Pencarian

Pendekar Guntur 6

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 6


karena dia memang tidak mau menarik pulang tangannya yang hendak mencengkeram
pundak dan dada Thio Bo. "Bukkk !" Dada Ban Tok Kui telah kena dihantam oleh pukulan Thio Bo, disusul
suara "Bukkk !" lainnya lagi, dimana pundak Ban Tok Kui pun kena dihantam oleh
telapak tangan Suma Lin Liang, Namun justeru jari-jari tangan Ban Tok Kui telah
berhasil mencengkeram pundak dan dada Thio Bo, kemudian dia memutar tubuhnya,
menarik tangan kanannya, diputarnya mengibas kepada dada Suma Lin Liang,
"Sreeetttt....!" baju dibagian dada Suma Lin Liang robek, terkena kuku-kuku Ban
Tok Kui yang sangat tajam dan beracun, Bukan baju Suma Lin Liang saja yang
pecah, tetapi kulit dada sipemuda juga tergores oleh kuku-kuku Ban Tok Kui, sehingga
menimbulkan luka yang bergaris panjang sekali, mengeluarkan darah yang cukup
banyak, dan racun segera juga bercampur menjadi satu dengan darah, menerobos
luka itu ! Suma Lin Liang telah meluncur turun, waktu kedua kakinya hinggap dibumi,
tubuhnya itu terhuyung mundur seperti akan rubuh karena racun yang mengenai
dirinya, yang berasal dari kuku-kuku jari tangan Ban Tok Kui, bekerja cepat
sekali, muka Suma Lin Liang pun pucat pias, kehijau-hijauan.
Waktu itu Thio Bo tidak kurang parahnya tubuhnya lemas, sampai dia berdiri
dengan lututnya, karena dia telah terkena racun tersebut, yang bekerja cepat. ia
terluka lebih parah dibandingkan dengan Suma Lin Liang, sebab pundaknya dan
dadanya kena dicengkeram dengan demikian, racun yang memasuki tubuhnya semakin
banyak juga. Keadaan Ban Tok Kui waktu itupun tidak kurang parahnya, karena dia dihantam
dadanya oleh Thio Bo, kemudian punggungnya juga dihantam oleh Suma Lin
Liang, yang tidak kurang hebatnya sehingga walaupun dada dan punggungnya telah
dilapisi oleh tenaga dalam yang melindungi bagian tersebut, tidak urung getaran
yang terjadi itu membuat ia terluka didalam.
Cuma saja Ban Tok Kui tidak mau memperlihatkan kelemahan dirinya, ia bersikap
seperti juga tidak terluka,
tetap berdiri tegak ditempatnya. Dengan mata yang menyala bengis dia berkata dengan suara menggeram:
"Hemmm, kini giliranmu....!" Dia maksudkan Kwang Tan, yang telah dihampirinya
dengan langkah satu-satu, matanya memancarkan nafsu
membunuh yang sangat besar, Ban Tok Kui yakin bahwa ia dengan mudah akan dapat
membunuh anak lelaki ini, sebab ia melihatnya Kwang Tan belum memiliki tenaga
dalam cukup kuat, juga ilmu silat yang tadi diperlihatkan anak itu, walaupun
memang ilmu silat sejati dari pintu perguruannya, tampaknya Kwang Tan belum
melatihnya dengan sebaik2nya, dia yakin, begitu dia turun tangan satu atau dua
jurus ia akan dapat membunuh Kwang Tan.
Saat itu Kwang Tan mengeluarkan seruan kuatir, karena melihat Thio Bo dan Suma
Lin Liang terluka. Tanpa memperdulikan sikap dari Ban Tok Kui, Kwang Tan
melompat kedekat Thio Bo, ia merogoh sakunya untuk mengeluarkan obat penawar
racun. Namun tubuh Ban Tok Kui pun bergerak tidak kalah cepatnya, seperti juga
menyambar mangsanya, menghantam dahsyat sekali, menimbulkan angin yang
menderu2.. Kwang Tan yang waktu itu tengah merogoh sakunya, mengetahui datangnya hantaman
tersebut, ia terkejut juga, seekor burung garuda yang tangan kanannya meluncur
dalam keadaan menekuk sedikit
tubuhnya tanpa hanya tubuh terdesak seperti
kaki kanannya, menggeser kedudukan kedua kakinya, bagian atas saja, tangan
kanannya itu, tiba2 Kwang Tan kemudian ia memutar
menghantam kebelakang. "Bakkk !" terdengar suara benturan yang keras sekali, disusul kemudian dengan
jerit kesakitan. "Aduhhhhhh !" jerit kesakitan yang tertahan, tubuh Ban Tok Kui tampak mundur
beberapa langkah dengan muka yang pucat pias, matanya mendelik, dari mulutnya
keluar darah merah yang menetes turun.
Sepasang alisnya mengkerut, tampaknya ia menahan perasaan sakit yang luar biasa.
"Kau... kau....!" katanya dengan suara tersendat2, tubuhnya menggigil jelas
sekali, ia mengerahkan tenaga dalamnya berusaha agar dirinya tidak sampai
terjungkal dan dapat menahan rasa sakit yang hebat didadanya.
Ternyata dalam keadaan terdesak, Kwang Tan tanpa sesadarnya menghantam "guntur",
ia telah mempergunakan tangan
dengan mempergunakan ilmu kanannya pukulan mempergunakan jurus "Petir Menyambar
Bumi", yang menimbulkan angin serangan yang sangat panas seperti petir yang
tengah menggelegar menyambar korbannya.
Sama sekali diluar dugaannya bahwa cara menghantam Kwang Tan begitu aneh dan
hebat, karena jurus petir menyambar bumi merupakan salah satu jurus yang bisa
menghanguskan apa yang diserangnya.
Beruntung bahwa Ban Tok Kui memang memiliki lwekang yang tinggi sekali dan
terlatih baik, sehingga ia tidak sampai binasa disaat itu juga.
Hanya saja, yang membuat Ban Tok Kui heran bercampur kaget, karena ia tidak
mengerti, mengapa anak lelaki ini, Sutenya yang tadi dilihatnya waktu bersilat
tidak memiliki tenaga dalam yang berarti dan juga ilmu silat yang tinggi
sekarang ini bisa menyerang padanya hanya satu kali gebrakan dengan ilmunya yang
aneh itu. Dan satu lagi yang membuat Ban Tok Kui jadi kaget, ia tidak menyangka bahwa adik
seperguruannya ini memiliki ilmu simpanan yang luar biasa, yang diduga tentu
ilmu simpanan gurunya, yang tidak diturunkan, tetapi diwarisi kepada Sute-nya,
maka perasaan jelusnya kian berkobar2 juga, karena disini ia merasakan gurunya
seperti memilih kasih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesungguhnya, masih beruntung bahwa Ban Tok Kui terserang oleh jurus pukulan
"Guntur" sebelum Kwang Tan berhasil melatihnya dengan sempurna. Dengan demikian,
serangannya itu, walaupun hebat, tidak sehebat jika ia telah melatihnya dengan
mahir. Juga, usia Kwang Tan masih terlalu muda, sedangkan keadaan tubuh Ban Tok Kui
memang sudah terluka parah akibat pukulan Lin Liang dan Thio Bo, sehingga
tenaganya telah banyak berkurang.
Jika satu atau dua tahun lagi dan Kwang Tan telah melatihnya dengan baik, jangan
harap Ban Tok Kui masih bisa bernapas terkena pukulan tersebut, niscaya ia akan menggelak dengan tubuh
yang telah menjadi hangus hitam dan isi perutnya hancur.
Sedangkan Ban Tok Kui walaupun tidak binasa, keadaannya parah sekali. Untuk
berkata-kata saja rasanya dia sudah tidak sanggup perasaan heran dan kaget itu
malah akhirnya membuat dia ketakutan.
"Jika demikian jelas Suhu memang telah memberikan semacam kepandaian dan ilmu
kepadanya agar dapat membinasakan aku..." hanya itu yang dipikir Ban Tok Kui,
maka tanpa mengatakan suatu apapun juga, dengan tubuh terhuyung dan kedua tangan
memegangi dadanya, Ban Tok Kui memutar tubuhnya, ia berlari meninggalkan rumah
Ciak Kwang Ie. Melihat Ban Tok Kui ingin melarikan diri. Ciak Kwing Ie tidak mengejar atau
berusaha menahannya, karena jika Ban Tok Kui telah pergi dari rumahnya, itupun
telah membuat Ciak Kwing Ie bersyukur sekali.
Disaat itu, Ho Kongcu juga telah menghampiri Ciak Kwing Ie, dengan penuh
perhatian dia tanya: "Ciak
Wangwe apakah... apakah engkau tidak kurang sesuatu apapun ?"
Ciak Kwing Ie tersenyum pahit, dan sahutnya: "Tidak, terima kasih atas kebaikan
Ho Kongcu, yang tadi telah mempertaruhkan jiwa untuk melindungi kami! jika tidak
ada Ho Kongcu, niscaya kami sudah tidak bernapas lagi !"
Ho Kongcu segera juga mengeluarkan kata-kata merendah, tampaknya Ho Kin An
merasa senang ia telah dapat berusaha untuk merintangi Ban Tok Kui menurunkan
tangan kematian kepada Ciak Kwing Ie dan puterinya itu.
Sedangkan Kwang Tan telah merogoh sakunya dan mengeluarkan obat bubuk, yang
diberikannya kepada Thio Bo.
"Telanlah Thio Locianpwee....!" katanya kemudian. Thio Bo segera menelan obat
itu, kemudian duduk bersemedhi buat mengatur jalan pernapasannya, segera juga
Kwang Tan bekerja cepat menorehkan semacam obat bubuk lainnya kepada luka-luka
dipundak dan dada Thio Bo.
Barulah kemudian dia menghampiri Suma Lin Liang yang tengah duduk bersemedhi
mengatur jalan pernapasannya, sama halnya seperti yang dilakukan terhadap Thio
Bo, ia pertama tama memberikan obat untuk dimakan oleh pemuda itu, baru kemudian
menorehkan obat bubuk pada luka didada pemuda itu.
Selesai mengobati Thio Bo dan Suma Lin Liang, Kwang Tan menghela napas dalam2.
Waktu tadi ia melihat hasil pukulannya dengan jurus ilmu pukulan "Guntur", ia
sendiri menjadi takjub, ia tidak menyangka Ban Tok Kui yang begitu liehay, hanya
dalam satu jurus saja telah dapat
dilukainya, malah ia pun telah berhasil membuat Ban Tok Kui jadi melarikan diri.
Padahal Kwang Tan sendiri belum mengetahui, jika saja kelak ia telah melatih
ilmu pukulan "Guntur" itu lebih baik lagi, niscaya Ban Tok Kui jangan harap
masih bisa bernapas jika terkena hantaman yang serupa seperti tadi, pasti ia
akan segera terbinasa. Kemudian setelah menghela napas beberapa kali, Kwang Tan menghampiri Ciak Kwing
Ie, ia memeriksa nadi hartawan itu, lalu memberikan obat.
"Jika memang Lopeh beristirahat beberapa waktu lamanya, kesehatan Lopeh akan
sembuh dan pulih sebagaimana biasa !" Kemudian juga Kwang Tan memberikan obat
penawar racun kepada Ho Kin An, meminta pemuda she Ho itu menelannya, karena
pemuda itupun telah terluka didalam, dan juga telah terkena goresan
kecil kuku Ban Tok Kui di luar sadarnya.
Disaat itu Kwang Tan juga telah memeriksa keadaan Ciak Siocia, puteri Ciak Kwing
Ie, kemudian memberikan obat padanya. "Keadaan Ciak Kouwnio tidak terlalu
membahayakan, karena jika nona ini telah beristirahat beberapa hari, ia akan
sembuh kembali!" menjelaskan Kwang Tan.
Bukan main girangnya Ciak Kwing Ie, ia telah mempersilahkan Kwang Tan bersama
Thio Bo dan Suma Lin Liang untuk singgah dan berdiam beberapa hari dirumahnya,
iapun menanyakan kepada Kwang Tan apakah ia perlu perintahkan pelayan2nya untuk
mengangkat Suma Lin Liang dan Thio Bo kedalam rumah.
Tetapi Kwang Tan mencegahnya, karena Thio Bo dan Suma Lin Liang justeru tengah
mengerahkan tenaga dalam mereka masing2, untuk mendesak racun yang mengendap
didalam tubuhnya. Dan walaupun obat yang diberikan Kwang Tan adalah penawar
racun, akan tetapi dengan pengerahan tenaga dalam seperti itu, kesembuhan itu
tersebut dapat di peroleh lebih cepat lagi.
Ciak Kwing Ie telah menoleh kearah puterinya Ciak Sie Lan, ia melambaikan tangan
memangginya: "Kemari Sie Lan, ada yang ingin kukatakan kepadamu!"
Ciak Sie lan yang kini merasakan tubuhnya agak segar, telah menghampiri ayahnya.
"Cepat kau haturkan terima kasihmu pada Ho Kongcu, karena jika tidak ada Ho
Kongcu, kita pasti telah terbinasa ditangan iblis itu...karena dari itu, dengan
adanya usaha Ho Kongcu yang berusaha menolong kita tanpa memperdulikan
keselamatan jiwanya kita harus bersyukur."
Ciak Sie Lan mengiyakan, segera juga in menjura memberi hormat kepada Ho Kin An
mengucapkan terima kasihnya, Ho Kin An ter sipu2 membalas hormat sigadis,
pipinya berobah merah, karena waktu itu ia tengah mengagumi kecantikan sigadis,
walaupun rambut Sie Lan tidak tersisir rapi, dalam keadaan yang agak kusut,
karena tadi gadis itu telah bertempur begitu melelahkan, namun
dimata Ho Kin An betapa manis dan cantiknya puteri Ciak Kwing le.
Kwang Tan juga telah memberikan petunjuk kepada Ciak Wangwe dan puterinya,
bagaimana cara mengatur dan mengendalikan tenaga dalam masing2, agar mereka bisa
memperoleh kesegaran dengan cepat, juga Kwang Tan telah memberikan beberapa
macam obat yang harus dimakan Sie Lan dan ayahnya pada hari-hari mendatang.
Setelah bercakap-cakap sebentar, Kwang Tan memeriksa lagi keadaan Thio Bo dan
Suma Lin Liang, Kedua orang itu telah dapat mendesak racun yang mengendap
ditubuh mereka kepermukaan kulit ditempat yang terluka, sehingga begitu racun terdesak,
segera punah terkena obat penawar racun yang ditorehkan Kwang Tan disitu.
begitu, mereka telah pulih kembali, Namun belum boleh terlalu banyak bergerak,
untuk jangan sampai peredaran darah mereka itu
Dengan keduanya mencegah terlalu cepat, sehingga dapat menyebabkan luka mereka itu mengalami
kelambatan buat sembuh dan mengering.
Ciak Wangwe telah menawarkan lagi agar mereka berdiam dulu dirumahnya beberapa
saat, sampai Thio Bo dan Suma Lin Liang sembuh benar-benar, sehingga mereka
dapat melakukan perjalanan tanpa perlu mengalami kesukaran pula. Memang Kwang
Tan menyetujui dan menerima tawaran dari tuan rumah.
Suma Lin Liang waktu" membuka matanya setelah bersemedhi, yang pertama2
diucapkan nya adalah: "Sungguh berbahaya sekali iblis itu, itukah suhengmu?"
Ciak Wangwe dan Sie Lan maupun Ho Kin Au melihat sikap Suma Lin Liang yang agak
lucu, mereka tersenyum. Tetapi mereka segera menunduk tidak berani
memperlihatkan perasaan geli mereka, kuatir kalau2 Suma
Lin Liang tersinggung oleh sikap mereka.
Karena-nya, mereka telah menunduk tak berani memandang kepada pemuda itu, kuatir
kalau2 mereka melihat terus dan semakin geli sehingga mereka jadi tertawa.
