Pencarian

Jurus Tanpa Bentuk 15

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 15


bersama perahu ke depan. Di bawah dasar perahu, aku memegang lunas dan
bernapas melalui saluran udara di dalam buluh. Anak sungai
ini berkelak-kelok menuju ke arah laut, tetapi tidak menjadi
semakin lebar. Sebaliknya, dasar sungai yang semakin dangkal
membuat air semakin jernih, dan aku dengan mudah tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan terlihat. Untunglah bahwa arah sungai ini ternyata
memasuki gua di dalam bukit-bukit karang di tepi laut. Ini
berarti pilihanku untuk tidak mengikutinya dari atas tidak
keliru, karena jika hal itu kulakukan tentu ketika perahu
memasuki gua, maka aku akan tertahan oleh dinding karang.
Di dalam gua, sungai menyempit, dan meskipun airnya
jernih, di dalam gua itu nyaris tidak ada cahaya, sehingga
lebih sedikit lagi kemungkinannya bahwa aku akan terlihat.
Mereka mendayung tanpa suara, air terasa makin dingin
bagiku. Ke manakah perahu akan menuju" Bukit-bukit karang
tempat terdapat rongga-rongga gua bersungai di dalamnya
itu, bagaikan benteng yang melindungi teluk yang nyaris
tertutup di sebaliknya dari hempasan gelombang. Aku baru
akan mengetahuinya kemudian, ketika setelah perahu keluar
dari gua, tahu-tahu sudah berada di atas laut dalam teluk
yang nyaris tertutup itu.
Mereka langsung mendayung ke arah sebuah kapal. Kutahu
inilah saatnya untuk mengikuti mereka dengan cara yang lain.
Aku segera bergerak mendahului mereka dengan berenang
seperti ikan lumba-lumba di dalam air, tentu setelah
melepaskan buluh yang kugunakan untuk bernapas terlebih
dahulu. Kujaga agar mereka yang berada di perahu sampan
tidak me lihat buluh itu, karena siapapun kiranya yang pernah
mempelajari ilmu penyusupan akan paham, bahwa buluh yang
terlihat sengaja dipotong itu telah digunakan seseorang untuk
menyusup melalui bawah air.
Aku segera tiba di sekitar kapal yang berlabuh di tempat
tersembunyi ini. Apakah mereka juga menyembunyikan
banyak hal lain di sini" Aku muncul di bawah kapal, tepatnya
di bawah selasar, pada bagian yang tidak terlihat oleh perahu
sampan yang sedang mendatang. Seorang pelaut ternyata
sedang buang hajat! Kurang ajar! Hampir saja kepalaku
terkenai olehnya jika tak segera menyelam dan muncul lagi di
bagian lain. Air laut di teluk yang terlindungi bukit karang ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cukup jernih, sehingga keberadaanku di dalam air ini sungguh
sangat berbahaya untuk diriku. Kuputuskan segera naik ke
atas kapal. Semakin cepat kuketahui segala sesuatu tentang
kapal dan awak kapal, justru semakin bagus, agar kupahami
apa yang akan terjadi nanti.
Maka setelah meluncur di dalam air seperti ikan lumba-
lumba, sampai di dekat kapal aku melejit seperti ikan terbang,
tetapi yang segera menempel di dinding luar lambung kapal
seperti cicak, dan agar tidak mudah terpergok jika ada yang
kebetulan melihat, kugunakan ilmu bunglon, sehingga kulitku
menjadi sama warnanya dengan dinding luar lambung kapal
itu. Aku merayap dengan cepat, muncul dari arah selasar
tanpa terdengar oleh awak kapal yang sedang asyik buang
hajat itu. Aku bergulir masuk tanpa suara melalui dinding
kapal. Di geladak kapal terlihat dua awak kapal sedang terlibat
sebuah permainan dam-daman yang menggunakan batu-batu
putih, dengan garis-garis yang membentuk kotak-kotak di atas
sebuah papan. Kapal itu sepi. Aku menyelinap masuk melalui palka di
bawah ruang kemudi ke ruang tidur awak kapal. Tidak ada
siapa-siapa di situ. Ke mana awak kapal pergi" Kuselidiki
ruang tidur ini, bahkan nyaris kugeledah, tetapi takketemu
sesuatu yang menunjukkan tanda-tanda sebagai sesuatu yang
mungkin saja ada hubungannya dengan kecurigaanku. Maka
aku pun membuka papan yang menutupi lubang masuk ke
lambung kapal. Begitu terbuka, cahaya menerangi keadaan di
dalam, tetapi begitu masuk aku segera menutupnya lagi.
SEKETIKA keadaan menjadi sangat gelap. Kupejamkan
mata dan kupasang ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam
Lubang. Tercium oleh hidungku bau kayu manis yang harum,
tetapi lambung kapal ini tidak mempunyai muatan berarti.
Berarti mereka semula membawa kayu manis, tetapi telah
menurunkannya. Artinya mereka datang dari tempat yang
jauh dan baru saja kembali, karena jika memuatnya itu hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berarti mereka berangkat ke tempat-tempat yang sangat jauh.
Segera kudengar seseorang menangis terhisak-hisak di balik
tong-tong besar air tawar. Aku segera menyelinap, karena
pastilah telah mendengar aku masuk dan telah terbiasa
dengan keadaan gelap. Sudah jelas ini suara tangis seorang perempuan, yang
masih sangat remaja, karena memang hanya mereka yang
tidak siap hidup di dunia, dengan segala peristiwa yang tidak
mungkin terduga, akan menangis dengan sangat memilukan
seperti itu. Aku membuka mata, membiasakan diri dengan kegelapan.
Lantas bertanya. "Asoka, Asoka, dikaukah yang disebut Tuan Putri Asoka?"
Tangisannya langsung terhenti, meski tetap terdengar
isakannya. "Ya," katanya tersendat, "siapakah Tuan?"
"Sahaya seorang kawan, sahabat kawan-kawan dari Muara
Jambi, tenanglah Tuan Putri dan percayalah kepada sahaya.
Tahukah Tuan Putri siapa kiranya yang menculik T uan Putri?"
Dalam kegelapan ia menggeleng dan menangis lagi.
Kuduga ia tak tahu apa pun, juga bahwa dirinya masih hidup
pun tentu tidak ia ketahui sebabnya.
"Nanti Tuan Putri akan sahaya bebaskan, tetapi itu nanti,
setelah sahaya mendengar banyak perbincangan. Pahamkah
Tuan Putri akan maksud sahaya?"
Terdengar suara pelan di tengah isaknya yang masih
tersendat. "Iya..." Nada suaranya menunjukkan rasa tertekan yang berat.
Apalah yang dapat diharapkan dari seseorang yang
menyaksikan seluruh keluarganya dibantai dan kaum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perempuannya diperkosa di depan mata" Bahkan nasib Asoka
sendiri, yang kuperkirakan tidak lebih dari 12 tahun ini,
tidaklah berani kubayangkan.
"Sahaya ingin mendengar banyak keterangan, siapakah
mereka, dari mana asalnya, dan siapakah kiranya yang berada
di belakang mereka. Dapatkah kiranya Tuan Putri membantu
sahaya?" Di ce lah isak tangis kutangkap kata-katanya.
"Tapi bagaimana caranya?"
Aku belum sempat menjawab ketika tiba-tiba saja penutup
lubang masuk dibuka. Cahaya memasuki ruang. Terlihat Putri
Asoka yang masih sangat muda itu tangannya terikat ke
belakang. Aku berkelebat menyembunyikan diri di sebuah
sudut yang masih gelap. (Oo-dwkz-oO) Episode 86: [Di Balik Kundika]
KULIHAT Putri Asoka yang memang masih sangat muda. Ia
seorang perempuan untuk diselamatkan. Jika tidak, ia pasti
akan sangat menderita. Wajahnya yang cantik tampak sangat
pucat dan pipinya masih basah oleh air mata. Matanya masih
tampak sembab karena terus menerus menangis. Tangannya
terikat ke belakang dengan sangat kencang. Kain terlibat ke
tubuhnya dalam keadaan hampir lepas. Namun aku tidak
melihat bahwa ia telah mendapat perlakuan yang lebih kejam
dari itu. Ia tertunduk karena s ilau. Rambutnya yang lurus dan
panjang telah terurai dan jatuh di bahunya yang telanjang.
Tubuhnya tampak kotor karena debu-debu di lambung kapal
yang penuh barang, berkarung-karung rempah, tong-tong air,
dan juga gulungan kain layar cadangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua orang tampak melompat turun dengan ringan. Mereka
mendekati Putri Asoka itu, yang satu berjongkok dan yang lain
membungkuk di hadapannya. Bahkan yang berjongkok itu
memegang dagunya seperti memeriksa mulut anjing piaraan.
"Aku tidak mengerti apa keuntungannya bagi kita
membiarkan anak perawan ini hidup, bahkan takboleh
disentuh berlama-lama. Ia hanya akan menyulitkan kita saja
kurasa, harus memberinya makan setiap saat begini," katanya.
Ternyata mulut Putri Asoka dibuka secara paksa, untuk
memaksakan makanan masuk ke mulutnya. Makanan itu
dibawa oleh yang membungkuk, digenggam dalam bungkusan
daun; yang berjongkok membuka mulut Putri Asoka secara
paksa dengan cara menekan kedua pipinya, lantas mengambil
makanan dari bungkusan daun itu, memasukkan dan menekan
secara paksa ke dalam mulut dengan jari-jari tangannya.
"Ayo makan! Kalau kamu mati, nanti kami yang digantung
di tiang layar kapal ini!"
Apakah yang dimasukkannya itu" Barangkali nasi, tak
terlalu jelas dalam kegelapan begini. Nasi itu dikepal dulu,
sebelum dimasukkan dengan tangan yang tidak jelas
kebersihannya itu. Kudengar Putri tersedak dan tidak bisa
bernapas. "Kenapa seperti itu memberi makan" Mati dia nanti," kata
yang membungkuk, "kasihkan air kalau memberi makan
seperti itu." "Diam lah bodoh! Perempuan kecil ini selalu memuntahkan
makanannya, jadi harus dipaksa!"
"Kamu justru akan membunuhnya! Coba lihat!"
Putri itu sekarang matanya sudah melotot karena
tenggorokannya tersumbat. Aku sudah siap bertindak, ketika
dari atas terdengar bentakan.
"Bodoh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang yang berjongkok itu lantas tergelimpang ke lantai
dengan sebilah pisau menembus ubun-ubunnya. Suatu sosok
lantas melompat turun dengan ringan. Ditendangnya pula
petugas satunya sehingga terlempar ke dekatku. Ia tidak mati,
tetapi tidak berani bergerak maupun mengeluarkan suara
sepatah pun juga. "Kundika!" Lelaki yang baru datang ini meminta kendi yang segera
dilemparkan dari atas dan ditangkapnya dengan sebelah
tangan saja. Ia menarik lengan Putri Asoka sehingga terseret
ke dekatnya, juga dengan paksa dimasukkannya corot kendi
itu ke mulut sang putri. Secara alamiah, meskipun hatinya
menolak Putri Asoka menelan nasi yang terdorong oleh air dari
kendi tersebut. Sepintas kuperhatikan kendi yang terbuat dari
perunggu itu, bibirnya membalik keluar, corotnya melengkung
dan bergelang. Meski bentuk yang sejenis juga dibuat di
Mataram, tetapi dari bahan yang berbeda. Kendi ini sama
dengan berbagai kendi asa l Jambhudvipa yang datang
bersama para pendatang di kerajaan Mataram maupun
kedatuan Sriv ijaya. DAPATKAH kuyakinkan diriku bahwa para awak kapal ini
adalah orang-orang asing" Kundika diisi dari corotnya pada
sisinya, dan menuang dari mulutnya yang berupa pipa sempit,
sedangkan kendi diisi dari mulut dan dituang dari corotnya.
Kundika berbeda dari kendi, tetapi yang disebut dengan
kundika oleh orang ini adalah kendi atau kundi. Mereka
menyebutkan benda yang lazim digunakan di sini dengan
bahasa daerah asalnya, meski kudengar mereka berbahasa
Melayu dengan cukup fasih. Aku mengambil simpulan bahwa
mereka bukan orang Muara Jambi dan bukan pula orang
Srivijaya. Seharusnya mereka tidak mempunyai urusan dengan
masa lalu orang-orang malang yang telah mereka bantai itu!
Kuingat ketiga orang yang diduga penyerang dan kami
temukan sudah mati di kapal naas tempat mereka menjarah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membunuh, memperkosa, dan menculik Putri Asoka ini. Jelas
mereka orang-orang Kling. Namun orang-orang ini, meski
tinggi besar seperti orang-orang Kling, kulitnya tidak hitam.
Tentu seperti setiap pelaut, kulitnya hitam terbakar matahari,
tetapi sangatlah berbeda antara mereka yang kulitnya terlahir
hitam dan kulitnya hitam terbakar matahari.
Betapapun nasi itu akhirnya tertelan oleh Putri Asoka. Aku
menahan napas. Entah bagaimana caranya aku bernapas,
karena aku berada sangat dekat dengan mereka. Aku merasa
khawatir karena Putri Asoka matanya sering menatap ke
arahku. Jika terjadi sesuatu, sangat sulit bertarung di dalam
lambung kapal seperti ini.
Sosok yang baru turun itu berkata.
"Ingat Putri, dirimu adalah tawanan kami, janganlah
melakukan apa pun yang akan mencelakakan Putri sendiri.
Jika Putri menurut kami, maka Putri akan selamat."
Namun Putri Asoka tiba-tiba meradang.
"Kalian telah membunuh seluruh keluargaku! Untuk apa"
Kalian bisa merompak dan menjarah, kenapa harus
membunuh?" Sosok itu tertegun, dan berdiri. Ia memberi tanda kepada
orang yang ditendangnya tadi agar keluar dari lambung kapal.
Sementara di luar, kudengar perahu sampan yang kuikuti tadi
tiba. Kemudian kudengar juga keramaian banyak orang yang
naik ke kapal. Agaknya mereka semua yang meninggalkan
kapal telah kembali. Kudengar berbagai bahasa diucapkan
campur aduk, ada yang kukenal, ada yang tidak kukenal.
Namun kurasa tidak ada hal yang perlu kuceritakan kembali,
kecuali bahwa suasana di atas itu begitu riuh rendah, dengan
langkah kaki di atas papan yang menjadi atap lambung kapal
ini yang terdengar bagaikan langkah-langkah kaki gajah.
"Di mana Nakhoda?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Suara ini telah kukenal sebagai suara orang yang kuikuti.
"Di bawah, dia tak bisa diganggu," kata yang baru naik itu.
"Ini penting!" "Sudah kubilang tak bisa diganggu!"
