Pencarian

Jurus Tanpa Bentuk 3

Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 3


kalian temukan di sini!"
"Ampuni sahaya Tuan Pendekar, nama saya Widya, dan
inilah istri sahaya yang bernama Mutra. Kami semua,
duapuluh orang berasal dari desa yang sama, yakni desa
Budur, bagian dari negeri Mantyasih. Kami telah menyerahkan
tanah dengan janji akan diganti oleh kerajaan, tetapi selain
janji itu belum pernah dipenuhi, kami telah dipaksa untuk
bekerja demi pembangunan sebuah candi yang tidak
merupakan kuil kepercayaan kami."
"Apakah kalian menyembah Siwa?"
"Tidak, Tuanku."
"Kalau bukan Siwa dan bukan Mahayana, mungkin kalian
penganut bid'ah." "Tidak, Tuanku."
"Apakah kalian menolak agama-agama baru?"
"Tidak tuanku, kami para penyembah leluhur, penyembah
arwah nenek moyang.,"
Aku masih berdiri di atas puncak pohon beringin. Para
penganut kepercayaan ini biasa melakukan upacaranya di
bawah pohon beringin. "Baiklah, sebelum kamu lanjutkan, katakan siapa yang
memberitahu kalian bahwa aku akan melewati tempat ini."
"Ampuni sahaya Tuan, mohon agar dibiarkan sahaya
bercerita, karena akan sampai juga nanti ke sana, ya Tuanku
Sang Mahapendekar Tanpa Nama yang perkasa."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hmm. Aku tahu zamanku, dan dari caranya bersikap aku
tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang berani.
"Baik kudengarkan kalian, tetapi kuharap kalian hentikan
sujud kalian yang konyol itu."
Orang-orang Desa Budur itu, lelaki maupun perempuan,
lantas bangkit dari sembah sujudnya. Aku melayang turun
dengan ringan dari atas pohon beringin itu. Memang enak jadi
orang sakti. "Teruskan," kataku.
"Nenek moyang kami telah melakukan upacara penyembahan leluhur jauh sebelum orang-orang Jambhudwipa tiba di Yawabumi dan sambil berdagang
memperkenakan igamanya. Ketika beberapa saudara kami
datang dari pantai utara membawa penyebar igama,
mula"mula kaum pedanda Siwa yang brahmana, kemudian
para pendeta Mahayana, harus kami akui ajaran mereka
sangat menarik, bijak, dan kami menyukainya-tetapi orang
seperti sahaya tidak merasa perlu melepaskan kepercayaan
kami sendiri. "Telah kami berikan tanah yang sudah kami garap secara
turun temurun demi pembangunan Kamulan Bhumisambhara,
telah kami abaikan janji ganti rugi yang tak juga kunjung
dipenuhi, tetapi masih mereka paksa kami bekerja tanpa
bayaran karena candi raksasa itu pembangunannya
membutuhkan puluhan ribu tenaga. Kami akui candi ini akan
menjadi candi termegah dan sangat indah di tengah semesta,
tetapi apakah artinya mengajarkan kebajikan me lalui candi
yang dibangun oleh orang-orang yang terpaksa karena
keluarganya disandera?"
"Disandera?" "Setelah tanah kami diambil, putera-puteri kami menjadi
budak di pura para pejabat tinggi negara dan istana penguasa,
wahai Pendekar Tanpa Nama yang perkasa."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Menjadi budak?"
"Begitulah Tuanku, katanya itu dibenarkan oleh hukum
negara, tetapi itulah pemaksaan agar kami terpaksa bekerja.
Sudah tidak terhitung lagi berapa yang telah mengorbankan
nyawa karenanya Tuanku, dan tiada jelas pula kemudian nasib
anak mereka." Cerita tentang para pekerja yang memberontak bukan
sesuatu yang baru bagiku. Ketika aku melayang dari pohon ke
pohon itu sebetulnya aku baru saja mengakhiri penyamaranku
sebagai tukang batu di Kamulan Bhumisambhara. Berarti itu
sekitar tahun 820-an, karena ketika candi jinalaya itu
diresmikan pada 824, aku sudah jauh dari sana.
Sebagai pekerja, telah kudorong s iapapun yang seharusnya
tidak berada di sana untuk mogok. Kuracuni mereka dengan
pikiran-pikiran baru yang tidak terbayangkan sebelumnya,
bahwa hidup mereka adalah kedaulatan mereka sendiri.
Apalah artinya sebuah candi, yang dibangun atas nama ajaran
yang mencerahkan, jika nantinya akan berdiri, ternyata
dibangun di atas pemerkosaan hak asasi mereka yang
memiliki kepercayaan berbeda"
"Apa yang kalian pikir bisa mereka lakukan jika kalian
menolak bekerja" Apakah mereka akan mengiris batu sendiri,
mengukir batu sendiri, dan terutama mengangkat batu sendiri
sampai di puncak bukit ini" Mereka yang menguasai kalian
sebetulnya sangat tergantung kepada kalian, tetapi mereka
menciptakan alam pikiran yang membuat kalian percaya
memang merupakan hak mereka untuk menguasai hidup
kalian. Sadarlah! Bangkitlah! Maka kita semua akan duduk
bersama dalam kesetaraan!"
"Bagaimana dengan semua peraturan negara" "
Apa maksud mereka" Rupanya mereka semua juga ditindas
dengan pemutarbalikan Arthasastra yang tidak dapat mereka
baca, tentu saja karena memang buta huruf namanya -
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sayangnya, kalaupun Arthasastra itu dapat mereka baca,
seberapa jauh mereka akan menyadari betapa kitab tata
negara itu sangat berpihak kepada golongan yang berkuasa"
Dalam Bab 13 Bagian 65 tentang "Hukum tentang Budak dan
Pekerja" misalnya, pada Pasal 1 sampai 4 disebutkan:
Bagi seseorang yang menjual dan memelihara
seorang Arya di bawah umur
sebagai janji kecuali budak untuk mata pencaharian,
dendanya adalah duabelas pana
bagi suatu kerabat jika Sudra,
dua kali lipat jika Vaisya,
tiga kali lipat jika Ksatriya,
empat kali lipat jika Brahmana.
Bagi orang asing, denda terendah, menengah dan tertinggi serta mati
adalah (masing-masing) hukuman
juga bagi para pembeli dan saksi
Bukan pelanggaran bagi Mleccha
untuk menjual keturunan atau memelihara sebagai janji
Tapi tidak boleh ada perbudakan bagi Arya dalam keadaan apa pun Seluruhnya terdapat 25 pasal dalam Arthasastra mengenai
perbudakan itu, dan terbaca bahwa hanya dengan termasuk
sebagai golongan Arya, maka seseorang boleh dianggap
merdeka-sedangkan jika tidak, seseorang sejak lahirnya telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertakdirkan oleh segala macam peraturan yang dibuat
manusia untuk mengamankan kedudukan golongan yang
berkuasa. Adapun golongan yang berhasil memperjuangkan
diri untuk dianggap boleh berkuasa itu adalah golongan Arya.
Namun kitab tata negara yang ditulis dan berlaku di
Jambhudwipa itu ketika diterapkan di Yawabumi tentu
menghadapi susunan masyarakat yang berbeda, sedangkan
yang boleh disebut sebagai golongan Arya hanyalah para
bangsawan dari Jambhudwipa, yakni mereka yang melepaskan
diri dari Dinasti Chandella di Jambhudwipa dan berlayar ke
selatan sekitar tiga ratus tahun lalu. Tidak terbukti bahwa
mereka yang mendirikan Dinasti Syailendra di Yawabumi42 -
tetapi jika saja benar, sampai masaku kini tentu kemurnian
darahnya telah bercampur, begitu juga dengan kebudayaannya. Apalah yang masih bisa disebut murni di
dunia ini bukan" Mereka yang terlibat dalam kepentingan untuk berkuasa,
dengan begitu berusaha menyesuaikan diri dan memanfaatkan
paham kekuasaan yang datang bersama para pendatang dari
Jambhudwipa, dengan sedapat"dapatnya. Maka susunan
masyarakat yang terdapat di Yawabumi menjadi serbabertumpang tindih, dan yang tidak dapat dikatakan adil
adalah terdapatnya golongan masyarakat yang harus
dikorbankan-yakni yang ditempatkan di bawah, diperbudak,
dan dikuasai. Mereka yang rela akan menjadi golongan bawah, sejak dari
sudra sampai paria. Mereka yang melawan akan dianggap
bid'ah dan disebut candala.43 Seperti yang akan dihadapi
mereka yang anak-anaknya disandera ini.
"Peraturan yang membenarkan penguasa memperbudak
kita harus dilawan," kataku, "Itulah yang sedang kalian
lakukan.'' Orang yang bernama Widya menyembah.
"Pendekar Tanpa Nama, tunjukkanlah jalan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tidak ingin dan tidak suka berada dalam kedudukan
disembah. "Bagaimana mungkin kalian ingin me lawan dan memberontak, jika kalian masih sudi menyembah?"
Namun tidaklah mudah membuang adat istiadat yang telah
mendarah daging begitu rupa. Sikap seperti itu tentu berada
di luar jangkauan pemikirannya.
"Ampuni sahaya Tuan Pendekar!"
Jadi siapa kiranya yang telah mencegat dan seolah-olah
menugaskan diriku untuk menangani masalah orang"orang
yang malang ini" "Aku telah mendengar semua keluhanmu dan akan
berusaha membantu kalian. Sekarang katakan siapa yang
menunjukkan tempat ini untuk menemuiku."
Orang-orang itu saling berpandangan.
"Maaf Tuanku, beliau seorang tua gemuk yang berkulit
sangat putih dan berjambul, beliau tidak menyebutkan
namanya." "Begitu" Bagaimana kalian bisa percaya?"
"Beliau tampak berwibawa sekali Tuan, beliau selalu diiringi
seekor macan putih."
Sudah sekian lama aku malang melintang di sungai telaga
dunia persilatan, belum pernah kudengar apalagi kujumpai
tokoh seperti ini. Aku akan mencarinya-tetapi jika ternyata
dialah yang menemuiku dengan cara seperti ini, mampukah
aku mencarinya" Gong bertalu-talu. Aku masih di tengah tontonan. Jaway
dan Bayyrut berceloteh berganti-ganti. Karigna, Dharini, dan
Rumpug memutar tubuhnya seperti gangsingan yang berkilat
keperakan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pembangunan Kamulan Bhumisambhara terhenti beberapa
saat lamanya karena pemogokan yang digalang Pendekar
Tanpa Nama! Ia meracuni para pekerja dengan pikiran-pikiran
yang berbahaya! Demi tujuan jahatnya ia telah menyamar
sebagai tukang batu, mempelajari segenap kemungkinan
untuk mengacau agama dan negara, lantas menghilang untuk
kembali bersama para candala!"
Mereka meneruskan kisahku, tetapi dengan pembelokan
demi kepentingan mereka. Sebenarnya aku telah mengusahakan agar pembangunan candi raksasa itu bisa
diteruskan kembali. Hanya saja aku telah meminta kepada
acarya yang merancang ragam bangun candinya, yang
barangkali tidak tahu menahu darimana para tukang batu itu
berasal, agar pembangunan tidak diberlangsungkan secara
paksa-karena hanya akan menodai kesuciannya.44 Kepadanya
kuingatkan sebuah kutipan dari Sang Hyang Kamahayanan
Mantranaya: tidak ada ajaran lain yang lebih mendalam
dari Sang Hyang Mahayana Cara yang Agung yang lebih dalam dari yang terdalam
tidak dapat (hanya) dipikir
salahlah yang demikian itu
tanpa dosa tanpa terlibat khayalan terkena pencemaran seperti kemabukan, kepalsuan,
kerakusan, kedunguan, kecintaan, kebodohan
hendaknya Anda ketahui semua itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sesungguhnya semua itu takberwujud
karena nafsu, kebencian, kedunguan


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

khayalan itu muncul sebagai kebenaran Kepada para pekerja, kusampaikan gagasan bahwa
manusia itu lahir sebagai makhluk merdeka, dan tidak
ditakdirkan untuk menjadi milik siapapun jua kecuali dirinya
sendiri merelakannya, yang telah disambut para tukang batu
dengan cara berhenti bekerja. Pada suatu pagi, para pekerja
bakti itu sudah menghilang, kembali ke wilayah wanua atau
thani, yang maksudnya adalah pinggiran46, ketika merasa
pembangunan candi itu bukanlah kewajiban mereka. Mereka
menghilang pada malam hari dan keesokan harinya diburu
oleh pasukan berkuda kerajaan yang pasti akan mudah
menyusul mereka, dan barangkali akan membakar desanya
pula. Di sanalah tenagaku yang sebenarnya diperlukan.
Kucegat salah satu rombongan pasukan berkuda itu di
tengah jalanan. Baru melayang turun dari atas pohon saja,
kuda mereka sudah meringkik-ringkik dan sulit dikendalikan.
Belum sempat para prajurit bersenjata tombak itu mengangkat
senjatanya, aku berkelebat menotok jalan darah mereka.
Maka mereka jatuh tertidur di atas kudanya. Lantas kutepuk
setiap pantat kuda tunggangan ini agar kembali ke arah
darimana mereka datang. Ini merupakan pekerjaan mudah,
yang lebih susah adalah menyusul setiap regu pasukan
berkuda ini di delapan penjuru angin, bahkan mungkin lebih
tidak jelas lagi di mana, karena tidak setiap pekerja yang
berpuluhribu itu mempunyai arah kepulangan yang jelas.
Begitulah aku me lesat dari satu tempat ke tempat lain
secepat mungkin. Aku memilih untuk melesat secepatnya,
melayang dari puncak pohon yang satu ke puncak pohon lain,
agar segera dapat melihatnya dari kejauhan. Ada kalanya
pasukan pemburu ini sudah sangat dekat dengan mangsanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tinggal mengangkat tombak dan menghunjamkannya kepada
para pekerja yang berlari. Maka aku harus melebur dalam
angin agar segera dapat melumpuhkan mereka, melalui
totokan-totokan penidur yang akan membuat mereka
bermimpi di atas kudanya, yang berderap kembali ke asalnya.
Lain kali para pekerja itu taktahu menahu bahaya apa yang
sedang mengancam, karena aku telah melumpuhkan para
pengejarnya jauh sebelum mereka mendengar derap pasukan
kuda yang menyerbu. Pasukan berkuda yang mengejar dalam regu yang terdiri
dari duabelas orang itu sebetulnyalah luar biasa cepat.
