Jurus Tanpa Bentuk 16
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 16
menganga ke arah langit"
Saat senja tenggelam, keemasan langit usai, dan gerimis
berhenti, hari pun menjadi ma lam. Puteri Asoka tertidur. Aku
membaca pemikiran Nagarjuna.
atra vayam brumah yadyevam, tavapi vacanam yadetaccgunyah sarvabhava iti tadapi sunyam
kim karanam tadapi hetau nasti mahabhutesu samprayuktesu viprayuktesu va, pratyayesu nastyurahkanthausthajihvadantamulatalunasikamurdhaprabhrti
su yatnesu, ubhayasamagryam nasti
yasmadatra sarvatra nasti tasmannihsvabhavam
yasmannihsvabhavam tasmacchunyam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tasmadanena sarvabhavasbhavavyavartanamasakyam
kartum na hyasatagnina sakyam kledayitum
evamasata vacanena na sakyah sarvabhavasvabhavapratisedhah kartum
tatra taduktasm sarvabhavasvabhavah pratisiddha iti tanna
Aku masih membaca, ketika terdengar suara kecapi dari
balik kegelapan. Mula-mula suara kecapi itu timbul dan
tenggelam, lirih dan hanya terdengar sayup-sayup di balik
kegelapan. Semula kukira hanya kerinduanku kepada daratan
yang telah memberikan suasana ini, tetapi ternyatalah
kemudian bahwa suara kecapi itu lama kelamaan telah
menjadi bertambah keras. Segera kupejamkan mataku dan
kupasang ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang, yang segera menelisik sumber suara itu me lalui
bulir-bulir udara yang telah mengantarkannya. Maka
terbentuklah dalam pandangan mataku yang terpejam sesosok
manusia yang sedang bersila sambil memetik kecapi di atas
papan dan terapung-apung di lautan.
(Oo-dwkz-oO) Episode 92: [Pendekar Dawai Maut]
Pasangan pendekar yang mengasuhku pernah berkata,
bahwa mengembara dalam dunia persilatan artinya aku akan
menjumpai banyak pendekar, yang semakin tinggi ilmu
silatnya akan semakin aneh pula perilakunya jika dibandingkan
perilaku orang awam dalam kehidupan sehari-hari. Keanehan
pendekar yang satu akan sangat berbeda dengan keanehan
pendekar yang lain, yang meskipun tampak aneh, sebetulnya
berhubungan erat dengan ilmu silat yang mereka dalami dan
andalkan dalam pencapaian menuju kesempurnaan. Maka,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meskipun merasa takjub dan terheran-heran dengan perilaku
manusia yang memetik kecapi di tengah lautan luas di atas
selembar papan dalam kegelapan, aku wajib menahan diri dari
rasa takjub dan terheran-heran, karena keterpesonaan
semacam itu hanya akan membuka kelengahan.
Sebaliknya, aku bersikap amat sangat waspada terhadap
sosok yang tidak kasat mata dalam kegelapan, tetapi dapat
kulihat me lalui cahaya yang berasal dari suatu daya dalam
tubuhnya di dalam keterpejaman mataku. Ilmu Mendengar
Semut Berbisik di Dalam Liang sangat baik dalam
menerjemahkan kedudukan udara yang tersibak benda-benda
padat, cair, maupun sesama udara dengan beban yang
berbeda, seperti yang terjadi ketika dirambati daya bunyi.
Lantas kudengar suara tertawa yang amat lirih, tetapi
terasa getir dan menusuk perasaan. Sementara kecapi itu
masih terus berbunyi. Puteri Asoka terbangun, menggeliat
bagaikan berada di istananya sendiri, kuberi tanda agar
jangan membuat suara dan memang kemudian tidak kudengar
ia bergerak, mungkin justru dinikmatinya suara kecapi itu yang
seperti menyanyikan kisah cinta yang sedih. Justru karena
itulah tawa yang lirih tetapi tajam dan getir itu semakin
menusuk perasaan. Ini bukan jenis suara yang ketajamannya
dapat menjelma benda padat, melainkan benar-benar
mempermainkan perasaan dan berarti sangat mengganggu
pemusatan perhatian. Puteri Asoka sudah menangis tersedu-sedu. Aku memecah
belah pusat perhatian di dalam kepalaku, yang berarti
kubiarkan bagian itu saja yang terganggu, sembari
mempelajari kisah yang dibawakannya.
"Kenalilah lawanmu sebaik dikau mengenal dirimu Anakku,"
kata ibuku dulu, "karena hanya dengan begitu dikau dapat
mengenali kelemahannya,."
Mengenal dalam waktu singkat, bagaimana caranya"
Memang pernah kudengar tentang ilmu-ilmu penjerat sukma
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti ini, yang membuat seseorang takperlu membunuh
untuk melumpuhkan lawan-lawannya dan mencapai kemenangan. Konon pernah terjadi beribu-ribu orang dari dua
kerajaan pada masa lalu Yawabhumipala yang siap saling
menyerbu, hanya bisa diam di tempat, meneteskan airmata
sampai meratap dan merayap di medan yang seharusnya
menjadi gelanggang pertempuran. Aku hanya mendengar
dongengnya, tetapi kini kudengar suara kecapi yang bisa
menjerat sukma itu. Kubayangkan sesuatu yang terkisahkan
oleh suara kecapi itu, dan betapa siapa tiada akan menangis
jika penafsiran apapun dari suaranya akan membawa
seseorang kepada cermin dirinya sendiri"
Mendadak saja aku dihadapkan kembali kepada sebuah
suasana ketika aku bergelayut di dalam selendang ibu
kandungku. Pergelayutan yang tenang, diiringi kidung
pengantar tidur yang penuh kasih dan sayang. Di dalam
selendang artinya aku tidak melihat apapun kecuali bayang-
bayang baur dalam kelembutan dan keharuman dada ibuku,
ketenteraman mutlak yang tidak dapat kubayangkan jika
seseorang tidak pernah, meski sekejap dan cukup sekejap
saja, merasakan suatu ketenangan dalam buaian. Suasana
yang kemudian tinggal menjadi kesepian panjang, sepanjang-
panjang kesepian yang bisa dirasakan manusia. Kesepian
panjang, kekosongan panjang, kehampaan terpanjang,
sepanjang-panjang kehampaan yang menyakitkanO Dirikukah
yang sedang berjalan sendirian dalam gambaran seorang
lelaki yang berjalan sendirian di atas tanah yang retak-retak
dengan kepala tertunduk sehingga dari hari ke hari dalam
perjalaan tanpa henti hanya melihat ujung kakinya sendiri"
Aku terhenyak. Maksud hati mengenal lawan, mengapa
justru tergambarkan diri sendiri dari bagian yang takkukenali
sama sekali" Kubuka mata, agar terjadi jarak dengan suara
kecapi yang sudah kuketahui darimana asalnya itu. Sekali lagi
kucoba menduga sesuatu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
DI antara percik riak gelombang dan kekelaman malam,
denting-denting kecapi itu membayangkan suatu ratapan
karena cinta yang tak putus dirundung malang, kasih tak
sampai, kesia-siaan yang mengenaskan, jerit kerinduan tak
berbalas, yang berputar silih berganti, tumpuk-menumpuk,
menggumpal, menyatu dendam sepanas karena perasaan
berterima. Pada saat itu denting kecapi telah menjadi dentang
yang memenuhi langit, dan diakhiri suara ledakan!
Kubayangkan, jika masih terbayangkan oleh diriku sendiri
dalam ledakan itu, tamatlah sudah riwayatku sampai di situ.
Suara kecapi itu kemudian tidak terdengar lagi. Hanya
suara tawa lirih yang seperti sengaja tidak diperdengarkan,
tetapi hanya dititipkan kepada angin yang asin agar sampai ke
telingaku. Aku tetap waspada. Terdengar suara yang sama
lirihnya dengan tawa itu.
"Dikau seorang pendekar yang hebat anak muda, orang
lain sudah mimpi dan tak bangun lagi mendengar petikan
kecapiku, langsung terbang ke alam barzah. Ketahanan
batinmu tinggi, tak bisa kubayangkan akan setinggi apa lagi
kepandaianmu seumurku nanti. Janganlah menjadi jumawa
anak muda, pelajarilah segala sesuatu, apa pun itu, meskipun
dari sesuatu yang sangat sederhana"
Kupejamkan mataku, tetapi sosoknya tiada dapat dilacak
lagi oleh ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang,
artinya kukejar dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit pun
tak akan bisa tersusul. Lagi pula, kuanggap ia tidak bermaksud
jahat kepadaku. Jika mau, ia bisa saja membunuh Puteri
Asoka misalnya, tetapi ia memang bukan seorang pembunuh,
melainkan seorang pendekar yang sedang menguji kesempurnaan pencapaian ilmunya. Mungkin itulah yang
disebutkan ibuku sebagai para pendekar yang perilakunya
semakin aneh, seiring dengan pertambahan ketinggian
ilmunya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Barangkali dulu ia juga seperti orang-orang lain yang
belajar ilmu silat. Mula-mula belajar dengan tangan kosong,
disambung senjata tajam seperti golok, pedang, kelewang,
dan tombak berbagai ukuran, dan baru kemudian memikirkan
sebuah jurus yang bukan sekadar dapat diandalkannya,
melainkan merupakan penemuan dan pernyataan atas
keberadaan dirinya di dunia persilatan. Siapakah nama
pendekar itu, yang menyebutku anak muda dengan suara
lemah seolah-olah dirinya sudah tua sekali" Namun segera
kupetik makna lain kalimat itu, karena seorang pendekar sakti
kuanggap tidak akan sembarang bicara, yakni bahwa dari
penilaiannya, apa pun dasarnya, aku akan dapat bertahan
hidup sampai seusia dirinya. Mungkinkah itu berarti juga
bahwa dalam pendapatnya aku akan mengalahkan lawan-
lawanku siapa pun itu" Seperti anjurannya, aku memang tidak
berani memastikan apa pun, selain menghargai pengalamannya, dalam arti tidak melibatkan perkembangan
ilmu s ilat yang belum diketahuinya.
Ibuku memang pernah bercerita bahwa pada masa
mudanya terdapat seorang pendekar tak terkalahkan yang
sebelum mempelajari ilmu silat adalah pengamen yang
mencari nafkah di kotaraja. Sebagai pengamen ia telah sangat
dikenal, dan karena itu dialah yang ditangkap karena seorang
tikshna atau pembunuh bayaran telah menggantikannya
masuk istana, dengan membawa kecapinya itu. Pembunuh
bayaran tersebut telah membekuknya terlebih dahulu,
mengikat tangan dan kakinya, lantas menyamar sebagai
dirinya memasuki istana pada malam hari. Dalam suasana
keramaian dan kesibukan pesta, ia lolos dengan mudah.
Bahkan para pengawal rahasia istana yang biasanya waspada,
tak mengira penyamaran seperti yang akan menjadi jalan
masuk seorang pembunuh bayaran.
Ternyata bahwa pembunuh bayaran itu telah menggunakan
salah satu dawai kecapi tersebut untuk mencekik leher
seorang tamu negara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan adanya pembunuhan tersebut, telah berlangsung
sengketa dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Diduga,
negeri yang utusannya tewas itulah yang sengaja melakukan
pembunuhan tersebut, agar memiliki alasan menyerbu
kotaraja. Penyerbuan dan penumpasan atas pemberontakan
tersebut akan menjadi cerita tersendiri, di sini hanya akan
kuceritakan kembali apa yang terjadi terhadap pengamen
tersebut. Para pengawal rahasia istana yang kesal dengan
kelengahan mereka sendiri, dalam sekejap telah tiba di balai
persinggahan dekat pasar, tempat para pengamen dan
pedagang keliling, pengembara, juga tentunya pengemis dan
gelandangan, ditampung dengan sekadarnya. Dalam sekali
sabet lepaslah ikatan yang membelenggu pemain kecapi.
"Pintar! Dikau ikat dirimu sendiri! Jangan kira kami akan
terkecoh oleh tipuan murah semacam ini!"
Pemain kecapi itu diseret sepanjang jalan menuju ke istana.
Semua orang melihatnya. "Apa kesalahan pemain kecapi itu" Ia hanya seorang
pengamen, bicara saja tidak pernah, mengapa ia harus
dianggap membunuh tamu istana yang sial itu?"
"Itulah! Untuk menutupi kegagalan sendiri, orang lain yang
disalahkan!" Namun kemungkinan itu bukan mustahil. Seorang
penyusup ulung dapat saja berkelebat ke istana dan kembali
lagi untuk pura-pura terikat. Hanya saja kali ini yang terjadi
tidak demikian. Meski ternyata para pengawal rahasia istana
memilih untuk mempercayai kemungkinan itu saja, karena
harus ada sesuatu untuk dipersalahkan!
Demikianlah pengamen itu telah disiksa agar mengakui
perbuatan yang tidak pernah dilakukannya-dan ia memang
tidak pernah bisa dipaksa untuk mengakui apapun. Setelah
berhari-hari menyiksa, tanpa memberinya makan dan minum,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanpa pengadilan ia pun dihukum: Kedua kakinya dipotong.
Adapun alasannya seperti tidak ada hubungannya.
"Jika ia dapat bertahan hidup, maka ia masih akan dapat
mengamen dengan kecapinya itu."
Namun sebetulnya ia diharapkan akan mati, karena para
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengawal rahasia istana itu kemudian waswas, bahwa
pengamen itu tahu benar mereka telah sangat keliru.
Konon, tubuhnya yang sudah tanpa kaki di lemparkan
begitu saja ke dalam jurang setelah membawanya naik ke atas
gunung. Setelah tubuhnya, dilemparkan pula kecapinya, yang
dawainya sudah berkurang satu, karena digunakan pencurinya
untuk mencekik tamu istana tersebut.
Para pengawal rahasia istana yang berkuda, yang
berbusana serba putih, dengan senjata pedang keperakan
yang ketajamannya berkilat pada dua sisi, yang sungguh
tampan dan gagah lelakinya, cantik dan perkasa perempuannya, mereka semua, duabelas orang banyaknya,
mengamati tubuh takberkaki dan kecapi itu melayang jatuh ke
jurang yang dalam. Begitu jauh dan dalamnya, sehingga
mereka takmungkin tahu apakah keduanya mencapai dasar
dalam remuk atau utuh. Tentu saja, seharusnya, orang maupun kecapi itu akan
remuk dan hancur. Artinya orang itu akan mati dan kecapi itu
tidak akan berwujud lagi, karena tepian jurang itu bukanlah
suatu dinding yang mulus. Sehingga mungkin saja tubuh dan
kecapi itu akan terpental ke sana dan ke mari lebih dulu
sebelum tiba di dasar jurang dan tinggal berada di sana
selama-lamanya sampai akhir zaman tiba.
"Biarlah kodratnya menentukan, apakah ia akan tetap hidup
tanpa kedua kakinya itu, dan bisa melanjutkan kehidupannya
dengan kecapi tersebut."
Suatu kalimat tidak masuk akal, bertentangan dengan niat
mereka untuk melenyapkannya dari muka bumi. Suatu kalimat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kemudian ternyata merupakan tulah, karena inilah yang
kemudian terjadi. Setelah tubuh dan kecapi itu hilang dari pandangan,
Setelah tubuh dan kecapi itu hilang dari pandangan, sesosok
tubuh yang semula berkelebat dari pohon ke pohon di tepi
jurang nyaris tertimpa oleh tubuh, dan kemudian oleh kecapi
itu. "Uh! Hampir saja..."
Tampaknya ia kenali tubuh itu sebagai tubuh manusia yang
bernasib ma lang, maka dirinya pun me luncur bagaikan anak
panah mendahului tubuh tanpa kaki itu. Mendekati tubuh,
kedua kakinya yang semula di belakang diayunkannya ke
depan ketika mendahului, sehingga kemudian dapat disangganya tubuh itu dengan tangan, sebelum mendarat
perlahan-lahan seperti burung bangai mendarat di danau.
Baru kemudian tiba pula benda jatuh yang lebih ringan, yakni
kecapi itu, yang segera ditangkapnya dengan tangan yang
lain. "Hmmh! Sendirian di dasar jurang yang gelap, dengan
tubuh tanpa kaki dan kecapi yang dawainya hilang satu!
Apakah yang bisa dilakukan Naga Putih dengan ini semua?"
Waktu itu kutanyakan kepada ibuku, siapakah yang telah
menceritakan riwayat ini kepadanya, sehingga setiap sudut
pandang dapat diceritakannya"
"Tentu dari Naga Putih sendiri, pendekar besar golongan
putih yang sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan.
Peristiwa yang takdiketahuinya sendiri, ia dapatkan dari
pemilik tubuh takberkaki itu."
"Jadi dia belum mati?"
"Belum! Begini lanjutan ceritanyaO"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Naga Putih, yang rambut bergelungnya sudah putih, alisnya
putih, dan kumismya juga putih itu menggeleng-gelengkan
kepala. "Hati manusia yang terbuat dari apa bisa memperlakukan
manusia lain seperti ini" T idak satu manusiapun di muka bumi
ini akan lolos dari karmapala perbuatannya sendiri. Hmm.
Karmaku telah mempertemukan diriku dengan karma pemuda.
Biarlah dunia menyaksikan apa yang akan terjadi nanti."
Inilah kemudian yang disaksikan dunia.
Beberapa tahun kemudian, seorang pengawal rahasia
istana sedang dipijat oleh isterinya, ketika dari dalam
kegelapan di luar rumah terdengar petikan kecapi. Semula
hanya terdengar sayup-sayup, tetapi kemudian terdengar
jelas, dengan nada dan lagu sangat amat sendu, sampai
isterinya yang sedang memijat punggungnya itu menangis.
"Kenapa dikau menangis tanpa sebab seperti itu, tidak
biasanya bagimu tersedu sedan begitu, apakah karena suara
kecapi yang aneh itu?"
Sebetulnya suara kecapi tidak akan berubah terlalu banyak
karena hilangnya satu dawai, kecuali tentu bagi yang sangat
mengenalnya. Sedangkan seorang pengawal rahasia istana
mungkin akan mendengar nada dan lagu petikan kecapi
dengan sangat seringnya, karena berbagai acara kenegaraan
selalu akan diturtup dengan hiburan. Jadi ia merasakan
sesuatu yang aneh, meski tidak tahu sebabnya-yang jelas ia
tidak suka isterinya menangis seperti itu. Ia berteriak ke arah
jendela dengan keras. "He! Siapapun yang memetik kecapi di luar itu, berhentilah
sekarang juga! Berisik! Malam-malam mengganggu orang
istirahat!" Namun bukan saja kecapi itu tidak lantas berhenti, bahkan
dari balik kegelapan itu terdengar suara orang tertawa. Lirih
juga, tetapi terdengar jelas sekali. Suatu jenis tertawa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muncul bukan karena perasaan geli atas sesuatu yang lucu,
tetapi tawa getir atas nasib malang manusia yang begitu
jumawa padahal bukanlah apa-apa di tengah keluasan
semesta ini; juga tawa yang terdengar sedih dalam usaha
menertawakan diri sendiri yang malang, agar selamat
melewati kesengsaraan. Namun pengawal rahasia istana itu.
rupanya takmampu menafsirkan berbagai lapisan makna yang
mungkin diberikan oleh sebuah tawa yang begitu lirih dari
balik kegelapan seperti itu. Sebaliknya, ia menganggap suara
tawa itu sangat menertawakan dirinya.
Ia bangkit dari ranjang tempat isterinya sedang memijat
dirinya itu. Mengambil pedang yang tergantung di dinding.
"Biar kubungkam mulut orang bodoh itu!"
Lantas ia berkelebat ke arah suara kecapi itu.
Kemudian para tetangga tidak mendengar apa-apa lagi,
selain suara seperti orang tercekik.
Malam sunyi. Rembulan sendirian di langit. Perempuan itu
menuruni tangga rumahnya.
"Kanda, di manakah dikau Kanda?"
Ia melangkah menuju kegelapan malam. Hanya untuk
menjerit sekeras-kerasnya.
"Tolongngngng! Tolongngngng! Suam iku dibunuh! Tolongngng!" Penduduk berlompatan keluar dari rumahnya, sebagian
membawa obor. Ada juga pengawal rahasia istana lain yang
tinggal di situ. Ia keluar dengan rambut yang sudah lepas
gelungannya. Di tangannya terdapat pedang yang masih
berada di sarungnya. Mereka terbelalak. Pengawal rahasia istana ini tewas
dengan leher tercekik dawai kecapi. Bahkan pedang yang
dipegangnya pun belum keluar dari sarungnya, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menandakan lawannya bergerak dengan amat cepat, dan
menunjukkan pula tingkat ilmunya yang tinggi sekali, karena
tidak ada pengawal rahasia istana yang ilmunya silatnya
rendah. Semuanya menguasai ilmu tenaga dalam dan ilmu
meringankan tubuh, selain menguasai olah segenap senjata
yang terdapat di dalam dunia persilatan.
Semula tidak ada yang paham apa yang sedang terjadi.
Namun setelah tiga sampai empat orang pengawal rahasia
istana terbunuh dengan cara yang sama, yakni mendengar
suara petikan kecapi di malam hari, mendengar suara tawa
yang lirih dan menggetirkan perasaan, terpancing keluar untuk
memburu suara itu, hanya untuk terbunuh dengan cekikan
dawai kecapi yang melingkar di leher, sisa anggota kelompok
segera mempunyai dugaan. "TIGA tahun lalu kita membuang seorang pengamen,
seorang pemain kecapi, setelah kita potong kakinya dari lutut
ke bawah, ke dalam jurang. Kita telah menuduhnya sebagai
tikshna, pembunuh bayaran yang menyamar sebagai
pengamen kecapi, yang telah membunuh seorang tamu istana
dan melibatkan kerajaan dalam suatu pertempuran besar,
yang syukurlah kita menangi. Ia selalu menyangkal, tetapi kita
menghukumnya sebagai mata-mata lawan, yang sengaja
membunuh temannya agar negerinya memiliki alasan
menyerbu kita." "Dia menyangkal, tetapi dia juga tidak dapat menunjukkan
pembunuh yang sebenarnya!"
"Tentu tidak mungkin. Dia hanya seorang pengamen!"
"Sudahlah. Jangan bertengkar lagi. Kemungkinan besar dia
tidak mati, mungkin menyangkut di batang pohon,
menemukan seorang guru silat dan membalas dendam."
"Dengan kaki terpotong seperti itu, tentu ilmu silatnya
sudah sangat tinggi! Semua saudara kita tewas tanpa sempat
mengeluarkan pedang dari sarungnya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Salah seorang dari pengawal rahasia istana itu memegang
lehernya dengan wajah seperti baru saja menelan sesuatu
yang pahit. "Mati dengan leher tercekik dawai kecapi. Sungguh
kematian yang sangat tidak enak..."
Mereka semua tinggal delapan orang sekarang. Semua
berada di atas kuda perkasa. Berkumpul di perempatan jalan
di kotaraja, yang pada tengah malam itu memang sudah
menjadi sangat lengang. Saat itulah terdengar petikan kecapi
dengan nada dan lagu sangat pilu. Meluruhkan hati s iapa pun
yang mendengar. Serentak para pengawal rahasia istana itu menarik pedang
dari sarung di punggung. (Oo-dwkz-oO) Episode 93: [Tawa Lirih dari Balik Kegelapan]
Kemudian pada tengah malam itu terdengar bunyi tawa
lirih di balik embusan angin yang menerbangkan daun-daun.
Mereka menengok berkeliling mencari arah suara itu, tetapi
hanya tawa itu yang tetap terdengar, kadang di sana dan
kadang di s ini... "Hai pembunuh!"
Salah seorang di antara delapan pengawal rahasia istana
yang masih hidup itu berteriak lantang.
"Perlihatkan wajahmu, supaya bisa kami ringkus penjahat
licik sepertimu!" Belum selesai kata terakhir, dari balik malam telah datang
melingkar-lingkar dawai panjang yang tentu saja tak terlihat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi memperdengarkan dengung tipis yang cenderung
membingungkan. Srrrrrttt! Dawai yang sangat tipis tetapi sekaligus sangat amat kuat
itu telah menjerat leher pengawal rahasia istana dan
menyentakkannya ke atas. Suatu bayangan berkelebat di arah
pohon sawo. Berputar-putar sebentar, dan tampaklah
pengawal rahasia istana yang gagah perkasa itu tergantung
tanpa nyawa. Dawai yang sangat amat tipis, tetapi jauh lebih
panjang dari sebuah dawai kecapi tentunya, telah melingkari
lehernya sampai lebih dari dua puluh kali, mencekik erat tanpa
ampun dan tidak pernah terkendurkan lagi. Ketika
digantungkan ke pohon apalagi, berat tubuhnya telah
mempererat cekikan itu. Karena tipis dan tajam, dawai itu
menembus kulit leher, sehingga darah pun bertetesan dari
sana, dan makin lama makin deras.
Beberapa dari pengawal rahasia istana yang gagah perkasa
itu memegang leher masing-masing dengan wajah membayangkan perasaan tidak enak. Terdengar lagi suara
petikan kecapi, dan suara tawa lirih yang tidak menunjukkan
kebahagiaan, sebaliknya perasaan getir atas nasib malang
anak manusia. Tujuh pengawal rahasia istana yang masih
tersisa itu segera berlompatan turun dari kuda, membentuk
lingkaran dengan punggung mereka saling beradu.
Mereka melihat berkeliling, tetapi hanya angin yang
berdesir menggoyangkan daun-daun pohon sawo. Kemudian
terdengar suara yang tertawa lirih itu berlagu seperti gumam,
sayup-sayup seolah datang dari tempat yang jauh.
para pengawal rahasia istana
dua belas orang jumlahnya
menyiksa pengamen tak berdaya
melemparnya ke jurang dalam tak terkira...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siapa nyana suratan berbeda
pengamen disambar seekor naga
di perutnya terbaca kitab berbahaya
kini penyiksa sanggup dibantainya
Lantas petikan kecapi itu berhenti. Syair lagu itu membuat
wajah mereka pucat. Mereka teringat kembali peristiwa tiga
tahun sebelumnya tersebut, dan menyadari kejahatan yang
telah mereka lakukan. Keringat dingin terlihat mengalir di
kening mereka. Namun bukan pengawal rahasia istana
namanya, jika tidak mampu mengatasi ketakutan sendiri.
"Perlihatkanlah wajahmu pengamen, supaya kami lihat
wajah bodohmu tiga tahun yang lalu!"
Terlihat sesosok tubuh berkelebat, begitu cepat, sehingga
mata mereka tak pernah bisa menangkap sosok itu secara
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
utuh, tetapi terpaksa mengikuti juga karena setiap saat
bayangan itu dapat berkelebat mencabut nyawa mereka.
Sosok itu terus berkelebat dari pohon ke pohon, berputar-
putar mengelilingi mereka, dengan seperti sengaja memperlambat kecepatannya, supaya kelebatnya tetap bisa
diikuti mata. Maka mata yang menatap terpaksa terus-
menerus mengikuti gerakan itu, sampai mereka pusing
mengikutinya, dan saat itulah sesosok bayangan berkaki
buntung dari balik kegelapan menyambar ke arah mereka
bagaikan burung hantu menyambar mangsa.
Dalam kegelapan, tujuh pedang terlempar ke udara, dalam
waktu bersamaan sosok itu melecutkan dawai yang mengitari
tujuh pengawal rahasia istana tersebut, dan dengan sebat
menariknya. Srrrrrttt! Ketujuh-tujuhnya segera terjerat erat
oleh dawai yang tipis tajam menembus kulit, menimbulkan
rasa sakit yang luar biasa.
"Aaaaaaahhhh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum hilang dari rasa terkejut atas serangan mendadak
seperti itu, bayangan tersebut menyambar tujuh pedang yang
turun kembali ke bumi, dan menancapkan pedang itu ke
jantung pemiliknya masing-masing, hanya untuk segera
menghilang kembali. Meninggalkan denting-denting kecapi
yang merayapi udara malam...
Ketujuh pengawal rahasia istana itu mati dalam keadaan
berdiri karena ketatnya dawai yang mengikat tubuh mereka
sampai menembus kulitnya, dengan pedang menancap di
jantung sampai kepada pangkalnya, sehingga saling
menembus ke tubuh siapapun dan saling mengunci di
belakangnya. Begitulah mereka berdiri saling memunggungi
dengan tubuh saling tertancap, mata mereka terbuka dengan
pandangan yang kosong. Semenjak saat itu, apabila terdengar suara petikan kecapi
di tengah malam, di dalam rumah akan terdengar suara bisik-
bisik. "Sssshh! Itu Pendekar Dawai Maut datang lagi. Letakkan
mata uang dalam mangkuk sedekah di luar rumah, tidak usah
keberatan, ia takpernah minta lebih dari harga sebuah lagu..."
Pengamen itu, setelah menghilang dan muncul kembali
dengan kaki buntung, telah menjadi sakti mandraguna, tetapi
ia hanya dapat mencari nafkah sebagai pengamen kecapi.
Setelah peristiwa tewasnya para pengawal rahasia istana itu,
dengan suara petikan kecapi sebagai penanda yang
takteringkari lagi, ia takbisa lagi tampil mengamen secara
terbuka. Hanya dengan cara itu, ia mendapatkan sedekah dari
siapapun yang dapat memahami keadaannya, setelah
membawakan lagu-lagu getir dari balik kegelapan malam...
hidup dengan kaki buntung
tanpa kawan sepanjang zaman
mencari cinta takpernah untung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nasib tentukan jadi buronan, o!
