Pencarian

Sakit Hati Seorang Wanita 3

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


semak belukar, dan pada saat dua ekor kuda itu t iba di
depannya, dia meloncat ke depan sa mbil me ngeluarkan
gerengan yang nyaring. Biarpun terkejut, dua ekor kuda itu agaknya tahu bahwa
yang muncul dan menggereng ini bukan harima u aseli. Akan
tetapi tidak demikian dengan dua orang dara itu. Siauw Giok
menjad i de mikian kagetnya sehingga ia me mbedal kudanya
dan kabur meninggalkan tempat itu tanpa meno leh lagi,
penuh rasa takut karena seolah-olah merasa ada harimau
mengejar di belakangnya! Memang de mikian lah orang yang
dicengkera m rasa takut. Ta Giok lebih tabah daripada adiknya, akan tetapi ia pun
terpaksa harus mencabut pedangnya karena tidak mungkin
lagi me mpergunakan busur dan anak panahnya. Harimau itu
terlampau de kat dan sebelum ia siap dengan busur dan anak
panahnya, harimau itu dapat menyerangnya lebih dahulu.
Dengan gagah sekali, dara ini siap dengan pedang di tangan,
menghadap i harima u itu.
Akan tetapi, dapat dibayangkan betapa kaget dan heran
rasa hatinya ketika ia me lihat harima u itu t iba-tiba dapat
bangkit berdiri di atas kedua kaki belakang, seperti seorang
manusia! Ta Giok adalah puteri kepala suku yang masih
terbelakang dan tentu saja ia percaya akan tahyul. Melihat
betapa ada harimau dapat berdiri seperti manusia ia pun
segera menduga bahwa tentu ia berhadapan dengan seekor
harimau jadi-jad ian atau seorang siluman! Ketabahannya
luntur dan ia pun me mandang pucat dengan tubuh agak
menggigil. Apalagi ketika tiba-tiba harimau itu dapat
menge luarkan suara ketawa, ia sema kin takut lag i.
Harimau itu tiba-tiba bergerak dan terlepaslah kulit harimau
itu dan kini yang nampa k berhadapan dengan dirinya adalah
seorang pemuda yang tampan dan gagah sekali! Pe muda itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Huang Thai Ci, dengan sigapnya melompat ke
depan, sekali renggut dia sudah merampas pedang dari
tangan Ta Giok yang masih terpesona dengan tangan kirinya,
lalu tangan kanannya meraih dan dia me mondong tubuh Ta
Giok dar i punggung kuda. Dara itu meronta-ronta, akan tetapi
dia sama sekali tidak berdaya dalam dekapan Huang Thai Ci
yang pandai merayu. Dihujani rayuan dan belaian pemuda
yang sudah amat menar ik hatinya itu, akhirnya Ta Giok
bertekuk lutut, takluk dan tidak melawan lag i, bahkan
menya mbut pencurahan cinta birahi Pangeran Huang Thai Ci
dengan penuh gairah dan semangat pula. Tanpa bicara kedua orang muda itu menurut kan gelora hati penuh birah i di balik semak belukar, di atas rumput hijau yang lunak tebal. Baru kemudian Tanpa bicara kedua orang muda itu menurutkan gelora hati penuh birahi di
balik se ma k belukar, di
atas rumput hijau yang lunak tebal. Ta Giok bertanya dengan lembut, me mandang kekasihnya
itu dengan sinar mata penuh kagum dan kasih sayang siapa
adanya pemuda itu yang demikian beraninya melakukan siasat
untuk menghadangnya. Sa mbil tersenyum dan merang kul
leher kekasihnya, menciumnya, pemuda itu berb isik di de kat
telinga Ta Giok. "Aku adalah Pangeran Huang Tha i Ci"
"Ahhhh.....!" Pengakuan ini me mbuat Ta Giok terkejut,
akan tetapi juga kagum dan girang sekali. Kekasihnya, pria
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertama yang menyentuhnya, adalah sang pangeran yang
sudah amat terkenal itu. Dan dia pun balas merangkul dan
keduanya kemba li tenggela m ke dalam kemesraan yang
menda la m. Kemudian mereka beristirahat, rebah di atas rumput sambil
me mper kenalkan diri mas ing-masing. Pangeran itu me mbujuk
Ta Giok agar suka ikut bersama dia ke istana keluarganya. Ta
Giok merasa ragu-ragu. Kalau ayahnya atau anggauta suku
bangsanya tahu bahwa ia bukan hanya berkenalan dengan
pangeran pihak musuh, bahkan telah bermesraan dan
menyerahkan dirinya, tentu ayahnya akan marah sekali.
Bahkan kalau pangeran itu ketahuan, besar sekali kemungkinannya Pangeran Huang Tha i Ci akan d ikeroyok dan
dibunuh tanpa banyak cakap lagi.
Selagi ia ragu-ragu dan belum dapat menjawab, tiba-tiba
terdengar bunyi banyak kaki kuda menuju tempat itu, diseling
teriakan-teriakan me manggil na manya! "Celaka.... mereka
datang....!" kata Ta Giok. "Cepat, kau pergilah, pangeran.....!"
Huang Thai Ci juga terkejut sekali dan maklum akan bahaya
yang mengancam, tanpa berkesempatan pamit lagi kepada
kekasihnya, cepat melompat dan lari menuju ke guha di mana
dia menyimpan kudanya, kemudian dia m-dia m dia kabur dari
tempat itu me lalui lain jurusan.
Sementara itu, Ta Giok setelah me mbereskan pakaiannya,
lalu pura-pura rebah pingsan di dekat semak-sema k di tepi
jalan. Ternyata rombongan itu terdiri dari be lasan orang
perajurit dipimpin oleh ayahnya sendiri dan dite mani oleh
Siauw Giok yang menjadi penunjuk ja lan.
Ayahnya segera melompat turun dan bersama Siauw Giok
menyadarkan Ta Giok. Kepala suku itu menghujaninya dengan
pertanyaan di mana adanya harimau itu, akan tetapi karena
khawatir kalau-kalau ayahnya merasa curiga, Ta Giok hanya
mengge leng kepala ketakutan dan pura-pura tidak ma mpu
bicara saking takutnya. Mereka me mbawa Ta Giok pulang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dara ini dapat menyimpan rahasianya, hanya menyimpan
pertemuannya dengan Pangeran Huang Thai Ci itu sebagai
sebuah kenangan yang manis dan indah sekali. Akan tetapi
ayahnya bukan orang bodoh dan diam-dia m ayahnya menaruh
hati curiga karena terjadi perubahan dalam sikap Ta Giok yang
suka duduk termenung. Karena itu, ayahnya lalu me maksanya
untuk menikah dengan seorang kepala suku yang masih muda
dan yang menjadi sahabatnya.
Pernikahan Ta Giok ini terdengar pula oleh Pangeran Huan
Thai Ci. Tentu saja hati pangeran ini merasa kecewa sekali
dan ketika terbuka kesempatan, yaitu ketika kaisar menga mbil
keputusan untuk me mbasmi kelompok-ke lompok suku bangsa
yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Ceng-tiauw,
pangeran ini lalu mengepalai sendiri pasukan yang kuat dan
dia lalu menyerbu ke perka mpungan suku bangsa di mana Ta
Giok ini menjadi isteri kepala sukunya. Dia me mbas mi kepala
suku itu dan berhasil merampas Ta Giok dan Siauw Giok.
Pertemuan dua hati yang dipisahkan keadaan ini a mat
mengge mbirakan kedua piha k. Dengan penuh kasih sayang,
Huang Thai Ci lalu mengangkat Ta Giok menjad i isterinya, dan
Siauw Giok lalu dinikahkan pula dengan adiknya, yaitu
Pangeran Tuo Ek Kun. Sifat mata keranjang Pangeran Huang Thai Ci me mang
sudah tidak ketulungan lagi! Biarpun d ia sudah me nguasai Ta
Giok sebagai isterinya, namun melihat betapa Siauw Giok yang
menjad i adik iparnya kini pun nampa k cantik jelita menyaingi
kakaknya, dia tidak dapat menahan gelora hatinya. Dan
karena adiknya pun merupakan seorang pria yang tidak
pantang melakukan pelanggaran susila, maka terjadilah tukar-
menukar antara kakak beradik ini! Bukan merupakan ha l yang
aneh lagi kalau seringkali Ta Giok mene mani adik iparnya
dalam kamarnya, sebaliknya Siauw Giok tidur bersa ma Huang
Thai Ci' Perist iwa seperti itu tidak jarang terjadi di dalam
istana yang megah dan mulia, bahkan seringkali di te mpat-
tempat yang dianggap penuh kemuliaan dan kemewahan ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi pelanggaran susila yang lebih hebat dibandingkan
dengan yang terjadi di luar tembok istana. Hal ini adalah
karena kebebasan para wanita di dalam tembok istana a mat
terbatas, dan kehidupan mereka itu seperti di dalam rumah
penjara saja, di dalam tahanan walaupun mereka berenang
dalam kemewahan. Dan para pangeran, keluarga kaisar, yang
merasa bahwa mereka berada di puncak kekuasaan, kadang-
kadang tidak pantang melakukan hal-hal yang tidak pantas,
bahkan yang tidak akan dilakukan oleh seorang petani gunung
yang bagaimana terbelakang dan bodoh sekalipun. Tentu saja
hal-hal se maca m itu tidak pernah dicatat di dalam sejarah.
Sejarah orang-orang besar selalu penuh dengan kebaikan-
kebaikan dan kebersihan-kebersihan be laka, penuh dengan
catatan perbuatan yang patut-patut dan mulia.
Demikianlah, ketika Pangeran Huang Thai Ci diangkat
menjad i kaisar menggantikan ayahnya dan berjuluk Kaisar
Thai Cung dari kerajaan Ceng, Ta Giok yang berasal dari
keluarga kepala suku bangsa kecil sederhana itu diangkat pula
menjad i Per maisuri! Dan ia masih menjadi per maisuri yang
amat berpengaruh dan berkuasa ketika balatentara Mancu
terus mengancam kota raja Kerajaan Beng-tiauw yang sudah
hampir runtuh itu. Dala m keadaan Kerajaan Beng-tiauw yang sudah makin
le mah itu, tentu saja roda pemerintahan tidak dapat berjalan
lancar. Para pembesar di daerah-daerah seperti terlepas dari
pengaruh kota raja dan mereka itu seolah-olah berdiri sendiri,
menjad i raja-raja kecil di daerah masing-mas ing yang berada
di dalam kekuasaan mereka. Dan dalam hal ini pun, hukum
rimba tetap berlaku. Pe mbesar yang dekat dengan pasukan,
terutama pembesar yang menguasai atau mengepalai pasukan
yang terkuat, dialah yang menjadi raja tanpa mahkota!
Dengan moda l kekuatan pasukannya, dia dapat memaksakan
kehendaknya di daerah yang dikuasainya dan tidak ada s iapa
pun yang berani menentangnya. Hal ini terjadi karena atasan
mereka yang lebih kuat dan besar kekuasaannya berada di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kota raja dan kota raja sedang kacau dilanda pemberontakan-
pemberontakan. Akan tetapi, di mana ada kekeruhan, di situ pasti ada yang
ingin me mancing ikan di air keruh, manusia- manusia yang
ingin me mpero leh keuntungan dari keadaan kacau itu. Setiap
kali negara mengalami kekacauan, pasti muncul oknum-
oknum yang mencari sasaran dan ingin me mperoleh
keuntungan diri send iri me lalui kekacauan-kekacauan itu. Hal
ini terjadi karena terbukanya kesempatan-kesempatan bagi
mereka. Karena itu, ada benarnyalah kalau dikatakan bahwa
kesempatan men imbulkan kemaksiatan! Demikian pula
dengan para pe mbesar tinggi di kota raja. Mereka melihat
kesempatan terbuka dengan adanya penguasa-penguasa
daerah yang berdiri sendiri di daerah-daerah. Dengan
pengaruh dan kekuasaan mereka, para pe mbesar tinggi ini
mendatangi para pe mbesar daerah, menggertaknya dan
menganca mnya dengan tuduhan korupsi dan kalau mereka
me lawan, akan dituduh pe mberontak! Tentu saja, di jaman
merajalelanya pe mberontakan itu, para pejabat daerah paling
takut dituduh pemberontak dan untuk meredakan kemarahan
dan ancaman para pejabat tinggi yang datang dari kota raja
untuk "mencar i-cari kesalahan" itu, para pembesar daerah
tidak sayang untuk menge luarkan banyak harta guna
menyogok. Maka merajalela pula penyogokan dan penyuapan,
agar para pemeriksa dari kota raja itu me laporkan yang baik-
baik saja men genai daerah mereka!
Di kota Thian-cin yang dekat dengan kota raja, hal serupa
juga terjadi. Para pejabat kota ini, tidak terkecuali,
menggunakan keadaan selagi pe merintah pusat le mah,
mereka ini hidup sebagai raja-raja kecil. Sebagai seorang
kepala jaksa, maka Pui Kian atau Pui Taijin (Pembesar Pui),
tidak mau ketinggalan berlumba mengumpulkan kekayaan dan
me mper kuat kedudukan. Dipeluknya komandan pasukan
keamanan kota Thian-cin sebagai kawan akrabnya dan
mereka berdualah yang seakan-akan menjadi raja-raja kecil di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian-cin. Pui Taijin sebagai seorang kepala jaksa, berhak
untuk menangkap siapa saja dan menuntutnya dengan
tuduhan-tuduhan palsu atau tidak, dan men jebloskan mereka
yang dianggap tidak taat atau menentang ke dalam tahanan
penjara. Dan komandan pasu kan itu, Ji-ciangkun (Perwira Ji),
berdiri di belakang sang ja ksa bersama pasu kannya dan tidak
seorang pun berani menentang atau me lawan mereka!
Dengan cara demikian, mudah saja bagi Pui Kian untuk
me meras para hartawan, merampas tanah-tanah pertanian
yang luas dan me lakukan segala maca m penindasan lagi.
Karena itu, tidaklah mengherankan apabila dia me njadi
panik setengah mati ketika mendengar berita pengumuman
bahwa pekan depan a kan datang seorang pe mbesar tinggi
dari kota raja untuk mengadakan pemer iksaan di Thian-cin!
Dan dia mendengar bahwa Kwa Taijin (Pembesar Kwa) itu
adalah seorang pembesar tinggi yang keras dan suka
menga mbil tindakan tegas, juga me miliki kedudukan yang
kuat di kota raja! Tentu saja dia menjadi panik dan ketakutan,
maka cepat dia me ne mui 3i Ciangkun, sekutunya di Thian-cin.
