Pencarian

Pendekar Baja 11

Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long Bagian 11


"Mengapa tidak lekas pergi?" tanya Sim Long.
"Menolong orang tidak mengharapkan balas budi, hal seperti ini
memang sering kudengar, tapi tanpa sebab menolong orang dengan
menyerempet bahaya, bahkan orang yang ditolongnya adalah
musuh, sungguh hal ini belum pernah kudengar."
"Tapi sekarang justru dapat kau saksikan sendiri hal yang kau
anggap aneh itu," sela Jit-jit dengan tertawa. "Ketahuilah, masih
banyak tindak tanduk Sim-siangkong ini yang serba aneh."
"Ya, aku memang rada heran," kata lelaki itu. "Maka ... maka aku
tidak jadi pergilah ...."
Mendadak ia terus berlutut dan menyembah kepada Sim Long.
"Lekas bangun!" seru Sim Long.
"Air mengalir ke tempat yang rendah, manusia selalu menanjak ke
arah yang tinggi, burung bernaung di hutan gelap, manusia memilih
junjungan yang terang, meski aku Nyo Tay-lik seorang kasar, tapi
beberapa pepatah itu cukup kupahami."
Ia menghela napas, lalu menyambung pula, "Aku Nyo Tay-lik hidup
selama berpuluh tahun seperti orang buta, baru sekarang mataku
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
melek setelah bertemu dengan Sim-siangkong. Selama ikut Ong
Ling-hoa, bagiku di dunia ini hanya ada manusia makan manusia,
tipu-menipu, baru sekarang kutahu di dunia ini masih ada kesatria
berbudi luhur dan selalu bertindak sesuatu yang terpuji."
"Begini banyak engkau mengoceh, sebenarnya apa kehendakmu?"
tanya Jit-jit dengan tertawa.
"Aku cuma berharap Sim-siangkong suka menerima diriku,
seterusnya aku adalah budak Sim-siangkong, tapi selanjutnya aku
pun dapat menjadi manusia dengan membusungkan dada," ujar Nyo
Tay-lik. "Wah ... ini ...." Sim Long melengak.
"Apa pun ucapan Sim-kongcu, yang pasti aku tetap ikut engkau,"
kata Nyo Tay-lik tegas. "Kukira boleh kau terima kehendaknya," bujuk Jit-jit kepada Sim
Long. "Kenapa jadi ... jadi begini ...." Sim Long merasa terharu. "Baiklah,
silakan bangun saja!"
"Terima kasih, Kongcu," seru Nyo Tay-lik dengan girang. Perlahan ia
berbangkit, lalu berucap pula dengan tertawa, "Kemarin hamba
adalah budak Ong Ling-hoa dan kesetiaanku hanya kepadanya.
Sekarang hamba sudah menjadi budak Sim-siangkong, apa yang
engkau perintahkan atau tanyakan pasti akan kulaksanakan."
"Jika kutanya padamu, jadinya kan ...." Sim Long menjadi ragu.
"Biarpun Siangkong tidak tanya juga akan hamba katakan," ujar Nyo
Tay-lik. Setelah berpikir sejenak, lalu ia mulai menutur, "Ibu Ong
Ling-hoa adalah adik mendiang Hun-bong-siancu, siapa ayahnya
sebaliknya tidak ada yang tahu. Segenap kepandaian Ong Ling-hoa
itu diperoleh dari ibunya, tapi dari mana ibunya belajar kungfu
setinggi itu juga tidak ada yang tahu. Hamba cuma tahu, banyak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kungfu sakti dunia persilatan yang sudah lama menghilang kini telah
dikuasai oleh mereka ibu dan anak."
"Ah, betul juga," seru Jit-jit seperti menyadari sesuatu. "Jik-sat-jiu,
beberapa orang yang terbunuh oleh Jik-sat-jiu di makam kuno itu
pasti juga hasil kerja Ong Ling-hoa."
Nyo Tay-lik tidak menghiraukan apa yang diucapkan si nona, ia
menyambung pula, "Tempat ini hanya merupakan salah satu sarang
rahasia mereka ibu dan anak, setahuku, sedikitnya ada lima-enam
puluh tempat rahasia seperti ini milik mereka yang tersebar di utara
maupun selatan sungai besar."
"Sekian puluh jumlah tempat seperti ini" Wah, betapa besar ambisi
orang ini," ujar si Kucing dengan melenggong.
"Sesungguhnya apa tujuan ambisi mereka ibu dan anak tidak
kuketahui," tutur Nyo Tay-lik pula. "Yang jelas memang tidak sedikit
jago-jago ternama yang telah mereka kumpulkan sebagai anak
buah." Ia pandang Jit-jit sekejap, lalu menambahkan, "Tadi orang
berkerudung kain yang bersamaku memeriksa nona itu juga seorang
tokoh terkenal." "Oo, siapa dia?" tanya Jit-jit.
"Dia seperti berjuluk Kim-hi apa ...."
"Apakah Bu-lin-kim-hi (ikan emas tanpa sisik) Song Sam?" Jit-jit
menegas. "Betul, itulah dia," seru Nyo Tay-lik. "Konon orang ini selalu bergaul
dengan orang kaya agar mendapat pelayanan yang enak, hidupnya
serupa ikan emas saja yang dipiara orang kaya. Adapun sebutan Bu-
lin (tak bersisik) itu mungkin untuk menggambarkan betapa licinnya
serupa ikan tanpa sisik, sukar dipegang dan sukar diraba. Umpama
kejadian hari ini, bukankah dia dapat lolos dengan licin."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kurang ajar!" omel Jit-jit. "Pantas Ong Ling-hoa mengincar diriku,
pantas juga dia tidak berani menghadapiku dengan wajah aslinya."
"Apakah kau kenal dia?" tanya si Kucing.
"Dia juga salah seorang yang hidup nebeng di tempat ayahku sana,
maka dia sangat hafal akan segala seluk-beluk keluargaku," tutur Jit-
jit. "Padahal setiap keluarga hartawan di daerah Kanglam hampir
semua dikenalnya dengan baik. Sebabnya Ong Ling-hoa merangkul
dia mungkin ingin memperalat dia untuk mengerjai kaum hartawan
itu." "Sungguh licin perencanaan orang ini," ujar si Kucing.
Kim Bu-bong menatap Li Tiang-ceng dengan dingin, katanya tiba-
tiba, "Nah, sudah kau dengar sendiri semua percakapannya, bukan?"
"Biarpun tidak kudengar penuturannya, setelah menyaksikan
tindakan Sim-siangkong yang luhur budi tadi juga sudah cukup
membuatku kagum padanya, sebelum ini kami memang telah salah
menilainya," jawab Li Tiang-ceng.
"Yang sudah lalu janganlah diungkat pula, yang penting selanjutnya
dapatlah kita saling mengerti dan bekerja sama dengan lebih erat,"
ujar Sim Long. "Setelah Can Ing-siong dan lain-lain mati secara mendadak dan
sukar dimengerti, kini Leng Sam menunggui mayat mereka di sana,
entah Sim-heng sudi pergi ke sana untuk memeriksanya?" tanya Li
Tiang-ceng. "Periksa apa lagi, jelas perbuatan Ong-Ling-hoa," seru Lian Thian-
hun dengan gusar. "Meskipun begitu, masa ... di dunia ada racun sejahat itu, sungguh
aku tidak percaya, kuyakin di dalam persoalan ini pasti ada sesuatu
rahasia lain yang belum terungkap," kata Li Tiang-ceng pula.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ucapan Cianpwe memang betul," ujar Sim Long, "aku pun yakin di
dalam persoalan ini masih ada rahasia lain, untuk membongkar
rahasia ini masih harus dicari jalan yang jitu."
"Entah dengan cara bagaimana Sim-heng akan membongkarnya?"
tanya Li Tiang-ceng. "Terus terang, saat ini aku pun tidak tahu apa yang harus kulakukan,
terpaksa bertindak menurut perkembangan selanjutnya, sebab itulah
perjalanan ke Jin-gi-ceng terpaksa tidak dapat kuikut," jawab Sim
Long. "Kekacauan Kangouw jelas sudah hampir berjangkit, menurut
pandanganku, orang yang dapat memikul kewajiban untuk
mengamankannya kecuali tokoh muda semacam Sim-heng rasanya
tidak ada pilihan lain lagi. Semoga kepergian Sim-heng ini akan
berhasil dengan baik, akan kutunggu kabar baikmu di Jin-gi-ceng."
Ia pandang Kim Bu-bong sekejap, meski tidak bicara lagi, tapi
maksudnya jelas minta supaya orang menawarkan obat bius yang
masih memengaruhi tubuhnya itu.
Tentu Kim Bu-bong juga tahu, tapi obat bius itu hanya dapat
digunakannya dan tidak mampu ditawarkannya, sebab itulah
terpaksa dia berlagak tidak tahu kehendak Li Tiang-ceng.
Akhirnya Li Tiang-ceng berkata pula, "Baiklah, sekarang juga kami
mohon diri ...." "Maaf jika kami tidak dapat membantu, terpaksa Sin-sian-it-jit-cui itu
harus dibiarkan punah sendiri setelah lewat satu hari," kata Sim
Long dengan rikuh. Li Tiang-ceng melengak, katanya dengan ragu, "Wah, lantas ...."
Tiba-tiba si Kucing berseru, "Karena tidak ada pekerjaan lagi, biarlah
kuantar kedua Cianpwe pulang ke Jin-gi-ceng agar tidak tertunda
lebih lama lagi." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Bagus sekali jika begitu," seru Sim Long. "Tay-lik, boleh bantu
membawa Thian-hoat Taysu dan Leng-heng turun gunung,
kemudian tunggu saja di tempat Thian-hoat Taysu, dengan begitu
juga dapat sekadar minta petunjuk kepada Taysu."
Meski dalam hati Nyo Tay-lik sangat ingin ikut Sim Long, tapi di
mulut ia tidak berani membantah dan terpaksa mengiakan.
Sejak tadi Thian-hoat hanya diam saja, sekarang ia pun bicara, "Sim
Long, kuhormati jiwamu yang luhur dan kungfu yang hebat, biarlah
persoalan kita yang sudah-sudah kuhapuskan sama sekali. Namun
urusanku dengan Hoa Lui-sian hendaknya engkau jangan ikut
campur." Sim Long memberi hormat dan mengiakan.
"Tapi kau pun jangan khawatir, betapa pun tidak nanti kuserang
orang yang tak bisa berkutik," kata Thian-hoat pula. "Sebelum
tenaga Hoa Lui-sian pulih, tidak nanti kuganggu seujung jarinya."
"Terima kasih atas kebaikan Taysu," kata Sim Long.
"Dan bagaimana dengan diriku" Siapa yang mengantarku?" tiba-tiba
Kim Put-hoan bersuara. "Aku," kata Kim Bu-bong dengan dingin.
Tanpa terasa Kim Put-hoan bergidik, "Eng ... engkau .... Ah, Li-
cianpwe, tidak boleh kau tinggalkan diriku, kalian ...."
Mendadak terhenti ucapannya, sebab tangan Kim Bu-bong telah
meraba dagunya. Li Tiang-ceng memandangnya sekejap, lalu menggeleng dan
menghela napas tanpa bersuara.
Segera Him Miau-ji memayang Li Tiang-ceng dan Lian Thian-hun,
Nyo Tay-lik juga lantas mengangkat Thian-hoat dan Leng Toa.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak Jit-jit memburu ke depan si Kucing dan bertanya, "Masa
... masa engkau akan pergi begitu saja?"
Si Kucing melengos, ia tidak berani menatapnya, tapi di mulut
menjawab dengan tertawa, "Ya, aku akan ... akan pergi."
"Kau ... kau ...." Jit-jit menunduk dan tidak meneruskan.
"Hari ini berpisah, kelak bertemu pula," seru Him Miau-ji alias si
Kucing dengan tergelak. "Budi pertolongan jiwaku tak perlu
kuucapkan terima kasih kepada Sim-heng, kelak ...."
Di tengah gelak tertawanya ia memayang Li Tiang-ceng berdua dan
melangkah pergi tanpa menoleh lagi.
Memandangi bayangan punggung orang, diam-diam Jit-jit menghela
napas. "Kucing ini ternyata seorang jantan juga," kata Kim Bu-bong.
"Orang yang dapat kau puji pasti tidak perlu disangsikan lagi," ujar
Sim Long. Mendadak Jit-jit mengentak kaki dan berseru, "Ayolah, kenapa kita
tidak cepat pergi, apa pula yang perlu kita harapkan lagi di sini?"
"Aku akan tinggal di sini," kata Sim Long. "Sebab hendak kucari lagi
di tengah puing, mungkin akan kutemukan sesuatu. Selain ini Kim-
heng juga dapat membereskan Kim Put-hoan di sini."
"Cara bagaimana membereskan dia?" tanya Jit-jit.
"Bagaimana caranya terserah kepada Kim-heng," ujar Sim Long.
Dengan gemas Kim Bu-bong berucap, "Sungguh ingin kucincang
keparat ini." Habis berkata, segera ia cengkeram Kim Put-hoan terus dibawa lari
ke belakang tebing sana. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Awan putih mulai jarang-jarang, sang surya sudah menongol, namun
angin masih mendesir dingin.
Pek Fifi menggigil dingin dan memainkan ujung bajunya sambil
melirik ke arah Sim Long yang sedang sibuk mencari di tengah
puing. Cu Jit-jit menengadah, memandang langit dengan terkesima, setiap
kali Fifi melirik Sim Long pasti menimbulkan rasa dongkolnya.
Mendadak tertampak Kim Bu-bong muncul kembali dengan wajah
kelam. "Hei, di mana Kim Put-hoan, kau apakan dia" Sudah kau bunuh dia?"
tanya Jit-jit. Sejenak Kim Bu-bong terdiam, jawabnya kemudian, "Sudah
kubebaskan dia." "Hah, kau bebaskan dia?" Jit-jit melengak. "Begitu keji dia
terhadapmu dan kau lepaskan dia" Orang jahat begini dibiarkan
hidup di dunia ini, entah betapa banyak orang baik akan menjadi
korbannya lagi ...."
Tiba-tiba terdengar Sim Long menukas, "Memang sudah kuketahui
Kim-heng pasti akan melepaskan dia."
Entah sejak kapan Sim Long sudah melompat tiba, katanya pula
dengan tertawa, "Betapa pun Kim Put-hoan tidak berbudi terhadap
Kim-heng tidak nanti Kim-heng memperlakukan tidak setia
kepadanya. Jika aku menjadi Kim-heng juga akan kubebaskan dia."
"Terima kasih ...." ucap Kim Bu-bong dengan pedih.
Banyak kebaikan Sim Long kepadanya dan belum pernah dia
mengucapkan terima kasih, baru sekarang perasaannya itu
dicetuskannya, hal ini disebabkan dia merasa Sim Long telah benar-
benar memahami pribadinya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Untuk memahami kepribadian seorang terkadang jauh lebih sulit
daripada menyelamatkan jiwanya, seorang yang berwatak kaku dan
menyendiri ternyata dapat dipahami oleh orang lain, betapa rasa
terima kasihnya, sungguh sukar dilukiskan.
Jit-jit memandang Kim Bu-bong, lalu memandang Sim Long pula,
katanya kemudian, "Ai, persoalan kaum lelaki kalian terkadang
membingungkan orang."
"Persoalan kaum lelaki akan lebih baik tidak dipahami orang
perempuan," ujar Sim Long dengan tertawa.
Selang sejenak, tiba-tiba Kim Bu-bong bertanya, "Adakah Sim-heng
menemukan sesuatu petunjuk di tengah puing?"
"Memang ada dua macam benda kutemukan, apakah berguna belum
lagi kuketahui," jawab Sim Long. Setelah merandek, lalu
sambungnya lagi, "Selanjutnya apa yang akan dikerjakan Kim-heng
boleh terserah padamu."
