Si Dungu 3
Si Dungu Karya Chung Sin Bagian 3
cepat. Pada wajah Kat Siauw Hoan yang kurus pucat itu tampak rasa
girang. "Aku tahu, kau pasti dapat meluluskannya." Wanita muda itu
berkata. "Katakanlah. Apa permintaanmu itu"
"Tolong kau tutup pintu." Kat Siauw Hoan meminta.
Sigadis kecil telah pergi entah kemana, To It Pang menutup
pintu. Maka didalam kanar tarsebut hanya tinggal dirinya dengan
Kat Siauw Hoan berdua, ia menghampiri pambaringan dan
memandang tajam. "Duduklah disisiku." Kata Siauw Hoan meminta "Banyak sekali
kata2 yang ingin kusampaikan kepadamu."
To It Peng ragu2, hatinya memukul kembali, luar biasa kerasnya,
berdebar-debar dan hampir ia tak tahan godaan.
Kat Siauw Hoan menarik napas "Kau tidak ingin menggembirakanku?" ia bertanya lemah.
To It Pang belum berani bergerak.
"Mungkin karena aku sakit, maka wajahku manjayi menakutkanmu, bukan ?" tanya wanita muda yang sangat cantik
itu. "Kau tidak mau dekat denganku?"
To It Peng menggoyangkan kepala barkata : "Bukan, kau
cantik,.....Kau masih tetap menarik."
"Mengapa kau tidak bersedia duduk disisiku?"
To It Peng duduk dipambaringan Kat Siauw Hoan.
"To tayhiap kau saorang baik. Tetapi aku wanita jahat, wanita
busuk yang telah melarikan diri dari suamiku."Kat Siauov Hoan
berkeluh kesah. Tentunya kau mammdang rendah padaku bukan?"
"Siapa yang memandang rendah?" To It Peng membantah.
"Kau tahu. Aku adalah isteri pelarian Seng-po-khung."
"ya. Tetapi aku tidak memandang rendah dirimu. Kau melarikan
diri dari Seng-po-khung, tentunya ketua Seng-po-khung yang
bangsat." "Ketua Sang-po-khung bukannya seorang bangsat." kata Kat
Siauw Hoan lemah. la memandang api lilin yang memain, kadang2
bersinar terang, kadang2 suram. Suatu perbandingan dengan hidup
dirinya. "Kau......" To It Peng memandang wajah wanita itu, ia heran.
"Aku menyesal atas seqala apa yang telah kulakukan. Sayang
telah terlambat." kata Kat Siauw Hoan. "Eh, betulkah kau bersedia
membantuku?" "Tentu." To It Pang hampir berteriak. "Mengapa tidak meu
membantuku" Aku bersumpah, bila aku, To It Peng tidak berniat
membantumu, maka....."
,.Sudahlah. Aku tidak membutuhkan sumpahmu. Tenteng anakku
itu ........ jinakkah ia kepadamu ?"
"la baik sekali." kata To It Peng. "Menurut dan menyenangkan."
"Setelah; kau antar ke Seng-po-khung, tentunya merasa sepi
bukan?" "Aku....." Seharusnya T o It Peng ingin menceritakan bahwa anak
itu belum tentu berada di Seng-po-khung, tetapi ia batal memberi
tahu. Berat rasanya untuk bercerita tentang hal ini.
Kat Siauw Hoan tak tahu apa yang sipemuda pikirkan; ia
meneruskan kata2nya : "Permintaanku yalah agar kau dapat
menyusul dan mengawaninya di Seng-po-khung." "Aku ke Sang-po-
khung" Apa kerjaku disana?"
"Kau telah memulangkan anak itu kepada ayahnya, sang
anakpun berkesan baik kapadamu .... Ketua Seng-po-khung
tentunya berterima kasih. Bila kau mengajukan permintaan untuk
menetap di Seng-po-khung, tentunya ia tidak keberatan. Maka kau
dapat melihat bagaimana ia dibesarkan."
To It Peng belum mengerti, apa guna ia diminta untuk melihat
seorang anak dibesarkan! "jangan kau tinggalkan anak itu." kata Kat Siauw Hoan. "Kau
kutunjuk sebagai wali anak itu. T olong tilik dirinya. Bila tiba saatnya
ia berumur 20 tahun. Serahkanlah pedang ini kepadanya."
Dari balik pembaringan, Kat Siauw Hoan mengeluarkan sebuah
pedang. Itulah pedang Hu-ie yang pernah dilihat To It Peng, pada
saat Liok T ianglo mengejar Kat Siauw Hoan dulu.
To It Peng menyambuti pedang Hu-ie yang diserahkan
kepadanya. "To tayhiap....." kata Kata Siauw Hoan. "Pedang Hu-ie ini berhasil
kudapat dari pertaruhan jiwa. Baik2lah kau menyimpannya. jangan
kau perlihatkan kapada siapapun. Maka setelah anakku berumur
genap 20 tahun, berikanlah kepadanya dan katakan bahwa hadiah
peninggalan ibunya yalah hanya berupa pedang Hu-ie ini....."
Air mata Kat Siauw Hoan telah bercucuran, maka kata2-nya
dikeluarkan dengan kurang lancar.
"Eh, jangan kau menangis." To It Peng menghibur. "janganlah
kau manangis." "To tayhiap, hanya ini permintaanku kepadamu." Kat Siauw Hoan
menyusut air matanya. Ia sangat sedih bila memikirkan tak dapat
berkumpul dengan anaknya yang tercinta. "Tak dapat kumemberi
sesuatu kepadamu. Kuharapkan saja dilain dunia, kita dapat
berkumpul kembali. Maka aku akan menyerahkan diri kepadamu."
To It Peng menyusut keringat yang membasahi dirinya, melihat
keadaan itu, ia kurang mangerti.
"Eh, mungkinkah kau sudah tiada harapan hidup lagi ?" la
menduga bahwa wanita muda itu sudah hampir mendekati ajalnya.
"Mati yang kau maksudkan?" Kat Siauw Hoan tertawa sedih.
"Kurasa belum waktunya."
"Mengapa kau membayangkan kehidupan dilain dunia?"
Berkata To It Ping. "Mengapa.., kau .., mengatakan bersedia
menyerahkan diri kepadaku?"
Daging2 To It Peng berkerinyut.
"Terlambat, kata Kat Siauw Hoan. "Saudara terlambat"
"Masih belum terlambat. Mengapa kau tidak bersedia
menyerahkan diri kepedaku dimasa in! ?" Hati To It Peng memukul
keras. la memberanikan diri mengucapkan kata2 ini. Disaat selesai
ia bicara, iapun menyesal.
Wajah Kat Siauw Hoan yang kurus pucat bersemu dadu, semakin
terlihat kecantikannya. "Aku sudah tidak pantas menyerahkan diri." Katanya. "Tetapi bila
kau mau, akupun bersedia....." "
Perlahan sekali kata2 Kat Siauw Hoan. Inipun sudah cukup
manggiranqkan To It Peng, darahnya bergelora cepat, panas
membara, bagaikan menungqang awan yang melayang-layang,
bagaikan menaiki kuda yang beringasan, ia memeluk tubuh Kat
Siauw Hoan. Wanita muda itu tidak berusaha melepaskan diri, seperti apa
yang telah dikatakan, ia membiarkan sipemuda malakukan apa yang
dikehendakinya. Bagi To It Peng, malam itu penuh kenangan, kenanan mesra
yanq tak dapat dilupakan untuk seumur hidupnya.
Diantara sadar dan tidak, To It Peng telah melakukan sesuatu.
Setelah mana ia lelah dan tidur disamping Kat Siauw Hoan. Mereka
tidur disebuah pembaringan.
Malampun berlalu Pada hari berikutnya, To It Peng terbangun setelah Matahari
bercahaya terang. la telah kehilangan Kat Siauw Hoan. Hanya
dirinya seoranq yang tidur ditempat itu.
cepat To It Peng bangun, ia memeriksa seluruh isi rumah, tak
terlihat tanda2 akan adanya wanita yang teah menyerahkan diri itu.
la berjalan keluar, juga tidak terlihat sesuatu yang dapat
mengembalikan kenangan lamanya. Kat Siauw Hoan telah pergi
meninggalkannya, termasuk sigadis kecil yang membawa ia
ketempat ini. Bagaikan berada dialam impian, To It Peng mengenang kajadian
semalam, kejadian yang penuh kenangan, kejadian yang tak dapat
dilupakan untuk seumur hidupnya.
Diketahui hal ini bukan khayalan, pedang pusaka Hu-ie masih
berada padanya. Dibungkusnya pedang ini dan lari turun tebing.
Dengan harapan dapat menyusul Kat Siauw Hoan yang telah
meninggalkan dirinya. Beberapa kali hampir ia terperosok jatuh. Belum juga ia berhasil
menyusul. ---oo0oo--- BAGIAN 12 SIU JIN MO SAY YANG MENGGEGERKAN RIMBA PERSILATAN
DICERITAKAN Kat Siauw Hoan meninggalkan pesan kepada To It
Peng, dan setelah itu, dengan tidak pamit lagi, wanita muda
tersebut meninggalkannya.
To It Peng tidak berhasil mengejarnya. Berkesan didalam alam
pikirannya, apa yang harus dilakukan. la harus membawa pedang
Hu-ie, tinggal menetap di Seng-po-chung menunggu besarnya
sianak, anak ketua Seng-po-chung dan Kat Siauw Hoan.
Waktu yang diperlukan yalah 12 tahun! itu, tak mungkin ada
seseorang yang pernah menyediakan dirinya bekerja selama itu, ....
12 tahun ...... waktu yang tidak dapat dikatakan pendek bagi umur
seseorang. To It Peng telah mandapat 'sesuatu' dari Kat Siauw Hoan, budi ini
mengeram kuat didalam benaknya, ia tidak dapat melupakan, rela
mengabdikan diri secara percuma sehingga 12 tahun.
Ia mangambil putusan tetap, menuju ke Seng-po-chung!
Belum pernah To It Peng kekampung Seng-po-chung ia memilih
arah tujuan dengan pikiran, berjalan maju, tentu akan tiba.
Baberapa hari kemudian, tak seorangpun yang di jumpai, ia tidak
dapat meminta petunjuk, tetapi ia maju terus pantang mundur.
Hari ini, matahari telah condong kearah Barat, To It peng
berjalan dangan bergegas, ia harus menuju ke Seng-po-chung,
dimana ia harus mengawani ketua muda Seng-po-chung anak Kat
Siauw Hoan sehingga dewasa.
Jauh didepannya tampak sebuah pohon, seseorang duduk
dibawah pohon itu. To It Peng girang, kini ia dapat menemukan orang yang dapat
ditanyai dimana letak desa Seng-po chung. la lari dan menghampiri
orang tadi. Satelah dekat, To It Peng mengeluarkaen jeritan tertahan........
Aaaaaeaaaaaaaaa........ Ternyata orang yang duduk bersender
dipohon itu sudah tiada bernapas, bukan itu saja, darah masih
mengalir dari dadanya, dimana tertancap pedanq yang menembus
tubuh sang korban. Kepala orang itu tunduk kebawah, Iemah lunglai. To It Peng
ingin melihat wajah orang itu, ia mendekati dan mangangkatnya.
Aaaaaaa ................ Lagi2 To It Peng mengeluarkan suara jeritan, ternyata kulit wajah
orang itu telah lepas dari tempatnya, dibeset orang sehingga
mengelotok terkelupas tak karuan macam dan tak sedap dipandang.
Kejadian lama terbayang kembali, 4 Wajah Tak Berkulit dua
orang Baju Putih, si Hantu Wanita dan si Patung Arca berempat itu
suka membeset wajah kulit orang, hal ini diduga semacam balas
dendam atas wajah2 mereka yang telah tidak berkulit itu. Merekalah
yang sering malakukan perbuatan terkutuk itu, jago2 Ban-kee-
chung banyak yang telah menjadi korban. Mungkinkah 4 orang ini
yang mengganas di sini"
To It Peng memperhatikan wajah yang telah dibeset itu, samar2
ia seperti mangenal wajah dibalik kekejaman itu, ....ooooo.... la
ingat, orang ini adalah salah satu kawan Liok Tianglo, kakek tua
berpakaian hijau, salah satu dari tianglo2 dari Seng po-chung.
"Lok Tienglo ...... Liok Tianglo..... To It Peng membuka suara me-
mangil2!, ia menduga bahwa kakek berpakaian hijau itu berada
ditempat yang tidak jauh dari kejadian.
Tidak ala jawaban! To It Peng membikin pemeriksaan, maju tidak jauh, lagi2 ada
orang yang menjadi korban dengan wajah kulitnya dibeset, orang ini
pun tidak bernyawa. Berturut-turut, To It Peng menemukan korban2 yang sama,
wajah mereka tak karuan macamnya, ha! itu karena kulit wajah
orang2 tersebut telah dibeset orang lain.
"Liok Tianglo ...... Liok Tianglo...... To It Peng memanggil-
manggil. Kakek itulah yang telah merebut anak Kat Siauw Hoan dari
tangannya. Tidak terlalu sukar untuk menemukan Liok Tianglo, seperti apa
yang To It Peng duga, karena 3 komplotannya teleh binasa, Liok
Tianglo tidak luput dari pen deritaan jasmaniah, terlihat sasosok
tubuh yang meringkal disemak-semak pohon.
"To tayhiapkah yanq datang ?" tanya orang itu lemah.
To It Peng menghampiri, orang itu adalah Liok Tianglo, ia belum
mati, tetapi dilihat dari keadaan, ajalnya sudah tidak lama lagi.
"Liok Tianglo ?" To It Peng memanggil.
"Betul." Orang itu memberi kepastian.
To It Peng memandang kesekitar tempat dimana Liok Tianglo
hampir menqhembuskan napasnya yang penghabisan, tak terlihat
anak Kat Siauw Hoan yang diharapkan. Badan Liok Tianglo
meringkal seperti gumpalan daging.
"Liok Tianglo, dimanakah anak yang kau rebut dari tanganku?"
tanya To It Peng segera. "Di manakah anak yang kau rebut itu"
Telah kau sampaikan ke Seng-po-chung ?"
Liok T ianglo merintih sakit, ia berkata terputus-putus : "Anak .....
Anak itu direbut orang......"
"Direbut orang " Siapakah yang merebutnya ?" To It Peng
bingung. "Siu jin.... Mo.... Say......"
Sampai dlsini, tamatlah riwayat hidupnya seorang yang jahat,
Liok Tianglo menghembuskan napasnya yang terakhir setelah
menderita siksaan yang cukup hebat juga setelah menderita sakit
yang lama. To It Peng memperhatikan mayat Liok Tianglo, tidak seperti tiga
kawannya, kulit wajah Liok T ianglo tidak dibeset, masih utuh seperti
biasa, kematiannya yalah karena pukulan tenaga dalam, seluruh
tubuhnyapun penuh noda darah, tidak sedikit luka yang diderita
olehnya. Ucapan Liok Tianglo yang terakhir menarik perhatian sipemuda,
diketahui s i Singa Kuning Siu jin Mo Say adalah guru 4 Wajah Tidak
Berkulit yang dikatakan telah mati lama, mengapa masih disebut-
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebut saja" Yang penting yalah anak Kat Siauw Hoan, ia harus menjaga
sehingga dewasa, tetapi anak itu telah Ienyap, kemanakah ia harus
cari" To It Peng mamandang jenasah Liok Tianglo dengan bimbang,
kakek berbaju hijau inilah yang menjadi biang keladinya, bila bukan
dia yang merebut anak itu, tentu telah barada di Seng-po-chung.
Beberapa bayangan melayang datang, mereka segera mengurung To It Peng dan mayat Liok T ianglo.
Jumlah mereka 4 orang, terdiri dari kakek2 yang sudah tua,
dengan warna pakaian hitam, kuning, merah dan putih. Inilah jago2
Seng-po-chung. Hek Tianglo dan Pek T ianglo.
Mengetahui bahwa 4 kakek yang mengurungnya dari Kampung
Seng-po-chung, hati T o It Peng tidak merasa kewatir.
"Eh!, mengapa Liok Tianglo berada disini?" Kakek barpakaian
warna hitam Hek Tianglo berseru kaget.
Tiga kakek lainnyapun dapat mengenali Liok Tianglo dengan
warna pakaiannya yang khas hijau.
"Betul, ia binasa." Kakek pakaian putih Pek T ianglo berkata.
"Siapa suruh ia mempunyai niatan jahat?" kata Ang Tianglo.
"Siapakah yang membunuhnya ?" tanya Oey Tianglo.
"la melarikan ketua muda kita, maka sudah selayaknya menerima
pembalasan ini." kata Ang Tianglo gemes.
Samar2, To It Peng mengerti akan duduk perkara. Pada
sebelumnya, ia menduga hahwa Liok Tianglo merebut anak Kat
Siauw Hoan untuk diserahkan kepada ketua Seng-po-chung dengan
mendapat pahala besar. Ternyata dugaan ini salah, Liok Tianglo
malarikan anak Kat Siauw Hoan dengan maksud tertentu, tetapi
ditengah jalan menemukan musuh kuat, dan musuh itu merebut
anak ketua Seng-po-chung dan Kat Siauw Hoan
"Ternyata Liok Tianglo mampunyai niatan jahat." To It Peng ikut
bicara. 4 kakek dengan pakaian 4 warna memandang sipemuda.
"Dimanakah ketua muda kami kini berada?" tanya Ang Tianglo
dan Pek Tianglo hampir berbareng.
"Menurut keterangan Liok Tianglo, ketua muda kalian itu telah
direbut orang" T o It Peng memberi keterangan.
"Siapa yang telah merebutnya?" tanya kakek pakaian hitam Hek
Tianglo. "Dikatakan orang itu seperti Siu jin Mo Say."
Wajah 4 kakek berubah, mereka saling pandang memanda,ng
sebentar, dan tiga diantaranya menggeleng-gelengkan kepala.
"Hm...." kakek pakaian merah Ang Tianglo mengeluarkan suara
dari hidung. "la ingin menyesatkan kita."
Manakala To It Peng bingung dengan kata-kata tadi, kakek
pakaian putih Pek Tianglo menggerakkan tangannya, cepat sekali
tangan ini telah mengancam dada To It Peng.
"Hei! ......" To It Peng berteriak kaget.
Kakek pakaian kuning Oey Tianglo bergerak, ia menahan
serangan Pek Tianglo dan berkata : "Tahan. Biar kita minta
keterangan sejelasnya dahulu."
Pek Tianglo menarik serangannya, tidak urung kebutan itu telah
menyebabkan To It Peng terjengkang jatuh.
Pek Tianglo tahu jelas behwa si Singa Kuning Siu jin Mo Say telah
tiada didalam dunia, tetapi dikatakan tokoh inilah yang merebut
anak ketuanya dari tangan Liok Tianglo, dikira s ipemuda ada niatan
untuk menyesatkan mereka kejalan yang salah, mungkin
menjerumuskan mereka kejalan jauh sehingga tidak berhasil
menemukan ketua muda yang masih kecil itu, ia marah sekali, tadi
ada niatan untuk memukul sipemuda, beruntung Pek Tianglo
mencegah, bila tidak, entah apa yang tarjadi, tentu T o It Peng Iuka
parah, mungkin juga binasa, karena si dungu tiada berkepandaian.
Tetapi in tldak berhenti sampai disitu, disaat To It Peng jatuh,
tangan Pek Tianglo telah mencengkeram, begaikan seekor burung
alap2 yang menenteng anak ayam, ia menjinjing sipemuda tinggi2.
"Bila berani kau bergerak, pukulanku akan segera manamatkan
riwayat mu." Pek Tianglo memberi ancaman.
"Siapa yang menyuruhmu menipu kami?" Kakek pakaian merah
Ang Tianglo turut membentak.
"Aku tidak menipu kalian." kata To It Peng. "Bila betul
keterangan itu dianggap sebagai tipuan, hal itu adalah Liok Tianglo
yang menipu kalian. Bukanlah aku."
"Mengapa?" Btanya kakek pakaian kuning, Oey Tianglo.
"Karena keterangan tadi kudapat dari Liok Tianglo. Dialah yang
mengatakan bahwa anak ketua kalian direbut oleh Siu jin Mo Say."
Oey Tianglo mengkerutkan alisnya tinggi2, terdengar ia
bergumam : "Dikabarkan Siu jin Mo Say telah binasa, dari mana pula muncul
satu Siu jin Mo Say?"
"Siu Jin Mo Say adalah guru dari 4 Wajah Tak Berkulit......"
"Kami tahu." "Dan 4 Wajah Tak Berkulit itu pernah kujumpai, dikatakan bahwa
mereka telah tidak ada. T etapi kenyataan masih hiduip segar bugar.
Dari sini mudah diketahui bahwa Siu ji Mo Say itu masih hidup
dalam dunia." "Dari mana kau tahu?" tanya kakek pakaian putih Pek T ianglo.