"Ciangkun, engkau harus dapat menyelamatkan aku sekali
ini. Aku gelisah sekali menghadapi pe meriksaan Kwa Taijin.
Kabarnya dia keras sekali dan suka bertindak tegas!" demikian
katanya dengan muka agak pucat membayangkan kemungkinan-ke mungkinan buruk yang akan dapat menimpa


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya. Wajah pembesar militer itu juga na mpak gelisah. "Pui
Taijin, permintaanmu itu sungguh me mbingungkan hatiku.
Bagaimana aku akan dapat menolongmu" Aku send iri pun
bingung mendengar dia akan muncul di sini. Sungguh heran,
bagaimana dia tahu-tahu a kan me lakukan pe meriksaan di sini"
Aku khawatir kalau-kalau ada orang yang mengadu ke kota
raja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa..... apa maksudmu" Apakah engkau tidak dapat
me mpergunakan kekuasaan dan pengaruhmu untu k..... untuk
sekedar me le mahkan semangatnya?"
"Aih, kau tidak tahu, Taijin. Pembesar she Kwa itu amat
berkuasa dan hatinya seperti terbuat dari baja. Kalau dia
sedang tidak senang, biarpun disogok harta berapa banyak
sekalipun, dia t idak akan goyah. Dan aku bahkan pernah
menjad i korban ketegasannya. Ketahuilah bahwa aku dipindah
ke Thian-cin dari kota raja juga karena dia!"
"Apa..... apa maksudmu?" tanya pembesar she Pui itu
dengan kaget dan semakin panik.
Perwira itu menarik napas panjang, mengenang kembali
pengalamannya yang pahit ketika dia menjad i korban
ketegasan Kwa Taijin. Ketika itu, lima tahun yang lalu,
kedudukannya adalah seorang panglima di kota raja yang
berkedudukan baik. Akan tetapi, pada suatu hari dia telah
me lakukan kesalahan, menggunakan kedudukan nya untuk
menekan keluarga yang sejak lama menjad i musuhnya. Dia
berhasil menggunakan kekuasaannya untuk
menuntut keluarga itu sehingga mereka ditahan dan dihukum dengan
tuduhan me lakukan per lawanan kepada alat negara dan
me mberontak, dan dia berhasil menguasai se mua harta milik
musuh itu. Dan gara-garanya hanyalah karena pu-teranya
bentrok dan berkelah i dengan putera keluarga itu, dan
puteranya itu kalah dalam perkelah ian itu dan terluka. Akan
tetapi, akhirnya urusan itu sa mpai ke tangan Kwa Taijin yang
turun tangan menyelidiki dan mengad ilinya me lalui pengadilan
kota raja. Dalam urusan ini, dia dianggap bersalah. Keluarga
musuh itu dibebaskan, harta mereka dikemba likan dan dia
sendiri lalu diturunkan pangkatnya dan dipindahkan ke Thian-
cin. Dan kini, sahabatnya ini minta kepadanya agar mau
me lindunginya dari Kwa Taijin! Tentu saja nyalinya belum apa-
apa sudah menjadi kecil. Se mua ini dia ceritakan kepada Pui
Taijin yang menjadi semakin panik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Celaka, kalau begitu, bagaimana baik nya?"
"Jangan khawatir, sahabatku. Sebaik-baiknya orang,
sekeras-kerasnya orang, pasti ada cacatnya dan ada
kele mahannya. Kukatakan tadi bahwa kalau hatinya sedang
tidak senang, Kwa Taijin itu dapat keras seperti baja dan
sukar sekali dibelokkan kehendak dan keputusannya, bahkan
disogok pun tidak dapat. Akan tetapi kalau hatinya sedang
senang, dia pun murah hati sekali. Karena itu, engkau harus
berusaha menyenangkan hatinya."
"Bagaimana caranya, ciangkun" Ingat, ini kepentingan kita
berdua. Engkau harus membantuku me mikirkan jalan yang
baik agar kita berdua dapat lolos dari bahaya. Bagaimana
caranya untuk menyenangkan hatinya" Perempuan" Makan
minum yang lezat?" Perwira itu menggeleng kepala. "Bukan, dia bukan tukang
ma in perempuan, bukan pula pelahap ma kanan lezat. Akan
tetapi dia punya kelemahan terhadap batu-batu permata yang
indah, terutama sekali batu kemala dan mutiara. Terhadap
dua maca m batu permata itu, melebihi batu-batu mulia yang
lain, dia tergila-gila."
"Batu giok (ke mala)" Mutiara" Wah.... alangkah mahalnya....!" "Apa artinya harta benda, taijin" Habis harta, bisa cari lagi.
Kalau kehilangan kedudukan, apalagi dihukum, kita akan mati
seperti tikus dala m jebakan."
Pembesar itu mengangguk-angguk seperti ayam makan
jagung. "Kau benar, kau benar! Baiklah, mula i sekarang aku
akan mengumpulkan batu giok dan mutiara, akan kubeli dari
semua pedagang batu per mata. Akan kukumpulkan yang
paling bagus, biar sampai hab is uang simpananku asal hatinya
menjad i senang." Pada saat itu, di dalam kegelapan ma la m, ada bayangan
orang mengangguk-angguk pula ketika mendengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percakapan dua orang pembesar ini. Orang itu tadi
menyelinap dan meloncat seperti seekor kucing saja, tanpa
menge luarkan suara dan tidak kelihatan oleh para penjaga.
Orang itu bertubuh ra mping, berpakaian serba hita m dan
me miliki gerak-an luar biasa ringan dan cepatnya. Bayangan
hitam ini adalah Kim Cu i Hongl Sepasang matanya mencorong
menger ikan ketika na mpak ber kilat.
Seperti telah kita ketahui, gadis ini turun dar i sebuah di
antara puncak Pegunungan Lu-liang-san, berpisah dari guru
nya, Toat-beng Hek-mo, me mbawa buntal an pakaian dan
juga ilmu kepandaian t inggi yang dipe lajarinya selama tujuh
tahun setiap hari tak pernah berhenti secara tekun sekali.
Tentu saja ia langsung menuju ke Thian-cin. la melakukan
penyelidikan tentang jenazah ayahnya dan suhengnya, namun
ia gagal dalam penyelidikannya. Tak seorang pun tahu di
mana kuburnya dua orang itu. Tadinya ada niat di hatinya
untuk menghubungi saudara-saudara seperguruannya, akan
tetapi niat ini la lu d ibatalkannya. Tidak, la t idak akan mencari
teman atau pe mbantu dalam usahanya me mba las denda m.
Akan ditanganinya sendiri dan andaikata gagal pun akan
ditanggungnya sendiri! Balas denda m ini merupakan satu-
satunya tujuan sisa hidupnya.
Pertama-tama ia harus dapat mencari dana untuk
penyelidikan dan usahanya me mbalas denda m. Ia tahu ke
mana harus mencari uang. Ke rumah gedung keluarga jaksa
Pui! Ke mana lag i kalau bukan ke rumah musuh besar nomor
satu itu" Mengambil harta dari s itu merupakan sebagian
pembalasan denda mnya. Demikianlah, dengan menggunakan ilmu kepandaiannya, ia
berhasil menyelinap dan naik ke atas wuwungan rumah
gedung keluarga Pui Taijin. Secara kebetulan saja ia melihat
dan mendengar percakapan antara Kepala ja ksa Pu i Kian dan
ji Ciangkun. Tentu saja percakapan antara kedua orang itu
amat penting baginya. Dari percakapan itu ia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menang kap bahwa akan ada pembesar tinggi dari kota raja
datang ke Thian-cin dan agaknya Kepala jaksa Pui bersama
sekutunya yang berpakaian perwira itu akan berusaha
menga mbil hati pe mbesar tinggi itu dengan ja lan menyogok
dengan barang-barang yang amat disukainya, yaitu batu-batu
mulia berupa batu kemala dan mut iara yang tentu amat mahal
harganya. Kebetulan sekali, pikirnya dan kepalanya yang
penuh dengan siasat terdorong oleh keinginannya me mba las
dendam itu sudah diputarnya dan ia sudah me mperoleh siasat
yang baik sekali. Sekali turun tangan, ia harus dapat
menguasai barang-barang berharga itu dan juga me mukul
keluarga Pui! Setelah selesai urusan ini, baru ia akan turun
tangan langsung kepada Pui Ki Cong yang belum dilihatnya di
gedung itu. Diurungkannya niatnya mencuri barang berharga dari
gedung itu dan pada keesokan harinya, kemba li ia melakukan
penyelidikan tentang keluarga Pui dan tentang segala sepak-
terjang kepala jaksa itu. Dan ia memperoleh keterangan-
keterangan yang amat penting. Kiranya sudah empat tahun
lebih Pui Kongcu atau Pui Ki Cong tidak tinggal lagi di Thian-
cin, dan men urut keterangan yang diperolehnya, musuhnya
nomor satu itu telah pergi pindah. kini tinggal di kota raja,
menduduki jabatan tinggi dan penting di istana! Dan tentang
Jaksa Pui sendiri, ia me mperoleh berita bahwa pe mbesar itu
kini seperti raja kecil, seolah-olah dia lah yang paling ber kuasa
di Thian-cin, menentukan segala huku m yang berlaku di
Thian-cin, berbuat sewenang-wenang mengandalkan kedudukannya dan dilindungi pula oleh sekutunya, yaitu Ji
Ciangkun, komandan pasukan kea manan Thian-cin. Juga gadis
yang cerdik ini berhasil mendengar percakapan antara dua
orang pegawai kabupaten yang sudah tua tentang diri Kwa
Taijin, pe mbesar tinggi yang datang dari kota raja untuk
mengadakan pene liti an dan pe meriksaan di Thian-cin dalam
pekan depan ini. Cui Hong mengangguk-angguk dan ia mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mintal siasat yang direncanakannya seperti seekor laba-
laba me mintal jaring laba- labanya dengan teliti dan tekun.
Beberapa hal penting dicatatnya dan dikumpulkannya dari
pendengarannya dalam percakapan Pui-taijin dan Ji Ciangkun,
dan dari has il penyelidikannya, yaitu
Kwa Taijin, pembesar yang keras dan tegas dari kota raja
akan tetapi me miliki kele mahan terhadap batu-batu permata,
akan datang mengadakan pe mer iksaan dan agaknya
pembesar tinggi itu sudah mendengar akan sepak-terjang Pui
Taijin di Thian-cin. Pui Taijin dibantu oleh sekutunya, Ji
Ciangkun, sudah me mpers iapkan diri untuk menyogok
pembesar Kwa itu dengan batu-batu kemala dan mut iara yang
indah-indah untuk menyenangkan hatinya agar terlepas dari
pengamatan dan tuntutan, tentu saja.
Mala m terakhir dari hari kedatangan Kwa Taijin, kembali
Pui Kian dan Perwira Ji mengada kan pertemuan di dalam
kamar Jaksa Pui. Kepala jaksa itu me mperlihatkan hasil
usahanya mengumpulkan batu-batu kema la dan mutiara, dan
me mbuka sebuah bungkusan ka in merah. Di dalam bungkusan
itu terdapat sebuah peti berukir indah dari kayu berwarna
hitam. "Ciangkun, coba kauperiksa, apakah barang-barang ini
kiranya cukup untuk menyenangkan hati Kwa Taijin?" kata Pui
Kian sa mbil tersenyum bangga. Ditaruhnya peti itu di atas
meja dan ketika peti dibuka, Ji Ciangkun menge luarkan seruan
kagum. Di dalam peti itu nampak benda-benda indah dari batu
giok yang berwarna kehijauan, gilang-ge milang dengan ukiran
halus sekali. Ada sepasang naga berebut mustika terbuat dari
batu giok kemerahan, ada burung merak hijau, burung hong
terbang sepasang juga dari giok hijau, ada pula gelang-gelang
batu giok yang amat halus dan indah, semua itu diukir dengan
halus dan pengikatnya dari e mas putih. Benda-benda ukiran
yang demikian indahnya, terbuat dari batu-batu giok murni,
sukar ditaksir berapa harganya. Tentu amat mahal! Dan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
samping itu ada pula perhiasan-perhiasan terbuat dari batu-
batu mut iara pilih an. Ada kalung mutiara, ada pula giwang
yang terbuat dari mutiara bermaca m warna, dan ada pula
gelang dari mutiara hitam yang tentu amat mahal harganya.
"Ah, selama hidupku belum pernah aku melihat kumpulan
giok dan mut iara seindah ini, Taijin! " kata Ji Ciangkun dengan
kagum. "Kalau dia tidak puas dan senang dengan benda-
benda ini, aku sendiri tidak tahu harus me mberi yang
bagaimana! Hebat sekali!"
"Tentu saja hebat! Benda-benda ini adalah barang-barang
pilihan, ciangkun. Bahkan ukiran naga dan burung hong
kemala ini tadinya adalah benda dar i kamar pusaka istana
kaisar yang !olos keluar! Tak ternilai harganya dan untuk
mengumpulkan benda-benda ini, apalagi dalam waktu tiga
empat hari ini, uangku tidak cukup dan a ku harus pinjam dari
banyak kawan." "Ah, apa artinya uang, Taijin" Yang penting, kedudukanmu
masih selamat dan engkau mas ih tetap berkuasa. Apa
sukarnya kelak mencari uang lag i" Yang penting, harimau dari
kota raja itu harus dibikin senang hatinya agar tidak mencakar
dan menggigit!" Ji Ciangkun mengakhiri kata-katanya sambil
tertawa. Pui Taijin juga tertawa bergelak dan menutup kembali peti
itu. "Ha-ha-ha, engkau benar. Harimau! Dia me mang seperti
harimau yang galak. Akan tetapi harimau pun akan kehilangan
galaknya kalau dia diberi daging kesayangannya dan perutnya
kenyang, bukan" Ha-ha-ha!"