Bug! Bug! Tampaknya salah satu memukul dan yang dipukul
membalas. Suasana semakin riuh rendah. Bukan untuk
memisah, melainkan untuk bertaruh siapa kalah dan siapa
menang, tentu tanpa mengetahui duduk persoalan yang


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebenarnya. Mereka terdengar tertawa-tawa seperti mendapat
hiburan. Lelaki pendek gempal yang sedang berada di bawah ini
tampaknya merasa sangat terganggu. Ia segera melenting ke
atas dan berkelebat ke sana kemari untuk menghajar anak
buahnya itu. Sebentar kemudian hanya terdengar suara
orang-orang yang mengerang dan mengaduh kesakitan di
sana-sini. "ANJING-ANJING geladak berotak udang! Gentong nasi
kalian semua! Hidup sekali hanya untuk makan! Bikin suara
lagi kubunuh kalian semua!"
Suara-suara erangan itu lenyap, tetapi masih terdengar
sebagai desahan. Sebetulnya keramaian itu menguntungkan
aku. Sekarang aku harus kembali menahan napas.
"Putri Asoka," bisikku cepat-cepat, "buatlah ia banyak
berbicara..." Putri itu tidak menjawab. Namun kurasa ia mengerti,
bahkan ia sendiri kini tampaknya juga penasaran sekali.
"Siapa yang ingin bertemu denganku karena ada sesuatu
yang katanya penting?"
"Sahaya...," terdengar suara lemah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa yang begitu penting?"
Dengan lancar diceritakannya semua, mulai dari cerita yang
terdengar di kedai, tukang tenung yang tercekik-cekik sendiri,
dan sejumlah orang yang mengikuti kami, yang lantas
terjebak dalam perangkap kami.
Terdengar nakhoda itu berkata.
"Hmm. Berita tentang mereka berangkat telah sampai ke
mari. Berita tentang nasib mereka belum ada yang tahu.
Berarti Naga Laut yang telah melihat dan membakar kapal itu,
seperti yang telah kita saksikan dari kejauhan, menyimpan
maksud tertentu." "Kita tak tahu apakah yang akan dikatakannya kepada
orang-orang Muara Jambi itu."
"Apa pun yang akan disampaikannya, seharusnya bukanlah
tentang keberadaan kita, karena tiada peluangnya saat itu
untuk mengenali kita."
"Tiga kawan kita tertinggal di kapal itu..."
"Yah, tetapi mereka juga sudah tidak bisa menceritakan
apa pun. Itulah kalau menyerbu terburu nafsu. Memalukan!
Mati di tangan orang-orang lemah! Cuh!"
Ia meludah untuk menunjukkan penghinaannya. Lantas
turun lagi ke bawah. Ia membungkuk untuk memperhatikan wajah Putri Asoka
dalam ruangan temaram karena sedikit cahaya dari atas itu. Ia
memegang dagunya, mengelus-elus pipinya, lantas menjambak rambutnya dan berkata perlahan-lahan.
"Dikau seharusnya berterima kasih kepadaku Putri, karena
daku telah membiarkan dirimu hidup sampai hari ini. Asal
dikau tahu, daku telah dibayar mahal untuk membantai semua
orang yang berada di kapal. Daku tidak tahu kenapa kalian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua harus mati, tetapi setelah akhirnya kuketahui siapa
kalian, daku sadar betapa bayaranku masih belum sepadan..."
"Siapa yang telah membayar kalian itu, yang dikau katakan
begitu murahnya jika termasuk membunuh diriku?"
Nakhoda itu tidak menjawab, melainkan balik bertanya.
"Putri, tahukah kiranya Putri, siapakah kiranya diri Putri
itu?" Putri Asoka terdiam. Aku mematung tanpa suara. Sejari
tangan saja aku bergerak, aku tahu sebilah pisau terbang atau
sejumlah senjata rahasia akan segera meluncur ke arahku.
Putri itu masih terdiam. Mungkinkah ia memang tak tahu
siapa dirinya itu" Tidakkah mengenaskan jika diriku saja
dengan segera telah menyerap secara ringkas sejarah suatu
negeri selama seratus tahun, sementara tokoh penting sejarah
itu tak tahu menahu siapakah dirinya dalam suatu riwayat
yang tak diketahuinya pula"
"Tidak tahukah betapa dirimu dapat duduk di kursi
singgasana, wahai Putri?"
Nada sang nakhoda yang pendek gempal ini, antara
bercanda dan menghina, syukurlah tidak terlalu ditanggapi
Putri Asoka, yang dalam keremajaan usianya, kuperkirakan
bahkan hanya 12 tahun, yang dalam penderitaannya tetap
menggunakan otaknya untuk memenuhi permintaan. Syukurlah ia tetap memiliki keberanian, meski ketakutannya
sebagai tawanan adalah suatu hal yang sangatlah sewajarnya.
"Daku bukan putri seorang raja," katanya, "khayalan mana
yang dapat membawa daku ke sebuah kursi singgasana!"
"Khayalan mana" Khayalan?"
Nakhoda yang sekilas kulihat bergiwang permata itu
menggeleng-gelengkan kepala.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah pembantaian mengerikan yang berlangsung di
hadapan mata dikau itu suatu khayalan" Apakah segala
macam jerit kesakitan, darah bercipratan, dan segala peristiwa
yang baru berlangsung kemarin malam adalah khayalan?"
Asoka segera menohok. "Katakan! Katakan bahwa itu bukan khayalan!"
NAKHODA itu, yang dalam perasaan berkuasanya telah
kehilangan kehati-hatian meneruskan kata-katanya.
"Tidakkah dikau ketahui Putri, bahwa kedatuan Sriv ijaya,
dengan bangkitnya wangsa Shailendra dan wangsa Sanjaya di
Javadvipa, yang sangat subur sawah-sawahnya, tidak lagi
dikenal sebagai satu-satunya negara berkuasa" Mereka
memang menguasai laut, tetapi tidak berdaya mencegah
kapal-kapal dari segala penjuru yang ingin mengambil muatan
dari berbagai pelabuhan di sana, yang meski tetap dikuasai
Srivijaya, tak dapat menguasai apa pun di pedalamannya." 4
Putri Asoka memandang dengan mata kosong.
"Tahukah artinya itu Putri" Artinya kekuasaan mereka
goyah dan kerajaan yang pernah ditaklukkan merasa punya
alasan untuk bangkit kembali. Itulah saat paman-pamanmu
merasa bukan takmungkin mendirikan kembali kerajaan
mereka yang disebut Jambi Malayu, dengan bantuan kerajaan-
kerajaan di Javadvipa, ataupun sembarang bajak laut yang
berkeliaran dari pulau ke pulau seperti kami, yang semenjak
lama memang bekerja sama dengan kedatuan Srivijaya hanya
karena terpaksa." Hmm. Benarkah kapal ini sebuah kapal bajak laut"
"Terpaksa?" "Tentu saja terpaksa! Kami adalah pengembara di lautan
tanpa negara yang berlayar di antara pulau-pulau karang dan
teluk tersembunyi, yang memang akan membajak kapal-kapal
dagang yang melewati wilayah kami. Para raja Srivijaya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena takmampu membasmi kami, akhirnya membeli
kerjasama kami. Mereka adakan perjanjian dengan beberapa
di antara kami, bahwa dengan memberikan sebagian wilayah
pelabuhan, kami tidak bisa lagi membajak kapal-kapal di laut.
Sebaliknya bahkan para sekutu Sriv ijaya ini dimanfaatkan
untuk menjamin keamanan lalu lintas kapal-kapal dagang." 5
"Termasuk kapal ini?"
"Tentu saja Putri! Jadi kami mau bekerja sama, tapi hanya
selama kami tetap diuntungkan. Akhir-akhir ini, sete lah
wangsa Shailendra mampu membangun armadanya sendiri
untuk menyerbu Champa, bahkan Kota Kapur ini pun menjadi
sepi. Kami tidak terikat lagi dengan perjanjian ini. Kami kini
bekerja untuk siapa pun yang membayar kami. Termasuk
untuk tugas ini!" "Membunuh kami?"
"YA, membunuh kalian! Tapi daku bisa mendapat uang
emas lebih banyak dengan tidak membunuh dikau!
Hahahahahahaha! Maksud daku, menangguhkan pembunuhan
dikau, karena nantinya tetap juga dikau harus kubunuh!
Hahahahahaha! Itulah salah mereka sendiri, karena tidak
menjelaskan persoalannya ketika menawarkan pekerjaan ini
kepada kami! Jika kepentingannya sebesar ini, yakni
memutuskan garis keturunan supaya dikau tak dicari lagi
sebagai ratu yang sah dari keturunan Jambi Ma layu, tentulah
daku harus dibayar jauh lebih mahal! Huahahahahaha!"
Kini persoalannya sudah sangat jelas bagi Putri Asoka,
maupun juga bagiku, tentang hubungan antara kapal ini, kapal
yang seluruh penumpangnya dibantai, maupun semua
kejadian tadi. Kecuali bahwa aku tidak dapat memastikan,
bagaimana desas-desus tentang para pelarian ini dengan
segera sudah mencapai Kota Kapur. Aku hanya bisa menduga,
bahwa ketika para bangsawan pelarian ini lenyap dari
kotaraja, kemungkinan naik kapalnya pun dari sebuah tempat
tersembunyi, berita memang segera tersebar sampai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pelabuhan. Memang ke sanalah para pengawal rahasia
kedatuan memburu, dan kejadian ini mungkin telah
menimbulkan huru-hara besar, karena setiap kapal yang
berlabuh telah digeledah dan diperiksa. Adapun dari
pelabuhan yang besar, tentulah selalu ada kapal yang
berangkat setiap hari, dan sebuah kapal barangkali saja
dengan segera telah tiba di Kota Kapur.
Kusimak kembali, dalam cerita yang kudengar di kedai
memang tidak disebut tentang pembantaian di tengah laut
pada malam hari. Pembantaian memang baru semalam, tetapi
mungkin saja pelarian itu sudah berlangsung beberapa hari
sebelumnya. Sedangkan kapal yang memburunya ini,
menurutku berangkat dari tempat tersembunyi lainnya, atau
bahkan dari tengah lautan itu sendiri melalui suatu mata rantai
jaringan rahasia, yang juga mengerahkan kapal-kapal untuk
menghubunginya. Jadi, kecurigaanku di kedai mungkin
berlebihan, tetapi bukankah hanya dengan waspada kepada
segala sesuatu maka akhirnya aku berada di tempat ini"
Nakhoda yang pendek gempal ini jelas adalah orang yang
serakah. Ia telah menghindari kapal kami, yang mungkin
dikenalinya sebagai kapal Naga Laut. Bagi Sriv ijaya, keduanya
hanyalah bajak laut yang tidak bisa diatur. Namun bagiku
keduanya sangat berbeda. Naskhoda pendek gempal yang
selain mestinya telah dibayar, masih menjarah harta karun
seisi kapal pula, tetapi masih mau juga memeras pembayarnya
dengan menyandera nasib Asoka, yakni bahwa tak akan
dibunuhnya jika bayaran tak dilipatkan, jelas bajak laut licik
yang tidak memiliki kehormatan sedangkan Naga Laut,
dengan segala riwayatnya yang telah kudengar, jelas adalah
seorang pejuang. "Tapi aku tidak akan membunuhmu Putri, berapa pun
bayarannya, jika dikau bersedia menuruti permintaanku."
Putri Asoka yang masih 12 tahun, meskipun cerdas,
masihlah berjiwa lugu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah itu?" Hening sejenak. Aku tak bernafas. Ikut tegang menanti
jawaban. Nakhoda itu berjongkok, memegang dagu Putri Asoka.
"Tuan Putri, sudikah T uan Putri menjadi isteriku?"
(Oo-dwkz-oO) Episode 87: [Samudragni] DARAHKU naik ke kepala. Ingin kuselesa ikan riwayat
pemimpin bajak laut yang belum kuketahui namanya ini
sekarang juga. Namun aku juga tahu bahwa jika aku
melakukan sesuatu tanpa perhitungan, aku dapat mengacaukan jalan cerita yang barangkali saja bisa menjadi
lebih menarik jika aku tidak melakukannya.
Jadi, di balik tong-tong air di dalam lambung kapal, aku
berusaha menahan diri. Saat itulah Putri Asoka meludahi wajah sang pemimpin
bajak laut. "Cuh!" Seketika itu pula dua belas tamparan telah mendarat di
wajah Putri Asoka. memimpin bajak laut itu melompat berdiri.
"Anak bodoh tak tahu diuntung! Dikau telah meludahi
wajah Samudragni!" Aku terkesiap. Inilah sebuah nama yang sangat ditakuti.
Begitu ditakuti sehingga bahkan mengucapkan namanya orang
tidak berani, karena baru memikirkannya pun konon banyak
orang sudah gemetar. Tiada pelaut yang tidak mengenal nama
Samudragni yang berarti Samudera Api, sebuah nama yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
didapatnya karena selalu membakar kapal-kapal korbannya,
berikut dengan para awak dan penumpang kapal yang masih
hidup di dalamnya! Jadi, hanya karena kami datang,
sedangkan tugasnya merupakan rahasia, maka ia kabur tanpa
sempat membakar kapal itu, yang ternyata kami bakar juga,
meski dengan tujuan yang sangat berbeda.
IA masih berbicara. "Jika dikau tidak begitu malang telah dilahirkan sebagai
anak para pemberontak, dikau sudah lama jadi makanan ikan!
Ketahuilah betapa dikau sunggguh tak berarti sama sekali
bagiku, kecuali sebagai pemancing rajabrana orang-orang
Srivijaya! Begitu hal itu kudapat, wahai puteri tak tahu
diuntung, daku janjikan kematian perlahan yang tak mungkin
dikau tahankan! Dikau akan digantung di buritan dengan
setengah badan terendam di air, lantas daku lempar daging-
daging mentah di perairan hiu, tempat ikan-ikan ganas itu
akan menyobek-nyobek tubuh dikau!"
Lantas ia melenting ke atas dengan ringan, keluar dari
lambung kapal. "Nikmatilah kegelapan ini!"
Brak! Papan yang menutup jalan masuk terpasang kembali.


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebetulnya jalan masuk itu biasanya terbuka, tetapi mungkin
karena ada tawanan rahasia, maka kini tertutup.
Kegelapan kembali mencekam.
Kudengar isak tangis. Aku mendekat dan berbisik.
"Putri..." Tangisan itu berhenti. "Tuan..., tolonglah sahaya, bebaskan sahaya!"
Aku berusaha menenangkannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Putri, Putri telah berlaku dengan luar biasa dan berani,
tabahlah dan tenanglah, sahaya akan menyelamatkan Putri..."
"Apa yang akan Tuan lakukan?"