"Bagaimana ia bisa disebut pendekar, Ibu, kalau kerjanya
hanya mengemis?" "Oh, anakku, ia memang pantas disebut pendekar, karena
untuk beberapa lama ia selalu muncul pada saat yang tepat
untuk menolong yang lemah dan takberdaya."
"Muncul?" "Muncul artinya orang mendengarkan petikan kecapinya
saja, dari kegelapan pula, tetapi cukup untuk membuat para
penjahat lari lintang pukang."
"Sebegitu menakutkannya dia?"
"Penjahat mana yang tidak takut kepadanya, jika sangat
sering para penjahat ini tiba-tiba saja sudah ditemukan
tergantung di pasar, perempatan jalan, maupun gapura di
batas kota, dengan dawai mengikat leher dan menembus
kulitnya?" "Mengerikan..."
"Itulah dunia persilatan anakku, mengerikan, Berpikirlah
seribu kali jika ingin menempuh jalan persilatan."
"Lantas kenapa Pendekar Dawai Maut itu menghilang,
Ibu?" "Itulah, Anakku, seperti semua pendekar lain yang mencari
dan menguji kesempurnaan ilmunya, ia berangkat mengembara, dan karena ia tidak ingin ma lang melintang di
wilayah yang telah dikuasai Naga Putih, gurunya yang mulia,
maka ia meninggalkan Javadvipa, mungkin untuk selama-
lamanya." Kini, jalanku dan jalan Pendekar Dawai Maut bersilangan.
Apakah ia akan kembali lagi untuk menguji kesempurnaannya
padaku" Aku tercenung membayangkan ketinggian ilmu silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
para pendekar dunia persilatan. Jika Pendekar Dawai Maut
jelas sampai hari ini takterkalahkan, maka seberapa tinggi lagi
ilmu gurunya yang ternyata Naga Putih itu, satu dari anggota
Musyawarah Sembilan Naga dalam dunia persilatan"
Mendadak saja aku merasa ciut, dalam kenyataannya aku
mengikut saja diombang-ambingkan arus di atas rakit ini
tanpa berani mengambil tindakan, sedangkan Pendekar Dawai
Maut mengembara sendirian di laut mahaluas di atas selembar
papan. Jadi bukan orang bersila yang tergambar dari garis cahaya
hijau ketika kupejamkan mataku dalam ilmu pendengaran
Semut Berbisik di Dalam Liang, melainkan seseorang yang
kakinya buntung. (Oo-dwkz-oO) Entah sampai di mana aku melamun, ketika Puteri Asoka
menunjuk ke suatu arah. Langit telah menjadi ungu, tetapi
cahaya belum merekah. Pada arah yang ditunjuk Puteri Asoka
itu terlihatlah kerlap-kerlip cahaya dari suatu garis kehitaman.
Ah! Perkampungan nelayan!
"Tuan! Perkampungan Tuan! Perkampungan!"
Demikianlah Puteri Asoka meloncat-loncat di atas rakit.
Kucoba menerka jarak, kurasa masih cukup jauh, meski jika
tampak kasat mata begini memang lebih terdapat adanya
kepastian. Apakah aku meluncur saja ke sana pada pagi yang
dingin dan sunyi seperti ini" Me luncur seperti ikan lumba-
lumba sembari membawa Puteri Asoka ke sana, ataukah
membiarkan rakit ini terseret arus dan terdampar dengan
sewajarnya" Sebetulnya yang terakhir itu merupakan terbaik,
tetapi aku tidak terlalu yakin apakah arus ini akan
membawaku ke sana, karena bisa saja berbelok ke arah lain.
Rakit ini memang belum terlalu dekat ke pantai, jadi
keterdamparannya belum bisa dipastikan, dan ini berarti kami
harus mencapai pantai tanpa tergantung kehendak alam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak tergantung arus ini mau membawa kami ke sana atau
tidak. Puteri Asoka yang kegirangan melihat keraguanku.
"Ada apakah Tuan" Adakah sesuatu yang membuat Tuan
ragu untuk mendaratkan rakit ini ke pantai?"
Aku tidak menjawab. Hanya menggeleng, karena sudah
kuputuskan untuk menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas
Langit sahaja, hanya sedang kupikirkan akibatnya jika kami
dipergoki di tempat yang tidak kukenal ini, karena segala
sesuatunya tidaklah dapat kutebak sebelumnya.
Namun lagi-lagi perjalanan nasib tidak pernah bisa diduga,
ketika Puteri Asoka berseru lagi.
"Tuan! Lihat!" Dari balik kabut yang tersibak pada pagi yang langit
keunguannya semakin muda itu, muncul kapal bercadik
dengan layar terbentang yang sangat kukenal. Terdengar
suara berteriak dari puncak layar.
"Ahooooiii! Rakit di haluan!"
Para awaknya muncul di dinding kapal. Wajah-wajah yang
juga kukenal. "Naga Laut!" Kapal itu menyerong dan melambatkan diri agar tidak
menabrak rakit dan memberiku kesempatan melompat ke atas
cadik, dan kemudian melenting ke dalam melewati selasar.
Pagi masih gelap, tetapi suasana kapal itu sudah menjadi
hangat dan hiruk pikuk. Di atas geladak aku melangkah ke
arah Naga Laut, yang melihatku sambil tersenyum-senyum. Di
hadapannya kuberdirikan Puteri Asoka yang kubopong itu, dan
aku membungkuk dengan tangan kanan bersilang di dada.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Naga Laut! Awak kapalmu yang rendah menyerahkan
kepada Tuan, Yang Mulia T uan Puteri Asoka!"
Naga Laut bergeming, meski tetap tersenyum, menepuk
pundakku. "Semua orang di sini memanggilku Nakhoda, Anak, dan
bukankah dirimu sendiri memanggilku Bapak?"
Aku tidak bisa menjawab sepatah kata. Mungkin
perasaanku terlalu meluap-luap setelah sekian lama terkatung-
katung di laut dan mendadak saja bertemu dengan kawan-
kawanku. Nakhoda memandang Puteri Asoka, yang berdiri dengan
kaku, meski tetap anggun, di antara para pelaut yang
bertubuh serba besar itu. Nakhoda lantas membungkuk
dengan takzim, seraya menyilangkan tangan kanannya di
dada. "Selamat datang di atas kapal patik yang sederhana ini
Tuan Puteri, hambamu yang rendah memohonkan maaf atas
segala kekurangan." Puteri Asoka, meski masih berusia 12 tahun, sungguh
kentara betapa terdidik dan berperadaban.
"Paman yang Terhormat," katanya, "janganlah merendah
bagaikan seorang hamba kepada diriku. Daku bukanlah puteri
raja, hanya seorang anak perempuan yang terlunta-lunta dan
malang nasibnya sebelum ditolong oleh Tuan pendekar yang
tidak bernama ini. Taklayak diriku menerima penghormatan
yang bagaimanapun jua."
Naga Laut tampak terpesona oleh jawaban Puteri Asoka,
dan merasa pantas telah mengerahkan segenap daya untuk
memburunya. "Dengan segala hormat Tuan Puteri, janganlah merasa
sungkan. Telah sahaya terima julukan bajak laut demi segala
perongrongan wibawa Sriv ijaya, tiada lebih tiada kurang demi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
negeri Muara Jambi jua adanya. Semua ini, mungkin tak bisa
dipahami T uan Puteri hari ini, tetapi itu bukanlah masalah, kini
istirahatlah Tuan Puteri, mohon ampun atas keberadaan kapal
ini." Lantas pagi menjadi agak lebih terang. Semua kawan tak
ada yang ketinggalan ingin memelukku. Pangkar, Darmas,
Daski, Markis, tertawa gegap gempita menyambutku.
"Kami sudah mengira dikau tewas oleh gerombolan
Samudragni! Itulah sebabnya kami berangkat memburu ke
arah ini! Apakah yang dikau alam i sehingga terkatung-katung
di atas rakit begini, wahai pemuda Javadvipa yang
takbernama?" Maka kuceritakan semua yang telah kualami sejak diriku
terpisah dari mereka, ketika mereka ajak orang-orang yang
mengaku berasal dari Muara Jambi itu masuk ke dalam rumah
panggung. Tentu tidak kuceritakan segala sesuatu yang
kiranya akan menunjukkan diriku sebagai orang persilatan,
aku hanya menceritakan betapa segala peristiwa itu
berlangsung seolah-olah sebagai suatu kebetulan, dan bukan
hasil dari kemampuan diriku.
"Jadi, bagaimana kalian dapat mencari aku di arah ini?"
Maka silih berganti mereka bercerita, apa yang terjadi
setelah kepergianku hari itu.
"Mula-mula kami dengar apa yang disampaikan orang-
orang Muara Jambi itu. Dari mereka kami dapatkan kepastian
bahwa memang telah seratus tahun ini, sisa-sisa bangsawan
Jambi Malayu telah membangun jaringan rahasia dalam
kedatuan Sriv ijaya, dan selama seratus tahun itu pula telah
mereka pertahankan kemurnian darah bangsawan Jambi
Malayu dalam tekanan peleburan darah dari Sriv ijaya."
"Namun selama seratus tahun itu pula, secara turun
temurun pihak kedatuan Sriv ijaya terus mengawasi para
bangsawan Jambi Malayu, yang meski berbaur ke dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masyarakat tetap terawasi berusaha mempertahankan
kemurnian darah dengan perkawinan hanya di antara mereka;
setidaknya, meski bukan dengan bangsawan, tetapi dengan
warga Jambi Malayu yang setia dan berasal dari Muara Jambi.
Dari siasat ini terlahirkan Puteri Asoka yang sahih menduduki
kursi singgasana kerajaan Jambi Malayu jika mampu berdiri
kembali." "Kemudian mereka pastikan bahwa sejumlah utusan telah
dikirim ke Javadvipa, untuk mencari hubungan dengan orang-
orang Mataram, yang dengan segera dikirimkan pula orang-
orang untuk mengejarnya. Pula diketahui bahwa dalamn
seratus tahun terkumpul harta karun yang cukup untuk
menggalang sebuah pemberontakan, termasuk membangun
pasukan yang terlatih dan kuat untuk mendukungnya."
"PERKEMBANGAN berlangsung sangat cepat, karena orang-
orang Malayu Jambi mengerti jika selama ini diri mereka
memang diawasi, bahkan kemudian lantas bisa membaca
makna pengawasan tersebut, yang membuat mereka ambil
keputusan mendadak untuk berangkat segera dengan hanya
sehari persiapan, yang ternyata juga tak lolos dari
pengawasan meski agak terlambat. Kapal mereka telah berada
di tengah laut ketika para pengawal rahasia istana menyergap
ke pelabuhan di kotaraja."
"Hanya sampai di sini orang-orang Muara Jambi yang
menanti berita di Kota Kapur itu mengetahui perkembangan,
dan mereka mengandaikan bahwa Naga Laut yang selama ini
sebetulnya berjuang untuk Muara Jambi, dan pagi itu tampak
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendarat mungkin mengetahui sesuatu yang terjadi di selat
pada malam sebelumnya. Suatu perkiraan yang tepat karena
kita memang menjumpai kapal bernasib malang yang kita
sempurnakan itu." "Mereka sangat terpukul. Mereka terdiam. Mereka
menitikkan airmata dengan tubuh bergetar mendengar segala
hal yang kemudian disampaikan oleh Naga Laut sendiri. Bara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kehidupan yang telah dipelihara selama seratus tahun
bagaikan mendadak padam oleh berita itu, tetapi yang
kemudian menjelma nyala lilin dalam kegelapan ketika
mendengar bahwa yang disebut Asoka, kemungkinan besar
masih hidup dan diculik."
"'Naga Laut!' kata mereka kemudian' 'Beri kami petunjuk,
agar dapat kami temukan dan hancurkan para penculik Puteri
Asoka junjungan kami!'" Saat itu kami beritahukan kepada
nakhoda semua hal yang telah didengar dirimu dan Daski di
kedai, dan bahwa dikau telah membuntuti seseorang yang
telah memata-matai kita semua, dan kami duga tentu ada
hubungannya dengan segala peristiwa belakangan ini. Kami
juga menceritakan peristiwa yang berlangsung di kedai, ketika
seseorang tiba-tiba tewas setelah sebelumnya tampak seperti
tercekik-cekik dengan mata melotot ke arahmu, meski untuk
ini tentu hanya kamu sendiri yang tahu."
"Setelah dirimu takjuga kembali, kami andaikan sesuatu
memang terjadi yang erat hubungannya dengan peristiwa
tersebut. Kami andaikan bahwa dirimu telah menemukan
jejak, dan karena itu dirimu takkembali, tetapi kami taktahu
apakah dikau menghilang karena mengikuti jejak ataukah mati
terbunuh dalam penyelidikan itu. Kami mengkhawatirkan
dirimu yang belum mengenal lingkungan dan tidak terbiasa
dengan kelicikan dunia yang memang kejam dan takberperasaan." "Maka nakhoda menyebar kami semua dengan segera ke
segenap penjuru Kota Kapur untuk menggali keterangan,
mencari petunjuk, dan mengendus segala sesuatu yang
mungkin mengarahkan kami. Pada ma lam hari Daski berhasil
menemukan dan memaksa orang yang berbicara di kedai itu,
bahkan terpaksa sedikit menyiksanya agar ia bicara lebih
daripada yang telah disampaikannya di kedai itu. Dari sana ia
mengaku bahwa hanya mendengar semuanya dari seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ipar yang mabuk sehabis turun dari kapal. Sedangkan iparnya
ini adalah anak buah bajak laut Samudragni."
"Pada saat yang bersamaan Pangkar yang menyelidik
sampai ke sebuah teluk tersembunyi, mengetahui dari seorang
pencari kayu bahwa sebuah kapal telah berlayar setelah
malamnya berlabuh dan menurunkan entah apa ke dalam
gua-gua di dalam bukit karang. Kami bayangkan bahwa dirimu
telah sampai ke tempat tersebut setelah Pangkar temukan
buluh mengambang, yang potongannya jelas akibat perbuatan
manusia. Suatu kemungkinan yang hanya dapat berlangsung
dalam tindakan penyusupan."
"Tentu bukti ini tidak cukup meyakinkan bahwa dikaulah
yang telah melakukannya, tetapi tidak terdapat perkara lain di
Kota Kapur ini, kecuali urusan yang sedang kita hadapi
tersebut. Kemudian kami temukan ipar yang mabuk itu, yang
sebetulnya merupakan mata-mata Samudragni untuk mengetahui perkembangan Kota Kapur, jadi tidak ikut berlayar
ke mana-mana. Dari dialah Samudragni mengetahui
pentingnya kedudukan Puteri Asoka, yang semula tidak
diketahui Samudragni."
"Dia mengetahuinya sebagai penerima merpati pos dari
seberang laut, dari kotaraja tepatnya. Merpati pos pertama
menyampaikan tugas pembantaian, merpati pos kedua
menanyakan kepastian tewasnya Puteri Asoka, yang baru
diterimanya setelah kembali dari laut. Maka baru kemudian
Samudragni memahami pentingnya arti Puteri Asoka. Untuk
pertama kalinya ia melaut dan menyaksikan pembantaian itu,
yang telah membuatnya terpaksa minum tuak dan bicara
melantur, hanya untuk didengar adik isterinya, yang kemudian
kita dengar membual di kedai. Bual bagi para pendengar, tapi
sangat berguna untuk kita!"
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 94: [Menuju Kotaraja]
SEBETULNYA aku tidak mampu bermain sulap, tetapi aku
tentu mampu bergerak dengan kecepatan yang tidak bisa
diikuti oleh mata, dan memang dalam diriku terwariskan
perbendaharaan ilmu sihir Raja Pembantai dari Selatan yang
pada dasarnya tidak pernah kupelajari sama sekali. Apa yang
telah diceritakan Daski kepada mereka" Sebenarnyalah belum
terpecahkan keberadaan penyihir di kedai yang berusaha
menyihirku waktu itu. Siapakah dia" Apakah dia mengenalku"
Untuk apa dia berusaha menyihirku" Daski yang mungkin
dapat membaca berlangsungnya pertarungan sihir tentu
mengetahui apa yang kulakukan. Dia katakan bahwa di luar
Javadvipa ilmu sihir adalah ma inan kanak-kanak. Mengapa
tidak" Bukankah pernah kudengar cerita tentang prasasti di
Kota Kapur yang dapat mengutuk itu"
Aku berpikir keras. Kepada Daski telanjur kuakui betapa
aku memang memiliki ilmu sihir, meski tanpa sengaja.
Kemungkinan besar apa yang telah disaksikannya di kedai pun
diceritakannya pula, meski takdapat kutebak seberapa jauh
Daski sanggup menembus dunia dalam wilayah sihir itu untuk
mampu mengetahui seluk beluk ilmu sihirkuosedang aku
sendiri pun taktahu seluk beluk ilmu itu. Segala sesuatu
berjalan dengan sendirinya, seperti baru kuketahui di kedai
saat itu, bahwa ilmu-ilmu sihir dalam diriku itu akan tergerak
menanggapi, tanpa harus dirapal atau dibaca mantranya sama
sekali, saat mengalami serangan ilmu sihir. Bahkan tanggapan
itu telah menyesuaikan diri dengan jenis ilmu sihir yang
menyerangnya. Takbisa kubayangkan kesaktian Raja Pembantai dari Selatan dengan ilmu-ilmu ini. Sekarang aku
sudah lupa kenapa bisa mengalahkannya. Mungkinkah dulu
sebenarnya ia hanya mengalah"
"Ayo! Anak muda tanpa nama! Berikan kami pertunjukan
kalau begitu!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apa yang harus kulakukan" Kulirik Daski. Ia tak berkata
apa-apa, artinya ia tidak mendesakku untuk memperlihatkan
ilmu sihir itu. Aku merasa lebih wajar memanfaatkan ilmu
silatku, tetapi aku pun tidak merasa nyaman harus
memamerkannya di depan kawan-kawan seperti itu.
Keadaanlah yang kemudian menolongku, ketika Naga Laut
muncul dari balik kerumunan awak kapalnya kepada diriku.
"Ada apa ini" Ayo sudah! Kembali ke pekerjaan masing-
masing! Anak muda takbernama ini tentu belum makan!
Berikan apa yang kita punya! Terapung-apung dua belas hari
di lautan tentu bukanlah hal yang menyenangkan!"
Kerumunan itu bubar. Naga Laut menghampiriku.
"Gantilah bajumu itu, Anak, sayang sekali kita tidak punya
sesuatu yang pantas untuk Putri Asoka."
"Berikan saja pakaian seperti kita, Bapak, betapapun kini
Putri adalah bagian dari kapal ini."
Naga Laut mengarahkan kapalnya menuju kotaraja, dengan
maksud mencari orang-orang yang telah memerintahkan
secara langsung pembantaian di tengah laut itu. Mereka telah
membawa sejumlah merpati yang mestinya dikirim kembali,
karena pengurus merpati yang berada di Kota Kapur itu pun
takpernah mengetahui nama-nama para pemesan pembantaian. Pesan-pesan dikirim lewat gulungan kain kecil
yang diikatkan kepada kaki merpati. Segalanya dengan bahasa
rahasia. Sehingga segala sesuatunya belum menjadi terlalu
jelas. Merpati-merpati hanya tahu tempat asalnya, jadi memang
terdapat sejumlah merpati yang dipertukarkan melalui
sejumlah utusan, agar pesan-pesan dapat dikirim dan saling
berbalas dengan cepat menyeberangi selat, antara Kota Kapur
dan kotaraja. Lantas kuingat cerita tentang keahlian memanah
di kalangan pengawal rahasia istana, yang antara lain
tujuannya adalah memanah burung-burung merpati dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tugas rahasia seperti itu, tentu untuk memergoki pesan-pesan
rahasia yang dibawanya. Demikianlah kapal Naga Laut melaju dalam udara cerah
menuju kotaraja. Selama perjalanan, Naga Laut bercerita
kepadaku tentang Muara Jambi seperti dikenalnya, yang
sebelum diserbu Sriv ijaya juga merupakan negeri makmur
beradab dan berbudaya tinggi.
"SUNGAI Batanghari berkelak-kelok seperti naga raksasa
dan pada setiap kelokan itu, Anak, dari sungai bisa dikau lihat
arca-arca terindah yang pernah dibuat orang di Suvarnabhumi. Arca Buddha, arca Prajnaparamita, arca
Avalokitesvara, arca Gajasimha, dan arca padmasana. Namun
arca-arca yang terindah itu telah dirusak oleh orang-orang
yang cemburu kepada keindahannya, karena meskipun
manusia memang lebih mulia daripada batu, kejahatannya
telah membuat manusia itu merasakan dirinya lebih buruk dan
semakin buruk di antara karya-karya terbaik yang pernah
dihasilkan manusia. "Jika dikau saksikan arca-arca itu sekarang, Anak, sepuluh
arca Buddha ada yang tinggal potongan kaki maupun
tangannya. Gaya pahatan mereka sama, terutama pakaiannya,
berupa jubah tipis yang menutupi sebelah atau kedua belah
bahu, panjangnya sampai di atas mata kaki, dan di bawah
jubah ini masih ada kain lagi yang lebih panjang dari
jubahnya. Namun tangan mereka terpotong-potong begitu
rupa sehingga tidak semua sikap tangannya, yakni mudra,
dapat diketahui. Tujuh arca terbuat dari batu pasir, dan tiga
sisanya terbuat dari logam, yakni perunggu dan perunggu
berlapis emas. "Di antara yang tertua dari arca-arca Buddha itu, yang juga
cara pemakaian jubahnya menutupi kedua bahu, adalah gaya
pengarcaan yang sama dengan gaya seni Pala dari bagian
timur Jambhudvipa dari masa sesudah dinasti Gupta. Namun
para seniman Muara Jambi tidak mengikuti begitu saja gayaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jambhudvipa, karena mereka pun memiliki pandangannya
sendiri, tentang yang indah dan tidak indah.
"Arca Prajnaparamita, jika dikau akan sempat melihatnya,
Anak, meski tampak indah penggarapannya, kepala dan kedua
lengannya sudah hilang sama sekali. Orang-orang tua masih
bisa bercerita tentang arca itu, betapa wajahnya cantik sekali."
20 Naga Laut matanya menerawang menentang angin, seperti
terlihat olehnya bentuk utuh arca itu: Seorang dewi yang
duduk bersila vajrapayanka, yakni kaki bersilang dan kedua
telapak kaki menghadap ke atas; bertangan dua dalam sikap
vyakhyanamudra atau chinmudra, yakni ibu jari dan telunjuk
kanan membentuk lingkaran, jari yang lain ke atas, tangan kiri
di bawahnya, keduanya di depan dada; di sebelah kiri badan
terdapat teratai dengan kitab di atasnya. Sikap tangan
vyakhyana menggambarkan sikap berbicara atau memberi
penjelasan. "Arca itu terletak di samping kiri pintu masuk sebuah
candi," ujar Naga Laut mengingat-ingat lagi, "duduk bersila
vajraparyanka, tanpa sandaran arca di bagian belakangnya.
Tidak ada lagi laksana yang tampak di sini, karena pecah pada
bagian kanan kiri badan, tetapi pada salah satu sisi masih
tampak tangkai teratai. Meski tidak utuh lagi, nilai seninya
tetap tinggi, seperti terlihat dari kehalusan penggarapan lipit-
lipit ujung dan tepian kain yang menutup seluruh lapik arca.
"Delapan arca Avalokitesvara dari perunggu! Mahkota
meninggi dengan hiasan raya dan rambut ikal terurai pada
kedua bahu, dengan cara berdiri dalam sikap tribhanga, kali ini
gayanya membuktikan hubungan Muara Jambi dengan
Jambhudvipa bagian selatan."
Tentu pernah kupelajari perihal Avalokitesvara sebagai
salah satu bodhisattwa, yakni tingkatan sebelum menjadi
Buddha. Bodhisattwa merupakan kelompok dewa yang berasal
dari kelima Dhyani-Buddha atau Tathagata. Sebuah cerita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengatakan, Dhyani-Buddha Amitabha setelah berhenti
samadhi memancarkan sinar putih dari mata kanannya dan
keluarlah Padmapani atau Avalokitesvara itu sendiri. Jadi
Avalokitesvara itu adalah anak rohani Amitabha dengan
saktinya yang bernama Pandara.
AVALOKITESVARA adalah bodhisattwa paling dikenal di
antara para dewa Mahayana, dianggap menguasai alam
semesta pada masa Buddha Gautama sampai munculnya
Maitreya, yakni Buddha yang akan datang. Masa itu termasuk
putaran waktu atau kalpa masa kini yang disebut Bhadrakalpa.
Avalokitesvara justru menolak untuk mencapai nirvana, tujuan
segenap penganut Buddha, karena melihat masih sangat
banyak orang belum bisa mencapainya. Maka Avalokitesvara
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memilih tetap tinggal, supaya dapat membantu manusia untuk
menemukan jalan kebenaran yang akan membawanya ke
nirvana. Ia berkorban tak menuju nirvana, karena kasih dan
cintanya kepada manusia. Sikapnya ini membuat ia selalu
dipuja dan diseru untuk dimintai pertolongan saat manusia
berada dalam kesulitan. Bagiku, sangat menarik bahwa seruan-seruan kepada
Avalokitesvara menggambarkan bahaya yang biasa dialami
oleh para pedagang dan para pendeta Buddha. Avalokitesvara
menjadi pelindung para pedagang dan pendeta Buddha yang
banyak melakukan perjalanan, termasuk penjelajahan di
lautan. Arca-arca logam berukuran kecil dibuat untuk
keperluan pemujaan dalam perjalanan seperti itu. Aku baru
sadar bahwa pada puncak lunas kapal Naga Laut ini juga
terukir bentuk Avalokitesvara, sebagai tokoh yang mengenakan busana dan perhiasan seperti raja, dan juga
memakai mahkota. Laksana-nya adalah aksamala atau tasbih
dan teratai merah yang disebut padma, yang membuatnya
disebut juga sebagai Padmapani.
Delapan arca yang dikisahkan Naga Laut itu tergolong
kelompok chala, yakni bisa dipindah-pindahkan, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunjukkan terdapatnya pergerakan dalam pemukiman,
tetapi yang semuanya tak pernah jauh dari daerah aliran
sungai. "Begitulah, Anak, arca gajah terdapat tiga buah, lambang
kekuatan, sifat jantan dan kebijaksanaan, di punggungnta
terdapat singa, tetapi singa ini juga sudah hilang entah ke
mana. Ya, arca gajasimha, kami juga bisa membuatnya,
semula terletak di kanan dan kiri pintu candi, kini tergeletak di
sembarang tempat, takterawat dan rusak, merana sampai
meneteskan airmata!"
Arca tidak bisa menangis, tetapi kutahu Naga Laut yang
termasyhur sebagai penghancur kapal-kapal Sriv ijaya itulah
yang hatinya menangis. Kerinduan dan kesedihan atas nasib
tanah airnya bagaikan mendadak saja menguak, mengharu
biru begitu rupa. Ia masih terus berbicara dengan penuh kenangan tentang
padmasana, lapik berhiaskan kelopak bunga teratai dengan
lubang di tengah yang dapat digunakan sebagai alas arca;
juga yang tidak berlubang sehingga menjadi alas untuk
meletakkan sesajian; stupa yang tergunakan sebagai stambha,
sejenis tiang pemujaan sebagai bagian empat makara.
"Makara-makara terindah! Berserakan seperti batu tanpa
guna!" Kurasakan nada kesedihannya, yang agaknya tak
tergantikan oleh penghancuran kapal-kapal Sriv ijaya. Enam
makara tersebar di berbagai tempat di Muara Jambi: Makara
dengan tokoh laki-laki di dalam mulutnya, setidaknya ada tiga
-tokoh laki-lakinya membawa gada dan pasa atau tali jerat,
berbentuk membulat, bertaring atas dan bawah, belali
melengkung, mata bulat menonjol, berhiaskan sulur, pada s isi
kanan dan kiri terdapat hiasan seperti sayap burung.
"Tapi salah satunya, gada dan pasanya sudah aus
takterlihat lagi!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Naga Laut, yang oleh kedatuan Sriv ijaya hanya dikenal
sebagai bajak laut berbahaya, begitu rinci perhatian dan
ingatannya kepada benda-benda seni, yang tentu saja
merupakan sarana igama. Masih disebutkannya makara
dengan untaian bunga dan malai terjulur di dalam mulutnya.
Di bawahnya terdapat kinnara, makhluk berkepala manusia
dan berbadan burung, yang juga telah aus. Makara ini
bertaring, tetapi tampak halus, matanya sipit, kecil,
diperhiaskan dengan sulur-suluran.
Bahkan diingatnya rincian sebuah arca tanah liat yang kecil,
menggambarkan wajah manusia yang alisnya tipis melengkung panjang, matanya terbuka berbentuk lonjong,
mulutnya setengah terbuka, pada kedua sudut bibir ada
lubang,Aisebetulnya ada taringnya dulu di situ. Pada telinga
kirinya terdapat sebagian hiasan telinga, pada dahinya
terdapat bulatan dengan titik di tengahnya, sementara di atas
bulatan terdapat sisa-sisa jamang.
