Sejuknya Kampung Halaman 1
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Arya Manggada IV Sejuknya Kampung Halaman Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert : Dewi KZ Edit : Dino http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 1 SINAR matahari pagi yang cerah telah menyegarkan tubuh
Manggada dan Laksana yang berjalan di belakang Ki Pandi.
Mereka melintasi bulak panjang yang digelari padi-padi muda.
Yang nampak dari ujung sampai ke ujung cakrawala adalah
warna yang hijau segar. Satu-satu titik embun yang masih
bergayut nampak berkilat-kilat memantulkan cahaya matahari.
Ki Pandi yang bongkok itu berjalan sambil menundukkan
kepalanya. Nampaknya memang ada yang sedang direnungkannya. Sementara itu di belakang mereka, Manggada dan Laksana
masih juga sempat berkelakar Dengan dahi yang berkerut
Laksana berkata "Sebenarnya aku merasa kecewa terhadap
sikap Winih" "Kenapa?" bertanya Manggada "bukankah ia bersikap baik
terhadap kita. Jika kelak kita kembali, maka ia masih akan
tetap menganggap kita sebagai kakaknya sendiri"
"Itulah sebabnya aku menjadi kecewa?"
"Kenapa?" desak Manggada.
"Aku lebih senang jika kelak, apabila kita kembali, kita,
setidak-tidaknya aku, dianggap sebagai orang lain. Namun
diterima dengan baik" jawab Laksana.
"Aku tidak tahu maksudmu" gumam Manggada.
"Ah, kau. Penalaranmu memang tumpul. Kau tahu, jika aku
dianggap sebagai kakaknya, aku akan tetap saja menjadi
kakaknya. Tetapi jika aku dianggap orang lain, maka mungkin,
hanya mungkin, kedudukanku terhadap Winih akan dapat
berubah. Ia terlalu cantik untuk menjadi adikku"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada tertawa. Katanya "Kau memang gila. Kau kira
kau pantas bermimpi seperti itu"
Laksanapun tertawa pula, sehingga Ki Pandipun telah
berpaling sambil bertanya "Ada apa?"
Manggadalah yang menjawab "Laksana sedang bermimpi"
"Mimpi apa?" bertanya Ki Pandi pula.
"Mimpi tentang seorang gadis yang cantik. Tetapi gadis itu
berilmu sangat tinggi, sehingga jika gadis itu marah, maka
Laksana di hadapannya akan menjadi seekor tikus di hadapan
seekor kucing yang sedang menyusui dan bahkan sedang
lapar" jawab Manggada.
Ki Pandipun tersenyum pula. Ia segera tahu, apa yang
sedang dijadikan bahan kelakar anak-anak muda itu. Karena
itu, maka iapun berkata "Aku tahu. Mimpi yang demikian
adalah mimpi yang wajar bagi anak-anak muda. Jika seorang
anak muda ingin melihat mimpinya menjadi kenyataan, maka
ia harus berjuang. Bukan menunggu seperti menunggu
titiknya embun di siang hari"
"Ah, tidak Ki Pandi" jawab Laksana "Manggada berbohong.
Aku sama sekali tidak bermimpi, karena bermimpipun aku
tidak berani" "Kenapa tidak berani?" bertanya Ki Pandi justru sambil
tertawa. "Aku bukan apa-apa Ki Pandi. Eh, sepantasnya aku menjadi
cantriknya" jawab Laksana.
"Jangan begitu" berkata Ki Pandi. Lalu katanya "Aku tahu
bahwa kalian tidak bersungguh-sungguh. Tetapi pada
kesempatan lain, jika kalian bersungguh-sungguh, maka kalian
harus berbuat sesuatu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berbuat apa?" bertanya Manggada.
"He, nampaknya kau yang justru lebih dahulu ingin berbuat
sesuatu itu" potong Laksana.
Manggada tertawa. Katanya "Tidak. Aku hanya ingin tahu.
Seperti yang dikatakan oleh Ki Pandi, mungkin pada
kesempatan lain aku menjadi seekor tikus"
Ki Pandi yang kemudian berjalan di antara kedua orang
anak muda itu kemudian berkata "Nah, anak-anak muda. Agar
kalian tidak sekedar menjadi tikus, maka kalian harus belajar
menjadi kucing" Manggadalah yang menyahut "Tetapi berapa panjang waktu
yang diperlukan begi seekor tikus untuk menjadi seekor
kucing" Ki Pandi menepuk bahu Manggada sambil berkata "Kalian
telah dihinggapi penyakit rendah diri"
Manggada memang tidak membantah. Katanya "Di
lingkungan keluarga Kiai Gumrah, kami berdua benar-benar
merasa tidak berarti apa-apa"
"Kalian memang salah menilai diri kalian" berkata Ki Pandi
"kalian mengira bahwa harga diri seseorang semata-mata
ditentukan oleh kemampuannya dalam olah kanuragan. He,
bukankah Winih itu dapat mengatakan kepada kalian bahwa
kepribadian seseorang merupakan bagian dari harga diri
seseorang" Kedua orang anak muda itu mengangguk-anguk. Sementara Ki Pandi berkata selanjutnya "Sebaiknya kalian
mulai sekarang berusaha untuk menghapus perasaan rendah
diri itu. Jika perasaan itu terlanjur barakar di dalam diri kalian,
maka akibatnya akan menjadi kurang baik bagi kalian. Kalian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan terpisah, dan bahkan memisahkan diri dari pergaulan
yang seharusnya tidak perlu. Kalian membayang-bayangi diri
kalian dengan berbagai macam penilaian yang tidak berarti.
Kau ingin satu contoh yang ujud tentang seseorang yang
mempunyai perasaan rendah diri"
Kedua orang anak muda itu tidak menjawab. Sedangkan Ki
Pandi berkata selanjutnya "Nah, aku adalah contoh yang dekat
di hadapan kalian. Aku adalah seorang yang ditelan oleh
perasaan rendah diri itu. Sejak aku menjadi cacat, maka aku
merasa tidak pantas lagi bergaul dengan banyak orang. Aku
jarang sekali berkumpul dengan anak-anak muda sebayaku
waktu itu. Aku lebih senang menyendiri dan hidup di dunia
angan-angan. Selebihnya aku telah memaksa diri untuk
menguasai berbagai macam ilmu. Dalam perguruanpun aku
masih saja dibayangi oleh perasaan rendah diri itu. Untuk
menutupinya, maka aku berusaha untuk menjadi salah
seorang di antara murid-murid terbaik diperguruanku"
Ki Pandi itu berhenti sejenak. Wajahnya nampak menjadi
bersungguh-sungguh. Lalu katanya pula "Namun betapapun
juga aku memiliki ilmu yang tinggi, tetapi hidupku tidak
banyak berarti, justru karena kepribadianku rapuh. Aku tetap
terasing dari pergaulan. Dan aku tetap menjadi seseorang
yang lain dari kehidupan yang wajar"
"Tetapi Ki Pandi sudah berbuat banyak untuk memerangi
dunia hitam" berkata Manggada.
"Tetapi gerakku sangat terbatas. Kadang-kadang aku
memang merasa diriku menjadi pahlawan. Tetapi perasaan itu
adalah sekedar untuk mengimbangi perasaan rendah diriku,
sehingga justru karena itu, maka aku seakan-akan menjadi
manusia lain dari kewajaran hidup seseorang. Bahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin seperti hantu yang sesekali muncul kemudian
menghilang lagi" Kedua anak muda itu terdiam. Mereka tidak tahu, apa yang
harus mereka katakan. Sementara itu Ki Pandi masih berkata "Sekarang aku
melihat anak-anak muda yang juga merasa rendah diri. Tetapi
aku tahu, bahwa kalian merasa rendah diri hanya pada satu
sisi, yaitu pada sisi olah kanuragan. Jika apa yang kalian
anggap kekurangan itu sudah terangkat, maka kalian tentu
tidak akan merasa rendah diri lagi. Berbeda dengan aku.
Apapun yang dapat aku perbuat, tetapi cacat ini akan selalu
melekat padaku, sehingga aku akan tetap merasa rendah diri
untuk sepanjang umurku"
"Tetapi bukankah Ki Pandi menyadari bahwa perasaan
rendah diri itu seharusnya disingkirkan, karena tidak berarti
apa-apa dan bahkan hanya merugikan diri sendiri,
sebagaimana Ki Pandi nasehatkan kepada kami?" bertanya
Laksana. Ki Pandi itu tersenyum. Katanya "Memang agaknya lebih
mudah untuk menasehati orang lain daripada menasehati diri
sendiri" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
keduanya tidak bertanya lebih banyak lagi. Untuk beberapa
saat mereka sempat merenungi diri mereka, bagaimana
mereka merasa sangat kecil di antara raksasa-raksasa di dunia
olah kanuragan. Bahkan Winih, gadis yang cantik itupun
memiliki ilmu yang tinggi pula.
Sementara itu, matahari telah memanjat langit semakin
tinggi. Panasnya terasa mulai menggatalkan kulit. Di langit,
awan yang tipis mengalir tertiup angin semilir. Daun pohon
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turi yang tumbuh di sebelah menyebelah jalan menggeliat
perlahan-lahan. Dalam pada itu, tiba-tiba saja Manggada bertanya "Ki Pandi.
Apakah Ki Pandi mengetahui tentang tombak dan payung
yang disimpan oleh Kiai Gumrah itu"
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku tidak
tahu pasti. Tetapi menurut dugaaanku, pusaka-pusaka itu
adalah lambang perguruan mereka"
"Tetapi menurut Kiai Gumrah, ada tanda-tanda dari pemilik
pusaka-pusaka itu. Hanya mereka yang memiliki tanda-tanda
itulah yang akan dapat mengambil pusaka-pusaka itu" desis
Laksana. "Mungkin benar. Tetapi tanda-tanda yang dimaksud justru
dibawa oleh salah seorang atau dua murid yang lain. Mungkin
Kiai Padma yang disebut juragan itu. Mungkin orang lain"
jawab Ki Pandi. "Tetapi apa hubungannya dengan pendapat Panembahan
Lebdagati bahwa jika sampai purnama besok lusa pusaka-
pusaka itu belum dimandikan dengan darah yang masih
mengalir di jantung, maka tuahnya akan hilang?" bertanya
Manggada. "Bukankah kau tahu latar belakang kepercayaan Panembahan itu" Tetapi mungkin ada maksud lain yang dapat
dipertimbangkan. Mungkin Panembahan itu memang berniat
membunuh orang-orang yang sementara dapat bekerja
bersamanya. Dengan alasan mempertahankan tuah pada
pusaka-pusaka itu, maka ia akan menusuk setiap jantung dari
orang-orang yang untuk sementara dapat bekerja bersamanya
merampas pusaka-pusaka itu. Tetapi aku yakin, bahwa bukan
Panembahan itu saja yang merencanakan pengkhianatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti itu. Tentu juga yang lain-lain. Kiai Kajar, pemimpin
Padepokan Susuhing Angin, Kiai Windu Kusuma dan orang-
orang yang terlibat di dalamnya, karena pusaka-pusaka itu
memang benar-benar benda yang harganya sangat mahal.
Emas dan permata yang melekat pada pusaka-pusaka itu akan
dapat dipergunakan untuk membeli sebuah negeri"
"Tetapi darimana Kiai Gumrah dan saudara-saudara
seperguruannya mendapatkan benda-benda itu"
"Aku tidak tahu pasti. Tetapi sebagaimana pernah aku
dengar tanpa mengetahui kebenarannya, bahwa perguruan
Kiai Gumrah itu didirikan oleh seorang bangsawan keturunan
Majapahit. Pusaka-pusaka itu
tentu juga berasal dari Majapahit jika berita yang aku
dengar itu benar" jawab Ki
Pandi. Manggada dan Laksana menganguk-angguk pula. Namun mereka tidak bertanya
lagi. Sehingga untuk sesaat
kemudian, merekapun berjalan
sambil berdiam diri. Dalam pada itu, haripun beringsut dari waktu ke waktu.
Ketika matahari mulai menuruni
sisi langit, maka ketiga orang itu
telah singgah di sebuah kedai yang terhitung ramai. Beberapa
orang telah singgah di kedai itu ketika Ki Pandi, Manggada dan
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Laksana melangkah masuk. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ketika Manggada dan Laksana akan melangkah ke
tengah-tengah ruangan kedai itu, Ki Pandi menggamit mereka
sambil berkata "Kita duduk di sudut itu saja"
"Kenapa?" bertanya Manggada.
"Tidak menjadi perhatian banyak orang" jawab Ki Pandi.
Manggada dan Laksana tidak membantah. Merekapun
mengikut Ki Pandi yang memilih tempat di sudut sebagaimana
kebiasaan Ki Pandi yang lebih senang menyendiri.
Meskipun demikian, ada juga beberapa orang anak muda
yang memperhatikannya. Nampaknya justru anak-anak muda
dari lingkungan orang berada. Sambil sekali-sekali memandang Ki Pandi, mereka menahan tertawa mereka
disela-sela bisik-bisik lirih. Namun kadang-kadang suara
tertawa mereka meledak tanpa dikendalikan lagi.
Namun nampaknya Ki Pandi tidak menghiraukan mereka.
Kepada Manggada dan Laksana ia berdesis "Aku sudah terlalu
sering menjadi bahan tertawaan. Dan itu membuat aku
semakin merasa rendah diri"
"Aku akan membungkam mulut mereka yang tertawa itu"
desis Laksana. Manggada sudah menjadi berdebar-debar bahwa Laksana
benar-benar akan membuat keributan. Tetapi Ki Pandi
sendirilah yang mencegahnya "Sudahlah. Aku merasa bahwa
ujudku memang pantas untuk ditertawakan. Tetapi aku tidak
kenal mereka dan mereka tidak kenal kau. Besok aku tidak
akan bertemu dengan mereka lagi. Karena itu, biarkan saja
mereka" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laksana yang sudah siap untuk bangkit berdiri, menarik
nafas dalam-dalam. Dicobanya untuk mengendapkan kembali
perasaannya yang bergejolak.
Namun ternyata Ki Pandi sempat menikmati minuman dan
makanan yang dipesannya. "Jarang sekali aku sempat mendapatkan minuman dan
makanan seperti ini" berkata Ki Pandi "biasanya aku minum air
dari belik atau pancuran. Kemudian makan apa saja yang
diketemukan. Buah-buahan dan akar-akaran. Namun sekali-
sekali juga nasi dengan garam. Jika aku kembali ke rumah Ki
Ajar Pangukan, maka aku dapat makan lebih teratur"
Kedua anak muda itu termangu-mangu sejenak. Dengan
dahi yang berkerut Manggada bertanya "Dimana Ki Ajar
Pangukan sekarang" "Ia masih tetap berada di rumahnya yang dahulu. Ia tidak
berpindah-pindah. Tetapi seperti aku, Ki Ajar memang sering
mengembara. Namun sekali waktu, kami berada bersama-
sama lagi di rumah itu" jawab Ki Pandi.
Manggada mengangguk kecil. Katanya "Sekali waktu aku
ingin bertemu kembali dengan Ki Ajar"
"Besok pada suatu saat, kita datang ke rumahnya" sahut Ki
Pandi. Namun Laksana hampir tidak dapat memperhatikan
pembicaraan itu. Perhatiannya justru tertuju kepada anak-
anak muda yang masih saja memperhatikan Ki Pandi sambil
sekali-sekali tertawa tertahan.
"Marilah" berkata Ki Pandi "jika kalian sudah cukup, kita
tinggalkan saja tempat ini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laksanalah yang kemudian berdiri dan melangkah
mendapatkan pemilik kedai itu.
Demikianlah, setelah membayar harga makanan dan
minumannya, maka ketiga orang itu telah meninggalkan kedai
itu. Tanpa berpaling lagi, Ki Pandi melangkahi tlundak pintu
dan turun ke halaman diikuti oleh Manggada dan Laksana.
Ketiga orang itupun menepi ketika mendengar derap kaki
beberapa ekor kuda. Ketika mereka berpaling, ternyata anak-
anak muda di kedai itulah yang melarikan kuda mereka
mendahului Ki Pandi, Manggada dan Laksana.
Ketiganya harus menutup hidung mereka karena debu yang
kelabu berhamburan di belakang kaki-kaki kuda itu.
Mereka bertiga masih mendengar anak-anak muda itu
tertawa berkepanjangan. Sementara Ki Pandi berusaha untuk
menghibur dirinya sendiri "Mereka tidak mentertawakan aku"
Beberapa saat kemudian, mereka telah berada kembali di
sebuah bulak yang terhitung panjang. Sementara matahari
sudah menjadi semakin rendah.
Di kejauhan mereka melihat hutan yang terbentang
memanjang kearah Barat. Didepan hutan itu terdapat gumuk-
gumuk kecil yang ditumbuhi gerumbul-gerumbul perdu yang
membatasinya dengan daerah persawahan.
"Anak-anak muda" berkata Ki Pandi "hutan itu sangat
menarik perhatianku. Sudah beberapa kali aku berada di
dalamnya untuk sekedar mengamati isinya. Kedua ekor
harimauku juga ada di hutan itu"
"Jadi Ki Pandi sudah sering pergi ke hutan itu?" bertanya
Manggada. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Jika kalian bersedia, kita akan bermalam di hutan itu
malam nanti" ajak Ki Pandi.
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Dengan
ragu-ragu Manggada bertanya kepada adik sepupunya itu
"Bagaimana jika kita bermalam di hutan itu semalam
sebagaimana dikatakan oleh Ki Pandi"
"Aku tidak berkeberatan" jawab Laksana.
"Baiklah" berkata Ki Pandi "kita akan langsung menuju ke
hutan itu" Demikianlah, maka bertiga mereka telah meninggalkan
jalan yang mereka lalui. Mereka telah meloncati tanggul parit,
mengikuti jalan pintas sepanjang pematang sawah menuju
kepadang perdu dengan gumuk-gumuk kecil yang berserakan.
Hanya ada satu dua batang pohon yang agak besar tumbuh
disela-sela gumuk-gumuk kecil itu. Namun semakin dekat
dengan hutan yang lebat itu, maka pepohonanpun menjadi
semakin banyak. Sebelum matahari terbenam, mereka telah berada di dalam
hutan itu. Meskipun matahari masih nampak di langit, tetapi
semakin dalam mereka memasuki hutan itu, maka rasa-
rasanya malam sudah mulai turun. Tetapi dari sela-sela daun
pepohonan yang rimbun masih nampak berkas-berkas cahaya
matahari yang berhasil menyusup menimpa pohon-pohon
raksasa yang bertebaran di antara beribu-ribu batang pohon
yang seakan-akan saling berdesakan.
Manggada dan Laksana bukan untuk yang pertama kali
memasuki hutan-hutan yang lebat. Ketika mereka masih
berguru, mereka sudah sering mencari harimau untuk dikuliti.
Kulitnya dapat mereka jual kepada beberapa orang pedagang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang memang mencari kulit harimau sebagai barang
dagangan. Namun pamannyapun kemudian telah menasehatkan agar
mereka menghentikan kegiatan itu.
Kemudian Manggada dan Laksana juga telah menyeberangi
hutan Jatimalang bersama Ki Wiradadi yang kehilangan anak
gadisnya. Justru di seberang hutan itulah Manggada dan
Laksana bertemu dengan Ki Pandi dan Ki Ajar Pangukan.
Karena itu, keduanya memang tidak terlalu canggung
berada di dalam hutan yang terhitung lebat itu.
"Hutan ini merupakan hutan yang jarang disentuh kaki
manusia" berkata Ki Pandi. Lalu katanya selanjutnya "Hutan ini
termasuk hutan yang lebat, sebagaimana hutan Jatimalang.
Tetapi hutan ini tidak menyembunyikan satu lingkungan
sebagaimana yang terdapat di belakang hutan Jatimalang"
"Jadi apa yang menarik dari hutan ini?" bertanya Laksana.
"Tidak seperti hutan Jatimalang yang miring karena
letaknya di kaki gunung. Hutan ini datar. Ada rawa-rawa di
dalamnya. Pohon-pohon raksasa yang jumlahnya lebih
banyak. Batu-batu besar yang berserakan di dalamnya
sebagaimana terdapat gumuk-gumuk kecil di padang perdu
itu. Sedangkan dikedung bagian Barat hutan ini terdapat
sarang sejenis buaya kerdil yang liar dan buas"
"Buaya kerdil?" ulang Manggada.
"Ya. Sejenis buaya yang tidak begitu besar. Tetapi justru
sangat berbahaya. Geraknya lebih tangkas dan kebiasaannya
bergerombol dan bergerak bersama-sama. Ketika terjadi
perkelahian antara sekelompok buaya itu dengan sekelompok
anjing hutan yang juga banyak terdapat di hutan ini, aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sempat merasa ngeri. Kedua-duanya merupakan jenis
binatang yang bergerombol dan berkelahi bersama-sama"
Tetapi ketika Manggada dan Laksana akan melangkah ke
tengah-tengah ruangan kedai itu, Ki Pandi menggamit mereka
sambil berkata "Kita duduk di sudut itu saja"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Nampaknya
selain berceritera, Ki Pandi juga memberikan peringatan-
peringatan dini kepada Manggada dan Laksana.
Sementara itu, maka langitpun menjadi semakin buram.
Dari balik pegunungan disisi Timur, bulan yang hampir
purnama mulai muncul. Meskipun demikian, di dalam hutan itu
rasa-rasanya memang menjadi semakin kelam.
Namun mata Manggada dan Laksana sudah terlatih sejak
mereka masih berguru pada Ki Citrabawa. Mereka sering
memasuki hutan di malam hari untuk menangkap harimau.
Malam itu mereka bertiga bermalam di hutan itu.
Sebenarnya bahwa di dalam hutan itu keadaannya jauh lebih
berbahaya daripada keadaan di luar. Jika mereka bermalam
dipa-tegalan atau bahkan dibanjar padukuhan, maka mereka
tidak akan diganggu oleh binatang buas sebagaimana jika
mereka berada di dalam hutan.
Ketika mereka menemukan tempat yang agak lapang, maka
mereka bertigapun beristirahat di atas sebuah batu yang besar
dan tergolek dibawah sebatang pohon yang besar pula. Satu-
satunya sinar bulan jatuh pula di atas tanah yang lembab.
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak, ketika ia
melihat Ki Pandi mengambil serulingnya. Kemudian diletakkannya ujung serulingnya di mulutnya. Sejenak
kemudian terdengar suaranya yang membumbung menggetarkan dedaunan. Tidak terdengar lagu atau nada-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nada dalam irama yang manis. Tetapi tidak lebih dari satu
suitan yang nyaring. Ternyata beberapa saat kemudian, terdengar aum harimau
di kejauhan. Bersahutan. Manggada dan Laksanapun segera mengetahui, bahwa dua
ekor harimau Ki Pandi telah mendengar isyarat pemiliknya.
Karena itu, ketika dalam keremangan malam yang ditaburi
cahaya bulan itu mereka melihat dua ekor harimau, maka
Manggada dan Laksana justru merasa lebih tenang. Apalagi
ketika kedua ekor harimau itu mendekat dan mendekam di
sebelah batu besar itu. Untuk beberapa saat kemudian, Manggada dan Laksana
sempat memperhatikan suara-suara malam di hutan yang
lebat. Bagi mereka suara-suara itu memang tidak asing lagi.
Hutan yang pernah dirambahnya di malam hari juga
memperdengarkan suara-suara yang hampir sama.
Ketika bulan menjadi semakin tinggi, maka cahayanya telah
menembus dedaunan yang agak jarang di atas tempat duduk
ketiga orang itu. Laksana yang duduk memeluk lututnya,
sekali-sekali menepak nyamuk yang hinggap dan menggigit
kulitnya. Dalam pada itu, maka Ki Pandi yang untuk beberapa saat
berdiam diri itupun berkata "Anak-anak muda. Kalian telah
cukup lama mengembara. Bagaimana pendapat kalian, jika
pengembaraan kalian ditambah satu bulan lagi"
Manggada dan laksana tidak begitu memahami kata-kata Ki
Pandi itu. Karena itu, maka Manggadapun bertanya "Maksud
Ki Pandi" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita akan tertahan sebulan lagi di perjalanan" jawab Ki
Pandi. "Tetapi Pajang sudah dekat. Kemudian beberapa langkah
lagi kita akan sampai ke tujuan" jawab Laksana.
"Ya. Aku tahu. Tetapi sebelum kalian sampai, apakah kalian
bersedia menjalani laku sebulan lamanya bersamaku di hutan
ini" Kita akan mulai nanti saat bulan purnama, dua hari lagi.
Dan kita akan mengakhiri disaat purnama sebulan kemudian"
berkata Ki Pandi. "Tetapi kita sudah terlalu lama berada di perjalanan"
berkata Manggada. "Jika waktu yang sudah terlalu lama itu ditambah dengan
satu bulan lagi, maka tentu tidak akan terasa lebih lama"
sahut Ki Pandi. "Tetapi laku apa yang harus kami jalani. Ki Pandi?" bertanya
Manggada kemudian. "Jika kalian bersedia, maka kalian akan mendapatkan
banyak sekali bahan-bahan yang akan dapat melengkapi ilmu
kalian. Mungkin tataran ilmu kalian tidak meningkat dengan
jelas. Tetapi unsur-unsur ilmu kalian akan menjadi semakin
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lengkap. Kalian akan memiliki banyak cara untuk mengatasi
kesulitan apabila kalian berhadapan dengan lawan yang
berilmu tinggi sekalipun" jawab Ki Pandi.
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Dengan
ragu-ragu Laksana bertanya "Laku apa yang akan kita jalani
seandainya kami bersedia melakukannya"
Ki Pandi menarik nafas panjang. Namun kemudian katanya
dengan nada dalam "Anak-anak muda, jika kalian bersedia,
kalian akan aku minta menjalani Tapa Ngidang selama satu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulan di hutan ini. Dari purnama sampai ke purnama. Memang
tidak ada hubungannya dengan kebulatan bulan di langit. Jika
aku menyebutnya dari purnama sampai ke purnama itu
sekedar sebagai ancar-ancar waktu saja"
Kedua orang anak muda itu saling berpandangan sejenak.
Dengan dahi yang berkerut Manggada bertanya "Lalu apakah
yang harus kami jalani dengan Tapa Ngidang itu"
"Kita berlaku seperti seekor kijang di dalam hutan ini" jawab
Ki Pandi. "Seperti kijang?" ulang
Laksana "aku tidak dapat
membayangkan, apa saja yang harus kami lakukan"
"Anak-anak muda, di hutan yang tidak pernah dikunjungi orang ini, bahkan orang mencari kayu
sekalipun, kita akan menanggalkan semua pakaian kita. Kita akan memakai cawat dari kulit kayu. Kita akan hidup di hutan ini dengan cara seperti seekor kijang. Kita akan makan dan minum dari apa
saja yang kita temukan di hutan ini. Kita akan menjelajah
hutan dari ujung sampai ke ujung"
"Lalu apa yang akan kami dapatkan dari laku itu?" bertanya
Manggada. "Anak-anak muda. Tapa Ngidang bukan berarti kita menjadi
kijang. Kita memang berlaku seperti kijang. Kita tetap saja
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pribadi kita masing-masing. Kita tetap seseorang yang
mempunyai akal budi. Jika kita lepaskan pakaian kita, karena
pakaian itu dapat mengganggu gerak kita, serta pakaian kita
akan dapat menjadi rusak, sedangkan hal itu sebenarnya tidak
perlu. Kita akan berlari-lari di dalam lebatnya dedaunan dan
akar-akar serta sulur-sulur kayu bahkan di antara semak dan
duri. Tetapi kita tidak seperti kijang yang hanya dapat
melarikan diri jika bertemu dengan binatang buas. Tetapi kita
akan mampu melawannya, atau kita dapat memanjat pohon.
Sedangkan seekor kijang tidak dapat melakukannya. Dengan
laku itu kita akan melihat dan mengamati apa saja yang
dilakukan oleh binatang binatang hutan. Dari seekor harimau,
buaya di rawa-rawa, berjenis-jenis kera pepohonan, ular
bahkan binatang-binatang kecil sampai ke tikus tanah.
Bagaimana mereka mencari mangsanya, namun juga
bagaimana binatang-binatang yang lebih lemah menyelamatkan dirinya dari tangan binatang-binatang yang
jauh lebih kuat" Manggada dan Laksana menarik nafas dalam-dalam.
Mereka membayangkan betapa beratnya laku yang harus
dijalaninya. Dingin malam, gatalnya dedaunan yang berbulu,
goresan-goresan duri dan ranting-ranting perdu. Bahkan racun
dari serangga-serangga berbisa serta sengat lebah lebah
raksasa. Untuk beberapa saat kedua anak itu mulai merenung.