"Apa yang harus kukerjakan?" Kim Bu-bong bergumam, mendadak
ia berseru tegas, "Sim Long, jiwaku yang tersisa ini sudah menjadi
milikmu, apa pula yang perlu kau tanyakan padaku?"
"Tapi ...." Sim Long melengak.
"Hm, memangnya Kim Bu-bong lebih rendah daripada Nyo Tay-lik?"
"Ah, apabila bisa mendapat bantuan Kim-heng, urusan apa yang
tidak dapat kucapai dengan baik?" seru Sim Long girang. "Kim-heng,
aku berjanji pasti takkan mengecewakan keputusanmu yang tegas
ini ...." Kedua orang lantas berjabatan tangan dengan erat, apa pun tidak
perlu dibicarakan lagi. Jit-jit terharu, katanya kemudian, "Dan apa yang akan kau kerjakan


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selanjutnya, Sim Long?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Cari Samcihumu lebih dulu," jawab Sim Long. "Betapa pun harta
kekayaanmu yang besar itu tidak boleh terjatuh ke tangan Ong Ling-
hoa." "Aha, betul, kau ... kau ...." Jit-jit terkejut dan bergirang, mendadak
ia rangkul Sim Long dan berseru pula, "Kiranya engkau belum lagi
lupa pada urusanku itu."
Suaranya bergema jauh di lembah pegunungan, awan sudah buyar,
cuaca cerah. Namun angin badai berikutnya mungkin akan timbul
pula. Pek Fifi masih menggigil di sebelah sana, bibirnya yang mungil
kelihatan pucat kedinginan.
Namun dia kelihatan mengertak gigi dan bertahan tanpa mengeluh.
Di dalam tubuhnya yang lemah itu ternyata ada sebuah hati yang
keras sebagai baja. Kim Bu-bong memandangnya, lalu memandang pula Cu Jit-jit yang
lagi berseru kegirangan itu. Sorot matanya yang dingin tanpa terasa
timbul semacam perasaan kasih sayang.
Rasa kasih sayang itu timbul karena Pek Fifi, atau bisa juga demi Cu
Jit-jit. Mungkin cuma dia saja yang tahu, di balik watak yang keras,
suka menang dan manja itu, hati Cu Jit-jit sebenarnya sedemikian
lunak dan lemah. Dua anak perempuan yang sama sekali berbeda watak, keduanya
sama-sama ada segi baiknya yang khas dan menarik, nasib mereka
kelak juga pasti akan berbeda sesuai dengan watak masing-masing.
Sejauh itu Fifi hanya menunduk saja, entah karena tidak suka
melihat sikap Cu Jit-jit yang berjingkrak kegirangan itu atau karena
tak berani terlalu banyak memandang Sim Long.
Ia cukup mengerti kedudukannya sendiri, ia tahu dirinya harus
menuruti segala perintah orang dan tidak berhak minta diperhatikan
orang. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Meski dia kedinginan, lapar, lelah, dan menggigil, terpaksa ia
menunduk dan bertahan sekuatnya, bahkan ia tak berani
memperlihatkan penderitaannya itu kepada orang lain.
"Marilah kita pergi," terdengar Kim Bu-bong mengajak.
"Betul, ayolah berangkat," seru Jit-jit.
Pada waktu bergirang, apa pun dia mau menuruti kehendak orang
lain, segera ia hendak menarik Sim Long, tak tahunya anak muda itu
lantas mendekati Fifi. Tangan dan kaki Pek Fifi hampir beku dan lagi bingung cara
bagaimana akan meninggalkan pegunungan ini, tiba-tiba terlihat
tangan Sim Long terjulur ke depannya.
Ia terharu dan bergirang, sesungguhnya juga inilah yang dinanti-
nantinya, ia melirik sekejap ke arah Jit-jit, ia tidak berani menerima
uluran tangan itu, ia menunduk dan mencucurkan air mata, katanya,
"Aku ... aku dapat berjalan sendiri."
"Apa betul dapat berjalan sendiri," ucap Sim Long dengan
tersenyum. "Anak bodoh, jangan bandel, masa kau dapat bergerak?"
Segera ia meraih pinggang Fifi yang ramping, pinggang itu sedang
gemetar. Air muka Jit-jit berubah pula, hatinya tertekan memandangi Sim
Long merangkul pinggang Pek Fifi dan berjalan ke depan.
"Ayolah, berangkat!" tiba-tiba Sim Long berpaling dan berseru
padanya. "Aku ... aku tidak sanggup berjalan," sahut Jit-jit dengan mengertak
gigi. "Ah, masa tidak sanggup berjalan, kau ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Sudah jelas orang bilang dapat berjalan sendiri, engkau justru
memapahnya, jelas kukatakan tidak sanggup berjalan, engkau
berbalik tidak percaya, kau ... kau ...."
Mendadak ia duduk terkulai dan menangis tersedu-sedan.
Sim Long melenggong dan menggeleng kepala.
Dengan suara gemetar Fifi berkata, "Boleh engkau mem ...
memapah nona Cu saja, aku ... aku sanggup berjalan sendiri,
benar!" Ia meronta sekuatnya melepaskan diri dari pegangan Sim Long dan
terus melangkah ke depan.
Sim Long menghela napas, katanya kepada Kim Bu-bong, "Kim-
heng, harap engkau ...."
"Kutahu, akan kujaga dia," sahut Bu-bong.
Perlahan Sim Long mendekati Jit-jit dan mengulurkan tangannya,
"Baiklah, mari kita berangkat!"
Tapi tangis Jit-jit bertambah sedih.
"Segala permintaanmu telah kuturuti, apa pula yang kau tangisi?"
"Kutahu, sesungguhnya engkau tidak sudi memapahku, kau mau
adalah karena ... karena terpaksa, betul tidak?"
Sim Long berkerut kening dan tidak bicara lagi.
"Kutahu semakin kurengek begini semakin kau jemu padaku," tangis
Jit-jit tambah keras. "Tapi aku tidak berdaya, bila melihat engkau
bermesraan dengan gadis lain, hatiku lantas hancur dan ... dan tidak
peduli segalanya lagi, aku tidak ... tidak sanggup mengekang
perasaan sendiri." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Melihat keterusterangan si nona, Sim Long jadi terharu dan kasihan,
akhirnya ia berjongkok dan menarik bangun Jit-jit, ucapnya lembut,
"Sudahlah, jangan mengesot di tanah, seperti anak kecil saja."
Jit-jit terus merangkulnya, ratapnya, "O, Sim Long, kumohon dengan
sangat janganlah engkau jemu padaku, jangan kau tinggalkan diriku
.... Asalkan engkau baik padaku, biarpun ... biarpun mati bagimu
pun aku rela." ***** Habis makan, api tungku berkobar dengan keras.
Meski sebuah losmen sederhana di sebuah perkampungan kecil, alat
perabotnya juga sangat sederhana, tapi bagi Cu Jit-jit setelah
mengalami berbagai bahaya tempat ini dirasakan seperti surga.
Ia meringkuk di atas kursi di depan perapian, pandangannya tidak
pernah meninggalkan wajah Sim Long, hatinya penuh rasa bahagia,
persoalannya dengan Sim Long tadi kini sudah beres.
Tadi waktu turun gunung Sim Long telah berkata kepadanya bahwa
Fifi adalah anak perempuan sebatang kara yang harus dikasihani,
kita harus bersikap lebih baik kepadanya.
Ucapan ini sama dengan pernyataan kepada Jit-jit bahwa
perasaannya terhadap Pek Fifi tidak lain hanya karena merasa
kasihan saja dan bukan lantaran jatuh hati padanya. Sebab itulah
hati Jit-jit lantas lapang, pikirannya terbuka lagi, ia pun berjanji
selanjutnya akan bersikap lebih baik kepada Fifi.
Sekarang Fifi duduk di pojok kejauhan sana, meski dia takut dingin,
tapi tidak berani duduk terlalu dekat dengan perapian, sebab Sim
Long berada di situ. Jit-jit teringat kepada pesan Sim Long, timbul juga rasa kasihannya
kepada Fifi, selagi dia hendak menyuruh anak perempuan yang perlu
dikasihani itu berduduk lebih dekat dengan perapian, tiba-tiba
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
terdengar Sim Long bersuara. "Fifi, jika kedinginan, duduklah lebih
dekat sini." "Kedinginan apa" Jika kedinginan kan lebih baik pergi tidur, di
kolong selimut kan bisa lebih hangat," ucap Jit-jit tanpa pikir. Setelah
bicara segera ia merasa menyesal.
Sim Long memandangnya sekejap sambil menggeleng kepala.
Fifi lantas berbangkit, katanya dengan menunduk, "Ya, memang
harus kupergi tidur saja ...." segera ia masuk ke kamarnya.
Jit-jit memandang Sim Long, lalu memandang Kim Bu-bong pula,
mendadak ia pun berdiri dan berkata, "Kusuruh dia pergi tidur,
apakah ini pun salah?"
"Aku kan tidak bilang ...."
"Meski tidak kau katakan, tentu hatimu berpikir demikian," seru Jit-
jit. "Apa yang kupikirkan masakah kau pun tahu?" kata Sim Long.
"Tahu, pasti tahu, dalam hatimu tentu kau anggap aku ini
perempuan jahat. Baik, aku memang jahat, biar ...."
Belum habis ucapannya, sekonyong-konyong terdengar suara pintu
digedor. "Siapa?" tanya Sim Long.
"Hamba, ada keperluan," jawab orang di luar.
Dengan mendongkol Jit-jit membukakan pintu sambil mengomel.
Waktu pintu dibuka, pelayan melangkah masuk dengan membawa
poci air minum dan sepucuk surat. Ia menjadi tercengang melihat
sikap Jit-jit yang garang itu.
"Ada apa, surat?" tanya Sim Long.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul, ada surat, ada orang menyuruh hamba menyampaikan surat
ini kepada Sim-siangkong," tutur si pelayan dengan gugup.
"Bagaimana bentuk orang yang menyerahkan surat ini?" tanya Sim
Long. "Hamba tidak tahu ...."
"Kau terima suratnya, masa tidak tahu bagaimana bentuk orang itu,
apakah kau buta?" belum lanjut ucapan orang segera Jit-jit
mendamprat. Si pelayan tampak takut-takut, tukasnya pula, "Surat ini dibawa oleh
Lau Toa yang menjual bakmi di pengkolan jalan sana, katanya
berasal dari seorang pembeli bakmi, hamba juga sudah tanya dia
bagaimana bentuk pengirim surat itu. Lau Toa bilang tidak tahu. Dia
memang seorang buta."
Jit-jit jadi melengak, mendongkol dan juga geli. Si pelayan tidak
berani bicara lagi, cepat ia mengeluyur pergi.
Terdengar Sim Long lagi membaca surat itu, "Ada urusan penting,
mohon tunggu sampai tengah malam nanti, jangan lupa."
"Urusan penting" Lalu apa lagi?" tanya Jit-jit.
"Tidak ada lagi, hanya beberapa kata ini saja, tidak ada tanda
tangan, gaya tulisannya juga tidak kukenal," jawab Sim Long.
"Aneh juga ... siapakah dia?" gumam si nona.
Dasar gadis polos, cepat marah, cepat juga lupa segalanya, segera
ia menggelendot di bahu Sim Long untuk ikut membaca surat itu.
Sampul dan kertas surat itu tampak sangat kasar, tulisannya juga
seperti cakar ayam. Jit-jit lantas menggerutu, "Tulisan berengsek,
tentu penulisnya juga brengsek."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Coba kau teliti lagi, adakah sesuatu yang aneh pada tulisan ini?"
ujar Sim Long. "Apanya yang aneh?" gumam Jit-jit. "Tulisan seperti cakar ayam ....
He, betul, tampaknya setiap goresan tulisan ini dimulai dari sebelah
kanan, jadi berlawanan seperti orang biasa."
"Betul, ini menandakan surat ini ditulis dengan tangan kiri, makanya
tulisannya kurang rajin."
Jit-jit termenung sejenak, katanya kemudian, "Dia menulis dengan
tangan kiri agar gaya tulisannya tidak dapat dikenali, dia menyuruh
orang buta pula untuk menyampaikan surat ini agar kita tidak tahu
siapa dia .... Kuyakin dia pasti orang yang sudah kita kenal dengan
baik." "Ya, rasanya memang begitu," ucap Sim Long.
"Anehnya kenapa dia minta bertemu dengan kita di tengah malam
buta, permainan apa yang tersembunyi di balik maksudnya ini?"
"Sudah tentu ada sebabnya ... misalnya orang ini lagi menghindari
penguntitan musuh, sebelum tengah malam buta dan sunyi tidak
berani muncul ... atau mungkin juga tangan kanannya cedera, maka
menulis dengan tangan kiri."
"Hah, engkau memang cerdas, hal-hal yang sukar dibayangkan
justru dapat kau pikirkan."
"Tapi bisa jadi sebelum tengah malam ini dia hendak bertindak
sesuatu, makanya sengaja menggunakan surat ini untuk menahan
kita di sini .... Mengenai apa tujuannya sukarlah untuk diterka."
"Kita tunggu saja, tengah malam kan hampir tiba," ujar Jit-jit.
Malam tambah larut, namun terasa sangat lambat datangnya tengah
malam. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sejak tadi Kim Bu-bong hanya memandang ke arah jendela tanpa
bergerak. Diam-diam Jit-jit kagum akan ketekunan orang, ia sendiri sudah
tidak tahan berduduk sekian lama.
Mendadak terdengar suara "pluk" sekali, menyusul jendela terus
terbakar. Api lantas berkobar dengan hebatnya, di balik kegelapan di
luar jendela sana seperti ada bayangan orang.
Kedua tangan Sim Long bekerja sekaligus, daun jendela yang
terbakar itu tergetar mencelat. Kim Bu-bong juga lantas meraih
selimut dan menerobos keluar, segera api dapat dipadamkannya.
Perubahan ini terjadi sangat mendadak, namun kedua orang ini tidak
gelisah dan bingung, tanpa bersuara mereka sudah membereskan
urusannya. "Jit-jit, kau jaga Fifi di sini, aku dan Kim-heng akan menyelidiki jejak
musuh," seru Sim Long dengan suara tertahan, habis itu ia terus
melayang pergi dan menghilang dalam kegelapan.
"Kembali Fifi, segala apa tidak lupa pada Fifi," gerutu Jit-jit. "Dia
sudah sebesar ini dan masih perlu dijaga. Memangnya siapa yang
menjaga diriku?" Dalam pada itu terdengar suara kentungan di kejauhan, tepat
tengah malam. Ketika Kim Bu-bong dan Sim Long melompat keluar jendela,
bayangan orang yang semula berada di balik api sana lantas
menghilang dengan sekali berkelebat.
"Cepat amat gerak tubuh orang ini," kata Sim Long.
"Kejar!" seru Kim Bu-bong.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Selain cepat gerak tubuh orang itu, agaknya sebelumnya juga sudah
merencanakan jalan mundurnya, betapa pun Sim Long mengejar
dengan cepat tetap tidak tampak lagi bayangannya.
Mendadak Sim Long menarik Kim Bu-bong dan berseru, "Berhenti
dulu. Awas tipu memancing harimau meninggalkan gunung."
Gemerdep sinar mata Kim Bu-bong, "Betul, mari cepat kita putar
balik!" Lalu dia menahan suaranya dan mendesis, "Aku kembali ke sana,
kau kejar terus!" Sim Long mengangguk, cepat ia menyelinap ke belakang sebatang
pohon. Sedang Kim Bu-bong terus memutar kembali ke arah semula
dan sengaja bersuara menggerutu.
Angin dingin menyayat, malam sunyi senyap.
Dengan sabar Sim Long bersembunyi di balik pohon tanpa bergerak.
Menurut perhitungannya gerak tubuh orang itu pasti tidak secepat
itu, pasti bersembunyi di suatu tempat yang sudah disiapkan.
