim Long yang
mendekap mulut Jit-jit juga lantas dilepaskan.
Gemas dan cemas Jit-jit, ucapnya dengan gusar, "Masa...
masa engkau benar mau makan bakpao busuk begini?"
"Umpama tidak dimakan juga ada gunanya," ujar Sim Long.
"Apa gunanya?" tanya Jit-jit penasaran.
"Bila datang kesempatan baik tentu ada gunanya," sahut Sim
Long sambil memunguti beberapa biji bakpao kering itu dan
dikumpulkan di dekatnya. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit memandangnya dengan termangu, sejenak kemudian ia
tanya pula, "Engkau belum kehilangan tenaga?"
"Mendingan tidak," sahut Sim Long.
Tertampak rasa girang pada sinar mata Jit-jit, "Pantas kau
bilang akan menuntut balas, asalkan engkau tidak kehilangan
tenaga, biarpun engkau ditutup di neraka I8 lapis juga tetap
dapat melarikan diri."
"Masa engkau begitu yakin akan kemampuanku?"
"Tentu saja, siapa lagi selain aku?" segera Jit-jit meronta
bangun dan menjatuhkan diri pula ke dalam pangkuan Sim
Long. Selang sejenak, mendadak si nona bertanya lagi, "Ai, betapa
linglung aku ini, saking gembiranya bertemu engkau di sini
sehingga melupakan urusan penting yang harus kuberi
tahukan padamu." "Urusan penting apa?" tanya Sim Long cepat.
"Tentang rombongan Can Ing-siong yang diantar Kim Bu-bong
ke Jin-gi-ceng itu, setiba di sana, segenap anggota rombongan
itu lantas mati keracunan, Li Tiang-ceng dan kawan-kawannya
menyangka engkau yang mengerjai mereka, maka engkau
dicari oleh mereka."
"Masa terjadi begitu?" seru Sim Long kaget.
"Hal ini kudengar dari penuturan mereka sendiri, kukira pasti
betul," kata Jit-jit. "Apakah dapat kau terka mengapa bisa
terjadi begitu?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Seketika aku pun tidak berani menarik kesimpulan...."
"Tapi dapat kupastikan perbuatan Ong Ling-hoa," kata Jit-jit
pula. "Sungguh aku tidak mengerti, sudah jelas kau tahu dia
orang busuk, mengapa engkau bergaul dengan dia."
"Soalnya kekuatan kita dengan musuh berselisih terlalu jauh,"
tutur Sim Long dengan menyengir. "Padahal kita sedang
menghadapi musuh besar sebagai Koay-lok-ong itu, mana
boleh kita mengikat permusuhan pula dengan Ong Ling-hoa,
apa pun juga dia kan bukan orang sehaluan dengan Koay-lok-
ong." "Tapi menurut pandanganku, dia jauh lebih busuk daripada
Koay-lok-ong," jengek Jit-jit. "Akan lebih baik untuk sementara
ini kesampingkan Koay-lok-ong dan jangan membiarkan
mereka ibu dan anak berbuat sesukanya."
"Untuk menghadapi ibu dan anak itu kekuatan kita terasa
sangat lemah," ujar Sim Long setelah termenung sejenak.
"Mengapa kau puji kekuatan orang lain dan menurunkan
derajat sendiri?" kata Jit-jit. "Dalam hal apa engkau lebih asor
daripada Ong Ling-hoa" Dalam hal apa pula Ong Ling-hoa
lebih unggul daripadamu?"
"Tidak perlu urusan lain, melulu soal harta benda saja jelas
sangat jauh selisih diriku dibandingkan dia," jawab Sim Long
dengan menyesal. "Ai, baru sekarang kutahu, untuk
bertempur kekuatan dana terkadang juga menjadi faktor
penentu. Sayang, dahulu aku terlalu meremehkan benda-
benda yang berbau bacin ini."
"Apa artinya harta benda, aku kan tidak kekurangan, kau mau
berapa dapat kuberikan," ujar Jit-jit.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Masa boleh kuterima uangmu?" jawab Sim Long dengan tidak
senang. "Memangnya kenapa, punyaku sama dengan punyamu,
masa...." "Sudahlah, jangan kau katakan lagi," potong Sim Long dengan
aseran. Jit-jit termenung sejenak, ucapnya kemudian dengan hampa,
"Seumpama engkau tak mau menerima uangku, tapi aku
sendiri mengambil bagian dalam pertempuran ini. Seperti
semboyan umum yang sudah kita kenal, punya uang keluar
uang, punya tenaga bantu tenaga, memangnya aku tidak
boleh memberikan sedikit sumbangan bagi perjuangan ini?"
"Tapi... tapi aku...."
"Sudahlah, tidak perlu ini dan itu, yang jelas, meski ayahku
rada pelit terhadap orang lain, tapi sangat terbuka tangannya
terhadapku, sebab semua saudaraku sudah berdikari,
semuanya sudah pandai mencari uang, sebaiknya aku cuma
mahir membuang uang, seorang yang tidak pintar mencari
uang dan juga tidak berguna.... Sebab itulah, harga kekayaan
ayah yang seharusnya dibagi menjadi tujuh telah diwariskan
seluruhnya kepadaku dan jumlahnya tidaklah sedikit."
"Pantas orang Kangouw sama bilang Cu-jit-siocia kita adalah
miliarder wanita," ujar Sim Long.
"Miliarder atau bukan, yang jelas hartaku memang tidak
sedikit," kata Jit-jit. "Sejak berumur 12 aku sudah biasa
menggunakan uang secara bebas. Tapi selama kekayaan itu
dipegang ayah, tetap kurang leluasa bagiku. Sebab itulah aku
lantas merecoki ayah agar memberi kuasa penuh padaku,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
sebagian besar harta warisan itu diserahkan padaku, lalu
seluruhnya kutitipkan kepada samcihuku."
Ia berhenti sejenak, lalu menyambung pula dengan tertawa,
"Samcihu (kakak ipar (suami kakak) ketiga) adalah orang
Soasay, swipoanya bukan main lincahnya bilamana disuruh
mengurus soal keuangan, tapi dia paling segan padaku. Maka
sebelumnya sudah kuadakan perjanjian dengan dia bahwa
simpananku itu tidak perlu diberi bunga, yang penting setiap
saat bilamana aku memerlukan uang, bila kuminta pada siang
hari, tidak boleh dia tunda sampai malam hari, jika kuperlu
sepuluh laksa tahil, tidak boleh dia membayar kurang satu
tahil pun. Pokoknya dia harus memberi servis yang paling
cepat padaku." "Apakah samcihumu itu terkenal sebagai Liok-siang-to-cu (Si
Mahakaya-raya) Hoan Hun-yang itu?" tanya Sim Long.
"Aneh... kau pun kenal namanya?" ujar Jit-jit.
"Orang Kangouw yang terkenal tidak ada seorang pun yang
tidak kukenal," ujar Sim Long dengan tertawa. "Apalagi Hoan
Hun-yang ini terkenal pintar sekali bergaul, kipas bajanya juga
tidak lemah." "Baik, engkau memang hebat," kata Jit-jit. "Supaya kau tahu,
kami sudah ada perjanjian, asalkan ada tanda pengenalku,
setiap saat dapat kuambil uang pada setiap cabang
perusahaannya di berbagai provinsi."
"Kenapa dia begitu memercayai dirimu?" tanya Sim Long.
"Soalnya, meski sangat banyak uangnya, tapi kekayaanku
tidak lebih sedikit daripada miliknya, kenapa dia tidak percaya
padaku?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Jika begitu, tanda pengenalmu itu harus kau simpan dengan
baik." "Bagaimana bentuk tanda pengenalnya, mimpi pun orang lain
tak dapat menerkanya, sepanjang hari benda ini berada pada
tubuhku dan tidak akan dicuri orang."
"Berada pada tubuhmu?" Sim Long menegas dengan heran. Ia
tahu Cu Jit-jit pernah ditelanjangi orang, jika benar dia
membawa sesuatu benda berharga, mustahil takkan diambil
orang" Tapi Jit-jit menjawab dengan sungguh-sungguh, "Betul, kedua
biji mutiara anting-antingku inilah benda tanda pengenalku.
Kedua biji mutiara kecil ini tidak mencolok mata, tapi bila
mutiara ditanggalkan, bagian anting-anting yang membingkai
mutiara ini adalah stempel, kedua belah anting-anting sama
pakai stempel huruf Cu, cuma yang satu huruf tebal dan yang
lain huruf melekuk. Berdasarkan sepasang anting-anting ini
setiap orang dapat mengambil 70 laksa tahil, bukan perak
melainkan emas. Dengan harta sejumlah ini tentu dapatlah
digunakan sebagai dana pergerakanmu."
Jumlah sebesar ini memang cukup mengejutkan orang,
sampai Sim Long juga melenggong.
"Padaku terdapat benda bernilai sebesar ini, lucunya orang-
orang yang pernah menawan diriku ternyata tidak ada yang
memerhatikannya," tutur Jit-jit pula dengan tertawa.
Maklumlah pada zaman itu telinga anak perempuan rata-rata
berlubang anting-anting, karena itulah hal ini tidak menarik
perhatian dan tidak mengherankan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Nah, sekarang terimalah anting-antingku ini, cuma kau perlu
hati-hati, lelaki membawa anting-anting, tentu akan menarik
perhatian orang," pesan Jit-jit dengan tertawa.
Mestinya Sim Long ingin menolak, tapi didesak si nona dan
akhirnya diterimanya juga, katanya, "Kau percaya penuh
menyerahkan anting-anting ini kepadaku?"
"Tentu saja kupercaya," jawab Jit-jit lembut, "Jangankan cuma
anting-anting ini, biarpun se... seluruh diriku kuserahkan
padamu juga tidak perlu khawatir."
