Pencarian

Pendekar Muka Buruk 6

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id Bagian 6


selama ini hanya para petani yang bekerja disawah, serta para
pedagang yang sedang melakukan perjalanan dan juga para
pelancong yang sedang menikmati keindahan.
Seorang jago silatpun tak nampak olehnya, hal ini membuat
pemuda itu berpikir dihati kecilnya:
"Sauya tidak percaya kalau orang itu benar-benar bisa terbang kelangit atau
menerobos kedalam bumi, apalagi dia melakukan
perjalanan sambil menggendong seseorang, tidak mungkin bisa
menempuh perjalanan tecepat itu...!"
Demi keselamatan jiwa adiknya, pemuda she Giam yang
mempunyai julukan bocah ajaib bermuka seribu ini sudah
melupakan dahaga, lapar serta rasa letih yang menyelimuti seluruh tubuhnya, dia
cuma heran kenapa sepanjang jalan tidak seorang
manusia persilatanpun yang berhasil ditemuinya, sudah tentu ia
semakin tak percaya kalau orang itu bisa membawa kabur Giam In
kian ketempat yang jauh sekali dalam waktu yang singkat.
Akhirnya dia duduk bertopang dagu ditepi jalan, sambil
melepaskan penat di badan, otaknya berputar keras memikirkan
persoalan ini, ia merasa ada kemungkinan orang itu telah
menggunakan siasat kepompong melepaskan kulit badannya, mula-mula saja dia kabur
menuju kearah barat kemudian ditengah jalan ia berputar kearah lain, jika
demikian adanya maka sekalipnn
ditunggu dan dicari sampai tiga haripun tidak mungkin orang yang dicari berhasil
ditemukan. Mungkin juga orang itu telah menyembunyikan Giam In kok
disuatu tempat yang berdekatan dengan perkampungan keluarga
Sim, kemudian menunggu kesempatan yang baik untuk
kangzusi.com membawanya kabur. Andaikata orang yang menculik Giam In kian merupakan manusia
dari komplotan Giam Ong Hui, bisa jadi mereka telah turun tangan menghabisi
jiwanya seketika itu juga tanpa membawa kabur
korbannya, untung kalau orang yang menculik Giam In kian itu
bukan berasal dari komplotan Giam Ong Hui, sebab ancaman
terhadap keselamatan jiwanya tidaklah sering.
Saking seringnya pemuda itu memikirkan untuk memecahkan
persoalan yang memusingkan kepalanya ini hampir saja Giam In kok melupakan
segala-galanya termasuk juga terhadap dirinya sendiri.
"Prook.... prook.... proook....!"
Suara derap kaki tiba-tiba berkumandang datang dari tempat
kejauhan, suara itu kian lama kian dekat dan makin bertambah
jelas, Giam In kok segera tersentak bangun dari lamunannya dan
tanpa terasa menengadah serta mengalihkan sorot matanya kearah
mana berasalnya suara tersebut.
Dari kejauhan munculah sebuah kereta kuda yang dihela oleh
dua ekor kuda jempolan, kereta tersebut dilarikan dengan kencang sekali dari
arah timur menuju kearah barat, dalam sekejap mata
kereta tadi sudah berada kurang lebih tiga empat puluh tombak
dihadapannya. Dalam sekilas pandangan, Giam In kok dapat melihat bahwa
kereta kuda itu bukan saja dilarikan kencang-kencang, bahkan pintu maupun
jendela dalam kereta tersebut ditutup dengan rapatnya,
pria kekar yang bertindak sebagai kasir mengenakan topi lebar yang dipakai
rendah-rendah sehingga hampir saja raut wajahnya tertutup dari pandangan orang.
Dalam sekilas pandangan pria kekar yang memakai topi lebar itu
kelihatan seperti mengantuk, tetapi kalau dilihat dari badannya tetap bergoyang
mengikuti goncangan kereta bahkan nampak
begitu tenang dan mantap, mustahil kalau dia menjalankan
kangzusi.com keretanya sambil terkantuk-kantuk.
Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Giam In kok,
serunya didalam hati dengan nada tercengang:
"Sungguh aneh!"
Tapi ketika ia mencoba untuk memperhatikan kereta tersebut
dengan lebih seksama lagi, kecuali rasa herannya bertambah tebal, ia tak
berhasil untuk mengetahui siapakah kusir itu dan apakah isi yang dimuat didalam
kereta tertutup itu. Kuda itu berlari dengan cepatnya, sebelum Giam In kok berhasil
mengambil sesuatu keputusan, kereta tersebut dengan cepatnya
telah berkelebat lewat dari hadapannya.
Tetapi pada saat yang amat singkat itulah, tiba-tiba Giam In kok menemukan bahwa
kusir yang semula dikira mengantuk itu
mendadak membuka matanya dan seperti sengaja tak sengaja
menyapu sekejap kearahnya, setelah itu ia pejamkan kembali
kelopak matanya. Meskipun hanya sekejap mata saja namun sudah cukup jelas
bagi Giam In kok, ia merasa bahwa orang itu mempunyai sorot
mata yang sangat tajam bagaikan kilatan cahaya petir, jelas hal ini menunjukkan
bahwa kasir yang mengendarai kereta itu merupakan
penyaruan seorang jago dunia persilatan yang memiliki ilmu silat tinggi.
"Bagus sekali...! akhirnya dagangan untuk sauya datang juga!"
bisik Giam In kok dalam hati.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat, tubuhnya mengejar
dibelakang kereta kuda tadi kemudian ia menyusupkan badannya
kebawah kereta itu dan bergelantungan disana, dengan demikian ia membiarkan
tubuhnya dibawa serta oleh kaburnya kereta itu.
Beberapa puluh tombak telah berlalu dengan cepatnya, tiba-tiba
dari dalam ruang kereta berkumandang seruan tertahan seorang
pemuda disusul kemudian ia berkata:
kangzusi.com "Eeeeii....! sungguh aneh sekali, Wong cianpwee! kenapa dalam waktu singkat orang
yang duduk ditepi jalan tadi hilang lenyap tak berbekas?"
Begitu mendengar pembicaraan dari pemuda itu, Giam In kok
kontan merasakan darah panas yang bergelora dalam dadanya
memuncak, dengan cepat ia meloncat dari bawah kereta dan
melesat kearah depan, kemudian bentaknya keras-keras:
"Giam In Si! ayo cepat menggelinding keluar dari dalam kereta.
Kalau kau tidak mau keluar, aku akan mendobrak keretamu ini!"
Rupanya orang yang berada didalam kereta itu bukan lain ialah
toakonya atau putranya sulung Giam Ong Hui yakni Giam In Si,
dengan munculnya pemuda tersebut disekitar perkampungan
keluarga Sim, dapat diduga pula bahwa terculiknya Giam In kian
dari kamar tidurnya jelas ada hubungannya dengan manusia ini!
Ketika namanya disebut orang, Giam In si kelihatan agak
terkejut, kemudian setelah mengetahui siapakah orang yang berada di luar kereta,
hatinya terasa semakin kebat-kebit sehingga keringat dingin mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya.
Akan tetapi sebelum ia sempat bertindak, pria kekar yang berada didepan kereta
telah bertindak lebih cepat daripada dirinya, sambil meloncat turun dari
keretanya ia membentak keras:
"Setan cilik, berani benar kau menghalangi jalan pergi kami!
hmm.... rupanya kau sudah bosan hidup!"
Tidak menantikan jawaban dari lawannya lagi, ia menerjang
maju kedepan dan sebuah pukulan yang dahsyat segera dilancarkan kedepan. Giam In
kok tidak ingin melayani musuhnya terlalu lama, yang dipikirkan olehnya pada
saat ini ialah bagaimana secepatnya menolong Giam In Kian dari cengkeraman
musuh. Menyaksikan datangnya ancaman, ia berkelit kesamping,
kemudian sambil menerobos maju kedepan, tangannya dibabat
kedepan dengan gerakan setengah mendatar.
kangzusi.com "Braaak.... braaaak!"
Benturan keras menggelegar diangkasa, penutup kereta kuda itu
segera terkena hajaran dan mencelat sampai beberapa tombak
jauhnya dari tempat semula.
Rupanya Giam In Si merasa dirinya tak bisa berpeluk tangan
belaka, menyaksikan penutup kereta itu terbongkar oleh pukulan
lawan, ia segera membentak:
"Ngo te! kalau kau berani bermain kasar lagi dihadapanku.....
hemmmmmm! jangan salahkan kalau aku akan menginjak-injak Loo
tok (adik keenam) sampai hancur seperti perkedel!"
Setelah mengetahui bahwa Giam In Kian sudah terjatuh
ketangan Toakonya, Giam In kok merasa terkejut bercampur gusar, ia segara
mencaci kalang kabut. "Binatang bermuka manusia, apa yang hendak kau lakukan
terhadap dirinya....?"
"Binatang" kau sendirilah yang biaatang, kau berani menghina orang tua, berani
pula mencaci maki saudara sendiri, kaulah yang pantas disebut sebagai biaatang
bermuka manusia, ayo cepat
menyingkir dari sini selekasnya, kalau tidak..... hmm! sekalipun selembar jiwaku
akhirnya juga akan melayang, adik keenam akan
kujagal lebih dahulu.....!"
Sebenarnya dengan ilmu silat yang dimiliki Giam In kok, untuk
membereskan jiwa Giam In si bukanlah pekerjaan yang sulit bahkan dapat dikatakan
seperti membalik tangan saja, akan tetapi demi
keselamatan adiknya ia tak berani bertindak secara gegabah karena akan
mengakibatkan jiwa adiknya melayang.
Dalam pada itu, sang kusir karena kelihatan amat terkejut ketika menyaksikan
lawannya sanggup menghancurkan penutup kereta,
tapi setelah mendengar tanya jawab itu diapun tahu siapakah
lawannya, ia segera tertawa licik....
kangzusi.com "Giam loo ngo!" serunya lantang, aku rasa lebih baik urusilah persoalanmu "sendiri, kalau kau tak mencampuri urusan kami maka
untuk hari inipun kami tak akan berurusan denganmu!"
"Tidak bisa jadi!" teriak Giam In Si dengan suara lantang.
"Wong cianpwee, kau tak boleh membiarkan bangsat itu berlalu dengan begitu saja,
apapun yang terjadi kau harus berusaha
menangkap dirinya baik dalam keadaan hidup mamupun mampus!"
"Dia adalah manusia durhaka yang berani menganiaya ayah
sendiri, menghina ibu dan saudara sendiri, manusia semacam itu
sudah sepantasnya kalau ditangkap dan dijatuhi hukuman mati!"
"Huuuh....! kalau ngomong saja besarnya luar biasa, dengan mengandalkan kepandaian
apa sih kau hendak membekuk diriku?"
ejek Giam In kok sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmm! jangan kau mengira dengan mengandalkan sedikit
kemampuan yang tak berarti maka kau sudah berani malang
melintang dihadapanku!"
Giam In Si tertawa sinis, sambil menuding keruang kerta
belakang, ujarnya seraya mengancam:
"Dengan mengandalkan apa" haaaah... haaah... haaaaah tidak lain tak bukan aku hendak
menggunakan nyawa adik keenam untuk
membekuk dirimu. Hmm! kalau kau berani membangkang
perintahku, silahkan saja dicoba, jangan salahkan kalau nanti nyawa Giam In kian
dalam waktu yang amat tingkat akan berpindah
kealam baka!" Ancaman ini benar-benar luar biasa sekali dan diutarakan dengan serius, tentu
saja Giam In kok tidak berani bertindak gegabah
menghadapi ancaman tersebut, sebab ia tahu tindakannya ini akan mempengaruhi
keselamatan seseorang dan diapun tahu dalam
keadaan terdesak, besar kemungkinan kalau Giam In si sungguh-sungguh akan
melaksanakan ancamannya, untuk beberapa saat
kangzusi.com lamanya ia termenung dan berpikir keras.
Dalam pada itu, pria kekar yang bertindak sebagai kusir tadi
tertawa seram, dari dalam sakunya dia mengambil keluar seutas
tali, kemudian melangkah berjalan mendekati Giam In kok serta
bersiap-siapa untuk membelenggu tubuhnya.
Giam In kok jadi terdesak posisinya, ia tahu dalam keadaan
begini, kalau ia melakukan perlawanan, niscaya jiwa Giam In kian akan terancam
bahaya, sebaliknya kalau dia disuruh menyerah
dengan begitu saja, sudah tentu ia tak sudi, otaknya segera
berputar mencati akal serta jalan keluar untuk memecahkan
persoalan ini. Dia sangat memahami watak Giam In si yang keji dan telengas,
dia kuatir kalau penolakan-nya untuk dibelenggu akan
mengakibatkan gusarnya Giam In si serta akan dibunuhnya adiknya dalam waktu
singkat. Kehilangan selembar jiwa tentu saja bukan menjadi masalah
besar, tapi yang terpenting justru karena peristiwa ini ia akan mengabaikan
harapan serta pesan dari Leng Siang In,
bagaimanakah pertanggung jawabnya dikemudian hari"
Padahal dia sendiri masih mempunyai banyak tugas yang harus
diselesaikan, membalaskan dendam sakit hati Kematian ayahnya,
menyelamatkan ibunya dari kesengsaraan serta mendidik Giam In
kian dalam ilmu silat, jika ia membiarkan dirinya dibelenggu, sudah pasti pemuda
lawannya itu akan segera membinasakan dirinya.
Keadaan tersebut membuat si anak muda itu harus menghadapi
pilihan hidup atau mati, kejayaan serta penghinaan, sesaat Giam In kok cuma bisa
berdiri menjublak belaka.
Dalam pada itu, pria kekar yang menjadi kusir tadi telah selesai membuat lima
buah simpul hidup pada tali yang berada ditangannya, asal kelima buah simpul
hidup itu berhasil membelenggu leher serta kesemua anggota badannya maka dia tak
akan bisa berkutik lagi, dalam keadaan begitu dengan mudah sekali pihak lawan
akan kangzusi.com menotok jalan darah kakinya.
Bila sampai terjadi keadaan seperti itu, maka sejak itulah mati, hidup,
kebanggaan, penghinaan serta semua penderitaan telah
terjatuh ketangan lawan, sebab pihak lawanlah yang akan
menentukan kesemuanya itu bagi dirinya.
Selembar wajah yang menyeringai seram yang dihiasi senyuman
yang mengerikan kian lama kian mendekat.....
Untuk menghadapi bocah ajaib bermuka seribu yang namanya
sudah lama tersohor dalam kolong langit, sang kusir berbadan kekar itupun tak
berani bertindak gegabah, ia dapat memahami sampai di manakah keampuhan ilmu
silat yang dimiliki lawannya, maka
seluruh perhatian maupun kekuatan tubuhnya telah dihimpun
menjadi satu, sepasang sorot matanya yang tajam dan
memancarkan cahaya berkilauan mengawasi raut wajah Gism In kok
tanpa berkedip, ia tak berani mengendorkan pengawasan-nya
terhadap musuh barang sedikitpun juga.
