Pencarian

Sakit Hati Seorang Wanita 6

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


tempat itu tidak begitu luas. Tak lama kemudian mereka pun
sudah me mbongkar papan dan mereka mene mukan terowongan bawah tanah itu.
"Celaka! Dari sinilah mereka keluar atau.... dilarikan orangl"
teriak Cia Kok Han dan dengan hati-hati, bersama Su Lok Bu
dan dengan senjata di tangan, mereka lalu me masu ki
terowongan itu, diikuti pula oleh anak buah mereka.
Akan tetapi pengejaran mereka itu sudah jauh terlambat
karena baru pada keesokan harinya mereka men dapatkan
rahasia terowongan itu, sedangkan Cui Hong telah me larikan
dua orang musuhnya pada ma la m tadi.
Setelah menyeret dua orang musuh besarnya melalui
terowongan, akhirnya Cui Hong me mbawa mereka ke luar di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pintu te mbusan yang berada di dasar jurang, dan ia terus
menyeret mereka naik dan me masuki sebuah hutan lain yang
lebat dan gelap, la memang sudah me mpersiapkan te mpat-
tempat itu dan berhenti di sebuah lapangan rumput di tengah
hutan, la lalu me mbuat dua api unggun yang cukup besar
sehingga tempat itu menjadi terang, la tidak khawatir akan
dilihat orang la in karena ia sudah selidiki bahwa te mpat itu,
terutama di waktu malam, sunyi bukan main dan tidak pernah
didatangi manusia. Juga ia tidak khawatir akan tersusul oleh
pasukan yang dipimpin oleh Cia Kok Han dan Su Lok Bu
karena sudah ia perhitungkan bahwa mereka tentu tidak akan
mende kati pondok sa mpai keesokan harinya. Malam ini ia
bebas dari gangguan orang luar!
Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun mas ih rebah terlentang tak
ma mpu bergerak ataupun bersuara, hanya mata mereka saja
yang terbelalak ketakutan me mandang kepada wanita itu. Cui
Hong kini mengha mpiri Cai Sun yang menjadi ketakutan dan
sekali tepuk, Cai Sun mendapatkan kemba li suaranya. Dia
tidak mengeluarkan teriakan karena maklum bahwa hal itu
akan sia-sia belaka. Teman-temannya berada di tempat yang
jauh sekali dan di tempat seperti ini mana ada orang yang
akan dapat mendengar teriakannya" Kemba li wanita itu
menotoknya sehingga dia ma mpu bergerak, dan dia hanya
dapat bangkit duduk karena kedua tangannya masih
terbelenggu di belakang tubuhnya. Dia terbelalak menatap
wajah wanita itu yang me mandang kepadanya dengan mata
mencorong dan mulut tersenyum mengejek.
"Kenapa. ... kenapa kau melakukan ini kepadaku.?"
tanyanya, masih terlalu ngeri me mbayangkan apa yang
ditakutinya ketika se maca m dugaan menyelinap di dalam
benaknya. "Ok Cin Hwa, siapakah sebenarnya engkau?"
Cui Hong tidak menjawab, me lainkan tersenyum dan kini ia
me matahkan belenggu yang me ngikat kedua tangan Cai Sun.
Laki-laki itu bebas dan ketika ia meraba senjatanya, yaitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang tombak pendek, ternyata sepasang senjata itu masih
terselip dengan aman di punggungnya. Hatinya terasa agak
aman, setidaknya dia dapat me mbela diri, pikirnya. Dia
bangkit berdiri, me mbiar kan darahnya yang tadi berhenti
menga lir itu kini menjad i normal kembali. Dia masih belum
mengerti. Memang ada dugaan menyelinap di dalam benaknya
bahwa Ok Cin Hwa ini mungkin penya maran Kim Cui Hong.
Akan tetapi tidak mungkin, bantahnya. Musuhnya itu
me mpunyai tahi la lat di dagunya, dan selama ini sikap Ok Cin
Hwa a mat baik. Akan tetapi yang jelas, Ok Cin Hwa ini pun
me mpunyai ilmu kepandaian t inggi seh ingga dapat menyeret
dia dan Ki Cong keluar dari pondok setelah meroboh kan dia
dengan tamparan pada tengkuknya. Dan leb ih jelas lagi, Ok
Cin Hwa ini tidak me mpunyai maksud baik terhadap dia dan Ki
Cong. Cui Hong meraba dagunya, menghapus bedak tebal yang
menye mbunyikan tahi lalat di dagunya, kemudian melangkah
maju, me mbiarkan s inar api menerangi wajahnya, mulutnya
tersenyum mengeje k, "Koo Cai Sun, jahanam besar. Buka
mata mu lebar-lebar dan lihat baik-ba ik, siapakah aku?"
Cai Sun terbelalak, mukanya menjadi se makin pucat dan
napasnya terengah-engah. Dia menderita pukulan batin yang
amat menggetarkan jantungnya. Dengan tangan gemetar dia
menuding ke arah muka Cui Hong. "Kau.... kau....?" Akan
tetapi dia tidak ma mpu me lanjutkan karena rasa takut dan
ngeri sudah me ncekik lehernya.
"Ya, akulah Kim Cu i Hong. Lupakah engkau kepada gadis
puteri Kim-kauwsu yang telah kauhina dan perkosa, kemudian
kau buang seperti seekor binatang yang sudah ha mpir
menjad i bangkai?" Saking takutnya, Cai Sun la lu me mba likkan tubuhnya dan
me loncat untuk melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brukkkk!!" Tubuhnya terjengkang karena tahu-tahu gadis
itu telah berada di depannya, mendahuluinya dan
menghadangnya, lalu menendang perutnya yang gendut.
"Ah, tidak.... aku.... aku hanya ikut-ikutan.... yang bersalah
adalah dia....!" Cai Sun dengan tubuh menggigil dan telunjuk
tangan gemetaran menuding ke arah tubuh Ki Cong yang
masih mengge letak tak jauh dari s itu dan yang sedang
me mandang dengan mata me lotot ketakutan.
"Dia" Dia akan mendapatkan gilirannya. Sekarang aku akan
me mba las dendamku kepada mu, Koo Cai Sun!"
"Tida k.... tidak!" Dan t iba-tiba Cai Sun menjatuhkan diri
berlutut di depan Cui Hong. "Nona... Lihiap.... ampunkan
saya.... ampunkan saya...." ratapnya.
Ratap tangis ini terdengar merdu bagaikan nyanyian bagi
Cui Hong. la mendengarkan sambil tersenyum senang dan
setelah Cai Sun berhenti me mohon, menangis sa mbil berlutut,
baru ia berkata dengan suara yang halus na mun tajam
menusuk. "Jahanam busuk, keparat hina Koo Cai Sun, lupakah
engkau betapa gadis Kim Ciu Hong itu pun meratap dan
menang is, me mohon a mpun kepadamu dan tiga orang
kawanmu yang me mper kosa-nya" Akan tetapi kalian tertawa-
tawa senang mendengar ia meratap, merintih dan menangis,
me lihat ia menggeliat-geliat kesakitan, terhina lahir batin,
lupakah kamu?" "Ampun..... Lihiap, ampunkan saya. Saya merasa menyesal
sekali, saya bertobat, ah, ampunkan saya, kasihanilah
keluarga saya, anak isteri saya...." Kini Cai Sun tanpa malu-
ma lu lagi me nangis! Lenyaplah se mua kegarangan dan dia
merasa menyesal sekali. Mengapa dia begitu bodoh, tidak
mengenal Ok Cin Hwa sebagai musuh besarnya" Kini setelah
tahi lalat itu terhapus, dia mengenal wajah itu, wajah yang
tujuh tahun yang lalu pernah dikenalnya baik-baik sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah seorang gadis berusia Lima belas tahun, yang
diper mainkannya sepuas hatinya, bersama Louw Ti, Gan Tek
Un, dan didahului oleh Pui Ki Cong!
Akan tetapi, ratapan ini bahkan mena mbah rasa sakit di
hati Cui Hong, mena mbah kemarahannya seperti minyak
bakar dis ira mkan pada api yang sudah menyala.
"Bangsat rendah! Lupakah kalian yang telah membunuh
ayahku dan suhengku" Dan sekarang en gkau minta aku
mengasihani anak isterimu" bangkitlah dan lawan lah aku
seperti seorang laki-laki. Engkau pengecut hina, bukan saja
berwatak kejam dan jahat, akan tetapi juga pengecut tak tahu
ma lu. Bangkitlah dan lawan aku, atau.... aku akan
menyiksa mu sekarang juga!"
Cai Sun adalah seorang yang amat licik dan cerdik. Dia pun
maklum bahwa tidak ada gunanya segala maca m ratap tangis
itu, dan dia tadi melakukannya hanya terdorong oleh rasa
takutnya, juga merupakan semaca m siasat karena harus
mencari jalan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Ketika Cui
Hong bicara, dia m-dia m tangannya merayap ke arah gagang
sepasang senjatanya dan begitu Cui Hong habis bicara, tiba-
tiba saja, dari keadaan berlutut, dia sudah meloncat dan
menerjang dari bawah, sepasang siang-kek (tombak pendek)
bercabang itu sudah menyambar dengan kecepatan kilat, yang
kiri menyerang ke arah kaki, yang kanan ke arah pusar lawan!
"Ma mpuslah.!" Dia me mbentak nyaring untuk mengejutkan
lawan. "heiiiittt....!" Dengan gerakan a mat ringan, tubuh Cui Hong
me layang ke atas belakang, lalu berjungkir balik sa mpai tiga
kali baru turun ke atas tanah. Akan tetapi ternyata serangan
Cai Sun yang hebat tadi hanya untuk mencari kesempatan
saja, karena begitu lawan meloncat untuk mengelak, dia
sudah me mbalikkan tubuhnya dan me larikan diri! Sesosok
bayangan berkelebat melewatinya dan tahu-tahu Cui Hong
telah menghadang di depannya sa mbil bertolak pinggang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koo Cai Sun, engkau bukan saja seorang jahana m yang
kejam dan jahat, akan tetapi juga pengecut dan curang!"
Di tangan Cui Hong tergenggam sebatang kayu ranting
pohon dan melihat Ini, Cai Sun menjadi ne kat. Dia tidak
me mpunyai jalan keluar lag i. Bagaimanapun juga, sepasang
senjatanya masih berada di tangannya, sedangkan lawan
hanya me megang sebatang kayu ranting. Mustahil kalau dia
sampai kalah, pikirnya, maka tanpa banyak cakap lagi dia pun
lalu me nerjang maju sa mbil menggerakkan kedua to mbak
pendeknya yang mengeluarkan suara berdengung dibarengi
angin pukulan yang keras dan sepasang to mbak pendekitu
pun lenyap berubah menjad i dua gulungan sinar. Koo Cai Sun
bukan seorang le mah. Ilmu silatnya tinggi dan dia pun sudah
me miliki banyak pengala man dalam perte mpuran. Akan tetapi
bagaimanapun juga, tingkat kepandaian Cui Hong kini sudah
berada di atasnya. Ilmu s ilat yang dimiliki Cui Hong adalah
ilmu-ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu silat Cai Sun. Selain
itu, kalau Cui Hong tekun berlatih dan me miliki tenaga dan
ketahanan yang kuat, sebaliknya Cai Sun yang setiap hari
hanya suka mengejar perempuan dan bermain cinta saja
menurut kan nafsu berahinya, menjadi se makin le mah tanpa
disadarinya. Tenaganya banyak berkurang, napasnya pendek
dan sebentar saja bersilat, dia telah menjad i lelah.
Akan tetapi, karena sekali ini dia harus melindungi
nyawanya, dan dia maklum bahwa musuhnya takkan mau
menga mpuninya, dia menjadi nekat dan me lawan mati-
matian. Segala maca m ilmu yang ada padanya dikeluarkannya, dan dia pun me ngerahkan seluruh tenaga
yang ada. Tiba-tiba dia menge luarkan gerengan keras dan dari tangan
kakinya menyambar benda hita m ke arah perut dan dada
lawan. Melihat senjata rahasia yang dilepas dari jarak de kat
dan amat berbahaya ini, Cui Hong me mutar rantingnya dan
belasan batang paku hitam runtuh ke atas tanah. Melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata rahasianya gagal, Cai Sun menekan gagang tombak
pendeknya yang kanan dan dari gagang senjata ini pun
me luncur sebatang anak panah kecil yang cepat sekali ke arah
leher lawan! Cui Hong terkejut, tidak keburu menangkis maka
ia mengelak dengan tubuh dimiringkan sambil mengerahkan
sinkang me lindungi tubuh atas.
"Takkk!" Anak panah yang die lakkan itu luput dari leher
akan tetapi mengenai pundak gadis itu dan meleset karena
pundakitu telah dilindungi s inkang. Anak panah itu tidak
me lukai kulit, meleset dan hanya merobek baju di pundak
saja. Cui Hong tertawa mengejek, "Keluarkan se mua kepandaian mu, Koo Cai Sun, karena saat ini merupakan saat
terakhir bagimu untuk dapat me ma merkan kepandaian mu!"
Gulungan sinar yang dibentuk dari gerakan ranting itu sema kin
ketat mengepung Cai Sun, me mbuat dia menjadi se ma kin
repot. Bukan hanya repot menghadapi anca man ranting yang
meno-tok-notok ke arah jalah darah di tubuhnya, akan tetapi
juga repot mengatur pernapasannya yang hampir putus dan
me mpertahankan tubuhnya yang sudah ha mpir kehabisan
napas. "Pertahankan dirimu baik-baik, karena sebentar lagi aku
akan me mbuat engkau kehilangan semua kepandaian mu,
kehilangan se mua tenaga dan daya tarikmu, dan kemudian
sekali a ku a kan menyiksa dan me mbunuh ana k-anak dan
isterimu setelah aku me mbakar habis tokomu kemarin dulu.
Puaslah hatiku se karang, hik-hik!" Cu i Hong sengaja
menge luarkan kata-kata ini untuk menyiksa hati lawan.
Dan me mang kata-kata itu mendatangkan rasa takut yang
lebih berat bagi Cai Sun. Dia tahu bahwa wanita ini tidak
hanya menggertak saja. Buktinya, tokonya sudah habis
menjad i abu dan kini dia se makin terdesak dan dia tahu pula
bahwa dia takkan dapat bertahan terlalu lama. Napas dan
tenaganya semakin berkurang sedangkan wanita itu kelihatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin kuat dan se makin cepat saja. Dan siapa yang akan
me lindungi isterinya dan anak-anaknya kalau wanita ini meng-
ganggu mereka" Dia menjad i sema kin ne kat dan tanpa
me mperdulikan keselamatan diri sendiri dia menubruk maju
untuk mengadu nyawa. Sepasang siang-kek di tangannya
menya mbar dari kanan kiri, atas bawah. Namun, dengan
mudah Cui Hong me ngelak dengan loncatan ke be lakang dan
begitu kedua senjata itu menyambar, ranting di tangannya
menusuk dua kali dengan kecepatan kilat. Cai Sun
menge luarkan teriakan kaget karena kedua pergelangan
tangannya seperti disengat, seketika lumpuh dan kedua
senjatanya telah terlepas dari pegangan kedua tangannya.