Pui Taijin na mpak ge mbira sekali karena kekhawatirannya
hilang atau setidaknya banyak berkurang setelah dia
me mpero leh kepastian sahabat dan sekutunya bahwa hadiah
itu cukup untuk menyenangkan hati Kwa Taijin yang
ditakutinya itu. Dia me mbungkus lag i peti hita m itu dan
me letakkan bungkusan merah ke da la m almar i yang berdiri di
sudut ka mar itu, di be lakang te mpat tidurnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kita rayakan hasil ini, ciangkun. Hatiku terasa lega
dan aku berterima kasih padamu atas nasihat mu. Kelak aku
tentu tidak akan melupakan budimu ini. Mari, mar i kita makan
minum sepuasnya di ruangan ma kan." Kepala jaksa itu
mengajak se kutunya untuk mengadakan pesta di kamar
makan. "Akan tetapi, engkau tentu tidak akan men inggalkan begitu
saja barang-barang yang amat berharga itu di da la m kamar
ini, Taijin!" Ji Ciangkun berseru ketika mereka hendak
men inggalkan kamar. Pui Taijin tersenyum lebar dan
me mbuka pintu kamar. "Kau lihat, aku tidaklah sebodoh itu,
ciangkun. Kamar itu kusuruh jaga siang ma la m. Aku selalu
berhati-hati menjaga diriku, dan setiap hari, kamar ini dijaga
oleh enam orang penjaga secara bergilir. Mereka berada di
luar kamar dan siapa pun, kecuali aku dan keluargaku, tidak
mungkin dapat me masu ki kamar ini. Belu m lag i diingat bahwa
di sekeliling gedung ka mi ini sela lu d ijaga pengawal-pengawal
siang malam. Penjahat yang berani mencoba me masu ki


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gedung kami sa ma saja dengan bosan hidup dan mau bunuh
diri. Ha-ha-ha!" Ji Ciangkun juga tertawa dan men gangguk
kagum ketika dia me lihat ena m orang penjaga yang
bersenjata lengkap me mang na mpak berjaga di depan kamar
itu. Mereka lalu men ingalkan kamar yang hanya ditutupkan
begitu saja daun pintunya oleh Pui Taijin, dan menuju ke
ruangan makan di mana telah menanti pelayan-pelayan
wanita yang siap melayani mereka berdua ma kan minum
dengan hidangan-hidangan yang masih panas dan mewah.
Para penjaga di luar kamar itu, mau pun yang berjaga di
sekeliling gedung Pui Taijin, adalah penjaga-penjaga biasa
yang menjaga keamanan keluarga pembesar itu dari
gangguan orang-orang biasa yang hendak memusuhi keluarga
itu. Tentu saja mereka itu tidak ada artinya bagi seorang
pengunjung seperti Kim Cui Hong yang sejak tadi sudah
mengintai di antara wuwungan rumah dan mendengarkan,
bahkan me lihat ke dalam kamar ketika Jaksa Pui dan Ji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciangkun bercakap-cakap dan me lihat kumpulan batu permata
yang hendak diserahkan sebagai sogokan kepada pembesar
Kwa Taijin yang akan datang besok. Selagi dua orang
pembesar itu bersenang-senang makan minum di ruangan
makan d ilayani o leh pelayan-pelayan wanita yang muda-muda
dan cantik-cantik, Cui Hong yang memang sejak tadi sudah
me mpers iapkan rencana siasatnya, melayang turun ke dalam
kamar tidur pe mbesar itu. Ia me mbuka genteng dan
me mbongkar langit- langit, melayang turun bagaikan seekor
burung walet ke dalam kamar itu sehingga sama sekali tidak
terlihat atau terdengar oleh para penjaga.
Cui Hong menggendong sebuah buntalan yang kini
diturunkannya dari atas punggung dan diletakkannya di atas
meja. Ia pun lalu me mbuka almari di belakang te mpat tidur,
menga mbil buntalan kain merah yang tadi sudah dilihatnya
ketika ia melakukan pengintaian. Dengan tenang namun cepat
dibukanya buntalan itu dan dengan hati-hati agar tidak
menge luarkan suara, dibukanya peti hitam yang penuh
dengan barang-barang indah dari batu giok dan mutiara.
Semua benda itu dikeluarkan ke atas meja, kemudian peti itu
ia isi dengan isi buntalannya sendiri yang terisi batu-batu
biasa. Setelah penuh dan beratnya sama dengan berat
barang-barang berharga tadi, ditutupnya kemba li peti Itu dan
dibuntalnya kembali dengan kain merah, kemudian dikembalikan benda itu ke da la m almar i. Barang-barang
berharga itu kini dibuntalnya dan digendongnya di atas
punggung. Setelah me meriksa dengan telit i dan merasa yakin
bahwa ia tidak meninggalkan be kas-bekas yang mencurigakan, Cui Hong lalu me loncat ke atas, tangannya
menya mbar tiang melintang dan menerobos melalui langit-
langit yang sudah dibongkarnya dan me lalui genteng-genteng
yang sudah dibukanya. Ia me mbetulkan kembali langit-langit
dan genteng dari luar, kemudian tersenyum puas me lihat hasil
perbuatannya. Ia telah melakukan siasat yang telah
direncanakannya dengan sempurna. Seperti sebatang pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tajam kedua sisinya, sekali bergerak ia telah
mendatangkan dua hasil yang baik. Pertama, ia me mperoleh
barang-barang berharga yang akan dapat menja min biaya
semua usahanya me mba las denda m, me mpero lehnya dari
keluarga Pui Ki Cong musuh besarnya nomor satu, dan ke
dua, ia pun dapat menjerumuskan Jaksa Pui ke dalam
kesulitan kalau peti yang sudah diganti isinya dengan batu-
batu kali itu besok diserahkan kepada pe mbesar tinggi dari
kota raja! Memang tadinya tidak sedikit pun terkandung dalam hati
Cui Hong untuk mence lakakan Kepala Jaksa Pui ini, kecuali
menga mbil harta untuk dipakai sebagai biaya mencar i dan
me mba las dendam kepada empat orang musuhnya. Akan
tetapi, ketika ia mendengar bahwa putera jaksa itu tidak
berada lagi di situ, dan ketika secara kebetulan selagi
me lakukan penyelidikan hendak me ncuri harta ia mendengar
percakapan antara Jaksa Pui itu dengan Perwira Ji, timbul ah
rencananya untuk mencelaka kan Pui Taijin. Bagaimanapun
juga, kepala jaksa ini adalah ayah Pui Ki Cong dan telah
me mbantu perbuatan puteranya tujuh tahun yang lalu! Ia
maklum bahwa belum tentu usahanya mendatangkan
kesulitan kepada keluarga Pui ini berhasil. Bisa saja gagal,
misalnya, kepala jaksa itu kebetulan me mer iksa peti atau
me lihat kemba li isi peti sebelum diserahkan kepada pe mbesar
tinggi dar i kota raja itu. Andaikata benar demikian, ia pun
tidak akan terlalu kecewa karena tujuan utamanya adalah
mencari dana untuk biaya usahanya me mba las denda m dan
dalam hal itu ia telah berhasil dengan ba ik. la akan menanti
saja sampai besok dan menyelidiki has il perbuatannya malam
ini. Agaknya me mang nasib Cu i Hong sedang ba ik atau nasib
Kepala Jaksa Pui Kian sedang sial. Peti hita m itu tak pernah
dibuka lagi oleh pe mbesar itu sa mpai t iba saatnya peti itu
diserahkan kepada Kwa Taijin dari kota raja!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matahari telah condong ke barat ketika akhirnya
rombongan yang dinant i-nanti dengan jantung berdebar
tegang oleh para pejabat di Thian-cin itu tiba. Sebuah kereta
berkuda empat yang dikawal oleh pasukan pengawal kota raja
yang berpakaian indah dan gagah sebanyak lima puluh orang.
Pada waktu itu, para pembesar kota raja tidak berani rne
lakukan perjalanan ke luar kota raja tanpa pengawal yang
kuat, karena banyak nya kerusuhan dan pemberontakan yang
timbul di mana- mana. Biarpun di Thian-cin ada kepala daerah yang sebetulnya
me miliki kedudukan lebih tinggi dar i Kepala Jaksa Pui, na mun
pengaruh dan kekuasaan kepala daerah Teng itu kalah oleh
Pui Taijin sehingga ketika para pembesar melakukan
penyambutan, kepala daerah ini dia m saja, bahkan
menganjurkan ketika Pui Taijin me mpersilakan tamu agung itu
untuk tinggal di gedungnya. Diam-dia m Kwa Taijin mencatat
sikap ini. Memang dia sudah mendengar desas-desus dan
keluhan ra kyat di Thian-cin yang sampai ke kota raja tentang
pembesar she Pui ini, yang menurut kabar h idup sebagai raja
yang berkuasa penuh di Thian-cin! Maka, me lihat sikap Pui
Taijin dan mendengar penawarannya agar dia suka tinggal di
gedung pembesar itu, dia pun menerimanya karena hal itu
akan me mudahkan usahanya untuk me lakukan penelitian dan
penyelidikan. Penyambutan di gedung Pui Taijin a mat meriah. Hal ini
me mang sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh Pui Taijin.
Pembesar tinggi Kwa dari kota raja itu disa mbut seperti orang
menya mbut kaisar sendiri saja. Dan begitu tiba di rumah
gedung Pui Taijin yang luas, pe mbesar dari kota raja itu
bersama para pengiringnya lalu dija mu dengan hidangan-
hidangan yang mewah dan lezat. Bahkan lima puluh orang
pengawal itupun dija mu d i ruangan la in oleh kepala pengawal
yang dikepalai oleh Ji Ciangkun, komandan pasukan
keamanan di Thian-cin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam kesempatan ini, setelah me mberi sa mbutan
selamat datang dan penghormatan dengan cawan-cawan
arak, disaksikan oleh para pe mbesar lain, dengan wajah
penuh senyum, Pui Kian lalu menyerahkan buntalan kain
merah terisi peti hita m itu kepada Kwa Taijin.
"Mendengar akan kesukaan taijin, maka sebagai penyambutan selamat datang dan penghormatan, saya
haturkan sedikit barang-barang kesenian terbuat dari batu
kemala dan mutiara ini, harap taijin sudi menerimanya dengan
senang hati." Kwa Taijin adalah seorang yang paling suka mengumpulkan
barang-barang terbuat dari batu kemala dan mutiara.
Mendengar ucapan itu, dengan mata berseri dia memandang
ke arah buntalan kain merah itu.
"Batu giok dan mut iara" Ah, Pui Taijin terlalu sungkan,"
katanya sambil menerima buntalan itu, me letakkannya ke atas
meja dan karena ingin sekali melihat benda-benda yang tentu
amat indah itu, dibukanya
bundalan itu, kemudian dikeluarkannya peti kec il hita m itu, diikuti oleh pandang mata
Pui Taijin yang tersenyum ge mbira karena hadiahnya diterima
dengan sikap de mikian ge mbira oleh pe mbesar tinggi yang
amat ditakuti ini. Peti hita m itu dibuka o leh Kwa Taijin sendiri dan..... wajah
Kwa Taijin berubah keruh, sinar matanya penuh kemarahan,
sebaliknya wajah Pui Taijin me njadi pucat, matanya terbelalak
dan dikejap-kejapkan beberapa kali seolah-olah dia tidak
dapat percaya kepada matanya sendiri melihat betapa barang-
barang ukiran batu giok dan mutiara yang a mat indah itu kini
telah berubah menjadi setumpuk batu-batu kali biasa! Juga
mereka yang duduk dekat meja itu me mandang dengan
kaget. Gilakah kepala jaksa itu" Sungguh beran i mati
me mper ma inkan Kwa Taijin dari kota raja, memberi hadiah
berupa batu-batu biasa dikatakannya perhiasan dari batu giok
dan mutiara! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa besar kemarahan yang
bergelora di hati Kwa Taijin. Dia merasa dipermainkan, bahkan
dihina oleh kepala jaksa yang dia dengar merupakan orang
paling berkuasa di Thian-cin ini. Dia begitu datang ke Thian-
cin dihina dan dijadikan bahan tertawaan oleh kepala jaksa ini!
Diangkatnya peti terbuka itu dan dilemparkannya ke atas
lantai dengan wajah -berubah merah se kali.
"Brakkkk....!" Peti itu pecah dan isinya, batu-batu kali itu
berantakan di atas lantai. Pe mbesar itu lalu me mutar
tubuhnya menghadapi Kepala Daerah Teng yang duduk di
dekatnya. "Teng Taijin, mari kita pergi!" Dan dia pun me mberi
isarat kepada komandan pasu kan pengawalnya untuk pergi
dari situ tanpa pa mit kepada Pui Taijin.
Tentu saja Pui Kian tidak ma mpu bicara apa-apa, saking
kagetnya, heran dan takutnya. Baru setelah pembesar itu
pergi, dia berjongkok dan me munguti batu-batu itu,
menga matinya satu-satu seperti orang kehilangan ingatan.
"Taijin, apakah yang terjadi" Bagaimana bisa menjad i batu-
batu ini....?" Suara Ji Ciangkun menyadarkan Pui Taijin dan dia
pun cepat me megang tangan Ji Ciangkun.
"Ciangkun, ada..... ada yang tidak beres. ...." Dan dengan
marah sekali, tanpa me mperdulikan betapa para pejabat
lainnya sudah berbondong-bondong men inggalkan ruangan itu
untuk meninggalkan te mpat itu agar tidak terlibat, Pui Kian
lalu berteriak me manggil kepala pasukan pengawa lnya.
"Periksa mereka yang semalam berjaga di luar kamarku!
Siksa mereka agar mengaku s iapa yang telah mencuri barang-
barang dari dalam peti ini. Lakukan penggeledahan d i te mpat
tinggal mereka!" Dengan marah akan tetapi juga khawatir sekali Kepala
jaksa Pui mengaja k Perwira Ji berunding di da la m kamarnya.
Mereka berdua juga melakukan pe meriksa an di da la m kamar
itu, akan tetapi tidak nampak tanda-tanda bahwa kamar itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebobolan. Keduanya menga mbil kesimpulan bahwa yang
bermain gila tentu seorang di antara para pengawal!
