Pencarian

Pendekar Muka Buruk 5

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id Bagian 5


baru-baru ini dirumah kami telah terjadi suatu peristiwa aneh sekali, karena
peristiwa itulah maka kami sekeluarga segera keluar rumah untuk mencari jejaknya
serta mencari tahu duduk perkara yang sebenarnya"
"Peristiwa aneh apa yang telah terjadi?" tanya Giam In kok keheranan.
Tiba-tiba air muka Thian Lan berubah jadi merah jengah, ia
kangzusi.com segara menundukkan kepalanya dan membungkam.
Sedangkan Thian Hui yang berada disisinya segera berteriak:
"Rupanya kejadian itu ada sangkut pautnya dengan dirimu!"
"Ada sangkut pautnya dengan aku?" tanya Giam In kok
terperanjat. Thian Lan segera mengerling sekejap kearah adiknya maksudnya
agar dia membungkam, tapi Thian Hui sama sekali tak ambil peduli, suaranya yang
merdu bagaikan keliningan perak meluncur kembali
dari mulutnya: "Aku hanya menduga bahwa urusan itu kemungkinan besar ada
hubungannya dengan dirimu, sebab pada sebulan berselang
diruang tengah rumah kami secara tiba-tiba muncul sebuah lukisan yang
berpemandangan sangat indah, dalam lukisan tadi terlukis
banyak sekali jago-jago bulim, akan tetapi kebanyakan diantara
mereka sudah mati, yang masih tertinggal hanya seorang
perempuan cantik yang sedang hamil dengan memancarkan rasa
gugup dan kaget serta dua pria yang sedang bertempur sengit
diantara mayat-mayat yang bergelimpangan ditanah.
Bukankah lukisan tersebut mirip sekali dengan kisah yang baru
saja kau tuturkan kepada kami?"
"Aaah! benar, cerita itu memang mendekati kemiripan" jawab Giam In kok setengah
menjerit, "kemungkinan besar perempuan hamil itu memang ibuku, sedangkan dua
orang pria yang sedang bertempur itu salah satu diantaranya adalah ayahku! Dimanakah
lukisan itu sekarang" ada urusan apa kalian mencari kakekmu?"
"Lukisan itu berada diruamah kami! sedang kami sekeluarga
keluar rumah untuk mencari kakek, karenua dibelakang lukisan
tersebut tertulis nama kakek kami, karena itu bisa diduga lukisan itu kalau
bukan dihantar sendiri oleh kakek kami, tentulah dia telah mengutus seseorang
yang ada hubungannya dengan dirinya untuk
menghantar lukisan itu kerumah, atau mungkin juga seorang musuh besar kakek yang
mengirim lukisan itu kerumah, karena itulah kami kangzusi.com
harus menyelidiki persoalan ini hingga jelas!"
Giam In kok termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian ia bertanya: "Enci yaug manis, bagaimana seandainya aku punya hasrat untuk berkunjung kerumah
kalian" apakah cici berdua mengijinkan aku
pergi kesana?" "Apa salahnya?"
Maka perjalanan pun segera dilakukan siang dan malam dengan
cepatnya, dalam perkiraan Giam In kok asal lukisan itu telah dilihat olehnya,
dua orang dalam lukisan itu dapat dikenali, maka tidak sudah baginyaa untuk
meraba asal usulnya. Setelah asal usulnya diketahui, maka diapun bisa membuktikan
pula kalau Giam Ong Hui memang benar-benar telah merampas
ibunya dari tangan ayahnya, serta telah mamaksannya untuk
menjadi selirnya, dalam keadaan begini ia dapat pulang
keperkampungan Ang sim san ceng untuk membalas dendam serta
membinasakan musuh besarnya.
Demikianlah, dengan perasaan sedih, gembira bercampur tegang
sampailah si anak muda itu digedung keluarga Thian.
Siapa tahu ketika lukisan pemandangan itu dibuka dan
diperhatikan dengan seksama, Giam In kok segera berseru kaget
dan berdiri menjublak dengan mata terbelalak serta mulut melongo.
Ternyata dua orang pria yang sedang bertempur sengit itu bukan
lain adalah Giam Ong Hui serta si telapak tangan Giam Tok,
sebaliknya perempuan hamil yang sedang memandang perkelahian
itu dengan kaget dan gugup bukan ibunya, melainkan ibunya yang
kelima Leng Siang In. Penemuan yang diperolehnya secara tiba-tiba ini seketika
mengidikkan hatinya, dengan bukti yang berada didepan mata saat ini menunjukkan
bahwa bahwa dia bukan putra dari telapak sakti
dari Giam Tok seperti apa yang diduganya semula, sebab
perempuan yang hamil itu merupakan istri kelima dari Giam Ong Hui kangzusi.com
atau ibunya yang kelima. Dengan perkataan lain hal ini menunjukkan pula bahwa ia
sebenarnya merupakan putra kandung Giam Ong Hui yang selama
ini dianggapnya sebagai bajingan tua yang hendak dibunuhnya, bulu kuduknya
segera bangun berdiri membuat air mukanya berubah
pucat pias bagaikan mayat.
"Aaah....! rupanya aku benar-benar anak durhaka, ayah sendiri telah kumaki habis-
habisan bahkan hendak kubinasakan pula...."
Thian Lan yang berada disisinya jadi amat terperanjat setelah
menyaksikan perubahan wajah si anak muda itu, buru-buru
tegurnya: "Eeeeii.... kenapa kau?"
Dalam waktu singkat rasa sedih, menyesal, benci, pedih
bercampur aduk dalam benak Giam In kok, ia tak bisa melukiskan
bagaimanakah perasaan hatinya pada saat ini.
Sekarang dia baru tahu bahwa perempuan yang diperebutkan
oleh si telapak tangan sakti dari Giam Tok dengan Giam Ong Hui
bukanlah ibunya melainkan ibunya yang kelima Lang Siang In.
Perduli bagaimanakah tabiat serta tingkah laku Giam Ong Hui,
namun yang jelas ia ayah kandungnya, ayah yang menciptakan dia
hidup dikolong langit, tapi ia telah menganggap ayahnya sebagai musuh bahkan
telah mengutungi pula kakinya... rasa berdosa dan
menyesal semakin berkecamuk dalam benaknya, membuat pemuda
itu merasa mau lagi tetap hidup dikolong langit, maka dia bertekad akan
mengakhiri hidupnya.... Ketika Thian Lau menegur dirinya, pemuda itu segera sadar
kembali dari lamunannya, namun ia tak tahu apa yang musti
dikatakan pada saat itu, setelah menghela napas panjang katanya:
"Tiada perkataan lain yang dapat kukatakan lagi, aku hanya bisa berkata selamat
tinggal dan sampai jumpa lagi pada penitisan yang akan datang....!"
Tidak menantikan reaksi dari kedua orang nona itu lagi, ia segera kangzusi.com
mengenjotkan badannya berlari keluar dari ruangan.
Thian Hui tertegun, kemudian serunya:
"Cici! rupanya ia hendak mengambil keputusan pendek, coba
ingatlah dia berkata, sampai jumpa pada penitisan yang akan
datang?" "Cepat kita kejar!" sahut Thian Lan kemuudian sambil meloncat keluar.
Ketika mereka tiba ditempat luaran, bayangan tubuh Giam In kok
sudah lenyap dari pandangan, mereka segara meloncat naik keatap rumah, pada
belasan meter di depan sana terlihatlah sesosok titik hitam sedang berlari
menjauh. Rupanya Giam In kok telah menduga bahwa kedua orang nona
itu pasti akan mengejar dirinya, maka setelah meninggalkan gedung keluarga
thian, dia segera mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya yang paling sempurna untuk berlalu dari situ.
Dengan kecepatan gerak tubuhnya, tentu saja kedua orang nona
itu tak mampu untuk menyusulnya.
Sang surya telah tenggelam disebelah barat, kegelapan mulai
mencekam seluruh jagad. Pada sebuah lereng gunung yang jauh dari keramaian dunia,
tampaklah sesosok bayangan manusia berlarian seperti banteng gila menuju keatas
sebuah tanah bukit terjal.
Kemana dia hendak pergi" tak seorangpun yang tahu....
Sebuah jurang yang lebat menghadang jalan perginya, si anak
muda itu segera menghentikan langkahnya.
Meskipun pemuda itu kagat karena tiba-tiba dihadapan mukanya
muncul sebuah jurang dengan batu cadas yang berserakan
didasarnya, namun ia tidak gentar mati, sebab ia sudah bertekad untuk mengakhiri
hidupnya dikolong langit ini.
kangzusi.com Setelah berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya diatas
tebing tersebut, pemuda itu bergumam seorang diri:
"Aaaah.....! biarlah aku mati saja, aku adalah anak durhaka yang telah menghina
dan menyakiti ayah sendiri.... biarlah aku mati tanpa liang kubur.... biarlah
mayatku hancur karena menumbuk batu
cadas dan hanyut oleh aliran air sungai yang dibawah...." Ia termangu-mangu
kembali, air mata tanpa terasa jatuh berlinang
membasahi pipinya, kemudian guman-nya kembali:
"Aaaah! tidak, aku tak boleh mati ditempat ini, aku harus kembali kerumah dan
mati dihadapan ayahku, agar ia jadi puas dan tenang hatinya, karena aku anak
durhaka telah menebus dosa dengan
kematian....." Tapi ingatan lain segera membuatnya berubah pikiran:
"Tidak....keadaan itu jauh lebih tidak baik, seandainya ayah tidak membiarkan aku
mati, bukankah aku tak bisa hidup sebagai
manusia dikolong langit" Lagi pula.... kalau aku sampai bunuh diri dihadapan ayah,
ibu pasti sangat bersedih hati... ia tentu akan terluka hatinya menyaksikan
peristiwa tersebut....."
"Aaaai....! mati ada yang enteng bagaikan bulu, tapi ada pula yang berat bagaikan
gunung Tay-san" "Mati...." sebenarnya kematianku ini akan merupakan kematian yang enteng atau
berat"... tidak enteng juga tidak berat....?"
"Mati.... pojoknya mati, perduii amat dengan entang atau berat kematianku ini,
enteng juga boleh, berat juga boleh... hanya orang yang menggotong peti mati yang
tahu badanku berat atau enteng..." Berapa kali dia hendak menerjunkan diri kedalam jurang, tapi
hatinya selalu diliputi keraguan, karena meskipun sudah berjam-jam ia berdiri
ditepi puacak namun kerjanya hanya berguman seorang
diri. Tiba-tiba dan sisi tebing terdengar seseorang tertawa cekikikan, lalu berkata:
kangzusi.com "hiiih... hiiiih.... hiiiih.... rupanya ada orang yang datang kemari untuk belajar
ilmu meringankan tubuh" coba lihatlah dia sedang
mencoba menirukan gayanya burung walet terjun ke jurang..."
"Huuuuh! Jangan ngomong sembarangan, aku lihat ia bukan lagi sedang menirukan
burung walet terbang diangkasa, mungkin diapun seperti kita, datang kemari untuk
mencari tempat yang baik untuk mengubur mayatnya yang nanti setelah mati!"
"Asal ia terjun kebawah jurang, bukankah kematian langsung datang menjemput
dirinya?" "Siapa bilang pasti mati" kalau tangan atau kakinya saja yang kutung" bukankah
sepanjang hidup malah akan menderita
sengsara?" Giam In kok dapat menangkap suara pembicaraan itu berasal
dari seorang bocah lelaki dan seorang bocah perempuan, ketika ia mendengar bocah
sekecil itu hendak cari mati, ia segera menghela napas dan berbisik:
"Sayang.... sayang sekali.... "
Pemuda itu merasa sayang sekali kalau kedua orang bocah yang
masih berusia begitu muda hendak mencari kematian, sebenarnya
dia hendak mendekati kedua orang bocah itu untuk menanyai apa
sebabnya mereka hendak mecari mati, tetapi setelah pembicaraan
itu didengar lebih jauh, baru ia sadar bahwa kedua bocah itu
sengaja sedang mempermainkan dirinya, tanpa terasa hawa gusar
berkobar dalam benaknya. "Aku mau mati toh urusanku sendiri, apa sangkut pautnya
dengan kalian.....?" teriaknya.
Dari balik pohon segera berkumandang suara bocah perempuan
itu menjawab: "Kami datang kemari memang sengaja untuk menyaksikan
engkau mati, ayolah cepat melompat... ayo cepat melompat....!"
kangzusi.com Tiba-tiba dari seberang bukit sana berkumandang seruan
teriakan seorang perempuan:
"Li jin apakah kau sedang bertengkar dengan Cuan ji" eeei...
kalau bertengkar boleh, tapi jangan bunuh diri segala, Cuan-ji kau tak boleh
meloncat turun!" Rupanya perempuan diseberang sana mengira bocah-bocah itu
yang akan terjun kedalam jurang.
Bocah perempuan itu segera tertawa dan menjawab:
Ibu! yang mau meloncat kedalam jurang bukan Cuan ji serta Li?ji melainkan seorang engkoh kecil yang sudah tak ingin hidup......"
"Kalau memang orang lain yang hendak mencari mati, biarkanlah saja dia meloncat
turun kedalam jurang!"
Bocah perempuan itu segera menggandeng tangan bocah lelaki
itu seraya berjalan menghampiri ibunya.
Giam In kok dapat menangkap semua pembicaraan itu dengan
jelas, dari suara perempuan itu diseberang sana yang begitu
terdengar nyaring, ia tahu bahwa orang tersebut mempunyai tenaga dalam yang amat
sempurna, bila ia benar-benar terjun kedalam
jurang dan sampai tertolong olehnya, maka rasa malunya tentu tak terlukiskan
lagi.... hal ini membuat pemuda itu sangsi.
Setelah termenung sejenak lamanya, tanpa mengucapkan
sepatah kata pun ia segera lari menuruni bukit tersebut.
Tiba tiba dari belakang pohon besar suara bocah perempuan itu
berkumandang lagi: "Aku berani tebak, engkoh itu pasti akan pergi kesungai dan mencari mati disitu,
sebab air sungai sedang mengalir dengan
derasnya...." Giam In kok sama sekali tak menggubris sindiran bocah itu, dia
meneruskan larinya menuruni bukit, dan sampailah ia ditepi sungai dengan batu
cadas yang tajam. kangzusi.com Ia melongok kedalam sungai, maka terlihatlah aliran air sangat
deras sekali dengan disana sini nampak batu karang mencuat
keatas. Giam In kok segera berpikir didalam hati:
"Kalau aku terjun kesungai, niscaya jiwaku bakal melayang
meninggalkan ragaku..... badanku pasti akan hancur karena
menumbuk batu karang yang tajam, air sangai yang deras akan
mencuci bersih semua dosaku, biarlah pada penjelmaan yang akan
datang aku bisa hidup lebih bahagia....."
