Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 13

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 13


kembali, jika aku menulis berhari-hari tanpa tidur karena
justru akan kehilangan kendali terhadap masa lalu yang ada
hubungannya dengan masa kini. Jadi sekarang kukira aku se-
baiknya tidur. Aku hanya bisa menulis-kan--nya seperti yang
kuinginkan jika aku menuliskannya dalam keadaan sangat
amat cukup tidur, yang berarti aku menuliskannya dalam
keadaan sehat dan sadar. Itulah yang menjadi pikiranku kini, mes-kipun kutahu kalau
aku nanti bangun tidur masih ada masalah dengan ketuaanku.
Ya, rasanya aku masih dapat mengingat banyak peristiwa dari
masa yang sudah jauh berlalu, tetapi rasanya cukup sulit
mengingat yang baru saja terjadi. Namun jika telah kuha-
biskan masa 25 tahun terakhir dari hidupku da-lam samadhi,
apakah yang masih mung-kin akan terjadi" Aku tidak perlu
mengingat apapun dari masa hidup antara ketika aku berumur
75 sampai 100 tahun, karena selama itu aku tenggelam dalam
samadhi dan tentunya tiada suatu peristiwa pun harus terjadi.
Bukankah selama 25 tahun aku telah terus menerus
melakukan samadhi" Mes-kipun begitu, segala sesuatu yang
terjadi hari ini sangat mungkin juga ditentukan berbagai
peristiwa yang berlangsung antara tahun 846 sampai 871
yang bagiku gelap sama sekali.
Apakah itu berarti setelah kutulis riwayatku sampai tahun
846, saat aku mengundurkan diri dari dunia persilatan, masih
harus kuperiksa segala macam kejadian yang berlangsung
sampai tahun 871, saat pasukan pemerintah bermaksud
menangkap dan membunuhku di dalam gua itu"
Tanpa kusadari aku mendesah, memang berkesah, karena
merasa khawatir tidak akan pernah kuselesaikan maksud
penulisanku, yakni mengetahui sebab mengapa pemerintah
dengan segala hadiah yang dijanjikannya membuat banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang memburuku. Jika penulisan riwayat hidupku sampai
tahun 846 belum bisa memberi jawaban, apakah itu juga
berarti aku harus membaca banyak kitab dan bertemu banyak
orang yang akan menjelaskan apa pun yang berlangsung
sampai 871" Bagaimana pula caranya aku bertemu banyak
orang entah di berapa banyak tempat ketika mestinya aku
bersembunyi" Pengalamanku menyamar dan meleburkan diri
dalam kehidupan awam sehari-hari sete lah Pembantaian
Seratus Pendekar, juga selama 25 tahun dari tahun 821
sampai tahun 846, terbukti selalu dipergoki, karena mata yang
tajam memang sangat mampu membedakan orang-orang
sungai telaga dengan orang-orang awam. Adapun rimba hijau
dan sungai telaga dunia persilatan penuh dengan manusia
bermata tajam! Sudah beberapa lama aku merebahkan diri di dalam
pondok. Malam baru saja turun. T ernyata aku tidak bisa tidur.
Dalam gelap mataku terbuka. Hhhh. Sekarang sudah tahun
872 dan umurku sudah 101. Bayangan masa lalu berkelebat.
Namun aku harus menghentikan gerak setiap bayangan yang
berkelebat itu. Menghentikan, menatap, dan membongkarnya.
Mengingat masa lalu tidak cukup hanya dengan menyusun
kembali urutan peristiwa, melainkan ibarat menghentikan
langkah seorang tokoh dari masa lalu itu dan memperhatikannya. Apakah aku masih ingat setiap kata yang
diucapkannya" Adakah yang kulupakan dari pandangan
matanya" Memang masa lalu bukan sekadar urutan peristiwa,
melainkan suatu makna. Mungkinkah aku menggalinya"
MALAM merayap lambat, begitu lambat, seolah tiada akan
pernah ber-gerak. Namun bagaikan terasa bagiku bumi
berputar dan semesta beredar, yang membuat waktu 101
tahun menjadi tidak terlalu lama, bahkan amat singkat sahaja,
begitu singkat, kata orang-orang tua seperti sekadar mampir
minum. Apakah masih ada artinya kehidupan yang begitu
singkat seperti itu" Aku ingat pernah memperhatikan
kehidupan kupu-kupu yang umurnya hanya satu hari itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apakah ada artinya kehidupan singkat kupu-kupu" Se-belum
menjadi kupu-kupu ia adalah ulat yang lamban dan tidak
menarik, yang suatu hari menjadi kepompong yang lebih tidak
menarik lagi, dan hanya setelah bertapa begitu lama dan
dilupakan maka suatu ketika kepompong itu terkuak dan dari
dalamnya keluar kupu-kupu.
Memang ada kupu-kupu buruk yang sayapnya bulukan dan
sama sekali tidak menarik, tetapi kupu-kupu terburuk pun
adalah bentuk yang jauh lebih indah daripada ulat maupun
kepompongnya. Tentu ada pula ke-pompong berwarna perak
atau keemasan yang indah, tetapi seandai-nya pun kupu-kupu
yang menjelma daripadanya bukanlah kupu-kupu yang
cemerlang keperakan atau ke-emasan, takdapat diingkari
betapa kupu-kupu terandaikan sebagai wujud yang lebih
sempurna, jika bukan penjelmaan amat sangat sempurna dari
ulat nan lamban dan buruk rupa itu. Namun tidakkah begitu
menyedihkan dan mengharukan jika bentuk sempurna yang
harus dicapai melalui pengorbanan ulat menjadi kepompong
itu hanya berumur singkat sahaja"
Kupu-kupu yang terbang bagaikan lambang terbaik
penjelmaan sebuah impian, impian yang kemudian menjadi
nyata, tetapi yang segera hilang lenyap entah ke mana. Setiap
manusia juga mempunyai impiannya sendiri, seperti ulat yang
merayap lamban tetapi bermimpi terbang, begitulah manusia
memiliki keterbangannya masing-masing, yakni sesuatu yang
bagaikan mustahil dilakukannya, tetapi tetap dikerjakannya
juga karena seluruh pertaruhan hidupnya dimaksudkan
menuju ke sana, sesuatu yang seperti m impi dengan segenap
kemustahilannya... Bilik ini bagaikan semakin meng-gelap. Malam terasa sejuk,
padahal sebetulnya memang selalu sejuk, ha-nya diriku saja
yang karena menulis tanpa henti baru menyadarinya bahwa
menulis terus-menerus tanpa pernah tidur tidak akan tujuan
penulisanku berhasil. Sekarang aku mendapatkan kesadaran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa aku justru harus terjamin tidur dengan cukup seperti
ulat yang menjadi kepompong dan tu-lisanku menjelma kupu-
kupu... Na-mun meski tampaknya mudah dika-takan,
mengalaminya kadang bisa membingungkan.
Maklumlah aku bukan seorang penulis yang telah
mendapatkan segala pelajaran. Aku menulis tanpa pernah
mengetahui bagaimana caranya menu-lis dengan baik, aku
hanya berusaha menuliskan segala sesuatu yang telah kualami
secara runtut, tetapi itu pun ternyata tidak mudah, karena
dalam setiap usaha mengingat, seribu satu kenangan saling
berdesak minta dituliskan. Meskipun aku mengerti betapa
tidak segalanya sampai sekecil-kecilnya dapat dan perlu
dituliskan semua, justru merupakan kesulitan bagiku untuk
menentukan mana yang tak bisa tidak harus diceritakan
kembali, dan mana yang lebih baik ditinggalkan saja.
Tumbuh dan dibesarkan dalam dunia persilatan membuat
dunia tulis-menulis cukup asing bagiku, meski untunglah
sepasang pendekar yang mengasuhku itu telah mengumpulkan banyak kitab dalam peti kayu, dan mengajari
aku dengan pengertian bahwa membaca tidaklah patut
ditinggalkan oleh seorang pendekar. Memang benar, Sepasang
Naga dari Celah Kledung bukan hanya membaca, tetapi juga
mengundang banyak orang berpengetahuan dalam berbagai
bidang untuk bertukar pikiran, karena mereka selalu
menganggap silat sebagai kebudayaan, sehingga usaha
memahaminya adalah mustahil jika tidak merujukkannya
kepada berbagai bidang pengetahuan. Dari berbagai
perbincangan yang kudengar itulah aku sampai kepada
pemikiran untuk selalu menghubungkan gerakan dengan
pemikiran, artinya silat dengan filsafat, sehingga dapat
kumainkan jurus s ilat yang belum terlawan, yakni Jurus Tanpa
Bentuk yang tidak pernah terkalahkan. Bahkan untuk
memahaminya saja masih merupakan suatu persoalan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku masih belum tertidur meski sangat menginginkannya.
Telah kupejamkan mataku tetapi justru karena itu kudengar
segala suara dengan lebih jelas dari biasa. Antara lain
kudengar suara seruling yang dimainkan Rangga.
Suara seruling itu sudah sangat kukenal. Rangga sering
memainkannya pada malam hari bila bulan purnama membuat
segalanya tampak keperakan. Namun tiada bulan purnama
malam ini, hanya bulan sabit dan segalanya tampak seolah-
olah hanya hitam. Rangga dahulu mengikuti rombongan
pemain topeng dan selalu memainkan lagu-lagu riang, tetapi
setelah ia tidak kuat berjalan lagi dan lebih banyak tinggal di
pondoknya maka lagu yang dimainkannya pun berubah. Ia
lebih sering meniup seruling pada malam hari seolah dirinya
pun berada dalam keadaan malam dan siap mati. Sangat
menarik betapa suara seruling dapat menyampaikan suara
hati. NAMUN Rangga sebetulnya jauh lebih muda dariku, karena
usianya sekitar 80 tahun. Ia masih pergi ke kebun, ia ju-ga
membaca kitab, tetapi mengaku su-dah ingin mati. Kini yang
dima inkannya adalah lagu teramat mengharukan itu...
Di antara suara seruling itulah kudengar langkah yang amat
sangat halusnya. Terlalu halus, begitu halus, sehingga
mestinya telingaku tidak dapat mendengarnya. Sementara dari
rumah salah satu tetangga terdengar pelajaran igama.
"Di dalam ajaran Buddha terdapat kewajiban tertentu yang
disusun bertingkat-tingkat, sesuai dengan tingkatan kesucian
yang telah dicapainya. Tingkatan terendah dan karenanya
menjadi kewajiban mutlak setiap orang adalah dana atau
pemberian, yang ini pun ada tingkatan-tingkatannya."
"Apakah yang terendah itu Bapak?"
"Yang terendah adalah memberikan suatu benda,
betapapun kecilnya. De-ngan dana ini orang menghimpun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
punya, dan punya inilah yang menentukan gati manusia atau
wujud kehidupan lebih tinggi dalam kelahiran kembali."
Aku tersenyum mendengar ajaran ini karena teringat
pembangunan Kamulan Bhumisambhara yang belum selesai
juga. Dengan alam pemikiran seperti itu, maka untuk
pendirian bangunan suci seperti itu setiap orang diandaikan
akan berlomba-lomba untuk menyumbang.
"Misalnya apa Bapak?"
"Untuk membantu pembangunan candi misalnya, biarpun
sekadar pasir atau kerikil dari sungai yang terdekat, atau
sekadar makanan dan minuman pada waktu tertentu. Itu
semua akan sangat membantu, Anakku..."
"Bisakah tenaga kita diganti uang, Bapak?"
"Mereka yang memiliki kekayaan cukup dan jauh tempat
tinggalnya akan menyumbangkan uang, yang sangat
diperlukan untuk pembeayaan atas kebutuhan yang tidak
mungkin dipenuhi dengan kerja bakti, seperti biaya bagi para
pemahat-halusnya." Pembangunan candi itu di beberapa bagian memang
mencapai tahap akhir, karena tinggal menghias dan mengukir,
yang tidak bisa dikerjakan ramai-ramai secara gotong royong,
sebagai suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian.
"Tapi," rahib itu menyambung, "ada juga seniman yang
bekerja sukarela sebagai dana dari tingkat lebih tinggi."
Aku mengerti, kehidupan yang berpangkal kepada usaha
dana dan pengumpulan punya diatur dengan suatu cara,
bahwa ada yang bertanggung jawab atas bangunan suci, yang
juga telah menentukan bagaimana terdapat bagian hasil bumi,
sawah maupun kebun, menjadi milik bangunan suci tersebut.
Adapun untuk mendapat kedudukan penanggungjawab setiap
kesatuan wilayah pemukiman, setiap orang dari kasta yang
diizinkan ternyata dapat mencalonkan diri, karena TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penghimpunan punya dari penguasa adalah kesempatan yang
dianggap baik. "Kehidupan bersama seperti ini mencakup kebutuhan
jasmani dan rohani, perdagangan dan keigamaan, menjadikan
kebersamaan sebagai pemersatu daya khalayak ke satu
tujuan, yakni mengabdikan diri untuk kepentingan bersama,"
katanya lagi. Aku tak tahu apakah kanak-kanak dan remaja di depannya
manggut-manggut atau tidak, tetapi aku tahu saja betapa
dengan sikap hidup dan kebersamaan pengaturan seperti itu,
pembangunan candi dan tempat-tempat suci lainnya tidak
akan melemahkan, apalagi melumpuhkan perdagangan.
Padahal begitu besar Kamulan Bhu-misambhara ini,
penyusunan batu-batu-nya dilakukan dengan kait, berupa
tonjol-an pada batu yang satu untuk dimasukkan ke dalam
lubang pada batu lainnya, dan juga dengan pasak yang juga
terbuat dari batu. Aku belum lupa bagai-ma-na kait dan pasak
ini baik ke samping maupun ke atas, ke bawah dan ke bela-
kang, terjalin begitu rupa sehingga batu-batunya tidak dapat
bergeser dari tempatnya, menjadi suatu dinding yang amat
sangat kokoh. Kukira menatah kait dan pasak agar tepat
berpasangan bukanlah sesuatu yang mudah, begitu juga
pema-sangannya. Sampai kemarin masih kulihat sejumlah
orang membawa alat-alat untuk membuat prancah1, gunanya
untuk mencapai bagian-bagian yang tinggi. Memang tidak
mungkin para pekerja berada di puncak dan seluruh
bangunannya secara berangsur-angsur ditimbun tanah.
Begitulah, sejauh kuikuti pembangunannya, yang masih
belum selesa i meski telah kutinggal pergi mengembara dan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah kembali menghilang ke dalam gua, Kamulan
Bhumisambhara yang kelak akan berdiri bukanlah bangunan
sebagaimana direncanakan semula. Aku pernah berada di
candi raksasa yang belum jadi itu tanpa diketahui orang pada
suatu malam, ada stupa-stupa yang dipindah di sudut-sudut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pelataran bujur sangkar yang paling atas, tepatnya di luar
pelataran bundar yang pertama.
