Meraba Matahari 2
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja Bagian 2
perampok itu. Bahkan tidak hanya seorang yang
ditangtangnya, tetapi sekelompok perampok.
Ketkka ia benar-benar berhadapan dengan sekelompok
perampok, maka suasana hatinya memang lain.
"Minggir" bentak perampok itu.
Dirga tidak mau minggir, meskipun dengan sedikit gemetar
Dirga memutar goloknya sambil berkata "Kami semua akan
menangkap kalian, kau lihat seluruh penghuni pedukuhan ini
sudah berada disini"
Ebook by Dewi Kangzusi 76 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sayang sekali, semakin banyak yang datang akan semakin banyak pula yang akan
mati. Nah, sekarang aku akan pergi meninggalkan padukuhan ini.
Ketika perampok itu melangkah maju, maka Dirgapun meloncat menyerang. Goloknya
diayunkan dengan kerasnya mengarah ke bahu perampok itu.
Namun yang terdengar adalah dentangan senjata yang beradu, golok Dirga telah
membentur bindi perampok itu, sehingga bunga apipun berloncatan dari benturan
itu. Namun Dirga telah bergeser surut, telapak tangannya terasa pedih sekali. Hampir
saja goloknya terlepas. Namun Dirga tidak mempunyai banyak kesempatan, perampok itu meloncat memburunya.
Dengan sekali pukul, golok Dirga telah terlepas dari tangannya, terlempar
beberapa depa dari kakinya.
Yang terjadi kemudian telah menggetarkan jantung orang-orang yang mengepung para
perampok itu. Satu ayunan bindi itu telah mengenai paha Dirga.
Terdengar Dirga berteriak kesakitan, dengan serta merta iapun terjatuh dan tidak
dapat bangkit berdiri lagi.
Dengan serta merta perampok itupun berteriak "Siapa lagi yang akan mencoba
menahan kami?" Tidak terdengar satupun jawaban.
Perampok yang bertubuh tinggi besar itupun memberi isyarat kepada kawan-kawannya
untuk berjalan terus meninggalkan orang-orang padukuhan yang berkerumun,
sambil berkata "Jangan mencoba menghalangi kami, jika ada
Ebook by Dewi Kangzusi 77 Kang Zusi http://kangzusi.com/
yang mencobanya juga, maka aku akan membunuhnya, tidak
sekedar melukainya lagi"
Orang-orang yang mengepung itupun menyibak, mereka
tidak berani berbuat apa-apa terhadap para perampok yang
nampaknya garang dan bengis itu. Apalagi senjata-senjata
mereka yang mengerikan itu telah membut jantung mereka
bergetar. Selain bindi, ada diantara mereka yang membawa tombak
dengan mata tombak yang bercabang. Ada yang membawa
semacam kapak bertangkai panjang. Ada yang membawa
golok besar dan panjang dan berbagai jenis senjata yang
menyeramkan lainnya. Orang-orang padukuhan itupun seakan-akan hanya
sekedar menjadi penonton sebuah barisan orang-orang yang
berwajah garang yang berhasil membawa barang-barang
berharga milik Ki Kerti. Baru ketika mereka telah pergi, beberapa orang berusaha
menolong Dirga yang merintih kesakitan, agaknya tulang
pahanya telah menjadi retak.
Dengan hati-hati Dirga diangkat dan dibawa pulang ke
rumahnya yang tidak begitu jauh dari tempat kejadian, namun
sepanjang jalan Dirga selalu mengeluh kesakitan.
Beberapa orang yang lain telah berada di rumah Kang
Kerti, mereka melihat Yu Kerti menangis di ruang tengah,
dengan memelas iapun merintih "Aku mengumpulkan uang
sekeping demi sekeping, tiba-tiba saja mereka datang dan
merampas semuanya" Ebook by Dewi Kangzusi 78 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Kerti duduk tepekur tidak jauh dari isterinya, pundaknya nampak berdarah,
agaknya para perampok itu telah melukainya meskipun tidak begitu parah.
Beberapa orang mencoba menghiburnya, namun Yu Kerti masih saja mengangis. Ia
merasa telah kehilangan segala-segala yang dimilikinya.
"Sudahlah Yu Kerti, yang penting Yu Kerti dan Kang Kerti selamat, harta benda
dapat dicari lagi Yu, tetapi nyawa", kemana kita akan mencarinya". Bersukurlah
bahwa Kang Kerti hanya luka dan tidak dibunuh oleh perampok-perampok yang keji
itu" Demikianlah, sejenak kemudian, Ki Bekel dan bebahu padukuhan telah datang hampir
berbareng dengan Ki Demang Karangtengah.
"Jadi.... tidak ada orang yang berani berusaha menangkap mereka meskipun kalian
berjumlah sekian banyaknya?"
bertanya Ki Demang. "Dirga sudah mencoba, Ki Demang. Dirga yang menurut pendapat kami adalah orang
yang terkuat diantara kami, dalam sekejap telah dilukai. Lalu apa pula artinya
kami. Dan ara perampok itu mengancam bahwa orang berikutnya tidak hanya akan
disakiti seperti Dirga, tetapi mereka benar-benar akan membunuh"
"Berapa orang mereka semuanya?"
"Lebih dari lima belas orang"
Lima belas orang?" "Ya, Ki Demang"
Ebook by Dewi Kangzusi 79 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Jumlah itupun mengejutkan Ki Demang, Ki Bekel dan
bebahu padukuhan, adalah wajar sekali jika orang-orang
padukuhan itu merasa ragu untuk bertempur menghadapi lima
belas orang perampok yang garang dengan membawa
berbagai macam senjata yang mengerikan.
Ki Demang Karangtengah itupun menarik nafas panjang,
seandainya orang-orang di sekitar Ki Kerti itu memberanikan
diri untuk mencoba menangkap mereka, maka korbanpun
akan berjatuhan, jika setiap perampok membunuh satu orang
warga, maka akan ada lima belas mayat yang harus
dikuburkan. Karena itu, maka Ki Demang tidak lagi menyalahkan
warganya, mereka bukan penakut, tetapi mereka tahu, bahwa
mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa untuk menghadapi
lima belas perampok. "Besok, peristiwa ini akan aku laporkan. Kami rakyat
kademangan tidak mampu lagi mengatasi" berkata Ki
Demang. "Peristiwa di padukuhan Salam beberapa hari yang lalu,
tidak segarang apa yang terjadi disini. Perampok di Salam itu
tidak diketahui oleh orang lain kecuali pemilik rumahnya"
berkata Ki Jagabaya. Peristiwa perampokan itu akhirnya sampai kepada
Kangjeng Adipati Paranganom. Bahkan yang terakhir telah
terjadi perampokan dengan mencoba membunuh korbannya
dengan kejam. Sebelumnya, sebuah rumah sudah dibakar
habis oleh para perampok yang marah, karena mereka tidak
menemukan yang mereka cari di rumah itu. Setelah menyakiti
suami isteri pemilik rumah itu, maka mereka membakar
Ebook by Dewi Kangzusi 80 Kang Zusi http://kangzusi.com/
rumahnya dan membiarkan suami isteri itu berada di
dalamnya. Untunglah, bahwa suami isteri itu masih sempat
merangkak sambil membantu isterinya keluar dari kobaran api
sambil berteriak-teriak minta tolong. Pertolongan dari para
tetanggapun datang tepat pada waktunya, sehingga keduanya
serta anaknya yang masih kecil dapat diselamatkan. Seorang
pembantu di rumah itu juga selamat, meskipun ia mengalami
luka bakar. Kangjeng Adipati menjadi sangat prihatin atas peristiwa
beruntun di Kadipaten Paranganom itu, sehingga secara
khusus, Kangjeng Adipati telah memanggil kedua orang
Tumenggung Wreda yaitu Tumenggung Wiradapa dan
Tumenggung Sanggayuda. Sementara itu Kangjeng Adipati
juga minta Ki Ajar Wihangga tidak tergesa-gesa meninggalkan
Kadipaten. Ketika kedua orang Tumenggung Wreda itu menghadap,
maka Kangjeng Adipati juga memanggil kedua puteranya
untuk menghadap pula. "Keadaan sudah semakin gawat, kakang" berkata
Kangjeng Adipati. "Sudah waktunya untuk bertindak, Kangjeng. Para
Demang sudah memberikan laporan, bahwa mereka tidak lagi
mampu berbuat apa-apa. Para perampok itu mendatangi rumh
para korbannya dalam jumlah yang besar, dan merampok tiga
rumah sekaligus dalam satu malam. Berkata Ki Tumenggung
Wiradapa. "Memang perlu dicari pijakan dari kerusuhan yang terjadi
itu, Kangjeng. Agaknya memang bukan kerusuhan biasa,
bukan dilakukan oleh orang-orang yang kelaparan atau
Ebook by Dewi Kangzusi 81 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sekedar mencari harta benda untuk menimbun kekayaan" ujar
Ki Ajar. "Ya, kakang" "Kangjeng Adipati, kita harus berusaha untuk dapat
menangkap paraperampok dari tataran tertinggi, sehingga
akan mendapat keterangan yang jelas, apakah sebenarnya
yang terjadi" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk. Namun dalam
pada itu tiba-tiba saja Madyasta berkata, meskipun dengan
ragu-ragu "Ayahanda, jika ayahanda berkenan, hamba akan
menyampaikan pendapat hamba. Apapun alasannya, siapapun
yang dalangnya, kerusuhan-kerusuhan ini harus dihentkan.
Jika ayahanda berkenan, hamba mohon mendapat perintah
dari ayahanda untuk mengatasi kerusuhan ini"
"Maksudmu?" "Hamba akan mencoba untuk berhadapan dengan
perampok itu, ayahanda"
Kangjeng Adipati mengerutkan keningnya, sementara itu
Wignyanapun berkata pula "Hamba sependapat denan
kakangmas Madyasta, ayahanda. Jika ayahanda
memerintahkan kami untuk mengatasi kerusuhan itu, maka
perintah itu akan hamba junjung tinggi"
Kangjeng Adipati termangu-mangu sejenak, namun Ki Ajar
berkata "Kangjeng Adipati, sebenarnya bahwa angger
Madyasta dan angger Wignyana telah menimba ilmu di
padepokan Panambangan sampai tuntas. Agaknya memang
sudah sampai saatnya, bahwa mereka mendapatkan beban
tugas yang sesuai bagi mereka, juga sebagai putera seorang
Adipati. Karena itu, jika Kangjeng Adipati berkenan, maka
Ebook by Dewi Kangzusi 82 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Kangjeng Adipati dapat memerintahkan putera Kangjeng
Adipati untuk mengatasi kerusuhan ini. Aku mengusulkan
salah satu dari mereka yang berangkat. Tugas pertama ini
dibebankan kepada angger Madyasta, sementara angger
Wignyana tetap tinggal di Dalem Kadipaten, jika mungkin
untuk mengatasi persoalan yang gawat yang dapat terjadi
disini" "Guru" Wignyana itupun memohon "Jika saja guru dan
ayahanda berkenan, aku ingin ikut bersama kakang Madyasta"
"Wignyana' berkata Kangjeng Adipati kemudian "Aku
setuju dengan gurumu, salah seorang dari kalian tetap tinggal
disini, mungkin aku akan sangat memerlukannya"
Wignyana tidak dapat memaksa, betapapun ia ingin pergi
bersama Madyasta untuk mengatasi kerusuhan yang terjadi di
Paranganom, namun ayahandanya menahannya agar ia tetap
berada di istana. "Wignyana" berkata Kangjeng Adipati "Bukannya aku tidak
percaya akan kemampuanmu, menurut gurumu, kau dan
Madyasta telah bersama-sama menuntaskan ilmu yang kalian
pelajari di padepokan, karena itu, menurut gurumu, kau dan
Madyasta memiliki ilmu yang sama tinggi. Namun justru
karena itu, maka aku ingin kau tetap tinggal berasamaku di
Kadipaten" Wignyana sebagai seorang putera Adipati, harus mampu
menempatkan diri, maka iapun berkata "Hamba menjunjung
tinggi titah ayahanda Adipati"
"Bagus Wignyana, kau tetap bersamaku dalam keadaan
yang gawat ini" "Hamba, ayahanda"
Ebook by Dewi Kangzusi 83 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Nah, dengan demikian, maka aku akan memerintahkan
Madyasta untuk pergi mengatasi kerusuhan ini"
"Kangjeng" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "Apakah
tidak sebaiknya Kangjeng memerintahkan saja beberapa orang
senapati untuk pergi melakukan tugas itu"
"Kakang Tumenggung. Aku memang mempunyai keingingn
untuk menguji anakku. Selama ini anak-anakku tidak pernah
turun kedalam tugas-tugas penting. karena mereka tidak
berada di Kadipaten. Biarlah angger Adipati Yudapati
mengetahui, bahwa anak-anak Paranganom itu tidak saja
pandai menabuh siter dan gender saja. Tetapi dalam keadaan
gawat, merekapun bisa terjun ke gelanggang pertempuran"
Ki Tumenggung Sanggayuda tidak mengatakan apa-apa
lagi, sementara Kangjeng Adipati segera menjatuhkan
perintah "Madyasta, berdasarkan perintahku, pergilah untuk
memberantas kerusuhan itu, kau aku beri hak dan wewenang
untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Tetapi
kau tidak boleh lepas dari kebijaksanaan untuk mengatasi
setiap keadaan" "Hamba ayahanda"
"Pamanmu Tumenggung Wiradapa akan menunjuk,
siapakah yang akan pergi bersamamu. Dengar nasehatnya
serta nasehat pamanmu Tumenggung Sanggayuda"
"Hamba junjung tinggi perintha ayahanda. Hamba akan
mengikuti segala petunjuk paman Tumenggung bedua"
"Nah, kakang Tumenggung Wiradapa dan kakang
Tumenggung Sanggayuda. Aku serahkan anakku kepada
kalian berdua. Biarlah ia melakukan kewajibannya sebagai
Ebook by Dewi Kangzusi
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
84 Kang Zusi http://kangzusi.com/
seorang prajurit juga sebagai putera seorang Adipati
Paranganom. Semoga anakku dapat memberantas kerusuhan
yang timbul di wilayah paranganom"
"Hamba Kangjeng Adipati" sahut Ki Tumenggung Wiradapa
dan Ki Tumenggung Sanggayuda hampir bersamaan.
Wignyana memang merasa sangat kecewa. Tetapi ia dapat
mengerti, kenapa jika salah seorang diantara mereka, dua
orang putera Kangjeng Adipati, justru Madyasta yang harus
dikenal oleh tentu bukan saja oleh Adipati Yudapati di
Kateguhan, tetapi juga oleh rakyat Paranganom sendiri,
karena Madyasta adalah putera Kangjeng Adipati. Madyasta
yang kelak berhak untuk menggantikan kedudukan Kangjeng
Adipati Prangkusuma di Paranganom, kakrena itu adalah
wajar, bahwa Madyastalah yang harus lebih banyak dikenal
oleh rakyat Paranganom. Hari itu juga Madyasta telah meninggalkan Kadipaten
bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda. Kedua orang Tumenggung itu akan membawa
Madyasta kepada beberapa orang senapati terpilih yang akan
mendampinginya, mengatasi kerusuhan di Paranganom.
Bab 05 - Tiga Senapati Pilih Tanding
Jilid ke 2 Hari itu juga Madyasta telah meninggalkan Kadipaten
bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda. Kedua orang Tumenggung itu akan membawa
Madyasta kepada beberapa orang senapati terpilih yang akan
mendampinginya, mengatasi kerusuhan di Paranganom.
Ebook by Dewi Kangzusi 85 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Ki Ajar yang merasa sudah terlalu lama berada di Kadipaten
segera minta diri pula, ia sudah terlalu lama meninggalkan padepokannya.
"Aku minta kakang dapat menunggu sampai kerusuhan di Kadipaten ini dapat
diatasi" "Aku akan datang pada kesempatan lain, Kangjeng.
Kasihan anak-anak di padepokan yang sudah terlalu lama aku tinggalkan"
Kangjeng Adipati tidak dapat menahan Ki Ajar, sehingga akhirnya Kangjeng Adipati
melepasnya meninggalkan Kadipaten pada keesokan harinya"
Dalam pada itu, Ki Tumenggung Wiradapa serta Ki Tumenggung Sanggayuda sepakat
untuk menunjuk tiga orang senapati muda terpilih untuk menyertai Raden Madyasta
memberantas kerusuhan di Paranganom, ketiga senapati itu berasal dari kesatuan
yang berbeda-beda. Bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda, Madyasta pergi ke
barak ketiga orang senapati yang terpisah itu.
"Apakah aku sudah mengenal mereka, paman?" bertanya Madyasta.
"Raden sudah lama meninggalkan Kadipaten, mungkin Raden belum mengenal mereka,
tetapi dalam dua tahun ini, nama mereka banyak disebut-sebut di lingkungan
keprajuritan Paranganom, mereka bertiga pula yang memimpin pasukan yang diminta
oleh Kangjeng Sultan Tegal angkap. Ketika terjadi benturan kekuatan anara Tegal
angkap dengan kekuatan yang datang dari seberang Bengawan Rahina.
Ebook by Dewi Kangzusi 86 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Maka beberapa Kadipaten yang berada di bawah ikatan
kesatuan dengan Tegal angkap telah mengirimkan pasukannya
untuk bersama-sama menghadapi tekanan kekuatan yang
besar yang datang dari seberang Bengawan Rahina itu.
Ternyata pasukan dari Paranganom yang dipimpin ketiga
orang senapati muda itu telah mendapat pujian khusus dari
Kangjeng Sultan di Tegal angkap" jawab Ki Tumenggung
Wiradapa. Siapakah nama-nama mereka, paman?"
"Nama-nama mereka adalah Sasangka, Rembana dan
Wismaya" Madyasta menganggung-angguk, seolah-olah kepada diri
sendiri iapun bergumam "Nama yang baik, agaknya mereka
memang meyakinkan" "Sebentar lagi angger akan segera bertemu dengan
mereka, kita akan pergi ke barak terdekat, angger akan
berjumpa dengan Sasangka"
"Sasangka ya, rasa-rasanya aku pernah mendengar nama
itu, mungkin aku pernah mengenalnya"
"Sukurlah jika Raden pernah mengenalnya"
Madyasta mencoba mengingatnya, namun nama Sasangka
memang pernah dikenalnya empat tahun yang lalu, bahkan
mungkin sebelumnya. Beberapa saat kemudian, maka mereka sampai di sebuah
barak yang berpagar kayu rapat dan cukup tinggi.
Ebook by Dewi Kangzusi 87 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ketika mereka bertiga memasuki gerbang barak itu, maka prajurit yang bertugas
segera memberi hormat, meskipun secara pribadi prajurit itu tidak mengenal
langsung ketiga orang yang memasuki barak mereka, namun mereka dapat mengenal
kedua orang diantara mereka adalah dua orang Tumenggung, sedangkan yang seorang
lagi tentu orang penting pula. Bahkan kedua orang Tumenggung itupun agaknya
menghormatinya pula. "Apakah Ki Lurah Sasangka ada ?" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa.
"Ada Ki Tumenggung, silahkan"
Ki Tumenggung Wiradapa bersama dengan Raden Madyasta dan Ki Tumenggung
Sanggayuda segera memasuki halaman barak yang terhitung luas itu.
Sementara itu dua orang prajurit yang berada di gardu sebelah telah
menyongsongnya pula. "Silahkan Ki Tumenggung" Salah seorang dari kedua orang prajurit itu telah
mempersilahkan mereka untuk naik ke bangunan utama barak itu.
"Dimana Ki Lurahmu?" bertanya Ki Tumenggung pula.
"Ki Lurah sedang berlatih di halaman belakang , silahkan, biar aku
menyampaikannya" "Tidak, tidak usah, biarlah kami pergi ke halaman belakang saja"
Prajurit itu tidak berkata apa-apa lagi, tetapi ia melangkah mendahului kedua
orang Tumenggung serta Madyasta ke halaman belakang, kawannyapun telah
mengikutinya pula. Ebook by Dewi Kangzusi 88 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Di halaman belakang yang cukup luas itu, Ki Tumenggung
dan Madyasta melihat para prajurit sedang berkumpul, Ki
Lurah Sasangka sendiri berada di punggung kuda sambil
membawa sebilah pedang telanjang.
Sejenak kemudian, maka kudanya itupun berlari dengan
kencang mengitari halaman belakang barak itu, setiap kali
pedangnya terayun menyambar orang-orangan yang dibuat
dari jerami yang berdiri berjajar beberapa langkah.
Demikian kepala orang-orangan yang terakhir itu jatuh,
maka prajuritpun bersorak sambil bertepuk tangan.
Kuda Sasangka masih berlari berputar-putar di halaman,
ketika para prajurit itu sudah berhenti bertepuk tangan dan
bersorak, maka Sasangkapun telah meloncat turun dari
kudanya. Namun Sasangka terkejut, bahkan para prajuritpun ikut
berpaling pula ketika mereka medengar tepuk tangan yang
bukan berasal dari mereka.
"Ki Tumenggung" Sasangkapun mengagguk hormat,
dengan tergesa-gesa ia melangkah mendekat.
Namun ketika Sasangka itu berhenti beberapa langkah di
depan kedua Ki Tumenggung. Ki Tumenggung Wiradapapun
bertanya "Kau mengenal anak muda ini?"
Sasangka mengerutkan dahinya, namun iapun kemudian
menyahut "Tentu, tentu Ki Tumenggung, bukankah anak
muda ini Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati
Prangkusuma?" "Ya, ternyata kau sudah mengenalnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 89 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sekitar empat tahun atau lima tahun yang lalu, pada saat
itu aku masih menjadi menjadi seorang prajurit, aku sudah
mengenal Raden Madyasta yang sering berada di tengah-
tengah para prajurit, bahkan kadang-kadang ikut berlatih
bersama kami, waktu itu Raden Madyasta masih sangat muda
diantara prajurit-prajurit yang lain".
"Nah, apakah Raden masih ingat akan anak muda yang
sekarang menjadi seorang Lurah prajurit, yang termasuk
dalam hitungan senapati muda terpandang di Paranganom?"
"Ki Tumenggung terlalu memuji, terima kasih" sahut
Sasangka. "Ya, sekarang aku ingat, waktu itu aku memang sering
berada diantara para prajurit muda. Beberapa kali aku
mendapat peringatan karena kehadiranku yang kadang-
kadang justru menganggu. Tetapi aku ingin mempunyai
banyak kawan, sampai pada suatu saat, ayahanda mengirim
aku dan adimas Wignyana ke padepokan Panambangan".
"Sekarang, Raden sudah kembali lagi ke kadipaten
Paranganom atau hanya sekedar melepas kerinduan?"
"Aku telah kembali pulang, kakang"
"Raden dapat bermain lagi bersama kami, aku tidak akan
pernah merasa terganggu jika Raden sering datang kemari
dan berlatih bersama kami"
"Tetapi kakang Sasangka bukan lagi kakang Sasangka
yang dahulu. Seorang prajurit yang dengan gigih menempa
diri di lingkungan keprajuritan"
"Raden Madyastapun bukan Raden Madyasta yang dahulu"
Ebook by Dewi Kangzusi 90 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Mereka berdua tersenyum. Sementara itu, Ki Lurah Sasangkah telah mempersilahkan
ketiga orang tamunya duduk di pringgitan bangunan induk
baraknya. "Silahkan Raden, silahkan Ki Tumenggung, aku akan
mencuci kaki dan tanganku sebentar"
Kedua orang prajurit yang mengantar Madyasta dan kedua
orang Ki Tumenggung itu ke belakang, telah mempersilahkan
ketiga orang tamu itu untuk pergi ke pendapa bangunan induk
barak itu. Beberapa saat kemudian, Sasangka sempat melaporkan
perkembangan barak serta pasukan yang dipimpinnya.
Namun kemudian Sasangka itu bertanya "Ki Tumenggung,
sebenarnyalah kehadiran Ki Tumenggung berdua, apalagi
bersama Raden Madyasta, memang agak mengejutkan kami,
penghuni barak ini, mungkin kami telah melakukan kesalahan
yang tidak kami sadari, sehingga kehadiran Ki Tumenggung
berdua serta Raden Madyasta akan mengetrapkan hukuman
bagi kami seisi barak ini"
Ketiga orang tamunya tertawa, Ki Tumenggung
Wiradapalah yang menjawab "Jika kalian bersalah, maka
bukan aku yang datang ke barakmu, tetapi kami akan
memanggilmu atau mengirimkan tiga orang prajurit khusus
untuk menangkapmu" Sasangkapun mengangguk hormat, katanya "Seandainya
Ki Tumenggung berdua dan Raden Madyasta akan
memberikan perintah, akupun dapat dipanggil menghadap"
Ebook by Dewi Kangzusi 91 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Memang" sahut Ki Tumenggung Wiradapa "Tetapi sekali ini Raden Madyasta ingin
melihat barakmu, ingin melihat ujudnya, namun juga ingin melihat isinya"
"Terima kasih atas kesediaan datang mengunjungi barak ini. Mungkin keadaan kami
tidak sebagaimana Raden kehendaki. Banyak sekali kekurangan yang terdapat di
barak ini" :Aku tidak akan membuat penilaian kakang. Tetapi aku datang justru untuk
mengganggu ketenanganmu"
Sasangkan mengerutkan dahinya, dipandanginya kedua Ki Tumenggung yang datang
bersama Madyasta itu berganti-ganti
Kedua Ki Tumenggung itu tersenyum. Ki Tumenggung Sanggayudapun berkata "Kau
dengar istilah yang dipergunakan oleh Raden Madyasta" Raden Madyasta tidak
mengatakan bahwa ia datang untuk memberikan perintah kepadamu. Tetapi Raden
Madyasta merasa dirinya justru datang mengganggumu"
Madyasta tertawa, namun iapun bertanya "Apakah aku berhak memberikan perintah
kepada para senapati?"
"Raden" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "Sejak Raden mendapat perintah untuk
menumpas para perampok itu, maka Raden telah madeg Senapati Agung. Bukankah
ayahanda telah memberi wewenang kepada Raden untuk mengambil langkah-langkah
yang perlu untuk mengatasi para perampok itu?"
Tetapi aku belum terbiasa melakukannya, paman. Di Padepokan, kedudukan para
cantrik, semuanya sama. Adalah kebetulan bahwa aku termasuk cantrik yang sudah
terhitung Ebook by Dewi Kangzusi
92 Kang Zusi http://kangzusi.com/
tua di padepokan Panambangan. Sehingga para cantrik yang
sebagian besar masih muda-muda itu menaruh hormat
kepadaku, bukan karana aku anak seorang Adipati. Tetapi aku
adalah kakak seperguruan mereka, namun sebaliknya, kepada
beberapa orang cantrik yang lebih tua daripadaku, yang masih
tinggal di padepokan, akupun harus menghormati mereka,
karena mereka adalah kakak seperguruaku"
"Disini, kedudukan Raden mempunyai kekhususan, karena
Raden adalah putera Kangjeng Adipati, apalagi Raden adalah
putera tertua, yang menurut tatanan akan dapat
menggantikan kedudukan ayahandamu kelak. Di Paranganom
ini, hanya ada seorang Adipati, sedangkan puteranya yang
tertua juga hanya seorang"
Madyasta tertawam katanya "Tetapi itu bukan berarti
bahwa aku adalah orang yang mempunyai kedudukan khusus
di kadipaten ini, aku rasa aku tidak ada bedanya dengan anak-
anak muda yang lain, yang harus mengabdi kepada kadipaten
ini" "Mau tidak mau, Raden" berkata Sasangka "Mau tidak mau
Raden mempunyai kedudukan yang khusus, justru karena
hanya ada seoroang di seluruh kadipaten"
Madyasta masih tertawa, katanya "Bukankah itu menjadi
beban bagiku?" "Ya" sahut Ki Tumenggung Wiradapa "Yang kemudian ada
di pundak Raden adalah kewajiban, kewajiban sebagai
seorang putera Adipati, tetapi disamping kewajiban yang
Raden pikul, Radenpun mempunyai hak dalam kedudukan
Raden sebagai putera seorang Adipati dan sebagai seorang
anak muda dari kadipaten Paranganom.
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ebook by Dewi Kangzusi 93 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata Madyasta "Aku akan berusaha untuk menyesuaikan diriku dengan
hak dan kewajibanku"
"Nah, sekarang aku menunggu perintah Raden Madyasta"
berkata Sasangka. Madyasta memandang Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda sekilas.
Namun kemudian iapun berkata kepada Sasangka "Kakang, aku mendapat perintah dari
ayahanda untuk menangani keresahan di beberapa kademangan karena tindak
kejahatan. Perampok, penyamun dan penjahat-penjahat yang lain telah mengganggu
ketenangan penduduk beberapa kademangan itu. Bahkan ketika aku pulang dari
padepokan bersana Wignyana dan Ki Ajar Wihangga, kamipun telah diganggu oleh
perampok di perjalanan. Sayang bahwa kami tidak dapat menangkap mereka, meskipun
kami berhasil menggagalkan usaha mereka"
Sasangkapun segera tanggap, dengan serta merta ia berkata "Raden akan memberikan
perintah kepadaku untuk ikut bersama Raden menangani kejahatan itu?"
"Ya, para Demang tidak lagi mampu membendung arus kejahatan itu, beberapa orang
korban telah jatuh. Bukan hanya korban harta benda, tetapi juga korban jiwa"
"Sendika, Raden. Aku siap untuk melaksanakan segala perintah"
"Tetapi kita tidak hanya berdua. Menurut paman Tumenggung Wiradapa dan paman
Tumenggung Sanggayuda, kita akan menghubungi kakang Rembana dan kakang Wismaya"
Ebook by Dewi Kangzusi 94 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku sudah siap kapanpun aku harus berangkat, demikian pula pasukanku yang ada
di barak ini, kami akan siap dalam waktu yang singkat"
"Terima kasih kakang, tetapi kita tidak akan berangkat segera, kita masih akan
berbicara dengan kakang Rembana dan kakang Wismaya. Apa yang sebaknya kita
lakukan" "Jadi?" "Kita akan ke barak kakang Rembana dan kakang Wismaya lebih dahulu"
"Baik, Raden. Aku akan mengantar Raden menemui Rembana dan Wismaya di barak
mereka" Dalam pada itu, Raden Madyasta berkata kepada Ki Tumenggung Wiradapa berkata dan
Ki Tumenggung Sanggayuda "Paman berdua, agaknya paman tidak usah mengantar aku
selanjutnya, aku akan pergi bersama kakang Sasangka saja, paman Tumenggung
berdua akan dapat segera beristirahat."
