Pencarian

Pendekar Muka Buruk 1

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id Bagian 1


Pendekar Muka Buruk Saduran : Tjan ID Djvu 1-46 : Masriski Djvu 47-tamat : Dewi KZ sumbangan anelinda-store.com
convert : Abu Keisel, Lovecan, Dewi KZ
Editor : Abu Keisel, Gunawan S, Lovecan, Hendra
Final Edit & Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ atau http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ kangzusi.com Daftar Isi Pendekar Muka Buruk Daftar Isi Jilid : 1 Jilid : 2 Jilid : 3 Jilid : 4 Jilid : 5 Jilid : 6 Jilid : 7 Jilid : 8 Jilid : 9 Jilid : 10 Jilid : 11 Jilid : 12 Jilid : 13 Jilid : 14 Jilid : 15 kangzusi.com Jilid : 16 Jilid : 17 Jilid : 18 Jilid : 19 Jilid : 20 Jilid : 21 Jilid : 22 Jilid : 23 Jilid : 24 Jilid : 25 Jilid : 26 Jilid : 27 Jilid : 28 Jilid : 29 Jilid : 30 Jilid : 31 Jilid : 32 Jilid : 33 Jilid : 34 Jilid : 35 Jilid : 36 Jilid : 37 Jilid : 38 Jilid : 39 Jilid : 40 Jilid : 41 Jilid : 42 Jilid : 43 Jilid : 44 Jilid : 45 Jilid : 46 Jilid : 47 Jilid : 48 Jilid : 49 kangzusi.com Jilid : 1 UDARA sangat cerah, sang surya baru saja memancarkan
sinarnya yang berwarna ke emas-emasan ke seluruh permukaan
bumi. Nun dibawah sebuah pohon yang rindang, duduklah seorang
kakek tua yang bungkuk lagi rapuh sambil bertopang dagu, sorot
matanya yang redup sedang mengawasi seorang bocah kecil yang
sedang bermain-main disebuah tanah lapang depan sebuah
perkampungan besar. Agaknya sudah lama sekali kakek itu berada disana, tiba-tiba
terdengar ia bergumam seorang diri:
"Yaa........ pasti dia........ pasti dia........ tak bakal salah...... tak mungkin salah........"
Sesudah termenung lagi sekian lama, mendadak kakek tua itu
bangkit berdiri, lalu dengan kecepatan bagaikan berhembusnya
segulung angin dia melompat kehadapan bocah yang berusia
kangzusi.com sepuluh tahunan itu, kemudian sekali sambaran tangan, dia tangkap bocah tadi
kemudian dikempitnya di bawah ketiak.
Tindakan tersebut dilakukan olehnya dengan kecepatan melebihi
sambaran petir, sebelum bocah kecil itu sempat berteriak minta
tolong, tahu-tahu jalan darah pingsannya sudah ditotok.
Tak ampun lagi bocah tersebut segera jatuh tak sadarkan
diri......... Tampaknya kakek tua itu seperti merasa segan atau takut
terhadap sesuatu, begitu berhasil dengan sergapannya, buru-buru dia kabur
meninggalkan perkampungan tersebut dan menerobos
masak ke dalam sebuah hutan dengan kecepatan tinggi.
Semalam suntuk orang tua itu berlarian terus menjauhi
perkampungan tadi. Siang telah berganti malam dan fajar pun akhirnya menyingsing
kembali......setelah merasa yakin tiada pengejar yang membuntuti perjalanannya,
kakek tua itu kelihatan merasa amat lega, dia
menghembuskan napas panjang kemudian perlahan-lahan menuruni
bukit dan menuju ke sebuah jalan raya.
Belum jauh kakek itn berjalan menuju jalan raya, mendadak
terdengar suara ringkikan kuda yang amat keras berkumandang
datang dari arah belakang.
Kakek itu kelihatan amat terperanjat, dengan cepat dia berpaling ke belakang.
Dari kejauhan sana tampaklah empat ekor kuda jempolan sedang
berlari mendekat dengan kecepatan tinggi, debu dan pasir
beterbangan membumbung ke angkasa karena sambaran kuda-kuda itu.
Dalam waktu singkat rombongan orang-orang berkuda itu sudah
semakin dekat, kini kakek tersebut dapat melihat wajah-wajah
orang itu dengan jelas. Orang yang berada di paling depan adalah seorang kakek tua
kangzusi.com berwajah bersih, sepasang matanya cekung ke dalam dengan
sepasang biji mata berwarna biru, begitu menyeramkan mata orang tersebut
sehingga mendatangkan perasaan ngeri dan bergidik bagi siapa pun yang
melihatnya....... Di belakang kakek tadi mengikuti seorang kakek berwajah hitam
pekat bagaikan pantat kuali, seandainya diantara biji matanya tidak terselip
warna putih, sulit rasanya membedakan mana yang mata
dan mana pula yang kelopak.
Begitu tahu siapakah orang-orang yang baru muuculkan diri
didepan matanya, kakek tua si penculik bocah cilik itu nampak
sangat terperanjat, tanpa terasa serunya didalam hati:
"Aduuh.....celaka! Aku harus secepatnya meloloskan diri dari tempat ini......"
Tetapi sayang sekali, sebelum niatnya itu sempat dilaksanakan,
keadaan sudah terlambat. Kedengaran si Kakak bermuka putih itu tertawa terbahak-bahak,
lalu dengan suara lantang serunya:
"Haaaahh.....haaahh.....haaah..... rupanya Telapak tangan sakti dari Giam-tok berada
disini, selamat berjumpa..... selamat berjumpa kembali. Sudah hampir sepuluh tahun
lamanya kita tak pernah saling bertemu, sungguh tak disangka kita akan bersua kembali di tempat seperti
ini!" Air muka si Kakek tua yang membopong bocah cilik itu segera
berubah menjadi dingin menyeramkan, setelah tertawa kering,
jawabnya: "Hmmm.......! Kukira siapa yang telah datang, eeei.... tak tahunya adalah Hek pek sat
sia (sepasang malaikat putih dan hitam)
.....! Hmm, kalau kalian toh berdua belum juga dapat melupakan
kejadian dimasa lampau dan sekarang pingin beradu kepandaian
silat denganku, baiklah, akan kulayani keinginan kalian itu, tapi bukan
sekarang. Sepuluh hari kemudian akan kutunggu kedatangan
kalian di puncak Si-sim-hong di bukit Hong-san!"
kangzusi.com "Kenapa harus pilih hari lain?" tukas Kakek bermuka hitam bagaikan pantat kuali
itu dengan cepat, "selamanya aku si melaikat hitam belum pernah menunda-nunda
saat pertarungan yang sedang
kuhadapi, aku pun belum pernah mengundurkan hari
pertemuan...... mumpung hari ini udara sangat cerah dan lagi
hawapun amat sejuk, aku rasa inilah kesempatan yang paling baik bagi kita untuk
bertarung. Mengapa sih kita mesti mengundurkan
waktunya sampai sepuluh hari lagi dan mesti bersusah payah
mendaki gunung Hong-san" Ooooh......! Rupanya Giam tayhiap
telah memilih tempat kubur yang bagus untukmu sendiri....."
Berbicara sampai disitu ia segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. Perlu diketahui, Telapak tangan sakti dari Giam tok adalah
seorang jago kawakan yang mempunyai nama besar yang amat
tersohor di kolong langit pada berapa tahun berselang.
Dengan kepandaian silat yang dimilikinya, sudah barang tentu dia tak memandang
sebelah matapun terhadap sepasang malaikat
hitam dan putih tersebut.
Namun dia cukup menyadari akan situasi yang sedang
dihadapinya sekarang, dia tahu posisinya kini sangat tidak
menguntungkan bagi dirinya.
Maka dari itu setelah tertawa keras segera katanya kembali:
"Sayang seribu kali sayang hari ini Giam ong mu masih ada
urusan lain, dengan begitu tantangan kalianpun belum dapat
kulayani!" Selesai berkata dia pun bersiap sedia untuk meninggalkan tempat tersebut.
Malaikat putih segara bertindak cepat dengan menghadang jalan
pergi kakek itu. Setelah melirik sekejap kearah bocah cilik yang berada dalam
bopongan kakek itu, katanya kemudian seraya tertawa tergelak:
kangzusi.com "Haaahh... haaahhh... haaahhh... Giam tayhiap, sungguh tak nyana engkau sudah
mempunyai keturunan, benar-benar peristiwa
ini merupakan suatu kejadian yang aneh sekali! Tetapi kenapa sih jalan darah
pingsan anakmu itu kau totok" Oooh....mungkin hasil dari penculikan rupanya?"
"Toako memang sangat pintar dan berpandangan tajam",
malaikat hitam segera menyambung dengan nada mengejek, "aku yakin seyakin-yakin-
nya bahwa bocah itu adalah anak jadah dari
hasil hubungan gelap Giam tayhiap dengan Leng Siau-in!"
Telapak tangan sakti dari Giam-tek merasa amat gusar setelah
mendengar ucapan itu, segera teriaknya keras-keras:
"Tutup mulut anjingmu, kalau engkau berani mengaco belo lagi, jangan salahkan
kalau aku tak akan berlaku sungkan-sungkan lagi terhadap diri kalian!"
"Kalau tidak akan berlaku sungkan, lantas mau apa kau?"
kembali pria kekar yang berada di belakang sepasang malaikat itu mengejek sambil
tertawa keras. Dengan suatu serakan tubuh yang sangat ringan, dia melayang
turun dari atas pelana kuda.....
"Criiiinggg.....!"
Sepasang senjata gurdi yang terbuat dari baja murni segera
dicabut keluar. Kemudian seraya melangkah maju ketengah gelanggang,
bentaknya lagi dengan penuh amarah:
"Giam tayhiap, apakah engkau tidak memandang sebelah
matapun terhadap kami, sepasang bersaudara dari telaga Seng-ou?"
"Maaf......! Aku benar-benar tak kenal dengan kalian berdua, tolonglah tanya
kesalahan apakah yang telah kulakukan atas diri kalian?" tanya telapak tangan
sakti dari Giam-tok dengan sikap yang masih tetap sabar.
kangzusi.com "Giam tayhiap tak usah berlagak pilon, mereka kan sepasang pendekar dari telaga
Seng oh! yang dikiri bernama Ui Hiong
sedangkan yang disebelah kanan adalah Ui Liat, bakankah kau
pernah membinasakan kakak seperguruan mereka yaitu si
Sastrawan tanpa bayangan Ong Sam-kui" Nah, coba pikirkan
apakah mereka tidak berhak untuk menuntut balas terhadap dirimu sekarang......?"
"Oooooh......" Belum sempat si Telapak tangan sakti dari Giam-tok melanjutkan
kata-katanya, ditengah suara bentakan yang amat keras, tampaklah dua rentetan
cahaya yang amat menyilaukan mata telah berkelebat datang mengancam jalan darah
ung-hiat serta si-hiat di tubuhnya.
Ia menjadi amat terkejut, buru-buru telapak tangannya diputar
kencang untuk menangkis datangnya serangan tersebut.
Biarpun serangan itu datangnya secara tiba-tiba dan sama sekali tak terduga,
Telapak tangan sakti dari Giam-tok sama sekali tidak menjadi gugup, dengan
mengerahkan tenaga dalamnya yang amat
sempurna, ia tangkis datangnya ancaman tersebut.
"Traaaaangg.......!"
Di tengah benturan keras, sepasang senjata gurdi dari Ih Hiong
itu tertangkis telak, sedemikian kerasnya benturan itu membuat
badannya sempat mundur dua langkah kebelakang dengan
sempoyongan. Semua orang menjadi kaget bercampur tertegun setelah
menyaksikan kesempurnaan tenaga dalam lawannya, sebelum
mereka sempat bertindak sesuatu, tiba-tiba Telapak tangan sakti dari Giam-tok
telah menjejakkan kakinya ke atas tanah lalu secepat kilat berkelebat pergi
meninggalkan tempat itu. "Bangsat! Hendak lari ke mana kau?" hardik malaikat putih dengan perasaan gusar.
kangzusi.com Tiga sosok bayangan manusia segera berkelebat lewat, dengan
cepatnya beberapa orang jago itu melakukan pengejaran secara
ketat..... Meskipun si Telapak tangan sakti dari Giam-tok merupakan
seorang yang amat lihay, tetapi setelah menempuh perjalanan cepat semalam
suntuk, badannya boleh dibilang sudah teramat lelah.
Belum sampai berapa li dia kabur, jarak diantara dirinya dengan para pengejar
kian lama kian bertambah dekat, ia segera sadar
bahwa dirinya tak akan lolos lagi dari kejaran lawan.
Sadar akan hal tersebut, dengan segera ia mempercepat gerakan
larinya dan menerobos masuk kedalam sebuah gua yang berada tak
jauh dari situ. Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sepucuk kertas lalu
menulis berapa huruf dengan arang, kemudian diambilnya pula
sebuah buli-buli berwarna emas dan dimasukkan kedalam saku
bocah cilik yang berada dalam boponggan-nya itu.
Dalam pada itu, ke empat jago lihay yang melakukan pengejaran
itu telah sampai pula didepan gua, namun mereka tak berani
menerjang masuk kedalam goa secara gegabah, sebab kuatir kena


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disergap lawannya. Dengan cepat beberapa orang itu menyebarkan diri dan
membentuk posisi setengah lingkaran untuk mengepung tempat
tersebut rapat-rapat. "Manusia she Giam!" teriak jago-jago itu kemudian dengan suara mengejek, "kalau
kau bersembunyi terus macam kura kura, jangan salahkan kami kalau segera akan
melepaskan kabut beracun untuk
membinasakan kalian berdua!"
Telapak tangan sakti dari Giam-tok cukup mengetahui bahwa
kawanan jago itu dapat mengatakan dapat pula berbuat, hatinya
menjadi sangat gelisah. Luas gua tersebut tidak lebih cuma tiga sampai lima tombak,
andaikata pihak lawan benar-benar melepaskan kabut beracun
seperti apa yang diucapkan, niscaya dia beserta bocah cilik itu akan
kangzusi.com mati secara mengenaskan. Berada dalam keadaan seperti ini, kakek tua itu tidak
memperdulikan keselamatan jiwanya lagi, dia menepuk jalan darah diatas tubuh
bocah itu agar menyadarkan-nya kembali di suatu saat tertentu, kemudian sambil
menghimpun segenap kekuatan yang
dimilikinya kedalam telapak tangannya, laksana sambaran kilat
tubuhnya menerjang keluar dari dalam gua.
Begitu badannya melompat keluar dari mulut gua, sepasang
telapak tangannya segera diayunkan ke arah kedua belah
samping.... "Weeeess.....!"
Dengan angin pukulan yang amat dahsyat, bagaikan hembusan
angin puyuh yang menerbangkan pasir dan debu, dengan
dahsyatnya menggulung ke arah depan.