DI kaki bangunannya malah ada pelataran tambahan,
berupa timbunan batu-batu yang menutupi kaki semula
seluruhnya. Akan kuceritakan apa yang kuketahui sehubungan
dengan masalah tersebut kelak, sekarang aku hanya
memastikan bahwa memang terdapat perubahan dalam
pembangunan Kamulan Bhumisambhara.
Masih terdengar suara seruling Rangga. Suara langkah
yang sangat amat tipis itu pun masih terdengar juga. Pada
saat aku ingin sekadar beristirahat!
Aku memang tetap berbaring, aku ingin segera tidur dan
bangun lebih segar besok pagi supaya bisa menulis dengan
kesadaran dan kecermatan tinggi, tanpa dibawa oleh sekadar
perasaan atas kenangan, karena celakanya memang hanya
perasaan itulah yang kumiliki sebelum dapat menyadari
sesuatu pun jua. Maka semakin cukup tidur dan bugar
tubuhku semakin mungkin kesadaran mengusahakan kecermatan, tetapi semakin kurang tidur dan semakin redup
kesadaranku semakin kuat perasaan meruyak dan menguasai
kenangan. Mungkinkah kiranya manusia membebaskan
kenangan dari perasaan" Benarkah aku akan harus
menuliskan segala sesuatu hanya dari sudut pandangku
dengan segenap perasaanku sahaja"
Untuk sementara ini setidaknya dua pihak telah mengetahui
tempat tinggalku. Pihak pertama tentu para anggota kelompok
rahasia Kalapasa, atau yang kuduga Kalapasa, karena kuda-
kuda mereka lebih pantas dimiliki pengawal rahasia istana;
pihak kedua adalah perempuan yang telah membunuh orang-
orang tersebut, dan tampaknya terus berusaha berada di
dekatku. Tahukah, atau tak tahukah ia betapa diriku
mengetahui gerak-geriknya"
Apabila aku sedang tenggelam dalam penulisan, sebetulnya
kewaspadaan yang telah mengendap berpuluh-puluh tahun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selama mengarungi sungai telaga dunia persilatan tetaplah
bekerja, yakni bahwa serangan gelap dapat muncul setiap
saat tanpa pernah bisa diduga. Para pendekar golongan putih
akan mengajak bertarung secara ksatria, dan apabila para
pendekar golongan merdeka menyerang tiba-tiba karena
keajaiban perilakunya pun tidak akan pernah dimaksudkan
sebagai serangan gelap tanpa perkara; tetapi orang-orang
golongan hitam akan sangat mungkin me lakukan serangan
gelap dengan senjata rahasia beracun mereka yang sering
tidak ada obatnya, dan banyaklah sudah para pendekar tewas
bahkan tanpa sempat bertarung karenanya.
Maka ketika aku mengguratkan pengutik pada lembaran
lontar, aksara demi aksara, aku sungguh tahu menahu sahaja
apabila sesosok bayangan berkelebat amat sangat cepatnya
tanpa suara pada pucuk-pucuk kelapa, untuk suatu ketika
diam dan bertengger menahan nafasnya, mengawasiku dari
atas sana. Halaman di depan pondokku itu, yang juga menjadi
halaman pondok-pondok lain di dalam pura, dinaungi berbagai
macam pohon di sekitarnya sehingga menjadi rimbun, tetapi
terdapat sebuah celah di antara kerimbunan itu yang langsung
menampakkan serambi tempatku bersila di depan meja
pendek ketika menuliskan segenap cerita yang telah diikuti
sekalian Pembaca yang Budiman ini.
Namun sebegitu jauh aku mendiamkannya saja selama
bayangan berkelebat itu tidak menggangguku. Telah
kukatakan betapa sekarang ini diriku mengutamakan
penyelesaian tulisanku dan semestinyalah tidak ada yang perlu
kuanggap lebih penting dari itu.
Malam ini langkah-langkah itu terdengar lagi. Kuakui
betapa kecepatan dan keringanan tubuhnya memang luar
biasa, sehingga aku bertanya-tanya siapakah kiranya yang
menjadi gurunya atau kitab ilmu manakah kiranya yang telah
dipelajarinya. Tentu dia bukan seorang pencuri kitab, karena
jika dirinya seorang pencuri kitab maka seluruh tumpukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gulungan lontar ini tentu telah dilarikannya. Sebaliknya, justru
dibunuhnya anggota Kalapasa, atau seseorang yang kukira
anggota perkumpulan rahasia Kalapasa, yang bermaksud
membawa pergi tulisanku itu.
Seruling Rangga berhenti. Ia pun tampaknya mau tidur.
Suara langkah itu hilang. Rupanya ia berlindung dibalik suara
seruling Rangga. Itu suatu cara berpikir yang masuk akal,
sementara perhatian kita tertarik oleh suatu suara, kita tidak
terlalu peduli terhadap suara-suara lainnya. Namun ia tentu
tiada mengira betapa jika kupejamkan mataku dan memasang
ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang
maka kulihat sosoknya sebagai garis cahaya sesuai bentuk
tubuhnya. Jadi meski ia tidak melangkah lagi, suara napasnya
masih memberikan gambaran dirinya kepadaku, dan jika ia
menahan napas masih juga detak jantungnya akan
menjelaskan keberadaannya, sementara jika detak jantungnya
berhenti, udara yang tersibak tubuhnya tetap saja memberi
gambaran yang terbaca. MAKA dalam keterpejamanku terlihat jelas dari garis cahaya
hijau kekuningan yang membentuk tubuhnya, bahwa yang
mencoba berdiam tak bernapas itu adalah seorang
perempuan. Kuingat Pendekar Melati yang hanya kuingat
aroma wewangiannya itu. Ketika terakhir kali bentrok
dengannya begitu melayang keluar dari gua, ia telah muntah
darah karena pukulan Telapak Darah. Sayang aku tidak
mengenalinya sebelumnya, karena ia menyerangku dengan
membabi buta dari balik kabut.
Mengingat hubunganku dengan Pendekar Melati itu di masa
lalu, yang memang belum kuceritakan seluruhnya, tentu akan
sangat bersedih jika dirinya tewas karena pukulanku itu.
Meskipun aku hanya mengibas, tetapi pukulan Telapak Darah
tidak pernah gagal, setidaknya ia akan meninggalkan dunia ini
dalam sehari dan semalam. Mengapa ia harus menyerangku
dari balik kabut seperti itu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mengapa tidak ada penjelasan apapun juga jika
menurutnya aku mesti tewas di tangannya" Urusan pribadi
kami setahuku sudah selesai, hanya sesuatu yang luar biasa
mestinya membuat Pendekar Melati di masa tuanya turun
gunung dan mencariku yang sudah menghilang 25 tahun
pula... Namun kehadiran perempuan yang telah berhari-hari
mengintaiku itu tentu tidak harus ada hubungannya dengan
Pendekar Melati bukan" Sejauh yang kuketahui, persaingan
antarperempuan pendekar ini jauh lebih ketat, lebih tajam,
dan lebih sengit daripada para laki-laki pendekar.
Meskipun kuketahui Pendekar Melati mendapatkan ilmu
silatnya dari seorang perempuan, itu tidaklah harus berarti ia
akan menurunkan ilmunya kepada seorang perempuan pula.
Betapapun harus kuakui bahwa jumlah perempuan pendekar
itu sangat sedikit. Di antara mereka, jika tidak saling
mengenal, setidaknya tentu saling mengetahui...
Maka layaklah aku menjadi penasaran dengan gerakan
yang luar biasa cepatnya dengan nyaris tanpa suara itu.
Setelah mengembara, berguru, maupun bertarung dengan
begitu banyak pendekar dari begitu banyak aliran persilatan,
aku tidak merasa mengenali ciri-ciri ilmu meringankan tubuh
yang satu ini. Namun aku tentu merasa bersyukur masih bisa memergokinya. Tidak hanya di balik pucuk-pucuk pohon
kelapa, tetapi juga di balik batang pohon, di balik dinding
rumah, dan bila aku melangkah keluar untuk mengerjakan
pembuatan lembaran lontar, ia berkelebat ke balik gerbang.
Aku bisa berkelebat mencegatnya, tetapi selain tidak kulihat
ia bermaksud jahat, juga aku merasa waswas dengan buntut
panjang urusan yang belum dapat kuperkirakan, ketika
menyelesaikan tulisan bagiku kini menjadi satu-satunya tujuan
dalam kehidupan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ke manakah hilangnya suara tapak itu kini" Ia menahan
nafas dan detak jantungnya tiada terdengar lagi. Padahal tidak
mungkin ia tiba-tiba mati. Sedangkan bila berkelebat
menghilang tentu diriku akan mengetahui. Aku bangkit
dengan mata terpejam karena masih kupasang ilmu
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang.
Jika memang benar ia mendadak lenyap tanpa terlacak, itu
berarti dirinya bisa membunuhku setiap saat! Pernah
kukatakan hanya perlu satu titik lemah terbuka dalam sekejap
mata, untuk melumpuhkan seseorang betapapun saktinya
dalam dunia persilatan, yang antara lain membuat orang-
orang golongan hitam sangat mengandalkan jarum beracun
sebagai senjata rahasia dalam serangan gelapnya.
Kini tinggal udara yang bisa dibaca telinga, untuk diubah
menjadi pemandangan dalam keterpejaman mata. Dengan
segera kuketahui bagaimana ia telah membuat langkahnya
tidak terlacak, karena ia telah mengambang di udara tanpa
bergerak sama sekali. Ia tentu mengambang dengan tubuh
seringan kapas, bahkan lebih ringan dari kapas, karena kapas
pun perlahan-lahan turun ke bumi.
Ia membiarkan tubuhnya mengambang dalam keadaan
melayang dengan dua tangan terentang bagai tengkurap di
atas pembaringan, tetapi yang melayang terbawa a liran udara
malam dalam angin yang bertiup sangat amat pelahan. Ini
berarti ia mengetahui bahwa aku telah melacak kehadirannya
dan ia bermaksud melarikan diri!
Aku berkelebat secepat kilat. Namun ketika aku berada di
tempatnya hanya kegelapan yang kutemui. Aku me lenting ke
atap rumah dan memang kulihat sesosok bayangan berkelebat
ke balik malam dan menghilang.
Tinggal kelelawar beterbangan di mana-mana di sekitar
pepohonan. Kuputuskan untuk tidak mengejarnya karena
mungkin saja ia sudah menghilang lagi di tempat yang kulihat
itu, dan yang lebih membuatku tidak mengejarnya adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tumpukan lontar itu. Sudah jelas ada pihak yang berusaha
mencurinya, jika waktu itu saja sudah hampir hilang, bukan
tak mungkin terjadi lagi sekarang.
Aku melompat turun dari atas atap dengan ringan dan
berjalan kaki ke pondokku. Ternyata Nawa sudah menungguku di serambi. 'NAWA! Kenapa kamu di sini"''
''Aku tidak bisa tidur, aku mau tidur sama Kakek,'' katanya.
Ia langsung masuk ke bilikku dan menggeletak tidur di
balai-balai bambu. Pikiranku masih berada di atas atap ketika melihat
bayangan hitam itu berkelebat menghilang. Aku seperti
mengenali gerakannya, tetapi tidak bisa kuingat pernah kulihat
sebagai gerakan siapa, ataukah gerakannya berasal dari ilmu
meringankan tubuh yang mana.
Kulihat Nawa sudah tertidur pulas. Aku kehilangan minat
untuk tidur. Maka kuambil lagi pengutik dan setumpuk
lembaran lontar yang masih kosong.
Aku kembali duduk di serambi. Di bawah cahaya api dari
damar itu aku mulai menulis lagi.
(Oo-dwkz-oO) Episode 161: [Dari Dunia Tanpa Kelamin]
UDARA yang sangat amat dingin membuat jenazah bapak
kedai itu membeku. Kukira aku bisa meninggalkannya di gua
ini nanti, ketika tiba saatnya mengikuti rombongan Harimau
Perang dari belakang saat mereka lewat, mungkin hari ini,
mungkin besok, mungkin beberapa hari lagi, tetapi aku yakin
tidak akan lama lagi. Kudaku kulepas dan setiap saat bisa
kupanggil dengan suitan. Kuda itu seperti tahu, bahwa seperti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diriku ia pun harus bersembunyi dari pandangan siapa pun
juga. Catatan bapak kedai itu memberi penjelasan tentang
orang-orang kebiri, yang telah menjadi bagian dari kehidupan
istana Negeri Atap Langit selama ribuan tahun lamanya. Di
dalam istana yang penuh dengan putri-putri dan ribuan selir
maharaja, adat hanya mengizinkan orang-orang tanpa kelamin
untuk melayani mereka. Kehidupan semacam ini berlangsung
di dalam tembok istana yang sangat tertutup, tetapi begitu
luasnya bagaikan sebuah kota di dalam kota.
Adat pemeliharaan orang-orang kebiri di dalam istana
terdapat di berbagai negara besar di muka bumi, tetapi adat
yang berlangsung di Negeri Atap Langit adalah yang sudah
berlangsung paling lama. Mengikuti ujaran Kong Fuzi, bahwa
kemurnian seorang perempuan sangat penting, maka istana-
istana perempuan milik maharaja hanya bisa dilayani orang
kebiri tak hanya untuk menghindarkan perselingkuhan, tetapi
juga karena terjaganya kesucian itu dianggap penting sebagai
dukungan terhadap keabadian takhta. Orang-orang kebiri itu
merupakan jaminan bahwa setiap bayi yang dilahirkan adalah
anak langsung maharaja, sebab jika perma isuri tidak dapat
memberikan seorang putra mahkota, maka putra selir pertama
berhak dan wajib mengisi tempatnya, dan begitulah
seterusnya jika selir pertama pun tidak memberikan anak laki-
laki. Setiap bayi yang dilahirkan di dalam istana haruslah
darah daging maharaja. Maka orang-orang kebiri bagai diandalkan untuk menjaga
lingkar cahaya kesucian dan kerahasiaan istana itu sendiri.
Kedudukan maharaja sebagai Putra Surga atau Putra Langit
dilindungi oleh tabir yang akan membuatnya terhindar dari
urusan sehari-hari manusia biasa, karena ia diandaikan tidak
boleh terganggu supaya tidak gagal dalam tugasnya.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pengertian tabir tidak sekadar ditafsirkan sebagai perumpamaan, karena tirai-tirai bambu memang dipasang di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tepi jalan apabila tandu maharaja yang diusung orang-orang
kebiri lewat, agar pandangan mata sang maharaja tak harus
menyaksikan pemandangan kota dunia awam yang kasar.
Telah diketahui bahwa para pejabat tinggi pun apabila
menghadap maharaja di istana harus mengarahkan pandangan matanya ke bawah, karena tatapan langsung
sangat dilarang. Siapa pun yang menghadap maharaja,
termasuk perwakilan negara bawahan, di hadapan maharaja
harus berlutut dan mengetukkan kepala mereka sembilan kali
ke lantai sebagai tanda penghormatan. Dalam dunia seperti
itu, orang-orang kebiri diandaikan mendapat kepercayaan
penuh, karena kerelaan untuk kehilangan bagian tubuh yang
membuatnya disebut lelaki itu dihargai sebagai pengorbanan
yang tinggi. Dalam adat dan kepercayaan dunia Negeri Atap
Langit, kehilangan sebagian anggota tubuh membuat jiwa
seseorang ikut tercacatkan untuk mati dengan sempurna.