"Jadi Raden akan pergi bersama Sasangka saja?"
"Ya, paman. Jika hari ini aku tidak kembali ke Kadipaten, sampaikan kepada
ayahanda, bahwa aku berada disalah satu barak dari ketiga orang senapati muda
ini. Kami akan membicarakan langkah-langkah yang akan kami ambil. Karena kami
harus segera berbuat sesuatu sebelum kejahatan itu menjalar keseluruh kadipaten
Paranganom" "Baiklah, Raden. Agaknya Raden akan berbicara dengan anak-anak muda yang sebaya
dengan Raden. Tetapi jika Raden perlu pendapat orang-orang tua ini, silahkan
Raden memanggil kami berdua" berkata Ki Tumenggung Wiradapa.
Ebook by Dewi Kangzusi 95 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tentu paman, setidak-tidaknya sebelum kami berangkat,
kami akan menghadap ayahanda serta bertemu dengan
paman berdua" "Baik, Raden. Sekarang, kami berdua minta diri" lalu
katanya kepada Sasangka "Hati-hati mengambil keputusan
Sasangka, persoalannya ini tidak sederhana"
"Baik, Ki Tumenggung, pada saatnya kami akan
memberikan lapoaran kepada Ki Tumenggung"
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda meninggalkan barak prajurit yang dipimpin oleh
lurah Sasangka itu. Sementara itu Ki Lurahpun segera bersiap
untuk mengantar Raden Madyasta menemui Rembana dan
Wismaya. Beberapa saat kemudian, kedua orang anak muda itu telah
mengenderai kuda mereka menuju ke barak prajurit yang lain,
yang letaknya tidak terlalu jauh.
Ketika keduanya sampai di barak prajurit yang dipimpin
oleh Rembana, kebetulan Rembana sedang berlatih bersama
beberapa orang pemimpin kelompok di barak itu. Rembana
tengah memberikan petunjuk-petunjuk kepada para pemimpin
kelompok yang kemudian harus disampaikan kepada prajurit.
Rembana telah menyampaikan beberapa gagasan kepada
prajurit-prajuritnya untuk membuat gelar perang yang sudah
ada menjadi semakin hidup serta gerakan-gerakan yang dapat
menghancurkan lawan. Kedatangan Sasangka telah menghentikan latihan itu.
Diserahkannya latihan itu kepada pemimpin kelompok yang
tertua untuk melanjutkan latihan-latihan itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 96 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Teruskan latihan ini, aku akan menerima tamu"
"Baik, Ki Lurah: jawab pemimpin kelompok yang tertua itu.
Rembanapun kemudian mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk di pringgitan
bangunan utama barak itu.
Ternyata Rembanapun telah dikenal oleh Madyasta, antara empat atau lima tahun
yang lalu, sebagaimana Sasangka.
Rembana waktu itu masih seorang prajurit. Madyasta yang agak nakal pada waktu
itu, memang sering berada diantara prajurit muda serta berlatih bersama mereka,
meskipun yang dilakukannya itu tidak dibenarkan oleh ayahanda, sehingga
akhirnya, Madyasta dan Wignyana sekaligus dikirim ke padepokan Panambangan agar
keduanya dapat berlatih dengan cara yang lebih baik dan teratur, memiliki bekal
secara pribadi, sehingga yang benar-benar sepadan dengan kedudukan mereka.
"Kedatangan Raden yang tiba-tiba memang agak mengejutkan kami, sesisi barak ini"
berkata Rembana kemudian.
Madyasta tersenyum, katanya "Kami mengemban perintah ayahanda Adipati kakang"
Wajah Rembana menegang, dipandanginya Sasangka sekilas, kemudian iapun bertanya
"Apakah ada perintah dari Kangjeng Adipati?"
"Ya, kakang" jawab Madyasta "Ada hubungannya dengan meningkatnya kerusuhan di
Kadipaten ini." "Apakah aku diperintahkan untuk mengatasi masalah tersebut?"
Ebook by Dewi Kangzusi 97 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kita akan bersama-sama melakukannya"
"Maksud Raden?"
Madyasta kemudian menjelaskan perintah ayahandanya yang diembannya, serta
niatnya untuk membawa Sasangka, Rembana dan Wismaya menyertainya.
"Rembana dengan serta-merta menyahut "Aku siap menerima perintah, Raden.
Kapanpun dan dimanapun aku ditempatkan"
"Tidak hari ini, kakang. Nanti kita bersama-sama akan berbicara serta menyusun
rencana, apa yang akan harus kita lakukan, agar langkah kita dapat sampai ke
sasaran dengan pasti"
"Baik, Raden. Aku siap menerima perintah"
"Raden Madyasta masih akan menghubungi Wismaya dahulu, Rembana"
"Apakah kau akan menyertainya?"
"Ya, aku akan mengantarkan Raden Madyasta untuk menemuinya"
"Kalau begitu, aku juga ikut bersamamu, jika Raden mengijinkan"
"Aku tidak keberatan, kakang. Kita akan pergi bertiga menemui kakang Wismaya"
Rembanapun kemudian telah memberitahukan kepada orang kepercayaannya, bahwa ia
akan pergi bersama Raden Ebook by Dewi Kangzusi
98 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Masyasta, putera kangjeng Adipati Prangkusuma serta
Sasangka. Ketika mereka sampai di barak Wismaya, ternyata
Wismaya sedang berada di sanggarnya, seorang prajurit telah
memberitahukan kepadanya, bahwa ada tiga orang tamu yang
mencarinya. "Siapa?" "Ki Lurah Sasangka, Ki Lurah Rembana dan Raden
Madyasta, putera Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Raden Madyasta?" ulang Wismaya
"Ya, Ki Lurah" "Baiklah, persilahkan mereka duduk di pringgitan, aku akan
segera menemui mereka"
"Baik Ki Lurah"
Wismaya dengan pakaian yang masih basah dengan
keringat, menemui ketiga orang tamunya yang sudah duduk di
pringgitan. Seperti Sasangka dan Rembana, Raden Masyastapun telah
mengenal Wismaya seperti ia mengenal Sasangka dan
Rembana. Yang dalam empat tahun mereka sudah menjadi
Lurah prajurit. Bahkan telah memimpin pasukan kadipaten
Paranganom bersama-sama dengan pasukan Tegal angkap
menghadapi pasukan yang datang dari seberang Bengawan
Rahina. "Jadi kita akan bertugas untuk mengatasi kerusuhan itu,
Raden?" bertanya Wismaya.
Ebook by Dewi Kangzusi 99 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, kakang" "Kapan kita akan berangkat?"
"Nanti malam kita akan membicarakan rancara itu sebaik-
baiknya" "Apakah aku harus menghadap Raden ke dalam
Kadipaten?" "Tidak, kakang. Aku tidak pulang malam ini, kita akan
bertemu an berbicara di barak kakang Sasangka. Malam ini
aku akan bermalam di barak itu. Besok setelah rencana kita
susun sebaik-baiknya, baru kita menghadap ayahanda untuk
minta diri serta melaporkan rencana kita"
"Baiklah Raden, nanti aku akan datang ke barak Sasangka"
"Kita akan bertemu dan berbicara lepas maghrib"
"Baik Raden" Demikianlah, setelah berbicara beberapa saat, maka
Madyasta minta diri. Demikian pula Rembana dan Sasangka.
"Sasangka, jangan lupa, nanti setelah maghrib" Rembana
mengingatkan, ketika mereka berada di regol halaman barak.
"Tentu aku tidak akan lupa" jawab Wismaya.
"Kau seringkali lupa, Wismaya. Kau masih muda, tetapi kau
sudah pikun seperti kakek-kakek"
"Tetapi aku tidak pernah lupa dengan tugas yang penting"
Ebook by Dewi Kangzusi 100 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sasangka tersenyum sambil menyahut "Wismaya dapat saja lupa tidak membawa kaki
atau kepalanya. Tetapi ia tidak akan lupa tugas-tugas keprajuritannya"
"Terima kasih atas pujuanmu, Sasangka"
"Yang mendengarnya tertawa, sementara Rembana berkata "Sasangka, kau memuji
Wismaya ya, mungkin kau berharap bahwa nanti malam Wismaya akan datang ke
barakmu sambil membawa oleh-oleh jajanan pasar?"
Mereka semua tertawa berkepanjangan.
Seorang prajurit yang bertugas jaga di regol mengerutkan keningnya, di dalam
hatinya iapun berkata Ki Lurah Wismaya itu dapat juga tertawa, jarang sekali aku
melihat suasana yang begitu gembira seperti saat ini bagi Ki Lurah Wismaya yang
sehari-hari kelihatan selalu bersunggung-sungguh itu.
Sepeninggal Sasangka dan Rembana serta Raden Madyasta, serta setelah masuk
kembali ke dalam barak, prajurit yang bertugas tadi berbicara kepada kawannya
yang juga sedang bertugas "Apakah kau pernah melihat Ku Kurah Wismaya tertawa?"
"Ya, pernah. Bukankah kau akan mengatakan bahwa tadi kau melihat Ki Lurah
Wismaya berkelakar dengan Ki Lurah Sasangka dan Rembana" Bahkan dengan Raden
Madyasta?" "Ya. Bukankah Ki Lurah Wismaya selalu kelihatan bersungguh-sungguh sehingga
memandang wajahnya saja rasa-rasanya aku segan"
"Tetapi Ki Lurah Wismaya itu orang baik, kau pernah melihat salah seorang dari
kita yang berada di barak ini diperlakukan tidak adil", Ki Lurah memang seorang
yang Ebook by Dewi Kangzusi
101 Kang Zusi http://kangzusi.com/
tegas. Tetapi sebenarnya hatinya lembut. Ketika dua orang
prajuritnya gugur di peperangan dekat Bengawan Rahina,
yang pada waktu itu aku juga terluka, kau tahu bahwa
semalam suntuk Ki Lurah menunggu kedua sosok mayat itu?"
"Ya, aku juga berada di medan pada waktu itu"
"Nampaknya Ki Lurah juga telah mendapat perintah dari
Raden Madyasta" Kawannya mengangguk-angguk, katanya "Kita tunggu
saja, malam ini Ki Lurah akan membicarakan rencananya di
barak Ki Lurah Sasangka, tetapi aku tidak mendengar lebih
banyak lagi" Keduanyapun terdiam. *** Seperti yang direncanakan, maka ketika senja menjadi
semakin buram, di barak masing-masing. Rembana dan
Wismaya segera mempersiapkan diri, mereka akan pergi ke
barak Sasangka untuk membicarakan tugas yang akan mereka
pikul untuk mengatasi kerusuhan yang menjadi semakin
meningkat di Paranganom. Sementara itu, Madyasta memang tidak pulang ke
Kadipaten, ia ingin berada di lingkungan kehidupan para
prajurit. Madyasta ingin mengalami, makan, tidur dan bahkan
kehidupan para prajurit seutuhnya, sebagaimana pernah
dilakukannya pada masa-masa yang lalu.
Ketika malam turun, maka ketiga orang lurah prajurit itu
sudah berkumpul bersama Raden Masyasta.
Ebook by Dewi Kangzusi 102 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sebelum mereka mulai menentukan sikap, maka merekapun lebih dahulu mempelajari
semua laporan yang pernah disampaikan tentang kerusuhan yang terjadi di
Paranganom. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda sudah memberi-
tahukan semua laporan tugas untuk mengatasi kerusuhan itu.
Bahkan merekapun telah merencanakan pula kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di
Kadipaten Paranganom. "Kenapa Raden Ayu Prawirayuda itu diusir dari Kadipaten Kateguhan" bertanya
Wismaya. "Ayahanda belum mendapat keterangan yang jelas, yang disampaikan oleh bibi hanya
sekedar dugaan-dugaan dan kata orang, tetapi kakangmas Adipati di Kateguhan
sendiri tidak pernah menjatuhkan tuduhan apa-apa.
"Apakah kesalahan Raden Ayu Prawirayuda itu sedemikian besarnya sehingga jusutru
harus dirahasiakan", atau mungkin akan menyentuh harga diri dan kewibawaan
Kangjeng Adipati di Kateguhan?"
"Itulah yang tidak jelas, padahal bibi adalah seorang perempuan yang berilmu
tinggi. Bibi Prawirayuda yang pada waktu paman Prawirayuda masih menjadi Adipati
di Kateguhan telah menyusun satu kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya,
pasukan yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang dilatih khusus langsung
oleh bibi sendiri dibantu oleh beberapa senapati laki-laki. Sehingga pada waktu
itu bibi pernah disebut sebagai Srikandi Kateguhan"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Rasa-rasanya tentu ada sesuatu yang dirahasiakan"
berkata Sasangka. Ebook by Dewi Kangzusi 103 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sementara itu, bersamaan dengan kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di Paranganom,
kerusuhan di Paranganom menjadi semakin meningkat pula" sahut Rembana.
"Mungkin hanya satu kebetulan, kakang" berkata Madyasta kemudian "Meskipun
demikian, kita akan melihat perkembangan keadaan"
"Mudah-mudahan memang hanya satu kebetulan, Raden.
Tetapi menelusuri arah perluasan kerusuhan itu, memang dapat menumbuhkan satu
pertanyaan tentang keterlibatan orang-orang Kateguhan, mungkin memang tidak ada
kesengajaan dari para pemimpin di Kateguhan untuk menimbulkan kerusuhan di
Paranganom. Mungkin yang terjadi adalah turunnya dengan tajam kesejahteraan
hidup rakyat kateguhan, sehingga ada beberapa orang yang terpaksa mencari jalan
pintas untuk mendapatkan sarana kesejahteraan bagi hidup mereka. Tetapi mereka
tidak mau melakukannya di lingkungan mereka sendiri, sehingga mereka harus
menyeberangi perbatasan antara kadipaten Kateguhan dan Kadipaten paranganom.
"Memang ada beberapa kemungkinan, kakang" jawab Madyasta "Bahkan mungkin mereka
adalah orang-orang yang datang dari jauh. Mereka bahkan mungkin juga membuat
kerusuhan di kadipaten Kateguhan sebagaimana mereka lakukan di Paranganom."
Ketiga orang Lurah prajurit itu mengangguk-angguk.
Meskipun demikian, Wismaya bertanya "Apakah ada laporan bahwa kerusuhan itu juga
terjadi di Kateghan?"
"Belum kakang, beberapa orang prajurit sandi yang bertugas untuk mengamati
kemungkinan itu belum memberikan laporan "Raden Madyasta berhenti sejenak, lalu
katanya "Tetapi kita tidak usah menunggu laporan itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 104 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Semakin lamban kerusuhan ini ditangani, maka keresahan
akan menjadi semakin tersebar luas di Paranganom.
"Ya Raden" jawab Sasangka "Sekarang, kami menunggu
perintah Raden, apakah kami masing-masing harus
menyiapkan kelompok prajurit dan kami tempatkan di daerah
yang rawan?" "Kakang, apakah kita dapat mempergunakan cara lain"
Jika kita membawa prajurit ke daerah rawan, maka hal itu
tentu akan segera didengar oleh para perampok. Mereka akan
dapat merubah medan yang akan mereka masuki. Atau
bahkan mereka untuk sementara akan menghentikan
kegiatannya, sehingga dengan demikian, kepergian kita akan
sia-sia. Namun demikian, jika kita menarik diri, maka mereka
akan segera datang kembali"
"Jadi bagaimana menurut Raden?" bertanya Wismaya.
"Kita akan pergi berempat saja, mungkin kita memerlukan
empat atau atau lima orang kawan lagi"
"Jadi kita akan datang berempat saja?" bertanya Rembana.
"Ya" "Bagus, aku sependapat Raden"
"Selebihnya kita akan menyiapkan anak-anak muda dari
kademangan setempat. Para perampok tentu akan
meremehkan anak-anak muda itu. Tetapi kita akan dapat
memberikan latihan-latihan khusus kepada mereka. Meskipun
sekedar dasar-dasarnya saja. Tetapi bersama-sama dengan
kita berempat, mereka akan dapat berbuat sesuatu bagi
kademangan mereka" Ebook by Dewi Kangzusi 105 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Rembana termangu-mangu sejenak, sementara Sasangka kemudian berkata "Tetapi
apakah tidak akan terlalu banyak korban jika benar-benar terjadi benturan
kekuatan antara kita dan para perampok itu jika kita menyertakan anak-anak muda
kademangan yang belum pernah mempergunakan senjata"
"Kita akan selalu bersama mereka, jika perlu, seperti yang aku katakan tadi,
kita akan membawa empat atau lima orang terpilih bersama kita. Tetapi tentu
mereka tidak perlu berjalan seiring dengan kita"
"Maksud Raden?"
Bab 06 - Kademangan Panjer
"Maksud Raden?"
:Kita akan pergi berempat, mudah-mudahan kedatangan kita tidak mereka ketahui.
Tetapi seandainya mereka tahu, maka merekapun tidak merasa perlu untuk
menghindar, karena kita hanya berempat. Selebihnya, beberapa orang prajurit akan
datang berurutan dalam pakaian para petani sehari-hari. Seakan-akan mereka
sedang melakukan tugas sandi"
"Aku mengerti maksud Raden" berkata Rembana.
"Nah jika demikian, maka aku minta kakang masing-masing memilih dua prajurit
terbaik, perintahkan mereka untuk menyusul kita, tetapi seperti yang aku katakan
tadi, mereka berada dalam tugas sandi, agar para perampok itu tidak merubah
rencana mereka" "Baik Raden, kami mengerti maksud Raden"
Ebook by Dewi Kangzusi 106 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kapan kita akan berangkat Raden" "
"Besok pagi saat matahari terbit, kita akan pergi menghadap ayahanda memberikan
laporan tentang rencana kita, kita akan langsung berangkat menuju ke kademangan
Panjer. Bukankah menurut perhitungan kita, para perampok itu akan merambat
sampai ke kademangan Panjer?"
"Ya, Raden. Sementara itu, kedua orang prajurit dari barak kami masing-masing
harus langsung pergi ke Panjer"
"Ya, biarlah mereka berjalan kaki, tetapi mereka tidak boleh berjalan bersama-
sama" "Baik, baik, aku akan memerintahkan dua orangku yang terbaik untuk berangkat
esok pagi, berkata Rembana.
"Mereka harus langsung pergi ke rumah Ki Demang sementara kita sudah berada di
kademangan itu." "Ya, Raden" Demikianklah, malam itu itu mereka telah mendapatkan kesepakatan, esok pagi,
pada saat matahari terbit, mereka akan bersama-sama menghadap Kangjeng Adipati
Prangkusuma. Malam itu, Sasangka, Rembana, Wismaya telah menunjuk masing-masing dua orangnya
yang terbaik. Mereka mendapat perintah khusus untuk menjalankan tugas mereka
yang khusus pula. Demikianlah, maka ketika matahari terbit di keesokan harinya. Madyasta bersama
Sasangka, Rembana dan Wismaya telah menghadap Kangjeng Adipati Prangkusuma,
meskipun Kangjeng Adipati baru saja bangun dan bersiap-siap untuk Ebook by Dewi
Kangzusi 107 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mandi, namun kedatangan Madyasta dan ketiga orang
senapati itu telah mendapat perhatiannya, sehingga Kangjeng
Adipati telah menerima puteranya sebelum Kangjeng Adipati
sempat mandi. "Apa rencanamu Madyasta?"
Madyastapun telah menyampaikan rencananya yang telah
disusun semalam bersama Sasangka, Rembana dan Wismaya.
Kangjeng Adipatipun mendengarkan laporan serta rencana
Madyasta itu dengan sungguh-sungguh, sekali-sekali Kangjeng
Adipati mengangguk-angguk, namun kadang-kadang nampak
dahinya berkerut. "Aku percaya padamu, Madyasta" berkata Kangjeng
Adipati. "Kami mohon doa restu ayahanda" berkata Madyasta
kemudian. "Berangkatlah, kau mengemban tugas sebagai seorang
putera Adipati Paranganom"
Ketika matahari naik sepenggalah, maka Madyasta dan
ketiga senapati muda itupun meninggalkan dalem kadipaten
menuju ke kademangan Panjer yang tidak jauh dari
perbatasan dengan Kadipaten Kateguhan.
Berkuda mereka berempat keluar dari pintu gerbang kota,
menyusuri jalan-jalan bulak, kuda mereka itupun berlari di
bawah panasnya sianr matahari yang semakin terasa
menyengat kulit. Sekali-sekali keempat orang itupun berhenti untuk
memberi kesempatan kuda-kuda mereka beristirahat.
Ebook by Dewi Kangzusi 108 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun kemudian keempat orang itupun segera
melanjuntukan perjalanan, dibawah teriknya sinar matahari,
mereka melarikan kuda mereka di jalan berbatu-batu, diantara
jalur-jalur jejak roda pedati. Sekali-sekali keempat orang itu
melewati jalan tidak begitu jauh dari hutan yang lebat. Namun
kemudian jalan itu melingkar dan menurun tajam. Tetapi
kemudian memanjat naik lereng pegunungan, menyeberangi
sungai yang tidak mempunyai jembatan.
Perjalanan mereka memang cukup panjang.
"Kita tidak mendahului prahurit-prajurit yang pergi ke
Panjer" berkata Madyasta "Atau mungkin mereka berada di
pasar ketika kita melewati pasar di padukuhan seberang
sungai itu?" "Padukuhan Karangwetan, Raden. Pasar itu adalah pasar
Karangwetan" Namun Wismayapun menyahut "Agaknya mereka tidak
mengambil jalan ini, Raden. Mereka akan mengambil jalan
pintas yang lebih dekat"
Madyasta mengangguk-angguk
"Meskipun jalan itu agak rumit, tetapi mereka akan cepat
sampai di Panjer" "Barangkali esok pagi mereka baru akan memasuki
kademangan Panjer, Raden" berkata Wismaya.
"Jadi mereka harus bermalam di perjalanan?"
"Mereka tentu akan menghentikan perjalanan mereka dan
bermalam di mana saja. Jika mereka berjalan terus di malam
Ebook by Dewi Kangzusi 109 Kang Zusi http://kangzusi.com/
hari, pada saat kerusuhan sedang menghantui padukuhan-
padukuhan, akan dapat timbul salah paham"
Madyasta mengangguk-angguk.
Di sore hari, ketika mereka berempat singgah di sebuah
kedai, merekapun mendengar pembicaraan tentang kerusuhan
itu, agaknya rakyat Paranganom, terutama di daerah rawan,
benar-benar menjadi gelisah.
"Kalian akan pergi kemana anak muda?" bertanya seorang
tua yang juga sedang berada di kedai itu.
Orang itu tidak menyadari bahwa ia berbicara dengan
putera Kangjeng Adipati serta tiga senapati terpilih di
Kadipaten Paranganom, karena mereka sama sekali tidak
mengenakan ciri-ciri keprajuritan.
Yang menjawab pertanyaan orang tua itu adalah Wismaya,
jawabnya "Kami akan pergi ke Tegal Gumelar, Ki Sanak"
Orang tua itu mengeruntukan keningnya, lalu katanya
"Hati-hatilah anak muda, bukankah Tegal Gumelar itu letaknya
di sebelah kademangan Panjer?"
"Ya, Ki Sanak?"
"Kami, di lingkungan ini sedang digelisahkan oleh
kerusuhan-kerusuhan yang semakin meningkat"
"Apa yang telah terjadi disini, Ki Sanak?" bertanya
Rembana. "Perampokan, tidak hanya di jalan-jalan sepi, tetapi para
perampok itu dengan berani mendatangi kademangan-
kademangan, mereka tidak melakukan kejahatan itu dengan
Ebook by Dewi Kangzusi 110 Kang Zusi http://kangzusi.com/
diam-diam, tetapi mereka seakan-akan sengaja menantang
para penghuni kademangan yang di datanginya"
"Nampaknya keadaan sudah parah, Ki Sanak"
"Ya. Kerana itu, pertimbangkan perjalanan kalian. Apakah
keperluan kalian ke Tegal Gumelar anak muda?"
"Kami adalah pedang wesi aji dan bebatuan, Ki Sanak"
"Apalagi jika kalian pedang" berkata orang tua itu
"Sebaiknya kalian menunda perjalanan kalian"
"Tetapi kami tidak mau kehilangan kesempatan terbaik, Ki
Sanak. Kami berjanji untuk membawa barang-barang yang
mereka pesan itu hari ini"
"Kau akan kemalaman di jalan"
"Tidak akan terlalu malam"
"Anak muda" berkata orang tua itu, "Mungkin kau belum
mendengar apa yang pernah terjadi di daerah ini, kerusuhan
dan kejahatan semakin menjadi-jadi. Sementara itu, Kangjeng
Adipati Prangkusuma nampaknya acuh tak acuh saja,
kademangan-kademangan sudah menyampaikan laporan,
bahwa mereka sudah tidak mampu menanggulangi kejahatan
yang semakin tersebar di daerah ini. tetapi tidak ada tindakan
apapun yang telah diambil oleh Kangjeng Adipati, menurut
ceritanya, para prajurit telah mendapat pujian ketika mereka
turun ke medan perang di sebelah bengawan Rahina, tetapi
sekarang, di kadipaten itu sendiri, prajurit itu tidak mengambil
tindakan apa-apa" Ebook by Dewi Kangzusi 111 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tentu bukan begitu, Ki Sanak" berkata Sasangka "Pada saatnya Kangjeng Adipati
tentu akan memerintahkan prajurit-prajurit untuk mengatasinya"
"Tetapi kapan", apa pula yang ditunggu", lihat ngger, meskipun hanya
berseberangan perbatasan, di Kadipaten Kateguhan tidak terjadi apa-apa. Tetapi
hampir di sepanjang perbatasan, terutama yang menghadap ke daerah rawan,
prajurit meronda hampir setiap saat, sehingga para perampok itu tidak berani
menyeberang. Mereka tidak berani melakukan kejahatan di daerah Kateguhan..
"Mungkin Kangjeng Adipati sedan mengumpulkan keterangan-keterangan yang akan
sangat berani bagi langkah-langkah yang akan diambilnya"
"Itulah yang kami sesalkan, lamban sekali"
Madyasta menarik nafas panjang, tetapi ia tidak menyahut sama sekali agar
lidahnya tidak salah ucap.
"Nah, dengar nasehatku, aku adalah penghuni daerah ini sejak lahir, aku tahu
benar apa yang sedang bergejolak di daerah ini dan sekitarnya"
"Tetapi bukankah Tegal Gumelar masih agak jauh dari sini?"
"Ya, tetapi kau akan melintasi daerah rawan itu"
Sasangkapun tersenyum sambil berkata "Terima kasih atas peringatan ini, Ki
Sanak. Tetapi jangan cemaskan kami, kami akan berhati-hati"
Jadi kalian tetap akan pergi ke Tegal Gumelar?"
Ebook by Dewi Kangzusi 112 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, Ki Sanak. Doakan kami agar kami tidak menemui hambatan yang berarti"
"Aku doakan kalian meskipun kalian atidak mau mendengarkan nasehatku"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukannya kami tidak mau mendengarkan nasehat Ki Sanak, tetapi kami sudah
berjanji kepada seseorang yang sangat baik kepada kami"
Orang tua itu memandang ke empat anak muda itu dengan kerut di dahi. Tetapi
iapun kemudian tidak berbicara lagi, diangkaktnya mangkuknya, kemudian
dihirupnya minuman yang ada di dalamnya.
Sementara itu, beberapa orang yang lain, yang agak lama berada di kedai itu,
telah meninggalkan tempat itu, setelah mereka membayar harga makanan dan minuman
mereka. Madyasta dan ketiga orang senapati itu sudah merasa cukup beristirahat, demikian
juga kuda-kuda mereka, maka merekapun minta diri kepada orang tua itu.
"Hati-hati ngger, sebenarnyalah aku merasa sedih bahwa angger ternyata akan
meneruskan perjalanan angger"
"Terima kasih atas perhatian Ki Sanak, tetapi jangan cemas. Dalam beberapa hari
aku akan kembali lewat jalan ini pula, sekali lagi, doakan kami, Ki Sanak"
Ketika Madyasta membayar makanan serta minuman mereka, pemilik kedai itupun
berkata "Aku sependapat dengan orang tua itu, Ki Sanak"
Ebook by Dewi Kangzusi 113 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tetapi kami tidak dapat berbuat lain, kami sudah berjanji untuk untuk datang
hari ini meskipun kami akan sampai Tegal Gumelar agak malam"
"Hati-hatilah anak-anak muda" pemilik kedai itupun berpesan.
Sejenak kemudian, maka empat ekor kuda berlari di jalan-jalan bulak menuju ke
kademangan Panjer. Namun Madyastapun kemudian memperlambat kudanya, kepada Wismaya yang berkuda
disebelahnya, Madyastapun berkata "Rakyat benar-benar sudah menjadi gelisah,
ayahanda memang agak terlambat mengambil tindakan"
"Ayahanda agaknya tidak mau tergesa-gesa menanggapi peristiwa yang bagi
Paranganom agak mengejuntukan dan menimbulkan banyak pertanyaan itu"
"Tetapi seharusnya ayahanda tidak usah menunggu jawaban dari perptanyan itu,
ternyata rakyat sudah menjadi sangat gelisah. Karena itu, kita memang harus
bertindak segera" "Mungkin kita memang agak lamban, Raden, tetapi kita ingin penyelesaian yang
tuntas, jika kita melakukannya sebagaimana dilakukan oleh Kadipaten Kateguhan
sebagaimana dikatakan oleh orang tua itu, maka penyelesaiannyapun akan
mengambang. Waktunya akan menjadi panjang. Tetapi seperti yang Raden kehendaki,
cara yang kita tempuh ini agaknya memang lebih baik"
Madyasta mengangguk-angguk, namun rasa-rasanya ia ingin lebih cepat sampai di
Kademangan Panjer. Ebook by Dewi Kangzusi 114 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun dalam pada itu, setiap keempat ekor kuda itu berlari tidak terlalu
kencang, Madyasta dan para prajurit itu mendengar derap kaki kuda di belakang
mereka. Ketika mereka berpaling, mereka melihat beberapa orang berkuda berusaha untuk
menyusul mereka. "Kita akan menunggu mereka" berkata Rembana, "Jika memreka orang-orang jahat,
kita akan menyelesaikan mereka disini"
Tetapi Madyasta berkata "Sebaiknya kita melarikan diri saja, aku yakin, kuda-
kuda kita tentu lebih baik dari kuda mereka"
"Kenapa melarikan diri, Raden. Bukankah jumlah mereka tidak terlalu banyak,
mungkin hanya lima orang atau enam orang saja"
"Bukan itu soalnya, jika mereka itu bagian dari orang-orang yang sering
menimbulkan kerusuhan di daerah ini, jangan mendapat kesan bahwa ada orang-orang
yang dapat mengalahkan mereka, biarkan mereka tetap dalam keadaan seperti biasa.
