Pencarian

Sakit Hati Seorang Wanita 7

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


tempat tinggal keluarga Panglima Besar Bu Sam Kwi. Tentu
saja mereka sudah tahu di mana rumah itu karena
sebelumnya mereka telah me mpelajari keadaan kota raja dari
para penyelidik yang lebih dulu sudah d isebar dalam kota raja
Peking. Ketika mere ka sedang berjalan dan tiba di depan
sebuah pasar, seorang pengemis berusia sekitar lima puluh
tahun, berpakaian compang-ca mping penuh ta mbalan,
terbungkuk-bungkuk mengha mpiri mereka dan menyodorkan
sebuah mangkok retak dengan tangan kanannya minta
sedekah (sumbangan). Tangan kirinya me megang sebatang
tongkat hita m. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kasihanilah, Tuan, berilah sedikit sumbangan!" kata
pengemis itu dengan suara cukup lantang sehingga terdengar
orang-orang di sekitar tempat itu. Li Cu Seng dan dua orang
pembantunya segera mengena l penge mis ini. Ada belasan
orang anggauta Hek-tung Kai-pang (Perkumpulan Penge mis
Tongkat Hita m), sebuah perkumpulan penge mis yang
mendukung gerakan Li Cu Seng, me mang telah menyusup ke
dalam kota raja dan menjadi mata-mata yang melaporkan
keadaan kota raja kepada para pimpinan pe mberontak. Maka
Li Cu Seng dan dua orang te mannya segera mengeluarkan
uang receh dan me masukkan nya ke dalam mangkok retak itu.
Ketika tidak ada orang lain me mperhatikan peristiwa biasa dan
wajar ini, si Penge mis berbis ik.
"Beng-cu (Pemimpin Rakyat), hati-hati, ada beberapa ekor
serigala me mbayangi." setelah berbisik demikian, pengemis itu
pergi. Tiba-tiba Li Cu Seng menjatuhkan dua buah uang receh
dan segera membungkuk untuk me mungutnya. Kesempatan
ini dia pergunakan untuk melihat ke arah belakangnya dan dia
dapat melihat lima orang menyelinap di antara para
pengunjung pasar dan tahulah dia bahwa mereka itu yang
disebut srigala oleh anggauta Hek-tung Kai-pang itu. Sebutan
srigala berarti mata-mata musuh, atau kaki tangan pasukan
kerajaan. Li Cu Seng me mberi isarat kepada dua orang te mannya
untuk berjalan tenang seperti biasa dan dia lalu mengajak
mereka pergi ke gedung keluarga Panglima Bu. Gedung itu
besar dan halaman depannya amat luas. Akan tetapi anehnya,
mereka tidak melihat ada perajurit yang berjaga di gardu
dekat pintu gerbang. Padahal Panglima Bu Sa m Kwi adalah
seorang pembesar militer yang me miliki kedudukan tinggi,
bahkan kini pertahanan seluruh balatentara kerajaan untuk
menghadang gerakan orang-orang Mancu berada di tangan
Panglima Bu. Akan tetapi mengapa rumah keluarga panglima
yang berkuasa itu tidak dijaga perajurit" Karena tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menjaga, tiga orang itu langsung saja memasu ki
halaman yang luas me nuju ke pendapa gedung besar itu.
Ketika mereka tiba di pendapa, dua orang laki-la ki setengah
tua yang berpakaian sebagai pelayan keluar menyambut.
Melihat bahwa yang datang hanya tiga orang laki-la ki
berpakaian seperti orang-orang desa, dua orang pelayan itu
mengerutkan alis mereka dan tampa k tidak senang.
"Heh, siapa kalian dan mau apa datang ke sini!" seorang di
antara mereka me mbentak, ta mpaknya marah.
"Kalau mau minta pekerjaan atau minta sumbangan, kami
tidak dapat me mbantu dan hayo pergi dari s ini!" kata orang
kedua, cak kalah gala knya.
Li Cu Seng dan dua orang pe mbantunya segera dapat
mengenal dua orang pelayan ini. Dari sikap mereka, tahulah Li
Cu Seng bahwa mereka berdua adalah orang-orang yang suka
menjilat ke atas dan meludah ke bawah, mencari muka
kepada atasan dan menekan kepada bawahan. Dan dia tahu
bahwa Kerajaan Beng kini penuh dengan orang-orang maca m
ini. Sebagian besar para pejabatnya adalah penjilat-penjilat
kaisar dan me meras rakyat, merendahkan rakyat, dan
menumpuk harta kekayaan dari hasil me meras rakyat. Karena
para pembesar sebagian besai merupakan penjilat dan
koruptor, maka dia tergerak dan mengerahkan laskar rakyat
untuk me mberontak, untuk meruntuhkan kekuasaan para
koruptor itu. Baru dua orang pe layan saja sudah begini
sikapnya. Dia yakin bahwa mereka ini merupakan sebagian
dari anak buah atau pendukung dari para thai-kam yang kini
berkuasa di istana. Gu Kam dan Gia m Tit s udah tidak sabar melihat sikap dua
orang pelayan itu. Gu Kam yang tinggi besar dan brewok itu
me langkah ke depan menghadapi mereka dan berkata dengan
suara keren. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ka mi adalah perwira-perwira utusan Panglima Besar Bu
Sam Kwi! Cepat laporkan kepada keluarga Panglima Bu bahwa
kami diutus untuk bicara dengan keluarga beliau!"
Dua orang pelayan itu sa ling pandang dan cengar-ceng ir.
Jelas bahwa mereka tidak percaya dan menghina. "Huh, siapa
percaya?" kata yang seorang.
"Kalian bohong! Hayo pergil Masa ada perwira-perwira
seperti kalian tiga orang desa kotor?"
Gu Kam dan Gia m Tit tidak dapat menahan kemarahan
mereka. Sekali bergerak, mereka sudah me megang lengan
kanan dua orang pelayan itu dan begitu mereka mengerahkan
tenaga, terdengar suara "krekk!" dan tulang lengan kanan dua
orang pelayan itu patah! Tentu saja mereka menjer it dan
menyeringai kesakitan. Tiba-tiba seorang laki-la ki yang juga berpakaian sebagai
pelayan muncul dari pintu. Usianya lebih tua dari yang dua
orang itu. "Eh, ada apakah ini" Siapa kalian bertiga dan mengapa ada
ribut-ribut di sini?"
Karena pelayan satu ini s ikapnya sopan dan kata-katanya
juga halus, Li Cu Seng berkata kepada dua orang
pembantunya. "Lepaskan mereka!" kemudian setelah dua
orang pelayan itu dilepaskan dan mereka me megang i lengan
yang patah tulangnya sambil mengaduh-aduh, dia berkata
kepada pelayan ke tiga. "Ka mi bertiga adalah perwira-perwira
pembantu Panglima Besar Bu Sa m Kwi yang diutus datang
mene mui keluarga beliau. Kami sengaja menyamar dan dua
orang pelayan ini tidak percaya dan bersikap kurang ajar
kepada ka mi." Pelayan tua itu segera membungkuk dengan hormat. "Ah,
kiranya sam-wi adalah perwira-perw ira utusan Panglima Besar
Bu! Heh, kalian berdua sungguh tidak tahu aturan. Hayo pergi
ke belakang!" Setelah dua orang pe layan yang patah tulang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengan kanannya itu sambil merintih pergi, pelayan tua itu lalu
berkata kepada Li Cu Seng.
"Harap Sa m-wi Ciangkun (Perwira Bertiga) ketahui bahwa
pada saat ini, anggauta Panglima Besar Bu yang berada di
rumah hanya tinggal Kim Hujin (Nyonya Kim) seorang saja.
Sam-wi Ciangkun tentu mengetahui bahwa se mua keluarga
yang lain telah dije mput oleh pasukan utusan Panglima Besar
Bu Sa m Kwi beberapa minggu yang lalu dan yang tinggal di
sini sekarang hanya Kim Hujin."
Tentu saja Li Cu Seng tidak mengetahui akan ha l ini, akan
tetapi setelah mengaku sebagai perwira utusan Panglima Bu,
tidak mungkin kalau dia tidak mengetahui!
"Tentu saja kami tahu akan hal itu. Kami me mang diutus
untuk mene mui Kim Hujin untuk menya mpaikan pesan
Panglima Bu." "Kalau begitu s ilakan duduk menanti sebentar, saya akan
me laporkan kepada Kim Hujin!" kata pelayan itu, lalu dia
masu k ke dala m gedung. Li Cu Seng dan dua orang temannya
duduk menunggu di atas bangku yang terdapat di pendapa
atau ruangan depan itu. "Beng-cu, apa yang akan kita katakan kalau berhadapan
dengan Kim Hujin itu?" Cia m Tit berbis ik, bingung.
Li Cu Seng me mberi isarat dengan pandang matanya agar
dua orang temannya itu me mandang ke luar. Ketika keduanya
me mandang ke luar, mereka me lihat berkelebatnya bayangan
beberapa orang di luar pintu gerbang. Tahulah mereka bahwa
sampai sekarang ada orang-orang yang me mbayangi mereka
seperti dilapor kan anggauta Hek-tung Ka i-pang tadi.
"Jangan khawatir, serahkan saja kepadaku." kata Li Cu
Seng dengan sikap tenang sehingga dua orang pembantunya
merasa agak lega. Mereka percaya sepenuhnya akan
kecerdikan pe mimpin mereka ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan tua tadi muncul kembali. "Sila kan sam-wi masuk
dan menunggu di ruangan tamu. Kim Hujin akan segera
mene mui sam-wi." Dia mengantar tiga orang tamu itu
me masu ki ruangan ta mu yang luas, bersih dan tertutup.
Agaknya ruangan ini selain menjadi ruangan ta mu, juga dapat
dipergunakan untuk ruangan te mpat perte muan penting yang
tak dapat dilihat atau didengar orang luar. Setelah mengajak
tiga orang itu masuk ke da la m ruangan ta mu, pelayan itu
keluar lagi dan menutupkan pintu depan dari luar.
Li Cu Seng me mberi isarat kepada dua orang pembantunya
untuk menga mbil tempat duduk di atas kursi-kursi yang
menghadap kepada sebuah meja di mana terdapat pula
beberapa buah kursi, agaknya biasa menjadi te mpat duduk
mereka yang me mimpin pertemuan.
Terdengar langkah kaki le mbut dar i da la m. Mereka bertiga
cepat menengok dan ketika yang me miliki langkah kaki
muncul dari pintu dalam, berdiri di a mbang pintu dan
menahan langkahnya lalu me mandang kepada mereka bertiga
dengan sinar mata tajam menyelidik, tiga orang itu cepat
bangkit berd iri dan mengangkat kedua tangan depan dada
sebagai penghormatan. Mata tiga orang itu terbelalak heran
dan juga kagum. Sama sekali Li Cu Seng tidak mengira bahwa
yang disebut Nyonya Kim itu adalah seorang wanita yang
demikian muda, dengan kecantikan seorang dew i! Sang Dewi
Kzecantikan sendiri yang agaknya berdiri di situ! Usianya
paling banyak dua puluh lima tahun, masih ta mpak seperti
gadis belasan tahun, na mun sinar mata, senyumnya, dan
sikapnya menunjukkan bahwa wanita ini sudah matang dan
selain pandai me mbawa diri, juga anggun dan bahkan
bersikap agung seperti seorang puteri istana saja! Rambutnya
hitam subur dan aga knya panjang sekali karena dilipat
menjad i sanggul yang besar ke atas, dihias i tusuk sanggul
emas permata berbentuk burung Hong (sejenis Cenderawasih), indah dan tentu mahal sekali. Anak rambut
hitam halus melingkar- lingkar manja di atas dahi dan kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelipis nya, me mbuat wajah berbentuk bulat telur itu ta mpak
semakin putih mulus. Sepasang alis hitam melengkung tanpa
dibuat me lindungi sepasang mata bintang yang bersinar tajam
namun le mbut dan jernih, dengan bulu mata panjang lentik.
Hidungnya kecil mancung dengan ujung agak menjungat
sehingga mendatangkan kesan lucu. Mulutnya menggairahkan
dengan sepasang bibir yang lunak, tipis na mun penuh,
kemerahan kalau bicara bergerak-gerak hidup. Senyu mnya
menawan dan kilatan gigi put ih rapi berderet teramat manis.
Selain wajah yang a mat cantik jelita ini, tubuh wanita itu pun
ramping padat dengan lekuk lengkung se mpurna, terbungkus
pakaian dari sutera yang indah. Kakinya me ma kai sandal b ulu
putih yang bersih, terhias sulaman benang sutera keemasan.
Benar-benar penampilan seorang wanita yang sepantasnya
tinggal di antara awan-awan bersa ma Kwan Im Pouwsat (Dewi
Maha Kzasih)! Li Cu Seng adalah seorang pendekar yang tidak termasuk
seorang terpelajar tinggi, lebih tepat disebut seorang ahli silat.
Selama ini dia sibuk dengan perjuangan, hidup d i dunia kang-
ouw (sungai-telaga, dunia persilatan), bahkan tidak menghiraukan keluarganya, tidak mudah tertarik oleh wanita
cantik. Akan tetapi sekali ini dia merasa seperti mimpi bertemu
seorang dewikz! Inikah yang oleh pe layan disebut Kim Hujin"
Seorang Nyonya" Apakah ia isteri dari Panglima Besar Bu Sa m
Kwi" "Maaf, Nona, kalau kunjungan kami ini mengganggu." kata
Li Cu Seng sambil menatap wajah wanita itu dengan
kekaguman terbuka. Wanita cantikitu tersenyum, bukan oleh
ucapan yang keluar dari mulut laki-la ki gagah itu, melainkan
karena ia melihat pandang mata kagum itu. Ah, betapa setiap
orang pria me mandangnya seperti itu kalau bertemu
dengannya! Ia sudah terbiasa, akan tetapi biasanya laki-laki
yang memandang kagum mencoba untuk menyembunyikan
kekaguman mereka, tidak seperti laki-laki ini yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mper lihatkan kekagumannya secara terbuka. Juga ia geli
mendengar sebutan nona itu.
"Aku bukan nona, melainkan seorang diantara selir-selir
Panglima Besar Bu Sa m Kwi." kata wanita itu sa mbil
tersenyum sehingga wajahnya menjadi se makin menarik.
"Sa m-wi (kalian bertiga) siapakah dan benarkah kalian diutus
Panglima Bu untuk berkunjung ke sini?"
"Maafkan kami, Nyonya, kami adalah utusan Panglima Bu.
Saya she Cu dan mereka ini kakak beradik she Kam. Kami
adalah perwira-perwira pembantu Panglima Bu. Kami diutus
mengabarkan bahwa keadaan Panglima Bu di sana baik-ba ik
saja dan kami disuruh menanyakan keadaan keluarga beliau di
sini." "He mm, keluarga Panglima Bu yang tinggal di sini hanya
aku seorang, dan para pelayan. Semua anggauta keluarga
telah diboyong ke San-hai-koan!" wanita itu me mandang
tajam penuh selidik. "Ka mi mengerti, Toan io (Nyonya Besar)...."