Itulah yang membuat potongan tubuh mereka tersebut selalu
dibawa dan disimpan baik-baik, untuk ikut dikuburkan sebagai
manusia bertubuh lengkap setelah mereka meninggal dunia.
Seorang maharaja Negeri Atap Langit pernah menyebut
orang-orang kebiri sebagai, ''makhluk jinak dan setia seperti
binatang terkebiri'', meskipun orang-orang cacat tubuh di
masyarakat Negeri Atap Langit cenderung terasing dan yang
cacatnya dianggap memalukan bahkan di-asingkan.
KEPERCAYAAN diberikan kepada mereka bukanlah sekadar
karena kerelaannya, melainkan karena dalam keadaan
terkebiri itu mereka tidak mungkin mempunyai anak, sehingga
diandaikan tidak akan memiliki kepentingan politik maupun
kerakusan akan kekayaan. Dunia di dalam istana yang penuh
dengan rahasia, berpeluang membuat seseorang yang
mengetahui dan menguasai rahasia akan menjual rahasia itu
dengan imbalan tinggi. Orang kebiri, karena keadaannya,
dianggap tidak ada gunanya menjual rahasia maupun mencuri
barang-barang berharga dari dalam istana.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam kenyataannya anggapan dan pengandaian itu sangat
sering keliru. Sejarah Negeri Atap Langit membuktikan berkali-
kali bahwa kepercayaan atas keterbungkaman dan kesetiaan
orang-orang kebiri itu tidak selalu benar. Pergunjingan tentang
orang-orang kebiri ini bahkan melibatkan Kong Fuze sendiri,
yang banyak pemikirannya menjadi tulang punggung
kebudayaan Negeri Atap Langit, yang menyatakan keberatannya atas penerimaan orang kebiri dalam jajaran
kekuasaan, membuat setiap penganut Kong Fuze akan selalu
merendahkan orang-orang kebiri di istana. Dalam catatan
sejarah yang tentunya ditulis para cendekiawan, orang-orang
kebiri memang selalu dipandang rendah.
Para cendekiawan maupun kaum terpelajar yang berhak
menjadi pegawai pemerintah dianggap masuk akal jika merasa
iri hati dan benci terhadap orang-orang kebiri, karena
kedekatan mereka dengan istana, bahkan sebagai bagian tak
terlepaskan dari istana, membuat orang-orang kebiri ini
kekuasaannya melebihi para menteri.
Barangkali iri hati dan kebencian itulah yang membuat para
cendekiawan menjadi kurang cendekia dan kaum terpelajar
bagai kehilangan keterpelajarannya, sehingga selama terus
menerus dari abad ke abad menuliskan gambaran tentang
orang-orang kebiri sebagai pengkhianat asli dan tidak peduli
kepada rakyat. Dalam cara berpikir kebudayaan Negeri Atap Langit,
segenap keberdayaan maupun segala sesuatu merupakan
lingkaran yin dan yang nan selalu berulang, setiap kali
mencapai puncak sebagai yin akan tak tertahan meluncur ke
kedalaman sebagai yang. Segala sesuatu yang berlawanan
adalah keberimbangan. Kelelakian, kekuatan, dan kebajikan
berada di bawah pengaruh yang, sementara kewanitaan,
orang kebiri, dan kejahatan diatur oleh yin. Cara memandang
dunia dengan yin-yang ini jelas membuat orang kebiri
terbawahkan dan terendahkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka bagaimana caranya keberadaan orang-orang kebiri
bisa diterima di istana" Bayi-bayi lelaki yang diminati maharaja
untuk berperan besar disendirikan dalam pengasingan ketat di
istana, dirawat dan disusui oleh dayang-dayang sampai
disapih, setelah itu mereka dibesarkan dan menerima
pendidikan di tangan orang-orang kebiri, yang berharap
bahwa diri mereka selamanya akan selalu dekat dengan kursi
kekuasaan. Sampai titik itu, dengan caranya sendiri banyak
orang kebiri berusaha memenangkan kecintaan maharaja
pada masa depan dalam waktu yang sangat lama. Bahkan
sering memanfaatkan asuhan muda mereka itu demi tujuan
dan cita-cita mereka sendiri.
Banyak pangeran menjadi maharaja ketika masih kanak-
kanak. Pada saat ia menjadi dewasa, orang-orang kebiri
pengasuhnya memperkenalkan ia kepada kelemahan- kelemahan menonjol persetubuhan dan berbagai kebiasaan
yang melemahkan. Sekali tubuh dan jiwa terkikis, penguasa
baru menjadi alat dengan kehendak yang juga lemah di
tangan para penampungnya, yang dengan mudah membuatnya percaya betapa musuh dan pengkhianat
tersembunyi di mana-mana di istana seluas kota itu. Maka
kepercayaan sang penguasa kepada penasihat pemerintahan
yang resmi pun menjadi hancur. Satu-satunya jalan adalah
menggantungkan diri kepada keterangan, nasihat, dan
dukungan jaringan orang kebiri.
Kadang-kadang orang kebiri bermain pada persaingan
sengit, kecemburuan, dan kehendak dangkal yang lazim
terdapat di istana keputrian. Di sana ribuan wanita berlomba
merebut perhatian maharaja, sebagai satu-satunya jalan
menuju kekayaan dan kekuasaan bagi mereka sendiri,
marganya, maupun yang sangat diharapkan, yakni putra-putra
mereka. Lebih dari satu orang kebiri bergabung dalam
kesatuan perencanaan jahat seorang permaisuri atau selir,
dalam alur gelap untuk mengenyahkan pewaris kekuasaan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan menempatkan putra atau siapa pun yang disukainya
dalam antrian pengganti. Bahkan seorang penguasa muda sendiri akan sangat
bergantung kepada orang-orang kebiri, yang telah meng-ambil
alih kekuasaan begitu rupa sehingga membuat mereka bisa
mendudukkan dirinya di atas takhta, daripada memilih
pesaingnya. DALAM masalah seperti itu, orang-orang kebiri nyaris tidak
mungkin disingkirkan dari kekuasaan, karena memegang
segenap pengawasan di tangan mereka dari pemerintahan
singkat yang satu ke pemerintahan singkat selanjutnya. Dalam
beberapa hal, maharaja sungguh takut kepada orang-orang
kebiri ini. Harus diketahui bahwa beberapa maharaja Negeri Atap
Langit, yang tidak didukung orang-orang kebiri, akan tidak
berdaya di hadapan berbagai kelompok pejabat maupun
marga para kerabat yang berusaha menguasai takhta.
Betapapun, meski banyak maharaja dipengaruhi oleh orang-
orang kebiri, banyak juga maharaja sepanjang sejarah Negeri
Atap Langit yang sangat berdaya dan menentukan
keputusannya sendiri, serta memimpin bangsanya menuju
kebesaran dan tingkat kebudayaan yang jauh lebih maju dari
bangsa-bangsa lain di dunia.
Aku berhenti membaca sebentar, menebarkan pandanganku kepada keluasan pemandangan. Betapa berbeda
kesan yang ditinggalkan langit dan puncak-puncak batu
menjulang, sementara burung elang melayang lepas di
antaranya, dibandingkan gambaran tentang seluk beluk
istana, yang meskipun begitu besarnya, tak akan pernah
cukup besar bagi sebuah nafsu kuasa. Teringat kepada ujaran
Han Fei Tzu lebih dari seribu tahun lalu yang kubaca di Kuil
Pengabdian Sejati. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
negara besar dan kecil menderita cacat sama
penguasa dilingkari pribadi tak berharga
mereka yang mengawasi penguasa
akan jadi orang pertama menemukan rahasia ketakutan dan harapan mereka
Kuamati sekitarku, kupejamkan mataku, berusaha menangkap sesuatu. Adakah suara kaki kuda" Ada suara
sosok tubuh berkelebat meski nyaris tanpa suara" Memang
benar mereka yang sangat tinggi ilmu meringankan tubuhnya
akan mampu bergerak nyaris tanpa suara. Namun nyaris
tanpa suara adalah suara juga, karena suara adalah desakan
daya kepada udara, sehingga meskipun seorang pendekar
membentangkan tangan seperti elang melayang tanpa
mengepakkan sayapnya, udara yang bergelombang karena
desakan benda padat tetaplah dapat dibaca sebagai getaran,
tergantung tinggi rendahnya ilmu s ilat yang akan menentukan
kepekaannya. Memang tidak kudengar suara apa pun di dalam udara,
hanya suara angin, mengirimkan dingin yang berpentalan dari
dinding ke dinding. Namun kemudian, di kejauhan yang amat
sangat, kudengar juga suara langkah-langkah kuda itu...
Mereka muncul dari ujung celah, bukan rombongan
Harimau Perang, melainkan kuda-kuda yang telah ditinggalkan
para penunggangnya karena mengejarku itu. Kuda-kuda yang
sungguh setia, meneruskan perjalanan sete lah penunggangnya berkelebat memburuku.
Berarti keberuntungan ada di pihakku, karena dengan tidak
melihat kuda yang kehilangan penunggang, Harimau Perang
masih akan mempertimbangkan kemungkinan mereka hidup
dan tiada masalah yang harus dianggap mengkhawatirkan.
Tentu jika Harimau Perang berpikiran seperti itu!
Ini bagaikan suatu perjudian jarak jauh. Harimau Perang itu
mungkin saja mengira tidak ada sesuatu yang terlalu penting
dan tidak mencurigai apapun, tetapi mungkin saja ia begitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
waspada sehingga kemungkinan apapun tidak ada yang dapat
lolos dari pertimbangannya.
Kuperhitungkan bahwa kedua orang yang menyerang
pertama kali seharusnya hanya menyampaikan apa yang
dianggapnya penting kepada lima orang yang berada di
belakangnya. Namun kelima orang yang hanya melihat dua
kuda kosong tanpa penunggang segera berkelebat menyusul
dan mati semua. Jika kelima orang ini harus berhubungan
dengan rombongannya secara berkala, jelas bahwa kewaspadaan Harimau Perang akan segera meningkat. Jika
tidak, aku masih punya waktu sampai ia akhirnya akan curiga
juga. Betapapun kurasa ia sudah terlalu dekat dengan Celah
Dinding Berlian ini untuk kembali, kecuali kalau ternyata
menginap di kedai yang telah ditinggalkan itu.
SEPANJANG perjalanan memang tidak pernah kutemui
desa-desa itu, tetapi sepanjang jalan berkuda di lereng-lereng
serba curam ini, yang kadang melebar dan kadang menyempit
tak tentu, memang sering kulihat jalan setapak di tepi jalan
yang lebih sempit lagi. Betul-betul setapak, tidak seperti jalan
utama yang meski tak lebar ada kalanya masih cukup juga
untuk lima kuda berjajar, tentu untuk setiap saat menyempit,
melebar, dan menyempit lagi berganti-ganti.
Sambil lalu aku memang sudah lama memikirkan jalan
sempit menuruni jurang di tepi jalan utama yang selalu
menghilang di balik semak dan kabut itu. Aku sudah lama
berpikir bahwa jalan itu tentunya menuju ke suatu tempat.
Itulah yang luar dari yang disebut jalan bukan"
Menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Manusia yang
ingin mengembara dengan atau tanpa tujuan tinggal
menapaki suatu jalan, maka ia akan sampai ke suatu tempat
yang menjadi tujuan maupun tidak menjadi tujuannya. Setiap
kali melihat suatu jalan, besar maupun kecil, kecil maupun
kecil sekali, di percabangan, pertigaan, maupun perempatan,
aku memang selalu penasaran untuk menapak dan melangkah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di atasnya, untuk mengetahui seperti apa tempat jalan ini


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuju. Namun begitulah persoalan manusia dalam hidup ini
bukan" Setiap kali aku melihat jalan setapak yang menghilang
di balik kabut, dan tentu saja ingin mengarunginya, aku harus
tetap bertahan untuk mengarungi jalan yang sedang
kutempuh karena memang terdapat suatu tujuan. Itulah
maksudku dengan persoalan manusia, kita selalu berhadapan
dengan pilihan untuk tetap atau tidak setia...
Mereka masih tertawa-tawa bagaikan tiada persoalan yang
terlalu berat di dunia. Sejauh dapat kutangkap dari
perbincangannya, mereka memang sudah biasa mengadakan
pertunjukan dari desa ke desa, karena diundang untuk ikut
memeriahkan berbagai macam upacara seperti pesta
perkawinan dan semacamnya. Aku tertegun mendengarnya,
meskipun desa-desa di lautan kelabu gunung batu ini begitu
terpencil, bahkan tidak kelihatan sama sekali bangunan
maupun penduduknya, dan karena itu kukira kehidupannya
cukup sederhana, ternyata tetap ingin merayakan segala
sesuatu dengan semeriah-meriahnya.
Rombongan sandiwara ini sudah biasa berkeliling kian
kemari untuk memeriahkan berbagai macam upacara adat,
tentu setiap kali menyewa pengawal perjalanan, karena
tentunya pula pembegalan, perampokan, penjarahan, pemerkosaan, dan pembunuhan tetap berlaku sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari. Dalam hati aku menggeleng-
gelengkan kepala. Gairah manusia merayakan kehidupan
sungguh luar biasa. Angin yang menderu semakin
menegaskan kesunyian lautan kelabu gunung batu, tetapi
kutahu kehidupan di wilayah yang nyaris selalu tersembunyi di
balik kabut ini tidaklah sesunyi itu.
Kuperhatikan para pengawal perjalanan yang membuat
dadaku bagai tergores sembilu itu, meskipun pernah kubaca
Kong Fuze berkata: TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang bijak bebas dari keraguan
orang saleh bebas dari kecemasan
orang berani bebas dari ketakutan
orang hebat selalu bahagia
orang kerdil selalu susah
Artinya meskipun para pengawal perjalanan tergolong
sebagai orang bernyali yang hanya membanggakan ilmu
silatnya, seharusnya mereka menerima nasibnya dengan jiwa
besar, dan tampaknya memang demikian, jika diingat bahwa
betapapun mereka menerima peran mereka yang merangkap
sebagai pengangkut beban. Kemiskinan di wilayah ini
tampaknya sengaja diperparah, sebagai akibat berkumpulnya
para pemberontak dari masa ke masa, yang semakin banyak.