Kita harus menghadapi mereka jika mereka datang dalam jumlah yang utuh, sehingga
kerja kita akan dapat selesai dengan tuntas"
"Tetapi, aku belum pernah melarikan diri dari pertempuran, apalagi hanya sekedar
sekelompok perampok"
berkata Rembana. "Sekarang saatnya untuk mencoba" sahut Madyasta sambil tersenyum.
Rembana termangu-mangu sejenak, namun ketika Madyasta, Sasangka dan Wismaya
melarikan kuda mereka Ebook by Dewi Kangzusi 115 Kang Zusi http://kangzusi.com/
semakin kencang, maka Rembana telah menghentakkan
kudanya pula. Keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang, beberapa
puluh langkah dibelakang mereka, enam orang penunggang
kuda mencoba untuk mengejar mereka.
Beberapa lama kedua kelompok orang berkuda itu saling
berkejaran di jalan-jalan bulak yang tidak terlalu lebar, bahkan
jalan yang telah digores oleh jalur roda pedati yang agak
dalam. Namun para penunggang kuda itu cukup terampil
mengendalikan kuda mereka.
Beberapa saat kemudian, jalanpun mulai mendaki dan
berbelok-belok, mereka melintasi jalan yang tidak terlalu jauh
dari hutan. Ternyata perhitungan Madyasta benar, jarak mereka
dengan orang-orang berkuda yang memburu mereka semakin
lama menjadi semakin jauh, kuda-kuda para prajurit Pajang
itu memang lebh baik dari kuda yang dipergunakan oleh
orang-orang yang memburu mereka.
Beberapa saat kemudian, maka orang-orang yang
memburu Madyasta dan ketiga senapati itu menyadari, bahwa
mereka tidak akan dapat berhasil memburu sekelompok orang
yang akan mereka jadikan korban perampokan itu.
"Kuda-kuda itu berlari seperti anak panah" geram orang
tertua diantara para perampok itu.
"Kuda-kuda mereka tergolong kuda-kuda yang baik,
sehingga kuda-kuda kita tidak berhasil mengejarnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 116 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Satu sasaran yang sangat baik" berkata seseorang yang lain.
Ternyata mereka adalah orang-orang yang mendengar pembicaraan ketiga orang
senapti Paranganom dengan orang-orang yang ada di kedai tadi. Orang-orang itulah
yang meninggalkan kedai terlebih dahulu untuk mempersiapkan perampokan.
Namun ternyata mereka tidak berhasil mengejar keempat orang yang mengaku
pedagang wesi aji dan bebatuan itu.
"Kita akan menghadang mereka pulang kelak" geram orang tertua diantara mereka.
"Kapan mereka pulang" Jika mereka pulang, mereka sudah tidak membawa benda-benda
berharga itu lagi" "Tetapi mereka akan membawa uang"
"Ya, ya, mereka akan membawa uang"
"Kita akan mengamati jalan ini, bukankah mereka mengatakan bahwa mereka akan
kembali lewat jalan ini beberapa hari lagi?"
"Ya, ya, beberapa hari lagi. Tetapi yang beberapa hari lagi itulah yang tidak
pasti" "Sejak tiga hari mendatang, kita akan berada di daerah ini"
"Jika Ki Lurah memanggil dan menghendaki kita pergi bersamanya?"
Ebook by Dewi Kangzusi 117 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apaboleh buat, kita akan kehilangan mereka, kecuali kita dapat meyakinkan Ki
Lurah, bahwa sebaiknya kita tetap berada disini"
"Mustahil, kita tahu watak dan sifat Ki Lurah Sura Branggah yang berhati batu
itu" Orang tertua diantara mereka itu mengangguk-angguk, katanya "Sudahlah, marilah
kita kembali, kita memang harus melepaskan mereka. Betapapun kita berusaha, kita
tidak akan mempu mengejar mereka, jika saja kita mempunyai kuda yang lebih baik"
Para penyamun itupun kemudian dengan kecewa berbalik arah, mereka tidak
mempunyai kesempatan untuk memburu calon korban mereka.
Dalam pada itu Madyasta yang sudah meyakini bahwa orang-orang yang mengejar
mereka berhenti, memperlambat kudanya, kepada para senapati itu iapun berkata
"Nah, bukankah lebih baik demikian?"
"Tetapi rasa-rasanya hatiku masih belum mau menerima kenyataan, bahwa kita harus
melarikan diri dari kejaran para penyamun itu"
"Kita harus memperhitungkan segala kemungkinan dalam keutuhan tugas kita,
kakang" berkata Madyasta. "Memang, jika kita berpijak pada harga diri kita, maka
kita tidak akan melarikan menghadapi mereka. Bahkan jika jumlah mereka lebih
banyak sekalipun. Jika kita sekedar berpijak pada harga diri yang berlebihan,
tetapi tugas kita tidak terselesaikan, maka itu akan berarti kita lebih
mementingkan diri sendiri daripada tugas kita"
Ebook by Dewi Kangzusi 118 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Rembana mengangguk-angguk sambil berdesis "Ya, Raden"
"Nah, para penyamun itu agaknya orang-orang yang tadi juga berada di kedai.
Agaknya mereka mendengar pembicaraan kita, sehingga mereka benar-benar
menganggap kita pedagang wesi aji dan bebatuan yang bernilai tinggi.
Dengan demikian, maka mereka tidak akan membuat pertimbangan-pertimbangan baru
untuk melanjuntukan rencana-rencana mereka, merampok dan menyamun"
"Ya, Raden" Rembana masih mengangguk-angguk.
Demikianlah kuda-kuda itu mamsih berlari terus, sementara itu, mataharipun
menjadi semakin rendah. "Kita akan memasuki Kademangan Panjer setelah gelap"
berkata Madyasta. "Ya, Raden" jawan Madyasta, "Kita harus bersiap-siap untuk mengatasi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah paham"
"Kita akan langsung pergi menemui Ki Demang Panjer."
Wismaya mengangguk-angguk.
Langit sudah menjadi buram ketika mereka semakin mendekati Kademangan Panjer.
kuda-kuda yang sudah nampak menjadi lelah itu, tidak lagi berlari terlalu
kencang. "Sudah tidak terlalu jauh lagi, Raden" berkata Sasangka.
"Kuda-kuda kita sudah letih" Madyasta
"Beberapa saat lagi kita akan sampai"
Ebook by Dewi Kangzusi 119 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Madyasta tidak menjawab, sementara itu senjapun
menjadi semakin gelap. Ketika malam turun, mereka sudah berada di bulak
panjang, di lingkungan Kademangan Panjer. Sasangkalah yang
kemudian berkuda paling depan, dibelakangnya Madyasta,
kemudian Wismaya lalu Rembana.
Dalam apda itu, selagi empat orang berkuda itu masih
dalam perjalanan, maka di tempat tinggal Ki Demang di
Panjer, beberapa orang bebahu sedang berkumpul. Dengan
cemas mereka membicarakan perkembangan keadaan yang
menurut pendapat mereka menjadi semakin gawat.
"Para Perampok itu semakin lama semakin bergeser ke
selatan" berkata Ki Jagabaya.
"Apa maksudmu Ki Jagabaya?" berkata Ki Demang.
"Coba perhatikan Ki Demang, mereka telah merampok
kademangan Rara Bandang. Merekapun bergeser lagi lebih ke
selatan, merekapun merampok kademangan Sanakeling.
Kademangan yang terkenal dihuni oleh orang-orang yang
berani, karena sebagian dari mereka senang berburu di hutan,
namun kademangan Sanakeling tidak dapat memberikan
perlawanan yang berarti. Dua orang diantara mereka yang
mencoba memberikan perlawanan telah terbunuh. Setelah itu,
Salam menjadi sasaran berikutnya, Karangtengah telah
mereka rambah pula, terakhir, beberapa hari yang lalu,
mereka memasuki sebuah padukuhan di kademangan
tetangga kita. Mereka telah membakar rumah. Hampir saja
penghuninya ikut terpanggang, untunglah bahwa jiwa mereka
dapat diselamatkan meskipun mereka mengalami luka-luka
bakar yang agak parah"
Ebook by Dewi Kangzusi 120 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, agaknya memang demikian, sasaran berikutnya ada dua pilihan, kademangan
Kayulegi atau kademangan kita, Kademangan Panjer."
"Menilik kesejahteraan hidup rakyat Panjer yang lebih baik, maka para perampok
itu akan memasuki kademangan kita. Ki Demang, mereka akam merampok di Kademangan
Panjer" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, namun dalam pada itu, Ki Kamituwapun
bertanya "Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Itulah pertanyaannya" desis Ki Jagabaya.
"Apakah kita akan berdiam diri saja dan membiarkan para perampok itu mengambil
apa saja yang mereka senangi dari kademangan kita ini" Ki Jagabaya. menurut
kabar yang dibawa oleh para pedagang di pasar, para perampok itu tidak saja
merampok harta benda"
"Selain harta benda, lalu apa?"
"Di Karangtengah para perampok itu telah menyeret seorang perempuan yang telah
mempunyai dua orang anak"
"Perempuan juga?"
"Ya, memang untuk yang pertama kali mereka lakukan, justru di Karangtengah,
tetapi itu akan dapat menjadi kebiasaan mereka, ditempat lain mereka akan dapat
merampok sambil mencari korban keliaran mereka, perempuan dan gadis-gadis"
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ya, aku juga mendengarnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 121 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jika demikian, apakah kita tidak dapat berbuat apa-apa?"
Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Pilihan
yang rumit, jika diam saja, maka mereka akan dengan leluasa
berbuat apa saja sesuka hati mereka. Tetapi jika kita mencoba
melawan, yang terjadi mungkin lebih buruk lagi dari yang
pernah terjadi di Sanakeling. Di Sanakeling dua orang
terbunuh, disini mungkin korbannya akan lebih banyak lagi"
"Tetapi adalah kewajiban kita untuk mempertahankan hak
dan milik kita" "Ki Kebayan, yang terjadi di Sanakeling adalah bencana
ganda, setelah dua orang mati terbunuh, para perampok itu
justru menjadi garang karena mereka merasa mendapat
perlawanan. Beberapa rumah yang malam itu di bongkar oleh
para perampok, beberapa orang terluka, tetapi mereka waktu
itu masih belum sempat berpikir tentang perempuan"
"Kita memang tidak dapat berbuat apa-apa" desis Ki
Kamituwa "Kita hanya dapat menunggu perlindungan para
prajurit Paranganom yang konon gagah perkasa itu"
"Kitapun hanya dapat melihat, siapakah yang datang lebih
dahulu, para prajurit atau para perampok"
Namun selagi mereka berbincang, dua orang anak muda
dengan tergesa-gesa naik ke pendapa langsung mengetuk
pintu pringgitan. Ki Demang dan para bebahu yang berbicara di ruang
dalam terkejut, dengan nada rendah Ki Demang bertanya
"Siapa?" Ebook by Dewi Kangzusi 122 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kami Ki Demang, Ija dan Tanaya, kami termasuk diantara mereka yang bertugas
mengawasi lingkungan kademangan ini"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ki Demang kemudian bangkit berdiri dan membuka pintu pringgitan. Ija dan Tanaya
berdiri termangu-mangu di depan pintu.
"Ada apa?" bertanya Ki Demang, sementara itu Ki Jagabaya mendekatinya pula
sambil bertanya "Apakah ada tanda-tanda buruk yang kalian jumpai" "
"Ada empat orang berkuda memasuki kademangan ini, Ki Demang"
"Empat orang berkuda", siapakah mereka" Apakah kau tidak bertanya apakah maksud
mereka?" "Mereka mengatakan, bahwa mereka ingin bertemu dengan Ki Demang"
"Nampaknya mereka seperti orang baik-baik Ki Demang, sikap merekapun baik pula"
"Antar mereka kemari"
"Baik, Ki Demang"
Kedua orang anak muda itupun dengan tergesa-gesa turun dari pendapa untuk
memanggil keempat orang yang akan bertemu dengan Ki Demang, keempat orang itu
masih tertahan di regol padukuhan induk Kademangan Panjer.
Beberapa saat kemudian, empat orang itupun sudah menuntun kudanya memasuki
halaman rumah Ki Demang, Ebook by Dewi Kangzusi
123 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sementara itu, Ki Demang dan para bebahu telah turun pula
ke halaman untuk menyongsong mereka.
Ki Kamituwa telah memutar kerisnya ke lambung sebelah
kiri. "Kau mau apa", Ki Kamituwa" desis Ki Kebayan
"Kenapa apa?" "Ki Kamituwa memutar keris"
"Ah, tidak apa-apa, rasa-rasanya punggung ini agak kaku"
"Aku kira Ki Kamituwa akan mengamuk dengan keris
pusakanya itu" "Jika aku mengamuk, kaulah sasaran yg pertama"
Ki Kebayan itupun tertawa tertahan, katanya "Jangan
cepat marah" Merekapun terdiam, kedua-duanya melangkah semakin
dekat, sementara salah seorang diantara keempat orang yg
datang sambil menuntun kudanya itu berkata setelah
mengangguk hormat "Kami ingin menghadap Ki Demang di
Panjer" "Aku Demang di Panjer, Ki Sanak. Apakah maksud Ki
Sanak datang di kademangan ini?"
"Jika Ki Demang berkenan, kami ingin menghadap untuk
menyampaikan beberapa pesan kepada Ki Demang"
"Pesan dari siapa?" bertanya Ki Jagabaya dengan serta
merta. Ebook by Dewi Kangzusi 124 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Seorang diantara keempat orang itupun menjawab "Nanti, kami akan menjelaskan"
Ki Demang termangu-mangu sejenak, namun kemudian katanya "Baiklah, marilah, aku
persilahkan kalian naik"
Keempat orang itupun kemudian dipersilahkan naik ke pendapa, sementara itu Ki
Jagabaya sempat mendekati Ija dan Tanaya yg mengantar keempat orang berkuda itu
"Jangan lengah, meskipun ujud dan sikapnya tidak mencurigakan, kita tidak tahu
siapakah mereka sebenarnya. Dimana kawan-kawanmu?"
"Dua orang ada di gardu sebelah, yang lain di pintu regol halaman induk"
"Baik, kalian berdua jangan pergi dahulu"
"Baik Ki Jagabaya"
Dalam pada itu, para tamu, Ki Demang dan para bebahu sudah duduk di pringgitan.
Agaknya Ki Demang ingin segera mengetahui siapakah mereka berempat yang malam-
malam datang ke Kademangan Panjer.
"Maaf, Ki Sanak, tetapi suasana kademangan ini sekarang memang agak keruh,
sehingga kami harus berhati-hati"
"Kami mengerti Ki Demang"
"Siapakah Ki Sanak berempat ini, dan apa pula maksud kedatangan kalian kemari?"
"Ki Demang, kami adalah prajurit dari Paranganom"
Ebook by Dewi Kangzusi 125 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Prajurit dari Paranganom?"
"Ya, Ki Demang"
Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ki Sanak, keadaan sudah demikian
mencemaskan, Paranganom masih juga belum tanggap, Paranganom sempat mengirimkan
prajurit yang agaknya untuk melihat apa yg telah terjadi disini.
Kemudian kembali menghadap Kangjeng Adipati untuk memberikan laporan. Laporan
itu masih akan dibicarakan dalam pertemuan para pemimpin di Paranganom. setelah
itu, Kangjeng Adipati memerintahkan seorang senapati untuk membawa prajuritnya
ke Panjer, senapati itu masih harus mengadakan persiapan selama tiga hari. Nah,
ketika para prajurit itu sampai kemari, maka Panjer telah menjadi debu"
Ketika Rembana beringsut setapak, Wismaya menggamitnya, sementara itu
Madyastalah yang menjawab dengan sareh "Kami mengerti, Ki Demang. tetapi kami
datang bukannya untuk sekedar melihat keadaan. Kami minta maaf, bahwa penanganan
kami memang agak lamban, tetapi kami bermaksud untuk menyelesaikan dengan
tuntas" "Apa yang tuntas", di Sanakeling dua orang sudah terbunuh, di Karangtengah,
mereka mulai mengganggu perempuan"
"Kami minta maaf atas keterlambatan kami, Ki Demang, tetapi kami datang tidak
untuk sekedar melihat dan mengamati keadaan, kami datang dengan membawa perintah
Kangjeng Adipati untuk mengatasinya"
"Jadi Ki Sanak datang untuk menghadapi para perampok itu?"
Ebook by Dewi Kangzusi 126 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Demang, menurut laporan yg kami terima, serta menurut perhitungan kami, ada
kemungkinan para perampok itu akan memasuki Kademangan Panjer, karena itu kami
datang untuk memberi peringatan kepada kademangan ini, sekaligus untuk membantu
mengatasinya" "Ki Sanak, barangkali Kangjeng Adipati mendapat laporan yang salah, atau
barangkali telaj terjadi salah paham, sehingga Kangjeng Adipati mengirimkan
empat orang prajurit untuk mengatasi para perampok itu"
"Kami tidak hanya berempat, Ki Demang. mungkin esok pagi kawan-kawan kami akan
memasuki kademangan ini"
"Segelar sepapan?"
"Tidak, Ki Demang. kawan kami itu berjumlah enam orang sehingga kami seluruhnya
sepuluh orang" "Hanya sepuluh orang?"
"Ya, Ki Demang"
"Berapakah jumlah prajurit Paranganom", aku dengar prajurit Paranganom telah
terjun dalam kancah pertempuran untuk melawan pasukan yang datang dari seberang
Bengawan Rahina. Tetapi kenapa Paranganom hanya mengirimkan sepuluh orang
prajurit untuk mengatasi kekacauan yg terjadi didaerah ini"
"Dengan sepuluh orang kami kami akan melakukan tugas kami sebaik-baiknya Ki
Demang" "Ki Sanak, dengar baik-baik, para perampok yang sering mengganggu daerah ini
tidak hanya terdiri dari dua atau tiga orang, tetapi mereka lebih dari duapuluh
lima orang" Ebook by Dewi Kangzusi 127 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kami tahu, Ki Demang. tidak ada salah paham, Kangjeng
Adipati tahu, bahwa jumlah para perampok itu lebih dari
duapuluh lima orang. kadang-kadang mereka datang
bersama-sama memasuki sebuah padukuhan. merekapun
diperhitungkan akan memasuki padukuhan Panjer dengan
kekuatan penuh" "Jika demikian, kenapa Ki Sanak datang hanya dengan
sepuluh orang?" "Bukankah di Kadipaten ini terdapat tidak hanya dua puluh
lima orang, tetapi berpuluh-puluh anak muda"
"O, jadi kalian datang hanya untuk melihat bagaimana
anak-anak muda kami dibantai oleh para perampok itu", jika
kami mengerahkan anak-anak muda kami, maka korban yg
akan jatuh tentu lebih dari dua puluh lima orang, jika seorang
perampok membunuh dua orang anak muda atau lebih, apa
jadinya dengan Kadipaten Panjer"
Madyasta tersenyum, katanya kemudian "Ki Demang,
apakah kami boleh menjelaskan rencana kami?"
Bab 07 - Rara Menur "Rencana apa?" Agaknya Rembana tidak dapat menahan diri lagi, tiba-tiba
saja iapun berkata "Ki Demang, kau dengar dahulu apa yang
akan dikatakan Raden Madyasta, baru kau berceloteh tentang
nalarmu yang pendek itu"
Ebook by Dewi Kangzusi 128 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Wajah Ki Demang menjadi merah, sementara itu dengan cepat Madyasta menyambung
"Maaf Ki Demang, aku minta Ki Demang mendengarkan dahulu dan kemudian
mempertimbangkan rencanaku dengan seksama agar Ki Demang dapat melihat dengan
jelas, apa yang mungkin terjadi di kademangan ini"
"Tetapi, siapakah yang dimaksud dengan Raden Madyasta?"
"Aku Ki Demang"
"Tunggu, apakah aku berbicara dengan Raden Madyasta?"
"Ya" "Nanti dulu, bukankah Raden Madyasta tidak berada di Kadipaten Paranganom, sudah
beberapa tahun lalu Raden Madyasta berada di sebuah padepokan"
"Darimana Ki Demang tahu?" bertanya Madyasta
"Aku mendengar dari seorang saudara sepupuku yang mengabdi di Kadipaten
Paranganom" "Ki Demang benar, sudah empat tahun aku meninggalkan Kadipaten dan tinggal di
Padepokan Panambangan"
"Jadi Raden adalah Raden Madyasta itu", aku pernah melihat Raden beberapa tahun
yang lalu, aku sungguh-sungguh tidak dapat mengenali Raden lagi, Raden sekarang
rasa-rasanya bukan Raden Madyasta yang pernah aku lihat pada suatu pertemuan di
Kadipaten sekitar empat tahun yang lalu"
"Aku sekarang sudah kembali, Ki Demang"
Ebook by Dewi Kangzusi 129 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Raden, aku mohon maaf atas segala kesalahanku, karena
aku tidak tahu bahwa kau adalah Raden Madyasta putera
Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Tidak apa-apa, Ki Demang. Apa yang Ki Demang katakan
itu benar, ayahanda memang agak terlambat mengambil
sikap, tetapi maskud ayahanda agar persoalan ini dapat
diselesaikan dengan tuntas"
"Ya, Raden" "mungkin, Ki Demang kurang memahami rancana
ayahanda itu" Ki Demang tidak menjawab, ia hanya dapat menundukkan
kepalanya saja. Raden Madyasta kemudian telah menjelaskan rencana di
hadapan Ki Demang dan Para Bebahu.
"Kebetulan, aku dapat bertemu dengan para bebahu
malam ini juga" Para Bebahu itupun mendengarkan keterangan Raden
Madyasta dengan segenap perhatian, Ki Demang sekali-sekali
mengangguk-angguk, namun kemudian mengerutkan
keningnya, demikian pula Para Bebahu yang lain, ada yang
segera dapat mereka pahami, tetapi ada pula yang masih
memerlukan banyak penjelasan.
"Kami sengaja datang dalam tugas yang harus Ki Demang
rahasiakan" berkata Madyasta kemudian "Setidak-tidaknya
jangan sempat membuat para perampok itu merubah
rencananya" Ebook by Dewi Kangzusi 130 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Jagabaya yang masih belum paham benar langkah-langkah yang akan diambil oleh
Raden Madyasta itupun bertanya "bagaimanapun juga, bukankah Raden Madyasta
berniat bertumpu pada kekuatan anak-anak muda kademangan ini", itulah yang kami
khawatirkan Raden, korban akan berjatuhan"
"Ki Jagabaya, bukannya kami merasa diri kami memiliki kamampuan yang tinggi,
tetapi sepuluh orang prajurit akan sangat berarti bagi anak-anak muda kademangan
ini, sementara itu, kita tidak akan menebarkan anak-anak muda itu begitu saja,
mereka harus mendapatkan petujnjuk-petunjuk yang dapat setidak-tidaknya
mengurangi kemungkinan buruk yang dapat terjadi atas mereka"
"Tetapi menurut pendapatku, Paranganom lebih baik mengirimkan prajurit lebih
banyak lagi lagi" "Itu tidak akan menyelesaikan persoalannya dengan tuntas, bahkan mungkin kita
tidak akan pernah dapat bertemu lagi apalagi bertempur dengan para perampok itu,
mereka akan menyingkir, merubah rencana mereka dan membuat mereka semakin
berhati-hati" Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam.
"Ki Jagabaya" berkata Rembana "Kita diam-diam harus menyelenggarakan latihan,
kita pergunakan waktu yang pendek itu untuk sekedar menunjukkan kepada anak-anak
muda, apa yang harus mereka lakukan dengan senjata-senjata mereka untuk
melindungi diri mereka"
"Waktu kita hanya terhitung hari" sahut Ki Jagabaya.
"Ya, mungkin sepekan, mungkin dua pekan, kita manfaatkan waktu itu sebaik-
baiknya, Ki Jagabaya dapat Ebook by Dewi Kangzusi
131 Kang Zusi http://kangzusi.com/
membuat gelar, mengadakan latihan terbuka di halaman
banjar atau di padang perdu di lereng perbukitan, sementara
itu, yang lain mengadakan latihan-latihan kepada lima orang
di tempat tertutup, bukankah sudah ada lima puluh orang
yang serba sedikit mendapatkan bimbingan apa yang
sebaiknya mereka lakukan jika mereka benar-benar harus
menghadapi para perampok"
Ki Demang mengangguk-angguk, katanya "Aku dapat
mengerti rencana Raden"
"Jika para perampok itu benar-benar datang ke Panjer,
maka yang akan ikut bersama kami menangani para
perampok itu adalah anak-anak muda yang ikut berlatih
bersama para prajurit, sementara itu, anak-anak muda yang
berlatih bersama Ki Jagabaya dan barangkali bersama Para
Bebahu yang lain atau Ki Demang sendiri, akan memagari
arena agar tidak seorangpunpun diantara para perampok itu
yang sempat melarikan diri"
Ki Jagabaya itupun mengangguk-angguk.
"Jika telah jatuh korban di kademangan lain, maka
agaknya anak-anak mudanya tidak dipersiapkan sama sekali
untuk menghadapi kemungkinan yang buruk itu, mereka tidak
siap turun ke arena pertempuran melawan dua puluh lima
orang perampok. Meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak,
tetapi tanpa petunjuk sama sekali, mereka memang akan
mengalami kesulitan, bahkan dua orang telah terbunuh dan
beberapa orang yang lain terluka"
"Ya, Raden" Ki Jagabaya masih mengangguk-angguk.
"Nah, sebaiknya Ki Jagabaya memberikan petunjuk-
petunjuk kepada mereka, apa yang harus mereka lakukan
Ebook by Dewi Kangzusi
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
132 Kang Zusi http://kangzusi.com/
menghadapi para perampok, demikian pula para prajurit akan
melatih anak-anak muda yang akan ditunjuk oleh Ki Jagabaya"
"Baik Raden" berkata Ki Demang "Jika demikian, maka
kamipun dapat berharap akan dapat mengatasi jika para
perampok itu, juka benar-benar mereka akan datang kemari"
"Nah, jika Ki Demang sependapat, maka aku minta Ki
Demang , Ki Jagabaya dan Para Bebahu segera mengatur,
dimana latihan-latihan khusus itu akan diadakan, masing-
masing untuk lima orang anak muda terpilih, memiliki
keberanian, kesediaan mengabdi dan berkorban jika perlu,
serta unsur kewadagan yang memadai"
"Baik Raden" jawab Ki Demang "malam ini juga Para
Bebahu akan melakukannya"
"Tetapi semuanya harus dilakukan dengan hati-hati, kita
akan berusaha merahasiakannya, jika para perampok
mengetahuinya, mereka akan dapat merubah sasaran mereka"
"Tetapi bagaimana dengan latihan-latihan di tempat
terbuka itu?" "Latihan-latihan yang dipimpin sendiri oleh Ki Demang, Ki
Jagabaya dan Para Bebahu itu justru akan memancing mereka
untuk datang, mereka akan merasa ditantang oleh anak-anak
muda kademangan ini"
"Baik, baik, aku mengerti"
Pembicaraan merekapun kemudian terputus, seorangpun
gadis keluar lewat pintu pringgitan sambil membawa nampan
untuk menghidangkan minuman kepada keempat orang tamu
yang datang di rumah Ki Demang itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 133 Kang Zusi http://kangzusi.com/
ketika dengan tidak sengaja Raden Madyasta memandang wajah gadis itu, maka
jantungnya tergetar, gadis yang memanjat ke usia dewasa itu, adalah gadis yang
sederhana, tetapi dalam kesederhanaannya, wajahnya yang cerah bagaikan
memancarkan kepribadiannya yang terang.
Namun Raden Madyasta segera menyadari, bahwa ia datang sebagai seorang tamu yang
baru pertama kalinya mengunjungi keluarga Ki Demang Panjer. Madyastapun belum
tahu siapakah gadis itu, atau bahkan mungkin ia bukan seorangpun gadis, mungkin
ia justru menantu Ki Demang Panjer"
karena itu, maka Raden Madyastapun berusaha untuk tidak memperhatikannya lagi,
namun diluar sadarnya, sekali-sekali anak muda itu memandang wajah gadis yang
menghidangkan mangkuk-mangkuk minuman hangat itu.
Ketika kemudian gadis itu meninggalkan pringgitan dan masuk ke ruang dalam, maka
Ki Demangpun mempersilahkan tamu-tamunya "Marilah angger, para senapati,
minumlah, mumpung masih hangat"
"Terima kasih Ki Demang" sahut Madyasta yang berusaha mengusai dirinya.
Namun sejenak kemudian, gadis itu telah keluar lagi dari ruang dalam sambil
membawa minuman pula bagi Para Bebahu.
"Aku tidak tahu, yang manakah minuman paman masing-masing, aku bawakan yang baru
bagi paman" Kata-kata gadis itupun terdengar bagaikan sebuah lagu yang lembut.
Ebook by Dewi Kangzusi 134 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, ketika gadis itu sudah hilang dibalik pintu pringgitan, sekali
lagi Ki Demang mempersilahkan tamu-tamunya untuk minum.
Sambil minum, maka Raden Madyasta dan Ki Demang telah mematangkan kesepakatan
mereka, apa yang sebaiknya mereka lakukan di kademangan itu.