Waktu itu Kwang Tan telah memberitahukan kepada Thio Bo dan Suma Lin Liang bahwa
tuan rumah menawarkan jasa baiknya agar mereka berdiam dulu dirumah Ciak Wangwe,
setelah luka Suma Lin Liang dan Thio Bo dapat sembuh benar, barulah mereka
melanjutkan perjalanan buat mencari Ban Tok Kui.
"Dia telah terluka didalam yang parah, akibat pukulan "Guntur", pasti ia tidak
akan berani berdiam disekitar tempat ini. Dia akan mencari suatu tempat yang
tersembunyi buat menyembunyikan jejaknya. Karena itu, kukira memang tidak ada
manfaatnya kalau kita mengejarnya dengan keadaan Thio Locianpwe dan Suma
Koko seperti ini. Kita berdiam dulu beberapa hari dirumah Ciak Wangwe....!"
Thio Bo dan Suma Lin Liang menyetujuinya, begitulah mereka menetap selama
seminggu dirumah Ciak Kwing le. Selama itu Ciak Kwing Ie memperlakukan mereka
dengan ramah dan baik sekali. Demikian juga Ciak Sie Lan yang memperlakukan tamu2nya
dengan terbuka. Ho Kin An sendiri telah melaporkan peristiwa itu kepada ayahnya, maka diadakan
penjagaan yang kuat sekali disekitar gedungnya Ciak Wangwe, juga ayah Ho Kin An
telah mengerahkan anak buahnya buat melakukan pengejaran mencari jejak Ban Tok Kui. Hanya saja, kemana
mereka harus mencari jejak iblis itu " Juga, jika mereka berhasil mencari jejak
Ban Tok Kui, apa yang bisa mereka lakukan terhadap iblis yang liehay dan
berkepandaian tinggi itu "
Ho Kin An sendiri setiap hari datang berkunjung kerumah Ciak Wangwe. Banyak yang
dilakukannya, selain bercakap-cakap dengan Kwang Tan dan yang lainnya, ia pun
selalu memperhatikan kesehatan Ciak Wangwe dan puterinya.
Dengan demikian, Ciak Sie Lan sendiri merasa berterima kasih. ia telah melihat,
pemuda she Ho ini memiliki hati yang jujur juga waktu ia berusaha membela ayah
dan dirinya dari tangan maut Bun Tok Kui, Ho Kin An seperti juga tidak
memperdulikan lagi keselamatan jiwanya, ia
Setelah terjadi berlangsung lebih sepakat bahwa Ciak Wangwe sendiri tak
keberatan buat berbesan dengan Ho Tiekwan, asalkan Ciak Sie Lan cocok dan
menyukai serta mau menerima Ho Kin An sebagai suaminya.
Maka dari itu, segera juga dipanggil Ciak Sie Lan, yang ditanyainya urusan itu,
dimana gadis tersebut dengan muka merah menyatakan persetujuannya, Maka diatur
hari-hari untuk meresmikan perkawinan Ho Kin An dengan Ciak Sie Lan.
Gadis itu seorang yang memiliki jiwa dan hati yang bebas, karena sejak kecil dia
sudah melatih ilmu silat, dengan demikian, ia jadi memiliki jiwa yang terbuka
itulah sebabnya mengapa Ciak Wangwe telah memanggil langsung puterinya dan
menanyakan soal "lamaran" Ho
Tiekwan sendiri, dan puterinya pun telah memberikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti mempertaruhkan jiwanya buat melindungi Ciak Kwing Ie dan puterinya
tersebut. Hubungan Ho Kin An dengan Ciak Sie Lan semakin erat dan mesra.
Malah, ketika Ho Tiekwan berkunjung ke rumah Ciak Wangwe atas permintaan
puteranya, segera juga telah disinggung-singgung soal melamar, dimana Ho Tiekwan
telah mengungkapkan walaupun tidak keseluruhannya, puteranya itu sudah tiba
waktunya berumah tangga, hanya saja belum bertemu dengan gadis yang cocok
buatnya. Ada seorang gadis yang disenanginya, tetapi ia kuatir gadis itu tidak
menyukainya. Ketika Ciak Wangwe, yang
walaupun pun hati kecilnya telah mengetahui ke arah mana tujuan percakapan Ho
Tiekwan, namun ia menanyakan juga siapa gadis itu, dinyatakan oleh Ho Tiekwan,
gadis itu tidak lain dari puteri Ciak Wangwe sendiri.
pembicaraan basa-basi, pembicaraan


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serius. Sampai akhirnya diambil kata
keputusannya dihadapan Ho Tiekwan juga calon mertuanya.
Disaat itu, Kwang Tan melihat Thio Bo dan Suma Lin Liang telah sembuh
sesungguhnya mereka bermaksud hendak melanjutkan perjalanan dan pamit pada tuan
rumah. Tetapi mereka justeru dikabari kabar gembira itu,
dimana Ciak Sie Lan dan Ho Kin An akan melangsungkan perkawinan dalam beberapa
hari mendatang. Dan tuan rumah mengharapkan sekali kehadiran mereka dalam pesta itu, yang juga
sebagai pesta pernyataan terima kasih mereka yang telah menyelamatkan keluarga
Ciak tersebut dari tangan mautnya Ban Tok Kui.
Akhirnya Kwang Tan bersama Thio Bo dan Suma Lin Liang harus berdiam selama
beberapa hari dirumah Ciak Wangwe, sampai akhirnya tibalah pada hari pesta
perkawinan Ho Kin An dengan Ciak Sie Lan. Pesta perkawinan yang sangat meriah dan mewah sekali,
Tampaknya Ho Kin An dan Ciak Sie Lan sangat berbahagia sekali. Sama sekali Ho
Kin An tidak menyangka, bahwa ia telah mengalami bahaya yang bisa menyebabkan
kematian buat dirinya beberapa waktu yang
lalu, membawa akibat dan ekor yang membahagiakannya dimana akhirnya ia berhasil
mempersunting seorang isteri secantik Ciak Sie Lan, yang juga ilmu silatnya
sangat liehay. Malah, waktu mereka kasak kusuk berdua, seringkali Ho Kin An bersumpah, jika
telah menjadi suami Ciak Sie Lan, ia akan giat berlatih diri untuk mempelajari
ilmu silat, agar kelak ia bisa memiliki kepandaian berarti guna melindungi
isteri nya dari segala macam ancaman bahaya.
Dan juga, Ho Kin An kuatir kalau sampai Ban Tok Kui kelak mendatangi mereka lagi
buat balas dendam, jika terjadi begitu, dan ia tidak memiliki kepandaian apa-
apa, pasti ia tidak bisa berbuat banyak. Dan Ciak Sie Lan pun girang bukan main
mendengar sumpah dan keinginan Ho Kin An yang bermaksud hendak berlatih ilmu
silat. "Aku akan mengajarkan kepadamu, ayahku pun tidak akan keberatan buat mewarisi
seluruh kepandaiannya kepadamu, bukankah engkau mantunya"!" kata Ciak Sie Lan
setiap kali dalam kesempatan mereka kasak-kusuk diantara jalinan benang cinta.
Akhirnya pesta perkawinan itu usai, dan dua hari kemudian Kwang Tan bersama Thio
Bo dan Suma Lin Liang telah pamitan, mereka melanjutkan perjalanannya. walaupun
Ciak Kwing Ie bersama Ciak Sie Lan dan suaminya Ho Kin An, berusaha menahannya,
memohon agar mereka berdiam bersama-sama selama beberapa waktu lagi, namun Kwang
Tan bertiga sudah menolaknya dengan halus dan mereka tetap saja pamitan.
Begitulah, dipagi itu Kwang Tan bertiga Thio Bo dan Suma Lin Liang telah
meninggalkan rumah Ciak Wangwe, Mereka melakukan perjalanan kearah selatan. Dan
mereka memang bermaksud hendak mencari jejak Ban Tok Kui,
karena jika Ban Tok Kui dibiarkan dengan keganasannya, pasti akan menyebabkan
dunia persilatan terancam.
Mereka telah melihatnya, betapa Ban Tok Kui, merupakan seorang yang haus darah
dan kejam disamping tangannya sangat telengas sekali.
Disamping itu, terkandung maksud dihati mereka buat pergi ke Bu Tong Pay, karena
Suma Lin Liang bermaksud hendak menghunjuk hormat kepada para pendekar Bu Tong,
yang di ketahuinya memiliki hubungan yang dekat dengan Kauwcunya, Thio Bu Kie.
Selama itu Kwang Tan melatih ilmu "GUNTUR" nya dengan tekun, dibimbing oleh Suma
Lin Liang dan Thio Bo yang banyak memberikan petunjuk padanya. Dengan demikian
Kwang Tan telah memperoleh kemajuan yang pesat..
oo0O0oo Sekarang mari kita menegok dulu pada keadaan Thio Bu Kie, Kauwcu Bengkau, yang
tampaknya tengah mengalami beberapa macam persoalan yang cukup rumit, disamping
ia tengah berusaha menyelidiki perihal lenyapnya Thio Sam Hong yang tanpa kabar
berita, juga ia tengah menghadapi
tindasan dari Kaisar Cu Goan Ciang, yang menghendaki kehancuran Bengkauw.
Disamping itu juga, beberapa orang utusan Bengkauw pusat di Persia telah
berhasil dipengaruhi oleh Cu Goan Ciang, karena Kaisar itu telah mengarang
sebuah cerita bohong yang menyatakan betapa Thio Bu Kie adalah penyebab kehancurkan Bengkauw
didaratan Tionggoan, karena memiliki maksud buruk yang ingin menguasai juga
Bengkauw Persia. Maka beberapa orang utusan dari Bengkauw pusat di Persia yang telah datang
kedaratan Tionggoan, menjadi marah dan berusaha mencari Thio Bu Kie, buat
menghukumnya. Bengkauw di Persia pun telah mengirimkan lagi beberapa orang jagoan buat
menangkap Thio Bu Kie, untuk dibawa menghadap ke Persia, disana ia akan diadili
oleh Kauwcu Beng kauw pusat di Persia.
Tentu saja Thio Bu Kie menghadapi beberapa macam tantangan dari berbagai
penjuru. Waktu itu Bengkauw daratan Tionggoan yang dipimpinnya memang boleh dibilang sama
sekali sudah tidak memiliki kekuatan, dan juga anggotanya sedikit sekali. Hal
itu juga memang sengaja dilaksanakan oleh Bu Kie, karena Bu Kie tidak mau kalau
sampai anggota Bengkauw nanti menerima nasib buruk akibat pergolakan yang ada.
Karena itu, Bu Kie telah membubarkan, Dengan demikian anggota Bengkauw yang
telah dibubarkan itu tentu tidak dimusuhi Cu Goan Ciang, dan tidak terseret2
dalam pergolakan yang terjadi.
Hanya anggota2 inti Bengkauw saja yang tetap turut serta dengan Bu Kie, berdiam
di Himalaya. Selama menerima berita dari murid Bu Tong Pay yang menyatakan Thio
Sam Hong telah pergi dan sekian lama tidak kembali tanpa kabar berita, membuat
Bu Kie kian gelisah ia telah meminta bantuan beberapa orang tokoh Bengkauw guna
menyelidikinya, namun tetap saja mereka tidak berhasil menemui jejak Thio Sam
Hong, yang seperti lenyap kedasar bumi.
Memang untuk bicara soal kepandaian, guru besar itu sudah memiliki kepandaian
yang sempurna sekali, dan sulit sekali mencari orang kedua yang bisa menandingi
kepandaian guru besar tersebut.
Akan tetapi, justeru yang menggelisahkan Bu Kie, usia dari guru besar itu telah
lanjut, dan juga memang Thio Sam Hong terlalu jujur, ia kuatir kalau2 Thio Sam
Hong nanti terkena tipu muslihat licik dan jahat dari manusia2 rendah.
Begitulah, semakin lama Bu Kie jadi semakin dikelilingi oleh beberapa macam
persoalan, ia telah melihatnya Cu Goan Ciang mendesaknya semakin hebat, dikaki
gunung Himalaya saja orang2 Bengkauw sering melihat pahlawan istana Cu Goan Ciang
berkeliaran di sana. Tetapi para pahlawan Kaisar itu belum berani untuk berlaku nekad naik kepuncak
gunung Himalaya, rupanya mereka menyadari dipuncak Himalaya itu tokoh-tokoh
Bengkauw yang semuanya kepandaian sangat tinggi.
berkumpul memiliki Mereka hanya berkeliaran di kaki gunung Himalaya, seperti juga mereka
tengah melakukan penyelidikan dan mencari2 kesempatan buat bergerak. Semakin
hari, jumlah pahlawan Kaisar Cu Goan Ciang semakin banyak juga,
karena Kaisar Cu Goan Ciang memang telah mengeluarkan firmannya untuk menumpas
Bengkauw Tionggoan. Dan juga ia telah berhasil mengumpulkan data-data, Bengkauw kini semakin lemah
dan hanya anggota2 intinya belaka yang menyembunyikan diri atau lebih jelasnya
lagi, hidup menyepi dipuncak gunung Himalaya, karena memang selalu dikejar perasaan
takut, kalau2 Bu Kie suatu saat kelak kembali kekuasaan dan berhasil menghimpun
Bengkauw menjadi kuat kembali, tentu itu merupakan ancaman tidak kecil buat
Kaisar Cu Goan Cian. Disebabkan itu pula mengapa Cu Goan Ciang demikian keras dalam mendesak
Bengkauw, dan ia pun telah mengeluarkan anggaran yang cukup besar, buat
membiayai pengejaran tersebut, dan mengerahkan ribuan jago2 istana, maupun jago
rimba persilatan yang disewa buat kerajaan.
Karena Cu Goan Ciang tetap dengan tekadnya menghancurkan Bengkauw sampai ke-
akar2nya. Kini, iapun telah mengirim beberapa orang kepercayaannya, buat
menghubungi Bengkauw Persia, menemui Kauwcunya, untuk menghasut nya dan mengajak
bekerja sama menumpas Bu Kie.
Dan usahanya itu tampak memperoleh kemajuan, dengan dapatnya dipengaruhi
Bengkauw pusat di Persia dan datangnya beberapa orang jago2 terkemuka Bengkauw
pusat Persia yang berusaha mencari Bu Kie.
Jika sebelumnya Bu Kie beranggapan puncak Himalaya merupakan tempatnya yang
paling baik buat ia bersama tokoh2 Bengkauw lain nya hidup menyepi, menjauh diri
dari kemelut dan pengejaran Cu Goan Ciang.
Namun sekarang menyaksikan perkembangan seperti itu, tentu saja Bu Kie baru
tersadar, sebelum Cu Goan Ciang kandas harapannya untuk menumpasnya, maka ia
selalu akan dikejar2 juga, Dan selama itu pula Cu Goan Ciang bermaksud hendak
menghancur leburkan Bengkauw sampai keakar2nya.
Selama sebulan terakhir ini Bu Kie sibuk sekali mengatur persiapan2, juga ia
telah mengatur penjagaan bergilir buat para tokoh Beng kauw, dimana mereka
secara bergiliran mengadakan penjagaan.
Karena jika mereka lengah dan tempat mereka kemasukan orang2nya Cu Goan Ciang,
atau juga orang yang menjadi utusan dari Bengkauw Persia, akan menyebabkan kesulitan bagi mereka. Pada sore itu Bu Kie
tengah duduk didepan mejanya dalam kamar perpustakaan, ia tengah memperhatikan
selembar peta yang menggambarkan
puncak gunung Himalaya. ia telah keadaan disekitar mengatur segala penjagaan dengan cermat, pos2 yang ditempatkan
pada posisi Pat kwa Cit-sing dengan demikian tidak mudah seseorang buat memasuki
tempat yang didiami oleh sisa2 anggota Beng kauw ini.
