Pencarian

Budha Pedang Penyamun Terbang 6

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 6


Amrita sendiri tenggelam dalam permainan kekuasaan dari
sebuah keadaan yang sungguh penuh jebakan tipu daya
dalam kekacauan. Amrita tidak bodoh. Barangkali ia juga ingin memanfaatkan
sesuatu di situ. Aku tidak tahu apa yang berada dalam
kepalanya. Lagipula perang siasat dan muslihat dalam saling
bersilangnya kekacauan di selatan dan di utara ini selalu
menampilkan segala sesuatu yang berada di luar dugaan.
Namun sudah jelas bagaimana Naga Kecil telah diseret oleh
sesuatu yang tidak terlalu diketahuinya. Baginya adalah baik
jika Amrita memiliki pasukan sendiri untuk menggulingkan
kekuasaan ayahnya; tetapi tidak diketahuinya seperti apakah
kekuatan Negeri Atap Langit itu, dalam peperangan panjang
yang tidak hanya mengandalkan pertempuran antarmanusia
bersenjata, tetapi dengan segala cara penguasaan yang
dikenal manusia. Dalam hal itu, Negeri Atap Langit hanya
dapat ditandingi oleh kerajaan-kerajaan dari Jambhudvipa.
Tanpa mengirim balatentara, pengaruh keduanya turut
membentuk kebudayaan di mana-mana, dari Kambuja sampai
Suvarnadvipa. Dalam hal Amrita, tidak juga diketahuinya bahwa meski
bukan takmungkin, tetapi mengalahkan pasukan manapun
dari Negeri Atap Langit tidaklah mudah; itu pun jika Amrita
mampu melakukannya, siapa berani menjamin bahwa
perjanjian taktertulis itu akan dipenuhi dengan santun"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah Naga Kecil dihubungi, tentu saja melalui suatu
daya pengerahan batin seseorang dari dunia persilatan. Tidak
dapat kubayangkan betapa dengan kekuatan batinnya Naga
Kecil tidak dapat menangkap pesan-pesan yang ditangkapnya
sebagai bagian saja dari tujuan yang lebih besar. Dunia
persilatan memberi kesempatan manusia menjadi sakti
mandraguna, tetapi agaknya belum cukup juga membuatnya
peka terhadap segala daya muslihat yang begitu merajalela di
atas dunia. Itulah sebabnya aku pun tidak ingin terkungkung
oleh cerita dan perburuan ilmu tentang silat sahaja, melainkan
juga segala ilmu tentang manusia dan dunia, yang tanpa itu
diriku hanyalah akan menjadi gentong nasi yang terbutakan
dari kenyataan bahwa dunia ini begitu kaya.
Betapapun kekuatan batin Naga Kecil itu sendiri tentu juga
mengagumkan. Tentu memang telah dikerahkan ratusan
mata-mata untuk melacak keberadaan kami, yang meski
sudah sangat berhati-hati, bisa saja tetap mengundang
kecurigaan seseorang, seperti yang telah berlangsung
sepanjang penyamaran kami. Namun kurasa memang
kekuatan batin Naga Kecil itulah yang dapat menemukan kami
dengan tepat, karena saat itu kami sudah berada di hulu
Sungai Mekong yang terpencil sekali, dan sudah lama berjalan
kaki di dalam hutan naik turun gunung tidak berjumpa dengan
satu pun manusianya. Jikalau pun ada yang menguntit,
kujamin kami telah mengetahuinya, karena memang berhari-
hari kami berjalan di wilayah yang tampaknya belum dirambah
manusia, sebelum tiba di pangkalan perahu-perahu yang
berangkat ke hilir itu. Sebagai saudara seperguruan, keduanya telah mengetahui
kelemahan masing-masing, dan itulah penjelasannya kenapa
Amrita dapat diringkusnya dengan mudah.
"Ia menggunakan mantra yang diberikan guru kepadanya,
dan tidak kepadaku," kata Amrita,"karena memang hanya bisa
digumamkan oleh lidah yang bercabang. Waktu tersadar daku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah dikerumuni banyak orang dan sangat marah karena
kupikirkan selalu tentang dirimu.
Apakah yang dikau rasakan saat itu?"
Aku tidak menjawab, dan hanya tersenyum saja, menyadari
semakin mustahilnya hubungan kami. Seorang pengembara
dalam perjalanannya tidak berhenti untuk menikah dan punya
anak. Ia bisa jatuh cinta, tetapi ia tidak mungkin setia.
Seorang pengembara hanya bisa mencintai dan setia kepada
perjalanan itu sendiri. Lagipula apakah yang bisa kulakukan
dengan seorang perempuan yang kini memimpin sepasukan
pemberontak seperti Amrita, yang juga sedang terlibat dalam
permainan kekuasaan rumit yang tidak kukuasai sama sekali.
Amrita tampak kecewa aku tidak mengeluarkan suara,
tetapi ia berusaha menutupinya.
"Namun setelah tertawan beberapa lama, diikat di atas
kuda dan dibawa keluar masuk hutan, dan selama itu Naga
Kecil menjelaskan dengan tenang keberadaan dunia yang
lebih nyata, daku pertimbangkan tawaran orang-orang Viet
untuk bergabung. Mereka janjikan padaku bantuan sepenuhnya untuk menyerang Angkor jika Thang-long bisa
direbut, dan kemungkinannya besar karena Wangsa Tang
sedang melemah. Suatu pasukan pemberontak yang besar
jumlahnya telah berkumpul di Hoa-lu dari segala penjuru.
Bergabunglah denganku pendekar, agar dapat kita bebaskan
negeri ini dari penindasan Negeri Atap Langit!"
AMRITA terdidik bukan hanya dalam ilmu silat, tetapi juga
cara mengatur siasat dalam pertempuran dengan pasukan
berjumlah besar. Menghadapi balatentara Negeri Atap Langit
yang sangat terlatih dalam pertempuran-pertempuran besar,
pasukan pemberontak yang berasal dari berbagai macam
golongan, tetapi sebagian besar adalah petani, sangat
membutuhkan kepemimpinan seseorang seperti Amrita.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saat itu kami telah memasuki hutan. Hujan masih deras,
tetapi di dalam hutan yang rimbun kederasannya sama sekali
tidak terasa. Amrita masih sempat bercerita tentang Naga
Kecil, yang mengaku ingin mengembara untuk mendapatkan
pengalaman di dunia orang awam, tetapi tidak disangkanya
sengaja menanti kedatanganku, dan melakukan segala usaha
untuk memusnahkan aku, sembari melanggar larangan
gurunya untuk tidak memasuki air sebelum luka hatinya
sembuh. Maka aku tahu bukan hanya kemungkinan
terbunuhnya bayi itu yang membuat Naga Bawah Tanah turun
tangan, melainkan terbunuhnya makhluk-makhluk air takbersalah maupun manusia karena banjir bandang yang
diarahkan kekuatan batinnya untuk menyapuku. Meski air
pasang adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di sepanjang
tepian Sungai Merah, seorang mahasakti seperti Naga Bawah
Tanah tidaklah dapat dikelabui oleh muridnya.
Namun setelah mendengar cerita Amrita aku merasa
sangat iba kepada Naga Kecil dan kehidupannya, dan betapa
secara tidak langsung aku telah menjadi penyebab akhir
hidupnya yang mengenaskan, yakni mati di tangan guru yang
dulu telah menyelamatkannya dari dalam perut ular sanca itu
sendiri. Tiba-tiba Amrita mengangkat tangannya, dan gerak barisan
ini langsung berhenti. Dalam kegelapan hutan yang
meruapkan bau kayu dan dedaunan basah, hanya terdengar
suara tetesan hujan yang merayapi daun-daun lebar sebelum
sampai ke tanah. Hujan lebat di luar hutan masih terdengar,
tetapi jelas juga bagi kami semua terdengarnya ringkik kuda
berkali-kali. Dengan berbagai macam gerakan tangan yang
tidak kupahami maknanya, Amrita mengatur agar pasukan itu
bersembunyi dalam suatu kedudukan tertentu.
Mula-mula setiap orang yang turun membisikkan sesuatu
ke telinga kudanya. Mungkinkah supaya kuda itu tidak
meringkik bahkan jangan pula mendengus" Lantas setiap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang yang bersenjata panah melenting dengan ringan ke atas
dahan yang serba melintang dengan dedaunan rimbun.
Malam begitu gelap. Aku tertegun. Ini bukan sembarang
pasukan pemberontak yang hanya mengandalkan kemarahan
dan perasaan diperlakukan tidak adil. Ini suatu pasukan yang
sangat terlatih. Seusai pasukan panah, melesat pula para
pelempar batu, termasuk dua perempuan yang agaknya sudah
selesai tugasnya menyusui bayi.
"Kita akan menyergap mereka di s ini," bisik Amrita selintas,
ketika melesat ke arah setiap regu dari pasukan besar dalam
hutan itu. Ratusan orang dalam pasukan itu bagaikan lenyap ditelan
bumi. Semua kuda ditinggal, dan setelah mendapat bisikan,
ratusan kuda juga tenang. Pernah kuketahui adanya mantra
para pawang kuda, yang dapat digunakan untuk meminta
kuda itu berlari lebih cepat, melompati jurang, menggigit, atau
justru untuk diam seperti sekarang. Kukira Raja Pembantai
dari Selatan juga mewariskan mantra-mantra untuk
mengendalikan kuda, tetapi sampai sekarang pun aku belum
sempat menengoknya. "Ini sebetulnya hutan larangan," bisik Amrita setelah
kembali ke dekatku, sembari menggamit tanganku, "para
tetua desa pernah menyatakan hutan ini terlarang untuk
dirambah, karena akan merusak kehidupan desa-desa di
sekitarnya." Aku tahu siasat orang-orang bijak yang menjadi tetua desa,
juga di Jawadwipa, yang mengatakan suatu hutan adalah
keramat, sehingga menjadi hutan larangan yang tidak akan
dirambah manusia. Orang-orang bijak mempunyai pandangan
jauh ke depan. Mereka mengetahui penduduk desa menebang
pohon-pohon, menjadikannya tiang bangunan atau kayu
bakar, dengan kecepatan yang tidak terimbangi oleh
tumbuhnya pohon-pohon itu kembali. Para petugas kerajaan
terkadang bahkan mengerahkan ratusan sampai ribuan orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk masuk ke dalam hutan dan menebang pohon, demi
pembangunan istana-istana para penguasa, yang hanya akan
habis dibakar manakala musuh berhasil menguasainya. Maka
pada bagian-bagian tertentu dari sebuah hutan, mereka
sebutlah hutan itu sebagai hutan yang terlarang untuk
dirambah manusia. Dilarang untuk memburu binatang di
hutan itu, dilarang untuk bahkan mematahkan sepotong
ranting, apalagi menebang pohon. Dengan demikian memang
tiada gunanya manusia masuk ke sana, kecuali untuk
melakukan tapabrata atau bersamadhi, yang akibatnya tentu
harus ditanggung sendiri.
Tidaklah jarang bahwa orang-orang sadhu dari pemuja Siva
maupun Visnu masuk ke sana dan tidak pernah kembali. Ular
dan harimau tentu taktahu menahu apakah makhluk di
hadapannya adalah orang suci yang tinggal kulit dan tulang,
karena dalam keadaan lapar hanya makhluk inilah yang tidak
bergerak menghindar ketika di dekatinya. Dalam hal ular
sanca yang besar, konon orang sadhu itu ditelan utuh begitu
saja dalam samadhi, karena ketika dilibat dan diremukkan
tulangnya barangkali memang rohnya telah menyatu dengan
Roh Besar di luarnya, seperti udara dalam bambu yang
menyatu dengan udara di luar bambu.
Jadi memang tidak ada hantu di hutan larangan, tetapi
terlalu banyak cerita yang terlanjur dipercaya sebagai
nyataosemua orang bijak tahu itu, dan orang bijak tidak selalu
tua, tetapi juga bisa muda seperti Amrita, sehingga ia tidak
punya beban untuk membawa masuk pasukannya bersembunyi si sana. Namun bagaimana kalau kepala pasukan
pemerintah Daerah Perlindungan An Nam tidak kalah bijaknya
dengan Amrita" Amrita memberi tanda agar segenap pasukannya benar-
benar takbersuara. Saat itu hujan telah berhenti sama sekali.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 128: [Maut Berkelebat dalam Kegelapan]
SUNYI tidaklah tanpa suara. Dalam kegelapan hutan,
kesunyian memberikan suatu dengung yang sama sekali tidak
berbunyi. Namun perasaan tegang karena menanti kedatangan pasukan lawan membuat dengung itu terasa
bagaikan denging. Semua orang memegang senjatanya erat-
erat. Mereka telah berbulan-bulan diburu oleh pasukan
pemerintah yang memang bertugas untuk menangkap
mereka, sehingga meskipun belum pernah berhadapan, adu
siasat sebetulnya sudah lama sekali berlangsung. Peperangan
antara pasukan pemerintah yang kuat dengan pasukan
pemberontak yang tidak terdiri atas prajurit terlatih,
sebetulnya tidak pernah merupakan pertempuran berhadapan
di suatu lapangan, melainkan seperti permainan lempar dan
sembunyi. Pasukan pemberontak menyergap secepat kilat,
tetapi untuk segera menghilang kembali.
Siasat seperti itu bukan tidak dikenal oleh para ahli siasat
perang Negeri Atap Langit yang sejarahnya sendiri juga penuh
dengan pemberontakan dan peperangan. Seorang ahli falsafah
perangnya sekitar 1300 tahun lalu berkata: dalam seni perang,
jika kekuatanmu sepuluh kali kekuatan lawan, kepunglah dia;
jika lima kali kekuatan lawan, seranglah dia; jika dua kali
kekuatan lawan, ceraikanlah dia; jika seimbang dengan
kekuatan lawan, dikau dapat bertempur melawannya; jika
kurang daripada kekuatan lawan, dikau dapat mundur; jika
tidak setara dengan kekuatan lawan, dikau dapat menghindarinya. Namun apakah yang sedang terjadi sekarang" Pasukan
Amrita berlaku seperti sedang terdesak dan tiada jalan lain
selain masuk hutan. Tidakkah pasukan lawan yang


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejarnya tahu betapa di dalam hutan ini para petani
mampu bergerak seperti harimau kumbang, sehingga
kekuatan setiap orang bagaikan berlipat ganda sepuluh kali
menghadapi pasukan yang tak berdaya dalam kegelapan"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Itulah persoalannya. Jika kesuny ian telah menusuk begini
rupa, tidakkah lawan yang mengetahui kami memasuki hutan
ini, lantas sengaja tidak memasuki, dan mengepungnya saja
dari luarnya" Kesunyian itulah yang mengepung kami
sekarang, karena jika lawan masuk tentu ia tidak ingin
bersuara supaya tidak dengan mudah menjadi sasaran, dan
apabila demikian tentu kami pun takjuga ingin bersuara sama
sekali, karena dalam kesunyian seperti ini siapa yang
menimbulkan bunyi nyawanya akan melayang lebih dahulu.