Aku sangat menghargai penerimaan mereka itu, karena jika
tidak merekan tentu sudah bergabung sebagai penyamun,
yang hanya akan semakin memberatkan kehidupan rakyat
jelata. Aku memikirkan sesuatu, bahwa mereka mestinya tidak
tersinggung jika kuberi hadiah tujuh kuda piluhan ini, yang
meskipun tidak setangguh dan secerdik kuda Uighur, tentunya
lebih dari cukup untuk kebutuhan mereka sekarang. Di sini
terdapat tujuh kuda tanpa penunggang yang dapat kubagikan
kepada mereka, lima bagi para pengawal itu agar tidak
tampak terlalu mengenaskan, dan dua ekor kuda lagi yang
dapat dimanfaatkan sebagai pembawa beban yang kini
mereka panggul itu. TAK dapat kubayangkan bagai-mana kelima pengawal
perjalanan itu dapat menjalankan tugasnya, jika penyamun
menyerang rombongan sandiwara ini ketika mereka juga
bertugas sebagai kuli barang seperti itu. Atau, dan inilah yang
melentikkan gagasan dalam kepalaku, mengapa tidak
kupikirkan betapa ilmu mereka sudah begitu tingginya,
sehingga bersedia menerima beban pekerjaan seperti, karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang akan mampu mengatasi serangan para penyamun
dengan mudahnya" Aku tidak harus merasa pertimbanganku
meragukan, karena mempertaruhkan nyawa kurasa belum
akan dilakukan sekadar karena kelaparan, meski kelaparan
yang amat sangat juga akan mematikan.
Dengan kuda-kuda yang akan kuberikan itu, aku
mempunyai sebuah rencana. Namun sementara menunggu
mereka yang masih jauh, aku kembali membaca catatan
tentang orang-orang kebiri.
Aku melompati beberapa bagian, tetapi aku nanti akan
kembali lagi, karena perhatianku tertarik kepada cerita berikut:
"Orang kebiri yang lari dari istana dengan berbagai cara
tertangkap para pengawal istana dan dikembalikan. Mereka
yang melakukan pelanggaran untuk pertama kalinya akan
dikurung selama dua bulan, disamping dicambuk, lantas
dipekerjakan lagi. Mereka yang melakukan pelanggaran untuk
kedua kalinya, akan dikenakan cangue selama dua bulan,
yakni sebuah bingkai kayu besar yang dipasang ke leher,
membuat terhukum takbisa berbaring maupun makan dengan
tangannya. Mereka yang lari untuk ketiga kalinya, dan
tertangkap lagi, dibuang ke luar batas negeri selama dua
setengah tahun, sama seperti orang kebiri yang terpergok
mencuri. Jika barang yang dicuri dinilai sebagai berharga oleh
maharaja, maka kepalanya akan dipenggal di tempat istimewa
jauh di luar kotaraja. "Begitulah penolakan tugas atau kemalasan akan dihukum
cambuk. Kepala orang kebiri akan memerintahkan satu orang
dari antara 48 bagian dalam rumah tangga istana, untuk
melaksanakan pencambukan dengan batang bambu. Yang
bersalah menerima delapanpuluh sampai seratus cambukan,
lantas dikirimkan kepada tabib yang juga seorang kebiri untuk
mengobati lukanya. Setelah tiga hari, orang kebiri yang
dihukum itu akan dicambuk lagi, hukuman itu bernama
'mengangkat koreng"'
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku mengangkat pandanganku dari gulungan naskah. Aku
memang belum terlalu lancar membaca aksara Negeri Atap
Langit, sehingga tulisan sependek itu baru setelah kubaca
cukup lama bisa kupahami. Hanya keinginan tahu yang besar
saja membuat aku tahan menghadapi aksara itu lama-lama.
Betapapun aku sadar, dalam makna yang terungkap oleh
aksara yang jika belum akrab tampak ruwet itulah
pengetahuan berharga akan tersingkapkan.
Rombongan itu semakin dekat. Aku menggulung kembali
naskah itu dan melayang turun dengan ringan untuk
mencegatnya. (Oo-dwkz-oO) Episode 162: [Memperdayai Harimau Perang]
AKU melayang turun dengan ringan bagaikan mampu
menahan tubuhku sendiri di udara, dan memang aku mampu
menahan tubuh di udara seperti itu, tetapi yang tidak akan
kulakukan jika hanya demi pameran.
Rombongan yang semenjak tadi terus-menerus tertawa-
tawa sampai mendekati celah, mendadak menghentikan
tawanya dan ternganga melihatku turun perlahan seperti
kapas dari udara. Namun kelima pengawal tidak ternganga
dan kuperhatikan bahkan tidak mencabut senjatanya, tentu
kepercayaan diri yang besar terhadap ilmu silat mereka yang
tinggi. Mereka bahkan tidak meletakkan barang bawaan mereka
dari punggungnya, meski memang mata mereka menatap
dengan tajam. Namun lima perempuan dan lima lelaki yang keperempuan-
perempuanan itu tawanya kembali pecah berderai-derai.
Sungguh aku kagum dengan nyali mereka!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hahahahahaha! Tubuhnya mengambang tanpa bobot!
Hahahahaha!" "AWAS! Diterbangkan angin nanti! Hihihihihihi!"
"Ilmu meringankan tubuh! Seperti cerita silat! Huhuhuhuhu!" "Bisa diajak pertunjukan keliling! Hehehehehe!"
Setiba di pelataran batu yang menghubungkan semua jalan
itu aku pun bersoja dengan sopan, dan berbicara dengan
bahasa Negeri Atap Langit sebisanya.
"Selamat berjumpa wahai Puan-puan dan Tuan-tuan!
Perkenalkanlah saya, seorang pengembara tidak berharga,
menawarkan kuda dengan harga sangat murah kepada T uan-
tuan dan Puan-puan. Saya lihat lima orang dalam rombongan
berjalan kaki naik turun gunung tanpa kuda, masih membawa
barang pula, tepatlah kiranya saya tawarkan tujuh kuda, lima
untuk ditunggangi dan dua lagi untuk membawa beban. Saya
jamin murah untuk kuda-kuda terbaik yang pernah saya
tawarkan. Silakan!" Dari wajah dan cara berbahasaku, jelas aku tampak
sebagai orang asing. Salah seorang lelaki yang keperempuan-perempuanan,
yang tampaknya menjadi pemimpin rombongan, bicara
dengan sisa senyum, mungkin karena banyak yang salah
dalam kata-kataku, tetapi ia pun bersoja dengan sopan.
"Selamat berjumpa pula Kawan, seberapa murahnyakah
kuda-kuda dikau itu Kawan, dan mengapa pulakah bisa
menjadi murah seperti itu, karena kami tidak akan membeli
kuda-kuda curian, atau kuda manapun yang akan menjadi
masalah di hari kemudian. Tapi sebelum itu siapakah diri dikau
itu Kawan, datang dari mana dan hendak ke manakah
kiranya?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebetulnya kalimat itu pun kutangkap sepotong demi
sepotong. Kadang aku hanya mampu memperkirakan saja
maksudnya, tetapi tetap kujawab juga.
"Saya hanyalah seorang pengembara yang tidak memiliki
nama, Tuan, datang dari sebuah pulau nun jauh di selatan
yang disebut Jawadwipa, kuda-kuda ini dapat kujual murah
Tuan, karena para pemiliknya telah terbunuh."
"Hah" Dikau yang membunuhnya?"
"Hanya dua orang yang saya bunuh sendiri Tuan, lima
orang sisanya dibunuh teman saya yang sudah terbunuh
pula." Lelaki yang keperempuan-perempuanan itu manggut-
manggut. "Hmm. Banjir darah rupanya di s ini," katanya, "dan kenapa
dikau dan teman dikau itu harus membunuh para penunggang
kuda-kuda yang akan dikau jual ini, Kawan?"
"Ah, Tuan, mereka memang bermaksud membunuh saya,
dan saya berhasil membunuh dua orang karena membela diri,
Tuan. Adapun yang lima lainnya, adalah teman saya yang
membunuhnya untuk melindungi saya, Tuan..."
Ia manggut-manggu terus, dan sekilas tampak saling
melirik dengan salah seorang pengawal yang kukira juga
menjadi kepala pengawal, yang tampak mengangguk tanpa
berusaha menutupinya dariku.
"Jadi, Kawan, apakah kiranya yang membuat para
penunggang kuda itu begitu bersemangat membunuh seorang
pengembara tanpa nama seperti dikau?"
Sampai di sinilah agaknya kejujuranku kucukupkan, bukan
demi sebuah kebohongan, me lainkan karena jawaban
manapun tak bisa disingkatkan. Akan terlalu panjang untuk
menjelaskan masalah Amrita, maupun perananku dalam
berbagai pertempuran antara pasukan pemberontak dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam kepada
mereka. "Itulah yang saya tidak mengerti juga Tuan," kataku, "kata
mereka sudah kewajiban untuk menantang saya bertarung...."
Itulah pilihan yang masuk di akalku agar tampak seperti
kejujuran. Lelaki keperempuan-perempuanan yang menjadi kepala
rombongan itu kali ini menoleh dengan tegas kepada kepala
pengawal, seperti menyerahkan persoalan.
Kepala pengawal itu pun mendadak berkelebat sangat amat
cepat. Takkulihat bagaimana ia meletakkan barang dan
mencabut senjatanya, tetapi tiba-tiba saja ancaman bahaya
pencabutan nyawa datang dari segala arah dengan kecepatan
yang tidak bisa diikuti mata.
Namun dalam kecepatan yang amat sangat tinggi, segala
sesuatunya kini tampak amat sangat lambat. Berhadapan
dalam jarak dekat, dengan mudah tanganku masuk ke dalam
kantong rahasia yang berada di balik bajunya, dan kutahu
kantong yang seharusnya berisi uang itu ternyata kosong.
Sembari terus saling berkelebat, dalam kejernihan gerak
terlambatkan, aku berpikir tentang nasib para pengawal gagah
berani yang menghambakan diri kepada tujuan menyelamatkan hidup ini. Bukanlah bahwa nasib jadi mengenaskan karena pengawal
perjalanan turun derajat sebagai pengangkat barang,
melainkan kerelaan dan kesudian menerima segala pekerjaan
dalam keunggulan kemampuan. Dengan ilmu silat setinggi ini
mereka bisa menjadi kepala para penyamun yang berlimpah
kemewahan, menjadi anggota kelompok rahasia yang serba
berkecukupan meski harus hidup dalam kerahasiaan, atau
menjadi pembunuh bayaran yang meski terpaksa mengucilkan
diri akan hidup sesuai kemampuan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
NAMUN mereka memilih untuk menjadi pengawal
perjalanan, yang meskipun lebih dari layak dibayar semahal-


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mahalnya, di wilayah terpencil seperti ini memang tidak akan
pernah mendapatkannya. Sementara itu, karena wilayah
perbatasan ini memang penuh pelarian pemberontak yang
menjadi penyamun maupun penyamun yang berasal dari
penjahat kambuhan, keberadaan mereka tetap diperlukan.
Sering juga terdengar cerita tentang dua saudara
seperguruan yang berpisah jalan, ketika yang satu menjadi
penyamun, maka yang lain memilih untuk menjadi pengawal
perjalanan, dan pada suatu hari saling berbunuhan. Alangkah
menyedihkannya menjadi tak berdaya, tetapi dalam hal
pengawal perjalanan ini justru keberdayaannya untuk memilih
pengabdian lebih dari patut mengundang penghargaan.
Maka aku tentu tak berniat melu-kai-nya. Namun harus
menunjukkan bahwa aku pun layak ditantang meski mungkin
hanya gerakanku yang menyebabkannya. Jadi ke dalam
kantongnya yang kosong itu kumasukkan sejumlah uang
perak dan emas. Lantas sambil menghindari sambaran kelewang aku
melenting ke atas dan menempel ke langit-langit batu alam
yang terbentuk di atas pelataran dengan ilmu cicak. Aku tidak
pernah turun kembali, punggungku menempel karena tekanan
udara dari pori-pori yang terlalu kuat. Ia bisa menyusul ke
atas, tetapi tentu saja kedudukannya akan menjadi lemah.
Jadi ia sarungkan senjatanya dan berkata kepada kepala
rombongan yang keperempuan-perempuanan itu.
"Kawan kita tidak berbohong," katanya, "banyak pendekar
yang pasti akan penasaran untuk mengujikan ilmu silatnya
kepada anak muda ini. Siapa gurumu, Kawan?"
Pertanyaan ini membuatku terhenyak, karena aku tidak
pernah siap menjawabnya. Tentu aku mendapatkan Ilmu
Pedang Naga Kembar yang tiada tandingannya itu dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang Naga Celah Kledung yang mengasuhku, tetapi aku
tidak akan pernah menyebutkan pasangan pendekar yang
telah menjadi orangtuaku itu sebagai guru, karena dalam
pandanganku sendiri ilmu silatku belumlah akan terlalu
membanggakan mereka. Sepasang Naga dari Celah Kledung
itu telah menolak untuk menggenapkan Pahoman Sem-bilan
Naga, jelas menunjukkan keya-kin-an bahwa tingkat ilmu s ilat
mereka tidak berada di bawah masing-masing pendekar yang
telah mencapai taraf naga. Menolak bergabung sebetulnya
bisa juga ditafsirkan sebagai penghinaan atau tantangan,
meski kedua orangtuaku tidak mungkin bermaksud seperti itu,
sehingga itu juga berarti Sepasang Naga dari Celah Kledung
itu siap berhadapan dengan para naga yang sembilan
jumlahnya itu bersama-sama.
Adapun aku yang telah diburu oleh Naga Hitam begitu rupa
saja belum juga menghadapinya. Kurasa belum pantaslah aku
mengaku sebagai murid Sepasang Naga dari Celah Kledung.
Aku merasa betapa tingkat ilmu silatku masih akan
memalukan bagi mereka. Selain itu, bukankah aku juga
belajar dari berbagai macam sumber ilmu dalam dunia
persilatan, termasuk dari seseorang yang mengajariku secara
rahasia" Jika aku mendapatkan Jurus Penjerat Naga dari kitab
yang ditulis Pendekar Satu Jurus, maka bukankah aku
menemukan Jurus Dua Pedang Menulis Kematian dengan
segala percabangannya, Jurus Bayangan Cermin yang kuolah
menjadi bangunan ilmu silat tersendiri, maupun yang selalu
kupikirkan setiap saat, yakni Jurus Tanpa Bentuk, tanpa dapat
menyebutkan nama seorang guru"
Aku bukan hanya tidak dapat menyebutkan namaku, aku
juga tidak mungkin menyebut nama seorang guru! Namun
meski tidak bisa menyebutkan nama seorang guru, aku
tetaplah seorang murid yang betapapun belajar dari sesuatu!
"Saya tidak mempunyai guru, Tuan," jawabku, "saya
belajar ilmu silat sekadar untuk membela diri dari para
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penjaga keamanan di desa-desa yang saya lalui. Sekadar ilmu
silat yang diperlukan seorang pengembara lata..."
Mereka saling memandang. Kepala rombongan itu
melambaikan tangannya kepadaku seperti lambaian seorang
perempuan. "Turunlah ke sini pengembara! Jangan bergelantungan di
sana! Biar kami beli kuda dikau! Mau dijual berapa?"
"Ya, turunlah kemari," kata lima perempuan yang berbaju
warna-warni itu ramai-ramai, "untuk apa menempelkan
punggung di langit-langit seperti itu."
Aku pun melompat turun, tetapi kali ini cepat sekali.
Setidaknya bagi sepuluh orang berbaju warna-warni yang
seperti tidak pernah menyadari adanya bahaya ini, padahal
mereka tentunya sangat mengerti, tentu aku seperti tiba-tiba
saja muncul di depan mereka.