Ia menggelendot dalam pangkuan Sim Long dengan erat,
sungguh ingin dirinya terlebur menjadi satu dengan tubuh
anak muda itu. Dalam keadaan begini, dia berbalik berterima
kasih kepada iblis jahat itu. Kalau bukan perbuatannya, saat
ini mana bisa dia berada dalam pelukan Sim Long.
Sampai sekian lama keduanya tenggelam dalam khusyuk-
masyuk, mendadak Sim Long berteriak dengan suara
terputus-putus, "Ai... air... air!"
Jit-jit terkejut, tapi segera dia tahu anak muda itu pasti
mempunyai maksud tujuan tertentu.
Benar juga, sejenak kemudian lantas terlihat lubang gua atas
terbuka, lelaki gede serupa anjing herder itu menongolkan
kepalanya sambil membentak gusar, "Keparat, mau apa kau
meraung-raung?" Orang berani memaki Sim Long, segera Jit-jit hendak
mendampratnya, tapi mulutnya keburu didekap Sim Long, lalu
anak muda itu berkata dengan suara yang dibikin lemah,
"Aku... aku sangat haus, mohon... mohon diberi air."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Untuk sebentar suasana menjadi sunyi, tidak lama kemudian,
dari atas terjulur sebatang galah bambu, pada ujungnya
terikat sebuah kaleng, lelaki gede itu tertawa terkekeh-kekeh
dan berucap, "Ini airnya. Jika mau minum, masukkan kepala
ke dalam kaleng, cara beginilah tuanmu memberi minum
kepada babi." Mendadak Sim Long berbangkit, tangan bergerak, sejalur
angin keras lantas menyambar ke atas, "plak", kepala si lelaki
gede yang menongol itu tepat tertimpuk.
Lelaki itu meraung dan terjungkal ke bawah, senjata rahasia
yang mengenai kepalanya juga jatuh di sebelahnya, kiranya
cuma sebiji bakpao kering.
Jit-jit terkejut dan bergirang, dilihatnya Sim Long menutuk
beberapa hiat-to orang itu, lalu galah bambu itu dijemputnya.
Pada saat itulah di atas terdengar seorang membentak, "Ada
kejadian apa?" Tanpa bicara tangan Sim Long bergerak pula, kembali sebiji
bakpao kering menyambar ke atas dan kembali seorang jatuh
terjungkal lagi ke bawah dan dibikin tak berkutik oleh Sim
Long. Cepat Sim Long mengempit Jit-jit dengan tangan kiri, galah
bambu di tangan kanan terus menolak hingga tubuh
mengapung ke atas. Jit-jit merasa angin mendesir, waktu ia membuka mata, tahu-
tahu mereka sudah meloncat ke luar penjara.
Di atas gua penjara, ini adalah sebuah rumah kecil, di atas
meja masih ada santapan, orang yang sedang makan minum
tadi kini sudah menggeletak di dalam penjara malah.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Engkau sungguh orang yang paling pintar, tidak percuma
kusuka padamu," seru Jit-jit dengan girang.
"Ssst, jangan bersuara," desis Sim Long.


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perlahan ia membuka pintu dan mengintip, suasana sepi,
segera ia menyelinap ke luar. Di luar adalah sebuah serambi
panjang dan juga tidak kelihatan bayangan seorang pun.
"Untung orang di sini seperti sudah mampus semua," bisik Jit-
jit. Sim Long tidak menanggapinya, cepat ia memutar ke kiri, baru
saja dia melangkah, terdengarlah dari ujung serambi sana ada
suara langkah orang menuju ke sini.
Terdengar seorang berkata, "Mana boleh kau kurung dia
bersama Sim Long di situ."
Suara orang ini tidak enak didengar, jelas Kim Put-hoan yang
"Kian-li-bang-gi" atau mendapat untung lantas lupa kepada
kawan. Lalu seorang sedang menjawab, "Penjara di sini cuma ada
satu tempat, kalau tidak dikurung bersama akan digusur ke
mana?" Segera Sim Long bermaksud mundur kembali ke dalam
rumah, tapi lantas terdengar seorang lagi berkata, "Coba kita
periksa penjara sana."
Dari suaranya yang kasar dapat dikenali orang ini ialah Lian
Thian-hun. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Apabila Sim Long mundur kembali ke tempat semula tentu
akan kepergok mereka. Jadi maju dan mundur serbasusah,
mau tak mau Sim Long rada bingung.
"Takut apa, labrak saja mereka," desis Jit-jit, ia percaya penuh
atas kemampuan pemuda pujaannya.
Sim-Long menjadi nekat juga, ia rangkul erat tubuh Cu Jit-jit
dan menerjang ke sana sekuatnya dan cepat luar biasa. Baru
saja rombongan Lian Thian-hun muncul dari tikungan,
sekonyong-konyong sesosok bayangan menyelinap lewat.
Karena kaget, tanpa terasa mereka menyingkir ke samping.
Maka secepat terbang dapatlah Sim Long melayang lewat,
tanpa berpaling lagi ia terus lari ke depan.
Serentak terdengar suara bentakan di belakang.
"Hah, itulah Sim Long," seru Kim Put-hoan.
"Betul, lekas kejar!" teriak Lian Thian-hun gusar.
Menyusul lantas terdengar suara orang mengejar beramai-
ramai. Dengan sendirinya Sim Long tidak hafal jalanan di tempat
orang, apalagi dalam keadaan dikejar, sukar baginya untuk
membedakan arah dan memilih jalan. Baru beberapa tombak
ia lari segera dihadapi jalan buntu.
Untung pada ujung kiri jalan buntu terdapat sebuah pintu.
Tanpa pikir Sim Long mendobrak pintu dan menerjang ke
dalam. Tapi segera ia melenggong, sebab kamar ini pun tidak
ada jalan tembus. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sekilas dilihatnya sebelah kanan ada sebuah jendela dan pada
sisi lain ada lagi sebuah pintu kecil. Karena keadaan
mendesak, timbul akal Sim Long, ia sambar sebuah kursi dan
dilemparkan, kontan jendela itu ambrol, pada saat yang sama
ia terus lari masuk ke pintu kecil itu.
Hanya sekejap saja rombongan Kim Put-hoan sudah menyusul
tiba, Sim Long bersembunyi di balik pintu kecil itu dengan
menahan napas dan tidak berani bergerak.
"Lari ke mana dia?" terdengar Lian Thian-hun meraung gusar
di luar. "Jelas membobol jendela dan kabur ke luar," kata Kim Put-
hoan. "Ayo lekas kejar!" seru Lian Thian-hun.
Menyusul lantas terdengar suara orang melompat keluar
jendela, lalu tidak terdengar sesuatu suara lagi.
Baru sekarang Sim Long merasa lega, desisnya, "Mari kita
mundur kembali ke tempat tadi untuk mencari jalan lolos lain!"
"Sungguh akal menyesatkan musuh yang bagus," bisik Jit-jit.
Dalam keadaan demikian dia tidak lupa memberi pujian
kepada Sim Long. Tapi baru saja Sim Long membuka pintu, segera terlihat Kim
Put-hoan bertiga berdiri di depan pintu dengan tertawa dingin.
Keruan Sim Long melongo. "Hehe, kau kira kami dapat dikibuli seperti anak kecil?" jengek
Kim Put-hoan. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ayolah, mau lari ke mana lagi, lekas serahkan dirimu," bentak
Lian Thian-hun. Sim Long mengertak gigi, ia tidak jadi menerjang ke luar,
sebaliknya menyurut mundur, pintu terus ditutup kembali dan
dipalang. Akan tetapi segera diketahuinya sekeliling ruangan
ini rapat tanpa lubang tembus lain, sebuah jendela pun tidak
ada, keadaan gelap gulita, kecuali perabotnya yang lebih baik,
keadaannya tidak berbeda dengan penjara di bawah tanah itu.
Terdengar Kim Put-hoan bertiga lagi bergelak tertawa di luar
dan tidak membobol pintu untuk mengejarnya. Malahan lantas
terdengar suara "krek," pintu berbalik digembok dari luar.
"Ruangan ini sekelilingnya terbuat dari dinding baja, jauh lebih
kuat daripada penjara batu itu, boleh kalian tidur saja di situ
dan jangan lagi mencari jalan untuk kabur segala," terdengar
si baju panjang berseru di luar.
"Nanti kalau kalian sudah lemas kelaparan, barulah kami akan
datang lagi, biasanya kami memang sabar menunggu,"
demikian Kim Put-hoan menyindir.
Habis itu lantas tidak terdengar sesuatu lagi.
Sim Long berlari ke kaki dinding dan memukulnya, terdengar
suara nyaring, tangan sendiri tergetar sakit, memang betul
dinding sekeliling kamar ini terbuat dari baja seluruhnya.
Seketika Sim Long berdiri terkesima dan tidak tahu apa yang
harus dilakukannya. "Mereka hanya bertiga, bilamana tadi kau labrak mereka, bisa
jadi mereka dapat kau kalahkan, tapi sekarang...." Jit-jit
menggerundel dengan menyesal.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long menghela napas, "Bila kulabrak mereka, bagiku
tidak menjadi soal, tapi bagaimana dengan dirimu?"
Jit-jit terkesiap dan tidak bicara lagi. Sejenak kemudian
mendadak ia menangis sedih.
"Jangan menangis Jit-jit, memang akulah yang salah," ujar
Sim Long. "Tidak, engkau tidak salah...." seru Jit-jit dengan suara parau.
"Dalam segala hal selalu kau pikirkan diriku, tapi aku berbalik
menyalahkan engkau. Aku... aku memang pantas mampus!"
Perlahan Sim Long membelai rambutnya yang halus, ucapnya,
"Sudahlah, dalam keadaan demikian, kita senasib
setanggungan. Betapa pun menyenangkan juga bila kita dapat
mati bersama di tempat ini."
"Tidak, tidak, engkau tidak boleh mati, engkau harus berjuang
terus...." "Ai, dalam keadaan begini, apa yang dapat kulakukan?" ujar
Sim Long dengan menyesal.
