Pencarian

Pendekar Guntur 7

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 7


bertempur mempergunakan ilmu sihir mereka, niscaya akan membuat mereka sendiri
yang menderita rugi, dimana mereka akan terkena ilmu sihir mereka. Karena itu,
mereka segera menghentikan menyerang mempergunakan ilmu sihir.
Bu Kie ternyata telah mengadakan perlindungan buat dirinya. Karena menyadari
bahwa kedua orang utusan dari Bengkauw Persia itu memiliki ilmu silat yang
tinggi disamping juga mengkombinasikan dengan ilmu sihir mereka.
menyadarinya, jika seperti itu, untuk Bu Kie telah mempergunakan tenaga dalamnya untuk melindungi
dirinya, ilmu kebathinan yang dimiliki Bu Kie memang telah mencapai puncak yang
tinggi sekali, begitu Bu Ki mengempos kebathinannya, dengan sendirinya
membuat kedua orang Persia itu jadi terdesak.
Bu Kie pun tidak mau mensia-siakan kesempatan yang ada, karena sepasang
tangannya telah bergerak dengan beruntun, dimana pada suatu kesempatan, dikala
kedua orang Persia itu agak panik mengetahui ilmu sihir mereka tidak dapat
mempengaruhi Bu Kie pula, bahkan menerjang berbalik kepada mereka, telah membuat
mereka jadi berlaku Kie membarengi dengan penyerangnya tangannya bergerak dengan ilmu Seng hwee-leng
yang dimilikinya. Dan kedua orang itu terdesak, Membarengi dengan itu justeru
terlihat Bu Kie telah berlaku cepat sekali, Ketika
salah seorang telapak tangan kena dihantam. lengah, dan Bu yang beruntun,
lawannya, yaitu lris, menyerang dengan kanannya, ia membiarkan punggungnya
"Bukkkk...,!" punggung Bu telapak tangan Iris, namun diwaktu itu juga Bu Kie,
dengan tubuh yang maju selangkah membarengi dengan tangan kanannya menghantam
kedada Iris, membuat Iris terhuyung mundur dan terluka didalam.
Dia mundur dengan sepasang tangan memegangi dadanya, juga dari mulutnya telah
mengalir darah merah yang kental. Dengan demikian membuat Iris jadi tidak bisa
maju pula buat membantu kawannya.
Kawan Iris sendiri kaget tidak terkira melihat Iris terluka seperti itu, ia
telah memandang kesima sejenak.
Bu Kie tidak membuang2 waktu yang baik sekali buatnya, hanya dalam beberapa
detik saja, disaat kawan Iris tengah bengong, Cepat sekali ia melompat dan
telapak tangannya telah hinggap diperut lawannya sehingga kawan Iris terhuyung
mundur dengan keadaan terluka.
Kie kena dihantam oleh Waktu itu Bu Kie sendiri merasakan punggungnya yang terpukul telapak tangan Iris
terasa agak sakit, akan tetapi tidak sampai membuatnya terluka.
Sedangkan kawan Iris justeru menderita luka demikianlah, pertempuran itu telah
diakhiri dengan kemenangan Bu Kie.
yang telah dihantam perutnya,
didalam yang tidak ringan, Dan juga membuat Iris bersama kawannya itu jadi
terluka didalam yang parah, sedangkan Iris dengan muka yang pucat telah berkata:
"Bagus! Rupanya memang kau ingin mengkhianati Bengkauw, kami akan kera bali ke
Persia untuk melaporkan semua ini...!"
Dan Iris memberi isyarat kepada kawannya, kemudian mereka berdua, dengan muka
yang pucat pias dan juga menahan perasaan sakit, telah memutar tubuh mereka dan
berlari2 meninggalkan tempat itu.
Bu Kie hanya tertawa bergelak2 nyaring sekali, Disaat Iris dan kawannya telah
berlari agak jauh, barulah Bu Kie berseru nyaring: "sampaikan salamku kepada
Kauwcu kalian.!" Dikala itu Iris dan kawannya, walaupun mendengar teriakan Bu Kie, mereka sudah
tidak memperdulikan lagi, mereka berdua berlari terus dan cepat, untuk
meninggalkan tempat itu. sedangkan luka didalam tubuh mereka tidak ringan.
Karena itu, mereka hanya memaksakan diri belaka baru dapat berlari meninggalkan
puncak gunung Himalaya itu.
Bu Kie setelah melihat kedua orang lawannya pergi dan tidak terlihat bayangannya
lagi, jadi menghela napas dalam2. Diapun telah kembali kedekat Tio Beng,
katanya. "Jika memang mereka tidak berlaku lengah dan congkak,
tentu tidak mudah merubuhkan mereka !"
Sin Gie mengangguk membenarkan, diapun telah berkata dengan suara yang
mengandung perasaan kagum juga.
"Benar...mereka memiliki kepandaian yang liehay sekali, Yang luar biasa, justeru
kepandaian dan ilmu silat mereka yang sangat aneh juga tampak jelas, mereka itu
telah dapat menguasai ilmu sihir mereka, ilmu sihir yang tidak bisa diremehkan. Sekali saja
kita terpengaruh oleh ilmu sihir mereka, niscaya akan membuat kita,mudah sekali
dirubuhkan mereka. "Tetapi kita telah menanam perasaan tidak senang buat pihak Bengkauw Persia,
tentu Kaucu Bengkauw Persia selanjutnya akan menuduh kita sebagai pengkhianat
dimana kita selalu akan dikejar oleh anak buahnya dan kemungkinan juga dari
Persia akan dikirim lagi jago2nya yang memiliki kepandaian tinggi"
Karenanya, kita harus berlaku lebih waspada. Dan kita kini memiliki dua musuh
tangguh, Cu Goan Ciang dan Bengkauw Persia, Dengan demikian kita tidak boleh
lengah sedikitpun juga. Kita tidak boleh terlalu berdiam diri kita harus
berusaha mengatasi kesukaran ini!
Kalau sampai jago Persia diutus datang kedaratan Tionggoan niscaya akan membuat
banyak orang rimba persilatan yang tidak bersalah akan memperoleh hukuman dari
mereka, juga mereka akan main bunuh, jika memang mereka menuduh orang2 yang
mereka curigai itu sebagai
orang Bengkauw, Cu Goan Ciang pun demikian tetapi kita telah berhasil mengatasi
jika untuk Cu Goan Ciang, kita telah membubarkan Bengkauw, dengan demikian
anggota Bengkauw tidak akan dimusuhi oleh Cu Goan Ciang, itu lebih baik
dibandingkan jika tidak membubarkannya, di mana korban-korban yang berjatuhan
akan banyak sekali ! Nah, sekarang kita harus berusaha mencari jalan sebaiknya guna dapat menghadapi
Bengkauw Persia, kita harus mengutus beberapa orang untuk pergi menghadap Kauwcu
Bengkau Persia, guna memberikan penjelasan kepadanya, Tentu saja utusan kita itu
harus memiliki kepandaian yang tinggi dan kecerdikan yang luar biasa,
sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Jika tidak, tentu didalam
perjamuan dia akan dianiaya oleh orang2 Persia itu dan menemui banyak sekali
kesukaran !" Dalam keadaan seperti itu, semua orang Bengkauw hanya berdiam diri, mereka hanya
menantikan petunjuk Kauwcu mereka lebih lanjut.
Sesungguhnya Sin Gie ingin mengajukan diri sebagai utusan Bu Kie pergi ke
Persia, menghadap Kauwcu Bengkauw Persia, Namun ia masih menutup mulut.
Dilihatnya betapa Bu Kie memandang seluruh orang2 yang berada disitu dengan
wajah yang dirundung kedukaan, karena walaupun bagaimana memang tampak jelas.
Bu Kie tengah bersusah hati. Dan sebagai seorang yang memiliki pengetahuan
tinggi, tentu saja Bu Kie tidak akan bertindak ceroboh dan serampangan, Bu Kie
tentu akan mengatur segalanya dengan baik.
Diwaktu itu Bu Kie telah berkata lagi dengan suara yang agak perlahan. "Yang
perlu kita atur sekarang ini adalah bagaimana harus mencari tempat yang lebih
tenteram dibandingkan dengan keadaan disini, karena baik orang
orang Cu Goan Ciang maupun orang Bengkauw dari Persia, telah mengetahui tempat
kita. Dengan demikian, kita harus menemukan kembali suatu tempat yang lebih baik
buat menyepi...." Sambil berkata begitu, Bu Kie telah mengawasi sekitar tempat itu. menghela napas
beberapa kali. Tio Beng tersenyum, katanya: "Justeru puncak Himalaya ini
merupakan tempat yang sangat baik sekali, Jika bukan seorang yang memiliki
kepandaian tinggi, tentu dia tidak akan dapat mendaki gunung ini! Lihatlah,
keadaannya yang sangat berbahaya, yang tidak bisa di lalui dengan mudah oleh
orang2 memiliki kepandaian rendah.
Disamping itu, jika memang Cu Goan Ciang mengutus jago2nya, maka jago jago
pilihannya belaka yang berhasil naik ke puncak Himalaya ini, berarti lawan kita
berjumlah tidak terlalu banyak ! Tetapi jika memang kita memilih tempat lain,
yang sekiranya mudah buat ditangani, kita malah akan menghadapi banyak
kesulitan. Cu Goan Ciang akan mengerahkan orang2nya dalam jumlah yang banyak, Demikian juga
halnya dengan Bengkauw Persia itu, Dengan demikian, bukankah berarti kita
menghadapi kesukaran yang lebih besar "!"
Bu Kie menghela napas. "Benar, Beng-moay !" katanya kemudian :"Apa yang kau katakan itu memang benar."
Setelah berkata begitu segera juga Bu Kie memutuskan
bahwa mereka akan tetap menetap dipuncak Himalaya ini. Mereka akan berdiam
ditempat itu, dan juga bersikap lebih hati-hati, dimana mereka selalu harus
waspada untuk menerima kedatangan orang2 Bengkauw Persia ataupun juga Cu Goan
Ciang. "Mulai sekarang, tidak boleh diantara kita ada yang turun gunung dulu, karena
tenaganya sangat dibutuhkan sekali !" demikianlah keputusan Bu Kie.
Semua orang mengangguk. ooo)OdOwO(ooo KITA kembali kepada Kwang Tan, Thio Bo dan Suma Lin Liang, yang
telah kita tinggalkan cukup lama. Waktu itu, ketiga orang ini memang telah
berkelana didalam rimba persilatan, sejauh itu tetap saja mereka tidak menemui
jejak dari Ban Tok Kui, yang seperti telah lenyap begitu saja.
Dan setelah men cari2 kesana kemari dengan memakan waktu cukup lama, akhirnya
mereka memutuskan untuk menghentikan pencarian itu, karena Ban Tok Kui seperti
telah menyelusup kedalam bumi.
Dan Kwan Tan telah menganjurkan kepada mereka buat pergi ke Bu Tong Pay, seperti
yang disarankan Suma Lin Liang beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi Suma Lin
Liang justeru meminta agar mereka pergi dulu saja ke Himalaya, buat menghadap
pada Thio Bu Kie, guna menanyakan perkembangan yang baru disana.
Begitulah, akhirnya Thio Bo dan Kwang Tan menyetujuinya, Thio Bo memang ingin
bertemu dengan tokoh-tokoh Bengkauw yang sangat dikaguminya.
Dan telah lama, Thio Bo mendengar berita
kesaktiannya dari orang2 Bengkauw, yang tentang katanya
memiliki kepandaian luar biasa, Terlebih lagi Thio Bu Kie yang didengarnya sejak
dulu sebagai seorang pendekar yang memiliki kepandaian luar biasa, sehingga ia
merupakan seorang pendekar yang mungkin satu2nya dijaman itu yang memiliki
kepandaian demikian tinggi.
Begitulah, ketiga orang tersebut akhirnya telah memutuskan untuk pergi ke
Himalaya. Perjalanan ke Himalaya memang memakan waktu yang cukup lama, tetapi
akhirnya pada sore itu, justeru mereka
telah tiba di kaki gunung Himalaya, dimana mereka telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk beristirahat disebuah batu yang telah di bersihkan oleh Suma Lin Liang
dari lapisan salju. Sedangkan Kwang Tan telah memandang keatas puncak gunung itu, memandang dengan
perasaan kagum sekali. "Luar biasa" Mengagumkan sekali!" serunya berulang kali,
"pemandangan yang sangat indah sekali!" Memang sesungguhnya Kwang Tan sangat
mengagumi keadaan digunung Himalaya, yang berdiri tegak megah dengan
ketinggiannya yang begitu luar biasa, Juga gunung yang sepanjang musim selalu di
selubungi oleh salju, merupakan tempat yang sangat sulit sekali didaki oleh orang sembarangan.
Jika seseorang yang memiliki kepandaian tanggung2, tentu tidak dapat mendaki
gunung itu dengan mudah, dan juga, tebing2 yang tinggi, menjulang berbahaya
sekali, dengan tumpukan salju yang akan membuat perjalanan sangat sukar dan
licin sekali, sewaktu2 mereka dapat tergelincir dan maut mengincar mereka.
Karena itu, mereka telah memperoleh kenyataan, puncak Himalaya bukanlah tempat
yang dapat didatangi oleh sembarangan orang.
Sedangkan Kwang Tan, yang memang sebelumnya hanya berdiam digoanya, diatas
gunung yang sunyi, dan juga tidak melihat salju selain dari pohon2 belaka, telah
melihat banyak kelainan di Himalaya ini, yang
membuatnya jadi sangat kagum.
Waktu itu, terlihat Suma Lin Liang mengeluarkan bungkusan makanan mereka dari
perbekalan. Dia telah mengeluarkan daging bakar yang telah dikeringkan dan
mereka makan untuk mengisi perut, mengurangi perasaan dingin.
Sambil makan Thio Bo berulang kali berkata: "Memang sebuah tempat yang sangat
indah dan menakjubkan sekali, seperti berada ditempat berdiamnya para dewa..."
Suma Lin Liang tersenyum. "Justru tempat inilah yang merupakan tempat satu2nya
yang dipilih oleh Kauwcu, sebagai tempat kita menyepi, menghindar dari gangguan
Cu Goan Ciang, Dengan memilih tempat ini, Kauwcu mengharapkan agar orangorang Cu
Goan Ciang tidak mudah sembarangan mendaki.
Dan juga, bagi yang berkepandaian rendah, tentu tidak akan dapat mendaki. Hemm,
hanya beberapa orang saja yang berkepandaian tinggi dari pahlawan Cu Goan Ciang
yang akan dapat mendaki puncak Himalaya, mendatangi tempat kami.
Tetapi jumlah mereka terbatas sekali, Dan kami memang memiliki cukup banyak
tokoh2 berkepandaian liehay, yang dapat melayani mereka.
Thio Bo mengangguk berulang kali. "Ya, Thio Kauwcu rupanya telah memperhitungkan
segala kemungkinan yang bisa menghilangkan kesukaran, Tetapi, apakah dengan
hidup menyepi seperti ini Thio Kauwcu telah tawar hatinya, sudah tidak mau
membangun Beng kauw pula."
Suma Lin Liang menghela napas, lama ia bengong dengan mata yang tidak berkedip
memandang kepuncak Himalaya.