Namun akhirnya Manggada itupun berkata kepada Laksana
"Marilah kita coba. Kita berharap bahwa laku itu akan
memberikan arti bagi kita, khususnya di dalam olah
kanuragan" "Tidak hanya olah kanuragan" berkata Ki Pandi "tetapi
kalian juga akan mengenal jenis-jenis tanaman jauh lebih
banyak. Kalian juga akan dapat mengenali tingkah laku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
binatang yang sebelumnya tidak pernah kalian lihat. Selain itu,
kalian juga akan mengenali jenis-jenis tanah di dalam hutan
serta arti matahari dan bulan. Kalian akan lebih mengenali
siang dan malam karena kalian tidak akan pernah
menghindarinya. Hujan, angin dan dinginnya malam"
Laksanapun ternyata mengangguk sambil menjawab
"Baiklah. Kita akan menunda perjalanan pulang kita sebulan
lagi, meskipun kita sudah tidak terlalu jauh lagi dari rumah"
Demikianlah, maka Ki Pandi telah mempersiapkan anak-
anak muda itu untuk menjalani laku Tapa Ngidang. Sebelum
purnama naik, selama dua hari mereka membiasakan diri serta
mengenali isi hutan itu. Mereka mulai makan apa yang ada
serta minum dari sulur-sulur kayu yang dipotong ujungnya
atau air belik yang bening dibawah pohon-pohon raksasa.
Menjelang purnama, maka Ki Pandi mengajari anak-anak
muda itu membuat pakaian dari kulit kayu. Beberapa lembar
kulit kayu yang berserat, dikeringkan. Kemudian kulit kayu itu
ditumbuk perlahan-lahan sehingga menjadi lemas, sehingga
jika dikenakannya tidak membuat kulit mereka menjadi lecet.
Merekapun telah membuat tali dari serat kekayuan untuk
membuat tali ikat pinggang.
Ketika semua perlengkapan dan pakaian khusus mereka
sudah siap, maka menjelang malam merekapun telah
melepaskan pakaian mereka, membungkusnya dengan rapi
dan diikatkan pada dahan pohon yang cukup besar, sehingga
tidak mudah jatuh, bahkan diambil oleh binatang yang
memanjat, terutama kera. Demikian bulan mulai nampak di langit, maka bertiga
mereka telah mengenakan pakaian yang mereka buat dari
kulit kayu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Malam ini tentu akan terasa sangat dingin bagi kalian.
Gatal-gatal pada kulit kalian serta perasaan-perasaan lain yang
tidak menyenangkan. Tetapi kalian harus menganggap bahwa
hal itu merupakan pendadaran, apakah kalian pantas
menjalani laku Tapa Ngidang atau tidak"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Dingin
malam yang kemudian turun memang nulai terasa menyentuh
kulit. Tetapi mereka sebelumnya juga sudah sering melepas
baju mereka di malam hari. Bahkan ketika mereka masih
menempa diri, maka mereka sudah terbiasa berada di hutan
tanpa baju meskipun tidak mengenakan pakaian khusus dari
kulit kayu. Malam itu Manggada dan Laksana masih belum mengalami
laku yang sebenarnya, selain hanya berjalan menyusuri hutan
yang sepi itu. Sekali-sekali, jika mereka sampai di tempat yang
agak lapang, mereka sempat memandangi bulatnya bulan dari
sela-sela dedaunan. Namun kemudian langitpun rasa-rasanya
segera menjadi pepat sekali setelah mereka menyusup
kembali di antara pohon-pohon raksasa.
Tetapi malam itu Ki Pandi sudah mengatakan bahwa sejak
esok pagi, mereka akan benar-benar meenjalani laku Tapa
Ngidang. Demikianlah, lewat tengah malam mereka mencari tempat
untuk tidur. Menurut Ki Pandi, yang terbaik bagi mereka
adalah tidur di atas dahan yang besar.
Manggada dan Laksana sependapat. Mereka pernah
mengalaminya, tidur di atas dahan sebatang pohon yang
besar. Tetapi Ki Pandi minta keduanya tetap berhati-hati. Salah
seorang dari antara kalian harus tetap terjaga. Disini ada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejenis harimau yang berkeliaran di dahan-dahan. Macan
Kumbang yang berwarna hitam. Selain itu, mungkin kera-kera
yang nakal akan dapat juga mengganggu. Selain binatang-
binatang berkaki dan buas, maka ular harus mendapat
perhatian mereka pula. Malam itu, Manggada dan Laksana memang sulit untuk
dapat tidur. Rasa-rasanya mereka berarap bahwa harimau-
harimau peliharaan Ki Pandi akan lewat. Kehadiran kedua ekor
harimau itu akan dapat membuat mereka lebih tenang. Tetapi
agaknya Ki Pandi sudah memberi isyarat agar kedua ekor
harimaunya itu menjauh. Namun meskipun hanya sesaat-sesaat Manggada dan
Laksana dapat juga tidur bergantian. Ketika bulan tenggelam,
serta cahaya fajar mulai nampak, maka Manggada yang
menggeliat sambil duduk dialas dahan yang besar itu berkata
"Dimana kita mandi"
"Siapa yang akan mandi?" bertanya Ki Pandi.
"Aku. Kita. Bukankah kita akan mandi"
"Kita tidak perlu mandi dengan teratur sebagaimana
sebelumya. Mungkin nanti, besok atau lusa kita akan
menyeberangi sungai yang mengalir ditengah-tengah hutan
ini. Dalam kesempatan itu, kita sekaligus akan mandi" jawab
Ki Pandi. Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Namun kemudian Laksanapun bertanya "Jadi mungkin kita
belum tentu mandi dalam sehari" Justru saat kita bergulat
dengan tanah berlumpur, pepohonan dan sampah yang
tertimbun karena daun-daun kering yang berguguran. Bahkan
mungkin lugut yang gatal dari beberapa jenis pohon dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dedaunan. Bahkan juga keringat kita sendiri yang tentu akan
banyak mengalir" Ki Pandi mengangguk sambil menjawab "Ya. Kita tidak akan
mandi. Kecuali jika kita menyeberangi sungai. Tetapi ingat,
bahwa di kedung di tikungan sungai yang mengalir di hutan
ini, banyak terdapat buaya kerdil yang sangat liar dan buas"
Manggada dan Laksana hanya dapat mengangguk-angguk
saja. "Nah, sekarang kita benar-benar akan melakukan Tapa
Ngidang itu. Marilah. Ikuti aku. Kita akan menjelajahi hutan
ini. Tentu saja pertama-tama untuk mengenalinya. Namun
kemudian benar-benar memperhatikan dan memahami isinya "
Ki Pandi berhenti sejenak. Lalu katanya lagi "Tapa Ngidang
yang sebenarnya termasuk Tapa Mbisu. Tetapi kita tidak akan
melakukannya. Kita akan tetap berbicara karena kita memang
dapat berbicara" Manggada dan Laksana itupun kemudian melangkah
mengikuti Ki Pandi yang bongkok itu. Mula-mula mereka
berjalan saja di antara pohon-pohon raksasa. Sekali-sekali
mereka memang melihat semak-semak yang berguncang.
Seekor kijang berlari dengan kencangnya.
Ki Pandi itu berjalan semakin lama semakin cepat. Bahkan
kemudian ia mulai berlari-lari kecil. Menyusup semak-semak
dan meloncati batang-batang kayu yang roboh.
Manggada dan Laksana hanya mengikutinya saja. Keduanya
juga ikut menyusup semak-semak dan meloncati batang-
batang kayu yang roboh. Demikianlah, maka mereka telah melintas hutan yang
panjang itu. Ketika mereka sampai di sebuah rawa yang
menggenang, maka mereka telah melingkari tepi-tepi rawa itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbagai tumbuh-tumbuhan air tumbuh di dalam rawa-rawa
itu. Tidak kalah hebatnya dengan batang-batang pohon yang
tumbuh di tanah. Pada hari yang pertama itu, agaknya Ki Pandi masih belum
memperkenalkan Manggada dan Laksana dengan isi rawa-
rawa itu. Karena itu, maka mereka tidak berhenti. Hanya kaki-
kaki mereka sajalah yang berdecak pada air berlumpur di
ujung rawa-rawa itu. Ki Pandi memang belum membawa anak-anak muda itu
sepenuhnya pada laku yang terlalu berat. Tetapi Ki Pandi
menuntun sedikit demi sedikit agar keduanya tidak mengalami
gangguan badani, juga jiwani.
Namun ternyata Manggada dan Laksana yang dengan
mantap menjalani laku itu, telah menunjukkan betapa mereka
dengan sungguh-sungguh melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Ki Pandi. Sejak hari yang pertama, mereka
telah menunjukkan, bahwa mereka memiliki bekal yang cukup
banyak untuk meningkat pada jenjang kemampuan berikut
dan berikutnya. Dengan demikian, maka Ki Pandipun menjadi semakin
berharap atas kedua orang anak muda itu. Seperti yang
direncanakannya, maka dari hari ke hari, laku yang dijalani
menjadi semakin berat. Mereka tidak saja berlari-lari
menyusuri hutan itu sejak matahari belum terbit. Tetapi
mereka juga mulai berhubungan dengan penghuninya. Mereka
mulai memperhatikan isi hutan itu dari jenis binatang yang
kecil sampai pada binatang yang terbesar yang terdapat di
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hutan itu. Berkali-kali mereka bertemu dengan harimau yang
bukan milik ki Pandi. Namun jika masih ada kemungkinan
untuk menghindar, mereka selalu menghindarinya. Yang
mereka perhatikan, bagaimana binatang-binatang itu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertahankan hidupnya dalam garangnya pergaulan di
dalam rimba yang lebat. Tetapi semakin lama mereka berada di hutan, maka mereka
tidak selalu dapat menghindari pertarungan yang keras
melawan binatang binatang liar di dalam hutan beberapa jenis
harimau pernah mereka hadapi. Namun mereka masih
menghindar jika bertemu dengan sekelompok anjing hutan liar
yang sangat berbahaya. Jika tidak mungkin lagi menghindar,
maka Ki Pandi terpaksa memanggil kedua ekor harimaunya
untuk mengusir anjing-anjing hutan yang ganas dan licik itu.
Namun yang biasa dilakukan oleh ketiga orang itu jika mereka
bertemu dengan gerombolan anjing liar adalah dengan
memanjat sebatang pohon. Yang menarik perhatian mereka adalah kelompok-kelompok
buaya kerdil yang hidup di dalam kedung. Sebuah tikungan
sungai yang airnya cukup dalam. Seperti yang diceritakan oleh
Ki Pandi, maka Manggada dan Laksana juga sempat melihat,
pertarungan yang mengerikan antara sekelompok buaya kerdil
melawan sekelompok anjing hutan liar yang lapar.
Pertarungan itu dimulai ketika beberapa ekor anjing hutan
yang haus minum dari air kedung itu. Tiba-tiba saja seekor di
antaranya telah disambar oleh seekor buaya kerdil. Lengking
anjing itu ternyata telah memanggil segerombolan kawan-
kawannya. Dengan demikian, maka pertarunganpun tidak
dapat dihindarkan ketika sekelompok buaya kerdil naik ke
darat. Manggada dan Laksana yang sudah memiliki pengalaman
menghadapi benturan kekerasan, masih juga merasa sangat
ngeri menyaksikan apa yang terjadi. Kedung itu menjadi
merah, mereka tidak jelas melihat bagaimana pertarungan itu
berakhir. Namun yang nampak kemudian adalah beberapa
ekor anjing hutan terseret ke dalam kedung, sementara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa ekor buaya kerdil yang berkulit keras itu dapat juga
terkoyak oleh gigi-gigi tajam anjing liar, sehingga beberapa
ekor di antaranya harus tertinggal di darat. Mati.
"Itulah akibat jika terjadi pertempuran" berkata Ki Pandi
"bukan saja antara binatang liar yang buas. Tetapi
pertempuran antara sekelompok manusia melawan kelompok
yang lain, akibatnya akan sama saja sebagaimana kau lihat
yang terjadi di rumah Kiai
Windu Kusuma" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara itu Ki Pandipun
berkata selanjutnya "Apalagi
manusia mempunyai akal dan
penalaran. Mereka dapat berbuat lebih jahat dari binatang-binatang liar itu"
Manggada dan Laksana masih saja mendengarkan keterangan Ki Pandi itu sambil mengangguk-angguk.
Demikianlah, selama Tapa Ngidang banyak sekali yang dapat dilihat oleh Manggada dan
Laksana. Sementara itu, selama berada di hutan itu,
Manggada dan Laksana telah menempa diri mereka pula.
Selama menjalani laku, maka mereka makan apa saja yang
mereka dapatkan di hutan itu. Apa yang dapat dimakan oleh
seekor kijang, maka merekapun dapat pula memakannya.
Tetapi lebih dari itu, maka merekapun makan apa yang dapat
dimakan oleh seekor kera. Bahkan apa yang dapat dimakan
oleh seekor harimau. Sebagaimana dikatakan oleh Ki Pandi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa mereka tidak menjadi seekor kijang, tetapi mereka
tetap berlandaskan akal budi mereka.
Karena itu, maka merekapun tetap menggunakan
kemampuan membuat api. Kemampuan yang tidak dapat
dilakukan seekor harimau jika harimau itu berhasil menangkap
seekor kijang atau rusa. Dalam laku Tapa Ngidang, maka Manggada dan Laksana
hampir di setiap dini hari, berlari-lari kencang, seperti seekor
kijang yang sedang diburu oleh seekor harimau. Menyusup di
antara pohon-pohon perdu, melingkari pepohonan, meloncati
batang-batang kayu yang melintang, menyusuri tepi rawa-
rawa, menyeberangi sungai dan berloncatan di atas bebatuan
serta mengatasi rintangan-rintangan yang lain. Mereka juga
melatih ketajaman penglihatan mereka. Kepekaan mereka
terhadap keadaan di sekitarnya. Namun juga pernafasan
mereka. Dari kehidupan berbagai macam binatang, mereka
mendapatkan berbagai macam unsur gerak yang dapat
mengisi kekurangan penguasaan mereka atas unsur-unsur
gerak yang telah mereka pelajari. Ketrampilan mempergunakan tangan dan kaki, serta ketajaman naluri dan
penggraita. Ki Pandi yang mengamati kedua orang anak muda itu
memang meyakini, bahwa keduanya akan mendapatkan
sesuatu yang sangat berharga selama satu bulan berada di
dalam hutan. Bukan saja kemampuan dalan olah kanuragan
serta peningkatan tenaga dan daya tahan mereka, tetapi juga
ketahanan jiwani yang akan dapat menjadi pendukung
landasan pribadi mereka. Dalam pada itu, dari hari ke hari, malampun rasa-rasanya
menjadi semakin gelap. Sedikit demi sedikit, kebulatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulanpun menjadi semakin menyusut, sehingga malampun
menjadi gelap pekat. Namun mata Manggada dan Laksana
menjadi terbiasa dengan gelapnya malam di dalam hutan.
Selain latihan yang dilakukan sedikit demi sedikit sesuai
dengan susutnya cahaya bulan, keduanya memang sudah
berbekal katajaman penglihatan dan pendengaran. Sehingga
sebagaimana sebilah mata pisau yang tajam yang selalu
diasah, akan menjadi semakin tajam pula.
Dengan demikian, maka apa yang dapat dicapai oleh
Manggada dan Laksana selama mereka berada di hutan dalam
laku Tapa Ngidang ternyata melampaui apa yang diperkirakan
oleh Ki Pandi. Ketika bulan gelap, maka Manggada dan
Laksana telah mampu menyerap pengalaman, pengenalan dan
pengetahuan sebagaimana diperkirakan akan dapat diserap
dalam jarak waktu dari purnama sampai ke purnama.
Demikian pula peningkatan kekuatan, ketrampilan dan
ketahanan tubuhnya. Namun Ki Pandi tidak menghentikan laku Tapa Ngidang itu
hanya setengah bulan. Laku itupun dilanjutkan hingga batas
waktu yang sudah ditetapkan. Namun dengan hasil yang jauh
lebih banyak dari yang diharapkan.
Justru setelah melihat hasil dari laku yang dijalani oleh
Manggada dan Laksana, maka pada hari-hari terakhir, Ki Pandi
telah membawa anak-anak muda itu memasuki satu laku yang
lebih berat. Tiga malam mereka akan menjalani laku dengan
berendam di sungai. Mereka memilih tempat yang agak jauh
dari kedung, sarang buaya-buaya kerdil yang buas itu.
Kemudian tiga malam terakhir mereka berada di hutan itu,
menjelang bulan purnama, mereka akan mejalani laku Tapa
Ngalong. Di malam hari mereka akan bergayut pada dahan
sebatang pohon yang tinggi dengan kaki mereka. Sementara
di siang hari mereka tetap menjelajahi hutan itu dari ujung
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai keujung. Mereka sempat melengkapi pengenalan
mereka dengan kehidupan burung-burung. Dari burung-
burung kecil, sampai pada burung-burung buas yang berparuh
melengkung. Sekali-sekali mereka berlama-lama berada
dibawah sebatang pohon raksasa yang menjadi sarang burung
elang yang buas. Namun merekapun kadang-kadang berdiri
ditepi hutan melihat burung alap-alap meluncur memburu
mangsanya. Namun merekapun melihat bagaimana sejenis
burung tekukur mampu melepaskan diri dari terkaman burung
alap-alap yang mampu terbang lebih cepat dari burung yang
diburunya. Di kesempatan lain, mereka melihat seekor burung
srigunting yang bertarung melawan burung elang yang lebih
besar yang lebih besar dan buas. Namun kecepatan gerak
burung yang lebih kecil itu membuat lawannya menjadi
bingung, sehingga elang itu merasa lebih baik menyingkir
untuk saja. Demikianlah, haripun merangkak terus, sehingga akhirya
laku Tapa Ngidang, berendam di air serta Tapa Ngalong, telah
selesai dijalani. Sementara itu, di malam-malam terakhir,
langit menjadi terang kembali. Bulan yang gelap semakin lama
menjadi semakin terang, sehingga akhirnya, sampailah mereka
pada malam purnama. Bulan bulat bertengger di langit. Bintang nampak
gemerlapan. Selembar-selembar awan yang tipis mengalir
dihembus angin. Ki Pandi menganggap laku yang dijalani oleh Manggada dan
Laksana sudah selesai. Menjelang tengah malam, saat inilah
bulat berada di puncak, ketiga orang itupun telah mandi
keramas di sungai. Mereka membersihkan semua kotoran
yang melekat di tubuh mereka, karena selama mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjalani laku, mereka tidak dapat mandi setiap hari.
Beruntunglah bahwa mereka menjalani laku dengan berendam
di dalam air selama tiga malam berturut-turut, sehingga
kotoran di tubuh mereka hanyut dibawa arus sungai itu.
Selesai dengan mandi keramas, maka merekapun telah
mencari pakaian mereka yang mereka simpan. Mereka mulai
menanggalkan pakaian mereka yang dibuat dari kulit kayu
diikat dengan tali serat pada pinggangnya.
Demikian mereka mengenakan pakaian mereka, maka rasa-
rasanya tubuh mereka menjadi hangat. Seluruh tubuh mereka
seakan-akan telah terbungkus rapat.
Setelah sebulan mereka mengenakan pakaian dari kulit
kayu, maka rasa-rasanya dengan berpakaian lengkap, gerak
mereka memang menjadi lebih terbatas.
Menjelang dini hari, maka merekapun telah mempersiapkan
diri untuk keluar dari hutan itu. Ki Pandi mempergunakan
kesempatan itu untuk berbicara bersungguh-sungguh dengan
Manggada dan Laksana yang telah selesai menjalani laku.
"Anak-anak" berkata Ki Pandi "kalian telah melihat,
mendengar dan mengalami peristiwa yang bermacam-macam
di dalam hutan ini. Kalian telah berlatih dan menempa diri
dengan berbagai macam cara. Kalian juga menempa jiwa
kalian sehingga kalian menemukan arti dari kesabaran,
ketekunan, keuletan, ketabahan dan lebih dari itu, kalian telah
lebih banyak mengenali ciptaan dari Yang Maha Agung. Kalian
lebih banyak melihat perbedaan antara kehidupan berjenis-
jenis binatang dengan kehidupan manusia yang berakal budi.
Di rimba ini, siapa yang kuat ialah yang menang tanpa
menghiraukan kebenaran dan keadilan. Tidak ada usaha dari
binatang-binatang itu untuk melindungi yang lemah dan
melawan kelaliman. Dengan demikian, maka kalian akan lebih
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormati nilai-nilai yang dijunjung oleh kita manusia jika
kita tidak mau disamakan dengan binatang yang hidup di
hutan. Kita bukan mahluk yang menganut tatanan kehidupan
rimba, siapa yang kuat ialah yang akan menang"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun kata-
kata Ki Pandi itu benar-benar telah menyentuh hatinya.
Dengan demikian semakin terasa pula bahwa Sang Maha
Pencipta yang bersifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang
memberikan kita akal dan pikiran yang dapat membedakan
baik dan buruk, dan tidak menempuh kehidupan sebagaimana
kehidupan di dalam rimba yang lebat itu.
Namun Ki Pandi itupun kemudian berkata "Meskipun
demikian anak-anak muda. Di lingkungan tatanan kehidupan
manusia yang yang sewajarnya itu, masih ada juga yang
menjalaninya sebagaimana tatanan kehidupan di dalam rimba.
Ada satu dua orang, bahkan satu dua kelompok orang yang
menganggap dalam tatanan kehidupan menusia itu juga
berlaku paugeran siapakah yang kuat merekalah yang
menang. Bahkan ada yang menganggap bahwa menelan
sesamanya dapat menjadi pilihan yang sah untuk mencapai
maksud serta keinginannya"
Manggada dan Laksana masih saja mengangguk-angguk.
Tetapi mereka tidak menjawab. Sedangkan Ki Pandi masih
berkata selanjutnya "Nah, dalam kehidupan yang demikian, di
antara orang-orang yang menghormati tata nilai kehidupan
serta mereka yang sama sekali tidak menghargainya, kita
harus menempatkan diri kita sebaik-baiknya. Kita yang telah
mengenali tata kehidupan manusia dan tata kehidupan
binatang di hutan, tentu akan mampu dengan landasan nalar
dan budi memilih yang terbaik bagi kita dan bertanggung
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jawab kepada Sang Pencipta"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana masih saja mengangguk-angguk.
Namun dari sela-sela bibirnya. Manggada berdesis "Kami
mengerti, Ki Pandi" "Bagus" berkata Ki Pandi "jika demikian, mulai besok, kita
akan memasuki kembali dunia kita dalam tatanan hidup
mahluk Sang Pencipta yang dianugerahi akal dan pikiran"
Dengan demikian, maka Ki Pandipun membawa dua orang
anak muda itu keluar dari hutan.
Bulan yang bulat telah jauh condong di sebelah Barat.
Namun sinarnya masih nampak gemerlapan memantul dari
wajah dedaunan. Manggada dan Laksana kemudian berdiri di padang perdu
yang luas bersambung bulak persawahan yang membentang
sampai ke cakrawala. "Tidurlah di atas bebatuan itu" berkata Ki Pandi.
Manggada dan Laksanapun kemudian duduk di atas sebuah
batu yang besar. Namun Manggadapun bertanya "Bagaimana
dengan Ki Pandi" "Aku juga akan tidur" jawab Ki Pandi.
Namun Ki Pandi melihat keragu-raguan pada kedua orang
anak muda itu. Bahkan Laksanapun kemudian berkata "Ki
Pandi memang harus beristirahat. Biarlah kami bergantian
berjaga-jaga" "Waktunya tinggal sedikit. Sebentar lagi fajar akan datang.
Jika kalian berjaga-jaga berganti ganti, maka tidak seorangpun
di antara kalian yang sempal tidur.
"Tetapi binatang buas dari hutan itu akan dapat sampai ke
tempat ini" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandipun tersenyum. Kemudian, orang bongkok itu telah
mengambil serulingnya. Ketika suara seruling yang melengking, maka dua ekor harimau telah muncul dari dalam
hutan mendekati Ki Pandi sambil mengibaskan ekornya.
"Nah, kita akan tidur" berkata Ki Pandi "biarlah kedua ekor
harimau itu disini sampai menjelang pagi. Besok, jika kita
meninggalkan hutan ini, harimauku akan tinggal di hutan ini.
Biarlah mereka hidup di antara paugeran rimba yang berlaku.
Sementara kita akan menjalani hidup dalam tatanan yang
berbeda" Kehadiran kedua ekor harimau itu memang membuat
Manggada dan Laksana menjadi tenang. Merekapun kemudian
berbaring di atas tanah berbatu padas. Meskipun tidak
selembarpun alas yang mereka pergunakan, tetapi keadaan itu
sudah jauh lebih baik dari saat mereka menjalani laku Tapa
Ngidang di dalam hutan. Meskipun hanya sebentar, ternyata mereka sempat
memejamkan mata mereka. Menjelang matahari terbit,
mereka terbangun. Bulan sudah menginjak batas langit,
sementara kedua ekor harimau Ki Pandi sudah tidak nampak
lagi. Tetapi Ki Pandi sendiri duduk bersandar sebatang pohon
yang tumbuh di padang perdu itu.
Manggada dan Laksanapun kemudian membenahi diri dan
pakaian mereka. Mereka tidak perlu lagi mandi, karena mereka
lewat tengah malam baru saja mandi keramas.
"Nah, kita sudah siap sekarang berkata Ki Pandi.
"Kita akan menempuh jalan pulang, Ki Pandi" berkata
Manggada dengan nada tinggi. Nampak kegembiraan
memancar di sorot matanya serta getar suaranya.
"Ya. Aku akan ikut bersama kalian sampai ke rumah kalian"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak hanya bersama kami sampai ke rumah kami, tetapi
Ki Pandi akan tinggal bersama kami" jawab Manggada.
Ki Pandi tersenyum. Katanya "Tergantung kepada orang tua
kalian" "Orang tuaku akan senang sekali menerima kehadiran Ki
Pandi. Apalagi jika orang tuaku tahu apa yang telah Ki Pandi
lakukan. Bukan saja Ki Pandi telah memberikan tuntunan bagi
kami dalam ilmu kanuragan, tetapi juga apa yang lelah Ki
Pandi lakukan bagi sesama. Usaha Ki Pandi untuk melawan
kekuatan hitam menunjukkan sikap Ki Pandi menghadapi
tatanan kehidupan" berkata Manggada.
Ki Pandi tersenyum. Katanya "Mudah-mudahan penilaianmu
benar anak muda" "Semua orang akan mengatakan demikian, Ki Pandi" sahut
Laksana kecuali Panembahan Lebdagati"
Ki Pandi tertawa. Katanya "Kalian pandai memuji. Aku
senang mendapat pujian kalian"
"Kami tidak memuji" jawab Laksana "kami mengatakan
sesuai dengan nurani kami.
Ki Pandi tertawa lebih keras lagi. tetapi ia tidak menjawab.
Meskipun demikian, hubungannya dengan anak-anak muda
itu telah dapat membuatnya tertawa. Ki Pandi sendiri
menyadari, bahwa ia jarang sekali sempat tertawa. Mungkin
sekali dua kali dalam sepekan, tetapi bersama anak-anak
muda itu, ia menjadi lebih sering tertawa.
Demikian, maka merekapun berjalan terus. Manggada dan
Laksana bersepakat bahwa mereka akan berjalan melewati
Pajang. Mereka sudah lama tidak melihat-lihat keadaan kota
yang terhitung ramai itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiga orang itu memang berjalan menyusuri jalan yang
langsung menuju Pajang. Manggada dan Laksana tidak ingin
lagi berhenti di perjalanan. Mereka sudah terlalu lama
mengembara. Semakin dekat dengan Pajang, maka tatanan kehidupan
pun mulai berubah. Jalan-jalan terasa lebih ramai. Rumah-
rumah pun nampak lebih bersih dan terawat.
Apalagi ketika mereka memasuki pintu gerbang kota. Maka
terasa satu kehidupan yang bergetar lebih cepat. Di jalan-jalan
nampak orang yang berjalan hilir mudik. Sekali dua kali
nampak orang-orang berkuda lewat.
Rasa-rasanya setiap orang melakukan pekerjaan mereka
dengan tergesa-gesa. Mereka nampak selalu berpacu dengan
waktu. Manggada dan Laksana melihat suasana itu dengan hati
yang berdebaran, namun mereka dapat mengerti, bahwa
tatanan kehidupan di Pajang memerlukan gerak yang lebih
cepat. Waktu seakan-akan selalu memburu, sementara yang
harus mereka lakukan masih belum selesai.
Manggada dan Laksana yang mulai merasa haus telah
mengajak Ki Pandi untuk berhenti di sebuah kedai di pinggir
jalan utama. Sambil tersenyum Ki Pandi berkata "Tentu
hidangan yang jauh lebih baik dari minuman dan makanan
yang kita dapatkan di hutan itu"
Manggada dan Laksana tertawa. Disela-sela tertawanya,
Manggada berkata "Sulit bagi kita untuk mencari makanan
sebagaimana kita dapatkan di hutan itu di seluruh kota ini"
Ki Pandipun tertawa pula. Katanya "Tetapi aku juga tidak
berkeberatan makan dan minum apa adanya di kedai itu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana tertawa semakin panjang.
Demikianlah maka bertiga mereka memasuki kedai yang
cukup besar itu. Kedai yang ramai dikunjungi oleh banyak
orang. Seperti sebelumnya, maka Ki Pandi telah memilih tempat
yang paling terpisah di kedai itu. Mereka duduk di sudut agak
ke belakang, dekat pintu butulan yang sempit.