Keadaan ini sama dengan musuh di tempat gelap dan awak sendiri
di tempat yang terang, bukan mustahil setiap saat bisa disergap
musuh. Jika sekarang Sim Long mendahului bersembunyi, kalau
musuh tidak sabar menunggu lagi akhirnya pasti akan muncul.
Siapa tahu, walaupun Sim Long cukup cerdik, orang itu ternyata juga
tidak bodoh, ia tidak mau terperangkap Sim Long, ia tetap
bersembunyi dan tidak muncul lagi. Sampai sekian lama Sim Long
menunggu tetap tiada sesuatu gerak-gerik apa pun.
Dalam pada itu Kim Bu-bong sudah sampai di rumah pondokan,


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suasana rumah penginapan itu gelap dan sunyi, hanya halaman
depan remang-remang diterangi cahaya lampu yang menembus
keluar dari jendela kamar. Cu Jit-jit tampak berada di halaman dan
sedang membuat orang-orangan salju.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Biasanya orang-orangan salju dibikin gendut, tapi orang-orangan
salju buatan Cu Jit-jit ini ternyata tinggi dan kurus. Wajah si nona
tampak kemerahan karena hawa dingin, namun tangannya sibuk
memoles wajah orang salju dan menepuk pipinya sambil
menggerutu. Meski Kim Bu-bong sudah berada di sampingnya belum lagi
diketahuinya, dia masih terus menggerutu, memukul dan juga
mencibir pada orang-orangan salju yang dibuatnya ini, rupanya
orang salju itu dianggapnya sebagai Sim Long, maka sebentar ia
mengomelnya dan lain saat mencibirnya. Semua ini mengungkapkan
perasaannya kepada Sim Long, ya cinta, ya gemas.
Mendadak Kim Bu-bong berdehem.
Jit-jit terkejut dan berpaling, "Hah, kau bikin kaget diriku. He,
bilakah kau kembali" Mana dia?"
"Masih terus mencari ke sana," jawab Bu-bong.
"Salah, sejak tadi dia sudah berada di sini," kata Jit-jit sambil
menuding orang salju yang dibuatnya dengan tertawa, "Bukankah
dia berdiri di sini dan telah kenyang kupukul tanpa melawan."
"Adakah terjadi sesuatu di sini?" tanya Kim Bu-bong.
"Sudah sekian lama kumain di sini dan tidak melihat sesuatu apa
pun," jawab si nona.
Sejenak Kim Bu-bong termenung, mendadak ia berseru, "Wah,
celaka!" Segera ia berlari ke dalam rumah. Cepat Jit-jit mengintilnya dengan
bingung, tanyanya, "Ada apa?"
Bu-bong menerobos ke dalam kamar Pek Fifi, tertampak tempat
tidurnya morat-marit, namun Fifi sudah tidak kelihatan lagi.
"He, ke mana dia?" seru Jit-jit kaget.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Seharusnya pertanyaan ini ditujukan kepadamu sendiri," kata Bu-
bong dengan dingin. "Ke mana setan cilik itu mengeluyur" Kalau mau keluar seharusnya
dia bilang padaku .... Hei, Fifi ... Pek Fifi ...." teriak Jit-jit.
"Tidak perlu memanggilnya lagi, tidak ada gunanya," ujar Bu-bong.
"Seharusnya kau tahu, keadaan kamarnya kacau begini, mungkinkah
dia keluar sendiri?"
Jit-jit melengak, ia duduk di tepi tempat tidur dan bergumam, "Wah,
tentu dia ... dia dibawa lari orang .... Siapakah yang menculik dia?"
Tanpa terasa ia mencucurkan air mata dan berkata pula, "O, kasihan
dia, siapakah yang sampai hati membikin susah anak perempuan
yang lemah seperti dia ...."
"Jika kau tahu kasihan, kenapa sehari-hari tidak kau perlakukan dia
dengan lebih lembut?" ujar Bu-bong.
"Aku ... aku sendiri tidak tahu apa sebabnya, biasanya aku jadi keki
bila melihat dia," kata Jit-jit.
Pada saat itulah mendadak Kim Bu-bong memburu ke tempat tidur
dan memungut sesuatu. "Apa itu?" tanya Jit-jit.
Kim Bu-bong tidak menjawabnya, diperiksanya barang itu dengan
teliti, mendadak air mukanya berubah kelam, bentaknya dengan
beringas, "Kurang ajar! Kiranya dia!"
"Dia" Dia siapa?" tanya Jit-jit.
"Kim Put-hoan!" tercetus dari mulut Kim Bu-bong sekata demi
sekata. "Hah, dia, apakah betul dia?" Jit-jit melonjak kaget.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Bu-bong memperlihatkan barang yang dipegangnya itu, ternyata
sepotong cabikan kain berwarna cokelat.
"Ya, betul, kembali bangsat itu lagi, memang inilah warna bajunya,
tentu terobek waktu Fifi melawannya," seru Jit-jit.
Bu-bong memandang keluar jendela dengan melotot, giginya
gemertuk saking gemasnya. Mestinya Jit-jit mau tanya lagi, tapi
urung ketika melihat sikap Kim Bu-bong yang beringas itu.
"Salahku, semua ini salahku, kalau jiwanya tidak kuampuni, tentu
takkan terjadi begini," gumam Bu-bong dengan murka.
"Jangan gelisah, tunggu setelah Sim Long datang baru kita
rundingkan tindakan apa yang akan kita lakukan," kata Jit-jit.
"Ini adalah tanggung jawabku, kenapa mesti menunggu Sim Long,"
kata Bu-bong bengis. "Hendaknya kau sampaikan padanya, dalam
waktu tiga hari bila tidak kubekuk bangsat itu, aku bersumpah tidak
menjadi manusia." Belum lenyap suaranya ia terus melayang keluar.
Jit-jit menjadi bingung sendiri setelah Kim Bu-bong pergi, serunya,
"He, tunggu sebentar ... kembali!"
Ia memburu keluar, namun bayangan Kim Bu-bong sudah
menghilang. Ia tertegun sejenak, akhirnya ia menyusul ke arah
perginya Sim Long tadi sambil berteriak sepanjang jalan, "Sim Long
... Sim Long ...." Waktu itu Sim Long masih bersembunyi di balik pohon, namun
sudah sekian lamanya tetap tidak kelihatan sesuatu gerak-gerik, dia
tetap menunggu dengan sabar, ia yakin pada akhirnya yang tidak
tahan pastilah bukan dia.
Tapi pada saat itulah didengarnya suara teriakan Jit-jit di kejauhan.
Sim Long mengentak kaki dan berkata ke depan yang gelap sana,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Baik, sahabat, hari ini anggaplah engkau lebih mujur, sungguh
kukagum akan kesabaranmu."
Suara teriakan Jit-jit semakin mendekat. Segera Sim Long
menyongsongnya. Tidak mudah Jit-jit mencari Sim Long, sebaliknya
amat gampang bagi Sim Long untuk menemukan Jit-jit.
Begitu bertemu segera si nona menubruk ke pelukan Sim Long dan
berseru, "Oo, syukurlah engkau tidak mengalami apa-apa ...."
"Memangnya terjadi apa?" tanya Sim Long.
"Kim ... Kim Put-hoan, dia ... dia menculik Fifi ...."
"Apa katamu" Fifi diculik Kim Put-hoan" Dan di mana Kim Bu-bong"
Dia tidak berusaha membelanya?"
"Waktu itu dia belum pulang," tutur Jit-jit dengan tersendat. "Aku
sendiri lagi bermain orang salju di luar ...."
Sim Long mengentak kaki, tanpa bicara lagi ia berlari kembali ke
rumah penginapan sana. Setiba di tempat, Sim Long memeriksa
seluruh kamar, lalu bertanya, "Apakah Kim Bu-bong mengejarnya?"
Jit-jit membenarkan. "Adakah dia meninggalkan pesan?"
"Dia bilang dalam tiga hari pasti ... pasti akan membekuk kembali
Kim Put-hoan, kalau ... kalau tidak ...."
"Tiga hari" Masakah dapat menunggu sampai tiga hari," seru Sim
Long, meski cukup diketahuinya kepandaian Kim Bu-bong jauh di
atas Kim Put-hoan, tapi kalau bicara tentang kelicikan jelas Bu-bong
sukar menandinginya, sekarang dia mengejar sendirian, sungguh
mengkhawatirkan. Selagi Jit-jit hendak bicara pula, mendadak Sim Long mendesis,
"Ssst, ada orang datang!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ia heran siapakah pendatang ini, selain Ginkangnya tergolong kelas
tinggi, agaknya juga sudah mengetahui tempat tinggal Sim Long,
maka dia langsung menuju ke tempat ini. Sesudah dekat baru
terlihat orang ini adalah seorang pengemis. Kelihatan rambutnya
semrawut, bajunya penuh tambalan, tangan memegang pentungan,
punggung menyandang beberapa karung goni, cuma wajahnya tidak
terlihat jelas. Semula Jit-jit menyangka Kim Put-hoan datang lagi, ternyata bukan,
dari karung goninya sudah jelas orang ini anak murid Kay-pang asli.
Sesudah berada di depan jendela, orang itu berhenti dan menyapa,
"Sim-heng dan nona Cu, baik-baik kalian!"
Sim Long balas memberi salam, ia heran dari mana orang
mengenalnya, padahal biasanya tidak ada sesuatu hubungan dengan
orang Kay-pang. Melihat sikap ragu Sim Long, orang itu melangkah lebih dekat,
katanya pula dengan tersenyum, "Mungkin Sim-heng berdua
pangling padaku, akhir-akhir ini aku memang sudah banyak
berubah." Baru sekarang Sim Long dan Jit-jit dapat melihat jelas wajahnya
yang agak kurus dan kotor itu, namun sinar matanya tetap
mencorong terang seperti dahulu.
"Ah, kiranya kau," seru Jit-jit bertanya.
Sim Long juga menyapa, "Kiranya Ji-heng!"
"Betul, memang akulah Ji Yok-gi," sahut orang itu dengan tertawa.
Sungguh tak tersangka bahwa pengemis ini adalah Ji Yok-gi yang
berjuluk si Pedang Sakti Mahacakap, kini ternyata sudah menjadi
anggota Kay-pang. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Setelah disilakan masuk ke dalam rumah, di bawah cahaya lampu Ji
Yok-gi kelihatan mengenaskan, tangan kiri memegang pentungan,
tangan kanan terbalut dengan kain putih dan berlepotan darah, jelas
terluka. "Apakah surat yang kami terima ini berasal darimu?" segera Jit-jit
bertanya. Ji Yok-gi membenarkan. Jit-jit memandang Sim Long dengan senyum memuji, ternyata apa
yang terjadi ini cocok dengan dugaan anak muda itu.
Sim Long berlagak tidak tahu, ia tanya pada Ji Yok-gi, "Berpisah
belum lama, mengapa Ji-heng telah masuk menjadi anggota sindikat
terbesar dunia Kangouw?"
Khawatir menyinggung perasaan orang, maka Sim Long tidak
menyebut Kay-pang melainkan dengan sebutan lain.
"Urusan ini agak panjang juga untuk diceritakan," sahut Ji Yok-gi
dengan tersenyum. "Dan memang kedatanganku ini ingin
merundingkan sesuatu persoalan penting dengan Sim-heng, hal ini
pun ada sangkut pautnya dengan Kay-pang."
"Silakan bicara," kata Sim Long.
"Setelah berpisah dengan Sim-heng, terasa olehku tindak tandukku
pada masa lampau sesungguhnya memalukan, hari depanku terasa
remang-remang dan entah cara bagaimana supaya dapat mencuci
dosaku," demikian tutur Ji Yok-gi dengan menyesal. "Tatkala mana
sungguh hatiku bimbang dan putus asa, aku berkelana kian kemari
tanpa arah tujuan dan tidak merawat diri, dalam waktu kurang dari
sebulan keadaanku sudah kelihatan tak keruan tiada ubahnya seperti
kaum pengemis." "Kenapa Ji-heng mesti menyiksa diri cara begitu?" ujar Sim Long.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Maklumlah, waktu itu aku sungguh tersiksa lahir batin, rasanya
cuma dengan begitu saja baru dapat meringankan beban pikiranku."
Dengan tertawa Sim Long berkata, "Kay-pang memang betul
organisasi terbesar dunia persilatan, anak muridnya tersebar di
segenap pelosok, pengaruhnya memang tak ada bandingannya. Tapi
bila karena ingin menderita sehingga Ji-heng perlu masuk ke Kay-
pang, kukira engkau telah salah tindak."
"Semula tiada maksudku hendak masuk ke Kay-pang," tutur Ji Yok-gi
lebih lanjut. "Cuma lantaran patah semangat, maka segala apa pun
tidak menarik bagiku. Sampai akhirnya karena melihat keadaanku
yang kasihan, orang mau membantu dan tanpa malu aku pun
menerimanya." Ia tersenyum getir, lalu menyambung, "Berita Kay-pang sungguh
sangat cepat dan tajam, mereka dapat mengenali asal-usulku, maka,
dikirimlah tiga orang sesepuhnya untuk berunding denganku."
"Memangnya berunding apa?" tanya Jit-jit heran.
"Mereka anggap kelakuanku sudah menyerupai pengemis, maka
harus menjadi anggota Kay-pang, kalau tidak berarti melanggar
peraturan mereka dan setiap anak murid Kay-pang akan
memandangku sebagai musuh."
"Masa ada peraturan begitu .... Dan engkau lantas terima kehendak
mereka?" tanya Jit-jit.
"Betul," jawab Ji Yok-gi. "Waktu itu aku sama sekali tidak
memikirkan apa akibatnya, mungkin jika ada orang menyuruhku
menjadi Hwesio juga akan kulakukan."
"Tujuan Kay-pang itu tidak lain hanya untuk menambah kekuatan
saja," ujar Sim Long dengan tertawa. "Bilamana mereka tidak
bermaksud memperalat nama dan kepandaian Ji-heng, tentu karung
yang disandang Ji-heng takkan sebanyak ini."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sekilas pandang saja Sim Long dapat melihat karung goni yang
dipanggul Ji Yok-gi itu sedikitnya ada tujuh buah.
Biasanya karung goni yang dibawa anggota Kay-pang
melambangkan kedudukannya dalam Kay-pang, semakin banyak
karung yang disandangnya semakin tinggi kedudukannya. Untuk
menanjak dari murid berkarung satu hingga berkarung tujuh, ini
memerlukan suatu proses perjuangan yang panjang.
Sekarang Ji Yok-gi baru masuk Kay-pang dan lantas diangkat
menjadi murid berkarung tujuh, hal ini benar-benar promosi luar
biasa dalam sejarah Kay-pang.
Tapi Ji Yok-gi lantas menghela napas, katanya pula, "Waktu itu jika
aku tidak putus asa, mana bisa masuk Kay-pang" Dan bila sudah
kuserahkan diriku ke dalam Kay-pang, mana kupikirkan soal berapa
buah karung ini ...."
Tiba-tiba ia menengadah dan tertawa, lalu menyambung, "Jika
bukan karena ketujuh buah karung ini, betapa pun sukar bagiku
untuk mendengar rahasia itu."
"Apakah kedatangan Ji-heng ini adalah karena rahasia yang kau
maksudkan itu?" tanya Sim Long.
"Betul," jawab Ji Yok-gi.
"Sesungguhnya rahasia apakah, lekas ceritakan!" seru Jit-jit.
Asalkan si nona bicara, Ji Yok-gi lantas menunduk, tuturnya,
"Sesudah kumasuk Kay-pang, tiada sesuatu tugas tertentu yang
mereka serahkan padaku. Kedudukan Pangcu memang sudah lama
lowong, maka semua urusan penting organisasi selalu dirunding dan
diputuskan oleh ketiga Tianglo (tertua, sesepuh)."
