Pencarian

Sakit Hati Seorang Wanita 5

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


diri, Toako. Akan tetapi, di rumah Hwa- moi ini aku a man,
harap jangan khawatir dan lapor kan saja kepada Pui-kongcu
bahwa aku sedang bersenang-senang di dalam rumah sahabat
baruku." "Tida k, Koo-te, engkau harus kembali, demikianlah perintah
Pui-kongcu." bantah Su Lok Bu dengan suara tegas.
Cai Sun ragu-ragu untuk me mbantah lagi. Dia tahu bahwa
di dalam keluarga Pui, dia masih kalah berkuasa dibandingkan
orang tinggi besar ini, dan pula, dia tahu bahwa
kepandaiannya pun masih belum ma mpu menandingi
kepandaian Su Lok Bu. "Akan tetapi..... mengapa aku tidak boleh bersenang-
senang?" "Tida k ada yang melarangmu bersenang-senang, akan
tetapi tidak boleh men inggalkan gedung keluarga Pui terlalu
jauh. Kenapa tidak kaubawa saja sahabatmu ini ke sana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Cai Sun nampak berseri. "Ya, kenapa tidak
demikian" Hwa- moi, mari ikut dengan aku ke gedung keluarga
Pui, engkau akan senang di sana!"
Tentu saja Cui Hong tidak sudi dibawa ke rumah keluarga
Pui, karena se lain hal itu amat berbahaya baginya, ia pun
tidak sudi diper mainkan untuk kedua kalinya! "Tidak, aku.....
aku tinggal saja di sini....."
"Eh, kenapa, Hwa-moi" Bukankah kita telah bersahabat
baik" Aku ingin menyenangkan hatimu, percayalah, di sana
engkau akan ge mbira sekali. Rumahnya indah dan mewah,
tidak seperti di sini dan....."
"Terima kasih, akan tetapi, aku malu ..... apa akan kata
orang" Melihat penolakan itu, Cai Sun men jadi kecewa dan marah.
Kesenangan yang sudah dibayangkan sejak tadi, akan gagal.
Seolah-olah makanan lezat yang sudah berada di depan bibir,
kini akan terlepas. Tentu saja dia t idak re la melepaskannya.
"Hwa-moi, engkau tidak boleh menolak lag i. Engkau harus
ikut denganku. Harus kubilang tadi, mengerti?" berkata
demikian, Cai Sun hendak menangkap lengan tangan Cui
Hong, akan tetapi wanita itu sudah melangkah mundur
sehingga tangkapannya tadi luput.
"He mm, lag i-lag i ada la ki-laki hendak me ma ksakan
kehendaknya kepada seorang wanita baik-ba ik! Apakah di
kota raja ini seperti di dalam hutan rimba?" Ucapan itu
mengejutkan se mua orang dan mere ka meno leh ke luar.
Kiranya dari luar muncul seorang pe muda yang me mandang
kepada Cai Sun dengan alis berkerut dan pandang mata
marah. Melihat pe muda itu, Cui Hong terkejut se kali.
"Tan-toako, harap jangan menca mpuri ....." Ia khawatir
sekali karena ia tahu betapa lihainya Cai Sun, apalagi di situ
terdapat pasukan pengawal yang dipimpin oleh Su Lok Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ia sudah dengar memiliki kepandaian tinggi itu. Sekali ini
Tan Siong tentu akan celaka.
"Biar lah, Hwa-moi. Siapa pun akan kuhadapi kalau ia berani
mengganggu dan menghina mu!" kata Tan Siong dengan sikap
tenang dan tabah sekali. Sementara itu, ketika melihat bahwa pe muda yang muncul
ini adalah pe muda petani yang pernah ribut di dalam rumah
makan menghadapi e mpat orang pria yang mengganggu
wanita itu, bangkit lah kemarahannya dan sekali loncat, Cai
Sun sudah berada di depan pe muda itu.
"Petani dusun busuk! Mau apa kau" Apakah sudah bosan
hidup" Hayo menggelinding perg i!" Berkata demikian, tangan
kanannya mena mpar. Tamparan yang kuat sekali karena dia
sengaja mengerahkan tenaga dan kalau pe muda tani itu
terkena tamparan tadi yang mengarah kepalanya, tentu dia
akan roboh dan mungkin a kan terluka berat atau bahkan
tewas. Cui Hong terkejut bukan ma in dan ia sudah s iap untuk
me lindungi Tan S iong ketika tiba-tiba ia me lihat hal yang luar
biasa, hal yang terjadi di luar dugaan sama sekali. Dengan
gerakan yang amat lincah dan ringan, dan dengan amat
mudahnya, Tan Siong telah menggeser kakinya dan mengelak!
"Sudah mengganggu wanita baik-baik masih memukul
orang tanpa dosa lagi. Wah, sungguh jahat sekali kau ini!"
kata Tan Siong, menudingkan telunjuknya ke arah hidung Cai
Sun yang bentuknya merupaan ciri khas hidung laki-laki mata
keranjang. Melihat betapa tamparannya dapat dielakkan oleh pemuda
tani itu, Cai Sun menjadi marah bukan main. "Jahanam busuk,
engkau sudah bosan hidup!" Dan dia pun menerjang maju,
sekali ini bukan sekedar ta mparan saja, melainkan serangan
dengan jurus ilmu silatnya yang ampuh. Dengan gerakan yang
cepat walaupun tubuhnya bundar dengan perut gendut, dia
mengirim pukulan dengan tangan kanan ke arah ulu hati
lawan, sedangkan pukulan ini disusul dengan tendangan kaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kirinya mengarah se langkangan. Hebat serangan ini karena
merupakan serangan dari Ilmu Silat Thian-te Sin-kun yang
menjad i kebanggaannya. Sesuai dengan namanya, Ilmu Silat
Thian-te Sin-kun (Silat Sakti Bumi Langit) mendasarkan
gerakan kombinasi atas dan bawah dan dia menyerang
dengan jurus Kilat Mengguncang Bumi Langit.
Senyum kagum me mbayang di bibir Cui Hong ketika dia
me lihat sikap Tan Siong menghadapi serangan itu. Kalau tadi
ia masih khawatir dan juga terheran-heran, kini hatinya mulai
merasa tenang dan bahkan kagum. Melihat sikap pe muda itu"
yang amat tenang, ia percaya bahwa pemuda yang
disangkanya petani dusun sederhana itu ternyata adalah
seorang pendekar yang memiliki kepandaian silat tinggi! Kalau
tidak tinggi t ingkat kepandaiannya, tidak mungkin sikapnya
demikian santai dan tenang menghadapi serangan Cai Sun
yang dahsyat. "Wuuuutttt....!" Tan Siong mengelak ke kiri me mbiarkan
pukulan tangan lawan ke arah ulu hatinya lewat, dan ketika
tendangan susulan menyambar, dia
me mutar lengan kanannya ke bawah untuk menang kis.
"Dukk....!" Kaki yang menendang itu tertangkis dan
terpental, bahkan Cai Sun menyeringai karena merasa betapa
tulang keringnya nyeri, tanda bahwa pemuda petani itu
me miliki tenaga yang amat kuat! Tahulah dia bahwa pemuda
yang kelihatannya bodoh itu sebenarnya adalah seorang yang
me miliki kepandaian silat tinggi, maka dengan marah sekali
Cai Sun mencabut sepasang senjata tombak pendeknya.
Nampa k sinar berkilauan ketika sepasang senjata itu
digerakkan, dan dua gulungan sinar segera menyerang ke
arah Tan Siong. Pemuda itu cepat meloncat ke belakang dan ketika Cai Sun
menerjang lagi, dia sudah mencabut sebatang pedang yang
tadi dipergunakan sebagai ikat pinggang. Sebatang pedang
yang lemas dan lentur sekali, tipis akan tetapi juga tajam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkilauan ketika tercabut dari sarungnya yang me lingkari
pinggang. Terdengar suara berdenting berkali-kali dan Cai Sun
segera menjadi s ilau karena gulungan s inar pedang itu
me mbuat sepasang to mbaknya seperti mati langkah.
"Hwa-moi, larilah cepat.....pergilah...!"
Tan Siong yang tahu bahwa lawannya amat tangguh,
berteriak kepada Cui Hong yang masih berdiri dengan
bengong. Mendengar ini, Cui Hong la lu berlari masu k ke dalam
rumahnya, untuk melarikan diri dari pintu belakang. Tentu
saja ia tidak merasa takut, akan tetapi sebagai Ok Cin Hwa,
tentu saja ia harus berpura-pura takut dan melarikan diri
selagi Cai Sun terlibat dalam perkelahian melawan Tan Siong.
Lega rasa hati Tan Siong melihat gadis itu sudah melarikan
diri. Dia melawan dengan penuh semangat dan tak la ma
kemudian, Koo Cai Sun mula i terdesak. Jagoan ini juga
me lihat betapa wanita yang diinginkan nya itu lari maka dia
cepat berteriak, "Apakah kalian dia m saja terus" Hayo bantu
aku menghadapi bocah ini! "
Enam orang perajurit pengawal itu segera bergerak
mengepung Tan Siong me mbantu Cai Sun, akan tetapi Su Lok
Bu masih berd iri saja menonton. Jagoan ini merasa sungkan
untuk melawan pengeroyokan, dan juga dia kagum terhadap
pemuda itu. Nampaknya seorang pemuda sederhana, pemuda
petani dusun yang bodoh, akan tetapi ternyata pemuda
berpakaian kuning itu adalah seorang ahli silat yang amat
pandai, dan lebih dari itu, dia mengenal gerakan ilmu pedang
itu sebagai ilmu pedang dari Kun-lun-pa i yang besar dan amat
terkenal! Pemuda ini seorang murid Kun-lun-pai yang pandai
dan hal inilah yang me mbuat hati Su Lok Bu merasa tidak
enak. Dia sendiri adalah murid Siau w-lim-pai dan di antara
kedua perkumpulan itu, biarpun Siauw-lim-pai dipimpin oleh
para hwesio beragama Buddha sedangkan Kun-lun-pai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipimpin oleh para tosu beragama To, na mun terdapat
persahabatan yang baik. Biarpun kini dikeroyok oleh Cai Sun dan ena m orang
pengawal, ternyata Tan Siong ma mpu menand ingi mereka,
bahkan ketika dia me mpercepat gerakan pedangnya, dua
orang pengawal terpaksa melom pat mundur karena yang
seorang terluka pundaknya, seorang lagi terluka pahanya yang
robek berdarah. Empat orang penga wal lainnya menjadi
gentar juga menghadapi kegagahan pe muda itu, dan kini Tan
Siong me mpercepat serangannya untuk merobohkan Cai Sun.
Si mata keranjang yang gendut perutnya ini men jadi s ibuk
sekali. Dia pun mengerahkan seluruh tenaganya dan
menge luarkan se mua ilmu silatnya untuk melawan, namun
tetap saja dia terdesak hebat. Kembali dua orang pengawal
roboh oleh tendangan kaki Tan Siong seh ingga kini t inggal
dua orang, tiga bersama Cai Sun yang mengepungnya. Melihat
ini, hati Su Lok Bu merasa tidak enak. Bagaimanapun juga, Cai
Sun adalah rekannya yang sama-sama melindungi Pui Ki
Cong, dan kini bahkan e mpat orang pengawal telah kalah dan
tidak dapat maju lagi. Dia mencabut sepasang pedangnya dan
me loncat ke dala m kalangan perkelahian sambil me mbentak,
"Tahan dulu!" Melihat ber kelebatnya dua sinar pedang yang panjang dan
kuat, Tan Siong meloncat mundur dan perke lahian itu terhenti.
"Orang muda, siapakah engkau dan mengapa engkau berani
me lawan kami yang bertugas sebagai pengawal-pengawal
bangsawan di kota raja?"
Tan Siong me mandang kepada orang tinggi besar ber muka
hitam yang na mpak gagah dan kuat ini. "Na maku Tan Siong
dan semua orang tahu bahwa bukan a ku yang mencari
perkara. Aku hanya kebetulan lewat dan melihat perlakuan
sewenang-wenang terhadap seorang wanita baik-baik, maka
aku pun menegur." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, engkau telah lancang tangan melukai pengawal-
pengawal, bagaimana fyp p ta' '' (fasBjjaiaw suara dosa
----- yang harus dihukum. Menyerahlah untuk kami tangkap dan
kami hadapkan kepada majikan kami." Su Lok Bu masih
berusaha agar tidak usah berkelahi melawan pe muda itu dan
kalau pe muda itu menyerah, dia akan menjaga agar Cai Sun
tidak ber tindak sewenang-wenang, dan agar pe muda itu
diadili secara baik-baik.
"Aku harus menyerah?" Tan Siong me mbentak penasaran.
"Kawan mu inilah yang harus dihukum, bukan aku!"
"Berani engkau melawan" Nah, sambutlah pedangku ini!"
Su Lok Bu menyerang dengan sepasang pedangnya. Diam-
dia m terkejutlah hati Tan S iong menyaksikan gerakan pedang
itu, yang demikian cepat dan juga kuat. Serangan yang a mat
dahsyat dilakukan Su Lok Bu, dengan sepasang pedang
me lakukan gerakan meng dari kanan kiri
"Trang-tranggg.....!" Nampak bunga api berpijar dan Tan
Siong berhasil men ghalau dua pedang yang mengguntingnya
dengan tangkisan beruntun ke kanan kiri. Su Lok Bu
menge luarkan seruan me muji, lalu menyerang lagi dengan
lebih dahsyat. Melihat gerakan pedang Su Lok Bu, Tan Siong merasa
semakin kaget. Dia pun mengenal gerakan ilmu pedang
Siauw-lim-pai, ma ka sambil meloncat jauh ke belakang dia
berseru, "Tahan senjata!"
Tan Siong mengangkat kedua tangan ke depan dada
me mber i hormat kepada Su Lok Bu sa mbil berkata, "Kiranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu dengan seorang gagah dari S iauw-lim-pai. Terimalah
hormat seorang murid Kun-lun-pai, sahabat, dan maafkan
kalau aku kesalahan tangan."
Su Lok Bu mengerut kan alisnya. Kalau pertikaian ini
merupakan urusan pribadinya, tentu dia pun akan merendah
dan mengalah terhadap murid Kun-lun-pai seperti s ikap
pemuda itu. Akan tetapi, pada saat ini dia adalah seorang
petugas yang harus me mbela rekan-rekan nya. Dia harus
me mbantu Cai Sun, dan dia pun harus me mbantu para
pengawal yang sudah menderita kerugian dengan kalahnya
empat orang itu. Dala m urusan ini, Kun-lun-pai dan Siauw-lim-pai tidak ada
sangkut-pautnya, dan ia pun melihat yang ada hanyalah
seorang pemuda yang telah melukai para perajurit pengawal
dan aku sebagai seorang kepala pengawal. "Menyerahlah
untuk kutangkap dan aku pun tidak akan me mpergunakan
senjata terhadap dirimu."
