Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 7

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 7


berhasil kita bunuh"''
''Itulah masalahnya Cambuk Emas! Seluruh mata-mata
sampai saat ini belum berhasil menemukan jejaknya!''
Aku terkesiap dalam dingin udara yang sungguh menyiksa.
Pasukan pemberontak penuh dengan mata-mata! Tidak ada
salahnya tak seorang pun pernah bertemu dengan Harimau
Perang. Aku mulai menduga betapa sebetulnya orang yang
bernama Harimau Perang itu tidak ada. Namun yang
sebenarnya terjadi, Harimau Perang itu terdiri dari beberapa
orang. Hanya satu Harimau Perang asli, selebihnya hanya
jebakan, meski dalam kenyataannya belum seorang pun dari
seluruh kepala-kepala pasukan pemberontak pernah melihat
wajah Harimau Perang. ''Bagaimana dengan perempuan Khmer itu"''
''Amrita"'' ''Ya, anak Jayavarman II, apakah kita akan bisa
mengatasinya"'' Untuk beberapa saat tiada jawaban.
''Mengapa dikau diam begitu lama Pedang Biru! Apakah
dikau akan berkata kita tidak akan mampu mengatasinya"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Tenanglah dahulu Tombak Gila, yang kupikirkan adalah
suatu bahaya yang lebih besar dari itu...''
Di dalam ruangan hampir terdengar suara bersahut-
sahutan. ''Apakah bahaya itu Pedang Biru" Cepat katakan!''
''Ya, cepat katakan, wahai Pedang Biru! Apakah bahaya
itu"'' Sejenak masih berlangsung kesuny ian, tetapi yang disebut
Pedang Biru lantas menjawab setelah menghela napas
panjang. ''Amrita sangat berbahaya dan baginya belum kita temukan
lawan sepadan, bahkan begitu juga untuk seorang kepala
regunya, Iblis Suci Peremuk Tulang, pendeta yang kuilnya di
Sungai Hitam pernah kita hancurkan. Para pemberontak
dibantu oleh banyak pendekar hebat yang berasa l dari
berbagai negeri, mulai dari Campa, Siam, Malayu, dan Pagan.
Namun hanya satu orang yang tiada dapat kubayangkan akan
pernah menemui lawan...''
''Siapa"'' ''Pendekar ini selalu berada di dekat Amrita, yang membuat
keduanya semakin tak bisa ditundukkan, dan ia berasal dari
Jawadwipa.'' ''Siapakah dia dan apa kata mata-mata kita"''
"IA tidak mempunyai nama. Dialah yang menggagalkan
pengepungan kita atas pasukan Amrita di hilir Sungai Merah
waktu itu, karena garis terdepan maupun garis belakang
dikacaunya sendirian saja. Pasukan kita kalah di sana dan
sejak itu keadaan berbalik sampai mereka mengepung kita
sekarang. Menurut mata-mata kita pasukan yang terdiri atas
seribu orang dihadapinya sendirian."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hmm. Jadi itulah Pendekar Tanpa Nama yang menjadi
buah bibir orang-orang di selatan, yang karenanya selaksa
balatentara Jayavarman II takdapat menangkap seorang
Amrita." "Hmm." "Hmm." "Hmm." Aku menahan napas. Tidakkah begitu luar biasa jaringan
mata-mata mereka" Jadi ada mata yang dapat menangkap
gerakanku, bahkan menandai keberadaanku ketika kukacaukan pengepungan dengan Jurus Seribu Naga
Menyerbu Bersama. Masalahnya, hanya yang berkepandaian
sama tinggi dengan tingkat ilmu itu sekadar dapat
menyaksikannya, dan sekarang ia berada di sana tanpa
seorang pun mengetahuinya! Meskipun sangat kupercayai
kemampuan Amrita, di antara pasukannya terdapat musuh
dalam selimut yang sangat berbahaya!
Sembari menempel pada dinding tembok kubayangkan
pedang seorang mata-mata musuh menusuk punggung Amrita
yang tembus sampai ke dadanya. Kugoyangkan kepalaku
seperti bisa mengusir bayangan buruk. Namun bayangan
betapa mata-mata musuh bertebaran di sepanjang lingkaran
pengepungan tidak dapat kuhapus. Betapa sulit menebak dan
menduga keberadaan mata-mata dalam pasukan pemberontak, apakah mereka berada di antara pasukan yang
terdiri dari orang-orang asing, ataukah berada di antara
orang-orang Viet sendiri. Setidaknya dari perbincangan yang
kudengar, kuketahui bahwa bukan hanya Harimau Perang
yang dicari-cari, tetapi juga keberadaan Amrita dan bahkan
diriku takluput diawasi! Namun perbincangan rupanya telah beralih ke masalah lain.
"Pedang Biru, apakah kiranya yang dikau pikirkan, jika
ternyata pasukan pemberontak itu ternyata mendapat banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bantuan, bukan hanya dari para petani di pedalaman, tetapi
juga para pendekar dunia persilatan dari berbagai negara?"
"Tidakkah semuanya jelas, Cambuk Emas" Gagasan
penjajahan telah memuakkan semua orang."
"Hmmhh! Sudah berapa ratus tahun pemberontakan silih
berganti" Hanya penderitaan dialam i orang-orang di
pedesaan. Bagaimanakah kiranya kesejahteraan dan kemakmuran diselenggarakan tanpa adanya ketenangan?"
"Tentu, tetapi gagasan perlawanan beredar di mana-
mana." "Gagasan! Memang itu sangat berbahaya, lebih berbahaya
daripada senjata! Tapi kita tidak bisa memeriksa dan
memenggal kepala setiap orang."
Aku teringat yang tertulis dalam Arthasastra:
rakyat yang menjadi miskin, menjadi rakus
jika rakus mereka menjadi tidak patuh
jika tidak patuh mereka akan menyeberang ke musuh
atau bahkan mereka sendiri
akan membunuh tuannya karena itu ia jangan membiarkan
penyebab kemunduran, kerakusan, dan ketidak patuhan
muncul di antara rakyat atau kalau sudah tumbuh harus segera diberantas mana yang terburuk rakyat yang miskin atau tidak patuh"
yang miskin, karena takut diganggu atau dihancurkan
lebih suka segera berdamai,
atau perang, atau melarikan diri
yang rakus, yang tidak puas karena rakus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan terpikat bujukan musuh
TAMPAK sederhana yang diungkapkan Arthasastra, tetapi
menjelaskan segalanya. Daerah Perlindungan An Nam
diperlukan Negeri Atap Langit bukan demi rakyat An Nam,
melainkan kepentingan terjaganya jalur ke pelabuhan yang
dapat menghubungkannya ke Jambhudvipa. Jalur perdagangan terbentuk tentu saja untuk memakmurkan
Negeri Atap Langit sendiri, bukan para petani An Nam yang
tanpa penjajahan pun telah selalu menderita oleh banjir.
Namun Negeri Atap Langit telah berhasil menyusun
pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam yang terdiri atas
orang-orang Viet sendiri dan hanya kepala daerah dan lapisan
pejabat tertinggi saja didatangkan dari Negeri Atap Langit.
Maka sebuah pemberontakan adalah perang yang untuk
sebagian berlangsung di antara orang-orang Viet.
"Katakanlah yang sebenarnya Pedang Biru, bagaimanakah
kedudukan kita sekarang" Apakah kita segera akan dapat
menyerbu dan meraih kemenangan, ataukah kita harus
bertahan dalam pengepungan dalam waktu yang belum bisa
ditentukan?" Untuk beberapa saat Pedang Biru berdiam diri, tetapi
kemudian kudengar jawabannya.
"Pasukan pemberontak sebetulnya berada dalam keadaan
lelah. Jika kita menempur mereka dengan kekuatan yang
sama besarnya, dalam keadaan biasa mereka akan dapat
dikalahkan oleh pasukan mana pun yang lebih segar. Namun
semangat mereka sedang begitu tinggi dan sangat bergelora,
bagaikan tiada peduli betapa kematian menghadang di depan,
sedangkan pasukan kita masih selalu memikirkan anak isteri
mereka di rumah. Bukankah susah memiliki pasukan tentara
yang hanya bisa mencari selamat" Inilah yang membuat
pasukan pemerintah di mana-mana mengalami kekalahan dan
kini terdesak masuk ke dalam kota serta kita mengalami
pengepungan." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum selesai kata-katanya ketika terdengar ledakan
cambuk menggelegar. Pastilah ini ledakan cambuk dari yang
disebut Cambuk Emas. Dari suara ledakannya aku tahu betapa
tenaga dalamnya sangat tinggi.
"Tapi Cambuk Emas tidak akan sudi menyerah di tangan
para pemberontak dekil itu! B iarlah maju segala pendekar dari
segenap penjuru dunia, Cambuk Emas tidak pernah akan
mundur!" Aku tertegun. Jika para ksatria tersebar pada kedua kubu,
bukankah menyedihkan ketika mereka harus mengadu jiwa
ketika berhadapan" Saat itulah dalam bahasa Viet kudengar teriakan.
"Penyelusup!" Aku membuka mata, setidaknya dua puluh anak panah dari
busur-busur berkait yang tepat sasaran meluncur bersamaan
ke arahku. Meski tadi kugunakan ilmu pendengaran
Mendengar Semut di Dalam Liang, perhatianku ke dalam
perbincangan di dalam ruangan telah membuat aku lengah
terhadap pengepungan gedung ini.
Panah-panah itu berbatang, bermata, dan berbulu
penyeimbang yang juga hitam. Tali busurnya terpentang
kencang dan tertahan kait sebelum dilepaskan dengan kayu
lurus di tengah busur yang menjamin ketepatan, karena
terdapatnya pengarah bidikan. Inilah jenis panah yang sekali
tancap menembus badan. Melesak tanpa ampun dan meski
tanpa racun batangnya yang besar tentu berdaya besar pula
untuk melumpuhkan. Jika aku tetap menempel di tembok ini,
sungguh aku akan tewas terajam. Maka kulepaskan ilmu cicak
sehingga tubuhku jatuh dan menggelinding ke bawah di atas
genting. Sekilas terlihatlah dua puluh anak melesak
bersamaan pada tembok, menancap sampai kepada
pangkalnya. Tentu mata anak panahnya menembus ke balik
dan terlihat dari dalam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di bawah telah menunggu pasukan penjaga dengan seratus
tombak siap merajam, dan tentu tak kubiarkan diriku
tertembus tombak-tombak bagus dengan ujung tajam yang
mampu melubangi perisai besi. Begitu tubuhku menyentuh
saluran air yang penuh salju aku melenting ke atas, dan di
sanalah dari atas genting berkelebat suatu bayangan yang
menyabetkan cambuknya. Masih di udara aku terpaksa
berkelit dengan berjungkir balik ke atas semakin tinggi.
Sabetan cambuk yang luput itu mengeluarkan bunyi ledakan
dengan lelatu api yang mengejarku! Ah! Ini rupanya yang
membuat ia disebut Cambuk Emas.
Masih di udara kusapu kembang api yang mengejarku
bagai peluru katapel raksasa itu ke pelontarnya kembali.
Cambuk Emas terpaksa mencambuk hancur kembang api
kirimannya sendiri itu. Terdengar ledakan yang menyusul
pecahnya cahaya ke segala arah membuat malam bersalju
menjadi terang benderang sejenak sebelum gelap kembali.
Namun sebelum kegelapan malam kembali dan lelatu api
semburat ke mana-mana aku telah menerobosnya dengan
ilmu memberatkan badan, yang membuat jejakan kakiku
menimpa dada Cambuk Emas, jatuh bersama menembus
genting yang terasa bagaikan hanya kayu lapuk ke dalam
ruangan, menembus lantai sehingga tubuh Cambuk Emas
tercetak di lantai batu itu.
MESKI lantai hancur dan melesak oleh tubuhnya yang
terinjak olehku, Cambuk Emas tak kurang suatu apa karena
tenaga dalamnya yang tinggi. Cambuknya menyambar
dadaku, tetapi aku telah melesat ke atas melalui lubang
tembusan pada atap rumah tadi dan tentu saja sekali lagi pijar
kembang api mengejarku. Di atas, semua orang yang tadi
berada dalam rumah sudah berada di wuwungan rumah
gedung bertingkat itu. Kuhindari kembang api dengan geliat
tubuh, sambil tangan kananku menyapu pijar kembang api,
sehingga perbenturannya bahkan membuat langit pun menjadi
terang sekali. Begitu terang cahayanya, sehingga sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyilaukan sekali, jauh dari maksud Cambuk Emas dengan
ledakan cambuknya, karena akulah yang meminjam dan
mengembalikan daya pijar kembang api itu secara berlipat
ganda dengan Jurus Sentuhan Dewa.
Ketika cahaya menyilaukan hilang, mata orang masih
berkunang-kunang, aku berkelebat pergi dengan Jurus Naga
Berlari di Atas Langit yang agak kuperlambat, agar mereka


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berada di atas genting itu sempat mengejarku. Aku
melenting dari genting ke genting dan segera terlihat
seseorang yang berjubah dengan senjata tombak mengejarku.
Aku melompat ke bawah dan menjejak sebuah tiang rumah
besar sehingga me lesat ke atas lagi dengan kecepatan kilat
yang takterduga oleh pengejarku itu. Aku tahu ilmunya tinggi
dari kemampuannya menyusulku, makanya kuberikan jurus
yang tak dapat diduganya sama sekali, bahkan mengejutkannya. Ia masih melesat ketika dari bawah kusambar tombaknya,
lantas kutepuk punggungnya sehingga jatuh menggelinding ke
bawah dari atas genting. Malang nasibnya karena panah dan
tombak para penjaga di bawah yang dimaksudkan merajamku,
ternyata merajam tubuhnya itu.
''Aaaaarrgghh!'' Jubahnya yang putih bersimbah darah dan sa lju yang putih
ikut ternoda cipratan darah. Sementara aku melejit dan
berkelebat, melenting dengan ringan dari genting ke genting,
dengan sengaja memperlambat lajunya sedikit, agar pengejar
terdepan segera tiba. Demikianlah dari atap ke atap di
sepanjang kota Thang-long aku diburu para perwira pasukan
pemberontak yang tinggi ilmunya, sementara di jalanan dan di
lorong-lorong, para penjaga kota dengan sigap telah selalu
berada di bawah, menunggu mangsa yang terjatuhkan untuk
segera mereka rajam. Kematian orang bersenjata tombak dan
berjubah putih yang tadi mengejarku di tangan mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri, agaknya telah membangkitkan kemarahan seluruh
mereka semua. Atap-atap rumah memutih karena salju, tidak kuketahui
berapa lama lagi malam bertahan. Aku masih berkelebat
sambl menyiapkan tombak yang kupegang untuk menyambut
pengejar yang berikutnya. Ketika pengejar itu tiba ternyata ia
pun bersenjatakan tombak. Serangannya sangat cepat dan
tajam. Kulayani sebentar permainan tombaknya. Tampaknya
ini memang ilmu tombak yang berasal dari Negeri Atap Langit.