Jit-jit masih mau bicara lagi, tapi urung, ia menangis perlahan,
sebab ia pun menyadari keadaan cukup gawat. Tiba-tiba ia
berkata lagi dengan bersemangat, "Memang betul juga
ucapanmu, betapa bahagia bilamana kita mesti mati bersama
di sini. Tapi... tapi kita masih muda, aku tidak mau mati, kita
harus hidup bersama dan bahagia untuk berpuluh tahun lagi
dan...." Sampai di sini mendadak ia tertegun, sebab tanpa disadari
tenaga sendiri ternyata sudah pulih sebagian, tangannya
dapat digunakan untuk memukul tempat tidur sehingga
menerbitkan suara keras. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ah, rupanya obat bius yang digunakan si iblis ini tidak sama
dengan dulu, pengaruh obatnya kini mulai lenyap, sekarang
aku sudah dapat berdiri...." ia termenung sejenak, lalu
menyambung, "Tapi apa gunanya aku dapat berdiri, keadaan
sudah terlambat, biarpun bisa berlari juga sukar kabur dari
sini." Dengan pandangan yang sayu ia tatap wajah Sim Long, entah
berapa lama, perlahan ia berkata pula, "Tapi tetap aku
berterima kasih kepada Thian yang murah hati yang telah
membuatku dapat bergerak sekarang. Biarpun kita tidak dapat
lagi hidup bersanding, tapi sebelum ajal kita dapat berkumpul
di sini untuk beberapa hari, betapa pun aku... aku merasa
bahagia." "Kau... kau...."
Belum lanjut ucapan Sim Long, mendadak Jit-jit merangkulnya
sehingga keduanya jatuh ke tempat tidur yang lunak itu.
Jit-jit membenamkan kepalanya di dada Sim Long, bisiknya
dengan suara setengah merintih, "O, masakah engkau belum
lagi paham" Ai, orang... orang tolol, orang dungu... masa tidak
kau ketahui, sebelum ajal, kurela menyerahkan segalanya
kepadamu?" "Kau... kau benar rela...."
Jit-jit tidak bicara lagi, ia peluk anak muda itu terlebih erat,
dada beradu dada, bibirnya yang hangat merayapi belakang
telinga Sim Long. Bagai orang mengigau ia berkeluh perlahan, "O, waktu kita
sudah tersisa tidak banyak lagi, kurela... apa pula yang kau
khawatirkan... apa pula yang kau tunggu"...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak Sim Long membalik tubuh di atas, dipeluknya tubuh
yang hangat dan mungil yang lagi menyongsongnya dengan
rada gemetar itu.... Selagi memuncak api berkobar, selagi banjir hampir
membobol tanggul, mendadak Jit-jit menggigit bibir Sim Long
sekerasnya, berbareng terus didorongnya sehingga anak muda
itu tertolak jatuh ke bawah tempat tidur.
Lantaran tidak menyangka, keruan Sim Long kaget dan
berseru, "Hei, apakah kau gila?"
Jit-jit terus menarik selimut untuk menutupi tubuhnya,
teriaknya dengan histeris, "Kau bukan... bukan Sim Long...
kau bukan Sim Long...."
"Kau gila, habis siapa jika aku bukan Sim Long?"
"Kau... kau bangsat, binatang, kau setan iblis, sekarang...
sekarang kutahu siapa dirimu...."
"Memangnya siapa diriku?" tanya Sim Long.
"Ong Ling-hoa!" teriak Jit-jit. "Kau bangsat jahanam, kau...
kau bikin celaka diriku... untung kutahu... dan... dan masih
sempat...." "Hehe, kau bilang aku ini Ong Ling-hoa?"
"Memangnya siapa kalau bukan Ong Ling-hoa," jawab Jit-jit.
"Betapa keji caramu mengatur akalmu yang busuk ini, bukan
saja telah kau tipu uangku, kau pun ingin menipu tubuhku...."
"Oo, kau anggap kutipu dirimu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Hm, biarpun kepandaianmu merias mukamu sedemikian
hebatnya, tapi lantaran aku sudah terlalu mengenal Sim Long,
kau khawatir akan kukenali kepalsuanmu, maka sengaja kau
gunakan tipu licik dan bertemu denganku di tempat yang
gelap." Jit-jit mengertak gigi sehingga gemertuk, lalu menyambung,
"Suara Sim Long tak dapat kau tirukan dengan persis, maka
sengaja berlagak tersiksa di penjara dengan suara parau agar
aku tidak mencurigai dirimu."
"Lalu?" jengek Sim Long.
"Sesudah wajahmu kau rias, tentu tidak dapat lagi tersenyum,
maka sengaja kau bikin mukamu selalu murung. Padahal, ai,
kenapa kulupa bahwa pada keadaan bagaimanapun senyuman
khas Sim Long itu selalu menghiasi bibirnya, hampir setiap
saat dan di mana pun selalu kulihat senyumannya yang khas
itu." "Apa betul begitu?"
"Selain itu, jika sudah ada akalmu untuk kabur dari penjara itu
seharusnya dapat kau lari sebelumnya, kenapa mesti
menunggu setelah kudatang barulah kau bawaku kabur"....
Waktu orang itu memberi air padamu, mestinya dia dapat
menggunakan cara lain, mengapa pakai galah bambu segala"
Jelas semua ini memang sudah diatur sebelumnya agar galah
itu dapat kau gunakan untuk meloncat ke luar."
"Ada lagi yang lain?" tanya Sim Long dengan tertawa.
"Dasar bangsat, sudah kau tipu uangku, ingin kau tipu pula....
Ya, tentu karena tempat itu kurang baik, maka sengaja kau
bawaku ke sini, kau...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul, penjara di bawah tanah itu lembap dan kotor, siapa
pun tidak bergairah berbuat hal begituan di situ, sengaja
kubawamu ke sini justru supaya engkau sendiri akan
menyodorkan makanan ke mulutku," kata anak muda itu
dengan tertawa. Baru sekarang ucapannya mengandung nada pengakuan
bahwa dia memang bukan Sim Long melainkan Ong Ling-hoa
adanya. "Bangsat, hewan," dengan suara parau Jit-jit memaki pula.
"Sungguh keji kau, tentu setelah kau tipu diriku, lalu sengaja
kau tinggalkan diriku agar kubenci Sim Long selama hidup,
dengan begitu kau bikin susah kami berdua sekaligus."
"Betul, ini namanya sekali timpuk dua burung, tahu?" jawab
Ong Ling-hoa dengan cengar-cengir.
"Hm, kecuali bangsat keji semacam ini, siapa lagi yang dapat
menggunakan akal busuk semacam ini. Mungkin tidak ada
orang lebih kotor dan rendah daripadamu di seluruh dunia ini."
"Namun masih ada sesuatu yang tidak kupahami," kata Ong
Ling-hoa dengan tertawa. Tanpa menunggu tanggapan Jit-jit segera ia menyambung,
"Setelah sekian lama akalku dapat mengelabuimu, mengapa
mendadak dapat kau ketahui?"
"Sebab... sebab aku...." mendadak Jit-jit berteriak. "Tidak
perlu kau tahu cara bagaimana kuketahui tipu muslihatmu,
pokoknya memang dapat kuketahui."
Hal ini selain membingungkan Ong Ling-hoa, sesungguhnya
Jit-jit sendiri juga sukar menjelaskan, atau bisa jadi dia malu
untuk menerangkan. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kiranya tadi waktu orang bermesraan dengan dia, tiba-tiba Jit-
jit merasakan sesuatu tidak benar, yaitu "gaya" pihak lawan.
Ia merasa "gaya kerja" orang sedemikian hafalnya, serupa
benar dengan cara rendah Ong Ling-hoa memperlakukan dia
waktu di ruang bawah tanah dahulu.
Dan pada detik sebelum garis pertahanan terakhir dibobol
itulah dapat diketahuinya tipu muslihat musuh.


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maklumlah, setiap lelaki mempunyai gaya dan gerak irama
tertentu pada saat dia merayu dan main cinta dengan seorang
perempuan. Biarpun sasarannya berganti, cara kerjanya
biasanya tidak berubah. Dan dalam hal ini biasanya di pihak perempuan juga sangat
peka merasakan perbedaannya.
***** Entah sejak kapan, lampu di dalam kamar sudah dinyalakan
oleh Ong Ling-hoa. Dia berdiri di depan tempat tidur, raut wajahnya memang
sangat mirip Sim Long, cuma matanya, sorot matanya
memperlihatkan sifatnya yang kotor dan menjijikkan.
Jit-jit membungkus tubuhnya terlebih rapat, ia tidak berani
memandang orang, dari rasa murka kini berubah menjadi rasa
takut. "Kau sangat pintar, sungguh jauh lebih pintar daripada
dugaanku," kata Ong Ling-hoa kemudian dengan cengar-
cengir, "Tapi apakah sekarang kau kira sudah lengkap
mengetahui segalanya?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Memangnya apa yang tidak kuketahui" Aku...." mendadak Jit-
jit teringat akan sesuatu, waktu ia berpaling, dilihatnya Ong
Ling-hoa sedang menatapnya dengan pandangan kotor dan
jalang. Seketika hatinya bergetar, teriaknya, "Matamu...
matamu inilah...." "Mataku kenapa?" tanya Ong Ling-hoa dengan tersenyum.
"Kau... ya, kaulah yang membikin celaka Miau-ji tadi.... Jadi
iblis jahat itu pun samaranmu, betul tidak?"
"Haha, memang betul," Ong Ling-hoa terbahak. "Menurut
pandanganmu, wajah iblis itu adalah samaran keluarga Suto,
aku pun pernah melihatnya sekali, dan mengapa aku tidak
dapat menyamar seperti dia" Betapa pun pandai ilmu rias
keluarga Suto juga tidak banyak lebih mahir daripada diriku
tuan muda keluarga Ong ini."