Tan Siong me ngangguk. "Baiklah, ini urusan pribadi dan
tidak ada sangkut-pautnya dengan Siauw-lim-pai maupun
Kun-lun-pai. Akan tetapi aku tidak merasa bersalah, maka
terpaksa aku menolak untuk menyerah dan ditangkap."
"Su-toako, pemuda ini so mbong sekali. Kalau tidak diberi
hajaran tentu akan memandang rendah kepada kita!" teriak
Cai Sun marah karena dia merasa khawatir kalau-kalau
rekannya itu akan berda mai dan tidak me lanjutkan
perkelahian melawan pe muda itu. Dia sendiri sudah
menggerakkan pedang di tangannya melakukan serangan
dahsyat yang disambut oleh Tan Siong dengan tenang.
Melihat ini, terpaksa Su Lok Bu maj u lagi me lakukan serangan
dengan sepasang pedangnya. Juga dua orang pengawal


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me mbantu dengan pedang mere ka.
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki pendek berkulit putih dan
berperut gendut, dengan rambut dan jenggot putih se mua.
"Penjahat muda yang nekat, lihat golok besarku!" bentak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu dan begitu tiba di s itu, dia me mbentak dan
menggerakkan sebatang golok besar dan berat dengan
gerakan yang amat dahsyat. Suara golok itu se ma kin
berdesing-desing dan menya mbar-nyambar ganas menyerang
Tan Siong. Tentu saja Tan Siong terkejut bukan main karena golok itu
tidak kalah bahayanya dengan sepasang pedang di tangan Su
Lok Bu! Orang yang baru datang ini adalah Cia Kok Han yang
menyusul re kannya dan begitu melihat rekan-rekannya
mengeroyok seorang pemuda yang amat liha i dan me lihat ada
empat orang pengawal yang terluka, dia pun segera maju
mengeroyok. Kini Tan Siong kewalahan sekali, apa lagi karena dia tahu
bahwa yang baru datang ini tentulah seorang Bu-tong-pai
hatinya merasa semakin ragu dan khawatir. Karena itu,
gerakan pedangnya agak terlambat dan tiba-tiba saja sebuah
bacokan pedang kiri Su Lok Bu mencium pangkal lengan
kirinya sehingga bajunya yang kuning terobek ber ikut kulit dan
sedikit dagingnya. Untung luka itu tidak terlalu dalam benar,
tidak sa mpai mengena i tulangnya. Namun rasa nyeri, perih
dan panas membuat dia terhuyung dan cepat me mutar
pedang dan berloncatan ke sana-sini untuk menghindarkan
diri dari hujan serangan yang dilancarkan para pengeroyoknya, terutama sekali Cai Sun, Cia Kok Han, dan Su
Lok Bu. Dia m-dia m dia menge luh karena rasanya akan sukar
untuk dapat meloloskan diri dari kepungan tiga orang yang
lihai ini. Akan tetapi tiba-tiba tiga orang lawannya
me mper la mbat gerakan mereka, bahkan mereka seperti
tertahan oleh sesuatu dan tidak mendesaknya lagi.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Tan Siong u ntuk melompat
jauh ke luar pintu depan pekarangan rumah itu dan dia pun
terus berlompatan dan melarikan diri.
Tiga orang jagoan itu t idak me lakukan pengejaran, bahkan
mereka bertiga la lu me mandang ke kanan kiri seperti orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang merasa gentar. Ketika tadi mereka mendesak Tan S iong
dan pedang kiri Su Lok Bu berhasil me luka i pangkal lengan
pemuda itu, dan mereka bertiga sudah siap untuk
meroboh kannya tiba-tiba saja ketiganya terkejut karena
berturut-turut ada sepotong batu kerikil yang menyambar dan
mengenai tubuh mere ka. Hanya batu-batu kerikil kecil saja,
akan tetapi datangnya demikian kuat dan hampir mengenai
jalan darah sehingga terasa nyeri dan bagian yang kena
menjad i kesemutan hampir lumpuh. Hal inilah yang
mengejutkan mereka dan sebagai ahli-ahli silat tinggi mereka
maklum bahwa pe muda itu telah diarn-dia m dibantu oleh
seorang yang berilmu tinggi! Maka, ketika Tan Siong
me larikan diri, mereka tidak melakukan pengejaran, melainkan
menanti munculnya orang yang telah menya mbit mereka
dengan kerikil-kerikil kecil tadi. Akan tetapi, tidak ada orang
muncul sampai bayangan pemuda itu lenyap.
"Ke mana perginya Cin Hwa" Ialah yang men jadi biang
keladinya!" Tiba-tiba Cai Sun berseru ketika dia me ncari-cari
wanita itu dengan pandang matanya. "Biar kubawa wanita
itu!" Diapun lalu masu k ke dalam rumah. Akan tetapi, di dalam
rumah itu tidak ada seorang pun juga. Ok Cin Hwa telah
lenyap, dan tidak nampak bayangan seorang pun pelayan.
Selain itu, Cai Sun melihat bahwa peralatan dalam rumah itu
sederhana sekali. "Ah, tentu ia melarikan d iri karena ketakutan." kata Cai Sun
dengan hati menyesal sekali. "Aku akan mencarinya, tentu ia
tidak lar i jauh." Akan tetapi Su Lok Bu yang merasa marah karena gara-
gara Cai Sun yang keluyuran sa mpai mereka berte mu dan
berkelahi melawan orang pandai, berkata dengan suara ketus,
"Kita pulang se karang, dan harap kau jangan mencari gara-
gara lagi, Koo-te!" Melihat sikap rekannya itu, Cai Sun tidak berani
me mbantah lagi dan berangkatlah mereka meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat itu, kembali ke gedung keluarga Pui. Pui Ki Cong juga
menegur Cai Sun yang dikatakan sembrono sekali dan
me larang teman dan pe mbantu itu untuk pergi jauh tanpa
kawan. 0oodwoo0 Jilid 8 TAN SIONG yang mengalami luka bahunya, tidak berani
langsung kembali ke te mpat perse mbunyiannya di kuil tua,
me lainkan berputar-putar di tempat-tempat sunyi. Setelah
matahari turun ke barat dan cuaca menjadi re mang-re mang,
barulah dia menyelinap di antara gedung-gedung, melalui
lorong-lorong menuju ke kuil tua. Akan tetapi tiba-tiba dia
dikejutkan oleh teriakan banyak orang bahwa ada terjadi
kebakaran. Dia segera menuju ke tempat itu menyelinap di
antara orang banyak. Dapat dibayangkan betapa kagetnya
ketika me lihat bekas lawannya tadi, yaitu Koo Cai Sun,
bersama dua orang rekannya yang lihai, berada pula di te mpat
itu dan mendengar dari orang-orang yang menonton bahwa
yang terbakar itu adalah toko milik laki-la ki berperut gendut
yang tadi merayu Ok Cin Hwa! Huh, manusia jahat tentu
akhirnya akan mengalami musibah dan ma lapetaka, pikir Tan
Siong dan diapun tidak perduli lagi, la lu menyelinap di antara
banyak orang dan pergi dari situ.
Dia me masuki kuil tua yang gelap itu, menuju ke ruangan
belakang yang untuk se mentara menjadi te mpat dia
bersembunyi. Gelap sekali ruangan itu. Dia meraba-raba untuk
mencari lilin yang ditaruh di sudut ruangan. Akan tetapi
tangannya tidak mene mukan sesuatu.
"Engkau mencari lilin, Toako?" Tiba-tiba terdengar suara
halus. Tan Siong terkejut, akan tetapi girang mendengar bahwa
itu adalah suara O k Cin Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lilin itu dinyalakan oleh wanita yang ternyata adalah Cui
Hong itu. Tentu para pembaca dapat menduga bahwa orang
sakti yang diam-dia m me mbantu Tan Siong tadi bukan lain
adalah Cui Hong sendiri, la tidak lari jauh, melainkan
bersembunyi dan menonton perkelahian itu. la merasa
terkejut, heran dan kagum sekali karena ternyata pemuda itu
me miliki ilmu kepandaian silat yang cukup t inggi, tidak terlalu
banyak selisihnya dengan tingkat kepandaiannya sendiri! Ia
me lihat dengan kagum betapa dengan mudah Tan Siong
menghadap i pengeroyokan Cai Sun yang dibantu ena m orang
perajurit, kemudian datang pu la me mbantu dua orang jagoan
yang amat lihai itu. Juga dia tahu bahwa pemuda itu adalah
seorang murid Kun-lun-pai, seorang pendekar yang gagah
perkasa. Akan tetapi, kekagumannya berubah menjadi
kekhawatiran ketika ia me lihat betapa Tan Siong mulai
terdesak payah dan bahkan menderita luka pada bahunya.
Cepat ia me mbantu dar i te mpat persem-bunyiannya,
menya mbitkan batu-batu kerikil yang mengenai tubuh tiga
orang lihai itu sehingga mereka terkejut dan menghentikan
serangan mereka terhadap diri Tan Siong yang sudah
terdesak. Kesempatan itu, seperti yang diharapkan, dipergunakan dengan ba ik oleh Tan Siong yang berhasil
me loloskan diri. la lalu mendah ului pe muda itu me masu ki
ruangan belakang kuil tua dan menanti di situ sa mpa i ge lap.
Kini mereka dapat saling pandang di bawah sinar lilin yang
remang-re mang. Tan Siong menye mbunyikan kegirangannya
me lihat Cui Hong berada di situ dengan duduk bersila di atas
lantai. "Syukur engkau dapat me loloskan diri, Hwa-moi."
"Berkat pertolonganmu, Tan-ko. Karena tidak tahu harus
lari ke mana, aku teringat akan tempat ini dan bersembunyi di
sini." "Engkau benar, di sini kita aman karena mereka tentu tidak
menyangka bahwa kita berada di sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan-ko, sungguh aku kagum sekali karena engkau
ternyata bukan seorang petani dusun biasa, melainkan
seorang pendekar yang amat lihai sehingga engkau berhasil
menyelamatkan aku dan menand ingi orang-orang jahat yang
mengeroyokmu." "Ah, jangan me muji, Hwa- moi. Bagaimana aku dapat
disebut lihai kalau ha mpir saja aku tewas di tangan mere ka?"
Dia meraba luka di bahu kirinya dan menggigit bibir
menahan rasa nyeri ketika dia mencoba untuk me mbuka baju
di bagian bahu yang robe k dan melekat pada lukanya karena
darah yang menger ing. "Aih, engkau terluka parah, Tan-ko" Mari, biar aku yang
merawatnya. Luka itu perlu dibersihkan." kata Cui Hong yang
segera menghampiri lalu berlutut di dekat pemuda itu. Dengan
cekatan jari-jari tangannya yang halus me mbuka bagian baju
yang terobek itu lebih besar sehingga luka itu na mpak.
Biarpun t idak berbahaya dan tidak sa mpai mengenai tulang,
namun luka itu cukup lebar dan na mpak mengerikan, dan ia
tahu bahwa luka itu tentu terasa nyeri, pedih dan panas
sekali. "Aku butuh air panas untuk mencuci luka ini sebelum
diobati, Tan-ko. Aku akan mencari air panas dan obat keluar
sebentar." "Jangan, Hwa-moi, berbahaya kalau engkau keluar
sekarang. Ini ada arak, cucilah saja dengan arak ini, kemudian
berikan obat ini la lu balut. Aku me mang selalu menyediakan
obat untuk merawat luka." kata Tan Siong.
Tentu saja Cui Hong juga tahu akan cara pengobatan luka,
maka ia lalu mencuci luka itu dengan arak. Pedih perih
rasanya dan Tan Siong menggigit bibir menahan rasa nyeri.
Tidak sedikit pun keluar keluhan dari mulutnya, padahal Cui
Hong ma klum betapa nyerinya luka yang dibakar oleh arak itu.
Setelah me mbersihkan luka itu, ia lalu menggunakan obat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bubuk putih yang diberikan Tan Siong, setelah itu ia membalut
bahu itu dengan me mpergunakan sobekan ikat pinggangnya
yang berwarna putih bersih. Selama perawatan ini, Cui Hong
berlutut dekat sekali dengan Tan Siong seh ingga kadang-
kadang, tanpa disengaja, ada bagian tubuh mereka yang
saling bersentuhan. Hal ini me mbuat Tan Siong ha mpir tak
berani berkutik. Bau khas wanita yang keluar dari tubuh dan
rambut Cui Hong, sentuhan jari-jari tangan yang seperti
me mbe lai bahunya, geseran-geseran halus antara bagian
tubuh mereka yang saling bersentuhan, mendatangkan getara
dalam diri Tan Siong dan me mbuat jantungnya berdebar
keras. Dia tidak tahu bahwa keadaan wanita itu pun tidak jauh
bedanya dengan dirinya. Belum pernah selama hidupnya Cui
Hong berada dalam keadaan seperti itu, de mikian de kat
dengan seorang pria. Pengalamannya tujuh tahun yang lalu
dengan empat orang pria yang me mperkosanya merupakan
hal yang lain sa ma sekali karena di situ t idak terdapat
kemesraan, yang ada hanya rasa takut, duka, dan kebencian.
Akan tetapi sekarang, ia merasakan sesuatu yang aneh,
sesuatu yang amat mesra, yang membuat jantungnya
berdebar keras dan jari-jari tangannya kadang-kadang agak
gemetar. Untuk menghibur ketegangan aneh ini, Cui Hong lalu
bertanya. "Siong-toako, engkau adalah seorang pendekar yang
berkepandaian tinggi. Kenapa engkau de mikian baik
kepadaku, me mbelaku sampa i mati-matian sehingga engkau
mender ita luka parah begini?"
Tan Siong menarik napas panjang. "Mula- mula hanya
kebetulan saja kita saling jumpa di dalam rumah makan itu,
Hwa- moi. Tentu saja aku tidak suka melihat orang-orang
kasar itu mengganggumu seh ingga a ku menegur mereka."
"Akan tetapi ketika meja itu dibalikkan oleh Si Muka
Bopeng, kenapa engkau dia m saja sehingga pa kaian mu
tersiram kuwah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika itu aku tidak ingin menonjolkan diri, tidak ingin
diketahui orang bahwa a ku me miliki kepandaian silat. Untung
pada waktu itu t idak terjadi apa-apa, akan tetapi kemunculan
Si Muka Babi itu...."
"Si Muka Babi...?" Cui Hong bertanya sambil mengangkat
alis matanya karena heran.
"Itu, laki-la ki perut gendut bermuka bulat yang me mbawa
senjata siang-kek..."
"Ahh, dia....!" Cui Hong menahan ketawanya. "Dia bernama
Koo Cai Sun." "Ke munculannya mendatangkan perasaan tidak enak di
hatiku, karena itu aku mengajakmu lar i ke sini te mpo hari.