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil terkekeh Cui Hong menendang dua senjata itu sa mpai
terlempar hilang ditelan kegelapan malam.
Ternyata kelumpuhan tangan akibat totokan itu hanya
sebentar saja dan Cai Sun sudah me mperoleh tenaganya
kembali. Kini dia menubruk dengan dua tangan kosong yang
dibuka seperti cakar harimau, menubruk dan menerka m untuk
mengadu nyawa. "Dukkk....!" Sebuah tendangan menghantam perutnya yang
gendut dan dia pun terpelanting roboh, terbanting keras. Cai
Sun meringis karena perutnya terasa mendadak mulas, nyeri
sekali. Mungkin usus buntunya yang tercium ujung sepatu Cui
Hong tadi. "Bangunlah, anjing hina! Bangunlah!" Cui Hong menantang,
ingin men ikmati per kelahian itu sepuasnya, la menendang-
nendang perlahan untuk me mbangunkan Cai Sun.
Cai Sun mengerang sa mbil mende kam, akan tetapi ini pun
hanya siasatnya, karena tiba-tiba ia
menubruk dan menang kap kaki kiri Cui Hong! Sekali tertangkap, dia
menggunakan kedua lengannya untuk merangkul kaki itu dan
menggunakan seluruh tenaganya untuk menyeret gadis itu.
Hal ini sa ma sekali tidak pernah di sang ka oleh Cui Hong
sehingga ketika kakinya tertangkap, sejenak ia terkejut dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ma mpu berbuat sesuatu dan ia pun ikut roboh ketika
lawan menggunakan tenaga terakhir untuk me mbetotnya ke
bawah. Cai Sun mengeluarkan suara ketawa aneh dan kedua
tangannya lalu menerka m, maksudnya hendak mencekik leher
wanita itu yang kini sudah digumulinya. Akan tetapi, Cui Hong
sudah dapat me mulihkan lag i ketenangannya dan secepat
kilat, jari tangan kanannya yang terbuka menusuk ke depan.
"Hekkk....!" Seketika Cai Sun kehilangan tenaganya dan
saat itu dipergunakan oleh Cui Hong untu k me loncat bangun.
Ia merasa gemas sekali. Hampir saja ia celaka oleh
kecurangan Cai Sun. Kini ia harus berhati-hati.
"Bangunlah, anjing busuk, bangun dan berkelah ilah!"
bentaknya. Hanya sebentar saja tusukan jari ke arah ulu hatinya tadi
me mbuat Cai Sun kehilangan tenaganya. Dia maklum bahwa
dia harus berkelah i sa mpai napas terakhir, maka dia pun
me loncat bangun dan kembali menyerang. ilmu silat tangan
kosong Thian-te Sin-kun yang menjadi andalannya, dia
ma inkan dengan pengerahan tenaga terakhir.
Cui Hong menyelipkan ranting tadi di ikat pinggangnya dan
ia pun menyambut serangan lawan itu dengan tangan kosong
saja. Akan tetapi, kini tenaga Cai Sun sudah hampir habis, dan
bukan saja tenaganya habis, juga napasnya terengah-engah,
me mbuat gerakannya la mbat dan tak bertenaga. Tentu saja
dia merupakan lawan yang terlalu le mah kini bagi Cui Hong,
menghilangkan kegembiraan Cui Hong untuk berkelahi terus.
Maka gadis itu kini mencabut rantingnya.
"Anjing keparat Koo Cai Sun, sekarang rasakanlah
pembalasanku!" bentaknya dan ranting di tangannya
berkelebat ke depan dengan cepat dan amat kuatnya. Dua kali
ranting itu menya mbar ke arah kedua daun telinga Cai Sun.
Bagaikan sebatang pedang saja, ranting itu me mbabat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua kali Cai Sun berteriak ketika sepasang daun telinganya
terbabat buntung dan darah pun muncrat keluar dari luka di
telinganya. Dapat dibayangkan betapa nyerinya ketika Cai Sun
meraba telinga dengan kedua tangan dan melihat daun
telinganya sudah lenyap dan telapak tangannya penuh darah.
Dia meraung seperti seekor binatang buas, dengan nekat
menubruk ke depan, akan tetapi dengan gerak langkah yang
aneh, dengan mudah saja Cui Hong menge lak dan kemba li
ranting di tangannya menya mbar.
"Crottt....!" Cai Sun terpelanting dan meraung kesakitan,
mukanya penuh berlepotan darah karena bukit hidungnya
remuk dan rata dengan pipi, juga kedua bibirnya hancur dan
lenyap terbabat sehingga na mpak giginya yang besar-besar!
Dia bangkit dan mengeluarkan suara tidak karuan karena
setelah bibirnya hilang, sukar baginya untuk bicara, apalagi
hidungnya juga buntung, yang keluar hanya suara "ngak-
ngeng-ngang-ngeng" tidak karuan. Dia menerka m lagi akan
tetapi Cui Hong menendang ke arah pergelangan tangan
kanannva. "Krekkk!" Tulang pergelangan tangan kanan itu re muk dan
tangan itu pun menjadi lu mpuh. Cui Hong me lanjutkan
dengan sabetan ranting ke arah pundak kiri. Kemba li
terdengar tulang re muk ketika ranting itu me nghancurkan
tulang pundaknya. Tulang itu sa ma sekali hancur sehingga
tidak mungkin tersambung lagi, me mbuat lengan kirinya
bengkok dan miring. Cai Sun kembali meraung-raung, akan
tetapi suara raungannya menjadi se makin le mah, juga
tubuhnya yang ber-kelojotan menjadi me le mah dan akhirnya
dia tidak bergerak lagi karena sudah jatuh pingsan! Dia tidak
tahu betapa Cui Hong menaburkan obat pada luka di telinga,
hidung dan mulutnya. Ia tidak ingin me mbunuh musuhnya,
dan kalau darah dibiarkan terlalu banyak keluar, mungkin saja
Cai Sun tewas karena kehabisan darah. Obat bubukitu
seketika mengeringkan luka, me mbuat bekas luka menghitam
dan seperti terbakar, akan tetapi darah tidak keluar lag i.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak tadi, Pui Ki Cong menyaksikan semua itu dan melihat
betapa Cai Sun disiksa, beberapa kali dia me meja mkan mata
dan hampir jatuh pingsan saking ngerinya. Dia mulai merasa
menyesal bukan main. Terbayanglah di pelupuk matanya
ketika dia mengeram Cui Hong selama tiga malam di
kamarnya, me mper mainkan gadis itu, me mperkosanya sampai
sepuas hatinya, sampai dia menjadi bosan! Teringat akan itu,
dan me lihat betapa gadis itu kini menyiksa Cai Sun, teringat
pula akan keadaan Louw Ti, Ki Cong menjadi ketakutan
setengah mati dan tanpa disadarinya, dia telah terkencing-
kencing dan terberak-berak di da la m celananya!
Tidak la ma Cai Sun pingsan. Dia s iuman akan tetapi begitu
sadar, dia menjerit-jerit dan meraung-raung kembali. Mungkin
rasa nyeri yang luar biasa itulah yang me mbuat dia s iuman.
Ketika dia me mandang dengan matanya yang sudah nanar
karena kemasukan darahnya sendiri, dia melihat betapa kedua
ujung kakinya terbakar! Kiranya, Cui Hong telah menyiram
kedua ujung kaki itu dengan minyak dan me mbakarnya! Sia-
sia saja Cai Sun menendang-nendangkan kedua kakinya untuk
me mada mkan api dan akhirnya, dengan teriakan yang
menyayat perasaan dia jatuh pingsan lagi!
Api baru padam setelah minyak pada kakinya habis
terbakar, membuat ujung kedua kaki itu melepuh, jari-jari
kakinya hangus terbakar. Kini Cui Hong merasa puas dan
mengha mpiri Ki Cong, me mbebaskan totokannya dan
me lepaskan borgol kedua tangannya. Begitu bebas, Pui Ki
Cong lalu menjatuhkan diri berlutut sambil menangis.
"Nona, ampunkan saya.... ah, kau ambillah seluruh harta
kekayaan saya.... akan tetapi ampunkan saya, Nona" ratapnya
sambil me nangis sesenggukan.
"Bangsat Pui Ki Cong yang biadab! Coba ingat kembali
betapa engkau menyuruh bunuh Ayah dan Suhengku, dan
lupakah eng kau akan apa yang kaulakukan terhadap tubuhku
ini selama tiga hari t iga malam?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun.... saya mengaku salah, ampun...." Ki Cong
meratap. Dia takut sekali, dan tidak seperti Cai Sun tadi, dia
sama sekali tidak me mpunyai niat untuk melawan, karena
apakah yang akan dapat dia lakukan terhadap wanita yang
amat lihai ini" Cai Sun saja tidak ma mpu berbuat banyak,
apalagi dia yang hampir tak panda i ilmu silat sama sekali!
"Engkau masih dapat minta a mpun kepadaku" Hemm, Pui
Ki Cong, selama bertahun-tahun aku mendenda m dan aku
bersumpah bahwa aku akan me mba las dendam se mua
perbuatanmu kepadaku tujuh tahun yang lalu! Se luruh s isa
hidupku kutujukan untuk pe mba lasan dendam ini dan engkau
minta ampun" Jangan harap!" Kini Cui Hong mencabut ranting
dari ikat pinggangnya. "Aku akan menyiksamu sa mpa i engkau
menjad i manusia bukan setan pun bukan, aku akan
menghabiskan se luruh harta mu dan me mbunuh seluruh
keluarga mu!" Tentu saja ini hanya merupakan anca man-
ancaman untuk menyiksa batin Ki Cong.
"Lakukanlah semua itu, akan tetapi a mpunkan saya, Nona."
"Apa" Engkau me mbiarkan aku menghabiskan hartamu dan
me mbunuh se luruh keluarga mu asal engkau dia mpuni?"
"Benar, Nona. Lakukanlah segalanya, akan tetapi
ampunkan aku...." "Jahanam! Benar-benar seorang pengecut dan iblis berhati
kejam!" bentak Cui Hong yang tadinya merasa heran
mendengar ada orang mau men gorbankan anakisteri dan
hartanya asal dirinya se lamat! Dari sikap ini saja dapat dilihat
betapa rendahnya martabat manusia berna ma Pui Ki Cong ini.
"Sikap mu ini me ndorongku untuk segera turun tangan karena
manusia maca mmu ini pantas sekali dihajar!" ranting di
tangannya menyambar-nyambar, terdengar bunyi ranting itu
bercuitan dan meledak-ledak di atas tubuh Ki Cong yang
meraung-raung kesakitan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong menyalurkan seluruh denda mnya melalui
cambukan-cambukan itu, akan tetapi ia masih ingat untuk
menyimpan tenaganya agar tidak me mukul terlalu keras dan
me mbunuh orang itu. Ia terus menca mbuki seluruh tubuh Ki
Cong sampai pakaiannya hancur semua, sampai kulit
tubuhnya pecah-pecah dan penuh darah, la memukul terus
sedangkan tubuh Ki Cong berkelojotan di atas tanah, dan
ketika me mukul kedua lengan dan kaki, Cu i Hong mena mbah
tenaganya sehingga tulang-tulang dari siku ke bawah dan dari
lutut ke bawah remuk-re muk se mua! Ki Cong tidak ma mpu
meraung lagi, hanya mer intih dan men ggeliat, ha mpir tak
ma mpu bergerak lag i. Ketika ranting itu menghujani mukanya,
muka itu menjad i hancur kulitnya, kedua biji matanya keluar,
hidung dan bibirnya hancur, juga kedua daun telinganya
putus. Keadaannya lebih menger ikan daripada keadaan Cai
Sun karena dia keh ilangan kedua matanya!
Menjelang pagi, Cui Hong menyeret dua tubuh yang
empas-e mpis itu, yang sudah tidak men geluarkan darah lagi
karena dibubuhi obat bubuk, dua tubuh yang pingsan, menuju
ke kota raja. Dengan kepandaiannya, ia dapat membawa
mereka melompati pagar tembok dan menggantung kedua
tubuh itu dengan kepala di bawah kaki di atas, tepat di depan
pintu gerbang keluarga Pui!
Pagi hari itu, gegerlah kota raja. Semakin banyak saja
orang berlarian mendatangi rumah gedung keluarga Pui dan
mereka berkumpul di depan pintu gerbang yang menjadi
ramai seperti pasar. Pemandangan di situ sungguh
menger ikan semua orang. Dua tubuh itu digantung terbalik,
dalam keadaan pingsan dan kalau siuman hanya dapat
mer intih lirih lalu pingsan lagi. Karena tadinya orang sukar
mengenali dua tubuh itu, ma ka para penjaga dan pelayan di
gedung itu merasa ragu-ragu untuk menurunkan mereka.
Yang me mbuat orang merasa ngeri adalah me lihat wajah dua
orang itu. Sudah hancur penuh darah dan sukar dikenali lagi.
Hidung, telinga dan bibir mereka hilang, na mpak lubang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hidung dan gigi mereka, apalagi yang seorang me miliki
sepasang kaki yang hangus dan me lepuh bekas terbakar.
Yang seorang lagi, tidak ada bagian tubuhnya yang tidak
berdarah, seolah-olah dia telah dikuliti. Kulit tubuhnya masih
ada, akan tetapi sudah hancur dan penuh darah!
Baru setelah Cia Kok Han dan Su Lok Bu datang ber larian,
semua orang tahu bahwa dua tubuh itu adalah tubuh Pui Ki
Cong dan Koo Cai Sun! Tentu saja dua tubuh itu segera
diturunkan dan dirawat. Memang nyawa mereka tertolong,
akan tetapi tubuh mereka tidak mungkin tertolong lagi. Tubuh
itu telah menjadi penuh cacat, menjadi tubuh yang
menakutkan. Tanpa hidung tanpa bibir tanpa daun telinga,
dengan kaki dan tangan lumpuh bengkok-bengkok, bahkan
Pui Ki Cong kini menjadi buta! Sungguh, hukuman yang
dijatuhkan Cui Hong kepada musuh-musuhnya terlalu kejam
dan sadis, me mbuat mereka na mpak seperti bukan manusia
lagi, seperti ga mbaran iblis-iblis yang a mat mena kutkan dan
menyeramkan, Yang menggegerkan mereka yang menonton, kecuali
keadaan dua orang yang amat mengerikan itu, juga sehelai
kain putih yang ditulis dengan huruf-huruf besar, tintanya
merah karena yang dipergunakan adalah darah korban-korban
itu MEWAKILI PARA WANITA YANG MEREKA PERKOSA DAN
ORANG-ORANG TAK BER DOSA YANG MEREKA BUNUH.