Demikianlah kesunyian ini semakin menjadi dengung yang
mendenging. Dalam gelap Amrita menatapku dan kutatap pula matanya.
Meski malam sungguh kelam untuk dapat dengan tegas saling
memandang, kurasakan cintanya yang masih membara dan
kebahagiaan betapa diriku berada di dekatnya. Dalam saat-
saat menegangkan seperti sekarang kurasakan keharuan yang
diakibatkan oleh pertemuan dan perpisahan.
Kusadari betapa tidak mungkin diriku hidup bersamanya
seperti pasangsan pendekar yang telah mengasuhku,
Sepasang Naga dari Celah Kledung, karena meski kami segera
menyatu kembali dalam sekilas tatapan, kepentingan kami
masing-masing dalam kehidupan tidaklah mengarah kepada
sesuatu pun yang akan membuat kami hidup bersama. Amrita
adalah seorang perempuan yang berselancar di atas
gelombang kekuasaan, yang dapat menikmati debur dan
empasan ombaknya sebagai tantangan permainan, sementara
diriku yang hanya ingin mengembara, mereguk pengalaman
dan mencari pengetahuan, tentu suatu hari pasti akan pergi,
menuruti langkah kaki yang dihela kata hati.
Merenungkan diriku sendiri menjelang pertempuran dalam
kegelapan antara hidup dan mati, membuat aku malu sendiri
membandingkan diriku dengan setiap orang yang siap
bertempur ini. Betapa setiap orang dalam pasukan ini
mempertaruhkan nyawanya untuk sebuah tujuan mulia dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pasti, apapun itu setidaknya sebuah tujuan, yang dimuliakan
dan dipastikan dalam pembermaknaan, tempat setiap orang
siap berkorban; tidak seperti diriku, yang hanya mengambil
dan menikmati segala sesuatu dalam kembara perjalanan,
hanya untuk diri sendiri dan sungguh hanya untuk diriku
sendiri semata. Tidakkah perbandingan ini sangat memalukan"
Jika aku siap maka itu hanyalah kematian yang memang
direlakan tetapi atas nama kesempurnaan ilmu silat dalam
puncak pencapaian, betapa nyawa pun diberikan untuk
mencapai kesempurnaan diri pribadi dan sama sekali bukan
suatu pengorbanan, kecuali dikatakan pengorbanan demi
kesempurnaan diri dalam ilmu persilatan. Jika aku mati dalam
pertarungan maka aku hanya akan mati untuk diriku sendiri.
Menolong, membela, dan berpihak kepada siapapun yang
lemah dan menderita adalah kewajiban seorang pendekar,
tetapi di sungai telaga dunia persilatan hanya golongan putih
yang menjadikan kewajiban semacam itu menjadi tujuan,
sedangkan para pendekar golongan merdeka, yang tidak
pernah mendirikan perguruan dan selalu mengembara, meski
tidak akan menghindari kewajiban yang sama, menjadikan
kesempurnaan ilmu silat sebagai tujuan hidupnya.
Kini aku berada di sini, di dalam hutan yang gelap ketika
pasukan pemberontak yang dipimpin Amrita berada di ambang
pertempuran melawan pasukan pemerintah yang kekuatannya
tidak bisa dianggap ringan, karena dengan segenap
pengalaman dalam sejarah pemberontakan dan peperangan
Negeri Atap Langit, menghadapi para pemberontak di Daerah
Perlindungan An Nam ini telah dikirim pasukan yang memang
dikirim setelah mempelajari siasat pasukan pemberontak
dengan cermat. Jika untuk memburu penjahat yang sukar
ditangkap cara terbaiknya adalah menggunakan penjahat
lainnya, maka cara terbaik melumpuhkan pasukan pemberontak yang menyergap serentak dan segera
menghilang lagi tentu adalah menggunakan pasukan lain yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat mengenal cara-cara itu, yakni pasukan pemberontak
juga. Demikianlah Amrita sempat bercerita, "Dalam beberapa
bulan terakhir ini banyak sekali pasukan pemberontak yang
menyerah karena dirongrong dari dalam dengan segala
macam kebocoran rahasia dan adu domba. Namun yang
sangat menyedihkan adalah penggunaan pasukan pemberontak yang menyerah itu untuk menghadapi dan
memburu pasukan pemberontak lainnya. Pemerintah Daerah
Perlindungan An Nam telah mendapat banyak keberhasilan
dengan cara itu, sehingga di daerah selatan tinggal pasukan
kami yang masih selamat, dan setiap kali suatu pasukan
dilumpuhkan selalu berhasil dilebur dan bergabung untuk
memburu kami. Maka karena sudah sangat saling mengenal
siasat masing-masing, kami berusaha mengelabui mereka
dengan cara-cara yang mereka kira sudah mereka kenal,
padahal kami sedang menjebaknya. Namun tentu saja masih
mungkin mereka pura-pura saja dapat dijebak, sebagai suatu
jebakan lain." Kusadari betapa rumitnya siasat jebak menjebak seperti itu,
sehingga memang benar betapa pentingnya peranan seorang
mata-mata. Sun Tzu, ahli seni perang Negeri Atap Langit itu
berkata: ... yang menyebabkan raja bijaksana dan panglima
ulung bergerak dan mengalahkan musuh, dan mencapai hasil
yang melampaui apa yang dapat dicapai orang banyak, adalah
mengetahui lebih dulu. Mengetahui lebih dahulu itu tidak
dapat diperoleh dari makhluk halus dan dewa dengan
membaca ramal, tidak dapat ditebak dari dalam berdasarkan
banyak peristiwa yang telah dialami, tidak pula dapat diduga
dari luarnya betapapun cermatnya perhitungan penuh
kepastian, melainkan dapat diperoleh dari orang yang
mengetahui keadaan musuh. 4)
ORANG yang mengetahui keadaan musuh itulah rumusan
seorang mata-mata. Menurutnya terdapat lima jenis mata-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata, yakni mata-mata setempat, penduduk daerah musuh
yang digunakan sebagai mata-mata; mata-mata dalam,
petinggi musuh yang digunakan sebagai mata-mata; mata-
mata ganda, mata-mata musuh yang berbalik digunakan
sebagai mata-mata; mata-mata mati, yang digunakan
membocorkan keterangan menyesatkan kepada musuh; dan
mata-mata hidup, yakni mata-mata yang memang dikirim
untuk menyelidiki dan kembali dengan segala keterangan
perihal keadaan lawan. Menurut Sun Tzu pula, jika kelima jenis mata-mata ini
serentak digunakan, tidak seorang pun boleh mengetahui
rahasia jaringan mata-matanya...dan itulah yang disebut sifat
dewa. Mata-mata dengan sifat seperti ini adalah harta raja
yang tiada ternilai harganya.
Amrita belum sempat bercerita lebih jauh tentang keadaan
jaringan mata-matanya, tetapi keadaan genting sekarang ini,
ketika kesunyian siap berubah menjadi hujan maut, jenis
mata-mata keempat itulah, yakni membocorkan keterangan
menyesatkan, yang mungkin berada di sana, atau juga
mungkin berada di sini. Amrita telah bercerita tentang adu
siasat, meski tak pernah saling berhadapan, jadi seharusnya
ada mata-matanya di sana yang menjadi dasar pertimbangan
lawannya pula. Segera kutanyakan dengan bahasa isyarat kepada Amrita,
adakah pasukan ini mempunyai mata-mata di pihak sana.
Dalam kegelapan masih dapat kulihat ia menggeleng dengan
pandangan mata bertanya-tanya.
Aku harus berpikir cepat: Amrita mengambil keputusan
tidak berdasarkan pertimbangan dari langit, melainkan karena
penjelasan para kepala regu dan anggota pasukannya. Jika
harus ada yang tersesat, maka yang tersesatkan mestinya
adalah pasukan Amrita, karena tidak ada pasukan dalam
pendidikan Negeri Atap Langit yang tidak akan mengirim
mata-mata mati ke pihak lawan dalam peperangan panjang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti sekarang. Kesunyian sungguh mencekam. Apabila
pasukan Amrita mengira akan bisa menjebak lawan dalam
hutan larangan, mengapa kita tak harus berpikir bahwa
pasukan Amrita sedang dijebak oleh lawan di hutan larangan.
Bagaimana cara menjebaknya"
Kemungkinan pertama adalah tidak masuk ke dalam hutan
melainkan mengepungnya; kedua, masuk ke dalam hutan
dengan kepastian untuk mengalahkan musuh, yang telah
mereka kenali segenap kemampuannya, termasuk dengan
cara seolah-olah terjebak lebih dahulu, untuk kemudian
memberikan serangan mematikan; ketiga, melakukan kedua-
duanya, menyerang masuk hutan dan mengepung, agar jika
serangannya tak berhasil melumpuhkan lawan maka kepungan
tetap bisa dijalankan. Kupikir kemungkinan ketiga itulah yang
akan dijalankan, sehingga harus dilakukan tindakan di luar
perhitungan tersebut, yakni bahwa kepungan itu sendiri bisa
dikacaukan. Mereka mungkin telah memperhitungkan kemampuan setiap orang, termasuk cara menghadapi Amrita
yang ilmu silatnya belum kulihat ada yang bisa melawan;
tetapi siapa pun tentu saja tidak memperhitungkan
keberadaanku. Dalam keadaan senacam itu, dan suasana
sepenting ini, keputusan berada di tanganku untuk mengubah
dan membalik keadaan. Kugamit Amrita sebentar, kubisikkan sesuatu ke dalam
telinganya, lantas aku berkelebat. Dalam kegelapan, tiada
dapat kuandalkan mataku sepenuhnya menghadapi kepungan
musuh, maka kupejamkan mataku dan kugunakan ilmu
pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Lubang.
Dengan segera dalam keterpejaman terlihat bahkan
embusan napas orang-orang yang mengintai dalam suatu
warna tertentu. Dengan penguasaanku yang semakin matang
terhadap ilmu pendengaran ini, setiap kecenderungan terlihat
dalam suatu pijar warnanya masing-masing dalam kegelapan.
Jika sosok tubuh terlihat sebagai garis pijar redup warna hijau,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka dengus napasnya terembus sebagai uap berwarna
kuning, dan setiap senjata yang disandang, di mana pun
diselipkan, jika digerakkan karena akan digunakan segera
tampak sebagai pijar kebiruan, apakah itu penggada batu
maupun jarum-jarum rahasia yang berlesatan.
Namun yang luar biasa dari penguasaanku sekarang,
bahwa dalam keterpejaman niat membunuh dan mencelakakan terlihat sebagai pijar redup di sekitar dada
dengan warna merah. Demikianlah aku melayang dalam kegelapan hutan, tidak
menyentuh bahkan sebatang ranting maupun dahan. Ternyata
pihak lawan mengirimkan pengintai terbaik sebagai lapisan
terdepan, mereka memang berkemampuan tinggi jika dilihat
dari kemampuannya berkelebat dalam kegelapan tanpa
menyentuh dedaunan. Jumlah mereka hanya satu regu, tetapi
kemampuannya sangat tinggi untuk mengacaukan dan
mendobrak jebakan yang sudah dipersiapkan, artinya mereka
inilah yang pertama kali harus dimusnahkan.
KEMAMPUAN mereka memang tinggi dalam melayang di
antara pepohonan seperti terbang dengan jejakan-jejakan
ringan kadang bahkan hanya dengan sentuhan tangan pada
dedaunan. Dalam gelap, seluruh tubuh mereka dibalut kain
hitam, sehingga pasukan Amrita yang mengira akan mampu
menjebak dengan mudah tiada akan melihatnya bahkan
tersergap dan tenggelam dalam kekacauan. Saat kekacauan
menimbulkan kepanikan itulah lapisan kedua yang memang
dipersiapkan untuk menyerbu masuk akan mampu menyerang
dengan penuh kejelasan atas kedudukan lawan. Jika serangan
ini tidak berlangsung sempurna, apakah itu masih ada lawan
yang tersisa dan lari keluar hutan, bahkan mungkin saja
mampu menggagalkan serangan, maka masih barisan
pengepung yang telah melingkari hutan larangan. Terlihat
betapa cermat siasat itu dijalankan, tetapi kini sudah
waktunya untuk dikacaukan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang pertama yang melayang paling depan tak mengira
aku seolah akan menabraknya dari depan. Saat ia mencoba
berkelit kedua jari tangan kiriku telah menotok jantungnya,
sehingga berhenti seketika dan mengakibatkan kematian.
Namun bukanlah kematian benar yang menjadi kesulitan
untuk diadakan, melainkan bagaimana cara kematiannya
takdiketahui yang lainnya karena akibatnya belum dapat
diperhitungkan. Jadi menotok jantung dan membunuhnya
bagiku cukup mudah dalam kecepatan takterlihat di tengah
gelap, tetapi setelah itu menjaga agar tubuhnya tak jatuh
bersuara serasa bagaikan pekerjaan yang maha berat. Sekali
terdengar suara kematian seorang anggota regu pelopor ini,
saat itu mereka akan berbalik mengundurkan diri, karena
sadar akan hadirnya kekuatan di atas kemampuan, dan
memilih untuk hanya melakukan pengepungan.
Maka aku harus berkelebat sangat amat cepat, sehingga
setelah menotok jantung dan lawan melayang ke bumi, aku
dengan segera sudah berada di bawah untuk menyambut


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya agar tidak terjatuh tanpa suara. Namun aku tidak
bisa meletakkan tubuhnya di atas tanah begitu saja, meskipun
berada di balik semak dan onak berduri rapat, karena masih
berkemungkinan ditemukan oleh pasukan penyerbu lapis
kedua yang mengira segala jebakan pasti telah dibersihkan.
Tentu saja lapisan pertama yang ditembuskan masuk ke
dalam hutan memang suatu regu yang tidak terdiri dari
sembarang orang. Bahkan harus kukatakan betapa mereka ini
berdasarkan kemampuannya sungguh setara tingkatnya
dengan para pendekar pilihan. Bahwa dengan tingkat ilmu
silat setinggi itu mereka tidak mengembara sebagai pendekar,
tetapi memilih untuk menjadi prajurit tanpa nama adalah
sebesar-besarnya pengabdian.
Bersama tubuh yang kuterima agar tak jatuh berdebam aku
melesat ke atas pohon dan mengikat orang yang baru saja
meninggal itu dengan sulur akar-akaran pada dahan yang
melintang dan segera berkelebat kembali. Meski kecepatanku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergerak jelas melebihi kecepatan kata-kata menceritakannya,
tetaplah harus kuceritakan kesulitanku bahwa takmembuat
suara ini merupakan pekerjaan yang sungguh tidak ringan.
Jika aku dapat memburu dan melumpuhkan lawan dengan
mata tertutup, berkat ilmu pendengaran Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang, ketika menerima tubuh dan
membawanya melesat ke atas serta mengikatnya, aku merasa
tetap menggunakan ilmu pendengaran itu adalah berlebihan,
jadi aku me lakukannya dengan mata terbuka dan saat itu
telingaku bekerja hanya sebagai telinga awam biasa. Tanpa
alasan yang kuat, pelepasan ilmu pendengaran dalam
kegelapan itu ternyata berakibat.