Ujung tombaknya seolah menjadi ratusan dan mematuk-
matuk dengan ganas ke sekitar leher dan kepalaku. Dengan
cepat kuujikan Jurus Bayangan Cermin yang sedang kususun
menjadi ilmu silat yang mandiri, lantas kukembalikan jurus
yang sama kepadanya, tetapi tanpa dapat dikenalinya.
Kutinggalkan mayat ahli tombak ini dalam keadaan berdiri
disangga tombak yang menusuk jantungnya di atas
wuwungan rumah, agar siapa pun yang datang segera
terpancing mengejarku. Sengaja aku berdiri di wuwungan
rumah lain di dekatnya, agar mereka yang datang bisa
melihatku, sebelum melesat lagi setelah mereka mengejarku
dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Begitulah caranya mereka kuselesaikan riwayatnya satu per
satu. Aku berkelebat dari atap ke atap, turun ke lorong, naik
lagi ke atap, untuk setiap kali menelan korban. Dalam sekejap
mayat mereka bergeletakan di atas genting, di lorong, di
jalanan, dan di lapangan. Pasukan penjaga di bawah akhirnya
selalu kutinggalkan dan para perwira yang berkelebat dari
segala arah mengepungku tetap saja kalah cepat dan hanya
menemukan mayat yang masih hangat dan bersimbah darah
segar. Dalam hamparan malam, permadani salju terciprat
bercak-bercak darah segar...
Semakin banyak yang mengejar semakin banyak korban
berjatuhan. Untuk beberapa saat masih kugunakan tombak,
tetapi kemudian kugunakan sebilah pedang kuning keemasan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang berhasil kurebut dari salah seorang dan karenanya dapat
kumainkan Ilmu Pedang Cahaya Naga maupun Ilmu Pedang
Naga Kembar berganti-ganti untuk menghadapi ilmu mereka
yang tinggi. Nyaris seluruh kota Thang-long terjelajahi dalam
kejar mengejar ini dan kedudukan dari atap ke atap, kadang
dari gedung bertingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya,
membuat diriku berpeluang mendapat gambaran atas
pertahanan kota, yang ternyata memang kuat sekali. Ibarat
jebakan, inilah jebakan lubang bagi harimau dengan tombak-
tombak menanti di dasarnya, siap menembusi tubuh sang
harimau yang jatuh melayang dalam kegelapan.
SEKARANG aku mengerti kenapa pengejaranku berlangsung secara besar-besaran. Sudah dua puluh korban
kujatuhkan dan mereka semua berilmu tinggi yang dalam
peperangan tentu dibutuhkan. Jika masih saja mereka
berdatangan mengejarku dalam jumlah yang terlalu banyak
untuk mengejar satu orang, tentulah karena pertaruhan
mereka yang tinggi, bahwa jika aku lolos maka seluruh
rencana mereka berantakan.
Namun apakah yang sebenarnya kuketahui sampai saat ini"
Aku hanya mengetahui bahwa mata-mata yang bekerja untuk
pemerintah bertebaran di dalam gabungan pasukan
pemberontak yang sedang melakukan pengepungan, tetapi
aku belum mengetahui sama sekali apa yang akan mereka
lakukan. Jadi apakah kiranya yang belum kuketahui sehingga
keberadaanku menjadi sangat gawat sekali" Dua pengejar
terakhir tiba dan langsung menyerang. Telah kuketahui yang
bernama Cambuk Emas dan seorang lagi tentulah yang
bernama Pedang Biru. Ia langsung berteriak bagai telah
dipastikannya diriku mengenal bahasa Viet.
"Pendekar Tanpa Nama! Bukankah itu dirimu" Janganlah
pergi sebelum bermain sedikit denganku!"
Pendekar Tanpa Nama bagaikan telah menjadi namaku,
meski betapapun memang bukanlah namaku. Mengapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seseorang di dunia harus mempunyai nama bukan" Apalagi
jika tidak seorang pun memanggil, mencari, dan membutuhkannya. Jawadwipa adalah tempat yang jauh, tetapi
melalui para pedagang Sriv ijaya dan serangan-serangan
Wangsa Syailendra yang menggunakan kapal-kapalnya, segala
sesuatu yang berlangsung di sana tampaknya bagaikan dekat
saja tampaknya. "Daku tidak pernah nemiliki nama Tuan, dan daku hanyalah
seorang pengembara yang mencari pengalaman."
"Janganlah terlalu merendah dan berbasa-basi pendekar!
Izinkan kami mencicipi sebagian kecil dari ilmu silatmu yang
termasyhur!' Ilmu silatku yang termasyhur" Apakah yang telah menjadi
perbincangan tentang ilmu silatku" Semua pertarunganku
dalam dunia persilatan berlangsung tanpa kesaksian. Jadi
tidaklah mungkin seseorang bercerita tentang diriku sejauh
berhubungan dengan ilmu silatku. Mereka yang bertarung
denganku, jika diriku masih hidup, tentulah berarti tewas.
Adapun mereka yang boleh dianggap menonton, yang tidak
terjadi dalam pertarungan antarpendekar, tidaklah akan dapat
mengikuti gerakanku, yang kecepatannya jauh lebih tinggi
daripada kecepatan pikiran. Namun tiada dapat kucegah
beredarnya dongeng dari kedai ke kedai yang tidak selalu
mudah dipisahkan dan diuraikan, mana yang bisa diterima
akal dan mana yang khayalan.
Pedang yang berada di tangan Pedang Biru memang
bercahaya redup kebiru-biruan. Kusambut papasannya dengan
pedang di tanganku yang kuning keemasan. Dalam sekejap
pedang di tanganku disabetnya kanan kiri dan patah menjadi
dua belas bagian, itu pun masih ditambah ujung pedang
birunya yang nyaris menyambar urat leherku jika aku tidak
menjatuhkan diri dari wuwungan ke tanah bersalju untuk
segera melenting kembali. Segera kulolos cambuk kulit dari
pinggangku dan kusambut sabetan Cambuk Emas dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sabetan pula, keduanya langsung saling membelit, tetapi
cambukku pun kali ini putus dan rontok menjadi dua belas
bagian. Di atas atap genting berselimut salju, aku terkepung
pada sebuah wuwungan, di sebelah kananku Cambuk Emas
dan di sebelah kiriku Pedang Biru. Senjata keduanya berpijar,
pertanda cahayanya bukan pantulan karena datang dari
dalam, jelas keduanya adalah senjata mestika.
Umurku masih 25 tahun, mungkin sebentar lagi akan
memasuki 26. Kedua lawanku adalah para petarung
berpengalaman dengan usia di atas 40 tahunan. Namun aku
mempelajari dan mengolah ilmu silat yang sangat berbeda
dari ilmu silat mana pun di dunia. Jadi aku memang
seharusnya bersilat tanpa senjata, bahkan tanpa bersilat sama
sekali, karena aku telah mengolah dan merenungkan ilmu s ilat
yang tidak menyerang badan melainkan pemikiran. Ini bukan
sihir, melainkan filsafat, bahwa aku hanya dapat menggugurkan seluruh bangunan ilmu silat melalui filsafat
yang menjadi sumbernya. Mampu menggugurkan bangunan
filsafatnya berarti mampu pula menggugurkan bangunan ilmu
silatnya. Mereka menyerang, aku tak bergerak. Pedang kebiruan
yang dipegang Pedang Biru jika digerakkan akan meninggalkan jejak cahaya kebiruan yang tidak segera hilang
di udara, seperti berusaha mengikuti gerak pedangnya.
Adapun cambuk di tangan Cambuk Emas telah diketahui
apabila dilecutkan akan mengeluarkan lelatu api, yang tidak
sekadar berpijar sekejap melainkan dapat mengeras dan
menyerang sebagai peluru api. Aku memusatkan perhatian
kepada kenyataan, bahwa mutu ilmu silat tidak terletak pada
senjata yang digunakan, melainkan kepada cara memainkan
senjata itu, dan tentu saja cara kedua orang itu memainkan
senjatanya sangat luar biasa.
NAMUN bukankah Sun Tzu berkata, ''Menaklukkan tentara
lawan tanpa berperang adalah siasat yang paling baik.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam hal ini, aku menjalankan suatu jurus yang kelak
akan bernama Jurus Tanpa Bentuk -dan karena tanpa bentuk
memang tidak ada yang bisa diceritakan tentang pertarungan.
Sebaliknya yang tampak oleh mereka yang mengepungku di
sekeliling rumah mungkin akan sangat membingungkan,
karena ketika pedang dan cambuk itu bagaikan sudah begitu
pastinya akan membunuhku, ternyata adalah Pedang Biru dan
Cambuk Emas itulah yang tewas, keduanya dengan dada
terbakar dari jejak berbentuk telapak tangan.
Api masih menyala dari dada keduanya ketika kedua
tanganku masing-masing sudah memegang kedua senjata
mereka. Mereka masih berdiri ketika tewas, dan mata
keduanya terbeliak memandang dada mereka yang terbakar
itu. Ini berarti Jurus T anpa Bentuk yang kumatangkan selama
ini belum sempurna, karena masih kubutuhkan ilmu pukulan
tangan kosong Telapak Darah untuk menamatkan riwayat
lawan. Padahal dengan Jurus Tanpa Bentuk seharusnya
kematian lawan tidak disebabkan oleh serangan apa pun juga.
Dari bawah seribu anak panah melesat ke segala titik
kematian pada tubuhku. Dengan Pedang Biru kuarahkan
cahaya-cahaya biru yang menyusulnya kepada panah-panah
itu seperti mengibaskan selendang, yang membuat panah-
panah yang menuju kepadaku itu rontok berhamburan. Lantas
dengan cambuk yang setiap kali dilecutkan mengeluarkan
lelatu api itu aku me lompat turun ke arah pasukan penjaga
yang sejak tadi memburuku dari rumah ke rumah, dengan
tujuan membuat kekacauan. Aku memang belum tahu sama
sekali rencana mereka, tetapi aku yakin jika dapat kubuat
kekacauan malam ini, rencana apapun yang mereka
persiapkan dengan pengiriman para penyusup ke dalam
pasukan pemberontak yang mengepung itu akan mengalami
kegagalan. Maka aku pun menyuruk masuk ke dalam pasukan penjaga
yang semakin banyak saja mengejarku. Aku ingin membuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kekacauan sebanyak-banyaknya lantas melesat dan kembali
ke garis pengepungan secepat-cepatnya, karena penyelidikanku belum memberi pengetahuan terlalu banyak
tentang apa yang akan mereka lakukan. Sangat kukhawatirkan bahwa mereka telah merancang sesuatu di luar
jangkauan siasat perang Kautilya dalam Arthasastra maupun
Sun Tzu, karena jika masih menyangkut dua nama tersebut,
para pemimpin pasukan pemberontak pun menguasainya.
Kedudukan para pengepung sangat kuat, tetapi kuketahui
betapa mereka sudah sangat lelah, seperti yang pasti juga


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat diduga oleh pihak pemerintah.
Aku menyuruk dengan pedang biru dan cambuk keemas-
emasan itu. Pasukan penjaga yang tampaknya mengenal
senjata-senjata mestika para pemimpinnya, menjadi jeri dan
segera menjauh, tetapi mengepung dan mengurungku dengan
panah-panah yang melesat tajam dan mendesing kejam
penuh kehendak membunuh. Begitu banyak pasukan yang
mengepungku, mengalir bagai tiada habisnya, bahkan mereka
yang berilmu tinggi segera berlompatan ke atap-atap rumah
dan melepaskan panah-panahnya dari sini. Aku sungguh-
sungguh terkepung dan meskipun tidak satu panah pun
berhasil melukaiku, hujan panah yang terus menerus sungguh
menghambat laju gerakku. Mereka bukan taksengaja
menyusun kedudukan yang membuatku tidak bisa beranjak ke
mana-mana, kecuali menangkis ribuan anak panah yang terus
menerus mengancam jiwaku dari segala penjuru.
(Oo-dwkz-oO) Episode 133: [Naga Mendekam di Balik Air Terjun]
RIBUAN anak panah yang berlesatan menyergap dan
mengancam kugugurkan dengan pedang dan cambuk mestika
yang kumainkan dengan Jurus Naga Mendekam di Balik Air
Terjun. Dengan jurus ini memang terjamin betapa tidak satu
anak panah pun mampu menyerempetku, tetapi aku tetap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak dapat beranjak. Setiap orang dari pasukan penjaga kota
Thang-long ini dengan mudah dapat kulumpuhkan, tetapi
sebagai kesatuan terbukti para guru perang Negeri Atap
Langit telah mengajari orang-orang Viet ini dengan baik.
Sun Tzu berkata tentang keadaan:
''Mereka yang zaman dahulu disebut pandai berperang itu
tidak hanya menang, melainkan menang atas musuh yang
mudah dikalahkan. Itulah sebabnya, mereka yang pandai
berperang itu kemenangannya tidak memberinya nama karena
kearifan, tidak pula memberinya jasa karena keberanian.
''Itulah sebabnya, mereka menang perang tanpa meleset.
Tanpa meleset artinya apa yang diikhtiarkannya tentu
menghasilkan kemenangan, mereka menang atas lawan yang
sudah kalah. ''Itulah sebabnya, mereka yang pandai berperang itu
menempati kedudukan yang tidak terkalahkan dan tidak
melepaskan kesempatan untuk mengalahkan lawan.
''Itulah sebabnya, tentara yang menang itu sudah lebih
dahulu menang, kemudian baru mengajak berperang; tentara
yang kalah itu lebih dahulu berperang, kemudian baru
berharap menang.'' Panah masih terus menerus berhamburan dari busur silang
yang tenaganya luar biasa itu. Jika panah itu menancap pada
tubuh manusia, ia tak pernah tidak menembusinya. Bahkan
batok kepala manusia yang keras, meski ditutup pelindung
kepala terkeras, andaikanlah ditambah perisai tiga lapis, masih
ditembus dengan halus tanpa harus memecahkannya, karena
ketajaman dan daya peluncuran yang luar biasa. Jika senjata
yang kupegang bukan pedang dan cambuk mestika, sudah
dari tadi tubuhku terajam menancap di salju.
''Kepung! Kepung! Kepung! Jangan biarkan dia lolos!''
Kudengar aba-aba dalam bahasa Viet.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Betapapun Jurus Naga Mendekam di Balik Air Terjun
memberikan kepadaku kesempatan berpikir. Panah-panah
berhamburan dalam keadaan terpotong, melengkung, atau
terbelah dari ujung sampai ekornya, karena kedahsyatan
senjata-senjata yang tadi kurebut dari tangan pemiliknya itu.