Baru ketika mereka sudah duduk, mereka menyadari,
bahwa kedai itu termasuk kedai yang terbiasa disinggahi
orang-orang yang mempunyai kedudukan yang baik. Ternyata
dari pakaian mereka, sikap mereka dan cara mereka berbicara
yang satu dengan yang lain.
Ki Pandilah yang mula-mula melihat hal itu. Karena itu.
maka ia pun berdesis "Kita telah tersesat"
"Kenapa?" bertanya Manggada.
"Kedai ini nampakya hanya dikunjungi orang-orang yang
terpandang di kota ini"
Manggada tersenyum. Namun katanya "Tetapi tidak ada
larangan bagi siapapun yang masuk untuk membeli makanan
dan minuman disini" "Kita mempunyai uang Ki Pandi" sahut Laksana "asal kita
membayar harga makanan dan minuman sesuai dengan
tarifnya, kita tentu tidak akan dianggap bersalah"
"Tetapi lihat orang-orang yang ada di kedai ini" berkata Ki
Pandi "mereka memandang kita dengan heran. Mungkin
pakaian kita tidak seperti pakaian mereka. Pakaian kita
termasuk kusut dan kumal. Yang lain menjadi heran melihat
punggungku yang bongkok dan buruk"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada menggeleng sambil berkata "Tidak Ki Pandi.
Seperti yang Ki Pandi katakan, bahwa Ki Pandi selalu dihantui
oleh perasaan rendah diri"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Mungkin
memang demikian. Tetapi sebaikya kita mencari kedai yang
lebih kecil yang memang diperuntukkan orang-orang kecil
seperti kita" Tetapi Laksana menyahut "Kita sudah terlanjur duduk disini,
Ki Pandi. Sebaiknya kita acuhkan saja orang-orang lain itu"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Ia mencoba untuk tidak
memperhatikan orang lain. Tetapi ia mulai memperhatikan
berjenis-jenis makanan yang tersedia.
Beberapa saat kemudian, maka merekapun telah mendapatkan makan dan minuman yang mereka pesan.
Namun pelayan kedai itupun agaknya telah memperlakukan
tamu-tamunya menurut ujud lahiriahnya. Karena itu, maka
sikapnya kepada Ki Pandi, Manggada dan Laksana juga agak
kurang menyenangkan. Tetapi ketiganya memang tidak menghiraukan sikap itu.
Merekapun kemudian telah meneguk minuman hangat itu
serta makanan yang telah mereka pesan. Ketiganya tidak mau
kehilangan selera makan mereka karena hal-hal yang tidak
berarti apa-apa bagi mereka. Mereka berpendirian, bahwa
setelah mereka meninggalkan kedai itu, maka orang-orang
yang memperhatikan mereka, termasuk pelayan kedai itu,
tidak akan dijumpainya lagi.
Beberapa saat kemudian, maka Ki Pandi, Manggada dan
Laksana itu sudah selesai dengan makanan dan minuman
mereka. Tubuh mereka yang baru saja ditempa di tengah-
tengah hutan itupun merasa mejadi semakin segar. Darah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka menjadi panas dan jantung merekapun rasa-rasanya
berdetak semakin mantap. Namun yang dicemaskan Ki Pandi itupun terjadi. Tiba-tiba
saja tiga orang anak muda yang nampaknya dari keluarga
yang cukup terpandang telah mendekatinya. Seorang di antara
mereka sambil tertawa berkata kepada kawannya "Bagaimana
mungkin kakek ini mempunyai kelebihan di punggungnya"
Kawan-kawan tertawa. Bahkan seorang yang lain ternyata
lebih berani lagi. Diusapnya bongkok di punggung Ki Pandi itu
sambil berkata "Maaf kek. Aku tidak dapat menahan diri untuk
tidak meraba punggung kakek yang sangat memilik perhatian
ini." Kawan-kawannya tertawa semakin keras. Bahkan seorang
dari sekelompok anak muda yang yang lain, yang duduk di
muka pintu berkata "Bagaimana jika bongkok itu kita ambil
dan kita minta pemilik kedai ini untuk menggorengnya?"
Seisi kedai itu tertawa meledak.
Wajah Ki Pandi memang menjadi merah. Manggada dan
Laksana tidak dapat berdiam diri mengalami perlakuan yang
sangat buruk itu. tetapi ketika mereka bangkit, Ki Pandi
berdesis "Jangan lakukan. A ku minta"
"Tetapi itu sudah keterlaluan" sahut Laksana.
"Tidak apa-apa. Nanti setelah kita meninggalkan kedai ini,
kita tidak akan bertemu lagi dengan orang itu"
Manggada menggeram. Tetapi ia tidak mau melanggar
perintah Ki Pandi. Namun anak muda yang meraba punggung Ki Pandi itu
justru yang menyahut Jangan marah. "Ki Sanak. Aku tidak
bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin mengusap punggung ini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Manggada dan Laksana bagaikan telah membara.
Tetapi Ki Pandilah yang menjawab "Aku tidak berkeberatan
anak muda" "Bagus jawab anak muda itu kau memang orang yang
baik?" anak muda itu berhenti sejenak. Namun kemudian
katanya "Tetapi sayang. Aku justru mengharap kedua anak
yang bersamamu itu marah"
"Tidak. Mereka tidak akan marah. Mereka adalah
kemenakan-kemenakanku. Aku Kira, kami memang tidak akan
dapat marah kepada kalian anak anak muda"
"Ternyata kau cukup cerdik" berkata anak muda yang lain
"he, apakah kau tahu siapa kami"
"Tidak" jawab Ki Pandi "tetapi kami memang harus
menghormati kalian" Anak muda yang masih saja memegangi punggung Ki Pandi
itu berkata "ternyata kau bijaksana. Baiklah. Silahkan makan
dan minum" Ketiga anak muda itu bergeser menjauh dan kembali duduk
di tempatnya semula. Namun anak muda yang berada di
depan pintu itu berteriak lagi "He, kenapa kalian tidak jadi
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengambil kelebihan pada punggung kakek itu" Ambil dan
serahkan pada pemilik kedai ini"
Beberapa orang yang ada di kedai itu tertawa.
Sementara itu, Ki Pandipun berkata "Marilah. Kita
tinggalkan kedai ini. Hal-hal seperti ini akan terulang dan
terulang sebagaimana yang terjadi sebelum kita memasuki
hutan itu. Karena itu, kalianpun tahu, kenapa aku menjadi
rendah diri. Dahulu, ketika aku masih muda, aku berusaha
menutupi perasaan ini dengan tingkah laku yang aneh-aneh.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di perguruan aku berusaha untuk menunjukkan kelebihanku
dalam olah kanuragan. A ku menjadi sagat mudah tersinggung
dan aku sering membuat onar. Tetapi masa-masa seperti itu
sudah lampau. Kini aku hanya dapat menerima setiap
perlakuan seperti itu dengan menekan perasaanku, karena
agaknya tidak pantas lagi bagiku untuk berkelahi di
sembarang tempat. Manggada dan Laksana menarik nafas dalam-dalam.
Namun dengan nada berat Laksana berkata "Bagaimana jika
kami saja yang berkelahi sekarang"
Ki Pandi menggeleng. Katanya "Tidak. Jangan"
Namun agaknya orang-orang di kedai itu masih saja
memperolok-olokkannya. Sekali-sekali terdengar gelak tertawa
di antara mereka. Bahkan ampat orang anak muda yang baru
masuk kedai itupun telah ikut pula memperolok-olokkannya.
Agaknya anak muda itupun termasuk anak-anak muda dari
lingkungan yang sama. Namun tiba tiba semua gelak itupun terhenti. Orang-orang
yang ada di dalam kedai itu nampak menjadi gelisah. Lebih-
lebih beberapa kelompok anak muda yang sudah ada di dalam
kedai. Sedangkan orang-orang yang lebih tuapun menundukkan kepala mereka. Semua perhatian tiba-tiba telah
terikat pada mangkok-mangkok minuman dan makanan
mereka. Beberapa saat kemudian, seorang anak muda memasuki
kedai itu, diiringi oleh dua orang yang bertubuh tinggi kekar
dan berwajah garang. Tiga orang anak muda yang telah memperolok-olokkan Ki
Pandi dengan meraba-raba bongkoknya itu nampak menjadi
sangat gelisah. Setelah mereka saling memberi isyarat, maka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketiganya tiba-tiba telah bangkit berdiri dan berlari lewat pintu
butulan di dekat tempat Ki Pandi duduk.
Namun langkahnyapun terhenti. Di luar pintu telah telah
berdiri pula seorang yang bertubuh tinggi berbadan kekar
seperti dua orang yang mengikuti anak muda yang baru
masuk itu. "Apakah kalian akan lari?" bertanya orang yang sudah
berdiri di pintu itu. Ketiga anak muda itu melangkah mundur. Wajah mereka
menjadi tegang. Sementara anak muda yang baru masuk
bersama dua orang itu masih berdiri di pintu kedai itu.
"Kau tidak akan dapat lari
kemana-mana sekarang" berkata
anak muda yang baru datang itu.
Ketiga orang anak muda itu
memang tidak dapat melarikan diri
lagi. Sementara itu. anak-anak
muda yang lain nampaknya tidak
ingin terlibat. Bahkan orang-orang
yang lebih tua tidak ada yang
berani berbuat sesuatu. "Aku ingin membuat perhitungan
sekarang" berkata anak muda itu
"aku mencarimu selama dua hari.
Baru sekarang aku menemukanmu disini"
Ketiga orang anak muda itu tidak menjawab. Tetapi wajah-
wajah mereka nampak menjadi sangat tegang.
"Dua hari yang lalu kalian telah memukuli saudara
sepupuku. Apakah kalian belum mengenal aku?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi, tetapi..." salah seorang dari ketiga orang itu
menjawab dengan gagap "kami tidak tahu bahwa anak itu
sepupumu. Anak itulah yang mendahului menimbulkan
persoalan. Justru saat itu kami sedang baristirahat"
"Kau dapat mengatakan dengan alasan apapun juga. Tetapi
yang sudah terjadi adalah bahwa kalian telah memukuli
kemanakanku sampai terluka cukup parah" jawab anak muda
itu. "Tetapi anak itulah yang memancing persoalan" jawab salah
seorang dari ketiga anak muda itu.
"Aku tidak peduli" anak muda itu membentak.
Ketiga orang itu menjadi semakin pucat. Sementara itu
anak muda itu berkata "Kalian harus tahu siapa aku"
"Ya. Kami tahu" jawab anak muda yang menjadi ketakutan
itu. "Nah, kita sudah saling mengenal, siapa kalian dan siapa
aku. Karena itu terserah kepada kalian, apakah kalian akan
melawan atau kalian akan membiarkan kami memperlakukan
kalian seperti kalian memperlakukan sepupuku"
"Tetapi ia menyerang kami dengan pisau. Kami tidak
bersalah" seorang di antara ketiganya hampir berteriak.
Tetapi anak muda itu sama sekali tidak menghiraukannya.
Selangkah ia maju. Ketika kakinya menyentuh kaki seorang
yang duduk sambil menunduk di dekatnya, maka kaki itupun
dikibaskannya keras-keras sehingga orang itu telah terpental
dari tempat duduknya dan jatuh terguling di tanah.
Demikian orang itu berusaha bangkit, maka anak muda
itupun membelalakkan matanya sambil berkata "Kau akan
mencoba menghina aku, he"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Tidak" orang itu menjadi ketakutan "aku sama sekali
tidak sengaja. Aku mohon ampun"
Anak muda itu melangkah lagi. Iapun kemudian telah
memandangi orang-orang yang ada di kedai itu. Bukan hanya
ketiga orang anak muda yang menjadi ketakutan itu.
Tiba-tiba matanya terhenti ketika ia melihat Ki Pandi,
Manggada dan Laksana. Dengan wajah yang tegang ia berkata
"Ada juga kutu-kutu busuk yang masuk ke kedai ini"
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia berdesis
perlahan sekali "Kalian harus tetap menahan diri "
"Apakah kedai ini sudah berubah menjadi ruang makan bagi
pengemis-pengemis" berkata anak muda itu keras-keras.
Suasana masih tetap diam namun tegang. Adalah di luar
dugaan bahwa anak muda itu justru melangkah mendekati Ki
Pandi "He, kakek bongkok. Kau kenal aku?"
Ki Pandi memandang anak muda itu sekilas. Namun
kemudian iapun menggeleng sambil menjawab "Tidak anak
muda" "Nah, sekarang kesempatan bagimu untuk mengenalku.
Aku adalah penguasa di lingkungan ini. Semua orang harus
tunduk kepadaku" Ki Pandi yang memang tidak ingin ribut itu mengangguk
sambi menjawab "Aku mengerti anak muda"
"Dengar. Aku tidak senang melihat pengemis di kedai ini"
geram orang itu. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Di luar sadarnya, ia
memandang berkeliling. Orang-orang yang ada di dalam kedai
itu memang orang-orang yang agaknya datang dari tataran
yang baik. Tetapi ketika hal itu dibicarakan dengan Manggada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Laksana, maka keduanya menganggap bahwa kedai itu
diperuntukkan bagi siapa saja yang sanggup membayar,
sehingga karena itu, maka mereka bertiga tidak segera pergi.
Namun ternyata hal itu mempunyai akibat yang panjang.
Anak muda itupun kemudian berkata "Baiklah. Kali ini aku
maafkan kalian. Tetapi untuk selanjutnya kalian tidak boleh
lagi masuk ke dalam kedai ini"
"Baiklah anak muda" jawab Ki Pandi "kami akan segera
meninggalkan kedai ini"
Anak muda itupun telah memanggil pemilik kedai itu
dengan isyarat tangannya. Dengan tergesa-gesa pemilik kedai
itupun berlari-lari kecil mendekat.
"Suruh orang-orang itu pergi setelah membayar" Pemilik
kedai itu mengangguk hormat. Katanya "Baiklah anak muda"
Manggada tidak menunggu orang itu minta dibayar harga
makanan dan minuman yang telah mereka pesan. Ketika
orang itu mendekatinya, maka Manggadapun segera bertanya
sambil mengambil kampil kecil dari kantong ikat pinggangnya.
Di kampil itu masih tersimpan sisa uangnya yang sudah tidak
terlalu banyak lagi. Tetapi justru karena mereka sudah berada
di jalan pulang, maka mereka tidak akan memerlukan banyak
uang lagi di perjalanan. Setelah membayar beberapa keping uang sebagaimana
disebut oleh pemilik kedai itu, maka mereka bertigapun
melangkah keluar diikuti pandangan berpasang-pasang mata
dari orang-orang yang ada di kedai itu.
Sebenarnya perasaan Manggada dan Laksana telah
memberontak di dalam dadanya. Tetapi mereka sangat
menghormati Ki Pandi, sehingga mereka tidak berbuat sesuatu
karena Ki Pandi selalu mencegahnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian Ki Pandi, Manggada dan Laksana keluar dari kedai
itu, maka perhatian anak muda itu kembali tertuju kepada
ketiga orang anak muda yang masih ada di dalam kedai itu.
Semula mereka mengira bahwa perhatian anak muda yang
baru datang itu telah beralih. Namun ternyata perhatiannya
kembali tertuju kepadanya.
Di luar, Ki Pandi, Manggada dan Laksana masih berdiri
termangu-mangu. Seorang yang umurnya sudah sebaya
dengan Ki Pandi telah datang mendekatinya.
"Apakah kau diperlakukan kasar oleh anak-anak di dalam
kedai itu" Dan yang terakhir anak muda yang baru datang
bersama tiga orang pengawalnya?" bertanya orang itu.
"Ah, tidak apa-apa Ki Sanak" jawab Ki Pandi "aku mengenal
sikap anak-anak muda yang kadang-kadang meledak-ledak"
Orang itu memandang ke pintu kedai itu. Lalu katanya
"Tetapi anak-anak itu kadang-kadang memang keterlaluan.
Aku melihat apa yang mereka lakukan atas Ki Sanak"
Ki Pandi tersenyum. Katanya "Aku sudah melupakannya"
"Ki Sanak memang bijaksana" jawab orang itu. Namun
katanya kemudian "tetapi hukuman itu akhirnya datang
sendiri. Kau belum mengenal anak muda yang datang dengan
pengawalnya itu" "Belum Ki Sanak" jawab Ki Pandi.
"Anak itu anak orang yang sangat kaya. Orang-orang di
sekitar tempat ini, termasuk pemilik kedai itu, mendapat
pinjaman uang dari orang tua anak muda itu sebagai modal.
Itulah sebabnya maka ia sangat dihormati di lingkungan ini.
Kedudukannnya justru melampaui kedudukan Ki Demang
sendiri. Ia dapat berbuat apa saja sekehendak hatinya. Nah,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiga orang anak muda itu akan mengalami nasib buruk di
tangannya. Ketiga orang pengawalnya itu akan memperlakukan ketiga orang anak muda itu menjadi barang
mainan. Mereka pulang dengan tulang-tulang yang retak"
"Apakah Ki Demang tidak mampu mengatasinya?" bertanya
Ki Pandi "atau barangkali prajurit Pajang"
"Ki Demang sudah tidak berdaya. Sementara itu, mereka
tidak berani melaporkan kepada prajurit Pajang. Mungkin
prajurit Pajang dapat bertindak. Namun nasib mereka yang
berani melaporkan itu akan menjadi lebih buruk lagi"
Wajah Ki Pandi nampak berkerut. Sementara orang itu
berkata "Lebih dari itu, ayah anak muda itu mempunyai
banyak kawan di lingkungan keprajuritan. Hubungan yang baik
itu sangat mempengaruhi sikap mereka"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun sebelum ia
menyahut, maka iapun terkejut melihat anak muda yang
terlempar dari pintu kedai itu dan jatuh di halaman.
"Ampun. Aku minta ampun" anak muda itu hampir
menangis. Seorang yang bertubuh tinggi keker melangkah mendekatinya. Dengan tangkasnya ia menggapai baju anak
muda yang terjatuh itu. Kemudian ditariknya sehingga anak
muda itu berdiri. Namun sebuah pukulan yang sangat keras
telah mengenai perutnya. Anak muda itu terbungkuk kesakitan. Tetapi pukulan yang
lain melayang mengenai wajahnya, sehingga sekali lagi anak
muda itu terjatuh di halaman.
Ki Pandi, Manggada dan Laksana berdiri termangu-mangu.
Sedang orang yang sudah sebaya dengan Ki Pandi itu berkata
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lebih baik kita pergi. Jika kita masih tetap disini, maka kita
tentu akan dianggap mencampuri persoalan mereka"
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Silahkan menyingkir Ki Sanak. Aku akan menonton
disini"
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orang itu menjadi heran. Dengan nada tinggi ia berkata
"Apa yang sebenarnya kau kehendaki" Kau sudah mendapat
perlakuan kasar. Kau sudah diusir seperti seorang pengemis
meskipun kau mampu membayar harga makanan dan
minumanmu. Sekarang kau akan menonton apa yang bakal
terjadi disini. Bukankah itu akan berakibat buruk bagi kalian?"
"Kasihan anak-anak muda yang bakal mengalami nasib
buruk itu" berkata Ki Pandi.
"Itu hukuman bagi mereka. Bukankah mereka telah
memperolok-olokkan Ki Sanak"
"Tetapi kenakalan itu masih merupakan kenakalan anak-
anak muda. Namun agaknya anak muda yang berpengawal itu
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih kasar lagi,
justru karena ia mempunyai kedudukan yang kuat, serta
pengawal yang berilmu tinggi" berkata Ki Pandi "bahkan
menurut perhitunganku, anak muda itu tentu juga sering
memeras orang-orang yang telah meminjam uang kepada
ayahnya di luar pengetahuan ayahnya itu sendiri"
"Ya" jawab orang itu "darimana kau tahu"
"Aku hanya menduga" jawab Ki Pandi. Namun kemudian
katanya "Meskipun aku juga berprihatin melihat anak-anak
muda yang tidak lagi menaruh hormat kepada orang-orang
tua sebagaimana dilakukan oleh ketiga orang anak muda yang
memperolok-olokkan aku, tetapi aku merasa sangat menyesali
sikap dan tindakan anak muda yang berpengawal itu. Tingkah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakunya sudah mengarah pada laku kejahatan, la menakut-
nakuti orang di satu lingkungan tertentu dan memeras mereka
dengan semena-mena" "Aku sependapat Ki Sanak. Tetapi apa yang dapat kau
lakukan atas mereka?" sahut orang itu.
Namun keadaan menjadi bertambah tegang, ketika dua
orang anak muda yang lain dilemparkan keluar pula. Mereka
mulai merengek minta ampun. Tetapi ketiga orang yang
bertubuh tinggi berbadan kekar dan berwajah garang itu
tanpa belas kasihan telah menghajar mereka. Sedangkan anak
muda yang ditakuti itu berdiri bertolak pinggang di muka
pintu. Ki Pandi berdiri termangu-mangu. Kemudian ia berpaling
kepada Manggada dan Laksana sambil berkata "Kalian harus
mencegah perlakuan yang sewenang-wenang itu"
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Semula
Ki Pandi mencegah mereka untuk turun tangan. Namun tiba-
tiba Ki Pandi itu justru memberikan perintah kepada mereka
untuk berbuat sesuatu. Melihat kedua anak muda itu ragu-ragu, maka Ki Pandi pun
berkata sekali lagi "Cegah orang itu. Mereka tidak berhak
memperlakukan anak-anak muda itu seperti itu. Jika anak-
anak muda itu bersalah, maka ia harus diserahkan kepada Ki
Demang atau bebahu yang ditugaskannya"
Manggada dan Laksana mengangguk kecil. Tanpa bertanya
lebih lanjut, maka merekapun melangkah mendekati anak
muda yang bertolak pinggang itu.
Anak muda itu memang menjadi heran melihat kedua orang
yang telah diusirnya itu mendatanginya. Dengan lantang anak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda itu membentaknya "He, untuk apa kau datang
kepadaku" Suaranya justru telah menghentikan pengawalnya yang
masih saja menyakiti ketiga anak muda yang sudah minta
ampun itu. Bahkan mulut mereka sudah mulai berdarah,
karena bibir mereka yang pecah atau gigi mereka yang
terlepas. "Hentikan perbuatan itu Ki
Sanak" berkata Manggada.
"Perbuatan yang mana?" bertanya anak muda itu. "Anak-anak muda yang dipukuli oleh pengawalmu itu
sudah merengek minta ampun.
Ternyata mereka memang tidak
lebih dari anak-anak yang
hanya dapat menangis dan minta ampun jika mereka menghadapi kesulitan, meskipun mereka anak-anak
yang tidak tahu diri dan mengenal unggah-ungguh" jawab Manggada. Wajah anak muda itu menjadi merah. Tidak pernah ada
orang yang berani mencegah perbualan-perbuatannya. Karena
itu, maka iapun berteriak "He, pengemis buruk. Kau tidak
mengenal aku, he. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa
aku penguasa di lingkungan ini"
"Mungkin, tetapi mereka tidak mengakuimu. A kupun bukan
orang yang termasuk mempunyai pinjaman kepada orang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tuamu. Karena itu, aku dapat bersikap sesuai dengan
kemauanku atasmu" "Setan kau" suara anak muda itu mulai bergetar oleh
kemarahan yang membakar ubun-ubunnya "kalian mau apa
sekarang" Laksanalah yang menyahut "Bagus. Aku menunggu
pertanyaan itu. Dengar. Sekarang aku akan mencegah
perbuatan orang-orangmu itu. Jika perlu dengan kekerasan"
Kemarahan anak muda itu tidak terbendung lagi. Karena
itu, maka iapun berteriak kepada orang-orangnya "Koyaklah
mulut anak-anak gila ini"
Ketiga orang pengawai anak muda itupun meninggalkan
korban-korban mereka. Dengan gigi yang gemeretak, maka
mereka segera melangkah mendekati Manggada dan Laksana.
Ketiga orang anak muda yang tulang-tulangnya bagaikan
retak itu berusaha bangkit. Namun mereka hanya dapat
beringsut beberapa langkah, sementara Manggada berkata
"Jangan takut anak-anak manis. Kau tidak akan dipukuli lagi"
Ketiga orang anak muda itupun menjadi heran. Anak-anak,
muda itu adalah anak-anak muda yang duduk bersama orang
bongkok yang telah diperolok-olokkannya. Ketika itu mereka
tidak berbuat apa-apa. Meskipun nampaknya mereka tersinggung, tetapi justru
orang bongkok itu sendirilah yang menenangkan mereka,
sehingga keduanya tidak berbuat apa-apa. Bahkan ketika
salah seorang dari mereka mengharap kedua anak muda itu
marah, ternyata keduanya tidak bangkit dari tempat
duduknya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kini anak-anak muda itu telah menantang ketiga
orang pengawal anak muda yang sangat disegani di
lingkungan itu. Dalam pada itu, ketiga orang pengawal itu sudah siap.
Namun karena yang akan mereka hadapi hanya dua orang
anak muda saja, maka seorang di antara mereka terpaksa
mengalah. "Kau bereskan anak-anak yang telah memukuli sepupuku
itu" berkata anak muda yang disegani itu.
Orang itu memang berpaling kepada tiga orang anak muda
yang sudah berhasil bangkit untuk duduk di pinggir halaman
itu. Sementara itu Laksanalah yang berteriak kepada mereka
"Bangkit. Lawan orang yang akan memukulimu. Bukankah
kalian laki-laki sejati" Kalian hanya berani memperolok-olokkan
orang tua yang kau anggap tidak mampu berbuat apa-apa.
Tetapi menghadapi orang yang kau anggap kuat, kau sama
sekali tidak berani berbuat apa-apa. Bahkan merengek minta
ampun" "Cukup" bentak anak muda yang membawa tiga orang
pengawal itu. Lalu katanya kepada kedua orang pengawalnya
"Buat mereka menjadi jera"
Kedua orang pengawal itupun segera melangkah maju.
Seorang mendekati Manggada dan seorang lagi mendekati
Laksana. Dalam pada itu, beberapa orang yang ada di kedai itupun
telah keluar. Mereka melihat dua orang anak muda yang
datang bersama orang bongkok itu sudah berhadapan dengan
orang-orang yang sangat ditakuti di tempat itu. Bahkan Ki
Demangpun tidak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi kedua orang anak muda yang berpakaian kusut itu
nampaknya sama sekali tidak merasa takut.
Tetapi beberapa orang berbisik di antara mereka "Mereka
belum mengenal kedua orang yang garang dan bengis itu.
Mereka tentu akan mematahkan tangan atau kaki keduanya
atau bahkan lehernya"
Sementara itu, orang yang umurnya sebaya dengan Ki
Pandi berkata dengan nada cemas "Kau umpankan anak-anak
itu ke dalam mulut serigala yang sangat buas. Kau tentu
belum mengenal mereka. Mereka dapat berbuat apa saja yang
tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Apalagi terhadap orang
yang sudah berani menentang anak muda yang mengendalikan mereka. Anak muda yang nampaknya tampan
itu ternyata berhati iblis. Dan kau serahkan anak-anakmu itu
ke tangannya yang merah oleh darah.
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku tidak
berharap demikian. Aku tidak senang melihat tingkah laku
anak muda dan pengawal-pengawalnya itu. Karena itu, aku
berharap bahwa kedua orang kemenakanku itu dapat sedikit
memperingatkannya agar untuk selanjutnya ia berhati-hati"
"Apakah kedua kemenakanmu itu mempunyai ilmu kebal?"
bertanya orang itu. "Tidak" jawab Ki Pandi. Namun katanya kemudian "Tetapi
mereka berbekal niat yang baik"
"Niat saja tidak akan menolong mereka. Nasibnya akan
menjadi lebih buruk dari ketiga orang anak muda itu"
Dalam pada itu, Manggada dan Laksanapun sudah mulai
bergeser saling menjauhi. Mereka sudah siap menghadapi
kedua orang yang bertubuh tinggi tegap itu. bahkan tenaga
merekapun ternyata lebih kuat dari orang kebanyakan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang bertubuh raksasa itulah yang kemudian
mulai menyerang. Mereka seakan-akan tidak memperhitungkan perlawanan kedua orang anak muda itu.
Raksasa yang melawan Manggada itu justru telah melangkah
maju sambil mejulurkan tangannya untuk menangkap anak
muda itu, seakan-akan anak muda itu bukannya sasaran yang
dapat bergerak dan apalagi melawan.
Manggada yang melihat lawannya itu ingin menangkapnya
begitu saja, justru merasa tersinggung. Beberapa langkah ia
mundur. Tidak untuk menghindari tangan lawannya yang akan
menangkap lengannya itu. Tetapi ia justru mengambil ancang-
ancang. Bahwa Manggada merasa tersingggung itu telah membuatnya berusaha untuk memberikan peringatan kepada
lawannya pada serangannya yang pertama.
Demikianlah, ketika raksasa itu masih saja melangkah maju,
maka dengan tiba-tiba saja Manggada telah melenting sambil
memiringkan tubuhnya. Dikerahkannya tenaganya untuk
melontarkan serangan kearah dada orang itu untuk
menunjukkan bahwa lawannya tidak dapat menganggapnya
seorang yang tidak berdaya.