"Sahaya ingin mengetahui siapa yang telah menyewa jasa
Samudragni yang kejam ini untuk membantai seluruh keluarga
Putri. Sampai saat ia membayarnya, Putri akan tetap hidup,
percayalah. Samudragni sudah membunuh Putri sejak tadi jika
tidak menghendaki uang dan harta benda, yang tentu
dikehendakinya dalam jumlah yang besar sekali."
"Sampai kapan Tuan" Berapa lama lagi" Sahaya takut
sekali!" "Tenanglah Putri, percayalah sahaya akan menyelamatkan
dan membawa Putri ke tempat yang aman."
Aku mengucapkan semua itu untuk menenangkan Putri
Asoka, tetapi sebetulnya aku sungguh tidak tahu apa yang
masih akan terjadi. Bahkan tidak kusangka sama sekali bahwa
kapal ini kemudian tiba-tiba bergerak. Seseorang di atas
memberi aba-aba kepada para pendayung di kiri dan kanan
pada cadik. Kapal ini tampaknya berangkat keluar dari teluk.
Kuperiksa, tong-tong air ini penuh, jadi mereka memang siap
berlayar. Mau ke manakah mereka"
Aku merasa gamang. Baru beberapa hari berlayar dan
lepas dari Javadvipa, sudah terlibat peristiwa yang belum
kutahu kapan akan berakhirnya. Namun tentu saja ini suatu
akibat yang tidak perlu kuhindari, karena aku memang tidak
akan pernah tahu ke manakah riwayat hidup ini akan
membawaku. Apa yang bisa kulakukan sekarang" Aku mencoba berpikir
dalam kegelapan. Samudragni jelas ingin mendapat tambahan
uang atau benda berharga apapun atas pembunuhan Putri
Asoka. Ia sungguh pandai memeras, karena dalam hal ini
ancaman untuk tidak membunuhnya tampak jauh lebih
mengerikan bagi yang diancamnya, dibandingkan dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembunuhan itu sendiri. Menunda pembunuhan Putri Asoka
bukanlah soal besar bagi Samudragni, sedangkan membunuhnya pun hanya seperti membalik tangan. Garis
keturunan pewaris kerajaan Jambi Malayu harus diputus,
karena rakyat Muara Jambi masih akan terus mengakui garis
keturunan itu, yang membuat minggatnya para bangsawan
Jambi Malayu itu mendapat tanggapan begitu keras, yakni
dengan melakukan pembantaian kepada mereka.
Semula para bangsawan ini ibarat dipelihara dan dibiarkan
hidup demi menjaga ketenangan dalam pemerintahan, dengan
pikiran bahwa setelah seratus tahun mereka akan meleburkan
dirinya dalam kedatuan Sriv ijaya. Namun karena hal itu tidak
terjadi, karena kemurnian darah sangat dijaga, bahkan kini
memisahkan diri pula, suatu tindakan keras rupanya tidak
ditahan-tahan lagi. Keadaan ini membuat pemerasan
Samudragni, yang ternyata entah darimana telah mengetahui
kedudukan Putri Asoka dalam kebijakan istana untuk
membantai itu, menjadi pemerasan yang sangat berarti.
Namun, kini tentu saja ia harus memberi tahu pihak yang akan
diperasnya itu, bahwa ia hanya akan melanjutkan
pembantaian dengan membunuh Putri Asoka, jika upahnya
ditambah! KUDENGAR dayung menyibak permukaan laut di kiri kanan
badan kapal. Apakah mereka akan langsung menuju ke
kotaraja, ataukah berlabuh di tempat tersembunyi dan
mengirimkan pemberitahuan" Yang terakhir itu tentu saja
lebih aman. Namun benarkah pihak yang akan dihubunginya
berada di kotaraja" Aku sadar betapa semua dugaanku hanya
berdasarkan pengetahuan yang sangat terbatas. Maka
kutekankan kepada diriku sendiri, bahwa keselamatan Putri
Asoka dalam segala kemungkinan harus kuutamakan, meski
sekarang ternyata aku tidak bisa begitu saja membawanya
pergi. Selain tidak terlalu mudah bertarung di atas kapal
sembari melindungi sang puteri, jika mereka semua bisa
kulumpuhkan belum berarti masalah puteri itu selesai. Aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu tidak berharap bahwa setelah tertolong dan perjalanan
kulanjutkan, maka seseorang yang lain akan membunuhnya.
"Putri, apakah Putri menginginkan sesuatu?"
Putri Asoka terisak kembali, kini lebih tersedu dan tersedan,
karena meskipun aku hanya menanyakan keperluannya saat
ini, ternyata mengingatkan keadaannya yang sebatang kara
dengan cara begitu rupa. "Sahaya ingin pergi dari s ini, ingin pulang..."
Tenggorokanku tersekat, tidak ada sesuatu pun yang dapat
kugunakan untuk menjawabnya. Lagipula, terlalu banyak
berbicara dalam keadaan seperti ini sangat berbahaya,
meskipun telah dilakukan dengan berbisik-bisik.
"Tapi sahaya harus pulang ke mana" Sahaya tidak memiliki
siapa pun juga..." Lantas tangisnya menghambur lagi tanpa bisa ditahan lebih
lama. Agaknya ia telah memendam perasaan ini begitu lama,
dan kini barangkali dianggapnya ada seseorang yang layak
mendengar perasaannya. Aku sangat khawatir suaranya akan
memancing orang untuk turun ke bawah, makanya
kuperdengarkan suara tertentu untuk berjaga-jaga jika ada
yang mendengarnya. Kuperdengarkan suara tikus berlari kian
kemari. Aku tak bisa me lakukan apa pun untuk meredam
kesedihan atas nasib malang seperti itu, nasib malang seorang
gadis yang masih berusia 12 tahun dan seluruh keluarga
besarnya terbantai habis tanpa sisa di depan mata.
"Layar!" Kudengar teriakan Samudragni.
Dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang dapat kuketahui betapa di kiri kanan lambung
kapal para awak kapal berhenti mendayung, dan melangkah
berlompatan dengan gesit dari atas cadik menuju ke selasar
untuk menyimpan dayungnya. Sementara itu awak yang lain
telah memanjat dengan ringan ke atas, membuka tali yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggulung layar. Segera layar terkembang dan menampung
angin yang sangat kuat dari arah selatan. Kapal meluncur dan
melaju melewati mulut teluk, menyusur lincah di antara pulau-
pulau karang, dan sebentar kemudian sudah lepas ke lautan
bebas. Sayang sekali, karena segala sesuatunya melalui
pendengaran, tidak bisa kuceritakan warna langit yang
barangkali biru maupun permukaan laut yang kehijau-hijauan.
(Oo-dwkz-oO) KUBAYANGKAN kawan-kawanku yang masih tertinggal di
Kota Kapur. Kapal ini meninggalkan Pulau Wanka. Jika menuju
ke kotaraja kedatuan Sriv ijaya yang terdapat di Samudradvipa
atawa Suvarnabhumi, berarti kapal ini hanya menyeberangi
selat, lantas menyusuri muara sebelum tiba di sana. Naga Laut
jelas masih sangat berkepentingan dengan keselamatan Putri
Asoka. Peristiwa ini seperti memberi kesempatan, bahkan
seperti menuntut, agar ia menunjukkan siapa dirinya, bahwa
bajak laut yang satu dibanding bajak laut yang sama sekali
tidaklah sama, karena setiap pihak memiliki kepentingannya
sendiri. Begitulah, lautan luas yang bagaikan takberbatas ternyata
menjadi wilayah pertarungan kuasa demi berbagai kepentingan. Kedatuan Srivijaya dalam dua ratus tahun ini
telah tumbuh sebagai kekuatan bahari, karena kemampuan
para pemimpinnya menghimpun kapal-kapal liar dari
sembarang perkampungan sepanjang pesisir dan pulau-pulau
sekitar Suvarnabhumi, yang sering mengambil kesempatan
membajak kapal-kapal dagang, menjadi semacam armada
yang pada gilirannya menguasai jalur perdagangan itu secara
resmi. Namun seperti yang telah kupelajari dengan muncul
Naga Laut dan Samudragni dalam perjalanan ini, jaringan
kuasa Srivijaya mendapat perlawanan, baik oleh pihak yang
menjadi bajak laut karena taksudi berbagi; maupun pihak
yang menjalankan peran bajak laut, sama sekali tidak untuk
menguasai harta benda duniawi, melainkan atas nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perlawanan terhadap Sriv ijaya itu sendiri. Dengan yang
pertama, Sriv ijaya masih dapat melakukan kesepakatan, tentu
dengan bayaran; tetapi dengan yang kedua, kesepakatan
berdasarkan bayaran tidak dimungkinkan, kecuali mengubah
kebijakan atas kekuasaan, yang bagi Sriv ijaya tentu tak
dimungkinkan. Keadaan semacam ini membuat bajak laut seperti
Samudragni tidak pernah merasa menjadi rekan sejawat bajak
laut seperti Naga Laut, meski bagi raja-raja Sriv ijaya keduanya
sama-sama mengganggu, karena keduanya memang merongrong kewibawaan kedatuan mereka. Kini menjadi jelas
bahwa menyingkirnya kapal Samudragni setelah me lihat kapal
Naga Laut mendekat ternyata memiliki penyebab yang
panjang. Namun di manakah Naga Laut kini" Bahkan ketika aku
meninggalkan para awak kapalnya di rumah panjang itu,
ketika para kawan Jambi Ma layu diajak masuk para awak
kapal Naga Laut itu, ia sendiri masih bersama isterinya yang
berasal dari Champa. Masih perlu waktu lama bagi Daski,
Markis, Darmas, Pangkar, dan kawan-kawan lainnya untuk
menyadari bahwa aku telah menghilang. Kuharapkan Daski
masih percaya aku memang mengikuti pelaut yang menjadi
mata-mata Samudragni itu, yang nyatanya memang
membawaku sampai ke kapal ini. Namun bagaimana jika
mereka mengira aku sekadar lari saja, seperti mungkin terjadi
dengan para penumpang yang tidak terbiasa dengan
kehidupan di atas kapal, dan memilih turun di mana pun
karena tidak tahan lagi"
Tentu saja aku berharap mereka percaya kepadaku, artinya
cukup percaya untuk menduga bahwa setidak-tidaknya aku
telah menemukan jejak yang takbisa kutinggalkan lagi. Namun
apakah kiranya yang akan membuat mereka mungkin
melakukan dugaan seperti itu" Pada malam hari nanti, aku
sudah akan seperti ditelan bumi, karena sesiang ini saja aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah berada di tengah lautan bebas. Kurasakan kapal yang
naik turun mengarungi gelombang, kudengar angin kencang
menerpa layar dan membuat kapal melaju. Kudengar
Samudragni memegang sendiri kemudi dan dengan tenaga
besarnya mengarahkan kapal sesuka hati. Ia berteriak riang
menikmati angin kencang ini.
Dalam kegelapan di lambung kapal yang ternyata masih
banyak menyisakan ruang kosong, kudekati Putri Asoka dan
kupegang tangannya. Kusalurkan tenaga prana kepadanya
agar ia mendapat ketenangan. Mataku masih terpejam,
kudengar kesibukan di atas, kaki-kaki yang bergedebukan
pada papan. Kesibukan mengarahkan kapal belum selesai.
Beberapa kali kudengar awak kapal masih naik dan turun
sepanjang tiang, karena bentangan layar harus disesuaikan
dengan kecepatan tiupan. Nanti setelah kapal berlayar dengan
lurus, dan kecepatannnya tidak menimbulkan persoalan, suatu
ketenangan bisa diharapkan.
Saat itu memang akhirnya tiba. Beberapa awak turun ke
ruang tidur di atas lambung kapal, dan percakapan mereka
yang berbisik-bisik pun dapat kudengar dengan jelas.
"Dikau masih ingat tempat persembunyian harta itu?"
"Bagaimana bisa ingat kalau mata kita ditutup seperti itu."
"Tutup mataku tadi terlalu ke atas mengikatnya, jadi daku
memperhatikan tanda-tanda."
"Jadi dikau bisa menemukan kembali tempat persembunyian harta karun itu?"
"Bisa." "Tapi apa yang bisa dikau lakukan dengan pengetahuan
itu" Jika nakhoda mendengar apa yang dikau katakan ini saja,
pasti dikau akan jadi makanan ikan hiu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hening sejenak. Kudengar pisau dicabut dari sarungnya.
Mungkin orang yang mengetahui persembunyian harta itu
mengancam. "Nakhoda tidak akan dan tidak perlu tahu, karena jika
diketahuinya sesuatu tentang diriku dalam hubungannya
dengan harta itu, pastilah itu darimu. Jika hal itu terjadi, wahai
sobat, dirimulah yang nanti menjadi makanan ikan hiu!"
Tak ada suara lagi. Jadi hampir seluruh isi kapal, yang
kuperkirakan sekitar 25 orang, telah dikerahkan untuk
mengangkut harta tersebut, entah dalam karung entah dalam
peti, sampai ke suatu jarak tertentu dari pantai tempat kapal
ini tadi berlabuh. Makanya ketika aku menyelinap ke dalam
kapal, hanya terdapat dua orang penjaga bermain dam-
daman. Mereka lantas ditutup matanya dengan kain,
sementara tangan mereka tetap harus memikul harta benda
itu di sela-sela dinding karang yang membentuk jalan berliku.


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setiba di tempat, tanpa membuka tutup mata itu, mereka
harus meletakkan pikulan-pikulan tersebut, dan hanyalah
Samudragni yang mengangkut entah karung entah peti itu ke
tempat yang lebih tersembunyi lagi. Orang yang membongkar
rahasia tadi mengenali tempat itu sebagai goa di dalam bukit
karang, tempat air laut pasang surut masuk ke dalamnya,
membentuk lorong-lorong dan sungai di dalam gua, sehingga
hanya saat-saat tertentu manusia bisa masuk ke dalamnya.
Tampaknya Samudragni ingin menguasai harta karun itu
sendirian saja, meski ia berhasil meyakinkan anak buahnya
bahwa ia menyimpan rahasia itu agar tidak seorangpun dari
anak buahnya itu tergoda mencurinya. Sebagian memang
percaya, tetapi yang kudengar bercerita tadi tampaknya tidak.
Aku belum tahu seberapa jauh kenyataan semacam ini akan
berkembang jika diriku tidak berada di sini, kini, di dalam
lambung kapal yang gelap dan mengetahui rahasia mereka,
dengan kepentingan yang sangat jelas: Menyelamatkan Putri
Asoka. Namun aku tidak sekadar ingin menyelamatkan Putri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Asoka dari keadaannya sekarang ini, melainkan dengan
jaminan bahwa tidak seorangpun mempunyai alasan untuk
membunuhnya, sampai maut sendiri merenggutnya tanpa
melalui pembunuhan. Aku memikirkan kawan-kawanku. Untuk pertama kalinya
aku kembali merasakan diriku menjadi bagian sebuah
keluarga. TAMPAKNYA Samudragni ingin menguasai harta karun itu
sendirian saja, meski ia berhasil meyakinkan anak buahnya
bahwa ia menyimpan rahasia itu agar tidak seorangpun dari
anak buahnya itu tergoda mencurinya. Sebagian memang
percaya, tetapi yang kudengar bercerita tadi tampaknya tidak.
