Pencarian

Rahasia Gelang Pusaka 7

Rahasia Gelang Pusaka Karya Okt Bagian 7


"Kun Cu Ho Kiu" artinya:
"Pasangan yang setimpal".
Gambar yang kedua yaitu berpegangan tangan masuk kedalam kamar dan kalimatnya
"Teng Tong Jip Sip"
artinya: "Memasuki kamar".
Yang ketiga: dua orang itu duduk berendeng diatas pembaringan, baju mereka
separuh terbuka mereka lagi bergurau, Sedangkan kalimatnya: "Sat Ie Jiok Lay"
atau "Hujan bakal datang".
Demikian seterusnya, semua gambar ialah gambar-gambar muda mudi itu lagi
berpacaran, sikapnya pelbagai macam, ada yang biasa ada yang centil, dan
kalimatnya semua berbau asmara. Ketika ia sudah melihat semua tiga puluh dua
gambar itu, Ie Kun mengeluarkan napas lega.
Tadinya, ia seperti sukar bernapas. Ia masih tidak melihat gerak gerik ilmu
silat dalam gambar gambar itu. Karenanya dan heran, ia menjadi curiga, sehingga
ia mencurigai si ibu angkat bermaksud yang tidak tidak...
Hanya kalau orang bermaksud buruk, tentulah ia bakal diserbu disaat hatinya lagi
goncang itu ia menjadi letih karena berpikir keras sendirinya, ia rebah layap-
layap, terus ia kepulasan. Sampai ia mendusin Tok Koan Im tidak juga muncul.
Tempo kamar mulai gelap. Ie Kun berbangku untuk menyulut lampu, kembali ia
membeber pelbagai halaman buku itu. Tetapi Tok koan Im tidak muncul juga, Lama
lama ia jadi berpikir, mungkin benar buku itu mempunyai arti tak sama seperti
lukisannya gambar dipandang sepintas lalu. Lantas dari berduduk sembarangan, ia
bersila, bersiap seperti orang bersemedhi. Sambil berduduk tegak lurus itu, ia
menatap gambar ia memperhatikannya sungguh-sungguh. Hendak ia menyelami artinya
yang sebenarnya. Memperhatikan secara begini, lama lama Ie Kun melihat sesuatu. Pada gerak tangan
dan tindak kakinya muda-mudi itu ada silang yang tak wajar, maka ia menatapnya
terus menerus. Satu malam itu terus ia perhatikan gambar nomor satu itu, lantas
ia dapat menangkap artinya. Itulah lukisan yang maksudnya tersembunyi!
kesudahannya ia menjadi girang sekali.
Sekarang, tidak lagi si anak muda memandang tak mata pada si ibu angkat, ia
justeru menghargai, memandang hormat dan kagum. Maka selanjutnya, hampir ia tak
mau melepaskan buku itu. Terus menerus ia memahamkannya, kecuali saatnya
bersantap, dan beristirahat. Jadi itulah bukan gambar berpacaran belaka, hanya
ilmu silat yang luar biasa. Itulah ilmu silat kaum lunak.
Dihari kedua tengah hari. te Kun telah dapat menangkap juga artinya gambar nomor
empat. Tanpa merasa, sang waktu lewat terus. Waktu itu tapi tidak disia-siakan si anak
muda. Ia membaca ia mengawasi gambar, ia memahami pelbagai sikap muda-mudi itu.
saban saban ia mudah mengerti. Dengan begitu, dalam delapan hari, tamatlah
pelajarannya! Tok Koan Im seperti pandai meramalkan. Disaat si anak muda paham semuanya dia
membuka pintu dan muncul dimuka kamar. Dia lantas tertawa dan berkata: "Bukankah ada harganya untuk
mempelajari Im Yang Kauw yang terdiri dari tiga puluh dua jurus itu?"
Parasnya Ie Kun merah, biar bagaimana ia jengah, Ia cuma mengangguk.
Tok Koan Im masuk kedalam kamar, ia membetuli nyala lampu, merapikan tudungnya
yang berwarna dan indah, buat membikin bercahaya merah bercampur hijau, hingga
sinarnya menjadi teduh nyaman, setelah itu ia menyajikan masakan yang terdiri
dari empat macam, sedangkan araknya ia menyediakan dua botol.
"Sudah delapan hari kau tidak dahar barang masakan"
katanya "maka malam ini mari kau dahar sedikit, Besok barulah aku akan memberi
selamat padamu." Berkata begitu nyonya ini menarik meja sampai ke depan pembaringan, karena
pembaringannya yang dijadikan kursinya, bahkan selagi bersantap keduanya duduk berendeng.
Kali ini Ie Kun tidak curiga apa apa.
Akan tetapi, selekasnya ia minum tiga cangkir arak mendadak ia menjadi Kaget
sekali. Ia merasai muka dan telinganya patas dan tubuhnya gerah, hatinya pun
melonjak-lonjak. Hampir tak kuat ia mempertahankan diri, apapun ketika ia
berpaling kepada si nyonya ia mendapat sepasang buah dadanya Tok Koan Im muncul
berbayang diantara bajunya yang indah dan tipis! Ia kaget bukan main.
Dengan sinar mata genit, Tok Koan Im melirik, terus ia berkata: "kau telah
memahamkan selesai Im Yang Kouw, sekarang mari kita melihatnya dalam praktek!"
Ie Kun kaget, ia melengak Hendak ia berbangkit, atau si nyonya sudah menyerang,
menyambarnya dengan jurus
"San Ie Jok Lay." "Hujan mau turun" Itulah jurus yang ketiga Walaupun ia
terkejut, Ie Kun ingat akan tipu silau itu. Ia pula melihat si ibu angkat
bergerak dengan lurus, menuruti lukisan dalam gambarnya. Maka lekas lekas ia
menangkis dengan kedua belah tangannya sambi tangannya terus diluncurkan, guna
menjambret buah susu orang!
Tok Koan Im mengelakkan diri, dia tertawa manis. Tapi dia bukan cuma tertawa dan
menyelamatkan diri. kembali dia menyerang, dengan serangan "Sedap meresap."
Syukur buat Ie Kun. ia telah makan jin-som tua, meski perutnya terasa panas,
dapat ia bertahan, kalau tidak; tentulah ia sudah runtuh dan roboh berlutut
didepan nyonya itu. Toh ia kaget. Mengenali jurus itu, ia mencaci didalam
hatinya: "Oh. dasar Kiu Bwee-Sian Ho yang tak tahu malu!. "Untuk melo loskan
diri, ia lompat keluar kamar.
Tok Koan Im tertawa kata dia: "Jikalau kau tidak dengar kata-kataku, didalam
tempo empat puluh sembilan hari, kau bakal mati keracunan karena bekerjanya
racun itu didalam perutmu! Tidak ada lain jalan untuk menolongmu kecuali kau
tidur bersama aku didalam satu pembaringan!"
Ie Kun kaget, tetapi toh ia takut, maka ia lompat terus Baru ia sampai dilorong,
Tok Koan Im telah menyandaknya, sambil tertawa dingin, nyonya im kata:
"Walaupun kau lolos, kau bakal mati juga! kenapa kau tidak mau menurut aku" Toh
kau bakal mendapat kesenangan" kau tahu jurus yang ke enam belas bukan"
Haha! Sekarang ini aku menghendaki kau mati atau menjadi dewa!...." Ie Kun tetap
sadar. "Cis!" serunya. "Tak tahu malu! Tak heran Tok Jiauw Sin Liong m"nyia-nyiakanmu!"
Tok Koan lm tidak menjadi gusar, dia tetap tertawa tawa.
"Sekarang ini aku tak akan dengar apa juga dan tak akan menghindari yang lainnya
kecuali kau melayani aku berlatih Im Yang Kauw!" katanya. "Aku tidak akan
bergusar walaupun kau caci dan memukulku! Apalagi kau menyimpan hu-cui jie ie
itu ! Aku berlaku begini, aku tidak menyalahi janjiku! kau tahu, aku justeru
tengah membantu padamu ! kaulah yang tidak mengenal kebaikan!"
Ie Kun tidak meaapsrdulikan, ia justeru membentak.
Sekarang ia bukannya lompat lari, untuk menyingkir, sebaliknya, ia maju
menyerang ! Ia menggunai jurus "Cio Po Thian Keng" dan mengarah buah susu siibu
angkatnya! Walaupun serangan sangat berbahaya, mudah saja Tok Koan Im mengegos tubuhnya,
bahkan sebaliknya sembari berkelit itu, ia merangsek ia mengulur tangannya, guna
menyambar pinggang sianak muda.
Ie Kun mengasi dengar suara "Hm!" sambil iapun mengelit diri sembari menyandak,
tangannya dipakai membacok lengan si nyonya yang putih bagaikan kemala.
Ia menyerang dengan jurus "Cian Kouw Lui Tong".
"Tambur perang mengguntur"
"Hm." Tok Koan Im juga tertawa dingin, sedangkan tangannya dikibaskan, untuk
menangkis. Ie Kun terkejut bukan main sebab tubuhnya tergempur mundur beberapa kaki, sampai
ia membentur pintu lorong, hingga pintu itu terbuka melompong! Hingga tidak
ampun lagi, tubuhnya itu terus terjerumus jatuh, tercemplung kedalam solokan !
Tok Koan Im juga tertolak mundur dua tindak, kerena mana, meski ia melihat si
anak muda terjatuh tidak sempat
ia lompat untuk menolongi. la lantas menjerit keras, sambi) menjerit itu ia lari
masuk ke dalam kamarnya......
2. Korban Bwee Hoa Po ....
Terpentalnya Ie Kun dan Tok Koan Im masing masing disebabkan tenaga mereka
berimbang. Ie Kun tercemplung tanpa dapat berjalan lagi Syukurlah, dalam
kagetnya, ia tidak menjadi bingung. Baik kaki maupun tangannya, lantas
menjambret Dan ia berhasil menjambret sebatang oyot rotan. Memang di kiri dan
kanan lorong itu tumbuh .lima puluh batang pohon rotan kecuali yang sebatang
empat puluh sembilan lainnya ia sudah kenal baik sekali karena itulah pohon
pohon di mana ia telah berlatih melompat turun dan naik. karena itu juta
selekasnya ia bisa melihat tegas, ia mengenali itulah oyot yang keempat puluh
delapan Pada ujung rotan itu ada tanda yang berupa palangan tapak jalak. Maka
selekasnya tangannya menggenggam, kakinya lantas diinjakkan pada palang itu.
Hanya sejenak itu, tak tahu ia mesti berbuat apa. Asal ia melonpat naik dan
kembali ke sarangnya Tok Koan Im, ia pasti tidak bakal lolos dari tangannya
wanita aneh itu. Sebaliknya, tidak dapat ia turun terus. Disitu tidak ada jalan,
sedangkan Tok Koan Im telah membilangi, di dalam empat puluh sembilan hari,
racun di dalam tubuhnya bakal bekerja dan ia tak akan ketolongan lagi......
Tapi anak mada ini cerdas ia dapat menggunai otaknya.
Segera ia ingat oyot rotan yang tearkhir itu yang kelima puluh Pikirnya: "Kenapa
aku tidak mau pergi melihat oyot itu untuk mencari tahu ujungnya sampai dimana"
Kenapa Tok Koan Im tidak menyuruh aku pun berlatih di oyot itu?"
Ie Kun berpikir tidak lama ia telah mengambil keputusan Ia memberatkan tubuhnya
terus ia menggeraknya untuk mengayun diri, Cuma dengan satu kali ayun ia telih
tiba ke oyot yang keempat puluh sembilan untuk berayun pula ke
oyot yang terakhir itu. Karena adanya kabut ia tidak dapat me lihat sebaliknya
dapat ia meraba. Hanya kali ini ia mesti menggenggam dengan keras dan waspada.
Oyot itu kecil seperti jempol tangan. Ketika ia sudah mencoba baru ia mendapat
tahu meskipun kecil oyot itu kuat Toh ia tidak berani melepaskan dulu rotan ke
empat puluh sembilan itu, malah sebaliknya oyot itu dilibat ke punggungnya.
Hingga umpama kata tangannya terlepas tubuhnya tak akan turut terlepas dan
jatuh. Habis mengikat ia menguji oyot terakhir itu. Untuk girangnya ia
mendapatkan oyot kuat seperti yang lain lainnya. Baru setelah itu berarti ia
molorkan libatan rotan pada pinggangnya itu.
Selama berlatih turun naik pada empat puluh sembilan batang rotan itu [e Kun
ketahui baik sekali bahwa rotan yang keempat puluh sembilan meski panjangnya
lebih dari seratus tombak ujungnya tidak sampai ke dasar selokan atau kali Si
dalam selat itu. Tapi sekarang dirotan yang ke lima puluh ini ia mencoba turun
merosot terus! Baru kira sepanjang atau sejauh, lima puluh tombak maka ter1ihat bahwa kabut
sudah mulai buyar hingga cuaca tampak juga fajar samar. Kiranya ketika itu sudah
malam tidak heran apabila orang sukar melihat jauh....
Akan tetapi Ie Kun tidak berhenti merosot. Ia turun terus. Sampai kira seratus
tombak. Atau segera telinganya mendengar suara yang ia tak kenal suara apa.
Suara itu berbunyi:...kuru..kuru...Suara pun datang dari tempat tak jauh.
Masih Ie Kun turun lagi belasan tombak lantas kedua kakinya batu, menginjak
Disitu ujung rotan berakhir.
Berpikir sejenak Ie Kun menerka nerka dari sarang sampai di dasar itu, ia sudah
turun sedalam dua ratus lima puluh tombak!
"Telah bebaskah aku" ia tanya dirinya sendiri. Ia menghela napas lega Panjang
napasnya. Kemudian ia mencoba memandang kesekitarnya.
Segala apa gelap tak nampak apa juga. Dasar lembah itu bagaikan tak berbatas.
Mestinya di situ terdapat banyak batu dari pelbagai ukuran dan ragam.
Cuma suara secah sicsh itu masih terdengar tercampur suara lainnya; ..kuru..
kuru . Ie Kun mengawasi tajam, tetap ia tidak melihat mahluk atau benda itu. Lembah
tetap sunyi. Lama-lama, dengan samar samar, Ie Kun melihat juga lumpur. Tapi, dengan dongak,
ia tidak melihat apa juga.
Hanya sang angin terdengar, dari terasa bersilir.
"Baiklah aku mundur yaitu naik pula?" ia tanya didalam hati. Ia tidak takut
tetapi suasana menyepi, membuat hati iseng...
Segera ia ingat Tok Koan Im!
"Tidak dapat!" katanya.
Lalu ia berpikir pula. Ia mau percaya, inilah tempat dimana Tok Koan Im biasa
kelayapan atau mundar mandir.
Terutama itu oyot oyot rotan.
"Seringkah dia turun keselokan ini" Kalau benar, mau apakah dia?" Ie Kun menerka
nerka pula. Kembali ia mengawasi tajam.
Lama kelamaan biasa juga matanya di tempat gelap petang itu. Ia melihat pelbagai
macam batu gunung. Karena ini, berani ia meninggalkan tempat dimana ia berdiri,
untuk bertindak maju. Perlahan tindakannya.
Terasakan dasar lembah itu makin gelap dan sunyi.
"Sebenarnya, tempat apakah ini" Hebat.."
Justeru ia berpikir begitu, justeru Ie Kun bertindak.
Blus! demikian kakinya membelebas. Itulah kaki kirinya, yang menginjak tempat
yang lunak sekali, hingga tubuhnya bergoyang. Ia kaget, lekas-lekas ia menarik
kakinya itu. Atau untuk kagetnya, bukan berhasil ia menarik hanya kakinya melesak lebih
dalam! Lumpur itu, atau lebih benar embal mempunyai tenaga menarik yang kuat.
"Inilah berbahaya," pikir Ie Kun, yang jadi berkecamuk hati.
Barusan anak muda ini bergerak, maka kedua kakinya lalu melebas. Kaki kirinya
diikat kaki kanan! Mulai berkuatir, Ie Kun berpikir keras. Lantas ia mengumpul tenaga dalamnya,
untuk membikin tubuhnya menjadi ringan, lalu dengan berbareng, gntakan kedua
kakinya diiringi kedua belah tangannya, yang dipentang. ia menjejak kakinya dan
menekankan kedua tangannya itu, untuk berlompat!
Kalau ia berhasil ia bebas. Hingga ia berada diatas batu lagi.
"Ah!.. ia mengeluarkan napas lega. Hatinya jadi tenang pula. Ia merasa seperti
baru hidup kembali. Tidak dapat Ie Kun berdiam terus disitu Hanya sejenak, ia mulai bertindak pula.
Hanya kali ini ia lebih berhati-hati.
Maka ia tidak pernah terjeblos pula. Malah ketika sekian lama ia terus menginjak
batu atau tanah, ia mencoba mulai bertindak cepat.