Jarak diantara mereka berdua kian bertambah dekat, mula-mula
masih ada sepulah tombak... kemudian sembilan tombak... delapan tombak... tiga
tombak.... dan akhirnya tinggal satu tombak....
Mukanya yang menyeringai seram kelihatan bertambah
mengerikan, dengan mimik wajah yang seram dan penuh ejekan,
orang itu membentak keras:
"Putar tubuhmu dan menghadap kebelakang!"
"Tunggu sebentar!" teriak Giam In kok tiba-tiba.
Suara teriakan si anak muda itu keras sekali bagaikan guntur
yang membelah bumi ditengah hari bolong, suaranya amat
memekikkan telinga dan penuh mengandung rasa benci, gusar dan
dendam serta perasaan lain yang bercampur aduk menjadi satu.
Pria kekar itu sedang mempersiapkan talinya nampak sangat
terkejut sewaktu mendengar bentakan yang keras bagaikan geledek itu, saking tak
bisa menahan rasa terperanjatnya secara beruntun la mengundurkan diri sejauh
belasan langkah kebelakang.....
kangzusi.com Giam In si yaag berada dalam kereta jadi amat gusar sekali.
Ia segera tertawa dingin dan menegur:


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Loo ngo, kau berani membangkang perintahku" hmm.......!
rupanya kau sudah tidak menghendaki selembar jiwa Loo Liok lagi"
heheee.... kalau toh kau tak bersedia dibelenggu, silahkan katakan saja terus
terang, aku tidak akan memaksa dirimu, tapi jangan
salahkan kalau jiwa adik keenam juga tak dapat diselamatkan.....!"
"Hmmm! tutup saja bacot anjingmu itu, kau tak usah menggertak diriku dengan
menggunakan jiwa Giam In kian ssbagai taruhan,
ketahuilah aku tidak doyan akan segala macam ancaman, siapa
bilang aku tak berani membangkang perintahmu?"
"Aku harap kau suka memikirkan persoalan ini secara masak-masak, ketahuilah mati
hidupnya Loo Liok kesemuanya tergantung
pada tingkah lakumu, kalau kau bersedia menyerah kalah maka
akupun bersedia pula melepaskan Loo Liok dalam keadaan hidup,
sebaliknya kalau berani melawan maka detik ini habislah riwayat Loo Liok!"
"Hmm! bangsat, apakah kau tak pernah membayangkan banwa
keselamatan jiwa anjingmupun sudah berada didalam
cengkeramanku" kalau aku menginginkan dirimu mati maka
siapapun tak akan dapat menyelamatkan selembar jiwa anjingmu!"
"Kau tak usah coba-coba ganti mengancam dan menggertak
diriku, aku rela mengadu jiwa dengan kalian, mengerti?" seru Giam In si dengan
muka berubah jadi merah karena gusar.
"Hmm....! sayang seribu kali sayang aku Giam In kok bukan
seorang manusia tolol yang bisa dibohongi orang dengan begitu
saja, aku tak sudi masuk perangkapmu!"
Untuk beberapa saat 1amanya Giam In si berdiri tertegun dan tak berhasil
menangkap apa maksud lawannya mengucapkan kata-kata
tersebut, setelah lama sekali berpikir dan jawaban-nya belum
ditemukan akhirnya dengan nada tercengang ia balik bertanya:
kangzusi.com "Tertipu" perangkap apa yang sedang kupasang atas dirimu?"
"Siapa yang tahu apa yang berada dalam keretamu itu" benarkah adik Kian yang ada
dalam kereta" benarkah kau tidak membohongi
aku bahwa adik Kian memang benar-benar ada didalam kereta" Ha
haa.... haaah.... siapa tahu kalau isi keretamu cuma bangkai anjing atau tikus yang
telah membeku?" "Ooh....! kiranya kau mengira bahwa aku sedeng rmembohongi dirimu dalam hal ini?"
seru Giam In si kemudian, rupanya ia sudah dapat menangkap maksud hati lawannya,
"baiklah! aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk melihat dengan mata kepala
sendiri, agar kau bersedia dibelenggu dengan hati puas.....!"
Giam In si segera membongkokkan badan dan mengambil keluar
sebuah karung goni yang besar, setelah penutup karung goni itu
dibuka, dengan sepasang tangannya ia segera membalik mulut
karung tadi sehingga isi didalam karung tersebut dapat terlihat dengan jelas.
Setelah itu sambil tertawa licik ia mengejek:
"Bajingan terkutuk yang tak tahu diri, coba lihatlah apakah orang ini bukan adik
Kian" pentang matamu lebar-lebar dan periksalah
dengan seksama!" Sementara pembicaraan masih berlangsung, dengan suatu
gerakan yang sangat cepat bagaikan sambaran kilat, Giam In kok
telah berkelebat maju kedepan.
Dalam pada itu, sepasang tangan Giam In si sedang memegang
mulut karung goni yang sedang dibukanya itu, ketika secara tiba-tiba ia
merasakan datangnya desiran angin tajam yang mengancam
keselamatan jiwanya, pemuda itu jadi amat terperanjat, tidak
sempat untuk turun tangan lebih dahulu terhadap Giam In kian
buru-buru ia menjatuhkan diri dan berjongkok didalam kereta dan melepaskan diri
dari ancaman Giam In kok yang sudah melepaskan
pukulan yang amat dahsyat.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Giam In kok
segera bertindak cepat, dia cengkeram rambut Giam In kian yang
kangzusi.com masih berada didalam karung goni, kemudian sekali sentak
mengangkat keluar tubuhnya dari karung tadi, kemudian berkelebat menjauhi kereta
tersebut. Semua orang tak mengira kalau Giam In kok dapat
menyelamatkan jiwa Giam In kian dalam suatu gerakan yang tak
tersangka-sangka, menanti kedua orang itu mengetahui apa yang
telah terjadi, tahu-tahu pemuda itu sudah berada lima tombak
jauhnya dari tempat semula.
Tiba-tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dan
menerjang kearah mana Giam In kok dan Giam In kian berada,
orang itu bukan lain adalah lelaki kekar yang menjadi kusir kereta itu.
Ditinjau dari gerakan ilmu meringankan tubuhnya yang
dimilikinya, jelas kalau ia merupakan seorang jago persilatan yang lihay.
Giam In kok tertawa dingin, Ketika menyaksikan datangnya
ancaman tersebut, ia segera menyingkir kesamping lalu telapak
tangan kirinya segera dilancarkan kearah depan.
"Weeeeess.....!"
Diiringi deruan angin yang amat tajam, segulung angin pukulan
dengan dahsyatnya menghantam kemuka dan menghajar tubuh
orang itu. Lelaki kekar itu nampak terperanjat menghadapi serangan yang
begitu dahsyat, buru-baru ia mengegos dan mengenjotkan
badannya membumbung tinggi keangkasa, lalu dengan suara keras
ia berteriak: "Toa kungcu, cepat kabur.... biar aku yang menahan orang
ini...!" Baru saja ucapan tersebut diutarakan keluar, tiba-tiba dari balik batu gunung
disisi jalan keluar suara merdu dari seseorang disusul munculnya suara bentakan
nyaring: kangzusi.com "Hendak lari kemana kau?"
Ditengah bentakan itu muncullah sesosok bayangan manusia
yang langsung menerjang kearah kereta kuda dimana Giam In si
berada. Dengan cepat Glam In kok melirik sekejap kearah nona muda itu,
ia saksikan nona itu memakai pakaian ringkas, dengan sepasang
gagang pedang tersoren dibelakang punggungnya, dengan cepat ia
mengetahui siapakah gerangan nona itu, buru-buru teriaknya:
"Eeei enci Sim! jangan kau lepaskan dirinya.... bangsat itu harus dibekuk dan
dijatuhi hukuman yang setimpal!"
Nona itu kelihatan tertegun setelah mendengar ucapan tersebut,
kemudian ia mendengus dingin.
"Hmmm! perduli amat dengan dirimu..... aku tak mau ikut
campur dengan urusan tetek bengekmu!"
Giam In kok tidak memperdulikan gadis itu lagi, setelah berseru dia memutar
badannya siap membebaskan jalan darah Giam In
kian yang tertotok, tetapi sebelum ia sempat membebaskan, tiba-tiba sang kusir
yang berkepandaian silat tinggi itu telah menerjang datang kembali dengan
gerakan yang cepat. Pemuda itu jadi sangat kuatir apabila Giam In kian sampai
mengalami luka didalam pertarungan itu, menghadapi datangnya
serangan itu, ia sama sekali tidak melakukan perlawanan, sekalian dengan karung
goni yang menutupi tubuh saudaranya itu ia
memindahkannya kearah samping.
Pada saat itulah, dari tepi jalan kembali meloncat keluar sesosok bayangan tubuh
manusia, sambil menerjang masuk kedalam
gelanggang ia berseru: "Kau tak usah melayani orang itu lagi, serahkan saja kepada kami ibu dan
beranak, tolong dulu saudaramu itu!"
Mendengar nada suara perempuan ini, Giam In kok jadi teringat
kembali peristiwa beberapa malam berselang, ketika ia hendak
kangzusi.com bunuh diri terjun kedalam jurang, perempuan inilah yang telah
menegur Li ji pada saat itu, buru-buru ia menjawab:
"Bibi, terima kasih atas bantuanmu!"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat, dia merobek karung
goni tadi dengan ujung tangannya, tampaklah Giam In kian disekap dalam karung
tersebut, dibelenggu dengan otot kerbau sehingga
keadaannya bagaikan sebatang balok yang kaku.
Terpaksa si anak muda itu mencabut keluar pedang pendeknya
dan memotong otot kerbau yang mengikat tubuh adiknya itu satu
demi satu, setelah itu baru menepuk bebas jalan darah Giam In kian yang
tertotok. Rupanya Giam In kian sudah terlalu lama ditotok, begitu jalan
darahnya ditepuk bebas, ia malah tak mampu berdiri lagi.
"Aduh....!" teriaknya tertahan.
Dengan sempoyongan, tubuhnya segera mundur kebelakang dan
hampir saja roboh terjengkang keatas tanah.
Giam In kok tak bisa berbuat lain kecuali segera mendekap tubuh Giam In kian
agar tidak jatuh ketanah, setelah itu ia lepaskan buli-buli emas itu.
Waktu itu Giam In kian merasa badannya sangat letih, perutnya
lapar dan ia merasa sangat dahaga, diapun tak bertanya apa-apa, ketika Giam In
kok mengangsurkan buli-buli emas yang tergantung dipinggangnya ia pun langsung
meneguk seluruh isinya, sekali teguk seluruh isinya diminumnya sampai habis,
setelah itu ia baru bertanya: "Engkoh Kok! cairan apakah yang telah kau isikan kedalam buli-buli emas itu,
rasanya enak sekali"
"Hiante, kiong hi, kiong hi! kau telah minum sari buah naga rotan yang merupakan
sebuah biji langka dikolong langit, setelak kau
teguk sari buah tadi maka tenaga dalam mu akan mendapat
kemajuan seperti hasil latihan selama beberapa puluh tahun hasil kangzusi.com
latihan, bahkan mulai detik ini kau pun tidak mempan diracun,
semua racun sudah tak dapat melukai dirimu lagi!"
"Aaah....! Giam In kian berseru kaget, dengan muka gugup"bercampur gelisah segera serunya:
"Engkoh Kok, mengapa kau berikan buah yang begitu berharga serta mujarabnya
kepadaku" sudah sepantasnya kalau engkoh Kok
yang minum buah tersebut!"
"Adik Kian, kau jangan berkata, sebab ucapanmu justru membuat hatiku semakin tak
enak, ketahuilah cairan kemala yang berada
didalam buli-buli emas itu sebenarnya ditinggalkan oleh ayahmu
untuk di berikan kepadamu, tapi aku telah menghabiskan-nya
sampai habis, maka sudah sepantasnya kalau sekarang akupun
mencarikan sari buah naga rotan untuk diberikan kepadamu,
sebagai tanda balas budi atas kebaikan hati eyahmu itu! karenanya aku harap adik
Kian jangan mengucapkan kata-kata tak geaah
lagi.....!" Giam In kian jadi terharu sekali, sehingga tak dapat dibendung
lagi air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, ia segera berseru lagi:
"Engkoh Kok....."
Hanya itu saja yang sanggup ia ucapkan, kemudian mulutnya
bagaikan tersumbat, tak sepatah katapun yang mampu ia katan
keluar, Giam In kok menggenggam kencang-kencang tangan
adiknya, lalu sambil menghela napas panjang katanya:
"Adik kian, apa yang bisa kuberikan kepadamu sekarang tak lebih hanyanya sesuatu
hal yang kecil dan belum terhitung seberapa, kau tak usah banyak berterima kasih
dan bicara, kemarin malam
seandainya kau serta ibumu tidak muncul tepat pada waktunya,
mungkin sekarang mayatku sudah hancur dan tak karuan
bentuknya, masih ada cairan kemala atau buah rotan atau buah
langka apapun tak bisa kita bicarakan, sekarang kendatipun kau
telah minum sari buah naga rotan, namun seluruh nadi penting
yang berada dalam tubuhmu masih belum dibuka, itu berarti buah
kangzusi.com langka tadi hanya berkasiat untuk menguatkan badanmu belaka,
kau tetap belum mampu mencapai taraf yang tinggi didalam ilmu
silat, tunggulah sebentar disini, biar kuringkus lebih dahulu dua ekor anjing
budukan tersebut, kemudian baru kubantu dirimu untuk
membuka nadi penting dalam badanmu!"
Setelah mengucapkan kata-kata tertebut, pemuda itu segera
mencari tempat yang terasa aman untuk menyembunyikan Giam In
kian. Siapa tahu ketika ia menoleh melihat suasana dalam gelanggang
pertarungan yang berlangsung dengan serunya, maka buru-buru ia
memondong tubuh Giam In kian keatas punggungnya, kemudian ia
berseru: "Enci Sim! silahkan mundur kebelakang, biarkan aku yang
melayani bangsat itu.....!"
Giam In si yang bertempur dengan mengandalkan sebilah
pedang panjang, sebenarnya telah keteter dibawah angin oleh
serangan-serangan tangan kosong nona Sim, berulang kali ia telah berusaha untuk
melarikan diri dari tempat itu serta mencari
keselamatan buat diri sendiri, tetapi apa daya ilmu silat yang dimiliki lawan
terlalu tinggi sehingga setiap kali usahanya itu selalu
mengalami kegagalan total.
Sekarang ketika dilihatnya Giam In kok sambil membopong tubug
Giam In kian telah meloncat dihadapannya, ia semakin ketakutan sehingga sukmanya
terasa meninggalkan raganya, sambil
membentak keras, buru-buru pedangnya diayunkan kemuka
melancarkan sebuah tusukan maut yang mengarah kearah ulu hati
gadis tersebut, kemudian dengan cepat membalikkan badan dan
kabur terbirit-birit dari gelanggang pertarungan.