"Sesungguhnya kami semuanya masih hendak berjuang, menegakkan kebenaran dan
keadilan, dimana Cu Goan Ciang akhir2 ini memang banyak sekali melakukan hal2
yang kurang baik, tetapi Thio Kauwcu justeru berpikiran
lain, bahkan semua anggota Bengkauw telah dibubarkannya, dan juga tidak
diijinkan untuk menimbulkan huru-hara didalam rimba persilatan, memang kami
diperbolehkan secara bergiliran untuk turun gunung, tetapi kami selalu harus
berusaha menghindar dari bentrokan dengan orang Cu Goan Ciang !"
Mendengar keterangan Suma Lin Liang, Thio Bo menghela napas dalam2, katanya:
"Mungkin juga Thio Kauwcu memikirkan keselamatan dari seluruh anggota Bengkauw,
jika Bengkauw tidak dibubarkan mereka pasti akan diganggu oleh orang2nya Cu Goan
Ciang !" Suma Lin Liang hanya menghela napas dalam2, kemudian menoleh kepada Kwang Tan,
dilihatnya Kwang Tan masih asyik mengawasi puncak Himalaya yang menjulang tinggi
dengan keindahan yang menakjubkan, tumpukan salju yang tebal, tampak kemilau
sangat indah. Thio Bo telah selesai makan, segera melompat bersilat beberapa jurus, bersilat
dengan untuk menghangatkan tubuh, ia telah gerakan yang sangat lincah, walaupun
usianya memang agak lanjut, namun semangatnya tampak masih penuh.
Setelah bersilat sampai keluar keringat, barulah Thio Bo berhenti sambil tertawa
bergelak-gelak. "Segar !" katanya kemudian, "sungguh menyegarkan ! Tempat yang
indah dan nyaman membawa kegairahan
untuk hidup tenteram di tempat yang sangat indah seperti dunia dewa-dewi?"
begitulah Thio Bo berulang kali menggumam.
Suma Lin Liang baru saja ingin mengajak Kwang Tan bercakap , disaat itu ia
melihat sesuatu, Dari atas puncak
Himalaya tampak turun dua sosok tubuh, yang bergerak gesit sekali berlari2
lincah, Dari kejauhan, tampaknya mereka bagaikan gulungan sinar kuning belaka
yang tengah meluncur turun.
Setelah datang dekat, Thio Bo bertiga baru bisa melihat jelas, bahwa kedua orang
itu adalah dua orang asing dengan hidung yang mancung, memakai jubah warna
kuning. Kedua orang asing tersebut waktu melihat Kwang Tan, Thio Bo dan Suma Lin Liang"
berhenti berlari sejenak, Wajah mereka agak pucat, dan pada salah seorang
diantara mereka tampak darah yang telah mengering disudut bibirnya. Mungkin sisa
darah disebabkan ia muntah darah.
Kemudian salah kepada kawannya, seorang diantara mereka berbicara mempergunakan
bahasa asing, yang tidak dimengerti oleh Kwang Tan bertiga.
Kedua orang berjubah kuning itu tidak lain dua orang Persia yang telah dapat
dipukul mundur oleh Bu Kie dalam keadaan terluka, Yang seorang adalah iris,
sedangkan yang satu lagi Tamakochin.
Mereka, Iris dan Tamakochin memang dua orang utusan dari Bengkauw pusat di
Persia, yang datang kedaratan
Tionggoan buat menyusul ketiga orang rekan mereka, yang telah datang terlebih
dulu kedaratan Tionggoan dan belum kembali ke Persia.
Disamping itu, Iris dan Tamakochin juga menerima perintah dari Kauwcunya, jika
dapat, sekalian menangkap dan membawa Bu Kie ke Persia.
Tetapi siapa sangka, bahwa Bu Kie benar2 memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Hanya bertempur ratusan jurus, mereka telah berhasil dilukai Bu Kie. Memang
sebelumnya mereka seringkali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar perihal kehebatan Bu Kie, Kauwcu dari Bengkauw cabang Tionggoan. Akan
tetapi mereka tidak menyangka justeru Bu Kie memiliki kepandaian sehebat itu,
dan sekarang mereka baru membuktikannya, bahwa Bu Kie benar2 merupakan seorang
tokoh yang sangat tinggi kepandaiannya.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bahwa didaratan Tionggoan memang terdapat jago silat yang sukar untuk dihadapi
dengan memandang remeh. Jika sebelumnya, Iris dan Tamakochin yang memang
memiliki pandangan rendah terhadap jago2 Tionggoan, karena di Persia mereka
merupakan tokoh Bengkauw yang disegani
dan memiliki kepandaian tinggi, sehingga mereka tidak percaya bahwa di Tionggoan
terdapat banyak lawan yang bisa menandingi mereka, justeru menghadapi Sin Gie
saja mereka berdua tidak berhasil merubuhkannya.
Dengan demikian sekarang mereka baru mengakuinya, bahwa didaratan Tionggoan
memang banyak sekali tokoh2 saktinya. Usia Sia Gie masih begitu muda, namun Sin
Gie dapat menghadapi mereka dengan baik, tanpa terdesak sama sekali.
Bahkan, mereka sebaliknya telah dilukai oleh Bu Kie cukup parah seperti sekarang
ini. Hanya saja memang kepandaiannya mereka tinggi dan tenaga dalam mereka yang
terlatih baik. membuat mereka masih bisa bertahan, masih dapat mempergunakan
ilmu meringankan tubuh mereka turun dari puncak Himalaya.
Sekarang, dikaki gunung Himalaya ini mereka melihat Kwang Tan bertiga, mereka
jadi memandang curiga, Mereka malah menduga bahwa ketiga orang ini tentunya tiga
orang anak buah Bengkauw cabang Tionggoan dibawah pimpinan Bu Kie.
Yang tadi berkata2 dengan bahasa Persia, adalah Iris, yang memberitahukan pada
Tamakochin agar mereka sengaja mencari urusan dengan ketiga orang itu, untuk
melampiaskan kemendongkolan dan penasaran mereka.
Hanya saja Tamakochin justeru tidak menyetujui keinginan kawannya, menurutnya
mereka telah terluka dan lebih baik tidak mencari urusan lagi, cepat2 melakukan
perjalanan buat kembali ke Persia, tetapi Iris tetap bersikeras hendak membawa
caranya, yaitu mencurahkan kemendongkolan dan penasarannya kepada Kwang Tan
bertiga. Malah Iris telah menghampiri Suma Lin Liang, yang berada paling dekat, dengan
sikapnya kasar dan suara yang kaku mempergunakan bahasa Han yang sepatah-
sepatah, ia telah menegur: "Apakah kalian orang-orang Bengkauw?"
Suma Lin Liang memang sejak tadi telah memperhatikan kedua orang asing ini.
Belum pernah Suma Lin Liang melihat mereka. Hatinya jadi curiga. Dan sekarang
Iris menegurnya seperti itu, cepat Suma Lin Liang mengangguk "Benar! Kami memang
orang Beng-kauw?" Iris merogoh sakunya, mengeluarkan Seng Hwee Leng, yang diacungkan keatas
tinggi2, katanya: "Kalian kenal apa ini?"
"Suma Lin Liang mementang matanya lebar-lebar sehingga ia dapat melihat Seng
Hwee Leng ditangan orang asing tersebut, membuat Suma Lin Liang jadi
terheranheran. "Ihhh!" serunya, "Bukankah itu Seng Hwee Leng" Leng kekuasaan tertinggi dari
Bengkauw"!" "Hemm!" Iris tertawa dingin, "Jika memang kau telah mengerti, mengapa kau tidak
cepat2 berlutut untuk menerima perintah?"
Suma Lin Liang yakin bahwa Seng Hwe Leng yang berada ditangan Iris memang bukan
Seng Hwee Leng palsu, Dengan demikian ia tidak berayal lagi, segera berlutut dan
menganggukan kepalanya beberapa kali.
"Tecu menghadap Seng Hwee Leng !" katanya segera dengan sikap menghormat sekali.
Bola mata Iris mencilak bengis, ia telah membentak kepada Thio Bo dan Kwang Tan:
"Kalian berdua mengapa tidak cepat2 berlutut menerima perintah "!"
Thio Bo menghela napas, sejak melihat kedua orang ini, ia sudah tidak
menyukainya, karena dilihatnya kedua orang asing ini memiliki lagak yang kasar
sekali, katanya: "Maafkan, kami berdua
memang bukan anggota Beng kauw, kami hanya kebetulan saja datang kemari bersama
Suma Kongcu, yang memang sebenarnya anggota Bengkau, kami hanya ingin berkunjung
untuk menghunjuk hormat kepada Thio Kauwcu, Jadi, kami sebagai tamu2 belaka,
tidak semestinya terlalu mematuhi
rumah tangga perkumpulan tersebut berkata begitu, Thio Bo memberi hormat
sekedarnya, dia hanya menjura dengan merangkapkan sepasang tangannya saja.
Kwang Tan juga mengikuti apa yang dilakukan Thio Bo. dia hanya memberi hormat
dengan merangkapkan kedua tangannya dan membungkukkan tubuhnya, Dia menjura
tidak terlalu dalam. Sedangkan bola mata Iris mencilak lagi, "Jika demikian, kalian berdua hanya
sahabat-sahabat dari Bengkauw bukan?" tanyanya Kwang Tan dan Thio Bo mengangguk
peraturan didalam bukan "!" setelah "Benar.,....kami hanya merupakan orang2 yang merasa kagum
terhadap sepak terjang Bengkauw selama ini...." menyahuti Thio Bo
"Hemm, baiklah!" kata Iris yang kemudi an memandang kepada Suma Lin Liang dengan
mata yang bersinar bengis, katanya lagi: "Dan engkau ini anggota dari Bengkauw
bukan" Aku ingin menghukummu, karena engkau telah melakukan suatu kesalahan!"
Maka Suma Lin Liang berobah, tanyanya: "Telah melakukan kesalahan" kedosaan
apakah yang telah tecu lakukan?" "Hemm engkau tidak perlu rewel, karena kedosaan yang telah kau lakukan itu telah
dilaporkan Thio Bu Kie kepada kami !" jawab Iris.
Memperoleh jawaban seperti itu, muka Suma Lin Liang jadi berobah dan hatinya
berdebar2. Dia tidak mengerti, mengapa tokoh Bengkauw dari Persia tersebut bisa
menuduh dia melakukan kedosaan. Entah kedosaan apa dan apa saja yang telah
dilaporkan Thio Bu Kie. Thio Kauwcu itu, kepada orang Persia ini "
Tengah Suma Lin Liang diliputi keheranan justru waktu itu Iris telah
menggerakkan Seng Hwee Leng ditangannya, yang dipergunakan buat menghantam
punggung Suma Lin Liang yang tengah berlutut dihadapannya.
Jika memang Suma Lin Liang hendak mengelakkan sambaran Seng Hee
Leng, ia masih bisa keburu melakukannya, akan tetapi justeru dia tidak berani
bergerak dari tempatnya berlutut, dia tetap saja berdiam diri.
Dan akibat nya, punggungnya menjadi sasaran dari hantaman Seng Hwee Leng
ditangan Iris, terdengar suara "Bukkkk!" yang keras sekali, disusul juga dengan
tubuh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suma Lin Liang yang bergoyang2. seperti
juga akan rubuh, karena pukulan yang dilakukan Iris luar biasa kuatnya, ia
memukul tidak dalamnya. Diwaktu itu tanggung2 dan mempergunakan tenaga tampak jelas Suma Lin Liang
berusaha mempertahankan dirinya dengan mengerahkan tenaga dalamnya, melindungi
punggungnya, Akan tetapi tetap saja Suma Lin Liang tidak berhasil, mulutnya
terbuka dan seketika darah muncrat karena ia telah memuntahkan darah segar.
Dikala itu Iris telah menggerakkan Seng Hwee Lengnya lagi, buat menghantam kedua
kalinya, dengan mengerahkan sebagian besar tenaga dalamnya, Disaat seperti ini
Thio Bo sudah tidak bisa berdiam diri. karena dia tidak tega menyaksikan Suma
Lin Liang dihantam berulang kali, satu kali dihantam saja ia telah terluka
didalam dan memuntahkan darah segar, jika terhantam kedua kali, tentu akan membuat Suma Lin
Liang putus napasnya. "Jangan menyiksa dia terus..,..jelaskan apa kedosaan yang dilakukannya "!"
teriak Thio Bo bermaksud mencegah perbuatan Iris lebih jauh.
Namun Iris telah mendelik kepadanya, menahan tangannya yang tengah meluncur itu,
kemudian bentaknya: "Kalian orang luar tidak perlu mencampuri urusan rumah
tangga kami ?" Thio Bo jadi bungkam, itu memang suatu kepantasan yang berlaku didalam rimba
persilatan, karena itu, memang Thio Bo tidak berhak mencampuri urusan didalam
rumah tangga Bengkauw, Dan jika toh dia memaksakan diri buat mencampuri juga,
itu hanya akan memancing bentrokan belaka, Karenanya, dia telah memandang
sejenak kepada Kwang Tan, lalu bungkam berdiam diri saja, Iris melanjutkan pula menggerakkan
tangannya, Seng Hwee Leng nya, menghantam dengan dahsyat kepunggung Suma Lin
Liang, Suma Lin Liangpun menyadari bahwa ia akan terhantam lebih parah lagi, dan
kemungkinan ia akan putus napas, jika terhantam beberapa kali lagi oleh pukulan
yang mengandung kekuatan tenaga dalam seperti dilakukan Iris.
Karenanya, dia sebenar nya hendak menyelamatkan diri. Namun dia tidak bisa
melakukannya, karena jika saja dia melakukannya, tentu akan membuat dia ingkar
terhadap perkumpulannya tersebut.
0ooo0dw0ooo0 Jilid11 DENGAN menahan rasa sakit akibat terluka didalam, Suma Lin Liang tetap berdiam
diri saja, tetap berlutut dengan muka yang memucat, sedangkan Seng Hwee Leng
menyambar terus cepat sekali, menyambar dengan kekuatan tenaga dalam yang
dahsyat, sehingga membuat tubuh dari Suma Lin Liang tergoncang hebat sekali,
tergetar dan kemudian terjungkel rubuh, rupanya hantaman Seng
Hwee Leng yang kedua kali itu sangat kuat sekali melebihi tenaga pukulannya yang
pertama tadi. Suma Lin Liang rubuh tidak segera jatuh pingsan, dia masih bisa mengeluh setelah
memuntahkan darah segar dua kali banyaknya. Thio Bo kaget tidak terkira, ia
hendak melompat untuk menolongi. sedangkan Kwang Tan juga
telah bergerak maju untuk melihat luka yang diderita Suma Lin Liang.
Namun Iris telah menghadang didepan mereka, bentaknya: "Tadi kalian telah
mengatakan bahwa kalian hanya orang2 yang merasa kagum kepada Bengkauw, dan
kalian bukan apa2 Bengkauw, bukan anggota dan juga bukan sahabat yang terlalu
intim dengan Thio Kauw cu, kalian datang hanya hendak menghunjuk hormat belaka,
sekarang kami dan Bengkauw tengah mengadakan pembersihan didalam rumah tangga
kami, tidak pantas jika kalian mencampurinya, dan kami bisa mengambil
langkahlangkah lain jika saja kalian tetap memaksa hendak
mencampuri urusan rumah tangga Bengkau kami !"