"4 Wajah Tak Berkulit mengganas dan membakar Ban-kee-
chung, tidakkah kalian dengar akan kabar ini ?"
"Dimanakah Ban-kee-chung itu, aku tidak tahu." kata kakek
berpakaian merah Ang Tianglo.
"Di manakah Seng-po-chung itu " Akupun tidak tahu." Mengikuti
lagu suara orang, To It Peng berkata seperti tadi.
Wajah sikakek pakaian merah Ang Tianglo berubah, tangannya
diangkat dan ...... Pang......menampar pipi s ipemuda dogol.
To It Peng berteriak, pipinya menjadi merasa sakit sekali
dirasakan tamparan tadi. "Kalian sungguh tidak tahu aturan." To It Peng berteriak "Anak
ketua kalian telah hilang direbut orang, tidak manpu mengejar,
tetapi menjatuhkan kemarahan itu kepadaku."
4 kakek itu saling berpandangan, setelah itu, mereka kasak-
kusuk seperti merundingkan sesuatu, T o It Peng tak tahu apa yang
mereka rundingkarn itu, hanya mulut2 msreka yang bergerak,
semua kata2 nya diucapkan perlahan, tentu saya tidak dapat
didengar olehnya. Tak seberapa lama, Hek Tianglo, Oey Tianglo, Pek Tianglo dan
Ang T ianglo salesa i mendapat kesempatan, mereka mendekati T o It
Peng kembali. "Kaukah orang yang pertama menemukan mayat Liok Tianglo,
bukan?" tanya kakek pakaian hitam Hek Tianglo.
"Betul!" "Disaat kau tiba. Liok Tianglo masih sempat bicara, bukan ?" Kali
ini kakek pakaian putih Pek T ianglo yang mengajukan pertanyaan.
"Betul." To It Peng menganggukan kepala.
"ya belum menghembuskan napasnya yang penghabisan?"
"Tentu saja." teriak To It Peng.
"Dikatakan kepadamu bahwa anak ketua kami telah hilang
dibawa Iari orang?" tanya kakek pakaian merah Ang Tianglo.
"Ya." "Dikatakan juga bahwa orang yang membawa anak ketua kami
itu si Singa Kuning Siu jin Mo Say."
"Memang demikian."
"Baik." kata kakak pakaian hitam Hek Tianglo.
"Kuharap saja kau tidak mangubah keterangan ini."
"Apa yang kau maksudkan?" tanya To It Peng tidak mengerti.
"Nanti, setelah bertemu dengan ketua kami. Kuharap saja kau
dapat memberi keterangan yang sejujur-jujurnya." Hek Tianglo
memberi keterangan. "Hanya manusia bajingan yang tidak membsrikan keterangan
secara jujur." To It Peng berteriak.
"Syukurlah, bila kau dapat diajak bekerja sama kata kakek
pakaian kuning Oey Tianglo.
"Bersediakah kau ikut kekampung Seng-po-chung?" tanya Hek
Tianglo. To It Peng memandang 4 kakek-kakek itu, niatnya memang
menuju kearah Seng-po-chung, sayang ia s,esat dijalan, tidak
menemukan kampung itu. Kini ia mandapat tawaran, suatu hal yang
menggembirakan dirinya. "Terus terang, aku ada niatan untuk berkunjung kekampung
kalian." Sipemuda memberi jawaban.
"Baik" kata Pek Tianglo. "Kau boleh turut kami pulang ke Seng-
po-chung." Ang Tianglo talah bersiul panjang, maka tidak lama terdengar
suara derap kaki kuda yang menuju ketempat dimana mereka
berada. Ternyata Hek Tianglo, Pek Tianglo, Ang Tianglo dan Oey
tianglo tidak datanq dengan jumlah kecil, mereka hampir
mengerahkan sebagian besar tenaga Seng-po-chung yang ada
untuk mencari jejak ketua mudanya yang lenyap itu.
Diceritakan To It Peng mengikuti rombongan ini pulang ke Seng-
po-chung. Setelah melakukan perjalanan selama tiga hari, mereka mulai
memasuki daerah pegunungan Pek Tianglo membuka jalan, dan
yang lain2nya turut dibelakang kakek pakaian putih itu menaiki
gunung. Dilihat sepintas lalu, gunung itu tiada jalan, tetapi Pek Tianglo
maju dengan bebas, malalui batu2 gunung, mereka tiba disuatu
tempat yang agak terbuka.
Terlihat bangunan yang megah, pintunya dibuat dari tembaga
kuningan, bercahaya kemilauan, cahaya matahari memantulkannya
jauh kedepan. To It Peng dibesarkan di Ban-Kee-chung, belum pernah ia
melihat pamandangan ini, pintu tembaga itu berkilat-kilat, tak ubah
seperti emas kuningan. Delapan orang2 berbadan tegap menjaga
pintu, berbaris dengan gagah. Ternyata Seng-po-chung merupakan
kerajaan tersendiri yang mengasingkan dari keramaian, ia dibangun
digunung yang tak mudah didatangi manusia, menyepi dan tidak
ada jalan yang tersedia untuk berkunjung kekampung kerajaan ini!.
Mereka tiba disana, 8 penjaga segera mengenali para Tianglo itu,
mereka mendorong pintu tembaga untuk membukakan pintu.
Tinggi pintu berukuran dua puluh kaki, besar dan tinggi, 8
penjaga tadi berbadan tegap, hal ini disediakan untuk membuka
pintu yang berat. Akhirnya pintu terbuka, Pek Tianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo
dan Ang Tianglo mengajak To It Peng kebangunan megah itu.
Kedatangan Pek Tionglo sekalian telah disampaikan kepada ketua
Seng-po-chung, tidak lama terdengar suara genta dipukul.
"Ketua kami bersedia menemuimu, berhati-hatilah kau bicara
dengannya." kata Pek Tianglo kepada T o It Peng.
Sipemuda tak mendenqar apa yang dikatakan kepadanya,
pemandangan Seng-po-chung mempersonakan dirinya, ternyata
pintu tembaga itu hanya pintu gerbang terdepan. Setelah me lewati
lapangan luas, mereka baru tiba disebuah bangunan dalam
bangunan ini megah dan terhias bagus, inilah tentunya bangunan
tempat dimana Ketua Seng-po-chung menetap.
Mereka menuju kebangunan itu, seorang tua pendek dengan
pakaian aneh membukakan pintu.
Wajah Pek Tianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo dan Ang Tianglo
terlihat tegang. Mereka berjalan masuk.
"cara ketua kita membikin sambutan sangat terburu-buru, tentu
ada sasuatu yang terjadi, kita harus berhati-hati" kata Ang Tianglo
pada ketiga kawannya. "Kehilangan ketua muda kita menyebabkan perubahan sifatnya."
kata Tianglo. Memasuki tempat kediaman ketua Seng-po-chung, mata To It
Peng terbelalak, dari pintu sehingga keruangan dalam, terpapar
permadani yang terbuat dari kulit lutung Su-coan. Mereka berjalan
dikulit lutung Su-coan ini dengan tidak menimbulkan suara sama
sekali. Seperti apa yang diketahui, lutung Su-coan tidak mudah
ditangkap, apa Iagi membeset kulit mereka sehingga puluhan ekor,
jarak pintu hingga diruang dalam puluhan meter, berapa banyakkah
kulit lutung Su-coan yang diperlukan "
Keistimewaan dari lutung Su-coan ialah kulit mereka yang seperti
kuning emas, bila terkena sinar matahari atau sinar lilin, berkilat-
kilat seperti cahaya bintang dilangit, sungguh sangat menakjubkan
sekali. Karena itu, harganyapun sangat, mahal. Ketua Seng-po-
chung dapat mengumpulkan kulit2 lutung Su-coan dengan jumlah
banyak, mudah dibayangkan, berapa banyak uang yang harus
dikeluarkan " Berapa banyak harta kekayaannya "
---oo0oo--- BAGIAN 13 KETUA SENG PO CHUNG BERHADAPAN DENGAN
SI PEMAKAI NAMA SIU JIN MO SAY
DIRUANG BESAR duduk beberapa orang, mereka terdiri dari
macam2 orang, ada lelaki, perempuan, tinggi, pendek.
To It Peng dibawa masuk kedalam ruangan ini. Dipandangnya
satu persatu, tak satupun yang dikenali olehnya.
Pada kursi tengah yang seharusnya diduduki oleh ketua sesuatu
perkumpulan atau ketua kampung, kosong tiada diduduki orang.
Kursi inipun dilaputi oleh kulit lutung Su-coan.
To It Peng, Pek Tianglo, Hek Tianglo dan Oey Tianglo telah
duduk dikursi yang disediakan untuk mereka.
Ruang itu cukup besar, jumlah orang yang berkumpul puluhan
orang, tetapi tidak satupun yang membuka suara.
Mendadak pintu samping terbuka, Teng.... Teng ... Tong...
Tang.... terdengar empat kali suara kentongan dipukul. Berbareng
muncul 4 anak lelaki dengan pakaian lutung emas dari Su-coan,
mereka berbaris rapi dan berdiri ditepi pintu.
To It Peng segera menduga ketua Seng po cung, 4 anak laki2 itu
berupa barisan pengawalnya. Dari ketua Seng-po-chung, ia teringat
akan Kat Siauw Hoan, diketahui Kat Siauw Hoan melarikan diri dari
Seng-po-chung, apakah yang menyebabkan wanita muda itu
mangambil niatan nekad meninggalkan suami begitu saja "
Terdengar suara batuk2, suara itu datang dari arah samping.
Maka 4 anak Iaki2 dengan pakaian lutung emas dari Su-coan
bergerak jalan, mereka menuju kekursi tengah yang kosong, setelah
tiba disana, mereka berjejer dibelakang kursi.
Betapa dungunya To It Peng, iapun dapat mamaklumi bahwa
ketua Seng-po-chung akan segera keluar menampakkan dirinya.
Ingin disaksikan, bagaimanakah wajah suami Kat Siauw Hoan itu"
Ruangan segera bercahaya terang, gumpalan sinar emas kuning
bergerak, untuk sekejap mata, mereka tidak dapat malihat jelas,
ternyata ketua Seng-po-chung telah manampilkan dirinya, ia
mengenahan pakaian istimewa, entah apa yang dibuat, sehingga
dapat menyilaukan orang yang memandangnya.
Siap . . . . .
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua orang bangun berdiri, meninggalkan tempat duduk untuk
sementara, menyambut kehadiran ketua Seng-po-chung.
To It Peng tidak disebut dungu bila mengerti akan tata peraturan
yang ada, karena sinar kuning gemilauan tadi, ia mengucek-ucek
kedua matanya, ia lupa dan tidak turut menghormat kedatangan
ketua Seng po chung. Ia tetap duduk dikursinya.
Hal ini menimbuIkan keistimewaan, diantara puluhan orang yang
hadir pada ruangan itu, hanya To It Peng seorang yang tidak
bangun berdiri, tentu saja sangat menarik perhatian.
To It Peng belum sadar akan kesalahan yang diperbuat, ia
memperhatikan ketua Song po chung - laki2 yang manjadi suami
Kat Siauw Hoan. Orang Itu sangat kurus, denqan mengenakan pakaian kulit lutung
emas dari Su-coan yang diberi hiasan bahan istimewa, pakaian itu
semakin besar dan tidak cocok dengan badannya yang kecil.
Dikala semua orang memusatkan perhatiannya kearah To It
Peng, termasuk ketua Seng-po-chung itu yang marah atas
perlakuan yang sangat kurang ajar kepadanya, To It Peng
memandang tajam, maka beradulah 4 mata mereka.
"Ha, ha ...." To It Peng mangeluarkan suara gelak tertawa,
keadaan badan dan peraturan tata cara yang ketua Seng-po-chung
itu tetapkan sangat tidak serasi, hal ini dianggap sangat lucu
olehnya. Manurut apa yang si Dungu bayangkan, seharusnya ketua Seng-
po-chung mempunyai ukuran badan yang besar, gagah dan tegap,
maka ia dapat manguasai banyak orang, termasuk Pek Tianglo
sekalian. Tidak tahunya ia hanya manusia kerdil yang kurus kecil,
karena itulah ia tertawa.
Kemarahan ketua Seng-po-chung memuncak. Wajah semua
orang yang ada ditampat itu sagera berubah.
Disaat ini To It Peng bangun dari tempat duduknya, ia menuju
kearah kursi tengah, dimana ketua Seng-po-chung terduduk,
dengan menudingkan jari tangan, sipemuda dogol itu bertanya :
"Kau inikah yang menjadi ketua Seng-po-chung?"
Ketua Seng-po-chung mendelikan mata, tetapi kurang wibawa,
badannya terlalu kecil, lagi pula kurus, tidak menakutkan orang
yang belum mengenal wataknya.
"Betul" la mengeluarkan suara geraman.
"Ha, ha, ha, ha....." To It Peng tertawa terpingkal-pingkal,
perutnya sampai dirasakan menjadi mulas, kini diketahui pasti
bahwa orang inilah yang berkuasa atas keseluruhan dari Seng-po-
chung, orang yang didalam anggapannya harus mempunyai ukuran
badan tinggi besar, gagah den tegap.
Seluruh ruangan hanya terdengar suara gelak-tawa
To it Peng, semua orang memandangnya dengan wajah tegang
dan penuh kekhawatiran. Manyaksikan wajah tegang dan khawatir tadi, To It Peng
menghentikan suara tertawanya. Maka ruangan menjadi sunyi
kembali. Hati sipemuda mulai memukul keras, kini ia sadang
berhadapan dengan suami Kat Siauw Hoan, teringat apa yang telah
dilakukan kepada wanita muda itu, ketidak tenangan meliputi alam
pikirannya. Memandang sidungu sekian lama, kesabaran ketua Seng-po-
chung tidak tertahankan lagi, ia memandang kearah Pek Tianglo,
Hek Tianglo, Ang Tianglo, dan Oey Tianglo.
"Siapakah orang ini?" Ia bertanya kepada mereka.
"Kawan ini bernama To It Peng, orang yang nyonya Kat tugaskan
untuk mengantarkan ketua muda kembali."
Pek Tianglo memberi keterangan.
Ketua Seng-po-chung menganggukkan kepala.
"Ng....." Suatu tanda ia puas dengan keterangan tadi.
"Dimanakah kini anakku itu?"
"Ditengah jalan, Liok Tianglo telah menyambut anak itu." To It
Peng memberi ketarangan. "Dan dimanakah kini Liok Tianglo berada ?" Ketua Seng-po-chung
bertanya. Pek T ianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo dan Ang T ianglo berempat
yang sejak tadi tunduk saja, seorang dari mereka memberi
keterangan. Liok Tianglo me larikan ketua muda, maksudnya ingin berhianat
kepada Ketua Seng-po-chung. Tetapi ditengah jalan ia mengalami
sesuatu, perubahan mana menyebabkan gagalnya rencana. Segala
sesuatu yang menyangkut hal ini, saudara To-it-penglah yang
mengetahui sangat jelas. Ketua Seng-po-chung memandang To It Peng, ia bertanya :
"Perubahan apakah itu ?"
"Liok Tianglo dengan tiga komplotannya melarikan anak itu,
ditengah jalan ia bertemu dengan Siu jin Mo Say, ketiga
komplotannya mati dengan kulit wajahnya dibeset sehingga
mengelotok, ia sendiripun harus mati dengan penuh penderitaan.
Tentang anak yang kubawa itu, ia telah berada ditangan Siu jin Mo
Say". Aaaaaaaa .......... Seluruh ruangan bergemuruh dengan ber-macam2 reaksi dari
orang2 yang berada disitu, hal itu sungguh diluar dugaan mereka.
Anak ketuanya telah direbut oleh si Singa Kuning Siu jin Mo Say
yang pernah menggegerkan dunia persilatan.
Ketua Seng-po-chung lompat bangun dari tempat duduknya, tapi
ia dapat menguasai keadaan yabng tegang itu, ia duduk kembali.
"Tahukah kau, kemana Siu jin Mo Say itu pergi ?" ia bertanya.
"Mana kutahu ?" To it Peng memaparkan kedua tangannya.
"Mungkinkah aku mau berpeluk tangan dan tidak membikin
pengejaran, bila kutahu kemana Siu jin Mo Say itu pergi ?"
Ketua Seng-po-chung meninggalkan tempat duduknya, ia
berjalan perlahan, arah tujuannya ya!ah dimana To It Peng berada,
tidak sekecappun kata2 keluar dari mulutnya.
Semua orang yang menyaksikan hal itu memandang dengan hati
berdebar debar, entah apa akan dilakukan oleh ketua mereka "
To It Peng berdiri tegak, pemuda dogol ini tidak tahu bahaya.
jarak diantara ketua Seng-po-chung dan To It Peng telah dekat
sekali, setelah itu, ketua Seng-po-chung menahan langkah kakinya,
ia berdiri tepat dihadapan muka sipemuda.
Beberapa lama keadaan seperti itu berlangsung. Tiba-tiba ketua
Seng-po-chung menghela napas.
"Kau .... kau telah bertemu dengan Kat Siauw Noan ?" la
bertanya dengan suara perlahan, hampir2 tidak terdengar.
Seperti apa yang telah diketahui, Kat Siauw Hoan adalah istri dari
ketua Seng-po chung, karena sesuatu hal, wanita muda itu
melarikan diri. Suara siketua Seng-po-chung penuh dengan kehampaan, To It
Peng merasa kasihan, ia pernah merasakan bagaimana sengsaranya
seorang yang ditinggalkan oleh manusia yang dicintainya apa Iagi
orang itu adalah istrnya.
"Aku . . . . Aku....." Suara To It Peng tersumbat ditengah
tenggorokan, tak dapat ia meneruskan keterangannya.
la telah bertemu dengan Kat Siauw Noan didalam rumah batu,
disana ia .... Ah ..... mana mungkin kajadian ini diceritakan " Apa
lagi dihadapan ketua Seng-po-chung yang menjadi suami Kat Siauw
Hoan. Maka setelah melepas dua kali kata2 'Aku' tadi, To It Peng
menutup rapat mulutnya. cepat ketua Seng-po-chung bergerak, tangannya memegang
tangan To It Peng erat2, tangan ini sangat dingin sekali.
"Apa yang kau lihat tentang dirinya?" la bertanya gugup. "Kau
telah berjumpa dengannya, bukan?" Be. . . . Betul . . . ." To It Peng
tidak berhasii menarik tangannya yang telah dipegang oleh ketua
Seng-po-chung. "Dimana " ....Dimana...,.... Lekas kau katakan:
"Hanya beberapa hari berlangsung."
"Dimana ?" "Disebuah rumah batu yang gelap."
"Dimanakah letak rumah batu itu ?"
"Dipuncak sebuah lereng gunung yang berdataran tinggi.''
Ketua Seng-po-chung memandang kepada orang2-nya, segera ia
mengeluarkan bentakan : "Sudah kalian dengar " Lekas undang
pulang dirinya." Puluhan orang yang berkumpul diruangan itu saling pandang,
mereka mendengar apa yang To It Peng katakan, tetapi lereng
gunung yang berdataran tinggi itu bukan nama sebuah teraipat,
dimanakah mereka harus cari "
Mengetahui kebingungan mereka, To It Peng segera berkata :
"Tak usah dicari lagi."
"Mengapa ?" Bartanya ketua Seng-po-chung dengan mata
terbelalak. "la telah pergi dari situ." To It Peng memberi keterangan. "Tak
guna kalian men-cari2."
"Kemana pulakah ia pergi ?" Bartanya ketua Seng-po-chung.
"Mata kutahu" Bila ia memberi tahu kemana arah tujuannya, tak
sudi aku berkunjung kemari,
aku akan mengejar dan mengawaninya." Berkata sidungu yang mempunyai otak sangat
dogol dan tolol. "Eh, kau juga mengijinkannya?" Ketua Seng-pochung mamandang dengan rasa penuh keheranan.
To It Peng meruntuhkan pandanqan matanya ketanah.
"Denqan maksud tujuan apa kau mencarinya lagi?" Bertanya
ketua Seng-po-chung dengan suara keras.
"Aku . . . Aku ku . . . ingin . . . ."
"Katakan lekas! apa yang kau ingini darinya ?" Suara ketua Seng-
po-chung menggelegar. To It Peng terkejut, tidak disangka, orang kurus kecil seperti
ketua Seng-po-chung mempunyai suara seperti guntur.
"Katakan lekas. Apa yang kau inginkan darinya ?" Ketua Seng-po-
chung mengulang pertanyaan.