Menghadapi tusukan yang amat hebat itu, Sim Soh Sia tak berani
menghadapi dengan keras lawan keras, buru-buru ia berkelit
kesamping untuk menghindari diri.
Menggunakan peluang tadi Giam In si segera menggenjotkan
badannya dan melarikan diri sejauh sepuluh tombak lebih dari
kangzusi.com tempat semula. Tapi sayang, sebelum usahanya melarikan diri berhasil, tiba-tiba dari tengah
udars telah meluncur datang sesosok bayangan manusia yang dengan cepat
menghentikan tubuhnya lalu menengadah
keatas, tampaklah Giam In kok dengan wajah yang menyeramkan
telah menghadang jalan perginya, hal ini membuat nyalinya jadi ciut dan tanpa
sadar keringat dingin mengucur keluar membasahi
seluruh tubuhnya. Giam In kok segera tertawa dingin, lalu sambil menatap wajah
musuhnya tajam-tajam ia mengejek:
"Giam loo toa! sekarang aku harap kau suka menjawab secara blak-blakan,
sebenarnya kamu masih ingin hidup atau mati?"
Giam In si ketakutan setengah mati, jantungnya terasa bagaikan
mau copot dari rongga dadanya, dengan badan gemetar keras dan
terbata-bata ia menjawab:
"Suuu.... sudah... su... dah tentu aku mau hidup!"
"Hmm" bagus, kalau kau memang masih ingin hidup, sekarang
katakan dimanakah bajingan tua itu menyembunyikan diri" kau pasti tahu dimanakah
ia bersembunyi?" "Aaa.... ku... aku sama sekali tak tahu!" jawab Giam In si tergagap karena gugupnya.
Sementara itu Sim Soh Sia yang didesak mundur oleh Giam In si
sehingga terpaksa harus membiarkan musuhnya kabur, ia jadi
sangat mendongkol, ia maju kedalam dan tanpa banyak bicara
telapak tangannya segera diayunkan kedepan menghantam
pundaknya. Merasakan datangnya angin pukulan dari arah belakang, Giam In
si segera menyadari akan mara bahaya yang mengancam tubuhnya,
kembali ia enjotkan badannya dan meloncat sejauh beberapa
tombak kesamping. Giam In kok yang berada disisinya buru-buru berseru:


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kangzusi.com "Enci Sim, jangan kau hajar dulu dirinya...... entar dia bisa mampus!"
"Hmmm! justru aku sengaja akan menghantamnya sampai
mampus, mau apa kau?"
Selesai bicara, ia tanpa menggubris anak muda itu lagi, segera
mengejar kedepan dan langsung melancarkan sebuah pukulan
kembali. Yang dipikirkan oleh Giam In si saat ini hanyalah bagaimana
caranya melarikan diri dari kejaran orang, melihat datangnya
serangan tentu saja ia tak berani menerimanya, buru-buru badannya berkelit
beberapa tombak kesamping, kemudian teriaknya
keras-keras: "Locianpwee, cepat kemari......! tolonglah aku!"
Giam In kok berpaling memeriksa keadaan disekeliling tempat
itu, namun tiada seorang manusiapun yang kelihatan, ketika ia
berpaling kembali, Giam In si telah berada sepuluh tombak jauhnya dari tempat
tempat semula. Sim Soh Sia tidak mau melepaskan musuhnya dengan begitu
saja, dia segera mengenjotkan badan dan melalukan pengejaran
dari belakang. Sekonyong-konyong.... -ooo0dw0ooo- Jilid : 13 DARI balik hutan berkumandang datang suara seseorang dengan
nada menyeramkan: "Heeeeh... heeeh... heeeeh... tak kusangka kau si bocah cilik dapat mengetahui kalau
aku berada disini, tampaknya aku terpaksa harus turun tangan untuk menyelamatkan
jiwamu!" kangzusi.com Dari nada suara orang yang dingin menyeramkan, Giam In kok
segara mengetahui bahwa mereka telah kedatangan seorang musuh
yang amat tangguh, buru-buru teriaknya lantang:
"Enci Sim! kejarlah bajingan itu dan bekuk saja batang lehernya, biar siaute
yang menghadapi......"
Belum habis ia berkata, tiba-tiba tampaklah sesosok bayangan
hitam dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat telah menubruk
kearah Sim Soh So yang lagi mengejar Giam In si!
"Kurang ajar, rupanya kau sudah bosan hidup!" bentak Giam In kok deagan gusar.
Tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya,
segera menerjang maju kedepan, telapak tangannya diputar dan
menghajar tubuh lawannya keras-keras.
Menghadapi datangnya ancaman yang begitu dahsyat, orang itu
tidak berani bertindak gegabah lagi, buru-buru ia tinggalkan Giam In si dan
putar badan menghadapi serangan tersebut.
"Blaaaaam....!"
Benturan keras menggelegar di tengah udara, dua sosok
bayangan manusia saling berpisah satu sama lainnya, didalam
bentrokan tersebut badan Giam In kok tertahan untuk sementara
waktu ditempat semula dan tak mampu maju lagi, sebaliknya orang itu tergetar
mundur sejauh tiga langkah lebih kebelakang dengan sempoyongan.
Dalam pada itu, Sim Soh Sin yang harus menghindarkan diri
terlebih dahulu dari datangnya ancaman lawan, menyebabkan
gerakan tubuhnya jadi agak terlambat satu langkah, menggunakan
kesempatan yang sangat baik itulah Giam In si kabur dengan cepat menuju kearah
padang rumput yang luas dan lebat yaag berada
didepan. Melihat pamuda itu berhasil meloloskan diri, Giam In kok tiada
kangzusi.com minat untuk melayani orang itu lagi, dia segera mengenjotkan
badannya melewati Sim Soh Sin dan berkelebat menuju kearah
padang rumput dimana Giam In si melenyapkan diri tadi.
Belum saja pencarian dilakukan, orang tadi sudah menyusul pala
kearah padang rumput tersebut, bahkan sambil menghadang
dihadapan si anak muda itu serunya sambil tertawa dingin:
"Heeehhh... heeeh.... heeeh... tahukah kau siapakah aku si orang tua.....?"
"Tentu saja aku tahu, bukankah kau adalah seekor anjing tua?"
Jawaban yang diberikan Giam In kok ini dengan nada
membentak, bersamaan itu pula sebuah pukulan yang maha
dahsyat segera dilancarkan kedepan.
Paras muka kakek itu segera berubah menjadi hitam membesi,
sambil membentak sepasang tangannya didorong kearah depan.
"Blaaaam.....!"
Bentrokan keras yang menggelegar di tempat ini membuat
banyak ranting dan dahan berguguran di atas tanah, termakan oleh benturan tadi,
badan Giam In kok mencelat jatuh kedalam padang
rumput sehingga lenyap dari pandangan.
Kalau dibicarakan sesungguhnya Giam In kok yang menderita
kerugian besar, akan tetapi berhubung dia harus menahan tubuh
Giam In kian dengan tangan sebelahnya, maka kalau dibicarakan
kembali sesungguhnya ia sama sekali tidak kalah dengan kakek
tersebut. Dengan cepat tubuhnya yang tergetar mundar kebelakang
berhasil dipertahankan, sementara itu kakek tadipun telah bangkit dari balik
semak rumput itu dan siap menerjang kembali.
Rupanya Giam In kian telah dibuat keder oleh jalannya
pertarungan itu, dengan suara gemetar ia berseru:
"Engkoh Kok....! lepaskan aku.... turunkan aku dari
kangzusi.com boponganmu... aku takut...!"
"Tidak bisa! aku tak bisa menurunkan engkau, sebab hal ini akan membahayakan
jiwamu!" "Turunkan aku... kalau aku kau turunkan tentu tak akan
mengganggu gerak gerikmu, maka dengan begitu kau dapat
bertempur dengan jauh lebih leluasa!"
Giam In kok merasakan rontaan adiknya diatas pauggung kian
lama kian bertambah berat, sehingga akhirnya berat pemuda itu
seakan-akan sudah mencapai seribu kati, ia tahu pastilah buah naga rotan telah
menunjukkan khasiatnya. Sebelum ia sempat mengambil keputusan untuk menurunkan
pemuda itu dari bopongan-nya atau tidak, untuk kesekian kalinya kakek tua itu
telah menerjang kembali dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Dalam keadaan begini terpaksa ia harus berkelit kesamping,
kemudian ia menurunkan Giam In kian keatas tanah, bentaknya
keras-keras: "Bajingan tua! sebutkan dahulu siapakah namamu, agar setelah mati nanti aku bisa
tahu siapakah bajingan yang barusan kujagal!"
Kakek itu merupakan seorang pengemis yang berpakaian compang
camping dan penuh tambalan dengan rambat yang telah beruban
semua, namun air mukanya masih kelihatan segar bugar dengan
sorot mata yang memancarkan cahaya.
Mendengar seruan itu, ia menengadah dan tertawa terbahak-bahak:
"Haaaah.... haaaah... haaaah... kalau aku si orang tua
merupakan seorang bajingan tua, maka kau pantas kalau disebut
sebagai cucu buyutnya bajingan!"
"Hmmmm! kalau kau bukan bajingan, kenapa kau lepaskan
bajingan itu?" kangzusi.com "Apa" kau maksudkan pemuda yang telah kutolong tadi
merupakan seorang bajingan" kenapa tidak kau katakan sadari tadi kepadaku" kalau
tidak kau katakan, darimana aku bisa tahu kalau dia itu bajingan?"
Giam In kok merasa amat mendongkol sekali terhadap pengemis
tua, ia gemas karena turut campurnya pengemis tersebut tanpa
menanyakan dahulu dudaknya perkara membuat Giam In si
mendapat kesempatan untuk meloloskan diri dari pengejarannya.
Tetapi nasi sudah menjadi bubur, pemuda itu segan untuk ribut
lebih jauh dengan pengemis tersebut, ketika dilihatnya sang. kusir kereta
terlibat dalam suata pertarungan yang seru melawan ibunya Sim Soh sia, buru-buru
pemuda itu mengenjotkan badannya
menerjang kearah orang itu, ia bermaksud menangkap kusir
tersebut guna memaksanya untuk mengatakan dimanakah Giam
Ong Hui menyembunyikan diri saat ini.
Siapa tahu baru saja ia mengerakkan tubuhnya, segulung desiran
angin tajam kembali menyongsong kedatangannya.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia mendorong sepasang
tangannya kearah depan, dalam benturan yang amat memekikkan
telinga, kedua belah pihak samasama rontok keatas tanah.
Ketika ia membuka matanya kembali dan mengawasl raut wajah
orang itu, maka dengan cepat ia mengenalinya sebagai kakek
pengemis yang berulang kali telah mengganggu dirinya tadi.
Pemuda itu jadi naik pitam, segera bentakaya marah:
"Tua bangka sialan, apakah kau sengaja hendak memusuhi
diriku?" "Hmm! kenapa berulang kali kau menghadang jalan pergiku?"
"Bukannya aku sengaja hendak menyusahkan dirimu, aku
berbuat demikian karena aku hanya melaksanakan sampahku
dimasa lampau!" kangzusi.com "Melaksanakan sumpahmu dimasa lampau" apa isi sumpahmu
itu....?" "Kau tak usah banyak bicara, sebelum mengetahui akan hal itu, sambutlah dahulu
tiga buah pukulanku!"
"Ooooh...!! apakah tindakan seperti ini juga termasuk didalam isi sumpahmu itu?"
"Satu diantaranya, dan sekarang tutup dulu bacot baumu itu!
sambutlah dahulu seranganku ini!"
Agaknya pengemis tua itu sudah mengerti kalau Giam In kok
merupakan seorang musuh tangguh yang tak gampang dilayani,
begitu turun tangan dia segera mengeluarkan kepandaian silatnya yang paling
ampuh. Terlihat bayangan tangan seketika menyebar dan memenuhi
seluruh angkasa, bagaikan sebuah jaring ikan yang amat lebar dia mengulung
sekujur badan si anak muda itu.
Pada saat itu Giam In kok pun sudah tidak sungkaan-sungkan
lagi, menyaksikan datangnya ancaman yang begitu dahsyat, dia
segera mengeluarkan ilmu simpanannya dari kitab pusaka Cing Khu hun pit, dengan
jurus Cing gou ko kwan atau kerbau hijau melewati kota, telapak tangannya
disertai suara ledakan yang amat dahsyat diayun kedepan dengan cepat.
Rupaaya pengemis tua itu dapat merasakan kelihayan musuhnya,
ia tak berani menyambut datangnya serangan tersebut dengan
keras lawan keras, badannya meloncat sejauh lima tombak lebih
dari tempat semula, lalu dengan napas terengah-engah serunya:
"Hey, tunggu sebentar! siapakah kau dan lagi berasal dari
perguruan mana?" "Sebelum pertanyaanmu itu kujawab, laporkan dahulu siapakah namamu dan kau
berasal dari partai mana?"
"Orang-orang persilatan menyebut diriku sebagai Kay sian si dewa pengemis, Lo
Thiam Kong, pernahkah kau mendengar
namaku ini?" kangzusi.com
"Hmmm! belum pernah! mungkin kau cuma seorang manusia
kurcaci yang tidak tersohor didalam Bulim!"
"Huuh.....! kau jangan menghina lebih dulu, coba sekarang kau sebutkan pula
siapakah namamu?" "Bocah ajaib bermuka seribu In Kok hui!"
"Hahaa... hahaa... bagus sekali!" seru kakek tua yang menyebut dirinya sebagai dewa
pengemis itu sambil tertawa terbahak-bahak,
"Dewa pengemis bertemu dengan bocab ajaib, Lo Tiam Kong
melawan In Kok Hui.... kejadian ini memang benar-benar luar biasa sekali,
haahaahaa.... hahaa...."
Suara tertawanya amat keras hingga menggetarkan seluruh
udara. Dalam pada itu, setelah Giam In kok mengetahui bahwa musuh
yang sedang dihadapi adalah Dewa pengemis Lo Thiam kong, diam-diam dahinya
berkerut dan alisnya berkernyit.
Dia sama sekali tidak jeri atau gentar menghadapi Lo Thiam Kong dikarenkan ilmu
silatnya yang sangat tinggi, tapi ia segan memusuhi orang ini sebab dia
merupakan seorang angkatan tua Kay Pang, ia tak ingin terjadinya persengketaan
serta perselisihan paham antara dia dengan kaum gembel yang bau dan dekil itu.
Karena beberapa masalah itulah, untuk beberapa saat lamanya
anak muda itu ragu-ragu dan tak dapat mengambil keputusan.
Sim Soh sia yang sudah terlanjur mendongkol terhadap kakek
pengemis itu tentu saja tak mau tahu bagaimanakah jalan pikiran dari pemuda itu.