Tubuh Manggada meluncur dengan derasnya. Kakinya
terjulur lurus menyamping. Langsung kearah dada.
Namun ternyata yang tidak terduga-duga itu terjadi.
Manggada sendiri terkejut ketika kakinya menghantam dada
orang itu. Ternyata pertahanan orang itu telah terguncang. Bahkan
kemudian orang itu bagaikan dilemparkan langsung jatuh
terbanting di tanah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar mulutnya mengumpat kasar. Dengan sigapnya ia
melenting untuk bangkit berdiri. Tetapi ternyata tubuhnya pun
segera terhuyung-huyung. Ia hanya mampu berdiri beberapa
kejap. Kemudian sekali lagi tubuhnya jatuh terguling. Bahkan
dari mulutnya telah mengalir darah.
Orang itu mengerang kesakitan. Dipeganginya dadanya
dengan kedua tangannya sambil menggeliat-geliat. Betapa
wajahnya membayangkan kesakitan yang sangat. Bahkan
kemudian nafasnya menjadi sesak.
"Gila" teriak anak muda yang disegani itu "apa yang telah
terjadi denganmu" Tetapi orang bertubuh raksasa itu tidak dapat menjawab.
Dari mulutnya masih terdengar erang kesakitan.
Ki Pandi menjadi cemas. Ia tidak mengharap Manggada
membunuh orang itu. Namun Ki Pandipun memaklumi, bahwa
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setelah berada di hutan selama sebulan, maka Manggada
kehilangan pengamatan atas tingkat ilmunya. Manggada
sendiri tidak sadar, bahwa ilmunya telah jauh meningkat
dibandingkan sebelum ia menjalani laku Tapa Ngidang di
hutan dari purnama sampai ke purnama.
Sementara itu, seorang di antara raksasa yang sudah
berhadapan dengan Laksanapun menjadi cemas. Agaknya
anak muda yang seorang lagi itupun memiliki kemampuan
yang setingkat. Tetapi orang yang sudah siap menghadapi Laksana itu
berkata pada diri sendiri "Orang dungu itu telah lengah,
sehingga ia tidak berdaya sama sekali ketika serangan itu
datang" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka orang itupun telah mempersiapkan diri
sebaik-baiknya untuk menghadapi anak muda yang seorang
lagi itu. Sementara itu, anak muda yang ditakuti itupun berteriak
kepada pengawal yang seorang lagi "Gantikan orang dungu
itu. ia tidak pantas menjadi pengawalku lagi. Selesaikan kedua
orang anak iblis itu. Apapun yang terjadi atas mereka"
Perintah itu jelas. Mereka tidak perlu mengekang diri lagi.
bahkan seandainya anak-anak itu terbunuh oleh tangan-
tangan mereka yang kasar itu.
Manggada mundur beberapa langkah. Yang terjadi itu
benar-benar di luar dugaannya sendiri. Karena itu, maka ia
justru harus menilai kembali tenaga dan kemampuannya.
Bahkan tanpa mengerahkan tenaga dalamnya.
Yang kemudian mulai menyerang adalah orang yang
berhadapan dengan Laksana. Sebenarnyalah bahwa Laksana
sendiri juga menjadi bimbang oleh kekuatan dan kemampuannya sendiri. Karena itu, maka Laksana harus mulai dari dasar
kekuatannya, ia mulai mejajagi kekuatan dan kemampuan
lawannya. Iapun tidak ingin jika lawannya kemudian terbunuh
dalam pertempuran itu. Namun dalam beberapa saat, laksanapun segera mengetahui, bahwa kekuatan lawannya yang bertubuh
raksasa itu tidak akan mampu menggetarkan pertahanannya.
Karena itu, maka Laksanapun tidak perlu bersusah payah
menghindari serangan-serangan lawannya. Tetapi ia selalu
menangkis dan bahkan membentur serangan lawannya.
Dengan demikian, maka Laksana sekaligus dapat menjajagi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan saja kekuatan dan kemampuan lawannya, tetapi
kekuatan dan kemampuannya sendiri pula.
Ternyata orang bertubuh raksasa itu tidak banyak
mempunyai kesempatan. Serangan-serangannya selalu kandas
seakan-akan tidak berarti bagi lawannya yang masih muda itu.
Setiap terjadi benturan, maka rasa-rasanya tulang-tulangnya
menjadi retak. Demikian pula orang yang kemudian menggantikan
kawannya yang kesakitan itu, Iapun segera mulai terdesak,
namun Manggada berusaha untuk lebih mengendalikan diri. Ia
tidak ingin membunuh seorangpun. Bahkan iapun mulai
menjadi cemas ketika ia melihat orang yang terbaring itu sama
sekali tidak bergerak lagi.
Ki Pandi yang juga melihat orang itu tidak bergerak lagi,
segera mendekatinya. Namun ternyata orang itu masih hidup.
Namun tubuhnya sudah menjadi lemah sekali. Meskipun
demikian, pernafasannya masih cukup baik.
Ki Pandipun termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun berteriak kepada pemilik kedai yang berdiri termangu-
mangu di pintu kedainya sambil gemetar "Ambil air, cepat"
Pemilik kedai itu sekan-akan telah bergerak dengan
sendirinya. Berlari-lari ia mengambil semangkuk air dan
diserahkannya kepada Ki Pandi yang berjongkok di sebelah
orang itu, sementara Manggada dan Laksana masih bertempur
di halaman. Ki Pandi kemudian telah mengambil sebutir obat dari
kantong ikat pinggangnya. Kemudian menyisipkannya di bibir
orang itu. Sambil menitikkan air di mulut orang itu Ki Pandi berkata
"Telanlah. Keadaanmu akan berangsur baik"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Antara sadar dan tidak, maka orang itupun telah menelan
air yang dituangkan perlahan-lahan di mulutnya. Obat yang
diselipkan di bibir orang itupun lelah menjadi larut pula ikut
tertelan lewat kerongkongannya.
Terasa darahnya yang menjadi hangat merambat lewat
urat-uratnya, mengalir ke seluruh tubuhnya. Perasaan sakit
pun sedikit demi sedikit telah berkurang, sementara tenaganya
terasa sedikit segar. Meskipun dadanya masih sakit dan tulang-tulangnya terasa
nyeri, namun obat itu telah sangat membantunya mengurangi
penderitaannya. Sementara itu, pertempuran masih berlangsung, namun
sudah tidak seimbang lagi. Manggada dan laksana telah
mendesak lawannya sehingga sama sekali tidak berdaya lagi.
Mereka tinggal dapat meloncat-loncat menghindar, berlari-lari
kecil mengambil jarak dan balikan nampak di wajah mereka,
betapa mereka mulai dicengkam oleh kecemasan yang sangat.
Sekali-sekali serangan Manggada dan Laksana telah mengenai
tubuh mereka. Perasaan sakit dan nyeri telah mencengkam
seluruh tubuh mereka, lawan Manggada hidungnya sudah
mulai berdarah. Sementara lawan Manggada matanya nampak
lembab dan kebiru-biruan.
Anak muda yang disegani itu ternyata tidak mau melihat
kenyataan. Ketika kedua pengawalnya itu tidak lagi mampu
berbuat sesuatu, maka ia masih saja berteriak "Bunuh anak-
anak iblis itu. Jangan takut, aku yang akan mempertanggung
jawabkannya" Tetapi kedua orang pengawalnya yang bertubuh raksasa itu
tidak mampu berbuat sesuatu. Mereka tidak mampu lagi
menghindari dan bahkan menangkis serangan-serangan anak-
anak muda itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan ketika Laksana sedikit terdorong melayangkan
tangannya menebas dengan sisi telapak tangannya mengenai
kening lawannya, maka lawannya itupun merasa bumi
tempatnya berpijak menjadi berputar.
Laksana yang sudah siap melancarkan serangan berikutnya,
telah tertahan dan bahkan mengurungkannya. Dibiarkannya
lawannya berusaha memperbaiki keseimbangaannya yang
goyah. Anak muda yang disegani itu menjadi semakin marah.
Ketika orang yang berusaha untuk berdiri tegak itu gagal,
sehingga ia jatuh terduduk, maka anak muda itupun berteriak
"He, pengecut. Kenapa kau malah duduk disitu. bangkit,
bunuh lawanmu atau kau akan dihukum cambuk oleh ayah"
Orang itu memang masih berusaha untuk bangkit, tetapi ia
tidak mampu lagi. Kepalanya benar-benar terasa pening dan
segalanya telah berputar.
"Bangkit" teriak anak muda itu.
Laksana yang mendengar teriakan-teriakan itu justru tidak
tahan lagi. Justru karena lawannya sudah tidak berdaya.
Karena itu, maka ketika anak muda itu berteriak sekali lagi dan
bahkan lebih keras, maka Laksana telah meloncat menghampirinya. Dengan cepat tangannya telah menggapai
baju anak itu dan menariknya sambil berkata "Kenapa kau
hanya berteriak-teriak saja. Kenapa bukan kau sendiri yang
memasuki arena dan berkelahi"
Anak muda itu terkejut. Ia tidak pernah mengalami
perlakuan yang demikian, karena itu, maka iapun berteriak
"Lepaskan bajuku. Kau akan menyesal dengan perlakuanmu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Laksana tidak melepaskannya. Justru tangannya
terayun menampar wajah anak muda itu sambil membentak
"Diam kau, atau aku buat kau terdiam"
Tamparan di wajahnya itu benar-benar mengejutkannya.
Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi. Seorang anak
muda yang berpakaian kumal telah berani menamparnya.
Tetapi Laksana masih saja memegangi bajunya sambil
membentak-bentaknya "Ayo. Aku tantang kau berkelahi. Mau
tidak mau" Sebelum anak itu menjawab, maka Laksana telah
menyeretnya dan mendorongnya ke halaman.
Demikian kerasnya dorongan Laksana sehingga anak muda
itu telah jatuh terjerembab. Wajahnya terantuk tanah,
sehingga menjadi kotor karenanya.
Laksana yang berdiri di dekatnya membentaknya "bangkit.
Kita berkelahi" Anak itu benar-benar menjadi bingung. Orangnya yang
terakhirpun telah terbaring pula di tanah.
Sebenarnya Manggada tahu, bahwa lawannya itu masih
mungkin untuk bangkit dan memberikan perlawanan. Tetapi
agaknya orang itu tidak melihat lagi harapan untuk dapat
bertahan, sehingga karena itu, ketika ia terjatuh, maka iapun
berpura tidak lagi mampu berdiri.
Karena anak muda itu masih belum bangkit, maka Laksana
telah memarik lagi bajunya. Sekali lagi Laksana menampar
wajah anak muda itu. Tiba-tiba saja anak muda itu telah kehilangan pegangan. Ia
tidak terbiasa berbuat sesuatu selain berteriak-teriak
memberikan perintah. Ketika kemudian orang-orang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawalnya itu tidak berdaya, maka anak muda itupun tidak
tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Karena itu, ketika Laksana mengguncang bajunya, maka
tiba-tiba saja anak itu menagis.
"Ampun. Aku minta ampun"
Hampir saja Laksana tidak mampu mengendalikan dirinya.
Tetapi kemudian Laksana itu menyadari, bahwa anak muda itu
telah benar-benar menjadi ketakutan.
Karena itu, maka Laksana pun telah melepaskannya dan
berkata "Aku akan datang lagi ke lingkungan ini. Jika kau
masih berbuat sebagaimana kau lakukan sekarang, maka aku
akan menghancurkanmu. Katakan kepada ayahmu, bahwa aku
akan tetap berbuat tanpa harus tunduk kepadamu dan kepada
ayahmu. Disini tentu ada paugeran yang berlaku bagi setiap
orang. Termasuk kau dan ayahmu, sehingga kalian tidak dapat
berbuat sekehendakmu sendiri"
Anak muda itu tidak dapat menjawab sama sekali.
Tangisnya justru menjadi-jadi. Rasa-rasanya anak muda itu
tidak lagi merasa malu. Orang yang menyaksikan peristiwa itu memang menjadi
berdebar-debar. Mereka yakin bahwa orang-orang yang berani
melawan anak muda itu tentu orang yang sama sekali tidak
mengenalnya. Namun yang perasaanya terguncang bukan saja anak muda
yang menangis itu, tetapi tiga orang anak muda yang telah
dihajar oleh ketiga pengawal anak muda yang menangis
itupun menjadi sangat gelisah menghadapi kenyataan itu.
Mereka tidak dapat mengerti, kenapa kedua anak muda yang
berpakaian kusut itu tidak berbuat sesuatu atas diri mereka
ketika mereka memperolok-olokkan orang tua yang bongkok
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang justru mencegahnya. Jika saja kedua anak muda itu tidak
dapat dikendalikan oleh orang yang bongkok itu, maka mereka
bertiga akan mengalami nasib yang lebih buruk lagi.
Sementara itu, Laksana telah melepaskan anak muda yang
menangis itu. Sedangkan Manggada pun telah bergeser
menjauh. Ki Pandi yang telah memberikan obat kepada salah
seorang pengawal yang dadanya terluka di dalam itupun telah
bangkit dan berdiri pula.
"Marilah" berkata Ki Pandi "kita tinggalkan saja tempat ini.
Kita tidak mempunyai kepentingan apa-apa lagi disini"
Manggada telah melangkah mendekati Ki Pandi. Tetapi
Laksana justru melangkah mendekati ketiga orang anak muda
yang telah memperolok-olokkan Ki Pandi yang masih saja
bingung manghadapi kenyataan itu.
Laksana yang kemudian berdiri di hadapan ketiga orang
anak muda itu berkata "Sekarang kalian bangkit berdiri"
Ketiga orang anak muda itupun benar-benar ketakutan.
Karena itu, merekapun dengan gemetar telah bangkit berdiri
pula, betapapun tubuh mereka masih merasa nyeri.
Tiba-tiba Laksana telah menyambar ikat kepala mereka,
membantingnya di tanah dan menginjaknya. Sambil mengusap
kepala ketiga orang anak muda itu ia berkata "Tiba-tiba saja
aku ingin mengusap kepala kalian. Kepala anak-anak muda
yang tidak lebih dari pengecut. Kenapa kalian sama sekali
tidak berani melawan" Apakah kalian hanya berani
memperolok-olokkan orang tua yang kau anggap tidak
berdaya" Atau kau anggap pengemis sebagaimana dikatakan
oleh anak cengeng itu"
http://dewi-kz.info/
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiganya sama sekali tidak menjawab. Merekapun sama
sekali tidak berbuat apa-apa ketika kepala mereka diguncang-
guncang oleh Laksana. Ketiga anak muda itu melangkah mundur. Wajah mereka
menjadi tegang. Sementara anak muda yang baru masuk
bersama dua orang itu masih berdiri di pintu kedai itu.
Ki Pandi hanya dapat menarik nafas dalam-dalam.
Sementara Manggada hanya memandanginya saja.
Namun akhirnya Ki Pandi itu memberinya isyarat untuk
meninggalkan anak-anak muda itu.
Bertiga merekapun kemudian bersiap meninggalkan kedai
itu dengan meninggalkan berbagai macam kesan di hati
orang-orang yang menyaksikannya. Bahkan orang yang
umurnya sebaya dengan Ki Pandi itu melangkah mendekatinya
sambil berkata "Maafkan aku Ki Sanak. Aku tidak mengenal Ki
Sanak sebelumnya, Jika Ki Sanak tidak berkeberatan, apakah
Ki Sanak dapat memberitahukan kepadaku, siapa Ki Sanak itu
sebenarnya" Ki Pandi tersenyum. Katanya "Kami adalah pengembara
yang tidak berarti apa-apa. Tetapi peristiwa ini telah sangat
menarik perhatian kami, sehingga agaknya kami akan sering
lewat jalan ini" Demikianlah, sejenak kemudian maka Ki Pandi telah
mengajak Manggada dan Laksana meninggalkan tempat itu.
Merekapun kemudian melangkah menyusuri jalan panjang.
Namun kemudian mereka berbelok memasuki jalan yang lebih
kecil. Sambil berjalan meninggalkan tempat itu, mereka
menyadari, bahwa apa yang terjadi telah menjadi tontonan
orang banyak. Bukan saja orang-orang yang ada di kedai itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi orang-orang yang kebetulan lewat, juga terhenti untuk
menyaksikan apa yang terjadi.
Bahkan Ki Pandi, Manggada dan Laksana telah bertemu
dengan ampat orang prajurit berkuda yang berpacu menuju
ke arah yang berlawanan. Sebenarnyalah bahwa ternyata ada juga yang melaporkan
peristiwa itu ke sebuah barak prajurit, sehingga Senapati yang
mendapat laporan itu telah mengirimkan ampat orang prajurit
berkuda untuk melerai keadaan.
Namun ketika mereka sampai di kedai itu, maka
perkelahianpun sudah berhenti.
Tetapi para prajurit itu masih menemukan orang-orang
yang telah terluka serta anak-anak muda yang kesakitan. Juga
anak muda yang telah menangis itu meskipun sudah berhasil
menguasai gejolak perasaannya sehingga tangisnya pun telah
berhenti. Dari orang-orang yang masih mengerumuni halaman kedai
itu meskipun dari jarak yang tidak terlalu dekat, para prajurit
telah mendapat keterangan apa yang telah terjadi. Karena itu,
para prajurit itu minta pemilik kedai itu datang ke barak untuk
memberikan keterangan tentang perkelahian di kedainya itu.
"Tetapi tiga di antara para pelaku itu sudah pergi" berkata
pemilik kedai itu. "Nanti di barak kau akan dimintai keterangan selengkapnya"
berkata prajurit yang tertua.
Sementara itu Ki Pandi, Manggada dan Laksana sudah
berjalan semakin jauh. Para prajurit itu memang tidak
berusaha mencarinya. Merekapun sudah mengenali anak
muda dengan ketiga orang pengawal itu, sehingga para
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
prajurit itu sudah mengira bahwa anak muda itulah yang
bersalah. Namun ia agaknya telah terbentur pada sekelompok
orang berilmu tinggi, sehingga ketiga orang pengawalnya itu
tidak berdaya sama sekali.
Kepada anak muda yang cengeng itu prajurit yang tertua
berkata "Kaupun setiap saat diperlukan harus datang ke
barak" Anak muda yang sudah tidak menangis lagi itu berkata "Aku
akan memberitahukan kepada ayahku atas perlakuan kalian"
Prajurit itu ternyata telah tersinggung. Meskipun mereka
mengetahui siapakah ayah anak itu, serta hubungannya yang
luas dengan para Senapati dan pemimpin di Pajang, namun
dalam menjalankan tugasnya, prajurit itu tidak mau
direndahkan. Karena itu, maka prajurit yang tertua itu
mendekatinya sambil berkata "Coba, katakan sekali lagi. Maka
aku akan menumbat mulutmu dengan pedangku"
Anak muda itu menjadi ketakutan kembali. Bahkan
mulutnya mulai bergetar dan matanya mulai mengembun lagi.
Tetapi prajurit itu tidak mau memperpanjang persoalan.
Iapun kemudian telah mendekati tiga orang anak muda yang
masih kesakitan sambil berkata "Kalianpun harus bersiap-siap
dan datang jika kalian kami panggil"
"Kami akan melakukannya" jawab ketiganya hampir
berbareng. Demikianlah, maka para prajurit itupun meninggalkan kedai
itu. Sedangkan orang-orang yang berkerumunpun telah pergi
pula satu persatu. Sedangkan ketiga anak muda yang
kesakitan itupun dengan sisa tenaganya berusaha untuk
menjauhi tempat itu pula.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang tinggal kemudian hanyalah anak muda dan ketiga
orang pengawalnya. Seorang yang berpura-pura tidak dapat
bangkit itu telah berdiri. Yang lainpun mulai dapat bangkit dan
duduk sambil bersandar pada tangannya. Pengawal yang
dadanya terluka di dalam itu sudah menjadi bertambah baik
pula keadaannya setelah Ki Pandi mengobatinya.
Pemilik kedai dan pelayan-pelayannyalah yang kemudian
berusaha menolong mereka dan membawanya ke dalam
kedai. Dalam pada itu, Ki Pandi, Manggada dan Laksana sudah
menjadi semakin jauh. Mereka tidak lagi mengikuti jalan induk
yang akan sampai ke pintu gerbang kota yang lain. Tetapi
mereka telah memilih jalan yang lebih kecil dan keluar dari
kota Pajang lewat pintu gerbang samping yang lebih kecil.
"Satu hal yang tanpa kalian sengaja tetapi dapat
memberikan petunjuk penting bagi kalian" berkata Ki Pandi.
"Tentang apa, Ki Pandi?" bertanya Manggada.
"Kalian masih belum mampu menilai dengan tepat
kemampuan kalian sendiri" jawab Ki Pandi.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka
memang masih harus menilai lagi kemampuan mereka yang
sudah meningkat setelah mereka berada di hutan dari
purnama sampai ke purnama.
Dalam pada itu, Ki Pandipun berkata pula "agaknya angger
Manggada masih terkejut melihat serangannya yang hampir
saja membunuh orang bertubuh raksasa itu. Seandainya daya
tahan orang itu tidak cukup tinggi, maka ia tentu sudah tidak
tertolong lagi" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada mengangguk-angguk. Sebenarnyalah bahwa ia
masih belum tahu pasti, seberapa tinggi tataran ilmu serta
kekuatan tenaganya setelah ia melakukan Tapa Ngidang.
Namun hal itu juga tergantung kepada kemampuan serta daya
tahan lawannya. Tetapi Manggada dan Laksana memang menyadari, bahwa
mereka harus melakukan pengamatan lebih seksama tentang
peningkatan ilmu'mereka itu.
"Kita akan melakukannya setelah kalian berada di rumah
nanti" berkata Ki Pandi.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk mengiakan.
Dengan sungguh-sungguh Manggada berkata "Kami tentu
akan sangat berterima kasih Ki Pandi. Jika pada suatu saat
paman melihat bagaimana kami dapat meningkatkan
kemampuan kami, maka paman tentu akan sangat
bergembira. Sudah tentu ayah juga "
"Semuanya itu sudah tentu sebagian besar tergantung
kepada kalian berdua sendiri. Kemauan kalian serta tenaga
dasar yang ada di dalam diri kalian" berkata Ki Pandi. Lalu
katanya pula "Tetapi tentu saja dengan harapan, bahwa apa
yang telah kalian miliki itu akan berarti bagi sesama. Bukan
sebaliknya justru merugikan sesama"
Manggada dan Laksana masih saja mengangguk-angguk.
Beberapa kali mereka mendengar petunjuk itu. Bukan saja dari
Ki Pandi, tetapi juga dari guru mereka, dari orang tua mereka
dan bahkan dari Kiai Gumrah.
Demikianlah, mereka bertigapun telah melanjutkan perjalanan mereka justru menjauhi Pajang. Mereka telah
berjalan lagi di antara bulak-bulak sawah. Kehidupan mulai
nampak berbeda dari kehidupan di kota yang sibuk. Jalan-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalan tidak lagi terlalu ramai. Tatanan rumah dan halaman.
Bahkan sifat dan kebiasaan penghuni-penghuninya.
Semakin jauh mereka dari kota, maka mereka tidak lagi
merasa dikelilingi oleh kesibukan dan ketergesa-gesaan.
Tetapi juga tidak lagi dibayangi oleh kehidupan anak-anak
muda yang menggelisahkan, meskipun jumlah mereka
sebenarnya terhitung kecil. Meskipun sebenarnya kenakalan
itu ada dimana-mana, tetapi karena kahidupan di kota yang
berbeda dengan kehidupan di luarnya, maka ujud kenakalannyapun berbeda pula.
Dalam pada itu, agaknya Ki Pandipun sedang memikirkan
sikap anak-anak muda yang baru saja ditemuinya. Dengan
nada rendah Ki Pandi itupun berkata "Angger berdua. Di
sepanjang perjalanan kita, maka kita sudah melihat berbagai
macam sikap dan sifat anak anak muda. Anak anak muda
yang ada di sekitar Kiai Gumrah. Kau kenal anak-anak muda
yang nakal bahkan keterlaluan sehingga sudah merugikan
banyak orang seperti Rambatan. Tetapi kau kenal juga anak-
anak muda yang baik di padukuhan itu. Kau kenal juga Darpati
dan Winih" Manggada dan Laksana menjadi termangu-mangu sejenak.
Ternyata banyak hal yang diketahui oleh Ki Pandi.
Agaknya Ki Pandi dapat membaca perasaan anak-anak itu.
Katanya kemudian"Aku mengetahuinya dari sedikit pengamatanku. Namun juga dari ceritera Kiai Gumrah" ia
berhenti sejenak, lalu "kau lihat anak-anak mada di perjalanan
kita ke Pajang, sebelum dan sesudah kita melampaui hutan
itu. Sehingga dengan demikian, maka kau akan dapat
membuat perbandingan-perbandingan. Justru kalian juga
termasuk anak-anak muda, maka kalian tentu mempunyai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan untuk menentukan sikap dan pilihan bagi jalan
kehidupan kalian" Manggada dan Laksana itupun mengangguk-angguk.
Sementara Ki Pandi berkata "Memang ada di antara anak-anak
muda yang memilih untuk hidup dalam kesenangan dan
kepuasan keduniawian yang dapat langsung dirasakannya
sesaat. Tetapi ada yang meletakkan harapannya pada masa
depan. Bahkan ada yang memikirkan ruang lingkup kehidupan
yang lebih luas dari kehidupan dirinya sendiri"
Manggada dan Laksana mendengarkan keterangan itu
dengan bersungguh-sungguh pula. Agaknya Ki Pandi memang
tersentuh melihat kehidupan anak-anak muda yang dijumpainya dalam perjalanan hidupnya.
Dalam pada itu, maka merekapun melangkah semakin lama
semakin jauh dari Pajang. Mereka sudah berada di antara
hijaunya tanaman di sawah dan pategalan. Angin terasa
semilir berhembus mengguncang batang-batang padi muda
yang nampak segar terendam di air yang tergenang.
Wajah kedua anak muda itu manjadi semakin cerah. Lebih-
lebih lagi Manggada. Mereka sudah memasuki jalan yang
langsung menuju padukuhannya. Kampung halamannya.
Laksanapun pernah mengunjungi pamannya itu. Meskipun
itu sudah lama terjadi, tetapi lamat-lamat ia masih dapat
mengenali jalan yang dilaluinya, karena agaknya masih belum
banyak berubah. "Perjalanan kita sudah menjadi semakin dekat" berkata
Manggada dengan wajah yang mamancarkan kegembiraannya. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Keluarga kalian
tentu akan bergembira pula menerima kedatangan kalian"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Jika saja ayah tahu bahwa kami sudah agak lama
berangkat dari rumah paman, maka ayah dan ibu tentu sudah
menunggu-nunggu dengan cemas. Kedatangan kami tentu
akan sangat menggembirakan mereka" desis Manggada.
Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi rasa-rasanya ia akan
ikut bergembira melihat pertemuan antara anak-anak muda itu
dengan kedua orang tuanya. Demikianlah ketika mereka
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendekati padukuhan Gemawang yang terletak di Kademangan Kalegen, maka merekapun menjadi berdebar-
debar. Sudah lama Manggada meninggalkan Kademangan
Kalegen, sementara Laksana juga pernah mengunjungi
pamannya ketika ia menginjak remaja.
Terasa angin yang sejuk berhembus perlahan menggoyang
dedaunan. Padukuhan Gemawang yang merupakan bagian
dari Kademangan Kalegen nampak tenang dikejauhan. Pohon
nyiur yang berdiri berjajar di batas padukuhan seakan-akan
melambai menyambut kedatangan Manggada dan sepupunya
Laksana. Ketika mereka memasuki regol padukuhan di bawah
lindungan bayangan pepohonan, Manggada menarik nafas
sambil berdesis, yang seakan-akan hanya ditujukan kepada
dirinya sendiri saja "Alangkah sejuknya udara di kampung
halaman" Namun Laksana yang mendengarnya berdesis juga "Ya,
alangkah sejuknya" Bahkan Ki Pandipun menyahut "Setelah kita berjemur
dipanasnya matahari menjelang sore hari, maka berlindung di
bawah bayang pepohonan memang terasa sejuk sekali"
Laksana yang justru berjalan di depan berkata "Aku masih
ingat dengan jelas, kemana kakiku harus melangkah"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada tertawa. Katanya "Kau tentu masih ingat jalan-
jalan di padukuhan Gemawang. Bahkan di kademangan
Kalegen. Bukankah kau pernah berada disini beberapa lama
ketika itu" "Ya" jawab Laksana "belum banyak terdapat perubahan
sampai sekarang ini"
Namun tiba-tiba Manggada mengerutkan dahinya ketika ia
melihat seorang anak kecil berlari ketakutan melihat kehadiran
mereka. Bahkan kemudian ia sempat memperhatikan halaman
di sebelah menyebelah jalan. Dari regol-regol halaman ia
melihat beberapa buah rumah yang pintunya tertutup rapat.