"Bapak ingat semuanya!"
"BEGINI Anak, umurku sekarang enam puluh tahun. Jika
sekarang kita berada pada 796, berarti aku dilahirkan 736,
sedangkan pada 690 saja kerajaan Jambi Malayu sudah tiada
lagi.8) Namun semangat perlawanan itulah, Anak, ditiupkan
kepada setiap jiwa secara turun-temurun, sehingga Sriv ijaya
dengan segala kekuasaan tidak pernah bisa tetap tinggal
tenang. Lagipula, kenapa harus dilupakan Anak, jika kedatuan
Srivijaya sendiri dengan bangga menatahkan penyerbuannya
pada batu?" Naga Laut ternyata mengingat sebagian dari prasasti yang
terdapat di Kedukan Bukit, di tepi sungai, di arah barat daya
kotaraja: Kemakmuran! Keberuntungan! Pada tahun Saka 605, hari
ke sebelas paro terang bulan Waisakha, Sri Baginda naik kapal
untuk mencari kesaktian. Hari ketujuh paro terang bulan
Jyestha, raja membebaskan diri dari (...). Ia memimpin bala
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentara yang terdiri atas dua puluh ribu orang menggunakan
perahu, pengikut yang berjalan kaki sejumlah seribu tiga ratus
dua belas orang tiba di hadapan (Raja"), bersama-sama,
dengan sukacitanya. Hari kelima paro terang bulan (...),
ringan, gembira, datang dan membuat negeri (...) Srivijaya,
sakti, kaya (...) "Kebanggaan buat para penakluk barangkali, tetapi sama
sekali tidak bagi yang telah diserang dan dihancurkan, yang
dalam kenyataannya selalu melakukan perlawanan. Jika tidak
bersenjata, setidaknya dalam kehidupan sehari-hari; dan jika
itu pun tidak maka masih dapat melakukannya dalam impian."
Aku tertegun. "Jangan tertawa dahulu, Anak, dalam penindasan manusia
harus melakukan segalanya agar tetap hidup. Dalam keadaan
tertindas, impian adalah suatu sumbangan penting bagi siapa
pun yang bertekad untuk tetap menegakkan kepala."
Prasasti itu memang bukan tentang penaklukan Jambi-
Malayu, tetapi bala tentara yang disebutkan di sana itulah
yang telah ditafs irkan Naga Laut telah menimbulkan
kehancuran di mana-mana di Muara Jambi.
Begitulah Naga Laut, seperti juga pendekar Naga Emas,
adalah nama yang digunakan turun temurun demi tujuan
hidup di dunia yang sama. Namun anak buah mereka
berubah. Jika Naga Laut I, sebagai salah satu bekas panglima
Jambi-Malayu, ketika menyempalkan diri sebagai warga
Srivijaya dan memilih untuk selamanya
merongrong kewibawaan Sriv ijaya memiliki anak buah dari suku bangsa
yang sama, yakni warga keturunan Jambi Malayu; maka
semenjak kepemimpinan Naga Laut II, awak kapalnya lambat
laun semakin beragam. Bajak laut selamanya merupakan orang-orang sempalan
yang semula terasing dari masyarakatnya. Mereka tidak perlu
memiliki s ifat jahat untuk menjadi bajak laut, cukup asal tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendapat tempat karena berbagai macam alasan, dan merasa
nyaman di antara kumpulan manusia berbagai suku bangsa
tersebut, bergabunglah mereka ke sana.
ORANG-ORANG yang terbuang, merasa nyaman dalam
kumpulan orang-orang terbuang, dan bersedia melakukan apa
pun demi kumpulannya yang terbuang itu. Begitulah mereka
mengembara bersama dalam satu kapal, menjelajahi dunia
dan mengarungi pelosok-pelosoknya; bertarung, berperang,
dan berjuang dalam suka dan suka bersama, yang
membentuk ikatan kesetia kawanan yang luar biasa di antara
mereka, melebihi ikatan saudara.
Bahwa kini mereka menuju kotaraja untuk mencari jejak
otak pembantaian, tidak mesti diandaikan mereka turuti
sepenuhnya kehendak Naga Laut III, yang selalu membagikan
hasil jarahannya kepada orang-orang miskin, takpernah
melakukan pemerkosaan, dan hanya membunuh jika jiwa
terancam. Mereka juga berkepentingan bahwa samudera tidak
harus dikuasai siapapun yang bermaksud memaksakan
kehendaknya. Telah kuceritakan bahwa untuk mendapatkan nafkah
mereka berdagang seperti para pelaut lain, tepatnya
berdagang dan menyediakan jasa angkutan, baik di antara
pulau-pulau dui Suvarnadvipa maupun ke wilayah yang lebih
luas di luarnya, antara bagian selatan Negeri Atap Langit dan
Jambhudvipa. Dalam jalur itulah mereka berebut tempat
dengan kapal-kapal lain dari Sriv ijaya, dan tanpa alasan
apapun Naga Laut memang akan selalu menyerangnya.
"Begitulah kehidupanku, Anak, aku tak bisa menghindar
untuk berjuang dan berbakti untuk negeriku yang terjajah.
Jika aku harus mati di lautan seperti ayahku, atau mati dalam
penjara bawah tanah seperti kakekku, biarlah aku mati, asal
jalan hidupku tetap tegas dan jelas, yakni melakukan segala
tindakan untuk menyatakan, bahwa samudera bukanlah hak
milik kedatuan Sriv ijaya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Langit terang. Kapal melaju. Naga Laut memerintahkan
agar Putri Asoka diurus dengan. Bagi Putri itu telah disediakan
bilik para awak kapal yang sudah dikosongkan. Hanya
dirinyalah kini menempati bilik itu, tertidur bersama nasibnya
yang belum menemukan titik terang.
Aku sedang memperhatikan lumba-lumba berloncatan
mengiringi kapal, ketiga pengawas di puncak layar berteriak.
"Hoi! T iga kapal di depan!"
Kami berloncatan ke haluan. Tampak tiga kapal berbendera
kedatuan Sriv ijaya! (Oo-dwkz-oO) Episode 95: [Tenggelamnya Tiga Kapal Srivijaya]
KETIGA kapal Sriv ijaya itu mendekat dengan kecepatan
penuh, yang tengah langsung menuju kapal ini, yang dua lagi
masing-masing bergerak menyerong ke kiri dan ke kanan
dengan rencana yang terbaca dengan jelas, yakni keduanya
akan berbelok kembali untuk menyerang dari kiri dan kanan.
Kapal Naga Laut akan segera terkepung, tetapi kulihat
nakhoda kami itu begitu tenang. Ketiga kapal itu sama jenis
maupun ukurannya dengan kapal ini, sehingga kuperkirakan
jika setiap kapal mampu memuat 25 orang, maka setidaknya
terdapat 75 orang yang harus kami hadapi, dalam
pertempuran yang akan membabi buta sekali.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa kapal Naga Laut adalah
kapal yang paling diburu oleh armada Sriv ijaya. Kapal Naga
Laut biasanya sangat lincah. Sehabis menyerang, ia dapat
segera menghilang sebelum kapal lain datang. Namun kali ini
kapal Naga Laut membawa banyak muatan rempah-rempah
untuk mereka perdagangkan ke mancanegara, jauh di luar
Suvarnadvipa. Sebaliknya, kapal-kapal Sriv ijaya ini bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya kosong, melainkan sangat mungkin lambung kapal diisi
pasukan tambahan. Apakah mereka memang sudah
mengincar kapal Naga Laut" Kukira Naga Laut sangat berhati-
hati menjaga kerahasiaan perjalanannya. Ataukah hanya
kebetulan" Kukira tidak juga, karena serangan ini tampak jelas
sebagai serangan yang siap dan sudah diperhitungkan.
Apakah yang telah terjadi"
Nakhoda memberi perintah ke sana kemari.
"Pangkar! Jaga sisi kiri! Markis dan Daski! Jaga sisi kanan!
Darmas! Jaga Putri Asoka! Anak! Jangan jauh dariku! Siapkan
senjatamu! Setiap orang akan menghadapi tiga orang! Serang
lebih dulu sebelum mereka menyerang kita!"
Dengan cepat awak kapal bergerak dan terkelompok
menjadi tiga, masing-masing dengan Pangkar, Markis, dan
Naga Laut itu sendiri sebagai kepala regu. Mereka
mempersiapkan anak-anak panah yang sudah direndam
dengan racun, dan anak-anak panah itu kuperhatikan ternyata
bergerigi. Sekali tertancap tidak akan bisa dicabut kembali,
sehingga racun yang dibawanya terjamin segera bekerja tanpa
terputus. Mereka berlindung di balik dinding kapal, supaya
takbisa diserang lebih dulu.
DENGAN berbisik-bisik, seorang awak menjelaskan kepadaku bahwa mereka akan menyerang setelah panah-
panah dilepaskan, karena dengan jumlah yang lebih sedikit
harus mampu menguasai keadaan.
"Racun dalam panah-panah ini membuat orang langsung
mati," katanya. Jarak semakin dekat. Kulihat dengan kepercayaan diri
sangat tinggi mereka siap menyerang. Seseorang bahkan
berdiri dekat lunas kapal dengan tombak di tangan seperti
berburu ikan hiu. Suatu tindakan gegabah karena merasa
jumlahnya lebih banyak. Namun, betapapun, para awak kapal
Srivijaya tetaplah mesti diandaikan sebagai pasukan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlatih dengan baik. Meskipun kedatuan itu terasalkan dari
berbagai gerombolan bajak laut, setelah tiga ratus tahun lebih
tentulah menguasai ilmu pertempuran laut dengan lebih baik
dari sebelumnya. Jadi Naga Laut pun tidak akan
memandangnya remeh. "Jangan lupa! Kejutkan mereka dengan serangan
mendadak! Ini pertempuran antara hidup dan mati! Arahkan
perahu kepada yang tengah segera!"
Mengikuti perintah Naga Laut, sebagian awak yang berada
di kiri dan kanan berloncatan ke atas cadik dan mendayung.
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tenaga angin pada layar dan tenaga dayung membuat kapal
melaju lebih cepat dari kapal lawan. Naga Laut sungguh
cerdik. Dari segi jumlah sudah jelas kedudukannya sangat
lemah, meski begitu ia berusaha mengacaukan pemusatan
perhatian lawan. Mereka berusaha mengepung, tetapi dengan
kecepatannya sekarang, bukan saja ia akan mengejutkan
kapal yang di tengah, melainkan juga membuat kedua kapal
yang telah menjauh karena menyerong untuk berbalik
mengepung itu kehilangan sasaran. Mereka terpaksa kembali
ke arah semula untuk mengejar kami, dan itu memerlukan
waktu. Saat ini kami sudah semakin dekat dengan kapal yang di
tengah itu. Mereka tampak terkejut dan menghindari
tabrakan. Siasat Naga Laut mengena! Kapal mereka akan
melewati sisi kanan kami.
"Markis! Daski! Sisi kanan!"
"Siap Nakhoda!"
Saat lunas kapal mereka terbelok ke kiri karena
menghindari tabrakan, dari kapal kami meluncur sebatang
anak panah yang langsung menancap di dada orang yang
memegang tombak di haluan.
"Aaaaaaaaaaaa!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia langsung jatuh ke laut dan kemungkinan sudah mati
sebelum tubuhnya menyentuh air. Racun yang diolah dari
tubuh makhluk-makhluk dasar laut, karena keterbatasan
mereka menghadapi bahaya yang datang dari ikan-ikan besar,
memang sangat berbisa. Belum lagi hilang terkejutnya, ketika
kapal secara utuh berada di sisi kanan, seluruh regu di sisi
kanan mendadak berdiri dan melepaskan anak-anak panah
mereka yang beracun. Jep! Jep! Jep! Jep! "Aaaaarrrggghhh!"
Pasukan Sriv ijaya yang telah siap dengan tombak dan golok
tiada mengira serangan akan datang lebih dulu seperti itu.
Semula mereka berada dalam kedudukan menyerang, mereka
taksiap untuk mendadak diserang.
Markis dan Daski memimpin regunya untuk menyerang
masuk ke kapal. "Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
Mereka berlompatan seperti kera di atas cadik kapal lawan,
dengan lincah menghindari dan menangkis anak-anak panah
yang dilepaskan. Lantas mengamuk dengan dua belati
panjang melengkung begitu menginjakkan kaki di geladak.
"Bantai! Bantai! Bantai!"
Dalam sekali ayun kedua senjata Markis memakan korban.
Disusul Daski yang berkelebat melewati selasar, berayun di
atas tali, dan turun juga dengan dua belati panjang
melengkung yang sekali putar merobek dua lambung lawan.
Mereka rubuh sembari menghamburkan darah serta isi perut
mereka di lantai geladak.
"Aaaaaakhh!" "Aaaaakkkhhh!" "Aaaaakhkh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aaaaakh!" Para awak kapal yang telah menyusul Markis dan Daski,
dengan segera menetak-netakkan senjata mereka dengan
ganas. Para awak kapal Sriv ijaya menjadi panik dan suasana
semakin hiruk pikuk. Anak buah Naga Laut semuanya
mengandalkan kepandaian mereka berayun pada tali temali
layar untuk melayang kian kemari, dan hanya melepaskannya
ketika melayang turun untuk menikam.
"Aaaarrgghh!" Jerit kematian terdengar di mana-mana.
DALAM pertarungan di atas kapal yang penuh sesak seperti
itu, justru yang jumlahnya lebih sedikit jauh lebih
diuntungkan, selama dapat bergerak cepat dan memanfaatkan
ruang dengan cerdik. Itulah yang terjadi dalam pertempuran
ini. Pihak Sriv ijaya menyerang dengan tiga kapal, tetapi
gerakan kapal Naga Laut telah membuatnya jadi pihak yang
diserang dengan mendadak, sedangkan serangan mendadak
selalu lebih menguntungkan.
Aku bergerak ingin membantu. Namun Naga Laut
menahanku dengan tangannya. Ia menganggapku belum
berpengalaman, meski pelaut-pelaut berpengalaman telah
berada di atas kapal yang mengarungi dunia setidaknya sejak
usia 15 tahun. Nakhoda itu betapapun belum menganggapku
seorang pelaut, apalagi bajak laut yang selalu siap tempur,
meskipun ceritaku meskipun tidak lengkap semestinya dapat
dianggap sebagai ujian yang bagus bagi kemampuanku.
Aku menurut, tapi kuperhatikan pertarungan di atas kapal.
Kurasa pasukan Sriv ijaya yang berada di atas perahu itu juga
belum berpengalaman. Bukan saja mereka masih sangat muda
wajahnya, tetapi juga sama sekali tidak sigap menghadapi
para bajak laut yang sangat mahir bertempur di atas kapal ini.
Cukup dengan lima orang bergelayut ke sana kemari pada tali
layar dan dua lagi me lenting-lenting di atas geladak, pasukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Srivijaya di kapal itu telah diobrak-abrik. Seriap kali bergelayut
turun, seorang bajak laut dipastikan memakan satu sampai
dua korban, dengan belati panjang melengkung yang seolah-
olah diciptakan hanya untuk menyobek perut itu. Mereka yang
di bawah terbingungkan oleh para lima bajak laut yang
berayun sekaligus di berbagai tempat untuk mencabut nyawa
dengan ganas. Sementara kepala mereka selalu menengadah
ke atas, dua bajak laut yang melenting-lenting di atas geladak
berkelebat menyobek perut mereka tanpa ampun.
Dalam sekejap kapal itu telah berubah menjadi
pemandangan bencana. Geladak berwarna merah oleh darah,
mayat bergelimpangan dalam keadaan mengenaskan, yang
belum mati mengerang-erang tanpa harapan akan tetap
hidup. Para bajak laut tidak memberi ampun bagi yang
setengah mati, mereka segera dihabisi. Hanya dengan tujuh
orang melompat ke dalam kapal, lebih dari separo isi kapal
yang berjumlah 25 orang itu telah ditewaskan. Sisa lima orang
yang masih hidup tampak tersudut. Mereka masih memegang
pedang dan tombak mereka, tetapi wajahnya jelas tidak
mempunyai harapan. Mereka lepaskan senjata mereka, dan
bersujud sambil berteriak.
"Samudragni! Ampuni kami! Jadikanlah kami pengikutmu!"
Para bajak laut saling berpandangan. Kapal-kapal Sriv ijaya
ini rupanya dikirim untuk menangkap Samudragni, yang tidak
mereka ketahui betapa kapalnya sudah dihancurkan badai
puting beliung dan Samudragni sendiri lenyap ditelan sumur
pusaran di tengah lautan.
Namun tiada waktu berpikir. Naga Laut memberi tanda.
Maka dari kapal kami berlesatan panah-panah api ke arah
layar maupun berbagai sudut kapal Sriv ijaya itu. Anak buah
Naga Laut mengambil tikar, kain, dan apa saja yang mudah
terbakar dan melemparkannya ke arah panah-panah api yang
masih menyala ketika menancap di berbagai sudutnya. Lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan segera mereka berlompatan kembali ke kapal,
berayun dari tiang kapal itu langsung ke kapal kami.
Kapal itu tidak segera menyala ketika kami tinggalkan,
tetapi setelah agak berjarak layarnya terbakar habis
menimbulkan asap hitam. Kutahu Naga Laut berusaha
menggetarkan hati pasukan Sriv ijaya yang berada di dua kapal
lainnya. Kapal kami berputar haluan, dan berdasarkan arah
angin bergerak ke arah yang berada di sebelah kiri kami lebih
dulu, yang juga lebih dekat kepada kami. Kusaksikan betapa
berat pekerjaan pemegang kemudi dan pendayung yang harus
memutar arah kapal secepatnya. Mereka yang menyesuaikan
layar pun menarik tali sampai lengan-lengan penuh rajah
mereka tampak menggembung.
"Pangkar! Gunakan cara yang sama! Panah-panah siap!
Markis dan Daski awasi perahu di kanan!"
Naga Laut sungguh penuh perhitungan melawan kapal-
kapal yang lebih banyak itu. Perhitungan yang harus sesuai
dengan kemampuan mereka menghabisi lawan secepat-
cepatnya. Salah perhitungan berarti bencana bagi pihak kami,
karena lawan akan tiba saat kami masih bertarung. Namun
kami sudah selesaikan satu kapal, dan akan menghadapi kapal
kedua. Pertarungan yang berikut ini harus lebih cepat lagi,
karena kapal yang ketiga akan lebih cepat lagi tiba.
KINI kami sudah berhadapan. Kali ini Naga Laut tidak
seperti akan menabrakkan kapal, karena s iasat ini pasti sudah
diperhitungkan oleh lawan. Betapapun kapal-kapal ini adalah
bagian dari armada Srivijaya yang menguasai lautan
Suvarnadvipa. Betapapun banyak pengalamannya dalam
pertempuran di lautan, Naga Laut tidak pernah ingin
memandang rendah lawan. Naga Laut memberi tanda, dan segera panah-panah api
berlesatan dari kapal kami ke arah layar mereka yang segera
menyala, disusul panah-panah beracun yang memakan korban
siapa pun yang menjadi lengah karena kebakaran itu. Dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekejap korban berjatuhan. Mereka yang bermaksud
mencabut panah hanya berhasil me lakukannya setelah
merusak daging dan otot kawannya sendiri, yang karena racun
anak panah itu pun sudah langsung mati. Belum hilang
kepanikan mereka, kapal sudah menempel di samping kapal
mereka dan para bajak laut berlompatan masuk dengan
teriakan ganas. "Bantai! Bantai! Bantai!"
Setidaknya sepuluh orang sudah tewas dengan panah
menancap di tubuhnya ketika para bajak laut menyerbu,
sehingga setiap bajak laut menghadapi dua orang dari
pasukan Sriv ijaya di kapal itu. Sungguh pertarungan yang
mengerikan, denting senjata, suara logam membacok daging,
jerit kesakitan, dan gertak campur makian terdengar dalam
kesunyian laut yang berangin.
Namun kapal yang kedua ini berisi pasukan yang agaknya
lebih berpengalaman. Maka para bajak laut yang bergelayutan dengan
memanfaatkan tali dan tiang layar segera mendapat
tandingan. Mereka berhadapan dengan sejumlah prajurit yang
juga berayun-ayun dan bergelantungan mengejar. Kulihat
pertarungan dengan cara bergelayutan seperti itu, kejar
mengejar, sambar menyambar, dan suatu kali seorang bajak
laut berhasil memutuskan tali yang digunakan berayun
seorang prajurit ketika berpapasan.
Prajurit itu berusaha memeluk tiang, tetapi seorang bajak
laut lain yang berayun menendangnya sebelum ia sampai ke
tiang itu, hanya untuk terlontar jatuh ke arah Pangkar, raksasa
yang baru saja mengadu kepala dua orang sampai tewas.
Tubuh yang jatuh itu disambutnya dengan tombak salah satu
prajurit tersebut. Maaf, aku tidak sanggup menceritakan
kelanjutannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, kapal yang ketiga sudah semakin dekat,
bahkan telah lebih dulu meluncurkan anak-anak panahnya,
meski tidak memakan korban. Panah-panah itu menancap
pada perisai kami, dan belum ada balasan dari kami karena
segalanya tergantung kepada nakhoda. Meskipun Naga Laut
lebih dikenal sebagai bajak laut, cara bertempurnya tidak
seperti bajak laut sama sekali.
"Selesaikan cepat!" Naga Laut berteriak kepada anak
buahnya di kapal kedua. "Bantu mereka!" ujarnya kepada regu Daski dan Markis di
sisi kiri, yang segera berlompatan ke sana, "Biar kuhadapi
kapal yang akan datang ini!"
Lantas kepada regu di bawah pimpinannya ia memberi
perintah. "Siapkan panah!"
Kami semua mementang busur ke arah kapal ketiga. Panah
yang terpasang di busurku juga bergerigi dan beracun
mematikan sekali. Dari kapal kedua kudengar makin banyak
jerit kesakitan karena tusukan senjata tajam.
"Jangan lepaskan kalau tidak mengenai sasaran, daripada
panah itu dikembalikan ke arah kita!"
Kami membidik. "Kuambil yang di haluan!" teriakku.
"Kuambil yang terdepan di selasar!" teriak yang lain.
Kami sebutkan ini semua supaya tidak terjadi dua anak
panah menancap pada satu sasaran. Demikianlah dengan
sangat cepat setiap orang dari regu yang berada di bawah
nakhoda meneriakkan sasarannya.
"Lepaskan!" Naga Laut berteriak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kulepaskan panahku ke arah prajurit berperisai yang berdiri
di anjungan, siap bertempur dengan tombaknya. Ia memang
sudah memasang perisai menutupi tubuhnya, sadar bahwa
senjata andalan bajak laut adalah anak panah dalam
pertempuran antar kapal, sebetulnya seperti dikenal para
prajurit Sriv ijaya juga, tetapi yang setelah ratusan tahun
menguasai lautan tanpa tandingan berarti, agaknya telah
kehilangan sebagian keterampilannya. Ia tak sadar lehernya
masih terbuka. Kulepaskan panahku ke sana.
PRAJURIT itu langsung terjatuh ke laut dengan panah yang
menembusi lehernya. Begitu juga anak-anak panah lain telah
mengenai sasarannya. Menembus leher, menembus mata,
menembus perut, menembus lengan, menembus paha,
bahkan menembus perisai untuk menancap tepat pada
jantungnya! Sekarang aku mengerti kenapa kapal Naga Laut
sangat disegani, sedangkan ketiga kapal ini diberangkatkan
untuk memburu Samudragni. Tentu saja Samudragni adalah
bajak laut terkejam yang akan selalu membantai dengan buas,
tetapi armada Srivijaya dibangun antara lain dengan
membasmi para bajak laut semacam Samudragni itu. Adapun
Naga Laut bukanlah sembarang bajak laut, karena
pengetahuannya atas cara bertempur di laut adalah
pengetahuan seorang laksamana yang diwariskan turun
temurun. Maka siasat dan jebakan yang diperagakan memang telah
mengejutkan pihak Sriv ijaya. Naga Laut telah membaca angin,
bobot kapal, kekuatan pasukan, dan kecepatan arus dalam
pertempuran itu dan memanfaatkannya dengan tepat.
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tetap di tempat!" Naga Laut memberi perintah regu
Pangkar yang masih berada di kapal kedua. Segenap
penumpang kapal yang kedua telah ditewaskan ketika kapal
ketiga tiba. Kami biarkan mereka masuk menyerbu, karena
kami semua sudah berada pada tiang-tiang layar. Sebelumnya
mereka juga telah melepaskan panah-panah api untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merusak layar, tetapi siasat ini sudah ditebak dengan mudah
dan para awak kapal yang terlatih telah berhasil menangkap
atau setidaknya menangkis dan memapas putus panah-panah
api itu. Aku tidak ikut memanjat tiang. Mungkinkah Naga Laut tidak
menganggapku cukup terampil untuk bertempur dengan cara
bergelayut dari tiang ke tiang" Bahkan telah dimintanya turun
ke arah palka. "Bunuh setiap orang yang masuk ke sini," katanya.
Di bilik para awak kulihat Darmas siaga menjaga Puteri
Asoka, yang tampaknya juga tenang-tenang sahaja.
Sementara aku tertunduk diam dengan perasaan tidak rela,
kudengar pertempuran seru di atas geladak. Kudengar teriak
dan sumpah serapah di antara raung dan erang orang-orang
yang terbacok. Tanpa melihat sendiri dan hanya mendengar suara-suara
pertempuran di atas geladak, gambaran yang membayang
sama sekali menjadi lain. Aku seperti mengembara di antara
orang-orang yang bertarung tanpa bisa mereka lihat, dengan
segala gerakan yang menjadi sangat amat lambat sehingga
pertarungan antara mereka menjadi sangat amat jelas: Pisau
belati panjang melengkung yang membuat garis merah dari
perut ke dada, yang kemudian terbuka menghamburkan
gumpalan-gumpalan berdarah; mulut yang menganga tanpa
suara dari suatu tubuh yang terjengkang dan terguling di
lantai darah; gerak menghindar yang tampak lambat dan tetap
saja lambat ketika sebilah pedang menyambar lambat di atas
kepalanya. Pertempuran menjadi tampak seperti tarian.
Kupejamkan mata. Tanpa sengaja ilmu Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang bekerja. Maka tampaklah dalam
keterpejamanku sosok-sosok yang berkelebat itu. Setidaknya
dua sosok, bergerak dengan kecepatan kilat, mereka telah
menewaskan sejumlah awak kapal Naga Laut. Berbeda dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua kapal sebelumnya, kapal yang ketiga ini ternyata
membawa orang-orang dari sungai telaga dunia persilatan!
(Oo-dwkz-oO) Episode 96: [Taring Kala]
HANYA mereka yang datang dari dunia persilatan mampu
berkelebat tanpa terlihat mata orang biasa dan melenting
dengan ringan dari tiang ke tiang. Kutajamkan pendengaranku
dan dapat kuketahui kecepatan dan tenaga dalam mereka
yang luar biasa. Kedua orang yang ikut menyerbu kapal ini
dalam sekejap telah menewaskan enam awak kapal kami,
sementara Naga Laut sendiri dalam keterpejamanku tampak
dikeroyok lima orang. Pertarungan mereka seimbang, bahkan
Naga Laut dengan belati panjang melengkungnya yang
ujungnya telah menjelma selaksa itu kukira akan bisa
mengatasinya. Namun kedua sosok yang telah menewaskan
enam kawan kami itu terlalu tinggi ilmunya bagi para bajak
laut. Jika lawan mereka habis dan segera ikut menyerang
Naga Laut, sungguh nakhoda itu berada dalam bahaya!
Aku tidak bisa tinggal diam dan kuabaikan perintah
nakhoda. Kubuka mata dan berkelebat untuk menghentikan
pembantaian itu. Dalam sekejap kawan-kawanku segera
kehilangan lawannya karena kuserbu keduanya dengan
kecepatan kilat takterduga. Tentu saja mereka sangat terkejut
tetapi masih berdaya menghadapiku dengan kecepatan yang
sama. Aku tidak bisa tinggal diam, maka kuabaikan perintah
Nakhoda. Kubuka mata dan aku berkelebat untuk
menghentikan pembantaian itu. Dalam sekejap kawan-
kawanku segera kehilangan lawan mereka karena kuserbu
keduanya dengan kecepatan kilat takterduga. Tentu saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sangat terkejut tetapi masih berdaya menghadapiku
dengan kecepatan yang sama.
Mereka melenting ke atas dan kukejar ke atas. Segera
beterbangan jarumjarum beracun berwarna kuning kehijauan
ke arahku, tapi kusamplok dengan pedang hitam yang keluar
sendiri dari dalam tanganku. Jarum-jarum itu rontok menjadi
abu karena tenaga dalamku, yang sengaja kulakukan karena
jika jarumjarum beracun itu bertebaran di geladak dalam
keadaan utuh, maka ketika terinjak bahkan goresannya saja
kutahu bisa menghilangkan nyawa dengan kulit membiru.
Sebagai balasan kukirim serangan angin pukulan Telapak
Darah yang ternyata takberani mereka hadapi. Mereka
melenting sampai ke puncak tiang dan aku jugs langsung ikut
melenting untuk mengejar mereka.
