Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 8

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 8


Orang-orang yang antri berteriak kepada rahib itu.
"Hei pendeta! Jangan asyik sendiri! Tugasmu membagi
makanan kepada kami!"
Kusaksikan orang-orang yang sungguh dekil. Wajah-wajah
berbulu tak terurus. Baju tebal bertambal-tambal. Karung
yang mereka bawa entah berisi apa. Orang-orang yang
desanya terbakar maupun yang desa-desanya terendam air.
Kanak-kanak yang menempel di punggung ibunya seperti
monyet, dengan wajah-wajah serba ketakutan tanpa
kepercayaan diri sama sekali, sementara ibunya sibuk
mengulur-ulurkan tangan dengan wajah mengiba agar segera
mendapatkan makanan sedekah.
Kulihat Iblis Suci mengatakan sesuatu kepada rahib, dan
rahib yang kurasa masih muda itu memanggilku dengan
pandangan mata penuh belas. "Datanglah kemari Anak,"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya, "masuklah ke kuil bersama temanmu ini, di sana
banyak makanan untukmu."
Ah! Apakah yang telah dikatakan Iblis Suci Peremuk T ulang
itu tentang diriku" Sementara rahib itu kembali sibuk, Iblis
Suci berlagak merangkul bahuku dan mengajakku masuk ke
bagian dalam. Ia berbisik di telingaku.
"Rahib itu temanku. Lebih baik kita bersembunyi di sini
sambil mencari keterangan. Kukatakan kamu sakit dan sudah
tiga hari tidak makan."
Pantaslah rahib itu memandangku begitu rupa!
Kami menembus lorong panjang menuju asrama tempat
para rahib bermukim. Di dalam sana lebih banyak lagi
makanan, meskipun tidak ada yang berasal dari makhluk
hidup, tetapi sambil melangkah kami telah menghabiskan
kentang. Jadi tiba di tempat kami ikuti saja suatu upacara
pembayatan Bodhisattva, makhluk yang bertekad untuk
mencapai Kebuddhaan bagi kepentingan segala makhluk lain
itu. Ia telah melakukan sumpah dalam suatu upacara
memasuki mandala yang disebutkan kitab Sang Hyang
Kamahayanan Mantranaya sebagai berikut:
seandainya ada seseorang yang benci kepada Sang Hyang
Samaya tetapi yang ingin melaksanakan Sang Hyang Mantranaya
seandainya ada seseorang yang telah mengingkari
sumpahnya sesudah mengalami pembayatan
tetapi masih juga mengharapkan pengajaran
hasil apakah yang diharapkannya"
bila bertemu dengan guru, maka guru itu dihinanya;
orang demikian yang menunjukkan kebencian
terhadap samaya dan yang mengingkari samaya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat disuruh untuk dibunuh
ia tidak dilindungi oleh Bhatara
karena ajaran Bhatara Hyang Buddha haruslah dipelihara
serta Sang Hyang Samaya haruslah ditepati
sehingga mereka yang memusuhi samaya
akan mendapatkan kematian sebagai hasilnya
INILAH kesempatan terakhir seorang murid untuk
mengundurkan diri, jika ia mengalami keraguan untuk
mengikuti Sang Hyang Samaya dengan akibat yang
menakutkan itu. Sejauh yang pernah kudengar, dalam
Mahayana terdapat dua macam pengucapan sumpah, yaitu
pengucapan sumpah bagi para rahib atau pendeta, dan
pengucapan sumpah bagi seorang Bodhisattva yang
diucapkannya sebelum ia memasuki jalan kebodhisattvaan.
Bagi mereka yang akan memasuki jalan Tantrayana, maka
mereka ini pun harus mengucapkan sumpah, yang hanya
diperuntukkan bagi yana. Adapun yana berarti cara, jalan,
atau kendaraan. Demikianlah rahib yang tentu juga seorang yogin itu, yakni
orang yang telah melaksanakan yoga dengan sempurna itu
bersumpah. "Saya mengucapkan Sumpah Agung ini, hai Raja atas
Segala Hukum; jika saya sampai mengingkarinya saya mohon
kepada para Buddha dan Bodhisattva mereka semua yang
melindungi jalan mantra yang tertinggi cabutlah dari dalam
diriku jantung dan darahku."
Aku terhenyak. Benarkah murid yang menghindari
sumpahnya harus dibunuh"
"Sumpah atau samaya ketiga dalam Tantrayana, yang
diucapkan sebelum memasuki mandala ini, harus diartikan
sebagai sumpah yang diucapkan murid itu sendiri, jadi bukan
dibunuh oleh guru, atau orang yang diperintah untuk
melakukannya," ujar Iblis Suci kepadaku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ya, sekarang aku teringat, seperti pernah kuceritakan pula,
seorang guru sebelum murid itu bersumpah berkata.
"Dikau dilarang untuk membicarakan tentang rahasia yang
tertinggi dari Para Tathagata ini dengan mereka yang belum
pernah memasuki mandala. Jika sumpah dikau terputus, dan
jika dikau tidak menepatinya, maka pada waktu dikau
meninggal, dikau pasti akan jatuh ke Neraka."
Sesudah mengucapkan sumpahnya, Bodhisattva itu
menjalani pembayatan sambil memasuki mandala, seperti
meminum vajrodaka. Aku pun memikirkan kembali makna
mandala itu, yang terdiri dari empat jenis: yang dibuat dari
bubuk berwarna, yang dilukis di atas kain, yang diciptakan
melalui dhyana , dan yang mempergunakan badan sebagai
mandala. Adapun mandala dalam Sang Hyang Kamahayanan
Mantranaya adalah mandala yang diciptakan melalui dhyana,
karena penciptaannya melalui upacara pembuka-mata.
"TENTANG mandala yang diciptakan melalui dhyana," ujar
Iblis Suci lagi, "tidaklah semua guru atau murid mampu untuk
memberi atau menerima pembayatan. Lebih tepat untuk
dikatakan, bahwa hanyalah mereka yang mempunyai
kepribadian menonjol, seperti misalnya guru yang teguh
samadhinya, murid yang telah mampu menguasai alat
inderanya dan telah mantap keyakinannya."
"Tapi bagaimana mungkin suatu mandala yang hanya
diciptakan melalui penglihatan itu dapat dimasuki?"
Sengaja kuuji pengetahuan Iblis Suci Peremuk Tulang itu
sebagai bekas rahib. Mungkin tahu diuji, kulihat senyum
tersembunyi ketika menjawab.
"Istilah yang pertama mengandung arti lebih pada
perenungan daripada arti memasuki mandala secara lahiriah,
karena tiada seorang pun yang akan menginjak atau
memasuki mandala yang terbuat dari bubuk berwarna, untuk
tujuan apa pun." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Masih kami ikuti upacara itu.
"Baiklah, sekarang pertajamlah pandanganmu, pada waktu
berada dalam Sang Hyang Mandala," kata gurunya, "dengan
demikian dikau telah terpaut pada mandala, telah dituntun
untuk membuka rahasia. Sebagai hasilnya, hilanglah segala
dosa-dosamu, bagai dibasuh sampai bersih, lenyap sampai ke
akar-akarnya. Legakanlah perasaanmu, jangan sampai
sangsi." Tidakkah pernah kuceritakan pula soal ini" Iblis Suci
berbisik kembali di telingaku.
"Uraian itu menguatkan kembali perumusan, bahwa
mandala yang dimaksud adalah diciptakan kembali me lalui
dhyana. Penguatan itu dapat dilihat dari kalimat, 'pertajamlah
pandanganmu'. Juga uraian yang telah memastikan sejak awal
pembicaraan, bahwa Dewa yang 'dibayangkan' dan kemudian
juga 'diundang' adalah Vajradhara."
Vajradhara" Iblis Suci itu tidak menyebutkannya sebagai
Buddha atau Jina. Apakah yang dipelajarinya juga berasal dari
Sang Hyang Kamahayanan Mantrayana yang beredar di
Jawadwipa" Murid itu pun sambil menutup mata, melemparkan
sekuntum bunga ke dalam mandala, yang dalam ruangan
tertutup itu terlindungi dari hujan salju. Kedudukan Dewa
tempat bunga itu jatuh akan menjadi Dewa murid tersebut.
Demikianlah upacara itu berlangsung terus sampai pada
saat pembayatan air, yang disebut toyabhiseka, sebagai
bagian pertama dari Pembayatan Lima Bejana.
"Melalui pembayatan air," ujar Iblis Suci, "dengan
melakukan dhyana atas cara yang ditentukan, seseorang akan
mampu mencuci bersih segala noda yang menghalangi
pencapaian tingkat Kebudhaan dengan sempurna dalam
keluarga yang sudah ditentukan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pembayatan air adalah suatu tingkat pengalaman yang
dijalani Bodhisattva, yang merupakan tahap pertama dari
serangkaian empat pembayatan tertinggi dalam tingkat
pengalaman anuttarayoga-tantra. Sampai pada tingkat
pencapaian pengalaman ini, seorang Bodhisattva itu telah
dinyatakan menerima ajaran Tantrayana menguraikan segala
rahasia, dengan segala akibat dan kewajibannya, serta juga
dengan segala kemungkinan untuk memperoleh hasilnya.
SETELAH itu, ia harus mengikuti upacara persiapan, karena
tanpa dikukuhkan melalui pembayatan, badan manusia biasa
disebutkan tiada akan kuat menahan kekuatan Vajradhara,
suaranya tiada akan kuat mengumandangkan mantranya, dan
batinnya tiada akan kuat melaksanakan samadhi terhadapnya,
yang mempunyai hakikat ketiadaan. Setelah menerima
pengukuhan ini, Bodhisattva tidak hanya diizinkan melaksanakan segenap upacara atau menjalankan semua
ajaran yang telah diturunkan, tetapi juga telah mampu
melakukannya sendiri melalui kekuatan yang disalurkan lewat
gurunya. Untunglah bahasa dalam upacara ini adalah bahasa
Sansekerta, jika berlangsung dalam bahasa orang-orang Viet,
tentulah aku hanya dapat mengikutinya sepotong-sepotong,
meski sebagian isi Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya itu
pernah pula kubaca, meski dalam bahasa dan huruf yang
digunakan di Jawadwipa. Demikianlah guru itu berujar.
"Sekarang giliranmu untuk melaksanakan Sang Hyang
Mantranaya, sudah selayaknya seseorang seperti dikau
memasuki Sang Hyang Marga. Selanjutnya apabila dalam
melaksanakan abhyasa Sang Hyang Mantra disertai dengan
ketekunan, maka dikau pasti akan menemukan Kesempurnaan, sehingga akan terlepas dari gangguan Mara
serta kekuatannya. Oleh karenanya legakanlah perasaan
dikau. Upayakanlah untuk terus menerus melaksanakan Sang
Hyang Mantra dengan penuh pengabdian."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan mengikuti upacara ini secara langsung, kini aku
tahu bahwa yang tertulis dalam Sang Hyang Kamahayanan
Mantranaya itu hanya sebagian. Apakah itu merupakan hasil
penafsiran, ataukah peniruan yang kurang sempurna" Apa
yang diuraikan Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya
hanyalah hasil upacara itu, sedangkan yang harus dilalui untuk
mencapai hasil itu tidak diungkapkan. Adapun hasil yang
dicapai Bodhisattva ini agaknya dibandingkan hasil yang diraih
oleh Bhatara Sri Sakyamuni, yakni dengan kekuatan
Mantranaya yang menaklukkan beserta balatentaranya.
Tentang kerahasiaan ajaran Tantrayana, berkatalah pula
gurunya yang konon dalam usia 90 tahun, masih tampak
seperti 50 tahun saja. "Jagalah baik-baik Sang Hyang Samaya oleh dikau, dan
jangan sampai tidak dengan sepenuh hati di dalam dikau
menjaga kerahasiaannya. Hendaknya dikau ketahui pula
kepada siapa seyogyanya Sang Hyang Samaya itu diajarkan.
Hendaknya ia dinilai kemampuannya, perasaannya, kelakuannya, dan ciri-ciri tubuhnya; demikian juga apakah ia
itu teguh keyakinannya dan apakah ia bersungguh-sungguh
terhadap Sang Hyang Mantra.
"Dalam hal inilah dikau bertindak sebagai penjaga pintu
Sang Hyang Rahasya. Namun demikian, janganlah ragu-ragu
dan jangan pula segan-segan untuk mengajarkan Sang Hyang
Samaya yang kuat keyakinannya, adhimukti sattva, karena
dikau telah diberi izin oleh para T athagata untuk mengajarkan
Sang Hyang Samaya, atau lebih telah diizinkan oleh Bhatara
untuk melaksanakan semua perintah para Tathagata."
Sembari menelan sisa-sisa kentang yang telah diremukkan
itu, kuperhatikan adanya penyamaan dan pembedaan arti dari
kata Bhatara dan Tathagata dalam satu kalimat. Kiranya
terdapat dua tingkat pengalaman, yakni Vajradhara sebagai
benih yang disebut hetu, dan Vajradhara sebagai hasil yang
disebut phala. Diterapkan dalam kalimat sang guru, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bhatara melambangkan Vajradhara yang pertama, sedangkan
Tathagata melambangkan Vajradhara yang kedua.
SAAT itu datanglah rahib teman Iblis Suci Peremuk T ulang.
Ia berteriak dalam bisikan.
''Apa yang kalian lakukan di sini" Untuk apa kalian
mengikuti upacara membosankan ini" Sudah daku bilang tadi,
di dalam sana itulah terdapat banyak makanan!''
Ia menggamit kami berdua meninggalkan upacara
pembayatan dan terus berjalan sepanjang lorong yang gelap.
Dari arah depan sejumlah rahib dengan jubah mereka yang
kuning dan merah tampak akan berpapasan. Sebetulnya aku
sama sekali tidak bosan dengan upacara itu, meski bukan
upacara itu benar yang memikatku, melainkan segenap
pemikiran di baliknya. Namun Iblis Suci Peremuk Tulang telah


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperkenalkan aku sebagai pengemis bodoh kelaparan, jika
aku tampak berbeda dari yang dikatakannya, bukan rahib
temannya itu yang kukhawatirkan, melainkan mata-mata yang
mungkin saja sudah lama tertanam dalam kuil tersebut.
Meskipun pengepungan telah dibubarkan dan pasukan
pemerintah dianggap meraih kemenangan, betapapun
kematian Amrita menunjukkan bahwa kota ini masih sangat
waspada terhadap penyusupan. Sudah sangat sering terjadi,
pasukan yang kalah dalam pertempuran akan berusaha
menebusnya dengan penyusupan, saat pihak yang menang
berada dalam kelengahan, untuk melakukan pembunuhan
gelap atas para pemimpinnya.
Kuingat tentang bodhicitta, kitab Sang Hyang Mahakayanan
Mantrayana menguraikannya seperti berikut.
Sang Hyang Bodichitta janganlah dikau tinggalkan
bodhicitta berarti Sang Hyang Vajra dan Sang Hyang Mudra
karena yang terdiri atas keduanya
akan membuat dikau menjadi Hyang Buddha kelak
yang membuat dikau terbebas
dari keterikatan pada bentuk badan dikau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melalui pengabdian kepada Sang Hyang Vajra, Ghanta, dan Mudra
Sejauh yang masih kuingat dari ma lam-malam perbincangan Sepasang Naga dari Celah Kledung dengan para
bhiksu maupun bhiksuni yang selalu kucuri dengar, kuketahui
bahwa bodhicitta yang harus dipupuk ini juga dikenal dalam
tingkat ajaran Mahayana di samping tingkat Tantrayana.