Bahkan halaman-halaman rumah dan jalan-jalanpun rasa-
Pedang Golok Yang Menggetarkan 18 Pendekar Mabuk 026 Ratu Tanpa Tapak Kisah Si Pedang Kilat 11
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Arya Manggada IV Sejuknya Kampung Halaman Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert : Dewi KZ Edit : Dino http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 1 SINAR matahari pagi yang cerah telah menyegarkan tubuh
Manggada dan Laksana yang berjalan di belakang Ki Pandi.
Mereka melintasi bulak panjang yang digelari padi-padi muda.
Yang nampak dari ujung sampai ke ujung cakrawala adalah
warna yang hijau segar. Satu-satu titik embun yang masih
bergayut nampak berkilat-kilat memantulkan cahaya matahari.
Ki Pandi yang bongkok itu berjalan sambil menundukkan
kepalanya. Nampaknya memang ada yang sedang direnungkannya. Sementara itu di belakang mereka, Manggada dan Laksana
masih juga sempat berkelakar Dengan dahi yang berkerut
Laksana berkata "Sebenarnya aku merasa kecewa terhadap
sikap Winih" "Kenapa?" bertanya Manggada "bukankah ia bersikap baik
terhadap kita. Jika kelak kita kembali, maka ia masih akan
tetap menganggap kita sebagai kakaknya sendiri"
"Itulah sebabnya aku menjadi kecewa?"
"Kenapa?" desak Manggada.
"Aku lebih senang jika kelak, apabila kita kembali, kita,
setidak-tidaknya aku, dianggap sebagai orang lain. Namun
diterima dengan baik" jawab Laksana.
"Aku tidak tahu maksudmu" gumam Manggada.
"Ah, kau. Penalaranmu memang tumpul. Kau tahu, jika aku
dianggap sebagai kakaknya, aku akan tetap saja menjadi
kakaknya. Tetapi jika aku dianggap orang lain, maka mungkin,
hanya mungkin, kedudukanku terhadap Winih akan dapat
berubah. Ia terlalu cantik untuk menjadi adikku"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada tertawa. Katanya "Kau memang gila. Kau kira
kau pantas bermimpi seperti itu"
Laksanapun tertawa pula, sehingga Ki Pandipun telah
berpaling sambil bertanya "Ada apa?"
Manggadalah yang menjawab "Laksana sedang bermimpi"
"Mimpi apa?" bertanya Ki Pandi pula.
"Mimpi tentang seorang gadis yang cantik. Tetapi gadis itu
berilmu sangat tinggi, sehingga jika gadis itu marah, maka
Laksana di hadapannya akan menjadi seekor tikus di hadapan
seekor kucing yang sedang menyusui dan bahkan sedang
lapar" jawab Manggada.
Ki Pandipun tersenyum pula. Ia segera tahu, apa yang
sedang dijadikan bahan kelakar anak-anak muda itu. Karena
itu, maka iapun berkata "Aku tahu. Mimpi yang demikian
adalah mimpi yang wajar bagi anak-anak muda. Jika seorang
anak muda ingin melihat mimpinya menjadi kenyataan, maka
ia harus berjuang. Bukan menunggu seperti menunggu
titiknya embun di siang hari"
"Ah, tidak Ki Pandi" jawab Laksana "Manggada berbohong.
Aku sama sekali tidak bermimpi, karena bermimpipun aku
tidak berani" "Kenapa tidak berani?" bertanya Ki Pandi justru sambil
tertawa. "Aku bukan apa-apa Ki Pandi. Eh, sepantasnya aku menjadi
cantriknya" jawab Laksana.
"Jangan begitu" berkata Ki Pandi. Lalu katanya "Aku tahu
bahwa kalian tidak bersungguh-sungguh. Tetapi pada
kesempatan lain, jika kalian bersungguh-sungguh, maka kalian
harus berbuat sesuatu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berbuat apa?" bertanya Manggada.
"He, nampaknya kau yang justru lebih dahulu ingin berbuat
sesuatu itu" potong Laksana.
Manggada tertawa. Katanya "Tidak. Aku hanya ingin tahu.
Seperti yang dikatakan oleh Ki Pandi, mungkin pada
kesempatan lain aku menjadi seekor tikus"
Ki Pandi yang kemudian berjalan di antara kedua orang
anak muda itu kemudian berkata "Nah, anak-anak muda. Agar
kalian tidak sekedar menjadi tikus, maka kalian harus belajar
menjadi kucing" Manggadalah yang menyahut "Tetapi berapa panjang waktu
yang diperlukan begi seekor tikus untuk menjadi seekor
kucing" Ki Pandi menepuk bahu Manggada sambil berkata "Kalian
telah dihinggapi penyakit rendah diri"
Manggada memang tidak membantah. Katanya "Di
lingkungan keluarga Kiai Gumrah, kami berdua benar-benar
merasa tidak berarti apa-apa"
"Kalian memang salah menilai diri kalian" berkata Ki Pandi
"kalian mengira bahwa harga diri seseorang semata-mata
ditentukan oleh kemampuannya dalam olah kanuragan. He,
bukankah Winih itu dapat mengatakan kepada kalian bahwa
kepribadian seseorang merupakan bagian dari harga diri
seseorang" Kedua orang anak muda itu mengangguk-anguk. Sementara Ki Pandi berkata selanjutnya "Sebaiknya kalian
mulai sekarang berusaha untuk menghapus perasaan rendah
diri itu. Jika perasaan itu terlanjur barakar di dalam diri kalian,
maka akibatnya akan menjadi kurang baik bagi kalian. Kalian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan terpisah, dan bahkan memisahkan diri dari pergaulan
yang seharusnya tidak perlu. Kalian membayang-bayangi diri
kalian dengan berbagai macam penilaian yang tidak berarti.
Kau ingin satu contoh yang ujud tentang seseorang yang
mempunyai perasaan rendah diri"
Kedua orang anak muda itu tidak menjawab. Sedangkan Ki
Pandi berkata selanjutnya "Nah, aku adalah contoh yang dekat
di hadapan kalian. Aku adalah seorang yang ditelan oleh
perasaan rendah diri itu. Sejak aku menjadi cacat, maka aku
merasa tidak pantas lagi bergaul dengan banyak orang. Aku
jarang sekali berkumpul dengan anak-anak muda sebayaku
waktu itu. Aku lebih senang menyendiri dan hidup di dunia
angan-angan. Selebihnya aku telah memaksa diri untuk
menguasai berbagai macam ilmu. Dalam perguruanpun aku
masih saja dibayangi oleh perasaan rendah diri itu. Untuk
menutupinya, maka aku berusaha untuk menjadi salah
seorang di antara murid-murid terbaik diperguruanku"
Ki Pandi itu berhenti sejenak. Wajahnya nampak menjadi
bersungguh-sungguh. Lalu katanya pula "Namun betapapun
juga aku memiliki ilmu yang tinggi, tetapi hidupku tidak
banyak berarti, justru karena kepribadianku rapuh. Aku tetap
terasing dari pergaulan. Dan aku tetap menjadi seseorang
yang lain dari kehidupan yang wajar"
"Tetapi Ki Pandi sudah berbuat banyak untuk memerangi
dunia hitam" berkata Manggada.
"Tetapi gerakku sangat terbatas. Kadang-kadang aku
memang merasa diriku menjadi pahlawan. Tetapi perasaan itu
adalah sekedar untuk mengimbangi perasaan rendah diriku,
sehingga justru karena itu, maka aku seakan-akan menjadi
manusia lain dari kewajaran hidup seseorang. Bahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin seperti hantu yang sesekali muncul kemudian
menghilang lagi" Kedua anak muda itu terdiam. Mereka tidak tahu, apa yang
harus mereka katakan. Sementara itu Ki Pandi masih berkata "Sekarang aku
melihat anak-anak muda yang juga merasa rendah diri. Tetapi
aku tahu, bahwa kalian merasa rendah diri hanya pada satu
sisi, yaitu pada sisi olah kanuragan. Jika apa yang kalian
anggap kekurangan itu sudah terangkat, maka kalian tentu
tidak akan merasa rendah diri lagi. Berbeda dengan aku.
Apapun yang dapat aku perbuat, tetapi cacat ini akan selalu
melekat padaku, sehingga aku akan tetap merasa rendah diri
untuk sepanjang umurku"
"Tetapi bukankah Ki Pandi menyadari bahwa perasaan
rendah diri itu seharusnya disingkirkan, karena tidak berarti
apa-apa dan bahkan hanya merugikan diri sendiri,
sebagaimana Ki Pandi nasehatkan kepada kami?" bertanya
Laksana. Ki Pandi itu tersenyum. Katanya "Memang agaknya lebih
mudah untuk menasehati orang lain daripada menasehati diri
sendiri" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
keduanya tidak bertanya lebih banyak lagi. Untuk beberapa
saat mereka sempat merenungi diri mereka, bagaimana
mereka merasa sangat kecil di antara raksasa-raksasa di dunia
olah kanuragan. Bahkan Winih, gadis yang cantik itupun
memiliki ilmu yang tinggi pula.
Sementara itu, matahari telah memanjat langit semakin
tinggi. Panasnya terasa mulai menggatalkan kulit. Di langit,
awan yang tipis mengalir tertiup angin semilir. Daun pohon
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turi yang tumbuh di sebelah menyebelah jalan menggeliat
perlahan-lahan. Dalam pada itu, tiba-tiba saja Manggada bertanya "Ki Pandi.
Apakah Ki Pandi mengetahui tentang tombak dan payung
yang disimpan oleh Kiai Gumrah itu"
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku tidak
tahu pasti. Tetapi menurut dugaaanku, pusaka-pusaka itu
adalah lambang perguruan mereka"
"Tetapi menurut Kiai Gumrah, ada tanda-tanda dari pemilik
pusaka-pusaka itu. Hanya mereka yang memiliki tanda-tanda
itulah yang akan dapat mengambil pusaka-pusaka itu" desis
Laksana. "Mungkin benar. Tetapi tanda-tanda yang dimaksud justru
dibawa oleh salah seorang atau dua murid yang lain. Mungkin
Kiai Padma yang disebut juragan itu. Mungkin orang lain"
jawab Ki Pandi. "Tetapi apa hubungannya dengan pendapat Panembahan
Lebdagati bahwa jika sampai purnama besok lusa pusaka-
pusaka itu belum dimandikan dengan darah yang masih
mengalir di jantung, maka tuahnya akan hilang?" bertanya
Manggada. "Bukankah kau tahu latar belakang kepercayaan Panembahan itu" Tetapi mungkin ada maksud lain yang dapat
dipertimbangkan. Mungkin Panembahan itu memang berniat
membunuh orang-orang yang sementara dapat bekerja
bersamanya. Dengan alasan mempertahankan tuah pada
pusaka-pusaka itu, maka ia akan menusuk setiap jantung dari
orang-orang yang untuk sementara dapat bekerja bersamanya
merampas pusaka-pusaka itu. Tetapi aku yakin, bahwa bukan
Panembahan itu saja yang merencanakan pengkhianatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti itu. Tentu juga yang lain-lain. Kiai Kajar, pemimpin
Padepokan Susuhing Angin, Kiai Windu Kusuma dan orang-
orang yang terlibat di dalamnya, karena pusaka-pusaka itu
memang benar-benar benda yang harganya sangat mahal.
Emas dan permata yang melekat pada pusaka-pusaka itu akan
dapat dipergunakan untuk membeli sebuah negeri"
"Tetapi darimana Kiai Gumrah dan saudara-saudara
seperguruannya mendapatkan benda-benda itu"
"Aku tidak tahu pasti. Tetapi sebagaimana pernah aku
dengar tanpa mengetahui kebenarannya, bahwa perguruan
Kiai Gumrah itu didirikan oleh seorang bangsawan keturunan
Majapahit. Pusaka-pusaka itu
tentu juga berasal dari Majapahit jika berita yang aku
dengar itu benar" jawab Ki
Pandi. Manggada dan Laksana menganguk-angguk pula. Namun mereka tidak bertanya
lagi. Sehingga untuk sesaat
kemudian, merekapun berjalan
sambil berdiam diri. Dalam pada itu, haripun beringsut dari waktu ke waktu.
Ketika matahari mulai menuruni
sisi langit, maka ketiga orang itu
telah singgah di sebuah kedai yang terhitung ramai. Beberapa
orang telah singgah di kedai itu ketika Ki Pandi, Manggada dan
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Laksana melangkah masuk. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ketika Manggada dan Laksana akan melangkah ke
tengah-tengah ruangan kedai itu, Ki Pandi menggamit mereka
sambil berkata "Kita duduk di sudut itu saja"
"Kenapa?" bertanya Manggada.
"Tidak menjadi perhatian banyak orang" jawab Ki Pandi.
Manggada dan Laksana tidak membantah. Merekapun
mengikut Ki Pandi yang memilih tempat di sudut sebagaimana
kebiasaan Ki Pandi yang lebih senang menyendiri.
Meskipun demikian, ada juga beberapa orang anak muda
yang memperhatikannya. Nampaknya justru anak-anak muda
dari lingkungan orang berada. Sambil sekali-sekali memandang Ki Pandi, mereka menahan tertawa mereka
disela-sela bisik-bisik lirih. Namun kadang-kadang suara
tertawa mereka meledak tanpa dikendalikan lagi.
Namun nampaknya Ki Pandi tidak menghiraukan mereka.
Kepada Manggada dan Laksana ia berdesis "Aku sudah terlalu
sering menjadi bahan tertawaan. Dan itu membuat aku
semakin merasa rendah diri"
"Aku akan membungkam mulut mereka yang tertawa itu"
desis Laksana. Manggada sudah menjadi berdebar-debar bahwa Laksana
benar-benar akan membuat keributan. Tetapi Ki Pandi
sendirilah yang mencegahnya "Sudahlah. Aku merasa bahwa
ujudku memang pantas untuk ditertawakan. Tetapi aku tidak
kenal mereka dan mereka tidak kenal kau. Besok aku tidak
akan bertemu dengan mereka lagi. Karena itu, biarkan saja
mereka" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laksana yang sudah siap untuk bangkit berdiri, menarik
nafas dalam-dalam. Dicobanya untuk mengendapkan kembali
perasaannya yang bergejolak.
Namun ternyata Ki Pandi sempat menikmati minuman dan
makanan yang dipesannya. "Jarang sekali aku sempat mendapatkan minuman dan
makanan seperti ini" berkata Ki Pandi "biasanya aku minum air
dari belik atau pancuran. Kemudian makan apa saja yang
diketemukan. Buah-buahan dan akar-akaran. Namun sekali-
sekali juga nasi dengan garam. Jika aku kembali ke rumah Ki
Ajar Pangukan, maka aku dapat makan lebih teratur"
Kedua anak muda itu termangu-mangu sejenak. Dengan
dahi yang berkerut Manggada bertanya "Dimana Ki Ajar
Pangukan sekarang" "Ia masih tetap berada di rumahnya yang dahulu. Ia tidak
berpindah-pindah. Tetapi seperti aku, Ki Ajar memang sering
mengembara. Namun sekali waktu, kami berada bersama-
sama lagi di rumah itu" jawab Ki Pandi.
Manggada mengangguk kecil. Katanya "Sekali waktu aku
ingin bertemu kembali dengan Ki Ajar"
"Besok pada suatu saat, kita datang ke rumahnya" sahut Ki
Pandi. Namun Laksana hampir tidak dapat memperhatikan
pembicaraan itu. Perhatiannya justru tertuju kepada anak-
anak muda yang masih saja memperhatikan Ki Pandi sambil
sekali-sekali tertawa tertahan.
"Marilah" berkata Ki Pandi "jika kalian sudah cukup, kita
tinggalkan saja tempat ini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laksanalah yang kemudian berdiri dan melangkah
mendapatkan pemilik kedai itu.
Demikianlah, setelah membayar harga makanan dan
minumannya, maka ketiga orang itu telah meninggalkan kedai
itu. Tanpa berpaling lagi, Ki Pandi melangkahi tlundak pintu
dan turun ke halaman diikuti oleh Manggada dan Laksana.
Ketiga orang itupun menepi ketika mendengar derap kaki
beberapa ekor kuda. Ketika mereka berpaling, ternyata anak-
anak muda di kedai itulah yang melarikan kuda mereka
mendahului Ki Pandi, Manggada dan Laksana.
Ketiganya harus menutup hidung mereka karena debu yang
kelabu berhamburan di belakang kaki-kaki kuda itu.
Mereka bertiga masih mendengar anak-anak muda itu
tertawa berkepanjangan. Sementara Ki Pandi berusaha untuk
menghibur dirinya sendiri "Mereka tidak mentertawakan aku"
Beberapa saat kemudian, mereka telah berada kembali di
sebuah bulak yang terhitung panjang. Sementara matahari
sudah menjadi semakin rendah.
Di kejauhan mereka melihat hutan yang terbentang
memanjang kearah Barat. Didepan hutan itu terdapat gumuk-
gumuk kecil yang ditumbuhi gerumbul-gerumbul perdu yang
membatasinya dengan daerah persawahan.
"Anak-anak muda" berkata Ki Pandi "hutan itu sangat
menarik perhatianku. Sudah beberapa kali aku berada di
dalamnya untuk sekedar mengamati isinya. Kedua ekor
harimauku juga ada di hutan itu"
"Jadi Ki Pandi sudah sering pergi ke hutan itu?" bertanya
Manggada. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Jika kalian bersedia, kita akan bermalam di hutan itu
malam nanti" ajak Ki Pandi.
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Dengan
ragu-ragu Manggada bertanya kepada adik sepupunya itu
"Bagaimana jika kita bermalam di hutan itu semalam
sebagaimana dikatakan oleh Ki Pandi"
"Aku tidak berkeberatan" jawab Laksana.
"Baiklah" berkata Ki Pandi "kita akan langsung menuju ke
hutan itu" Demikianlah, maka bertiga mereka telah meninggalkan
jalan yang mereka lalui. Mereka telah meloncati tanggul parit,
mengikuti jalan pintas sepanjang pematang sawah menuju
kepadang perdu dengan gumuk-gumuk kecil yang berserakan.
Hanya ada satu dua batang pohon yang agak besar tumbuh
disela-sela gumuk-gumuk kecil itu. Namun semakin dekat
dengan hutan yang lebat itu, maka pepohonanpun menjadi
semakin banyak. Sebelum matahari terbenam, mereka telah berada di dalam
hutan itu. Meskipun matahari masih nampak di langit, tetapi
semakin dalam mereka memasuki hutan itu, maka rasa-
rasanya malam sudah mulai turun. Tetapi dari sela-sela daun
pepohonan yang rimbun masih nampak berkas-berkas cahaya
matahari yang berhasil menyusup menimpa pohon-pohon
raksasa yang bertebaran di antara beribu-ribu batang pohon
yang seakan-akan saling berdesakan.
Manggada dan Laksana bukan untuk yang pertama kali
memasuki hutan-hutan yang lebat. Ketika mereka masih
berguru, mereka sudah sering mencari harimau untuk dikuliti.
Kulitnya dapat mereka jual kepada beberapa orang pedagang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang memang mencari kulit harimau sebagai barang
dagangan. Namun pamannyapun kemudian telah menasehatkan agar
mereka menghentikan kegiatan itu.
Kemudian Manggada dan Laksana juga telah menyeberangi
hutan Jatimalang bersama Ki Wiradadi yang kehilangan anak
gadisnya. Justru di seberang hutan itulah Manggada dan
Laksana bertemu dengan Ki Pandi dan Ki Ajar Pangukan.
Karena itu, keduanya memang tidak terlalu canggung
berada di dalam hutan yang terhitung lebat itu.
"Hutan ini merupakan hutan yang jarang disentuh kaki
manusia" berkata Ki Pandi. Lalu katanya selanjutnya "Hutan ini
termasuk hutan yang lebat, sebagaimana hutan Jatimalang.
Tetapi hutan ini tidak menyembunyikan satu lingkungan
sebagaimana yang terdapat di belakang hutan Jatimalang"
"Jadi apa yang menarik dari hutan ini?" bertanya Laksana.
"Tidak seperti hutan Jatimalang yang miring karena
letaknya di kaki gunung. Hutan ini datar. Ada rawa-rawa di
dalamnya. Pohon-pohon raksasa yang jumlahnya lebih
banyak. Batu-batu besar yang berserakan di dalamnya
sebagaimana terdapat gumuk-gumuk kecil di padang perdu
itu. Sedangkan dikedung bagian Barat hutan ini terdapat
sarang sejenis buaya kerdil yang liar dan buas"
"Buaya kerdil?" ulang Manggada.
"Ya. Sejenis buaya yang tidak begitu besar. Tetapi justru
sangat berbahaya. Geraknya lebih tangkas dan kebiasaannya
bergerombol dan bergerak bersama-sama. Ketika terjadi
perkelahian antara sekelompok buaya itu dengan sekelompok
anjing hutan yang juga banyak terdapat di hutan ini, aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sempat merasa ngeri. Kedua-duanya merupakan jenis
binatang yang bergerombol dan berkelahi bersama-sama"
Tetapi ketika Manggada dan Laksana akan melangkah ke
tengah-tengah ruangan kedai itu, Ki Pandi menggamit mereka
sambil berkata "Kita duduk di sudut itu saja"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Nampaknya
selain berceritera, Ki Pandi juga memberikan peringatan-
peringatan dini kepada Manggada dan Laksana.
Sementara itu, maka langitpun menjadi semakin buram.
Dari balik pegunungan disisi Timur, bulan yang hampir
purnama mulai muncul. Meskipun demikian, di dalam hutan itu
rasa-rasanya memang menjadi semakin kelam.
Namun mata Manggada dan Laksana sudah terlatih sejak
mereka masih berguru pada Ki Citrabawa. Mereka sering
memasuki hutan di malam hari untuk menangkap harimau.
Malam itu mereka bertiga bermalam di hutan itu.
Sebenarnya bahwa di dalam hutan itu keadaannya jauh lebih
berbahaya daripada keadaan di luar. Jika mereka bermalam
dipa-tegalan atau bahkan dibanjar padukuhan, maka mereka
tidak akan diganggu oleh binatang buas sebagaimana jika
mereka berada di dalam hutan.
Ketika mereka menemukan tempat yang agak lapang, maka
mereka bertigapun beristirahat di atas sebuah batu yang besar
dan tergolek dibawah sebatang pohon yang besar pula. Satu-
satunya sinar bulan jatuh pula di atas tanah yang lembab.
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak, ketika ia
melihat Ki Pandi mengambil serulingnya. Kemudian diletakkannya ujung serulingnya di mulutnya. Sejenak
kemudian terdengar suaranya yang membumbung menggetarkan dedaunan. Tidak terdengar lagu atau nada-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nada dalam irama yang manis. Tetapi tidak lebih dari satu
suitan yang nyaring. Ternyata beberapa saat kemudian, terdengar aum harimau
di kejauhan. Bersahutan. Manggada dan Laksanapun segera mengetahui, bahwa dua
ekor harimau Ki Pandi telah mendengar isyarat pemiliknya.
Karena itu, ketika dalam keremangan malam yang ditaburi
cahaya bulan itu mereka melihat dua ekor harimau, maka
Manggada dan Laksana justru merasa lebih tenang. Apalagi
ketika kedua ekor harimau itu mendekat dan mendekam di
sebelah batu besar itu. Untuk beberapa saat kemudian, Manggada dan Laksana
sempat memperhatikan suara-suara malam di hutan yang
lebat. Bagi mereka suara-suara itu memang tidak asing lagi.
Hutan yang pernah dirambahnya di malam hari juga
memperdengarkan suara-suara yang hampir sama.
Ketika bulan menjadi semakin tinggi, maka cahayanya telah
menembus dedaunan yang agak jarang di atas tempat duduk
ketiga orang itu. Laksana yang duduk memeluk lututnya,
sekali-sekali menepak nyamuk yang hinggap dan menggigit
kulitnya. Dalam pada itu, maka Ki Pandi yang untuk beberapa saat
berdiam diri itupun berkata "Anak-anak muda. Kalian telah
cukup lama mengembara. Bagaimana pendapat kalian, jika
pengembaraan kalian ditambah satu bulan lagi"
Manggada dan laksana tidak begitu memahami kata-kata Ki
Pandi itu. Karena itu, maka Manggadapun bertanya "Maksud
Ki Pandi" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita akan tertahan sebulan lagi di perjalanan" jawab Ki
Pandi. "Tetapi Pajang sudah dekat. Kemudian beberapa langkah
lagi kita akan sampai ke tujuan" jawab Laksana.
"Ya. Aku tahu. Tetapi sebelum kalian sampai, apakah kalian
bersedia menjalani laku sebulan lamanya bersamaku di hutan
ini" Kita akan mulai nanti saat bulan purnama, dua hari lagi.
Dan kita akan mengakhiri disaat purnama sebulan kemudian"
berkata Ki Pandi. "Tetapi kita sudah terlalu lama berada di perjalanan"
berkata Manggada. "Jika waktu yang sudah terlalu lama itu ditambah dengan
satu bulan lagi, maka tentu tidak akan terasa lebih lama"
sahut Ki Pandi. "Tetapi laku apa yang harus kami jalani. Ki Pandi?" bertanya
Manggada kemudian. "Jika kalian bersedia, maka kalian akan mendapatkan
banyak sekali bahan-bahan yang akan dapat melengkapi ilmu
kalian. Mungkin tataran ilmu kalian tidak meningkat dengan
jelas. Tetapi unsur-unsur ilmu kalian akan menjadi semakin
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lengkap. Kalian akan memiliki banyak cara untuk mengatasi
kesulitan apabila kalian berhadapan dengan lawan yang
berilmu tinggi sekalipun" jawab Ki Pandi.
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Dengan
ragu-ragu Laksana bertanya "Laku apa yang akan kita jalani
seandainya kami bersedia melakukannya"
Ki Pandi menarik nafas panjang. Namun kemudian katanya
dengan nada dalam "Anak-anak muda, jika kalian bersedia,
kalian akan aku minta menjalani Tapa Ngidang selama satu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulan di hutan ini. Dari purnama sampai ke purnama. Memang
tidak ada hubungannya dengan kebulatan bulan di langit. Jika
aku menyebutnya dari purnama sampai ke purnama itu
sekedar sebagai ancar-ancar waktu saja"
Kedua orang anak muda itu saling berpandangan sejenak.
Dengan dahi yang berkerut Manggada bertanya "Lalu apakah
yang harus kami jalani dengan Tapa Ngidang itu"
"Kita berlaku seperti seekor kijang di dalam hutan ini" jawab
Ki Pandi. "Seperti kijang?" ulang
Laksana "aku tidak dapat
membayangkan, apa saja yang harus kami lakukan"
"Anak-anak muda, di hutan yang tidak pernah dikunjungi orang ini, bahkan orang mencari kayu
sekalipun, kita akan menanggalkan semua pakaian kita. Kita akan memakai cawat dari kulit kayu. Kita akan hidup di hutan ini dengan cara seperti seekor kijang. Kita akan makan dan minum dari apa
saja yang kita temukan di hutan ini. Kita akan menjelajah
hutan dari ujung sampai ke ujung"
"Lalu apa yang akan kami dapatkan dari laku itu?" bertanya
Manggada. "Anak-anak muda. Tapa Ngidang bukan berarti kita menjadi
kijang. Kita memang berlaku seperti kijang. Kita tetap saja
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pribadi kita masing-masing. Kita tetap seseorang yang
mempunyai akal budi. Jika kita lepaskan pakaian kita, karena
pakaian itu dapat mengganggu gerak kita, serta pakaian kita
akan dapat menjadi rusak, sedangkan hal itu sebenarnya tidak
perlu. Kita akan berlari-lari di dalam lebatnya dedaunan dan
akar-akar serta sulur-sulur kayu bahkan di antara semak dan
duri. Tetapi kita tidak seperti kijang yang hanya dapat
melarikan diri jika bertemu dengan binatang buas. Tetapi kita
akan mampu melawannya, atau kita dapat memanjat pohon.
Sedangkan seekor kijang tidak dapat melakukannya. Dengan
laku itu kita akan melihat dan mengamati apa saja yang
dilakukan oleh binatang binatang hutan. Dari seekor harimau,
buaya di rawa-rawa, berjenis-jenis kera pepohonan, ular
bahkan binatang-binatang kecil sampai ke tikus tanah.
Bagaimana mereka mencari mangsanya, namun juga
bagaimana binatang-binatang yang lebih lemah menyelamatkan dirinya dari tangan binatang-binatang yang
jauh lebih kuat" Manggada dan Laksana menarik nafas dalam-dalam.
Mereka membayangkan betapa beratnya laku yang harus
dijalaninya. Dingin malam, gatalnya dedaunan yang berbulu,
goresan-goresan duri dan ranting-ranting perdu. Bahkan racun
dari serangga-serangga berbisa serta sengat lebah lebah
raksasa. Untuk beberapa saat kedua anak itu mulai merenung.