Melihat pandang matanya dan sikapnya, aku dapat menduga
bahwa dia itu selain lebih lihai daripada e mpat orang kasar itu,
juga lebih jahat. Dan setelah kita berpisah di dekat rumah
penginapan, hatiku tetap merasa gelisah dan aku a mat
mengkhawatirkan keselamatan mu. Lebih ge lisah lag i hatiku
ketika aku tidak melihatmu di rumah penginapan itu dan aku
mendengar dari para pengurus bahwa engkau tidak pernah
bermalam di sana." "Maaf, Toako. Aku me mang sengaja me mbohong te mpo
hari kepadamu, karena aku tidak ingin engkau mengetahui
tempat tinggalku." "Kenapa, Hwa- moi" Kenapa" Bukankah kita sudah saling
berkenalan?" "Aku ingin merahasiakan diriku dan tempat tinggalku,
Toako." "Tapi kenapa?"

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cui Hong menarik napas panjang, menceritakan ha l itu
sama saja dengan me mbuka rahasia dirinya. Ia menggeleng
kepala. "Sekali lag i maaf, itu merupakan rahasia besar bagiku
dan belum waktunya kuceritakan kepadamu, Toako. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi, lanjutkanlah ceritamu." la me mandang wajah pe muda
itu. "Bagaimana engkau dapat muncul lag i dalam peristiwa
tadi?" "Ke mbali suatu hal yang kebetulan saja, Hwa- moi. Aku
sedang berjalan-jalan, seperti biasa mencar i pa manku yang
sampai sekarang belum juga kute mukan, juga untuk
mencarimu karena hatiku masih merasa penasaran karena
tidak dapat menemukan engkau di ru mah penginapan itu. Dan
kebetulan aku me lihat engkau berjalan-jalan bersa ma Koo Cai
Sun itu... ah, benar, lupa aku me mberitahukan. Tadi,
menje lang senja, aku melihat kebakaran dan ternyata yang
terbakar habis adalah toko dan rumah milik Si Muka Babi itu!"
Tentu saja Cui Hong tidak merasa heran mendengar ini
karena kebakaran itu adalah hasil pekerjaannya. Dalam
kekecewaannya karena Cai Sun terlepas dari cengkeramannya
di rumah yang disewanya karena kemunculan pengawal-
pengawal keluarga Pui, ia lalu pergi ke toko dan rumah
musuhnya itu dan me mbakarnya habis karena sebelum
me mba kar, ia menyira mkan minyak ke dala m toko dan ru mah
itu. Karena ia me mpergunakan kepandaiannya yang tinggi
untuk menyelinap masuk dan keluar lagi, tidak ada orang yang
me lihatnya ketika ia me lakukan hal itu, dan karena ruma h itu
pun kosong, ditinggal perg i oleh keluarga Koo Cai Sun yang
mengungsi ke rumah gedung Pui Ki Cong.
"Bagus! Aku merasa senang mendengar itu. Memang dia
jahat dan kurang ajar, sudah sepatutnya dia mengalami nasib
buruk seperti itu!" "Hwa-moi, aku merasa heran ketika melihat engkau dan dia
jalan bersama, kemudian masuk ke dalam rumah yang sunyi
itu. Apakah sebenarnya yang telah terjadi?"
Kembali Cui Hong menarik napas panjang. Ia harus pandai
me mbuat cer ita yang lain karena tidak mungkin ia dapat
me mbuka rahasianya sel-ma tugasnya me mbalas denda m
belum selesai dengan lengkap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bertemu di jalan dengan dia, Toako. Dan mengingat
bahwa dia pernah meno longku terlepas dari tangan orang kali
tidak me mbayangkan kekurangajaran sehingga tidak me mbikin ia marah. Sebaliknya, ia ma lah merasa girang
sekali!" "Toako, apa sih yang me mbuat aku menarik di hatimu?" la
me mancing pujian yang lebih terperinci.
Pemuda itu me natap tajam wajah Cui Hong, lalu berkata
dengan jujur, "Tentu saja pada permulaannya ketika engkau
muncul di rumah makan, yang menar ik hatiku adalah
kepribadianmu, kecantikanmu...."
Cui Hong tertawa, lirih. "Aihh, Toako, di kota raja ini
gudangnya wanita cantik, di setiap tempat engkau dapat
mene mukan wanita yang cantik-cantik, kenapa justru tertarik
kepadaku, seorang wanita biasa saja?"
"Me mang banyak wanita cantik, Hwa- moi, akan tetapi
hanya ada engkau seorang saja! Engkau bukan hanya cantik
man is, akan tetapi ada sesuatu dalam s inar mata mu, dalam
senyummu, gerak-gerikmu, yang menarik hatiku. Apalagi
setelah aku melihat sikap mu yang tabah menghadap i bahaya,
dan yang lebih dari itu lagi, ada sesuatu keanehan dalam
dirimu yang me mbuat aku tertarik seka li."
"Apanya yang aneh....?" Otomatis Cui Hong me lirik ke arah
tubuhnya yang dapat dilihat, takut kalau-kalau ada sesuatu
yang tidak beres sehingga ia disebut aneh oleh pemuda itu.
"Hwa-moi, engkau seorang gadis yang begini cantik hidup
sebatangkara dan yatim piatu na mun kaya-raya, dan tidak
seperti gadis lain yang akan tinggal di ruma h dan hidup serba
kecukupan, engkau malah merantau sendirian, kadang-kadang
hidup serba sulit, me mbiar kan dirimu terjun ke dalam
kehidupan yang penuh dengan bahaya yang menganca m
keselamatan mu. Tidakkah ini amat aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toako, kita bukan kanak-kanak lag i, kita sudah cukup
dewasa untuk bicara secara terbuka dan terang-terangan."
Tiba-tiba Cui Hong berkata karena mendadak ia ingin
me mpero leh kepastian tentang isi hati pemuda itu, karena ia
sendiri merasa betapa hatinya terpikat dan merasa suka sekali
kepada Tan Siong. "Apakah hanya karena semua itu maka engkau lalu
mencari-cari aku, begitu me mperhatikan aku dan me mbelaku
mati-matian sehingga engkau bentrok dengan orang-orang
yang amat liha i dan engkau me nderita luka, bahkan
me mpertaruhkan nyawa untukku?" Sa mbil ber kata demikian,
sepasang mata Cui Hong seperti mencorong dan me mandang
penuh selidik. Ditanya demikian, wajah Tan Siong na mpak tegang dan
bingung, sebentar pucat sebentar merah. "Aku.... aku..." Dia
tergagap, lalu menarik napas panjang untuk menenangkan
hatinya, kemudian me lanjutkan, "Aku minta maaf sebelumnya,
Hwa- moi. Memang engkau benar, kita bukan kanak-kanak
lagi, sudah cukup dewasa dan seyogyanya kalau kita bicara
jujur dan terus terang. Aku memang tertarik sekali kepadamu,
terutama melihat persamaan antara kita, sama-sama yatim
piatu dan hidup sebatangkara. Terus terang saja, sejak kita
bertemu perta ma kali, hatiku tertarik dan a ku kemudian
merasa yakin bahwa aku.... telah jatuh cinta pada mu, Hwa-
moi. Maafkan aku.... yang lancang mulut...."
Pernyataan ini demikian tegas dan jujur sehingga me mbuat
Cui Hong, yang memang sudah bersiap-siap, tetap saja
tertegun dan terbelalak, kemudian ia menunduk, alisnya
berkerut. Kalau saja ia bukan Cui Hong yang sudah
dige mbleng oleh pengalaman-penga la man mengerikan sehingga air matanya sudah sejak dahulu habis terkuras, tentu
akan ada air mata bercucuran dari matanya. Namun ia hanya
termenung dan me mbisu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat keadaan gadis itu yang na mpa knya berduka, Tan
Siong berkata lagi. "Maafkanlah aku, Hwa-moi, kalau aku
menyinggung perasaanmu. Kita baru saja berkenalan dan
dalam keadaan seperti ini aku berani berlancang mulut, akan
tetapi aku ingin berterus terang, Hwa-moi, agar perasaan ini
tidak menyiksaku. Padahal aku pun tahu bahwa sepatutnyalah
kalau engkau menolak cintaku, karena aku hanya seorang
pemuda yatim piatu yang miskin dan bodoh. Bisa ku hanya
bermain s ilat dan mencangkul menggarap sawah, tidak ada
harapan hidup senang di sa mping seorang s ua mi seperti a ku,
jadi.... maafkanlah aku."
"Tida k! Bukan begitu, toako, akan tetapi kalau engkau
tahu.... ah, kalau engkau mengena l siapa a ku...."
"Aku sudah mengenalmu. Engkau seorang gadis yang
cantik manis, tenang dan tabah, menentang kejahatan dan
mengenal budi...." "Tida k, engkau tidak mengenal siapa aku sebenarnya!"
Tiba-tiba Cu i Hong bangkit berd iri dan menya mbar buntalan
pakaiannya karena pada saat itu terdengar langkah kaki
orang. Seorang jembel tua berd iri di a mbang pintu dan
berkata lirih, "Ssttt, ada dua orang mencari-cari orang she Tan. Apakah
engkau she Tan?" Mendengar ini, Tan S iong cepat meniup lilin itu pada m dan
dia mendengar suara kaki Cui Hong lari ke be lakang. "Hwa-
moi, engkau bersembunyilah." kata nya dan dia sendiri pun
lalu menyambar pedang yang tadi ditaruh di sudut, juga
menya mbar buntalan pakaiannya dan dia meloncat ke depan,
me lewati je mbel tua yang menjadi bingung dan ketakutan.
Benar seperti yang dikhawatirkan Tan Siong, ketika dia tiba
di depan kuil tua, di bawah penerangan la mpu gantung tua
yang dipasang oleh para jembel yang kini menyelinap pergi
cerai-berai ketakutan, berdiri dua orang yang bukan lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dua orang jagoan dari Bu-
tong-pai dan Siauw-lim pai itu! Karena bahunya mas ih terluka
dan karena maklum betapa liha inya dua orang ini, pula karena
dia tidak me mpunyai per musuhan pribadi dengan mereka,
ingin Tan Siong melarikan diri saja di dalam gelap. Akan tetapi
dia teringat akan gadis yang bersembunyi di belakang kuil.
Siapa akan me lindunginya kalau ia me larikan diri. Maka,
dengan sikap hormat, sambil menalikan buntalan pakaian di
punggungnya, dia bertanya.
"Kiranya Ji-wi Lo-enghiong (Dua Orang Tua Gagah) yang
datang berkunjung ke tempat yang buruk ini. Apakah memang
kini para murid perkumpulan-perkumpulan besar suka
mendesak orang yang sudah terluka dan yang tidak
me mpunyai per musuhan pribad i sedikit pun dengan mereka?"
"Orang muda she Tan, hendaknya engkau tidak menduga
buruk secara sembarangan saja. Engkau adalah murid Kun-
lun-pai dan kami dua orang murid-murid Bu-tong-pai dan
Siauw-lim-pai tidak me mpunyai per musuhan apa-apa denganmu. Kalau siang tadi kita bertemu sebagai lawan
hanyalah karena kedudukan dan keadaan kita yang me maksa.
Akan tetapi kedatangan kami yang mencarimu ini adalah
karena kami me mbawa tugas yang diberikan maj ikan kami,
yaitu Pui-kong-cu. Dia me ndengar tentang kegagahanmu,
maka mengutus kami untuk mencar imu dan mengajakmu
menghadap Pui-kongcu karena dia ingin sekali me mpergunakan tenagamu untuk me mbantunya." kata Cia
Kok Han yang pendek gendut, tokoh Bu-tong-pai itu.
Tentu saja Tan Siong merasa heran karena sekali
mendengar ucapan itu. "Aku tidak mengenal s iapa itu Pui-
kongcu, dan aku pun tidak berniat bekerja sebagai tukang
pukul orang kaya atau bangsawan."
Mendengar ucapan yang nadanya menyindir itu, Su Lok Bu
berkata, "Tan Siong, tidak perlu engkau menyindir dan
mengejek kami! Kami adalah bekas perwira terhormat dan kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami bekerja dengan ha lal, menjadi kepala pengawal, bukan
tukang pukul! Pui-kongcu sedang terancam bahaya oleh
musuhnya yang amat kejam dan lihai, maka ingin
mengumpulkan orang-orang yang pandai untuk me mbantunya
menghadap i musuh itu. Engkau akan diangkat menjadi rekan
kami dan menerima imbalan upah yang besar."
Tan Siong mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala.
"Maaf, akan tetapi aku tidak berniat untuk bekerja pada waktu
ini, karena aku me mpunyai tugas send iri yang penting. Harap
ji-wi maafkan dan sa mpaikan kepada Pui-kongcu bahwa aku
tidak dapat menerima pena-warannya. "
"Bocah she Tan!" Tiba-tiba Cia Kok Han berseru marah.
"Engkau sungguh besar kepala dan sombong. Engkau bersikap
seolah-olah tidak me mpunyai kesalahan. Engkau telah melukai
beberapa orang pengawal dan untuk itu saja engkau sudah
sepatutnya ditangkap dan ditahan. Akan tetapi Pui-kongcu
me maafkan kesalahanmu, bahkan menawarkan kedudukan
baik dan ingin bersahabat denganmu. Namun, engkau
meno laknya dengan angkuh. Kalau begitu, terpaksa kami
harus menang kapmu dan menyeretmu ke depan Pui-kongcu,
biar dia sendiri yang menga mbil keputusan atas dirimu!"
"Lebih ba ik engkau dengan suka rela ikut bersama kami
agar kami tidak perlu me mpergunakan kekerasan." kata pula
Su Lok Bu. Dua orang jagoan itu sudah mengeluarkan senjata
masing-masing. Cia Kok Han men cabut golok besarnya,
sedangkan Su Lok Bu mengeluarkan siang-kia mnya (sepasang
pedang). Tan Siong tersenyum mengejek. "He mm, bagaimanapun
alasan ji-wi, tetap saja ji-wi adalah orang-orang yang suka
me ma ksakan kehendak dan menganda lkan kekuatan dan
kekerasan. Dan aku mempe lajari ilmu justeru untuk
menentang penindasan dan kela liman. Aku tetap meno lak!"
Berkata demikian, Tan Siong menggerakkan tangan kanannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sudah melolos pedang tipis yang dipergunakan sebagai
sabuk dengan sarung kulit yang kuat.
"Bagus, engkau me mang murid Kun-lun-pai yang besar
kepala!" kata Cia Kok Han yang sudah me nyerang dengan
goloknya. Su Lok Bu juga menggerakkan sepasang pedangnya
dan dua orang itu sudah mengurung Tan Siong dengan
serangan-serangan dahsyat. Pemuda ini terpaksa me mutar
pedangnya dan mengerahkan seluruh tenaganya, walapun dia
harus menahan rasa nyeri bahu kirinya ketika tubuhnya
dipakai untuk bersilat Berkali-kali terdengar suara berdencing
nyaring ketika pedangnya menang kis i tiga buah senjata lawan
yang amat kuat itu, dan sebentar saja Tan S iong yang sudah
terluka itu terdesak hebat.