Dalam ajaran Tantrayana menurut penafsiran Anandagarbha
dikenal adanya lima rahasia, yakni bodhicitta, pengertian
terhadapnya, pencapaian pengalaman atasnya, sesudah
dialam i untuk tetap dikuasa i, dan pengetahuan tersendiri
sebagai hasil yang dicapai atas pengalaman itu.
Kemudian, kelima rahasia itu diungkapkan melalui bahasa
semu, yakni dengan perbendaharaan kata yang berhubungan
dengan sanggama, untuk menyembunyikan pengertian yang
dirahasiakan itu. Dengan kata lain, langkah-langkah menuju
pencapaian pengalaman bodhicitta itu dilambangkan sebagai
langkah-langkah persanggamaan. Dalam perlambangan semacam itu bodhicitta dilambangkan sebagai Vajrasattva,
sedangkan yang lainnya, seperti pengertian, pengalaman,
penguasaan, dan pengetahuan, berturut-turut dilambangkan
sebagai empat devi. Perwujudannya dalam bentuk susunan
dewa-dewa , mereka itu dilukiskan sebagai mandala yang
dirahasiakan dan disebut sebagai Kota Kebebasan.
Diungkapkan bahwa hubungan antara bodhicitta dengan
keempat rahasia yang lain itu ibarat hubungan sanggama
antara Vajrasattva dengan keempat devi yang terjadi di dalam
mandala yang dirahasiakan. Hubungan itu dilakukan untuk
menghadirkan rahasia yang lebih mendalam, yakni maha-
sukha. Menurut Anandagharba, vajra dalam bahasa semu
menyembunyikan arti kemaluan lelaki, sedangkan mudra
adalah pasangan perempuan dalam upacara bersanggama,
dan akhirnya bodhicitta yang terdiri atas atau tercipta dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua unsur tersebut berarti benih. Dalam naskah lain,
Hevajra-tantra, diartikan bahwa bodhicitta adalah perpaduan
antara yogin dan mudra, yang masing-masing melambangkan
karuna dan sunyata. Sesungguhnya, langkah-langkah perpaduan antara yogin dan mudra itu sendiri merupakan
langkah-langkah dhyana, sebagai padanan terhadap langkah-
langkah perpaduan antara upaya dan prajna.
BAGAIKAN masih kudengar suara bhiksu tua di pondok
kami waktu itu. "Upaya atau yogin, dalam Hevajra-tantra, melambangkan
kesadaran akan kebenaran yang diakibatkan oleh kehadiran
karunia rasa iba terhadap penderitaan makhluk serta
timbulnya niat untuk menolong membebaskan diri mereka dari
penderitaan. Disebut upaya karena merupakan sarana-agung
untuk mencapai Kebuddhaan secara sempurna. Tentang
mudra yang disebut juga prajna, adalah sunyata dalam
pengertian semua dharma itu tidak terciptakan, yang disebut
utpada. Demikian juga dengan segala makhluk, karena tiada
apa pun yang tercipta dengan sendirinya atau dari benda-
benda lain, atau dari keduanya, dan atau dari tidak dari
kedua-duanya." Begitulah rahasia yang berlindung di balik bahasa semu
tentang persanggamaan itu ada kalanya hanya ditangkap
bahasa semunya sahaja. Itulah saat para rahib gadungan
yang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti
mempermainkan pengertian peleburan dalam sanggama
sebagai persanggamaan yang sebenarnya, agar mendapat
banyak pengikut yang akan dengan sukarela bersanggama
satu sama lain, terutama dengan dirinya! Para rahib cabul
yang menjajakan gagasannya di antara para pelacur ini
bertebaran di mana-mana dan memberikan nama buruk bagi
penganut Tantrayana. Kami masih melangkah sepanjang lorong, ketika aku
berpikir bahwa Nagarjuna tentulah telah membaca kitab-kitab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tua sebelum menuliskan kitabnya sendiri, karena aku
merasakan suatu hubungan dengan cara berpikirnya. Kami
belum berpapasan dengan sederet rahib di depan. Aku dan
Iblis Suci berpandangan. Kami sudah saling mengerti,
sementara teman rahibnya tersebut masih terus bicara penuh
sukacita karena pertemuannya kembali dengan Iblis Suci
Peremuk T ulang. Namun ia mendadak tertegun ketika melihat
para rahib yang berendeng maju ke depan. T entu ia tertegun
karena tidak mengenal mereka!
Meski lorong itu gelap, sisa cahayanya masih memperlihatkan pisau melengkung yang digenggam para
rahib itu di balik jubahnya, ketika angin musim dingin
bagaikan tiba-tiba saja menemukan jalan masuk ke lorong,
dan menyibakkan jubah mereka. Pisau me lengkung itu
berkilat, begitu siap menebas leher maupun perut siapa pun
jua. (Oo-dwkz-oO) Episode 138: [Kuil Pengabdian Sejati]
LORONG di dalam kuil itu luas, karena tak hanya sekadar
ruang yang menghubungkan ruang satu dengan ruang lain,
melainkan juga tempat pemujaan dengan genta-genta,
gambar pahatan pada dinding yang menceritakan perjalanan
Siddharta Gautama, dan lilin-lilin yang menyala di bawahnya.
Asap dari lilin-lilin itu membuat mata pedas, tetapi udara
musim dingin di luar yang begitu menusuk membuat orang-
orang tetap saja masuk, mencari sekadar kehangatan dengan
pura-pura berdoa dan lain sebagainya.
Begitulah suasana di dalam lorong ketika pisau melengkung
itu menyambar dari balik jubah dan dengan seketika saja
sudah berada di dekat urat leherku. Setidaknya sepuluh
bikhsu, atau orang-orang yang menyamar sebagai bhiksu,
bergerak cepat dengan pisau melengkung yang seperti punya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata. Aku pun berkelebat dengan kecepatan kilat, yang
membuat pisau itu berdesir di samping telingaku. Serangan
yang sama juga terarah kepada Iblis Suci Peremuk Tulang,
maupun rahib kenalannya yang bagaikan tak terlalu sadar
betapa ujung pisau melengkung siap mencongkel matanya!
Sepuluh pembunuh berbusana bhiksu itu tak hanya
bergerak cepat, tetapi juga mengepung kami, lima menyerang
dari depan dan lima lagi berkelebat untuk menyerang dari
belakang. Namun aku dan Iblis Suci Peremuk Tulang belum
tertarik untuk mati di tempat ini, maka berkelebatlah kami
menghadapi serangan ini. Demikianlah dalam kegelapan pisau
berkilat karena cahaya lilin, di antara kibar jubah kuning dan
merah itu aku berkelebat melakukan menghindar maupun
serangan balasan. Mereka bergerak sangat amat cepat,
sehingga setiap kali hanya kulihat pisau berkilat yang dengan
kemelengkungannya itu tergerakkan dengan indah meski
penuh ancaman. BEGITULAH maut di ujung pisau melengkung itu
mengejarku dengan kilatan cahaya yang mendahuluinya.
Semenjak pertempuran berakhir pedang biru dan cambuk
kuning keemasan itu tidak kubawa lagi, aku menukarnya
dengan sejumlah uang di tempat seorang pandai besi
pembuat senjata, yang pura-pura tidak tahu menahu itu milik
siapa. Aku tidak butuh senjata bagi ilmu silatku, tetapi aku
butuh uang, sehingga aku merasa tidak ada salahnya menjual
kedua senjata mestika itu. Jika aku menyamar sebagai paria
pengemis, tidak berarti bahwa dalam arti sebenarnya aku
harus tidak punya uang; sebaliknya juga adalah wajar bagi
seorang paria untuk menjual apa pun yang ditemukan, karena
memang tak tahu apa gunanya bagi dirinya.
Maka tak dapat kumanfaatkan kilatan cahaya yang
mendahului itu, m isalnya dengan pantulan pedang biru, tetapi
harus kutunggu pisau itu semakin dekat agar bisa kurebut.
Namun kecepatan mereka luar biasa, sehingga aku harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terus waspada, karena kelengahan sedikit saja akan bisa
membuatku tidak pernah pulang ke Jawadwipa. Aku
berkelebat menghindari gulungan cahaya merah dan kuning,
dengan kilatan tajam pisau di tengah-tengahnya. Perlawananku menjadi sulit, karena mereka berusaha juga
membunuh rahib kawan Iblis Suci itu. Mereka tahu betapa
diriku dan Iblis Suci Peremuk Tulang tidak akan pernah
membiarkan hal itu terjadi, dan karena itu mereka
menggunakannya untuk memecah perhatian kami.
Pertarungan yang tidak dapat diikuti mata awam ini hanya
terdengar sebagai desis, desau, dan desir bagi mereka; kukira
demikian juga bagi kawan rahib baik hati yang berada di
tengah-tengahnya. Ia ta ktahu sama sekali betapa setiap saat
nyaris mati. Begitulah suatu ketika, karena mesti memukul
jatuh pisau yang mengarah ke jantungnya, suatu dorongan
pukulan membuatku terlempar ke dinding, dan terbanting
tepat pada gambar pahatan Siddharta Gautama di bawah
pohon bodhi. Pada saat yang sama suatu bayangan kuning
merah yang dari desirnya kuketahui sebagai jubah para bhiksu
palsu, tidak hanya satu tetapi tiga pisau melengkung menikam
dari kanan, kiri, dan belakang. Itulah Jurus Tiga Perawan
Mencabut Bunga yang taklebih takkurang maksudnya
memastikan berhasilnya pencabutan nyawa.
Inilah saatnya aku bergerak lebih cepat dari kilat, saat
gerakan mereka tampak menjadi sangat lambat, sehingga aku
sempat menyambar lilin dan dengan sentakan menjadikan
apinya sebagai bola api yang menyambar jubah ketiganya.
Seketika terdengar raungan manusia yang terbakar. Itulah
Jurus Anak Perawan Bermain Api yang sudah jarang dipelajari
lagi. Jubah yang mereka kenakan membuat tubuh mereka jadi
obor menyala yang berjalan tertatih-tatih menabrak dinding.
Lorong itu menjadi terang benderang dan mengundang lebih
banyak orang. Semuanya para bhiksu penjaga keamanan yang
masuk dari kedua ujung lorong dengan senjata toya mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Iblis Suci Peremuk Tulang telah melumpuhkan dua lawan
yang tergeletak layu bagaikan tanpa tulang. Tinggal lima
bhiksu palsu yang kini terkepung dan saling memunggungi.
Para bhiksu dari kedua sisi semakin mendekat.
"Siapa kalian semua" Berani-beraninya bikin onar di Kuil
Pengabdian Sejati ini hah?"
Keadaan sangat menegangkan. Aku tahu kemampuan
bhiksu penjaga keamanan sangat tinggi. Jika bhiksu penjaga
keamanan datang sebanyak itu dengan kemampuan
permainan toya mereka yang terkenal, bagaimanakah aku bisa
keluar dari Kuil Pengabdian Sejati ini dalam keadaan hidup"
Aku menyiapkan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama,
bersiap menghadapi kemungkinan bahwa para bhiksu itu akan
memberi hukuman kepada siapa pun yang dianggap menodai
kesucian kuilnya. Betapapun aku merasa tidak bersalah, dan
karena itu aku harus melawan.
"Bukan hanya bikin onar, tapi juga menumpahkan darah!
Hukuman seperti apa yang kalian harapkan jika bukan
seberat-beratnya hukuman?"
Aku tak tahu apakah bhiksu di kuil pertapaan boleh
melakukan sembarang penghakimannya sendiri. Namun Kuil
Pengabdian Sejati terletak di tengah keramaian Kota Thang-
long, tempat segala nilai tidak selalu bisa dipegang seperti
ujaran dalam kitab yang taklekang oleh waktu.
Rahib kawan Iblis Suci Peremuk T ulang mengangkat kedua
tangannya dan mengeluarkan bahasa burung. Ia lantas
bersujud. Kuawasi sisa lima bhiksu pembunuh yang masih
hidup. Mereka saling melirik dan memandang dengan cepat.
"Kawanku berkata kita tidak bersalah, dan bahwa dialah
yang telah mengajak kita berdua masuk kemari, sebelum kita
menyelamatkan dirinya dari senjata para pembunuh yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak dikenalnya. Lantas dia menyerahkan dirinya untuk
dihukum jika bersalah," kata Iblis Suci Peremuk Tulang.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KAWAN bhiksu yang baik hati itu bersujud di tanah. Ia tidak
akan bangun jika bhiksu kepala kuil tidak mengatakan ia boleh
berdiri. Seorang bhiksu penjaga keamanan yang agaknya
memimpin regu bertoya ini menunjuk Iblis Suci Peremuk
Tulang. ''Daku mengenal dikau sebagai bhiksu malang dari Sungai
Hitam yang berubah menjadi seorang pendendam. Kami
sayangkan tidak cukup dalam penghayatan dirimu atas Jalan
Kebuddhaan, janganlah mengaku sebagai rahib yang mampu
menahan godaan duniawi untuk membalas dendam. Namun
kami percaya dalam hal ini dikau tak bersalah. Minggirlah
bersama kawanmu itu, agar kami bisa menangkap para bhiksu
yang tidak pernah kami lihat batang hidungnya ini!''
Bisa kuikuti kata-katanya karena ia menggunakan bahasa
Viet. Barisan toya bergerak membentuk kedudukan yang
mengepung sisa lima pembunuh itu, melepaskan kami berdua
dari pengepungan, sementara kawan bhiksu satu itu masih
terus bersujud di tengah ketegangan.
Aku mengikuti perkembangan dengan sangat khawatir.
Namun aku terlambat. Kelima bhiksu gadungan itu bergerak
sangat cepat, berputar sambil menyebarkan jarum-jarum
beracun dari balik jubahnya. Suaranya mendesis mengerikan
karena banyaknya jarum beracun yang siap mencabut nyawa
itu. Dengan cepat pula para bhiksu penjaga keamanan
memutar toya mereka untuk menangkis, tetapi jarum-jarum
beracun itu dilepaskan oleh para pembunuh gelap yang sudah
berpengalaman. Sebagian bhiksu berhasil menepis rontok
jarum-jarum itu, tetapi sebagian yang lain meski dapat pula
merontokkan sebagian jarum-jarum tersebut, tetap saja tewas
terjengkang dengan badan menghitam, ketika satu dua jarum
menembus mata, leher, dan jantung mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun serangan jarum-jarum beracun itu sendiri pun
adalah suatu tipuan, karena belum lagi para bhiksu penjaga
keamanan itu selesai memutar toya masing-masing seperti
baling-baling untuk menepis jarum-jarum terakhir, kelima
bhiksu palsu dari jaringan rahasia pembunuh gelap itu telah
menelan butiran obat beracun untuk bunuh diri.
Mendadak saja mereka jatuh terbanting dengan mulut
berbusa. Tidak ada keterangan yang bisa digali dari mereka.
Namun mereka tidak mati sendirian, tidak kurang dari dua
belas bhiksu ikut mati bersama mereka.