Kita tinggalkan dulu dua orang pe mbesar yang berunding
dengan hati penuh kekhawatiran itu, dan mengikut i perjalanan
Kwa Taijin yang dengan muka merah saking marahnya kini
menuju ke gedung Kepala Daerah Teng. Karena marah dan
juga kesal hatinya, pembesar dari kota raja ini langsung saja
me masu ki kamar yang sudah disediakan untuknya dan
menyatakan kepada piha k tuan rumah bahwa malam itu dia
tidak mau diganggu lagi dan baru pada keesokan harinya dia
mulai bekerja! Dia m-dia m Kepala Daerah Teng merasa girang
me lihat adanya peristiwa aneh itu. Dia pun menduga bahwa
pasti terjadi hal-hal yang luar biasa karena dia tahu bahwa
orang she Pui itu kaya raya dan sudah biasa me mberi hadiah
kepada atasannya. Tak mungkin Jaksa Pui itu sengaja
menghina Kwa Taijin. Hal ini sa ma dengan bunuh diri! Akan
tetapi, diam-dia m dia merasa girang karena peristiwa itu
mungkin saja akan menjatuhkan Pui Taijin yang menjadi
saingan utamanya, atau setidaknya akan mengurangi
kekuasaan Pui Taijin sehingga dia send iri a kan ma mpu
menge mbangkan kekuasaannya di Thian-cin yang sebenarnya
merupakan wilayahnya karena dialah kepala daerah di situ,
sedangkan Pui Taijin hanyalah kepala jaksa yang terhitung
anak buahnya. 0ooo-d-w-ooo0 Jilid 5 BIARPUN hatinya marah sekali akhirnya saking lelahnya,
Kwa Taijin dapat pulas juga di dalam kamarnya yang mewah,
disediakan oleh Kepala Daerah Teng. Akan tetapi lewat tengah
ma la m, dia terbangun. Dia terkejut melihat bayangan orang di
dalam kamarnya, dan jelas bahwa orang itu mengambil cap
kebesarannya yang terletak di atas meja, lalu orang itu
me loncat keluar dari jendela kamarnya. Kwa Taijin bangkit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mengucek-uce k matanya. Akan tetapi dia tidak bermimpi
dan cap kebesaran itu sudah lenyap dari atas meja. Kemudian
terdengar suara orang di luar kamarnya, di luar jendela dari
mana orang tadi me loncat ke luar.
"Aku berhasil menga mbil cap kebesarannya. Cepat larikan
cap ini kepada Pui Taijin. Cepat!"
Mendengar suara itu, Kwa Taijin kini yakin bahwa me mang


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada maling me masuki kamarnya dan mencuri cap kebesarannya. Dia lalu berteriak-teriak keras
"Maling.. ...! Maling.. ...! Tangkap.....!!"
Teriakannya disa mbut oleh derap kaki para pengawal yang
lari mendatangi. Kwa Taijin sendiri lari ke jende la yang
terbuka dan dia melihat bahwa empat orang penjaga yang
berada di luar jendela telah roboh pingsan! Gegerlah gedung
itu ketika para pengawal lari berserabutan untuk men gejar
dan mencari maling itu. Akan tetapi, bayangan maling itu tidak
nampak lag i. "Cepat, antar aku ke rumah Jaksa Pui. Sekarang juga!"
Tiba-tiba Kwa Taijin me mberi perintah kepada komandan
pengawalnya, "Dan bersiaplah untuk menangkapnya!"
Komandan pengawal itu segera mengumpulkan anak
buahnya, dan ditemani oleh Kepala Daerah Teng yang masih
merasa bingung dan kaget itu, Kwa Taijin la lu naik keretanya
menuju ke rumah gedung Kepala jaksa Pui.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya rasa hati Kepala jaksa
Pui Kian ketika dia menerima kedatangan Kwa Taijin bersama
Kepala Daerah Teng dan se mua pengawa l dari kota raja itu
pada waktu lewat tengah ma la m!
Begitu berhadapan dengan Pui Kian, Kwa
Taijin mengerutkan alisnya, dengan mata bersinar-sinar penuh
kemarahan, telunjuk kanannya menuding ke arah muka kepala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jaksa itu, dia me mbentak, "Pengkhianat she Pui! Hayo cepat
kau kemba likan Cap besaranku!"
Tentu saja Pui Kian me longo, tidak mengerti apa yang
dimaksudkan pembesar tinggi itu. "Cap..... cap kebesaran...."
Apa..... apa yang taijin maksudkan?"
Sikap dan ucapan ini oleh Kwa Taijin dianggap sebagai
sikap pura-pura yang palsu, ma ka kemarahannya ma kin
me muncak. "Keparat, kau masih mau berpura-pura lagi
setelah menyuruh maling mencuri cap itu dari kamarku"
Pengawal, geledah kamarnya dan cari cap itu, dan tahan dia!"
Para pengawal pribadi Pui Kian hanya me longo, tidak
berani me mbe la maj ikan mereka karena mereka pun
mengenal s iapa Kwa Taijin dan tahu bahwa para pengawal
kota raja itu adalah pasukan yang lebih tinggi kedudukannya
daripada mereka. Kepala pengawal bersama anak buahnya
cepat melakukan penggeledahan dan tak lama kemudian,
kepala pengawal sudah keluar dar i kamar me mbawa sebuah
cap kebesaran milik Kwa Ta ijin yang tadi dicuri ma ling.
"He mm, lihat ini! Kau masih hendak menyangkal lagi?" Kwa
Taijin me mperlihatkan cap itu di depan hidung Pui Kian.
Pucatlah wajah Pui Kian. "Tapi..... sungguh mati...... saya..... saya tidak mencurinya....." "He mm, kau penjahat kepalang tanggung! Kalau t idak
menyuruh curi, apakah cap kebesaranku itu bersayap, terbang
men inggalkan meja kamarku lalu hinggap di meja dalam
kamar mu?" "Fitnah...., ini tentu fitnah....." Pui Kian meratap.
"Tangkap dia! Bawa ke dalam tahanan di tempat kepala
daerah!" bentak Kwa Taijin.
Mala m itu Pui Kian, kepala jaksa Thian-cin yang biasanya
menjad i raja kecil di kota itu, harus meringkuk di dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjara di belakang gedung kepala daerah, dijaga ketat oleh
pengawal-pengawal kota raja atas perintah Kwa Taijin sendiri.
Akan tetapi, penjagaan yang amat ketat ini masih tidak
ma mpu men cegah Cui Hong yang me mbungkus sebuah kerikil
dengan kertas yang telah diberi tulisan, lalu melontarkan
kertas itu ke dala m kamar tahanan dari jauh, dan kertas yang
me mbungkus kerikil itu melayang me lalui jeruji besi, dan tepat
mengenai kepa la Pui Kian.
"Tukk!" Pui Kian mengaduh dan melihat benda kecil putih
itu yang tadi menya mbar kepalanya, dia cepat me mungutnya.
Penerangan lampu di luar kamar tahanan cukup terang
menerobos melalui jeruji-jeruji bes i dan dia lalu me mbuka
kertas yang membungkus kerikil itu, dan dibacanya tulisan
tangan yang halus di atas kertas.
"Kepala Jaksa Pui, kami me ngucapkan selamat kepada mu!"
"Mendiang guru silat Kim Siok sekeluarga".
Membaca tulisan itu, Pui Kian mengerutkan alisnya. Guru
silat Kim Siok" Sudah mendiang" Dia mengingat-ingat, lalu
mengepal tinju dengan geramnya. Ah, kini dia teringat akan
peristiwa tujuh tahun yang lalu. Guru silat Kim" Dengan anak
gadisnya yang dila mar oleh Pui Ki Cong puteranya, akan tetapi
ditolak. Guru silat itu bersama seorang muridnya telah tewas
dan gadis itu..... ah, ke mana perginya gadis itu" Bukankah
menurut kabar yang diperolehnya, gadis anak Kim Kauwsu itu
oleh puteranya diberikan kepada Thian-cin Bu-tek Sa m-eng"
Dan bagaimana mungkin guru silat Kim yang sudah mati itu
ma mpu melempar kan surat ini" Kini dia dapat menduga
bahwa yang mencuri barang-barang berharga dan menggantinya dengan batu, kemudian melakukan fitnah atas
dirinya dengan mencuri cap kebesaran milik Kwa Taijin
kemudian menaruh ke dala m kamarnya tentu juga orang yang
me le mparkan surat itu! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi siapa" Kim Kauws u tidak mungkin karena dia
sudah mati. juga muridnya yang akan menjadi mantunya itu.
Lalu siapa" Anak perempuannya" Rasanya tidak mungkin.
Anak perempuan itu sudah dibawa Bu-tek Sa m-eng, kalau
belum mati pun tentu menjadi bini muda mereka. Apakah
murid-murid Kim Kauwsu" Ah, bisa jadi. Bukankah banyak
juga murid-murid guru silat itu" Dia mengepal t inju.
Dikirimkannya surat pember ian selamat atas malapetaka yang
men impa dirinya itu jelas merupa kan ejekan. Ingin dia
menang kap orang itu, menghukumnya dengan tangan sendiri.
Akan tetapi, pembesar itu teringat akan keadaan dirinya dan
lenyaplah semua kemarahan terhadap orang yang me mfitnahnya, terganti oleh ketakutan yang amat hebat. Dia
me mbayangkan dirinya dihuku m, dipecat, dan dibuang, atau
bahkan mungkin dihukum mati! Gemetar seluruh tubuhnya
mengingat ini dan tanpa dapat ditahannya lagi dia menangis!
Kerap kali terbukti bahwa orang-orang yang paling kejam
hatinya adalah orang-orang yang paling penakut! Ada kalanya
pula sifat pengecut dan penakutlah yang mendorong
seseorang untuk berwatak kejam terhadap sesama ma nusia.
Karena merasa takut dan merasa terancam keselamatannya,
maka orang itu akan menyerang siapa saja yang dianggapnya
men jadi anca man bagi keselamatannya, kesejahteraannya
atau kemuliaan hidupnya. Agaknya Kepala Jaksa Pui ini orang
seperti itulah. Biasanya, kalau dia me mper lihatkan kekuasaannya men indas orang lain, hatinya merasa ge mbira
dan puas sekali me lihat orang la in itu meratap-ratap minta
ampun, menangis di depan kakinya minta keringanan
hukuman. Puas dan ge mbira karena tangis orang lain itu
merupakan mah kota kekuasaannya. Ratap tangis orang lain
bagaikan nyanyi merdu di telinganya. Kini, menghadapi
ancaman terhadap dirinya yang sukar untuk dapat dihindarkannya, melihat betapa kekuasaannya runtuh dan dia
sama sekali tidak ber daya, kebanggaan dirinya runtuh pula
dan timbul iba diri yang berlebihan besarnya, yang mendorong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menga lirnya air mata dari sepasang matanya yang sudah lama
menger ing tak pernah disentuh perasaan itu.
Dan si pelempar surat, Kim Cui Hong, sambil tersenyum
puas dengan sinar mata berkilat dan wajah berseri-seri,
men inggalkan kota Thian-cin pada pagi hari itu juga, masih
gelap, me mbawa bungkusan pakaiannya yang kini juga terisi
sebuah kantung terisi barang-barang berharga yang indah dan
amat mahal harganya. Kota raja masih na mpa k megah dan ra mai, walaupun
sebenarnya banyak penduduknya merasa gelisah karena kini
pasukan-pasukan pe mberontak sudah se makin maju mende kati kota raja dari semua jurusan. Dari timur kabarnya
pemberontak yang dipimpin oleh Lie Cu Seng sudah semakin
maju sampai ke perbatasan propinsi, hanya tinggal tiga ratus li
dari kota raja. Di barat juga pasukan pemberontak yang
dipimpin oleh Bu Sa m Kwl me mperoleh kemenangan-
kemenangan. Apalagi di utara. Pasukan kerajaan kewalahan
menghadap i serbuan-serbuan bangsa Mancu yang sema kin
kuat saja. Pendeknya, kota raja telah dikepung dari berbagai
jurusan oleh banyak musuh. Bukan hanya tiga golongan
musuh itu saja. Mereka bertiga itu adalah golongan musuh
paling besar dan pa ling kuat. Masih banyak
lagi pemberontakan-pemberontakan kecil terjadi di daerah-daerah.
Semua ini me mbuat para menteri yang mas ih setia kepada
kerajaan menjad i se makin gelisah. Akan tetapi apa daya
mereka" Kaisar dininabobokkan oleh para thaika m dan selalu
menerima pelaporan yang baik-ba ik saja dari para thaikam itu.
Karena keadaan seperti mendung dan gelap oleh
kegelisahan, oleh anca man-anca man yang tidak na mpak dan
terasa oleh semua orang bahwa kota raja berada dalam
ancaman bahaya besar, maka yang berpesta pora dalam
keadaan seperti itu adalah orang-orang yang menjual tenaga
dan kepandaian s ilat mereka sebagai pengawa l-pengawal dan
penjaga-penjaga keamanan. Orang-orang berpangkat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang hartawan yang memiliki uang, tidak sayang
menge luarkan banyak uang me mbayar jagoan-jagoan yang
bertugas menjaga keamanan mereka dan keluarga mereka.
Dala m keadaan ketakutan, orang memang dapat melakukan
hal-hal yang menggelikan. Orang-orang hartawan itu sama
sekali tidak ingat lagi bahwa ancaman perang tidak mungkin
dapat dihindarkan oleh perlindungan yang diberikan jagoan-
jagoan silat begitu saja! Dan mereka pun lupa bahwa yang
mungkin mengganggu dala m keadaan kacau itu justeru orang-
orang yang biasa bertindak kasar dan keras, yaitu orang-orang
yang merasa punya kepandaian silat dan yang merasa unggul,
termasuk orang-orang yang mereka angkat menjadi jagoan-
jagoan itu! Mereka tidak ingat betapa sudah banyak terjadi
adanya pagar makan tanaman, atau orang-orang yang
diandalkan sebagai penjaga keamanan bahkan menjadi
pengacau keamanan itu sendiri! Seperti me melihara harimau
untuk mencegah serbuan serigala. Serigalanya tidak datang,
akhirnya sang harimau peliharaan itu yang akan menerka m
dan me mangsanya! Betapapun juga, sudah pasti bahwa para jagoan atau
mereka yang merasa me miliki kepandaian silat dan yang
berani berkelahi, dalam keadaan seperti itu menjad i laris
sekali. Tenaga mereka dan jaminan mereka dibayar mahal
oleh orang-orang beruang yang rela me mbayar mahal hanya
sekedar untuk menentera mkan hati mereka dan "merasa
terlindung". Banyak jagoan-jagoan atau tukang-tukang pukul yang
me miliki ilmu silat tinggi dan yang ditakuti dan disegani orang,
yang perlindungannya berharga mahal sekali, berhasil
mengumpulkan kekayaan dan menjad i orang kaya. Di antara
mereka terdapat seorang jagoan yang terkenal sekali dengan
julukannya, yaitu Toat-beng joan-pian (Cambuk Pencabut
Nyawa)! Dia telah menjad i kaya raya karena menjadi
pelindung beberapa orang hartawan di kota raja. Melihat
betapa usaha di luar lebih ba ik daripada menjadi kepala-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala pengawal yang makan gaji, sudah la ma jagoan ini
men inggalkan pekerjaannya sebagai pengawal seorang
pembesar di kota raja dan me mbuka usaha me lindungi
hartawan-hartawan dengan menerima bayaran mahal setiap
bulannya. Dan dia agaknya me mang berdarah pedagang.