Sekonyong-konyong! Dari arah belakang terdengar seruan nyaring halus itulah suara wanita.
Kaget Ie Kun! Apakah Tok Koan Im menyusul"
Lantas Ie Kun lompat menyamping. Di situ ada batu-batu tinggi mirip rebung. Ia
lompat naik keatas sebuah batu.
Ia memutar tubuh, untuk mengawasi ke belakang. Ia mendengar suara ujung baju
berkibar-kibar tetapi ia tidak melihat orangnya.
Hanya sebentar, hilang juga suara ujung baju berkibaran itu.
Hanya menanti sebentar lalu dengan melegakan hati. Ie Kun berjalan lebih jauh.
Sekira satu lie ia sampai disebuah tanah datar luas beberapa bahu. Ia melihat
lima tumpukan tanah tinggi teratur mirip bunga bwee mungkin itu buatan manusia,
mungkin jaga wajar. Ie Kun lantas memikir untuk menghampirkan, untuk mendekati. Belum lagi ia
bertindak maju, dua bayangan orang tampak berlompat turun, cepat bagaikan
melayang la memasang mata tajam ia mengawasi.
Untuk herannya, ia melihat dua orang cebol yang bertubuh kasar bajunya sama sama
panjang, rambutnya ubanan dan riap-rispan turun kepundaknya sedangkan kulit muka
mereka pucat pasi. Sebaliknya mata mereka bersinar hijau dan tajam!
"Pastilah mereka lihay ilmu tenaga dalam mereka...."
pikirnya. Ia tidak kenal mereka itu. Ia heran darimana datangnya mereka.
Lantas terdengar mereka itu berbicara , Seorang yang tubuhnya sedikit lebih
tinggi, tertawa lebar dan berkata:
"Benda yang dianggap sebagai mustika dikolong langit ini siapakah pun berhak
mendapatkannya asal dia mampu!
Diantara jago-jajo Bu Lim dijaman ini, siapakah yang pernah memasuki selokan Pek
Kian di Lu Liang ini"
Siapakah pula yang ketahui bahwa benteng tua Bwee Hoa Po di Pek Tok Kian ini ada
menyimpan barang mustika"
Maka itu kita In Bong Siang Shia. kita bolehlah dianggap sebagai orang-oranh
yang berejeki besar..... "Ya. kau benar." sahut kawannya.
Lantas keduanya tertawa berkakakan, tanda puasnya hati mereka. Hanya tertawa
mereka itu tidak sedap, mirip pekik burung hantu.
Ie Kun terkejut mendengar orang menyebut dirinya In Bong Sian Shia li Sesat
Sepasang dari In bong Ia dengar dua orang ini aangat kosen dan kejam, jarang
hubungan mereka dengan kaum BuLim. orang orang Rimba Persilatan.
Bahkan sudah kira kira lima puluh tahun mereka menghilang dari dunia Kangouw.
Sungai Telaga, siapa sangka di detik ini mereka muncul di Pek Tok Kian, selokan.


Rahasia Gelang Pusaka Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seratus Racun. Mereka juga menyebut Bwee Hoa Po, maka teranglah, lima tumpuk,
batu mirip bunga Bwee inilah yang disebut dengang Bunga Bwee itu.
Selagi Ie Kun berpikir, mendadak ia mendengar siulan yang lama disusul dengan
berkelebatnya sesosok tubuh yang kecil mungil tetapi pesat, ia lantas menerka
kepada Tok Koan Im Hang Kie Bun, tetapi ternyata ia menduga meleset!
Wanita yang baru tiba ini berpakaian seluruhnya hijau muda kundainya, kundai
sepasang Dia mempunyai wajah cantik mirip bunga toh. Dia sudah berusia kira kira
empat puluh tahun tetapi kecantikannya itu masih sangat menggiurkan hati orang!
Sebelum wanita itu berhenti, untuk menginjak tanah, In Bong Siang nia sudah
mendahului menyingkir ke samping, buat menjembunyikan diri.
Wanita itu memandang kesekitarnya, ia tidak melihat lain orang disitu, ia lantas
tertawa nyaring. "Ha, siapakah yang sangka bahwa benteng tua Bwee Hoa Po ini telah dibangun untuk
aku Lie Hui Wie Bouw yong Wan?"
Kata kata itu disusul gerakkan tubuh sinyonya yang berlompat ke antara benteng
Bunga Bwee itu, dan terus disitu ia berjalan mundar mandir sebagai juga dialah
sijuru pemeriksa! Justeru Bouw yong Wan lagi beraksi itu, mendadak terdengar satu seruan, menyusul
mana tubuhnya lompat mencelat kesisi benteng!
Ie Kun terperanjat. Ia menduga bahwa orang telah terluka.
Hanya sejenak, terdengarlah jeritan Lie-Hui Wie, yang terus roboh untuk tidak
bangun pula! Dilain pihak maka tedengarlah suara tertawa bergelak gelak, lalu menyusul
munculnya pula In Bong Siang Shia.
Kata si cebol yang tadi bicara paling dulu: "Ini dia yang dibilang, sang
cengcorang menghadang kereta! Memangnya benteng tua Bwee Hoa Po ini mudah orang
lancang memasukinya?"
Tapi sisobat lainnya menyela: "Laotoa jangan girang tidak karuan! Coba pikir
Lie-Hu Wie dapat datang kemari
mustahil lain orang tidak mampu" Siapakah yang berani menjaminnya,"
Lao Toa, atau sikakak tua nampak terkejut
"Habis menurut kau, lao Jie bagaimanakah?" tanyanya.
Teranglah Lao Jie, situa kedua, menjadi adiknya Lao Toa ini.
"Memukul besi mesti membarengi disaatnya masih panas" berkata Lao Jie. "Pada
tubuhmu ada teratai merah usia selaksa tahun dari Gunung Salju, maka sekarang,
pergilah kau yang masuk kedalam aku sendiri, aku akan menjaga memasang mata
diluar sini! Kita jangan melewatkan ketika yang baik!"
Si kakak mengangguk, bahkan mau dia lantas berlompat, atau dia segera didului
suara tertawa yang seram seram merdu, yang tidak ketahuan dari arah mana
datangnya! Maka dia menunda gerakkannya. Dia terkejut dan heran.
Lao Jie terperanjat juga.
Demikian Ie Kun. Berbareng dengan tertawa yang menusuk hati itu maka terlihatlah munculnya Tok
Koan Im Hang Kie Bun dengan rambutnya yang panjang dan riap riapan serta bajunya
yang banyak tambalannya. Begitu dia berpaling kepada In Bong Siang Shia untuk
tertawa dingin. "Hai, kedua hantu tua kamu sangat tidak tahu diri"
tegurnya "Apakah kamu sangka kamu dapat mengandalkan teratai merah umur selaksa
tahun dari Gunung Salju itu untuk memasuki benteng Bwee Hoa Po di Pek-Tok Kian
ini" Kau tahu benteng tua ini justerulah tempat dimana kamu mengubur mayat kamu!
Bukankah Lie Mui Wie Bouwyong Wan itu contohmu" Kamu juga harus
mengetanui benteng Bwee Koa Po di Pek Tok Kian ini telah dijagai oleh aku Tok
Koan Im hampir tiga puluh tahun...."
In Bong Siang Shia tidak menanti orang bicara habis
"Oh, perempuan yang tak tahu langit tinggi dan bumi tebal!" damprat si kakak,
berbareng dengan mana berdua mereka lompat menyerang, tangan mereka menyambar
dari kiri kekanan! Selagi orang berkata dan berlompat, Tok Koan Im tertawa dingin dan berkata juga:
"Saat mampusmu sudah tidak lama lagi, masihkah kau berani turun tangan?"
Berkata begitu nyonya ini berlompat tinggi beberapa tombak dan berputar, hingga
dilain detik ia sudah berdiri diatas puncak tumpukan Bwee Hoan Po yang jengah.
Ia tertawa pula dan berkata lagi: "Kamu harus ketahui berbisanya Pek Tok Kian.
yang mempunyai racun bukan cuma beribu atau berlaksa macam racun! Jikalau kamu
suka dengar nasihatku, lekas kamu kembaii dari tempat darimana tadi kamu masuk
kemari, aku tidak bakal menghalangi kamu, dengan begitu mungkin kamu dapat
pulang kegunung In Bong San untuk mati secara baik baik diatas pembaringan kamu!
Jikalau kamu temberang, jikalau berkeras, aku kuatir, tak usah sampai satu jam
lamanya sukarlah buat kamu dapat keluar dari lembah ini.
Percayalah kamu teratai merah umur selaksa tahun Gunung Salju itu tidak dapat
menghidupkan orang yang sudah mati!"
"Teratai merah umur selaksa tahun" itu dialah Pan lian Anglian", dari Gunung
Salju yaitu "Soat San".
Habis mengucap begitu, dengan sikapnya yang tenang Tok Koan im berlompatan
mondar mandir diatas tumpukkan benteng itu. Dimata dia, disitu seperti tidak ada In Bong Siang Shia,
si Dua Sesat dari In Bong San.
In Bong Siang Shia tidak mau melarang orang berbicara, atas ancaman sinyonya,
mereka justeru menggeraki tubuh mereka untuk lompat menghampirkan.
Atau...... Belum lagi mereka berlompat kedua duanya sudah mengasih dengar jeritan heoat
yang menyayatkan hati, terus tubuh mereka rubuh terkulai dengan darah mengalir
keluar dari mata, hidung, mulut dan telinga mereka!
Ie Kun mendengar dan melihat, dia kaget sekali.
Tok Koan Im bertindak perlahan lahan menghampirkan tubuhnya Im bong Siang Shia,
setelah datang dekat, mendadak ia mendupak tubuh orang hingga tubuh itu
terlempar jauh setombak lebih. Ia mendupak bergantian.
Sesudah itu, ia menggeledah tubuhnya Lao Toa, hingga ia mendapatkan dan Lian ang
lian, yang ia terus memasuki kedalam sakunya. Sesudah itu, ia lompat naik
kembali keatas tumpukan batu. Hanya sekarang ia terus memutar tubuhnya,
menghadap kearah dimana Ie Kun lagi menyembunyikan diri. Ia medengarkan suara
tertawa dingin. "Malukah kau tidak mau muncul sendirimu?" ia menanya tiba tiba, suaranya
nyaring. "Apakah kau menghendaki aku yang menghampirimu untuk cintanya?"
Hati Ie Kun bercekat, Ia kaget sekali. Tidak dapat ia tidak keluar diri tempat
sembunyinya. Dilain pihak ia menginsafi bahwa orang lihay luar biasa. Maka ia
menenangkan hati, lalu dengan sadar ia bertindak keluar dari tempat sembunyinya.
Hanya begitu ia muncul mendadak ia bersiul terus ia menggerakki kedua tangannya,
kedua kakinya terus menjejak tanah karena mana tubuhnya terus lompat melesat
katempat dimana si nyonya lagi berdiri menantikannya!
Tok Koan Im mengawasi aksi orang Dia tertawa dingin.
"Mungkinkah kau sudah bosan hidup?" tanyanya. Meski begitu, dia mengeluarkan
teratai merah yang dia dapatkan dari tubuh Lao Toa dari In Bong Siang Shia tadi
sembari dia kata: "Baik kau makan dahulu teratai merah ini!
Sebentar baru kita bicara!"
Tanpa merasa Ie Kun menyambut. Ia merandak, matanya mengawasi nyonya yang luar
biasa itu. Orang telengas terhadap lain orang, tetapi orang berbaik hati
terhadapnya. Tok Koan Im tertawa. Ie Kun mengawasi. Mendadak ia melihat orang berhenti bicara, lantas wajahnya
menjadi padam. Ia tidak tahu apa sebabnya itu ia cuma melihat tubuh si nyonya
berlompat. Tidak tahu Ie Kun orang mau lompat kemana hanya tiba diatas nyonya itu memutar
tubuhnya kearah tumpukannya tadi, untuk melihat sambil mengasi dengar jeritan
kaget. Ie Kun turut mengawasi. Untuk herannya, ia melihat tumpukkan batu itu bergerak
berputar sampai belasan kali.
Menyusul itu, maka terdengarlah satu suara nyaring memperledekan, lantas bagian
atas dari tumpukkan batu itu terbuka sendirinya, mcmperlihatkan sebuah pintu
kecil bundar. Akan tetapi itu belum semua. Selekasnya pintu terbuka, dari mulut pintu tampak
munculnya satu kepala orang yang besar luar biasa, munculnya perlahan-lahan.
Selekasnya dia melihat tegas kepala orang itu lagi lagi Ie kun terkejut.
"Bu Beng Tongcu!" serunya.
Tok Koan Im melihat orang itu dia berseru, terus dia lompat menerkam!
Bu Beng Tong cu belum muncul seluruhnya dia melihat Tok Koan Im lompat kearahnya
lantas dia membuka mulutnya terus dia menghembuskan napasnya!
Ie Kun mengawasi ia melihat di mulut si Bocah Tak Bernama keluar seutas benda
hitam mirip benang yang menyambar kepada si wanita kosen dan telegas itu.
Nampaknya Tok Koan Im tidak melihat benda hitam itu karena ketika dia
mengetahuinya dia kaget sekali tetapi sekarang dia cuma bisa menjerit terus
tubuhnya roboh terguling lantas dia berkoseran seperti orang lagi meronta ronta!
Menyaksikan orang roboh dengan tidak dapat segera bangun lagi Bu Beng Tongcu
tertawa dingin habis mana dia bangun terus dari lubang pintu terus dia lompat
tinggi beberapa tombak jatuhnya kearah Ie Kun!
Melihat orang berlompat kepadanya sianak mudapun kaget. Tempatnya Pek Tok
Loojin. Hujan hebat! Badai! itulah gerak gerik sang alim yang meliputi gunung Lu Liang
San! Dimana ada puncak gunung, yang tinggi yang aneh coraknya, yang berbahaya tetapi
pun yang indah! Hanya disebabkan serbuan hujan dan badai itu. keindahannya itu
telah sirna- musnah. Bertepatan dengan mengamukan sang hujan dan angin hebat itu, disana juga
terdengar seruan yang nyaring keras,
yang seperti saling samburan dengan kekuasaan sang alam itu.
Lantas nampak beberapa bayangan berlari-lari cepat bagaikan kilat, gerak-
geriknya mirip serombongan anjing pemburi yang lagi mengejar mencari mangsanya.
Didalam keadaan seperti itu. maka Bu Beng Tongcu, didalam wujud huruf "Tay"
"besar" rebah tak berkutik, diatas, atau didalam, sarangnya, yang besar cuma
lima kaki yang bagaikan tergantung diatas jurang. Dia memejamkan matanya.
Angin dahsyat hujan menghebat, ada seruan-seruan juga tetapi, semua itu dia
tidak hiraukan. Dia tetapi rebah tak berkutik, berdiam saja, hingga perlahan-
lahan dia seperti memasuki suasana "But Ngo Liang Bong" yaitu "lupa akan benda
dan diri sendiri" Dia tidak mendengar, dia tidak melihat dia berdiam.
Sesudah lewat sekian waktu maka sang alam berobah pula Hujan mula berhenti,
badai mulai sirap. Diatas langit, dimana tadinya mega bagaimana membikin jagat gelap petang,
perlahan lahan mega itu bergerak membuyar, maka perlahan-lahan juga muncullah si
Putri Malam dengan lagaknya malu malu kucing.
Dengan munculnya siPuteri Malam. gunungpun nampak remang.
Bu Beng Tongcu tertawa dingin, lalu ia duduk dengan perlahan-lahan. Ia mementang
kedua tangannya menggoyang kepalanya yang gedeh, untuk melihat kesekitarnya.
Habis itu, mendadak dia keluar dari sarang burungnya, untuk berlompat naik
kepuncak, guna melakukan pemeriksaan, sikapnya tenang.
Setelah itu barulah dengan mendadak dia berlari pergi, sangat cepat, larinya
tanpa tujuan Dan dia lari terus selama tiga hari dan tiga malam, belum pernah
dia minum setetes air juga. Maka sekali.. dia sangat haus dan lapar, perutnya
terasakan panas k-rongkongannya kering
Hujan baru berhenti akan tetapi sulit buat ia mencari air bersih. Karena itu. ia
berjalan mundar mandir Ketika kemudian ia mendengar suara air berkerituk yang
datangnya dari sisinya, mendadak ia lompat maju hingga ia melihat sebuah
jembatan batu lebar tiga kaki yang menghubungi kedua bukit Hanya jembatan itu
jalannya mundur turun. Dikolong jembangan, air mengalir deras. Sulit untuk mengambil air itu untuk
diminum. Tapi Bu Beng Tongcu mencoba turun kebawah. Baru saja ia mendekati air,
ia sudah lekas mundur pula. Air itu menyiarkan bau yang membuatnya pusing kepala
dan mau muntah-muntah. Maka ia tahu, air yang mendatangkan rasa mulas itu tidak dapat diminum. Karena
itu, ingin ia naik pula atau mendadak ia justeru terbusruk turun kebawah sebab
matanya kabur, kepalanya berat. Dia gagah, percuma itu, dia tidak berdaya.