Sembari memikirkan jalan keluar, aku menyadari kenyataan
betapa pasukan yang kuhadapi sangat matang dalam
bersiasat. Membuatku bertanya-tanya di tengah serbuan
panah, tidakkah kemenangan pasukan pemberontak di
berbagai medan tempur di pedalaman selama ini bukanlah
sesuatu yang semu" Pasukan pemerintah yang ditugaskan memburu mereka itu,
tidakkah terlalu mudah untuk dikalahkan" Atau, jika mereka
memang dikirim untuk menumpas pasukan pemberontak,
bukankah memang cukup dikirim pasukan yang tidak harus
menang" Dalam kenyataannya, seperti yang kualami bersama
pasukan Amrita, pasukan pemerintah yang dikirim memang
bukanlah sembarang pasukan, melainkan pasukan yang dilatih
untuk memburu pasukan pemberontak dari hutan ke hutan,
tetapi tetap saja takbisa menang.
Memang, setelah peristiwa kekalahan itu, di berbagai
wilayah di Daerah Perlindungan An Nam pasukan pemerintah
terus menerus mengalami kekalahan, sehingga para pemimpin
pasukan pemberontak, dengan perantaraan Harimau Perang,
memutuskan keluar dari hutan, turun gunung dan melibas
kota demi kota, sampai mengepung pusat pemerintahan. Dari
kota ke kota bukan tidak ada perlawanan, bahkan perlawanan
itu kudengar berlangsung sengit, kadang dengan membumi
hanguskan kota yang ditinggalkan itu, sehingga memang tidak
akan pernah terduga sebagai siasat mundur teratur untuk
dengan mendadak menyerang kembali.
Masalah seharusnya sudah terpecahkan, jika pasukan
pemberontak memiliki jaringan mata-mata yang bisa
diandalkan, yang selama ini pengaturannya berada di bawah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Harimau Perang, tetapi yang saat itu belumlah kuketahui
keberadaannya. Sebaliknya, seperti perbincangan yang
kudengar itu, yang kini pembicaranya telah kutewaskan
semua, justru mata-mata pemerintah bertebaran di pihak
pemberontak, yang begitu sulit dilacak, karena merupakan
mata-mata tidur yang tentunya telah ditanam puluhan tahun.
Bagaimana jika pada saat menentukan seperti ini para mata-
mata tidur itu dibangunkan" Karena mata-mata tidur
dibangunkan, hanya untuk menjalankan tugas-tugas penting.
AKU melenting ke atas atap untuk membersihkan para
pemanah yang berada di atasku. Ini hanya bisa kulakukan
ketika berlangsung pergantian regu pemanah di bawah, yang
dalam sekejap kumanfaatkan untuk melesat. Sekali terjadi
kekosongan, aku berkelebat meloloskan diri dari kepungan,
dan melejit ke arah perbentengan, tempat pasukan
pemerintah berjaga di sekeliling kota, dalam pengawasan
yang sangat ketat. Beberapa orang yang berilmu tinggi
mengejarku sambil melempar pisau-pisau terbang. Sekali kibas
dengan cambuk keemasan, pisau-pisau terbang itu rontok
berantakan dan pelemparnya muntah darah karena angin
pukulan Telapak Darah. Aku masih dalam pengejaran ketika
tiba di dekat benteng, dan menyaksikan betapa pintu gerbang
kota telah dibuka! Baru terlihat olehku sekarang betapa banyak pasukan yang
bersembunyi di balik tembok perbentengan tersebut. Bukan
sekadar parit jebakan dan pertahanan di balik benteng itu
ternyata telah diisi pasukan berkuda yang siaga sejak
semalam, melainkan juga bahwa parit-parit yang menjadi
tempat persembunyian sebelumnya telah ditutup atap-atap
anyaman bambu yang di atasnya dilakukan penyamaran
dengan tanah, dan kemudian salju. Pada musim panas,
bersembunyi di dalam parit dengan kudanya akanlah sangat
menyiksa bagi suatu pasukan, tetapi pada musim dingin
bersalju, justru itu menjadi tempat yang sangat nyaman.
Pantaslah dari udara ketika aku melewatinya bagai layang-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
layang diterbangkan angin masuk kota, tidak kulihat apa pun
sepanjang perbentengan selain pasukan penjaga yang
memang kuat sekali. Agaknya kemungkinan lolosnya
penyusup dari pengamatan telah mereka perhitungkan,
sehingga apabila penyusup itu berada di dekat benteng pun,
tak akan penyusup itu menduga betapa di dalam tanah
bersembunyi balatentara yang besarnya sama sekali tidak
terduga. Sementara aku masih diburu para penjaga perbatasan
berilmu tinggi yang sangat mahir menggunakan pisau terbang,
kulihat betapa setelah pintu gerbang dibuka, jembatan
gantung di atas sungai yang tadi dikerek naik diturunkan pula,
dan tiba di tempatnya tepat ketika pasukan berkuda
melewatinya dengan menggebu. Pasukan pemerintah melakukan serangan mendadak pada pagi buta, ketika
pasukan pemberontak masih sibuk me layani para penyusup,
yang ketika kutinggal memang belum berhasil mengacaukan
keadaan, jika hal itu yang menjadi tujuan. Namun
bagaimanakah bisa kupastikan suatu tujuan, dari pengetahuan
sangat terbatas, dalam perang siasat yang penuh tipu
muslihat ini" Bagaimana jika berlangsung suatu keadaan yang
ternyata sesuai dengan tujuan pasukan pemerintah, yang kini
tampak begitu perkasa menghambur dari empat gerbang kota
di barat, timur, selatan, maupun utara"
Lima penjaga perbatasan mengurungku di atas benteng
dan para penjaga benteng di bagian itu menyerangku pula
dengan senjata rantai berkait yang sengaja digunakan untuk
menangkap penyusup hidup-hidup. Mulai dari rantai berkait
sabit sampai rantai berkait cakra besi beracun berkelebatan
berusaha mengait kaki maupun tangan, sementara senjata-
senjata lain, tombak trisula, pedang, dan kapak dua sisi,
menyambar bagian depan dan belakang tubuhku. Bila aku
melenting ke atas, kutahu anak-anak panah yang dilepaskan
busur silang bertenaga kuat, akan segera menancap di
segenap titik lemah yang pasti mematikan. Keadaanku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sungguh sulit, dan hatiku gelisah karena sangat khawatir
dengan keadaan Amrita. Aku berkelebat menghindari segenap serangan rantai
berkait, tetapi senjata-senjata lain kupapas dengan pedang
biru mestika yang luar biasa itu. Tombak trisula, pedang, dan
kapak dua sisi terputus begitu saja dalam sekali putaran.
Lantas aku melesat ke udara, sengaja memancing
diluncurkannya anak panah yang memang segera berhamburan melesat. Dengan sisi lebar pedang biru, dalam
sekali kebas kubelokkan arah panah-panah itu ke arah semua
orang yang telah menyerangku. Itulah yang disebut Jurus
Naga Melipat Ekor. Dalam pengembangan jurus ini, bahkan
mungkin pula setiap senjata yang mengancam nyawaku akan
berbalik ke arah penyerang itu sendiri.
Demikianlah mereka berguguran jatuh dari tembok
perbentengan dengan anak panah yang dilepaskan kawan
mereka sendiri menancap pada jantung mereka. Dengan
cambuk keemasan kulecutkan ledakan-ledakan berlelatu api
yang membuat barisan pemanah itu pekak dan sebagian
pingsan. Tentu saja berlesatan lagi regu penjagaan ke arahku.
"Penyusup! Penyusup! Penyusup!"
Kudengar teriakan itu di mana-mana. Namun aku
mendapat kesempatan untuk memperhatikan bahwa barisan
pasukan pemerintah ini, begitu menyeberang jembatan dan
sampai di seberang sungai, segera terbagi menuju dua arah.
JIKA ini juga dilakukan pada ketiga gerbang yang lain,
berarti pasuikan pemerintah menyerbu ke arah delapan titik
pada delapan mata angin, yang jelas bermaksud memecahkan
pemusatan perhatian pasukan pemberontak. Sejauh pasukan
pembe-rontak tidak terkacaukan pemusatan perhatiannya oleh
serangan para penyusup yang belum teratasi ketika
kutinggalkan, maka serbuan macam apapun akan mampu
diatas i oleh pasukan pemberontak yang nyaris selalu hidup
dalam suasana peperangan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Justru itulah sebabnya aku merasa waswas, bahwa para
pengatur siasat pasukan pemerintah tidak akan melakukan
serangan yang sia-sia. Bahkan aku mulai memikirkan
kemungkinan yang sangat masuk akal tetapi sungguh tidak
terduga, bahwa kekalahan pasukan pemerintah di mana-
mana, meski tampak meyakinkan sebagai kekalahan yang
sebenarnya, memang bertujuan untuk memancing segenap
pasukan pemberontak turun menyerbu Thang-long sebagai
pusat pemerintahan. Kemenangan demi kemenangan di
pedalaman telah membuat pasukan pemberontak haus
kemenangan, dan tidak menyadari keberadaan mereka
sebagai harimau yang sedang dipancing masuk jebakan.
Dalam kenyataannya, melumpuhkan pasukan pemberontak
di pedalaman, artinya di dalam hutan, di gunung-gunung, di
antara lembah dan tepian jurang sangatlah sulit untuk tidak
dikatakan mustahil. Dalam perang ratusan tahun, pasukan
pemberontak tidak akan melayani tantangan perang terbuka,
melainkan bertempur dari hutan ke hutan, tempat mereka
menjalankan siasat serang dan sembunyi ke dalam hutan,
yang sangat ampuh untuk sedikit demi sedikit melemahkan
pasukan pemerintah. Apabila kemudian pasukan pemerintah
ini berhasil mereka pancing untuk mengejar ke rawa-rawa, di
sanalah mereka akan habis dibantai, dan tidak satu orang pun
bisa kembali pulang. Jika ini berlangsung bukan hanya di satu
wilayah, melainkan di segenap wilayah pemberontakan di
pedalaman, akan semakin mustahil bahwa pemberontakan
dapat dipadamkan. Maka, bukankah masuk akal untuk menduga, bahwa para
pengatur siasat mencari jalan, agar pasukan pemberontak
dapat berkumpul di satu tempat dan di sanalah mereka
ditumpas sampai tiada satu orang pun tersisa" Kenyataan lain
yang menyebabkan pasukan pemberontak sulit dilumpuhkan
di pedalaman, adalah keberpihakan penduduk pedalaman,
yang dengan segala cara akan membantu pasukan
pemberontak. Dikatakan betapa masih mungkin mengalahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
balatentara suatu negara dalam pertempuran, tetapi adalah
mustahil menundukkan suatu bangsa dengan peperangan
macam apapun, karena semangat perlawanan suatu bangsa
tidak terletak pada senjata, melainkan berada dalam jiwanya.
Itulah sebabnya cara terbaik adalah memancingnya keluar dari


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kubu masing-masing, melepaskan setiap kesatuan dari bumi
dan rakyat yang mendukungnya, lantas menumpasnya di satu
tempat sampai habis tanpa sisa. T iada umpan lebih baik agar
siasat semacam ini terlaksana, selain meyakinkan pihak
pemberontak bahwa kesempatan merebut Thang-long terbuka
di depan mata. Untuk memberi keyakinan yang tidak mencurigakan,
kekalahan demi kekalahan pasukan pemerintah saja takcukup,
tetapi harus ditanamkan gagasan bahwa merebut Thang-long
dan menggulingkan kekuasaan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam sudah matang untuk dilaksanakan.
Namun bagaimanakah caranya menyebar dan menanamkan
gagasan semacam itu, dengan jaminan yang bisa dipercaya"
Siapakah kiranya, atau jaringan mata-mata macam apa, yang
akan mampu menyusup, menyelinap, dan diterima sebagai
kawan, tanpa sedikit pun menimbulkan kecurigaan"
Tentu aku tidak lupa bahwa pasukan pemerintah yang
sebagian didatangkan dari Negeri Atap Langit juga terdiri dari
narapidana, yang semula merupakan para penjahat
kambuhan. Siasat yang tepat untuk memperdaya pasukan
pemberontak, sembari mengorbankan orang-orang yang sejak
awalnya memang merupakan orang-orang hukuman.
Sekali lagi kuputar pedang biru dan cambuk kuning
keemasan dengan Jurus Naga Mendekam di Balik Air Terjun.
Seorang pendekar yang menilik busananya berasal dari Negeri
Atap Langit memimpin sebuah regu yang mengepungku. Pisau
terbang berhamburan dari segala penjuru. Namun selama aku
menggunakan jurus tersebut, meski di atas tembok
perbentengan ini aku dikepung oleh semakin banyak orang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku akan tetap taktersentuh. Aku berpikir keras. Aku teringat
pembicaraanku dengan Amrita tentang seorang perwira
penghubung terkenal bernama Harimau Perang. Bukankah ia
dengan pasukan penghubungnya yang istimewa disebut-sebut
menghubungkan setiap pemimpin pasukan pemberontak di
pedalaman, baik antara masing-masing pemimpin pasukan,
maupun dengan para pemimpin pemberontakan yang
memang tidak boleh tampak untuk menghindari pembunuhan"
TIDAK jelas bagiku, apakah gangguan para penyusup telah
berhasil diatasi, tetapi cara pasukan pemberontak melayani
mereka satu lawan satu dengan tandingan sepadan adalah
siasat yang sangat baik, karena setiap serbuan masih akan
selalu siap mereka layani. Jadi meskipun dari dalam benteng
terdapat serbuan ke delapan titik pada delapan penjuru angin,
jika keadaannya tetap demikian maka serbuan ini pun akan
dapat mereka hadapi dengan seimbang. Pasukan pemberontak adalah pasukan yang ganas, dan keganasannya
itulah yang lebih sering membuat pasukan pemerintah jeri,
bahkan jauh sebelum berhadapan sama sekali. Namun tentu
saja pasukan pemerintah tidak akan menyerbu pada pagi
buta, setelah menunggu di bawah tanah dalam hujan salju,
tanpa perhitungan secermat-cermatnya bukan"
Aku gelisah dan karena itu ingin segera menyelesaikan
pertarunganku sendiri secepatnya. Sudah jelas betapa aku
telah gagal menunda sebuah penyerbuan. Jika pasukan
pemerintah ingin memastikan suatu kemenangan, apakah
kiranya yang akan menjadi andalan" Aku teringat dengan
mata-mata tidur mereka, kiranya inilah saat yang paling tepat
bagi mereka untuk dibangunkanodan itulah yang rupanya
terjadi. Di garis belakang pasukan para pengepung mendadak
saja terdengar ledakan dan api segera menyala-nyala ke
angkasa pada delapan penjuru angin. Takhanya ledakan, api
itu rupa-rupanya merambat melalui sebuah sumbu tumpukan
jerami di sepanjang garis belakang sampai kedelapan titik itu
bersatu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jadi pasukan pemerintah tiba pada delapan titik serbuan
pada saat yang tepat. Luar biasa. Api di padang salju. Hanya
penyusupan dan pengkhianatan cermat yang memungkinkan
pada garis belakang itu tergali parit untuk menyimpan
tumpukan jerami, yang agaknya disiram minyak lampu agar
menyala. Mendapatkan jerami di musim dingin tidaklah
mudah, membuktikan kecermatan persiapan yang sudah
berlangsung lama. Siapa sajakah kiranya mata-mata tidur
yang telah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik itu"
Aliran pasukan dari dalam kota belum juga berakhir ketika
sebilah pisau terbang menembus pertahananku dan me lesat
ke arah leherku. Kutangkap pisau terbang itu dengan gigitan
dan kukembalikan kepada pelemparnya untuk tepat menancap
di dahinya. Tubuhnya belum ambruk ke lantai perbentengan ketika aku
melesat melewatinya sebagai titik terbuka dalam pengepungan diriku. Aku melompat keluar benteng dan turun
ke arah pasukan berkuda yang me laju ke medan tempur itu.
Dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit aku melesat di atas
kepala dan bahu para prajurit pasukan berkuda yang
menyerbu sambil berteriak-teriak itu. Agaknya semangat
mereka telah dipompa dalam penantian panjang sembari
memupuk pembalasan dendam kepada pemberontak, takselalu karena alasan kebangsaan dan kenegaraan,
melainkan juga karena alasan-alasan pribadi yang sudah
sangat sulit diteliti lagi.
Api berjalan tak tertahankan membentuk lingkaran yang
mengepung pasukan pemberontak dari belakang, mereka kini
terkurung api, sementara dari depan pasukan pemerintah
menghambur dari delapan titik bagaikan air bah. Aku telah
melewati jembatan, dengan segera kusalip baris terdepan
yang telah disambut barisan penjaga yang memang telah
disiapkan menyambut segala serangan. Aku segera menuju
pasukan yang dipimpin Amrita. Barisan depan pasukan
pemerintah tampak telah terkuak oleh amukan Iblis Suci
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Peremuk Tulang. Bandul besinya yang mengerikan bergerak
lincah mencabut nyawa bagaikan kebutan selendang. Manusia
dan kuda tanpa ampun bergelimpangan dan terpental dengan
tulang remuk setiap kali tersambar kebutan.
NAMUN masalahnya terdapat di belakang, karena kulihat
bukan saja para penyusup itu masih bertahan, melainkan
betapa mereka dibantu oleh wajah-wajah yang telah sangat
kukenal, yang semuanya perempuan!
Bisakah dibayangkan betapa perempuan yang pertama kali
kukenal karena menyusui bay i yang kutolong itu, kini ternyata
dengan ganas membunuh teman-temannya sendiri" Perempuan-perempuan yang menyusui bayi-bay i terlantar itu
ternyata bukan sekadar pengungsi banjir, melainkan memang
sengaja dipasang untuk menyambut kedatangan pasukan
pemberontak, yang memang selalu kekurangan dan
membutuhkan perempuan. Sudah bukan rahasia lagi betapa dalam pasukan pihak
mana pun yang mengembara dalam hutan, bahwa perempuan
yang tidak bersuami akan dibenarkan melayani setiap orang
jika berkenan, juga apabila ia menuntut bayaran. Ketika
mereka mengikuti rombongan aku pun tidak merasa heran.
Namun itu berarti bukan merekalah mata-mata tidurnya,
mereka mungkin adalah mata-mata setempat, yakni penduduk
daerah musuh yang digunakan sebagai mata-mata. Di daerah
tak bertuan yang menjadi wilayah peperangan, memang
menjadi sulit menilai kepada siapa seseorang berpihak.
Betapapun di wilayah seperti itulah banyak perempuan
menjadi janda dan me lakukan segala cara untuk mempertahankan kelanjutan hidupnya.
Maka siapalah yang akan curiga jika seperti perempuan
mana pun di wilayah sengketa yang miskin, sehabis terlanda
banjir bandang pula, perempuan-perempuan ini menggabungkan diri dengan rombongan, dan terus ikut
dengan setia dalam berbagai pertempuran keluar masuk hutan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selama berbulan-bulan" Dengan Amrita sebagai pemimpin
pasukan, yang selalu peduli kepada kepentingan perempuan,
keberadaan mereka dalam rombongan bahkan mendapat
jaminan keamanan. Kini mereka itulah yang mengamuk tak tertahankan. Pada
setiap pasukan rupanya mata-mata seperti mereka telah
ditanamkan, dan agaknya telah dihubungkan oleh satu tugas
yang sama pada saat menentukan, yakni membentuk
lingkaran api, saat pasukan pemberontak seluruhnya, ya
seluruhnya, harus ditumpas dan dipunahkan!
(Oo-dwkz-oO) Episode 134: [Siapakah Harimau Perang]
BUMI bergetar oleh derap pasukan berkuda yang mengalir
bagaikan tiada hentinya dari dalam kota. Ratusan ribu
pasukan berkuda, tidak terhitung lagi tepatnya berapa,
menyerbu pasukan pemberontak dengan ganas. Pasukan
berkuda yang terlatih, yang bahkan kudanya pun menggigit
dan menyepak dengan tepat, mengalir dan mengalir dari balik
pintu gerbang, seperti dimuntahkan mulut naga yang
menganga. ''Bunuh! Bunuh! Bunuh!'' Kudengar perintah dalam bahasa Viet untuk mengobarkan
semangat prajuritnya berkumandang di mana-mana. Dalam
udara dingin darah memercik karena bacokan senjata tajam,
menodai putihnya hamparan salju, yang memang telah
menjadi berantakan oleh pertempuran antarmanusia yang
berseberangan pikiran itu. Pikiran yang harus dinyatakan
melalui ayunan senjata tajam, yang kini saling berbenturan
dengan suara berdentang-dentang. Tombak dihadang tombak,
pedang dihadang pedang, kelewang bertemu kelewang,
sambar menyambar dengan penuh ancaman, sekali lengah
nyawa langsung melayang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jerit kesakitan dan maki kemarahan terdengar mengiringi
tertembusnya tubuh oleh senjata tajam. Tombak panjang
menembus tubuh tiga orang, sabetan pedang membuntungkan lengan, putus kepala tanpa ampun oleh
ayunan kelewang. Ringkik kuda mengeruhkan keadaan. Kuda
menggigit kuda. Ribuan anak panah turun dari langit mencari
mangsa dan menancap pada bahu, dada, punggung, maupun
kepala. Tentu juga menancap pada tubuh-tubuh yang telah
terkapar maupun tengkurap sebagai mayat berserakan.
Sebegitu jauh pasukan pemberontak, meski dalam keadaan
lelah akibat perjalanan panjang dari pertempuran satu ke
pertempuran lain sebelum bergabung dalam pengepungan,
berhasil menghadapi serbuan pasukan pemerintah yang
mengalir bagai air bah dengan siasat yang tepat. Dengan
suitan-suitan antara kepala pasukan seperti yang kudengar
dalam pertempuran di atas kapal, serbuan mengalir seperti air
pada delapan titik pengepungan itu disambut dengan
kedudukan barisan yang dalam Arthasastra disebut Usana
maupun Brhaspati. DALAM gabungan kedua kedudukan ini, berlangsung
pergerakan silang kesatuan ular, kesatuan lingkaran, maupun
kesatuan tersebar. Kedudukan ini dapat menghadapi segala
serangan dengan lentur. Membuat serbuan pasukan berkuda
yang mengalir seperti air bah itu memasuki kincir air raksasa
yang menampung segala aliran dengan segala kecepatan.
Persoalannya, pasukan pemerintah juga telah menggunakan siasat lain yang diajarkan Sun Tzu, yakni
Serangan dengan Api, yang tentunya hanya akan berlangsung
pada musim kering, tepatnya ketika bulan menduduki rasi
Pengki, Tembok, Sayap, atau Sengkang Kereta. Hari yang
menduduki rasi tersebut adalah hari yang terbanyak anginnya.
Menurut Sun Tzu, terdapat lima jenis serangan dengan api,
yakni membakar pasukan musuh dalam perkemahannya,
membakar pangkalan perbekalan, membakar kereta TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perbekalan, membakar gudang perbekalan, dan membakar
iringan pasukan. Sun Tzu berkata: "Umumnya dalam serangan dengan api,
mesti kita adakan serbuan terpadu sesuai dengan perubahan
kelima serangan itu. Jika api dikobarkan dari dalam, segeralah
lakukan serbuan dari luar. Walaupun api berkobar, jika
pasukannya tetap tenang, tunggu, dan jangan menyerbu. Jika
kobaran api mencapai puncaknya, jika dapat dimanfaatkan,
majulah; jika tidak dapat, mundurlah. Jika api dapat
dikobarkan dari luar, tentulah tidak perlu menunggu
pengobaran dari dalam. Hanyalah perlu dikobarkan pada saat
yang tepat. Kobarkanlah api dari mata angin. Janganlah
menyerbu dari arah yang berlawanan dengan mata angin."
Sehubungan dengan pertempuran ini: "Semua tentara
mesti mengetahui adanya perubahan kelima serangan dengan
api itu dan waspada terhadapnya dengan memperhitungkan
kemungkinan musuh menyerang dengan api."
Tentu saja tiada seorang pun dari pihak pemberontak,
betapapun kecerdasannya seperti Amrita, akan waspada
terhadap serangan api pada musim dingin, apalagi dilakukan
mata-mata setempat yang mereka ajak sendiri sebagai para
penghibur dalam rombongan, yang lima di antaranya kini
justru sedang mengepung Amrita!
Bukanlah sekadar betapa serangan api yang tak terduga
telah dilakukan mata-mata dengan persiapan matang,
sehingga api berkobar-kobar begitu tingginya di udara dingin
bersalju, tetapi bahwa tak seorang pun mata-mata pihak
pemberontak dapat mengendusnya! Mungkinkah" Serangan
api ini terlalu rapi, terlalu terencana, dan terlalu besar untuk
tidak diketahui mata-mata pihak pemberontak sendiri. Sampai
saat itu belumlah kuketahui bahwa yang disebut Harimau
Perang, dengan pasukan penghubungnya yang terlatih,
sebenarnya juga mengemban tugas sebagai pemimpin
kesatuan mata-mata. Dialah yang mengatur tugas kelima jenis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata-mata dengan cermat dan selama ini selalu berhasil,
sehingga pasukan pemberontak di berbagai tempat terpisah
meraih kemenangan demi kemenangan, dan dapat bertemu di
Thang-long dalam waktu bersamaan untuk mengepung.
Amrita telah mengeluarkan sepasang kipasnya dan
berkelebat di antara sambaran berbagai macam senjata.
Kuperhatikan bahwa tingkat ilmu silat kelima perempuan
mata-mata yang mengurungnya sama sekali tidak di bawah
Amrita. Apakah yang membuat mereka tidak sejak awal
membunuh Amrita dari belakang, yang dengan tingkat ilmu
silat setinggi itu sebetulnya bisa saja dilakukannya" Agaknya
semua itu telah diatur dengan sangat terperinci. Kematian
Amrita yang terlalu awal akan membuat terdapatnya jaringan
mata-mata terbongkar. Sedangkan jaringan mata-mata
ditanam demi suatu rencana yang dijalankan langkah demi
langkah dengan cermat agar mencapai tujuan yang
diinginkan. Kiranya kerahasiaan itulah prasyarat pekerjaan
mata-mata yang merupakan kemutlakan.
Bukan lima perempuan pendekar itu saja mata-mata yang
tertanam di dalam pasukan Amrita, melainkan terdapat lima
perempuan lagi dengan kepandaian sama tinggi, yang
serangannya sama sekali di luar perhitungan. Sementara lapis
penjagaan terdepan membentuk kedudukan kincir air untuk
meredam air bah serbuan pasukan pemerintah membuat
keadaan tetap berimbang, kobaran api yang menghabiskan
segalanya dan tikaman dari belakang para perempuan mata-
mata itu mengubah keberimbangan. Betapa tidak jika sekali
berkelebat setiap perempuan mata-mata itu dapat menewaskan lima orang" Bagi pasukan pemberontak,
kenyataan betapa para perempuan yang semula hanya
mereka pandang sebagai penghibur itu mendadak jadi
pembunuh tanpa ampun tentulah sangat mengejutkan.
MEMANG sebagai anggota pasukan pemberontak selama ini
mereka juga telah menunjukkan kemampuan tempur dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hutan rimba, sama seperti kaum lelaki dalam kemampuan
memainkan senjata. Namun tiada seorang pun tentunya
mengira betapa mereka semua akan mampu berkelebat dan
melenting begitu rupa seperti Amrita, berkelebat dan melesat
dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata, mencabut
nyawa dengan bebas tanpa halangan apa pun jua. Dalam
pasukan Amrita mereka digabungkan dengan regu panah,
sebagai pemanah jitu yang bertugas mengincar para
pemimpin pasukan pihak lawan. Maka jika selama ini tugas
semacam itu berjalan dengan sangat baik, maka apalah yang
harus menjadi alasan untuk meragukan kesetiaan mereka"
Jika pada setiap pasukan terdapat mata-mata yang menusuk
dari belakang dengan kemampuan setinggi ini,
Kuambil tiga dari lawan Amrita, karena keselamatan Amrita
bagiku sangatlah utama. Bukan sekadar karena hubunganku
dengan Amrita, melainkan karena tidak banyak orang seperti
Amrita yang menguasai seluk beluk siasat perang yang telah
dipelajarinya sebagai putri raja Jayavarman II. Dengan
pedang biru kubabat putus pedang dan tombak di tangan
mereka, begitu ketiganya melompat mundur sembari
melepaskan pisau-pisau terbangnya, cambuk kuning keemasan yang kupegang berputar cepat bagaikan kincir
membentuk perisai dan merontokkan serangan dari tiga
jurusan. Rerontokan pisau terbang belum lagi sampai ke bumi
ketika ribuan jarum mendesing sembari meruapkan aroma
racun. Menangkis serangan jarum beracun, apalagi dalam jumlah
ribuan, yang hanya bisa dilakukan tangan terlatih yang sangat
terampil, di tengah pertempuran seperti ini adalah persoalan
pelik, karena jika tidak berhasil kurontokkan ke tanah tentu
melesat ke lain arah dan dapat membunuh teman sendiri.
Juga tak dapat sekadar melesat ke atas dengan ilmu
meringankan tubuh untuk menghindarinya, karena ini sama
dengan merajam orang lain yang tak bisa menghindar di
sekitar kita. Pernah kusaksikan betapa jarum-jarum beracun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu menancap pada tubuh kuda sejak leher sampai perutnya,
dan betapa mengenaskannya nasib kuda tempur yang
betapapun perkasanya tiada berdaya melawan racun yang
segera membekukan darahnya. Tentu telah kusaksikan pula
akibat tangkisan yang mementalkan ribuan jarum itu kepada
manusia, yang wajahnya bisa berubah menjadi hijau, biru, dan
kuning karena racun ganas jarum-jarum itu.