Dan Bu Kie pun telah mengaturnya sedemikian rupa, seseorang yang tidak mengerti
peraturan dan peredaran Citsing, niscaya ia akan dapat masuk tanpa bisa keluar
lagi, walaupun bagaimana tinggi kepandaiannya.
Tio Beng melihat Bu Kie tengah tekun mengawasi begitu cermat peta keadaan puncak
Himalaya, tidak mau mengganggunya, dia keluar dan berjalan dengan kedua tangan
tersandang kebelakang punggungnya, ia melangkah perlahan-lahan.
Sejauh mata memandang, keadaan yang terang dari kemilau salju, tampak indah
sekali. Sebuah tempat yang seharusnya nyaman dan enak buat ditinggali. Namun
sekarang tampaknya ancaman-ancaman dari segala penjuru
tengah mengintai, dan justeru jika mereka kurang waspada setiap saat bisa saja
terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan.
Setelah berjalan cukup jauh meninggalkan perumahan Beng kauw, dan ia berada
didekat sebuah danau buatan yang pinggirannya bertumpuk es dan salju yang tebal
mengeras, Tio Beng menghela napas berulang kali, duduk digundukan salju dengan
matanya tidak lepas mengawasi permukaan air danau, yang sebagian telah menjadi
es. Memang Tio Beng sangat cerdik, biasanya menghadapi urusan2 besar, ia dapat
mengatasi dengan mengandalkan kecerdasan otaknya padanya tergantung itu, akan
tetapi sekarang, justeru keselamatan jiwa dari sisa tokoh2
Beng-kauw, yang semua berkumpul dipuncak Himalaya, jika memang ia mengambil
keputusan yang salah, dan Bu
Kie melaksanakannya, tentu bisa mendatangkan penyesalan yang sangat pada
akhirnya. Dulu sebelum menikah dengan Bu Kie, ia seorang yang sangat cekatan, berani dan
tabah. Tetapi sekarang, setelah sekian banyak tahun menjadi nyonya Bu Kie,
jiwanya mengalami perobahan, Terkadang ia sering dihinggapi perasaan takut, takut mati,
takut berpisah dengan Bu Kie, dan takut menghadapi kehancuran dan merasakan
betapa perkawinannya dengan Bu Kie membawa kebahagian buat mereka.
Namun justeru tugas yang di pikul Bu Ki sangat berat sekali, mereka berdua
seringkali merundingkannya dalam saat-saat dan kesempatan yang ada, bahwa mereka
sesungguhnya sudah tidak mau menceburkan diri dalam kemelut kerajaan, berusaha
untuk hidup menyepi dipuncak Himalaya buat hidup tenang, dan membiarkan Cu Goan
Ciang dengan kekuasaan yang telah diperolehnya sebagai seorang Kaisar.
Hanya saja justeru Kaisar itu seperti tidak mau melepaskan mereka, tetap
mengadakan pengejaran, tetap memusuhi mereka, dan tetap ingin menumpas sampai
habis ke-akar2nya, inilah yang terkadang membuat mereka
seringkali marah, mendongkol dan tidak jarang tersirat hasrat hendak mengadakan
perlawanan lagi. Namun korban yang akan berjatuhan tentu tidak sedikit itulah
yang tidak diinginkan mereka.
Thio Beng duduk termenung sesaat lamanya disitu, angin yang berhembus dingin
seperti tak dirasakannya, dan ia menghela napas saja.
Diwaktu itulah tiba-tiba ia mendengar suara "tring" seperti juga suara batu es
yang saling bentur dengan batu es lainnya, semula Tio Beng menduga bahwa suara
itu berasal dari batu-batu es yang saling bentur diatas danau buatan. Namun "tring"
tersebut, akhirnya didengarnya semakin jelas.
Suara "Tring" itu setelah didengarnya jelas, iapun yakin bukan suara benturan
yang terjadi antara batu es dengan
batu-batu es lainnya, itulah suara yang aneh, yang baru pertama kali ini
didengarnya. Tio Beng berdiri, ia mengawasi sekelilingnya. Hanya tebing2 yang tinggi dengan
gundukan es dan salju yang telah mengering. Hanya warna putih belaka yang
dilihatnya, warna putih yang memenuhi sekitar tempat itu.
Dalam keadaan seperti itu, Tio Beng telah mengerutkan alisnya, memasang
pendengarannya lebih tajam lagi, dia mengawasi sekitarnya. Diwaktu itulah dia
telah melihatnya, jauh nun di sana, disebelah barat, di antara tumpukan
saljusalju yang memutih, tampak dua sosok tubuh yang berdiri
tegak, dengan baju mereka yang berwarna kuning dan besar lebar, berkibar
terhembus oleh angin gunung.
Tio Beng berusaha melihat lebih tegas, untuk mengetahui siapakah orang itu,
Semula Tio Beng menduga bahwa kedua sosok tubuh yang tengah berdiri diatas
tebing itu adalah dua orang anak buah dari suaminya, yang kebetulan lewat disekitar tempat
itu. Namun setelah melihat jelas, segera juga Tio Beng mengetahui bahwa tidak
seorangpun dari sekian banyak tokoh Bengkauw yang memiliki potongan tubuh
seperti itu. Melihat dari cara berpakaian kedua orang itu, yang mengenakan jubah
dimasukkan lewat lehernya, dan lebar sekali bukan merupakan pakaian yang biasa
dikenakan didaratan Tionggoan, terlebih lagi setelah melihat wajah kedua orang
itu berewokan dengan kulit yang putih, hidung
yang terlalu mancung, dan rambut yang dicukur dalam bentuk yang lain, potongan
rambutnya bukan seperti biasanya orang2 Han.
Hati Tio Beng jadi diliputi tanda tanya, ia menduga2, entah siapa adanya kedua
orang itu. Namun sebagai seorang yang cerdas, Tio Beng tidak memperlihatkan
sikap terkejutnya, ia berpura2 tidak memperhatikan kedua orang itu, sesungguhnya
hati kecil Tio Beng telah dapat menduga tentunya kedua orang itu tidak bermaksud
baik berkunjung kepuncak Himalaya ini.
Jika bukan orang2nya Cu Goan Ciang, tentunya kedua orang itu dari golongan sesat
atau jago dari persia, utusan
Bengkauw pusat, karena itu, Tio Beng telah bersiap2 buat menghadapi segala
kemungkinan. Kedua orang asing yang berdiri di atas tebing bersalju itu, telah bergerak turun
dengan loncatan2 yang ringan sekali. Setiap kali mereka melompat, terdengar
suara "Ting" yang nyaring, semakin lama semakin dekat. Tetapi kali ini Tio Beng
sudah tidak menoleh buat melihat mereka, karena Tio Beng memang ingin membawa
sikap seperti juga tidak memperhatikan kedua orang itu, dia mengambil sikap
bagaikan kehadiran kedua orang itu ditempat ini bukan
suatu hal yang terlalu aneh.
Setelah melompat beberapa saat lamanya kedua orang itu telah berada didekat
danau buatan itu. Mereka ternyata dua orang asing, dengan hidung yang sangat
mancung dan mata yang tidak sipit, Tubuh merekapun jangkung tinggi, besar dan
tegap. Mungkin juga ketinggian tubuh mereka berdua satu setengah dari ketinggian tubuh
seorang Han yang wajar. "Hmm, wanita yang cantik ditempat indah seperti ini,"
menggumam salah seorang di antara mereka, dengan mempergunakan bahasa asing,
bahasa Persia, dengan demikian segera juga Tio Beng mengetahui bahwa kedua orang
ini benar2 orang Persia, Tio Beng mengerti baik bahasa Persia, karena itu, ia
mengerti akan arti perkataan orang tersebut, ia segera menoleh dan tersenyum,
kemudian pura-pura memperlihatkan sikap heran.
"Ohhh, siapakah kalian "!" tanya Tio Beng dengan mempergunakan bahasa Han. Orang
Persia yang tadi berkata2 telah menoleh kepada kawannya: "Dia tidak mengerti
bahasa kita, hanya mengerti bahasa Han, ini ada baiknya buat kita !"


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa yang kau katakan itu "!" sengaja Tio Beng bertanya begitu memperlihatkan
sikap terheran-heran. Kawan orang Persia itu telah menoleh dan juga berkata ragu
kepada kawannya, "Kita harus hati2, karena kita sedang melaksanakan perintah
dari Kauwcu, maka segala gangguan apapun juga tidak boleh mempengaruhi kita"!"
Dia berbicara dengan mempergunakan bahasa Persia, yang diduganya Tio Beng tidak
mengerti Tio Beng dapat menerkanya siapa kedua orang ini sebenarnya, mereka
tentunya dua orang utusan dari Bengkauw Persia.
Tetapi Tio Beng tetap tidak memperlihatkan perobahan apapun juga pada wajahnya.
Dia telah memandang dengan sikap seperti ingin tahu, tanyanya "siapakah kalian "
Apakah kalian tidak mengerti bahasa Han "!"
"Siapa kau nona "!" tanya salah seorang Persia itu, tetap mempergunakan bahasa
Persia. Tio Beng memperlihatkan sikap seperti terheran2, ia memang berpura2
tetap tidak mengerti bahasa Persia, katanya kemudian ragu2 "Apa yang tuan
katakan tadi?" Orang Persia itu tersenyum, dia semakin yakin bahwa Tio Beng memang tidak
mengerti bahasa Persia, ia menoleh kepada kawannya, katanya: "Kau jangan terlalu
kuatir, Iris karena aku yakin, dia memang bukan orang Bengkauw..."
Kemudian orang Bengkauw itu telah batuk2 beberapa kali, dia memandang kepada Tio
Beng, kemudian tanyanya: "Apakah kau penduduk disekitar tempat ini?"
Tio Beng memandang saja tanpa menyahut karena dia memang mengerti apa yang di
katakan orang itu, namun tetap dia membawa sikap seperti tidak mengerti.
Melihat Tio Beng berdiam diri saja, orang Persia itu tersenyum, kemudian
katanya, sekali ini mempergunakan bahasa Han yang kaku sekali, sepatah2: "Kau
tidak usah takut pada kami, kami bukan manusia jahat! Kami hanya ingin mencari
seseorang dan membutuhkan keteranganmu.
Maukah kau memberikan penjelasan kepada kami, nona manis"!"
Tio Beng segera mengangguk.
"Tentu, tentu saja !" sahutnya, "Tentu saja aku bersedia memberikan keterangan,
tanyakan itu kumengerti !"
jika persoalan yang kalian Orang Persia itu engkau dipuncak Bengkauw ?"
tersenyum Himalaya lagi, katanya: "Tahukah ini tinggal orang-orang
Tio Beng mengangguk cepat. "Mengenai siapa adanya mereka, aku tidak tahu. Tetapi
memang dipuncak Himalaya itu tinggal banyak sekali orang2 yang tampaknya aneh2,
mereka seperti juga hantu2 yang bisa berkeliaran cepat sekali, memiliki tenaga
yang kuat. pokoknya orang2 yang berada dipuncak Himalaya itu bagaikan hantu atau
mungkin juga manusia dewa, Mereka semuanya luar biasa sekali "!"
Orang Persia yang seorang telah mengerutkan alisnya, kemudian kepada kawannya
dia berkata perlahan dengan mempergunakan bahasa Persia, "Gadis ini bisa berada
dipuncak Himalaya seperti ini, yang tentunya memiliki jalan tidak mudah,
tentunya memiliki kepandaian ilmu silat yang tidak rendah. Jika dia tidak
mengerti ilmu silat, tidak nantinya dia bisa naiki sampai dipuncak Himalaya. Dan
jika ia tidak memiliki hubungan dengan orang2 Bengkauw Tionggoan, yang sekarang
berdiam di puncak Himalaya,
tidak mungkin dia dibiarkan untuk berkeliaran disekitar tempat ini..."
Tampaknya memang orang Persia yang seorang itu menaruh kecurigaan kepada Tio
Beng, dia memang lebih cermat dan teliti.
Tetapi kawannya telah menggeleng perlahan, menyahuti dengan bahasa Persia juga:
"Biarlah aku yang mengurusnya ! "
Waktu itu dia menoleh kepada Tio Beng, tanyanya: "Nona manis, dimana rumahmu "!"
Karena orang Persia itu berbicara dengan mempergunakan bahasa Han, Tio Beng
menunjuk kearah bawah gunung, Katanya kemudian "Aku tinggal disana, bersama ayah
"!" " "Hemmm, tentunya nona bisa berlari cepat dan memiliki ilmu meringankan tubuh
yang cukup tinggi, karena nona bisa mencapai tempat ketinggian seperti ini !"
Tio Beng mengangguk "Sejak kecil aku sudah biasa ber lari2 ditempat ini,
sehingga tidak ada Ayahku seorang pemburu dan sering kepuncak gunung ini. Dengan demikian kesukaran lagi! mengajak aku aku
telah biasa melakukan perjalanan di puncak gunung ini, tidak ada kesulitan
lainnya, apakah tuan2 hendak menanyakan jalan aku bisa memberitahukannya, karena
memang seluruh keadaan dipuncak gunung ini kukenal dengan baik !"
"Apakah keterangannya itu bisa dipercaya !" menyelak
kawan orang Persia itu, bertanya dengan mempergunakan bahasa Persia. Dia
mengerutkan sepasang alisnya dan mengawasi Tio Beng dalam2.
"Gadis pemburu itu mengatakan bahwa dia puteri seorang dikampung yang berada dikaki gunung ini.
Kukira, puteri seorang pemburu tidak akan secantik seperti dia, tidak memiliki
kulit sehalus dia. dan juga tidak akan mengenakan pakaian sebagus itu. Di-
samping itu, kau perhatikan, perhiasannya yang sangat banyak dan mahal harganya
tentunya !" Kawannya mengangguk Memang diapun semakin memperhatikan Tio Beng, hatinya
semakin jadi bercuriga. Akan tetapi tampaknya dia masih bisa mengendalikan
dirinya untuk tidak menonjolkan
malah telah bertanya: "Kami
kecurigaannya itu Dia justeru ingin sekali menanyakan perihal seseorang kepadamu, nona manis. Apakah kau kenal dengan Thio
Bu Kie!" "Thio Bu Kie"!" tanya Tio Beng dengan sikap memperlihatkan
keadaan tertegun, dia telah bertanya dengan sepasang alis yang dikerutkan:
"Siapakah dia?" Kedua orang Persia itu saling pandang, mereka saling mengangguk
Yang seorang kemudian kemudian
bertanya pula: "Atau memang nona belum pernah mendengar nama itu"!"
Tio Beng menggeleng. Dia kemudian bilang: "Mungkin kalian bisa menanyakannya
kepada orang2 yang berada dipuncak gunung itu, mungkin mereka mengetahuinya!
Jika memang tuan2 hendak pergi kesana dan tidak mengetahui jalan, aku bisa
menunjukkannya!" Memang luar biasa, Tio Beng sangat cerdik dan juga pandai sekali mengekang
perasaannya, sesungguhnya waktu itu Tio Beng tengah tergoncang hatinya.
Dia kuatir kedua orang ini merupakan utusan resmi dari Beng-kauw pusat di
Persia, jika Bu Kie bertemu dengan
mereka, niscaya Bu Kie yang jujur dan polos, akan mematuhi peraturan yang ada, dan juga akan
menghormati mereka, disamping itupun ia akan mengalah pada kedua orang ini tidak
berani melawannya, itulah yang dikuatirkan Tio Beng.
Karenanya berusaha memikirkan cara dan daya buat menyingkirkan kedua orang ini.