Gegerlah penduduk kota raja, akan tetapi banyak di antara
mereka yang ikut merasa puas karena Pui Ki Cong dan Koo Cai
Sun sudah terkenal sebagai pengganggu para wanita cantik,
baik wanita itu isteri orang lain, atau janda, ataukah masih
perawan. Dan banyak pula orang yang tewas di tangan
mereka tanpa berani menuntut balas. Akan tetapi banyak pula
yang merasa penasaran karena kedua orang itu pandai
menutupi kejahatan mereka dengan sikap der mawan,
menggunakan uang mereka yang kelebihan. Mereka yang
pernah ditolong tentu saja merasa penasaran dan menyesal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lihat betapa dermawan penolong mereka menga la mi nasib
yang demikian mengerikan.
Ketika banyak orang berkerumun dan tubuh manusia
setengah mati yang tergantung terbalik itu, terdapat pula
seorang tosu yang menonton sambil menang is! Dia hendak
menye mbunyikan dan menahan tangisnya, tidak menge luarkan bunyi, akan tetapi kedua matanya bercucuran
air mata. Ketika dua tubuh itu diturunkan oleh Cia Kok Han dan Su
Lok Bu, ditangisi oleh keluarga Ki Cong dan Cai Sun, dibantu
oleh anak buah pasukan pengawal tosu iu menyelinap pergi di
antara para penonton yang berjubel di tempat itu. Dia seorang


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tosu yang usianya belum begitu tua, di bawah lima puluh
tahun akan tetapi wajahnya yang penuh kerut merut tanda
penderitaan batin itu membuat wajahnya nampak leb ih tua.
Pakaiannya sederhana sekali, berwarna kuning yang agak
luntur dan kumal. Tosu ini ber mata tajam, akan tetapi
matanya me mbayangkan kedukaan besar, apalagi setelah tadi
dia melihat dua orang yang keadaannya amat menger ikan itu.
"Siancai....! Kekuasaan alam tak mungkin di ngkari
manusia. Tangan kanan menana m tangan kiri menuai, itu
sudah adil na manya. Semoga aku t idak akan menyeleweng
daripada Jalan Kebenaran, siancai, siancai!" Berkali-kali tosu
itu bicara kepada diri sendiri, menarik napas panjang dan
berkali-kali me nggeleng kepala seperti hendak mengusir
penglihatan yang tidak menyedapkan hatinya.
Dia sama sekali tidak tahu bahwa sejak di tempat
kerama ian tadi, ada seorang laki-la ki muda yang me mperhatikannya, bahkan ketika dia men inggalkan depan
gedung keluarga Pui, laki-la ki muda itu me mbayanginya dari
jauh. Tosu itu berjalan terus, seperti orang kehilangan
semangatnya, seperti orang me la mun, keluar dari pintu
gerbang kota sebelah barat, dan terus berjalan dengan wajah
penuh duka. Laki-la ki muda itu tetap me mbayanginya dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh. Setelah meninggalkan kota sejauh kurang lebih lima
belas Li, barulah tosu itu berhenti dan masuk ke dalam sebuah
kuil yang tua dan sunyi me nyendiri, di tepi jalan simpangan
yang kecil, di luar sebuah dusun kecil te mpat tinggal para
petani. Dan begitu dia me masu ki kuil itu, sampai di ruangan dala m,
tosu itu pun menjatuhkan diri berlutut dan menang is dengan
suara terisak-isak seperti anak kecil! Kemudian terdengar dia
menge luh dengan suara yang cukup keras, karena dia yakin
bahwa di tempat itu tidak ada orang lain kecuali dia sendiri,
"Nah, menangislah, Gan Tek Un! Sesalilah semua perbuatanmu yang terkutuk dan bertaubatlah, camkanlah
bahwa semua perbuatan jahat akhirnya akan mendatangkan
ma lapetaka yang lebih hebat, yang akan menimpa diri sendiri.
Buah dari pohon yang kautanam akan kaumakan sendiri...!"
Dan dia pun menangis sa mbil menutupi muka dengan kedua
tangan, teisak-isak dan ked ua pundaknya terguncang.
Tiba-tiba dia menghentikan tangisnya. Ada suara kaki
orang tertangkap oleh pendengarannya yang tajam. Dia
bangkit berd iri dan me mbalikkan tubuh setelah cepat-cepat
menghapus air matanya dan dia berhadapan dengan seorang
laki-laki muda yang tidak dikenalnya. Tosu itu mengerutkan
alisnya dan me mandang penuh selidik. Kemunculan laki-laki ini
yang secara tiba-tiba mendatangkan kecurigaan. Seorang laki-
laki berusia t iga puluh tahun, pakaiannya seperti seorang
petani, dari kain kuning yang kasar, rambutnya digelung ke
atas dengan pita biru, tubuhnya sedang dengan dada yang
bidang. Dia tidak mengenal pe muda ini dan je las dia bukan
seorang pemuda dusun de kat kuil itu. Akan tetapi, sudah
menjad i kebiasaan tosu itu untuk menyambut siapa pun
dengan ramah dan sopan, walaupun kedatangan pemuda ini
kurang sopan, tahu-tahu langsung saja masuk ke ruangan
dalam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tosu itu menjura dengan sikap hor mat. "Selamat datang di
kuil pinto yang sederhana inij orang muda. Tida k tahu apakah
yang dapat pinto lakukan untukmu" Mari, silakan duduk di
ruangan depan, di mana ada bangku dan kita boleh bercakap-
cakap dengan enak. Apakah ada yang sakit dan me mbutuhkan
obat" Atau engkau datang untuk bersembahyang?"
Akan tetapi orang muda itu me mba las penghormatan tosu
itu, kemudian me mandang tajam penuh selidik dan akhirnya
dia berkata, "Paman Gan Tek Un, apakah Pa man tidak ingat
lagi kepada saya?" Tosu itu na mpak kaget sekali me ndengar ada orang
me manggil na manya, nama yang selama beberapa tahun ini
tidak pernah dipergunakannya. Kini dia lebih dikenal dengan
sebutan Gan Tosu. Dia me mandang dengan alis berkerut dan
penuh perhatian, mengingat-ingat siapa gerangan orang muda
ini, akan tetapi tetap saja dia tidak ma mpu mengenalnya.
"Orang muda, pinto adalah Gan Tosu, dan pinto merasa
tidak pernah bertemu atau berkenalan denganmu. Siapakah
engkau, datang dari mana dan ada keperluan apakah?"
Akhirnya dia berkata dengan heran.
Pemuda itu tersenyum. "Paman Gan Tek Un, saya adalah
Tan Siong, keponakan Paman sendiri."
Tosu itu terbelalak, pandang matanya menatap wajah Tan
Siong penuh selidik dan akhirnya dia teringat. Kurang lebih
dua puluh tahun, seorang anak laki-laki yang bernama Tan
Siong, keponakannya, putera encinya yang pada waktu itu
baru berusia sepuluh tahun, telah pergi dibawa oleh seorang
tosu! Dan teringatlah dia akan se mua perbuatannya.
"Siancai.... siancai. siancai....!" Dia menengadah dan
mengangkat kedua tangan ke atas. "Betapa cepatnya dan
tidak terduganya datangnya hukuman bagi seseorang!" Lalu
dia me mandang kepada Tan Siong. "Tan Siong, sekarang
pinto teringat, engkau me mang keponakan ku, putera dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendiang Enciku. Ahh, engkau baru datang, Tan Siong" Nah,
inilah pinto, orang yang penuh dosa. Kalau engkau datang
untuk menghukumku, lakukan lah, pinto siap untuk menebus
dosa-dosa pinto terhadap orang tuamu, Tan Siong!" Dan tosu
itu la lu menjatuhkan diri ber lutut, kedua lengan bersilang di
depan dada, kepalanya menunduk dengan sikap pasrah!
Sejak tadi Tan Siong sudah me mbayangi tosu ini. Dia tadi
ikut pula tertarik oleh keributan orang-orang yang mengabarkan bahwa di depan pintu gerbang keluarga Pui
terdapat dua orang yang digantung dalam keadaan luka-luka
parah. Ketika dia berdesakan dengan banyak orang untuk
menonton, dia segera mengenal Cai Sun, dan orang ke dua
yang digantung itu walaupun tidak dikenalnya, akan tetapi di
antara orang banyak ada yang mengatakan bahwa dia adalah
Pui Ki Cong, majikan gedung besar itu. Dan melihat tulisan di
atas kain putih, tulisan dengan darah itu, jantung Tan Siong
berdebar penuh ketegangan. Kim Cu i Hong! Siapa lagi kalau
bukan Kim Cui Hong yang dapat melakukan hal itu" Ah, kini
baru dia sadar. Kiranya Cai Sun merupakan seorang d i antara
empat orang musuh besar Cui Hong, empat orang yang
pernah merusak kehidupan Cui Hong dengan perbuatan
mereka yang keji, yaitu me mperkosa dan menghinanya.
Tahulah dia kini mengapa Cui Hong berada di kota raja dan
menya mar sebagai Ok Cin Hwa. Kiranya sedang melakukan
penyelidikan dan. sedang berusaha me mbalas denda m dan
kini, melihat cara wanita itu memba las dendam, dia bergidik.
Keterlaluan! Wanita itu harus dicegah me lanjutkan usahanya
yang kejam. Tidak, dia tidak akan me mbiarkan wanita yang
sampai kini masih dicintanya itu menjadi tersesat seperti itu.
Dala m denda mnya berubah menjadi iblis yang luar biasa
kejamnya. Bergidik dia melihat keadaan dua orang itu. Dia
tahu bahwa biarpun mereka berdua itu dapat tertolong
nyawanya karena tidak menderita luka yang parah, hanya
luka-luka di kulit saja, namun mereka akan menjadi seorang
penderita cacat yang mengerikan keadaannya. Dengan muka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang rusak dan menjadi buruk dan menakutkan sekali, tanpa
telinga, tanpa hidung dan bibir, dan dengan kaki tangan tidak
norma l. Betapa mengerikan!
O000-d-w-000O Jilid 10 DAN pada saat itu Tan Siong me lihat sesuatu yang a mat
menarik hatinya. Seorang tosu yang mengis me lihat keadaan
dua orang itu, walaupun tangisnya itu ditahan dan hendak
dise mbunyikan. Dan selain keadaan yang aneh ini, juga dia
tertarik kepada tosu itu. Ada sesuatu yang menar ik hatinya.
Dia seperti sudah mengenal wajah itu. Maka ketika tosu itu
pergi, dari jauh Tan Siohg me mbayanginya dan setelah tosu
itu keluar dari pintu gerbang kota, dia pun teringat. Wajah itu
seperti wajah ibunya! Wajah itu adalah wajah pamannya yang
sedang dicarinya selama ini!
Dan ternyata benar! Ketika dia mengintai tosu yang sedang
menang is di dalam kuil, dia mendengar keluhan tosu itu yang
menyebutkan na manya sendiri, yaitu Gan Tek Un. Maka dia
pun la lu menjumpainya dan tak disang kanya bahwa pa mannya
yang kini telah menjadi tosu itu telah berubah pula. Kini bukan
seorang yang ganas, melainkan seorang tosu yang berbudi
le mbut, yang siap menerima hukuman dan mengakui dosanya
terhadap ayah dan ibunya.
Akan tetapi dia tidak mendenda m. Dia sudah mendengar
dan tahu se muanya. Pamannya ini sejak dahulu me mang
seorang yang tergolong jahat, suka me lakukan apa saja yang
kurang patut dan mengandalkan kepandaiannya untuk
me lakukan kejahatan dan penindasan. Dia tahu pula bahwa
pamannya ini telah me nipu kedua orang tuanya sehingga
harta kekayaan orang tuanya yang tidak seberapa, termasuk
rumahnya, terjatuh ke tangan Gan Tek Un dan setelah harta
bendanya habis, kedua orang tuanya terlunta-lunta Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
men inggalkan dusun dan kabarnya telah men inggal dunia,
entah di mana. Dia mencari pa mannya bukan untuk me mba las
dendam, bukan men untut kemba linya harta kekayaan orang
tuanya, melainkan untuk bertanya di mana adanya orang
tuanya, dan kalau mereka sudah meninggal, di mana
kuburnya. Sejenak Tan Siong menunduk, me lihat kepala tosu itu yang
berlutut didepannya. Dia lalu ikut berlutut menghadapi tosu
itu. "Paman, jangan begitu. Aku datang mencari Paman, sama
sekali bukan untuk me mbalas denda m karena tidak ada
dendam di dalam hatiku...."
"Karena engkau belum tahu apa yang telah kulakukan
terhadap Ayah Ibumu."
"Sudah, Paman. Aku me ndengar bahwa Pa man telah
men ipu mereka dan menguasai harta kekayaan mereka,
me mbuat mereka menjad i orang mis kin yang hidup terlunta-
lunta dan terlantar, sehingga mereka akhirnya men inggal
dunia dala m keadaan miskin."
"Benar sekali! Akulah yang me mbuat mereka menjadi
miskin, menjadi sengsara sampai mereka men inggal dunia
dalam keadaan orang terlantar. Dan engkau mau bilang
bahwa engkau tida k mendenda m kepada Pinto?"
"Tida k sa ma sekali, Pa man."
"Kalau begitu engkau tentu pengecut, penakut sekali!
Engkau mengerti bahwa pinto lihai ma ka engkau tidak berani
mendenda m! Jangan khawatir, kau pukulilah aku, kau
bunuhlah aku, dan aku takkan melawan. Pinto siap menebus
dosa, anakku!" kata pula tosu itu dengan suara sedih.
"Paman salah sang ka. Biarpun belum tentu aku dapat
menga lahkanmu, akan tetapi sedikitnya aku pernah
me mpe lajari ilmu-ilmu yang tinggi di Kun lun-san. Pa man lihat,
apakah dengan tangan sekuat ini aku harus takut menghadapi
Paman" Aku sa ma sekali tidak takut." Dan Tan Siong lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan jari-jari tangannya menusuk lantai yang terbuat
dari batu. Nampak jelas bekas jar i-jari tangannya menusuk
lantai itu! Dia m-dia m tosu itu terkejut bukan ma in.