Setelah naik turun tiga kali untuk menyambar,
melumpuhkan, dan mengikat tiga lawan dengan sulur akar-
akaran dengan cara yang sama, justru tiga lawan lagi datang
sembari me lepaskan serangan kilat tanpa suara tanpa
kuketahui sebelumnya. Aku yang baru saja mengikat tubuh
segera berkelit ke baliknya. Duabelas pisau terbang pun
menancap di tubuh itu, sementara aku melenting ke atas
tanpa suara pula ketika ketiganya serentak tiba. Kutotok
ketiga tengkuk mereka dari belakang sebelum mereka sadar
betapa pisau-pisau terbang mereka menancap pada tubuh
kawannya sendiri. Aku bergerak cepat meringkus ketiga orang
yang napasnya sudah tersumbat dengan akar-akaran sebelum
mereka terjatuh berdebum tanpa nyawa, kali ini tanpa
membuka mata, karena hanya dengan memegang ilmu
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang aku dapat melihat
dalam keterpejaman dan lebih dahulu menyerang.
Enam orang berkelebat lagi pada enam titik yang segaris
tanpa mengetahui betapa kawan-kawan mereka yang melesat
sebelumnya sudah mati. Dari ilmu silat dan meringankan
tubuhnya yang sangat tinggi, kuperkirakan hanya duabelas
orang itulah yang diandalkan sebagai regu pelopor untuk
menembus hutan, karena memang layak dipertimbangkan
tidak akan terjebak perangkap lawan, bahkan sebaliknya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mampu menjebak dan mengacaukan mereka yang mengira
setiap saat akan ada yang masuk jebakan.
DALAM keadaan biasa, mereka telah membantai barisan
panah dan pelontar batu dari belakang tanpa suara, tetapi
yang setelah mayat-mayatnya jatuh berdebum
atau berkerosok menyerempet dahan dan semak-semak nan lebat
segera menimbulkan kepanikan -saat yang tepat bagi para
penyerbu masuk hutan dan menyerang, karena kepanikan
yang menimbulkan suara membuat kedudukan pasukan
terlacak bagai hari s iang.
Demikianlah keadaan ini kubalikkan. Sama seperti cara
bergerak keenamnya, kususul satu persatu mereka dengan
cara melesat dan berkelebat melalui sentuhan dahan. Sengaja
kutepuk yang seorang pada punggungnya dengan tepukan
Telapak Darah, sehingga ia jatuh begitu rupa menimpa dahan-
dahan dan menimbulkan keributan. Dengan kecepatan
melebihi kilat, kelima temannya yang bergerak kususul dengan
cara yang sama, tetapi tidak semuanya kuhabisi dengan
pukulan Telapak Darah. Ada yang kusabet dengan pedang yang kucabut dari
punggungnya sendiri. Ada yang kudorong begitu saja
sehingga kecepatan geraknya tak teratasi dan menabrak
batang pohon dengan tulang remuk. Ada yang kusambut dari
depan dengan kecepatan tak terlihat sehingga tiada tangkisan
apa pun terhadap angin pukulanku yang mematikan. Ada yang
kubarengi begitu saja laju geraknya di sampingnya, tetapi
ketika ia menoleh aku telah berada di sisi lain tubuhnya dan
menotok titik tertentu tubuhnya sehingga prananya bocor
seketika mengakibatkan kematian di udara. Ada pun yang
terakhir tanpa diketahuinya kujerat kakinya dengan sulur akar-
akaran sehingga mendadak terhenti, tergantung dengan
kepala di bawah dan tanpa sadarnya berteriak-teriak pula.
Semua ini berlangsung lebih cepat dari kejapan mata, aku
melesat cepat hanya dengan sentuhan dan kadang justru dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sentuhan atau jejakan atas mayat-mayat yang masih
melayang, dan hanya untuk menyusul yang cukup jauh
kuperlukan jejakan pada dahan. Begitulah enam titik
penembusan mereka di dalam hutan kujelajahi dengan cepat,
amat sangat cepat, bahkan seolah terlalu cepat, dengan
tujuan memang untuk membuat keributan seolah-olah tugas
kedua belas orang anggota regu pelopor itu telah berhasil
menimbulkan kekacauan. Sun Tzu berkata: dengan menyerbu bagian musuh yang
kosong, majumu tidak akan dapat ditahan; dengan mundur
demikian cepatnya sehingga tidak tersusul oleh musuh,
mundurmu tidak akan dapat dikejar.
Aku telah berada di samping Amrita, ketika para penyerbu
masuk sambil membuat suara.
''Habiskan mereka,'' kataku, ''sementara kukacaukan
lingkaran yang bermaksud mengepung kita sampai akhir
zaman.'' (Oo-dwkz-oO) Episode 129: [Serangan Angin dan Api]
Maka aku pun melayang dalam kegelapan hutan, melesat
dengan sentuhan dari dahan ke dahan, sementara di bawahku
para penyerbu yang tertipu menyerang pasukan Amrita yang
telah menunggu. Dapat kubayangkan dalam gelap dan
ketiadaan pandangan mereka tidak menemukan apapun dari
keributan yang semula mereka sangka sebagai kekacauan
lawan. Saat itulah ratusan anak panah beracun akan meluncur
dari atas pepohonan di balik kegelapan, anak panah yang
racunnya segera bekerja membiru dan menghitamkan badan.
Mereka yang cukup tangkas tentu sempat menangkis anak
panah dengan pedangnya yang tajam, tetapi apa lagi yang
bisa dilakukan jika pada saat yang sama batu yang dilesatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
para pelontar jitu telah mendera kening atau pelipisnya yang
membuat mereka setidaknya pingsan atau mati sekalian"
Masih kudengar jeritan mereka dari luar hutan, ketika para
pengepung yang mengira kawan-kawan mereka sedang
melakukan pesta pora pembantaian kulabrak dan kukacaukan
dengan serangan kilat yang jelas takterlihat di malam gelap
segelap-gelapnya kegelapan dari suatu ma lam yang paling
kelam. Mereka tidak kubunuh tetapi hanya kuobrak-abrik
dengan sapuan angin pukulan yang membuat mereka
terjengkang, terkapar, atau terlontar saling bertabrakan.
Barisan yang rapi dalam kedudukan penuh perhitungan dalam
pengepungan menjadi berantakan, karena serangan mendadak yang kulakukan telah memancing sayap manapun
memberikan pertolongan. Hal ini tidak akan terjadi jika
mereka biarkan saja aku dihadapi pasukan dari bagian yang
kuserang, dan hanya mengirim seorang atau beberapa prajurit
pilihan yang tinggi ilmu silatnya, sementara kedudukan
mengepung tetap dipertahankan.
MASALAHNYA aku telah menggunakan Jurus Seribu Naga
Menyerbu Bersama yang mengandalkan kecepatan sangat
amat tinggi sehingga meski pada dasarnya seranganku
berpindah-pindah tetapi terasa bagaikan serbuan ribuan orang
dalam waktu berasamaan. Bukan hanya terasa sebagai
serbuan ribuan orang yang menimbulkan kepanikan, tetapi
bahwa serbuan itu nyaris tidak kelihatan, takhanya karena
gelap melainkan sangat cepat, sehingga menimbulkan
kepanikan. Kesan itu bertambah kuat karena tak hanya
manusia tetapi juga kuda kubuat berpentalan ke udara
ratusan depa yang membuatnya meringkik dan ketika jatuh
tentu menimbulkan keributan.
Malam seusai hujan di tepi hutan yang semula amat sangat
sepi mencekam berubah menjadi penuh teriakan kekagetan
dan ringkikan kuda yang sungguh mengacaukan pengepungan. Bintang di langit bertebaran membentuk rasi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sayap, menandakan malam yang akan banyak anginnya. Kata
Sun Tzu: kobarkanlah api dari mata angin, janganlah
menyerbu dari arah yang berlawanan dengan mata angin. Tak
kugunakan api di musim hujan seperti ini tetapi kuandaikan
seranganku sebagai api yang mengacaukan perhatian dan
taktergantung angin karena diriku sendirilah api sekaligus
angin yang bergerak atas perintahku sendiri kepada seribu
naga penyerbu yang bahkan tak terbayangkan keberadaannya
di dalam mimpi. Malam penuh bahasa burung yang mencericit-cericit dalam
kepanikan, tetapi kecepatanku telah membuat segalanya bisa
kusaksikan sebagai kelambanan dalam tarian. Hanya satu
penyerbu yaitu aku, tetapi barisan pasukan ratusan orang ini
setiap orangnya bagaikan baru saja dipukul entah siapa dari
belakang. Prajurit yang baru dipukul ini akan dengan cepat
menyabetkan pedang tajamnya atau menusukkan tombak
runcingnya ke belakang dan demikianlah mereka menjadi
saling berbacokan. Setiap sayap barisan menekuk ke dalam
dengan tergopoh-gopoh mendatangi apa yang mereka kira
sebagai sumber keributan dan pusat serangan, dengan
maksud menjebaknya dari belakang. Namun saat itulah setiap
lapisan paling belakang dari sayap-sayap barisan yang
menyerbu itu kukacaukan. Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama memang diciptakan
oleh seorang ahli siasat perang dan seorang pendekar ilmu
silat yang tidak diketahui namanya, karena lembaran lontar
pada bagian menyebut nama penulisnya pada Kitab Seribu
Naga itu telah hilang ketika ditemukan ayah dan ibuku di
sebuah gua di atas gunung. Agaknya penulisnya telah
menuliskannya tetapi sengaja melepasnya lagi sebelum
menghilang selama-lamanya meninggalkan kitab itu di atas
batu datar pada sebuah gua sebagai warisan bagi dunia. Dari
lembar-lembar pengantarnya memang disebutkan bahwa jurus
ini terutama ditujukan bagi keadaan ketika seseorang harus
menghadapi lawan yang sangat tidak seimbang jumlahnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti ketika satu orang harus menghadapi seribu orang -dan
terutama jika yang seribu orang itu berkedudukan dan
bertatanan sebagai barisan tempur dalam keadaan perang.
Seribu orang yang berkelahi dengan serabutan tidaklah
sama dengan seribu orang yang terlatih sebagai prajurit
tempur dalam suatu barisan pasukan.
Seribu orang dalam satuan tempur diandaikan akan dan
boleh terkecoh menghadapi segala siasat dan pancingan,
karena kedudukannnya dalam suatu pertempuran memang
mempunyai tujuan. Adapun tujuan itu tentunya adalah
mencapai kemenangan. Demikianlah Sun Tzu dengan
ungkapan terkenalnya: Umumnya dalam seni perang,
menaklukkan negara musuh dengan utuh adalah siasat yang
paling baik; mengalahkannya melalui perang adalah yang
kedua. Menundukkan satu tentara, satu div isi, satu brigade,
satu resimen, satu batalyon, satu kompi, satu peleton, bahkan
satu regu musuh sekalipun dengan utuh adalah siasat yang
paling baik; mengalahkannya melalui pertempuran adalah
yang kedua. Itulah sebabnya, berperang seratus kali dan
menang seratus kali bukanlah siasat yang paling baik;
menaklukkan tentara lawan tanpa berperang adalah siasat
yang paling baik. Namun aku telah berhasil membuat pasukan yang semula
ingin meraih kemenangan dengan pengepungan ini bertempur
meski hanya melawan satu orang. Jika pasukan yang
menyerbu masuk hutan itu mengalami kegagalan, yang
sebetulnya tidak dimungkinkan jika regu pelopor yang terdiri
dari dua belas pendekar itu penyusupan dan segenap
siasatnya tidak kubatalkan, para pengepung di luarnya akan
bertahan selama-lamanya dengan perkiraan yang berada di
dalam hutan menyerah tanpa pertempuran. Siasat seperti ini
sering dijalankan balatentara Negeri Atap Langit jika
mengepung kota-kota besar dengan benteng perlindungan
yang kuat. Jika ada sungai melewati kota itu maka akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dituangkan ke dalamnya sumber penyakit dan racun.
Demikianlah siasat pengepungan adalah salah satu cara
meraih kemenangan tanpa pertempuran. Aku berusaha
mengacaukan siasat itu dengan melibatkannya dalam suatu
pertempuran tanpa pasukan.
DENGAN Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama diandaikan
yang menggunakannya mampu bergerak dengan kecepatan
begitu tinggi bagaikan satu orang serentak menjadi seribu
orang. Dalam kecepatan sangat tinggi segala gerak yang
kusaksikan menjadi begitu pelan, amat pelan, amat sangat
terlalu pelan sehingga dengan mudah kutepuk ubun-ubun
kepala mereka dan kujungkir balikkan, kuambil tombak
mereka dan kukembalikan ke kedua tangan setelah


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kupatahkan, kuangkat mereka bersama kudanya dan
kulemparkan, kusapu seratus kaki dan terbangkan ke seratus
arah tanpa peringatan. Tiada kematian dan hanya
kegemparan kuberlangsungkan selama pasukan Amrita
menyelesaikan pekerjaan mereka yang mau takmau penuh
dengan kekejaman. Begitulah kecepatanku sangat tinggi tetapi aku merasa
melayang selamban kapas, sementara pasukan itu bagaikan
patung-patung hidup yang bergerak dengan berat. Ini
berlangsung ketika kecepatanku telah melebihi kilat dan nyaris
hampir setiap anggota pasukan kusergap. Dari seorang
prajurit kurampas seuntai cambuk yang tampaknya terpilin
dari kulit ular yang segera kuledak-ledakkan sembari
melenting dengan menjejak kepala, bahu, kepala kuda,
sepanjang tepi hutan Dengan membuat setiap lecutan
menyalakan lelatu api, yang berkilatan bagai kembang api di
mana-mana dan kembali lagi sebelum menghilang, kubuat
pengacauan ini bagaikan sebuah pesta sambil menunggu
pasukan Amrita dari dalam hutan.
Namun muncul pula seorang prajurit sakti berilmu silat
tinggi yang tak dapat dikelabui Jurus Seribu Naga Menyerang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bersama dan menyerang langsung dengan dua pedang lurus
panjang. Ia mengeluarkan bahasa burung yang tidak
kumengerti tetapi jurus kedua pedangnya sungguh mematikan. Kugerakkan cambuk yang kupegang dengan Jurus
Ular Mabuk Menelan Tulang yang membuat cambuk itu segera
melingkari pedang seperti seekor ular yang melibat
sungguhan. Sekali sentak pedangnya terlontar ke udara dalam
gelap malam. Dalam sentakan kedua, kuambil pedang dan
kusimpan cambuk, dan dengan pedang itu secepat kilat
kuselesaikan riwayat sang prajurit yang bisa sangat
merepotkan. Prajurit itu jatuh ke bumi yang menjadi gemuruh karena
manusia-manusia yang panik. Dari pernak-pernik busananya
kubayangkan dia adalah pemimpin dan bagaimana seseorang
akan memimpin pasukan tanpa ilmu silat yang tinggi bukan"
Sepintas kulihat hiasan alas dan penutup kakinya yang disebut
sepatu itu memang membuatnya berbeda dari para prajurit
lain. Hmm. Kata Sun Tzu: Yang kalut dihadapi dengan yang
tertib; yang gelisah dihadapi dengan yang tenang. Itulah seni
mengatur keseimbangan jiwa seorang panglima. Pasukan
pengepung ini semula mengacu kepada apa yang dikatakan
Sun Tzu: Yang jauh dari medan perang dihadapi dengan yang
dekat dari medan perang; yang letih dihadapi dengan yang
segar; yang lapar dihadapi dengan yang kenyang. Itulah seni
mengatur kekuatan sebuah tentara 4) . Namun mereka
lupakan satu dari delapan larangan dalam seni perang yang
juga dikatakan Sun Tzu: jangan termakan umpan musuh.