Akan tetapi tiba-tiba berkelebat bayangan hitam dan begitu
tiba di situ, bayangan hita m ini menggerakkan sebatang
ranting di tangannya untuk terjun ke dalam perkelahian itu
dan segera menyerang Su Lok Bu dengan gerakan-gerakan
aneh. Begitu ranting meluncur, senjata sederhana ini sudah
menyelinap di antara dua gulungan s inar pedang Su Lok Bu
dan meluncur, menotok ke arah jalan darah di pundak kanan.
"Eh....!," Su Lok Bu terkejut bukan main karena nyaris
pundaknya tertotok kalau saja dia tidak meloncat jauh ke
belakang. Ketika dia dan Cia Kok Han me mandang, ternyata
yang menyerang itu adalah seorang yang berpakaian serba


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hitam, dan mukanya juga ditutup kedok hitam dengan dua
buah lubang untuk sepasang mata yang jeli dan tajam
sinarnya, dan nampak pula dagunya di ma na terdapat sebuah
bintik, yaitu sebuah tahi lalat hitam! Melihat tahi la lat di dagu
itu dan melihat bentuk tubuh yang mudah diduga dimiliki
seorang wanita, Cia Kok Han dan Su Lok Bu terkejut bukan
ma in. Mereka belum pernah berte mu dengan musuh besar
Pui-kongcu, wanita iblis yang kabarnya sedang berusaha
untuk me mbunuh Pui-kongcu dan Koo Cai Sun, akan tetapi
dari kedua orang itu yang mengingat-ingat wajah wanita yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjad i musuh mereka, yang teringat oleh mereka hanyalah
bahwa wanita itu me miliki tanda tahi lalat hitam di dagunya.
Dan wanita ber kedok ini pun me mi-liki tahi lalat di dagunya.
Maka tanpa banyak cakap lagi Su Lok Bu dan Cia Kok Han
menerjang wanita berkedok itu yang hanya memegang
sebatang ranting kayu sederhana. Melihat ini, tentu saja Tan
Siong cepat menggerakkan pedangnya menyambut Cia Kok
Han. Dia pun merasa heran me lihat munculnya wanita
berkedok dan berpakaian hitam ini, akan tetapi yang jelas
wanita ini tadi telah menolongnya, me mbantunya menghadapi
dua orang pengeroyoknya yang lihai, maka kini melihat betapa
dua orang pengeroyok itu berbalik me nyerang si wanita
berkedok, yang hanya bersenjata sebatang ranting, tentu saja
dia pun cepat me mbantunya dan me mutar pedangnya.
Kini perkelah ian terjadi lebih ra ma i dan seru lag i, di bawah
penerangan lampu gantung yang remang-re mang, Tan Siong
me mutar pedangnya yang- tipis melawan C ia Kok Han yang
me megang golok besar dan berat sedangkan wanita berkedok
itu melawan Su Lok Bu yang me megang sepasang pedang
dengan meng gunakan sebatang ranting kecil saja. Dan
setelah kini me lawan Cia Kok Han seorang, biarpun punda k di
sekitar pangkal lengan kiri masih terasa nyeri, Tan Siong dapat
mengimbangi permainan lawan. Untung bahwa senjatanya
adalah sebatang pedang yang tipis dan ringan, maka dia
dapat bergerak lebih cepat daripada lawannya. Dia tidak
pernah mau menang kis karena senjata lawan amat berat,
namun dengan kecepatan gerak pedangnya, dia me mbuat Cia
Kok Han menjad i repot juga.
Yang lebih hebat adalah wanita itu. Biarpun senjatanya
hanya sebatang ranting kecil, namun ternyata gerakan
rantingnya itu ma mpu me mbuat Su Lok Bu menjad i mati
langkah! Sepasang pedangnya bahkan hanya sibuk menang kis
saja karena ranting itu bergerak secara aneh dan cepat, juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbahaya karena ujungnya selalu me luncur ke arah jalan
darah yang berbahaya. Lewat lima puluh jurus, Su Lok Bu me ngeluarkan seruan
kaget dan dia pun me loncat jauh ke belakang. Bajunya robek
dan hampir saja pedang kirinya terlepas dari genggaman
karena tiba-tiba tangan kirinya menjad i setengah lumpuh
terkena totokan pada pundak kirinya. Mendengar temannya
berseru mengeluh dan meloncat ke belakang, Cia Kok Han
yang juga terdesak hebat itu melompat pula ke belakang.
Mereka ma klum bahwa tanpa bantuan, mereka tidak akan
ma mpu menang, maka tanpa dikomando lag i, keduanya lalu
me larikan diri untuk menga mbil balabantuan.
Akan tetapi ketika bala bantuan tiba dan mereka datang
kembali bersa ma Koo Cai Sun dan dua puluh lebih pasukan
pengawal, kuil tua itu telah kosong. Tak seorang pun jembel
yang biasanya me menuhi kuli itu mere ka te mukan, apalagi
dua orang bekas lawan tadi.
Koo Cai Sun dan Pui Ki Cong bergidik mendengar
penuturan dua orang jagoan itu bahwa telah muncul seorang
wanita berpakaian serba hitam, berkedok dan dagunya bertahi
lalat yang lihai sekali. Biarpun mulut mereka dia m saja, namun
di dalam hati, mereka menduga-duga bahwa besar sekali
kemungkinan wanita berkedok itu adalah Kim Cu i Hong yang
mereka takuti! Dugaan mereka me mang tepat. Wanita berkedok itu adalah
Kim Cui Hong. Ketika Cui Hong mendengar bahwa ada dua
orang mencar i Tan Siong, ia pun cepat pura-pura lari ke
belakang kuil. Di dalam ge lap ia cepat mengenakan pakaian
hitam dan kedoknya, lalu keluar lagi dan me mbantu Tan Siong
yang sedang terdesak. Dan setelah dua orang lawan itu
me larikan diri, ia pun cepat meloncat ke dalam kegelapan
ma la m dan me nghilang. Tan Siong yang berterima kasih itu berusaha mengejar,
namun dia kehilangan jejak wanita berkedok itu yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenyap dan terutama sekali pakaian hita mnya me mbuat ia
sukar dicari atau dikejar. Tan Siong masih merasa penasaran
dan sampa i pagi dia berkejaran di sekitar tempat itu, mencari
wanita berkedok dan juga mencari Ok Cin Hwa yang me larikan
diri tadi, Setelah matahari mengusir kegelapan ma la m, dia tiba di
dekat tembok kota raja dan di tempat yang sunyi, di bawah
sebatang pohon, dia melihat Cin Hwa berdiri sambil me mbawa
buntalan pakaiannya. "Hwa-moi....!" katanya girang dan cepat dia berlari
mengha mpiri gadis Itu. Gadis itu me mandangnya dan mengeluh, "Ah, agaknya
tidak ada tempat a man lagi di kota raja bagiku, Tan-toa-ko.
Aku ingin pergi saja dar i kota raja."
Sejenak Tan Siong menga mati gadis itu, dari kepala sampai
ke kakinya, kemudian berkata, "Pergi ke manakah, Hwa- moi"
Kemana pun sa ma saja bagimu, di mana- mana tentu terdapat
orang orang jahat, akan tetapi perlu apa engkau takut"
Takkan ada yang dapat mengganggumu."
Cui Hong mengerutkan a lisnya dan me ma ndang taja m.
"Apa maksudmu....?"
"Tida k apa-apa.... eh, Hwa-moi, lehermu itu terkena
apakah?" Dan dia maju me ndekat.
"Ada apa?" Cui Hong meraba-raba lehernya dan tidak
mene mukan sesuatu. "Leher mu seperti kena noda, maaf, biar kubersihkan!"
Dengan gerakan cepat sekali Tan Siong me ngulur tangannya
ke arah leher gadis itu. Kalau saja Cui Hong tidak hendak
menye mbunyikan kepandaiannya, tentu dengan mudah ia
menge lak atau menang kis. Akan tetapi ia harus menye mbunyikan rahasianya dan ia pun ingin sekali tahu di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lehernya ada apa karena ia percaya bahwa pe muda itu
bersungguh-sungguh. Akan tetapi sebelum jari-jari tangan Tan Siong menyentuh
lehernya, jari-jari itu me mba lik ke arah dagunya dan sekali
menowe l, lecet dan hapuslah bedak tebal yang menutupi dan
menye mbunyikan sebuah tahi lalat di dagu dan na mpaklah
kini tahi lalat itu! "Nona, terima kasih atas bantuanmu sema la m sehingga
aku dapat melawan dua orang yang tangguh itu!" kata Tan
Siong sa mbil menjura ke arah Cui Hong.
"Leher mu seperti kena noda, maaf biar kubersihkan!"
Dengan gerakan cepat sekali Tan Siong me ngulur tangannya
ke arah leher gadis itu. "Tan-toako, kenapa sikapmu seperti ini" Memanggil Nona
padaku...." Tan Siong menjura dan tersenyum. "Tentu na ma mu b ukan
pula Ok Cin Hwa....."
Cui Hong meraba dagunya dan tahu bahwa tidak ada
gunanya menyembunyikan rahasianya lagi. Ia pun menarik
napas panjang menga mbil tempat bedak dari buntalan
pakaiannya, juga sebuah cermin dan cepat ia menutupi lagi
tahi lalat di dagunya. "Aku harus menutupi lagi ciri yang
me mbuat a ku dikenal ini..."
"Akan tetapi, mengapa engkau bersikap begini" Apa artinya
penyamaran ini, berpura-pura sebagai seorang gadis yang
le mah?" Tan Siong bertanya penasaran.
"Kau pun tadinya bersikap sebagai seorang pe muda petani
yang lemah, Toako aku sengaja menyamar karena memang
ada sebabnya yang teramat penting. Akan tetapi sekarang aku
ingin tahu lebih dulu. Bagaimana engkau bisa menduga bahwa
aku adalah wanita berkedok se malam?"
Tan Siong tersenyum, senyu m pah it.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah terlanjur aku menga ku kepadamu, Nona. Aku
tertarik dan.... cinta padamu, tentu saja segalanya yang ada
padamu tidak akan pernah dapat kulupakan. Matamu di balik
kedok itu, dan juga sepatumu yang agaknya tergesa-gesa
belum sempat kauganti pagi ini, menjelaskan segalanya.
Karena masih ragu, aku sengaja menghapus penutup tahi lalat
di dagumu itu." "Dan dengan adanya kenyataan ini, apakah engkau masih
tetap memiliki perasaan itu terhadap aku, Tan-toako?" Cui
Hong bertanya, me mandang taja m penuh selidik.
Yang dipandang balas me mandang dengan taja m.
Kemudian Tan Siong berkata,, suaranya tegas, "Nona, apakah
cinta harus berubah-ubah" Semenjak perta ma kali, aku telah
jatuh cinta kepadamu, dan bagiku, cinta takkan pernah
berubah sela ma aku hidup."
Cui Hong menarik napas panjang. "He mm, aku sungguh
sangsi apakah pendirian mu itu masih akan sa ma kalau engkau
sudah mendengar riwayat dan keadaanku, Toako." Ia merasa
sedih me mbayangkan betapa pemuda yang dikaguminya ini
akan me mandang rendah kepadanya nanti kalau ia me mbuka
rahasia dirinya. "Ceritakanlah, nona. Aku pun ingin se kali tahu tentang
dirimu yang diliputi penuh rahasia itu. Siapakah sebenarnya
engkau dan mengapa engkau menya mar sebagai seorang
gadis la in yang le mah" Apa artinya se mua ini?"
Cui Hong lalu duduk di atas sebuah batu di tepi jalan, dan
Tan Siong juga menga mbil tempat duduk di atas akar pohon
yang menonjol di atas tanah. Mereka duduk berhadapan dan
pemuda itu me ma ndang wajah Cu i Hong penuh perhatian,
hatinya tertarik sekali karena dia dapat menduga bahwa tentu
gadis ini me mpunyai riwayat yang amat hebat sehingga selain
me miliki ilmu silat yang tinggi, juga me nyimpan rahasia dan
menya mar sebagai gadis la in yang le mah. Sebaliknya, Cui
Hong tadinya ragu-ragu, akan tetapi karena Tan Siong adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang pemuda yang selama ini se lalu me mbe lanya, dan
karena Tan Siong telah dapat menyingkap rahasianya bahwa
ia seorang gadis yang menya mar, tidak ada jalan lain baginya
kecuali me mbuat pengakuan.
"Tan-toako, aku bukanlah seorang gadis seperti yang
kausangka, bukan seorang O k Cin Hwa yang terhormat dan
bersih. Na maku yang sesungguhnya adalah Kim Cui Hong...."
"He mm, na ma yang indah dan gagah... ..." Tan Siong
me motong, bukan pujian yang kosong melainkan pujian yang
me mang sengaja dilakukan untuk mendorong gadis itu agar
lebih lancar bercerita. Cui Hong tersenyum. "Engkau se lalu me mujiku, Toako.
Betapa pedih me mbayangkan bahwa pujian mu itu sebentar
lagi a kan menjad i celaan dan cacian."
"Teruskanlah, Nona Kim yang gagah perkasa, aku ingin
sekali me ndengar cerita mu."
"Tan-toako, aku hanyalah seorang wanita yang penuh
dengan aib dan penghinaan, seorang sisa manusia yang hanya
me mpunyai satu tujuan hidup, yaitu me mbalas denda m
kepada musuh-musuhku."
Tan Siong men gerutkan alisnya. Tak enak rasa hatinya
mendengar bahwa gadis ini menyimpan denda m kebencian
yang amat besar di dalam hatinya.
"Apakah yang terjadi dengan dirimu, Nona Kim?"
"Aku.... aku bukan seorang gadis suci lagi, bukan seorang
perawan seperti yang kausangka, Toako. Aku menjadi korban
kekejian e mpat orang laki-laki yang telah menawan ku,
me mper kosaku dan me mper mainkan, secara biadab. Aku
sudah hampir mati, namun agaknya Tuhan sengaja
me mbiarkan aku hidup sehingga aku dapat me mpelajari ilmu
dan kini aku dapat melakukan balas dendam terhadap empat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang musuh besarku itu. Dan Tuhan a kan me mberkahi aku
yang telah mener ima aib yang amat hebat."
"Nona, dendam adalah racun yang hanya akan merusak
batin sendiri...." "Biarpun de mikian, aku tetap akan me mba las dendam!"