,,Aku ingin menjumpainya sekali lagi." To It Peng mengucapkan
keterangan seperti ini. Ketua Seng-po-chung meruntuhkan pandangan matanya
ketanah, ia barkata perlahan :
"Ia cantik menarik, siapa yang melihat pasti terpikat, hal ini dapat
kumaklumi. Aku tidak menyalahkan kepadamu yang suka dan
tertarik kepadanya. Dapatkah kau ceritakan tentanq keadaan
dirinya?" Wajah To It Pang merah, terbayang kemba!i kejadian dirumah
batu itu, kenangannya terhadap Kat Siauw Hoan tak mungkin dapat
dilupakan, "Ng......Ng .... Tak dapat kuceritakan kepadamu" Berkata To It
Peng. "Mengapa ?" Tanya ketua Seng-po-chung. "Munqkinkah ada
sesuatu diantara dia dengan dirimu?"
Hati T o It Peng tercekat, wajahnya seperti kepiting yang direbus,
merah padam, kadang2 tampak juga warna biru ke-hitam2 an.
Apa yang sipemuda perlihatkan berarti tidak menyangkal dugaan
ketua Seng-po-chung, kemarahan jago ini tak terkendalikan lagi,
tangannya bergerak, maka dua jari diantaranya segera berada tepat
dihadapan mata sipemuda, sedianya ia ingin menusuk buta mata
tersebut. "Tahan" T eriak To It Peng kaget. "Aku adalah jago nomor satu,
tak boleh sembarangan manggebrak sembarangan dengan orang."
Beberapa kali To It Peng dijatuhkan orang, tapi ia kukuh pada
pendiriannya, dianggap kata2 dan keterangan sinenek baju hitam
Nian-u Po-po yang mendudukkan dirinya kedalam jago nomor satu
itu benar2 terjadi, tentu saja dia bangga dengan 'jago nomor
satu'nya itu. "Katakan dengan terus terang, apa yang kau lakukan terhadap
dirinya. Ketahuilah, biji2 matamu telah berada dibawah ancaman
tanganku." Ketua Seng-po-chung mengancam.
"Tidak dapat kukatakan." Berkata sipemuda dungu.
"Tidak dapat kau katakan ?" Ketua Seng po-chung menggerakkan
maju dua jari tangannya lambat2, dan ancaman ini memberi
tekanan bathin yang hebat.
To It Peng tidak akan membiarkan kedua biji matanya dicukil, ia
menggeserkan badannya mundur kebelakang, hal mana beruntun
dikerjakannya sehingga babarapa kali, sehingga tubuhnya bersandar
kedinding ruangan, tak ada jalan mundur lagi.
Disaat To It Peng membuka kedua matanya, dua jari tangan
ketua Seng-po-chung masih saja mengancam, tepat berada
ditempat beberapa senti meter dari bulu matanya.
"Tidak dapat kukatakan ....... Tidak dapat kuceritakan ........Tidak
akan kuceritakan kepadamu............... " To It Peng berteriak teriak.
Seperti kucing mempermainkan korbannya, ketua Seng-po-chung
tidak segera turun tangan, ia mendesak ingin mengetahui apa yang
telah dikerjakan oleh sipemuda dungu dan istrinya yang telah
melarikan diri itu. Disaat ini terjadi sedikit kegaduhan, orang2 Seng-po-chung saling
kasak kusuk. "Laporan." Berkata seorang yang lari tergesa-gesa.
Pek Tianglo maju menghampiri, ditanyakan sesuatu apa yang
telah terjadi. Maka kejadian ini menolong To It Peng, terlihat ketua
Seng-po-chung menoleh dan bertanya :
"Ada apa ?" Pek Tianglo maju, dengan suara perlahan, ia memberi
penjelasan. Wajah ketua Seng-po-chung berubah, ditinggalkannya To It Peng
untuk sementara, ia harus menyelesaikan perkara baru yang lebih
hebat, lebih mengandung ancaman malapetaka.
Terdengar suara genta dipukul, berbareng tardengar suara
laporan keras: "Siu jin Mo Say dari Kiong-lay membikin kunjungan."
Ketua Seng-po-chung mengerahkan pandangannya keluar, maka
iapun berteriak : "Silahkan masuk!"
"Ha, ha, ha ...." Dari jauh terdengar suara gelak tertawa. Suara
ini semakin dakat, semakin dekat, dan secara mendadak saja telah
berada diruangan tengah. Dihadapan orang banyak telah bertambah seorang, orang ini
mempunyai rambut pirang, kuning mengkilat.
"Siapa ketua kalian ?" Memandang orang banyak yang ada disitu,
Iaki2 berambut pirang itu mengajukan pertanyaan.
Ketua Seng-po-chung telah duduk kembali diatas kursi
kebesarannya, segera memberi tanggapan.
"Harap tuan suka bersabar, duduklah dahulu. Setelah menculik
anakku, seorang diri tuan datang, tentunya ada mengandung
maksud tertentu, bukan ?"
Laki2 berambut pirang yang baru datang menyapu dengan
matanya keseluruh ruangan, setalah itu berhenti pada katua Seng-
po-chung, ia berkata gagah :
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak percuma kau menjadi ketua Seng-po-chung, ternyata kau
memiliki daya ilmiah yang paling cepat, Paling tepat. Sonder kubari
tahu maksud kedatanganku, kau telah menduga tepat."
Sambil bicara, tangan laki2 berambut pirang itu mengaitkan
tangannya kesamping, maksudnya mengambil kursi dari jarak jauh.
Dan betul saja, sebuah kursi melayang terbang ke arahnya.
Terdengar suara tetawa dingin, Ang Tianglo bergerak maju,
maka kursi itu berhasil dipertahankan olehnya. Ternyata kursi yang
diambil oleh laki2 berambut pirang itu adalah kursi Ang Tianglo.
Kejadian mana di anggap terlalu menghina dirinya, maka ia lompat
keluar untuk mempertahankan.
"Mana ada aturan yang membiarkan ssorang tamu mengambil
kursi sendiri ?" Demikianlah alasan Ang Tianglo berkata dingin.
Tangan laki2 berambut kuning itu tidak menyentuh kursi, tetapi
tempat duduk itu melayang kepadanya, hal ini membuktikan batapa
hebat ilmu tenaga dalam yang dipertontonkan kepada orang
banyak. Kini mendadak sontak Ang Tianglo mempertahankan
kursinya, maka kursi itu tertahan ditengah udara.
Ternyata kekuatan tenaga mareka masih seimbang, kursi tidak
bergeser, diam terapung ditangah-tengah udara.
Laki2 berambut pirang itu mengeluarkan tertawa dingin, tiba2
saja mendorong kedepan, melalui kursi ia mengadakan serangan
secara tidak langsung, maka dilihat sepintas lalu, seolah-olah
kursilah yang menyaring Ang Tianglo.
Sebelumnya, Ang Tianglo telah memperhitungkan apa yang
harus diterima, nama si Singa Kuning Siu jin Mo Say pernah
menggegerkan rimba persilatan, nama tersebut bukanlah nama
kosong. Tenaga tarikannya kuat hebat, ia mempertahankan kursi
duduknya. Kini mendadak saja kursi tersebut menyerang,
bagaimana ia tidak menjadi kaget" Hampir2 ia terjengkang jatuh,
bila kurang siap siaga, untunglah ia sebat, maka diganti posisi
menarik tadi menjadi 'sikap bertahan.
Laki2 berambut pirang itu memuji kepintaran Ang Tianglo, kini ia
menambah kekuatan, memperhebat tekanan serangan, seperti tadi
juqa, serangan itu dilontarkan melalui kursi, kursi itulah yang
disuruh menyerang. Ang T ianglo tak sanggup mempertahankan posisi kedudukannya,
kursi dilepaskan sambil berteriak : "Kiu thian-to-lie-kang "
Setelah mengucapkan kata2 tadi, tubuh Ang Tianglo duduk
numprah ditanah dengan menyemburkan darah segar, ia terluka!
Maka selesaIah pertempuran memperebutkan kursi itu, benda
tersebut melayang dan tersanggah oleh laki2 berambut pirang. Ia
membenarkan letak kursi dan duduk ongkang2 kaki.
Hal mana tak lepas dari kesaksian orang banyak, ilmu Kiu-thian-
to-lie-kang adalah ilmu kebanggaan si Singa Kuning Siu jin Mo Say,
rambut laki2 inipun barwarna pirang, mungkinkah betul Siu Diyn Mo
Say hidup kembali " To It Peng teringat akan kampung halamannya, Ban-kee-chung
dibakar oleh 4 Wajah Tak Berkulit, dan kaempat manusia durjana itu
adalah murid dari Siu jin Mo Say, semua kemarahan dijatuhkan
kepada laki2 ranbut pirang ini, ia tampil kemuka berteriak :
"Hei, bangsat, permusuhan apakah dengan Ban-kee-chung,
mengapa kau mengutus keempat muridmu membakar dan
meratakan kampung Ban-kee-chung sehingga sama dengan tanah
?" Laki2 berambut pirang itu sedang berhadap-hadapan dengan
ketua Seng-po-chung, mendengar ada orang yang membentak-
bentak, ia menoleh dan dilihat s ikap T o it Peng yang berlaku kurang
ajar kepada dirinya ia menatap tajam, tangannya bergerak, maka ....
ser... ser... ser..... terdengar tiga kali suara angin bardesir, tiga jalan
darah To It Peng tertekan sakit.
Bagaikan ditusuk pisau tajam, To It Peng merasakan tiga bagian
tubuhnya sakit, kajadian itu menjalar hingga kese luruh tubuhnya, ia
bergelimpangan ditanah melawan rasa sakit tersebut, jahat sekali
serangan laki-laki berambut pirang lemparkan itu, sipemuda tak
sanggup menahan rasa sakitnya.
Hek Tianglo menghampiri, mendepak jalan darah Kie hay-hiat,
maka To It Pang bebas dari penderitian, ia bangun berdiri dengan
badan bermandikan keringat. Wajahnya masih pucat.
Ketua Seng-po-chung memperhatikan gerak gerik lawannya,
maklumlah ia betapa tinggi kepandaian lawanya tersebut, tetapi ia
sudah dapat memastikan laki2 rambut kuning ini bukanlah si singa
kuning Siu jin Mo Say dahulu, ia membuka suara : "ilmu kepandaian
tuan memang hebat. cukup untuk menandingi Siu jin Mo Say. Tetapi
tuan bukanlah Siu jin Mo Say, mengapa harus mengganti nama
memungut nama tarsebut?"
Apa yang ketua Seng-po-chung katakan berada diluar dugaan
semua orang, ternyata Iaki2 berambut pirang ini bukan Siu jin Mo
Say, itu Singa Kuning yang mempunyai ciri2 khas berambut pirang.
Maklumlah, orang yang mempunyai rambut pirang tidak, terlalu
banyak, apa lagi laki2 rambut pirang, terlalu sedikit sekali, mengapa
orang ini mengakukan dirinya sebagai Siluman Kuning Siu jin Mo
Say" Manakala samua orang bingung dan berpikir-pikir, laki2 rambut
pirang itu telah memberikan jawabannya yang pasti :
"Ha,....ha,... ha...... Matamu lihay. Tentunya kau menyaksikan
pertarungan di K iong-lay dahulu, bukan?"
"Sang-po-chung mengasingkan diri menjauhkan kerumitan dunia,
tetapi Siu jin Mo Say pernah membikin kunjungan, sedikit banyak,
ilmu kepandaiannya tak lepas dari penilaianku," Berkata ketua Sang-
po-chung. "Betul ... Betu! ...." Laki2 rambut pirang itu membenarkan
kata2nya, "Aku bukan Siu jin Mo Say lama, tetapi rambutku pirang
apa salahnya aku ganti nama" Nama Siu jin Mo Say belum
digediponir, bukan sedikit orang2 yang mempunyai nama sama,
bukan?" "Ooo ... Tuan te!ah ganti nama" Dan nama baru tuan itu Siu jin
Mo Say-?" Laki2 berambut pirang itu menganqgukkan kepala.
"Baiklah" Berkata ketua Seng-po-chung Iagi. Telah lama aku
tidak berjumpa dengan anakku , kami sangat rindu sekali. Bolehkah
tuan mengembalikan anakku itu?"
Separti telah diketahui, anak ketua Sang-po-chung telah dibawa
ibunya Kat Siauw Hoan, telah lama merka tidak bertemu, setelah
itu, To It Peng mendapat tugas untuk mengembalikan anak
tersebut, di tengah jalan, datang kakek pakaian hid yau Liok
Tianglo, direbutnya anak tersebut.
Tetapi Liok Tianglo tidak berumur panjang, ditengah jalan
bertemu dengan orang yang menyebut dirinya Siu jin Mo Say ini,
disiksanya kakek pakaian hijau itu, direbutnya anak tersebut.
Kini Iaki2 berambut pirang ini datang membikin kunjungan, maka
ketua Seng-po-chung meminta kembali anak tersebut.
Laki2 berambut pirang, untuk selanjutnya kita sebut sebagai
Ganti Nama Siu jin Mo Say, hal ini untuk membedakan dengan Siu
jin Mo Say asli. Karena Siu jin Mo Say asli masih hidup didunia,
untuk menjaga kesimpang siuran, maka harus ada sedikit
perbedaan. Orang yang mangaku bernama Siu jin Mo Say menengadah, lalu
ia tertawa. "Ha, ha, ha,....... Putramu itu sangat lucu dan menarik. Sungguh
mengecewakan orang, bila sempai terjadi sesuatu atau ada mala
petaka yang menimpa dirinya.
Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say itu tidak
manyebut dimana putra ketua Seng-po-chung, dikatakan bila
sampai tarjadi sesuatu atau ada mala petaka yang menimpa dirinya,
tentu sangat mengecewakan, ucapan ini mengandung ancaman.
To It Peng telah pulih kepribadian 'jago nomor satu'nya, degan
menampilkan diri kedepan, ia berteriak :
"Bohong! Anak itu segar bugar dan berada didalam keadaan
sehat, mana mungkin ada sesuatu mala petaka yang menimpanya
?" Suara To It Peng telah membuat Siu jin Mo Say mengalihkan
perhatian, ia menatap pemuda dogol itu tajam2.
Sangat menakjubkan sekali ilmu kepandaian laki2 berambut
pirang ini, dengan sekali raih, maka kursi terbang 'menghampirinya',
dengan menunjukan jari2 tangan, To It
Peng pernah bergelimpangan, sakit luar biasa, maka pemuda dungu itu mundur
dan menyembunyikan dirinya dibalik pilar besar, takut kena
serangan jari tangan dari jarak jauh.
Ketua Seng-po-chung segera berkata :
"Apa yang saudara To It Peng katakan tadi tidak salah, putraku
berada didalam keadaan segar bugar, sehat walafiat, mana mungkin
ada sesuatu malapetaka yang menimpa dirinya ?"
Siu jiu Mo Say mengeluarkan suara dengusan : "Mau atau
tidaknya 'mala petaka' itu datang membikin kunjungan kepada
anakmu, targantung dari kebiyaksanaan ayahnya." "Katakanlah
dengan terus terang, apa yang kau inginkan dariku" Bertanya ketua
Seng-po-chung secara blak-blakan.
"Bagus:'' Siu jin Mo Say menganggukan kepala: "Barang yang
kuinginkan ialah pedang pusaka, pedang Hui-ie itu."
Disebutnya 'pedang Hui-i? wajah ketua Seng-po-chung berubah
cepat, seluruh ruangan menjadi gaduh.
jantung To It Peng berdegup keras, pedang Hui-ie berupa
pedang pusaka, tetapi pedang ini telah dibawa lari oleh Kat Siauw
Hoan, disaat meninggalkan Seng-po-chung, setelah itu, dirumah
batu, wanita muda itu menyerahkan kepada dirinya dengan pesan
agar ia dapat menyaksikan putranya dewasa, setelah umurnya 12
tahun, pedang Hui ie akan dihadiahkan ke pada anak tersebut.
Jantung To It Peng berdegup keras, karena ia tahu bahwa
pedang Hui-ie yang diincar oleh laki2 berambut pirang itu berada
pada dirinya. Samar2 terbayang, betapa penting pedang Hui-ie ini,
tentunya mangandung rahasia abadi.
Bukan, satu atau dua kali To It Peng mamegang pedang tadi,
takut terbang mendadak dan lenyap dari tubuhnya. Beruntung
kelakuan sidungu tidak ada yang memprhatikan, siapakah yang
menduga, sebuah pedang pusaka dapat berada ditangannya
seorang pemuda ketolol-tololan itu "
Ketua Seng-po-chung segara mamberi jawaban :
"Sungguh tidak kebetulan. Pedang Hui-ie te lah tidak ada di Seng-
Po-tlhung." Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say bangun dari
tempat duduknya, ia berkata : "Baiklah. Aku meminta diri."
Laki2 berambut pirang ini s iap pergi, siap meninggalkan Seng-po-
chung. Beberapa bayangan bargerak, tiga kakek berpakaian merah,
hitam dan kuning telah menghadang kapergian Syu jin Mo Say,
mereka adalah Ang Tianglo; Hek T ianglo dan Oey Tianglo.
Ketua Seng-po-chung tidak tinggal diam, ia turut melesat dari
tempat duduknya dan berteriak : "Tunggu dulu."
Siu jin Mo Say menghentikan geraknya, ia berkata adem:
"Tuan tidak ada minat untuk manyelesaikan urusan, apa gunanya
aku menunggu lama ditempat ini ?"
"Kau kira mudah meninggalkan Seng-po-chung begitu saja ?"
Bentak Ang Tianglo. "Kambalikanlah ketua muda kami." Hek Tianglo-turut berkata.
"Bukan aku tekebur," berkata Siu jin Mo Say. tak mungkin Seng-
po-chung menahan diriku."
"Sabar." Barkata ketua Seng-po-chung. "Bukan maksud kami
melarang tuan pergi. Maksud kami yalah, selasa ikanlah perkara kita
dahulu." "Mengapa kau tidak bersedia menyerahkan pedang Hu-ie?"
"Atas nama Song-po-tlhung, aku bersumpah bahwa pedang
pusaka itu telah tiada didalam Seng-po-chung." Berkata katua Seng-
po-chung. "Pedang pusaka Hu-ie a ialah pedang pusaka Seng-po-chung,
dengan alasan apa kau menyangkal ?" Siu jin Mo Say bertanya.
"Terus terang kukatakan, bahwa didalam Seng-pochung telah
terjadi drama menyedihkan, pedang itu telah dibawa pergi pleh Kat
Siauw Hoan. Maka, kecuali pedang Hu-ie yang tidak ada, segala
harta benda, mas intan, berlian pusaka, berapa gerobak yang tuan
mau, aku rela manyerahkannya. Demi keselamatan putra tunggalku
itu." Kata2 ketua, Seng-po-chung belum pernah serendah ini. Apa
boleh buat, demi menolong Putra tunggalnya, ia harus mengalah.
Didalam anggapan T o It Peng, tawaran ketua Seng-po-chung itu
telah berlebih-lebihan, tentunya akan diterima oleh laki2 berambut
pirang yang kurang ajar itu.
Penilaian manusia itu tidak mungkin sama, lain sidungu dan lain
pula dengan Siu jin Mo Say, terlihat ia menggoyang-goyangkan
kepalanya yang berambut kuning itu sambil berkata : "Maksud
tujuanku yalah pedang Hui-ie itu."
Ang Tianglo maju dengan langkah lebar, ia membentak keras :
"Siu jin Mo Say, kau adalah tokoh kenamaan ternama yang
disegani orang, mengapa prilakumu seperti bajingan, seperti
penculik kekurangan makan"
Mengadakan tekanan fisik dengan menculik anak orang?"
"Hm......Hm......" Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say
mengeluarkan suara dari hidungnya "Mau tidak kalian menyerahkan
pedang Hui-ie?" Sambungnya pula.
Giliran Hek Tianglo yang maju tampil kemuka, katanya :
"Siu jin Mo Say, ketahuilah bahwa pedang Hu-ie harus disertai
dengan sarung pedang kufit naga. Seng-po-chung mempunyai
pedang Hui-ie, tetapi tidak ada sarung kulit naga itu, apa gunanya"
Pedang tak dapat dibawa keluar, hanya sebagai hiasan yang boleh
dipandang belaka ?" Siu jin Mo Say bergumam : "Hm......Hm......" dari dalam libatan
bajunya, ia mengeluarkan sesuatu, diperlihatkan kepada Hek
Tianglo berkata : "Kenalkah dengan benda ini ?"
"Sarung pedang kulit naga "'' Hak Tianqlo berseru mundur.
Perhatian orang terpusat kepada mereka, pada tangan Siu jin Ma
Say terpagang sebuah sarung pedang, tidak terlalu menyolok mata,
hitam kebiru-biruan, bila dilemparkan ditengah jalan, karena sudah
lama tidak terurus dan lapuk, agaknya tak ada yang mau
memungut, sarung pedang seperti inikah yang dikatakan sebagai
sarung pedang kulit naga"
"Ha, ha, ha ...." T o It Peng mengeluarkai suara gelak tertawa. la
tertawa, tidak lama, seluruh ruangan mengalihkan perhatian
mereka, ternyata semua orang diam tegang, banyol pemuda dungu
ini sad ya yang tertawa, sungguh manarik perhatian.