Dua bersaudara Ui dari telaga Seng-oh yang berada dibarisan
terdepan, seketika itu juga terpental sejauh beberapa tombak dari tempat semula
dan roboh terjerambab mencium tanah.
Telapak tangan sakti dari Giam tok benar-benar seorang jagoan
yang sangat lihat, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dia meluncur
sejauh tiga tombak lebih dari tepi gua, kemudian
sambil membalikkan tubuhnya, ia membentak penuh amarah:
"Kawanan anjing bangsat yang tak tahu diri, bereni amat kalian menghina orang
lain" Hmmm......! Kalau toh sudah bosan hidup,
ayo cepat maju! Akan kubereskan kalian semua satu demi satu.....!"
Mula-mula sepasang malaikat putih dan hitam nampak agak
tertegun karena tidak mengira kalau lawannya yang telah
menyembunyikan diri didalam gua tahu-tahu saja sudah muncul
kembali di hadapan mereka semua.
Tapi setelah sadar kembali akan apa yang telah terjadi, serentak mereka loloskan
senjata tajam masing-masing dan menerjang maju
ke muka..... kangzusi.com
Telapak tangan sakti dari Giam-tok tertawa nyaring, tubuhnya
berputar kencang bagaikan sebuah gangsingan, bersamaan dengan
suata gerak yang sangat aneh, tahu-tahu dia menyelinap ke sisi
tubuh malaikat hitam kemudian melepaskan sebuah pukulan yang
sangat dahsyat... Malaikat hitam menjadi teramat kaget setelah merasakan
datangnya ancaman yang sama sekali tak terduga itu, dia berseru tertahan
kemudian berusaha keras untuk melepaskan diri dari
ancaman tersebut..... Tapi agaknya si Telapak tangan sakti dari Giam tok sudah dapat
menduga akan gerakan berikut dari lawannya, baru saja si Malaikat hitam
menghindar ke samping, ia sudah menerjang lagi ke depan
dengan ge rakan cepat sambil melepaskan sebuah pukulan maut.
Blaaaammmm......!?" Dengan telak serangan tersebut bersarang diatas dada lawan,
jeritan ngeri yang menyayat hati pun segera menggema
memecahkan keheningan. Sambil memuntahkan darah segar, tubuh si Malaikat hitam itu
mencelat sejauh beberapa tombak kemudian sudah terkapar diatas
tanah, lalu setelah berkelojotan sebantar akhirnya menemui ajalnya secara
mengenaskan. Dua bersaudara Ui dari telaga Seng oh serta si Malaikat putih
menjadi teramat gusar setelah menyaksikan rekan mereka menemui
ajalnya di ujung telapak tangan lawan, serentak mereka membentak keras dan
meerjang maju ke muka secara kalap.
Angin pukulanpun segera menderu-deru, cahaya kilat yang
memancar keluar dari ke empat buah senjata gurdi itu segera
memenuhi seluruh angkasa.
Seperti banteng-banteng yang terluka, mereka mengepung
musuhnya secara ketat dan berusaha membinasakan lawannya
dengan serangan yang bertubi-tubi dan mengerikan hati.
kangzusi.com Telapak tangan sakti dari Giam tok sama sekali tidak menjadi
gentar karena mesti menghadapi kerubatan dari jago-jago lihay
tersebut, sekarang dia tak usah merasa takut lagi untuk melakukan pertarungan
secara bersungguh hati, karena si bocah cilik yang
menjadi beban baginya selama ini telah diturunkan kedalam gua.
Tubuhnya melejit sejauh tiga tombak lebih ketengah udara, lain
dengan jurus Bendungan baja menahan air bah dia mengayunkan
kembali telapak tangannya kearah bawah dengan sepenuh tenaga.
Walaupun dia menyerang hanya menggunakan sepasang tangan
yang terdiri dari darah dan daging, namun kedahsyatan dari angin pukulan itn
benar-benar mengerikan sekali.
Seluruh angkasa segera diliputi oleh beribu-ribu buah bayangan
telapak tangan yang menyilaukan mata, sementara tenaga tekanan
yang teramat berat menggencet batok kepala beberepa orang itu.
"Blaammmm.........!"
Kembali terjadi benturan keras yang menggelegar diseluruh
ngkasa, tampak tiga sosok bayangan manusia mencelat sejauh
beberapa tombak kebelakang. ......
Tak sempat lagi mengeluarkan suara jeritan ngerinya, dua
bersaudara Ui dari telaga Seng oh serta malaikat putih itu menemui ajalnya pula
secara mengenaskan. Mengawasi mayat-mayat yang bergelimpangan diatas tanah,
Telapak tangan sakti dari Giam tok menghembuskan napas lega.
"Aaaai....! Akhirnya aku berhasil juga menyelesaikan pertarungan ini secara baik....
Padahal andaikata mereka tidak terlalu
mendesakku, akupun tak akan tega membunuh mereka sekeji ini...."
Sembari menggelengkan kepalanya berulang kali dia
membalikkan badan dan berjalan menuju kearah gua.
Tapi sebelum sepasang kakinya sempat melangkah masuk
kedalam mulut gua, mendadak berkumandang kembali suara suitan
yang aneh sekali dari tempat kejauhan sana...
kangzusi.com Sekali lagi si Telapak tangan sakti dari Giam tok merasa amat
terperanjat, ia segera berpaling kearah mana berasalnya suitan
itu..... Tampaklah cahaya kilat berkelebat cepat dengan kecepatan luar
biasa, tahu-tahu seorang kakek bermuka persis seperti monyet telah munculkan
diri dihadapannya. "Aaaaah.....!" Ketika saling berpapasan muka, kedua orang itu samasama
berseru tertahan dan mundur satu langkah kebelakang.
"Aaai.....Telapak tangan sakti dari Giam tok!" bisik kakek berwajah monyet itu
dengan suara lirih. "Monyet sakti dari selat Wu-nia!" bisik Telapak tangan sakti pula dengan suara
kaget. Dalam waktu singkat si kakek berwajah monyet tadi telah muncul
dihadapannya, dengan paras muka yang berubah menjadi hijau
menyeramkan, terdengar kakek bermuka monyet itu berseru sambil
tertawa seram: "Heeehh... heeeh... heeehhh... benar-bener suatu pertemuan yang sama sekali tak
terduga, didalam kesempatan ini bukan saja aku akan membalas dendam atas hadiah
sebuah pukulan yang pernah kau berikan kepadaku pada sepuluh tahun berselang,
akupun akan mengambil kembali benda mustika tersebut dari
tanganmu. Nah bajingan tua! Bersiap-siaplah untuk mampus........"
Biarpun dihati kecilnya si Telapak tangan sakti dari Giam tok
merasa amat terkejut, namun diluarnya dia tetap berusaha untuk
bersikap tenang, jawabnya kemudian:
"Hmmmm! Kau berniat untuk membalas dendam atas pukulan
yang pernah kuhadiahkan kepadamu pada sepuluh tahun
berselang...." Heeebhh..... heeehhh... heeeeh.... belum tentu kau mampu untuk melakukan
niatmu itu. Lagipula benda mestika yang
kangzusi.com kau maksudkan sudah tidak berada dalam sakuku lagi .... sudahlah, lebih baik kita
tak usah banyak ngebacot lagi, kalau memang ingin bertarung, silahkan saja untuk
segera melancarkan seranganmu.....
"Kurangajar, kau berani membohongi diri ku" Cairan kemala yang berada dalam
buli-buli emas merupakan benda mestika yang langka dan menjadi incaran setiap
orang, bila kau tidak segera
menyerahkannya kepadaku......Hmmm! Akan kusuruh kau mampus
dengan darah berceceran dimana-mana....."
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... jangan lagi cairan kemala dalam buli-buli emas yang
kau maksud sudah tak berada dalam
sakuku lagi, kendatipun saat ini masih berada dalam sakuku pun
jangan harap akan ku berikan kepadamu, apalagi cairan itu bisa
membantu menyempurnakan tenaga dalam seseorang, hmmm....
hmmm...hmmm.... bila kepandaian silatmu mendapat kemajuan
yang pesat, dunia persilatan pasti akan menjadi kacau balau oleh ulahmu"
Paras muka si Monyet sakti dari selat Wu-nia itu segera berubah sangat hebat,
dia menyeringai seram sambil memperdengarkan
suara tertawanya yang sangat aneh, suara tertawa itu mirip sekali dengan jeritan
bayi yang mencekik lehernya, tapi mirip juga dengan jeritan kuntilanak ditengah
kuburan. Berita tak sedap didengar
sehingga terasa amat menusuk pendengaran.
Telapak tangan sakti dari Giam tok segera menghimpun tenaga
murninya sambil tertawa nyaring, dia berusaha untuk menekan
gelak tertawa aneh dari lawannya itu sampai tertindih dan makin lirih
kedengarannya, karena dia kuatir gelak tertawa dari lawannya yang penuh
mengandung tenaga serangan itu akan melukai
pendengaran dari bocah yang disembunyikan didalam gua itu.
"Sudah....sudahlah!" seru Giam tok kemudian dengan perasaan amat gusar, "biar kita
bertarung mati-matian pada saat inipun tak mungkin akan berhasil menentukan
siapa yang unggul dan siapa
yang kalah, bagaimana kalau kita sudahi saja pertarungan hari ini sampai disini
saja?" kangzusi.com "Kentut busuk nenekmu! Andaikata kubebaskan dirimu hari ini, lain kali aku akan
mencarimu dimana?" "Bagaimana kalau kutunggu kedatangganmu di puncak Si-sim -
nong gunung Hong san?"
"Tidak, tidak bisa! Nah bajingan tua, lihat serangan....."
Monyet sakti dari selat Wu-nia segera merentangkan sepasang
telapak tangannya sambil didorong keluar dengan dahsyatnya,
segulung angin pukulan yang sangat kuat segera berhembus lewat
bagaikan gulungan sngin puyuh, dengan cepat dan kencangnya
langsung meluncur kedepan serta menerjang dada lawan.
Telapak tangan sakti dari Giam tok tak berani bertindak secara
gegabah, apalagi setelah menyaksikan betapa dahsyatnya angin
pukulan yang mengancam tiba.
Cepat-cepat hawa murninya dihimpun kedalam telapak tangannya kemudian sebuah
pukulan dilepaskan untuk menyambut
datangnya ancaman tersebut dengan keras melawan keras.
"Braaaakkk..... !"
Benturan keras itu menimbulkan suara ledakan yang amat
memekikkan telinga, gumpalan pasir dan debu berputar kencang
dan membumbung keangkasa setinggi puluhan tombak lebih.....
Sejak terjadinya benturan keras itu, ternyata keempat buah
telapak tangan saling menempel satu sama lainnya tanpa bergerak, tubuh kedua
orang itu berdiri diam tak berkutik dari tempat semula, masing-masing pihak
berusaha mengerahkan segenap kekuatan
yang dimilikinya untuk melukai lawan.
Rupanya didalam bentrokan tadi, baik si telapak tangan sakti dari Giam tok
maupun si monyet sakti dari selat Wu-nia samasama tak mau mengalah, maka setelah
terjadi bentrokan kekerasan tadi,
mereka segera saling menghisap kekuatan lawannya kuat-kuat,
akibat dari kejadian ini maka telapak tangan merekapun saling
kangzusi.com menempel satu sama lainnya dan tidak mampu berkutik lagi....
Entah berapa jam sudah lewat tanpa terasa....
Bocah cilik yang berada dalam goa itu perlahan-lahan mendusin
kembali dari pingsannya, ketika dia membuka mata dan
menemukan bahwa dirinya sedang berbaring dalam sebuah gua,
wajahnya segera berubah dan menunjukkan rasa tercengang yang
tak terhingga .... "Aneh, mengapa aku bisa berada disini?" pikir bocah itu didalam hatinya, "atau
mungkin aku sedang bermimpi disiang hari
bolong...." Benar-benar suatu kejadian yang aneh......"
Ia merangkak bangun dari atas tanah, sinar tajam yang
memancar masuk dari mulut gua amat menyilaukan matanya, bocah
itu segera memejamkan matanya sambil membalikkan badan
membelakangi gua tadi....
Tiba-tiba ia merasa sakunya berat sekali.
"Aneh benar, benda apa yang mengganjal dalam perutku ini?"
dia berpikir. Dengan cepat dirabanya bagian yang terasa mengganjal itu,
ternyata benda itu berupa sebuah buli-buli kecil serta secarik kertas.
Dengan perasaan tak habis mengerti dia segera berjalan keluar
dari gua itu. Dihadapan matanya segera terbentang suatu pemandangan yang
benar-benar menggidikkan hati, empat sosok mayat terkapar diatas tanah dalam
keadaan mengerikan, sementara dua orang kakek
berdiri kaku di sisi lain dengan sepasang telapak tangan mereka musib berada
dalam posisi saling menempel.
Melihat kesemuanya ini si bocah segera menjerit kaget dan
cepat-cepat lari masuk kembali kedalam gua, saking kagetnya
hampir saja dia lari pontang panting meninggalkan tempat kejadian itu.
Berapa saat kemudian ia baru berani melongok lagi, tatkala
kangzusi.com dilihatnya orang-orang itu sudah mati semua, dia baru merasa agak lega dan
berani muncul kembali dari gua itu.
Sambil menimang-nimang buli-buli warna emas yang ditemukan
dalam sakunya, bocah itu berpikir dengan perasaan keheranan dan tidak habis
mengerti: "Sungguh suatu kejadian yang aneh, kalau dilihat bentuknya buli-buli ini kecil
sekali, kenapa beratnya justru bukan kepalang
tanggung.....?" Ia segera mencabut lepas penutupnya, bau harum semerbak
segera memancar keluar memenuhi seluruh angkasa.
Ternyata isi dari buli-buli emas itu adalah cairan putih yang
kental sekali seperti getah, ketika dicoba rasanya manis lagi lezat sekali, hal
mana membuat si bocah menjadi kegirangan, tanpa
berpikir panjang lagi dia teguk isi buli-buli itu hingga habis sama sekali.....


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian diambilnya kertas yang melekat diatas buli-buli tadi
serta dibaca isinya. Surat itu berbunyi demikian:
"Ayahmu yang sekarang bukan ayahmu, Ibumu sekarang adalah
ibumu, lahir tanpa berjumpa, nasib ayah sangat sengsara, untuk
membalas dendam carilah Thien bu, sebelum ilmu silat kau kuasahi janganlah
pulang ke rumah!" Dibawah surat itu terlukis sebuah telapak tangan.
Beberapa patah tulisan itu sangat membingungkan hati sang
bocah, untuk berapa saat lamanya dia hanya berdiri tertegun disitu dan tak tahu
apa yang mesti dilakukan...
Tanpa terasa terbayang kembali kejadian yang pernah menimpa
dirinya berapa waktu berselang, waktu itu ia memohon kepada
ayahnya untuk belajar silat, tapi permintaan itu bukan saja tidak dikabulkan,
malahan dia dicaci maki habis-habisan.