Hanya ada dua puncak tiang, dan mereka telah bertengger
di atasnya, ketika aku melayang mereka mengirimkan angin
pukulan secara bersamaan. Aku segera tahu bahwa ilmu
kedua pendekar ini adalah ilmu yang berpasangan. Masih di
udara kujungkirbalikkan tubuhku menghindari serangan, dan
tetap juga melenting ke atas, lantas kuserang salah satu di
antara mereka di salah satu puncak tiang itu, agar
keberpasangan ilmu di antara mereka terbuyarkan. Sebagai
anak sepasang Naga dari Celah Kledung kukenal dengan baik
seluk-beluk keberpasangan ilmu silat, dan melalui Ilmu Pedang
Naga Kembar bahkan aku mampu menghadapinya bagaikan
diriku tidak hanya satu, melainkan sepasang pemain pedang.
Demikianlah aku berada dalam satu tiang dengan salah
satu di antara mereka berdua, dan karena puncak tiang itu
hanya cukup untuk berdiri satu orang, itu pun dengan sebelah
kaki, maka puncak tiang layar itu tergunakan bergantian
dalam pertarungan secepat kilat yang takbisa diikuti oleh
mata. Salah satu di antara kami memang harus berusaha
menjatuhkan yang lain, karena hanya dengan begitu akan
dapat berpijak, sehingga dalam beberapa kejap puncak tiang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu telah ditempati bergantian. Setiap kali seseorang berpijak
dengan sebelah kaki maka yang lain akan menyerang.
Demikianlah berlangsung terus di puncak tiang, dalam
pertarungan yang hanya mungkin berlangsung antara mereka
yang memiliki ilmu meringankan tubuh di luar pembayangan.
Sekilas kuperhatikan lawanku. Ia mengenakan kancut hijau
tua, rompi hijau tua, dan juga serban dengan warna yang
sama, meski warna hijau itu hasil celupan pewarna itu sudah
mulai memudar. Tubuhnya pendek gempal wajahnya berewokan, kedua
tangannya yang diliputi rajah berbagai penjelmaan Kala
tampak memegang sepasang keris kehitaman. Gerakannya
sangat cepat sehingga aku tidak boleh lengah sekejap pun
menghadapinya, di sampingnya kutahu pada tiang yang lain
sosok satunya menunggu kesempatan pula.
"Ah! Kali ini Taring Kala mendapat lawan bermain yang
sepadan! Bolehkah kiranya Kalarudra mengenal siapa
lawannya yang gagah lagi perkasa-."'
Mendengar nama Taring Kala itu dadaku berdesir. Itulah
nama pasapendekar yang keharuman namanya bahkan
berhembus kencang sepanjang Yavabhumipala,
yakni Kalarudra dan Kalamurti. Hmm. Taknyana kini aku harus
berhadapan dengan mereka di tengah lautan seperti ini.
Kalarudra artinya Rudra yang dianggap sebagai api
penghancur dunia, sedangkan Kala berarti kelahiran kembali
Kala; keduanya secara bersama kemudian memiliki nama
Kaladangstra yang berarti Taring Kala, karena ilmu silatnya
tinggi dan belum pernah terkalahkan.
"Maafkan sahaya, Kalarudra, kiranya sahaya yang tiada
bernama tidak mendapat sekadar pelajaran dari Taring Kala
yang perkasa!" Kalarudra tampak terkejut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalamurti Pendekar Tanpa Nama dari Javadvipa ada di
sinil" Maka bukan saja Kalamurti maupun aku sendiri ikut
terkejut karena diriku masih juga dikenali di tengah lautan ini,
tetapi mereka yang bertempur di bawah dan mendengarnya
ternyata terkejut juga. Namun diketahuinya siapa diriku bagi
pasangan Taring Kala ini hanya berarti bahwa pertarungan
akan berlangsung antara hidup dan mati. Maka Kalarudra pun
segera meningkatkan serangannya, sementara Kalamurti yang
busananya sama dengan Kalarudra, tetapi senjatanya golok
yang ujungnya melengkung, pun menjejak tiang tempatnya
berdiri sejak tali dan melesat menyerbuku.
"Pendekar Tanpa Nama! Selamat datang di Suvarnabhumil"
AKU mencoba mengingat apa yang kuketahui tentang
Taring Kala sembari melayani serangan mereka. Konon, golok
di tangan Kalamurti dengan ujung melengkung itu sengaja
dibuat untuk memenggal leher lawan hanya dengan
meletakkannya di tengkuk lantas ditarik ke depan. Itu dalam
cerita dari kedai ke kedai. Dalam kenyataannya, kukira
memang benar ia memenggal leher, tetapi melalui segala cara
dengan golok yang ujungnya melengkung itu. Dipadu dengan
sepasang keris kehitaman Kalarudra yang seperti selalu bisa
menembus pertahanan lawan, pasangan ini belum pernah
terkalahkan dalam pertarungan. Apakah menghadapi lawan
satu pasukan, apalagi jika hanya satu orang. Dikatakan bahwa
sepasang keris kehitaman Kalarudra akan begitu rupa
mengancamnya, sehingga menyita perhatian sepenuhnya, dan
saat itulah tebasan golok Kalamurti yang ujungnya
melengkung akan memenggal kepala. Yah, sekarang kuingat
cerita yang beredar tentang Taring Kala, yakni lawan mereka
selalu kehilangan kepala.
Dalam sekejap Kalamurti menyabetkan goloknya berkali-
kali dari segala arah menuju leherku, dan aku taktahu apakah
ia lupa bahwa puncak tiang kapal ini hanya cukup memuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu orang itu pun dengan satu kaki. Segera kulepaskan ilmu
meringankan tubuhku, sehingga aku bagaikan memberat tiba-
tiba dan jatuh ke bawah. Namun Kalarudra memang hebat, ia
lepaskan juga ilmu meringankan tubuhnya menyusulku jatuh
ke bawah. Dengan begitu Kalamurti pun bisa hinggap di
puncak tiang itu, karena betapapun hebatnya
ilmu meringankan tubuh seorang pendekar silat, tidak berarti lantas
bisa mengambang di udara tanpa pijakan.
Melihat keadaan ini, ketika Kalarudra yang tubuhnya lebih
berat dariku me lewatiku jatuh ke bawah, kupasang kembali
ilmu meringankan tubuhku dan kujejakkan kaki ke tubuhnya
setelah menghindari tusukan kilat kedua kerisnya. Maka
tubuhku melesat ke atas kembali, sedangkan Kalarudra
meluncur makin cepat ke bawah. Aku telah memisahkan
pasangan ini. Tepat ketika aku berada di hadapan Kalamurti
yang telah menungguku dengan golok pemotong kepala itu,
seperti dugaanku ia menyabetkan goloknya pada saat aku
berhenti di udara. Namun sebenarnya aku masih mempunyai
cadangan daya dorong, untuk melompat jungkir balik ke atas
kepalanya ketika goloknya menyabet ke depan, tempat semula
leherku berada. Aku telah menahan napas sebentar agar tampak berhenti,
dan memang Kalamurti tertipu, bukan saja sabetan goloknya
luput, tetapi keseimbangan tubuhnya pun hilang sehingga ia
terdorong ke depan. Saat itu aku sudah berada di atasnya,
dengan kepala di bawah dan dari tanganku keluar sendiri
kedua pedang hitam warisan Raja Pembantai dari Selatan itu.
Masih dengan kepala di bawah kulakukan gerak menggunting.
Maka meluncurlah Kalamurti ke bawah tanpa kepala lagi.
Kuselesaikan gerak jungkir balik setelah menggunting,
lantas ikut me layang turun, meski telah kupasang kembali
ilmu meringankan tubuh. Saat itulah aku menyadari betapa
Kalamudra sudah tidak kelihatan. Tubuhnya yang jatuh lebih
cepat lagi karena jejakanku rupanya menjadi begitu berat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras, sehingga papan geladak jebol dan tubuhnya
terjerembab di lambung kapal. Aku teringat Putri Asoka yang
dijaga Darmas di bilik para awak kapal, apakah yang akan
dilakukan bila ia naik melalui palka dan melihatnya" T idakkah
ketiga kapal ini memang bermaksud memburu Samudragni
yang telah berusaha memeras dengan menyandera Putri
Asoka, mengancam tidak akan mem bunuhPutri Asoka jika
bayaran tidak ditambah" Kini, meski bukan Samudragni yang
mereka jumpai, tetapi langsung Putri Asoka sendiri, tidakkah
Putri Asoka itu akan segera dihabisi"
Aku langsung mendarat di lambung kapal melalui lubang
yang jebol karena tubuh Kalarudra. Hanya barang muatan
kapal ini yang terlihat di sana. Tentu ia sudah melejit lagi. Aku
melesat ke bilik para awak kapal dan kulihat Darmas sudah
menjadi mayat dengan dua tusukan pada kedua dadanya.
Putri Asoka lenyap! Saat itu Naga Laut turun ke palka. Segera diketahuinya apa
yang telah berlangsung. Seluruh tubuhnya merah oleh
cipratan darah lawan. "Sudah daku katakan jangan pergi ke mana-mana!"
Naga Laut tampak marah besar dan aku juga merasa
bersalah. Namun kurasa aku juga akan merasa bersalah jika
ketika tetap berjaga teman-temanku dihabisinya. Kalarudra
dan Kalamurti yang dikenal sebagai Taring Kala, bahkan
seluruh pertarungannya di Suvarnabhumi diceritakan kembali
dari kedai yang satu ke kedai yang lain sepanjang
Yawabhumipala, akan dengan cepat membantai seluruh awak
kapal Naga Laut jika aku tidak segera menyerangnya. Aku
telah berhasil membuyarkan keberpasangan ilmu silat mereka
dan membunuh Kalamurti, tetapi Kalarudra lenyap membawa
Putri Asoka, yang telah dipercayakan kepadaku untuk
menjaganya. DI atas geladak, jatuhnya tubuh Kalamurti dengan kepala
terpisah dari tubuhnya telah mengecilkan nyali pasukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Srivijaya, yang agaknya selama ini telah mengandalkan kedua
tokoh dunia persilatan tersebut.
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Naga Laut telah menewaskan para pengeroyoknya, dan
sisa pasukan yang terdesak oleh anak buahnya berloncatan
kembali ke kapal mereka yang semenjak tadi telah terjerat tak
dapat pergi. Namun para awak kapal berloncatan mengejar
dan aku pun me lesat untuk mencari Kalarudra yang telah
membawa Putri Asoka. Jika ia tidak berlari di atas laut atau
merenanginya seperti ikan lumba-lumba, mungkin dengan
seribu lumba-lumba, tentu ia masih berada di kapal ini.
"Tuan!" Kudengar suara Putri Asoka dan aku mendongak ke atas.
"Ya, aku berada di sini, wahai Pendekar Tanpa Nama,
kurasa putrimu ini tidak akan bisa terbang jika kulepaskan dari
sini!?" Kalarudra berada di puncak tiang kapal Sriv ijaya yang
bentuknya sama belaka dengan kapal Naga Laut, sembari
menenteng Putri Asoka pada pinggang dengan tangan kirinya.
Tangan kanannya memegang satu dari sepasang keris
senjatanya itu dan ia tentu hanya berdiri dengan satu kaki.
Kulihat Putri Asoka meronta-ronta ingin melepaskan diri.
"Putri! Jangan meronta! Berbahaya!"
Kalarudra itu, apakah kiranya yang dipikirkannya"
Barangkali ia tidak pernah mengira akan kehilangan
saudaranya hari ini, aku menduga ia kini berpikir hanya
nyawanya sendirilah yang harus diselamatkannya sekarang ini.
"Pendekar Tanpa Nama! Dikau datang jauh-jauh dari
Javadvipa untuk apa" Aku ditugaskan untuk membekuk
Samudragni, dan membebaskan Putri Asoka yang akan
dibunuhnya, tetapi kutemukan dirimu bersama puteri ini.
Jelaskanlah kepadaku apa yang telah terjadi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apakah Kalarudra berkata jujur" Apakah dia tidak tahu
Samudragni menyandera kematian, dan bukan kehidupan
Putri Asoka" Semakin dibiarkannya Putri Asoka hidup semakin
gelisah pihak yang berkepentingan dengan kematian Putri
Asoka. Persoalannya sekarang, Kalarudra merebut Putri Asoka
dari siapa pun yang dianggap telah menguasainya, untuk
membunuhnya seperti yang menjadi tujuan siapa pun yang
menugaskannya itu, ataukah sekadar mengambil alih
penyanderaan Putri Asoka dari Samudragni untuk kepentingan
yang sama, yakni memperpanjang kehidupannya hanya untuk
dibunuh jika mendapat bayaran tambahan"
Aku tidak merasa perlu percaya bahwa ia akan
membebaskan Putri Asoka, karena dalam kata-katanya sendiri
telah mengancam untuk melepaskannya ke bawah begitu saja,
agar jatuh dan tentu saja akan mati.
"Kalarudra! Apa pun yang terjadi, dikau akan mati jika Putri
Asoka tidak dikau serahkan kembali sekarang ini!"
Seorang pendekar tidak takut mati, tetapi apakah yang
telah membuat Taring Kala bergabung dengan pasukan
Srivijaya ini jika bukan karena kepentingan duniawi" Aku tidak
ingin memberinya pilihan selain menyerahkan kembali Putri
Asoka, yang kuduga telah direbutnya terutama untuk
menyelamatkannya. Tanpa Kalamurti yang mati pun dengan nasib begitu rupa,
kesaktian sepasang Taring Kala tinggal separo. Jika ketika
berpasangan saja aku dapat membuyarkan keberpasangan
mereka, maka apalah yang masih dipunyainya setelah tinggal
satu orang pula" Kecuali jika Kalarudra ingin mati sebagai seorang pendekar
dalam puncak kesempurnaannya. Menyerahkan kembali Putri
Asoka, bertarung melawanku, dan mati terhormat dalam jalan
persilatan yang telah dipilihnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku memandang dengan waswas ke atas. Betapapun Putri
Asoka masih berada di atas sana, dalam kekuasaan seseorang
yang sangat mungkin membunuhnya sekarang juga. Geladak
mendadak sepi, anyir darah meruap di mana-mana. Pihak
lawan sudah habis ditewaskan. Kami semua mendongak ke
atas. (Oo-dwkz-oO) SAMPAI tiga hari kemudian kami masih berlayar dalam
keadaan membisu. Semua perhitunganku ternyata keliru.
Tujuan Kalarudra hanya satu, yakni membunuh Putri Asoka
secepatnya begitu ketemu, sesuai dengan penugasan yang
agaknya dilakukan berdasarkan kesepakatan tertentu. Sampai
sekarang tidaklah kuketahui kesepakatan macam apakah itu,
kecuali keyakinan bahwa tentulah suatu kesepakatan yang
sangat penting artinya bagi Kalarudra, atau juga pasangan
Taring Kala, sehingga rela kehilangan nyawa dem i tugas yang
tidak akan pernah bisa dianggap terpuji, yakni bukan
membela, melainkan membunuh pihak yang jauh lebih lemah
dan tidak berdaya. SEGALA persoalan berkecamuk dalam diriku, menyeruak
kepedihan atas tewasnya kawan-kawan seperjalanan yang
mengenaskan di tangan pasangan Taring Kala. Pangkar,
Daski, Markis, Darmas, dan beberapa yang lain lagi mati dan
tidak berada bersama kami lagi. Dari saat ke saat Naga Laut
tercenung di buritan, sementara kemudi diserahkannya
kepada awak kapal yang lain. Sedangkan aku yang baru
bergabung saja merasakan kehilangan yang begitu menggurat
dan menorehkan luka, maka tentulah bagi nakhoda kehilangan
anak buah yang telah menjelajahi tujuh lautan dalam segala
suka dan duka dengan setianya itu terasakan lebih berlipat
ganda. Seorang lelaki tidak menangis, tetapi hati kami semua
berdarah-darah. Suatu kepedihan yang akan semakin terasa
bagai selaksa sembilu yang menghunjam, manakali kami
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sadari betapa tiada berdaya diri kami melindungi gadis kecil
yatim piatu berusia 12 tahun dari tangan-tangan kekerasan
dalam dunia yang tidak bisa lagi kami mengerti. Kami tidak
menyalahkan Kala, kami tidak menyalahkan Rudra, tidak pula
menyalahkan Buddha, selain menghayati karmapala dalam
perjalanan menuju Nirvana. Betapa tiada artinya kemenangan
pertempuran, dalam perbandingannya dengan kehilangan
dalam kehidupan. Namun jika segala sesuatunya tiada lebih
dan tiada kurang menggenapkan kesempurnaan, apakah kami
tiada berhak lagi berduka dan berusaha membayar utang
persoalan di dunia yang fana" Dalam salah satu suratnya
kepada Raja Gautamiputra, Nagarjuna berkata:
dalam memilih antara yang mengalahkan keterombang ambingan
dalam tujuan sementara dari keenam indera
dan yang mengalahkan pasukan lawan dalam pertempuran,
yang bijak tahu bahwa yang pertama adalah pahlawan yang jauh lebih
besar Dalam kesedihan, persoalan tetap saja menyeruak untuk
dipikirkan. Siapakah sebenarnya yang telah mengirim pesan
melalui burung merpati, menyeberang selat, dan ditujukan
kepada Samudragni" Sebegitu besarkah ancaman yang
mungkin datang dari para bangsawan Jambi Malayu, dengan
segenap pendukungnya setelah lebih dari seratus tahun
berlalu" Seberapa jauhkah semua ini masih berarti sete lah
Putri Asoka tiada lagi"
Kapal ini masih berada di tengah lautan, dan Naga Laut
sama sekali belum mengambil keputusan, apakah akan tetap
meminta pertanggungjawaban terbunuhnya orang-orang
Muara Jambi, ataukah melanjutkan perjalanan sahaja ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mancanegara, seolah-olah pembantaian seisi kapal di tengah
lautan itu tidak pernah terjadi.
Kupandang cakrawala yang mengitari kami. Laut dan langit
terbentang kebiruan. Kapal ini bagaikan tidak pernah bergerak
ke mana pun sama sekali. (Oo-dwkz-oO) Episode 97: [Jika Hidup Berjalan Tidak Seperti yang
Kita Inginkan] Laut dan langit tidak selalu biru dan tidak selalu jelas
batasnya pada cakrawala itu. Laut dan langit takjarang begitu
kelabu dan kabut yang meliputi kapal tidak memberikan
pemandangan apa pun selain kekelabuan kabut dalam dunia
abu-abu. Hanya desir angin dingin yang begitu asin dan bunyi
kecipak ombak saja yang menyadarkan keberadaanku di
tengah lautan yang sunyi.
Naga Laut telah mengambil keputusan untuk tidak
meneruskan perjalanan ke kotaraja, tempat ibu kota Sriv ijaya
berada. "Kita akan menjual rempah-rempah yang kita bawa seperti
rencana semula, sebelum bertemu dengan kapal malang itu,"
katanya. Aku pun menyadari betapa cerita yang telah berlalu itu
tidaklah sepenuhnya merupakan urusan kami, bahkan Naga
Laut yang masih memiliki keterikatan sejarah juga tidak ingin
terlibat lebih jauh lagi.
KEMATIAN Putri Asoka agaknya telah dirasakan sangat
memukul, dan memupus semangat yang barangkali saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih tersisa dalam penantian turun-temurun, lebih dari
seratus tahun... "Jika hidup berjalan tidak seperti yang kita inginkan,"
katanya, "apa pula salahnya?"
Kutelusuri lagi apa yang telah terjadi. Ketika berlabuh di
pantai utara Javadvipa, mereka baru tiba dari wilayah timur
Suvarnadvipa, tempat semua rempah-rempah yang ditunggu
seluruh dunia berasal. Tidak seberapa lama setelah
mengangkat sauh, yakni keberangkatan dengan diriku di
dalamnya, tujuan yang semula menuju Negeri Campa,
begitulah yang kemudian kudengar, berbelok ke Kota Kapur
karena perjumpaan dengan kapal yang dibantai gerombolan
Samudragni. Di Kota Kapur, lanjutannya telah kusampaikan, dan mereka
berangkat kembali sebetulnya untuk menuju ke arah kotaraja,
memburu kapal Samudragni yang diduga menahanku, maupun
Putri Asoka. Kini, masih perlukah mencari pengirim merpati
kepada mata-mata Samudragni di Pulau Kapur itu"
Sebenarnya salah satu merpati yang jika dilepaskan akan
kembali kepada pemiliknya telah dibawa dan masih ada. Aku
sanggup mengikutinya dari bawah dan melihat siapakah
kiranya yang telah mengirim merpati itu. Akan sangat menarik
bagiku untuk hal itu, mengikuti dan membekuk, untuk
kemudian membongkar jaringan dalam istana itu. Seberapa
jauhkah kalangan istana mengetahui akan hal ini" Kuketahui
betapa bisa rumit jaringan ini, jika berita pemberontakan itu
datang dari Mataram, yang bisa berarti melibatkan pula
jaringan rahasia Cakrawarti.
"Kawan-kawan daku yang paling setia telah pergi, tidaklah
terlalu penting apakah Jambi Malayu akan kembali berdiri atau
tidak pernah terdengar lagi, selamanya daku bernegeri Muara
Jambi," ujar Naga Laut, lagi.
Naga Laut telah membuktikan pengabdiannya, dengan
menghancurkan kapal-kapal Sriv ijaya mana pun yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ditemuinya, tetapi menuju kotaraja sebetulnyalah juga bukan
soal yang mudah. Masalahnya, kehilangan kawan-kawan
setianya itu, seperti Pangkar, Markis, Darmas, Daski, dan
masih beberapa lagi, telah memupus minatnya sama sekali.
"Kita tidak memiliki kepentingan langsung dengan urusan
ini," kata Naga Laut, "apalagi mereka yang telah pergi itu. Aku
telah menyeret mereka kepada sesuatu yang bukan
urusannya, dan untuk itu mereka kehilangan nyawa."
Namun kuingat saat dirinya tercenung di depan perempuan
bangsawan menjelang kematiannya di kapal itu. Ia tidak
sekadar menemukan korban, melainkan telah mengenalinya.
Sudah semestinyalah Naga Laut memburu pembunuh yang
sebenarnya, dan bukan hanya orang-orang yang dibayar
untuk itu. "Bapak," kataku kemudian, "tugaskanlah sahaya untuk
mengikuti merpati itu, dan biarlah Bapak meneruskan
perjalanan ke Campa."
"Anak, dikau memang berkepandaian tinggi, dan karena
dikau kita semua selamat dari pembantaian Taring Kala,
bahkan anak telah membunuh Kalamurti maupun Kalarudra.
Tetapi kukatakan sungguh kepadamu Anak, jika kita berusaha
menemukan pengirim merpati-merpati itu, ketika menemukannya kita hanya akan terjerat ke dalam suatu
jaringan rahasia ruwet yang tidak mungkin kita uraikan lagi.
Percayalah kepadaku Anak, daku tidak melepaskan masalah
ini, tetapi setelah kita tenggelamkan tiga kapal Sriv ijaya,
bukanlah hal yang bijak dengan seluruh awak kapal mendekati
kotaraja. Aku tidak bisa memaksanya tentu, apalagi jika ia sudah
memegang janji seperti itu. Apabila Naga Laut yang menjadi
bagian dari sejarah negerinya sendiri telah mengambil
kebijakan seperti itu, apalah pula yang bisa kulakukan sebagai
orang luar yang sebetulnya tidak terlibat sama sekali" Tentu
karena kematian Putri Asoka di tangan Kalarudra, dan bahwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku telah berada bersama-sama Putri Asoka terapung-apung
di laut sekian lamanya itulah, yang membuat aku merasa
terlibat di dalamnya. Mungkin itulah sebabnya kami semua lebih banyak
termenung selama pelayaran ini.
(Oo-dwkz-oO) Kami telah keluar dari perairan Suvarnadvipa.
JIKA angin bertahan seperti, demikian kata para awak
kapal, dalam sepuluh hari kami sudah akan memasuki muara
Sungai Siemreap dan menyusurinya sampai ke Indrapura.
Naga Laut sengaja tidak singgah ke berbagai kota pelabuhan
yang biasa disinggahinya untuk menurunkan dan mengambil
barang dagangan, seperti Langkasuka, Ligor, dan Chaiya,
karena bahkan dari Yawabhumipala bagian tengah melalui
kotaraja, Muara Jambi, dan seterusnya ke kota-kota itulah
terbentuk poros pusat-pusat kekuatan Srivijaya.
Wilayah kekuasaan Sriv ijaya memang sengaja membentuk
kerangka suatu mandala, yakni terdapatnya suatu pusat
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penuh daya dikelilingi lingkaran yang lebih rendah
kekuasaannya. Penguasaan mutlak Maharaja berlangsung
hanya di dalam lingkup istana dan kotaraja. Dalam jaringan
sungai-sungai yang melingkari kotaraja, kekuasaan itu
dibagikan kepada para datu di wilayahnya masing-masing.
Mandala yang lebih kecil di luar wilayah inti bertempat di
lembah-lembah sungai Samudradvipa, pulau-pulau lain, dan
Semenanjung Malayu. Pada masa ketika aku berada di kapal
Naga Laut itu, yakni tahun 796, garis yang membentuk poros
itu nyaris tak pernah terputus, bersambung terus dari bagian
tengah Yawabhumipala sampai Chaiya, membentuk lintas
cukai yang mengawasi jalur dari semua kapal pengangkut
barang antara Negeri Atap Langit, Jambhudvipa, maupun
negeri-negeri yang berada di utara kedua negeri itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jarak antara mandala-mandala yang melingkari dan
kotaraja, seperti juga jumlah dari mandala-mandala ini,
mewajibkan Maharaja Sriv ijaya untuk lebih mengandalkan
kesetiaan daripada penaklukan untuk mempertahankan
kesatuan wilayahnya. Dalam hal ini, menyusul pengiriman
pasukan untuk menundukkan dan membawahkan penguasa
setempat, mandala yang terkalahkan tidak pernah secara
ketatanegaraan terleburkan dengan Sriv ijaya. Sebaliknya,
penguasa setempat itu diangkat kembali sebagai kepala resmi
dari pemerintahan swatantra yang kesejahteraannya mandiri,
terikat melalui kesetiaan kepada Srivijaya. Ini membuat
mandala kekuasaan Sriv ijaya sama sekali berbeda dengan
pusat-pusat kekuasaan lainnya, yang akan mengandalkan
pengerahan kekuatan tempur secara terus menerus.
Sebagai ganti kesetiaan yang dipaksakan, pengikat yang
mempersatukan Srivijaya tampaknya diamankan oleh jaringan
ruwet pertalian keluarga dan kuasa antara Maharaja dengan
pengikut-pengikutnya, maupun antara pengikut-pengikutnya
itu sendiri, yang semuanya berbagi kepentingan yang sama
dalam pengawasan dan penyediaan sarana perdagangannya.
Pertukaran para datu dan perkawinan antara mereka
membangun ikatan keluarga dan keagamaan yang kuat
dengan pusat kekuasaan, yang bertempat di kotaraja.
Kudengar pula bahwa para datu pengikut ini bekerjasama
untuk meningkatkan terpandangnya mandala mereka dengan
menundukkan kota-kota di sekitarnya yang tidak memperlihatkan kesetiaan kepada Srivijaya.
Aku menatap berkeliling, garis lingkar cakrawala mengelilingi kami, tetapi para pelaut ini tidak pernah tersesat
dalam keluasan terbentang. Pada malam hari, mereka selalu
dapat memastikan arah pelayaran berdasarkan susunan
bintang. Aku masih selalu terkagum-kgum, betapa bintang-
bintang yang bagiku porak poranda bagi mereka hanyalah
penunjuk jalan yang begitu jelas pengarahannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu pulakah caranya mereka bayangkan keluasan
wilayah kekuasaan Sriv ijaya"
KUTATAP samudera luas terbentang. Tentu tidaklah terlalu
mudah membuat penggambaran, seolah samudera ini hanya
sebesar kolam ikan, dan di sana terdapat tanah tanah tanah
yang begitu luasnya, sehingga Javadvipa hanya tampak
sebagai noktah saja, di dalam dunia yang bagiku belum terlalu
jelas batasnya. Namun para pelaut, bahkan bajak laut yang
tidak dapat membaca pun, dengan menatap langit malam
mendapatkan suatu penggambaran tertentu tentang dunia.
"Sampai di manakah laut ini akan berakhir, Bapak?"
Naga Laut menghela napas.