Betapa dungupun To It Peng, ia dapat merasakan sesuatu yang
kurang pantes, tidak ada orang lain yang tertawa, berarti tidak ada
orang yang membenarkan langkahnya tadi, ia menyeringai dan
diam. Pusat, perhatian berganti kearah sarung pedang kulit naga butut
itu. mareka sedang menimang-nimang, betulkah sarung pedang ini
sarung pedang kulit naga asli"
Beberapa saat, terdengar suara
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketua Seng-po-chung manunjukkan keheranan : "Sarung pedang kulit naga! Sarung padang kulit nagakah yang
kau pegang ?" Siu jin Mo Say menganggukkan kepala. la membenarkan
pertanyaan yang diayukan oleh ketua Seng-po-chung.
Ketua Seng-po-chung kepada orang2-nya, ia memberi isyarat
mata. Maka seluruh isi dari ruangan itu bergerak, puluhan orang
memperapat kurungannya, memperketat jarak diantara sesamanya,
siap menahan orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say.
Siu jin Mo Say adalah lambang dari keganasan, lambang dari
keseraman, tetapi daya pemikat sarung pedang kulit naga terlalu
hebat, ketua Seng-po-chung lupa akan-bahaya, lupa akan putranya
yang masih berada dibawah ancaman" orang, ia ingin merebut
sarung pedang itu. Bergeraknya puluhan orang sangat Iambat, hal ini tidak disadari
oleh Siu jin Mo Say nama tiruan itu.
"Tentunya kau maklum, mengapa aku datang kemari meminta
pedang Hu-ie, bukan ?" Kata2 ini ditujukan kepada ketua Seng-po-
chung. Ketua Seng-po-cung tidak menjawab pertanyaan tadi, ia berjalan
maju, Iangkahnya kuat dan kaku, tidak disangka tokoh kurus kecil
ini mempunyai kewibawaan, bila mana ada keperluan,
Ketua Seng-po-cung terhenti disuatu jarak yang tertentu,
menatap wajah Siu jin Mo Say.
Laki2 berambut kuning itu segera merasakan adanya perubahan
suasana, Ia memandang kesekitar kedudukan dirinya, maka
sadarlah akan bahaya, dirinya telah berada dibawah kurungan
puluhan orang Seng-po-chung.
"Hei, inikah cara2 kalian menyambut kedatangan tamu ?" Tanya
nya dengan suara gentar. "Serahkan sarung pedang kulit naga itu!" Ketua Seng-po-chung
memberi perintah. Siu jin Mo Say tertegun, tetapi tidak lama kemudian ia
menengadahkan kepalanya, tertawa terbahak-bahak.
"Lucu..... Lucu....." Katanya. ,,.Aku datang kemari dengan
rnaksud tujuan meminta padang Hui-ie tetapi kau mengajukan
tuntutan akan sarung pedanq kulit naga?"
"Seorang diri kau datang kemari. Kini telah berada dibawah
kurungan orang2-ku. dapatkah kau melepaskan diri ?" Berkata ketua
Seng-po-chung dingin. "Dapat atau tidaknya aku keluar dari kepungan orang-orangmu
masih belum dapat dipastikan. Tetapi yang jeias, ialah putramu
masih berada didalam tanganku bukan ?"
Ketua Seng-po-chung sadar akan bahaya yang masih
mengoancam keselamatan putra tunggalnya itu.
"Bila sampai terjadi apa2 atas diriku, maka kau akan putus
turunan karena tamatlah putra tunggalmu itu ! " Siu jin Mo Say
meneruskan ancamannya. Pengikat sarung pedang kulit naga itu terlalu besar, karena ini,
hampir ketua Seng-po-chung melupakan anaknya. Mendapat
peringatan Siu jin Mo Say, baru ia engah bahwa kecuali diri sendiri,
iapun mampunyai seorang anak yang berada didalam kaadaan yang
sangat tidak menguntungkan.
Orang lain yang teringat akan anak Kat Siauw Hoan itu yalah
sidungu To It Peng, bila laki2 rambut pirang itu mati atau terluka,
tentu jiwa Tay Koan turut dikorbankan olehnya.
Tay Koan adalah nama yang To It Peng beri kepada anak Kat
Siauw Hoan dan katua Seng-po-chung itu.
Mengetahui sifat ketamakan ketua Seng-po-chung, To It Peng
segera berteriak : "chungcu, kau mau mati" Lupakah akan jiwa
putramu sendiri ?" Ketua Seng-po-chung adalah raja daerahnya, perintahnya belum
pernah dibantah, tidak ada orang yang membentak-bentak seperti
itu, teriakan To It Peng yang mengatakan ia mau mati itu sangat
menyinggunq perasaan. Tangannya bergerak, dan . . . . ser .......
sebuah aliran menyerang pemuda dungu dan membungkam
mulutnya karena serangan itu tepat mengenai jalan darah Kian-
keng-hiat, tidak saja sampai disini, serangan tenaga itu teralalu
kuat, sipemuda terdorong mundur dan jatuh.
Langkah yang ketua Seng-po-chung perlihatkan itu membuat
wajah Siu jin Mo Say berubah.
Diantara T o It Peng dan Siu jin Mo Say tiada hubungan keluarga.
jatuhnya sipemuda membuat perubahan wajah, laki2 berambut
kuning itu, ialah dikarenakan salah perhitungannya, ternyata ketua
Seng-po-chung lebih mementingkan sarung pedang kulit naga dari
pada keselamatan anaknya, maka menutup mulut si dungu agar
tidak ikut campur pertikaian mereka.
Laki2 berambut kuning ini berani berkunjung kemarkas besar
Seng-po-chung seorang diri karena tahu pasti, ketua Seng-po-chung
tidak berdaya, mengingat anaknya yang berada didaam suatu
tempat tertentu, dan dengan mudah ia dapat meminta pedanq Hui-
ie, dengan bersarungkan kerangka sarung pedang kulit naga,
pedang Hui-ie te lah mendapatkan tempatnya.
Belum lama, ketua Seng-po-chung rela menyerahkan apa yang
ada, bergerobak mas intan dan berlian pusaka, dengan maksud
tujuan menukar anak tunggalnya. Tetapi kejadian ini segera
berubah setelah melihat munculnya sarung pedang kulit naga yang
berupa salah satu dari beberapa pusaka rimba persilatan.
Para jago Seng-po-chung telah mengurung laki2 berambut pirang
ini, ketua Seng-po-chung menotok jalan darah To It Peng, agar
pemuda itu tidak turut ambil bagian.
"cungcu, kau ingin Menyusahkan diriku?" Bertanya orang yang
bernama Siu jin Mo Say itu.
Sinar mata ketua Seng-po-chung menatap dan terpaku pada
sarung pedang kulit naga yang Siu jin Mo Say pegang, ia berkata
mantep : "Tinggalkanlah sarung pedang kulit naga itu dan kau bebas
meninggalkan perkampungan Seng-po-chung"
Ketua ini telah lupa kepada anaknya, karena pusaka rimba
persilatan saja. Siu jin Mo Say semakin tercekat, apa daya" Apa yang harus
dilakukannya" Pikirannya berputar cepat.
" cungcu,......" la mengganti sebutan hormat. "Belum lama kau
telah katakan bahwa pedang Hui-ie tiada didalam bangunanmu. Apa
guna sarung pedang kulit naga dengan tiada pedang Hui-ie ?"
Ketua Seng-po-chung mengeluarkan suara dari hidung, manusia
kurus kecil inipun tidak kalah akal, terdengar ia berkata :
"Memang. Pedang Hui-ie tidak berada didalam bangunan Sng-po-
cung. Tetapi setelah mendapatkan sarung pedang kulit naga,
dengan mengerahkan seluruh kekuatan Seng-po-chung yang ada,
tak terlalu sukar untuk menemukan pedang Hui-ie. Kerangka sarung
padang kulit naga hanya tersedia bagi pedang Hui-ie, bukan ?"
"Lupakah kau kepada putramu ?" Siu jin Mo Say memberi
peringatan, "..........." Ketua Seng-po-chung tidak dapat memberi sahutan.
"Dimisalkan kau telah kuberi sarung pedang kulit naga,
dimisalkan kau berhasil mendapat pedang Hui-ie yang hilang itu,
kau kehilangan putra kandungmu, se imbanqkah penghasilanmu ini
" Dua pusaka, pedang Hui ie dan sarung pedang kulit naga
dapatkah mengimbangi jiwa putramu ?"
---oo0oo--- BAGIAN 14 SIU JIN MO SAY BERTEMU SIU JIN MO SAY
KETUA SENG-PO-CUNG berhadap-hadapan dengan seorang laki2
dengan rambut kuning yang menyebut dirinya sebagai si Singa
Kuning Siu jin Mo Say. Siu jin Mo Say palsu menginginkan pedang Hu-ie dari ketua itu,
sedangkan ketua Sang-po-chung mengharapkan sarung pedang
kulit naga darinya. "Pikir masak2" Berkata si pemakai nama Siu jin Mo Say. "Mana
yang lebih penting, anak atau benda pusaka ?"
Ketua Seng-po-chung memberi jawaban yang menyimpang dari
pertanyaan. Beberapa turunan Seng-po-chung telah menyimpan pedang Hu-
ie, mereka berusaha mendapatkan sarung pedang kulit naga, tidak
berhasil. Pesan turun temurun yalah berusaha menyatukan sarung
dan pedang. Kini sarung pedang kulit naga telah berada diambang
mata, mungkinkah kulewatkan secara percuma?"
Mendadak saja si pemakai nama Siu jin Mo Say berteriak,
badannya melesat, tangannya memukul atap bangunan, maka kayu
dan genting bertaburan, pada atas ruangan dimana mereka berada
telah berlubang, laki2 berambut kuning ini telah siap me larikan diri
dari lubang yang belum lama dibuat itu.
Gerakan Siu jin Mo Say cepat, tetapi para jago Seng-po-chung
tidak lambat, membarengi gerakan laki2 berambut kuning itu,
merekapun melakukan hal yang sama, 6 atau 7 orang telah berada
diatas wuwungan rumah, sebelum si pemakai nama Siu jin Mo Say
berhasil menerobos keluar, 7 jago Seng-po-chung itu mengirim
pukulan, membuat jaring kekuatan yang tidak terlihat, menekan
dirinya turun kebawah kembali.
Ketua Seng-po-chung tidak berpangku tangan, iapun turut
melesat, dilihat tubuh si pemakai nama Siu jin Mo Say tertahan dan
diam ditengah ruangan, ia mengirim pukulan menyerangnya.
Siu jin Mo Say tergencet oleh dua kekuatan pukulan, 7 jago
Seng-po-chung menyerang dari atas kepalanya, ketua Seng-po-
chung menyerang dari bawah kakinya. Wajahnya pucat pasis
seketika, maka ia menggeram, manambah kekuatan tenaga dan
memukul dua kali, satu keatas menahan 7 gabungan kekuatan itu,
dan satu lagi menahan pukulan ketua Seng-po-chung.
Buuum ...... Kekuatan yang kelantai segera beradu dengan
kekuatan ketua Seng-po-chung, tubuh laki2 berambut kuning itu
terdesak naik. Maka 7 jago Seng-po-chung menekan tenaga gabunqannya, bila
satu lawan satu, tak mungkin mereka memenangkan pertandingan,
tetapi gabungan ini hebat, tak perduli Siu jin Mo Say memiliki ilmu
kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang, tak mungkin ia sanggup diserang
dari atas bawah, tulang2-nya terdengar mengeluarkan suara .......
keretek ........keretek....... Tak mungkin ia bertahan beberapa lama
lagi. Ilmu kepandaian laki2 berambut kuning ini hampir menyamai
kekuatan Siu jin Mo Say tadi, rambut-nya kuning, maka ia menyebut
dirinya sebagai si Singa Kuning Siu jin Mo Say, bila ia tidak
mempunyai rencana untuk melarikan diri segera, dengan ilmu
kepandaian yang dipunyai, belum tentu mengalami kekalahan.
Tetapi ia takut sarung pedang kulit naga dirampas orang, biar
bagaimana harus diusahakan manjauhkan diri dari para mata hijau
gila pusaka itu, maksudnya malarikan diri cepat, tidak tahu langkah
ini kurang tepat, maka tubuhnya tergencet oleh dua kekuatan, naik
tidak, turunpun urung. Tangannya ingin meraih dinding menambah
kekuatan, hal ini tidak dapat, kakinya ingin berpijak lantas mencelat,
rencana inipun hanya berupa bayangan. Kekuatan ketua Seng-po-
chung Iebih kuat dari gabungan tenaga 7 orang.
Keadaan si pemakai nama Siu jin Mo Say sungguh mengenaskan,
tubuhnya terapung diudara, sebentar naik dan sebentar turun,
sadikit demi sedikit, semakin lama, daerah geraknya semakin
sempit. Manakala keadaan tidak menguntungkan bagi si laki2 berambut
pirang, orang2 Seng-po-chung telah mulai menghunus senjata
mereka, ada yang merambat naik keatas genting mencegah larinya
lawan, ada yang bertepuk sorak, dan ada juga yang siap membantu
ketuanya mengait kaki lawan itu.
Mulut To It Peng tidak dapat mengeluarkan suara, badannya
tidak dapat digerakkan, hal ini karena ditotok oleh ketua Seng-po-
chung tadi. Tetapi matanya terpentang lebar, ia dapat melihat
kejadian itu. Dilihat bagaimana tubuh Siu jin Mo Say tidak menyentuh tanah,
tetapi dapat 'terbang' lama sekali, dianggapnya hal ini menandakan
kehebatan dari ilmu kepandaian laki2 berambut kuning itu.
Beruntung mulut sidungu terkatup, bila tidak, mana mungkin ia
tinggal diam" Tentunya bertepuk tangan bersorak keras.
Sipengganti nama Siu jiu Mo Say itu, tuIang2-nya berbunyi
semakin keras, wajahnya merah kebiru-biruan, menyeringai
kesakitan, setelah tidak tahan, iapun mengeluarkan jeritan.
Baru To It Peng sadar akan pandangan matanya yang salah,
keadaan si pemakai nama Siu jin Mo Say tidak menguntungkan,
maka ia berteriak. Hal ini menyebabkan hati sipemuda bimbang,
diketahui Tay Koan berada ditangan laki2 berambut kuning itu, bila
ia mati atau menderita Iuka, kemana harus menernukan T ay Koan
anak Kat Siauw Hoan yang tidak dapat dilupakannya itu" la
diwajibkan menjaga Tay Kean hingqa umur 12 tahun, bila terjadi
sesuatu apa dengan laki2 ini, bagaimana Tay Koan tidak
menemukan sesuatu 'malapetaka'"
To It Peng ingin memperingatan akan apa yang menjadi
pikirannya, tetapi ia tidak berdaya, seratus persen tidak berdaya,
bungkam seribu bahasa. Orang Seng-po-chung mulai bertepuk tangan, suara mereka
gegap gempita, tidak lama Iagi, kemenangan tentu berada
dipihaknya. Dikala ini, masuk seorang pendek dengan kepala lebih besar dari
kepala manusia biasa, rambutnyapun kuning, umurnya telah tua,
orang inilah yang berulang kali membantu To It Peng. Dilihat
keadaan didalam ruangan itu, ia berteriak : "Aduh, sungguh ramai
sekali." Suara manusia aneh ini diucapkan saperti biasa, tetapi aneh,
suaranya dapat mengalahkan semua suara yang ada, hanya
suaranya yang terdengar jelas sekali.
Mengetahui ada orang yang datang, ketua Seng-po-chung
mengajukan pertanyaan : "Hei, siapa nama tuan yang mulia?"
Orang aneh ini menunjukkan senyumnya yang lucu, rambut
kuning dan kepala gentongnya bergoyang, ia berkata memberi
sahutan : "Aku adalah tamu yang tidak diundang, datang ke mari untuk
mengerjakan dua tugas yang dapat menyinggung nama Seng-po-
chung. Apa guna menyebut nama ?"
Sambil berkata, tangannya meraih kearah tempat dimana To It
Peng barada, maka terjadi pusaran angin yang kuat, menyedot
tubuh sipemuda. Sebenarnya saja orang aneh ini berhasil
menentengnya. Wajah ketua Seng-po-chung berubah, dengan nada tidak lancar
ia berkata: "Ilmu Bu-siang-sin-lek yang hebat. Tuan tentunya dari
golongan Buddha," Orang tua berambut kuning ini mempunyai ukuran kepa!a yang
tidak normal, mulutnya bila terbuka sangat lebar, tingkah lakunya
saperti angin-anginan, mana mungkin orang dari golongan Buddha
yang pendiam" Hanya saja ilmu Bu-siang-sin-lek itu terbatas, hanya
golongan Budha saja yang, berhasil meyakinkannya, maka ketua
Seng-po-chung mengajukan pertanyaan seperti tadi.
Orang tua aneh ini menganggukan kepala, ia berkata : "Benar.
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Telah lama aku menyucikan diri dan masuk kedalam golongan
Budha." Bila kata2 ucapannya keluar dari mulut seorang hwesio gundul
atau tosu, tentu tidak dapat dicela. Lain lagi halnya keluar dari
mulut orang tua aneh ini.
"Kau mamelihara rambut, dapatkah digolongkan kedalam
golongan Budha?" Ketua Seng-po-chung menunjukkan keragu-
raguannya. Manusia aneh ini tertawa : "Ha...., ha.... Apakah perbedaan
Budha atau bukan?" Dengan satu tangan menenteng To It Peng, ia berjalan pergi.
Lain tangannya meraih kearah sipemakai name Siu jin Mo Say.
Persamaan diantara dua orang ini adalah rambut mereka yang
pirang kuning. Perbedaannya yalah simanusia aneh teIah menolong
To It Peng berulang kali, tetapi s ipemakai nama Siu jin Mo Say ingin
menyulitkan pemuda itu. Orang yang memakai nama Siu jin Mo Say masih terapung
ditengah udara, kedatangan orang tua aneh ini yang menyebabkan
ketua Seng po-chung menarik tenaga bukan berarti kebebasan
baginya, orang2 Seng-po-chung telah menggantikan kedudukan
ketuanya, puluhan tenaga telah menyongsong si pemakai nama Siu
jin Mo Say, dan 7 tokoh kuat tetap menekan dari atas, keadaannya
tidak banyak berbeda dengan keadaan sebelum ketua Seng po-
chung lepas tangan. Orang aneh berambut kuning mengulurkan tangan, terjadi lagi
pusaran kekuatan, daya sedot memasuki tekanan tenaga2 kekuatan
orang2 Seng-po-chung, setelah itu, menarik tubuh sipemakai nama
Siu jin Mo Say. Maka dua tangan orang tua aneh berbadan pendek berambut
kuning ini telah berisi dua orang, satu T o It Peng dan lain tangan si
Siu jiu Mo Say nama tiruan. cepat sekali badannya melesat keluar
dari kepungan orang2 Seng-po-chung.
"Selamat tinggal" .... dan orang tua aneh berambut kuning ini
meninggalkan mereka. Puluhan orang berteriak-teriak, mereka tidak puas dan siap
mengejar, masakan dua tawanannya dicomot begitu saja dengan
tidak berdaya" Ketua Seng-po-chung melesat, ia mencegah : "jangan sembarang
bergerak." Badannya melesat dan berhasil berada dibelakang orang tua
aneh berambut kuning itu, orang tersebut harus menenteng dua
tubuh berat, sedangkan ketua Seng-po-chhung bebas dari segala
beban bobot berat, maka ia dapat melakukan hal itu dengan mudah.
Tangannya dipaparkan dan menekan punqgung orang tua aneh
yang ingin membawa To It Peng dan sipemakai nama Siu jin Mo
Say. Dua tangan orang yang ketua Seng-po-chung serang tidak dapat
digunakan menyambuti serangan itu, apalagi dilihat dari gelagat
seperti itu, manusia aneh berambut kuning tidak ada niatan untuk
menghindari serangan. cepat dan tepat serangan ketua Seng-po-
chung mengenai gegar atau punggung lawan, tetapi aneh, serangan
itu seperti membentur kaca yang tidak terlihat, biar bagaimana, tak
dapat meneruskan tekanannya.
Kecepatan orang tua rambut kuning itu tidak dapat dilukiskan,
bagaikan anak panah lepas dari busurnya, lewat terbang dan lenyap
tak terlihat lagi. Hal ini hanya ketua Seng-po-chung yang dapat memaklumi,
diketahui serangannya menambah kecepatan orang itu yang
memang sudah cepat, maka kecepatan ganda itu melebihi
kecepatan siapapun juga. Pedang Hu-ie lenyap dibawa oleh Kat Siauw Hoan, sarung
pedang kulit naga berada ditangan si pemakai nama Siu jin Mo Say,
dikala ketua Seng-po-chung hampir berhasil merebut sarung pedang
pusaka, tiba2 datang orang tua berambut kuning dengan kepala
berukuran besar itu, ditolong sipemakai nama Siu jin Mo Say,
dibawanya To It Peng, hal ini sungguh memalukan Seng-po-chung.