Namun akhirnya Manggada itupun berkata kepada Laksana
"Marilah kita coba. Kita berharap bahwa laku itu akan
memberikan arti bagi kita, khususnya di dalam olah
kanuragan" "Tidak hanya olah kanuragan" berkata Ki Pandi "tetapi
kalian juga akan mengenal jenis-jenis tanaman jauh lebih
banyak. Kalian juga akan dapat mengenali tingkah laku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
binatang yang sebelumnya tidak pernah kalian lihat. Selain itu,
kalian juga akan mengenali jenis-jenis tanah di dalam hutan
serta arti matahari dan bulan. Kalian akan lebih mengenali
siang dan malam karena kalian tidak akan pernah
menghindarinya. Hujan, angin dan dinginnya malam"
Laksanapun ternyata mengangguk sambil menjawab
"Baiklah. Kita akan menunda perjalanan pulang kita sebulan
lagi, meskipun kita sudah tidak terlalu jauh lagi dari rumah"
Demikianlah, maka Ki Pandi telah mempersiapkan anak-
anak muda itu untuk menjalani laku Tapa Ngidang. Sebelum
purnama naik, selama dua hari mereka membiasakan diri serta
mengenali isi hutan itu. Mereka mulai makan apa yang ada
serta minum dari sulur-sulur kayu yang dipotong ujungnya
atau air belik yang bening dibawah pohon-pohon raksasa.
Menjelang purnama, maka Ki Pandi mengajari anak-anak
muda itu membuat pakaian dari kulit kayu. Beberapa lembar
kulit kayu yang berserat, dikeringkan. Kemudian kulit kayu itu
ditumbuk perlahan-lahan sehingga menjadi lemas, sehingga
jika dikenakannya tidak membuat kulit mereka menjadi lecet.
Merekapun telah membuat tali dari serat kekayuan untuk
membuat tali ikat pinggang.
Ketika semua perlengkapan dan pakaian khusus mereka
sudah siap, maka menjelang malam merekapun telah
melepaskan pakaian mereka, membungkusnya dengan rapi
dan diikatkan pada dahan pohon yang cukup besar, sehingga
tidak mudah jatuh, bahkan diambil oleh binatang yang
memanjat, terutama kera. Demikian bulan mulai nampak di langit, maka bertiga
mereka telah mengenakan pakaian yang mereka buat dari
kulit kayu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Malam ini tentu akan terasa sangat dingin bagi kalian.
Gatal-gatal pada kulit kalian serta perasaan-perasaan lain yang
tidak menyenangkan. Tetapi kalian harus menganggap bahwa
hal itu merupakan pendadaran, apakah kalian pantas
menjalani laku Tapa Ngidang atau tidak"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Dingin
malam yang kemudian turun memang nulai terasa menyentuh
kulit. Tetapi mereka sebelumnya juga sudah sering melepas
baju mereka di malam hari. Bahkan ketika mereka masih
menempa diri, maka mereka sudah terbiasa berada di hutan
tanpa baju meskipun tidak mengenakan pakaian khusus dari
kulit kayu. Malam itu Manggada dan Laksana masih belum mengalami
laku yang sebenarnya, selain hanya berjalan menyusuri hutan
yang sepi itu. Sekali-sekali, jika mereka sampai di tempat yang
agak lapang, mereka sempat memandangi bulatnya bulan dari
sela-sela dedaunan. Namun kemudian langitpun rasa-rasanya
segera menjadi pepat sekali setelah mereka menyusup
kembali di antara pohon-pohon raksasa.
Tetapi malam itu Ki Pandi sudah mengatakan bahwa sejak
esok pagi, mereka akan benar-benar meenjalani laku Tapa
Ngidang. Demikianlah, lewat tengah malam mereka mencari tempat
untuk tidur. Menurut Ki Pandi, yang terbaik bagi mereka
adalah tidur di atas dahan yang besar.
Manggada dan Laksana sependapat. Mereka pernah
mengalaminya, tidur di atas dahan sebatang pohon yang
besar. Tetapi Ki Pandi minta keduanya tetap berhati-hati. Salah
seorang dari antara kalian harus tetap terjaga. Disini ada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejenis harimau yang berkeliaran di dahan-dahan. Macan
Kumbang yang berwarna hitam. Selain itu, mungkin kera-kera
yang nakal akan dapat juga mengganggu. Selain binatang-
binatang berkaki dan buas, maka ular harus mendapat
perhatian mereka pula. Malam itu, Manggada dan Laksana memang sulit untuk
dapat tidur. Rasa-rasanya mereka berarap bahwa harimau-
harimau peliharaan Ki Pandi akan lewat. Kehadiran kedua ekor
harimau itu akan dapat membuat mereka lebih tenang. Tetapi
agaknya Ki Pandi sudah memberi isyarat agar kedua ekor
harimaunya itu menjauh. Namun meskipun hanya sesaat-sesaat Manggada dan
Laksana dapat juga tidur bergantian. Ketika bulan tenggelam,
serta cahaya fajar mulai nampak, maka Manggada yang
menggeliat sambil duduk dialas dahan yang besar itu berkata
"Dimana kita mandi"
"Siapa yang akan mandi?" bertanya Ki Pandi.
"Aku. Kita. Bukankah kita akan mandi"
"Kita tidak perlu mandi dengan teratur sebagaimana
sebelumya. Mungkin nanti, besok atau lusa kita akan
menyeberangi sungai yang mengalir ditengah-tengah hutan
ini. Dalam kesempatan itu, kita sekaligus akan mandi" jawab
Ki Pandi. Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Namun kemudian Laksanapun bertanya "Jadi mungkin kita
belum tentu mandi dalam sehari" Justru saat kita bergulat
dengan tanah berlumpur, pepohonan dan sampah yang
tertimbun karena daun-daun kering yang berguguran. Bahkan
mungkin lugut yang gatal dari beberapa jenis pohon dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dedaunan. Bahkan juga keringat kita sendiri yang tentu akan
banyak mengalir" Ki Pandi mengangguk sambil menjawab "Ya. Kita tidak akan
mandi. Kecuali jika kita menyeberangi sungai. Tetapi ingat,
bahwa di kedung di tikungan sungai yang mengalir di hutan
ini, banyak terdapat buaya kerdil yang sangat liar dan buas"
Manggada dan Laksana hanya dapat mengangguk-angguk
saja. "Nah, sekarang kita benar-benar akan melakukan Tapa
Ngidang itu. Marilah. Ikuti aku. Kita akan menjelajahi hutan
ini. Tentu saja pertama-tama untuk mengenalinya. Namun
kemudian benar-benar memperhatikan dan memahami isinya "
Ki Pandi berhenti sejenak. Lalu katanya lagi "Tapa Ngidang
yang sebenarnya termasuk Tapa Mbisu. Tetapi kita tidak akan
melakukannya. Kita akan tetap berbicara karena kita memang
dapat berbicara" Manggada dan Laksana itupun kemudian melangkah
mengikuti Ki Pandi yang bongkok itu. Mula-mula mereka
berjalan saja di antara pohon-pohon raksasa. Sekali-sekali
mereka memang melihat semak-semak yang berguncang.
Seekor kijang berlari dengan kencangnya.
Ki Pandi itu berjalan semakin lama semakin cepat. Bahkan
kemudian ia mulai berlari-lari kecil. Menyusup semak-semak
dan meloncati batang-batang kayu yang roboh.
Manggada dan Laksana hanya mengikutinya saja. Keduanya
juga ikut menyusup semak-semak dan meloncati batang-
batang kayu yang roboh. Demikianlah, maka mereka telah melintas hutan yang
panjang itu. Ketika mereka sampai di sebuah rawa yang
menggenang, maka mereka telah melingkari tepi-tepi rawa itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbagai tumbuh-tumbuhan air tumbuh di dalam rawa-rawa
itu. Tidak kalah hebatnya dengan batang-batang pohon yang
tumbuh di tanah. Pada hari yang pertama itu, agaknya Ki Pandi masih belum
memperkenalkan Manggada dan Laksana dengan isi rawa-
rawa itu. Karena itu, maka mereka tidak berhenti. Hanya kaki-
kaki mereka sajalah yang berdecak pada air berlumpur di
ujung rawa-rawa itu. Ki Pandi memang belum membawa anak-anak muda itu
sepenuhnya pada laku yang terlalu berat. Tetapi Ki Pandi
menuntun sedikit demi sedikit agar keduanya tidak mengalami
gangguan badani, juga jiwani.
Namun ternyata Manggada dan Laksana yang dengan
mantap menjalani laku itu, telah menunjukkan betapa mereka
dengan sungguh-sungguh melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Ki Pandi. Sejak hari yang pertama, mereka
telah menunjukkan, bahwa mereka memiliki bekal yang cukup
banyak untuk meningkat pada jenjang kemampuan berikut
dan berikutnya. Dengan demikian, maka Ki Pandipun menjadi semakin
berharap atas kedua orang anak muda itu. Seperti yang
direncanakannya, maka dari hari ke hari, laku yang dijalani
menjadi semakin berat. Mereka tidak saja berlari-lari
menyusuri hutan itu sejak matahari belum terbit. Tetapi
mereka juga mulai berhubungan dengan penghuninya. Mereka
mulai memperhatikan isi hutan itu dari jenis binatang yang
kecil sampai pada binatang yang terbesar yang terdapat di
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hutan itu. Berkali-kali mereka bertemu dengan harimau yang
bukan milik ki Pandi. Namun jika masih ada kemungkinan
untuk menghindar, mereka selalu menghindarinya. Yang
mereka perhatikan, bagaimana binatang-binatang itu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertahankan hidupnya dalam garangnya pergaulan di
dalam rimba yang lebat. Tetapi semakin lama mereka berada di hutan, maka mereka
tidak selalu dapat menghindari pertarungan yang keras
melawan binatang binatang liar di dalam hutan beberapa jenis
harimau pernah mereka hadapi. Namun mereka masih
menghindar jika bertemu dengan sekelompok anjing hutan liar
yang sangat berbahaya. Jika tidak mungkin lagi menghindar,
maka Ki Pandi terpaksa memanggil kedua ekor harimaunya
untuk mengusir anjing-anjing hutan yang ganas dan licik itu.
Namun yang biasa dilakukan oleh ketiga orang itu jika mereka
bertemu dengan gerombolan anjing liar adalah dengan
memanjat sebatang pohon. Yang menarik perhatian mereka adalah kelompok-kelompok
buaya kerdil yang hidup di dalam kedung. Sebuah tikungan
sungai yang airnya cukup dalam. Seperti yang diceritakan oleh
Ki Pandi, maka Manggada dan Laksana juga sempat melihat,
pertarungan yang mengerikan antara sekelompok buaya kerdil
melawan sekelompok anjing hutan liar yang lapar.
Pertarungan itu dimulai ketika beberapa ekor anjing hutan
yang haus minum dari air kedung itu. Tiba-tiba saja seekor di
antaranya telah disambar oleh seekor buaya kerdil. Lengking
anjing itu ternyata telah memanggil segerombolan kawan-
kawannya. Dengan demikian, maka pertarunganpun tidak
dapat dihindarkan ketika sekelompok buaya kerdil naik ke
darat. Manggada dan Laksana yang sudah memiliki pengalaman
menghadapi benturan kekerasan, masih juga merasa sangat
ngeri menyaksikan apa yang terjadi. Kedung itu menjadi
merah, mereka tidak jelas melihat bagaimana pertarungan itu
berakhir. Namun yang nampak kemudian adalah beberapa
ekor anjing hutan terseret ke dalam kedung, sementara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa ekor buaya kerdil yang berkulit keras itu dapat juga
terkoyak oleh gigi-gigi tajam anjing liar, sehingga beberapa
ekor di antaranya harus tertinggal di darat. Mati.
"Itulah akibat jika terjadi pertempuran" berkata Ki Pandi
"bukan saja antara binatang liar yang buas. Tetapi
pertempuran antara sekelompok manusia melawan kelompok
yang lain, akibatnya akan sama saja sebagaimana kau lihat
yang terjadi di rumah Kiai
Windu Kusuma" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara itu Ki Pandipun
berkata selanjutnya "Apalagi
manusia mempunyai akal dan
penalaran. Mereka dapat berbuat lebih jahat dari binatang-binatang liar itu"
Manggada dan Laksana masih saja mendengarkan keterangan Ki Pandi itu sambil mengangguk-angguk.
Demikianlah, selama Tapa Ngidang banyak sekali yang dapat dilihat oleh Manggada dan
Laksana. Sementara itu, selama berada di hutan itu,
Manggada dan Laksana telah menempa diri mereka pula.
Selama menjalani laku, maka mereka makan apa saja yang
mereka dapatkan di hutan itu. Apa yang dapat dimakan oleh
seekor kijang, maka merekapun dapat pula memakannya.
Tetapi lebih dari itu, maka merekapun makan apa yang dapat
dimakan oleh seekor kera. Bahkan apa yang dapat dimakan
oleh seekor harimau. Sebagaimana dikatakan oleh Ki Pandi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa mereka tidak menjadi seekor kijang, tetapi mereka
tetap berlandaskan akal budi mereka.
Karena itu, maka merekapun tetap menggunakan
kemampuan membuat api. Kemampuan yang tidak dapat
dilakukan seekor harimau jika harimau itu berhasil menangkap
seekor kijang atau rusa. Dalam laku Tapa Ngidang, maka Manggada dan Laksana
hampir di setiap dini hari, berlari-lari kencang, seperti seekor
kijang yang sedang diburu oleh seekor harimau. Menyusup di
antara pohon-pohon perdu, melingkari pepohonan, meloncati
batang-batang kayu yang melintang, menyusuri tepi rawa-
rawa, menyeberangi sungai dan berloncatan di atas bebatuan
serta mengatasi rintangan-rintangan yang lain. Mereka juga
melatih ketajaman penglihatan mereka. Kepekaan mereka
terhadap keadaan di sekitarnya. Namun juga pernafasan
mereka. Dari kehidupan berbagai macam binatang, mereka
mendapatkan berbagai macam unsur gerak yang dapat
mengisi kekurangan penguasaan mereka atas unsur-unsur
gerak yang telah mereka pelajari. Ketrampilan mempergunakan tangan dan kaki, serta ketajaman naluri dan
penggraita. Ki Pandi yang mengamati kedua orang anak muda itu
memang meyakini, bahwa keduanya akan mendapatkan
sesuatu yang sangat berharga selama satu bulan berada di
dalam hutan. Bukan saja kemampuan dalan olah kanuragan
serta peningkatan tenaga dan daya tahan mereka, tetapi juga
ketahanan jiwani yang akan dapat menjadi pendukung
landasan pribadi mereka. Dalam pada itu, dari hari ke hari, malampun rasa-rasanya
menjadi semakin gelap. Sedikit demi sedikit, kebulatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulanpun menjadi semakin menyusut, sehingga malampun
menjadi gelap pekat. Namun mata Manggada dan Laksana
menjadi terbiasa dengan gelapnya malam di dalam hutan.
Selain latihan yang dilakukan sedikit demi sedikit sesuai
dengan susutnya cahaya bulan, keduanya memang sudah
berbekal katajaman penglihatan dan pendengaran. Sehingga
sebagaimana sebilah mata pisau yang tajam yang selalu
diasah, akan menjadi semakin tajam pula.
Dengan demikian, maka apa yang dapat dicapai oleh
Manggada dan Laksana selama mereka berada di hutan dalam
laku Tapa Ngidang ternyata melampaui apa yang diperkirakan
oleh Ki Pandi. Ketika bulan gelap, maka Manggada dan
Laksana telah mampu menyerap pengalaman, pengenalan dan
pengetahuan sebagaimana diperkirakan akan dapat diserap
dalam jarak waktu dari purnama sampai ke purnama.
Demikian pula peningkatan kekuatan, ketrampilan dan
ketahanan tubuhnya. Namun Ki Pandi tidak menghentikan laku Tapa Ngidang itu
hanya setengah bulan. Laku itupun dilanjutkan hingga batas
waktu yang sudah ditetapkan. Namun dengan hasil yang jauh
lebih banyak dari yang diharapkan.
Justru setelah melihat hasil dari laku yang dijalani oleh
Manggada dan Laksana, maka pada hari-hari terakhir, Ki Pandi
telah membawa anak-anak muda itu memasuki satu laku yang
lebih berat. Tiga malam mereka akan menjalani laku dengan
berendam di sungai. Mereka memilih tempat yang agak jauh
dari kedung, sarang buaya-buaya kerdil yang buas itu.
Kemudian tiga malam terakhir mereka berada di hutan itu,
menjelang bulan purnama, mereka akan mejalani laku Tapa
Ngalong. Di malam hari mereka akan bergayut pada dahan
sebatang pohon yang tinggi dengan kaki mereka. Sementara
di siang hari mereka tetap menjelajahi hutan itu dari ujung
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai keujung. Mereka sempat melengkapi pengenalan
mereka dengan kehidupan burung-burung. Dari burung-
burung kecil, sampai pada burung-burung buas yang berparuh
melengkung. Sekali-sekali mereka berlama-lama berada
dibawah sebatang pohon raksasa yang menjadi sarang burung
elang yang buas. Namun merekapun kadang-kadang berdiri
ditepi hutan melihat burung alap-alap meluncur memburu
mangsanya. Namun merekapun melihat bagaimana sejenis
burung tekukur mampu melepaskan diri dari terkaman burung
alap-alap yang mampu terbang lebih cepat dari burung yang
diburunya. Di kesempatan lain, mereka melihat seekor burung
srigunting yang bertarung melawan burung elang yang lebih
besar yang lebih besar dan buas. Namun kecepatan gerak
burung yang lebih kecil itu membuat lawannya menjadi
bingung, sehingga elang itu merasa lebih baik menyingkir
untuk saja. Demikianlah, haripun merangkak terus, sehingga akhirya
laku Tapa Ngidang, berendam di air serta Tapa Ngalong, telah
selesai dijalani. Sementara itu, di malam-malam terakhir,
langit menjadi terang kembali. Bulan yang gelap semakin lama
menjadi semakin terang, sehingga akhirnya, sampailah mereka
pada malam purnama. Bulan bulat bertengger di langit. Bintang nampak
gemerlapan. Selembar-selembar awan yang tipis mengalir
dihembus angin. Ki Pandi menganggap laku yang dijalani oleh Manggada dan
Laksana sudah selesai. Menjelang tengah malam, saat inilah
bulat berada di puncak, ketiga orang itupun telah mandi
keramas di sungai. Mereka membersihkan semua kotoran
yang melekat di tubuh mereka, karena selama mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjalani laku, mereka tidak dapat mandi setiap hari.
Beruntunglah bahwa mereka menjalani laku dengan berendam
di dalam air selama tiga malam berturut-turut, sehingga
kotoran di tubuh mereka hanyut dibawa arus sungai itu.
Selesai dengan mandi keramas, maka merekapun telah
mencari pakaian mereka yang mereka simpan. Mereka mulai
menanggalkan pakaian mereka yang dibuat dari kulit kayu
diikat dengan tali serat pada pinggangnya.
Demikian mereka mengenakan pakaian mereka, maka rasa-
rasanya tubuh mereka menjadi hangat. Seluruh tubuh mereka
seakan-akan telah terbungkus rapat.
Setelah sebulan mereka mengenakan pakaian dari kulit
kayu, maka rasa-rasanya dengan berpakaian lengkap, gerak
mereka memang menjadi lebih terbatas.
Menjelang dini hari, maka merekapun telah mempersiapkan
diri untuk keluar dari hutan itu. Ki Pandi mempergunakan
kesempatan itu untuk berbicara bersungguh-sungguh dengan
Manggada dan Laksana yang telah selesai menjalani laku.
"Anak-anak" berkata Ki Pandi "kalian telah melihat,
mendengar dan mengalami peristiwa yang bermacam-macam
di dalam hutan ini. Kalian telah berlatih dan menempa diri
dengan berbagai macam cara. Kalian juga menempa jiwa
kalian sehingga kalian menemukan arti dari kesabaran,
ketekunan, keuletan, ketabahan dan lebih dari itu, kalian telah
lebih banyak mengenali ciptaan dari Yang Maha Agung. Kalian
lebih banyak melihat perbedaan antara kehidupan berjenis-
jenis binatang dengan kehidupan manusia yang berakal budi.
Di rimba ini, siapa yang kuat ialah yang menang tanpa
menghiraukan kebenaran dan keadilan. Tidak ada usaha dari
binatang-binatang itu untuk melindungi yang lemah dan
melawan kelaliman. Dengan demikian, maka kalian akan lebih
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormati nilai-nilai yang dijunjung oleh kita manusia jika
kita tidak mau disamakan dengan binatang yang hidup di
hutan. Kita bukan mahluk yang menganut tatanan kehidupan
rimba, siapa yang kuat ialah yang akan menang"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun kata-
kata Ki Pandi itu benar-benar telah menyentuh hatinya.
Dengan demikian semakin terasa pula bahwa Sang Maha
Pencipta yang bersifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang
memberikan kita akal dan pikiran yang dapat membedakan
baik dan buruk, dan tidak menempuh kehidupan sebagaimana
kehidupan di dalam rimba yang lebat itu.
Namun Ki Pandi itupun kemudian berkata "Meskipun
demikian anak-anak muda. Di lingkungan tatanan kehidupan
manusia yang yang sewajarnya itu, masih ada juga yang
menjalaninya sebagaimana tatanan kehidupan di dalam rimba.
Ada satu dua orang, bahkan satu dua kelompok orang yang
menganggap dalam tatanan kehidupan menusia itu juga
berlaku paugeran siapakah yang kuat merekalah yang
menang. Bahkan ada yang menganggap bahwa menelan
sesamanya dapat menjadi pilihan yang sah untuk mencapai
maksud serta keinginannya"
Manggada dan Laksana masih saja mengangguk-angguk.
Tetapi mereka tidak menjawab. Sedangkan Ki Pandi masih
berkata selanjutnya "Nah, dalam kehidupan yang demikian, di
antara orang-orang yang menghormati tata nilai kehidupan
serta mereka yang sama sekali tidak menghargainya, kita
harus menempatkan diri kita sebaik-baiknya. Kita yang telah
mengenali tata kehidupan manusia dan tata kehidupan
binatang di hutan, tentu akan mampu dengan landasan nalar
dan budi memilih yang terbaik bagi kita dan bertanggung
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jawab kepada Sang Pencipta"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana masih saja mengangguk-angguk.
Namun dari sela-sela bibirnya. Manggada berdesis "Kami
mengerti, Ki Pandi" "Bagus" berkata Ki Pandi "jika demikian, mulai besok, kita
akan memasuki kembali dunia kita dalam tatanan hidup
mahluk Sang Pencipta yang dianugerahi akal dan pikiran"
Dengan demikian, maka Ki Pandipun membawa dua orang
anak muda itu keluar dari hutan.
Bulan yang bulat telah jauh condong di sebelah Barat.
Namun sinarnya masih nampak gemerlapan memantul dari
wajah dedaunan. Manggada dan Laksana kemudian berdiri di padang perdu
yang luas bersambung bulak persawahan yang membentang
sampai ke cakrawala. "Tidurlah di atas bebatuan itu" berkata Ki Pandi.
Manggada dan Laksanapun kemudian duduk di atas sebuah
batu yang besar. Namun Manggadapun bertanya "Bagaimana
dengan Ki Pandi" "Aku juga akan tidur" jawab Ki Pandi.
Namun Ki Pandi melihat keragu-raguan pada kedua orang
anak muda itu. Bahkan Laksanapun kemudian berkata "Ki
Pandi memang harus beristirahat. Biarlah kami bergantian
berjaga-jaga" "Waktunya tinggal sedikit. Sebentar lagi fajar akan datang.
Jika kalian berjaga-jaga berganti ganti, maka tidak seorangpun
di antara kalian yang sempal tidur.
"Tetapi binatang buas dari hutan itu akan dapat sampai ke
tempat ini" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Pandipun tersenyum. Kemudian, orang bongkok itu telah
mengambil serulingnya. Ketika suara seruling yang melengking, maka dua ekor harimau telah muncul dari dalam
hutan mendekati Ki Pandi sambil mengibaskan ekornya.
"Nah, kita akan tidur" berkata Ki Pandi "biarlah kedua ekor
harimau itu disini sampai menjelang pagi. Besok, jika kita
meninggalkan hutan ini, harimauku akan tinggal di hutan ini.
Biarlah mereka hidup di antara paugeran rimba yang berlaku.
Sementara kita akan menjalani hidup dalam tatanan yang
berbeda" Kehadiran kedua ekor harimau itu memang membuat
Manggada dan Laksana menjadi tenang. Merekapun kemudian
berbaring di atas tanah berbatu padas. Meskipun tidak
selembarpun alas yang mereka pergunakan, tetapi keadaan itu
sudah jauh lebih baik dari saat mereka menjalani laku Tapa
Ngidang di dalam hutan. Meskipun hanya sebentar, ternyata mereka sempat
memejamkan mata mereka. Menjelang matahari terbit,
mereka terbangun. Bulan sudah menginjak batas langit,
sementara kedua ekor harimau Ki Pandi sudah tidak nampak
lagi. Tetapi Ki Pandi sendiri duduk bersandar sebatang pohon
yang tumbuh di padang perdu itu.
Manggada dan Laksanapun kemudian membenahi diri dan
pakaian mereka. Mereka tidak perlu lagi mandi, karena mereka
lewat tengah malam baru saja mandi keramas.
"Nah, kita sudah siap sekarang berkata Ki Pandi.
"Kita akan menempuh jalan pulang, Ki Pandi" berkata
Manggada dengan nada tinggi. Nampak kegembiraan
memancar di sorot matanya serta getar suaranya.
"Ya. Aku akan ikut bersama kalian sampai ke rumah kalian"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak hanya bersama kami sampai ke rumah kami, tetapi
Ki Pandi akan tinggal bersama kami" jawab Manggada.
Ki Pandi tersenyum. Katanya "Tergantung kepada orang tua
kalian" "Orang tuaku akan senang sekali menerima kehadiran Ki
Pandi. Apalagi jika orang tuaku tahu apa yang telah Ki Pandi
lakukan. Bukan saja Ki Pandi telah memberikan tuntunan bagi
kami dalam ilmu kanuragan, tetapi juga apa yang lelah Ki
Pandi lakukan bagi sesama. Usaha Ki Pandi untuk melawan
kekuatan hitam menunjukkan sikap Ki Pandi menghadapi
tatanan kehidupan" berkata Manggada.
Ki Pandi tersenyum. Katanya "Mudah-mudahan penilaianmu
benar anak muda" "Semua orang akan mengatakan demikian, Ki Pandi" sahut
Laksana kecuali Panembahan Lebdagati"
Ki Pandi tertawa. Katanya "Kalian pandai memuji. Aku
senang mendapat pujian kalian"
"Kami tidak memuji" jawab Laksana "kami mengatakan
sesuai dengan nurani kami.
Ki Pandi tertawa lebih keras lagi. tetapi ia tidak menjawab.
Meskipun demikian, hubungannya dengan anak-anak muda
itu telah dapat membuatnya tertawa. Ki Pandi sendiri
menyadari, bahwa ia jarang sekali sempat tertawa. Mungkin
sekali dua kali dalam sepekan, tetapi bersama anak-anak
muda itu, ia menjadi lebih sering tertawa.
Demikian, maka merekapun berjalan terus. Manggada dan
Laksana bersepakat bahwa mereka akan berjalan melewati
Pajang. Mereka sudah lama tidak melihat-lihat keadaan kota
yang terhitung ramai itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiga orang itu memang berjalan menyusuri jalan yang
langsung menuju Pajang. Manggada dan Laksana tidak ingin
lagi berhenti di perjalanan. Mereka sudah terlalu lama
mengembara. Semakin dekat dengan Pajang, maka tatanan kehidupan
pun mulai berubah. Jalan-jalan terasa lebih ramai. Rumah-
rumah pun nampak lebih bersih dan terawat.
Apalagi ketika mereka memasuki pintu gerbang kota. Maka
terasa satu kehidupan yang bergetar lebih cepat. Di jalan-jalan
nampak orang yang berjalan hilir mudik. Sekali dua kali
nampak orang-orang berkuda lewat.
Rasa-rasanya setiap orang melakukan pekerjaan mereka
dengan tergesa-gesa. Mereka nampak selalu berpacu dengan
waktu. Manggada dan Laksana melihat suasana itu dengan hati
yang berdebaran, namun mereka dapat mengerti, bahwa
tatanan kehidupan di Pajang memerlukan gerak yang lebih
cepat. Waktu seakan-akan selalu memburu, sementara yang
harus mereka lakukan masih belum selesai.
Manggada dan Laksana yang mulai merasa haus telah
mengajak Ki Pandi untuk berhenti di sebuah kedai di pinggir
jalan utama. Sambil tersenyum Ki Pandi berkata "Tentu
hidangan yang jauh lebih baik dari minuman dan makanan
yang kita dapatkan di hutan itu"
Manggada dan Laksana tertawa. Disela-sela tertawanya,
Manggada berkata "Sulit bagi kita untuk mencari makanan
sebagaimana kita dapatkan di hutan itu di seluruh kota ini"
Ki Pandipun tertawa pula. Katanya "Tetapi aku juga tidak
berkeberatan makan dan minum apa adanya di kedai itu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana tertawa semakin panjang.
Demikianlah maka bertiga mereka memasuki kedai yang
cukup besar itu. Kedai yang ramai dikunjungi oleh banyak
orang. Seperti sebelumnya, maka Ki Pandi telah memilih tempat
yang paling terpisah di kedai itu. Mereka duduk di sudut agak
ke belakang, dekat pintu butulan yang sempit.