Aku belum tahu seberapa jauh kenyataan semacam ini akan
berkembang jika diriku tidak berada di sini, kini, di dalam
lambung kapal yang gelap dan mengetahui rahasia mereka,
dengan kepentingan yang sangat jelas: Menyelamatkan Putri
Asoka. Namun aku tidak sekadar ingin menyelamatkan Putri
Asoka dari keadaannya sekarang ini, melainkan dengan
jaminan bahwa tidak seorangpun mempunyai alasan untuk
membunuhnya, sampai maut sendiri merenggutnya tanpa
melalui pembunuhan. Aku memikirkan kawan-kawanku. Untuk pertama kalinya
aku kembali merasakan diriku menjadi bagian sebuah
keluarga. (Oo-dwkz-oO) Episode 88: [Pemberontakan di Atas Kapal]
AKAN di bawa ke manakah Puteri Asoka" Selama puteri
bangsawan Jambi Malayu berusia 12 tahun itu masih hidup,
akan selalu merupakan duri dalam daging bagi mereka yang
telah memerintahkan pembantaian seluruh keluarganya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sehingga apabila Samudragni bisa memperlihatkan Puteri
Asoka masih dalam keadaan hidup, ia akan dapat memeras
uang lebih banyak lagi agar puteri itu akhirnya benar-benar
dibunuh. Sudah beberapa hari kapal ini me laju bersama angin
kencang yang tidak pernah berhenti. Setiap kali seseorang
turun ke bawah membawa makanan, tentu aku menyembunyikan diri. Menjaga dan menyelamatkan seorang
puteri seperti ini, ternyata sama sekali tidak semudah kata-
kata seperti ketika meniatkan dan memikirkannya. Puteri itu
akan dilepaskan sebelah tangannya dan dipersilakan makan
sendiri sambil ditunggu, karena jika diikat kedua tangannya,
puteri itu akan memuntahkannya kembali ketika disuapi; tetapi
kalau ikatan sebelah tangannya dilepaskan dan ditinggal pergi,
dikhawatirkan ia akan melepaskan ikatan tangan yang satunya
lagi. Maka begitulah ia diberi makan sambil ditunggui.
Namun bagaimanakah caranya puteri bangsawan seperti
Puteri Asoka ini bisa memakan apapun yang oleh para pelaut
ini diberikan" Para pelaut ini kalau perlu bisa memakan ikan
secara mentah, tentu saja tidak termasuk isi perutnya, karena
terbiasa dengan keterbatasan dalam kehidupan di atas kapal.
Memakan ikan mentah-mentah bukan dalam arti tidak beradab
sama sekali, sebaliknya berarti keterampilan dalam mengiris,
memotong, dan menguliti, sebagai bagian dari penanganan
ikan mentah sebagai jenis hidangan, sehingga misalnya tidak
harus berarti ikan mentah itu berbau amis dan sisiknya ikut
termakan. Tentu, mereka tidak memberikan ikan mentah kepada sang
puteri, tetapi tetap saja masakan di atas kapal dengan segala
keterbatasan. Ikan yang hanya direbus misalnya, atau sayuran
seperti kangkung yang juga hanya direbus, yang bagi banyak
orang tidak menjadi masalah, tetapi bagi seorang puteri
bangsawan yang dibesarkan dengan segala tatacara dan adat
istiadat kebangsawanan merupakan sesuatu yang sulit ditelan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ini memang cara golongan bangsawan membedakan diri
dengan golongan nelayan atau petani, yakni bahwa mereka
tidak pernah bersentuhan dan mengerjakan langsung
pengadaan bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Adat yang kini
sungguh berakibat. Puteri Asoka yang biasa menyantap
makanan yang dimasak dengan bumbu rempah, takbisa
menelan masakan takberbumbu.
Namun aku memintanya untuk sedapat mungkin menelan
apapun yang bisa ditelannya, karena tenaganya akan sangat
kubutuhkan bila saatnya telah tiba.
"Apakah Tuan memang akan menyelamatkan sahaya,
karena sahaya pasti akan membunuh diri sahaya sendiri
sebelum mereka membunuh sahaya."
"Percayalah kepada sahaya, Puteri Asoka, karena sahaya
tiadalah akan bisa menyelamatkan diri puteri jika Puan tiada
memiliki tenaga untuk sekadar berlari-lari."
Agaknya bayangan untuk kembali bebas dan kata berlari-
lari telah membuat daya hidupnya meningkat berlipat ganda,
sehingga makanan apapun bagai ditelannya begitu saja tanpa
dirasakan lagi. Dalam kegelapan dapat kulihat matanya
berbinar karena penuh dengan semangat. Suatu keadaan
yang kadang-kadang juga membahayakan dirinya sendiri.
Suatu ketika, seorang awak kapal yang diberi tugas
memberi makan berteriak-teriak dengan panik.
"Tolong! T olong! Puteri tersedak! Ia menelan duri!"
Lambung kapal mendadak jadi penuh dan orang-orang
turun membawa lentera pula. Aku terpaksa menempelkan
tubuh di langit-langit dengan ilmu cicak, dan menyamarkan
keberadaanku dengan ilmu bunglon supaya keberadaanku di
ruangan itu sama sekali takterlihat.
"Apa yang terjadi?"
"Lihat! Dia seperti tercekik!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lidah puteri menjulur keluar, matanya melotot, dan ia
seperti takbisa bernafas.
"Beri dia minum!"
Samudragni yang juga telah berada di bawah memberi
perintah. Segera seseorang turun membawa air dalam
belahan batok kelapa, yang segera diminumkan.
"Ayo! Telan! T elan!"
Puteri Asoka menelan, tetapi duri itu agaknya hanya
bergerak sedikit, hingga jadinya menyakitkan. Tenggorokannya mengeluarkan suara. Orang-orang semakin
panik, terutama melihat wajah pemimpinnya yang semakin
keruh. "Ambilkan nasi! Cepat! Cepat!"
Segera datang pula nasi dalam bakul anyaman bambu yang
kecil. "Kenapa banyak sekali seperti ini" Siapa yang mau makan"
Kamu" Kita hanya butuh sekepal. Lihat!"
SAMUDRAGNI mengepal nasi dan memasukkannya ke
mulut Puteri Asoka yang sejak tadi menganga karena tercekik.
"Ayo! Telan!" Puteri Asoka yang semula memang terlalu bersemangat
makan itu sekarang menurut. Impiannya akan kebebasan
telah meluruskan cara berpikirnya. Ia menelan, menelan, dan
menelan lagi. Sampai tiga kepal. Setelah itu tampak pulih
kembali meski masih agak tersengal.
"Bagaimana Puteri" Sudah tertelan durinya?"
Puteri itu mengangguk-angguk. Semua orang menarik
nafas lagi. Dengan masih hidupnya Puteri Asoka, tujuan
mereka untuk memeras lebih banyak lagi masih akan bisa
dijalankan. Namun awak kapal yang tadi bertugas kini menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gemetar, karena peristiwa duri ikan itu tentu dianggap sebagai
kelalaian yang dapat menghilangkan nyawa sang puteri, yang
tentu saja tidak benar sama sekali. Namun di atas kapal bajak
laut, setidaknya di atas kapal ini, kebenaran adalah isi kepala
Samudragni. Apapun yang baginya benar adalah benar dan
apapun yang baginya tidak benar adalah tidak benar. Padahal
tiada seorang manusia pun dapat mengetahui kebenaran,
bukan" Betapapun Samudragni, Sang Samudra Api, berusaha
membuat kebenaran di kepalanya itu menjadi kenyataan,
yakni awak kapalnya itu bersalah dan harus dihukum.
Mereka semua naik ke atas sampai lambung kapal menjadi
sepi kembali. Aku melayang langsung ke dekat puteri itu.
"Bagaimana keadaanmu, Puteri?"
"Sahaya takut mati tercekik tadi, tulang ikan itu rasanya
besar dan menyakitkan sekali."
"Tenanglah Puteri, untuk sementara mereka akan terus
menjaga agar Puteri tetap hidup. Sekarang sahaya ingin
melihat keadaan di atas."
"Hati-hatilah Tuan, para bajak laut ini sangat kejam."
Aku tertegun, karena kata-katanya itu sama sekali tidak
kosong. Gadis kecil berusia 12 tahun itu telah menyaksikan
dan mengalami sendiri, bagaimana seluruh keluarganya habis
dibantai di tengah lautan tanpa sisa. Suatu mimpi buruk yang
sungguh-sungguh nyata. Bagaimanakah ia harus menjalani
sisa hidupnya dengan kenangan semacam itu"
Keluar dari lambung kapal aku berkelebat dan menyembunyikan diri di dalam bayang-bayang. Selama
matahari masih bersinar terang dan menciptakan bayang-
bayang, aku dapat bersembunyi di baliknya, seolah tubuhku
melebur ke dalam bayang-bayang itu.
Mereka semua berkumpul di atas. Tidak ada tempat yang
terlalu lapang sebetulnya di atas kapal. Namun rupanya telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terjadi suatu peristiwa. Di atas itu sedang terjadi pertengkaran
mulut. "Nakhoda tidak bisa menganggap harta karun yang kita
rampas itu sebagai miliknya sendiri, seperti nakhoda juga tidak
dapat menyerang kapal orang-orang Jambi Malayu itu sendiri
saja." "Murkhab! Hati-hatilah berbicara! Jangan lupa dikau
berhadapan dengan siapa!"
"Kami tahu sedang berhadapan dengan siapa, wahai
nakhoda! Tapi kami tidak takut kepada dirimu! Kami
pertanyakan sekarang, apa jaminannya nanti bahwa harta itu
tidak akan menjadi milikmu sendiri?"
Samudragni menggertakkan gigi pertanda amarahnya
sudah memuncak. Ternyata ia memang mencabut pisau
belatinya yang melengkung itu, dan secepat kilat kulihat
berusaha membuat garis panjang di perut Murkhab. Jika garis
panjang itu terbentuk, kutahu akan segera merekah dan
mengeluarkan seluruh isi perutnya. Namun rupanya Murkhab
juga bukan sembarang bajak laut.
Thrang! Sabetan Samudragni tertangkis. Bersama dengan itu
separuh awak kapal menyerang separuh awak kapal yang lain.
Dengan segera saja kapal itu menjadi hiruk pikuk. Sementara
tanpa mereka sadari langit telah penuh dengan awan
mendung bergulung-gulung. Angin memang bertiup semakin
kencang dan tidak beraturan, tetapi para bajak laut itu
terserap oleh tawuran takberaturan yang sangat mengerikan
itu. Mereka semua hanya sekitar 25 orang, tapi di atas kapal
seperti itu, pertarungan bagai berlangsung antara 200 orang.
Teriak makian, jerit kesakitan, dan bunyi logam beradu
menandai suasana di tengah lautan yang sebetulnya mulai
mengombang-ambingkan kapal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Agaknya pertentangan dan kecurigaan terpendam sudah
lama merasuk ke dalam gerombolan bajak laut Samudragni
ini, yang seperti telah kudengar, berakar dari persoalan
pembagian harta rampasan. Suatu hal yang sering
menghancurkan persatuan bajak laut, meski suatu kesepakatan tidak tertulis telah berlaku, bahwa pemimpin
bajak laut yang biasanya juga merupakan nakhoda kapalnya,
akan mendapat separuh dari seluruh harta rampasan, dan
sisanya dibagi rata oleh anak buahnya.
Pemimpin mendapat bagian sebesar itu, karena dianggap
menanggung beban tanggungjawab atas keselamatan kapal
dan awak kapalnya, serta berperan menentukan dalam
perburuan harta kekayaan. Pemimpin bajak laut memang
diandaikan bukan hanya mampu memimpin gerombolan yang


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

paling susah diatur, karena biasanya gerombolan ini terdiri
berbagai manusia yang tersempal dari masyarakatnya, dengan
latar belakang suku dan bangsa yang sering berbeda-beda
pula; tetapi juga menguasai seluk beluk pelayaran, menguasai
dan memiliki bayangan sebuah peta atas wilayah penjelajahan
kapalnya, serta mengenal pula peta kekuasaan di darat
maupun laut di sekitarnya.
Kebijakan ini tidak selalu diterapkan dengan cara yang
sama, misalnya bahwa seluruh harta dimiliki bersama tanpa
seorangpun diandaikan memilikinya. Harta itu dimiliki secara
bersama dalam pengertian untuk membeayai kehidupan di
kampung mereka yang terpencil dan terpencil. Mereka yang
pandai mengelola dan mengolah dana dari harta ke dalam
dunia perdagangan sehari-hari, pada gilirannya dapat
berperan sebagai saudagar dan meninggalkan kehidupan
bajak laut yang penuh dengan bahaya itu. Namun tentu juga
terjadi, bahwa dibagi dengan cara apapun, harta itu hanya
akan habis tanpa s isa karena segera digunakan untuk bersuka
ria secara mewah dan penuh kegilaan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di berbagai kota pelabuhan di negeri as ing, tempat mereka
tidak sahih untuk ditangkap pemerintah setempat, mereka
yang turun dengan harta rampasan akan segera menjualnya
kepada para tukang tadah, dan segera ramai-ramai menyewa
rumah atau gedung yang disediakan untuk itu, memesan
segala minuman dan makanan, mengundang penari dan
pemain musik, memanggil pelacur, dan berjudi sembari
bermabuk-mabukan tanpa henti sampai hasil pembajakannya
ludas tanpa sisa dan tanpa disesali sama sekali.
Bajak laut yang semacam ini masa petualangannya tidak
akan pernah terlalu lama, karena harta yang habis akan
membawa mereka kembali ke pembajakan, dan tidak dalam
setiap pembajakan para bajak laut itu beruntung atau kembali
dengan selamat. Selain karena kapal dagang telah semakin
siap menghadapi pembajakan, juga bahwa negeri-negeri yang
merasa wilayah kekuasaannya di laut tidak aman bagi para
pedagang, dari dalam negeri maupun asing,
akan mengirimkan satuan kapal-kapal tempur untuk memburu dan
membasmi para bajak laut ini. Sebaliknya, para bajak laut
yang memperlakukan harta rampasan sebagai modal untuk
membangun kehidupan, bukan takmungkin kelak akan
menjadi penguasa wilayah secara resmi, dengan hak
mengolah hasil bumi maupun hasil laut di wilayahnya itu,
sehingga mampu menyusun pemerintahan dan mendirikan
negara. Dalam hal para bajak laut di kapal yang dipimpin
Samudragni ini, jelas bahwa sikap untuk menguasai harta
rampasan sebagai miliknya sendiri telah menjadi sumber
perpecahan, yang dapat berakhir dengan kepunahan
gerombolan itu sendiri. Niat Samudragni yang terlalu jelas
untuk menguasai harta rampasan, yang kali ini tampaknya
besar sekali, telah memancing lahirnya pemberontakan ini.