Usahanya ini dapat diperluasnya menjadi se maca m perusahaan penjaga keamanan dan dia me miliki puluhan
orang pembantu yang bertugas men jaga rumah-rumah
hartawan. Dia sendiri hanya dipakai namanya saja untuk
menakuti-nakuti orang. Dan me mang sesungguhnyalah,
hartawan yang dijaga oleh anak buah Toat-beng Joan-pian ini,


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak ada yang berani mengganggu. Agaknya para penjahat di
kota raja tidak berani menentang Si Ca mbuk Pencabut Nyawa
yang selain terkenal lihai bukan main, akan tetapi juga
terkenal bertangan besi dan tidak pernah mau menga mpuni
siapa yang berani mengganggu hartawan yang dilindunginya.
Setelah me mbunuh beberapa orang yang berani mencoba-
coba, akhirnya tak seorang pun berani mengganggunya lagi
dan dalam waktu dua tiga tahun saja dia telah menjadi
seorang yang kaya raya. Jagoan itu kini me mpunyai sebuah gedung besar di pinggir
kota raja dekat pintu gerbang sebelah barat. Dia hidup mewah
di situ bersa ma seorang isterinya dan dua orang anaknya.
Usianya sudah empat puluh tahun lebih, tubuhnya pendek
tegap dan mukanya buruk, ternyata isterinya masih muda dan
cantik sekali! Isterinya itu baru berusia dua puluh lima tahun
dan dua orang anaknya baru berusia tujuh tahun dan tiga
tahun. Hal ini tidak mengherankan karena dia me miliki
kepandaian tinggi, me miliki banyak uang dan nama besar!
Dan karena dia pun pandai mencinta isterinya yang muda dan
cantik, wanita ini pun dapat menjadi seorang isteri yang setia
dan seorang ibu anak-anaknya yang baik. Pendek kata, Toat-
beng Joan-pian Louw Ti, ya namanya adalah Louw Ti, hidup
serba kecukupan dan dapat diduga hidup berbahagia bersama
keluarganya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para pembaca tentu masih ingat kepada nama ini. Louw Ti,
jagoan yang pandai me ma inkan joan-pian, se maca m ruyung
le mas atau cambuk yang saking tangguhnya diberi nama
Cambuk Pencabut Nyawa yang kemudian menjadi julukannya.
Ya, dia adalah Louw Ti, seorang di antara Thian-cin Bu-tek
Sam-eng (Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin), bahkan
orang yang paling tua, lebih tua setahun daripada dua jagoan
lainnya dari Bu-tek Sa m-eng.
Louw Ti, seperti yang lainnya, mendengar juga akan
kejatuhan Kepala Jaksa Pui Kian di Thian-cin. Akan tetapi
karena persahabatannya dengan pejabat itu dahulu hanyalah
persahabatan belian, dalam arti kata persahabatan yang dijalin
karena saling menguntungkan, ma ka di dalam hatinya dia
sama sekali t idak merasa a krab dan sa ma sekali bukan
sahabat Pui Kian. Karena itu, mendengar betapa bekas kepala
jaksa itu kini menjad i orang hukuman, dia hanya tersenyum
saja dan beberapa menit kemudian sudah me lupakan lagi
berita tentang kejatuhan orang she Pui itu. Kalau saja dia tahu
mengapa dan siapa yang menyebabkan kejatuhan Pui Kian,
mungkin dia tidak akan tersenyum acuh! Dia sama sekali tidak
tahu bahwa mendung kelabu mulai datang dari jauh untuk
me mbikin ge lap sinar keberuntungan yang menerangi
kehidupannya. Mula- mula terjadi pencurian di rumah gedung seorang
hartawan yang dijaga oleh empat orang anak buah Louw Ti.
Bukan hanya sejumlah perhiasan emas per mata yang dicuri
orang, akan tetapi juga empat orang anak buah itu dihajar
babak-belur oleh pencuri itu.
"Orangnya bertubuh kecil, akan tetapi mukanya me ma kai
topeng hitam dan pakaiannya juga hitam se mua," de mikian
empat orang ana k buah itu melapor kepada Louw Ti. "Ilmu
silatnya lihai se kali. Ketika dia melakukan pencurian, kami
berempat yang berjaga di depan pintu besar sama sekali tidak
mengetahuinya. Adalah dia sendiri yang mendatangi kami dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejek, mengatakan bahwa dia telah mencuri banyak
barang perhiasan berharga dari ka mar tuan ruma h."
"He mm....!" Louw Ti mengerutkan alis nya dan sepasang
matanya yang lebar itu me mancarkan sinar ber kilat karena
marahnya. "Apakah kalian t idak me mberi tahu bahwa kalian
adalah anak buahku?"
"Sudah kami ber i tahu, Louw-twako. Kami me mberi tahu
bahwa kami adalah pe mbantu-pe mbantu Toat-beng Joan-pian
yang bertugas menjaga di rumah itu dan kami minta agar dia
menge mba likan barang-barang itu dan jangan mengganggu
kami." Orang yang bercerita itu berhenti seolah-olah takut
me lanjutkan. "Dan apa katanya?" Louw Ti menuntut, penasaran.
"Saya..... saya tidak berani menceritakan....."
"Dess....!" Tubuh orang itu terlempar dan bergulingan kena
tendangan Louw Ti yang menjadi marah bukan main.
"Apakah kau ingin ma mpus" Sudah gagal melakukan
penjagaan sehingga tuan rumah kema lingan, masih berani
merahasiakan keterangan kepadaku?"
"Ampun, twako. Akan tetapi orang itu..... dia menghina
sekali kepada twako."
"He mm, berani menghinaku" Apa kata nya?"
"Dia bilang bahwa tidak takut kepada Toat-beng Joan-pian,
bahwa dia tidak takut kepada Louw Ti yang pendek bermuka
hitam, bahkan dia minta kami menya mpaikan kepada twako
bahwa dia adalah Pencabut Nyawa orang she Louw....."
"Jahanam keparat. ...!!!" Louw Ti meloncat dan tentu dia
sudah menerjang empat orang pembantunya itu kalau saja dia
tidak ingat bahwa dia sendiri yang me maksa mereka
mengaku. Sepasang mata yang lebar itu menjadi kemerahan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulutnya terengah-engah seperti mengeluarkan uap panas,
kedua tangannya dikepal dan berbunyi berkerotokan.
"Di ma na dia?" hanya itu yang dapat ditanyakan karena
kemarahan yang hebat me mbuat dia sukar bicara.
"Ka mi tidak tahu, twako. Mendengar penghinaannya, kami
lalu maju mengeroyoknya, akan tetapi kami tidak ma mpu
menand inginya dan kami dihajar sa mpai tida k ma mpu bangun
kembali." "Kerbau tolol! Kamu tidak tanya siapa namanya dan di
mana te mpat tinggalnya?" bentak Louw Ti.
"Saya sudah tanyakan, akan tetapi dia hanya tertawa dan
me loncat pergi, menghilang dalam kegelapan ma la m."
Tentu saja peristiwa itu me mbuat hati Louw Ti me njadi
panas dan marah se kali. Hiburan isterinya pun tidak dapat
mengobati luka di hatinya dan sejak malam itu, dia sering
keluar malam untuk meronda, kalau- kalau dia akan dapat
bertemu dengan orang bertopeng hitam itu. Dan untuk
menjaga na ma ba iknya, dia mengganti kerugian hartawan
yang kecurian itu dan meyakinkan hati hartawan itu bahwa
pencurian seperti itu tidak akan terulang kembali dan dia akan
menang kap si pencuri. Memang perbuatannya mengganti
kerugian ini me mbuat namanya menjadi bersih kembali dan
kepercayaan para hartawan itu timbul lag i walaupun tadinya
mereka meragu dengan adanya pencurian itu. Akan tetapi
hanya untuk beberapa hari saja karena segera terjadi lagi
pencurian-pencurian yang sama. Pencuri itu datang mencuri
uang yang cukup banyak atau perhiasan dari hartawan-
hartawan yang rumahnya dijaga oleh anak buah Louw Ti, dan
selalu menghajar para penjaga itu sambil menyampaikan
ucapan penghinaan kepada Louw Ti.
Setelah terjadi peristiwa seperti itu sa mpai lima ena m kali,
Louw Ti benar-benar merasa dirongrong dan setiap malam dia
me lakukan penyelidikan untuk menang kap pencuri itu. Tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hasil. Hartanya sampai ha mpir habis untuk mengganti
kerugian para hartawan itu, karena yang dicuri oleh pencuri
berkedok hita m itu bukan jumlah yang kecil. Kalau begini
terus, akhirnya dia akan jatuh miskin dan namanya tentu akan
menjad i rusak. Di antara hartawan langganannya bahkan
sudah ada tiga orang yang berhenti dan mencari jagoan lain
untuk menjaga keamanan keluarga mereka. Hal ini merupakan
pukulan hebat bagi Louw Ti.
"Aku bersu mpah untuk menangkap pencuri keparat itu!"
ome lnya marah- marah ketika pada suatu malam dia pulang
dari meronda tanpa hasil. "Akan kupatah-patahkan kedua
lengannya, kubikin buntung kedua kakinya dan kutusu k buta
kedua matanya!" Isterinya bergidik mendengar anca man-anca man itu. "Ah,
kenapa marah- marah setiap hari, suamiku" Kalau pencuri itu
me mang tidak ma u bertemu denganmu, biar setiap malam
kau meronda pun, takkan ada gunanya. Lebih baik
mengurangi jumlah langganan dan me lipatgandakan penjagaan agar lebih kuat."
"Uang kita sudah hampir habis untuk mengganti kerugian.
Kalau dikurangi jumlah langganan, mana penghasilan kita bisa
cukup" Selama pencuri jahana m itu masih berkeliaran, aku
akan tak dapat tidur nyenyak. Agaknya dia me mang sengaja
me musuhiku. Sudah kuselidiki di kota raja ini, tidak ada
tempat lain yang diganggunya kecuali ruma h-rumah hartawan
yang menjad i langgananku."
"Aih, kalau begitu jelas dia itu seorang musuhmu." kata
isterinya khawatir. "Cari saja siapa musuhmu itu, tentu engkau
akan dapat menduga siapa adanya pencuri itu."
Suaminya mengge leng-geleng kepala dan matanya yang
lebar itu makin bercahaya penuh anca man yang a mat bengis.
"Mana aku tahu" Selama menjadi pengawal orang-orang besar
dahulu, sudah banyak yang menjad i lawan dan musuhku.
Hemm.... sekali waktu aku pasti akan bertemu dengan dia dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
joan-pianku inilah yang akan menghabiskan nyawanya!" Dia
meraba senjata itu yang tak pernah terpisah dari
pinggangnya. "Hati-hatilah, sua miku. Bagaimana kalau kau kalah"
Menurut laporan ana k buahmu, pencuri itu liha i bukan ma in."
"Betapapun lihainya, aku tidak mungkin kalah!" bentak
suami itu dengan hati mendongkol dan isterinya tidak berani
banyak cakap lag i. Pada keesokan harinya, ketika Louw Ti masih tidur karena
semalam dia kurang t idur seh ingga setelah matahari na ik
tinggi belum juga bangun, dia tergugah oleh isterinya. "Ah,
aku mas ih ngantuk, kenapa kau me mbangunkan ku?" O melnya
dengan sikap ogah untuk men inggalkan bantal gulingnya.
"Sua miku, ada tamu penting yang ingin sekali berte mu dan
bicara denganmu. Katanya dia mempunyai pekerjaan untukmu
yang akan mendatangkan penghasilan besar sekali dan hanya
dapat dilakukan oleh engkau sendiri."
"He mm.... pekerjaan apa" Siapa dia?"
"Agaknya ia puteri seorang bangsawan atau hartawan
besar, ia seorang wanita yang cantik sekali dan pakaiannya
serba mewah, seperti puteri istana saja...."
Mendengar keterangan ini, Louw Ti seketika me mbe lalakkan matanya dan cepat dia membersihkan
mukanya, bertukar pakaian lalu keluar mene mui ta munya
yang disambut oleh isterinya di ruang depan. Ketika
berhadapan dengan tamu itu, Louw Ti cepat me mberi hormat
dan dia merasa kagum bukan ma in. Benar isterinya. Tamu ini
seorang wanita yang luar biasa cantiknya! Seperti seorang
puteri istana me mang. Ketika dia menoleh keluar, di sana
berdiri sebuah kereta dengan empat ekor kuda, sebuah kereta
yang amat indah. Tentu dia seorang wanita bangsawan,
pikirnya dan dia m-dia m dia merasa heran karena belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah dia me lihat wanita ini. Dengan kedua matanya yang
lebar dan bersinar tajam, dia me mperhatikan tamu itu.
Ia seorang wanita muda, usianya masih leb ih muda dari
isterinya, antara dua puluh satu dan dua puluh dua tahun.
Wajahnya cantik jelita dan terutama se kali matanya yang lebar
dan jernih, mulutnya yang berbibir segar kemerahan itu,
sungguh a mat menarik hati. Rambutnya dige lung ke atas dan
dihias dengan hiasan sanggul terbuat daripada e mas per mata
yang amat indah, berbentuk seekor burung Hong. Pakaiannya
juga terbuat dari sutera yang amat mahal, dan tubuhnya
penuh dengan perhiasan yang serba indah. Gelang, kalung,
cincin, hiasan ra mbut, hiasan baju di dada, semua begitu
indah dan mahal, gemerlapan.
Ketika Louw Ti me mberi hormat, wanita itu pun bangkit
berdiri dan mengangguk, lalu tersenyum man is dan bertanya,
"Apakah aku berhadapan dengan Louw-enghiong (Pendekar
Louw)?" suaranya merdu dan halus, sikapnya le mbut seperti
seorang puteri istana atau puteri bangsawan tinggi.
Girang hati Louw Ti men dengar dirinya disebut enghiong!
"Benar, siocia (nona), saya adalah Louw Ti, seorang di antara
Thian-cin Bu-tek Sa m-eng!" Dia sengaja menyebut julukan itu
untuk menonjolkan diri dan mengaku bahwa me ma ng dia
seorang enghiong, seorang di antara Sam-eng (Tiga
Pendekar). "Ah, kalau begitu tepat sekali nasihat pamanku agar aku
minta bantuanmu, Louw-enghiong. Pekerjaan ini a mat
penting, barang yang harus dilindungi berharga ribuan tail
emas, dan mengingat bahwa pada waktu sekarang ini sangat
tidak aman, maka pekerjaan ini hanya dapat dilakukan dengan
hasil baik oleh seorang yang memiliki kepandaian tinggi
seperti Louw-enghiong."