Dengan teriakan penasaran, ketua Seng-po-chung melesat, ia
mengejar. Sebentar kemudian, ia tiba dipintu gerbang depan yang
terbuat dari tembaga berat itu, dilihat 8 penjaga pintunya te!ah
menggeletak ditanah, hal ini karena ditotok oleh orang
berkepandaian tinggi, tentunya orang tua berambut kuning,
berkepala ukuran besar tadi.
la memandang kesekelilingnya, tidak terlihat ada tanda2 yang
mencurigakan. Orang tua berambut kuning, berkepala ukuran besar itu telah
lenyap dengan membawa sirambut pirang yang mengaku bernama
Siu jin Mo Say, dan sidungu To It Peng.
Manakala ketua Senq-po-chung bingung, datanglah pu!uhan
jago2 peliharaannya. Mereka turut mengejar dan tiba terlambat.
"Bagi kekuatan menjadi 4 bagian, dan pecah kekuatan ini untuk
menyusul musuh." Ketua Seng pochur.g mamberi perintah.
Kakek baju hitam Pek Tianglo, baju merah Ang Tianglo, baju
putih Hek Tianglo dan baju kuning Oey Tianglo mengepalai 4
rombongan itu, masing2 berunding sebentar, terpecah membikin
penqejaran. Ketua Seng-po-chung telah memilih beberapa orang, diajaknya
pilihan ini dan membikin pengejaran.
Kita menyusul orang tua berambut kuning, berbadan pendek,
berkepala ukuran tidak normal itu, dengan kedua tangan
menenteng To It Peng dan sipemakai nama Siu jin Mo Say
meninggalkan Seng-po-chung.
Seperti apa yang te!ah kita ketahui dibagian, depan dari cerita
ini, orang tua berambut kuning, berbadan pendek dan berkapala
ukuran gentong dengan mulut lebar ini mempunyai kesan yang baik
atas apa yang To It Peng perlihatkan, bukan satu dua kali ia
menolong si pemuda dari berbagai kesukaran. Kini ia manolongnya
lagi. Mengenai alasan ia menolong Iaki2 berambut kuning yang
menamakan dirinya Siu jin Mo Say ialah persamaan rambut mereka,
jarang sekali menemukan persamaan ini, apalagi mengingat
keadaan sipemakai nama Siu jin Mo Say yang terjepit, bila ia tidak
menolong, tentu manusia yang mengaku bernama Siu jin Mo Say ini
akan menderita Iuka parah dibawah tekanan kekuatan puluhan
orang Seng-po-chung. Mereka telah meninggalkan jauh Seng-po-chung, larinya orang
aneh ini cepat luar biasa, ia telah menotok hidup jalan darah To It
Peng, maka sipemuda ingin bicara, hanya angin yang berkesiur
terlalu cepat, sukar untuk mangajak tuan panolongnya bicara.
Akhir nya mereka tiba disebuah lembah, manusia aneh itu
meletakkan dua orang yang ditolong olehnya pada sebuah batu
besar. Tangannya bergerak cepat, diletakannya To It Peng dan laki2
berambut pirang itu, sedangkan ia sendiri duduk tenang.
Mengetahui dirinya bebas, laki2 rambut kuning yang mengaku
bernama Siu jin Mo Say itu mencelat, kedua tangannya disilangkan
dan memukul orang tua yang mempunyai warna rambut sama itu.
0rang tua ini seperti sudah dapat memperhitungkan apa yang
akan dihadapi, dengan merapatkan jari2 nya ia berhasil menangkis
sarangan. Wajah laki2 berambut kuning yang mengaku bernama Siu jin Mo
Say berubah, ia mambalikan badan dan siap melarikari diri.
Tetapi orang tua berambut-kuning mencelat terbang, dengan
kedudukan tetap bersila, ia melewati diatas kepala laki2 berambut
kuning itu, kemudian menghadang jalan larinya.
"jangan kau lari !" katanya. "Dimanakah kini anak itu berada ?"
Orang yang telah mengganti namanya menjadi Siu jin Mo Say itu
membelalakkan mata, ia berkepandaian tinggi, tetapi kini ia harus
menghadapi tokoh silat yang berkepandaian lebih tinggi darinya.
Orang tua berambut kuning mempnnyai sikap yang sabar, ia
hanya menghadang didepan orang yang mempunyai warna rambut
sama dengannya, tidak memukul atau memaki, ia hanya
meluwekkan mulutnya yang lebar, tersenyum puas. Beberapa saat,
dua orang berambut pirang itu saling pandang memandang.
Orang yang menyebut dirinya sebagai Siu jin Mo Say
menggerakkan langkahnya, terdengar suara gemeretak keras,
dipasang kedua telapak tangan dan memukul kearah orang tua
yang menghadang dijalan itu.
Orang tua berambut kuning mementilkan jarinya, maka
terdengar suara benturan keras .... Buuummm , ... Ia berhasil
mendesak mundur Iaki2 berambut kuning itu.
Wajah laki2 berambut kuning berubah semakin pucat.
"Siapakah kau ?" la bertanya dengan suara yang kurang lancar.
"Nama apa yang kau gunakan itulah namaku." Berkata orang tua
berambut kuning dengan malowakkan mulutnya yang lebar.
"Maksudmu ?" Si pemakai nama Siu jin Mo Say mangkerutkan
alisnya. "Bertanyalah kepada dirimu sendiri. Siapa kau".... Maka kau akan
mendapat jawaban tentang diriku.."
Orang yang mengaku bernama Siu jin Mo Say harus berpikir
masak-masak, hal ini suagguh membingungkan dirinya.
"Masih belum mengerti ?" Bertanya orang tua berambut kuning
itu. To It Peng menyaksikan adegan dua manusia rambut kuning
saling tanya jawab, tentu saja anak dungu kita tidak mengerti.
Tiba2 laki2 berambut kuning yang menyebut dirinya sebagai Siu
jin Mo Say itu manepuk kepala, ia tersadar, kini dengan siapa ia
berhadapan. Orang yang mempunyai rambut kuning itu dapat
dihitung dengan jari. -o0dwo0- "Kau..... kau..... adalah........" la tidak meneruskan kata2-nya,
tiba2 saja tertawa. "Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....."
"Betul" Orang tua barambut kuning itu menganggukkan kepala.
Maka jelaslah siapa dia manusia berambut kuning itu, mereka
adalah dua Siu jin Mo Say, sama2 menggunakan nama Siu jin Mo
Say, satu tidak mau mengakui nama itu karena nama tersebut
sudah busuk, satu lainnya menggunakan nama tersebut karena
kagum akan ilmu kepandaiannya yang maha tinggi. Orang tua
berambut kuning adalah Siu jin Mo Say asli dan laki2 berambut
kuning itu adalah Siu jin Mo Say palsu.
"Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....." Siu jin Mo Say palsu yang
dahulu kita sebut sebagai sipemakai nama Siu jin Mo Say karena ia
tidak mau menyebut nama aslinya dan mengganti nana itu menjadi
Siu jin Mo Say asli tertawa. "Mengapa kau malu menyebut nama
sendiri ?" Siu jin Mo Say asli, orang tua berambut pirang, berbadan pendek,
berkepala ukuran besar dan bermulut lebar itu tidak memberi
keterangan tentang mengapa ia malu menyebut namanya.
"Ilmu kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang yang kau gunakan itu
tidak sempurna, beum waktunya kau mempa memamerkan ilmu
itu." Demikian ia berkata.
"Sebaiknya kau simpan dahu!u, sebelum kau mendapatkan inti
sari, dari ilmu tersebut, jangan sekali-kali untuk mencoba, hal ini
akan mengakibatkan susutnya kekuatan tenaga murni."
"Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....." Siu jin Mo Say palsu
menge!uarkan suara tertawa mengejak. "Kau mengatakan ilmu
kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang yang kupela jari belum sempurna.
Hanya kau seorang ssjakah yang dapat menyempurnakan
"Kau tidak percaya" "
"Hm....." "Lebih baik kau menyucikan diri, jauhilah kejahatan2 dan
ketamakan, ikut denganku dan berguru kepadaku. "
"Minggir." Bentak Siu jin Mo Say palsu, "Urusan kita belum
selesai, bukan?" Tangan Siu jin Mo Say gemeretak, ia siap mengerahkan ilmu K iu-
thian-to-lie-kang yang maha dahsyat itu.
Siu jin Mo Say asli Mengqoyang goyangkan kepala berkata :
"!lmu Kiu-thian-to-lie-kang terla!u ganas. Tetapi bila ia gagal
menjatuhkan lawan. Tenaga jahat itu menyerang diri sendiri.
Maklumlah kau akan hal ini?"
"Kau kira aku mudah digertak ?" Tangan Siu jin Mo Say palsu
telah bergerak cepat memukul Siu jin Mo Say asli.
Ilmu Kiu-thian-to-lie-kang memang maha dahsyat, To It Peng
yang kena diserempet angin pukulan itu sudah jatuh terjengkang,
bergelimpangan ditanah. "Aaaaaa ......." Sin jin Mo Say asli mengeluarkan suara kaget.
"Kau akan mencalakakan dirimu sendiri."
yang dinamakan ilmu Kiu-thian-to-lie-kang ialah kekuatan
seseorang yang dilatih secara istimewa, kekuatan ini terdiri dari 9
gelombang pukulan, setiap gelombang bertambah secara berthap,
maka bilamana berada pada gelombang yang terakhir, mudah
dibayangkan betapa hebat dan dahsyat ilmu itu. Ilmu inilah yang
dibanggakan oleh Siu jin Mo Say dahulu, tidak sedikit dari para jago
rimba persilatan dijatuhkan olehnya.
Siu jin Mo Say palsu telah mengerahkan ilmu Kiu-thian-to-lie-
kang, gelombang pertama berhasilmenggulingkan To it Peng,
gelombang ini tidak berhenti disitu, langsung menyerang orang tua
berambut pirang itu. Orang tua rambut pirang adalah Siu Din Mo Say asli, dia inilah
yang pernah mengegerkan rimba persilatan, tetapi dengan jalan
yang sesat dan jahat, ia dikeroyok sehingga ia hampir binasa,
setelah itu insyaf dari segala kesalahannya, malu menggunakan
nama Siu jin Mo Say yang telah busuk itu, ia tidak mau ada yang
tahu, siapa dirinya, ia tidak mau menyebut nama aslinya, ia tidak
mau menceritakan asal usulnya. Maka untuk mau hormati
kepribadian orang selanjutnya kita tidak menyebutnya dengan kata-
kata Siu jin Mo Say Iagi, orang itu tahu betapa jahat ilmu K iu-thian-
to-lie-kang, kini laki-laki rambut pirang yang memalsukan dirinya
menyerang, apa boleh buat, iapun bertahan.
Gclombanq kesatu disusul oleh gelombang kedua setelah itu
beruntun saling susul datang gelombang2 berikutnya. Tetapi tidak
satupun yang berhasii menjatuhkan simanusia aneh kita ini.
Kejadian yang berada diluar dugaan yalah setiap gelombang itu
dilepas. Siu jin Mo Say akan mundur satu langkah, mana kala ia
selesai me lepas semua gelombang yang berjumlah 9 kekuatan itu,
mundurnya telah terjadi sehingga 9 langkah, semakin lama,
langkah2 mundur itu samakin lebar, sehingga pada langkah yang
terakhir, tubuhnya jatuh numprah ditanah dengan memuntahkan
darah segar. Siu jin Mo Say adalah lambang kejahatan dan kejahatan dan
kaganasan, laki-laki barambut pirang ini jahat dan kejam, tidak
mengenal pri-kemanusiaan, lupa budi orang mangabdikan diri pada
kejahatan. namanyapun telah dilupakan dan mengganti nama
dengan kata2 Siu jin Mo Say, maka untuk mengabulkan angan2nya,
seterusnya, kita sebutnya sebagai Siu jin Mo Say. Walaupun Siu jin
Mo Say ini palsu adanya. Siu jin Mo Say duduk terluka, tetapi lawan yang dipukul itu tetap
berada ditempat semula dengan tidak menderita sagala cidera.
"Kau terlalu cepat bergerak." Berkata manusia aneh, orang tua
berambut kuning yang telah membuang nama diahatnya Siu jin Mo
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Say. "Bila tidak,mungkin aku rela menerima serangan Kiu-thian-to-
lie-kang yang kau lontarkan dengan cepat, tentunya kau tiada akan
terluka." Luka sipemakai nama Siu jin Mo Say yang kiri telah dapat
pengesahan resmi menggunakan nama Siu jin Mo Say dan
menghilangkan embel2 'ganti nama'nya, sungguh berat. T ak dapat
ia mengeluarkan bantahan, kedua matanya dimeramkan membenarkan peredaran darah yang kacau.
Si dogol To It Peng belum tahu siapa dua manusia yang sedang
berada dihadapannya, hanya diketahui satu jahat satu baik, Siu jin
Mo Say itu jahat, sedangkan manusia aneh, orang tua berambut
pirang dengan kepala ukuran besar dan mulut besar yang telah
menolong dirinya itu baik. Orang tua ini bersedia mengorbankan
kesehatan diri sendiri, bila Siu jin Mo Say jahat tidak bergerak terlalu
cepat. Siu jin Mo Say selesa i mengalirkan peredarannya tiga putaran,
maka luka2 yang diderita berhasil diperingan, ia bangun berdiri
saraya berkata : "Ilmu kepandaianku belum dapat manandingmu,
biar lain kali saja aku meminta petunjuk-petunjuk berhargamu lagi."
la pergi. Hanya saja jalan belum terbuka, orang tua berambut
kuning yang tidak mau manggunakan nama Siu jin Mo Say itu masih
menghadang dijalan. "Tak mungkin kau dapat mernuntut balas." Berkata manusia
aneh ini. ,Aku tidak ada niatan mempersulit dirimu. Katakanlah,
dimana anak itu kau letakan" "
yang dimaksudkan dengan 'anak itu' yalah anak ketua Seng-po-
tihung dan Kat Siauw Hoan, anak yang To It Peng pernah bawa
untuk diserahkan kapada Seng-pochung.
To It Peng telah bangun berdiri.
"Betul." Berteriak sidungu. "Katakan, dimana kau simpan Tay
Koan." Tay Koan adalah nama yang To It Peng berikan kepada calon
ketua muda Seng-po-chung itu, hal ini sangat lumrah, bila T ay Koan
telah meningkat dewasa, bila sudah waktunya ketua Seng-po-chung
mengundurkan diri, tentu Tay Koan yang akan menggantikan
kedudukan ayahnya. Wajah Siu jin Mo Say masih pucat biru, tetapi ia bandal, dengan
mengeluarkan suara dari hidung, ia berkata : "Anak itu sengaja
kubawa untuk ditukar denqan pedang Hu-ie. Dan seperti apa yang
kalian maklum, pedang itu belum kudapat, ketua Seng-po-chung
tidak mau menyerahkanny? mana mungkin kuberi tahu, dimana ia
berada ?" "Tetapi, pedang Hui-ie sudah tiada didalam Seng-po-chung."
Teriak To It Peng, Suara sidungu cukup keras dan jelas.
"Dari mana kau tahu?" Bertanya Siu jin Mo Say dingin.
Manusia aneh badan pendek, kepala ukuran besar dengan mulut
lebar memandang orang yang berani menggunakan namanya itu,
tetapi ia tidak bicara. "Bagaimana kau tahu?" Tanya lagi Siu-jin Mo Say dengan masih
penasaran. "Bagaimana aku tidak tahu?" Berteriak To It Peng, Pedang Hui-ie
itu ......." Maksud sidungu yalah mengatakan behwa pedang Hui-ie telah
barada pada dirinya, tetapi segera sadar bahwa kata2 ini tidak dapat
dikeluarkan, maka ia menyetopnya ditengah jalan. Perintah Kat
Siauw Hoan yalah harus manyerahkan pedang Hui-ie kepada Tay
Koan 12 tahun kemudian, dan tentang pedang Hui-ie tidak boleh
disebut kepada siapapun juga. Apa lagi berada padanya, hal ini
tidak boleh diketahui olehnya.
Siu jin Mo Say baru tidak maenarik panjang perkara, dianggap
sidungu ingin menyimpangkan duduk persoalan itu kepada proporsi
yang salah, ia mengeluarkan suara dengusan dari hidung.
To It Peng bingung, ia berkata iagi :
"Hei, segera serahkan Tay Koan kepadaku. Ketahuilah cianpwe
ini mempunyai ilmu yang lebih tinggi darimu, bila ia mengulurkan
tangan, maka kau segera terpegang ...... itu wakktu ....... Hm ......
hm......." Orang tua aneh melowekan mulutnya yang lehar, ia tertawa.
Siu jin Mo Say termundur, wajahnya berubah, diliriknya orang
yang udah disanya tiada didalam dunia itu dengan penuh
kekhawatiran, ilmunya terlalu hebat, ia harus mundur menjauhinya.
Menyaksikan laki2 rambut pirang ini ingin pergi lagi
To It Peng berteriak "Hei, jangan kau pergi! jangan kau pergi! "
Sesuatu semboyan harus disertai dengan pelaksanaan, To It
Peng bergerak maju, tangannya dipanjangkan, siap menarik baju
orang itu. Sipemakai nama Siu jin Mo Say telah terluka, tetapi untuk
menghadapi manusia seperti To It Peng, sisa kekuatanya masih
banyak lebih, sikutnya digerakan menyambuti tangan sipemuda.
Menghadapi perlawanan ini, To It Peng gugup ..... ia
menyampingkan cakarannya dan berteriak : "Hayo katakan dimana
kini anak itu berada ?"
Sipemakai nama Siu Din Mo Say tidak mempunyai banyak
keleluasaan bergerak, lain sikutnya dikasi main, make bila To It
Peng tidak menghentikan gerakannya, dada sipemuda yang terbuka
itu yang membentur sikut sijahat.
Tidak sadar akan bahaya yang mengancam, tidak pandai, ia
menyingkirkan diri, To It Peng akan segra terluka.
Orang tua berambut pirang itu mempunyai badan pendek, tetapi
cukup gesit, ilmu kepandainyapun tinggi luar biasa, dengan satu kali
raihan tangan, ia berhasil menarik To It Peng dipegangnya erat2.
Siu jin Mo Say jahat segera melarikan diri, larinya bukan kedepan
karena orang tua aneh itu menghadang didepan jalannya, tetapi ia
membalikkan badan dan lari kebelakang.
To It Peng berteriak : "Lepaskan diriku..... Lepaskan diriku..... Aku
segera hampir menangkapnya, mengapa kau mencegah " ..........
Lihat, dia melarikan diri, bila kau tidak me lepaskan diriku,
bagaimana aku dapat menangkapnya ?"
Orang tua berambut pirang me lowekan mulutnya yang lebar,
kepala berukuran tidak norma l itu lucu sekali.
"Dapatkah kau menangkapnya?" Ditatap To It Peng dengan
pandangan mata penuh kasih sayang.
"Tentu saja. Aku adalah jago nomor satu, mana mungkin tak
dapat menangkap orang ?" To It Peng bangga kembali, teringat
bahwa dirinya adalah 'jago nomor satu'.
Orang tua aneh itu tersenyum lebar. Diketahui orang yang telah
mencaplok nama dan gelarnya itu telah terluka, tak mungkin lari
jauh, bila perlu, dengan satu kali loncatan ia dapat menangkap
kembali. Maka tidak perlu tergesa gesa.
Siu jin Mo Say gadungan itu telah me larikan diri tetapi luka yang
diderita cukup hebat, ia tidak dapat lari cepat, masih terlihat
bayangannya ditempat jauh.
"Dia telah terluka," berkata To It Peng. "Sedangkan aku adalah
jago nomor satu, mana mungkin tak dapat menangkapnya " Hayo,
segera lepaskan cekalanmu"
Orang tua aneh itu melepaskan pegangan tangan yang
mengekang To It Peng. "jago nomor satu" Siapakah yang memberi tahu hal ini
kepadamu?" la mangajukan pertanyaan.
"Seorang nenek berpakaian hitam yang menyebut dirinya sebagai
Hian-u Po-po." To It Peng memberi tahu, siapa yang menobatkan
dirinya menjadi "jago nomor satu".
"Aaaaa........" Orang tua berambut kuning ini ternganga. ?"Dia?".
Setelah itu, ia menarik napas panjang, ada sesuatu yang
mengingatkan kejadian lama, agaknya ia bersedih.