"Kita harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya, Ki Demang"
berkata Raden Madyasta. "Baik, Raden, mulai malam ini juga, Para Bebahu akan mulai dengan kerja mereka
sebagaimana kita sepakati bersama"
Demikianlah sejenak kemudian, maka Ki Demang mempersilahkan tamu-tamu mereka
dari Paranganom itu makan malam.
"Aku sudah makan sebelum berangkat kemari" desis Ki Kebayan.
Tetapi Ki Demangpun menyahut "Aku tadi juga sudah makan, tetapi biarlah kita
menemani tamu-tamu kita untuk makan malam.
Setelah makan, maka para tamu itupun dipersilahkan untuk beristirahat di gandok
sebelah kanan. kepada para tamu Ki Demang itu berkata "Silahkan Raden dan para
senapati, tetapi inilah rumah di padesaan, sederhana dan barangkali kotor, kami
sediakan dua buah bilik di gandok sebelah kanan"
"Terima kasih Ki Demang, tetapi ini sudah terlalu baik bagi kami. Kami para
prajurit sudah terbiasa tidur disembarangn tempat, bahkan ditempat-tempat
terbuka, di pategalan atau di hutan sekalipun"
Ebook by Dewi Kangzusi 135 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Itu bila para prajurit berada dalam keadaan terpaksa"
Raden Madyasta tersenyum, katanya "Terima kasih atas
sambutan yang baik dari Ki Demang dan Para Bebahu. Besok
masih ada enam orang prajurit yang akan datang, tetapi
mereka tidak datang bersama-sama, mereka akan langsung
menuju kemari dan mnta untuk dapat dipertemukan dengan Ki
Demang" "Baik, Raden. besok atau kapanpun mereka datang, aku
akan terima dengan senang hati, bahkan dengan harapan-
harapan sebagaimana kedatang Raden dan ketiga senapati
itu" "Kami akan berusaha sebaik-baiknya, Ki Demang"
Demikianlah Raden Madyasta dan ketiga senapati itupun
telah dibawa ke gandok sebelah selatan, dua bilik telah
disediakan bagi mereka. Namun ternyata bahwa ketiga senapati itu lebih senang
berada di dalam satu bilik, sedangkan bilik yang lain
dipergunakan oleh Madyasta sendiri"
Sebenarnya salah seorang dari kakang bertiga beristirahat
di bilik ini bersama aku" ajak Raden Madyasta.
Tetapi ketiga senapati itu agaknya merasa segan, sehingga
mereka memilih tidur diatas sebuah amben bambu yang
mereka rasa cukup besar bagi mereka bertiga.
Namun mereka berempat tidak segera berbaring, mereka
bergantian pringgitan ke pakiwan"
Ebook by Dewi Kangzusi 136 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Biasanya aku mandi dahulu baru makan, sekarang aku terpaksa makan dahulu"
"Kita tunggu sebentar sampai nasi ini turun ke dalam perut, baru kita mandi,
mudah-mudahan para perampok itu tidak datang malam ini"
Setelah mandi maka tubuh merekapun merasa segar, namun dengan demikian, ketika
kentongan di gardu di sebelah rumah Ki Demang itu mengisyaratkan bahwa malam
telah sampai ke pertengahannya, merekapun membaringkan tubuh mereka di
pembaringan. Raden Madyasta yang tidur sendiri di dalam bilik yang terpisah, justru segera
dapat tertidur. "Anak-anak muda yang meronda itu tentu akan berjaga-jaga sampai dini hari"
berkata Raden Madyasta di dalam hatinya" dengan demikian, maka iapun menjadi
tenang, sehingga beberapa saat kemudian, Raden Madyasta itupun telah tertidur
nyenyak. Ketiga senapati yang tidur di dalam satu bilik, justru tidak dapat segera
tertidur, mereka masih saja berbicara diantara mereka, tentang kemungkinan yang
dapat terjadi di Kademangan Panjer.
:Jika yang kemudian didatangi oleh para perampok itu bukan Kademangan Panjer?"
desis Rembana. "Jika kita mendengar isyarat kentongan, kemanapun kita akan pergi, tetapi
menurut perhitungan kita dan bahkan juga perhitungan Para Bebahu, para perampok
itu akan datang ke Panjer" sahut Wismaya.
Rembana terdiam. Ebook by Dewi Kangzusi 137 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Baru lewat tengah malam mereka tertidur nynyak. Pagi-
pagi sekali ketiganya telah bangun, bergantian mereka
menimba air mengisi jambangan pakiwan, terdengar senggot
timba berderit tidak henti-hentinya.
Ketika pembantu di rumah Ki Demang itu mempersilahkan
mereka untuk mandi saja, sementara pembantu itu yang akan
mengisi jambangan, Sasangkapun berkata "Sudahlah, kami
sudah terbiasa melakukannya"
Ketika matahari terbit, maka ketiga orang senapati itu
serta Raden Madyasta telah selesai berbenah diri, merekapun
kemudian duduk di serambi gandok.
Jantung Madyasta terasa berdegup kencang ketika ia
melihat gadis yang semalam menghidangkan minuman,
datang kepadanya serta ketiga orang senapati itu sambil
membawa mangkuk minuman hangat.
Sambil meletakkan mangkuk-mangkuk minuman itu di
lincak bambu di serambi, gadis itupun berkata "Silahkan
Raden, marilah Ki Sanak"
Madyasta yang menjadi agak gagap itupun menjawab
"Terima kasih" Ketika gadis itu pergi, tanpa sadarnya Raden Madyasta
memperhatikan gadis dari arah belakang, gadis yang berjalan
turun ke halaman dan menuju pintu seketheng.
Raden Madyasta menarik nafas dalam-dalam, gadis itu
benar-benar menarik perhatiannya, justru karena
kesederhanaannya serta kepribadiannya.
Ebook by Dewi Kangzusi 138 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Tetapi sekali lagi, Madyasta harus mengekang diri, ia masih belum tahu pasti,
siapakah gadis itu, jika ia menantu Ki Demang, maka perhatiannya harus berhenti
sampai sekian. Demikian gadis itu hilang di balik pintu seketheng, maka Rembanalah yang
mempersilahkan "Marilah Raden, mumpung masih panas, hari masih pagi, tetapi aku
sudah haus" Keempat orang tamu Ki Demang itupun kemudian telah menghirup minuman hangat
wedang sere gula kelapa. Namun dalam pada itu, dua orang melangkah memasuki halaman rumah Ki Demang,
sebelum orang itu bertanya sesuatu, Wismaya mengangkat wajahnya sambil berdesis
"Dua orang prajuritku sudah datang"
Wismayapun kemudian bangkit berdiri menyongsong kedua orang prajuritnya.
dibawanya kedua orang itu duduk di serambi. Wismayapun memperkenalkan kedua
prajuritnya itu kepada Raden Madyasta.
Keduanya mengangguk hormat.
"Raden Madyasta adalah putera Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom"
Kedua prajurit itupun mengangguk semakin dalam.
"Marilah, duduklah"
Kedua prajurit itupun kemudian duduk di serambi itu pula.
"Aku akan melaporkan kepada Ki Demang" berkata Wismaya.
Ebook by Dewi Kangzusi 139 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sementara itu, di ruang dalam Nyi Demang serta gadis yang telah menghidangkan
minuman bagi Raden Madyasta itupun telah sibuk menyiapkan makan pagi, mereka
tidak menyiapkan sekedar untuk empat orang tamunya, tetapi karena pagi itu
diduga akan datang lagi enam orang tamu, maka makan pagi yang disedikakan oleh
Nyi Demang adalah untuk sepuluh orang tamu, serta Ki Demang sendiri.
Sebenarnyalah sebelum wayah pasar temawon, enam orang prajurit dari Paranganom
telah ada di rumah Ki Demang, pagi itu Ki Demang juga sudah memerintahkan Ki
Jagabaya dan Para Bebahu yang lain untuk datang sedikit lewat pasar temawon.
Ki Demang menerima keenam prajurit yang datang berurutan itu di ruang dalam,
sekaligus mempersilahkan mereka makan pagi.
"Tetapi kami baru saja datang, Ki Demang. Kami belum mandi"
"Nanti saja mandi, sekarang makan saja dahulu" sahut Ki Demang sambil tersenyum.
Kenam prajurit itu tidak dapat menolak, merekapun segera makan pagi di ruang
dalam, sementara itu, merekapun berbincang untuk menegaskan kesepakatan mereka
semalam, terutama kepada para prajurit yang baru saja datang itu.
"Dalam waktu yang singkat dan pendek, kalian harus menyiapkan masing-masing lima
orang anak muda, setidak-tidaknya mereka tahu, bagaimana mereka harus melindungi
dirinya sendiri" berkata Raden Madyasta kepada para prajurit itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 140 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, Raden" salah seorangpun dari mereka menjawab
"Kami akan berusaha sejauh kemampuan kami"
"Aku percaya kepada kalian, itu adalah satu-satunya jalan untuk menjebak para
perampok itu" "Kami mengerti Raden"
Demikianlah, maka ketika Ki Jagabaya dan Para Bebahu datang, segala sesuatunya
sudah dapat ditentukan, Ki Jagabaya telah menentukan, dimana para prajurit itu
harus melatih masing-masing lima orang anak muda, sedangkan anak-anak muda
itupun telah ditentukan pula, siapa-siapa mereka dan dmn mereka harus berlatih.
"Jika para prajurit telah siap dan tidak lagi merasa letih, anak-anak muda itu
sudah dapat memulainya, nanti sedikit lewat senja, anak-anak muda itu sudah akan
berada di tempat yang telah ditentukan bagi mereka"
"Baik, kita memang tidak boleh menyia-nyiakan waktu di setiap kejap"
Setelah para prajurit itu makan pagi, beristirahat sejenak, serta kemudian mandi
dan membebahi diri, maka merekapun segera dibawa ke tempat yang telah ditentukan
bagi masing-masing prajurit, tmasuk Raden Madyasta, namun Raden Madyasta telah
ditentukan untuk memberikan latihan kepada lima orang anak muda di rumah Ki
Demang itu sendiri. Di halaman belakang rumah Ki Demang terdapat sebuah sanggar terbuka yang
sederhana, sekedar tempat untuk mempertahankan kemampuan serta ketahanan tubuh
Ki Demang, tidak ada alalt-alat yang rumit, yang dapat dipergunakan untuk dengan
sungguh-sungguh meningkatkan
kemampuan olah kanuragan.
Ebook by Dewi Kangzusi 141 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun tempat itu sudah memenuhi kebutuhan bagi anak-
anak muda yang akan berlatih bersama Raden Madyasta, yang
jumlahnya tidak hanya lima orang, tetapi ternyata yang akan
berlatih di kademangan itu terdapat tujuh orang anak muda.
"Biar saja" berkata Raden Madyasta ketika Ki Jagabaya
bertanya, apakah yang dua harus dikurangi.
Sementara itu, para prajurit yang lainpun ternyata juga
tidak hanya berlatih bersama lima orang, ada yang enam dan
ada pula yang tujuh. Tetapi seperti Raden Madyasta, mereka sama sekali tidak
berkeberatan asal tidak lebih dari tujuh orang saja.
Para prajurit Paranganom itu tidak membuang-buang
waktu, hari itu juga, maka latihan-latihan itupun sudah
dimulai. Demikian malam turun, maka sepuluh orang prajurit itupun
sudah berpencar di rumah Para Bebahu, mereka mulai
memberikan latihan-latihan kepada anak-anak muda Panjer
untuk menghadapi segala kemungkinan.
"Jika kami, para prajurit datang dengan kekuatan penuh
untuk menghadapi para perampok tanpa meningkatkan
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemampuan anak-anak muda kademanganan ini sendiri, maka
jika pada suatu saat kami meninggalkan padukuhan ini akan
menjadi sasaran dendam mereka" berkata salah seorangpun
prajurit kepada enam orang anak muda yang berlatih
kepadanya "tetapi jika kalian sendiri mempunyai bekal yang
memadai, maka kalian tidak akan cemas sedikitpun pada
suatu saat kami meninggalkan kademangan ini"
Ebook by Dewi Kangzusi 142 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Anak-anak muda itupun mengangguk-angguk, mereka menyadari sepenuhnya, apa yang
sedang dihadapi oleh kademangannya serta kewajib yang akan dipikulnya.
Kesadaran itu telah mendorong anak-anak muda kademangan Panjer berlatih dengan
sungguh-sungguh, mereka bekerja keras menempa diri dibawah bimbingan para
prajurit pilihan, mereka mempergunakan waktu yang singkat itu dengan sebaik-
baiknya. Karena itu, anak-anak muda yang berlatih secara khusus itu tidak menghitung
waktu lagi, mereka tidak lagi melakukan pekerjaan mereka sehari-hari atas ijin
orang tua mereka, karena orang mereka juga mengerti, untuk apa anaknya berlatih
dengan tekun setiap hari.
Selain mereka, maka Ki Demang, Ki Jagabaya dan Para Bebahu telah memanggil anak-
anak muda kademangan itu untuk melakukan latihan terbuka, mereka berlatih di
halaman banjar kademangan. Di padukuhan-padukuhan mereka berlatih di halaman
banjar padukuhan atau di halaman rumah Ki Bekel.
Para bekel di padukuhan-padukuhan tidak tinggal diam, mereka telah memberikan
latihan-latihan sejauh dapat mereka lakukan, karena papda umunnya Para Bebahu
adalah orang-orang yang mempunyai kelebihan.
Namun selain Ki Bekel, tidak ada yang tahu bahwa di padukuhan induk telah
dilakukan latihan-latihan khusus bagi beberapa orang anak muda terpilih, anak-
anak muda itu sendiri juga tidak bercerita kepada kawan-kawannya. Bahwa mereka
telah melakukan latihan-latihan khusus yang berat dibawah bimbingan prajurit
pilihan. Ebook by Dewi Kangzusi 143 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Tetapi dalam pada itu, disamping mereka yang dengan sukarela berlatih di tempat-
tempat ternuka, ada pula mereka yang dengan berterus-terang menolak untuk ikut
serta. "Aku tidak mau menyurukkan kepalaku ke dalam api"
berkata seorangpun anak muda yang dalam khdnya sehari-hari dikenal sebagai
seorangpun anak muda yang penakut.
"Siapakah yang menyuruhmu menyurukkan kepalamu ke dalam api?"
"Jika kita harus melawan para perampok itu, apakah itu tidak berarti bahwa kita
bersama-sama membunuh diri?"
"Karena itu kita mengikuti latihan yang diselenggarakan di banjar, Ki Bekel
mengajari kita, bagaimana kita memegang tombak, atau pedang atau jenis-jenis
senjata yang lain" "Perampok itu akan datang besok atau lusa atau sepekan lagi, apa yang kita
dapatkan dengan latihan hanya sepekan itu"
"Banyak" jawab kawannya.
"Apa saja?" "Kita tahu bahwa kita jangan melawan seorangpun melawan seorangpun, kita tahu,
bahwa kita harus melawan mereka dalam kelompok-kelompok, empat atau lima orang
bersama-sama melawan seorangpun perampok, jika kita bersama-sama mengacungkan
senjata dari arah yang berbeda, maka perampok itu tentu akan kebingungan, tetapi
kita jangan ragu-ragu, jika ada diantara kita yang ragu-ragu, maka akibatnya
akan menjadi sangat buruk bagi kita"
Ebook by Dewi Kangzusi 144 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apapun yang kau katakan, tetapi aku tidak mau melakukan kerja yang sia-sia"
"Ini bukan kerja yang sia-sia, mempertahankan hak adalah kewajiban kita, semua
di kademangan ini, tetapi yang terutama adalah kita, anak-anak mudanya.
"Kau engar, bahwa di kademangan seberang sungai yang terkenal dengan beberapa
orang pemburu yang berani, tidak mampu membendung arus perampok itu, malah ada
diantara mereka yang terbunuh, sedangkan perampok itu tetap saja merampok. Nah.
Bukankah itu sia-sia"
"Tidak, orang yang terbunuh itu telah mengorbankan nyawanya seharusnya yang
masih hidup itu mewarisi jiwa pengorbanannya, jika kita, maksudku aku, kawan-
kawan dan kau, menyerah saja. Maka kedua orang yang mati itu memang sia-sia.
tetapi jika kematiannya itu mendorong kita semuanya untuk melakukan perlawanan
seperti yang telah mereka lakukan, maka kematian keduanya bukan kematian yang
sia-sia, kitalah yang harus memberikan arti bagi kematian mereka"
"Kau berbicara dengan gelora perasaanmu yang telah dibakar oleh Ki Bekel. Kau
tahu, kenapa Ki Bekel menganjurkan kita untuk berlatih dan jika perlu berkorban
untuk melawan para perampok yang ganas itu?"
"Ya, Ki Bekel menghendaki kita semuanya bangkit melawan mereka"
"Omong kosong, Ki Bekel menganjurkan agar kalian semuanya bersedia berlatih
untuk melawan para perampok itu, karena Ki Bekel adalah seorangpun yang kaya,
dengan kesediaan kalian berkorban, maka Ki Bekel akan merasa Ebook by Dewi
Kangzusi 145 Kang Zusi http://kangzusi.com/
aman. Harta bendanya terlindungi tanpa memperdulikan
bahwa ada diantara kita akan mati terbunuh"
"Betapa kerdilnya jiwamu, kau sama sekali tidak mengikat
diri ke dalam satu kesatuan diantara penghuni padukuhan ini"
"Terserahla, apa saja penilaianmu, tetapi aku tidak mau
mati sia-sia" "Sudahlah, jika kau memang ketakutan mendengar
sebutan perampok itu, jangan ikut campur, kami akan
melaksanakan tugas kami dengan baik, kami akan membantu
mempertahankan kekayaan yang terdapat di kampung
halaman kami" Anak muda yang penakut itu terdiam, tetapi ia tidak
berbicara apa-apa lagi"
Dalam pada itu, ternyata hanya seorangpun anak muda
yang berusaha menghindar karena ketakutan, tetapi para
Bekel tidak memaksa mereka, para bekel justru selalu
bertanya kepada anak-anak muda yang berlatih di rumahnya,
siapakah diantara mereka yang memang tidak berani
menghadapi langsung para perampok bersenjata itu.
"Sebaiknya kalian minggir, tidak apa-apa, kami tidak akan
mendendam kalian. Jika kalian memang merasa ketakutan dan
terpaksa harus turun ke gelanggang, maka kalian hanya akan
menjadi beban kawan-kawanmu yang memang benar-benar
berani menghadapi lawan yang meskipun tidak seimbang,
tetapi aku selalu memperingatkan, jangan hadapi mereka
seorangpun lawan seorangpun, aku dan barangkali Ki
Jagabaya kademangan dan bahkan Ki Demang sendiri, tidak
akan menghadapi para perampok itu dalam perang tanding"
Ebook by Dewi Kangzusi 146 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Beberapa orang memang minggir, tetapi sebaliknya, orang-orang yang sudah tidak
tergolong anak-anak muda lagi, bahkan mereka yang sudah mempunyai satu dua orang
anak, telah menyatakan kesediaan mereka untuk ikut berlatih bersama Ki Bekel dan
Para Bebahu kademangan Panjer.
bahkan Ki Jagabaya sering datang pula untuk melihat latihan-latihan itu.
Sementara itu, anak-anak muda yang terpilih, berlatih dengan sungguh-sungguh
dibawah bimbingan para prajurit, mereka kerja keras tanpa mengenal lelah. Dari
hari kehari mereka mendapat petunjuk yang penting, namun juga melakukan latihan-
latihan langsung untuk memahami dan membiasakan diri mempergunakan berbagai
macam senjata. Sementara itu, pengawasan dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh anak-anak muda
kademangan Panjer, dengan petunjuk para prajurit Paranganom mereka dapat
melakukan tugas mereka dengan baik.
Dua pekan telah berlalu, ternyata masih belum ada tanda-tanda bahwa para
perampok akan memasuki Kademangan Panjer, tetapi para perampok itu juga tidak
memasuki kademangan lain disekitar padukuhan Panjer, mereka juga tidak
mendatangi kademangan Kayulegi.
Sebenarnyalah para perampok juga sedang mengadakan pengamatan atas sasaran yang
akan mereka pilih, ada diantara mereka yang memilih untuk pergi ke Kayulegi.
Baru kemudian ke Panjer, tetapi beberapa orang perampok ternyata telah
tersinggung dengan sikap anak-anak muda Panjer yang telah mengadakan latihan-
latihan dibawah bimbingan Ki Demang, Para Bebahu dan para bekel.
"Apakah latihan-latihan itu mempunyai pengaruh?"
bertanya salah seorangpun perampok yang kepalanya botak.
Ebook by Dewi Kangzusi 147 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Lurah minta kita melihat, sejauh mana latihan-latihan
itu diadakan, apakah anak-anak muda itu benar-benar dapat
ditempa untuk menjadi pahlawan bagi kademangan mereka,
atau hanya sekedar omong kosong untuk menggertak kita"
sahut kawannya. "Aku setuju, kita akan melihat, apa saja yang dilakukan
oleh anak-anak muda itu"
Sebenarnyalah dua orang diantara para perampok itu telah
ditugaskan untuk pergi ke Panjer melihat latihan-latihan yang
diselenggarakan di halaman banjar atau di halaman rumah
Para Bebahu dan Para Bekel.
Namun ketika keduanya kembali ke sarang mereka, maka
keduanyapun tertawa berkepanjangan, katanya "Rupanya Ki
Demang Panjer itu sudah gila, ketika aku lewat di depan
banjar padukuhan induk, Ki Demang sendirilah yang sedang
memberikan latihan-latihan kepada anak-anak muda, tidak
ada yang perlu dicemaskan, mereka memang belajar
menggenggam senjata, tetapi senjata itu akan dapat
membunuh diri mereka sendiri."
"Apakah mereka sekedar menggertak agar kia tidak berani
memasuki kademangan itu?"
"Ya, mereka mencoba untuk menggetarkan jantung kita"
"Jika demikian, kita putuskan, bahwa kita akan pergi ke
Panjer, ada empat orang saudagar kaya di kademangan induk,
disamping Ki Demang, tetapi Ki Jagabaya juga terhitung kaya
karena peninggalan orang tuanya."
"Disamping beberapa orang kaya di kademangan induk, di
beberapa padukuhanpun terdapat orang-orang kaya pula"
Ebook by Dewi Kangzusi 148 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, kita akan kembali beberapa kali ke kademangan
Panjer, biarlah orang-orang Panjer menyesali kesombongan
mereka, jika mereka melawan dengan kekuatan yang mereka
kira sudah mereka persiapkan dengan baik itu, maka kita tidak
akan segan-segan membunuh beberapa orang diantara
mereka, agar seluruh kademangan meratapi ulah mereka
sendiri" Namun agaknya pemimpin perampok itu cukup berhati-
hati, ia tidak segera memerintahkan orang-orangnya untuk
berangkat merampok di Kademangan Panjer, namun pimpinan
perampok itu masih mengirimkan dua orangnya sekali lagi
untuk membuktikan, apakah pengamatan dua orang
sebelumnya tidak keliru. Ternyata dua orang yang mengamati keadaan untuk yang
kedua kalinya itu juga melihat, bahwa anak-anak muda yang
berlatih di banjar hanya sekedar membesarkan hati anak-anak
muda itu saja. "Pengaruhnya tidak ada peningkatan kemampuan mereka"
berkata perampok yang lebih tua "Tetapi latihan-latihan itu
membuat Kademangan Panjer menjadi semakin berani,
mereka tentu merasa memiliki kemampuan lebih untuk
menghadapi kita, Ki Demang dan Para Bebahu yang melatih
mereka tentu akan mengatakan bahwa latihan-latihan yang
diselenggarakan itu sudah meningkatkan kemampuan orang-
orang yang bakal datang merampok"
Bab 08 - Rumah Ki Wiratenaya
Para perampok yang lebih muda yang mendengar
keterangan itu tertawa, namun perampok yang lebih tua itu
berkata "Kalian boleh tertawa, tetapi kalianpun harus tahu,
Ebook by Dewi Kangzusi 149 Kang Zusi http://kangzusi.com/
bahwa pengaruh gejolak jiwa seseorang itu benar sekali,
meskipun mereka tetap tidak memiliki kemampuan yang
cukup, tetapi keberanian mereka akan dapat membuat kita
terkejut karenanya" "Aku setuju dengan pendapatnya" sahut pemimpin
perampok yang dikenal bernama Sura Branggah itu "Kalian
jangan meremehkan lawan kalian, tetapi kalianpun jangan
menjadi cengeng. Ingat kalian adalah perampok yang sudah
teruji, kalian terdiri dari tiga kelompok kecu yang paling
ditakuti, sekelompok penyamun dan orang-orang yang diyakini
memiliki ilmu yang tinggi"
"Ya, Ki Lurah" anak buah Ki Sura Branggah itu hampir
berbareng menyahut. Namun pembicaraan, pengamatan dan untuk meyakinkan
diri, Ki Sura Branggah memerlukan waktu hampir satu bulan"
Sementara itu Raden Madyasta, Rembana, Sasangka dam
Wismaya justru sudah mulai menjadi cemas, bahwa para
perampok dapat mencium kehadiran mereka di Kademangan
Panjer, sehingga mereka merubah sasaran mereka atau
bahkan untuk sementara menghentikan kegiatan mereka.
Namun mereka masih saja bersabar, mereka masih akan
menunggu beberapa hari lagi.
Selagi mereka menunggu di Kademangan Panjer, maka
Raden Madyastapun telah dapat berkenalan dengan gadis
yang telah menggetarkan jantungnya. ternyata gadis itu
adalah anak Ki Demang Panjer. ia memang masih seorangpun
gadis yang sedang meningkat dewasa, seorangpun gadis yang
terbiasa hidup pedesaan. Ebook by Dewi Kangzusi 150 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ketika Rara Menur, anak Ki Demang Panjer itu sedang menumbuk padi, maka iapun
terkejut, Rara Menur yang sedang sibuk itu tidak mendengar langkah kaki Raden
Madyasta, namun tiba-tiba saja anak muda itu sudah berdiri bersandar tiang
lumbung. "Ah, Raden, kenapa Raden berdiri disitu?" desis Rara Menur, diluar sadarnya,
tangannyapun berhenti pula bekerja, ia tidak lagi mengangkat penumbuk padinya.
"Keringatmu Rara"
"Kerja ini sudah terbiasa aku lakukan, Raden" sahut Rara Menur.
"Apakah tanganmu tidak menjadi terkelupas karenanya?"
"Tidak Raden, ini pekerjaan yang harus aku lakukan sehari-hari?"
"Bukankah kau anak seorang Demang", aku lihat ada beberapa orang perempuan
pembantu di rumah ini, kenapa kau sendiri harus menumbuk padi?"
"Siapa yang sempat saja Raden, ibuku juga sering menumbuk padi, kadang-kadang
seorang pembantu, kadang-kadang aku, tetapi kali ini ibu menginginkan beras yang
putih, seorang pembantu kadang-kadang tidak telaten, berbeda jika aku sendiri
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menumbuknya" "Kenapa Nyi Demang kali ini ingin beras yang putih, sehingga yang harus menumbuk
padinya harus kau sendiri?"
"Bukankah sejak hampir sebulan, di kademangan ini ada tamu dari Paranganom?"
Ebook by Dewi Kangzusi 151 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"O...." Raden Madyasta mengangguk-angguk "Jadi kau menumbuk padi untuk menjamu
kami yang datang dari Paranganom?"
"Ah, sudahlah Raden, sebenarnya Raden tidak boleh berada disini"
"Jadi yang menumbuk padi kemarin, kemarin dulu sepekan yang lalu, juga kau,
Rara?" "Tidak, baru kali ini aku menumbuk padi"
Raden Madyasta tertawa. "Jika saja kakang Rembana, kakang Sasangka dan kakang Wismaya juga berada di
kademangan, mereka tentu akan memuji, nasinya putih agak wangi, ternyata yang
wangi, bukan jenis padinya, tetapi karena tangan gadis yang menumbuknya"
"Ah, Raden, silahkan Raden duduk di pendapa saja.
Mungkin lurah Rembana atau yang lain datang mencari Raden, sementara Raden
bersembunyi disini" "Mereka tidak akan kemari pada wayah begini, Rara.
Mereka sedang sibuk berlatih bersama anak-anak muda di rumah Para Bebahu itu"
"Apakah latihan-latihan yang mereka selenggarakan itu tidak berhenti untuk
beristirahat", Raden sekarang juga tidak sedang berlatih?"
"Aku sudah berlatih sejak matahari belum terbit, Rara"
"Mungkin lurah Rembana dan yang lain juga sudah berlatih sejak matahari terbit"
Ebook by Dewi Kangzusi 152 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Raden Madyasta tertawa. Namun tiba-tiba saja Rara Menur itu mengerutkan
keningnya, kemudian dengan nada rendah iapun berkata
"Lihat Raden, bukankah aku benar?"
"Apanya yang benar, Rara"
"Lurah Rembana"
Raden Madyasta berpaling, dilihatnya lurah Rembana
berdiri bersandar sebatang pohon bangka sambil
menyilangkan tangannya di dadanya.
"Kau kakang?" "Apakah aku mengganggu, Raden" bertanya lurah
Rembana. "Tentu kakang, kakang sudah mengganggu ketenanganku"
"Tidak" yang menyahut justru Rara Menur "lurah sama
sekali tidak mengganggu, Raden Madyasta yang sejak tadi
mengganggu aku yang sedang menumbuk padi"
"Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu, Rara.
sebenarnya aku justru ingin membantu"
"Sudahlah Raden. lurah Rembana tentu mempunyai
keperluan penting jika ia datang kemari"
Raden Madyasta tersenyum, katanya "Baiklah, aku akan
menemui lurah Rembana. Tetapi aku harus berpesan
kepadanya, agar lain kali kakang Rembana jangan
Makhluk Haus Darah 2 Rajawali Emas 09 Keranda Maut Perenggut Nyawa Kemelut Di Cakrabuana 4
perampok itu. Bahkan tidak hanya seorang yang
ditangtangnya, tetapi sekelompok perampok.
Ketkka ia benar-benar berhadapan dengan sekelompok
perampok, maka suasana hatinya memang lain.