"Engkau telah menjad i seorang yang lihai! Akan tetapi
kenapa... kenapa engkau tidak mendenda m walaupun sudah
tahu bahwa aku penyebab kesengsaraan, bahkan mungkin
penyebab kematian orang tuamu?"
Tan Siong me megang kedua pundak orang tua itu. "Marilah
bangun dan mari kita duduk dan bercakap-cakap dengan baik,
Paman." "Siancai... siancai.... siancai....! Tak pinto sangka sama
sekali bahwa sikap mu akan begini tehadap pinto. Aihhh....
keponakanku yang gagah dan bijaksana, tahukah engkau
bahwa sikap mu ini bukan main menyiksa hatiku, lebih
menyakit kan daripada kalau engkau
menyerang dan me mukuhku" Ah, penyesalan dalam hatiku se ma kin
bertambah berat dengan sikap mu ini...." Dan tosu itu
menggunakan ujung lengan bajunya menghapus air matanya.
"Makin terasa kini oleh pinto betapa dahulu pinto menjadi
seorang yang sejahat-jahatnya...., dan hati pinto takkan
pernah tenteram sebelum datang huku man bagi pinto."
"Mari kita duduk, Paman," kata Tan Siong, me mbimbing
tosu yang kelihatan le mas itu untuk sa ma-sama duduk
berhadapan di atas bangku di dalam ruangan itu.
Setelah mereka duduk berhadapan dan saling berpandangan beberapa lamanya. tosu itu kembali bertanya
dengan suara heran dan penasaran. "Tan Siong, pinto lihat
bahwa engkau telah menjad i seorang laki-laki dewasa yang


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berilmu tinggi. Melihat cara mu menusuk lantai dengan jari
tangan itu, pinto dapat menduga bahwa engkau telah me miliki
sin-kang yang amat kuat dan agaknya tingkat kepandaianmu
sudah melampaui tingkat pinto. Mengapa engkau tidak turun
tangan me mbalas kejahatan yang telah pinto lakukan
terhadap orang tuamu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman, segala per istiwa yang menimpa diri manusia,
walaupun dia kibatkan oleh ulah manusia sendiri, na mun
segalanya telah ditentukan oleh Thian. Kematian orang tuaku
tentu sudah menjadi kehendak Thian pula, dan perbuatan
Paman yang Pa man la kukan dahulu itu hanya menjad i satu di
antara sebab saja." "Ya, Tuhan.... kenapa engkau yang masih begini muda
dapat me miliki kebijaksanaan yang demikian tinggi, sedangkan
pinto.... ah, pinto bergelimang dengan kejahatan." Tosu itu
nampak sedih sekali. "Sudahlah, Pa man. Betapapun juga, melihat betapa Paman
kini telah menjadi seorang tosu yang penuh dengan
penyesalan, melihat Paman telah bertobat, maka hal itu sudah
merupakan satu kenyataan yang baik sekali. Lebih baik
menjad i seorang yang sadar dan bertobat akan kejahatannya
yang lalu, daripada seorang yang merasa dirinya paling bersih
sehingga menjadi t inggi hati dan sombong. Yang perta ma itu,
bagaikan orang sakit telah se mbuh dar i sakitnya, sedangkan
yang ke dua adalah orang yang jumawa dan se mbrono
sehingga mudah sekali dihinggapi penyakit. Aku mencari
Paman bukan untuk men untut sesuatu, hanya ingin mohon
pertolongan Paman agar suka me mberi tahu kepadaku, di
mana adanya Ayah Ibuku, atau lebih tepat, di mana kuburan
mereka karena aku ingin me ngunjungi ma kam mere ka."
Tosu itu bangkit dan merang kul keponakannya sa mbil
menang is. "Ah, agaknya bukan hanya ilmu silat tinggi yang
pernah kau pelajari di Kun-lun-san, akan tetapi para tosu yang
bijaksana dari Kun lun-pai telah mengisi batinmu dengan
kebajikan-kebajikan yang tinggi pula. Ayah Ibumu men inggal
secara wajar, yaitu karena penyakit dan karena berduka, dan
mereka dima kamkan dengan sederhana oleh para penduduk
dusun, di dusun Hek-kee-cun di sebelah se latan kota.
Namun....." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Girang sekali rasa hati Tan Siong setelah dia mengetahui di
mana adanya ma kam orang tuanya. Dan dia pun merasa
kasihan kepada pa mannya. Jelaslah bahwa pa mannya ini
sekarang telah terhukum di dalam hatinya, menyesali semua
perbuatannya yang telah lalu. Tidak ada hukuman yang lebih
berat menjadi der ita batin daripada derita yang timbul karena
penyesalan yang tak kunjung pada m. Dia dapat menduga
bahwa tentu banyak kejahatan dilakukan pa mannya ini di
waktu muda, karena kalau hanya kejahatan menipu untuk
menguasai harta benda ayah ibunya yang tidak berapa
banyakitu saja, kiranya tidak seperti ini keadaannya. Apalagi
pamannya sa mpai menang is ketika me lihat orang tersiksa di
pintu gerbang rumah gedung keluarga Pui. Tentu pa mannya
ini dahulunya menjad i seorang penjahat besar. Akan tetapi,
dia ikut merasa lega dan girang bahwa adik kandung ibunya
ini sekarang telah sadar dan bertobat dan untuk menghibur
hati orang tua, dia tidak tergesa-gesa me-ninggalkan
pamannya dan tidak menolak ketika pa mannya mengajaknya
makan siang. Bahkan pa mannya minta kepadanya untuk
tinggal di kuil itu mene man inya sela ma beberapa hari.
"Selama ini kau mengira bahwa aku hidup seorang diri saja
tanpa sanak keluarga di dunia ini, dan tiba-tiba engkau,
keponakanku satu-satunya muncul dalam keadaan yang begini
mengagumkan. Temani lah pinto selama beberapa hari untuk
me lepas kerinduanku, Tan Siong."
"Maaf, Paman. Aku harus cepat pergi mencari makam
orang tuaku, maka sore nanti, atau paling lambat besok pagi
aku harus pergi men inggalkan Paman."
Paman dan keponakan itu lalu bercakap-cakap dan dengan
penuh perhatian dan girang dan bangga, Gan Tosu
mendengarkan cerita keponakannya tentang masa belajarnya
di Kun-lun-san. Bahkan untuk menyenangkan hati pa mannya,
ketika diminta, Tan Siong lalu mainkan beberapa jurus ilmu
silat Kun-lun-pai, baik dengan tangan kosong maupun dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang tipisnya. Gan Tosu menonton de monstrasi itu dengan
hati penuh kagum karena baru melihat keponakan nya bersilat
saja, dia pun tahu bahwa dia tidak akan ma mpu menandingi
kehebatan keponakannya! "Hebat, hebat...!" Serunya dengan girang. "Ilmu silat mu
demikian indah dan me ngandung kekuatan dahsyat."
"Ah, Paman terlalu me muji. Aku masih mengharapkan
petunjuk dari Pa man."
"Pinto tidak sekedar me muji, Tan Siong. Tingkat ilmu
silat mu sudah jauh lebih tinggi daripada tingkat pinto. Akan
tetapi, sebaiknya kalau ilmu sepasang pedang pinto, yaitu
Siang-liong-kiam (Pedang Sepasang Naga) kau pe lajari dan
biarlah kuturunkan kepadamu. Nah, lihatlah pinto ma inkan
ilmu itu perhatikan baik-baik." Tosu itu kini bergembira dan
agaknya sudah mulai melupakan kesedihannya karena
penyesalan itu. Dia menge luarkan sepasang pedang hitam
putih dan bersilat pedang. Memang inilah ilmu silat
andalannya dan sepasang pedang itu membentu k dua
gulungan sinar hita m putih yang saling bantu dan saling
me lindungi, merupakan ilmu pedang pasangan yang tangguh.
Girang sekali rasa hati Tan Siong dan setelah pamannya
berhenti bersilat, pa mannya lalu menyerahkan sebuah kitab.
"Ilmu pedang Siang-liong-kiam itu sudah pinto catat dalam
kitab ini. Pelajarilah dan kau terima lah sepasang pedang ini,
Tan Siong." "Akan tetapi, Paman. Sepasang pedang ini adalah pedang
pusaka milik Pa man, masih Pa man per lukan untuk pelindung
diri." Tosu itu menarik napas panjang. "Terima lah, baru akan
puas hati pinto kalau pedang-pedang ini berada di tangan
seorang bijaksana dan gagah seperti engkau." Dia me ma ksa
dan akhirnya Tan Siong menerima nya. "Di tangan pinto,
sepasang pedang ini dahulu hanya membuat dosa. Biarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka pun menebus dosa-dosa mereka dengan perbuatan
baik, menentang kejahatan di tangan seorang pendekar
seperti engkau. Pinto sekarang tidak me mbutuhkan perlindungan pedang, tidak me mbutuhkan kekerasan lagi.
Ancaman kematian a kan pinto hadapi dengan tenang dan
ikhlas." Pada saat itu terdengar suara orang dari luar kuil, suara
yang halus, suara wanita. "Gan Tek Un, keluarlah dari kuil,
aku ingin bicara denganmu!"
Gan Tojin terkejut dan wajahnya berubah puoat ketika ia
mendengar suara itu. Tan Siong mengerutkan alisnya dan
bangkit berdiri. Akan tetapi pamannya sudah mendahuluinya.
"Tan Siong, kuminta dengan sangat kepadamu agar engkau
berdiam saja di sini dan jangan menca mpuri urusan di luar
kuil. Ini adalah urusan pribadi pinto sendiri. Duduklah saja dan
kau tunggu di sini."
Tan Siong mengangguk dan mengerutkan alisnya. Hatinya
merasa kecewa. Tad i dia melihat pa mannya sudah bertobat
Ia dan bahkan sudah menjadi seorang tosu. Akan tetapi
bagaimana sekarang muncul seorang wanita dalam kehidupan
pamannya sebagai tosu" Apakah pamannya hanya pura-pura
saja menjad i tosu untuk menutupi se mua perbuatannya" Dan
pamannya jelas me mesan agar dia tidak menca mpuri karena
urusan dengan wanita itu adalah urusan pribadi! Kekecewaan
me mbuat hatinya merasa penasaran dan marah. Sebaiknya
dia cepat meninggalkan pamannya ini, yang me miliki
kepribadian yang tidak meyakinkah. Dia lalu menyambar
buntalan pakaiannya dan biarpun agak meragu, terpaksa dia
menyimpan pula sepasang pedang dan kitab pe mberian
pamannya. Keadaan pamannya me mbuat kegembiraan untuk
me mpe lajari ilmu sepasang pedang itu menjadi kendur. Akan
tetapi, baru saja dia bangkit dan hendak perg i, tiba-tiba dia
mendengar suara wanita yang tadi lantang me maki-maki!
Cepat dia berjalan berindap dan biarpun pamannya sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mesan, dia kini menuju ke luar dan mengintai ke luar dari
balik jendela depan. Siapakah wanita yang me manggil Gan Tosu dengan na ma
aselinya itu" Baru mendengar suaranya saja, Gan Tosu sudah
dapat menduga siapa yang me manggil, dan dengan muka
pucat dia pun keluar. Di luar kuil, berdiri di pekarangan sambil
bertolak pinggang, Cui Hong telah menantinya. Ya, wanita itu
adalah Kim Cui Hong! Ketika ia menyeret tubuh Koo Cai Sun
dan Pui Ki Cong keluar dari dalam pondok kecil dan me masu ki
hutan, ia telah berhasil me maksa kedua orang tua itu untuk
mengaku di mana adanya musuhnya yang terakhir, yaitu Gan
Tek Un. Dari kedua orang tawanannya yang sudah ketakutan
setengah mati itu, ia mendengar bahwa Gan Te k Un kini telah
menjad i seorang tosu berna ma Gan Tosu, tinggal di sebuah
kuil tua di sebelah barat kota raja, kurang lebih belasan mil
dari kota raja. Maka, setelah ia menyiksa kedua orang musuhnya dan
menggantung tubuh mereka di depan pintu gerbang rumah
gedung keluarga Pui, Cui Hong lalu ber istirahat di te mpat
persembunyiannya. Hatinya terasa puas dan ia dapat tidur nyenyak setelah
semalam suntuk tidak tidur dan tubuhnya letih sekali. Setelah
tidur sampai sore, barulah ia
men inggalkan te mpat persembunyiannya dan dengan pucat ia pergi mencari
musuhnya yang terakhir, yaitu Gan Te k Un.
Sejak melihat tubuh Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun
tergantung di depan gedung keluarga Pui, dan pernah pula dia
bertemu dengan Louw Ti yang telah menjadi manusia cacat,
tahulah Gan Tosu bahwa cepat atau lambat, gadis she Kim
puteri guru silat Kim itu tentu akan mene mukan dirinya. Dia
merasa menyesal sekali dan merasa bahwa dia telah
me lakukan perbuatan yang amat keji terhadap gadis itu. Maka
dia pun sudah siap u ntuk menerima hukuman untuk menebus
dosanya. Maka, begitu dia mendengar seruan wanita yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me manggilnya, dia pun dapat menduga bahwa tentu gadis itu
pula yang kini datang mencarinya. Dia lalu me mesan kepada
Tan Siong agar tidak menca mpuri, kemudian dengan muka
pucat dan hati tenang dia pun berlari ke luar.
Melihat wanita cantik dan gagah yang kini berdiri bertolak
pinggang di pekarangan kuil, Gan Tosu segera teringat akan
gadis remaja yang pernah diper kosanya bersama Koo Cai Sun
dan Louw Ti, setelah Pui Ki Cong yang me mper mainkan gadis
itu selama tiga hari merasa bosan dan menyerahkan gadis itu
kepada mereka bertiga. Teringat dia betapa dia pun ikut pula
me mper kosa dan menghina gadis itu. Mukanya yang tadinya
pucat, kini berubah menjad i merah sekali. Dia merasa
menyesal dan juga malu mengingat akan kejahatan itu.
Tergopoh dia mengha mpiri gadis itu dan menjura.
"Nona baru datang" Pinto memang sudah mengharapkan
kedatanganmu," katanya dengan sikap tenang. Setelah kini
berhadapan dengan orang yang hendak me mbalas denda m
kepadanya, tosu ini bersikap tenang dan pasrah, bahkan dia
me mbayangkan betapa sebentar lagi dia akan dapat menebus
dosanya yang amat keji terhadap wanita ini, beberapa tahun
yang lalu ketika wanita ini masih seorang gadis re maja.