"He mm, jangan menyebut aku Nyonya besar! Namaku Kim
Lan Hwa dan aku leb ih suka disebut Nyonya Kim begitu saja!"
"Baiklah, Nyonya Kim. Kami sudah tahu bahwa sebagian


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

besar anggauta keluarga Panglima Bu sudah diboyong ke
sana, justeru Panglima Bu menyuruh kami datang mengunjungimu, Nyonya. Beliau mengkhawatirkan keadaanmu di sini." Wajah yang cantik itu berseri, matanya bersina-sinar. "Aih,
Panglima Bu de mikian sayang padaku, sungguh me mbuat aku
merasa bahagia sekali! Memang keadaan di sini.... ah,
bagaimana kalau dua orang teman mu ini disuruh menjaga di
luar kedua pintu depan dan belakang agar jangan ada yang
ikut mendengarkan percakapan kita" Aku me mpunyai banyak
hal yang akan kusa mpaikan kepada Panglima Bu lewat
engkau, Cu sicu (orang gagah Cu)."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Cu Seng berkata kepada dua orang pembantunya.
"Kalian berjagalah, seorang di luar pintu depan dan seorang
lagi di luar pintu sebelah dalam itu."
Gu Kam lalu keluar dan berjaga di pintu luar dari mana tadi
mereka masu k, sedangkan Gia m Tit berjaga di luar pintu
dalam dari mana tadi Kim Lan Hwa me masuki ruangan tamu.
Setelah kini berada berdua saja dengan Li Cu Seng, Kim
Lan Hwa berkata dengan suara lirih. "Cu-sicu, laporkan kepada
Panglima Bu bahwa keadaan kota raja kini terasa tegang.
Menurut kabar pasukan pe mberontak telah mulai menuju ke
kota raja. Sribaginda Kaisar telah memer intahkan semua
pasukan pemerintah ditarik ke kota raja untuk melindungi kota
raja. Bahkan telah dikirim utusan kepada suamiku, Panglima
Bu, agar me mbawa pasukannya kembali ke sini. Akan tetapi
aku mendengar bahwa Panglima Bu tidak menghiraukan
perintah itu. Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan dan
amarah para Thaikam yang menuduh Panglima Bu sengaja
me mbiarkan kota raja terancam oleh pasukan pemberontak.
Karena anggauta keluarga Bu hanya tinggal aku seorang di
sini, maka mereka mulai me lontarkan kata-kata tidak enak
terhadap aku. Aku takut sekali, Sicu! Apalagi aku mendengar
bahwa pemberontak Li Cu Seng dan anak buahnya yang amat
banyak itu benci sekali kepada para pejabat pemerintah
Kerajaan Beng. Kalau sampai kota raja mereka serbu dan
mereka duduki, tentu bahaya besar menganca m diriku sebagai
seorang selir Panglima Besar Bu Sam Kwi!" Wanita yang cantik
itu mulai ge metar dan tampa k sekali ia me mang ketakutan.
"Akan tetapi, Nona Kim...."
"Nyonya, bukan Nona..." Kim Lan Hwa me motong.
"Ketika Panglima Bu me mboyong se mua anggauta keluarga
dari sini ke San-hai-koan, mengapa Nona tidak ikut perg i?"
Mendengar Li Cu Seng kemba li menyebut Nona Kim Hwa tidak
perduli lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menghela napas panjang. "Biarlah a ku berterus terang
agar engkau mengerti duduknya perkara, Cu-sicu. Sebetulnya
tidak semestinya hal ini kuceritakan kepada orang lain. Akan
tetapi entah mengapa, aku percaya padamu. Ketahuilah
bahwa dahulu aku adalah seorang penyanyi yang terkenal di
empat propinsi utara. Panglima Bu Sa m Kwi menga mbil aku
sebagai seorang selir dan se menjak itu, isteri dan para selir
lain dar i Panglima Bu a mat me mbenciku... mungkin karena....
Panglima Bu a mat sayang kepadaku.... mereka menjad i iri hati
dan cemburu. Maka ketika Panglima Bu menyuruh pasukan
menje mput keluarganya dari s ini dan diboyong ke San-hai-
koan, Nyonya Bu me mpergunakan kekuasaannya sebagai
isteri pertama, me maksa aku agar tidak ikut dan tinggal di s ini
untuk menjaga ruma h. Tentu saja mereka berharap agar kalau
pemberontak menyerbu kota raja, aku akan disiksa dan
dibunuh pe mberontak yang me mbenci para bangsawan dan
keluarga mereka. Aih, aku khawatir sekali, Sicu.. . aku takut
sekali ..." Wanita itu mulai menangis. Rasa takutnya selama
ini, se menjak d itinggalkan seorang diri di gedung itu bersama
sisa para pembantu yang tidak diikutsertakan boyongan ke
San-hai-koan, ia tahan-tahan dan sekarang rasa takut yang
ditahan itu jebol sehingga ia menangis tersedu-sedu,
menutupi mukanya dengan saputangan yang dipegang kedua
tangan. Li Cu Seng merasa kasihan. Seorang wanita cantik jelita itu
kalau tersenyum, me mbuat orang lain merasa ge mbira, akan
tetapi kalau menang is, me mbuat hati yang keras seperti hati
Li Cu Seng menjadi luna k dan penuh iba! Dia membiarkan saja
wanita itu me nangis me ngeluarkan segala rasa takut dan
kesedihan bersama air mata. Setelah tangisnya mereda, dia
berkata, "Nona Kim, hentikan tangis mu. Jangan takut dan
jangan bersedih. Saya akan melindungimu dari marabahaya!"
Kim Lan Hwa menghapus air matanya dengan sepasang
mata kemerahan dan me mbengkak ia me mandang wajah Li
Cu Seng. "Ah, terima kasih, Cu-sicu, Aku mohon pada mu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sicu.... kalau sicu kembali ke San-hai-koan, bawalah aku serta,
Sicu" Mendengar per mintaan ini, bingung juga hati Li Cu Seng.
Tentu saja dia tidak dapat me mbawa wanita ini, karena dia
sama sekali tidak akan pergi ke San-hai-koan, melainkan
me mimpin pasu kannya menyerbu ke kota raja!
Melihat keraguan wajah pria itu, Kim Lan Hwa menjulurkan
kedua tangannya dan menyeberangi meja, me megangi lengan
kiri Li Cu Seng. "Bawalah aku, Sicu, dan jangan takut. Akulah
yang akan bertanggung jawab kalau Panglima Bu marah. Dia
tidak mungkin marah padaku, dan dia bahkan akan merasa
senang sekali kalau aku menyusul ke sana. Aku ja min engkau
tidak akan disalahkan, Cu-sicu!"
Li Cu Seng merasa betapa lunak dan hangat jari-jari tangan
yang me megang lengannya itu dan hatinya tergetar. Belum
pernah dia begini terpesona terhadap seorang wanita! Tanpa
disadarinya, tangan kanannya juga ditumpangkan ke atas
tangan wanita itu dan ditekannya dengan penuh perasaan.
"Kalau begitu, baiklah, Nona..."
Pada saat itu, pintu depan terbuka dan Cu Kam menyelinap
masu k bersa ma seorang laki-laki setengah tua berpakaian
pengemis dan me megang sebatang tongkat hitam. Seorang
anggauta Hek-tung Kai-pang! Wajah penge mis itu ta mpak
tegang. "Gu-twako, ada apakah?" Li Cu Seng lupa bahwa tadi dia
me mper kenalkan Cu Kam dan Gia m Tit sebagai kakak beradik
she Kam karena dia terkejut dan ma klum bahwa anggauTa
Hek-tung Kai-pang itu tentu me mbawa ber ita yang buruk
maka wajahnya tegang seperti itu.
"Cepat lapor kepada Beng-cu!" kata Cu Kam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengemis itu mengha mpiri Li Cu Seng dan berbisik. "Beng-
cu, tujuh orang perwira tadi menuju ke sini. Agaknya mereka
mencurigai Beng-cu bertiga!"
Li Cu Seng mengerutkan alisnya. "Hmm, kalau begitu cepat
hubungi kawan-kawan dan siap untu k melindungi kami keluar
dari kota raja. Jangan turun tangan dulu sebelum terjadi
perkelahian." "Baik, Beng-cu." Setelah berkata demikian, dengan gerakan
gesit pengemis itu menyelinap keluar. Gu Kam menutupkan
daun pintu luar itu dari dalam.
Kim Lan Hwa kini bangkit dari kursinya dan menatap tajam
wajah Li Cu Seng, kemudian ia menudingkan telunjuknya ke
arah muka pe mimpin pe mberontak itu dan berkata gagap,
"Engkau Beng-cu..." Engkau Pemimpin Pe mberontak Li I Cu
Seng sendiri...?" mata wanita itu terbelala k dan wajahnya
berubah pucat. Gu Kam me nuju pintu dalam dan me manggil Gia m Tit
sehingga kini mereka bertiga berada di ruangan ta mu. Li Cu
Seng mengangguk kepada Kim Lan Hwa. Dala m keadaan
seperti itu dia harus tenang na mun dapat menga mbil
keputusan tepat dan cepat.
"Nona Kim, melihat kenyataan bahwa Panglima Besar Bu
Sam Kwi tidak mau membawa pasukannya ke kota raja untuk
me lindungi Kaisar, me mbuktikan bahwa di antara kami
terdapat persamaan, yaitu kami sa ma-sama me nentang
pemerintah Kerajaan Beng yang brengsek karena Kaisar telah
dikuasai oleh para Thaikam dan pe mbesar yang korup dan
lalim. Karena itu, keadaan Nona dan kami sa ma-sa ma berada
dalam bahaya. Tidak ada pilihan lain bagi Nona kecuali be kerja
sama dengan ka mi!" "Bekerja sama bagaimana maksudmu?"
"Begini, Nona. Nona harus melindungi ka mi agar kami tidak
diganggu dan tidak dikenal para pengawal, kemudian setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita dapat keluar dari kota raja, kami a kan melindungi Nona
dari se mua bahaya yang menganca m diri Nona."
Kim Lan Hwa men gangguk-angguk.
"Baik... baik aku akan berusaha sedapatku!"
Pada saat itu, terdengar pintu diketuk dari luar dan ketika
pintu dibuka, seorang pelayan tua masuk dan berkata kepada
Kim Lan Hwa. "Kim Hujin, di luar terdapat tujuh orang perwira
yang mohon bicara dengan Hujin."
"Baik, katakan kepada mereka bahwa aku a kan segera
keluar mene mui mere ka." kata Kim Lan Hwa dengan suara
tegas. Wanita ini sudah dapat menenangkan hatinya dan tidak
tampak ketakutan lagi. Pelayan itu keluar dan Kim Lan Hwa
berkata kepada Li Cu Seng bertiga. "Sam-wi tunggu saja di
sini, aku akan mene mui mere ka dan percayalah, sebagai selir
tersayang Panglima Bu Sam Kwi, aku masih disegani para
perwira." Setelah berkata demikian, wanita cantik jelita ini lalu
me mbereskan wajahnya yang tadi menangis, me mbedakinya
kembali sehingga wajahnya kembali ta mpak berseri. Setelah
itu ia keluar dengan langkah gontai dan sikap anggun dan
agung. Tujuh orang perwira yang duduk menunggu di pendapa itu
adalah Su Lok Bu, Cia Kok Han, dan lima Liong-san Ngo-heng.
Mereka segera bangkit berdiri me mberi hor mat ketika Kim Lan
Hwa muncul dari pintu da la m dengan sikapnya yang anggun
dan agung. Mereka bertujuh sudah tahu betul siapa wanita
cantik jelita ini. Wanita ini selir tersayang Panglima Besar Bu
Sam Kwi yang tidak ikut diboyong ke San-hai-koan karena ia
menjaga ruma h gedung panglima besar itu.
"Maafkan kami, Toa-nio (Nyonya Besar) kalau kami
menganggu. Akan tetapi terpaksa kami datang berkunjung
bertalian dengan tiga orang yang datang ke gedung ini.
Mereka itu amat mencurigakan dan atas perintah Jenderal
Ciong Kak kami diharuskan menahan mereka untuk diperiksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih lanjut. Kalau kemudian ternyata bahwa mereka me mang
benar tiga orang perwira pembantu Panglima Besar Bu seperti
yang mereka katakan, tentu kami akan me mbebaskan mereka
kembali. Kami mohon per kenan Toa-nio untuk menangkap
mereka bertiga." Kim Lan Hwa mengerutkan alisnya, mukanya berubah
kemerahan, sepasang matanya yang indah itu menyinarkan
kemarahan dan kedua tangannya bertolak pinggang,
me mandangi mereka satu demi satu.
"Berani se kali kalian men uduh yang bukan-bukan terhadap
para utusan suamiku, Panglima Besar Bu Sa m Kwi" Kalau
kalian tidak percaya kepada mereka bertiga, berarti kalian
tidak percaya kepadaku dan kalau tidak percaya kepadaku,
berarti tidak percaya kepada Panglima Bu! Begitu kah" Mereka
bertiga, Perwira Cu dan dua orang Perwira Kam adalah orang-
orang kepercayaan suamiku, utusan pribadi Panglima Besar Bu
Sam Kwi yang diutus untuk bicara dengan aku mengenai
urusan keluarga kami. Juga mereka me nceritakan bahwa saat
ini, Panglima Besar Bu sedang menyiap kan balatentara untuk
ditarik kembali ke kota raja, melindungi kota raja dari
ancaman serbuan pasukan pe mberontak! Dan sekarang kalian
hendak menangkap mereka, seolah-olah para utusan sua miku
itu penjahat-penjahat" Kalau begitu,
sebelum kalian menang kap mereka, tangkaplah aku lebih dulu, biar nanti
Panglima Besar Bu Sa m Kwi yang akan me mutus kan apa yang
akan dia lakukan sebagai hukuma n kepada kalian bertujuh!"
Tujuh orang itu tentu saja terkejut sekali mendengar
ucapan yang bernada marah ini. Melihat betapa selir
tersayang Panglima Bu itu men ja min bahwa tiga orang itu
benar-benar utusan pribadi Panglima Bu, tentu saja mereka
bertujuh percaya. "Maaf, Toanio. Kami hanya melaksanakan perintah Jenderal
Ciong!" kata Cia Kok Han me mbela diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Kalau begitu, Jenderal Ciong yang akan
menang kap tiga orang utusan pribadi Panglima Besar Bu Sa m
Kwi" Berarti Jenderal Ciong sudah berani memberontak
terhadap atasannya" Kalau perlu, suruh Jenderal Ciong b icara
sendiri dengan aku" Tujuh orang itu kehilangan nyali. Mereka tadinya menaruh
kecurigaan besar terhadap tiga orang itu. Akan tetapi setelah
Kim Lah Hwa bersikap seperti itu, kecurigaan mereka ha mpir
hilang sa ma se kali. Kiranya mustahil kalau selir tersayang
Panglima Besar Bu Sa m Kwi me lindungi mata- mata
pemberontak! "Baiklah, Toa-nio. Kami tarik kembali keinginan kami
menang kap tiga orang itu. Harap maafkan kesalah-pahaman
kami ini." kata Su Lok Bu dan mereka bertujuh lalu me mberi
hormat dan meninggalkan gedung itu.