KUKATAKAN mereka seperti tidak menyadari adanya
bahaya, ya, hanya seperti, karena sebetulnya tentu sangat
memahami, apa artinya hidup sebagai pemain sandiwara
keliling di wilayah seperti ini. Dengan pengertian semacam
inilah orang-orang awam kukagumi. Tidak bisa bersilat dan
tidak mengenal ilmu beladiri sama sekali tidaklah menjadi
halangan untuk melangkah keluar dari pintu rumah dan pergi.
Mereka selalu berpentas keliling dari desa ke desa di daerah
ini dengan riang hati, dan tentu bukan tidak pernah
mengalami betapa kehadiran para penyamun menjadi masalah
sehari-hari. Betapa bahkan untuk hidup wajar pun dibutuhkan
perjuangan yang nyaris abadi...
Bahwa dengan segala kesederhanaan masih mereka sewa
juga para pengawa. Aku langsung turun ke dekat pe-nam-batan ketujuh kuda,
kemudian ku-bawa ketujuhnya mendekati mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bayarlah dengan berapa pun uang yang berada di kantong
baju Bapak sahaja," kataku, "saya sudah cukup bahagia dapat
membantu." Sambil mengucapkan kata-kata itu, mataku menatap tajam
dengan penuh arti. Seperti mengerti, ia meraba kantong bajunya, meski tetap
terkejut juga. Kepala pengawal perjalanan itu tentu mengerti,
jika aku bermaksud membunuhnya itu semudah membalik
telapak tangan. Ia sekarang mengerti bahwa aku ingin mereka membeli
ketujuh kuda ini dariku dengan uangku sendiri. Ini akan
memastikan bahwa ketujuh kuda ini dibeli, dan bahwa ketujuh
kuda ini masih akan berada bersama mereka ketika
berpapasan dengan rombongan Harimau Perang.
"Kalau begitu akan kubeli dengan uang sejumlah ini,"
ujarnya kemudian sambil memberikan uangku sendiri.
Aku sengaja tidak menghitung dan langsung memberikan
ketujuh kuda itu setelah menerima uangnya.
"Semoga perjalanan Tuan-tuan dan Puan-puan lancar,"
kataku, "ketujuh kuda ini sekarang sah milik Tuan-tuan dan
Puan-puan, pengembara yang lata ini hanya mohon didoakan
keselamatannya dan jangan dilupakan, bahwa dia sudah tidak
bertanggung jawab lagi atas kepemilikan ketujuh kuda ini."
Aku mengucapkan kata-kata itu begitu rupa, sekuat bisa
dalam bahasa yang aku sendiri belum lancar bicara, yang
menekankan kepentinganku untuk tidak dilibatkan lagi sebagai
penjual ketujuh kuda tersebut, dan tampaknya ini disetujui.
Bukan hanya aku dengan suatu cara telah membayar
kepentinganku dengan tujuh ekor kuda perkasa yang biasa
ditunggangi pengawal rahasia istana, tetapi bahwa aku pun
telah membiarkannya tetap bernyawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sikap yang barangkali tidak terlalu adil, tetapi untuk
sementara aku tidak menemukan cara lain untuk mengelabui
Harimau Perang. Akan menjadi masalah besar jika diketahuinya, bahwa
ketujuh pengawal tersebut mati karena keberadaanku sejak
awal di depan rombongannya.
Memang mereka akan bertemu dengan rombongan ini dan
mempertanyakannya, tetapi tidak ada sesuatu pun yang dapat
mereka paksakan kepada rombongan sandiwara keliling
dengan lima pengawal perjalanan yang tangguh ini. Sejauh
telah kuuji ilmu s ilat kepala pengawal perjalanan itu, kuketahui
Harimau Perang dan rombongannya pun tidak akan bertindak
gegabah --dan pesanku jelas agar dalam keadaan apa pun
keberadaanku jangan disebut-sebut.
Kuanggap ini merupakan siasat yang baik, termasuk satu di
antara enam siasat bagian dari Siasat untuk Keadaan Mendua
dalam kitab Yi Jing yang disebut siasat Kacaukan Air-nya,
Ambil Ikannya yang berbunyi seperti ini:
ambil peluang dari kekacauan kubu musuhmu
ambil keuntungan dari kelemahan
dan kurangnya pemusatan pengawasan
dengan mengikutinya, dikau melewati malam dengan tenang
Tujuan utamaku adalah mengikuti rom-bongan Harimau
Perang diam-diam agar dapat mengetahui segala sesuatu
yang berhubungan dengan kematian Am-rita. Tujuan
perjalanan Harimau Pe-rang adalah istana kemaharajaan di
Changian, karena memang ia berangkat berdasarkan
panggilan pusat pemerintahan Wangsa Tang itu, yang juga
membawahkan Daerah Perlindungan An Nam. Diperkirakan
keberhasilan menggagalkan pengepungan, bahkan melaku-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kan serangan balik, terhadap pasukan pem-berontak
gabungan, merupakan ala-san utama pemanggilannya, karena
pe-merintah Wangsa Tang juga tidak habis-habisnya
mengalami pemberontakan, mulai dari yang besar sampai
yang kecil. Se-dangkan perjalanan itu dilakukan diam-diam
tentunya untuk menjamin ke-rahasiaan. Bahwa perjalanan
dengan kapal me lalui laut yang lazim ternyata dihindari,
memang dapat diterima demi kerahasiaan. Namun apakah
yang harus dipertimbangkan jika lautan kelabu gu-nung batu
ini penuh dengan penyamun yang berasal dari pemberontak
pula" Di satu pihak memang itulah tuntutan kerahasiaan, tetapi di
pihak lain, menurut dugaanku, ia sengaja diminta datang ke
Negeri Atap Langit justru untuk mengenali wilayah yang dihuni
para pembe-rontak itu, yang telah mengacaukan ketenangan
dan merongrong kewiba-waan, dan ditakutkan setiap saat
bertambah kuat, jika para pemberontak itu dari tahun ke
tahun bergabung menyatukan perbatasan.
Jika para pemberontak bersekutu dengan musuh-musuh Negeri Atap
Langit di luar perbatasan, jelas ke-duduk-an pemerintah
Wangsa Tang di kotaraja bagaikan ikan di dalam bubu. Jika
dugaan ini benar, maka keahlian seorang Harimau Perang
sangatlah hebat. HARIMAU Perang adalah seorang ahli siasat. Terbaca
olehnyakah siasat-ku" Aku tentu menyerahkan ketujuh kuda
itu kepada rombongan sandiwara tersebut, dengan perkiraan
bahwa mereka memang akan bertemu dengan rombongan
Harimau Perang. Ke-beradaan ketujuh kuda itu akan
mengejutkan mereka, dan tentu mereka akan bertanya ke
mana pemilik ketujuh kuda tersebut. Jawaban mana pun,
apakah mereka menunjuk diri mereka sendiri, atau
menyataikan pemiliknya sudah mati, tidaklah akan membawa-
bawa diriku. Harimau Perang akan sibuk mempertimbangkan
apakah para pengawal perjalanan ini memiliki urusan dengan
tugasnya, dan sengaja membunuh para anggota kelompok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rahasia Kalakuta tersebut, ataukah bahwa suatu bentrok telah
berlangsung tanpa dikehendaki, tanpa harus ada hubungan
juga dengan tugasnya. Apa pun yang dipikirkan Harimau Perang, tidak akan ada
hubungannya dengan diriku. Bagiku itu sudah cukup.
Sementara jika para pengawal rahasia yang menjadi sisa
pengawalnya itu mencoba menerapkan cara-cara pe-nyik-saan
mereka untuk mendapat keterangan sejujurnya, telah
kuketahui bahwa mereka tidak akan mampu mengalahkan
para pengawal perjalananan. Untuk tujuan itulah memang
telah kupancing kepala pengawal perjalanan itu agar
menyerang, dan tingkat ilmu silatnya memberikan kepada
diriku suatu keyakinan. "Semua kuda ini milik Tuan-tuan, bawalah," kataku
menegaskan bahwa aku tidak menyebut Puan-puan, karena
maksudku memang hanya untuk para pengawal perjalanan,
bukan lima lelaki dan lima perempuan yang berbaju warna-
warni. Sudah kukatakan betapa aku terharu dengan kesetiaan
mereka terhadap tugasnya, dengan tidak beralih menjadi
penyamun yang serba mencelakakan, meskipun hidup dalam
kemiskinan begitu rupa sehingga harus merangkap pekerjaan
sebagai pembawa barang. Dengan tujuh kuda dari istal istana,
aku yakin hidup mereka akan lebih bahagia, dan itu memang
terlihat dari wajah mereka.
Mereka segera memindahkan barang-barang dari punggung
mereka ke punggung dua kuda. Adapun sisa barang yang
tinggal sedikit masih dapat mereka bawa bersama kuda
masing-masing. Suatu ketika di antara karung tempat barang
itu tersembul peralatan bunyi-bunyian yang mereka bawa.
Tidak dapat kutebak apa yang berada di dalam pikiran kepala
pengawal perjalanan itu sebelumnya, ketika kudengar ia
berkata kepada pemimpin rombongan sandiwara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kawan pengembara yang tidak memiliki nama ini telah
menjual ketujuh kuda mahal ini dengan harga semurah-
murahnya kepada kami, dan ini sangat membantu perjalanan
kita," katanya,"mengapa Tuan tidak memberikan kepadanya
pertunjukan yang tiada ternilai harganya pula, sekadar
sebagai tanda terima kasih kita?"
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
KITAB 9: JARINGAN RAHASIA
ISTANA Episode 163: [Tarian Pohon Yangliu]
Tarian Luyao disebut juga sebagai Tarian Pinggang Hijau.
Makna sebenarnya mungkin harus dicari sendiri, ketika setiap
orang mendapatkan penemuannya masing-masing, karena
bukan saja tidak mungkin terdapat satu saja kebenaran dalam
pembermaknaan,

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melainkan juga bagaimana caranya menceritakan kembali gerak tarian dan bunyi-bunyian"
di selatan sana diturunkan kein-dahan surgawi
ia menari dengan pinggang yang langsing
berayun indah sekali Kalimat itulah yang selalu dikatakan tentang tarian
tersebut, yang masih juga merupakan tarian kata itu sendiri.
Istilah Pinggang Hijau tampaknya lebih ditujukan kepada
pohon yangliu yang sering terlihat di tepi sungai dengan
daunnya yang kecil-kecil dan ranting-rantingnya yang lemas
kalau tertiup angin tampak bergerak-gerak gemulai seperti
para penari ini. Kelima perempuan penari mengganti busana
warna-warni mereka itu dengan kain tipis untuk menari
berwarna hijau. Busana itu pada bagian pinggangnya
terputus, sehingga menjadi dua bagian, atas dan bawah,
maksudnya tentu agar dalam segala gerakannya dapatlah
terlihat pinggang yang langsing itu, yang se-bentar tertutup
sebentar terlihat begitu putih begitu mulus seperti pualam.
Busana itu rupanya sudah mereka kenakan, sehingga
memang tinggal mereka buka saja busana terluar warna-warni
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang juga merupakan penahan dingin itu. Mungkin karena
tarian ini memang sudah sangat terkenal dan disukai rakyat
Negeri Atap Langit semasa pemerintahan Wangsa Tang, maka
mereka harus selalu siap me-mainkannya selama melewati
pemukiman demi pemukiman sepanjang lautan kelabu gunung
batu, dan karena itulah busana untuk Tarian Luyao berwarna
hijau itu sudah mereka kenakan di balik baju dingin mereka
yang berwarna-warna. LIMA perempuan bergerak rampak, kadang pelahan penuh
penghayatan menjatuhkan kepala ke belakang dengan tangan
meraih dan melambai ke belakang, yang membuat pinggang
ramping mereka terlihat dari depan, kadang pula cepat ketika
melompat-lompat riang, dalam iringan bunyi-buny ian yang
dipetik, ditabuh, digesek, dan ditiup kelima lelaki yang
keperempuan-perempuanan. Sangatlah sulit bagiku menceritakannya dengan jaminan bahwa akan terbayang
kembali pertunjukan itu, jadi lebih baik kuceritakan bagaimana
Tarian Luyao yang berusaha menggambarkan pohon yangliu
itu bermakna kepadaku. Telah kusebutkan bagaimana pohon yangliu sepanjang tepi
sungai terpandang bergerak lemah gemulai seperti penari
ketika tertiup angin, karena bukan hanya daun-daunnya tetapi
juga ranting-rantingnya memang akan bergerak-gerak seperti
lambaian tangan penari yang lemah gemulai. Tentulah suatu
tarian alam yang penuh pesona. Namun agaknya lebih penuh
dengan pesona lagi bagiku adalah kemampuan penari-penari
tersebut menggambarkan lemah gemulainya daun-daun
bahkan sampai ke ranting-rantingnya. Tentu bukanlah
bagaimana manusia bisa menjadi mirip seperti pohon yangliu
tertiup angin yang melambai-lambai lemah gemulai, melainkan
betapa keindahan pohon-pohon yangliu yang merunduk
tertiup angin sepanjang tepi sungai itu dapat ternyatakan
kembali dalam tarian manusia.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apalagi ditambah suara bunyi-buny ian yang meskipun tentu
tidak sama ternyata dapat mengembalikan suasana deru
angin, kerisik dedaunan yang tertiup angin, maupun gambaran
permukaan sungai mengalir yang seolah-olah terseret
embusan angin. Sekali lagi bukanlah kemiripannya, melainkan
betapa keindahan alam dapat terpindahkan dalam keindahan
seni gerak dan bebunyian yang dibuat manusia. Kecapi yang
dipetik, seruling yang ditiup, tambur yang ditepuk, dan
gesekan pada dawai tiadalah terdengar lagi sebagai angin
menderu dan dedaunan gemerisik itu, melainkan sebagai
keindahan dan hanya keindahan itu sahaja, yang ketika saling
jalin menjalin dengan gerak Tarian Luyao bagai membuatku
sedang berada entah di mana.
Alam memang sangat penting dalam pemikiran Kaum Dao,
yang meskipun tidak menganjurkan dalil tertentu tentang seni,
tetapi kekaguman mereka atas gerakan sukma yang bebas
dan pemujaan terhadap alam menjadi sumber gagasan para
seniman Negeri Atap Langit. Dalam berbagai lukisan
pemandangan yang pernah kulihat di Kuil Pengabdian Sejati,
selalu terlihat di kaki gunung atau di tepi sungai, seseorang
sedang duduk menghayati keindahan pemandangan dan
merenungkan Dao atau Jalan yang mengatasi baik manusia
maupun alam. Sebuah puisi ditulis Dao Jie yang hidup sekitar seribu tahun
sebelum masaku ini, seperti yang pernah kupelajari juga di
Kuil Pengabdian Sejati. kubangun pondokku di wilayah pemukiman manusia
tetapi di dekatku tak kudengar suara kuda atau kereta
inginkah kau tahu bagaimana itu mungkin"
hati yang berjarak ciptakan keliaran di sekitarnya
kupetik bunga serunai di bawah pagar timur
dan lama menatap perbukitan jauh di musim panas
udara pegunungan segar pada senja hari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sepasang demi sepasang burung beterbangan pulang
dalam semua ini terdapat makna yang dalam
tetapi ketika dinyatakan, kata-kata mendadak tinggalkan
kita Terbayang olehku pengembaraan rombongan ini berbagi
keindahan, dari pemukiman yang satu ke pemukiman lainnya
di sepanjang lautan kelabu gunung batu. Jalan setapak yang
hanya sempat kulihat ujungnya karena segera menghilang di
balik kabut dan semak-semak di tepi jurang. Itulah jalan
menuju berbagai pemukiman terpencil dan tersembunyi di
wilayah ini. Mereka bukan penyamun dan bukan pula
pemberontak, melainkan penduduk asli yang hidup dengan
sangat sederhana, yang akan menyambut gembira rombongan
sandiwara keliling yang membawakan segala macam cerita.