"Bangsat, kau... kau...."
"Ai, nonaku yang manis, biarpun kau pintar, sebenarnya apa
pun tidak kau ketahui," sela Ong Ling-hoa dengan gelak
tertawa. "Apakah kau mau bila kuceritakan urusan ini dari
awal?" "Kau... kau...." karena gemetar sehingga suara Jit-jit pun tidak
jelas. "Kau tahu, di hutan sunyi sana sudah kulihat Kim Put-hoan, Li
Tiang-ceng dan lain-lain, meski mereka tidak kenal diriku, tapi
kukenal mereka, maka aku lantas mendekat dan pasang
omong dengan mereka."
"Mereka mau bicara dengan binatang semacam dirimu ini?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Soalnya, hanya satu kalimat saja sudah dapat kupikat
mereka." "Yang... yang kau kemukakan tentu mengenai Sim Long."
"Betul, kembali dapat kau tebak dengan tepat. Aku berlagak
memusuhi Sim Long, dengan sendirinya mereka ingin
bersahabat denganku, maka lantas kuberi jalan kepada
mereka agar menungguku di sini. Jalan yang mereka tempuh
adalah jalan kecil yang dirahasiakan, dengan sendirinya jejak
mereka menghilang secara mendadak sehingga kau dan si
kucing rakus itu kebingungan."
Hal ini sebelumnya memang sudah diduga oleh Jit-jit, cuma
ada sesuatu lain yang belum diketahuinya, maka ia lantas
tanya, "Kenapa mereka mau percaya padamu dan datang ke
sini lebih dulu?" "Sebab mereka memerlukan tenagaku untuk membantu
menghadapi Sim Long," tutur Ong Ling-hoa dengan tertawa.
"Mereka percaya aku adalah seorang kesatria dan gagah
perkasa, sebaliknya Sim Long adalah seorang bangsat
keparat." "Sialan, sudah buta semua!" omel Jit-jit dengan gemas.
"Dari mulut mereka dapat kuketahui kau pun berada di sekitar
sini, maka aku lantas tinggal di sana, tidak lama kemudian
benarlah kulihat kau dan si Kucing itu datang dengan riang
gembira, wah, alangkah mesranya antara kalian berdua,
padahal biasanya kau sok berlagak suci."
"Kentut!" damprat Jit-jit. "Hubungan kami cukup terbuka,
hanya matamu yang kotor ini sehingga barang bersih juga kau
pandang sebagai kotor."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ong Ling-hoa tidak menghiraukannya, sambungnya lagi,
"Kalian berjalan dengan tangan bergandeng tangan, aku
lantas mengintil di belakang kalian dari jauh, waktu kalian
mendaki gunung, segera timbul pikiranku untuk menyamar
sebagai iblis itu, cepat kuputar jalan terdekat untuk
mendahului di depan kalian. Lalu dengan sedikit akal, tanpa
susah payah dapatlah kubikin si Kucing hancur lebur di dalam
jurang. Haha, sudah sekian lama dia bermesraan denganmu,
andaikan mati juga dia tidak perlu penasaran."
Dari cerita Ong Ling-hoa ini baru diketahui mengapa orang
sedemikian hafal terhadap keadaan di sekitar sini, rupanya
tempat ini memang kepunyaan keluarga Ong.
"Setelah kubawa dirimu ke sini dalam keadaan tak sadar,
segera kuganti rupa lagi menjadi Sim Long, kuatur pula tipu
sekali timpuk dua burung ini dengan Kim Put-hoan dan...."
"Hm, bangsat she Kim itu memang jahat, tapi Li Tiang-ceng
dan Leng Toa juga membantu tipu muslihatmu yang kotor ini,
sungguh tak kusangka," ucap Jit-jit dengan gemas.
"Leng Toa dalam keadaan tidak sadar, Li Tiang-ceng juga
terluka parah, kedua orang ini masih berbaring di sana tanpa
bisa berbuat sesuatu. Sedangkan Lian Thian-hun, hehe, cuma
seekor kerbau bodoh, setelah kubujuk Kim Put-hoan, dengan
mudah dapat kubohongi kerbau bodoh itu untuk bekerja
bagiku." "Banyak berbuat kejahatan pada akhirnya pasti akan
menerima ganjarannya," ujar Cu Jit-jit. "Biarpun sekarang aku
tidak dapat berbuat apa-apa, jadi setan pun akan kucekik mati
dirimu." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Haha, kalau setan perempuan tetap kusambut dengan
gembira, bila setan lelaki, huh, waktu hidup saja aku tidak
takut padanya, sesudah jadi setan masakah malah takut?"
"Tunggu saja, pada suatu hari pasti...."
"Masa perlu kutunggu lagi, sekarang juga aku mau...."
"Kau mau apa?" seru Jit-jit khawatir.
"Aku mau apa masakah kau tidak tahu?"
Tentu saja Jit-jit tahu, melihat sorot mata orang saja ia lantas
tahu. Ia sembunyi ke pojok tempat tidur dan berteriak dengan
gemetar, "Kau... kau berani?"
"Kenapa aku tidak berani?" sahut Ong Ling-hoa dengan
tertawa. "Jika aku tidak berani, tentu takkan kuberi tahukan
rahasiaku kepadamu."
"Lekas kau bunuh diriku saja," jerit Jit-jit.
"Ai, kau tahu namaku Ling-hoa, artinya sayang akan bunga
(kiasan bagi perempuan), masakah aku tega membunuh anak
perempuan molek seperti dirimu ini?"
Sembari tersenyum ia terus mendekat.
"Enyah, pergi! Mati pun jangan kau harap akan menyentuh
diriku!" Pada saat itulah sayup-sayup di luar ada suara orang
membentak dan saling labrak, tapi dalam keadaan panik Jit-jit
tidak mendengarnya. Sedangkan Ong Ling-hoa hanya berkerut
kening saja, lalu mendekati Jit-jit lagi, "O, sayang, betapa
mesranya kepadaku tadi, kenapa sekarang kau...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kau bangsat, jahanam...." sampai parau suara Jit-jit, tapi apa
daya, dia hanya dapat membungkus dirinya terlebih rapat
dengan selimut, akhirnya ia memohon, "O, hendaknya kau
ampuni diriku.... Lebih baik kau bunuh diriku saja, perempuan
lain masih banyak. Ken... kenapa kau paksa diriku."
"Dan lelaki lain sedemikian banyak, kenapa cuma Sim Long
saja yang kau pilih" Kenapa tidak kau anggap diriku sebagai
Sim Long saja?" Habis berkata Ong Ling-hoa terus menubruk ke atas tempat
tidur. Jit-jit menjerit dan meronta serta menghindar, juga memohon,
akan tetapi tenaganya belum pulih seluruhnya, dia mulai
lemas lagi dan tak berdaya....
"Jangan meronta, jangan melawan," bujuk Ong Ling-hoa
dengan napas terengah. "Tidak ada gunanya kau melawan,
setelah kau jadi milikku baru kau tahu aku ini tidak seburuk
sebagaimana kau sangka, bahkan bisa jadi engkau tak mau
lagi berpisah denganku."
Jit-jit merasakan sorot mata orang yang kotor dan jalang itu
semakin mendekat, hawa napasnya yang berbau juga tambah
dekat dan akhirnya bibir menempel bibir.
Dia tak mampu meronta lagi, akhirnya dia tak sadarkan diri.
Waktu Jit-jit jatuh pingsan mungkin lama dan mungkin juga
singkat, tapi waktu yang singkat ini pun cukup untuk terjadi
macam-macam hal. Namun yang terjadi selama ia pingsan
sama sekali tidak diketahuinya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sungguh ia lebih suka tidak siuman untuk selamanya, sebab
dia tidak berani menghadapi kenyataan apa yang terjadi
selama dia pingsan. Namun begitu, akhirnya dia tetap siuman.
Dan begitu dia membuka mata, segera dilihatnya raut wajah
itu, raut wajah yang sama, raut wajah "Sim Long". Saat itu
sedang memandangnya dengan tersenyum.
Sesungguhnya apa yang telah terjadi selama dia pingsan"
Hancur luluh hati Jit-jit, hampir gila dia. Tanpa pikir akibatnya,
sekuatnya dia melompat bangun, kontan ia menampar muka
orang. Anehnya orang tidak mengelak, juga tidak menangkis.
Bisa jadi karena dia sudah merasa puas, apa artinya ditampar
dua kali oleh anak gadis yang habis dilalapnya"
"Plak", menyusul Jit-jit terus menubruk maju menendang dan
menjotos lagi seperti orang gila sambil berteriak, "Jahanam,
kau hancurkan hidupku, biar ku...."
Mendadak kedua tangannya dipegang orang. Ia meronta
sekuatnya dan tidak terlepas, segera ia berpaling dan
mendamprat pula, "Bangsat, kalian semua...."
Tapi mendadak dilihatnya yang menangkap tangannya terdiri
dari dua orang, yang memegang tangan kirinya ialah Him
Miau-ji dan yang memegang tangan kanannya adalah Kim Bu-
bong. Sungguh kaget Jit-jit tak terkatakan, dia seperti melihat setan.
Seketika ia melenggong, terkilas macam-macam pikirannya,
"Ai, kiranya mereka berdua belum mati" Ken... kenapa mereka
tidak mati dan berada pula di sini".... Ai, jangan-jangan
mereka ini orang Ong Ling-hoa yang menyamar untuk menipu
diriku?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa kalian?" segera ia membentak.
Him Miau-ji alias si Kucing terbelalak heran, jawabnya, "He,
apakah engkau linglung, masa kami tidak kau kenal lagi?"
"Kalian palsu semua, kutahu... kutahu, jangan harap lagi akan
menipu diriku," teriak Jit-jit dengan parau sambil meronta
sekuatnya, tapi tak terlepas.