"Itulah pertanyaan semua orang yang kali pertama
berlayar, Anak. Pertanyaan itu juga sama dengan
pertanyaanku tentang langit. Apakah langit juga ada
batasnya?" Aku menyadari kembali keberhinggaan manusia dalam
memandang dan berpikir tentang dunia. Mereka yang
berpengetahuan akan berpikir lebih jauh tentang dunia
daripada mereka yang agak kurang berpengetahuan. Isi
kepala yang tidak mungkin sama dan sebangun pada setiap
orang mengakibatkan perbedaan pandangan yang tidak jarang
takdapat didamaikan. Bukankah perbedaan pandangan itu,
Tiga Naga Sakti 1 Dewa Arak 62 Perempuan Pembawa Maut Panji Tengkorak Darah 2
menganga ke arah langit"
Saat senja tenggelam, keemasan langit usai, dan gerimis
berhenti, hari pun menjadi ma lam. Puteri Asoka tertidur. Aku
membaca pemikiran Nagarjuna.
atra vayam brumah yadyevam, tavapi vacanam yadetaccgunyah sarvabhava iti tadapi sunyam
kim karanam tadapi hetau nasti mahabhutesu samprayuktesu viprayuktesu va, pratyayesu nastyurahkanthausthajihvadantamulatalunasikamurdhaprabhrti
su yatnesu, ubhayasamagryam nasti
yasmadatra sarvatra nasti tasmannihsvabhavam
yasmannihsvabhavam tasmacchunyam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tasmadanena sarvabhavasbhavavyavartanamasakyam
kartum na hyasatagnina sakyam kledayitum
evamasata vacanena na sakyah sarvabhavasvabhavapratisedhah kartum
tatra taduktasm sarvabhavasvabhavah pratisiddha iti tanna
Aku masih membaca, ketika terdengar suara kecapi dari
balik kegelapan. Mula-mula suara kecapi itu timbul dan
tenggelam, lirih dan hanya terdengar sayup-sayup di balik
kegelapan. Semula kukira hanya kerinduanku kepada daratan
yang telah memberikan suasana ini, tetapi ternyatalah
kemudian bahwa suara kecapi itu lama kelamaan telah
menjadi bertambah keras. Segera kupejamkan mataku dan
kupasang ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang, yang segera menelisik sumber suara itu me lalui
bulir-bulir udara yang telah mengantarkannya. Maka
terbentuklah dalam pandangan mataku yang terpejam sesosok
manusia yang sedang bersila sambil memetik kecapi di atas
papan dan terapung-apung di lautan.
(Oo-dwkz-oO) Episode 92: [Pendekar Dawai Maut]
Pasangan pendekar yang mengasuhku pernah berkata,
bahwa mengembara dalam dunia persilatan artinya aku akan
menjumpai banyak pendekar, yang semakin tinggi ilmu
silatnya akan semakin aneh pula perilakunya jika dibandingkan
perilaku orang awam dalam kehidupan sehari-hari. Keanehan
pendekar yang satu akan sangat berbeda dengan keanehan
pendekar yang lain, yang meskipun tampak aneh, sebetulnya
berhubungan erat dengan ilmu silat yang mereka dalami dan
andalkan dalam pencapaian menuju kesempurnaan. Maka,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meskipun merasa takjub dan terheran-heran dengan perilaku
manusia yang memetik kecapi di tengah lautan luas di atas
selembar papan dalam kegelapan, aku wajib menahan diri dari
rasa takjub dan terheran-heran, karena keterpesonaan
semacam itu hanya akan membuka kelengahan.
Sebaliknya, aku bersikap amat sangat waspada terhadap
sosok yang tidak kasat mata dalam kegelapan, tetapi dapat
kulihat me lalui cahaya yang berasal dari suatu daya dalam
tubuhnya di dalam keterpejaman mataku. Ilmu Mendengar
Semut Berbisik di Dalam Liang sangat baik dalam
menerjemahkan kedudukan udara yang tersibak benda-benda
padat, cair, maupun sesama udara dengan beban yang
berbeda, seperti yang terjadi ketika dirambati daya bunyi.
Lantas kudengar suara tertawa yang amat lirih, tetapi
terasa getir dan menusuk perasaan. Sementara kecapi itu
masih terus berbunyi. Puteri Asoka terbangun, menggeliat
bagaikan berada di istananya sendiri, kuberi tanda agar
jangan membuat suara dan memang kemudian tidak kudengar
ia bergerak, mungkin justru dinikmatinya suara kecapi itu yang
seperti menyanyikan kisah cinta yang sedih. Justru karena
itulah tawa yang lirih tetapi tajam dan getir itu semakin
menusuk perasaan. Ini bukan jenis suara yang ketajamannya
dapat menjelma benda padat, melainkan benar-benar
mempermainkan perasaan dan berarti sangat mengganggu
pemusatan perhatian. Puteri Asoka sudah menangis tersedu-sedu. Aku memecah
belah pusat perhatian di dalam kepalaku, yang berarti
kubiarkan bagian itu saja yang terganggu, sembari
mempelajari kisah yang dibawakannya.
"Kenalilah lawanmu sebaik dikau mengenal dirimu Anakku,"
kata ibuku dulu, "karena hanya dengan begitu dikau dapat
mengenali kelemahannya,."
Mengenal dalam waktu singkat, bagaimana caranya"
Memang pernah kudengar tentang ilmu-ilmu penjerat sukma
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti ini, yang membuat seseorang takperlu membunuh
untuk melumpuhkan lawan-lawannya dan mencapai kemenangan. Konon pernah terjadi beribu-ribu orang dari dua
kerajaan pada masa lalu Yawabhumipala yang siap saling
menyerbu, hanya bisa diam di tempat, meneteskan airmata
sampai meratap dan merayap di medan yang seharusnya
menjadi gelanggang pertempuran. Aku hanya mendengar
dongengnya, tetapi kini kudengar suara kecapi yang bisa
menjerat sukma itu. Kubayangkan sesuatu yang terkisahkan
oleh suara kecapi itu, dan betapa siapa tiada akan menangis
jika penafsiran apapun dari suaranya akan membawa
seseorang kepada cermin dirinya sendiri"
Mendadak saja aku dihadapkan kembali kepada sebuah
suasana ketika aku bergelayut di dalam selendang ibu
kandungku. Pergelayutan yang tenang, diiringi kidung
pengantar tidur yang penuh kasih dan sayang. Di dalam
selendang artinya aku tidak melihat apapun kecuali bayang-
bayang baur dalam kelembutan dan keharuman dada ibuku,
ketenteraman mutlak yang tidak dapat kubayangkan jika
seseorang tidak pernah, meski sekejap dan cukup sekejap
saja, merasakan suatu ketenangan dalam buaian. Suasana
yang kemudian tinggal menjadi kesepian panjang, sepanjang-
panjang kesepian yang bisa dirasakan manusia. Kesepian
panjang, kekosongan panjang, kehampaan terpanjang,
sepanjang-panjang kehampaan yang menyakitkanO Dirikukah
yang sedang berjalan sendirian dalam gambaran seorang
lelaki yang berjalan sendirian di atas tanah yang retak-retak
dengan kepala tertunduk sehingga dari hari ke hari dalam
perjalaan tanpa henti hanya melihat ujung kakinya sendiri"
Aku terhenyak. Maksud hati mengenal lawan, mengapa
justru tergambarkan diri sendiri dari bagian yang takkukenali
sama sekali" Kubuka mata, agar terjadi jarak dengan suara
kecapi yang sudah kuketahui darimana asalnya itu. Sekali lagi
kucoba menduga sesuatu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
DI antara percik riak gelombang dan kekelaman malam,
denting-denting kecapi itu membayangkan suatu ratapan
karena cinta yang tak putus dirundung malang, kasih tak
sampai, kesia-siaan yang mengenaskan, jerit kerinduan tak
berbalas, yang berputar silih berganti, tumpuk-menumpuk,
menggumpal, menyatu dendam sepanas karena perasaan
berterima. Pada saat itu denting kecapi telah menjadi dentang
yang memenuhi langit, dan diakhiri suara ledakan!
Kubayangkan, jika masih terbayangkan oleh diriku sendiri
dalam ledakan itu, tamatlah sudah riwayatku sampai di situ.
Suara kecapi itu kemudian tidak terdengar lagi. Hanya
suara tawa lirih yang seperti sengaja tidak diperdengarkan,
tetapi hanya dititipkan kepada angin yang asin agar sampai ke
telingaku. Aku tetap waspada. Terdengar suara yang sama
lirihnya dengan tawa itu.
"Dikau seorang pendekar yang hebat anak muda, orang
lain sudah mimpi dan tak bangun lagi mendengar petikan
kecapiku, langsung terbang ke alam barzah. Ketahanan
batinmu tinggi, tak bisa kubayangkan akan setinggi apa lagi
kepandaianmu seumurku nanti. Janganlah menjadi jumawa
anak muda, pelajarilah segala sesuatu, apa pun itu, meskipun
dari sesuatu yang sangat sederhana"
Kupejamkan mataku, tetapi sosoknya tiada dapat dilacak
lagi oleh ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang,
artinya kukejar dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit pun
tak akan bisa tersusul. Lagi pula, kuanggap ia tidak bermaksud
jahat kepadaku. Jika mau, ia bisa saja membunuh Puteri
Asoka misalnya, tetapi ia memang bukan seorang pembunuh,
melainkan seorang pendekar yang sedang menguji kesempurnaan pencapaian ilmunya. Mungkin itulah yang
disebutkan ibuku sebagai para pendekar yang perilakunya
semakin aneh, seiring dengan pertambahan ketinggian
ilmunya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Barangkali dulu ia juga seperti orang-orang lain yang
belajar ilmu silat. Mula-mula belajar dengan tangan kosong,
disambung senjata tajam seperti golok, pedang, kelewang,
dan tombak berbagai ukuran, dan baru kemudian memikirkan
sebuah jurus yang bukan sekadar dapat diandalkannya,
melainkan merupakan penemuan dan pernyataan atas
keberadaan dirinya di dunia persilatan. Siapakah nama
pendekar itu, yang menyebutku anak muda dengan suara
lemah seolah-olah dirinya sudah tua sekali" Namun segera
kupetik makna lain kalimat itu, karena seorang pendekar sakti
kuanggap tidak akan sembarang bicara, yakni bahwa dari
penilaiannya, apa pun dasarnya, aku akan dapat bertahan
hidup sampai seusia dirinya. Mungkinkah itu berarti juga
bahwa dalam pendapatnya aku akan mengalahkan lawan-
lawanku siapa pun itu" Seperti anjurannya, aku memang tidak
berani memastikan apa pun, selain menghargai pengalamannya, dalam arti tidak melibatkan perkembangan
ilmu s ilat yang belum diketahuinya.
Ibuku memang pernah bercerita bahwa pada masa
mudanya terdapat seorang pendekar tak terkalahkan yang
sebelum mempelajari ilmu silat adalah pengamen yang
mencari nafkah di kotaraja. Sebagai pengamen ia telah sangat
dikenal, dan karena itu dialah yang ditangkap karena seorang
tikshna atau pembunuh bayaran telah menggantikannya
masuk istana, dengan membawa kecapinya itu. Pembunuh
bayaran tersebut telah membekuknya terlebih dahulu,
mengikat tangan dan kakinya, lantas menyamar sebagai
dirinya memasuki istana pada malam hari. Dalam suasana
keramaian dan kesibukan pesta, ia lolos dengan mudah.
Bahkan para pengawal rahasia istana yang biasanya waspada,
tak mengira penyamaran seperti yang akan menjadi jalan
masuk seorang pembunuh bayaran.
Ternyata bahwa pembunuh bayaran itu telah menggunakan
salah satu dawai kecapi tersebut untuk mencekik leher
seorang tamu negara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan adanya pembunuhan tersebut, telah berlangsung
sengketa dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Diduga,
negeri yang utusannya tewas itulah yang sengaja melakukan
pembunuhan tersebut, agar memiliki alasan menyerbu
kotaraja. Penyerbuan dan penumpasan atas pemberontakan
tersebut akan menjadi cerita tersendiri, di sini hanya akan
kuceritakan kembali apa yang terjadi terhadap pengamen
tersebut. Para pengawal rahasia istana yang kesal dengan
kelengahan mereka sendiri, dalam sekejap telah tiba di balai
persinggahan dekat pasar, tempat para pengamen dan
pedagang keliling, pengembara, juga tentunya pengemis dan
gelandangan, ditampung dengan sekadarnya. Dalam sekali
sabet lepaslah ikatan yang membelenggu pemain kecapi.
"Pintar! Dikau ikat dirimu sendiri! Jangan kira kami akan
terkecoh oleh tipuan murah semacam ini!"
Pemain kecapi itu diseret sepanjang jalan menuju ke istana.
Semua orang melihatnya. "Apa kesalahan pemain kecapi itu" Ia hanya seorang
pengamen, bicara saja tidak pernah, mengapa ia harus
dianggap membunuh tamu istana yang sial itu?"
"Itulah! Untuk menutupi kegagalan sendiri, orang lain yang
disalahkan!" Namun kemungkinan itu bukan mustahil. Seorang
penyusup ulung dapat saja berkelebat ke istana dan kembali
lagi untuk pura-pura terikat. Hanya saja kali ini yang terjadi
tidak demikian. Meski ternyata para pengawal rahasia istana
memilih untuk mempercayai kemungkinan itu saja, karena
harus ada sesuatu untuk dipersalahkan!
Demikianlah pengamen itu telah disiksa agar mengakui
perbuatan yang tidak pernah dilakukannya-dan ia memang
tidak pernah bisa dipaksa untuk mengakui apapun. Setelah
berhari-hari menyiksa, tanpa memberinya makan dan minum,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanpa pengadilan ia pun dihukum: Kedua kakinya dipotong.
Adapun alasannya seperti tidak ada hubungannya.
"Jika ia dapat bertahan hidup, maka ia masih akan dapat
mengamen dengan kecapinya itu."
Namun sebetulnya ia diharapkan akan mati, karena para
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengawal rahasia istana itu kemudian waswas, bahwa
pengamen itu tahu benar mereka telah sangat keliru.
Konon, tubuhnya yang sudah tanpa kaki di lemparkan
begitu saja ke dalam jurang setelah membawanya naik ke atas
gunung. Setelah tubuhnya, dilemparkan pula kecapinya, yang
dawainya sudah berkurang satu, karena digunakan pencurinya
untuk mencekik tamu istana tersebut.
Para pengawal rahasia istana yang berkuda, yang
berbusana serba putih, dengan senjata pedang keperakan
yang ketajamannya berkilat pada dua sisi, yang sungguh
tampan dan gagah lelakinya, cantik dan perkasa perempuannya, mereka semua, duabelas orang banyaknya,
mengamati tubuh takberkaki dan kecapi itu melayang jatuh ke
jurang yang dalam. Begitu jauh dan dalamnya, sehingga
mereka takmungkin tahu apakah keduanya mencapai dasar
dalam remuk atau utuh. Tentu saja, seharusnya, orang maupun kecapi itu akan
remuk dan hancur. Artinya orang itu akan mati dan kecapi itu
tidak akan berwujud lagi, karena tepian jurang itu bukanlah
suatu dinding yang mulus. Sehingga mungkin saja tubuh dan
kecapi itu akan terpental ke sana dan ke mari lebih dulu
sebelum tiba di dasar jurang dan tinggal berada di sana
selama-lamanya sampai akhir zaman tiba.
"Biarlah kodratnya menentukan, apakah ia akan tetap hidup
tanpa kedua kakinya itu, dan bisa melanjutkan kehidupannya
dengan kecapi tersebut."
Suatu kalimat tidak masuk akal, bertentangan dengan niat
mereka untuk melenyapkannya dari muka bumi. Suatu kalimat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kemudian ternyata merupakan tulah, karena inilah yang
kemudian terjadi. Setelah tubuh dan kecapi itu hilang dari pandangan,
Setelah tubuh dan kecapi itu hilang dari pandangan, sesosok
tubuh yang semula berkelebat dari pohon ke pohon di tepi
jurang nyaris tertimpa oleh tubuh, dan kemudian oleh kecapi
itu. "Uh! Hampir saja..."
Tampaknya ia kenali tubuh itu sebagai tubuh manusia yang
bernasib ma lang, maka dirinya pun me luncur bagaikan anak
panah mendahului tubuh tanpa kaki itu. Mendekati tubuh,
kedua kakinya yang semula di belakang diayunkannya ke
depan ketika mendahului, sehingga kemudian dapat disangganya tubuh itu dengan tangan, sebelum mendarat
perlahan-lahan seperti burung bangai mendarat di danau.
Baru kemudian tiba pula benda jatuh yang lebih ringan, yakni
kecapi itu, yang segera ditangkapnya dengan tangan yang
lain. "Hmmh! Sendirian di dasar jurang yang gelap, dengan
tubuh tanpa kaki dan kecapi yang dawainya hilang satu!
Apakah yang bisa dilakukan Naga Putih dengan ini semua?"
Waktu itu kutanyakan kepada ibuku, siapakah yang telah
menceritakan riwayat ini kepadanya, sehingga setiap sudut
pandang dapat diceritakannya"
"Tentu dari Naga Putih sendiri, pendekar besar golongan
putih yang sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan.
Peristiwa yang takdiketahuinya sendiri, ia dapatkan dari
pemilik tubuh takberkaki itu."
"Jadi dia belum mati?"
"Belum! Begini lanjutan ceritanyaO"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Naga Putih, yang rambut bergelungnya sudah putih, alisnya
putih, dan kumismya juga putih itu menggeleng-gelengkan
kepala. "Hati manusia yang terbuat dari apa bisa memperlakukan
manusia lain seperti ini" T idak satu manusiapun di muka bumi
ini akan lolos dari karmapala perbuatannya sendiri. Hmm.
Karmaku telah mempertemukan diriku dengan karma pemuda.
Biarlah dunia menyaksikan apa yang akan terjadi nanti."
Inilah kemudian yang disaksikan dunia.
Beberapa tahun kemudian, seorang pengawal rahasia
istana sedang dipijat oleh isterinya, ketika dari dalam
kegelapan di luar rumah terdengar petikan kecapi. Semula
hanya terdengar sayup-sayup, tetapi kemudian terdengar
jelas, dengan nada dan lagu sangat amat sendu, sampai
isterinya yang sedang memijat punggungnya itu menangis.
"Kenapa dikau menangis tanpa sebab seperti itu, tidak
biasanya bagimu tersedu sedan begitu, apakah karena suara
kecapi yang aneh itu?"
Sebetulnya suara kecapi tidak akan berubah terlalu banyak
karena hilangnya satu dawai, kecuali tentu bagi yang sangat
mengenalnya. Sedangkan seorang pengawal rahasia istana
mungkin akan mendengar nada dan lagu petikan kecapi
dengan sangat seringnya, karena berbagai acara kenegaraan
selalu akan diturtup dengan hiburan. Jadi ia merasakan
sesuatu yang aneh, meski tidak tahu sebabnya-yang jelas ia
tidak suka isterinya menangis seperti itu. Ia berteriak ke arah
jendela dengan keras. "He! Siapapun yang memetik kecapi di luar itu, berhentilah
sekarang juga! Berisik! Malam-malam mengganggu orang
istirahat!" Namun bukan saja kecapi itu tidak lantas berhenti, bahkan
dari balik kegelapan itu terdengar suara orang tertawa. Lirih
juga, tetapi terdengar jelas sekali. Suatu jenis tertawa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muncul bukan karena perasaan geli atas sesuatu yang lucu,
tetapi tawa getir atas nasib malang manusia yang begitu
jumawa padahal bukanlah apa-apa di tengah keluasan
semesta ini; juga tawa yang terdengar sedih dalam usaha
menertawakan diri sendiri yang malang, agar selamat
melewati kesengsaraan. Namun pengawal rahasia istana itu.
rupanya takmampu menafsirkan berbagai lapisan makna yang
mungkin diberikan oleh sebuah tawa yang begitu lirih dari
balik kegelapan seperti itu. Sebaliknya, ia menganggap suara
tawa itu sangat menertawakan dirinya.
Ia bangkit dari ranjang tempat isterinya sedang memijat
dirinya itu. Mengambil pedang yang tergantung di dinding.
"Biar kubungkam mulut orang bodoh itu!"
Lantas ia berkelebat ke arah suara kecapi itu.
Kemudian para tetangga tidak mendengar apa-apa lagi,
selain suara seperti orang tercekik.
Malam sunyi. Rembulan sendirian di langit. Perempuan itu
menuruni tangga rumahnya.
"Kanda, di manakah dikau Kanda?"
Ia melangkah menuju kegelapan malam. Hanya untuk
menjerit sekeras-kerasnya.
"Tolongngngng! Tolongngngng! Suam iku dibunuh! Tolongngng!" Penduduk berlompatan keluar dari rumahnya, sebagian
membawa obor. Ada juga pengawal rahasia istana lain yang
tinggal di situ. Ia keluar dengan rambut yang sudah lepas
gelungannya. Di tangannya terdapat pedang yang masih
berada di sarungnya. Mereka terbelalak. Pengawal rahasia istana ini tewas
dengan leher tercekik dawai kecapi. Bahkan pedang yang
dipegangnya pun belum keluar dari sarungnya, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menandakan lawannya bergerak dengan amat cepat, dan
menunjukkan pula tingkat ilmunya yang tinggi sekali, karena
tidak ada pengawal rahasia istana yang ilmunya silatnya
rendah. Semuanya menguasai ilmu tenaga dalam dan ilmu
meringankan tubuh, selain menguasai olah segenap senjata
yang terdapat di dalam dunia persilatan.
Semula tidak ada yang paham apa yang sedang terjadi.
Namun setelah tiga sampai empat orang pengawal rahasia
istana terbunuh dengan cara yang sama, yakni mendengar
suara petikan kecapi di malam hari, mendengar suara tawa
yang lirih dan menggetirkan perasaan, terpancing keluar untuk
memburu suara itu, hanya untuk terbunuh dengan cekikan
dawai kecapi yang melingkar di leher, sisa anggota kelompok
segera mempunyai dugaan. "TIGA tahun lalu kita membuang seorang pengamen,
seorang pemain kecapi, setelah kita potong kakinya dari lutut
ke bawah, ke dalam jurang. Kita telah menuduhnya sebagai
tikshna, pembunuh bayaran yang menyamar sebagai
pengamen kecapi, yang telah membunuh seorang tamu istana
dan melibatkan kerajaan dalam suatu pertempuran besar,
yang syukurlah kita menangi. Ia selalu menyangkal, tetapi kita
menghukumnya sebagai mata-mata lawan, yang sengaja
membunuh temannya agar negerinya memiliki alasan
menyerbu kita." "Dia menyangkal, tetapi dia juga tidak dapat menunjukkan
pembunuh yang sebenarnya!"
"Tentu tidak mungkin. Dia hanya seorang pengamen!"
"Sudahlah. Jangan bertengkar lagi. Kemungkinan besar dia
tidak mati, mungkin menyangkut di batang pohon,
menemukan seorang guru silat dan membalas dendam."
"Dengan kaki terpotong seperti itu, tentu ilmu silatnya
sudah sangat tinggi! Semua saudara kita tewas tanpa sempat
mengeluarkan pedang dari sarungnya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Salah seorang dari pengawal rahasia istana itu memegang
lehernya dengan wajah seperti baru saja menelan sesuatu
yang pahit. "Mati dengan leher tercekik dawai kecapi. Sungguh
kematian yang sangat tidak enak..."
Mereka semua tinggal delapan orang sekarang. Semua
berada di atas kuda perkasa. Berkumpul di perempatan jalan
di kotaraja, yang pada tengah malam itu memang sudah
menjadi sangat lengang. Saat itulah terdengar petikan kecapi
dengan nada dan lagu sangat pilu. Meluruhkan hati s iapa pun
yang mendengar. Serentak para pengawal rahasia istana itu menarik pedang
dari sarung di punggung. (Oo-dwkz-oO) Episode 93: [Tawa Lirih dari Balik Kegelapan]
Kemudian pada tengah malam itu terdengar bunyi tawa
lirih di balik embusan angin yang menerbangkan daun-daun.
Mereka menengok berkeliling mencari arah suara itu, tetapi
hanya tawa itu yang tetap terdengar, kadang di sana dan
kadang di s ini... "Hai pembunuh!"
Salah seorang di antara delapan pengawal rahasia istana
yang masih hidup itu berteriak lantang.
"Perlihatkan wajahmu, supaya bisa kami ringkus penjahat
licik sepertimu!" Belum selesai kata terakhir, dari balik malam telah datang
melingkar-lingkar dawai panjang yang tentu saja tak terlihat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi memperdengarkan dengung tipis yang cenderung
membingungkan. Srrrrrttt! Dawai yang sangat tipis tetapi sekaligus sangat amat kuat
itu telah menjerat leher pengawal rahasia istana dan
menyentakkannya ke atas. Suatu bayangan berkelebat di arah
pohon sawo. Berputar-putar sebentar, dan tampaklah
pengawal rahasia istana yang gagah perkasa itu tergantung
tanpa nyawa. Dawai yang sangat amat tipis, tetapi jauh lebih
panjang dari sebuah dawai kecapi tentunya, telah melingkari
lehernya sampai lebih dari dua puluh kali, mencekik erat tanpa
ampun dan tidak pernah terkendurkan lagi. Ketika
digantungkan ke pohon apalagi, berat tubuhnya telah
mempererat cekikan itu. Karena tipis dan tajam, dawai itu
menembus kulit leher, sehingga darah pun bertetesan dari
sana, dan makin lama makin deras.
Beberapa dari pengawal rahasia istana yang gagah perkasa
itu memegang leher masing-masing dengan wajah membayangkan perasaan tidak enak. Terdengar lagi suara
petikan kecapi, dan suara tawa lirih yang tidak menunjukkan
kebahagiaan, sebaliknya perasaan getir atas nasib malang
anak manusia. Tujuh pengawal rahasia istana yang masih
tersisa itu segera berlompatan turun dari kuda, membentuk
lingkaran dengan punggung mereka saling beradu.
Mereka melihat berkeliling, tetapi hanya angin yang
berdesir menggoyangkan daun-daun pohon sawo. Kemudian
terdengar suara yang tertawa lirih itu berlagu seperti gumam,
sayup-sayup seolah datang dari tempat yang jauh.
para pengawal rahasia istana
dua belas orang jumlahnya
menyiksa pengamen tak berdaya
melemparnya ke jurang dalam tak terkira...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siapa nyana suratan berbeda
pengamen disambar seekor naga
di perutnya terbaca kitab berbahaya
kini penyiksa sanggup dibantainya
Lantas petikan kecapi itu berhenti. Syair lagu itu membuat
wajah mereka pucat. Mereka teringat kembali peristiwa tiga
tahun sebelumnya tersebut, dan menyadari kejahatan yang
telah mereka lakukan. Keringat dingin terlihat mengalir di
kening mereka. Namun bukan pengawal rahasia istana
namanya, jika tidak mampu mengatasi ketakutan sendiri.
"Perlihatkanlah wajahmu pengamen, supaya kami lihat
wajah bodohmu tiga tahun yang lalu!"
Terlihat sesosok tubuh berkelebat, begitu cepat, sehingga
mata mereka tak pernah bisa menangkap sosok itu secara
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
utuh, tetapi terpaksa mengikuti juga karena setiap saat
bayangan itu dapat berkelebat mencabut nyawa mereka.
Sosok itu terus berkelebat dari pohon ke pohon, berputar-
putar mengelilingi mereka, dengan seperti sengaja memperlambat kecepatannya, supaya kelebatnya tetap bisa
diikuti mata. Maka mata yang menatap terpaksa terus-
menerus mengikuti gerakan itu, sampai mereka pusing
mengikutinya, dan saat itulah sesosok bayangan berkaki
buntung dari balik kegelapan menyambar ke arah mereka
bagaikan burung hantu menyambar mangsa.
Dalam kegelapan, tujuh pedang terlempar ke udara, dalam
waktu bersamaan sosok itu melecutkan dawai yang mengitari
tujuh pengawal rahasia istana tersebut, dan dengan sebat
menariknya. Srrrrrttt! Ketujuh-tujuhnya segera terjerat erat
oleh dawai yang tipis tajam menembus kulit, menimbulkan
rasa sakit yang luar biasa.
"Aaaaaaahhhh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum hilang dari rasa terkejut atas serangan mendadak
seperti itu, bayangan tersebut menyambar tujuh pedang yang
turun kembali ke bumi, dan menancapkan pedang itu ke
jantung pemiliknya masing-masing, hanya untuk segera
menghilang kembali. Meninggalkan denting-denting kecapi
yang merayapi udara malam...
Ketujuh pengawal rahasia istana itu mati dalam keadaan
berdiri karena ketatnya dawai yang mengikat tubuh mereka
sampai menembus kulitnya, dengan pedang menancap di
jantung sampai kepada pangkalnya, sehingga saling
menembus ke tubuh siapapun dan saling mengunci di
belakangnya. Begitulah mereka berdiri saling memunggungi
dengan tubuh saling tertancap, mata mereka terbuka dengan
pandangan yang kosong. Semenjak saat itu, apabila terdengar suara petikan kecapi
di tengah malam, di dalam rumah akan terdengar suara bisik-
bisik. "Sssshh! Itu Pendekar Dawai Maut datang lagi. Letakkan
mata uang dalam mangkuk sedekah di luar rumah, tidak usah
keberatan, ia takpernah minta lebih dari harga sebuah lagu..."
Pengamen itu, setelah menghilang dan muncul kembali
dengan kaki buntung, telah menjadi sakti mandraguna, tetapi
ia hanya dapat mencari nafkah sebagai pengamen kecapi.
Setelah peristiwa tewasnya para pengawal rahasia istana itu,
dengan suara petikan kecapi sebagai penanda yang
takteringkari lagi, ia takbisa lagi tampil mengamen secara
terbuka. Hanya dengan cara itu, ia mendapatkan sedekah dari
siapapun yang dapat memahami keadaannya, setelah
membawakan lagu-lagu getir dari balik kegelapan malam...
hidup dengan kaki buntung
tanpa kawan sepanjang zaman
mencari cinta takpernah untung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nasib tentukan jadi buronan, o!