Samudragni yang mengira bahwa selamanya para awak kapal
akan takut kepadanya, agaknya telah lupa betapa ketakutan
pun ada batasnya -sedangkan mereka yang takut kepada ular
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cenderung ingin segera membunuh ular itu, yang kini terjadi
kepada Samudragni! Aku telah berada di luar bayang-bayang, karena dalam
suasana bunuh membunuh seperti ini tidak kuanggap akan
ada seseorang yang memperhatikan kehadiranku. Samudragni
dengan segera telah dikepung beberapa orang, karena pihak
Murkhab sebagian telah membunuh lawan-lawan mereka.
Termasuk Murkhab, kini mereka menyerbu Samudragni dari
segala penjuru. Namun pemimpin bajak laut yang pendek
gempal ini memang bukan sembarang bajak laut. Bukan saja
tubuhnya dapat berkelebat ke sana kemari dengan lincah,
tetapi bahwa tubuh pendek gempalnya itu juga berisi tenaga
yang luar biasa. Pengalamannya yang panjang dalam
pertarungan dalam kesempitan ruang di atas kapal, jelas
sangat membantu. Di tangannya telah tergenggam dua belati panjang.
Menghadapi kepungan seperti itu ternyata lebih dari cukup
untuk menangkis, bahkan kemudian untuk menyerang dengan
ancaman mematikan yang taktertahankan. Samudragni Sang
Samudra Api berkelebat di antara tiang, tali temali, maupun
awak kapal lain yang bertarung. Ia bisa melesat hilang dan
segera menyambar lagi dari atas dengan sambaran tajam.
Thrang! Thrang! T hrang! Pisau belati yang dipegang tiga lawan yang mengepungnya
terpental ke udara, selagi mereka mendongak ke atas
mencarinya, seketika menyemburlah darah segar dari sobekan
pada leher mereka. Saat itu golok dua lawan telah
mengancamnya. Samudragni bergerak menangkis dengan dua
belati panjangnya, dan saat itulah tubuh bagian depannya
terbuka, yang segera dimanfaatkan Murkhab meski sedang
menghadapi lawan lain di hadapannya. Tanpa terlihat, tangan
Murkhab melempar senjata rahasia perut Samudragni yang
terbuka. Jlep! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pisau terbang yang kecil itu menembus dan bahkan keluar
lagi dari pinggang kanan Samudragni sampai tertancap di
dinding kapal. Saat itu kedua belati panjang Samudragni telah
memakan korban, dan sebelum Murkhab menyadarinya kedua
belati panjang itu telah menancap pada kedua dadanya.
Murkhab mati dalam keadaan berdiri. Belum lagi jatuh
tubuhnya terlempar melayang ke laut karena kapal mendadak
oleng. Ombak memang tiba-tiba menjadi ganas. Hujan turun
diiringi angin membadai. Langit gelap. Bahkan anak buah
Samudragni yang sedang dihadapi Murkhab tadi ikut terlempar
keluar, untuk segera ditelan gelombang sebesar bukit. Layar
yang masih terpasang membuat oleng kemoleng kapal
mengacak segala-galanya. Beberapa awak kapal yang sudah
tidak bisa lagi bertarung dalam keadaan seperti itu lagi-lagi
terlempar keluar. Mereka yang masih di kapal berpegangan
seerat-seeratnya kepada apa saja yang bisa diraih. Tiang, tali
temali, apa saja, sementara ombak terus menerus terhempas
masuk kapal. "Layar harus digulung!"
Teriak Samudragni, yang masih bertahan hidup dan terlihat
sempoyongan serta kesakitan sekali. Di atas kapal tinggal
beberapa orang yang hidup, tetapi mereka berada di pihak
Mukhrab. Apa yang harus membuat mereka sudi menuruti
perintah Samudragni" Semua ini berlangsung dalam waktu
yang sangat singkat, aku segera berkelebat menuju palka, dan
dari sana meluncur ke lambung kapal. Kapal oleng ke kanan
dan ke kiri, ke depan dan ke belakang, menuruti angin puting
beliung. Segalanya berantakan ke sana dan ke mari. Di
lambung kapal, tong-tong air bergelimpangan dan mengambang karena dasar kapal sudah dipenuhi air laut.
Mataku menyisir gelap dalam keterombang ambingan dan
kekacauan. Di manakah Puteri Asoka" Suara angin ribut
membuat aku kesulitan memisahkan suara yang satu dan
bunyi lainnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tuan!" Kudengar suara yang segera ditelan air. Aku menengok.
Tangannya yang satu masih terikat ke belakang, sementara
tangannya yang lain sedang menahan tong air, yang dalam
kemiringan kapal telah datang dan pergi dari dinding kapal
dan ke tiang tempat Puteri Asoka masih terikat. Kuajukan
tanganku dan seketika tong air pecah, isinya tumpah
bercampur air laut yang mendadak telah mencapai langit-
langit pada lambung kapal dan Puteri Asoka tidak kelihatan
lagi. Ia tak bisa bergerak bukan hanya karena sebelah
tangannya terikat ke belakang, tetapi juga karena bersama
seluruh tubuhnya masih terikat ke tiang.
Air membeludak lagi dari atas melalui lubang masuk ke
lambung kapal. Dadaku berdegup. Kapal ini sebentar lagi
karam! (Oo-dwkz-oO) Episode 89: [Mahapusaran]
Mendadak saja akupun sudah menelan air laut. Namun
bukanlah diriku yang kupikirkan, melainkan Puteri Asoka yang
sudah tidak terlihat lagi karena lambung kapal memang sudah
penuh dengan air, sedangkan kedua tangannya pun sungguh
masih terikat pula! Aku merasa sangat bersalah tidak
membebaskannya lebih dahulu sebelum keluar tadi, tetapi
kejadiannya sungguh begitu cepat. Kapal oleng kemoleng lagi,
suatu tarikan ombak menyeret dan membantingku ke dekat
tiang. Masih di dalam air kuraba tiang, berharap segera
tersentuh Puteri Asoka yang terikat itu! T ernyata tak ada!
Sulit kujelaskan bagaimana perasaanku waktu itu,
sementara suasana tidak mungkin membuat siapapun berpikir
dengan jernih. Aku masih bertahan di dalam air dan mencari-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cari jalan ke atas, tersentuh olehku tangga masuk ke ruang
tidur awak kapal. Aku sedang berusaha menerobos naik ketika
sesosok mayat entah siapa menimpaku dari samping.
Kudorong mayat itu yang segera hilang terseret ombak.
Akupun terbawa gelombang yang tiba-tiba saja sudah
melemparkan aku ke permukaan laut. Hujan yang menimpa
kepalaku terasa lembut dibandingkan segala empasan yang
telah kualam i. Ke manakah kapal itu" Aku hanyalah titik dalam
hujan badai dengan ombak sebesar bukit yang naik turun
mempermainkan nasib. Aku taktahu lagi berapa banyak air
telah kutelan. Di manakah Puteri Asoka"
Di antara suara angin yang terdengar sangat ribut, sayup-
sayup bagaikan terdengar suara manusia yang menjerit.
Langit begitu gelap, halilintar bersabung dan me ledak-ledak,
dalam keadaan begini sangat sulit bagiku me lakukan apapun,
karena untuk keselamatanku sendiri saja ibarat kata akupun
hanya terseret arus sehingga dapat mencapai permukaan
seperti sekarang ini. "Puteriiiiiii!"
Aku berusaha berteriak, yang memang hanya akan
terdengar sebagai kesia-siaan di tengah angin ribut yang
sungguh-sungguh memekakkan telinga bagaikan tiupan naga
raksasa. Seandainya saat badai tiba layar sudah tergulung,
barangkali kapal itu tidak perlu terbalik dan karam tidak
kelihatan lagi. Kini aku berharap melihat sesuatu yang
terapung dan bisa kupegang sementara ini. Aku berharap
melihat sampan yang sempat kulihat terikat di samping
perahu, meski tentu saja kemungkinan ikut tenggelam karena
ikatannya tentu kencang sekali. Namun tidakkah satu atau dua
orang yang masih hidup kemungkinan sempat melepaskannya
dalam kekacauan itu"
Aku menyelam dan berenang seperti lumba-lumba tanpa
tahu pasti apa yang bisa kulakukan lagi dalam keadaan seperti
itu. Dari dalam air, benda-benda yang mengapung di sekitarku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlihat agak lebih jelas daripada jika kepalaku berada di
permukaan dan menoleh ke sana kemari, karena ombak
sebesar bukit yang naik dan turun dalam hujan dan badai
seperti itu sungguh tidak memberi kesempatan untuk melihat
sesuatu sama sekali. Seperti ikan lumba-lumba aku berenang
secepat kilat menyisir seluruh wilayah. Angin puting beliung itu
ternyata membentuk tiang-tiang angin yang berpusar ke langit
maupun ke dasar laut, dan kini pusaran itu telah tiba. Pusaran
angin membentuk sumur di lautan yang menyerap air dan
segala benda di atasnya ke dasar laut terdalam.
Semula kurencanakan membiarkan diriku terserap arus
tersebut, tentu setelah mengambil nafas sebanyak-banyaknya,
dan setelah pengaruh pusaran itu terlampaui pada titik
tertentu, maka akan kukerahkan segala tenaga untuk
melepaskan diri darinya. Jika makhluk laut tidak satu pun
menjadi korban angin puting beliung semacam ini, tentu ada
cara yang bisa kupelajari juga untuk me lepaskan diri. Aku
mulai terseret berkeliling di permukaan. Kulepaskan seluruh
gerak yang berlawanan dan menikmati pusaran raksasa itu.
Kuperhatikan apa saja yang terapung dan pada pusaran yang
juga menyeretku itu. Kulihat mayat-mayat. Papan-papan kayu,
mungkin dari kapal, bahkan perahu sampan yang telah kuikuti
untuk menuju kapal, agaknya merupakan sekoci kapal ini,
yang digunakan menuju ke pantai jika dasarnya terlalu
dangkal. Kemudian juga kulihat dasar kapal yang rupa-
rupanya sudah terbalik. Ombak raksasa setinggi gunung telah
membuat kapal itu terbalik dan seharusnya karam, tetapi
sebelum mencapai dasar lautan telah terseret sang
mahapusaran. Namun siapakah yang tampak melambaikan tangan itu"
"Tuaaaaannn!" Puteri Asoka terlihat berpegang erat-erat pada haluan
perahu yang rupa-rupanya karena layarnya yang tadi
terkembang telah berputar sendiri bagaikan baling-baling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sementara diseret pusaran raksasa, yang membawanya makin
lama makin ke bawah itu, sehingga Puteri Asoka yang terus
berpegangan terpaksa ikut timbul tenggelam. Namun setiap
kali muncul ke permukaan ia melambai.
"Tolooooongngng!"
Siapakah yang telah melepaskan ikatannya" Bagaimana
pula caranya ia keluar dari lambung kapal yang telah terbalik
itu" Namun aku tidak sempat berpikir panjang. Kukerahkan
tenaga dalam hasil latihan sepuluh tahun di dalam gua itu.
Inilah saatnya ilmu yang telah kupelajari harus digunakan
untuk menolong sesama manusia dalam arti sebenarnya. Ini
bukan saatnya lagi untuk pura-pura berendah hati dan tidak
berdaya. Maka kumasukkan kepalaku ke dalam air dan
meluncur seperti lumba-lumba searah dengan pusaran itu,
yang telah menyeret kapal semakin lama semakin dalam.
Dengan mengikuti arah pusaran, dan tidak memotong arus


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pusarannya, aku dapat memanfaatkan daya pusarnya yang
besar itu untuk menambah kecepatanku, sehingga akupun kini
meluncur dua kali lebih cepat dari pusaran dahsyat itu.
Aku meluncur seperti ikan lumba-lumba, tetapi tentu jauh
lebih cepat daripada lumba-lumba yang sebenarnya. Lautan
yang semula sungguh membiru dalam terang matahari, dalam
gelapnya mendung, angin ribut, dan hujan lebat seperti ini
berubah menjadi hijau tua yang sangat menjijikkan. Petir
sambung menyambung menerangi kegelapan. Di dalam air
yang hijau tua yang berputar dalam pusaran raksasa aku
meluncur dan terus menerus meluncur menuju Puteri Asoka
dengan mengikuti putaran arus pusaran itu, Bahkan ketika
tanganku telah dapat meraih tangannya pun aku tidak
melawan arus pusaran itu, dan berputar sekali lagi agar dapat
memanfaatkan daya dorong arus pusaran dengan sebesar-
besarnya. Demikianlah aku bermaksud memanfaatkan tenaga
perputaran gasing agar nanti dapat terlontar ke udara, dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak ikut terserap ke dasar laut, setelah meraih tangan Puteri
Asoka. Kecepatan perputaran itu sangat tinggi, ibarat kata burung
terbang tinggi di langit pun dapat diserapnya, tetapi bahkan
aku berputar dua kali lebih cepat dari perputaran tersebut dan
kini Puteri Asoka yang memegang haluan perahu sambil
melambaikan tangan telah tampak di depan dalam garis
pusaranku. Ini merupakan saat-saat menentukan, bahkan
sangat menentukan, karena jika Puteri Asoka takbisa kuraih
sekarang ini, aku tidak dapat kembali untuk meraihnya lagi.
Daya kekuatan arus pusaran itu terlalu besar untuk dilawan,
dan memanfaatkan saja daya dorongnya untuk melontarkan
diriku setelah meraih Puteri Asoka adalah kemungkinan
terbaikku saat ini. "Puteriiiiii!" Aku berteriak dengan tenaga dalam agar menembus suara
angin puting beliung dalam hujan badai ini, karena ia harus
mengetahui kedatanganku. Jika tidak, saat tangannya kuraih,
maka tangan satunya lagi tentu masih berpegang erat pada
haluan kapal terbalik, yang sembari terseret berputar di
tempat seperti baling-baling keluar masuk permukaan laut itu.
Jadi aku memang harus berputar pada saat yang tepat, tidak
terlalu cepat, dan juga tidak terlalu lambat. Harus tepat dan
tetap cepat dan tiada saat lain lagi yang bisa lebih tepat.
"Puteriiiiii!" Aku berteriak lagi karena kapal itu masih akan berputar
sekali lagi sebelum aku sampai pada titik Puteri Asoka berada.