"Palsu" Coba lihat lagi lebih jelas, apakah kami tulen atau
palsu?" ucap Kim Bu-bong.
"Mungkin dia memang linglung, kalau tidak masakah Sim-heng
dipukulnya?" ujar si Kucing.
Waktu Jit-jit memerhatikan mereka, di bawah cahaya terang
terlihat sinar mata Kim Bu-bong yang buram, Him Miau-ji juga
kelihatan dirangsang emosi, sorot mata dan sikap demikian
mustahil dapat ditirukan orang lain.
Apalagi dari suara mereka, jelas memang asli dan bukan
samaran. Tapi cara bagaimana pula mereka datang ke sini"
Jit-jit pandang lagi mata orang yang mencorong dengan
senyumannya yang khas. Ciri ini terlebih tidak mungkin bisa
ditiru. Inilah Sim Long asli.
Sungguh sukar dimengerti, mengapa palsu bisa berubah
menjadi asli" Sebenarnya apa yang telah terjadi"
Jit-jit menjadi girang, kejut, dan juga heran, katanya
kemudian, "Ap... apakah aku sedang mimpi?"
"Siapa bilang kau mimpi?" kata si Kucing.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan bingung Cu Jit-jit berdiri, lalu ia berlutut pula dan
menangis, "O, jika aku bermimpi, lebih baik biarkanlah
bermimpi selamanya.... Aku tidak tahan...."
Perlahan Sim Long berbangkit, sorot matanya penuh rasa
kasih sayang, meski mukanya bengep kena tamparan Jit-jit
tadi, tapi tetap mengulum senyumannya yang khas itu,
ucapnya dengan gegetun, "Anak baik, jangan menangis, saat
ini engkau tidak bermimpi, tadi engkau memang bermimpi,
mimpi yang buruk." Suaranya begitu lembut, begitu mesra, juga tidak dibuat-buat
serak. Jit-jit tidak ragu Lagi, sambil menangis ia menubruk ke dalam
pelukan Sim Long dan berseru, "Jadi... jadi engkaulah yang
menyelamatkan diriku."
Perlahan Sim Long menjawab, "Sungguh aku menyesal datang
terlambat sehingga engkau banyak tersiksa."
"Engkau telah menolong diriku, tapi berbalik kupukulmu.... Ai,
aku memang pantas mampus?" ratap Jit-jit.
"Ini pun tidak dapat menyalahkan dirimu," ujar Sim Long
dengan suara lembut. "Kenapa engkau tidak menangkis dan mengelak."
"Sudah banyak kau tersiksa, apa alangannya kubiarkan
dipukul dua kali olehmu sekadar melampiaskan rasa
gemasmu?" ujar Sim Long dengan tersenyum.
"O, mengapa engkau selalu begini baik padaku," seru Jit-jit
merangkul anak muda itu. Dia melupakan segalanya, ia
memeluknya erat-erat dan menciuminya, air matanya
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
membasahi wajah Sim Long dan membuat arak muda itu rada
kikuk. Him Miau-ji dan Kim Bu-bong menyaksikan adegan itu dengan
melenggong, entah bagaimana perasaan mereka.
"Sudahlah, jangan menangis lagi, di samping masih ada Kim-
heng dan Him-heng," ucap Sim Long dengan canggung.
Baru sekarang Jit-jit ingat di situ masih ada orang lain, cepat
ia berbangkit dengan kepala menunduk.
Tiba-tiba sebuah tangan putih halus terjulur ke arahnya
dengan secangkir teh, suara seorang yang halus berkata


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padanya, "Silakan minum, Siocia."
Waktu Jit-jit menengadah, terlihatlah seraut wajah yang cantik
molek memesona, serunya, "Hei, kau!"
"Ya, hamba," sahut si gadis, kiranya Pek Fifi adanya.
"Kau pun datang ke sini" Ke mana pun Sim Long pergi selalu
kau ikut?" tanya Jit-jit.
Fifi menunduk dan tidak berani menjawab, mukanya yang
putih bersemu merah sehingga kelihatan kasihan.
"Ayolah bicara, kenapa diam saja," desak Jit-jit.
"Nona, hamba...." Fifi tetap menunduk, meski sedapatnya
menahan air mata, tidak urung tersendat juga suaranya.
"Fifi, boleh kau jaga di luar saja, bila mereka berani bergerak
hendaknya segera kau bersuara memanggil," kata Sim Long.
Fifi mengiakan. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Anak perempuan ini sungguh sejinak domba dan
menyenangkan serupa burung sriti, sampai sekarang ia pun
tidak lupa memberi hormat kepada Jit-jit, lalu melangkah ke
luar dengan menunduk. Memandangi bayangannya yang ramping itu, Jit-jit
menjengek, "Fifi... hm, alangkah mesranya panggilanmu."
"Ai, dia seorang anak perempuan yang patut dikasihani,
kenapa kau bersikap ketus padanya" Dia sebatang kara, tidak
punya sanak kadang, masa dapat kutinggalkan dia begitu
saja?" kata Sim Long.
"Dia patut dikasihani, memangnya aku tidak perlu dikasihani?"
ujar Jit-jit. "Dia sebatang kara dan tidak punya sanak kadang,
memangnya banyak sanak saudaraku di sini" Dan mengapa
selalu kau tinggalkan diriku?"
"Betapa pun engkau lebih... lebih...."
"Lebih apa" Selalu kau bela dia, selalu kau pikirkan dia, dan
ken... kenapa kau datang menolongku" Lebih baik aku tidak
berjumpa lagi denganmu selamanya."
"Baik, baik, anggap aku yang salah, aku...."
Tapi mendadak Jit-jit menubruk lagi ke dalam rangkulannya
dan meratap, "O, tidak, engkau tidak salah, akulah yang salah,
aku... aku cemburu, namun apa... apa dayaku...."
Si Kucing terkesima menyaksikan hal-hal demikian ini, ia
bergumam, "Kau cemburu, apakah kau tahu orang lain juga
bisa cemburu?" "Apa katamu?" mendadak Jit-jit menoleh.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"O, tidak, kubilang senantiasa Sim-heng terkenang padamu,
kalau tidak masakah dia menempuh bahaya untuk
menyelamatkan dirimu," sahut si Kucing dengan gelagapan.
"Apa betul?" dari menangis Jit-jit berubah tertawa.
"Tentu saja betul," kata si Kucing dengan menunduk.
Jit-jit melompat ke depannya dan berseru, "Ai, engkau sangat
baik...." lalu ia berpaling ke arah Kim Bu-bong. "Dan kau...
kalian berdua adalah orang yang paling baik padaku, jika
kalian tidak ada, entah betapa berduka hatiku. Ah, kulupa
tanya cara bagaimana kalian terlepas dari bencana?"
Air muka Kim Bu-bong tidak memperlihatkan sesuatu
perasaan, memang inilah kemahirannya, dia dapat menahan
setiap perasaannya tanpa kelihatan.
Perlahan ia menjawab, "Sesudah kau pergi, aku tidak mampu
melawan mereka berempat, untung Sim-heng muncul dan
menyelamatkan diriku. Keempat orang itu tidak mampu
mengejar kami, bahkan siapa penolongku saja tidak dilihat
mereka." "Lalu?" tanya Jit-jit. "Apa lagi?"
"Habis," jawab Kim Bu-bong.
"Meski uraian Kim-heng sangat singkat, tapi juga sangat
penting, hal-hal kecil yang tidak penting tak mungkin
diceritakan oleh Kim-heng," tukas Sim Long dengan tertawa.
"Tidak diceritakannya juga dapat kubayangkan keadaan waktu
itu," ucap Jit-jit, lalu ia memejamkan mata dan berkata pula
dengan perlahan, "Tatkala mana pertarungan kalian pasti
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
sangat sengit, keparat Kim Put-hoan itu tentu mengejek terus-
menerus dan Kim-toako keki setengah mati, selagi engkau
mandi keringat dan tampaknya bisa kalah, mendadak Sim
Long melayang tiba secepat terbang, sekali tarik Kim-toako
dibawa lari di tengah bayangan orang banyak. Kim Put-hoan
dan begundalnya tentu terkejut, tapi mana bisa mereka
menyusul dirimu." Ia membuka mata, lalu menegas dengan tertawa, "Betul tidak
dugaanku?" "Ya, seperti menyaksikan sendiri saja," sahut Sim Long dengan
tertawa. "Tapi kemudian bagaimana tidak dapat kubayangkan lagi,"
kata Jit-jit. "Semula aku pun tidak tahu seluk-beluk urusan ini, sebab
itulah meski kuselamatkan Kim-heng, tapi tidak kuperlihatkan
siapa diriku, juga tidak bentrok dengan mereka. Kemudian
baru kuketahui kedatangan mereka adalah untuk mencari
diriku, juga diketahui Can Ing-siong dan lain-lain sama mati
keracunan, segera kami putar balik hendak mencari mereka,
siapa tahu mereka sudah pergi, untung di atas salju terdapat
jejak mereka, bersama Kim-heng segera kami melacaknya ke
sini." "Apakah kau pun melihat jejakku bersama si Kucing?" tanya
Jit-jit. "Sudah tentu kulihat, malahan kami heran dan menduga-duga
akan dirimu sehingga kami bertambah cemas," jawab Sim
Long. "Ketika sampai di pinggang gunung, kami kehilangan
jejak mereka, hanya tersisa jejakmu dan Him-heng, tapi setiba
di tepi jurang jejak Him-heng lantas menghilang juga,
sedangkan bekas kakimu mengitar tidak jauh di situ dan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
lenyap pula, sebagai gantinya adalah bekas tapak kaki
seorang lain." "Waktu itulah aku tertipu dan diculik oleh bangsat itu," tutur
Jit-jit dengan cemas. "Aku pun dapat menduga keadaanmu agak gawat, tepi tidak
habis mengerti mengapa jejak Him-heng bisa hilang secara
mendadak," tutur Sim Long pula. "Setelah kutimbang,
akhirnya kuputuskan untuk turun ke bawah untuk mencari
tahu apa yang terjadi."