Ia segera meloncat majudan berdiri diantara kedua orang itu, lalu sambil tertawa
dingin katanya: "Heehee.... hehee.... hehee.... apanya sih yang perlu diherankan kangzusi.com
atau dibanggakan" nama busuk dewa pengemis mungkin dapat
menakut-nakuti si bocah busuk itu, namun tak akan menakuti aku
Kiam Siang hui sepasang pedang terbang, kalau tidak percaya
silahkan mencoba, kau mengerti perkataanku ini sengaja mengibul atau tidak,
mari.... mari.... mari....!"
Ibunya yang sedang bertempur melawan kusir kereta berbadan
kekar itu masih berlangsung dengan serunya, menang kalah untuk
sementara waktu masih sukar ditentukan, tatkala perempuan itu
menyaksikan putrinya Sim Soh Sia menantang Dewa pengemis Lo
Thiam Kong untuk berduel, hatinya jadi sangat tercekat, buru-buru ia berseru
dengan suara lantang: "Soh ji, jangan...! kau tak boleh bertindak kurang ajar terhadap angkatan yang
lebih tua.....!" Giam In kok yang menyaksikan kejadian itu diam-diam berpikir
pula didalam hati kecilnya:
"Hmm! semua kejadian ini bisa berlangsung gara-gara budak liar itulah yang
membuat ulah, baiklah! biar dia bergebrak lebih dulu melawan pengemis tua
tersebut, agar dia tahu rasa dan lain kali tidak berani melakukan perbuatan yang
tak genah lagi!" Ketika dilihatnya kusir berbadan kekar itu ada maksud untuk
kabur dari situ, buru-buru ia meloncat kedepan menghadang jalan perginya
kemudian sambil tertawa haha haaa... hihii.... katanya:
"Eeeiii.... paman kau mau pergi kemana" kenapa sih musti
terburu-buru" tunggu sebentar! asal kau memberitahukan sarang
tempat persembunyian bajingan tua she Giam itu, sauya pasti akan memberi jalan
kehidupan bagimu, kalau tidak.... jangan salahkan kalau sauya akan suruh kau
merasakan suatu penderitaan yang
amat hebat, pada waktu itu kau akan merasa hidup tidak matipun
susah... heeeh... heeeh... tentunya kau tak ingin merasakan
keadaan seperti itu bukan?"
Pepatah kuno mengatakan manusia punya nama, pohon punya
bayangan, peristiwa Giam In kok membuat onar dalam
kangzusi.com perkampungan Ang sim san ceng serta bertempur melawan manusia
iblis bertangan seribu serta iblis sakti Su Gong wan telah
menggemparkan seluruh kolong langit, sebagai seorang jago yang
sering kali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tentu saja ia
mengetahui akan kejadian itu.
Maka dengan air muka berubah hebat katanya:
"Bila kau ingin tahu tempat tinggal Giam cengcu yang lama tentu saja kau tahu,
tapi kalau yang ingin kau ketahui adalah tempat
persembunyian yang baru... maaf kalau aku tak sanggup
memberikan jawaban apa-apa kepadamu!"
"Ooooh....! jadi kau tak mau bicara?" ejek Giam In kok dengan wajah menyeringai.
"Bukannya aku tak mau menjawab" sahut orang itu gugup, "tapi aku benar-benar tak
tahu, kalau aku tak tahu lalu apa yang harus kukatakan padamu?"
"Kurang ajar, kau berani membohongi aku" kalau begitu kalian hendak kemana


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawa Giam In kian ini?"
"Kami hendak membawanya pergi ke propinsi Ou lam guna
diserahkan kepada seseorang!"
"Kepadaku!" tiba-tiba dari balik hutan yang lebat berkumandang datang suara
jawaban, bersamaan itu pula sebatang anak panah
terbang meluncur menembusi angkasa dan seketika membabat
dada kusir berbadan kekar itu.
Bentakan yang muncul secara tiba-tiba itu amat mengejutkan
hati Giam In kok, membuat pemuda itu berdiri tertegun untuk
beberapa saat lamanya. Sementara itu kusir itu turut berpaling, maka tak dapat dicegah lagi, anak panah
terbang itu menembusi jalan darah hian tiong
hiatnya dengan telak. Sambil menjerit ngeri karena kesakitan, orang itu roboh terkapar diatas tanah
dan mati seketika itu juga.
kangzusi.com Giam In kok jadi teramat gusar menyaksikan pihak lawan
melakukan pembantaian untuk menghilangkan bukti, dengan penuh
kemarahan, teriaknya: "Bajingan, kalau berani ayo unjukkan diri!"
Dengan gerakan tubuh yang amat cepat, ia berkelebat maju
kedepan dan menerjang masuk kedalam hutan, sepasang tangannya didorong secara
berbareng melancarkan serangan yang
dashyat. Benturan yang sangat keras menyebabkan beberapa batang
pohon tumbang keatas tanah, akan tetapi orang yang melancarkan
serangan bopongan itu sudah lenyap tak berbekas.
Tiba-tiba.... Dari dalam hutan berkumandang kembali seruan yang
menyerupai pujian tapi lebih mirip dengan sindiran:
"Suatu kepandaian Ilmu silat yang lihay!"
"Haha.... haha... apakah kau tahu kalau orang itu adalah anak murid dan Cing Khu
sangjin?" sambung orang yang lain sambil tertawa tergelak,
Giam In kok segera mendengar bahwa suara orang itu sangat
dikenal olehnya, hal itu membuat hatinya sangat terperanjat sekali, kepada Giam
In kian yang berada di sisinya ia segera berbisik:
"Adik Kian, bila aku bertempur dengan orang nanti, cepat-cepatlah kau
menyembunyikan diri kedalam padang rumput itu!"
"Engkoh Kok, apakah kau tak ikut pergi?"
"Aku harus menolong Sim Soh Sia serta ibunya lebih dahulu!"
"Tapi.... apakah kau mampu menandingi ilmu silat dari jago-jago yaag berada dalam
hutan itu?" "Aku rasa kepandaianku masih mampu untuk mengatasi mereka, kau tak perlu
kuatir...." kangzusi.com Pada saat itulah ditengah gelanggang telah bertambah dengan
beberapa sosok bayangan manusia.
Ketika Giam In kok berpaling kearah orang-orang itu maka
tampaklah dua oraag yang berjalan dipaling depan adalah manusia iblis bertangan
seribu Suma Heng serta iblis sakti Su gong wan, sedang dibelakangnya tampaklah
dua orang manusia siluman,
sastrawan selaksa racun Lie liang serta golok kilat dibalik senyuman Kang Yong.
Dari pihak lain muncul kembali beberapa sosok bayangan
manusia, mereka terdiri dari Sim Peng, petapa nelayan dari sungai Kang ciu,
serta istri tuanya. Dalam waktu yang singkat Giam In kok telah mengambil
perhitungan yang masak-masak tentang situasi yang sedang
dihadapinya sekarang, ia merasa meskipun Sim Soh sia serta ibunya berhadapan
dengan Dewa pengemis akan tetapi pertarungan belum
berlangsung, ia merasa dengan tenaga gabungan kedua orang itu
masih lebih dari cukup untuk menandingi pengemis tua.
Sementara itu Sim peng serta suami isteri petapa nelayan dari
sungai Kang Ciu dapat pula membendung kekuatan gabungan dari
sastrawan selaksa racun, Kang Yong serta siluman itu, dalam
keadaan begini diapun dapat melawan manusia iblis serta iblis sakti dengan hati
yang tenang. Dalam pada itu, dengan sorot mata yang tajam iblis sakti Su
Gong wan telah menyapu sekejap seluruh kalangan, kemudian
sambil tertawa terbahak-bahak ujarnya:
"Setan ciiik kau benar-benar tak malu di sebut sebagai manusia bermuka seribu,
seandainya aku tadi tidak menyaksikan jurus
seranganmu yang amat dahsyat tadi, hampir saja aku tak mengenali dirimu yang
sebenarnya!" "Kalau sudah mengenali kembali lantas mau apa?" ejek Giam In kok dengan nada
sinis, "apakah kau ingin melangsungkan
pertarungan sengit melawan diriku?"
kangzusi.com "Buat apa kita mesti banyak berbicara lagi" Sahabatku Song cengcu telah
menderita jalan api menuju neraka, dan sekarang
mengidap pula suatu penyakit aneh yang mendekati gila, kecuali
Gak Pun Leng, tiada orang kedua yang mampu menyembuhkan
penyakitnya lagi, sebab itu bila Gak pun leng tak berhasil
kutemukan, terpaksa aku harus meninjam kemampuanmu"
Dari pembicaraan lawan, Giam In kok segera mengetahui bahwa
Gak Beng tak sampai terjatuh ketangan lawannya, hal ini membuat hatinya menjadi
lega. Maka sambil tertawa segera ujarnya "Aku rasa, apa yang kau inginkan itu susah
sekali untuk terwujud, karena hal ini memang merupakan suatu masalah yang
terlalu pelik untuk diatasi!"
"Oooh.... jadi kau tidak bersedia" kalau toh diundang secara halus tak bisa
memberikan hasil yang diharapkan, terpaksa aku
akan menggunakan kekerasan untuk memaksamu!"
"Ahaa....! Jadi kau ingin menantangku untuk berkelahi" Berduel satu lawan satu
atau ingin bermain kerubut saja?"
"Tentu saja berduel satu melawan satu!"
"Bagus sekali, lantas siapa yang akan maju lebih dulu?"
Setelah tiba di tepi arena tadi, si Petapa nelayan dari sungai Kang ciu telah
menyapu sekejap suasana disekeliling tempat itu dengan pandangan kilat,
sekalipun dalam hati kecilnya dia merasa
terperanjat terhadap situasi yang dihadapi, namun diluar wajahnya dia masih
tetap bersikap tenang-tenang saja.
Selang beberapa saat kemudian, dia baru berkata sambil
tertawa: "Wahai tua bangka she Lo, kenapa kau bersitegang dengan
keponakan muridku ini" Ooh, rupanya kalian mau berkelahi?"
"Haaahaaa... hahaa....kukira siapa yang telah datang, tak
tahunya adalah kau si nelayan tua...." seru si pengemis tua itu dengan suara
lantang. kangzusi.com Giam In kok yang menyaksikan kesemuanya ini, diam-diam
menjadi sangat girang, segera pikirnya:
"Asal si pengemis tua itu tidak mambantu pihak gembong-gembong iblis itu,
kemenangan sudah pasti berada dipihak ku hari ini"
Sebagaimana diketahui, si anak muda tersebut sudah pernah
bertarung melawan ke dua orang gembong iblis yang sangat lihay
itu, diapun tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki kedua orang iblis tersebut
kira-kira seimbang dengan kepandaian yang dimilikinya
saat ini, oleh sebab itu dia tak berani bertindak gegabah.
Mendadak terdengar manusia iblis bertangan seribu Suma Heng
tertawa seram, lalu katanya:
"Hey Susong tua bangka celaka, bukankah kau menginginkan
yang hidup" Padahal aku justru menghendaki dia dalam keadaan
mati, aku rasa terpaksa kau harus turun tangan lebih duluan!"
"Suma tua bangka bau" sahut si iblis sakti Su gong wan dengan cepat, "kau tak
perlu sungkan-sungkan lagi, silahkan saja untuk turun tangan lebih dahulu, kau
sudah tak mampu membinasakan
dirinya nanti, maka akan kutangkap pemuda tersebut dalam
keadaan htpup-hidup!"
Mendengar ocehan iblis tersebut, Giam In kok segera berpekik
nyaring, suaranya amat keras hingga menggelegar di seluruh udara dan menusuk
pendengaran siapa pun, serunya kemudian dengan
suara lantang: "Aku rasa, lebih baik kalian berdua maju secara bersama saja, biar sauya bisa
segera mengirim kalian berdua untuk pulang ke
alam baka bersamasama...."
Manusia iblis bertangan seribu Suma Heng serta iblis sakti Su
Gong Wan saling bertukar pandangan sekejap, mereka berdua
samasama merasa bahwa tenaga dalam yang dimiliki pemuda itu
telah mendapat kemajuan satu tingkat lagi, ini berarti bahwa
pemuda tersebut makin susah dihadapi lagi.
kangzusi.com Maka si iblis sakti Su gong Wan segera tertawa terbahak-bahak:
"Haahhh.... hahahhh... haaahhh.... bocah cilik, besar amat bacotmu itu, kalau bicara
jangan sok besar, tahukah bahwa didunia saat ini belum ada seorang manusia pun
yang mampu menghadapi serangan gabungan dari kami berdua secara bersamasama!"
"Hmmm...! Justru sauya akan membuktikan kepada kalian bahwa aku mampu menghadapi
kalian berdua secara bersamasama!"
"Apakah kau berpendapat demikian kerena menganggap bahwa
dirimu adalah anak murid Cing khu Sangjin?"
"Benar atau tidak, lebih baik kau tak usah mengurusinya, toh persoalan itu bukan
urusanmu. Tapi aku akan merasa lebih senang lagi seandainya sepasang siluman
busuk itu pun bersedia ikut serta didalam kerubutan masalah nanti...."
"Bagus sekali! Kalau begita biarlah aku si burung yang bodoh terbang lebih
dulu..." seru Siluman banci Koan Ki segera dengan suara penuh kebencian.
Setelah membuat suatu gerakan setengah lingkaran busur
ditengah udara, dia segera berputar kesamping dan menerjang tiba dari sayap
kanan, sementara siluman she Chee itu menyerang diri sayap kiri....
Demikianlah, yang satu segera menyerang dari sisi kiri dan yang lain menerobos
dari sebelah kanan, hampir pada saat yang
bersamaan mereka telah tiba disisi tubuh Giam In kok.
Keempat buah telapak tangan merekapun segera berkelebat di
udara, dengan memancarkan dua gulung angin pukulan yang amat
hebat dan tajam, kedua orang siluman itu langsung menghantam
tubuh anak muda itu. Serangan tersebut memang sangat hebat, deruan angin pukulan
yang ditimbulkan segera menyebabkan pasir dan batuan kerikil
segera beterbangan menyelimuti seluruh angkasa.
kangzusi.com Tak terlukiskan rasa kaget dan terkesiap perasaan hati Sim Peng, si kepala
kampung dari perkampungan keluarga Sim itu setelah
menyaksikan datangnya ancaman yang maha dahsyat ini, tanpa
sadar dia segera berteriak keras:
"Engkoh cilik, kau harus berhati-hati.....!"
Tentu saja teriakan tersebut sesungguhnya percuma dan sama
sekali tak ada artinya. Tampaklah Giam In kok mendesak maju dua langkah kedepan
sambil merentangkan sepasang telapak tangannya lebar-lebar, satu tangan segera
digunakan untuk menyambut datangnya ancaman
dari Koan Ki sementara tangan yang lain menyambut datangnya
serangan dari siluman she Che itu.