Sehingga begitu ia muncul segera pula tangannya telah siap
kuraih dan tangan satunya tidak berpegang erat kepada
haluan kapal terbalik itu. Segalanya berlangsung lebih cepat
dari waktu penceritaan ini. Saat aku tiba, ia pun baru muncul
dari dalam air, mengulurkan tangan sekaligus melepas
pegangan tangan satunya pada ujung haluan. Kusambar
tangannya. Kupeluk erat dengan tangan kanan tubuhnya agar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbawa laju diriku, lantas dengan tenaga dalam hasil latihan
sepuluh tahun di dalam gua, kujejakkan kaki untuk bertolak
pada pusaran laut yang ibarat kata bisa kuanggap sekeras
tembok, untuk kumanfaatkan daya dorongnya itu.
Aku melayang ke langit karena daya kumparan yang telah
dibentuk oleh pusaran. Melayang tinggi, jauh ke udara, tetapi
jangan terlalu tinggi, melainkan menyamping sejauh-jauhnya
agar tidak jatuh lagi ke dalam pusaran itu. Sepintas kulihat
dari atas kapal itu tidak kelihatan lagi. Ia karam bersama
segala riwayat yang telah berlangsung di atasnya. Kulihat pula
benda-benda lain yang ikut terserap ke pusaran sumur
raksasa di tengah lautan itu. Kepingan papan, balok kayu,
tong kayu, dan mayat-mayatO Namun seseorang kulihat
masih melambai ke arahku, sebelum akhirnya terserap juga ke
dalam pusaran, dan dalam berkelebatnya segala peristiwa
kukenali dirinya sebagai Samudragni! Sebelum semua itu
takterlihat lagi, masih sempat kulihat dalam naik turun
tubuhnya di permukaan laut, betapa pinggangnya yang
tertembus belati dari depan itu berdarah amat merahO
Terlempar jauh ke atas dan menyamping bagaikan
mengubah segala-galanya. Hujan takterlalu membadai di luar
pusaran karena angin memang taksekencang di dalam
pusaran, yang berputar-putar memuting beliung seperti ingin
menelan segala ke dalam sumur pusarannya. Namun ketika
kami terbanting ke atas permukaan laut, bahkan terpental
sampai tiga kali sebelum bisa merasakan kembali air laut
menelan tubuh kami, kusadari betapa aku tetap harus
berenang sejauh-jauhnya dari pusaran itu. Jika tidak, dan
hanya membiarkan diri terapung-apung seperti ini, maka kami
tentu akan ikut terseret kembali ke dalam pusaran itu, karena
sebenarnyalah hujan badai sama sekali belum berhenti.
"Tuan" Puteri Asoka ternyata masih sadar. Syukurlah ia telah
menjaga diri dengan baik selama menjadi sandera itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga kini punya cukup tenaga demi kepentingan dirinya
sendiri. Kalau saja saat itu ia tetap bertahan untuk tidak sudi
makan, tentu tidak akan ada tenaganya untuk bertahan
memeluk ujung haluan kapal yang sudah terbalik itu.
"Tenanglah Puteri, dikau telah diselamatkan," begitulah
dirinya kutenangkan, meski keadaannya masih jauh sama
sekali dari ketenangan. Aku terus berenang seperti lumba-lumba sekuat tenaga,
mengerahkan seluruh tenaga dalam yang telah kudapatkan
secara berganda selama sepuluh tahun bersamadhi di dalam
gua. Aku meluncur seperti ikan lumba-lumba, tetapi dengan
kecepatan seribu lumba-lumba, sehingga memang sangat
amat cepat tentunya, menjauhi pusaran bencana. Aku bisa
meluncur lebih cepat lagi jika tidak membawa beban seperti
ini, tetapi beberapa saat kemudian kucapai wilayah tempat
hujan telah menjadi gerimis, ombak taklagi sebesar bukit,
bahkan angin bertiup sepoi-sepoi bagaikan suatu usaha
penghiburan bagi hati yang berantakan.
(Oo-dwkz-oO) Matahari senja bagaikan lempengan besi dalam tungku
pembakaran, tampak di sana sedang tenggelam perlahan-
lahan ke balik cakrawala. Dari arahku duduk, pada rakit yang
kubuat sendiri dari berbagai balok terapung di sana-sini,
tenggelamnya matahari senja itu adalah peristiwa terbaik yang
dapat kami alami, pada hari yang sangat melelahkan ini.
Hujan telah berhenti setelah beberapa lama hanya menjadi
gerimis yang lama sekali. Aku telah meluncur dengan
kecepatan seribu lumba-lumba, untuk pergi sejauh-jauhnya
dari mata pusaran yang terbentuk di tengah lautan oleh angin
puting beliung yang sangat berbahaya itu. Aku memperlambat
kecepatan dan berenang seperti semua lumba-lumba lainnya,
hanya setelah getaran arus yang masih mampu menyeret
apapun di permukaan laut ke dalam pusaran itu hilang dan
tidak terasa sama sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah hujan badai berhenti dan hanya meninggalkan
gerimis serta angin sepoi-sepoi, aku masih meluncur perlahan
sambil membawa Puteri Asoka yang kudekap dengan tangan
kananku. Haruslah kukatakan, sungguh tidak mudah berenang
seperti lumba-lumba dengan kecepatan yang tinggi dalam
keadaan yang sangat berbahaya dengan beban seperti itu.
Saat aku membiarkan diriku hanya mengambang dan terseret
arus entah ke mana, asal jangan ke suatu pusaran di lautan
mana pun, sebuah balok kayu entah darimana seperti begitu
saja muncul mengenai kepalaku.
Aku memang sudah kelelahan, sehingga takbisa menghindarkannya sama sekali. Kuraih balok itu dengan
tangan kiriku, lantas tanganku mengangkat Puteri Asoka ke
sana. Begitu menyentuh balok, kedua tangan puteri itu
langsung merangkulnya, seperti tidak akan pernah melepaskannya lagi. Lantas akupun mengangkat diriku ke
balok, merangkulnya seperti Puteri Asoka melakukannya,
karena tenagaku pun sudah tidak ada lagi. Tidak kusadari saat
itu betapa dengan kecepatan seribu lumba-lumba aku sudah
menempuh jarak yang jauh sekali.
Begitulah kami berdua terapung-apung di atas balok kayu
itu entah berapa lama. Hanya saja matahari agaknya sempat
menjadi hangat, sehingga tubuh dan pakaian kami menjadi
kering sama sekali. Aku segera bersamadhi sejenak di atas
balok kayu itu, memulihkan kesadaran, menata pernafasan,
dan menjernihkan pemikiran. Keberadaanku sekarang ini tidak
boleh menjadi sesuatu yang asing bagiku. Jika aku putus asa
dan menyerah kalah, harapan hidup tidak akan ada sama
sekali, tetapi jika aku menganggap keadaan ini adalah bagian
yang sangat mungkin dari kehidupan itu sendiri, maka aku
tinggal menjalaninya saja, dengan semangat yang sama
seperti aku telah menjalani kehidupan selama ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku membuka mata, gairah dan tenagaku telah kembali,
tetapi bagaimana keadaan Puteri Asoka" Ia masih tergolek
lemah di atas balok. "Puteri Asoka," kataku, "bangkitlah, izinkanlah sahaya
membuat tubuh Puteri segar kembali."
Ia bangkit dari tengkurapnya di atas balok kayu. Matanya
mempertanyakan, apakah yang bisa dilakukan dalam keadaan
tanpa harapan seperti ini
"Dengarlah Puteri, sudikah Puteri mengikuti kata-kata
sahaya?" Puteri itu mengangguk. Aku mulai membimbingnya.
"Pejamkanlah mata Puteri. Pusatkan perhatian dan
kosongkan pikiran." Lantas kubimbing Puteri Asoka untuk memanfaatkan
pernafasan prana seperti berikut: Bahwa
ia harus memencarkan kesadarannya ke seluruh bagian tubuh,
melakukan pernafasan prana sebanyak sepuluh putaran, dan
menarik nafas perlahan-lahan. Lantas selangkah demi
selangkah kulanjutkan. "Tanamkan kemauan dan niatkan.
"Rasakan prana menuju ke seluruh bagian tubuh.
"Keluarkan nafas perlahan-lahan.
"Ciptakan bahan sakit keabu-abuan yang dibuang dari
seluruh bagian tubuh. "Ciptakan sinar kesehatan sebagai garis lurus.
"Lakukan pernafasan prana ini sepuluh putaran."
Kulihat Puteri Asoka mampu melakukan ini, maka
kulanjutkan. "Pusatkan perhatian pada pusar beberapa saat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lakukan juga pernafasan prana pada waktu yang sama."
Semua ini kuminta ulangi lagi sepuluh kali. Siapapun yang
menjadi mahir dalam hal ini, akan merasakan daya prana
menuju ke seluruh tubuhnya.
Ketika matanya terbuka kembali, tatapannya sudah
berbinar-binar, dan masih berbinar-binar ketika senja seperti
datang tiba-tiba, membentangkan cahaya kemerah-merahan
sepanjang cakrawala. Seperti juga kami taktahu kenapa ada
saja balok kayu lain yang mendekat, meski taksama
ukurannya, sehingga dapat kubikin daripada balok-balok itu
sebuah rakit yang kini kami tumpangi. Balok-balok apa adanya
itu dapat diikat dengan tali ijuk yang semula masih berada di
tangan Puteri Asoka. Baru kuingat sekarang, bagaimanakah kiranya ia dapat
menjadi bebas setelah kapal ternyata karam, padahal
setahuku bukankah saat itu ia masih terikat di tiang"
(Oo-dwkz-oO) Episode 90: [Di Laut Takbernama]
Matahari nyaris lenyap di balik cakrawala dan langit
semburat keemasan, tetapi takdapat kutebak apa makna
pesona senja bagi Puteri Asoka, karena wajahnya mendadak
saja sangat muram. Aku ingin menanyakan sesuatu, tetapi aku
merasa lebih baik menundanya. Ternyata justru yang ingin
kutauyakan itulah sumber masalah kemuramannya.
"Tuan" "Ya, Puteri" "Herankah T uan bahwa tangan sahaya sudah bebas, ketika
Tuan melihat sahaya kembali?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, tentu sahaya heran, Puteri. Apakah yang telah
terjadi?" Maka Puteri Asoka pun bercerita.
"Saat sahaya terikat di tiang dengan sebelah tangan, air
mendadak saja telah mengempas memenuhi ruang, dan terus
datang sampai sahaya tenggelam dalam keadaan tangan
masih terikat dengan begitu kencangnya, sehingga mustahil
bagi tangan sahaya yang satu untuk melepasnya. Sahaya
menahan nafas, paru-paru sahaya terasa hampir meledak, dan
mata tiada mampu menembus air laut di ruang gelap lambung
kapal yang agaknya sedang terjungkir."
Bahkan aku pun menahan nafas mendengar ceritanya.
"Sahaya telah merasa kematian sahaya akan segera tiba,
ketika tiba-tiba ikatan sahaya telah menjadi sangat
longgarnya. Lantas ada tangan yang menarik sahaya dengan
segera ke atas dalam kekacauan luar biasa, karena kapal juga
telah berjungkir balik begitu rupa. Namun tangan itu tidak
pernah melepaskan sahaya, entah ke mana sahaya di bawa,
menabrak segala dinding, tiang, dan entah apa, berbagai
macam tertumbuk kepala sahaya
"Sahaya sudah takkuat ketika tiba-tiba kepala sudah ada di
permukaan air. Meski hujan badai dan petir meledak-ledak
sementara air menyeret ke dalam pusaran, terasa betapa
segarnya udara di lautan bebas bagi sahaya. Siapakah yang


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah menyeret saya ke atas dan telah menyelamatkan jiwa
sahaya" Sahaya semula mengira bahwa Tuan yang telah
menolong sahaya" "Maafkan sahaya Puteri, segalanya terjadi di luar
kekuasaan sahaya" "Ah, sahaya bukannya menggugat Tuan, jangan salah
paham, sahaya hanya ingin menceritakan betapa terkejutnya
sahaya ketika wajah itu muncul di hadapan sahaya. Wajah
bajak laut yang menjijikkan itu Tuan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Samudragni!" "Tapi wajah itu berubah sama sekali, menjadi sangat
mengharukan Tuan! "Maafkan daku," katanya, dan ia merangkulkan tangan
sahaya pada ujung haluan perahu yang buritannya sedang
berada di bawah. "Pegang terus sekuat-kuatnya sampai pertolongan tiba,'
katanya, 'kapal ini akan berputar balik diseret pusaran, jadi
Puteri akan sebentar di atas sebentar tenggelam. Jangan
takut. Kematian tak akan tiba sebelum waktunya. Tabahlah
Puteri, maafkan daku, dan selamat tinggal"
"Ia membiarkan dirinya diseret ombak, wajahnya pucat,
ketika tubuhnya bersama gelombang terlihat lambungnya
yang sudah terluka sangat parah"
"Ia berusaha menebus dosanya, Puteri"
"Sahaya tidak tahu bagaimana mesti merumuskan perasaan
sahaya. Ia sangat menjijikkan bagi sahaya, tetapi dia pula
yang menyelamatkan jiwa sahaya"
Matahari lenyap sepenuhnya di bawah permukaan laut.
Langit hanya merah, merah, dan merah keemas-emasan.
Mestinya ini pemandangan yang indah, tetapi nasib kami
belum mendapat kejelasan. Sampai berapa lama kami akan
terapung-apung seperti ini" Dengan semua peristiwa yang
telah berlangsung ini, kutahu betapa tugas yang kubebankan
kepada diriku sendiri, tidak akan begitu saja dengan mudah
bisa kuselesa ikan. Tugas menyelamatkan Puteri Asoka menjadi
sangat tidak tergantung oleh keberadaanku seorang, tetapi
juga keberadaan orang-orang lain dan bahkan keadaan alam.
Terapung-apung di atas rakit di tengah samudera luas seperti
ini, manusia manakah dapat mementingkan kehendaknya
sendiri melampaui keadaan alam"
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rakit yang kubuat dari sembarang balok yang terapung-
apung itu sama sekali bukan rakit yang nyaman, karena
memang sama sekali tidak rata. Ikatannya pun tidak dijamin
akan ketat selamanya, bisa dengan tiba-tiba merenggang,
karena pengikatnya pun sangat terbatas untuk menyatukan
balok-balok yang lebih tepat disebut batang-batang kayu itu.