"Bagaimana ia bisa disebut pendekar, Ibu, kalau kerjanya
hanya mengemis?" "Oh, anakku, ia memang pantas disebut pendekar, karena
untuk beberapa lama ia selalu muncul pada saat yang tepat
untuk menolong yang lemah dan takberdaya."
"Muncul?" "Muncul artinya orang mendengarkan petikan kecapinya
saja, dari kegelapan pula, tetapi cukup untuk membuat para
penjahat lari lintang pukang."
"Sebegitu menakutkannya dia?"
"Penjahat mana yang tidak takut kepadanya, jika sangat
sering para penjahat ini tiba-tiba saja sudah ditemukan
tergantung di pasar, perempatan jalan, maupun gapura di
batas kota, dengan dawai mengikat leher dan menembus
kulitnya?" "Mengerikan..."
"Itulah dunia persilatan anakku, mengerikan, Berpikirlah
seribu kali jika ingin menempuh jalan persilatan."
"Lantas kenapa Pendekar Dawai Maut itu menghilang,
Ibu?" "Itulah, Anakku, seperti semua pendekar lain yang mencari
dan menguji kesempurnaan ilmunya, ia berangkat mengembara, dan karena ia tidak ingin ma lang melintang di
wilayah yang telah dikuasai Naga Putih, gurunya yang mulia,
maka ia meninggalkan Javadvipa, mungkin untuk selama-
lamanya." Kini, jalanku dan jalan Pendekar Dawai Maut bersilangan.
Apakah ia akan kembali lagi untuk menguji kesempurnaannya
padaku" Aku tercenung membayangkan ketinggian ilmu silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
para pendekar dunia persilatan. Jika Pendekar Dawai Maut
jelas sampai hari ini takterkalahkan, maka seberapa tinggi lagi
ilmu gurunya yang ternyata Naga Putih itu, satu dari anggota
Musyawarah Sembilan Naga dalam dunia persilatan"
Mendadak saja aku merasa ciut, dalam kenyataannya aku
mengikut saja diombang-ambingkan arus di atas rakit ini
tanpa berani mengambil tindakan, sedangkan Pendekar Dawai
Maut mengembara sendirian di laut mahaluas di atas selembar
papan. Jadi bukan orang bersila yang tergambar dari garis cahaya
hijau ketika kupejamkan mataku dalam ilmu pendengaran
Semut Berbisik di Dalam Liang, melainkan seseorang yang
kakinya buntung. (Oo-dwkz-oO) Entah sampai di mana aku melamun, ketika Puteri Asoka
menunjuk ke suatu arah. Langit telah menjadi ungu, tetapi
cahaya belum merekah. Pada arah yang ditunjuk Puteri Asoka
itu terlihatlah kerlap-kerlip cahaya dari suatu garis kehitaman.
Ah! Perkampungan nelayan!
"Tuan! Perkampungan Tuan! Perkampungan!"
Demikianlah Puteri Asoka meloncat-loncat di atas rakit.
Kucoba menerka jarak, kurasa masih cukup jauh, meski jika
tampak kasat mata begini memang lebih terdapat adanya
kepastian. Apakah aku meluncur saja ke sana pada pagi yang
dingin dan sunyi seperti ini" Me luncur seperti ikan lumba-
lumba sembari membawa Puteri Asoka ke sana, ataukah
membiarkan rakit ini terseret arus dan terdampar dengan
sewajarnya" Sebetulnya yang terakhir itu merupakan terbaik,
tetapi aku tidak terlalu yakin apakah arus ini akan
membawaku ke sana, karena bisa saja berbelok ke arah lain.
Rakit ini memang belum terlalu dekat ke pantai, jadi
keterdamparannya belum bisa dipastikan, dan ini berarti kami
harus mencapai pantai tanpa tergantung kehendak alam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak tergantung arus ini mau membawa kami ke sana atau
tidak. Puteri Asoka yang kegirangan melihat keraguanku.
"Ada apakah Tuan" Adakah sesuatu yang membuat Tuan
ragu untuk mendaratkan rakit ini ke pantai?"
Aku tidak menjawab. Hanya menggeleng, karena sudah
kuputuskan untuk menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas
Langit sahaja, hanya sedang kupikirkan akibatnya jika kami
dipergoki di tempat yang tidak kukenal ini, karena segala
sesuatunya tidaklah dapat kutebak sebelumnya.
Namun lagi-lagi perjalanan nasib tidak pernah bisa diduga,
ketika Puteri Asoka berseru lagi.
"Tuan! Lihat!" Dari balik kabut yang tersibak pada pagi yang langit
keunguannya semakin muda itu, muncul kapal bercadik
dengan layar terbentang yang sangat kukenal. Terdengar
suara berteriak dari puncak layar.
"Ahooooiii! Rakit di haluan!"
Para awaknya muncul di dinding kapal. Wajah-wajah yang
juga kukenal. "Naga Laut!" Kapal itu menyerong dan melambatkan diri agar tidak
menabrak rakit dan memberiku kesempatan melompat ke atas
cadik, dan kemudian melenting ke dalam melewati selasar.
Pagi masih gelap, tetapi suasana kapal itu sudah menjadi
hangat dan hiruk pikuk. Di atas geladak aku melangkah ke
arah Naga Laut, yang melihatku sambil tersenyum-senyum. Di
hadapannya kuberdirikan Puteri Asoka yang kubopong itu, dan
aku membungkuk dengan tangan kanan bersilang di dada.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Naga Laut! Awak kapalmu yang rendah menyerahkan
kepada Tuan, Yang Mulia T uan Puteri Asoka!"
Naga Laut bergeming, meski tetap tersenyum, menepuk
pundakku. "Semua orang di sini memanggilku Nakhoda, Anak, dan
bukankah dirimu sendiri memanggilku Bapak?"
Aku tidak bisa menjawab sepatah kata. Mungkin
perasaanku terlalu meluap-luap setelah sekian lama terkatung-
katung di laut dan mendadak saja bertemu dengan kawan-
kawanku. Nakhoda memandang Puteri Asoka, yang berdiri dengan
kaku, meski tetap anggun, di antara para pelaut yang
bertubuh serba besar itu. Nakhoda lantas membungkuk
dengan takzim, seraya menyilangkan tangan kanannya di
dada. "Selamat datang di atas kapal patik yang sederhana ini
Tuan Puteri, hambamu yang rendah memohonkan maaf atas
segala kekurangan." Puteri Asoka, meski masih berusia 12 tahun, sungguh
kentara betapa terdidik dan berperadaban.
"Paman yang Terhormat," katanya, "janganlah merendah
bagaikan seorang hamba kepada diriku. Daku bukanlah puteri
raja, hanya seorang anak perempuan yang terlunta-lunta dan
malang nasibnya sebelum ditolong oleh Tuan pendekar yang
tidak bernama ini. Taklayak diriku menerima penghormatan
yang bagaimanapun jua."
Naga Laut tampak terpesona oleh jawaban Puteri Asoka,
dan merasa pantas telah mengerahkan segenap daya untuk
memburunya. "Dengan segala hormat Tuan Puteri, janganlah merasa
sungkan. Telah sahaya terima julukan bajak laut demi segala
perongrongan wibawa Sriv ijaya, tiada lebih tiada kurang demi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
negeri Muara Jambi jua adanya. Semua ini, mungkin tak bisa
dipahami T uan Puteri hari ini, tetapi itu bukanlah masalah, kini
istirahatlah Tuan Puteri, mohon ampun atas keberadaan kapal
ini." Lantas pagi menjadi agak lebih terang. Semua kawan tak
ada yang ketinggalan ingin memelukku. Pangkar, Darmas,
Daski, Markis, tertawa gegap gempita menyambutku.
"Kami sudah mengira dikau tewas oleh gerombolan
Samudragni! Itulah sebabnya kami berangkat memburu ke
arah ini! Apakah yang dikau alam i sehingga terkatung-katung
di atas rakit begini, wahai pemuda Javadvipa yang
takbernama?" Maka kuceritakan semua yang telah kualami sejak diriku
terpisah dari mereka, ketika mereka ajak orang-orang yang
mengaku berasal dari Muara Jambi itu masuk ke dalam rumah
panggung. Tentu tidak kuceritakan segala sesuatu yang
kiranya akan menunjukkan diriku sebagai orang persilatan,
aku hanya menceritakan betapa segala peristiwa itu
berlangsung seolah-olah sebagai suatu kebetulan, dan bukan
hasil dari kemampuan diriku.
"Jadi, bagaimana kalian dapat mencari aku di arah ini?"
Maka silih berganti mereka bercerita, apa yang terjadi
setelah kepergianku hari itu.
"Mula-mula kami dengar apa yang disampaikan orang-
orang Muara Jambi itu. Dari mereka kami dapatkan kepastian
bahwa memang telah seratus tahun ini, sisa-sisa bangsawan
Jambi Malayu telah membangun jaringan rahasia dalam
kedatuan Sriv ijaya, dan selama seratus tahun itu pula telah
mereka pertahankan kemurnian darah bangsawan Jambi
Malayu dalam tekanan peleburan darah dari Sriv ijaya."
"Namun selama seratus tahun itu pula, secara turun
temurun pihak kedatuan Sriv ijaya terus mengawasi para
bangsawan Jambi Malayu, yang meski berbaur ke dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masyarakat tetap terawasi berusaha mempertahankan
kemurnian darah dengan perkawinan hanya di antara mereka;
setidaknya, meski bukan dengan bangsawan, tetapi dengan
warga Jambi Malayu yang setia dan berasal dari Muara Jambi.
Dari siasat ini terlahirkan Puteri Asoka yang sahih menduduki
kursi singgasana kerajaan Jambi Malayu jika mampu berdiri
kembali." "Kemudian mereka pastikan bahwa sejumlah utusan telah
dikirim ke Javadvipa, untuk mencari hubungan dengan orang-
orang Mataram, yang dengan segera dikirimkan pula orang-
orang untuk mengejarnya. Pula diketahui bahwa dalamn
seratus tahun terkumpul harta karun yang cukup untuk
menggalang sebuah pemberontakan, termasuk membangun
pasukan yang terlatih dan kuat untuk mendukungnya."
"PERKEMBANGAN berlangsung sangat cepat, karena orang-
orang Malayu Jambi mengerti jika selama ini diri mereka
memang diawasi, bahkan kemudian lantas bisa membaca
makna pengawasan tersebut, yang membuat mereka ambil
keputusan mendadak untuk berangkat segera dengan hanya
sehari persiapan, yang ternyata juga tak lolos dari
pengawasan meski agak terlambat. Kapal mereka telah berada
di tengah laut ketika para pengawal rahasia istana menyergap
ke pelabuhan di kotaraja."
"Hanya sampai di sini orang-orang Muara Jambi yang
menanti berita di Kota Kapur itu mengetahui perkembangan,
dan mereka mengandaikan bahwa Naga Laut yang selama ini
sebetulnya berjuang untuk Muara Jambi, dan pagi itu tampak
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendarat mungkin mengetahui sesuatu yang terjadi di selat
pada malam sebelumnya. Suatu perkiraan yang tepat karena
kita memang menjumpai kapal bernasib malang yang kita
sempurnakan itu." "Mereka sangat terpukul. Mereka terdiam. Mereka
menitikkan airmata dengan tubuh bergetar mendengar segala
hal yang kemudian disampaikan oleh Naga Laut sendiri. Bara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kehidupan yang telah dipelihara selama seratus tahun
bagaikan mendadak padam oleh berita itu, tetapi yang
kemudian menjelma nyala lilin dalam kegelapan ketika
mendengar bahwa yang disebut Asoka, kemungkinan besar
masih hidup dan diculik."
"'Naga Laut!' kata mereka kemudian' 'Beri kami petunjuk,
agar dapat kami temukan dan hancurkan para penculik Puteri
Asoka junjungan kami!'" Saat itu kami beritahukan kepada
nakhoda semua hal yang telah didengar dirimu dan Daski di
kedai, dan bahwa dikau telah membuntuti seseorang yang
telah memata-matai kita semua, dan kami duga tentu ada
hubungannya dengan segala peristiwa belakangan ini. Kami
juga menceritakan peristiwa yang berlangsung di kedai, ketika
seseorang tiba-tiba tewas setelah sebelumnya tampak seperti
tercekik-cekik dengan mata melotot ke arahmu, meski untuk
ini tentu hanya kamu sendiri yang tahu."
"Setelah dirimu takjuga kembali, kami andaikan sesuatu
memang terjadi yang erat hubungannya dengan peristiwa
tersebut. Kami andaikan bahwa dirimu telah menemukan
jejak, dan karena itu dirimu takkembali, tetapi kami taktahu
apakah dikau menghilang karena mengikuti jejak ataukah mati
terbunuh dalam penyelidikan itu. Kami mengkhawatirkan
dirimu yang belum mengenal lingkungan dan tidak terbiasa
dengan kelicikan dunia yang memang kejam dan takberperasaan." "Maka nakhoda menyebar kami semua dengan segera ke
segenap penjuru Kota Kapur untuk menggali keterangan,
mencari petunjuk, dan mengendus segala sesuatu yang
mungkin mengarahkan kami. Pada ma lam hari Daski berhasil
menemukan dan memaksa orang yang berbicara di kedai itu,
bahkan terpaksa sedikit menyiksanya agar ia bicara lebih
daripada yang telah disampaikannya di kedai itu. Dari sana ia
mengaku bahwa hanya mendengar semuanya dari seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ipar yang mabuk sehabis turun dari kapal. Sedangkan iparnya
ini adalah anak buah bajak laut Samudragni."
"Pada saat yang bersamaan Pangkar yang menyelidik
sampai ke sebuah teluk tersembunyi, mengetahui dari seorang
pencari kayu bahwa sebuah kapal telah berlayar setelah
malamnya berlabuh dan menurunkan entah apa ke dalam
gua-gua di dalam bukit karang. Kami bayangkan bahwa dirimu
telah sampai ke tempat tersebut setelah Pangkar temukan
buluh mengambang, yang potongannya jelas akibat perbuatan
manusia. Suatu kemungkinan yang hanya dapat berlangsung
dalam tindakan penyusupan."
"Tentu bukti ini tidak cukup meyakinkan bahwa dikaulah
yang telah melakukannya, tetapi tidak terdapat perkara lain di
Kota Kapur ini, kecuali urusan yang sedang kita hadapi
tersebut. Kemudian kami temukan ipar yang mabuk itu, yang
sebetulnya merupakan mata-mata Samudragni untuk mengetahui perkembangan Kota Kapur, jadi tidak ikut berlayar
ke mana-mana. Dari dialah Samudragni mengetahui
pentingnya kedudukan Puteri Asoka, yang semula tidak
diketahui Samudragni."
"Dia mengetahuinya sebagai penerima merpati pos dari
seberang laut, dari kotaraja tepatnya. Merpati pos pertama
menyampaikan tugas pembantaian, merpati pos kedua
menanyakan kepastian tewasnya Puteri Asoka, yang baru
diterimanya setelah kembali dari laut. Maka baru kemudian
Samudragni memahami pentingnya arti Puteri Asoka. Untuk
pertama kalinya ia melaut dan menyaksikan pembantaian itu,
yang telah membuatnya terpaksa minum tuak dan bicara
melantur, hanya untuk didengar adik isterinya, yang kemudian
kita dengar membual di kedai. Bual bagi para pendengar, tapi
sangat berguna untuk kita!"
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 94: [Menuju Kotaraja]
SEBETULNYA aku tidak mampu bermain sulap, tetapi aku
tentu mampu bergerak dengan kecepatan yang tidak bisa
diikuti oleh mata, dan memang dalam diriku terwariskan
perbendaharaan ilmu sihir Raja Pembantai dari Selatan yang
pada dasarnya tidak pernah kupelajari sama sekali. Apa yang
telah diceritakan Daski kepada mereka" Sebenarnyalah belum
terpecahkan keberadaan penyihir di kedai yang berusaha
menyihirku waktu itu. Siapakah dia" Apakah dia mengenalku"
Untuk apa dia berusaha menyihirku" Daski yang mungkin
dapat membaca berlangsungnya pertarungan sihir tentu
mengetahui apa yang kulakukan. Dia katakan bahwa di luar
Javadvipa ilmu sihir adalah ma inan kanak-kanak. Mengapa
tidak" Bukankah pernah kudengar cerita tentang prasasti di
Kota Kapur yang dapat mengutuk itu"
Aku berpikir keras. Kepada Daski telanjur kuakui betapa
aku memang memiliki ilmu sihir, meski tanpa sengaja.
Kemungkinan besar apa yang telah disaksikannya di kedai pun
diceritakannya pula, meski takdapat kutebak seberapa jauh
Daski sanggup menembus dunia dalam wilayah sihir itu untuk
mampu mengetahui seluk beluk ilmu sihirkuosedang aku
sendiri pun taktahu seluk beluk ilmu itu. Segala sesuatu
berjalan dengan sendirinya, seperti baru kuketahui di kedai
saat itu, bahwa ilmu-ilmu sihir dalam diriku itu akan tergerak
menanggapi, tanpa harus dirapal atau dibaca mantranya sama
sekali, saat mengalami serangan ilmu sihir. Bahkan tanggapan
itu telah menyesuaikan diri dengan jenis ilmu sihir yang
menyerangnya. Takbisa kubayangkan kesaktian Raja Pembantai dari Selatan dengan ilmu-ilmu ini. Sekarang aku
sudah lupa kenapa bisa mengalahkannya. Mungkinkah dulu
sebenarnya ia hanya mengalah"
"Ayo! Anak muda tanpa nama! Berikan kami pertunjukan
kalau begitu!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apa yang harus kulakukan" Kulirik Daski. Ia tak berkata
apa-apa, artinya ia tidak mendesakku untuk memperlihatkan
ilmu sihir itu. Aku merasa lebih wajar memanfaatkan ilmu
silatku, tetapi aku pun tidak merasa nyaman harus
memamerkannya di depan kawan-kawan seperti itu.
Keadaanlah yang kemudian menolongku, ketika Naga Laut
muncul dari balik kerumunan awak kapalnya kepada diriku.
"Ada apa ini" Ayo sudah! Kembali ke pekerjaan masing-
masing! Anak muda takbernama ini tentu belum makan!
Berikan apa yang kita punya! Terapung-apung dua belas hari
di lautan tentu bukanlah hal yang menyenangkan!"
Kerumunan itu bubar. Naga Laut menghampiriku.
"Gantilah bajumu itu, Anak, sayang sekali kita tidak punya
sesuatu yang pantas untuk Putri Asoka."
"Berikan saja pakaian seperti kita, Bapak, betapapun kini
Putri adalah bagian dari kapal ini."
Naga Laut mengarahkan kapalnya menuju kotaraja, dengan
maksud mencari orang-orang yang telah memerintahkan
secara langsung pembantaian di tengah laut itu. Mereka telah
membawa sejumlah merpati yang mestinya dikirim kembali,
karena pengurus merpati yang berada di Kota Kapur itu pun
takpernah mengetahui nama-nama para pemesan pembantaian. Pesan-pesan dikirim lewat gulungan kain kecil
yang diikatkan kepada kaki merpati. Segalanya dengan bahasa
rahasia. Sehingga segala sesuatunya belum menjadi terlalu
jelas. Merpati-merpati hanya tahu tempat asalnya, jadi memang
terdapat sejumlah merpati yang dipertukarkan melalui
sejumlah utusan, agar pesan-pesan dapat dikirim dan saling
berbalas dengan cepat menyeberangi selat, antara Kota Kapur
dan kotaraja. Lantas kuingat cerita tentang keahlian memanah
di kalangan pengawal rahasia istana, yang antara lain
tujuannya adalah memanah burung-burung merpati dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tugas rahasia seperti itu, tentu untuk memergoki pesan-pesan
rahasia yang dibawanya. Demikianlah kapal Naga Laut melaju dalam udara cerah
menuju kotaraja. Selama perjalanan, Naga Laut bercerita
kepadaku tentang Muara Jambi seperti dikenalnya, yang
sebelum diserbu Sriv ijaya juga merupakan negeri makmur
beradab dan berbudaya tinggi.
"SUNGAI Batanghari berkelak-kelok seperti naga raksasa
dan pada setiap kelokan itu, Anak, dari sungai bisa dikau lihat
arca-arca terindah yang pernah dibuat orang di Suvarnabhumi. Arca Buddha, arca Prajnaparamita, arca
Avalokitesvara, arca Gajasimha, dan arca padmasana. Namun
arca-arca yang terindah itu telah dirusak oleh orang-orang
yang cemburu kepada keindahannya, karena meskipun
manusia memang lebih mulia daripada batu, kejahatannya
telah membuat manusia itu merasakan dirinya lebih buruk dan
semakin buruk di antara karya-karya terbaik yang pernah
dihasilkan manusia. "Jika dikau saksikan arca-arca itu sekarang, Anak, sepuluh
arca Buddha ada yang tinggal potongan kaki maupun
tangannya. Gaya pahatan mereka sama, terutama pakaiannya,
berupa jubah tipis yang menutupi sebelah atau kedua belah
bahu, panjangnya sampai di atas mata kaki, dan di bawah
jubah ini masih ada kain lagi yang lebih panjang dari
jubahnya. Namun tangan mereka terpotong-potong begitu
rupa sehingga tidak semua sikap tangannya, yakni mudra,
dapat diketahui. Tujuh arca terbuat dari batu pasir, dan tiga
sisanya terbuat dari logam, yakni perunggu dan perunggu
berlapis emas. "Di antara yang tertua dari arca-arca Buddha itu, yang juga
cara pemakaian jubahnya menutupi kedua bahu, adalah gaya
pengarcaan yang sama dengan gaya seni Pala dari bagian
timur Jambhudvipa dari masa sesudah dinasti Gupta. Namun
para seniman Muara Jambi tidak mengikuti begitu saja gayaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jambhudvipa, karena mereka pun memiliki pandangannya
sendiri, tentang yang indah dan tidak indah.
"Arca Prajnaparamita, jika dikau akan sempat melihatnya,
Anak, meski tampak indah penggarapannya, kepala dan kedua
lengannya sudah hilang sama sekali. Orang-orang tua masih
bisa bercerita tentang arca itu, betapa wajahnya cantik sekali."
20 Naga Laut matanya menerawang menentang angin, seperti
terlihat olehnya bentuk utuh arca itu: Seorang dewi yang
duduk bersila vajrapayanka, yakni kaki bersilang dan kedua
telapak kaki menghadap ke atas; bertangan dua dalam sikap
vyakhyanamudra atau chinmudra, yakni ibu jari dan telunjuk
kanan membentuk lingkaran, jari yang lain ke atas, tangan kiri
di bawahnya, keduanya di depan dada; di sebelah kiri badan
terdapat teratai dengan kitab di atasnya. Sikap tangan
vyakhyana menggambarkan sikap berbicara atau memberi
penjelasan. "Arca itu terletak di samping kiri pintu masuk sebuah
candi," ujar Naga Laut mengingat-ingat lagi, "duduk bersila
vajraparyanka, tanpa sandaran arca di bagian belakangnya.
Tidak ada lagi laksana yang tampak di sini, karena pecah pada
bagian kanan kiri badan, tetapi pada salah satu sisi masih
tampak tangkai teratai. Meski tidak utuh lagi, nilai seninya
tetap tinggi, seperti terlihat dari kehalusan penggarapan lipit-
lipit ujung dan tepian kain yang menutup seluruh lapik arca.
"Delapan arca Avalokitesvara dari perunggu! Mahkota
meninggi dengan hiasan raya dan rambut ikal terurai pada
kedua bahu, dengan cara berdiri dalam sikap tribhanga, kali ini
gayanya membuktikan hubungan Muara Jambi dengan
Jambhudvipa bagian selatan."
Tentu pernah kupelajari perihal Avalokitesvara sebagai
salah satu bodhisattwa, yakni tingkatan sebelum menjadi
Buddha. Bodhisattwa merupakan kelompok dewa yang berasal
dari kelima Dhyani-Buddha atau Tathagata. Sebuah cerita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengatakan, Dhyani-Buddha Amitabha setelah berhenti
samadhi memancarkan sinar putih dari mata kanannya dan
keluarlah Padmapani atau Avalokitesvara itu sendiri. Jadi
Avalokitesvara itu adalah anak rohani Amitabha dengan
saktinya yang bernama Pandara.
AVALOKITESVARA adalah bodhisattwa paling dikenal di
antara para dewa Mahayana, dianggap menguasai alam
semesta pada masa Buddha Gautama sampai munculnya
Maitreya, yakni Buddha yang akan datang. Masa itu termasuk
putaran waktu atau kalpa masa kini yang disebut Bhadrakalpa.
Avalokitesvara justru menolak untuk mencapai nirvana, tujuan
segenap penganut Buddha, karena melihat masih sangat
banyak orang belum bisa mencapainya. Maka Avalokitesvara
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memilih tetap tinggal, supaya dapat membantu manusia untuk
menemukan jalan kebenaran yang akan membawanya ke
nirvana. Ia berkorban tak menuju nirvana, karena kasih dan
cintanya kepada manusia. Sikapnya ini membuat ia selalu
dipuja dan diseru untuk dimintai pertolongan saat manusia
berada dalam kesulitan. Bagiku, sangat menarik bahwa seruan-seruan kepada
Avalokitesvara menggambarkan bahaya yang biasa dialami
oleh para pedagang dan para pendeta Buddha. Avalokitesvara
menjadi pelindung para pedagang dan pendeta Buddha yang
banyak melakukan perjalanan, termasuk penjelajahan di
lautan. Arca-arca logam berukuran kecil dibuat untuk
keperluan pemujaan dalam perjalanan seperti itu. Aku baru
sadar bahwa pada puncak lunas kapal Naga Laut ini juga
terukir bentuk Avalokitesvara, sebagai tokoh yang mengenakan busana dan perhiasan seperti raja, dan juga
memakai mahkota. Laksana-nya adalah aksamala atau tasbih
dan teratai merah yang disebut padma, yang membuatnya
disebut juga sebagai Padmapani.
Delapan arca yang dikisahkan Naga Laut itu tergolong
kelompok chala, yakni bisa dipindah-pindahkan, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunjukkan terdapatnya pergerakan dalam pemukiman,
tetapi yang semuanya tak pernah jauh dari daerah aliran
sungai. "Begitulah, Anak, arca gajah terdapat tiga buah, lambang
kekuatan, sifat jantan dan kebijaksanaan, di punggungnta
terdapat singa, tetapi singa ini juga sudah hilang entah ke
mana. Ya, arca gajasimha, kami juga bisa membuatnya,
semula terletak di kanan dan kiri pintu candi, kini tergeletak di
sembarang tempat, takterawat dan rusak, merana sampai
meneteskan airmata!"
Arca tidak bisa menangis, tetapi kutahu Naga Laut yang
termasyhur sebagai penghancur kapal-kapal Sriv ijaya itulah
yang hatinya menangis. Kerinduan dan kesedihan atas nasib
tanah airnya bagaikan mendadak saja menguak, mengharu
biru begitu rupa. Ia masih terus berbicara dengan penuh kenangan tentang
padmasana, lapik berhiaskan kelopak bunga teratai dengan
lubang di tengah yang dapat digunakan sebagai alas arca;
juga yang tidak berlubang sehingga menjadi alas untuk
meletakkan sesajian; stupa yang tergunakan sebagai stambha,
sejenis tiang pemujaan sebagai bagian empat makara.
"Makara-makara terindah! Berserakan seperti batu tanpa
guna!" Kurasakan nada kesedihannya, yang agaknya tak
tergantikan oleh penghancuran kapal-kapal Sriv ijaya. Enam
makara tersebar di berbagai tempat di Muara Jambi: Makara
dengan tokoh laki-laki di dalam mulutnya, setidaknya ada tiga
-tokoh laki-lakinya membawa gada dan pasa atau tali jerat,
berbentuk membulat, bertaring atas dan bawah, belali
melengkung, mata bulat menonjol, berhiaskan sulur, pada s isi
kanan dan kiri terdapat hiasan seperti sayap burung.
"Tapi salah satunya, gada dan pasanya sudah aus
takterlihat lagi!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Naga Laut, yang oleh kedatuan Sriv ijaya hanya dikenal
sebagai bajak laut berbahaya, begitu rinci perhatian dan
ingatannya kepada benda-benda seni, yang tentu saja
merupakan sarana igama. Masih disebutkannya makara
dengan untaian bunga dan malai terjulur di dalam mulutnya.
Di bawahnya terdapat kinnara, makhluk berkepala manusia
dan berbadan burung, yang juga telah aus. Makara ini
bertaring, tetapi tampak halus, matanya sipit, kecil,
diperhiaskan dengan sulur-suluran.
Bahkan diingatnya rincian sebuah arca tanah liat yang kecil,
menggambarkan wajah manusia yang alisnya tipis melengkung panjang, matanya terbuka berbentuk lonjong,
mulutnya setengah terbuka, pada kedua sudut bibir ada
lubang,Aisebetulnya ada taringnya dulu di situ. Pada telinga
kirinya terdapat sebagian hiasan telinga, pada dahinya
terdapat bulatan dengan titik di tengahnya, sementara di atas
bulatan terdapat sisa-sisa jamang.