"cianpwe, kau ingin berkeluh-kesah" Berkeluh-kesahlah seorang
diri dahulu, aku ingin mengejar Siu jin Mo Say itu dahulu"
To It Peng mengayunkan langkahnya siap mengejar Iaki-laki
berambut pirang, ia tidak tahu bahwa orang tua dihadapannya inilah
yanq bernama Siu jin Mo Say asli, tanpa ganti2 nama segala.
Manusia aneh kita meraihkan tangan, sabentar ia berhasil
menarik tangan To It Peng,
"Apa guna kau mengajarnya?" Ia bertanya.
"Aku ingin mananyakan dimana anak, itu disimpan." Sidungu
memberi jawaban. "Anak siapa" Mungkin anakmu?" Tanya orang tua rambut kuning
ini, kepalanya yang besar bergoyengan.
Wajah To It Peng berubah merah.
"Hus!" la membentak. "jangan kau sembarang bicara, Tay Koan
adalah anak ketua Seng-po-cung. Lihat orang itu semakin jauh.
Bagaimana aku dapat mengejarnya lagi?"
"Anak itu adalah anak ketua Seng-po-cung. Mati hidupnya tidak
ada hubungan nya denganmu, mengapa kau harus memusingkan
kepala ?" Manusia aneh kita ini tidak mengambil pusing kerisauan
hati T o It Peng. "Ibu dari anak itu Kat Siauw Hoan adalah .........."
To It Peng- mendekap mulutnyacepat, mulut itu kadang2 terlalu
lancang. Haruskah diberi tahu bahwa karena Kat Siauw Hoan pernah tidur
ber-sama2 dengan nya satu malam sehingga menyebabkan ia
bersedia diperbudak "
"lbu dari anak itu yang bernama Kat Siauw Hoan memohon
kepadaku untuk merawat dan menjaga anaknya." To It Peng
memberi keterangan tentang mengapa ia harus mengejar orang
yang menyebut dirinya sebagsi Siu jin Mo Say, ia harus menanyakan
kepadanya, dimana Tay Koan sekarang "
Manusia aneh kita menganggukkan kepala dengan penuh arti,
dibalik alis dan bulu matanya yang berwarna kuning terlihat
sepasang mata yang bersinar terang, sinar mata ini seperti dapat
menembus hati. jantung To It Peng dibuat ber-debar2 karenanya, degupan hati
ini memukul keras sekali, ia menundukkan kepala meruntuhkan
pandangan matanya ketanah, tidak berani menantang sinar mata
yang tajam itu. Orang tua rambut kuning, berbadan pendek, kepala gentong dan
mulut lebar itu diam tenang-tenang saja.
Lama sekali kejadian seperti itu, To It Peng melirik kaarahnya,
orang tua itu cukup sabar, tak usah menakutkan dirinya. Dilirik lagi
Siu jin Mo Say jahat, bayangan laki2 rambut pirang itu telah tidak
tampak. "Nah, semakin lama dia semakin jauh. Kini sudah tak tampak.
Hayo ............ lepaskan cekalanmu." Pinta To It Peng.
"jangan takut, akan kutolong memanggilnya kembali." Berkata
orang tua aneh itu sabar.
To It Peng menyeringai, bagaimana cara pertolongan itu
diberikan kepadanya" Dilihatnya bibir orang tua pendek itu
bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu, tetapi tidak terdengar
suara. Tidak diketahui olehnya, inilah puncak ilmu bicara jarak jauh
dengan tekanan gelombang tinggi.
Memandang jauh dimana bayangan Siu jin Mo Say jahat. To It
Peng melihat sesuatu yang bergerak ......Eh ......... Itulah Siu jin Mo
Say yang balik kembali. jalannya perlahan, hal ini karena ia masih
berada didalam keadaan luka, yang aneh ialah tidak iagi ia
melarikan diri, tetapi balik kembali.
To It Peng kurang yakin kepada apa yang dilihatnya, ia
mengusap-usap matanya, dan betul apa yang dilihat, Siu jin Mo Say
itu kembali lagi. "Bagaimana, bukankah telah kupanggil kembali?" tanya orang
tua pendek dengan rambut kuning itu.
To It Peng tunduk dan takluk, maka ia berkata : "Hebat ! IImu,
kepandaianmu ini, lebih tinggi dari apa yang kumiliki."
Mereka menyaksikan bagaimana 'Siu jin Mo Say' kembali, ia
menjura dan berkata kepada orang tua :
"Aku menyerah. Untuk selanjutnya tidak berani aku memalsukan
namamu lagi. Belum puaskah dengan pernyataanku ini ?"
To It Peng mengkerutkan alisnya, didengar kata2 ucapan yang
menyatakan 'aku tidak berani memaIsukan namamu lagi', nama
apakah yang dipalsukan oleh Iaki2 rambut pirang itu "
"Heh! " Nama apakah yang dipalsukan oleh Siu jin Mo Say?" P!kir
To It Peng didalam hati. Seharusnya, manusia manapun akan dapat menduga tentang hal
itu, siapa dia manusia berambut pirang yang berada ditempat itu"
Hanya sidungu yang jalan pikirannya hanya satu itu sulit untuk
meng-ilmiah perkara-perkara rumit, sampai pecah kepalanyapun
tidak dapat ia menduga. Bergantian To It Peng memandang dua manusia berambut
pirang, satu yang menyebut dirinya bernarna Siu jin Mo Say tunduk
tak berkutik, satunya lagi yalah siorang tua pendek dengan ukuran
kepala lebih besar dari manusia biasa itu melowekan mulutnya yang
lebar, ia tersenyum-senyum saja.
"Kau telah menemukan ilmu Kiu-thian-to-lie-kang, tetapi belum
cukup latihan, setelah itu berani menyerangku. Tadi terkena
seranganmu sendiri, luka yanq kau derita tidak ringan, tahukah,
bagaimana kau harus menyembuhkannya?" Orang tua berambut
pirang memandang laki2 yang mampunyai warna rambut sama
dengannya itu. Wajah 'Siu jin Mo Say' menunjukkan rasa khawatir yang tidak
terhingga, peluh membasahi tengkuknya.
"Bila kau tidak berhasil menemukan cara yang tepat, betul kau
berhasil menghilangkan rasa sakit, tetapi bukan berarti sembuh
didalam arti sesungguhnya." Berkata lagi siorang tua pendek rambut
kuning. "Kurang lebih satu tahun kemudian, jalan2 darah dan
pembuluh darahmu pecah berantakan, darah mengalir bagaikan air
bah yang memecah bendungan, itu waktu, penderitaan yang kau
alami terlalu seram untuk dibayangkan."
Peluh dan keringat 'Siu jin Mo Say' mengetel cepat, bagaikan
tetesan air hujan yang berjatuhan dari emper rumah.
To It Peng adalah cakal bakal para manusia yang bermotto
semboyan 'kasih', tak dapat membiarkan seseorang menderita
sengsara, melihat hal itu, ia berkata : "cianpwe, beri tahukanlah
kepadanya, bagaimana ia harus manghilangkan penderitaan hebat
itu." "Tentu. Setelah ia berjanji mengabulkan tiga permintaanku." kata
orang tua pendek rambut kuning itu.
'Siu jin Mo Say' kembali denqan maksud tujuan meminta adpis,
bagaimana ia harus menyembuhkan luka 'Kiu-thian-to-lie-kang'.
Diketahui ilmu Kiu-thian-to-liekang terdiri dari sembilan gelombang,
setiap tingkat kian menghebat, maka sehingqa gelombang yang
terakhir, semakin sulit mempertahankannya. Kini senjata makan
tuan, dengan ilmu yang dipunyainya ia menyebabkan dirinya
menderita. Setiap hari, luka yang diderita akan menghebat, maka 9
hari kemudian, dikala luka itu menjalar keseluruh tubuh, seharusnya
tidak ada tabib yang dapat memberi pertolongan.
Belum lama, ia telah mengerahkan ilmu Kui-thian-to-lie-kang,
bukan musuh yang dilukai, tetapi diri sendiri yang akan mengalami
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siksaan badan, belum lama ia telah Iari menjauhkan diri, tetapi
dengan tekanan suara-gelombang tekanan tinggi Siu jin Mo Say asli
telah memanggilnya kembali, dikatakan ia akan memberi petunjuk2
bagaimana harus menghilangkan penderitaan badan itu, maka
dengan menebalkan muka, memberanikan diri, ia balik kembali.
To It Peng telah memberi jalan, segera berkata : "Tiga
permintaan apakah itu?"
Orang tua pendek dengan kepala gentong itu cukup sabar, ia
berkata dan menyebut tiga syaratnya:
"Dengarlah baik2. Syarat yang pertama ialah tidak diperbolehkan
kau mengganas, kau hanya boleh menetap didaerah See-gak dan
baik2 menjaga keempat muridmu itu. "
"Syarat ini dapat kuterima." Setelah berpikir sebentar, 'Siu jin Mo
Say memberi jawaban. "Permintaanku yang kedua ialah katakan dimana anak itu berada
?" "Ditangan muridku. "
"Lekas panggil mereka dan serahkan anak itu kebangunan Seng-
po-chung." 'Siu jin Mo Say' mengkerutkan alisnya.
"Permintaanmu ini bararti kau telah menghilangkan kesempatanku untuk memiliki pedang Hui-ie." la masih mengharapkan pedang pusaka itu.
"Ha, ha ......" Siu jin Mo Say tua yang telah bertobat tertawa.
"bukan saja kehilangan kesempatan untuk memiliki pedang Hui-ie,
sampaipun sarung pedang kulit naga yang berada padamu itu akan
kuminta." 'Siu jin Mo Say' termundur, ia berteriak : "Tidak! Dengan mati2an
aku mempartahankan nya, maka hampir2 nyawaku tertinggal di
Seng-po-chung tergencet oleh tekanan kekuatan puluhan jago2nya.
Hal ini untuk memiliki pedang Hui-ie dan mempertahankan sarung
pedang kulit naga. Tak mungkin dapat kuserahkan kepadamu. "
"Baik. Kau tidak mau menyerahkan kepadaku. Tetapi pikirlah
masak2, dengan keadaanmu seperti sekarang ini, mungkinkah dapat
mempertahankan lagi" Bila aku bergerak, kemana kau melarikan diri
?" Wajah 'Siu jin Mo Say' semakin pucat, keringat mengucur
semakin banyak, sugguh ia tidak berdaya.
"Aku tidak mau merampas benda itu dari tanganmu." Berkata lagi
Siu jin Mo Say tua. "Ilmu Kiu-thian-to-lie kang yang kau kerahkan
tadi telah ada pada tingkat kesembilan, maka hanya memerlukan
waktu lima hari, kujamin kau jatuh menggeletak ditanah tidak dapat
bergerak" Badan'Siu jin Mo Say' menggigil dingin.
"Pada waktu- itu, dengan mudah, seseorang yang tidak
berkepandaian silatpun dapat mengambil sarung pedang kulit naga
itu dari tanganmu." Berkata lagi orang tua berbadan pendek itu,
Tiba2 laki2 berambut kuning itupun berteriak, tangannya meraih
sarung pedang kulit naga yang segera dilempar kehadapan orang
tua aneh. Siorang tua memanjangkan tangannya, maka sarung pedang
kulit naga tidak jatuh ketanah, tetapi pindah kedalamtangannya.
Setelah melemparkan sarung pedang kuht naga, 'Siu jin Mo Say'
mengambil sesuatu dari dalam saku bajunya, dilempar keudara
bebas, maka.... sssiiiuuuttt ............. sesuatu benda bercahaya
merah pecah diudara, bertaburan dan lama sinar itu memancar
diudara. Tidak berapa lama, terlihat 4 bayangan berlari mendatang,
mereka melihat tanda panggilan dan datang segera.
To It Peng bermata tajam, segera ia melihat kedatangan mereka,
itulah 4 Manusia Wajah Tak Berkulit, Hantu Wanita, Patung Arca
dan dua baju putih 4 bayangan itu telah tiba sagera, pada tauaan si Hantu Wanita
tergendong seorang anak, itulah Tay Koan yang dicari,
To It Peng segera menyongsong kedatangannya, mengulurkan
dua tangan kedepan berkata : "Lekas ..... Lekas serahkan anak itu
kepadaku." ---oo0oo--- BAGIAN 15 BAGAIKAN TIKUS MENEMUKAN KUCING, JAGO NOMOR
SATU DARI DAERAH LIAUW-TONG TENG SAM TAK BERANI
MENEMUI NENEK HlTAM HlAN-U PO-PO
TERNYATA 4 Wajah Tak Berkulit adalah 4 murid Siu jin Mo Say
gadungan, mengatahui guru mereka melepaskan tanda panggilan,
mereka datang segera. Murid tertua yalah wanita rambut panjang, si Hantu Wanita,
demikian To It Peng menamakannya, dan putra ketua Seng-po-
chung berada pada tangannya.
Mengetahui anak itu diminta, Hantu Wanita memutar putarkan
matanya yang bergantungan seperti lampu setan itu, dari sela2
rambut yang terurai masih jelas terlihat wajahnya yang
menakutkan. "Serahkan kepadanya!" Sang guru memberi perintah.
Perintah ini berada diluar dugaan Hantu Wanita, tetapi ia tidak
membantah, diserahkan Tay Koan kepada To It Peng.
Agaknya Tay Koan masih mengenali sidungu, ia lari dan
merangkul leher T o It Peng dengan mesra.
Putra Kat Siauw Hoan tehah berada didalam pelukannya, maka
To It Peng lupa akan segala penderitaan ia harus membawa anak ini
ke Seng-Po-chung dan menyerahkan kepada ayahnya, sete!ah itu ia
mengawaninya hingga 12 tahun.
Dengan membawa Tay Koan, To It Peng berjalan perqi. Boleh
dikata, ia telah lupa daratan, Iupa akan keadaan sekelilingnya, lupa
orang tua berambut kuning yang telah berulang kali menolongnya,
lupa Siu jin MO Say dan lupa 4 Wajah Tak Berkulit, ditinggalkannya
mereka itu semua. To It Peng menuju kearah Seng-po-chung.
Berjalan beberapa waktu, keadaan sipemuda mulai dingin, ia
segera teringat bahwa beberapa orang telah ditinggalkan begitu
saja, diantaranya termasuk orang tua pendek berambut kuning yang
baik hati. la menolah kebelakang dan . . . . Eh . . . . orang tua pendek
berambut kuning, berkepala gentong dengan mulut lebar itu masih
berada dibe!akangnya, ia tertawa-tawa menyaksikan kekagetan
sipemuda. Tidak terlihat Siu jin MO Say dan keempat muridnya yang
tidak mempunyai kulit pada wajahnya itu.
"Hanya kau seorang diri ?" T o It Peng mengajukan pertanyaan.
"Begitu menemukan anak itu, kau segera menggendongnya dan
pergi, meninggalkan kawan dan lawan. Setelah pu!uhan lie, baru
kau teringat dan membalik-kan kapala. Mungkinkah kau menyuruh
mereka mengikuti jejakmu, mengintil dibelakangmu?" Demikian
orang tua berambut kuning itu berkata.
"Oooooo . . . . Aku telah berja!an puluhan lie?"
To It Peng garuk2 kepala. "Dan mengapa kau turut dibelakangku
?" "Tentu ada urusan denganmu. Aku ingin meminta sesuatu
darimu." To It Peng kaget, dipeluknya Tay Koan karas-keras, takut kalau-
kalau orang tua berambut kuning itu merebut dari tangannya.
"Apakah yang kau mau?" Tanyanya gemetar. "Bila kau ingin
merebut anak ini dari tanganku, aku akan mengadu jiwa, tahu"
"Mengadu jiwa?" Orang tua itu tertawa. "jiwa mana yang ingin
kau adu ?" To It Peng mamandang penuh kesiap siagaan.
"Nah, kau lihat !" kata orang tua pendek itu. jarinya ditudingkan,
maka tangan To It Peng kaku.
Tay Koan lepas dari pelukannya dan terbang.
To It Peng lompat maju, ia menubruk tubuh Tay Koan, takut
jatuh atau terluka. Tetapi orang tua berambut kuning itu lebih gesit darinya, disaat
To It Peng menubruk, Tay Koan telah berada didalam rangkulannya.
"Bagaimana kau dapat mengadu jiwa?" orang tua pendek itu
tertawa. To It Peng membentak, dan iapun mengejar, siap merebut
kembali anak Kat Siauw Hoan.
Orang tua pendek dengan rambut pirang itu ada niatan
mempermainkan sipemuda, tubuhnya melesat, dan dengan
membawa Tay Koan, ia melarikan diri.
To It Peng membikin pengejaran. Sayang! Ilmu ke pandaiannya
sungguh minim sekali, betapa kuatpun ia mengejar, mana mungkin
dapat mengejar tokoh kenamaan jaman dahulu kala"
Bila mau, orang tua itu dapat meninggalkan To It Peng. Tetapi
hal ini tidak dilakukan, ia menunggu sipemuda, manaka!a hampir
tercapai, baru ia melesat, dipertahankannya jarak2 yang tertentu.
Napas To It Peng memburu keras, beberapa kali ia jatuh banqun,
tapi tekatnya membuat, walau kebulan Tay Koan dibawa, tetap akan
dikejar juga olehnya. Orang tua pendek, dengan rambut kuning itu marasa kasihan, ia
manghentikan kakinya dan bertanya : "Bagaimana ?"
"Serahkan anak itu !" T o It Peng berteriak. "Baik." Dan Tay Koan
diserahkan keptida sipemuda.
"Bila aku ada niatan merebut anak itu, dapatkah kau mengadu
jiwa ?" To It Peng tidak mengerti s ikap orang tua ini, ia menggoyangkan
kepala dan ber-kata2 : "janganlah kau merebutnya lagi."
"Tentu saja. hubunganmu dengan ibunya baik sakali. Aku tidak
mau merebut darimu. Maksudku hanya meminta sesuatu darimu."
Kata2 'Hubunganmu dengan ibunya baik sekali' itu sangat
mengejutkan To It Peng, hampir2 ia jatuh ditanah.
"Kau ....... kau mau meminta sesuatu ?"Tanyanya.
"Apakah yang kau ingini itu ?"
"Pedang pusaka yang diberi nama pedang Hu-ie itu
Suara siorang tua berambut kuning tidak terlalu keras, tetapi
masuk kedalam telinga sipemuda keras dan berdengung-dengung.
Ia terlompat berkata : "jangan . . . . jangan...... Aku tidak mau
menyerahkan pedang itu...... Aku.... Aku.... tidak mermpunyai
pedang Hu-ie. " To It Peng menyebut jangan beberapa kali, dipeluknya Tay Koan
erat2, takut jatuh atau direbutnya lagi.
Orang tua pendek dengan rambut kuning itu tidak mendesak, ia
menggoyangkan kepalanya yang sebesar gentong itu berkata :
"Lebih baik kau s impan pedang itu didalam tanganku. Bila tidak.......
Tahukah bahaya yang mengancam kalian " "
Didalam kamus perbendaharaan benak sipemuda tidak ada kata2
yang menerangkan apa itu artinya 'ancaman bahaya', ia tidak
mengenal takut, yang penting yalah menjaga Tay Koan hingga
berumur 12 tahun, setelah itu menyerahkan pedang Hu ie kepada
anak tersebut. Inilah pesan dari ibunya.
"Serahkan pedang itu kepadaku," kata orang tua berambut
pirang itu. Tidak sedikit kutahu tentang keadaanmu. Bia saja kau
tidak mau menyerahkan, dan kukatakan tentang keadaanmu itu
......" "jangan...... jangan......To It Peng berteriak "jangan kau katakan
kepada siapapun juga."
"Kau bersedia menyerahkan pedang Hu-ie" "
"Kulihat kau tidak jahat kepadaku, seharusnya kuserahkan
pedang itu kepadamu, hanya saja benda pusaka itu bukan barang
milikku, tetapi pesan seseorang untuk dihadiahkan kepada
anaknya." Orang tua itu mengkerutkan alisnya yang berwarna kuning, ia
berkata : "Sungguh Kau juyur! Baik! Akan kuberi sedikit keterangan,
tahukan betapa bahaya kau membawa-bawa pedang pusaka ?"
"Tokh tidak ada yang tahu, Bahaya apa yang mengancam?"
"Kau harus menunggu sehingga anak dewasa dan menyerahkan
pedang Hu ie kepadanya bukan ?"
"Betul." "Berapa Iama, waktu itu kau butuhkan ?"
"12 thun." "Nah, itulah ! Waktu itu terlalu panjang. Bila sampai terjadi
sesuatu, dapatkah kau mempertahankan pedang itu hingga tidak
direbut orang?" "Kukira .... " To It Peng tidak dapat menjamin tentang hal
tersebut. "Lebih baik kau serahkan kepadaku. Biar aku yang tolong
menyimpannya. Aku hanya ingin pinjam untuk sementara."
"Betul ?" To It Peng ragu2.