Bhiksu kepala penjaga keamanan itu mengambil sebilah
pisau melengkung dan memeriksanya dalam sisa cahaya api
korbanku yang masih menyala. Aku pun dapat melihatnya dari
jauh. Pada bidang lebar pisau itu terukir gambar seekor ular.
''Hmmhh!'' Bhiksu kepala itu mendengus, dan pisau melengkung di
tangannya itu dipatahkannya menjadi dua!
(Oo-dwkz-oO) DEMIKIANLAH untuk sementara aku dan Iblis Suci Peremuk
Tulang diminta para bhiksu untuk tinggal di Kuil Pengabdian
Sejati. Bagi mereka, siapa pun yang terancam oleh perburuan
kelompok jaringan rahasia pembunuh gelap Kalakuta, bukan
hanya terancam bahaya dan harus dilindungi, melainkan juga
harus dibela karena berada di pihak orang-orang baik.
''Hanya orang-orang jahat akan tega memanfaatkan jasa
Kalakuta dengan racun mereka yang kejam. Iblis Suci
Peremuk Tulang, ceritakanlah sesuatu yang dapat memberi
penjelasan,'' ujar bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati
kemudian, ketika keadaan sudah tenang.
Maka berceritalah Iblis Suci Peremuk Tulang bahwa diriku
adalah orang yang dicari oleh mata-mata pemerintah Daerah
Perlindungan An Nam. Iblis Suci menyatakan bahwa diriku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adalah bagian dari orang-orang asing, seperti juga orang Thai,
orang Khmer, orang Cam, orang Melayu, dan orang Pagan,
yang bergabung dengan para pemberontak Viet, yang kini
telah terkalahkan. Iblis Suci menyatakan gaya diriku hanyalah
memenuhi tugas sebagai pendekar, tetapi setelah pertempuran usai bermaksud meneruskan pelajaran atas
filsafat Nagarjuna. ''Hmm, Nagarjuna! Semua orang mempelajarinya sekarang,
tetapi tidak semua orang bisa memahaminya, karena tidak
bisa melepaskan dirinya dari f ilsafat lama. Hmm....''
Bhiksu tua itu manggut-manggut sembari mengelus
dagunya yang kelimis. ''Katakanlah kepadaku Iblis Suci, kenapa di antara ratusan
ribu anggota pasukan pemberontak, justru kawanmu ini yang
dicari"'' Iblis Suci memandangku, seperti meminta persetujuan. Aku
mengangguk. Kurasa aku harus mempercayainya, bukan
karena golongan para bhiksu, seperti juga para rahib Hindu
dari golongan brahmana, diandaikan menggenggam kesucian,
tetapi bhiksu kepala telah menunjukkan betapa ia berpihak.
SETELAH mengenal siapa Iblis Suci Peremuk Tulang yang
membangkang terhadap pemerintah Daerah Perlindingan An
Nam, terbukti ia tidak memerintahkan para bhiksu penjaga
keamanan menangkapnya. Meskipun Kuil Pengabdian Sejati
terletak di dalam Kota Thang-long, agaknya para bhiksu
memiliki kebijakannya sendiri. Kurasa sepantasnyalah aku
merasa aman di dalamnya. Demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang itu pun angkat
bicara. "Setidaknya terdapat tiga nama yang dicari mata-mata
pemerintah di kalangan pemberontak, yakni Amrita, Harimau
Perang, dan Pendekar Tanpa Nama. Dialah yang disebut
terakhir itu." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bhiksu tua itu tetap tenang wajahnya, dan tersenyum.
"Jadi dikaulah Pendekar T anpa Nama yang sangat bernama
itu. Jika kita tidak berjumpa karena kejadian ini, niscaya
dirimu bagiku hanyalah hadir sebagai cerita yang disampaikan
dari kedai ke kedai. Kudengar dikau berasal dari Jawadwipa
bukan" Bagaimana keadaan di sana?"
Aku tersentak. Meskipun seperti disampaikan seperti sambil
lalu, ini bukanlah pertanyaan yang begitu mudah dijawab,
karena meskipun yang ditanyakannya adalah Jawadwipa,
sebetulnya itu pertanyaan tentang Suvarnadvipa dalam
keseluruhan wilayahnya. Adapun diriku, meskipun singgah ke
Kota Kapur di Pulau Wangka, tidaklah sempat menginjak pusat
Kedatuan Sriv ijaya, yang pulaunya dalam Ramayana dari
Lanka disebut Samudradvipa, tetapi yang oleh banyak orang
disebut Suvarnabhumi. Adapun Suvarnadvipa dan Suvarnabhumi adalah penyebutan wilayah yang bertumpang
tindih. Betapapun aku harus segera menjawab, jadi
kuceritakan saja sesuatu yang mungkin akan membuatnya
tertarik, yakni pembangunan candi raksasa Kamulan
Bhumisambhara pada sebuah bukit di wilayah Budur.
Demikianlah kuceritakan bahwa saat ini terdapat kerajaan
Mataram di Jawadwipa yang pemerintahannya dikepalai oleh
Rakai Panunggalan yang berkuasa sejak 784. Namun sejak
masa pemerintahan sebelumnya, yakni masa Rakai Panamkaran yang berkuasa sejak 746, mulai dibangunlah
Kamulan Bhumisambhara sejak 780. Jadi sampai sekarang
sudah berlangsung 17 tahun, dan itu barulah bagian terbawah
dari keutuhan candi yang direncanakan terdiri atas tiga bagian
bertingkat menuju ke atas, yang mewujudkan peleburan tiga
unsur dalam suatu kesatuan.
Itulah unsur nafsu atau kamadhatu pada dasar candi, yang
sempat kulihat sebagian dari penatahan 160 bingkai gambar
pahatan; unsur wujud atau rupadhatu, yang kudengar
direncanakan berupa empat lorong dengan 1.300 gambar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pahatan sepanjang 2.500 langkah panjang mengitari bukit
dengan 1.212 bingkai berukir; unsur tak berwujud atau
arupadhatu, yang juga hanya kudengar dari perbincangan
para pekerja, melingkar bundar tanpa lorong, tempat terdapat
72 patung Buddha dalam stupa berterawang dan satu stupa
induk besar yang menunjuk ke langit. Maka selengkapnya
terdapat 504 patung Buddha setinggi manusia yang 432 di
antaranya terdapat dalam relung terbuka pada pagar langkan
di empat lorong, dengan lebar 123 langkah dan rencana
ketinggian 42 langkah lebar ke atas.
"Uh!" Aku tak tahu seberapa tepat aku dapat membayangkan
wujud candi baru, dan seberapa jauh pula mampu
menggambarkannya kembali, tetapi bhiksu tua itu ternyata
juga mencoba membayangkannya sambil memejamkan mata,
dan rupanya mengikuti kata-kataku dalam bahasa Viet yang
terbata-bata, terbayangkan olehnya suatu candi yang luar
biasa. Kuceritakan pula bahwa gambar pahatan pada dinding-
dindingnya, mulai dari bawah akan dimulai dengan uraian
Karmawibhangga, yang menggambarkan ajaran sebab akibat
perbuatan baik dan jahat; kemudian di atasnya lagi akan diisi
dengan kisah Lalitav istara, yang menggambarkan kehidupan
Buddha Gautama sejak lahir sampai amanat pertama di
Benares, yang akan disaksikan sambil berkeliling lewat lorong-
lorong candi; di atasnya lagi adalah Jatakamala atau rangkaian
Jataka yang aslinya merupakan rangkaian sajak sebanyak 34
Jataka karya Aryacara sekitar abad keempat atau hampir 400
tahun lalu, tempat Jataka menceritakan peristiwa dan
perbuatan Buddha dalam kehidupannya yang lampau, kisah-
kisah penjelmaan kembali sebagai contoh-contoh pengorbanan diri; lantas disambung Awadana, Jataka juga
tetapi bukan Buddha peranan utamanya, melainkan kehidupan
lampau para bodhisattva dalam persiapan mencapai tingkat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebudhaan; disambung naskah penting Buddha, yakni
Gandawyuha yang mengisahkan Sudhana, putera seorang
saudagar kaya, yang dalam tujuan mencapai kebenaran
berjumpa dengan beberapa Bodhisattva Maitreya, yakni
Buddha yang akan datang, dan Samanthabadra menjadi
contoh hidupnya; ditutup oleh Bhadracari, yang menampilkan
sumpah Sudhana untuk mengikuti Bodhisattva Samanthabhadra sebagai teladan.
"SELURUH cerita ini diikuti melalui langkah keliling, dari
lorong pertama sampai keempat...," kisahku, sementara
dengan masih memejamkan mata, bhiksu tua itu menggeleng-
gelengkan kepala. "Terbayang daku menyusuri lorong-lorong itu," katanya,
"luar biasa!" Lantas ia membuka mata, masih terpesona, seolah-olah
candi raksasa itu telah berdiri dan disaksikannya.
"Orang-orang macam apa kalian itu?"
Bhiksu itu mendesis, seperti bicara kepada dirinya sendiri.
Maka kujelaskan bahwa apa yang berlangsung di Jawadwipa
barangkali tidaklah sehebat yang dibayangkannya. Pertama,
bukan hanya satu kerajaan terdapat di sana, karena dalam
kenyataannya terdapat kerajaan-kerajaan kecil bersaingan,
antara lain karena pengaruh igama yang melatarbelakangi
kerajaannya. Meski Rakai Panamkaran dan Rakai Panunggalan
berkuasa pada masa pembangunan Kamulan Bhumisambhara
itu, yang kudengar, seperti pernah kuceritakan, adalah nama
lain di belakang berlangsungnya kegiatan besar-besaran itu,
yakni penguasa bernama Samaratungga, dengan Gunadharma
sebagai perancangnya sehingga yang tampaknya hebat
sebetulnya merupakan hasil persaingan antarwangsa dan
antarigama. "Hmm....," gumam bhiksu kepala itu lagi, sembari
manggut-manggut dan mengusap janggutnya yang kelimis,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"dan apakah kiranya yang membawa dikau kemari, wahai
Pendekar Tanpa Nama?"
"Naluri pengembaraan," jawabku dengan nada rendah,
"dalam kehendak mencari kesempurnaan dalam ilmu
persilatan." "Ilmu persilatan....Hmm...," ia manggut-manggut lagi,
"bagaimana dengan dikau Iblis Suci" Apakah dikau melakukan
hal yang sama?" "Sahaya" Sahaya mencari kesempurnaan hidup sebagai
rahib dengan menjadi bhiksu, tetapi menemukannya dalam
ilmu persilatan, ketika ilmu yang semula sahaya pelajari
sebagai bhiksu penjaga keamanan sahaja, menjadi bermakna
ketika digunakan untuk membela hak hidup sebuah kuil yang
dihancurkan." "Artinya?" "Suatu ilmu tidak akan pernah sempurna dalam ilmu itu
sendiri sahaja, melainkan bersama tujuan di baliknya. Sahaya
dapat mencapai kesempurnaan ilmu sebagai pelajar ilmu s ilat,
tetapi hanya mencapai kesempurnaan hidup ketika

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggunakannya untuk membela kehidupan, dalam hal ini
berperang melawan Golongan Murni yang ingin membersihkan
dunia dengan pembantaian."
Aku tertunduk, merasa rendah diri dengan kematangan
Iblis Suci Peremuk Tulang yang tampaknya berangasan.
Bhiksu kepala itu ganti bertanya kepadaku.
"Dan apakah kiranya yang dikau cari dengan filsafat
Nagarjuna, wahai Pendekar Tanpa Nama, adakah kiranya
berhubungan dengan ilmu s ilatmu juga?"
Aku berpikir sejenak. Aku tak pernah mengungkap apa
yang kupikirkan dalam pengembangan ilmu silatku, bahkan
aku merasa itu sebaiknya dirahasiakan saja. Namun aku juga
tahu betapa dengan cara itu aku tidak dapat menguji
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemikiranku. Maka kujawab jugalah pertanyaan bhiksu tua
itu.' ''SAHAYA belajar filsafat dengan daya tangkap sahaya yang
terbatas, Bapak, memang untuk mengembangkan ilmu silat
sahaya.'' ''Silat dan filsafat, bagaimanakah keduanya bisa berhubungan, Anak"''
''Sahaya mempelajari filsafat, dan menafsirkannya kepada
suatu bangunan gerak, tempat gerak menerjemahkan
gagasan-gagasan filsafat.''
''Apakah mungkin gerak terpadankan dengan gagasan,
Anak"'' ''Memang tiada padanan gerak dan makna tanpa bentuk
dalam gagasan filsafat, Bapak, tetapi membangun suatu
pemadanan yang setia dan tertata, adalah mungkin untuk
membangun suatu rangkaian gerak yang akan menjadi jurus-
jurus silat. Dalam pemahaman sahaya, selalu terdapat
gagasan filsafat di balik setiap bangunan jurus-jurus ilmu
silat.'' ''Masalahnya, Anak, bagaimanakah caranya pengembangan
gerakmu terpadankan dengan bangunan-bangunan ilmu silat
yang tidak Anak kenal sama sekali"''
''Betapapun seluruh bangunan ilmu silat itu, gerakan
maupun makna di baliknya haruslah dikenali, Bapak, karena
jika tidak, maka pengembangan yang sahaya lakukan tidak
akan menjadi tanggapan yang tepat terhadap ilmu silat yang
telah ada sebelumnya.'' ''Itulah tugas yang sangat berat, Anak, apakah yang Anak
lakukan jika menghadapi jurus-jurus yang tidak dikenal"''
''Untuk itu, sahaya telah mengembangkan Jurus Bayangan
Cermin, Bapak, yang segera akan menjadi Ilmu Bayangan
Cermin, tempat ilmu silat mana pun yang menyerang, akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terserap dengan seketika oleh sahaya, yang dapat seketika
menguasai dan mengembalikannya dengan cara baru yang
tidak akan dikenalinya lagi.''
''Hmm...,'' bhiksu tua itu manggut, ''sebetulnya tidak usah
terlalu mengherankan, untuk orang-orang dari suatu tempat
yang membangun candi raksasa dengan bagian tak
berwujud....'' Aku diam tepekur. Bhiksu kepala ini penglihatannya bisa
melayang ke Jawadwipa, dan menghubungkannya dengan
ilmu silat. Tentu, jika gagasan tentang perjalanan bentuk
menuju tanpa bentuk dapat berwujud sebuah candi raksasa,
maka suatu rangkaian jurus yang membentuk bangunan ilmu
silat, tentunya dapat pula menampung gagasan yang sama.
Barangsiapa dapat menemukan atau menciptakan jurus-jurus
tidak berbentuk akan mencapai kesempurnaan dalam ilmu
silatnya. ''Namun merontokkan suatu bangunan tidaklah mungkin
tanpa mengenal seluk beluk bangunan itu,'' ujarnya, seperti
diucapkan kepada diri sendiri, ''untuk mengenal bangunan
ilmu dunia persilatan, kita harus bertarung dengan sebanyak
mungkin pendekar....'' Aku teringat filsafat Nagarjuna, jika ada satu orang saja
yang telah menguasainya, dan berdasarkan filsafat Nagarjuna
telah mengembangkan ilmu silatnya dan bertarung denganku,
tidaklah mungkin aku dapat mengalahkannya, karena aku
belum menguasai filsafat Nagarjuna itu.