Saat kutatap pertunjukan mereka yang hanya untukku saja,
terbayang bagaimana penduduk di berbagai pemukiman itu
akan menjadi bahagia, menyaksikan tarian dan bebunyian
yang diterima sebagai warta, karena tidaklah setiap orang di
dunia ini adalah pengembara. Barangkali telah mereka jelajahi
lautan kelabu gunung batu, tetapi besar kemungkinan tidak
pernah meninggalkannya. Aku sangat ingin mengenal
penduduk asli lautan kelabu gunung batu ini, yang karena
banyaknya pemberontak berdatangan dan meneruskan
kehidupan sebagai penyamun pula, terdesak semakin dalam di
wilayahnya sendiri, bagaikan binatang terpaksa bersembunyi
di dalam liang agar tidak dimangsa binatang yang lebih buas
dan ganas. ALIH-ALIH menyaksikan tarian, dalam kepalaku terbayang
dugaan tentang berbagai pemukiman lautan kelabu gunung
batu, yang tidak hanya terdiri atas penduduk asli, melainkan
juga para pemberontak yang melarikan diri dari hukuman
mati, maupun penjahat kambuhan dari kota, yang tidak punya
tempat lain lagi untuk hidup dalam perburuan para petugas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemerintah, maupun para pemburu hadiah uang yang sangat
bernafsu memenggal kepala mereka. Selama perjalanan
mengarungi lautan kelabu gunung batu ini, memang tidak
pernah kulihat maupun kuketahui sesuatu seperti pemukiman
dari orang-orang yang kujumpai di tengah jalan. Para
penyamun muncul dan menghilang di balik kabut, sementara
tujuan perjalanan menjauhkanku dari segala jalan setapak
yang lenyap di balik semak. Hanya kedai itu saja semacam
pondok yang pernah kujumpai, tetapi itu bukanlah pemukiman
sama sekali. Mereka menyambung Tarian Luyao dengan Nyanyian
''Chunjianghuayueye'' yang artinya Rembulan di Atas Sungai
pada Malam Musim Semi, dengan hanya sebatang xi'an atau
seruling bambu mengiringinya. Kulihat mereka membawakannya dengan sangat khusyuk, dan para pengawal
perjalanan yang seperti hanya mengerti urusan kekerasan dan
tenaga kasar tampak sangat mampu memahami. Kata-kata
berbau sastra yang dinyanyikannya, bagiku yang baru mulai
belajar bahasa Negeri Atap Langit sedikit demi sedikit,
sangatlah sulit untuk dimengerti. Namun suara tunggal
seruling besar, yang mengiringi gerak amat sangat perlahan
itu, memang menerjemahkan kembali ketenangan permukaan
sungai mengalir yang memantulkan bulan di langit. Terbayang
kembali olehku suasana malam yang membiru. Pantulan
cahaya rembulan di mana pun yang keperak-perakan selalu
bersemu kebiru-biruan. Permukaan sungai berkilat kebiru-biruan, dedaunan di tepi
sungai berkilat kebiru-biruan, kelelawar berkelebat di tengah
malam juga kebiru-biruan. Tentu pengalaman batin setiap
orang sangat menentukan dalam penafsiran. Aku mengerti
betapa siapa pun yang mendengarkan tentu akan sangat
terbawa kepada kejernihan dan kelembutan seperti juga
tampak dalam cara membawakan nyanyian. Namun bagi
mereka yang hanya mengenal anak-anak sungai kecil melintas
jalan sempit dan celah jurang di antara batu-batu besar,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimanakah akan dapat membayangkan pantulan rembulan
yang kebiru-biruan di atas permukaan sungai besar yang
mengalir perlahan" Entah kenapa aku lantas teringat Harini
yang sudah lama kutinggalkan. Kukira dia sudah kawin,
beranak, dan bahagia di Balingawan. Tentu telah dibacanya
pula segala kitab dalam peti kayu yang kutinggalkan di
rumahnya. Aku menghela napas panjang. Udara kembali pekat dan
kelabu. Rombongan itu telah siap untuk melanjutkan
perjalanannya. Mereka semua kini telah berada di atas
kudanya. Mereka semuanya menjura. ''Selamat tinggal Kawan, maafkan bahwa kami harus
berangkat, karena kehadiran kami dinantikan oleh sebuah
upacara dan pesta, yang jauhnya masih satu hari perjalanan
lagi dari sini. Terima kasih atas segalanya,'' ujar kepala
rombongannya. Aku pun menjura juga. ''Pengembara yang tidak bernama inilah yang sangat
berterima kasih kepada Tuan-tuan dan Puan-puan. Mohon
dimaafkan jika ketujuh kuda sungguh tidak ada harganya,
dibandingkan hadiah lagu dan tarian terindah yang tiada dapat
dinilai dengan uang. Selamat jalan Tuan-tuan dan Puan-puan!
Semoga lancar perjalanan dan tiba dengan selamat di tempat
tujuan!'' Memang, tiada yang lebih tepat selain ucapan seperti itu di
tempat seperti ini. Semoga perjalanan dan tiba dengan
selamat di tempat tujuan, mengingat rintangan takterhitung
menghadapi segala kemungkinan di depan. Dalam wilayah
yang penuh dengan begal mencegat di tengah jalan, tiada doa
yang lebih tepat lagi bisa diberikan.
Kusaksikan mereka berjalan menjauh, menjauh, dan
menjauh, sampai hilang di balik kelokan. Tinggal aku sendiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi di Celah Dinding Berlian bersama pemandangan. Meski
ternyata aku tidak sendiri, ketika terasa sebuah benda tajam
menekan punggungku dari belakang.
(Oo-dwkz-oO) Aku tentu saja terkesiap, tapi tentu saja aku harus tenang.
Tidak sembarang manusia dapat menempelkan ujung
pedangnya di punggungku tanpa kuketahui seperti itu. Semula
kukira aku hanya sendirian di Celah Dinding Berlian. Bahkan
telah kutempati suatu kedudukan tempat dapat kupandang
segala arah tanpa harus terpandang kembali, sehingga setiap
pergerakan dapat kuawasi. Namun pemegang pedang yang
ujungnya menempel di punggungku itu mampu menyelinap
tanpa kuketahui sama sekali.
KUHIBUR diriku sendiri betapa aku menjadi lengah karena
terpesona oleh Tarian Pohon Yangliu dan Lagu Rembulan di
Atas Sungai, sehingga tiada kusadari terdapatnya sesosok ba-
yangan yang ber-kelebat dalam selimut kabut yang makin
lama me-mang semakin pekat. Ilmu itu sejenis dengan ilmu
para penyusup yang dapat bersembunyi di dalam gelapnya
malam, tetapi dengan persyaratan yang lebih berat karena jika
gelapnya malam adalah kehitaman kelam yang tidak
memperlihatkan apapun, sepekat-pekatnya kabut maka
kesamaran masihlah sesuatu yang menyarankan keterlihatan.
Hanyalah ilmu halimunan tingkat tinggi mampu membuat
seseorang berjalan-jalan dalam kabut itu sendiri sementara ia
dapat melihat segala sesuatu di luarnya. Jika di dalam
kelamnya malam seorang penyusup bersembunyi di balik
selimut kegelapan sambil melayang, di dalam kabut seseorang
bisa berjalan-jalan tanpa berpijak kepada apapun kecuali
kabut itu sendiri meski tiada sesuatu pun di dalamnya yang
bisa diinjak maupun dipegang.
Ia menekankan pedangnya lebih dalam. Aku ha-rus
mengerti, jika ia berniat membunuhku, maka ia sudah dapat
melakukannya dari tadi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia mengucapkan sesuatu. Suara perempuan!
Baru kusadari bau harum meruap dalam ke-pe-katan kabut
yang mengendap perlahan-lahan. Ke-haruman yang pernah
kukenal, bukan bau minyak wangi, melainkan seperti bau
bunga-bungaan yang tidak menarik
perhatian, tidak menggoda, dan menenteramkan --keharuman bunga melati,
yang kelak aku akan kuketahui dikenal di Negeri Atap Langit
sebagai bunga moli hua sehingga meski berada di ujung
pedang dalam kelemahan, aku bagai mendapat jaminan tidak
akan mengalami kema-langan.
Ia mengucapkan sesuatu lagi. Sudah jelas aku tidak


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenalinya, mungkin karena ia berbicara terlalu cepat,
yang bagiku hanya terdengar sebagai kicau burung jadinya.
"Dikau bicara terlalu cepat," kataku, "daku be-lum terlalu
menguasai bahasamu."
Namun ia tetap bicara seperti kicau burung. Apa-kah ia
memang bicara cepat, ataukah ia mengucapkan bahasa yang
lain" Tusukan ujung pedangnya makin tajam mendesak
punggung, pada saat yang sama terasa sebuah tangan
memasuki baju dan menggeledahku. Se-genap belati
melengkung yang kuambil dari para anggota kelompok rahasia
Kalakuta itu segera berada di tangannya.
Ia berkicau lagi panjang sekali. Tidak satu kata pun
kumengerti. Mungkinkah ia berbicara dengan bahasa lain, dan bukan
bahasa Negeri Atap Langit" Namun ba-hasa Negeri Atap
Langit pun, seperti pernah kuce-ritakan, juga bermacam-
macam bukan" Semestinya tidaklah terlalu aneh bahwa manusia dari
bangsa yang berlain-lainan saling bertemu di sini. Betapapun
ini adalah wilayah perbatasan. Dari Negeri Atap Langit, bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya warga Negeri Atap Langit, justru berbagai bangsa
berniat melanjutkan perjalanan setibanya di Chang'an, untuk
melihat negeri-negeri yang berada jauh di selatan.
Selintas aku teringat Pendekar Melati, tidak mungkin
pendekar yang terakhir kali kulihat dibawa pergi perempuan
gurunya itu berada di tempat ini, apalagi mengucapkan
bahasa kicauan bu-rung seperti itu. Kuingat gurunya juga
berkelebat menghilang meninggalkan bau harum melati
semacam ini. Apakah tenaga dalam mereka ber-hubungan
dengan sesuatu dari bunga melati, se-hingga tubuh harus
terus menerus meruapkan bau melati seperti itu"
Ia masih berkicau. Apakah yang kira-kira dimaksudkannya"
Jika ia berbicara dengan bahasa Viet atau Negeri Atap Langit,
meskipun penguasaanku atas kedua bahasa itu sangat
terbatas, setidaknya ada nada yang seperti kukenal atau
setidaknya terdapat satu kata yang bisa kupahami.
Sejauh kuperhatikan, hanya kata Kalakuta yang kukenali,
itu pun dengan tekanan nada yang berbeda dari bahasa Viet
maupun bahasa Negeri Atap Langit. Apakah ia berbicara
tentang pisau-pisau be-racun yang melengkung itu"
Setelah kata-katanya selesai, tekanan ujung pedang itu
tidak terasa lagi. Namun kewaspadaanku dengan sendirinya
meningkat. Ketika aku menoleh ke belakang seperti kuduga ia
memang telah lenyap, karena memang alasan lainlah yang
membuat aku merasa harus menengok ke belakang.
Tidak kurang dari lima belati melengkung ber-putar seperti
baling-baling tanpa suara dan meluncur langsung ke arahku!
SEPERTI baling-baling! Ya, memang seperti baling-baling
mendatar yang secara berturut-turut siap memenggal kepala
dari lima jurusan. Artinya ke mana pun kepala bergerak
menghindar terdapat baling-baling maut yang sangat beracun
siap membabatnya. Andaikanlah belati yang berputar seperti
baling-baling pertama dapat dihindari, itu hanya agar lehernya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disambar yang kedua, dan jika pun yang kedua masih dapat
dihindari pula, pasti tidak mungkin menghindari yang ketiga.
Apalagi masih ada yang keempat dan kelima yang mengunci
segala arah pengelakan. Apakah riwayatku akan berakhir sampai di s ini"
Saat itulah Jurus Tanpa Bentuk yang sudah lama kutekuni
memperlihatkan apa yang mungkin diperlihatkan suatu ilmu
silat seolah tanpa silat itu sendiri, sehingga tanpa bergerak
pun lima pisau belati yang melesat sembari berputar seperti
baling-baling mendatar itu berada di belakangku.
Aku sudah berada di tempat perempuan itu melemparkan
kelima belati melengkung yang amat beracun tersebut, tetapi
ia sudah menghilang di balik kabut. Hanya keharuman moli
hua dari tubuhnya yang masih tertinggal, bersama diriku
sendiri yang termenung-menung di dalam kabut.
Kemudian dari jauh terdengar suara seruling. Hanya
sejenak, seperti sengaja diperdengarkan hanya untukku, tetapi
segera menghilang seperti dibawa menjauh. Mungkinkah
perempuan pendekar mahasakti yang telah meniup seruling
itu sembari melesat berlari di dalam kabut" Pernah kudengar
dari Iblis Suci Peremuk Tulang tentang keberadaan seorang
perempuan pendekar mahasakti di Negeri Atap Langit yang
sangat jarang menampakkan diri, dan hanya meniup seruling
sebagai cara memberitahukan kehadirannya. Adapun suara
seruling itu hanya akan terdengar setelah ia pergi jauh dan
menghilang, sehingga ia disebut sebagai Pendekar Seruling
Maut. Disebut maut karena ia belum pernah terkalahkan,
artinya selalu berhasil membunuh lawannya; dan juga maut
karena ia juga akan memperdengarkan suara serulingnya lebih
dulu sebelum muncul, menyerang, dan menamatkan riwayat
lawan. Jadi apakah artinya peristiwa ini" Apakah ia mengira aku
tentunya sudah mati karena lemparan lima pisau melengkung
yang berputar mendatar seperti baling-baling dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedudukan mengunci" Namun aku pun tentunya harus
mengerti bahwa ketika ujung benda tajam, yang mungkin
bukan pedang melainkan ujung serulingnya yang disebut
runcing sekali, terasa menempel di punggungku, saat itu
sebetulnya aku sudah bisa dibunuhnya. Bahkan jangan-jangan
kelima pisau itu pun dilemparkannya tanpa maksud
membunuh sama sekali. Sebetulnya ia berbicara panjang, sayang sekali aku tidak
mengerti! Hanya kata Kalakuta yang kukenal, jadi ia mengenali pisau-
pisau itu, yang racun salah satunya telah menewaskan pemilik
kedai kepada siapa aku berutang nyawa.