Ketika wanita cantikitu bicara dengan tujuh orang perwira,
Li Cu Seng bertiga mengintai dari da la m dan mereka sudah
siap siaga kalau- kalau wanita itu melaporkan keadaan mereka
yang sesungguhnya, atau kalau terjadi bahaya mengancam.
Tentu saja mereka akan melawan mati-matian karena kalau Li
Cu Seng sampa i tertawan hidup-hidup, berarti dia menyerah
dan ini akan me le mahkan se mangat laskar rakyat yang
dipimpinnya. Sebaliknya kalau dia me lawan sa mpai mati, hal
ini malah mena mbah kemarahan para pemberontak terhadap
pemerintah Kerajaan Beng. Akan tetapi, betapa lega dan


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

girang rasa hati mereka me lihat sikap Kim Lan Hwa dan
mendengar ucapannya yang tegas dan berwibawa sehingga
tujuh orang perwira itu men jadi jer ih dan meninggalkan
gedung itu. Untuk se mentara mereka aman, akan tetapi rianya
sementara saja. Hal ini mereka ketahui benar.
Ketika Kim Lan Hwa me masu ki ruangan ta mu kembali, tiga
orang itu bangkit menya mbutnya.
"Ah, Nona Kim hebat sekali! Kami sungguh merasa kagum
dan berterima kasih!" kata Li Cu Seng dan kembali dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mandang dengan kekaguman yang tulus. Akan tetapi Kim
Lan Hwa mengerutkan alisnya.
"Li Beng-cu, se mentara ini me mang kita a man. Akan tetapi
bagaimana selanjutnya" Apa yang akan kita lakukan
sekarang?" "Tenanglah, Nona Kim. Mari kita bicarakan dan kita cari
jalan terbaik untuk dapat me loloskan d iri dari kota raja. Yang
terpenting, kami bertiga harus dapat keluar tanpa gangguan,
dan juga Nona sendiri agar dapat keluar dari sini kemudian
menyusul keluarga Nona di San-hai-koan. Hal itu merupakan
langkah ke dua. Langkah pertama sekarang bagaimana kita
berempat, yaitu kami dan Nona, dapat meninggalkan kota raja
tanpa halangan." Mereka berempat bersiam diri, berpikir-pikir. Tiga orang
pria itu t idak b isa mendapatkan ja lan terbaik, maka perhatian
mereka tertuju kepada Kim Lan Hwa. Wanita ini mengerutkan
alisnya dan jalan hilir mudik dalam ruangan yang luas itu.
Tiba-tiba pintu diketuk dari dalam.
"Siapa?" tanya Kim Lan Hwa.
"Ha mba mengantarkan minuman, Hu-jin." terdengar suara
pelayan wanita. "Baik, bawa masuk." kata Kim Lan Hwa.
Pintu terbuka dan seorang pelayan wanita setengah tua
masu k me mbawa baki terisi seguci arak, empat buah cawan
perak dan beberapa piring ma kanan kecil. Dengan s ikap
hormat pelayan itu meletakkan piring makanan dan gu ci serta
cawan di atas meja, kemudian ia me mbungkuk me mberi
hormat lalu meninggalkan ruangan ta mu itu.
"Mari, silakan makan dan minum arak untuk mengendurkan
ketegangan, perlahan-lahan aku akan mencari akal." kata Kim
Lan Hwa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa sungkan lagi tiga orang itu la lu minum arak dan
makan hidangan kecil itu bersama nyonya rumah.
"Ah, aku tahu caranya!" tiba-tiba Kim Lan Hwa berseru dan
Li Cu Seng me mandang dengan wajah berseri.
"Apa yang harus kami lakukan, Nona?"
"Begini, Li Beng-cu, kalian bertiga akan kucarikan pakaian
perwira. Hal ini akan menguatkan kepercayaan mereka bahwa
kalian me mang perwira pembantu Panglima Besar Bu Sam
Kwi. Dan sebagai tiga orang perwira, kalian mengawa l aku
keluar pintu gerbang kota raja."
"He mm, gagasan yang baik sekali." kata Li Cu Seng, dia m-
dia m semakin kagum karena selain cantik jelita, wanita ini pun
cerdik sekali. Tidak mengherankan kalau ia menjad i selir
tersayang dari Bu Sa m Kwi. Tiba-tiba timbul rasa iri dalam
hatinya terhadap Bu Sa m Kwi!
"Akan tetapi, maafkan pertanyaanku, Nona. Bagaimana
kalau mereka bertanya ke mana kita hendak perg i?" tanya Cu
Kam. "Tida k akan ada yang berani bertanya kepadaku. Aku naik
kereta, Li Bengcu yang menjadi kusir dan kalian berdua
mengawal kereta. Kalau ada yang berani bertanya, aku dapat
menjawab sesuka hatiku, mungkin pergi berjalan-jalan, atau
pergi berburu, atau bahkan aku dapat mengatakan bahwa aku
akan menyusul sua miku di San-hai-koan. Siapa yang berani
me larangku?" "Kalau mereka tetap menghalangi?" tanya Li Cu Seng.
Kim Lan Hwa mengangkat kedua pundaknya dan menghela
napas panjang. "Kalau sa mpai terjadi de mikian, aku tidak
dapat berbuat apa-apa lagi. Tinggal terserah kalian bertiga."
"Kalau begitu, kita lawan mati-matian!" kata Gia m Tit dan
Gu Kam menyetujui pendapat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Kim, apakah engkau tidak dapat minta bantuan
pasukan yang setia kepada Panglima Besar Bu Sam Kwi agar
mereka me mperkuat pengawalan ketika Nona meninggalkan
kota raja?" Kim Lan Hwa menggeleng kepala. "Tidak bisa... kalau hal
itu kulakukan, me mang ada perwira yang setia akan tetapi
kalau pengawalan pasukan terjadi, hal itu tentu akan
men imbulkan kecurigaan dan akan terjadi pertempuran besar
yang akibatnya bahkan buruk bagi suamiku. Tidak, kurasa
jalan tadi yang terbaik. Mudah-mudahan saja a kal kita akan
berhasil baik." Kim Lan Hwa bekerja cepat. Ia menyuruh orang-orangnya
untuk menyediakan pakaian perwira bagi Li Cu Seng, Gu Kam,
dan Gia m Tit. Tiga orang itu lalu mengenakan pakaian perwira
di luar pa kaian penyamaran mereka, sedangkan Kim Lan Hwa
me mer intahkan pelayan pria untuk me mpers iapkan kereta
yang ditarik dua ekor kuda, juga hendak menyediakan dua
ekor kuda untuk Gu Kam dan Gia m Tit. Akan tetapi Li Cu Seng
berkata. "Tidak perlu disediakan kuda bagi mereka. Kami telah
men inggalkan tiga ekor kuda kami di dalam hutan di luar pintu
gerbang barat." Kim Lan Hwa mengumpulkan perhiasan dan beberapa
potong pakaian untuk dibawa pergi. Setelah se mua persiapan
selesai, ia me mesan kepada para pe layan untuk men jaga
rumah baik-ba ik karena ia a kan pergi menyusul keluarganya
ke San-hai-koan, dikawal tiga orang perwira pe mbantu
Panglima Besar Bu Sa m Kwi itu.
"Mari kita berangkat." katanya kepada tiga orang yang
sudah berubah menjadi perwira-perw ira berpakaian indah
me mbuat mereka ta mpak gagah. "Hari telah siang jangan
sampai kita ke malaman sebelum jauh dar i kota raja."
Wanita itu me masuki kereta dan sengaja tidak menutup
tirainya agar semua orang dapat melihat bahwa yang berada
di dalam kereta adalah ia. Li Cu Seng yang berpakaian perwira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah itu duduk di tempat kusir, me megang kendali kuda, dan
Gu Kam bersama Gia m Tit berjalan di belakang kereta sebagai
pengawal. Maka berangkatlah kereta itu keluar dari halaman
gedung tempat t inggal keluarga Panglima Besar Bu,
diantarkan para pelayan sampai di depan pintu gerbang
gedung itu. -odwo0 Gadis itu sudah dewasa dan matang, usianya sekitar dua
puluh lima tahun. Wajahnya cantik dan lembut, namun sinar
matanya terkadang sayu seperti orang yang menderita luka
dan terkadang tajam lerkilat. Tubuhnya ramping padat, kulit-
lya putih mulus kekuningan. Rambut hita m panjang lebat,
dikuncir dua sehingga tampa k lucu. Hidungnya kecil man cung,
dagunya runcing dan sebuah tahi lalat kecil di dagu me mbuat
ia tampak manis sekali. Bibirnya merah basah namun sayang
mulut yang manis itu jarang sekali tersenyum. Ia berjalan
seorang diri di luar kota raja bagian barat. Karena ia tidak
me mbawa senjata apa pun, maka tentu orang akan
menyangka bahwa ia seorang gadis le mah, walaupun
keadaannya berjalan seorang diri di tempat sepi itu
mengheran kan bagi seorang gadis le mah.
Padahal, sesungguhnya gadis ini sa ma sekali bukan
seorang wanita lemah. Bahkan ia seorang gadis yang amat
lihai, dan pernah mengge mpar kan kota raja dengan
perbuatannya yang mendirikan bulu roma. Dan tahun yang
lalu, gadis ini telah menga muk dan me mbuat putera seorang
kepala jaksa di kota Thian-cin menjad i seorang yang cacat dan
menger ikan karena wajahnya dirusak dan kaki tangannya
menjad i buntung dan lumpuh. Putera jaksa itu bernama Pui Ki
Cong dan bersama dia, dua orang ahli silat yang tangguh juga
dibuat serupa dengan maj ikan mereka, menjadi cacat dan gila,
tidak seperti manusia lumrah lagi. Yang seorang lagi malah
tewas membunuh diri. Gadis ini adalah Kim Cui Hong, puteri
mendiang guru silat Kim Siok di dusun Ang-ke-bun. Seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah diceritakan di bagian depan kisah ini, ketika ia berusia
enam belas tahun, seorang gadis remaja yang cantik, Kim Cui
Hong diculik dan diperkosa bergantian oleh Pui Ki Cong
bersama tiga orang tukang pukulnya, yaitu Gan Tek Un, Koo
Cai Sun, dan Louw Ti. Bukan hanya perkosaan berulang oleh
empat orang dan penghinaan yang diderita Cui Hong,
me lainkan lebih dari itu karena ayahnya, Kim Siok dan
suhengnya, Can Lu San, tewas pula ketika hendak
meno longnya. Mereka berdua tewas di tangan tiga orang
jagoan anak buah Pui Ki Cong itu, tiga orang yang terkenal
dengan julukan Bu-tek Sa m-eng (Tiga Pendekar Tanpa
Tanding). Setelah menderita ma lapetaka hebat itu, Cui Hong menjadi
murid Toat-beng Hek-mo (Iblis Hita m Pencabut Nyawa),
seorang datuk kang-ouw yang sakit dan ia digembleng selama
tujuh tahun oleh gurunya itu, sehingga Cui Hong, yang
tadinya me mang sudah pandai bersilat belajar dari ayahnya,
kini menjadi seorang gadis yang luar biasa liha inya. Akan
tetapi oleh gurunya itu yang setahun lalu telah meninggal
dunia karena usianya yang sudah tua, Cui Hong disuruh
berjanji bahwa ilmunya tidak boleh dipergunakan untuk
me mbunuh. Akan tetapi, saking demikian mendalam perasaan
dendam dan bencinya kepada musuh-musuh itu, walaupun ia
tidak me mbunuh mereka, namun ia menyiksa mereka dan
me mbuat mereka dalam keadaan hidup tidak mati pun tidak,
lebih berat daripada kalau mereka mati. Bahkan seorang di
antara Bu-tek Sam-eng, yang sudah bertaubat dan hidup
sebagai seorang tosu pertapa, me mbunuh diri karena tidak
ingin me lihat Cui Hong ber musuhan dengan keponakannya
sendiri yang hendak melindunginya. Keponakannya itu
bernama Tan Siong, murid Kun-lun-pai yang hidup sebagai
seorang pendekar. Sebetulnya Tan Siong jatuh cinta kepada Cui Hong, akan
tetapi ketika Cui Hong karena hendak me mbalas denda m
kepada Gan Tek Un yang sudah menjadi pertapa, yang dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga ikut me mperkosa dan menghinanya, Tan Siong me mbela
pamannya dan menghalangi Cui Hong. Melihat ini, dan merasa
menyesal akan dosanya, akan perbuatannya yang teramat keji
terhadap Cui Hong tujuh tahun yang lalu, Gan Tek Un lalu
me mbunuh diri seh ingga tidak terjadi perkelah ian antara Cui
Hong dan Tan Siong. Cui Hong melangkah santai sambil termenung. Ia teringat
akan Tan Siong. Setelah ia berhasil melaksanakan ba las
dendam sakit hatinya, Tan Siong menyatakan cintanya
kepadanya. Ia menolak karena merasa dirinya sudah ternoda,
diperkosa empat orang secara keji. Akhirnya ia meninggalkan
Tan Siong walaupun pemuda itu mengaku tetap mencintanya
walaupun ia sudah ternoda.
Cui Hong menghela napas panjang. Selama dua tahun ini ia
merantau di dunia kang-ouw (persilatan), bertindak sebagai
seorang pendekar wanita yang membe la kebenaran dan
keadilan, menentang yang jahat seperti pesan ayahnya dahulu
ketika ayahnya mengajarkan silat kepadanya. Dan selama dua
tahun itu, banyak sudah laki-laki yang tertarik dan
menyatakan cinta kepadanya, namun semua itu dito laknya
dengan halus maupun dengan kasar sesuai dengan sikap la ki-
laki itu sendiri ketika menyatakan cintanya.