Tanpa mengangkat kepala aku berpikir. Iblis Suci Peremuk
Tulang tampak menguasai segala sesuatu tentang Nagarjuna,
tetapi tidak tampak memanfaatkannya sama sekali, karena
memang tidak setiap orang berpikir tentang bagaimana
mengembangkan atau menciptakan suatu bentuk ilmu silat
atas suatu dasar filsafat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
NAMUN bagiku mendalami ilmu silat dengan mempelajari
dasar filsafatnya akan membawa kita kepada berbagai
penemuan lain. Di luar kuil hujan salju berhenti. Di halaman terlihat para
bhiksu meratakan salju. Mereka membentuk barisan yang
tertib dan bergerak sangat teratur dalam perataan salju
dengan penyapu bergagang panjang. Salju yang bertumpuk-
tumpuk itu kemudian memang menjadi rata, dan di halaman
terhampar permadani putih, dengan bhiksu berjubah tebal
merah dan kuning menyeret gagang penyapuan secara
berderet dan bersama-sama dalam perataan terakhir.
Mereka adalah para rahib yang telah menyerahkan seluruh
hidupnya untuk mencapai Kebuddhaan, meski untuk itu
barangkali akan selamanya tinggal di Kuil Pengabdian Sejati.
Saat itu, aku merasa betapa diriku tidak akan sanggup hidup
dengan tujuan semacam itu. Memang benar betapa dalam
sepuluh tahun telah kubuktikan kesanggupanku hidup di
dalam gua, tetapi bukanlah karena keinginan sendiri
melainkan pengarahan seseorang yang belum kuketahui s iapa.
Pencarian kesempurnaan dalam ilmu silat dalam apa yang
kulakukan, agaknya belum mencapai tingkat tanpa tujuan dan
tanpa keinginan, seperti yang diajarkan dalam kebuddhaan itu
sendiri. Aku hanyalah seorang pengembara, yang menikmati
segala sesuati demi kesenangan dirinya sahaja.
Aku tertunduk makin dalam. Seolah tidak akan pernah
mengangkat muka kembali. (Oo-dwkz-oO) Episode 139: [Nagarjuna dalam Pemujaan]
DEMIKIANLAH kami ditampung oleh para bhiksu di Kuil
Pengabdian Sejati. Sebagian untuk melindungi kami dari
intaian mata-mata dan perburuan para penyusup, sebagian
untuk memberi kesempatan kepadaku mempelajari ajaran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
filsafat Nagarjuna. Maka kami pun hidup bersama para bhiksu
dan hidup seperti bhiksu, yang meskipun terletak di tengah
kota Thang-long, sangatlah tertutup dan ketat pengawasannya, apalagi sete lah peristiwa masuknya sepuluh
pembunuh dari jaringan Kalakuta itu. Setiap hari kami ikuti
segenap upacara para bhiksu dan bhiksuni di situ, yang tidak
menjadi masalah besar bagi Iblis Suci Peremuk T ulang, karena
pada dasarnya memang ia seorang rahib, tapi tentu saja
merupakan hal baru bagiku, yang meski mengenal tetapi tak
pernah melakukannya sama sekali.
Kami berdua juga dianjurkan untuk menyamar sebagai
bhiksu dan kami turuti, yang berarti sekarang aku berkepala
gundul dengan wajah kelimis, serta mengenakan jubah merah
dan kuning. Namun jika para bhiksu dan bhiksuni telah
mendapat tugas hariannya masing-masing, maka tugas kami
hanyalah mempelajari f ilsafat Nagarjuna, tepatnya aku belajar
dari Iblis Suci Peremuk Tulang yang dipercaya untuk
memberikan pengantarnya. Pada suatu hari, dalam sebuah bilik, Iblis Suci berkisah
tentang bagaimana Nagarjuna dipuja begitu rupa, sehingga
sosoknya lebih dikenal sebagai tokoh daripada guru filsafat
yang sangat bersungguh-sungguh.
"Nagarjuna telah dipertimbangkan sebagai Buddha kedua
dan telah menempati kedudukan kedua itu dalam garis kepala
keluarga hampir semua aliran Buddha Mahayana, terutama
karena penganut aliran-aliran ini menolak untuk mengakui
kedudukan jiwa ribuan murid-murid langsung Buddha, yang
menurut pengakuan Buddha sendiri,
telah mencapai pengetahuan dan pengertian atau nana-dassana yang sama
dengan kesempurnaan akhlak dan jiwa yang dicapai Buddha.
"Jika pencapaian kecendekiaan dan kejiwaan dari murid-
murid langsung dengan jelas diungkapkan dalam naskah
seperti Theragata dan Therigata, tidak ada penjelasan bagi
kita tentang pencapaian jiwa Nagarjuna, kecuali catatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentang masuknya beliau ke dalam igama Buddha dan
kegiatan pengajarannya yang diterjemahkan Kumarajiva ke
bahasa orang Negeri Atap Langit, Lung-shu-p'u-sa-ch'uan.
Kedudukan Nagarjuna sebagai Buddha kedua diturunkan dari
tulisan-tulisan utamanya, yang secara keseluruhan dipandang
sebagai penafsiran falsafi sutra-sutra Mahayana. Nagarjuna
kemudian menjadi begitu terkenal, sehingga sering dimanfaatkan berbagai aliran untuk mengatas namakan
ajarannya, dengan mengalihkan pemikiran filsafatnya sebagai
igama. Bukankah ini merupakan kekacauan luar biasa?"
Adapun yang dimaksudkan Iblis Suci Peremuk Tulang
agaknya penulis-penulis Tantrayana yang mencari pengakuan
atas kewibawaan dan kesucian bagi gagasan-gagasannya,
yang tak diragukan lagi dipengaruhi oleh upacara-upacara
Hindu. Bahkan jika akibat buruk semacam ini diabaikan, masih
mungkin untuk mempertahankan bahwa kedudukan tinggi
yang terhubungkan dengan Nagarjuna belum mencerminkan
sikap tanpa kejelian dan setia berlebihan pengikut Buddha
belakangan, terhadap jiwa sempurna pengikut Buddha
pertama. Sikap semacam itu tercerminkan bukan hanya dalam
sejumlah naskah Mahayana tetapi dalam beberapa ujaran
Theravada. "MISALNYA naskah-naskah tafsiran T heravada yang muncul
akhir-akhir ini," lanjut Iblis Suci lagi, "suatu pemujaan
kedudukan teracu kepada Abhidamma dalam hubungannya
dengan wacana-wacana yang begitu rupa sehingga Buddha
harus mendaki dunia kedewaan atau devaloka dan
menceramahkan Abhidamma kepada ibunya yang tinggal di
sana. Bukankah itu ajaib"
"Penambahan semacam itu, meskipun dimaksud untuk
menambah kewibawaan dan kesucian kepada suatu susunan
naskah yang muncul lama setelah kepergian Buddha, jelas
menunjukkan betapa murid-murid langsung Buddha pun tidak
mampu memahami isinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi naskah-naskah menjadi gelanggang pertarungan
gagasan berbagai aliran dalam igama Buddha?"
"Setidaknya antara penganut yang tidak pernah bertemu
Buddha sendiri, dengan murid-murid langsungnya itu, yang
tentu merasa pendapatnya tak bisa lebih benar lagi."
Betapapun, meski terdapat akibat dari kisah pertentangan
ini, para penganut Theravada tidak memanfaatkannya dalam
suatu cara yang akan mengarah kepada jatuhnya cita-cita
awal para arahant atau orang suci. Sebaliknya, saat
kebutuhan serupa dirasakan penganut Mahayana untuk
memberikan wibawa dan kesucian bagi naskah-naskah
Mahayana mutakhir seperti sutra-sutra Prajnaparamita, yang
sudah jelas lebih baru daripada risalah-risalah Abhidarma,
mereka takpuas hanya dengan mengatakan itu merupakan
wacana agung atau vaipulya-sutra, melainkan lebih jauh lagi
mengutuk cita-cita kesempurnaan arahant yang terwujudkan
dalam wacana-wacana itu dan mengecam pencapaian jiwa
murid-murid langsung Buddha.
Dalam keadaan semacam ini, Saddharmapundarika-sutra
beredar dari kuil ke kuil. Tujuan gerakan ini dianggap sebagai
mulia, karena merupakan usaha pertama untuk menyatukan
segenap gagasan dan cita-cita bertentangan, yang telah
menyebabkan keretakan besar di antara para penganut
Buddha. Namun kehendak untuk menyatukan ini ternyata
lebih meningkatkan pertentangan daripada kerukunan dan
ketenteraman. Bahkan suatu pandangan sekilas di permukaan
sejarah igama Buddha, akan menampakkan keberadaan para
bhiksu yang menyimpang dari cita-cita dan secara keliru
mengakui suatu pencapaian jiwa, ketika beralih dari kehidupan
tertutup kepada kehidupan seperti rakyat biasa. Para bhiksu
seperti itu dikabarkan sudah ada sejak masa kehidupan
Buddha. Kitab seperti Vinayapitaka maupun Kasyapararivar
tidak tampak suka dengan para bhiksu yang dianggap
menyempal semacam itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kitab yang terakhir itu malah mengibaratkan mereka
sebagai sekelompok anjing yang berkelahi satu sama lain demi
sejumput makanan yang dilemparkan kepada mereka," ujar
Iblis Suci Peremuk Tulang.
Sikap mementingkan diri sendiri dan perilaku takterhormat
sebagian rahib mungkin memang merugikan. Dalam kaitan ini,
pengorbanan diri dan sifat mengutamakan kepentingan secara
habis-habisan dapat timbul sebagai cita-cita mulia. Betapapun,
tindakan dan tanggapan seperti itu tidaklah bisa menjadi
alasan untuk mengecam para murid langsung Buddha, orang-
orang suci arhant seperti Sariputta, Mogallana, dan Kassapa,
sebagai orang-orang hinabhirata, dan memaksa mereka untuk
menyangkal pencapaian demi menerima

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cita-cita kesempurnaan yang baru, karena suatu kesempurnaan tentu
bertentangan Jalan Tengah yang disebutkan Buddha dalam
ajarannya yang pertama bagi dunia.
"Hanya dengan mengikuti Jalan Tengah yang menghindari
kedua kutub dari pemuasan-diri dan penghancuran-diri itulah,"
lanjut Iblis Suci, "bahwa murid-murid Buddha mencapai
tingkat kebebasan yang disebut sankhara-samatha atau
penenangan atas watak dan terus bekerja demi kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia."
Suatu catatan asli dalam Thera maupun Therigata
menyimpan banyak pengakuan atas cita-cita para murid
langsung, dan juga suatu cita-cita yang dikenal oleh
Nagarjuna, seorang jawara dalam Filsafat Jalan Tengah.
Sembari mendengarkan Iblis Suci berbicara, aku mencoba
memahami betapa ketika penganut Theravada mengangkat
Abidhamma ke suatu kedudukan penting tanpa mengurangi
nilai gagasan-gagasan dalam ajaran awal, Saddharmapundarika tampil sebagai telah me langkah jauh
dalam penanganan segenap adat filsafat dan igama, dimulai
dengan Buddha sendiri. Kitab itu bertanggung jawab tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya atas kecamannya terhadap para murid langsung, tetapi
juga dalam merendahkan nilai wacana-wacana awal.
ADAPUN wacana seperti dalam nikaya-nikaya dan agama-
agama disadari tertutup isinya. Alasan yang dihadirkan, karena
para murid langsung tidak dapat memahami ajaran yang lebih
dalam, Buddha harus mengujarkan suatu ajaran yang tertutup
dan takmemuaskan untuk menyesuaikan dengan kemampuan
berpikir mereka. Pernyataan semacam itu mempunyai akibat tersembunyi,
misalnya bahwa Buddha tidak mampu menyampaikan ajaran
yang lebih dalam dengan cara yang dapat dimengerti orang-
orang yang hadir. Dalam adat Mahayana, panggung telah
dibuat siap pakai untuk para pemikir seperti Nagarjuna, yang
setidaknya telah menguraikan ajaran, untuk diangkat ke
tingkat Buddha kedua. Namun bahkan kedudukan Buddha
tertinggi lebih penting daripada Sakyamuni.
''Kedudukan Nagarjuna telah dilebih-lebihkan begitu rupa,
sampai ada yang berkata, bahwa kuncup teratai yang muncul
di dunia bersama kelahiran Buddha, tumbuh dan mekar
dengan kemunculan Nagarjuna,'' kisah Iblis Suci, ''agak
terlihat sungguh-sungguh adalah pernyataan bahwa saran
Buddha tentang praduga bagian-bagian atau dharma telah
ditolak Nagarjuna dengan praduga kekosongan atau sunyata.
Ini tentu menempatkan kedudukan Nagarjuna lebih penting
daripada kedudukan yang ditempati Buddha.''
Kemudian kusadari bahwa mungkin saja para pengagum
Nagarjuna telah membangun suatu ruang, yang membuat
orang mengira bahwa filsafatnya sedikit banyak telah
disarankan, bukan diajarkan, Buddha sebenarnya dalam
sejarah. Kukira aku pun harus waspada terhadap para penulis
yang teracuni gagasan tentang perubahan pemikiran,
sehingga gagal mengenali kecanggihan gagasan-gagasan
filsafat yang disampaikan Buddha sekitar 1400 tahun lalu.
Setelah gagal menggali keaslian filsafat Buddha seperti yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tercerminkan oleh nikaya-nikaya dan agama-agama, seperti
juga merosotnya pendekatan tersebut dalam ujaran-ujaran
adat. Hanya setelah berlangsung pembaruan atas pendekatan
pada masa lebih awal, oleh pemikir seperti Moggaliputta-tissa
dan Nagarjuna, para penulis dan para pengajar dapat melihat
bahkan melakukan pencanggihan filsafatnya secara menyeluruh. ''Bukankah begitu"'' Iblis Suci membuyarkan renunganku.
Kuangkat kepala. Seperti diriku, ia pun kini berkepala
gundul dan wajah kelimis. Kami berada di dalam sebuah bilik
batu, sebagai bagian dari ruangan dalam kuil yang digunakan
untuk samadhi. Sebagai tingkat lanjut dari dharana dan
dhyana, samadhi layak mendapat bilik tersendiri, dan memang
tidak sembarang bhiksu dapat mencapai tingkat tersebut.
Sejauh kuamati kehidupan dalam kuil, semakin tenggelam
seorang bhiksu dalam penalaran filsafat, semakin sulit
kemungkinannya mencapai tingkatan jiwa dalam samadhi;
sebaliknya semakin tenggelam seorang bhiksu ke dalam
samadhi, semakin sulit otaknya memecahkan penalaran.
Itulah sebabnya hanya bhiksu tertentu yang mampu
menguasai keduanya, dan melangkah lebih cepat dalam jalan
menuju Kebuddhaan. Namun bhiksu yang terhebat tentu mereka yang selain
mampu berfilsafat sekaligus bersamadhi, ternyata kuat dan
mantap dalam ilmu silat pula. Bahkan kemudian kuketahui
bahwa terdapat juga ilmu silat yang dima inkan dalam
kerangka samadhi. Kiranya inilah yang juga ingin kucapai,
karena jika menguasainya maka kesempurnaan tidaklah
menjadi mustahil untuk dimiliki. Betapapun, akhirnya filsafat
jua yang akan mencari jalan, bagaimana semua ini dapat
diberlangsungkan dalam kebudayaan igama yang diterima
penalaran. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Bagaimana Pendekar Tanpa Nama" Apakah dikau
sependapat bahwa pemujaan berlebihan terhadap Nagarjuna,
tentu akan menutupi jalan filsafatnya"''
''Filsafat betapapun adalah penalaran Iblis Suci, dan
pemujaan akan mengaburkan ketajaman penalarannya.''