Maka, di tengah pertempuran kacau balau yang tidak
segera dapat dibedakan mana kawan dan mana lawan,
kuterima seluruh jarum itu agar menancap pada tubuhku.
Jarum-jarum itu menembus baju tebal musim dinginku dan
menancap pada kulitku, yang berani kulakukan hanya karena
kuanggap dalam diriku masih tersisa ilmu-ilmu pemunah racun
warisan Raja Pembantai dari Selatan itu.
Suatu pikiran yang sangat berbahaya! Karena setiap kali
aku dapat memecahkan mantra Sansekerta itu sebagai bait-
bait ajaran filsafat Nagarjuna, daya pemunah racun maupun
sihir dari mantra-mantra itu semakin berkurang, bagaikan
penanda yang tak bisa lebih tepat lagi atas bergesernya
kepercayaan kepada yang gaib kepada ilmu penalaran.
Ketiga perempuan pendekar yang telah berbulan-bulan
bersama kami itu tertegun. Bagaimana mungkin ribuan jarum
beracun dapat menancap begitu rupa menembus baju musim
dingin tanpa akibat apa pun juga" Namun dalam pertarungan
tingkat tinggi, kelengahan sesaat sangat berakibat. Saat
ketiganya tertegun itulah nyawanya terputus oleh pedang biru
yang menyapu leher jenjang mereka.
Iblis Suci Peremuk Tulang datang pada saat yang tepat
untuk menghadapi lima perempuan mata-mata lain yang
mengamuk tanpa lawan, sehingga terlalu banyak korban di
pihak pasukan pemberontak bergelimpangan. Namun ia tidak
akan bisa menghadapinya sendirian, karena para perempuan
mata-mata ini memang bukan sembarang petarung. Mereka
tidak takut mati, dan memberikan nyawa demi kemenangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perang adalah segala-galanya. Iblis Suci Peremuk Tulang
bahkan nyaris terbunuh oleh pisau terbang jika Amrita, yang
telah menewaskan kedua lawannya, tidak menepisnya jatuh
dengan tampelan kipas sebelum menembus leher paderi itu.
"Iblis Suci! Hancurkan saja para penyerbu di depan itu! B iar
kubasmi tikus-tikus ini bersama Pendekar Tanpa Nama!"
Siasat Amrita tepat. Sambil melenting-lenting jungkir balik
ke udara menghindari pisau terbang yang berhamburan dari
segala penjuru, kusaksikan di tempat lain pasukan
pemberontak sungguh terdesak, karena pasukan perempuan
mata-mata yang serba sakti mandraguna itu sungguh tidak
ada lawannya. Adapun mereka itu menyerang secepat kilat
tanpa tertahankan dari belakang, ketika perhatian pasukan
pemberontak di setiap titik pengepungan terbelah, antara para
penyelusup yang masih bertahan dan serbuan pasukan
berkuda pemerintah Daerah Perlindungan An Nam yang
bagaikan air bah. HAMPIR di setiap titik pada delapan penjuru angin pasukan
pemberontak terdesak ke arah dinding api, yang berkobar-
kobar menggapai angkasa pada pagi buta di musim dingin
seperti ini. Sambil turun dari udara kusapukan lenganku agar
jarum-jarum beracun yang menancap pada lenganku di balik
baju dapat melncur sebagai senjata rahasia ke arah tiga
lawanku. Mereka melenting dan jumpalitan ke udara
menghindarinya, maka pedang biru dan cambuk kuning
keemasan yang kugerakkan dengan Jurus Naga Menguap di
Tepi Danau membuat riwayat mereka tamat sebelum kembali
menyentuh bumi. Untuk sesaat segalanya tampak begitu lamban bagiku, dan
kelambanan membuat segala sesuatu tampak terlalu jelas.
Pertempuran ganas yang berubah menjadi tarian terindah,
mulut kuda yang meringkik dengan kedua kaki depan
terangkat ke atas dan matanya memancarkan kengerian,
penunggangnya yang membacok ganas dengan kelewang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkilatan, tetapi yang pada punggungnya tiba-tiba saja
menancap sebatang anak panah, dan dari bawah sebatang
tombak menembus titik lemahnya yang terbuka saat ia
membacok. Tubuhnya terangkat oleh tombak itu, terlontar
dari kuda dan dibuang ke arah barisan lawan, yang tak ingin
kuceritakan lagi kelanjutannya. Bunuh membunuh tiada
hentinya berlangsung dalam pertempuran. Dalam peperangan
panjang seperti yang telah berlangsung beratus-ratus tahun
semenjak Negeri Atap Langit menguasai An Nam, takterhitung
lagi banyaknya manusia yang tewas bergelimpangan.
Untuk sesaat segalanya memang tampak lamban, tetapi
hanya dalam beberapa saat, berapa ribu manusia tewas
karena senjata tajam dengan kesakitan tak tertahankan"
Mereka yang sejatinya bukan prajurit tempur melainkan
petani-petani desa sahaja, telah berubah menjadi binatang-
binatang ganas tanpa ampun, yang tak bisa lain selain
meraung, meradang dan menerjang, dengan amukan penuh
dendam tanpa terlalu paham apa yang sebenarnya
dipersoalkan. Hanya pasukan yang dalam Arthasastra disebut
sebagai pasukan turun-temurun bertempur dengan lebih
tenang dan penuh perhitungan. Mereka ini tidak berteriak-
teriak, yang memang lebih sering digunakan oleh mereka yang
merasa jeri bertempur untuk menutupi ketakutannya sendiri.
Namun memang tiada yang lebih ganas daripada mereka yang
takut mati, karena mereka dipastikan akan membunuh siapa
pun yang berpeluang membunuh mereka dengan sepasti-
pastinya. Apa yang bagi prajurit sejati cukup dilumpuhkan,
bagi petani yang maju berperang hanya karena kewajiban,
atau tiada lagi tanah garapan, kematian saja belum cukup jika
tidak diiringi perajaman.
Mataku berkejap mengusir lamunan. Amrita telah
menewaskan satu lawannya dengan bersimbah air mata.
Sambil bertarung ia tersedu sedan tak dapat lagi menahan
tangisnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Kenapa kalian paksa daku membunuh kalian begini rupa"
Kenapa" Bukankah kita telah bersahabat begitu dekat, selalu
bersama dalam suka dan duka. Kenapa daku harus
membunuh kalian... Kenapa...''
Air matanya berderai membasahi pipi. Namun tampaknya ia
pun tidak menanti jawaban, ketika kipasnya bergerak
mementahkan segenap jarum beracun yang berhamburan dari
perempuan mata-mata itu. Lebih tidak memerlukan jawaban
lagi, karena setelah jarum-jarum beracunnya gagal mengenai
Amrita, perempuan mata-mata yang sangat bernyali itu lantas
menghamburkan jarum-jarum beracunnya ke mana-mana dan
menewaskan banyak sekali pasukan Amrita. Maka Amrita pun
melesat dan menyelesaikan pertarungan dengan Jurus Satu
Kebutan Satu Nyawa. Pedang yang dipegang perempuan
mata-mata itu terpental ke udara dan pada saat itu pula kipas
Amrita dalam keadaan tertutup menohok jantungnya.
Ia terpental ke arah sejumlah pendekar yang secara ksatria
tidak merajamnya. Dari mulutnya tersembur darah. Amrita
memeluknya sambil menangis sementara pertempuran masih
terus berlangsung di sekitarnya.
''Maafkan kami, Kakak, seandainya saja kita berada di pihak
sama... Tapi saya tidak menyesal terbunuh oleh Kakak...''
Tidaklah kuketahui bagaimana caranya mengungkapkan
kesedihan Amrita. Perempuan mata-mata itu memegang
tangan Amrita, mulutnya penuh darah, tangannya menggamit
agar Amrita mendekatkan telinga kepadanya. Kulihat ia
membisikkan sesuatu kepada Amrita sebelum meninggal.
Lantas kusaksikan Amrita bangkit dan menjejakkan kakinya
dengan kemarahan luar biasa.
''Pengkhianat!'' teriaknya dengan mata menyala-nyala.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KAMI saling berpandangan. Kedekatanku dengan Amrita
membuat kami cukup berpandangan sekilas untuk mengetahui
apa yang dikehendaki. Ia menggerakkan kepalanya ke arah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dinding api yang berkobar di belakang. Maka aku pun
mengerti bahwa ia memintaku agar membuka jalan supaya
pasukannya bisa melewati api itu. Di antara semua titik
serbuan pasukan pemerintah, memang hanya pasukan kami
yang dapat bertahan, bahkan mendesak mundur pasukan
pemerintah berkat amukan Iblis Suci Peremuk Tulang yang
mengerikan. Namun pada titik lain, perempuan mata-mata di
tempat mereka masing-masing agaknya tidak tertandingi,
sementara para penyusup masih bertahan pula, sehingga
pasukan pemberontak terdesak ke dinding api.
Ketika langit mulai terang, semakin jelas bahwa bukanlah
sekadar sumbu yang telah menghubungkan ledakan api pada
delapan mata angin menjadi satu, melainkan juga segenap
perbekalan, tenda, gerobak, bahan pangan, yang selama ini
diserahkan penjagaannya kepada perempuan-perempuan itu.
Dalam siraman bergentong-gentong minyak lampu yang
sengaja dipersiapkan, semua itu menyambungkan api di
belakang para pengepung sekeliling perbentengan, sehingga
pasukan pemberontak yang semula mengepung itulah yang
kemudian terkepung api. Bukanlah betapa api itu begitu tinggi, melainkan betapa
luas dan lebarnya, sehingga bagai mustahil melewatinya tanpa
tertembus jadi daging bakar di tengah padang salju itu.
Serangan api pada musim dingin. Dengan pengetahuan bahwa
setiap pasukan tempur mengacu kepada kitab falsafah seni
perang Sun T zu, kemutlakan mustahilnya melakukan serangan
api pada musim dingin dima inkan, sehingga pasukan
pemberontak terkecoh. Alih-alih siap memasuki Thang-long
dengan langkah kemenangan, kini berada dalam ancaman
kekalahan dan kepunahan. Aku melesat ke garis paling belakang. Masih terdapat sisa-
sisa para penyusup yang belum juga bisa dilumpuhkan.
Betapapun harus kuakui, yang kudengar sebagai pasukan
sewaan dari Negeri Atap Langit itu, mungkin berasal dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suatu jaringan rahasia, adalah orang-orang yang tangguh.
Namun tiada waktu bagiku untuk mengaguminya. Kuambil alih
pertarungan lima lawan lima itu dengan Jurus Dua Pedang
Menulis Kematian, meski hanya tangan kirikulah yang
memegang pedang biru, sementara di tangan kananku
cambuk kuning keemasan, yang membuat jurus ini semakin
sulit dibaca lagi. Inilah kalimat yang dituliskan kedua
senjataku: dari mana kalian datang kawan
menjemput kematian di negeri orang
tiada maksud sahaya memutus kehidupan
selain menjalankan kewajiban
Dalam tiga baris pertama kuselesaikan perlawanan tiga
orang, dengan baris terakhir tamatlah riwayat dua orang
gagah sekaligus. Kelimanya bergelimpangan di medan
pertempuran. Begitulah caranya Jurus Dua Pedang Menulis
Kematian. Tanpa memahami aksara maupun isinya untuk
membentuk kalimat sanggahan sebagai jurus perlawanan,
kematian sudah menjadi ketentuan.
(Oo-dwkz-oO) KUSAKSIKAN parit api yang tak mungkin dilompati kuda
tempur. Kusapukan angin pukulan untuk membunuh api,
dengan cara memukul tanah di bawah api tersebut dari jauh,
sehingga tanah terbongkar dan menutup api itu sampai
padam. Aku harus melakukannya berkali-kali, bukan sekadar
karena yang terbakar bukanlah sekadar jerami kering seperti
terjadi pada musim panas, melainkan bahan-bahan lain yang
ditumpahkan ke sana, juga karena harus cukup luas untuk
jalan keluar pasukan pemberontak ini sebanyak-banyaknya.
Melalui regu penyampai pesan, Amrita menyebarkan
gagasannya, yang tidak mungkin untuk tidak dituruti, karena
pilihan hanyalah tertambus api sementara dihujani ribuan
anak panah dari busur silang yang mematikan. Terdengar
suitan di sana-sini di tengah dentang senjata yang beradu dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jerit terakhir dari kehidupan. Dimulai dengan pasukan Amrita
berlangsunglah pengunduran diri melalui celah yang kubuat,
dan masih terus kuusahakan bertambah lebar dengan
pemadaman demi pemadaman, yang tidak terlalu mudah
karena pasukan pemerintah ternyata segera mengetahui
perkembangan. Mereka tidak ingin pasukan pemberontak
sekadar dikalahkan dan mundur kembali ke hutan. Mereka
ingin membasmi pasukan pemberontak yang memang telah
berkumpul semuanya dan berhasil mereka kurung dengan api.
Setidaknya kubuka jalan dengan cara mematikan api
sepanjang empat ribu hasta prajapati, lebih dari cukup untuk
jalan keluar suatu barisan.
NAMUN siapakah kiranya yang sudi melepaskan musuh
terdesak di depan mata" Bukan hanya pasukan pemberontak
mengundurkan diri dan keluar dari gelanggang pertempuran
melalui bagian yang apinya telah kumatikan, tetapi pasukan
pemerintah pun memanfaatkan sebagai celah pengejaran.
Demikianlah pertarungan tidak berhenti dengan pelarian,
karena segera disusul perburuan.
Langit mulai terang ketika aliran pasukan pemberontak
terbentuk ke arah tenggara, karena dari arah itulah pasukan
Amrita datang dan kini menjadikannya jalan pelarian. Pilihan
yang bisa dimengerti, karena itulah wilayah yang telah mereka
kenal, tempat mereka telah mencapai kemenangan demi
kemenangan, meskipun kemenangan itu ternyata semu dan
menyesatkan. Para pemberontak melaju dengan sisa-sisa
tenaga kuda mereka, dalam kejaran pasukan pemerintah yang
kuda-kudanya masih segar dan baru keluar perbentengan
setelah disiapkan berbulan-bulan. Dalam waktu yang tidak
terlalu lama pasukan berkuda pemerintah telah berada di kiri
dan kanan barisan, dan pertempuran dilanjutkan sembari
melaju tanpa henti dengan korban-korban bergelimpangan
sepanjang jalan. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 135: [Amrita Gugur]
PASUKAN pemberontak mengalir keluar bagai lagu
kesedihan. Dengan pedih kusaksikan bagaimana pasukan
pemerintah memburu mereka sembari melaju di kiri dan
kanan barisan. Pasukan pemberontak memacu kuda sambil
harus terus menangkis anak-anak panah yang berlesatan dari
kiri dan kanan yang dilepaskan oleh para pemanah terbaik dari
atas kuda yang berlari dengan busur-busur silang yang selalu
tepat sasaran. Demikianlah anak-anak panah berlesetan dan
menancap pada sisi kiri dan kanan tubuh, yang membuat
korbannya terjatuh, terseret laju kudanya sendiri, atau
terlindas kaki-kaki kuda temannya sendiri yang masih mengalir
dan melaju dengan kecepatan tinggi. Anak-anak panah juga
mengincar leher atau badan kuda jika selalu kena tangkisan,
dan pada saat kuda terjatuh maka tubuh penunggangnya
akan segera dibabat kelewang. Bukankah begitu menyedihkan
ketika menyaksikan kawan-kawan seperjalanan bergelimpangan sebagai mangsa empuk lawan"
Bukan berarti tiada perlawanan dari pihak pasukan
pemberontak, pisau terbang yang berhamburan ke kiri dan
kanan juga memakan tak sedikit korban yang mementalkan
para pengejar dari punggung kudanya, juga untuk segera
dilindas gelombang pasukan pemerintah yang bagai air bah
tak henti-hentinya mengalir dan membuncah melalui pintu
keluar dari bagian padam dinding api yang masih berkobar itu.