Harus diakuinya bahwa ia tidak dapat melupakan Tan Siong
yang amat baik kepadanya, la tahu bahwa Tan Siong amat
mencintanya, cinta yang tulus. Namun ia sendiri ragu. Ia
sendiri tidak tahu apakah ia juga mencinta Tan S iong. Ia tidak
tahu apakah ia masih dapat mencinta seorang laki-laki setelah
hidup dan kebahagiannya dihancurkan e mpat orang laki-la ki
itu. Ketika pergolakan terjadi, yaitu adanya pemberontakan-
pemberontakan terhadap Kerajaan Beng, terutama sekali yang
digerakkan oleh pe mimpin pe mberontakan Li Cu Seng, Cui
Hong tidak tahu harus berpihak mana. Ia sendiri sudah
menga la mi hal pahit oleh ulah seorang kepala jaksa, yaitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembesar Jaksa Pui dan ia pun dalam perantauannya selama
dua tahun serlngkall bertemu pembesar-pembesar lalim yang
menekan rakyat, yang sewenang-wenang mengandalkan
kekuasaannya, maka ada perasaan tidak suka kepada para
pejabat pemerintah Kerajaan Beng yang pada umumnya
tukang korup dan sewenang-wenang itu. Maka, ketika
mendengar ada pemberontakan terhadap pemerintah Kerajaan Beng, ia pun tidak begitu mengacuhkan. Akan tetapi,
ia pun me lihat betapa banyak pendekar berdatangan ke kota
raja memenuhi undangan Jenderal Ciong Kak untuk
me mbantu pe merintah me mperkuat kota raja menghadapi
ancaman pe mberontak. Ia menjadi bimbang dan teringatlah
Cui Hong kepada seorang saudara sepupunya.
Ayahnya, mendiang Kim Siok me mpunyai seorang kakak
bernama Kim Tek dan uwanya itu me mpunyai seorang anak
perempuan yang sebaya dengannya. Nama saudara sepupunya itu adalah Kim Lian Hwa. Ia mendengar bahwa
enam tahun yang lalu Kim Lian Hwa dia mbil sebagai selir oleh
seorang panglima besar Kerajaan Beng yang bernama
Panglima Bu Sa m Kwi dan yang kini terkenal sebagai panglima
yang berkuasa me mimpin ba latentara menjaga di San-hai-
koan. la mendengar dari para pendekar bahwa Panglima Bu
Sam Kwi adalah seorang Panglima baik dan setia, dan
dikagumi oleh se mua tokoh dan para datuk dunia kang-ouw.
Maka timbul keinginan hatinya untuk mengunjungi saudara
sepupunya itu, dan ia tentu akan mendapat keterangan dan
penggambaran je las tentang pemberontakan yang dipimpin Li
Cu Seng, nama yang juga dikagumi para pendekar dan


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kabarnya bahkan partai-partai persilatan besar mendukung
gerakan Li Cu Seng ini. Maka pada siang hari itu, Kim Cui
Hong berjalan santai seorang diri di luar kota raja sebelah
barat. Pada saat itu juga, kereta yang ditumpangi Kim Lan Hwa
dikus iri Li Cu Seng dan dikawal Gu Kam dan Gia m Tit. Ketika
kereta melalui pintu gerbang, para perajurit penjaga tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani menghalangi me lihat kereta dikus iri dan dikawal tiga
orang perwira. Apalagi ketika me lihat kereta yang terbuka
tirainya itu ditu mpangi Kim Hujin yang dikenal se mua
perajurit, mereka malah segera bersikap tegak dan me mberi
hormat. Kereta keluar dari pintu gerbang, mula- mula dija lankan
perlahan karena dua orang itu men gawal dengan ja lan kaki,
akan tetapi setelah agak jauh dari pintu gerbang, Li Cu Seng
menja lankan keretanya lebih cepat. Gu Kam dan Gia m Tit
mengikut inya sambil berlari.
Ketika mereka tiba di dekat hutan di mana mereka
men inggalkan kuda mereka, tiba-tiba muncul delapan orang
menghadang di tengah jalan. Terpaksa Li Cu Seng menahan
kuda penarik kereta, dan Kim Lian Hwa menjenguk dari
kereta. Melihat delapan orang perwira berdiri menghadang
dan ternyata mereka adalah tujuh orang yang tadi datang ke
gedungnya ditambah seorang perwira tua lagi, Kim Lan Hwa
berkata dengan suara tegas dan alis berkerut.
"Hei! Kalian ini perwira-perwira yang tidak tahu aturan!
Berani sekali kalian menahan keretaku" Apakah kalian tidak
mengenal a ku, isteri Panglima Besar Bu Sam Kwi" Hayo
minggir dan biarkan kami lewat, atau aku akan melaporkan
kekurang-ajaran kalian kepada Panglima Besar Bu!"
"Maafkan kami, Toanio." kata Su Lok Bu yang me mimpin
rombongan itu. "Tindakan kami ini justru untuk me lindungi
Toanio, karena yang menyamar sebagai perwira pembantu
Panglima Besar Bu Sa m Kwi ini adalah pemimpin pemberontak
Li Cu Seng dan dua orang ana k buahnya!"
Mendengar ini, wajah Kim Lan Hwa menjad i pucat dan ia
jatuh terhenyak di atas kursi kereta, tidak ma mpu bicara lagi.
Akan tetapi Li Cu Seng tetap tenang dan dari tempat
duduknya di depan kereta dia berkata dengan lantang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sobat, engkau sungguh lancang sekali menuduh orangl
Kami bertiga adalah perwira-perwira pe mbantu Panglima
Besar Bu Sa m Kwi, bagaimana kalian dapat menuduh kami
pimpinan pemberontak?"
Tiba-tiba perwira tua yang muncul bersa ma Su Lok Bu, Cia
Kok Han, dan lima Liong-san Ngo-heng ber kata sambil
menudingkan telunjuknya ke arah Li Cu Seng.
"Engkau adalah pe mimpin pe mberontak Li Cu Seng! Aku
pernah me lihat mu ketika aku ikut me mpertahankan Shen-si
dari serbuanmu. Setelah Shen-si jatuh ke tangan pemberontak, aku bertugas di sini. Aku tida k lupa, engkaulah
Li Cu Seng!" "Bohong!" Kim Lan Hwa me mbentak. "Dia ada lah Perwira
Cu, pembantu suamiku Panglima Besar Bu Sa m Kwi!"
"Maaf, Toanio. Terpaksa kami akan menangkap tiga orang
ini dan kami bawa kepada Ciong Goan-swe (Jenderal Ciong)
untuk ditelit i lebih dulu!" kata Su Lok Bu. jPerw'ra yang
bertubuh tinggi besar berkulit hita m, ber mata lebar dan
mukanya penuh brewokitu telah mencabut siang-kia m
(sepasang pedang) dari pinggangnya. Cia Kok Han, perwira
sebaya Su Lok Bu, berusia lima puluh dua tahun, bertubuh
pendek gendut, berkulit putih dan matanya sipit, rambut dan
jenggotnya sudah putih semua, juga sudah mencabut
sebatang golok besar yang berat. Su Lok Bu adalah seorang
jagoan murid Siauw-lim-pa i, sedangkan Cia Kok Han adalah
seorang tokoh Bu tong pai tentu saja mereka berdua ini
me miliki kepandaian tinggi. Lima orang Liong-san Ngo-heng
juga mencabut pedang mereka. Tidak ketinggalan perw ira tua
yang mengenal Li Cu Seng itu pun mencabut pedangnya. '
Delapan orang itu siap untuk menyerang.
"Li Cu. Seng!" bentak Su Lok Bu sambil menudingkan
pedang kanannya. "Menyerahlah kalian bertiga agar kami
tidak perlu menggunakan kekerasan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena merasa percuma menyangkal karena perwira tua itu
telah mengenalnya, Li Cu Seng me lompat turun dari atas
kereta sambil me mberi isarat kepada dua orang pembantunya,
mereka bertiga lalu merenggut lepas pa kaian perwira yang
mereka pakai menutupi pakaian mereka yang biasa, dan
mencabut senjata masing-masing.
"Aku adalah Li Cu Seng! Kami bertiga pimpinan laskar
rakyat dan tidak mudah untuk me nangkap kami!" kata Li Cu
Seng. Sementara itu, Gu Kam dan C ia m Tit sudah me masang
kuda-kuda dengan golok di tangan kanan. Melihat sepasang
kuda-kuda itu, Cia Kok Han berseru heran dan marah.
"Kalian adalah murid-murid Bu-tong-pa il Sungguh me ma lukan murid Bu-tong-pa i menjad i pe mberontak!"
"He mm, kuda-kuda mu adalah pembukaan ilmu golok Bu-
tong-pai pula! Kami me mbantu para pejuang untuk
meroboh kan kekuasaan kaisar lalim yang menjadi boneka para
Thaika m. Engkau lebih me malukan merendah kan d iri menjadi
anjing para Thaikam yang korup dan jahat!" bentak Gu Ka m.
Mendengar ini, Cia Kok Han menjadi marah sekali dan dia
sudah menggera kkan golok besarnya menyerang Gu Kam.
Pembantu Li Cu Seng ini pun menya mbut dengan goloknya.
"Tranggg!" Bunga api berpijar ketika dua batang golok
beradu dan mereka merasa betapa tangan mereka tergetar,
tanda bahwa tenaga mereka seimbang. Mereka lalu saling
serang dengan seru dan mati-mat ian.
Su Lok Bu juga sudah menggerakkan sepasang pedangnya
menyerang Gia m Tit yang cepat me mutar goloknya untuk
menang kis dan ba las menyerang. Kedua orang ini pun segera
terlibat dalam per kelahian yang seru.
Liong-san Ngo-eng ketika men dengar bahwa laki-laki tinggi
tegap yang tampan gagah itu adalah pimpinan pe mberontak Li
Cu Seng, segera bergerak maju dan mengeroyok. Mereka
mencabut pedang dan segera mengatur gerakan, lambat-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
la mbat mereka melangkah mengitari Li Cu Seng dengan
berbagai kuda-kuda. Melihat gerakan mereka ini, Li Cu Seng
waspada. Dia tahu bahwa lima orang itu me mbentu k sebuah
kia m-tin (barisan pedang) yang berbahaya sekali. Cepat dia
pun me mutar pedangnya dan berusaha membobol kepungan
itu dengan menyerang orang yang berada di depannya,
menusukkan pedangnya dengan pengerahan tenaga sakti.
"Tranggg...!" Bukan hanya pedang lawan yang dia serang
itu yang menangkis, melainkan juga orang di sebelah kirinya
sehingga ada dua pedang yang menangkis, lalu pada saat
yang bersamaan, orang di sebelah kanannya menyerang
dengan bacokan pedang sehingga Li Cu Seng harus cepat
menge lak. Benarlah dugaannya. Lima orang itu me mbentuk
barisan pedang yang luar biasa tangguhnya. Setelah saling
serang beberapa lamanya, tahulah Li Cu Seng bahwa lima
orang itu me mbentuk Ngo-heng Kia m-tin (Barisan Pedang
Lima Unsur) yang amat berbahaya dan amat tangguh. Seperti
juga unsur Ngo-heng, yaitu Air-Kayu-Api-Tanah-Logam, lima
orang itu saling mengisi dan saling menghidupkan atau
menunjang. Air menghidupkan Kayu, Kayu menghidupkan Api,
Api menghidupkan Tanah, Tanah menghidupkan Loga m dan
Loga m menghidupkan Air. Maka, setiap kali Li Cu Seng
menyerang seorang lawan, ada orang lain yang bantu
menang kis atau melindunginya dan orang lain pula
menyerangnya. Semua ini dila kukan secara tertatur sekali
sehingga pertahanan mereka a mat kuat, juga mereka dapat
menyerang secara bertubi-tubi. Ta k lama ke mudian Li Cu Seng
menjad i kewalahan juga. Dia me mang seorang pe mimpin
perjuangan yang gigih dan pandai, pandai mengatur pasukan,
me mbentu k barisan-barisan yang kuat, namun ilmu s ilatnya
tidaklah terlalu tinggi seh ingga kini menghadapi Ngo-heng
Kia m-tin dari Liong-san Ngo-eng, Li Cu Seng terdesak hebat.
Melihat betapa usaha mereka melarikan diri ketahuan dan
kini tiga orang pimpinan pe mberontakitu dikeroyok, Kim Lan
Hwa menjadi bingung. Ia hendak turun dari kereta dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me larikan diri, kembali ke kota raja. Akan tetapi tiba-tiba
perwira tua itu sudah menghadang di luar kereta sambil
menodongkan pedangnya "Toanio terlibat dengan para pe mberontak, harap tidak
men inggalkan kereta." katanya.
Kim Lan Hwa terpaksa duduk kembali. Kini, wanita
bangsawan ini tidak dapat lagi menggunakan gertakan karena
keadaan Li Cu Seng sudah ketahuan dan ini berarti bahwa ia
me mpunyai hubungan dengan pimpinan pe mberontakan itu!
Tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu
seorang gadis cantik sudah berd iri dekat kereta.
"Enci Kim Lan Hwa, jangan khawatir, aku datang
me lindungimu!" Kim Lan Hwa terbelalak me mandang gadis itu dan ia
berseru girang. "Cui Hong!"
Perwira tua yang tadi menodongkan pedangnya, kini
me mba lik dan menyerang Cui Hong dengan pedangnya. Akan
tetapi Cui Hong yang hanya memegang sebatang ranting,
dengan mudah menge lak dan se kali ranting itu berkelebat,
jalan darah di pundak perwira itu telah tertotok, sehingga
lengan kanannya lumpuh dan pedangnya terlepas dari
pegangan. Kaki kiri Cui Hong menendang.
"Bukk...!" Perut perwira itu tertendang sehingga tubuhnya
terpental dan dia roboh pingsan!
"Adik Cui Hong, cepat engkau bantu mereka!" Kini Kim Lan
Hwa menunjuk ke arah Li Cu Seng yang masih kerepotan
dikeroyok lima orang itu. Sedangkan dua orang pembantunya,
Gu Kam dan Gia m Tit, juga masih bertanding seru dengan
lawan masing-masing. Kim Lan Hwa tadi segera mengenal Kim
Cui Hong, puteri pamannya. Ia sudah mendengar tentang
nasib Cui Hong yang malang dan sudah me ndengar pula
betapa kini Cui Hong menjadi seorang wanita yang tinggi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali ilmu silatnya sehingga mereka yang menjadi musuh-
musuhnya, yang membunuh ayah dan suhengnya, yang
me mper kosa dan menghinanya, semua telah dihukumnya
secara mengerikan. Karena yang disiksanya itu putera jaksa
tinggi dan orang-orangnya, maka tentu saja Kim Cui Hong
menjad i orang buruan pemerintah. Tentu saja yang
me mburunya adalah para penjahat yang menjadi kawan-
kawan pe mbesar itu. Maka, kemunculan Cui Hong yang lihai
itu menggirangkan hati Kim Lan Hwa.