Bukan main mendongkolnya Thio Bo, bagaimana ia memiliki kesan baik terhadap
walaupun Suma Lin Liang, ia tidak yakin bahwa Suma Lin Liang melakukan
sesuatu kedosaan yang merugikan Bengkauw. Karena itu, dia berada dalam
kebimbangan antara menolongi Suma Lin Liang dan tentu akan bentrok dengan
Bengkauw, atau memang membiarkan Suma Lin Liang begitu saja "
Hanya saja, menurut kepantasannya yang berlaku didalam rimba persilatan diwaktu
itu, siapa saja tidak dapat mencampuri urusan rumah tangga orang lain, dengan
demikian, walaupun Suma Lin Liang akan dihantam oleh orang Bengkauw itu sampai
menemui ajalnya, Thio Bo tidak berhak untuk menolongnya.
Bukankah Suma Lin Liang sendiri juga berdiam diri belaka, dan membiarkan
punggungnya dihantam oleh Seng Hwee Leng tidak hentinya sehingga membuat dia
terluka didalam" Sama sekali Suma Lin Liang tidak memperlihatkan tanda2 bahwa ia
hendak mengelakkan diri atau berusaha buat menyelamatkan diri. sehingga Thio Bo hanya berdiam diri
tatapan mata yang kemendongkolan dan tidak senangnya.
Iris telah menoleh kepada Tamakochin katanya: "Kita akan membawanya untuk meng
urusnya lebih jauh!"
saja, mengawasi pada Iris dengan mengandung perasaan penasaran,
Tamakochin,mengangguk saja, dan ia telah melangkah mendekati Suma Lin Liang yang
masih rebah dan mengerang perlahan menahan sakit, Diwaktu itu juga tampak betapa
pun memang Suma Lin Liang terluka cukup parah dan ia menahan sakit berusaha
untuk dapat mempertahankan diri agar tidak sampai pingsan.
Tamakochin dengan sikap yang tidak simpatik dan kasar sekali, telah mencengkeram
punggung Suma Lin Liang, kemudian ditenteng nya dengan ringan, Tampaknya mudah
saja ia membawa Suma Lin Liang, Iris telah memutar tubuhnya untuk berlalu.
Melihat Suma Lin Liang hendak dibawa pergi oleh Iris dan Tamakochin dalam
keadaan luka seperti Itu, tentu saja Thio Bo jadi tidak tega karena kuatir nanti
Suma Lin Liang akan disiksa lebih hebat lagi. Karenanya, Thio Bo tidak bisa
mempertahankan diri pula serunya: "Tahan!"
Iris menoleh, bentaknya: "Kau terlalu rewel, sahabat jadi memang engkau hendak
mencampuri urusanku ini, heh?" Thio Bo merangkapkan "Mana berani aku lancang
tangga Bengkauw, akan tetapi memang sesungguhnya, Suma Kongcu merupakan sahabat kami dan tentu
saja, aku ingin sekali mengetahui apa kesalahan dan kedosaannya sehingga ia
menerima hukuman seperti itu?"
"Hemmm, itu urusan dalam Bengkauw, tidak perlu orang luar mengetahuinya urusan
rumah tangga perkumpulan kami." menyahuti Iris ketus sekali.
Muka Thio Bo berobah merah, Memang menurut peraturan yang berlaku, memang apa
yang dikatakan Iris tepat, yaitu orang luar tidak berhak mencampuri urusan Suma
Lin Li ang dengan Iris dan Tamakochin, karena
walau pun Iris maupun Tamakochin hendak menyiksa kedua tangannya, katanya:
mencampuri urusan rumah sampai Suma Lin Liang binasa, itu menjadi tanggung jawab
Bengkauw, tidak bisa urusan ini di campuri oleh orang luar.
Dalam hal ini memang dimengerti oleh Thio Bo, akan tetapi, hati kecilnya tetap
saja tidak tega jika membiarkan Suma Lin Liang dibawa pergi oleh Iris dan
Tamakochin, akhirnya ia berkata juga: "Baiklah jika memang demikian
halnya, akupun tidak bisa mengatakan apa2, karena tampaknya tuan2 sama sekali
tidak mau memberikan muka sedikit kepadaku! Tetapi, jika sampai Suma Kongcu
mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, dan kemudian terbukti ia tidak
bersalah, karena ia telah dihukum tanpa
diperiksa lagi bukankah itu merupakan suatu kekhilapan yang hanya akan
mendatangkan sesal belaka, sedangkan kemungkinan besar Suma Kongcu yang telah
disiksa seperti itu akan terbinasa atau menderita cacad yang parah seumur
hidupnya..! apakah tidak lebih baik jika tuan2 memeriksanya dulu, jika memang
terbukti Suma Kongcu bersalah, barulah tuan2 mengambil tindakan menurut hukum yang berlaku di
Bengkauw !" "Hemmm !" mendengus Iris dengan mata mendelik "Apakah untuk hal itu perlu engkau
mengajari aku "!"
"Tetapi perlu kuingatkan, karena memang aku kuatir tuan-tuan lupa akan hal itu,
bertindak menuruti hati dan perasaan tuan2 tanpa memeriksa lebih dulu, sehingga
kelak akan menimbulkan penyesalan jika saja Suma Kongcu benar2 tidak bersalah ."
Melihat keberanian Thio Bo seperti itu, membuat Iris tambah mendongkol sedangkan
Tamakochin telah berkata dengan suara yang perlahan menganjurkan: "Hajar
saja....." Iris mengangguk ia melihat memang Thio Bo tentunya
memiliki kepandaian yang cukup tinggi, karena langkah kakinya yang ringan, sinar
matanya yang tajam, dan juga memang diwaktu itu dia melihat Thio Bo pun memiliki
keberanian buat berusaha melindungi Suma Lin Liang, maka membuat Iris ingin
mencobanya. Diwaktu itu benar Iris dan Tamakochin telah terluka didalam, tetapi mereka tetap
tidak ingin memperlihatkan kelemahannya. Dan juga, Iris yakin, jika memang
menghadapi Thio Bo, ia masih sanggup.
Iris telah melangkah mendekati Thio Bo, dia melangkah dengan kaki lebar, lalu
menggerakkan Seng Bwee Lengnya, angin berkesiuran menyambar kepada Thio Bo.
Cara menyerang Iris memang merupakan ilmu Seng
Hwee Leng yang aneh, karenanya Thio Bo kaget juga waktu melihat Seng Hwee Leng
menyambar dari jurusan yang berbeda.
Sekali diterka arah sasarannya, Disaat seperti itu
memang juga tenaga dari sambaran Seng Hwee Leng itu menimbulkan angin yang kuat
sekali, menyambar kearah perut, dada dan bahu Thio Bo.
Thio Bo sendiri telah menyaksikan dua kali punggung Suma Lin Liang dihantam oleh
Seng Hwee Leng itu dan Suma Lin Liang telah terluka didalam dan memuntahkan darah segar berulang kali.
Disamping itu juga memang terlihat betapa kuatnya tenaga dalam dari Iris, karena
biarpun Suma Lin Liang belum memiliki kepandaian yang sempurna atau mencapai
puncak dari kesempurnaan tenaga dalam nya, tokh pemuda itu memiliki lwekang yang
tidak lemah. Hanya saja, disebabkan hantaman dan Seng Hwee Leng, dia terluka parah, membuat
Thio Bo menyadari bahwa ia tidak boleh memandang rendah kepada Iris ataupun
Tamakochin. Diwaktu itu dilihatnya, betapa Iris menyerang ia dengan sungguh2. Tenaga
serangan Seng Hwee Leng seperti juga runtuhnya gunung dan juga menyambarnya
gelombang yang dahsyat Thio Bo juga merasakan kuda2 kedua kaki nya seperti
bergoyang2, seakan juga tubuhnya akan kena diterjang puyuh.
Hanya saja disebabkan Thio Bo dapat mengerahkan tenaga dalamnya memperkuat kuda-
kuda kedua kakinya, membuat ia masih bisa bertahan berdiri tetap ditempatnya,
membarengi dengan mana ia telah menangkis dengan kekuatan tenaga dalamnya, dia
berusaha menghadapi keras dengan keras.
Tetapi tenaga serangan dari Iris benar2 sangat aneh, serangannya itu seperti
juga dapat berobah2, sebentar kekiri dan sebentar kekanan, dimana tenaganya
dapat berobah sembarang waktu, dapat lunak, dapat keras, dan dapat
sekali, lalu punah didalam waktu yang menerjang kuat sangat singkat. Karena itu,
waktu Thio Bo lawannya justeru ia
menangkis menangkis serangan tempat kosong dan tubuhnya hampir saja terjerunuk,
karena diwaktu itu tenaga serangan dari Iris mendadak sekali lenyap begitu saja.
Thio Bo masih berusaha mempertahankan agar dirinya tidak rubuh, Mempergunakan
kesempatan seperti itu, Iris membarengi menyerang pula kearah punggung Thio Bo.
Thio Bo kuatir jika ia menangkis, akan menangkis tempat kosong lagi karena


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenaga dari Iris dapat ditarik pulang dan punah begitu saja, karenanya Thio Bo
tidak menangkis, kali ini ia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melompat
kedekat Kwang Tan. Diwaktu itulah dia baru memutar tubuhnya, dan mengawasi Iris dengan sikap
bersiap sedia sedangkan Iris tidak tinggal diam, dia telah maju lagi, dengan
sikap penasaran dan tangan kanannya meluncur dengan sikap yang garang.
Seng Hwee Leng menyambar kearah ulu hati Thio Bo. Gerakan dari Seng Hwee Leng
yang menyambar begitu cepat telah membuat Thio Bo hanya melihat berkelebatnya
benda tersebut dengan kecepatan luar biasa sehingga mata Thio Bo kabur.
Namun Thio Bo yakin, bahwa serangan Seng Hwee Leng kali ini bukan gertakan
belaka, itulah serangan yang sesungguhnya, maka tanpa melihat jelas kearah mana
menyambarnya Seng Hwe Leng, cepat sekali Thio Bo telah menangkis dengan
mengempos tenaga lwekangnya.
Benar saja, Seng Hwee Leng itu menyambar bukan sekedar menggertak belaka karena
Seng Hwee Leng telah menyambar dengan dahsyat, Thio Bo merasakan napasnya
menyesak dan tangannya yang menangkis itu mendatangkan rasa sakit tidak terkira,
sedangkan Iris sendiri yang tidak menyangka bahwa Thio Bo masih dapat menyanggah
serangannya, cepat sekali telah mengerahkan tenaga dalamnya, Seng Hwee Lengnya
telah menyambar lagi dengan dahsyat.
Thio Bo mengeluh juga, jika dalam keadaan demikian ia menangkis dengan
kekerasan, niscaya hanya akan merugikan dirinya sendiri. Karenanya dia telah
berusaha berkelit. Tubuh Thio Bo masih sempat bergerak kekiri untuk melompat menjauhi diri dari
Iris, namun lompatannya itu justeru seperti juga Thio Bo mendekati diri kepada
Tamakochin, yang menyambuti punggung Thio Bo dengan telapak tangan kirinya,
tangannya itu telah menghantam
telak sekali, sehingga tubuh Thio Bo seketika terguling.
Dikala itu Thio Bo masih sempat mengarahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
buat melindungi punggungnya, dan juga ia berusaha menutup jalan darah terpenting
dipunggungnya, agar telapak tangan Tamakochin yang mengenai punggungnya itu
tidak mengakibatkan dia terluka didalam.
Dan dia berhasil, Tubuhnya memang terpental dan bergulingan namun Thio Bo bisa
melompat berdiri lagi, dan dia tidak sampai terluka didalam tubuh, karena ia
telah melindungi punggung nya dengan kekuatan tenaga dalamnya.
Dalam keadaan seperti ini, tentu Thio Bo tidak mungkin dapat menghadapi Iris dan
Tamakochin sekaligus, karena untuk menghadapi salah seorang saja diantara mereka
sudah tidak mungkin, karena kepandaian Iris maupun
Tamakochin memang lebih tinggi dari kepandaiannya, walaupun orang itu dalam
keadaan terluka didalam, tetap saja mereka masih memiliki tenaga lwekang dan
kepandaian yang berada diatas Thio Bo.
Suma Lin Liang yang punggungnya dicengkeram oleh tangan kanan Tamakochin dalam
keadaan tidak berdaya, Benar ia tidak pingsan, namun pemuda ini telah terluka cukup parah, sehingga
membuatnya jadi tidak memiliki kekuatan lagi, jangan kata untuk mengadakan
perlawanan, sedangkan untuk meronta saja sudah tidak dapat. Karenanya membuat
Suma Lin Liang berdiam diri saja
sejak tadi dengan menahan sakit.
Menyaksikan keadaan Thio Bo seperti itu, hati Suma Lin Liang tergerak, ia merasa
sangat berterima kasih pada Thio Bo yang telah mempertahankan keselamatan
dirinya dengan mempertaruhkan jiwanya, Thio Bo memang bisa
saja tidak mencampuri urusan Suma Lin Liang dengan kedua tokoh Bengkauw itu,
akan tetapi justeru disebabkan rasa setia kawannya membuat Thio Bo mati2an
berusaha untuk melindungi Suma Lin Liang, dan telah bentrok dengan kedua orang
tokoh Bengkauw dari Persia itu.
Sesungguhnya, Suma Lin Liang hendak meminta agar Thio Bo tidak usah terlalu
mencampuri urusan Bengkauw lagi dan tidak usah melindunginya, namun ia sudah
tidak memiliki tenaga sedikitpun juga, mulutnya keluh, dimana lidahnya seperti kaku,
dan telah membuat dia tidak bisa mengeluarkan sepatah perkataanpun juga.
Diwaktu itu, Thio Bo telah tajam, katanya: "Semula aku
kesan yang sangat baik memandang Iris dengan memiliki pandangan dan pada Bengkauw, serta
menghormatinya. Tetapi melihat tindak-tanduk kalian berdua, hemmm, hemmm, aku
justeru jadi meragukan, apakah memang sesungguhnya kalian adalah orang2 Bengkauw
! Bahkan, apa yang kulihat, kalian seperti juga
dua orang penjahat tengik yang tengah menyamar sebagai anggota Bengkauw untuk
menculik Suma Kongcu !"
Mendengar perkataan Thio Bo itu, muka Iris dan Tamakochin berobah memerah dan
dengan gusar Tamakochin berkata pada Iris.
"Hajar dia !" Iris pun sudah tidak membuang2 waktu begitu mendengar anjuran
Tamakochin, segera dia menggerakan pula Seng Hwee Lengnya.
Thio Bo yang sudah nekad, tidak memperdulikan apakah ia akan sanggup melawan
Iris atau tidak, dia memberikan perlawanan.
Seng Hwee Leng menyambar2 bagaikan burung rajawali yang tengah berkesiuran
kesana kemari, dengan hantaman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mengandung maut. Dan Thio Bo berusaha mengimbanginya. Namun tetap saja
terdesak hebat juga terlihat jelas bahwa Thio Bo telah mulai kehabisan tenaga,
karena desakan yang gencar sekali dari lawannya, Seng Hwee Leng itu seperti juga
dapat mengikuti kemana saja tubuh Thio Bo bergerak,
karenanya Thio Bo sedikit sekali memiliki kesempatan buat memperoleh waktu
bernapas atau membalas menyerang.
Kwang Tan melihat keadaan Thio Bo seperti itu cepat sekali menghantam dengan
tangan kirinya: "Hentikan !"
Dia memukul dengan pukulan "Guntur"nya, mempergunakan jurus pertama. Hantamannya itu dilakukan di
saat Kwang Tan tengah berkuatir bukan main melihat Thio Bo bergerak kesana
kemari terdesak hebat. Iris melihat Kwan Tan menghantam padanya dia mana memandang sebelah mata kepada
anak kecil ini " Paling tidak hanya mengebutkan lengan bajunya, tentu Kwang Tan
akan terpelanting dan binasa.