"Hah, kau turun ke bawah jurang, wah, kan sangat... sangat
berbahaya," seru Jit-jit. "Bagaimana dapat kau temukan si
Kucing di bawah?" "Waktu itu kudengar juga teriakanmu," tutur Him Miau-ji,
"sungguh aku gelisah, tapi tak mampu berbuat apa-apa, ketika
batu besar digusur ke bawah oleh bangsat itu, untung teraling
oleh batu karang yang mencuat di atas sehingga aku bebas
dari bencana. Sekuatnya kupegangi akar-akaran yang tumbuh
di dinding tebing dan menunggu kematian di situ, sebab
keadaanku juga sudah lemas dan tidak sanggup mengerahkan
tenaga lagi. Semula aku masih bertahan sekuatnya, sampai
akhirnya tanganku terasa sakit, sekujur badan linu pegal,
pandanganku juga kabur, dalam keadaan setengah sadar
hampir saja kulepas tangan dan membiarkan diriku jatuh ke
bawah, tapi aku tidak boleh mati, sebab... sebab aku...."
"Ai, semua itu gara-garaku," ucap Jit-jit dengan air mata
berlinang. "Sungguh waktu itu aku pun ingin terjun ke bawah
dan mati bersamamu, akulah yang membikin susah
padamu...." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak Him Miau-ji melengos agar air mukanya tidak
terlihat orang, tapi tubuhnya yang rada gemetar itu
memperlihatkan guncangan perasaannya waktu itu.
"Dengan bantuan Fifi kuikat pinggangku dengan tali dan
melorot ke bawah, dapatlah kutemukan Him-heng di situ."
demikian tutur Sim Long. "Ternyata Him-heng sudah dalam
keadaan hampir tak sadar, cepat kuangkat dia ke atas. Kau
tahu ucapannya yang pertama padaku adalah minta
kuselamatkan dirimu."
Lemas tubuh Jit-jit dan jatuh terduduk.
"Segera kami bertiga memburu ke atas gunung, setiba di sini
lantas memergoki Kim Put-hoan dan Lian Thian-hun di luar,
dengan cepat dapat kami mengatasi mereka. Ai, untung Fifi
ikut serta, dia yang menemukan pintu yang tergembok ini,
setelah pintu kami dobrak baru menemukan dirimu."
"Dan bagaimana dengan iblis jahat Ong Ling-hoa itu"...."
"Masakah dia mampu kabur?" jengek Kim Bu-bong.
"Haha, keparat ini juga cukup tahu diri," mendadak si Kucing
ikut menimbrung dengan tertawa. "Begitu melihat Sim-heng
dia lantas menyerah, dia bilang setelah Sim Long asli muncul,
terpaksa Sim Long gadungan harus pasrah nasib. Nyata ia
menyadari bukan tandingan Sim-heng dan manda diringkus."
Dalam sekejap ini, pemuda yang simpati telah pulih kembali
kepada sifatnya yang riang dan lincah, semua kejadian yang
sudah lalu seakan-akan sudah terlupakan olehnya.
Jit-jit merasa gembira dan juga terharu, dengan termangu ia
memandangnya, entah bagaimana perasaannya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Melihat sikap Ong Ling-hoa itu, aku menjadi tidak enak untuk
memperlakukan dia dengan kasar," tutur Sim Long kemudian.
"Kuminta dia duduk bersama Kim Put-hoan dan Lain-lain,
setiap pertanyaanku juga pasti dijawabnya dengan jelas."
"Jadi... jadi semua pengalamanku sudah kau ketahui?" tanya
Jit-jit. "Ya, tahu," kata Sim Long.
"Oo, aku...." Jit-jit berseru kaget, seketika teringat
keadaannya sebelum jatuh pingsan, ia coba memeriksa
keadaan sendiri sekarang, ternyata tidak kurang sesuatu apa
pun, baju pun rapi. Dengan ragu ia memandang ketiga lelaki
di depannya ini. "Semua ini juga berkat kecekatan bekerja Fifi," tutur Sim Long
pula dengan tertawa. Tampaknya dia dapat meraba isi hati Cu
Jit-jit. Wajah Jit-jit menjadi merah, katanya dengan gemas,
"Terkutuk bangsat itu, apakah... apakah kau ringkus atau
tutuk dia?" "Melihat sikapnya yang sopan santun, mana aku tega
bertindak kasar padanya, apalagi terdapat pula kaum cianpwe
sebagai Li Tiang-ceng, Thian-hoat Taysu dan lain-lain, aku
cuma pinjam pakai sedikit obat bius khas buatan Kim-heng,
kuberi mereka masing-masing setitik dan kuyakin mereka
takkan mampu kabur."
Obat bius "malaikat dewata mabuk sehari" yang disebut itu
pernah dirasakan sendiri oleh Cu Jit-jit, dengan sendirinya dia
tahu betapa khasiat obat itu, maka dia tidak merasa khawatir
lagi, gumamnya, "Wahai Ong Ling-hoa, tampaknya sudah
waktunya kau terima ganjaranmu yang setimpal."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak ia mendahului berlari ke sana. Terpaksa semua
orang mengikutinya. Siapa tahu baru saja Cu Jit-jit sampai di ruangan sana, segera
ia menjerit, ketika semua orang menyusul tiba, mereka pun
tertegun. Tertampak Li Tiang-ceng, Thian-hoat Taysu, Kim Put-hoan
dan Leng Toa masih duduk lemas di tempatnya, tapi Ong
Ling-hoa sudah berbangkit dan hampir kabur ke luar, Pek Fifi
tercengkeram olehnya dengan penuh rasa takut.
"Hehe, rupanya kalian sudah selesai berbicara, bagus, bagus!"
seru Ong Ling-hoa dengan tertawa terkekeh.
"Keparat, kau...." bentak si Kucing.
"Hehe, perkembangan urusan ini tentu di luar dugaan kalian
bukan?" jengek Ong Ling-hoa. "Tapi apa pun juga hendaknya
kalian jangan sembarang bertindak, kalau tidak, nona molek
indah yang bakal celaka."
Sim Long tampak tenang-tenang saja, ucapnya dengan
tersenyum, "Lepaskan dia!"
"Lepaskan dia?" tergelak Ong Ling-hoa. "Haha, gampang saja
Sim-heng berbicara. Betapa manjur nona molek ini menjadi
jimat perlindunganku, mana boleh kulepaskan dia begitu
saja?" "Lepaskan dia, dan kau pun boleh pergi, takkan kami kejar
dirimu," kata Sim Long.
"Betul?" Ong Ling-hoa menegas.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul atau tidak, boleh kau putuskan sendiri."
"Haha, baik," seru Ong Ling-hoa dengan tertawa. "Jika orang
lain mungkin aku tidak percaya, sebab pembawaanku memang
suka curiga, tapi ucapan Sim-heng tentu saja lain bobotnya."
Dia pandang Pek Fifi lalu menyambung dan tertawa, "Bicara
sejujurnya, sungguh terasa berat bagiku untuk membebaskan
kau, tapi biarlah, toh cepat atau lambat kita akan bertemu
pula." Mendadak Fifi diciumnya sekali, lalu nona itu dilepaskan, ia
lantas melangkah pergi dengan terbahak.
Fifi jatuh ke tanah dan menangis. Semua orang sama
mengertak gigi saking gemasnya melihat kepergian Ong Ling-
hoa itu. "Kenapa kau bebaskan dia, kubenci...." seru Jit-jit sambil
mengentak kaki. "Jangan khawatir, jika dapat kutawan dia satu kali, tentu juga
dapat kutawan dia untuk kedua kalinya."
"Semoga begitu...." Mendadak Jit-jit menjerit, "Wah, celaka,
apakah dia mengembalikan anting-antingku kepadamu?"
"Anting-anting apa?" tanya Sim Long.
"Anting-anting mutiaraku itu adalah tanda pengenalku untuk
mengambil harta bendaku, kini telah dibawanya lari, dengan
anting-anting itu dapat dia menarik berpuluh ribu tahil emas,
sekali ini kejahatannya pasti akan tambah hebat seperti
harimau tumbuh sayap."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Habis berkata segera ia hendak mengejar ke sana. Tapi Sim
Long lantas mencegahnya. "Kenapa kau tahan diriku, masa benar kau bebaskan dia
begitu saja?" teriak si nona.
"Masa hendak kau suruh kami menjadi manusia yang tidak
dapat dipercaya dan suka menjilat ludahnya sendiri?" kata Sim
Long. Jit-jit melengak dan menghela napas, mendadak ia tuding Pek
Fifi dan mengomel, "Kau, semuanya gara-garamu sehingga
jahanam itu dibebaskan. Sim Long, sungguh aku tidak
mengerti mengapa kau bebaskan penjahat yang tak


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terampunkan itu." "Apakah kita dapat menyaksikan Fifi menjadi korban
kejahatannya?" ujar Sim Long, untuk pertama kalinya
senyumannya yang khas itu lenyap dari wajahnya.
Terpaksa Jit-jit hanya menggigit bibir dengan menahan rasa
dongkol, ia tidak berani bicara lagi.
Kim Bu-bong berkata, "Sungguh aku tidak mengerti, Sin-sian-
it-jit-cui adalah obat bius yang sangat mujarab, entah kenapa
keparat itu sanggup menawarkannya dan melarikan diri."
"Hal ini adalah salah... salahku," tutur Fifi dengan menangis.
"Salahmu?" Kim Bu-bong menegas.
"Tadi dia duduk tenang di tempatnya, mendadak ia merintih,
seperti sangat tersiksa," tutur Fifi. "Aku tidak sampai hati,
kutanya dia sebab apa, dia bilang... bilang...."