Kemudian kedua belah tangannya didorong bersamasama
kedepan menghantam tubuh manusia iblis bertangan seribu dan
iblis sakti Su Gong Wan yang sementara itu masih berdiri dengan wajah tertegun
bercampur keheranan. Mimpi pun kedua orang gembong iblis itu tidak menyangka kalau
Giam In Kok dapat menyingkirkan serangan dari sepasang siluman
tersebut dengan gerakan yang begitu mudah, menanti angin
serangan yang terasa berat dan dahsyat itu hampir mencapai diatas dada mereka,
kedua orang iblis tersebut baru merasa terkejut
sekali. Dalam gugupnya, kedua orang itu segera menyingkir satu
langkah kesamping sambil berusaha menangkis datangnya ancaman
tersebut. Sayang sekali gerakan dari kedua orang gembong iblis itu
terlambat satu langkah kendatipun mereka sudah berusaha
melakukannya secepat mungkin, angin pukulan Giam In kok yang
amat berat bagaikan pukulan martil baja yang beratnya mencapai
ribuan kati itu tahu-tahu sudah menerobos lewat dari lapisan tenaga pertahanan
mereka dan langsung nyelonong masuk kedada mereka
kangzusi.com berdua. "Aduuuuh.....!"
Jeritan kaget yang diiringi keluhan kesakitan berkumandang dari arah belakang
kedua orang gembong iblis itu.
Tampaklah sastrawan selaksa racun Lie Liang serta golok kilat
dibalik senyuman Kang Yong mundur beberapa tombak kebelakang
dengan tubuh sempoyongan sambil memegangi lengan sendiri, dahi
mereka nampak berkerut kencang sementara alis matanya
berkernyit. Mimpipun kedua orang iblis tua itu tak pernah menyangka kalau
tangkisan mereka sama sekali tak berhasil membendung datangnya
serangan dari pemuda itu, bahkan sebaliknya malah melukai anak
buah mereka yang berada dibelakang, tetapi masih untung kedua
bajingan tersebut hanya mengalami patah tulang dan patah lengan belaka.
Sementara itu Giam In kok sendiripun hampir saja tak percaya
kalau dia mempunyai kekuatan angin pukulan yang dahsyat,
padahal didalam serangannya tadi ia hanya menggunakan tenaga
sebesar tujuh bagian belaka, untuk beberapa saat lamanya ia berdiri termangu-
mangu, tapi hanya sebentar saja ia sudah mengerti asal mulanya keanehan
tersebut, rupanya sewaktu ia memeras buah
naga rotan menjadi sari buah yang diisikan kedalam buli-bulinya, tanpa sadar ia
telah mengisap bau harum dari buah itu, sedang sisa sari buah yang menempel
ditangan telah terserap masuk kedalam
badannya yang mengakibatkan kekuatan badan yang dia miliki
telah memperoleh tambahan yang pesat.
Pemuda itu segera tertawa dan berkata:
"Iblis-iblis sialan.... kalau kalian masih juga tak tahu diri, dua bajingan itu
merupakan contoh-contoh yang paling tepat....!"
Manusia iblis bertangan seribu Suma Heng segara berteriak
keras: "Su Gong wan! apa yang kita tunggu lagi....." ayo habisi saja kangzusi.com
nyawa anjing bajingan ciiik ini....!"
Bersamaan dengan selesainya perkataan tersebut sepasang
tangannya segera melancarkan pukulan-pukulan dahsyat kearah
depan.... "Ploook... ploook... ploook!"
Dengan membawa bayangan kepalan yang sangat tebal,
tubuhnya menerjang maju kedepan.
Meskipun iblis sakti Su Gong wan merasa malu untuk main
kerubut, namun ia tahu jika pengeroyokan ini tidak dilakukan maka tipislah
harapan-nya untuk menangkap musuhnya yang masih muda
itu dengan kekuatan seorang diri.
Siluman banci Koan ki serta siluman she Chee paling gusar
diantara beberapa orang itu, mereka berteriak marah lalu
menerjang maju kedepan bagaikan banteng terluka.
Dalam sekejap mata keempat orang jago lihay dari dunia
persilatan itu telah mengeroyok Giam In kok ditengah kalangan.
Tiba-tiba terdengar Dewa pengemis Lo thiam kong mendengus
dingin, dia maju kedepan dan tanpa mengucapkan sapatah katapun


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya langsung disodokkan kearah punggung iblis sakti Su
Gong wan. Merasakan datangnya ancaman dari arah belakang, buru-buru
iblis sakti Su Gong wan miringkan badannya kesamping serta
memutar telapak tangannya untuk menangkis datangnya ancaman
itu dengan keras iawan keras.
"Blaaaam....!" Ditengah benturan keras, kedua belah pihak samasama tergetar
mundur sejauh tiga langkah kebelakang.
Setelah mengetahui siapakah yang datang, air muka iblis sakti Su Gong wan
berubah amat hebat, bentaknya dengan nada gusar:
"Tua bangka she Lo, perselisihan dan persengketaan yang telah kangzusi.com
terjalin diantara kita berdua sejak tiga puluh tahun berselang sama sekali belum
terselesaikan, sekarang rupanya kau mencari gara-gara lagi dengan diriku, apakah
kau sudah bosan hidup?"
"Hmmmm! kau tak usah mengungkap-ungkap peristiwa lampau,
mari kita bicarakan saja apa yang sedang terjadi didepan mata
sekarang ini, aku si Dewa pengemis paling benci menyaksikan
tingkah laku kalian yang hendak mencari kemenangan dengan
mengandalkan jumlah banyak!"
"Baikiah! kalau begitu akan kulihat sampai dimanakah
kepandaian silat yang kau miliki sehingga berani bertingkah
seenaknya sendiri dihadapanku.....!"
Akan tetapi sebelum Dewa pengemis Lo Thiam Kong sempat
menerjunkan diri kedalam arena untuk menghadapi iblis sakti
tersebut, Giam In kok telah berseru:
"Kakek tua she Lo! aku yang muda tak berani merepotkan diri mu, untuk
membereskan iblis sialan itu, biarkan aku menghadapinya sendiri.....!"
"Aku sengaja mau mencampuri urasan ini kau mau apa?" jangek sang Dewa pengemis
itu sambil tertawa mengejek.
Sementara itu Giam In kok harus melayani manusia iblis
bertangan seribu Suma Heng serta dua orang siluman itu, ia merasa tenaganya
masih lebih dari cukup untuk melayani beberapa orang
itu, karenanya ia segera mengucapkan terima kasih atas bantuan
pengemis. Siapa tahu pihak lawan tidak mau mendengarkan perkataannya,
dalam keadaan cemas dia segera mengambil keluar cakar burung
rajawali dari dalam sakunya, lalu dengan diiringi berkelabatnya cahaya kilat
berwarna kuning, senjata itu langsung dibabat kearah tubuh manusia iblis
bertangan seribu. Serangan yang dipergunakan sebenarnya tak lain merupakan
gerak serangan dari telapak sakti dari Giam Tok, bila dilancarkan kangzusi.com
dalam gerakan yang biasa dan sebagaimana mestinya mungkin
tidak akan mendatangkan hasil yang berarti sebab musuh yang
dihadapinya merupakan seorang gembong iblis yang telah
mempunyai nama besar didalam dunia persilatan.
Tetapi berhubung serangan yang dilancarkan kali ini dilakukan
dangau kecepatan bagaikan sambaran kilat maka keadaannya jadi
berbeda. Sebelum manusia iblis bertangan seribu Suma Heng sempat
menyaksikan benda apakah yang sedang mengancam kearahnya,
tahu-tahu desingan angin tajam tiba didepan dadanya.
"Sreeeet.....!"
Dengan disertai suara desiran yang amat tajam, diatas pakaian
bagian dadanya segera muncullah sebuah bekas robekan yang
berjajar sebanyak empat buah, ia jadi sangat ketakutan, buru-buru ia meloncat
mundur sejauh tiga tombak lebih dari tempat semula.
Melihat musuhnya tersebut mundur kebelakang dengan
ketakutan, Giam In kok segera menggunakan kesampatan yang
sangat baik itu untuk menerjang kearah iblis sakti Su Gong wan, lalu teriaknya
keras-keras: "Tua bangka she Su Gong, coba rasakan dahulu kelihayan dari seranganku ini!"
Iblis sakti Su Gong wan mendengus dingin telapak tangannya
dibabat kemuka menghajar pinggang lawan.
Dengan memanfaatkan senjata cakar rajawali untuk melindungi
keselamatan tubuhnya bagian depan, Giam In kok meluncur maju
kedepan kemudian senjatanya diputar kencang-kencang dan
kembali meluncurkan sebuah bacokan dengan cakar mautnya.
Tenaga pukulan dari iblis sakti Su Gong wan itu mempunyai daya
kekuatan menghancurkan batu karang yang bagaimana
kerasnyapun, tetapi ketika dijumpainya cakar rajawali Giam In kok yang begitu
tajamnya mengarah langsung keatas dadanya, ia
menjadi terperanjat dan tanpa disadari lagi badannya tersurut
kangzusi.com mundur satu langkah kebelakang.
Giam In kok tertawa nyaring, tiba-tiba telapak tangan kirinya
diayunkan kedepan mengirim kembali satu pukulan kilat.
"Blaaaammm.....!"
Dengan telak bahu kiri iblis sakti Su Gong wan terkena hantaman yang keras itu
sehingga mendengus berat dan tergetar mundur
dengan sempoyongan. Dalam anggapan manusia iblis serta kedua manusia siluman itu,
dengan tenaga gabungan mereka Giam In kok pasti akan berhasil
dikurung dan hawa murni pihak lawan pasti dapat dipunahkan,
dengan begitu si anak muda tersebut dapat ditangkap dengan
mudah serta dapat dipaksanya untuk menyembuhkan penyakit gila
yang diderita sahabat iblis sakti itu, dan sekalian mereka akan mencari tahu
kabar berita mengenai kitab pusaka Cing Khu hun pit.
Siapa tahu kepandaian silat yang dimiliki anak muda itu benar-benar luar biasa
sekali, bukan saja ia berhasil meloloskan diri dari kepungan lawan, bahkan
didalam dua jurus yang berurutan dua
orang gembong iblis tersebut samasama menderita kerugian yang
amat berat, hal ini membuat dua orang manusia siluman itu jadi
keder dan saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Dewa pengemis Lo Thiam Long sendiri pun termangu-mangu
setelah menyaksikan kelihayan anak muda tersebut, sekarang ia
baru tahu, rupanya pihak lawan telah mengalah kepadanya tadi
ketika melangsungkan pertarungan yang belum lama berselang itu.
Jika pertarungan itu dilakukan secara bersungguh-sungguh
niscaya ia telah menderita kekalahan yang sangat memalukan sejak tadi.
Tanpa terasa ia menghela napas panjang, lalu tanpa bicara lagi ia segera
membalikkan badan dan segera berlalu dari tempat iti.
Sementara itu, ketika Giam In kok menyaksikan keenam
kangzusi.com musuhnya menyusut mundur dan berkumpul jadi satu dengan
wajah ketakutan, tanpa terasa ia segera menengadah keatas dan
bersuit nyaring. Dengan pandangan menghina ia menyapu sekejap kearah
kawanan iblis itu, lalu bentaknya keras-keras:
"Apalagi yang kalian nantikan disini" ayo cepat menggelinding dari tempat ini!"
Baru saja perkataan itu selesai diucapkan keluar, tiba-tiba dari arah lain
berkumandang datang suara teguran seseorang dengan
nada yang menyeramkan: "Keparat cilik! kau jangan berbangga hati dulu, belum tentu kemampuan yang kau
miliki itu sudah tiada tandingannya lagi di
kolong langit!" Dengan cepat Giam In kok mengalihkan sorot matanya kearah
mana berasalnya suara tadi, maka terlihatlah cahaya tajam
berkilauan menusuk pandangan, dari lima tombak disisi kalangan
muncullah dua sosok manusia.
Setelah mengetahui siapakah kedua orang yang baru munculkan
diri itu, demgan nada kegirangan iblis sakti Su Gong wan segera berteriak:
"Oooooh....! Bun kee seng hud, Buddha hidup dari selaksa
keluarga yang telah datang....!"
"Ooooh.....! benar!" sambung manusia iblis bertangan seribu Suma Heng, "yang
satunya Ban Siau cinjin!"
Dua orang manusia yang barusan datang adalah seorang kakek
berbaju biasa dan seorang berpakaian imam. Kakek yang memakai
baju biasa itu bukan lain adalah kakek penunggang burung rajawali yang pernah
bertempur melawan Giam In kok beberapa waktu
berselang. Sedang imam tua itu memakai baju jubah perlente dengan
perawakan badan kurus persis seperti bangau, sorot matanya
kangzusi.com berwarna hijau memancar keluar dari sepasang matanya.
Setelah berada dalam galanggang, imam tua itu berpaling kearah
manusia iblis bertangan seribu Suma heng, kemudian sambil
tertawa tegurnya: "Suma sicu, apakah kau masih kenal dengan pinto?"
"Ban Sian cinjin makin gagah, kehebatan dimasa silam sama
sekali tak berkurang, tentu saja aku masih kenal dengan diri
totiang....." Menggunakan kesempatan dikala imam tua itu sedang bercakap-cakap dengan manusia
iblis bertangan seribu Suma Heng, dengan
cepat Giam In kok melirik sekejap kearah petapa nelayan dari
sungai Kang ciu serta lainnya, ia saksikan air muka beberapa orang itu berubah
hebat sementara Giam In kian sekali tidak pergi
menghindarkan diri, hal ini membuat pemuda itu menjadi sangat
terperanjat, buru-buru tegurnya dengan suara lirih:
"Saudaraku, mengapa kau tidak segera berlalu dari sini" mau apa kau tetap berada
disini?" "Aku telah mengambil keputusan untuk ikut gugur bersama
engkoh Kok! Aku tak ingin hidup sebatang kara dikolong lingit!"
jawab Giam In kian dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Tapi aku toh belum tentu mampus di tangan mereka" tahukah kau dengan
kehadiranmu di sini bukan saja tak dapat membantu
apa-apa atas diriku, malahan karena kau berada disini pikiranku jadi bercabang
dan tak dapat menghadapi lawan dengan sepenuh hati!"
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu yang berada disisinya buru-buru menyela:
"Engkoh cilik, kau tak usah kuatir atau merisaukan kese1amatan jiwa adikmu,
serahkan saja kepada kami, sekalipun kami berdua
suami istiri harus gugur ditangan musuh, keselamatan jiwa adikmu pasti akan
kulindungi!" "Kalau memang begini, terpaksa aku harus merepotkan diri kakek kangzusi.com
Nyioo untuk meluangkan sedikit waktu dan pikiran untuk menjaga
keselematan jiwa dari adikku itu"
"Kau tak usah banyak bicara lagi, hadapilah musuh-musuh mu itu dengan seksama
dan hati-hati, ketahuilah bahwa imam tua itu
orangnya keji dan sangat licik, dibalik senjata Hud timnya ia
sembunyikan sebilah pedang yaag sangat tajam, hati-hati terhadap sergapan dengan
menggunakan pedang tajam yang tersembunyi
itu!" "Terima kasih atas petunjuk kakek dan terima kasih pula buat bantuan kakek buat
melindungi adikku, aku akan menghadapi
mereka dengan hati-hati...!"