Jit-jit berkedip heran, "Kenapa mesti begitu" Jika satu antara mereka
bertiga ditetapkan sebagai Pangcu, kan semua urusan menjadi lebih
mudah untuk diselesaikan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Soalnya di antara ketiga Tianglo itu, baik kedudukan, kungfu, dan
nama baik, semuanya seimbang, sebab itulah ketiganya saling
mengalah dan tidak mau diangkat sebagai Pangcu," sela Sim Long
dengan tertawa. "Masa mereka saling mengalah .... Sungguh aku tidak percaya di
dunia Kangouw ada orang baik hati begitu," ujar Jit-jit dengan
tertawa. "Jika dikatakan di antara mereka saling ngotot dan tidak
mau mengalah, tapi karena satu sama lain tidak lebih unggul
sehingga ketiganya sama-sama tidak dapat menjabat Pangcu, alasan
ini malahan dapat kupercaya."
"Heh, pintar juga kau," ujar Sim Long. Lalu dia berpaling kepada Ji
Yok-gi dan bertanya, "Kemudian bagaimana?"
"Justru dalam keadaan tanpa tugas dan iseng itulah dapat kulihat
sesuatu yang ganjil," tutur Yok-gi. "Sejak kumasuk menjadi anggota,
ketiga Tianglo lantas selalu mengikuti jejakku. Semula aku heran dan


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga curiga, tapi kemudian dapat kuketahui bahwa di antara mereka
sama-sama tidak ingin aku berbicara sendirian dengan salah seorang
di antara mereka." "Sungguh aneh, engkau kan bukan orang perempuan, masakah
mereka bisa cemburu?" ujar Jit-jit dengan geli. Mendadak ia
berkeplok dan berseru pula, "Aha, tahulah aku. Jelas di antara
mereka diam-diam berebut kedudukan Pangcu, namun siapa pun
sukar mengungguli yang lain, maka mereka berusaha memikat
dirimu untuk membantunya, dengan begitu dapatlah kedua orang
lain diatasi. Dalam keadaan berebut pengaruh begitu, dengan
sendirinya mereka khawatir bila salah seorang berbicara sendirian
denganmu akan merugikan kedua orang yang lain. Memang sudah
kuduga apa pun dapat diperbuat orang-orang itu bilamana
urusannya menyangkut kedudukan dan keuntungan."
"Sudah lama kudengar tentang ketiga sesepuh Kay-pang itu, kecuali
watak Tan Kiong yang ekstrem, tindakannya terkadang suka
menuruti kehendak sendiri. Sedangkan Auyang Lun hanya gemar
makan minum, namun juga pendekar yang berjiwa besar. Lebih-
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
lebih Co Kong-liong, dia terkenal berbudi luhur dan mahaadil,
ketiganya sama-sama pendekar ternama, mana bisa mereka ...."
"Kenal orang dan tahu mukanya tapi tidak tahu hatinya," tukas Ji
Yok-gi dengan gegetun, "apabila aku tidak bergaul rapat dengan
mereka, sungguh mimpi pun tidak menyangka satu di antara mereka
adalah setan iblis yang mahajahat. Apabila tidak secara kebetulan
dapat kuketahui muslihat kejinya, sekian ribu anggota Kay-pang
pasti akan menjadi korbannya."
"Masa bisa begitu" ...." terkejut juga Sim Long.
"Kedatanganku ini adalah karena persoalan ini, sedikit banyak juga
bersangkutan dengan Sim-heng, selain itu ingin kumohon Sim-heng
sukalah mengingat sesama orang Kangouw dan berdaya
menyelamatkan Kay-pang dari malapetaka perpecahan ini."
"Kan sudah kukatakan, Kay-pang adalah organisasi terbesar dunia
Kangouw," ucap Sim Long dengan serius. "Jika benar Kay-pang
dikuasai oleh kaum durjana, dunia Kangouw pasti juga akan kacau.
Silakan Ji-heng bicara saja, bila mampu pasti akan kubantu
sekuatnya." "Urusan ini harus diceritakan sejak empat hari yang lalu," tutur Ji
Yok-gi. "Waktu itu aku dan ketiga orang ini bermalam di suatu
rumah berhala di tempat terpencil, mereka sudah mendengkur,
sebaliknya aku bergulang-guling tak bisa pulas."
"Bisa jadi mereka cuma pura-pura tidur saja," sela Jit-jit.
"Hari itu hujan salju, hawa dingin, di dalam rumah berhala
dinyalakan api unggun, kami tidur mengelilingi api unggun," tutur
Yok-gi pula. "Di bawah kakiku adalah Auyang Lun, dia tidur dengan
mengadu kepala dengan Co Kong-liong, sedangkan kaki Co Kong-
liong beradu kaki dengan Tan Kiong dan dengan sendirinya kepala
Tan Kiong berada di belakang kepalaku."
"Cara tidur kalian berempat masakah ada sangkut pautnya dengan
rahasia yang akan kau ceritakan," tanya Jit-jit tidak sabar.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tentu saja besar sangkut pautnya," ujar Yok-gi. "Tengah malam,
api unggun sudah mulai guram, selagi aku bermaksud bangun untuk
menambahi kayu, siapa tahu pada saat itulah mendadak kurasakan
tangan Tan Kiong diulurkan ke arahku dan menggores beberapa
huruf di atas keningku."
"Dia ternyata tidak tidur," kata Jit-jit. "Huruf apa yang ditulisnya?"
"Huruf yang ditulisnya berbunyi: "Kita bekerja sama menumpas Co."
"Tan Kiong ternyata benar bukan manusia baik-baik. Di antara ketiga
tokoh sesepuh Kay-pang, semua orang tahu Co Kong-liong adalah
yang terbaik, jangan kau percaya kepada hasutan Tan Kiong."
"Waktu itu dapat kupahami tulisannya itu, tapi aku berlagak tidak
tahu, maka Tan Kiong menulis pula dan mengatakan Co Kong-liong
tidak dapat dipercaya lagi, maka malam ini juga harus bertindak,
kalau tidak .... Sampai di sini goresan tangannya tambah berat, jelas
hatinya tegang. Benarlah, mendadak Co Kong-liong ...."
Bercerita sampai di sini, sekonyong-konyong di luar terdengar desir
angin kain baju yang berkibar, jelas ada orang datang dengan
sangat cepat, Ginkangnya sungguh sangat tinggi.
Air muka Ji Yok-gi menjadi pucat, "Wah, celaka ...."
Segera Sim Long memadamkan lampu dan bertanya, "Apakah kau
tahu siapa yang datang ini?"
"Co Kong-liong ...." jawab Ji Yok-gi.
Selagi Sim Long merasa heran, terdengarlah seorang bersuara di
luar, "Inilah Kay-pang-sam-lo (tiga sesepuh Kay-pang, kedatangan
kami adalah untuk mengadakan pembersihan perguruan sendiri dan
menangkap anggota khianat, diharap sahabat Kangouw jangan ikut
campur." Suaranya lantang dan bertenaga, jelas Lwekang orang ini sangat
tinggi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan suara tertahan Sim Long bertanya, "Pembicara ini apakah Co
Kong-liong adanya?" "Betul dia," jawab Ji Yok-gi.
Sim Long tidak bicara lagi, hanya dalam hati ia membatin, "Jika
bicara soal ilmu silat, nama Kay-pang-sam-lo pasti tidak lebih
menonjol daripada ketujuh tokoh besar dunia persilatan, mengapa
tenaga dalam Co Kong-liong ini kedengarannya jauh lebih kuat
daripada Thian-hoat Taysu, Kiau Ngo dan lain-lain, mungkinkah
selama ini dia menyembunyikan kepandaiannya atau akhir-akhir ini
dia mendapat penemuan mukjizat?"
Terdengar orang di luar lagi berseru pula, "Ji Yok-gi, kenapa tidak
lekas keluar" Sudah jelas kau sembunyi di sini, sekeliling tempat ini
sudah terkepung, jangan kau harap akan dapat lari."
"Bukankah kau bilang mereka bermaksud merangkul dirimu,
mengapa sekarang dia bilang hendak menangkapmu?" tanya Jit-jit.
Ji Yok-gi menghela napas, "Soalnya dia tahu rahasianya telah
kuketahui, maka ingin membunuhku untuk menghilangkan saksi."
"Jangan khawatir, Sim Long berada di sini, siapa pun tak bisa
membunuhmu," ujar si nona.
"Mati-hidupku tidak menjadi soal, aku cuma menyesal belum sempat
kuceritakan rahasia itu ...."
Belum lanjut ucapannya, "serr", mendadak jalur api menyambar
masuk menerobos jendela dan menancap di dinding. Kiranya
sebatang panah berapi. Sekali pukul dari jauh Sim Long memadamkan api itu.
Segera terdengar lagi suara orang di luar, "Ji Yok-gi, sudah selesai
kubicara, tidak lekas kau keluar ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Keluar juga boleh, kenapa takut?" bentak Jit-jit dan segera hendak
mendahului menerjang keluar.
Tapi mendadak ia ditarik orang dan jatuh di tempat tidur. Sedangkan
Sim Long lantas melompat keluar.
Di bawah pantulan cahaya salju dalam kekelaman malam tertampak
di pelataran berdiri sekian banyak bayangan orang, sedikitnya ada
beberapa puluh jumlahnya.
Sekilas pandang saja Sim Long menduga rahasia yang hendak
dibongkar Ji Yok-gi pasti bukan urusan sepele, kalau tidak pihak Kay-
pang takkan mengerahkan anak buah sebanyak ini.
Baru saja Sim Long melompat keluar, segera di tengah gerombolan
orang itu menyala dua batang obor.
Di bawah cahaya obor tertampak orang-orang ini memang berambut
semrawut dan berbaju rombeng serta kaki telanjang, masing-masing
juga menyandang karung goni, jelas kebanyakan adalah murid Kay-
pang tingkat tinggi. Di depan berdiri seorang pengemis tua berwajah merah, rambut
pada kedua pelipisnya sudah memutih, jenggotnya juga putih dan
bergoyang tertiup angin. Jilid 17 Dandanan pengemis tua ini tiada ubahnya seperti pengemis yang
lain, perawakannya juga tidak lebih tinggi besar, namun berdiri di
tengah kawanan pengemis dia kelihatan seperti bangau di tengah
gerombolan ayam. Sekali pandang saja Sim Long lantas tahu siapa dia. Pengemis tua
itu juga sedang menatap Sim Long dengan tajam.
"Anda ini Co Kong-liong"? tanya Sim Long.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul, ada hubungan apa antara Ji Yok-gi denganmu"? tanya
pengemis tua itu. "Cayhe Sim Long, sahabat Ji-heng,? jawab Sim Long.
Alis Co Kong-liong terangkat, "Sim Long" Ehm, sudah kudengar
akhir-akhir ini dunia Kangouw telah muncul seorang pendekar muda,
dalam sebulan saja namanya sudah tersiar ke mana-mana, tak
tersangka dapat bertemu di sini.?
Cara bicara sesepuh Kay-pang ini tampak kereng dan lugas, sedikit
pun tidak ada tanda-tanda sesat atau jahat. Sebaliknya tindak-
tanduk Ji Yok-gi biasanya sering tercela, bila orang lain pasti akan
menaruh curiga terhadap keterangan Ji Yok-gi tadi.
Tapi setelah termenung sejenak, Sim Long lantas berkata, "Kay-
pang-sam-lo biasanya selalu berada bersama, entah sekarang Tan-
tianglo dan Auyang-tianglo berada di mana"?
"Mereka berada di mana sekarang, apa sangkut pautnya
denganmu"? jawab Co Kong-liong.
Sim Long tersenyum, "Cayhe cuma ingin bertanya kepada kedua
beliau itu sesungguhnya kesalahan apa Ji Yok-gi sehingga harus
dihukum menurut peraturan perguruan Kay-pang.?
"Cukup dengan keteranganku saja, untuk apa mesti tanya orang lain
lagi"? jawab Co Kong-liong dengan bengis.
"Jika begitu ingin kumohon petunjuk ....?
"Urusan intern Kay-pang orang luar tidak perlu ikut campur,? bentak
Co Kong-liong. Mendadak Sim Long tertawa, "Jika begitu, tidak leluasa bagiku untuk
ikut campur urusan ini.? Tiba-tiba ia berpaling dan berseru, "Marilah nona Cu, kita pergi
saja.? KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ucapan Sim Long ini membikin Ji Yok-gi di dalam rumah terkejut, Jit-
jit juga melengak, cepat ia melompat keluar dan menegas, "Pergi"
Masa ... masa akan kau tinggalkan Ji Yok-gi di sini"?
"Meski kita adalah sahabatnya, tapi dia telah melanggar peraturan
perguruan, adalah pantas dia mendapat hukuman rumah tangga
sendiri, ini adalah peraturan umum dunia persilatan, mana boleh kita
ikut campur"? jawab Sim Long.
Tanpa menunggu reaksi si nona, ia lantas memberi hormat kepada
Co Kong-liong dan berkata, "Maaf, sekarang juga kumohon diri.?
Siapa tahu mendadak Co Kong-liong lantas membentak, "Tidak, kau
pun tidak boleh pergi.? Sim Long sengaja berlagak heran, "Anda minta jangan kuikut
campur urusan Kay-pang, jika kupergi kan berarti mematuhi
pesanmu. Entah mengapa Anda merintangi kepergianku"?
Co Kong-liong tampak melenggong sejenak, lalu mendengus, "Apa
yang akan kulakukan engkau tidak berhak tanya.?
"Tapi persoalan yang menyangkut kepentinganku masalah tidak
boleh kutanya,? jawab Sim Long.
"Baik akan kuberi tahukan padamu,? teriak Co Kong-liong dengan
bengis. "Soalnya karena kau ini manusia licin, perbuatan tidak
senonoh yang dilakukan Ji Yok-gi itu pasti ada sangkut pautnya
denganmu.? "Jika demikian, jadi Anda bermaksud memberi hukuman padaku
bersama Ji Yok-gi"? tanya Sim Long.
"Betul!? bentak Co Kong-liong.
Mendadak Sim Long menengadah dan bergelak tertawa, sungguh
gembira tertawanya. Sampai Cu Jit-jit dan Ji Yok-gi juga tercengang.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Apa yang kau tertawai"? teriak Co Kong-liong dengan gusar.
"Kutertawai si rase itu akhirnya kelihatan juga ekornya,? kata Sim
Long dengan tetap tertawa.
"Sebenarnya siapa yang kau maksudkan"?
"Semula kukira engkau ini seorang jujur, mestinya tidak percaya
dirimu ini sebenarnya manusia yang berhati binatang, kusangka
ucapan Ji-heng yang tidak beres, maka sengaja kucoba dirimu,? Sim
Long tertawa, lalu menyambung, "Ternyata sekali kucoba segera
terlihat belangmu. Tapi cara bagaimana belangmu sampai kelihatan,
mungkin kau sendiri belum lagi mengerti. Apakah kau mau
kujelaskan"? Dengan gusar Co Kong-liong membentak, "Sebentar lagi kau pasti
akan mampus, mau omong apa boleh lekas katakan saja.?
"Jelas kau datang sendirian, tapi sengaja kau kemukakan nama
Sam-lo (ketiga orang tua), jelas hatimu rada jeri, jika engkau tidak
berdosa, kenapa mesti takut"?
"Hm, apa lagi"? jengek Co Kong-liong.
"Berulang-ulang kau minta aku jangan ikut campur urusan orang
lain, pada waktu aku mau pergi sebaliknya kau rintangi, jelas karena
kau khawatir Ji Yok-gi akan menceritakan padaku segala
kemunafikanmu, makanya ingin kau bunuh diriku untuk menutup
mulutku. Hah, jika perbuatanmu cukup gilang-gemilang, mengapa
takut diketahui orang lain"?
Mau tak mau berubah juga air muka Co Kong-liong, teriaknya, "Kau
....? Belum lanjut ucapannya Cu Jit-jit lantas berkeplok dan berseru,
"Haha, Sim Long memang tidak malu sebagai Sim Long, dengan
sedikit kelicikanmu ini hendak kau tipu Sim Long, huh, mimpi!?