Baru ketika mereka sudah duduk, mereka menyadari,
bahwa kedai itu termasuk kedai yang terbiasa disinggahi
orang-orang yang mempunyai kedudukan yang baik. Ternyata
dari pakaian mereka, sikap mereka dan cara mereka berbicara
yang satu dengan yang lain.
Ki Pandilah yang mula-mula melihat hal itu. Karena itu.
maka ia pun berdesis "Kita telah tersesat"
"Kenapa?" bertanya Manggada.
"Kedai ini nampakya hanya dikunjungi orang-orang yang
terpandang di kota ini"
Manggada tersenyum. Namun katanya "Tetapi tidak ada
larangan bagi siapapun yang masuk untuk membeli makanan
dan minuman disini" "Kita mempunyai uang Ki Pandi" sahut Laksana "asal kita
membayar harga makanan dan minuman sesuai dengan
tarifnya, kita tentu tidak akan dianggap bersalah"
"Tetapi lihat orang-orang yang ada di kedai ini" berkata Ki
Pandi "mereka memandang kita dengan heran. Mungkin
pakaian kita tidak seperti pakaian mereka. Pakaian kita
termasuk kusut dan kumal. Yang lain menjadi heran melihat
punggungku yang bongkok dan buruk"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada menggeleng sambil berkata "Tidak Ki Pandi.
Seperti yang Ki Pandi katakan, bahwa Ki Pandi selalu dihantui
oleh perasaan rendah diri"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Mungkin
memang demikian. Tetapi sebaikya kita mencari kedai yang
lebih kecil yang memang diperuntukkan orang-orang kecil
seperti kita" Tetapi Laksana menyahut "Kita sudah terlanjur duduk disini,
Ki Pandi. Sebaiknya kita acuhkan saja orang-orang lain itu"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Ia mencoba untuk tidak
memperhatikan orang lain. Tetapi ia mulai memperhatikan
berjenis-jenis makanan yang tersedia.
Beberapa saat kemudian, maka merekapun telah mendapatkan makan dan minuman yang mereka pesan.
Namun pelayan kedai itupun agaknya telah memperlakukan
tamu-tamunya menurut ujud lahiriahnya. Karena itu, maka
sikapnya kepada Ki Pandi, Manggada dan Laksana juga agak
kurang menyenangkan. Tetapi ketiganya memang tidak menghiraukan sikap itu.
Merekapun kemudian telah meneguk minuman hangat itu
serta makanan yang telah mereka pesan. Ketiganya tidak mau
kehilangan selera makan mereka karena hal-hal yang tidak
berarti apa-apa bagi mereka. Mereka berpendirian, bahwa
setelah mereka meninggalkan kedai itu, maka orang-orang
yang memperhatikan mereka, termasuk pelayan kedai itu,
tidak akan dijumpainya lagi.
Beberapa saat kemudian, maka Ki Pandi, Manggada dan
Laksana itu sudah selesai dengan makanan dan minuman
mereka. Tubuh mereka yang baru saja ditempa di tengah-
tengah hutan itupun merasa mejadi semakin segar. Darah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka menjadi panas dan jantung merekapun rasa-rasanya
berdetak semakin mantap. Namun yang dicemaskan Ki Pandi itupun terjadi. Tiba-tiba
saja tiga orang anak muda yang nampaknya dari keluarga
yang cukup terpandang telah mendekatinya. Seorang di antara
mereka sambil tertawa berkata kepada kawannya "Bagaimana
mungkin kakek ini mempunyai kelebihan di punggungnya"
Kawan-kawan tertawa. Bahkan seorang yang lain ternyata
lebih berani lagi. Diusapnya bongkok di punggung Ki Pandi itu
sambil berkata "Maaf kek. Aku tidak dapat menahan diri untuk
tidak meraba punggung kakek yang sangat memilik perhatian
ini." Kawan-kawannya tertawa semakin keras. Bahkan seorang
dari sekelompok anak muda yang yang lain, yang duduk di
muka pintu berkata "Bagaimana jika bongkok itu kita ambil
dan kita minta pemilik kedai ini untuk menggorengnya?"
Seisi kedai itu tertawa meledak.
Wajah Ki Pandi memang menjadi merah. Manggada dan
Laksana tidak dapat berdiam diri mengalami perlakuan yang
sangat buruk itu. tetapi ketika mereka bangkit, Ki Pandi
berdesis "Jangan lakukan. A ku minta"
"Tetapi itu sudah keterlaluan" sahut Laksana.
"Tidak apa-apa. Nanti setelah kita meninggalkan kedai ini,
kita tidak akan bertemu lagi dengan orang itu"
Manggada menggeram. Tetapi ia tidak mau melanggar
perintah Ki Pandi. Namun anak muda yang meraba punggung Ki Pandi itu
justru yang menyahut Jangan marah. "Ki Sanak. Aku tidak
bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin mengusap punggung ini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Manggada dan Laksana bagaikan telah membara.
Tetapi Ki Pandilah yang menjawab "Aku tidak berkeberatan
anak muda" "Bagus jawab anak muda itu kau memang orang yang
baik?" anak muda itu berhenti sejenak. Namun kemudian
katanya "Tetapi sayang. Aku justru mengharap kedua anak
yang bersamamu itu marah"
"Tidak. Mereka tidak akan marah. Mereka adalah
kemenakan-kemenakanku. Aku Kira, kami memang tidak akan
dapat marah kepada kalian anak anak muda"
"Ternyata kau cukup cerdik" berkata anak muda yang lain
"he, apakah kau tahu siapa kami"
"Tidak" jawab Ki Pandi "tetapi kami memang harus
menghormati kalian" Anak muda yang masih saja memegangi punggung Ki Pandi
itu berkata "ternyata kau bijaksana. Baiklah. Silahkan makan
dan minum" Ketiga anak muda itu bergeser menjauh dan kembali duduk
di tempatnya semula. Namun anak muda yang berada di
depan pintu itu berteriak lagi "He, kenapa kalian tidak jadi
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengambil kelebihan pada punggung kakek itu" Ambil dan
serahkan pada pemilik kedai ini"
Beberapa orang yang ada di kedai itu tertawa.
Sementara itu, Ki Pandipun berkata "Marilah. Kita
tinggalkan kedai ini. Hal-hal seperti ini akan terulang dan
terulang sebagaimana yang terjadi sebelum kita memasuki
hutan itu. Karena itu, kalianpun tahu, kenapa aku menjadi
rendah diri. Dahulu, ketika aku masih muda, aku berusaha
menutupi perasaan ini dengan tingkah laku yang aneh-aneh.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di perguruan aku berusaha untuk menunjukkan kelebihanku
dalam olah kanuragan. A ku menjadi sagat mudah tersinggung
dan aku sering membuat onar. Tetapi masa-masa seperti itu
sudah lampau. Kini aku hanya dapat menerima setiap
perlakuan seperti itu dengan menekan perasaanku, karena
agaknya tidak pantas lagi bagiku untuk berkelahi di
sembarang tempat. Manggada dan Laksana menarik nafas dalam-dalam.
Namun dengan nada berat Laksana berkata "Bagaimana jika
kami saja yang berkelahi sekarang"
Ki Pandi menggeleng. Katanya "Tidak. Jangan"
Namun agaknya orang-orang di kedai itu masih saja
memperolok-olokkannya. Sekali-sekali terdengar gelak tertawa
di antara mereka. Bahkan ampat orang anak muda yang baru
masuk kedai itupun telah ikut pula memperolok-olokkannya.
Agaknya anak muda itupun termasuk anak-anak muda dari
lingkungan yang sama. Namun tiba tiba semua gelak itupun terhenti. Orang-orang
yang ada di dalam kedai itu nampak menjadi gelisah. Lebih-
lebih beberapa kelompok anak muda yang sudah ada di dalam
kedai. Sedangkan orang-orang yang lebih tuapun menundukkan kepala mereka. Semua perhatian tiba-tiba telah
terikat pada mangkok-mangkok minuman dan makanan
mereka. Beberapa saat kemudian, seorang anak muda memasuki
kedai itu, diiringi oleh dua orang yang bertubuh tinggi kekar
dan berwajah garang. Tiga orang anak muda yang telah memperolok-olokkan Ki
Pandi dengan meraba-raba bongkoknya itu nampak menjadi
sangat gelisah. Setelah mereka saling memberi isyarat, maka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketiganya tiba-tiba telah bangkit berdiri dan berlari lewat pintu
butulan di dekat tempat Ki Pandi duduk.
Namun langkahnyapun terhenti. Di luar pintu telah telah
berdiri pula seorang yang bertubuh tinggi berbadan kekar
seperti dua orang yang mengikuti anak muda yang baru
masuk itu. "Apakah kalian akan lari?" bertanya orang yang sudah
berdiri di pintu itu. Ketiga anak muda itu melangkah mundur. Wajah mereka
menjadi tegang. Sementara anak muda yang baru masuk
bersama dua orang itu masih berdiri di pintu kedai itu.
"Kau tidak akan dapat lari
kemana-mana sekarang" berkata
anak muda yang baru datang itu.
Ketiga orang anak muda itu
memang tidak dapat melarikan diri
lagi. Sementara itu. anak-anak
muda yang lain nampaknya tidak
ingin terlibat. Bahkan orang-orang
yang lebih tua tidak ada yang
berani berbuat sesuatu. "Aku ingin membuat perhitungan
sekarang" berkata anak muda itu
"aku mencarimu selama dua hari.
Baru sekarang aku menemukanmu disini"
Ketiga orang anak muda itu tidak menjawab. Tetapi wajah-
wajah mereka nampak menjadi sangat tegang.
"Dua hari yang lalu kalian telah memukuli saudara
sepupuku. Apakah kalian belum mengenal aku?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi, tetapi..." salah seorang dari ketiga orang itu
menjawab dengan gagap "kami tidak tahu bahwa anak itu
sepupumu. Anak itulah yang mendahului menimbulkan
persoalan. Justru saat itu kami sedang baristirahat"
"Kau dapat mengatakan dengan alasan apapun juga. Tetapi
yang sudah terjadi adalah bahwa kalian telah memukuli
kemanakanku sampai terluka cukup parah" jawab anak muda
itu. "Tetapi anak itulah yang memancing persoalan" jawab salah
seorang dari ketiga anak muda itu.
"Aku tidak peduli" anak muda itu membentak.
Ketiga orang itu menjadi semakin pucat. Sementara itu
anak muda itu berkata "Kalian harus tahu siapa aku"
"Ya. Kami tahu" jawab anak muda yang menjadi ketakutan
itu. "Nah, kita sudah saling mengenal, siapa kalian dan siapa
aku. Karena itu terserah kepada kalian, apakah kalian akan
melawan atau kalian akan membiarkan kami memperlakukan
kalian seperti kalian memperlakukan sepupuku"
"Tetapi ia menyerang kami dengan pisau. Kami tidak
bersalah" seorang di antara ketiganya hampir berteriak.
Tetapi anak muda itu sama sekali tidak menghiraukannya.
Selangkah ia maju. Ketika kakinya menyentuh kaki seorang
yang duduk sambil menunduk di dekatnya, maka kaki itupun
dikibaskannya keras-keras sehingga orang itu telah terpental
dari tempat duduknya dan jatuh terguling di tanah.
Demikian orang itu berusaha bangkit, maka anak muda
itupun membelalakkan matanya sambil berkata "Kau akan
mencoba menghina aku, he"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Tidak" orang itu menjadi ketakutan "aku sama sekali
tidak sengaja. Aku mohon ampun"
Anak muda itu melangkah lagi. Iapun kemudian telah
memandangi orang-orang yang ada di kedai itu. Bukan hanya
ketiga orang anak muda yang menjadi ketakutan itu.
Tiba-tiba matanya terhenti ketika ia melihat Ki Pandi,
Manggada dan Laksana. Dengan wajah yang tegang ia berkata
"Ada juga kutu-kutu busuk yang masuk ke kedai ini"
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia berdesis
perlahan sekali "Kalian harus tetap menahan diri "
"Apakah kedai ini sudah berubah menjadi ruang makan bagi
pengemis-pengemis" berkata anak muda itu keras-keras.
Suasana masih tetap diam namun tegang. Adalah di luar
dugaan bahwa anak muda itu justru melangkah mendekati Ki
Pandi "He, kakek bongkok. Kau kenal aku?"
Ki Pandi memandang anak muda itu sekilas. Namun
kemudian iapun menggeleng sambil menjawab "Tidak anak
muda" "Nah, sekarang kesempatan bagimu untuk mengenalku.
Aku adalah penguasa di lingkungan ini. Semua orang harus
tunduk kepadaku" Ki Pandi yang memang tidak ingin ribut itu mengangguk
sambi menjawab "Aku mengerti anak muda"
"Dengar. Aku tidak senang melihat pengemis di kedai ini"
geram orang itu. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Di luar sadarnya, ia
memandang berkeliling. Orang-orang yang ada di dalam kedai
itu memang orang-orang yang agaknya datang dari tataran
yang baik. Tetapi ketika hal itu dibicarakan dengan Manggada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Laksana, maka keduanya menganggap bahwa kedai itu
diperuntukkan bagi siapa saja yang sanggup membayar,
sehingga karena itu, maka mereka bertiga tidak segera pergi.
Namun ternyata hal itu mempunyai akibat yang panjang.
Anak muda itupun kemudian berkata "Baiklah. Kali ini aku
maafkan kalian. Tetapi untuk selanjutnya kalian tidak boleh
lagi masuk ke dalam kedai ini"
"Baiklah anak muda" jawab Ki Pandi "kami akan segera
meninggalkan kedai ini"
Anak muda itupun telah memanggil pemilik kedai itu
dengan isyarat tangannya. Dengan tergesa-gesa pemilik kedai
itupun berlari-lari kecil mendekat.
"Suruh orang-orang itu pergi setelah membayar" Pemilik
kedai itu mengangguk hormat. Katanya "Baiklah anak muda"
Manggada tidak menunggu orang itu minta dibayar harga
makanan dan minuman yang telah mereka pesan. Ketika
orang itu mendekatinya, maka Manggadapun segera bertanya
sambil mengambil kampil kecil dari kantong ikat pinggangnya.
Di kampil itu masih tersimpan sisa uangnya yang sudah tidak
terlalu banyak lagi. Tetapi justru karena mereka sudah berada
di jalan pulang, maka mereka tidak akan memerlukan banyak
uang lagi di perjalanan. Setelah membayar beberapa keping uang sebagaimana
disebut oleh pemilik kedai itu, maka mereka bertigapun
melangkah keluar diikuti pandangan berpasang-pasang mata
dari orang-orang yang ada di kedai itu.
Sebenarnya perasaan Manggada dan Laksana telah
memberontak di dalam dadanya. Tetapi mereka sangat
menghormati Ki Pandi, sehingga mereka tidak berbuat sesuatu
karena Ki Pandi selalu mencegahnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian Ki Pandi, Manggada dan Laksana keluar dari kedai
itu, maka perhatian anak muda itu kembali tertuju kepada
ketiga orang anak muda yang masih ada di dalam kedai itu.
Semula mereka mengira bahwa perhatian anak muda yang
baru datang itu telah beralih. Namun ternyata perhatiannya
kembali tertuju kepadanya.
Di luar, Ki Pandi, Manggada dan Laksana masih berdiri
termangu-mangu. Seorang yang umurnya sudah sebaya
dengan Ki Pandi telah datang mendekatinya.
"Apakah kau diperlakukan kasar oleh anak-anak di dalam
kedai itu" Dan yang terakhir anak muda yang baru datang
bersama tiga orang pengawalnya?" bertanya orang itu.
"Ah, tidak apa-apa Ki Sanak" jawab Ki Pandi "aku mengenal
sikap anak-anak muda yang kadang-kadang meledak-ledak"
Orang itu memandang ke pintu kedai itu. Lalu katanya
"Tetapi anak-anak itu kadang-kadang memang keterlaluan.
Aku melihat apa yang mereka lakukan atas Ki Sanak"
Ki Pandi tersenyum. Katanya "Aku sudah melupakannya"
"Ki Sanak memang bijaksana" jawab orang itu. Namun
katanya kemudian "tetapi hukuman itu akhirnya datang
sendiri. Kau belum mengenal anak muda yang datang dengan
pengawalnya itu" "Belum Ki Sanak" jawab Ki Pandi.
"Anak itu anak orang yang sangat kaya. Orang-orang di
sekitar tempat ini, termasuk pemilik kedai itu, mendapat
pinjaman uang dari orang tua anak muda itu sebagai modal.
Itulah sebabnya maka ia sangat dihormati di lingkungan ini.
Kedudukannnya justru melampaui kedudukan Ki Demang
sendiri. Ia dapat berbuat apa saja sekehendak hatinya. Nah,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiga orang anak muda itu akan mengalami nasib buruk di
tangannya. Ketiga orang pengawalnya itu akan memperlakukan ketiga orang anak muda itu menjadi barang
mainan. Mereka pulang dengan tulang-tulang yang retak"
"Apakah Ki Demang tidak mampu mengatasinya?" bertanya
Ki Pandi "atau barangkali prajurit Pajang"
"Ki Demang sudah tidak berdaya. Sementara itu, mereka
tidak berani melaporkan kepada prajurit Pajang. Mungkin
prajurit Pajang dapat bertindak. Namun nasib mereka yang
berani melaporkan itu akan menjadi lebih buruk lagi"
Wajah Ki Pandi nampak berkerut. Sementara orang itu
berkata "Lebih dari itu, ayah anak muda itu mempunyai
banyak kawan di lingkungan keprajuritan. Hubungan yang baik
itu sangat mempengaruhi sikap mereka"
Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun sebelum ia
menyahut, maka iapun terkejut melihat anak muda yang
terlempar dari pintu kedai itu dan jatuh di halaman.
"Ampun. Aku minta ampun" anak muda itu hampir
menangis. Seorang yang bertubuh tinggi keker melangkah mendekatinya. Dengan tangkasnya ia menggapai baju anak
muda yang terjatuh itu. Kemudian ditariknya sehingga anak
muda itu berdiri. Namun sebuah pukulan yang sangat keras
telah mengenai perutnya. Anak muda itu terbungkuk kesakitan. Tetapi pukulan yang
lain melayang mengenai wajahnya, sehingga sekali lagi anak
muda itu terjatuh di halaman.
Ki Pandi, Manggada dan Laksana berdiri termangu-mangu.
Sedang orang yang sudah sebaya dengan Ki Pandi itu berkata
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lebih baik kita pergi. Jika kita masih tetap disini, maka kita
tentu akan dianggap mencampuri persoalan mereka"
Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Silahkan menyingkir Ki Sanak. Aku akan menonton
disini"
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orang itu menjadi heran. Dengan nada tinggi ia berkata
"Apa yang sebenarnya kau kehendaki" Kau sudah mendapat
perlakuan kasar. Kau sudah diusir seperti seorang pengemis
meskipun kau mampu membayar harga makanan dan
minumanmu. Sekarang kau akan menonton apa yang bakal
terjadi disini. Bukankah itu akan berakibat buruk bagi kalian?"
"Kasihan anak-anak muda yang bakal mengalami nasib
buruk itu" berkata Ki Pandi.
"Itu hukuman bagi mereka. Bukankah mereka telah
memperolok-olokkan Ki Sanak"
"Tetapi kenakalan itu masih merupakan kenakalan anak-
anak muda. Namun agaknya anak muda yang berpengawal itu
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih kasar lagi,
justru karena ia mempunyai kedudukan yang kuat, serta
pengawal yang berilmu tinggi" berkata Ki Pandi "bahkan
menurut perhitunganku, anak muda itu tentu juga sering
memeras orang-orang yang telah meminjam uang kepada
ayahnya di luar pengetahuan ayahnya itu sendiri"
"Ya" jawab orang itu "darimana kau tahu"
"Aku hanya menduga" jawab Ki Pandi. Namun kemudian
katanya "Meskipun aku juga berprihatin melihat anak-anak
muda yang tidak lagi menaruh hormat kepada orang-orang
tua sebagaimana dilakukan oleh ketiga orang anak muda yang
memperolok-olokkan aku, tetapi aku merasa sangat menyesali
sikap dan tindakan anak muda yang berpengawal itu. Tingkah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakunya sudah mengarah pada laku kejahatan, la menakut-
nakuti orang di satu lingkungan tertentu dan memeras mereka
dengan semena-mena" "Aku sependapat Ki Sanak. Tetapi apa yang dapat kau
lakukan atas mereka?" sahut orang itu.
Namun keadaan menjadi bertambah tegang, ketika dua
orang anak muda yang lain dilemparkan keluar pula. Mereka
mulai merengek minta ampun. Tetapi ketiga orang yang
bertubuh tinggi berbadan kekar dan berwajah garang itu
tanpa belas kasihan telah menghajar mereka. Sedangkan anak
muda yang ditakuti itu berdiri bertolak pinggang di muka
pintu. Ki Pandi berdiri termangu-mangu. Kemudian ia berpaling
kepada Manggada dan Laksana sambil berkata "Kalian harus
mencegah perlakuan yang sewenang-wenang itu"
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Semula
Ki Pandi mencegah mereka untuk turun tangan. Namun tiba-
tiba Ki Pandi itu justru memberikan perintah kepada mereka
untuk berbuat sesuatu. Melihat kedua anak muda itu ragu-ragu, maka Ki Pandi pun
berkata sekali lagi "Cegah orang itu. Mereka tidak berhak
memperlakukan anak-anak muda itu seperti itu. Jika anak-
anak muda itu bersalah, maka ia harus diserahkan kepada Ki
Demang atau bebahu yang ditugaskannya"
Manggada dan Laksana mengangguk kecil. Tanpa bertanya
lebih lanjut, maka merekapun melangkah mendekati anak
muda yang bertolak pinggang itu.
Anak muda itu memang menjadi heran melihat kedua orang
yang telah diusirnya itu mendatanginya. Dengan lantang anak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda itu membentaknya "He, untuk apa kau datang
kepadaku" Suaranya justru telah menghentikan pengawalnya yang
masih saja menyakiti ketiga anak muda yang sudah minta
ampun itu. Bahkan mulut mereka sudah mulai berdarah,
karena bibir mereka yang pecah atau gigi mereka yang
terlepas. "Hentikan perbuatan itu Ki
Sanak" berkata Manggada.
"Perbuatan yang mana?" bertanya anak muda itu. "Anak-anak muda yang dipukuli oleh pengawalmu itu
sudah merengek minta ampun.
Ternyata mereka memang tidak
lebih dari anak-anak yang
hanya dapat menangis dan minta ampun jika mereka menghadapi kesulitan, meskipun mereka anak-anak
yang tidak tahu diri dan mengenal unggah-ungguh" jawab Manggada. Wajah anak muda itu menjadi merah. Tidak pernah ada
orang yang berani mencegah perbualan-perbuatannya. Karena
itu, maka iapun berteriak "He, pengemis buruk. Kau tidak
mengenal aku, he. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa
aku penguasa di lingkungan ini"
"Mungkin, tetapi mereka tidak mengakuimu. A kupun bukan
orang yang termasuk mempunyai pinjaman kepada orang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tuamu. Karena itu, aku dapat bersikap sesuai dengan
kemauanku atasmu" "Setan kau" suara anak muda itu mulai bergetar oleh
kemarahan yang membakar ubun-ubunnya "kalian mau apa
sekarang" Laksanalah yang menyahut "Bagus. Aku menunggu
pertanyaan itu. Dengar. Sekarang aku akan mencegah
perbuatan orang-orangmu itu. Jika perlu dengan kekerasan"
Kemarahan anak muda itu tidak terbendung lagi. Karena
itu, maka iapun berteriak kepada orang-orangnya "Koyaklah
mulut anak-anak gila ini"
Ketiga orang pengawai anak muda itupun meninggalkan
korban-korban mereka. Dengan gigi yang gemeretak, maka
mereka segera melangkah mendekati Manggada dan Laksana.
Ketiga orang anak muda yang tulang-tulangnya bagaikan
retak itu berusaha bangkit. Namun mereka hanya dapat
beringsut beberapa langkah, sementara Manggada berkata
"Jangan takut anak-anak manis. Kau tidak akan dipukuli lagi"
Ketiga orang anak muda itupun menjadi heran. Anak-anak,
muda itu adalah anak-anak muda yang duduk bersama orang
bongkok yang telah diperolok-olokkannya. Ketika itu mereka
tidak berbuat apa-apa. Meskipun nampaknya mereka tersinggung, tetapi justru
orang bongkok itu sendirilah yang menenangkan mereka,
sehingga keduanya tidak berbuat apa-apa. Bahkan ketika
salah seorang dari mereka mengharap kedua anak muda itu
marah, ternyata keduanya tidak bangkit dari tempat
duduknya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kini anak-anak muda itu telah menantang ketiga
orang pengawal anak muda yang sangat disegani di
lingkungan itu. Dalam pada itu, ketiga orang pengawal itu sudah siap.
Namun karena yang akan mereka hadapi hanya dua orang
anak muda saja, maka seorang di antara mereka terpaksa
mengalah. "Kau bereskan anak-anak yang telah memukuli sepupuku
itu" berkata anak muda yang disegani itu.
Orang itu memang berpaling kepada tiga orang anak muda
yang sudah berhasil bangkit untuk duduk di pinggir halaman
itu. Sementara itu Laksanalah yang berteriak kepada mereka
"Bangkit. Lawan orang yang akan memukulimu. Bukankah
kalian laki-laki sejati" Kalian hanya berani memperolok-olokkan
orang tua yang kau anggap tidak mampu berbuat apa-apa.
Tetapi menghadapi orang yang kau anggap kuat, kau sama
sekali tidak berani berbuat apa-apa. Bahkan merengek minta
ampun" "Cukup" bentak anak muda yang membawa tiga orang
pengawal itu. Lalu katanya kepada kedua orang pengawalnya
"Buat mereka menjadi jera"
Kedua orang pengawal itupun segera melangkah maju.
Seorang mendekati Manggada dan seorang lagi mendekati
Laksana. Dalam pada itu, beberapa orang yang ada di kedai itupun
telah keluar. Mereka melihat dua orang anak muda yang
datang bersama orang bongkok itu sudah berhadapan dengan
orang-orang yang sangat ditakuti di tempat itu. Bahkan Ki
Demangpun tidak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi kedua orang anak muda yang berpakaian kusut itu
nampaknya sama sekali tidak merasa takut.
Tetapi beberapa orang berbisik di antara mereka "Mereka
belum mengenal kedua orang yang garang dan bengis itu.
Mereka tentu akan mematahkan tangan atau kaki keduanya
atau bahkan lehernya"
Sementara itu, orang yang umurnya sebaya dengan Ki
Pandi berkata dengan nada cemas "Kau umpankan anak-anak
itu ke dalam mulut serigala yang sangat buas. Kau tentu
belum mengenal mereka. Mereka dapat berbuat apa saja yang
tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Apalagi terhadap orang
yang sudah berani menentang anak muda yang mengendalikan mereka. Anak muda yang nampaknya tampan
itu ternyata berhati iblis. Dan kau serahkan anak-anakmu itu
ke tangannya yang merah oleh darah.
Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku tidak
berharap demikian. Aku tidak senang melihat tingkah laku
anak muda dan pengawal-pengawalnya itu. Karena itu, aku
berharap bahwa kedua orang kemenakanku itu dapat sedikit
memperingatkannya agar untuk selanjutnya ia berhati-hati"
"Apakah kedua kemenakanmu itu mempunyai ilmu kebal?"
bertanya orang itu. "Tidak" jawab Ki Pandi. Namun katanya kemudian "Tetapi
mereka berbekal niat yang baik"
"Niat saja tidak akan menolong mereka. Nasibnya akan
menjadi lebih buruk dari ketiga orang anak muda itu"
Dalam pada itu, Manggada dan Laksanapun sudah mulai
bergeser saling menjauhi. Mereka sudah siap menghadapi
kedua orang yang bertubuh tinggi tegap itu. bahkan tenaga
merekapun ternyata lebih kuat dari orang kebanyakan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang bertubuh raksasa itulah yang kemudian
mulai menyerang. Mereka seakan-akan tidak memperhitungkan perlawanan kedua orang anak muda itu.
Raksasa yang melawan Manggada itu justru telah melangkah
maju sambil mejulurkan tangannya untuk menangkap anak
muda itu, seakan-akan anak muda itu bukannya sasaran yang
dapat bergerak dan apalagi melawan.
Manggada yang melihat lawannya itu ingin menangkapnya
begitu saja, justru merasa tersinggung. Beberapa langkah ia
mundur. Tidak untuk menghindari tangan lawannya yang akan
menangkap lengannya itu. Tetapi ia justru mengambil ancang-
ancang. Bahwa Manggada merasa tersingggung itu telah membuatnya berusaha untuk memberikan peringatan kepada
lawannya pada serangannya yang pertama.
Demikianlah, ketika raksasa itu masih saja melangkah maju,
maka dengan tiba-tiba saja Manggada telah melenting sambil
memiringkan tubuhnya. Dikerahkannya tenaganya untuk
melontarkan serangan kearah dada orang itu untuk
menunjukkan bahwa lawannya tidak dapat menganggapnya
seorang yang tidak berdaya.