"Percayalah kepadaku. Aku bukan hidup ditahun 1968, dimana
banyak kawan yang memakan kawan, banyak penipu berkeliaran,
banyak bajingan dengan seribu janji2 muluk yang tidak akan
ditepati." Sipemuda mengeluarkan pedang Hu-ie didalam keadaan seperti
itu, mana mungkin ia tidak menyerahkannya, orang tua aneh
dengan kepala berukuran tidak normal ini dapat merebut pedang
pusaka dari tangannya, tetapi ia tidak melakukan hal itu, suatu
tanda betapa jujur sifat kepribadiannya, betapa baik hatinya.
"Bilakah kau akan mengembalikan pedang ini ?" To It Peng tidak
segera menyerahkan. "Setelah anak itu dewasa" kata orang tua berambut kuning itu."
jari tangannya dipentilkan, maka . . . . ser.... menyerang pedang
yang masih berada ditangan orang. Terdengar suara.... teng.....
pedang Hu-ie terpental dan lepas dari tangan To It Peng, naik
keatas tinggi, berputar dan menukik turun, arah tujuannya yalah
dimana ia berada. cepat luat biasa, sarung pedang kulit naga dikeluarkan dan
terpasang untuk menyanggah datangnya pedang. Dan slep, pedang
masuk kedalam warangkanya.
Manakala To It Peng mengeluarkan pedang Hu-ie, keadaan
cahaya terang karena pantulan sinar pedang pusaka itu, setelah
masuk kedalam sarung pedang kulit naga, cahaya itupun lenyap
tanpa bekas. Dengan menenteng pedang Hu-ie dengan telah bersarung
tempat pedang kulit naga, orang tua pendek dengan ukuran kepala
Pendekar Remaja 4 Pendekar Pulau Neraka 09 Menembus Lorong Maut Hamukti Palapa 1
cepat. Pada wajah Kat Siauw Hoan yang kurus pucat itu tampak rasa
girang. "Aku tahu, kau pasti dapat meluluskannya." Wanita muda itu
berkata. "Katakanlah. Apa permintaanmu itu"
"Tolong kau tutup pintu." Kat Siauw Hoan meminta.
Sigadis kecil telah pergi entah kemana, To It Pang menutup
pintu. Maka didalam kanar tarsebut hanya tinggal dirinya dengan
Kat Siauw Hoan berdua, ia menghampiri pambaringan dan
memandang tajam. "Duduklah disisiku." Kata Siauw Hoan meminta "Banyak sekali
kata2 yang ingin kusampaikan kepadamu."
To It Peng ragu2, hatinya memukul kembali, luar biasa kerasnya,
berdebar-debar dan hampir ia tak tahan godaan.
Kat Siauw Hoan menarik napas "Kau tidak ingin menggembirakanku?" ia bertanya lemah.
To It Pang belum berani bergerak.
"Mungkin karena aku sakit, maka wajahku manjayi menakutkanmu, bukan ?" tanya wanita muda yang sangat cantik
itu. "Kau tidak mau dekat denganku?"
To It Peng menggoyangkan kepala barkata : "Bukan, kau
cantik,.....Kau masih tetap menarik."
"Mengapa kau tidak bersedia duduk disisiku?"
To It Peng duduk dipambaringan Kat Siauw Hoan.
"To tayhiap kau saorang baik. Tetapi aku wanita jahat, wanita
busuk yang telah melarikan diri dari suamiku."Kat Siauov Hoan
berkeluh kesah. Tentunya kau mammdang rendah padaku bukan?"
"Siapa yang memandang rendah?" To It Peng membantah.
"Kau tahu. Aku adalah isteri pelarian Seng-po-khung."
"ya. Tetapi aku tidak memandang rendah dirimu. Kau melarikan
diri dari Seng-po-khung, tentunya ketua Seng-po-khung yang
bangsat." "Ketua Sang-po-khung bukannya seorang bangsat." kata Kat
Siauw Hoan lemah. la memandang api lilin yang memain, kadang2
bersinar terang, kadang2 suram. Suatu perbandingan dengan hidup
dirinya. "Kau......" To It Peng memandang wajah wanita itu, ia heran.
"Aku menyesal atas seqala apa yang telah kulakukan. Sayang
telah terlambat." kata Kat Siauw Hoan. "Eh, betulkah kau bersedia
membantuku?" "Tentu." To It Pang hampir berteriak. "Mengapa tidak meu
membantuku" Aku bersumpah, bila aku, To It Peng tidak berniat
membantumu, maka....."
,.Sudahlah. Aku tidak membutuhkan sumpahmu. Tenteng anakku
itu ........ jinakkah ia kepadamu ?"
"la baik sekali." kata To It Peng. "Menurut dan menyenangkan."
"Setelah; kau antar ke Seng-po-khung, tentunya merasa sepi
bukan?" "Aku....." Seharusnya T o It Peng ingin menceritakan bahwa anak
itu belum tentu berada di Seng-po-khung, tetapi ia batal memberi
tahu. Berat rasanya untuk bercerita tentang hal ini.
Kat Siauw Hoan tak tahu apa yang sipemuda pikirkan; ia
meneruskan kata2nya : "Permintaanku yalah agar kau dapat
menyusul dan mengawaninya di Seng-po-khung." "Aku ke Sang-po-
khung" Apa kerjaku disana?"
"Kau telah memulangkan anak itu kepada ayahnya, sang
anakpun berkesan baik kapadamu .... Ketua Seng-po-khung
tentunya berterima kasih. Bila kau mengajukan permintaan untuk
menetap di Seng-po-khung, tentunya ia tidak keberatan. Maka kau
dapat melihat bagaimana ia dibesarkan."
To It Peng belum mengerti, apa guna ia diminta untuk melihat
seorang anak dibesarkan! "jangan kau tinggalkan anak itu." kata Kat Siauw Hoan. "Kau
kutunjuk sebagai wali anak itu. T olong tilik dirinya. Bila tiba saatnya
ia berumur 20 tahun. Serahkanlah pedang ini kepadanya."
Dari balik pembaringan, Kat Siauw Hoan mengeluarkan sebuah
pedang. Itulah pedang Hu-ie yang pernah dilihat To It Peng, pada
saat Liok T ianglo mengejar Kat Siauw Hoan dulu.
To It Peng menyambuti pedang Hu-ie yang diserahkan
kepadanya. "To tayhiap....." kata Kata Siauw Hoan. "Pedang Hu-ie ini berhasil
kudapat dari pertaruhan jiwa. Baik2lah kau menyimpannya. jangan
kau perlihatkan kapada siapapun. Maka setelah anakku berumur
genap 20 tahun, berikanlah kepadanya dan katakan bahwa hadiah
peninggalan ibunya yalah hanya berupa pedang Hu-ie ini....."
Air mata Kat Siauw Hoan telah bercucuran, maka kata2-nya
dikeluarkan dengan kurang lancar.
"Eh, jangan kau menangis." To It Peng menghibur. "janganlah
kau manangis." "To tayhiap, hanya ini permintaanku kepadamu." Kat Siauw Hoan
menyusut air matanya. Ia sangat sedih bila memikirkan tak dapat
berkumpul dengan anaknya yang tercinta. "Tak dapat kumemberi
sesuatu kepadamu. Kuharapkan saja dilain dunia, kita dapat
berkumpul kembali. Maka aku akan menyerahkan diri kepadamu."
To It Peng menyusut keringat yang membasahi dirinya, melihat
keadaan itu, ia kurang mangerti.
"Eh, mungkinkah kau sudah tiada harapan hidup lagi ?" la
menduga bahwa wanita muda itu sudah hampir mendekati ajalnya.
"Mati yang kau maksudkan?" Kat Siauw Hoan tertawa sedih.
"Kurasa belum waktunya."
"Mengapa kau membayangkan kehidupan dilain dunia?"
Berkata To It Ping. "Mengapa.., kau .., mengatakan bersedia
menyerahkan diri kepadaku?"
Daging2 To It Peng berkerinyut.
"Terlambat, kata Kat Siauw Hoan. "Saudara terlambat"
"Masih belum terlambat. Mengapa kau tidak bersedia
menyerahkan diri kepedaku dimasa in! ?" Hati To It Peng memukul
keras. la memberanikan diri mengucapkan kata2 ini. Disaat selesai
ia bicara, iapun menyesal.
Wajah Kat Siauw Hoan yang kurus pucat bersemu dadu, semakin
terlihat kecantikannya. "Aku sudah tidak pantas menyerahkan diri." Katanya. "Tetapi bila
kau mau, akupun bersedia....." "
Perlahan sekali kata2 Kat Siauw Hoan. Inipun sudah cukup
manggiranqkan To It Peng, darahnya bergelora cepat, panas
membara, bagaikan menungqang awan yang melayang-layang,
bagaikan menaiki kuda yang beringasan, ia memeluk tubuh Kat
Siauw Hoan. Wanita muda itu tidak berusaha melepaskan diri, seperti apa
yang telah dikatakan, ia membiarkan sipemuda malakukan apa yang
dikehendakinya. Bagi To It Peng, malam itu penuh kenangan, kenanan mesra
yanq tak dapat dilupakan untuk seumur hidupnya.
Diantara sadar dan tidak, To It Peng telah melakukan sesuatu.
Setelah mana ia lelah dan tidur disamping Kat Siauw Hoan. Mereka
tidur disebuah pembaringan.
Malampun berlalu Pada hari berikutnya, To It Peng terbangun setelah Matahari
bercahaya terang. la telah kehilangan Kat Siauw Hoan. Hanya
dirinya seoranq yang tidur ditempat itu.
cepat To It Peng bangun, ia memeriksa seluruh isi rumah, tak
terlihat tanda2 akan adanya wanita yang teah menyerahkan diri itu.
la berjalan keluar, juga tidak terlihat sesuatu yang dapat
mengembalikan kenangan lamanya. Kat Siauw Hoan telah pergi
meninggalkannya, termasuk sigadis kecil yang membawa ia
ketempat ini. Bagaikan berada dialam impian, To It Peng mengenang kajadian
semalam, kejadian yang penuh kenangan, kejadian yang tak dapat
dilupakan untuk seumur hidupnya.
Diketahui hal ini bukan khayalan, pedang pusaka Hu-ie masih
berada padanya. Dibungkusnya pedang ini dan lari turun tebing.
Dengan harapan dapat menyusul Kat Siauw Hoan yang telah
meninggalkan dirinya. Beberapa kali hampir ia terperosok jatuh. Belum juga ia berhasil
menyusul. ---oo0oo--- BAGIAN 12 SIU JIN MO SAY YANG MENGGEGERKAN RIMBA PERSILATAN
DICERITAKAN Kat Siauw Hoan meninggalkan pesan kepada To It
Peng, dan setelah itu, dengan tidak pamit lagi, wanita muda
tersebut meninggalkannya.
To It Peng tidak berhasil mengejarnya. Berkesan didalam alam
pikirannya, apa yang harus dilakukan. la harus membawa pedang
Hu-ie, tinggal menetap di Seng-po-chung menunggu besarnya
sianak, anak ketua Seng-po-chung dan Kat Siauw Hoan.
Waktu yang diperlukan yalah 12 tahun! itu, tak mungkin ada
seseorang yang pernah menyediakan dirinya bekerja selama itu, ....
12 tahun ...... waktu yang tidak dapat dikatakan pendek bagi umur
seseorang. To It Peng telah mandapat 'sesuatu' dari Kat Siauw Hoan, budi ini
mengeram kuat didalam benaknya, ia tidak dapat melupakan, rela
mengabdikan diri secara percuma sehingga 12 tahun.
Ia mangambil putusan tetap, menuju ke Seng-po-chung!
Belum pernah To It Peng kekampung Seng-po-chung ia memilih
arah tujuan dengan pikiran, berjalan maju, tentu akan tiba.
Baberapa hari kemudian, tak seorangpun yang di jumpai, ia tidak
dapat meminta petunjuk, tetapi ia maju terus pantang mundur.
Hari ini, matahari telah condong kearah Barat, To It peng
berjalan dangan bergegas, ia harus menuju ke Seng-po-chung,
dimana ia harus mengawani ketua muda Seng-po-chung anak Kat
Siauw Hoan sehingga dewasa.
Jauh didepannya tampak sebuah pohon, seseorang duduk
dibawah pohon itu. To It Peng girang, kini ia dapat menemukan orang yang dapat
ditanyai dimana letak desa Seng-po chung. la lari dan menghampiri
orang tadi. Satelah dekat, To It Peng mengeluarkaen jeritan tertahan........
Aaaaaeaaaaaaaaa........ Ternyata orang yang duduk bersender
dipohon itu sudah tiada bernapas, bukan itu saja, darah masih
mengalir dari dadanya, dimana tertancap pedanq yang menembus
tubuh sang korban. Kepala orang itu tunduk kebawah, Iemah lunglai. To It Peng
ingin melihat wajah orang itu, ia mendekati dan mangangkatnya.
Aaaaaaa ................ Lagi2 To It Peng mengeluarkan suara jeritan, ternyata kulit wajah
orang itu telah lepas dari tempatnya, dibeset orang sehingga
mengelotok terkelupas tak karuan macam dan tak sedap dipandang.
Kejadian lama terbayang kembali, 4 Wajah Tak Berkulit dua
orang Baju Putih, si Hantu Wanita dan si Patung Arca berempat itu
suka membeset wajah kulit orang, hal ini diduga semacam balas
dendam atas wajah2 mereka yang telah tidak berkulit itu. Merekalah
yang sering malakukan perbuatan terkutuk itu, jago2 Ban-kee-
chung banyak yang telah menjadi korban. Mungkinkah 4 orang ini
yang mengganas di sini"
To It Peng memperhatikan wajah yang telah dibeset itu, samar2
ia seperti mangenal wajah dibalik kekejaman itu, ....ooooo.... la
ingat, orang ini adalah salah satu kawan Liok Tianglo, kakek tua
berpakaian hijau, salah satu dari tianglo2 dari Seng po-chung.
"Lok Tienglo ...... Liok Tianglo..... To It Peng membuka suara me-
mangil2!, ia menduga bahwa kakek berpakaian hijau itu berada
ditempat yang tidak jauh dari kejadian.
Tidak ala jawaban! To It Peng membikin pemeriksaan, maju tidak jauh, lagi2 ada
orang yang menjadi korban dengan wajah kulitnya dibeset, orang ini
pun tidak bernyawa. Berturut-turut, To It Peng menemukan korban2 yang sama,
wajah mereka tak karuan macamnya, ha! itu karena kulit wajah
orang2 tersebut telah dibeset orang lain.
"Liok Tianglo ...... Liok Tianglo...... To It Peng memanggil-
manggil. Kakek itulah yang telah merebut anak Kat Siauw Hoan dari
tangannya. Tidak terlalu sukar untuk menemukan Liok Tianglo, seperti apa
yang To It Peng duga, karena 3 komplotannya teleh binasa, Liok
Tianglo tidak luput dari pen deritaan jasmaniah, terlihat sasosok
tubuh yang meringkal disemak-semak pohon.
"To tayhiapkah yanq datang ?" tanya orang itu lemah.
To It Peng menghampiri, orang itu adalah Liok Tianglo, ia belum
mati, tetapi dilihat dari keadaan, ajalnya sudah tidak lama lagi.
"Liok Tianglo ?" To It Peng memanggil.
"Betul." Orang itu memberi kepastian.
To It Peng memandang kesekitar tempat dimana Liok Tianglo
hampir menqhembuskan napasnya yang penghabisan, tak terlihat
anak Kat Siauw Hoan yang diharapkan. Badan Liok Tianglo
meringkal seperti gumpalan daging.
"Liok Tianglo, dimanakah anak yang kau rebut dari tanganku?"
tanya To It Peng segera. "Di manakah anak yang kau rebut itu"
Telah kau sampaikan ke Seng-po-chung ?"
Liok T ianglo merintih sakit, ia berkata terputus-putus : "Anak .....
Anak itu direbut orang......"
"Direbut orang " Siapakah yang merebutnya ?" To It Peng
bingung. "Siu jin.... Mo.... Say......"
Sampai dlsini, tamatlah riwayat hidupnya seorang yang jahat,
Liok Tianglo menghembuskan napasnya yang terakhir setelah
menderita siksaan yang cukup hebat juga setelah menderita sakit
yang lama. To It Peng memperhatikan mayat Liok Tianglo, tidak seperti tiga
kawannya, kulit wajah Liok T ianglo tidak dibeset, masih utuh seperti
biasa, kematiannya yalah karena pukulan tenaga dalam, seluruh
tubuhnyapun penuh noda darah, tidak sedikit luka yang diderita
olehnya. Ucapan Liok Tianglo yang terakhir menarik perhatian sipemuda,
diketahui s i Singa Kuning Siu jin Mo Say adalah guru 4 Wajah Tidak
Berkulit yang dikatakan telah mati lama, mengapa masih disebut-
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebut saja" Yang penting yalah anak Kat Siauw Hoan, ia harus menjaga
sehingga dewasa, tetapi anak itu telah Ienyap, kemanakah ia harus
cari" To It Peng mamandang jenasah Liok Tianglo dengan bimbang,
kakek berbaju hijau inilah yang menjadi biang keladinya, bila bukan
dia yang merebut anak itu, tentu telah barada di Seng-po-chung.
Beberapa bayangan melayang datang, mereka segera mengurung To It Peng dan mayat Liok T ianglo.
Jumlah mereka 4 orang, terdiri dari kakek2 yang sudah tua,
dengan warna pakaian hitam, kuning, merah dan putih. Inilah jago2
Seng-po-chung. Hek Tianglo dan Pek T ianglo.
Mengetahui bahwa 4 kakek yang mengurungnya dari Kampung
Seng-po-chung, hati T o It Peng tidak merasa kewatir.
"Eh!, mengapa Liok Tianglo berada disini?" Kakek barpakaian
warna hitam Hek Tianglo berseru kaget.
Tiga kakek lainnyapun dapat mengenali Liok Tianglo dengan
warna pakaiannya yang khas hijau.
"Betul, ia binasa." Kakek pakaian putih Pek T ianglo berkata.
"Siapa suruh ia mempunyai niatan jahat?" kata Ang Tianglo.
"Siapakah yang membunuhnya ?" tanya Oey Tianglo.
"la melarikan ketua muda kita, maka sudah selayaknya menerima
pembalasan ini." kata Ang Tianglo gemes.
Samar2, To It Peng mengerti akan duduk perkara. Pada
sebelumnya, ia menduga hahwa Liok Tianglo merebut anak Kat
Siauw Hoan untuk diserahkan kepada ketua Seng-po-chung dengan
mendapat pahala besar. Ternyata dugaan ini salah, Liok Tianglo
malarikan anak Kat Siauw Hoan dengan maksud tertentu, tetapi
ditengah jalan menemukan musuh kuat, dan musuh itu merebut
anak ketua Seng-po-chung dan Kat Siauw Hoan
"Ternyata Liok Tianglo mampunyai niatan jahat." To It Peng ikut
bicara. 4 kakek dengan pakaian 4 warna memandang sipemuda.
"Dimanakah ketua muda kami kini berada?" tanya Ang Tianglo
dan Pek Tianglo hampir berbareng.
"Menurut keterangan Liok Tianglo, ketua muda kalian itu telah
direbut orang" T o It Peng memberi keterangan.
"Siapa yang telah merebutnya?" tanya kakek pakaian hitam Hek
Tianglo. "Dikatakan orang itu seperti Siu jin Mo Say."
Wajah 4 kakek berubah, mereka saling pandang memanda,ng
sebentar, dan tiga diantaranya menggeleng-gelengkan kepala.
"Hm...." kakek pakaian merah Ang Tianglo mengeluarkan suara
dari hidung. "la ingin menyesatkan kita."
Manakala To It Peng bingung dengan kata-kata tadi, kakek
pakaian putih Pek Tianglo menggerakkan tangannya, cepat sekali
tangan ini telah mengancam dada To It Peng.
"Hei! ......" To It Peng berteriak kaget.
Kakek pakaian kuning Oey Tianglo bergerak, ia menahan
serangan Pek Tianglo dan berkata : "Tahan. Biar kita minta
keterangan sejelasnya dahulu."
Pek Tianglo menarik serangannya, tidak urung kebutan itu telah
menyebabkan To It Peng terjengkang jatuh.
Pek Tianglo tahu jelas behwa si Singa Kuning Siu jin Mo Say telah
tiada didalam dunia, tetapi dikatakan tokoh inilah yang merebut
anak ketuanya dari tangan Liok Tianglo, dikira s ipemuda ada niatan
untuk menyesatkan mereka kejalan yang salah, mungkin
menjerumuskan mereka kejalan jauh sehingga tidak berhasil
menemukan ketua muda yang masih kecil itu, ia marah sekali, tadi
ada niatan untuk memukul sipemuda, beruntung Pek Tianglo
mencegah, bila tidak, entah apa yang tarjadi, tentu T o It Peng Iuka
parah, mungkin juga binasa, karena si dungu tiada berkepandaian.