Cui Hong me mandang dengan sinar mata mencorong dan
ia mengerutkan alisnya. "Hemni, Gan Tek Un, engkau masih
mengenalku" Bagus sekali kalau begitu! Biarpun berganti baju
domba atau kelenci, seekor serigala tetap serigala. Biarpun
engkau sudah berganti pakaian menjadi tosu, bagiku engkau
tetap saja Gan Tek Un s i jahana m keparat yang lebih jahat
dari iblis sendiri. Gan Tek Un, apakah engkau mas ih ingat
kepada semua perbuatan yang pernah kaulakukan terhadap
diriku?" "Tentu saja pinto ingat se muanya, Nona, dan karena itulah
pinto menanti kedatangan mu agar pinto dapat membayar
hutang dan melunasi dosa pinto yang amat besar itu dengan
hukuman yang akan nona jatuhkan kepada pinto."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sikap yang pasrah ini, kata-kata yang lembut dan
penuh penyesalan, hati Cui Hong agak kecewa, la ingin
me lihat lawan atau musuh terakhir ini juga masih dalam
keadaan jahat dan pongah seperti tiga orang musuhnya yang
telah dihukumnya, agar hatinya menjadi puas dalam
pembalasan denda mnya, karena di sa mping me mba las
dendam pribadi, juga berarti ia telah menyingkirkan seorang
manusia berwatakiblis dari dunia ramai, me mbuat si jahat itu
tidak akan ma mpu berbuat jahat lagi.
"Gan Tek Un pendeta palsu banyak cakap, keluarkan
sepasang pedangmu dan mari kita bertanding sampa i seorang
di antara kita menggeletak di s ini!" tantangnya, tangannya
hanya memegang sebatang kayu ranting pohon sebesar per-
gelangan tangannya. "Nona Kim Cui Hong, sudah pinto katakan bahwa pinto
me mang menanti datangnya hukuman atas dosa pinto
terhadap Nona. Pinto tidak akan melawan, juga tidak akan
minta ampun. Nah, pinto sudah siap. Jatuhkanlah hukuman
apa saja yang Nona kehendaki atas diri pinto. Pinto tidak akan
me lawan!" Berkata de mikian, tosu itu lalu menjatuhkan diri
berlutut, bersedakap dan memeja mkan mata, dengan tubuh
dan kepala tegak, siap me nanti siksaan yang bagaimanapun
tanpa melawan atau mengeluh. Dia me musatkan seluruh
perhatian kepada keyakinan bahwa dia sedang menebus dosa
dengan hati iklas Melihat sikap musuhnya itu, Cui Hong mengerutkan alisnya
dan sejenakia termangu-mangu. Bagaimana mungkin ia
menyerang seorang yang sa ma sekali tidak melawan, bahkan
kini duduk bersila dengan kedua mata dipejamkan" Akan


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi, bagaimana mungkin pula ia melepaskan musuh yang
satu ini" Bagaimanapun juga, Gan Tek Un ini tidak lebih baik
daripada yang lain. Seperti yang lain, dia dulu juga
me mper kosanya dan menghinanya dan hal itu sa ma sekali tak
pernah dilupakan. Selama tujuh tahun ini, bayangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menger ikan diper kosa secara bergantian oleh empat orang
musuh besarnya itu selalu me mbayanginya, kalau malam
menjad i mimpi buruk dan kalau siang me mbuat ia termenung
seperti orang kehilangan se mangat. Dan hanya dendam dan
pembalasan itu saja yang me mbuat ia dapat bertahan untuk
hidup terus, bahkan me mberi ia se mangat untuk belajar silat
dengan tekun. Balas dendam! Tak mungkin ia melepaskan
orang ini. "Can Tek Un, jahanam busuk! Bangkitlah dan jangan
menjad i pengecut. Bangkitlah dan kaulawan aku, keparat!"
Akan tetapi Gan Tek Un sudah s iap untuk menerima
siksaan yang betapa hebat pun, dan dia sudah pasrah, kini
sama sekali tidak menjawab dan tidak pula me mbuka kedua
matanya. "Gan Tek Un, sekali lagi. Bangkitlah dan lawan lah aku,
kalau tidak, aku terpaksa akan turun tangan me mba las
dendam padamu!" Suara Cu i Hong penuh dengan kemarahan
dan rasa penasaran, dan ranting di tangannya sudah tergetar
ujungnya. Kembali Gan Tek Un tidak menjawab dan duduknya tidak
pernah bergoyang. "Keparat! Jangan mencoba menggunakan
kele mbutan untuk men ghapus denda mku! Sa mpa i mati pun
aku tidak a kan dapat menghapus denda mku. Nah, terimalah
pembalasanku!" Berkata de mikian, Cui Hong sudah mengangkat ranting itu ke atas kepalanya, siap untuk
menghajar tubuh Gan Tek Un seperti ia pernah menghajar
tubuh Pui Ki Cong sampa i kulitnya pecah-pecah semua.
"Tahan dulu!" Tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan
ranting di tangan Cui Hong itu tertahan oleh sebatang pedang
tipis. Cui Hong me langkah ke be lakang dan me mandang
dengan marah, ke mudian matanya terbelalak.
"Engkau.....!"!?" la me mandang wajah Tan Siong dengan
bingung, sama sekati tak pernah mengira bahwa pemuda ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan muncul, bahkan menghalanginya untuk me mba las
dendam. "Kau.mau apa kau.?" tanyanya, agak gagap, hatinya
"lihiap, aku harus mencegah engkau me lakukan kekeja man,
menyerang orang yang tidak berdosa dan tidak mau
me lawan mu." kata Tan Siong sa mbil menar ik kembali pedang
yang tadi dipakai menang kis ranting di tangan Cui Hong.
Cui Hong tersenyum dingin. "Tan-toa-ko, apakah engkau
tahu siapa orang yang kau katakan tidak berdosa ini?"
"Tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah Can Tosu yang
dulu bernama Gan Tek Un, yaitu adik mendiang ibuku,
Pamanku yang sela ma ini kucari."
Cui Hong terkejut dan kerut di alisnya makin menda la m.
"Ahhh! Kiranya dia inikah Pa man mu" Inikah orangnya yang
dulu pernah menipu orang tuamu sehingga orang tuamu
menjad i terlunta-lunta dan men inggal dunia?"
"Benar, lihiap."
"Dan engkau kini henda k me mbelanya" Betapa anehnya
sikap mu! Toako, jangan menca mpuri urusan kami. Mundurlah
dan biarkan aku menyelesaikan urusan pribadiku dengan Gan
Tek Un! " "Tida k, Lihiap. Engkau tidak boleh bertindak keja m."
"Apa" Engkau benar-benar hendak me lindungi Pa man mu
yang jahat ini?" "Biar dia Pa manku ataukah orang lain, aku tetap akan
mencegah engkau bertindak kejam, Lihiap. Menyerang orang
yang tidak bersalah, orang yang tidak melawan, sungguh
merupakan perbuatan yang kejam dan tidak patut dila kukan
seorang pendekar wanita seperti engkau ini."
"He mm, Tan-toako, tahukah engkau mengapa aku hendak
menyiksa orang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Siong menggelengkan kepalanya, "Apa pun kesalahannya, tidak sepatutnya kalau engkau kini hendak
menyerangnya karena dia sudah t idak mau melawan sama
sekali." "Tan-toako, sudah kucer itakan kepadamu tentang empat
orang manusia iblis yang telah menghinaku, me mperkosaku
sampai lewat batas perikemanusiaan, perbuatan mereka
me lebihi kekeja man iblis sendiri dan yang tiga orang sudah
kubereskan. Hanya tinggal seorang lagi dan yang seorang itu
adalah Gan Tek Un!" Bukan main kagetnya hati Tan Siong mendengar ini. Dia
tahu bahwa pamannya me mang pernah menjadi penjahat,
akan tetapi tak pernah disangkanya bahwa pa mannya pernah
me lakukan perbuatan sekeji itu, meniper kosa gadis yang tidak
berdaya, beramai-ramai dengan tiga orang kawannya! Dengan
muka berubah pucat dia membalik dan me mandang kepada
tosu yang masih duduk bers ila itu.
"Paman, benarkah Paman dulu me lakukan perbuatan keji
dan hina itu?" tanyanya dengan suara nyaring.
Gan Tosu me ma ng sejak tadi mendengarkan dan kini dia
menarik napas panjang, tanpa me mbuka kedua matanya.
"Se mua yang dikatakan Nona ini benar be laka. Tan Siong.
Memang aku pernah me lakukan perbuatan jahat itu dan
perbuatanku terhadap Nona inilah yang merupa kan satu di
antara banyak perbuatanku yang membuat aku menyesal
setengah mati. Biarkan dia menyiksa atau me mbunuhku untuk
menebus dosaku, Tan Siong."
"Nah, engkau mendengar sendiri, Toa-ko. Apakah engkau
kini mas ih hendak melindungi dia?" Cui Hong menuntut.
"Kim-lihiap, pendirianku tidak berubah Aku tetap mencegah
engkau melakukan perbuatan kejam itu. Aku me mbelanya
bukan karena dia Pamanku, melainkan seorang yang tidak
me lawan terancam oleh kekerasan. Dan aku mencegah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau melakukan kekejaman itu karena.... terus terang saja,
Lihiap, cintaku kepada mu mas ih tetap. Aku mencegah engkau
menjad i pe mbunuh kejam de mi cintaku kepada mu!"
Kembali Cui Hong tersenyum, akan tetapi kini senyumnya
mengejek dan sepasang matanya
mencorong penuh kemarahan, la merasa diper mainkan.
"Tan Siong!" bentaknya dengan suara ketus. "Engkau
bilang bahwa engkau mencintaku, akan tetapi engkau
menentang aku yang hendak me mbalas denda m kepada
orang yang telah merusak kebahagiaanku, yang telah
menghancurkan harapanku, yang telah menggelapkan sinar
kehidupanku, yang telah me mbunuh ayahku dan suhengku!
Cinta maca m apakah itu" Tidak perlu engkau merayu, kalau
engkau me mbe la jahanam Gan Tek Un ini, berarti engkau
adalah musuhkul Majulah!" Cui Hong me nodongkan rantingnya, siap untuk menyerang.
"Kim-lihiap, sungguh engkau me mbuat aku bersedih b ukan
ma in. Tentu saja aku tidak akan me layani tantanganmu,
karena sampai mati pun aku tidak akan me mu-suhimu. Aku
hanya melindungi orang yang teranca m, bukan berarti
me musuhi-mu. Engkau tidak dapat mengerti pendirianku.
Sekali lagi, ingatlah dan hapuslah denda m dari dalam hatimu,
karena itu merupakan racun yang hanya akan merusak lahir
batinmu sendiri." "Cerewet! Aku mau hajar dan siksa dia untuk me mbalas
dendam, baik engkau su ka maupun tidak!" Dan Cui Hong kini
dengan kemarahan me luap sudah mengayun rantingnya untuk
me mukul re muk tulang kaki Can Tosu yang duduk bersila itu.
"Singggg...... takkkk!" Ranting itu tertangkis pedang di
tangan Tan Siong. Pemuda ini sudah cepat menangkis dan kini
dia berdiri menghalang di antara Cui Hong dan tosu itu
dengan sikap melindungi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan Siong, terpaksa aku harus menyingkirkan segala
penghalang untuk me mbalas denda mku, termasu k engkau!"
teriak Cui Hong dan ia sudah menyerang dengan rantingnya,
ujung rantingnya tergetar dan seolah-olah terpecah menjadi
tujuh yang melakukan serangkaian totokan ke arah tujuh jalan
darah di tubuh bagian depan dari lawan.
Tan Siong terkejut sekali. Dia me mang sudah tahu betapa
lihainya wanita Ini ketika me mbantunya menghadapi jagoan-
jagoan yang menjad i pe lindung Pu i Ki Cone, akan tetapi baru
sekarang dia men ghadapinya langsung sebagai lawan. Dia pun
cepat menggerakkan pedang tipisnya, diputarnya dengan
cepat untuk melindungi tubuhnya. Namun, pe mutaran pedang
saja tidak cukup dia harus berlompatan kesana-sini karena
ujung ranting itu seolah-olah dapat menerobos di antara
gulungan s inar pedangnya.
Cui Hong tidak berma ksud mencelaka i pemuda itu, sama
sekali tidak. Dia masih merasa kagum dan suka kepada
pemuda perkasa itu, apalagi mendengar betapa sampai kini
pemuda itu masih tetap mencintanya, walaupun sudah
mendengar riwayatnya, tahu bahwa ia bukanlah seorang
perawan terhormat lagi, melainkan seorang wanita yang
sudah ternoda dan terhina. Ia hanya ingin meroboh kan Tan
Siong agar tidak dapat mengha langi pelaksanaan balas
dendamnya terhadap Gan Tek Un, maka semua serangannya
me rupakan totokan-totokan yang amat hebat. Sebaliknya,
Tan Siong juga hanya ingin me lindungi pa mannya, bukan
berniat untuk melukai apalagi me mbunuh gadis yang dikagumi
dan dicintanya itu, maka dia pun hanya menggerakkan
pedangnya untuk melindungi tubuhnya, menangkis dan
menge lak tanpa balas menyerang.
Akan tetapi, segera dia terdesak hebat. Andaikata dia
me mba las se mua serangan Cui Hong pun belum tentu dia
akan ma mpu menga lahkan gadis perkasa itu, apalagi kini dia
hanya menangkis tanpa bisa menyerang. Gulungan sinar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedangnya semakin menye mpit, terjepit dan tertekan oleh
sinar hijau dari ranting di tangan Cui Hong.