"Denda m kebencian merupakan suatu kejahatan, Nona,
karena hal itu a kan melahirkan perbuatan yang kejam dan
jahat." "Tak perduli, aku tetap akan me mbalas dendam!"
"Denda m kebencian adalah api yang akan memba kar diri
sendiri, karena itu, harap engkau dapat menyadarinya, Nona.
Tuhan tidak akan me mber kahi orang yang menaruh denda m."
Sekali lagi Tan Siong me mbujuk.
"Tida k! Tuhan pasti akan me mberkahi ku dan me mbantuku
untuk menghuku m mereka yang lebih jahat daripada binatang
yang paling buas itu. Mereka harus merasakan penghinaan
seperti yang pernah kualami, merasakan kesakitan seperti
yang pernah kuderita. Dan itulah satu-satunya tujuan hidupku.
Dan untuk me laksanakan pe mbalasan denda mku itu, terpaksa
aku menyamar sebagai Ok Cin Hwa yang lemah. Hanya
kepadamu seoranglah aku me mbuka rahasiaku ini, toako dan
aku percaya bahwa toako tentu akan menyimpan rahasia ini
dari orang lain." Tan Siong mengangguk. "Aku tidak akan me mbuka
rahasiamu kepada siapa pun juga, Nona Kim Cui Hong. Akan
tetapi, sekali lagi aku me mperingatkan, mengingat akan
persahabatan antara kita, hendaknya engkau menyadari
bahwa dendam kebencian a matlah tidak baik bagi dirimu
sendiri. Karena itu, sebelum terlambat, hapuskan saja
kebencian itu dari lubuk hatimu."
Cui Hong mengerutkan alisnya. "Hem, enak saja engkau
bicara de mikian, Tan-toako, karena engkau tidak menga la mi


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri penderitaan lah ir batin seperti yang kualami. Aku yang
pada waktu itu seorang gadis yang le mah, hanya me miliki
sedikit ilmu silat, telah ditawan orang orang jahat. Ayahku dan
seorang suheng-ku yang hendak menolongku, mereka bunuh
di depan mataku, kemudian aku mereka perkosa dan
permainkan sa mpai nyaris tewas. Mereka me mbuang tubuhku
begitu saja di dalam hutan. Akan tetapi. Tuhan agaknya
me mang sengaja me mbiarkan a ku hidup untuk dapat
menuntut balas dan sekarang engkau, yang kuanggap sebagai
seorang sahabatku yang baik, me mberi nasihat agar aku tidak
me mba las dendam dan me mbiarkan iblis- iblis berwajah
manusia itu berkeliaran?"
"Nona, sudah menjad i tugas dan kewajiban kita yang sejak
kecil me mpe lajari ilmu silat dengan susah payah, untuk
kemudian me mpergunakan ilmu itu dalam perjuangan
me lawan kejahatan dan membe la orang-orang yang lemah
tertindas. Akan tetapi, ada garis pemisah yang a mat besar
antara membela kebenaran dan keadilan, dan pemba lasan
dendam! Kalau engkau menentang perbuatan-perbuatan jahat
dari empat orang itu, andaikan mereka sekarang masih
me lakukannya, tentu saja aku tidak akan me-nyalahkanmu.
Akan tetapi kalau engkau mencari dan menentang mereka
hanya karena dendam pribadi, sungguh hal itu amat tidak
baik, Nona. Dendam menjad i satu ikatan yang akan
menciptakan karma, denda m-mendenda m dan ba las- me mba las. Memang, tak dapat disangkal bahwa perbuatan
empat orang itu terhadap dirimu amatlah jahatnya, amatlah
kejamnya. Akan tetapi, kalau engkau kini mencar i dan
me mbunuh mere ka, bukankah perbuatanmu itu sa ma kejam
dan jahatnya" Lalu mana letak perbedaan antara yang benar
dan yang tidak benar, yang baik dan yang jahat?"
Cui Hong tersenyum, akan tetapi senyumnya masa m dan
mengejek. Kemarahan menyelinap di da la m hatinya karena ia
merasa bahwa pemuda yang dikaguminya ini agaknya hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengha langi nya me mba las denda m. Padahal, pemuda ini
mengaku cinta padanya. "Sudahlah, toako. Agaknya dalam hal ini tidak ada
kecocokan pikiran di antara kita. Engkau send iri, apakah yang
kaucari di sini?" "Riwayatku tidak seburuk riwayatmu, Nona, walaupun tak
dapat dibilang menyenangkan. Sejak berusia tiga belas tahun,
aku dibawa oleh seorang tosu Kun-lun-pai ke Pegunungan
Kun-lun-san untuk belajar ilmu s ilat. Setelah belajar be lasan
tahun la manya dan tamat belajar, aku turun gunung dan
pulang ke dusun te mpat tinggal orang tuaku. Akan tetapi aku
tidak me lihat lagi ayah dan ibuku dan menurut penuturan
penduduk yang menjad i tetangga kami, ayah dan ibuku sudah
la ma men inggalkan dusun itu. Seluruh harta kekayaan orang
tuaku telah dikuasai oleh pa man ku, adik ibuku, yang menipu
mereka. Orang tuaku meninggalkan dusun sebagai orang
miskin dan akhirnya meninggal dunia entah di mana. Karena
itu, sekarang aku sedang berusaha mencari pa man ku itu."
"Ah! Tentu untuk me mbalas denda m atas kematian orang
tuamu kepada pa man mu!" seru Cui Hong penuh harap.
Akan tetapi pemuda itu menggeleng kepala sebagai
jawaban. "Tidak, Nona. Aku sama sekali tidak ingin me mba las
dendam kepada pa manku."
"Aku mencar inya hanya untuk bertanya di mana kuburan
ayah ibuku. Itu saja."
"Ahhh!" Cui Hong merasa kecewa mendengar penjelasan
ini. Keduanya diam sejenak, tenggelam dalam la munan
masing-masing. Cui Hong merasa bahwa setelah mendengar
keadaan dirinya, tentu pemuda itu me mandang kepadanya
dengan hati mere mehkan. Ia hanya seorang gadis yang telah
terhina! Diam-dia m ia merasa sedih, akan tetapi kesedihannya
ditutupinya dengan sikap acuh. Ia tidak perduli lagi. Biarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Siong mence moohkan nya, biarlah me mbencinya. Memang
agaknya hidupnya hanya bergelimang dengan kebencian-
kebencian, baik dibenci maupun me mbenci. Se mua ini bahkan
menyuburkan denda mnya dan ia pasti berhasil! Sementara itu,
Tan Siong juga tenggelam da la m kesedihan. Kiranya gadis itu
bukanlah seorang wanita sembarangan, melainkan seorang
gadis yang gagah perkasa dan berkepandaian tinggi. Akan
tetapi juga seorang gadis yang penuh dengan denda m
kebencian. Jelaslah bahwa dia sama sekali tidak pantas
mengharapkan seorang gadis perkasa seperti itu, dan yang
nampaknya juga kaya raya, dapat menerima uluran cinta
kasihnya, cinta kasih seorang pemuda mis kin yang selain tidak
me miliki apa-apa, juga keturunan petani biasa saja. Di
samping itu, juga d ia berbeda paha m dengan gadis itu. Gadis
yang batinnya penuh dengan racun dan api dendam
kebencian! Dia merasa bersedih mengingat akan hal itu. Ingin
dia mengingatkan gadis itu, mencegahnya melanjutkan
dendam kebencian yang hanya akan meracuni hidupnya
sendiri. Akhirnya yang me mbuka percakapan dan me mecahkan
kesunyian itu adalah Cui Hong, karena gadis ini makin la ma
semakin merasa tidak enak saja. "Tan-toako, setelah
mendengar riwayatku, tentu engkau akan me mandang rendah
kepadaku..." "Ah, mengapa begitu, Nona" Sama sekali tidak, hanya
aku.... aku merasa bersedih kalau mengingat bahwa engkau
sedang merusak kehidupanmu dengan dendam itu. Sekali lagi,
aku minta dengan sangat, sukalah engkau menghapus saja
dendam kebencian yang hanya akan meracuni batinmu sendiri
itu." Cui Hong mengerutkan alisnya. "Tan-toako, engkau tidak
berhak menca mpuri urusan pribad iku!"
Pemuda itu menar ik napas panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, aku bukan bermaksud menca mpuri hanya aku
merasa kas ihan kepadamu, Nona."
"Kasihan.. ..?"
"Ya, aku merasa kasihan karena racun dendam kebencian
itu akan me mbuat mu mender ita sendiri."
Makin tak senang rasa hati Cui Hong. "Biarlah, aku yang
mender ita, bukan engkau, Toako. Nah, selamat tinggal dan
terima kasih atas segala bantuanmu yang kau lakukan kepada
Ok Cin Hwa." Gadis itu me mbalikkan tubuh dan henda k perg i.
"Nona Kim...!" Tan Siong berseru dan Cui Hong berhenti
me langkah, me mbalik dan me mandang dengan alis ber kerut
akan tetapi pandang mata penuh harapan. Tak sedap rasa
hatinya harus berpisah dari pemuda yang dikaguminya ini
dalam keadaan berbeda paham.
"Sekali lagi kuminta kepadamu, Nona, hapuskanlah dendam
itu...." Hampir saja Cui Hong marah- marah dan me maki pe muda
itu, kalau saja ia t idak ingat betapa beberapa kali pe muda itu
telah me mbelanya mati-matian. "Sudahlah, jangan menca mpuri urusan pribadiku, selamat tinggal!" katanya dan
ia meloncat jauh lalu lari secepatnya meninggalkan pemuda
itu. Tan Siong berdiri termangu-ma ngu, hatinya penuh
penyesalan. Dia tahu bahwa dia mencinta Cui Hong. Cintanya
tidak berubah walaupun dia mendengar bahwa gadis itu
ternyata bukan seorang perawan lagi, melainkan seorang
gadis yang pernah diperkosa oleh e mpat orang penjahat.
Bahkan dia merasa rendah diri kalau dia mengingat bahwa
perempuan yang bernama Ok C m Hwa itu, yang tadinya
disangkanya seorang perempuan yang le mah tak berdaya dan
me mbutuhkan per lindungan, ternyata adalah seorang wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkasa yang tingkat kepandaiannya mungkin tidak berada di
sebelah bawah tingkatnya sendiri, seorang wanita lihai yang
agaknya kaya-raya pula. Dan dia merasa berduka melihat
kenyataan pada diri wanita itu yang penuh dendam kebencian.
Orang yang diracuni denda m kebencian seperti itu, mana
mungkin dapat mencinta"
Sementara itu, Cui Hong mempergunakan ilmunya berlari
cepat, dengan tubuh ringan seperti seekor kijang ia
berlompatan dan berlarian cepat sekali. Sebentar saja ia sudah
men inggalkan Tan Siong jauh sekali dan akhirnya ia berhenti
di tepi sebuah anak sungai yang airnya mengalir dengan
le mbut di antara batu-batu yang membuat air itu menjadi
jernih dan menimbulkan suara berteriak tiada hentinya.
Cui Hong duduk di tepi sungai itu, di atas rumput hijau
yang tebal. Ia tidak perduli pakaiannya menjadi agak basah
karena rumput itu segar dan basah. Hatinya terasa berat.
Kosong dan sepi. Ia merasa seperti kehilangan seorang
sahabat yang dikagumi dan amat disukainya. Bahkan ia
hampir merasa yakin bahwa ia telah jatuh cinta kepada Tan
Siong. Pria itu sa ma sekali berbeda dengan pria-pria la in yang
pernah dijumpa inya. Di da la m pandang matanya, sama sekali
tidak nampa k bayangan tidak sopan atau kurang ajar,
me lainkan suatu kemesraan yang mendalam. Juga sikapnya
amat baik, le mbut dan kuat. Dan betapa gagahnya pria itu
ketika me mbela dan melindunginya ketika ia mas ih menjadi
seorang wanita lemah. Pe mbelaan yang tanpa pamrih! Tan
Siong adalah seorang pendekar budiman yang me ngagumkan
hatinya dan betapa akan mudah baginya untuk jatuh cinta
kepada seorang pria seperti itu. Sebelum bertemu dengan Tan
Siong, dibakar dendamnya, ia selalu me ma ndang pria sebagai
mah luk yang tidak sopan dan kurang ajar, yang menganggap
wanita sebagai barang per mainan belaka. Akan tetapi,
anggapan itu me mbuyar ketika ia berte mu dengan Tan Siong.
Ia jatuh cinta kepada pe muda murid Kun-lun-pai itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k!" tiba-tiba Cui Hong me mbantah suara hatinya
sendiri, la tidak boleh jatuh cinta, sedikitnya untuk se mentara
ini ia tidak boleh me ngikatkan diri dengan siapapun juga,
apalagi dengan ikatan cinta. Ia harus me musatkan
perhatiannya kepada musuh-musuhnya. Masih ada dua orang
musuh yang belum dibalasnya.
Dan dia maklum bahwa kini tidak akan mudah lagi bag inya
untuk dapat berhadapan dengan Cai Sun dan Ki Cong.
Semenjak per kelahian itu, ketika ia muncul dengan berkedok
tentu dua orang musuhnya itu akan menjadi se ma kin hati-hati
dan tidak se mbarangan keluar rumah tanpa pengawalan yang
ketat. Ia harus mencari akal. Ia cukup bersabar untuk
menyusun s iasat. Sudah bertahun-tahun ia menahan
kesabarannya dalam denda m. Kalau sekarang hanya
menghadap i hambatan selama beberapa hari atau beberapa
bulan saja, tidak ada artinya baginya. Sekali waktu, pasti ia
akan melihat lubang dan kesempatan untuk dapat berhadapan
berdua saja dengan musuh-musuhnya dan me mbalas dendam
sepuasnya, seperti yang telah dilakukan terhadap Louw Ti. Ia
cukup sabar. Dugaan Cui Hong me mang benar. Bukan saja Pui Ki Cong
dan Koo Cai Sun menjad i terkejut dan ketakutan dengan
kemunculan Cui Hong dengan kedoknya sehingga mereka
selalu tinggal di dalam gedung keluarga Pui yang dijaga
dengan lebih ketat lagi, akan tetapi juga Ki Cong
mengerahkan orang-orangnya untuk mencari wanita yang
menganca m keselamatannya itu. Dia mendatangkan jagoan-
jagoan dan menjanjikan hadiah besar bagi siapa saja yang
ma mpu menangkap atau me mbunuh wanita berna ma Kim Cui
Hong yang me mpunyai tanda tahi lalat di dagunya.
Hampir setiap hari dan ma la m kedua orang itu berbincang-
bincang dan selalu yang menjadi bahan percakapan mereka
adalah Kim Cui Hong. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayaaa, sungguh celaka!" Pada suatu malam Ki Cong
menge luh kepada Cai Sun yang duduk di depannya. Mereka
selalu hanya berdua saja kalau me mbicarakan Cui Hong
karena bagaimanapun juga, apa yang pernah mereka la kukan
terhadap gadis itu merupakan rahasia pribadi mereka.