Sim Soh Sia yang berada disisi kalangan itu tiba-tiba tertawa
dingin dan berseru: "Huuuuuh....! perduli amat kaum sesat atau iblis, biar aku yang turun kedalam
arena untuk menghadap! pertarungan babak
pertama ini! kenapa musti takut dengan cecungguk tua itu?"
"Cici, jangan..." seru Giam In kok dengan nada gelisah, "jangan bertindak
gegabah!" "Huuuuh! kau tak usah melarang orang untuk bertempur, jangan kau anggap kalau
kepandaian silatmu yang paling lihay dan paling top dikolong langit!"
Ibu Sim Soh sia yang berada disisi putrinya dengan sebat
mencengkeram pergelangan tangan gadis itu, tatkala dilihatnya
anak itu bersikeras untuk terjun kedalam arena.
"Li ji! jangan gegabah" serunya gelisah, "kau harus tahu bahwa ilmu silat yang
dimiliki Ban Sian cinjin tidak berada dibawah Bun Kee Seng Hud Buddha hidup dari
selaksa keluarga, terutama sekali
senjata hud timnya yang diselip pedang tajam, kau tak akan mampu untuk
menandingi kemampuannya....!"
Rupanya Giam In kok sudah mulai memahami watak Sim Soh sia
yang keras kepala itu, menggunakan kesempatan ketika nona itu
ditarik tangannya oleh ibunya, dengan cepat ia meloncat maju
kedepan, lalu setelah memberi hormat serunya:
kangzusi.com "Sungguh beruntung aku hari ini, karena dapat bertemu dengan Buddha hidup dari
selaksa keluarga serta Bun Sian cinjin, pertemuan ini boleh dibilang merupakan
suatu kehormatan yang amat tinggi
bagi diriku, tapi sebelum itu aku hendak mengucapkan sepatah kata terlebih
dahulu, totiang ini sama sekali tak ada perselisihan atau sakit hati apapun
dengan diriku, bagaimana kalau aku persilahkan totiang itu buat menyingkir lebih
dahulu ketepi arena?"
Pemuda itu cukup menyadari akan seriusnya situasi yang sedang
ia hadapi pada saat ini, dan diapun tahu ilmu silat yang dimiliki Bun Siang
cinjin sedikit banyak tentu berada seimbang dengan
kemampuan Ban Kee seng hud, jika dua orang gembong iblis itu
sampai turun tangan bersamasama sudah tentu ia bukan tandingan dari lawanya,
oleh sebab itulah dengan menggunakan alasan
tersebut ia bermaksud mengundurkan lebih dahulu seorang musuh
tangguhnya itu. Ban Sian cinjin yang mendengar ucapan tadi tiba-tiba
menengadah keatas dan tertawa.
"Haaah.... hahaaa.... haaaah.... kau adalah anak murid dari Cing Khu sangjin" kenapa
bilang diantara kita tak ada perselisihan
ataupun dendam sakit hati" eeei.... keparat cilik, janganlah
membuat tingkah laku yang begitu rendah serta tak tahu malu,
perbuatanmu itu akan menurunkan derajat suhumu yang sudah
mampus itu!" Sekarang Giam In kok baru tahu kalau diantara perguruannya
dengan gembong iblis itu sudah terlibat dalam perselisihan serta dendam sakit
hati, sadarlah pemuda itu bahwa persoalan yang
terjadi hari ini tak dapat diselesaikan secara damai, maka sambil tertawa
terbahak-bahak sahutnya: "Hahaaa.... hahaaa.... hahaaa.... apakah tempo dulu guruku pernah menginjak ekor
rasemu hingga kutung?"
Sim Soh Sia yang berada disisi kalangan tak dapat membendung
rasa gelinya lagi setelah mendengar perkataan itu, tak tahan dia kangzusi.com
tertawa cekikikan dengan kerasnya.
"Engkoh cilik, nyalimu benar-benar besar....!" seru istri petapa nelayan dengan
nada kuatir. Namun Ban Sian cinjin sama sekali tidak gusar, malahan sambil
tertawa katanya: "Emmmmm, perkataanmu ini rasanya cukup berharga juga untuk didengar, cuma sayang
selembar nyawamu bakal lenyap pada saat
ini juga..... aku lihat nona cilik itu amat memperhatikan dirimu, aaah....! betapa
sayangnya kau harus menyia-nyiakan rasa sayang orang atas dirimu tanpa kau
cicipi lebih dahulu....."
Tanpa sadar Giam In kok segera berpaling dan memandang
sekejap kearah Sim Soh sia yang berada disisi kalangan.
Selembar wajah nona itu kontan saja berubah menjadi merah
padam karena jengah, ia mencibirkan bibirnya dengan gemas lalu
melengos kearah lain. Kemudian setelah melepaskan dari cekalan ibunya, ia meluncur
ketengah udara dan berjumpalitan beberapa kali, sambil mencabut keluar sepasang
pedangnya yang tersoren dipunggungnya, ia
membentak keras: "Hey siluman, mulutmu bau dan pandai mengucapkan kata-kata yang tak benar, kau


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus diberi pelajaran yang setimpal.....!"
Pedangnya segera membentuk sekuntum bunga pedang ditengah
udara, kemudian laksana kilat menerjang kearah imam tua tersebut.
Tiba-tiba Bau Sian cinjin melompat mundur beberapa tombak
kebelakang dengan air muka berubah hebat, lalu bentaknya dengan suara keras:
"Eeei....bukankah ilmu pedang yang kau gunakan adalah ilmu pedangnya iblis langit
serta iblis bumi" apa hubungan mu dengan mereka berdua?"
"Kau tak usah tahu dan tak perlu tahu mengenai persoalan ini, lihat serangan!"
kangzusi.com Ditengah bentakan nyaring, permainan pedang Sim Soh Sia
kembali mengalami perubahan besar, cahaya pedang tampak
memancar keudara, hawa pedang itu menimbulkan suara desiran
yang amat tajam, dengan diiringi deruan angin puyuh ia
menggulung tubuh Ban sian cinjin.
"Ilmu pedang yang amat bagus!" puji Giam In kok didalam hati kecilnya. "Tapi
sayang tenaga dalam yang dimilikinya masih belum cukap mencapai kesempurnaan!"
Setelah mengetahui nona itu memiliki serangkaian ilmu pedang
yang lihay, pemuda itu mengerti bahwa nona itu tak mungkin akan menderita
kekalahan di dalam satu dua gebrakan belaka, sekalipun pemuda itu ada minat
untuk membantu Sim Soh Sia, tapi
berhubung waktunya belum tiba maka diapun hanya berpeluk
tangan belaka disisi kalangan.
Pemuda itu bermaksud menonton jalannya pertarungan lebih
dahulu sambil menilai ilmu pedang nona tersebut, karenanya ia
sama sekali tidak mengubris diri Buddha hidup dari selaksa keluarga lagi.
Agaknya Ban Kee seng hud tidak ingin membiarkan musuhnya
berpeluk tangan belaka, ia tertawa seram seraya berkata:
"Setan cilik! kau jangan melulu nganggur sambil menyaksikan orang lain
bertempur, pertarungan diantara kita tempo dulu itu
belum selesai, ayoh kita selesaikan sekarang juga!"
Bau Sian cinjin yang bertempurpun segera menyambung:
"Hweesio gadungan! bagaimana kalau kita bertaruh" coba lihat siapakah diantara
kita berdua yang berhasil mengirim kedua orang itu pulang kerumah nenek
moyangnya lebih dahulu?"
Secara beruntun Sim Soh sia melancaran beberapa serangan
yang amat gencar, tapi semuanya mengenai sasaran kosong, jangan dibilang melukai
imam tua itu, untuk menjawil ujung jubahnyapun tak mampu, hal ini mambuat
hatinya jadi jengkel, sehingga tanpa terasa ia mendengus dingin, permainan
pedangnyapun jadi kalut kangzusi.com dan kacau tak karuan. Ibunya yang berada disisi kalangan jadi amat kuatir, dengan
cepat ia meloncat ke dalam arena sambil teriaknya:
"Lo ji! jangan gugup dan kuatir, ibu membantu dirimu untuk menghadapi imam tua
itu!" Ban Sian sinjin tertawa dingin, senjata hud-tim yang berada
ditangannya segera di kebutkan kedepan.
"Traaang! traaang!"
Ditengah dentingan nyaring yang amat memekikkan telinga, Sim
Soh sia menjerit kaget dan tahu-tahu sepasang pedangnya sudah
terlepas dari genggaman dan mencelat keangkasa.
Sementara itu Giam In kok telah saling berhadapan dengan
Buddha hidup dari selaksa keluarga, namun pertempuran masih
belum berkobar, menyaksikan kejadian itu dia segera melayang
masuk kedalam arena, cakar rajawali ditangan kanan dan disebelah kiri dengan
tangan kosong segera diayunkan secara bersama kearah depan, bentaknya keras-
keras: "Bangsat tua, jangan kau ganggu kaum wanita yang lemah,
sambutlah seranganku ini!"
"Hmmmm! kaum wanita yang lemah" kalau begitu kau pastilah
kau lelaki yang kuat!"
Di kala Giam In kok berhasil membendung datangnya ancaman
dari Ban Sian cinjin, Sim Soh Sia segera menggunakan kesempatan itu secara baik-
baik, sepasang tangannya diayunkan kedepan
secara berbareng melancarkan pukulan mematikan, sementara
kakinya mengirim satu tendangan kilat.
Bersamaaa itu pula rambutnya dikebaskan kemuka, serentetan
cahaya emas meluncur menembusi angkasa dan langsung
mengancam ulu hati Ban Sian cinjin.
Agaknya imam tua yang kosen itu sudah lama mengenali ilmu
silat serta keampuhan dari iblis bumi dan langit, menyaksikan
kangzusi.com berkelebatnya cahaya keemas-emasan itu, dia berkelit kesamping
lalu mengayunkan tangannya kedepan mencengkeram datangnya
ancaman tersebut. Ternyata benda yang bersinar keemas-emasan tadi bukan lain
merupakan sebatang anak panah yang panjangnya mencapai empat
cun. Ban Siau cinjin segera tertawa terbahak-bahak, serunya:
"Hahaaa...... hahaaa.... hahaaa...... rupanya kau benar-benar menguasai ilmu silat dari
kedua orang manusia iblis itu!"
Giam In kok sendiri pun diam-diam berseru tertahan dalam hati
kecilnya. "Oooooh.....! dialah yang melepaskan anak panah itu, aku masih mengira Yan ji yang
melakukan perbuatan itu!" pikirnya.
Ban Kee seng hud Buddha hidup dari selaksa keluarga yang
merasa paling gusar di antara beberapa orang itu, sebab sekarang ia baru tahu
siapakah yang telah membidikkan anak panah emas
hingga mengakibatkan burung rajawalinya terluka, selangkah demi selangkah ia
maju kedepan, lalu bentaknya dengan penuh amarah:
"Ooooh.....! jadi orang yang telah membokong burung rajawaliku semalam sehingga
terluka ialah kau si perempuan rendah..... budak sialan! kau harus memberi
pertanggungan jawabnya kepadaku!"
Giam In kok meloncat ketengah gelanggang sambil
merentangkan sepasang lengannya kesamping, setelah melindungi
tubuh Sim Soh sia dari mara bahaya, bentaknya keras-keras:
"Buddha gadungan! kau tak usah mencari gara-gara dengan
kaum wanita yang lemah, kalau ada urusan cari diriku.... jangan kau susahkan orang
lain yang tak tahu urusan...."
Pemuda itu kuatir Sim Soh sia menempuh bahaya dan terluka
ditangan lawan, begitu ucapannya selesai diatarakan keluar,
senjata cakar dan telapak tangan bajanya segera di ayunkan
berbareng, cakar rajawali menerkam tubuh ban Sian cinjin
sedangkan telapak tangan kirinya menghantam tubuh Buddha
kangzusi.com gadungan. Meskipun serangan cakar dan tangan kosong ini dilancarkan
bukan menggunakan ilmu ampuh warisan Cing Khu sangjin, akan
tetapi hawa it goan ceng ki telah disalurkan keluar dengan sepenuhnya, kabut
warna putih segera memancar keluar lewat
celah-celah ujung cakar rajawali tersebut.
Ban Sian cinjin jadi ketakutan setengah mati, sambii menjerit
kaget secara beruntun ia mundur sejauh tiga tombak kearah
belakang, serunya dengan suara lantang:
"Buddha gadungan! ilmu sakti warisan Cing Khu sangjin berhasil dia kuasahi,
manusia semacam ini terlalu bahaya untuk dibiarkan hidup lebih jauh dikolong
langit, mari kita singkirkan saja ia dari muka bumi!"
"Eeee.... hidung kerbau tua" jawab Buddha hidup dari selaksa keluarga dengan suara
yang lantang pula, "apakah kau tak mampu untuk membereskannya sendiri?"
Ban Sian cinjin tidak banyak bicara lagi, tubuhnya bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya segera meluncur kearah depan, senjata hud-timnya yang
terdiri dari serat baja segera memancarkan berbintik-bintik cahaya hijau yang
amat menyilaukan mata, diiringi desiran angin tajam langsung mengurung tubuh
pemuda itu. -ooo0dw0ooo- Jilid : 14 DARI dalam sakunya, Buddha hidup dari selaksa keluarga
mengambil keluar senjata kencrengan yang berwarna emas, ketika
diayunkan ketengah udara terlihatlah segumpal cahaya api yang
berwarna biru memancar keseluruh angkasa.
kangzusi.com Petapa nelayan dari sungai Kang ciu jadi amat terkesiap
menyaksikan kejadian itu, tanpa sadar ia berbisik keras:
"Engkoh cilik, hati-hati dengan panah api setan Kui lim ciam serta kencrengan
miliknya!" Manusia iblis bertangan seribu Suma heng yang selama ini
mendongkol terus karena menderita kekalahan yang sangat
memalukan ditangan Giam In kok menjadi sangat marah ketika
dilihatnya kakek tukang menangkap ikan itu banyak bicara, ia
segera meloncat masuk ketengah arena sambil berseru:
"Tua bangka penangkap ikan, kalau kau merasa gatal tangan, jangan cuma mulutmu
yang berkaok, ayo maju sini! akau kuberi
pelajaran yang setimpal kepadamu!"
Nenek tua istri petapa nelayan dari sungai Kang ciu jadi amat
gusar mendengar ucapan yang dianggapnya sangat menghina itu,
dia mendengus dingin dan segera meloncat kedalam arena.