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Baru sekarang Ji Yok-gi melompat keluar, serunya dengan kejut dan
girang, "Sim-heng ternyata tahu akan jiwaku, sungguh mati pun aku
tidak menyesal lagi!? Dengan tertawa Sim Long berkata, "Ucapan Ji-heng tadi memang
tidak salah, tahu orangnya, tahu mukanya, tidak tahu hatinya.
Memangnya siapa pula yang menduga bahwa Co Kong-liong yang
termasyhur berbudi luhur ternyata adalah ....?
"Adalah malaikat maut bagimu!? tukas Co Kong-liong sambil
membentak. Berbareng ia memberi tanda, serentak anak murid Kay-
pang yang berdiri di sampingnya sama berputar cepat seperti roda
angin. Seketika cahaya senjata berkelebat, Ji Yok-gi, Cu Jit-jit dan Sim Long
terkurung di tengah, dipandang dari gemerdep senjata itu kelihatan
ada belasan orang pula yang berdiri di luar garis sana.
Belasan orang ini sama membawa kantong senjata rahasia yang
tergantung di pinggang, ada yang membawa busur dengan anak
panah, jelas asalkan Sim Long dan lain-lain melompat ke atas,
seketika hujan senjata rahasia akan terjadi.
Jika di tanah datar, jangankan Sim Long, sekalipun Cu Jit-jit juga
pandang sebelah mata akan serangan senjata rahasia lawan. Tapi
dalam keadaan terapung keadaan akan menjadi lain.
Dengan Ginkangnya, sebenarnya untuk lolos dari kepungan ini
tidaklah sulit bagi Sim Long dan kawannya. Tapi dengan senjata
rahasia yang disiapkan, Sim Long harus berpikir dua kali sebelum
menggunakan Ginkang untuk kabur.
Muka Cu Jit-jit rada pucat, meski banyak juga pengalaman
tempurnya, tapi cara keji musuh dan kepungan yang ketat begini


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jarang dihadapinya. Begitulah serangan musuh bertambah gencar, kepungan bertambah
rapat dan makin menyempit, mau tak mau Jit-jit rada gelisah. Wajah
Ji Yok-gi juga mulai berkeringat.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sekonyong-konyong tiga bilah golok musuh membacok tiba secepat
kilat. Rasa tegang Jit-jit dan Ji Yok-gi jadi buyar oleh serangan ini,
segera keduanya siap menangkis.
Tapi sebelum mereka bergerak, mendadak Sim Long menubruk
maju, sekaligus ia rampas golok salah seorang penyerang,
berbareng sikutnya menyodok dan tepat lawan sebelah kiri disikut
hingga mencelat. Musuh sebelah kanan terkejut, baru saja hendak melompat mundur,
golok rampasan Sim Long telah bekerja, punggung golok membalik
membacok kuduk orang itu, kontan orang itu menjerit tertahan dan
roboh terkapar, meski tidak binasa sudah cukup membuatnya
sekarat. Hanya sekali turun tangan saja Sim Long lantas membereskan tiga
orang, sampai Jit-jit belum sempat melihat jelas apa yang terjadi,
keruan ia tercengang. Dengan golok rampasannya Sim Long serupa harimau tumbuh
sayap, terdengar suara gemerencing beradunya senjata, cahaya
golok di sekitar mereka dapat dihalau oleh Sim Long, sama sekali Jit-
jit dan Ji Yok-gi tidak perlu turun tangan lagi.
Ji Yok-gi terkesima, kejut dan kagum.
Sebaliknya Jit-jit lantas tertawa, ucapnya dengan tertawa manis
kepada Ji Yok-gi, "Coba kau lihat, kan sudah kukatakan tidak perlu
takut, asalkan Sim Long hadir di sini, siapa pun tidak perlu ditakuti.?
Ji Yok-gi menghela napas perlahan, "Ya, kungfu Sim-heng memang
....? Belum habis ucapannya mendadak terlihat kain baju dan rambut si
nona beterbangan, ia sendiri pun merasakan angin tajam
menyambar dekat di sekitarnya. Suara gemerencing pun terus
berbunyi tiada hentinya. Bayangan Sim Long juga terus berputar
kian kemari. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tapi cahaya senjata juga bertambah menyilaukan mata dan makin
kuat, jelas lingkaran kepungan barisan golok musuh juga semakin
sempit. Mau tak mau Jit-jit menjadi khawatir juga dan tidak dapat tertawa
lagi, katanya, "Wah, apakah Sim Long dapat ....?
"Walaupun Sim-heng sangat perkasa, tapi dua tangan tetap sukar
melawan empat kepalan,? kata Ji Yok-gi. "Apalagi pihak lawan tidak
cuma berjumlah beberapa orang saja, barisan kepungan mereka pun
sangat ketat, bisa jadi ....?
"Jika begitu, buat apa engkau mengoceh melulu"?mel Jit-jit sambil
mengentak kaki. "Ayolah lekas bantu dia, tunggu apa lagi"!?
Walaupun begitu bicaranya, namun dia tetap berdiri di tempatnya.
Maklumlah, saat itu barisan kepungan musuh telah bergerak cepat,
cahaya senjata kemilauan, Jit-jit sendiri tidak tahu harus menerjang
dari mana. Dengan sendirinya Ji Yok-gi juga terkesima dan tidak dapat ikut
turun tangan. "Sabar sebentar, Sim Long, segera akan kami bantu engkau!? teriak
Jit-jit untuk memberi semangat kepada Sim Long.
Tapi anak muda itu tidak menjawab, seperti tidak mendengarnya.
Sebaliknya terdengar Co Kong-liong lagi menjengek, "Saat ini Sim
Long sudah berada dalam serbasusah, mana dia sempat bicara
denganmu. Tapi kau pun tidak perlu gelisah, setelah Sim Long
dibereskan, segera akan datang giliranmu.?
Tidak kepalang gemas Jit-jit, kontan ia memaki, "Keparat, kere
mampus! Kalau berani ayolah maju sendiri, omong melulu, terhitung
orang gagah macam apa"?
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Yang hidup ialah orang gagah, yang mati bukan lagi orang gagah,
kalian bertiga sekarang sudah tidak ada bedanya orang mati ....?
demikian Co Kong-liong berolok-olok dengan tertawa.
"Pengemis busuk, kau sendiri yang akan mampus!? damprat Jit-jit
dengan gusar, ia pandang Ji Yok-gi sekejap, seketika berhenti
ucapannya. Dilihatnya wajah Ji Yok-gi pucat lesi, kain pembalut pada tangan
kanannya tampak kotor, darah segar masih terus merembes keluar.
Jelas luka itu baru terjadi dan banyak keluar darah, melihat
gelagatnya, andaikan dia ikut bertempur pasti juga takkan tahan
lama. Dengan terharu si nona memanggilnya perlahan, "Ji-siangkong!?
Ji Yok-gi jadi melenggong oleh panggilan si nona yang berbeda
daripada biasanya ini, cepat ia menjawab, "Ada apa, nona"?
Dengan menunduk Jit-jit berkata, "Sekarang kutahu engkau adalah
seorang baik, bilamana sebelum ini sikapku kurang hormat padamu,
hendaknya suka dimaafkan. Keadaan sekarang agak gawat,
tampaknya bila Sim Long mau menerjang keluar sendirian tidaklah
sulit, tapi ... tapi kalau ....?
Belum habis ucapan Jit-jit, dapatlah Ji Yok-gi memahami maksudnya,
bahwa mendadak nona bersikap ramah padanya, rupanya nona itu
merasa dia pasti akan binasa di sini. Bicara terhadap seorang yang
bakal mati dengan sendirinya akan jauh lebih halus daripada
biasanya. "Orang macam apakah Sim Long, tentu juga sudah dikenal Ji-
siangkong,? kata Jit-jit pula. "Apabila dia tidak mengetahui
rahasiamu, tidak nanti dia mau menerjang pergi, engkau ....?
"Tidak perlu nona bicara lagi, sudah kuketahui maksud nona,?jar Ji
Yok-gi dengan tersenyum pedih. "Kematianku tidak ada artinya,
namun rahasia itu memang harus kubeberkan kepadanya ....
Dengarkan Sim-heng, pada malam itu, di rumah berhala ....?
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Belum lanjut ucapannya, mendadak Sim Long berteriak, "Wah,
celaka!? Menyusul lantas terdengar Co Kong-liong bergelak tertawa dan
membentak, "Haha, baru sekarang kau mau bicara, sudah terlambat
....? mendadak ia bersuit panjang melengking.
Di tengah suara suitannya, barisan penyerang serentak berubah
posisi, lingkaran cahaya senjata yang terbentuk tadi mendadak
menyerbu ke tengah antara Sim Long dan Ji Yok-gi bagaikan air bah
yang tak terbendung. Sim Long mengentak kaki, segera ia melompat ke atas, agaknya
ingin bergabung dengan Ji Yok-gi, tapi baru saja ia bergerak, segera
terdengar busur berbunyi, anak panah lantas berhamburan bagaikan
hujan. Jit-jit menjerit khawatir. Dilihatnya Sim Long memutar goloknya
secepat kitiran, hujan anak panah itu sama rontok, tapi tubuhnya
juga terpaksa turun kembali ke bawah. Pada saat itulah barisan
golok musuh telah terbagi menjadi dua, belasan orang kini
mengepung Ji Yok-gi di tengah.
"Wah, bagai ... bagaimana ....?Jit-jit menerjang ke dekat Sim Long.
"Masih bicara lagi" Semua gara-garamu!?mel Sim Long.
Jit-jit melengak, ucapnya dengan bingung, "Aku" ... memangnya aku
berbuat salah apa lagi"?
Sim Long tidak menghiraukannya, ia putar goloknya dan hendak
menerjang musuh pula. Tapi meski barisan golok musuh kini sudah terbagi menjadi dua,
sisanya yang mengepung Sim Long tidak menyerang lagi melainkan
ganti siasat dengan bertahan melulu. Nyata sasaran serangan
mereka sekarang telah beralih kepada Ji Yok-gi.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan sendirinya si pedang sakti yang sudah terluka dan tak
bersenjata itu segera terancam maut di bawah kerubutan belasan
golok musuh. Sim Long sangat gelisah, tapi apa daya, pertahanan barisan musuh
sangat kuat, setiap kali dia hendak melompat ke atas segera
disambut dengan hujan anak panah.
Sekonyong-konyong terdengar Ji Yok-gi menjerit ngeri.
"Ji-heng ....? seru Sim Long khawatir.
"Sim-heng, aku tidak ....? belum lanjut Ji Yok-gi berkata, kembali ia
menjerit, lalu tidak ada suara lagi.
Menyusul lantas terdengar gelak tertawa Co Kong-liong, lalu dia
berseru, "Bagaimana, sudah beres"?
"Beres, lima belas bacokan, tercincang menjadi perkedel!? teriak
anak buahnya. "Baik, murid murtad sudah tertumpas, pergi!? bentak Co Kong-liong.
Sinar golok berkelebat dan menyurut mundur, sebagai gantinya
sebaris anak panah lantas dibidikkan. Waktu Sim Long memutar
goloknya untuk menghalau hujan anak panah itu rombongan musuh
sudah menghilang di kegelapan.
Di atas tanah bersalju menggeletak Ji Yok-gi bermandikan darah.
Cepat Sim Long dan Jit-jit mendekatinya, Sim Long angkat bahu Ji
Yok-gi yang penuh berlumuran darah itu. Dirasakannya orang masih
bernapas meski sangat lemah.
Dengan girang Sim Long berseru, "Ji-heng, tahan, tahan
sekuatnya!? KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tubuh Ji Yok-gi berkejang, tiba-tiba matanya terbuka sedikit,
kelihatan sorot matanya yang buram, biji matanya berputar, seperti
ingin mengenali siapa di depannya ini.
"Aku, Ji-heng ... aku Sim Long!?khirnya timbul setitik sinar mata Ji Yok-gi,
namun sinar ini tiada ubahnya seperti sumbu pelita yang kehabisan minyak, setiap
saat bisa sirap. Bibir Ji Yok-gi bergerak-gerak, tercetus suara yang sangat lemah dan
lirih seperti bunyi nyamuk, "Ak ... aku ... tidak ... tidak sanggup ....??
"Tahan, Ji-heng, engkau pasti sanggup,? seru Sim Long.
Namun keadaan Ji Yok-gi memang sangat parah, ingin bicara pun
tidak sanggup lagi. "Selain dirimu, siapa pula yang tahu rahasia yang kau maksudkan"?
tanya Jit-jit. Sampai lama sekali baru terdengar suara Ji Yok-gi yang sangat
lemah, "Ada sur ... surat untuk ... untuk Liu ....?
Sampai di sini, berbunyilah kerongkongannya seperti tersumbat, lalu
kepalanya terkulai dan tidak bergerak lagi, nyata ia telah
mengembuskan napasnya yang terakhir.
Dengan pedih Sim Long menggeleng kepala, gumamnya, "Baiklah,
Ji-heng, berangkatlah engkau, suratnya pasti akan kusampaikan
kepada nona Liu Giok-ji, akan kuminta keterangan padanya, betapa
pun akan kugagalkan intrik mereka.?
***** Subuh sudah tiba, fajar telah menyingsing.
Cahaya fajar yang remang menyinari muka Ji Yok-gi. Air mata Jit-jit
berlinang memandang wajah yang sudah kaku ini.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kasihan dia, seharusnya dia tidak perlu mati ....?
"Betul, seharusnya dia tidak perlu mati, tapi dia justru mati gara-
garamu,? tegas Sim Long mendadak.
"Aku"? Jit-jit menegas.
"Betul, kau ....? Mata Jit-jit menjadi merah lagi, "Kembali kau, segala apa kau
salahkan aku, memangnya apa kesalahanku" Jelas dia sendiri takut
mati dan akhirnya terbunuh, kenapa aku yang disalahkan"?
"Tadi kalau tidak kau paksa dia bicara, tentu Co Kong-liong tak tahu
bahwa dia belum membeberkan rahasianya, tentu juga mereka
takkan menjadikan dia sebagai sasaran serangan dan dia juga
takkan terbunuh. Tujuan Co Kong-liong semula adalah hendak
membinasakan diriku lebih dulu.?
"Tapi ... tapi waktu itu engkau sendiri dikerubut hingga kalang
kabut, jika ... jika engkau tidak tahan, kan dia juga tetap tidak dapat
kabur"? "Dari mana kau tahu aku dikerubut hingga kalang kabut"? tanya Sim
Long mendongkol. "Justru sengaja kupancing barisan golok musuh
agar terpusat di suatu sudut, dengan susah payah kucari titik lemah
barisan mereka, tampaknya sudah hampir berhasil, siapa tahu kau
....? Mendadak Jit-jit berteriak parau, "Ya, aku salah ... aku salah .... Tapi
apa yang kulakukan itu adalah demi dirimu, dari mana kutahu
siasatmu akan menumpas musuh ....?
Sambil bicara akhirnya ia menangis tergerung-gerung.
Sejenak Sim Long memandangi nona yang lugas ini, ia menghela
napas, lalu berkata, "Sudahlah, tidak perlu menangis lagi, hari sudah
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
terang, Kim Bu-bong tidak ada kabarnya, apa pun juga kita harus
menemukan dia lebih dulu.?
***** Kim Bu-bong sedang berlarian di bawah deru angin yang dingin,
rambutnya kusut bertebaran tertiup angin, di bawah hujan salju
yang membeku, sekujur badannya justru membara oleh api
kemarahan. Dia sebenarnya seorang tokoh misterius yang penuh teka-teki, asal
usulnya sukar diterka. Ia tidak suka menceritakan kisah hidupnya
masa lampau, bahkan ia sendiri tidak mau memikirkannya kembali.
Ia cuma ingat sejak kecil hingga besar dirinya tidak pernah
memerhatikan mati-hidup orang lain, juga tidak pernah meneteskan
setitik air mata bagi orang lain.