"Menghadapi seorang perempuan saja, kita menjad i begini tak
berdaya. Untuk keluar saja tidak berani. Koo-toako, apakah
selamanya kita akan begini saja, bersembunyi di dalam rumah
sendiri seperti tikus-tikus yang takut keluar karena ada kucing
yang siap menerkam" Kalau perempuan iblis itu belum dapat
kita bekuk, maka hidup akan menjad i penderitaan besar bagi
kita!" Bangsawan yang kaya-raya itu mengepal tinju dan
mukanya menjadi merah pada m karena menahan kemarahannya. "Pui-kongcu, kami sudah berusaha sekuat tenaga,
menyebar orang-orang untuk me lakukan penyelidikan. Akan
tetapi ibiis itu agaknya pandai menghiiang karena biarpun
semua te mpat telah diperiksa, tidak ada yang mene mukan
jejaknya." kata Cai Sun.
"He mm, lalu, apakah kita harus tetap begini saja"
Bagaimana kalau manusia-manusia tolol itu tidak ma mpu
mene mukan jejaknya untuk selamanya" Apakah selamanya
kita lalu menjadi orang-orang huku man di rumah sendiri?"
tanya Pui Ki Cong dengan jengkel.
"Jangan khawatir, Kongcu. Saya me mpunyai akal baik yang
segera saya suruh mereka me laksanakan, tentu dalam waktu
singkat iblis pere mpuan itu akan dapat kita ketahui te mpat
sembunyinya." Wajah Pui Ki Cong yang tampan pesolek itu, yang selama
beberapa pekan ini selalu muram, kini na mpak agak berseri
dan dia menatap wajah bulat tukang pukulnya itu dengan


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penuh harapan. "Apakah akalmu itu, Koo-toako" Lekas beri-
tahukan padaku." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, kongcu. Untuk me ncari jeja k siluman itu, me mang
tidak mudah karena ia me miliki iimu kepandaian yang tinggi.
Akan tetapi, saya kira tidak akan begitu sukar untuk mencari
jejak perempuan yang berna ma Ok Cin Hwa itu. Kita tangkap
dulu wanita itu...."
"Huh, dasar engkau paling gila perempuan! Dala m keadaan
begini engkau masih me mikirkan wanita itu" Gila! Untuk apa
menang kap pere mpuan itu, Toa-ko?"
"Kongcu, Ok Cin Hwa itu selalu dilindungi oleh pe muda
yang bernama Tan Siong itu, ma ka besar sekali kemungkinannya ia mengetahui di mana Tan Siong bersembunyi. Dan mengingat bahwa ketika Tan Siong
dikeroyok oleh Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dia dibe la oleh
siluman itu, ma ka kalau kita sudah dapat menangkap Tan
Siong, tentu dapat pula mengetahui di mana adanya Kim Cui
Hong. Bahkan mungkin juga Ok Cin Hwa tahu dan mengenal
siluman itu." Pui Ki Cong men gangguk-angguk dan wajahnya berseri
penuh kegirangan dan harapan.
"Bagus sekali kalau begitu! Cepat panggil Cia-enghiong dan
Su-enghiong, kita atur dan rencanakan siasat itu. Ok Cin Hwa
harus dapat ditemukan dan ditangkap!"
Tak la ma kemudian, dua orang jagoan itu datang
menghadap dan mereka bere mpat lalu mengatur siasat untuk
menyebar orang-orang, sekali ini bukan mencari Kim Cui Hong
me lainkan mencari seorang wanita berna ma Ok Cin Hwa.
Semua anak buah yang bertugas mencar i wanita ini dibekali
keterangan lengkap tentang ciri-ciri Ok Cin Hwa dan mula ilah
para penyelidik itu bertebaran di seluruh kota pada hari itu
untuk mencari Ok Cin Hwa.
Tentu saja hal ini segera didengar oleh Cui Hong dan gadis
perkasa ini me lihat munculnya suatu kesempatan yang amat
baik bag inya. Ia pun cepat menyamar sebagai Ok Cin Hwa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengaja me mper lihatkan dirinya di pasar. Selagi ia me milih
buah-buahan di pasar, empat orang laki-laki mengha mpirinya
dan mengurungnya. "Nona Ok C in Hwa?" tanya seorang di antara mere ka yang
tinggi kurus dan ber mata juling.
"Ya.?"" Cui Hong berlagak kaget dan heran menghent ikan
kesibukannya me milih buah.
"Mari kau ikut dengan kami. Koo-toako ingin berte mu
denganmu." kata pula si mata juling.
Kembali Cui Hong berlagak. Sambil mengerutkan a lisnya ia
menjawab, suaranya tak senang. "Harap kalian jangan
bersikap tidak sopan. Aku tidak mengena l siapa itu Koo-toako.
Pergilah dan jangan mengganggu."
Empat orang laki-laki itu saling pandang. "Nona Ok, Koo-
toako adalah kenalan mu yang baik, dia adalah penolongmu
dan dia minta kepada kami untuk mencar imu. Dia adalah
jagoan yang pernah menyelamatkanmu di rumah makan...
Si mata juling men iru kata-kata Cai Sun yang sudah
me mesan kepada para anak buah itu kalau-kalau bertemu
dengan Ok Cin Hwa dan wan ita itu menanyakan dirinya.
"Ahhh....dia....?" Cui Hong me mperlihatkan s ikap ge mbira.
"Tapi.... kenapa bukan dia sendiri yang datang mencariku?"
"Dia sedang sibuk sekali, dan kami disuruhnya menje mputmu, Nona. Kami sudah menyiapkan sebuah kereta
di luar pasar. Marilah, Koo-toako ingin sekali me mbicarakan
urusan yang amat penting denganmu."
"Akan tetapi...." Cui Hong berlagak meragu seperti
pantasnya seorang wanita baik-baik yang diundang mengunjungi seorang pria, "....eh, baiklah kalau begitu."
Ia lalu me mbereskan pakaiannya yang cukup bersih dan
indah, lalu tangannya meraba sanggul dan dengan diiringkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
empat orang itu, ia pun keluar dar i pasar. Dengan sebuah
kereta, ia lalu diajak pergi ke ru mah gedung keluarga Pui. Hati
para anak buah itu merasa lega sekali karena ternyata mereka
dapat me mbawa Nona Ok Cin Hwa sede mikian mudahnya.
Mereka sudah khawatir kalau-kalau muncul pria yang bernama
Tan Siong, yang biasanya melindungi wanita ini dan kabarnya
Tan Siong itu lihai se kali. Ternyata mereka dapat mene mukan
dan mengajak Ok Cin Hwa ke gedung keluarga Pui tanpa
halangan apa pun dan tidak ada orang muncul mengganggu
kelancaran tugas mereka. Dengan hati bangga karena tentu
mereka akan menerima hadiah, empat orang itu mengawal Ok
Cin Hwa memasuki gedung. Tentu saja hati Cai Sun menjadi girang bukan main me lihat
Ok Cin Hwa dapat didatangkan ke da la m gedung itu. Bukan
hanya girang karena mengharapkan dapat mene mukan
tempat persembunyian musuh besarnya dari wanita ini, akan
tetapi juga mengharapkan untuk dapat me miliki wanita yang
telah me mbuatnya tergila-gila itu.
"Moi-moi.... Akhirnya engkau datang juga....!" serunya
dengan gembira sekali sa mbil men ge mbangkan kedua
lengannya, kemudian me megang lengan janda itu, tanpa
me mperdulikan sopan santun dan seperti lupa bahwa Pui Ki
Cong juga berada di situ.
Cui Hong me ngambil sikap malu-malu dan dengan halus ia
me lepaskan lengannya dari pegangan Cai Sun sa mbil me lirik
ke arah Pui Ki Cong, dia m-dia m menekan perasaannya yang
terguncang penuh kebencian. "Aih, ln-kong.. .! Saya dipanggil
ke sini, ada keperluan apakah?"
"Ha-ha, engkau masih menyebutku ln-kong" Moi-moi,
bukankah kita sudah berjanji bahwa engkau selanjutnya akan
menyebut Koko (Kanda) kepadaku" Ha-ha-ha!" Karena merasa
di tempat a man, kumat kemba li s ifat Cai Sun yang mata
keranjang dan perayu wanita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koo-inkong, mana saya berani" Saya hanyalah seorang
janda yang hidup sebatangkara.... " Cui Hong me mper ma inkan
senyumnya dan mengerling tajam ke arah Pui Ki Cong yang
sejak tadi menatap dengan taja m penuh perhatian.
Dala m hal kegemaran terhadap wanita, tingkat Pui Ki Cong
tidak kalah oleh Koo Cai Sun. Maka, melihat sikap Cui Hong
yang beberapa kali tersenyum dan melirik ke arahnya, dia pun
menduga bahwa tidak akan sukar baginya untuk mendekati
wanita ini. Sikap wanita ini menunjukkan bahwa ia "ada
perhatian" terhadap dirinya. Dan Ki Cong percaya bahwa
dalam segala hal, kecuali ilmu silat, dia me miliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan pe mbantunya itu. Dia lebih
muda beberapa tahun, juga dia lebih kaya, dengan kedudukan
yang me mbuatnya menjadi seorang bangsawan. Dala m hal
wajar, dia merasa yakin bahwa dia lebih ta mpan. Cai Sun
me mpunyai muka yang bulat dan bersih, pandai merayu, suka
bergurau dan banyak ketawa, akan tetapi tidak dapat dibilang
tampan atau gagah. Perutnya gendut dan tubuh yang
kegemukan itu tentu tidak menarik hati wanita. Sebaliknya,
dia berwajah tampan,., jantan dan tubuhnya pun tidak
gendut, bahkan agak tinggi. Jantungnya berdebar juga
me lihat kecantikan wanita berna ma Ok Cin Hwa yang janda
muda ini. Akan tetapi, me lihat sikap yang akrab dari Cai Sun,
dia mengerutkan alisnya dan ingin me mper lihatkan kekuasaannya di atas pe mbantunya itu kepada Ok Cin Hwa.
"Koo-toako, bukan tempatnya kita bicara di luar. Mari, ajak
Nona ini masu k ke dalam agar kita dapat bicara dengan
tenang dan aman. Marilah, Nona Ok, silakan masu k ke dala m
rumah ku." Cut ftorrg tersenyum mana, rmttum bahwa Pui Ki Cong
mulai me mper lihatkan sikap bersaing dengan Cai Sun, dan hal
ini menandakan bahwa pancingannya berhasil. Ia telah
berhasil menarik perhatian musuh utamanya itu! Sa mbil
tersenyum manis, ia lalu bangkit. "Kiranya Kongcu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjad i tuan rumah" Koo-inkong, siapakah Kongcu ini dan
mengapa saya diajak ke rumahnya ini?"
Dia m-dia m Cai Sun mendongkol juga.
Percakapan antara Ok Cin Hwa dan Pui Ki Cong itu
dirasakannya seperti menyeretnya turun harga! "Marilah kita
masu k dan kita bicara di dalam!" katanya singkat dan mereka
pun masu k ke dalam gedung besar itu. Biarpun di dalam
batinnya, Cui Hong sa ma se kali tidak tertarik akan kemewahan
dan kekayaan berlimpah yang berada di dalam gedung,
namun ia me maksa diri me mper lihatkan kekaguman dan
berkali-kali me ngeluarkan seruan kagum seh ingga Pu i Ki Cong
merasa girang dan bangga, sebaliknya Cai Sun se ma kin
mura m wajahnya. Dia teringat betapa hatta keVayaannya
habis ketika tokonya dibakar orang, dan dia dapat wietujurga
bahwa pembakarnya tentulah musuh besar yang kini sedang
ditakutinya. Cui Hong diajak masu k ke ruangan dalam dan Cai Sun
segera disuruh me manggil dua orang jagoan yang mengepalai
pasukan pengawal keluarga Pui, yaitu Cla Kok Han dan Su Lok
Bu. Melihat dua orang ini, dia m-dia m ada juga rasa khawatir di
dalam hati Cui Hong. Dua orang ini liha i, kalau sa mpai
rahasianya ketahuan, ia tentu akan celaka. Ia berada di dalam
kepungan musuh-musuh yang lihai! Akan tetapi sikapnya
nampak tenang-tenang saja, agak malu-ma lu seperti sikap
seorang wanita yang berada di antara beberapa orang laki-laki
asing. Empat orang laki-laki itu kini duduk berhadapan dengan Cui
Hong dan dengan suara tetap halus, dengan pandang mata
berseri dan senyum menyeringai seperti biasa laga k Cai Sun
terhadap wanita, Cai Sun berkata, "Adik Ok Cin Hwa, kami
sengaja mengundangmu karena kami me mbutuhkan bantuanmu. Mau kah engkau me mbantu kami?"
Cui Hong me mandang dengan a lis dikerutkan dan mulut
tersenyum keheranan. "Ah, harap jangan main-main, Koo-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
inkong. Seorang seperti a ku ini, dapat me mbantu apakah
kepada Cu-wi (Anda Sekalian)?"
"Nona, kami me mbutuhkan bantuanmu berupa keterangan
yang sejujurnya dan sebenarnya." Ki Cong berkata.
"Aih, kalau cuma keterangan yang sebenarnya, tentu saja
saya mau me lakukannya dengan segala senang hati, Kong-
cu." kata Cui Hong sambil mengarahkan pandang mata jeli
dan mesra kepada Pui Ki Cong. Melihat ini, Cai Sun kemba li
merasa tak senang karena cemburu. Dia merasa mendapatkan
saingan berat dalam diri Ki Cong terhadap wanita cantik ini.
"Adik Ok C in Hwa, beliau ini adalah seorang pejabat tinggi,
maka sepatutnya engkau menyebut Tai-jin (Pembesar) dan
bukan Kongcu (Tuan Muda)." kata-kata Cai Sun ini me mbuat
alis Ki Cong berkerut. Tadi ia sudah merasa girang karena
sebutan kongcu itu berarti bahwa nona man is ini
menganggapnya masih seorang muda! Padahal usianya sudah
tidak muda lagi, ha mpir e mpat puluh tahun. Dan kini Cai Sun
merusak "suasana" yang menyenangkan hatinya itu.
"Ah, maafkan saya, karena saya tidak tahu, Taijin!" kata
Cui Hong sa mbil cepat menjura dengan hormat ke arah Ki
Cong. Hal ini menghapus kekecewaan hati Ki Cong dan
dengan sikap berwibawa dia menggerakkan tangan menyuruh
wanita itu duduk ke mbali.