Akan tetapi betapa kagetnya, Iris merasakan angin pukulan Kwang Tan justeru
mengandung hawa panas bagaikan api, gerakan Iris perlahan, untuk memunahkan
tenaga pukulan dari Kwang Tan, dengan maksud hendak membikin bocah itu
terpelanting. Namun tangkisannya, yang merupakan kibasan tangan itu membuat tubuh Iris sendiri
yang menderita tidak ringan, tubuhnya kena disambar oleh pukulan "Guntur" dari
Kwang Tan, membuat tubuh Iris seketika terpental.
Dia berusaha mempertahankan diri dengan cepat2 mengempos lwekangnya, namun tokh
terlambat. Tubuhnya terbanting, pada bagian dadanya terlihat warna hitam, warna
hangus. Bukan main kagetnya Iris, terlebih lagi dia merasakan kesakitan yang
luar biasa. Dilihatnya Kwang Tan telah melangkah maju ingin memukul lagi, dalam keadaan
seperti ini, maka dia telah mengempos tenaga nya, Kembali Iris jadi kaget begitu
dia mengerahkan tenaganya, seketika dia merasakan dadanya
sakit bukan main, perasaan sakit itu menyeletuk sampai keulu hatinya. Dan dia
gagal buat Iwekangnya. Sedangkan Tamakochin yang mengerahkan tenaga melihat keadaan kawannya seperti
itu, cepat2 melepaskan cekalannya pada punggung Suma Lin Liang, dia melompat
kedekat Kwang menghantam serangan itu Tan, tangan kanannya menyambar akan batok kepala Kwang
Tan. Namun Kwang Tan yang menghadapi dengan cara biasa, tentu tidak akan sanggup
menghadapi lawannya itu, maka dia hanya menghantam dengan jurus kedua diri ilmu
pukulan "Gunturnya"
Dan memang seperti Iris, Tamakochin pun tidak menduga sama sekali bahwa Kwang
Tan memiliki ilmu pukulan mujijat seperti itu, ia hanya menduga tadi Iris telah
salah dalam menyalurkan tenaga dalamnya, membuat dia terhantam oleh tenaga
dalamnya sendiri. Dan dia hanya mengibaskan tangan kanannya buat menangkis serangan Kwang Tan,
sedangkan tangan kirinya menyambar terus akan menghantam batok kepala Kwang Tan.
Kesudahannya benar2 membuat Tamakochin jadi kaget tidak terkira, Karena dia
merasakan napasnya sesak. belum lagi tangannya itu berhasil mengenai kepalanya,
diwaktu itulah dia telah merasakan dadanya seperti dibakar api, dan
tidak ampun lagi dia menjerit tertahan, tubuhnya telah terjungkal rubuh.
Sedangkan Kwang Tan tetap berdiri ditempatnya dengan mata terbuka lebar2. Sama
sekali Kwang Tan tidak menyangka bahwa tenaga pukulannya itu demikian hebat.
Bukankah tadi sanggup buat dia menyaksikan menghadapi Iris Thio Bo sendiri tidak seorang saja" sekarang dengan mudah dia
telah berhasil menghajar kedua orang Persia itu, dengan begitu, membuat Kwang
Tan bersemangat dia bersiap2, jika memang kedua orang Persia itu masih ingin
menerjang dan menganiaya Thio Bo atau
Suma Lin Liang, Kwang Tan yang akan menghantamnya lagi.
Walaupun diliputi rasa heran dan tanda tanya, namun Iris dan Tomakochin telah
mengetahui bahwa mereka tidak mungkin bisa bertahan jika saja terkena hantaman
tangan Kwang Tan satu kali lagi saja, karenanya Tamakochin telah memberikan isyarat
kepada Iris dan sendiri telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melesat cepat
sekali. Sedangkan Iris yang mengerti isyarat dari Tamakochin telah mengikuti jejak
kawannya, dalam waktu yang singkat
kedua orang itu telah melarikan diri dengan meninggalkan Suma Lin Liang.
Kwang Tan menghela napas lega, dia menggumam sendiri: "Mengapa aku tidak
menolongi Suma Koko sejak tadi saja" Bukankah tadi aku telah menghantam kedua
tadi dengan ilmu pukulan Guntur, tidak akan membuat Suma Koko mengalami penderitaan
seperti ini" Kwang Tan menghampiri Suma Lin Liang yang menggelak dalam keadaan payah sekali,
dimana Suma Lin Liang bernapas sekali, dia juga tidak dapat bicara lagi, mukanya
pucat kehijau2an, dan bola matanya kuyu tidak mengandung sinar.
Cepat2 Kwang Tan mengeluarkan simpanan obatnya, dia juga telah menotok beberapa
jalan darah ditubuh Suma Lin Liang. Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan telah
bekerja sangat cepat. Setelah diminumkan obat dari Kwang Tan Suma Lin Liang jadi memejamkan matanya
dan tertidur nyenyak sekali, ia telah terluka parah sekali dan perlu
beristirahat yang panjang, guna memulihkan kekuatan tenaga dalamnya.
Thio Bo yang lukanya tidak begitu parah, telah mengawasi saja Kwang Tan yang
tengah mengobati Suma Lin Liang, dia telah melihat bahkan Kwang Tan bekerja
dengan cermat sekali, karena selain menguruti, menotok dan juga memberikan obat.
Dalam waktu yang singkat, wajah dari Suma Lin Liang yang semula sangat pucat,
berangsur2 mulai pulih memerah kembali, hal itu menunjukkan darah ditubuhnya
mulai berdebar lancar. Sedangkan Kwang Tan setelah merasa cukup menguruti Suma Lin Liang, segera
menghampiri Thio Bo. "Thio Locianpwee, mari kuperiksa keadaanmu !" kata Kwang
Tan, dan setelah memeriksa ketukan nadi dipergelangan tangan Thio Bo, kemudian
memeriksa keadaan sekujur tubuhnya.
Dalam keadaan seperti ini benar2 membuat Thio Bo kagum sekali, karena jalan
darah yang dipegang Kwang
Tan merupakan jalan darah
terpenting ditubuh seorang manusia juga cara mengurut dan menotok dari Kwang Tan
memperlihatkan bahwa dia memiliki keterampilan yang sangat baik sekali dalam hal
pengobatan. Karena itu, telah membuat Thio Bo memuji dalam hatinya.
Setelah mengurut dan memberi obat kepada Thio Bo, Kwang Tan menghampiri Suma Lin
Liang pula dan telah memeriksa keadaan pemuda itu.
Ternyata keadaan Suma Lin Liang cukup lebih baik, tidak separah tadi, Dan juga
dikala itu, Suma Lin Liang tengah berusaha mengerahkan tenaga memulihkan luka
didalam tubuhnya, dalamnya untuk membantu agar
kesembuhan itu lebih cepat pulihnya.
Sedangkan Thio Bo lebih cepat dapat menguasai tenaga murninya, dan menghampiri
Suma Lin Liang dan menghela napas dalam2.
"Sungguh berbahaya !" menggumam Thio Bo kepada Kwang Tan.
Kwang Tan menoleh padanya dan mengangguk. "Ya, padahal mereka mengaku sebagai
orang Bengkauw, dan juga Suma Koko memperlihatkan sikap yang seperti yakin dan
mengetahui mereka itu adalah orang Bengkauw, akan tetapi tindak tanduk mereka
ternyata sangat kejam sekali, mereka bahkan hendak mencelakai Suma Koko, inilah yang mengherankan dan
mencurigakan sekali, karena jika memang benar mereka orang2 Bengkauw dan juga
mereka itu mengetahui Suma Koko sebagai orang Beng kauw, mengapa justeru mereka
hendak mencelakai Suma Koko ?"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan memandang Suma Lin Liang, dilihatnya Suma Lin
Liang masih berdiam diri mengatur jalan pernapasannya. Maka Kwang Tan memegang
nadi nya untuk mengetahui ketukan nadi dari
Suma Lin Liang, Masih lemah dan menunjukkan hawa murninya belum lagi pulih.
Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan mengurut pula beberapa jalan darah penting
ditubuh Suma Lin Liang, dan juga telah memberikan obat yang berwarna hijau muda,
kemudian membiarkan Suma Lin Liang mengatur jalan
pernapasannya, dan Kwang Tan menanyakan keadaan Thio Bo.
"Sudah jauh lebih baik, hanya saja, mungkin aku harus beristirahat beberapa
hari, barulah luka didalam tubuhku akan pulih kembali, sungguh berbahaya sekali
kekuatan lwekang dari kedua orang itu !" Dan Thio Bo menghela napas lagi, yang membuat
dia tidak habis pikir justeru mengenai kepandaian kedua orang itu yang
diketahuinya dengan benar bahwa ilmu silat mereka itu bukan merupakan ilmu silat
daratan Tionggoan umumnya, aneh
dan juga sulit sekali untuk diterka arah dari serangannya, dengan begitu,
membuat Thio Bo jadi tidak habis pikir.
Sebetulnya, jika saja Thio Bo mengetahui kedua orang Persia itu sesungguhnya
tengah terluka didalam yang cukup berat dan masih bisa membuatnya jadi tidak
berdaya seperti itu bisa dibayangkan betapa kedua orang Persia tersebut, hebatnya kepandaian
dari jika dalam keadaan tidak
terluka. Karenanya, membuat Thio Bo sesungguhnya musti bersukur bahwa bertemu dengan
kedua orang Persia itu dalam keadaan terluka didalam, jika tidak tentu dia tidak
akan dapat bernapas lagi, karenanya dengan mudah Iris maupun Tamakochin akan
membuatnya terbinasa. Sedangkan Kwang Tan telah duduk berdiam diri saja,
Anak ini jadi berpikir keras, ia membayangkan, betapa didalam rimba persilatan,
memang segala persoalan bisa saja terjadi. Ia tadi telah menyaksikan betapa
orang2 Beng kauw, yang bisa saling melakukan tindakan keras seperti yang
dilakukan Iris dan Tamakochin.
Dan Kwang Tan memang menantikan sampai Suma Lin Liang telah selesai mengatur
jalan pernapasannya, barulah ia akan menanyakan perihal kedua orang Persia itu.
Lama juga Suma Lin Liang mengatur jalan pernapasannya, darah yang telah
mengering dibibirnya tampak membeku menyebabkan keadaan Suma Lin Liang sangat
mengerikan sekali, sedangkan Thio Bo telah duduk didekat Kwang Tan, berdiam diri
juga, rupanya ia masih penasaran berusaha memecahkan ilmu silat dari kedua orang Persia itu yang setiap
jurusnya sangat aneh, dan sampai saat sekarang ini ia masih belum bisa
mengetahui ilmu silat apa yang dipergunakan mereka.
Setelah lewat beberapa saat lagi, Suma Lin Liang membuka matanya, dia mengeluh
perlahan, Kwang Tan cepat2 menghampiri dan memeriksa keadaannya, dia segera
mengetahui bahwa kesehatan Suma Lin Liang berangsur sudah mulai membaik.
Dan segera Kwang Tan mengambil semacam obat, diberikan kepada Suma Lin Liang
pula. "Apa yang kau rasakan Suma Koko?" tanya Kwang Tan setelah melihat keadaan Suma
Lin Liang lebih tenang. "Sesungguhnya... sesungguhnya... dadaku ini, dadaku
seperti telah remuk dihajar oleh kedua orang asing itu!" mengeluh Suma Lin
Liang, suaranya belum lagi lancar.
Kwang Tan memeriksa dada Suma Lin Liang, dia melihat tanda biru didekat samping
ketiak kiri dan kanan dari pemuda tersebut. Segera juga Kwang Tan meminta Suma
Lin Liang membuka bajunya dia memeriksa
punggung Suma Lin Liang, sehingga dia melihat kulit daging dibagian punggung
Suma Lin Liang berwarna hitam gelap, menunjukkan luka itu benar2 terlalu parah.
Segera juga Kwang Tan mengurutinya, lewat sesaat warna gelap menghitam
dipunggung Suma Lin Liang mulai berangsur lenyap, dan dikala itu juga dia telah
bisa bernapas lebih lancar.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah aku tidak akan bercacad ?" tanya Suma Lin Liang dengan suara yang lebih
lancar dibandingkan dengan tadi.
Kwang Tan mengangguk, dan dia telah bilang: "Jika terlambat diohati, dalam waktu
dua hari, sebagian urat dan jalan darah penting di bagian punggung akan mati,
dan selanjutnya engkau akan cacad, Suma Koko, akan tetapi sekarang ini, kau
telah kuberi ramuan yang cocok dengan luka yang kau derita ini, jangan kuatir,
mungkin dalam beberapa hari kesehatannya akan pulih sebagaimana biasa."
Senang juga Suma Lin Liang, Semula dia menduga bahwa ia akan menjadi cacad, itu
berkuatir sekali. Tetapi sekarang
keterangan Kwang Tan dia jadi terhibur, karena dia memang mempercayai apa yang dikatakan Kwang Tan, tabib
dewa yang sangat terkenal dan sangat pandai dalam bidang pengobatan itu.
Sedangkan Thio Bo yang sejak tadi hanya mengawasi saja melihat tanda gelap ke
biru2an didekat tepi kedua ketiak dari Suma Lin Liang ia mengerutkan alisnya.
"Sungguh sesat sekali cara dan ilmu silat kedua orang itu !" menggumam Thio Bo.
Dia berkata begitu karena segera juga Thio Bo tersadar bahwa cara memukul dari
kedua orang asing itu memang bermaksud hendak yang membuat dia setelah mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghancurkan dan meluluskan urat dan jalan darah Suma Lin Liang. Dengan
pukulannya, perlahan tetapi pasti, akhirnya seluruh jalan darah besar dipunggung
Suma Lin Liang akan hancur dan dengan demikian akan membuat Suma Lin Liang
akhirnya kehilangan tenaganya dan juga dia akan
menjadi bercacad seumur hidupnya sedangkan Kwang Tan meminta Suma Lin Liang
menarik dan mengeluarkan napasnya menurut aturan cara bernapas yang diberikannya
agar pemuda itu dapat mengatur pernapasannya itu untuk memainkan peredaran jalan
darahnya, dan cara yang diberikan oleh Kwang Tan memperoleh hasil yang memuaskan, warna gelap itu per-lahan2 telah mulai
lenyap dan berkurang, dengan begitu pula, telah membuat Suma Lin Liang bernapas
jauh lebih lancar, dan ia dapat berdiri.
Thio Bo berulang kali memuji akan kehebatan Kwang Tan mengobati Suma Lin Liang,
Sekarang ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa hebatnya Kwang Tan,
walaupun usianya masih kecil, tokh telah memiliki keterampilan yang begitu
hebat, dan juga kepandaian ilmu pengobatan yang sungguh mengagumkan karena telah
bisa menyembuhkan luka didalam tubuh yang sesungguhnya sangat hebat sekali.
Dalam keadaan seperti itulah segera juga Thio Bo teringat sesuatu.
"Jika demikian urusannya dan bekas luka yang ditinggalkan oleh kedua orang itu,
apakah kedua orang asing ini bukan mempergunakan semacam ilmu silat Persia yang
memang sangat terkenal bernama Cancisa, semacam ilmu silat yang mengkhususkan
diri melatih lwekang yang sangat dahsyat, sehingga jika menghantam pada
korbannya, tentu akan membuat lawannya itu hancur jalan darah dan urat2 disekujur
tubuhnya "!" Kwang Tan mengangkat bahu, karena memang dia kurang pengalaman dalam ilmu silat.