"Minggir" bentak perampok itu.
Dirga tidak mau minggir, meskipun dengan sedikit gemetar
Dirga memutar goloknya sambil berkata "Kami semua akan
menangkap kalian, kau lihat seluruh penghuni pedukuhan ini
sudah berada disini"
Ebook by Dewi Kangzusi 76 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sayang sekali, semakin banyak yang datang akan semakin banyak pula yang akan
mati. Nah, sekarang aku akan pergi meninggalkan padukuhan ini.
Ketika perampok itu melangkah maju, maka Dirgapun meloncat menyerang. Goloknya
diayunkan dengan kerasnya mengarah ke bahu perampok itu.
Namun yang terdengar adalah dentangan senjata yang beradu, golok Dirga telah
membentur bindi perampok itu, sehingga bunga apipun berloncatan dari benturan
itu. Namun Dirga telah bergeser surut, telapak tangannya terasa pedih sekali. Hampir
saja goloknya terlepas. Namun Dirga tidak mempunyai banyak kesempatan, perampok itu meloncat memburunya.
Dengan sekali pukul, golok Dirga telah terlepas dari tangannya, terlempar
beberapa depa dari kakinya.
Yang terjadi kemudian telah menggetarkan jantung orang-orang yang mengepung para
perampok itu. Satu ayunan bindi itu telah mengenai paha Dirga.
Terdengar Dirga berteriak kesakitan, dengan serta merta iapun terjatuh dan tidak
dapat bangkit berdiri lagi.
Dengan serta merta perampok itupun berteriak "Siapa lagi yang akan mencoba
menahan kami?" Tidak terdengar satupun jawaban.
Perampok yang bertubuh tinggi besar itupun memberi isyarat kepada kawan-kawannya
untuk berjalan terus meninggalkan orang-orang padukuhan yang berkerumun,
sambil berkata "Jangan mencoba menghalangi kami, jika ada
Ebook by Dewi Kangzusi 77 Kang Zusi http://kangzusi.com/
yang mencobanya juga, maka aku akan membunuhnya, tidak
sekedar melukainya lagi"
Orang-orang yang mengepung itupun menyibak, mereka
tidak berani berbuat apa-apa terhadap para perampok yang
nampaknya garang dan bengis itu. Apalagi senjata-senjata
mereka yang mengerikan itu telah membut jantung mereka
bergetar. Selain bindi, ada diantara mereka yang membawa tombak
dengan mata tombak yang bercabang. Ada yang membawa
semacam kapak bertangkai panjang. Ada yang membawa
golok besar dan panjang dan berbagai jenis senjata yang
menyeramkan lainnya. Orang-orang padukuhan itupun seakan-akan hanya
sekedar menjadi penonton sebuah barisan orang-orang yang
berwajah garang yang berhasil membawa barang-barang
berharga milik Ki Kerti. Baru ketika mereka telah pergi, beberapa orang berusaha
menolong Dirga yang merintih kesakitan, agaknya tulang
pahanya telah menjadi retak.
Dengan hati-hati Dirga diangkat dan dibawa pulang ke
rumahnya yang tidak begitu jauh dari tempat kejadian, namun
sepanjang jalan Dirga selalu mengeluh kesakitan.
Beberapa orang yang lain telah berada di rumah Kang
Kerti, mereka melihat Yu Kerti menangis di ruang tengah,
dengan memelas iapun merintih "Aku mengumpulkan uang
sekeping demi sekeping, tiba-tiba saja mereka datang dan
merampas semuanya" Ebook by Dewi Kangzusi 78 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Kerti duduk tepekur tidak jauh dari isterinya, pundaknya nampak berdarah,
agaknya para perampok itu telah melukainya meskipun tidak begitu parah.
Beberapa orang mencoba menghiburnya, namun Yu Kerti masih saja mengangis. Ia
merasa telah kehilangan segala-segala yang dimilikinya.
"Sudahlah Yu Kerti, yang penting Yu Kerti dan Kang Kerti selamat, harta benda
dapat dicari lagi Yu, tetapi nyawa", kemana kita akan mencarinya". Bersukurlah
bahwa Kang Kerti hanya luka dan tidak dibunuh oleh perampok-perampok yang keji
itu" Demikianlah, sejenak kemudian, Ki Bekel dan bebahu padukuhan telah datang hampir
berbareng dengan Ki Demang Karangtengah.
"Jadi.... tidak ada orang yang berani berusaha menangkap mereka meskipun kalian
berjumlah sekian banyaknya?"
bertanya Ki Demang. "Dirga sudah mencoba, Ki Demang. Dirga yang menurut pendapat kami adalah orang
yang terkuat diantara kami, dalam sekejap telah dilukai. Lalu apa pula artinya
kami. Dan ara perampok itu mengancam bahwa orang berikutnya tidak hanya akan
disakiti seperti Dirga, tetapi mereka benar-benar akan membunuh"
"Berapa orang mereka semuanya?"
"Lebih dari lima belas orang"
Lima belas orang?" "Ya, Ki Demang"
Ebook by Dewi Kangzusi 79 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Jumlah itupun mengejutkan Ki Demang, Ki Bekel dan
bebahu padukuhan, adalah wajar sekali jika orang-orang
padukuhan itu merasa ragu untuk bertempur menghadapi lima
belas orang perampok yang garang dengan membawa
berbagai macam senjata yang mengerikan.
Ki Demang Karangtengah itupun menarik nafas panjang,
seandainya orang-orang di sekitar Ki Kerti itu memberanikan
diri untuk mencoba menangkap mereka, maka korbanpun
akan berjatuhan, jika setiap perampok membunuh satu orang
warga, maka akan ada lima belas mayat yang harus
dikuburkan. Karena itu, maka Ki Demang tidak lagi menyalahkan
warganya, mereka bukan penakut, tetapi mereka tahu, bahwa
mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa untuk menghadapi
lima belas perampok. "Besok, peristiwa ini akan aku laporkan. Kami rakyat
kademangan tidak mampu lagi mengatasi" berkata Ki
Demang. "Peristiwa di padukuhan Salam beberapa hari yang lalu,
tidak segarang apa yang terjadi disini. Perampok di Salam itu
tidak diketahui oleh orang lain kecuali pemilik rumahnya"
berkata Ki Jagabaya. Peristiwa perampokan itu akhirnya sampai kepada
Kangjeng Adipati Paranganom. Bahkan yang terakhir telah
terjadi perampokan dengan mencoba membunuh korbannya
dengan kejam. Sebelumnya, sebuah rumah sudah dibakar
habis oleh para perampok yang marah, karena mereka tidak
menemukan yang mereka cari di rumah itu. Setelah menyakiti
suami isteri pemilik rumah itu, maka mereka membakar
Ebook by Dewi Kangzusi 80 Kang Zusi http://kangzusi.com/
rumahnya dan membiarkan suami isteri itu berada di
dalamnya. Untunglah, bahwa suami isteri itu masih sempat
merangkak sambil membantu isterinya keluar dari kobaran api
sambil berteriak-teriak minta tolong. Pertolongan dari para
tetanggapun datang tepat pada waktunya, sehingga keduanya
serta anaknya yang masih kecil dapat diselamatkan. Seorang
pembantu di rumah itu juga selamat, meskipun ia mengalami
luka bakar. Kangjeng Adipati menjadi sangat prihatin atas peristiwa
beruntun di Kadipaten Paranganom itu, sehingga secara
khusus, Kangjeng Adipati telah memanggil kedua orang
Tumenggung Wreda yaitu Tumenggung Wiradapa dan
Tumenggung Sanggayuda. Sementara itu Kangjeng Adipati
juga minta Ki Ajar Wihangga tidak tergesa-gesa meninggalkan
Kadipaten. Ketika kedua orang Tumenggung Wreda itu menghadap,
maka Kangjeng Adipati juga memanggil kedua puteranya
untuk menghadap pula. "Keadaan sudah semakin gawat, kakang" berkata
Kangjeng Adipati. "Sudah waktunya untuk bertindak, Kangjeng. Para
Demang sudah memberikan laporan, bahwa mereka tidak lagi
mampu berbuat apa-apa. Para perampok itu mendatangi rumh
para korbannya dalam jumlah yang besar, dan merampok tiga
rumah sekaligus dalam satu malam. Berkata Ki Tumenggung
Wiradapa. "Memang perlu dicari pijakan dari kerusuhan yang terjadi
itu, Kangjeng. Agaknya memang bukan kerusuhan biasa,
bukan dilakukan oleh orang-orang yang kelaparan atau
Ebook by Dewi Kangzusi 81 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sekedar mencari harta benda untuk menimbun kekayaan" ujar
Ki Ajar. "Ya, kakang" "Kangjeng Adipati, kita harus berusaha untuk dapat
menangkap paraperampok dari tataran tertinggi, sehingga
akan mendapat keterangan yang jelas, apakah sebenarnya
yang terjadi" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk. Namun dalam
pada itu tiba-tiba saja Madyasta berkata, meskipun dengan
ragu-ragu "Ayahanda, jika ayahanda berkenan, hamba akan
menyampaikan pendapat hamba. Apapun alasannya, siapapun
yang dalangnya, kerusuhan-kerusuhan ini harus dihentkan.
Jika ayahanda berkenan, hamba mohon mendapat perintah
dari ayahanda untuk mengatasi kerusuhan ini"
"Maksudmu?" "Hamba akan mencoba untuk berhadapan dengan
perampok itu, ayahanda"
Kangjeng Adipati mengerutkan keningnya, sementara itu
Wignyanapun berkata pula "Hamba sependapat denan
kakangmas Madyasta, ayahanda. Jika ayahanda
memerintahkan kami untuk mengatasi kerusuhan itu, maka
perintah itu akan hamba junjung tinggi"
Kangjeng Adipati termangu-mangu sejenak, namun Ki Ajar
berkata "Kangjeng Adipati, sebenarnya bahwa angger
Madyasta dan angger Wignyana telah menimba ilmu di
padepokan Panambangan sampai tuntas. Agaknya memang
sudah sampai saatnya, bahwa mereka mendapatkan beban
tugas yang sesuai bagi mereka, juga sebagai putera seorang
Adipati. Karena itu, jika Kangjeng Adipati berkenan, maka
Ebook by Dewi Kangzusi 82 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Kangjeng Adipati dapat memerintahkan putera Kangjeng
Adipati untuk mengatasi kerusuhan ini. Aku mengusulkan
salah satu dari mereka yang berangkat. Tugas pertama ini
dibebankan kepada angger Madyasta, sementara angger
Wignyana tetap tinggal di Dalem Kadipaten, jika mungkin
untuk mengatasi persoalan yang gawat yang dapat terjadi
disini" "Guru" Wignyana itupun memohon "Jika saja guru dan
ayahanda berkenan, aku ingin ikut bersama kakang Madyasta"
"Wignyana' berkata Kangjeng Adipati kemudian "Aku
setuju dengan gurumu, salah seorang dari kalian tetap tinggal
disini, mungkin aku akan sangat memerlukannya"
Wignyana tidak dapat memaksa, betapapun ia ingin pergi
bersama Madyasta untuk mengatasi kerusuhan yang terjadi di
Paranganom, namun ayahandanya menahannya agar ia tetap
berada di istana. "Wignyana" berkata Kangjeng Adipati "Bukannya aku tidak
percaya akan kemampuanmu, menurut gurumu, kau dan
Madyasta telah bersama-sama menuntaskan ilmu yang kalian
pelajari di padepokan, karena itu, menurut gurumu, kau dan
Madyasta memiliki ilmu yang sama tinggi. Namun justru
karena itu, maka aku ingin kau tetap tinggal berasamaku di
Kadipaten" Wignyana sebagai seorang putera Adipati, harus mampu
menempatkan diri, maka iapun berkata "Hamba menjunjung
tinggi titah ayahanda Adipati"
"Bagus Wignyana, kau tetap bersamaku dalam keadaan
yang gawat ini" "Hamba, ayahanda"
Ebook by Dewi Kangzusi 83 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Nah, dengan demikian, maka aku akan memerintahkan
Madyasta untuk pergi mengatasi kerusuhan ini"
"Kangjeng" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "Apakah
tidak sebaiknya Kangjeng memerintahkan saja beberapa orang
senapati untuk pergi melakukan tugas itu"
"Kakang Tumenggung. Aku memang mempunyai keingingn
untuk menguji anakku. Selama ini anak-anakku tidak pernah
turun kedalam tugas-tugas penting. karena mereka tidak
berada di Kadipaten. Biarlah angger Adipati Yudapati
mengetahui, bahwa anak-anak Paranganom itu tidak saja
pandai menabuh siter dan gender saja. Tetapi dalam keadaan
gawat, merekapun bisa terjun ke gelanggang pertempuran"
Ki Tumenggung Sanggayuda tidak mengatakan apa-apa
lagi, sementara Kangjeng Adipati segera menjatuhkan
perintah "Madyasta, berdasarkan perintahku, pergilah untuk
memberantas kerusuhan itu, kau aku beri hak dan wewenang
untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Tetapi
kau tidak boleh lepas dari kebijaksanaan untuk mengatasi
setiap keadaan" "Hamba ayahanda"
"Pamanmu Tumenggung Wiradapa akan menunjuk,
siapakah yang akan pergi bersamamu. Dengar nasehatnya
serta nasehat pamanmu Tumenggung Sanggayuda"
"Hamba junjung tinggi perintha ayahanda. Hamba akan
mengikuti segala petunjuk paman Tumenggung bedua"
"Nah, kakang Tumenggung Wiradapa dan kakang
Tumenggung Sanggayuda. Aku serahkan anakku kepada
kalian berdua. Biarlah ia melakukan kewajibannya sebagai
Ebook by Dewi Kangzusi
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
84 Kang Zusi http://kangzusi.com/
seorang prajurit juga sebagai putera seorang Adipati
Paranganom. Semoga anakku dapat memberantas kerusuhan
yang timbul di wilayah paranganom"
"Hamba Kangjeng Adipati" sahut Ki Tumenggung Wiradapa
dan Ki Tumenggung Sanggayuda hampir bersamaan.
Wignyana memang merasa sangat kecewa. Tetapi ia dapat
mengerti, kenapa jika salah seorang diantara mereka, dua
orang putera Kangjeng Adipati, justru Madyasta yang harus
dikenal oleh tentu bukan saja oleh Adipati Yudapati di
Kateguhan, tetapi juga oleh rakyat Paranganom sendiri,
karena Madyasta adalah putera Kangjeng Adipati. Madyasta
yang kelak berhak untuk menggantikan kedudukan Kangjeng
Adipati Prangkusuma di Paranganom, kakrena itu adalah
wajar, bahwa Madyastalah yang harus lebih banyak dikenal
oleh rakyat Paranganom. Hari itu juga Madyasta telah meninggalkan Kadipaten
bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda. Kedua orang Tumenggung itu akan membawa
Madyasta kepada beberapa orang senapati terpilih yang akan
mendampinginya, mengatasi kerusuhan di Paranganom.
Bab 05 - Tiga Senapati Pilih Tanding
Jilid ke 2 Hari itu juga Madyasta telah meninggalkan Kadipaten
bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda. Kedua orang Tumenggung itu akan membawa
Madyasta kepada beberapa orang senapati terpilih yang akan
mendampinginya, mengatasi kerusuhan di Paranganom.
Ebook by Dewi Kangzusi 85 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, Ki Ajar yang merasa sudah terlalu lama berada di Kadipaten
segera minta diri pula, ia sudah terlalu lama meninggalkan padepokannya.
"Aku minta kakang dapat menunggu sampai kerusuhan di Kadipaten ini dapat
diatasi" "Aku akan datang pada kesempatan lain, Kangjeng.
Kasihan anak-anak di padepokan yang sudah terlalu lama aku tinggalkan"
Kangjeng Adipati tidak dapat menahan Ki Ajar, sehingga akhirnya Kangjeng Adipati
melepasnya meninggalkan Kadipaten pada keesokan harinya"
Dalam pada itu, Ki Tumenggung Wiradapa serta Ki Tumenggung Sanggayuda sepakat
untuk menunjuk tiga orang senapati muda terpilih untuk menyertai Raden Madyasta
memberantas kerusuhan di Paranganom, ketiga senapati itu berasal dari kesatuan
yang berbeda-beda. Bersama Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda, Madyasta pergi ke
barak ketiga orang senapati yang terpisah itu.
"Apakah aku sudah mengenal mereka, paman?" bertanya Madyasta.
"Raden sudah lama meninggalkan Kadipaten, mungkin Raden belum mengenal mereka,
tetapi dalam dua tahun ini, nama mereka banyak disebut-sebut di lingkungan
keprajuritan Paranganom, mereka bertiga pula yang memimpin pasukan yang diminta
oleh Kangjeng Sultan Tegal angkap. Ketika terjadi benturan kekuatan anara Tegal
angkap dengan kekuatan yang datang dari seberang Bengawan Rahina.
Ebook by Dewi Kangzusi 86 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Maka beberapa Kadipaten yang berada di bawah ikatan
kesatuan dengan Tegal angkap telah mengirimkan pasukannya
untuk bersama-sama menghadapi tekanan kekuatan yang
besar yang datang dari seberang Bengawan Rahina itu.
Ternyata pasukan dari Paranganom yang dipimpin ketiga
orang senapati muda itu telah mendapat pujian khusus dari
Kangjeng Sultan di Tegal angkap" jawab Ki Tumenggung
Wiradapa. Siapakah nama-nama mereka, paman?"
"Nama-nama mereka adalah Sasangka, Rembana dan
Wismaya" Madyasta menganggung-angguk, seolah-olah kepada diri
sendiri iapun bergumam "Nama yang baik, agaknya mereka
memang meyakinkan" "Sebentar lagi angger akan segera bertemu dengan
mereka, kita akan pergi ke barak terdekat, angger akan
berjumpa dengan Sasangka"
"Sasangka ya, rasa-rasanya aku pernah mendengar nama
itu, mungkin aku pernah mengenalnya"
"Sukurlah jika Raden pernah mengenalnya"
Madyasta mencoba mengingatnya, namun nama Sasangka
memang pernah dikenalnya empat tahun yang lalu, bahkan
mungkin sebelumnya. Beberapa saat kemudian, maka mereka sampai di sebuah
barak yang berpagar kayu rapat dan cukup tinggi.
Ebook by Dewi Kangzusi 87 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ketika mereka bertiga memasuki gerbang barak itu, maka prajurit yang bertugas
segera memberi hormat, meskipun secara pribadi prajurit itu tidak mengenal
langsung ketiga orang yang memasuki barak mereka, namun mereka dapat mengenal
kedua orang diantara mereka adalah dua orang Tumenggung, sedangkan yang seorang
lagi tentu orang penting pula. Bahkan kedua orang Tumenggung itupun agaknya
menghormatinya pula. "Apakah Ki Lurah Sasangka ada ?" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa.
"Ada Ki Tumenggung, silahkan"
Ki Tumenggung Wiradapa bersama dengan Raden Madyasta dan Ki Tumenggung
Sanggayuda segera memasuki halaman barak yang terhitung luas itu.
Sementara itu dua orang prajurit yang berada di gardu sebelah telah
menyongsongnya pula. "Silahkan Ki Tumenggung" Salah seorang dari kedua orang prajurit itu telah
mempersilahkan mereka untuk naik ke bangunan utama barak itu.
"Dimana Ki Lurahmu?" bertanya Ki Tumenggung pula.
"Ki Lurah sedang berlatih di halaman belakang , silahkan, biar aku
menyampaikannya" "Tidak, tidak usah, biarlah kami pergi ke halaman belakang saja"
Prajurit itu tidak berkata apa-apa lagi, tetapi ia melangkah mendahului kedua
orang Tumenggung serta Madyasta ke halaman belakang, kawannyapun telah
mengikutinya pula. Ebook by Dewi Kangzusi 88 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Di halaman belakang yang cukup luas itu, Ki Tumenggung
dan Madyasta melihat para prajurit sedang berkumpul, Ki
Lurah Sasangka sendiri berada di punggung kuda sambil
membawa sebilah pedang telanjang.
Sejenak kemudian, maka kudanya itupun berlari dengan
kencang mengitari halaman belakang barak itu, setiap kali
pedangnya terayun menyambar orang-orangan yang dibuat
dari jerami yang berdiri berjajar beberapa langkah.
Demikian kepala orang-orangan yang terakhir itu jatuh,
maka prajuritpun bersorak sambil bertepuk tangan.
Kuda Sasangka masih berlari berputar-putar di halaman,
ketika para prajurit itu sudah berhenti bertepuk tangan dan
bersorak, maka Sasangkapun telah meloncat turun dari
kudanya. Namun Sasangka terkejut, bahkan para prajuritpun ikut
berpaling pula ketika mereka medengar tepuk tangan yang
bukan berasal dari mereka.
"Ki Tumenggung" Sasangkapun mengagguk hormat,
dengan tergesa-gesa ia melangkah mendekat.
Namun ketika Sasangka itu berhenti beberapa langkah di
depan kedua Ki Tumenggung. Ki Tumenggung Wiradapapun
bertanya "Kau mengenal anak muda ini?"
Sasangka mengerutkan dahinya, namun iapun kemudian
menyahut "Tentu, tentu Ki Tumenggung, bukankah anak
muda ini Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati
Prangkusuma?" "Ya, ternyata kau sudah mengenalnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 89 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sekitar empat tahun atau lima tahun yang lalu, pada saat
itu aku masih menjadi menjadi seorang prajurit, aku sudah
mengenal Raden Madyasta yang sering berada di tengah-
tengah para prajurit, bahkan kadang-kadang ikut berlatih
bersama kami, waktu itu Raden Madyasta masih sangat muda
diantara prajurit-prajurit yang lain".
"Nah, apakah Raden masih ingat akan anak muda yang
sekarang menjadi seorang Lurah prajurit, yang termasuk
dalam hitungan senapati muda terpandang di Paranganom?"
"Ki Tumenggung terlalu memuji, terima kasih" sahut
Sasangka. "Ya, sekarang aku ingat, waktu itu aku memang sering
berada diantara para prajurit muda. Beberapa kali aku
mendapat peringatan karena kehadiranku yang kadang-
kadang justru menganggu. Tetapi aku ingin mempunyai
banyak kawan, sampai pada suatu saat, ayahanda mengirim
aku dan adimas Wignyana ke padepokan Panambangan".
"Sekarang, Raden sudah kembali lagi ke kadipaten
Paranganom atau hanya sekedar melepas kerinduan?"
"Aku telah kembali pulang, kakang"
"Raden dapat bermain lagi bersama kami, aku tidak akan
pernah merasa terganggu jika Raden sering datang kemari
dan berlatih bersama kami"
"Tetapi kakang Sasangka bukan lagi kakang Sasangka
yang dahulu. Seorang prajurit yang dengan gigih menempa
diri di lingkungan keprajuritan"
"Raden Madyastapun bukan Raden Madyasta yang dahulu"
Ebook by Dewi Kangzusi 90 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Mereka berdua tersenyum. Sementara itu, Ki Lurah Sasangkah telah mempersilahkan
ketiga orang tamunya duduk di pringgitan bangunan induk
baraknya. "Silahkan Raden, silahkan Ki Tumenggung, aku akan
mencuci kaki dan tanganku sebentar"
Kedua orang prajurit yang mengantar Madyasta dan kedua
orang Ki Tumenggung itu ke belakang, telah mempersilahkan
ketiga orang tamu itu untuk pergi ke pendapa bangunan induk
barak itu. Beberapa saat kemudian, Sasangka sempat melaporkan
perkembangan barak serta pasukan yang dipimpinnya.
Namun kemudian Sasangka itu bertanya "Ki Tumenggung,
sebenarnyalah kehadiran Ki Tumenggung berdua, apalagi
bersama Raden Madyasta, memang agak mengejutkan kami,
penghuni barak ini, mungkin kami telah melakukan kesalahan
yang tidak kami sadari, sehingga kehadiran Ki Tumenggung
berdua serta Raden Madyasta akan mengetrapkan hukuman
bagi kami seisi barak ini"
Ketiga orang tamunya tertawa, Ki Tumenggung
Wiradapalah yang menjawab "Jika kalian bersalah, maka
bukan aku yang datang ke barakmu, tetapi kami akan
memanggilmu atau mengirimkan tiga orang prajurit khusus
untuk menangkapmu" Sasangkapun mengangguk hormat, katanya "Seandainya
Ki Tumenggung berdua dan Raden Madyasta akan
memberikan perintah, akupun dapat dipanggil menghadap"
Ebook by Dewi Kangzusi 91 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Memang" sahut Ki Tumenggung Wiradapa "Tetapi sekali ini Raden Madyasta ingin
melihat barakmu, ingin melihat ujudnya, namun juga ingin melihat isinya"
"Terima kasih atas kesediaan datang mengunjungi barak ini. Mungkin keadaan kami
tidak sebagaimana Raden kehendaki. Banyak sekali kekurangan yang terdapat di
barak ini" :Aku tidak akan membuat penilaian kakang. Tetapi aku datang justru untuk
mengganggu ketenanganmu"
Sasangkan mengerutkan dahinya, dipandanginya kedua Ki Tumenggung yang datang
bersama Madyasta itu berganti-ganti
Kedua Ki Tumenggung itu tersenyum. Ki Tumenggung Sanggayudapun berkata "Kau
dengar istilah yang dipergunakan oleh Raden Madyasta" Raden Madyasta tidak
mengatakan bahwa ia datang untuk memberikan perintah kepadamu. Tetapi Raden
Madyasta merasa dirinya justru datang mengganggumu"
Madyasta tertawa, namun iapun bertanya "Apakah aku berhak memberikan perintah
kepada para senapati?"
"Raden" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "Sejak Raden mendapat perintah untuk
menumpas para perampok itu, maka Raden telah madeg Senapati Agung. Bukankah
ayahanda telah memberi wewenang kepada Raden untuk mengambil langkah-langkah
yang perlu untuk mengatasi para perampok itu?"
Tetapi aku belum terbiasa melakukannya, paman. Di Padepokan, kedudukan para
cantrik, semuanya sama. Adalah kebetulan bahwa aku termasuk cantrik yang sudah
terhitung Ebook by Dewi Kangzusi
92 Kang Zusi http://kangzusi.com/
tua di padepokan Panambangan. Sehingga para cantrik yang
sebagian besar masih muda-muda itu menaruh hormat
kepadaku, bukan karana aku anak seorang Adipati. Tetapi aku
adalah kakak seperguruan mereka, namun sebaliknya, kepada
beberapa orang cantrik yang lebih tua daripadaku, yang masih
tinggal di padepokan, akupun harus menghormati mereka,
karena mereka adalah kakak seperguruaku"
"Disini, kedudukan Raden mempunyai kekhususan, karena
Raden adalah putera Kangjeng Adipati, apalagi Raden adalah
putera tertua, yang menurut tatanan akan dapat
menggantikan kedudukan ayahandamu kelak. Di Paranganom
ini, hanya ada seorang Adipati, sedangkan puteranya yang
tertua juga hanya seorang"
Madyasta tertawam katanya "Tetapi itu bukan berarti
bahwa aku adalah orang yang mempunyai kedudukan khusus
di kadipaten ini, aku rasa aku tidak ada bedanya dengan anak-
anak muda yang lain, yang harus mengabdi kepada kadipaten
ini" "Mau tidak mau, Raden" berkata Sasangka "Mau tidak mau
Raden mempunyai kedudukan yang khusus, justru karena
hanya ada seoroang di seluruh kadipaten"
Madyasta masih tertawa, katanya "Bukankah itu menjadi
beban bagiku?" "Ya" sahut Ki Tumenggung Wiradapa "Yang kemudian ada
di pundak Raden adalah kewajiban, kewajiban sebagai
seorang putera Adipati, tetapi disamping kewajiban yang
Raden pikul, Radenpun mempunyai hak dalam kedudukan
Raden sebagai putera seorang Adipati dan sebagai seorang
anak muda dari kadipaten Paranganom.
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ebook by Dewi Kangzusi 93 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata Madyasta "Aku akan berusaha untuk menyesuaikan diriku dengan
hak dan kewajibanku"
"Nah, sekarang aku menunggu perintah Raden Madyasta"
berkata Sasangka. Madyasta memandang Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda sekilas.
Namun kemudian iapun berkata kepada Sasangka "Kakang, aku mendapat perintah dari
ayahanda untuk menangani keresahan di beberapa kademangan karena tindak
kejahatan. Perampok, penyamun dan penjahat-penjahat yang lain telah mengganggu
ketenangan penduduk beberapa kademangan itu. Bahkan ketika aku pulang dari
padepokan bersana Wignyana dan Ki Ajar Wihangga, kamipun telah diganggu oleh
perampok di perjalanan. Sayang bahwa kami tidak dapat menangkap mereka, meskipun
kami berhasil menggagalkan usaha mereka"
Sasangkapun segera tanggap, dengan serta merta ia berkata "Raden akan memberikan
perintah kepadaku untuk ikut bersama Raden menangani kejahatan itu?"
"Ya, para Demang tidak lagi mampu membendung arus kejahatan itu, beberapa orang
korban telah jatuh. Bukan hanya korban harta benda, tetapi juga korban jiwa"
"Sendika, Raden. Aku siap untuk melaksanakan segala perintah"
"Tetapi kita tidak hanya berdua. Menurut paman Tumenggung Wiradapa dan paman
Tumenggung Sanggayuda, kita akan menghubungi kakang Rembana dan kakang Wismaya"
Ebook by Dewi Kangzusi 94 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Aku sudah siap kapanpun aku harus berangkat, demikian pula pasukanku yang ada
di barak ini, kami akan siap dalam waktu yang singkat"
"Terima kasih kakang, tetapi kita tidak akan berangkat segera, kita masih akan
berbicara dengan kakang Rembana dan kakang Wismaya. Apa yang sebaknya kita
lakukan" "Jadi?" "Kita akan ke barak kakang Rembana dan kakang Wismaya lebih dahulu"
"Baik, Raden. Aku akan mengantar Raden menemui Rembana dan Wismaya di barak
mereka" Dalam pada itu, Raden Madyasta berkata kepada Ki Tumenggung Wiradapa berkata dan
Ki Tumenggung Sanggayuda "Paman berdua, agaknya paman tidak usah mengantar aku
selanjutnya, aku akan pergi bersama kakang Sasangka saja, paman Tumenggung
berdua akan dapat segera beristirahat."