Rombongan terakhir yang kuselamatkan bahkan telah diobrak-
abrik dan tinggal dibantai saja ketika aku tiba pada detik yang
menentukan. Pasukan ini hanya akan mendengar kesiur angin
dan tidak akan bisa menatapku, meski hanya bayangan
maupun bayang-bayangku, karena aku memang tidak akan
mengizinkan kemewahan seperti itu. Mungkin hanya akan
terdengar suara tepukan, itu pun karena aku membiarkannya
terdengar, dan ambruklah mereka tiba-tiba di atas kudanya
masing-masing. Setelah itu baru aku memperlihatkan diri,
karena beberapa orang telah tergores senjata tajam.
Aku mengobati mereka dengan daun-daunan yang berada
di sekelilingku. Para pekerja itu memperhatikan aku. Mereka
tentu melihat aku sama saja seperti mereka, karena aku
memang baru usai menyamar menjadi tukang batu.
Mengangkat dan memasang batu lantai terbawah, yang akan
mendukung seluruh candi sepuluh tingkat itu.
Aku hanya berkain melilit pinggang, sama seperti semua
orang dari varna atau kasta sudra, yang hanya mempunyai
tenaga dan tiada mempunyai keahlian sedikit jua. Justru
persoalan Kamulan Bhumisambhara muncul di sana, jika
agama Buddha yang dibawakannya memang tidak mengenal,
bahkan menghapuskan kasta, mengapa harus ada orang yang
wajib bekerja padahal dia tidak menghendakinya"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Candi pemujaan harus dibangun dengan semangat
pemujaan, bukan pemaksaan, tetapi selama aku menjadi
tukang batu hanya keluhan demi keluhan itulah yang selalu
kudengar. Berkali-kali aku mengajukan gugatan kepada
juru/tuha nin mawuat haji47 untuk menyampaikan keluhan
mereka yang merasa tidak seharusnya berada di sana, tetapi
tidak pernah digubris. Bahkan ia bertanya. "Siapakah kamu, yang terlalu lancar bicara masalah
berbahaya" Tidakkah kau sadari betapa kamu seperti
bermaksud menentang raja" Apakah kamu seorang candala"
(Oo-dwkz-oO) Episode 14: [Kesadaran Tukang Batu; Pertarungan
Makna; dan Aroma Sebuah Patung]
AKU sudah lupa apa jawabanku, tetapi percakapanku
dengan punggawa itu terdengar oleh orang-orang yang
bekerja di dekat kami, dan dengan cepat tersebar ke seputar
bukit tempat candi itu dibangun. Percakapan itu membuat
para pekerja berpikir. Memang benar pembangunan Kamulan
Bhumisambhara ini memberi tempat bagi pengukir batu,
pematung, maupun ahli-ahli bangunan, dan pembangunan
candi ini memang mempunyai makna yang besar bagi mereka.
Namun bagi mereka yang hanya dibutuhkan tenaganya, bukan
sebagai budak yang memang tidak punya hak, tetapi sebagai
penduduk yang wajib bekerja bakti, pembangunan candi
jinalaya ini adalah suatu beban luar biasa jika tidak ingin
mengatakannya suatu bencana.
Kutinggalkan orang-orang thani
ini setelah kuberi pengobatan secukupnya. Mereka segera melanjutkan perjalanannya. Aku tahu kini Bhumisambhara kosong tanpa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pekerja. Mungkinkah ini yang dianggap sebagai dosa karena
menyebarkan pikiran berbahaya, karena menolak ketentuan
penguasa" Namun itu sudah lama sekali. Kamulan
Bhumisambhara sudah direncanakan tata letaknya ketika aku
masih bocah ingusan umur empat tahun48. Itu adalah tahun
775, dan Yawabumi bagian tengah ini sudah dipenuhi oleh
bangunan-bangunan Hindu, ketika kerajaan Mataram dikuasai
oleh Rakai Panamkaran sejak tahun 746 selama 38 tahun.
Sering disebutkan Bhumisambara mulai dibangun tahun
780-an, bersama dengan pembangunan sebuah candi dengan
ratusan arca di Mataram wilayah selatan, tetapi meme rlukan
waktu lima tahun untuk mengangkut batu-batu dari seluruh
penjuru negeri ke Mantyasih itu. Pada saat yang bersamaan,
agama Buddha Mahayana telah menjadi lebih kokoh di wilayah
utara. Kuperhatikan, tampaknya Kamulan Bhumisambhara
merupakan limas berundak yang dimaksudkan untuk agama
Hindu, tapi kemudian diubah menjadi bangunan Buddha50.
Ketika bekerja di sana, aku melihat pelipit51 atas dinding
dalam lorong pertama terlalu besar dibandingkan dengan
tinggi dinding itu, dan pada awalnya tidak direncanakan pelipit
bawah sama sekali-seingatku pelipit bawah baru ditambahkan
sesudah batu-batu persegi selesai dipahat. Dalam pengalamanku yang seadanya sebagai tukang batu, kedua ciri
perbingkaian itu bertujuan supaya dinding itu kelihatan lebih
tinggi, dan mestinya begitu pula dengan tahap pertama
dinding lorong kedua. Namun petunjuk tentang ketinggian
semula sudah sengaja dihilangkan.
Kenapa" Karena untuk bentuk bangunannya sendiri,
rancang bangun agama Buddha tidak membenarkan
pemakaian kesan kedalaman untuk membetulkan bentuk yang
tidak dilihat seadanya oleh mata manusia, atau demi
pembesaran kerangka bangunan, terutama dalam hal stupa,
mengingat bentuknya yang kurang lebih seperti belahan bola-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam rancang bangun Hindu, sebaliknya cara ini sangat
laz im. Dari para guru di masa kecilku, aku mendapat pengetahuan
bahwa agama Buddha di bagian tengah Yawabumi
berkembang di bagian selatan, bahkan diresmikan sebuah
prasasti pada tahun 778 di wilayah selatan tentang
pembangunan candi untuk Tara. Ketika agama Buddha
menjadi semakin kokoh pada tahun-tahun berikutnya,
sehingga candi luas dengan ratusan arca dapat mulai
dibangun di selatan, candi jinalaya Kamulan Bhumisambhara
juga mulai dibangun di utara. Namun sekitar tahun 790, ketika
pembangunan kedua candi ini belum selesai, Yawabumi
bagian tengah terlanda gelombang perubahan besar dalam
bidang rancang bangun dan perlambangan, sehingga segenap
pendekatan dalam bentuk pembermaknaan di daerah itu
dirombak. Gelombang perubahan ini adalah bagian dari pertarungan
kekuasaan dan perebutan pengaruh antarkerajaan yang
membawa pula pengaruh agama, karena bentuk-bentuk baru
itu diterapkan juga di berbagai candi, termasuk Kamulan
Bhumisambhara yang belum usai pembangunannya. Perubahan ini tentu menghentikan pekerjaan untuk sementara, dan para pekerja tentu tidak termangu-mangu
saja di sana-karena perubahan budaya tentu menyangkut
manusia yang memperjuangkan kepentingannya dalam
negara. Ketika pekerjaan dilanjutkan, tempat-tempat masuk diubah.
Seingatku, perubahan tempat-tempat masuk ini berlangsung
lama, karena mulainya saja sekitar tahun 800 dan ketika aku
mengundurkan diri dari dunia ramai pada tahun 846
sebetulnya belum selesai. Saat itu pintu-pintu lorong pertama
belum diubah. Tahun 840 ditemukan cara baru dalam
pembuatan dinding, yakni diisi dengan urukan, yang kemudian
ternyata digunakan untuk bangunan Hindu maupun Buddha.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun sebelum hal ini terjadi, pembagian wilayah budaya
Yawabumi bagian tengah ini telah berubah, agama Buddha
yang semula berkembang hanya di selatan sampai tahun 790,
telah mencapai utara di dekat Kamulan Bhumisambhara pada
tahun 832. Dengan pengetahuanku yang terlalu sederhana sebagai
tukang batu, dapat kukenali bahwa dalam tahap pembangunan Bhumisambhara yang pertama, pemasangan
batu di atas bangunan diletakkan tanpa pengait, sehingga
sambungannya hanya terjamin oleh bobot batu itu sendiri;
tetapi sejak lapisan batu yang ke-65, yakni selama
pembangunan tahap kedua, dibuat takuk sejajar dengan sisi
luar bangunan. Sekarang ini, tahun 871, apabila semakin
sering terlihat kemiripan, tetapi yang tidak pernah berarti
sama, dalam berbagai ungkapan keagamaan Hindu dan
Buddha, termasuk bangunan, tentulah ada sesuatu yang
terlewatkan olehku selama menghilang 25 tahun dalam
sebuah gua -karena selama 50 tahun lebih, dari tahun 780
sampai 832 itu, terpisah secara jelas terdapatnya dua kerajaan
yang berbeda agama, sebagai akibat persaingan antara
wangsa Sanjaya dan Syailendra.
Aku masih berada di tengah kerumunan penonton, yang
masih terus menikmati wayang topeng tentang Pendekar
Tanpa Nama. Jika memang yang dimaksudkan betapa tokoh
Pendekar Tanpa Nama itu adalah diriku, maka harus
kukatakan betapa berbahaya mempercayai kesan selintas,
yang barangkali hanya terdengar dari sana-sini, sebagai bukti
tersahih atas kenyataan. Wayang topeng yang berkisah tentang Pendekar Tanpa
Nama adalah suatu cerita yang dibangun untuk menyudutkan
diriku, atas suatu sebab yang aku belum mengerti. Mereka
yang menyebutkan bahwa aku menyebarkan ajaran rahasia
untuk menghina agama pasti sangat memahami betapa aku
tidak me lakukannya-aku berpikir bahwa kehilanganku dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dunia ramai itulah yang dimanfaatkan, bagaikan sebuah ruang
kosong yang bisa diisi apa saja untuk mengalihkan perhatian
dari tujuan yang sebenarnya. Namun meski diriku telah
menghilang begitu, kehilanganku harus tetap dipastikan-
mungkin tadinya aku disangka tentunya sudah mati,
mengingat usia yang sudah waktunya mati, tetapi pengiriman
regu pembunuh itu tentunya menandai kepastian bahwa aku
ternyata masih hidup dan karena itu perlu dibunuh.
Masalahnya, kenapa baru sehari aku keluar gua sudah
kutemukan selebaran lontar tentang hadiah 10.000 keping
emas bagi yang berhasil membunuhku" Mungkinkah ada
ketakutan betapa penguasa Jurus Tanpa Bentuk memang
tidak akan bisa dikalahkan, kecuali oleh waktu" Namun aku
juga berpikir betapa bukan kematian diriku benar yang
penting dalam tujuan itu, melainkan bahwa namaku bisa
dipersalahkan demi suatu tujuan yang aku belum tahu-yang
berusaha dibunuh adalah namaku. Jika aku mati, baik karena
terbunuh maupun karena usia, seluruh rahasia di balik kabut
ini akan ikut tenggelam dalam kegelapan-sedangkan jika aku
takdapat dibunuh dan mampu melawan, maka semakin
sahihlah keberadaan diriku sebagai orang berbahaya yang
pantas diburu, demi pengesahan suatu tujuan tertentu yang
mengorbankan diriku, baik nama maupun nyawaku.
Barangkali tidak cukup memeriksa apa yang hilang dalam


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

25 tahun terakhir, masa ketika aku barangkali saja tidak
pernah dianggap hilang sama sekali, karena selama malang
melintang di rimba hijau pun aku jarang memperlihatkan diri.
Apalah yang bisa dilakukan seorang pendekar silat di dunia
awam" Seorang pendekar silat biasanya hanya tahu bersilat.
Sejak kecil ia dilatih bersilat, setelah remaja ia bercita-cita
menjadi pendekar silat, setelah dewasa ia mengembara di
dunia persilatan, belajar silat dari guru yang satu ke guru yang
lain, dan mungkin ia akan mati atau berjaya dan mendapat
nama di dunia persilatan-bahkan mereka yang tewas terkapar
setelah pertarungan usai tiada jarang adalah juga mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang mempunyai nama besar. Dalam sungai telaga dunia
persilatan berlaku pepatah, di atas langit ada langit, seberapa
pun tinggi ilmu silat yang dikuasai seorang pendekar, akan
tiba saat seorang pendekar lain mengalahkannya-tetapi saat
itu belum pernah tiba kepadaku.
Seperti kata Naga Emas, aku hanya bisa dikalahkan oleh
waktu, ini berarti pepatah dunia persilatan yang berlaku
bagiku adalah: gelombang yang di depan digantikan oleh
gelombang yang di belakang -betapapun hebatnya seorang
pendekar, suatu ketika ia akan memudar dan raib, atau
dikalahkan juga akhirnya, untuk digantikan seorang pendekar
yang bukan hanya lebih tinggi ilmunya, tetapi juga lebih
muda. Namun bukan saja pendekar tua maupun pendekar
belum mampu mengalahkan ilmu silatku, tetapi yang disebut
waktu pun belum kunjung memudarkan ilmu silatku, apalagi
mengakhiri hidupku. Umurku sudah seratus tahun, aku tidak merasa daya
hidupku mengendur sama sekali-hanya memang ingatanku,
jika mengingat sesuatu tidak terlalu kuyakini akan selalu tepat
seperti yang telah kualami setiap kali mengingatnya. Bahkan
aku sangat khawatir bahwa ingatanku akan sesuatu hal itu
berubah-ubah. Jika memang ini yang terjadi atas diriku, ini
tentu sangat mengerikan. Betapa aku selalu bisa menyelamatkan nyawaku dari perburuan para pembunuh
bayaran, tetapi aku tidak dapat menyelamatkan diri dari diriku
sendiri, yang akan mengikis daya ingatku dari waktu ke waktu
seperti layaknya setiap manusia uzur yang akan jadi pelupa.
Tiga penari yang tadi berputar seperti gasing itu mendadak
berhenti mematung, lantas bergerak begitu lambat, sangat
lambat, lebih lambat dari pergerakan bumi. Mereka
membawakan Tarian Kematian seperti aku telah menyerap
dan mengulangnya sebagai cara kerja Jurus Bayangan Cermin.
Namun mereka telah mengira mampu menyerap Jurus
Bayangan Cermin yang mereka bawakan untuk menarikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diriku. Kulihat diriku di sana, diriku yang menjadi tiga, dalam
pembawaan tiga penari wayang topeng yang topeng putihnya
begitu pucat, dingin, bahkan sama sekali tiada berwajah.