Dengan begitu pula, membuat Kwang Tan bertanya: "Apakah ilmu silat itu merupakan
ilmu silat sesat?" "Ya," mengangguk Thio Bo. "Dikala ilmu itu diciptakan oleh
seorang akhli silat Persia pada ratusan tahun yang lalu,
sebenarnya ilmu silat itu merupakan ilmu silat beraliran lurus. Hanya saja,
setelah turun menurun ke-tangan2 pewarisnya, maka diwaktu banyak mengalami
perobahan, membuat banyak jurus-jurus penting dalam ilmu silat itu dirobah dan
kemudian menjurus kearah sesat. .!"
menjelaskan Thio Bo, dan ia tampak berpikir keras lagi, seperti tengah
mengingat2 sesuatu, sampai akhirnya ia bilang: "Jika tidak salah ilmu silat
itupun merupakan ilmu silat yang bisa meremukan tulang..."
Mendengar penjelasan Thio Bo itu, Kwang Tan terkejut, ia memeriksa Suma Lin
Liang lagi, jauh lebih teliti dibandingkan dengan sebelumnya, dia telah
memeriksa keadaan tulang punggung Suma Lin Liang, Thio Bo yang melihat Kwang Tan
tengah memeriksa keadaan tulang punggung Suma Lin Liang, ikut tegang ia
mengawasi dengan keringat membanjiri kening dan sekujur tubuhnya.
Setelah memeriksa sekian lama, akhirnya Kwang Tan menghela napas lega.
"Seluruhnya baik, tidak mengalami kerusakan !" kata Kwang Tan. Sesungguhnya,
dalam keadaan jika saja Iris dan Tomakochin tidak terluka, tentu mereka akan
dapat menyerang dengan tenaga dalam yang jauh lebih hebat. Apa yang dikatakan Thio Bo
tidak salah, karena memang ia dapat saja sekali menghantam selain merusak
seluruh urat dan jalan darah ditubuh Suma Lin Liang, juga akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat Suma Lin Liang mengalami kerusakan pada tulang punggungnya. Akan tetapi
karena kedua orang Persia itu dalam keadaan terluka didalam yang tidak ringan,
jelas mereka tidak bisa mempergunakan seluruh tenaga dalamnya, mereka hanya
dapat mempergunakan lima bagian tenaga
dalam, itu memang keberuntungan juga buat Suma Lin Liang, jika tidak, tentu ia
akan terbinasa disaat itu juga dengan tubuh punggung yang hancur.
Kwang Tan selesai memeriksa keadaan Suma Lin Liang, kemudian beristirahat
demikian juga halnya dengan Suma Lin Liang dan Thio Bo.
Setelah kesegaran kedua orang itu mulai pulih, maka karena segera melanjutkan
perjalanan, tetapi tentu saja perjalanan per-lahan2, karena memang mereka tidak
dapat melakukan perjalanan cepat, sebab Suma Lin Liang belum
sehat benar, Mereka mendaki puncak gunung Himalaya.
Ketika sampai dipuncak gunung Himalaya, Suma Lin Liang mengajak mereka ketempat
kediaman rombongan Bu Kie, dan mereka bertemu satu dengan yang lainnya dalam
keadaan yang menggembirakan karena Bu Kie benar-benar
menguatirkan sekali keselamatan Suma Lin Liang namun setelah diketahui bahwa
Suma Lin Liang tidak mengalami cidera lagi, telah diohati oleh Kwang Tan,
membuat mereka jadi bersyukur. Malah yang membuat mereka sangat gembira justeru
Kwang Tan telah hadir ditengah2 mereka,
diwaktu2 selanjutnya tentu mereka akan dapat meminta bantuan Kwang Tan untuk
mengobati kawan2 mereka jika terluka ditangan musuh.
Memang Bu Kie pun menguasai ilmu pengobatan, namun ilmu pengobatan yang dimiliki
Bu Kie tidak sehebat apa yang dimiliki Kwang Tan. Karenanya, mereka dapat
bertukar pikiran, Terutama sekali yang disukai oleh Boe Kie justeru akan ilmu
pengobatan, yang benar2 sangat menarik sekali hatinya, sehingga ia bercakap2
merundingkan ilmu pengobatan dengan Kwang Tan.
Kwang Tan pun tidak merasa perlu merahasiakan ilmu pengobatannya, dia telah
memberitahukan hal2 yang sangat
penting sekali buat Bu Kie, karena Kwang Tan melihat bahwa Bu Kie seorang yang
dapat dihargai dan dihormati, maka seluruh ilmu pengobatan yang sangat penting
tentu diberitahukannya. Dan juga ia telah terima banyak petunjuk dari Bu Kie, dalam hal ilmu silat,
sehingga membuat mereka seperti juga bertukar pikiran mengenai ilmu silat dan
ilmu pengobatan. Keesokan paginya, Kwang Tan telah bercakap-cakap lagi dengan Bu Kie, yang senang
menemaninya, Thio Bo pagi itu ikut mendampingi dalam percakapan tersebut.
Betapa kagumnya Thio Bo mendengar uraian Bu Kie tentang ilmu silat, yang
memberitahukan hal2 yang sangat penting kepada Kwang Tan. Dan juga Thio Bo
bertambah kagum ketika mendengar uraian Kwang Tan mengenai ilmu pengobatan.
Dengan demikian telah membuat kedua orang itu seperti juga telah memperlihatkan
bahwa mereka berdua, walaupun usia mereka sangat berbeda sekali satu dengan yang
lainnya, tokh memiliki banyak sekali persamaan, dan juga tentang kecerdasan,
memang mereka memiliki banyak
persamaan tingkat, karena jika Kwang Tan menjelaskan satu kali saja mengenai
ilmu pengobatan, maka Bu Kie dapat menangkapnya dengan cepat, dan telah membuat
dia jadi mengerti lebih mendalam tentang ilmu pengobatan.
Demikian juga sebaliknya dengan Kwang Tan, jika Bu Kie menjelaskan ilmu silat,
intisarinya tenaga lwekang yang harus dilatih Kwan Tan dan juga cara untuk
melatih ilmu pukulannya, membuat Bu Kie menjadi kagum juga, karena Kwang Tan
dapat menerima dan menangkap maksud dan penjelasannya dengan cepat.
Yang menambah Bu Kie dan Thio Bo tambah kagum, justeru dengan hanya mendengar
satu kali saja Kwang Tan sudah dapat memperaktekkan cara2 berlatih seperti yang diberitahukan Bu Kie
kepadanya. Dan kecerdasan dimiliki Kwang Tan mungkin melebihi kecerdasan yang dimiliki Bu
Kie sendiri, Bahkan sampai diam2 Bu Kie berpikir "Anak ini benar2 luar biasa dan
ajaib sekali, benar2 Sin Tong yang sangat menakjubkan karena otaknya benar-benar
cerdas luar biasa, hem jika dilihat kecerdasan anak ini sama seperti kecerdasan
Thio Beng.!" Sedangkan Kwang Tan selama seminggu setelah memperoleh petunjuk Bu Kie, melatih
diri giat sekali, ia melatih tenaga dalamnya, dan juga pukulannya, hanya saja,
Kwang Tan belum mau melatih ilmu pukulan gunturnya, karena ia kuatir nanti akan
menimbulkan kerusakan ditempat kediaman orang2 Bengkauw ini.
Namun diluar tahu Kwang Tan sendiri, dalam waktu seminggu itu, setelah
memperoleh petunjuk yang diberikan Bu Kie, ia memperoleh kemajuan yang sangat
menakjubkan sekali, memang Kwang Tan tidak bisa melihat kemajuan yang telah
diraihnya itu, ia hanya merasakan napasnya sangat lancar sekali dan tubuhnya
jauh lebih ringan setelah
melatih gerakan2 tubuh yang diajarkan Bu Kie, disamping cara melatih tenaga
dalamnya, dan sebetulnya, diluar sadar anak ini, ia telah dapat mempergunakan
tenaga dalamnya yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan waktu2 yang lalu.
Sedangkan Thio Bo sendiri telah sembuh benar, karena ia selama seminggu itu
tetap memperoleh perawatan Kwang Tan,memperoleh obat yang bisa menambah kekuatan
tenaga dan semangat. Suma Lin Liang pun telah sembuh, hanya saja menurut Kwang Tan ia harus
beristirahat lagi selama beberapa hari, agar sedikitpun tenaga dalamnya dan hawa
murninya tidak menjadi susut.
Setelah lewat lagi tiga hari, Kwang Tan menyatakan pada Thio Bo, bahwa ia hendak
pamitan, untuk pergi melanjutkan pencarian jejak dari suhengnya, karena ingin
tetap berusaha menyadarkan suhengnya itu, Ban Tok Kui agar orang she Ban
tersebut mau kembali kejalan yang lurus, seperti yang telah dipesankan oleh
mendiang guru mereka. Tetapi Thio Bo justeru menahannya, memberitahukan bahwa Bu Kie tengah menghadapi
urusan tidak kecil, karenanya ia ingin sekali membantu pihak Bengkauw menghadapi
kesulitan mereka. Dan meminta Kwang Tan agar bersabar menanti lagi selama
beberapa saat, barulah nanti mereka melanjutkan perjalanan pula, sedangkan
Suma Lin Liang yang diberitahukan maksud Kwang Tan yang ingin pamitan, cepat2
menahannya, malah setengah memohon ia meminta agar Kwang Tan berdiam dulu selama
beberapa waktu bersama mereka.
Begitulah, Kwang Tan telah menyanggupi juga permintaan Suma Lin Liang, agar
mereka tidak berpisah dalam waktu sesingkat itu.
Tanpa terasa waktu beredar sangat cepat telah tiga bulan Kwang Tan berdiam
dipuncak Himalaya, dan selama itu
anak ini hanya melatih diri belaka, melatih dengan kemajuan yang sangat pesat tanpa ia sendiri
menyadarinya.! ooooOdwOooo BEBERAPA orang tengah menggotong sebuah benda bulat
yang besar dan panjang, dan orang2 itu, yang berjumlah delapan orang tersebut
memanggul gulungan besar yang mungkin didalam bungkusan itu terdapat barang yang sangat besar telah
berlari ringan sekali melewati sungai yang melintang dihadapan mereka dengan
cara yang agak luar biasa.
Yaitu, dua orang disebelah depan telah melemparkan dua cabang ranting ke
melompat ke ranting permukaan air sungai, kemudian
itu, lalu menendang ranting itu kebelakang, dengan demikian orang yang pada
kedudukan kedua, hinggap diatas ranting itu juga, begitulah seterusnya,
sedangkan orang yang berada paling murka, telah melemparkan ranting lagi, ke
permukaan air sungai yang
kemudian mereka pergunakan buat berpijak.
Akhirnya rombongan orang tersebut, dalam keadaan masih memanggul bungkusan besar
dan memanjang itu, telah tiba diseberang sungai itu, mereka tampaknya begitu
mudah menyeberangi sungai
yang menghubungi antara kota Wat-ciu, sebuah kota yang cukup besar itu dengan
daerah tersebut. Dan sungai ini memang merupakan satu2nya anak sungai yang melewati kota Wat-ciu,
Disamping itu pula, tampaknya sungai itu bening bersih, sehingga airnya memang
bening, pemandangan ditempat itu pun sangat tenang dan permai sekali dengan
pohon2 bunga, yang bunganya tengah bermekaran indah sekali.
Kedelapan orang tersebut masih juga berlari2 dengan ringan dan gesit sekali,
tampaknya mereka seakan juga tidak merasa berat membawa bungkusan besar itu,
mereka dapat berlari begitu lincah.
Dan mereka sambil berlari seperti itu juga diselingi seperti percakapan, karena
tampaknya mereka berlari pesat seperti tidak menggunakan tenaga, mereka dapat
bercakap2 dengan napas yang teratur, sama sekali tidak terganggu oleh goncangan
larinya mereka. Setelah berlari2 sekian lama, orang yang berlari paling depan disebelah kiri,
telah menoleh kepada kawannya disebelah kanan, katanya: "Apakah kita
beristirahat saja disini?"
Kawannya itu mengangguk, dia telah berteriak dengan suara yang cukup tinggi
"Berhenti, kita beristirahat disini !" Dan mereka memang berhenti, sedangkan
keenam kawan mereka disebelah belakang, seperti juga memiliki daya tangkap yang cepat
sekali, begitu kedua orang kawan mereka berhenti, maka segera juga mereka
berenam telah berhenti berlari dan berdiam menantikan kata2 selanjutnya kawan
mereka. Benar saja, kawannya yang berada disebelah kanan telah
berkata: "Kita masih harus menempuh ribuan lie, dan lebih baik kita beristirahat
dulu disini! Telah dua hari dua malam kita melakukan perjalanan tanpa berhenti
dan beristirahat karena itu, tempat yang indah dan permai ini cocok sekali untuk
kita beristirahat. Setelah berkata begitu. dia yang pertama2 menurunkan bungkusannya, sedangkan
keenam orang kawannya yang disebelah kiri telah menurunkan bungkusan panjang
itu, yang diletakkan dibawah sebatang pohon yang rindang sekali dimana mereka
telah meletakkannya dengan sangat hati2, seakan juga mereka itu kuatir kalau2
barang di dalam bungkusan itu akan mengalami kerusakan.
Kemudian mereka mereka masing2.
Kedelapan orang baru duduk beristirahat ditempat itu beristirahat tanpa
seorangpun diantara mereka yang bercakap2. Hanya saja, cara duduk mereka
memperlihatkan bahwa mereka itu tengah memperhatikan bungkusan besar mereka,
juga bersikap waspada sekali, dimana mereka telah berusaha selalu berada dalam keadaan siap
siaga, seperti juga mereka kuatir kalau2 nanti ada orang yang ingin mengganggu
bungkusan besar mereka. Angin yang sejuk, dan harumnya bunga, juga mengalirnya air sungai yang bening
dan jernih itu benar2 merupakan suatu pemandangan alam yang sangat menarik
sekali. Diwaktu itu kedelapan orang ini, yang menurut apa yang dikatakan kawannya yang
seorang itu bahwa mereka telah melakukan perjalanan selama dua hari dua malam
tanpa berhenti, terpengaruh oleh kesejukan hawa udara ditempat itu.
Tampaknya mereka agak mengantuk, Mereka saling lirik, kemudian salah seorang
diantara mereka, yang tadi menganjurkan beristirahat, orang yang semula
menggotong disebelah kiri, telah berdiri.
"Sesungguhnya, kita tidak boleh terlalu membuang2 waktu disini, kita harus tiba
ditempat tujuan kita dengan segera."
"Jadi kita harus melanjutkan pula perjalanan kita "!" tanya kawannya yang duduk
ditempat ketiga. "Ya itu lebih baik! Kita duduk beristirahat disini lebih lama,
ini membawa akibat tidak baik buat kita, karena
hanya akan membuat kita menjadi mengantuk, dan akhirnya juga akan membuat kita akhirnya lalai, jika
saja pekerjaan yang ditugaskan kepada kita ini gagal, maka akan membawa akibat
buruk yang sangat hebat sekali. Kawan2nya saling lirik, kemudian mereka melompat
berdiri. Salah seorang diantara mereka berkata: "Mari kita berangkat. Mungkin
dalam lima hari lima malam kira harus
melakukan perjalanan tanpa beristirahat.