''Bhiksu kepala sangat kagum dengan candi raksasa
meskipun belum melihatnya. Aku tidak bisa melakukannya.''
''Lupakanlah dahulu candi itu Iblis Suci,'' aku menyela,
''ceritakanlah lagi tentang Nagarjuna.''
IBLIS Suci mengambil napas. Ia memang ditugaskan
menjawab semua pertanyaanku. Kuakui aku memang pernah
mempelajari filsafat Nagarjuna, tetapi dengan pendekatan
awam yang tidak menjamin ketepatan dalam pemahaman.
Kuketahui belajar ilmu filsafat sebaiknya setapak demi
setapak, tidak seperti yang kulakukan selama ini, asal menelan
semua kitab tanpa bimbingan seorang guru. Pembelajaran
Nagarjuna secara rinci sebetulnya juga kuperlukan demi
kepentingan lain, yakni sedikit demi sedikit, lambat laun tapi
pasti, untuk menghilangkan ilmu racun dan ilmu sihir yang
terwariskan kepadaku tanpa kukehendaki, karena kehendak
Raja Pembantai dari Selatan yang merasa perlu menurunkan
ilmu-ilmu hitamnya yang mengerikan itu.
Ternyatalah betapa segenap mantra yang terpindahkan
tanpa bisa kutahan itu adalah ujaran-ujaran Nagarjuna, yang
akan tetap menjadi mantra selama ujaran berbahasa
Sansekerta itu tidak dapat kupahami. Seiring dengan
pemahamanku terhadap ujaran-ujaran Nagarjuna sebagai
suatu bangunan f ilsafat, akan memudar pula daya-daya racun
dan sihirnya, artinya segala daya gaibnya, sebagaimana
takhayul yang penuh pesona dengan pasti akan runtuh oleh
penalaran. Tentu saja ini akan membuat tubuhku kehilangan
kekebalan terhadap racun, darahku akan kehilangan daya
pemunah racun yang selama ini berlangsung, dan sihir tak
akan bisa kulawan dengan sihir, melainkan dengan otak yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengandalkan penalaran menghadapi berbagai tipuan bagi
pancaindera. Betapapun ilmu racun dan ilmu sihir Raja Pembantai dari
Selatan itu telah banyak berjasa, serta bahwa suatu ilmu
menjadi ilmu hitam maupun ilmu putih tergantung dari tujuan
penggunaannya, tetaplah akan kurelakan kehilangan ilmu-ilmu
sakti itu dengan harapan kukuasai filsafat Nagarjuna.
Kubutuhkan filsafat yang membongkar bangunan sejarah
filsafat ini, untuk mengembangkan apa yang telah kurintis
selama ini, yakni penyempurnaan Jurus Tanpa Bentuk.
"Jadi," demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang melanjutkan
uraiannya, "Nagarjuna sebetulnya adalah seorang pengulas
besar, yang sama sekali tidak ingin memperbaiki ajaran
Buddha, seperti dikatakan para pemujanya, melainkan ibarat
kata justru berusaha keras menghancurkan tumbuh-tumbuhan
liar yang telah tumbuh di sekitar ajaran Buddha, sebagai hasil
sejumlah gagasan yang diungkapkan oleh para pemikir dalam
adat Sthaviravada dan Mahayana."
Menurut Iblis Suci, akan diperlihatkan dalam Mula-
madhyamakakarika, suatu ulasan luar biasa terhadap
Kaccayanagotta sutta karya Buddha sendiri, catatan Nagarjuna
yang menegakkan setiap pernyataan yang diucapkan Buddha
dalam perbincangan itu, maupun banyak bahan dari
perbincangan Buddha yang lain, bagai membersihkan air
berlumpur akibat prakiraan-prakiraan penuh takhayul para
penganut Buddha belakangan ini. Kelanjutan prasangka-
prasangka sepihak yang ingin memisahkan diri di antara
pengikut setia Theravada dan Mahayana mungkin bisa
dimengerti, tetapi para pelajar dan pengulas hari ini justru
bertanggungjawab untuk tidak terpengaruh oleh prasangka-
prasangka tersebut. Betapapun harus disadari pembedaan
antara Theravada dan Mahayana adalah berlebihan, dan
bahwa dasar ajaran Buddha tetaplah utuh dari abad ke abad.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kini sudah waktunya untuk membuang pengertian-
pengertian Theravada dan Mahayana dari tatabahasa kita,"
ujar Iblis Suci, "dan halangan besar untuk menghapus
perbedaan ini adalah sikap bahwa filsafat Nagarjuna harus
dijelaskan para pemikir baru. Betapapun, nanti akan
kujelaskan bagaimana Karika Nagarjuna bersifat memperbaiki
segenap penafsiran tersebut."
Suatu pengamatan cermat atas naskah-naskah Buddha
dengan jelas menunjukkan bagaimana gagasan-gagasan
mendasar selamat menembus zamannya, meski kadang-
kadang muncul pemikiran yang bertentangan dengan ajaran
dasar Buddha, yang mengakibatkan perdebatan di antara para
pemikir Buddha. Tanpa kecermatan dan kejelian, wacana-wacana awal
Buddha itu telah dikumpulkan begitu saja dan dilestarikan
dalam apa yang disebut Abhidharma, bersama dengan semua
naskah penafsirannya, dalam bentuk vibbhasa atau atthakata,
dan mengulas segenap himpunan itu sebagai mewakili
pandangan T heravada atau Hinayana. Ini juga terjadi dengan
sejumlah wacana Mahayana yang disebut sutra, maupun
risalahnya yang disebut sastra. Isi wacana-wacana tersebut,
seperti terjadi pada Abhidarma telah diulas dan diberi catatan
sekadar sebagai penjelasan tambahan, dan bukan pembebasan daripadanya. Jadi seperti saling membedakan diri
tetapi dalam kenyataannya tidak berbeda sama sekali.
Abhidarma dikatakan sebagai karya terpisah penganut
Theravada, pada umumnya Theravada dan Sthaviravada, dan
secara tidak biasa adalah Sarvastivada dan Sautrantika.
Mereka disebut memisahkan diri, tetapi pandangan terpisahnya tidak ditemukan dalam wacana-wacana maupun
Abhidarma, melainkan dalam himpunan catatan ulasan
tersebut. PENGANGKATAN Abhidarma ke tingkat bacaan utama, lebih
penting dari wacana-wacana, adalah kerja para pengulas dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukan pengumpul naskah-naskah Abhidarma. Penganut
Mahayana sendiri, yang terganggu oleh pemikiran kehakikatan
aliran Sarvastivada dan Sautrantika, berusaha keras untuk
menyelamatkan ajaran-ajaran awal dengan menekankan sisi-
sisi yang dianggapnya buruk dari ujaran Buddha, tepatnya
ujaran tentang sunyata atau kekosongan. Kasyapaparivarta
sebagaimana juga naskah-naskah awal Prajnaparamita
menghadirkan kembali tanggapan terhadap kehakikatan
ajaran Buddha akhir, dan naskah ini mesti takdihubungkan
dari pemisahan yang muncul sebagai akibat usaha penyatuan
dalam risalah seperti Saddharmapundarika.
"Para pemikir Mahayana," ujar Iblis Suci, "benar-benar
berusaha mengatasi penafsiran yang berusaha memisahkan
diri, dan kembali kepada bentuk umum igama Buddha seperti
tercermin dalam wacana-wacana awal, tanpa menolak
ketentuan resmi naskah-naskah Abhidarma yang mewujudkan
cara pengajaran-pengajaran yang baik, yakni sutra Mahayana
yang menekankan sisi tidak baik dari ketentuan-ketentuan
Buddha. Dalam pembahasan filsafat Nagarjuna, mungkin akan
terlihat apakah terdapat persaingan antara dua aliran filsafat
besar, Madhyamika dan Yogachara."
Yogachara" Tidakkah pernah kuceritakan perihal aliran
filsafat ini" Salah satu aliran Mahayana yang menekankan
pentingnya ketenangan dan kedalaman dhyana menuju
pencerahan" Pendekatan seperti itu telah dikembangkannya
menjadi cara-cara yang rumit, pada dasarnya menempatkan
diri antara kaum penghamba kenyataan Sarvastivada dan
penghamba ketiadaan Shunyatavada. Bagi mereka benda tak
nyata ada, melainkan ada dalam pencapaian kebenaran dan
kesadaran dalam dirinya. Kadang disebut Chittamatra, atau
pikiran saja, karena sesuai ajaran Mahayana secara umum,
suatu hasil akal dalam dirinya belumlah pada hakikatnya
nyata. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perbedaan utama Yogachara dan Madhyamaka adalah,
bahwa yang pertama berkilah, betapa sesuatu itu ada tetapi
merupakan kekosongan."
"Tidakkah ini jatuhnya merupakan kecurangan atas


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perjuangan melawan kemenduaan?"
"Nanti kita akan dalami ini, tetapi untuk sementara dapat
dikatakan, kita berada dalam kedudukan untuk mengikuti
keberadaan dua hal, kekosongan dan ketakberadaan. Kilah ini
menyatakan tidak ada kemenduaan terdapat dalam pendapat
bahwa kekosongan tidak berarti ketidakhadiran keberadaan
nyata, karena pikiran atas ketidakhadiran adalah kosong,
tetapi tiada sesuatupun dalam dirinya benar-benar mengada.
Madhyamaka mempertentangkan kekosongan dan keberadaan
nyata, sedangkan Yogachara mempertentangkan kekosongan
dan hubungan yang mengamati -yang teramati. Berpikir
tentang apa yang tidak benar-benar ada setara dengan
kesadaran, aliran penerimaan dan pengalaman, tetapi sebagai
arus pengalaman takterbedakan. Kedudukan Madhyamaka
memahami kekosongan sebagai tidak terdapatnya keberadaan-dalam, sedangkan Yogachara mengambil kekosongan untuk memaknai tidak adanya kepengamatan dan
keteramatan dalam pengalaman kita, karena semua yang
berada di sana adalah aliran yang mengubah penerimaan."
Hmm. Meski cukup rumit. Namun aku yang selalu
menghubungkan gagasan filsafat dengan jurus-jurus silat
dapat membayangkan dengan jelas, betapa jika berdasarkan
Madhyamaka atau Filsafat Jalan Tengah akan dapat kubangun
Jurus Tanpa Bentuk, maka jika terdapat seorang pendekar
yang membangun ilmu silatnya berdasarkan Yogachara, yang
bahkan pernah kucoba juga, sungguh akan menjadi lawan
sepadan. Kubayangkan akan menjadi sebuah pertarungan
berhari-hari tanpa ada kepastian siapa yang akan kalah dan
siapa yang akan menang; saat kemenangan hanya dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dipastikan ketika salah satunya lebih kuat dalam pemahaman
dan akan unggul dalam perdebatan filsafatnya.
Memang benar bahwa bhiksu kepala itu mengetahui
kehendakku dalam penyusunan jurus itu, dan benar juga
bahwa Iblis Suci Peremuk Tulang telah mendengar masalah
tersebut, tetapi tidaklah mungkin penafsiran keduanya atas
pembayanganku akan tepat seperti yang berlangsung di dalam
kepalaku. Tidak mungkin. Seperti juga aku taktahu apakah
yang dibayangkan bhiksu kepala tersebut tentang candi
raksasa yang kugambarkan akan bagaimana jadinya secara
rinci, akan sama dengan pembayanganku, karena kami berdua
sama-sama membayangkan sebuah candi yang belum jadi.
IBLIS Suci menjelaskan kepadaku, bahwa takdapat
dipastikan jika Nagarjuna itu seorang penganut Mahayana,
meski sudah pasti pula bukan Theravada. Pendapat ini
berdasarkan kenyataan, bahwa Mulamadhyamakakarika atau
laz im disebut Karika saja sebagai karya utamanya, tidak
mengacu sama sekali kepada wacana besar manapun dalam
adat Mahayana, takjuga kepada Prajnaparamita-sutra yang
sangat dikenal. Iblis Suci lebih percaya bahwa risalah
Nagajuna itu bersumber kepada wacana Samyukta, meski
tidak pernah menyatakannya secara tersendiri. Satu-satunya
sumber wacana yang disebut namanya adalah Katyayanavavada, suatu wacana yang terdapat pada Nikaya-
nikaya Pali maupun Agama-agama Negeri Atap Langit. Bukti
tunggal yang penting ini jarang disadari oleh para pelajar
maupun guru mereka yang mendalami Nagarjuna.
Sementara Iblis Suci berkisah, aku menghela nafas dalam
hati. Kurasakan betapa miskin pengetahuanku dan betapa
masih banyak yang mesti kupelajari dengan sungguh-
sungguh, jika memang aku harus mendalami ilmu filsafat
setuntasnya dalam pencarian ilmu s ilatku. Kusadari betapa aku
telah belajar dengan cara-cara yang sangat sembarangan, dan
pengetahuan yang kumiliki tidak menjadi ilmu, karena diriku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak memiliki pengetahuan tentang suatu pendekatan, yang
dapat menjadikan segala pengetahuanku menjadi ilmu
pengetahuan. Demikianlah dalam diriku berlangsung perbincangan,
apakah aku harus memilih salah satu saja antara ilmu silat dan
ilmu filsafat, ataukah masih merasa mampu akan dapat
meleburkan keduanya dalam pencarian atas jurus silat yang
ingin kunamakan sebagai Jurus Tanpa Bentuk.
(Oo-dwkz-oO) Episode 140: [Penulisan, antara Ingat dan Lupa]
Kuletakkan pengutik dengan mata yang pedas. Peristiwa
penyanderaan Nawa telah membuatku menulis semakin
banyak dan artinya harus menulis lebih lama dari biasa.
Seperti hari ini, aku telah menulis sepanjang malam tanpa
tidur sama sekali. Belakangan hal itu semakin sering
kulakukan. Ada kalanya setelah sepanjang malam menulis,
aku masih terus menyambungnya sepanjang hari, seolah-olah
seperti tidak memiliki waktu lagi. Namun bagaimanakah
kiranya seorang tua berumur 101 tahun bisa berpikir lain" Ia
akan selalu merasa setiap saat kematiannya akan tiba. Apabila
ia merasa ada pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum
meninggal dunia, niscaya ia akan memanfaatkan setiap waktu
dan tenaga yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Agaknya itulah yang juga terjadi dengan diriku.