"Jadi Raden akan pergi bersama Sasangka saja?"
"Ya, paman. Jika hari ini aku tidak kembali ke Kadipaten, sampaikan kepada
ayahanda, bahwa aku berada disalah satu barak dari ketiga orang senapati muda
ini. Kami akan membicarakan langkah-langkah yang akan kami ambil. Karena kami
harus segera berbuat sesuatu sebelum kejahatan itu menjalar keseluruh kadipaten
Paranganom" "Baiklah, Raden. Agaknya Raden akan berbicara dengan anak-anak muda yang sebaya
dengan Raden. Tetapi jika Raden perlu pendapat orang-orang tua ini, silahkan
Raden memanggil kami berdua" berkata Ki Tumenggung Wiradapa.
Ebook by Dewi Kangzusi 95 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tentu paman, setidak-tidaknya sebelum kami berangkat,
kami akan menghadap ayahanda serta bertemu dengan
paman berdua" "Baik, Raden. Sekarang, kami berdua minta diri" lalu
katanya kepada Sasangka "Hati-hati mengambil keputusan
Sasangka, persoalannya ini tidak sederhana"
"Baik, Ki Tumenggung, pada saatnya kami akan
memberikan lapoaran kepada Ki Tumenggung"
Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung
Sanggayuda meninggalkan barak prajurit yang dipimpin oleh
lurah Sasangka itu. Sementara itu Ki Lurahpun segera bersiap
untuk mengantar Raden Madyasta menemui Rembana dan
Wismaya. Beberapa saat kemudian, kedua orang anak muda itu telah
mengenderai kuda mereka menuju ke barak prajurit yang lain,
yang letaknya tidak terlalu jauh.
Ketika keduanya sampai di barak prajurit yang dipimpin
oleh Rembana, kebetulan Rembana sedang berlatih bersama
beberapa orang pemimpin kelompok di barak itu. Rembana
tengah memberikan petunjuk-petunjuk kepada para pemimpin
kelompok yang kemudian harus disampaikan kepada prajurit.
Rembana telah menyampaikan beberapa gagasan kepada
prajurit-prajuritnya untuk membuat gelar perang yang sudah
ada menjadi semakin hidup serta gerakan-gerakan yang dapat
menghancurkan lawan. Kedatangan Sasangka telah menghentikan latihan itu.
Diserahkannya latihan itu kepada pemimpin kelompok yang
tertua untuk melanjutkan latihan-latihan itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 96 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Teruskan latihan ini, aku akan menerima tamu"
"Baik, Ki Lurah: jawab pemimpin kelompok yang tertua itu.
Rembanapun kemudian mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk di pringgitan
bangunan utama barak itu.
Ternyata Rembanapun telah dikenal oleh Madyasta, antara empat atau lima tahun
yang lalu, sebagaimana Sasangka.
Rembana waktu itu masih seorang prajurit. Madyasta yang agak nakal pada waktu
itu, memang sering berada diantara prajurit muda serta berlatih bersama mereka,
meskipun yang dilakukannya itu tidak dibenarkan oleh ayahanda, sehingga
akhirnya, Madyasta dan Wignyana sekaligus dikirim ke padepokan Panambangan agar
keduanya dapat berlatih dengan cara yang lebih baik dan teratur, memiliki bekal
secara pribadi, sehingga yang benar-benar sepadan dengan kedudukan mereka.
"Kedatangan Raden yang tiba-tiba memang agak mengejutkan kami, sesisi barak ini"
berkata Rembana kemudian.
Madyasta tersenyum, katanya "Kami mengemban perintah ayahanda Adipati kakang"
Wajah Rembana menegang, dipandanginya Sasangka sekilas, kemudian iapun bertanya
"Apakah ada perintah dari Kangjeng Adipati?"
"Ya, kakang" jawab Madyasta "Ada hubungannya dengan meningkatnya kerusuhan di
Kadipaten ini." "Apakah aku diperintahkan untuk mengatasi masalah tersebut?"
Ebook by Dewi Kangzusi 97 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kita akan bersama-sama melakukannya"
"Maksud Raden?"
Madyasta kemudian menjelaskan perintah ayahandanya yang diembannya, serta
niatnya untuk membawa Sasangka, Rembana dan Wismaya menyertainya.
"Rembana dengan serta-merta menyahut "Aku siap menerima perintah, Raden.
Kapanpun dan dimanapun aku ditempatkan"
"Tidak hari ini, kakang. Nanti kita bersama-sama akan berbicara serta menyusun
rencana, apa yang akan harus kita lakukan, agar langkah kita dapat sampai ke
sasaran dengan pasti"
"Baik, Raden. Aku siap menerima perintah"
"Raden Madyasta masih akan menghubungi Wismaya dahulu, Rembana"
"Apakah kau akan menyertainya?"
"Ya, aku akan mengantarkan Raden Madyasta untuk menemuinya"
"Kalau begitu, aku juga ikut bersamamu, jika Raden mengijinkan"
"Aku tidak keberatan, kakang. Kita akan pergi bertiga menemui kakang Wismaya"
Rembanapun kemudian telah memberitahukan kepada orang kepercayaannya, bahwa ia
akan pergi bersama Raden Ebook by Dewi Kangzusi
98 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Masyasta, putera kangjeng Adipati Prangkusuma serta
Sasangka. Ketika mereka sampai di barak Wismaya, ternyata
Wismaya sedang berada di sanggarnya, seorang prajurit telah
memberitahukan kepadanya, bahwa ada tiga orang tamu yang
mencarinya. "Siapa?" "Ki Lurah Sasangka, Ki Lurah Rembana dan Raden
Madyasta, putera Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Raden Madyasta?" ulang Wismaya
"Ya, Ki Lurah" "Baiklah, persilahkan mereka duduk di pringgitan, aku akan
segera menemui mereka"
"Baik Ki Lurah"
Wismaya dengan pakaian yang masih basah dengan
keringat, menemui ketiga orang tamunya yang sudah duduk di
pringgitan. Seperti Sasangka dan Rembana, Raden Masyastapun telah
mengenal Wismaya seperti ia mengenal Sasangka dan
Rembana. Yang dalam empat tahun mereka sudah menjadi
Lurah prajurit. Bahkan telah memimpin pasukan kadipaten
Paranganom bersama-sama dengan pasukan Tegal angkap
menghadapi pasukan yang datang dari seberang Bengawan
Rahina. "Jadi kita akan bertugas untuk mengatasi kerusuhan itu,
Raden?" bertanya Wismaya.
Ebook by Dewi Kangzusi 99 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, kakang" "Kapan kita akan berangkat?"
"Nanti malam kita akan membicarakan rancara itu sebaik-
baiknya" "Apakah aku harus menghadap Raden ke dalam
Kadipaten?" "Tidak, kakang. Aku tidak pulang malam ini, kita akan
bertemu an berbicara di barak kakang Sasangka. Malam ini
aku akan bermalam di barak itu. Besok setelah rencana kita
susun sebaik-baiknya, baru kita menghadap ayahanda untuk
minta diri serta melaporkan rencana kita"
"Baiklah Raden, nanti aku akan datang ke barak Sasangka"
"Kita akan bertemu dan berbicara lepas maghrib"
"Baik Raden" Demikianlah, setelah berbicara beberapa saat, maka
Madyasta minta diri. Demikian pula Rembana dan Sasangka.
"Sasangka, jangan lupa, nanti setelah maghrib" Rembana
mengingatkan, ketika mereka berada di regol halaman barak.
"Tentu aku tidak akan lupa" jawab Wismaya.
"Kau seringkali lupa, Wismaya. Kau masih muda, tetapi kau
sudah pikun seperti kakek-kakek"
"Tetapi aku tidak pernah lupa dengan tugas yang penting"
Ebook by Dewi Kangzusi 100 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sasangka tersenyum sambil menyahut "Wismaya dapat saja lupa tidak membawa kaki
atau kepalanya. Tetapi ia tidak akan lupa tugas-tugas keprajuritannya"
"Terima kasih atas pujuanmu, Sasangka"
"Yang mendengarnya tertawa, sementara Rembana berkata "Sasangka, kau memuji
Wismaya ya, mungkin kau berharap bahwa nanti malam Wismaya akan datang ke
barakmu sambil membawa oleh-oleh jajanan pasar?"
Mereka semua tertawa berkepanjangan.
Seorang prajurit yang bertugas jaga di regol mengerutkan keningnya, di dalam
hatinya iapun berkata Ki Lurah Wismaya itu dapat juga tertawa, jarang sekali aku
melihat suasana yang begitu gembira seperti saat ini bagi Ki Lurah Wismaya yang
sehari-hari kelihatan selalu bersunggung-sungguh itu.
Sepeninggal Sasangka dan Rembana serta Raden Madyasta, serta setelah masuk
kembali ke dalam barak, prajurit yang bertugas tadi berbicara kepada kawannya
yang juga sedang bertugas "Apakah kau pernah melihat Ku Kurah Wismaya tertawa?"
"Ya, pernah. Bukankah kau akan mengatakan bahwa tadi kau melihat Ki Lurah
Wismaya berkelakar dengan Ki Lurah Sasangka dan Rembana" Bahkan dengan Raden
Madyasta?" "Ya. Bukankah Ki Lurah Wismaya selalu kelihatan bersungguh-sungguh sehingga
memandang wajahnya saja rasa-rasanya aku segan"
"Tetapi Ki Lurah Wismaya itu orang baik, kau pernah melihat salah seorang dari
kita yang berada di barak ini diperlakukan tidak adil", Ki Lurah memang seorang
yang Ebook by Dewi Kangzusi
101 Kang Zusi http://kangzusi.com/
tegas. Tetapi sebenarnya hatinya lembut. Ketika dua orang
prajuritnya gugur di peperangan dekat Bengawan Rahina,
yang pada waktu itu aku juga terluka, kau tahu bahwa
semalam suntuk Ki Lurah menunggu kedua sosok mayat itu?"
"Ya, aku juga berada di medan pada waktu itu"
"Nampaknya Ki Lurah juga telah mendapat perintah dari
Raden Madyasta" Kawannya mengangguk-angguk, katanya "Kita tunggu
saja, malam ini Ki Lurah akan membicarakan rencananya di
barak Ki Lurah Sasangka, tetapi aku tidak mendengar lebih
banyak lagi" Keduanyapun terdiam. *** Seperti yang direncanakan, maka ketika senja menjadi
semakin buram, di barak masing-masing. Rembana dan
Wismaya segera mempersiapkan diri, mereka akan pergi ke
barak Sasangka untuk membicarakan tugas yang akan mereka
pikul untuk mengatasi kerusuhan yang menjadi semakin
meningkat di Paranganom. Sementara itu, Madyasta memang tidak pulang ke
Kadipaten, ia ingin berada di lingkungan kehidupan para
prajurit. Madyasta ingin mengalami, makan, tidur dan bahkan
kehidupan para prajurit seutuhnya, sebagaimana pernah
dilakukannya pada masa-masa yang lalu.
Ketika malam turun, maka ketiga orang lurah prajurit itu
sudah berkumpul bersama Raden Masyasta.
Ebook by Dewi Kangzusi 102 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sebelum mereka mulai menentukan sikap, maka merekapun lebih dahulu mempelajari
semua laporan yang pernah disampaikan tentang kerusuhan yang terjadi di
Paranganom. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda sudah memberi-
tahukan semua laporan tugas untuk mengatasi kerusuhan itu.
Bahkan merekapun telah merencanakan pula kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di
Kadipaten Paranganom. "Kenapa Raden Ayu Prawirayuda itu diusir dari Kadipaten Kateguhan" bertanya
Wismaya. "Ayahanda belum mendapat keterangan yang jelas, yang disampaikan oleh bibi hanya
sekedar dugaan-dugaan dan kata orang, tetapi kakangmas Adipati di Kateguhan
sendiri tidak pernah menjatuhkan tuduhan apa-apa.
"Apakah kesalahan Raden Ayu Prawirayuda itu sedemikian besarnya sehingga jusutru
harus dirahasiakan", atau mungkin akan menyentuh harga diri dan kewibawaan
Kangjeng Adipati di Kateguhan?"
"Itulah yang tidak jelas, padahal bibi adalah seorang perempuan yang berilmu
tinggi. Bibi Prawirayuda yang pada waktu paman Prawirayuda masih menjadi Adipati
di Kateguhan telah menyusun satu kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya,
pasukan yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang dilatih khusus langsung
oleh bibi sendiri dibantu oleh beberapa senapati laki-laki. Sehingga pada waktu
itu bibi pernah disebut sebagai Srikandi Kateguhan"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Rasa-rasanya tentu ada sesuatu yang dirahasiakan"
berkata Sasangka. Ebook by Dewi Kangzusi 103 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Sementara itu, bersamaan dengan kehadiran Raden Ayu Prawirayuda di Paranganom,
kerusuhan di Paranganom menjadi semakin meningkat pula" sahut Rembana.
"Mungkin hanya satu kebetulan, kakang" berkata Madyasta kemudian "Meskipun
demikian, kita akan melihat perkembangan keadaan"
"Mudah-mudahan memang hanya satu kebetulan, Raden.
Tetapi menelusuri arah perluasan kerusuhan itu, memang dapat menumbuhkan satu
pertanyaan tentang keterlibatan orang-orang Kateguhan, mungkin memang tidak ada
kesengajaan dari para pemimpin di Kateguhan untuk menimbulkan kerusuhan di
Paranganom. Mungkin yang terjadi adalah turunnya dengan tajam kesejahteraan
hidup rakyat kateguhan, sehingga ada beberapa orang yang terpaksa mencari jalan
pintas untuk mendapatkan sarana kesejahteraan bagi hidup mereka. Tetapi mereka
tidak mau melakukannya di lingkungan mereka sendiri, sehingga mereka harus
menyeberangi perbatasan antara kadipaten Kateguhan dan Kadipaten paranganom.
"Memang ada beberapa kemungkinan, kakang" jawab Madyasta "Bahkan mungkin mereka
adalah orang-orang yang datang dari jauh. Mereka bahkan mungkin juga membuat
kerusuhan di kadipaten Kateguhan sebagaimana mereka lakukan di Paranganom."
Ketiga orang Lurah prajurit itu mengangguk-angguk.
Meskipun demikian, Wismaya bertanya "Apakah ada laporan bahwa kerusuhan itu juga
terjadi di Kateghan?"
"Belum kakang, beberapa orang prajurit sandi yang bertugas untuk mengamati
kemungkinan itu belum memberikan laporan "Raden Madyasta berhenti sejenak, lalu
katanya "Tetapi kita tidak usah menunggu laporan itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 104 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Semakin lamban kerusuhan ini ditangani, maka keresahan
akan menjadi semakin tersebar luas di Paranganom.
"Ya Raden" jawab Sasangka "Sekarang, kami menunggu
perintah Raden, apakah kami masing-masing harus
menyiapkan kelompok prajurit dan kami tempatkan di daerah
yang rawan?" "Kakang, apakah kita dapat mempergunakan cara lain"
Jika kita membawa prajurit ke daerah rawan, maka hal itu
tentu akan segera didengar oleh para perampok. Mereka akan
dapat merubah medan yang akan mereka masuki. Atau
bahkan mereka untuk sementara akan menghentikan
kegiatannya, sehingga dengan demikian, kepergian kita akan
sia-sia. Namun demikian, jika kita menarik diri, maka mereka
akan segera datang kembali"
"Jadi bagaimana menurut Raden?" bertanya Wismaya.
"Kita akan pergi berempat saja, mungkin kita memerlukan
empat atau atau lima orang kawan lagi"
"Jadi kita akan datang berempat saja?" bertanya Rembana.
"Ya" "Bagus, aku sependapat Raden"
"Selebihnya kita akan menyiapkan anak-anak muda dari
kademangan setempat. Para perampok tentu akan
meremehkan anak-anak muda itu. Tetapi kita akan dapat
memberikan latihan-latihan khusus kepada mereka. Meskipun
sekedar dasar-dasarnya saja. Tetapi bersama-sama dengan
kita berempat, mereka akan dapat berbuat sesuatu bagi
kademangan mereka" Ebook by Dewi Kangzusi 105 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Rembana termangu-mangu sejenak, sementara Sasangka kemudian berkata "Tetapi
apakah tidak akan terlalu banyak korban jika benar-benar terjadi benturan
kekuatan antara kita dan para perampok itu jika kita menyertakan anak-anak muda
kademangan yang belum pernah mempergunakan senjata"
"Kita akan selalu bersama mereka, jika perlu, seperti yang aku katakan tadi,
kita akan membawa empat atau lima orang terpilih bersama kita. Tetapi tentu
mereka tidak perlu berjalan seiring dengan kita"
"Maksud Raden?"
Bab 06 - Kademangan Panjer
"Maksud Raden?"
:Kita akan pergi berempat, mudah-mudahan kedatangan kita tidak mereka ketahui.
Tetapi seandainya mereka tahu, maka merekapun tidak merasa perlu untuk
menghindar, karena kita hanya berempat. Selebihnya, beberapa orang prajurit akan
datang berurutan dalam pakaian para petani sehari-hari. Seakan-akan mereka
sedang melakukan tugas sandi"
"Aku mengerti maksud Raden" berkata Rembana.
"Nah jika demikian, maka aku minta kakang masing-masing memilih dua prajurit
terbaik, perintahkan mereka untuk menyusul kita, tetapi seperti yang aku katakan
tadi, mereka berada dalam tugas sandi, agar para perampok itu tidak merubah
rencana mereka" "Baik Raden, kami mengerti maksud Raden"
Ebook by Dewi Kangzusi 106 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kapan kita akan berangkat Raden" "
"Besok pagi saat matahari terbit, kita akan pergi menghadap ayahanda memberikan
laporan tentang rencana kita, kita akan langsung berangkat menuju ke kademangan
Panjer. Bukankah menurut perhitungan kita, para perampok itu akan merambat
sampai ke kademangan Panjer?"
"Ya, Raden. Sementara itu, kedua orang prajurit dari barak kami masing-masing
harus langsung pergi ke Panjer"
"Ya, biarlah mereka berjalan kaki, tetapi mereka tidak boleh berjalan bersama-
sama" "Baik, baik, aku akan memerintahkan dua orangku yang terbaik untuk berangkat
esok pagi, berkata Rembana.
"Mereka harus langsung pergi ke rumah Ki Demang sementara kita sudah berada di
kademangan itu." "Ya, Raden" Demikianklah, malam itu itu mereka telah mendapatkan kesepakatan, esok pagi,
pada saat matahari terbit, mereka akan bersama-sama menghadap Kangjeng Adipati
Prangkusuma. Malam itu, Sasangka, Rembana, Wismaya telah menunjuk masing-masing dua orangnya
yang terbaik. Mereka mendapat perintah khusus untuk menjalankan tugas mereka
yang khusus pula. Demikianlah, maka ketika matahari terbit di keesokan harinya. Madyasta bersama
Sasangka, Rembana dan Wismaya telah menghadap Kangjeng Adipati Prangkusuma,
meskipun Kangjeng Adipati baru saja bangun dan bersiap-siap untuk Ebook by Dewi
Kangzusi 107 Kang Zusi http://kangzusi.com/
mandi, namun kedatangan Madyasta dan ketiga orang
senapati itu telah mendapat perhatiannya, sehingga Kangjeng
Adipati telah menerima puteranya sebelum Kangjeng Adipati
sempat mandi. "Apa rencanamu Madyasta?"
Madyastapun telah menyampaikan rencananya yang telah
disusun semalam bersama Sasangka, Rembana dan Wismaya.
Kangjeng Adipatipun mendengarkan laporan serta rencana
Madyasta itu dengan sungguh-sungguh, sekali-sekali Kangjeng
Adipati mengangguk-angguk, namun kadang-kadang nampak
dahinya berkerut. "Aku percaya padamu, Madyasta" berkata Kangjeng
Adipati. "Kami mohon doa restu ayahanda" berkata Madyasta
kemudian. "Berangkatlah, kau mengemban tugas sebagai seorang
putera Adipati Paranganom"
Ketika matahari naik sepenggalah, maka Madyasta dan
ketiga senapati muda itupun meninggalkan dalem kadipaten
menuju ke kademangan Panjer yang tidak jauh dari
perbatasan dengan Kadipaten Kateguhan.
Berkuda mereka berempat keluar dari pintu gerbang kota,
menyusuri jalan-jalan bulak, kuda mereka itupun berlari di
bawah panasnya sianr matahari yang semakin terasa
menyengat kulit. Sekali-sekali keempat orang itupun berhenti untuk
memberi kesempatan kuda-kuda mereka beristirahat.
Ebook by Dewi Kangzusi 108 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun kemudian keempat orang itupun segera
melanjuntukan perjalanan, dibawah teriknya sinar matahari,
mereka melarikan kuda mereka di jalan berbatu-batu, diantara
jalur-jalur jejak roda pedati. Sekali-sekali keempat orang itu
melewati jalan tidak begitu jauh dari hutan yang lebat. Namun
kemudian jalan itu melingkar dan menurun tajam. Tetapi
kemudian memanjat naik lereng pegunungan, menyeberangi
sungai yang tidak mempunyai jembatan.
Perjalanan mereka memang cukup panjang.
"Kita tidak mendahului prahurit-prajurit yang pergi ke
Panjer" berkata Madyasta "Atau mungkin mereka berada di
pasar ketika kita melewati pasar di padukuhan seberang
sungai itu?" "Padukuhan Karangwetan, Raden. Pasar itu adalah pasar
Karangwetan" Namun Wismayapun menyahut "Agaknya mereka tidak
mengambil jalan ini, Raden. Mereka akan mengambil jalan
pintas yang lebih dekat"
Madyasta mengangguk-angguk
"Meskipun jalan itu agak rumit, tetapi mereka akan cepat
sampai di Panjer" "Barangkali esok pagi mereka baru akan memasuki
kademangan Panjer, Raden" berkata Wismaya.
"Jadi mereka harus bermalam di perjalanan?"
"Mereka tentu akan menghentikan perjalanan mereka dan
bermalam di mana saja. Jika mereka berjalan terus di malam
Ebook by Dewi Kangzusi 109 Kang Zusi http://kangzusi.com/
hari, pada saat kerusuhan sedang menghantui padukuhan-
padukuhan, akan dapat timbul salah paham"
Madyasta mengangguk-angguk.
Di sore hari, ketika mereka berempat singgah di sebuah
kedai, merekapun mendengar pembicaraan tentang kerusuhan
itu, agaknya rakyat Paranganom, terutama di daerah rawan,
benar-benar menjadi gelisah.
"Kalian akan pergi kemana anak muda?" bertanya seorang
tua yang juga sedang berada di kedai itu.
Orang itu tidak menyadari bahwa ia berbicara dengan
putera Kangjeng Adipati serta tiga senapati terpilih di
Kadipaten Paranganom, karena mereka sama sekali tidak
mengenakan ciri-ciri keprajuritan.
Yang menjawab pertanyaan orang tua itu adalah Wismaya,
jawabnya "Kami akan pergi ke Tegal Gumelar, Ki Sanak"
Orang tua itu mengeruntukan keningnya, lalu katanya
"Hati-hatilah anak muda, bukankah Tegal Gumelar itu letaknya
di sebelah kademangan Panjer?"
"Ya, Ki Sanak?"
"Kami, di lingkungan ini sedang digelisahkan oleh
kerusuhan-kerusuhan yang semakin meningkat"
"Apa yang telah terjadi disini, Ki Sanak?" bertanya
Rembana. "Perampokan, tidak hanya di jalan-jalan sepi, tetapi para
perampok itu dengan berani mendatangi kademangan-
kademangan, mereka tidak melakukan kejahatan itu dengan
Ebook by Dewi Kangzusi 110 Kang Zusi http://kangzusi.com/
diam-diam, tetapi mereka seakan-akan sengaja menantang
para penghuni kademangan yang di datanginya"
"Nampaknya keadaan sudah parah, Ki Sanak"
"Ya. Kerana itu, pertimbangkan perjalanan kalian. Apakah
keperluan kalian ke Tegal Gumelar anak muda?"
"Kami adalah pedang wesi aji dan bebatuan, Ki Sanak"
"Apalagi jika kalian pedang" berkata orang tua itu
"Sebaiknya kalian menunda perjalanan kalian"
"Tetapi kami tidak mau kehilangan kesempatan terbaik, Ki
Sanak. Kami berjanji untuk membawa barang-barang yang
mereka pesan itu hari ini"
"Kau akan kemalaman di jalan"
"Tidak akan terlalu malam"
"Anak muda" berkata orang tua itu, "Mungkin kau belum
mendengar apa yang pernah terjadi di daerah ini, kerusuhan
dan kejahatan semakin menjadi-jadi. Sementara itu, Kangjeng
Adipati Prangkusuma nampaknya acuh tak acuh saja,
kademangan-kademangan sudah menyampaikan laporan,
bahwa mereka sudah tidak mampu menanggulangi kejahatan
yang semakin tersebar di daerah ini. tetapi tidak ada tindakan
apapun yang telah diambil oleh Kangjeng Adipati, menurut
ceritanya, para prajurit telah mendapat pujian ketika mereka
turun ke medan perang di sebelah bengawan Rahina, tetapi
sekarang, di kadipaten itu sendiri, prajurit itu tidak mengambil
tindakan apa-apa" Ebook by Dewi Kangzusi 111 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tentu bukan begitu, Ki Sanak" berkata Sasangka "Pada saatnya Kangjeng Adipati
tentu akan memerintahkan prajurit-prajurit untuk mengatasinya"
"Tetapi kapan", apa pula yang ditunggu", lihat ngger, meskipun hanya
berseberangan perbatasan, di Kadipaten Kateguhan tidak terjadi apa-apa. Tetapi
hampir di sepanjang perbatasan, terutama yang menghadap ke daerah rawan,
prajurit meronda hampir setiap saat, sehingga para perampok itu tidak berani
menyeberang. Mereka tidak berani melakukan kejahatan di daerah Kateguhan..
"Mungkin Kangjeng Adipati sedan mengumpulkan keterangan-keterangan yang akan
sangat berani bagi langkah-langkah yang akan diambilnya"
"Itulah yang kami sesalkan, lamban sekali"
Madyasta menarik nafas panjang, tetapi ia tidak menyahut sama sekali agar
lidahnya tidak salah ucap.
"Nah, dengar nasehatku, aku adalah penghuni daerah ini sejak lahir, aku tahu
benar apa yang sedang bergejolak di daerah ini dan sekitarnya"
"Tetapi bukankah Tegal Gumelar masih agak jauh dari sini?"
"Ya, tetapi kau akan melintasi daerah rawan itu"
Sasangkapun tersenyum sambil berkata "Terima kasih atas peringatan ini, Ki
Sanak. Tetapi jangan cemaskan kami, kami akan berhati-hati"
Jadi kalian tetap akan pergi ke Tegal Gumelar?"
Ebook by Dewi Kangzusi 112 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, Ki Sanak. Doakan kami agar kami tidak menemui hambatan yang berarti"
"Aku doakan kalian meskipun kalian atidak mau mendengarkan nasehatku"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukannya kami tidak mau mendengarkan nasehat Ki Sanak, tetapi kami sudah
berjanji kepada seseorang yang sangat baik kepada kami"
Orang tua itu memandang ke empat anak muda itu dengan kerut di dahi. Tetapi
iapun kemudian tidak berbicara lagi, diangkaktnya mangkuknya, kemudian
dihirupnya minuman yang ada di dalamnya.
Sementara itu, beberapa orang yang lain, yang agak lama berada di kedai itu,
telah meninggalkan tempat itu, setelah mereka membayar harga makanan dan minuman
mereka. Madyasta dan ketiga orang senapati itu sudah merasa cukup beristirahat, demikian
juga kuda-kuda mereka, maka merekapun minta diri kepada orang tua itu.
"Hati-hati ngger, sebenarnyalah aku merasa sedih bahwa angger ternyata akan
meneruskan perjalanan angger"
"Terima kasih atas perhatian Ki Sanak, tetapi jangan cemas. Dalam beberapa hari
aku akan kembali lewat jalan ini pula, sekali lagi, doakan kami, Ki Sanak"
Ketika Madyasta membayar makanan serta minuman mereka, pemilik kedai itupun
berkata "Aku sependapat dengan orang tua itu, Ki Sanak"
Ebook by Dewi Kangzusi 113 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Tetapi kami tidak dapat berbuat lain, kami sudah berjanji untuk untuk datang
hari ini meskipun kami akan sampai Tegal Gumelar agak malam"
"Hati-hatilah anak-anak muda" pemilik kedai itupun berpesan.
Sejenak kemudian, maka empat ekor kuda berlari di jalan-jalan bulak menuju ke
kademangan Panjer. Namun Madyastapun kemudian memperlambat kudanya, kepada Wismaya yang berkuda
disebelahnya, Madyastapun berkata "Rakyat benar-benar sudah menjadi gelisah,
ayahanda memang agak terlambat mengambil tindakan"
"Ayahanda agaknya tidak mau tergesa-gesa menanggapi peristiwa yang bagi
Paranganom agak mengejuntukan dan menimbulkan banyak pertanyaan itu"
"Tetapi seharusnya ayahanda tidak usah menunggu jawaban dari perptanyan itu,
ternyata rakyat sudah menjadi sangat gelisah. Karena itu, kita memang harus
bertindak segera" "Mungkin kita memang agak lamban, Raden, tetapi kita ingin penyelesaian yang
tuntas, jika kita melakukannya sebagaimana dilakukan oleh Kadipaten Kateguhan
sebagaimana dikatakan oleh orang tua itu, maka penyelesaiannyapun akan
mengambang. Waktunya akan menjadi panjang. Tetapi seperti yang Raden kehendaki,
cara yang kita tempuh ini agaknya memang lebih baik"
Madyasta mengangguk-angguk, namun rasa-rasanya ia ingin lebih cepat sampai di
Kademangan Panjer. Ebook by Dewi Kangzusi 114 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun dalam pada itu, setiap keempat ekor kuda itu berlari tidak terlalu
kencang, Madyasta dan para prajurit itu mendengar derap kaki kuda di belakang
mereka. Ketika mereka berpaling, mereka melihat beberapa orang berkuda berusaha untuk
menyusul mereka. "Kita akan menunggu mereka" berkata Rembana, "Jika memreka orang-orang jahat,
kita akan menyelesaikan mereka disini"
Tetapi Madyasta berkata "Sebaiknya kita melarikan diri saja, aku yakin, kuda-
kuda kita tentu lebih baik dari kuda mereka"
"Kenapa melarikan diri, Raden. Bukankah jumlah mereka tidak terlalu banyak,
mungkin hanya lima orang atau enam orang saja"
"Bukan itu soalnya, jika mereka itu bagian dari orang-orang yang sering
menimbulkan kerusuhan di daerah ini, jangan mendapat kesan bahwa ada orang-orang
yang dapat mengalahkan mereka, biarkan mereka tetap dalam keadaan seperti biasa.