Bahkan lekas sekali, ia tak sadar akan mendapatkan tubuhnya rebah diatas sebuah
pembaringan yang empuk, yang bergerak naik turun, Tapi kapan ia membuka matanya
dan melihat, ia heran sekali. Ia lagi rebah di-atas sarang laba laba yang
panjang seombak lebih! "Aneh!" pikirnya.
Galagasi itu melintang diatas air selokan yang mirip kali itu kedua ujungnya
pergantungan pada batu jembatan. Air selokan terus mengalir turun dengan
derasnya. Bu Beng Tongcu heran. Tadi mendekati air, kepadanya pusing dan rasanya mual.
Kenapa sekarang, berada diatas air ia segar bugar.
Selagi ia berpikir ia merasa siliran hawa dingin yang lunak, setiap kali ia
tersilirkan, kepala terasa makin bersih dan sadar. Saking heran ia lantas
menoleh kearah dari mana hawa adem itu datang. Lantas ia menjadi heran dan
terperanjat Disitu ada dua ekor laba-laba raksasa, yang besar bagaikan mulut paso, yang
berdiam diujung galagasi, yang lagi membuat main napasnya, perutnya kembung dan
kempis. Itulah napas yang menghembus hembus bergantian.
Kembali Bu Beng Tongcu heran. Laba-laba ialah satu diantara lima binatang
beracun yang paling lihay, kenapa sekarang nepasnya kedua binatang itu demikian
besar faedahnya" Dia sekarang bebas dari hawa air yang beracan tadi.
Karena ini Bu Beng Tongcu mengawasi kadua laba-laba itu. Lantas ia ingin
menggeraki tububnya Baru saja ia berkutik, atau sarangnya itu turun bergerak,
turun kebawah secara keget. Satu galagasi itu putus! Maka ia terlempar keluar
dari dalam sarang! Syukur untuknya, ia telah siap sedia, ketika ia jatuh,
kakinya yang terlebih dahulu menginjak tanah Dilain pihak, galagasi itu menciut
naik keujungnya yang lain, yang tak putus
Kembali Bu Beng Tongcu merasa aneh. Ia bukan tercebur keselokan, hanya ketanah,
yang berupa seperti kamar batu. la terjatuh kedalam mulut gua yang bagian
dalamnya persegi empat. Ia lantas mengawasi tajam. Ruang rada guram Ia melihat
sebuah pintu kecil, yang tertutup rapat Ia dapat melihat lima huruf pada pintu
itu, bunyinya. Pek Tok Bwee Hoa Po." atau artinya, "benteng Bwee Hoa Po dari Pek Tok." Pek Tok
berarti seratus racun. Dibawah lima huruf itu ada lagi empat lainnya, yang lebih
kecil, bunyinya "Pek Tok Loo Jin." yang berarti si Orang tua (loojin) bersama
Pek Tok." Bu Beng Tong-cu tidak kenal tempat itu. Ia tidak tahu siapa Pek Tok Loojin. Tapi
dapat ia berlaku lancang. Ingin ia tahu, pintu itu akan membawa orang kekamar
apa. Maka perlahan lahan ia menghampirkannya.
Tengah ia bertindak, mendadak tubuhnya limbung, terhitung hampir jatuh terguling
Ia lantas tunduk ingin melihat ia telah tersandung apa, atau ia kena injak
barang apa. Begitu ia melibat, begitu ia terkejut. Ia melibat puluhan kerangka
tulang belulang manusia! Teranglah semua orang itu korban korbannya si laba-laba raksasa, dari itu aneh,
kemana terhadapnya, laba-laba itu justeru baik. keduanya tidak mau mengganggu.
Sesudah menenangkan hatinya sebelah tiba dimuka pintu. Bu Beng Tongcu meraba
pada gelang pintu yang terbuat dari kuningan. Baru sedia ia menolak sedikit,
diluar dugaan pintu lantas terpentang, lantas kamar itu tampak terang bagaikan
di siang hari cahayanya menyilaukan mata.
Saking heran, Bu Beng Tongcu berlari melengak.
Pintu itu memperhatikan sebuah lorong yang panjang.
Cahaya terang itu keluar dan serentet mutiara yang besar yang diatur rapih
dilelangit lorong. Ujung lorong ialah sebuah ruang besar.
Bu Beng Tongcu berjalan dilorong itu, hanya bersangsi sebentar, ia terima masuk
kedalam ruang. Atau segera ia sudah mundur sendirinya, Ia terperanjat dan heran.
Inilah sebab ia melibat didalam ruang itu, didepan meja, duduk
bercokol seorang tua dengan rambut putih dan roman bengis tangan kirinya
mencekal sebuah kipas yang memberi warna kuning emas, dan tangan kanannya
memegangi sehelai kertas merah yang ada saratnya. Orang tua itu nampak lagi
bersemadhi. Hanya berdiam sebentar, tiba tiba Bu Beng Tongcu tertawa menyeringai, terus ia
menyerang dengan "Siang Sat Ceng Tiong, atau "Dua bintang jahat berebut
pengaruh." suatu pukulan dari "Cit Sat Tiwie Sim Ciang", Atas itu terdengarlah suara
berisik dari robeknya baju. akan tetapi siorang tua sendiri masih tetap duduk
bercokol, cuma robekan pakaiannya yang pada terbang!
Bu Beng Tongcu mengawasi. Sekarang ia mendapat kenyataan bahwa orang tua itu
sudah mati lama. Karena ini segera berobahlah pandangannya Ia terus memberi
hormat, habis itu, dengan sabar, ia bertindak maju, menghampirkan orang tua itu.
Ia mengambil kipasnya, yang terbuat dari tulang tulang mendapatkan itu. Ia


Rahasia Gelang Pusaka Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selipkan kipas itu dipinggangnya. Kemudian ia mengambil juga kertas itu kertas
merah yang berupa pesan terakhir Ia membaca.
"Inilah benteng Pek Tok Bwee Hoa Po! Siapa berjodoh, dia dapat berdiam di sini
mempelajari tiga macam ilmu yang istimewa setelah itu, dia akan menyerbu tiga
kota untuk keluar dari Bwee Hoa Po. Maka....
Cuma sampai disitu, tulisan itu tak ada sambungannya lagi
Bu Beng Tongcu manjublak, mengawasi kerangka tulang belulang itu. Tak tahu ia
harus berduka atau bergirang.
Kamar itu kosong melompong. Apakab itu tiga macam ilmu istimewa" Di manakah
adanya itu " Apakah itu disebut "tiga kota?" Apakah itu benteng Bwee Hoa Po"
Berpikir lebih jauh. Bu Beng Tongcu ingat
ketangguhannya tulang tulang si orang tua. Pukulannya barusan hebat luar biasa.
Kenapa tulang belulang itu tidak bergeming"
Lantas Bu Beng Tongcu memegang kedua pundak siorang tua, ia menjgoyang-
goyangnya. Mendadak kedua lengan si orang tua jatuh sendirinya!
Dalam herannya, Bu Beng Tongcu menyambar dengan kedua tangannya. Atau sekarang
tulang-belulang siorang tua terlempar jaun tidak keruan arahnya! Ia jatuh lebih
heran lagi, maka ia berdiri diam mengawasi.
Tiba tiba tempat duduk siorang tua bergerak sendirinya berputar kemana menyusul
mana dari bawah itu mumbul naik sebuah menampan batu diatas mana terletak dua
buah cangkir serta dua buah mangkok. Sepasang cangkir itu masing masing
berisikan barang cairan warna merah dan hijau dan kedua mangkuk isinya masing
masing yaitu tujuh butir pil hitam dan sejilid buku kulit emas putih Buku Itu
betjudul "Bwee Hoa Sam Ciat" artinya Tiga macam ilmu Bwee Hoa, Bwee hoa berarti
bunga bwee, Hati Bu Beng Tongcu tertarik sekali, paling dulu ia membalik balik lembarannya
kitab itu Ia menjadi sangat girang Di situ terdapat teori dari tiga macam ilmu
silat Bwee Hoa yang disebutkan itu berikut gambar gambar dan petanya.
Ketika ilmu Kipas bersen yang nomor dua Pek tok S in Kut Ciang ilmu pukulan
tangan kosong "Mematah tulang, yang terdiri dari tiga jurus dengan sembilan
pecahannya, serta yang nonor tiga yaitu ilmu menggunai panah yang paling sulit
dipelajarkan namanya. Hujan panah tak ada pulangnya jumlah tujuh puluh tujuh"
Didalam kitab itu tidak ada catatan tentang dimana adanya tiga kota"
Bu Beng Tonrcu tidak pikirkan dahulu tentang "tiga kota" itu, dengan berani ia
makan obat pil itu serta obat air dan cangkir Didalam kitab ada keterangan
aturan memakannya. Hanya habis makan itu ia menjadi kaget Mendadak perutnya
sangat mulas dan sakit dan kaki tangannya pada biru!
Sejenak itu, bocah ini menjadi sangat menyesal. Ia menduga bahwa ia telah kena
diperdayakan Pek Tok Loojin. Ia lantas mencoba mengeratkan tenaga dalamnya guna
mengusir racun itu, tetapi ia tidak berdaya. Toh ia mencoba terus, ia tetap
mengarahkan tenaga dalamnya itu.
Belum lama, Bu Beng Tongcu lantas menjadi heran Sekarang lenyap rasa mualnya itu
hanya tinggal rasa mualnya sedikit. Yang tinggal tetap ialah birunya tangan dan
kaki nya. Sekarang ia tidak kaget sebagai semula. Ia percaya perubahan itu
disebabkan lagi bekerjanya ketiga macam obat itu.
Selekasnya ia merasa hatinya tenang, hingga ia bisa berpikir jernih. Bu Beng
Tong cu lantas mengumpulkan dan memindahkan tulang-belulangnya Pek Tok Loojin
kesisi tulang belulang lain dipinggir pintu masuk tadi. Ia telah memikir asal ia
sudah bisa keluar dari Bwee Hoa Po ingin ia mengubur tulang-belulang itu. buat
mengurusnya dengan baik. Ia pun memilihkan tempat kuburannya yang bagus Selama
menanti waktu untuk keluar. Bu-Beng Tongcu menghampirkan lubang dari mana obat
obatan itu mumbul naik. Untuk herannya ia melihat lubang sudah tertutup
sebagaimana asalnya tadi, tidak Lalu terasa hal aneh lainnya. Bocah ini tidak
lagi lapar. Maka sekarang
kepercayaannya pulih. Ia pun dapat memikir buat tidak berlalu lancang.
"Sebelum pecah teka teki tiga kota, baiklah aku bersabar"
dcmikian pikirnya. Maka ia lantas mulai mempelajari tiga, macam ilmu silat itu Ia percaya setelah
mengerti itu. barulah ia bisa memukul pecah tiga kota".
Bu Beng TongCu sangat cerdas, didalam tempo satu hari, berhasillah ia
mempelajari dua macam ilmu yang pertama itu yaitu "Tok Sie Hoat" dan "Pek Tok
Sit Kut Ciang". Hanya mengenai ilmu yang ketiga "Cit Cit Bu Kwie Ie Can", ia
menaksir waktu tiga hari baru selesai. Dilain pihak tentang dan petunjuk
petunjuknya, ia sudah lantas hapal di luar kepala. Cuma ia belum dapat menangkap
arti sepenuhnya. "Mestinya rahasia terpendam dibawah tempat duduk ini", pikirnya. Tempat duduk
itu merupakan batu mirip tambur, Ia memikirkan bagaimana dapat ia mencari
rahasianya. Ia mencoba menggeser batu itu namun gagal.
Lama lama bocah ini menjadi habis sabar Tiba tiba ia menghajar dengan dua-dua
tangannya! Hebat kesudahannya itu! Batu itu hancur beterbangan.
Lantas dari dalam lubang yaitu dari bawah batu, terdengar suara nyaring yang
diikuti dengan menyambarnya sesuatu yang hitam, yang nampak berbaris mirip
benang. Dalam kagetnya Bu Beng Tongcu lompat mundur.
Sebelum habis meluncur naiknya garis hitam itu kembali terdengar suara nyaring
seperti gempurnya batu tadi. Dan sebelum berhenti suara meledak itu, terlihatlah
sebuah lubang bundar seperti mulut gua, lebih besar daripada batu
tambur itu. Benda bergaris hitam itupun meluncur makin hebat.
Disaat Bu Beng Tongcu memikir buat menyingkir terlebih jauh tiba tiba ia
mendengar satu suara tertawa dan menangis, juga suara mirip keluhan binatang.
Suara itu sangat perlahan dan lembut.
Bu Beng Tongcu menggeser kipasnya ke depan dadanya.
Kipas itu dibuka dan dikibaskan, dipakai mengebut.
Luncuran garis hitam itu berhenti dengan tiba tiba, sebagai gantinya, terdenyur
tertawa seperti tadi. Sebelum tertawa itu berhenti, sekonyong-konyong menghembus
angin yang halus berbareng dengan lompat keluarnya suatu makhluk yang berbulu
hitam, potongan tubuhnya mirip tubuh manusia atau kera!
(BERSAMBUNG KE JILID 14} Jilid 14 Bu Beng Tongcu memasang mata tajam, maka ia lantas mengenali, itulah seekor
orang hutan. Aneh orang hutan itu. Dia menghadapi Bu Beng Tongcu, dia tertawa, kemudian dia
mengangguk, orang yang menghunjuk hormat-Melihat binatang itu tidak bermaksud
jahat Bu Beng Tongcu menyimpan Kim Kut Sie, kipas tulang emasnya itu. Selama ia
menyimpan, orang hutan itu mundur beberapa tindak. Nampaknya dia jeri terhadap
kipas itu. Hal ini membuatnya girang. Tahulah ia, kipas itu ialah senjata
penakluk binatang liar ini. Maka selang sejenak, ia mengebut, mengasi tanda
supaya orang hutan itu masuk ke dalam lubang dari mana barusan dia keluar
Binatang itu mendengar kata Dia menghampirkan mulut lubang, dia berjongkok,
tangannya diulur masuk, ketika dia
menarik tangannya itu dia memegang sekalian satu tangga lunak.
"Kau masuklah lebih dulu," kata Bu Beng Togcu, yang tidak mau berlaku sembrono.
Baru kemudian, ia mengikuti, memisahkan diri beberapa kaki dari orang hutan itu,
supaya ia dapat bersiap sedia buat sesuatu, agar ia bisa mengebut batok
kepalanya si binatang apabila itu perlu.
Tiba di dasar lubang. Bu Beng Tongcu mendapati sebuah ruang yang lebar yang
lengkap segala macam perabotannya: Dari pakaian sampai barang makanan, cuma
pembaringan dan kelambunya jelek tetapi toh lumayan
Aneh adalah si orang hutan. Dia sudah lantas menyediakan barang makanan buat si
bocah tidak bernama. Bu Beng Tongcu tida merasa lapar tetapi ia tertarik seleranya, ia dahar barang
hidangan yang disajikan itu.
Orang hutan it berdiri di sisi mengawasi sambil tertawa menyengir...
Habis bersantap Bu Beng Tongcu mau tahu garis hitam itu hawa apa dan dari mana
keluarnya. Ia tanya siorang hutan Tapi orang hutan itu tidak dapat bicara. Maka
berdua mereka bicsra dengan gerak gerik tangan dan mulut. Orang hutan itu
mengarti maksud orang. Tiba-tiba dia mengumpul napasnya lalu dia mengeluarkan
Dia bersikap seperti orang mengerahkan tenaga dalam, Habis itu, dia mengeluarkan
napasnya. Maka terlihatlah hawa, atau garis hitam yang ketika mengenakan
beberapa barang di situ, barang itu lantas terusak !
Bu Beng Tongcu tertarik hati. Sekarang mau tahu tentang ketiga ilmu yang baru
didapat itu, ia sebutkan semua, ia tonjuki segala apa sampai kitab itu berikut
gambar dan petanya Orang hutan itu dapat menerka hati orang. Kembali ia mengeluarkan hawanya lalu
ia menunjuk gambar dan peta
"Cit Cit Bu Kwei Ie Cin" Jadi hawa itu itulah yang dinamakan "hujan panah" itu !
"Hebat !" pikir Bu Beng Tongcu, yang pun terkejut.