Tidak usah diceritakan dengan panjang lebar, betapa sebagian
besar dari pasukan pemberontak tidak pernah sempat keluar
melalui celah tersebut, terdesak ke dinding api seluas parit
lebar dan terbakar, sementara anak-anak panah menyambar
tak henti-hentinya dari balik api yang masih terus menyala
pada pagi musim dingin bersalju itu. Keberadaan perempuan
mata-mata yang bertindak tepat saat serangan dilakukan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah melemahkan kedudukan pihak pemberontak pada setiap
pasukan, sehingga dengan segera terdesak dan dihancurkan.
Setelah beberapa lama terseret arus pasukan-pasukan yang
mengalir sambil terus saling menempur dalam pengejaran,
kusadari betapa Amrita sama sekali tidak kelihatan. Kucari-cari
ke sekeliling, hanya kulihat Iblis Suci Peremuk Tulang
melenting-lenting di atas bahu dan kepala para pasukan
pemerintah, sambil mengayunkan bandul besinya begitu rupa
untuk mengurangi jumlah pasukan pemerintah sebanyak-
banyaknya. Namun betapapun banyak sudah prajurit
dijadikannya korban dalam keremukan tulang belulang,
tiadalah terlalu berarti dalam arus pasukan yang melaju
bagaikan air bah tanpa berkesudahan.
''Iblis Suci! Di manakah Amrita"''
''Putri kembali ke sana! Ia mencari pengkhianat itu di dalam
kota!'' Pengkhianat" Setidaknya telah dua kali kudengar istilah itu.
Kuingat Amrita mengucapkannya dengan mata nyalang
setelah mendengar bisikan perempuan mata-mata sahabatnya
sendiri yang terpaksa dibunuhnya.
Siapakah nama yang telah dibisikkan itu" Tentu seseorang
yang telah sangat dikenalnya, dalam pengertian yang
sebaliknya, yakni seseorang yang sangat dipercaya, sehingga
Amrita menjadi murka karenanya.
Siapa pun orangnya, tentulah seseorang yang memegang
segala rahasia pasukan pemberontak, begitu rupa banyaknya
rahasia itu, sehingga sekali ia berganti pihak, rontoklah segala
siasat andalan pasukan pemberontak, seperti yang telah
terjadi dengan pengepungan ini. Alih-alih pengepungan
menjadi langkah menuju penguasaan, berubah menjadi
jebakan jitu untuk mengakhiri pemberontakan sama sekali.
AKU berpikir cepat, hanya pekerjaan gabungan yang
memungkinkan terketahuinya seluruh rahasia itu, yakni
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pekerjaan mata-mata, dan tentu saja tugas sebagai
penghubung yang menyimpan dan membagi seluruh rahasia
ke setiap pemimpin pasukan itu.
Dalam kepalaku terbetik sebuah nama. Harimau Perang!
Bukankah nama itu yang selama ini menjadi kunci
pergerakan kaum pemberontak, karena selain ia menjadi
penghubung antara para pem impin pemberontak dengan para
pemimpin pasukan, ia juga menjadi penghubung antara para
pemimpin pasukan di seluruh wilayah pemberontakan di
Daerah Perlindungan An Nam" Tentu sangat bisa diterima jika
keberadaan para pemimpin pemberontak itu dirahasiakan,
demi menghindari pembunuhan gelap dalam penyusupan,
tetapi sangatlah berbahaya mempercayakan seluruh rahasia
pergerakan maupun perkembangan pemikiran, hanya kepada
satu orang. ''Iblis Suci! Arahkan pasukan ke Sungai Merah dan
menyeberang! Mereka tidak akan mengejar sampai ke
seberang!'' Setelah itu aku melesat kembali yang berarti melawan arus
pasukan-pasukan yang mengalir sambil terus berbaku bunuh
itu, dengan cara melenting-lenting sembari menjejak kepala
manusia maupun kuda. Dengan segera aku tiba di celah yang
terbentuk karena apinya kupadamkan itu. Tiada lagi pasukan
berani mati yang menahan laju pengejaran pasukan
pemerintah, agar pasukan pemberontak dapat mengundurkan
diri tanpa terganggu. Mereka telah gugur dirajam tombak dan
panah, bahkan didesak ke dalam. Terlihat banyak tombak
menancap di tanah dalam api dengan tubuh mereka di
atasnya yang telah terbakar sebagai arang.
Pintu gerbang kota terbuka. pasukan pemerintah yang
terakhir dikirim telah melewatinya. Pertempuran masih
berkecamuk di seberang sungai yang sengaja dibelokkan
alirannya melingkari perbentengan, sehingga di depan setiap
gerbang pada empat penjuru terdapatlah sebuah jembatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gantung yang dapat dikerek naik turun. Namun karena hanya
ada satu jalan keluar yang kubuat menembus dinding api, di
jalan keluar arus menumpuk begitu rupa sehingga aliran
pengunduran dan pengejaran itu tidak selancar seperti
sebelumnya. Maka kubuka bajuku, karena ingin kumanfaatkan sisa-sisa
jarum beracun yang menembus baju musim dinginku,
menempel pada tubuhku, tetapi tak bisa membunuhku, karena
masih terdapat sisa-sisa ilmu pemunah racun Raja Pembantai
dari Selatan dalam diriku. Selama aku belum menguasai
ujaran filsafat Nagarjuna berbahasa Sansekerta sepenuhnya,
ujaran itu tetap akan tinggal sebagai mantra sihir yang bekerja
dengan sendirinya setiap kali serangan racun dan sihir
menerpa. Segera kuputar tubuhku seperti gasing, dan melesatlah
jarum-jarum beracun yang telah dilepaskan para perempuan
mata-mata itu ke arah pasukan berkuda lawan, setiap jarum
satu orang, sehingga mereka tewas bergelimpangan dari atas
kudanya. Maka mengalir makin cepatlah pasukan pemberontak, hanya untuk sementara, karena kutahu akan
segera tiba pasukan pemerintah berikutnya karena inilah
kesempatan terakhir untuk membasmi pasukan pemberontak
tanpa sisa. Ini berarti tak cukup satu jalan untuk menyelamatkan
mereka. Jalan yang kubuat berada di wilayah pengepungan
tenggara di dekat pintu gerbang selatan. Kubayangkan aku
harus membuka jalan setidaknya tiga lagi. Aku pun me lesat
dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit, yang dalam
kecepatan tinggi kembali segalanya terlihat lambat, amat
sangat lambat, dan menyaksikan segalanya dalam keadaan
yang terlalu jelas seperti itu rasanya sangatlah mengenaskan.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Darah yang menciprat perlahan-lahan ke udara, mulut
menyeringai kesakitan dari wajah yang menemui ajalnya, dan
kelebat segala senjata tajam yang ketika saling berbenturan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi dentang yang panjang, sangat panjang, begitu
panjang bagai tiada akan pernah menghilang. Bukan hanya
dentang yang menjadi lagu baru dalam perubahan ruang
waktu karena percepatan, tetapi juga ringkik kuda, jeritan
maut, maupun desis dan desau anak panah yang lepas dari
busurnya, terdengar menjadi sesuatu yang berbeda dalam
Naga Berlari di Atas Langit.
Dengan cepat aku melesat keliling perbentengan. Pada
setiap titik pada empat penjuru angin, bukan hanya kubuka
jalan bagi pasukan pemberontak yang telah terdesak dengan
cara memadamkan api dengan angin pukulan tenaga dalam,
tetapi juga kuserang jembatan gantung yang digunakan
pasukan pemerintah menyeberangi sungai. Dengan terbukanya empat dinding api, pelarian pasukan pemberontak
terpecah ke empat jurusan, dan karena itu semakin lancar;
sedangkan jembatan gantung kuserang dalam arti kuruntuhkan, dengan cara membabat tempat bergantungnya
dengan pedang biru, pedang mestika pemimpin mereka
sendiri yang bernama Pedang Biru.
SATU persatu jembatan gantung itu runtuh ke sungai
bersama pasukan pemerintah yang sedang gemuruh
menyeberang di atasnya. Maka selain terpecah, arus pasukan
pemerintah menjadi amat sangat lambat, untuk tidak
mengatakannya berhenti sama sekali. Pasukan masih
berusaha diseberangkan lewat sungai, tetapi kecepatannya
tentu menjadi sangat berkurang untuk mengejar laju pasukan
pemberontak yang kini dapat melalui empat jalan keluar.
Kemudian, apabila dinding-dinding api itu menyurut, karena
betapapun pertempuran ini berlangsung di musim dingin,
maka berlompatanlah kuda-kuda pasukan pemberontak
melewati bara yang cepat padam dalam hembusan angin yang
membawa serpihan salju. Baju yang tadi kubuka tidak kupakai lagi, penggunaan
tenaga dalam terus menerus membuat tubuhku panas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga udara dingin tidak berpengaruh. Aku masih
menggenggam pedang biru di tangan kanan dan cambuk
kuning keemasan di tangan kanan. Sudah kukatakan ilmu s ilat
yang kukembangkan tidak membutuhkan senjata, bahkan juga
sebenarnya tidak membutuhkan gerakan sama sekali, karena
yang kuserang dan kurontokkan adalah pemikiran, tetapi
kedua senjata ini dan sangat berguna jika terlihat kupegang.
Dalam salah satu serbuanku ke jembatan, sempat terjadi tiada
perlawanan sama sekali karena wibawa senjata yang tidak
terpisahkan dari pemiliknya sama sekali. Adapun bila
perlawanan tetap berlangsung, dengan pedang biru memang
tombak dan pedang bagaikan hanya rumput melawan sabit,
sementara dengan cambuk kuning keemasan itu, bahkan
suara ledakannya saja dapat membuat lawan-lawanku
langsung pingsan. Aku berkelebat memasuki Thang-long begitu pasukan
terakhir melewati gerbang. Pintu tidak ditutup kembali, tetapi
pengawalan sangatlah ketat. Aku tidak melewati pemeriksaan
orang-orang yang keluar masuk karena melesat di atas
tembok perbentengan. Aku tidak sedang menyamar, aku
menyusup pada pagi hari dalam keadaan perang, tetapi firasat
bahwa Amrita terancam bahaya membuat aku mengerahkan
segenap kemampuanku. Aku berkelebat dari dinding ke
dinding, dari pohon ke pohon, dari genting ke genting, menuju
gedung besar tempat aku mencuri dengar perbincangan pada
malam harinya, ketika kudengar mereka menyebut-nyebut
nama Amrita maupun Harimau Perang.
Meski dalam keadaan peramg, kehidupan sehari-hari tetap
berjalan di dalam kota, dengan pengawasan ketat pada
berbagai bangunan penting. Sudah kukatakan aku tidak
berbaju, dengan ilmu bunglon kini kulitku tidak dapat
dibedakan dengan tembok, atau dengan apapun yang berada
di dekatku. Di atas pohon aku berwarna pohon, tiarap di tanah
aku berwarna tanah, melayang di udara aku berwarna langit,
dengan cara ini aku lolos dari segala pengawasan dan telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di atas genting dan betapa terkejutnya diriku ketika
melihat Amrita terkapar di lapangan yang berada di dalam
gedung itu. Di sekitarnya terdapat mayat-mayat bergelimpangan. Kusapu bangunan dan kuketahui sepasukan
pengawal sedang berlari dari lorong ke lorong menuju tempat
Amrita. ''Penyusup! Penyusup!'' Kudengar teriakan dalam bahasa Viet. Aku melompat turun.
Kusambar tubuh Amrita yang terbaring di atas salju. Ia masih
hidup. Aku langsung melesat kembali dan me loloskan diri
dengan melenting dari genting ke genting. Ketika membopong
Amrita kurasakan punggungnya yang panas. Kutahu
punggung itu hangus terbakar. Ia telah mendapat pukulan
tenaga dalam yang mengandalkan prana api dari belakang.
Amrita te lah mengalahkan lawan-lawannya, tetapi ia pun akan
kehilangan nyawa karena pukulan itu. Betapapun ia telah
memasuki sarang harimau, dan tidak sembarang manusia
dapat meloloskan diri setelah membunuh para perwira
andalan sebanyak itu. Berhadapan satu persatu, aku tahu
Amrita tak akan terkalahkan, tetapi hukum perang tidaklah
sama dengan hukum taktertulis dunia persilatan. Jika
pertarungan dalam dunia persilatan adalah pertarungan antara
dua pendekar, maka pertempuran sebagai bagian dari
peperangan panjang adalah setidaknya pertarungan antara
para ahli s iasat yang melibatkan segenap manusia dari bangsa
yang bersengketa. Amrita Vighnesvara yang cerdas tentu mengetahuinya,
tetapi Amrita yang muda dan berdarah panas tidak bisa
menerima pengkhianatan, yang sebetulnya laz im dalam
perang panjang yang melibatkan seribu satu manusia dengan
berbagai macam kepentingan. Pertarungan siasat yang licin,
licik, penuh muslihat dan tipu daya, memang adalah bagian
dari perang semesta seutuhnya. Tiada lebih dan tiada kurang
karena manusia jualah para pelakunya, sehingga peperangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berlangsung dengan daya pembayangan tinggi, tentang yang
dimungkinkan maupun diharapkan akan terjadi. Tentulah ini
suatu pengkhianatan yang luar biasa kejinya, yang
mengundang kemarahan begitu rupa karena kepercayaan
besar yang terlanjur diberikan olehnya.
AKU melesat sambil berpikir ke mana Amrita akan kubawa.