Ketika ia mencoba untuk mencuri lihat para penjaga
perkampungan yang sedang berlatih ilmu silat, dia pun dimaki
kangzusi.com habis-habisan olehnya. Kemudian sewaktu kejadian tersebut dilaporkan kepada ibunya,
persoalan itupun tidak mendatangkan hasil apa-apa, ayahnya malah selain bersikap
dingin dan ketus terhadap dirinya.....
"Mungkinkah aku memang bukan anak kandung ayahku?" pikiran tersebut dengan cepat
melintas didalam benaknya, "kalau begitu tentu ibuku kawin lagi" Atau mungkin
dia dirampas oleh ayahku sekarang serta di paksa untuk kawin dengannya?"
Jangan dilihet bocah itu masih berusia kecil, tapi dalam
kenyataannya banyak persoalan yang dapat terpikir olehnya,
terutama sekali kata-kata yang tercantum dalam surat tersebut
telah mempengaruhi jalan pikirannya.
Semenjak masih kecil dia memang sudah dicaci maki orang,
bukan cuma kakek dan encinya saja yang memandang hina
kepadanya, bahkan sampai pelayan pun tak pernah ambil perduli
terhadapnya. Bukan cuma begitu, sikap ibunya pun terasa begitu hambar
terhadapnya, seakan-akan dia memang bukan anggota keluarga
dari keluarga Giam, ia menaruh curiga bahwa dia adalah anak
buangan.... Bocah itu merasa sudah terbiasa di anak tirikan dalam
perkampungan Ang sim-san ceng yang termashur diseluruh dunia
persilatan itu, maka dia pun tidak merasa takut karena berada
ditengah bukit yang sunyi sekarang, dalam hati dia telah mengambil keputusan
akan menunggu sampai ke dua orang kakek yang berdiri
kaku itu mendusin kembali, dia harus menanyakan rahasia ini dari mereka.
Sayang sekali, ke dua orang Kakak itu tetap berdiri tak berkutik ditempat
semula, malahan tubuh mereka makin lama terasa
semakin dingin dan membeku....
Bocah itu berdiri melongo, dia tak tahu apa yang harus dilakukan saat ini,
sambil mempermainkan buli-buli emas yang berat itu,
dengan sabar dia menanti terus disisi kedua orang Kakek tersebut.
kangzusi.com Tiba-tiba buli buli itu terlepas dari tangannya, menyusul
kemudian tampak secarik kertas terlepas dari tepi penutup buli-buli itu dan
terjatuh ketanah.... Dengan perasaan keheranan, kertas tadi segera diambilnya lalu
diteliti isinya. Terbacalah olehnya beberapa buah tulisan yang berbunyi begini:
"Kitab pusaka Cin kun hun pit, mestika idaman setiap umat
persilatan tersimpan dibawah batu peringatan besar To sik sit"
Begitu lembutnya tulisan itu sehingga harus diteliti lebih dulu dengan seksama
sebelum dapat terbaca. Bocah itu menjadi amat kegirangan, segera serunya keras-keras:
"Nah, inilah kesempatan yang paling baik bagiku untuk belajar silat.... aku harus
mencari kitab tersebut sampai dapat......"
Setelah menunggu lama sekali, habis sudah kesabaran bocah itu
untuk menanti lebih lanjut, segera dldekatinya kedua orang kakek itu, lalu
teriaknya keras-keras: "Hey..... kakek, bangunlah sebentar..... aku ada urusan hendak bertanya kepadamu...."
Tiada jawaban yang kedengaran, dua orang kakek itu masih saja
berdiri kaku ditempat semula.
Bocah itu berteriak lagi berapa kali, tapi tetap tiada jawaban, akhirnya dengan
perasaan keheranan bocah itu mulai berpikir:
"Benar-benar aneh sekali, jangan-jangan kedua orang Kakek ini sudah mati?"
Dengan perasaan ingin tahu dihampirinya kedua orang itu, lalu
didorongaya Kakek yang satu namun tak berkutik, lalu didorongnya pula Kakek yang
kedua, juga tak bergerak, maka dengan perasaan
tercengang ia memeriksa dengus napas mereka berdua, baru
sekarang dia tahu kalau mereka sudah tak bernapas lagi alias sudah kangzusi.com
mati. Tak bisa dicegah lagi ia menjerit sekeras-kerasnya dengan
perasaan ketakutan, tanpa berpikir panjang ia melarikan diri terbirit-birit
meninggalkan tempat itu. Mendadak ....... Suara bentakan keras berkumandang datang dari arah belakang,
bocah itu semakin ketakutan dan larinya pun semakin bertambah
cepat iagi, dia mengira orang-orang yang sudah mati kaku itu
berubah menjadi mayat hidup dan sedang mengejarnya.
Sungguh cepat gerakan tubuh dari pendatang tersebut, hanya
dalam waktu singkat dia telah berhasil menyusul bocah itu serta menghadang
dihadapannya. "Siau cengcu!" terdengar orang itu berteriak keras, "mengapa kau pergi sejauh
ini seorang diri" Kau tahu betapa gelisahnya
Cengcu setelah mengetahui kepergianmu ini" Dia sampai mengirim
enam belas orang berkuda untuk mencari jejakmu......"
Mendadak sorot matanya menangkap buli-buli kecil berwarna
emas yaag berada dalam genggaman bocah itu, deagan sorot mata
aneh ia segera berseru tertahan:
"Aaaaah.....! Bukankah benda yang berada ditanganmu itu
adalah Wan hu giok ih, cairan kemala buli-buli emas" Siau-cengcu!
Kau dapatkan benda itu dari mana?"
Baru sekarang bocah itu mengetahui bahwa si pengejar bukan
mayat hidup seperti apa yaag diduganya semula, melainkan seorang tukang pukul
ayahnya yang bernama Li Wi.
Sambil tertawa haha hihi karena girang, sahutnya kemudian:
"Hiiiiih... hiiiihhh... hiiihh... aku sendiripun tak tahu bagaimana ceritanya sampai
bisa memperoleh benda ini..."
"Anak jadah! Kau berani membohongi aku?" bentak Li Wi tiba-tiba dengan wajah
menyeringai seram, "hari ini adalah hari kangzusi.com
kematianmu, hmm....! Bila kau bersedia menghadiahkan cairan
kemala dalam buli-buli emas itu kepadaku, aku pun bersedia pula memberi kematian
yang utuh padamu, tapi kalau tidak... heeehh...
heeeh... heeeh....."
Bocah itu menjadi ketakutan setengah mati dan menjerit keras
setelah menjumpai paman Li nya tiba-tiba berubah menjadi begitu beringas daa
menakutkan, tanpa membuang waktu ia segera
membalikkan badan dan melarikan diri terbirit-birit....
Li Wi mendengus dingin, baru saja bocah itu lari sejauh dua kaki lebih dari
posisi semula, ia membentak keras dan sebuah pukulan yang maha dahsyat segera
dilontarkan kedepan. Bocah cilik yang sesungguhnya bernama Giam In-kok ini segera
menjerit tertahan, dia merasakan punggungnya teramat sakit,
sambil memuntahkan darah segar tubuhnya segera roboh
terjengkang keatas tanah dan jatuh tak sadarkan diri.
Menyaksikan bocah itu roboh keatas tanah sambil memuntahkan
darah segar, Li Wi mengira korbannya sudah mati, maka sambil
tertawa dingin jengeknya:
"Heehhh... heeehhh... heeeh... siapa suruh kau membawa benda mestika yang langka dan
tak ternilai harganya" Jangan salahkan
kalau paman Li mu bertindak keji, cairan kemala ini akan menambah tenaga dalamku
seperti hasil latihan selama enam puluh tahun
lamanya"Buru-buru dia melepaskan buli-buli emas itu dari genggaman
tangan bocah tadi, namun sewaktu penutupnya dibuka dan
mengetahui bahwa isinya telah kosong, hatinya menjadi sangat
terkesiap dan tanpa terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri.
"Aduuh .... celaka!" demikian ia berseru didalam hati, "ternyata isi buli-buli
emas itu sudah kosong, waaa... bagaimana sekarang"
Tak mungkin aku bisa mempertanggung jawabkan diri terhadap
cengcu...." Akhirnya setelah termangu-mangu sejenak, dia tendang tubuh
kangzusi.com bocah itu dengan gemas sambil umpatnya:
"Bocah sialan, biar engkau dikubur bersama buli-buli kosong itu..."
Li Wi takut kalau sampai perbuatannya membinasakan majikan
mudanya ketahuan orang, dan lagi buli-buli kosong itupun tak ada gunanya lagi,
maka setelah membuangnya kesisi bocah tersebut,
dia segera membalikkan badan dan kabur dari situ.
Siapa tahu bocah itu bukan saja tidak mati, justru lantaran
tendangan dari Li Wi ini, maka peredaran darahnya yang semula
tersumbat kini menjadi lancar kembali,
Sebenarnya setelah muntah daah segar tadi, bocah itu
merasakan dadanya sakit sekali sehingga jatuh tak sadarkan diri tetapi setelah
Li Wi melancarkan sebuah tandangan kearahnya,
jalan darah yang semula membeku segera menjadi lancar kembali,
perlahan-lahan diapun sadar kembali dari pingsannya.
Dia merangkak bangun dari atas tanah, dilihatnya Li Wi telah
berlalu dari situ, sementara dia sendiri kecuali telah memuntahkan darah segar,
ternyata sekujur tubuhnya sama sekali tidak
mengalami perubahan apapun.
Setelah lama sekali termenung, ia baru menyadari apa yang
barusan telah terjadi, sambil menggertak gigi menahan rasa
bencinya, ia bersumpah didalam hati:
"Bangsat keparat, hari ini kau telah menghajar sauya mu sampai muntah darah
segar....Hmmm! Tapi ingat, suatu waktunya tiba,
sauya mu sudah mampu membalas dendam, akan kutagih
hutangmu hari ini beserta rentenya... Hmm. Bila sumpah ini tak
kulakukan, jangan panggil lagi aku sebagai Giam In kok!"
Buli-buli emas itu segera diikatnya kembali dipinggangnya, tapi sebelum
meninggalkan tempat tersebut, tiba-tiba satu ingatan
melintas dalam benaknya: "Bukankah aku sudah mati satu kali" Apa perlu kutakuti lagi terhadap orang-orang
yang sudah mati itu?"
kangzusi.com Maka diapun berjalan kembali ketempat semula, kemudian
dengan seksama diperiksanya keempat sosok mayat yang tergelepar diatas tanah
itu, dalam sekilas pandangan saja ia sudah tahu kalau keempat orang itu mati
akibat dihajar orang. Kemudian diapun memeriksa mayat dari kedua orang kakek yang
berdiri kaku disitu, dia periksa seluruh tubuh orang itu, namun tak berhasil
ditemukan suatu sebab yang mengakibatkan kematian
tersebut. Rasa ingin tahu semakin menganggu perasaan Giam In Kok,
mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dia segera
mendekati kedua orang kakek itu dan menggeledah pakaian
mereka. Mendadak sebuah senjata berbentuk telapak tangan terjatuh dari
saku salah seorang kakek itu, ketika dipungut kembali dan diamati dengan lebih
saksama, bocah tersebut segera merasakan hatinya
tergetar keras. Ternyata bentuk dari telapak tangan itu persis sekali dengan
lambang yang tercantum dalam kertas yang ditemukan disisi buli-buli tadi.
Tanpa terasa ia berseru tertahan:
"oooo...! Rupanya locianpwe ini yang telah meninggalkan surat itu kepadaku!"
Dari nada pembicaraan Li wi tadi, ia semakin yakin bahwasan-nya kepala kampung
dari perkampungan Ang sin san ceng yang
bernama Giam Ong-hui itu sesungguhnya bukan ayah kandungnya.
Tanpa terasa timbul rasa simpatiknya kepada kakek yang
membawa senjata berbentuk telapak tangan itu.
Dengan penuh rasa hormat dia segera berlutut didepan jenasah
kakek itu serta manjalani penghormatan besar sebanyak sembilan
kali, gumamnya kemudian: kangzusi.com "Anak In telah mendapat budi kebaikan dari cianpwee, biarlah anak In membopong
tubuhmu kedalam gua, kau bisa beristirahat
dengan tenang disana...!"
Tapi sebelum ia membopong tubuh Kakek tersebut kembali satu
ingatan melintas dalam benaknya, ia merasa berkewajiban untuk
menyelidiki lebih dulu asal usulnya.
Maka dia pun memeriksa seluruh tubuh kakek itu untuk
memeriksa apakah masih terdapat sesuatu yang masih tertinggal
disitu. Ternyata dugaannya memang benar, di dalam saku kakek itu dia
berhasil menemukan sejilid kitab, batang arang, beberapa lembar kertas serta
beberapa tahil uang perak, kecuali itu tidak terlihat benda lainnya lagi.
Kitab itu segera dibuka dan diperiksa dengan teliti, pada halaman pertama
terbaca olehnya empat huruf besar yang bertuliskan:
"GIAM TOK KANG CIAT atau pukulan baja Giam tok."Gaya tulisan-nya persis seperti tulisan yang ditemuinya diatas
kertas surat tadi, dan semakin dia membalik-balik halaman
berikutnya ternyata isinya berupa serangkaian catatan mengenai
ilmu silat yang disana sini dilengkapi pula dengan pelbagai lukisan.
Walaupun Giam In Kok merasa gembira sekali atas penemuannya
itu, dan dia ingin selekasnya mampelajari isi dari kitab silat tersebut, namun
saat itu ingatannya belum terpikirkan sampai kesana.
Pada halaman yang ketiga belas, akhirnya bocah itu berhasil
menemukan beberapa tulisan yang berbunyi demikian:
"Dendam tusukan pedang dapat ditahan dendam karena isteri
direbut sukar terlupakan, bila bersua kembali, akan kutuntut balas dendam
kesumat ini...." Walaupun beberapa patah kata tulisan itu sederhana sekali
artinya, namun bagi Giam In-kok justru seakan-akan anak panah
yang menembusi ulu hatinya, sekejur tubuhnya segera gemetar
kangzusi.com keras. Tak tertahankan lagi ia berteriak keras:
"Mungkinkah orang tua ini adalah ayah kandungku?"
Dia mencoba untuk menginsafi wajah si Telapak tangan sakti diri Giamn tok dengan
seksama, lama kelamaan terasa olehnya
walaupun muka itu penuh kasih sayang tapi potongan mukanya
masih terasa asing baginya. Menjumpai hal ini, terpaksa diapun
berdoa didalam hati: "Cianpwee, walaupun anak In hanya mempunyai seorang ibu,
namun aku masih mempunyai enam orang bibi. Seandainya
cianpwee memang ayahku, harap kau bersedia muncul kembali
dalam impian malam nanti...."
Selesai berdoa, dia masukkan kitab itu kedalam sakunya,
mengikat senjata telapak tangan baja dipinggangnya dan
menyimpan uang perak kedalam saku.