Sesudah mengambil keputusan, diapun berjalan mendekati tepi
sungai dan siap terjun kedalamnya.
Pada saat itulah mendadak dari tempat kejauhan sana ia
mendengar ada seseorang yang sedang berseru dengan suara
tertahan, dan suara itu terasa amat dikenalnya, orang itu berkata begini:
"Ibu! coba lihat bukankah orang itu Ngo-ko?"
Giam In kok segera berpaling, ia melihat ibunya yang ke lima
Leng Siang in serta putranya Giam In Kiam secara tiba-tiba muncul dari balik
batu cadas, segera teringatlah oleh pemuda itu akan apa yang di lihatnya dalam
lukisan di gedung keluarga Thian, pemuda itu merasa berkewajiban untuk
menyampaikan apa yang dilihatnya
itu kepada mereka berdua.
Berpikir demikian diapun mengurangkan niatnya untuk terjun ke
sungai. Dalam pada itu, Lang Siang In telah berteriak keras:
"Kok ji, jangan terjun kesungai..... kau jangan bunuh diri....!"
Sambil berseru, dengan cepat perempuan itu lari menghampiri si
anak muda itu.

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ngo nio, kenapa kalian pun bisa tiba disini" dimanakah ayahku?"
tanya Giam In kok dengan cepat.
kangzusi.com "Siapa yang kau maksudkan sebagai ayahmu?" tanya Lang Siang In dengan cepat.
"Giam cengcu!" "Giam cengcu" bajingan tua itu bukan ayahmu!"
"Aaah! tidak mungkin, dia memang ayahku, aku tahu bahwa
tempo hari telapak tangan sakti dari Giam Tok telah salah menculik diriku,
karena itulah aku mengira dia adalah ayahku tapi sekarang baru aku tahu bahwa
telapak sakti dari Giam Tok itu sebenarnya
bekas suamimu, dan akupun mengetahui bahwa aku sebenarnya
merupakan putra kandung dari Giam Ong Hui..... menginggat aku
telah menghabiskan cairan kemala milik telapak sakti dari Giam tok, maka aku tak
akan menyusahkan kalian berdua, sekarang aku akan
mengembalikkan senjata telapak baja ini kepada kalian, cepat-cepatlah kalian
melarikan diri dari sini.... jangan sampai tertangkap oleh ayahku!"
Lang Siang In menangis tersedu-sedu, dengan air mata
bercucuran hingga membasahi seluruh pipinya ia berkata:
"Kok ji terima kasih atas maksud baikmu itu.... tapi aku berani bersumpah bahwa
kau bukan anaknya Giam Ong Hui, sebab
bajingan itu telah mengatakan sendiri kepada ku, dan ucapanku ini tak bakal
salah lagi!" "Sungguhkah itu?"
"Aku tentu tak akan membohongi dirimu!"
"Lalu siapakah ayahku yang sebenarnya?"
"Apakah ibumu tidak menerangkan kepadamu?" Leng Siang In balik bertanya.
Pamuda itu menggeleng. "Ibu tak pernah memberitahukan apa-apa kepadaku.... tapi...
tapi Ngo nio tidak membohongi aku bukan?"
"Buat apa aku membohongi dirimu" sejak kau pulang kampung
kangzusi.com dan menimbulkan keonaran, aku telah mengenali senjata telapak
tangan baja yang berada ditanganmu itu, dan akupun telah
mengetahui bahwa mendiang suamiku telah salah menculik
anaknya.... dia mengira tentu kaulah putra kandungnya, tapi pada waktu itu aku tak
berani menerangkan hal ini kepadamu, karena
bajingan tua itu mencaci maki ibumu karena sudah melahirkan anak seperti kau
yang telah mengakibatkan kakinya patah, mungkin
ibumu takut jiwanya terancam maka ia bersikeras mengatakan
bahwa kau merupakan anaknya, dalam keadaan apa boleh buat
itulah bajingan tua itu menceritakan suatu rahasia yang amat
besar..." "Rahasia besar apa?" tanya Giam In kok dengan hati tegang.
"Rupanya setelah berhasil melatih ilmu pukulan bayangan darah, sum sum dalam
tubuhnya telah mengalami perubahan besar, yang
mana mengakibatkan ia tak bisa punya anak lagi, kejadian itu sudah berlangsung
semenjak dua puluh tahun berselang!"
"Oooh....! makanya tidak aneh kalau ia saling suka merebut istri orang lain yang
sedang hamil, apakah lootoa In si juga bukan anak kandungnya?"
"Siapa yang tahu tentang persoalan ini" ketika ibumu masuk kedalam perkampungan
Ang sim san ceng akupun belum berada
disitu, setengah tahun kemudian aku baru tiba disana dan ketika itu In si sudah
berusia tujuh, delapan tahunan, benarkah ia anak
kandungnya, mungkin hanya ibu In si yang mengetahui rahasia ini"
Setelah mendengar penjelasan dari Leng Sian in, kesadaran Giam
In kok pun kembali pulih seperti sedia kala, sekarang ia baru tahu apa sebabnya
air muka Giam Ong Hui berubah hebat ketika
menantang dirinya untuk meneteskan darah untuk membuktikan
hubungan darah, sekarang urusan telah jelas dan ternyata ia
memang bukan putra kandungnya.
Teringat kembali tindakan barusan, pemuda itu merasa bulu
kuduknya pada bangun berdiri, seandainya Long Siang in tidak
muncul tepat pada waktunya, mungkin saat ini ia sudah mati
kangzusi.com didalam sungai... Tanpa terasa ia menggertakkan giginya kencang-kencang dan
berseru penuh kebencian: "Aku bersumpah akan menuntut balas atas diri bajingan tua itu, akan ku cincang
tubuhnya jadi hancur berkeping-keping.... sebelum jiwa anjingnya kucabut, aku
merasa tak puas!" Leng Siang In menghela napas panjang.
"Aaai.... Kok ji, sekalipun kau pulang keperkampungan sekarang juga, tak akan kau
temukan dirinya..." "Tapi.... bukankah ia masih berada dalam perkampungan Ang
sim san ceng....?" "Tidak! tiga hari setelah kau membuat keonaran dalam
perkampungan, ia telah membubarkan semua tukang pukul yang
ada disana dan membawa pergi kami beberapa orang serta dayang,
dikala suasana sedang kalut dan kacau balau itulah, kami berhasil melarikan diri
dari cengkeramnya....!"
Giam In kok menghela napas sedih, air mata tanpa terasa jatuh
berlinang membasahi pipinya.
"Kok ji! kau tak usah menangis ataupun bersedih hati" hibur Leng Siang In dengan
suara lirih, "siksaan batin memang tak dapat dihindari lagi oleh ibumu, tetapi
selembar jiwanya tak akan
terancam bahaya, sebab bajingan tua itu hendak mempertahankan
selembar jiwanya agar ia bisa menuduh kau sebagai anak durhaka
yang tidak berbakti!"
"Sungguh aneh sekali, kalau memang ia sudah tidak
menganggap aku sebagai putranya, kenapa ia hendak menuduh aku
sebagai anak durhaka yang tak berbakti?"
"Ketika ia memaki ibumu, kebetulan kejadian itu berlangsung dikamar sebelahku,
tak ada orang lain yang mendengar kecuali
aku!" kangzusi.com "Eeeem.... ! sekalipun harus mencari keujung langit atau dasar lautanpun, aku
hendak mencari bajingan tua itu sampai ketemu!"
"Kok ji, dimanakah kau telah berjumpa dengan ayahnya Kian ji"
dapatkah kau menceritakan pengalamanmu itu kepada kami?"
Gian In kok tak ingin menutupi kisah yang sebenarnya, maka
diapun menceritakan apa yang dialaminya selama ini.
Mendengar kisah tersebut, Leng Siang In menangis tersedu-sedu,
tiba-tiba ia menjatuhkan diri berlutut dihadapan Giam In kok, hingga membuat
anak muda itu terkejut dan segera ikut menjatuhkan diri berlutut diatas tanah,
buru-buru serunya: "Toa nio, jangan berlutut.... Kok ji tidak berani menerimanya!"
"Tidak! engkaulah yang telah mengebumikan jenasah suamiku, sudah sepantasnya
kalau kau menerima sebuah penghormatan
ku.... Kian ji! ayo cepat berlutut dan mengucapkan terima kasih atas budi yang
telah diberikan kepada kita berdua!"
Mendenggar perkataan itu Giam In Kian segera menjatuhkan diri
berlutut di atas tanah. Giam In kok jadi semakin gelisah, sehingga ia tak tahu apa yang musti dilakukan,
buru-buru teriaknya: "Toa nio, cepat bangun....!"
"Aku masih mempunyai satu persoalan yang hendak
kumohonkan padamu, apakah Kok ji suka mengabulkan-nya?" kata Leng Siang In
kemudian dengan air mata bercucuran.
"Kok ji lelah mendapat budi kebaikan dari Giam tayhiap, sejak semula aku telah
menganggap ia sebagai ayahku dan Toa nio
sebagai ibuku, bila Toa nio ada perkataan silahkan diutarakan
keluar, Kok ji pasti akan menurutinya....!"
Dibalik kemurungan yang menyelimuti wajah Leng Siang In
segera terlintas senyum kegirangan, sambil menahan
sesenggukkan, segera ujarnya:"Asal kau bersedia memenuhi permintaan ku, hal itu sudah lebih kangzusi.com
dari cukup bagi diri ku, semoga saja kau bisa memandang diatas
wajah ayahnya dan bersedia mewariskan ilmu silat kepada adik
Kianmu....." "Tentu saja aku bersedia mewariskan ilmu silatku untuk adik Kian" sela Giam In
kok dengan cepat, "malah Kok ji merasa menyesal karena cairan kumala dalam buli-
buli telah diminum habis, sebenarnya cairan kemala itu lebih pantas kalau
diminum oleh adik Kian.... sekarang rasanya aku memang hanya bisa mewariskan ilmu
silatku kepadanya sambil mencari kesempatan untuk membantu
meningkatkan tenaga dalamnya...."
"Kok ji, kau memang berbudi luhur dan baik hati, Thian pasti akan melindungi
dirimu sehingga suatu hari kau bisa berkumpul
kembali dengan ibuma....!"
Dengan air mata bercucuran Leng Siang In memeluk tubuh Giam
In kok kedalam pelukannya, kemudian ujarnya lagi:
"Kian Ji, dengarlah baik-baik perkataanku ini! selama enam belas tahun ibumu
menanggung derita dan penghinaan, tujuanku tidak
saja hanya ingin menyaksikan kau tambah dewasa serta membalas
dendam bagi ayahmu, kau harus menghormati serta mendengarkan
perkataan dari engkoh Kok mu dan engkau harus menganggap
dirinya sebagai ganti orang tuamu, dengan demikian hatiku baru
bisa tenteram!" "Ibu, Kian ji mengerti!" jawab Giam In Kian cepat.
"Baiklah, kalau kau memang bisa menuruti perkataanku itu,
ibumu bisa pergi dengan hati tenang!"
Selesai berkata, tiba-tiba ia mendorong tubuh Giam In kok
kesamping, sementara ia sendiri segera menggunakan kesempatan
tersebut untuk menerjunkan diri kedalam jurang.
Giam In kok tidak menyangka kalau perempuan itu bakal
melakukan tindakan yang begitu nekat, dalam keadaan yang tidak
berjaga-jaga tubuhnya yang didorong jatuh terjungkal keatas tanah, menanti ia
berhasil meloncat bangun dari atas tanah, tubuh Leng kangzusi.com
Siang In telah lenyap dibalik jurang.
Buru-buru ia menerjang tubuh Giam In Kian dan memegangi
erat-erat sambil berseru:
"Adik Kian, tabahkan hatimu...."
Giam In Kian sangat gelisah, ia berteriak-teriak memanggil
ibunya namun ditengah udara hanya berkumandang suara ibunya
yang amat lirih: "Anak Kian, baik-baiklah hidup jadi manusia, hari ini ibu akan mati dengan mata
meram!" Terdengar percikan bunga api bermuncratan keudara, tubuh
Leng Siang in yang tercebur kedalam sungai seketika tertelan
ombak dan lenyap tak berbekas.
Giam In kok tak dapat berbuat apa-apa kecuali mendekap tubuh
adiknya sambil menangis sedih.
Malam sangat gelap, bintang bertaburan diangkasa... waktu
menunjukkan kentongan ketiga dan angin malam berhembus lewat,
membawa hawa dingin yang menusuk tulang.
Tiba-tiba Giam In kok tersentak kaget, ia merasa tanggung jawab yang diembankan
diatas bahunya terasa amat berat, buru-buru
serunya: "Adik Kian! jangan menangis terus.... menangis bukanlah suatu tindakan yaag tepat
untuk menyelesaikan persoalan, kita harus
mencari suatu tempat yang terpencil letaknya untuk berdiam, mulai besok akan
kuwariskan seluruh ilmu silat yang pernah ku pelajari kepadamu!"
Giam In Kian tidak berkata apa-apa, ia segera menjatuhkan diri
berlutut kearah sungai dan menjalankan penghormatan sebanyak
sambilan kali sebagai tanda penghormatan terakhir bagi ibunya,
kemudian dengan sedih katanya:
"Sejak aku serta ibuku berhasil melarikan diri kesini, kami selalu bersembunyi
dibawah batu besar itu, didalam tanah itu terdapat
kangzusi.com sebuah ruang rahasia kecil!"
"Oooh..... ya" kalau begitu mari kita periksa ruangan tersebut!"
Maka berangkatlah Giam In kok dan Giam In Kian menuju
kebawah batu besar tersebut, tempat itu merupakan sebuah celah
batu sempit dan berliku-liku letaknya, ketika mereka menerobos
masuk kedalam, muncullah sebuah goa batu seluas beberapa depa,
dalam ruang goa itu terdapat meja yang terbuat dari batu serta
sebuah lubang kecil yang dapat dipakai untuk mengawasi sungai.
Menyaksikan kesemuanya itu, Giam In kok tercengang, segera
ujarnya: "Kalau dilihat keadaan tempat ini, rupanya ada orang yang
pernah berdiam disini, bagaimana cara kalian menemukan tempat
tersebut?" "Ketika kami tiba disekitar tempat ini, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya,
kami segera mencari tempat untuk berteduh, dan secara tak sengaja kami menemukan
tempat ini!" "Kalau begitu bagus sekali, kita bisa berlatih ilmu siiat diatas tebing.... dan
kalau malam kita bisa tidur disini.... eei.... bau apa ini"
ehmm harumnya....." Setelah mencium bau tersebut, Giam In kok segera memasang
mata baik-baik dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, ia merasa bau
harum itu aneh sekali dan semakin dicium baunya
semakin tebal. Seluruh ruangan sudah diperiksa dengan seksama,
namun tiada suatu bendapun yang mencurigakan hatinya, pemuda
itu mulai tercengang dan merasa tak habis mengerti.