"Tahan senjata kalian! Jangan berkelah i dan dengarkan
pinto!" Tiba-tiba terdengar teriakan Gan Tojin, tosu yang tadi
duduk bersila. Mendengar ini, Tan Siong melompat ke
belakang dan Cui Hong juga menahan gerakan rantingnya,
ingin tahu apa yang akan dikatakan musuh besarnya itu. Siapa
tahu musuh besarnya itu timbul keberanian untuk maju sendiri
menghadap inya dan melarang Tan Siong menca mpuri urusan
pribadi mere ka. Tosu itu mas ih duduk bersila, mukanya pucat akan tetapi
sinar mata mencorong penuh se mangat. Agaknya kesedihannya yang tadi sudah lenyap. "Siancai...! Dengan
sikap kalian, maka dosa pinto berta mbah dalam dan besar
saja. Setelah menjadi seorang pe meluk aga ma yang taat,
pinto bahkan mengakibatkan perpecahan dan per kelahian
antara dua orang muda yang saling mencinta. Nona Kim Cui
Hong, engkau sudah sepatutnya membalas denda m kepada
pinto karena perbuatan pinto terhadapmu dahulu itu me mang
tak dapat diampuni. Dan engkau pun benar, Tan Siong,
karena engkau me lindungi yang le mah, bukan karena pinto
paman mu, dan itu merupakan sikap seorang pendekar. Akan
tetapi kalau pinto me mbiarkan kalian saling berkelahi sa mpai
seorang di antara kalian roboh tewas atau terluka, pinto akan
merasa berdosa lebih hebat lagi yang takkan dapat pinto
lupakan selama hidup. Karena itu, biarlah pinto mengakhiri
saja semua derita ini!" Tiba-tiba na mpak s inar berkelebat dan
tahu-tahu tosu itu sudah menusukkan sebuah pisau ke
dadanya. "Creppp....!" Pisau itu mene mbus dada sampa i ujungnya
nampak sed ikit di punggung dan dia masih tetap duduk
bersila! "Paman....!" Tan Siong terkejut bukan main dan cepat
berlutut di de kat tubuh pa mannya. Perbuatan tosu itu sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tak pernah disangkanya, maka dia pun tidak sempat lagi
mencegah bunuh diri itu. Cui Hong me mandang dengan mata terbelalak, mukanya
sebentar pucat sebentar merah antara penasaran, marah dan
kecewa, la pun sa ma sekali tidak pernah mengira bahwa tosu
itu akan me mbunuh diri, maka seperti juga Tan Siong, ia tidak
sempat mencegah dan kini hanya berdiri sa mbil me mandang
dengan mata terbelalak. "Paman, mengapa Paman melakukan perbuatan yang
bodoh ini?" Tan Siong menegur pa mannya, tanpa berani
menyentuhnya karena dia me lihat bahwa nyawa pa mannya
tak mungkin dapat di selamatkan lagi dengan dite mbusnya
dada itu dengan pisau. "Tan Siong.. ... bunuh diri me mang bodoh.. .. dan dosa.
akan tetapi.... setidaknya pinto dapat menyelamatkan kalian ..
kasihan ia ..... bimbinglah ia.... dengan kasih sayang...." Tosu
itu tidak kuat lag i. Jantungnya tertembus pisau dan dia pun
menjad i le mas, terkulai dan roboh terjengkang. Tan Siong
cepat merangkulnya dan merebahkannya ba ik-baik.
Tiba-tiba terdengar suara ketawa Cui Hong. Tan Siong
terkejut dan meloncat bangkit, me mandang dengan mata
terbelalak. Gadis itu tertawa bebas lepas, sambil menengadah


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me mandang langit. "Ha-ha-ha-. ... habislah sudah mereka!
Ayah, Suheng.... aku telah berhasil me mbalas denda m,
selesailah sudah tugas hidupku, lenyaplah sudah ganjalan
hatiku, beban yang demikian berat menekan batinku, ha-ha-
ha-hi-hi-hi....!" Gadis Itu tertawa-tawa seperti orang kemasukan setan
sehingga Tan Siong merasa ngeri. Cui Hong seperti telah
menjad i gila, tawanya bukan tawa seorang wanita normal lagi,
tawa terkekeh-kekeh dan terbahak-bahak. Tan Siong segera
me lompat dekat gadis itu dan me megang kedua pundaknya,
diguncang-guncangnya tubuh gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi (Adik Hong)! Sadarlah engkau! Sadarlah...!" Dia
me mbentak-bentak dan mengguncang-guncang, maklum
bahwa gadis itu dikuasai perasaan yang mengguncang
ingatannya. Maka dia mengerahkan tangannya sehingga
kedua tangannya seperti cengkeraman kuat pada pundak
gadis itu, mengguncang-guncangnya sehingga tubuh Cui Hong
terdorong dan tertarik ke depan belakang.
Tiba-tiba Cu i Hong berhenti tertawa, me mandang kepada
orang yang me megang kedua punda knya dengan mata nanar
dan bingung. Akhirnya, kedua matanya normal kembali, tidak
liar seperti tadi. "Toako.. ., engkau?""
Cui Hong men dadak menangis, menjatuhkan diri berlutut di
atas tanah. Tangisnya mengguguk, seperti anak kecil.
Kedua punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh
bercucuran, pundaknya terguncang dan suara tangisnya
seperti Drang mer intih-rintih, terisak dan tersedu-sedu. Air
matanya bagaikan air bah menerobos bendungannya yang
pecah. Selama bertahun-tahun ini, ia menyimpan saja segala
rasa dukanya, bahkan berusaha sekuat tenaga untuk
me lupakan ma lapetaka yang men impa dirinya setiap kali ia
teringat akan keadaan d irinya. Hidupnya sebatang kara, tidak
ada keluarga, tidak ada harapan sedikit pun akan dapat
merasakan kebahagiaan hidup masa depan. Namun, selama
ini ia menyembunyikan se mua kedukaan dan kecemasan akan
keadaan dirinya di dasar kalbunya dengan cara mencurahkan
seluruh perhatiannya kepada dendam sakit hatinya, kepada
usahanya yang mati-matian untuk me mbalas denda mnya. Kini
setelah empat orang musuhnya mener ima hukuman,
menerima, pe mbalasan denda mnya dengan setimpa l, seolah-
olah dendam yang selama ini me mbendung air bah
kedukaannya, menjadi bobol dan muncullah semua kedukaan
dan kegelisahan yang selama bertahun-tahun mengendap di
dasar batinnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Siong tidak mengerti apa yang terjadi di dalam hati
gadis itu. Dia hanya berdiri bengong me mandang gadis yang
menang is tersedu-sedu. Mengapa gadis itu menangis seperti
ditinggal mat i orang yang amat dicintanya" Bukankah
sepatutnya ia bersuka cita karena dendamnya telah terbalas"
Akan tetapi Tan Siong tahu bahwa tangis merupakan saluran
yang amat baik untuk melepaskan perasaan yang meluap-
luap, maka dia pun mendia mkannya saja dan membiarkan
gadis itu menangis sepuasnya.
Setelah isak tangis gadis itu agak mereda, barulah Tan
Siong berlutut di depan Cui Hong dan dengan hati-hati dia
berkata lembut. "Hong-moi, mengapa engkau menang is de mikian sedih?"
Tangannya menyentuh lengan Cui Hong, hatinya diliputi
perasaan iba yang mendalam karena dari tangis tadi dia dapat
merasakan bahwa sesungguhnya gadis itu tenggelam ke
dalam kesengsaraan batin yang amat hebat dan lendalam.
Sepasang mata gadis itu merah me mbengkak, wajahnya
pucat, rambutnya awut-awutan, mukanya mas ih basah air
mata. Perasaan iba menusuk hati Tan Siong sehingga kedua
tangannya nenggigil ketika dia merangkul gadis itu. "Hong-
moi...., jangan bersedih...."
Bagaikan dipatuk ular, Cui Hdng menar ik lengannya yang
disentuh Tan Siong lan melompat bangkit berdiri me njauhi
pemuda itu. Dengan mata merah rnembengka k ia me mandang
pumuda itu, terbelalak. "Jangan! Jangan sentuh aku...! Aku .. aku sudah kotor, aku
sudah ternoda aku bergelimang a ib...!" serunya tergagap dan
kembali ia tersedu dan air mata yang agaknya tidak akan
pernah habis itu bercucuran lagi menetes-netes di kedua
pipinya. Kini baru Tan S iong mengerti mengapa gadis itu me nangis
sedih. Dia merasa iba sekali, bangkit berdiri dan suaranya
bergetar penuh keharuan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi... aku cinta padamu... engkau tetap suci dan
mulia bagiku... cinta ku tak berubah sejak perta ma kita
bertemu..." Tan Siong melangkah maju mengha mpiri, hendak
me megang kedua tangan Cui Hong. Gadis itu menge lak dan
mundur menjauh. "Tida k! Tidak...! Jangan bohong aku tidak percaya! Aku...
aku bukan perawan lagi, aku.... telah ternoda.... kehormatan-
ku diinjak-injak e mpat orang laki-laki iblis itu...! Seorang dari
mereka adalah pa man mu send iri! Aku tidak percaya!" Cui
Hong me lompat jauh dan melarikan diri.
"Aku tida k percaya...!" suaranya masih terdengar dari jauh.
"Hong-moi...!" Tan Siong mengejar, akan tetapi gadis itu sudah jauh dan
terdengar suara bergema. "Jangan kejar.....! Aku tidak sudi
mendengar rayuanmu...!"
Tan Siong menahan kakinya. Dia menghela napas panjang
berulang kali, berdiri dengan muka pucat. Hatinya terasa
pedih dan kosong. Dia harus menga ku dengan jujur kepada
dirinya sendiri bahwa me mang ada perasaan hampa dan
kecewa kalau dia men gingat betapa gadis yang dicintanya itu
telah dirusak kehormatannya oleh e mpat orang laki-laki jahat,
termasuk pa mannya sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa Cui
Hong telah berubah menjadi seorang gadis kejam yang
dihantui denda m, bertindak kejam kepada orang-orang yang
dulu me mperkosanya. Memang gadis itu t idak me mbunuh
mereka, akan tetapi penyiksaan yang ia la kukan bahkan lebih
menger ikan daripada kalau ia me mbunuh mereka sebagai
balas dendam. Empat orang yang dulu me mper kosanya itu
dihukumnya dengan amat mengerikan. Pui Ki Cong menjadi
seorang laki-laki cacat dan buruk seperti setan, tidak akan
berguna selama hidup-nya. Demikian pula Koo Cai Sun,
menjad i cacat, tapadaksa yang sudah bukan seperti manusia
norma l lag i. Lauw Ti menjad i cacat dan gila. Keadaan mereka
bertiga lebih menyedihkan dan mengerikan daripada kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka mati. Dan pa mannya sendiri, orang ke empat yang
dulu me mperkosa Cui Hong, terpaksa me mbunuh diri dengan
perasaan penuh penyesalan. Sungguh pembalasan dendam
Cui Hong itu terlalu keja m.
Kembali Tan Siong menghela napas panjang ketika
terbayang olehnya semua kekeja man yang dilakukan Cui Hong
terhadap orang-orang yang dibencinya, termasuk pa mannya.
Akibat kekeja mannya itu, bukan hanya empat orang yang
pernah me mper kosanya itu yang mender ita, terutama yang
tiga orang kecuali pamannya yang sudah tewas. Mereka itu
mati tidak, hidup pun bukan. Apa artinya hidup dalam keadaan
tapadaksa separah itu" Lengan dan kaki patah bahkan ada
yang buntung sehingga tubuh amat sukar bergerak, muka
cacat, ada yang matanya buta, ada yang hidungnya hancur,
pendeknya badan lumpuh sukar bergerak, muka cacat
menjijikkan, batin terguncang sehingga menjadi seperti gila!
Bukan mere ka saja yang menderita hebat bukan kepalang,
me lainkan juga keluarga mere ka, anakisteri mereka!
"Aahh, Hong-moi.... betapa kejamnya engkau... dendam
kebencian telah me mbuat engkau seperti iblis! Akan tetapi, ya
Tuhan, aku cinta pada mu, Hong-moi, aku tetap cinta
padamu!" Tan Siong menge luh la lu pergi dari situ dengan
perasaan hampa. Semangatnya seolah ikut terbang bersama
Cui Hong. 0odwo0 Sudah banyak tercatat dalam sejarah betapa perkara-
perkara besar yang menyangkut bangsa dan negara,
dipengaruhi oleh a mbis i pribadi para pe mimpinya. Perasaan
dendam, iri, murka, dan keinginan pribadi untuk mereguk
kesenangan me lalui kekuasaan dari seorang pe mimpin negara
dan para pembantunya, terkadang menyeret bangsa ke dalam
kehancuran. Seperti tercatat dalam sejarah Negeri Cina, bangsa Cina
tadinya hidup dalam keadaan yang leb ih ba ik di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemerintahan Kerajaan Beng (Terang) dibandingkan dengan
keadaan rakyat di ja man penjajahan Mongol yang mendirikan
Dinasti Goan yang bertahan selama hampir satu abad (1280-
1368). Setelah rakyat Han dapat menggulingkan penjajah
Mongol dan yang berkuasa adalah bangsa sendiri dengan
berdirinya Kerajaan Beng, kehidupan rakyat mula i menjadi
makmur. Akan tetapi, setelah berjaya selama hampir tiga abad
(1368-1644), mulailah pe merintah Beng menjad i le mah sekali
sehingga mengakibatkan rakyat kemba li hidup menderita,
bahkan keadaan kehidupan rakyat jelata lebih parah
dibandingkan keadaan ketika dijajah orang Mongol! Hal ini
disebabkan karena Kaisar terakhir Kerajaan Beng yang
bernama Kaisar Cung Ceng (1620-1644) merupakan seorang
kaisar yang le mah dan yang hanya mengejar kesenangan diri
sendiri. Kele mahan ini tentu saja memunculkan banyak
pejabat penjilat, terutama para Thai-ka m (orang kebiri, sida-
sida) yang berkuasa di dalam istana yang sedianya menjadi
pelayan-pelayan kaisar dan keluarganya. Pada mulanya, Kaisar
me mpergunakan tenaga para pria yang dikebiri ini sebagai
pelayan-pelayan dalam istana untuk mencegah terjadinya
perjinaan antara banyak selir dan gadis-gadis dayang istana
dengan para pelayan pria. Karena itu, semua pelayan pria
dikebiri seh ingga tidak me mungkinkan terjadinya penyelewengan. Karena para Thaika m ini tidak dapat lagi
berhubungan dengan wanita, maka mereka me la mpiaskan
semua nafsunya kepada kedudukan dan harta. Mulailah
mereka menggunakan segala daya upaya untuk me mperoleh
kekuasaan dan satu-satunya cara untuk mendapatkan
kekuasaan itu adalah mendekati Kaisar dan menga mbil hati
Kaisar. Mungkin karena merasa senasib sependeritaan, para Thai-
kam ini kompak sekali dan dapat bekerja sama dengan baik.
Juga mereka biasanya merupakan orang-orang p ilihan. Kaisar
tentu saja ingin me miliki pelayan-pelayan dalam istana yang
berwajah tampan, bersih, pandai me mbawa diri, cerdas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cekatan. Bahkan banyak di antara mereka yang pandai . ilmu
silat untuk dijadikan pengawal pribadi, menjaga keselamatan
Kaisar sekeluarga. Akan tetapi sebagian besar dari mereka
adalah orang-orang yang terpelajar, ahli sastra. Maka, tidak
mengheran kan kalau sekumpulan orang pandai ini mudah
menggunakan kecerdikan mere ka, menguasai politik pemerintahan dan me mpengaruhi Kaisar.