Ingatan tentang bapak kedai itu membuatku melejit dan
melenting ke atas, bergerak dalam kabut menuju ke gua
tempat berbaringnya jenazah bapak kedai tersebut.
Di sanalah baru kupahami makna tiupan seruling itu.
Gua itu kosong, tiada lagi jenazah bapak kedai itu, hanya
tertinggal gulungan naskah yang telah diberikannya kepadaku.
Naskah yang berkisah tentang jaringan orang-orang kebiri...
Kabut yang luar biasa pekatnya bahkan sampai masuk ke
dalam gua. Padaha gua ini sudah terletak sangat amat tinggi
di bagian atas dinding tebing yang sangat amat curam. Aku
duduk diam karena tidak bisa me lihat apa pun dan mencoba
berpikir. Pendekar Seruling Maut itu mengenali kelima belati beracun
yang diambilnya dariku sebagai milik perkumpulan rahasia
Kalakuta. Sebelum mendatangiku agaknya telah ditemukannya
jenazah bapak kedai tersebut di dalam gua ini. Mengingat ilmu
silat bapak kedai yang tinggi, aku menduga sebetulnya ia
seorang pendekar yang punya nama juga, dan agaknya saling
mengenal dengan Pendekar Seruling Maut. Ketika menemukan
jenazah bapak kedai yang dikenalnya di dalam gua, Pendekar
Seruling Maut telah memeriksa luka dan mengetahui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penyebab kematiannya, yakni racun mematikan kelompok
Kalakuta. Hanya itulah yang bisa kusimpulkan. Hubungan keduanya
mungkin cukup dekat, yang membuat Pendekar Seruling Maut
membawa jenazahnya pergi. Bahkan harum moli hua itu pun
masih ada di sini. Pendekar Seruling Maut itu memang mahasakti. Pada saat
aku menghindari kelima pisau belati tentu ia sudah berada di
gua ini, dan ketika aku berada di tempat ia melemparkan
belati, ia sudah pergi jauh dengan jenazah bapak kedai di
bahunya, melenting dari puncak satu ke puncak lain dengan
ringan sambil meniup serulingnya.
Ia tidak pernah bermaksud membunuhku. Hanya memberi
tahu aku bahwa dialah yang membawa jenazah bapak kedai
itu pergi.... (Oo-dwkz-oO) Episode 164: [Pembuntutan dan Pengintaian]
AKU masih tetap berada di dalam gua sampai malam.
Kubaringkan tubuhku sampai aku tertidur. Dalam mimpi entah
kenapa terbayang kapal-kapal Sriv ijaya. Ketika terbangun
kabut belum juga pergi, tetapi kudengar suara langkah kaki-
kaki kuda, yang meski masih jauh tetapi dengan jelas
perlahan-lahan mendekat. Mereka berbicara menggunakan bahasa yang bercampur-
campur, antara bahasa Viet dan Negeri Atap Langit, yang
untunglah sebagian dapat kutangkap. Aku menengok ke luar
gua, tetapi kabut yang memang masih pekat membuat aku
tidak mungkin melihat apa pun.
Mungkinkah itu mereka" Agaknya kehilangan tujuh anggota
rombongan membuat mereka memutuskan untuk terus
berjalan sepanjang malam dan kini mendekati Celah Dinding
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berlian. Aku melompat keluar dari gua dengan membuat
tubuhku seringan mungkin, dan sama seperti yang dilakukan
Seruling Maut aku berjalan-jalan dalam kabut mendekati
suara-suara itu. Aku bisa mengandalkan ilmu pendengaran Mendengarkan
Semut Berbisik di Dalam Liang, tetapi untuk itu aku harus
memejamkan mata, padahal aku ingin melihat mereka. Aku
belum pernah melihat sosok Harimau Perang, sedangkan
cerita tentangnya pun tidak pernah menyebutkan ciri-ciri
sosoknya, yang membuatku mempertimbangkan bahwa
Harimau Perang adalah nama tanpa sosok yang nyata
Pernah kuceritakan bahwa aku mengira Harimau Perang
adalah nama tanpa sosok, artinya suatu jaringan kerahasiaan,
tetapi mungkin juga memang ada sosoknya tetapi disamarkan
begitu rupa dengan banyak cara, sehingga jika bukan
orangnya tidak mungkin ditemui secara langsung, mungkin
juga bukan hanya satu sosoknya. Harimau Perang bisa hanya
jaringan, tetapi bisa dua, tiga, lima, atau dua belas sosoknya.
Kini ketika tiba saat untuk tinggal melihat sosoknya, kabut
menutupinya pula. Namun kabut agaknya juga menyulitkan mereka. Kabut
yang pekat membuat rombongan itu juga tak bisa melihat apa
pun. Setiap orang di atas kudanya hanya dapat melihat bagian
belakang dan kadang bahkan hanya ekor kuda di depannya,
menengok ke belakang hanya kepala kuda di belakangnya,
dan melihat ke bawah hanyalah kaki kudanya sendiri yang
menapaki jalanan batu. Kabut pekat yang turun di lautan
kelabu gunung batu pada malam yang dingin dan gelap,
sementara jalan yang ditempuh tiada lebih dan tiada kurang
adalah jalan setapak yang hanya kadang-kadang saja
melebar, di tepi jurang yang sangat curam.
Telah kugambarkan bahwa jalan sempit itu jika di sebelah
kanan terdapat jurang yang dalam, maka di sebelah kirinya
tentu dinding tebing yang tidak memberi riang, karena jalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setapak memang melingkar-lingkar di pinggang gunung-
gunung batu dengan puncak menjulang. Dari gunung yang
satu ke gunung yang lain, jika jalan melingkar-lingkar itu tidak
menurun sebelum naik lagi, tentu menyeberang dari pinggang
yang satu ke pinggang yang lain, atau dari puncak gunung
yang satu ke puncak gunung yang lain, melalui titian batu
yang menghubungkan gunung yang satu dengan gunung yang
lain. Titian batu yang lebarnya hanya cukup untuk satu orang
di atas kudanya ini kadang sangat amat panjang, tentu tanpa
pagar dan pengaman apapun di tepi kiri maupun kanan.
Titian itu sebagian besar diberikan oleh alam, meski kadang
begitu halus, lurus, mulus, dan serba terukur, bagaikan tidak
mungkin terbentuk tanpa sentuhan tangan-tangan manusia.
Namun ada pula sejumlah titian yang jelas disediakan oleh
manusia, seperti titian-titian gantung yang dasar pijakannya
adalah papan-papan kayu yang diikat tali rotan dan memang
kuat sekali, tetapi ada juga titian-titian yang sekadar terbuat
dari bambu, tali rami, dan batang-batang cemara, yang
memang maksudnya hanya menyingkat jalan untuk
sementara, tetapi terus menerus dipakai juga bertahun-tahun
lamanya, sehingga tidak terjam in
lagi ketahanannya menopang penyeberang berkuda.
Dalam lingkungan seperti itulah kabut ini turun, yang
membuat rombongan itu merayap perlahan setapak demi
setapak, masih mendaki pula sebelum mencapai Celah Dinding
Berlian. Kabut membuat dinding yang padat, keras, dan halus
seperti berlian itu tidak memantulkan cahaya ke angkasa
diredam kabut yang kepekatannya dalam gelap malam bukan
alang kepalang. Mereka menempuh perjalanan dengan susah payah, aku
pun susah payah mengikutinya, karena selain hanya suara-
suara yang terdengar dalam kabut, juga harus kujamin diriku
sendiri bahwa napas dan detak jantungku sebaiknya
disembunyikan. Karena apapun alasannya, rombongan ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak boleh mengetahui, bahkan meski jika hanya berjaga-jaga
seandainya dibuntuti orang.
MAKA aku pun masih berada di dalam kabut, dan
mengikutinya juga bersama kabut yang bergerak perlahan di
atas jurang, karena dengan cara ini suara apa pun makin kecil
kemungkinannya ditimbulkan. Jalanan sempit berkelak-kelok
di pinggang gunung, tetapi kabut merambat lurus tidak
berbelok-belok, sehingga selama kabut menyelimuti seluruh
lautan kelabu gunung batu dengan kepekatan yang hanya
memperlihatkan pemandangan sedepa di muka, maka aku
bisa bebas bergerak mendekat atau menjauh seperti yang
kubutuhkan dalam pengintaian. Namun aku tak mungkin
mendekat sampai sedepa, itu terlalu dekat dan mereka akan
melihatku pula. Jadi sangat kujaga jarak dengan mereka, dan
hanya terdengar suara percakapan mereka.
"Hhhh. Dingin, gelap, berkabut pula, mengapa kita tidak
tinggal ke pemukiman tempat rombongan itu menuju"
Tidakkah dikau lihat betapa cantiknya perempuan-perempuan
wayang itu" Sebaiknya kita tidur bersama mereka, alangkah
hangat berada dalam pelukan mereka di bawah selimutnya!
Brrrr..." "Ya, dan besoknya dirimu sudah tidak bernyawa. Orang-


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang Kalakuta saja dikau lihat sendiri hanya tinggal kudanya."
"Ah, hanya lima perempuan, dan lima lelaki yang
keperempuan-perempuanan. Orang-orang Kalakuta dibunuh
oleh pengawalnya. Salah sendiri menantang bertarung orang-
orang gunung yang buas."
"Jangan terlalu merendahkan perempuan wayang, dikau
tahu bagaimana banyak mata-mata menyamar
jadi perempuan wayang, atau perempuan wayang itu sendiri
dijadikan mata-mata, dengan perintah membunuh pula."
"Perempuan wayang di pelosok seperti ini, siapa pula yang
harus diawasi" Mereka mengamen dari pemukiman penduduk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asli yang satu ke pemukiman yang lain. Karena bayarannya
sedikit, mereka tidur dengan siapa pun yang bersedia
membayar." "Penduduk asli kata dikau" Penduduk asli" Bagaimana
dikau yakin ada yang masih asli di sini, jika sepanjang sejarah
lautan gunung batu ini para pemberontak yang terkalahkan
mengalir kemari dan tidak pernah pergi lagi, sehingga dikira
lenyap ditelan bumi?"
"Tapi kelima perempuan wayang itu bukan mata-mata!
Memangnya mereka bertugas untuk siapa" Atau dikau lebih
tertarik kepada lima lelaki yang keperempuan-perempuanan
itu. Kuperhatikan salah satunya menatapmu dengan sendu!
Hahahahaha!" Agaknya kepada siapa kalimat ini ditujukan ternyata
mengakibatkan kemarahan, karena tiada terdengar jawaban.
Suara lain seperti mencoba menjawabkan. "Jangan sembarangan bicara, kita semua anggota pengawal rahasia di
sini, tahu sekali apa yang perlu dan tidak perlu dimata-matai,
dan juga tetap jaga kehormatan pribadi. Tugas kita resmi
sekarang ini, dan memang sejak awal sudah resmi, jadi jangan
sampai ada kejadian lagi. Kita telah mempertimbangkan untuk
kembali, karena kejadian yang diceritakan para pengwal
perjalanan mencurigakan sekali, tetapi kita telah memutuskan
untuk menyelesaikan tugas apa pun yang terjadi. Jadi
waspada dan hati-hatilah, perjalanan ini masih lama sekali.
Celah Dinding Berlian saja belum terlewati."
Kini aku tahu bahwa sisa tiga belas orang dalam
rombongan itu, jika yang tujuh dari yangduapuluh adalah
anggota kelompok rahasia Kalakuta, maka kini tinggal
duabelas anggota pengawal rahasia istana untuk menjaga
keselamatan seorang Harimau Perang.
Di antara orang-orang yang berbicara itu, adakah kiranya
suara Harimau Perang" Aku tidak punya dasar untuk
menebaknya. Namun perbincangan mereka menyadarkan aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada pentingnya membongkar dan menyimpan rahasia
dalam persaingan kekuasaan. Bukankah Sun Tzu yang
berkata, bahwa mengetahui lebih dahulu adalah paling utama"
Kuingat kembali yang mungkin pernah kutulis:
yang menyebabkan raja bijaksana dan panglima ulung
bergerak dan mengalahkan musuh
dan mencapai hasil yang melampaui
apa yang dapat dicapai orang banyak
ialah mengetahui lebih dulu
Tentu lantas ia katakan pula betapa orang yang
mengetahui keadaan musuh ini adalah mereka yang
ditugaskan sebagai mata-mata, seperti juga yang dinasehatkan oleh Arthasastra kepada para raja.
INI membuat jaringan rahasia menjadi sangat menentukan,
karena tanpa menjadi bagiannya segenap pengetahuan ibarat
dongeng yang menyesatkan. Harimau Perang yang telah
mendapat segenap keterangan dari segenap jenis mata-mata,
mulai dari mata-mata setempat, mata-mata dalam, mata-mata
rangkap, mata-mata mati, maupun mata-mata hidup, telah
berhasil membuyarkan kepungan pasukan pemberontak, yang
sebetulnya sudah berada di depan pintu kemenangan.
Kini Harimau Perang yang namanya begitu terkenal, tetapi
yang sosoknya tersembunyi berada sangat dekat denganku,
tetapi tidak juga dapat kupandang. Bahkan aku yakin ia juga
belum kudengar suaranya sama sekali. Memang adakah dia"
Atau tidak adakah dia" Aku sendiri belum tahu bagaimana
caranya akan dapat memecahkan teka-teki yang ditinggalkan
Amrita, yang jelas menyebut Harimau Perang sebagai
penyebab segalanya. Aku hanya harus waspada, bahwa
penyebab segalanya tidak langsung bisa ditafs irkan betapa
Harimau Perang itu sendirilah penyebabnya. Apalagi jika
keberadaannya pun ternyata tidak pernah dapat dipastikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kabut yang bergerak membawaku ke sebuah pohon siong
yang sering terdapat di gunung-gunung batu. Batangnya
berkelak-kelok seperti tubuh penari, demikian pula ranting-
rantingnya berbelok-belok seperti tangan menari-nari. Tumbuh
hanya satu-satu di berbagai sudut kelokan jalan, sering
terdapat di dalam lukisan-lukisan gulung yang memanjang,
menjadikan pemanis suasana yang dengan segala kecuraman
jalan di pinggang gunung telah menjadi sangat mencekam.
Aku menempel pada sebuah rantingnya seperti benalu,
sehingga aku dapat menunggu mereka lewat di bawahku, dan
dapat mengikuti dari belakang, karena kabut semula telah
membawaku melewati rombongan itu.