"Nona, kami sedang mencari dua orang dan kiranya hanya
engkaulah yang dapat me mbantu kami dan menunjukkan di
mana adanya dua orang itu." Ki Cong melanjutkan kata-
katanya. "Yang seorang adalah laki-laki berna ma Tan Siong
itu, yang sering membelamu. Sedangkan yang ke dua adalah
seorang wanita yang muncul dengan muka ber kedok dan
me mpunyai tahi lalat di dagunya. Nah, kami mengharapkan
keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya darimu. Di
manakah kedua orang itu?"
O00o-dw-o00O Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 9 CUI HONG mengangguk-angguk. "Saya akan member ikan
keterangan yang sejujurnya, Taijin. Laki-la ki yang bernama
Tan Siong itu baru saja kenal ketika dia muncul di rumah
makan itu dan melindungi saya dari gangguan beberapa orang
laki-laki kurang ajar, bahkan kemudian muncul Koo-inkong ini
yang menolong saya. Ada pun wanita berkedokitu saya kenal
ketika ia muncul di malam hari itu."
"Yang kami butuhkan ada lah keterangan di mana adanya
mereka?" desak pula Pui Ki Cong. Sejak tadi Cui Hong
me mutar otak mencari siasat terbaik de mi keuntungannya.
"Sesungguhnya, saya tidak pernah mereka ber i tahu di
mana mere ka tinggal. Setahu saya, Tan Siong tadinya tinggal
di dalam kuil tua itu, akan tetapi entah sekarang, saya sendiri
tidak tahu, apalagi tempat tinggal wanita berkedokitu, saya
tidak pernah diberi tahu."
Empat orang itu saling pandang. "Mengakulah saja kalau
engkau tidak ingin kami paksa!" Tiba-tiba Su Lok Bu yang


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkulit hitam dan bertubuh tinggi besar itu menggertak. Cui
Hong me mperlihatkan wajah ketakutan dan melihat ini, Pui Ki
Cong yang sudah mulai tertarik kepada wanita cantikini cepat
berkata. "Kita tidak perlu me nggunakan kekerasan, Su-enghiong!"
Kemudian dia me ma ndang wajah Cu i Hong dan berkata
ramah, "Aku percaya, Nona ini pasti akan dapat me mberi
petunjuk bagaimana kita akan dapat bertemu dengan kedua
orang itu. Benarkah begitu, Nona" Kuharap saja kepercayaanku kepadamu takkan sia-sia belaka."
Cui Hong menggeser duduknya mendekat ke arah Pui Ki
Cong yang duduk di sebelah kanannya sa mbil me lirik
ketakutan kepada Su Lok Bu. Kemudian, ia me mandang Ki
Cong dan berkata dengan merdu dan bernada sungguh-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguh. "Taijin, seorang pere mpuan seperti saya ini, mana
berani berbohong kepada Taijin" Saya berkata dengan
sesungguhnya ketika mengatakan bahwa saya tidak tahu di
mana mereka tinggal. Akan tetapi, seperti yang Taijin katakan
tadi, kalau me mang Taijin ingin bertemu dengan mereka atau
seorang di antara mereka, agaknya saya dapat memberi
petunjuk..." "Ah, Nona manis!" Ki Cong berseru gembira sekali. "Itulah
yang kuharapkan! Dapatkah engkau member i petunjuk agar
kami dapat bertemu dengan wanita berkedokitu?"
"Dapat, Taijin.... karena memang ia telah.... ah, akan tetapi
ini rahasia! Kenapa sih Taijin ingin berte mu dengan wanita
aneh yang selalu berkedokitu" Saya sendiri ngeri dan takut
terhadap dirinya yang penuh rahasia."
Su Lok Bu sudah hendak menghardik lag i untuk me maksa
wanita itu cepat bercerita di mana tempat sembunyi wanita
berkedok, akan tetapi Ki Cong me mber i tanda dan berkedip
kepadanya sehingga jagoan ini terdia m. Kemudian Ki Cong
berkata lagi kepada wanita itu, nada suaranya membujuk.
"Ketahuilah, Nona O k. Wanita berkedokitu dan la ki-laki yang
bernama Tan Siong, mereka adalah penjahat-penjahat kejam,
pembunuh-pembunuh keji. Mereka sedang kami cari-cari
untuk ditangkap dan dihukum karena kalau mereka tidak
ditangkap, tentu mereka akan melakukan lebih banyak
pembunuhan lagi atas diri orang-orang yang tidak berdosa.
Nah, sekarang katakan bagaimana agar kami dapat
menang kap mereka?" "Ihhh....! Mengerikan! Memang saya sudah merasa takut
terhadap mereka. Akan tetapi kalau saya me mbuka rahasia
ini, tentu mereka akan marah kepada saya dan bagaimana
kalau saya dibunuh?" la menggigil dan mukanya berubah
pucat. "Ha-ha, jangan takut, Adik man is. Di sini ada Kakanda Cai
Sun yang akan me lindungi!" kata Cai Sun, ge mbira bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata dugaannya benar dan siasatnya berhasil baik karena
wanita ini agaknya akan menjad i kunci pe mbuka te mpat
persembunyian dua orang musuh itu, terutama tempat
persembunyian Kim Cui Hong yang menganca m nyawanya.
"Ka mi akan melindungimu!" kata Ki Cong tak mau kalah.
"Nah, bagaimana ka mi dapat menangkap mereka?"
"Dalam pertemuan terakhir antara kami, wanita berkedokitu me mbawa saya lari ke sebuah pondok kecil di
tengah hutan. Kemudian wanita itu berpesan bahwa kalau
saya memer lukan bantuannya, saya disuruh ke pondokitu dan
menanti sampai la datang."
"Ah! Di mana pondokitu" Di hutan ma na?"
"Tapi..... tapi saya takut..... Taijin."
"Jangan takut, kami akan melindungimu. Katakan saja di
mana pondokitu?" "Di sebelah timur pintu gerbang kota, ada sebuah bukit
sunyi dan pondokitu berada di tengah hutan, di lereng bukit
itu. Hutan yang a mat sunyi, penuh pohon ce mara. "
"Ah, di hutan cemara bukit itu?" Koo Cai Sun berseru,
girang. "Ya, sebuah pondok kosong di tengah hutan. Sunyi sekali.
Saya..... saya takut untuk pergi ke sana, Taijin."
"Dan pere mpuan berkedokitu tinggal di sana?" kini Cia Kok
Han yang bertanya. Cui Hong menoleh dan beradu pandang dengan sepasang
mata yang sipit sekali na mun yang sinar matanya mencorong
menakutkan. "Saya tidak tahu, ia hanya mengatakan bahwa saya disuruh
datang ke sana dan menunggu kedatangannya. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah ia mengaku siapa na manya?" Koo Cai Sun ingin
kepastian. Cui Hong menggeleng kepala, "la hanya mengaku bahwa ia
she Kim." Itu saja sudah cukup bagi Cai Sun dan Ki Cong. Kim Cui
Hong, musuh besar mereka! Gadis puteri g uru s ilat Kim yang
kini datang sebagai siluman yang hendak me mbalas denda m
kepada mereka. Harus didahului sebelum mereka celaka di
tangan siluman itu. Bergidik mereka me ngingat akan nasib
yang diderita Louw Ti. "Biar kan Nona ini perg i ke sana malam ini. Kita mengepung
tempat itu dan menyergapnya ketika ia me masuki pondok."
kata Cia Kok Han dan rekannya, Su Lok Bu men gangguk
menyetujui. "Ah, ah..... saya tidak berani....." Cui Hong berkata seperti
mau me nangis dan wajahnya menjadi pucat. "Ia tentu akan
me mbunuhku, setelah tahu aku me ngkhianatinya tidak, saya
tidak berani.!" "Mau atau tidak, engkau harus me mbantu kami agar kami
dapat menangkapnya!" kata pula Cia Kok Han tegas.
"Ahh..... tapi apakah tidak dapat dia mbil jalan lain yang
lebih tepat" Ia bukan seorang bodoh, tentu ia akan menaruh
curiga dan kalau sudah begitu, selain Cu-w i (Anda Sekalian)
tak dapat menang kapnya karena ia tidak akan muncul, juga
saya pasti akan dibunuhnya. Lalu apa artinya segala jerih
payah ini?" "Adik yang man is, apakah engkau me mpunyai siasat lain
yang lebih baik?" Cai Sun bertanya karena kata-kata gadis itu
me mang masuk di a kal. Kalau sa mpai gagal, dan wanita itu
terbunuh secara sia-sia, sungguh sayang sekali.
"Ia harus dapat dipancing dengan umpan yang menar ik
tanpa menimbulkan kecurigaan padanya. Kalau saja Cu-wi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui apa yang menjad i keinginan hatinya yang paling
besar, yang akan me maksanya keluar dari te mpat
persembunyiannya dan datang ke pondokitu....."
"He mm, keinginannya yang paling besar adalah membunuh
kami....." Cai Sun terlanjur b icara dan isarat dari Ki Cong sia-
sia saja. Pui Ki Cong menar ik napas panjang. "Karena Koo-toako
sudah terlanjur mengatakan kepadamu, Nona, biarlah
kuceritakan saja dengan terus terang. Kami sudah percaya
kepadamu dan kami mengharapkan bantuan untuk menang kap siluma n betina yang amat jahat ini. la telah
menganca m untuk me mbunuh aku dan Koo-toako ini.. ..."
"Ihhh.....! Jahatnya....!" Cui Hong berseru dengan wajah
kaget dan ngeri, me mandang bergantian kepada Ki Cong dan
Cai Sun, seolah-olah t idak percaya bahwa dua orang yang
demikian baiknya akan dibunuh orang.
"Me mang s iluman itu jahat sekali, karena itu kami akan
menang kap atau me mbunuhnya, " kata pula Pui Ki Cong.
"Kalau begitu, Ji-wi saja yang datang ke pondokitu, tentu ia
akan muncul! Sementara itu, dipersiapkan orang-orang untuk
mengepung dan me nangkapnya," kata Cui Hong me mberi
saran. "Ah, itu berbahaya sekali!" kata Cai Sun, bergidik
me mbayangkan betapa dia dan Ki Cong berada di pondok
sunyi dalam hutan ke mudian muncul musuh besarnya itul
"Heh, engkau takut" Bukankah ada kami dan pasukan yang
telah mengepung pondokitu?" Su Lok Bu me ncela.
"Sejak kapan Koo Cai Sun yang terkenal itu me njadi
seorang penakut?" Cia Kok Han juga mengeje k.
Koo Cai Sun merasa disudutkan. Dia tidak ma mpu
menge lak lagi, dan teringat bahwa yang diusulkan oleh Ok Cin
Hwa adalah dia dan Ki Cong. Kalau ada Ki Cong, tentu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkurang rasa takutnya. "Aku tidak takut, hanya aku khawatir
Pui-kongcu yang tidak berani bersama aku pergi ke
pondokitu." Berkata demikian, Cai Sun memandang Ki Cong
sambil me nyeringai. Pui Ki Cong mengerutkan a lisnya. Dia
me mang menghendaki dengan sangat agar musuh besar yang
berbahaya itu secepat mungkin dapat terbunuh agar dia dapat
tidur dengan nyenyak, akan tetapi kalau dia harus ke tempat
berbahaya itu, sungguh me mbuat dia merasa ngeri.
"He mm, perlukah a ku ke sana sendiri" Tidak cukup engkau
saja, Koo-toako" Dengan engkau menjadi umpan, sudah
cukup untuk me mancing ia datang, atau setidaknya laki-laki
she Tan itu." katanya meragu.
"Aih, Kongcu. Kita takut apakah" Selain ada kita berdua,
masih ada lag i Cia dan Su-enghiong, dan kalau kita siapkan
seratus orang perajurit mengepung te mpat itu, me mbuat
barisan pendam, apa yang akan dapat dila kukan o leh siluman
itu" Sebelum ia sempat menyerang kita berdua, tentu ia sudah
lebih dulu disergap dan ma mpus! Selain itu perlu apa takut
kalau di sa mping kita ada nona yang begini manis dan
hangat?" Berkata demikian, dengan ceriwis sekali tangan kiri
Cai Sun menge lus pipi Cui Hong. Wanita ini pura-pura malu
dan mengerling tajam ke arah Ki Cong, menepiskan tangan
Cia Sun dengan berkata. "lhhh.... Koo-inkong harap jangan nakal...!" Dan ia
tersenyum dan mengerling dengan daya tarik yang a mat kuat
ke arah Ki Cong, me mbuat orang mata keranjang ini menelan
ludah. Di dalam pondok bersama wanita cantikini! Menarik
sekali, dan pula, kalau ada pasukan seratus orang yang
dipimpin oleh dua orang pe mbantunya yang lihai, me mang
tidak ada yang perlu ditakuti. Pula, Cai Sun di sa mpingnya
juga merupakan seorang pengawa l yang cukup tangguh.
"Baiklah, aku akan I kut ke sana. Kita semua harus bekerja
sama untuk dapat me mbekuk siluman itu secepatnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya dia menga mbil keputusan setelah me lihat betapa
mata kiri Cui Hong berkedip le mbut me mberi isyarat
kepadanya yang hanya dapat dilihatnya sendiri! Kedipan mata
yang merupakan janji yang Cai Sun dan suaranya terdengar
gemetar. Cai Sun mengangkat kedua pundaknya dan me noleh
kepada Ok Cin Hwa. "Bagaimana pendapatmu, Adik manis"
Akan berhasilkah pancingan kita ini?" Suaranya lirih sekali
seolah-olah dia takut kalau- kalau suaranya akan terdengar
musuh. "Saya tidak tahu, akan tetapi mudah-mudahan berhasil, la
hanya mengatakan bahwa kalau saya perlu sesuatu darinya,
saya disuruh datang ke sini dan menanti, tentu ia akan
datang." "Bagaimana kalau ia tiba-tiba muncul di da la m pondokini,
Toako?" Ki Cong bertanya dan jelas nampa k betapa dia
menggigil ketakutan. "Ha-ha-ha!" Cai Sun tertawa, walaupun dia menahan suara
ketawanya agar jangan terdengar terlalu keras. "Bagaimana
mungkin" Sebelum ia tiba di pintu, ia akan disergap seratus
orangl Kita di sini a man seperti di ruma h sendiri, Kong-cu,
harap jangan khawatir."
"Saya pun tidak merasa takut, karena bukankah di luar
sana ada seratus orang pasukan yang berjaga" Apalagi di s ini
ada dua orang gagah perkasa yang menemani saya. Koo-
inkong dan Pui-taijin, saya mau beristirahat dulu di kamar
yang kiri itu. Sila kan Ji-wi ber istirahat pula di kamar kanan
kalau Ji-wi tidak sedang ketakutan." Cui Hong tersenyum dan
me le mpar kerling genit se kali dan ia pun bangkit berdiri,
langkahnya dibuat semenar ik mungkin ketika ia melenggang
dan me masuki ka mar yang sebelah kiri, tahu bahwa dua orang
pria itu mengikuti nya dengan pandang mata kehausan. Dua
pasang bukit pinggulnya sengaja dibuat menari-nari ketika ia
me lenggang tadi. Dan hasilnya memang baik sekali, dua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pria itu me mandang dengan mata melotot, bahkan Cai Sun tak
dapat menahan dirinya untuk tidak mene lan ludah.