Bau harum itu kian lama kian bertambah tebal, sehingga Giam In
Kian pun dapat mencium bau tersebut, tiba-tiba serunya:
"Engkoh Kok! rupanya bau harum ini berasal dari balik gua batu itu.... ayo kita
periksa keadaan disana!"
kangzusi.com Giam In kok segera mendusin, dengan cepat ia berjalan menuju
kearah goa kecil yang bisa dipergunakan untuk memandang sungai, ternyata dugaan
Giam In kian tidak salah, bau harum itu memang
benar-benar berasal dari balik lubang itu.
Lubang batu itu luasnya hanya beberapa depa dangan tebal tiga
depa, sekarang pemandangan disungai dapat terlihat dengan jelas, akan tetapi
pemandangan dikedua belah sisinya sama sekali tak
kelihatan. Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, ia segera
melepaskan pakaiannya, membiarkan pedang pendek serta buli-buli emas masih
tergantung dipinggangnya, setelah menarik napas
panjang dia mengerahkan tenaganya untuk menyusutkan badannya hingga menjadi
kecil. Diiringi tarikan napas panjang tubuhnya menyesut kian lama kian bertambah kecil
sehingga akhirnya berubah jadi kecil sekali hingga menyerupai seorang bocah
berusia empat lima tahunan, pada saat
itulah badannya segera merangkak masuk lewat lubang tadi.
Setelah menerobos masuk lewat lubang tersebut, ia dapat
menyaksikan pemandangan disekitar sana dengan lebih seksama,
ternyata disana terdapat serangkai tumbuhan rotan hijau yang
menggelantung dari ujung kiri melingkar kekanan, pada ujung rotan hijau tersebut
tumbuhlah sebiji buah hijau sebesar kepalan tangan, dibawah sorot cahaya
rembulan terlihatlah buah itu memancarkan
cahaya hijau yang amat menyilaukan mata.
"Aaah....! buah ajaib..." teriak Giam In kok dalam hati kecilnya.
Dari kitab catatan buku pertabiban milik tabib sakti dari gunung Lam-san yang
pernah dipelajarinya, dia tahu bahwa buah naga
rotan yang berwarna hijau merupakan suatu buah langka dengan
khasiat yang luar biasa, bila orang biasa yang makan buah itu maka badannya akan
menjadi sehat dan awet muda, sebaliknya kalau
orang itu berkepandaian silat maka tenaga dalamnya akan
mendapat kemajuan yang pesat.
kangzusi.com

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giam In kok segera mengambil keputusan untuk memetik buah
langka tadi untuk dihadiahkan kepada Giam In Kian.
Ia segera menerobos keluar dari lubang tadi dan mulai merambat
pada tumbuhan rotan itu, mendadak hatinya merasa terperanjat,
ternyata dihadapan buah langka warna hijau tadi melingkarlah
seekor ular berbisa sebesar lengan yang tubuhnya memancarkan
cahaya tajam. Ia tahu, dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya tidak sukar baginya untuk melayang kesana serta
memetik buah tersebut, tetapi dihadapannya justru terdapat seekor ular bermata
satu yang menjaga buah tadi, hal ini membuat ia jadi serba salah.
Ular bermata satu itu merupakan ular yang sangat berbisa, bila
terpagut oleh taringnya yang beracun, jiwanya niscaya akan
melayang meninggalkan raganya.
Dalam pada itu, ular berbisa bermata satu itu sudah merambat
dua depa lebih kedepan, saat ini jaraknya dengan buah langka tadi tinggal lima
depa lagi, pemuda itu tahu jika dia merasa ragu-ragu lagi maka ular berbisa itu
yang akan mendahului dia untuk
mencaplok buah tadi. Giam In kok segera mengambil keputusan dalam hatinya,
bagamanapun juga ia bertekad hendak memiliki buah langka itu,
sekalipun mara bahaya bakal mengancam jiwanya.
Setelah berpikir sebentar, dia segara mengenjotkan badannya
dan meluncur kearah buah tadi.
Jarak antara buah berwarna hijau itu dengan ujung lubang
didinding batu karang lebih kurang erpaut belasan tombak jauhnya, sekalipun
begitu dengan kecepatan gerak tubuh yang dimiliki Giam In kok, hanya dalam
sekali kelebatan saja ia telah tiba di tempat tujuan.
Siapa tahu, baru saja tangannya hendak menyambar buah
berwarna hijau tadi, tiba-tiba....
kangzusi.com "Waeeeesss!" Segulung kabut berwarna kuning telah menyembur keluar dan
datang mengancam tubuhnya.
Rupanya sejak permulaan tadi Giam In kok telah menduga kalau
ular bermata satu itu akan menyemburkan bisanya, dengan cepat
tubuhnya merendah kebawah dan telapak kirinya melancarkan
sebuah babatan kearah kabut kuning tadi, sementara tangan kanannya cepat-cepat
menyambar buah tersebut. Termakan oleh angin pukulannya yang gencar, kabut kuning
yang disemburkan oleh ular bermata satu itu segera menyebar
keudara dan hilang terhembus angin.
Dengan telak pula buah naga rotan tadi tersambar oleh tangannya.
Tetapi dengan kejadian ini Giam In kok terperosok dalam
keadaan bahaya, karena harus melakukan serangan uutuk
membuyarkan kabut kuning tadi, ia telah mengerahkan tenaga
dalamnya jauh lebih besar, rotan tempat ia pegang sebagai
penyangga badannya tak kuat menahan berat badannya lagi
dan..... "Kreaaaakkk!" Tali rotan itu terputus jadi beberapa bagian.
Termakan oleh getaran tersebut, buah yang berada ditangannya
segera terlepas dan jatuh kedalam jurang.
"Aduuuh celaka!" teriak Giam In kok.
Sepasang kakinya segera menjejak keatas dinding batu dan
laksana kilat tubuhnya meluncur kedepan menyambar buah tadi,
meski pun buah tersebut akhirnya tertangkap juga, namun
tubuhnya sudah terlanjur terjerumus kebawah dan jatuh kedalam
jurang. kangzusi.com Tampaknya pemuda itu bakal mati tertelan air sungai yang
mengalir dengan derasnya itu....
Pada saat yang keritis itulah tiba-tiba dari tengah udara
menyambar datang seekor burung rajawali raksasa, dengan
cepatnya burung itu menyambar ikat pinggangnya dan
membawanya terbang keangkasa.
Giam In kok merasa amat terperanjat, hingga berkeringat dingin, tanpa terasa
badannya sudah basah oleh keringat, diam-diam ia
bersyukur karena tubuhnya tidak jadi tertelan oleh aliran sungai yang deras itu,
namun hatinya tetap tidak lega, sebab sekarang
tubuhnya sedang dibawa terbang seekor burung besar.
Burung rajawali itu terbang beberapa saatnya diudara, kemudian
membawanya turun keatas sebidang tanah datar diatas dinding batu karang itu.
Giam In kok berdiri termangu-mangu, ia tak tahu apa yang musti
dilakukan olehnya, sebelum ia sempat berbuat sesuatu, burung tadi sudah terbang
kembali menuju tebing dimana tadi ia berada.
Tak selang beberapa saat kemudian burung itu muncul kembali
dan kali ini di atas punggung burung tadi duduk seorang kakek.
Dengan cepat kakek tadi meloncat turun ketanah setelah burung
itu dekat dengan Giam In kok, lalu sambil mengawasi pemuda itu
dengan tajam kakek itu berkata:
"Hey, bocah rupanya kau telah berhasil mendapatkan buah
langka itu" tahukah kau, bahwa aku sudah beberapa bulan lamanya berada disini
untuk menantikan masaknya buah tersebut?"
"Cianpwee... sia.... siapakah kau?"
"Engkau tak usah tahu siapakah aku, ketahuilah bahwa aku
menolong dirimu barusan karena di tanganmu membawa buah
langka itu, jika tidak, hmmm.... perduli amat mau mati atau
tidak....!" kangzusi.com "Tapi.... tapi.... cianpwee, aku dapat buah ini dengan bersusah payah dan lagi
mempertaruhkan jiwa ragaku, masa kau hendak
memintanya dengan begitu saja?"
"Hmmm, menempuh bahaya atau tidak itu bukan urusanku,
seandainya buah itu tidak keburu kau ambil, akupun bisa
memetiknya dengan amat mudah sekali!"
Giam In kok jadi terdesak, ia tak takut menghadapi kakek
penunggang rajawali itu, tapi ia merasa sungkan untuk menghadapi karena merasa
jiwanya sudah diselamatkan oleh burung
rajawalinya. Setelah memutar otak beberapa saat lamanya, pemuda itupun
segera berseru: "Aaaaah, belum tentu cianpwee! bukankah disitu masih ada
seekor ular bermata satu yang sangat beracun" apakah kau merasa mampu untuk
menghadapi ular tersebut?"
Kakek penunggang burung rajawali itu segera menengadah dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaaah... haaah... haaah... ular bermata satu" ular tersebut telah kubunuh hingga
hancur, dan racunnya kini telah mengotori seluruh permukaan sungai, barang siapa
berani minum air sungai itu maka dia bakal mati keracunan!"
Giam In kok tahu musuhnya itu sangat lihay, besar kemungkinan
buah langka itu akan dirampas olehnya, maka menggunakan
kesempatan dikala kakek itu sedang berbicara dengan penuh
perasaan bangga, diam-diam ia membuka buli-buli emasnya,
kemudian dengan cepat ia memeras buah tadi menjadi cairan dan
diisikan kedalam buli-buli tersebut.
Semua tingkah lakunya itu dilakukan sangat cepat, cekatan dan
sama sekali tidak meninggalkan bekas, menanti kakek itu telah
menyelesaikan kata-katanya, buah tadi pun sudah dirubahnya
menjadi cairan. Dengan berpura-pura kaget, ia segera berseru:
kangzusi.com "Aaah....! bagaimana nasib orang-orang itu kalau mereka sampai minum air sungai
tersebut" kau benar-benar keji cianpwee, mereka toh tidak bersalah, mengapa kau
tega benar untuk mencelakai
orang banyak?" Kakek penunggang rajawali itu tertawa tergelak, serunya
kemudian: "Itu bukan urasanmu dan lebih baik kau tak usah
mencampurinya, sekarang lebih baik kita bicarakan saja soal buah yang berwarna
hijau itu.... apakah kau memang benar-benar tak
mau menyerahkan kepadaku?"
"Tidak!" jawab Giam In kok sambil tertawa, "sekalipun kau bunuh akupun tak
mungkin kuserahkan padamu!"
Rupanya kakek itu menjadi sangat marah dan mengumbar hawa
amarahnya, tapi dengan cepat ia menjadi tenang kembali, katanya kemudian:
"Baiklah, bagaimana kalau kutukar buah itu dengan kepala ular bermata satu yang
berhasil kubunuh itu?"
"Dimanakah kepala ular itu?"
"Dalam sakuku, apakah kau bersedia" kata kakek itu kegirangan
"Jangan keburu senang dulu! aku tidak berjanji untuk memenuhi keinginanmu itu...."
Kakek itu tak bisa membendung hawa amarahnya lagi, ia segera
menerjang maju sambil melancarkan satu pukulan dahsyat.
Giam In kok tak mau menyambut datangnya ancaman tersebut
dengan kekerasan, setelah disambutnnya serangan tersebut, ia
pura-pura jatuh terduduk diatas tanah.
Menggunakan kesempatan itulah, Giam In kok menyambar
sebuah batu merah, lalu digenggam ditangan lalu berlagak seolah-olah buah itu
masih berada digenggaman-nya.
Kemudian sambil merangkak bangun ujarnya:
kangzusi.com "Waaah....! kau memang lihay sekali, aku merasa tak mampu
untuk menahan serangan mu itu.... tampaknya buah langka ini
bakal terjatuh ketanganmu.... baiklah! Daripada aku kena kau hajar sampai babak
belur, silahkan kau menerima buah ini dari tanganku!"
Sambil berkata pemuda itu perlahan-lahan bergeser ketepi
sungai. Kakek penunggang rajawali itu jadi kegirangan setengah mati,
sambil maju menghampiri pemuda itu katanya:
"Nah, begitu baru anak pintar, ayo cepat bawa kemari buah
itu....." "Ambillah buah itu didalam sungai...!"
Tiba-tiba pemuda itu tertawa geli sambil melemparkan batu tadi
kedalam sungai. Dengan cepat batu itu tenggelam kedalam sungai dan lenyap tak
berbekas. Kakek itu segera tertawa bengis, ia maju melancarkan sebuah
pukulan sedang mulutnya berseru:
"Hmmm! buah itu sudah kau buang kedalam sungai, sebagai
gantinya maka kau harus menyerahkan buli-buli emas yang
tergantung dipinggangmu itu untuk ku!"
Glam In kok tertawa nyaring, ia menyingkir kesamping dan
menjawab: "Eeeei.... eei.... bukankah tadi yang kau minta adalah buah langka berwarna hijau
itu, kenapa sekarang kau malah meminta
buli-buliku?" "Setan cilik! sebenarnya kau bersedia memberi kepadaku atau tidak?"
Giam In kok tertawa terbahak-bahak.
kangzusi.com "Hahaa.... hahaa.... haaaah.... bajingan tua, kalau memang kau merasa mempunyai
kemampuan, silahkan untuk dicoba
mengambilnya sendiri!"
Sambil berkata ia segera memutar badannya menuju kearah
bukit karang yang terbentang dihadapannya.
Agaknya kakek itu sudah dibikin gusar oleh tipuan serta ejekan
anak muda tersebut, sambil membentak keras dengan suaranya
bagaikan guntur itu ia segera mengejar dari belakang.
-ooo0dw0ooo- Jilid : 11 TIDAK lama kemudian sampailah Giam In kok diatas sebuah
bukit yang terjal. Baru saja ia hendak mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
untuk kabur lebih jauh dari sana, mendadak dari atas udara
berkumandang datang suara desiran angin yang amat tajam,
pemuda itu buru-buru menengadah keatas, tampaklah burung
rajawali milik Kakek tua itu mendadak menukik kebawah dan
menyambar tubuhnya. Giam In kok merasa sangat terperanjat, buru-buru ia membentak
keras: "Enyah kau dari sini!"
Sepasang tangannya didorong kedepan, segulung angin pukulan
yang sangat dahsyat segera menyapu kearah burung tersebut.
Walaupun burung rajawali itu berbadan besar sekali, tetapi
binatang tersebut rupanya ngeri juga menghadapi pukulan sang
pemuda yaag amat kencang dan keras itu, sepasang sayapnya
segera menyambar kebawah....
"Braaaaak....!"kangzusi.com
Pasir dan debu berterbangan diangkasa, meminjam tenaga
pantulan tadi ia terbang kembali ketengah udara.