"Barang apakah yang dilindungi dan di ma na, siocia" Dan
kalau boleh saya mengetahui, siapakah siocia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, aku harus merahasiakan diriku, juga pekerjaan ini
harus dirahasiakan, dan hanya Louw-enghiong dan isteri saja
yang boleh mengetahui. Kalau engkau setuju dengan syarat
itu, kami akan me mberi upah sebanyak lima puluh tail e mas!
Kalau tida k setuju, biarlah aku pergi me ncari pengawa l lain."
Mendengar upah lima puluh tail e mas, jantung dalam dada
Louw Ti berdebar. Jumlah itu bukan sedikit! Jauh lebih banyak
daripada jumlah yang sudah dikeluarkannya untuk mengganti
kerugian kepada hartawan-hartawan langganannya yang
kecurian. Hartanya akan pulih kembali bah kan berta mbah!
"Baik, ceritakanlah, nona. Pekerjaan apakah yang harus
saya lakukan?" "Ayahku seorang pejabat tinggi dalam istana yang kini
mengundurkan diri. Ka mi me mpunyai harta pusaka yang harus


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami kirim ke dusun di mana ayah telah me mbeli dan
mendirikan sebuah ruma h.
"Nah, tugasmu ada lah mengirim dan mengawal harta kami
itu ke dusun itu sampai tiba di sana dengan selamat. Akan
tetapi tak seorang pun boleh tahu akan harta itu. Karena itu,
engkau harus me mbawanya sendiri, jangan me mberi tahu lain
orang dan jangan me mbawa kawan. Harta pusaka itu terdiri
dari benda-benda berharga terbuat dari e mas per mata yang
amat mahal harganya, mencapai seribu tail e mas lebih, dapat
kaubawa dengan berkuda. Setelah tiba di dusun itu, kami
menanti di sana untuk menerimanya dan setelah ka mi terima
dengan selamat, kami a kan me mbayar lima puluh tail e mas,
dalam bentuk emas murni."
Wajah Louw Ti berseri ge mbira, akan tetapi dia pun
khawatir. Membawa harta sebanyak itu bukan merupakan hal
yang ringan, apalagi perjalanannya jauh. Cukup berbahaya
pada waktu itu, apalagi kalau sa mpai ketahuan orang-orang
dunia hita m, tentu harta sebanyak itu akan menjad i rebutan
dan perjalanannya akan mene mui banyak ha langan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari mana dan ke manakah harta pusaka itu harus dibawa,
nona?" "Tida k begitu jauh, hanya mema kan waktu dua hari saja
kalau menggunakan kuda yang baik. Dibawa dari kota raja ini
menuju ke dusun dekat Thian-cin."
Makin giranglah hati Louw Ti. Begitu dekat! "Dusun
manakah, nona?" "Ayahku telah me mbeli sebidang tanah di dusun Ang-ke-
bun dekat Thian-cin, dan sudah me mbangun rumah di sana.
Kakekku berasal dar i dusun itu, ma ka ayah ingin ber istirahat di
hari tuanya disana."
"Ang-ke-bun" Aku tahu tempat itu. Baiklah, saya bersedia,
nona." "Ah, tidak begitu mudah. Louw-enghiong. Harta itu
berharga ribuan tail, kalau saya serahkan kepadamu, lalu apa
tanggungannya" Bagaimana kalau sa mpai harta pusaka itu
hilang dira mpas orang" Bagaimana tanggung jawabmu" Hal
ini harus kita bicarakan dulu, kita rundingkan pahitnya dulu.
Setidaknya, setelah harta itu kau bawa, engkau harus
menyerahkan sejumlah uang tanggungan, walau tidak
sepenuh harga harta itu, sedikitnya setengahnya."
"Hayaaa.....! Mana kami ada uang begitu banyak, nona"
Kalau ada, tentu dengan senang hati saya akan memberikan
uang tanggungan itu. Akan tetapi...." Dia menengo k kepada
isterinya dengan bingung.
"Bukankah engkau masih me mpunyai rumah gedung ini
dan semua is inya" Kalau digada ikan dengan bunga tinggi,
kukira banyak hartawan di kota raja yang menerimanya. Nah,
kau gadaikan rumah mu ini, kau serahkan uang tanggungan itu
kepadaku, dan aku akan menyerahkan harta itu pada mu. Kau
boleh me meriksa is inya agar hatimu tenang. Dan tentang
bunga uang penggadaian rumah mu, biarlah a ku yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbayarnya, sebagai tambahan upahmu. Bagaimana"
Setujukah?" Tentu saja Louw Ti setuju. Upah lima puluh tail e mas
bukanlah sedikit! Dan apa salahnya menyerahkan uang
penggadaian rumahnya kepada nona ini" Bukankah dia juga
menerima harta pusaka itu yang jauh leb ih besar harganya"
Hanya dua hari dan dia akan menerima upah lima puluh tail
emas, berikut uang tanggungannya dan bunga penggadaian
rumahnya. Dari kota raja ke Ang-ke-bun, dusun kecil di luar
kota Thian-cin itu. Amat dekat dan amat mudah! Dia yakin
benar bahwa perjalanan antara dua tempat itu aman. Belum
pernah terjadi gangguan perampokan besar di daerah itu.
Kalaupun ada tentu hanya gangguan penjahat-penjahat kecil
yang sudah akan berlari terbirit-birit kalau berjumpa dengan
dia. Louw Ti tertawa girang.
"Baiklah, nona. Besok pagi atau nanti saya kira saya sudah
akan berhasil menggadaikan rumah ka mi ini berikut is inya."
"Baiklah, Louw-enghiong. Besok pagi saya akan datang lagi
me mbawa harta pusaka itu, menyerahkan kepadamu dan
menerima uang tanggungan darimu, dan sekalian akan
kujelaskan bagaimana engkau harus melaksana kan tugas itu."
Wanita muda yang cantik jelita itu tersenyum man is lalu
berpamit, diantar sampai ke depan pintu oleh Louw Ti dan
isterinya. Kefeta berkuda e mpat itu lalu bergerak dan dengan
cepat lalu men inggalkan ruma h Louw Ti.
Tentu saja Louw Ti ge mbira bukan main. Untuk se mentara
dia melupakan maling berkedok hita m yang menggangunya.
Ada pekerjaan yang lebih penting, yang akan ma mpu
meno longnya dan me mulihkan keadaan keuangannya. Dan
me mang tidak sukar baginya untuk me ne mukan seorang
hartawan yang mau menggadai rumahnya berikut isinya,
hanya untuk jangka waktu beberapa hari saja dengan bunga
tinggi tentunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, ketika pada keesokan harinya nona bangsawan yang cantik itu datang bersama keretanya, dengan
bangga Louw Ti dapat menumpuk uang hasil penggadaian
rumah dan is inya itu di atas meja. Hanya kurang dari
sepersepuluh harga harta pusaka itu, namun nona cantik itu
menerima nya dengan girang dan puas. "Bukan uang dan
jumlahnya yang penting." katanya. "Melainkan tanggungan
itulah. Karena ada tanggungan rumah dan semua isinya, tentu
Louw-enghiong akan be kerja leb ih hati-hati lagi. Dan inilah
pusaka itu, harap enghiong periksa sebentar dan cocokkan
dengan catatannya." Bungkusan kain kuning yang tebal itu dibuka dan Louw Ti
bersama isterinya terbelalak kagum. Benar-benar isinya
merupakan benda-benda yang amat berharga, tak ternilai
harganya. Berkilauan per mata yang besar-besar, seperti mata
yang banyak dan yang hidup berkedip-kedip kepada mereka.
Dengan jari-jari tangan agak gemetar karena selama hidupnya
belum pernah me lihat, apalagi me megang harta pusaka
sebanyak itu, Louw Ti lalu mencocokkan jumlah benda-benda
itu dengan catatannya. Kemudian, setelah merasa cocok, dia
menandatangani catatan itu dan menyerahkannya kepada
nona bangsawan itu bersama uang hasil penggadaian
rumahnya. "Nah, hari ini juga engkau boleh me mbawa harta ini
dengan berkuda menuju ke dusun Ang-ke-bun, Louw-eng-
hiong. Sebaiknya dibungkus dengan buntalan kain yang tua
agar tidak menyolok, seperti buntalan pakaian saja. Engkau
terpaksa harus bermalam di tengah perjalanan dan besok
siang akan dapat sampai ke Ang-ke-bun. Rumah yang
dibangun ayahku berada di dekat jembatan di sebelah dalam
pintu gerbang dusun yang di selatan. Dia sana ada rumah
baru yang paling besar di dusun itu, bercat kuning dan jendela
depannya berbentuk bulan purnama. Aku akan menantimu di
sana. Sudah jelaskah, Louw-enghiong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Louw Ti mengangguk-angguk dan tersenyum gembira.
"Sudah cu kup, lebih dari jelas. Saya akan berangkat sekarang
juga mungkin ma la m ini terpaksa harus ber malam di tengah
perjalanan....." "Berhati - hatilah, Louw - enghiong.. ..."
Nona bangsawan itu me mperingatkan dengan wajah agak
khawatir. "Ha-ha-ha, jangan khawatir, nona. Di luar hutan pohon pek
di sebelah selatan bukit, di lereng itu terdapat sebuah kuil tua.
Di sanalah biasanya kami yang melakukan perjalanan
beristirahat atau bermalam. Tempat itu a man sekali, belum
pernah ada gangguan. Saya jamin bahwa pada besok hari,
harta pusaka ini akan saya serahkan kepada nona di Ang-ke-
bun dalam keadaan utuh dan sela mat!"
"Baiklah, kini tenteram hatiku." Nona bangsawan itu lalu
berpamit dan me mbawa uang tanggungan itu keluar, lalu
keretanya pun pergi dengan cepat meninggalkan pekarangan
rumah gedung Louw Ti. Derap kaki kuda itu me mecah kesunyian dalam hutan.
Seekor kuda yang besar dan kuat berlari cepat di senja hari
itu. Penunggangnya adalah Louw Ti yang berpakaian ringkas
dan menggendong buntalan di punggungnya. Buntalan kain
hitam kasar dan kuat, tidak menarik perhatian. Wajahnya
yang angker itu, dan kemilau ca mbuknya yang me lingkari
pinggangnya, lebih menarik dan me ndatangkan kesera man.
Biarpun tubuhnya pendek, orang ini me mang me mpunyai
pembawaan diri yang berwibawa dan menyeramkan.
Wajahnya yang hitam buruk dan terutama se kali sepasang
matanya yang lebar dan mencorong itulah yang mendatangkan perasaan segan dan takut orang lain, karena
wajahnya itu me mbayangkan kebengisan dan keberanian.
Louw Ti me mbalapkan kudanya karena dia ingin tiba di kuil
tua itu sebelum hari ge lap. Tadi dia berangkat agak siang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena harus mene mui dulu para pembantunya dan me mesan
agar mereka bekerja dengan hati-hati, agar selama dia pergi
jangan sampai terjadi pencurian-pencurian lagi di rumah-
rumah hartawan yang mereka jaga.
Perdagangan agak sunyi semenja k kota raja terancam
bahaya oleh para pemberontak yang makin mendekat. Para
saudagar enggan untuk melakukan perjalanan jauh men inggalkan keluarganya. Karena itu, perjalanan kali ini dari
kota raja men uju ke selatan a mat sunyi. Hanya beberapa kali
saja Louw Ti bertemu dengan pejalan kaki atau penunggang
kuda yang lewat jalan kecil itu. Akan tetapi dia tidak berkecil
hati. Sudah biasa jagoan itu me lakukan perjalanan seorang
diri. Dia terlalu percaya akan kema mpuan send iri. Siapakah
orangnya berani mengganggu di daerah yang sudah amat
dikenalnya ini" Setiap orang penjahat, dari yang kecil sampai
yang besar, semua telah mengenalnya dan takkan ada
seorang pun di antara mereka yang berani mencoba-coba
mengganggunya. Apalagi, tak seorang pun yang tahu bahwa
buntalan kain hita m di punggungnya itu terisi harta pusaka
yang harganya mencapai seribu tail emas!
Cuaca sudah mulai re mang-re mang akan tetapi belum
gelap benar ketika akhirnya dia tiba di depan kuil tua. Me-lihat
kesunyian di sekitar situ, juga di depan kuil t idak na mpak ada
kereta atau kuda, Louw Ti merasa lega. Lebih enak kalau kuil
itu kosong daripada kalau ada orang lain yang juga bermalam
di situ, pikirnya. Dia meloncat turun dari atas punggung
kudanya, menuntun kuda me masu ki kuil tua itu dan
mena mbatkan kudanya di ruang depan yang sudah agak
rusak. Berbahaya juga meninggalkan kuda itu di luar, karena
pada malam harinya mungkin saja ada orang yang akan
mencuri kudanya itu. Baru saja dia selesai mengikat kendali kuda pada tiang
ruangan depan dan hendak menuju ke ruangan belakang yang
masih agak bersih dan tidak bocor, tiba-tiba dia mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara dan cepat-cepat dia menengok. Matanya yang lebar itu
semakin me lebar ketika dia melihat bahwa di sebelah
kanannya, hanya dalam jarak tiga empat meter, berdiri
seorang yang berpakaian serba hitam dan yang mengenakan
topeng hitam pula di depan mukanya. Dua lubang pada
topeng itu memperlihatkan dua buah mata yang amat tajam,
mencorong dari dalam topeng atau kedok itu! Jantung dalam
dada Louw Ti berdebar walaupun dia tidak merasa takut. Dia
terkejut dan merasa tegang karena dia me ngenal orang
berkedok itu. Bertubuh ra mping sedang, berpakaian serba
hitam dan berkedok hita m, tidak me megang senjata apa pun.
Inilah yang diga mbarkan oleh orang-orangnya, pencuri yang
selalu mengganggu rumah-rumah hartawan yang dilindunginya, pencuri yang telah banyak merugikannya
bahkan yang berani mengeluarkan kata-kata menghinanya!
Dan orang yang selama ini dicari-carinya tanpa hasil itu tahu-
tahu sekarang muncul di kuil ini, selagi dia seorang diri dan
me mbawa barang-barang berharga! Kecut-kecut juga hatinya
teringat akan buntalan di punggungnya terisi barang-barang
yang amat berharga dan men jadi tanggung jawabnya untuk
me lindungi dan mengantar sampai ke te mpat tujuan.