"Ya, itu masih bukan pekerjaan yang terlalu berat buat kita, karena biarpun


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus melakukan perjalanan tanpa berhenti selama sepuluh hari sepuluh malam,
kita masih sanggup melakukannya, hanya saja, yang terpenting buat
kita, urusan besar ini harus dapat diselesaikan dengan segera tiba dialamatnya,
sehingga tugas kita telah selesai !" menyahuti kawannya yang tadi menganjurkan
agar mereka melanjutkan perjalanan lagi.
"Yang terpenting kita tidak terbuai oleh angin dan sejuknya hawa udara ditempat
yang seperti ini. Sekali saja kita beristirahat, kita akan menjadi lebih lemah
dari semestinya, kita akan merasa tambah lelah dan juga akan membuat kita
mengantuk, jika perasaan mengantuk itu
telah menyerang kita tentu akan membuat kita menghadapi kesukaran tidak kecil
jika dalam keadaan seperti itu tiba2 musuh datang, tentu kita akan kehilangan
semangat sedikitnya separuh !"
Setelah berkata begitu, orang tersebut yang pertama2 telah berdiri didekat
bungkusan besar itu ber siap2 hendak mengangkat nya. Dan kawan2nya telah
mengikutinya, mereka berdelapan mulai mengangkat bungkusan itu pula.
Begitulah, kedelapan orang ini telah melanjutkan perjalanan
terbangun mereka dengan ringan dan semangat mereka lagi. Memang jika mereka berangkat
dengan tujuan dan tekad yang kuat, terlebih lagi tampaknya mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki latihan lwekang yang kuat, dengan demikian mereka telah dapat
memelihara tenaga dalam dan juga napas mereka, jika sekali saja mereka
beristirahat, niscaya akan membuat mereka merasakan perasaan letih itu yang
akhirnya hanya akan membuat mereka justeru terbuai oleh perasaan mengantuk.
Semakin berlari semakin lama akhirnya mereka tambah bersemangat. Dan diwaktu itu
juga memang telah dapat mereka lewati puluhan lie lagi. Udara ditempat itu
semakin dingin, pohon bunga yang bertumbuhan di tempat itu semakin banyak dan
bunga2 yang tengah bermekaran pun
tampak jauh lebih sarat dan menyiarkan harum semerbak yang luar biasa, karena
seperti juga orang tengah berada disebuah kamar pengantin !
Orang2 itu terus juga berlari, mereka tidak mau membiarkan diri mereka
dipengaruhi oleh perasaan mengantuk dan juga tidak mau semangat mereka menurun.
Udara yang memang sejuk itu tidak diperdulikan mereka, sedangkan waktu itu
tampak mereka berlari semakin cepat, tubuh mereka seperti juga terbang, dan juga
sepasang kaki masing2 bagian sudah tidak menginjak bumi lagi, mereka
berlari begitu cepatnya, sehingga hanya sosok2 tubuh dan warna pakaian mereka
belaka yang tampak. Udara semakin dingin, dan juga hari mendekati sore, namun ke delapan orang ini
benar2 tidak bermaksud berhenti dari perjalanan mereka, karena mereka ingin
meneruskan perjalanan tanpa beristirahat sama sekali.
Ketika mereka berdelapan tengah
seperti itu, tiba2 mendesing sepasang
asyik2nya berlari panah api yang mengeluarkan suara mengaung, dan suara mengaung
itu telah memecahkan kesunyian ditempat itu. Disaat itulah ke
delapan orang tersebut baru
menghentikan lari mereka, mengangkat kepala dan mengawasi ke atas menoleh kepada
panah api yang mengeluarkan suara meraung.
Dalam keadaan demikian wajah mereka berdelapan berobah menjadi pucat, dan mereka
saling pandang. "Apa yang kukuatirkan rupanya akan terbukti dan kejadian !" kata salah seorang
diantara mereka, "Pasti akan berhadapan dengan lawan, Kita harus lebih waspada,
rupanya lawan yang akan kita hadapi ini bukan sebangsa lawan yang ringan."
Ketujuh orang kawannya mengiyakan, mereka bersiap2 untuk menghadapi segala
kemungkinan. Namun setelah panah yang mendesing mengeluarkan suara mengaung itu,
tidak terjadi sesuatu apa lagi, keadaan disekitar tempat itu sunyi sekali, tidak
terlihat manusia disekitar tempat itu, dan juga tidak terlihat sebuah rumah
pendudukpun. Kedelapan orang itu menanti cukup lama tetapi apa yang mereka nantikan tidak
juga kunjung datang, Malah kesunyian seperti itu akhirnya membuat mereka jadi
jengkel sekali. "Mari kita melanjutkan perjalanan kita....!" ajak yang seorang lagi. Ketujuh
orang kawannya setuju. Begitulah, mereka telah melanjutkan pula perjalanan
mereka, berlari 2 semakin
lama semakin cepat tubuh mereka seperti terbang, dan bungkusan yang sangat besar
itu, seperti juga tidak dirasakan beratnya lagi oleh mereka.
Sedang kedelapan orang itu berlari2 begitu cepat, justeru disaat itulah
terdengar lagi suara mengaung yang sangat keras, disusul dengan melesatnya
sebatang anak panah meluncur ditengah udara, malah panah itu menimbulkan kilatan api, dan telah
meluncur tinggi sekali. Ke delapan orang ini terkejut dan bersiap2 karena mereka segera juga menyadari
bahwa mereka menghadapi ancaman yang tidak kecil dan juga orang yang melepaskan
anak panah itu pasti bukan sebangsa manusia sembarangan.
Yang dapat mereka pastikan, orang yang melepaskan anak panah itu niscaya
bukanlah seorang diri, tentunya mereka dalam bentuk rombongan.
Dalam keadaan seperti inilah ke delapan orang itu telah berhenti berlari lagi
dan saling pandang satu dengan yang
lainnya, dan berdiam diri sejenak lamanya. Namun tetap saja mereka tidak melihat
seorang manusiapun disekitar tempat itu. Malah kesunyian semakin mencekam
mereka. Udara semakin dingin malam telah menyelimuti permukaan bumi disekitar tempat
itu, sedangkan kedelapan orang itu belum melanjutkan perjalanan mereka, karena
mereka seperti juga menantikan munculnya orang yang akan menghadang mereka.
Dengan adanya panah2 bersuara itu, mereka yakin, bahwa tentu mereka akan
dihadang sejumlah orang, dan juga panah api bersuara itu tentunya sebagai
isyarat belaka, sedangkan kedelapan orang itu juga memaklumi, bahwa mereka harus
melindungi bungkusan besar itu tentu saja mereka tidak bisa bergerak
sembarangan. Tetapi musuh yang mereka nanti2kan itu tidak kunjung muncul,sedangkan panah
ketiga telah mereka lihat lagi, mendesing ditengah udara, begitu nyaring
suaranya, apinya di kegelapan malam tampak begitu terang, Dan juga dilihat oleh
mereka, bahwa panah ketiga itu melesat dari tempat yang tidak begitu jauh dari
tempat mereka berada. "Kita jangan perdulikan mereka dulu, jika mereka memperlihatkan diri barulah
kita menghadapinya, Dengan demikian berarti kita tidak membuang2 waktu saja."
kata salah seorang diantara kedelapan orang itu.
Kawan2nya yang lainnya tampaknya menyetujui mereka mengiyakan, Dan demikian lah,
kedelapan orang itu bersiap2 hendak melanjutkan perjalanan mereka pula. Namun
sebelum mereka bergerak, justeru diwaktu itu telah terdengar suara orang
tertawa. Suara tertawa itu terdengar dari tempat jauh disebelah barat, Kemudian menyusul
suara tertawa lainnya disebelah selatan, lalu menyusul disebelah utara, dan
kemudian menyusul pula disebelah timur.
Begitulah berpindah2 bergantian terdengar tempat, Didengar dari suara tertawa
yang nada suara tertawa tersebut yang berbeda2, tentunya orang yang tertawa itu
bukannya seorang belaka, tentunya beberapa orang, Maka kedelapan orang itu
semakin yakin bahwa mereka tengah berhadapan dengan musuh yang akan menghadang
mereka itu bukan terdiri dari seorang saja, tetapi beberapa orang.
Karena itu, mereka semakin waspada, Namun seperti keputusan yang telah mereka
ambil tadi, mereka meneruskan perjalanan terus, berlari semakin cepat, tidak mau
membuang2 waktu lagi. Mereka yakin, walaupun mereka berlari terus, tokh akhirnya
musuh yang akan menghadang mereka itu akan menampakan diri.
Kedelapan orang itu berlari terus mengambil kearah barat tubuh mereka
berkelebat-kelebat seperti terbang saja, Dan suara tertawa yang berpindah2
tempat itu terdengar semakin gencar, Namun selama belum melihat musuh yang akan
menghadang mereka, kedelapan orang itu tetap saja berlari dengan cepat.
Sampai akhirnya mereka mendengar suara orang berkata dengan dingin"
"Berhentilah... kalian telah terkepung rapat oleh kami, maka jika kalian
seandainya tumbuh sayap pun, jangan harap bisa lolos dari kepungan kami...!"
Suara itu dingin sekali, mengandung nada memerintah terlihat betapapun kedelapan
orang itu, memiliki ketabahan dan keyakinan bahwa kepandaian mereka sangat
tinggi, tokh tidak urung tergetar juga hatinya mendengar suara yang dingin tersebut,
yang seperti menyelusup kedalam hati mereka masing2.
Dalam keadaan seperti inilah, telah membuat kedelapan orang itu. tanpa
bersepakat terlebih dahulu, mereka telah berhenti berlari, dan berdiam diri
sambil mengawasi sekitar tempat itu.
Mereka hanya melihat keadaan tempat yang gelap pekat, tidak ada seorang
manusiapun yang tampak. Kedelapan orang itu mengawasi dengan waspada dan siap sedia, untuk menghadapi
segala kemungkinan juga mereka telah melihat bahwa disekitar tempat itu sunyi
hanya dipenuhi oleh pohon2 yang tumbuh tinggi menjulang keatas.
Tiba2 dalam kegelapan itu telah muncul beberapa sosok bayangan. Sosok bayangan
hitam tersebut muncul seperti juga munculnya setan dan hantu, yang tahu2 telah
berdiri didepan mereka. Cuma saja, disebabkan orang2 yang barusan muncul semuanya mengenakan pakaian
yang serba hitam, dan juga muka mereka masing2 ditutup dengan topeng hitam,
membuat mereka tidak bisa dilihat jelas, berapa usia mereka dan bagaimana bentuk
muka mereka. Keadaan hening sekali, karena orang2 berbaju bertopeng hitam tersebut, tidak
segera membuka suara, mereka berdiam diri saja.
Kedelapan orang itu telah mengawasi orang2 yang
menghadang dihadapan mereka, Salah seorang diantara kedelapan orang itu, yang
berada paling depan disebelah kanan, telah berkata dengan suara mengandung
perasaan tidak senang: "Air gunung dengan air laut tidak saling bertemu didalam
belanga, tetapi kalian, mengapa kalian menghadang kami dengan mengapa kalian
tidak mau golongan mana dan juga memperlihatkan muka kalian !"
Orang2 berpakaian serba hitam itu tertawa perlahan, mereka seperti juga tidak
memandang sebelah mata kepada kedelapan orang yang tengah menggotong bungkusan
besar itu. "Lebih baik kalian meletakkan barulah kita bicara, bukankah cara pengecut
seperti ini, memperkenalkan diri, dari
dulu bungkusan itu, sambil memanggul bungkusan sebesar itu kalian tidak akan
leluasa "!" Dingin sekali suara orang itu. dia berkata2 dengan suara yang sengau, bagaikan
suara itu dikeluarkan lewat hidungnya, Dan yang lebih mengerikan lagi, pada nada
suaranya yang mengandung ejekan dan memandang rendah itu terdapat nafsu
membunuh. Kedelapan orang itu memiliki kepandaian yang tinggi, mereka merupakan orang2
berhati besi, dan mereka selalu tidak pernah mundur menghadapi apapun juga.
Karena itu, sekarang melihat orang2 yang menghadang mereka ini tidak mengandung
maksud baik, selain berwaspada, merekapun mendongkol sekali, mereka bersiap2
untuk menghadapi lawan2nya itu, walaupun
sambil memanggul bungkusan yang tengah mereka bawa itu diletakkan, dan mereka
menghadapi orang2 tersebut, dikuatirkan orang2 itu masih memiliki banyak
kawan2nya yang kini tengah bersembunyi jika mereka berdelapan tengah dilibat
dalam pertempuran barulah kawan dari orang2 berpakaian hitam tersebut muncul
untuk merebut bungkusan itu, jika urusan seperti itu terjadi, mereka akan
mengalami kesukaran tidak kecil, dimana mereka tentu sulit sekali melindungi
bungkusan besar itu. Salah seorang diantara mereka telah berkata: "Terima kasih atas saranmu itu
tetapi kami kira, menghadapi tikus2
kecil seperti kalian, walaupun dengan memanggul bungkusan besar ini, tentu kami akan dapat merubuhkan
kalian..." Sengaja orang yang berada didepan sebelah kanan itu berkata angkuh
untuk memancing kemarahan orang2 yang menghadang mereka.
Benar saja, orang2 yang mengenakan baju berwarna hitam dan topeng hitam itu,
jadi berjingkrak karena gusar. Mereka mendongkol sekali, malah salah seorang
diantara mereka telah membentak geram: "Bagus! Bagus! Kalian ingin disebut
sebagai pahlawan yang dapat melaksanakan tugas sampai titik darah terakhir
bukan?" "Apa maksudmu?" tanya orang yang sebelah kanan dari delapan orang itu." "Kalian
tentunya ingin memperlihatkan bahwa kalian akan melaksanakan tugas kalian dan
mempertahankan tugas itu sampai titik darah terakhir sampai menjelang
kembali orang itu mengulangi kematian bukan?" pertanyaannya. Kedelapan orang itu
serentak mengeluarkan tertawa yang nyaring disebelah kanan telah bilang: "Jika
memang itu dapat kami lakukan memang membahagiakan sekali, karena kami ingin
melaksanakan tugas ini sebaik2nya! jika terjadi ada tikus2 seperti kalian yang
coba2 menghadang kami, dengan sikap pengecut menutupi muka kalian dan juga tidak
berani memperkenalkan diri dari golongan mana, maka kami akan sapu bersih. Nah,
kita tidak usah terlalu banyak bicara, mari kita mulai.."
Sambil menantang orang tersebut telah bersiap sedia, begitu juga dengan ketujuh
kawannya mereka bersiap-siap. Orang yang berpakaian serba hitam dengan wajah
mereka ditutupi topeng hitam itu berdiam diri saja, mereka tidak segera
menyerang karena mereka seperti juga mencari kesempatan untuk menyerang.
Rupanya orang2 yang ber pakaian serba hitam tersebut menyadarinya, sembarangan
berada dalam memperoleh kesulitan untuk segera merebut kemenangan.
Dan mereka sendiri rupanya belum lagi mengetahui dengan tepat, sampai berapa
tinggi kepandaian dari kedelapan orang itu.
Karenanya, mereka hanya mengawasi seperti juga tengah menjajaki kepandaian
kedelapan orang lawannya. Disaat itu terlihat bahwa cara kedelapan orang
tersebut berdiri, mereka seperti juga hendak mengambil posisi dari
Pat-kwa, benar2 mereka seperti berbaris dan tengah menggotong bungkusan besar, akan tetapi
dengan posisi mereka seperti itu, maka mereka akan dapat menyerang dan saling
membela satu dengan yang lainnya, tanpa mereka perlu melepaskan bungkusan yang
mereka panggul itu. Karenanya, merekapun telah bersiap2 dengan penuh kewaspadaan diwaktu lawan2
mereka itu bungkam tidak jika saja mereka menyerangnya niscaya kedelapan orang
lawan mereka keadaan siap siaga, berarti mereka akan
bersuara, maka merekapun diam tidak bersuara, hal ini menyebabkan keheningan
disekitar tempat itu, jika saja tidak terdengar suara napas mereka, niscaya akan
diduga bahwa tentunya ditempat itu tidak terdapat seorang manusiapun juga.