"Bapak ingat semuanya!"
"BEGINI Anak, umurku sekarang enam puluh tahun. Jika
sekarang kita berada pada 796, berarti aku dilahirkan 736,
sedangkan pada 690 saja kerajaan Jambi Malayu sudah tiada
lagi.8) Namun semangat perlawanan itulah, Anak, ditiupkan
kepada setiap jiwa secara turun-temurun, sehingga Sriv ijaya
dengan segala kekuasaan tidak pernah bisa tetap tinggal
tenang. Lagipula, kenapa harus dilupakan Anak, jika kedatuan
Srivijaya sendiri dengan bangga menatahkan penyerbuannya
pada batu?" Naga Laut ternyata mengingat sebagian dari prasasti yang
terdapat di Kedukan Bukit, di tepi sungai, di arah barat daya
kotaraja: Kemakmuran! Keberuntungan! Pada tahun Saka 605, hari
ke sebelas paro terang bulan Waisakha, Sri Baginda naik kapal
untuk mencari kesaktian. Hari ketujuh paro terang bulan
Jyestha, raja membebaskan diri dari (...). Ia memimpin bala
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentara yang terdiri atas dua puluh ribu orang menggunakan
perahu, pengikut yang berjalan kaki sejumlah seribu tiga ratus
dua belas orang tiba di hadapan (Raja"), bersama-sama,
dengan sukacitanya. Hari kelima paro terang bulan (...),
ringan, gembira, datang dan membuat negeri (...) Srivijaya,
sakti, kaya (...) "Kebanggaan buat para penakluk barangkali, tetapi sama
sekali tidak bagi yang telah diserang dan dihancurkan, yang
dalam kenyataannya selalu melakukan perlawanan. Jika tidak
bersenjata, setidaknya dalam kehidupan sehari-hari; dan jika
itu pun tidak maka masih dapat melakukannya dalam impian."
Aku tertegun. "Jangan tertawa dahulu, Anak, dalam penindasan manusia
harus melakukan segalanya agar tetap hidup. Dalam keadaan
tertindas, impian adalah suatu sumbangan penting bagi siapa
pun yang bertekad untuk tetap menegakkan kepala."
Prasasti itu memang bukan tentang penaklukan Jambi-
Malayu, tetapi bala tentara yang disebutkan di sana itulah
yang telah ditafs irkan Naga Laut telah menimbulkan
kehancuran di mana-mana di Muara Jambi.
Begitulah Naga Laut, seperti juga pendekar Naga Emas,
adalah nama yang digunakan turun temurun demi tujuan
hidup di dunia yang sama. Namun anak buah mereka
berubah. Jika Naga Laut I, sebagai salah satu bekas panglima
Jambi-Malayu, ketika menyempalkan diri sebagai warga
Srivijaya dan memilih untuk selamanya
merongrong kewibawaan Sriv ijaya memiliki anak buah dari suku bangsa
yang sama, yakni warga keturunan Jambi Malayu; maka
semenjak kepemimpinan Naga Laut II, awak kapalnya lambat
laun semakin beragam. Bajak laut selamanya merupakan orang-orang sempalan
yang semula terasing dari masyarakatnya. Mereka tidak perlu
memiliki s ifat jahat untuk menjadi bajak laut, cukup asal tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendapat tempat karena berbagai macam alasan, dan merasa
nyaman di antara kumpulan manusia berbagai suku bangsa
tersebut, bergabunglah mereka ke sana.
ORANG-ORANG yang terbuang, merasa nyaman dalam
kumpulan orang-orang terbuang, dan bersedia melakukan apa
pun demi kumpulannya yang terbuang itu. Begitulah mereka
mengembara bersama dalam satu kapal, menjelajahi dunia
dan mengarungi pelosok-pelosoknya; bertarung, berperang,
dan berjuang dalam suka dan suka bersama, yang
membentuk ikatan kesetia kawanan yang luar biasa di antara
mereka, melebihi ikatan saudara.
Bahwa kini mereka menuju kotaraja untuk mencari jejak
otak pembantaian, tidak mesti diandaikan mereka turuti
sepenuhnya kehendak Naga Laut III, yang selalu membagikan
hasil jarahannya kepada orang-orang miskin, takpernah
melakukan pemerkosaan, dan hanya membunuh jika jiwa
terancam. Mereka juga berkepentingan bahwa samudera tidak
harus dikuasai siapapun yang bermaksud memaksakan
kehendaknya. Telah kuceritakan bahwa untuk mendapatkan nafkah
mereka berdagang seperti para pelaut lain, tepatnya
berdagang dan menyediakan jasa angkutan, baik di antara
pulau-pulau dui Suvarnadvipa maupun ke wilayah yang lebih
luas di luarnya, antara bagian selatan Negeri Atap Langit dan
Jambhudvipa. Dalam jalur itulah mereka berebut tempat
dengan kapal-kapal lain dari Sriv ijaya, dan tanpa alasan
apapun Naga Laut memang akan selalu menyerangnya.
"Begitulah kehidupanku, Anak, aku tak bisa menghindar
untuk berjuang dan berbakti untuk negeriku yang terjajah.
Jika aku harus mati di lautan seperti ayahku, atau mati dalam
penjara bawah tanah seperti kakekku, biarlah aku mati, asal
jalan hidupku tetap tegas dan jelas, yakni melakukan segala
tindakan untuk menyatakan, bahwa samudera bukanlah hak
milik kedatuan Sriv ijaya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Langit terang. Kapal melaju. Naga Laut memerintahkan
agar Putri Asoka diurus dengan. Bagi Putri itu telah disediakan
bilik para awak kapal yang sudah dikosongkan. Hanya
dirinyalah kini menempati bilik itu, tertidur bersama nasibnya
yang belum menemukan titik terang.
Aku sedang memperhatikan lumba-lumba berloncatan
mengiringi kapal, ketiga pengawas di puncak layar berteriak.
"Hoi! T iga kapal di depan!"
Kami berloncatan ke haluan. Tampak tiga kapal berbendera
kedatuan Sriv ijaya! (Oo-dwkz-oO) Episode 95: [Tenggelamnya Tiga Kapal Srivijaya]
KETIGA kapal Sriv ijaya itu mendekat dengan kecepatan
penuh, yang tengah langsung menuju kapal ini, yang dua lagi
masing-masing bergerak menyerong ke kiri dan ke kanan
dengan rencana yang terbaca dengan jelas, yakni keduanya
akan berbelok kembali untuk menyerang dari kiri dan kanan.
Kapal Naga Laut akan segera terkepung, tetapi kulihat
nakhoda kami itu begitu tenang. Ketiga kapal itu sama jenis
maupun ukurannya dengan kapal ini, sehingga kuperkirakan
jika setiap kapal mampu memuat 25 orang, maka setidaknya
terdapat 75 orang yang harus kami hadapi, dalam
pertempuran yang akan membabi buta sekali.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa kapal Naga Laut adalah
kapal yang paling diburu oleh armada Sriv ijaya. Kapal Naga
Laut biasanya sangat lincah. Sehabis menyerang, ia dapat
segera menghilang sebelum kapal lain datang. Namun kali ini
kapal Naga Laut membawa banyak muatan rempah-rempah
untuk mereka perdagangkan ke mancanegara, jauh di luar
Suvarnadvipa. Sebaliknya, kapal-kapal Sriv ijaya ini bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya kosong, melainkan sangat mungkin lambung kapal diisi
pasukan tambahan. Apakah mereka memang sudah
mengincar kapal Naga Laut" Kukira Naga Laut sangat berhati-
hati menjaga kerahasiaan perjalanannya. Ataukah hanya
kebetulan" Kukira tidak juga, karena serangan ini tampak jelas
sebagai serangan yang siap dan sudah diperhitungkan.
Apakah yang telah terjadi"
Nakhoda memberi perintah ke sana kemari.
"Pangkar! Jaga sisi kiri! Markis dan Daski! Jaga sisi kanan!
Darmas! Jaga Putri Asoka! Anak! Jangan jauh dariku! Siapkan
senjatamu! Setiap orang akan menghadapi tiga orang! Serang
lebih dulu sebelum mereka menyerang kita!"
Dengan cepat awak kapal bergerak dan terkelompok
menjadi tiga, masing-masing dengan Pangkar, Markis, dan
Naga Laut itu sendiri sebagai kepala regu. Mereka
mempersiapkan anak-anak panah yang sudah direndam
dengan racun, dan anak-anak panah itu kuperhatikan ternyata
bergerigi. Sekali tertancap tidak akan bisa dicabut kembali,
sehingga racun yang dibawanya terjamin segera bekerja tanpa
terputus. Mereka berlindung di balik dinding kapal, supaya
takbisa diserang lebih dulu.
DENGAN berbisik-bisik, seorang awak menjelaskan kepadaku bahwa mereka akan menyerang setelah panah-
panah dilepaskan, karena dengan jumlah yang lebih sedikit
harus mampu menguasai keadaan.
"Racun dalam panah-panah ini membuat orang langsung
mati," katanya. Jarak semakin dekat. Kulihat dengan kepercayaan diri
sangat tinggi mereka siap menyerang. Seseorang bahkan
berdiri dekat lunas kapal dengan tombak di tangan seperti
berburu ikan hiu. Suatu tindakan gegabah karena merasa
jumlahnya lebih banyak. Namun, betapapun, para awak kapal
Srivijaya tetaplah mesti diandaikan sebagai pasukan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlatih dengan baik. Meskipun kedatuan itu terasalkan dari
berbagai gerombolan bajak laut, setelah tiga ratus tahun lebih
tentulah menguasai ilmu pertempuran laut dengan lebih baik
dari sebelumnya. Jadi Naga Laut pun tidak akan
memandangnya remeh. "Jangan lupa! Kejutkan mereka dengan serangan
mendadak! Ini pertempuran antara hidup dan mati! Arahkan
perahu kepada yang tengah segera!"
Mengikuti perintah Naga Laut, sebagian awak yang berada
di kiri dan kanan berloncatan ke atas cadik dan mendayung.
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tenaga angin pada layar dan tenaga dayung membuat kapal
melaju lebih cepat dari kapal lawan. Naga Laut sungguh
cerdik. Dari segi jumlah sudah jelas kedudukannya sangat
lemah, meski begitu ia berusaha mengacaukan pemusatan
perhatian lawan. Mereka berusaha mengepung, tetapi dengan
kecepatannya sekarang, bukan saja ia akan mengejutkan
kapal yang di tengah, melainkan juga membuat kedua kapal
yang telah menjauh karena menyerong untuk berbalik
mengepung itu kehilangan sasaran. Mereka terpaksa kembali
ke arah semula untuk mengejar kami, dan itu memerlukan
waktu. Saat ini kami sudah semakin dekat dengan kapal yang di
tengah itu. Mereka tampak terkejut dan menghindari
tabrakan. Siasat Naga Laut mengena! Kapal mereka akan
melewati sisi kanan kami.
"Markis! Daski! Sisi kanan!"
"Siap Nakhoda!"
Saat lunas kapal mereka terbelok ke kiri karena
menghindari tabrakan, dari kapal kami meluncur sebatang
anak panah yang langsung menancap di dada orang yang
memegang tombak di haluan.
"Aaaaaaaaaaaa!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia langsung jatuh ke laut dan kemungkinan sudah mati
sebelum tubuhnya menyentuh air. Racun yang diolah dari
tubuh makhluk-makhluk dasar laut, karena keterbatasan
mereka menghadapi bahaya yang datang dari ikan-ikan besar,
memang sangat berbisa. Belum lagi hilang terkejutnya, ketika
kapal secara utuh berada di sisi kanan, seluruh regu di sisi
kanan mendadak berdiri dan melepaskan anak-anak panah
mereka yang beracun. Jep! Jep! Jep! Jep! "Aaaaarrrggghhh!"
Pasukan Sriv ijaya yang telah siap dengan tombak dan golok
tiada mengira serangan akan datang lebih dulu seperti itu.
Semula mereka berada dalam kedudukan menyerang, mereka
taksiap untuk mendadak diserang.
Markis dan Daski memimpin regunya untuk menyerang
masuk ke kapal. "Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
Mereka berlompatan seperti kera di atas cadik kapal lawan,
dengan lincah menghindari dan menangkis anak-anak panah
yang dilepaskan. Lantas mengamuk dengan dua belati
panjang melengkung begitu menginjakkan kaki di geladak.
"Bantai! Bantai! Bantai!"
Dalam sekali ayun kedua senjata Markis memakan korban.
Disusul Daski yang berkelebat melewati selasar, berayun di
atas tali, dan turun juga dengan dua belati panjang
melengkung yang sekali putar merobek dua lambung lawan.
Mereka rubuh sembari menghamburkan darah serta isi perut
mereka di lantai geladak.
"Aaaaaakhh!" "Aaaaakkkhhh!" "Aaaaakhkh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aaaaakh!" Para awak kapal yang telah menyusul Markis dan Daski,
dengan segera menetak-netakkan senjata mereka dengan
ganas. Para awak kapal Sriv ijaya menjadi panik dan suasana
semakin hiruk pikuk. Anak buah Naga Laut semuanya
mengandalkan kepandaian mereka berayun pada tali temali
layar untuk melayang kian kemari, dan hanya melepaskannya
ketika melayang turun untuk menikam.
"Aaaarrgghh!" Jerit kematian terdengar di mana-mana.
DALAM pertarungan di atas kapal yang penuh sesak seperti
itu, justru yang jumlahnya lebih sedikit jauh lebih
diuntungkan, selama dapat bergerak cepat dan memanfaatkan
ruang dengan cerdik. Itulah yang terjadi dalam pertempuran
ini. Pihak Sriv ijaya menyerang dengan tiga kapal, tetapi
gerakan kapal Naga Laut telah membuatnya jadi pihak yang
diserang dengan mendadak, sedangkan serangan mendadak
selalu lebih menguntungkan.
Aku bergerak ingin membantu. Namun Naga Laut
menahanku dengan tangannya. Ia menganggapku belum
berpengalaman, meski pelaut-pelaut berpengalaman telah
berada di atas kapal yang mengarungi dunia setidaknya sejak
usia 15 tahun. Nakhoda itu betapapun belum menganggapku
seorang pelaut, apalagi bajak laut yang selalu siap tempur,
meskipun ceritaku meskipun tidak lengkap semestinya dapat
dianggap sebagai ujian yang bagus bagi kemampuanku.
Aku menurut, tapi kuperhatikan pertarungan di atas kapal.
Kurasa pasukan Sriv ijaya yang berada di atas perahu itu juga
belum berpengalaman. Bukan saja mereka masih sangat muda
wajahnya, tetapi juga sama sekali tidak sigap menghadapi
para bajak laut yang sangat mahir bertempur di atas kapal ini.
Cukup dengan lima orang bergelayut ke sana kemari pada tali
layar dan dua lagi me lenting-lenting di atas geladak, pasukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Srivijaya di kapal itu telah diobrak-abrik. Seriap kali bergelayut
turun, seorang bajak laut dipastikan memakan satu sampai
dua korban, dengan belati panjang melengkung yang seolah-
olah diciptakan hanya untuk menyobek perut itu. Mereka yang
di bawah terbingungkan oleh para lima bajak laut yang
berayun sekaligus di berbagai tempat untuk mencabut nyawa
dengan ganas. Sementara kepala mereka selalu menengadah
ke atas, dua bajak laut yang melenting-lenting di atas geladak
berkelebat menyobek perut mereka tanpa ampun.
Dalam sekejap kapal itu telah berubah menjadi
pemandangan bencana. Geladak berwarna merah oleh darah,
mayat bergelimpangan dalam keadaan mengenaskan, yang
belum mati mengerang-erang tanpa harapan akan tetap
hidup. Para bajak laut tidak memberi ampun bagi yang
setengah mati, mereka segera dihabisi. Hanya dengan tujuh
orang melompat ke dalam kapal, lebih dari separo isi kapal
yang berjumlah 25 orang itu telah ditewaskan. Sisa lima orang
yang masih hidup tampak tersudut. Mereka masih memegang
pedang dan tombak mereka, tetapi wajahnya jelas tidak
mempunyai harapan. Mereka lepaskan senjata mereka, dan
bersujud sambil berteriak.
"Samudragni! Ampuni kami! Jadikanlah kami pengikutmu!"
Para bajak laut saling berpandangan. Kapal-kapal Sriv ijaya
ini rupanya dikirim untuk menangkap Samudragni, yang tidak
mereka ketahui betapa kapalnya sudah dihancurkan badai
puting beliung dan Samudragni sendiri lenyap ditelan sumur
pusaran di tengah lautan.
Namun tiada waktu berpikir. Naga Laut memberi tanda.
Maka dari kapal kami berlesatan panah-panah api ke arah
layar maupun berbagai sudut kapal Sriv ijaya itu. Anak buah
Naga Laut mengambil tikar, kain, dan apa saja yang mudah
terbakar dan melemparkannya ke arah panah-panah api yang
masih menyala ketika menancap di berbagai sudutnya. Lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan segera mereka berlompatan kembali ke kapal,
berayun dari tiang kapal itu langsung ke kapal kami.
Kapal itu tidak segera menyala ketika kami tinggalkan,
tetapi setelah agak berjarak layarnya terbakar habis
menimbulkan asap hitam. Kutahu Naga Laut berusaha
menggetarkan hati pasukan Sriv ijaya yang berada di dua kapal
lainnya. Kapal kami berputar haluan, dan berdasarkan arah
angin bergerak ke arah yang berada di sebelah kiri kami lebih
dulu, yang juga lebih dekat kepada kami. Kusaksikan betapa
berat pekerjaan pemegang kemudi dan pendayung yang harus
memutar arah kapal secepatnya. Mereka yang menyesuaikan
layar pun menarik tali sampai lengan-lengan penuh rajah
mereka tampak menggembung.
"Pangkar! Gunakan cara yang sama! Panah-panah siap!
Markis dan Daski awasi perahu di kanan!"
Naga Laut sungguh penuh perhitungan melawan kapal-
kapal yang lebih banyak itu. Perhitungan yang harus sesuai
dengan kemampuan mereka menghabisi lawan secepat-
cepatnya. Salah perhitungan berarti bencana bagi pihak kami,
karena lawan akan tiba saat kami masih bertarung. Namun
kami sudah selesaikan satu kapal, dan akan menghadapi kapal
kedua. Pertarungan yang berikut ini harus lebih cepat lagi,
karena kapal yang ketiga akan lebih cepat lagi tiba.
KINI kami sudah berhadapan. Kali ini Naga Laut tidak
seperti akan menabrakkan kapal, karena s iasat ini pasti sudah
diperhitungkan oleh lawan. Betapapun kapal-kapal ini adalah
bagian dari armada Srivijaya yang menguasai lautan
Suvarnadvipa. Betapapun banyak pengalamannya dalam
pertempuran di lautan, Naga Laut tidak pernah ingin
memandang rendah lawan. Naga Laut memberi tanda, dan segera panah-panah api
berlesatan dari kapal kami ke arah layar mereka yang segera
menyala, disusul panah-panah beracun yang memakan korban
siapa pun yang menjadi lengah karena kebakaran itu. Dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekejap korban berjatuhan. Mereka yang bermaksud
mencabut panah hanya berhasil me lakukannya setelah
merusak daging dan otot kawannya sendiri, yang karena racun
anak panah itu pun sudah langsung mati. Belum hilang
kepanikan mereka, kapal sudah menempel di samping kapal
mereka dan para bajak laut berlompatan masuk dengan
teriakan ganas. "Bantai! Bantai! Bantai!"
Setidaknya sepuluh orang sudah tewas dengan panah
menancap di tubuhnya ketika para bajak laut menyerbu,
sehingga setiap bajak laut menghadapi dua orang dari
pasukan Sriv ijaya di kapal itu. Sungguh pertarungan yang
mengerikan, denting senjata, suara logam membacok daging,
jerit kesakitan, dan gertak campur makian terdengar dalam
kesunyian laut yang berangin.
Namun kapal yang kedua ini berisi pasukan yang agaknya
lebih berpengalaman. Maka para bajak laut yang bergelayutan dengan
memanfaatkan tali dan tiang layar segera mendapat
tandingan. Mereka berhadapan dengan sejumlah prajurit yang
juga berayun-ayun dan bergelantungan mengejar. Kulihat
pertarungan dengan cara bergelayutan seperti itu, kejar
mengejar, sambar menyambar, dan suatu kali seorang bajak
laut berhasil memutuskan tali yang digunakan berayun
seorang prajurit ketika berpapasan.
Prajurit itu berusaha memeluk tiang, tetapi seorang bajak
laut lain yang berayun menendangnya sebelum ia sampai ke
tiang itu, hanya untuk terlontar jatuh ke arah Pangkar, raksasa
yang baru saja mengadu kepala dua orang sampai tewas.
Tubuh yang jatuh itu disambutnya dengan tombak salah satu
prajurit tersebut. Maaf, aku tidak sanggup menceritakan
kelanjutannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, kapal yang ketiga sudah semakin dekat,
bahkan telah lebih dulu meluncurkan anak-anak panahnya,
meski tidak memakan korban. Panah-panah itu menancap
pada perisai kami, dan belum ada balasan dari kami karena
segalanya tergantung kepada nakhoda. Meskipun Naga Laut
lebih dikenal sebagai bajak laut, cara bertempurnya tidak
seperti bajak laut sama sekali.
"Selesaikan cepat!" Naga Laut berteriak kepada anak
buahnya di kapal kedua. "Bantu mereka!" ujarnya kepada regu Daski dan Markis di
sisi kiri, yang segera berlompatan ke sana, "Biar kuhadapi
kapal yang akan datang ini!"
Lantas kepada regu di bawah pimpinannya ia memberi
perintah. "Siapkan panah!"
Kami semua mementang busur ke arah kapal ketiga. Panah
yang terpasang di busurku juga bergerigi dan beracun
mematikan sekali. Dari kapal kedua kudengar makin banyak
jerit kesakitan karena tusukan senjata tajam.
"Jangan lepaskan kalau tidak mengenai sasaran, daripada
panah itu dikembalikan ke arah kita!"
Kami membidik. "Kuambil yang di haluan!" teriakku.
"Kuambil yang terdepan di selasar!" teriak yang lain.
Kami sebutkan ini semua supaya tidak terjadi dua anak
panah menancap pada satu sasaran. Demikianlah dengan
sangat cepat setiap orang dari regu yang berada di bawah
nakhoda meneriakkan sasarannya.
"Lepaskan!" Naga Laut berteriak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kulepaskan panahku ke arah prajurit berperisai yang berdiri
di anjungan, siap bertempur dengan tombaknya. Ia memang
sudah memasang perisai menutupi tubuhnya, sadar bahwa
senjata andalan bajak laut adalah anak panah dalam
pertempuran antar kapal, sebetulnya seperti dikenal para
prajurit Sriv ijaya juga, tetapi yang setelah ratusan tahun
menguasai lautan tanpa tandingan berarti, agaknya telah
kehilangan sebagian keterampilannya. Ia tak sadar lehernya
masih terbuka. Kulepaskan panahku ke sana.
PRAJURIT itu langsung terjatuh ke laut dengan panah yang
menembusi lehernya. Begitu juga anak-anak panah lain telah
mengenai sasarannya. Menembus leher, menembus mata,
menembus perut, menembus lengan, menembus paha,
bahkan menembus perisai untuk menancap tepat pada
jantungnya! Sekarang aku mengerti kenapa kapal Naga Laut
sangat disegani, sedangkan ketiga kapal ini diberangkatkan
untuk memburu Samudragni. Tentu saja Samudragni adalah
bajak laut terkejam yang akan selalu membantai dengan buas,
tetapi armada Srivijaya dibangun antara lain dengan
membasmi para bajak laut semacam Samudragni itu. Adapun
Naga Laut bukanlah sembarang bajak laut, karena
pengetahuannya atas cara bertempur di laut adalah
pengetahuan seorang laksamana yang diwariskan turun
temurun. Maka siasat dan jebakan yang diperagakan memang telah
mengejutkan pihak Sriv ijaya. Naga Laut telah membaca angin,
bobot kapal, kekuatan pasukan, dan kecepatan arus dalam
pertempuran itu dan memanfaatkannya dengan tepat.
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tetap di tempat!" Naga Laut memberi perintah regu
Pangkar yang masih berada di kapal kedua. Segenap
penumpang kapal yang kedua telah ditewaskan ketika kapal
ketiga tiba. Kami biarkan mereka masuk menyerbu, karena
kami semua sudah berada pada tiang-tiang layar. Sebelumnya
mereka juga telah melepaskan panah-panah api untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merusak layar, tetapi siasat ini sudah ditebak dengan mudah
dan para awak kapal yang terlatih telah berhasil menangkap
atau setidaknya menangkis dan memapas putus panah-panah
api itu. Aku tidak ikut memanjat tiang. Mungkinkah Naga Laut tidak
menganggapku cukup terampil untuk bertempur dengan cara
bergelayut dari tiang ke tiang" Bahkan telah dimintanya turun
ke arah palka. "Bunuh setiap orang yang masuk ke sini," katanya.
Di bilik para awak kulihat Darmas siaga menjaga Puteri
Asoka, yang tampaknya juga tenang-tenang sahaja.
Sementara aku tertunduk diam dengan perasaan tidak rela,
kudengar pertempuran seru di atas geladak. Kudengar teriak
dan sumpah serapah di antara raung dan erang orang-orang
yang terbacok. Tanpa melihat sendiri dan hanya mendengar suara-suara
pertempuran di atas geladak, gambaran yang membayang
sama sekali menjadi lain. Aku seperti mengembara di antara
orang-orang yang bertarung tanpa bisa mereka lihat, dengan
segala gerakan yang menjadi sangat amat lambat sehingga
pertarungan antara mereka menjadi sangat amat jelas: Pisau
belati panjang melengkung yang membuat garis merah dari
perut ke dada, yang kemudian terbuka menghamburkan
gumpalan-gumpalan berdarah; mulut yang menganga tanpa
suara dari suatu tubuh yang terjengkang dan terguling di
lantai darah; gerak menghindar yang tampak lambat dan tetap
saja lambat ketika sebilah pedang menyambar lambat di atas
kepalanya. Pertempuran menjadi tampak seperti tarian.
Kupejamkan mata. Tanpa sengaja ilmu Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang bekerja. Maka tampaklah dalam
keterpejamanku sosok-sosok yang berkelebat itu. Setidaknya
dua sosok, bergerak dengan kecepatan kilat, mereka telah
menewaskan sejumlah awak kapal Naga Laut. Berbeda dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua kapal sebelumnya, kapal yang ketiga ini ternyata
membawa orang-orang dari sungai telaga dunia persilatan!
(Oo-dwkz-oO) Episode 96: [Taring Kala]
HANYA mereka yang datang dari dunia persilatan mampu
berkelebat tanpa terlihat mata orang biasa dan melenting
dengan ringan dari tiang ke tiang. Kutajamkan pendengaranku
dan dapat kuketahui kecepatan dan tenaga dalam mereka
yang luar biasa. Kedua orang yang ikut menyerbu kapal ini
dalam sekejap telah menewaskan enam awak kapal kami,
sementara Naga Laut sendiri dalam keterpejamanku tampak
dikeroyok lima orang. Pertarungan mereka seimbang, bahkan
Naga Laut dengan belati panjang melengkungnya yang
ujungnya telah menjelma selaksa itu kukira akan bisa
mengatasinya. Namun kedua sosok yang telah menewaskan
enam kawan kami itu terlalu tinggi ilmunya bagi para bajak
laut. Jika lawan mereka habis dan segera ikut menyerang
Naga Laut, sungguh nakhoda itu berada dalam bahaya!
Aku tidak bisa tinggal diam dan kuabaikan perintah
nakhoda. Kubuka mata dan berkelebat untuk menghentikan
pembantaian itu. Dalam sekejap kawan-kawanku segera
kehilangan lawannya karena kuserbu keduanya dengan
kecepatan kilat takterduga. Tentu saja mereka sangat terkejut
tetapi masih berdaya menghadapiku dengan kecepatan yang
sama. Aku tidak bisa tinggal diam, maka kuabaikan perintah
Nakhoda. Kubuka mata dan aku berkelebat untuk
menghentikan pembantaian itu. Dalam sekejap kawan-
kawanku segera kehilangan lawan mereka karena kuserbu
keduanya dengan kecepatan kilat takterduga. Tentu saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sangat terkejut tetapi masih berdaya menghadapiku
dengan kecepatan yang sama.
Mereka melenting ke atas dan kukejar ke atas. Segera
beterbangan jarumjarum beracun berwarna kuning kehijauan
ke arahku, tapi kusamplok dengan pedang hitam yang keluar
sendiri dari dalam tanganku. Jarum-jarum itu rontok menjadi
abu karena tenaga dalamku, yang sengaja kulakukan karena
jika jarumjarum beracun itu bertebaran di geladak dalam
keadaan utuh, maka ketika terinjak bahkan goresannya saja
kutahu bisa menghilangkan nyawa dengan kulit membiru.
Sebagai balasan kukirim serangan angin pukulan Telapak
Darah yang ternyata takberani mereka hadapi. Mereka
melenting sampai ke puncak tiang dan aku jugs langsung ikut
melenting untuk mengejar mereka.