"Kenapa orang hutan ini pandai ilmu panah hawa hitam itu" Sebaliknya kenapa dia
takut pada kipas Kim Kut Sie "
Mungkinkah ilmu kipas terlebih liehay dari pada ilmu hujan panah itu" Sebaliknya
kenapa ia mudah mempelajari kipas tetapi sulit terhadap panah" Teranglah orang
hutan ini binatang piaraannya Pek Tok Loojin, hanya aneh, sudah majikannya mati,
kenapa dia berdiam terus di sini menjagai ini tempat rahasia. Atau mungkinkah,
dengan hujan panahnya ini, dia belum bisa melewati tiga kota..."
Selagi si bocah berpikir orang hutan itu memberi isyarat untuk ia mengikutinya.
Kiranya ia diajak memasuk sebuah kamar kecil didalam mana, di satu sisi.
terdapat sebuah tahang kayu yang bundar, yang di dalamnya ada tempat duduknya.
Keempat penjuru tahang ada liang-liangnya yang kecil, yang tak terhitung
banyaknya. Rupanya itu semua yalah lubang angin. Di kiri dan kanan tahang ada
masing-masing sebuah paso yang terisi air dingin Entah apa gunanya itu....
Orang hutan itu lantas membuat gerak-gerakan yang tidak dapat dimengerti Bu Beng
Tongcu. Karena itu dia lantas naik untuk berduduk di tempat duduk di dalam
tahang itu, terus dia menyedot air jernih di sisinya, habis mana dia
menyemprotkannya keras sekali.
Melihat itu, Bu Beng Tongcu terperanjat. Semprotan airnya si oranghutan telah
menyebabkan liang kecil itu diempat penjuru tahang air menembus lewat, tidak ada
seketes saja yang tinggal
Sekarang barulah si bocah ketahui cara mempelajarinya ilmu "Cit Cit Bu Kwie Ie
Cian" itu. Hanya ia tetap tidak mengerti apa diartikan dengan "Cit Cit" yaitu
"tujuh tujuh" atau " tujuh kali tujuh". Ia mebyesal yang ia tidak dapat minta keterangan dari
si orang hutan. Habis orang hutan itu memberi petunjuk. Bu Beng Tongcu minta dia keluar, terus
ia menutup pintu kamar, untuk ia berlatih seorang diri. Latiban ini ia lakukan
racun yang berada di dalam tubuhnya. Selama hari-hari itu, si orang hutan dengan
tentu tentu membawakan barang makanan dan air, dia melayani dengan sempurna
sekali, hingga kesannya bocah terhadapnya baik sekali. Hingga selanjutnya ia
mengajak binatang itu besantap bersama dengannya.
Satu kali setelah siorang hutan menenggak arak lebih banyak daripada biasanya
hingga agaknya dia mulai sinting dia menarik tangan Bu Beng Tongcu. Ia heran
tetapi ia mengikuti. Ia dibawa kebelakang pembaringan dimana kelambu lantas
disingkat Terus dengan tangannya, orang hutan itu menekan pada tembok.
Hanya sekejab saja, pada tembok itu terbuka sebuah pintu rahasia.
Bu Beng Tongcu heran, terus ia merasa mual. Ruang itu gelap dan juga
mendatangkan bau bacin. Akan tetapi si orang hutan tertawa, dia bertindak
memasukinya. Sesudah mengawasi sekian lama, bisa juga Bu Beng Tongcu melihat samar-samar,
Kembali ia terperanjat karena herannya. Itulah bukannya kamar hanya sebuah
lorong Di situ rebah bangkainya dua ekor ular yang besar sekali, yang sudah mati
buat banyak waktu. Itu pula yang menyebabkan hawa busuk itu.
Mengikuti si oranghutan, terpaksa Bu Beng Tongcu berjalan dengan menginjak
bangkai ular itu. Setelah berjalan kira lima tombak,jauhnya, mereka menemukan pula sebulah tembok.
Kembali si orang hutan menekan sesuatu pada tembok itu. Hanya kali ini setelah
terpentang pintu rahasianya, terlihatlah cahaya yang terang, hingga tampak. pula
bahwa itulah sebuah lorong lain yang panjang lima tombak juga Kalau di lorong
yang pertama panjangnya masing-masing beberapa kaki..
Selagi Bu Beng Tongcu, terheran-heran si orang hutan hanya tertawa, Dia berjalan
melewatinya. Setelah memasuki pintu dimuka cahaya terang tampak terus, Bu Beng Tongcu
mendapati bangkai atau mayatnya suatu mahkluk yang luar biasa,luar biasa macam
dan tinggi besarnya sebab makhluk itu bermacam manusia bukannya manusia dan
binatang bukannya binatang. Sementara itu sekarang mengertilah ia apa yang
dinamakan "tiga pintu"
Itulah tiga buah lorong, yang masing-masing ada pintu rahasianya. Diam diam, ia
menjadi girang., Di depan mereka tampak pintu yang ketiga Pintu itu lantas
dibuka si orang hutan Ketika Bu Beng Tongcu sudah masuk kedalam pintu itu, ia melihat sebuah ruang
didalam, atau, dibawah tanah, yang luasnya beberapa bahu. yang kosong dari
segala apa, kecuali di tengah-tengahnya ada sebuah batu gosok, sedangkan"pada
lelangitnya terdapat lima buah lengkung bundar yang teratur rapi mirip bunga
bwee dan pada setiap lengkung dipasangi sebuah gelang kuningan yang dapat di
jambret. Mengawasi kelima lengkuna itu, Bu Beng Tongcu dapat menerka artinya Bwee Hoa Po
Tinggal sekarang bagaimana cara atau jalannya, untuk keluar dari situ. Dengan
gerak- gerakan tangan, ia turun si orang hutan, Lalu ia menjadi heran. Baru saja ia
menanya, atau sahabatnya ini mengasih syar untuk ia jangan bersuara!,
Segera Bu Beng Tongcu memasang telinga Lantas dengan samar samar ia mendengar
seruan atau bentak bentakan yang halus-halus nyaring. Ia melengak karenanya
Justru itu, ia menampak sesuatu bayangan tubuh berkelebat, hingga ia menoleh dan
dongak melihatnya. Kiranya itulah gerakan si orang hutan yang berlompat sambil berpekik, yang
tangan kanannya menyambar sebuah gelang kuningan, yang dia terus tarik dengan
perlahan. Karena tarikan gelang kuningan itu maka pada empat penjuru lengkung sinar terang
sayup-sayup. Setelah mengawasi Bu Tongcu meugetahui sinar terang itu molos dari antara banyak
sekali liang-liang kecil.
Kembali si oranghutan berpekik keras mirip manusia tertawa, habis mana, dia
mengeluarkan napas, atas mana tampak belasan panah hujan atau, hujan panah
menyemprot melewati liang liang kecil itu. Begitu panah hujan itu lewat begitu
terdengar satu jeritan yang menyedihkan lantas siraplah segala apa.
Itulah jeritannya Lie Kui Wie Bauw yong Wan ketika dia terjatuh kedalam selokan
Pek Tok Kan. Dalam tidak mengertinyaBu Beng Tongcu memegang tangan kanan si orang hutan dan
menariknya. Dengan tiba tiba saja diatas kelangit, tampak terbukanya suatu pintu melihat
mana tanpa bersangsi sejenak juga.
Bu Beng Tongcu berlompat naik, geraknya cepat bagaikan terbang. Tapi baru ia
nongol separuh badannya, atau ia- melihat Tok Koan Im Hang Kie Bun berlompat masuk kedalam Bwee Hoa Po,
benteng Bunga Bwee itu! Tidak ayal lagi, bee Beng Tongcu menyerang dengan
"Cit Cit Bie Kwie Ie Cian, atas nama nyonya itu roboh seketika."
Hampir berbareng dengan itu U Ie Kun disisi si bocah tak bernama.
Melihat anak muda itu, Bu-Beng Tongcu mendadak tertawa tawar lantas lompat
menerjang! Ie Kun tidak tau apa itu keistimewaan dari Bwee Hoa Po. akan tetapi dari kata
katanya In Bong Siang Shia dan Lie Hui Wie Bouwyong Wan dapat ia menerka kira-
kira bahwa didalam ,benteng itu mesti terdapat sesuatu yang berharga untuk dari
kaum Bulim. Maka itu, ketika mendadak ia melihat Bu Beng Tongcu muncul dengan tiba tiba dan
dengan tiba tiba juga dia merobohkan Hek kie Bun ia heran, terkejut dan girang
dengan berbareng Karena ini ia terlambat ketika diserang dengan sekonyong
konyong itu, tak ada ketikanya buat ia menangkis atau berkelit Ia kaget sekali
kalau ia ingat robohnya Tok Koan Im barusan Hanyalah kesudahannya mengherankan.
Ie Kun terserang Cit Bu Kwie Ie Cian, ia tidak kurang suatu apa kecuali ia
merasa sedikit pusing. Ia heran. Tapi tak kurang herannya Bu Beng Toogcu, yang
serangannya yang hebat itu tidak mempan!
Hanyalah Bu Beng Tongcu sadar dengan segera, gagal dengan serangannya yang
pertama itu, lantas ia menyusul menyerang pula sekarang dengan Kim kut Sie,
kipas bertulang emasnya itu. Begitu ia mengebat begitu terlihat seperti tujuh
atau delapan buah kipas menutupi Ie Kun,
Dengan tak hentinya, menolaklah tenaga yang lunak tetapi kuat.
Ie Kun insyaf akan bahaya Sambil bersiul ia mendak untuk berlompat berkelit. Ia
pun lantas mengeluarkan Po Tak Kiam. pedang bambunya ia mengerti sibocah tidak
bernama yang cebol ini tidak dapat dipandang ringan.


Rahasia Gelang Pusaka Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Justeru pedang bambu digeraki. justeru kipas bertulang emas telah meayambarnya.
Sambil menyerang itu, Bu Beng Tongcu tertawa tawar.
Segera kedua senjata bentrok, keduanya
memperdengarkan suara yang nyaring dan mengalun.
Ba Beng Tongcu tidak berhenti sampai disitu. Dia meneruskan, menyabet kelengan
anak muda didepannya. Ie Kun berlaku waspada. Ia berkelit pula.
Bu Beng Tongcu mandesak. Dia sangat gesit Karena sebatnya dia bertindak. dia dan
lantas berada dibelakang orang! Lantas ia menyerang dongan pukulan Kong ciak Kay
Pin atau "Burung merak mementang sayap."
Ie Kun berkelit pula sambil ia mengasih dengar suara
"Hm!" Ia bertindak siapa yang dinamakan garis tiong-kiong, akan maju ke garis
bong-bun, pedangnya digeraki juga dalam gerakan ,Cay In Swie Hong atau Mega
indah mengikuti angin Itulah caranya membela diri.
Bu Beng Tongcu tertawa dingin. Dia melihat, meski Ie Kun bisa berkelit, tetapi
berkelitnya secara tukar. Maka dia mendesak pula. kali ini dengan tangan kanan
manotok ke jalan darah Ciauw yauw dan dengan tangan kiri menjambak pinggang
kanan Lagi-lagi Ie Kun berkelit. Mulanya ia melindungi diri deagan tipu silat "Soan
bong Kwee Kian" atau "Angin
puyuh melintasi selokan" pedaag bambunya dipakai menangkis. lalu ia lompat
mencelat untuk lewat dia ia kepala penyerangnya itu.
Bu Beng Tongcu terkejut. Dia tidak nyana dari gerakan si lawan, yang bukan
mundur hanya maju. Dari terkejut, hatinya menjadi panas, lalu dia menjadi gusar
Dia lantas lompat mundur.
Ie Kun baru menaruh kakinya di tanah atau ia segera di serang si bocah tak
bernama yang kipasnya dikibaskan dengan jurus "Heng Sauw Cian Kun" hampir ia
tidak bisa menolong diri. baiknya ia masih bisa kelit, kekanan hingga ia berada
dikirinya lawan yang ia terus serang dengan pedang bambunya, Sebagai sasaran dia
mencari iga! Bu Beng Tongcu lihay. dapat dia berkelit.
Setelah itu keduanya terus saling menyerang atau tubuh mereka berputaran sangat
cepat baik kipas, maupun pedang saban-saban mengasi densar suara anginnya sebab
kedua pihak sama sebatnya. Didalam ilmu ringan tubuh Ie Kun merasa ia terlebih
unggul walaupun demikian ia tidak berani berlaku sembrono.
Bu Bengcu sebaliknya meski kipasnya lihay iapun waspada,
Tengah mereka berdua bertarung dahsyat itu mendadak mereka mendengar satu
jeritan wanita Ie Kun lantas melirik, maka ia melihat satu makhluk bertubuh
hitam mirip kera atau orang hutan telah mengeram tubuhnya Tok Koan Im yang terus
dibawa lari. kearah Bwee Hoa Po, Ia menjadi kaget. Ia jemu terhadap nyonya itu,
tetapi ia ingat budi orang yang terlebih besar daripada keburukannya
terhadapnya, maka itu ingin menolongi, Begitulah disaat ada ketikanya yang baik
dengan tiba-tiba ia lompat mundur
dari kalangan pertempuran, terus ia lompat lagi, untuk berlari menyusul makhluk
luar biasa itu Sempat ia menyandak terus ia membacok ke arah kakinya makhluk
itu. Bu Beng Tongcu melihat itulah si orang hutan kawannya yang membawa lari Tok-Koan
Im Dia heran, tak tahu ia maksudnya, kawan itu Akan tetapi melihat si kawan
terancam bahaya dia lompat untuk menolongi orang menangkis serangan pedang bambu
itu. Ie Kun bergerak dengan cepat luar biasa ia membuat lawannya ketinggalan,
pedangnya sudah menyerang dengan satu jurus dari "Soan hong Tay Pat-sie"
"Delapan jurus angin puyu."
Begitulah belum sampai kipasnya. Bu Beng Tongcu bekerja satu suara nyaring,
sudah terdengar lima tumpuk Bwee Hoa Po, telah ambruk berikut si orang hutan,
melesak ke bawah tanpa suara apa apa lagi! Sebagai gantinya tumpukkan terlihat
hanya lima potong batu besar dan rata mirip papan.
Ie Kun heran hingga ia heran menjublak mengawasinya.
Bu Beng Tongcu tidak kalah herannya, dari pada Ie Kun tetapi dia tidak melengak
saja. dengan Kim Kut Sie di tangannya, dia berjalan mundar mandir memeriksa
kelima papan besi itu. rupanya buat mencari rahasianya untuk dia bisa membuka
atau menyingkirkannya. Akan tetapi dia mondar-mandir sekian lama ia tidak
mendapatkab apa juga Diapun mencoba mengetuk-ngetuk dengan kipasnya tetap tidak
ada hasilnya Ie Kun mengawasi orang bekerja ia tahu si bocah tidak bernama ingin membuka
tutup papan batu yang istimewa iiu, Lalu ia ingat halnya pedang bambunya dapat
memecah batu, seperti ia pernah mencobanya di-Toan Hua Kok lembah Nyawa putus. Tiba-tiba
timbul keinginannya untuk mencoba pula Po Tek Kiam. pedang bambunya itu.
Hanya memikir sebentar Ie Kun segera bekerja Mulanya ia bersiul nyaring lalu ia
memutar ruangnya dan akhirnya, ia menyerang dengan jurus "Sie Hong Cwie Hie"
atau "Angin keramat bertiup" Bentrokan pedang dengan pipa batu menemperdangarkan
suara keras dan lelatu api berhamburan akan tetapi papan batunya tetap utuh
Inilah diluar dugaan si anak muda, hingga ia jadi terbengong pula,
Tak mungkin pikirnya penasaran Maka ia mengulangi serangannya kali ini empat
kali beruntun dengan tenaga yang ditambah Mulanya mengulangi "Sin Hong Cwie
Hie". Seterusnya dangau "Po Tiok Hiang" "Bambu pecah berbunyi Nyaring" "Han Hoat kwie
ong" , Selaksa ilmu kembali ke asalnya." dan "Gin Ho Ho Han" "Bima Sakii
Memancar!" Aneh luar biasa hebat papan batu itu! Dia tetap utuh sebagaimana asalnya!
Saking heran Ie Kun mundur tercengang Ia bagaikan putus asa.
Justeru itu hebat sepak terjangnya Bu Beng Tongcu.
Bocah ini menonton sekian lama, sekarang mendadak dia tertawa dingin, berulang-
ulang lalu habis itu dengan mendadak juga dia lompat menyerang orang!
Syukur Ie kun melihat lagak orang itu, Ia menjadi mendongkol, Sambil membentak
Ia menyambut dengan pedangnya. Ia menggunakan pula satu jurus dari Sia -hong Tay
pat Sie dicampur dengan tenaga dalam Bu Siang Sin Kang."