Kemudian dia membuat sebuah liang kubur dan mengebumikan
jenazah dari si Telapak tangan sakti dari Giam tok dalam gua
tersebut. Setelah itu diapun membuat sebuah batu nisan yang ditulis
berapa huruf diatasnya, tulisan itu berbunyi demikian:


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Disinilah dikubur seorang cianpwee dari dunia persilatan, Giam-tok si telapak
tangan baja!" Kemudian bocah itu mendekati tubuh si monyet sakti dari selat
Wu-nia .... Dari dalam saku kakek ini, dia berhasil mendapatkan sebilah
pedang pendek, sejilid kitab silat, beberapa butir mutiara dan
beberapa tahil perak. Sudah berhasil mengenali asal usul kakek berwajah monyet ini,
maka dia pun menggubur mayat sambil mendirikan sebuah batu
nisan dengan tulisan berbunyi begini:
"Disini diikubur La Khong, seorang cianpwe dari dunia persilatan"
kangzusi.com Menanti semua pekerjaan telah selesai di kerjakan, hari sudah
mendekati sore, bocah itu segera mencari buah-buahan di dalam
hutan untuk mengisi perut, kemudian membaca kitab pusaka yang
ditinggalkan ke dua orang jago tua tadi serta mulai belajar silat.
Matahari malai condong di langit barat, sinar kemerah-merahan
memancar keempat penjuru memancarkan sinar yang makin redup.
Giam In Kok, seorang bocah cilik yang baru berusia sepuluh
tahun ternyata dapat melatih diri dengan tekun dan seksama,
dibawah timpaan cahaya matahari yang makin redup, ia berlatih diri dengan tangan
kanan menggenggam telapak tangan baja,
sementara tangan kirinya menggenggam pedang pendek, gerakan
tubuhnya amat gesit dan lincah tak ubahnya seperti seekor monyet.
Kejadian ini berlangsung pada hari ketiga setelah bocah itu
minum cairan kemala dari buli-buli emas tanpa sengaja serta
mempelajari kepandaian silat peninggalan dari kedua orang kakek itu.
Dengan mengandalkan kecerdasan otaknya yang melampaui
anak lain sebaya dengannya serta dengan bakatnya yang bagus,
ditambah pula berkat bantuan dari kasiat cairan knmala buli-buli emas, biarpun
baru berlatih diri selama tiga hari, namun
keberhasilannya yang dapat dicapai benar-benar diluar dugaan.
Tiba-tiba ia menarik kembali senjatanya kemudian berjalan
menuju kedepan sebuah pusara baru dan berlutut didepan-nya
sambil bergumam diiringi isakan tangis yang menyedihkan hati:
"Ayah! Semoga kau melindungi anak In agar ilmu silat yang
kuperlajari dapat cepat berhasil, bila anak In telah berhasil
menguasai kepandaian silat yang hebat, pasti akan kucari Giam
Ong-hui si bajingan tua itu dan membuat perhitungan dengannya,
anak In bersumpah akan menyelamatkan ibu dari lembah
kesengsaraan....." Selesai berdoa dia berlatih kembali ilmu telapak tangan, ilmu
kangzusi.com pedangnya dengan tekun, hingga tengah malam lewat dia baru
beristirahat dibawah sebatang pohon besar.
Saking lelahnya bocah itu segera tertidur dengan
nyenyaknya........ Entah berapa lama sudah lewat.......
Mendadak terdengar suara kicauan burung yang amat ramai
mengejutkan Giam In Kok dari tidurnya, ketika membuka matanya
kembali, fajar telah menyingsing diufuk timur, tanpa terasa dengan perasaan
jengkel bocah itu engumpat:
"Burung-burung sialan...... ramai benar kalian ini...... aaai, sampai sauya mu tak dapat
tidur nyenyak....." Tapi baru saja ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak dari
kejauhan sana berkumandang datang suara bentakan yang amat
keras: "Siapa yang sedang berbicara disana?"
Giam In Kok sangat terperanjat, ia segera dapat mengenali
kembali suara itu sebagai suara dari Giam Ong-hui, cengcu dari
perkampungan Ang sim-aan yang dibenci itu.
Rasa dendam dan hawa gusar segera berkobar didalam dadanya,
coba kalau dia tidak teringat bahwasanya kepandaian silat yang
dimiliki belum cukup lihay, niscaya orang itu sudah dilabraknya habis-habisan
seperti pemburu yang menjagal celeng-celeng didalam hutan.
Dengan suatu gerakan yang amat lincah dia segera
menyembunyikan diri di balik hutan, dari situ dia mengintip keluar.
Tampak olehnya Giam Ong-hui dengan dikelilingi oleh para
tukang pukulnya telah berdiri mengerumuni kuburan dari ke dua
orang kakek dalam gua tersebut.
Mendadak terdengar salah seorang tukang pukulnya yang dikenal
sebagai Hee Kee-seng bertanya:
kangzusi.com "Cengcu, apa yang telah kau dengar?"
"Sungguh aneh! Aku seperti mendengar binatang cilik itu seperti bercakap-cakap
didalam hutan" "Aaaah! tidak mungkin, sewaktu kutemukan dia lenyap hari itu, telah kucari
jejaknya disekeliling tempat ini sampai beberapa kali, terutama sekitar hutan
ini, namun tak sesosok bayangan manusia
pun yang berhasil kutemukan......mungkin.......mungkin cengcu
sudah salah mendengar!"
"Benar!" sambung Li Wi pula dari samping, "ia sudah termakan oleh sebuah pukulan
ku yang sangat berat, kalau tak sampai
mampus, kejadian ini baru aneh namanya..... atau
mungkin......jangan-jangan ia sudah ditolong orang pintar serta disembunyikan di
sekitar tempat ini?"
"Jangaa perdulikan dulu apakah seseorang disini atau tidak, yang penting kita
geledah dula sekitar tempat ini!" perintah Giam Ong-hui kemudian.
Giam In-kok yang mengikuti tanya jawab dari beberapa orang itu
segera merasakan hawa amarahnya berkobar didalam dada, kalau
bisa, dia ingin sekali memukul manusia she Giam itu serta
menyiksanya habis-habisan sampai orang itu mengatakan asal
usulnya yang sebenarnya....
Selama berdiam didalam perkampungan Ang sim san ceng,
walaupun ia belum pernah mengalami perlakuan yang terlampau
buruk, namun sikap serta kata-kata para penghuninya yang dingin dan hambar telah
mendatangkan siksaan serta penderitaan yang tak terlukiskan.
Seandainya dia tidak ditolong oleh ayahnya, si Telapak tangan
baja dari Giam tok, bukankah hingga kinipun dia masih menganggap bajingan itu
sebagai ayah" Bocah inipun tidak tahu permusuhan apakah yang sebetulnya
kangzusi.com terjalin antara si Telapak tangan baja dari Giam tok dengan Giam ong hui, tapi
andaikata Giam ong hui tidak menghancurkan rumah
tangga ayahnya lebih dahulu, bagaimana mungkin dia bisa
melarikan ibunya" Membalas dendam" Ataukah melarikan diri"
Dua ingatan yang paling bertentangan itu dengan cepat melintas
didalam benaknya dan berputar sampai berapa ratus kali.
Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya dia mengambil keputusan
untuk melarikan diri dari sana, sebab dengan ilmu silat yang baru saja
diyakininya bocah itu mengerti bahwa dia bukan tandingan dari orang-orang
tersebut. Setelah mendengus dingin bocah itu segera menyelinap keluar
dari tempat persembunyiannya dan mcelarikan diri dari situ, untung saja tak
seorang manusiapun yang mengetahui jejaknya.
Sesudah berada diluar hutan sana, ia segera berlari secepat-cepatnya
meninggalkan tempat tersebut.
Entah berapa lama sudah lewat, Giam In kok yakin telah
menempuh perjalanan sejauh seratus li lebih. sekarang sampailah dia di sebuah
kota kecil. Dengan bekal uang yang diperolehnya dari saku Telapak sakti
dan monyet sakti berdua, dia membeli beberapa perangkat pakaian rombeng, sebuah
cangkul dan sepasang sepatu yang terbuat dari
rumput, kemudian selesai bersantap kenyang, dia mencari tempat
yang sepi untuk bertukar pikiran.
Kecuali buli-buli emasnya masih dibiarkan tergantung
dipinggangnya, boleh dibilang bocah itu sudah sama sekali berubah dandanan,
malahan sewaktu dia bercermin di air, hampir saja dia menjadi pangling sendiri.
Tanpa terasa bocah itu berpikir sambil tertawa geli:
"Mulai hari ini, siauya akan berganti nama menjadi Kok In hui, kangzusi.com
nama Hui akan kupakai dipaling bawah, biar Giam Ong-hui si
bangsat tua itu sial terus menerus karena namanya "Hui" kuinjak-injak dibawah...
haaahh... haaaah... haaah... moga-moga saja
hatinya deg-deg-an terus dan tak pernah merasa tenang... orang
yang jahat macam dia memang sekali-kali biar tahu rasa...."
-ooo0dw0ooo- Jilid : 2 BEGITULAH, dengan berdandan sebagai seorang seorang bocah
dusun, Giam In kok mulai mengembara kesana kemari tanpa tujuan
tertentu, setiap kali bertemu dengan orang, dia selalu bertanya batu peringatan
manakah yang paling besar, setiap kali berada ditempat yang sepi dan terpencil,
diapun selalu memanfaatkan kesempatan
itu untuk memperdalam ilmu silatnya.
Tanpa terasa satu bulan sudah lewat......
Suatu hari, sampailah bocah itu didepan sebuah kompleks tanah
perkuburan yang sangat luas, ketika bocah itu melihat salah satu diantara
kuburan itu mempunyai sebuah batu peringatan yang tinggi besiar bagaikan sebuah
bukit dengan tinggi dua kaki dan lebar
delapan depa, tanpa terasa teriaknya keras-keras:
"Hoooreee........... aku berhasil menemukan batu peringatan yaug paling besar, benda
tersebut tentu berada disini...!"
Saking gembiranya dia sampai berteriak keras, dengan cepat
kuburan itu didekati, ketika membaca tulisan yang tertera diatas batu nisan
tersebut, bocah itu segera mengetahui bahwa kuburan
ini merupakan tempat bersemayam dari seorang panglima perang
yang termashur namanya di negeri itu.
Dengan cepat pikirnya: "Andaikata kitab pusaka ilmu silat itu di sembunyikan dalam kuburan panglima
perang ini, maka orang lain pasti tak akan
menduga, bukankah tempat ini aman sekali" Yaa, siapa pula yang
berani menggali kuburan panglima perang kenamaan" Haaaaahh...
kangzusi.com haaaaah... haaahh... bisa kualat itu"
Setelah memeriksa bahwa disekitar tempat itu tiada orang lain,
maka bocah itupun mulai menggerakkan cangkul yang telah
disiapkan-nya dan menggali kuburan tersebut.
Tak selang beberapa saat kemudian, batu nisan yang amat besar
itu sudah berhasil dia bongkar, tanah di bawah batu nisanpun telah digalinya
sedalam berapa meter, namun tak secarik kertas pun yang berhasil di temukan
disitu. Dengan perasaan keheranan bocah itupun mengomel:
"Waaah... kenapa tak ada kitabnya" sudah berapa bulan lamanya aku mengembara
diseantero dunia persilatan, banyak sudah batu
nisan serta batu peringatan yang kujumpai, namun hanya batu
nisan ini yang terhitung paling besar.... aaah! Jangan-jangan masih terdapat batu
peringatan lain yang jauh lebih besar lagi?"
Karena merasa kurang puas, bocah itupun melanjutkan kembali
penggaliannya membongkar bawah batu nisan tadi.
"Pencoleng kecil!" tiba-tiba suara bentakan keras bergema datang dari arah
belakang, disusul kemudian terasa datangnya
segulung angin desingan tajam yaag mengancam tubuhnya.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat Giam In kok menghindar
sejauh berapa tombak kesamping ....
"Blaaaaaaaammmmm......!"
Ditengah suara benturan yang amat keras, batu nisan itu terhajar seketika secara
telak oleh serangan yang maha dahsyat itu hingga sama sekali roboh keatas tanah.
Cepat-cepat bocah itu berpaling kebelakang, dia lihat seorang
kakek bertubuh tinggi besar dan berwajah merah membara seperti
kepiting rebus telah berdiri dibelakangnya dengan wajah penuh
kegusaran. Tatkala menyaksikan serangannya yang dahsyat mengenai
kangzusi.com sasaran yang kosong, kakek itu merasa semakin gusar, kembali ia membentak:
"Bajingan cilik, siapa namamu" Siapa yang menyaruh kau datang kemari untuk
mencuri batu nisan?"
"Heeeehh... heeeehh... heeeeh... hey kakek, kau jangan marah dulu! Aku she Kok bernama
In hui, sesungguhnya tak ada orang
yang menyuruh aku datang mencari batu nisan, lagipula..... aku toh tidak
bertampang seorang pencuri kuburan?"
"Hmmmm! Dengan mata kepala sendiri kusaksikan kau sedang
membongkar kuburan... masih mau menyangkal?"
Seraya membentak, kakek bermuka marah itu kembali
melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah bocah tersebut.
Sebagaimana diketahui, tujuan Giam In kok yang sebenarnya
dalam usahanya membongkar batu nisan itu adalah untuk
mendapatkan kitab pusaka, sudah barang tentu hal tersebut tak
bisa diakuinya dengan begitu saja, kendatipun dia telah dituduh sebagai seorang
pencuri sekarang...... Ibarat orang bisu yang makan buah kemala, walaupun kepahitan
namun tak dapat mengutarakan penderitaannya itu.
Karenanya begitu melihat datangnya ancaman tersebut, cepat-cepat dia berkelit
kaesamping, kemudian sambil memberi hormat
serunya: Locianpwe.... kau jangan menyerang dulu! Aku benar-benar?bukan pencari kuburan, aku sama sekali tidak bermaksud untuk
mencuri batu nisan itu!"
"Lantas apa sebabnya kau bongkar batu nisan itu" Ayoh cepat jawab dengan
sejujurnya!" "Aku..... karena aku sering mendengar orang berkata bahwa
dibawah batu nisan kadangkala terdapat jinsom yang bisa
menguatkan badan..... oleh sebab itu... oleh sebab itu akupun
membongkar batu nisan itu dengan harapan bisa memperoleh
kangzusi.com jinsom yaag dimaksud, locianpwe! Ampunilah jiwaku...."