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu jadi amat terperanjat ketika melihat sang
istri hendak maju kedepan menghadapi gembong iblis tersebut, buru-buru ia tarik
tangan bini tuanya itu dan diseretnya mundur kesamping kalangan, serunya:
"Kau tak usah maju kedepan melayani iblis tersebut, tunggu saja ditempat ini
guna melindungi keselamatan bocah ini baik-baik dan aku yang akan menemui
dirinya!" Perempuan tua itu tersentak kaget dan segera mengundurkan
diri kembali ketepi kalangan, setelah berada di sisi Giam In kian, serunya
dengan nada penuh kebencian:
"Hmmm! suatu ketika aku pasti akan menemui kau si bangsat tua untuk diajak
berduel, hari ini kau jangan keburu berbangga hati dahulu!"
Dalam pada itu, Sim Soh sia merasa amat mendongkol sekali,
karena sepasang pedang pendeknya terpukul sampai terpental dan
anak panah pendeknya kena ditangkap oleh Ban Sian sinjin, tambah lagi tubuhnya
ditarik mundur oleh ibunya, maka ketika menyaksikan kangzusi.com
manusia iblis bertangan seribu Suma Heng bertingkah polah tengik ia menjadi naik
pitam, semua rasa marah dan mendongkolnya
segera dilampiaskan keatas tubuh iblis tua itu.
Setelah memungut kembali sepasang pedangnya dari atas tanah,
ia membentak keras: "Tua bangka she Suma, kalau berani ayo keluar dari barisan, kita lihat saja
nanti siapa yang akan berbaring lebih dahulu!"
"Hahaaa.... hahaaa..... hahaaaa..... bocah perempuan, kalau ingin berbaring lebih baik
berbaringlah lebih dahulu, sebab kau adalah seorang wanita, mana ada perempuan
yang berada diatas dan lakinya dibawah?" seru manusia iblis bertangan seribu sambil tertawa
terbahak-bahak. Merah jengah selembar wajah Sim Soh Sia setelah mendengar
perkataan itu, dengan cepat ia dapat menangkap apa yang
dimaksudkan lawannya, maka sambil meludah, tubuhnya segera
bersiap-siap masuk kedalam gelanggang.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring berkumandang
datang, disusul seorang perempuan mencaci maki kalang kabut:
"Suma Heng! jelek-jelek kaupun termasuk seorang jagoan yang punya nama besar di
kolong langit, kenapa mulutmu justru begitu kotor dan pandai sekali mengucapkan
kata-kata cabul yang tak tahu malu..." hmm! kau berani menganiaya muridku sama
artinya berani menghina diriku, jangan salahkan kalau aku si orang tua segera
akan menyayati kulitmu!"
Dari suara perempuan itu, manusia bertangan seribu Suma heng
segera mengenali siapakah pendatang yang tak diundang itu,
dengan suara kaget ia berseru tertahan kemudian dengusnya
dengan nada dingin: "Hmmm! Suto Hong, kalau kau berani, unjukkan dirimu, akan
kupatahkan tulang-tulang bangkotanmu yang sudah pada keriput
itu, hmmm! jangan kau anggap aku jeri padamu, sekarang juga
kangzusi.com akan kutuntut ketidak becusanmu didalam mendidik murid itu!"
Sim Soh Sia yang mengetahui bahwa gurunya si iblis bumi Suto
hong telah munculkan diri ditempat itu, keberanian-nya semakin
tebal, segera teriaknya dengan suara lantang:
"Suhu! bagaimana kalau Soh ji yang mewakili kau orang tua
untuk bertarung lebih dahulu dalam babak pertama?"
"Huuuu.....! jangan nakal, kau masih bukan tandingannya! ayo cepat mundur
kebelakang....." Tampaklah sesosok bayangan putih bagaikan burung bangau
terbang diangkasa melayang masuk kedalam gelanggang, dalam
waktu singkat diantara beberapa orang itu telah bertambah dengan seorang
perempuan cantik yang masih kelihatan berusia muda.
Suto hong termasuk seorang diantara iblis yang sudah tersohor
namanya sejak lima tahun berselang, akan tetapi dalam sekilas
pandangan ternyata ia nampak masih muda, hal ini menunjukkan
bahwa ia pandai merawat diri sehingga tetap awet muda.
Setelah munculkan diri diarena, perempuan itu menggenggam
tangan Sim Soh sia erat-erat kemudian memandang sekejap
kesekeliling arena itu dengan pandangan tajam kemudian baru
ujarnya sambil tertawa: "Siapakah bocah muda itu?"
"Entahlah, akupun tak tahu...." jawab sang gadis sambil mencibirkan bibirnya.
Bila berbicara menurut tingkat kedudukan dalam dunia
persilatan, maka kedudukan Suto hong satu tingkat lebih tinggi dari pada petapa
nelayan dari sungai Kang Ciu, akan tetapi berhubung ia gurunya Sim Soh sia, maka
kedudukannya jadi lebih rendah dua
tingkat kebawah, dua berarti kalau dihitung-hitung kedudukannya malah berada
dibawah petapa nelayan dari sungai Kang ciu.
Terdengar istri dari petapa nelayan dari sungai Kang Ciu itu
kangzusi.com tertawa dan menjawab: "Oooh.... kau belum tahu siapakah dia" bocah itulah yang diberi julukan oleh orang
kangouw sebagai bocah ajaib bermuka seribu!"
Suto hong segera melototkan matanya bulat-bulat, lalu dengan
nada dingin ia segera menegur:
"Siapakah yang menyuruh kau menjawab, aku tadi toh tidak
bertanya kepadamu!" Perempuan istri petapa nelayan dari Sungai Kang ciu yang
terbentur pada batunya, segera menggigit bibir menahan rasa malu dan mendongkol
yang berkecamuk didadanya, cepat-cepat ia
mengundurkan diri kesamping.
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu jadi geli sendiri ketika
menyaksikan istrinya kena batu dan ketanggor, sambil tertawa geli katanya:
"Siapa suruh kau mengusik dirinya, apakah kau tidak tahu bahwa Cianpwee ini
sudah terkenal karena judes dan jahat hatinya?"
Suto hong merasa tak senang hatinya mendengar perkataan itu,
tenpa berpaling ia berseru kembali dengan nada dingin:
"Nyioo toa poo, nelayan sialan! tutup mulutmu yang bau itu, hati-hati kalau
sampai kurobek menjadi dua..."
Petapa nelayan memperlihatkan muka setan kepada istrinya, lalu
tertawa tergelak dan segera membungkam.
Dilain pihak, baik manusia iblis bertangan seribu maupun kedua
orang manusia siluman samasama membungkam dalam seribu
bahasa setelah menyaksikan kemunculan Suto hong, mereka tahu
bahwa iblis langit dan iblis bumi jarang berpisah satu sama lainnya, dengan
kemunculan Suto hong berarti Suto Liong juga berada
disekitar tempat ini. Tampaknya Suto hong sama sekali tak berminat menghadapi iblis


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

manusia bertangan seribu, dia segera mengalihkan sorot matanya
kangzusi.com kearena partarungan dimana Giam In kok sedang melangsungkan
partarungan yang seru melawan Buddha hidup dari selaksa keluarga serta Ban Sian
cinjin. Hawa Ki kang yang dikerahkan Giam In kok kedalam telapak
tangan dan menembus cakar rajawali itu segera menimbulkan
gelembung kabut putih yang menyebar keseluruh angkasa, kabut
tersebut kian lama kian mengumpal menjadi satu dan akhirnya
terbentuklah lapisan kabut yang tebal dan kuat, walaupun
tertembus oleh angin kencang ternyata kabut itu sama sekali tak goyah barang
sedikitpun juga, bahkan sepintas lalu terlihat bukan seperti kabut melainkan
bagaikan sebuah cakar baja yang keras.
Cahaya bintang yang terpancar dari senjata hud-tim Ban Sian
cinjin pun sudah mulai terpancar beberapa depa jauhnya, cahaya
tersebut tiada hentinya bergerak merambat kearah depan.
Sedangkan Ban Kee seng hud dengan senjata kencrengan-nya
memancarkan cahaya api berwarna biru, cahaya tersebut
menggumpal bagaikan sebuah bola api dan berlompatan tiada
hentinya diantara senjata tersebut.
Hal ini semua menunjukkan bahwa tiga orang itu telah
menggunakan segenap hawa Khi kang yang dimilikinya buat
bersiap-siap melakukan serangan maut, apabila tiga tenaga itu
saling membentur satu sama lainnya maka menang kalah akan
terlihat dan mati hidup pun segera dapat diputuskan, oleh sebab inilah maka tak
seorangpun diantara mereka yang berani turun
tangan lebih dahulu, kedua belah pihak samasama saling
berpandangan tanpa berkedip, para penonton disisi arena samasama memusatkan
perhatiannya kedalam arena, siapapun tahu
bahwa pertarungan ini mempengaruhi kehidupan tiga orang itu,
namun siapapun tak dapat menduga siapakah yang akhirnya akan
berhasil memenangkan pertarungan tersebut.
Suasana jadi tegang, setiap orang menahan napas sambil
menyaksikan perubahan yang akan terjadi ditengah arena, suasana jadi sunyi
senyap sehingga tak kedengaran sedikit suarapun.
kangzusi.com Kabut putih yang menggumpal dan membentuk cakar baja itu
kian lama kian bertambah panjang.
Bintang bercahaya hijau itu kian merambat bertambah jauh dari
balik celah senjata Hud tim..
Dua bola api pun makin lama melompat semakin cepat dalam
sepasang senjata kencrengan emas....
Sim Soh Sia yang berdiri disamping gurunya, Suto hong
merasakan jantungnya berdebar keras, keringat dingin telah
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, sepasang alis
matanya berkenyit, ia menggoyangkan tangan gurunya sambil
berbisik lirih: "Suhu..... suhu... menurut pendapatmu, siapakah yang akan
berhasil memenangkan pertarungan itu?"
"Sukar dikatakan, aku sendiripun tak dapat menebak siapakah diantara ketiga
orang itu yang bakal menang!"
"Emmmm...! aku tebak manusia she In itu pasti akan berhasil memenangkan
pertarungan ini...!"
"Siapa yang kau maksudkan sebagai manusia she In itu?" tanya Suto hong dengan
nada keheranan. "......" Sim Soh Sia membungkam dalam seribu bahasa,
kepalanya ditundukkan rendah-rendah.
"Oooohhh! rupanya kau maksudkan si bocah muda itu" ternyata kau suka kepadanya?"
"Ciiiiis...!" Sim soh Sia semakin jengah, "suhu kau ini.... kenapa sih suka menggoda
orang?" "Hmm! masa dihadapanku pun tak berani mementang lebar
jendela dan berbicara secara blak-blakan dengan diriku?"
"Aaaahh...! suhu, kita tak usah membicarakan soal ini, menurut pendapat suhu
sampai kapan ketiga orang itu baru akan saling
bergebrak satu sama lainnya?"
kangzusi.com "Sedari tadi mereka kan sudah bertarung, masa tak melihat
gerak-gerik mereka itu?"
"Bukan... bukan, aku maksudkan begini, aku bertanya sampai kapankah menang kalah
diantara mereka baru bisa ditentukan?"
"Sudah hampir... mungkin sabentar lagi"
Langkah kaki Ban Sian cinjin selangkah demi selangkah bergeser
maju kedepan, Giam In kok tetap berdiri tenang ditempat semula
seolah-olah sama sekali tidak merasa akan hal itu, hanya saja
bayangan mana yang diciptakan oleh hawa murninya mulai tergetar keras, seakan-
akan mendapat tekanan yang maha berat.
Giam In Kian merupakan seorang pemuda yang belum
berpengalaman, tentu saja ia tak dapat melihat dimanakah letak
kelihayan kakaknya, ketika menyaksikan pihak lawan bergerak maju terus kedepan
sehingga jaraknya tinggal satu tombak dengan Giam In kok, tanpa sadar ia
berteriak keras: "Aduuuh celaka.....!"
Jeritan keras itu begitu berkumandang di angkasa, bukan saja
semua jago jadi amat terperanjat, tiga orang yang sedang
bertempur ditengah gelanggang pun samasama terkesiap.
Dengan suatu gerakan yang sangat cepat bagaikan sambaran
kilat, ketiga orang itu samasama menerjang kedepan sambil
melancarkan sebuah pukulan kilat....
"Blaaaam....!" benturan dahsyat menggelegar diangkasa, angin puyuh menyapu seluruh
benda yang berada disekitar tempat itu,
ditengah berkilaun-nya cahaya hijau, terjadilah beberapa kali
ledakan kecil di angkasa.
Sesosok bayangan tubuh bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya terpental balik kebelakang, ketika mencapai dihadapan
para jago, orang itu mundur dengan sempoyongan dan akhirnya
jatuh terduduk diatas tanah.
Sim Soh Sia kaget, tubuhnya dengan cepat menyusul maju
kangzusi.com kedepan, dengan suara gelisah teriaknya:
"Suhu.... suhu... dia telah terluka...! coba lihatlah, dia telah terluka.....!"
"Ssssttt...! siapa sih suruh kau si bocah perempuan gembar-gembor tak karuan"
cepat tutup mulutmu....!" seru Suto hong sambil menggoyangkan tangannya.
Setelah perasaan gugup dan gelisah yang dialami Sim Soh Sia
dapat diatasi, ia baru memeriksa keadaan luka Giam In kok, setelah termenung
sebentar, akhirnya ia menghela napas panjang.
"Suhu.... seorang jago muda yang tangguh mungkin akan
berakhir riwayatnya sampai disini saja!"
Sim Soh sia jadi gelisah bercampur cemas sehingga tanpa sadar
mukanya jadi merah karena hendak menangis.
Giam In Kian pun segera maju kedepan menjatuhkan diri
dihadapan perempuan itu, mohon-nya sambil menangis:
"Cianpwee..... mohon sudilah kiranya kau menolong engkohku...., jangan biarkan aku
hidup sebatang kara...."
"Aaaaiiii.... kecuali disini ada obat mujarab atau Leng ci berusia seribu tahun,
siapa yang mampu untuk menyelamatkan jiwanya?"
Tiba-tiba Suto Hong mencium bau harum yang semerbak tersiar
keluar dari mulut Giam In Kian, ia jadi tercengang dan segera
tanyanya: "Benda apakah yang kau makan?"
Giam In Kian tak tahu apa sebabnya ia mengajukan pertanyaan
yang sama sekali tak ada hubungannya itu, tapi pemuda itu merasa tak enak untuk
tidak menjawab, maka sahutnya:
"Barusan aku makan sari buah naga rotan!"
"Aaaaah..... apakah masih ada sisanya?" tanya Suto Hong dengan mata berkilat
tajam. "Sudah kuhabiskan semua!"
kangzusi.com "Aaaa....!" iblis bumi Suto Hong menghela napas panjang.