"Siapa kau dan mau apa!" bentak Louw Ti untuk
mendahului dengan gertakan, selain untuk me mbesarkan hati
sendiri juga untuk menggertak orang itu.
Terdengar dengus suara mengejek dari balik topeng. "Louw
Ti, jangan pura-pura tidak mengenal aku, cepat serahkan
buntalan di punggungmu itu kepadaku!"
Dapat dibayangkan betapa hebat kemarahan me mbakar
hati Louw Ti. Dugaannya tidak keliru. Inilah pencuri kurang
ajar itu! Dan sekarang pencuri itu agaknya me mang sengaja
menghadangnya di te mpat ini untuk merampas buntalan di
punggungnya. Perasaan benci, marah, dendam, akan tetapi
juga gelisah berca mpur-aduk dalam hatinya. Otomatis tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kirinya meraba buntalan di pinggangnya, dan tangan
kanannya mencabut keluar ca mbuk dari pinggangnya.
"Jahanam busuk, me mang a ku sedang mencarimu untuk
menghancurkan kepala mu!" bentaknya dan tanpa banyak
cakap lagi, ca mbuknya menyambar dengan suara meledak-
ledak ke arah kepala orang itu. Akan tetapi, dengan gerakan
yang amat gesit, orang itu sudah mengelak dengan loncatan


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke belakang. Cambuk di tangan Louw Ti menya mbar terus
karena dia me mang bernafsu sekali untuk segera merobohkan
orang itu, melucuti kedoknya dan menyiksanya sampa i mati.
Akan tetapi, biarpun didesak oleh menyan barnya cambuk
yang dahsyat itu, orang berkedok itu dapat menge lak pu la ke
samping kanan dan kakinya tiba-tiba menya mbar ke arah
perut Louw Ti. Cepat sekali gerakan ini dan serangan ba lasan
yang tidak terduga-duga ini hampir saja mengenai perut Louw
Ti. Namun, dia seorang ahli silat yang sudah biasa melakukan
perkelahian, maka dia pun dapat cepat melemparkan diri ke
belakang dan cambuknya meledak-ledak dari atas menyambar
ke depan sehingga lawannya terpaksa mengelak pula.
Tentu saja orang berkedok itu bukan lain Kim Cui Hong!
Dan seperti pembaca tentu sudah dapat menduga, gadis
bangsawan cantik je lita yang menyerahkan harta pusaka
kepada Louw Ti untuk diantarkan ke Ang-ke-bun itu adalah
Cui Hong pula! Dengan hasil ra mpasannya, yaitu benda-benda
berharga dari tangan Kepala jaksa Pui, gadis ini telah menjadi
seorang yang kaya raya. Ia menjual beberapa potong benda
itu kepada pedagang besar di kota raja, menerima banyak
uang dan diaturnyalah rencananya untuk mulai dengan
pembalasan denda mnya. Karena menurut hasil penyelidikannya, musuh yang pertama
kali diperoleh keterangan adalah Louw Ti, maka dara ini pun segera
mengatur siasat untuk turun tangan terhadap Louw Ti terlebih
dahulu. Dengan sebagian uangnya, ia membe li tanah bekas
keluarga ayahnya, tanpa memperkenalkan diri kepada
penduduk dusun itu, dan me mbangun sebuah gedung yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
megah. Kepada para tetangga yang sama sekali tidak
mengenal gadis bangsawan berkereta itu, ia hanya
mengatakan bahwa ayahnya seorang pembesar tinggi dari
kota raja yang sudah pensiun dan ingin beristirahat di dusun
itu. Mula- mula ia mengganggu anak buah Louw Ti, selain
untuk merusak na ma baik Louw Ti sebagai pelindung bayaran
juga untuk me mbikin rugi Louw Ti yang harus mengganti
kerugian-kerugian para hartawan yang kecurian itu.
Kemudian, ia pun muncul sebagai gadis bangsawan yang
menyerahkan harta pusakanya kepada Louw Ti untuk
dilindungi dan dengan cerdiknya ia minta uang tanggungan
sehingga terpaksa Louw Ti men ggadaikan ruma hnya dan
semua is inya! Dan kini, ia telah menjad i si topeng hita m lagi
yang melakukan penghadangan di kuil tua un-tuk mera mpas
buntalan di punggung musuh besarnya itu.
Louw Ti merasa terkejut juga menyaksikan orang
bertopeng ini benar-benar me miliki gerakan yang a mat lincah
dan juga aneh. Sampai belasan kali ca mbuknya yang biasanya
ampuh se kali itu menya mbar-nyambar ganas, namun selalu
lawan itu dapat menghindarkan diri dengan cepat. Padahal,
dalam be lasan jurus itu dia sengaja mengeluarkan jurus-
jurusnya yang paling a mpuh untuk cepat merobohkan lawan
yang amat dibencinya itu! Dia bukan seorang bodoh dan
setelah melihat bukti keliha ian orang itu, Louw Ti maklum
bahwa lawannya amat berbahaya. Mulailah dia merasa
khawatir akan keselamatan harta pusaka yang berada di
punggungnya. Dia m-dia m dia mula i mencari kesempatan
untuk melarikan diri. Akan tetapi, kudanya sudah diikat
kendalinya kuat-kuat pada tiang di luar, dan untuk
me lepaskan kendali me mbutuhkan waktu. Orang ini tentu
takkan me mbiarkan dia lari, maka dia pun kini mengubah
gerakan cambuknya. Cambuk itu tidak lagi meledak-ledak
menghujankan serangan, melainkan sebagian dipergunakan
untuk me lindungi tubuhnya dari serangan lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengubah gerakan cambuknya, kini gulungan sinar
cambuk itu merupakan benteng yang a mat kuat, yang
me lindungi tubuh Louw Ti sehingga lawannya sukar
me lakukan serangan, apalagi hanya dengan tangan kosong.
Ilmu ca mbuk dari Louw Ti me mang dahsyat dan kuat sekali,
walaupun kini kehilangan daya serangannya namun masih
me miliki daya tahan yang luar biasa kuatnya.
Cui Hong juga ma klum bahwa hanya dengan tangan
kosong saja sukarlah baginya untuk menundukkan lawan ini.
Pantas mendiang ayah dan suhengnya dahulu tidak ma mpu
menang, karena me mang ilmu silat orang ini a mat tinggi.
Kalau ia menghenda ki kematian orang ini, walau tanpa senjata
pun ia akan sanggup melakukannya karena di antara berkele-
batnya sinar cambuk bergulung-gulung, ia masih dapat
me lihat lowongan-lowongan yang dapat diterobosnya.. Akan
tetapi, tidak, dia tidak akan melanggar sumpah nya, tidak
akan me mbunuh orang ini. Juga, terlalu enak kalau dibunuh
begitu saja, tidak sepadan dengan perbuatannya yang
terkutuk tujuh tahun yang lalu terhadap dirinya. Orang ini,
seperti tiga orang musuhnya yang lain, harus disiksa lahir
batinnya, agar mati perlahan-lahan, bukan mati langsung oleh
tangannya. Cui Hong me loncat jauh ke kiri dan ia sudah menyambar
sebatang tongkat yang tadi ia sandarkan di dinding ruangan
itu. "Wirrrr....!" Tongkat itu diputarnya secara aneh, menyerbu
gulungan sinar ca mbuk dan terkejutlah Louw Ti ketika tiba-
tiba saja cambuknya macet dan mene mpel pada tongkat
lawan! "Haiiiitttt....!" Dia mengerahkan tenaganya membetot
cambuknya agar terlepas dari tempe lan tongkat, akan tetapi
tiba-tiba kaki Cui Hong sudah bergerak menyambar ke depan
mencium lututnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dukk....!" Tak dapat ditahan lagi Louw Ti jatuh berlutut
karena sebelah kakinya tiba-tiba menjadi lumpuh dan tiba-tiba
saja cambuknya terlepas, akan tetapi ujung tongkat itu sudah
berkelebat an menya mbar ke arah kedua pundak dan kedua
pinggangnya, menotok secara cepat bukan main sehingga
tahu-tahu Louw Ti merasa betapa kedua kaki tangannya tak
dapat digerakkan lagi. "He mm, kiranya hanya begini saja kema mpuan Louw Ti
yang berjuluk Toat-beng Joan-pian, yang terkenal sebagai
seorang di antara Thian-cin Bu-tek Sa m-eng!" orang berkedok
itu mengejek dan sekali tangan kirinya merenggut, buntalan di
punggung Louw Ti sudah berp indah ke tangannya! Wajah
Louw Ti menjad i pucat sekali, akan tetapi karena kaki
tangannya tidak dapat digerakkan lagi, dia hanya memandang
dengan mata terbelalak. "Ja..... jangan rampas itu..... aku mohon pada mu, itu.....
bukan..... bukan milikku....." Akhirnya dia dapat mengeluarkan
kata-kata yang penuh per mohonan dan kegelisahan.
Orang berkedok itu berdiri di depan Louw Ti yang sudah
rebah terlentang tak berdaya itu. Biarpun tidak nampak
karena tertutup kedok, namun mudah diduga bahwa mulut di
balik kedok itu tentu ter senyum, entah tersenyum mengejek
ataukah tersenyum puas. "Louw Ti, orang maca m engkau ini mas ih dapat me mohon,
masih dapat minta dikasihani" Aih, betapa aneh dan lucunya!
Louw Ti, pernahkah engkau me menuhi per mohonan orang
lain, pernahkah engkau mengasihani orang la in?" Setelah
berkata demikian, Kim Cui Hong, orang berkedok itu, me loncat
ke luar kuil dan terdengarlah derap kaki kuda.
Louw Ti menjadi bingung. Buntalan terisi barang-barang
berharga itu dira mpas orang, dan kudanya juga dibawa pergi,
dan dia sendiri tidak ma mpu men ggerakkan kaki tangan
karena totokan yang luar biasa sekali. Dia mencoba untuk
menduga-duga siapa orang berkedok yang selama ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggunya, akan tetapi tidak mene mukan orang yang
cocok. Saking bingung, gelisah dan marahnya, Louw Ti tak
dapat menahan menga lirnya air matanya! Baru sekarang
selama ia menjadi jagoan dia tahu dan me rasakan sendiri apa
artinya duka. Dia sudah menggadaikan rumahnya, dan kalau
barang-barang harta pusaka itu tidak dapat dira mpasnya
kembali, dia kehilangan segala-galanya. Rumah dan semua
isinya, dan dia bahkan tentu akan dituntut oleh puteri
bangsawan itu! Kehilangan se mua hartanya masih masuk
penjara lagi! Setelah lewat tengah ma la m, barulah dia ma mpu
menggerakkan kaki tangannya karena pengaruh totokan jalan
darah mulai men ipis. Begitu dia dapat bergerak, Louw Ti cepat
bangkit dan dia lalu melakukan perjalanan secepatnya menuju
ke dusun Ang-ke-bun. Dia harus berjalan ka ki atau lari karena
kudanya juga dibawa perg i pera mpok berkedok itu. Sa mbil
menyumpah-nyu mpah Louw Ti berlari cepat. Setengah malam
la manya otaknya diputar mencari siasat. Dia tidak me mikirkan
lagi s i kedok hita m karena dia kini terhimpit oleh
pertanggungan-jawabnya. Dia harus menghadapi nona
bangsawan itu dan urusan inilah yang terpenting dan harus
dapat diselesaikan dan diatasinya terlebih dahulu. Dan dia
sudah merencanakan siasatnya untuk dapat keluar dari
ancaman bahaya itu dengan baik. Teringatlah dia akan
kedatangan nona bangsawan cantik itu, ketika nona itu
menerima uang tanggungan, dan menyerahkan harta pusaka,
dan me mesan agar dia merahasiakan kesemuanya itu. Yang
tahu akan urusan harta pusaka itu hanyalah nona bangsawan
itu sendiri dan dia disaksikan pula oleh isterinya. Tidak ada
orang lain yang mengetahuinya! Tidak ada ja lan la in kecuali
yang sudah direncanakannya ketika dia masih rebah tak
ma mpu bergerak dan kini dia bergegas lari menuju ke Ang-ke-
bun untuk me laksanakan rencana s iasatnya menyelamatkan
diri, bahkan me mperoleh keuntungan dari masalah yang
menghimpitnya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, matahari telah naik tinggi ketika
Louw Ti me masuki dusun Ang-ke-bun dan dia segera langsung
menuju ke rumah besar baru seperti yang diterangkan oleh
nona bangsawan itu. Jantungnya berdebar tegang ketika ia
me masu ki pekarangan rumah itu. Punggungnya menggendong
sebuah buntalan besar. Dia merasa lega dan girang sekali
me lihat betapa rumah besar itu na mpa k sunyi, tidak ada orang
lain. Ketika dia mengetuk pintu, yang me mbuka daun pintu
adalah nona bangsawan itu sendiri. Nona itu na mpa k ma kin
cantik je lita, dengan pakaian yang indah dan sungguh aneh
sekali, Louw Ti merasa seolah-olah ia pernah mengenal nona
ini. Bukan kemar in du lu ketika nona bangsawan itu datang ke
rumahnya di kota raja, melainkan jauh sebelum itu. Dia
pernah mengenal atau setidaknya bertemu dengan wanita ini.
Akan tetapi dia lupa lagi kapan dan di mana. Akan tetapi, hati
dan pikirannya segera dipenuhi oleh rencana siasatnya dan dia
tidak mau repot-repot tentang hal itu. Apalagi nona
bangsawan itu sudah tersenyum sehingga nampak deretan
gigi yang putih seperti mutiara dan rapi.
"Ah, kiranya Louw-enghiong baru datang?"
Tepat seperti yang direncanakan, Louw Ti me mandang ke
kanan kiri seolah-olah takut kalau-kalau kedatangannya
diketahui orang. "Kudaku jatuh sakit di tengah jalan, nona,
sehingga saya terpaksa berjalan kaki. Maaf, saya agak
terlambat, akan tetapi saya berhasil me mbawa harta..... eh, ini
sampai ke sini." Kembali ia me man dang ke kanan kiri dan menahan kata-
katanya hendak menyebut harta pusaka.
Nona bangsawan itu tersenyum. "Tida k usah khawatir,
Louw-enghiong, di sini tidak ada orang lain hanya aku sendiri.
Masuklah, aku girang bahwa engkau sudah berhasil me mbawa
harta pusaka itu dengan selamat sampai ke ru mah ini. Rumah
ini mas ih kosong, karena masih baru dan be lum ada pe layan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Besok pagi baru keluarga ayah datang bersama barang-
barang dan pelayan."