Seperti kita ketahui, secara kebetulan pada siang hari itu
Cui Hong sedang berjalan menuju kota raja untuk
mengunjungi saudara sepupunya, yaitu Kim Lan Hwa. Sama
sekali tidak disangkanya ia akan bertemu dengan wanita itu di
dekat hutan. Melihat perkelahian itu, tadinya ia ragu karena ia
tidak tahu akan urusannya. Akan tetapi ketika mengenali Su
Lok Bu dan Cia Kok Han yang dulu pemah menjad i jagoan
Tuan Muda Pui Ki Cong, ia t idak ragu lagi harus me mbantu
pihak mana. Sudah pasti pihak dua orang bekas kaki tangan
Pui Ki Cong itu yang tidak benar. Juga melihat Kim Lan Hwa
yang duduk di kereta ditodong seorang perwira, ia cepat turun
tangan me mbereskan perwira itu. Setelah Kim Lan Hwa minta
kepadanya untuk me mbantu, Cui Hong kemba li meragu. Siapa
yang harus dibantunya" Jangan-jangan dua orang bekas anak
buah Pui Kongcu itu berada di pihak Kim Lan Hwa. Saudara
sepupunya ini adalah isteri seorang panglima, ma ka tidak
aneh kalau dua orang itu kini menjad i pengawalnya.
"Enci Lan Hwa, siapa yang harus kubantu" Perwira itukah?"
tanyanya ragu. "Bukan! Merekalah yang hendak menangkap a ku. Bantulah
tiga orang pendekar itu!"
Pada saat itu, Su Lok Bu menge luarkan bunyi siulian
nyaring dan bermuncul-lanlah dua los in perajurit! Tadinya, dia
me mandar rendah tiga orang itu dan merasa yakin akan dapat
menga lahkan mere ka. Akan tetapi setelah mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenyataan betapa lihainya mereka, dan melihat pula
munculnya seorang gadis cantik me megang ranting yang
me mbuat wajahnya pucat dan jantungnya berdebar, dia cepat
me mber i isarat me manggil pasukannya yang tadi sudah siap
menanti perintah ini. Su Lok Bu mengenal Kim Cui Hong! Juga
Cia Kok Han mengenalnya sehingga dua orang ini menjadi
jerih sekali karena mereka ma klum betapa lihainya gadis itu.
Cui Hong sudah menerjang dengan rantingnya. Ia melihat
betapa seorang di antara tiga pendekar yang dikeroyokitu
kewalahan menghadapi barisan pedang lima orang yang lihai.
Ia menyerang dan karena ia menyerang dari luar kepungan,
tentu saja yang diserangnya me mba lik untuk me mbela diri
dan kepungan itu menjadi kacau. Melihat kehebatan gerakan
ranting di tangan Cui Hong, dua orang dari lima anggauta
kia m-tin itu terpaksa menghadapinya sehingga Li Cu Seng
hanya dikeroyok oleh tiga orang. Tentu saja hal ini me mbuat
dia tidak terdesak lag i.
Barisan pedang itu berusaha untuk me ma ncing Cui Hong ke
dalam kepungan. Biarpun ada dua orang, kalau keduanya
dapat mereka kepung dalam bar isan pedang mereka, tentu
mereka berlima dapat mendesak dan mengalahkannya. Akan
tetapi Cui Hong tidak dapat dipancing. Ia tetap saja bergerak
di luar kepungan dan Li Seng bergerak di dalam kepungan.
Akan tetapi, tidak terlalu la ma Li Cu Seng dan Kim Cui Hong
me mbuat lima orang Liong-san Ngo-eng terdesak karena Su
Lok Bu telah men iup peluitnya dan dua losin perajurit itu
datang menyerbu. Segera empat orang itu, Li Cu Seng, Kim


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cui Hong, Cu Kam, dan Cia m Tit menghadapi pengeroyokan
banyak orang. Tujuh jagoan ditambah dua puluh e mpat orang
perajurit. Orang yang tadi dirobohkan Cui Hong mas ih belum
dapat ikut mengeroyok. Melihat e mpat orang itu dikeroyok de mikian banyak
perajurit, Kim Lan Hwa menjad i khawatir sekali. Kalau mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu roboh, ia sendiri tentu akan ditangkap dan dituduh
bersekutu dengan para pimpinan pe mberontak!
Sementara itu, Su Lok Bu dan Cia Kok Han, dibantu belasan
orang perajurit, sudah mengepung Cu i Hong.
"Kim Cui Hong iblis betina! Sekarang engkau akan menebus
semua dosa kekejaman mu dulu!" bentak Su Lok Bu. "Engkau
ikut men jadi seorang pe mberontak!"
Cui Hong mengelebatkan rantingnya. "Huh, kiranya engkau
anjing-anjing penjilat pe mbesar korup dan laknat, sampai
sekarang tetap saja menjadi anjing penjilat!"
Empat orang itu tentu saja terdesak hebat karena
dikeroyok terlalu banyak orang. Memang mereka masing-
masing sudah meroboh kan dua orang pengeroyok, namun
pihak musuh terlalu banyak sehingga keselamatan merekaterancam dan gawat sekali. Selain untuk me larikan diri tidak
mungkin karena mereka dikepung banyak orang, juga bukan
watak Li Cu Seng untuk lari men inggalkan kawan-kawannya.
Dia pun bertanggung jawab atas keselamatan Kini Lan Hwa
karena bagaimanapun juga, wanita selir Panglima Bu Sa m Kwi
itu sudah berjasa menolong dia bertiga keluar dari kota raja.
Kalau kini dia dan dua orang anak buahnya melarikan diri
men inggalkan Kim Lan Hwa dan gadis perkasa yang kini
me mbantu mere ka, dunia akan mence moohkan na ma mereka
sebagai pengecut-pengecut yang tidak mengenal budi! Lebih
baik mati daripada dianggap pengecut.
O0dw0O Jilid 12 PADA saat yang amat gawat itu, tiba-tiba terdengar sorak-
sorai dan muncul ah puluhan orang berpakaian pengemis yang
me mbawa tong kat hita m menyerbu ke tempat perte mpuran.
Mereka itu adalah para anggauta Hek-tung Kai-pang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka segera menyerang para peraju-rit kerajaan dengan
permainan tong kat mereka yang liha i! Jumlah para anggauta
Hek-tung Kai-pang itu tidak kurang dari empat puluh orang
dan mereka itu rata-rata memiliki ilmu tongkat yang lihai,
yang merupakan ilmu istime wa dari Hek-tung Kai-pang. Kini
keadaannya menjadi terbalik. Para perajurit terdesak hebat,
banyak di antara mereka yang sudah roboh.
Cui Hong menga muk. Dengan bantuan banyak anggauta
Hek-tung Kai-pang, ia mendesak Su Lok Bu dan Cia Kok Han
dengan ranting di tangannya. Pada saat yang tepat ia berhasil
menendang roboh Su Lok Bu dan tangan kirinya mena mpar
dan mengenai pundak Cia Kok Han seh ingga dua orang ini
terpelanting. Akan tetapi mereka dapat me lompat bangkit dan
bersama Liong-san Ngo-eng, mereka tanpa ma lu-malu lagi
me larikan diri karena makium bahwa kalau mereka ne kat
me lawan, akhirnya mereka tentu akan tewas. Sisa para
perajurit yang belum roboh juga melarikan diri.
Li Cu Seng lalu meneriaki para anggauta Hek-tung Kai-pang
untuk me mbubarkan diri. "Tidak perlu lagi kalian se mua
kembali ke kotaraja, cukup beberapa orang saja dengan
menya mar sebaiknya dan kalian bersiaplah karena penyerbuan
akan segera dilakukan. Nona Kim, terpaksa engkau harus ikut
dulu dengan kami karena kami tidak me mpunyai waktu
mengantar Nona ke San-hai-koan."
"Hong-moi (Adik Hong), naiklah dan te mani aku!" kata Kim
Lan Hwa kepada Cui Hong. Gadis itu pun tidak menolak dan
tanpa banyak cakap ia me masuki kereta dan duduk di
samping selir panglima besar itu. Karena keadaan mendesak,
yaitu para perwira kerajaan tadi tentu akan cepat datang lagi
me mbawa pasu kan besar, maka Cui Hong juga tidak ada
waktu lagi untuk bercakap-cakap. Kereta segera dilarikan oleh
Li Cu Seng. Gu Kam dan Gia m Tit men unggangi kuda mereka
dan mereka me mbalap menuju daerah barat yang sudah
dikuasai pasukan ra kyat pimpinan Li Cu Seng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah kereta berjaian dan mereka duduk bersanding di
dalam kereta, barulah Kim Cui Hong yang tangannya dipegang
oleh Kim Lan Hwa yang ge metaran itu berkata.
"Enci Lan, apakah artinya semua ini" Engkau adalah isteri
seorang panglima besar, mengapa engkau ma lah bersa ma tiga
orang yang dikeroyok para perajurit itu" Mengapa pasukan
kerajaan malah mengganggumu" Dan s iapakah tiga orang
itu?" "Panjang ceritanya, Hong-moi. Ketahuilah bahwa sua miku,
Panglima Bu, kini berada di San-hai-koan me mimpin pasukan
menjaga tapal batas di timur-laut itu. Se mua anggauta
keluarganya telah diboyong pula ke sana. Hanya aku seorang
diri yang tinggal di gedungnya di kota raja."
"Akan tetapi mengapa, Lan-ci (Ka kak Lan)" Mengapa
engkau tidak ikut puia di boyong ke sana?"
Kim Lan mengheia napas panjang. "Ahh, semenjak aku
dia mbil menjad i selir Panglima Besar Bu Sa m Kwi, hidupku
amat pahit, Hong-moi." katanya dengan nada sedih.
Cui Hong mengerutkan aiisnya dan me mandang wajah
yang cantikitu dengan heran. Seingatnya, ketika terjadi
ma lapetaka men impa dirinya, yaitu ketika ia berusia sekitar
enam belas tahun, kurang leb ih se mbilan tahun yang la iu,
saudara sepupunya ini menjadi seorang penyanyi yang amat
terkenal. Hidupnya serba kecukupan, mewah, dan dikagumi
banyak orang. Ketika itu, ia tidak mendengar berita apa pun
tentang Kim Lan Hwa, apalagi setalah peristiwa menyedihkan
men impa dirinya, ia lalu menghilang dari dunia rama i, menjadi
murid Toat-beng Hek-mo selama tujuh tahun. Setelah tamat
belajar dan terjun ke dunia ramai lagi, ia pernah mendengar
bahwa Kim Lan Hwa telah menjadi selir Panglima Besar Bu
Sam Kwi dan tentu saja ia menganggap saudara misannya itu
hidup daiam kemuliaan. Tentu saja ia merasa heran
mendengar ucapan wanita itu bahwa setelah menjadi
panglima besar, hidupnya a mat pahit!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, aku mendengar bahwa engkau menjad i selir yang
paling disayang oleh Pang lima Besar Bu Sa m Kwi! Bagaimana
engkau dapat mengatakan bahwa engkau hidup pahit, berarti
tidak berbahagia?" "Justru kenyataan itulah yang menyebabkan hidupku terasa
sakit, Hong-moi. Memang, Panglima Bu a mat sayang
kepadaku, akan tetapi hal itu justru me mbuat seluruh keluarga
Pangiima Bu, terutama isteri dan para selirnya, merasa iri dan
tidak suka kepadaku, bahkan mereka dia m-dia m a mat
me mbenciku! Aku hidup seperti dikelilingi musuh-musuh,
Hong-moi. Bagaima na aku dapat hidup senang" Padahal,
sebelum a ku menjad i selir Panglima Bu, dan hidup sebagai
seorang penyanyi, semua orang sayang dan memujiku. Ah,
ketika itu aku hidup berbahagia, akan tetapi setelah menjadi
selir Panglima Bu, aku hidup sengsara walaupun berada dalam
gedung besar dan serba mewah dan kecukupan." Wanita itu
lalu me nangis perlahan. "Akan tetapi, Lan-ci, mengapa engkau perdulikan mereka
semua itu" Yang terpenting sua mimu. Kalau engkau
mencintanya dan dicinta olehnya, hal-hal lain dan sikap orang-
orang lain tidak perlu diperdulikan."
Kim Lan Hwa menyusut air matanya dan menghentikan
tangisnya. "Engkau tidak tahu, Hong-moi. Justru itu yang
pertama-tama me mbuat aku tidak berbahagia. Aku sama
sekali tidak mencinta laki-laki yang menjad i suamiku. Ketika
Panglima Besar Bu menga mbil aku sebagai selir, siapa yang
berani menghalanginya" Aku pun tentu saja tidak berani
meno lak. Aku hanya mengharapkan agar dapat hidup
berbahagia di sa mpingnya karena aku mendengar bahwa
Panglima Bu adalah seorang yang baik dan ad il. Akan tetapi
kenyataannya, aku tidak dapat mencintanya. Hal itu mestinya
masih dapat kupertahankan karena dia me mang a mat baik
dan sayang kepadaku, akan tetapi setelah semua anggauta
keluarga me mbenciku, aku merasa seolah hidup dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
neraka. Bahkan, ketika Panglima Bu mengirim pasukan
menje mput keluarganya, isteri dan para selirnya meninggalkan
aku dengan alasan agar aku me njaga gedung keluarga kami."
Kim Cu i Hong mengangguk-angguk. Kini ia baru mengerti
an dapat membayangkan betapa tidak enaknya hidup seperti
saudara sepupunya itu. Menjadi isteri seorang laki-laki yang
tidak dicintainya, malah dibenci oleh se mua keluarga yang
merasa iri. Tentu setiap saat bertemu dengan pandang mata
me mbenci dan muiut ce mberut, suara-suara yang mence moohkan dan me manaskan hati!
"Ke mudian apa yang terjadi maka engkau dapat berada di
tempat pertempuran tadi, Enci Lan?"
"Pagi tadi datang tiga orang berpakaian petani yang
mengaku perwira-perwira utusan Panglima Bu yang menyamar
untuk mengunjungi aku. Akan tetapi kemudian ternyata
mereka itu adalah para pemimpin las kar rakyat yang
me mberontak." "Ah...l" Kim Cui Hong terkejut. "Laskar rakyat yang
dipimpin Li Cu Seng yang terkenal itu?"
Kim Lan Hwa men gangguk dan menunjuk ke arah
punggung kusir kereta. "Dialah Li Cu Seng sendiri! Dan dua
orang pengawal itu para pembantunya!"
"Ahh...!" Cui flong terkejut dan tubuhnya menegang, siap
menghadap i musuh. Tanpa meno leh, Li Cu Seng yang sejak tadi mendengarkan,
berkata, "Nona, jangan kaget dan khawatir. Kami adalah
sahabat dan pelindung rakyat. Musuh kami hanyalah
pemerintah Kerajaan Beng yang dipimpin pe mbesar-pe mbesar
korup dan lalim. Ka mi berjuang de mi kepentingan rakyat!"