"Bilang apa?" tanya Kim Bu-bong.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Dia bilang sejak kecil mengidap penyakit aneh, bila kumat
lantas kesakitan setengah mati," tutur Fifi dengan air mata
berlinang. "Kutanya dia adakah obat yang dapat mengurangi
rasa sakitnya, dia lantas minta kuambilkan obat yang
tersimpan di dalam sebuah kotak kecil di laci meja...."
"Dan kau lakukan permintaannya?" seru Jit-jit khawatir.
"Aku tidak tega melihat dia tersiksa rasa sakit, maka
kulakukan apa yang dimintanya, siapa tahu... siapa tahu
sejenak setelah dia minum obat, sekonyong-konyong ia
melompat bangun." "Memang seharusnya kupikirkan kemungkinan ini," kata Kim
Bu-bong dengan menyesal. "Jika keparat itu mempunyai obat
penawar bagi obat bius buatan keluarga Suto yang istimewa
itu, tentu juga dia mampu menawarkan obat biusku."
"Tapi aku... aku tidak tahu, aku cuma kasihan padanya,
maka...." "Hm, baik benar hatimu," jengek Jit-jit.
"Hal ini tak dapat menyalahkan dia," ujar Sim Long.
"Wataknya memang lembut dan berhati welas asih, dia tidak
tega melihat orang lain sengsara...."
"Tidak dapat menyalahkan dia, apakah mesti menyalahkan
aku?" teriak Jit-jit penasaran. "Kau tahu betapa aku dibikin
susah oleh Ong Ling-hoa.... Hm, apakah pernah kau pikirkan
diriku...." Mendadak ia pun menjatuhkan diri ke tanah dan menangis.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Semua orang jadi serbasalah menyaksikan kedua anak
perempuan yang menangis itu.
Pada saat itulah sekonyong-konyong angin meniup kencang,
mendadak gumpalan asap menerjang masuk terbawa angin,
terbawa pula hawa panas menyengat badan.
"Celaka, kebakaran!" seru si Kucing.
"Cepat terjang keluar!" kata Sim Long.
"Jangan kalian tinggalkan kami di sini!...." teriak Kim Put-hoan
dengan khawatir. "Pengecut!" damprat Kim Bu-bong, "plak", ia gampar orang
satu kali, tapi akhirnya diangkatnya juga tubuh orang, juga
Lian Thian-hun dikempitnya.
"Lepaskan, mati pun aku tidak sudi kau tolong," teriak Lian
Thian-hun. "Justru akan kuselamatkan dirimu, kau bisa apa?" jengek Kim
Bu-bong. Dengan sendirinya Lian Thian-hun tidak bisa apa-apa,
terpaksa ia tutup mulut. Jilid 16 Dalam pada itu Sim Long lantas mengangkat Leng Toa, Li Tiang-
ceng dan Thian-hoat Taysu bertiga, serunya, "Him-heng, hendaknya
kau ...." "Kutahu!? jawab si Kucing dengan menyengir, terpaksa ia yang
mengangkat Pek Fifi dan Cu Jit-jit.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tapi Jit-jit lantas meronta dan melepaskan diri, katanya, "Aku dapat
berjalan sendiri, jangan khawatir, tidak nanti kumati terbakar."
Api berkobar dengan sangat cepat, dalam sekejap saja sekeliling
ruangan itu sudah terkurung oleh api. Semua orang sama sesak
napas karena asap tebal memenuhi ruangan itu.
"Tahan, ikut padaku!" seru Sim Long.
Cepat ia mendepak, daun jendela di pojok sana didobrak, segera ia
mendahului menerobos ke luar.
Meski api menjilat dengan cepat, namun Sim Long, Kim Bu-bong dan
Him Miau-ji adalah jago kelas tinggi, dengan sendirinya kobaran api
itu tidak dapat merintangi mereka. Cu Jit-jit ikut di belakang mereka
dan tentu saja banyak hemat tenaga.
Sesudah menerjang ke luar, mereka berada di halaman belakang
yang tidak terlalu luas, meski di situ juga ada api, tapi barang-
barang yang mudah terbakar tidak banyak, api yang menjalar ke sini
sangat kecil dan lambat. Sekaligus mereka berlari ke kaki pagar dinding sana, waktu mereka
berhenti dan memandang ke belakang, api tampak berkobar terlebih
hebat. "Sungguh Ong Ling-hoa yang keji," ucap si Kucing dengan gegetun.
"Begitu cepat dan hebat berkobarnya api, entah dibakar dengan
bahan apa," kata Sim Long. "Ai, kelicikan, kekejian, dan kecerdikan
orang ini sungguh jarang ada tandingannya."
Sekonyong-konyong terdengar jeritan ngeri di tengah lautan api,
meski suara itu kedengaran sangat jauh dan lemah, tapi
menggambarkan betapa cemas, putus asa dan ngerinya sehingga
membuat orang yang mendengarnya merinding.
"Siapakah kiranya yang terkurung di tengah lautan api?" kata si
Kucing. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa lagi, tentu saja begundal keparat she Ong itu" ujar Jit-jit
dengan gemas. Lalu secara ringkas ia ceritakan cara bagaimana Ong Ling-hoa
menggunakan tipu muslihat licik mengurung lelaki gede serupa
anjing herder itu di gua penjara, lalu dengan gegetun ia berkata
pula, ?Terhadap anteknya sendiri saja begitu keji caranya, sungguh
dia bukan manusia.?? "Kalian tunggu sebentar, akan kuselamatkan dia" kata Sim Long
mendadak. "Untuk apa kau tolong dia, bukankah dia juga ...."
Belum lanjut ucapan Jit-jit segera Sim Long memotong, "Tak peduli
siapa dia, yang jelas dia juga manusia, asalkan manusia, tidak boleh
kita menyaksikan dia terbakar hidup-hidup."
Dia bicara dengan tegas tanpa ragu. Dalam pada itu ia telah
menanggalkan baju luarnya dan dibikin basah dengan air salju.
Salju di sekitar lautan api sudah cair, maka dengan cepat dapat Sim
Long membasahi bajunya itu, dengan baju basah yang setengah ia
gunakan untuk membungkus kepalanya, separuh lagi dipuntir
menjadi gada. Dan sebelum orang lain bersuara lagi dia lantas
menerjang ke lautan api. "Sungguh gila orang ini," omel Jit-jit sambil mengentak kaki, air
mata pun berlinang. "Tanpa menghiraukan keselamatan sendiri dia
berusaha menolong seorang antek Ong Ling-hoa yang kejam itu,
sungguh dia ...." "Sungguh dia lelaki sejati yang pernah kukenal selama hidup ini,"
tukas Kim Bu-bong. "Aku Kim Bu-bong dapat berkawan dengan
kesatria seperti ini, biarpun mati pun tidak menyesal lagi."
"Aku si Kucing baru sekarang benar-benar takluk padanya lahir
batin" seru Him Miau-ji.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mau tak mau Li Tiang-ceng dan lain-lain juga sama kagum.
"Tak tersangka sedemikian luhur budi Sim Long, inilah perbuatan
seorang pendekar sejati", ujar Li Tiang-ceng dengan gegetun.
"Huh, apanya yang hebat?" jengek Kim-Put-hoan mendadak. "Bocah
she Sim itu paling pintar berlagak, dia sengaja berbuat begitu
supaya kalian ...." "Kentut makmu busuk!" damprat Lian Thian-hun. "Dia bertindak
tanpa menghiraukan keselamatan sendiri, masakah cara begitu
dapat dilakukan dengan berpura-pura?"
"Hm, dia ...." Belum lanjut ucapan Kim Put-hoan, mendadak Jit-jit membentaknya,
"Keparat, berani kau omong lagi satu kata segera kubinasakan kau!"
Ancaman Jit-jit ternyata berhasil, seketika Kim Put-hoan tidak berani
buka mulut lagi. Dengan menghela napas Li Tiang-ceng berucap, "Semoga Thian
memberkahi Sim-heng agar tidak ...."
"Hanya kobaran api begini saja mana dapat membakar mati Sim
Long," bentak si Kucing mendadak.
Walaupun begitu ucapannya, namun dalam hati sebenarnya ia pun
berkhawatir bagi Sim Long.
Dalam pada itu api semakin dahsyat, dan sejauh itu belum lagi
kelihatan Sim Long muncul kembali, sampai suaranya juga tidak
terdengar lagi. "Wah, jangan-jangan dia ...." Jit-jit berkeluh.
"Jangan khawatir, segera dia akan keluar," ucap si Kucing.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tapi sampai sekian lama Sim Long tetap belum kelihatan. Sedangkan
api berkobar semakin hebat.
"Kau kira dia ... apakah dia takkan ...." Jit-jit tambah kelabakan.
"Orang semacam dia masakah bisa mengalami sesuatu?" ujar si
Kucing. "Ya, benar, pasti tidak ...." Jit-jit berusaha menghibur dirinya sendiri.
Ketika angin meniup, hawa panas menyengat tubuh mereka dan
membuat mereka terpaksa menyingkir terlebih jauh.
"Hebat amat api ini, kita pun tidak ... tidak tahan, apakah dia ...."
"Meski kita tidak tahan, tapi dia harus dikecualikan, dengan
kemampuannya, biarpun menerjang ke neraka juga sanggup keluar
lagi. Hahaha, betapa pun aku tidak khawatir dan percaya penuh
padanya." Di tengah suara gaduh api yang menyambar ke sana kemari itu si
Kucing lantas bergelak tertawa malah. Namun suara tertawanya
tiada sedikit pun bernada gembira, suaranya terlebih mirip orang
meratap. "Betul, orang semacam dia, biarpun setan juga gentar padanya ...."