Aku tidak terkejar oleh pasukan pengawal karena berkelebat
sangat cepat dalam lindungan ilmu bunglon, sehingga
memang tidak mungkin mata awam akan dapat menangkapnya. Gabungan antara ilmu bunglon dan Jurus
Naga Berlari di Atas Langit yang semakin lama telah menjadi
semakin matang ini pada dasarnya membuat diriku sama
sekali tidak kelihatan. Kupandang Amrita, matanya dengan lemah menatapku,
tetapi ia tampak bahagia melihatku. Ia tampak seperti ingin
mengatakan sesuatu. Namun kota Thang-long yang tetap
hiruk pikuk dalam hujan salju membuat aku tak tahu di mana
harus berhenti dan bersembunyi. Angin melayangkan
gumpalan-gumpalan salju yang beterbangan bagai kapas,
tetapi aku tak dapat menikmatinya sebagai keindahan
melainkan penanda suasana hatiku bagaikan mengalami
kerontokan. Amrita mengalam i luka dalam. Tidak seorang pun
akan bisa menolongnya dengan luka seperti itu. Tidak juga
gurunya yang sakti mandraguna, Naga Bawah Tanah yang
tidak pernah memperlihatkan diri.
Sembari melayang kutatap wajahnya. Tampak ia ingin
mengatakan sesuatu. Bibirnya bergerak-gerak, dan airmata
mengalir dari sudut matanya, yang langsung tersapu angin.
Aku melayang dan hinggap pada sebuah tembok yang
membatas ke tetanggaan orang-orang kaya. Pada rumah yang
satu terlihat kegiatan pagi di kebun belakang rumah, para
pelayan menyiapkan penganan kukus untuk sarapan
majikannya, uap mengepul dari tudung yang dibuka oleh
perempuan-perempuan pelayan berbaju panjang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menutup seluruh tubuhnya; pada rumah yang lain, tampak
kosong tak terawat dengan tanaman tumbuh tak beraturan
dan salju tebal menumpuk, jadi aku melompat turun ke sana.
Kubaringkan Amrita di sebuah bangku panjang usang di
bawah atap. Sepintas kulihat ruang dalamnya penuh
perabotan, tetapi tak berpenghuni.
"Amrita..." Kataku pelan. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan.
Kupegang tangannya. Kudekatkan telingaku ke mulutnya yang
mengatakan sesuatu dengan sangat lemah seperti bisikan.
"Harimau Perang...," katanya, "merusak segalanya..."
Lantas wajahnya membeku. "Amrita!" Aku berteriak. "Amrita!" Putri Khmer itu tidak bergerak. Aku memeluknya dengan
mata yang telah menjadi basah.
(Oo-dwkz-oO) Episode 136: [Gagak Beterbangan Memenuhi
Langit] BURUNG-BURUNG gagak masih saja berdatangan memenuhi langit, lantas turun ke medan peperangan yang
telah menjadi sepi, tetapi penuh dengan mayat-mayat
bergeletakan dalam timbunan salju. Pemerintah Daerah
Perlindungan An Nam telah mengerahkan banyak petugas
maupun penduduk di pinggiran kota yang tidak berkasta,
untuk membersihkan tanah lapang medan pertempuran dari
mayat manusia maupun bangkai kuda, dan tentu saja mereka
yang masih hidup tapi terluka tanpa peduli kawan atau lawan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang-orang yang terluka dibawa dengan tandu, dipapah,
atau diangkut dengan gerobak ke dalam kota melalui
jembatan gantung yang sempat kuruntuhkan itu. Aku hanya
membabat putus tali raksasa tempat bergantungnya
jembatan, sehingga jika yang putus disambung kembali, maka
jembatan itu pun kembali ke tempatnya semula. Namun
mengangkat kembali jembatan yang telah tercebur ke sungai
itu tidaklah mudah, karena memerlukan tenaga beratus-ratus
orang, dibantu oleh empat ekor gajah pada kedua sisi sungai,
belum lagi menyambungkan tali putus dengan tepat yang
merupakan masalah tersendiri. Setidaknya memerlukan waktu
dua hari sebelum jembatan gantung pada empat mata angin
itu seluruhnya dapat dilewati kembali.
Sebelumnya, orang-orang sakit harus diseberangkan
dengan rakit, sementara mayat-mayat manusia dan bangkai
kuda dibakar bersama senjata-senjata yang menancap di
tubuh mereka, lengkap maupun tidak lengkap tubuhnya,
dengan atau tanpa kepala, lawan maupun kawan, apapun
agama dan suku bangsanya, tanpa kecuali dibakar habis tanpa
upacara dan pembacaan doa apapun juga. Senjata-senjata
logam yang bergeletakan dikumpulkan dan diangkut ke dalam
kota, karena yang rusak akan dipisahkan untuk dilebur dan
kembali ditempa oleh para pandai besi yang dipekerjakan
pemerintah, sedangkan yang masih utuh dibawa ke gudang
senjata sebagai milik negara.
Semua ini kuikuti dengan cermat, karena sejak kematian
Amrita diriku masih berada di Thang-long. Dalam beberapa
hari ini kudengar cerita tentang bagaimana pasukan
pemerintah telah berhasil memukul mundur pasukan
pemberontak dengan kemenangan gilang gemilang, meski
pada pihak pasukan pemerintah pun taksedikit jatuh korban.
Kusaksikan sendiri barisan pasukan pemerintah yang kembali
dari pengejaran pasukan pemberontak sampai ke tepi Sungai
Merah itu tampak lunglai, letih, dan lesu. Jumlah pasukan
pemerintah yang kembali mungkin tinggal separuhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mengingat jumlah mereka yang besar, tentunya mesti
dianggap pasukan pemberontaklah yang mendapat banyak
keuntungan. Namun dalam peperangan, banyak sekali juru
cerita mendapat tugas untuk menunjukkan yang sebaliknya.
Memang, jangan terlalu percaya kepada juru cerita, meski
kita boleh menyukai dan mengaguminya, karena cerita adalah
cerita, yakni kenyataan yang disusun kembali menurut
kehendaknya, dan tiada kenyataan yang sampai kepada kita
tanpa melalui susunan cerita yang terbebani suatu tujuan.
Maka petabumi dunia juru cerita terbanding dengan petabumi
dunia pendekar dalam persilatan, yakni bahwa terdapat juru
cerita yang mengandaikan dirinya wajib menyampaikan
kebenaran, yang terbandingkan dengan golongan putih; juru
cerita yang sengaja memutarbalikkan kenyataan demi
kepentingan tertentu, yang terbandingkan dengan golongan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hitam; dan juru cerita yang mengandaikan bahwa cara
bercerita itu sendirilah yang terpenting dalam bercerita, dan
bukan isi maupun tujuan yang ingin disampaikannya, yang
terbandingkan dengan para pendekar golongan merdeka.
Namun untuk sementara dapat kutafsirkan sendiri apa yang
terjadi melihat iring-iringan yang kembali dari pengejaran
tersebut. Betapapun, meski berada dalam pengejaran,
semakin jauh pengejaran berlangsung, semakin para
pemberontak itu kembali ke medan yang sangat mereka
kenal, dan karena itu bukan takmungkin pasukan pemberontak dapat menjebak pasukan pemerintah di tempat
tertentu. Kemudian akan kudengar cerita tentang pertempuran seru di sepanjang tepi Sungai Merah, ketika
pasukan pemberontak menyeberangi sungai, dan terus dikejar
karena tampak kelelahan, tetapi segera menghilang ke dalam
air untuk muncul kembali di belakang punggung setiap
anggota pasukan pemerintah yang sedang menyeberang di
sepanjang Sungai Merah itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam
tidak lagi meneruskan pengejaran, dan hanya dapat
menyaksikan ratusan kawan-kawan mereka yang terlanjur
menyeberang itu muncul kembali ke permukaan sebagai
mayat-mayat mengambang dengan luka gorokan. Demikianlah
terceritakan betapa Sungai Merah menjadi sungai yang
sungguh-sungguh merah karena darah dengan mayat-mayat
mengambang yang terbawa arus, seperti sengaja mengambangkan dirinya agar terbawa sampai ke lautan lepas.
Dalam iring-iringan yang melangkah dengan kepala tertunduk
meski umbul-umbul berkibar gagah, dan barisan berkuda yang
sebagian besar membawa mayat-mayat penunggangnya
sendiri, terbayang kisah sedih dari suatu pasukan yang
dikalahkan, sama sekali bukan kemenangan.
Betapapun penduduk Thang-long bergembira ria karena
pengepungan telah dipatahkan, meski hanya berarti bahwa
pemberontakan belum lagi tumpas. Kumasuki kota dengan
bersikap sebagai pengembara miskin yang banyak berkeliaran
di negeri-negeri yang dilanda peperangan dan bencana.
Meskipun di sana-sini terdapat pengawal bersenjata mondar-
mandir dan tandu mengusung orang sakit hilir mudik,
kehidupan ramai tetap berjalan seperti biasa, bahkan seperti
sengaja mengingkari suasana peperangan, yang oleh
pengepungan sebelumnya terasa amat menekan. Sejarah
peperangan selama ratusan tahun membuat penduduk
paham, alangkah mengerikannya jika para pemberontak
berhasil masuk dan menguasai kota. Dapat dipastikan betapa
penjarahan dan pembakaran akan diiringi pemerkosaan dan
pembunuhan yang tiada semena-mena, membuat kehidupan
porak poranda. Suasana sedikit banyak meriah, tetapi kepergian Amrita
telah meninggalkan kepadaku suatu perasaan yang kosong.
Ketika aku terpisah lama darinya, seperti saat dirinya diculik
Naga Kecil, masih dapat kubayangkan sebuah percakapan,
seperti dirinya masih ada, berpikir dan berbicara. Namun kini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bayangan semacam itu harus kugugurkan dengan terpaksa,
karena aku tidak mungkin mengenangnya tanpa rasa duka
yang sangat mendalam. AKU mengarungi Thang-long dengan perasaan hambar,
meski tujuanku tetap jelas, yakni mencari dan menyelidiki
peranan Harimau Perang, sebelum memutuskan apakah yang
harus kulakukan kepadanya. Membiarkannya tetap hidup
ataukah menantangnya bertarung sampai mati.
Pengembaraan yang telah membawaku kepada perang
melawan Negeri Atap Langit ini membuatku bertanya-tanya
tentang tujuan hidupku, apakah diriku masih bermaksud
mencari kesempurnaan dalam ilmu silat, dengan pertaruhan
nyawa dalam pertarungan dengan para pendekar, atau
sekadar pengembara yang hanya menikmati perjalanan dari
segi yang menyenangkan dirinya, antara lain dengan
menghindari segala sesuatu yang tidak harus menjadi
urusannya. Aku masih terus bertanya-tanya dan tidak merasa
harus menyelesaikan kebimbangan itu segera, karena
terpesona oleh dunia ramai yang tetap hiruk pikuk
menyembunyikan kesedihan mendalam. Dengan korban
sebanyak itu, bagaikan tiada mungkin ada keluarga yang tidak
kehilangan anggota keluarganya. Bahkan tidak usahlah terlalu
heran jika sesama orang Viet yang berhadapan dalam
pertempuran adalah keluarganya sendiri pula.
Demikianlah di antara hiruk pikuk pasar, pedagang keliling
di lorong-lorong, dan pesta kemenangan resmi pemerintah
Daerah Perlindungan An Nam dengan pawai di jalan-jalan
utama, kutemui upacara perkabungan di dalam rumah yang
dilangsungkan diam-diam dalam kegelapan. Dalam peperangan seperti itu, tiada jenazah dapat disaksikan untuk
menggenapkan perkabungan, bahkan terlalu sering tiada jelas
seorang handai taulan memang terbunuh sebagai pahlawan
atau hilang dalam penugasan. Maka memang ada dua jenis
doa, yakni bagi yang jelas tewas dan bagi yang hilang entah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih hidup atau nyawanya sudah melayang. Semerbak dupa
menggenang di antara keramaian, bagai mengingatkan atas
pengorbanan setiap orang sebagai ganti kenyamanan. Doa
membubung di antara salju bak kapas yang melayang ringan
di antara dingin angin yang mendesau dan bergumam
perlahan-lahan. Aku sungguh memasuki dunia baru, dan serentak dengan
itu teringat duniaku yang lama. Bagaimanakah kabarnya
Kamulan Bhumisambhara dengan berbagai persoalan di
sekitarnya" Apakah di Mataram Rakai Panunggalan masih
sibuk menghadapi sisa-sisa pengikut Rakai Panamkaran yang
menjadi gerombolan dan mengumpulkan segenap astacandala
tanpa kasta untuk memberontak dan merongrong kewibawaan" Begitulah para penguasa mengeluarkan prasasti
dalam batu berukir maupun lempengan emas dan tembaga,
untuk mengukuhkan kekuasaannya, tetapi pada masa depan
kelak siapa yang tahu kejadian apa saja berlangsung di
baliknya" Apa yang terjadi dengan Pendekar Melati, setelah gurunya
membawa ia pergi dalam keadaaan taksadarkan diri" Kuingat
gurunya mengundangku ke Gunung Halimun. Baru kusadari
sekarang betapa ajakan yang ramah itu dapat ditafsirkan
sebagai tantangan bertarung. Mungkin Pendekar Melati sudah
menamatkan pelajarannya sekarang. Kuingat perempuan
gurunya yang menandai kemunculannya dengan seruling itu,
jubahnya yang putih dan rambutnya yang putih, siapakah dia
sebenarnya" Aku masih terlalu muda dalam dunia persilatan.
Telah kualami cukup banyak pertarungan, bahkan tanpa
maksud bersombong diriku belum terkalahkan, tetapi kuakui
betapa masih miskin diriku dengan pertarungan melawan
pendekar-pendekar kenamaan. Bahkan pengetahuanku tentang para pendekar itu sendiri juga sangat terbatas.
Pendekar yang begitu sakti seperti perempuan guru Pendekar
Melati itu sendiri sampai sekarang takkuketahui namanya.
Kuingat ilmu Pendekar Melati yang mampu menyerap tenaga,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sampai lawan takberdaya, bahkan dalam pengembaraanku
selama ini pun, setelah bertemu berbagai macam pendekar
dengan ilmu mereka yang serba ajaib, belum pernah
melampaui kemampuan begitu rupa.
Kota-kota di Jawadwipa mungkin tidak semegah kota-kota
yang kutemui kemudian, tetapi sungguh Jawadwipa itu penuh
dengan pendekar tangguh takterkalahkan. Meskipun dengan
Jurus Bayangan Cermin yang kukembangkan menjadi Ilmu
Bayangan Cermin telah kukuasa i ilmu silat lawan sebelum
kukalahkan, sehingga perbendaharaan ilmu silatku cukup
banyak untuk kupilih maupun kugabungkan menjadi ilmu silat
yang membingungkan lawan, masih saja aku ragu apakah itu
cukup untuk mengalahkan satu saja dari Pahoman Sembilan
Naga. Padahal, jika aku sungguh ingin mencapai kesempurnaan dalam ilmu silat, harus kuujikan ilmu silatku
kepada mereka semua. AKU menghela nafas. Kurasa wilayah An Nam cukup jauh
dari Jawadwipa, yang dalam dingin angin bersalju di sini,
bagaikan terhirup kembali bau rumput segar dan kesejukan
hutan-hutan di sana. Bagaikan terdengar kembali desir angin
dari rumpun bambunya yang gemerisik, disela bunyi malas
dari genta tanah liat pada leher sapi yang menghela pedati,
yang membawa perempuan-perempuan tercantik berambut
lurus panjang berdada terbuka di atasnya. Baru kusadari
takpernah kutemui lagi pemandangan seperti itu di kota-kota
An Nam ini. Bukan sekadar karena musim dingin menuntut
setiap orang menutup badan, tetapi kebudayaan Negeri Atap
Langit yang banyak diikuti di wilayah ini membuat busana
setiap orang, juga busana prianya, menutup seluruh badan.