Selamanya tak pernah terpikir olehnya apa artinya kebajikan dan
kejahatan, juga tidak pernah memikirkan siapa salah dan siapa
benar. Apa yang dia suka, itulah yang dilakukannya. Asalkan dia
tidak suka kepada seorang, segera orang itu dibunuhnya. Ia sendiri
tidak tahu selama ini sudah berapa orang yang mati di bawah
tangannya. Selama ini dia tidak kenal kasihan bagi korbannya, "yang
lemah memang pantas mati?, baginya hukum rimba ini memang adil
dan wajar. Akan tetapi sekarang ia telah berubah. Ia menjadi marah karena
kebusukan dan kejahatan Kim Put-hoan. Demi seorang anak
perempuan lemah dia rela menempuh perjalanan di bawah hujan
salju dan deru angin yang dingin.
Perubahan ini sama sekali tak terduga, mimpi pun tak tersangka
olehnya. Salju meliputi bumi raya ini, suasana gelap.
Ke mana larinya Kim Put-hoan" Cara bagaimana akan
menemukannya" Semua ini tidak diketahui oleh Kim Bu-bong. Hanya
berdasarkan semacam naluri asli makhluk hidup, semacam naluri
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
binatang liar, juga naluri jago silat yang selama hidup bertualang
seperti dirinya, ia terus mengejar dan mencari ke depan.
Mungkin ada yang merasa aneh di antara jago Kangouw bisa
mempunyai naluri serupa binatang liar. Tapi kalau dipikirkan dengan
cermat, segera akan diketahui di antara keduanya memang banyak
terdapat segi persamaannya.
Mereka harus menghindari pengejaran orang lain, dalam buron itu
mereka juga perlu memburu mangsanya untuk menyambung hidup
mereka. Jadi mereka adalah pemburu, tapi setiap saat juga diburu.
Jiwa mereka selalu berada di tepi garis antara mati dan hidup.


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di tengah hujan salju yang bertaburan ini, untuk pertama kalinya
Kim Bu-bong merasakan hidupnya serupa benar dengan hidup
binatang liar. Tanpa terasa tersembul senyuman kecut pada ujung
mulutnya. Namun kepekaan mencari yang timbul dari nalarnya itu ternyata
tidak keliru. Di atas tanah salju di depan sana ada sesuatu benda
yang kelihatan gemerlapan. Sorot mata Kim Bu-bong yang tajam
serupa mata binatang liar itu tentu saja tidak mengabaikannya.
Itulah sebentuk tusuk kundai, jelas itulah tusuk kundai yang dipakai
Pek Fifi. Betapa cerdiknya anak perempuan itu, meski berada di bawah
ancaman maut dia tidak kehilangan daya pikir dan keberaniannya,
diam-diam ia jatuhkan tusuk kundainya untuk menunjukkan ke arah
mana larinya Kim Put-hoan.
Setelah menemukan tusuk kundai ini, yakinlah Kim Bu-bong bahwa
arah yang dilacaknya ini tidak keliru. Segera ia percepat langkahnya,
sorot matanya juga tambah jelalatan untuk mencari.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tidak jauh, kembali ditemukan anting-anting yang ditinggalkan Pek
Fifi, beberapa puluh tombak lagi kembali ada sebelah anting-anting
yang lain, kemudian sepotong saputangan lalu sepotong ikat
pinggang. Sampai akhirnya sepatu Pek Fifi pun ditanggalkan dan dibuang di
tengah jalan, sepatu yang kecil mungil bersulam bunga merah
sehingga sangat mencolok di atas tanah bersalju.
Berdasarkan barang-barang petunjuk itu, cara pencarian Kim Bu-
bong menjadi terlebih mudah dan terarah.
Waktu sepatu terakhir ditemukan, hidung Kim Bu-bong mencium bau
harum yang sedap, bau sedap daging yang menusuk hidung.
Siapakah yang sedang memanggang daging di tengah malam dingin
dan sunyi begini" Tanpa pikir Kim Bu-bong terus melacak ke arah bau sedap daging
panggang itu. Tidak jauh, dilihatnya bayangan rumah di depan sana.
Samar-samar kelihatan pula kerlip cahaya api unggun.
Itulah sebuah "Suteng?, rumah berhala keluarga.
Rumah berhala keluarga demikian banyak didirikan pada zaman itu
sebagai lambang kejayaan keluarga yang bersangkutan, tapi
bilamana keluarga tersebut mengalami keruntuhan, maka rumah
berhala demikian lantas telantar dan akhirnya menjadi bobrok, lalu
jadilah tempat meneduh bagi kaum gelandangan atau kaum jembel.
Sekarang cahaya api itu kelihatan menyinari tanah salju di luar
rumah berhala itu, di atas tanah bersalju terlihat ada sebaris bekas
tapak kaki baru. Bekas tapak kaki lama jelas sudah terbenam oleh
hujan salju tadi. Meski kungfu Kim Put-hoan tidak lemah, tapi dia menggandeng Pek
Fifi, dengan sendirinya bekas kaki yang ditinggalkan cukup jelas.
Setelah mengamati bekas kaki itu, yakinlah Kim Bu-bong akan
sasarannya memang berada di sini. Segera ia melayang masuk ke
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
rumah berhala itu. Di ruang dalam memang ada api unggun yang
menyala dan ada orang memanggang anjing.
Akan tetapi di manakah Kim Put-hoan" Ternyata tidak terlihat
bayangannya" Rumah berhala ini kecil lagi jelek, tidak ada jendela, pintu adalah
satu-satunya jalan tembus, tapi tanah bersalju di luar pintu hanya
terlihat ada bekas kaki yang masuk dan tidak ada bekas kaki yang
keluar. Apalagi api unggun kelihatan masih menyala, ada dua potong kayu
yang belum habis terbakar, jelas sejenak sebelum ini di rumah
berhala ini masih ada orang.
Cahaya api yang menyala menyinar wajah Kim Bu-bong yang kelam.
Air mukanya tidak memperlihatkan sesuatu perasaan, ia berdiri
menghadap api unggun di dekat pintu. Ia yakin Kim Put-hoan pasti
masih berada di dalam rumah berhala ini dan pasti tak bisa kabur.
"Ayo keluar saja, memangnya perlu kucari lagi"? jengek Kim Bu-
bong sekata demi sekata. Di tengah malam sunyi, suaranya yang dingin seram menggema
seluruh ruangan rumah berhala ini. Namun tidak terdapat suara
jawaban, keadaan tetap sunyi senyap.
Di pojok sana penuh debu dan sawang menghiasi altar patung
pemujaan, tabir meja sembahyang sudah luntur warnanya,
kebetulan angin meniup sehingga tabir meja tersingkap,
tertampaklah sebelah kaki menongol di kolong meja.
Secepat terbang Kim Bu-bong memburu ke sana, sekali depak meja
sembahyang ditendang hingga terbalik.
Di kolong meja memang betul menggeletak dua orang, tapi bukan
Kim Put-hoan dan Pek Fifi melainkan dua orang pengemis tua
dengan wajahnya yang kusut dan mata mendelik ....
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dua wajah yang beringas menyeramkan sedang melotot kepada Kim
Bu-bong. Terkejut juga Kim Bu-bong, tanpa terasa ia menyurut mundur dua
langkah sambil membentak, "Siapa"!?
Kedua wajah itu tidak bergerak, biji mata yang mendelik itu penuh
rasa kaget, sedih dan benci, jelas wajah ini bukan wajah orang
hidup. Segera Kim Bu-bong tahu sedang berhadapan dengan dua sosok
mayat, sedikitnya sudah mati tiga hari, cuma di bawah suhu yang
dingin mayat belum lagi membusuk.
Diam-diam dia menghela napas lega, di bawah cahaya api unggun
dilihatnya usia kedua pengemis ini sekitar setengah abad, di
belakang pundak mayat yang telentang kelihatan ada setumpuk
karung. Setelah menenangkan diri dan mengamati lagi wajah kedua
pengemis ini, mendadak Kim Bu-bong berseru, "Hei, Tan Kiong dan
Auyang Lun .... Kenapa kedua tokoh Kay-pang ini bisa mati di sini"
Siapa yang membunuh mereka" .... Ke mana pula perginya Co Kong-
liong"? "Kay-pang-sam-lo??tau tiga sesepuh persekutuan pengemis
bukanlah tokoh kelas top dunia persilatan, tapi namanya dan luas
pergaulannya pasti tidak di bawah jago silat golongan mana pun.
Sebagai jago Kangouw kawakan dengan sendirinya Kim Bu-bong
kenal kedua orang ini. Namun tidak tersangka olehnya bahwa Kay-
pang-sam-lo yang termasyhur mengapa dua di antaranya bisa mati
di sini secara mendadak"
Angin mendesir menambah seramnya rumah berhala ini, perlahan
Kim Bu-bong menyurut mundur, mengitari api unggun hingga di
ambang pintu, sekilas melirik, seketika aliran darah sekujur badan
serasa beku. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kiranya dalam sekejap itu anjing panggang di atas api unggun telah
hilang begitu saja. Siapakah yang mengambilnya, siapakah yang mampu berbuat
sesuatu di belakang Kim Bu-bong tanpa diketahuinya. Sungguh
Ginkang yang hebat dan mengejutkan.
Kecuali setan iblis, siapa yang memiliki Ginkang setinggi ini"
Selagi Kim Bu-bong merasa ngeri, sekonyong-konyong di belakang
ada orang mengekek tawa dan menegur, "Kim Bu-bong ....?
"Siapa"!? bentak Bu-bong sambil membalik tubuh. Terlihatlah dari
luar melangkah tiba dengan perlahan seorang, perawakannya yang
kurus kering tampak bergoyang tertiup angin malam yang dingin.
Setiap setindak orang itu lantas mengeluarkan suara tertawa seram,
tapi mukanya sengaja dialingi kedua tangannya yang hitam kurus
serupa tangan hantu. Di bawah gemerdep cahaya api unggun kelihatan bajunya yang
rombeng dan rambutnya yang kusut, kiranya pendatang ini juga
seorang pengemis. Dilihat dari perawakan dan bentuknya jelas
bukan Kim Put-hoan. Betapa pun Kim Bu-bong bukan anak kemarin, dalam keadaan
demikian ia tetap bersabar dan tenang, dipandangnya orang itu
dengan tajam. Akhirnya orang itu melangkah masuk dengan enteng, sapanya
dengan tertawa, "Kim-heng, sekian tahun berpisah, tak tersangka
kita dapat bertemu di alam baka.?
"Hm, orang she Kim masih hidup segar bugar di dunia, apakah
gunanya kau gertak orang dengan berlagak sebagai setan"
Memangnya kau kira Kim Bu-bong dapat ditakut-takuti"?
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Haha, kau bilang masih hidup di dunia" Huh, sungguh lucu, jelas-
jelas tadi kau sudah mati, masakah kau sendiri tidak tahu"? kata
orang itu. "Jika orang she Kim mati, tentu aku sendiri tahu dan tidak perlu
dirisaukan olehmu. Tapi bila kau tetap main setan segala, bukan
mustahil orang she Kim akan membuat kau jadi setan sungguhan.?
"Hahaha, setan sungguhan" Memangnya saat ini aku setan palsu"?
Meski dia bergelak tertawa, namun tertawa seram dan menakutkan.
"Sesungguhnya siapa kau"? bentak Kim Bu-bong.
"Apakah kau ingin melihat wajahku"?
"Ya, lepaskan tanganmu!?
"Hehe, boleh juga kau lihat siapakah diriku,?rang itu terkekeh.
"Jika kau belum mati, mana dapat kau bicara denganku" Orang
hidup tidak nanti dapat bicara dengan orang mati tahu"?
Sambil bicara perlahan ia menurunkan kedua tangannya sehingga
kelihatan mukanya. Tertampak mukanya yang pucat kelabu dan biji
matanya yang mendelik ....
Hah, dia ternyata Tan Kiong adanya, salah seorang Kay-pang-sam-lo
atau tiga sesepuh Kay-pang.
Mayat di kolong meja, anjing panggang lenyap mendadak, semua ini
sudah membikin hati Kim Bu-bong ngeri, sekarang terlihat pula
mayat yang baru saja menggeletak di kolong meja itu ternyata
berdiri di depannya, biarpun nyali Kim Bu-bong cukup besar tidak
urung mukanya berubah pucat, ucapnya dengan suara gemetar,
"Tan ... Tan Kiong, kau ... kau ....?
Tan Kiong tertawa terkekeh. "Betul, aku inilah Tan Kiong, kutahu
kau kenal diriku, tadi waktu masih hidup telah kau lihat diriku, tapi
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
mungkin tak kau sangka sejenak sesudah mati akan kau lihat diriku
lagi.? Kini betapa pun tenangnya Kim Bu-bong juga sangsi kepada apa
yang dilihatnya. Tanpa terasa ia berpaling untuk memandang lagi
kedua sosok mayat di kolong meja tadi.
Tapi baru saja ia menoleh, cakar setan Tan Kiong lantas terjulur,
secepat kilat menutuk Hiat-to kelumpuhannya, dalam kejut dan
kagetnya, Kim Bu-bong tidak sempat mengelak. Kontan ia roboh.
Namun pada saat roboh itulah, sekilas sempat dilihatnya kedua
sosok mayat di kolong meja, termasuk mayat Tan Kiong itu, masih
menggeletak kaku di sana.
Kalau Tan Kiong mati menggeletak di sana, mengapa ada Tan Kiong
hidup di sini" Sesungguhnya apa yang terjadi"
Pikiran Kim Bu-bong berputar dengan cepat, mendadak ia
membentak, "Keparat, kiranya kau, Ong Ling-hoa!?
Meski sudah roboh, namun suaranya tetap garang.
Terlihat Tan Kiong yang hidup itu menengadah dan bergelak
tertawa, "Haha, Kim Bu-bong, memang hebat kau! Cuma, meski
sekarang dapat kau terka siapa diriku terasa sudah agak terlambat
juga.? Di tengah gelak tertawa ia terus berpaling ke sana.
Waktu ia menoleh kembali menghadapi Kim Bu-bong, ternyata
mukanya yang pucat kelabu, muka mayat dan mata yang mendelik
itu telah berubah menjadi muka yang tampan, wajah putih bersih
dengan bibir merah indah.
Siapa lagi dia kalau bukan Ong Ling-hoa"
"Hm, sejak mula memang sudah kuduga akan dirimu,?cap Kim Bu-
bong dengan gemas. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ini pun tidak dapat menyalahkan dirimu,?jar Ong Ling-hoa
dengan tertawa, "dalam keadaan seperti tadi, siapa pun akan
ketakutan setengah mati dan mungkin bisa jatuh pingsan.?
Belum lenyap suaranya, sekonyong-konyong berkumandang suara
tertawa orang yang menusuk telinga dari atas rumah.
"Hehehe, sungguh lucu, sungguh menggelikan,? terdengar seorang
berseru dengan terkekeh. "Kim Bu-bong yang biasanya suka
menakut-nakuti orang sekarang juga kena digertak orang dengan
ketakutan setengah mati!?
Di tengah suara tertawa itu, sesosok bayangan hitam perlahan
gemelantung turun dari atas. Ternyata anjing panggang yang hilang
tadi. Kiranya pada anjing panggang itu terikat seutas tali kecil, waktu Kim
Bu-bong masuk ke rumah berhala ini, dia cuma memerhatikan siapa
yang berada di sini dan tidak memerhatikan pada anjing panggang
itu masih terikat seutas tali.
Meski ada cahaya api, tapi tidak terlalu terang, ketika Kim Bu-bong
terkejut melihat kedua sosok mayat, orang yang bersembunyi di atas
rumah lantas mengerek anjing panggang ke atas.