Kakek bermuka merah itu mendengus dingin, dengan sorot
matanya yang tajam bagaikan sembilu diawasinya bocah cilik itu
beberapa kejap, mendadak ia mendonggakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaahh... haaahh... haaah... kukira siapa, rupanya kau si setan cilik! Ayoh cepat
menyerahkan diri kepadaku, segera akan kukirim dirimu pulang ke perkampungan Ang
sim san ceng... hmmm, benar-benar kurang ajar! Berani amat kau membohong
dihadapanku!" "Eeei... eeeei... nanti dulu kakek tua, kau jangan salah paham...
perbuatanku membongkar batu nisan memang berbuatan salah dan
tercelah, aku pun mau mengakui salah serta bersedia
mengambalikan batu nisan itu ke tempat semula... sedangkan
mengenai perkampungan Ang sim san ceng... aku benar-benar tak
mempunyai hubungan apa-apa dengan mereka, kenapa sih kakek
mau menghantarku pergi kesitu?"
"Setan cilik! Kau masih berani berbohong di hadapanku...." Kau berani menggunakan
nama orang lain untuk mengelabui diriku"
Hmmm! Nyali mu benar-benar amat besar, coba kau lihat buli-buli emas yang
tergantung dipinggangmu itu, inilah bukti yang paling jelas bagi identitasmu..."
"Cianpwee... sudah berulang kali kukatakan bahwa aku sama
sekali tak ada hubungannya dengan perkampungan Ang sim san
ceng, mengapa sih kakek tak mau percaya juga" Sejak dilahirkan
didunia ini aku sudah bernama Kok In hui, lagipula buli-buli emas yang
tergantung dipinggangku ini adalah pemberian ayahku untuk
di isi dengan air panas, mengapa kau malah mengatakan buli-buli emas itu sebagai


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukti identitasku..... kakek kok aneh benar sih?"
"Huuuh, omong kosong, ngaco belo tak karuan, kau anggap aku tak tahu siapakah
dirimu yang sebenarnya" Bahkan kau bernama
Giam In kok?" "Waaah... Waaah... nampaknya si kakek semakin keblingar lagi, mana namaku Kok Im hui
dirubah menjadi Giam In kok... dan buli-kangzusi.com
buli emas disangka buli-buli mestika..... jangan-jangan kakek sudah terlalu banyak
minum arak sehingga menjadi mabuk?"
Kakek bermuka marah semakin naik darah, paras mukanya
berubah menjadi merah padam, segera bentaknya:
"Perduli amat kau adalah Giam In kok atau Kok Im-hui, tapi yang jelas sebelum
kau tinggalkan selembar nyawa mu ditempat ini,
jangan harap bisa meninggalkan kuburan ini barang setengah
langkah pun....!" "Waaahh.... waaaah... kakek makin sinting tampaknya... kalau selembar jiwaku mesti
ditinggalkan disini, bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan tempat ini" Lucu
amat sih kakek ini....?"
Setelah berkata, bocah itu segara membalikkan tubuhnya dan
melarikan diri terbirit-birit menuju kearah bukit.
Rupanya Giam In-kok telah mengenali kakek itu sebagai salah
seorang sahabat dari bekas ayahnya, orang ini merupakan cengco
ketiga dari perkampungan Cian-liong san ceng dan bernama Kim Ki-hong.
Sadar kalau tenaga dalam maupun ilmu silat yang dimilikinya
masih bukan menjadi tandingan lawan, maka dia berusaha keras
untuk melepaskan diri dari penangkapan-nya.
Siapa tahu, baru saja tubuhnya kabur sejauh sepuluh kaki lebih, tiba-tiba tampak
serentetan cahaya merah meluncur datang dari
arah depan. Dalam gugupnya Giam In kok mengenali manusia berpakaian
merah yang muncul di hadapannya itu adalah saudara dari kakek
pertama yang dijumpai tadi, yakni cengcu kedua dari perkampungan Cian liong-san
ceng yang bersama Kim Ki hong, dia menjadi amat
terperanjat. Cepat-cepat bocah itu membalikkan tubuhnya dan melarikan diri
menuju kedalam hutan pohon pak yang berada didalam kompleks
makam tersebut. kangzusi.com Baru saja kakinya melangkah masuk kedalam hutan, tahu-tahu
pandangan matanya menjadi gelap.... ia merasa pandangan yang
berada didepan matanya sama sekali buram, bahkan secara lamat-lamat dapat
merasakan berhembusnya hawa dingin yang amat
menusuk badan, membuat sekujur tubuhnya mengigil keras.
Pada saat inilah terdengar Kim Ki hong berseru sambil tertawa
terbahak-bahak. "Haaah... haaah... haaaah setan cilik, siapa suruh kau memasuki barisan Lak jin toa
tin ku" Sekarang, keadaanmu tak ubahnya
seperti katak yang masuk kedalam tempurung.....Hmmmm! Coba
kalau tidak mengingat diatas wajah ayahmu, semenjak tadi sudah
kucabut selembar jiwa kecilmu itu! Nah, sekarang baik-baiklah
berada didalam barisan itu sambil menahan lapar, setelahku cukup menderita
nanti, akan kuikat seluruh badanmu kemudian akan
kuserahkan kembali kepada ayahmu!"
Giam In kok menjadi jengkel bercampur mendongkol, kontan
saja dia mencaci maki kalang kabut:
"Bajingan tua she Kim, kalian hendak apakan sauya mu?"
"Kurang ajar.... setan cilik, sialan benar kau, berani betul kau memandang hina
angkatan yang lebih tua," teriak Kim Ki-hong penuh amarah, "tunggu sebentar,
akan ku suruh kau rasakan dulu tiga ratus kali pecutan kulit yang akan mencabik-
cabik tubuhmu!" Giam In-kok semakin nekad, dia hendak balas caci maki lawannya itu dengan kata-
kata yang pedas, namun sebelum ia sempat
membuka suara, tiba-tiba disisi telinganya telah berkumandang
suara bisikan seseorang yang terasa masih asing baginya:
"Bocah cilik, kau tak perlu bersilat lidah lagi dengannya, selama aku berada
disini, tak mungkin kau akan mengalami sesuatu apa-apa jua......"
Suara itu lembut dan amat lirih bagaikan dengungan nyamuk,
namun jelas sekali dalam pendengaran, Giam In kok mencoba untuk kangzusi.com
celingukan kesana kemari, namun tak terlihat bayangan manusia
yang ditemukan disekeliling sana.
Bocah itu segera mengerti bahwa disitu telah hadir seorang jago yang berilmu
tinggi, diam-diam ia menjadi girang setengah mati.
Walaupun begitu, diluarnya ia justru berlagak seolah-olah panik dan gugup....
Dalam ada itu, dari luar barisan Lak jin toa tin itu terdengar
kembali suara dari Kim Tiong-hong sedang berseru:
"Siam te! Siapa sih bocah cilik itu?"
"Kau masih ingat dengan si bocah binal putra Giam Ong hui
itu.....?" "Kau maksudkan bocah itu adalah Giam In kok?"
"Yaa benar, kalau bukan dia lantas siapa lagi?"
"Aaaah! Tidak mungkin, Giam In kok adalah seorang bocah yang masih kecil dan
lagi sama sekali tak bertenaga, bagaimana mungkin dia mampu untuk merobohkan
batu nisan yang beratnya mencapai
tiga ribu kati itu" Mustahil..... tak mungkin bisa terjadi.... atau mungkin kau
sudah salah melihat?"
"Ehmm, kejadian ini memang agak aneh, tapi aku berani
memastikan bahwa bocah itu adalah putra Giam Ong hui.... lebih
baik kita buat dia kelaparan dulu selama tiga hari sebelum berbicara lebih
jauh....." Suara pembicaraan itu makin lama bergema semakin jauh
sehingga akhirnya sama sekali tak terdengar lagi.
Giam In-kok tahu bahwa orang-orang itu sudah pergi
meninggalkan tempat tersebut.
Pada saat itulah terdengar suara bisikan tadi kembali bergema
disisi telinganya: "Nah bocah cilik, dengarkan petunjuk ku, sekarang.... maju tiga kangzusi.com
langkah kemuka.... belok kekanan lalu maju delapan langkah....
setelah itu belok kekiri dan maju dua langkah.... maju lagi setengah langkah ke
depan.... akhirnya belok lagi kekiri sebanyak sepuluh langkah...."
Keterangan tersebut diberikan secara nyata dan jelas sekali,
seakan-akan orang yang memberi petunjuk berada dihadapannya
saja. Giam In kok tidak ambil pusing apakah perkataan ini benar atau
tidak, dia segera mengikuti petunjuk itu dengan cepat.
Betul juga, tak selang beberapa saat kemudian pandangan
matanya menjadi terang dan tahu-tahu ia sudah terlepas dari
kepungan barisan tersebut.
Seorang kakek berdandan sebagai penjual obat sudah berdiri
dihadapannya, kakek itu berusia enam puluh tahunan dan
membawa sebuah cangkul kecil di tangan kirinya.
Sewaktu melihat bocah itu sudah terlepas dari kurungan ilmu
barisan Lak jin toa tin itu, sambil tertawa segera ujarnya:
"Nak, ikutilah aku!"
"Terima kasih kakek, atas atas pertolonganmu!"
Dengan cepat Giam In kok membuntuti dibelakang orang tua itu.
Gerakan tubuh dari si kakek berdandan sebagai penjual obat itu
benar-benar cepat sekali, bagaikan hembusan angin puyuh dia
berlarian terus menuju ke depan, berada dalam keadaan demikian
terpaksa Giam In kok harus mengerahkan juga seluruh tenaga yang dimilikinya
untuk mengikuti dari belakang.
Kurang lebih setengah jam kemudian, sampailah mereka berdua
didalam sebuah hutan yang amat lebat.
Pada saat itu pula si kakek penjual obat menghentikan larinya
dan memuji sambil tertawa:
"Anak kecil, kau memang hebat sekali!"
kangzusi.com Giam In kok tahu bahwa si kakek penjual obat ini sudah
menyelamatkan selembar jiwanya dari ancaman, andaikata bukan
orang tua ini yang memberi petunjuk kepadanya sehingga dia
berhasil meloloskan diri dari kurungan ilmu barisan Lak jin toa tin, niscaya ia
akan ditangkap dan dikirim kembali ke perkampungan
Ang sim san ceng. Berada dalam keadaan seperti itu, sudah dapat dipastikan pula
bekas ayahnya tak akan mengampuni dengan begitu saja.
Maka cepat-cepat ia maju ke muka dan memberi hormat,
katanya kemudian: "Locianpwee, berkat bantuan cianpwee aku telah berhasil
melepaskan diri dari mara bahaya, untuk itu aku Kok In hui
mengucapkan banyak terima kasih untuk bantuan cianpwee itu....."
"Betulkah kau bernama Kok In hui?" tukas si kakek penjual obat itu secara tiba-
tiba sambil tertawa. Giam In Kok segera merasa tak pantas untuk membohong
dihadapan tuan penolongnya, mendengar ucapan tersebut buru-buru sahutnya:
"Namaku yang sebenarnya adalah Giam In kok, tapi berhubung keluargaku sudah
tertimpa musibah, maka akupun berganti nama
menjadi Kok In hui untuk mempermudah perjalananku dalam
berkelana didaiam dunia persilatan!"
"Kalau begitu kau memang benar-benar adalah putra dari si ular emas bayangan
darah Giam ong hui dari perkampungan Ang sim
san ceng.....?" Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Giam In kok
mengangguk berulang kali.
"Musibah apa sih yang telah menimpa keluargamu?" tanya si kakek penjual obat itu
dengan nada tercengang, "mengapa pula ayahmu mengutus begitu banyak jagonya
untuk mencari jejakmu diempat penjuru" bahkan aku dengar sampai dia sendiripnn telah
ikut munculkan diri didalam dunia persilatan?"
kangzusi.com "Persoalan ini mempunyai sangkut paut yang amat besar dengan urusan pribadiku,
karenanya bolehkah kutanya siapa nama kakek
terlebih dulu?" "Oooh, aku she Gak....."
"Aaaaah, jadi kau orang tua adalah Gak Pun leng, si tabib sakti dari bukit Lam-
san?" "Haaahh.... haaahhh... haaahh... sebutan tabib sakti tak berani ku terima, padahal aku
hanya mengerti sedikit tentang ilmu obat-obatan!"
"Waaah... kalau begitu aku telah bersikap kurang hormat...
berbicara tentang musibah yang menimpa keluargaku, sebetulnya
sulit sekali bagiku untuk membuka suara, yaa...... sesungguhnya Giam Ong-hui
bukanlah ayah kandungku sendiri, itulah sebabnya
terpaksa aku harus minggat dari rumah!"
"Apa ada kejadian seperti ini" Darimana kau mendengar berita tersebut?"
Namun setelah menyaksikan air mata yang jatuh bercucuran
membasahi wajah bocah tersebut, ia segera berkata lebih lanjut:
"Kalau kau toh tak ingin berbicara, ya sudahlah, aku sendiripun tak suka
mencampuri urusan orang lain, aku hanya ingin bertanya satu hal lagi kepadamu,
apa maksud serta tujuanmu membongkar
kuburan keluarga Kim dari perkampungan Cian liong san ceng....?"
"Aku ingin mencari jinsom berusia seribu tahun untuk membantu tenaga dalamku
agar semakin sempurna!"
Mendengar perkataan itu, Gak Pun leng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... haaah... haaah... kau keliru besar nak, kalau ingin mencari jinsom yang
berusia seribu tahun sehingga bisa menambah kekuatan badan mu, maka kau harus
mencarinya dilembah yang terpencil atau hutan yang jauh dari keramaian manusia, masa kau kangzusi.com
malah mencarinya dalam kuburan nenek moyang orang" Hanya
saja.... kekeliruanmu saat ini sesungguhnya ada juga benarnya,
ketahuilah liang kubur dari nenek moyang keluarga Kim ini disebut pula sebagai
memeluk bulan dalam rangkulan, konon dimasa lalu
Cing-khu singjin pernah memendam kitab pusaka Ceng khu hun pit
nya disekitar liang kubur tersebut. Tentu saja dengan kemampuan yang kau miliki
sekarang masih belum dapat menandingi ketiga
orang jago tua dari perkampungan Cian liong san ceng tersebut,
tapi kau tak usah kuatir! Selama aku masih tetap mendukungmu,
maka merekapun tak akan bisa mengapa-apakan dirimu, mumpung
ada kesempatan yang sangat baik, mari kita turun tangan bersamasama untuk
mendapatkan kitab pusaka itu."
Ketika mendengar bahwa kitab pusaka Cing khu hun pit benar-benar berada
disekitar tempat ini, Giam In-kok menjadi kegirangan setengah mati, buru-buru
serunya: "Aku siap mendengarkan petunjuk dari kakek!"
"Baiklah! Aku akan memberi pelajaran beberapa macam ilmu
barisan lebih dulu kepadamu serta dasar dari tenaga dalam,
setengah bulan kemndian dikala malam sangat gelap, kita baru
pergi menggali kuburan itu....."
Mendengar kakek itu hendak mewariskan ilmu silat kepadanya,
Giam In kok menjadi sangat kegirangan, cepat-cepat dia memberi
hormat. Sambil mambangunkan si bocah itu dari atas tanah, Gak Pun-leng kembali berkata:
"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menerimamu sebagai
murid, nak kau tak usah banyak adat....!"