Ada yang berasal dari pecahan kapal dari masa entah kapan,
ada pula sekadar potongan batang pohon terapung, yang
terikat dengan cara kurang patut sama sekali. Namun
kelelahan yang amat sangat telah membuat Puteri Asoka tidur
nyenyak, senyenyak-nyenyak tidur manusia yang pernah
kusaksikan. Di tengah laut, di tengah samudera luas terbentang yang
permukaannya diselaputi cahaya kejingga-jinggaan dari rakit
ini sampai ke cakrawala, kulihat sosok Puteri Asoka yang
meski masih 12 tahun, telah menampakkan keanggunannya
sebagai puteri bangsawan. Di hadapan cahaya keemasan,
tetapi yang segera akan memudar, sosoknya yang tertidur di
atas rakit membujur kehitaman, memperlihatkan garis tepi
wajah yang kecantikannya ibarat kata nyaris sempurna, jika
sempurna hanya untuk Laksmi dan Uma, bahkan hingga ke
lentik bulu matanya yang indah tiada terperi. Kurasa ia akan
menjadi seorang perempuan sempurna kelak, seharusnya,
tentu jika lautan tidak menelan kami.
Aku menghela nafas panjang dan me lihat sekeliling.
Rasanya belum lama meninggalkan Javadvipa, tetapi bagaikan
sudah terlalu banyak peristiwa kualami. Kubah langit yang
keemasan telah menjadi semakin redup, bias kejinggaan di
permukaan laut yang tenang, terlalu tenang, setenang-
tenangnya tenang, telah berubah menjadi ungu muda.
Menyisakan ombak yang bergoyang-goyang pelan, yang
setelah mengalami hujan badai dengan angin puting beliung
seperti itu, memang memberikan perasaan lega, tetapi yang
kutahu menyisakan pertanyaan besar apakah kami akan
terselamatkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Puteri Asoka tidak memikirkan itu, dan ia tidur dengan
nyenyaknya di atas rakit di samudera mahaluas yang
bergoyang-goyang. Aku juga enggan memikirkannya sekarang. Bukankah sangat tidak menarik untuk membayangkan betapa kami akan berhari-hari berada di atas
rakit, tidak mampu pergi ke mana pun, kelaparan, kepanasan,
dan kedinginan, sampai akhirnya hanya mati saja yang paling
mungkin terjadi. Apakah kami harus mengalami apa yang
paling mungkin dibayangkan sebelumnya, bahwa terik
matahari akan membuar bibir kami mengelupas, cahayanya
membutakan mata, dan mengalami kesakitan jasmani karena
terpaksa minum air laut setiap hari"
Aku tidak ingin membayangkan apa-apa, tetapi kadang-
kadang terlintas juga gambaran betapa sebuah kapal melihat
kami dari jauh dan seseorang dari puncak layar berseru.
"Rakit di haluan!"
Maka kapal itu akan melambatkan lajunya, dan lantaas
terdengar teriakan susulan dari puncak layar itu.
"Dua mayat di atas rakit!"
Aku tersentak dengan gambaran yang muncul dari lamunan
itu. Aku harus memikirkan sesuatu yang berada di depan
mataku, dan hal itu adalah tetap bertahan hidup.
Senja telah usai, cahaya keemasan yang masih lama
bertahan setelah matahari tenggelam sudah berubah menjadi
kegelapan. Di langit, syukurlah, segera bertebaran bintang-
bintang. Sayang sekali aku tidak mampu membaca peta
perbintangan itu seperti seorang pelaut, yang mampu
menjadikannya sebagai penunjuk jalan dalam pelayaran. Aku
ingin sekali, tetapi tidak mampu. Padahal setiap pelaut mampu
menjadikannya peta yang sangat berharga. Mengertilah aku
sekarang, bahwa wawasanku sebagai manusia hanyalah
keberhinggaanku sebagai manusia dalam kebudayaan darat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yakni segala sesuatu yang hanya mungkin dikenal, diketahui,
dan dikembangkan di darat.
Dalam pengalamanku melakukan perjalanan bersama para
mabhasana sepanjang sungai, kukenali kelemahan dan
kekurangan pengetahuanku atas segala sesuatu yang mungkin
terjadi di atas sungai. Namun bahkan bagi kebudayaan darat,
sungai adalah bagian yang penting dari segala kemungkinannya, sehingga segala
kemungkinan yang dilahirkan keberadaan sungai tidaklah menjadi asing dalam
kebudayaan darat. Tidak begitu dengan segala kemungkinan
yang dapat berlangsung di laut. Buktinya aku merasa sangat
bodoh dan tidak tahu apa-apa! Aku merasa sangat menyesal
tidak pernah mempelajari ilmu perbintangan ini, setidaknya
pada tingkat seorang pelaut untuk mampu menentukan arah
perjalanannya di lautan. Dari sekelumit pengetahuanku aku hanya tahu titik selatan
dikenali dari susunan bintang-bintang yang mirip gubuk
penceng (1), dan dari sana kucoba memperhitungkan
tempatku berada sekarang, dengan mempertimbangkan
kedudukan Kota Kapur di Pulau Wangka dari Javadvipa,
kecepatan kapal yang membawa kami, berapa sebenarnya
hujan badai berlangsung, dan lama perjalananku ketika
membawa Puteri Asoka pergi menjauh dengan kecepatan
seribu lumba-lumba. Aku tahu perhitunganku yang tidak
didasari pengalaman ini akan lebih banyak melesetnya
daripada tepat, tetapi aku memang hanya perlu merasa telah
melakukan sesuatu dan tidak hanya pasrah dengan keadaan.
Setidaknya aku yakin, bahwa kesalahan yang manapun tetap
tidak mempengaruhi dugaanku, bahwa jika sekarang aku
menghadap ke utara dan arus membawaku ke barat, maka
aku akan terdampar di pantai timur yang manapun di
Samudradvipa. Keraguan terhadap kepastian perhitungan memang sangat
berpengaruh kepada keputusanku untuk tetap tinggal di rakit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ini. Aku memang mungkin saja mengerahkan tenaga dalam
untuk mengayuh rakit dengan tangan, atau membawa saja
Puteri Asoka seperti sebelumnya, yakni meluncur dengan
kecepatan seribu lumba-lumba, tetapi kutahu pasti bahwa
setelah mengerahkan tenaga dan perhitunganku ternyata
keliru, akibatnya akan jauh lebih berbahaya. Maka begitulah
menghayati malam di atas rakit di tengah lautan bagaikan
suatu tamasya, sembari mengira-ira apakah yang kuketahui
tentang Samudradvipa, yang oleh banyak pelaut as ing disebut
sebagai Suvarnabhumi atau Suvarnadvipa, sebelum mereka
menyadari bahwa kedua istilah itu dituliskan dalam kitab-kitab
oleh mereka yang belum mengunjungi sendiri, dan hanya
mengetahui arahnya, sehingga dimaksudkan sebagai suatu
istilah bagi wilayah yang luas sekali.
Dari cerita di kedai yang semula kuanggap tidak penting,
kuingat gambaran keadaan Muara Jambi yang teringat olehku
dalam kesunyian ini. Muara Jambi digambarkan sebagai negeri
sesuai dengan keadaan alam yang bergunung-gunung di
sekitarnya. Di sana banyak dibangun candi pemujaan dengan
parit-parit yang dibuat sesuai ketentuan igama, yang tentu
membuatnya berguna untuk menyalurkan air agar tidak
menggenangi halaman candi. Di sana, kata sang juru cerita
waktu itu, terdapat tiga kelompok candi yang masing-masing
terdiri dari beberapa candi. Setiap kelompok candi itu
dipisahkan oleh sungai, yang ternyata memang sengaja dibuat
untuk itu. AKU lupa mengapa juru cerita di kedai itu menyebut hal ini,
apakah ia ingin menyebutkan orang-orang Muara Jambi itu
merupakan bangsa yang berbudaya, ataukah menunjukkan
bahwa justru setelah Sriv ijaya memerintah di sana, negeri itu
menjadi pusat igama. "Tidak terlalu mudah mengubah lingkungan seperti itu,"
kuingat dia berkata, "apalagi untuk bangunan-bangunan suci.
Sejak memilih tempat, membersihkan tanah, menggali tanah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
peletakan batu pertama, upacara peresmian, semua merujuk
ke Silpasastra, Silpaprakasa, Wastusastra, dan Natysastra,
yang memang dipegang para silpin dan sthapaka." (2)
Semua bangunan itu memang dari kayu. "Tetapi kelak
mereka akan menggantinya dengan batu bata," ujar sang juru
cerita lagi, (3) "meskipun kita dan orang-orang Jambhudvipa
sama-sama memuja lima Tathagata, enam belas Vajrabodhisattva, dan enam belas Vajratara, tidak perlu segala
yang mereka kerjakan harus kita kerjakan juga!" (4)
Aku tak tahu mengapa penggambaran tentang Muara
Jambi dari orang yang bercerita di kedai itu sekarang tiba-tiba
teringat lagi, meskipun pada saat mendengarnya aku merasa
itu sama sekali tidak ada hubungannya. Mungkinkah karena
Puteri Asoka yang tergolek di atas rakit itu membuat aku
berpikir tentang asal usulnya" Padahal kutahu ia dilahirkan di
kotaraja kedatuan Sriv ijaya, dan belum pernah kembali ke
negeri leluhurnya! Bahkan dirinya taktahu menahu perkara
sengketa Jambi Malayu dengan Sriv ijaya. Namun akibat
sengketa itu telah menimpa dirinya yang tidak berdosa.
Terapung-apung di tengah lautan takbernama, karena
memang nama menjadi tidak penting lagi ketika hanya alam
yang berbicara. Tetapi kukira aku menjadi terbayang-bayang atas
penggambaran negeri itu, karena hanya dari cerita itulah
kuketahui sesuatu tentang Muara Jambi, dan juga belum
pernah melihatnya. Aku sendiri taktahu apakah mempunyai
minat pergi ke sana. Aku memang siap terlibat seribu satu
petualangan, tetapi aku tidak pernah bermimpi akan segera
terapung-apung seperti ini, ketika baru beberapa hari
meninggalkan Y awabhumipala.
Angin bertiup perlahan-lahan. Kudengar kecipak air di tepi
rakit, kecipak air lautan yang lebih sering membasahi rakit
daripada sekadar menyentuh tepiannya. Aku berdiri di atas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rakit itu. Memandang ke kejauhan, sejauh-jauh pandangan
bias mencapainya. Hanya kekelaman malam menjadi jawaban.
Apakah yang bisa kulakukan dalam malam yang kelam"
Aku tidak ingin berpikir. Aku tidak ingin berpikir sama sekali
dan menikmati malam dengan selaksa bintang di langit yang
hanya mengingatkan aku kepada kebodohanku.
Namun seandainya perhitunganku tidak terlalu keliru, dan
arus tidak berubah-ubah, maka esok pagi mestinya aku sudah
terdampar di sebuah pantai dari Suvarnadvipa.
Kurebahkan badanku, dan kusadari betapa rakit ini
barangkali merupakan rakit terburuk yang pernah ada.
Permukaannya sama sekali tidak rata, karena batang pohon
memang tidak dimaksudkan sebagai balok yang mulus. Balok,


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

batang, papan, tiang, dan entah apalagi terikat jadi rakit yang
harus disyukuri masih bisa mengambang. Pengikatnya pun
campur aduk antara rami, kain, dan sayatan kulit bambu
maupun kulit pohon, yang kulakukan dengan ujung pedang
hitam dari dalam tanganku.
Memandang langit penuh bintang, kureka sebuah gambar
dengan garis yang menghubungkan antara bintang yang satu
dengan lainnya. Ternyata aku telah membayangkan gambar
naga. Tentu aku belum pernah melihat naga, tetapi aku
sekarang dapat membayangkannya. Bagaikan terdapat garis
putih yang berjalan dari satu bintang ke bintang lain, yang
terletak pada jalan yang dilalui garis putih itu untuk
membentuk gambar naga. Mula-mula bentuk badannya dari kepala sampai ekornya,
kemudian sirip pada punggungnya, kakinya, cakarnya, sisik-
sisiknya, rincian kepalanya dengan mata ganas yang menyala-
nyala, mulutnya yang menganga, gigi berikut taringnya, lidah
yang bernyala api, serta hembusan dengus dari hidungnya
yang beracun. Makhluk seperti ini tidak ada, tetapi mengapa
begitu berkuasa dan berwibawa, seperti kehadirannya
merupakan sesuatu yang nyata" Benarkah kekuasaan dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kewibawaan itu harus ada lambangnya" Seberapa pentingnyakah ke- kuasaan dan kewibawaan itu, sehingga
dalam dunia persilatan gelar naga dapat menjadi begitu
bermakna" Ternyata kemudian bahwa aku pun tertidur.
Di tengah laut aku bermimpi tentang sawah-sawah
menguning, padang rumput menghijau, dan hutan jati yang
sejuk tempat aku biasa mencari kayu bakar di sekitar pondok
di Celah Kledung. (Oo-dwkz-oO) Episode 91: [Suara Kecapi dalam Kegelapan]
Kelak seorang pelaut tua yang pernah mengelilingi bumi
tentu berpikir keras tentang apa yang telah dilihatnya, akan
bercerita kepadaku, bahwa sinar matahari yang memanaskan
lautan di garis tengah bumi, akan membuat air laut bagian itu
memuai dan menjadi agak lebih tinggi, yang meski tidak
menjadi sangat tinggi, tetapi menciptakan lekuk kecil,
sehingga air di bagian itu mengalir ke arah kutub-kutubnya di
selatan dan utara. Adapun air yang menjadi hangat pada suhu
yang dingin di kutub, mengendap di bawah air yang hangat
dan menyebar perlahan sepanjang dasarnya menuju bagian
tengah itu. Pertukaran antara air hangar dan air dingin ini
menggerakkan arus di lautan.
Sementara itu, perputaran bola bumi memberikan juga
pengaruh tidak sedikit. Ketika bumi berputar, bagian dasar
laut ikut berputar, tetap roda bumi berputar dengan kecepatan
yang selalu sama, pergerakan air kemudian jadi berbeda. Jika
perputaran bumi mengarah ke timur, tempat matahari akan
muncul, air cenderung memenuhi pantai-pantai di sebelah
barat lautan. Bagi apa pun yang cukup berarti untuk benda
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergerak, termasuk kapal, sampan, maupun rakit, perputaran
bumi mempunyai akibat, yakni menyebabkannya berputar
agak ke kanan pada paruh bumi bagian utara, dan agak ke kiri
pada paruh bumi bagian selatan.