Maka setelah kejadian itu, aku merasa lebih baik bersikap
menunggu dan tidak memburu, seperti biasanya berlangsung
dengan naluriku. Betapapun, penyelesaian tulisanku untuk
sementara kuanggap lebih mendesak dari apapun. Biarlah
para pembunuh dari kelompok Kalapasa itu, jika memang
mereka bekerja demi kelompok itu, yang pasti memenuhi
permintaan seseorang atau kelompok tertentu; biarlah
perempuan yang telah membunuh ketiga lelaki dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perkumpulan rahasia itu; biarlah siapapun yang berkepentingan mendatangi aku, karena aku memang merasa
lebih baik menunggu. Segalanya masih terlalu rumit diuraikan
sekarang, dan aku sendiri perlahan-lahan sedang mengurainya. Aku akan tetap berada di sini sementara ini. Berpindah-
pindah tempat hanya akan menyulitkan diriku sendiri. Selain
terlalu banyak kemungkinan untuk bertemu banyak orang,
juga dengan membawa lembaran-lembaran lontar yang sudah
sangat banyak ini ke mana-mana, bukankah terbuka peluang
untuk tercecer, hilang, atau menarik perhatian. Pengalaman
mengajarkan, siapapun dia orangnya yang melangkah di jalan
persilatan, akan selalu terlibat dalam pertarungan. Para
penyoren pedang akan segera waspada terhadap siapapun
orangnya yang mengarungi sungai telaga dan menjelajahi
rimba hijau. Ibarat burung, ia mengerti beda persamaan
warna dengan persamaan bulu. Ibarat kata hanya dari
langkahnya, seseorang akan dapat memperkirakan apakah
seseorang itu berada di jalan persilatan yang siap bertarung
dengan siapapun sampai mati, ataukah seorang awam yang
hanya hidup untuk mencari keselamatan sahaja.
Seperti yang telah kualami, kadangkala seorang petarung
langsung menyerang begitu saja
dengan jurus-jurus mematikan, yang berarti mau takmau akan membuatku
terlibat untuk memberikan perlawanan. Adapun pertarungan
untuk mencapai kesempurnaan hanya bisa dihentikan sete lah
salah satunya bisa dilumpuhkan, yang hanya berarti telah
ditewaskan. BEGITULAH di sungai telaga dunia persilatan, ilmu yang
tinggi ibarat madu yang mengundang semut, yang untuk
mencicipinya berkemungkinan menerima kematian. Aku
sangat menyadari adat semacam itu, sehingga aku tahu jika
kubawa pula gulungan keropak berisi tulisanku, sangat
mungkin pula dikira sebagai kitab ilmu silat, yang lantas akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi rebutan, dan tentu saja tidak usah dikatakan lagi
bahwa dalam setiap usaha merebut selalu dipikirkan
kemungkinan melakukan pembunuhan.
Jadi lebih baik aku di sini, tetap tinggal di dalam pondok
sederhana ini, menulis kata demi kata secepat-cepatnya dan
sebanyak-banyaknya, tanpa harus mempedulikan keindahannya. Maklumlah, wahai Pembaca yang Budiman,
mau dibolak-balik aku ini bukanlah seorang empu yang
mampu menulis dengan kata-kata indah penuh kemanisan
atas pesona dunia. Aku hanyalah seorang tua yang menulis
karena merasa telah difitnah dan disia-siakan. Aku menulis
tanpa pemahaman tentang bagaimana segala sesuatunya
harus menjadi indah. Apakah keindahan itu" Aku tak tahu.
Apakah tulisan yang indah itu" Aku sungguh-sungguh tak
tahu. Namun aku tahu apakah kiranya yang bermakna bagiku,
dan bagi seseorang yang selalu berada di jalan pertarungan
seperti diriku, hanya ilmu silatlah yang menjadi cukup
bermakna dalam kehidupanku yang memasuki tahun ke 101.
Maka, maafkan aku Pembaca, maafkan jika riwayat hidupku
sampai saat ini adalah perjalanan dari pertarungan yang satu
menuju pertarungan lainnya. Betapapun itulah jalan yang
telah kupilih, karena memang tampaknya tiada jalan lain bagi
seseorang yang telah dibesarkan oleh suami istri pendekar
bergelar Sepasang Naga dari Celah Kledung.
Begitulah aku telah menulis terus, nyaris tanpa makan dan
tidur, untuk memeriksa kembali segenap rincian dalam riwayat
hidupku. Aku harus melakukannya, jika ingin mendapatkan
jalan menuju titik terang, tentang mengapa begitu banyak
pihak ingin membunuhku. Jika hanya perkara balas dendam,
yang sangat umum dalam dunia persilatan, mungkin aku tidak
akan terlalu peduli; karena memang tiada akan terlalu besar
bedanya, apakah aku akan mati karena seorang pendekar
yang menantangku bertarung, atau sekadar anak dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keturunannya yang membalas dendam. Namun jika bahkan
negara yang semestinya menjadi tempat setiap warga
bernaung, telah menyebarkan selebaran berwujud lembaran
lontar bergambar diriku dalam perburuanku, tentu saja aku
menjadi sangat penasaran. Demikianlah makanya kutulis
riwayat hidupku, karena aku yakin bahwa pasti akan ada
sesuatu, apa pun itu, dari masa laluku, yang menjadi
penyebab hiruk pikuk perburuan orang tua seperti aku ini.
Kusadari tidak mudah memecahkan masalah, bukan
sekadar karena pengetahuan yang kuperlukan sebagai syarat
pemecahan masalah itu terbatas, tetapi juga bahwa dalam
kenyataannya tidak dapat kujamin diriku sendiri, dalam usia
101 tahun ini, dapat mengingat segenap rincian secara pasti.
Aku memang akan menuliskan kembali apapun yang masih
kuingat sampai kepada rincian yang sekecil-kecilnya. Namun
apalah kiranya yang bisa kutuliskan dari sesuatu yang
sesungguhnyalah sejak awal telah kulupakan" Bagaimana jika
yang kulupakan itulah justru yang semestinya begitu penting
untuk kuingat kembali" Bagaimana jika aku mungkin tahu ada
sesuatu yang kulupakan, tetapi tidak dapat mengingat-
ingatnya kembali" Adakah kiranya cara untuk dapat
mengembalikan ingatan yang hilang itu"
Tidak kalah penting, bagaimanakah jika segala sesuatu
yang kuingat itu ternyata bukanlah kenyataan yang dapat
diandalkan, karena kusadari segala sesuatu yang berlangsung
dalam duniaku ini, tidak ada yang terbebaskan dari
keterlibatan perkumpulan rahasia. Bukanlah karena tindakan
seperti penyusupan dan pembunuhan gelap seperti yang
menjadi pekerjaan Kalapasa, melainkan tindak penyamaran
teramat licin dalam kehidupan sehari-hari dalam segenap
lapisan masyarakat dan berbagai bidang kehidupan, seperti
yang menjadi pekerjaan jaringan Cakrawarti, yang bagiku
sangatlah meresahkan. Bagaimanakah kiranya jika yang
kuketahui selama ini, apa pun dan di mana pun, ternyata
hanyalah penampakan seperti yang ingin selalu diketahui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang, sebagai tindak penyanaran yang diberlakukan para
pengawal rahasia istana"
SEKARANG ini, pada 872, ketika Rakai Kayuwangi telah
berkuasa 17 tahun, harus kuingat kembali bahwa di Mataram
ini terdapat susunan kekuasaan yang terdiri atas rajya, watak,
dan wanua. Rajya atau istana adalah pusat pemerintahan
tertinggi, sehingga merupakan daerah inti atau pusat.
Sedangkan daerah pinggiran terdiri dari watak dan wanua.
Daerah watak yang dipimpin oleh seorang raka atau rakryan
adalah daerah berdaulat yang cukup luas dan memiliki
perangkat pemerintahannya sendiri. Pada umumnya para raka
mempunyai hubungan keluarga dengan raja. Para raka ini
tidak dianggap sebagai bawahan raja, karena kedudukan
mereka bukan berdasarkan wewenang yang berasal dari raja,
melainkan berdasarkan hukum adat.
Jadi kekuasaan seorang rakryan tidaklah lebih besar dari
kekuasaan yang memimpin rajya, tetapi kedaulatan yang
dimiliki rakryan yang memimpin watak itu juga tidak berarti
mereka harus bersikap sebagai bawahan terhadap rajya. Jika
kemudian terjadi perselisihan paham, rakyat kecil yang tidak


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selalu tahu susunan pemerintahan seutuhnya tentu sangat
mudah tenggelam dalam kebingungan. Lima puluh tahun lalu,
pada 832, Sri Kahulunan, seorang ratu wangsa Syailendra
menikahi Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya.
Pengaruh sang ratu sebagai penganut Mahayana terlihat
dalam bantuan Rakai Pikatan atas berdirinya sebuah candi
Buddha di selatan sana, tetapi Pikatan sendiri sebagai
penganut Siva mendirikan candi Hindu yang menjulang ke
langit di dekatnya, jelas merupakan jawaban terhadap
Kamulan Bhumisambhara yang menjadi kebanggaan wangsa
Syailendra, yang pada tahun perkawinan mereka itu pun
masih belum selesai dibangun meski telah diresmikan
pembangunannya sejak 824 oleh Sri Kahulunan yang bergelar
Pramodawardhani. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini, 40 tahun kemudian, mengapa seorang tua sepertiku,
seperti yang pernah kudengar, diburu dengan tuduhan
menyebarkan aliran sesat" Bagaimana mungkin sesuatu yang
pernah menjadi aliran utama menjadi sesat tiba-tiba jika
bukan karena permainan kekuasaan" Maka, memang benar
aku menulis terutama untuk mengembalikan ingatan dan
melacak perkara, tetapi aku tahu jika tulisanku dapat bertahan
lebih lama dari kehidupanku, sedikit banyak akan berbicara
atas namaku untuk mendapatkan keadilan.
Para penguasa sering lupa, tidaklah terlalu mudah
menancapkan kekuasaan dalam bentuk apa pun tanpa
perlawanan. Telah kusebutkan tentang susunan kekuasaan
yang terpusatkan di kotaraja sebetulnya
merupakan pembagian kekuasaan, antara penguasa rajya di istana dan
para rakryan di daerah watak atau pinggiran. Ini tidak berarti
bentuk yang sama berlangsung di desa atau wanua, karena
sebagai kesatuan kekuasaan dan kesejahteraan terkecil, tata
pemerintahan di desa jauh lebih berdaulat dan berkesetaraan.
Tidak ada seorang pun yang berkuasa mutlak di desa, kecuali
sekelompok dewan pemuka desa yang disebut rama atau
ramanta, yang sepenuhnya menjalankan kegiatannya dengan
pengandaian bahwa setiap orang itu setara dan sederajat.
Meskipun pemerintah kerajaan berakar pada kesatuan desa,
tetapi desa-desa tersebut tak tergantung pada pemerintah
kerajaan. Sekarang ini, kerajaan Mataram memiliki 28 negara
bawahan dengan empat orang menteri utama, keduapuluhdelapan negara bawahan inilah wilayah kerakaian
atau watak. Sebagai penguasa pusat raja dibantu oleh empat
menteri utama, sebagai penguasa wilayah sekitar ibukota
kerajaan. SEKARANG ini, kerajaan Mataram memiliki 28 negara
bawahan dengan empat orang menteri utama, kedua puluh
delapan negara bawahan inilah wilayah kerakaian atau watak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebagai penguasa pusat raja dibantu oleh empat menteri
utama, sebagai penguasa wilayah sekitar ibukota kerajaan.
Keempat menteri utama itu adalah mahamantri i hino,
mahamantri i halu, mahamantri i sirikan, dan mahamantri i
wka. Keempat pejabat tinggi kerajaan itu biasanya dijabat
oleh anak-anak raja atau kerabat raja. Adapun para rakai
adalah penguasa di daerah yang merupakan raja-raja
bawahan. Daerah watak yang dikuasai para rakai inilah yang
merupakan daerah pinggiran.
Mantyasih sebagai pusat pemerintahan yang menjadi
tempat tinggalku sekarang, terletak di bagian utara dari
Kamulan Bhumisambhara, lainnya adalah desa Kawikwan,
Panunggalan, Raja, dan Kapung sebagai daerah watak;
sementara Surusunda, Luitan, Gulung, Jati, Manghujung,
Ayamteas, Er Hangat, Sangut Mangli, Hasinan, Pabuharan,
dan Pasir. Terdapat 24 desa dalam lingkungan yang berkiblat
delapan dan setiap kiblatnya memuat tiga desa. Terdapat tiga
desa dari pusat, yang menjadi pusat adalah Mantyasih, secara
berturut-turut ke arah selatan menuju Kedu, Pamandayan,
lantas Tepusan. Dalam susunan kekuasaan yang menghubungkan segenap
wilayah itu tentulah bermain segala kemungkinan permainan,
karena setiap kelompok dalam wilayah kekuasaan yang sama
tentu berusaha membebankan makna pandangan hidupnya.
Dalam perjuangan atas makna itulah berlangsung penggabungan ataupun perlawanan, yang betapapun harus
ditanggapi dan disalurkan, jika kelompok yang berkuasa
dengan segenap makna pandangan hidupnya ingin tetap
bertahan. Demikianlah wangsa Sanjaya yang pernah
tenggelam kini tampak bangkit lagi dengan segala dewa
Hindunya dari delapan penjuru angin, mendesak kembali
segenap gerakan kebuddhaan wangsa Syailendra yang
diturunkan dari atas. Balaputradewa, yang tidak sudi
menyaksikan bercokolnya Rakai Pikatan di pusat kekuasaan,
memeranginya dan kalah serta terusir untuk ditampung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedatuan Srivijaya yang menguasai lautan dan menjadi
penganut Mahayana. Semua ini terjadi sebelum 856. Tentunya ketika aku masih
tenggelam dalam samadi di dalam gua. Benarkah sengketa itu
berakhir dengan kepergian Balaputradewa" Jika kemudian
adik bungsu Samaratungga ini menjadi seorang raja di
Srivijaya, bahkan membina hubungan baik dengan Raja
Dewapaladewa di Nalanda, Jambhudvipa, yang memenuhi
permintaannya atas tanah untuk kuil bagi para rahib Sriv ijaya,
mengapa pula ia tak berusaha mengganggu kekuasaan
Mataram dengan segala cara" Sriv ijaya dengan segenap
jaringan pelayarannya sangat mungkin menyebarkan mata-
mata yang mengemban berbagai tugas tak terduga. Jika
Balaputradewa takbisa menang dalam peperangan yang
mengerahkan pasukan, tidakkah ia bisa berperang dengan
berbagai cara lainnya" Meskipun adalah Rakai Kayuwangi yang
berkuasa kini, apakah jaminannya bahwa perseteruan antara
Srivijaya dan Mataram tak berlanjut sampai hari ini"
Aku tidak berani meneruskan lamunanku yang barangkali
saja mulai pikun ini. Diriku tidaklah harus menjadi begitu
penting, sehingga kerajaan-kerajaan dari dua wangsa terbesar
itu harus mengorbankan seorang tua sepertiku dalam
permainan kekuasaan mereka. Lebih baik aku mulai menulis
lagi, memperhatikan segala rincian dalam perjalanan hidupku
yang sudah berumur 101 tahun dan takkunjung mati ini,
karena aku percaya dari peristiwa kecil sangat mungkin
muncul jawaban-jawaban besar. Peristiwa-peristiwa kecil yang
tampaknya tidak berhubungan antara satu dengan lainnya,
jika dilihat dalam suatu jarak dan cara memandang tertentu,
barangkali akan memperlihatkan hubungan-hubungan yang
membentuk gambaran jelas. Tentu saja untuk itu segala
rincian tersebut harus ditulis dulu, sembari berusaha keras
mengingat apapun yang tampaknya tidak penting, dalam
usaha untuk menggambarkan segala sesuatu dengan seutuh
dan selengkap-lengkapnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kupegang lagi pengutik itu, dan menyiapkan lagi selembar
lontar yang masih kosong. Di pondok sebelah, agak jauh di
balik pohon sawo, terdengar tangis bayi. Akhirnya keluar juga
bayi itu, setelah sejak semalam mengalami kesulitan untuk
dilahirkan. Beberapa orang keluar masuk pondok tersebut
dengan panik sebelumnya, sebelum akhirnya seorang
perempuan dukun bayi datang menolong.