Begitukah aku telah dikenal" Barangkali bukan salah mereka
untuk tidak mengenalku. Bukankah aku tidak ingin dikenal
maupun mengenal" Jadi teringat lanjutan Upacara Pembuka Mata:
legakanlah pikiranmu telah hilang ketiada -pengetahuam
yang menyelimuti hatimu disapu bersih Bhatara Sri Vajradhara
seperti penyakit mata yang membuat rabun menjadi sembuh dan bening kembali demikian pula ketiada -pengetahuan sebagai penghambat telah dibabad oleh Bhatara
enakkanlah perasaanmu janganlah ragu-ragu (Oo-dwkz-oO) KUTINGGALKAN tempat itu dan aku melangkah di dalam
kota. Jalanan gelap dan sepi. Hanya obor di sana-sini. Itu pun
bagian dari penerangan gapura atau gerbang memasuki puri.
Tidak semua puri memasang penerangan. Begitu malam turun
penduduk sebagian besar tidur"kecuali ada upacara agama,
yang dalam agama Hindu berlangsung hampir setiap hari,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi tidak malam ini. Dewa-dewa bagaikan turun ke bumi
dan minta disembah serta diberi sesajian tiap hari. Tanpa
dewa, hidup ini bagaikan tiada artinya-dewa harus selalu ada
untuk melindungi manusia dari anasir-anasir jahat entah
darimana datangnya. Namun para dewa tidak bisa hidup
sendiri. Berbeda dengan para bhiksu, para dewa tidak mampu
berselibat, mereka harus didampingi pasangan yang berdaya,
dan daya para dewi yang mendampingi ini sangat sering
begitu luar biasa tanpa dapat diduga. Daya itu membuat
mereka disebut sakti. Jika bagi Siwa sakti"nya adalah Devi,
maka bagi Wisnu sakti itu adalah Laksmi. Kotaraja Mantyasih
ini jelas sangat dipengaruhi budaya agama Siwa, meski doa
puja Mahayana terdengar di lorong-lorongnya. Di tengah kota
terlihat patung Durga Mahisasuramardini yang bertangan
delapan, perwujudan kroda atau kedahsyatan sakti Siwa
tersebut. Patung tinggi besar yang terbuat dari batu berpori-pori
besar ini tubuhnya bersikap tribhangga, empat tangan kanan
masing-masing memegang cakra berapi, sara, dan sara lagi,
serta ekor kerbau; empat tangan kiri masing"masing
memegang sangkha, pasa, dan pasa lagi, serta rambut asura.
Matanya melotot, tubuhnya kecil, langsing dan anggun. Jata-
mukuta-nya tinggi, rambut tergerai di atas bahu, pita seolah-
olah menempel kepada sirascakra di kiri dan kanan kepala.
Pilinan upav ita besar. Uncal hampir mencapai ujung kain,
selendang menyilang kain sebatas lutut, dan panjangnya kain
sampai pergelangan kaki. Asura atau anasir jahatnya baru
keluar dari kepala kerbau, kakinya masih terlihat lentur;
sedangkan mahisa menghadap ke kiri. 55
Itulah Bhatari Durga. Jika terdapat patung sebesar ini di
tengah kota. Tentu berarti penguasa mengharapkan
perlindungannya. Devi juga mempunyai daya santa atau
saumya yang berarti ketenangan, itulah sakti yang akan
menjelma pesona kecantikan menghanyutkan; tetapi yang
kutatap adalah kroda atau kedahsyatannya sebagai pembantai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asura, yang bahkan telah ia kelupas rambut kepalanya.
Kutatap matanya dan kurasakan sesuatu yang aneh, karena
mata patung yang seperti sedang menatap dengan hidup itu
bagaikan pernah kukenal dan mengenalku. Siapakah yang
pernah menjadi begitu dekat kepadaku sehingga mengenal
dan kukenal" Jelas bukan Bhatari Durga, tetapi seorang
perempuan yang dibayangkan, atau bahkan berdiri di dekat
para pematung, yang diandaikan sebagai Durga.
Di depan patung itu terdapat sesaji yang berasap dan
berbau. Terlihat juga sebuah jambangan penuh air, di
dalamnya terlihat mengambang beberapa jenis daun; tujuh
periuk tembaga tidak diisi air, tetapi satu di antaranya diisi
jenis daun-daun tertentu; sebuah lampu terbuat dari tepung
beras, salah satunya berbentuk wajah manusia; dan sebuah
tombak yang ditancapkan di tanah. Aku tidak mengerti kenapa
seperti tercium olehku bau yang sangat kukenal.
Tiba-tiba saja dari ujung jalan yang gelap muncul
serombongan orang menuju patung ini. Terdengar suara
tangis. Aku tertegun. Paling depan seorang lelaki yang
membawa bocah lelaki yang tampak sangat lemas. Seorang
perempuan yang mungkin isterinya mengikuti di belakang
dengan kepala tertunduk, diikuti dua lelaki dan dan dua
perempuan muda yang kuduga merupakan saudara"saudara
mereka. Wajah mereka semua tertunduk dan tampak sangat
berduka. Kain yang mereka kenakan semuanya berwarna
hitam pekat. Kaum perempuannya menutup pula bagian atas
tubuh mereka dengan kain yang hitam itu, sehingga berbeda
dengan semua perempuan lain, buah dada mereka hanya
tampak sebelah. Aku menghindar dari pandangan mereka, bersembunyi di
bagian yang tergelap dari kekelaman malam.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 15: [Pertarungan di Bawah Pohon Beringin
yang Terbakar] LELAKI yang membawa bocah mati itu meludah ke arah
pohon dan berucap dengan nada tinggi.
"Lihatlah anak ini Bhatari, lihatlah! Seseorang telah
berusaha mengambil nyawanya untuk dipersembahkan
kepadamu! Berapa banyak lagi darah yang harus mengalir
untuk memuja dan meminta perlindunganmu Bhatari" Berapa
banyak lagi" Jika seseorang ingin mengorbankan nyawa bocah
takbersalah demi santapanmu, mengapa tidak dia korbankan
bocah dari darah dagingnya sendiri, keluarganya sendiri,
kelompoknya sendiri, atau dari sesama pemujamu sendiri"
Mengapa harus mereka korbankan seorang bocah takbersalah
dari keluarga lain yang menganut kepercayaan berbeda" Aku
dulu memang memang menyembahmu Bhatari, tetapi
sekarang tidak lagi! Itukah sebabnya mereka mengorbankan
anakku" Apakah dikau akan menelannya Bhatari, Dewi Durga
Mahisasuramardini" Tidakkah engkau seharusnya melindungi
siapapun dari mereka yang hanya mengatas namakan dirimu
Bhatari" Kini kubawa anak yang belum mati ini ke hadapanmu,
kuminta kepadamu Bhatari, pertahankanlah nyawanya!
Biarkanlah nyawanya tetap berada di tubuhnya dan
hancurkanlah mereka yang telah berusaha membunuhnya atas
namamu!" Kemudian suaranya merendah, yang sebentar-sebentar
disela dengan bunyi tanda setuju oleh orang-orang yang
datang bersamanya. "Harap ia kau bunuh oh Bhatari! Dewi Durga
Mahisasuramardini! Bunuhlah ia tanpa sempat menoleh ke
belakang, tanpa akan melihat bagian belakang, terjang
tubuhnya, tempeleng sebelah sisi, pukul punggungnya, belah
kepalanya, sobek perutnya, tarik ususnya, keluarkan isi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perutnya, tarik keluar hatinya, makan dagingnya, minum
darahnya, sempurnakan dengan kematiannya."
Lantas istrinya mengeluarkan sebutir telur dan maju untuk
memecahkannya di atas batu kulumpang, seseorang yang lain
rupanya membawa ayam di balik jubah dan segera memotong
lehernya di atas batu itu. Sementara ayah bocah itu
meneruskan kata-katanya. "Biarkanlah orang jahat itu akan bernasib seperti ayam ini,
putus kepalanya, tidak akan kembali bersatu, seperti telur
hancur lebur tidak dapat pulih kembali!"
Di balik kegelapan malam, aku tertegun menyaksikan
perilaku orang-orang berbusana hitam itu. Sejauh yang pernah
kupelajari, Durga menerima persembahan korban manusia
dan jenis binatang tertentu. Berbagai cerita yang pernah
kubaca dalam kitab-kitab lontar menyebutkan betapa sang
dewi gemar minum darah kerbau, menyukai daging mentah
dan minuman keras. Itu semua tertulis dalam kitab
Mahabharata karangan Vyasa, Kadambari karangan Banabhatta, Harsa-carita karangan Bhana, Vasavadatta
karangan Subandhu, Malatimadhawa karangan Bhavabhuti,
maupun Kathasaritsagara karangan Somadeva.
Masih kuingat dalam Kadambari disebutkan tentang
upacara pemujaan kepada Durga oleh suku Sabara di daerah
pegunungan Vindhya di Jambhudwipa. Disebutkan betapa
dengan seringnya berlangsung upacara korban manusia, maka
pundak kepala pendetanya sangat kasar, karena dipakai
memanggul kapak dan seringnya tergores oleh kapak ketika
memenggal kepala korban. Dalam kitab Yasatilaka bahkan
terdapat cerita tentang orang-orang Kapalika yang telah
menjual daging dari hasil sayatan tubuh sendiri sebagai
sesajian kepada Durga. Salah seorang guruku pernah
menyampaikan kisah Devi"mahatmya, yang bercerita tentang
raja Suratha dan pedagang dari Samadhi secara bersama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memuja Durga selama tiga tahun. Di antara persembahannya
adalah darah dari tubuh mereka sendiri.
Maka sangat bisa dimaklumi jika bekas penyembah Durga
dari aliran sakta ini yang juga datang dari Jambhudwipa itu
menjadi sangat marah, ketika ada seseorang atas nama Durga
mencari korban dari pemeluk lain agama untuk persembahannya. Sejauh kubaca sendiri maupun kudengar
dalam perbincangan dengan guru"guruku yang telah
mengembara sampai Jambhudwipa, terdapat juga Durga yang
telah dibaurkan dengan Mahakali dalam aliran Tantra, yang
dianggap menguasai kehidupan semesta, terutama dalam
penghancuran segala makhluk. Korban binatang yang disebut
pasubali maupun manusia dipersembahkan di kuil-kuil tertentu
bagi dewi, yang begitu banyak tersebar di Jambhudwipa.
Dalam kitab Kalika-Purana disebutkan tentang betapa jumlah
korban manusia itu akan menentukan jangka waktu kepuasan
Durga. Satu korban manusia akan memuaskannya selama
seribu tahun, jika tiga manusia yang dikorbankan,
kepuasannya berlipat menjadi seratus ribu tahun.61
Lelaki itu masih menyampaikan daftar kutukan, ketika
kudengar suara embusan nafas penghabisan. Aku tercekat.
Lelaki itu terhenti kata-katanya. Perempuan itu mendekat dan


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjerit. "Ooohh! Anakkuuuu!"
Suara jerit dan tangisnya segera memecah malam.
Perempuan itu menjerit begitu rupa sehingga pada malam
yang begitu sepi dan begitu kelam itu terdengar begitu keras
begitu pedih dan amat sangat menyayat.
"Holooooongngng.."
Rupanya Holong adalah nama anak itu. Jeritan perempuan
tersebut segera disusul raungan amarah para lelaki yang
semuanya berbaju. Jeritan dan raungan itu bagiku terdengar
ganjil, karena lebih mirip lolongan anjing liar dalam cahaya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bulan purnama. Mengerikan tetapi bernada pilu dan kepiluan
itulah yang membuat perasaanku menjadi was-was.
Ketika ia berbicara ke arah patung itu lagi, suaranya sudah
menjadi serak. "Oh Bhatari khianat, tega dikau menyantap nyawa yang
bukan menjadi hakmu!"
Kulihat dari sudut bibir anak itu mengalir darah hitam yang
sangat kental. Kukira ia mati karena diracuni. Ia diletakkan
oleh ayahnya di atas batu datar untuk meletakkan sesajian,
bukan untuk memberi makan Durga yang dipikirnya telah
membunuh anak itu, melainkan agar ia bisa bergerak bebas.
Lantas diobrak-abriknya segenap perangkat sesajian yang ada
di sana. Jambangan pecah, periuk bergelimpangan, lampu
terguling, apinya membakar daun-daun kering. Bahkan
kemudian menjalar ke sulur"sulur pohon beringin yang
menaungi patung itu. Pohon beringin itu langsung menyala. Keenam orang
pemberang ini, termasuk yang perempuan, sudah kehilangan
kata-kata selain melolong ke langit dengan suara memilukan.
Orang-orang terbangun dan menyadari betapa altar pemujaan
mereka telah menjadi berantakan. Mereka mendatangi tempat
itu sambil berusaha memadamkan api, tetapi sungai terlalu
jauh, dan agaknya kebakaran bukanlah peristiwa yang telah
dipikirkan cara memadamkannya dengan segera. Barangkali
kebakaran diterima sebagai penjelmaan dewa. Namun kali ini
mereka tahu orang-orang berbaju hitam ini menjadi
penyebabnya. Aku berkelebat dan melenting ke atas atap,
karena bayangan gelap tempatku berlindung telah menjadi
terang akibat kebakaran itu. Kusaksikan mata pada patung
Durga itu seperti berkedip, wajahnya mempunyai perasaan,
dan kobaran api itu bagaikan membuat delapan tangannya
bergerak. Aku seorang pesilat, segala sesuatu kupandang sebagai
pencari ilmu dalam dunia persilatan, dengan cepat sekali aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merekam delapan tangan patung yang bergerak karena
pembayang-bayangan dari kobaran api, dan kutemukan suatu
jurus yang mampu membuat sepasang tangan tergandakan
kemampuannya seperti delapan tangan. Namun suasana
membuat aku harus menunda dulu ketertarikanku kepada
penemuan jurus baru, karena dari segala sudut muncul begitu
banyak orang yang berusaha mengeroyok keenam orang
berkain serba hitam yang mengamuk itu.
"Penganut bid'ah! Candala tidak tahu diri! Apa yang kamu
lakukan di sini" Kamu mencari mati!"
Orang-orang datang dengan segala macam senjata yang
segera bisa dipegang, sehingga yang bukan senjata seperti
alu, arit, maupun cambuk sapi pun tampak di tangan mereka.
Namun rupanya kelima lelaki dan seorang perempuan yang
semuanya berbusana kain hitam itu bukanlah sekadar orang
awam. Mereka segera membentuk lingkaran dan saling
memunggungi, sementara di tangan mereka masing sudah
tergenggam golok yang tidak berkilat karena tajam, karena
sekujur badan golok itu berwarna hitam. Orang banyak tidak
sadar dengan kuda-kuda kokoh keenam orang itu. Dalam
kelam malam yang diwarnai cahaya api mereka menyerbu
seperti gelombang pasang. Mula-mula belasan, kemudian
puluhan, lantas ratusan orang sudah berada di perempatan
tempat bernaungnya patung Bhatari Durga di bawah pohon
beringin itu berada. Cahaya api yang bergoyang-goyang dari
pohon beringin yang menyala membuat ratusan orang itu
bagaikan makhluk-makhluk berwarna tembaga, yang bergerak
serentak ingin melumat keenam manusia itu.