Dalam serangannya barusan Giam In kok telah mempergunakan
tenaga dalamnya sebesar tujuh bagian, menyaksikan pukulan itu
tidak berhasil melukai tubuh burung rajawali itu, diam-diam ia
merasa sangat terperanjat.
Ia segera berpaling kebelakang, tampaklah kakek tua itu sudah
berada sepuluh tombak dibelakangnya, dengan nada nyaring
pemuda itu berteriak: "Bajingan tua, sebenarnya siapakah kau?"
"Hahaaa.... haaaa..... hahaa..... siapakah aku tak usah kau ketahui, mengingat usiamu
masih muda dan ilmu silatmu kau
dapatkan dengan tidak gampang, asal kau bersedia menyerahkan
buli-buli yang berisikan cairan buah langka itu, akupun suka
mengampuni selembar nyawamu!"
Giam In kok jadi sangat terkejut dan berdiri melongo setelah
mendengar ucapan itu, pada mulanya dia mengira perbuatannya
memeras buah warna hijau tadi hingga menjadi cair yang disimpan dalam buli-buli
itu tak diketahui oieh pihak lawan, siapa tahu kakek itu ternyata sudah
mengetahuinya sejak tadi.
Tanpa terasa lagi ia berseru:
"Bajingan tua, dari mana kau tahu kalau buah itu sudah kuperas jadi cairan dan
kusimpan dalam buli-kuli?"
"Hahaa.... haaaaa... hahaaa... kau anggap dengan membuang
batu kedalam sungai, maka lantas kau anggap berhasil
mengelabuhiku" ketahuilah aku bukan anak kecil yang berusia tiga tahun, semua
tingkah lakumu sudah kuketahui sedari tadi, selama ini aku membungkam terus
lantaran ingin melihat permainan licik apa lagi yang akan kau perlihatkan
padaku....! tahukah kau bocah setan?"
Sekarang Giam In kok baru mengetahui akan kecerdikan serta
kelihayan kakek tua penunggang burung rajawali itu, diapun sadar kangzusi.com
andaikata kakek itu bekerja sama dengan burung rajawali untuk
mengerubuti dia seorang, maka belum tentu ia dapat menangkan
pertarungan itu. Oleh sebab itu sambil memutar otak mencari akal untuk
meloloskan diri dari kejaran kakek itu, ia mendengus dan berkata:
"Bajingan tua, kau tak berani menyebut namamu.... mungkin
namamu memang takut diketahui orang?"
"Omong kosong, burung rajawali itu merupakan lambangku yang paling nyata!"
"Oooh....! jadi kalau begitu kau adalah mahkluk aneh berbulu dan bersayap seperti
burung?" Kakek penunggang burung rajawali itu amat gusar, ia berteriak-teriak seperti
orang gila dan segara menerjang maju kedepan sambil melancarkan sebuah babatan


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kilat. Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar-benar
luar biasa sekali, angin pukulan itu bagaikan angin puyuh yang
menyapu bumi, seluruh pemandangan jadi gelap karena pasir
berpusing dengan kencangnya, Giam In kok seketika merasakan
kuda-kudanya tergempur, dalam keadaan tak bisa menguasai diri,
tahu-tahu tubuhnya sudah terlempar sejauh tiga empat puluh
tombak jauhnya dari tempat semula.
Bagaimanakah terjadinya hal tersebut" pemuda itu sendiripun tak tahu, ia hanya
bisa berdiri termangu-mangu sambil memandang
musuhnya itu. Sesaat kemudian Giam In kok baru mendusin dari lamunannya,
secepat kilat ia kabur dari sana.
Berapa saat lamanya kakek pemanggang burung rajawali itu
tertegun, kemudian ia baru sadar akan apa yang telah terjadi,
segera bentaknya: "Sekalipun kau melarikan keujung langit pun, aku akan tetap menangkap dirimu!"
kangzusi.com "Hahaa.... hahaaa.... haaaah.... sauya tak takut kalau hendak kau kejar, dan
sebelumnya aku ucapkan terima kasih dulu atas angin
pukulanmu yang telah menghantarkan aku sampai disini!"
Rupanya secara diam-diam hawa murninya telah disalurkan
keseluruh tubuh, ditambah pula hawa sakti It goan ceng ki
dikerahkan untuk melindungi seluruh tubuhnya, karena itulah ketika angin pukulan
yang dilancarkan kakek penunggang burung rajawali itu menempel diatas tubuhnya,
ia segera menjejakkan kakinya
keras-keras ketanah dan meluncur kedepan jauh lebih cepat dari
pada keadaan diwaktu biasa, dengan sendirinya jarak diantara
mereka berduapun segera selisih jauh sekali.
Bagaikan hembusan angin, ia masuk kembali kedalam gua batu
dimana Giam In kian ditinggalkan tadi, siapa tahu bukan saja
bayangan tubuh adiknya sudah tidak terlihat lagi hanya diatas meja tertinggal
secarik kertas yang berbunyi demikian:
"Jika kau menginginkan kembali manusia serta barangmu, maka tiga hari lagi
silahkan membawa buah rotan serta kepala ular
bermata satu untuk menebusnya!"
Dibawah surat itu terlukis sepasang tanda yang saling bersilang sebagai tanda
pengenal bagi penulis surat itu.
Dengan terjadinya peristiwa ini, Giam In kok jadi naik pitam dan marah sekali,
dia mencak-mencak seperti monyet kena terasi,
sedang mulutnya mencaci maki kalang kabut.
Pada saat itulah dari luar gua berkumandang datang suara
teriakan kakek penunggang burung rajawali dengan suara nyaring, teriaknya:
"Setan cilik! kalau kau tidak segera menggelinding keluar dari tempat itu, akan
ku gunakan alang-alang untuk membakar goa
tersebut.... hmm! akan kulihat dalam keadaan begitu kau akan
kabur kemana lagi....?"
Pemuda itu tahu bahwa suara tersebut dipancarkan oleh kakek
kangzusi.com penunggang burung rajawali itu dengan ilmu menyampaikan suara,
hatinya semakin gusar bercampur mendongkol, sumpahnya:
"Bagus sekali! kalau sauya tidak mampu membinasakan kau si bajingan yang tamak,
anggap saja aku adalah seorang manusia
yang tak becus....!"
Berpikir demikian ia segera bersiap-siap untuk keluar dari goa
tersebut, untuk bertarung melawan kakek itu, tetapi sebelum
tindakan tadi dilakukan tiba-tiba satu ingatan lain berkelebat dalam benaknya,
kertas surat tadi segera dilinting menjadi kecil lalu diselipkan kedalam ikat
pinggangnya, setelah itu dengan ilmu
menyampaikan suara pula ia berseru:
"Tentu saja tidak sulit bila kau menginginkan buah rotan itu, akan tetapi kau
harus menukarnya dengan kepala ular satu itu!"
"Buat apa kau menginginkan kepala ular bermata satu itu?"
"Kau tak usah tahu buat apa kepala ular bermata satu itu, jawab saja sejujurnya
kau bersedia menukar benda itu dengan buah rotan atau tidak.....?"
"Kau harus keluar dulu dari gua itu, mari kita rundingkan
persoalan ini diluar gua!"
"Huuuh.... aku tidak sebodoh kakek sialan itu" pikir Giam In kok dalam hati
kecilnya, "baiklah aku akan keluar dari goa ini lewat lubang perngintip
tersebut, kemudian secara diam-diam menyusup
kebelakang tubuhnya dan sekali gebuk kuhajar kakek tamak
tersebut!" Menggunakan kesempatan dikala pihak lawan masih berbicara, ia
segera menentukan dimanakah arah kakek penunggang burung
rajawali itu sedang berada, setelah mengamati sebentar, ia tahu bahwa orang itu
berada diselat sempit diluar gua batu itu, maka dengan cepat ia menyusutkan
badannya dan merangkak keluar
lewat lubang kecil diatas dinding, dengan menempel dinding batu ia merambat naik
keatas puncak. kangzusi.com Tampaklah burung rajawali yang amat besar tadi masih berputar -
putar ditengah angkasa, sedangkan kakek tua itu sudah berada
disana, meskipun ia tahu kakek itu kemungkinan besar sudah masuk kedalam gua,
namun pemuda itu sengaja berteriak dengan suara
keras: "Eeee..... bajingan tua! ayo cepat bawa kemari kepala ular bermata satu itu!"
Mendengar teriakan tersebut, kakek penunggang burung rajawali
itu segera meloncat keluar dari dalam goa, ia segera tertawa seram dan mengejek:
"Haaaaa.... haaah.... haaaah.... kali ini kau tak akan mampu untuk kembali ke dalam
goa lagi, ayo cepat serahkan buah rotan itu sebagai penebus keselamatanmu!"
"Boleh saja kuserahkan buah rotan tersebut, asal kau
menggantinya dengan kepala ular bermata satu!"
"Tapi.... dari mana aku mempunyai kepala ular bermata satu?"
"Bukankah tadi aku telah menyetujui" jadi kau ini sedang
membohongi aku?" "Haaaa.... hahaaa.... hahaaa... ular bermata satu merupakan seekor ular yang sangat
beracun, siapa yang berani menangkap
binatang itu?" "Tadi bukankah kau mengatakan bahwa ular bermata satu itu
telah kau bunuh dan racunnya telah berceceran diseluruh
permukaan sungai?" "Dan engkau percaya dengan perkataanku itu?"
"Bajingan tua! Jadi kau sudah membohongi sauya mu" bagus
kalau begitu, jangan mengharapkan apapun dariku!"
"Setan cilik, kau tak usah berlagak sok dan omong besar
dihadapanku, dari buli-buli emas yang tergantung dipinggangmu itu aku telah tahu
kalau kau telah minum cairan kemala serta mendapat warisan ilmu silat dari Cing
Khu sangjin, tetapi kaupun meski tahu kangzusi.com
bahwa cairan kemala hanya dapat menambah tenaga dalammu
sebesar enam puluh tahun hasil latihan, ditambah pula dengan
usiamu paling kau mempuayai tujuh sampai delapan puluh tahun
hasil latihan, jika menginginkan pertarungan seimbang dengan
diriku jelas hal ini merupakan suatu pekerjaan yang sulit, bayangkan saja aku
mempunyai burung rajawali raksasa yang akan membantu
aku dalam pertarungan, apakah kau yakin dapat menandingi kami?"
Giam In kok tidak menyangka kalau kakek penunggang burung
rajawali itu bisa mengetahui tentang dirinya dengan begitu jelas, diam-diam ia
merasa amat terperanjat. Diapun tahu bahwa apa yang diucapkan pihak lawan sedikitpun
tidak salah, dengan suatu kerja sama yang sempurna dengan
burung rajawali raksasanya, dia pasti akan dikerubuti habis-habisan....
Tapi anak itu tahu bahwa dalam keadaan begini ia tak boleh
menunjukkan perasaan takut ataupun jeri, maka dengan cepat ia
mendengus dingin. "Hmm! sauya telah menghabiskan buah rotan naga itu, berarti tenaga dalamku telah
mendapat kemajuan sebesar enam puluh
tahun hasil latihan lagi, mengapa kau tidak menghitung hal tersebut didalam
penilaianmu.....?" Mula-mula kakek penunggang burung rajawali itu nampak
termangu-mangu, tetapi sebentar kemudian ia sudah tertawa
terbahak-bahak. "Hahaa..... hahaaaa.... haaa..... sekalipun buah ajaib itu telah kau makan, tetapi
bila tidak kau salurkan hawa murnimu untuk
menghancurkan serta menghisap sarinya untuk menambah
kekuatanmu, hal itupun sama sekali tak akan ada gunanya, setan
cilik! aku ingin tanya sampai dimanakah kemampuan yang kau
miliki" mampukah kau menghisap sari buah langka itu kedalam
tenaga dalammu tanpa memperoleh bantuan dari orang lain?"
kangzusi.com Giam In kok jadi terbungkam untuk beberapa saat lamanya,
sementara dalam hati kecilnya ia berpikir:
"Sungguh tidak sedikit pengetahuan yang dimiliki bajingan tua ini, sedikitpun
tidak salah, jika buah langka ini kuberikan kepada adik Kian, maka aku harus
menyalurkan hawa murniku untuk
membantu dirinya, tapi siapakah yang telah menculik dirinya?"
Ia merasa orang yang menculik Giam In Kian benar-benar
merupakan seorang manusia yang terkutuk dan harus dicincang
tubuh nya, pemuda itu segera mengambil keputusan untuk
menegak sendiri sari buah rotan naga tadi, kemudian bertarung
melawan kakek penunggang burung rajawali itu dan akhirnya akan
menuntut balas atas diri orang yang menculik Giam In Kian.
Tetapi sebelum perbuatan itu sempat dilaksanakan, satu ingatan
lain kembali berkelebat dalam benaknya.
Dia merasa seakan-akan bayangan tubuh dan telapak tangan
sakti serta Leng Siang In telah muncul kembali secara tiba-tiba di depan
matanya, terutama sekali atas sumpah yang pernah
diucapkan. Tanpa terasa ia berseru kembali didalam hati:
"Tidak... tidak.... aku tak boleh meneguk sari buah naga rotan itu, aku harus
menyabarkan diri...."
Dalam pada itu, ketika si kakek penunggang burung rajawali itu
menyaksikan si anak muda itu sama sekali tidak berbicara, ia segera tertawa
seram dan berkata: "Setan cilik, rupanya kau merasa rada takut...." jangan lagi dengan mata kepala
sendiri aku menyaksikan kau telah
memasukkan sari buah naga rotan itu kedalam buli-bulimu,
sekalipun kau telah meneguknya hingga habis, asal belum lewat dua belas jam,
andaikata aku dapat menghisap darah dari dalam
tubuhmu, maka aku tetap akan memperoleh usia yang panjang dan
badan yang kuat!" kangzusi.com "Kurang ajar! jadi untuk memperpanjang umurmu kau anggap
aku sudah sepantasnya mampus?" teriak Giam In kok penuh
kegusaran. Ucapan itu diutarakan dengan nada setengah menjerit.
"Tepat sekali perkataanmu itu setan cilik, untuk memperpanjang umurku aku memang
bermaksud hendak membuat mampus
dirimu!" "Aku ingin bertanya siapakah manusia yang tidak rakus dikolong langit dewasa
ini" siapakah yaag tidak tamak dan tidak
mementingkan diri sendiri" dan siapa pula yang tidak rampas -
merampas" semakin banyak orang yang disikat, semakin gemuk dan
makmur badan sendiri, hmmm kau anggap kejadian itu
mengharukan dan mencengangkan hati" bila buli-buli emas itu tidak kau serahkan
lagi kepadaku, jangan salahkan kalau aku benar-benar akan makan dirimu!"
Giam In kok dapat menangkap bahwa setiap ucapan kakek itu
membawa nada dingin dan menggidikkan hati, diam-diam hatinya
ngeri juga untuk mendengarkan lebih jauh.