RUPANYA yang keluar masuk itu adalah para dukun lelaki,
yang tampaknya tidak mampu berbuat sesuatu terhadap
kelainan kandungan perempuan tetanggaku itu. Sebetulnya
aku sudah lama tahu bahwa bayi dalam perutnya itu
sungsang, yakni bukan kepalanya yang berada di bawah, siap
keluar dari rahim, melainkan kakinya. Dalam banyak kejadian,
bayi itu tidak dapat keluar dan ibunya meninggal. Saat
melihatnya aku menjadi gelisah, dan sudah semestinya harus
menolong perempuan itu, tetapi jika itu kulakukan maka
perhatian tetangga sekitar akan tertuju kepada diriku, dan
mengingat keadaanku sekarang aku justru harus menghindari
perhatian semacam itu. Aku tahu, jika kulakukan sesuatu
terhadap kandungan perempuan tersebut, dan berhasil, maka
para tetangga, bahkan penduduk di luar lingkungan ini, akan
datang berbondong-bondong minta pertolongan, dan selesailah sudah kehidupanku sebagai seorang penulis.
Namun aku sudah lama menyelidiki keadaan di sekitarku,
dan tahu bahwa ada seorang perempuan dukun bayi yang
kemampuannya tinggi, tetapi selama ini tersamarkan oleh
banyaknya dukun bayi dari kaum lelaki. Aku teringat tabib
bapak-anak yang telah memberiku ramuan pelupa itu, yang
membuat aku terkadang ragu apa yang kuingat dan
kucatatkan selama ini memang peristiwa-peristiwa yang
memang kuingat, ataukah sekadar sisa ingatan di antara
banyak hal yang sudah terhapus dan tak mungkin kuingat.
Mereka adalah tabib terkenal, dan tabib, dukun bayi, serta
banyak penggenggam keterampilan serta kecendekiaan adalah
kaum lelaki. Maka keberadaan perempuan dukun bayi itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang di luar kebiasaan, bagaikan suatu kelainan, tetapi
ada juga yang memanfaatkannya, terutama kaum paria,
karena ia tidak pernah meminta bayaran apapun jua.
Keberadaan perempuan dukun bayi itulah membuatku
tenang dan kejadiannya berlangsung seperti yang telah
kubayangkan. Sepanjang malam perempuan yang baru kali
pertama mengandung itu mengerang kesakitan, dalam usaha
setiap lelaki dukun bayi yang tidak pernah berhasil itu. Bahkan
kudengar betapa para lelaki dukun bayi itu berani berkata
bahwa perempuan itu barangkali pernah berbuat kesalahan
dan terkutuk. Tentu saja mereka sedang menutupi
kelemahannya sendiri. Dalam keadaan putus asa akhirnya
suami perempuan yang mengandung itu mendatangi pondok
perempuan dukun bayi yang telah dipandang sebelah mata,
karena yang datang meminta bantuannya hanyalah kaum
paria, yang terkadang melahirkan di tepi jalan begitu saja.
Memang kaum paria telah terbiasa tidak meminta bantuan
dalam segala perkara dari siapa pun jua, karena memang
tidak seorang pun boleh diharap akan sudi mendekat apalagi
menolongnya. Namun bahkan kaum paria pun bukanlah
perkecualian ketika ada kalanya mengalami kesulitan dalam
persalinan. Demikianlah lelaki muda dari kasta waisya yang
sehari-harinya berdagang di pasar itu akhirnya mendatangi
perempuan dukun bayi tersebut.
"Maafkan sahaya Puan telah mengganggu malam-malam,"
ujarnya merendahkan diri setengah menangis di depan
pondok itu, "mohon pertolongan bagi istri sahaya yang
malang. Semua dukun mengatakan istri sahaya terkutuk dan
karena itulah bayi kami menjadi sungsang. Namun sahaya
telah mengenal istri sahaya sejak lama, dan tahu tiada
kesalahan yang telah dibuatnya begitu rupa, sehingga layak
menerima kutukan tak tertolakkan. Tolonglah kami Puan..."
Kudengar suami muda itu bicara di luar rumah, ketika pintu
masih tertutup, seperti begitu yakin bahwa perempuan dukun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bayi itu tidak sedang tidur dan mendengar semua kata-
katanya. Namun kudengar pintu digeser, dan terdengar suara
seorang perempuan dengan kepercayaan diri yang matang.
"Sejak tadi daku dengar istrimu mengerang, kutahu bayi itu
sungsang dan percayalah itu bukan kutukan. Namun tak bisa
daku bebaskan bayi itu tanpa membedah perut ibunya, dan
daku taktahu cara menyatukan kembali perutnya itu tanpa
keajaiban." Suami yang kebingungan itu tentu tertegun. Perempuan
dukun bayi itu berkata lagi.
"Ya, mungkin daku dapat menolong anakmu, tetapi tidak
dapat kujamin kehidupan seorang perempuan yang perutnya
dibedah." Terdengar lagi erangan perempuan yang mengandung bayi
sungsang di kejauhan. "Tolonglah Puan! Sahaya mohon! Tolonglah!"
Suami itu telah menyerahkan segalanya ke tangan
perempuan dukun bayi tersebut, yang selama ini tiada pernah
terpikirkan akan ia minta pertolongannya, karena hanya kaum
paria tanpa kasta sajalah datang kepadanya tanpa pernah
memberikan imbalan. TIADA pernah disadarinya, betapa justru dunia kaum paria
yang serbamiskin lagi hina dina itulah tempat segala persoalan
dalam persalinan mengasah keterampilan sang perempuan
yang hidup sendirian. Adapun perempuan yang hidup
sendirian, entah kenapa, selalu dicurigai sebagai tukang
tenung atau penyihir, yang dipesan untuk menyebarkan
teluh... Maka ketika akhirnya kudengar tangis bayi yang baru
dilahirkan pagi hari ini, aku tahu betapa suatu kehidupan telah
diselamatkan, tetapi tidak kuketahui apakah memang atas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kematian dari kehidupan lain. Kuletakkan pengutik di atas
lontar yang masih kosong dan berkelebat ke atas pohon sawo
di dekat pondok, tempat perempuan dukun bayi itu telah
membedah perut atau kandungan perempuan yang bayinya
sungsang tersebut. Suami istri itu hanya tinggal berdua di
dalam pondok itu. Kulihat perempuan dukun bayi tersebut
keluar membawa bayi yang masih merah ke tepi sungai diikuti
ayah bayi itu. Mereka tentu akan mencuci bayi itu.
Kutunggu sampai mereka hilang menuruni tebing. Lalu aku


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkelebat memasuki rumah. Kulihat perempuan itu pingsan,
nyaris seperti sudah mati, tetapi ketika kudekatkan telingaku
ke wajahnya, jelas ia masih bernapas. Ia tergeletak bersimbah
darah pada amben bambu. Dari peralatan sederhana yang
masih terserak di sana, aku tahu betapa kandungan
perempuan yang bayinya sungsang itu telah dibedah oleh
ketajaman bambu. Darah membasahi seluruh amben. Bekas
kulit perut yang disayat itu disatukan kembali oleh jahitan tali
yang terbuat dari usus kucing, kemudian di atasnya dioleskan
dan ditumpuk-susunkan ramuan dari berbagai tumbuhan,
yang kukira mustahil menyatukan kulit perut itu kembali
sekarang juga. Mungkin ramuan tetumbuhan dimaksud untuk
segera mengeringkan darah, tetapi darah masih terus
merembes dari bekas sayatan. Perempuan itu akan mati
karena kehabisan darah. Apakah aku harus tinggal diam saja"
Untuk sementara suaminya bersama perempuan dukun
bayi itu masih akan berada di sungai. Hari masih pagi, tetapi
cahaya matahari terserak di dalam pondok. Kuletakkan tangan
kiriku di atas perut terbedah yang penuh dengan ramuan
tumbuhan, sementara telapak tanganku menghadap cahaya
matahari. Prana udara, prana matahari, dan prana bumi
terbuat dari prana putih atau prana umum. Prana udara dan
prana bumi bumi dalam bahasa yang hanya dipahami
kalangan tertentu, disebut gelombang daya hidup, sebab bila
dilihat secara waskita oleh mereka yang kepekaan matanya
tinggi, prana-prana itu tampak sebagai celah sempit atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gelembung cahaya. Gelembung daya hidup berukuran macam-
macam. Beberapa di antaranya mengandung lebih banyak
satuan prana putih dan yang lain kurang.
Gelembung daya hidup bumi menembus bumi dan
melingkupinya dalam ketebalan tertentu. Gelembung tersebut
lebih padat dan berhimpitan dan biasanya lebih besar dari
gelembung daya hidup udara. Beberapa gelembung daya
hidup udara yang lebih besar mudah dilihat dengan
memandang ke langit selama beberapa menit, terutama tepat
sebelum matahari terbenam. Siapapun tidak perlu menjadi
manusia waskita untuk mampu melihat gelembung daya hidup
udara. Siapa pun dapat melihatnya jika terlatih, bahkan
mampu melihat gelembung daya hidup bumi yang setengah
depa dari tanah. Demikianlah gelembung daya hidup atau kumpulan satuan
prana putih diserap chakra untuk kemudian dicerna dan
dipecah bagian-bagiannya. Bila dicerna, prana putih
menghasilkan enam jenis prana berwarna seperti warna
pelangi. Sejumlah besar prana udara diserap langsung oleh
chakra limpa di depan dan belakang. Prana udara dipecah
menjadi berbagai prana berwarna dan dibagikan ke chakra
lain. Prana bumi diserap melalui chakra telapak kaki. Sejumlah
prana bumi diarahkan naik ke tulang belakang dan chakra lain,
sementara sejumlah besar diarahkan ke chakra kecil , chakra
pusar, lalu ke chakra limpa, tempat prana itu dipecah dan
dibagikan ke chakra lain. Semuanya berlangsung dengan
sendirinya tanpa disadari. Prana putih terdiri dari prana
merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Dari keenam
prana berwarna; prana merah, biru, dan hijau paling sering
digunakan dalam penyembuhan; dan dari ketiganya kuambil
prana biru untuk menghentikan pendarahan.
JADI mungkin ramuan tumbuhan itu tidak menyatukan
kulitnya dengan segera, tetapi dengan berhentinya pendarahan, perempuan itu masih berpeluang hidup, dan jika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia terus hidup, lukanya akan mengering dan kulit perutnya
bersambung kembali. Tentu berhentinya pendarahan saja
takcukup. Perempuan yang bayi sungsang-nya masih
dibesihkan di tepi sungai itu harus dirawat. Namun untuk itu
kukira perempuan dukun bayi itu tahu apa yang harus
dilakukannya. Betapapun, berhentinya pendarahan itu kurasa
akan membuat sang ibu muda itu tetap hidup.
Aku berkelebat menghilang setelah mereka kudengar
berbicara sambil mendaki tebing.
"Tabahkanlah hatimu, Anak," ujar perempuan dukun bayi
itu, "istrimu telah menjelma kembali ke dalam diri bayi
perempuan cantik ini."
Aku telah memegang kembali pengutik itu, dan siap
menulis di atas lontar yang masih kosong, ketika terdengar
teriakan kaget riang gembira dari dalam pondok tersebut.
"Keajaiban! Sudah daku katakan isterimu akan tetap hidup
jika ada keajaiban! Sekarang pendarahannya berhenti, artinya
ia bisa sembuh kembali! Berikan sesaji kepada Durga sekarang
juga!" Suami perempuan itu taklangsung menjawab.
"Sahaya pemeluk Tantrayana, Puan, tidak memberi sesaji
kepada Durga." "Ah! Omong kosong! Hanya Bhatari Durga Mahisasuramardini yang akan melindungi perempuan! Cepat
kerjakan jika masih butuh pertolongan!"
Aku tersenyum mendengar percakapan itu, dan mulai
menulis kembali. Kulihat para tetangga berkerumun dan ikut
membantu mereka, sementara burung-burung berkicau riuh
rendah di atas pepohonan pada pagi yang berbahagia ini.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 141: [Memburu Harimau Perang]
SETELAH mempelajari filsafat Nagarjuna selama enam
bulan di dalam sebuah bilik di Kuil Pengabdian Sejati, sedikit
demi sedikit aku mulai memahami cara pemikir ini menafsirkan
ajaran Buddha, dan menerjemahkannya sebagai perbincangan
filsafat yang sangat merangsang pemikiran itu sendiri.
Setidaknya aku mengenali kembali betapa filsafat Nagarjuna
ini mengacu terutama kepada penolakan Buddha atas dua
kutub, yakni keberadaan atau atthita dan ketiadaan atau
natthita. Artinya sangatlah keliru mengandaikannya sebagai
penganut Mahayana. Acuan Nagarjuna terhadap murid
langsung Buddha, yang lebih kepada Katyayana daripada
Kasyapa adalah penting, karena ia menanggapi bukan hanya
isi penafsiran seperti Ratnakuta, tetapi juga penafsiran yang
terdapat dalam niskaya dan agama.
MAKA dengan mempelajari filsafat Nagarjuna seseorang
akan mendapat pemahaman lebih baik tentang filsafat dalam
ajaran Buddha, tanpa melebih-lebihkan perbedaan antara
Hinayana dan Mahayana. Aku tenggelam dalam pembelajaran Nagarjuna, selain
karena menyembunyikan diri dari ancaman para mata-mata
Kalakuta, juga karena berusaha mengatasi kehampaan
perasaan luar biasa dalam diriku semenjak kematian Amrita.