"Dia benar, Hong-moi. Engkau sendiri tentu sudah
mendengar betapa laskar rakyat yang me mbebaskan banyak
propinsi di daerah barat dan utara itu selalu disa mbut dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gembira oleh rakyat yang mendukung mere ka. Bahkan aku
mendengar bahwa ketika Kaisar minta bantuan kepada
Panglima Bu untuk me ngirim pasukan me mpertahankan kota
raja, Panglima Bu menolak. Agaknya Panglima Bu sendiri
me lihat kelalima n Kaisar yang dipengaruhi dan dikuasai para
Thaika m. Karena itulah, maka kami saling berjanji. Aku
me mbantu Li Bengcu (Pemimpin Rakyat Lu) dan dua orang
pembantunya keluar dar i kota raja, dan dia akan me mbantu
aku, mengantarkan aku pergi ke San-hai-koan menyusul
Panglima Bu. Kami berhasil keluar dari pintu gerbang, akan
tetapi setelah tiba di sini mereka tadi menghadang dan
hendak menang kap kami. Lalu engkau muncul dan juga para
pengemis tadi datang me mbantu sehingga musuh dapat diusir
pergi." "Mereka bukan penge mis-penge mis biasa, Nona Kim.
Mereka adalah anggauta-anggauta Hek-tung Kai-pang yang
gagah perkasa dan me mbantu perjuangan kami." Kata Li Cu
Seng. "Hong-moi, engkau sudah mendengar se mua riwayat dan
pengalaman ku. Sekarang ceritakanlah padaku, kemana saja
selama ini engkau menghilang" Aku mendengar akan se mua
sepak terjangmu, ketika engkau menghukum Pui Kongcu
(Tuan Muda Pui) putera Jaksa Pui yang korup dan sewenang-
wenang itu, juga para jagoannya. Mereka me mang manusia-
manusia iblis yang jahat dan pantas menerima huku man yang
berat. Aku kagum sekali kepadamu yang telah memba las
kematian ayahmu. Akan tetapi lalu ke mana engkau pergi"
Dan bagaimana engkau bisa menjad i de mikian lihai?"
Kim Cui Hong menghela napas panjang. Sungguh pahit
mengenang se mua pengalamannya itu. "Enci Kim Lan Hwa,
banyak hal kualami dan agaknya hidupku yang lalu juga tidak
lebih daripada keadaanmu. Setelah ayah dan suheng terbunuh
orang-orang jahat, aku hampir putus asa. Akan tetapi aku lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditolong dan dia mbil murid suhu Toat-beng Hek-mo dan
dige mbleng sela ma tujuh tahun."
"Hebat! Kiranya Nona murid Lo-cian-pwe (Orang Tua
Gagah) Toat-beng Hek-mo (Iblis Hitam Pencabut Nyawa) yang
amat sakti?" tiba-tiba Li Cu Eng bertanya. "Nona, di mana
suhumu itu sekarang dan bagaimana keadaan beliau?"
"Suhu telah meninggal dunia, tahun yang la lu karena sakit
tua. " "Adik Cui Hong, lalu bagaimana engkau tadi tiba-tiba dapat
muncul dan me mbantu ka mi?"
"Enci Lan Hwa, selelah aku berhasil me mba las rendam atas
kematian Ayahku dan Suhengku, aku lalu merantau." Cui
Hong sengaja tidak menceritakan tentang malapetaka yang
men impa dirinya, diperkosa dan diperhina Pui Ki Cong dan tiga
orang jagoannya. Dalam perantauan itu aku mendengar
tentang keadaan pemerintahan Kerajaan Beng yang mulai
kacau, tentang para pejabat yang korup dan lalim, tentang
penderitaan rakyat jelata, dan tentang pemberontakan yang
dilakukan rakyat yang dipimpin orang-orang gagah. Juga aku
mendengar tentang laskar rakyat yang dipimpin oleh.... Li
Bengcu ini. Aku masih bingung mendengar se mua itu. Lalu
aku teringat kepadamu, Lan-ci. Aku ingin me ngunjungimu
karena engkau adalah selir Panglima Besar Bu Sa m Kwi yang
tentu mengetahui benar keadaan negara yang kacau itu. Dan
setibanya di sana tadi aku melihat engkau berada di dalam
kereta ditodong seorang perwira, maka aku segera turun
tangan." Li Cu Seng berkata. "Kedatangan Nona tepat sekali dan
kami berterima kasih atas bantuanmu. Sekarang engkau
sudah mendengar sendiri, Nona. Pemerintah Kerajaan Beng
telah menjadi rusa k dan busuk karena Kaisar telah berada
dalam cengkera man para Thaikam. Para pejabat tinggi
sebagian besar korup dan lalim seh ingga rakyat merasa tidak
puas dan terjadi pemberontakan di mana- mana. Nona sendiri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menurut apa yang kudengar tadi, menjadi korban kejahatan
putera seorang jaksa tinggi yang sewenang-wenang. Sekarang
terdapat lebih banyak lagi pembesar yang bahkan lebih jahat
daripada mereka yang dulu Nona musuhi. Maka, sekarang
terserah kepadamu, Nona Kim Cu i Hong, kalau engkau mau
me mbantu perjuangan kami, kami akan menerima dengan
senang hati." "Hal itu akan kupikirkan dulu, Beng-cu. Akan tetapi
sekarang, ke mana engkau hendak membawa Enci Kim Lan
Hwa?" tanya Cui Hong.
"Tentu saja ke Shensi di mana mar kas besar kami berada.
Sekarang tidak ada waktu lagi untuk mengantarnya ke San-
hai-koan karena kami harus me mpersiapkan penyerbuan ke
kota raja. Setelah kami menyelidiki dan mendapat kenyataan
bahwa Panglima Besar Bu Sa m Kwi tidak mengirim pasukan
untuk melindungi kota raja, maka kami harus cepat menyerbu
dan menguasainya. " "Akan tetapi, bukankah engkau berjanji kepada Enci Lan
untuk mengantarnya ke San-hai-koan?" tanya Cui Hong.
"Benar, akan tetapi maaf, hal itu tidak dapat kami lakukan
sekarang. Sebaiknya, demi keselamatannya sendiri, Nona Kim
ikut bersa maku dan untuk se mentara tinggal di sana."
Cui Hong meno leh kepada saudara sepupunya. "Bagaimana, Enci Lan. Apakah engkau mau tinggal bersa ma Li
Bengcu untuk se mentara, ataukah engkau ingin menyusul
keluarga suamimu ke San-hai-koan sekarang" Kalau engkau
ingin kesana sekarang, aku dapat mengantar dan mengawalmu!" "Terima kasih, Hong-moi. Engkau me mang baik sekali.
Akan tetapi kupikir aku tidak akan menyusul ke San-hai-koan
sekarang. Pertan, perjalanan itu amat jauh, dan kedua, amat
berbahaya kalau hanya engkau seorang diri yang mengawalku, dan pula... aku akan merasa aman kalau berada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam perlindungan Li Bengcu. Biarlah untuk se mentara aku
ikut ke Shen-s i." Kim Lan menger ling ke arah pendekar itu. Ia
me mang sejak berte mu merasa kagum kepada Li Cu Seng.
Laki-laki itu de mikian gagah, tegas, dan tenang penuh
wibawa. "Baiklah, kalau begitu, selamat jalan, Enci Lan. Aku
ingin melanjutkan perjalananku merantau."
"Akan tetapi.... Hong-moi, apakah engkau tidak ikut
bersamaku" Aku masih kangen dan ingin banyak bercakap-
cakap denganmu." "Maaf, Enci Lan. Engkau sudah a man terlindung, aku t idak
mengkhawatirkan keadaan dirimu lag i. Aku akan melihat-lihat
keadaan kota raja." "Li-hiap (Pendekar Wanita), berbahaya sekali kalau engkau
me masu ki kota raja. Tentu para perajurit tadi akan
mengenalmu dan engkau akan ditangkap dan dianggap
pemberontak karena engkau tadi me mbantu kami." kata Li Cu
Seng, dan dia menghentikan dua ekor kuda yang menarik
kereta. "Karena itu, marilah engkau ikut dengan kami dan kita
bersama menghadap i pasukan Kerajaan Beng yang sudah
mulai runtuh itu." Cui Hong tersenyum dan me nggeleng kepalanya. "Terima
kasih, Bengcu. Terus terang saja, aku mas ih bingung
me mikirkan tentang per musuhan antara Kerajaan Beng dan
para pemberontak yang menamakan dirinya pejuang.
Memang, aku merasakan adanya pembesar-pembesar yang
menyeleweng dari kebenaran, mengandalkan kekuasaan
bertindak sewenang-wenang dan jahat, akan tetapi permusuhanku dengan mereka hanya merupakan urusan
pribadi, bukan urusan negara. Ketika aku melakukan
perjalanan, aku bertemu dengan para pendekar yang bertekad
me mbe la Kerajaan Beng sebagai warga negara yang setia.
Akan tetapi aku bertemu pula dengan para pendekar yang
mendukung laskar rakyat yang Bengcu pimpin dan
mengatakan bahwa laskar rakyat itu pejuang-pejuang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembela rakyat, sebaliknya
yang me mbela kerajaan mengatakan bahwa laskar rakyat itu pemberontak- pemberontak dan pengacau keamanan. Aku sendiri menilai
bahwa kedua golongan itu ada benarnya dan ada pula
kelirunya. Karena itu, tadinya aku ingin bertemu Enci Kim Lan
Hwa dan bertanya kepada suaminya karena aku mendengar
bahwa Panglima Besar Bu Sa m Kwi seorang yang adil dan
bijaksana. Akan tetapi sayang, aku tidak dapat bertemu
dengannya. Sampai sekarang pun aku be lum dapat
menga mbil keputusan harus berada di pihak yang mana, Beng
cu." "Akan tetapi, Kim-lihiap. Tadi engkau sudah me mbantu
kami me lawan para perajurit kerajaan, itu berarti bahwa
engkau sudah berpihak kepada kami para pejuang dan
me musuhi pemerintah Kerajaan Beng!"
"Tida k, Bengcu. Kalau tadi aku turun tangan, aku hanya
ingin me mbela Enci Kim Lan Hwa dan aku me mbantu Bengcu
bertiga atas permintaan Enci Lan. Kuanggap mereka itu hanya
segerombolan orang yang hendak mengganggu Enci Kim Lan
Hwa, maka a ku menentang mereka. Bukan berarti aku
menentang Kerajaan Beng. Seperti dulu, kalau aku menentang
pembesar pe merintah yang jahat, bukan berarti aku
menentang pe merintah, me lainkan menentang orangnya yang
kebetulan menjad i pejabat. Aku menentang kejahatannya,
Bengcu, bukan kedudukannya."
Li Cu Seng menghela napas panjang dan berkata. "Kim
Lihiap, aku tidak dapat menyalahkan mu. Aku menghargai
pendirianmu karena aku pun dapat merasakan apa yang
menjad i gejolak hatimu. Banyak pendekar yang juga b imbang
seperti perasaanmu. Aku dulu juga seorang pendekar yang
hanya menjunjung tinggi dan me mpertahankan kebenaran
dan keadilan perorangan. Akan tetapi sekali ini menyangkut
nasib jutaan orang rakyat kecil, Lihiap. Maka aku me milih
berjuang menumbangkan kekuasaan la ma yang sudah busuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan korup ini dan menggantikan dengan kekuasaan baru yang
adil bers ih." "Terima kasin atas pengertianmu, Bengcu. Nah, selamat
tinggal. Enci Lan, selamat jalan, semoga engkau mene mukan
kebahagiaan." Setelah berkata de mikian, Kim Cu i Hiong
me lompat dan berlar i cepat men inggalkan te mpat itu.
Apa yang dikatakan pemimpin pe mberontak Li Cu Seng
tentang akibat pemunculan Kim Cui Hong me mbantunya
ternyata benar. Su Lok Bu dan Cia Kok Han, dua orang jagoan
murid Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai yahg menjadi perwira
dalam pasukan Jendeial Ciong Kak, terkejut mengenali Kim Cui
Hong. Mereka berdua bersama Liong-san Ngo-eng terpaksa
me larikan diri dan me ninggalkan banyak perajurit yang tewas
atau terluka parah, cepat kembali ke kota raja dan segera
me laporkan kepada Jenderal Ciong. Mendengar bahwa
Pimpinan Pemberontak Li Cu Seng sendiri berani me masu ki
kota raja dan Mini me larikan diri bersama Kim Lan Hwa, selir
Panglima Besar Bu Sam Kwi yang terkenal, jenderal itu lalu
menyuruh dua ratus orang perajur it melakukan pengejaran
dengan tujuh orang perwira itu menjad i penunjuk ja lan. Akan
tetapi, pengejaran ini gagal karena Li Cu Seng sudah
menghilang ke daerah yang sudah dikuasai pe mberontak dan
pasukan itu terpaksa ke mbali karena di sana terdapat puluhan,
bahkan ratusan ribu perajurit dan Laskar Rakyat yang siap
menghadap i mereka. Jenderal Ciong tentu saja merasa penasaran sekali.
Kehormatannya sebagai panglima yang mengatur pertahanan
kota raja terpukul. Li Cu Seng, pe mimpin pe mberontak itu
sendiri sampa i dapat memasu ki kota raja dan dia tidak dapat
menang kapnya! Lebih dari itu, malah pemimpin pemberontak
itu melarikan diri bersama selir Panglima Besar Bu Sa m Kwi!
Ini saja me mbuktikan bahwa Panglima Bu Sa m Kwi tidak
me mpunyai iktikad ba ik terhadap Kerajaan Beng. Agaknya
panglima penja pertahanan di gar is depan mencegah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mlrnknya tentara Mancu itu tidak perduli bahwa kota raja
terancam para pemberontak! Jenderal Ciong lalu menghadap
Kaisar dan seperti biasa, para pimpinan Thaikam menyertai
Kaisar dalam pertemuan itu. Mereka ini jelas menga mbil a lih
kekuasaan Kaisar dan segala keputusan seolah keluar dari
mereka. Kaisar sendiri seolah tidak tahu. bahwa dia berada
dalam cengkera man kekuasaan para Thaikim, bahkan Kaisar
menganggap bahwa para Thaika m itu merupa kan pembantu-
pembantunya yang paling setia dan paling dapat dipercaya!
Setelah Jenderal Ciong melaporkan akan anca man bahaya
dani pasukan besar pe mberontak, Kepala Thaika m Sue yang
dimintai pendapat Kaisar, berkata dengan sikap congkak.
"Ciong Goan-swe mengapa melaporkan hal sekecil itu
seolah-olah perkara besar sehingga mendatangkan kegelisahan da la m hati Sri baginda Kaisar" Apa sih artinya
pemberontakan se maca m itu" Se mua pe mberontakan dapat
dihancurkan sela ma ini!"
"Akan tetapi, Sri baginda Yang Mulia, sekali ini anca man
datang dari Laskar Rakyat yang dipimpin Pe mberontak Li Cu
Seng. Anak buah mereka itu ratusan ribu orang banyaknya!"
bantah Jenderal Ciong. "Maksud Ciong Goan-swe, ratusan ribu orang petani dan
jembe l-je mbel yang kurang makan sehingga bertubuh kurus
dan le mah! Mengapa harus khawatir" Bukankah kita
me mpunyai balatentara yang cukup banyak dan kuat, juga
kami me ndengar banyak pendekar yang siap me mpertahankan
kerajaan dan kota raja?" bantah Tha ikam Sue.