Dengan cambuk dan aku menari-nari sambil berkelebatan
menyebar lelatu api. Kugunakan lelatu api dari lecutan cambuk
itu untuk mengalihkan perhatian. Lantas sengaja pula cambuk
kuledak-ledakkan dengan suara keras. Masih menggunakan
Jurus Seribu Naga Menyerang Bersama, lelatu api pun
tersebar merata sepanjang tepi hutan bersama suara ledakan.
Ketika itu sekali lagi pasukan ini bermaksud menjalankan
siasat Sun Tzu tentang kedudukan seperti berikut: Mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang ahli dalam seni perang menyerupai Shuai Ran, nama
sejenis ular yang terdapat di Gunung Chang. Bila ular itu kita
pukul kepalanya, ekornya segera datang menolong; kita pukul
ekornya, kepalanya segera datang menolong; kita pukul
tengahnya, kepala dan ekornya serentak datang menolong.
Namun tentu saja kedudukan Ular Shuai Ran ini
gerakannya sangat kalah cepat menghadapi Jurus Seribu Naga
Menyerang Bersama yang amat sangat cepat untuk
menempur dan menghilang. Saat itu pasukan Amrita sudah
keluar dari dalam hutan. BAGAIKAN air bah mereka menggulung pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam yang sedang
terkacaukan oleh tipuanku yang membuat mereka mengira
sedang berhadapan dengan seribu orang. Pasukan pemberontak ini tidak hanya terdiri dari orang-orang Viet yang
melawan penjajahan Negeri Atap Langit, tetapi segenap
orang-orang pinggiran yang menganggap kekuasaan yang
menindas di mana pun harus digulingkan. Mereka orang-orang
tersingkir yang gagah perkasa dan bernyali, serta kepandaian
bersilat dan bertempurnya sangatlah tinggi, yang berasal dari
negeri-negeri di sekitar An Nam seperti Khmer, Campa,
bahkan juga para pejuang dari Pagan.
Gelombang pasang ini mengempas dari dalam hutan bagai
naga raksasa kehitaman yang menyeruak dari balik langit
malam dan di kepala naga raksasa yang menganga itu kulihat
Amrita di atas kudanya maju menerjang di tengah pusaran
kekacauan. Aku mengambil jarak dan mengamati dari atas
sebuah batu besar. Amrita terlihat melenting-lenting dengan
dua pedang menyebarkan kematian. Para kepala regu di
pihaknya yang takkalah sakti mandraguna segera menyusulnya dalam pembantaian. Pasukan pemerintah
Daerah Perlindungan An Nam bagaikan diaduk-aduk dan
terlalu banyak yang perlaya pada gebrakan pertama yang luar
biasa mengejutkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada pihak pasukan pemberontak terdapat para pendekar
yang nama-namanya baru kuketahui kemudian. Seorang
pendekar bersenjata dua bandul besi disebut sebagai Iblis Suci
Peremuk Tulang. Dengan senjata bandul besinya ia melayang-
layang seperti dewa pencabut nyawa, tak terhitung lagi
berapa banyak korban bergelimpangan dengan kepala dan
tubuh remuk bagai ditumbuk oleh tenaga raksasa. Ia
dinamakan Iblis Suci yang maknanya bertentangan karena
meskipun ilmu silatnya mengerikan sebetulnya ia seorang
pendeta. Konon semula ia seorang pendeta Buddha biasa yang tidak
dikenal, tetapi semenjak kuilnya dihancurkan pasukan
pemerintah karena menampung keluarga pemberontak, ia
yang sejak semula ditugaskan menimba ilmu silat untuk
menjaga keamanan lantas bergabung dengan para pemberontak. Kini kepalanya tidak lagi gundul, bahkan
panjang sampai ke bahu. Ia mengenakan busana kulit hitam
yang sudah usang, wajahnya penuh dengan brewok kasar
yang beruban, dan matanya merah sehingga berkesan
menakutkan. Berapa orang pun yang mengepungnya, sekali ia
berputar dengan sepasang bandul terpentang, bandulnya
berputar semuanya terpental.
Banyak lagi pendekar golongan merdeka yang bergabung
dengan pemberontak, dan setiap orang dari mereka memiliki
kemampuan yang istimewa, sehingga pasukan pemberontak
yang dipimpin Amrita ini tidak bisa dihadapi sebagai pasukan
tempur biasa. Jika prajurit pasukan tempur sangat terlatih
sebagai bagian dari gerak seluruh barisan, pasukan
pemberontak mampu melakukan hal yang sama, tetapi ketika
kedua pasukan berhadapan langsung, para pendekar yang
bergabung dengan pemberontak ini jelas memiliki kelebihan
ketika bermuka-muka dalam pertarungan satu lawan satu.
Namun pasukan pemerintah juga memiliki prajurit berilmu
tinggi yang lulus dari berbagai perguruan silat ternama.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka terdiri atas gabungan prajurit yang berasal dari
berbagai tempat di Negeri Atap Langit maupun orang-orang
Viet sendiri. Untuk membangun pasukan pemerintah di luar
wilayahnya, bagian pembentuk pasukan kerajaan biasanya
memanfaatkan tenaga para penjahat yang tertangkap, tetapi
yang kejahatannya tidak cukup berat, yakni mencuri,
merampok, memperkosa, tapi tidak membunuh, sehingga
apabila penjara di berbagai penjuru negeri telah semakin
penuh, sungguh menambah beban keuangan negara. Mereka
inilah yang dibuang ke luar batas negeri untuk menjadi
anggota pasukan kerajaan, yang mereka turuti saja karena
pekerjaan ini memberikan jaminan hidup yang lebih baik
daripada menjadi penjahat kambuhan. Wajarlah jika meskipun
telah diberi latihan bergerak dalam kesatuan barisan, dalam
pertempuran jarak dekat yang berhadapan langsung muka
bertemu muka, watak mereka yang berangasan kembali
menyeruak ke permukaan. Tidak jauh berbeda adalah keberadaan orang-orang Viet di
dalam pasukan pemerintah Daerah Perlindungan An Nam,
yang juga terdiri dari penjahat-penjahat kambuhan yang
tertangkap dan hanya akan menghabiskan banyak makanan
atas beaya negara. Sebaliknya, mereka yang berjiwa prajurit
dan mencintai tanah airnya tidak sudi bekerja untuk
pemerintahan boneka yang dikendalikan dari Negeri Atap
Langit, maka mereka pun bergabung dengan pasukan
pemberontakan. Sikap mereka ini menarik kesetiakawanan
orang-orang tersingkir dari berbagai negara tetangga, yang
sangat bisa memahami sikap mereka, sehingga bergabung
mendukung perjuangan mereka.
"DI mana pun penjajahan adalah buruk," kata orang-orang
tersingkir ini, "baik dilakukan bangsa asing, apalagi bangsa
sendiri." Adalah benar betapa tak kurang dari orang-orang Viet
sendiri yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Daerah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perlindungan An Nam, karena para petinggi yang berasal dari
Negeri Atap Langit tentu tidak mengenal daerah yang
diperintahnya sebaik orang Viet sendiri.
Maka dalam pertempuran yang sedang berkecamuk di
hadapanku itu, kusaksikan orang Viet berhadapan dengan
orang Viet, dan orang-orang Negeri Atap Langit berhadapan
orang-orang tersingkir dari negeri-negeri seperti Khmer,
Campa, Pagan, Siam, bahkan Malayu! Jika sudah berhadapan
seperti itu, apakah masih mungkin memisahkan yang baik dari
yang buruk, dan yang dianggap benar dari yang jahat"
Dalam kegelapan, senjata tajam menikam dan senjata
tumpul menggebuk, dentang logam disusul percikan api
berbintang, darah muncrat, tubuh ambruk, jerit membahana,
kepala lepas dari tubuhnya, kuda meringkik, panah melesat,
perisai tembus, cambuk meledak-ledak, batu-batu meluncur,
dan di atas mereka yang mengadu jiwa para pendekar kedua
belah pihak yang berilmu tinggi berkelebat dan melesat-lesat
dalam pertarungan antara hidup dan mati.
Amrita dikurung oleh tujuh manusia berangasan yang
masing-masing mengenakan senjata penggada, kapak,
lembing, toya, cambuk, bandul, dan sepasang golok besar.
Mereka adalah Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang, yang
busananya berupa kulit harimau, dan bukan pemburu
binatang melainkan pemburu manusia dalam perjalanan di
sekitar Gunung Wudang di Negeri Atap Langit. Mereka berhasil
ditangkap hidup-hidup semuanya ketika sedang mabuk, dan di
dalam penjara selalu membuat onar sehingga dibuang ke
Daerah Perlindungan An Nam untuk menghadapi orang-orang
Viet yang gemar berperang. Ternyata ilmu silat mereka yang
tinggi membuat mereka selalu selamat, bahkan kemudian
digabungkan dengan pasukan pilihan yang memburu para
pemberontak ini. Kini mereka mengurung Amrita yang sudah lama diincar,
sebagai pelarian asal Khmer dan puteri raja Jayavarman II,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang sangat tinggi ilmunya dan menguasai ilmu perang,
sehingga pasukan yang dipimpinnya sangat sulit diburu dan
dilumpuhkan. Namun kini mereka sudah berhadapan dan
Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang mengharapkan suatu
hadiah atau peningkatan jabatan, maka mereka ingin
meringkus perempuan pemimpin pasukan ini dengan secepat-
cepatnya. Mereka saling berkelebat, dan kusaksikan suatu
kedudukan yang tentu menyulitkan Amrita yang bertarung
dengan dua pedang. Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang itu tidak mengurung
Amrita dalam lingkaran, melainkan set iap orang melingkarinya
dalam tujuh tingkatan yang membujur maupun melintang,
sehingga Amrita bagaikan terkurung dalam suatu bola yang
setiap saat siap merajamnya dalam penyempitan ruang.
Kedudukan Amrita sebenarnya sangat rawan karena kedua
pedang akan mampu menangkis dua senjata, tetapi lima
senjata lainnya akan ditangkis dengan apa" Kecepatan Amrita
takdapat mengatasinya karena Tujuh Pemburu dari Gunung
Wudang ternyata memang berilmu tinggi untuk dapat
mengimbangi kecepatannya. Namun kusaksikan Amrita segera
menggunakan Jurus Penjerat Naga. Aku terkesiap karena jika
ia masih menggunakan jurus itu berdasarkan kitab curian yang
sengaja dikelirukan, tentu bukan keberhasilan melainkan
kegagalan yang berarti kematianlah yang akan diterimanya
dalam malam yang telah menjadi semakin kelam.
Demikianlah Tujuh Pemburu dari Gunung Wudang yang
berbusana kulit harimau itu tampak bagaikan tujuh harimau
yang siap menerkam seekor anak kambing. Kedudukan seekor


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak kambing di hadapan tujuh harimau perkasa tentulah
suatu kedudukan yang sangat amat lemahnya, dan itulah
kesan yang akan didapat jika Jurus Penjerat Naga dimainkan,
yakni betapa jurusnya tidaklah seperti suatu jurus sama sekali.
Amrita bagaikan begitu siap diterkam dan dirajam karena
seluruh kelemahannya tampak begitu terbuka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apalagi, dalam kecepatan yang akan tampak biasa saja
bagi yang bergerak sama cepatnya, Amrita tampak terbuka
segala pertahanan dengan begitu lemahnya: kedua tangan
terpentang, mata terpejam, bibir merekah, seolah tak sedang
terancam melainkan bercinta... Ketujuh orang gagah ini
bergerak serempak dalam kedudukan yang akan membuat ke
mana pun Amrita mengelak tetap saja akan menemui ajalnya.
Terbayang sudah hadiah dan pangkat yang akan mereka
terima dengan kematian perempuan Khmer yang memimpin
pasukan pemberontak dan telah lama menyulitkan pasukan
pemerintah Daerah Perlindungan An Nam.
ORANG pertama yang bersenjata gada mengira mendapat
peluang emas untuk meremukkan kepala, gadanya yang
mampu meremukkan gajah dalam sekejap telah terayun ke
sasarannya. Amrita masih saja terpejam matanya seperti
orang tertidur, gada itu tinggal sejengkal lagi akan meretakkan
pelipisnya; tetapi saat itulah kepalanya lenyap dan kepala
pemegang gada itu sendirilah yang sudah terlepas dari
tubuhnya yang menyuruk ke bumi. Dalam sekejap mata
keenam orang gagah sisanya menyusulkan serangan, tetapi
tidak lagi berurutan satu persatu, karena memang begitulah
jurus mereka dalam pertarungan bersama, bahwa pihak yang
kuat menutupi kekurangan bagian yang lemah. Artinya
kegagalan adik seperguruan yang bungsu, harus diganti
dengan serangan berlipat ganda ancamannya, sehingga dua
kakak seperguruan yang di atasnya, pemegang senjata
lembing dan toya, pun menyerang bersamaan. Namun saat itu
pula kepala keduanya lepas dari batang lehernya.
Dari jauh kusaksikan bagaimana Amrita membantai lawan-
lawannya dengan Jurus Penjerat Naga. Sungguh jurus yang
sangat berbahaya, karena penampilannya sebagai bukan jurus
sama sekali yang membuat lawan mengira telah melihat
kelengahan musuhnya. Seperti juga dengan berbagai jurus
langka di dunia, Jurus Penjerat Naga mensyaratkan ilmu silat
yang sudah sangat tinggi, terutama kecepatan bergerak dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tenaga dalam peringkat para naga. Betapa tidak jika memang
ilmu ini diciptakan untuk menghadapi dan mengalahkan para
naga" Aku teringat Pahoman Sembilan Naga, adakah suatu kali
harus kuhadapi salah satu dari mereka dan aku
mengalahkannya" Bahkan Naga Hitam yang telah menjual
jiwanya kepada kejahatan, dan sebaiknya kuburu demi
keselamatanku sendiri maupun banyak orang, justru
kutinggalkan sampai ke Tanah An Nam ini. Adakah suatu
ketika kami akan saling berhadapan" Apakah sebenarnya yang
dipikirkan Naga Hitam, jika sampai ke pantai negeri Campa
yang membujur dari utara ke selatan para pembunuh
bayarannya masih memburuku jua"
Barangkali aku memang telah melakukan persiapan untuk
menghadapi Naga Hitam dengan Ilmu Pedang Naga Hitam
ternamanya yang belum terkalahkan. Dalam dunia persilatan,
jika aku telah membunuh murid-muridnya dan Naga Hitam
telah mengirimkan para pembunuh kepadaku, sudah
semestinyalah kami pada akhirnya bahkan wajib saling
berhadapan. Namun juga di dalam dunia persilatan, jika tidak
akan pernah ada lagi yang bisa kukalahkan, jika memang ingin
kucapai kesempurnaan dalam dunia persilatan, maka bukan
saja Naga Hitam, melainkan yang manapun wajib kutantang.