"Kongcu, saya akan meneman i nona itu, silakan kalau
Kongcu mau beristirahat di kamar kanan. Selamat malam,
Kongcu....!" Dia pun bangkit dan hendak segera menyusul
wanita itu, akan tetapi Pul Ki Cong cepat menegurnya.
"Koo-toako, engkau hendak me mandang rendah kepadaku?" "Ehh" Apa maksud Kongcu....?" Cai Sun menahan langkah
dan me mbalikkan tubuhnya.
Pui Ki Cong sudah bangkit berdiri dan mukanya berubah
merah. "Sudah sejakia ditangkap, la me mberi isyarat-isyarat


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadaku. Akulah yang akan mene man inya!"
"Tapi, saya yang telah mengenalnya leb ih dulu, Kongcu!"
Cai Sun me mbantah dengan mata melotot dan merasa
penasaran. Tak disangkanya bahwa majikan nya ini ternyata
tertarik kepada Ok Cin Hwa dan hendak mera mpas daging
gemukitu dari depan mulutnya.
Pui ki Cong mengerutkan alisnya dengan marah. '"Koo Cai
Sun! Apakah engkau hendak me nentang aku?" bentaknya.
Cai Sun terkejut dan sadar bahwa orang she Pui ini bukan
hanya tertarik, melainkan sudah tergila-gila kepada Ok Cin
Hwa sehingga bersikap de mikian kasar keji, Tentu saja dia
tidak berani menentang orang Itu. Perpecahan akan amat
merugikan dirinya, apalagi kalau hanya karena me mperebutkan seorang wanita, seorang janda saja. Kalau
Pui Ki Cong mengusirnya, dia bisa mati konyol di dalam
tangan iblis wanita itu. Maka dia pun cepat menjur.i dan
tertawa lebar. "Aha, mengapa kita harus bertengkar karena seorang
perempuan saja" Maaf, Pui-kongcu. Tida k kusangka bahwa
Kongcu de mikian bergairah terhadap dirinya. Kita tidak perlu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berebut karena seorang janda muda seperti wanita itu tentu
tidak akan kewalahan me layani dua orang seperti kita. Nah,
silahkan Kongtu lebih dulu, baru nanti saya yang
menggantikan Kongcu."
Pui Ki Cong juga teringat dan dia pun tersenyum. me mang
tidak se mestinya dalam keadaan nyawanya terancam seperti
itu me mperebutkan seorang janda yang belum tentu akan
me muas kan hatinya, walaupun wajahnya, bentuk badan dan
sikap janda itu de mikian mengga irahkan. Sudah banyak dia
menga la mi kekecewaan dari wanita-wanita yang tadinya
nampak cantik dan me nawan hati.
"Maaf, Toako, tadi aku telah lupa diri. Baiklah, aku akan
ma in-main dengannya lebih dulu, dan biar nanti kusuruh ia
keluar mene mani dan me layanimu." Dengan langkah lebar Pui
Ki Cong mengha mpiri kamar yang sebelah kiri, me mbuka daun
pintunya, masuk dan menutupkan lag i daun pintu kamar itu
dari dalam. Sambil menyeringai Cai Sun kembali duduk di atas kursi,
matanya me mandang ke arah kamar itu seolah-olah ingin
mene mbus dinding untuk mengintai apa yang terjadi di
dalamnya. Dia mendengar suara Pul Ki Cong bicara, lalu
disusul suara ketawanya lirih dan suara ketawa Ok Cin Hwa.
Bahkan terdengar suara wanita itu cukup je las, "Aihhh.... Tai-
jin, jangan begitu "
Cai Sun terkekeh, me mbayangkan per mainan cinta mereka
dan dia pun mendengar suara dipan berderit diduduki mereka.
Suasana lalu menjad i sepi di kamar itu dan Cai Sun
me mper lebar senyumnya. Kalau wanita itu pandai, sebentar
saja tentu Pui Ki Cong kalah dan dia memperoleh giliran! Dia
akan mengajak wanita itu ke kamar sebelah.
Agaknya tidak me leset dugaan dan harapan Cai Sun. Tak
la ma kemudian, daun pintu ka mar itu terbuka dan Ok Cin Hwa
nampak keluar setelah menutupkan lag i daun pintu dari luar.
Pakaian dan rambutnya kusut, bahkan kancing-kancing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bajunya hanya tertutup sebagian sehingga Cai Sun dapat
me lihat sebagian kulit dan dada yang kuning mulus. Wanita itu
mengha mpirinya sambil tersenyum man is seka li.
Cai Sun bangkit berdiri me nyambut dengan pujian. "Wah,
engkau hebat sekali, Adik manis. Mana Pui-taijin?"
"Dia kelelahan dan tidur, harap jangan diganggu." bisik
wanita itu dengan muka merah dan na mpak tersipu.
"Ha-ha, engkau sungguh hebat, menga lahkannya dalam
waktu singkat, tidak ada seperempat jam. Ha-ha, lawannya
yang seimbang adalah a ku, ha-ha!" Cai Sun la lu maju
merangkul wanita itu yang mandah saja ditarik sambil
dirangkul, me masuki ka mar yang di sebelah kanan.
Tadi ketika dia mendengarkan dari luar di antara kesunyian
dalam kamar sebelah kiri, dia mendengar suara dipan berderit
dan Pui-kongcu terengah-engah, maka sudah bangkitlah
berahinya sampai ke ubun-ubun. Maka, begitu dia me masu ki
kamar yang kosong itu, dia me mpererat rangkulannya dan
mende katkan mukanya mencium mulut Ok Cin Hwa. Yang
dicium ma ndah saja sehingga Cai Sun mencium mulut itu
penuh nafsu. Akan tetapi pada saat dia mengecup bibir
perempuan itu, tiba-tiba tengkuknya dihantam oleh tangan
miring yang amat kuat. "Kekkk....!" Tubuh Cai Sun menjadi le mas dan dia pun
pingsan seketika! Untuk mencegah agar robohnya Cai Sun
tidak menimbulkan suara, Cui Hong sudah menja mbak
rambutnya dan menyeretnya keluar kamar, merebahkannya di
atas lantai. Ia bekerja dengan cepat sekali. Ia tadi tidak berani
menotok Cai Sun untuk meroboh kannya seperti yang
dilakukannya pada Ki Cong karena ia tahu bahwa Cai Sun lihai.
Kalau sampa i totokannya meleset tentu Cai Sun akan berteriak
dan rencananya dapat menjadi gagal. Maka, ia me mpergunakan pukulan dengan tangan miring pada saat Cai
Sun mencium tadi sehingga ia yakin takkan gagal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong me ludah dan mengusap bibirnya dengan ujung
lengan baju. Muak rasanya teringat akan ciuman tadi. Ia
me ludah ke arah muka Cai Sun, kemudian me ngeluarkan
borgol dari ra mai besi yang sudah dipersiapkan untuk
keperluan itu. Diborgolnya kedua tangan Cai Sun itu ke
belakang tubuhnya, kemudian ia menotok beberapa jalan
darah untuk me mbuat orang itu t idak dapat bergerak atau
menge luarkan suara kalau s iuman dari p ingsan nanti. Setelah
itu, ia pun me masuki kamar sebelah kiri. Ternyata Pui Ki Cong
juga sudah menggeletak di atas lantai dalam keadaan
tertotok, tak mampu bergerak atau bersuara, hanya matanya
saja yang bergerak-gerak me mandang kepada Cui Hong
dengan ketakutan. Kiranya ketika tadi Ki Cong masuk dan
mengha mpirinya, ia melayani orang itu bercakap-cakap dan
bergurau. Akan tetapi ketika tangan Ki Cong mulai meraba-raba dan
hendak menciumnya, secepat kilat tangan kiri Cui Hong me-
notok jalan darah dan Ki Cong roboh seketika tanpa ma mpu
berteriak. Cui Hong lalu me mbuat dipan bergerak-gerak, dan
kakinya menginjak-injak perut Ki Cong sehingga orang itu
menge luarkan suara terengah-engah seperti yang didengarkan
oleh Cai Sun tadi. Kini Cui Hong juga me mborgol kedua
tangan Ki Cong, dan menyeret tubuhnya dengan cara
menja mba k dan menar ik ra mbutnya. Ki Cong hanya terbelalak
ketakutan dan kedua matanya mengeluarkan air mata, bahkan
kini celananya menjad i basah saking takutnya.
Cai Sun juga sudah siuman dan dia teringat akan segala
yang dialaminya tadi. Mula- mula dia terheran dan merasa
seperti mimpi. Kedua tangannya diborgol, bahkan dia tidak
ma mpu menggerakkan kaki tangan, tidak ma mpu menge luarkan suara. Ketika pintu kamar kiri terbuka dan
muncul Ok Cin Hwa yang menyeret tubuh Pui Ki Cong, barulah
dia tahu bahwa semua itu bukanlah mimpi buruk, melainkan
kenyataan! Dan dia pun me ngeluarkan keringat dingin dan
matanya terbelalak ketakutan. Akan tetapi, Cui Hong kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menja mbak ra mbut kepalanya dan menyeret dua tubuh
itu menuju ke ruangan kecil di antara kedua kamar itu.
Dilepas kannya papan lantai dan ternyata di tempat itu
terdapat lubang yang bergaris tengah satu meter, la menyeret
tubuh dua orang musuhnya itu ke dalam lubang, lalu
ditutupnya kemba li papan lantai itu dengan rapi dari bawah.
Ternyata lubang itu merupakan sebuah terowongan yang
mene mbus ke dasar jurang di belakang pondok!
Memang selama ini Cui Hong tidak tinggal dia m
menganggur. Ia telah me mpersiapkan segala-galanya sehingga ketika muncul kesempatan yang amat baikitu, yaitu
ketika anak buah musuh-musuhnya mulai mencari wanita
bernama Ok Cin Hwa, semua telah dipersiapkan nya, dari
tempat jebakan sampai terowongan untuk melarikan diri tanpa
diketahui oleh seratus pasukan yang mengepung pondokitu!
Tak seorang pun akan menyangka bahwa ia dapat
me larikan dua orang musuhnya itu dari dalam pondok tanpa
diketahui orang! Dan s iapa pula yang menduga bahwa Ok Cin
Hwa, perempuan yang dianggapnya me mbantu komplotan itu
untuk menjebak Kim Cui Hong, ternyata adalah musuh itu
sendiri! Cia Kok Han dan Su Lok Bu bersama seratus orang anak
buahnya berjaga di tempat masing-mas ing dengan hati diliputi
ketegangan. Mereka sudah me mpersiapkan senjata untuk
menyergap, begitu ada orang masuk ke hutan mendekati
pondok. Akan tetapi, sampa i lewat tengah ma la m, tidak
nampak ada orang datang. Juga tidak ada gerakan sesuatu di
dalam pondok. "He mm, sialan! Kita kedinginan dan dikeroyok nyamuk di
sini, akan tetapi mereka berdua tentu kini sedang men iduri
perempuan itu!" Su Lok Bu men gomel, karena dia mengenal
baik orang-orang maca m apa adanya Pui Ki Cong dan Koo Cai
Sun. Dua orang laki-laki mata keranjang, tukang main
perempuan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini sema la m suntuk berada di sebuah pondok kosong,
bersama seorang janda muda yang manis. Mudah saja diduga
apa yang akan mereka lakukan.
"Terkutuk me mang iblis betina itu. Kenapa ia tidak juga
muncul?" Cia Kok Han juga mengomel. Memang berat tugas
mereka saat itu. Malam begitu dingin dan di hutan itu terdapat
banyak nyamuk yang mengeroyok mereka. Akan tetapi
mereka tidak berani me mbuat api unggun dan terpaksa harus
menahan se mua derita. Untuk mengha mpiri pondok dan
me lihat ke dalam, mereka pun t idak berani. Hal itu akan
merugikan karena siapa tahu perempuan iblis itu kini sedang
mengintai dan kalau me lihat bahwa pondoknya dikepung
banyak musuh, tentu perempuan itu tidak berani mende kat.
Dua orang jagoan itu bersama seratus orang anak
buahnya, melewatkan malam yang menyiksa di hutan itu.
Mereka harus tetap dalam persembunyian mereka, tidak
berani menge luarkan suara, tidak berani keluar. Mereka sudah
menyumpah-nyu mpah di dalam hati.
Baru setelah terdengar ayam berkokok dan burung-burung
pagi berkicau tanda bahwa fajar mulai menyingsing, Cia Kok
Han dan Su Lok Bu yang sudah tidak sabar lag i, meloncat ke
luar dari te mpat perse mbunyian mereka dan mengha mpiri
pondok. Siasat mere ka telah gagal! Ikan yang dipancing tidak
mau menyambar umpan! Hasilnya hanya kulit muka mereka
merah- merah dan gatal-gatal, juga seluruh send i tu lang linu
dan pegal. Keduanya mendorong pintu pondok terbuka dan mereka
me longo. Kosong pondokitu. Keduanya meloncat ke arah dua
buah kamar itu, mendorong daun pintu kamar terbuka.
Kosong pula! "Heii ....! Ke mana mereka?" Cia Kok Han berseru heran.
"Tak mungkin mere ka bertiga menghilang begitu saja!"
kata Su Lok Bu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja dua orang jagoan itu menjad i terkejut, terheran
kemudian panik karena setelah mereka me mer iksa seluruh
pondok, jelaslah bahwa Pui Ki Cong, Koo Cai Sun dan O k Cin
Hwa me mang benar telah lenyap tanpa men inggalkan jejak.
Wajah kedua orang jagoan ini menjad i pucat sekali.
"Tak masuk akal!" kata Cia Kok Han sambil me mbanting
kakinya. "Bagaimana mungkin mereka lenyap dari tempat
yang terkepung ketat itu" Dan siapa pula yang dapat datang
ke pondok ini tanpa kita ketahui" Sungguh aneh sekali!"'
Su Lok Bu yang sejak tadi termenung, kini berkata, "Datang
secara berterang rasanya tidak mungkin. Akan tetapi
bagaimana kalau datangnya itu secara rahasia?"
"Secara rahasia" Kalau begitu ada jalan rahasianya di s ini."
kata Cia Kok Han, terkejut.
"Hanya, itulah satu-satunya kemungkinan. Mari kita
mencarinya." Dua orang jagoan ini la lu me manggil anak buah mereka
dan pondok itu pun penuh dengan perajurit yang s ibuk
mencari jalan rahasia. Tidak s ukar untuk dite mukan karena
Perawan Lembah Wilis 8 Keajaiban Negeri Es Karya Khu Lung Racun Kelabang Putih 1
^