Namun apa yang terjadi" Keenam orang itu secara bersama
bergerak memutar ke arah kanan seperti melakukan
pradaksina, tetapi dengan sangat cepat sembari menggerakkan golok hitam di tangan mereka seperti baling-
baling. Dengan segera korban jatuh bergelimpangan
bersimbah darah. Orang-orang awam ini tidak mengerti. Ilmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
silat harus dihadapi dengan ilmu silat. Ilmu perang dengan
ilmu perang. Ilmu kekuasaan dengan ilmu kekuasaan. Dari
atap rumah seperti ini, dalam cahaya api yang berkobar
karena beringin menyala, sangat jelas bagiku betapa keenam
orang ini telah menyerap gelar pertempuran Cakrabyuha, yang
berlaku untuk pertempuran yang melibatkan puluhan ribu
sampai ratusan ribu orang, untuk sebuah pertarungan ketika
menghadapi lawan yang jauh lebih banyak seperti sekarang.
Cakrabyuha artinya susunan cakram, mahir sekali keenam
orang ini membentuk cakram berputar dan menggunakan
golok mereka sebagai ujung tombak dari cakram berputar
menghajar itu. Orang-orang yang menyerbu tanpa akal tentu
saja hanyalah ibarat mengantarkan nyawa.
Golok hitam dalam kegelapan dan digerakkan dengan
sangat cepat itu tidak dapat ditangkap mata awam. Aku
sangat prihatin dan ingin mengurangi jatuhnya korban yang
tidak perlu, tetapi aku juga muak dengan sifat pengeroyokan
yang sangat pengecut itu. Ada pikiran mensyukuri mereka
yang mati karena menyerbu tanpa akal dan pikiran, tetapi ada
juga kesadaran betapa para penyerbu yang bodoh ini
sungguh-sungguh awam. Kelemahan mereka tidak sepatutnya
dimanfaatkan mereka yang lebih dari paham ilmu persilatan.
Keenam orang ini menguasai ilmu perang yang diterapkan
kepada ilmu golok berpasangan. Meskipun jumlah mereka
lebih sedikit, sangatlah berbahaya membiarkan mereka
menumpahkan darah seperti itu.
Aku sudah nyaris ikut campur untuk mencegah
pembantaian ini ketika muncul duabelas anggota pengawal
rahasia istana, yang langsung memasuki gelanggang dan
mencegah rakyat jelata itu meneruskan amukannya.
Pemimpinnya, seorang perempuan paruh baya berjubah dan
terurai rambutnya yang sebagian telah berwarna keperakan,
segera memberi perintah di sana-sini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Padamkan api! Padamkan api! Biar kami hadapi para
candala ini!" Ia membagi anak buahnya, sebagian memimpin pemadaman api, sebagian menghadapi para pemegang golok
hitam. Mereka berhadapan. Perempuan paruh baya yang
dadanya tertutup jubah putih dengan sepasang pedang di
punggungnya itu bicara. "Apa yang kalian pikir sudah lakukan" Membakar tempat
pemujaan dan lolos dari hukuman?"
"Hukuman apa yang harus ditimpakan bagi korban
penindasan?" "Penindasan" Siapa menindas siapa" Jelaskan!"
Lelaki yang murka dan berduka itu menunjuk anak yang
tergeletak di batu. "Kau lihat anak itu" Seorang penyembah Durga telah
menculik dan meracuninya, agar bisa dibawa kemari untuk
mengalirkan darahnya di atas batu. Siapakah anak ini" Dia
anakku, anak orang merdeka, bukan budak yang sudah dibeli
dan bukan pula pemuja Durga itu sendiri. Mengapa korban
persembahan harus mengorbankan orang lain yang tidak sudi
jadi korban" Kami dulu memang penyembah Durga, tapi kini
tidak lagi-bahkan kami juga tidak lagi memuja Siwa. Kami
merdeka dari kewajiban sebagai pemeluk Hindu. Jadi kami
berhak melawan dan membela diri kami!"
''Kalian pengikut Mahayana?"
Lelaki itu menggeleng. "Tantrayana?" Lelaki itu tidak menjawab.
"Tidak penting siapa kami. Apa urusan dan kepentinganmu
atas kepercayaan kami?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Karena tiada tempat bagi aliran sesat di kerajaan ini!"
"Aliran sesat! Siapakah dia yang begitu benar sehingga berhak
mengatakan kepercayaan lain sesat!"
"Katakan itu di depan para samget62, sekarang kalian
harus ditangkap karena membuat kekacauan!" "Kekacauan"
Apa yang akan kalian lakukan dengan penculikan?"
"Penculiknya sudah kalian bunuh bukan" Ada lima mayat
terbantai di tepi sungai, kami ikuti jejak kalian kemari!
Ternyata pembunuhan itu tidak cukup bagi kalian!"
"Kami membela diri!"
Perempuan paruh baya itu mendadak sudah memegang
sepasang pedang. Ia melangkah maju dan memberi isyarat
kepada anak buahnya untuk mengepung.
"Kalian tahu hukuman untuk perusakan tempat pemujaan
agama?" Aku mencoba mengingat Arthasastra. Aku tidak bisa
mengingat apapun-apakah karena Arthasastra memang tidak
menyebutkan apa-apa" Betapapun negara dapat menambahkan apapun ke dalam undang-undangnya. Namun
pertanyaan itu dijawab. "Siapa mempertanyakan agama jika harus mengorbankan
darah manusia tak bersalah" Agama itu ada untuk
kebahagiaan atau penderitaan?"
"Katakan semuanya dalam sidang pengadilan! Kini
serahkan dirimu atau kalian temukan kematian!"
Para pengawal rahasia istana segera menyerbu dengan
Ilmu Pedang Suksmabhuta mereka yang juga telah
dikembangkan untuk pertarungan antarkelompok yang
berpasangan seperti sekarang. Di antara kobaran api yang
tiada juga padam kusaksikan bentrok seru Ilmu Pedang
Suksmabhuta yang dikuasa i kaum perempuan serba jelita
dengan pedang keperakan berkilat-kilat yang membentuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perisai cahaya melawan ancaman golok-golok hitam yang
menetak tanpa ampun dengan tikaman kejam.
Apa perbedaan golok dengan pedang" Tidakkah keduanya
sama saja" Keduanya tidak dibedakan oleh bentuk, melainkan
tujuannya. Golok memang bisa dimainkan seperti pedang,
tetapi golok dibuat untuk segala keperluan, mulai dari
memotong kayu, membabat semak, atau membelah buah
kelapa-suatu peralatan rumahtangga yang terdapat dalam
setiap gubuk rakyat. Ini berarti dari tujuannya golok berbeda
dengan pedang, yang memang dibuat sebagai senjata tajam,
baik digunakan sekadar oleh seorang prajurit dalam suatu
pasukan untuk bertempur, maupun dimainkan oleh seorang
pendekar dengan ilmu pedang yang tinggi. Maka jika golok
bisa dibuat oleh sembarang tukang besi, maka pedang dibuat
oleh para ahli senjata; itu pun harus dibedakan antara pedang
yang dibuat dan dicetak sekaligus dalam jumlah ribuan di
pabrik senjata, dengan pedang yang dibuat seorang empu
pembuat pedang, demi ilmu pedang tertentu.
Meski begitu, pada awal dan akhirnya, adalah siapa
pemegang senjata itu yang akan menunjukkan kegunaaannya
dalam pertarungan. Dalam dunia persilatan, dengan ilmu
silatnya yang tinggi, seorang pendekar bisa tetap unggul
meski hanya bersenjatakan sebatang lidi atau selembar daun.
Bahkan tak jarang seorang pendekar menjadi harum namanya
karena ilmu silat tangan kosong. Ilmu-ilmu silat tanpa senjata
tidak kurang berbahaya dari ilmu-ilmu silat bersenjata. Namun
itu tidak berarti ilmu-ilmu silat bersenjata tidak diperlukan lagi,
karena ilmu s ilat yang manapun, termasuk pembuatan senjata
itu sendiri, telah disikapi sebagai suatu seni. Para empu masih
selalu tertarik menempa pedang yang terbaik untuk ilmu
pedang yang masih terus diperdalam dan dikembangkan oleh
para pendekar. Dari gunung ke gunung dari lembah ke lembah
para pendekar masih terus mengembara di rimba hijau dan
sungai telaga dunia persilatan mencari kesempurnaan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 16: [Ilmu Halimunan, Ilmu Penyamaran,
Bayangan Hitam Peradaban]
PERTARUNGAN di bawah sana masih berlangsung dengan
seru. Sekarang aku tidak menonton peristiwa ini sendirian.
Sejumlah bayangan hitam yang bagaikan muncul begitu saja
dari balik ma lam telah berkelebat mendekat dan mengamatinya tanpa terlihat. Mereka semua menguasai ilmu
halimunan, yakni ilmu yang berhubungan dengan penyusupan
ke wilayah musuh, yang penuh dengan tindak penyamaran
dan pengelabuan. Bukan dalam arti menyamar sebagai mata-
mata yang merupakan agen rahasia, melainkan penyamaran
dalam arti betapa seluruh kegiatan mereka diusahakan tiada
tercerap oleh pancaindera manusia. Maka wajarlah jika


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka membungkus tubuhnya dengan ketat dalam warna
serba hitam, sehingga bukan hanya kehitaman busana itu
akan menyamarkan pandangan dalam kegelapan malam,
melainkan juga suaranya tiada akan terdengar sepelan apapun
jua, karena cara berbusana itu memang merupakan bagian
dari ilmu-ilmu halimunan atau ilmu penyusupan.
Mereka itulah yang telah datang ke dalam gua dengan
tugas membunuhku, tentulah karena kepercayaan yang tinggi
atas kemampuan mereka dalam tugas-tugas pembunuhan.
Semula kelompok macam ini merupakan bagian dari gugus-
gugus tugas yang terdapat dalam militer, terutama ketika
diperlukan penyusupan rahasia ke wilayah musuh, seperti
mencuri peta siasat, naskah rahasia, senjata pusaka, atau
bahkan sampai membunuh panglima atau raja. Menghadapi
kemungkinan macam ini, maka terdapatlah pengawal rahasia
istana, yang tugasnya bukanlah berbaris di samping gajah
dalam upacara kenegaraan, melainkan memiliki kebebasan
untuk melakukan apapun yang dianggap perlu untuk dilakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
demi keselamatan raja-karena raja dianggap sebagai
penjelmaan dewa yang kepadanyalah kesejahteraan negara
dan rakyatnya tergantung sepanjang masa. Kepercayaan
macam ini tidak berubah ketika agama Buddha makin besar
pengaruhnya, apalagi ketika para raja yang memeluk Hindu
kembali berkuasa. Dengan demikian antara gugus tugas halimunan yang
sengaja tidak pernah diberi nama, bahkan keberadaannya
juga sedapat mungkin dirahasiakan, dengan para pengawal
rahasia istana itu merupakan musuh bebuyutan, selama
masing-masing berada di pihak yang berlawanan. Seringkali
terdapat pengawal rahasia istana yang semula merupakan
anggota gugus tugas halimunan tersebut, karena menguasai
ilmu yang sama dengan pihak yang berusaha melakukan
penyusupan dianggap adalah cara terbaik sebagai pertahanan
menghadapinya. Memang terdapat perbedaan besar antara ilmu halimunan
sebagai ilmu penyusupan ke wilayah musuh, dengan ilmu para
mata-mata yang wajib dikuasai dalam penyamaran; dalam
ilmu halimunan penguasaan ilmu silat adalah mutlak, karena
tugasnya sudah jelas menunjukkan risikonya-tetapi meskipun
risiko seorang mata-mata juga sama berbahayanya, ilmu silat
bukanlah merupakan syarat mutlak, karena tugasnya itu
sendiri tidak selalu berada di tengah bahaya.
Dalam Arthasastra Bab 12 Bagian 8 Pasal 6 disebutkan :
Raja hendaknya mempekerjakan mereka
dengan penyamaran yang meyakinkan
dalam hal asalnegara, pakaian, jabatan,
bahasa dan kelahiran, untuk memata-matai, sesuai dengan kesetiaan dan kemampuan mereka,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terhadap para tirtha (pejabat tinggi),
penasehat, mantripurohita (pendeta),
panglima tertinggi, putera mahkota, kepala pelayan istana,
kepala penjaga istana, para kepala bagian,
penata harian, sanndhatri (bendaharawan),
prasastri (hakim), nayaka (kepala jagabaya),
paura (kepala daerah), karmantika (kepala pabrik),
mantriparisadha (dewan menteri), adhyaksa (pengawas),
dandapala (kepala angkatan perang),
durgapala (pemimpin benteng),
antapala (pemimpin wilayah perbatasan),
dan atavika (kepala kehutanan) di daerahnya sendiri.
Meskipun begitu, bukan tidak mungkin ilmu halimunan dan
ilmu penyamaran itu terdapat dalam diri satu orang, sehingga
segala tugas yang berhubungan dengan kedua ilmu itu dapat
dirangkapnya. Demi kepentingan negara, kemampuan seperti
ini membuat yang memilikinya menjadi penyusup maupun
mata-mata unggulan. Namun kemampuan istimewa yang semula dipersembahkan
kepada negara dan raja, bisa terbelokkan oleh kemilau harta,
pesona tahta, dan daya tarik cinta membara. Maka bukanlah
pengkhianatan yang terjadi ketika kedua ilmu penting bagi
negara itu justru tidak lagi secara mutlak dikuasa i negara,
melainkan betapa semangat perdagangan telah menjadikan
penguasaan atas ilmu-ilmu tersebut sebagai modal untuk
memperjualbelikannya. Ini berarti siapapun bisa membayar
untuk mendapatkan jasa ilmu halimunan maupun ilmu
penyamaran, dengan bayaran yang dapat lebih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencengangkan dari 10.000 keping emas yang telah
ditawarkan untuk memburuku. Perseteruan dalam kekuasaan
dan cinta sudah lama melibatkan segala daya ilmu halimunan
dan ilmu penyamaran tersebut-dan aku tidak bisa menduga
apa tujuan maupun apa yang akan dilakukan sosok-sosok
berbalut busana hitam yang memenuhi atap-atap rumah di
sekeliling tempat pertarungan.