Tubuh Manggada meluncur dengan derasnya. Kakinya
terjulur lurus menyamping. Langsung kearah dada.
Namun ternyata yang tidak terduga-duga itu terjadi.
Manggada sendiri terkejut ketika kakinya menghantam dada
orang itu. Ternyata pertahanan orang itu telah terguncang. Bahkan
kemudian orang itu bagaikan dilemparkan langsung jatuh
terbanting di tanah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar mulutnya mengumpat kasar. Dengan sigapnya ia
melenting untuk bangkit berdiri. Tetapi ternyata tubuhnya pun
segera terhuyung-huyung. Ia hanya mampu berdiri beberapa
kejap. Kemudian sekali lagi tubuhnya jatuh terguling. Bahkan
dari mulutnya telah mengalir darah.
Orang itu mengerang kesakitan. Dipeganginya dadanya
dengan kedua tangannya sambil menggeliat-geliat. Betapa
wajahnya membayangkan kesakitan yang sangat. Bahkan
kemudian nafasnya menjadi sesak.
"Gila" teriak anak muda yang disegani itu "apa yang telah
terjadi denganmu" Tetapi orang bertubuh raksasa itu tidak dapat menjawab.
Dari mulutnya masih terdengar erang kesakitan.
Ki Pandi menjadi cemas. Ia tidak mengharap Manggada
membunuh orang itu. Namun Ki Pandipun memaklumi, bahwa
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setelah berada di hutan selama sebulan, maka Manggada
kehilangan pengamatan atas tingkat ilmunya. Manggada
sendiri tidak sadar, bahwa ilmunya telah jauh meningkat
dibandingkan sebelum ia menjalani laku Tapa Ngidang di
hutan dari purnama sampai ke purnama.
Sementara itu, seorang di antara raksasa yang sudah
berhadapan dengan Laksanapun menjadi cemas. Agaknya
anak muda yang seorang lagi itupun memiliki kemampuan
yang setingkat. Tetapi orang yang sudah siap menghadapi Laksana itu
berkata pada diri sendiri "Orang dungu itu telah lengah,
sehingga ia tidak berdaya sama sekali ketika serangan itu
datang" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka orang itupun telah mempersiapkan diri
sebaik-baiknya untuk menghadapi anak muda yang seorang
lagi itu. Sementara itu, anak muda yang ditakuti itupun berteriak
kepada pengawal yang seorang lagi "Gantikan orang dungu
itu. ia tidak pantas menjadi pengawalku lagi. Selesaikan kedua
orang anak iblis itu. Apapun yang terjadi atas mereka"
Perintah itu jelas. Mereka tidak perlu mengekang diri lagi.
bahkan seandainya anak-anak itu terbunuh oleh tangan-
tangan mereka yang kasar itu.
Manggada mundur beberapa langkah. Yang terjadi itu
benar-benar di luar dugaannya sendiri. Karena itu, maka ia
justru harus menilai kembali tenaga dan kemampuannya.
Bahkan tanpa mengerahkan tenaga dalamnya.
Yang kemudian mulai menyerang adalah orang yang
berhadapan dengan Laksana. Sebenarnyalah bahwa Laksana
sendiri juga menjadi bimbang oleh kekuatan dan kemampuannya sendiri. Karena itu, maka Laksana harus mulai dari dasar
kekuatannya, ia mulai mejajagi kekuatan dan kemampuan
lawannya. Iapun tidak ingin jika lawannya kemudian terbunuh
dalam pertempuran itu. Namun dalam beberapa saat, laksanapun segera mengetahui, bahwa kekuatan lawannya yang bertubuh
raksasa itu tidak akan mampu menggetarkan pertahanannya.
Karena itu, maka Laksanapun tidak perlu bersusah payah
menghindari serangan-serangan lawannya. Tetapi ia selalu
menangkis dan bahkan membentur serangan lawannya.
Dengan demikian, maka Laksana sekaligus dapat menjajagi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan saja kekuatan dan kemampuan lawannya, tetapi
kekuatan dan kemampuannya sendiri pula.
Ternyata orang bertubuh raksasa itu tidak banyak
mempunyai kesempatan. Serangan-serangannya selalu kandas
seakan-akan tidak berarti bagi lawannya yang masih muda itu.
Setiap terjadi benturan, maka rasa-rasanya tulang-tulangnya
menjadi retak. Demikian pula orang yang kemudian menggantikan
kawannya yang kesakitan itu, Iapun segera mulai terdesak,
namun Manggada berusaha untuk lebih mengendalikan diri. Ia
tidak ingin membunuh seorangpun. Bahkan iapun mulai
menjadi cemas ketika ia melihat orang yang terbaring itu sama
sekali tidak bergerak lagi.
Ki Pandi yang juga melihat orang itu tidak bergerak lagi,
segera mendekatinya. Namun ternyata orang itu masih hidup.
Namun tubuhnya sudah menjadi lemah sekali. Meskipun
demikian, pernafasannya masih cukup baik.
Ki Pandipun termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun berteriak kepada pemilik kedai yang berdiri termangu-
mangu di pintu kedainya sambil gemetar "Ambil air, cepat"
Pemilik kedai itu sekan-akan telah bergerak dengan
sendirinya. Berlari-lari ia mengambil semangkuk air dan
diserahkannya kepada Ki Pandi yang berjongkok di sebelah
orang itu, sementara Manggada dan Laksana masih bertempur
di halaman. Ki Pandi kemudian telah mengambil sebutir obat dari
kantong ikat pinggangnya. Kemudian menyisipkannya di bibir
orang itu. Sambil menitikkan air di mulut orang itu Ki Pandi berkata
"Telanlah. Keadaanmu akan berangsur baik"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Antara sadar dan tidak, maka orang itupun telah menelan
air yang dituangkan perlahan-lahan di mulutnya. Obat yang
diselipkan di bibir orang itupun lelah menjadi larut pula ikut
tertelan lewat kerongkongannya.
Terasa darahnya yang menjadi hangat merambat lewat
urat-uratnya, mengalir ke seluruh tubuhnya. Perasaan sakit
pun sedikit demi sedikit telah berkurang, sementara tenaganya
terasa sedikit segar. Meskipun dadanya masih sakit dan tulang-tulangnya terasa
nyeri, namun obat itu telah sangat membantunya mengurangi
penderitaannya. Sementara itu, pertempuran masih berlangsung, namun
sudah tidak seimbang lagi. Manggada dan laksana telah
mendesak lawannya sehingga sama sekali tidak berdaya lagi.
Mereka tinggal dapat meloncat-loncat menghindar, berlari-lari
kecil mengambil jarak dan balikan nampak di wajah mereka,
betapa mereka mulai dicengkam oleh kecemasan yang sangat.
Sekali-sekali serangan Manggada dan Laksana telah mengenai
tubuh mereka. Perasaan sakit dan nyeri telah mencengkam
seluruh tubuh mereka, lawan Manggada hidungnya sudah
mulai berdarah. Sementara lawan Manggada matanya nampak
lembab dan kebiru-biruan.
Anak muda yang disegani itu ternyata tidak mau melihat
kenyataan. Ketika kedua pengawalnya itu tidak lagi mampu
berbuat sesuatu, maka ia masih saja berteriak "Bunuh anak-
anak iblis itu. Jangan takut, aku yang akan mempertanggung
jawabkannya" Tetapi kedua orang pengawalnya yang bertubuh raksasa itu
tidak mampu berbuat sesuatu. Mereka tidak mampu lagi
menghindari dan bahkan menangkis serangan-serangan anak-
anak muda itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan ketika Laksana sedikit terdorong melayangkan
tangannya menebas dengan sisi telapak tangannya mengenai
kening lawannya, maka lawannya itupun merasa bumi
tempatnya berpijak menjadi berputar.
Laksana yang sudah siap melancarkan serangan berikutnya,
telah tertahan dan bahkan mengurungkannya. Dibiarkannya
lawannya berusaha memperbaiki keseimbangaannya yang
goyah. Anak muda yang disegani itu menjadi semakin marah.
Ketika orang yang berusaha untuk berdiri tegak itu gagal,
sehingga ia jatuh terduduk, maka anak muda itupun berteriak
"He, pengecut. Kenapa kau malah duduk disitu. bangkit,
bunuh lawanmu atau kau akan dihukum cambuk oleh ayah"
Orang itu memang masih berusaha untuk bangkit, tetapi ia
tidak mampu lagi. Kepalanya benar-benar terasa pening dan
segalanya telah berputar.
"Bangkit" teriak anak muda itu.
Laksana yang mendengar teriakan-teriakan itu justru tidak
tahan lagi. Justru karena lawannya sudah tidak berdaya.
Karena itu, maka ketika anak muda itu berteriak sekali lagi dan
bahkan lebih keras, maka Laksana telah meloncat menghampirinya. Dengan cepat tangannya telah menggapai
baju anak itu dan menariknya sambil berkata "Kenapa kau
hanya berteriak-teriak saja. Kenapa bukan kau sendiri yang
memasuki arena dan berkelahi"
Anak muda itu terkejut. Ia tidak pernah mengalami
perlakuan yang demikian, karena itu, maka iapun berteriak
"Lepaskan bajuku. Kau akan menyesal dengan perlakuanmu"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Laksana tidak melepaskannya. Justru tangannya
terayun menampar wajah anak muda itu sambil membentak
"Diam kau, atau aku buat kau terdiam"
Tamparan di wajahnya itu benar-benar mengejutkannya.
Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi. Seorang anak
muda yang berpakaian kumal telah berani menamparnya.
Tetapi Laksana masih saja memegangi bajunya sambil
membentak-bentaknya "Ayo. Aku tantang kau berkelahi. Mau
tidak mau" Sebelum anak itu menjawab, maka Laksana telah
menyeretnya dan mendorongnya ke halaman.
Demikian kerasnya dorongan Laksana sehingga anak muda
itu telah jatuh terjerembab. Wajahnya terantuk tanah,
sehingga menjadi kotor karenanya.
Laksana yang berdiri di dekatnya membentaknya "bangkit.
Kita berkelahi" Anak itu benar-benar menjadi bingung. Orangnya yang
terakhirpun telah terbaring pula di tanah.
Sebenarnya Manggada tahu, bahwa lawannya itu masih
mungkin untuk bangkit dan memberikan perlawanan. Tetapi
agaknya orang itu tidak melihat lagi harapan untuk dapat
bertahan, sehingga karena itu, ketika ia terjatuh, maka iapun
berpura tidak lagi mampu berdiri.
Karena anak muda itu masih belum bangkit, maka Laksana
telah memarik lagi bajunya. Sekali lagi Laksana menampar
wajah anak muda itu. Tiba-tiba saja anak muda itu telah kehilangan pegangan. Ia
tidak terbiasa berbuat sesuatu selain berteriak-teriak
memberikan perintah. Ketika kemudian orang-orang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawalnya itu tidak berdaya, maka anak muda itupun tidak
tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Karena itu, ketika Laksana mengguncang bajunya, maka
tiba-tiba saja anak itu menagis.
"Ampun. Aku minta ampun"
Hampir saja Laksana tidak mampu mengendalikan dirinya.
Tetapi kemudian Laksana itu menyadari, bahwa anak muda itu
telah benar-benar menjadi ketakutan.
Karena itu, maka Laksana pun telah melepaskannya dan
berkata "Aku akan datang lagi ke lingkungan ini. Jika kau
masih berbuat sebagaimana kau lakukan sekarang, maka aku
akan menghancurkanmu. Katakan kepada ayahmu, bahwa aku
akan tetap berbuat tanpa harus tunduk kepadamu dan kepada
ayahmu. Disini tentu ada paugeran yang berlaku bagi setiap
orang. Termasuk kau dan ayahmu, sehingga kalian tidak dapat
berbuat sekehendakmu sendiri"
Anak muda itu tidak dapat menjawab sama sekali.
Tangisnya justru menjadi-jadi. Rasa-rasanya anak muda itu
tidak lagi merasa malu. Orang yang menyaksikan peristiwa itu memang menjadi
berdebar-debar. Mereka yakin bahwa orang-orang yang berani
melawan anak muda itu tentu orang yang sama sekali tidak
mengenalnya. Namun yang perasaanya terguncang bukan saja anak muda
yang menangis itu, tetapi tiga orang anak muda yang telah
dihajar oleh ketiga pengawal anak muda yang menangis
itupun menjadi sangat gelisah menghadapi kenyataan itu.
Mereka tidak dapat mengerti, kenapa kedua anak muda yang
berpakaian kusut itu tidak berbuat sesuatu atas diri mereka
ketika mereka memperolok-olokkan orang tua yang bongkok
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang justru mencegahnya. Jika saja kedua anak muda itu tidak
dapat dikendalikan oleh orang yang bongkok itu, maka mereka
bertiga akan mengalami nasib yang lebih buruk lagi.
Sementara itu, Laksana telah melepaskan anak muda yang
menangis itu. Sedangkan Manggada pun telah bergeser
menjauh. Ki Pandi yang telah memberikan obat kepada salah
seorang pengawal yang dadanya terluka di dalam itupun telah
bangkit dan berdiri pula.
"Marilah" berkata Ki Pandi "kita tinggalkan saja tempat ini.
Kita tidak mempunyai kepentingan apa-apa lagi disini"
Manggada telah melangkah mendekati Ki Pandi. Tetapi
Laksana justru melangkah mendekati ketiga orang anak muda
yang telah memperolok-olokkan Ki Pandi yang masih saja
bingung manghadapi kenyataan itu.
Laksana yang kemudian berdiri di hadapan ketiga orang
anak muda itu berkata "Sekarang kalian bangkit berdiri"
Ketiga orang anak muda itupun benar-benar ketakutan.
Karena itu, merekapun dengan gemetar telah bangkit berdiri
pula, betapapun tubuh mereka masih merasa nyeri.
Tiba-tiba Laksana telah menyambar ikat kepala mereka,
membantingnya di tanah dan menginjaknya. Sambil mengusap
kepala ketiga orang anak muda itu ia berkata "Tiba-tiba saja
aku ingin mengusap kepala kalian. Kepala anak-anak muda
yang tidak lebih dari pengecut. Kenapa kalian sama sekali
tidak berani melawan" Apakah kalian hanya berani
memperolok-olokkan orang tua yang kau anggap tidak
berdaya" Atau kau anggap pengemis sebagaimana dikatakan
oleh anak cengeng itu"
http://dewi-kz.info/
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketiganya sama sekali tidak menjawab. Merekapun sama
sekali tidak berbuat apa-apa ketika kepala mereka diguncang-
guncang oleh Laksana. Ketiga anak muda itu melangkah mundur. Wajah mereka
menjadi tegang. Sementara anak muda yang baru masuk
bersama dua orang itu masih berdiri di pintu kedai itu.
Ki Pandi hanya dapat menarik nafas dalam-dalam.
Sementara Manggada hanya memandanginya saja.
Namun akhirnya Ki Pandi itu memberinya isyarat untuk
meninggalkan anak-anak muda itu.
Bertiga merekapun kemudian bersiap meninggalkan kedai
itu dengan meninggalkan berbagai macam kesan di hati
orang-orang yang menyaksikannya. Bahkan orang yang
umurnya sebaya dengan Ki Pandi itu melangkah mendekatinya
sambil berkata "Maafkan aku Ki Sanak. Aku tidak mengenal Ki
Sanak sebelumnya, Jika Ki Sanak tidak berkeberatan, apakah
Ki Sanak dapat memberitahukan kepadaku, siapa Ki Sanak itu
sebenarnya" Ki Pandi tersenyum. Katanya "Kami adalah pengembara
yang tidak berarti apa-apa. Tetapi peristiwa ini telah sangat
menarik perhatian kami, sehingga agaknya kami akan sering
lewat jalan ini" Demikianlah, sejenak kemudian maka Ki Pandi telah
mengajak Manggada dan Laksana meninggalkan tempat itu.
Merekapun kemudian melangkah menyusuri jalan panjang.
Namun kemudian mereka berbelok memasuki jalan yang lebih
kecil. Sambil berjalan meninggalkan tempat itu, mereka
menyadari, bahwa apa yang terjadi telah menjadi tontonan
orang banyak. Bukan saja orang-orang yang ada di kedai itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi orang-orang yang kebetulan lewat, juga terhenti untuk
menyaksikan apa yang terjadi.
Bahkan Ki Pandi, Manggada dan Laksana telah bertemu
dengan ampat orang prajurit berkuda yang berpacu menuju
ke arah yang berlawanan. Sebenarnyalah bahwa ternyata ada juga yang melaporkan
peristiwa itu ke sebuah barak prajurit, sehingga Senapati yang
mendapat laporan itu telah mengirimkan ampat orang prajurit
berkuda untuk melerai keadaan.
Namun ketika mereka sampai di kedai itu, maka
perkelahianpun sudah berhenti.
Tetapi para prajurit itu masih menemukan orang-orang
yang telah terluka serta anak-anak muda yang kesakitan. Juga
anak muda yang telah menangis itu meskipun sudah berhasil
menguasai gejolak perasaannya sehingga tangisnya pun telah
berhenti. Dari orang-orang yang masih mengerumuni halaman kedai
itu meskipun dari jarak yang tidak terlalu dekat, para prajurit
telah mendapat keterangan apa yang telah terjadi. Karena itu,
para prajurit itu minta pemilik kedai itu datang ke barak untuk
memberikan keterangan tentang perkelahian di kedainya itu.
"Tetapi tiga di antara para pelaku itu sudah pergi" berkata
pemilik kedai itu. "Nanti di barak kau akan dimintai keterangan selengkapnya"
berkata prajurit yang tertua.
Sementara itu Ki Pandi, Manggada dan Laksana sudah
berjalan semakin jauh. Para prajurit itu memang tidak
berusaha mencarinya. Merekapun sudah mengenali anak
muda dengan ketiga orang pengawal itu, sehingga para
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
prajurit itu sudah mengira bahwa anak muda itulah yang
bersalah. Namun ia agaknya telah terbentur pada sekelompok
orang berilmu tinggi, sehingga ketiga orang pengawalnya itu
tidak berdaya sama sekali.
Kepada anak muda yang cengeng itu prajurit yang tertua
berkata "Kaupun setiap saat diperlukan harus datang ke
barak" Anak muda yang sudah tidak menangis lagi itu berkata "Aku
akan memberitahukan kepada ayahku atas perlakuan kalian"
Prajurit itu ternyata telah tersinggung. Meskipun mereka
mengetahui siapakah ayah anak itu, serta hubungannya yang
luas dengan para Senapati dan pemimpin di Pajang, namun
dalam menjalankan tugasnya, prajurit itu tidak mau
direndahkan. Karena itu, maka prajurit yang tertua itu
mendekatinya sambil berkata "Coba, katakan sekali lagi. Maka
aku akan menumbat mulutmu dengan pedangku"
Anak muda itu menjadi ketakutan kembali. Bahkan
mulutnya mulai bergetar dan matanya mulai mengembun lagi.
Tetapi prajurit itu tidak mau memperpanjang persoalan.
Iapun kemudian telah mendekati tiga orang anak muda yang
masih kesakitan sambil berkata "Kalianpun harus bersiap-siap
dan datang jika kalian kami panggil"
"Kami akan melakukannya" jawab ketiganya hampir
berbareng. Demikianlah, maka para prajurit itupun meninggalkan kedai
itu. Sedangkan orang-orang yang berkerumunpun telah pergi
pula satu persatu. Sedangkan ketiga anak muda yang
kesakitan itupun dengan sisa tenaganya berusaha untuk
menjauhi tempat itu pula.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang tinggal kemudian hanyalah anak muda dan ketiga
orang pengawalnya. Seorang yang berpura-pura tidak dapat
bangkit itu telah berdiri. Yang lainpun mulai dapat bangkit dan
duduk sambil bersandar pada tangannya. Pengawal yang
dadanya terluka di dalam itu sudah menjadi bertambah baik
pula keadaannya setelah Ki Pandi mengobatinya.
Pemilik kedai dan pelayan-pelayannyalah yang kemudian
berusaha menolong mereka dan membawanya ke dalam
kedai. Dalam pada itu, Ki Pandi, Manggada dan Laksana sudah
menjadi semakin jauh. Mereka tidak lagi mengikuti jalan induk
yang akan sampai ke pintu gerbang kota yang lain. Tetapi
mereka telah memilih jalan yang lebih kecil dan keluar dari
kota Pajang lewat pintu gerbang samping yang lebih kecil.
"Satu hal yang tanpa kalian sengaja tetapi dapat
memberikan petunjuk penting bagi kalian" berkata Ki Pandi.
"Tentang apa, Ki Pandi?" bertanya Manggada.
"Kalian masih belum mampu menilai dengan tepat
kemampuan kalian sendiri" jawab Ki Pandi.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka
memang masih harus menilai lagi kemampuan mereka yang
sudah meningkat setelah mereka berada di hutan dari
purnama sampai ke purnama.
Dalam pada itu, Ki Pandipun berkata pula "agaknya angger
Manggada masih terkejut melihat serangannya yang hampir
saja membunuh orang bertubuh raksasa itu. Seandainya daya
tahan orang itu tidak cukup tinggi, maka ia tentu sudah tidak
tertolong lagi" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada mengangguk-angguk. Sebenarnyalah bahwa ia
masih belum tahu pasti, seberapa tinggi tataran ilmu serta
kekuatan tenaganya setelah ia melakukan Tapa Ngidang.
Namun hal itu juga tergantung kepada kemampuan serta daya
tahan lawannya. Tetapi Manggada dan Laksana memang menyadari, bahwa
mereka harus melakukan pengamatan lebih seksama tentang
peningkatan ilmu'mereka itu.
"Kita akan melakukannya setelah kalian berada di rumah
nanti" berkata Ki Pandi.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk mengiakan.
Dengan sungguh-sungguh Manggada berkata "Kami tentu
akan sangat berterima kasih Ki Pandi. Jika pada suatu saat
paman melihat bagaimana kami dapat meningkatkan
kemampuan kami, maka paman tentu akan sangat
bergembira. Sudah tentu ayah juga "
"Semuanya itu sudah tentu sebagian besar tergantung
kepada kalian berdua sendiri. Kemauan kalian serta tenaga
dasar yang ada di dalam diri kalian" berkata Ki Pandi. Lalu
katanya pula "Tetapi tentu saja dengan harapan, bahwa apa
yang telah kalian miliki itu akan berarti bagi sesama. Bukan
sebaliknya justru merugikan sesama"
Manggada dan Laksana masih saja mengangguk-angguk.
Beberapa kali mereka mendengar petunjuk itu. Bukan saja dari
Ki Pandi, tetapi juga dari guru mereka, dari orang tua mereka
dan bahkan dari Kiai Gumrah.
Demikianlah, mereka bertigapun telah melanjutkan perjalanan mereka justru menjauhi Pajang. Mereka telah
berjalan lagi di antara bulak-bulak sawah. Kehidupan mulai
nampak berbeda dari kehidupan di kota yang sibuk. Jalan-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalan tidak lagi terlalu ramai. Tatanan rumah dan halaman.
Bahkan sifat dan kebiasaan penghuni-penghuninya.
Semakin jauh mereka dari kota, maka mereka tidak lagi
merasa dikelilingi oleh kesibukan dan ketergesa-gesaan.
Tetapi juga tidak lagi dibayangi oleh kehidupan anak-anak
muda yang menggelisahkan, meskipun jumlah mereka
sebenarnya terhitung kecil. Meskipun sebenarnya kenakalan
itu ada dimana-mana, tetapi karena kahidupan di kota yang
berbeda dengan kehidupan di luarnya, maka ujud kenakalannyapun berbeda pula.
Dalam pada itu, agaknya Ki Pandipun sedang memikirkan
sikap anak-anak muda yang baru saja ditemuinya. Dengan
nada rendah Ki Pandi itupun berkata "Angger berdua. Di
sepanjang perjalanan kita, maka kita sudah melihat berbagai
macam sikap dan sifat anak anak muda. Anak anak muda
yang ada di sekitar Kiai Gumrah. Kau kenal anak-anak muda
yang nakal bahkan keterlaluan sehingga sudah merugikan
banyak orang seperti Rambatan. Tetapi kau kenal juga anak-
anak muda yang baik di padukuhan itu. Kau kenal juga Darpati
dan Winih" Manggada dan Laksana menjadi termangu-mangu sejenak.
Ternyata banyak hal yang diketahui oleh Ki Pandi.
Agaknya Ki Pandi dapat membaca perasaan anak-anak itu.
Katanya kemudian"Aku mengetahuinya dari sedikit pengamatanku. Namun juga dari ceritera Kiai Gumrah" ia
berhenti sejenak, lalu "kau lihat anak-anak mada di perjalanan
kita ke Pajang, sebelum dan sesudah kita melampaui hutan
itu. Sehingga dengan demikian, maka kau akan dapat
membuat perbandingan-perbandingan. Justru kalian juga
termasuk anak-anak muda, maka kalian tentu mempunyai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan untuk menentukan sikap dan pilihan bagi jalan
kehidupan kalian" Manggada dan Laksana itupun mengangguk-angguk.
Sementara Ki Pandi berkata "Memang ada di antara anak-anak
muda yang memilih untuk hidup dalam kesenangan dan
kepuasan keduniawian yang dapat langsung dirasakannya
sesaat. Tetapi ada yang meletakkan harapannya pada masa
depan. Bahkan ada yang memikirkan ruang lingkup kehidupan
yang lebih luas dari kehidupan dirinya sendiri"
Manggada dan Laksana mendengarkan keterangan itu
dengan bersungguh-sungguh pula. Agaknya Ki Pandi memang
tersentuh melihat kehidupan anak-anak muda yang dijumpainya dalam perjalanan hidupnya.
Dalam pada itu, maka merekapun melangkah semakin lama
semakin jauh dari Pajang. Mereka sudah berada di antara
hijaunya tanaman di sawah dan pategalan. Angin terasa
semilir berhembus mengguncang batang-batang padi muda
yang nampak segar terendam di air yang tergenang.
Wajah kedua anak muda itu manjadi semakin cerah. Lebih-
lebih lagi Manggada. Mereka sudah memasuki jalan yang
langsung menuju padukuhannya. Kampung halamannya.
Laksanapun pernah mengunjungi pamannya itu. Meskipun
itu sudah lama terjadi, tetapi lamat-lamat ia masih dapat
mengenali jalan yang dilaluinya, karena agaknya masih belum
banyak berubah. "Perjalanan kita sudah menjadi semakin dekat" berkata
Manggada dengan wajah yang mamancarkan kegembiraannya. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Keluarga kalian
tentu akan bergembira pula menerima kedatangan kalian"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Jika saja ayah tahu bahwa kami sudah agak lama
berangkat dari rumah paman, maka ayah dan ibu tentu sudah
menunggu-nunggu dengan cemas. Kedatangan kami tentu
akan sangat menggembirakan mereka" desis Manggada.
Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi rasa-rasanya ia akan
ikut bergembira melihat pertemuan antara anak-anak muda itu
dengan kedua orang tuanya. Demikianlah ketika mereka
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendekati padukuhan Gemawang yang terletak di Kademangan Kalegen, maka merekapun menjadi berdebar-
debar. Sudah lama Manggada meninggalkan Kademangan
Kalegen, sementara Laksana juga pernah mengunjungi
pamannya ketika ia menginjak remaja.
Terasa angin yang sejuk berhembus perlahan menggoyang
dedaunan. Padukuhan Gemawang yang merupakan bagian
dari Kademangan Kalegen nampak tenang dikejauhan. Pohon
nyiur yang berdiri berjajar di batas padukuhan seakan-akan
melambai menyambut kedatangan Manggada dan sepupunya
Laksana. Ketika mereka memasuki regol padukuhan di bawah
lindungan bayangan pepohonan, Manggada menarik nafas
sambil berdesis, yang seakan-akan hanya ditujukan kepada
dirinya sendiri saja "Alangkah sejuknya udara di kampung
halaman" Namun Laksana yang mendengarnya berdesis juga "Ya,
alangkah sejuknya" Bahkan Ki Pandipun menyahut "Setelah kita berjemur
dipanasnya matahari menjelang sore hari, maka berlindung di
bawah bayang pepohonan memang terasa sejuk sekali"
Laksana yang justru berjalan di depan berkata "Aku masih
ingat dengan jelas, kemana kakiku harus melangkah"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada tertawa. Katanya "Kau tentu masih ingat jalan-
jalan di padukuhan Gemawang. Bahkan di kademangan
Kalegen. Bukankah kau pernah berada disini beberapa lama
ketika itu" "Ya" jawab Laksana "belum banyak terdapat perubahan
sampai sekarang ini"
Namun tiba-tiba Manggada mengerutkan dahinya ketika ia
melihat seorang anak kecil berlari ketakutan melihat kehadiran
mereka. Bahkan kemudian ia sempat memperhatikan halaman
di sebelah menyebelah jalan. Dari regol-regol halaman ia
melihat beberapa buah rumah yang pintunya tertutup rapat.
Bahkan halaman-halaman rumah dan jalan-jalanpun rasa-
Pedang Golok Yang Menggetarkan 18 Pendekar Mabuk 026 Ratu Tanpa Tapak Kisah Si Pedang Kilat 11