Kemudian dari dalam sakunya dia mengambil keluar sejilid kitab
tebal serta sebungkus obat, lalu sambil diserahkan kepada Giam In-kok katanya
lebih jauh: "Berhubung kulihat bakatmu sangat baik, maka sengaja hendak kuwariskan ilmu
obat, ilmu barisan serta ilmu pertabiban kepada kangzusi.com
mu, kitab tersebut berisikan catatan dari semua kepandaian yang kumiliki,
kupinjamkan kepadamu selama setengah bulan, sedang
obat yang berada dalam bungkusan itu berisikan obat penyalin rupa, warnanya
beraneka ragam dan setiap butir obat itu bisa bertahan selama setengah bulan,
bila mau dipakai, campurkan saja kedalam air lalu ulapkan keatas wajah atau
badan, maka warna wajah dan
tubuhmu akan segera berubah.....!"
Sambil mengucapkan banyak terima kasih, Giam In kok
memasukkan benda-benda itu kedalam sakunya, kemudian baru
bertanya lagi: "Locianpwee, sekarang kau hendak pergi kemana" Setengah
bulan kemudian aku meski menunggumu di mana?"
"Terang saja ditempat ini, tapi ingat baik-baik! Simpan kitab catatan itu baik-
baik dan jangan sampai....."
Mendadak terdengar suara tertawa ringan berkumandang datang
dan memecahkan keheningan.....
Gak Pun leng segera membentak:
"Siapa di situ?"
Dengan suatu gerakan yang amat lincah dan cepat dia melompat
naik ke atas sebatang pohon darimana suara tadi berasal.....
"Braaaakk.....!"
Pukulan maha dahsyat yang dilancarkan olehnya segera
menggugurkan daun dan ranting dari pohon tersebut, namun tak
seorang manusia pun yang kelihatan.
Gak Pun leng kelihatan agak tertegun sejenak, kemudian setelah
memandang sekeliling tempat itu dengan sorot mata yang tajam,
dia melayang turun kembali ke atas tanah.
Mendadak dari arah yang berlawanan bergema kembali suara
ejekan yang kali ini disertai dengan gelak tertawa ringan:
"Bajingan tua, kau benar-benar seorang manusia tak tahu
malu..... berani amat kau catut nama orang!"
kangzusi.com Gak Puan-leng kelihatannya terkejut sekali setelah mendengar
perkataan itu, segere bentaknya lagi keras-keras:
"Jago lihay dari manakah yang telah berkunjung datang"


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mengapa tidak segera tunjukkan dirimu......?"
Belum selesai perkataan ini diucapkan, mendadak dari arah
depan sana telah meluncur datang sesosok bayangan manusia
dengan kecepatan luar biasa.
Gak Pun-leng menjerit tertahan, tiba-tiba dia membalikkan
badannya dan melarikan diri terbirit-birit menuju kedalam hutan, saking gugupnya
dia sampai lupa membawa cangkul obatnya....
Giam In Kok jadi melongo dan berdiri mematung, dia tak habis
mengerti melihat sikap Gak pun leng yang tampak seperti ketakutan sekali, dia
pun tak tahu mengapa kakek yang mengaku bernama
Gak Pun leng itu melarikan diri terbirit-birit.....
Baru saja dia membungkukkan tubuhnya hendak mengambil
cangkul obat tersebut dari atas tanah, mendadak terdengar orang yang baru saja
munculkan diri itu berseru keras:
"Tunggu sebentar nak!"
Giam In Kok segera menarik kembali tangannya sambil
mendongakkan kepalanya, seorang Kakek yang berwajah saleh dan
ramah telah muncul dihadapannya.
Kakek itu memandang sekejap ke arah Giam In Kok, lalu katanya
sembari tertawa: "Bocah cilik, kau sudah tertipu, tapi aku tidak akan menyalahkan kau.... tahukah
kau kemana larinya, Gak Pun leng gadungan itu....?"
"Gak Pun leng gadungan" Kakek maksudkan dia cuma mengaku-ngaku bernama Gak Pun-
leng padahal bukan" Dari mana kakek bisa
tahu.....?" "Sebab akulah Gak Pun leng yang sebenarnya, orang tadi
bernama Kang yong dengan julukan Siau li cong to (dibalik
kangzusi.com tersembunyi golok), bulan berselang disaat aku sedang tak ada
dirumah, dia telah menipu muridku serta mencuri cangkul mestika obat-obatan
serta sebuah kitab catatan, gara-gara ulahnya ini aku harus lari pontang panting
kesana kemari untuk mencari jejaknya...
tak kusangka bajingan itu licik dan cerdik bagaikan seekor rase, lagi-lagi dia
berhasil melarikan diri dari cengkeramanku!"
Dari keadaaa Kang Yoag yang mengenaskan ketika melarikan diri
tadi, Giam In kok percaya bahwa perkataan dari kakek ini memang benar, maka
sambil mengeluarkan barang-barang hadiah dari Kang
yong tadi, katanya lagi sambil tertawa:
"Gak cianpwee, barang-barang inikah yang sedang kau cari"
Silahkan kau terima kembali!"
Gak Pun-leng menerima benda-benda itu dan memeriksa sekejap
kitab catatan tersebut, kemudian baru menyahut:
"Yaa, betul! Benda ini memang milikku. Nak, kau memang
seorang bocah yang amat jujur, hanya saja catatan tentang hawa
khi kang ini milik Kang Yong.... Perjumpaan kita kali ini boleh dibilang berjodoh,
bagai mana kalau dalam setengah bulan
mendatang kuwariskan kepandaian silatku ini kepadamu?"
Buru-buru Giam In kok maju kedepan memberi hormat sambit
mengucapkan terima kasih, disamping itu pun dia menceritakan
kembali pengalamannya sejak bertemu dengan Kang Yong
barusan. Selesai mendengar kisah tersebut, Gak Pun leng segera berkata:
"Aaaah.... tak aneh kalau dia mencari cangkul obatku ini, rupanya dia hendak
mempergunakan cangkulku ini untuk membongkar
kuburan Gui-ong!" "Cianpwee.....! Cangkul milikmu itu kan cuma bisa dipakai untuk mencangkul obat-
obatan" Kenapa ia mesti mencuri cangkul itu
untuk membongkar kuburan?"
kangzusi.com "Kuburan dari raja Gui-ong terbuat dari baja murni dan hanya cangkul geledek
milikku saja yang dapat menghancurkan lapisan
baja murni tersebut, tentu saja golok mestika atau pedang mestika dapat juga
dipakai untuk membelah baja murni, tapi hal ini
membutuhkan banyak tenaga.... itulah sebabnya ia menjadi nekad
untuk mencari cangkulku. Tapi....sungguh aneh sekali, masa
didalam kuburan raja Gui ong benar-benar terdapat kitab pusaka
Cing khu hun pit....?"
"Kalau tidak tersimpan didalam kuburan raja Gui-ong, lantas kitab pusaka Cing
khu hun pit tersebut berada dimana?"
"Bagaimana aku bisa tahu kitab pusaka tersebut dipendam
dimana" Tapi yang jelas Cin khu sangjin baru mati seratus tahun berselang,
sebaliknya raja Gui ong sudah berapa ratus tahun
berselang menemui ajalnya, bagaimana mungkin didalam
kuburannya telah muncul kitab pusaka" Entah siapa yang telah
menyebar luaskan kabar berita tersebut" Benar-benar suatu
perbuatan konyol." Giam In kok sendiripun menjadi geli sekali setelah mendengar
perkataan itu, akan tetapi ia telah yakin bahwa kitab pusaka Cing khu hun pit
tersebut berada dibawah batu nisan atau peringatan
lainnya, sebab kitab pusaka tersebut berpengaruh besar sekali
terhadap usahanya untuk membalas dendam dikemudian hari, maka
dari itu rahasia tersebut tidak sampai diutarakan keluar dengan begitu saja.
Demikianlah selama setengah bulan berikut, Giam In kok
mendapat tambahan pelajaran ilmu silat dari Gak Pun-leng, dasar tenaga khi kang
yang dimiliki bocah itupun menjadi bertambah kuat, betul diantara mereka sama
sekali tiada ikatan sebagai guru dan murid, namun tak urung kemajuan yang
berhasil dicapai bocah tersebut membuat Gak Pun-leng menjadi kegirangan setengah mati.
"Nak!" ujarnya kemudian, "tenaga dalam yang berhasil kau peroleh saat ini telah
cukup untuk menahan serangan dari
seseorang yang memiliki tenaga dalam sebesar tiga puluh tahun
hasil latihan, apabila kau bersedia melatih diri dengan lebih tekun lagi, maka
tidak sulit bagimu untuk mencapai tingkatan yang jauh kangzusi.com
lebih tinggi lagi. Sekarang aku harus pergi melihat Kang Yong
membongkar kuburan untuk mengantar kematiannya, nah
terimalah sebutir mutiara penolak racun ini sebagai tanda mata
diriku.... apabila kita memang berjodoh, dikemudian hari tentu akan saling
berjumpa kembali!" Walaupun Giam In-kok merasa berat hati untuk beipisah
dengankakek yang baik hati ini, akan tetapi bila teringat bahwa dia harus mencari kitab pusaka Cing khu hun pit demi
keberhasilannya membalas dendam dikemudian hari, terpaksa dengan berat hati
merekapun saling berpisah.....
Sejak saat itulah Giam In-kok kembali mengembara seorang diri
didalam dunia persilatan.
Tanpa terasa satu tahun kembali sudah lewat....
Didalam satu tahun ini, entah sudah berapa banyak boan-pay
atau batu nisan serta batu-batu peringatan lainnya yang dibongkar orang, malahan
batu peringatan di pagoda Gan-tha dalam kota
Tiang-ang serta tugu peringatan Hong leng di bukit Bong-san di luar kota Lok
yang pun telah dibongkar orang.
Namun selama ini juga, Giam In kok yang melakukan
pembongkaran demi pembongkaran selalu sama mengalami nasib
yang sial, setiap kali ia membongkar batu-batu peringatan atau
batu-batu nisan itu, ia selain gagal menemukan kitab pusaka Cing khu hun pit
yang sedang dicari-cari.....
Ada kalanya dia sampai berpikir demikian:
"Atau jangan-jangan di suatu tempat terdapat sebuah daerah yang berupa Toa sik
pit?" Andaikata Toa sik pit benar-benar nama sebuah daerah, itu
berarti Giam In Kok telah membuang waktu hampir setahun
lamanya dengan sia-sia, hanya untungnya saja dalam setahun itu
pula, dia tak pernah lupa menekuni ilmu tenaga dalam, ilmu pukulan kangzusi.com
serta ilmu pedangnya sehingga kemajuan yang dicapai pun amat
pesat. Selama ini, sebagian besar waktunya telah dihabiskan pula
ditengah pegunungan atau daerah yang terpencil, bukan saja
seratus tahil uang emas dan beberepa butir mutiara yang tak
sempat digunakan, bahkan berapa puluh tahil perak yang tersisa
pun belum sampai terpakai habis.
Suatu hari, sampailah bocah itu di kota Lokyang, karena merasa perutnya lapar
maka dia pun segera memasuki sebuah rumah
makan yaag besar dengan memakai merek "Hui peng loo".
Sementara itu, tamu yang sedang bersantap dalam rumah makan
itu sudah hampir memenuhi seisi ruangan.
Giam In Kok segera masuk ke dalam ruangan dan mencari
tempat duduk, baru saja selesai memesan hidangan, tiba-tiba ia
mendengar ada seseorang sedang berbicara dengan suara lantang:
"Dalam perjalanan pulangku setelah mengawal barang antaran ke Kanglam kali ini,
telah kudengar kejadian yaag aneh sekali...."
"Kejadian aneh apa?" tanya suara lain dengan cepat.
"Aku dengar, pada tahun berselang Kim cengcu dari
perkampungan Cing liong san ceng telah memerintahkan anak
buahnya secara tiba-tiba untuk membongkar kuburan dari nenek
moyangnya, aku dengar dia sedang mencari sejilid kitab pusaka
yang bernama Cing khu hun pit...."
"Apakah kitab pusaka itu teah berhasil ditemukan?"
"Kalau berhasil ditemukan sih masih mendingan....! Aku dengar, bukan saja kuburan
nenek moyangnya yang dibongkar, malahan
tengkorak leluhurnya pun ikut dibongkar sampai tak karuan lagi
wujudnya, setengah bulan lamanya mereka bekerja keras
memporak-porandakan kompleks tanah pekuburan leluhurnya itu
dan akhirnya muncul seorang Kakek yang mengucapkan beberapa
patah kata kepada mereka, ketika mendengar perkataan tersebut,
dia pun segera memerintahkan kembali anak buahnya untuk
kangzusi.com membetulkan kuburan tersebut!"
Gelak tertawa yang amat keras segera Menggelegar
memecahkan keheningan.....
Giam In kok yang ikut mendengar pembicaraan itu segera turut
kegelian pula, dia pun tertawa terkekeh-kekeh.
"Walaupun kejadian ini cukup aneh," ujar seseorang lagi dengan suara yang
lantang, "namun tak seaneh kejadian yang telah
berlangsung ditempat ini!"
"Kenapa?" "Setiap bong-pay pada kuburan-kuburan kuno diatas bukit Pak bong san yang
tingginya melebihi orang, ternyata telah digali
orang....!" "Masa ada orang yang hendak mencari batu-batu nisan itu untuk dijual?"
"Aaaaaah! Tidak mungkin, kalau menuruti bekas-bekas yang
tertinggal ditempat kejadian, jelas terlihat bahwa batu-batu nisan yaag amat
besar itu telah dirobohkan seseorang untuk kemudian
didirikan kembali ketempat asalnya, mungkin orang yang melakukan pekerjaan itu
sudah edan!" "Waaaah.....kalau begitu peristiwa tersebut memang benar-benar sangat aneh, aku
dengar di kota Tiang an pun telah terjadi peristiwa yang sama!"
"Kalau dibilang semua kejadian yang di lakukan seseorang yang sama, sudah jelas
tenaga dalam yang dimiliki orang itu mengerikan sekali, bayangkan saja, batu-
batu peringatan serta tugu-tugu itu beratnya mencapai dua tiga ribu kati lebih,
memang gampang saja untuk merobohkan-nya, tapi kalau harus mendirikan-nya
kembali..... waaah, sulit sekali rasanya, kejadian ini memang mustahil rasanya bisa dilakukan
oleh orang yang sama!"
"Eeeee.... jangan-jangan orang tersebut sedang mencari sesuatu benda?"
kangzusi.com "Aku dengar di wilayah Kang lam pun terjadi pula peristiwa yang sama, benar-
benar aneh sekali...."