Pemuda itu sadar, apabila kakek penunggang burung rajawali itu
tidak diusir terlebih dahulu, sulit baginya untuk menemukan Giam In kian
kembali, maka diapun lantas berkata:
"Baiklah! sauya akan menyaksikan lebih dahulu sampai
dimanakah kehebatanmu didalam hal memakan manusia!"
Kakek penunggang burung rajawali itu bercicit aneh, suara itu
tinggi melengking amat memekikkan telinga dan membumbang
diangkasa, bersamaan dengan bergetarnya suara pekikan tersebut, burung rajawali
yang sedang berputar diangkasa itu segera
melayang turun kebawah. "Binatang sialan!" umpat Giam In kok dengan perasaan
mendongkol dan gusar. Pedang pendeknya segera dicabut keluar, tubuhnya yang pendek
kangzusi.com dan kecil mengembang kembali menjadi besar, lalu dengan
meninggalkan serentetan cahaya tajam yang amat menyilaukan
mata, ia sapu cakar kaki burung rajawali yang sedang menyapu
datang itu. Tampaknya burung rajawali itu bukan sembarang rajawali, ia
bertubuh keras bagaikan baja, lagipula sangat buas dan ganas
sekali, tentu saja ia tak pandang sebelah mata pun terhadap
babatan pedang pendek yang mengarah pada tubuhnya.
Dengan disertai desiran angin tajam yang amat memekikkan
telinga dia menyambar kebawah, sepasang sayapnya dikembangkan
dan mengebas-ngebas dengan kuatnya kebawah.
Segulung hembusan angin puyuh segera menyapu seluruh
permukaan bumi dan menerbangkan apa saja yang berada disekitar
sana. Giam In kok masih tetap berdiri ditempat semula bagaikan
sebuah bukit karang yang kokoh, pedang pendek ditangannya tiba-tiba memancarkan
cahaya tajam sepanjang tiga depa dan laksasa
kilat menusuk kedepan, bersamaan itu pula sebuah pukulan gencar dilancarkan.
Pekikan aneh berkumandang memecahkan keheningan, tersapu
oleh angin pukulan Giam In kok yang sangat kuat dan berisi itu, burung rajawali
itu terjungkir balik keatas tanah.
Diatas permukaan tanah segera muncul bekas da buah cakar
kuku burung rajawali yang mencapai dua depa dalamnya.
Rupanya untuk memancing agar burung rajawali itu tertipu oleh
perangkapnya, dalam melancarkan serangan pertama tadi, Giam In
kok sama sekali tidak menyalurkan hawa murninya kedalam pedang
tersebut, dengan begitu pedang pendeknya tak jauh berbeda
dengan pedang biasa. Tetapi setelah sapuan itu tiba, hawa murninya segera disalurkan kedalam senjata
itu, dengan demikian pedang tadi berubah menjadi tajam bukan kepalang.
kangzusi.com Menyaksikan burung rajawalinya terluka diujung pedang lawan,
kakek penunggang burung rajawali itu jadi amat gusar, ia segera membentak keras
dan menerjang maju kedepan.
"Hmmmm! justru kaulah yang kutunggu-tunggu!" sumpah Giam In kok dalam hati
kecilnya. Dengan cekatan tubuhnya berkelebat kedepan, cahaya pedang
yang berkilauan segera menyapu kedepan dengan gerakan
mendatar. Kakek penunggang burung rajawali itu tak berani bertindak
gegabah, apalagi setelah mengetahui pihak lawan dapat
menyalurkan hawa murninya kedalam pedang pendek tersebut,
dengan enteng badannya melayang lima depa kesamping, telapak
tangannya dengan cepat diayunkan kedepan.
Segulung hawa pukulan yang panas bagaikan sengatan api
dengan cepat menggulung kedepan ddan menghantam tubuh si
anak muda itu. Giam In kok jadi sangat terperanjat, serunya kaget:


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaaaah....! pukulan api membara.....!"
Dengan cepat tubuhnya menjatuhkan diri bertiarap keatas tanah,
kemudian menggelinding sejauh sepuluh tombak lebih dari tempat
semula. Dalam waktu singkat daerah disekitar tempat dimana Giam In
kok berdiri tadi telah muncul sekilas cahaya yang membara.
Melihat serangan yang dilancarkan itu tidak mengenai
sasarannya, kakek penunggang burung rajawali itu segera mengejar lebih jauh.
Giam In kok memasukkan kembali pedangnya sambil tertawa
panjang sepasang tangannya diputar sedemkian rupa, melancarkan pukulan-pukulan
berantai yang sangat dahsyat.
Ledakan ledakan keras menggeletar diangkasa dan beberapa
benturan keras mengakibatkan tubuh kedua orang itu samasama
tergoncang dan terdorong mundur kebelakang.
kangzusi.com Air muka kakek penunggang burung rajawali itu berubah hebat,
wajahnya jadi dingin dan kaku, sorot matanya memancarkan cahaya bengis, sekuat
tenaga sepasang tangannya melancarkan pukulan-pukulan berantai dengan harapan
bisa merobohkan musuhnya dalam waktu singkat. Sekarang dia baru sungguh terperanjat, ia terperanjat, ia benar-benar tak habis
mengerti mengapa pemuda yang berada
dihadapannya ini mampu menghadapi serangan angin pukulan api
membaranya yang sangat menyengat badan itu, tanpa cedera
sedikit pun jua, padahal jago-jago lihay lainnya tak seorangpun yang berani
menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras.
Perlu diketahui, selama banyak tahun Giam In kok berlatih
didalam gua bermata air dingin, setiap hari dia mengisi perutnya dengan rumput
tidak biasa, tanpa disadari dalam tubuhnya telah
tercipta suatu kekuatan yang maha dahsyat yang mampu melawan
hawa panas yang menyengatnya bagaikan nerakapun juga.
Karena itu meski permulaan pertarungan itu berlangsung, dia
masih merasakan hawa pukulan yang dilancarkan pihak musuh,
sehingga hal itu membuat hatinya kaget dan terkesiap, akan tetapi lama kelamaan,
setelah daya tahan tubuhnya mulai bekerja ia
semakin yakin bahwa pihak lawan tidak mampu mengapa-apakan
dirinya, ia segera menengadah dan tertawa nyaring.
"Haaaah.... haaaah... hahaaa.... bajingan tua, kalau kau tidak segera melarikan diri
dari sini, jangan salahkan kalan sauya akan segera menjagalmu secara mengerikan
ditempat ini!" Merah padam selembar wajah kakek penunggang burung
rajawali itu sehabis mendengar sendiran itu, pukulan-pukulan yang dilancarkan
pun kian lama kian bertambah ganas, dan angin yang
berhembus lewat pun semakin bertambah panas sehingga
menyengat badan. Giam In kok sama sekali tidak jeri menghadapi serangan lawannya, setelah
berhasil menenangkan diri, setiap pukulan yang
dilepaskan semakin mantap dan berat, dalam waktu singkat
kangzusi.com pukulan-pukulan itu telah menciptakan sebuah lekukan dalam diatas batu cadas.
Dari arah hutan sana berkumandang datang suara bentakan
nyaring, Giam In kok merasa sangat terperanjat dan buru-buru
melompat kesamping, kemudian secepatnya kabur meninggalkan
tempat itu. "Hey, setan cilik, berhenti! hendak kabur kemana kau?" bentak kakek penunggang
burung rajawali itu dengan suara keras.
Sambil membentak dia segera mengenjotkan badannya dan
melakukan pengejaran dari belakang.
Siapa tahu, baru saja kakinya meninggalkan perrmukaan tanah
untuk mengejar pemuda itu, tiba-tiba.....
"Sreeeettt!" Desiran tajam bergetar diangkasa, mendadak dari balik hutan itu meluncur keluar
sebatang anak panah pendek dan langsung
membidik kearah burung rajawali tersebut.
Waktu itu, burung rajawali itu telah terluka parah akibat pukulan gencar yang
dilepaskan Giam In kok tadi, dalam keadaan begini
tentu saja tiada kesempatan lagi bagi kakek penunggang burung
rajawali itu untuk mengejar lawannya.
Buru-buru ia memutar badan sambil melancarkan sebuah
pukulan kedepan, angin pukulan yang tajam dengan cepat
mementalkan anak panah pendek yang sedang mengancam
burungnya itu. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Giam In kok
segera mengenjotkan badannya dan kabur semakin cepat dari
tempat itu, dalam beberapa lompatan saja ia telah masuk kedalam hutan dan
bersembunyi dibalik semak belukar yang tumbuh lebat
disana. Rupanya kakek penunggang burung rajawali itu merasa bahwa
kangzusi.com dirinya tak akan berhasil mengejar pemuda itu, disamping diapun kuatir kalau
burung rajawalinya dilukai orang lain, maka setelah mencaci kalang kabut,
akhirnya bersama burung rajawali itu kakek tadi menuju kearah barat.
Selama ini Giam In kok sembunyi terus didalam hutan, menanti
bayangan kakek penunggang burung rajawali itu sudah lenyap dari pandangan, ia
baru munculkan diri dari balik semak belukar.
Pertama-tama ia memetik dua buah daun besar lebih dahulu
untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang telanjang, kemudian
ia berjalan keluar dari balik hutan dengan perasaan binggung dan tak tahu apa
yang meski dilakukan. Dalam sangkaan pemuda itu, setelah ia memiliki ilmu silat yang
tangguh, maka tidak sulit baginya untuk malang melintang dalam
dunia persilatan, siapa tahu bukan saja usahanya untuk melindungi Giam In kian
mengalami kegagalan, bahkan pakaian yang ia lepas
dalam goa pun dibawa kabur orang, sehingga membuat ia jadi
telanjang, kejadian ini membuat pemuda itu menjadi sedih
bercampur lesu. Ia teringat kembali akan desingan anak panah yang dilepaskan
orang dari dalam hutan dan seruan nyaring yang sangat merdu itu.
Meskipun kejadian telah berlangsung lima tahun berselang, tetapi senyuman serta
tingkah laku Cung Yan ji serta Ciang Bong ji masih tertera jelas dalam benaknya,
ia merasa seruan nyaring yang
muncul dari dalam hutan terasa sangat dikenalnya.
Andaikata orang itu bukan Cung Yan ji, siapa lagi yang mampu
melepaskan anak panah dengan begitu hebatnya.
Diam-diam pemuda itu merasa gemas dan benci kepada orang
yang menculik Giam In kiam itu, ia merasa jengkel karena seluruh pakaian dan
celana yang dilepas didalam goapun dibawa kabur,
sehingga ia sekarang melarikan diri dengan keadaan yang
mengenaskan..... kangzusi.com Giam In kok merasa jengkel, mendongkol dan apa boleh buat,
dan ia tak membawa uang dan tidak mempunyai persediaan
pakaian, kemana ia harus pergi untuk mencari pakaian untuk
menutupi badannya yang telah telanjang ini"
Sembari berpikir, pemuda itu berjalan kembali menuju tempat
bekas pertarungan yang baru saja berlangsung, tiba-tiba..... sorot matanya
menemukan sesuatu, dua buah benda yang memancarkan
cahaya tajam tergeletak diatas tanah.
Dia segera mendekati benda itu dan diamatinya dengan
seksama, ternyata benda itu bukan lain merupakan sebatang anak
panah pendek yang berwarna kuning emas serta sebuah cakar
rajawali yang berwarna kuning pula.
Anak panah pendek itu segera dipungutnya dari atas tanah
kemudian dipungutnya pula cakar rajawali tadi, ketika benda itu diperiksa lebih
seksama terlihatlah cakar rajawali itu tajam dan menimbulkan suara dentingan
yang nyaring, dalam hati diapun
berpikir: "Siapa tahu cakar barang rajawali ini laku beberapa tahil perak kalau dijual"
lebih baik aku simpan saja!"
Dengan perasaan keheranan ia memegang cakar itu ditangan
kanan lalu sekuat tenaga dihantamkan keatas batu karang yang
banyak berserakan disana.....
"Braaaak!" Batu cadas itu seketika terhajar hancur menjadi berkeping-keping.
Giam In kok jadi kegirangan setengah mati setelah mengetahui
bahwa cakar rajawali itu merupakan sebuah senjata yang ampuh,
dipikirnya: "Haaaah..... haaaa.... haaaaa.... tak kusangka kalau cakar burung rajawali ini
merupakan senjata yang ampuh, dengan begini akupun mendapat sebuah senjata baru
lagi...." kangzusi.com Tapi ingatan lain dengan cepat berkelebat dalam benaknya:
"Aaaa.... ! bukankah aku hendak menjual cakar burung rajawali itu membeli baju"
bagaimana baiknya sekarang, apa ku jual atau
kusimpan sebagai senjata....?"
Untuk berapa saat lamanya ia mengerutkan dahi memikirkan
jalan keluar. "Aaah....! kenapa aku telah melupakan kulit ular bermata satu ditebing sana"
bukankah banyak orang yang suka dengan kulit ular"
siapa tahu kalau harga ecer kulit ular itu dipasaran bisa tinggi?"
Tiba-tiba diapun teringat kembali dengan syarat yang diajukan
oleh orang yang menculik Giam In Kian, orang itu menghendaki
kepala ular bermata satu sebagai barang tebusan.
Pemuda itu segera mengambil keputusan, perduli dalam
penebusan nanti akan berjalan dalam keadaan damai atau
menggunakan kekerasan, ular bermata satu itu sudah sepantasnya
kalau dilenyapkan dari permukaan bumi.
Meskipun mula-mula Kakek penunggang burung rajawali itu
berkata bahwa ular tersebut telah berhasil dibantai olehnya, tetapi pemuda itu
merasa tak pernah menjumpai ular bermata satu itu
berada dalam saku si kakek penunggang burung rajawali selagi
pertarungan itu berlangsung tadi, lagipula dalam kejadian itu, si kakek
penunggang burung rajawali mengatakan bahwa bahwa ular
bermata satu merupakan seekor ular beracun sehingga orang tak
berai mendekatinya, bukankah ia mengetahui bahwa ular aneh itu
masih bersembunyi dibalik dinding batu?"
"Kenapa aku tidak mempergunakan cakar burung rajawali yang kuat dan tajam ini
sebagai senjata untuk menangkap ular bermata satu itu?" ingatan tersebut dengan
cepat berkelebat dalam benak anak muda itu.
Dengan muka berseri-seri berangkatlah Giam In kok menuju
ketepi jurang diatas dinding batu dimana ular tadi menyembunyikan kangzusi.com
diri. Untuk menebus Giam In Kian dari tangan musuh serta untuk
memenuhi syarat yang diminta oleh orang itu, terpaksa Giam In kok menuruni
kembali tebing curam tersebut lewat lubang dinding
dibalik goa, dengan merambat pada rotan yang tumbuh lebat disana ia mendekati
sarang ular tersebut. Dari luar dinding, ia melihat munculnya sebuah titik cahaya hijau dari balik goa
tersebut. Bukankah cahaya hijau itu adalah mata bengis dari ular bermata satu itu?" "pikir Giam In kok dalam hati
Setelah mengincar tempat persembunyian ular tersebut, Giam In
kok segera memindahkan cakar burung rajawali itu ketangan kiri, sementara hawa
murninya diam-diam disalurkan keluar.