Aku teringat kelanjutan Arthasastra perihal "Peraturan
untuk Petugas Rahasia" tadi, mulai dari Pasal 7 sampai Pasal
12. pembunuh bayaran yang bekerja sebagai
pembawa payung, tempat air, kipas, sepatu,
kursi, kereta dan hewan tunggangan,
hendaknya memata-matai dan mengawasi kegiatan luar para opsir
agen rahasia hendaknya menyampaikan
kepada pusat mata-mata pemberi racun yang bekerja sebagai
tukang masak, pelayan, pelayan pemandian,
pencuci rambut, penyiap ranjang, pencukur,
pelayan berpakaian dan pelayan air,
mereka yang tampil sebagai orang bongkok,
orang kerdil, kirata, tunawicara, tunarungu,
tunapirsa64, pemain wayang, penari, penyanyi,
pemusik, juru cerita, dan penghibur
maupun para wanita hendaknya memata-matai
dan mengamati para petugas di dalam rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata-mata pertapa wanita hendaknya menyampaikan itu
kepada penguasa mata-mata
para pembantu tempat itu hendaknya
melaksanakan penyampaian berita mata-mata itu
dengan menggunakan samjnalipbhi (sandi)
dan antara penguasa itu maupun pembantu (mata-mata) ini
hendaknya tidak saling mengenal
Bukankah dunia penuh dengan permainan rahasia" Di
bawah sana, api tidak bisa diatas i, tetapi lama kelamaan
menyurut dengan sendirinya. Pertarungan berlangsung dalam
temaram sisa-sisa nyala api, membuat setiap gerakan golok
dan pedang itu menjadi ancaman maut yang semakin n yata.
"Aaaaaahhhhhhh!"
Perempuan yang anaknya mati itu menjerit keras, ketika
pedang tipis lawannya menusuk perutnya, tembus sampai ke
punggungnya. Namun jerit kesakitan lain menyusul, ketika seorang
pengawal rahasia istana terpapas lambungnya ketika sedang
berputar menghindar di udara. Satu persatu jatuh korban di
kedua belah pihak, karena setiap kali berhasil menjatuhkan
lawan masing-masing segera mendapat lawan baru-dan tidak
ada pertarungan yang tidak memakan korban. Lima dari
kelompok orang-orang yang disebut sebagai penganut aliran
sesat dan lima dari para pengawal rahasia istana telah
bergelimpangan tanpa nyawa. Busana para pengawal rahasia
istana yang putih tidak kelihatan ujudnya lagi karena
bersimbah darah. Tinggal kedua pemukanya berhadapan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lelaki itu masih memegang golok hitam legam yang nyaris
tiada kelihatan, perempuan paruh baya berambut keperakan
dengan sepasang pedang di tangan.
"Menyerahlah jika ingin mendapat keadilan, barangkali
nyawamu bisa diselamatkan!"
"Dikau telah menuduh kami beraliran sesat, apakah masih
sesat jika aku tahu bahwa mati dalam pertarungan adalah
kehormatan?" Perempuan itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Mengapa kaum bid'ah selalu pandai berbicara" Mungkinkah kepandaiannya itu yang menyesatkan mereka?"
Lelaki itu tersenyum pahit.
"Aku sudah kehilangan segalanya. Anak, istri, saudara"saudara. Tapi aku akan bahagia mati tanpa
kehilangan keyakinanku. Apakah kalian bisa seperti itu" Masih
bahagiakah kalian tanpa kekuasaan, tanpa kekayaan, tanpa
keunggulan apapun juga, masihkah?"
Perempuan itu menunjuk dengan pedang di tangan
kanannya. "Hmmmh! Bicaramu seperti orang golongan putih! Padahal
yang kalian pelajari adalah ilmu hitam!"
Kini lelaki itu tertawa terbahak-bahak.
"Ilmu hitam" Aku rasa pikiran kalianlah yang tersesat!
Sayang sekali, sayang sekali untuk perempuan berilmu tinggi
seperti kamu-kukira seorang pengawal rahasia istana
seharusnya lebih pintar dari itu!"
"Apa yang bisa diminta dari seorang tertuduh yang tidak
sudi menyerahkan diri. Jika dikau menganggap dirimu seorang
warganegara, percayakanlah nasibmu kepada peradilan.
Hanya atas nama keadilan aku wajib menangkapmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tawa lelaki itu mendadak berhenti.
"Aku seorang merdeka, aku tidak mengakui peradilanmu!"
Suasana tegang. Aku tahu sudah tidak ada lagi titik temu.
"Setidaknya dikau merusak tempat peribadatan, jika dikau
mengakuinya sebagai bukan agamamu, itu kejahatan yang
lebih tidak terampunkan! Ataukah aliran sesatmu justru
membenarkan?" Lelaki itu tampak tidak tertarik lagi untuk menjawab.
Wajahnya tampak pasrah dan mantap. Hanya sepotong kain
melilit pinggang dan golok hitam di tangan. Apalagi yang
diinginkannya dari dunia ini, jika keluarga mati, tanah
dirampas, dan keyakinan pun tertindas"
"Lakukanlah apa yang harus kamu lakukan," katanya.
(Oo-dwkz-oO) PEREMPUAN itu mengangkat kedua pedangnya, yang kiri
menunjuk ke depan, yang kanan terangkat ke atas, sementara
kaki kanannya ditarik merendah dan menekuk ke belakang,
yang kukenal sebagai jurus pembuka Ilmu Pedang
Suksmabhuta Tingkat Kedua. Ilmu silat memang bisa
dikembangkan bertingkat-tingkat, sejauh pemilik ilmu
silat memang ingin mengembangkannya. Seorang penemu
meletakkan dasar dan mengembangkannya. Namun seorang
murid yang mempelajari ilmu silat, dengan dasar yang sama
dapat mengembangkannya secara berbeda. Murid yang cerdas
bahkan akan mampu mengembangkan dasar-dasar itu
menjadi pengembangan yang lebih hebat dari ilmu silat
gurunya. Jika disebutkan terdapatnya tingkat dalam pengembangan
itu, maka dimaksudkan bahwa semakin tinggi tingkatnya
semakin canggihlah ilmu silat pada tingkat itu, dan karenanya
tenaga pendukung pada tingkat itu mesti lebih besar pula
dayanya. Jika terlihat seorang pendekar tampak bergerak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat cepat seperti bayangan melesat, meski gerakannya
tampak ringan tanpa suara, maka sebenarnyalah betapa daya
pendukungnya berasal dari tenaga yang luar biasa besar,
sehingga hanya kemampuan tenaga dalamlah yang akan
mampu mendukungnya. Maka melihat jurus pembukaan itu,
aku tahulah sudah apa yang akan terjadi.
Dengan segera pendekar perempuan itu bergerak sangat
cepat, sampai tidak terlihat, dan lelaki bergolok hitam itu
menjadi tampak berada dalam kesulitan. Rakyat tidak pernah
mempunyai waktu semewah para pendekar silat, yang
memang hidup hanya demi ilmu s ilat, mengorbankan segenap
tuntutan bermasyarakat, mulai dari berkeluarga sampai
membela negara, karena para pendekar memang hidup hanya
untuk dirinya sendiri saja, dalam apa yang mereka kira
sebagai perjalanan mencari kesempurnaan. Rakyat belajar
silat hanya untuk membela diri dan tidak untuk menguasainya
sebagai seni, sehingga ilmu silat rakyat jelata memang
disesuaikan dengan keterbatasan waktu maupun minat
mereka. Akibatnya segera tampak dalam pertarungan ini. Jika
semula tampak bayangan hitam dan bayangan putih
keperakan saling melesat di antara dentang benturan golok
dan pedang, sebentar kemudian tampaklah betapa bayangan
hitam itu makin lama makin jelas sosoknya, sementara
bayangan putih dengan leluasa menyerangnya dari segala
penjuru sembari mengitari bayangan hitam yang telah
semakin lambat geraknya. Agak mengherankan bahwa
sabetan dan tusukan pedang tipis keperakan itu masih saja
tertangkis oleh golok hitam, yang masih berputar seperti
baling-baling sebisanya melindungi tubuh dari dua pedang
sekaligus yang selalu datang dari dua arah!
Sejak tadi aku mengamati para pemegang golok hitam,


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena sangat penasaran tidak bisa mengenali ilmu pedang
kerakyatan yang mereka andalkan -jelas ini bukan perkara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinggi rendahnya ilmu, melainkan bahwa mereka ini pada
dasarnya bukan pesilat. Ilmu pedang rakyat jelata yang purba
memang sudah tidak dapat diketahui asal-usul penemu dan
penyebarnya, tetapi sejak mereka peragakan ilmu pedang
sebagai cakram berputar bagaikan gelar perang Cakrabyuha,
kuduga seorang pendekar yang memahami ilmu perang telah
melakukan pembaruan. Aku bertanya-tanya dalam kepala,
apakah karena keenam orang tadi sekadar bekas tentara,
ataukah ilmu pedang yang digabungkan ilmu perang, dan
diterapkan kepada golok pembelah kayu ini, sebenarnya telah
dikuasai banyak orang"
"Matilah kamu yang telah menghina Durga!"
Saat itu golok hitam tampak terpental ke langit dan
sepasang pedang dalam sepersekian detik sudah akan
memenggal leher lawannya dari kiri dan kanan, ketika
mendadak saja puluhan pisau terbang berdesau mengancam
berbagai titik mematikan pada tubuhnya. Pendekar perempuan itu rupanya bukanlah pendekar sembarangan, ia
mengubah arah kedua pedangnya dan melenting ke udara-
sejumlah pisau terbang berhasil ditangkisnya,
tetapi betapapun puluhan pisau terbang itu me luncur dari segala
arah! Jap! Jap! Jap! Jap! Jap! Tak urung lima pisau terbang menancap di tubuhnya, tetapi
karena dengan melenting ke udara itu berarti sebagai sasaran
ia sudah berpindah, lima pisau terbang itu tidak tertancap di
tempat mematikan. Sebaliknya, karena lompatannya ke udara
yang tiba-tiba itu, lebih dari selusin pisau terbang justru
menancap di tubuh lawannya. Bahkan sebelum jatuh
menyentuh tanah, nyawa orang itu telah lepas dari tubuhnya-
sebilah pisau terbang menancap pada jantungnya.
Aku terkesiap dan melesat. Golok hitam yang masih
melayang jatuh itu kusambar di udara-dan sebelum siapapun
menyadarinya, aku telah menghabisi orang-orang berbalut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
busana hitam pekat yang hanya tampak matanya itu.
Sebetulnya aku tidak ingin turut campur, dan dalam tujuan
penyelidikanku seharusnya aku memang tidak melibatkan diri.
Namun usia seratus tahunku tiada mampu menahan luapan
marah serentak yang datang tiba-tiba, ketika menyaksikan
pelemparan puluhan pisau terbang dari kegelapan. Pengecut!
Aku sangat muak setiap kali berhadapan dengan orang-orang
seperti ini. Aku lebih menghargai pengecut yang dengan jujur
melarikan diri, dibanding penyergap malam yang licik seperti
ini. Kusadari betapa kelicikan ini telah menjadi suatu aliran
dalam dunia persilatan, atas nama segenap siasat dalam
perang antarkerajaan-tetapi meskipun belum jelas bagiku
keberadaan para pelempar pisau terbang ini, memanfaatkan
kelemahan seperti itu membuat aku tidak bisa hanya
menonton di luar lingkaran. Saat turun dari menyambar golok
hitam di udara, tanganku menyambar kepingan-kepingan
emas dari balik baju. Begitu mendarat di tanah, limabelas
orang menggelinding jatuh dengan kepingan emas menancap
dalam-dalam di antara kedua matanya. Tujuh orang segera
disergap tujuh pengawal rahasia istana yang melejit ke atas
atap, termasuk perempuan paruh baya yang belum mencabut
lima pisau dari tubuhnya-sebaliknya delapan orang sisanya
melarikan diri ke delapan penjuru. Aku bergerak cepat
memburu salah satu agar bisa mengorek keterangannya.
Dari atap ke atap kubuntuti dia yang tidak mengetahui aku
mengejar di belakangnya. Aku harus waspada karena
membuntuti orang secara diam-diam adalah bagian dari ilmu
halimunan. Mereka akan sangat mengerti sedang dibuntuti
atau tidak dibuntuti di mana pun mereka berada. Maka ketika
ia selalu mewaspadai arah belakangnya, aku dengan segera
sudah berada jauh di depannya, dan selalu berusaha
mendahuluinya ke manapun dia pergi. Tentu saja aku harus
memastikan bahwa dia juga tidak akan memergoki dan dapat
menangkap kelebat bayangan di depannya itu. Tinggi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rendahnya ilmu seseorang tidaklah begitu mudah untuk
gampang kita tebak-seperti ketika aku telah selalu mengelabui
orang dalam masa dua puluh lima tahun penyamaranku.
Semakin jauh dari wilayah kebakaran, kotaraja semakin
gelap dan hanya gelap, menyisakan titik-titik lentera di balik
dinding bambu yang tiada berarti. Kegelapan yang sangat
menolongku. Aku ingin tahu ke mana dia akan kembali.
Meskipun tampaknya mereka melemparkan pisau-pisau
terbangnya ke arah pengawal rahasia istana, aku mempertimbangkan kemungkinan bahwa lelaki bergolok hitam
itu juga menjadi tujuan pembunuhan mereka-karena begitu
tepat sasaran pisau-pisau terbang itu menancap di tubuhnya.
Ia mendekati sebuah dinding di dekat pura. Ketika dia
semakin dekat, aku sudah berada di balik dinding, menempel
pada dinding dengan ilmu cicak. Kupejamkan mataku karena
pandanganku memang terhalangi dinding bata merah.
Kuandalkan pendengaranku untuk menembus kegelapan.
Sebentar kemudian tujuh temannya yang lain tiba. Mereka
berpencar sebagai cara untuk mengelabui jika ada yang
mengejarnya. Tentu mereka merasa aman, sehingga berani
berkumpul kembali. Aku merasa lega telah mengambil
keputusan dengan tepat, karena mereka yang hidup dalam
pekerjaan penyusupan bahkan tega membunuh dirinya, demi
menjaga kerahasiaan pekerjaannya itu. Mereka berbicara
dengan berbisik-bisik. Kutajamkan pendengaranku.
"Siapa orang tua yang muncul tiba-tiba itu" Gerakannya
terlalu cepat untuk diikuti mata, bahkan ia terlalu cepat
menghilang sebelum kita bisa mengingatnya -apakah kalian
yakin tidak seorang pun telah diikutinya?"
"Teman-teman kita yang tertinggal mati terbunuh semua
oleh para pengawal rahasia istana, yang belum mati dibantai
rakyat di bawah patung Durga."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku menahan napas. Tidak bisa kubayangkan apa yang
telah terjadi di sana. Rakyat yang marah ibarat gelombang
pasang, bahkan kerajaan bila perlu dapat mereka runtuhkan.