"Diantara sekian banyak tugu peringatan yang besar serta batu-batu nisan yang
berat..... rasanya hanya kedua batu raksasa diluar pintu kota Kim leng yang
beratnya mencapai berapa laksa kati,
kalau toh orang itu suka menggali! barang-barang yang berat,
mengapa tidak ia bongkar batu-batu raksasa tersebut?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Giam In kok setelah
mendengar pembicaraan tersebut, hatinya terasa berdebar sangat
keras, pikirnya kemudian:
"Aaah... ! Aku mesti berterima kasih sekali atas petujuk dari orang ini..."
Dalam pada itu, seorang jago kangouw lainnya yang berada
disisi meja telah berkata pula sambil tertawa:
"Liok toakio, kau tak usah mengibul, masa dikolong langit benar-benar terdapat
tugu peringatan yang beratnya mencapai sekian
puluh laksa kati?" "Aku berasal dari kota Kim leng, bagaimana mungkin tidak tahu"
Batu peringatan itu tingginya mencapai sepuluh kaki dengan lebar tiga empat
puluh kaki, tebalnya lebih dari satu kaki, biarpun yang satunya agak kecilan,
itupun tidak terlalu kecil, kau tahu tempat dupa serta tempat lilin-nya saja
mempunyai ketinggian seperti
rumah bertingkat dua..."
"Aaaah, masa iya?"
"Jika kau tak percaya, silahkan untuk pergi membuktikan sendiri, konon batu
peringatan itu didirikan olah Lau Pak-un karena kuatir terjadi pemberontakan di
bukit Gan siu san dimasa lalu, maka ia memohon kepada kaisar Tay cou untuk
menindas niat tadi dengan
membangun batu peringatan tersebut, siapa tahu setelah batu
peringatan itu selesai dibuat, lantaran beratnya luar biasa sehingga tak
berhasil untuk diangkut pergi. Akhirnya benda itupun masih
kangzusi.com tetap berdiri didalam lembah bukit antara pintu Yan hua bun dengan pintu Ki-lin
hun, dan menjadi atraksi menarik bagi kota Kim leng."
Sampai disini, Giam In kok tidak bernapsu lagi untuk
mendengarkan pembicaraan tersebut lebih jauh, dia segera
membayar rekaningnya dan secara langsung berangkat menuju ke
kota Kim-leng. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa hari, tibalah
Giam In kok di kota Kim leng.
Ia temukan bahwa batu peringatan tersebut memang benar-benar besar sekali,
diantara kaki batu peringatan tersebut terdapat beberapa buah gua yang
tersembunyi sepanjang batu tadi, sebagian kecil berhubungan langsung dengan
dasar batu gua tersebut, sementara didalam gua-gua yang lain telah dipakai sebagai tempat tinggal
sekelompok pengemis. Menyaksikan keadaan tersebut, satu inngatan segara melintas
dalam benak Giam In kok, diambilnya keluar sekeping uang emas
seberat dua puluh tahil, kemudian sambil berjalan menghampiri
kawanan pengemis itu katanya sambil tertawa:
"Uang emas ini akan kuhadiahkan untuk kalian semua, tapi
dengan syarat kalian harus menyingkir selama tiga hari dari tempat ini, apakah
kalian bersedia?" Tiba-tiba melompat keluar seorang pengemis bertubuh tinggi
kekar dari antara kelompok pengemis tersebut, dengan gusar ia
segera berteriak keras: "Anak jadah keparat! Kau hendak mengunakan uang logam emasmu itu untuk membeli
markas besar perkumpulan Kay-pang
kami yang bersejarah ini" Sialan benar, perbuatanmu ini betul-betul kurang
ajar...." "Aku toh tidak memaksa kalian harus pergi diri situ, kalau memang bersedia
menyingkir selama tiga hari, pergi saja dari sini sambil menerima uangnya, kalau
ogah, yaa sudahlah asal katakan
secara terus terang, mengapa sih kau malah mengumpat orang seenaknya sendiri?"
kangzusi.com Giam In Kok benar-benar merasa gusar sekali.
"Kalau aku senang mengumpatmu sebagai si anak jadah keparat, mau apa kau.....?"


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tantang pengemis tadi semakin bertambah garang.
Giam In kok benar-benar naik darah, mendadak ia menerjang
maju ke depan dan melontarkan sebuah jotosan kilat ke aeah
pengemis itu.... "Duuukk.....!" Tak pelak batang hidung si pengemis termakan oleh sebuah
jotosan secara jitu. Suasana menjadi sangat gempar, diantara teriakan-teriakan
gusar kawanan pengemis itu, tiba-tiba muncul lagi seorang
pengemis yang lain sambil berteriak marah:
"Siapa kau" Berani amat mencari gara-gara dan membuat
keonaran di tempat ini" "
"Hmmm, siapa suruh dia mengumpat orang lebih dahulu?"
"Aku tak mau tahu dengan persoalan itu, aku cuma ingin
bertanya, siapakah kau"
Giam In Kok mendengus dingin.
"Hmmm! kau masih belum pantas untuk mengetahui nama serta
asal usul sauyamu!" Begitu selesai berkata, dia segera membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ.
"Berhenti!" Dengan wajah merah membara karena marah pengemis itu
membentak keras, tubuhnya secepat kilat melejit ke depan dan
menghadang jalan pergi bocah itu, kemudian serunya lagi sambil
tertawa dingin: kangzusi.com "Bocah keparat, kau sudah salah melihat orangg rupanya.
Hmmm! Tempat ini merupakan markas besar perkumpulan Kay-pang untuk kota Kim
leng, bukan rumah pribadi peninggalan nenek moyangmu..... jangan lagi cecunguk
macam kau, sekali pun sang
kaisar yang datang sendiri ke tempat inipun tak akan bisa pergi dengan begitu
saja..... Huuuh, jangan kau anggap setelah belajar ilmu silat selama beberapa
hari, maka kau boleh main kasar dan
berbuat semena-mena di tempat ini. Ikuti saja nasehatku, lebih baik cepat-cepat
menyerah diri saja...."
"Omong kosong! Lihat saja kalau siauya mau pergi, apakah kalian memang mampu
menghalangi niatku ini?"
Tatkala masih berada di perkampungan Ang sim san ceng tempo
hari, seringkali ia mendengar orang bercerita bahwa Kay-Pang
merupakan perkumpulan yang paling susah dilayani, oleh sebab itu ia segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan berkelebat
pergi dari tempat tersebut....
Siapa tahu baru saja ia melewati hiolo raksasa tempat dupa, dari atas tempat
lilin raksasa dihadapannya telah terdengar suara
bentakan keras: "Kembali kau!" Bersamaan dengan menggemanya bentakan itu, tampak sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat.
Merasakan datangnya gulungan tenaga pukulan yang begitu
dahsyat mengancam dadanya, serta, merta Giam In-kok membalik
kan telapak tangannya sambil melakukan tangkisan.
"Blaaaammmm.........!"
Benturan keras yang amat momekikkan telinga segera bergema
memecahkan keheningan. Termakan oleh angin pukulan Giam In-kok yang amat sempurna,
orang itu segera mencelat jauh berapa tombak kebelakang, berada ditengah udara
orang itu berjumpalitan berapa kali kemudian
melayang turun kembali keatas tanah.
kangzusi.com Setelah memperhatikan sekejap lawannya dengan sorot mata
yang bengis, tiba-tiba ia berteriak lantang:
"Atur barisan Su bun tin!"
Kemudian sambil tertawa dingin katanya lagi:
"Bocah keparat, tak kusangka kau mempunyai kepandaian yaag begitu hebat, tak
heran kalau lagakmu sombongnya bukan
kepalang. Hmmm! Kalau memang bernyali, ayoh sambutlah sebuah
pukulanku lagi!" Walaupun tangkisan yang dilakukan Giam In kok tadi dilakukan
dalam keadaan gugup, sesungguhnya ia telah menggunakan tenaga
dalamnya sebesar lima bagian.
Melihat musuhnya cuma tergetar mundur sejauh berapa kaki saja
akibat pukulan dahsyatnya, sadarlah bocah ini bahwa kepandaian
silat yang dimiliki lawannya tidak lemah.
Bocah itu tak ingin menanam bibit permusuhan dengan musuh
yang tangguh macam ini, maka cepat-cepat ia memberi hormat
seraya berkata: "Sesungguhnya aku sama sekali tak bermaksud mengikat tali
permusuhan dengan pihak Kay-pang, tadi aku hanya bermaksud
meminjam tempat ini selama beberapa hari saja, lagipula aku pun tidak tahu kalau
tempat ini sesungguhnya merupakan markas dari
kaum gembel, andaikata seorang rekanmu tidak memaki aku lebih
dulu, tentu aku pun tak akan turun tangan..... mengapa sih kau
memaksaku terus menerus?"
"Sebenarnya siapakah kau?"
"In Kok-hui!" "In Kok hui" belum pernah kudengar nama ini...."
"Thi huhoat!" tiba-tiba terdengar seorang pengemis berteriak keras, "bisa saja
bocah keparat ini adalah Giam In Kok yang telah minggat dari perkampungan Ang
sim san ceng, andaikata kita
kangzusi.com berhasil menangkapnya kemudian diserahkan kepada Giam
cianpwee, siapa tahu kalau kita bakal mendapat pahala besar?"
Thi huhoat dari Kay-pang berpikir sebentar kemudian manggut-manggut, katanya
kemudian: "Hey anak kecil, benarkah kau bernama Giam In Kok yang
kemudian kau rubah menjadi Kok In hui?"
"Aku toh berasal dari marga In, sedangkan Giam In Kok dari marga Giam, bagaimana
mungkin kerbau kau samakan dengan
kuda" Opo tumon?"
"Lantas siapakah gurumu?"
Aku tak punya guru!"?
"Siapakah ayahmu?"
Giam ia Kok agak tertegun lalu menggelengkan kepalanya lagi.
Gelak tertawa yang amat keras segera meledak memecahkan
keheningan, ditengah suara tertawa itu terdengar seorang pengemis berteriak
dengan suara lantang: "Haaaaah... haaah... haaah... ternyata dia memang seorang anak jadah... haaah... haaahh...
dasar anak jadah, tak aneh kalau dia kurang ajar dan tak mengenal sopan
santun....." Dengan penuh amarah Giam In kok segera berpaling, ternyata
pengemis yang sedeng berkaok-kaok itu tak lain adalah pengemis
yang kena ditonjok hidungnya tadi.
Dengan amarah yang meluap segera teriaknya:
"Kalau berani ayoh keluar, aku akan menghadiahkan sebuah
tonjokan lagi keatas congor babimu itu!"
"Kau tak usah banyak berbicara lagi", tukas Thi huhoat dengan suara dingin,
"kalau memang ingin keluar dari slini, silahkan kau terjang dulu kelima pos
kami, atau kalau tidak berani, silahkan mencicipi dulu tiga ratus gebukan dengan
tongkat penggebuk kangzusi.com anjing, setelah itu kami akan mengundang kedatangan angkatan tua mu untuk
menjumpai kami!" Bagus sekali, kalau begitu silahkan kau segera lancarkan?serangamu...."
"Baik!" Dengan sebuah jurus serangan angin hujan membasahi badan ia
terjang bocah itu dengan sebuah pukulan dahsyat, tampaklah dari empat arah
delapan penjura bermunculan bayangan telapak yang
berlapis-lapis dan menyarang tiba secara bertubi-tubi.
Giam In-kok tertawa cekikikan, dia memutar kepalanya sambil
menangkis datangnya ancaman tersebut, kemudian secara tiba-tiba tubuhnya
melompat setinggi tiga kaki ketengah udara, dari situ ia berjumpalitan beberapa
kali diudara dan melayang turun sepanjang lima kaki dari tempat semula.
Ejeknya sambil tertawa: "Haaaaahh... haaaaah... haaaah.... satu pos telah kulewati!"
Sambil tertawa mengejek, bocah itu segera mengambil langkah
seribu dan kabur dari tempat itu.
Saking gusarnya paras muka Thi huhoat berubah menjadi hijau
membesi, setelah mendengus dingin, dengan langkah lebar dia
kejar bocah itu..... "Bocah keparat!" teriaknya keras-keras, "ketahuilah, pos penjagaanku ini tidak
sekendor yang kau bayangkan, jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini
secara mudah!" Giam In kok sama sekali tidak ambil perduli, ia berkelebat maju terus hingga
sampai dihadang seorang pengemis tua yang bertubuh kurus kering, saat itulah dia
baru berkata seraya tertawa:
"Aaaaah, masa kau mampu menghalangi perjalananku?"
Secara diam-diam hawa murninya segera dihimpun kedalam
tubuhnya, lalu dalam sekali lompatan saja, tubuhnya telah
menyelinap sejauh lima kaki lebih dari posisi semula.
kangzusi.com Siapa tahu gerakan tubuh dari pengemis kurus kering itu pun tak kalah cepatnya,
baru saja Giam In-kok menggerakkan tubuhnya
untuk menyelinap kedepan, tahu-tahu dia sudah menghadang jalan
pergi bocah tersebut seraya ujarnya:
"Bocah keparat! Apabila kau ingin mencoba untuk meloloskan diri dari pengejaran
Kim leng sam to, tiga sesepuh dari kota Kim leng, lebih baik tunjukkann dulu
sedikit kepandaianmn!"
Ketika masih berada dalam perkampungan Ang sim san ceng
tempo hari, Giam In kok pernah juga mendengar orang
membicarakan soal kelihayan dari tiga sesepuh kota Kim leng itu, maka sambil
tertawa cekikikan katanya kemudian:
"Haaaahh... haaaah... haaah... jadi kau adalah salah satu
diantara tiga sesepuh dari kota Kim-leng" Waah... kalau begitu
kepandaian silatmu tentu hebat, cuma sayang..."
Sengaja ia menghentikan perkataannya sampai ditengah jalan.
Dengan cepat pengemis ceking itu bertanya:
"Cuma sayang kenapa?"
"Sayang kau beraninya cuma dengan seorang bocah seperti
aku....huuuh, tak tahu malu!"
Mula-mula pengemis ceking itu nampak agak tertegun setelah
mendengar perkataan itu, tapi sejenak kemudian ia sudah tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... haaah... haaah... biarpun seumur hidup belum pernah aku Mo Kiam seng
menganiaya atau mengganggu seorang bocah
cilik seperti kau, tapi lain ceritanya setelah kau sengaja mencari gara-gara
ditempat ini, lagipula kulihat ilmu silat yang kau miliki termasuk cukup
tangguh, jelas hal ini merupakan suatu
pengecualian.... Biar begitu, kaupun tak usah takut atau jeri, tak mungkin kulukai
dirimu.....!" "Baiklah, kalau begitu kaupun tak usah kuatir, sebab aku juga tak akan melukai
dirimu!" kangzusi.com "Bocah cilik yang sombong dan tak tahu diri, tak usah banyak ngebacot lagi, ayoh
cepat lancarkan seranganmu!"