"Ciong Goan-swe." kini Kaisar berkata. "Ka mi percaya akan
kema mpuan Goan-swe me mimpin pasukan. Kami me mer intahkan Goan-swe untuk
menghancurkan para pemberontakitu!" Kaisar lalu me mberi tanda bahwa persidangan ditutup. Jenderal Ciong terpaksa kembali ke
benteng dengan wajah mura m. Celaka, pikirnya. Air bah
sudah merenda m tub uh sa mpai me ndekati leher, masih saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar tidak menyadari bahaya menganca m. Se mua ini gara-
gara para Thaika m tolol yang berlagak pintar itu! Tidak ada
lain ja lan bagi Jenderal Ciong sebagai seorang panglima yang
gagah kecuali a kan me mpertahankan kota raja mati-matian
dan sampa i tit ik darah terakhir!
0odwo0 Su Lok Bu dan Cia Kok Han, pendekar Siauw-lim-pa i dan
Bu-tong-pai yang kini me njadi perwira pe mbantu Jenderal
Ciong untuk me mbela Kerajaan Beng dari anca man
pemberontak, juga merasa kecewa sekali. Akan tetapi
kekecewaan mereka terutama sekali disebabkan mere ka tidak
berhasil menangkap atau me mbunuh Kim Cui Hong. Dua
orang ini menganggap Kim Cui Hong sebagai seorang wanita
iblis yang teramat kejam dan jahat. Memang mereka telah
mengetahui bahwa Pui Ki Cong, kepada siapa mereka tadinya
mengha mba kan diri, telah melakukan kejahatan terhadap Kim
Cui Hong, telah me mperkosa-nya. Juga jagoan-jagoan
pembesar Pui, termasuk Koo Cai Sun dan Lauw Ti. Akan
tetapi, pembalasan Kim Cui Hong terhadap mereka bertjga
me la mpaui batas perikemanusiaan, maka, setelah Kim Cui
Hong dapat terbebas dari tangkapan mereka, bahkan mereka
terpaksa melarikan diri karena munculnya banyak pengemis
bertongkat hitam yang lihai, dua orang perwira itu lalu
mengunjungi sebuah rumah besar yang terpencil di sudut
kota. Rumah itu besar dan kuno, tampak sera m dan sunyi. Akan
tetapi begitu Su Lok Bu dan Cia Kok Han memasu ki halaman
gedung, dari tempat persembunyian muncul e mpat orang
berpakaian seperti biasa dipakai para penjaga atau tukang
pukul jagoan. Akan tetapi sikap garang mereka menghilang
ketika dalam keremangan senja itu mereka mengenal dua
orang perwira yang datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Laporkan kepada Tuan Muda Pui Ki Cong bahwa kami
berdua hendak Bertemu dan menya mpaikan berita penting
sekali." kata Su Lok Bu.
Kepala jaga mengangguk dan dua orang perwira itu
menunggu di pendapa ketika kepala jaga melapor ke dalam.


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebetulnya, Su Lok Bu dan Cia Kok Han sudah tidak
me mbantu Pui Kongcu (Tuan Muda Pui) lag i, aKan tetapi
me lihat keadaan bangsawan itu yang a mat menderita,
terkadang mereka datang menjenguk, bahkan mereka
mencarikan tabib yang terkenal panda i untuk merawat dan
mengobati tubuh Pui Kongcu yang cacat. Mungkin karena
merasa senasib, atau mengingat bahwa nasib dua orang anak
buahnya yang juga dibuat cacat oleh Cui Hong itu setia
kepadanya, Pui Kongcu bahkan menyuruh orang me mbawa
Koo Cai Sun dan Lauw Ti ke gedung itu dan t inggal
bersamanya. Mereka mendapat perawatan tabib yang pandai.
Biarpun menjad i manusia caca, namun karena Pui Kongcu
kaya raya, maka mere ka dapat terawat baik.
Tak la ma kemudian kepala jaga keluar dan me mpersilakan
Su Lok Bu dan Can Kok Han masuk ruangan dalam. Cuaca
sudah mula i gelaf dan la mpu-la mpu penerangan mulai
dinyalakan sehingga ruangan dalam itu pun terang sekali
karena ada lima buah la mpu besar meneranginya. Kalau saja
dua orang perwira ini belum pernah melihat tiga orang yang
berada di ruangan icu, tentu mereka akan bergidik dan
merasa ngeri. Memang keadaan ruangan itu dan keadaan
mereka menyeramkan sekali.
Ruangan yang luas itu sudah menyeramkan. Penerangan
lima buah la mpu besar itu me mbuat semua yang berada di
situ tampa k jelas. Dinding-dindingnya terhias lukisan dan
tulisan indah. Pot-pot bunga setiap sudut menyegarkan, akan
tetapi sutera-sutera putih yang bergantungan sebagai tirai
jendela dan pintu, mendatangkan kesan menyeramkan,
seperti ruangan berkabung karena ada kematian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja yang
bundar dan lebar. Di belakang meja tampak tiga orang yang
keadaannya amat mengerikan. Mereka se mua duduk di atas
kursi roda. Mereka adalah Tuan Muda Pui Ki Cong, putera
Kepala Jaksa Pui yang telah pensiun setelah dipenjara selama
satu tahun, dan sekarang bekas jaksa itu yang masih kaya
raya menjadi tuan tanah yang memiliki banyak rumah yang
dia sewakan. Orang ke dua ada lah Koo Cai Sun, dan yang ke
tiga Lauw Ti. Dua orang ini dahulu merupa kan dua orang di
antara Thian-cin Bu-tek Sa m-eng (Tiga Orang Pendekar Tanpa
Tanding dari Thian-cin), bertiga dengan mendiang Gan Tek Un
yang me mbunuh diri. Pui Ki Cong sekarang berusia tiga puluh sembilan tahun,
akan tetapi karena mukanya rusak, sukar ditaksir berapa
usianya. Muka pemuda bangsawan yang dulunya tampan
berkulit putih itu kini menyera mkan, seperti muka setan
menakutkan. Seluruh tubuhnya ada bilur-bilur menghita m,
bekas luka-luka sayatan yang diakibatkan cambukan ranting
oleh Cui Hong. Kulit mukanya juga penuh luka-luka sayatan
yang sudah sembuh tapi men inggalkan garis-garis menghita m.
Sepasang matanya buta dan kosong karena kedua biji
matanya sudah copot, bukit hidungnya hilang sehingga
tampak ber lubang, bibirnya juga hilang seh ingga ta mpak
deretan gigi saja, bahkan kedua daun telinganya juga hilang.
Sungguh tidak mirip manusia lagi dan kalau orang bertemu
dengannya di jalan, orang itu tentu akan lari ketakutan!
Semua ini masih dita mbah lag i dengan kelumpuhan kedua
kakinya karena tulang-tulang kakinya hancur. Tadinya, tulang
lengan dari s iku ke bawah juga re muk, akan tetapi berkat
kepandaian tabib, kini dia sudah dapat menggerakkan lagi
kedua lengan dan tangannya, walaupun gerakannya kaku.
Keadaannya sedemikian me nakutkan dan menjijikkan sehingga isteri-isterinya sendiri dan anak-anaknya pun merasa
takut dan jijik mende katinya. Maka dia hidup terasing di dalam
gedung pember ian orang tuanya itu, hanya dikelilingi pelayan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelayan karena kegiatan apa pun yang dia lakukan, harus
dibantu pelayan. Koo Cai Sun berusia e mpat puluh e mpat tahun, akan tetapi
juga tak seorang pun yang mengenalnya sembilan tahun yang
lalu akan dapat mengetahui bahwa s i muka setan ini adalah
Koo Cai Sun! Keadaannya hampir sama dengan keadaan Pui Ki
Cong. Kedua telinganya hilang, bukit hidungnya re muk dan
kini hidungnya berlubang melompong, mulutnya juga tanpa
bibir sehingga tampak giginya yang besar-besar dan ompong
sebagian. Kedua lengan tangannya juga bentuknya bengko-
bengkok akan tetapi sudah dapat digerakkan dan biarpun
kedua kakinya tidak lumpuh, namun kedua ujung kaki, jari-jari
kakinya habis terbakar sehingga terpaksa dia pun me ma kai
bantuan kursi roda! Orang ke tiga, Louw Ti berusia sebaya dengan Koo Cai Sun,
sekitar e mpat puluh e mpat tahun. Juga mukanya cacat, mata
kirinya buta karena biji mata itu pecah, dan matanya yang
tinggal sebelah kanan Itu mempunyai sinar, yang aneh, sinar
mata seorang yang miring otaknya! Dia menyeringai dan
terkadang dia terkekeh, aneh dan mengerikan. Kedua
tangannya juga cacat dan bahkan tangan kirinya buntung
sebatas pergelangan. Kedua kakinya juga dahulu menga la mi
patah-patah tulang akan tetapi kini telah dapat disembuhkan
tabib walaupun yang kanan setengah lumpuh sehingga kalau
berjalan dia harus beiipncat-loncatan dengan kaki kiri. Maka
dia menggunakan kurs i roda untuk dapat berjalan. Biarpun
penderitaan jasman i Louw Ti tidak sehebat Pui Ki Cong dan
Koo Cai Sun, namun penderitaan batinnya lebih hebat
sehingga pikirannya terganggu dan menjadi setengah gila.
Demikianlah, ketika Su Lok Bu dan Cia Kok Han duduk
berhadapan dengan tiga orang itu, diam-dia m mereka bergidik
ngeri. Sungguh terlalu kejam pe mba lasan denda m yang
dilakukan Kim Cu i Hong kepada tiga orang ini. Orang ke
empat, Gan Tek Un, telah bertaubat dan menjadi pendeta,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi dia pun kini me mbunuh diri sebagal penebusan
dosanya terhadap gadis itu! Biasanya, dua orang itu kalau
datang, ke gedung ini, hanya untuk bertemu dengan Pui Ki
Cong, bekas majikan mereka. Baru sekarang mere ka datang
dan melihat tiga orang Itu bersama, dan mereka yang dulunya
pendekar kang-ouw dan sekarang menjad i perwira, yang
sudah banyak menyaksikan kekerasan dan akibat kekerasan,
mereka ngeri me lihat tiga orang bekas a mukan Kim Cui Hong
itu! "Su-ciangkun (perwira Su) dan Cla-ciangkun (Perwira Cia),
kalian berdua sudah menjadi perwira dan mas ih suka
mengunjungi aku. Terima kasih atas kebaikan kalian.
Sekarang kalian hendak bertemu denganku, me mbawa berita
penting apakah?" tanya Pui Ki Cong dengan suara yang pelo
sekali karena dia bicara tanpa menggunakan bibir! Ngeri
me lihat orang ini Dicara, seperti melihat setan tengkorak
bicara. Apalagi wajah tidak berb iji lag i, dita mbah a mat kurus.
Persis tengkorak hidup "Pui Kongcu, kami hanya akan me mber itahukan bahwa
kami me lihat Nona Kim Cui Hong!"
Mendengar ini, tiga orang yang seperti mayat hidup itu
seolah tersentak kaget. Wajah Pui Ki Cong berubah merah
sekali, mata Koo Cai Sun yang mencorong, liar dan
menyorotkan kebencian jtu seolah bersinar mengeluarkan api.
Louw Ti tiba-tiba tertawa ha-ha-he-heh dan dia mengacungkan tangan kanan yang terkepal seperti hentak
me mukul dan lengan kirinya yang buntung sebatas
pergelangan itu pun diacung-acungkan.
"Kubunuh dia! Mana dia Si Kim Cui Hong laknat, kubunuh
dia....!" katanya. "Louw Ti, dia mlah!" kata Pui Ki Cong, lalu dia bertanya
kepada Su Lok Bu. "Su-ciangkun, di mana pere mpuan iblis itu
sekarang?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia me mbantu pe mimpin pemberontak Li Cu Seng ketika
kami hendak menang kap pe mberontakitu di luar kota raja.
Sayang kami tidak dapat menang kapnya karena gero mbolan
pengemis tongkat hita m yang a mat banyak jumlahnya
me mbantunya." "Ahh! Iblis betina itu ternyata membantu pe mberontak"
Dasar perempuan jahat! Su-ciangkun dan Cia-ciangkun, tolong
kumpulkan dan Siapkan para pendekar yang tangguh untuk
menang kapnya. Kalau kalian dapat menangkapnya, aku akan
me mber i hadiah yang a mat banyak, yang akan dapat
me mbuat kalian kaya raya! Biar separuh kekayaanku akan
kuhadiah kan asalkan kalian dapat menangkap iblis betina itu
dan menyeretnya ke sini!"
"Pui Kongcu, kami berdua tidak begitu me mikirkan tentang
hadiah. Kami akan me ngumpulkan orang-orang sakt i yang
berada di kota raja untuk me mbantu kami menyelidiki dan
menang kap kalau Kim Cui Hong muncul, bukan karena hadiah
itu, melainkan karena kami menganggap ia seorang wanita
yang amat kejam, jahat, dan berbahaya." kata Cia Kok Han.
Dua orang perwira itu lalu berpamit dan keluar dar i gedung
yang menyeramkan itu. Su Lok Bu dan Cia Kokz Han lalu cepat menghubungi para
pendekar yang berdatangan ke kota raja memen uhi undangan
Jenderal Ciong untuk me mbela pertahanan kota raja dari
serbuan pemberontak. Pada waktu itu, me mang terjadi
perpecahan di dunia persilatan. Ada yang merasa bahwa
mereka harus me mbela Kerajaan Beng sebagai patriot, seperti
Su Lok Bu, Cia Kok Han, Liong-san Ngo-heng, dan lain-la in.
Ada pula sebagian tokoh kang-ouw yang berpihak kepada Li
Cu Seng, dan ada pula, terutama para pendekar di utara, yang
mendukung Panglima Besar Bu Sa m Kwi. Di antara pendekar
yang me mbe la Kerajaan Beng terdapat seorang datuk dunia
persilatan dari timur. Dia adalah seorang laki-laki berusia
sekitar enam puluh lima tahun, bertubuh tinggi besar, rambut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kumis dan jenggotnya sudah putih semua. Namanya tidak
begitu di kenal di kota raja, akan tetapi di sepanjang pantai
Laut Timur, dia terkenal dengan julukan Tung Ok (Racun
Timur). Ilmu silatnya tinggi dan dia pun pandai ilmu s ihir
sehingga ditakuti banyak orang. Ketika Jenderal Ciong
mengundang para orang gagah untuk membantu pertahanan
kota raja, Tung Ok yang kebetulan berkunjung ke kota raja
tertarik. Diam-dia m dia tertarik menyaksikan kemewahan di
kota raja dan dia Ingin mendapatkan kedudukan sehingga
dapat menjadi seorang pembesar tinggi dan hidup dalam
gedung seperti istana mewan. mendapat kehormatan dan
kemuliaan yang tidak pernah dia rasakan! Ketika ia
mendaftarkan dirinya dan dicoba kepandaiannya, segera dia
dihadapkan Jenderal Ciong karena memang ilmu silatnya luar
biasa. Su Lok Bu dan Cia Kok Han me nghubungi Tung Ok yang
tinggal dalam sebuah gedung besar yang diperuntukkan
tempat tinggal para pendekar. Sebagai seorang datuk, Tung
Ok mendapatkan sebuah kamar terbesar dan pelayanan
istimewa. Su Lok Bu dan Cia Kok Han sudah tahu akan
keliha ian datuk ini, maka mereka men ghubunginya, bukan
hanya untuk menghadapi Kim Cui Hong apab ila gadis itu
muncul, melainkan terutama menghadap i para mata- mata Li
Cu Seng yang berkeliaran di kota raja.