Bu Beng Tongcu rupanya tidak menyangka orang dapat bersiap sedia batal dia
menyerang, dia lompat mundur dengan cepat. Tapi Ie Kun tidak dapat membatalkan
tangkisannya yang pun berupa penyerangan, dia menuju terus dengan gerakannya itu
Melihat demikian, Bu Beng Tongcu juga Mendongkol, Dia mengira orang keterlaluan
Dia tidak mau memikir bahwa dialah yarg mulai menyerang terlebih dahulu, Dia
lantas maju sambil menolak dengan kipas tulang berematan itu!
Kedua senjata beradu dengan hebat, itulah suaranya nyaring, kedua pemiliknya
juga tertolak mundur bersama sama. Dengan bengong mereka berdua berdiri
berhadapan, diantara mereka ada sepotong papan batu, tutup dari liang batang
yang amblas lenyap itu! Suasana mereka tidak berami lancang maju pula.
Selang sekian lama maka tertawalah Bu Beng Tongcu yang terus berkata; "Pedang
dan kipaa telah dicoba, sekarang marilah menukar lain cara!" Sembari berkata
begitu sembari menantang ia menyelipkan kipasnya, dipinggangnya
Ie Kun dapat menerka orang mau menukar senjata dengan tangan kosong, yaitu
kekerasan dengan kelunakan.
Ia bersedia meayambutnya walaupun ia menduga orang tentu hendak menggunakan ilmu
silat Cit Sat Cwie Sim Ciang yang lihay itu ia hanya mereka keliru. Sebenarnya
Bu Beng Tongcu memikir lain
Sembiri tertawa dingin Ie Kun msnyimpan pedangnya lantas ia mengawasi.
Bu Beng Tongcu menanti sampai lawan menyimpan pedangnya itu, dia tertawa dingin
sembari tertawa dia mengajukan tubuhnya lalu tangannya diulur panjang
menyambar dengan gerakan "Kim Liong Tam Jiauw"
"Naga emas mengulur cakar!" sasarannya ialah tangan lawan.
Ie Kun heran, orang tidak menggunakan Cit Sat Cwie sim ciang Ia pula melibat
suatu serangan yang biasa saja.
Karena itu ia melesat berkelit tiada tindakan.
Bu Beng Tongcu gagal dengan sembarangannya itu.
Mungkin itulah ujian belaka sebab segera setelah itu dia menyerang pula dengan
tangat capat dengan kedua dua tangannya. Karena mereka terpisah dalam jarak tiga
tindak maka itulah pukulan di antara udara kosong.
Ie Kun tetap heran. Ia merasa sambaran angin silir.
Karena menerka orang menyembunyikan sesuatu ia bersiul seraya terus mengambil
sikapnya yaitu menjedot napas hingga dadanya melesak sesadah mendadak dia
menyambar pula. Bu Beng Tongcu melihat sikap si anak muda mendadak dia menyambar pula.
Mulanya Ie Kun memandang ringan ia bersenyum tawar maka kagetlah ia waktu ia
melihat kedua belah tangan lawan itu yang warna kulitnya berubah menjadi ungu
atau merahnya. Secepat kilat ia berkelit Setelah itu tanpa menanti sedetik juga
ia membalas menyerang Tangan kanannya dilengkungkan tangan kirinya dikebalkan
berbareng dengan itu sebelah kirinya terbang melayang ketiga.
Sebenarnya Bu Beng Tongcu menyerang dengan "Pek Tok Sit Kut Ciang ilmu silatnya.
Pek Tok Loojin yang berarti Seratus Racun Memamah Tulang. Dia tidak menyangka
yang dia gagal bahkan segera dia dibalas diserang. Maka dia berkelit mundur
sambil sebelah tangannya diajukan untuk
memapak kaki lawan untuk ditotok sedangkan dengan tangan yang lain dengan dua
jerijinya dia menusuk ke mata lawannya itu!
Ie Kun menggoyang kepalanya guna mengelit diri tapi berbareng dengan itu dengan
tangannya ia membacok lengan penyerangnya!
Bu Beng Tongcu awas dan cerdik dengan melengan dia membebaskan diri dari ancaman
bahaya itulah tipu silatnya yang dinamakan "Ge Kian Kiauw In atau Sembari rebah
melihat mega indah. Sembari melenggak ia sekalian lompat mundur beberapa tindak
Meski ia tidak berhasil Ie Kun toh dapat membuat lawan mundur karena itu ia
meneruskan merangsak. Ia lompat dengan ilmu ringan tubuh. Keng Hong Houw In atau
Angin enteng mega mengambang dengan kedua tangannya ia menyerang pula.
Bu Beng Tongcu tidak menyangka bahwa dia bakal dirangsak hingga dia kena
didulukan akan tetapi dia tidak menjadi gugup atau tidak berdaya dia terus
membentak sambil kedua tangannya diajukan. Dia mau menangkap tangan lawan itu.
Ie Kun selalu bersiap sedia dan waspada ia menyelamatkan tangannya mundur untuk
teras berputar maka di lain detik ia dapat mgayerang pula menolak dengan keras.
Kali ini ia menggunai tipu silat Cian Rouw Liu Tong atau Tambur pedang
mengguntur Inilah serangan yang mengandung tenaga besar. "Poan Jiak Tay Lek" dan
sasarannya ialah lima jalan darah di dada lawan.
Bu Beng Tongcu dapat melihat bahaya mengancam padanya tetapi dia tidak takut
bahkan sebaliknya dia menyambuti, Begitulah sudah terjadi selagi angin dari
gerakan tangan kedua pihak saling alir tangan mereka juga
bentrok dengan nyaring. Saking liehaynya si jebol juga bisa menangkap tangan
lawannya itu. Hingga kejadian mereka berkutat saling tarik!
Justeru itu mendadak terdengar pekik dari sisi kanan. Bu Beng Tongcu terkejut
dan parasnya berubah. Ie Kun terkejut juga. Inilah sebab ia tahu itulah suaranya Cit Sat Im Siu dan
kawan-kawannya. Mesti begitu, keduanya sama-sama tidak mau mengalah, sama-sama mereka masih
berkutat terus. Agaknya bu Beng Tongcu tidak sabaran, dengan tangan kirinya, dia mengeluarkan
kipas dipinggangnya. Ie Kun melibat gerakan orang ia kaget maka iapun lekas-lekas mengeluarkan
pedangnya juga. Suara pekik tadi terdengar pula, datang dari jauh dan lalu mendekati, lalu
samar-samar tampak tiga sosok tubuh dalam rupa bayangan hitam.
Kembali keduanya terperanjat. Lantas keduanya sama-sama menarik dan menolak
Menarik untuk melepaskao diri, menolak untuk menyerang Itulah saat mereka berdua
hendak memisahkan diri. Kim Kut Sie menyelusup kepaha atau dengkul Ie Kun, dan
pedang Po Te kiam menusuk kelengan kanannya Bu Beng Tongcu Kesudahannya dua-
duanya kaget sekali, terasa dada mereka masing mising bergolak, setelah keduanya
menjerit "Aduh!" terus sama sama mereka roboh dialas papan batu yang lebar itu. Darahpun
mengalir keluar dari dengkul dan lengan mereka masing masing.
Kipas dan pedang tetap menggeletak disisi mereka itu.
Ketiga bayangan hitam tadi sementara itu mendatangi semakin dekat.
Ie Kun masih sadar, hanya matanya dapat melihat samar-samar. Melihat dari gerak
geriknya, ia menduga kepada Cit Sat Im Siu. Thian Toojin dan Tiat Ciang Pu Thian
Bin, Mereka itu mengenakan pakaian hitam dan muka mereka tertutup rapat hingga
tidak nampak melainkan sinar matanya. Bahkan didepan mata mereka ada alingan
lagi serupa benda yang terang. Maka teranglah mereka berpakaian demikian rupa
untuk menyelamatkan diri dari serangan racun, atau kabut beracun dari kali Pek
Tok Kian. Didalam keadaannya tak berdaya itu mau atau tidak si anak muda berkuatir. ...
Bertepatan itu waktu sekonyong konyong terdengar seruann nyaring halus yang
disusul cepat dengan tibanya lagi enam orang. Mendengar suara itu diam-diam
sianak muda girang Tapi justeru ia bergirang justeru darahnya bergolak mendadak
ia pingsan! Disaat anak muda ini mulai tak sadarkan diri ia sempat mendengar Cit Sat Im Sin
yang sudah datang dekat tertawa dan berkata: "Tidak kusangka bahwa turunan
celaka dari Tiat Kiam Sie seng dari Toan Hui Kok hanya di lembah Pek Tok Kan ini
bahwa mereka justeru saling bunuh! Maka sungguh benar mereka kakak dan adik yang
empes.... Cuma sampai disitu Ie Kun tidak mendengar apa apa lagi sedangkan waktu ia
mendusin ia tidak melihat lagi ketiga orang itu Cit Sit Im Siu Thian Tie Too jin
dan. Pui Thian Bin Sebaliknya orang orang yang merubung ia dan Bu Beng Tongcu .
yalah enam orang dengan pakaian serba putih, Melihat dari potongan tubuh mereka
itu Ie Kun menerka kcpada Bu Tim Siangjin, Tang Hay Kie In, Lay Ong Sin Kau Yo
Thian Hoa. serta dua orang wanita yaitu Pek-Giok Kongcu dan Pek Ie Lie Bun Hong,
"Ah ia sadar demikian seruannya Bun Hong selekasnya si anak muda ingat akan
dirinya. Nampak nona itu girang luar biasa hingga ia melupakan segala apa ia sudah lantas
memeluk dan merangkul pemuda kita pada dadanya.
Menyaksikan demikian Pek Giok Kong-cu tertawa dingin dan berpating ke lain arah!
Ie Kun hendak membuka mulut untuk menghaturkan terima kasih atau..."
Tang Hay He in mencegahnya seraya berkata: "Jangan bicara! Jangan bergerak! Dari
tujuh butir pil mustajapku dua kau telah telan sekarang kau menelan pula dua
butir lainnya! Aku Mendengar demikian sambil tertawa Lay Ong memotong: "Jangan
berpikiran cupat!" Baru orang tua itu berkata, atau mendusinlah Bu Beng Tongcu Dia membuka matanya,
dia mengawasi orang banyak disekitarnya, lantas dia hendak berbangkit.
Melihat demikian, Bu Tim Siangjin lompat maju sambil menotok otot gagu bocah
itu, maka dia rebah terus dengan cuma mementang kedua belah matanya!
Orang melihat pada alisnya bocah itu, ada tai lalat merah dadu yang sama dengan
tai lalatnya Ie Kun. Sedangkan darah mereka itu bercampuran menjadi satu, tidak
kali satu dari lain. Melihat tai lalat dan darah itu, Bu Tim Siang jin menyerukan Sang Budha hanya
seruan itu tidak dimengerti semua hadirin lainnya kecuali Lay Ong.
Dengan lewatnya sang waktu, mukanya Ie Kun dan Bu Beng Tongcu berobah dari pucat
menjadi merah, lalu peluhnya bercucuran.
Tang Hay He In lantas bekerja, Ia meraba sianak muda.
untuk mengurut supaya napasnya menjadi lurus setelah mana ia menyuruh sianak
muda sendiri melanjuti memelihara dirinya sendiri.
Habis menolongi Ie Kun. Tang Hay Hie In menolong juga Bu Beng Tongcu, yang iapun
menyuruh duduk bersemadhi, guna memulihkan kesehatannya.
Selesai bersemadhi, Ie Kun merasa dirinya sehat seperti biasa. Ia lantas memberi
hormat pada semua orang sambil menghaturkan terima kasihnya.
Bu Beng Tongcu pulih kesehatannya selagi Ie Kun menghaturkan terima kasih Dengan
mendadak dia menyambar kipasnya dengan apa dia terus menyerang pula anak muda
itu! Dia menggunakan tipu silat "Ie Ta Pa ciauw" atau "Hujan menimpa pobon
pisang" Lay Ong melihat aksinya si cebol yang berkeras hati, tidak menanti serangan dia
itu mengenai sasarannya, ia mendahului menotok pula yaitu dua otot gagunya, atas
mana bocah ini roboh kembali, sebab dengan mendadak kaki tangannya menjadi
kehabisan tenaga. Bu Tim Siangjin menoleh pada Sin Kay thian Ho, matanya memain, maka Yo Thian Hoa
memondong bangun Bu Beng Tong co, untuk ditolongi dikasi berduduk.
Ssgera Bu Tim menjemput Pek Kut Sie, terus ia kata dengan sungguh sungguh:
"Hitungan manusia tak dapat melawan hitungan Thian! Kipas Kim Kut Sie dari Pek
Tok Loo jin ini telah didapat ini bocah berandalan, maka itu, mungkin sekali dia
telah mengetahui semua rahasianya Bwee Hoa Po,..."
Berkata begitu orang beribadat ini menunjuk pada mayat-mayatnya In Bong Siang
Shia dan BouwYong Wan untuk menyambungi berkata: "Rupa rupanya mereka itu datang ke Bwee Hoa Po dengan
serupa maksudnya...."
Mendadak ia berdiam terus ia menoleh pada Ie Kun untuk bertanya: "Kau setuju."
Belum habis kata kata itu, atau Lay-Ong menyela sambil tertawa: "Baiklah kita
Jangan bicarakan urusan Pek Tok Kian dan Bwee Hoa Po, kita urus dulu urusan


Rahasia Gelang Pusaka Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita! Akur, bukan?" Bu Tim Siangjin mengangguk menyatakan setuju.
Hanyalah anak ini sangat berandalan dia dikasih mengerti." katanya. "Dia benar
telah memberontak terhadap Cit Sat Im Sio tetapi dia bandel sekali. "Dia benar
telah memberontak terhadap Cit Sat In Siu tetapi dia bandel sekali, untuk
menyuruh dia mengenal dan mengakui kataku agaknya tak mudah, apalagi bukti-bukti
masih belum cukup kuat, mungkin...
Pendeta ini mau mengatakan bahwa mungkin Ie Kun pun tidak dapat sembarangan
menyetujui, karena mana, ia berhenti bicara terus ia mengawasi tajam pemuda she
U itu. Lay Ong menunjuk darah yang bercampur menjadi satu dan juga kepada tai lalatnya
Ie Kun dan Bu Beng Tongcu.
"Apakah ini bukannya bukti paling kuat?" katanya.
"Kouw Siu Taysu sendiri yang telah menyaksikan itu peristiwa menyedihkan di Toan
Hun Kok pada tujuh belas tahun yang lalu, setelah mana, Ie kun dan bocah ini
kakak beradik lalu dirawat masing-masing oleh Kouw siu Taysu dan Thian Tie
Toojin si imam tua. Mungkinkah semua itu tidak benar, Sekarang ini Tiat Ciang
Pang sedang lemahnya, dan Jie Loo Siu serta Sam Koay juga rombongan Khong Tong
Pay dan Ciam Hong Pay sedang merojan.
maka selagi mungkin sekali Siauw Lim Kie Su Koan serta Cai Hoan Giok Tiap berada
ditangan kaum Ngo Bie Pay
kenapa kita mau menggunai ketika yang baik ini untuk membikin mereka berdua
saudara saling mengenali, mengakui dan hidup bersama untuk nanti mereka bersama
menuntut balas sakit hati ayah bunda mereka" Jikalau kita kasih lewat ketika ini
aku kuatir......." Bu Tim Siangjin kembali mengangguk. Yang lain-lainnya agaknya sudah mengerti,
maka mereka semua mengawasi Ie Kun dan Bu Beng Tongcu serta tai lalat dan
darahnya dua saudara itu.
Ie Kun berdiri diam disisi, agaknya ia sangat bersusah hati, hingga ia seperti
bilang semangatnya.......
Bu Beng Tongcu sebaliknya, dia bergantian mengawasi bengis semua orang, romannya
sangat mendongkol dan gusar, lebih lebih terhadap Ie Kun.
Semua orang pun berdiam, maka sunyilah Bwee Hoa Po, hingga daun rontok pun dapat
terdengar suara jatuhnya Selagi begitu mendadak terdengar satu jeritan yang
menyayatkan hati, lalu terlihat Ie Kun menubruk Bu Beng Tongcu. siapa yang tidak
dapat bergerak, masih terus menatapnya dengan sinar mata bercahaya bengis Ie Kun
tidak memperdulikan sikap orang saudara rangkulannya Sin Kay Yo Thian Hoa, ia
menarik tubuh orang untuk dipeluki sambil ia menangis hingga hilang
suaranya....... Semua orang tunduk, semua terharu sekali.
Bu Beng Tongcu heran melihat Ie Kun menubruknya, bukan buat diserang, hanya buat
dirangkul erat erat serta orang sambil menangis sedih sekali tanpa merasa
hatinya tergerak. Hanya mengenai pembicaraannya Bu Tim Siangjin dan Lay Ong. dia
agaknya tahu dan tidak tahu.......
Bu Tim mengawasi kakak beradik itu, ia bisa bisa melihat sikap keduanya yang
berlainan diam-diam ia berkuatir bahwa usaha untuk mempersatukan mereka berdua menjadi gagal.