Dengan langkah lebar Giam In-kok maju kedepan dan langsung
menerjang kehadapan si pangemis kurus itu, teriaknya berulang
kali: "Yaa.... kakek ceking... kau tak boleh lupa lho.... jangan kau lukai diriku... apalagi
kalau sampai meninju hidungku hingga keluar
kecapnya......" Secara tiba-tiba Mo Kiam seng menjadi sadar bahwa lawannya
terlalu licik dan binal, maka sambil tertawa segera umpatnya:
"Setan Cilik, akalmu benar-benar hebat sekali...."
Dengan ke lima jari tangan yang dipentangkan lebar-lebar
sehingga bagaikan cakar burung garuda, tiba-tiba ia menerjang
maju ke maka dan langsung mencengkeram kearah bahu lawan.
Dengan cekatan Giam In-kok menghindarkan diri kesamping,
mendadak teriaknya keras-keras:
"Hidung!" "Hey.....! apa kau bilang?" seru Mo Kiam seng dengan wajah tertegun bercampur
keheranan, "hidung" Apa maksud perkataanmu itu...."
Perlu diketahui, jarak diantara ke dua orang itu hanya terpaut
satu langkah belaka, sudah barang tentu dalam setiap pertarungan yang sedang
berlangsung, siapa saja tidak diperkenankan berdiri tertegun oleh pancingan
lawannya. -ooo0dw0ooo- Jilid : 3 BARU saja pengemis ceking itu berdiri melongo, Giam In kok
segera memanfaatkan kesempatan yang baik itu untuk menyelinap
kangzusi.com kebelakang punggung lawannya.
Saat itulah dia baru berkata lagi sambil tertawa:
"Masa kakek tidak mengerti apa yang dinamakan hidung"
Baiklah, kalau begitu perlu kujelaskan kepadamu, yang dimaksudkan sebagai hidung
adalah benjolan daging yang menongol diantara
mata dan mulut, ada hidung yang berbentuk mancung tapi ada juga yang pesek lagi
kukulan karena kebanyakan minyak macam
hidungmu itu, nah itulah sebabnya hidung merupakan bagian tubuh yang paling
susah dipegang!" Menanti pengemis ceking itu membalikkan tubuhnya, Giam In
kok sudah keburu melarikan diri dari situ.
Mengawasi bayangan punggung si bocah yang menjauh,
akhirnya pengemis ceking itu hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali
sambil berguman: "Aaaai.... setan cilik ini benar-benar binal lagi liciknya bukan kepalang..... kalau
begini terus caranya, bisa jadi ke lima buah pos rintangan yang telah
dipersiapkan dapat dilalui semua secara
mudah...." Setelah berhasil menipu dua orang penjaga pada pos pertama
serta pos rintangan kedua, Giam In Kok meneruskan kembali
perjalanannya menuju ke pos rintangan berikutnya, sembari
berjalan tiada hentinya bocah itu memutar otak sambil berusaha
mencari akal lain untuk meloloskan diri dari kepungan lawan.
Tanpa terasa sampailah bocah itu dihadapan seorang pengemis
tua lainnya yang waktu itu telah menghadang jalan perginya.
Kali ini dia tak berani menipu lawannya lagi, maka dengan suara lantang segera
serunya: "Maaf kakek, terpaksa aku harus bertindak kasar kepada mu....."
Telapak tangan kanannya segera digerakkan kemuka seolah-olah hendak melancarkan
sebuah bacokan, tapi secara tiba-tiba
kangzusi.com telapak tangan kirinya secepat kilat diayunkan kemuka melancarkan sebuah sapuan
maut yang di sertai dengan deruan angin tajam.
"Weeeeeeesssss.......!"
Menyusul deruan angin pukulan yang memekikkan telinga, bocah
itu segera menggerakkan pula badannya langsung menerjang ke
sisi badan pengemis tua itu.
Pengemis tua yang menjaga ditempat ini sebenarnya termasuk
juga salah satu diantara tiga sesepuh dari kota Kim leng, tenaga dalam yang
dimilikinya amat sempurna, ilmu silatnya juga lebih
hebat daripada kepandaian silat pengemis lainnya.


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mula-mula dia mengira bocah itu hendak menggunakan akal
muslihatnya untuk menipu dirinya, maka terhadap datangnya
ancaman tersebut ia bersikap acuh tak acuh.
Menanti angin pukulan telah menyapu datang dengan hebatnya
sehingga membuat badannya mundur sejauh beberapa kaki
kebelakang, dia baru sadar bahwa serangan yang dilancarkan bocah itu ternyata
berisi.... Dia menjadi malu sekali, paras mukanya berubah menjadi merah
padam, sambil membentak keras-keras dia langsung menubruk ke
ke depan. Sementara itu Giam In Kok baru saja meloloskan diri dari pos
rintangan yang ketiga ketika secara tiba-tiba bergema suara
bentakan keras dari arah belakang disusul menyambarnya deruan
angin pukulan tajam yang langsung mengancam punggungnya.
Cepat-cepat dia berkelit berapa kaki kesamping, lalu seraya
berpaling teriaknya sambil tertawa:
"Eeeei..... Kakek, kau memang tak tahu malu..... masa terhadap seorang bocah macam
aku pun kau tak segan-segan main sergap
dari belakang" Huuuh.....mau kau taruh kemana paras muka mu
itu?" "Tapi kau telah menyelinap dari pos penjagaanku dikala aku kangzusi.com
belum siap, pertarungan ini belum bisa dianggap selesai, ayoh
jangan lari dulu, silahkan kau mencicipi juga sebuah bogem
mentahku ini...." "Kalau begitu aku ingin bertanya kepadamu, apa kerjamu
disini....?" Begitu pertanyaan tersebut diutarakan, pengemis tua itu kontan
saja menjadi melongo dan berdiri terbungkam dalam seribu bahasa.
Dalam pada itu, dua orang pengemis yang menjaga pada pos
penjagaan pertama serta kedua telah menyusul pula kesitu.
Thi huhoat telah berteriak keras:
"Huan tua, jangan kau lepaskan bocah keparat itu, kita harus memberi pelajaran
dulu kepadanya didalam barisan lima setan
mempermainkan malaikat....."
"Haaaah..! Apa-apaan itu" Masa ada lima setan mempermainkan malaikat" Paling
banter lima setan macam kalian mengerubuti aku si malaikat...... pantas kalau
tampang kalian macam perkedel
semua.... tapi tak usah kuatir, sauya tak akan lari menghadapi
kerubutan dari kalian berlima!"
Sementara Giam In kok perlahan-lahan maju kedepan dengan
wajah yang tenang dan sama sekali tidak menunjukkan rasa takut, tampak bayangan
manusia berkelebatan lewat, kembali dihadapan
mukanya muncul dua orang pengemis tua yang menghalangi jalan
perginya. Salah seorang diantara kedua orang pengemis itu memiliki
perawakan tubuh tinggi besar dan berkepala gundul seperti cermin, dengan suara
keras pengemis itu segera membentak:
"Mau kabur kemana kau bocah bengal" Lihatlah, malaikat pintu telah berada
disini!" "Lihat serangan" tanpa banyak bicara Giam In kok segera berseru keras.
Bersamaan dengan suara bentakan itu, telapak tangannya
kangzusi.com segera bergerak cepat melancarkan sebuah serangan dengan jurus
Cian kim toh say (Selaksa prajurit berebut jenderal).
Dua gulung angin pukulan yang tajam dan kuat segera
menyambar kemuka dan memaksa kedua orang pengemis yang
berada dihadapannya harus mundur satu langkah kebalakang.
Diam-diam pengemis botak itu terkejut juga setelah melihat
kelihayan lawannya, cepat-cepat pergelangan tangannya diputar kencang, kemudian
dengan bekerja sama bersama seorang
pengemis ceking lainnya yang sekujur tubuhnya penuh dengan
kadas macam anjing budukan, melancarkan dua buah pukulan
dahsyat yang menyambar kedepan.
Tampak dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan
gulungan ombak di tengah samudra langsung meluncur kearah dada
bocah itu.... Giam In kok tak berani bertindak gegabah, dengan mengeluarkan
ilmu pukulan telapak baja ajaran Giam tok thi ciang, sepasang
telapak tangannya bekerja cepat.
Secara beruntun terjadilah berapa kali benturan keras yang
menggelegar diangkasa, seketika itu juga si pengemis botak dan sipengemis
kadasan terlempar mundur sejauh lima langkah lebih
kebelakang..... Tiba tiba terdengar si pengemis ceking itu membentak keras
dengan wajah yang menyeramkan:
"Keparat cilik! Apa hubunganmu si Telapak tangan sakti dari Giam tok....?"
"Perduli amat dia adalah apa ku?"
Thi huhoat yang turut maju pula ke depan segera berseru pala
sambil tertawa dingin: "Heeehhh... heeehhh... heeeehh... rupanya kau adalah anak
muridnya si bajingan tua she Giam, bagus sekali, nah bangsat cilik, kangzusi.com
tinggalkan selembar jiwa anjingmu disini!"
Giam In kok merasa gusar sekali setelah mendengar ucapan
tersebut,dengan nada tak senang hati katanya:
"Huuuh....! menang kalah diantara kita masih belum dapat
ditentukan hingga sekarang, lebih baik kau tak usah ngebacot terus yang bukan-
bukan..... tapi sebelum itu sauya bertanya lebih dahulu, sesungguhnya permusuhan
apa sih yang terjalin diantara kalian
dengan si Telapak tangan sakti dari Giam tok?"
"Tak usah kau tanyakan dulu masalah tersebut, setelah berhasil kubekuk batang
lehermu nanti, kau si bangsat cilik kan bakal tahu dengan sendirinya....."
"Bagus sekali!" Giam In Kok kemudian dengan nada angkuh,
"sauya tidak takut menghadapi kerubutan dari kalian beberapa orang pengemis
budukan, siapa yang tidak takut mampus silahkan
maju ke depan! Oyaa.... aku dengar anggota perkumpulan Kay-pang kalian berjumlah
enam puluh laksa orang yang tersebar diseluruh kolong langit, andaikata sauya
turun tangan membasmi kalian
semua, mungkin orang bilang aku terlalu kejam dan tak berperi
kemanusian, karenanya bagaimana kalau kita bicarakan dulu syarat-syaratnya
sebelum pertarungan ini dimulai?"
"Hmmmm, melenyapkan jiwamu dari muka bumi merupakan
syarat kami!" bantah si pengemis kadasan dengan sorot mata bengis.
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, sepasang telapak
tangannya serentak dilancarkan kedepan mengirim sebuah pukulan yang amat keras.
Dengan cekatan Giam In kok mengegos ke samping untuk
menghindarkan diri dari datangnya serangan tersebut, kemudian
setelah mengitari tubuh si pengemis kadasan itu satu kali,
bentaknya keras-keras: "Enyah kau si manusia budukan dari tempat ini!"
kangzusi.com Telapak tangannya segera diayunkan kedepan dan .....
"Braaaakk....!"
Tahu-tahu tubuh si pengemis kadasan itu sudah mencelat sejauh
beberapa kaki dari tempat semula.
Ketiga orang pengemis lainnya menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan
pengemis kadasan, salah seorang diantara tiga
sesepuh dari kota Kim leng dirobohkan lawannya dalam satu kali gebrakan saja.
Tapi dari kejadian ini pula mereka dapat mengambil kesimpulan
bahwa ilmu silat yang dimiliki bocah cilik itu memang sudah
mencapai tingkatan yang luar biasa.
Begitu berhasil menghajar si pengemis kadasan sampai mencelat
jauh dari tengah arena, pada saat yang bersamaan Giam In Kok
berhasil juga menyelinap ke belakang punggang pengemis botak itu.
Berada dalam keadaan begini, seandainya dia bermaksud untuk
melarikan diri, maka inilah kesempatan yang paling baik baginya.
Namun satu ingatan kembali melintas di dalam benaknya, sambil
membalikkah tubuhnya dia segera tertawa cengar-cengir sembari
mengejek: "Eeeei, teman-temanku yang miskin dan tak beruang, bagaimana rasanya" Setuju
bukan dengan pertukaran syarat yang ku usulkan
tadi" Heeeeeh... heeehh... heeeeh...?"Ngaco belo!" bentak Thi huhoat dengan berangnya.
Tiba-tiba ia mengayunkan tongkat penggebuk anjingnya kedepan
sambil menciptakan serentetan cahaya kuning yang amat
menyilaukan mata, lalu diiringi deruan angin tajam yang amat
membisingkan telinga dia menerjang maju ke muka.
Dengan jurus mengayun tongkat menggebuk anjing gila, dia
langsung menghantam batok kepala bocah itu.
Giam In kok segera berkelebat kesamping lalu membalikkan
kangzusi.com tubuh sembari mengayunkan telapak tangannya kebelakang,
diantara menyambarnya cahaya kuning, tahu-tahu ujung tongkat
pengemis itu sudah berhasil ditangkapnya kencang-kencang.
"Eeeei... pengemis!" serunya kemudian sambil tertawa,
"andaikata aku berhasil menghajar kalian sampai kalah, bersediakah kamu semua
meminjamkan tempat ini selama tiga hari saja
kepadaku?" "Tidak bisa.....!" sahut pengemis botak sambil membentak keras, toyanya langsung
disodok kedepan. Giam In kok tertawa dingin, pergelangan tangannya segera
digetarkan kuat-kuat kemudian tidak jelas gerakan apa yang
dilakukan, hanya tahu-tahu saja tongkat penggebuk anjing milik Thi huhoat telah
berhasil direbutnya dengan kekerasan.
Setelah itu dengan menggunakan toya hasil rampasan itu dia
tangkis ancaman yang datang dari si pengemis botak.....
"Bluuukk.....!"
Getaran keras yang menimbulkan suara benturan menyebabkan
pengemis botak berseru tertahan, toya penggebuk anjingnya kena
terhajar sampai miring kesamping dan terpental sejauh sepuluh kaki lebih.
Pengemis kadasan itu menjadi kalap, sambil melompat bangun
dari atas tanah, teriknya keras-keras:
"Hajar bocah keparat ini sampai modar, jangan dibebaskan
sebelum dia mampus....!"
Senjata tongkat penggebuk anjingnya diiringi deruan angin tajam langsung
diayunkan kearah bocah itu, serangan demi serangan
dilancarkan bagaikan banteng gila yang sedang kalap saja.
Pengemis Hoan dan pengemis Mo yang selama ini hanya
berpeluk tangan belaka menjadi amat terperanjat setelah
menyaksikan kelihayan musuhnya, bukan saja pihak lawan hanya
terdiri dari seorang bocah berusia sebelas-dua belas tahunan,
kangzusi.com bahkan serangannya berhasil melemparkan tubuh sipengemis
kadasan hingga mencelat keangkasa dan pengemis Thi serta
pengemis botak kehilangan tongkatnya.
Mereka semakin sadar, kendatipun pengemis kadasan
mempertaruhkan selembar jiwa tuanya untuk menerjang bocah
Pendekar Pemanah Rajawali 12 Pendekar Mata Keranjang 13 Mendung Di Langit Kepatihan Cinta Bernoda Darah 8
^