Tiba-tiba ujung jari tangan kirinya ditudingkan kedepan.....
Segumpal hawa putih yang amat menyilaukan mata dengan
cepat menerobos keluar dari ujung, menembusi udara dan
menerjang masuk kedalam sarang ular tadi.
"Koooook.... koeeok.....!"
Ular bermata satu itu mengeluarkan suara pekikan yang sangat
aneh dengan suatu terobosan kilat ternyata ia berhasil menembusi pertahanan hawa
It goan ceng ki yang dilancarkan oleh pemuda itu dan menyerbu keluar.
Tetapi sedari permulaan tadi Giam In kok telah berjaga-jaga
terhadap tindakan ular bermata satu itu, tatkala dia merasakan
hawa Ki Kang yang dipancarkan lewat ujung jarinya mengalami
getaran keras, pemuda itu segera menarik napas panjang-panjang
dan dengan cepat tubuhnya membumbung tinggi dua depa
setengah udara. Kekuatan tubuh yang dimiliki ular bermata satu itu benar-benar
luar biasa, setelah dibuat gusar oleh serangan jari anak muda itu, ular tadi
menerobos keluar dari sarangnya sambil menyemburkan
kangzusi.com asap berwarna kuning yang amat beracun.
Tapi sayang ia hanya mempunyai sebelah mata belaka yang tak
dapat memandang keempat penjuru, ketika serangannya mengenai
sasaran kosong, ular itu segera menengadah keatas untuk mencari mangsanya.
Giam In kok tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk
bertindak lebih jauh, baru saja binatang itu mengangkat kepalanya, sambil
membentak keras cakar rajawali yang ada ditangan kanan
serta telapak tangan kiri melancarkan serangan yang maha dahsyat kebawah.
"Blaam....!" Ditengah benturan yang keras, separuh badan ular bermata satu
itu terkena hantaman telapak tangan kirinya dan cakar rajawali
ditangan kanan Giam In kok, sehingga tak ampun lagi tubuhnya
roboh terkulai kebawah, namun masih ada sebagian tubuhnya yang
masih terkait didalam goa batu tadi.
Serangan yang dilancarkan pemuda itu boleh dibilang
mempunyai kekuatan sebesar seribu kati, terutama sekali serangan cakar rajawali
yang tajamnya bukan kepalang, tapi anehnya
ternyata kulit ular itu sama sekali tidak mengalami kerusakan atau cedera barang
sedikitpun juga, sebaliknya malah pemuda itu
merasakan tangannya jadi linu dan tubuhnya mencelat tiga depa
lebih dari tempat semula.
"Ooooh! keras amat kulit ular ini!" seru pemuda itu didalam hati.
Ketika menyaksikan ular bermata satu itu mengangkat kepalanya
kembali, pemuda itu segera sadar bahwa ular tersebut akan
menyemburkan kabat beracunnya.
Ia mengerti, andaikata tubuhnya sampai tersembur oleh racnn
itu, dia tentu akan keracunan hebat.
Buru-buru badannya menerjang kebawah, lalu dengan
kangzusi.com mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki ia melancarkan
sebuah pukulan lagi dengan cakar rajawali tersebut.
Hajaran yang dilancarkan dengan cakar rajawali itn benar-benar
maha dasyat, mungkin bajapun akan hancur termakan oleh pukulan
itu.... "Kraaaak!" Ditengah benturan yang keras, tulang kepala ular itu terhajar
sampai rusak remuk dan cakar rajawali itu dengan tepat menancap pada mata ular
bermata satu itu. "Braaak...." Ular bermata satu yang panjangnya mencapai dua puluh tombak
itu segera terseret dari dalam sarangnya, bersamasama ular tadi mereka terjatuh
kebawah tebing. Ular itu benar benar hebat, kendatipun batok kepalanya sudah
terhajar remuk namun ia tidak mati dengan begitu saja, setelah
seluruh badannya terseret keluar dari dalam gua, dengan dahsyat ekornya menyapu
kembali kearah depan. Giam In kok amat terperanjat menghadapi sapuan ekor ular yang
begitu dahsyatnya itu, sekuat tenaga dia himpun tenaganya,
kemudian ia berjumpalitan beberapa kali diudara dan meninggalkan tubuh ular tadi


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejauh sepuluh tombak. Karena sapuannya tidak mengenai sasaran, tubuh ular bermata
satu itu segera melingkar menjadi satu dan.....
"Byuuuuur.....!"
Diiringi muncratnya air sungai, ular tadi tercebur kedalam air.
Giam In kok semakin terperanjat lagi, ia takut racun ular itu akan menyebar
kemana-mana karena mengikuti aliran sungaa dan entah
berapa banyak manusia yang bakal menjadi korban karena
keganasan racnn tersebut, setelah tubuhnya tercebur pula kedalam sungai, buru-
buru ia sambar tubuh ular tadi dan segera
menyeretnya dengan susah payah kedaratan.
kangzusi.com Setelah membuang waktu hampir beberapa jam lamanya,
pemuda itu berhasil juga memenggal kepala ular tadi dan mulai
menyayati kulitnya, dalam hati ia berpikir:
"Entah mau diapakan kepala ular ini oleh bangsat yang telah menculik adik Kian"
meskipun kulit ular bisa ku jual beberapa tahil dan uangnya bisa kugunakan untuk
membeli pakaian, tetapi ditengah malam buta begini aku harus pergi kemana untuk
menjualnya" bila aku harus menunggu sampai fajar menyingsing
nanti, hal ini semakin berabe lagi, masa aku harus berjalan masuk kedalam kota
dengan bertelanjang bulat......?"
Setiap kali ia teringat bahwa dirinya berada dalam keadaan bugil, pemuda itu
merasa semakin benci terhadap orang yang telah
mencuri pakaiannya itu, tetapi benci selalu tak ada gunanya, sebab yang paling
penting pada saat ini ialah mencari pakaian untuk
menutupi badannya yang bugil.
Dengan hati yang mendongkol pemuda itu segera berjalan
menelusuri tepi sungai, entah sudah berapa jauhnya dia sudah
berjalan menelusuri sungai akhirnya dari tempat kejauhan ia melihat ada sebuah
perahu nelayan yang sedang berlabuh ditepi sungai.
Dengan hati sangsi dan ragu-ragu Giam In kok segera berjalan
mendekati perahu itu, ia merasa suasana sunyi senyap dan tak
nampak sesosok bayangan manusiapun, jangan-jangan pemilik
perahu itu sudah tertidur pulas.
Pemuda itu menyadari keadaannya yang lucu dan gampang
mengejutkan hati orang, setelah berdiri tertegun beberapa saat
lama nya, dengan hati ragu-ragu akhirnya ia berjalan lirih mendekati perahu itu,
lalu menegur: "Adakah seseorang didalam perahu?"
Tiada jawaban yang kedengaran, pemuda itu segera mengulangi
lagi seruannya itu sampai beberapa kali, namun suasana tetap sunyi senyap dan
tak kedengaran sedikit suarapun.
kangzusi.com Akhirnya dengan hati mendongkol bercampur jengkel, ia
berteriak dengan suara yang amat keras:
"Adakah seseorang didalam perahu?"
Teriakan itu begitu lantang dan keras, sehingga seseorang yang
tulipun mungkin akan dibuat terkejut oleh teriakan tersebut.
Kali ini dari dalam perahu terdengar seseorang menyahut, suara
itu penuh mengandung nada menggerutu.
"Siapa sih yang sedang berteriak diluar" tahuah kau bahwa
sekarang masih tengah malam" jangan kau anggap kau berada di
perahumu sendiri.....!"
Begitu mendengar suara jawaban itu berasal dari seorang
perempuan tua, Giam In kok jadi kaget, diam-diam serunya dalam
hati: "Duuuuh celaka, dia adalah seorang perempuan..... wah! kalau badanku yang bugil
sampai terlihat olehnya.... aduh malunya...."
Berpikir demikian ia segera meloncat turun dari perahu tersebut, dan buru-buru
kabur meninggalkan tempat itu.
Baru daja dia kabur sejauh empat lima puluh tombak dari tempat
semula, pintu ruang peraba itu telah dibuka orang.
Pemuda itu segera berhenti dan menoleh kebelakang, dibawah
sorot cahaya lampu terlihatlah didepan pintu perahu telah muncul seorang kakek
serta seorang nenek yang telah berusia lanjut.
Satu ingatan berkelebat dalam benaknya, pemuda itu segera
berpikir: "Oooh....! rupanya kakek-kakek serta nenek-nenak.... mereka toh sudah tua bangka,
dan cucu mereka sudah berusia sebaya dengan
diriku, kenapa aku mesti malu bertemu dengan mereka?"
"Pencuri cilik, kau harus kuhajar sampai mampus!" sambil berseru, dengan
mempergunakan sebuah dayung ia menghantam
sang pemuda. Perempuan itu sudah tua sekali lagi pula berbadan bungkuk,
kangzusi.com namun sapuannya ternyata lihay sekali.....
"Weeeeesss!" Ditengah hembusan angin tajam, tahu-tahu dayung tadi sudah
mengancam didepan mata. Giam In kok merasa sangat terperanjat, buru-buru dia menarik
napas panjang-panjang dan menghindarkan diri dari seranggan
dayung itu, teriaknya keras-keras:
"Nek, jangan kau pukuli diriku.... jangan kau pukul aku.... aku bukanlah penjahat....
aku bukan pencuri....!"
"Hmmmm! kau telah mengganggu tidurku, manusia semacam
kau ini harus diberi pelajaran yang setimpal"
Rupanya nenek itu bukan seorang yang tuli, selesai
mengucapkan kata-kata itu, dayungnya segera disapu kembali
kearah depan dan langsung menghajar pinggang si anak muda itu.
Ketika pertama kali tubuhnya yang telanjang dilihat orang, Giam In kok merasa
malu sekali, lama-kelamaan diapun merasa jadi
terbiasa, melihat datangnya ancaman, buru-buru ia menghindar
kesamping dan berseru keras:
"Ampun nek.... jangan pukul aku lagi, kalau bukan terpaksa, aku tak akan
mengganggu kalian berdua, harap kalian suka memaafkan
diriku" Tatkala menyaksikan dua buah serangannya tidak mengenai
sasaran, nenek itupun nampak tercengang dan tak percaya, ia
berseru tertahan: "Aaaah....! sungguh tak kusanggka kalau kau mampu
menghindari dua buah seranganku, hal ini menunjukkan kalau
kepandaian silat yang kau miliki tidak lemah, tapi mau apa kau
datang kemari malam buta begini" eeei, rupanya kau tidak
berpakaian, apakah kau baru saja bermain gila dengan perempuan
nakal....?" "Tidak! pakaianku dicuri orang" jawab Giam In kok dengan cepat.
kangzusi.com "Dicuri orang" hmmmm, tentu kau melarikan diri terbirit-birit, hingga pakaianpun
lupa kau bawa, kalau tidak, siapa yang mampu
mencuri pakaianmu?" Merah jengah selembar wajah Giam In kok sehabis mendengar
perkataan itu, dalam keadaan terdesak iapun menceritakan keadaan yang
sebenarnya, dan sebagai akhir kata ia menambahkan:
"Kalau nenek merasa tidak percaya, silahkan membaca surat ini sebagai buktinya!"
Nenek tua itu menerima surat itu dan dibacanya sekejap,
kemudian secara tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.... haaaah.... haaaah... rupanya dayang liar itulah yang membuat keonaran,
eeei tua bangka! cepat ambilkan sebuah
pakaian untuk engkoh cilik ini!"
Dengan tingkah laku yang lamban kakek tua itu mengambil satu
stel pakaian dari dalam ruangan lalu dilemparkan-nya kearah
pemuda itu. Meskipun Giam In kok merasa tingkah laku lawannya
sangat sombong tetapi yang terpenting baginya pada saat ini adalah berpakaian,
terpaksa dengan hati yang mendongkol ia menerima
pakaian tersebut, agaknya pakaian itu dilemparkan kearahnya*
bukan dengan tenaga biasa, tapi secara diam-diam disertai pula
oleh tenaga sambitan yang kuat, berat serta sama sekali tidak
menimbulkan sedikit suarapun.
Untung pemuda itu segera merasakan gejala yang tidak beres,
buru-buru ia menyalurkan hawa murninya untuk melawan tenaga
sambitan tersebut, kalau tidak, niscaya badannya akan tertumbuk hingga mundur
sebelakang dengan sempoyongan.
Sekarang ia sudah tahu bahwa ke dua orang kakek dan nenek
yang berada diatas perahu itu merupakan jago-jago persilatan yang memiliki ilmu
silat sangat lihay, setelah berpakaian ia segera maju kedepan sambil memberi
hormat, ujarnya dengan nada merendah:
kangzusi.com "Kekek yang baik hati terima kasih atas hadiah pakaianmu ini, sebagai tanda
terima kasih harap kau suka menerima kulit ular
bermata satu ini sebagai balas jasa atas kebaikan itu!"
Selama ini kakek tersebut belum pernah meninggalkan
perahunya, tapi setelah mendengar ada kulit ular bermata satu, ia segera berseru
tertahan dan berkata: "Ooooh....! jadi ular aneh itu benar-benar sudah kau bunuh?"
"Benar kek, aku tak berani membohongi kau orang tua!"
"Kalau begitu silahkan masuk kedalam perahu!"
Giam In kok nampak agak tertegun setelah mendengar kata
"silahkan" itu, tapi ia segera mengucapkan banyak terima kasih sambil naik
keatas perahu, sebab kalaau didengar dari ucapan
nenek itu, dia yakin kalau perempuan tua itu mengetahui siapakah yang telah
menculik Giam In kian, karenanya timbul niat dalam
hatinya untuk menggunakan kesempatan itu untuk mengetahui
siapakah nama orang tersebut.
Setelah masuk kedalam ruang perahu dan mengambil tempat
duduk, kakek itu baru melirik sekejap kearah cakar rajawali yang berada dalam
tangan Giam In kok, kemudian dengan nada
tercengang, katanya: "Aaaaa.... jadi cakar rajawali milik Ban See seng hud (Buddha hidup dari selaksa
keluarga) telah berhasil kau lukai?"
Giam In kok tertegun lalu menjawab:
"Siapakah yang kau maksudkan sebagai Buddha hidup dari
selaksa keluarga" huuuh.... bajingan tua penunggang burung
rajawali itu" manusia itu bengis, jahat, dan tamaknya bukan
kepalang, masa amanusia seperti itu pantas disebut Ban See seng hud?"
Kakek tua itu segera tertawa lebar.