Kaisar Cung Ceng yang me mang pada dasarnya lemah itu
seolah men jadi boneka dan menurut saja kepada para Thai-
kam pimpinan yang dia anggap sebagai ha mba-ha mba yang
baik dan setia! Maka, biarpun kekuasaan masih berada di
tangan Kaisar, namun sesungguhnya segala keputusan yang
disahkan dan ditanda tangani Kaisar itu keluar dari pikiran
para Thaika m. Memang tepatlah pendapat dan ajaran para bijaksana
jaman dahulu bahwa yang terpenting bagi manusia adalah
hidup dalam kebenaran dan kebaikan. Benar dan baik
merupakan syarat bagi manusia untuk dapat hidup
berbahagia. Para bijaksana selalu menasihati keturunan dan
muridnya begini "Aku tidak ingin me lihat kamu menjad i orang kaya raya,
atau menjadi orang pintar, atau menjadi orang ber kuasa! Aku
hanya ingin ka mu menjadi orang yang baik dan benar! Hanya
orang yang baik dan benar lah menjadi kekas ih Thian (Tuhan)
dan menerima kasih karunia dan kebahagiaan dunia dan
akhirat!" Baik dan benar merupakan dasar bagi ketenteraman dan
kebahagiaan. Orang kaya belum tentu benar, orang pintar
belum tentu benar, orang berkuasa belum tentu benar. Orang
yang baik dan benar tentu merupakan penyalur berkat Tuhan
bagi manusia lain, bagi dunia. Akan tetapi sesungguhnya,
orang kaya, orang pintar, orang berkuasa tanpa didasari sifat
baik dan benar, sering malah mendatangkan malapetaka bagi
manusia dan dunia karena keadaannya itu terkadang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbuat dia sewenang-wenang, memikirkan kesenangan diri
pribadi saja, bahkan menggunakan kekayaan, kepintaran atau
kekuasaannya untuk men indas orang lain yang dianggap
menjad i pengha lang kesenangannya.
Demikianlah keadaan para Thaika m di dalam istana Kaisar
Cung Ceng, pada masa terakhir pemerintah Kerajaan atau
Dinasti Beng. Mereka berdiri dari orang-orang pintar, kaya
raya, dan berkuasa, namun tidak me miliki watak dasar baik
dan benar tadi. Maka sepak terjang dewikz mereka hanya
men imbulkan kesengsaraan bagi negara dan bangsa.
Pemerintahan Kaisar Ceng Cung menjad i le mah, banyak
peraturan yang sewenang-wenang menindas rakyat. Para
pejabat pemerintah yang baik, yang setia, yang ingin
me mbawa roda pemer intahan me lalui jalan yang benar dan
yang menyejahterakan rakyat, menjadi penghalang bagi para
Thaika m dan mereka itu, satu de mi satu, disingkirkan dari
jabatannya. Bahkan, yang dianggap berbahaya karena
sikapnya menentang para Thaika m, banyak di antara mereka
bukan hanya dipecat oleh Kaisar atas bujukan para Thaikam,


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me lainkan dihukum berat dengan tuduhan fitnah me mberontak. Kalau pe merintah gagal menyejahterakan rakyat, bahkan
menyengsarakan rakyat, maka akibatnya mudah diduga. Di
mana- mana terjadilah pe mberontakan.
Muncul orang-orang gagah yang t idak suka dengan
keadaan itu dan mereka ini me miliki banyak pengikut,
me mbentu k laskar-laskar rakyat dan mulai mengadakan aksi
menentang kerajaan! Di antara para pemberontak itu, yang paling kuat memiliki
banyak sekali pengikut sehingga na manya terkenal dan
menjad i bagian sejarah, adalah Li Cu Seng. Sebetulnya, Li Cu
Seng tadinya adalah seorang pendekar ahli silat dari dusun,
bukan orang penting dan bukan orang ternama. Namun,
sikapnya yang gagah dan wibawanya yang kuat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan ratusan ribu orang yang dengan s uka rela
menjad i pengikutnya. Terbentuklah bar isan yang kokoh kuat
dan mulailah pasukan Li Cu Seng bergerak. Pendekar yang
berasal dari Propinsi Shensi ini, me mimpin laskarnya dan mulai
penyerangannya dari utara dan barat. Pada waktu itu orang-
orang Mancu sudah menge mbangkan kekuasaannya ke
selatan, namun gerakan mereka itu terbentur dan terhenti
oleh pertahanan pasukan pe mer intah Kerajaan Beng yang
berjaga di Te mbok Besar yang kokoh itu.
Dala m tahun 1640 Honan terjatuh ke tangan Li Cu Seng,
dan dengan cepat pasukannya bergerak dan menduduki
Propinsi Shensi dan Shansi. Di beberapa daerah ini, jumlah
pengikutnya bertambah dan dia berhasil menghimpun
pasukan yang besar dan kuat. Pemerintahan Kaisar Cung Ceng
yang dipenuhi para Thai-ka m dan pejabat tinggi yang korup,
tidak mendapat dukungan rakyat. Bahkan banyak pula
panglima perang yang besar kekuasaannya seolah kurang
mengacuhkan adanya pemberontakan Li Cu Seng yang
semakin mendekati kota raja Peking. Banyak panglima perang
juga sudah muak dengan pe merintahan Kaisar Cung Ceng
yang korup dan dikuasai Thaika m itu. Dia m-dia m mereka
mengharapkan pergantian pimpinan pada pe merintah Dinasti
Beng. Di antara para panglima besar ini, yang terkenal adalah
Panglima Bu Sa m Kwi. Panglima Bu Sa m Kwi me miliki pasukan
yang besar dan kuat dan berkat pertahanannya di Tembok
Besar Sa-hai-koan di ma na Tembok Besar sampa i di tepi
lautan, maka pasukan Mancu tidak ma mpu me ne mbus ke
selatan. Panglima Bu Sa m Kwi terkenal sebagai seorang
panglima yang pandai me mimpin pasukan, dan dia m-dia m dia
menaruh s impati kepada gerakan Li Cu Seng yang merupakan
seorang Beng-cu (Pe mimpin Rakyat) yang berjuang
me mbebaskan pe mer intah dari cengkera man para pejabat
korup. Maka, Panglima Bu Sa m dewi Kzwi seolah-olah
menutup sebelah mata dan pura-pura t idak tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan pemberontakan Li Cu Seng sudah menguasai
beberapa propinsi, bahkan mula i mende kati kota raja Peking!
Pada suatu pagi bulan kedua tahun 1644, tiga orang
penunggang kuda menjalankan kudanya dengan santai di
jalan umum di luar kota raja Peking sebelah barat. Yang
berada di tengah adalah seorang laki-laki berusia sekitar
empat puluh tahun, bertubuh sedang namun tegap dan
gagah, duduk di atas punggung kuda dengan tegak lurus
menunjukkan seorang ahli, wajahnya membayangkan kegagahan dan kekerasan, sepasang matanya tajam bagaikan
mata burung rajawali, pakaiannya seperti seorang petani
sederhana dan di punggungnya tergantung sebatang pedang.
Dua orang yang menunggang kuda di kanan kirinya adalah
pria-pria berusia se kitar lima puluh tahun, yang seorang
bertubuh tinggi kurus wajahnya seperti tengkorak dan yang ke
dua bertubuh tinggi besar seperti raksasa, wajahnya penuh
brewok menyeramkan. Juga dua orang ini me mpunyai senjata
golok yang terselip di punggung mere ka.
Pria yang berada di tengah dan dari sikap kedua orang
pendampingnya mudah diduga bahwa dialah yang menjadi
pemimpin, bukanlah orang biasa. Dialah pende kar Li Cu Seng
yang amat terkenal dan dipuja ratusan ribu orang sebagai
pejuang yang hendak menumbangkan kekuasaan yang
dianggap lalim di Kerajaan Beng. Adapun dua orang
pendampingnya itu adalah dua orang pe mbantunya yang
setia. Yang seperti raksasa brewok bernama Gu Kam,
sedangkan yang bertubuh tinggi kurus ber muka tengkorak
adalah Giam Tit, sute (adik seperguruan) dari Gu Kam. Kedua
orang ini adalah tokoh-tokoh Bu-tong-pai yang terkenal lihai
ilmu goloknya. Li Cu Seng adalah seorang pe mimpin rakyat yang a mat
terkenal dan dia me mpunyai pasu kan yang amat besar
jumlahnya. Sebagai seorang panglima besar, mengapa dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang berkeliaran di luar kota raja, diteman i dua orang
pembantunya, berpakaian seperti tiga orang desa biasa"
Li Cu Seng, selain lihai ilmu silatnya, juga merupakan
seorang pemimpin barisan yang pandai. Setelah menguasai
beberapa propinsi di barat dan daerah utara, dia me mimpin
barisannya menuju kota raja Peking. Dan sebagai seorang ahli
perang vang ulung, kini dia turun tangan sendiri melakukan
penyelidikan d i luar benteng kota raja sebelah barat, ditemani
dua orang pembantunya. Dia me mang sudah menyebar para
mata- mata dan penyelidik untuk me mpe lajari kekuatan musuh
di kota raja, akan tetapi dia tidak merasa puas kalau tidak
terjun sendiri melakukan penyelidikan. Di sinilah letak
kekuatan dari Li Cu Seng. Dia teliti dan penuh perhitungan,
me lengkapi kekuatan pasukannya dengan kecerdikannya. Dua
kelebihan ini digabung dan mendatangkan keberhasilan
kepadanya. Karena kini pasukannya sudah s iap untuk melakukan
penyerbuan ke kota raja Peking, maka Li Cu Seng, dite mani
dua orang pe mbantunya yang setia, melakukan penga matan
sendiri untuk me lihat bagaimana kekuatan pasukan kerajaan
yang melakukan penjagaan di kota raja.
Sementara itu, di kota raja send iri, para panglima yang
masih setia kepada Kaisar Cung Ceng, sibuk melakukan
persiapan untuk me mpertahankan kota raja dari anca man
laskar rakyat pimpinan Li Cu Seng yang sudah menguasai
sebagian besar daerah barat dan utara. Akan tetapi mereka ini
sebagian besar adalah para panglima yang berpihak pada para
Thaika m, para panglima yang me mpero leh kedudukan tinggi
karena jasa para Thaika m dan yang mendapatkan pe mbagian
harta benda yang mereka korup. Karena mereka hanya setia
kepada harta, kedudukan, dan kesenangan, maka tentu saja
mereka juga tidak sepenuh hati membela Kerajaan Beng,
walaupun jumlah pasukan mereka masih cukup banyak dan
kuat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar Cung Ceng sendiri tidak menyadari bahwa kota raja
sudah terancam oleh laskar ra kyat pimpinan Li Cu Seng. Para
Thaika m sengaja men imbuni Kaisar dengan segala maca m
pesta dan kesenangan. Akan tetapi mereka juga berusaha
untuk menyelamatkan diri. Mereka menghubungi dan
mengirim sogokan kepada para panglima besar yang bertugas
di perbatasan. Juga Panglima Bu Sa m Kwi mener ima sogokan
dan hadiah dengan per mintaan agar Panglima Bu Sa m Kwi
mengirim bala-tentaranya untuk melindungi kota raja dari
ancaman musuh. Akan tetapi, Panglima Bu Sam Kwi yang
me mang sudah t idak suka kepada Cung Ceng, tidak
mengacuhkan per mintaan itu. Bahkan dia m-dia m Panglima Bu
Sam Kwi condong me ndukung gerakan Li Cu Seng untuk
menumbangkan Kaisar Cung Ceng yang menjadi kaisar
boneka di bawah pengaruh para Thaikam.
Li Cu Seng dan dua orang pembantunya, Cu Kam dan Gia m
Tit, terlalu me man dang rendah kepada para pimpinan pasukan
pertahanan kota raja. Karena memandang rendah, mereka
menjad i lengah, tidak tahu bahwa rahasia kedatangan mereka
mende kati kota raja telah diketahui mata- mata pasukan
kerajaan! Bagaimanapun juga, di kota raja masih terdapat
panglima tua yang a mat setia kepada Kerajaan Beng. Biarpun
mereka juga t idak suka me lihat Kaisar dikuasai para Thaikam,
namun mereka tetap setia kepada Dinasti Beng dan siap untuk
me mbe la kerajaan itu mati-matian dengan taruhan nyawa.
Dala m keadaan kota raja terancam bahaya, maka para
panglima yang setia inilah yang mengundang para pendekar
untuk me mbantu pasukan kerajaan me mpertahankan Peking
dari serangan musuh. Di antara panglima ini terdapat seorang panglima tua, yaitu
Panglima Ciok Kak yang biasa disebut Ciong-goanswe
(Jenderal Ciong). Usianya sudah enam puluh lima tahun,
namun dia mas ih gagah perkasa, terkenal sebagai seorang
ahli silat dan ahli perang yang berpengalaman. Bahkan dia
mengenal baik para pendekar di dunia kang-ouw karena dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri adalah seorang murid Siauw-lim-pai yang pandai.
Dialah yang mengepalai bagian para penyelidik yang
merupakan bagian penting dari pasukan pertahanan kota raja.
Dia mengundang para pendekar gagah untuk menjadi
penyelidik. Ciong Goanswe ini yang mengutus tujuh orang pendekar,
dijadikan mata-mata yang melakukan penyelidikan dan
pengawasan di luar kota raja, bersama belasan orang
pendekar lain. Tujuh orang ini melakukan penga matan di
sebelah barat, luar benteng kota raja. Mereka adalah Su Lok
Bu, seorang murid Siauw-lim-pa i yang pandai, juga seorang
pen-siunan perwira kerajaan. Orangnya berusia sekitar lima
puluh dua tahun, bertubuh tinggi besar berkulit hita m,
mukanya penuh brewok dan matanya lebar seperti Panglima
Thio Hwi da la m cerita Sa m Kok, dan dia seorang ahli bermain
siang-kia m (sepasang pedang) yang kosen.
Orang ke dua adalah seorang pensiunan perwira pula,
sahabat dari Su Lok Bu sejak muda, berna ma Cia Kok Han,
berusia sekitar lima puluh dua tahun pula. Cia Kok Han ini
seorang murid Bu-tong-pai yang terkenal dengan senjata twa-
to (golok besar). Tubuhnya pendek dengan perut gendut,
kulitnya putih, matanya sipit sekali dan seluruh ra mbut dan
jenggotnya sudah putih semua.