Namun ia cerdas, jika dia berpura-pura dengan cara biasa saja, kedua itu akan
mencurigainya. Karenanya, ia membawa sikap seperti juga ia tidak memiliki
hubungan apapun juga dengan orang2 Bengkauw itu. Dia malah telah
mengantarkan mereka ke-puncak tersebut. menawarkan untuk gunung Himalaya
Benar saja, kedua orang Persia itu kembali ragu2. Yang seorang telah berkata:
"Jika gadis ini adalah salah seorang anggota Beng kauw, niscaya dia tidak akan
menawarkan jasa baiknya buat menunjukkan pada kita jalan menuju kesana! Tentu dia memang
benar2 tidak memiliki hubungan dengan Bengkauw Tionggoan, Kita saja yang terlalu
bercuriga!" "Tetapi walaupun bagaimana tetap saja kita harus
berwaspada, tidak bisa mempercayai sepenuhnya kita selalu harus berhati-hati
sebelum kita berangkat, bukankah Kauwcu telah berpesan, orang2 Tionggoan licik2,
mereka bisa membinasakan lawannya dengan senyum, tanpa mempergunakan senjata!
Dari pepatah itu bisa saja kita simpulkan bahwa mereka sangat licik sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawannya mengangguk dan menoleh kepada Tio Beng, kemudian katanya: "Baiklah!
Kami memang ingin pergi kesana buat menanyakan perihal orang yang tengah kami
cari itu kepada orang2 yang kau katakan berada dipuncak gunung Himalaya ini!
Mudah2an saja mereka mengetahui!"
Sambil berkata begitu, tangan kanan dari orang Persia ini telah bergerak seperti
tidak sengaja kesamping, kedekat iga Tio Beng, ia bermaksud hendak menguji Tio
Beng dengan menotok salah satu jalan darahnya.
Tio Beng menyadari, bahwa serangan itu tidak mungkin membahayakan dirinya.
Sebagai seorang yang sangat cerdas, ia telah dapat menangkap maksud orang itu,
yang tentunya ingin menguji dirinya.
Maka dia telah berdiam diri saja tanpa berusaha berkelit atau menangkis serangan
itu, Dia membiarkan jalan darah di pinggangnya itu ditotok, sehingga Tio Beng
merasa kesemutan pada pinggangnya.
Hal ini membuatnya jadi heran dan kaget, Dia tadi diam2 telah melindungi
pinggangnya dengan lwekangnya mempergunakan ilmu tenaga dalam bersifat lunak,
dia tidak memperlihatkan perlawanan, tokh dirinya terlindung baik
sekali, Akan tetapi justeru masih bisa kesemutan seperti itu, benar2 merupakan
hal yang sangat mengejutkannya.
Dan Tio Beng mengetahui bahwa jalan darah yang ditotok adalah jalan darah "Ma-
ie-hiat", jalan darah yang akan menyebabkan korban totokan itu terjungkel lemas.
ia pun mengambil sikap seperti terjungkel, juga sepasang kakinya itu seperti
lemas tidak bertenaga. Belum lagi tubuhnya meluncur jatuh, orang Persia tersebut bergerak cepat sekali
telah membuka totokannya dengan cara menotok jalan darah "Kie-su-hiat" diketiak"
Tio Beng, sehingga Tio Beng tidak terjungkal dan bisa berdiri tetap pula, Orang
Persia itu tersenyum senyum saja, kepada kawannya dia bilang dalam bahasa
Persia: "Dia benar2 tidak mengerti ilmu silat !"
Tio Beng menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang kaget.
"Ihhh, apakah terjadi gempa bumi" Ohh, mengapa aku tiba2 terhuyung seperti akan
jatuh?" Sengaja dia bertanya seperti juga dia tidak melihat dan tidak mengetahui
bahwa tadi dirinya telah ditotok dua kali oleh orang Persia tersebut.
Memang totokan yang dilakukan orang Persia itu sangat cepat sekali, dia menotok
dengan gerakan yang tidak bisa diikuti oleh pandangan mata manusia biasa, Untuk
mengelabui mata kedua orang Persia tersebut, Tio Beng berpura-pura tidak
tanggung-tanggung. Diwaktu itu terlihat kedua orang Persia itu tersenyum pada Tio Beng, salah
seorang diantara mereka bertanya: "Apakah kau sakit, nona" Bisakah kau
mengantarkan kami sekarang juga menunjukan jalan buat mencapai puncak Himalaya
itu "!" Tio Beng mengangguk, kemudian menggeleng2kan kepalanya, memperlihatkan sikap
seperti dia tengah merasa pusing, lalu dia bilang: "Baiklah, mari
kuantarkan....!" Dan dia memutar tubuhnya, Sengaja dia memberatkan tindakan kakinya, sehingga dia
seperti juga tidak memiliki
ginkang sedangkan kedua orang Persia itu mengikuti dibelakangnya, mereka mengikuti sambil bercakap-
cakap. "Gadis ini halus dan cantik sekali, Aku tidak mengerti di Tionggoan
memang banyak sekali gadis2 yang cantik....!" "Ya, tetapi ini berusia tidak muda
lagi, aku mau menduga dia berusia diatas dua puluh lima tahun, atau mungkin
telah tiga puluh tahun.,.!" kata kawannya.
"Ya, akupun melihatnya begitu, tetapi ia sangat cantik sekali! Tentunya gadis2
lainnya pun sama cantiknya.
Hemm, jika saja aku tidak
sedang menjalankan tugas Kauwcu, tentu aku ingin sekali berkeliling seluruh
daratan Tionggoan, untuk melihat keindahan yang ada di Tionggoan, yang kabarnya
memang sangat luar biasa, Dan menurut apa yang kudengar pemandangan di Kanglam,
Souwciu, Hangciu dan beberapa tempat lainnya, memiliki keindahan alam yang
sangat luar biasa sekali!"
Kawannya hanya tersenyum, Namun ia jadi tidak sabar melihat Tio Beng berjalan
lambat sekali. "Nona... apakah boleh kami menggendongmu saja, agar mempercepat perjalanan
kita"!" tanya orang Persia yang seorang itu.
Tio Beng memperlihatkan sikap kaget dan takut, dia berseru: "Jangan... ohh, mana
boleh begitu ?" Orang Persia itu tersenyum.
"Nona jangan takut, kami tidak bermaksud buruk, kami tak akan mengganggumu, Kami
hanya menghendaki agar perjalanan ini bisa dipercepat...!"
Tio Beng menggeleng berulang kali, tangannya diulapulapkan. "Tidak! Tidak, Mana
bisa begitu"! Biar lambat, tetapi tokh kita akan tiba juga disana! Memang tempat
ini sangat berbahaya, kalau kita berjalan cepat2 dan kurang hati2, kita bisa
tergelincir dan menemui bahaya. Karena itu, lebih baik kita berjalan per-lahan2
saja. Tidak jauh lagi, sebentar juga kita sampai..!"
Kedua orang Persia itu tertawa, mereka saling pandang dan mengangkat bahu.
Kemudian yang seorang berkata: "Ya, jika begitu, mari kita melanjutkan
perjalanan kita...!"
Tio Beng telah berjalan lagi, tetapi langkah kakinya tetap berat dan lambat,
karena jika ia melangkah cepat dan
ringan, tentu dia tidak mungkin dapat mengelabui mata kedua orang persis itu,
yang tampaknya memiliki kepandaian tinggi, Maka Tio Beng bersandiwara sungguh2
seakan juga benar2 ia memang tidak mengerti ilmu silat.
Setelah berjalan beberapa jauh, akhirnya kedua orang Persia itu tidak sabar
lagi. Mereka segera berkata hampir berbareng: "Nona.... masih jauhkah "!"
Tio Beng menunjuk keatas., sambil menyeka keringatnya, walaupun udara sangat
dingin" Tio Beng purapura letih dan mengerahkan Iwekangnya mengeluarkan keringat
"Itu, disana tidak jauh lagi !"
Kalau begitu biarlah kami pergi kesana, dan terima kasih atas bantuanmu yang
menolong memberitahukan jalan buat menuju ke-puncak itu !" kata salah seorang
Persia itu. Tio Beng hanya mengangguk saja, katanya kemudian setelah kedua orang Persia itu
hendak pergi: "Hati-hati, tempat disana banyak terdapat daerah yang licin
sekali, bersalju yang setengah keras, yang mungkin bisa menyebabkan kalian
tergelincir !" Kedua orang Persia itu menoleh dan tersenyum, mereka kemudian mempergunakan
ginkang mereka, setiap kali tubuh mereka bergerak, terdengar suara "Tinggg!"
yang cukup keras, Dan gerakan mereka sangat ringan sekali, dalam waktu yang
singkat mereka telah naik kepuncak itu puluhan tombak.
Sedangkan Tio Beng menantikan kedua orang itu berlari jauh, ia kemudian
mengambil jalan memutar cepat sekali Tio Beng pun menuju kepuncak itu.
Kedua orang Persia tersebut telah berlari sampai kebagian yang tertinggi dari
tebing yang memisahkan puncak utama gunung itu, Melakukan perjalanan beberapa
lie lagi tentu mereka akan tiba Bengkauw berkumpul.
Tio Beng dibagian lain telah ginkangnya untuk berlari
secepatnya, guna mendahului kedua orang itu tiba dipuncak. Namun ternyata,
usahanya gagal Karena Tio Beng mengambil jalan yang memutar, maka dia
mempergunakan waktu yang lebih lama.
Juga memang dia tidak menyangka sama sekali kepandaian dan ginkang kedua orang
itu melebihi dari apa yang disangkanya. Karena begitu ia tiba dipuncak, dan akan
melompat keluar dari sebungkah batu tebing yang menonjol justeru ia melihat
kedua orang Persia itupun telah tiba disana.
Kedua orang itu telah memandang sekelilingnya, seperti tengah mencari sesuatu,
sampai akhirnya salah seorang diantara mereka telah menunjuk kepada perumahan
Bengkauw yang terpisah tidak begitu jauh.
"Disana!" kata orang Persia tersebut yang tubuhnya berkelebat cepat sekali.
Setiap kali ia melompat, terdengar suara "Ting".
Kawannya segera menyusulnya, sedangkan Tio Beng tidak melompat keluar dulu,
keadaan disana merupakan lapangan yang tertutup salju, tanpa ada pohon atau
batu2, sehingga jika dia melompat keluar dari bungkahan batu tebing itu, niscaya
kedua orang Persia tersebut dapat
ditempat tokoh-tokoh mengerahkan seluruh melihatnya, karena memang tidak ada bagian yang bisa
dipergunakan buat bersembunyi.
Setelah melihat kedua orang Persia itu berlari jauh. Tio Beng baru melompat
keluar Namun baru saja kedua kakinya menginjak salju, tiba2 berkelebat empat
sinar yang berkilauan. "Tringgg, tringggg, tringgg, tringgg!" terdengar empat kali suara yang sangat
nyaring. Untung saja Tio Beng memang bermata jeli dan juga memiliki ginkang yang
tinggi, ia dapat menghindari
sambaran keempat batang paku perak itu yang menancap lenyap ditumpukan salju.
Kedua orang Persia itu telah berlari balik kembali kepada Tio Beng, mata mereka
bersinar tajam dan bibirnya pun tersenyum manis.
"Hmmm, rupanya dugaanku memang tidak meleset, dia memiliki kepandaian yang


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi, orang Bengkauw Tionggoan juga seorang diantara mereka.
"Ya, aku sama sekali tidak pernah menyangkanya, wanita secantik dia, begitu
lembut dengan kulit tubuh yang halus, bisa memiliki ginkang begitu tinggi "!"
Rupanya, waktu Tio Beng melompat keluar justeru kedua orang
Persia itu tanpa menoleh lagi, karena mendengar suara yang lunak sekali. ketika
kaki Tio Beng menyentuh salju, telah melontarkan masing2 dua batang paku perak,
untung saja serangan tersebut tidak sampai melukai Tio Beng.
Dengan muka yang angker dan mata memandang tajam, salah seorang Persia itu telah
menegur galak: "Akuilah terus terang, siapakah engkau sebenarnya "!".
tentunya merupakan !" menggumam salah Tio Beng tenang sekali, melihat rahasianya telah terbuka, dia
tersenyum. Katanya: "Sebenarnya aku hanya ingin mengelabui apa sesungguhnya yang
hendak dilakukan kalian berdua, Hanya itu saja..!"
"Ohhh, engkau masih juga ingin berpura-pura !" kata orang Persia yang seorang
itu dengan sengit, "Atau memang perlu kami yang memaksa keterangan itu keluar
dari mulutmu dengan kekerasan "!"
Tio Beng tersenyum. "Apa maksudmu ?" tanya Tio Beng memperlihatkan sikap seperti juga tidak mengerti
apa yang dimaksudkan orang Persia tersebut.
Kedua orang Persia itu tidak menyahuti, mereka telah memandang kepada Tio Beng
sejenak, kemudian salah seorang diantara mereka menghampiri dengan wajah yang
memancarkan kekerasan hati, dimana matanya mengawasi terus dengan tajam pada Tio
Beng, dan bibirnya tersenyum sinis.
Tio Beng sendiri berdiri tenang ditempatnya, sama sekali dia tidak bergerak dan
telah memandangi saja kelakuan dari kedua orang Persia itu.
"Sudah kukatakan, terlebih baik engkau menjelaskan perihal dirimu tanpa perlu
dipaksa !" kata orang Persia itu. "Atau memang engkau menginginkan kami menyiksa
dirimu dulu baru engkau mau membuka mulut ?"
Tio Beng tersenyum. "Aku tidak kenal dengan kalian berdua, aku bermaksud baik hati mengantarkan
kalian berdua kepuncak gunung Himalaya ini, tetapi tampaknya kalian memiliki
maksud tidak baik padaku ! Apakah ini merupakan suatu pembalasan untuk sebuah
kebaikan ?" Tetapi orang persia itu tidak menyahuti, tubuhnya tahu2 bagaikan seekor harimau
kumbang, cepat sekali melesat kedepan Tio Beng, gerakan tubuhnya begitu lincah,
dan badannya berkelebat bagaikan sesosok bayangan saja,
dengan kedua tangan yang meluncur secepat kilat ke diri Tio Beng.
Tio Beng tahu bahwa lawannya hendak menangkapnya, dia bergerak perlahan, dengan
maksud keras dilawan keras, karena Tio Beng hendak melihat berapa tinggi tenaga
dalam orang Persia ini, Tio Beng mengangkat kedua tangannya keatas tinggi2, kemudian
mendorongnya, Dorongan itu dilakukannya dengan mengerahkan tujuh bagian tenaga
dalamnya. Namun seketika Tio Beng jadi terkesiap dan kaget setengah mati, waktu tangannya
mendorong kedepan, dia merasakan tenaga orang itu lunak sekali, tidak
memperlihatkan reaksi apa pun. Dan tenaga Tio Beng seperti menyelonong kedepan.
Namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, dia berusaha menarik pulang tenaganya, sambil
hendak membarengi melompat menjauhi diri dari orang Persia tersebut.
Terlambat, Apa yang dilakukan Tio Beng tidak secepat apa yang dilakukan orang
Persia itu, karena begitu Tio Beng berusaha menarik pulang tenaganya, justru
diwaktu itu serangkum angin yang kuat sekali menerjang kepadanya.
Tidak ampun lagi tubuh Tio Beng terhuyung beberapa langkah, hampir saja dia
mencium tanah, Beruntung bahwa Tio Beng sangat lincah, walaupun tanah pegunungan
itu ditimbuni oleh salju yang menyebabkan keadaan ditempat itu sangat licin, tokh
dia masih bisa menguasai dirinya.
"Kau memiliki kepandaian yang lumayan dan kami yakin bahwa engkaupun tentunya
orang Thio Bu Kie!" kata orang Persia itu. Kembali tangan orang Persia tersebut
bergerak, belum lagi Tio Beng bisa menguasai keadaan tubuhnya, angin serangan
itu datang pula, membuat Tio Beng terhuyung lagi.
Sekali ini Tio Beng tidak tinggal diam saja. tangannya bergerak, Empat sinar
kuning, menyambar kedada orang Persia secepat kilat, namun dapat dielakkan oleh
orang Persia itu yang tertawa bergelak.
Orang Persia tersebut telah berkata dengan suara yang dingin: "jangan membuat
kesabaran kami habis, cepat katakan, siapa engkau yang sebenarnya "!"