"Engkoh cilik, usiamu masih muda sekali, namun ucapanmu
kangzusi.com benar-benar gede sekali, aku tak menduga kalau kau mampu
melukai burung rajawali yang berkekuatan besar serta
membinasakan ular bermata satu, wah! kalau dilihat dari sini,
tampaknya kami dua tua bangka sudah pantas untuk pensiun dan
mengasingkan diri kepuncak gunung yang sunyi... eeei! engkoh cilik, bolehkah aku
tahu siapakah namamu?"
"Aku yang muda bernama In Kok hui!" jawab pemuda itu
memperkenalkan diri. "Aaah....! rupanya kaulah yang dijuluki orang sebagai bocah ajaib bermuka seribu,
tidak aneh kalau kau mempunyai kepandaian
sedahsyat dan selihay itu....!"
"Hey tua bangka" sela sang nenek dari samping, "apakah kau tidak melihat, dengan
gampangnya ia berhasil melepaskan diri dari dua buah serangan dayungku tadi"
semenjak semula aku sudah
menaruh curiga bahwa dia adalah seorang jago yang lihay!"
Giam In kok yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa
amat geli, pikirnya didalam hati:
"Alaaa, dua buah serangan dayung itu bukan serangan yang
hebat.... kalau cuma begitu saja, sekalipun sepuluh buah serangan berantai pun
belum tentu bisa mengapa-apakan diriku..."
Sudah tentu perkataan seperti itu tidak sampai diutarakan keluar, dengan sikap
yang tetap merendah ia berkata:
"Kek, kau terlalu memuji diriku... sebenarnya kepandaian silat yang kumiliki masih
terlampau jauh kalau dibandingkan dengan
tingkat kesempurnaan... oh ya, bolehkah aku mengetahui siapakah nama kakek?"
"Ha..haaaa... namaku hanya diketahui oleh kaum rakyat jelata, sebab selama hidup
pekerjaanku hanya menangkap ikan ditengah
sungai!" "Oh.....! jadi kalau begitu kau adalah Kang cin yu in petapa nelayan dari sungai
kang-cin, kakek Nyioo?" seru pemuda itu cepat, kangzusi.com
tiba-tiba ia teringat akan perkataan dari Gak Pun Leng yang
seringkali memberi petunjuk kepadanya tentang ciri-ciri khas jago-jago kenamaan
dalam dunia persilatan. Rupanya tebakannya itu sedikitpun tidak keliru, kakek tua itu
kembali tertawa tergelak.
"Hahaaa.... hahaaaa..... hahaaaaa.... aku terkenal karena pandai menangkap ikan, maka
sepantasnya kalau aku dipanggil si tukang
tangkap ikan...." Giam In kok tidak menduga kalau ditempat seperti ini ia bisa
berjumpa dengan petapa nelayan dari sungai Kang cun yang
namanya telah tersohor dalam dunia persilatan buru-buru ia bangkit berdiri dan
kembali memberi hormat. Setelah mengucapkan beberapa patah kata merendah,
merekapun sambil bercakap-cakap duduk kembali.
Kakek itu segera berpaling kearah istrinya menyuruh menyiapkan
sayur dan arak, Kemudian kepada Giam In kok dia bertanya:
"Engkoh cilik, seperti apa yang kaukatakan tadi, Ban kee seng hud si Buddha
hidup selaksa keluarga itu memang berbeda jauh
wataknya serta tingkah lakunya dengan julukan yang ia peroleh, dia merupakan
salah seorang diantara Ji hud atau dua buddha, dalam
deretan nama diantara para jago tersohor di kolong langit, hatinya memang kejam
dan tangannya terlengas sekali, entah sudah
berapa banyak oreng yang telah menemui ajalnya ditangan orang
ini, oleh sebab kekejaman hatinya itulah orang-orang lantas
memberi julukan buddha hidup dari selaksa keluarga!"
"Apakah kakek juga tahu siapakah seorang yang lain dari dua buddha tersebut?"
"Kecuaii buddha hidup dari selaksa keluarga, buddha yang lain bernama Bu Liang
sin hud!" "Bagaimanakah watak serta tingkah laku dari Bu Liang sin hud itu?"
kangzusi.com "Watak serta tingkah lakunya tidak jauh berbeda dengan buddha hidup dari selaksa
keluarga, menurut pendapatnya, kehidupan
manusia dikolong langit pendek sekali, tapi setelah mati maka dia akan hidup
kekal, oleh karena itulah gembong iblis tersebut
menggunakan julukan Bu Liang sin hud untuk dirinya!"
"Ooooh..... sekarang aku mengerti, menurut pengertian gembong iblis itu seseorang
apabila terbunuh didunia ini maka setelah mati jiwanya akan hidup lebih lama
lagi dialam baka hingga masa yang tak terbatas.... bukankah begitu?"
"Tepat sekali, kau memang tidak malu di sebut sebagai bocah ajaib....!"
"Hiihiii.... hih.... hihihh.... bukan bocah ajaib melainkan bocah anjing.....!"
Ucapan tersebut munculnya dari atas pantai sungai dan jelas
merupakan suara seorang nona muda, sebagai penutup kata nona
itu tertawa cekikikan kembali dengan nyaringnya.
"Apakah budak Sim yang berada diluar?" kata petapa nelayan dari sungai Kang cin
sambil tertawa. "Hah.....! siapa sih budak sim mu" Cepat suruh anjing bau itu keluar untuk
menerima kematiannya!"
Semula Giam In Kok mengira gadis ditepi pantai itu kenal dengan petapa nelayan
dari sungai Kang cin, maka ia membungkam terus,
akan tetapi setelah mengetahui gadis itu sama sekali tak
mempunyai hubungan dengan tuan rumah, ia tak dapat menahan
hawa amarahnya lagi.

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Budak sialan!" makinya dengan gusar, dengan satu enjotan badan ia segera
meluncur keluar dari perahu dan langsung
meluncur kearah tepi sungai.
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu merasa suara lawan amat
kangzusi.com asing baginya, dengan cepat diapun membuntuti dari arah
belakang. Ilmu meringankan tubuh yang di miliki Giam In kok saat ini boleh dibilang tiada
tandingan-ya dikolong langit, siapa tahu ketika ia meluncur keluar dari dalam
perahu, terlihatlah sesosok bayangan manusia telah berkelebat lewat kurang lebih
beberapa puluh tombak dihadapannya dan tahu-tahu bayangan tubuh itu sudah lenyap
tak berbekas. Melihat kesempatan baik itu akan lenyap dalam waktu singkat, si anak muda itu
tak punya waktu untuk berpikir lebih jauh lagi, ia segera membentak dengan suara
yang nyaring! "Budak sialan, hendak kabur kemana kau?" Dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat sempurna,
pemuda itu segera malakukan pengejaran kearah daratan.
Belum jauh ia meninggalkan perahu itu, tiba-tiba dari dalam
ruang perahu berkumandang datang suara jeritan ngeri yang
menyayatkan hati. Giam In kok segera merasakan hatinya bergetar keras, ia segera
mengerti bahwa dirinya sudah ditipu musuhnya dengan siasat
memancing harimau turun gunung, buru-buru ia memutar badannya dan kembali lagi
keatas perahu. Tampaklah nenek tua itu sudah roboh tak sadarkan diri diatas
lantai geladak, sedangkan petapa nelayan dari sungai Kang ciu
sendiri berdiri disisinya dengan wajah amat gelisah, sementara
tangannya menguruti jalan darah penting disekitar badan nenek
tersebut. Giam In kok tidak mau mengganggu si kakek yang sedang
mengobati istrinya itu, dengan sorot mata yang tajam dia menyapu sekeliling
tempat itu, terlihatlah kepala ular serta kulit ular yang semula diletakkan
diluar ruangan kini sudah lenyap tak berbekas, kejadian ini membuat si anak muda
itu semakin terperanjat lagi.
kangzusi.com "Aku dengar sepasang suami istri petapa nelayan dari sungai Kang ciu mempunyai
ilmu silat yang sangat tinggi dan tenaga dalam yang mereka miliki tidak berada
dibawah tabib sakti dari gunung Lam san, siapa yang mempunyai kepandaian selihay
ini, sehingga didalam satu gebrakan bukan saja nenek itu berhasil dipukul roboh, bahkan kepala
dan kulit ular bermata satu itupun berhasil dibawa kabur?"
-ooo0dw0ooo- Jilid : 12 SEMENTARA ia masih termenung memikirkan persoalan ini, tiba-tiba dari pantai
seberang berkumandang suara air sungai yang
memecah ketepian disusul sesosok bayangan meloncat naik ke atas daratan dan
kabur dari sana. "Rupanya itulah bangsat yang melakukan pencurian tersebut, aku harus
mengejarnya!" Meskipun dalam hati si anak muda itu berpikir demikian, namun
kakinya sama sekali tidak bergeser dari tempat semula.
Sorot matanya segera dialihkan kearah petapa nelayan dari
sungai Kang ciu yang belum juga berhasil membangunkan istrinya
dari keadaan pingsannya, karena kuatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan atas
diri perempuan itu, terpaksa sambil menahan rasa mendongkol dalam hati kecilnya,
ia menegur: "Kakek Nyioo, dimanakah letak luka yang diderita nenek?"
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu itu menggelengkan
kepalanya. "Ilmu totokan yang dipergunakan orang itu aneh sekali, dan belum pernah kujumpai
sebelumnya, aku tak berhasil menemukan
dimanakah luka yang diderita olehnya"
Giam In kok merasa tak tega terutama sekali setelah ia
kangzusi.com menyaksikan kemurungan yang menyelimuti wajah petapa nelayan
dari Kang ciu, buru-buru ia berkata:
"Bagaimana kalau kuperiksa?"
"Silahkan engkoh cilik" jawab kakek tua itu sambil bangkit berdiri menyingkir
kesamping. Giam In kok segera berjongkok disamping tubuh perempuan itu,
kemudian setelah memeriksa urat nadi pada pergelangannya,
sepasang alisnya kontan berkerut.
"Engkoh cilik, kau pernah belajar ilmu Ciang Tan San Mo?" tegur petapa nelayan
dengan suara terperanjat.
Giam In kok mengangguk, mulutnya tetap membungkam
sementara dahinya semakin berkerut kencang.
Kakek tua itu jadi kuatir sekali, dengan muka tegang buru-buru ia bertanya
kembali: "Engkoh cilik, apakah bini tuaku ini ada harapan untuk
diselamatkan kembali?"
"Kalau diselamatkan sih masih bisa, cuma aku yang muda ini tak berani untuk
melakukannya!" jawab pemuda itu sambil termenung.
"Tidak apa-apa, katakanlah!"
"Cara menetok jalan darah nenek ini aneh dan luar biasa sekali, ternyata yang
ditotok adalah urat jih mehnya sehingga
menyebabkan jalan darah pada tulang ki-kutnya tersumbat dan
hawa murninya tak bisa beredar sebagaimana mestinya, dalam
keadaan begitu aku yang muda benar-benar tidak berani turun
tangan, oleh sebab itu silahkan kakek untuk turun tangan sendiri!"
Setelah mengetahui kalau bininya tertotok pada jalan darah ki
kut yang letaknya berada diantara kedua belah paha, mengertilah petapa nelayan
dari sungai Kang ciu apa sebabnya si anak muda itu jadi serba salah untuk turun
tangan, dengan wajah jengkel dan
mendongkol serunya keras:
kangzusi.com "Entah siapa bangsat itu, membuat aku si orang tua jadi repot saja, sudah tua
begini masih disuruh.... aaaih! demi menyelamatkan diri bini sendiri, apa boleh
buat" aku terpaksa harus bekerja sendiri, dan engkoh cilik, kau harus....."
"Oooh, tentu, tentu saja....!" jawab Giam In kok dengan cepat sebelum petapa
nelayan dari sungai Kang ciu itu menyelesaikan
kata-katanya, ia segera meloncat keatas dermaga itu dan bersiap-siap menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Sementara itu cahaya lampu yang menerangi ruang perahu itu
telah dipadamkan, permukaan air sungai terasa tenang dan suara
angin yang berhembus lewat, akan tetapi perahu sampan tiba-tiba bergerak dan
bergoyang dengan gencarnya, mula-mula goncangan
itu tak seberapa akan tetapi kian lama goncangan itu kian
bertambah keras, dan beberapa saat kemudian suasana baru pulih
kembali dalam keheningan.
Fajar telah menyingsing, sang surya memancarkan sinar keemas-emasan menyambut
kegelapan yang tadi menyelimuti seluruh
jagad, parahu sampan yang berlabuh ketepi sungai perlahan-lahan diterangi
kembali oleh cahaya lentera dan muncullah petapa nelayan dari sungai Kang ciu
diri balik ruang perahu, kepada Giam In kok dia mengucapkan banyak-banyak terima
kasih atas bantuan-nya. Dalam pada itu, pemuda itu kelihatan kesal dan murung karena
kehilangan kepala dan kulit ular bermata satu yang diminta oleh penculik, Giam
In kok dengan nada bimbang ia bertanya:
"Kakek Nyioo, apakah kau dapat memberi petunjuk kepadaku,
siapakah yang telah menculik adikku itu?"
"Ooh....! soal itu gampang sekali, budak itu she Sim bernama Soh Sia, ayahnya
bernama Sim Peng yang merupakan murid
keponakanku dan lagi nona Sim bukan seorang jago dari kalangan
sesat yang bermaksud jahat, aku rasa ia tentu sengaja mengajak
kau bergurau, tunggu sebentar aku berdua tentu segera akan
menghantar engkoh cilik pergi kerumahnya, dan tanggung dia tentu kangzusi.com
menyerahkan adikmu kembali!"
Giam In kok jadi kegirangan setengah mati setelah mendengar
kesanggupan suami istri itu, katanya kemudian:
"Kalau memang begitu bagus sekali, kakek Nyioo! bagaimana
kalau sekarang juga kita berangkat?"
"Kenapa sih musti terburu-buru" jaraknya dari sini menuju
keperkampungan keluarga Sim walaupun terpaut sejauh dua puluh li lebih, tapi
setelah ditempuh bukanlah suatu perjalanan yang terlalu jauh, aku rasa biniku
telah berhasil menangkap ikan besar,
bagaimana kalau dicicipi lebih dahulu kuah ikan segar lagi besar sebagai
penghilang rasa penat selama semalam suntuk?"
Pada waktu itu Giam In kok memang sedang kelaparan,
mendengar ada kuah ikan segar ia jadi kegirangan dan tawaran
kakek she Nyioo itupun segera diterimanya.
Setengah malaman berselang, walaupun perempuan tua itu
sudah mengalami serangan orang dan kemudian harus bekerja
keras untuk melayani suami, namun pada saat ini keadaannya
tetap seperti sedia kala dan sama sekali tidak nampak penat
ataupun lelah, dengan penuh keramahan.