Jit-jit juga tertawa sebisanya, namun tidak urung air mata pun
bercucuran. Sejauh mata memandang hanya asap dan api belaka, apa pun tidak
tertampak lagi .... Langit pun seakan-akan membara oleh kobaran api yang menjulang
tinggi itu. "Dia ... dia ...." Jit-jit tidak sanggup bicara lagi, ia coba memandang
si Kucing, anak muda itu kelihatan berwajah murung. Sedangkan
Kim Bu-bong tampak menggereget dan mengepal tinjunya erat-erat,
jelas lagi menahan perasaan sekuatnya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit memandang sana dan melihat sini akhirnya ia tidak tahan dan
menangis tergerung-gerung. Sejak tadi Pek Fifi pun sudah menangis.
Api sebesar ini, siapa pun tidak percaya Sim Long sanggup keluar
lagi dengan hidup, betapa pun dia bukan malaikat dewata.
Tapi api yang dahsyat biasanya tidak tahan lama.
Perkampungan ini berdiri di puncak yang terisolasi, berjarak cukup
jauh dengan hutan sana, di belakangnya juga lereng tebing, sebab
itulah api tidak menjalar.
"Ah, api mulai mengecil," terdengar Li Tiang-ceng berkata
mendadak. Waktu Jit-jit memandang ke sana, serentak ia berteriak parau, "Betul
api mulai padam .... Dapatlah dia keluar!"
Padahal orang terkurung sekian lama di tengah lautan api, jelas
tidak ada harapan untuk hidup lagi, namun begitu dia tidak mau
mengucapkan kata-kata putus asa.
Api yang berkobar akhirnya padam juga. Semua orang terbelalak
dan terdiam. Mana Sim Long" Ke mana dia" Tidak tampak bayangannya sama
sekali. Semua orang sama putus harapan, tidak ada yang yakin Sim
Long dapat muncul lagi dengan hidup, cuma tiada seorang pun
berani mengatakannya. Mendadak Kim Bu-bong berteriak, "Seorang lelaki sejati sesuatu
yang tidak boleh diperbuatnya, biarpun mati juga takkan berbuat.
Bagi sesuatu yang harus diperbuatnya, biarpun mati juga tidak
gentar. Sim Long, engkau benar-benar seorang pendekar sejati,
terimalah hormatku ini!"
Wajahnya yang selalu dingin itu ternyata sudah dibasahi oleh air
mata, dia benar-benar berlutut dan menyembah. Orang yang selalu
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kaku dan dingin ini ternyata juga bisa mengalirkan air mata dan mau
menyembah kepada orang lain, sungguh dia sendiri pun tidak
percaya. "Untuk apa kau omong begini, kan belum tentu dia ....?" belum
lanjut ucapannya si Kucing pun berlutut dengan air mata
bercucuran. Anak muda yang pantang meneteskan air mata biarpun
menghadapi ancaman maut sekarang menangis benar-benar,
menangis dengan keras, betapa sedih tangisnya, betapa hormat dan
cintanya kepada orang yang ditangisinya.
"Wahai Sim Long, bahwa ada orang semacam ini mencucurkan air
mata bagimu, biarpun mati pun engkau dapat berbangga,
kematianmu pun cukup berharga," gumam Li Tiang-ceng.
Dengan air mata berlinang Lian Thian-hun berteriak, "Wahai Sim
Long, bila sebelumnya orang she Lian tahu engkau ini kesatria
berbudi luhur semacam ini, biarpun kepalaku dipecahkan juga ingin
berkawan denganmu, sungguh menyesal, sebelum ini orang she Lian
telah salah menilai dirimu."
Hanya Leng Toa saja yang tetap bungkam tanpa bicara, namun dari
ujung mulut tampak merembes air berdarah, jelas ia mengertak gigi
dengan menahan perasaannya.
"O, Sim ...." jerit Pek Fifi mendadak, "semuanya ini salahku, aku ...
aku tidak mau hidup lagi!"
Mendadak ia merangkak bangun terus berlari ke arah api yang
belum padam sama sekali itu.
Tapi baru saja dia berlari beberapa langkah, sempat Kim Bu-bong
dan Him Miau-ji meraihnya sehingga tidak sanggup bergerak lagi.
"Bagus, kau tidak mau hidup ... memangnya aku ingin hidup" ...."
gumam Jit-jit, mendadak ia pun berlari secepatnya ke arah lautan
api. Larinya jauh lebih cepat daripada Fifi, Kim Bu-bong dan si
Kucing lagi menahan Fifi, dengan sendirinya tidak keburu mencegah
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit. Baru saja mereka memburu maju, Jit-jit sudah terjun ke
lautan api. Walaupun api sudah mulai padam, tapi masih lebih daripada cukup
untuk menghanguskan seorang nona semacam Cu Jit-jit.
"Kembali Jit-jit!" teriak Kim Bu-bong.
Wajah si Kucing juga pucat, teriaknya, "Jit-jit, jangan, engkau tidak
boleh mati!" Namun betapa nyaring teriakan mereka tetap tak dapat mencegah


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang yang sudah bertekad ingin mati. Sama sekali Cu Jit-jit tidak
berpaling dan terjun ke lautan api. Tampaknya segera dia akan
terbakar .... "Jit-jit ...." baru saja si Kucing berteriak lagi, sekonyong-konyong
sesosok bayangan melayang keluar dari lautan api sana dan tepat
mengadang di depan Cu Jit-jit sehingga nona itu menerjang ke
pangkuannya. Siapa lagi orang ini kalau bukan Sim Long!
Tertampak dia memanggul seorang lelaki besar yang basah kuyup,
seperti baru saja dikeluarkan dari dalam air. Muka Sim Long sendiri
juga penuh butiran air. Lautan api yang berkobar dengan hebatnya tadi ternyata benar tidak
dapat mematikan Sim Long. Sungguh tidak kepalang kejut dan
girang semua orang. Serentak Sim Long menyeret mundur Cu Jit-jit dan semua orang pun
lantas memburu maju. Jit-jit menengadah, mengucek-ngucek matanya sampai beberapa
kali, ia tidak percaya kepada penglihatan sendiri. Tapi akhirnya ia
menubruk ke dalam pelukan Sim Long dan menangis tergerung.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Sim ... Sim-siangkong, engkau ...." Pek Fifi menyapa dengan
menangis dan juga tertawa.
Sim Long tersenyum, "Tentu kalian menyangka aku sudah terkubur
di tengah lautan api."
"Aneh, sungguh suatu keajaiban," ucap si Kucing.
Jit-jit memukuli dada Sim Long, dengan air mata masih meleleh
ucapnya dengan tertawa, "Engkau tidak ... tidak mati .... Benar-
benar tidak mati ...."
"Aku memang tidak mati terbakar, tapi bisa mati kau pukul," ujar
Sim Long. "Masih kau bicara demikian, kau tahu betapa orang cemas jika kau
mati, aku pun tidak ... tidak ...." air mata Jit-jit lantas bercucuran
lagi. Mau tak mau Sim Long jadi terharu, "Ya, untung kumuncul tepat
pada waktunya." Kim Put-hoan yang licik itu mendadak berseru, "Sim-siangkong,
hendaknya kau tahu orang yang mau mati bagimu tidak cuma Cu Jit-
jit seorang saja, nona Pek itu juga telah ...."
Sekilas lirik melihat sorot mata Kim Bu-bong yang dingin itu, ia tidak
berani omong lagi lebih lanjut.
"Api berkobar sedahsyat itu, entah cara bagaimana engkau
menyelamatkan diri, sungguh sukar untuk dibayangkan," tanya Kim
Bu-bong kemudian. Sim Long tertawa, tuturnya, "Dari gua penjara itu dapat
kuselamatkan orang ini, sementara itu api telah berkobar dengan
hebat dan sukar bagiku untuk menerobos keluar lagi. Tiba-tiba
teringat olehku kamar penyelamat itu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Masa ada kamar penyelamat apa segala?" tanya Jit-jit dengan
heran. "Yaitu kamar yang mengurung dirimu itu, sudah kulihat sekeliling
kamar itu dibuat secara khusus dan tak tembus api, segera kubawa
orang ini bersembunyi di sana. Walaupun begitu, panasnya juga
minta ampun." "Mendingan engkau tidak terpanggang hidup-hidup," ujar Jit-jit
dengan tertawa. Dalam pada itu lelaki besar yang dipanggul keluar oleh Sim Long tadi
sudah siuman dari pingsannya dan sedang memandang Sim Long
dengan terkesima. "Bagaimana?" tanya Sim Long tersenyum.
"Aku lagi menunggu," jawab lelaki itu.
"Menunggu apa?" tanya Sim Long pula.
"Menunggu apa yang akan kau lakukan atas diriku," kata orang itu
dengan gusar. "Biarpun kau selamatkan jiwaku tapi aku tidak
berterima kasih padamu. Jika ada yang kau harapkan dariku, tentu
kau hanya mimpi belaka."
Jit-jit menjadi gusar dan mendamprat.
Tapi orang itu berkata pula, "Aku tidak peduli kalian akan marah
atau membunuhku juga boleh, pokoknya aku tidak mengharapkan
sesuatu dari kalian."
"Boleh kau pergi saja," kata Sim Long tiba-tiba sambil memberi
tanda. "Pergi?" orang itu melengak. "Kau lepaskanku pergi?"
"Betul," jawab Sim Long.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Orang itu tampak ragu dan heran, "Buk ... bukankah hendak kau
paksa sesuatu pengakuanku?"
"Untuk apa harus kupaksa dirimu?"
"Habis untuk apa engkau menolong diriku?"
"Tidak untuk apa-apa, hanya demi perikemanusiaan."
"Masa ... masa begitu sederhana?" orang itu tambah heran dan
ragu, ia berbangkit dan melangkah dua-tiga tindak, benar juga tidak
ada yang merintangi kepergiannya. Tapi dia lantas berhenti malah
dan tidak bergerak lagi. Tiga Macan Lembah Neraka 2 Joko Sableng 29 Tumbal Pusar Merah Pendekar Pedang Sakti 3
^