"Jawab dulu pertanyaanku! Apakah kalian yakin orang tua
dengan ilmu setinggi itu akan bisa kalian pergoki jika
membuntuti kalian?" Tidak ada jawaban. "Periksa dulu sebelum kita lanjutkan percakapan!"
Hhhhh! Memang mereka sangat terlatih dalam tugas
rahasia. Mereka menyebar ke delapan penjuru dan berputar
searah ke kanan. Jika mereka melakukannya berulang-ulang
dan semakin mendekat karena mengecilkan lingkarannya,
tidak satu manusia pun dapat lolos dari ketajaman mata
mereka. Aku menahan napas. Apa yang harus kulakukan jika
mereka memergoki persembunyianku"
(Oo-dwkz-oO) Episode 17: [Kalapasa atawa Jerat Maut, Kaum
Penyusup yang Menolak Dikhianati]
MALAM sungguh-sungguh kelam, bagaikan tiada lagi yang
lebih kelam dari kekelaman yang sedang kuhayati sekarang.
Rembulan memang tertutup awan, tetapi sampai berapa
lama" Jika mega-mega yang menganga bagaikan mulut Batara
Kala melepaskan rembulan itu kembali, tempat ini akan
menjadi terang, dan jika mereka berhasil memergoki aku,
maka aku akan mengalami kegagalan untuk mendapat
keterangan. Aku menempel di tembok seperti cicak yang sama
sekali tidak bergerak, tetapi telinga yang terlatih dengan ilmu
penyusupan mestinya mampu mendengar napasku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jarak antara mereka makin dekat, dan makin dekat pula
mereka semua ke tempat persembunyianku. Napasku akan
segera mereka dengar, dan apabila mega-mega meninggalkan
rembulan yang memang tidak akan pernah dimakannya, jelas
terlalu mudah untuk segera mereka pergoki keberadaanku.
Kudengar langkah-langkah mereka yang bersijingkat -
telinga awam tidak akan bisa menangkap suara sehalus itu,
tetapi aku dapat melacak bunyi tergesernya debu di antara
suara-suara malam. Kuhentikan napasku. Bukan masalah
besar untuk menundukkan delapan orang ini, tetapi aku ingin
mendengar sesuatu dari percakapan mereka.
Kulirik ke atas, aku mencoba menduga lamanya rembulan
tertutup awan dan seberapa lama orang yang memeriksa
berada di dekatku. Di balik tembok, tujuh orang telah
berkumpul, berarti satu orang lagi masih berada di sekitarku,
karena sejak tadi kutunggu belum juga tampak melewatiku.
Namun ketujuh orang di balik tembok itu mulai bercakap.
"Siapa orang tua yang gerakannya sangat cepat itu" Aku
belum pernah melihat gerakan secepat itu."
"Lima belas teman kita tewas dalam sekejap, kalau dia mau
tampaknya bisa saja orang tua itu menghabisi kita semua."
"Justru itulah yang kupikirkan. Kenapa dia tidak
melakukannya jika lima belas orang terlatih dilumpuhkannya
dengan terlalu mudah."
Mereka terdiam sejenak. Namun aku menjadi curiga.
Apakah mereka menduga dengan tepat bahwa aku mungkin
saja telah mengikutinya, tanpa mampu mereka ketahui aku
berada di mana" Mereka masih diam. Apakah mereka meneruskan percakapan dengan bahasa isyarat" Dalam Arthasastra Bab 12
Bagian 8 tentang "Peraturan untuk Petugas Rahasia" tertulis:
mereka yang tidak memiliki sanak keluarga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan harus dipertahankan, ketika mereka mempelajari
laksanam (ilmu penafsiran tanda-tanda),
angavidya (ilmu sentuhan tubuh),
mayagata (ilmu sihir), yang menyangkut penciptaan jambhakavidya (khayalan),
tugas-tugas asrama, antara-chakra (ilmu pertanda),
"roda dengan ruang",
dan lain sebagainya adalah petugas rahasia, jika mereka mempelajari seni berhubungan dengan manusia
Jika mereka memanfaatkan semua ilmu yang jelas mereka
kuasai tersebut, tentu saja aku tidak akan mampu mengetahui
sesuatu pun, karena kunci bahasa sandi selalu diubah dari
waktu ke waktu. Hanya mata-mata yang telah lama
berkecimpung di dalamnya akan mengetahui perkembangan
kunci bahasa sandi tersebut, itu pun masih harus
dibongkarnya makna kalimat-kalimat di dalamnya.
Jika seorang pembongkar kunci bahasa sandi mampu
menemukan kalimat "Orang suci itu mampu menjamin
kesejahteraan setiap orang" misalnya, maka ini sudah jelas
menunjuk kepada suatu maksud lain. Betapa sulitnya
membongkar rahasia yang diemban para petugas rahasia ini,
juga karena seorang petugas rahasia tidak akan pernah
mengetahui seluruh rahasia, mereka hanya akan mengetahui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sepotong rahasia -tidak akan pernah lebih, bahkan bisa
kurang. Itulah sebabnya banyak rahasia hanya bisa
terbongkar jika terdapat pengkhianatan-yang dengan sengaja
akan selalu diusahakan, melalui pesona harta, kekuasaan, dan
pemerasan cinta... Apakah mereka sedang bertukar tanda dengan gerak
tangan atau isyarat pandangan dan gerak tubuh di balik
tembok itu" Jika begitu, maka seluruh usahaku tentu saja
akan sia-sia. Namun kenapa mereka harus melakukannya jika
berkumpul antara mereka sendiri" Aku harus merayap sepelan
mungkin dan me lihat sendiri mereka yang sedang berkumpul
itu, tetapi aku tidak mungkin merayap naik sebelum
memastikan keberadaan orang kedelapan. Ia bisa saja sedang
menunggu gerakanku, karena tidak dapat menduga diriku
berada di mana. Waktu berjalan sangat lambat dalam keadaan seperti ini,
karena memang tidak ada yang bisa kulakukan selain
menunggu agar orang kedelapan itulah justru yang akan
melakukan kesalahan. Malam makin larut. Aku tidak bergerak. Menunggu dan
menunggu. (Oo-dwkz-oO) SAAT-SAAT seperti ini rasanya lama sekali-tetapi kesabaran
dalam hal seperti ini sangat menentukan hidup dan mati.
Orang kedelapan itu akhirnya muncul di antara mereka,
tetapi hanya setelah melewatiku! Dia sempat berhenti lama
dalam jarak yang sangat dekat denganku, mencoba
mendengar sesuatu dalam kegelapan pekat seperti itu, tetapi
ia tak akan pernah mendengar nafasku. Begitu dia pergi
kutirukan bunyi serangga malam hari, yang tidak mungkin
berbunyi jika terdapat manusia di s itu, agar dia lebih yakin tak
ada siapa pun di tempatku sekarang.
Ia segera bergabung dengan tujuh orang lainnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak ada petak yang tidak terlewati oleh penyisiran kita.
Aku juga sudah menunggu gerakannya. Seandainya ia
memang terdapat di sini kita sudah mengetahuinya. Kita bisa
merundingkan masalah kita dengan bebas."
Aku berharap mereka mengikuti anjurannya, agar aku


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cukup mendengarkan saja perbincangan mereka.
"Kita mendapat tugas untuk memberi kesan bahwa
kelompok yang disebut aliran sesat itu merupakan ancaman
untuk negara." "Kesan itu berhasil kita tanamkan, tetapi kita tidak mengira
jatuh korban begitu banyak di antara kita."
"Padahal kita begitu yakin sebelumnya akan bisa
menghabisi kadatuan gudha pariraksa dengan mudah."'
"Orang tua itulah yang mengacaukan rencana. Apa yang
dipikirkannya sehingga ikut campur urusan kita?"
"Itulah sikap para pendekar yang biasa. Bagi mereka
pertarungan harus adiI dan terbuka."
"Hmmh! Orang-orang dunia persilatan! Mereka itu pemimpi
semual" Kepalaku melewati tembok, kulihat seseorang sedang
mengangkat tangan"aya sehingga semua terdiam.
"Dengar baik-baik. Kita semua hares lebih hati-hati karena
tugas kita adalah tugas rahasia. Kita tidak tahu tindakan
pendekar tua itu karena dia memang pendekar, ataukah
karena dia memang dikirim untuk menghadapi kita.
"Pendekar golongan merdeka tidak akan bekerja untuk
kelompok tertentu, mereka hanya mengabdikan diri kepada
kebenaran." Mereka semua hanya kelihatan matanya, tapi kudengar
suara taws di balik kain penutup wajah.
"Kebenaran" Heheheheh! Kebenaran siapa" Hampir semua
pendekar sini bisa dibeli. Kita tidak lagi hidup di zaman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kegelapan tanpa agama, ketika para pendekar sangat
diperlukan untuk membasmi kejahatan yang timbul di mana-
mana, karena memang hanya ada gerombolan dan tidak ada
rajaan atau negara."
Rembulan masih di balik awan. Namun suara burung kulik
bagai mengabarkan kematian seseorang. Kematian siapa"
Kulihat bayangan berkelebat. Mereka tak mengetahuinyal
Bahkan masih terus berbicara ...
"Jadi bagaimana dengan rencana kita?"
"Meskipun kita gagal menghabisi para pengawal rahasia
istana, kita berhasil memberi kesan sebagai pendukung
golongan sesat." "Kecuali kalau teman-teman kita buka mulut."
"Sudah kukatakan mereka tewas, orang banyak membantai
mereka dengan pengertian mereka adalah penganut aliran
sesat..." Mereka terdiam sejenak. Sebetulnya tiap orang dari mereka
dipilih dari orang-orang yang hidup sendiri. Kautilya dalam
Arthasastra berkata bahwa mereka yang terpilih adalah:
mereka yang tidak memiliki sanak keluarga
mereka yang telah melepaskan
pikiran tentang keamanan pribadi
dan mau berkelahi demi uang
melawan gajah atau binatang buas
mereka yang tidak punya kasih sayang
terhadap kaum kerabatnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun justru karena itu mereka seperti merasa
dipersatukan oleh nasib. Kehilangan itu bukanlah sekadar
kehilangan kawan sekerja, melainkan kehilangan dalam
sebuah matarantai persaudaraan. Masing-masing dari mereka
berlatih untuk tidak mengenal satu sama lain, tetapi bentuk
kebersamaan terkecil pun mendekatkan hati manusia. Mereka
terdiam seperti mengingat nasib kawan-kawan mereka yang
malang. Mereka telah dilatih bersama dalam ilmu penyusupan-
terbantai di tangan rakyat jelata yang tidak berilmu spa pun
bukanlah kematian yang telah dibayangkan.
Di balik tembok aku berpikir. Namaku telah disangkutpautkan dengan sebuah ajaran rahasia, yang
kemudian disebut-sebut sebagai mithya-drsti atau viparita-
drsti atau aliran sesat. Namun yang disangkutpautkan adalah
Jurus Tanpa Bentuk. Bagaimana mungkin suatu jurus dalam
ilmu persilatan diandaikan bisa terlarang, jika bahkan ilmu
hitam dan ilmu sihir di mana-mana diajarkan" Bahwa Jurus
Tanpa Bentuk tidak dapat dipelajari maupun diajarkan, itu
persoalan lain, karena Jurus Tanpa Bentuk memang harus
ditemukan, melalui pencarian dalam kepala yang bermaksud
memahaminya. Dengan pengertian memahami artinya tidak ada yang ajaib
dalam pembelajaran Jurus Tanpa Bentuk -justru karena
memang tidak berbentuk. Orang-orang berbaju hitam yang menggugat Bhatari Durga
itu juga telah disebut sebagai aliran sesat, meski mereka
sendiri tidak merasa begitu. Adapun orang-orang berbaju
hitam yang sedang kumata-matai ini memanfaatkan kesamaan
busana hitam-hitam mereka untuk memberi kesan tertentu
atas orang-orang berbaju hitam itu --yakni, seperti telah
kudengar, agar terdapat kesan betapa aliran sesat yang
dimaksud merupakan ancaman berbahaya bagi negara. Bukan
karena ajaran itu sendiri barangkali, tetapi karena mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memiliki pasukan pembunuh yang tangguh dan kejam
mematikan bukan buatan. Namun begitu mudahkah kiranya mengelabui orang"
Orang-orang yang dianggap pengikut aliran sesat itu memang
berbaju hitam, tetapi baju hitam rakyat kebanyakan -taklebih
dan tak kurang hanyalah kain hitam melilit pinggang, yang
sebenarnya juga sudah tidak terlalu berwarna hitam. Semua
warna adalah hasil celupan, dan jika kain yang sama terus
menerus dicuci dan dipakai, hanya akan luntur jua jadinya.
Penanda betapa mereka hanyalah rakyat jelata yang miskin
adanya. Berbeda dari busana serbahitam yang diandalkan
dalam ilmu penyusupan, yang begitu pekat seperti malam
yang tergelap, dan dibuat oleh para penjahit yang mengetahui
maksud dan tujuan dari potongan baju seperti itu:
membungkus seluruh tubuh, ringan tak bersuara, hanya
menampakkan sepasang mata, dengan berbagai kantong dan
ikat pinggang penyandang senjata.
Meski sama-sama hitam busananya, sebenarnyalah tiada
sesuatu pun yang harus menghubungkan keduanya - kecuali
memang tidak diperlukan terlalu banyak alasan untuk
membantai siapa pun yang dianggap berbeda, seperti
golongan yang dianggap sesat.
Apakah yang telah terjadi" Apakah yang sedang
berlangsung" Aku memikirkan kemungkinan bahwa aliran
sesat dalam pengertian memang sesat pikirannya dan apalagi
berbahaya itu sebenarnya tidak ada. Namun tampaknya
segala usaha telah dikerahkan untuk membuat orang banyak
yakin bahwa a liran sesat itu ada. Demi kepentingan apa" Demi
kepentingan siapa" Aku belum bisa mengatakan apa-apa,
karena setelah dua puluh lima tahun mengundurkan diri dari
dunia ramai, tiada kesahihanku menyebutkan sembarang
dugaan. Namun aku tahu betapa keberadaan aliran yang
disebut sesat ini sangat dibutuhkan, dan untuk itu diperlukan
sejumlah kambing hitam yang meyakinkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka bukanlah Jurus Tanpa Bentuk, melainkan ketidakhadiranku, telah sangat membantu penyusunan cerita
yang dihadirkan sebagai kenyataan itu. Telah kusebutkan
betapa perburuan diriku menjadi penting, justru karena
tertangkap maupun tidak tertangkapnya aku, terbunuh
maupun tidak terbunuhnya diriku, tetap saja akan menguntungkan bagi yang menyebarkan cerita tentang aliran
sesat itu. Aku tertangkap atau terbunuh, seluruh cerita yang
dibangun atas namaku akan tetap berlaku; aku tidak kunjung
tertangkap dan tidak dapat terbunuh,
justru akan membuktikan betapa memang berbahayanya diriku. Memang
cerdik sekali. Bagaimanakah cara melawannya" Namun aku
sungguh tidak mengetahui apa pun yang kiranya dapat
membenarkan dugaan-dugaanku.