Kita harus menghadapi mereka jika mereka datang dalam jumlah yang utuh, sehingga
kerja kita akan dapat selesai dengan tuntas"
"Tetapi, aku belum pernah melarikan diri dari pertempuran, apalagi hanya sekedar
sekelompok perampok"
berkata Rembana. "Sekarang saatnya untuk mencoba" sahut Madyasta sambil tersenyum.
Rembana termangu-mangu sejenak, namun ketika Madyasta, Sasangka dan Wismaya
melarikan kuda mereka Ebook by Dewi Kangzusi 115 Kang Zusi http://kangzusi.com/
semakin kencang, maka Rembana telah menghentakkan
kudanya pula. Keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang, beberapa
puluh langkah dibelakang mereka, enam orang penunggang
kuda mencoba untuk mengejar mereka.
Beberapa lama kedua kelompok orang berkuda itu saling
berkejaran di jalan-jalan bulak yang tidak terlalu lebar, bahkan
jalan yang telah digores oleh jalur roda pedati yang agak
dalam. Namun para penunggang kuda itu cukup terampil
mengendalikan kuda mereka.
Beberapa saat kemudian, jalanpun mulai mendaki dan
berbelok-belok, mereka melintasi jalan yang tidak terlalu jauh
dari hutan. Ternyata perhitungan Madyasta benar, jarak mereka
dengan orang-orang berkuda yang memburu mereka semakin
lama menjadi semakin jauh, kuda-kuda para prajurit Pajang
itu memang lebh baik dari kuda yang dipergunakan oleh
orang-orang yang memburu mereka.
Beberapa saat kemudian, maka orang-orang yang
memburu Madyasta dan ketiga senapati itu menyadari, bahwa
mereka tidak akan dapat berhasil memburu sekelompok orang
yang akan mereka jadikan korban perampokan itu.
"Kuda-kuda itu berlari seperti anak panah" geram orang
tertua diantara para perampok itu.
"Kuda-kuda mereka tergolong kuda-kuda yang baik,
sehingga kuda-kuda kita tidak berhasil mengejarnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 116 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Satu sasaran yang sangat baik" berkata seseorang yang lain.
Ternyata mereka adalah orang-orang yang mendengar pembicaraan ketiga orang
senapti Paranganom dengan orang-orang yang ada di kedai tadi. Orang-orang itulah
yang meninggalkan kedai terlebih dahulu untuk mempersiapkan perampokan.
Namun ternyata mereka tidak berhasil mengejar keempat orang yang mengaku
pedagang wesi aji dan bebatuan itu.
"Kita akan menghadang mereka pulang kelak" geram orang tertua diantara mereka.
"Kapan mereka pulang" Jika mereka pulang, mereka sudah tidak membawa benda-benda
berharga itu lagi" "Tetapi mereka akan membawa uang"
"Ya, ya, mereka akan membawa uang"
"Kita akan mengamati jalan ini, bukankah mereka mengatakan bahwa mereka akan
kembali lewat jalan ini beberapa hari lagi?"
"Ya, ya, beberapa hari lagi. Tetapi yang beberapa hari lagi itulah yang tidak
pasti" "Sejak tiga hari mendatang, kita akan berada di daerah ini"
"Jika Ki Lurah memanggil dan menghendaki kita pergi bersamanya?"
Ebook by Dewi Kangzusi 117 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apaboleh buat, kita akan kehilangan mereka, kecuali kita dapat meyakinkan Ki
Lurah, bahwa sebaiknya kita tetap berada disini"
"Mustahil, kita tahu watak dan sifat Ki Lurah Sura Branggah yang berhati batu
itu" Orang tertua diantara mereka itu mengangguk-angguk, katanya "Sudahlah, marilah
kita kembali, kita memang harus melepaskan mereka. Betapapun kita berusaha, kita
tidak akan mempu mengejar mereka, jika saja kita mempunyai kuda yang lebih baik"
Para penyamun itupun kemudian dengan kecewa berbalik arah, mereka tidak
mempunyai kesempatan untuk memburu calon korban mereka.
Dalam pada itu Madyasta yang sudah meyakini bahwa orang-orang yang mengejar
mereka berhenti, memperlambat kudanya, kepada para senapati itu iapun berkata
"Nah, bukankah lebih baik demikian?"
"Tetapi rasa-rasanya hatiku masih belum mau menerima kenyataan, bahwa kita harus
melarikan diri dari kejaran para penyamun itu"
"Kita harus memperhitungkan segala kemungkinan dalam keutuhan tugas kita,
kakang" berkata Madyasta. "Memang, jika kita berpijak pada harga diri kita, maka
kita tidak akan melarikan menghadapi mereka. Bahkan jika jumlah mereka lebih
banyak sekalipun. Jika kita sekedar berpijak pada harga diri yang berlebihan,
tetapi tugas kita tidak terselesaikan, maka itu akan berarti kita lebih
mementingkan diri sendiri daripada tugas kita"
Ebook by Dewi Kangzusi 118 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Rembana mengangguk-angguk sambil berdesis "Ya, Raden"
"Nah, para penyamun itu agaknya orang-orang yang tadi juga berada di kedai.
Agaknya mereka mendengar pembicaraan kita, sehingga mereka benar-benar
menganggap kita pedagang wesi aji dan bebatuan yang bernilai tinggi.
Dengan demikian, maka mereka tidak akan membuat pertimbangan-pertimbangan baru
untuk melanjuntukan rencana-rencana mereka, merampok dan menyamun"
"Ya, Raden" Rembana masih mengangguk-angguk.
Demikianlah kuda-kuda itu mamsih berlari terus, sementara itu, mataharipun
menjadi semakin rendah. "Kita akan memasuki Kademangan Panjer setelah gelap"
berkata Madyasta. "Ya, Raden" jawan Madyasta, "Kita harus bersiap-siap untuk mengatasi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah paham"
"Kita akan langsung pergi menemui Ki Demang Panjer."
Wismaya mengangguk-angguk.
Langit sudah menjadi buram ketika mereka semakin mendekati Kademangan Panjer.
kuda-kuda yang sudah nampak menjadi lelah itu, tidak lagi berlari terlalu
kencang. "Sudah tidak terlalu jauh lagi, Raden" berkata Sasangka.
"Kuda-kuda kita sudah letih" Madyasta
"Beberapa saat lagi kita akan sampai"
Ebook by Dewi Kangzusi 119 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Madyasta tidak menjawab, sementara itu senjapun
menjadi semakin gelap. Ketika malam turun, mereka sudah berada di bulak
panjang, di lingkungan Kademangan Panjer. Sasangkalah yang
kemudian berkuda paling depan, dibelakangnya Madyasta,
kemudian Wismaya lalu Rembana.
Dalam apda itu, selagi empat orang berkuda itu masih
dalam perjalanan, maka di tempat tinggal Ki Demang di
Panjer, beberapa orang bebahu sedang berkumpul. Dengan
cemas mereka membicarakan perkembangan keadaan yang
menurut pendapat mereka menjadi semakin gawat.
"Para Perampok itu semakin lama semakin bergeser ke
selatan" berkata Ki Jagabaya.
"Apa maksudmu Ki Jagabaya?" berkata Ki Demang.
"Coba perhatikan Ki Demang, mereka telah merampok
kademangan Rara Bandang. Merekapun bergeser lagi lebih ke
selatan, merekapun merampok kademangan Sanakeling.
Kademangan yang terkenal dihuni oleh orang-orang yang
berani, karena sebagian dari mereka senang berburu di hutan,
namun kademangan Sanakeling tidak dapat memberikan
perlawanan yang berarti. Dua orang diantara mereka yang
mencoba memberikan perlawanan telah terbunuh. Setelah itu,
Salam menjadi sasaran berikutnya, Karangtengah telah
mereka rambah pula, terakhir, beberapa hari yang lalu,
mereka memasuki sebuah padukuhan di kademangan
tetangga kita. Mereka telah membakar rumah. Hampir saja
penghuninya ikut terpanggang, untunglah bahwa jiwa mereka
dapat diselamatkan meskipun mereka mengalami luka-luka
bakar yang agak parah"
Ebook by Dewi Kangzusi 120 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, agaknya memang demikian, sasaran berikutnya ada dua pilihan, kademangan
Kayulegi atau kademangan kita, Kademangan Panjer."
"Menilik kesejahteraan hidup rakyat Panjer yang lebih baik, maka para perampok
itu akan memasuki kademangan kita. Ki Demang, mereka akam merampok di Kademangan
Panjer" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, namun dalam pada itu, Ki Kamituwapun
bertanya "Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Itulah pertanyaannya" desis Ki Jagabaya.
"Apakah kita akan berdiam diri saja dan membiarkan para perampok itu mengambil
apa saja yang mereka senangi dari kademangan kita ini" Ki Jagabaya. menurut
kabar yang dibawa oleh para pedagang di pasar, para perampok itu tidak saja
merampok harta benda"
"Selain harta benda, lalu apa?"
"Di Karangtengah para perampok itu telah menyeret seorang perempuan yang telah
mempunyai dua orang anak"
"Perempuan juga?"
"Ya, memang untuk yang pertama kali mereka lakukan, justru di Karangtengah,
tetapi itu akan dapat menjadi kebiasaan mereka, ditempat lain mereka akan dapat
merampok sambil mencari korban keliaran mereka, perempuan dan gadis-gadis"
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ya, aku juga mendengarnya"
Ebook by Dewi Kangzusi 121 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Jika demikian, apakah kita tidak dapat berbuat apa-apa?"
Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Pilihan
yang rumit, jika diam saja, maka mereka akan dengan leluasa
berbuat apa saja sesuka hati mereka. Tetapi jika kita mencoba
melawan, yang terjadi mungkin lebih buruk lagi dari yang
pernah terjadi di Sanakeling. Di Sanakeling dua orang
terbunuh, disini mungkin korbannya akan lebih banyak lagi"
"Tetapi adalah kewajiban kita untuk mempertahankan hak
dan milik kita" "Ki Kebayan, yang terjadi di Sanakeling adalah bencana
ganda, setelah dua orang mati terbunuh, para perampok itu
justru menjadi garang karena mereka merasa mendapat
perlawanan. Beberapa rumah yang malam itu di bongkar oleh
para perampok, beberapa orang terluka, tetapi mereka waktu
itu masih belum sempat berpikir tentang perempuan"
"Kita memang tidak dapat berbuat apa-apa" desis Ki
Kamituwa "Kita hanya dapat menunggu perlindungan para
prajurit Paranganom yang konon gagah perkasa itu"
"Kitapun hanya dapat melihat, siapakah yang datang lebih
dahulu, para prajurit atau para perampok"
Namun selagi mereka berbincang, dua orang anak muda
dengan tergesa-gesa naik ke pendapa langsung mengetuk
pintu pringgitan. Ki Demang dan para bebahu yang berbicara di ruang
dalam terkejut, dengan nada rendah Ki Demang bertanya
"Siapa?" Ebook by Dewi Kangzusi 122 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kami Ki Demang, Ija dan Tanaya, kami termasuk diantara mereka yang bertugas
mengawasi lingkungan kademangan ini"
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ki Demang kemudian bangkit berdiri dan membuka pintu pringgitan. Ija dan Tanaya
berdiri termangu-mangu di depan pintu.
"Ada apa?" bertanya Ki Demang, sementara itu Ki Jagabaya mendekatinya pula
sambil bertanya "Apakah ada tanda-tanda buruk yang kalian jumpai" "
"Ada empat orang berkuda memasuki kademangan ini, Ki Demang"
"Empat orang berkuda", siapakah mereka" Apakah kau tidak bertanya apakah maksud
mereka?" "Mereka mengatakan, bahwa mereka ingin bertemu dengan Ki Demang"
"Nampaknya mereka seperti orang baik-baik Ki Demang, sikap merekapun baik pula"
"Antar mereka kemari"
"Baik, Ki Demang"
Kedua orang anak muda itupun dengan tergesa-gesa turun dari pendapa untuk
memanggil keempat orang yang akan bertemu dengan Ki Demang, keempat orang itu
masih tertahan di regol padukuhan induk Kademangan Panjer.
Beberapa saat kemudian, empat orang itupun sudah menuntun kudanya memasuki
halaman rumah Ki Demang, Ebook by Dewi Kangzusi
123 Kang Zusi http://kangzusi.com/
sementara itu, Ki Demang dan para bebahu telah turun pula
ke halaman untuk menyongsong mereka.
Ki Kamituwa telah memutar kerisnya ke lambung sebelah
kiri. "Kau mau apa", Ki Kamituwa" desis Ki Kebayan
"Kenapa apa?" "Ki Kamituwa memutar keris"
"Ah, tidak apa-apa, rasa-rasanya punggung ini agak kaku"
"Aku kira Ki Kamituwa akan mengamuk dengan keris
pusakanya itu" "Jika aku mengamuk, kaulah sasaran yg pertama"
Ki Kebayan itupun tertawa tertahan, katanya "Jangan
cepat marah" Merekapun terdiam, kedua-duanya melangkah semakin
dekat, sementara salah seorang diantara keempat orang yg
datang sambil menuntun kudanya itu berkata setelah
mengangguk hormat "Kami ingin menghadap Ki Demang di
Panjer" "Aku Demang di Panjer, Ki Sanak. Apakah maksud Ki
Sanak datang di kademangan ini?"
"Jika Ki Demang berkenan, kami ingin menghadap untuk
menyampaikan beberapa pesan kepada Ki Demang"
"Pesan dari siapa?" bertanya Ki Jagabaya dengan serta
merta. Ebook by Dewi Kangzusi 124 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Seorang diantara keempat orang itupun menjawab "Nanti, kami akan menjelaskan"
Ki Demang termangu-mangu sejenak, namun kemudian katanya "Baiklah, marilah, aku
persilahkan kalian naik"
Keempat orang itupun kemudian dipersilahkan naik ke pendapa, sementara itu Ki
Jagabaya sempat mendekati Ija dan Tanaya yg mengantar keempat orang berkuda itu
"Jangan lengah, meskipun ujud dan sikapnya tidak mencurigakan, kita tidak tahu
siapakah mereka sebenarnya. Dimana kawan-kawanmu?"
"Dua orang ada di gardu sebelah, yang lain di pintu regol halaman induk"
"Baik, kalian berdua jangan pergi dahulu"
"Baik Ki Jagabaya"
Dalam pada itu, para tamu, Ki Demang dan para bebahu sudah duduk di pringgitan.
Agaknya Ki Demang ingin segera mengetahui siapakah mereka berempat yang malam-
malam datang ke Kademangan Panjer.
"Maaf, Ki Sanak, tetapi suasana kademangan ini sekarang memang agak keruh,
sehingga kami harus berhati-hati"
"Kami mengerti Ki Demang"
"Siapakah Ki Sanak berempat ini, dan apa pula maksud kedatangan kalian kemari?"
"Ki Demang, kami adalah prajurit dari Paranganom"
Ebook by Dewi Kangzusi 125 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Prajurit dari Paranganom?"
"Ya, Ki Demang"
Ki Demang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ki Sanak, keadaan sudah demikian
mencemaskan, Paranganom masih juga belum tanggap, Paranganom sempat mengirimkan
prajurit yang agaknya untuk melihat apa yg telah terjadi disini.
Kemudian kembali menghadap Kangjeng Adipati untuk memberikan laporan. Laporan
itu masih akan dibicarakan dalam pertemuan para pemimpin di Paranganom. setelah
itu, Kangjeng Adipati memerintahkan seorang senapati untuk membawa prajuritnya
ke Panjer, senapati itu masih harus mengadakan persiapan selama tiga hari. Nah,
ketika para prajurit itu sampai kemari, maka Panjer telah menjadi debu"
Ketika Rembana beringsut setapak, Wismaya menggamitnya, sementara itu
Madyastalah yang menjawab dengan sareh "Kami mengerti, Ki Demang. tetapi kami
datang bukannya untuk sekedar melihat keadaan. Kami minta maaf, bahwa penanganan
kami memang agak lamban, tetapi kami bermaksud untuk menyelesaikan dengan
tuntas" "Apa yang tuntas", di Sanakeling dua orang sudah terbunuh, di Karangtengah,
mereka mulai mengganggu perempuan"
"Kami minta maaf atas keterlambatan kami, Ki Demang, tetapi kami datang tidak
untuk sekedar melihat dan mengamati keadaan, kami datang dengan membawa perintah
Kangjeng Adipati untuk mengatasinya"
"Jadi Ki Sanak datang untuk menghadapi para perampok itu?"
Ebook by Dewi Kangzusi 126 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Demang, menurut laporan yg kami terima, serta menurut perhitungan kami, ada
kemungkinan para perampok itu akan memasuki Kademangan Panjer, karena itu kami
datang untuk memberi peringatan kepada kademangan ini, sekaligus untuk membantu
mengatasinya" "Ki Sanak, barangkali Kangjeng Adipati mendapat laporan yang salah, atau
barangkali telaj terjadi salah paham, sehingga Kangjeng Adipati mengirimkan
empat orang prajurit untuk mengatasi para perampok itu"
"Kami tidak hanya berempat, Ki Demang. mungkin esok pagi kawan-kawan kami akan
memasuki kademangan ini"
"Segelar sepapan?"
"Tidak, Ki Demang. kawan kami itu berjumlah enam orang sehingga kami seluruhnya
sepuluh orang" "Hanya sepuluh orang?"
"Ya, Ki Demang"
"Berapakah jumlah prajurit Paranganom", aku dengar prajurit Paranganom telah
terjun dalam kancah pertempuran untuk melawan pasukan yang datang dari seberang
Bengawan Rahina. Tetapi kenapa Paranganom hanya mengirimkan sepuluh orang
prajurit untuk mengatasi kekacauan yg terjadi didaerah ini"
"Dengan sepuluh orang kami kami akan melakukan tugas kami sebaik-baiknya Ki
Demang" "Ki Sanak, dengar baik-baik, para perampok yang sering mengganggu daerah ini
tidak hanya terdiri dari dua atau tiga orang, tetapi mereka lebih dari duapuluh
lima orang" Ebook by Dewi Kangzusi 127 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Kami tahu, Ki Demang. tidak ada salah paham, Kangjeng
Adipati tahu, bahwa jumlah para perampok itu lebih dari
duapuluh lima orang. kadang-kadang mereka datang
bersama-sama memasuki sebuah padukuhan. merekapun
diperhitungkan akan memasuki padukuhan Panjer dengan
kekuatan penuh" "Jika demikian, kenapa Ki Sanak datang hanya dengan
sepuluh orang?" "Bukankah di Kadipaten ini terdapat tidak hanya dua puluh
lima orang, tetapi berpuluh-puluh anak muda"
"O, jadi kalian datang hanya untuk melihat bagaimana
anak-anak muda kami dibantai oleh para perampok itu", jika
kami mengerahkan anak-anak muda kami, maka korban yg
akan jatuh tentu lebih dari dua puluh lima orang, jika seorang
perampok membunuh dua orang anak muda atau lebih, apa
jadinya dengan Kadipaten Panjer"
Madyasta tersenyum, katanya kemudian "Ki Demang,
apakah kami boleh menjelaskan rencana kami?"
Bab 07 - Rara Menur "Rencana apa?" Agaknya Rembana tidak dapat menahan diri lagi, tiba-tiba
saja iapun berkata "Ki Demang, kau dengar dahulu apa yang
akan dikatakan Raden Madyasta, baru kau berceloteh tentang
nalarmu yang pendek itu"
Ebook by Dewi Kangzusi 128 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Wajah Ki Demang menjadi merah, sementara itu dengan cepat Madyasta menyambung
"Maaf Ki Demang, aku minta Ki Demang mendengarkan dahulu dan kemudian
mempertimbangkan rencanaku dengan seksama agar Ki Demang dapat melihat dengan
jelas, apa yang mungkin terjadi di kademangan ini"
"Tetapi, siapakah yang dimaksud dengan Raden Madyasta?"
"Aku Ki Demang"
"Tunggu, apakah aku berbicara dengan Raden Madyasta?"
"Ya" "Nanti dulu, bukankah Raden Madyasta tidak berada di Kadipaten Paranganom, sudah
beberapa tahun lalu Raden Madyasta berada di sebuah padepokan"
"Darimana Ki Demang tahu?" bertanya Madyasta
"Aku mendengar dari seorang saudara sepupuku yang mengabdi di Kadipaten
Paranganom" "Ki Demang benar, sudah empat tahun aku meninggalkan Kadipaten dan tinggal di
Padepokan Panambangan"
"Jadi Raden adalah Raden Madyasta itu", aku pernah melihat Raden beberapa tahun
yang lalu, aku sungguh-sungguh tidak dapat mengenali Raden lagi, Raden sekarang
rasa-rasanya bukan Raden Madyasta yang pernah aku lihat pada suatu pertemuan di
Kadipaten sekitar empat tahun yang lalu"
"Aku sekarang sudah kembali, Ki Demang"
Ebook by Dewi Kangzusi 129 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Raden, aku mohon maaf atas segala kesalahanku, karena
aku tidak tahu bahwa kau adalah Raden Madyasta putera
Kangjeng Adipati Prangkusuma"
"Tidak apa-apa, Ki Demang. Apa yang Ki Demang katakan
itu benar, ayahanda memang agak terlambat mengambil
sikap, tetapi maskud ayahanda agar persoalan ini dapat
diselesaikan dengan tuntas"
"Ya, Raden" "mungkin, Ki Demang kurang memahami rancana
ayahanda itu" Ki Demang tidak menjawab, ia hanya dapat menundukkan
kepalanya saja. Raden Madyasta kemudian telah menjelaskan rencana di
hadapan Ki Demang dan Para Bebahu.
"Kebetulan, aku dapat bertemu dengan para bebahu
malam ini juga" Para Bebahu itupun mendengarkan keterangan Raden
Madyasta dengan segenap perhatian, Ki Demang sekali-sekali
mengangguk-angguk, namun kemudian mengerutkan
keningnya, demikian pula Para Bebahu yang lain, ada yang
segera dapat mereka pahami, tetapi ada pula yang masih
memerlukan banyak penjelasan.
"Kami sengaja datang dalam tugas yang harus Ki Demang
rahasiakan" berkata Madyasta kemudian "Setidak-tidaknya
jangan sempat membuat para perampok itu merubah
rencananya" Ebook by Dewi Kangzusi 130 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ki Jagabaya yang masih belum paham benar langkah-langkah yang akan diambil oleh
Raden Madyasta itupun bertanya "bagaimanapun juga, bukankah Raden Madyasta
berniat bertumpu pada kekuatan anak-anak muda kademangan ini", itulah yang kami
khawatirkan Raden, korban akan berjatuhan"
"Ki Jagabaya, bukannya kami merasa diri kami memiliki kamampuan yang tinggi,
tetapi sepuluh orang prajurit akan sangat berarti bagi anak-anak muda kademangan
ini, sementara itu, kita tidak akan menebarkan anak-anak muda itu begitu saja,
mereka harus mendapatkan petujnjuk-petunjuk yang dapat setidak-tidaknya
mengurangi kemungkinan buruk yang dapat terjadi atas mereka"
"Tetapi menurut pendapatku, Paranganom lebih baik mengirimkan prajurit lebih
banyak lagi lagi" "Itu tidak akan menyelesaikan persoalannya dengan tuntas, bahkan mungkin kita
tidak akan pernah dapat bertemu lagi apalagi bertempur dengan para perampok itu,
mereka akan menyingkir, merubah rencana mereka dan membuat mereka semakin
berhati-hati" Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam.
"Ki Jagabaya" berkata Rembana "Kita diam-diam harus menyelenggarakan latihan,
kita pergunakan waktu yang pendek itu untuk sekedar menunjukkan kepada anak-anak
muda, apa yang harus mereka lakukan dengan senjata-senjata mereka untuk
melindungi diri mereka"
"Waktu kita hanya terhitung hari" sahut Ki Jagabaya.
"Ya, mungkin sepekan, mungkin dua pekan, kita manfaatkan waktu itu sebaik-
baiknya, Ki Jagabaya dapat Ebook by Dewi Kangzusi
131 Kang Zusi http://kangzusi.com/
membuat gelar, mengadakan latihan terbuka di halaman
banjar atau di padang perdu di lereng perbukitan, sementara
itu, yang lain mengadakan latihan-latihan kepada lima orang
di tempat tertutup, bukankah sudah ada lima puluh orang
yang serba sedikit mendapatkan bimbingan apa yang
sebaiknya mereka lakukan jika mereka benar-benar harus
menghadapi para perampok"
Ki Demang mengangguk-angguk, katanya "Aku dapat
mengerti rencana Raden"
"Jika para perampok itu benar-benar datang ke Panjer,
maka yang akan ikut bersama kami menangani para
perampok itu adalah anak-anak muda yang ikut berlatih
bersama para prajurit, sementara itu, anak-anak muda yang
berlatih bersama Ki Jagabaya dan barangkali bersama Para
Bebahu yang lain atau Ki Demang sendiri, akan memagari
arena agar tidak seorangpunpun diantara para perampok itu
yang sempat melarikan diri"
Ki Jagabaya itupun mengangguk-angguk.
"Jika telah jatuh korban di kademangan lain, maka
agaknya anak-anak mudanya tidak dipersiapkan sama sekali
untuk menghadapi kemungkinan yang buruk itu, mereka tidak
siap turun ke arena pertempuran melawan dua puluh lima
orang perampok. Meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak,
tetapi tanpa petunjuk sama sekali, mereka memang akan
mengalami kesulitan, bahkan dua orang telah terbunuh dan
beberapa orang yang lain terluka"
"Ya, Raden" Ki Jagabaya masih mengangguk-angguk.
"Nah, sebaiknya Ki Jagabaya memberikan petunjuk-
petunjuk kepada mereka, apa yang harus mereka lakukan
Ebook by Dewi Kangzusi
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
132 Kang Zusi http://kangzusi.com/
menghadapi para perampok, demikian pula para prajurit akan
melatih anak-anak muda yang akan ditunjuk oleh Ki Jagabaya"
"Baik Raden" berkata Ki Demang "Jika demikian, maka
kamipun dapat berharap akan dapat mengatasi jika para
perampok itu, juka benar-benar mereka akan datang kemari"
"Nah, jika Ki Demang sependapat, maka aku minta Ki
Demang , Ki Jagabaya dan Para Bebahu segera mengatur,
dimana latihan-latihan khusus itu akan diadakan, masing-
masing untuk lima orang anak muda terpilih, memiliki
keberanian, kesediaan mengabdi dan berkorban jika perlu,
serta unsur kewadagan yang memadai"
"Baik Raden" jawab Ki Demang "malam ini juga Para
Bebahu akan melakukannya"
"Tetapi semuanya harus dilakukan dengan hati-hati, kita
akan berusaha merahasiakannya, jika para perampok
mengetahuinya, mereka akan dapat merubah sasaran mereka"
"Tetapi bagaimana dengan latihan-latihan di tempat
terbuka itu?" "Latihan-latihan yang dipimpin sendiri oleh Ki Demang, Ki
Jagabaya dan Para Bebahu itu justru akan memancing mereka
untuk datang, mereka akan merasa ditantang oleh anak-anak
muda kademangan ini"
"Baik, baik, aku mengerti"
Pembicaraan merekapun kemudian terputus, seorangpun
gadis keluar lewat pintu pringgitan sambil membawa nampan
untuk menghidangkan minuman kepada keempat orang tamu
yang datang di rumah Ki Demang itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 133 Kang Zusi http://kangzusi.com/
ketika dengan tidak sengaja Raden Madyasta memandang wajah gadis itu, maka
jantungnya tergetar, gadis yang memanjat ke usia dewasa itu, adalah gadis yang
sederhana, tetapi dalam kesederhanaannya, wajahnya yang cerah bagaikan
memancarkan kepribadiannya yang terang.
Namun Raden Madyasta segera menyadari, bahwa ia datang sebagai seorang tamu yang
baru pertama kalinya mengunjungi keluarga Ki Demang Panjer. Madyastapun belum
tahu siapakah gadis itu, atau bahkan mungkin ia bukan seorangpun gadis, mungkin
ia justru menantu Ki Demang Panjer"
karena itu, maka Raden Madyastapun berusaha untuk tidak memperhatikannya lagi,
namun diluar sadarnya, sekali-sekali anak muda itu memandang wajah gadis yang
menghidangkan mangkuk-mangkuk minuman hangat itu.
Ketika kemudian gadis itu meninggalkan pringgitan dan masuk ke ruang dalam, maka
Ki Demangpun mempersilahkan tamu-tamunya "Marilah angger, para senapati,
minumlah, mumpung masih hangat"
"Terima kasih Ki Demang" sahut Madyasta yang berusaha mengusai dirinya.
Namun sejenak kemudian, gadis itu telah keluar lagi dari ruang dalam sambil
membawa minuman pula bagi Para Bebahu.
"Aku tidak tahu, yang manakah minuman paman masing-masing, aku bawakan yang baru
bagi paman" Kata-kata gadis itupun terdengar bagaikan sebuah lagu yang lembut.
Ebook by Dewi Kangzusi 134 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, ketika gadis itu sudah hilang dibalik pintu pringgitan, sekali
lagi Ki Demang mempersilahkan tamu-tamunya untuk minum.
Sambil minum, maka Raden Madyasta dan Ki Demang telah mematangkan kesepakatan
mereka, apa yang sebaiknya mereka lakukan di kademangan itu.