Setelah mengawasi sekian lama, salah seorang dari orang2 berbaju hitam itu telah
berkata dengan suara yang tawar: "Baiklah, apakah kalian tidak akan menyesal
jika dengan memanggul2 bungkusan besar tersebut kalian menjadi kurang leluasa
bergeraknya, sehingga akan dapat kami rubuhkan dengan mudah" Apakah kalian nanti
tidak akan mengatakan bahwa kami ini merubuhkan kalian
mempergunakan kesempatan disaat kalian tengah memanggul bungkusan itu "!"
Orang yang berdiri didepan dari kedelapan orang itu berkata dingin: "Hemm, tidak
perlu banyak bicara lagi, jika
memang kalian yakin untuk menghadang kami, tentunya kalianpun tidak
memperdulikan apakah kami akan menyesali atau tidak, yang penting pasti bahwa
tujuan kalian akan tercapai, bukan "!"
Mendengar jawaban seperti itu, segera juga orang berbaju dan bertopeng hitam
yang tadi berkata2 itu, telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat cepat
sekali, kedua tangannya diulurkan.
Tangan kanannya berusaha menghantam telinga kanan dari lawannya sedangkan tangan
kirinya mengincar, akan mencengkeram kedua biji mata lawannya, gerakannya begitu cepat dan gesit,
tubuhnya berkelebat seperti bayangan, membuat lawannya diam2 terkejut, namun dia
dapat mengelakkannya, hanya saja dia tidak keburu menangkis, dan kawannya
dibelakangnya yang menangkis,
dengan demikian tampak jelas sekali adanya kerja sama yang erat sekali pada
kegelapan orang itu. Tetapi kawan dari orang yang mengenakan baju dan topeng muka warna hitam itu,
pun tidak tinggal diam. Mereka semuanya berjumlah lima orang, yang empat orang,
waktu melihat kawan mereka yang paling depan telah mulai menyerang, maka
berempat mereka pun menjejakkan kaki masing2, tubuh mereka melesat sama
gesitnya mereka bukan menerjang keseorang lawan melainkan menyerang kepada kedelapan orang itu
sekaligus, Seorangnya menyerang dua orang lawan, dengan tangan kiri seorang,
sedangkan tangan kanannya seorang.
Dengan begitu maka penyerangan yang dilakukannya itu menyebabkan kedelapan orang
tersebut harus menghadapi lawan mereka masing2, tidak dapat saling kerja sama
lagi.

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupanya kelima orang bertopeng hitam memang memiliki penelitian yang dalam
tersebut, terhadap kedelapan orang itu, yang mereka duga memiliki kerja sama
satu dengan yang lainnya dalam menghadapi musuh, Maka mereka berlima tidak
bergerak dengan gerakan yang sekali2 saja, karena mereka menyadarinya, jika
sampai mereka menyerang kepada seorang saja, tentu lawan yang lainnya akan
membantui kawannya buat menangkis atau juga buat
membalas menyerang, itulah sebabnya kelima orang bertopang hitam itu telah mempergunakan cara
bertempur sekaligus menyerang dengan kedua tangan mereka. Tubuh mereka berlima
bergerak2 lincah sekali, seperti juga mereka itu adalah seekor burung rajawali
atau juga seekor naga yang tengah menyambar kian kemari dengan ganas,
Sedangkan kedelapan bungkusan besar itupun memang sekaligus berdelapan telah
diserang oleh lawan2 mereka, namun kenyataannya tokh mereka masih dapat
orang yang menggotong tidak tinggal diam. Mereka berkelit dan balas menyerang dengan kerja sama yang
cukup baik. Memang aneh juga cara bertempur dengan saling membela kawan. Jika mereka
diserang mereka tidak memperdulikan serangan yang tengah menuju dirinya, bahkan
mereka telah menggerakkan tangan buat menolongi
kawan mereka, serangan pada diri mereka sendiri akan dipunahkan atau ditangkis
oleh kawan mereka yang lain. Dengan demikian kedelapan orang itu masih memiliki
kerja sama yang baik. Kelima orang bertopeng itu rupanya telah dapat melihat bahwa orang2 yang menjadi
lawan mereka ini bukan orang yang mudah dirubuhkan dengan segera, mereka
berdelapan memiliki suatu cara bertempur untuk saling membela dan melindungi
sehingga cara bertempur mereka cukup membingungkan kelima orang lawan mereka.
Setelah bertempur sekian puluh jurus masih tidak berhasil mendesak kedelapan
lawan mereka, ialah seorang dari kelima orang berpakaian hitam tersebut telah
mengeluarkan siulan yang sangat nyaring sekali, dan
berbareng dengan suara siulan tersebut, maka terlihat betapa dari segala penjuru
empat itu, dari balik batang2 pohon dan dari atas pohon, telah bermunculan
sosok2 tubuh yang mengenakan pakaian hitam dan wajah masing2 ditutup secarik
kain topeng berwarna hitam juga, jumlah mereka puluhan orang, cara mereka
melompat muncul juga memperlihatkan tingginya ginkang mereka, karena tubuh mereka berkelebat seperti
bayangan saja. Kedelapan orang yang tengah memanggul bungkusan besar tersebut jadi mengeluh,
karena mereka melihat bahwa untuk menghadapi kelima orang itu saja sudah sulit,
apa lagi sekarang telah bermunculan orang lawan baru, yang kepandaiannya pun
tampak tidak rendah. Jika memang puluhan orang lawan tersebut maju serentak buat mengepung mereka,
niscaya hal ini akan membuat mereka berdelapan memperoleh kesulitan, walaupun
bagaimana kompaknya mereka, namun untuk menghadapi puluhan orang lawan, yang
memiliki kepandaian rata2 tinggi seperti itu, niscaya akan membuat
mereka kewalahan juga, malah jika kelak mereka kehabisan tenaga, diwaktu itulah
mereka akan rubuh dengan sendirinya, atau juga dirubuhkan dengan mudah !
Kelima orang berpakaian hitam itu, ketika melihat kawan2 mereka telah muncul,
tertawa bergelak2 nyaring sekali, dan juga mereka tambah bersemangat, tenaga
mereka semakin kuat saja, tangan mereka bergerak semakin cepat, menimbulkan
kesiuran angin yang sangat santar, daun2 kering dibumi telah terhembus
beterbangan, ada juga pohon2 yang memiliki tidak begitu
kena diterjang atau tertubruk oleh bertempur itu.
besar, jadi tumbang orang2 yang tengah
Hanya saja, betapapun juga memang kedelapan orang itu cukup tangguh, mereka
memang melihat bahwa untuk menghadapi sekaligus puluhan orang lawan sudah bukan
pekerjaan yang mudah, tokh mereka masih dapat bertahan dengan baik sekali, sama
sekali mereka tidak melepaskan bungkusan besar yang masih dipanggul dan juga
mereka masih dapat bertempur dengan kompak sekali, saling tolong satu dengan
yang lainnya diantara mereka.
Sedangkan saat itu terlihat bahwa salah seorang diantara kedelapan orang itu
mulai letih, dia lebih banyak berkelit dan sudah jarang bisa balas menyerang
guna melindungi kawannya, dengan demikian barisan kedelapan orang ini terancam
keruntuhan, karena jika saja yang seorang ini
rubuh karena letih, tentu
mereka akan kebobolan dan pecahlah barisan tersebut, sehingga telah membuat
ketujuh orang kawannya jadi sibuk sekali buat melindunginya, agar kawan mereka
yang seorang itu tidak kehabisan tenaga dan rubuh, mereka memberikan kesempatan
kepada kawan mereka itu untuk dapat beristirahat, guna memulihkan tenaganya.
Karena itu, kekompakan mereka berdelapan pun jadi timpang, dan merekapun semakin
terdesak dan sibuk sekali mengelak dan melindungi kawan mereka, belum lagi
datangnya serangan yang langsung kepada mereka.
Waktu kedelapan orang itu mulai terdesak justeru puluhan orang berpakaian serba
hitam itu telah meluruk maju, mereka menghampiri dengan sikap mengancam, malah ada diantara mereka yang
telah mulai menerjang maju untuk membantu kawan mereka.
Dengan majunya puluhan orang tersebut, membuat kedelapan orang yang tengah
memanggul bungkusan besar
itu semakin terdesak. Kalau saja mereka melepaskan bungkusan besar itu, sehingga
mereka bisa mempergunakan kedua tangan mereka, dan dapat bergerak lebih leluasa,
tentu mereka akan dapat memberikan perlawanan yang lebih baik lagi.
Hanya saja jika mereka melepaskan dan menurunkan bungkusan besar itu, mereka
kuatir kesempatan itu dipergunakan oleh kawan2 orang berbaju serba hitam itu
buat merampas bungkusan itu.
Maka kedelapan orang itu jadi salah tingkah dan mereka juga tidak tahu dengan
cara apa sebaiknya menghadapi lawan mereka yang jumlahnya jauh lebih banyak dari
pada mereka. Dengan majunya puluhan orang lawan baru, kedudukan kedelapan orang itu semakin
terdesak juga, mereka sampai mengeluh didalam hati, sebab mereka melihat tidak
ada kemungkinan lagi buat mereka menghadapi lawannya tersebut.
Yang membuat kedelapan orang itu jadi kikuk dan tidak leluasa bergerak adalah
bungkusan besar yang dipanggul mereka, dengan demikian membuat mereka hanya bisa
mempergunakan satu tangan belaka, karena mereka
masing2 mempergunakan tangan mereka yang satu buat memegang bungkusan itu.
Sehingga mereka tidak bisa mengeluarkan seluruh kepandaian mereka, berarti juga
bahwa mereka terhambat dalam membalas menyerang atau menghadapi lawan yang
jumlahnya jadi semakin banyak itu.
Sedangkan seluruh lawan dari kedelapan orang itu, yang memakai baju hitam dan
topeng hitam, berjumlah puluhan orang, Tampaknya mereka semua memiliki
kepandaian yang tinggi dimana mereka selalu mengincar bagian2 yang
berbahaya mematikan pada diri kedelapan orang itu.
Dalam keadaan terdesak seperti itu, cepat sekali telah puluhan jurusan, namun
sejauh itu kedudukan dari kedelapan orang tersebut mulai goyah, mereka sedikit
lagi tentu akan tergempur bobol barisannya yang berarti mereka
akan segera dapat didesak jauh lebih hebat lagi.
Orang2 yang berpakaian serba hitam dan bertopeng hitam itu, semakin lama
bertempur semakin bersemangat karena mereka melihat kedelapan orang lawan mereka
hanya dapat mempertahankan diri, tidak lama lagi pasti
akan dapat mereka rubuhkan. Dan itu hanya tergantung dari masalah waktu belaka.
Tengah orang2 berpakaian serba hitam dan bertopeng itu bergirang hati, tiba2
saja salah seorang diantara mereka telah berseru nyaring dan tubuhnya terhuyung,
kemudian terjungkal rubuh ditanah, dia bergulingan kemudian diam tidak bergerak, karena
telah tertotok. membuatnya tidak bisa bergerak lagi.
Kawan2nya kaget, semula mereka Dan totokan itu menduga bahwa kawan mereka yang
seorang itu kena ditotok oleh salah seorang lawan mereka.
Baru saja mereka ingin memperhebat serangan mereka mendesak kedelapan orang itu
justeru dari balik sebatang pohon telah melangkah tenang seorang pendeta.
Agak luar biasa pendeta yang satu ini, ia tampaknya buta dan berjalan dengan
langkah yang sabar juga bentuk tubuhnya tinggi besar, kepalanya yang botak licin tampak
berkilat. Diwaktu itu, tampak berdelapan orang yang memanggul bungkusan besar
itu telah berhenti untuk mengadakan
perlawanan, karena mereka
melihat lawan2 mereka berdiam diri, dan mereka telah melihat ada seorang pendeta
yang muncul. Kedelapan orang itu mengetahui bahwa yang telah merubuhkan salah
seorang lawan mereka itu tidak lain dari sipendeta. Dan salah seorang dari
kedelapan orang itu sempat melihatnya pendeta itu mempergunakan sehelai daun kering yang dilontarkan
kepada orang itu, yang luar biasa, walaupun hanya sehelai daun kering, namun
daun kering itu dapat meluncur begitu cepat dan mengenai jalan darah ditubuh
orang yang tertotok tersebut, membuat orang itu terjungkel dan bergulingan tidak
bisa bergerak lagi. Pendeta bertubuh tinggi besar itu merangkapkan sepasang tangannya, ia
mengucapkan ujar2 sang Budha beberapa kali, sikapnya sabar sekali.
"Mengapa harus saling membunuh dan mencelakai" Mengapa" Bukankah
kalian satu dengan lain sesama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia harus saling mencintai"!" tegur pendeta itu kemudian dengan suara yang
halus, "Jika memang ada urusan yang tidak bisa diselesaikan, mari Loceng ingin
membantu untuk menyelesaikannya..."
Puluhan orang berpakaian serba hitam itu telah mendelik bengis kepada pendeta
ini, mereka memperoleh kenyataan
bahwa pendeta ini benar bertubuh tinggi besar, namun sepasang matanya buta,
hanya terlihat pulih matanya yang bergerak2 saja, sedangkan pendeta itu yang
tampak begitu tenang, juga rupanya seorang yang tidak sembarangan menggerakkan
tangan, membuat mereka jadi berhati2.
0ooo0dw0ooo0 Jilid12 SESEORANG, jika memang ingin memisahkan pertempuran yang tengah berlangsung,
umumnya tentu akan menceburkan diri dan mereka akan bertempur menjadi tiga
pihak. Tetapi pendeta ini ternyata lain, dia hanya mempergunakan sehelai
daun kering belaka untuk merubuhkan salah seorang dari orang berpakaian hitam
itu, sehingga dengan tubuhnya orang itu, yang tertotok, maka pertempuran itu
jadi berhenti dengan sendirinya.
Orang2 yang berpakaian serba hitam itu juga bukannya sebangsa manusia2 lemah,
dengan demikian mereka dapat menyaksikan juga bahwa pendeta ini telah menimpuk
dengan mempergunakan daun kering. Dengan begitu, kepandaian pendeta ini tidak
sembarangan. "Siapakah Taysu"!" tegur salah seorang yang berpakaian baju hitam itu, matanya
tampak bersinar bengis. Pendeta itu tenang sekali, katanya: "Lo-ceng
sesungguhnya seorang pendeta pengelana yang ingin mencari sesuatu untuk mencapai
jalan terang, Dan karena itu, Loceng juga menginginkan untuk memberikan
pengertian kepada kalian, bahwa pertempuran yang tengah
berlangsung diantara kalian
tidak ada manfaatnya, karenanya jika memang kalian dapat menyelesaikan urusan
kalian dengan baik, barulah hal itu membawa berkah buat kalian!"