Jika siapapun dari anggota Pahoman Sembilan Naga tidak
menantangku bertarung lebih dulu, karena di sungai telaga
dunia persilatan menantang s iapapun yang belum terkalahkan
adalah keharusan, akulah yang diwajibkan untuk menantangnya. Kutengok gelanggang pertempuran, dalam kelam Amrita
menghindari ancaman cambuk, bandul, dan kapak yang
datang dari tiga jurusan secara bersamaan, dan saat itu pula
sepasang pedangnya yang pipih, lentur, dan tajam, telah
memisahkan kepala ketiganya tanpa mereka rasakan. Orang
terakhir, murid tertua dalam Tujuh Pemburu dari Gunung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wudang, tampak lebih cerdik dari yang lain, dan karena itu
membatalkan serangan sepasang golok lebarnya. Maka Amrita
pun tentu tidak perlu memasang Jurus Penjerat Naga lagi, ia
menggulung lawannya dengan dua pedang yang telah
berubah menjadi sepasang baling-baling, lantas dimainkannya
seperti kipas dalam Jurus Kipas Menggunting dalam Lipatan,
yang dengan segera membuat sepasang golok lebar lawannya
terpental ke angkasa. Bersama dengan melayangnya kedua
golok itu, lenyap pula nyawa pemiliknya dari badannya,
ambruk dengan pedang menembus badan dari depan dan
belakang. Pertempuran tampaknya hampir selesai. Jumlah pasukan
pemerintah tinggal separuh. Rembulan yang akhirnya muncul
dari balik awan memperlihatkan mayat yang bertumpuk-
tumpuk. Di pihak Amrita juga jatuh korban, sekitar seratus
orang, sehingga kekuatan kini berimbang. Kata Sun Tzu:
...dalam seni perang jika kekuatanmu sepuluh kali kekuatan
lawan, kepunglah dia; jika lima kali kekuatan lawan, seranglah
dia; jika dua kali kekuatan lawan, ceraikanlah dia; jika
seimbang dengan kekuatan lawan, dikau dapat bertempur
melawannya; jika kurang daripada kekuatan lawan, dikau
dapat mundur; jika tidak setara dengan kekuatan lawan, dikau
dapat menghindarinya. BETAPAPUN bijaksana segala ujaran sang empu, peristiwa
di medan tempur tidak selalu berjalan sesuai perkiraan kitab
seni perangnya itu. Dalam dunia persilatan yang melibatkan
kesaktian para pendekar yang tak selalu dapat diukur, hukum
pertempuran semacam itu bisa terbolak-balik di luar akal
sehat, meski kuakui dari segi falsafah pendapat Sun Tzu
tersebut banyak benarnya. Pasukan pemerintah yang
siasatnya sudah begitu tepat, menjadi kacau karena para
perintisnya yang berilmu tinggi takdisangka dapat tumbang
olehku, seorang pengembara tanpa nama dari Jawadwipa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Amrita mencabut kedua pedang sambil menahan tubuh
korbannya dengan kaki. Ia putarkan kedua pedang sebelum
memasukkannya kembali ke sarung pedang yang saling
melintang di punggungnya. Lantas ia meloncat ke punggung
kuda, menoleh ke sana kemari mencariku. Saat itulah aku
melesat, karena sesosok bayangan berkelebat dengan
kecepatan kilat bermaksud menikam Amrita dari belakang
punggungnya. Aku memang berdiri cukup jauh, tetapi dengan
Jurus Naga Berlari di Atas Langit segera saja aku telah berada
di hadapannya sembari tangan kiriku mendorongkan angin
pukulan. Jarum-jarum beracun yang diluncurkannya meluncur
balik kepadanya, tetapi hebatnya ia pun bisa menyampoknya
sehingga jarum-jarum itu rontok, bahkan telah diuraikannya
cambuk di pinggang untuk menyerangku. Maka dengan
cambuk kulit ular di tanganku kusambutlah serangannya itu.
Demikianlah pertempuran yang hampir selesai itu kini
dimeriahkan oleh lelatu api dari pertarungan kedua cambuk
kami yang meledak-ledak mencerahkan malam. Ujung cambuk
merupakan bola kecil dengan duri-duri beracun yang setiap
kali meledak menyemburkan tepung beracun. Udara malam
yang basah segera berbau amis dan suatu mantra penolak
racun warisan Raja Pembantai dari Selatan tanpa kuminta
segera bekerja melindungi pernapasanku. Kami berkelebatan
di atas bahu para penunggang kuda yang masih bertempur
tanpa menyadari terdapatnya pertarungan kami yang tidak
bisa diikuti mata, kecuali suara meledak-ledak berbunga api
yang terdengar di mana-mana. Kuketahui ia menggunakan
Ilmu Cambuk Menari di Atas Api yang merupakan ilmu cambuk
langka di dunia, yang segera kulayani dengan Ilmu Cambuk
Gembala Sunyi, suatu ilmu cambuk yang pernah kupelajari
dari salah satu kitab dalam peti kayu warisan orangtua
asuhku. Dengan begitu kedua cambuk akhirnya saling melibat. Kami
terpaku di atas tanah saling menyalurkan tenaga dalam ke
dalam cambuk, sampai kedua cambuk itu berasap dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyala. Cambukku bercahaya biru redup, cambuknya
bercahaya merah jingga. Adalah warna yang lebih kuat dan
mengubah warna cambuk lainnya yang akan menang karena
tenaga dalam yang lebih tinggi tingkatnya. Pertarungan
tenaga dalam seperti ini hanya akan berakibat kematian,
setidaknya luka dalam yang parah karena tidak mungkin
ditarik kembali. Kulirik siapa musuhku dan aku terkesiap.
Ternyata ia seorang nenek berambut putih! Ia berbaju musim
dingin yang tebal dan mengenakan alas yang disebut sepatu,
dengan bebatan kain dari mata kaki sampai ke lututnya.
Sungguh perempuan tua yang gagah, tetapi sungguh besar
kehendaknya untuk mencabut nyawaku secepatnya.
Saat perhatianku tersita oleh adu tenaga dalam melalui
cambuk, ia menyemburkan uap racun kuning dari mulutnya.
Kemudian akan kuketahui betapa uap kuning semacam itu
akan membuatku kulitku terkelupas dan terbakar. Maka sekali
lagi ilmu-ilmu racun warisan Raja Pembantai dari Selatan
menunjukkan keajaibannnya, karena tanpa kukehendaki
mulutku menyemburkan asap biru muda yang menyambut dan
memunahkan segenap daya racunnya. Nenek tua itu untuk
sesaat terperangah karena tak menduga, tetapi lebih dari
cukup bagiku untuk menyentak lepas cambuk di tangannya
yang masih saling melibat dengan cambukku, dan kulecutkan
cambuknya sendiri yang menyala merah jingga itu ke
tubuhnya. "Aaaaaarrggh!" Bukan hanya Amrita, tetapi juga prajurit yang sudah
kehilangan lawan dan menonton, bahkan diriku sendiri
berteriak terperanjat, karena cambuknya yang menyala seperti
bara merah jingga itu begitu lepas dari cambukku dan
menyentuh tubuhnya, langsung membuat tubuhnya terbakar
seperti obor raksasa! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku terperangah. Kubuang cambukku ke tanah dan
sentuhan nyala birunya dengan tanah basah menimbulkan
asap yang mendesis. Pertempuran telah selesai. Amrita mendekat, turun dari
kudanya dan memelukku dalam tatapan semua orang.
"Pendekar Tanpa Nama," bisiknya, "berapa kali daku
berutang jiwa?" Tubuh perempuan tua yang gagah itu masih berkobar
menyala, ia perlaya dalam keadaan masih berdiri tegak
dengan perkasa. (Oo-dwkz-oO) Episode 130: [Pengepungan]
MUSIM dingin belum berlalu ketika kami mengepung
Thang-long saat memasuki tahun baru 797. Gabungan
pasukan pemberontak yang turun gunung dari berbagai
wilayah di Daerah Perlindungan An Nam memasuki Hoa-lu
sebulan sebelumnya tanpa perlawanan sama sekali. Pasukan
pemerintah yang semakin terdesak telah meninggalkannya
untuk bertahan di Thang-long, yang tidak seperti Hoa-lu,
memiliki benteng kuat yang lebih memungkinkan untuk
bertahan lebih lama, bahkan mungkin saja membalikkan
keadaan dan meraih kemenangan.
Hoa-lu begitu mudah direbut, karena jaringan rahasia
pemberontak telah banyak menyabot perbekalan, dan juga
melakukan pembunuhan tokoh-tokoh serta para petinggi
penting, sehingga tidak ada lagi yang bisa diandalkan
memimpin pertahanan. Kota di seberang Sungai Merah, Bo-
hai, yang terletak di tepi pantai, bahkan sudah lama menjadi
sarang pemberontak itu sendiri, yang sulit dilacak karena
berbaur dengan orang-orang asing. Jangan lagi dikata Nghe-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
an, yang jauh di selatan, tempat pengaruh Negeri Atap Langit
tidak terlalu terasa. Saat itu kekuasaan Wangsa Tang di Negeri Atap Langit
memang sedang melemah. Wangsa itu telah berkuasa sejak
tahun 618, artinya memasuki tahun ini sudah 179 tahun.
Adalah semasa pemerintahan Wangsa Tang maka kota
pelabuhan K wangtung di bagian selatan Negeri Atap Langit itu
terbuka bagi perdagangan dengan berbagai negeri as ing. Dari
kota inilah jalur perdagangan Negeri Atap Langit terbuka,
dengan Kedatuan Srivijaya, maupun Jambhudvipa dan Dashi.
Seperti berbagai kota pelabuhan lain, kota ini menjadi pusat
perdagangan maupun pusat kekuasaan, ke-igama-an, dan
kebudayaan. Maka dari barang perdagangan andalan seperti
kain sutra berlangsung pula pertukaran yang menyangkut
pengetahuan mengenai berbagai bidang tersebut.
Wangsa Tang bahkan mengeluarkan perintah tertulis untuk
melindungi para pedagang asing yang bermukim di
Kwangtung. Antara 763 dan 778 sekitar empat ribu kapal
asing berlabuh di Kwangtung setiap tahun. Para pedagang
dari Dashi yang kudengar memuja Allah yang tak berbentuk
dan tak terbayangkan, maupun para pedagang negeri-negeri
lain, membuka jalur perdagangan dan bermukim di tempat
yang disebut fanfang, bagian kota yang hanya ditinggali orang
asing. Namun masa ini sebetulnya adalah kelemahan
pemerintahan Wangsa Tang, sejak kaisarnya yang tua,
Xuanzong, yang segala kebijakannya bertentangan dengan
para penasehatnya, jatuh ke pelukan selirnya yang cantik
jelita, Yang Yuhuan, sementara segenap petinggi

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemerintahannya berlomba memperkaya diri mereka sendiri.
Pada 755, An Lushan bersekutu dengan Shi Siming untuk
mengobarkan pemberontakan, yang terkenal dengan sebutan
Pemberontakan An Shi. Mereka adalah pasukan penjaga
perbatasan yang bergabung sebagai kesatuan tentara yang
kuat. Pertempuran yang dikobarkan para pemberontak ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berlangsung delapan tahun, yang membuat kekuasaan
Wangsa Tang menjadi lemah dan memancing lahirnya
pemberontakan baru pada tahun-tahun berikutnya di berbagai
wilayah, termasuk di Daerah Perlindungan An Nam sekarang
ini. Untuk selanjutnya, secara turun temurun Wangsa Tang
menjadi semakin rapuh, karena di dalam istana sebagai pusat
pemerintahan pun berlangsung perma inan dalam perebutan
kekuasaan tanpa henti antara jaringan orang-orang kebiri dan
para petinggi negara. Pemberontakan yang tiada habisnya
membuat banyak penduduk berpindah ke selatan, dan
mengubah segala sesuatunya di wilayah selatan, termasuk
wilayah jajahannya seperti Daerah Perlindungan An Nam.
Aku tidak mempunyai kepentingan apa pun dalam
pertentangan kekuasaan ini. Kuikuti pasukan Amrita yang
telah bergabung, bercerai, dan bergabung lagi dengan banyak
pasukan pemberontak yang lain, tak lebih dan tak kurang
karena Amrita tidak pernah rela kutinggalkan. Aku memang
hanyalah seorang pengembara, mengikuti langkah kaki ke
mana pun langkah itu menuju sesuai kata hatiku, dan kata
hatiku kini masihlah mengikuti Amrita Vighnesvara, puteri
Khmer anak raja Jayavarman II yang melawan ayahnya
sendiri dalam pemersatuan Angkor. Ketika kami mengembara
bersama di wilayah Khmer dan Campa, sebetulnya Amrita
menemukan kenyataan betapa suatu rongrongan terhadap
kekuasaan ayahnya itu tidak berguna, karena kehadiran
Kerajaan Angkor telah memberikan kebanggaan bagi
rakyatnya. NAMUN kebijakan Angkor pula yang tidak memberi ampun
atas langkah-langkah Amrita, yang demi dendam lama nasib
ibunya sebagai selir keturunan Tchen-la, bersama kelompoknya telah melakukan banyak pembunuhan rahasia di
dalam istana. Seperti telah diketahui, orang-orang Viet yang
mengetahui kedudukan dan kemampuan Amrita, berhasil
mengajaknya bergabung atas nama perlawanan semesta
terhadap penjajahan, terhadap pemerintah Daerah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perlindungan An Nam yang merupakan pemerintahan boneka
Negeri Atap Langit. Begitulah aku mengikutinya atas nama cinta, karena
memang tiada kepentinganku dalam perjuangan para
pemberontak ini, yang tidak kurang-kurangnya diwarnai
pertentangan kepentingan. Namun itu tidak berarti aku tidak
mendapatkan suatu keuntungan, karena inilah kesempatanku
mempelajari segala macam bahasa. Telah kuceritakan betapa
para pemberontak ini, meski sebagian besar memang terdiri
atas orang-orang Viet, juga memanfaatkan tenaga tempur
orang-orang gagah berbagai suku bangsa. Maka lambat laun,
dengan kemampuan berbahasaku yang terbatas, akhirnya
bahasa orang Viet maupun bahasa-bahasa Negeri Atap Langit
tak lagi terdengar hanya seperti bahasa burung bagiku.