Diam-diam Kim Bu-bong menyesali sendiri yang kurang cermat,
segera ia menjengek, "Hm, jadi sudah kalian perhitungkan akan
kedatanganku"? "Betul, memang sudah kami perhitungkan kedatanganmu, kalau
tidak untuk apa kami mengatur permainan ini di sini"?jar Ong
Ling-hoa dengan tertawa. Orang yang berada di atas rumah juga tertawa dan berkata, "Haha,
ini namanya ada jalan ke surga tak kau pergi, neraka tanpa pintu
sengaja kau datangi ....? berbareng dengan ucapan itu, sesosok
bayangan melompat turun, siapa lagi kalau bukan Kim Put-hoan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan senang dia berkata pula, "Hehe, dunia berputar terus, Kim
Bu-bong, tentunya tidak tersangka sekarang kau pun akan jatuh di
tanganku.? "Memangnya kenapa"? sahut Kim Bu-bong tak acuh.
Kim Put-hoan menyangka dalam keadaan begini Kim Bu-bong pasti
akan cemas, khawatir, dan menyesal, siapa tahu orang tetap
bersikap kaku dan dingin, sedikitnya tidak resah.
Hal ini membuat kecewa Kim Put-hoan malah, ia ingin menghina dan
menyiksa lahir batin Kim Bu-bong, maka ia berkata pula dengan
tertawa, ?"Kau dapat menguntit sampai di sini, dalam hati tentu
sangat senang dan mengira kepandaianmu melacak musuh sangat
hebat, tapi apakah kau tahu berdasarkan apa dapat kau susul ke
sini"?? Kim Bu-bong menggeleng. "Tentu saja engkau tidak tahu. Biarlah kukatakan padamu, tusuk
kundai, anting-anting, ikat pinggang, sepatu dan sebagainya itu
bukanlah ditinggalkan oleh Pek Fifi melainkan adalah perbuatanku
sendiri.? "Hm, bagus,? jengek Bu-bong. Biarpun tetap bersikap dingin, tidak
urung hatinya tergetar juga.
"Sebenarnya hal ini dapat kau pikirkan,? kata Kim Put-hoan pula.
"Jika Pek Fifi sudah tertawan olehku, masakah diam-diam ia dapat
membuang tusuk kundai dan menanggalkan sepatunya, memangnya
aku orang mampus"? "Saat ini seharusnya kau telah menjadi orang mampus,? jengek Bu-


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bong. "Betul engkau yang melepaskan diriku tempo hari, tapi sama sekali
aku tidak menerima kebaikanmu bahwa kau lepaskan diriku, semua
itu pun berkat kepandaianku sendiri.?
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Hm, bagus,? dengus Bu-bong.
"Tempo hari kau lepaskan diriku, sekarang aku justru akan
mencabut nyawamu. Apakah hatimu tidak sedih" Tidak menyesal"
Meski wajahmu tetap dingin dan tenang, mungkin hatimu menyesal
sekali"? "Hm, bilakah aku pernah menyesal terhadap apa yang telah
kulakukan"? sahut Bu-bong.
"Biasanya engkau memang tidak pernah menyesal, tapi hari ini kau
pasti menyesal, biasanya engkau tidak kenal menyerah, hari ini mau
tak mau kau harus menyerah. Kau anggap tindak tandukmu lain
daripada yang lain, tapi setiap gerak-gerikmu selalu berada dalam
perhitungan kami.? "Apa betul"? "Kenapa tidak" Coba kau pikirkan, jika kami sengaja memancing
kedatanganmu, tentu sudah kami ketahui engkau cuma sendirian
dan tidak mungkin diikuti oleh Sim Long ....?
"Kalau Sim Long ikut kemari, mustahil muslihatmu bisa berhasil"?
jengek Bu-bong. "Memang betul, justru kami yakin Sim Long tidak mungkin ikut
kemari, makanya telah kami atur perangkap bagus di sini. Tapi cara
bagaimana pula dapat kami ketahui keparat Sim Long itu tidak ikut
datang bersamamu"? Hal ini memang merupakan tanda tanya bagi Kim Bu-bong dan
sangat ingin diketahuinya, tapi ia tetap berlagak tak acuh, katanya,
"Cara bagaimana kau dapat, peduli apa denganku"?
Kim Put-hoan jadi melengak, "Masakah engkau tidak ingin tahu"?
Bu-bong sengaja memejamkan mata dan tak menghiraukannya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Biarpun engkau tidak ingin tahu, aku justru mau memberitahukan
padamu,? kata Put-hoan, ia sengaja hendak memancing kemarahan
Kim Bu-bong. Semakin dingin, semakin tak acuh sikap Bu-bong itu,
semakin membuatnya gemas, sampai akhirnya ia sendiri jadi
terpancing marah lebih dulu oleh sikap Kim Bu-bong.
Mendadak ia jambret leher baju Bu-bong dan berteriak, "Supaya kau
tahu, sebab sebelumnya kami sudah tahu Sim Long terlibat dalam
pertempuran dengan orang Kay-pang, andaikan tidak mati malam ini
juga pasti sukar meloloskan diri, sebab organisasi kaum jembel
terbesar di dunia Kangouw kini sudah kami ....?
Sejak tadi Ong Ling-hoa hanya memandangi mereka berdua dengan
tersenyum, sekarang mendadak ia berdehem dan berucap, "Sudah,
cukup!? Seketika Kim Put-hoan berhenti bicara dan mengembus napas
panjang. "Bukankah Kim-heng sudah bicara terlalu banyak"?jar Ong Ling-
hoa dengan tersenyum. Cepat Put-hoan menjawab dengan menyengir, "Ya, ya, sudah terlalu
banyak kubicara.?a dorong Kim Bu-bong sehingga terbanting ke lantai, lalu
katanya pula, "Tapi dia kan orang yang bakal mampus, apa yang
didengarnya tentu takkan dikatakan lagi kepada siapa pun, biarpun
dia tahu lebih banyak juga tidak menjadi alangan.?
"Tentu ada alangannya,?jar Ong Ling-hoa.
"Ya, ya, Siaute tidak bicara lagi,? jawab Put-hoan.
Dari pembicaraan dan sikap kedua orang itu, tanpa pikir juga Kim
Bu-bong tahu Kim Put-hoan telah dapat dibeli oleh Ong Ling-hoa dan
kini telah mengekor dan menjadi anteknya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Put-hoan memang manusia tamak, asalkan ada untung, apa pun
dapat dilakukannya. Jadi hal ini tidak mengherankan Kim Bu-bong,
yang diherankan dan membuatnya terkejut adalah Kay-pang
ternyata juga sudah berada dalam genggaman Ong Ling-hoa.
Memangnya Kay-pang juga telah dibeli olehnya"
Apakah kematian Tan Kiong dan Auyang Lun juga disebabkan
karena kedua sesepuh Kay-pang itu tidak mau tunduk kepada Ong
Ling-hoa" Apa pula maksud tujuan pihak Kay-pang merecoki Sim Long"
Meski wajah Kim Bu-bong tetap dingin dan kaku, hatinya berdebar-
debar dan timbul macam-macam dugaan.
Terlihat Ong Ling-hoa lagi bersandar di depan pintu, agaknya sedang
menunggu sesuatu. Selang sejenak, terdengar derap kaki kuda yang berlari cepat dari
kejauhan, sesudah berhenti di depan rumah, lalu suara seorang
berkata di luar dengan suara tertahan, "Kongcu, hamba datang
melaporkan hasil tugas.? "Sudah kau laksanakan tugasmu dengan baik"? terdengar Ong Ling-
hoa bertanya. "Hamba sudah mengatur tempat bagi nona Pek sesuai perintah
Kongcu, saat ini nona Pek mungkin sudah tertidur,? tutur orang itu.
"Bagus, beberapa hari ini tugasmu cukup berat, tentu kau pun lelah,
boleh kau datang pada kasir dan minta 50 tahil perak, pergilah
istirahat dan berlibur, setengah bulan lagi boleh datang untuk tugas
yang lain.? ? Terima kasih, Kongcu,? sahut orang itu dengan gembira.
"Ingat, meski boleh kau gembira sesukamu di luar sana, tapi jangan
sekali-kali berbuat onar, terutama jangan sampai seluk-belukmu
sampai diketahui orang Kangouw.?
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Hamba tidak berani,? kata orang itu.
"Asal tahu saja, biarpun perguruan kita selalu memperlakukan anak
buah dengan baik, tapi bila terjadi pelanggaran tata tertib, maka
hukumannya tentu sudah kau tahu sendiri.?
"Hamba tahu,? dengan hormat dan takut orang itu menjawab pula.
"Baiklah, lekas pergi,? kata Ong Ling-hoa.
Tapi sejenak kemudian mendadak dia berseru pula, "Kenapa tidak
lekas kau pergi" Menunggu apa lagi"?
"Ham ... hamba ingin melapor lagi sesuatu ....?
"Apa"? bentak Ong Ling-hoa.
"Tio Beng juga datang bersama hamba setelah menyelesaikan
tugasnya ke Kunciu.? "Jika sudah menunaikan tugasnya, kenapa dia tinggal di luar sana"?
"Tio Beng bilang tidak ... tidak berani menemui Kongcu.?
"Tidak berani menemuiku" Jangan-jangan dia berbuat sesuatu
kesalahan"? "Pekerjaan Tio Beng ke Kunciu berjalan dengan lancar, hasilnya
sudah diangkut pulang. Cuma ada sesuatu urusan yang menyangkut
pribadinya, dia mohon kumintakan ampun lebih dulu kepada
Kongcu.? "Urusan apa, lekas katakan,? bentak Ong Ling-hoa pula.
"Tio Beng dan ... dan gadis gembala bawahan Thayhujin (nyonya
besar) yang bernama Peng-ji ada hubungan erat, keduanya sudah
suka sama suka, maka ... maka ... sekarang Peng-ji telah
mengandung dan ....? KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Hm, tidak perlu bicara lagi, aku sudah tahu,? jengek Ong Ling-hoa.
Sejenak kemudian ia menambahkan dengan tersenyum,
"Sebenarnya hal ini adalah urusan yang menyenangkan kenapa dia
tidak berani menemuiku" Lekas panggil dia kemari.?capan Ong Ling-hoa ini agaknya
di luar dugaan orang itu, sesudah terdiam sejenak, lalu terdengar seorang muda
bersuara di luar, "Hamba Tio Beng menyampaikan sembah hormat kepada Kongcu.?ng Ling-hoa tersenyum,
katanya, "Sudah kuketahui urusanmu. Tak tersangka orang yang kelihatan lugas
seperti dirimu juga romantis,
orang muda sok iseng, adalah lumrah dan wajar.?
Seketika Tio Beng tidak tahu arti ucapan sang majikan, terpaksa ia
cuma mohon ampun berulang.
Dengan tertawa Ong Ling-hoa berkata pula, "Sehari-hari Peng-ji itu
kelihatan alim dan dingin, tak tersangka dapat jatuh hati padamu,
tampaknya tidak kecil kepandaianmu dan harus kunilai dirimu secara
lain.? Karena girangnya, Tio Beng menjawab, "Kata pepatah, di bawah
panglima tangguh tidak ada prajurit lemah. Hamba mempunyai
majikan sebagai Kongcu, dengan sendirinya ....?
"Hah, bagus sekali pepatah yang kau kemukakan, kiranya
perbuatanmu adalah meniruku ....? belum habis ucapannya
sekonyong-konyong Ong Ling-hoa melompat keluar dengan cepat,
terdengar ucapannya yang terakhir berubah menjadi dingin dan
ketus, "Hm, berdasarkan apa kau berani meniruku ....?
Sampai di sini lantas terdengar kumandang jeritan Tio Beng di luar,
lalu Ong Ling-hoa sudah kembali bersandar di samping pintu seperti
tadi seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu.
Suasana kembali sunyi senyap.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Setelah menghela napas, lalu Ong Ling-hoa memberi perintah,
"Bawa pergi mayat Tio Beng dan dikubur sebagaimana mestinya.
Ambil juga 200 tahil perak pada kasir, kirimkan kepada Peng-ji,
katakan Tio Beng gugur dalam tugasnya di Kunciu.?
Dengan suara gemetar orang tadi mengiakan.
Menyaksikan kejadian ini, mau tak mau pikiran Kim Bu-bong
bergolak. Baru diketahuinya sekarang sindikat pimpinan Ong Ling-
hoa itu sedemikian besarnya dan juga sedemikian rapinya, betapa
keras disiplinnya sungguh mengejutkan orang.
Namun anak muda sebagai Ong Ling-hoa ternyata juga dapat
bertindak tegas dan bijaksana, hukum dan pahala dapat dibedakan
dengan jelas, sungguh perbawa seorang pemimpin yang besar.
Baru sekarang Kim Bu-bong merasa selama ini telah menilai rendah
pribadi Ong Ling-hoa, tak tersangka sedemikian besar ambisi anak
muda itu. Tidak perlu diragukan lagi anak muda ini kelak akan
merupakan bibit bencana dunia Kangouw, jika tidak ditumpas
sekarang, selanjutnya pasti akan terjadi gelombang besar.
Tiba-tiba angin meniup. Dengan tertawa Ong Ling-hoa berkata, "Bagus, kau pun sudah
pulang!? Belum lenyap suaranya, bayangan orang berkelebat, tahu-tahu di
ruang rumah berhala ini sudah bertambah dengan seorang lelaki
kekar berbaju hitam. Diam-diam Kim Bu-bong terkejut pula, tak tersangka anak buah Ong
Ling-hoa ada yang memiliki Ginkang setinggi ini, entah siapa pula
orang ini" Perawakan orang ini kelihatan kurus kecil, tapi sekujur badan
terbungkus rapat oleh baju hitam, sampai kepala juga memakai
kerudung kain hitam, hanya kedua matanya kelihatan gemerdep.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan tajam orang itu memandang Kim Bu-bong sekejap, lalu
berseru dengan tertawa, "Aha, bagus! Tak tersangka kau tiba lebih
dulu daripadaku.? "Kiranya kau pun kenal dia"? tanya Ong Ling-hoa.
"Tadi kugunakan akal untuk meloloskan diri, keparat ini dan Sim
Long juga bermaksud menipuku dengan akal bulusnya, untung aku
tidak terjebak olehnya,? tutur si baju hitam dengan tertawa bangga.
"Wah, jika kau tertipu, bisa repot,?jar Ong Ling-hoa.
Sekarang juga Kim Bu-bong baru tahu si baju hitam ini adalah orang
yang hendak dikejar Sim Long tadi.
"Dan mengapa baru sekarang kau pulang ke sini"? tanya Ong Ling-
hoa. "Keparat ini memang benar telah pergi, tapi bocah she Sim itu justru
tetap berjaga di sana, dia sangat sabar, selama aku bersembunyi
tanpa bergerak, dia juga tetap berdiam tanpa bergerak.?
"Betul, bocah she Sim itu memang sabar sekali,?jar Ling-hoa
dengan tertawa. Si baju hitam tersenyum, "Tapi nona Cu itu justru tidak tahan,
sepanjang jalan ia berkaok-kaok memanggil orang she Sim, karena
merasa tidak dapat bersembunyi lagi, terpaksa dia juga angkat
kaki.? "Jika demikian, harus kau terima kasih kepada nona Cu itu,?cap
Ong Ling-hoa dengan tertawa.
"Betul, kalau tidak ada dia, mungkin sampai saat ini aku belum dapat
melepaskan diri dari sana,?jar si baju hitam.
Ong Ling-hoa memandang cuaca di luar, lalu berkata pula, "Menurut
waktunya, saat ini orang Kay-pang pasti sudah saling gebrak dengan
bocah she Sim. ? KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Dan entah bagaimana hasilnya"? tukas Kim Put-hoan.
"Kalau cuma kekuatan kawanan jembel itu saja mungkin sukar
menghadapi Sim Long, aku memang tidak menaruh harapan muluk-
muluk dalam hal ini, namun nasib Ji Yok-gi jelas sudah dapat
dipastikan tamat.? "Dan jika ... jika Sim Long tahu ....?
"Mau apa biarpun tahu"?jar Ong Ling-hoa dengan tertawa.