Begitulah di dunia yang asing bagiku ini aku harus mencari
seorang mata-mata licin yang disebut Harimau Perang. Pernah
kupikirkan bahwa dengan peranan sepenting itu, sangat
mungkin ia hanyalah nama yang diciptakan untuk mengecoh
lawan, atau memang ada tetapi jumlah orang yang bernama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama dengan segala kemiripan tubuh diperbanyak agar
tersamarkan. Kini bahkan kupikirkan kemungkinan, bahwa
nama Harimau Perang adalah nama yang selalu digunakan
siapapun dalam peranan itu, jadi memang satu orang, tapi
selalu berganti sepanjang masa peperangan. Jadi, Harimau
Perang mana yang dimaksud Amrita" Harimau Perang sebagai
suatu kesatuan jaringan, ataukah Harimau Perang tertentu
yang kali ini berkhianat dan bertanggung jawab atas seluruh
kegagalan pasukan pemberontak"
Pada 722 tercatat terdapatnya pemberontakan Mai-Thuc-
Loan; pada 767, jadi tigapuluh tahun lalu, ibukota didirikan di
sebelah selatan Thang-long sekarang, dan bernama Dai-la,
tempat kesenian Dai-la berkembang pesat; dan enam tahun
lalu, pada 791, maraklah pemberontakan Do-Anh-Han.
Mungkinkah jaringan rahasia Harimau Perang sebetulnya
ditanam sejak lama oleh wangsa manapun dari Negeri Atap
Langit untuk menggagalkan pemberontakan demi pemberontakan bangsa Viet untuk menggulingkan kekuasaan"
AKU masih terus berjalan sembari berpikir tentang apa
yang harus kulakukan. Dari manakah aku bisa mulai"
Kubayangkan bahwa dalam segala bentuknya, jika memang
benar Harimau Perang melakukan pengkhianatan, maka
tentunya ia bermukim di kota ini. Namun bagaimanakah cara
memastikannya" Kuingat perbincangan yang kudengar malam
itu. Bukankah mata-mata musuh disebar untuk me lacak jejak
dan membunuh Harimau Perang" Mereka yang kucuri dengar
malam itu, Pedang Biru, Cambuk Emas, maupun yang disebut
Tombak Gila, semuanya telah terbunuh olehku. Mereka tak
tahu menahu bahwa Harimau Perang itulah yang telah
merencanakan dan mengarahkan agar pasukan pemberontak
turun gunung, mengepung Thang-long, sementara perempuan
mata-mata mereka yang bergabung sebagai penghibur
serbaguna telah ditanam, untuk bertindak pada saat yang
tepat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Amrita mendapat keterangan tentang Harimau Perang dari
perempuan mata-mata, yang mungkin karena merasa sudah
dekat ajal lantas mengungkap saja rahasia yang mestinya
dibawa sampai mati. Tentu terdapat suatu masalah sehingga
rahasia itu diungkapnya, karena para mata-mata yang berani
dan tangguh seperti mereka seharusnya setia terhadap tugas,
yakni membawa rahasia ke alam baka, dan di sana pula
terletak kebanggaan atas pekerjaan ini. Apakah kesalahan
Harimau Perang sehingga rahasianya perlu terungkap sebagai
mata-mata yang ternyata mengabdi kepada pihak pemerintah" Sebagai perwira

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penghubung ia telah mengarahkan segenap pasukan pemberontak keluar dari
hutan, menyeberangi sungai demi sungai demi sungai,
mengalahkan dan mengejar pasukan pemerintah yang semula
dikirim untuk menumpas mereka, untuk mengepung Thang-
long, tempat mereka tertambus api.
Aku tentu bisa menebak apa pun, tetapi yang kuperlukan
adalah bukti. Penghianat bagi Amrita, artinya Harimau Perang
mengkhianati pasukan pemberontak; pengkhianat yang perlu
dibocorkan rahasianya, artinya Harimau Perang bermasalah
dengan pihak pemerintah Daerah Perlindungan An Nam.
Bukankah ini rumit" Lebih rumit lagi bagi orang luar sepertiku,
yang bahkan menafsirkan kehidupan sehari-hari saja mesti
berpikir seratus kali. Dunia mata-mata sungguh rumit, tetapi
menurut Sun Tzu, siapa yang memiliki pengetahuan lebih
banyak tentang musuhnya itulah yang lebih berpeluang
menang dalam perang. Pernah kudengar cerita tentang
burung elang yang terbang di atas perkemahan atau pasukan
yang sedang menempuh perjalanan ke tempat musuh.
Disebutkan bahwa melalui mata elang itulah seorang mata-
mata melakukan pengawasan, yang membuat burung apa pun
yang terbang di atas pasukan yang berangkat berperang
selalu menjadi sasaran para pemanah jitu.
Cerita ini bukan tanpa kebenaran, tetapi bukanlah bahwa
seorang mata-mata meminjam mata elang untuk melakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengawasan, melainkan betapa dari gerak-gerik burung elang,
bahkan burung apa pun di angkasa, seorang pengamat dapat
memperkirakan pergerakan yang berlangsung di bawahnya,
misalnya bahwa terdapat barisan pasukan. Maka cerita
tentang Harimau Perang pun kurasa bisa sama berkembangnya cerita tentang burung elang tersebut. Aku
memerlukan bukti untuk menentukan sikap, karena menurutku
haruslah ada seseorang yang bertanggung jawab atas
kematian Amrita. Betapapun ia tewas oleh pukulan tenaga
dalam yang telak dari belakang, sehingga punggungnya
hangus terbakar. Meskipun dalam keadaan perang, peristiwa
itu tidak terjadi di medan pertempuran yang hiruk pikuk dan
memang lazimnya tak berketentuan. Aku merasa berhak
menuntut sikap ksatria dari mereka, yang meskipun telah
tewas, masih menyisakan satu orang yang menyerangnya dari
belakang. Orang ini mungkin Harimau Perang, mungkin juga
bukan, tetapi satu maupun dua orang haruslah kutemukan.
Tanpa terasa aku telah mengelilingi kota tanpa tujuan
pasti. Kadang ikut arus orang ramai, kadang tiba-tiba
sendirian. Masih tampak korban-korban perang memasuki
kota, pertanda pasukan pemerintah ini memburu sampai ke
tempat yang jauh. Aku belum makan, tapi tidak merasa lapar.
Kekosongan perasaan setelah kematian Amrita membuat aku
tidak terlalu peduli kepada keadaan diriku sendiri seperti itu.
Semakin hari perasaan itu semakin kuat, bagaikan suatu gema
yang semakin jauh dari peristiwanya semakin tergandakan
maknanya. Tidak kukira bahwa cara kematian Amrita yang
begitu rupa telah mengubah sikap dan perasaanku kepadanya.
Semula aku sempat berpikir, jika pasukan pemberontak
akhirnya memasuki kota sebagai pemenang, aku akan
meninggalkan Amrita dengan kemenangannya untuk melanjutkan pengembaraan. Namun kenyataan berbicara lain.
Di depan sebuah kuil aku bergabung dengan orang-orang
yang mendapat sedekah makanan. Pada saat aku berada
dalam antrian seseorang menepuk bahuku dari belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 137: [Di Kota Than Long]
AKU menoleh. Sebuah wajah yang kukenal tersenyum lebar
dan tertawa tanpa berusaha menarik perhatian.
''Iblis Suci! Kenapa dikau ada di sini"''
Ia menyamar sebagai paria pengemis. Astacandala juga.
Golongan manusia yang tidak dianggap manusia, kecuali oleh
para rahib Mahayana di kuil itu, yang tentu tahu bagaimana
rasanya jadi pengemis. Meskipun igama Buddha tiada
mengenal kasta, keberkastaan dalam kehidupan masyarakatnya, yang semula menyembah Visnu, Durga, dan
Siva, tidaklah terhindarkan. Namun makanan yang dibagi
bukanlah hasil dari mengemis. Inilah dana amal Pemerintah
Daerah Perlindungan An Nam, keturunan campuran Han-Viet
itu, yang sengaja disediakan untuk menjaga ketenangan.
Diketahui bahwa sebagian besar dari mereka yang mengemis
itu pun bukanlah pengemis dalam arti paria yang
sesungguhnya. Kadangkala mereka adalah orang desa dari
pedalaman sahaja, para petani yang sawahnya disapu banjir
bandang atau desanya dibakar karena peperangan. Kedudukan orang desa memang bisa serba disalahkan, karena
pasukan pemerintah akan membumihanguskan desanya jika
dianggap telah berpihak kepada pemberontak, yang juga akan
dilakukan pasukan pemberontak jika mereka berpendapat
desa tersebut mengakui pemerintahan yang sah.
Tidak jarang, karena takut dibunuh dan diperkosa, oleh
pihak mana pun, desa-desa itu ditinggalkan begitu saja dalam
keadaan kosong. Daripada kehilangan nyawa, lebih menghinakan diri sebagai paria tak berkasta dalam kota,
tempat mereka merasa hanya akan dianggap sebagai
kumpulan lalat menjijikkan, yang tidak akan pernah dicurigai
dan diawasi. Justru karena itulah menyamar sebagai pengemis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adalah pilihan termudah mata-mata, dan sebaliknya para
pengawal rahasia istana selalu menempatkan pula mata-
matanya di sana. Demikianlah dunia yang aman bagi orang
desa dari kejaran pasukan mana pun adalah dunia yang sama
sekali belum terjamin bagi kaum mata-mata, yang menyamar
maupun mencari orang yang menyamar.
''Apakah dikau berharap diriku enak-enak minum arak di
suatu tempat, tanpa kepastian atas nasib kalian yang
menghilang dan tak kembali lagi" Di manakah Amrita"''
Tentu tak kujawab, dan kurasa Iblis Suci Peremuk Tulang
itu mengerti. Ia menundukkan kepala dan mendesah.
Betapapun kami bertiga lama bersama keluar masuk hutan
dalam berbagai pertempuran.
''Biar kudobrak saja istana dan mencari pengkhianatnya!''
Ia mendesis penuh amarah.
''Tidak bisa begitu Iblis Suci, mendobrak seperti membalik
tangan, tetapi menemukan yang bertanggung jawab atas
kematiannya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.''
''Ah! Kita bunuh saja seluruh isi istana! Siapa pun yang
berkhianat tentu ikut mati di s itu!''
''Tidaklah semudah itu, Iblis Suci, kita tidak akan
membunuh mereka yang tidak bersalah, sementara yang
bertanggungjawab tak kelihatan lagi.''
Aku memang memikirkan masalah ini. Dalam peperangan,
bagaimanakah menilai suatu pengkhianatan" Dalam pertempuran, bunuh membunuh bukanlah suatu kebersalahan, sementara jika kegiatan mata-mata merupakan
bagian dari perang, seberapa jauh suatu pengkhianatan harus
dianggap salah dan mendapat hukuman" Para pengkhianat
dihukum mati, tetapi dihukum mati sebagai pengkhianat dan
dihukum mati sebagai mata-mata pihak musuh yang berani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mati perbedaannya besar sekali; yang pertama terhina, yang
kedua sangat dihormati. Kegiatan mata-mata tak hanya membuka mata dan telinga
lantas menyampaikan segala keterangan yang didapatnya,
melainkan juga membujuk, merayu, menawarkan, dalam
tingkat penyamaran yang kadangkala sulit dipercaya.
Berusaha menjadi kekasih tercinta dengan permainan asmara
yang bergelora, bagi lelaki maupun perempuan mata-mata,
adalah cerita biasa; tetapi bagaimana dengan menjadi suami
atau istri, yang melahirkan anak segala" Bagaimanakah
caranya seseorang membangun keluarga tanpa cinta demi
tugasnya sebagai mata-mata"
Demikianlah pernah pula kudengar cerita tentang mata-
mata yang terserap dalam cinta, mengalahkan kepentingan
tugasnya, bahkan takjarang beralih pihak dan berkhianat,
sehingga mati terbunuh karenanya. Betapa tipis jarak antara
kesetiaan dan pengkhianatan, dengan alasan yang adakalanya
sangat bisa diterima, karena menolak tugas untuk membunuh
isteri atau suami dan anak sendiri tentu masuk akal adanya.
Tentu cerita tentang mata-mata yang terpaksa melenyapkan
anak, isteri atau suaminya sendiri, ketika siapakah dirinya
yang sebenarnya terbongkar, adalah cerita yang sering
beredar dari kedai ke kedai pula.
Pengemis di belakang kami berteriak marah.
''Kalian mau bicara atau mau makan" Cepat maju!''
TERNYATA yang di depan sudah maju begitu jauh, dan
rahib yang membagi-bagikan kentang itu tampak kesal
menanti. "Kalian berdua seperti tidak butuh makanan, masih
banyak orang antri di belakang kalian. Ayo cepat!"
Kutengok ke belakang, ternyata panjang juga barisan,
bahkan sampai keluar halaman. Kurasa sudah sangat bagus
pembagian makanan untuk orang miskin ini tidak berlangsung
kacau. Di hadapan rahib berjubah merah berlapis kuning itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kuulurkan batok kelapa yang kubawa. Seketika batok kelapa
itu segera penuh dengan kentang panasnya mengepulkan
uap. Aku mendadak merasa lapar dan segera menepi, agar
Iblis Suci bisa maju ke depan. Saat itulah rahib tersebut
terbelalak. Rupanya ia mengenali Iblis Suci. Aku teringat
riwayat Iblis Suci Peremuk Tulang dari Sungai Hitam yang
kuilnya dihancurkan pasukan pemerintah karena menampung
keluarga pemberontak. Ia memanggil Iblis Suci dengan sebuah nama yang tidak
dapat kueja. Setelah itu mereka berpelukan sambil menangis
dan mengeluarkan kata-kata dalam bahasa burung. Aku mulai
memahami bahasa orang Viet sedikit demi sedikit, sedangkan
seperti kebudayaannya, bahasa Viet juga banyak menyerap
bahasa Negeri Atap Langit. Maka alangkah mengherankan
bagiku betapa diriku taksepatah pun memahami bahasa yang
mereka ucapkan. Baru nanti akan kusadari betapa Negeri Atap
Langit itu merupakan negeri yang betul-betul besar, bukan
hanya karena luas wilayah yang dicakupnya, tetapi juga
keragaman bahasa yang takpernah terduga keberbedaannya.
Anak Berandalan 3 Shugyosa Samurai Pengembara 8 Malaikat Pencabut Nyawa 1
^