"He, Giam To cu!" katanya pada Tang Hay Hie In,
"Seumurmu kau dapat hidup seorang diri, mengapa kau tidak mau memungut satu anak
atau mengangkat murid supaya kemudian kaum dapat hidup berkeluarga dan
berbahagia?" Tang Hay Hie In berpengalaman dan cerdas, dia dapat menangkap maksudnya Bu Tim
Siangjin. Karena itu. dia nampak ketarik berbareng bingung. Sebelah berdiam
sebentar. dia kata: "Bocah ini telah lama dididik Cit Cee im Siu dan Thian Tie
si imam tua dia telah sangat terpengaruhkan, hingga dia mempunyai sifat jahat
dan telengas, hingga dia tak dapat membekas benar dari salah, sudah begitu dia
juga telah mempunyai cacat tubuhnya ini hingga dia menjadi mempunyai perasaan
malu dan muak membenci kepada dunia. Maka itu, aku pikir buat merobahnya didalam
tempo yang pendek, supaya dia menjadi manusia wajar, mestinya sangat sulit,
mungkin aku dengan kepandaianku menangkap ikan aku tidak bakal berhasil Kau
sebaliknya pendeta, dengan pengaruh agamamu yang tak ada batas ujung-pangkalnya,
kau yang biasa menyeberangi manusia kedua bebas dan aman kenapa bukannya kau
saja yang menaruh belas kasihan padanya antuk menolong membebaskannya?"
Mendengar itu Bu Tim siangjin memperlihatkan roman berduka, ketika ia tertawa
suaranya pun tawar. Memang Sang Budha kami maha mulia katanya hanya aku kuatir aku tidak mempunyai
cukup tempo buat mendidiknya. Lagi dia tentu tidak cocok dengan penghidupan
menyendiri dan sunyi hingga aku kuatir.
bukannya aku berhasil, aku nanti gagal dan berbalik
menjadi mencelakainya. Tidak demikian dengan kau, dia mungkin dapat kegembiraan
dengan hidup mengail ikan, hingga kelak di belakang hari, kau nanti memperoleh
jasa dan nama baik karena berhasil mendidiknya."
Tang Hay Hie In berdiam sekian lama akhirnya dia tertawa berlenggak.
Tak peduli bagaimana akhirnya baik atau buruk aku si nelayan tidak memikirkan
nama besar katanya. Kalau kau anggap aku cocok untuk mendidiknya, baiklah akan
aku coba.." Hanya Giam To-cu. Lay Ong menyela
"kau hendak mendesak pergi anak ini harus berapa lama tempo yang dapat kau
berikan untuk mendidiknya sempurna" Kau harus ingat entah bagaimana dengan
suasana yang mendatang nanti! Untuk mendapat pulang Sauw Lim Kie Su Koan Cay
Hoan Giok Tiap, gelang pusaka itu entah beberapa besar kesukaran yang bakal
ditempuh." Bn Tim mengangguk perlahan, terus ia menoleh kepada Tiang Hay Hie In.
Aku memberikan tempo tiga bulan katanya. Nanti di mulut lembah Toan Hun Kok kita
bertemu pula! Tenaga manusia mungkin dapat menerangkan Thian, kata Tang Hay Hie In, akan
tetapi tempo yang paling sulit untuk ditetapkan maka itu aku melainkan brrjanji
akan aku berbuat sekuat tenagaku. Kau telah memberi tempo tiga bulan, baiklah
kapan tempo itu telan tiba tak peduli bagaimana juga akan aku bawa bocah ini
menemukan janji kita! Begitu ia berkata, sine]ayan lantas menghampirkan Ie Kun, untuk mengangkat
tubuhnya Bu Beng Tongcu, buat
dikempit, setelah mana tanpa pamitan pada siapa juga ia pergi menghilang
diantara pedut.... Ie Kun dengar pembicaraan orang, tetapi ia tidak sangka sama sekali halnya Tang
Hay Hie In begitu memberi janjinya begitu berlalu dengan membawa pergi si cebol
yang menjadi saudaranya itu, tanpa menanyainya dahulu pendapatnya. Ia jadi
tercengang Lantas ia merasa tidak puas. Akan tetapi ia mengingat yang si nelayan
bermaksud baik, ia tidak kentarakan perasaannya itu.
Selagi si anak muda terbengong. Lay Ong berkata pada Bu Tim Siangjin "Giam To cu
telah membawa Bu Beng Toncu pergi, tidak ada perlunya lagi akan kita berdiam
lama-Iama di Pek Tok Kan ini! Marilah"
Baru saja kata-kata "marilah" dikeluarkan atau mendadak mereka mendengar satu
suara mirip guntur, dan sebelum suara itu lenyap, mereakan tubuh mereka
bergetar. Mundur! berteriak Ie Kun, yang mendahului lompat menyingkir.
Menyusul si anak muda, yang lain-lain turut lompat menyingkir juga
Semua mereka heran, Lebih-lebih setelah Bwee Hoa Po terus lanlas membungkam
Pek Tok Lojin sudah tidak pernah muncul di dalam dunia Kang Ouw, katanya dia
telah lama meninggal dunia..." kata Bu Tim
Dari dalam Bwee Hoa Po ini pun cuma Bu Beng Tongcu yang muncul sendirian Ie Kun
menerangkan keadaan, sedangkan,
Tok Koan Im Hiang Kie Bun telah dibawa kabur oleh suatu makhluk manusia bukan
binatang bukan. "Tok Koan Kim kau sebut?" tanya Bu-Tim heran.
"Ya," menyahut Ie Kun mengangguk perlahan.
"Mungkinkah kau diculik Tok Koan Im dan sekian lama telah dikeram didalam Pek
Tok Kian?" tanya Pek Giok Kongcu yang sam pai sebegitu jauh berdiam saja. Dia
menanya si aaak muda tetapi dia menatap langit kepalanya didongakkao seperti
juga dia berbareng tengah memikirkan sesuatu....."
Ie Kun mengangguk setelah mana ia menuturkan pengalamannya. Hanya halnya Bu Beng
Tongcu bagaimana bocah itu dapat berada didalam Bwee Hoa Po, berhasil
mendapatkan kipas Kim Koat Sie dan berbagai ilmu ia tidak tahu menahu.
Mendengar keterangannya si anak muda semua onng heran, kecuali Bu Tim Siangjin,
Orang beradat Ia mengangguk angguk perlahan lalu ia menyebut nama Siangjin.
Orang beribadat ini mengangguk angguk perlahan lalu dia menyebut nama Sang
Buddha Lay Ong tertawa melihat lagak orang, "Eh, Pendeta tua, apakah yang
membuatmu memuji-muji?" tanyanya.
Bu Tim memperlihatkan roman sungguh-sungguh.
Pek Tok Loojin dari Pek Tok Tian ini, seumurnya didalam seorang yang luar biasa
yang hidupnya gelap bagi umum" katanya. "Apa yang diketahui ialah dia berdiam
di-tempatnya, ini dengan menpunyai tiga macam ilmu kepandaian silat yang
istimewa. bahwa dia mempunyai juga senjatanya yang berupa kipas yang dinamakan
Kim Hoat sie Meski demikian siapa juga belum pernah melihat kipasnya itu, serta
tidak ketahui dimana letaknya Pek Tok Kian. Maka itu perjalanan kita kesini ini
sungguh hal kebetulan, jikalau tidak, tidak nanti kita menemuinya.
Tentang halnya Bu Beng Tonacu dapat datang di Bwee Hoa
Po ini dan berhasil memperoleh kepandaiannya, bolehkah kita tak menghiraukannya,
tetapi mengenai Tok Koan Im bahwa dia katanya telah dibawa lari orang hutan,
mungkin peristiwanya itu kelak dikemidian hari dapat menimbulkan urusan pula..."
Kata-kata ini tidak dimengerti semua orang bahkan Ie Kun pun tidak,
"Siangjin, apakah artinya kata katamu, ini?" tanya si anak muda.
Bu Tim menggeleng kepalanya, ia menjawab "To Jiauw Sin Liong Tam Siu masih belum
menutup mata dan Tok Koan Im masih hidup didalam dunia ini. dan sekarang, dia
dibawa lari satu orang hutan walaupun aku tidak pandai ilmu meramalkan, aku
percaya tentulah bakal terjadi bencana dan lagi....."
"Eh pendeta" kata Loy Ong mendesak, kau bicaralah biar jelas supaya kau tak usah
membuat orang pepat pikiran! "
Bu Tim menggeleng kepala pula.
"Dibelakang hari, nanti kamu ketahui sendiri." sahutnya
"sekarang mari kita urus-urusan kita! Paling dulu ialah perlu kita mencari sisa
kawan-kawannya Cit Im Siu dan Cat Ciang Pang Ini bakal ada hubungannya dengan
janji pertemuan kita si Toan Hun Kok pada tiga bulan lagi itu.
Jikalau didalam tempo tiga bulan kita tidak berhasil menyingkirkan sekalian
kambratnya Cit Sat Im Siu beramai mungkin terbit Suatu malapetaka lainnya,
hingga lebih sulit pula untuk mendapatkan pulang siauw Lim Kie Su Kun dan Ciy
Hoan Giok Tiap. Sekarang sudah bukan siang lagi, mari kita pergi!"
Kata-kata itu ditutup dengan bertindak perginya si orang beribadat yang diturut
kawan kawannya maka dilain taat sunyilah Pek Tok Kian apa yang tinggal yalah
selir angin dan pedut..."
Belum lama dari kepergiannya Bu Tim beramai Pek Tok Kiam tidak sepi lagi dari
manusia sebab Tok Kok Im Hang Kie Ban. nampak muncul dengan tidak kurang suatu
apa dan sebagai kawannya, ialah orang hutan! bersama sama mereka berdua muncul
dari dalam benteng Kwee Hoa Po.......
19 Ajalnya Pek Kut Sin Kun.
Disana tampak batu-batu karang yang merupakan jurang yang tinggi atau dalam. Di
sana terdengar dan terlihat gelombang berdeburan sebagai juga dia hendak
menggoncangkan Pulau Tang Hay, atau laut timur yang kecil, seumpama sebutir
peluru. Seluruh pulau terdiri dari batu karang sampai hampir tak ada sebuah
pohon rumput atau kayu Ketika itu pulau tengah diliputi cuaca maghrib di empat penjuru segala nampak
suara dan muramnya, menakuti.
Suara gelombang terus menghebat.
Didalrm keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengarlah satu seruan lama nadanya
sedih bercampur kegusaran, dan penasaran. Seruan itu begaikan menggoncangkan
pulau! Itulah suara hebat dari seorang tua yang luar biasa, sebab dia kurus bagaikan
kulit membungkus tulang tulang sedangkan jalannya pun aneh yaitu kedua tangannya
mengenakan tanah, kepaknya dibawah, dan kakinya diatas!
cara jalannya juga lebih aneh pula. Kebanyakan dia bertindak dengan sangat
perlahan, tetapi di lain saat, dia lompat sejauh satu tombak atau lebih
Cit Cihee piauw Sim Ie! Tiga belas tahun kau terkurung didalam pulau Cit Tihe
To! Sekarang waktunyalah kau keluar! Oh, Pek Kut Sin Kun! Hahaha! Kau menyangka,
I aku telah terbinasa bukan" Ha ha ha ....."
Demikian suara si orang aneh, habis seruannya itu. dan ia mendulangnya beberapa
kali. Secara luar biasa itu dia jalan kesana dan kemari, dimana dia sampai itulah
tepian laut yang seumpama kata sampei dengan ujung langit, tetapi tidak pada
tanah daratan sedangkan dipulau itu, perahu tidak ada sebuah jua, Maka itu, dia
sealu barjerit atau menjerit, dia berduka bergusar dan penasaran! Tetap tidak
satu tidak dia dapat meningggalkan pulau itu! Maka itu, taruh kata dia-tidak
bercacat itu, tak nanti dia dapat terbang, sebagai burung , sebab dia tidak
bersayap, Karenanya belum juga dia dapat ketika pergi, mencari musuh besarnya
Pek Kut Sin Kun! Satu hari lewat, dua hari berlalu, lalu. tiga hari pergi...
Muka... lama-lama ..... Sim Ie menjadi putus asa...
Maka dia mesti kembali kedalam guanya dimana dia telah mengeram selama tiga
belas tahun, untuk menanti, ia menanti tiba saatnya untuk meninggalkan pulaunya
itu Maka tibalah suatu hari yang terang dan tenang, langit tidak berawan laut
tidak bergelombang angin pun berhilir halus. Tatkala itu. diatas Tang Hay Laut
Timur nampak dua buah perahu layar lagi mendatangi dengan cepat dari jaut nampak
kedua perahu lagi bermain main berlomba, akan tetapi sebenarnya mereka lagi yang
satu kabur, yang lain meguber
Perahu yang didepan itu, kabur dengan langkahnya dia tahu jalanan, tetapi yang
di belakang menguber dengan menguntit terus, tak mau dia sudahi!
Ketika perahu yang di depan itu berputar melintasi selat maka dia menghadapi di
depannya sebuah pulau kecil.
Ketika itu orang yang naik ai perahu sebetah depan itu tertawa seorang diri
sambil dia kata di dalam batinya.
"Sekarang aku telah tiba di Cit Ti he To! Aku Pek Kut Siu Kun. aku tidak takut
lagi padamu!" Dengan kata padamu itu itulah mu yang berarti wanita.
Selagi berpikir itu perahunya orang ini yalah Pek Kut Sin sudah mendaki tepian-
Tidak ayal lagi sambil tertawa nyaring dengan nada sedap dia menjejak lantai
perahunya untuk lompat meninggalkannya guna menaruh kaki di tangga di pjnggir
laut itu! Berbareng dengan waktu orang ini menaruh kakinya di tanah itu di belakang dia
dari perahu yang mengejarnya sudah lompat sesosok tubuh yang hitam berbulu
seekor binatang liar hingga mereka berdua cuma berpisah beberapa tombak.
Pek Kut Sin Kun dapat mendengar suara orang berlompat itu tanpa merasa dia
berpaling kebelakang untuk melihat hingga dia menjadi terperanjat!
Di belakang binatang berbulu hitam itu juga ada seorang wanita yang rambutnya
panjang riap riapan serta terurai di pundaknya yang menyusulnya yang telah
lompat kedarat mengikuti binatang itu. Dia menjadi kaget sekali!
Pek Kut sin mengharap harap segera tiba di Cit Tihee To supaya dia mendapat
kaselamatannya siapa tahu pengajarnya telah turut tiba juga hingga tidak dapat
dia lolos! Hal ini membuatnya sangat gusar
"Hai Tok Koan Im!" bentaknya Jikalau kau mengandalkan seekor orang hutan
taruhkata kau dapat membinasakan aku kau tidak terhitung gagah perkasa!"
Tok Kun Im demikian wanita itu tertawa dingin.
"Hari ini aku tidak akan wengandalkan orang hutanku!"
katanya nyaring. "Aku mau lihat kau nanti dapat lolos dari tanganku atau tidak"
Keras dan bengis suaranya si nyonya yang habis berkata tsrus menerjang!
Pak Kun Sin Kun juga mengasih dengar tertawa dingin, Bsrulang ulang dia
memperdengarkan: "Hm Hm!" Di waktu diserang itu dia berkelit dengan lompat tujuh
atau delapan tindak jauhnya. Tidak pernah dia membalas menyerang.
Si orang hutan mau maju buat menyerang dia di cegah Tok Koan Im.
Hang Kie Bun tidak mau mengerti. Ia mendesak. Kata ia sangat. "Jikalau bukannya
kau yang main gila, yang mengadu biru dari dalam mana mungkin To Jiauw Sin Liong
Tan Siu berobah pikirannya" Paling Pula hendak aku memenggal batang lehermu baru
aku pergi ke Cit Chee To buat cari dia itu....
Mendengar itu Pek Kut Sin Kun melengak sejenak lalu segera dia tertawa lebar,
"Cit Chee To" katanya. "Apakah ini bukannya pulau Cit Chee To?"
Sekarang Tok Koan Im yang melengak tapi juga buat sejenak atau lantas tampak
parasnya menjadi terang. "Jikalau inilah Cit Chee To itu terlebih baik pula!
serunya "Nah sekarang akan aku bunuh dulu padamu!"
Kata kata itu ditutap dengan serangan!
Pek Kut Sin Kun selama itu sudah bersiap sedia selagi orang berkata kata dia
justeru mendahului menyerang tinjunya dibarengi anginnya yang keras sekali!


Rahasia Gelang Pusaka Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tok Koan Im tertawa dingin Dengan satu gerakan, lengan kanan ia membikin
serangan lawan menyimpang ke sisinya lalu menyusul itu dengan lengan kanannya
itu juga ia melangsungkan menyerang Lengannya yang putih bagaikan kemala diputar
terbalik dengan begitu tinjunnya menghajar keiga kiri lawan.