Bahkan kukenali juga seperlunya bahasa Pagan dan bahasa
Siam, karena rombongan orang gagah mereka bergabung pula
dengan para pemberontak ini.
Dengan bekal perbendaharaan bahasa seadanya itu, dalam
perjalanan menyelusuri lembah, naik turun gunung, menyeberangi sungai, dan menembus hutan ini, aku dapat
bercakap-cakap dengan Pendekar Iblis Suci Peremuk Tulang,
bekas pendeta yang berasal dari Sungai Hitam di utara Thang-
long, jadi seorang Viet juga, yang sangat menguasai ajaran-
ajaran Nagarjuna. Suatu kebetulan yang menyenangkan!
Maka sambil berkuda berdampingan kami dapat bercakap-
cakap mengenai pemikiran Nagarjuna, yang kumaksudkan
untuk mendorong pengembangan nalar di balik ilmu silatku
itu. Ini pula yang terjadi ketika gabungan pasukan
pemberontak melakukan pengepungan yang tampaknya akan
berlangsung panjang. Pada malam-malam musim dingin yang
membekukan tulang, di depan api unggun dalam tugas jaga
kami bersama, percakapan tentang filsafat Nagarjuna dapat
memanaskan otak dan menghangatkan badan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang memilih untuk
menjelaskan perihal Nagarjuna sejak awal, memulainya
dengan suatu pengantar dan pembahasan tentang latar
belakangnya lebih dahulu, sebelum memasuki ujaran-ujaran
Nagarjuna. Maka, harap dimaafkan jika terdapat segala
sesuatu tentang Nagarjuna yang telah kuungkapkan
sebelumnya, karena mantra sihir dalam bahasa Sansekerta
yang dipendamkan kepadaku oleh Raja Pembantai dari
Selatan memang ujaran Nagarjuna yang suka terbaca tanpa
kesengajaan olehku. Belum jelas bagiku, kenapa Raja
Pembantai dari Selatan itu menggunakan ujaran Nagarjuna.
Seperti telah diketahui, jika kata-kata dalam bahasa
Sansekerta itu tidak dikenal, maka mantra itu akan sahih
sebagai mantra, karena mantra memang harus berada di luar
bahasa. Tidakkah terdapat bahaya betapa tuah mantra itu
akan hilang ketika bunyinya menjadi kata biasa bagi yang
menguasai bahasa Sansekerta" Betapapun kata-kata Sansekerta yang biasa ini pun sebagai kalimat dalam
kenyataannya tidak dapat dengan mudah dipahami maknanya.
Sembari menghadapkan telapak tangannya ke arah api
unggun, seperti menyerap prana api, Iblis Suci Peremuk
Tulang menjelaskan, "Takhayul tak masuk akal telah
berkembang di sekitar tokoh-tokoh filsafat dan ke-igama-an,
nyaris pada hampir setiap aliran dalam igama Buddha. Lebih
sering takhayul ini dihembuskan oleh persaingan antar aliran
yang terus menjadi penyakit dalam sejarah igama Buddha,
khususnya persaingan dua ajaran utama, yakni T heravada dan
Mahayana. Berbagai prasangka yang timbul karenanya,
cenderung membentuk ajaran filsafat kedua aliran ini
terkutubkan kepada asalnya pula, yang dalam kenyataannya
mirip bahkan nyaris sama. Keduanya bermiripan dalam
kesetiaan kepada ajaran-ajaran dasar Buddha, mereka
terbandingkan dalam cara menolak sejumlah gagasan-
gagasan adikodrati yang masih terus menempel bagai benalu
pada ajaran-ajaran ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kedua sisi ajaran Buddha, yang bersifat falsafi maupun
yang berlaku untuk kehidupan sehari-hari, dan keduanya
saling tergantung, secara jelas tersebutkan dalam dua
wacana, yakni Kaccayanagotta-sutta dan Dhammacakkappavattana-sutta, yang dihargai tinggi oleh
hampir setiap perguruan igama Buddha, lepas dari persaingan
demi pemisahan yang dilakukan setiap aliran.
KACCAYANAGOTTA-SUTTA dikutip oleh hampir semua
perguruan Buddha yang utama, membahas perkara 'jalan
tengah', dan ditempatkan berlawanan dengan latar belakang
dua pemikiran filsafat yang serba mutlak dari Jambhudvipa,
yakni atthita atau keberadaan tetap yang diajukan dalam awal
Upanisads dan natthita atau kehampaan ketakberadaan yang
diajukan Kaum Pemihak Jasad. Kedudukan tengah dijelaskan
sebagai paticcasamuppada atau kebangkitan yang tergantung,
yang ketika diterapkan kepada perilaku kepribadian manusia
dan dunia pengalaman, muncul sebagai ramuan yang berisi
dvadasanga atau dua belas penentu. Jalan tengah yang
berlaku dalam keseharian dinyatakan dalam Dhammacakkappvattana-sutta, dan dihargai oleh para
penganut Buddha sebagai ujaran-ujaran Buddha yang
pertama. Di sini, jalan tengah adalah antara dua titik
bertentangan kamasukhalliyoga atau penurutan katahati
sendiri dan attakilamathanyoga atau pemberian aib kepada
diri sendiri, dan berisi ariyo atthangiko maggo atau jalan
delapan lipatan menuju kebebasan dan kebahagiaan.''
Amrita datang dengan kudanya. Melihat wajah kami berdua
yang sungguh-sungguh ia pun turun, dan tanpa mengatakan
apa pun lantas duduk dan turut mendengarkan.
''Sepanjang sejarah igama Buddha,'' ujar Iblis Suci Peremuk
Tulang melanjutkan, ''para penganutnya berusaha keras tetap
setia kepada peraturan yang ternyatakan dalam dua wacana
ini, meskipun pembagian kepada Therevada dan Mahayana,
dan dalam tekanan besar baik dari dalam maupun luar,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apakah dari rakyat atau dari penguasa, yang memaksa
mereka kadang-kadang menyimpang dari ajaran yang asli.''
''Misalnya"'' Hmm. Cepat sekali Amrita menyela.
''Dalam wilayah perdugaan filsafat, terdapat suatu aliran
yang bersumber dari Sthaviravada, disebut Sarvastivada,
mengajukan pemikiran tentang 'alam-diri' atau ''hakikat'' yang
disebut svabhava dan sebagian kaum Mahayana menyatakan
rancangan pemikiran seperti bodhi-citta atau 'pikiran dalam
pencerahan, yang keduanya, seperti akan daku jelaskan,
adalah pemikiran yang bertentangan terhadap dasar ajaran
Buddha tentang paticca-sammupadda atau ekebangkitan yang
tergantung'. ''Jalan tengah dalam kehidupan sehari-hari dijelaskan
dalam Dhammacakkappavattana-sutta yang terkenal itu, yang
menambah kepada ataupun menjadi dasar filsafat jalan
tengah yang disebut tadi, lebih lemah terhadap pengembangan. Kajian dari keragaman yang luas dari
kehidupan igama sehari-hari muncul dari dua peradatan,
Theravada dan Mahayana, yang ternyata bertentangan
terhadap jalan tengah, yang perbincangannya daku sampaikan
nanti. ''Jika ingin tahu, daku harus menjelaskan bagaimanakah
filsafat jalan tengah ini tahan uji mengarungi zaman, di tengah
begitu banyak penafsiran menyimpang dan sesat yang
kadang-kadang muncul dalam peradatan igama Buddha.
Bertahannya kedudukan tengah dalam filsafat ini berkat jasa
pembaharu seperti Mogalliputta-tissa dan Nagarjuna. Pribadi
semacam itu muncul dari masa ke masa dan bertanggung
jawab atas kelanjutan pesan-pesan Buddha. Kegiatan para
pembaharu semacam itu telah diabaikan, seperti dalam hal
Mogalliputta-tissa, atau dilebih-lebihkan, seperti Nagarjuna.''
''Dilebih-lebihkan bagaimana"''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Amrita yang membaca ujaran-ujaran Nagarjuna melalui
lembaran-lembaran lontar di Pertapaan Naga Bawah Tanah,
tampaknya merasa perlu bertanya. Ia pernah mengalami
akibat yang gawat dengan Jurus Penjerat Naga karena belajar
dari kitab curian yang salah. Konon salah memahami filsafat
Nagarjuna yang menguji daya jelajah nalar manusia bisa
membuat seseorang menjadi gila.
''ITU akan kujelaskan, Putri Amrita yang perkasa, setelah
daku sampaikan bahwa penjelasan tersebut juga bermaksud
menunjukkan sumbangan Mogalliputta-tissa, yang karya
pentingnya, Kathavattu, tak pernah diperbincangkan di
perguruan Buddha mana pun. Sebaliknya, ini justru akan
membantu cara kita melihat kedalaman falsafi dan rohaniah
dari Nagarjuna, yang telah dilebih-lebih sampai ke luar batas.''
Aku tercenung. Apabila ujaran Nagarjuna terucapkan
sebagai mantra sihir, tidakkah ini termasuk sebagai cara
memperlakukan filsafat Nagarjuna sampai ke luar batas" Aku
bersedia kehilangan seluruh daya sihir dan ilmu pemunah
racun yang terwariskan akibat paksaan Raja Pembantai dari
Selatan, jika demi pengertian yang kudapat aku memang
harus kehilangan semua kemampuan yang memang tidak
pernah sengaja kupelajari. Aku siap kehilangan segenap daya
sihir, apabila segenap kalimat Nagarjuna itu dapat dimengerti
oleh penalaranku. ''Kini baiklah didengarkan apa yang membuat filsafat
Nagarjuna diterima lebih dari seharusnya..., awas!''
Iblis Suci Peremuk Tulang itu berkelebat cepat menangkap
sebilah anak panah yang tertuju ke punggung Amrita. Telah
terjadi penyusupan! Aku dan Iblis Suci Peremuk Tulang yang
bertugas jaga telah menjadi lengah karena tenggelam dalam
riwayat suatu pemikiran filsafat yang bernama Filsafat Jalan
Tengah. Amrita berkelebat, dengan segera pedangnya telah
memakan korban, tetapi rupanya penyusupan berlangsung tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya pada titik yang kujaga. Dari dalam kota pihak
pemerintah telah me lepaskan penyusup-penyusupnya yang
terbaik untuk mengacaukan perhatian para pengepung. Jika
pemusatan perhatian bisa dipecahkan, pasukan yang kuat dan
segar akan menyerbu dari dalam kota, menggasak kepungan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang telah mengerahkan segala daya dalam keterbatasan ini.
Pengepungan memang belum berlangsung lama, baru
beberapa hari saja, padahal mungkin dapat dan berlangsung
berminggu-minggu sebagaimana seharusnya sebuah pengepungan dilakukan. Namun kami telah berminggu-
minggu me lakukan perjalanan naik turun gunung dan keluar
masuk hutan yang berat, sehingga meskipun jumlah
gabungan pemberontak ini cukup banyak, semuanya berada
dalam keadaan letih, dengan perbekalan pangan yang telah
semakin menipis. Adapun pasukan pemerintah yang
bermaksud menjadikan Thang-long sebagai benteng terakhir,
telah memperhitungkan semuanya, dan tentu dalam
persiapannya mengandalkan kesegaran badan sebagai suatu
kelebihan. Dalam malam musim dingin yang berat, kelelahan
pasukan semakin terasa sebagai siksaaan.
Para penyusup berusaha memecahkan perhatian pasukan
pemberontak dengan menciptakan pertempuran kecil pada
dua belas titik. Jika pasukan pemberontak terpancing, akan
terbentuk dua belas gelanggang pertempuran yang tidak
dapat saling menolong, dan saat itulah dari dalam pasukan
pemerintah akan menyerbu bagaikan air bah. Tentu saja ini
harus dicegah. Dengan bahasa sandi yang berupa suitan karena lingkaran
jari dalam mulut, kusampaikan bahwa pasukan penyusup
harus dihadapi dengan jumlah orang yang sama. Ke setiap
titik itu dikirim regu penyusup yang terdiri dari sepuluh orang.
Berarti 120 orang dengan serentak menyusup dan bergerak ke
dua belas sasaran. Tentu saja karena menyusup ke daerah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lawan maka dipilih mereka yang ilmu silatnya tinggi dan
memang terlatih dalam penyusupan itu sendiri.
Sandi suitan beredar cepat dan maksudnya segera dapat
ditangkap. Pada setiap titik hanya sepuluh orang yang
diizinkan bergerak menghadapi para penyusup, karena jika
nafsu mengeroyok dan membantai para penyusup itu tidak
dicegah, kekacauan yang diharapkan akan menjadi kenyataan,
sementara para penyusup yang berilmu tinggi menyebarkan
maut dengan senjata rahasia sesuka-sukanya.
Segera terdengar denting dan lelatu api karena senjata
yang beradu. Sepuluh penyusup dihadapi sepuluh orang yang
berilmu seimbang dan sisanya bersiap menghadapi segala
keadaan. Kini para penyusup yang seluruh tubuhnya terlilit
kain hitam pekat, dan wajahnya kecuali mata juga dilibat kain
hitam, bagaikan tikus terperangkap di dalam lubang.
Amrita yang dimaksudkan menjadi korban pertama, agar
kekacauan semakin dimungkinkan, mengangkat tangan.
Artinya ia ingin menghadapi sembilan orang yang lain, selain
dari yang telah dibunuhnya sendirian. Dengan dua pedang
yang telah berlumur darah ia memasuki gelanggang yang baru
saja diciptakan. ''Kalian para pengabdi Negeri Atap Langit! Bersiaplah
menghadapi kematian!'' (Oo-dwkz-oO) Episode 131: [Perempuan dan Penyusupan]
SEMBILAN penyusup tersisa di titik penjagaanku berjuang
keras untuk tidak menjadi tewas di tangan Amrita, dan ilmu
mereka yang tinggi memang membuat mereka bertahan agak
lebih lama, meski tidak terlalu lama. Dalam malam yang dingin
dan kelam, kedua pedang Amrita Vighnresvara, puteri Khmer
yang terbuang keluar dari kerajaan Angkor yang dibangun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ayahnya, bergerak cepat di antara senjata lawan-lawannya.
Pedangnya yang ringan dan lentur itu dapat membabat lepas
kain hitam penutup wajah para penyusup tersebut, tanpa
melukai kulit wajah mereka sama sekali. Cahaya api unggun
segera memperlihatkan wajah mereka. Memang orang-orang
Negeri Atap Langit. Semula wajah orang-orang Negeri Atap Langit dan orang-
orang Viet tak bisa kubedakan, tetapi sekarang aku bisa
mengenalinya. Dengan ganas Amrita membabat mereka satu
per satu. Meskipun ilmu mereka memang tinggi, tidaklah
terlalu mudah mencapai peringkat ilmu silat Amrita, murid
Naga Bawah Tanah yang tidak pernah memperlihatkan dirinya
itu. Senjata rahasia yang mereka lepaskan rontok hanya
dengan sampokan pedang di tangan kirinya, sedangkan
pedang di tangan kanannya bergerak begitu cepat seperti
tiba-tiba saja ujungnya sudah berada di belakang tengkuk,
menyusup jantung, memapas perut, atau menyilang dada.