"Ini namanya sudah takdir, seandainya masih tersisa beberapa tetes saja maka
kakakmu akan segera sembuh kembali seperti sedia kala, aku lihat satu-satunya
jalan yang bisa ditempuh sekarang
adalah mengambil secawan darah segar dari tubuhmu untuk
menyelamatkan jiwanya!"
"Asal engkoh Kok bisa sembuh seperti sedia kala, walaupun aku harus dibunuhpun
juga bersedia!" "Hmmm! aku sama sekali tak bermaksud untuk membinasakan
dirimu, secawan darah segarmu sudah lebih dari pada cukup!"
Giam In Kian segera menggulung ujung bajunya dan
memperlihatkan lengannya yaag berwarna putih, ia bertanya:
"Cianpwee, bagaimana caranya darah dalam tubuhku bisa
diambil" silahkan kau segera turun tangan!"
Suto Hong melirik sekejap kearah wajahnnya, ketika dilihatnya
pemuda itu menunjukkan keikhlasan dan sama sekali tiada tanda
terpaksa, ia segera menghela napas panjang, ujarnya:
"Memandang keiklasanmu untuk berkorban demi kakakmu, aku
jadi tak tega untuk tetap berpeluk tangan belaka, tetapi benarkah engkau telah
menghabiskan seluruh sari buah naga rotan itu
sebingga setetespun sudah tak ada lagi....?"
"Locianpwee, sari buah itu sama sekali sudah tak ada lagi, itu....cupu-cupunya
masih berada disini!"
Sambil berkata cupu-cupu emas yang semula masih tergantung
dipinggangnya segera dilepaskan dan diserahkan ketangan Suto
hong. Iblis bumi tidak banyak bicara, ia cabut penutup cupu-cupu tadi hingga bau harum
yang semerbak segera tersiar keluar memenuhi
seluruh udara, buru-buru dia mendekatkan mulut cupu-cupu tadi
ketepi hidung Giam In kok, katanya sambil tertawa:
kangzusi.com "Cukup mengandalkan bau harum ini, aku rasa sudah cukup
untuk menyadarkan dirinya dari keadaan pingsannya!"
Melihat gurunya sudah nampak berseri-seri, Sim Soh Sia pun tak
dapat membendung rasa gembiranya lagi, dengan cepat ia berkata:
"Suhu, engkau memang paling suka membuat orang merasa
cemas dan gelisah, coba lihat, hampir saja jantungku copot karena kuatir
sekali..." Suto hong tertawa menyaksikan keadaan muridnya itu, ia berseru
kembali: "Budak cilik, kau jangan keburu senang dahulu, sebentar, kalau ia tak dapat
disadarkan dari pingsannya, kau baru akan menangis dibuatnya...."
Sim Soh sia jadi malu dibuatnya, dengan cepat ia
menyembunyikan diri dibelakang tubuh ibunya sambi1 berseru:
"Ibu....! coba lihatlah suhuku itu.... dia jahat sekali dan suka mengoda orang!"
Ibunya Sim Soh sia merasa sangat geli, namun ia tak sampai
mengutarakan keluar rasa gelinya itu, sambil membelai rambut
anaknya, ia berkata dengan suara lembut:
"Coba kau lihat dua orang yang berada di belakang sana,
rupanya kedua orang iblis itu pun menderita luka yang cukup
parah!" Mendengar perkataan itu, semua orang segera mengalihkan
sorot matanya kearah depan, dimana Buddha hidup dari selaksa
keluarga serta Ban sian cinjin berada.
Pada saat itu kabut putih maupun debu serta pasir telah
membuyar dan kembali seperti biasa, tampaklah Ban Kee Seng hud
serta Ban Sian cinjin sedang duduk bersila diatas tanah,
dibelakangnya berdirilah sekelompok manusia yang baru datang
ketempat itu, sebab sewaktu pertarungan tadi berlangsung, orang-orang itu belum
kelihatan batang hidungnya.
kangzusi.com Dengan pandangan tajam, petapa nelayan dari sungai Kang ciu
menyapu sekejap kearah pendatang itu, lalu dengan hati
terperanjat, serunya dengan nada rendah:
"Aduh... celaka! rupanya Ngo Hong tojin, empat malaikat dari gunung Tiong Lam san,
sepasang jago dari Min hay telah
berdatangan semua, wah, kita bisa dibuat repot!"
Sim Peng yang selama ini membungkam pun diam-diam ikut
mengawasi kekuatan lawannya, dengan cepat ia berkesimpulan
bahwa pihaknya baik dalam jumlah maupun dalam hal ilmu silat
masih belum dapat menandingi pihak musuh, hal ini membuat posisi mereka jadi
terdesak sekali, maka tanpa sadar iapun melirik sekejap kearah Giam In kok.
Terlihat olehnya Suto hong dengan buli-buli berwarna emas itu
masih berdiri serius disisi pemuda itu, setelah membaui Giam In kok dengan bau
harum sari buah tadi, sepasang matanya yang tajam
menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip, ia mencoba untuk
memperhatikan perubahan air mukanya.
Begitu serius dan penuh perhatiannya iblis bumi memperhatikan
si anak muda itu sehingga kemunculan jago-jago tangguh ditempat itu tidak
diketahuinya. Giam In kian sendiripun merasa sangat kuatir akan keselamatan
kakaknya, setelah melirik sekejap kearah pihak lawan, matanya
kembali dialihkan kewajah Suto hong.
Sabagaimana diketahui, pengetahuan tentang ilmu silat yang
dimiliki pemuda ini terlalu sedikit, maka untuk dapat mengetahui tentang keadaan
luka kakaknya, ia mencoba untuk menduga dari
perubahan air muka Suto hong, oleh sebab itulah senyum
kegirangan ataupun kekesalan yang telintas diatas wajah
perempuan itu sangat mempengaruhi pula perasaan hatinya.
Sebaliknya Sim Soh sia yang cantik jelita itu, seringkali
mengalihkan pandangannya kearah Giam In kok, tapi kemudian
dengan wajah yang dingin dan hambar melengos kearah lain,
kangzusi.com sehingga siapapun tak dapat menduga apa yang sedang dipikirkan
budak itu. Dalam pada itu, Ngo hong toojin sekalian yang tiba di tempat itu belum lama
berselang, tetap membungkam dalam seribu bahasa,
karena ia saksikan Ban Kee seng hud serta Ban sian cinjin sedang menyembuhkan
lukanya, maka tak seorangpun diantara mereka
yang berani menggangu ataupun mengusik.
Tetapi setelah hening beberapa waktu dan mereka belum juga
mengetahui siapakah yang sedang mereka hadapi, suasana menjadi
amat riuh. Tiba-tiba imam tua itu membisikan sesuatu kesisi telinga empat
malaikat dari gunung tiong lam san, setelah itu dengan wajah
berseri-seri ia segera berjalan kearah Giam In kok berbaring.
Empat malaikat dari gunung Tiong lam san, sepasang jago dari
Min say serta beberapa orang jago lainnya segera membuntuti dari belakangnya.
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu yang menyaksikan kejadian
itu jadi amat terperanjat, buru-buru bisiknya dengan suara lirih:
"Sim loo tit, mari kita sambut kedatangan mereka itu....! jangan biarkan mereka
mendekat....!" Tetapi sebelum Sim Peng sempat menjawab, Sim Soh Sia sudah
tak dapat menahan diri lagi, ia segera meloncat maju ketengah
kalangan, lalu membentak keras:
"Berhenti! hay toosu hidung kerbau! hendak pergi kemana
kau....?" Ngo Hong toojin tidak menjawab pertanyaan itu, setelah
mengamati gadis itu beberapa saat, dia malah balik bertanya:
"Siapakah kau?"
kangzusi.com "Kau tak usah tahu siapakah aku, sebab itu bukan urusanmu, sekarang jawablah
dahulu apa maksud serta tujuanmu datang


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemari?" "Hmn, budak ingusan! kau benar-benar sombong dan takabur,
ketahuilah bahwa aku serta orang yang sedang terluka itu
mempunyai hubungan yang istimewa sekali"
"Hubungan istimewa bagaimana?"
"Dia merupakan keponakan muridku! cukup rapat bukan
hubungan diantara kami berdua"
"Hmmm! dengan tampangmu yang lucu seperti kunyuk,
potonganmu aneh bagaikan hidung kerbau, bagamana mungkin
manusia jelek macam kau bisa menjadi angkatan tua dari orang itu"
hmm, aku tak percaya!"
Dalam hati kecilnya, Ngo Hong toojin segera menyumpah, ia
merasa amat mendongkol dan benci karena dara tersebut
menghalang-halangi niatnya, akan tetapi ia mempunyai tujuan lain, meskipun dalam
hati kecilnya merasa keki, namun diluaran ia malah tersenyum-senyum.
"Eeeei.... budak cilik, mulutmu memang betul-betul tajam
bagaikan pisau, siapa yang mengajari kau memaki orang dengan
kata-kata semacam itu?"
"Huuuuh....! malas aku bersilat lidah dengan kau tua bangkotan macam kunyuk, kalau
memang kau benar-benar angkatan tua, coba
tunjukan dahulu apa buktinya!"
Sementara itu petapa nelayan dari sungai Kang ciu telah
memburu maju kedepan, setelah memberi hormat kepada imam tua
itu, segera sapanya: "Tootiang! masih kenalkah kau dengan aku si nelayan tua dari sungai Kang ciu?"
Ngo Hong toojin segara tertawa terbahak-bahak.
"Hahaaa.... hahaaa..... hahaaa.... meskipun kalian sepasang kangzusi.com
suami istri berdua sudah banyak tahun lenyap dari keramaian dunia persilatan,
namun aku sebagai sahabat tua bagaimana bisa lupa"
ooh yaa..., bagaimana dengan keponakan muridku yang sedang
menderita luka itu..." apakah lukanya parah sekali" biar kuperiksa dahulu lukanya
setelah ini baru kita bercakap-cakap lagi!"
"Benarkah In siauhiap merupakan keponakan murid tootiang?"
tanya petapa nelayan dari sungai Kang ciu dengan wajah tertegun dan tak percaya.
"Hahaaa.... haaaa.... haaaa... dengan nama besarku dikolong langit, masa aku berani
membohongi dirimu?" "Lalu dia itu merupakan murid siapa?"
"Mula-mula dia merupakan murid dari suhengku yang bernama
Kiau li cinjin, kemudian dalam kesempatan secara tak sengaja ia berhasil
mendapatkan kitab pusaka Cing Khu Hun Pit!"
"Hmm! jangan bermimpi disiang bolong...." dengus Sim Soh Sia dengan nada dingin,
"siapa tahu kalau kau memang sengaja
menggaku-aku saja.....!"
Merah padam selembar wajah Ngo Hong toojin karena jengah
setelah mendegar perkataan itu, dengan suara keras ia segera
membentak: "Kurang ajar.... jadi kau ada maksud menghalangi pinto untuk menolong keponakan
muridku sendiri" ayo jawab, dengan
mengandalkan alasan apa kau hendak menghalangi jalan pergiku?"
"Tootiang, kau tak usah bersusah payah untuk turun tangan
menolong bocah ini!" tiba-tiba iblis bumi Suto hong berkata sambil tertawa.
"Beberapa saat lagi, keponakan muridmu ini akan sadar dengan sendirinya dan ia
tentu akan segera mengucapkan terima kasih
kepadamu!" Semula, berhubung Suto hong berdiri sambil membelakangi tosu
kangzusi.com tua itu, maka Ngo Hong toojin hanya mengetahui bahwa dia
merupakan seorang perempuan dengan potongan badan yang
langsing, menanti iblis bumi itu buka suara, imam tua tersebut baru merasa
terperanjat dan berseru tertahan.
Dalam keadaan begini, tentu saja ia tak sudi berpeluk tangan
belaka, dengan biji matanya berputar ia segera membentak keras:
"Siapa kau" kurang ajar benar.... siapa suruh kau mencampuri urusan perguruanku?"
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, tubuhnya bagaikan
seekor burung rajawali segera menerjang maju kedepan.
Sim Soh sia, petapa nelayan dari sungai Kang Ciu serta Sim Peng bertiga sama
sekali tak menyangka kalau pihak lawan bakal
melakukan kekerasan terhadap mereka secara tiba-tiba, dalam
keadaan gugup, terjangan tersebut tak mampu dihalangi lagi,
dengan gampang sekali toosu tua itu berhasil melampaui mereka
dengan meloncat lewat diatas kepalanya.
Belum hilang rasa kaget yang menyelimuti hati mereka,
tampaklah empat malaikat dari gunung Tiong Lam san serta dua
jago dari Min Hay dengan mata bengis dan wajah menyeringai
seram menerjang datang, terpaksa mereka harus mengerahkan
segenap kekuatannya untuk membendung jalan pergi beberapa
orang itu. Dalam waktu yang singkat cahaya pedang dan bayangan telapak
tangan telah berkilauan memenuhi angkasa, suatu pertarungan
yang sengitpun segera berlangsung dengan serunya.
Perempuan istri nelayan segera mendengus dingin ketika
menyaksikan Ngo Hong toojin menerjang maju kedepan dengan
kekerasan, sebelum pihak lawan sempat melayang turun keatas
permukaan tanah, dari kejauhan dia sudah mengayunkan telapak
tangannya melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah depan.
Waktu itu seluruh perhatian Ngo Hong toojin telah dicurahkan
untuk menghadapi serangan dari iblis bumi Suto Hong, dia sama
sekali tak menyangka kalau seorang nenek tua yang telah beruban kangzusi.com
mempunyai kekuatan tenaga pukulan yang begitu dahsyat, buru-buru sepasang
tangannya didorong keatas untuk menyambut
datangnya serangan tersebut.
"Blaaaaammm......!"
Ditengah benturan yang sangat keras, tubuh istri petapa nelayan itu terdorong
mundur kebelakang sehingga jatuh terduduk diatas
tanah, sedangkan tubuh Ngo Hong toojin berjumpalitan beberapa
kali diudara. Suto Hong segera bangkit berdiri, lalu dengan wajah dingin
menyeramkan, tegurnya dengan suara keras:
"Ngo Hong toojin, kau benar-benar seorang bajingan tua yang tak tahu diri,
baiklah, kalau kau toh belum menyadari akan tingginya langit dan tebalnya bumi,
nyonya besarmu sudah siap menanti
disini, kalau kau merasa punya kemampuan, mari kita saling
bergebrak sebanyak tiga puluh jurus.....!"
"Perempuan anjing!" maki Ngo Hong toojin dengan hati penuh amarah.
Sepasang tangannya segera diputar sedemikian rupa, sehingga
terdengarlah desiran angin tajam yang menderu-deru, lalu tubuhnya menerjang maju
kedepan.... Air muka Suto Hong berubah sangat hebat, napsu membunuh
mulai menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara keras ia
membentak: "Siluman bangkotan....! kalau kau tetap tak tahu diri dan masih terus bersikap
Pedang Dan Kitab Suci 11 Pendekar Slebor 53 Darah-darah Laknat Ratu Maksiat Telaga Warna 2
^