Pek Kut Sin Kun terkejut Waktu barusan serangannya kena disikan lawan. Dia kaget
sebab dia merasa tenaga si nyonya jauh terlebih besar kalau dibandingkan dengan
duhulu Karena ini dia jadi bersungguh-sungguh dia juga mengerahkan tenaganya.
Atas datangnya serangan dia menghajarnya. menghajar sekalian hendak menangkap
lengan orang. Tok Koan Im menyelamatkan tangannya itu.
Untuk sebentar keduanya memisahkan diri lalu habis itu mereka saling serang pula
Tok Koan im berkeras dan waspada demikian juga Pek Kut Sin Kun Kie Bun Peng.
Hanya sebentar delapan jurus telah di lewatkan.
Pek Kut Sia Kun menjadi nekad, Satu kali selagi menyerang dia bersera keras
sekali. Dia menyerang dengan dua buah jeriji tangannya, yang kuat dapat
menembuskan batu! Tok Koan Im terkejut. Ia merasa jalan darahnya, yaitu hian-kie, seperti kena
tertolak keras. Tapi ia tidak, takut. Ia malah tertawa dingin. Kata ia. "Inilah
pukulan ieriji Taa Kong Tan ce !" Sembari tertawa dan berkata itu, ia berkelit,
lalu terus ia mendesak, gerakannya sangat gesit. Ia pun menyerang dengan jeriji
tangannya Jemba i berdu mereka berkutat, anginnya serangan mereka berbunyi tak hentinya,
tubuh mereka berkelebatan bagaikan bayangan. Mereka maju atau mundur saling
ganti. Dari delapan, pertempuran berlangsung sampai tiga puluh jurus, selama itu. Pek
Kut Sin Kun merasa dia tidak kalah desak, karena mana, hatinya menjadi besar.
Tiba-tiba dia berseru nyaring, tubuhnya melesat mundur, guna memisahkan diri
Berada di luar kalangan, tangannya sudah lantas mencekal sebatang piauw bercorak
segi bintang lima, sembari mengawasi bengis, dia kata keras : "Tok Koan Im !
jikalau tetap kau desak aku hendak aku turun tangan! Aku terpaksa !" Hang Kie
Bun tertawa dingin. "Jangan kata baru kau!" katanya, berani : "Biarnya Cit Chee
Piauw Sim Ie sendiri yang datang kemari, aku masih tidak takut!"
Pek Kut Sin Kun mengawasi tajam. Dia mendengar suara orang tetap, orang tidak
segera menyerang, diam diam hatinya menjadi tenang. Maka dengan sabar dia
berkata : "Tok Koan Im! Semenjak kita bertemu pula, kau selalu tidak mau
memberikan ketika buat aku memberikan keterangan ! Maka itu sekarang diatas
pulau Cit Chee To ini, aku pikir, perlulah kita saling menjelaskan.
"Hm !" Tok Koan Im mengejek. Pek Kut Sin Kun tidak menghiraukan
"Dahulu hari itu kau bersama To Jiauw Sin Liong menjadi pasangan suami-isteri
yang sengat menyinta satu sama lain, yang setiap orang sangat mengagum."
katanya, meneruskan "Dan aku Pek Kut Sin Kun yalah satu diantara orang orang
yang sangat mengagumi itu" Hanya mengenai aku, aku mempunyai pengetahuanku
sendiri, aku tidak memikir yang tidak-tidak! Siapa tahu kaulah yang
menyebabkannya! Ketika di puncak Kim Teng dari gunung Ngo Bie San. selagi To
Jiauw Sin Liong tidak ada di rumah,
kau telah menggunai pengaruh kecantikanmu sedangkan di saat itu kitalah orang
orang yang masih berusia muda..."
"Pui" berseru Tok Koan Im. "Kau ngaco balo ! Ketika justeru kaulah yang telah
memikir yang gila gila!"
Pek Kut Sin Kun pun menyela : "Kenapa ketika itu kau tidak mau memberikan
keteranganmu kepada To Jiauw Sin Liong" Kenapa sebaliknya kau justeru
mengakuinya" - . "Itulah urusanku " bentak si nyonya, yang segera lompat menerjang
Pek Kut Sin Kun menjadi bingung. Tidak dapat dia bicara banyak, sedangkan kalau
mereka bertempur terus, di akhirnya dialah yang bakal kalah. Maka itu di saat si
nyonya berlompat, dia berlompat juga Dia menggunai ilmu lari pesat Cit Chee Tun
Hoat, terus dia lari menuju ke arah gunung di mana batu batu karang malang
melintang hingga sangat sukar buat dilalui. Dia percaya bahwa dia kenai baik
pulau itu, maka dia mengharap nanti dapat meninggalkan Tok Koan Im dan si orang
hutan. untuk menyelamatkan dirinya.
Hanya, baru saja dia meninggalkan pesisir, mendadak dia mendengar tertawa
nyaring dan tajam, yang menyeramkan, yang datangnya dari arah depannya, Begitu
lekas dia melihat ke depan, dia kaget tidak terkira. Mulanya dia berdiri
melengak, lantas hatinya bergoncang keras !
Dia mengenali baik: orang yang tertawa menyeramkan itu, yang berada didepannya.
Sebab orang itu yalah Cit Chee Piauw Sim Ie, atau Cit Cee Piauw yang tulen, yang
tengah duduk bercokol di atas sebuah batu yang kuduk menghadapinya sambil
mengasi dengar tertawanya itu sedang wajahnya menyeringai!
Selagi Pek Kut Sin Kun kaget dan ketakutan itu. Tok Koan Im yang mengejarnya pue
melengak, cuma si nyonya tidak berdiam lama, segera dia sadar dan menegur
nyaring; "Hai, orang she Sim, apakah To Jiauw Sin Liong Tam Siu pun betada di sini?"
BERSAMBUNG JILID 15 JILID 15 Tit Thee Piauw menggelengkan kepalanya.
Kau mesti menolongi dahulu aku membunuh Pek Kut Sin Kun, baru aku aku memberi
keterangan padamu," sahutnya. Diantara Cit Chee Piauw dan Tok Koan Im tidak ada hubungan soal budi atau
permusuhan akan tetapi Sim Ie ketahui baik si nyonya telengas dan biasa tidak
mau membedakan musuh atau bukan, maka ia mau menduga setelah mendengar
perkataannya itu mengenai To Jiauw Sin liong Tam Siu tentulah nyonya itu sudah
mendengar keliru kata-kata orang atau mungkin sekali Pek Kut Sin Kun menjadi
orang yang memperdayainya!
"Mana dapat aku lantas bicara terus terang terhadapnya"
pikiran cepat ,bisa jadi! dia telah salah paham dan mungkin akan membinasakan
Tam Sin. Atau mungkin dia pun akan menurunkan tangan jahat atas diriku Inilah
berbahaya andai kata dia menyerang aku dengan dia dibantui Pek Kut Sin Kun....."
Maka dia lantas memberikan jawabannya dengan minta Tok Koan Im membunuh dulu Pek
Kut Stn Kun. musuh besarnya itu
Di luar dugaan Hang Kie Bun sudah lantas suka mendengari kata-kata orang Tanpa
menanya apa apa lagi sambil membentak segera dia menyerang pula si Chee Piauw
palsu. Pek Kut Sin Kun kaget sekali Dia mengerti jang si nyonya telah mempercayai penuh
musuhnya itu. Dia juga heran jangan si musuh hidup Hampir tidak ada tempo pula
berkelit maka disaat sangat berbahaya ia membarengi menyerang dengan piauwnya.
Diserahkan senjata rahasia itu Tok Koan Im terancam bahaya akan tetapi selagi
piauw menyambar, Cit Chee Pian Sim Ie tertawa nyaring sambil terus berkata keras
"Inilah namanya bertingkah didepan reka" Dan berbareng dengan kata-katanya itu
piauw itu sudah kena dihajar jatuh oleh piauwnya orang bercacad ini"
Tok Koan Im terkejut berbareng berterima kasih pada Cit Chee Piau Dilain pihak
ia pun mengaguminya. Pek Kut Sin kagum berbareng kaget sekali hingga hatinya menjadi Ciut Diam
mendapat kenyataan, sesudah bercacad itu bukan Sim Ie menjadi tidak punya guna
ilmu piauwnya justru memperoleh kemajuan itulah berbahaya untuknya tentu saja
akhirnya dia menjadi nekad Maka bukan dia mundur dia justru lompat pada Han Kie
bun! Tok Koan Im terkejut Ia tidak menyangka orang merangsaknya. Ia mundur.
Setelah dapat mundur. Tok Koan Im rapat bersiap juga Atas serangan totokan Kek
Khong Ta Hiat itu, ia berkelit, ia tertawa dingin, terus ia kata : "Pek Kut Sin
Kun. kau bernama Kie Bun Peng aku sebaliknya bernama Hang Kie Bun! Jadi di
antara nama nam kita, ada huruf huruf yang sama Inilah jodoh" Sekarang, Pek Kut
Sin Kun, nyonyamu juga mau belajar kenal dengan senjatamu yaog istimewa
yang membuat namamu naik tinggi, yaitu tulang Pek Kut Tie!"
Habis menantang itu, Tok Koan Im meraba
kerambutnya yang diriap riapkan itu, buat mengambil tusuk kundainya yang terbuat
dari kemala, yang panjangnya tiga dim.
Pek Kut Sin Kun tidak memperdulikan apa kata si nyonya di dalam keadaan nekad
itu, dia sudan lantas mengulangi serangannya.
Tok Koan Im sudah siap sedia. Kali ini dia tidak mau berkelit lagi, baik mundur
maupun nyamping Sebaliknya ia menyambut depan berdepan. Dengan tusuk kundai
kemala di tangan, ia membabat memapak kedua tangannya lawan, untuk memapas
kutung tangan itu ! Pek Kut Sin Kun terkejut. Dia merasai anginnya tebasan ymg lunak tetapi keras.
Terpaksa dia menarik pulang kedua tangannya, sambil bertanan, sebelah tangannya
dipakai mengambil gegamannya.
Tok Koan Im melihat aksi orang ia bersenyum Ia lantas memutar tangannya, untuk
Pe Kut Ce hingga kedua senjata menjadi beradu. Menggunai ketika yang baik itu,
ia memutar pula, tangannya guna menyingkirkan tenaga lawan.
Hebat cara perlawanan ini, Pek Kut Sin Kun kena tertarik sampai dia mesti
bergeser kesamping setengah tindak. Hal ini kembali membuatnya kaget. Ini pula
satu bukti liehaynya lawan, yang terlebih unggul daripadanya.
Inilah Suatu pertanda bahwa dia terancam bahaya. Kembali dia menjadi nekad,
lantas ia berseru nyaring, lamai dia berlompat maju. dongan Pek kut Ce dia
menyerang hebat kearah buah dada si nyonya, mencari tiga jalan jalan arah besar
jang dimakan kie bun, ciang bun dan nian kie
Itulah serangan bebat. Tok Koan im tor kejut. Orang menyerang secara diluar
dugaan dan sangat mendadak dan cepat. Syukur ia tidak menjadi gugup, sambil
berseru "Bagus!" ia membalik tangan kanannya dan menolak! Ia pula sempat menggunai
tenaga delapan bagian, guna membikin senjata lawan terpukul mundur.
Tetapi tusuk kundai kemala. Pek Giok Ciang, kalah dari tulang Pek Kut Ce, dengan
perdengarkan suara membeletok, perhiasan rambut itu patah menjadi dua potong.
Tok Koan Im berseru, ia memegangi sisa tusuk, kundainya uutuk ditarik pulang
dipernahkan di depan dadanya, sedang matanya mengawasi tajam
Didalam gebrakan ini. Pek Kut sin Kun merasa dia menang unggul, maka dia tertawa
puas Lalu dengan cepat, dia menusuk pula ke dada si nyonya !
Tok Koan Im berkelit terus berdiri tegak pula, matanya tetap mengawasi tajam. Ia
menginjak apa yang dinamakan garis Pakwa, agaknya ia tidak menghiraukan serangan
berbahaya dari lawannya itu yang mendesaknya.
Pek Kut Siu Kun heran. Kenapa ia bersikap demikian"
Kenapa setelah tusuk kundainya patah, nyonya itu tidak menggusar dan membalas
menyerangnya secara hebat"
Apakah yang dikandung di hati nyonya itu "
Mau atau tidak. Kie Bun Peng meragu ragu, hingga dia berpikir keras menerka
nerka. Selagi orang ragu ragu itu, maka geraklah Tok Koan Im Kaki kirinya maju
sedangkan kaki kanannya tidak bergeming. Berbareng dengan itu dengan tangan
kanan, dengan potongan tusuk kundainya, ia menikam.
Pek Kut Sin Kun sadar. Melihat bahaya, dia pun menyerang. Maka bentrok pula
senjata mereka. Pek Kut Cee hampir terlepas dan mental. Tusuk kundai kemala
sebaliknya pecah hancur! Karena itu, Tok Koan Im berlompat mundur setombak.
Melibat demikian, karena merasa dia menang unggul hingga hatinya menjadi mantap.
Pek Kut Sin Kun maju mendesak.
Dengan hancurnya tusuk kundainya. Tok Koan Im tidak menjadi jeri atau mundur
Sebagai ganti dari senjatanya itu, ia mengabai pula sabuk putihnya yang panjang
tiga kaki. Dengan itu, yang ia putar, segera ia mencoba melilit!
Pek Kut Sin Kut Sin Kun kaget sekali, tidak menanti serangan tiba, ia menjejak
tanah, untuk melompat tinggi, buat dari atas mendahului menyerang tak kalah
hebatnya Tok Koan Im tidak takut. Ia memutar pula sabuknya, buat menyambuti,
menyerang kemuka lawan. Itulah pukulan
"Cie Thian Sit Jit" atau "Menuding langit menyampah matahari."
Kembali Pek Kut Sin Kun terkejut. Ketika itu dia sedang berlompat Svukur dia
tabah dan sebat. Dia lantas menangkis dengan tangan kirinya, berbareng dengan
mana, tubuhnya turun ke tanah ke samping si nyonya. Dia gusar, karena tadi
menang unggul, hatinya jadi besar sekali. Dia berketetapan untuk hari ini
merampas kemenangan, Dia pun mengandal betul pada Pek Kut Cee, senjatanya yang
istimewa itu Begitulah menaruh kaki begitu dia menyerang pula. Kali ini dia
menggunai Pek Kut Cian, panah tulang putihnya, Panah tulang itu melesat dengan
bersuara nyaring. Hang Kie Bun ketahui liehaynya senjata lawan itu yang seimbang dengan liehaynya
cit chee piauw tidak mau ia
memandang ringan. Dengan gesit ia lompat berkelit ke samping sejauh setombak
lebih dengan begitu bebaslah ia dari sebatang Pek Kut Cian itu. Hanyalah baru ia
menaruh kaki, belum lagi tubuhnya berdiri tetap lawan sudah memberondongnya
dengan tiga batang Pek Kut Cian, serangan mana dilakukan dengan tangan kanan
Mulanya dengan sekali timpuk. Pek Kut Ciau tergabung menjadi satu tetapi setelah
melesat, segera terbuka, terpisah menjadi tiga batang menyambar bertiga
berbareng di tengah, kiri dan kanan Tapi itulah belum semua. Pek Kut Sin Kun
telah bulat tekadnya. Tidak menanti serangannya itu memperoleh hasil atau gagal,
tidak terus memberondong pula, dengan terlebih hebat lagi. Mulanya dia menyerang
dengan enam batang Pek Kut Cian, yang ditimpukkan berbareng dengan tangan kiri
dan kanan, terus itu disusul dengan tiga yang lain, bahkan yang kiri dan kanan,
terus itu disusul dengan tiga yang lain, bahkan yang belakangan ini dengan
kepesatan yang istimewa, seoab menyambarnya mendahului enam yang lainnya.
Maka itu, Tok Koan Im menjadi terkurung dengan sembilan batang panah tulang!
Akan tetapi Hang Kie Bun benar-benar bernyali besar. Ia tidak takut bahkan ia
tertawa mengejek. Atas serangan sanpat berbahaya itu, dengan satu kali oergerak
saja, ia dapat berkelit membebaskan dirinya!
Menyaksikan demikian. Pek Kut Sin Kun terkejut saking heran, tanpa merasa,
hatinya gentar. Akan tetap dia penasaran masih dia belum mau menyerah kalah. Dia
turut tertawa dingin Sementara itu, kedua tangannya sudah siap pula dengan enam
batang senjata rahasianya itu. Hanya...