Tio Beng berdiri memperbaiki kuda2 kedua kakinya, lalu bagaikan singa betina
yang terluka dia melompat lincah sekali.
Tetapi berkelit, orang Persia itu sama sekali tidak berusaha dia berdiri menanti
sampai tangan Tio Beng meluncur akan menotok beberapa jalan darahnya. Bagaikan
belut, tahu2 orang Persia itu melejit kesamping dan disaat Tio Beng tengah
terkejut dan heran, justeru punggungnya dihantam oleh orang Persia tersebut,
sampai Tio Beng terjungkel lagi.
Seketika Tio Beng menyadari bahwa orang Persia itu memang memiliki kepandaian
yang tinggi sekali, karenanya ia tidak berani main2. Namun dia tidak mau
menyerah, dia cerdas, segera terpikir akal olehnya.
Waktu dia merangkak bangun, dia meraup salju, yang disebabkan telapak tangannya
panas oleh pengerahan tenaga dalamnya, salju itu mencair, Tio Beng juga meremas,
dan salju yang telah mengeras tadi itu dan agak lunak karena mencair sebagian,
karena diremas menjadi hancur.
Waktu itulah orang Persia yang menghantam punggung Tio Beng telah datang dekat.
Dia ingin membekuknya dan memaksa Tio Beng buat mengaku. Secepat kilat tangan
Tio Beng bergerak, dia menyebarkan hancuran salju itu.
Mata orang Persia tersebut rupanya kena tersambar beberapa butir pecahan salju
itu, menimbulkan rasa sakit yang bukan main. Namun dia bukannya mundur, malah
mengulurkan ke dua tangannya, memeluk Tio Beng kuat2.
Tio Beng secepatnya menggerakkan tangan kanannya menotok beberapa jalan
darah ditubuh orang Persia tersebut, tetapi orang Persia itu sama sekali tidak
berusaha mengelakkannya malah dia tertawa bergelak2, masih tetap memeluk Tio
Beng kuat sekali. Tio Beng sendiri yang kaget, setiap kali jari telunjuknya menotok pada
sasarannya, justeru totokannya itu seperti juga melejit membuat ia tidak bisa
menotok dengan tepat, tubuh orang Persia itu bagaikan selicin belut.
Sedangkan orang Persia itu mempergunakan dagunya, dia menumbak pada pundak Tio
Beng seketika tenaga Tio Beng lenyap, dia jadi lemas, tidak memiliki daya
perlawanan pu!a. Dalam keadaan seperti itu, orang Persia yang seorangnya lagi
telah menghampiri dan berkata
dengan bahasa Persia: "Kita bawa saja wanita itu, mungkin nanti ada gunanya buat
kita ?" "Ya, kukira memang begitu!" menyahuti kawannya, "Kita bisa mempergunakannya
sebagai ancaman buat Thio Bu Kie, jika. memang wanita ini orangnya, agar Thio Bu
Kie memperlihatkan diri. Ingat, kita tidak boleh
membinasakan lawan kita, karena yang kita perlukan hanya Thio Bu Kie, yang harus
kita bawa pulang ke Persia, Jika memang Thio Bu Kie memajukan jago2nya, kita
harus berusaha untuk tidak membunuh mereka..."
Kawannya mengangguk. Segera juga, dengan mudah dan tampaknya ringan, kawan orang Persia itu
mengulurkan tangannya menenteng Tio Beng, Kemudian mereka melanjutkan perjalanan
pula menghampiri perumahan Bengkauw.
Berjalan tidak jauh, tiba2 tampak sesosok tubuh muncul dari balik tebing, dan
telah berseru. "Berhenti! Siapa kalian"!"
Menyusul mana tampak beberapa sosok tubuh lainnya, Hanya saja orang2 itu segera
berseru kaget, melihat Tio Beng berada ditangan kedua orang
berobah, memperlihatkan merekapun sangat.
Diwaktu Persia, Muka kekuatiran yang
itu terlihat salah seorang diantara mereka melompat turun dari atas tebing,
gerakannya sangat lincah sekali. Dia menatap kedua orang Persia tersebut dengan
tanda tanya dihatinya, namun dia pun telah dapat menduganya, tentunya kedua
orang Persia tersebut tidak bermaksud baik, bukankah Tio Beng tertawan mereka.
Karena berpikir begitu, orang tersebut segera membentak bengis: "Mengapa kau
mengganggu Thio Hujin?"
Kedua orang Persia itu tampak heran, mereka saling pandang satu dengan yang
lainnya kemudian tanyanya: "Apakah wanita ini istri Thio Bu Kie?"
"Ya, itulah isteri Thio Kauwcu!" menyahuti orang tersebut.
Kedua orang Persia itu tiba2 saja tertawa. "Bukan engkau yang bertanya kepada
kami, tetapi seharusnya kami yang bertanya kepadamu! Siapa kau" Apakah engkaupun
anggota Bengkauw?" Orang itu ragu2, namun mengangguk pada akhirnya, sahutnya: "Ya, aku Sin Hoan
Cie, memang aku anggota Bengkauw!"
Muka kedua orang Persia itu tiba2 berobah angker, "Jika demikian, mengapa kau
tidak segera berlutut untuk menerima petunjuk kami?"
Sin Hoan Cie terkejut, ia memandang ke dua orang Persia itu. Salah seorang
tersebut telah merogoh diantara kedua orang asing
sakunya, dia mengeluarkan sepotong benda yang mirip dengan leng, yang dikenali
oleh Sin Hoan Cie benda yang mirip dengan Seng Hwee Leng,
yang terbuat dari emas, berkilauan, dan juga ditengah2nya bertakhta butiran
berlian yang berukuran besar sekali.
"Ini adalah tanda kekuasaan Pusat, mengapa melihat Leng dari Kauwcu Bengkauw ini
engkau tidak segera berlutut buat menerima perintah ?" Tegur orang Persia itu. Sin Hoan Cie
mengerti, apa artinya semua ini. Ia kaget tidak terkira. Sebagai anggota
Bengkauw, memang ia harus menghormati Seng Hwee Leng tersebut ia harus berlutut
untuk menerima perintah, Karena Bengkauw pusat di
Persia masih berada satu tingkat diatas kekuasaan Bengkauw daratan Tionggoan
karena Bengkauw didaratan Tionggoan pun berasal dari Persia.
Namun Sin Hoan Cie justeru menjadi ragu2, dia mengetahui orang yang paling
dihormatinya adalah Thio Bu Kie Kauwcu-nya, dan sekarang isteri Kauwcunya
ditawan kedua orang Persia tersebut, malah sekarang dengan Seng Hwee Leng itu ia
dipaksa tunduk dan berlutut.
"Apakah engkau tidak mau menghormati Seng Hwee Leng yang dikirim Kauwcu Pusat?"
tegur orang Persia itu dengan bahasa Han yang kaku.
Tubuh Sin Hoan Cie tergetar, Sedang dia ragu-ragu seperti itu terdengar suara
yang tenang dan sabar sekali dibelakangnya, menyusul munculnya Bu Kie: "Tidak
tahunya kami menerima kunjungan kehormatan dari pusat !"
Dan Bu Kie telah menekuk kaki kirinya, ia memberi hormat dengan cara peraturan
Beng-kauw yaitu dia sebagai seorang Kauwcu tingkat dibawah menghadapi Leng,
kekuasaan, pada orang Persia itu, Bu Kie telah menjalankan penghormatan yang
sepantasnya Siauwjin Thio Bu Kie menantikan perintah.
"Hahaha !" kedua orang Persia tersebut bergelak2. "Bagus! Bagus! Rupanya engkau
tertawa seorang Kauwcu yang bertanggung jawab, Thio Kauwcu ! Kami
berdua datang kemari buat mengundang Thio Kauwcu, agar bersama2 kami pulang ke
Persia !" "Apakah persoalan yang menyebabkan Kauwcu mengirim utusan untuk memanggil
Siauwjin "!" tanya Bu Kie, walaupun hatinya mendongkol melihat isterinya
ditawan oleh kedua menahan hati yang orang Persia tersebut disabarkan, karena ia namun dia mengetahui
sebagai utusan Kauwcu pusat, kepandaian kedua orang cabang yang memiliki
kekuasaan Kauwcu kekuasaan satu
Pusat, Sekarang Persia itu tentu tinggi sekali.
"Thio Kauwcu, engkau tidak perlu terlalu banyak bicara, Kauwcu telah memberikan
kekuasaan penuh pada kami buat memanggil Thio Kauwcu pulang ke Persia. Dan
tentunya, Thio Kauwcu tidak akan mempersulit kami, bukan" Dengan memandang Seng
Hwee Leng ini, tentunya Thio Kauwcu akan mematuhi pemanggilan tersebut tanpa
rewel!" Bu Kie jika menghadapi persoalan ini pada sepuluh tahun yang lalu, tentu tanpa
rewel akan ikut bersama kedua orang itu ke Persia.
Namun justeru sekarang, setelah menyaksikan kemelut yang terdapat didaratan
Tionggoan, ia dikejar-kejar oleh Cu Goan Ciang, disamping itu juga pihak
Bengkauw Persia seperti juga mencurigainya, maka ia berpikir untuk
menyelesaikan persoalan tersebut dengan tegas, jika ia ikut kedua orang Persia
tersebut dan ternyata kedua orang Persia itu telah berhasil dihasut dan dibujuk
oleh Cu Goan Ciang maka dia akan menghadapi kesulitan yang cukup besar, Segera
Bu Kie memutuskan tidak akan menerima perintah itu, ia pun terus berdiri.
"Maaf, Thio Bu Kie tak dapat menerima perintah ! "kata Bu Kie kemudian tegas dan
matanya walaupun memandang tajam, sikapnya tenang sekali.
Muka kedua orang Persia itu berobah. baru saja mereka ingin berkata lagi Thio Bu
Kie telah bilang: "Maafkan, wanita yang berada ditangan kalian adalah isteriku,
Dan kukira kalian tidak akan jual lagak di Tionggoan ini dengan menawan seorang
wanita yang tidak berdaya.
"Thio Bo Kie, jadi kau ingin menentang perintah, dan melawannya "!" tegur salah
seorang Persia dengan mengangkat tinggi2 Seng Hwee Leng.
sikapnya tenang sekali katanya: tengah memikirkan dengan cara Bu Kie tersenyum,
"Justeru Thio Bu Kie bagaimana sebaiknya Beng kauw Tionggoan dibubarkan ! seperti kalian
lihat, praktis memang Bengkauw Tionggoan telah kami bubarkan... hanya tinggal
beberapa orang sahabat saja !"
Orang Persia itu membanting kaki keras sekali, mukanya berobah angker dan
bengis. "Bagus ! Rupanya apa yang diberitahukan Kaisar Cu
Goan Ciang kepada kami tidak meleset sama sekali, bahwa engkau merupakan anggota
murtad, walau kau telah meraih kedudukan sebagai Kauwcu, justeru engkau menyeret
Bengkauw ketepi jurang kehancuran....!" Justeru karena itu, walaupun bagaimana
kami terpaksa harus membawa kau ke Persia bersama2 kami" berkata sampai disitu,
orang Persia tersebut telah melemparkan Seng Hwee Leng ditangannya itu ketengah udara. Luar
biasa, Seng Hwee Leng yang tampaknya terbuat dari emas dengan takhta batu
berlian yang berkilauan cemerlang itu, menciut ketengah udara menimbulkan suara
mendesing yang sangat nyaring sekali, kemudian meluncur turun dan di tangkap
oleh orang persia itu, dimasukkan ke dalam sakunya kembali. Dia menghentak kaki nya, terdengar
suara "iing!" nyaring sekali.
Kawannya juga telah ikut berkata dengan suara yang tawar: "Jika demikian,
terbukti Thio Bu Kie seorang anggota murtad dari Bengkauw dan hal ini harus
dapat kita selesaikan secepat mungkin, buat membawanya menghadap Kauwcu di
Persia !" Setelah berkata begitu, orang Persia itu memandang Bu Kie, katanya:
"Thio Bu Kie, kami terpaksa harus mengambil tindakan tegas. Walaupun bagaimana
engkau harus ikut serta dengan kami ke Persia !"
Setelah berkata begitu, orang persia tersebut melepaskan cekalannya pada Tio
Beng, kemudian menyentil pundak kiri Tio Beng, untuk membuka totokannya.
Tio Beng sejak tadi memang mendongkol sekali, Melihat sekarang ia memiliki
kesempatan begitu totokannya dibuka, secepat kilat tangan kanannya meraba, dia
menarik dengan kuat sekali kaki orang Persia yang berada didekatnya, Orang
Persia itu tidak menyangka bahwa Tio Beng akan melakukan gerakan seperti itu,
dia telah kena diraba, tubuhnya terjungkel.
Namun orang Persia tersebut dapat bergerak lincah sekali, waktu tubuhnya
menyentuh tanah, segera dia telah melompat berdiri pula, sambil menendang dengan
kaki kanannya. -oo00dw00oo Jilid10 TIO BENG waktu itu tertawa2 sambil melompat menjauhi diri.
"Hemm, jika tadi aku tidak merasa kasihan pada kalian, tentu kalian sudah
kurubuhkan untuk dikubur didalam salju!" kata Tio Beng nyaring, "Aku tadi hanya
berpura2 tertawan saja oleh kalian!"
Kedua orang Persia tersebut jadi gusar, mereka melompat akan membekuk Tio Beng
lagi. Namun Tio Beng telah berada disamping Bu Kie, jangan kata baru dua orang
Persia itu, sedangkan seribu orang lawan yang jauh lebih tangguh dari kedua
orang Persia itu, jika Tio Beng berada disisi suaminya, tentu dia tidak akan
gentar sedikit juga. Bu Kie tidak mau membiarkan kedua orang Persia itu menawan Tio Beng, karena ia
menyadari walaupun kepandaian Tio Beng cukup tinggi, tokh kepandaian kedua orang
Persia itu berbeda sekali dengan ilmu silat Tionggoan.
Gerakan mereka sangat aneh, sehingga dengan mengandalkan ilmu mereka yang begitu
aneh, Tio Beng tentu tidak mungkin dapat menghadapi kedua orang Persia itu.
Sedangkan Tio Beng telah meletakkan tangannya dipundak Bu Kie, ia berkata: "Nah,


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini Thio Bu Kie. bukankah kalian tadi mencari Thio Bu kie ?"
Bu Kie sendiri mengibaskan tangannya perlahan, dan dari kibasan tangan Bu Kie
keluar serangkum angin yang luar biasa kuatnya, angin itu menyambar bukan keras,
dan bukan pula lunak atau sejuk, tetapi panas sekali.
Kedua orang Persia yang tengah menerjang maju jadi kaget, mereka merasakan dada
mereka sangat panas, seperti juga terbakar
Cepat2 salah seorang diantara mereka telah menangkisnya, namun dia berseru
perlahan tangannya sakit sekali waktu saling bentur, kawannya tidak tinggal
diam, telah menghantam kepada Bu Kie. Dengan begitu, dia bermaksud hendak
mendesak Bu Kie. Namun, mudah sekali Bu Kie mengelak, dan kemudian
memaksa kedua orang Persia itu mundur dengan serangan telapak tangannya yang
memancarkan hawa yang panas sekali seperti api.
Bu Kie menyadari, bahwa kepandaian kedua orang Persia itu aneh2, sebagai Kauwcu
Bengkauw, tentu saja ia mengerti sebagian ilmu silat Persia. Karena itu, ia
tidak menjadi heran waktu melihat kedua orang Persia tersebut dengan gerakan
yang sangat gesit dan tubuh me-liuk2 seperti ular, menerjang lagi padanya.