"Kita harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya, Ki Demang"
berkata Raden Madyasta. "Baik, Raden, mulai malam ini juga, Para Bebahu akan mulai dengan kerja mereka
sebagaimana kita sepakati bersama"
Demikianlah sejenak kemudian, maka Ki Demang mempersilahkan tamu-tamu mereka
dari Paranganom itu makan malam.
"Aku sudah makan sebelum berangkat kemari" desis Ki Kebayan.
Tetapi Ki Demangpun menyahut "Aku tadi juga sudah makan, tetapi biarlah kita
menemani tamu-tamu kita untuk makan malam.
Setelah makan, maka para tamu itupun dipersilahkan untuk beristirahat di gandok
sebelah kanan. kepada para tamu Ki Demang itu berkata "Silahkan Raden dan para
senapati, tetapi inilah rumah di padesaan, sederhana dan barangkali kotor, kami
sediakan dua buah bilik di gandok sebelah kanan"
"Terima kasih Ki Demang, tetapi ini sudah terlalu baik bagi kami. Kami para
prajurit sudah terbiasa tidur disembarangn tempat, bahkan ditempat-tempat
terbuka, di pategalan atau di hutan sekalipun"
Ebook by Dewi Kangzusi 135 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Itu bila para prajurit berada dalam keadaan terpaksa"
Raden Madyasta tersenyum, katanya "Terima kasih atas
sambutan yang baik dari Ki Demang dan Para Bebahu. Besok
masih ada enam orang prajurit yang akan datang, tetapi
mereka tidak datang bersama-sama, mereka akan langsung
menuju kemari dan mnta untuk dapat dipertemukan dengan Ki
Demang" "Baik, Raden. besok atau kapanpun mereka datang, aku
akan terima dengan senang hati, bahkan dengan harapan-
harapan sebagaimana kedatang Raden dan ketiga senapati
itu" "Kami akan berusaha sebaik-baiknya, Ki Demang"
Demikianlah Raden Madyasta dan ketiga senapati itupun
telah dibawa ke gandok sebelah selatan, dua bilik telah
disediakan bagi mereka. Namun ternyata bahwa ketiga senapati itu lebih senang
berada di dalam satu bilik, sedangkan bilik yang lain
dipergunakan oleh Madyasta sendiri"
Sebenarnya salah seorang dari kakang bertiga beristirahat
di bilik ini bersama aku" ajak Raden Madyasta.
Tetapi ketiga senapati itu agaknya merasa segan, sehingga
mereka memilih tidur diatas sebuah amben bambu yang
mereka rasa cukup besar bagi mereka bertiga.
Namun mereka berempat tidak segera berbaring, mereka
bergantian pringgitan ke pakiwan"
Ebook by Dewi Kangzusi 136 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Biasanya aku mandi dahulu baru makan, sekarang aku terpaksa makan dahulu"
"Kita tunggu sebentar sampai nasi ini turun ke dalam perut, baru kita mandi,
mudah-mudahan para perampok itu tidak datang malam ini"
Setelah mandi maka tubuh merekapun merasa segar, namun dengan demikian, ketika
kentongan di gardu di sebelah rumah Ki Demang itu mengisyaratkan bahwa malam
telah sampai ke pertengahannya, merekapun membaringkan tubuh mereka di
pembaringan. Raden Madyasta yang tidur sendiri di dalam bilik yang terpisah, justru segera
dapat tertidur. "Anak-anak muda yang meronda itu tentu akan berjaga-jaga sampai dini hari"
berkata Raden Madyasta di dalam hatinya" dengan demikian, maka iapun menjadi
tenang, sehingga beberapa saat kemudian, Raden Madyasta itupun telah tertidur
nyenyak. Ketiga senapati yang tidur di dalam satu bilik, justru tidak dapat segera
tertidur, mereka masih saja berbicara diantara mereka, tentang kemungkinan yang
dapat terjadi di Kademangan Panjer.
:Jika yang kemudian didatangi oleh para perampok itu bukan Kademangan Panjer?"
desis Rembana. "Jika kita mendengar isyarat kentongan, kemanapun kita akan pergi, tetapi
menurut perhitungan kita dan bahkan juga perhitungan Para Bebahu, para perampok
itu akan datang ke Panjer" sahut Wismaya.
Rembana terdiam. Ebook by Dewi Kangzusi 137 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Baru lewat tengah malam mereka tertidur nynyak. Pagi-
pagi sekali ketiganya telah bangun, bergantian mereka
menimba air mengisi jambangan pakiwan, terdengar senggot
timba berderit tidak henti-hentinya.
Ketika pembantu di rumah Ki Demang itu mempersilahkan
mereka untuk mandi saja, sementara pembantu itu yang akan
mengisi jambangan, Sasangkapun berkata "Sudahlah, kami
sudah terbiasa melakukannya"
Ketika matahari terbit, maka ketiga orang senapati itu
serta Raden Madyasta telah selesai berbenah diri, merekapun
kemudian duduk di serambi gandok.
Jantung Madyasta terasa berdegup kencang ketika ia
melihat gadis yang semalam menghidangkan minuman,
datang kepadanya serta ketiga orang senapati itu sambil
membawa mangkuk minuman hangat.
Sambil meletakkan mangkuk-mangkuk minuman itu di
lincak bambu di serambi, gadis itupun berkata "Silahkan
Raden, marilah Ki Sanak"
Madyasta yang menjadi agak gagap itupun menjawab
"Terima kasih" Ketika gadis itu pergi, tanpa sadarnya Raden Madyasta
memperhatikan gadis dari arah belakang, gadis yang berjalan
turun ke halaman dan menuju pintu seketheng.
Raden Madyasta menarik nafas dalam-dalam, gadis itu
benar-benar menarik perhatiannya, justru karena
kesederhanaannya serta kepribadiannya.
Ebook by Dewi Kangzusi 138 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Tetapi sekali lagi, Madyasta harus mengekang diri, ia masih belum tahu pasti,
siapakah gadis itu, jika ia menantu Ki Demang, maka perhatiannya harus berhenti
sampai sekian. Demikian gadis itu hilang di balik pintu seketheng, maka Rembanalah yang
mempersilahkan "Marilah Raden, mumpung masih panas, hari masih pagi, tetapi aku
sudah haus" Keempat orang tamu Ki Demang itupun kemudian telah menghirup minuman hangat
wedang sere gula kelapa. Namun dalam pada itu, dua orang melangkah memasuki halaman rumah Ki Demang,
sebelum orang itu bertanya sesuatu, Wismaya mengangkat wajahnya sambil berdesis
"Dua orang prajuritku sudah datang"
Wismayapun kemudian bangkit berdiri menyongsong kedua orang prajuritnya.
dibawanya kedua orang itu duduk di serambi. Wismayapun memperkenalkan kedua
prajuritnya itu kepada Raden Madyasta.
Keduanya mengangguk hormat.
"Raden Madyasta adalah putera Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom"
Kedua prajurit itupun mengangguk semakin dalam.
"Marilah, duduklah"
Kedua prajurit itupun kemudian duduk di serambi itu pula.
"Aku akan melaporkan kepada Ki Demang" berkata Wismaya.
Ebook by Dewi Kangzusi 139 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Sementara itu, di ruang dalam Nyi Demang serta gadis yang telah menghidangkan
minuman bagi Raden Madyasta itupun telah sibuk menyiapkan makan pagi, mereka
tidak menyiapkan sekedar untuk empat orang tamunya, tetapi karena pagi itu
diduga akan datang lagi enam orang tamu, maka makan pagi yang disedikakan oleh
Nyi Demang adalah untuk sepuluh orang tamu, serta Ki Demang sendiri.
Sebenarnyalah sebelum wayah pasar temawon, enam orang prajurit dari Paranganom
telah ada di rumah Ki Demang, pagi itu Ki Demang juga sudah memerintahkan Ki
Jagabaya dan Para Bebahu yang lain untuk datang sedikit lewat pasar temawon.
Ki Demang menerima keenam prajurit yang datang berurutan itu di ruang dalam,
sekaligus mempersilahkan mereka makan pagi.
"Tetapi kami baru saja datang, Ki Demang. Kami belum mandi"
"Nanti saja mandi, sekarang makan saja dahulu" sahut Ki Demang sambil tersenyum.
Kenam prajurit itu tidak dapat menolak, merekapun segera makan pagi di ruang
dalam, sementara itu, merekapun berbincang untuk menegaskan kesepakatan mereka
semalam, terutama kepada para prajurit yang baru saja datang itu.
"Dalam waktu yang singkat dan pendek, kalian harus menyiapkan masing-masing lima
orang anak muda, setidak-tidaknya mereka tahu, bagaimana mereka harus melindungi
dirinya sendiri" berkata Raden Madyasta kepada para prajurit itu.
Ebook by Dewi Kangzusi 140 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, Raden" salah seorangpun dari mereka menjawab
"Kami akan berusaha sejauh kemampuan kami"
"Aku percaya kepada kalian, itu adalah satu-satunya jalan untuk menjebak para
perampok itu" "Kami mengerti Raden"
Demikianlah, maka ketika Ki Jagabaya dan Para Bebahu datang, segala sesuatunya
sudah dapat ditentukan, Ki Jagabaya telah menentukan, dimana para prajurit itu
harus melatih masing-masing lima orang anak muda, sedangkan anak-anak muda
itupun telah ditentukan pula, siapa-siapa mereka dan dmn mereka harus berlatih.
"Jika para prajurit telah siap dan tidak lagi merasa letih, anak-anak muda itu
sudah dapat memulainya, nanti sedikit lewat senja, anak-anak muda itu sudah akan
berada di tempat yang telah ditentukan bagi mereka"
"Baik, kita memang tidak boleh menyia-nyiakan waktu di setiap kejap"
Setelah para prajurit itu makan pagi, beristirahat sejenak, serta kemudian mandi
dan membebahi diri, maka merekapun segera dibawa ke tempat yang telah ditentukan
bagi masing-masing prajurit, tmasuk Raden Madyasta, namun Raden Madyasta telah
ditentukan untuk memberikan latihan kepada lima orang anak muda di rumah Ki
Demang itu sendiri. Di halaman belakang rumah Ki Demang terdapat sebuah sanggar terbuka yang
sederhana, sekedar tempat untuk mempertahankan kemampuan serta ketahanan tubuh
Ki Demang, tidak ada alalt-alat yang rumit, yang dapat dipergunakan untuk dengan
sungguh-sungguh meningkatkan
kemampuan olah kanuragan.
Ebook by Dewi Kangzusi 141 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Namun tempat itu sudah memenuhi kebutuhan bagi anak-
anak muda yang akan berlatih bersama Raden Madyasta, yang
jumlahnya tidak hanya lima orang, tetapi ternyata yang akan
berlatih di kademangan itu terdapat tujuh orang anak muda.
"Biar saja" berkata Raden Madyasta ketika Ki Jagabaya
bertanya, apakah yang dua harus dikurangi.
Sementara itu, para prajurit yang lainpun ternyata juga
tidak hanya berlatih bersama lima orang, ada yang enam dan
ada pula yang tujuh. Tetapi seperti Raden Madyasta, mereka sama sekali tidak
berkeberatan asal tidak lebih dari tujuh orang saja.
Para prajurit Paranganom itu tidak membuang-buang
waktu, hari itu juga, maka latihan-latihan itupun sudah
dimulai. Demikian malam turun, maka sepuluh orang prajurit itupun
sudah berpencar di rumah Para Bebahu, mereka mulai
memberikan latihan-latihan kepada anak-anak muda Panjer
untuk menghadapi segala kemungkinan.
"Jika kami, para prajurit datang dengan kekuatan penuh
untuk menghadapi para perampok tanpa meningkatkan
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemampuan anak-anak muda kademanganan ini sendiri, maka
jika pada suatu saat kami meninggalkan padukuhan ini akan
menjadi sasaran dendam mereka" berkata salah seorangpun
prajurit kepada enam orang anak muda yang berlatih
kepadanya "tetapi jika kalian sendiri mempunyai bekal yang
memadai, maka kalian tidak akan cemas sedikitpun pada
suatu saat kami meninggalkan kademangan ini"
Ebook by Dewi Kangzusi 142 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Anak-anak muda itupun mengangguk-angguk, mereka menyadari sepenuhnya, apa yang
sedang dihadapi oleh kademangannya serta kewajib yang akan dipikulnya.
Kesadaran itu telah mendorong anak-anak muda kademangan Panjer berlatih dengan
sungguh-sungguh, mereka bekerja keras menempa diri dibawah bimbingan para
prajurit pilihan, mereka mempergunakan waktu yang singkat itu dengan sebaik-
baiknya. Karena itu, anak-anak muda yang berlatih secara khusus itu tidak menghitung
waktu lagi, mereka tidak lagi melakukan pekerjaan mereka sehari-hari atas ijin
orang tua mereka, karena orang mereka juga mengerti, untuk apa anaknya berlatih
dengan tekun setiap hari.
Selain mereka, maka Ki Demang, Ki Jagabaya dan Para Bebahu telah memanggil anak-
anak muda kademangan itu untuk melakukan latihan terbuka, mereka berlatih di
halaman banjar kademangan. Di padukuhan-padukuhan mereka berlatih di halaman
banjar padukuhan atau di halaman rumah Ki Bekel.
Para bekel di padukuhan-padukuhan tidak tinggal diam, mereka telah memberikan
latihan-latihan sejauh dapat mereka lakukan, karena papda umunnya Para Bebahu
adalah orang-orang yang mempunyai kelebihan.
Namun selain Ki Bekel, tidak ada yang tahu bahwa di padukuhan induk telah
dilakukan latihan-latihan khusus bagi beberapa orang anak muda terpilih, anak-
anak muda itu sendiri juga tidak bercerita kepada kawan-kawannya. Bahwa mereka
telah melakukan latihan-latihan khusus yang berat dibawah bimbingan prajurit
pilihan. Ebook by Dewi Kangzusi 143 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Tetapi dalam pada itu, disamping mereka yang dengan sukarela berlatih di tempat-
tempat ternuka, ada pula mereka yang dengan berterus-terang menolak untuk ikut
serta. "Aku tidak mau menyurukkan kepalaku ke dalam api"
berkata seorangpun anak muda yang dalam khdnya sehari-hari dikenal sebagai
seorangpun anak muda yang penakut.
"Siapakah yang menyuruhmu menyurukkan kepalamu ke dalam api?"
"Jika kita harus melawan para perampok itu, apakah itu tidak berarti bahwa kita
bersama-sama membunuh diri?"
"Karena itu kita mengikuti latihan yang diselenggarakan di banjar, Ki Bekel
mengajari kita, bagaimana kita memegang tombak, atau pedang atau jenis-jenis
senjata yang lain" "Perampok itu akan datang besok atau lusa atau sepekan lagi, apa yang kita
dapatkan dengan latihan hanya sepekan itu"
"Banyak" jawab kawannya.
"Apa saja?" "Kita tahu bahwa kita jangan melawan seorangpun melawan seorangpun, kita tahu,
bahwa kita harus melawan mereka dalam kelompok-kelompok, empat atau lima orang
bersama-sama melawan seorangpun perampok, jika kita bersama-sama mengacungkan
senjata dari arah yang berbeda, maka perampok itu tentu akan kebingungan, tetapi
kita jangan ragu-ragu, jika ada diantara kita yang ragu-ragu, maka akibatnya
akan menjadi sangat buruk bagi kita"
Ebook by Dewi Kangzusi 144 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Apapun yang kau katakan, tetapi aku tidak mau melakukan kerja yang sia-sia"
"Ini bukan kerja yang sia-sia, mempertahankan hak adalah kewajiban kita, semua
di kademangan ini, tetapi yang terutama adalah kita, anak-anak mudanya.
"Kau engar, bahwa di kademangan seberang sungai yang terkenal dengan beberapa
orang pemburu yang berani, tidak mampu membendung arus perampok itu, malah ada
diantara mereka yang terbunuh, sedangkan perampok itu tetap saja merampok. Nah.
Bukankah itu sia-sia"
"Tidak, orang yang terbunuh itu telah mengorbankan nyawanya seharusnya yang
masih hidup itu mewarisi jiwa pengorbanannya, jika kita, maksudku aku, kawan-
kawan dan kau, menyerah saja. Maka kedua orang yang mati itu memang sia-sia.
tetapi jika kematiannya itu mendorong kita semuanya untuk melakukan perlawanan
seperti yang telah mereka lakukan, maka kematian keduanya bukan kematian yang
sia-sia, kitalah yang harus memberikan arti bagi kematian mereka"
"Kau berbicara dengan gelora perasaanmu yang telah dibakar oleh Ki Bekel. Kau
tahu, kenapa Ki Bekel menganjurkan kita untuk berlatih dan jika perlu berkorban
untuk melawan para perampok yang ganas itu?"
"Ya, Ki Bekel menghendaki kita semuanya bangkit melawan mereka"
"Omong kosong, Ki Bekel menganjurkan agar kalian semuanya bersedia berlatih
untuk melawan para perampok itu, karena Ki Bekel adalah seorangpun yang kaya,
dengan kesediaan kalian berkorban, maka Ki Bekel akan merasa Ebook by Dewi
Kangzusi 145 Kang Zusi http://kangzusi.com/
aman. Harta bendanya terlindungi tanpa memperdulikan
bahwa ada diantara kita akan mati terbunuh"
"Betapa kerdilnya jiwamu, kau sama sekali tidak mengikat
diri ke dalam satu kesatuan diantara penghuni padukuhan ini"
"Terserahla, apa saja penilaianmu, tetapi aku tidak mau
mati sia-sia" "Sudahlah, jika kau memang ketakutan mendengar
sebutan perampok itu, jangan ikut campur, kami akan
melaksanakan tugas kami dengan baik, kami akan membantu
mempertahankan kekayaan yang terdapat di kampung
halaman kami" Anak muda yang penakut itu terdiam, tetapi ia tidak
berbicara apa-apa lagi"
Dalam pada itu, ternyata hanya seorangpun anak muda
yang berusaha menghindar karena ketakutan, tetapi para
Bekel tidak memaksa mereka, para bekel justru selalu
bertanya kepada anak-anak muda yang berlatih di rumahnya,
siapakah diantara mereka yang memang tidak berani
menghadapi langsung para perampok bersenjata itu.
"Sebaiknya kalian minggir, tidak apa-apa, kami tidak akan
mendendam kalian. Jika kalian memang merasa ketakutan dan
terpaksa harus turun ke gelanggang, maka kalian hanya akan
menjadi beban kawan-kawanmu yang memang benar-benar
berani menghadapi lawan yang meskipun tidak seimbang,
tetapi aku selalu memperingatkan, jangan hadapi mereka
seorangpun lawan seorangpun, aku dan barangkali Ki
Jagabaya kademangan dan bahkan Ki Demang sendiri, tidak
akan menghadapi para perampok itu dalam perang tanding"
Ebook by Dewi Kangzusi 146 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Beberapa orang memang minggir, tetapi sebaliknya, orang-orang yang sudah tidak
tergolong anak-anak muda lagi, bahkan mereka yang sudah mempunyai satu dua orang
anak, telah menyatakan kesediaan mereka untuk ikut berlatih bersama Ki Bekel dan
Para Bebahu kademangan Panjer.
bahkan Ki Jagabaya sering datang pula untuk melihat latihan-latihan itu.
Sementara itu, anak-anak muda yang terpilih, berlatih dengan sungguh-sungguh
dibawah bimbingan para prajurit, mereka kerja keras tanpa mengenal lelah. Dari
hari kehari mereka mendapat petunjuk yang penting, namun juga melakukan latihan-
latihan langsung untuk memahami dan membiasakan diri mempergunakan berbagai
macam senjata. Sementara itu, pengawasan dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh anak-anak muda
kademangan Panjer, dengan petunjuk para prajurit Paranganom mereka dapat
melakukan tugas mereka dengan baik.
Dua pekan telah berlalu, ternyata masih belum ada tanda-tanda bahwa para
perampok akan memasuki Kademangan Panjer, tetapi para perampok itu juga tidak
memasuki kademangan lain disekitar padukuhan Panjer, mereka juga tidak
mendatangi kademangan Kayulegi.
Sebenarnyalah para perampok juga sedang mengadakan pengamatan atas sasaran yang
akan mereka pilih, ada diantara mereka yang memilih untuk pergi ke Kayulegi.
Baru kemudian ke Panjer, tetapi beberapa orang perampok ternyata telah
tersinggung dengan sikap anak-anak muda Panjer yang telah mengadakan latihan-
latihan dibawah bimbingan Ki Demang, Para Bebahu dan para bekel.
"Apakah latihan-latihan itu mempunyai pengaruh?"
bertanya salah seorangpun perampok yang kepalanya botak.
Ebook by Dewi Kangzusi 147 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ki Lurah minta kita melihat, sejauh mana latihan-latihan
itu diadakan, apakah anak-anak muda itu benar-benar dapat
ditempa untuk menjadi pahlawan bagi kademangan mereka,
atau hanya sekedar omong kosong untuk menggertak kita"
sahut kawannya. "Aku setuju, kita akan melihat, apa saja yang dilakukan
oleh anak-anak muda itu"
Sebenarnyalah dua orang diantara para perampok itu telah
ditugaskan untuk pergi ke Panjer melihat latihan-latihan yang
diselenggarakan di halaman banjar atau di halaman rumah
Para Bebahu dan Para Bekel.
Namun ketika keduanya kembali ke sarang mereka, maka
keduanyapun tertawa berkepanjangan, katanya "Rupanya Ki
Demang Panjer itu sudah gila, ketika aku lewat di depan
banjar padukuhan induk, Ki Demang sendirilah yang sedang
memberikan latihan-latihan kepada anak-anak muda, tidak
ada yang perlu dicemaskan, mereka memang belajar
menggenggam senjata, tetapi senjata itu akan dapat
membunuh diri mereka sendiri."
"Apakah mereka sekedar menggertak agar kia tidak berani
memasuki kademangan itu?"
"Ya, mereka mencoba untuk menggetarkan jantung kita"
"Jika demikian, kita putuskan, bahwa kita akan pergi ke
Panjer, ada empat orang saudagar kaya di kademangan induk,
disamping Ki Demang, tetapi Ki Jagabaya juga terhitung kaya
karena peninggalan orang tuanya."
"Disamping beberapa orang kaya di kademangan induk, di
beberapa padukuhanpun terdapat orang-orang kaya pula"
Ebook by Dewi Kangzusi 148 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"Ya, kita akan kembali beberapa kali ke kademangan
Panjer, biarlah orang-orang Panjer menyesali kesombongan
mereka, jika mereka melawan dengan kekuatan yang mereka
kira sudah mereka persiapkan dengan baik itu, maka kita tidak
akan segan-segan membunuh beberapa orang diantara
mereka, agar seluruh kademangan meratapi ulah mereka
sendiri" Namun agaknya pemimpin perampok itu cukup berhati-
hati, ia tidak segera memerintahkan orang-orangnya untuk
berangkat merampok di Kademangan Panjer, namun pimpinan
perampok itu masih mengirimkan dua orangnya sekali lagi
untuk membuktikan, apakah pengamatan dua orang
sebelumnya tidak keliru. Ternyata dua orang yang mengamati keadaan untuk yang
kedua kalinya itu juga melihat, bahwa anak-anak muda yang
berlatih di banjar hanya sekedar membesarkan hati anak-anak
muda itu saja. "Pengaruhnya tidak ada peningkatan kemampuan mereka"
berkata perampok yang lebih tua "Tetapi latihan-latihan itu
membuat Kademangan Panjer menjadi semakin berani,
mereka tentu merasa memiliki kemampuan lebih untuk
menghadapi kita, Ki Demang dan Para Bebahu yang melatih
mereka tentu akan mengatakan bahwa latihan-latihan yang
diselenggarakan itu sudah meningkatkan kemampuan orang-
orang yang bakal datang merampok"
Bab 08 - Rumah Ki Wiratenaya
Para perampok yang lebih muda yang mendengar
keterangan itu tertawa, namun perampok yang lebih tua itu
berkata "Kalian boleh tertawa, tetapi kalianpun harus tahu,
Ebook by Dewi Kangzusi 149 Kang Zusi http://kangzusi.com/
bahwa pengaruh gejolak jiwa seseorang itu benar sekali,
meskipun mereka tetap tidak memiliki kemampuan yang
cukup, tetapi keberanian mereka akan dapat membuat kita
terkejut karenanya" "Aku setuju dengan pendapatnya" sahut pemimpin
perampok yang dikenal bernama Sura Branggah itu "Kalian
jangan meremehkan lawan kalian, tetapi kalianpun jangan
menjadi cengeng. Ingat kalian adalah perampok yang sudah
teruji, kalian terdiri dari tiga kelompok kecu yang paling
ditakuti, sekelompok penyamun dan orang-orang yang diyakini
memiliki ilmu yang tinggi"
"Ya, Ki Lurah" anak buah Ki Sura Branggah itu hampir
berbareng menyahut. Namun pembicaraan, pengamatan dan untuk meyakinkan
diri, Ki Sura Branggah memerlukan waktu hampir satu bulan"
Sementara itu Raden Madyasta, Rembana, Sasangka dam
Wismaya justru sudah mulai menjadi cemas, bahwa para
perampok dapat mencium kehadiran mereka di Kademangan
Panjer, sehingga mereka merubah sasaran mereka atau
bahkan untuk sementara menghentikan kegiatan mereka.
Namun mereka masih saja bersabar, mereka masih akan
menunggu beberapa hari lagi.
Selagi mereka menunggu di Kademangan Panjer, maka
Raden Madyastapun telah dapat berkenalan dengan gadis
yang telah menggetarkan jantungnya. ternyata gadis itu
adalah anak Ki Demang Panjer. ia memang masih seorangpun
gadis yang sedang meningkat dewasa, seorangpun gadis yang
terbiasa hidup pedesaan. Ebook by Dewi Kangzusi 150 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Ketika Rara Menur, anak Ki Demang Panjer itu sedang menumbuk padi, maka iapun
terkejut, Rara Menur yang sedang sibuk itu tidak mendengar langkah kaki Raden
Madyasta, namun tiba-tiba saja anak muda itu sudah berdiri bersandar tiang
lumbung. "Ah, Raden, kenapa Raden berdiri disitu?" desis Rara Menur, diluar sadarnya,
tangannyapun berhenti pula bekerja, ia tidak lagi mengangkat penumbuk padinya.
"Keringatmu Rara"
"Kerja ini sudah terbiasa aku lakukan, Raden" sahut Rara Menur.
"Apakah tanganmu tidak menjadi terkelupas karenanya?"
"Tidak Raden, ini pekerjaan yang harus aku lakukan sehari-hari?"
"Bukankah kau anak seorang Demang", aku lihat ada beberapa orang perempuan
pembantu di rumah ini, kenapa kau sendiri harus menumbuk padi?"
"Siapa yang sempat saja Raden, ibuku juga sering menumbuk padi, kadang-kadang
seorang pembantu, kadang-kadang aku, tetapi kali ini ibu menginginkan beras yang
putih, seorang pembantu kadang-kadang tidak telaten, berbeda jika aku sendiri
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menumbuknya" "Kenapa Nyi Demang kali ini ingin beras yang putih, sehingga yang harus menumbuk
padinya harus kau sendiri?"
"Bukankah sejak hampir sebulan, di kademangan ini ada tamu dari Paranganom?"
Ebook by Dewi Kangzusi 151 Kang Zusi http://kangzusi.com/
"O...." Raden Madyasta mengangguk-angguk "Jadi kau menumbuk padi untuk menjamu
kami yang datang dari Paranganom?"
"Ah, sudahlah Raden, sebenarnya Raden tidak boleh berada disini"
"Jadi yang menumbuk padi kemarin, kemarin dulu sepekan yang lalu, juga kau,
Rara?" "Tidak, baru kali ini aku menumbuk padi"
Raden Madyasta tertawa. "Jika saja kakang Rembana, kakang Sasangka dan kakang Wismaya juga berada di
kademangan, mereka tentu akan memuji, nasinya putih agak wangi, ternyata yang
wangi, bukan jenis padinya, tetapi karena tangan gadis yang menumbuknya"
"Ah, Raden, silahkan Raden duduk di pendapa saja.
Mungkin lurah Rembana atau yang lain datang mencari Raden, sementara Raden
bersembunyi disini" "Mereka tidak akan kemari pada wayah begini, Rara.
Mereka sedang sibuk berlatih bersama anak-anak muda di rumah Para Bebahu itu"
"Apakah latihan-latihan yang mereka selenggarakan itu tidak berhenti untuk
beristirahat", Raden sekarang juga tidak sedang berlatih?"
"Aku sudah berlatih sejak matahari belum terbit, Rara"
"Mungkin lurah Rembana dan yang lain juga sudah berlatih sejak matahari terbit"
Ebook by Dewi Kangzusi 152 Kang Zusi http://kangzusi.com/
Raden Madyasta tertawa. Namun tiba-tiba saja Rara Menur itu mengerutkan
keningnya, kemudian dengan nada rendah iapun berkata
"Lihat Raden, bukankah aku benar?"
"Apanya yang benar, Rara"
"Lurah Rembana"
Raden Madyasta berpaling, dilihatnya lurah Rembana
berdiri bersandar sebatang pohon bangka sambil
menyilangkan tangannya di dadanya.
"Kau kakang?" "Apakah aku mengganggu, Raden" bertanya lurah
Rembana. "Tentu kakang, kakang sudah mengganggu ketenanganku"
"Tidak" yang menyahut justru Rara Menur "lurah sama
sekali tidak mengganggu, Raden Madyasta yang sejak tadi
mengganggu aku yang sedang menumbuk padi"
"Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu, Rara.
sebenarnya aku justru ingin membantu"
"Sudahlah Raden. lurah Rembana tentu mempunyai
keperluan penting jika ia datang kemari"
Raden Madyasta tersenyum, katanya "Baiklah, aku akan
menemui lurah Rembana. Tetapi aku harus berpesan
kepadanya, agar lain kali kakang Rembana jangan
Makhluk Haus Darah 2 Rajawali Emas 09 Keranda Maut Perenggut Nyawa Kemelut Di Cakrabuana 4