Kini kusadari betapa bukan aku sendirian yang menjadi
korban. Orang-orang berbusana serba hitam itu telah
terpancing untuk mengamuk, dan dibunuh atas nama
kepercayaan yang sampai mati tidak pernah mereka lepaskan.
Perbincangan orang-orang yang sedang kucuri dengar ini
semakin meyakinkan aku akan terdapatnya sebuah siasat;
bahwa mereka memanfaatkan kesamaan warna hitam baju
mereka, agar orang banyak mengira mereka adalah bagian
dari kekuatan suatu pasukan, dari yang disebut aliran sesat.
Apakah cerita ini dibangun suatu kelompok yang
bermaksud merongrong kewibawaan negara dan merebut
kekuasaan" Ataukah cerita semacam itu dibangun oleh pihak
penguasa sebagai pembenaran atas pembasmian mereka
kepada suatu golongan yang ingin mereka hapus dari muka
bumi" Mereka masih berada di balik tembok ketika sekali lagi
terdengar suara burung kulik. Kali ini bahkan dua kali. Aku
terkesiap. Memang seperti suara burung, tetapi kusadari
bahwa suara itu berasal dari manusia. Itu suatu tanda! Meniru
suara binatang adalah bagian dari ciri-ciri ilmu penyusupan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bagaimana mungkin orang-orang yang sedang berbicara itu
tidak mengenalnya" Kuketahui sekarang betapa sejumlah orang berkelebat
dalam gelap tanpa diketahui oleh mereka yang sedang kucuri
dengar pembicaraannya. Busana mereka sama belaka dengan
orang-orang yang sedang berbicara itu. Aku menyembunyikan
kepalaku. Tepat pada saat awan menyingkir dan rembulan
menyapu halaman dengan cahaya lembut keperakan,
terdengar bentakan dan teriakan keras dari segala penjuru
yang sangat mengejutkan orang-orang itu. Aku mendengar
desing jarum bersuit-suit dari hembusan sumpit beracun.
Serangan mendadak ini agaknya memang taktertahankan.
Terdengar lenguh pendek mereka yang tertembus jarum
sumpit pada leher atau jantungnya. Terdengar juga suara
pedang yang sempat menangkis jarum, tetapi saat kutengok
sebuah rantai telah menjerat leher, disusul gagang berpengait
yang menempel pada ujung lain rantai itu membabat putus
kepalanya. Lantas malam menjadi sangat amat sunyi.
Kudengar sebuah suara, dan sekitar tigapuluh orang yang
takbersuara mengitarinya.
"Inilah nasib para pengkhianat dalam Kalapasa, janganlah
siapa pun di antara kalian mengikuti jejak mereka."
Tidak ada seorang pun menanggapinya, dan suara itu
melanjutkan. "Tetapi kita harus mengetahui siapakah orang tua yang
disebut-sebut telah membunuh limabelas cecunguk lainnya
dengan keping-keping emas di antara dua mata. Kita telah
memiliki daftar semua pendekar di Yavabhumi, Ketua tidak
ingin seorang pun lolos dari pengamatan kita."
Jadi mereka adalah orang-orang Kalapasa yang berarti jerat
maut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika aku baru mulai mengarungi sungai telaga dunia
persilatan di kala muda, sudah kudengar cerita tentang
Kalapasa-suatu guhyasamayamitra atau perkumpulan rahasia,
kelompok para penyusup yang sangat tertata, sehingga
meskipun setiap, orang membicarakannya, tiada pernah sekali
pun seseorang mengaku pernah melihat sosoknya. Kelompok
ini dahulu dikenal sebagai pengabdi agama dan negara,
jasanya sangat besar dalam usaha memperlemah musuh, dan
bagi mereka ilmu penyusupan maupun ilmu penyamaran
adalah ilmu-ilmu yang harus dikuasai sekaligus dalam tugas-
tugas rahasia mereka. Namun semenjak setiap kerajaan di Yavabhumi selalu
berkutat dengan dua agama, maupun aliran-aliran baru yang
terbentuk di antaranya, tidak kuketahui lagi kebijakan
Kalapasa. Juga setelah kudengar betapa penguasaan ilmu
penyusupan dan ilmu penyamaran dapat diperjualbelikan
kepada siapa pun yang membayarnya.
Telah kudengar tentu, bagaimana pengkhianatan orang
dalam harus ditebus dengan kematian. Ini berarti Kalapasa
tidak kebal terhadap perubahan zaman yang berlangsung di
luarnya. Bahkan para anggota yang ilmunya belum terlalu
tinggi berani berkhianat dan barangkali telah memperjualbelikan kemampuan mereka yang belum seberapa.
"Hanya Pendekar Tanpa Nama yang belum dapat kami
jejaki, setiap kah karni tiba hanya kami jumpai mayat yang
ditinggalkannya..." Bulan bergeser dan menerangi ubun-ubunku. Dengan ilmu
bunglon kusatukan warna kulitku dengan warna tembok bata
merah di bawah cahaya bulan.
"Hmm, pendekar satu itu juga selalu berada antara ada dan
tiada, sampai aku tak tabu lagi beds antara cerita dan
kenyataannya." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang dia lebih sering ada Tuanku, berbagai macam
laporan untuk hari ini saja menunjukkan keberadaannya."
"Hmm. Hmm. Tapi tidak ada jaminan bahwa ia akan
tertangkap, apalagi terbunuh oleh s iapa pun jua. Pembantaian
Seratus Pendekar bukanlah sekadar cerita."
Begitukah" Aku selalu meragukan cerita tentang diriku
sendiri selama pembicaranya tidak mengenal atau belum
pernah bertarung melawanku.


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekarang kita harus pergi, awas, jangan tinggalkan jejak
siapa pun jua." Kudengar suara-suara melejit, berkelebat, dan menghilang.
Aku cepat melompat ke atas tembok, mencari bayangan yang
masih bisa kubuntuti, tetapi hanya keremangan yang tersisa.
Aku juga merasa lelah, semenjak keluar dari gua aku belum
beristirahat sama sekah. Hhhhh.
(Oo-dwkz-oO) Episode 18: [Mengolah Rontal Menjadi Lontar]
SUDAH tiga bulan aku menenggelamkan diri. Menikmati
kehidupan sebagai orang awam yang menjual kepandaian
sebagai pembuat lontar. Kekosongan pengetahuan karena
menghilang dua puluh lima tahun dari dunia, tidak bisa
ditebus dalam semalam sahaja -sebaliknya pengalaman sehari
semalam bagi seseorang yang telah menghilang dua puluh
lima tahun dari dunia, begitu penuh sesak serasa, bagai
terpadatkannya dunia. Semenjak malam ketika kucuri dengar perbincangan orang-
orang Kalapasa itu, aku menghilang kembali ke dalam kota.
Pada malam pertama aku bergabung dengan orang-orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tidur di pasar. Ada orang gila, ada gelandangan, dan
juga candala yang terbuang dari kelompok sesama candala.
Kuandaikan bahwa meskipun Arthasastra menganjurkan
penyelidikan dan penyamaran di semua tempat, pasar pengap
seperti yang kudatangi adalah tempat yang paling dijauhi para
mata-mata, karena terlalu mudahnya orang luar ditandai. Aku
memang orang asing bagi mereka, tetapi siapa yang akan
mengira betapa seorang tua renta yang seratus tahun
umurnya akan bisa berbahaya bagi mereka" Sebaliknya justru
akulah yang harus menghindari perkara dengan mereka.
Bukankah aku membawa keping-keping emas" Menyuruk di
tempat gelandangan, aku hanya harus mewaspadai orang-
orang Partai Pengemis. Karena mereka seperti mempunyai
kemampuan istimewa untuk mengetahui pengemis sesungguhnya atau pengemis pura-pura-karena mereka
sendiri memanglah bukan pengemis, melainkan orang"orang
persilatan yang memilih jalan hidup sebagai pengemis.
Maka aku pun tidak terlalu lama menyuruk dalam
kegelapan bersama kaum candala dan orang-orang yang
tersingkir dari masyarakatnya itu. Persembunyian terbaik
sesungguhnyalah bukan menjauhi keramaian, melainkan
justru melebur bersamanya.
Maka, begitulah suatu ketika aku menyewa sebuah ruang di
penginapan yang berdinding bambu dan beratap rumbia,
memulai langkah-langkah pengamatanku sedikit demi sedikit
dengan pelan dan sabar. Ini bukanlah sekadar soal siapakah
manusianya yang memerintahkan pembunuhan dan perburuan
atas diriku, tetapi keadaan macam apakah yang membuat
keputusan itu diambil. Aku ingin mempelajari semuanya dan baru setelah itu
melakukan perhitungan: Benarkah aku harus mencari dan
mengadili mereka yang melakukan fitnah dan merancang
perburuan diriku, seperti yang berlaku dalam dunia persilatan;
ataukah terdapat suatu cara lain untuk mengatakan kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dunia betapa aku tidak bersalah, sebagai cara yang barangkali
akan dianggap lebih berbudaya.
Setidaknya aku ingin menenangkan diriku dahulu. Tentulah
terlalu banyak hal yang telah kualam i dalam waktu singkat
bagi seseorang yang telah mengurung dirinya dalam sebuah
gua di rimba raya. Seorang pendekar boleh memiliki ketahanan jiwa yang
hebat, misalnya ketika mengalami pengeroyokan dalam
pertarungan. Seringkali terdapat seorang pendekar dikeroyok
oleh seratus orang dan bisa memenangkannya, sebetulnya
hanya karena ia telah berlaku tenang maka ia bisa
menundukkannya satu persatu, seperti yang kulakukan dalam
Pembantaian Seratus Pendekar.
Namun jika seorang pendekar harus tinggal bersama
dirinya sendiri selama duapuluhlima tahun, itu berarti ia harus
melawan banyak masalah yang timbul dari dirinya sendiri,
itulah tantangan yang sungguh-sungguh menguji ketahanan
jiwanya. Di dalam hutan, di dalam gua, tak berjumpa manusia
selama duapuluhlima tahun lamanya, aku harus membangun
duniaku sendiri, agar aku tetap merasa menjalani kehidupan
dengan sewajarnya. Itulah yang kulakukan di dalam hutan dahulu, yang antara
lain harus kuatasi dengan melakukan hal-hal lain, misalnya
seperti membuat lontar tersebut. Pada lontar itu aku bisa
menuliskan apa pun yang ingin kutuliskan -apa pun, sejauh
pemikiran apapun me lewati kepalaku. Tentu saja aku tidak
dengan sendirinya langsung mampu membuat lontar itu. Aku
mempelajarinya sedikit demi sedikit pada masa ketika aku
harus menyamar dan melebur ke dalam kehidupan awam
sehari-hari. Kata lontar adalah kesalahan ucap dari rontal -helai daun
yang dimanfaatkan untuk menulis. Pohon lontar juga disebut
pohon siwalan, yang termasuk jenis pohon palem. Daunnya
memang lebar seperti kipas dan tumbuh secara liar dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat lambat-tetapi di dalam hutan dulu, aku mempunyai
cukup waktu. Daun lontar yang untuk menulis adalah yang masih muda,
artinya yang masih berwarna hijau, tetapi ujungnya mulai
berubah menjadi cokelat. Cara memetiknya juga tidak
sembarangan, yakni tidak boleh dijatuhkan dan harus dibawa
turun. Maka sering terjadi aku melompat ke atas dengan ilmu
meringankan tubuh, sekadar untuk memetik daun itu lantas
turun perlahan-lahan seperti tubuhku tidak mempunyai bobot.
Setelah dipetik, maka daun itu disayat dari batang
daunnya, lantas dijemur selama dua sampai tiga hari sampai
kering. Setelah itu, daun-daun ini direndam lagi dalam air
selama tiga hari, lalu lagi-lagi dijemur. Barulah sete lah kering
yang kali ini, lidinya dibuang dan dipotong menurut ukuran-
ukuran tertentu. Kemudian direbus dalam dandang, dengan
air yang diberi campuran rempah"rempah, dengan bahan
seperti babakan pohon intaran, babakan pohon book, umbi
pohon sikapa, putik kelapa, temu tis, dan jagung tua.
Bayangkanlah bagaimana di dalam hutan aku harus
mempersiapkan semua itu sendirian. Campuran rempah ini
berguna, supaya lontar itu tahan lama dan tidak dimakan
rayap. Lama juga lontar itu akan direbus, dibatasi sampai
jagung menjadi bubur dan daun lontar menjadi lemas, baru
setelah itu diangkat dari dandang, untuk dicuci dengan air
dingin sampai bersih. Ini belum berakhir, karena setelah lontar dijemur sampai
kering, sore hari lontar itu dijajarkan selama beberapa saat68
di atas tanah yang disiram dulu dengan air dingin, agar
mendapatkan hawa lembab. Ini dilakukan supaya lontar yang
tadinya mengerut, melebar kembali seperti asalnya. Esoknya,
baru daun lontar dibersihkan dengan kain dan ditekan lama,
setidak-tidaknya empatbelas hari. Pada waktu itu, daun lontar
diukur panjang dan lebarnya, menyesuaikan diri dengan
kebutuhannya, lantas diberi tiga lubang; dua buah pada tepi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan satu buah di tengahnya. Setelah selesai, ketiga lubang itu
dipasak dengan lidi dari bambu, supaya terikat erat. Lantas
tepi lontarnya diserut supaya licin dan rata, kemudian digosok
dengan batu apung, supaya selain lemas juga jadi kuat.