Kita mengenal Su Lok Bu dan Cia Kok Han ini karena
mereka ini, kurang lebih dua tahun yang lalu, bekerja sebagai
pengawal pribadi Pui Ki Cong atau yang dikenal sebagai Pui
Kongcu (Tuan Muda Pui), yaitu orang pertama yang menjadi
musuh besar Kim Cui Hong dan yang kemudian disiksa sampai
menjad i seorang tapadaksa berat oleh gadis itu yang
me mba las dendamnya. Setelah terjadi peristiwa pembalasan
dendam dari Kim Cui Hong terhadap empat orang yang
pernah me mperkosa dan menghinanya, yang telah disiksa tiga
orang dan yang seorang me mbunuh diri, dua orang jagoan ini
segera mengundurkan diri. Mereka berdua adalah pendekar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tokoh Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pa i. Setelah mereka
mengetahui duduknya perkara, mereka segera meninggalkan
keluarga bangsawan Pui. Keduanya menyadari bahwa mereka
telah bekerja sebagai pengawal seorang pemuda bangsawan
yang pernah melakukan perbuatan keji terhadap Kim Cui
Hong. Mereka merasa ma lu dan pergi tanpa pa mit.
Kemudian, dua orang sahabat ini me me menuhi panggilan
Jenderal Ciong Kok yang mereka kenal baik, dan mendapat
tugas menga mati keadaan di luar benteng kota raja bagian
barat. Dua orang jagoan ini diteman i oleh lima orang jagoan
lain yang terkenal dengan sebutan Liong-san Ngo-eng (Lima
Pendekar Bukit Naga). Mereka adalah kakak beradik
seperguruan, tokoh-tokoh perguruan silat Liong-san-pa i yang
merupakan ahli-ahli s ilat pedang yang cukup tangguh.
Tujuh orang mata-mata pe merintah ini telah me ndapat
berita dari para penyelidik yang me mbuat pengamatan lebih
jauh dari benteng kota raja bahwa ada tiga orang penunggang
kuda yang pakaiannya seperti penduduk dusun, akan tetapi
cara mereka men unggang kuda dan di punggung mereka
terdapat senjata, menimbulkan dugaan bahwa mereka itu
bukanlah penduduk dusun biasa dan patut dicurigai dan
diselidiki leb ih lanjut karena tiga orang penunggang kuda itu
menuju ke arah kota raja.
Demikianlah, karena me mandang rendah pertahanan kota
raja Peking, ma ka pemimpin las kar rakyat Li Cu Seng menjadi
lengah. Ketia dia dan dua orang pe mbantunya tiba di luar
tembok benteng, di tepi sebuah hutan, mereka men ghentikan
kuda mereka. Li Cu Seng me mber i isyarat dan dua orang
pembantunya, Cu Kam dan Gia m Tit, ikut pula turun dari atas
punggung kuda mereka. Mereka mena mbatkan kuda di pohon
tepi hutan itu. "Dari sini kita harus berjalan kaki. Bersikaplah biasa dan
kalau ada pertanyaan, kita menga ku akan mengunjungi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarga yang tinggal di kota raja." kata Li Cu Seng dengan
sikap tenang. Dua orang pembantunya mengerutkan ali dan ta mpak ragu
dan khawatir. "Me masuki kota raja?" tanya Gu Kam. "Akan tetapi itu
berbahaya sekali, Li-bengcu (Pe mimpin Li)!"
"He mm, Gu-twako, apakah engkau takut?" Li Cu Seng
bertanya sambil menatap wajah raksasa brewok itu dengan
sinar mata tajam.

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Li-bengcu, engkau tahu bahwa aku tidak pernah takut!"
kata Gu Kam.. "Suheng (Ka kak Seperguruan) Gu Kam tentu saja tidak
takut, Li-bengcu. Akan tetapi yang kami khawatirkan adalah
bengcu sendiri. Kalau sa mpai ketahuan musuh bahwa bengcu
sendiri yang me masu ki kota raja, bagaimana mungkin kami
berdua dapat melindungi bengcu dari ser-gapan balatentara
kerajaan yang berkumpul di kota raja?" kata Gia m Tit.
Li Cu Seng tersenyum, mengangguk-angguk. Tentu saja dia
tidak pernah meragukan kesetiaan dan kegagahan dua orang
pembantunya ini. "Gu-twako dan Gia m-twako, aku tahu benar bahwa kalian
berdua tidak takut menghadapi apapun juga. Sejak se mula
kita semua sudah menyadari bahwa perjuangan ini berarti
me mpertaruhkan nyawa kita. Hanya ada dua pilihan, berhasil
atau mati! Karena itu, mengapa kita ragu kalau ada bahaya
menanti dalam kota raja" Kiranya tidak ada yang tahu akan
penyamaran kita bertiga. Kalau ada yang bertanya, jangan
lupa mengatakan bahwa kita datang dari dusun dan hendak
mengunjungi keluarga Panglima Bu Sa m Kwi yang tinggal di
kota raja." "Akan tetapi, apakah bengcu benar-benar mengenal
Jenderal Bu Sa m Kwi?" tanya Gia m Tit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Cu Seng tersenyum. "Tentu saja aku mengenalnya,
bahkan kami dulu menjad i sahabat baik. Aku akan me ma kai
nama marga Cu, dan kalian berdua ada lah kakak beradik she
(bermarga) Kam. Nah, mari kita me masuki kota raja. Kita
tinggalkan kuda di sini." Mereka bertiga mena mbatkan kuda
pada batang pohon, akan tetapi melepaskan kendali dari
hidung dan mulut kuda-kuda itu sehingga tiga ekor binatang
itu dapat makan ru mput yang tumbuh subur di bawah pohon-
pohon itu. Su Lok Bu dan Cia Kok Han me mber i isarat kepada lima
orang Liong-san Ngo-heng untuk mende kat. Mereka bertujuh
lalu berunding. "Kita be lum yakin s iapa mereka dan apa niat mereka.
Belum tahu benar apakah mereka itu lawan atau kawan. Maka
kita bayangi saja ke mana mereka pergi. Lihat, mereka bertiga
men inggalkan kuda dan kini berjalan menuju ke pintu gerbang
kota raja. Kita bayangi dari jauh!" bisik Cia Kok Han.
Tujuh orang itu me mbayangi tiga orang yang berjalan
dengan santai menuju ke pintu gerbang. Setelah tiba di pintu
gerbang, para penjaga pintu gerbang menghadang dan
menghentikan t iga orang itu.
"Berhenti! Kami men dapat tugas untuk me mer iksa se mua
pendatang yang tidak kami kenal. Hayo katakan, siapa kalian,
datang dari mana dan hendak kemana?" tanya komandan jaga
dengan sikap tegas. Li Cu Seng me langkah maju dan me mber i hormat. "Sobat,
dalam keadaan seperti sekarang ini, me mang kalian sebagai
penjaga-penjaga harus teliti dan tegas. Sikapmu ini
mengagumkan dan pasti a kan mendapat pujian dari Pang lima
Besar Bu Sam Kwi. Kami akan me laporkan ketegasanmu ini
kepada beliau!" "Panglima Besar Bu Sa m Kwi?" Koman dan jaga bertanya,
matanya terbelalak. Tentu saja dia tahu siapa Panglima Besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Sa m Kwi. Se mua orang mengena l panglima besar yang
amat terkenal itu, apalagi perajur lt seperti dia dan kawan-
kawannya. "Engkau menyebut na ma Panglima Besar Bu Sa m Kwi"
Apakah kalian bertiga ini perajur it-perajurit anak buah Bu
Thai-ciangkun (Panglima Besar Bu)?"
Li Cu Seng tersenyum, sengaja menga mbil sikap angkuh
dan dua orang pembantunya juga mengimbangi sikap ini,
mereka membusungkan dada.
"Perajurlt" Kami adalah perwira-perwira pe mbantu be liau
yang amat dipercaya sehingga beliau kini mengutus kami
untuk mengunjungi ke luarga beliau di kota raja."
Sikap komandan jaga dan anak buahnya yang berjumlah
selosin orang itu berubah. Komandan jaga memandang
hormat. "Ah, maafkan karena kami tidak mengenal sa m-wi
(tuan bertiga). Akan tetapi, kalau sam-wi para pembantu
Panglima Besar Bu Sa m Kwi, mengapa sa m-wi tidak
mengenakan pakaian dinas?"
0ooodwkzooo0 Jilid 11 "IH, kawan. Di luar sana terdapat tt banyak pasukan
pemberontak. Kalau kami me ma kai pa kaian perwira, tentu
kami tidak akan dapat sampai d i sini! Kami sengaja menyamar
sebagai petani agar dapat mudah masuk ke kota raja dan
menya mpaikan pesan Panglima Besar Bu kepada keluarganya
di kota raja." "Baiklah, kami percaya. Akan tetapi demi ketertiban, harap
sam-wi me mper kenalkan na ma sa m-wi agar kami catat."
"Aku ber marga Cu, dan dua orang temanku ini adalah
kakak beradik bermarga Kam. Sekarang maafkan kami karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami harus segera menghadap keluarga Panglima Besar Bu
Sam Kwi." kata Li Cu Seng. Para penjaga itu tidak berani lagi
mengha langi dan mereka me mpersilakan tiga orang yang
mengaku sebagai perwira-perwira utusan Jenderal Bu
me masu ki pintu gerbang kota raja.
Akan tetapi pada saat itu, tujuh orang penunggang kuda
yang berpakaian sebagai perwira datang dari luar. Su Lok Bu
dan Cia Kok Han berlompatan turun dari atas punggung kuda
mereka, diikuti o leh lima orang Liong-san Ngo-eng. Su Lok Bu
dan Cia Kok Han sudah menghadang tiga orang yang baru
hendak me masu ki pintu gerbang dan Su Lok Bu, murid Siauw-
lim-pa i yang bertubuh tinggi besar hitam brewokan itu berkata
dengan suara yang nyaring.
"Harap kalian bertiga berhenti dulu!" seru Su Lok Bu sa mbil
berdiri tegak di depan tiga orang itu dan menga mati wajah
mereka dengan tajam menyelidik. "Siapakah kalian, datang
dari mana dan hendak ke mana" "
Dengan penuh kewaspadaan namun dengan sikap yang
tenang, Li Cu Seng tersenyum lalu menjawab. "Baru saja para
penjaga pintu gerbang sudah menanyakan hal yang sama
kepada kami sudah kami jawab dengan sejelasnya. Akan
tetapi kalau cu-wi (ka lian se mua). ingin tahu, boleh kami
ulang jawaban kami. Aku she (bermarga) Cu dan dua orang
temanku ini kakak beradik bermarga Kam. Kami bertiga
datang dari barisan penjaga garis depan di San hai-koan, kami
tiga orang perwira kepercayaan Panglima Besar Bu Sairi Kwi
dan kami diutus oleh Bu Thai-ciangkun untuk mengunjungi
keluarganya di kota raja."
Cia Kok Han yang bertubuh pendek gendut bertanya.
"Maafkan kami, sobat-sobat, kalau kami bersikap teliti. Kalau
kalian bertiga benar perwira pembantu Panglima Besar Bu
Sam Kwi, tolong perlihatkan surat kuasa untuk tanda kalian
agar ka mi merasa yakin. Juga agar kalian me mberi keterangan
mengapa kalian berpakaian seperti petani dusun dan mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula kalian meninggalkan tiga ekor kuda tunggangan kalian di
hutan itu." Dia m-dia m tiga orang pimpinan laskar pe mberontak itu
terkejut. Kiranya tujuh orang itu telah mengetahui bahwa
mereka datang berkuda! Ini berarti bahwa s udah sejak jauh
dari situ mereka telah diawasi! Akan tetapi Li Cu Seng yang
cerdik tetap tenang ketika dia menjawab sambil tersenyum.
"Ka mi kira sebagai perwira-perwira yang berpengalaman,
tentu cu-wi mengerti keadaan kami. Di luar sana terdapat
banyak sekali pasukan pe mberontak. Kalau kami mengenakan
pakaian perwira, sudah pasti kami tidak mungkin dapat
sampai d i sini dan sudah terbunuh di tengah perjalanan. Kami
sengaja meninggalkan kuda kami di hutan karena kami ingin
agar tidak menarik perhatian karena kami menyamar sebagai
orang desa. Dan tentang surat-surat yang menunjukkan
bahwa kami utusan Panglima Besar Bu Sa m Kwi, ah, tentu cu-
wi sudah mengetahui. Kami adalah perajurit-perajurit yang
setia sampai mati. Andaikata kami yang melaksanakan tugas
ini harus mati dalam perjalanan, jangan sampai ada yang
mengetahui siapa kami untuk menjaga rahasia pimpinan
kami." Jawaban yang lancar ini me mbuat hati Su Lok Bu, Cia Kok
Han dan kelima Liong-san Ngo-heng merasa puas.
"Maafkan kalau kami me mer iksa dengan teliti karena kami
tidak ingin kecolongan. Nah, kalau begitu silakan sa m-wi
(kalian bertiga) me lanjutkan perjalanan ke rumah keluarga
Panglima Besar Bu. Perkenalkan, kami bertujuh adalah para
pembantu Ciong Goan-swe yang juga merupakan rekan dan
sahabat Panglima Besar Bu Sa m Kwi. Kami akan melaporkan
kedatangan kalian di kota raja kepada beliau." kata Su Lok Bu.
Dia m-dia m hati Li Cu Seng terkejut juga. Kalau Jenderal
Cong sendiri yang bertemu dengannya, tentu jenderal itu akan
mengenalnya. Maka dia cepat mengucapkan terima kasih dan
me lanjutkan perjalanannya ke dalam kota raja, diikuti oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang pe mbantunya. Karena Li Cu Seng menduga bahwa
para perwira tadi cerdik dan tentu tidak akan melepaskannya
dari pengawasan begitu saja, maka dia terpaksa mengajak
dua orang temannya menuju ke rumah keluarga Panglima
Besar Bu Sam Kwi, tidak jadi langsung menyelidiki keadaan
dan kekuatan benteng pasukan kerajaan.
Dua orang temannya berbisik, menyatakan kekhawatirannya kalau mereka mengunjungi keluarga Bu Sa m
Kwi. Bagaimana kalau keluarga itu mengenal Li Cu Seng" Pasti
akan gempar dan pasukan datang menangkap mereka. Di
dalam kota raja, mereka bagaikan tiga ekor harimau yang
sudah terjebak dalam ruangan tertutup dan tidak mungkin
dapat lolos! "Jangan khawatir, tidak ada seorang pun anggauta
keluarga Bu Sa m Kwi yang pernah mengena! aku. Bahkan Bu
Sam Kwi sendiri kalau bertemu dengan aku belum tentu dapat
mengenalku. Kami bersahabat ketika kami masih muda,
belasan tahun yang lalu. Jangan khawatir, kita ke sana dan
biarkan aku yang bicara dengan mereka. Setelah ada
kesempatan, baru kita akan berkeliling dalam kota untuk
me lakukan penyelidikan."
Tiga orang itu lalu menuju ke rumah besar yang menjadi
Delapan Sukma Merah 1 Dewa Arak 76 Penjara Langit Kelana Buana 28
^