Bu Kie tidak melayani dengan kekerasan, juga bukan dengan totokan, ia menyadari,
jika menotok tentu akan gagal, karena akan sia2 belaka, dia menotok tubuh yang
licin tentunya. Dan sebagai pembelaan diri, tubuh Bu Kie seperti angin cepatnya telah melesat
kesamping, lalu mendorong pundak kedua orang Persia itu, hampir saja telapak
tangan Bu Kie mengenai pundak kedua orang Persia tersebut, justeru
kedua orang Persia itu telah berhasil berkelit.
Begitulah, mereka bertiga akhirnya terlibat dalam pertempuran yang tampaknya
seperti main2, sesungguhnya merupakan pertarungan yang sangat berbahaya yang
sekali kena pada sasarannya, pasti akan dapat membinasakan !
Sedangkan Tio Beng telah melompat mundur menjauhi diri, ia berdiri didekat Sin
Hoan Cie sedangkan beberapa anggota Bengkauw lainnya telah datang, mereka
bersiap2, karena jika Bu Kie memerlukan bantuan mereka, segera mereka akan
membantunya. Ilmu silat dari Persia memang berbeda sekali dengan ilmu silat didaratan
Tionggoan, Walau pun tidak terlalu melebihi ilmu silat asal Tionggoan, akan
tetapi ada kelebihan yang dimiliki ilmu silat Persia, yaitu memiliki perobahan2
yang aneh sekali. Harus gabungan demikian diketahui, bahwa ilmu silat Persia merupakan
ilmu gulat, tinju, dan juga Yoga, Dengan banyak sekali,kelainannya jika
dibandingkan dengan ilmu silat Tionggoan.
Juga, memang ilmu silat Persia tidak jarang disertai dengan campuran ilmu sihir,
dengan demikian membuat orang sulit sekali mengenali ilmu silat itu secara
teratur. Dan memang terlihat Bu Kie mengalami kesukaran yang harus diatasinya dalam
mendesak kedua lawannya. Acap
kali jika Bu Kie menyerang sungguh2, maka ia seperti juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehilangan sasarannya, karena lawannya seperti dapat menduga kearah mana Bu Kie
akan menyerang, sedangkan lawan yang seorangnya telah melancarkan pukulan yang
tidak kalah hebatnya kepada Bu Kie.
Keadaan seperti ini malah membuat Bu Kie jadi terbendung sebagian besar tenaga
dalamnya, karena selalu ia harus cepat2 menarik pulang tenaga dalamnya, buat
menangkis serangan lawannya yang seorang itu.
Kedua orang Persia itu semakin lama bertempur bukannya menjadi letih justeru
tampaknya malah lebih bersemangat mereka menyerang semakin aneh dan juga
tubuh mereka berkelebat2 seperti bangau. Sedangkan Bu Kie sendiri mulai
dipengaruhi oleh semacam tenaga gaib, yang membuat gerakannya semakin lambat.
Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian tinggi sekali seperti Bu Kie,
yang sesungguhnya sukar dijajaki, tentu saja Bu Kie memiliki alam pemikiran yang
sadar, dan juga dapat mengendalikan pikirannya, sehingga walaupun ia dipengaruhi
oleh semacam tenaga gaib yang membuat gerakannya semakin lambat justeru
pikirannya masih dapat bekerja dengan baik sekali.
Ia merasa kaget juga karena gerakannya yang semakin lamban, walaupun Bu Kie
telah mengerahkan dan mengempos kekuatan tenaga Lwekangnya, tetap saja dia gagal
sehingga membuatnya berulang kali hampir terkena cengkeraman, hantaman atau
tendangan dari kedua orang lawannya.
Beruntung bahwa tenaga dalam Bu Kie dan seluruh ilmu silat yang dipelajarinya
itu berasal dari sumber yang lurus dan bersih, yaitu Bu Tong Pay, karenanya
walaupun dirinya dalam keadaan tertindih oleh suatu pengaruh gaib
yang seakan juga mengisapkan mengendalikan tenaganya, Bu Kie masih bisa
bertahan. Dan yang luar biasa, jika diperhatikan dengan seksama, memang terlihat jelas
sekali bahwa Bu Kie memiliki kepandaian tidak berada disebelah bawah kepandaian
kedua orang Persia itu. Hanya saja disebabkan kedua orang Persia tersebut mempergunakan ilmu yang aneh,
yang berulangkali membingungkan juga Bu Kie. sementara itu belum ada suatu usaha
yang bisa dilakukan oleh Bu Kie, Malah kian lama Bu Kie semakin tertindih oleh
suatu pengaruh kekuatan gaib.
Bu Kie sendiri menyadari bahwa kedua orang itu bertempur dengan mencampur
baurkan kepandaian ilmu silatnya dengan ilmu sihirnya, dengan demikian justeru
ilmu sihir ke dua orang Persia itu yang membuat Bu Kie
terasa tertindih, tidak bisa bergerak leluasa.
Sebagai seorang yang telah memiliki tenaga dalam yang tinggi sekali, bathin yang
kuat, tidak mudah ilmu sihir itu mempengaruhi secara keseluruhan pada Bu Kie.
Namun ke dua orang Persia itu yakin jika saja pertempuran seperti ini
berlangsung setengah harian. dan juga Bu Kie masih tetap tidak bisa menembus
lapisan ilmu sihir mereka yang menyelubungi pemuda itu, niscaya Bu Kie akhir nya
akan dapat dirubuhkan. Maka kedua orang Persia tersebut bertempur sambil tersenyum2, karena merekapun
yakin akhirnya tokh dapat merubuhkan Bu Kie. itulah sebabnya mengapa mereka
tidak tergesa-gesa dalam melontarkan setiap pukulan yang menentukan.
Sedangkan Bu Kie memutar otak untuk berusaha mencari jalan pemecahannya
menghadapi ilmu sihir dari kedua orang Persia tersebut. Dia telah berusaha
dengan berbagai cara, untuk mengingat-ingatnya dalam ilmunya yang terkadang
memiliki perbentengan kuat guna menghadapi sejenis ilmu sihir.
Dan juga Kiu Yang Cin Keng yang dimilikinya sesungguhnya merupakan perbentengan
yang sangat kuat sekali, hanya saja Bu Kie belum mengetahui, bagian mana yang
dapat dipergunakan buat merubuhkan kedua orang lawannya atau setidak-tidaknya
memunahkan ilmu sihir mereka.
Karena itu, Bu Kie masih terus mengasah otak mencari jalan untuk memunahkan ilmu
sihir kedua lawannya, Namun masih juga belum berhasil.
Tio Beng yang sangat cerdik, yang sejak tadi mengawasi jalannya pertempuran itu
telah melihat sesuatu. ia memperoleh kenyataan seharusnya ilmu silat kedua orang
Persia itu tidak sehebat kepandaian Bu Kie, karena masih berada satu tingkat
dibawah kepandaian Bu Kie.
Hanya saja yang sejak tadi membuat Tio Beng jadi heran mengapa Bu Kie seperti
tertindih dan tidak seperti biasanya dapat mengerahkan dengan leluasa tenaga
dalamnya atau ilmu silatnya, Karena itu, Tio Beng telah berusaha mencari kelemahan dari kedua
orang Persia itu. Memang Tio Beng pun telah dapat menduganya, pasti kedua orang Persia itu
memiliki semacam ilmu sihir, yang telah menindih dan mempengaruhi Bu Kie, dan
justeru cara pemecahannya yang hendak dicarikan oleh Tio Beng. Sampai akhirnya dia telah
melihat kelemahan kedua orang Persia itu.
Tio Beng melihatnya, setiap kali kedua orang Persia tersebut menyerang, mereka
selalu berkomat kamit sambil membacakan sesuatu mantera. Dengan demikian, jelas
ilmu sihir mereka itu sebagai seorang bekerja sama dengan ilmu silat. Dan
yang sangat cerdas, Tio Beng segera maklum, akan kelemahan kedua orang itu.
"Tenggelam tapi mengambang, Berisi namun Kosong, Terapung tetapi berat!" teriak
Tio Beng dalam suatu kesempatan.
Bu Kie waktu itu masih memeras ingatan untuk dapat mencari jalan keluar guna
memunahkan pengaruh tabir ilmu sihir kedua orang Persia itu, karena walaupun
bagaimana memang ia bermaksud hendak memunahkan dulu ilmu sihir kedua orang
Persia itu, barulah dia akan menerjang dengan seluruh kepandaiannya mendesak
kedua lawannya. Dan disaat bagaikan baru itulah dia mendengar teriakan Tio Beng, tersadar dari
mimpinya Bu Kie berpikir:
"Benar"! Mengapa aku tidak berpikir sampai disana"!"
Bu Kie segera teringat, betapapun tingginya dan ampuhnya ilmu sihir, tetapi itu
merupakan suatu kekuatan bathin yang akan menguasai lawan dengan segala
khayalan, yang bertolak belakang dengan kenyataan, Justeru teriakan Tio Beng
tadi telah menganjurkannya agar ia mengambil
sikap, berisi tampak kosong, mengambang tetapi berat, itulah suatu cara yang
terbaik memang untuk menghadapi sejenis ilmu sihir...
Dengan demikian, ia akan mengambil sikap diam. Dan dengan berdiam seperti itu
namun Bu Kie telah terisi dengan kekuatan bathinnya yang tinggi sekali. Malah Bu
Kie segera melaksanakan taktik kosong tetapi berisi.
Seketika ia berhenti menyerang, sama sekali tidak mengacuhkan lagi serangan dari
kedua lawannya, Dia berdiam dengan sepasang mata dipejamkan. Dengan begitu
ia tidak mungkin dapat dipengaruhi lagi oleh ilmu sihir kedua orang tersebut,
karena ia pasti akan dapat mendengarkan sambaran angin pukulan kedua orang itu,
demikian baru ia akan menangkisnya.
Dan tentu saja, dengan di dengarnya suara angin pukulan itu, berarti pukulan
tersebut bukan pukulan tipuan atau kosong.
Kedua orang Persia itu menjadi heran melihat sikap Bu Kie seperti itu, mereka
tertegun sejenak, namun segera melakukan serangan sehebat2nya. Kali ini mereka
telah menghantam berbareng, tangan mereka meluncur bagaikan cakar-cakar burung
rajawali. Bu Kie merasakan sambaran pukulan tersebut, segera ia yakin inilah pukulan yang
sesungguhnya, jadi kini Bu Kie memang tidak dipengaruhi ilmu sihir kedua orang
tersebut. Segera juga ia berseru nyaring, lalu menangkisnya dengan perlahan Bu Kie
mengambil sikap yang berdiri tegak ditempatnya, sama sekali dia tidak berusaha
menggeser kedudukan kakinya.
Kedua orang Persia tersebut sama sekali tidak menyangka bahwa Bu Kie telah
terhindar dari pengaruh ilmu sihir mereka, pikiran Bu Kie telah jernih. Dan
mereka meneruskan hantaman dan cengkeraman tangan mereka, namun untuk kaget
mereka justeru serangan mereka tertangkis dengan mudah.
Malah yang membuat mereka jadi terkejut sekali diwaktu itu mereka merasakan
tangkisan Bu Kie kuat sekali, sehingga tangan mereka masing-masing bagaikan
terbentur besi atau baja, malah mereka seperti terdorong oleh suatu kekuatan
yang tidak tampak, membuat mereka mundur beberapa langkah.
Dalam keadaan seperti ini tampak mereka mundur satu langkah lagi, kemudian
saling pandang satu dengan yang lainnya, Keadaan jadi sunyi sekali.
Bu Kie tidak memperdulikan sama sekali Bu Kie sudah sekelilingnya,
sikap kedua lawannya, tidak memperhatikan ia tetap berdiri diam ditempatnya tanpa bergerak, dengan
sepasang mata terpejam Dengan demikian, Bu Kie menantikan kembali serangan kedua lawan.
Setelah saling pandang sejenak, salah seorang diantara kedua orang Persia
tersebut telah membuka mulutnya. ia tertawa dengan suara yang aneh sekali. Suara
itu bagaikan ledakan petir dan guntur, memekakkan anak telinga, Bu Kie yang
memang tengah memejamkan sepasang matanya, menyangka justeru waktu itu akan
turun hujan yang lebat. Suara tertawa orang Persia itu didengarnya seperti itu juga bunyi guntur dan
angin yang gemuruh hebat, bagaikan akan ada badai,
Tetap saja Bu Kie tidak membuka matanya, sampai ia mendengar suara gemuruh itu,
bagaikan ada sebungkah batu besar yang meluncur turun akan menghantam kepalanya. Tentu saja Bu Kie
terkejut, dengan gerakan yang secepatnya ia menyampok keatas, ingin menghantam
batu itu menjadi hancur dan terpental ketempat lain.
Namun Bu Kie menghantam tempat kosong, Batu itu hanya timbul dalam khayalannya
belaka, karena pengaruh dan suara tertawa orang Persia itu. Dengan demikian
membuat Bu Kie kecele, Namun Bu Kie tetap tidak membuka matanya, dia masih
mendengar suara gemuruh yang hebat, bagaikan diwaktu itu terjadi hujan badai
yang sangat dahsyat sekali.
Dan juga disekelilingnya cuaca gelap sekali, itulah pengaruh suara tertawa dari
orang Persia itu, Dan Bu Kie seperti juga merasakan adanya bayang2 penyerangan
dari berbagai senjata tajam, seperti ada pohon yang tumbang dan bungkahan batu
yang berjatuhan akan menghantamnya.
Tentu saja Bu Kie dengan segera menggerak-gerakkan kedua tangannya menghantam
kesana kemari disamping itu juga ia telah melompat kesana kemari menghindarkan
diri dari hantaman bungkahan batu itu.
Tio Beng dan orang2 Bengkauw lainnya jadi terperanjat, hati mereka terkesiap
waktu melihat Bu Kie melompat kesana-kemari sambil menghantam dan menangkis
mempergunakan kedua tangannya, seperti juga Bu Kie tengah menghadapi penyerangan
yang gencar dari lawannya.
Dengan demikian Bu Kie bergerak seperti telah tertindih dan terpengaruh suara
tertawa lawannya yang luar biasa itu, Sesungguhnya keadaan disekitar Bu Kie pada
waktu itu masih terang benderang, juga tidak ada batu sepotongpun yang menyambar
kepadanya, juga tidak ada penyerangan
pada dirinya, Bu Kie justeru merasakan dalam khayalnya dirinya tengah diserang
beruntun oleh segala macam kekacauan yang ada, antara batu2 yang runtuh antara
angin yang bergemuruh menumbangkan batang2 pohon itu akan menghantam dirinya.
"Bu Kie!" memanggil Tio Beng yang sudah tidak bisa menahan diri karena melihat
keadaan Bu Kie berada dalam pengaruh ilmu si hir. Tio Beng menduga bahwa Bu Kie
bersilat seperti itu tentunya dikendalikan suara tertawa orang Persia tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Malah, teriakan Tio Beng sendiri tidak
bisa didengar oleh Bu Kie, karena suara panggilan Tio Beng seperti tertindih
oleh suara tertawa orang Persia itu, sedangkan orang Persia yang seorangnya
lagi, ketika melihat Tio Beng, memanggil Bu Kie, seakan juga hendak menyadarkan
Bu Kie dari pengaruh sihir kawannya, segera bersiul. Aneh sekali suara
siulannya itu karena suara
siulannya itu seperti suara mendesing menyambarnya senjata-senjata rahasia itu.
Memang Bu Kie terpengaruh semakin hebat oleh ilmu sihir tersebut, ia merasakan
betapa dari sekeliling dirinya menyambar beruntun tak hentinya berbagai jenis
senjata rahasia dan senjata tajam, bagaikan ada puluhan orang
yang dengan ganas tengah menyerangnya.
Namun yang membingungkan Bu Kie justeru setiap kali dia menangkisnya, justeru
dia menangkis tempat kosong, belum pernah tangannya itu beradu dengan tenaga
lawan atau juga senjata rahasia, Karena itu Bu Kie akhirnya
membuka matanya. Dia jadi terkejut, karena keadaan masih terang benderang, dan juga disekitar
dirinya tidak ada seorang
lawanpun juga, tidak ada batu yang runtuh, tidak ada batang pohon yang tumbang,
tidak ada badai dan topan yang gemuruh.