Para pendekar mempelajari cara terbaik untuk menamatkan
riwayat lawannya dengan cara yang tidak menyakitkan, tetapi
sering kulihat Amrita seperti pura-pura melupakannya.
Mungkinkah karena kesempurnaan dalam ilmu silat sebagai
kesempurnaan manusia, tidaklah menjadi tujuan sebesar
tujuannya dalam permainan kekuasaan"
Delapan orang segera tumbang bersimbah darah, tetapi
Amrita menyisakan satu orang yang telah kehilangan
senjatanya dan tertelungkup dalam injakan Amrita. Sejumlah
anggota pasukan pemberontak datang meringkusnya. Mereka
menggelandangnya pergi untuk diperiksa. Artinya ia akan
disiksa jika tidak mau berbicara tentang keadaan di dalam
kota Thang-long. Adu siasat dalam pertempuran sangat
ditentukan oleh banyak sedikitnya pengetahuan tentang
keadaan lawan. Semakin sedikit pengetahuan tentang
keadaan lawan yang kita miliki, semakin mudah kita jatuh
dalam jebakan. Namun aku ragu apakah penyusup yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tersisa itu akan berbicara, karena menahan derita akibat
siksaan adalah bagian dari ilmu penyusupan.
Tidakkah pernah kuceritakan bahwa penyiksaan dalam
penyelidikan dalam Arthasastra juga dianjurkan"
ia hendaknya menyiksa orang yang mungkin bersalah
tetapi sekali-sekali tidak boleh wanita hamil
atau wanita yang sebulan lagi melahirkan
tapi bagi wanita, hanya sepao penyiksaan
atau pemeriksaan dengan penyidikan saja
bagi seorang Brahmana hendaknya dipakai pengawal rahasia
jika ia ahli Veda juga bagi para pertapa jika aturan ini dilanggar
denda tertinggi akan dikenakan
kepada orang yang melakukan
atau menyebabkan penyiksaan
juga bagi yang menyebabkan kematian
dalam penyiksaan Pada sebelas titik lain pertarungan masih berkecamuk.
Sepuluh penyusup yang berniat memecahkan pemusatan
perhatian dalam pengepungan masing-masing dihadapi oleh
sepuluh anggota pasukan pemberontak, artinya pendekar
golongan merdeka dengan tingkat ilmu silat yang sama
tingginya, sehingga gagal menimbulkan kekacauan. Pertarungan dengan tingkat ilmu yang sama tinggi, artinya
para penyusup pun mampu membunuh lawan dari pihak
pemberontak. Pada berbagai titik, hal itu memang terjadi,
sangat menyedihkan melihat kawan tumbang di tangan lawan.
NAMUN tetap harus dijaga bahwa yang menggantikannya
cukup satu orang, selama ilmunya setara, atau boleh juga
lebih tinggi. Para penyusup ini adalah orang-orang pilihan
yang berilmu tinggi, sehingga memang hanya yang tertinggi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ilmu silatnya pada setiap titik penyusupan yang dapat maju
menghadapinya. Betapapun dapat terjaga bahwa kekacauan tidak
berlangsung, sehingga jika berlangsung penyerbuan dari
dalam kota, maka pasukan pemberontak akan mampu
menghadapi mereka dengan semestinya. Pada sebuah titik,
Iblis Suci Peremuk Tulang mengurung lima penyusup dengan
putaran sepasang bandul besinya yang bagaikan angin puting
beliung, sehingga pada titik ini cukup lima orang dikerahkan
menghadapi sisanya. Sungguh mengherankan betapa rantai-
rantai berbandul besi yang berat ini dapat digerakkannya
seringan tali permainan dan setiap bandulnya bagaikan
bermata mengejar batok kepala lawan-lawannya. Aku taktega
menceritakan bagaimana tepatnya lawan-lawan Iblis Suci
Peremuk Tulang ini sungguh-sungguh diremukkan, tetapi
sungguh ingin kusampaikan bagaimana sang pendeta yang
dapat bergerak di udara seperti terbang tanpa pijakan di
antara pergerakan bandul-bandulnya. Maka takselalu bandul
itu yang meremukkan tulang-tulang di dalam tubuh lawan,
tetapi justru dirinya sendiri dengan sentuhan tenaga dalam
telah berada di belakang lawan, saat lawan itu menangkis
serangan bandulnya. Betapa cepat pergerakannya!
Demikianlah kelima lawan Iblis Suci Peremuk Tulang itu
menemui ajalnya satu persatu dalam waktu yang singkat.
Sesudah itu tampaknya ia siap melesat menuju ke titik-titik
lain untuk segera menyelesaikan pertarungan, tetapi Amrita
yang berkelebat dari titik ke titik mencegahnya.
"Iblis Suci," katanya, "jangan tinggalkan bidang penjagaan
pasukan kita." Aku pun mengerti apa yang dimaksudkan Amrita.
Pasukannya yang kuikuti naik turun gunung keluar masuk
hutan sampai ke Thang-long ini hanyalah salah satu pasukan
yang baru tiba untuk bergabung melakukan pengepungan.
Siasat pengepungan hanya dapat dilakukan oleh pasukan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjumlah besar. Para pemimpin pemberontak telah saling
berhubungan dengan sangat baik, sehingga dapat mengatur
bahwa pasukan-pasukannya yang tersebar di berbagai penjuru
masing-masing dapat mengatasi pasukan pemerintah yang
mengejarnya, dan dengan begitu menyingkirkan segala
halangan untuk keluar dari wilayah persembunyian, serta
melakukan penggabungan untuk mengepung Thang-long,
pusat pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam.
Tentu saja ini berarti segenap pasukan yang keluar dari
persembunyian, meski disatukan oleh semangat dan siasat
yang sama, sebenarnya memang belum terlalu banyak saling
mengenal. Bahkan para pemimpin pasukannya, juga tidak
dapat dianggap dengan sendirinya telah saling mengetahui
kedudukan dan kepribadian masing-masing. Seperti terjadi
dengan Amrita, para pemimpin pemberontak yang tidak selalu
bisa ditemui, untuk menghindarkannya dari pembunuhan
rahasia, telah mengajak orang-orang asing yang terampil
memimpin pasukan dan menguasai ilmu peperangan untuk
bergabung menggoyang penjajahan Negeri Atap Langit.
Mengingat bahwa bukan hanya pemimpin pasukan, tetapi juga
para pengikutnya tidak hanya terdiri dari orang-orang Viet,
melainkan orang-orang pinggiran beraneka ragam dari
berbagai wilayah negeri tetangga, bahkan sejauh Jawadwipa
seperti diriku, maka perbedaan lawan dan kawan sangat
mungkin menjadi kabur. Dalam Arthasastra disebutkan:
kesempatan untuk menggunakan berbagai jenis pasukan
turun-temurun, yang disewa, gerombolan,
sekutu, asing, dan hutan, adalah:
bila pasukan turun-temurun melebihi yang diperlukan
untuk mempertahankan pusat pengendalian
bila pasukan turun-temurun
menjadi bertebaran oleh pengkhianat
mungkin menimbulkan masalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di pusat pengendalian Tidak akan kukatakan apalagi kupastikan akan terdapat
pengkhianatan di kalangan pasukan pemberontak, karena
kehidupan yang berat dalam peperangan panjang telah
merupakan ujian bagi kesetiaan setiap orang yang tergabung
dalam penderitaan bersama.
NAMUN tidak kuingkari betapa rawan keadaan jika diingat
betapa gabungan besar pasukan pemberontak ini tidak saling
mengenal, sehingga banyak kesalahan taksengaja dimungkinkan, dan terutama betapa rawan bagi tindak
penyusupan yang penuh ketabahan. Betapapun, dalam
peperangan yang telah berlangsung timbul tenggelam sejak
ratusan tahun, tepatnya tahun 43 ketika para perempuan
perkasa T rung Bersaudara memberontak terhadap kekuasaan
Wangsa Han, sangatlah dimungkinkan ditanamnya apa yang
disebut Mata-mata Tidur. Adapun mata-mata tidur tidak terdapat dalam seni perang
Sun Tzu, juga tidak ditemukan dalam nasehat kepada raja
yang berperang dalam Arthasastra, karena siasat penggunaan
mata-mata tidur adalah penemuan baru yang belum terbukti.
Mata-mata tidur hidup sebagai rakyat di dalam negeri lawan
dalam kurun waktu yang lama, bagaikan bagian dari bangsa
yang menghuni negeri itu sendiri. Mereka kawin dan beranak
pinak, kemungkinan besar memang mata-mata itu merupakan
pasangan, dan dalam waktu lama tidak melakukan tugas apa
pun. Itulah saat mereka "ditidurkan", artinya melebur dan
terlibat ke dalam segenap sendi dan urat syaraf kehidupan
rakyat, seperti bagian dari bangsa negeri itu sendiri. Pada saat
yang menentukan mereka akan "dibangunkan", untuk
menjalankan tugas yang amat sangat penting, yang tidak
terdapat dalam perumusan Sun Tzu maupun Kautilya.
Mata-mata tidur ini tentu sangat amat sulit dilacak, karena
ia te lah mendekam tanpa melakukan kegiatan se lama puluhan
tahun. Mungkinkah saat ini, ketika pusat pemerintahan Daerah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perlindungan An Nam berkemungkinan jatuh ke tangan
pemberontak, maka mata-mata tidur itu sudah waktunya
dibangunkan" Pada berbagai titik pertarungan masih berlangsung.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Denting logam dan percik lelatu api senjata yang beradu
masih terdengar, diseling raung kesakitan mereka yang
terbunuh. Namun kedudukan ternyata berimbang. Dari
sepuluh orang yang saling berhadapan dengan sepuluh orang,
masing-masing kehilangan lima orang dan lima orang sisanya
segera menghadapi lima orang lainnya.
Amrita melirikku dan kami saling memahami, para ahli
siasat perang Negeri Atap Langit dalam keadaan segenting ini,
tidak akan menjalankan siasat yang terlalu mudah dibaca.
Kami telah menduga bahwa pengiriman pasukan penyusup ke
duabelas titik pengepungan adalah usaha memecahkan
perhatian dengan cara menimbulkan kekacauan. Jika
kekacauan berhasil ditimbulkan, akan muncul pasukan
pemerintah dari pintu gerbang, dan karena itu sepuluh
penyusup yang tiba-tiba muncul dari balik malam pada setiap
titik tidak dihadapi lebih dari sepuluh orang, lebih bagus lagi
jika hanya perlu satu orang seperti dilakukan Amrita.
Namun tidak banyak orang di atas bumi ini dapat
menyamai tingkat ilmu silat Amrita, bahkan Iblis Suci Peremuk
Tulang pun hanya menghadapi lima penyusup. Betapapun,
melihat siapa saja yang menjadi korban di pihak pasukan
pemberontak, termasuk sejumlah pendekar golongan merdeka, sudah jelas para penyusup itu ilmu silatnya sangat
tinggi. Telah kuceritakan betapa tugas penyusupan itu tidak
dapat dijalankan oleh sembarang orang, bahkan mengingat
penjagaan kami yang dilakukan para pendekar tangguh, tak
dapat kubayangkan bagaimana mereka mampu tiba-tiba
muncul begitu saja dari balik kegelapan. Dikatakan bahwa
dalam ilmu penyusupan seseorang dapat mengenakan malam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu sendiri sebagai jubahnya. Tentu saja ia menjadi tidak
terlihat sama sekali. Maka, jika setelah beberapa lama para penyusup masih
bertahan meski akhirnya dihadapi mereka yang berilmu tinggi
dari pihak pasukan pemberontak, dan tidak juga muncul
penyerbuan susulan, terpikir olehku sesuatu; pertama, bahwa
usaha mengobarkan kekacauan dianggap gagal, dan karena
itu serbuan susulan dibatalkan; kedua, sebetulnya terdapat
siasat lain yang tidak dapat diduga. Aku pun menjauh dan
mencoba melihat dari ketinggian, yang segera diikuti Amrita.
Namun dari sini pun hanya terlihat separuh pemandangan,
karena bagian lain dari lingkaran pengepungan tentu berada di
balik kota itu sendiri. Dari atas bukit, kulihat lelatu api berkilat di antara hujan
salju yang untuk pertama kalinya kulihat dalam hidupku.
"Amrita," kataku, "perhatikan pertarungan itu. Katakan apa
yang dikau saksikan."
Amrita memicingkan matanya menembus kegelapan.
Cahaya api unggun masih cukup besar untuk memperlihatkan
pertarungan yang hanya akan terasa anginnya bagu mata
orang awam dan prajurit biasa.
"Ilmu mereka tinggi sekali," katanya kemudian, "seharusnya mereka sudah bisa menyelesaikan pertempuran
dari tadi." "Bagaimana dengan sudah mati" Ilmunya juga tinggi
sekali?" "TENTU, mereka hanya tidak beruntung karena menghadapiku dan Iblis Suci Peremuk Tulang."
"Selebihnya?" "Daku memang mencurigai sesuatu."
"Apakah itu Amrita?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mereka yang terbunuh sama sekali bukan karena ilmunya
lebih rendah. Dalam ilmu penyusupan kemungkinan terbunuh
tidak diperhitungkan, karena kemungkinannya untuk membuka jejak dan membongkar kerahasiaan. Jadi dalam
keadaan semacam ini hanya ada satu kemungkinan."
"Yakni?" "Sengaja membiarkan diri terbunuh demi berhasilnya
tujuan!" "Dan apakah kiranya tujuan mereka itu" Membubarkan
pengepungan?" "Seandainya kita tahu!"
Kuingat nasihat Arthasastra.
antara gangguan kecil di belakang
dan keuntungan besar di depan
gangguan kecil di belakang lebih penting
karena bila ia pergi orang pengkhianat, musuh, dan penjaga hutan
akan memperbesar gangguan kecil di belakang
pada semua sisi Ya, seandainya kami tahu. Artinya kami harus mengadakan
penyelidikan. Telah kugiring Amrita ke arah perbincangan ini,
karena aku ingin tahu apakah pikiran kami sejalan. Dulu kami
seperti sepasang kekasih, tetapi sekarang kurasakan tidaklah
terlalu seperti itu lagi. Mungkin karena suasana perjalanan
bersama suatu pasukan pemberontak yang terus menerus
berpindah dan bertempur, dan kenyataan bahwa Amrita
memimpin pasukan itu, membuat hubungan kami menjadi
seperti ini. Namun itu tidak berarti perasaan atas kebersamaan
kami terhapus. Kurasakan betapa dia masih memperhatikan
aku seperti aku memperhatikan dirinya.
Penyelidikan harus dilakukan di dua tempat sekaligus,
sebelum tujuan penyusupan itu dapat berlangsung.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Daku saja yang masuk ke dalam kota," kataku, "dikau
lebih mudah dikenali daripadaku."