Tenang dan sabar sekali pendeta itu ber kata2, dan suaranya halus sekali,
berbeda dengan bentuk tubuhnya
yang tinggi besar dan juga
wajahnya yang memiliki potongan agak bengis, sikap dan suaranya sangat halus
sekali. Waktu itu terlihat kedelapan orang yang memanggul bungkusan besar itu, telah
menghadap kepada pendeta itu, salah seorang diantara mereka, yang berdiri
didepan sebelah kanan, telah menjura sambil berkata dengan sikap berterima kasih
sekali: "Terima kasih atas pertolongan yang diberikan Taysu... memang kami sendiri tidak
mengetahui apa maksud mereka
menghadang kami, dan entah apa yang ingin mereka lakukan, kami hanya memperoleh kenyataan bahwa
mereka hendak melakukan sesuatu maksud yang tidak baik kepada kami!"
Pendeta itu mengangguk sabar, manis sekali senyuman itu, dan diapun telah
berkata dengan suara yang halus: "jika memang demikian, maka dalam hal ini dapat
kita bicarakan, karena tuan2 itupun tentunya bersedia untuk berbicara secara
baik, mungkin juga mereka tidak memiliki kesempatan buat menyampaikan keinginan
mereka!" Orang2 berpakaian serba hitam itu memperlihatkan sikap gusar, salah seorang
diantara mereka, yang tadi bertanya mengenai keadaan diri pendeta itu, telah
berkata lagi, nyaring sekali suaranya "Baiklah! sekarang jika memang engkau
ingin menjadi orang penengah, kau harus dapat memperlihatkan bahwa engkau
memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan seperti itu !"
Pendeta itu sesungguhnya mengerti maksud dari orang berpakaian serba hitam itu,
yaitu ingin sekali untuk menguji kepandaiannya, tetapi pendeta itu pura2 tidak
mengerti dan telah bertanya dengan suara yang sabar: "Apakah maksud
Sicu" Dan juga, apa yang harus Lo-ceng lakukan untuk membuktikan bahwa Lo-ceng
hanya bermaksud baik dan tulus, agar kalian tidak saling mencelakai satu dengan
yang lainnya "!"
Orang berbaju hitam itu melirik kepada delapan orang yang memanggul bungkusan
besar itu, kemudian dengan mata yang memancarkan kepada pendeta itu, lalu sikap
tidak puas, ia mendelik katanya: "Hemm, kami ingin
melihat dulu, kepandaian apa yang dimiliki Taysu, sehingga Taysu begitu lancang
hendak mencampuri urusan kami"!" Tersenyum pendeta itu mendengar perkataan orang
tersebut, lalu dengan sikap yang tetap sabar dia bilang: "Baiklah... jika memang
Sicu berkata seperti itu, berarti Sicu memang menghendaki menyelesaikan
persoalan jalan kekerasan untuk
Sicu sekalian. sesungguhnya
Loceng tidak memiliki kepandaian apa-apa. Apa yang bisa Loceng lakukan" Loceng
hanya setiap hari menenggelamkan diri sebagai seorang yang beribadat dan membaca
Liamkeng, tidak ada kebiasaan lainnya pada diri Loceng !"
"Lalu mengapa Taysu bermaksud mencampuri urusan kami ini"!" tegur orang yang
berpakaian serba hitam itu. "Loceng sama sekali tidak bermaksud buruk, dengan
setulus hati Loceng menginginkan tuan2 semuanya dapat mengambil jalan damai guna
menyelesaikan persoalan kalian.... tidak lebih dari itu....!"
"Jadi Taysu yakin bahwa kau akan dapat berhasil mendamaikan kami"!" tanya orang
berpakaian serba hitam itu, sikapnya jumawa sekali, karena dia menduga bahwa
pendeta itu tentunya jeri, dimana dia selalu mengelak untuk memperlihatkan
kepandaiannya. Pendeta tersebut telah tersenyum dan merangkapkan sepasang tangannya, sambil
tersenyum dia mengucapkan ujar-ujar sang Buddha, kemudian dia baru berkata:
"Sesungguhnya, memang Loceng yakin, jika segala persoalan diselesaikan dengan
cara yang baik, tentu akan mencapai kedamaian yang baik pula, ketimbang
dibandingkan harus bertempur mengadu jiwa seperti itu."
"Hemm, pendeta bodoh!" tiba2 orang yang berpakaian hitam lainnya telah
menyeletuk. Tampaknya dia sudah tidak sabar: "Dengan hanya memiliki kepandaian
membaca kitab suci, lebih baik jika engkau ini mengurusi orang2 yang
bersembahyang, urusan kami tidak mungkin dapat
diselesaikan dengan orang yang macam kau ini!" Dingin sekali perkataannya itu,
seperti juga mengandung perasaan tidak puas dan marah.
Pendeta itu sabar sekali, dia tetap tersenyum, katanya: "Loceng akan mencobanya,
akan mencoba untuk mendamaikan tuan2, semoga saja Sang Buddha memberkahi....!" Dan waktu berkata
begitu, sikapnya tetap tenang dan sabar.
"Jadi kau tetap ingin mencampuri urusan kami"!" tegur orang berpakaian hitam
itu. Pendeta itu mengangguk "Ya!" sahutnya.
"Baik! jika demikian engkau telah dapat memikirkan akibat dan risiko buat dirimu
sendiri?" tanya orang berpakaian hitam itu lagi.
"Ya!" mengangguk pula pendeta itu, sikapnya sabar sekali dan tenang.
"Baiklah !" kata orang berpakaian serba hitam tersebut, Tubuhnya tahu2 telah
melompat kedekat pendeta itu. Ia memang mengetahuinya bahwa pendeta itu tentu
memiliki kepandaian yang luar biasa, karena dengan sikapnya yang tenang seperti
itu, pasti ia memiliki ilmu silat yang tinggi, karena itu membuat ia bersikap
hati-hati. Begitu tubuhnya melesat sampai didekat sipendeta, segera juga tangannya
diulurkan, dia telah mencengkeram kearah pundak sipendeta.
Pendeta itu sama sekali tidak berkelit dari tempatnya berada dia membiarkan
tangan orang berpakaian serba hitam itu mencengkeram pundaknya, sama sekali


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak memperlihatkan sikap melawan dari pendeta tersebut.
Orang yang berbaju hitam itu sebaliknya jadi kaget sendirinya, sampai dia batal
mencengkeram dan menarik pulang tangannya.
"Kau tidak melawan " Mengapa engkau tidak berkelit dan mengeluarkan kepandaian-
mu "!" tegur orang berpakaian serba hitam tersebut, suaranya mengandung
kemarahan dan bercampur dengan perasaan heran.
"Sudah Loceng katakan tadi, bahwa Loceng tidak memiliki kepandaian apa2, hanya
pandai membaca kitab suci. Apa yang ingin Sicu paksakan kepada Loceng "
Kepandaian apa yang harus Loceng keluarkan "!"
"Bukankah engkau memiliki kepandaian ilmu silat " Langkah kakimu tadi waktu
keluar dari balik batang pohon itu begitu ringan tentunya kau lumayan. Mengapa
sekarang menangkis seranganku ?"
memiliki ginkang yang engkau tidak berusaha Pendeta itu tersenyum, sabar sekali sikapnya, katanya
kemudian: "Jika memang Loceng pun mempergunakan
ilmu silat buat bertempur
dengan orang lain, itulah perbuatan yang tidak bagus, tentu sama saja dengan
Loceng memperlihatkan, bahwa Loceng pun belum lagi memasuki pintu terang, maka
bagi Loceng lebih baik dengan akal budi dan juga dengan kesadaran buat
memberikan jalan terang kepada orang lain.!"
Bukan main mendongkolnya orang berpakaian hitam itu. "Dengan berkata seperti
itu, kau hendak mengartikan bahwa engkau biarpun dihantam dan dihajar oleh orang
lain, engkau akan membiarkan dirimu menjadi sasaran dari pukulan itu "!" tanya
orang berpakaian serba hitam itu.
Pendeta itu mengangguk. "Ya, jika memang ada seseorang yang sampai hati buat
memukul Loceng dengan mempergunakan tangannya, apa yang ingin Loceng katakan
lagi " Nah Sicu, bukankah jika
urusan Sicu sekalian bisa diselesaikan dengan cara damai dan jalan yang baik,
hal itu akan membuat Sicu sekalian lebih berbahagia "!"
Mendengar perkataan pendeta itu tertawalah orang berpakaian hitam
tersebut dengan suara bergelak-gelak, kemudian katanya: "Baiklah ! Baiklah
pendeta bodoh ! Aku justeru ingin melihat, sampai dimana dan sejauh mana engkau
bisa mengekang dirimu dengan ajaran2 Sang Budha. Terimalah pukulan ini !"
Berbareng dengan perkataannya, tangan orang berbaju hitam itu bergerak cepat
sekali, menghantam kearah dada kanan pendeta itu.
Tetapi benar2 pendeta itu tidak menangkis sama sekali, tidak ada usahanya buat
mengelakkan diri dari sambaran kepalan tangan orang berbaju hitam itu. Hal ini
membuat kedelapan orang yang memanggul bungkusan besar itu menguatirkan sekali
keselamatan pendeta tersebut.
Namun mereka tidak keburu untuk melindungi pendeta itu atau menangkis serangan
orang berbaju hitam itu, Tangan orang berbaju hitam tersebut meluncur sangat
cepat sekali, dan hanya terpisah beberapa dim lagi dari dada sipendeta.
Pendeta itu tetap berdiri tenang, sabar dan tersenyum,
sama sekali dia tidak berusaha berkelit atau menangkis. Dengan demikian, seperti
juga pendeta itu memang sengaja membiarkan dadanya itu untuk dihantam oleh
kepalan tangan orang berbaju hitam itu.
Dengan demikian, telah membuat semua orang mengawasi dengan mata berkuatir
sekali, disaat itu tampak jelas, pendeta itu juga sama sekali tidak
memperlihatkan perasaan takut, berkuatir ataupun jeri terhadap orang berbaju
hitam itu. Mukanya begitu bening, cerah dan juga memancarkan sinar yang mengandung kasih,
sikapnya sangat sabar dan
dia hanya mengawasi saja kepalan tangan dari orang berbaju hitam itu meluncur kearahnya. Orang berbaju
hitam yang tengah menghantam dengan mempergunakan kepalan tangannya itu, jadi
heran dan kaget sendirinya, karena ia sama sekali tidak
menyangkanya bahwa serangannya sama sekali tidak memperoleh perlawanan, dada
pendeta itu seperti dipasang buat dihantamnya.
Tangan orang berbaju hitam itu sudah dekat sekali, sesungguhnya dia bingung
untuk meneruskan pukulannya, Namun setelah ia berhasil menindih kebimbangannya
itu, dia meneruskan kepalan tangannya itu menghantam si pendeta.
Disaat itu, pendeta tersebut tetap mengawasi tenang dan sabar sekali, Terdengar
suara "Bukkkk !" yang nyaring tubuh pendeta itu tidak bergeming sama sekali,
Diapun masih tetap tersenyum dengan wajah yang tidak berobah,
selain juga kepalan tangan orang berbaju hitam itu yang hinggap dadanya sama
sekali tidak terlihat perasaan sakit.
Dengan demikian te!ah membuat orang berbaju hitam itu jadi heran sekali, karena
ia tidak menduga bahwa kepalan tangannya tidak bisa menghantam rubuh pendeta
itu. Selain waktu kepalan tangannya itu hinggap didada si pendeta, dia merasakan dada
sipendeta licin dan keras, sehingga kepalan tangannya itu yang melejit, seperti
juga ia menghantam tempat yang berminyak.
Diam2 orang berpakaian serba hitam itu kaget, karena akibat melesetnya
hantamannya itu, tubuhnya jadi terjerumus kedepan, hampir saja dia terjerembab.
Pendeta yang tenang dan sabar itu bergerak cepat sekali, dia telah mengulurkan
kedua tangannya, mencekal kedua
lengan dari orang berpakaian serba hitam tersebut, katanya: "Hati2 Sicu... hati
2, jangan sampai jatuh !"
Dan memang pendeta itu bertindak seperti itu bukan hendak mengejek orang
berpakaian hitam tersebut, dia
bersikap sungguh2. dimana dia memang hendak mencegah agar orang berbaju hitam
itu tidak rubuh terjerambab. Sedangkan sikapnya itu wajar sekali.
Hanya saja, oleh orang berbaju hitam itu malah dianggapnya itu sebagai
penghinaan hebat buatnya, Maka tanpa menanti dia bisa memperbaiki kedudukan
kedua kakinya, tangannya yang kiri telah bergerak menyelusup akan menotok ulu
hati sipendeta. Tetapi pendeta itu tidak menangkis, ia memang melihat sikap curang dan orang
berbaju hitam itu, yang menotok dengan cara membokong seperti itu, akan tetapi
dia sama sekali tidak berusaha mengelak.
Waktu ujung jari tangan orang berbaju hitam itu mengenai ulu hatinya, pendeta
itu tidak mengalami cidera apa2, dia tetap berdiri tenang ditempatnya, se akan2
juga totokan itu tidak membawa akibat apa2 buat dirinya.
Dan juga, terlihat jelas, orang berbaju hitam itu sendiri yang kesakitan karena
ujung jarinya seperti menotok besi, hampir saja ujung jarinya itu patah karena-
nya. Diwaktu itu kawan-kawannya telah melompat kedekat sipendeta, bersiap-siap hendak
melabrak sipendeta, jika saja kawan mereka itu terancam bahaya.
Namun orang berbaju hitam yang seorang itu telah bisa berdiri baik kembali,
mukanya merah padam, karena dia gusar dan penasaran sekali, disamping itu diapun
juga merasa heran, mengapa pendeta ini tanpa menangkis dan
berkelit, dia bisa menerima hantaman dan totokannya itu tanpa mengalami luka
sama sekali. Namun dihati kecilnya diapun mengakui tentunya itu merupakan hal yang wajar dari
kepandaian yang telah tinggi, pasti pendeta ini bukan seorang pendeta
sembarangan karenanya orang berbaju hitam itu tidak berani lancang menyerang
lagi, dia berdiri mengawasi pada pendeta itu.
"Taysu, siapakah berbaju hitam itu Taysu sebenarnya "!" tanya orang kemudian:
"Dan apa sesungguhnya maksud Taysu dengan mencampuri urusan kami "!"
Pendeta itu tersenyum, katanya: "Sudah Loceng katakan tadi bahwa Loceng adalah
pendeta pengelana, dan juga gelaran dari Loceng rasanya kurang begitu penting
buat sicu sekalian. Mengenai maksud Loceng untuk mendamaikan kalian, bukanlah
terdorong oleh ingin mencampuri urusan sicu sekalian, tetapi memang Loceng
bermaksud dengan hati tulus, agar diantara kalian tidak ada yang terluka dan terbunuh dalam
pertempuran itu...!"
Orang berbaju hitam itu walaupun mendongkol, namun dia bisa menahan diri,
sehingga tidak mengumbar adat buat menyerang lagi, karena mengetahui bahwa
pendeta itu memang memiliki kepandaian yang tinggi.
Dia telah mengawasi dan katanya: memang Taysu bermaksud mulia seperti berterima
kasih sekali, tetapi sayangnya "Baiklah, jika
itu, kamipun kami tengah mengurus sebuah urusan besar, yang tidak mungkin dapat
di selesaikan dengan cara damai !"
"Urusan besar " Urusan apakah sehingga Sicu menyebut sebagai urusan besar "
Menurut Loceng yang bodoh, jika saja urusan itu menyangkut dengan keselamatan
Perguruan Sejati 2 Wiro Sableng 166 Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok Misteri Dewa Seribu Kepalan 1
^