Bukan main girang rasa hati Louw Ti. Keadaan tempat ini
sungguh tepat sekali untuk pelaksanaan siasatnya! Sunyi tidak
ada orang lain kecuali mere ka berdua! Dia mengikut i nona itu
masu k ke ruangan sebelah da la m dan dia melihat bahwa
rumah ini me man g besar, me mpunyai banyak kamar.
"Mari, sila kan duduk dan berikan buntalan itu kepadaku,
Louw-enghiong," kata nona itu setelah mereka tiba di ruangan
sebelah dalam yang luas, di mana hanya ada beberapa buah
kursi dan sebuah meja besar.
Louw Ti merasa betapa jantungnya berdebar semakin
kencang. Dia tidak pernah mengalami ketegangan seperti ini.
Biasanya, biar ada maksud me mbunuh orang atau melakukan
perbuatan apa pun, dia bersikap tenang saja. Akan tetapi
entah mengapa, sekali ini dia merasa a mat tegang dan
buntalan itu mengeluarkan bunyi ketika dia letakkan di atas
meja, tanda bahwa tangannya agak ge metar.
"Nanti dulu, Siocia, Buntalan ini akan saya serahkan kepada
nona kalau uang tanggungan saya berikut ongkos pengirim an
yang lima puluh tail emas itu nona serahkan dulu kepada
saya." Nona bangsawan itu tersenyum manis dan kembali Louw Ti
seperti merasa pernah melihat mulut yang a mat mengga irahkan itu. "Ah, tentu saja, tunggu sebentar," kata nona itu dan saking
tegang dan ge mbiranya, Louw Ti telah melupakan lagi
perasaannya itu. Nona itu me masuki sebuah kamar dengan
langkah berlenggang-lenggok a mat menggairahkan dan pada
saat itu Louw Ti me na mbah rencananya. Sayang kalau nona
itu dibunuh begitu saja, pikirnya, sayang tubuh yang demikian
indah, wajah yang demikian cantik! Mala m tadi dia
merencanakan untuk me mbunuh nona bangsawan ini, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ada seorang pun yang tahu bahwa nona ini berhubungan


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan dia, tidak ada yang tahu bahwa nona ini menyuruh dia
mengirim harta pusaka itu. Kalau dia dapat me mbunuh nona
itu dan melenyapkan mayat dan bekas-bekasnya, tentu dia
akan selamat. Biarlah harta pusaka itu hilang dirampok orang.
Setidaknya dia akan dapat me mpero leh kem-ba li rumahnya
dan isinya, bahkan menerima pula upah lima puluh tail e mas!
Malapetaka yang menimpa dirinya akan berubah menjadi
keuntungan! Dan kini, melihat wajah itu, melihat lenggang itu,
dia mena mbahkan "perkosaan" pada rencananya, akan
me mper kosa dulu nona bangsawan itu sepuasnya sebelum
me mbunuhnya! Nona itu muncul kembali dari dalam kamar, me mbawa dua
buntalan. Ia meletakkan dua buntalan di atas meja, lalu
me mbuka dua buntalan itu. Mata Louw Ti bercahaya ketika dia
me lihat uangnya, uang tanggungan hasil penggada ian rumah,
berada di buntalan besar, sedangkan di buntalan ke dua
nampak berkilauan emas batangan lima puluh tail!
"Nah, ini upah lima puluh tail e mas, Louw-enghiong. Dan
ini uang tanggungan-mu kukembalikan, di dalamnya sudah
kusisipkan uang bunganya. Sekarang perlihatkan harta pusaka
itu kepadaku, hendak kulihat apakah masih lengkap, sesuai
dengan catatan ini."
Tanpa bicara, Louw Ti me ndorong buntalannya, mende katkannya kepada nona itu. Buntalan dibuka dan nona
itu terbelalak, lalu menatap wajah Louw Ti, "Louw enghiong,
apa artinya ini?" Ia menuding ke arah tumpukan batu koral
yang berada di dalam buntalan.
Sepasang mata Louw Ti yang sejak tadi bersinar-sinar aneh
itu kini mencorong dan wajahnya me mbayangkan kebengisan
yang menyeramkan. Dia mendekati nona bangsawan itu dan
menyeringai bengis. "Heh-heh, artinya bahwa engkau akan mat i di tanganku
dan tak seorang pun tahu apa yang telah terjadi di antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita!" Setelah berkata demikian, dia menerjang ke depan
dengan kedua lengan dipentang lalu menyambar ke depan
seperti dua kaki depan har imau menubruk kelenci. Dia
me mbayangkan bahwa sekali tubruk saja tentu dia akan dapat
menang kap nona itu dan akan diperkosanya di situ juga
sebelum dibunuhnya dan mayatnya akan dikubur di belakang
rumah malam nanti setelah ge lap.
Akan tetapi, betapa kagetnya ketika dia melihat nona itu
berkelebat ke samping dan tubrukannya mengenai te mpat
kosong! Nona ini telah ma mpu me ngelak dari tubrukannya
tadi dengan gerakan yang amat lincah! Dengan penasaran,
Louw Ti lalu me mbalikkan tubuhnya dan menyerang lagi, lebih
cepat dan dengan loncatan, menerka m ke depan. Dia sudah
me mperhitungkan bahwa nona itu tentu tidak akan ma mpu
menghindarkan diri sekali ini, karena selain cepat, juga
terkamannya itu kuat, dan kedua tangannya menyambar dari
kanan kiri menutup ja lan ke luar bagi lawan.
Akan tetapi untuk kedua kalinya dia kecelik karena tiba-tiba
saja tubuh nona bangsawan yang kelihatannya lemah-lembut
itu sudah berkelebat ke belakang. Tubrukannya luput dan
nona itu sudah lenyap menghilang ke dalam sebuah kamar
dan menutupkan daun pintunya dari dalam.
"Ha-ha-ha, hendak lari ke mana kau" Ke dala m kamar" Ha-
ha-ha, kebetulan sekali!" Louw Ti tertawa, mengira bahwa
calon korbannya itu me larikan diri ke tempat tidur. Dengan
beberapa kali loncatan saja, dia sudah berada di depan pintu
yang tertutup. Sekali menendang, daun pintu itu roboh dan
dia pun meloncat ke dalam. Sebuah kamar kosong dan ada
sebuah pintu te mbusan ke be lakangnya. Dia menerjang pintu
ini dan ternyata mene mbus ke sebuah lorong yang kosong
pula. Louw Ti merasa penasaran, mencar i-cari. Banyak ka mar
di kanan kiri lorong dan dia me mbuka daun pintu kamar-
kamar itu satu demi satu, akan tetapi semua kamar itu
ternyata kosong tidak ada isinya, belum ada perabot
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamarnya dan nona bangsawan itu tidak nampak bayangannya. Terpaksa dia kembali ke ruangan tadi me lalui kamar yang
daun pintunya diruntuhkannya tadi dan..... di dekat meja di
dalam ruangan itu kini telah berdiri seorang yang me mbuat
jantungnya seperti berhenti berdenyut, seorang bertubuh
sema mpai yang mengenakan pakaian serba hita m dan
me ma kai topeng hita m pula, orang yang pernah merampas
harta pusaka itu dan merobohkannya di kuil tua! Wajah Louw
Ti yang hitam menjadi agak pucat dan dia merasa gentar
sekali. Akan tetapi, orang itu berdiri di dekat me ja dan dua
bungkusan uang dan emas telah dikumpulkannya di atas meja
di dekatnya. Jelaslah bahwa orang berkedok itu akan
mera mpas pula dua bungkusan berharga itu. Dan habislah
kesemuanya untuk dia! Rumahnya habis, tidak ada sepeser
pun di sakunya, dan dia masih a kan dituntut pula oleh nona
bangsawan yang kini telah menghilang entah ke mana! Dan
semua barang berharga itu telah dira mpas deh orang
berkedok yang berdiri di depannya ini. Orang inilah biang
keladi kejatuhannya, semenjak mengganggu rumah harta-
wan yang dilindunginya. Orang inilah yang me ncelakakannya!
Teringat akan itu semua, Louw Ti menjad i sedemikian sakit
hati dan marahnya sehingga dia men geluarkan suara teriakan
yang terdengar seperti gerengan seekor binatang buas dan dia
pun sudah menerjang ke depan sa mbil melolos dan
menggerakkan senjata cambuknya.
Akan tetapi, Kim Cui Hong yang kini menjadi orang
bertopeng hitam itu tidak mau me mbuang waktu seperti
ketika ia melayani Louw Ti di kuil tua. Dengan gerakan aneh,
tubuhnya menyelinap di bawah s inar ca mbuk dan tahu-tahu
tangan kirinya sudah menang kap ujung ca mbuk itu, tangan
kanannya menotok ke depan disusul kaki kanan yang
menendang ke arah lutut kiri lawan. Serangan ini sangat cepat
dan tak terduga-duga oleh Louw Ti. Dia mencoba untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik kemba li senjatanya, namun cambuk itu tak dapat
terlepas dari pegangan tangan lawan, sedangkan tangan
kanan lawan sudah menya mbar dengan totokan ganas ke arah
pergelangan tangan kanannya. Untuk
menyelamatkan tangannya, terpaksa dia melepaskan cambuknya dan meloncat
ke belakang menghindarkan tendangan lawan. Dala m
segebrakan saja kini ca mbuknya sudah berpindah tangan.
"Tar-tar-tar....!" Kini ca mbuk itu meledak-ledak dan
menya mbar-nyambar, seperti ular-ular me matuk ujung
cambuk itu menya mbar ke arah berbagai jalan darah penting
di tubuh Louw Ti! Tentu saja orang ini terkejut dan s ibuk
sekali, berusaha mengelak, na mun datangnya serangan
cambuk yang bertubi-tubi itu terlampau cepat baginya
sehingga akhirnya, dia pun terpelanting roboh dan tak mampu
bergerak lagi karena jalan darahnya tertotok, seperti
keadaannya malam tadi di kuil tua da la m hutan! Ia hanya
rebah miring dan memandang dengan mata melotot tanpa
dapat menggerakkan kaki tangannya yang menjadi lumpuh.
Sinar matanya penuh kebenc ian kepada orang berkedok itu.
Cui Hong me man dang kepada korbannya melalui lubang d i
topengnya, sepasang matanya berkilat-kilat penuh denda m.
Kemudian dia berkata, "Louw Ti, engkau jahanam keparat
yang paling busuk di dunia ini, karena itulah maka aku hendak
menghukummu sesuai dengan kejahatanmu."
Karena sudah putus asa dan t idak berdaya, Louw Ti
menjad i nekat. "Iblis kej i, siapakah engkau?"
Cui Hong menge luarkan suara dengusan mengejek.
"He mm, engkau ingin me lihat isterimu diperkosa di depan
mata mu, seperti yang sering kali kau lakukan " Engkau ingin
me lihat anak-anakmu dibunuh di depan matamu, seperti
engkau me mbunuh mereka" Tunggu sebentar?" Dan Cui Hong
lalu men inggalkan Louw Ti, me masuki sebuah kamar. Louw Ti
tertegun dan diam-dia m merasa ngeri. Orang berkedok itu
kejam seperti binatang buas, jahat seperti iblis, dan dia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu apa yang dimaksudkan oleh orang itu, ucapan yang
me mbuat hatinya gelisah dan jantungnya berdebar penuh
ketegangan. Tak la ma kemudian orang berkedok ini muncul lagi dari
dalam kamar itu dan Louw Ti merasa jantungnya seperti akan
copot karena berdebar keras sekali ketika dia me lihat isterinya
dan dua orang anaknya berjalan di samping si kedok hitam
itu! "Ayah.....!" Dua orang anaknya itu, seorang anak laki-laki
dan seorang anak perempuan yang usianya baru enam dan
empat tahun, memanggilnya dan lari mengha mpirinya, lalu
berlutut di dekat tubuhnya. Akan tetapi isterinya hanya berdiri
saja me mandang, dengan kedua mata berlinang a ir mata.
"Louw Ti, inilah isteri dan anak-anakmu. Engkau tentu ingin
me lihat isterimu diperkosa orang, bukan oleh satu orang
me lainkan a kan kudatangkan e mpat orang untuk me mper kosanya, dan melihat anak-anakmu dibunuh di depan
mata mu, bukan?" Wajah yang hitam itu menjad i pucat. Dia mencoba untuk
menggerakkan kaki tangannya namun tak berhasil. "Tidak ......
tidak...., jangan ganggu mereka....." dia meratap.
"He mm, di mana kekerasan hatimu" Di mana kekeja man mu" Engkau terlalu sering me mbunuh orang begitu
saja, di depan mata orang-orang yang mencintanya, dan
engkau selalu sering me mper- kosa wanita, juga di depan
orang-orang yang mencintanya. Kenapa sekarang engkau
meratap agar isterimu jangan diperkosa di depan matamu dan
anak-anakmu dibunuh di depan mata mu?"
0o-de-oo-wi-o0 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 "TIDAK.... jangan..,, ah, ampunkan mereka.... bunuh aku
tapi jangan ganggu mereka...."
"He mm, enak saja bicara! Aku pun tidak se kejam engkau
untuk melakukan se mua itu di depan mata mu, akan tetapi
setidaknya engkau akan me ndengarkan sendiri dengan kedua
telingamu." Cui Hong lalu me megang kedua orang anak kecil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Dua orang anak itu meronta dan memanggil-manggil
ayahnya, akan tetapi Cui Hong menarik tangan mereka,
bahkan kini dibantu oleh isteri Louw Ti yang sejak tadi dia m
saja, hanya menitikkan air mata. Dengan paksa kedua orang
anak itu diseret masuk ke dalam kamar yang tidak jauh dari
ruangan itu. "Jangan....! Jangaaaannn....!" Louw Ti meratap, mer intih
dan berteriak. Akan tetapi semua Tatapannya tidak ada yang
me mperdulikannya. Akhirnya dia diam dan dengan mata
terbelalak me mandang ke arah kamar itu yang pintunya
ditutup dari da la m, lalu terdengar isterinya menangis dan
terdengar pula anak-anaknya menjer it dan menangis
ketakutan! Dapat dibayangkan siksaan yang diderita batin
Louw Ti di saat itu. Dia membayangkan betapa isterinya
diperkosa orang sa mpai merintih-ritih dan menang is,
me mbayangkan kedua anaknya dis iksa dan dibunuh sa mpai
menjer it-jerit ketakutan,
Pendekar Pedang Sakti 20 Wiro Sableng 119 Istana Kebahagiaan Dendam Empu Bharada 25
^