"Tetapi daku juga ingin masuk kota bersamamu," jawabnya
pula. Kulihat matanya yang sendu. Masihkah ia Amrita yang
dulu" Kehidupan bersama pasukan pemberontak ini telah
banyak mengubahnya. Rambutnya yang lurus panjang dan
hitam jatuh ke bahu putih takpernah terlihat lagi, karena
tertutup tudung tempur yang sebetulnya takdiperlukannya.
Namun kurasa ia mengenakan tudung tempur untuk
menunjukkan dirinya sebagai kepala pasukan, tepatnya
sebagai bagian dari pasukan, yang sangat perlu ditunjukkannya dalam kehidupan dari hutan ke hutan. Pada
musim dingin di bagian utara ini, tentu juga takmungkin lagi ia
mengenakan busana tembus pandang. Ia taktampak lagi
seperti patung Laksmi gaya Sambor dari Koh Krieng, yang
menampakkan segalanya dalam udara panas, seperti ketika
kupandang ia pertama kalinya di pelabuhan bekas Kerajaan
Fu-nan itu. Seperti juga semua orang dan diriku juga, musim dingin
dan langit kelabu membuat kami semua bagaikan makhluk-
makhluk sejenis yang berbaju tebal, atau baju kulit berlapis-
lapis, melangkah di antara tumpukan salju yang semakin rata
seluas mata memandang. Namun bagiku bukanlah busana dan
lingkungan itu benar yang membuatnya terasa berubah,
melainkan sesuatu pada matanya,
semacam cahaya kesedihan, yang meski ditutupinya tetap saja mempengaruhi
caranya memandang. "Pendekar Tanpa Nama, biar daku saja yang masuk ke
dalam kota, dan dikau berjaga di s ini."
Jika garis belakang dalam pertempuran menentukan apa
yang terjadi di garis depan, kurasakan lawan sekarang sedang
melakukan sesuatu di garis belakang. Apakah kami harus
mengimbangi dengan setidaknya menyelidik ke garis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belakang. Di antara pasukan pemberontak ini tidak terdapat
regu penyusupan, karena ilmu penyusupan adalah bagian dari
suatu budaya kerahasiaan yang hanya mungkin dibangun dan
dipelihara dalam kemapanan kekuasaan.
PERSOALAN lain dengan pasukan pemberontak ini adalah
kedudukan pemimpinnya yang selalu dirahasiakan. Belajar dari
penjajahnya, orang-orang Viet bukan hanya merahasiakan
keberadaan para pemimpinnya, tetapi juga bahkan namanya
mereka rahasiakan. Amrita hanya mengenal seorang perwira
penghubung yang disebut Harimau Perang, yang memiliki
sejumlah anak buah yang sangat bisa diandalkan sebagai
penghubung antara dirinya dengan para pemimpin pasukan
pemberontak yang tidak selalu saling mengenal itu. Tentu
regu penghubung ini sangat penting dalam wilayah
peperangan yang sengaja diperluas untuk memancing
pasukan pemerintah pergi semakin jauh ke segala arah, dan
jauh pula dari sumber-sumber pangan. Selain itu regu
penghubung yang merupakan para penunggang kuda terbaik
di seluruh wilayah, yang masing-masingnya jelas pula berilmu
silat dan ilmu meringankan tubuh yang tinggi, memang
pengganti yang diperlukan dalam kelemahan jaringan rahasia.
Bukan berarti kelompok pemberontak itu tidak memiliki
jaringan rahasia sama sekali. Justru itulah yang akan menjadi
persoalan seperti yang akan berlangsung berikut ini.
(Oo-dwkz-oO) AKU berkelebat tanpa bisa dicegah Amrita lagi.
"Selesaikan pertarungan mereka," kataku, "mereka sengaja
mengulur waktu. Daku ke dalam kota untuk mengalihkan
perhatian." Demikianlah kulakukan juga bagaimana para penyusup
memperlakukan ma lam sebagai jubah yang menyembunyikannya. Aku berkelebat di antara bayang-
bayang. Di dalam bayang-bayang aku berhenti dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunggu, sebelum akhirnya berkelebat lagi. Dalam hujan
salju yang kutembus dengan ilmu Naga Berlari di Atas Langit,
aku merasa melayang dalam dunia mimpi kapas-kapas
berjatuhan. Dunia seperti begitu ringan, dengan lapisan-
lapisan tabir yang sebentar putih sebentar hitam. Dengan
kecepatan sangat tinggi, segala gerak yang lebih lambat
menjadi terlalu lamban, sehingga kunikmati hujan salju yang
membuatku bagaikan merasa terbang melayang perlahan-
lahan. Dalam kenyataan aku dengan segera telah tiba di tepi
sungai di luar kota. Jarak antara garis depan pengepungan
dan gerbang kota Thang-long sekitar duaribu langkah.
Dapatlah dibayangkan lingkar pengepungan yang tidak
terputus itu. Seperti para penyusup aku memasuki air yang terlalu dingin
itu, bernapas dengan buluh melalui mulut, aku berenang di
bawah permukaan sungai yang hampir membeku, bahkan
sudah terdapat lapisan-lapisan es di atasnya. Tidak berapa
jauh terdapat tembok perbentengan yang mengelilingi kota,
yang meski tampak tidak mulus lagi, karena hantaman peluru-
peluru batu di masa lalu, dijaga dengan sangat ketat. Di atas
tembok, terdapat gardu-gardu jaga setiap limaratus langkah
dan di antara gardu-gardu itu terdapat penjagaan yang kuat
sekali. Penjagaan ketat yang sama juga terdapat di luar
tembok di sekeliling kota itu. Belum kutahu lagi tentunya
bagaimana penjagaan di balik tembok itu. Pada masa perang,
penyusupan untuk mengacau kubu lawan adalah siasat
andalan, dan karena itu setiap penjagaan selalu mempertimbangkan kemungkinan penyusupan.
Jadi aku harus menyusup seperti yang tidak pernah
dilakukan penyusup mana pun. T hang-long adalah kota besar
yang dihuni ratusan ribu manusia. Kubayangkan akan sangat
mudah menyelinap di antaranya. Namun di luar tembok,
antara sungai dan tembok itu, hanya terdapat bidang tanah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kosong selebar dua ratus langkah yang kini memutih karena
salju. Mungkinkah melewatinya tanpa satu penjaga pun
memergokinya" Dalam hal para penjaga yang terdiri dari
prajurit biasa, bagiku tidaklah akan menimbulkan kekhawatiran. Namun aku harus waspada terhadap regu
penjaga pilihan, yang tidaklah aneh jikas ilmu silatnya
setingkat dengan para pengawal istana, dan dari sana pula
biasanya dipilih pengawal rahasia istana yang bertugas
melindungi raja.

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku sudah sangat kedinginan karena tak kunjung bergerak.
Jika aku terlalu lama bersembunyi, bukan saja tujuan lawan
yang belum diketahui akan terjadi, tetapi aku sendiri sangat
mungkin akan mati. Jadi aku keluar dari tepi sungai dan
bertiarap. Aku harus masuk ke dalam kota, jika tidak untuk
menyelidik dan menemukan sesuatu, setidaknya dapat kusulut
kekacauan yang kiranya dapat menggagalkan apa pun
rencana mereka, karena serangan di garis belakang tentu
akan berpengaruh kepada sasaran mereka di garis depan.
Untuk itu aku harus melewati garis belakang, dan melakukan
serangan dari belakang. Dalam tiarapku itu aku menunggu.
JIKA dalam beberapa saat tidak terdapat sesuatu baru aku
maju lagi, tetapi hanya sebadan demi sebadan. Dalam jarak
dua ratus langkah, tentu akan sangat lama diriku mencapai
tembok kota, itu pun belum tentu lolos dari mata elang para
pengawal yang memang ditugaskan untuk waspada. Sembari
beringsut sebadan demi sebadan, kusadari betapa harapan
begitu tipis, karena keadaan bisa saja berbalik: bagaimana
misalnya jika para penyusup itu tak kunjung bisa
dilumpuhkan, atau bahkan meraih kemenangan demi
kemenangan, yang berarti tetap saja berhasil mengalihkan
perhatian" Selain itu, jika aku beringsut dengan cara seperti
ini, jika pagi tiba maka terlalu mudah keberadaanku ditandai,
sehingga hujan ribuan anak panah dari langit tak akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberi ruang bagiku untuk menyelamatkan diri. Aku harus
masuk ke dalam kota sebelum fajar tiba, bahkan
mengacaunya sebelum cahaya yang pertama.
Maka aku pun menunggu angin. Itulah satu-satunya cara
bagiku untuk melewati ketatnya penjagaan, tetapi angin tidak
juga datang, meski rasanya aku telah beringsut nyaris
sepanjang malam. Hujan salju telah berhenti. Bertumpuk salju
di atas punggungku. Kusempatkan mendongak dan menoleh
ke kanan dan ke kiri. Salju yang memutih sepanjang dataran
tentu akan membuat titik hitam sepertiku akan sangat
tertandai pergerakannya. Memang aku dapat menggunakan
ilmu bunglon sehingga oleh mata biasa sungguh aku akan
tersamarkan, tetapi tak dapat kujamin diriku sendiri bahwa
tiada seorang pendekar di atas tembok itu yang dapat melihat
segalanya dengan terang seperti siang.
Demikianlah aku beringsut dengan sabar tanpa sedikit pun
menarik perhatian. Sebegitu lama rasanya aku baru
mendapatkan tiga puluh langkah, meski sudah cukup bagi
sebatang anak panah yang meluncur hanya sejengkal di atas
tanah secepat kilat untuk menembus leherku. Maka begitu
angin yang kutunggu tiba, berdesir dan berhembus kencang
sampai mengeluarkan bunyi seperti siulan, kuringankan
tubuhku begitu rupa seringan kapas dan seperti layang-layang
kubentangkan tanganku sehingga aku pun segera melayang
ke atas. Begitulah aku melayang berjungkir balik seperti
layang-layang diterbangkan angin sampai ke langit. Dengan
segera jarak yang tadinya serasa harus ditempuh sepanjang
malam terlewatkan bahkan tanpa terlihat.
Meskipun dalam kegelapan malam mata yang tajam
mungkin saja melihat sesuatu seperti bayangan hitam
bergerak diterbangkan angin ke atas dengan cepat sekali,
siapakah kiranya yang akan mengira itulah manusia yang
terlalu ringan, sangat amat ringan, sampai terterbangkan ke
langit malam begitu rupa bagaikan layang-layang" Angin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersiul di telingaku dan di dalam angin aku menyapukan
tangan seperti berenang mengatur embusan. Melewati garis
perbentangan, yang setelah hujan salju tampak bagaikan garis
memanjang, kuluruskan dan kuberatkan tubuhku kembali,
meluncur ke bawah untuk mencari tempat hinggap yang
aman. Kulihat hamparan salju telah memutihkan jalanan dan
genting-genting rumah. Kulihat juga rumah-rumah besar
bertingkat dua yang disebut gedung. Tampak para peronda
menyusuri ma lam dengan senjata lengkap sambil membawas
lentera. Kota perbentengan dalam keadaan perang, bahkan
sedang menghadapi pengepungan, di manakah kiranya
tempat yang lolos dari pengawasan"
(Oo-dwkz-oO) Episode 132: [Perbincangan yang Kudengar]
PEMANDANGAN kota Thang-long pada malam hari dari
langit bagiku sangatlah memesona. Kerlap-kerlip lampion
bertebaran dan berkerlipan bagai kunang-kunang di
persawahan Jawadwipa. Kenyataan betapa kota berpenduduk
ratusan ribu orang ini sedang berada dalam pengepungan
tidaklah berarti kehidupan sehari-hari harus berhenti. Tentu
saja tidak ada pesta pora dan setiap orang dengan sendirinya
siaga, tetapi bahkan dari atas pun, ketika aku sudah melayang
makin rendah, dan sengaja mengelilingkan diriku bagaikan
elang menghentikan kepaknya, masih terlihat orang
berkumpul di depan kedai tempat makanan disajikan di udara
terbuka. Menjelang dini hari, tentu orang tidak lagi makan malam.
Namun kaum lelaki masih berkumpul di depan tiap kedai dan
bercakap-cakap. Terlihat setiap orang membawa senjata,
meskipun hanya pentungan, jadi rupanya mereka memang
telah disiagakan. Pada setiap petak pemukiman terlihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kelompok-kelompok ini berjaga, dan antarpetak selalu terlihat
sebuah regu melakukan ronda. Dingin ma lam yang bersalju
membuat pekerjaan berjaga dan meronda sebetulnya berat,
tetapi telah dipelajari bahwa ma lam seperti itulah yang
menguntungkan para penyusup dan karena itu dalam keadaan
kota sedang terkepung sudah sewajarnya penjagaan
diperkuat. DARI atas kucari gedung yang paling besar dan memang
kutemukan berada di tengah kota. Dari pintu-pintu dan
jendela-jendelanya keluar banyak cahaya, pastilah banyak
orang di dalamnya. Di berbagai sudut kota kulihat masih ada
orang di jalanan. Ada yang sedang berjalan dan ada pula yang
menggeletak di tepi jalan. Ketika telah semakin rendah
kuketahui mereka sebagai pengemis, gelandangan, dan
pengamen jalanan. Sebenarnya aku belum tahu apa yang
harus kulakukan, tetapi naluri membawaku ke gedung besar
tersebut, yang kubayangkan sebagai tempat berkumpulnya
orang-orang penting. Dalam keadaan dikepung lawan,
wajarlah di dalam gedung itu masih berlangsung kegiatan.
Ketika berputar mengelilingi gedung yang tinggi itu, di tingkat
atas terlihatlah sejumlah orang mengadakan pertemuan saat
pintu dibuka karena seorang perwira pasukan masuk.
Firasatku mengatakan bahwa tentunya aku bisa mendapatkan
keterangan berharga jika mampu mendengarkan percakapan
mereka. Maka aku pun melayang turun tanpa suara, langsung
menempel pada dinding di samping jendela dengan ilmu cicak.
Angin tidak lagi menderu bersama salju, sehingga terasa sepi,
dan musim dingin pada malam hari membuat pintu dan
jendela tertutup rapat. Kukerahkan ilmu pendengaran
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang menembus celah
papan kayu. Mereka berbicara keras dalam bahasa Viet yang
sempat kupelajari selama mengikuti pasukan pemberontak itu.
Berarti mereka semua orang-orang Viet.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Pedang Biru, dikau baru tiba dari garis depan, apakah
yang hendak dikau katakan"''
''Rencana kita...'' ''Kenapa dengan rencana kita"''
''Kita tidak menduga terdapat sejumlah pendekar yang
sangat hebat di antara mereka.''
''Apakah berarti rencana kita akan gagal"''
''Sahaya tidak tahu, karena sebagian rencana kita
sebetulnya berhasil.'' ''Pedang Biru! B icaralah yang jelas! Apakah Harimau Perang
Eng Djiauw Ong 3 Pendekar Mabuk 122 Kencan Di Lorong Maut Kelelawar Hantu 1
^