Hanya dia melihat mengerahkan pengaruh tertawa dengan suara
bermacam2 suara yang bergemuruh, sedangkan orang Persia yang satunya lagi bersiul, dengan suara
siulannya seperti juga mendesingnya bermacam2 senjata tajam. Bukan main
mendongkolnya Bu Kie, segera ia tersadar bahwa tadi dia untuk sementara waktu
telah terjatuh dalam pengaruh ilmu sihir kedua orang itu, Dia seperti kedua orang Persia itu tengah ilmu sihir mereka,
yang seorang yang begitu aneh, menimbulkan dipengaruhi atau dipaksa terpengaruh
oleh khayalannya sendiri dengan hanya mendengarkan suara belaka sehingga timbul
bayang2 yang menakutkan dan mengerikan, yang memaksa Bu Kie bersilat buat
mengelak atau menangkis semua itu.
Bu Kie melihat kedua orang Persia itu masih tertawa terus menerus dan bersiul
nyaring maka Bu Kie menyadari, ilmu sihir seperti itu harus ditindih dengan
semacam ilmu tenaga dalam yang terdapat dalam Kiu Yang Cin Khie nya, karenanya,
segera Bu Kie berdiri tegak ditempatnya, dia bertolak pinggang, kemudian berseru
dengan suara yang cukup nyaring bergemuruh.
Tetapi suara seruan Bun Kie tidak mengandung tenaga yang menyakiti anak telinga.
lembut mengalun, namun kuat dan berhasil menindih suara tertawa dan suara siulan
yang dilancarkan oleh kedua orang Persia itu, dengan demikian
suara tertawa dan suara siulan dari kedua orang Persia itu tidak membawa hasil


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa2. Kedua orang Persia tersebut melihat usaha mereka kali inipun gagal. Diam-diam
merekapun mengakuinya bahwa Bu Kie memang benar-benar liehay, di Persia, kedua
orang utusan Bengkauw Persia tersebut sesungguhnya memiliki nama yang sangat terkenal
dan kepandaian mereka memang tinggi sekali.
Namun saat sekarang menghadapi Thio Bu Kie, walaupun mereka telah turun tangan
berdua, juga telah mempergunakan ilmu sihir yang dicampur dalam ilmu silat
mereka, kenyataannya mereka tidak berhasil buat merubuhkan Bu Kie.
Dengan demikian, mereka di samping penasaran-pun, jadi mengagumi akan keliehayan
Bu Kie, Hanya saja kedua orang Persia itu yakin, jika saja mereka turun tangan tetap berdua, niscaya
mereka akan dapat merubuhkan Bu Kie pada akhirnya ! Karenanya mereka bermaksud
hendak meneruskan usaha mereka untuk merubuhkan Bu Kie.
Sedangkan Bu Kie melihat kedua orang Persia itu telah berhenti tubuhnya
menyerang, juga berhenti tertawa dan bersiul,
segera melayang ketengah udara, bagaikan
burung alap2 yang besar sekali, ini memang merupakan gerakan yang sulit diikuti
oleh pandangan mata manusia biasa, karena terlalu cepat, sehingga membuat kedua
orang Persia itu tertegun sejenak ditempat mereka.
Dan belum lagi kedua orang Persia itu dapat memikirkan dengan cara apa harus
menghadapi serangan Bu Kie, diwaktu itu telapak tangan Bu Kie meluncur datang,
Dan Bu Kie bukan menyerang melainkan dengan dua jari dengan telapak tangannya,
telunjuknya, yang telunjuk
diluruskan sedangkan jari tengahnya ditekuk.
Jari telunjuknya menotok leher dari salah seorang Persia itu, jari tengahnya
menggaet jalan darah Pie-tiong-hiat, dengan begitu, sekali menyerang Bu Kie
telah menotok kedua jalan darah itu.
Hanya saja buat kagetnya Bu Kie, totokannya itu tidak membawa manfaat apa2 bagi
dirinya, karena begitu jari tangannya mengenai sasarannya, ia merasakan tubuh
orang Persia tersebut licin sekali seperti belut.
Malah jalan darah yang diincarnya bisa melejit pindah tempat, itulah kelebihan
dari ilmu silat Persia, yang memang dapat merobah kedudukan jalan darah, Dan Bu
Kie telah melupakan hal itu, karena ia bermaksud menotok tanpa mengingat lagi
kemungkinan letak jalan darah yang ditotoknya sedangkan mempergunakan kesempatan
tersebut menghantam lengan itu bisa berobah tempat dan kedudukan
orang Persia yang seorang lainnya malah Bu Kie, tubuh Bu Kie terhuyung mundur beberapa
langkah, tetapi orang Persia itupun tidak kurang kagetnya, karena tubuhnya telah
terpental satu tombak. Sewaktu orang Persia tersebut menghantam, maka ia menerima tolakan tenaga
membalik yang kuat sekali dari Bu Kie, dengan demikian membuatnya jadi terpental
seperti itu. Waktu itu, orang Persia yang seorangnya lagi, walaupun jalan darahnya dapat
berpindah sehingga totokan Bu Kie meleset, tidak urung ia terluka didalam juga,
walaupun tidak terlalu parah. Hal itu disebabkan totokan yang dilakukan Bu Kie, dengan cara menotok yang luar
biasa, disamping jari telunjuk yang menotok, juga jari tengahnya menggaet
menotok jalan darah yang lainnya. Cara menotok seperti itulah yang tidak diduga2
oleh orang Persia itu. dia hanya merobah satu jalan darahnya belaka, yang
ditotok oleh jari telunjuk Bu Kie, sedangkan totokan jari tengah Bu Kie yang menggaetnya
tidak bisa dihindarkan dengan demikian membuatnya jadi terluka didalam cukup
parah. Bu Kie berdiri tegak ditempatnya, diam2 dia mengatur pernapasannya dibendung
agar lainnya, ia berusaha untuk mempersatukan kekuatan tenaga dalamnya yang
dapat buyar jika lukanya itu dibiarkan begitu saja.
Sedangkan kedua orang Persia itupun berdiri ditempat mereka dengan sikap
mengancam Mereka terluka namun tampaknya kedua orang Persia tersebut tidak mau
memperlihatkan bahwa mereka telah terluka, karenanya mereka tetap berdiri
ditempat mereka dan ber siap2 ingin menerjang Bu Kie lagi.
agar luka didalam tubuhnya dapat
tidak sampai membawa akibat buruk "Lebih bijaksana jika engkau secara baik2 menerima
firman Kauwcu untuk ikut kami ke Persia" Disana kau akan diperiksa, jika memang
engkau tidak bersalah, engkau akan dibebaskan! Tetapi jika kau bersikeras dan
juga berkepala batu tidak mau ikut bersama kami, terpaksa kami harus mengambil
tindakan keras seperti yang telah diperintahkan
Kauwcu jika memang tidak bisa mengajak kau dalam keadaan hidup, dalam keadaan matipun memang harus kami
lakukan..." Bu Kie tersenyum tawar, katanya: "Jangan kalian memaksa diriku untuk melanjutkan
kekerasan seperti ini, karena sudah kukatakan bahwa kamipun sudah membubarkan
Bengkauw, dengan demikian sudah tidak ada hubungan lagi antara kami dengan pihak
Beng-kauw Persia." Orang Persia yang satunya tertawa mengejek. "Hemmm, enak begitu saja kau ingin
mengelakkan diri dari tanggung jawab yang harus kau pikul" Tanpa memberitahukan
dan memberikan laporan lagi kepada Kauwcu dipusat, engkau berani membubarkan
Bengkauw di Tionggoan ini" Hemm, Hemmm, itulah su satu kelancangan yang harus diimbali dengan hukuman yang
setimpal." Berbareng dengan perkataannya itu, orang Persia tersebut telah
melangkah menghampiri dan juga bersiap2
hendak mulai menyerang lagi, Bu Kie tetap berdiam ditempatnya dalam keadaan
bersiap sedia, Demikian juga orang2 Bengkauw lainnya, bersiap2 hendak melompat
maju, guna menolongi Kauwcu mereka, orang Persia yang satunya lagi, pun mulai
melangkah maju mendekati Thio Bu Kie, mereka hendak mempergunakan ilmu mereka
buat menindih dan merubuhkan Bu Kie.
Walaupun benar, Bu Kie memiliki kepandaian tinggi sekali, namun sudah dijelaskan
di bagian depan, bahwa kepandaian kedua orang Persia tersebut memang memiliki
jurus-jurus yang aneh disamping ilmu merekapun memiliki dasar yang berbeda
dengan ilmu silat yang terdapat didaratan Tionggoan.
Karena itu, Bu Kie sendiri tidak yakin bahwa ia akan dapat merubuhkan kedua
orang Persia itu dengan mudah. Dalam keadaan seperti sekarang ini, melihat orang
Bengkauw bersiap-siap hendak maju menghampiri dirinya, malah Bu Kie berkuatir.
Ketika melihat isterinya, Tio Beng juga melangkah maju hendak membantunya. Bu
Kie cepat mengulapkan tangannya mencegahnya:
"Berhenti, jangan kalian jangan maju. Biarkan aku yang menghadapi mereka !"
Tio Beng dan yang lainnya jadi menahan langkah kaki mereka, memandang dengan
sorot mata yang ragu, karena mereka menyadari, kedua orang Persia itu memiliki
ilmu yang agak luar biasa.
Memang Bu Kie tetapi rupanya Bu memiliki kepandaian sangat tinggi, Kie kurang
begitu berhasil buat menghadapi ilmu sihir kedua orang lawannya tersebut. Karenanya Tio Beng dan yang
lain2nya berkuatir sekali. Sedangkan Bu Kie sendiri menguatirkan jika sampai
orang2 Bengkauw itu maju, mereka akan bercelaka, sedangkan dia sendiri yang
memiliki kepandaian tinggi
tidak dapat merubuhkan mereka dengan segera, itulah alasannya mengapa Bu Kie
mengambil keputusan agar ia sendiri yang menghadapi kedua orang Persia itu.
Namun didalam hatinya Bu Kie timbul keraguan, karena biasanya orang2 Bengkauw
Persia, jika diutus oleh Kauwcu mereka,
tentu datang kedaratan Tionggoan bukan seorang dua orang belaka, mereka pasti
datang dalam bentuk rombongan, Maka Bu Kie kuatir kalau2 masih terdapat jago2
Bengkauw Persia lainnya yang bersembunyi disuatu tempat yang tidak mereka
ketahui, itulah pula mengapa Bu Kie berpikir keras, ia memang tidak mau
dipengaruhi oleh kedua lawannya terlebih lagi jika harus ditawan mereka.
Memang mereka hanya mengatakan ia harus menghadap Kauwcu Bengkauw di Persia, dan
jika nanti sudah diperiksa ternyata tidak memiliki kesalahan, ia akan dibebaskan
kembali, namun mana mungkin Bu Kie bisa menerima kenyataan seperti itu " Dia
memang bersedia untuk mati
dengan gagah perkasa, tidak mungkin dia
seperti itu, karena ia memaklumi
bersedia tentunya diperhina Bengkauw Ciang.
Bu Kie telah menepuk tangannya, menimbulkan suara yang cukup nyaring.
"Baiklah, mari kita meneruskan main-main ini !" kata Bu Kie kemudian.
"Apakah engkau tidak akan menyesal "!" tanya kedua orang Persia itu hampir
berbareng, Bu Kie tersenyum tawar. "Mengapa harus menyesal " Sudah kukata kan,
kami tidak memiliki hubungan lagi dengan Bengkauw, namun kalian terlalu memaksa
dan kami tentu saja tidak bisa membiarkan bangsa asing buat menimbulkan
kekeruhan pada diri kami..!" menyahuti Bu Kie tegas.
"Nah, jika memang telah demikian persoalannya, maka jalan satu2nya kita harus
mengadu ilmu, sampai diantara kita ada yang rubuh..."
Setelah berkata begitu, Bu Kie bersiap2, namun sebelum dia bergerak untuk mulai
menghadapi kedua lawannya itu, di Persia telah dapat dipengaruhi Cu Goan tiba2
telah melesat ringan sekali.
"Kauwcu, berilah sesosok tubuh dengan gerakan yang kesempatan kepadaku untuk
mainmain dengan mereka, karena tidak pantas Kauwcu mainmain dengan kurcaci
seperti itu !" Berbareng dengan habisnya perkataan orang itu, nampak seorang pemuda telah
berdiri menghadapi kedua orang Persia itu siap bertempur tanpa menantikan lagi
keputusan Bu Kie. Bu Kie melihat, orang itu tidak lain dari In Sin Gie. dan ia memang percaya Sin
Gie memiliki kepandaian yang tinggi, walaupun belum bisa menandingi
kepandaiannya, akan tetapi kepandaian Sin Gie pun tidaklah lemah, maka setelah
ragu2 sejenak kemudian ia mengangguk.
"Baiklah tapi kau harus hati2, Sin Gie, mereka memiliki ilmu sihir...." pesan Bu
Kie Sin Gie menganggukkan kepalanya, Diwaktu itu Bu Kie telah melompat kedekat
Tio Beng dan Tio Beng dengan kuatir sekali menanyakan keadaan Bu Kie.
Ternyata Bu Kie memang terluka cukup parah, segera dia mengatur jalan
pernapasannya didalam kesempatan tersebut Dan diapun cepat sekali dapat
mendorong hawa kotor yang tadi telah menyebabkan ia terluka didalam, ke pori2
kulit sehingga ia bisa merasakan kesegarannya pulih kembali.
Sedangkan Sin Gie telah mengawasi kepada kedua orang Persia itu, kemudian
katanya dengan suara yang tawar: "Mari, mari, aku ingin sekali berkenalan dengan
ilmu silat dari orang Persia."
Kedua orang Persia itu mendongkol sekali karena Sin Gie menggantikan Bu Kie,
untuk menghadapi mereka. "Hemmm, engkau hendak mencari mampus anak muda!" kata
salah seorang diantara kedua orang Persia itu, "Iris hayo kita hajar adat kepada
pemuda lancang itu!"
Orang Persia yang satunya, yang dipanggil namanya dengan sebutan Iris itu
mengangguk. "Ya, kita harus memperlihatkan kepada mereka bahwa utusan dari Bengkauw Persia
bukan utusan yang bisa diremehkan!" Dan Iris malah menjejakan kakinya, tubuhnya
telah melompat ringan kesamping kanan Sin-Gie.
Sedangkan orang Persia yang satunya pula telah melompat kesamping kiri, Sin Gie
ber siap2 dengan segera, tangan kanannya mencabut keluar serulingnya, seruling
yang merupakan senjata ampuhnya.
"Mari mari maju...." tantang Sin Gie tidak merasa jeri, malah dia telah
mengawasi kedua lawannya itu dengan
sikap berwaspada seruling ditangannya itu digoyang2kannya, seperti juga memperlihatkan bahwa
seruling itu siap hendak dipergunakannya. Dalam keadaan seperti itu, disekitar
tempat tersebut jadi hening sekali. Semua orang mengawasi dengan berdiam diri
belaka, disamping perasaan tegang juga mereka
berwaspada. Mereka tadi melihat, Bu Kie yang memang memiliki kepandaian sangat tinggi, masih
tidak bisa menundukkan kedua orang Persia tersebut. Terlebih lagi Sin Gie yang
kepandaiannya kepandaian Bu masih berada satu tingkat dibawah
Kie, tentu akan menghadapi banyak kesukaran menghadapi kedua orang Persia
tersebut, sehingga merekapun bersiap2, jika Sin Gie menghadapi bahaya, tentu
mereka akan segera menerjang maju, tidak akan memperdulikan lagi peraturan
Kangouw yang ada, yang terpenting buat mereka membekuk kedua orang Persia itu,
Kedua orang Persia tersebut, Iris dan kawannya, tertawa bergelak, Dan sikap
mereka angkuh sekali. "Tidak kami sangka bahwa Kauwcu dari Bengkauw. hanya pandai bersembunyi
dibelakang anak buahnya." ejek Iris dengan suara yang dingin. Namun Bu Kie tidak
memperdulikannya, ia tetap mengatur jalan pernapasannya.