Begitulah dua orang tuan ramah dan seorang tamunya segera
bersantap sambil bercakap-cakap, tanpa terasa tengah hari sudah menjelang tiba.
Selama pembicaraan tersebut berlangsung Giam In kok telah
banyak mendapat pengetahuan mengenai orang-orang aneh dalam
dunia persilatan serta kejadian-kejadian yang berlangsung dalam dunia
persilatan. Ketika tengah hari menjelang tiba, berangkatlah mereka bertiga
menuju keperkampungan keluarga Sim.
Setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya, sampailah
mereka ditebing batu yang dipergunakan Giam In kok untuk bunuh
diri kemarin malam, tiba-tiba satu ingatan berkelebatan dalam
kangzusi.com benak si anak muda tersebut.
"Aaaah...! jangan-jangan nona Sim yang pernah kujumpai ini bukan lain nona yang
mengajak aku ketika hendak melakukan
bunuh diri kemarin!"
Berpikir sampai disini, tak dapat ditahan lagi, pemuda itu segera bertanya:
"Kakek Nyioo! apakah nona Sim itu mempunyai nama kecil yang bernama Li ji?"
"Aaah, rupanya kau kenal dengan dirinya, sedikitpun tidak salah, dia mamang
mempunyai nama kecil Li ji!"
Merah jengah selembar wajah Giam In kok setelah mendengar
perkataan itu, ia segera mengiakan secara sembarangan.
Diam-diam petapa nelayan dari sungai Kang ciu merasa
keheranan dan tercengang melihat tingkah laku si anak muda itu, tetapi dia
mengira persoalan itu menyangkut soal muda mudi, maka diapun tidak bertanya
lebih lanjut. Setelah menuruni bukit tadi, mereka berbelok menuju kesebuah
jalan yang sempit dan berliku-liku, beberapa li kemudian mereka menerobosi
sebuah hutan yang luas dan tampak dari kejauhan
sebuah bangunan rumah muncul dari balik pepohonan.
Setetah memasuki pintu perkampungan mereka saksikaa ada
sejumlah pria kekar dan bersenjata lengkap berdiri di pos penjagaan dengan
kesiap-siagaan penuh, seakan-akan orang-orang itu sedang menghadapi musuh
tangguh, bahkan dari balik tempat
persembunyian pun tampak kepala manusia menonggol keluar.
Agaknya petapa nelayan dari sungai Kang ciu merupakan tamu
yang sering berkunjung kesana, pria kekar yang menjaga didepan
pintu segera menyambut kedatangannya dan menyapa sambil
tertawa: "Nyioo cianpwee, rupanya kau telah datang, apakah nona yang menyampaikan berita
ini kepada kau orang tua?"
kangzusi.com "Berita apa" apakah dalam perkampungan telah terjadi sesuatu musibah....?"
"Sedikitpun tidak salah, semua anggota perkampungan sedang keluar melakukan
pengejaran dan hingga kini belum nampak pulang kembali keperkampungan!"
"Peristiwa apa yang telah terjadi?" tanya petapa nelayan dari sungai Kang ciu
dengan nada terperanjat, "gentingkah situasinya"
dan dimanakah Sim cengcu" apakah ia juga ikut keluar kampung
untuk melakukan pengsejaran?"
"Aaaai....! bencana besar ini bisa terjadi gara-gara perbuatan nona kami, sejak
kemarin malam cengcu telah meninggalkan
perkampungan dan hingga kini belum kembali juga!"
Dari nada ucapan pria penjaga pintu perkampungan keluarga Sim
itu, Giam In kok dapat menduga bahwa urusan ini ada sangkut
pautnya dengan dia, buru-buru ia menegur:
"Apakah orang yang dibawa pulang nona Sim kedalam
perkampungan kemarin malam masih berada disini?"
Dengan pandangan dingin pria penjaga pintu gerbang
perkampungan keluarga Sim itu menatap sekejap kearah Giam In
kok, kemudian tanyanya dengan nada ketus:
"Hmmm! andaikata Sim cengcu berada dalam perkampungan,
bencana besar ini tak mungkin bakal terjadi!"
Giam In kok sama sekali tidak marah ataupun tersinggung oleh
ucapan pria penjaga pintu itu, kendatipun ia merasa betapa
sangitnya ucapan itu serta memandang rendah orang itu terhadap
dirinya, sekarang hal yang terpenting ialah kabar mengenai Giam In kian.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, iapun bertanya
kembali: "Apakah pemuda itu sudah berlari dari tempat ini?"
"Sudah berlari dari sini" dia telah ditangkap orang dan dibawa kangzusi.com
kabur dari sini!" "Apa?" Giam In kok berseru dengan hati terperanjat.
Sebelum ia bertindak sesuatu, dari balik pintu gerbang muncullah sesosok
bayangan tubuh manusia yang tinggi kekar.
Orang itu berusia diantara lima puluhan dengan sebilah golok
raksasa tersoren pada punggungnya, agaknya baru saja ia
melakukan perjalanan jauh, seluruh jidad dan badannya basah
kuyup oleh keringat, napasnya tersengkal-sengkal dan mukanya
kelihatan panik. Setelah mengetahui bahwa petapa nelayan dari sungai Kang ciu
berada disitu, ia nampak berseru kegirangan, lalu sesudah memberi hormat
katanya: "Nyioo supek, aduuuh celaka.... urusan yang tidak diinginkan telah terjadi....!"
Petapa nelayan dari sungai Kang ciu tersenyum.
"Bagaimana duduk perkara yang sebenarnya" tuturkanlah
perlahan-lahan dan tak perlu tergesa-gesa....!" katanya.
Rupanya lelaki itu tak tahu siapakah pemuda yang berada
disamping paman-nya ini, maka ucapannya terpotong ditengah
jalan. Buru-buru petapa nelayan dari sungai kang ciu
memperkenalkan mereka berdua:
"Oooh! engkoh cilik ini merupakan tuan penolong kami berdua suami istri! orang
menyebutnya sebagai bocah ajaib bermuka
seribu!" "Maaf!" seru orang itu sambil memberi hormat.
Giam In kok segera mengerti bahwa orang itu tentulah ketua
kampung dari perkampungan keluarga Sim, ditinjau dari gerak
geriknya, tampaknya Sim Peng merupakan seorang jago persilatan
yang cukup tangguh, mana mungkin dikarenakan musibah yang
sedang menimpa perkampungannya terlalu gawat, maka ia
kangzusi.com kelihatan rada gugup. Buru-buru pemuda itu berkata:
"Sim Cengcu tak usah banyak adat, boleh aku tahu siapa yang telah menculik
adikku, apakah cengcu berhasil mendapatkan sedikit keterangan yang berharga?"


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana kalau kita masak dulu keruang tamu?"
"Menolong orang bagaikan menolong api, bagaimana kalau
cengcu memberitahukan duduknya perkara sekarang juga?"
"Aaaai.... didalam peristiwa ini bukan saja siauhiap merasa kuatir, aku orang she
Sim sekeluargapun ikut gelisah dan tak tenang
memikirkan-nya, kalau mau disalahkan sebenarnya harus
menyalahkan budak ingusan yang tak tahu aturan itu, dialah yang memancing
terjadinya bencana besar ini! siauhiap suka memberi
maaf dan janganlah menaruh perasaan dendam terhadap dirinya!"
Mendengar perkataan yang tak ada ujung pangkalnya serta
membingungkan hati ini, Giam In kok jadi melongo dan tak tahu
apa yang mau dikatakan, setelah tertegun sebentar, buru-buru
bertanya: "Sim cengcu, harap kau jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, aku yang muda
hanya ingin tahu duduk perkara yang sebenarnya!"
Sim Peng menghembuskan napas panjang.
"Aku orang she Sim telah mengikat permusuhan dengan Giam
Ong Hui, semula persoalan ini kurahasiakan dengan ketatnya dan
tak seorangpun yang tahu, siapa tahu suatu ketika budak liar itu telah
mengetahui akan rahasia ini, untuk membalaskan dendam
atas sakit hatiku ini, setiap hari dia berlari kesana kemari dengan harapan bisa
menambah tenaga dalamnya agar lebih sempurna"Suatu ketika ditebing batu Liok ong gan, ia berhasil menemukan sebiji buah
?naga rotan yang dapat menambah tenaga dalamnya,
tetapi karena pada waktu itu buah tersebut belum masak maka niat tadi diurungkan
sampai beberapa waktu lamanya
"kangzusi.com Kemarin malam sebetulnya dia berniat untuk memetik buah
?langka tersebut, siapa tahu buah itu sudah didahului orang maka dia lantas
menerobos masuk kedalam goa batu dan menemukan
seorang pemuda berada disana, dalam tanya jawab yang kemudian
terjadi, budak liar itu mengetahui bahwa pemuda itu merupakan
putra bungsu Giam Ong Hui. Budak liar itu segera merasa bahwa
kesempatan baik tak boleh dilewatkan dengan begitu saja, iapun
menangkap pemuda itu dan dibawanya pulang kedalam
perkampungan" Berbicara sampai disini, Sim Peng berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian
terusnya: "Dalam pengamatan yang kemudian dilakukan atas pemuda itu, barulah kuketahui
bahwa sebenarnya Giam In kian merupakan salah seorang korban dari Giam Ong Hui,
bahkan persoalan ini menyangkut pula diri siauhiap"
"Aku segera mengusulkan untuk mengembalikan pemuda itu
ketempatnya semula, sehingga tidak terjadi hal yang tak diinginkan, namun Li ji
berkata bahwa ia telah meninggalkan surat dalam gua dan menduga bahwa besok pagi
siauhiap bakal datang kemari, ia
lantas mengusulkan agar Giam In kian berdiam disini semalam"
Berbicara sampai disini, kembali Sim Peng berhenti, kali ini dia menghela
napasnya. Setelah lama termenung dia baru melanjutkan kembali bicaranya:
"Aaaai....! sungguh tak nyana pada kentongan kelima tadi pagi, tiba-tiba kutemukan
timbulnya suara berisik yang amat
mencurigakan didalam kamarnya, aku segera mengutas orang untuk
melakukan pemeriksaan, ternyata jendela kamarnya telah terbuka
dan jejak Giam In Kian lenyap tak berbekas....!"
Mendengar sampai disini Giam In kok segera menyela:
"Walaupun adikku mengerti ilmu silat, namun kalau dia disuruh meloncati tembok
pekarangan itu, sudah jelas bukanlah suatu
kangzusi.com pekerjaan yang enteng bagi dirinya, lagi pula cengcu telah
melayaninya sebagai tamu, aku rasa tak mungkin kalau ia berlalu tanpa pamit!"
"Perkataan siauhiap memang tepat sekali," jawab Sim peng sambil mengangguk,
"menurut laporan dari penjaga malam, secara lamat-lamat katanya mereka saksikan
ada sesosok bayangan hitam
berkelebat lewat diatas atap rumah dan kabur dan kabur menuju
kearah barat, aku segera membawa para jago yang berada dalam
perkampungan untuk melakukan pengejaran, tapi usahaku ini sia-sia belaka, sampai
sekarangpun aku masih belum berhasil menemukan
sesuatu jejak apapun yang patut dicurigai.... aaaaii....! mereka kabur kemana?"
"Apakah Li ji masih melakukan pencarian ditempat luaran?" tanya petapa nelayan
dari sungai Kang ciu. "Benar! ia serta ibunya telah melakukan pengejaran dengan
mengambil arah lurus dari sini!"
Giam In Kian belum pernah melakukan perjalanan dunia
persilatan, diapun belum pernah mengikat tali permusuhan dengan siapapun juga,
kenapa pemuda itu ditangkap orang" siapakah yang menculik dirinya" dan apakah
maksud serta tujuan orang menngkap dirinya"
Berbagai ingatan berkelebat dalam benak Giam In kok, lama
sekali ia termenung dan berpikir, akhirnya pemuda itu bertanya:
"Sim cengcu, kecuali mempunyai permusuhan dengan Giam Ong
Hui, apakah kau pun mempunyai permusuhan atau sakit hati
dengan orang lain?" Sim Peng termenung sebentar, kemudian menggeleng.
"Selamanya aku orang she Sim bekerja mengutamakan kejujuran serta kebenaran
meskipun dimasa mudaku aku pernah bekerja
sebagai seorang pengawal barang antaran, tetapi belum pernah
menyakiti atau mempunyai permusuhan dengan kawan-kawan
bulim!" sahutnya. kangzusi.com "Aduuuh celaka!" tiba-tiba Giam In kok berseru tertahan.
Seandainya semua yang diucapkan Sim peng adalah jujur dan?benar, maka bisa dipastikan kalau orang yang menculik Giam In
kian dari perkampungan keluarga Sim tentu orang yang mempunyai
hubungan dengan Giam Ong Hui
?"Mungkinkah sejak dari permulaan Giam Ong hui telah
mengetahui kalau Leng Siang in dengan membawa putranya bakal
melarikan diri" mungkinkah sepanjang penjalanan dan mengutus
orang untuk melakukan pengejaran serta mencari kesempatan
untuk menculik Giam In kian?"
"Andaikata Giam In kian terjatuh ketangan orang lain, belum tentu jiwanya
terancam bahaya, sebaliknya kalau dia terjatuh
kembali ketangan Giam Ong hui maka kecuali kematian yang
diperoleh, mungkin tidak ada jalan lagi"
Teringat akan keselamatan jiwa Giam In kian yang terancam
bahaya, tanpa bisa di sadari lagi, sekujur badan Giam In kok
gemetar keras, buru-buru tanyanya:
"Benarkah orang itu kabur menuju kearah barat?"
"Benar!" jawab Sim Peng mengangguk, "menurut laporan, bayangan hitam itu memang
kabur menuju kearah barat, tapi aku
sudah melakukan pengejaran sampai sejauh seratus li lebih,
sepanjang perjalanan aku tidak berhasil menemukan suara apapun
yang mencurigakan, dan lagi akupun tidak menemukan orang-orang
yang patut dicurigai...."
"Kalau begitu maaf, terpaksa aku harus berangkat lebih duluan!"
Setelah memberi hormat, Giam In kok segera mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan berlalu dari situ.
Dalam keadaan gelisah bercampur cemas atas keselamatan jiwa
adiknya, pemuda itu segera mengerahkan segenap kekuatan tubuh
yang dimilikinya dan berkelebat menuju kearah barat, meskipun
kangzusi.com perjalanan dilakukan dengan amat cepat namun sepasang matanya
mengawasi keadaan disekelilingnya dengan tajam, bila terdapat
sesuatu yang mencurigakan matanya, tak mungkin ada yang lolos
dari pengamatannya. Tengah hari sudah lewat dan Giam In kok sudah berada seratus li dari
perkampungan keluarga Sim, namun yang terlihat olehnya
Pangeran Perkasa 15 Suro Bodong 09 Dendam Perempuan Sepi Kisah Para Penggetar Langit 9
^