Kuikuti perbincangan mereka sedekat mungkin karena aku
tidak ingin kehilangan kesempatan mengetahui segala
sesuatu, yang pada mulanya mungkin tidak terlalu penting,
tetapi kemudian ternyata sangat menentukan. Sebuah ujaran
dari Ajaran Besar menyebutkan:
apa yang memang berada di dalam
akan terwujud tanpa apa pun
Itulah soalnya, bagaimana kewujudan tanpa apa pun itu
bisa diketahui tanpa pengintaian yang rinci" Mereka lewat di
bawahku. "Hhhhh ! Dingin sekali! Mataku rasa-nya te-rus-menerus
minta dipejamkan!" "Jangan sampai dikau pejamkan matamu itu!"
"Ya! Jangan! Nanti semuanya akan selesai! Benar-benar
selesai karena mata yang terpejam itu tidak akan pernah bisa
dibuka lagi!" Kabut lantas berpendar karena angin, dan angin itulah yang
kemudian sungguh-sungguh membekukan tulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seseorang kemudian membicarakan sesuatu yang tampaknya memang harus kuketahui.
"Orang-orang kebiri itu! Mereka sungguh enak berada di
dalam istana yang hangat. Nanti di Changian akan kutanya
mereka, mengapa kita harus melewati gunung gemunung
batu yang tiada habisnya ini, dan tidak melewati laut seperti
biasa." "Apakah dikau lupa bahwa mereka menunggu kita di jalur
pegunungan ini?" "Ya, tapi di kedai itu tidak ada apa-apa bukan?"
"Mereka mengetahui sesuatu tetapi tidak mengatakannya."
"Aneh, mengapa kita tidak tetap tinggal di sana dan
memastikannya?" "Ah, dikau pun tahu, jika mereka tidak ingin mengatakannya, tidak ada yang dapat kita ketahui pula."
"Kita bisa memaksanya!"
"Tidakkah dikau lihat kita berada di mana" Kedai itu hanya
tempat mengawasi siapa yang lewat. Orang-orang itu tidak
tinggal di sana tanpa hubungan dengan tempat-tempat
lainnya. Lagipula kita dikejar waktu, kita tidak bisa berhenti
lama-lama." "Pesan itu mengatakan, jika kita belum sampai di Celah
Dinding Berlian, mereka akan menunggu kita di kedai itu.i
"Jadi kalau mereka belum ada di kedai itu, berarti mereka
menunggu di Celah Dinding Berlian."
"Itu yang kupikirkan. Barangkali orang-orang yang
seharusnya menunggu kita itu sudah tiba di Celah Dinding
Berlian, tetapi karena lama menunggu kita yang belum datang
juga, lantas melanjutkan perjalanan ke kedai, dan di sana
terjadi sesuatu bahkan sebelum orang-orang Kalakuta itu
tiba." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Darimana dikau bersimpulan seperti itu?"
"Ada banyak sekali jejak kuda di la-pangan rumput itu.
Namun tadi hari sudah mulai gelap dan cuaca begini buruk,
jadi tidak jelas berapa banyak, padahal yang akan menemui
kita juga banyak bukan?"
"Delapan orang."
"Ya, delapan orang dengan kuda be-ban, dan tadi
kuperhatikan terdapat jejak-jejak yang dalam. Itu jejak kuda
beban!" "Dikau sudah mengatakannya dari tadi, tetapi dikau pun
tahu, kita dikejar waktu!"
"Aku rasa kita terlalu gegabah mene-ruskan perjalanan
tanpa tahu apa yang sudah terjadi di kedai itu. Bisa saja
orang-orang itu memang sudah tiba di kedai itu, lantas terjadi
sesuatu." "Ya, tapi bisa saja mereka ternyata se-dang menunggu kita
di Celah Dinding Berlian."
"Rombongan wayang itu juga mengatakan tidak bertemu
siapa pun!" "Arti-nya bisa saja mereka bahkan be-lum mencapai Celah
Dinding Berlian bu-kan?"
Mereka semakin jauh dari pohon siong tempat aku
menempel di cabangnya seperti benalu. Aku harus berpindah
tempat. Maka aku pun melangkah dengan sa-ngat hati-hati di
dalam kabut, karena mes-kipun memang tidak terlihat sama
sekali, siapa pun yang berilmu tinggi akan men-dengar
sesuatu, bahkan tahu terdapat se-orang penyusup di dalam
kabut itu jika sembarang melangkah tanpa peduli.
Sebetulnya para pengawal rahasia ista-na lebih dari
mengerti perihal ilmu-ilmu penyusupan semacam ini, tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keadaaan yang dihadapinya sekarang ini bukanlah sembarang
malam yang sunyi dan sepi, melainkan malam sunyi dan sepi
di lautan kelabu gunung batu dalam perjalanan panjang yang
berat sekali. Malam memang sunyi dan sepi, tetapi dingin
angin, kepekatan kabut, dan kewaspadaan tinggi terhadap
segala kemungkinan berdasar-kan segala cerita tentang para
penyamun dan orang-orang yang tersingkir ke wilayah
perbatasan takbertuan di lautan kelabu gunung batu ini tidak
akan membuat dunia tetap sunyi dan sepi. Sebaliknya, dalam
kesunyian dan kesepian di tengah alam yang begitu luas bagai
takberhingga ini selalu berlangsung pertarungan antarmanusia
yang menegangkan sekali...
Ini bukan tidak disadari rombongan pengawal rahasia
istana yang bertugas menjaga keselamatan Harimau Perang
yang sedang kuikuti, karena mendadak tidak kudengar lagi
percakapan, bahkan langkah kuda pun terhenti. Mereka
memang diam dan berhenti!
Agaknya mereka telah menggunakan bahasa isyarat,
karena tidak terdengar suara apapun, tetapi bagaimana
caranya saling bercakap dengan bahasa isyarat dalam
kepekatan kabut yang tidak memperlihatkan apapun seperti
ini, itulah yang belum kumengerti.
Aku pun menahan napas dan tidak bergerak sama sekali.
Aku diam dan mereka juga diam. Apakah diriku telah
melakukan sesuatu yang membuat mereka seperti mendengar
sesuatu" Kukira tidak, karena aku bukan hanya menjaga gerak
tubuh, melainkan juga embusan nafas dan detak jantungku.
Namun aku mengerti juga apa yang ke-mungkinan telah
terjadi, karena memang sering mengalami meski tidak mampu
menjelaskannya sama sekali.
Mereka yang terlatih membaca ke-adaan, meski tidak
melihat atau mende-ngar apa pun, akan mempunyai firasat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tidak terlihat dan tidak memperdengarkan suara
apapun, bahkan cuaca dan keadaan alam mengalihkan
perhatian siapa pun kepada apa pun. Namun berada begitu
dekat kepada mereka yang terlatih dan berpengalaman,
terutama justru dalam menghadapi ilmu-ilmu penyusupan,
jelas tidak mungkin berlangsung tanpa menimbulkan akibat
sama sekali. Sebelum mereka yakin terdapat se-orang pengintai di
sekitarnya, dan me-ngambil keputusan tidak terduga, aku
harus mengambil keputusan lebih dulu.
Maka kubiarkan diriku terbawa kabut menjauh, karena jika
tetap berada di tempat dan tetap berada di dekat mereka,
akan sangat berbahaya seandainya kabut meni-pis atau
berpendar tiba-tiba. Apalagi mereka tidak perlu melihat
apapun untuk me-lepaskan pisau-pisau terbangnya secara
mendadak bersama-sama. Kubiarkan kabut membawa diriku menyeberangi jurang,
sementara jalanan itu berkelok ke dalam, untuk kembali me-


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

raih cabang sebuah pohon siong dan me-nempel lagi seperti
benalu untuk menanti mereka di situ.
Meski agak jauh, dapat kudengar kuda mereka melangkah
lagi, pelahan mendaki menapaki jalan sempit berbatu-batu.
Jarak ini membuat aku sempat memikirkan sesuatu.
Pertama, yang mereka nantikan tentu para penyoren
pedang yang tujuh orang telah dibunuh oleh Pendekar Kupu-
kupu, dan satu orang terlebih dahulu bunuh diri itu; kedua,
mereka berhubungan dengan orang-orang kebiri di istana
kemaharajaan di Chang'an; ketiga, delapan penyoren pedang
itu ternyata membawa mayat seorang kebiri yang sudah
terpotong-potong; keempat, bapak kedai bercerita banyak dan
menyerahkan kepadaku suatu naskah mengenai orang-orang
kebiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mungkinkah ini dirangkaikan ataukah sebaiknya dianggap
hanya kebetulan" Aku teringat betapa naskah gulungan itu
belum habis kubaca, dan kini aku teringat betapa wajah bapak
kedai itu sebetulnya tidak seperti orang yang menyerahkannya
tanpa maksud apapun. Ia bercerita kepadaku dan
menyerahkan naskah gulungan bertuliskan aksara Negeri Atap
Langit itu memang karena ada tujuannya! Betapa diriku
sangat tidak peka! Tidak mungkin membaca naskah yang ada di balik bajuku
itu sekarang, lagipula rombongan itu mulai mendekat lagi.
Tampaknya mereka sudah merasa agak lebih aman dan mulai
bercakap-cakap lagi. Harus kuakui, dalam suasana mencekam
seperti ini, bercakap-cakap demi perasaan terdapatnya teman-
teman seperjalanan memang perlu sekali. Sayang sekali
betapa hal semacam itu mesti mereka alami, karena
percakapan mereka itu seharusnya tidak terdengar, meskipun
hanya oleh dinding batu, angin, kuda, pepohonan, apalagi
diriku yang menempel seperti benalu di atas pohon siong ini!
Mereka tampak menjaga agar tidak bicara terlalu keras,
tetapi aku masih mendengarnya. Kepekatan kabut yang
memang tidak memperlihatkan apa pun membuat perjalanan
mereka amat lambat, ibarat kata hanya mengandalkan naluri
kudanya, terutama yang paling depan, yang setiap kali
sebelum melangkah, memastikan dengan ketukan kakinya,
bahwa ada yang dapat dipijak di depannya. Jika tidak, dan
seekor kuda terus saja melangkah, maka bersama
penunggangnya tentu akan langsung masuk jurang. Adapun
jatuh ke dalam jurang adalah bencana yang sangat
mengerikan. Waktu mereka mendaki jalan berbelok di tepi jurang
tempat pohon siong ini berada, sebetulnya tidak kulihat
apapun kecuali suara percakapan mereka.
''Orang-orang kebiri itu, kalian tahu, meskipun boleh
membakar kemenyan, diizinkan berpuasa, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyumbangkan uang atau barang, mereka tetap dilarang
mendekati altar pemujaan dewa utama.''
''Kalau begitu mereka disamakan dengan orang pincang,
orang yang tubuhnya berubah bentuk, tidak punya mata, tidak
punya anggota badan..''i ''Bahkan sama dengan perempuan yang datang bulan!''
''Datang bulan seumur hidupnya!''
''Hihihihihihi...'' ''Sssstttt!'' Mereka terdiam sejenak, tetapi tidak tahan untuk bercakap
kembali, seperti kataku, karena cuaca ini akan membuat
seseorang tertekan dalam kebisuannya. Kepekatan kabut
seperti ini bisa membuat seseorang merasa sangat amat
sendiri, dan hanya dapat mengatasi keadaan ini dengan
meyakinkan dirinya sendiri betapa ia telah berbicara dengan
seseorang. ''Gara-gara pengebirian itu suara mereka menjadi tinggi,
seperti...'' ''Gagak!'' ''Ya, mereka memang disebut gagak-gagak.''
''Mereka juga segera dikenali karena leher mereka yang
menjulur panjang, perilaku seperti anjing yang ikut ke mana
pun majikannya pergi, maupun bentuk tubuhnya yang
menggelembung.'' ''Padahal kalau sudah tua orang kebiri tua tidak seperti itu.''
''Seperti apa"'' ''Dalam berbagai bentuk, mereka menjadi kurus dan keriput
seperti perempuan tua!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Dari cara jalannya saja kita sudah tahu orang itu dikebiri
atau tidak.'' ''Seperti apa jalannya"''
''Kakinya yang kurus kecil itu seperti dempet, langkahnya
pendek-pendek.'' ''Apakah pengebirian itu yang membuatnya begitu"
Ataukah memang ada peraturan bagi orang kebiri untuk
berjalan seperti itu"''
''Aku tidak tahu.'' ''Tapi benarkah mereka itu tubuhnya mengeluarkan bau
tidak enak"'' "Bau tidak enak" Bilang saja bau kencing!"
"Bau pesing!" "Ya, bau pesing!"
"Benarkah itu?"
"Lama setelah kelaminnya dipotong tanpa sisa, banyak
orang kebiri muda yang masih membasahi ranjangnya waktu
tidur, karena belum bisa menahan kencing, dan bukan hanya
ranjang, tapi juga baju dan seluruh tubuhnya ikut menjadi
basah. Maka kalian tahu bau seperti akan meruap dari orang
kebiri itu." "Katanya mereka dihukum cambuk kalau tubuhnya masih
bau." "Memang, sampai mereka sanggup tidak membasahi diri
dengan air kencing mereka sendiri yang bocor ke mana-mana
itu." "Kalau belum sanggup?"
"Mereka akan terus dicambuk. Kadang bekasnya terbawa
sampai tua." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Makanya mereka disebut juga 'kebiri bau'?"
"Ya, meskipun misalnya sudah tidak bau dan tidak
dicambuki lagi, sebagai bagian dari pendidikannya."
"Kebiri bau... Hehehe..."
"Hehehehehe!" "Sssstttt!" Mereka melewati tempatku bersembunyi di atas pohon
siong. Mengingat jarak penunggang kuda terdepan sampai
penunggang kuda di belakang, tentu tidak mungkin
percakapan berlangsung dalam bisikan.
"Oh, maka kemudian dikenal istilah, 'bau seperti orang
kebiri' itu?" "Ya, asalnya dari masalah seperti itu, sampai disebutkan,
bau mereka bisa tercium dari jarak yang jauh sekali."
"Kasihan sekali mereka ya?"
"Huh! Kasihan" Untuk apa?"
"Karena mereka sudah merelakan diri kelam innya dipotong
demi pengabdian, masih diburuk-burukkan pula."
"Bukankah mereka itu memang buruk?"
"Buruk?" "Buruk sifatnya, buruk pula kelakuannya, sampai disebut
Kalkun Tua. Tapi jangan katakan ini di depan mereka. Nanti
dikau mati tak jelas sebabnya."
"Ya, hati-hati di hadapan mereka nanti, orang-orang kebiri
sangat peka terhadap apa pun yang berhubungan dengan
kekurangan mereka." "Ya, hati-hati. Kata-kata seperti 'teko tanpa pipa' atau
'anjing tanpa ekor' tidak akan pernah diucapkan di depan
mereka." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam kepekatan dan kegelapan aku tersenyum, dapat
dipastikan bahwa mereka memang berurusan dengan, atau
setidaknya melalui, orang-orang kebiri. Untuk seorang
pengintai yang menempuh marabahaya demi sepotong
keterangan, hasil seperti ini sesuai dengan tingkat kesulitan
yang harus kujalankan. Namun setelah itu aku sungguh terperanjat dan terkejut di
Tembang Tantangan 10 Pendekar Cambuk Naga 14 Prahara Raden Klowor Tiga Mutiara Mustika 2
^