Sebelum si Cit Chee Piauw itu palsu ini keburu menyerang pula, mendadak dia
mendengar bentakan bengis
dibelakanguya, disusul dengan kata kata tajam ini : "Kie Bun Peng ! Kembalikan
kedua kakiku " Mendengar buara itu. Pek Kut Sin Kun kaget hingga mukanya lantas menjadi pucat.
Dengan lantas dia memutar tubuh untuk melibat ke belakang. Atau segera dia
menjadi gagap! Sudah kaget bentakan, yang suaranya dia kenal, dia juga kaget
atas datangnya serangan mendadak! Bahkan itulah cit chee-piauw, senjata
rahasianya Cit Chee Piauw Sim Ie! Sebab penyerangan itu Sim Ie sendirinya, musuh
yang dia bikin waktu tanpa daksa dan hidup menyendiri di pulau Cit Chee To itu !
Tidak ampun lagi, tanpa kesempatan apa juga, Pek Kut Sin Kun Kie Bua Peng
menjerit keras dan tubuhnya terguling roboh sedangkan jiwanya turut terbang
melayang seketika juga ! 30.Sadar Tok Koan Im Hang Kie Bun tertawa dingin
menyaksikan kebinasaannya Pek Kut Sin Kun itu. Dia lantas melirik pada Sim Ie,
habis mana dengan menuntun si orang hutan, dia menghampirkan orang bercacad itu,
hingga mereka jadi berdiri berhadap hadapan.
"Cit Chee Piauw !" tegurnya, "di manakah adanya To Jiauw Sin Liong" Sekarang
bukankah dapat kau berbicara?"
Tawar suara pertanyaan itu, tawar juga sikapnya si nyonya. Dia seperti tidak
menghiraukan halnya dia telah dibantui. Sama sekali dia tidak sudi menghaturkan
terima kasih ! Sim Ie tertawa berlenggak.
"Pulau Cit Cee To ini pulau kecil yang mencil sendirian di laut Tang Hay ini."
sahutnya sabar. Inilah pulau ke mana orang tidak mudah tiba ! Mengenai To Jiauw
Sin Liong Tam Siu, adalah orang yang sudah beberapa puluh tahun lenyap dari dunia Kang
Ouw, dan aku yang rendah, aku cuma pernah mendengar namanya, tidak pernah
menemukan orangnya ! Di pulau ini tidak ada Tam Siu !
Pastilah, nyonya yang terhormat kau telah keliru percaya omongan orang!"
Mendengar jawaban itu. To Koan Im tertawa dingin.
Mendadak dia lompat maju kepada Cit Chee Piauw !
Melihat si nyonya maju si orang hutan pun berlompat, hingga mereka berdua
mengambil sikap mengurung...
Sim Ie tertawa tawar berulang-ulang Lalu mendadak dia menekan tanah dengan kedua
belah tangannya hingga tubuhnya jadi berdiri dengan kedua tangannya itu Menyusul
itu mendadak juga tubuhnya melesat tinggi dalam gerakan Itik berenang diair
hingga dilain detik, dia telah menghilang diantara batu batu gunung yang tinggi
tidak rata! Tok Koan Im heran menyaksikan orang berdiri dengan tangan dan bergerak demikian
cepat sedangkan si orang hutan melongo seperti dianya!
Hanya sejenak sinyonya melengak lantas dalam rasa menyesal dan penasaran ia
berlompat juga kearah tempat menghilangnya Cit Chee Piauw, Ia berlompat sambil
berseru nyaring Akan tetapi, kesudahannya sia sia belaka tidak mampu dia
menyusul siorang bercacad. yang tidak ada bekas-bekasnya, sedangkan tempat


Rahasia Gelang Pusaka Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kediamannya Tok Jiau Sin Liong tiada dapat dia mencarinya
"Sayang......" pikirnya kemudian Ia menyesal yang terhadap Sim Ie ia mengambil
sikap bermusuhan kalau ia berlaku lunak mungkin Sim Ie suka bicara baik
dengannya tapi kenapa bocah itu ialah Ie Kun berani mendustakan aku" Benar
benarkah ia puteranya. To Jo. Sin Lon Ketika To Jiauw Sin Liong mengasihkan hui cui di sana bukankah
dia telah menjelaskan segala apa"
kenapa To Jiauw Sin Liong menyerahkan jie 1e kepadanya To Jieuw sin Liong
menyerahkan jie ie kepadanya"
Mungkinkah dia ketahui bahwa aku masih tetap memegang janji untuk terus membantu
padanya" Ah bukankah maksudnya To Jiauw Sn Liong cuma berada pada wasiatnya jie
ie itu yang bebas dari racun Dalam putus asa ada menyesalnya itu. To Koan Im
beragu ragu. Tengah nyonya ini berdiam mendadak dia melihat siorang hutan seperti mendengar
sesuatu lantas binatang itu lari keras sekali la heran Bagaikan orang baru
terjaga ia lompat menyusul!
Tujuan mereka ialah pesisir selagi mendekati tepian Tok Koan Im melihat siorang
hutan lagi berdiri hormat di hadapannya si bocah aneh latah sibocah ialah,
sibocah cebol yang berkepala gede jangan di dalam Bwee Hoa Po telah
menyerangnya! Masih ada seorang lain di situ ialah seorang tua dengan tubuh bungkuk. Orang tua
itu berdiri disisinya si bocah luar biasa Dan orang tua itu mengawasi orang
sambil bersenyum! Hang kie Bun segera mengenal Tan Hay In. Hanya mengenai Bu Beng Tongcu ia tetap
asing sebab ia tidak tahu asal usul orang Sekarang ia melihat pakaian sicebol
lain dari pada dulu, dan wajahnya jaga bagaikan berubah coba lihat kepalanya
tetap gede dan kedua tangannya tetap panjang mungkir diatas dapat dikenal.
Selagi Tok Koan Im keheran heranan
Tang Hay Hie In dan Bu Beng Tongcu sudah berlari didepanoya dan Tang Hay Hie ln
menyapa. Apakah itu bukan yang orang sebut Kiu bwee Siao Ho Tok Koan Im-Ja. aku tahu, muridku yang
buruk ini telah menyerang kau selama diBwee Hoa Po tetapi itu di lakukan bukan
dengan maksud sengaja Baik kau ketahui juga bahwa dialah saudaranya orang yang
memiliki ha cu cie-ie... .Ia berhenti sejenak telinganya dipasang lantas ia
menambahkan "Nah. kau dengan itu itulah suaranya kendaraan air im akan tiba disini, itulah
rombonganya sisa Tiat Tian Pan yang datang kemari untuk muridku ini......"
Belum berhenti suaranya si nelayan atau orang sudah mendengar bentakan yang
bengis lantas turun tiga orang Hingga dilain saat mereka itu sudah mendekati
rombongan sinelayan ini. Tang Hay Hie In melihat yang datang itu benar benar Cit Sat im Siu bersama-sama
Thian Tie Toojin si imam tua dan Pui Thian Bin ketua Tiat Ciang Pang Ia lantas
mengawasi mereka itu. Selagi si nelayan berdiam itu Bu Beng tongcu sudah lantas memberi hormat pada
Cit Set Im Siu sambil ia berkata, suaranya sabar tetapi sungguh sungguh "tidak
dapat aku melupakan budi yang aku telah dipelihara dan dididik selama tujuh
belas tahun, akan tetapi di sebelah itu juga sakit hatinya ajah bundaku selama
tujuh belas tahun itu mestilah dibahas. Semenjak peristiwa di Cok Lay Bio terus
terusan aku telah di kejar-kejar, selamanya aku menyingkirkan diri tidak sudi
aku menemukannya, maka siapa sangka bahwa sampai di laut Tang Hay ini. aku tetap
dikejar terus..." Ia berhenti sebentar. ia memberi hormat pula baru ia kata lagi
"Sekarang buat budi tujuh jelas tahun itu. aku memberi hormat aku menghaturkan
terima kasihku, akan tetapi sekarang juga jikalau kau suka segera berlalu dan
sini hingga kau tidak berbuat keterlaluan akupun tidak mau berlaku diluar
kemanusiaan! Tentang perhitungan lama di Toan Hun Kok itu biarlah kakakku yang nanti membereskan
sekarang silahkan kau meninggalkan tempat ini, Jikalau tidak..."
Wajahnya Cit Sat Im Siu guram tidak ketentuan sehabisnya si bocah berkata kata
dia tertawa dan berkata nyaring "Oh, bocah yang baik!...." Dia sangat gusar dan
membenci baru dia berkata sampai disitu, dia sudah berlompat maju, sebelum
tubuhnya datang dekat sudab meluncurkan dari serangannya serangan ilmu silat
"Cit Sat Cwie sim ciang"! Dia menyerang bocah yang dia anggap murtad dan kurang
ajar itu! Bergerak Cit Sat im Siu diturun Tbian Tie Toojin dan Pui Thian Bin.
Menyaksikan aksi kedua orang itu Tang Hai Hie In tertawa tawar Ia sebenarnya mau
turun tangan juga, ia lantas melihat Bu Beng Tongcu mengibas dengan Kim Kut Sie
ditangannya, memberi isyarat kepada si orang hutan yang dibawah bawah Tok Koan
lm! Binatang itu mengerti sambil berpekik dia lompat ke depan si bocah tak bernama
untuk menghadapi Cit Sat Im Siu Dia sama sekali tidak menghiraukan pukulan maut
Cit Sat Cwie simelang! Cit Sat Im Siu terkejut dan heran hingga dia membatalkan serangannya itu Dia
melongo mengawasi binatang liar itu.
Sebaliknya dengan si orang hutan Selagi lawan menjublak itu dia menyedot
napasnya untuk terus menghembuskannya. Maka meluncurlah hujan panahnya yang
dinamakan Cit Cit Bu Kwie Ie Cian yang menyerang perut dan dada orang mengarah
jalan darah utama! Mendadak Cit Sat Im Siu merasa mual, Ia tahu alamat buruk segera dia melesat
berkelit kesamping Dengan berkelitnya jago ini dengan sendirinya Cat Cian Pui
Thian Bin yang berada dibelakangnya seperti mau menggantikannya, Dia tidak
berdaya lagi. dia lantas menjerit keras tubuhnya terus rebah antuk berkoseran
sebentar lalu berdiam sebab rohnya sudah meninggalkannya terbang melayang.
Melihat demikian. Tit Sat Im Siu kaget sekali demikianpun iman Tia Toojin Imam
ini beruntung sebab dia tidak maju terus sepeerti ketua Tiat Ciang Pang itu
Hanyalah cuma sebentar lantas keduanya dalam murkanya menyerang berbareng kepada
siorang hutan Kedua duanya mentunai Cit Sat kwie secara hebat
Si orang hutan bsrkelit dengan dia memasang kuda kuda sambil mendak
Di luar dugaan habis menyerang itu Cit Sat Im siu dan Thian Tie Toojin bukanya
mereka maju terus guna mengulangi serangannya mendadak mereka membalik tubuh.
buat terus lari ke pesisir ke arah perahu mereka.
Bu Beng Tongcu mengawasi ia agaknya berpikir maka ia diam tak bergeming.
Tidaklah demikian dengan Tang Hay Hie In Ia ini berseru nyaring ia lompat dengan
pesat sedang senjatanya yang berupa joran pancing ia ajukan kedepan untuk
dipakai menghalangi kedua orang ini! Ia menggunai gerakan Thay Kong Tiauw Hie,
atau. ..Kiang Thay Kong memancing ikan, dan yang ia pegat yalah Thian Tie Toojin
Melihat kawannya terganggu tidak dapat tidak Ctt Sat Im Siu mesti kembali untuk
menyambut sinelayan untuk menempurnya.
Bu Beng Tongcu tetap berdiri diam saja. Karena ia memulung itu seorang hutan
berdiri diam menelanja. Diantara mereka itu Tok Koan Im yang menjadi bingung sekali, Dia maju salah dan
mundur salah. Dia pula heran atas kelakuannya seorang hutan yang tadinya suka
bekerja bersama dengannya.
Cit Sat Im siu tidak menempur Tang Hay Hie In dia cuma merintangi kemudian dia
menghadang didepannya Thian Toojin sambil mengawasi sinelayan dia berkata:
"Giam Tocu kau kau juga orang BuLim yang berkenamaan!
Bukankah orang-orang segolongan kamu mengutamakan kebenaran kebaktian dan
kebersihan diri" Bukankah bangsamu menghormati orang yang menjadi guru" Kenapa
sekarang kau berbuat sebaliknya" Kenapa kau justru menganjurkan muridmu
mendurhaka terhadap gurunya"
Bukankah itu perbuatan murtad" Adakah ini perbuatan biasa dari kamu"...."
Tang Hay Hie Ie tertawa tawar memegat bicara orang.
"Bagus kau dapat bicara begini rupa!" sapanya. Di lembah Toan Hun Kok orang
membinasakan ayah dan ibu orang! Di sana orang main memaksa dan merampas!
Bahkan hebat anak orang pun telah disalin rupa wajah dan wujudnya ditukar juga
sifatnya! Hingga orang menjadi kejam dan telengas mudah saja main memburuh
sesamanya! Bukankah itu cuma buatan bagus dan layak"
Adakah itu pengajaran seorang guru kepada muridnya, Sudah begitu Sekarang
melihat orang kembali kepada asalnya dia juga berlaku kejam dia hendak
membinasakan muridnya yang telah sadar itu! Dia memaksa, hendak membinasakan
orang hingga akan habis turunannya!
Baguskan itu" Syukur Thian mana adil! Hm kau lihatlah Tiat Ciang pui Tian Bin
tadi contohmu!...." Belum lagi Tang Hay Hie In bicara habis mendadak Bu Beng Tongcu telah menjadi
sangat gusar hingga habis sabarnya tanpa menanti Cit Sat lm Siu membuka
suaranya. ia sudah membentak ia berlompat maju!
"Tentang perhitungan lama di Toan Han Kok itu sekarang kamu lunasilah! saruannya
bengis. Biarlah nanti di dalam pertemuan di Toan Hun kok aku dapat bicara dengan
kakakku!" Begitu Bu Beng Tongcu maju begini orang hutannya turut maju juga. Bahkan sekali
ini tuan dan hambanya itu manusia dan binatang liar menyerang bersama-sama dan
dengan berbareng kedua duanya mengguna Cit Cit Bu Kwie ie Cian maka juga panah
hujan melurus ke arah Cit Sat Im Siu dan Thian Tie Toojin!"
Dua orang itu telah melihat contoh Pui Thian Bin mereka tidak mau menempuh
bahaya siang siang mereka lompat ke samping dari mana mereka terus menolak.
Melihat orang berlaku cerdik Bu Beng Tongcu memberi syarat kepada seorang hutan
untuk binatang itu jangan maju pula setelah itu ialah yang maju sendiri. Ia
menyerang Cit sat Siu dan seraya menggunai Kim Kut Sie kipas tulang emasnya!
Melihat senjatanya si bocah maka tahulah Cit Sat Im Siu bahwa bocah ini telah
berbasil mendapatkan tiga macam kepandaian istimewa dari Pek Tok Loojin. Dia
jadi berpikir keras Diam diam dia menjadi berkuatir sekali Berbareng dia pun
heran kenapa bocah ini dapat memasuki benteng tua Bwee Hoa Po dan berhasil
mewariskan kepandaian istimewa dari seorang tua jago seratus macam racun itu, Bn
Beng Tongcu maju terus melihat mana Cit Sat Im Siu berseru: "Tahan! Tahan Kau
dengar aku! Bukankah orang
Bu Lim mengutamakan budi dan sakit hati" Memang perhitungan lama di Toan Hun Kok
harus dibikin beres akan tetapi disamping kau harus ingat budi memelihara dan
mendidik selama tujuh belas tahun itu tidak cukup dengan hanya penghaturan satu
kali terima kasih mestinya itu dibalas dengan tiga lipat!...."
Menurut kebiasaannya Bu Beng Tongcu apa saja yang dia hendak lakukan pasti ia
lakukan dia tidak psrnah saat memikir perbuatannya itu benar atau salah akan
tetapi setelah dia dididik Tang Hay Hie In hanya didalam tempo beberapa bulan
dia mengarti segala, dia sadar dia pulang kepada seorang manusia yang normal
yang bisa menimbang. Dia sekarang menjadi kenal kejujuran dan kesetiaan.
Begitulah mendengar suaranya Cit Sat Im Siu yang main membangkit timbullah
keragu raguannya. Cit Sat
Im Siu seperti memohon keampunan. Karena itu Kim Kut sie cuma dipegangi saja
tidak segera dipakai menyerang.
mendengar dan melihat. Lantas ia mengangguk dan berkata "Cit Sat Im Su! Jikalau
kau tahu akan kejadian hari ini mengapa dahulunya kau lakukan perbuatanmu itu"
Bukit Pemakan Manusia 7 Kitab Pusaka Karya Tjan Id Pendekar Panji Sakti 11
^