Tidak dapat kuingkari betapa sejak kali pertama menginjak
negeri manca Tanah Kambuja di pelabuhan bekas
Kemaharajaan Fu-nan waktu itu, tanpa terasa Amrita akhirnya
menjadi bagian diriku. Tanpa Amrita pengembaraanku
mungkin berlangsung ke tempat lain. Bukankah memang demi
dan karena Amrita maka aku telah melacak jejaknya dari
Tanah Kambuja, melewati segala bahaya dan peristiwa
sehingga aku tiba dan terlibat pertempuran demi pertempuran
di Daerah Perlindungan An Nam" Amrita Vighnesvara telah
menjadi bagian diriku dan kematiannya mengakibatkan
kehampaan besar dalam diriku yang menuntut untuk kuatasi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka cara terbaik untuk mengatasinya menurut diriku
adalah menghadapinya. Bahkan persoalan itu bagiku bagaikan
suatu utang piutang kehidupan yang wajib dibayar. Apa kata
Amrita kiranya, jika kubiarkan diriku melenggang tanpa
kejelasan tentang apa yang sebenarnya telah terjadi, yang
bukan hanya membuat gabungan pasukan pemberontak
terkurung api, tetapi telah merenggut nyawa Amrita sendiri"
Aku memasuki kota karena mencari Harimau Perang, tetapi
justru dirikulah yang terburu untuk dibunuh, sehingga bhiksu
kepala menganjurkan aku untuk tetap tinggal dalam kuil untuk
menghindarinya. Betapapun seseorang telah mengetahui
keberadaanku di dalam kuil dan tidak ada jaminan telah
melupakan aku. Persoalannya sekarang, mungkinkah aku menemukan
Harimau Perang" Dalam enam bulan, selain mempelajari
filsafat Nagarjuna, aku telah mencoba mengumpulkan
keterangan sedapatnya, dari para bhiksu yang penugasannya
berada di luar kuil, tetapi tidak kudapat kemajuan yang
berarti. Mengingat tugas Harimau Perang selama ini sebagai
penghubung yang mengatur jaringan antarpasukan pemberontak, jika ia memang ternyata seorang mata-mata
ganda, apalagi mengepalai jaringan mata-mata musuh pula,
adalah mudah baginya menghilang, bagai membalikkan
telapak tangan. Di lain pihak, dengan semakin menguasai
filsafat Nagarjuna, ilmu racun dan ilmu sihir Raja Pembantai
dari Selatan yang terwariskan tanpa kuminta telah hilang pula,
sehingga tiada mungkin kugunakan tenaga gaib untuk
memburunya. ''Harimau Perang....,'' kata Amrita waktu itu, ''merusak
segalanya...'' Aku berpikir keras. Meskipun adalah darah mudanya yang
bergejolak waktu itu, tetapi pada saat terakhir ketika memberi
pesan untukku, pastilah ia mengerahkan kecerdasannya untuk
memberikan arah agar diriku tidak mengulang kesalahannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jadi apakah kesalahannya" Tentang serbuannya ke sarang
harimau sendirian itu, tentu bukan kesalahan yang perlu
diungkapnya lagi. Namun apakah kiranya yang telah
membuatnya menyangka dapat membalaskan dendamnya
segera, itulah yang agaknya harus kuketahui, karena itu pula
yang diketahui Amrita sebagai kesalahannya.
Ia menyebutkan Harimau Perang merusak segalanya.
Tafsiran pertama, tentu bahwa seseorang bergelar Harimau
Perang telah memorakporandakan siasat pasukan pemberontak gabungan dengan sangat berhasil. Namun
tafsiran kedua bukan tak mungkin, bahwa dugaan yang hanya
tertuju ke arah nama Harimau Perang itulah yang justru
merusak segalanya. Itulah yang membuat aku berpikir keras. Suatu jawaban
harus ditemukan, tetapi betapa rumit mendekati suatu
kebenaran jika memang memungkinkan. Bukankah kebenaran
memang selalu merupakan sesuatu yang rumit, bahkan
mustahil dinyatakan, seperti mustahilnya kenyataan itu
sendiri" Namun aku tidak bisa tinggal diam. Lagipula para bhiksu
dan bhiksuni yang menyebar ke dalam kota, bahkan ke dalam
istana, pusat pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam,
berusaha mencari keterangan sekuat bisa. Iblis Suci Peremuk
Tulang bahkan menyamar dengan menumbuhkan rambut dan
kumisnya, tetapi tidak cambangnya, sehingga wajahnya tidak
kembali seperti semula. Dengan perantaraan jaringan rahib
masuklah ia ke dalam istana dan bekerja sebagai tukang kuda.
''Akan kupasang telingaku,'' katanya, ''jika kita waspada
tentu kita mendapatkan titik-titik terang.''
Ternyata memang dari Iblis Suci Peremuk Tulang itulah
terdapat suatu jalan untuk mengetahui sesuatu. Ia tiba pada
saat yang tepat, ketika aku sudah jenuh dengan filsafat,
karena telah mempelajarinya terus-menerus tanpa putus
dalam enam bulan terakhir ini, hanya dengan selingan upacara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
harian yang juga terus berlangsung seperti perputaran.
Betapapun, meski kepalaku gundul, wajahku kelimis,
mengenakan jubah pendeta, tak pernah makan daging,
belajar filsafat, dan tenggelam dalam samadi, aku bukanlah
seorang bhiksu, bahkan bukan seorang penganut Buddha dari
aliran mana pun. MESKI tak bersenjata, aku hanyalah seorang penyoren
pedang dari sungai telaga dan rimba hijaunya dunia
persilatan. Jiwaku adalah pedangku dan tubuhkulah
sarungnya, pada saat jiwaku bertarung tubuhku bagaikan
tangan yang memegang pedang. Tiada lagi pedang dan tiada
lagi sarung, hanya peleburan menuju jalan pertarungan antara
hidup dan mati. Ketika jarak antara hidup dan maut hanya
berbatas seujung rambut, saat itulah manusia mendapat
peluang mencapai kesempurnaan dalam puncak pendakian
kehidupannya. Itulah yang membuat kehidupan seorang
pendekar silat menggairahkan. Maka ketika pendalaman
naskah filsafat menjadi ujian yang menantang kesabaran,
otakku terserap daya tarik penalaran filsafat yang menuntut
ketekunan, sementara tubuh dan jiwaku terpanggil untuk
berangkat mengembara setiap kali angin bertiup dan cahaya
matahari pagi mengabarkan janji kebahagiaan di luar sana.
Aku memang tidak punya alasan untuk pergi, sampai Iblis
Suci Peremuk T ulang datang dengan berita ini.
''Sejumlah kuda yang segar dan sehat diminta untuk
dipersiapkan diam-diam, katanya untuk suatu perjalanan
rahasia.'' ''Perjalanan rahasia"''
''Ya, persiapan ini sangat dirahasiakan dan kami semua
disumpah dengan kutukan jika melanggarnya.''
Aku tahu, kutukan yang mana pun tidak akan membuat
Iblis Suci Peremuk T ulang gentar. Apalah artinya kutukan bagi
Iblis Suci yang bagaikan mewakili kutukan itu sendiri setiap


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kali berhadapan dengan lawan. Namun dalam penyamaran,
tentulah ia berlagak menerima persumpahan itu dan
mempercayainya, karena hanya dengan begitu akan
mendapat keterangan yang sangat amat kami butuhkan.
''Disebutkan bahwa seorang tokoh dipanggil oleh penguasa
Negeri Atap Langit karena jasa-jasanya, sehingga akan
mendapatkan kedudukan di sana. Namun karena sifat
pekerjaannya, maka kepergiannya pun tidak boleh diketahui
orang. Bahkan disebutkan, tidak seorang pun tahu bahwa
tokoh ini ada. Jadi adalah dosa besar yang harus dibayar
dengan darah jika keberadaannya terbocorkan, sengaja
maupun tidak sengaja,'' kisahnya.
Keterangan itu dikumpulkan sedikit demi sedikit. Mula-mula
bahwa jumlah kuda yang dibutuhkan adalah dua puluh ekor.
Artinya tokoh tersebut dijaga oleh lima belas pengawal rahasia
istana, dan bersamanya terdapat empat pembantu yang tentu
kedudukannya sangat penting.
Kemudian terdengar bahwa tokoh ini adalah seorang warga
An Nam, seorang Viet yang berperan penting dalam
penyelamatan Thang-long dari pendudukan para pemberontak. Sangatlah dirahasiakan, kapan rombongan dua
puluh orang itu akan berangkat dan jalur mana saja yang akan
dilalui. Hanya diketahui betapa tujuannya adalah Chang An.
Lantas, hanya kemudian sekali, Iblis Suci Peremuk Tulang
yang menyamar sebagai tukang kuda itu, mendengar bahwa
tokoh tersebut adalah Harimau Perang....
''Waspadalah dengan berbagai macam tipu daya dalam
penyebaran keterangan semacam ini,'' ujar bhiksu kepala.
Aku setuju dengan pendapatnya. Jika segenap mata-mata
di bawah pengawasannya bertugas dengan baik, kenapa
mereka dapat mengawasi diriku maupun Amrita, tetapi tidak
memperhatikan Iblis Suci Peremuk Tulang" Betapapun dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pasukan yang dipimpin Amrita, Iblis Suci Peremuk Tulang
merupakan andalan yang tidak terkalahkan, dan korban di
pihak pasukan pemerintah karena bandul besinya mencapai
angka yang besar sekali. Sosok seperti ini pasti tidak akan
luput dari pengawasan para mata-mata.
Namun bukan tentang keberadaan Iblis Suci Peremuk
Tulang itu yang menjadi masalahku, melainkan yang dilihat,
didengar, dan dibayangkannya. Apa pun yang dibayangkannya
tentang Harimau Perang tentu sangat berpengaruh kepada
pertimbangan dan simpulannya. Tidak ada yang lebih rumit
daripada tindak pengelabuan dalam dunia mata-mata.
''Tentu kita harus tahu kapan yang disebut Harimau Perang
itu berangkat, jalan mana saja yang akan dilaluinya, dan
kenapa sebenarnya ia harus melakukan perjalanan ini,''
kataku. ''Daku usahakan sebaik-baiknya,'' ujar Iblis Suci yang
segera menghilang lagi. Setiap kali menghilang dari tempatnya bekerja, yakni istal
pemeliharaan kuda-kuda pasukan pengawal istana, Iblis Suci
berkata pergi ke tempat pamannya yang sedang sakit keras.
TENTU akan memancing kecurigaan jika ia pergi terlalu
sering dan apalagi terlalu lama. Bhiksu kepala akhirnya
memasang mata rantai bhiksu dan bhiksuni yang mengemis
dengan batok kelapa di dalam kota, untuk menyampaikan
pesan Iblis Suci Peremuk T ulang itu dari lorong ke lorong dan
dari sudut ke sudut di jalan utama sampai ke Kuil Pengabdian
Sejati. Pesan itu cukup diucapkan kepada seorang bhiksu atau
bhiksuni, yang muncul dengan batok kelapa kosong di depan
asrama para tukang kuda di samping istal, maka pesan itu
akan tersampaikan dari mulut ke mulut, karena para bhiksu
dan bhiksuni pengemis masing-masing berjalan dalam suatu
bidang wilayah dengan cara melingkar, sehingga masing-
masing membentuk suatu lingkaran yang selalu bersinggungan. Pesan itu akan berjalan dari titik singgung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu ke titik singgung lain, dan tidak sampai sepenanak nasi
lamanya akan segera sampai ke telingaku. Begitu pula akan
berlangsung dengan pesan balasan dariku maupun bhiksu
kepala yang mengawasi langsung pekerjaan rahasia ini.
Tidak selalu ada pesan setiap hari, jadi aku berkesempatan
mempelajari apa saja yang berlangsung di Negeri Atap Langit
di bawah kekuasaan Wangsa Tang secara ringkas, melalui
catatan-catatan para rahib yang pernah me lakukan perjalanan
ke sana, yang tersimpan di perpustakaan Kuil Pengabdian
Sejati. Tentu juga harus kuketahui apa yang sedang
berlangsung akhir-akhir ini, yang barangkali menjelaskan
kenapa Negeri Atap Langit membutuhkan seorang Harimau
Perang. (Oo-dwkz-oO) AKU berada di Thang-long pada pertengahan 797. Saat itu
Wangsa Tang sudah menguasai Negeri Atap Langit selama
179 tahun semenjak mengambil alih kekuasaan dari Wangsa
Sui pada 618. Pendiri resmi Wangsa Tang adalah Li Yuan, tetapi adalah
putra keduanya, Li Shih Min, yang disebut-sebut sebagai
gagah berani dan berjaya dalam ilmu perang, yang telah
membesarkan Negeri Atap Langit sampai dikenal dengan
kemegahan seperti sekarang. Bahkan sebelum Li Shih Min
berkuasa sepenuhnya, telah berlangsung peristiwa mengenaskan, karena ia terpaksa membunuh kedua
saudaranya sendiri, sebelum dirinya sendiri dibinasakan
keduanya yang ternyata bersekongkol itu. Li Yuan yang masih
berkuasa tahu duduk perkara, jadi tidak menghukum Li Shih
Min, tapi bagaimanakah kiranya perasaan orangtua dengan
sengketa di antara anak-anaknya yang menghilangkan nyawa"
Li Yuan sebagai maharaja bergelar Tang Kao Tsu, Li Shih
Min yang menggantikannya kemudian bergelar Tang T'ai
Tsung, dan berkuasa antara 627 sampai 649. Di bawah
pemerintahannya, Negeri Atap Langit berkembang lebih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
megah dibandingkan masa pemerintahan Wangsa Han.
Sampai-sampai penduduk Negeri Atap Langit menyebut diri
mereka sendiri dengan bangga, seperti akan sering kudengar
nanti, sebagai Orang Tang. Disebutkan, dalam catatan Teng
Ssu-yu pencapaian Tang T'ai Tsung sangatlah ringkas:
T'ai Tsung merampungkan persatuan negeri
memajukan kebudayaannya menambah kemakmurannya dan menempatkan semua itu
di atas menara baru kekuasaan
Dalam hampir semua catatan yang kubaca, masa
pemerintahan Tang T'ai Tsung tak hanya merupakan masa
keemasan negeri, melainkan juga masa keemasan bagi
kesusastraan. Begitu rupa pentingnya kesusastraan sehingga
ujian untuk bekerja dalam pemerintahan, antara lain adalah
menulis puisi. Demikianlah Negeri Atap Langit menjadi negeri
yang sangat beradab, tetapi peradaban setinggi ini pun belum
dapat melepaskan dirinya dari peperangan.
Pada 627, bangsa Turk yang sebetulnya merupakan sekutu
pendiri Wangsa Tang, menyerang Chang An. Namun Tang T'ai
Tsung bukan hanya berhasil mencegatnya di atas jembatan
yang menghubungkan ibu kota Chang An itu dengan wilayah
pertahanan bangsa tersebut, tetapi cukup dengan memperlihatkan besarnya balatentara Tang di medan perang
telah membuat penyerbu itu mundur tanpa pertempuran.
NAMUN dua tahun kemudian, pada 629, Tang T'ai Tsung
mengirimkan pasukan berkekuatan 100.000 orang untuk
menaklukkan bangsa ini di kaki Gunung Besi yang berada di
wilayah mereka sendiri. Sebetulnya bangsa ini adalah bangsa
pengembara yang hidupnya berpindah-pindah dan datang dari
utara, sedangkan bangsa apa pun yang datang dari utara
disebut orang-orang Tang sebagai bangsa Tartar. Padahal tak
hanya satu bangsa berada di utara dan di antara bangsa-
bangsa pengembara yang saling berperang itu kadang terjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
peleburan. Seperti yang sejak tiga ratus tahun lalu
berlangsung antara bangsa Turk dan Mongol, yang kini
disebut Tartar atau juga bangsa Hun.
Dua puluh tahun setelah Tang T'ai Tsung naik takhta,
sekitar 647, ia menjadi dipertuan yang tidak dapat diingkari
lagi dari seluruh bagian timur dan tengah di benua tempat
terdapat Negeri Atap Langit. Sesudah berabad-abad lamanya
bersikap sebagai orang beradab yang menghindari peperangan, bahkan bersedia membayar harga perdamaian
terhadap suku-suku liar, setelah dirasuki jiwa Tartar berubah
menjadi pemberani bernyali nan tak kenal gentar. Gunung
gemunung maupun padang pasir tak mampu menghalangi laju
Dua Musuh Turunan 12 Pendekar Kelana Sakti 6 Bidadari Kuil Neraka Ratu Tanpa Tapak 2
^