Setelah ini baru dicat dengan pewarna merah dan dijadikan
berkilat. Hanya untuk membuat lontar saja aku mengalami puluhan
kali kegagalan, bukan saja karena bahan"bahannya mesti
kutanam dan tumbuhkan lebih dahulu, tetapi juga karena cara
pembuatannya hanya bisa kuingat"ingat saja. Dari para
guruku, aku memang mendapatkan banyak sekali ilmu, tetapi
hanya kepada ilmu silat perhatianku tertuju. Namun setelah
mengalami banyak kegagalan, akhirnya aku bisa menghasilkan
lembaran"lembaran lontar yang siap ditulisi, dan begitulah dari
saat ke saat aku menuliskan kitab-kitab ilmu silat yang
kuandaikan dapat mewakili keberadaanku di bumi jika aku
mati. Jadi aku memang meninggalkan banyak naskah di gua itu,
tersembunyi di tempat yang aman dan terjamin keawetannya,
tiada seorangpun akan bisa menemukannya jika mencarinya
tanpa petunjuk dariku. Kecuali, tentu, jika ada seseorang yang
menemukannya secara kebetulan, dan alangkah celakanya jika
ia taktahu apa yang telah ditemukannya. Betapapun orang
Yawabumi telah menemukan hurufnya sendiri, sebagai
imbangan bahasa dan huruf Sansekerta yang berasal dari
Jambhudwipa, kepandaian membaca dan menulis masih
sangat langka. Kemampuan membaca dan menulis hanya
dikuasai mereka yang mempunyai kewajiban memimpin
upacara agama dan menjalankan hukum-hukum tatanegara.
Itu pun tidak selalu mereka semua menguasainya.
Kadang"kadang mereka hanya mengandalkan kemampuan
para juru tulis, untuk menyampaikan isi suatu naskah,
ataupun mencatat apa yang perlu dimasukkan pada naskah.
Maka, apapun yang tertulis dan dituliskan mempunyai nilai
tinggi dan dianggap sebagai pusaka. Tempat penyimpanannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pun dijaga oleh bukan sembarang pengawal, karena siapapun
yang terlibat dalam penulisan naskah sangat menyadari
betapa naskah"naskah ini sangat penting artinya sebagai
catatan masa kini bagi anak cucu mereka pada masa yang
akan datang. Namun, seperti yang telah kualami, kusadari betapa
segenap penulisan naskah-naskah itu penuh diselimuti dengan
kepentingan. Itulah kepentingan mereka yang memberi
perintah untuk menuliskannya, dan itulah yang lebih sering
terjadi: dunia naskah, tulisan, dan pembacaan tulisan itu
adalah dunia para penguasa. Penulisan naskah itu hidup dan
beredar di kalangan penguasa sebagai suatu usaha
pembenaran. Nah, apakah yang bisa lebih mengerikan dari
ini" Dengan huruf-huruf yang tertera pada naskah dan
bertahan menembus waktu dari abad ke abad, para penguasa
masih dapat melakukan penjajahan pikiran, atau mengabarkan
kebohongan, sampai masa yang mereka sendiri tidak akan
pernah bisa menduganya. Itulah, menguasai ruang saja tidak
cukup, menguasai waktu juga dianggap perlu-maka hal itu
dipastikan dengan penulisan
naskah yang isinya akan selalu berpihak kepada
kepentingan penguasa. Aku mulai memikirkan hal ini ketika mendengar keluhan
orang-orang yang tanahnya harus diserahkan untuk bangunan
keagamaan. Dalam prasasti kedudukan mereka selalu
terhormat, yakni dipersilakan menghadiri upacara peresmian
prasasti, dengan pendapat bahwa penyerahan tanah itu
dilakukan secara suka rela demi negara dan agama.
Di luar dari yang tertulis pada prasasti, tidak ada yang tahu
nasib mereka selanjutnya-dan aku mengetahuinya. Jika aku
menuliskan segala cerita tentang dunia semasa aku hidup, dari
sudut pandang rakyat jelata, dan bukan penguasa, apakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih akan banyak berguna sebagai perlawanan terhadap
penjajahan pikiran para penguasa"
Di dalam bilik bambu aku masih berpikir, ketika di luar
pondok terdengar olehku orang berlalu lalang. Umurku sudah
seratus tahun lebih dan barangkali tidak banyak lagi waktu
untuk menuliskan segalanya dari sudut pandang rakyat jelata.
Namun pemahaman betapa para kawi dengan kemampuan
berbahasa terindah hanya mengabdikan dirinya kepada para
penguasa, membuat aku merasa telah berlangsung semacam
persekongkolan"karena di sana hanya raja, dan bukan rakyat
yang telah bekerja keras menjadi penting. Bukankah bukan
hanya raja, tetapi juga rakyat, yang membuat kebudayaan
berjalan" Namun para kawi selalu membuka tulisannya
dengan suatu manggala, bahwa tulisan itu dipersembahkan
kepada sang raja sebagai titisan dewa, dan hanya karena
kesempatan yang diberikan oleh raja itulah, sebagai pelindung
dan pengayom mereka, maka mereka dapat menghasilkan
karya tersebut. Aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah keadaannya
akan berubah jika semua orang bisa membaca, menulis, dan
mengemukakan pendapatnya sendiri" Dunia ini harus dibikin
seimbang, pikirku, setidaknya harus ditunjukkan terdapatnya
perlawanan- dan itu semua tentunya harus dituliskan. Kadang-
kadang menyesal juga aku, bahwa selama duapuluhlima tahun
pengasinganku di rimba raya, waktuku habis untuk menuliskan
kitab-kitab ilmu silat-tetapi itulah memang duniaku sejak dulu,
dunia persilatan. Memang benar aku telah mempelajari banyak
hal duapuluhlima tahun sebelumnya, ketika me leburkan diri
dengan kehidupan orang awam, tetapi itu semua masih dalam
rangka penyamaran, dan dalam sudut pandang seorang
pendekar silat yang bersembunyi. Kini, mungkin karena umur,
keadaannya agak berbeda. Dalam hari-hari tenang di
penginapan, aku menyadari bahwa umurku menuntut aku
berpikir masak-masak: Apakah yang masih bisa kulakukan
dalam sisa hidupku, yang tentunya tidak akan lama lagi"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) DI MANTYASIH, rempah-rempah untuk pembuatan lontar
bisa kudapatkan di pasar. Aku melamar pekerjaan kepada
pembuat lontar yang selalu menerima pesanan dari para
penulis istana. Sebagai orang yang tampak tua, meski
rambutku tetap kupertahankan dengan semir hitamnya,
pengakuanku pernah bekerja pada masa Rakai Pikatan, yang
berkuasa antara tahun 847 sampai 855 cukup meyakinkan.
Sebetulnya sejak tahun 846 aku sudah menghilang dari dunia
ramai. Kini, dalam masa pemerintahan Rakai Kayuwangi yang
sudah berada di singgasana kekuasaan selama 16 tahun,
kebutuhannya untuk mengukuhkan keberadaan diri tentu juga
ada. Setidaknya tiga prasasti telah memuat namanya, dan
tentu saja selama ia masih berkuasa tidaklah akan berhenti.


Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Memang, tidak selalu namanya termuat dalam prasasti yang
dibuat pemerintahnya sendiri, seperti prasasti tahun 856 yang
terdapat di Nalanda, perguruan agama
Buddha di Jambhudwipa, dan pernah kubaca ringkasannya dalam catatan
seorang pelaut baru-baru ini.
Seorang raja yang bernama Jatiningrat,
pemeluk agama Siwa, kawin dengan seorang permaisuri
yang memeluk agama lain. Balauputra menimbun ratusan batu
untuk dijadikan benteng pertahanan
dan tempat bersembunyi dalam perang melawan Jatiningrat.
Raja mengambil nama Brahmana Jatiningrat
mendirikan kraton Medang di daerah Mamrati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sesudah itu beliau mengundurkan diri sebagai raja
menyerahkan kuasa kepada Dyah Lokapala.
Rakyat terbagi empat asrama,
masing-masing dikuasai seorang brahmana.
Sang raja bersiap mengadakan upacara kematian.
Rakai Mamrati menyerahkan tanah Wantil.
Beliau merasa malu, dusun Iwung pernah menjadi gelanggang pertempuran.
Setelah beliau mencapai kekuasaan dan kejayaan,
beliau mendirikan candi makam,
menghimpun pengetahuan dharma dan adharma.
Tidak ada orang yang berani melawan beliau.
Sang raja mendirikan halu70 ,
Semua orang turut menyumbang
Pembangunan lingga yang indah.
Di gapura terdapat arca penjaga
yang gagah berani menjaga keselamatan bangunan.
Di pintu masuk, didirikan dua bangunan
yang berbeda bentuknya Halaman lingga ditanami pohon tanjung
dan didirikan rumah-rumah kecil
untuk para pertapa pokoknya indah sekali Ruang bangunan terindah bagi yang diperdewa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Para pengunjung dan penyembah berdiri
dalam deretan dengan hormat dan tenang
Semua orang diminta datang bersembah
Peresmian berlangsung tahun Saka 778
hari ke sebelas bulan terang Selasa Wage
setelah bangunan selesai sungai dipindahkan tanah menjadi wilayah candi
tanah merdeka pameger Wantil
tanah merdeka milik candi
semua orang bertugas menjaga
dan melakukan persembahan
harap tekun dan tabah tidak mengalami lahir-mati tanpa henti
Bagi banyak orang pada masaku sekarang ini, tulisan pada
batu dianggap setara dengan mantra, dan itulah yang
membuat orang lebih suka menjauhinya-meski tiada kutukan
dalam prasasti ini. Namun bagaimanakah orang"orang di masa
mendatang menafsirkan tulisan pada prasasti itu" Aku tidak
bisa menduganya, tetapi aku merasa bahwa akan lebih baik
orang di masa mendatang itu juga membaca tulisan-tulisan
yang lain, terutama yang tidak ditulis oleh penguasa. Betapa
aku merasa pengetahuan semacam ini datang dengan sangat
terlambat. Masih kudengar suara orang-orang berlalu lalang di luar
dinding bambu. Penginapan sederhana ini terletak di
perempatan. Di mana pun agaknya perempatan menjadi pusat
pertumbuhan. Aku tak tahu apakah mesti pindah, untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghindari pertemuan dengan banyak orang, ataukah tetap
di sini, agar lebih cepat mendapatkan kejelasan tentang
duniaku sekarang ini. Aku keluar ruangan dan menuju ke tepi sungai. Di sinilah
semua orang mandi dan mencuci. Namun di tepi sedang
terjadi kegemparan, karena seseorang telah terkapar menjadi
mayat, dengan sebilah pisau menancap pada jantungnya.
(Oo-dwkz-oO) Episode 19: [Cakrawarti, Nagasena, Dharmacakra]
MELIHAT mayat terkapar di tepi sungai dengan belati di
jantungnya -apakah yang harus kulakukan" Hari baru terang
tanah, jadi penemunya tentu orang-orang pertama yang turun
ke kali, orang-orang tua yang mau buang air, ibu-ibu yang
mengambil air untuk masak, karena baru agak siang nanti
gadis-gadis akan turun untuk mandi dan mencuci.
Dengan menjadi gempar artinya mereka menjauhi mayat
itu sambil berteriak-teriak. Untuk sejenak aku ragu"ragu,
apakah aku harus melibatkan diri atau tidak" Di satu pihak aku
membutuhkan ketenangan untuk memahami dunia secara
lebih meyakinkan, di lain pihak aku merasa peristiwa apa pun
dapat menjadi penanda bagi kepentinganku untuk memahami
dunia di sekitarku. Aku mengambil keputusan dengan cepat dan berkelebat
mendekati mayat itu. Aku harus melakukan pengamatan
segera, sebelum orang-orang itu kembali bersama para
gramanam atau para petugas kampung. Ia tak berbaju. Hanya
berkain, pergelangan kaki dan tangannya bergelang. Ini masih
seperti pencuri biasa. Namun yang menarik adalah rajah di
dada kanannya, karena itulah rajah cakra yang menjadi tanda
perkumpulan Cakrawarti, kelompok golongan hitam yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jaringannya telah menembus segala lapisan. Semula mereka
hanya dikenal di dunia persilatan, tetapi menyadari bahwa
kekerasan saja tidak cukup untuk menguasai dunia, karena
para pendekar golongan putih maupun golongan merdeka
selalu bisa mengimbangi bahkan menundukkan mereka, maka
jaringan diperluas dan merasuk ke segala lapisan.
Maka bukan hanya dalam dunia persilatan akan dijumpai
para anggota jaringan Cakrawarti, melainkan juga di dunia
awam para petani, pedagang, perajin, seniman, bahkan
sampai ke lingkungan istana, termasuk di kalangan pejabat
agama-sesuai dengan arti cakrawarti, yakni roda-roda kereta
yang menggelinding tanpa halangan. Adapun makna kereta di
sini, tentu kereta kekuasaan.
Aku tertegun. Ternyata mereka memang masih ada.
Jaringan ini sudah mengakar ratusan tahun lamanya, seorang
guruku bercerita kelompok Cakrawarti terdengar sejak masa
kekuasaan Sanjaya antara tahun 732 dan 746. Aku sendiri
pernah bentrok beberapa kali dengan tokoh"tokoh mereka
pada masa mudaku, yang mengesahkan keberadaan diriku
sebagai musuh mereka dari masa ke masa. Apalah artinya
umur sepanjang seratus tahun melawan tugas turun temurun
sebuah kelompok besar untuk membunuh dan menghancurkan namaku" Kelompok Cakrawarti menggunakan
segala jalan untuk mencengkeramkan kuku kekuasaan, dan
telah kukatakan bahwa tidak ada lapisan masyarakat yang
tidak akan diselusupinya. Dari lingkaran brahmana, pendeta-
pendeta Buddha, para bangsawan, tentara, pedagang, para
pekerja sampai kaum candala tak luput dirasukinya. Keempat
varna, bahkan yang terendah di antara paria, seperti m leccha,
bukanlah tabu pula untuk diakrabi demi kekuatan jaringan
mereka. Sikap kerahasiaan mereka begitu terjaga, sehingga
antarmereka tak saling mengenal, dan pada masa awal
pergerakan mereka hanya mungkin saling mengenali me lalui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanda rajah cakra tersebut, yang bisa terdapat di sembarang
tempat, dengan ukuran yang berbeda. Rajah itu bukan
sekadar tanda anggota, melainkan tanda telah diterima
melalui pelantikan resmi, yang juga dilakukan secara rahasia.
Hanya beberapa mahaguru tertentu yang mengetahui
keberadaan jaringan Cakrawarti, seperti yang pernah kuterima
dalam berbagai pengajaran mereka, itu pun dengan
pengetahuan yang sangat terbatas. Cakrawarti adalah
golongan hitam yang telah merembes dari dunia persilatan ke
dunia orang-orang biasa, karena bukan lagi kesempurnaan
dalam ilmu silat yang dianggap bernilai bagi mereka,
melainkan kekuasaan duniawi secara nyata: harta, takhta, dan
syahwat asmara. Maka terdapatnya rajah cakra di dada kanan mayat lelaki
ini menjadi tanda tanya bagiku, karena penampakannya yang
begitu kentara. Dalam berbagai peristiwa pada masa lalu,
Si Kumbang Merah 12 Si Rase Kumala Giok Hou Ko Kiam Karya S D Liong Perkampungan Hantu 1
^