Setelah mencer itakan tentang
Li Cu Seng yang menyelundup ke kota raja dan berhasil me mbawa lari Kim Lan
Hwa, selir Panglima Besar Bu Sa m Kwi, dan tentang Kim Cui
hong yang diceritakan sebagai iblis betina yang jahat dan
kejam, Tung O k tertawa. "Ha-ha-ha, mengapa baru sekarang kalian datang
kepadaku" Kalau ketika itu aku berada dengan kalian, sudah
pasti pemberontak Li Cu Seng dan kaki tangannya, juga iblis
betina Kim Cui Hong Itu, dapat kutangkap hidup atau mati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan kalau kami pada waktu itu tidak sempat
menghubungi Lo-cian-pwe (Orang Tua Gagah), akan tetapi
mulai sekarang, kami mengharapkan bantuan Lo-cian-pwe.
Kalau kami dan para pembantu kami me lihat ada mata-mata
pemberontak ber keliaran di kota raja, terutama sekali mereka
yang melindungi Li Cu Seng ketika hendak kami tangkap, dan
lebih lagi iblis betina Kim Cui Hong itu, tentu kami akan minta
bantuan Lo-cian-pwe. Mereka itu rata-rata memiliki ilmu silat
yang tangguh sekali. Kalau Lo-cian-pwe dapat menangkap
mereka, hidup atau mati, tentu jasa Lo-cian-pwe amat besar
dan selain akan dilapor kan kepada Jenderal Ciong dan dicatat,
juga Pui Kongcu telah menjanjikan hadiah yang amat besar
dan me mbuat Lo-clan-pwe kaya raya."
"Ha-ha-ha, beres, beres! Kalau mereka muncul, serahkan
saja kepadaku, beres!" kata Racun Timur sambil tertawa
senang me mbayangkan hadiah-had iah yang akan diterimanya.
Demikianlah, mulai hari itu, atas perintah Jenderal Ciong,
para perwira termasuk Sn Lok Bu dan Cia Kok Han menyebar
banyak perajurit penyelidik agar tidak lagi merela kecolongan
seperti yang sudah-sudah, ketika banyak anggota perkumpulan penge mis Tongkat Hitam berkeliaran di kota raja
sebagai mata- mata Pe mberontak Li Cu Seng tanpa mereka
ketahui. 0odwo0 Seorang pemuda ta mpan me masuki pintu gerbang kota
raja Peking pada pagi hari Itu, berbaur dengan mereka yang
keluar masuk pintu gerbang. Para petugas penjaga pintu
menga mati setiap orang yang lewat dengan penuh perhatian.
Akan tetapi tidak ada di antara mereka yang mencurigai


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda tampan berpakaian seperti seorang satrawan itu.
Dengan langkah santai pe muda itu berjalan-jalan di
sepanjang jalan besar dalam kota saja seolah hanya melihat-
lihat dengan sikap acuh tak acuh. Akan tetapi sesungguhnya
dia me mperhatikan segala yang dilihatnya, terutama ketika dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan di luar benteng dan melihat banyaknya perajurit
dalam pasukan-pasukan kecil berkeliaran di kota dalam
keadaan siap. Setelah berjalan-jalan berputar-putar kota raja sejak pagi
me masu ki kota sampa i siang hari, agaknya dia merasa lelah
dan lapar. Dia lalu me masuki sebuah rumah makan besar "Lok
Thian" yang letaknya di sudut kota. Biarpun tidak berapa
ramai dikunjungi orang, na mun ru mah makan ini cukup besar
dan seperti kebiasaan pada waktu itu, rumah makan Lok Thian
ini juga merupakan bagian dari rumah penginapan yang
berada di belakang rumah makan itu.
Seorang pelayan tua segera menyambut ketika pe mula itu
me masu ki rumah ma kan. "Selamat siang, Kongcu (Tuan
Muda)." Dia lalu Mempersilakan pe muda itu duduk di meja
kosong yang berada di sudut. Dengan sikapnya yang tenang
pemuda ta mpan itu me mesan ma kanan dengan minuman air
teh. Tak lama kemudian dia sudah makan. Buntalan pakaian
yang tadi dibawanya dia letakkan di atas meja.
Setelah selesai makan dia men ggapai pelayan dan
bertanya, "Paman, apakah di rumah penginapannya masih ada
kamar kosong?" "Ah, Kongcu hendak berma la m" Masih ada, Kongcu, dan
kamar rumah penginapan kami terkenal bersih. Mari saya.
antar." Setelah me mbayar harga makanan, pemuda itu lalu diantar
ke ru mah penginapan di belakang rumah ma kan itu. Seorang
pelayan bagian rumah penginapan menya mbut dan menerima
tamu itu dari tangan pelayan rumah makan. Pemuda itu
diantar pelayan mendapatkan sebuah kamar yang bersih di
bagian depan rumah penginapan, di atas loteng. Dari kamar
tidurnya yang berada di depan tamu itu dapat melihat orang-
orang yang berlalu lalang di atas jalan raya depan rumah
makan. Memang dia sengaja me milih ka mar di bagian depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah ditinggalkan pelayan, dia me masuki kamar,
menutup daun pintu, lalu duduk di dekat jendela luar dan
me mandang ke arah orang-orang yang berlalu lalang di jalan
depan rumah makan itu. Pe muda ta mpan itu me la mun.
Pemuda itu adalah Kim Cui Hong.
Ketika me mperkenalkan na manya kepada pelayan rumah
penginapan untuk dicatat dalam daftar tamu, dia me mberi
nama Ok Cin. Dulu ketika ia menuntut balas kepada musuh-
musuh besarnya, ia pernah menggunakan na ma samaran Ok
Cin Hwa. Sekarang, menyamar sebagai seorang pemuda, ia
me ma kai na ma itu, hanya dikurangi huruf Hwa sehingga
pantas untuk na ma pria. Ok Cin, Tuan Muda Ok Cin!
Kim Cui Hong termenung. Hatinya merasa bingung juga
menghadap i keadaan negara pada saat itu. Dahulu, ayahnya,
yaitu mendiang Kim Siok, guru silat di dusun Ang-ke-bun,
seorang yang berjiwa pendekar, selalu me mberi nas ihat
kepadanya agar dia me miliki tiga kebaktian. Berbakti kepada
Thian (Tuhan) yang Maha Kuasa dengan cara hidup bersih,
baik dan benar. Berbakti kepada orang tua dengan cara
menghormat i dan mencinta serta merawat mereka, dan
berbakti kepada negara, yaitu Kerajaan Beng! Kebaktian
pertama sudah ia laksanakan, yaitu ia selalu berusaha agar
perbuatannya selalu berada di pihak yang benar dan baik,
tidak pernah melakukan kejahatan menuruti nafsu sendiri.
Kemudian kebaktian kepada orang tua, tidak dapat ia
laksanakan sepenuhnya karena ibunya telah meninggal dunia
sejakia berusia lima tahun dan ayahnya tewas di tangan para
penjahat yang telah ia balas se mua. Kini t inggal kebaktian
frnkhir yaitu kepada Kerajaan Beng! Hal inilah yang
me mbingungkannya. Ketika dulu ayahnya mengajak ia dan
mendiang suhengnya yang menjadi tunangannya melarikan
diri men inggalkan Ang-ke-bun, sebelum disusul para jagoan
yang dikirim Pui Kongcu, ayahnya pernah menyatakan
ketidak-senangan hatinya terhadap Kerajaan Beng karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kele mahan Kaisar yang menjadi boneka di tangan para
pembesar lalim. Bahkan ayahnya berkata bahwa kalau mereka
terus dikejar-kejar, lebih baik mereka bergabung dengan
rakyat yang me mberontak terhadap ke lalima n Kaisar.
Inilah yang me mbingungkan hatinya. Ia melihat ada tiga
kekuasaan besar kini sedang bersaing dan s iap untuk
berperang me mperebutkan kekuasaan. Pertama, kekuasaan
pemerintahan Kerajaan Beng di mana kaisarnya dikuasai oleh
para Thaika m sehingga para pejabat sebagian besar
me lakukan penyelewengan, tersesat dan korup. Kekuasaan
kedua adalah Laskar Rakyat yang dipimpin Li Cu Seng, yang
merupakan golongan pe mberontak yang paling besar dan
terkuat. Adapun kekuasaan ke tiga dipegang oleh Panglima
Besar Bu Sa m Kwi yang mengepalai bala tentara yang besar
jumlahnya dan kini berada di San-hai-koan. Ia harus berpihak
mana kalau terjadi perang" Cui Hong termangu-mangu. la
tahu bahwa tiga kekuasaan itu terdiri dari bangsa sendiri!
Masing-masing tentu me mpunyai alasan sendiri dan mereka
diri send iri atau pihak send iri benar. Kaisar merasa benar
karena dia adalah kaisar, keturunan dari pendiri Dinasti Beng
dan menganggap mereka yang menentangnya sebagai
pemberontak. Piha k Li Cu Seng menganggap dirinya benar
karena merasa sebagai pembela rakyat yang tertindas dan
menganggap kaisar dan para pejabat lalim dan tidak
bijaksana. Adapun balatentara yang dipimpin Bu Sa m Kwi
merupakan pihak ke tiga dan ia tidak tahu pasti panglima
besar itu akan berpihak siapa, setia kepada Kaisar atau
me mbantu para pe mberontak yang merasa berjuang de mi
rakyat. Cui Hong merasa bingung. Andaikata yang bertikai hanya
dua pihak, yang pihak Kerajaan Beng menghadapi orang
asing, Mongol atau Mancu, ia tidak akan ragu lagi. Pasti ia
akan me mbe la Kerajaan Beng me lawan musuh. Akan tetapi
sekarang, tiga kekuasaan itu adalah bangsa sendiri yang
terpecah-pecah! Kalau terjadi perang antara kerajaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lawan pejuang rakyat, akibatnya sama saja. Rakyat yang
mender ita. Kalau kota raja dihancurkan pihak pejuang yang
me mberontak, penduduk kota raja tentu mengalami kehancuran dan penderitaan. Sebaliknya kalau pihak pejuang
pemberontak kalah, tentu laskar yang terdiri dari rakyat itu
banyak yang tewas! Ia lalu me mbayangkan kaka k sepupunya, Kim Lan Hwa. Ia
merasa kasihan kepada saudara sepupunya itu. Lan Hwa
sebetulnya dapat hidup berbahagia sebagai selir Panglima
Besar Bu Sa m Kwi yang amat mengasihinya. Hal ini d iakuinya
sendiri oleh Lan Hwa, biarpun Lan Hwa pada dasarnya tidak
me mpunyai perasaan cinta kepada Panglima Besar Bu.
Bagaimanapun juga, ia dapat hidup mulia dan terhormat
sebagai selir terkasih panglima itu. Akan tetapi sungguh
sayang, kasih sayang panglima itu menimbulkan rasa iri dan
cemburu da la m hati para isteri Panglima Bu sehingga akhirnya
Lan Hwa dibenci oleh mereka se mua. Kini Kim Lan Hwa
bersama Li Cu Seng, pemimpin pe mberontak! Apa yang akan
terjadi dengan diri kakak sepupunya itu" Ia tentu sudah
dianggap sebagai pe mberontak karena melarikan diri bersama
Li Cu Seng. Dan bagaimana tanggapan Panglima Besar Bu
Sam Kwi kalau dia mengetahui bahwa selir terkasihnya itu kini
pergi bersa ma Li Cu Seng"
Akhirnya Cui Hong menga mbil keputusan untuk t idak
me libatkan diri da la m per musuhan dan perang saudara. Lebih
bebas hidup sebagai pendekar yang tidak me mihak karena
ketiga kekuasaan itu masih sebangsa sesaudara. Ia hanya
akan melanjutkan pendiriannya sejak dulu, yaitu me mihak
orang-orang yang tertindas, menegakkan kebenaran dan
keadilan, dan menentang orang-orang yang bertindak
sewenang-wenang dan jahat, tidak perduli dari golongan
mana orang itu! Setelah menga mbil keputusan ini, Cui Hong
lalu mandi, bertukar pakaian, makan ma la m, dan tidur. Ia
akan pergi me ninggalkan kota raja pada besok pagi, sebelum
terlambat, karena kalau sudah terjadi perang tentu akan su lit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginya untuk keluar dari kota raja. Apalagi kalau ada orang
yang mengenalnya sebagai wanita yang kemarin me mbantu
pemimpin pemberontak Li Cu Seng, tentu ia akan dikejar-
kejar. Menjelang tengah malam Cui Hong tersentak bangun dari
tidurnya. Ia mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya.
Cepat ia meniup pada m la mpu kecil di atas mejanya dan
me mbuka jendela, melihat keluar, ke arah jalan raya. Akan
tetapi sudah sunyi di jalan itu, tidak ta mpak orang berlalu
lalang. Akan tetapi suara itu terdengar di dalam rumah makan
yang berada di depan rumah penginapan dan yang me mbuat
ia terkejut dan heran adalah ketika mendengar suara senjata
tajam beradu dan bentakan-bentakan marah diseling teriakan-
teriakan kesakitan. Ada orang-orang berkelahi, pikirnya.
Maklum bahwa ada peristiwa pent ing mungkin keadaannya
gawat, dia cepat membereskan pakaian penyamarannya
sebagai seorang laki-laki, menggendong buntalan paka iannya,
lalu keluar dari kamarnya, terus menuju ke pintu besar bagian
luar rumah penginapan setelah menuruni loteng. Pintu besar
itu tertutup dan anehnya, ia tidak melihat seorang pun di
rumah penginapan itu, tidak ada tamu, tidak tampak pula
pelayan. Ia membuka daun p intu yang mene mbus ke ruangan
rumah ma kan dan di bawah penerangan yang cukup ia
me lihat perkelahian hebat. Ia melihat lima orang berpakaian
pelayan dan lima orang la in berpakaian pedagang sedang
mati-matian me lawan pengeroyokan puluhan orang perajurit!
Ia merasa heran sekali. Lima orang pelayan itu, termasuk
pelayan rumah makan dan pelayan rumah penginapan yang
Pasukan Kumbang Neraka 3 Pendekar Perisai Naga 2 Selendang Mayat Suramnya Bayang Bayang 23
^