Sedangkan Sin Gie yang mengetahui bahwa ia tidak boleh membuang2 waktu, telah
menggerakan serulingnya meluncur kearah tenggorokan Iris.
Gerakan seruling itu memang cepat sekali, segesit ular yang menyambar dengan
demikian, akan mematok leher dari lawannya,
itulah serangan yang tidak boleh diremehkan.
Iris yang diserang, juga tidak tinggal diam. Matanya jeli, ia mengelak
kesamping, lehernya itu batal terkena totokan ujung seruling. Sambil mengelak,
telapak tangan Iris juga meluncur akan menepuk pundak Sin Gie.
Kawan Iris juga telah menghantam dari arah yang berlawanan. Dengan demikian ia
menghadapi pukulan dari dua jurusan. Kawan Iris menepuk dari arah samping kiri
dimana ia bermaksud menepuk batok kepala Sin Gie.
Tetapi Sin Gie memang telah melatih kepandaiannya akhir-akhir ini tekun sekali,
pesat luar biasa kemajuan yang
dicapainya, karena itu, iapun dapat bergerak dengan lincah menghindarkan diri
dari tepukan maut kedua lawannya, ia bergerak gesit dengan serulingnya tidak
hentinya menyambar-nyambar mengincar bagian2 yang mematikan ditubuh kedua
lawannya. Seruling ditangan Sin Gie seperti juga seekor ular yang meliuk kesana kemari,
sebentar mengancam, sebentar menangkis, sejenak lagi menotok, meluncur lurus
kearah sasarannya, umumnya jalan darah kematian.
Dalam keadaan seperti itu, kedua orang Persia tersebut menjadi heran juga.
kenyataan, walaupun Mereka melihat dan memperoleh baru beberapa jurus saja
mereka bertempur kepandaian dan tenaga dalam Sin Gie tinggi sekali, padahal usia pemuda
ini masih muda sekali. Berbeda dengan Thio Bu Kie, yang memang diketahui mereka sebagai Kauwcu
Bengkauw, yang terkenal dengan kepandaiannya yang sangat tinggi, Tetapi Iris dan
kawan2nya tidak pernah mendengar perihal Sie Gie, yang ternyata memiliki
kepandaian tinggi sekali, walaupun belum bisa menyamai kepandaian yang dimiliki
Bu Kie, akan tetapi memang kepandaian Sin Gie sangat berbahaya.
Terlebih lagi Sin Gie memperoleh satu keuntungan, bahwa kedua orang Persia itu
telah terluka juga ditangan Bu Kie, maka walaupun kepandaian Sie Gie belum bisa
menyamai kepandaian Bu Kie, toh kepandaian kedua lawannya itu banyak berkurang
karena lukanya, tenaga mereka merosot banyak sekali.
Dikala itu tampak oleh Bu Kie, bahwa Sin Gie berulang kali berusaha mendesak
kedua lawannya, serulingnya menyambar2 cepat dan lincah sekali.
Setiap jurus yang dipergunakan Sin Gie merupakan jurus yang berbahaya dan dapat
merubuhkan lawannya jika saja lawannya itu berlaku lengah.
Memang Bu Kie telah mengetahui, Sin Gie telah memperoleh kemajuan yang pesat
sekali, karena selama berdiam di Himalaya, Sin Gie berlatih diri giat sekali. Bahkan Bu Kie selalu
memberikan petunjuk yang dibutuhkan Sin Gie.
Dengan demikian, bersama isterinya, Sin Gie memperoleh kemajuan yang sangat
pesat. Dan sekarang disaat Sin Gie mengeluarkan ilmu andalannya serulingnya
bergerak dengan jurus2 yang manis dan berbahaya itu,
barulah Bu Kie menyadari, bahwa ilmu ciptaan Sin Gie, ilmu serulingnya itu,
merupakan ilmu yang sangat hebat, walaupun masih ada beberapa bagian dari ilmu
Seruling tersebut yang memiliki kelemahan.
Jika nanti Bu Kie memberitahukan kelemahan 2 ilmu seruling Sin Gie itu, niscaya
Sin Gie dapat menutupi kelemahan-kelemahan itu, tentunya ilmu seruling Sin Gie
merupakan ilmu yang sangat hebat dan sulit dicari tandingan atau duanya lagi !
Sin Gie memang bersilat mempergunakan serulingnya itu dengan gerakan2 yang sulit
diikuti oleh pandangan mata dan tubuhnya bergulung2 seperti juga sinar yang
berpantulan kesana kemari, dikelilingi oleh serulingnya yang bergerak mengincar
kesana kemari pada bagian2 yang berbahaya disekujur tubuh kedua orang lawannya.
Dengan demikian, membuat kedua lawannya itu, Iris dan kawannya, tidak berani
terlalu memandang remeh kepada Sin Gie, juga yang terpenting sekali mereka tidak
berani lengah. Sedikit saja mereka berayal, niscaya akan membuat mereka terluka
oleh totokan atau juga pukulan


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seruling Sin Gie yang mengalir kekuatan tenaga dalam yang kuat sekali.
Karena itu, Iris dan kawannya juga bergerak lincah kesana kemari dengan sepasang
tangan yang menyambar2 dahsyat, Gerakan kedua orang itu sama gesitnya dengan
gerakan Sin Gie. Kalau saja mereka belum terluka oleh serangan Bu Kie niscaya
mereka akan dapat mendesak Sin Gie lebih hebat.
Hanya saja mereka memang telah terluka didalam oleh Bu Kie, dengan demikian
membuat Sin Gie memperoleh angin, sebab kedua lawannya itu belum dapat
memulihkan luka didalamnya, dan juga tidak dapat mengerahkan
seluruh kekuatan yang ada padanya.
Seruling Sin Gie telah menyambar kearah kepala Iris, kemudian mengincar dada
kawan Iris, Begitu bergantian seruling itu selalu meluncur pesat mengincar
bagian2 yang bahaya. Dan Iris bersama kawannya selalu mengelak atau
berkelit dengan gerakan2 yang aneh dalam menghindarkan diri dari setiap ancaman
seruling Sin Gie. Sebagai orang2 yang berkepandaian tinggi dan juga memiliki berbagai macam ilmu
yang juga luar biasa, bahkan
dinegeri mereka Iris dan kawannya itu terkenal sebagai jago2 yang memiliki
kepandaian sangat hebat, maka mereka dapat melayani Sin Gie sebaik2nya.
Yang membuat mereka menyesal justeru mereka tengah terluka karena tadi telah
saling mengadu kekuatan tenaga
dalam dengan Bu Kie, membuat mereka tidak bisa mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka. Jika Iris dan
kawannya memaksakan diri buat mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka untuk
menghadapi Sin Gie tentu luka mereka akan bertambah berat juga. Sekali saja
tenaga dalam mereka tidak bisa
dikendalikan lagi, niscaya akan menyebabkan luka didalam tubuh mereka itu
merusak anggota dalam tubuh mereka, yang akan membuat mereka itu nantinya
terluka kian parah, malah bisa membawa kematian.
Karenanya mereka telah beberapa kali berusaha mengelak saja tanpa membalas
terjangan Sin Gie, karena mereka menyadarinya, bahwa mereka tidak dapat
sembarangan mempergunakan tenaga mereka, keduanya mencari kesempatan dan
kelemahan Sin Gie, baru nanti mereka hendak turun tangan. Dengan cara demikian
berarti mereka tidak terlalu membuang tenaga mereka dengan siasia.
Sin Gie pun melihat cara bertempur kedua orang itu yang seperti juga menutup
diri dan sama sekali tidak berusaha membalas setiap kali ia mempergunakan
serulingnya buat menotok, menabas dan sebagainya.
Bahkan kedua orang itu hanya main berkelit saja. Sin Gie menyadari kedua
lawannya itu hendak menanti sampai dia akhirnya kehabisan tenaga.
Diwaktu itulah baru mereka akan turun tangan buat mendesak Sin Gie dan kemudian
merubuhkannya, Karenanya, Sin Gie segera merobah cara bertempurnya.
sekarang ini ia tidak selalu menyerang, melainkan hanya seka li 2 menyerang dan
lebih banyak menutup diri untuk dapat membendung tenaganya, agar ia tidak cepat
letih. Setelah mempelajari beberapa saat lamanya cara bertempur dari kedua lawannya,
akhirnya sedikit demi sedikit Sin Gie berhasil mendesak lawannya.
Waktu itu Tio Beng melihat, kedua orang Persia itu mulai terdesak, Diam2 dia
jadi girang, Memang sebagai seorang wanita yang cerdas luar biasa. Tio Beng
dapat melihat dalam waktu yang singkat, kedua orang Persia itu
tidak mungkin sanggup menandingi ilmu silat Bu Kie.
Hanya saja, disebabkan mereka memiliki ilmu sihir, dengan demikian membuat Bu
Kie tadi tidak bisa merubuhkannya, sekarang Sin Gie tampaknya seperti kebal dari
ilmu sihir kedua orang Persia tersebut, walau pun Iris
dan kawannya sejak tadi bertempur dengan mulut yang komat-kamit tokh Sin Gie
tidak memperlihatkan tandatanda bahwa ia terpengaruh oleh ilmu sihir kedua orang
tersebut. Mengapa bisa begitu" Sedangkan Bu Kie yang memiliki lwekang yang sebetulnya
lebih sempurna dari lwekang Sin Gie, juga kebathinan yang dimiliki Bu Kie jauh
lebih kuat dari bathin Sin Gie, masih terpengaruh sedikit dari ilmu sihir kedua orang itu,
sedangkan Sin Gie sendiri tidak terpengaruh. Mengapa bisa terjadi seperti itu"
Ternyata Sin Gie memiliki ilmu yang bermacam ragam. ilmu yang dulu dipelajarinya
berbau sesat, Dengan demikian, baik ilmu yang diturunkan oleh oleh ibunya atau
juga ilmu Kiauw Pak Beng, semua itu memang mengandung ilmu kesesatan, yang
memerlukan latihan terbalik dari ilmu yang lurus dan putih bersih.
Maka dari itu, Sin Gie seperti menjadi kebal terhadap pengaruh sesat atau juga
sejenis ilmu sihir, Tetapi Bu Kie sendiri yang memiliki ilmu tenaga dalam yang
murni dan lurus, yang kian hari dilatih semakin murni, telah melakukan segalanya
dengan lurus. Begitu terkena terjangan ilmu sihir, tenaga dalamnya itu belum bereaksi Dia
telah terkena pengaruh ilmu sihir itu, Kalau saja memang tenaga dalamnya telah
beraksi, niscaya kedua orang Persia itu tidak dapat mempengaruhi Bu Kie dengan
ilmu sihir mereka, karena bathin Bu Kie yang telah kuat.
Tio Beng setelah memperhatikan beberapa saat, iapun segera menyadari kelemahan
Bu Kie dan kelebihan Sin Gie. Disamping itu. Bu Kie pun telah menyaksikannya,
betapapun kedua orang Persia itu tidak mungkin melebihi kepandaiannya. ia
menyadari hal itu sebagai penonton.
Tadi sebagai orang yang bersangkutan dan juga terlibat dalam pertempuran dengan
kedua orang itu, ia tidak melihat jelas seluruh kelemahannya itu. Dengan
demikian membuat Bu Kie terpengaruh juga oleh ilmu sihir lawannya.
Akan tetapi sekarang ini, setelah berhasil menyaksikan jalannya pertempuran
menghadapi Sin Gie, demi jurus, Bu Kie akhirnya dapat juga melihat kelemahan
kedua orang itu. Dan juga ia telah memiliki cara yang sekiranya dapat dipergunakannya sebaik
mungkin dalam menghadapi kedua lawannya itu.
Karenanya Bu Kie bersiap2, jika memang Sin Gie nanti terdesak oleh kedua
lawannya itu, ia akan segera maju pula, buat merubuhkan kedua orang lawannya
itu. Karena sekarang ini Bu Kie memang telah berpikir dan dapat melihat kelemahan kedua
lawannya, ia pun dapat menduga sampai dimana tinggi dan sempurnanya kepandaian
kedua orang itu. Sampai berapa jauh kedua orang itu dapat mempergunakan ilmu sihirnya, dan juga
dengan cara bagaimana ia akan dapat menindih dan balik mempengaruhi kedua orang
Persia tersebut. Karenanya Bu Kie telah bersiap2 ia hendak maju buat
menggantikan kedudukan Sin Gie.
Hanya saja dilihatnya Sin Gie pun tengah mengerahkan seluruh kepandaiannya,
dimana serulingnya itu menyambar2 bagaikan seekor naga, yang bergulung2 dan
menyambar akan menghantam kepala, mata, dada dan pundak dari Iris dan kawannya.
antara Iris bersama kawannya
dan setelah memperhatikan jurus Jika memang Bu Kie mempergunakan kesempatan itu
maju untuk menggantikan Sin Gie, tentu hanya akan membuat Sin Gie terpojokan,
karena ia harus menarik pulang tenaganya dan juga menghentikan segala
penyerangannya, Dengan demikian akan membuat kemungkinan juga Sin Gie bisa
kecolongan diserang kedua orang lawannya.
Waktu itu tampak Sin Gie mengerakkan serulingnya dengan jurus2 yang sangat
tangguh, merupakan jurus2 simpanannya, yang hanya baru dipergunakan kalau saja
ia menghadapi lawan berat.
Dengan demikian, luar biasa kesudahannya, serulingnya itu bagaikan seekor naga
yang mengamuk menerjang kesana-kemari, dengan ekor dan kepalanya.
Iris dan kawannya yang menghadapi cara penyerangan seperti itu, jadi kaget
sendirinya, karena mereka memperoleh kenyataan Sin Gie benar2 lawan yang tangguh
sekali, yang harus dihadapinya sebaik mungkin.
Karenanya, Iris dan kawannya beberapa kali berusaha membatasi diri, tokh
penjagaan dan perbentengan diri
mereka sering kebobolan. Terutama sekali Iris, entah berapa kali ia hampir terkena terjangan seruling Sin
Gie, terkemplang atau juga tertotok, Dengan demikian membuat Iris harus berlaku
lebih hati2 lagi. Dikala itu Tio Beng sudah tidak sabar lagi, ia berseru nyaring dan teriaknya:
"Sin Gie mundurlah... percuma kau menghadapi mereka yang berlaku licik seperti
itu, hanya akan men sia2kan tenagamu belaka, Mundurlah."
Sin Gie mendengar teriakan Tio Beng, jadi mengeluarkan seruan meninggi,
serulingnya bergerak hebat sekali, memaksa kedua lawannya mundur, kemudian ia
menjejakan kakinya tubuhnya melesat dan hinggap disamping Tio Beng.
Sedangkan Bu Kie membarengi melompat maju, Belum lagi kedua orang Persia itu
sempat membuka mulut, justeru Bu Kie telah mulai mendesak dengan pukulan yang
beruntun. Sedangkan kedua orang Persia itu, mulai melancarkan ilmu sihir mereka, Tadi
mereka hampir berhasil dengan ilmu sihir mereka. Akan tetapi semakin mereka
mengerahkan ilmu sihir mereka keduanya jadi terkejut bukan main. Karena ilmu
sihir itu seperti juga menghantam perbentengan yang kuat sekali, dan berbalik
menghantam mereka berdua!
Semakin gencar mereka mempergunakan ilmu sihir mereka, semakin kuat daya pantul
nya menyerang mereka. Akhirnya, kedua orang Persia itu mereka meneruskan cara
Ilmu Ulat Sutera 16 Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Penguasa Alam 3
^