Selain kepada air laut, tentu juga kepada angin, yang
bertiup terus menerus di pinggiran garis tengah bumi, yakni
disebut angin pasat, yang bertiup secara sudut-menyudut
menuju garis tengah bumi dari arah timur pada paruh utara
maupun selatan. Tekanan angin yang terus-menerus
mendorong laut ke arah barat dalam arus yang besar pada
kedua paruh tersebut. Namun angin hanyalah seperti air yang
terpanaskan matahari dan terimbas perutaran bumi, jadi
berputar juga, membentuk garis lengkung di utara dan selatan
menjauhi garis tengah bumi, bertiup terus menerus melalui
iklim sedang di garis lintang ke arah timur dan mendorong
permukaan air dari barat ke timur-berlawanan dengan arus
sepanjang garis tengah bumi. Itulah yang menjadi pusaran
laut raksasa dari putaran aliran dan membentuk arus
permukaan laut. Jika sedikit pengetahuan seperti itu sudah kukenal,
barangkali perhitungan atas keberadaanku sekarang bisa
menjadi lebih baik. Sayang sekali tidak. Maka berdasarkan
gubuk penceng di langit malam, aku mengira diriku masih
berada di tengah lautan luas, dan tampaknya seolah-olah
memang begitu, taktahu bahwa arus telah berputar arah
membawa rakit ini ke mulut sebuah muara.
Kami telah berhari-hari terapung di atas laut. Bahkan
sampai duabelas hari lamanya. Janganlah ditanyakan lagi,
betapa keadaan semacam itu sangat sulit bagi kami untuk
mengatasinya. Kadang kepanasan, kadang kehujanan, kadang
keanginan, kadang angin mati. Masih tetap tak berani aku
nekad mengayuh dengan tenaga dalam maupun meluncur
dengan kecepatan seribu lumba-lumba dalam harapan yang
mungkin saja semu untuk mencapai sebuah pantai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebaliknya, aku memanfaatkan ketenangan laut untuk
mengolah tenaga prana dan menyalurkannya ke tubuh Puteri
Asoka yang lemah. Sehingga semakin hari bukannya makin
lemah melainkan semakin cerah dan bercahaya.
Tentu tidak berarti selama itu kami tidak pernah makan.
Baiklah kuceritakan betapa suatu ketika, pada pagi hari
setelah kami terbangun pada hari pertama, dalam keadaan
masih gelap, terdengar suara kecipak yang tidak seperti
berasal dari suara air bersentuhan dengan rakit.
"Tuan!" Puteri Asoka melompat bangkit, "Itu ikan hiu!"
Memang kulihat sirip berkeliaran di sekitar rakit. Namun
karena aku belum pernah melihat ikan hiu, maka aku justru
mendekat untuk memperhatikannya.
"Apakah dagingnya bisa kita makan?" Aku bertanya.
Puteri Asoka memandangku dengan wajah sedih.
"Kami tidak biasa makan ikan besar seperti itu T uan. Meski
banyak orang memakannya juga bila dapat menangkapnya
saat berburu di laut."
"Berburu?" "Ya, nelayan tak hanya menangkap ikan dengan jala, tetapi
juga mengejar dan menombaknya dari atas perahu."
Aku mengerti. "Jadi mengapa Puteri tidak makan ikan besar seperti ini?"
"Kami bukan nelayan Tuan, para bangsawan tidak mencari
makan sendiri, kami hanya tahu makanan sudah tersedia
dalam keadaan telah dimasak di hadapan kami."
Hmm. Itulah malapetaka menjadi bangsawan bukan"
Sekarang ada makanan besar tersedia, dan ia tidak akan bisa
memakannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi apakah Puteri memang hanya bisa makan seperti
yang selama ini dimakan?"
"Sebetulnya itu pun takbisa Tuan, tetapi kita berada dalam
keadaan darurat, apalah yang kita inginkan bisa terdapat di
sini" Selama ini setiap kali waktu makan tiba, aku menyelam dan
berburu ikan dengan cara mengejarnya seperti lumba-lumba
mencari mangsa. Hanya saja aku menangkapnya dengan
tangan. Cukup satu ikan kecil, artinya sebesar lengan, yang
kutangkap, dan itu sudah lebih dari cukup untuk kami berdua.
Apakah kami memakan ikan itu mentah-mentah" Itulah
yang menjadi persoalan, karena Puteri Asoka tidak tahan bau
amis ikan tersebut. "Bukankah ikan semacam ini yang ditangkap nelayan dan
menjadi makanan keluarga Puteri sehari-hari?"
"Tapi kami tidak memakannya mentah-mentah!"
Uh! Anak kecil ini! Meski terapung-apung di tengah rakit, ia
masih saja puteri bangsawan. Namun harus ada sesuatu yang
dimakannya jika memang ingin melanjutkan kehidupan. Aku
sebenarnya sangat yakin, karena ini masalah hidup dan mati,
maka manusia yang manapun akan mampu memakan ikan
sementah dan seamis apapun untuk melanjutkan kehidupannya. Aku dapat membayangkan, bahwa seseorang
yang sudah berhari-hari tidak makan dan selama itu
andaikanlah memancing dari rakit, akan segera mencaplok
ikan yang menyangkut ke pancingnya pada hari ke sekian.
Namun bahkan diriku tiada tega membayangkan Puteri Asoka
terpaksa makan ikan mentah dengan cara seperti itu.Apa akal"
Tidak mungkin membuat api di sini, sehingga aku mesti
mengerahkan tenaga dalamku untuk memanaskan dan
mematangkan ikan itu. Maka akupun melakukan hal itu.
Tenaga panas yang mampu memanaskan air kualirkan kepada
ikan malang yang berada di tanganku. Dengan segala hormat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu aku telah menghilangkan nyawanya terlebih dahulu. Aku
hanya perlu waktu sebentar, karena ikan itu segera berasap di
tanganku, pertanda ia sudah matang, bisa dimakan, dan tidak
amis lagi. "Bisakah Puteri menghilangkan sisiknya?"
Aku telah membuang isi perut ikan itu sebelumnya, dengan
pedang hitam dari dalam tangan yang hanya kukeluarkan
ujungnya. Namun Puteri itu menggeleng.
"Sahaya tidak pernah mengerjakan apapun, Tuan. Maafkan
sahaya"' Maka dengan pedang hitam itu pula, kubersihkan sisik ikan,
sampai s iap dimakan tanpa kepala. Ia akan memakan satu sisi
daging ikan itu, yang belum sampai habis pun dirinya sudah
kenyang. Lantas aku akan memakan sisi lainnya. Setelah itu
aku akan mencari ikan yang lebih kecil. Mengejarnya di dalam
laut dengan kecepatan tinggi seperti lumba-lumba mencari
mangsa, menangkapnya dengan tangan di kiri dan di kanan.
Setelah itu aku akan mencari ikan yang lebih kecil.
Mengejarnya di dalam laut dengan kecepatan tinggi seperti
lumba-lumba mencari mangsa, menangkapnya dengan tangan
di kiri dan di kanan. Meskipun aku mengejar ikan-ikan itu
dengan sepenuhnya mengandalkan kesaktian dalam ilmu
persilatan, tidak berarti ikan yang memang akan terkejar
dengan kecepatanku yang sangat tinggi itu bisa dengan
mudah kutangkap. Sering sekali begitu nyaris kupegang ikan-
ikan itu bisa saja menghindar, bahkan setelah tergenggam
tanganku pun masih bisa menggeliat dan lepas. Dasar ikan!
Maka untuk mendapatkan dua ikan dalam genggaman di
tangan kiri dan kanan, sungguh segenap kemampuan harus
dikerahkan, sampai tak ada lagi yang dapat dilakukan oleh itu
ikan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan penuh rasa permintaan maaf kepada ikan, kadang
kumanfaatkan ilmu menyedot tenaga lawan seperti yang telah
digunakan Pendekar Melati kepadaku, telah kuserap dengan
pendekatan yang kelak akan sempurna sebagai Jurus
Bayangan Cermin, meski memang takpernah dan tak akan
pernah kuterapkan kembali kepadanya. Hanya dengan begitu
ikan tersebut akan menjadi mungkin ditangkap, bahkan
meninggal dunia tanpa aku harus sengaja membunuhnya.
Begitulah, meskipun kehidupan dunia persilatan penuh dengan
gelimang darah, takberarti penghilangan nyawa bagiku
menjadi soal yang terlalu mudah.
Betapapun, dengan dua ikan terlezat di tangan kiri dan
tangan kanan, aku akan meluncur ke permukaan laut seperti
ikan lumba-lumba dan seperti ikan lumba-lumba pula aku akan
melejit dan me lompat bersalto di udara, sekadar menghibur
puteri bangsawan yang dengan segala penderitaannya
tetaplah belum dapat disebut dewasa itu. Di atas rakit,
tanganku akan menjadi merah seperti besi tua yang dibakar,
yang berarti bahwa aku sedang memanggang kedua ikan itu
dengan tenaga dalamku, tentu setelah membersihkannya lebih
dahulu. Tentu aku juga beruntung bahwa musim hujan telah
memberi kami air tawar untuk diminum, sehingga keadaan
tubuh tetap terjaga keseimbangannya. Namun untuk
diketahui, itu tidak berarti hujan pun turun setiap hari. Pernah
hujan takturun sampai dua hari dan kami hanya menenggak
air tawar berdikit-dikit, dari air hujan yang kami tampung
dalam wadah kulit kayu yang kubuat, dan taktahu apa yang
akan terjadi jika hujan tidak turun juga hari berikutnya.
Namun pada hari pertama ketika pagi masih gelap dan di
sekeliling rakit hilir mudik sirip ikan hiu, yang kupikirkan bukan
hanya sekadar kesempatan untuk makan, tetapi sebaliknya
kemungkinan bahwa kamilah yang akan menjadi sarapan ikan-
ikan hiu itu. "Tuan!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Puteri Asoka tiba-tiba berteriak lantang.
"Sahaya dengar hati ikan hiu adalah yang terbaik untuk
kesehatan! Kita harus mendapatkannya Tuan!"
Aku tertegun. Apakah ia bermaksud memakannya"
Tidakkah hatinya nanti akan luar biasa pahit sekali" Namun
kata-kata Puteri Asoka itu mengingatkan aku kepada suatu
bacaan tentang pengobatan, bahwa hati ikan hiu mengandung
zat yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Kulihat sirip ikan-
ikan hiu itu, yang lalu lalang di sekitar perahu.
"Apakah Puteri akan memakan hati yang pahit itu?"
Puteri itu menelan ludah.
"Sahaya kira harus ya Tuan" Kita sangat membutuhkannya." Aku pun melompat ke dalam air dan meluncur seperti


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lumba-lumba ke bawah ikan-ikan hiu itu. Beberapa ekor dari
antaranya menyadari kehadiranku dan segera berkelebat
menyerang. Aku pun menghindar dan berkelebat seperti
lumba-lumba. Tentu saja ini pengalaman yang baru bagiku,
karena bertarung seperti ikan dan melawan ikan tidaklah sama
dengan pertarungan yang telah kukenal melawan para
pendekar dalam dunia persilatan. Melawan dua ikan hiu yang
menyerangku dengan siasat ikan, kuhayati diriku sebagai ikan
yang menghindari ancaman dan balas menyerang.
Bertarung melawan dua ikan hiu untuk mendapatkan
hatinya takpernah kubayangkan akan pernah kulakukan dalam
hidupku. Kedua ikan hiu itu bahkan seperti bekerjasama untuk
mendesakkku. Mereka berkelebat menyerangku dengan mulut
dan ekornya. Lewat cepat menyambar di samping kiri dan
kanan sekaligus, yang apabila tidak mendapatkan apa yang
mereka kehendaki, akan segera berbalik dan menyerang
kembali dengan gigi-giginya yang tajam ibarat gerigi. Mereka
berkelebat cepat, aku pun berkelebat cepat. Begitulah aku
berenang selincah lumba-lumba, tetapi dengan berbagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gerakan, seperti melaju bagaikan baling-baling, yang hanya
dapat dipikirkan manusia.
Ketika berhadapan dan mereka menyambarku pada sisi kiri
dan kanan, kedua pedang hitam dari dalam tanganku
kumunculkan dan hanya menyerongkannya sedikit ke kiri dan
kanan untuk merobek masing-masing perutnya.
Lautan segera tergenang darah. Apakah aku harus segera
menyambar hati masing-masing dari dalamnya" Dua
bayangan berkelebat dari belakang. Aku menoleh. Sesosok
ikan hiu telah mengangakan moncongnya siap menyambar
kakiku. Aku berkelit jungkir balik, tetapi iapun sudah berbalik
menyambarku lagi. Sembari menghindar, kutangkap sirip di
atas punggungnya, dan akupun terseret bersamanya menuju
permukaan, tempat Puteri Asoka segera melihatku tengkurap
berpegangan pada sirip hiu melewati rakit itu.
"Tuaaaaaann! Bunuh dia sekarang Tuan! Bunuh! Bunuh!
Bunuh!" Tidakkah kata-kata itu mengerikan untuk muncul dari mulut
seorang Puteri Bangsawan usia 12 tahun" Namun yang kulihat
di rakit itu adalah seorang anak perempuan yang meloncat-
loncat kegirangan di atas rakit, tanpa menyadari bahwa
bertarung dalam air me lawan ikan-ikan hiu adalah suatu
perkara yang amat sulit. Maka kukeluarkan pedang hitam,
cukup dari tangan kananku. Kulompati saja bagaimana ikan
hiu itu akhirnya tewas, dan hatinya kami makan berdua.
Meskipun dagingnya dikatakan terlezat di antara segala ikan,
tetapi hatinya yang pahit telah membuat kami tidak bisa
makan apapun lagi hari itu.
(Oo-dwkz-oO) Hari keduabelas telah berlalu. Tubuh kami sehat, tetapi
hidup terapung-apung tanpa berbuat sesuatu yang lain
bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Aku menghabiskan
waktuku, antara lain dengan membaca kitab-kitab yang ditulis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nagarjuna sebagai mantra sihir yang tersimpan dalam diriku.
Namun aku akan menceritakan hasil pembacaanku itu nanti,
sekarang aku ingin menceritakan apa yang terjadi pada malam
terakhir di atas rakit itu.
Senja telah turun diiringi hujan gerimis. Membuat tubuh
kami lagi-lagi basah kuyup. Busana yang lekat di tubuh, hanya
kancut yang kukenakan, dan hanya kain pada Puteri Asoka,
tentu ikut menjadi basah kuyup. Selama ini telah kuajarkan
kepada Puteri Asoka, bagaimana memanfaatkan tenaga prana
melalui pernafasan untuk menghangatkan tubuh, dan ini
sangat membantu bagi keberlangsungan hidup kami selama
kami terapung-apung di laut seperti itu. Setiap kali hujan,
seperti biasa, kami mengangakan mulut kami ke langit dan
menelan air hujan sebanyak-banyaknya bagai tiada akan ada
hari esok lagi. Bisakah dibayangkan bagaimana dua manusia,
besar dan kecil, berdiri di atas rakit dalam latar matahari senja
yang turun perlahan-lahan dalam hujan gerimis dan
Harpa Iblis Jari Sakti 8 Pengemis Binal 09 Bangkitnya Kebo Ireng Keris Pusaka Sang Megatantra 5
^