"Malahan dapat kuperalat dia untuk saling labrak dengan pihak Kay-
pang, yang kepala pusing adalah orang Kay-pang, sama sekali tidak
ada sangkut pautnya dengan kita.?
Kim Put-hoan menghela napas, "Perhitungan Kongcu yang jitu
sungguh sangat mengagumkan.?
Begitulah mereka terus bicara sendiri seakan-akan tidak terdapat
seorang Kim Bu-bong yang hadir di situ. Diam-diam Bu-bong
menghela napas, ia tahu nasib dirinya pasti akan ditamatkan oleh
mereka. Api unggun telah ditambahi kayu sehingga berkobar dengan keras.
Dari luar justru ada cahaya terang yang menyorot ke dalam, nyata
fajar sudah tiba. Ong Ling-hoa mondar-mandir di dekat pintu dan berulang
bergumam, "Seharusnya sudah pulang ... seharusnya sudah
pulang.? Selang tidak lama, di tengah tiupan angin dingin benar juga
berkumandang suara langkah orang berlari.
Serentak si baju hitam melompat bangun dan berseru, "Betul, sudah
pulang dia!? Tidak lama kemudian suara langkah orang itu semakin dekat.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Lalu masuklah tiga orang pengemis. Yang di depan berambut
ubanan, mukanya merah bercahaya, pada punggungnya
menyandang delapan atau sembilan buah karung goni.
Segera Kim Bu-bong mengenali pengemis tua ini sebagai Co Kong-
liong, salah seorang di antara Kay-pang-sam-lo, sungguh tak
terduga olehnya Co Kong-liong yang biasanya terkenal berbudi luhur
dan suka membela kaum tertindas itu sekarang berkomplot dengan
Ong Ling-hoa. Tampaknya Ong Ling-hoa cukup menghormati Co Kong-liong,
dengan tersenyum ia memberi salam, "Pangcu tentu sudah lelah.?
Co Kong-liong bergelak tertawa, "Ah, janganlah Kongcu menyebut
demikian padaku, apakah aku dapat menjabat Pangcu atau tidak
belum dapat dipastikan. Sebutan Kongcu ini terasa membikin kikuk
padaku.? "Meski saat ini Co-heng belum naik singgasana terhormat, namun
kedua penyakit itu sudah tertumpas, apalagi diam-diam dibantu oleh
Ong-kongcu, bukankah kedudukan Pangcu itu pasti sudah menjadi


Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isi kantong Co-heng"? demikian Kim Put-hoan ikut menyanjung.
"Ah, terima kasih,? kata Co Kong-liong dengan tertawa. "Kelak bila
benar kujadi Kay-pang Pangcu, salah satu kursi sesepuhnya pasti
akan kuberikan kepada Kim-heng.?
"Memangnya berapa besar gaji seorang sesepuh"? tanya Kim Put-
hoan dengan tertawa. "Wah, jangan Kim-heng bergurau,?jar Co Kong-liong. "Memangnya
berapa yang Kim-heng minta takkan kupenuhi"?
"Hahaha, jika begitu terima kasihlah sebelumnya,? Kim Put-hoan
terbahak-bahak. "Dan entah bagaimana hasil perjalanan Pangcu sekali ini"? tanya
Ling-hoa. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Meski tidak sempurna, tapi juga cukup memuaskan,? sahut Co
Kong-liong, lalu ia menuturkan apa yang terjadi.
"Jika Ji Yok-gi sudah tercincang lima belas kali bacokan, biarpun
malaikat dewata juga sukar menyelamatkan jiwanya,?jar Ling-hoa.
"Dan bagaimana dengan Sim Long"? cepat Put-hoan ikut bertanya.
"Sim Long belum lagi mampus,? kata Co Kong-liong dengan
menyesal. "Sungguh tak tersangka keparat ini bisa panjang umur,? seru Kim
Put-hoan dengan gemas. Selama hidupnya orang yang paling
ditakutinya ialah Sim Long, meski biasanya dia suka membikin orang
pusing kepala tapi bila berhadapan dengan Sim Long, yang pasti
kepala pusing ialah dia sendiri.
Sebab itulah siang dan malam dia berharap Sim Long lekas mati,
siapa tahu sebegitu jauh Sim Long justru tidak mati. Padahal yang
mengharapkan kematian Sim Long juga tidak cuma dia seorang saja.
Mendadak Ong Ling-hoa berkata dengan tertawa, "Kukira Kim-heng
tidak perlu kecewa, hari ini tahun depan kukira adalah ulang tahun
kematian Sim Long.? "Betul"? Put-hoan menegas.
"Bilakah aku pernah sembarangan omong"?
"Wah, entah akal bagus apalagi yang telah Kongcu atur"?
"Dalam waktu satu jam Sim Long pasti juga akan datang kemari.?
"Bagaimana Kongcu yakin pasti akan terjadi"? tanya Co Kong-liong.
"Apa pun juga dia kan ingin mencari jejak Kim Bu-bong dan Pek Fifi,
betul tidak"? KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul,? sahut Kim Put-hoan.
"Tapi di manakah Kim Bu-bong dan Pek Fifi saat ini, sama sekali dia
tidak mempunyai sesuatu petunjuk, untuk ini tentu dia akan
berusaha dengan segala macam jalan. Coba, jika Kim-heng menjadi
dia, jalan mana yang akan kau tempuh"?
"Ini ... ini ....? Kim Put-hoan tidak dapat menjawab.
"Jika aku, tentu akan kuikuti jejak kawanan pengemis, umpama
tidak dapat menemukan Kim Bu-bong, sedikitnya akan kuketahui
apa-apa yang dikerjakan kawanan pengemis itu.?
"Betul, dengan demikian akhirnya dia akan sampai di sini, lantas
bagaimana"? "Tinggi ilmu silat orang ini sungguh sukar dijajaki, sebab itulah kita
harus menghadapi dia dengan akal dan tidak boleh melawan dia
dengan tenaga, betapa pun harus kita bikin dia dapat datang dan
tak bisa pergi,? tutur Ong Ling-hoa.
"Namun keparat itu juga cukup cerdik,?jar Kim Put-hoan dengan
kening bekernyit. "Bagaimana dengan kecerdikan Kim Bu-bong" Bukankah saat ini dia
juga meringkuk di bawah kakiku"?jar Ong Ling-hoa dengan
tertawa. "Kalau Kim Bu-bong dapat kita jebak, apakah Sim Long
tidak dapat kita tipu"?
Mendadak Kim Bu-bong mendengus, "Hm, betapa cerdik Sim Long
sedikitnya ratusan kali di atasku, hanya sedikit permainan kalian ini
ingin menipu dia" Huh, jangan mimpi!?
"Umpama akal ini gagal kan masih ada lagi akal kedua,? kata Ong
Ling-hoa sambil menatap Kim Bu-bong, sorot matanya menampilkan
sinar kebencian, sambungnya, "Bilamana akalku yang kedua
kugunakan rasanya perlu juga kupinjam sesuatu barang dari
tubuhmu.? KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan murka Kim Bu-bong berteriak, "Setelah jatuh di tanganmu,
orang she Kim sudah tidak pikirkan akan hidup lagi, tapi ... tapi jika
kalian ingin menghina diriku, betapa pun aku ....?
"Ah, Kim-tayhiap mahacerdik dan merupakan orang berbakat yang
sukar dicari, mana aku berani berlaku kurang hormat padamu,?jar
Ong Ling-hoa dengan tertawa. "Cuma, perlu juga diingat, kini Kim-
tayhiap sudah jatuh di tanganku, bilamana ingin kuhina dirimu,
memangnya apa yang dapat kau lakukan"?
"Haha, tepat sekali,? sela Kim Put-hoan dengan berkeplok. "Kim Bu-
bong, tentu sekarang kau tahu telah ketemu batunya! Kau dapat
menggertak diriku, memangnya dapat kau gertak Ong-kongcu kita.
Meski Sim Long adalah sahabatmu, tapi dalam pandangan Ong-
kongcu boleh dikatakan Sim Long tidak ada harganya, meski kau
pun satu di antara keempat duta Koay-lok-ong, tapi Koay-lok-ong
dalam pandangan Ong-kongcu juga ....?
"Sudah, cukup,? potong Ong Ling-hoa mendadak, ia tersenyum, lalu
menyambung pula, "Bicara tentang Koay-lok-ong, aku jadi teringat
ada sesuatu hal belum kuberi tahukan padamu. Yaitu tentang
kawanmu Tau-hiang-sucia, meski dia juga pernah kutawan, tapi
sudah kubebaskan dia lagi. Hal ini bukan karena mendadak timbul
rasa kasihanku kepadanya, tapi karena ... karena apa, dapatkah
Kim-tayhiap menerkanya"?
Kim Bu-bong mengertak gigi, dan tidak bersuara.
Ong Ling-hoa bergelak tertawa, "Hahaha, sebabnya kulepaskan dia
kembali ke sana agar supaya dia dapat melapor kepada Koay-lok-
ong bahwa engkau telah berkhianat padanya .... Cara bagaimana
Koay-lok-ong memperlakukan anak buahnya yang berkhianat tentu
kau sendiri jauh lebih jelas daripadaku.?
Kim Put-hoan terkekeh, tukasnya, "Makanya sekarang kau jatuh di
tangan Ong-kongcu boleh dikatakan mujur.?
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Angin mendesir, mendadak Ong Ling-hoa berpaling dan memandang
ke luar, gumamnya, "Wahai Sim Long, mengapa engkau belum lagi
datang" Sungguh aku jadi agak rindu padamu ....?
***** Dalam pada itu Cu Jit-jit dan Sim Long sedang menghadapi kesulitan
mencari jejak Kim Bu-bong.
Sim Long sedang menatap ke kejauhan sana, sampai lama masih
termangu. "Hei, bicaralah, bagaimana menurut pendapatmu"? seru Jit-jit.
Perlahan Sim Long berkata, "Tampaknya kawanan pengemis itu juga
kabur ke arah sana hal ini terbukti bekas tapak kaki yang masih baru
di atas salju.? "He, aneh juga, bukankah kau bilang paling penting mencari Kim-
toako, memangnya ada sangkut paut apa soal bekas tapak kaki
kawanan pengemis itu dengan Kim-toako"? tanya si nona.
"Kim Bu-bong menghilang tanpa ketahuan ke mana perginya, jelas
arah yang ditempuh kawanan pengemis satu arah dengan dia,?
tutur Sim Long. "Maka, jika kita mengejar ke sana menurut jejak
kawanan pengemis itu, bisa jadi secara kebetulan akan dapat kita
temukan Kim Bu-bong.? "Aha, tepat, engkau memang pintar,? seru Jit-jit sambil berkeplok.
"Jika kita mengejar ke sana mengikuti jejak ini, umpama tidak
berhasil menemukan Kim-toako kan dapat menyusul kawanan
pengemis itu untuk ditanyai rahasia itu.?
"Betul,? kata Sim Long. Walaupun demikian katanya, namun dia
tetap tidak bergerak. Jit-jit menjadi gelisah, "Sudah bilang betul, mengapa kita tidak lekas
berangkat saja"? KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi berangkat begini saja juga kurang aman,?jar Sim Long.
"Apanya yang kurang aman"? tanya Jit-jit.
"Pek Fifi diculik orang, bisa jadi ada sangkut pautnya dengan
kedatangan kawanan pengemis tadi, pemberontakan di dalam Kay-
pang serta rahasia yang dimaksudkan Ji Yok-gi, mungkin juga
menyangkut diri Kim Put-hoan .... Berbagai hal ini tampaknya tiada
sangkut paut satu sama lain, padahal sangat mungkin dikemudikan
oleh satu orang yang sama, dan orang ini bisa jadi ialah ....?
"Bisa jadi siapa" Koay-lok-ong ... atau Ong Ling-hoa"? tanya Jit-jit.
"Betul, pasti Ong Ling-hoa adanya.?
"Umpama betul Ong Ling-hoa, lantas bagaimana"?
"Jika betul semua ini dikemudikan oleh Ong Ling-hoa, pengejaran
kita ke sana menurut jejak kawanan pengemis ini pasti akan
berakibat jatuh ke dalam perangkapnya. Bocah she Ong ini sangat
licik dan licin, pintar dan cerdik, apabila gerak-gerik kita sampai
terduga olehnya, sepanjang jalan kita pasti pusing kepala
menghadapi berbagai perangkap berbahaya, sebab itulah setiap
langkah kita harus dilakukan dengan prihatin dan hati-hati.?
Habis berkata, segera ia melangkah ke depan diikuti si nona.
Walaupun jalan tertimbun salju hingga sebatas betis, angin meniup
dingin, tapi perjalanan ini tidak dirasakan sulit bagi Sim Long dan Jit-
jit. Sampai akhirnya di tengah desir angin dingin itu tercium bau
sedap daging. Terbeliak mata si nona, ucapnya tertawa, "Aha, di sini ada juga
seekor kucing rakus, hari belum terang sudah masak daging.?
"Di tempat terpencil begini dan di bawah hujan salju dan dingin
ternyata ada bau sedap daging rebus, apakah hal ini tidak kau
rasakan aneh"?jar Sim Long.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Apanya yang aneh" Orang yang rakus setiap saat ingin makan dan
di mana pun terdapat orang rakus begini,? kata Jit-jit.
Sim Long memandangnya sekejap sambil tersenyum dan
menggeleng tanpa bicara lagi.
Pada saat itulah sebuah Suteng atau rumah berhala bobrok sudah
tertampak di kejauhan. Jejak kawanan pengemis itu pun lenyap di
depan Suteng. Memangnya mereka sama masuk ke rumah berhala
ini" Jit-jit tidak bisa tertawa lagi, ucapnya dengan kening bekernyit,
"Aneh, memang aneh!?
"O, kau pun bisa merasa heran"?jar Sim Long.
"Bau sedap daging tersiar dari rumah berhala ini, siapa yang masak
daging ini" Mungkinkah anak murid Kay-pang" Jika benar, mengapa
mereka bisa hidup senang dan adem ayem begini tanpa
menghiraukan gejolak perkumpulan mereka"?
"Sesuatu yang berbahaya, dipandang dari luar biasanya kelihatan
adem ayem, apa yang kau lihat sebagai ketenangan ini bukan
mustahil adalah perangkap maut yang sedang menunggu
mangsanya.? "Tapi cuma daging rebus saja masakah terhitung perangkap"
Jangan-jangan ada racun di dalam daging, umpama beracun,
asalkan kita tidak makan, dia bisa apa"?
"Hah, terkadang kau pun sangat pintar ....?
"Dan sering juga sangat bodoh, begitu bukan maksudmu"?mel Jit-
jit. "Tepat juga terkaanmu sekali ini,? Sim Long tertawa.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Di dunia ini cuma ada seorang pintar, yaitu dirimu, tentu saja orang
lain sama bodoh.? gerundel Jit-jit dengan mendongkol. Meski
mengomel di mulut, tapi di dalam hati dia tidak marah.
Selama sehari ini terus-menerus Sim Long mengomeli dia, untuk
pertama kali ini dilihatnya Sim Long tertawa. Asalkan anak muda itu
tidak marah lagi padanya, biarpun dia dimaki sebagai gadis goblok
juga dia rela. Biarpun dalam hati merasa senang, di luar dia tetap berlagak marah,
maklumlah hati anak perempuan.
Ketika ia melirik lagi anak muda itu, dilihatnya Sim Long sedang
memandang rumah berhala itu dengan termangu dan tanpa
bergerak. "He, ada apa"? tanya Jit-jit. "Masakah kita harus berdiri melulu di
sini, umpama di dalam ada perangkap juga harus kita periksa,
kenapa takut"? Sim Long memandang si nona, lalu memandang pula rumah berhala
itu, katanya kemudian dengan perlahan, "Aku akan coba masuk ke
sana, kau tunggu saja di sini.?
Tujuh Mata Dewa 2 Pendekar Pulau Neraka 06 Pendekar Kembar Sepasang Pedang Iblis 9
^