Hanya ada dua puncak tiang, dan mereka telah bertengger
di atasnya, ketika aku melayang mereka mengirimkan angin
pukulan secara bersamaan. Aku segera tahu bahwa ilmu
kedua pendekar ini adalah ilmu yang berpasangan. Masih di
udara kujungkirbalikkan tubuhku menghindari serangan, dan
tetap juga melenting ke atas, lantas kuserang salah satu di
antara mereka di salah satu puncak tiang itu, agar
keberpasangan ilmu di antara mereka terbuyarkan. Sebagai
anak sepasang Naga dari Celah Kledung kukenal dengan baik
seluk-beluk keberpasangan ilmu silat, dan melalui Ilmu Pedang
Naga Kembar bahkan aku mampu menghadapinya bagaikan
diriku tidak hanya satu, melainkan sepasang pemain pedang.
Demikianlah aku berada dalam satu tiang dengan salah
satu di antara mereka berdua, dan karena puncak tiang itu
hanya cukup untuk berdiri satu orang, itu pun dengan sebelah
kaki, maka puncak tiang layar itu tergunakan bergantian
dalam pertarungan secepat kilat yang takbisa diikuti oleh
mata. Salah satu di antara kami memang harus berusaha
menjatuhkan yang lain, karena hanya dengan begitu akan
dapat berpijak, sehingga dalam beberapa kejap puncak tiang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu telah ditempati bergantian. Setiap kali seseorang berpijak
dengan sebelah kaki maka yang lain akan menyerang.
Demikianlah berlangsung terus di puncak tiang, dalam
pertarungan yang hanya mungkin berlangsung antara mereka
yang memiliki ilmu meringankan tubuh di luar pembayangan.
Sekilas kuperhatikan lawanku. Ia mengenakan kancut hijau
tua, rompi hijau tua, dan juga serban dengan warna yang
sama, meski warna hijau itu hasil celupan pewarna itu sudah
mulai memudar. Tubuhnya pendek gempal wajahnya berewokan, kedua
tangannya yang diliputi rajah berbagai penjelmaan Kala
tampak memegang sepasang keris kehitaman. Gerakannya
sangat cepat sehingga aku tidak boleh lengah sekejap pun
menghadapinya, di sampingnya kutahu pada tiang yang lain
sosok satunya menunggu kesempatan pula.
"Ah! Kali ini Taring Kala mendapat lawan bermain yang
sepadan! Bolehkah kiranya Kalarudra mengenal siapa
lawannya yang gagah lagi perkasa-."'
Mendengar nama Taring Kala itu dadaku berdesir. Itulah
nama pasapendekar yang keharuman namanya bahkan
berhembus kencang sepanjang Yavabhumipala,
yakni Kalarudra dan Kalamurti. Hmm. Taknyana kini aku harus
berhadapan dengan mereka di tengah lautan seperti ini.
Kalarudra artinya Rudra yang dianggap sebagai api
penghancur dunia, sedangkan Kala berarti kelahiran kembali
Kala; keduanya secara bersama kemudian memiliki nama
Kaladangstra yang berarti Taring Kala, karena ilmu silatnya
tinggi dan belum pernah terkalahkan.
"Maafkan sahaya, Kalarudra, kiranya sahaya yang tiada
bernama tidak mendapat sekadar pelajaran dari Taring Kala
yang perkasa!" Kalarudra tampak terkejut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalamurti Pendekar Tanpa Nama dari Javadvipa ada di
sinil" Maka bukan saja Kalamurti maupun aku sendiri ikut
terkejut karena diriku masih juga dikenali di tengah lautan ini,
tetapi mereka yang bertempur di bawah dan mendengarnya
ternyata terkejut juga. Namun diketahuinya siapa diriku bagi
pasangan Taring Kala ini hanya berarti bahwa pertarungan
akan berlangsung antara hidup dan mati. Maka Kalarudra pun
segera meningkatkan serangannya, sementara Kalamurti yang
busananya sama dengan Kalarudra, tetapi senjatanya golok
yang ujungnya melengkung, pun menjejak tiang tempatnya
berdiri sejak tali dan melesat menyerbuku.
"Pendekar Tanpa Nama! Selamat datang di Suvarnabhumil"
AKU mencoba mengingat apa yang kuketahui tentang
Taring Kala sembari melayani serangan mereka. Konon, golok
di tangan Kalamurti dengan ujung melengkung itu sengaja
dibuat untuk memenggal leher lawan hanya dengan
meletakkannya di tengkuk lantas ditarik ke depan. Itu dalam
cerita dari kedai ke kedai. Dalam kenyataannya, kukira
memang benar ia memenggal leher, tetapi melalui segala cara
dengan golok yang ujungnya melengkung itu. Dipadu dengan
sepasang keris kehitaman Kalarudra yang seperti selalu bisa
menembus pertahanan lawan, pasangan ini belum pernah
terkalahkan dalam pertarungan. Apakah menghadapi lawan
satu pasukan, apalagi jika hanya satu orang. Dikatakan bahwa
sepasang keris kehitaman Kalarudra akan begitu rupa
mengancamnya, sehingga menyita perhatian sepenuhnya, dan
saat itulah tebasan golok Kalamurti yang ujungnya
melengkung akan memenggal kepala. Yah, sekarang kuingat
cerita yang beredar tentang Taring Kala, yakni lawan mereka
selalu kehilangan kepala.
Dalam sekejap Kalamurti menyabetkan goloknya berkali-
kali dari segala arah menuju leherku, dan aku taktahu apakah
ia lupa bahwa puncak tiang kapal ini hanya cukup memuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu orang itu pun dengan satu kaki. Segera kulepaskan ilmu
meringankan tubuhku, sehingga aku bagaikan memberat tiba-
tiba dan jatuh ke bawah. Namun Kalarudra memang hebat, ia
lepaskan juga ilmu meringankan tubuhnya menyusulku jatuh
ke bawah. Dengan begitu Kalamurti pun bisa hinggap di
puncak tiang itu, karena betapapun hebatnya
ilmu meringankan tubuh seorang pendekar silat, tidak berarti lantas
bisa mengambang di udara tanpa pijakan.
Melihat keadaan ini, ketika Kalarudra yang tubuhnya lebih
berat dariku me lewatiku jatuh ke bawah, kupasang kembali
ilmu meringankan tubuhku dan kujejakkan kaki ke tubuhnya
setelah menghindari tusukan kilat kedua kerisnya. Maka
tubuhku melesat ke atas kembali, sedangkan Kalarudra
meluncur makin cepat ke bawah. Aku telah memisahkan
pasangan ini. Tepat ketika aku berada di hadapan Kalamurti
yang telah menungguku dengan golok pemotong kepala itu,
seperti dugaanku ia menyabetkan goloknya pada saat aku
berhenti di udara. Namun sebenarnya aku masih mempunyai
cadangan daya dorong, untuk melompat jungkir balik ke atas
kepalanya ketika goloknya menyabet ke depan, tempat semula
leherku berada. Aku telah menahan napas sebentar agar tampak berhenti,
dan memang Kalamurti tertipu, bukan saja sabetan goloknya
luput, tetapi keseimbangan tubuhnya pun hilang sehingga ia
terdorong ke depan. Saat itu aku sudah berada di atasnya,
dengan kepala di bawah dan dari tanganku keluar sendiri
kedua pedang hitam warisan Raja Pembantai dari Selatan itu.
Masih dengan kepala di bawah kulakukan gerak menggunting.
Maka meluncurlah Kalamurti ke bawah tanpa kepala lagi.
Kuselesaikan gerak jungkir balik setelah menggunting,
lantas ikut me layang turun, meski telah kupasang kembali
ilmu meringankan tubuh. Saat itulah aku menyadari betapa
Kalamudra sudah tidak kelihatan. Tubuhnya yang jatuh lebih
cepat lagi karena jejakanku rupanya menjadi begitu berat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras, sehingga papan geladak jebol dan tubuhnya
terjerembab di lambung kapal. Aku teringat Putri Asoka yang
dijaga Darmas di bilik para awak kapal, apakah yang akan
dilakukan bila ia naik melalui palka dan melihatnya" T idakkah
ketiga kapal ini memang bermaksud memburu Samudragni
yang telah berusaha memeras dengan menyandera Putri
Asoka, mengancam tidak akan mem bunuhPutri Asoka jika
bayaran tidak ditambah" Kini, meski bukan Samudragni yang
mereka jumpai, tetapi langsung Putri Asoka sendiri, tidakkah
Putri Asoka itu akan segera dihabisi"
Aku langsung mendarat di lambung kapal melalui lubang
yang jebol karena tubuh Kalarudra. Hanya barang muatan
kapal ini yang terlihat di sana. Tentu ia sudah melejit lagi. Aku
melesat ke bilik para awak kapal dan kulihat Darmas sudah
menjadi mayat dengan dua tusukan pada kedua dadanya.
Putri Asoka lenyap! Saat itu Naga Laut turun ke palka. Segera diketahuinya apa
yang telah berlangsung. Seluruh tubuhnya merah oleh
cipratan darah lawan. "Sudah daku katakan jangan pergi ke mana-mana!"
Naga Laut tampak marah besar dan aku juga merasa
bersalah. Namun kurasa aku juga akan merasa bersalah jika
ketika tetap berjaga teman-temanku dihabisinya. Kalarudra
dan Kalamurti yang dikenal sebagai Taring Kala, bahkan
seluruh pertarungannya di Suvarnabhumi diceritakan kembali
dari kedai yang satu ke kedai yang lain sepanjang
Yawabhumipala, akan dengan cepat membantai seluruh awak
kapal Naga Laut jika aku tidak segera menyerangnya. Aku
telah berhasil membuyarkan keberpasangan ilmu silat mereka
dan membunuh Kalamurti, tetapi Kalarudra lenyap membawa
Putri Asoka, yang telah dipercayakan kepadaku untuk
menjaganya. DI atas geladak, jatuhnya tubuh Kalamurti dengan kepala
terpisah dari tubuhnya telah mengecilkan nyali pasukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Srivijaya, yang agaknya selama ini telah mengandalkan kedua
tokoh dunia persilatan tersebut.
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Naga Laut telah menewaskan para pengeroyoknya, dan
sisa pasukan yang terdesak oleh anak buahnya berloncatan
kembali ke kapal mereka yang semenjak tadi telah terjerat tak
dapat pergi. Namun para awak kapal berloncatan mengejar
dan aku pun me lesat untuk mencari Kalarudra yang telah
membawa Putri Asoka. Jika ia tidak berlari di atas laut atau
merenanginya seperti ikan lumba-lumba, mungkin dengan
seribu lumba-lumba, tentu ia masih berada di kapal ini.
"Tuan!" Kudengar suara Putri Asoka dan aku mendongak ke atas.
"Ya, aku berada di sini, wahai Pendekar Tanpa Nama,
kurasa putrimu ini tidak akan bisa terbang jika kulepaskan dari
sini!?" Kalarudra berada di puncak tiang kapal Sriv ijaya yang
bentuknya sama belaka dengan kapal Naga Laut, sembari
menenteng Putri Asoka pada pinggang dengan tangan kirinya.
Tangan kanannya memegang satu dari sepasang keris
senjatanya itu dan ia tentu hanya berdiri dengan satu kaki.
Kulihat Putri Asoka meronta-ronta ingin melepaskan diri.
"Putri! Jangan meronta! Berbahaya!"
Kalarudra itu, apakah kiranya yang dipikirkannya"
Barangkali ia tidak pernah mengira akan kehilangan
saudaranya hari ini, aku menduga ia kini berpikir hanya
nyawanya sendirilah yang harus diselamatkannya sekarang ini.
"Pendekar Tanpa Nama! Dikau datang jauh-jauh dari
Javadvipa untuk apa" Aku ditugaskan untuk membekuk
Samudragni, dan membebaskan Putri Asoka yang akan
dibunuhnya, tetapi kutemukan dirimu bersama puteri ini.
Jelaskanlah kepadaku apa yang telah terjadi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apakah Kalarudra berkata jujur" Apakah dia tidak tahu
Samudragni menyandera kematian, dan bukan kehidupan
Putri Asoka" Semakin dibiarkannya Putri Asoka hidup semakin
gelisah pihak yang berkepentingan dengan kematian Putri
Asoka. Persoalannya sekarang, Kalarudra merebut Putri Asoka
dari siapa pun yang dianggap telah menguasainya, untuk
membunuhnya seperti yang menjadi tujuan siapa pun yang
menugaskannya itu, ataukah sekadar mengambil alih
penyanderaan Putri Asoka dari Samudragni untuk kepentingan
yang sama, yakni memperpanjang kehidupannya hanya untuk
dibunuh jika mendapat bayaran tambahan"
Aku tidak merasa perlu percaya bahwa ia akan
membebaskan Putri Asoka, karena dalam kata-katanya sendiri
telah mengancam untuk melepaskannya ke bawah begitu saja,
agar jatuh dan tentu saja akan mati.
"Kalarudra! Apa pun yang terjadi, dikau akan mati jika Putri
Asoka tidak dikau serahkan kembali sekarang ini!"
Seorang pendekar tidak takut mati, tetapi apakah yang
telah membuat Taring Kala bergabung dengan pasukan
Srivijaya ini jika bukan karena kepentingan duniawi" Aku tidak
ingin memberinya pilihan selain menyerahkan kembali Putri
Asoka, yang kuduga telah direbutnya terutama untuk
menyelamatkannya. Tanpa Kalamurti yang mati pun dengan nasib begitu rupa,
kesaktian sepasang Taring Kala tinggal separo. Jika ketika
berpasangan saja aku dapat membuyarkan keberpasangan
mereka, maka apalah yang masih dipunyainya setelah tinggal
satu orang pula" Kecuali jika Kalarudra ingin mati sebagai seorang pendekar
dalam puncak kesempurnaannya. Menyerahkan kembali Putri
Asoka, bertarung melawanku, dan mati terhormat dalam jalan
persilatan yang telah dipilihnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku memandang dengan waswas ke atas. Betapapun Putri
Asoka masih berada di atas sana, dalam kekuasaan seseorang
yang sangat mungkin membunuhnya sekarang juga. Geladak
mendadak sepi, anyir darah meruap di mana-mana. Pihak
lawan sudah habis ditewaskan. Kami semua mendongak ke
atas. (Oo-dwkz-oO) SAMPAI tiga hari kemudian kami masih berlayar dalam
keadaan membisu. Semua perhitunganku ternyata keliru.
Tujuan Kalarudra hanya satu, yakni membunuh Putri Asoka
secepatnya begitu ketemu, sesuai dengan penugasan yang
agaknya dilakukan berdasarkan kesepakatan tertentu. Sampai
sekarang tidaklah kuketahui kesepakatan macam apakah itu,
kecuali keyakinan bahwa tentulah suatu kesepakatan yang
sangat penting artinya bagi Kalarudra, atau juga pasangan
Taring Kala, sehingga rela kehilangan nyawa dem i tugas yang
tidak akan pernah bisa dianggap terpuji, yakni bukan
membela, melainkan membunuh pihak yang jauh lebih lemah
dan tidak berdaya. SEGALA persoalan berkecamuk dalam diriku, menyeruak
kepedihan atas tewasnya kawan-kawan seperjalanan yang
mengenaskan di tangan pasangan Taring Kala. Pangkar,
Daski, Markis, Darmas, dan beberapa yang lain lagi mati dan
tidak berada bersama kami lagi. Dari saat ke saat Naga Laut
tercenung di buritan, sementara kemudi diserahkannya
kepada awak kapal yang lain. Sedangkan aku yang baru
bergabung saja merasakan kehilangan yang begitu menggurat
dan menorehkan luka, maka tentulah bagi nakhoda kehilangan
anak buah yang telah menjelajahi tujuh lautan dalam segala
suka dan duka dengan setianya itu terasakan lebih berlipat
ganda. Seorang lelaki tidak menangis, tetapi hati kami semua
berdarah-darah. Suatu kepedihan yang akan semakin terasa
bagai selaksa sembilu yang menghunjam, manakali kami
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sadari betapa tiada berdaya diri kami melindungi gadis kecil
yatim piatu berusia 12 tahun dari tangan-tangan kekerasan
dalam dunia yang tidak bisa lagi kami mengerti. Kami tidak
menyalahkan Kala, kami tidak menyalahkan Rudra, tidak pula
menyalahkan Buddha, selain menghayati karmapala dalam
perjalanan menuju Nirvana. Betapa tiada artinya kemenangan
pertempuran, dalam perbandingannya dengan kehilangan
dalam kehidupan. Namun jika segala sesuatunya tiada lebih
dan tiada kurang menggenapkan kesempurnaan, apakah kami
tiada berhak lagi berduka dan berusaha membayar utang
persoalan di dunia yang fana" Dalam salah satu suratnya
kepada Raja Gautamiputra, Nagarjuna berkata:
dalam memilih antara yang mengalahkan keterombang ambingan
dalam tujuan sementara dari keenam indera
dan yang mengalahkan pasukan lawan dalam pertempuran,
yang bijak tahu bahwa yang pertama adalah pahlawan yang jauh lebih
besar Dalam kesedihan, persoalan tetap saja menyeruak untuk
dipikirkan. Siapakah sebenarnya yang telah mengirim pesan
melalui burung merpati, menyeberang selat, dan ditujukan
kepada Samudragni" Sebegitu besarkah ancaman yang
mungkin datang dari para bangsawan Jambi Malayu, dengan
segenap pendukungnya setelah lebih dari seratus tahun
berlalu" Seberapa jauhkah semua ini masih berarti sete lah
Putri Asoka tiada lagi"
Kapal ini masih berada di tengah lautan, dan Naga Laut
sama sekali belum mengambil keputusan, apakah akan tetap
meminta pertanggungjawaban terbunuhnya orang-orang
Muara Jambi, ataukah melanjutkan perjalanan sahaja ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mancanegara, seolah-olah pembantaian seisi kapal di tengah
lautan itu tidak pernah terjadi.
Kupandang cakrawala yang mengitari kami. Laut dan langit
terbentang kebiruan. Kapal ini bagaikan tidak pernah bergerak
ke mana pun sama sekali. (Oo-dwkz-oO) Episode 97: [Jika Hidup Berjalan Tidak Seperti yang
Kita Inginkan] Laut dan langit tidak selalu biru dan tidak selalu jelas
batasnya pada cakrawala itu. Laut dan langit takjarang begitu
kelabu dan kabut yang meliputi kapal tidak memberikan
pemandangan apa pun selain kekelabuan kabut dalam dunia
abu-abu. Hanya desir angin dingin yang begitu asin dan bunyi
kecipak ombak saja yang menyadarkan keberadaanku di
tengah lautan yang sunyi.
Naga Laut telah mengambil keputusan untuk tidak
meneruskan perjalanan ke kotaraja, tempat ibu kota Sriv ijaya
berada. "Kita akan menjual rempah-rempah yang kita bawa seperti
rencana semula, sebelum bertemu dengan kapal malang itu,"
katanya. Aku pun menyadari betapa cerita yang telah berlalu itu
tidaklah sepenuhnya merupakan urusan kami, bahkan Naga
Laut yang masih memiliki keterikatan sejarah juga tidak ingin
terlibat lebih jauh lagi.
KEMATIAN Putri Asoka agaknya telah dirasakan sangat
memukul, dan memupus semangat yang barangkali saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih tersisa dalam penantian turun-temurun, lebih dari
seratus tahun... "Jika hidup berjalan tidak seperti yang kita inginkan,"
katanya, "apa pula salahnya?"
Kutelusuri lagi apa yang telah terjadi. Ketika berlabuh di
pantai utara Javadvipa, mereka baru tiba dari wilayah timur
Suvarnadvipa, tempat semua rempah-rempah yang ditunggu
seluruh dunia berasal. Tidak seberapa lama setelah
mengangkat sauh, yakni keberangkatan dengan diriku di
dalamnya, tujuan yang semula menuju Negeri Campa,
begitulah yang kemudian kudengar, berbelok ke Kota Kapur
karena perjumpaan dengan kapal yang dibantai gerombolan
Samudragni. Di Kota Kapur, lanjutannya telah kusampaikan, dan mereka
berangkat kembali sebetulnya untuk menuju ke arah kotaraja,
memburu kapal Samudragni yang diduga menahanku, maupun
Putri Asoka. Kini, masih perlukah mencari pengirim merpati
kepada mata-mata Samudragni di Pulau Kapur itu"
Sebenarnya salah satu merpati yang jika dilepaskan akan
kembali kepada pemiliknya telah dibawa dan masih ada. Aku
sanggup mengikutinya dari bawah dan melihat siapakah
kiranya yang telah mengirim merpati itu. Akan sangat menarik
bagiku untuk hal itu, mengikuti dan membekuk, untuk
kemudian membongkar jaringan dalam istana itu. Seberapa
jauhkah kalangan istana mengetahui akan hal ini" Kuketahui
betapa bisa rumit jaringan ini, jika berita pemberontakan itu
datang dari Mataram, yang bisa berarti melibatkan pula
jaringan rahasia Cakrawarti.
"Kawan-kawan daku yang paling setia telah pergi, tidaklah
terlalu penting apakah Jambi Malayu akan kembali berdiri atau
tidak pernah terdengar lagi, selamanya daku bernegeri Muara
Jambi," ujar Naga Laut, lagi.
Naga Laut telah membuktikan pengabdiannya, dengan
menghancurkan kapal-kapal Sriv ijaya mana pun yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ditemuinya, tetapi menuju kotaraja sebetulnyalah juga bukan
soal yang mudah. Masalahnya, kehilangan kawan-kawan
setianya itu, seperti Pangkar, Markis, Darmas, Daski, dan
masih beberapa lagi, telah memupus minatnya sama sekali.
"Kita tidak memiliki kepentingan langsung dengan urusan
ini," kata Naga Laut, "apalagi mereka yang telah pergi itu. Aku
telah menyeret mereka kepada sesuatu yang bukan
urusannya, dan untuk itu mereka kehilangan nyawa."
Namun kuingat saat dirinya tercenung di depan perempuan
bangsawan menjelang kematiannya di kapal itu. Ia tidak
sekadar menemukan korban, melainkan telah mengenalinya.
Sudah semestinyalah Naga Laut memburu pembunuh yang
sebenarnya, dan bukan hanya orang-orang yang dibayar
untuk itu. "Bapak," kataku kemudian, "tugaskanlah sahaya untuk
mengikuti merpati itu, dan biarlah Bapak meneruskan
perjalanan ke Campa."
"Anak, dikau memang berkepandaian tinggi, dan karena
dikau kita semua selamat dari pembantaian Taring Kala,
bahkan anak telah membunuh Kalamurti maupun Kalarudra.
Tetapi kukatakan sungguh kepadamu Anak, jika kita berusaha
menemukan pengirim merpati-merpati itu, ketika menemukannya kita hanya akan terjerat ke dalam suatu
jaringan rahasia ruwet yang tidak mungkin kita uraikan lagi.
Percayalah kepadaku Anak, daku tidak melepaskan masalah
ini, tetapi setelah kita tenggelamkan tiga kapal Sriv ijaya,
bukanlah hal yang bijak dengan seluruh awak kapal mendekati
kotaraja. Aku tidak bisa memaksanya tentu, apalagi jika ia sudah
memegang janji seperti itu. Apabila Naga Laut yang menjadi
bagian dari sejarah negerinya sendiri telah mengambil
kebijakan seperti itu, apalah pula yang bisa kulakukan sebagai
orang luar yang sebetulnya tidak terlibat sama sekali" Tentu
karena kematian Putri Asoka di tangan Kalarudra, dan bahwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku telah berada bersama-sama Putri Asoka terapung-apung
di laut sekian lamanya itulah, yang membuat aku merasa
terlibat di dalamnya. Mungkin itulah sebabnya kami semua lebih banyak
termenung selama pelayaran ini.
(Oo-dwkz-oO) Kami telah keluar dari perairan Suvarnadvipa.
JIKA angin bertahan seperti, demikian kata para awak
kapal, dalam sepuluh hari kami sudah akan memasuki muara
Sungai Siemreap dan menyusurinya sampai ke Indrapura.
Naga Laut sengaja tidak singgah ke berbagai kota pelabuhan
yang biasa disinggahinya untuk menurunkan dan mengambil
barang dagangan, seperti Langkasuka, Ligor, dan Chaiya,
karena bahkan dari Yawabhumipala bagian tengah melalui
kotaraja, Muara Jambi, dan seterusnya ke kota-kota itulah
terbentuk poros pusat-pusat kekuatan Srivijaya.
Wilayah kekuasaan Sriv ijaya memang sengaja membentuk
kerangka suatu mandala, yakni terdapatnya suatu pusat
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penuh daya dikelilingi lingkaran yang lebih rendah
kekuasaannya. Penguasaan mutlak Maharaja berlangsung
hanya di dalam lingkup istana dan kotaraja. Dalam jaringan
sungai-sungai yang melingkari kotaraja, kekuasaan itu
dibagikan kepada para datu di wilayahnya masing-masing.
Mandala yang lebih kecil di luar wilayah inti bertempat di
lembah-lembah sungai Samudradvipa, pulau-pulau lain, dan
Semenanjung Malayu. Pada masa ketika aku berada di kapal
Naga Laut itu, yakni tahun 796, garis yang membentuk poros
itu nyaris tak pernah terputus, bersambung terus dari bagian
tengah Yawabhumipala sampai Chaiya, membentuk lintas
cukai yang mengawasi jalur dari semua kapal pengangkut
barang antara Negeri Atap Langit, Jambhudvipa, maupun
negeri-negeri yang berada di utara kedua negeri itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jarak antara mandala-mandala yang melingkari dan
kotaraja, seperti juga jumlah dari mandala-mandala ini,
mewajibkan Maharaja Sriv ijaya untuk lebih mengandalkan
kesetiaan daripada penaklukan untuk mempertahankan
kesatuan wilayahnya. Dalam hal ini, menyusul pengiriman
pasukan untuk menundukkan dan membawahkan penguasa
setempat, mandala yang terkalahkan tidak pernah secara
ketatanegaraan terleburkan dengan Sriv ijaya. Sebaliknya,
penguasa setempat itu diangkat kembali sebagai kepala resmi
dari pemerintahan swatantra yang kesejahteraannya mandiri,
terikat melalui kesetiaan kepada Srivijaya. Ini membuat
mandala kekuasaan Sriv ijaya sama sekali berbeda dengan
pusat-pusat kekuasaan lainnya, yang akan mengandalkan
pengerahan kekuatan tempur secara terus menerus.
Sebagai ganti kesetiaan yang dipaksakan, pengikat yang
mempersatukan Srivijaya tampaknya diamankan oleh jaringan
ruwet pertalian keluarga dan kuasa antara Maharaja dengan
pengikut-pengikutnya, maupun antara pengikut-pengikutnya
itu sendiri, yang semuanya berbagi kepentingan yang sama
dalam pengawasan dan penyediaan sarana perdagangannya.
Pertukaran para datu dan perkawinan antara mereka
membangun ikatan keluarga dan keagamaan yang kuat
dengan pusat kekuasaan, yang bertempat di kotaraja.
Kudengar pula bahwa para datu pengikut ini bekerjasama
untuk meningkatkan terpandangnya mandala mereka dengan
menundukkan kota-kota di sekitarnya yang tidak memperlihatkan kesetiaan kepada Srivijaya.
Aku menatap berkeliling, garis lingkar cakrawala mengelilingi kami, tetapi para pelaut ini tidak pernah tersesat
dalam keluasan terbentang. Pada malam hari, mereka selalu
dapat memastikan arah pelayaran berdasarkan susunan
bintang. Aku masih selalu terkagum-kgum, betapa bintang-
bintang yang bagiku porak poranda bagi mereka hanyalah
penunjuk jalan yang begitu jelas pengarahannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu pulakah caranya mereka bayangkan keluasan
wilayah kekuasaan Sriv ijaya"
KUTATAP samudera luas terbentang. Tentu tidaklah terlalu
mudah membuat penggambaran, seolah samudera ini hanya
sebesar kolam ikan, dan di sana terdapat tanah tanah tanah
yang begitu luasnya, sehingga Javadvipa hanya tampak
sebagai noktah saja, di dalam dunia yang bagiku belum terlalu
jelas batasnya. Namun para pelaut, bahkan bajak laut yang
tidak dapat membaca pun, dengan menatap langit malam
mendapatkan suatu penggambaran tertentu tentang dunia.
"Sampai di manakah laut ini akan berakhir, Bapak?"
Naga Laut menghela napas.
"Itulah pertanyaan semua orang yang kali pertama
berlayar, Anak. Pertanyaan itu juga sama dengan
pertanyaanku tentang langit. Apakah langit juga ada
batasnya?" Aku menyadari kembali keberhinggaan manusia dalam
memandang dan berpikir tentang dunia. Mereka yang
berpengetahuan akan berpikir lebih jauh tentang dunia
daripada mereka yang agak kurang berpengetahuan. Isi
kepala yang tidak mungkin sama dan sebangun pada setiap
orang mengakibatkan perbedaan pandangan yang tidak jarang
takdapat didamaikan. Bukankah perbedaan pandangan itu,
Tiga Naga Sakti 1 Dewa Arak 62 Perempuan Pembawa Maut Panji Tengkorak Darah 2