Tetapi in tldak berhenti sampai disitu, disaat To It Peng jatuh,
tangan Pek Tianglo telah mencengkeram, begaikan seekor burung
alap2 yang menenteng anak ayam, ia menjinjing sipemuda tinggi2.
"Bila berani kau bergerak, pukulanku akan segera manamatkan
riwayat mu." Pek Tianglo memberi ancaman.
"Siapa yang menyuruhmu menipu kami?" Kakek pakaian merah
Ang Tianglo turut membentak.
"Aku tidak menipu kalian." kata To It Peng. "Bila betul
keterangan itu dianggap sebagai tipuan, hal itu adalah Liok Tianglo
yang menipu kalian. Bukanlah aku."
"Mengapa?" Btanya kakek pakaian kuning, Oey Tianglo.
"Karena keterangan tadi kudapat dari Liok Tianglo. Dialah yang
mengatakan bahwa anak ketua kalian direbut oleh Siu jin Mo Say."
Oey Tianglo mengkerutkan alisnya tinggi2, terdengar ia
bergumam : "Dikabarkan Siu jin Mo Say telah binasa, dari mana pula muncul
satu Siu jin Mo Say?"
"Siu Jin Mo Say adalah guru dari 4 Wajah Tak Berkulit......"
"Kami tahu." "Dan 4 Wajah Tak Berkulit itu pernah kujumpai, dikatakan bahwa
mereka telah tidak ada. T etapi kenyataan masih hiduip segar bugar.
Dari sini mudah diketahui bahwa Siu ji Mo Say itu masih hidup
dalam dunia." "Dari mana kau tahu?" tanya kakek pakaian putih Pek T ianglo.
"4 Wajah Tak Berkulit mengganas dan membakar Ban-kee-
chung, tidakkah kalian dengar akan kabar ini ?"
"Dimanakah Ban-kee-chung itu, aku tidak tahu." kata kakek
berpakaian merah Ang Tianglo.
"Di manakah Seng-po-chung itu " Akupun tidak tahu." Mengikuti
lagu suara orang, To It Peng berkata seperti tadi.
Wajah sikakek pakaian merah Ang Tianglo berubah, tangannya
diangkat dan ...... Pang......menampar pipi s ipemuda dogol.
To It Peng berteriak, pipinya menjadi merasa sakit sekali
dirasakan tamparan tadi. "Kalian sungguh tidak tahu aturan." To It Peng berteriak "Anak
ketua kalian telah hilang direbut orang, tidak manpu mengejar,
tetapi menjatuhkan kemarahan itu kepadaku."
4 kakek itu saling berpandangan, setelah itu, mereka kasak-
kusuk seperti merundingkan sesuatu, T o It Peng tak tahu apa yang
mereka rundingkarn itu, hanya mulut2 msreka yang bergerak,
semua kata2 nya diucapkan perlahan, tentu saya tidak dapat
didengar olehnya. Tak seberapa lama, Hek Tianglo, Oey Tianglo, Pek Tianglo dan
Ang T ianglo salesa i mendapat kesempatan, mereka mendekati T o It
Peng kembali. "Kaukah orang yang pertama menemukan mayat Liok Tianglo,
bukan?" tanya kakek pakaian hitam Hek Tianglo.
"Betul!" "Disaat kau tiba. Liok Tianglo masih sempat bicara, bukan ?" Kali
ini kakek pakaian putih Pek T ianglo yang mengajukan pertanyaan.
"Betul." To It Peng menganggukan kepala.
"ya belum menghembuskan napasnya yang penghabisan?"
"Tentu saja." teriak To It Peng.
"Dikatakan kepadamu bahwa anak ketua kami telah hilang
dibawa Iari orang?" tanya kakek pakaian merah Ang Tianglo.
"Ya." "Dikatakan juga bahwa orang yang membawa anak ketua kami
itu si Singa Kuning Siu jin Mo Say."
"Memang demikian."
"Baik." kata kakak pakaian hitam Hek Tianglo.
"Kuharap saja kau tidak mangubah keterangan ini."
"Apa yang kau maksudkan?" tanya To It Peng tidak mengerti.
"Nanti, setelah bertemu dengan ketua kami. Kuharap saja kau
dapat memberi keterangan yang sejujur-jujurnya." Hek Tianglo
memberi keterangan. "Hanya manusia bajingan yang tidak membsrikan keterangan
secara jujur." To It Peng berteriak.
"Syukurlah, bila kau dapat diajak bekerja sama kata kakek
pakaian kuning Oey Tianglo.
"Bersediakah kau ikut kekampung Seng-po-chung?" tanya Hek
Tianglo. To It Peng memandang 4 kakek-kakek itu, niatnya memang
menuju kearah Seng-po-chung, sayang ia s,esat dijalan, tidak
menemukan kampung itu. Kini ia mandapat tawaran, suatu hal yang
menggembirakan dirinya. "Terus terang, aku ada niatan untuk berkunjung kekampung
kalian." Sipemuda memberi jawaban.
"Baik" kata Pek Tianglo. "Kau boleh turut kami pulang ke Seng-
po-chung." Ang Tianglo talah bersiul panjang, maka tidak lama terdengar
suara derap kaki kuda yang menuju ketempat dimana mereka
berada. Ternyata Hek Tianglo, Pek Tianglo, Ang Tianglo dan Oey
tianglo tidak datanq dengan jumlah kecil, mereka hampir
mengerahkan sebagian besar tenaga Seng-po-chung yang ada
untuk mencari jejak ketua mudanya yang lenyap itu.
Diceritakan To It Peng mengikuti rombongan ini pulang ke Seng-
po-chung. Setelah melakukan perjalanan selama tiga hari, mereka mulai
memasuki daerah pegunungan Pek Tianglo membuka jalan, dan
yang lain2nya turut dibelakang kakek pakaian putih itu menaiki
gunung. Dilihat sepintas lalu, gunung itu tiada jalan, tetapi Pek Tianglo
maju dengan bebas, malalui batu2 gunung, mereka tiba disuatu
tempat yang agak terbuka.
Terlihat bangunan yang megah, pintunya dibuat dari tembaga
kuningan, bercahaya kemilauan, cahaya matahari memantulkannya
jauh kedepan. To It Peng dibesarkan di Ban-Kee-chung, belum pernah ia
melihat pamandangan ini, pintu tembaga itu berkilat-kilat, tak ubah
seperti emas kuningan. Delapan orang2 berbadan tegap menjaga
pintu, berbaris dengan gagah. Ternyata Seng-po-chung merupakan
kerajaan tersendiri yang mengasingkan dari keramaian, ia dibangun
digunung yang tak mudah didatangi manusia, menyepi dan tidak
ada jalan yang tersedia untuk berkunjung kekampung kerajaan ini!.
Mereka tiba disana, 8 penjaga segera mengenali para Tianglo itu,
mereka mendorong pintu tembaga untuk membukakan pintu.
Tinggi pintu berukuran dua puluh kaki, besar dan tinggi, 8
penjaga tadi berbadan tegap, hal ini disediakan untuk membuka
pintu yang berat. Akhirnya pintu terbuka, Pek Tianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo
dan Ang Tianglo mengajak To It Peng kebangunan megah itu.
Kedatangan Pek Tionglo sekalian telah disampaikan kepada ketua
Seng-po-chung, tidak lama terdengar suara genta dipukul.
"Ketua kami bersedia menemuimu, berhati-hatilah kau bicara
dengannya." kata Pek Tianglo kepada T o It Peng.
Sipemuda tak mendenqar apa yang dikatakan kepadanya,
pemandangan Seng-po-chung mempersonakan dirinya, ternyata
pintu tembaga itu hanya pintu gerbang terdepan. Setelah me lewati
lapangan luas, mereka baru tiba disebuah bangunan dalam
bangunan ini megah dan terhias bagus, inilah tentunya bangunan
tempat dimana Ketua Seng-po-chung menetap.
Mereka menuju kebangunan itu, seorang tua pendek dengan
pakaian aneh membukakan pintu.
Wajah Pek Tianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo dan Ang Tianglo
terlihat tegang. Mereka berjalan masuk.
"cara ketua kita membikin sambutan sangat terburu-buru, tentu
ada sasuatu yang terjadi, kita harus berhati-hati" kata Ang Tianglo
pada ketiga kawannya. "Kehilangan ketua muda kita menyebabkan perubahan sifatnya."
kata Tianglo. Memasuki tempat kediaman ketua Seng-po-chung, mata To It
Peng terbelalak, dari pintu sehingga keruangan dalam, terpapar
permadani yang terbuat dari kulit lutung Su-coan. Mereka berjalan
dikulit lutung Su-coan ini dengan tidak menimbulkan suara sama
sekali. Seperti apa yang diketahui, lutung Su-coan tidak mudah
ditangkap, apa Iagi membeset kulit mereka sehingga puluhan ekor,
jarak pintu hingga diruang dalam puluhan meter, berapa banyakkah
kulit lutung Su-coan yang diperlukan "
Keistimewaan dari lutung Su-coan ialah kulit mereka yang seperti
kuning emas, bila terkena sinar matahari atau sinar lilin, berkilat-
kilat seperti cahaya bintang dilangit, sungguh sangat menakjubkan
sekali. Karena itu, harganyapun sangat, mahal. Ketua Seng-po-
chung dapat mengumpulkan kulit2 lutung Su-coan dengan jumlah
banyak, mudah dibayangkan, berapa banyak uang yang harus
dikeluarkan " Berapa banyak harta kekayaannya "
---oo0oo--- BAGIAN 13 KETUA SENG PO CHUNG BERHADAPAN DENGAN
SI PEMAKAI NAMA SIU JIN MO SAY
DIRUANG BESAR duduk beberapa orang, mereka terdiri dari
macam2 orang, ada lelaki, perempuan, tinggi, pendek.
To It Peng dibawa masuk kedalam ruangan ini. Dipandangnya
satu persatu, tak satupun yang dikenali olehnya.
Pada kursi tengah yang seharusnya diduduki oleh ketua sesuatu
perkumpulan atau ketua kampung, kosong tiada diduduki orang.
Kursi inipun dilaputi oleh kulit lutung Su-coan.
To It Peng, Pek Tianglo, Hek Tianglo dan Oey Tianglo telah
duduk dikursi yang disediakan untuk mereka.
Ruang itu cukup besar, jumlah orang yang berkumpul puluhan
orang, tetapi tidak satupun yang membuka suara.
Mendadak pintu samping terbuka, Teng.... Teng ... Tong...
Tang.... terdengar empat kali suara kentongan dipukul. Berbareng
muncul 4 anak lelaki dengan pakaian lutung emas dari Su-coan,
mereka berbaris rapi dan berdiri ditepi pintu.
To It Peng segera menduga ketua Seng po cung, 4 anak laki2 itu
berupa barisan pengawalnya. Dari ketua Seng-po-chung, ia teringat
akan Kat Siauw Hoan, diketahui Kat Siauw Hoan melarikan diri dari
Seng-po-chung, apakah yang menyebabkan wanita muda itu
mangambil niatan nekad meninggalkan suami begitu saja "
Terdengar suara batuk2, suara itu datang dari arah samping.
Maka 4 anak Iaki2 dengan pakaian lutung emas dari Su-coan
bergerak jalan, mereka menuju kekursi tengah yang kosong, setelah
tiba disana, mereka berjejer dibelakang kursi.
Betapa dungunya To It Peng, iapun dapat mamaklumi bahwa
ketua Seng-po-chung akan segera keluar menampakkan dirinya.
Ingin disaksikan, bagaimanakah wajah suami Kat Siauw Hoan itu"
Ruangan segera bercahaya terang, gumpalan sinar emas kuning
bergerak, untuk sekejap mata, mereka tidak dapat malihat jelas,
ternyata ketua Seng-po-chung telah manampilkan dirinya, ia
mengenahan pakaian istimewa, entah apa yang dibuat, sehingga
dapat menyilaukan orang yang memandangnya.
Siap . . . . .
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua orang bangun berdiri, meninggalkan tempat duduk untuk
sementara, menyambut kehadiran ketua Seng-po-chung.
To It Peng tidak disebut dungu bila mengerti akan tata peraturan
yang ada, karena sinar kuning gemilauan tadi, ia mengucek-ucek
kedua matanya, ia lupa dan tidak turut menghormat kedatangan
ketua Seng po chung. Ia tetap duduk dikursinya.
Hal ini menimbuIkan keistimewaan, diantara puluhan orang yang
hadir pada ruangan itu, hanya To It Peng seorang yang tidak
bangun berdiri, tentu saja sangat menarik perhatian.
To It Peng belum sadar akan kesalahan yang diperbuat, ia
memperhatikan ketua Song po chung - laki2 yang manjadi suami
Kat Siauw Hoan. Orang Itu sangat kurus, denqan mengenakan pakaian kulit lutung
emas dari Su-coan yang diberi hiasan bahan istimewa, pakaian itu
semakin besar dan tidak cocok dengan badannya yang kecil.
Dikala semua orang memusatkan perhatiannya kearah To It
Peng, termasuk ketua Seng-po-chung itu yang marah atas
perlakuan yang sangat kurang ajar kepadanya, To It Peng
memandang tajam, maka beradulah 4 mata mereka.
"Ha, ha ...." To It Peng mangeluarkan suara gelak tertawa,
keadaan badan dan peraturan tata cara yang ketua Seng-po-chung
itu tetapkan sangat tidak serasi, hal ini dianggap sangat lucu
olehnya. Manurut apa yang si Dungu bayangkan, seharusnya ketua Seng-
po-chung mempunyai ukuran badan yang besar, gagah dan tegap,
maka ia dapat manguasai banyak orang, termasuk Pek Tianglo
sekalian. Tidak tahunya ia hanya manusia kerdil yang kurus kecil,
karena itulah ia tertawa.
Kemarahan ketua Seng-po-chung memuncak. Wajah semua
orang yang ada ditampat itu sagera berubah.
Disaat ini To It Peng bangun dari tempat duduknya, ia menuju
kearah kursi tengah, dimana ketua Seng-po-chung terduduk,
dengan menudingkan jari tangan, sipemuda dogol itu bertanya :
"Kau inikah yang menjadi ketua Seng-po-chung?"
Ketua Seng-po-chung mendelikan mata, tetapi kurang wibawa,
badannya terlalu kecil, lagi pula kurus, tidak menakutkan orang
yang belum mengenal wataknya.
"Betul" la mengeluarkan suara geraman.
"Ha, ha, ha, ha....." To It Peng tertawa terpingkal-pingkal,
perutnya sampai dirasakan menjadi mulas, kini diketahui pasti
bahwa orang inilah yang berkuasa atas keseluruhan dari Seng-po-
chung, orang yang didalam anggapannya harus mempunyai ukuran
badan tinggi besar, gagah den tegap.
Seluruh ruangan hanya terdengar suara gelak-tawa
To it Peng, semua orang memandangnya dengan wajah tegang
dan penuh kekhawatiran. Manyaksikan wajah tegang dan khawatir tadi, To It Peng
menghentikan suara tertawanya. Maka ruangan menjadi sunyi
kembali. Hati sipemuda mulai memukul keras, kini ia sadang
berhadapan dengan suami Kat Siauw Hoan, teringat apa yang telah
dilakukan kepada wanita muda itu, ketidak tenangan meliputi alam
pikirannya. Memandang sidungu sekian lama, kesabaran ketua Seng-po-
chung tidak tertahankan lagi, ia memandang kearah Pek Tianglo,
Hek Tianglo, Ang Tianglo, dan Oey Tianglo.
"Siapakah orang ini?" Ia bertanya kepada mereka.
"Kawan ini bernama To It Peng, orang yang nyonya Kat tugaskan
untuk mengantarkan ketua muda kembali."
Pek Tianglo memberi keterangan.
Ketua Seng-po-chung menganggukkan kepala.
"Ng....." Suatu tanda ia puas dengan keterangan tadi.
"Dimanakah kini anakku itu?"
"Ditengah jalan, Liok Tianglo telah menyambut anak itu." To It
Peng memberi ketarangan. "Dan dimanakah kini Liok Tianglo berada ?" Ketua Seng-po-chung
bertanya. Pek T ianglo, Hek Tianglo, Oey Tianglo dan Ang T ianglo berempat
yang sejak tadi tunduk saja, seorang dari mereka memberi
keterangan. Liok Tianglo me larikan ketua muda, maksudnya ingin berhianat
kepada Ketua Seng-po-chung. Tetapi ditengah jalan ia mengalami
sesuatu, perubahan mana menyebabkan gagalnya rencana. Segala
sesuatu yang menyangkut hal ini, saudara To-it-penglah yang
mengetahui sangat jelas. Ketua Seng-po-chung memandang To It Peng, ia bertanya :
"Perubahan apakah itu ?"
"Liok Tianglo dengan tiga komplotannya melarikan anak itu,
ditengah jalan ia bertemu dengan Siu jin Mo Say, ketiga
komplotannya mati dengan kulit wajahnya dibeset sehingga
mengelotok, ia sendiripun harus mati dengan penuh penderitaan.
Tentang anak yang kubawa itu, ia telah berada ditangan Siu jin Mo
Say". Aaaaaaaa .......... Seluruh ruangan bergemuruh dengan ber-macam2 reaksi dari
orang2 yang berada disitu, hal itu sungguh diluar dugaan mereka.
Anak ketuanya telah direbut oleh si Singa Kuning Siu jin Mo Say
yang pernah menggegerkan dunia persilatan.
Ketua Seng-po-chung lompat bangun dari tempat duduknya, tapi
ia dapat menguasai keadaan yabng tegang itu, ia duduk kembali.
"Tahukah kau, kemana Siu jin Mo Say itu pergi ?" ia bertanya.
"Mana kutahu ?" To it Peng memaparkan kedua tangannya.
"Mungkinkah aku mau berpeluk tangan dan tidak membikin
pengejaran, bila kutahu kemana Siu jin Mo Say itu pergi ?"
Ketua Seng-po-chung meninggalkan tempat duduknya, ia
berjalan perlahan, arah tujuannya ya!ah dimana To It Peng berada,
tidak sekecappun kata2 keluar dari mulutnya.
Semua orang yang menyaksikan hal itu memandang dengan hati
berdebar debar, entah apa akan dilakukan oleh ketua mereka "
To It Peng berdiri tegak, pemuda dogol ini tidak tahu bahaya.
jarak diantara ketua Seng-po-chung dan To It Peng telah dekat
sekali, setelah itu, ketua Seng-po-chung menahan langkah kakinya,
ia berdiri tepat dihadapan muka sipemuda.
Beberapa lama keadaan seperti itu berlangsung. Tiba-tiba ketua
Seng-po-chung menghela napas.
"Kau .... kau telah bertemu dengan Kat Siauw Noan ?" la
bertanya dengan suara perlahan, hampir2 tidak terdengar.
Seperti apa yang telah diketahui, Kat Siauw Hoan adalah istri dari
ketua Seng-po chung, karena sesuatu hal, wanita muda itu
melarikan diri. Suara siketua Seng-po-chung penuh dengan kehampaan, To It
Peng merasa kasihan, ia pernah merasakan bagaimana sengsaranya
seorang yang ditinggalkan oleh manusia yang dicintainya apa Iagi
orang itu adalah istrnya.
"Aku . . . . Aku....." Suara To It Peng tersumbat ditengah
tenggorokan, tak dapat ia meneruskan keterangannya.
la telah bertemu dengan Kat Siauw Noan didalam rumah batu,
disana ia .... Ah ..... mana mungkin kajadian ini diceritakan " Apa
lagi dihadapan ketua Seng-po-chung yang menjadi suami Kat Siauw
Hoan. Maka setelah melepas dua kali kata2 'Aku' tadi, To It Peng
menutup rapat mulutnya. cepat ketua Seng-po-chung bergerak, tangannya memegang
tangan To It Peng erat2, tangan ini sangat dingin sekali.
"Apa yang kau lihat tentang dirinya?" la bertanya gugup. "Kau
telah berjumpa dengannya, bukan?" Be. . . . Betul . . . ." To It Peng
tidak berhasii menarik tangannya yang telah dipegang oleh ketua
Seng-po-chung. "Dimana " ....Dimana...,.... Lekas kau katakan:
"Hanya beberapa hari berlangsung."
"Dimana ?" "Disebuah rumah batu yang gelap."
"Dimanakah letak rumah batu itu ?"
"Dipuncak sebuah lereng gunung yang berdataran tinggi.''
Ketua Seng-po-chung memandang kepada orang2-nya, segera ia
mengeluarkan bentakan : "Sudah kalian dengar " Lekas undang
pulang dirinya." Puluhan orang yang berkumpul diruangan itu saling pandang,
mereka mendengar apa yang To It Peng katakan, tetapi lereng
gunung yang berdataran tinggi itu bukan nama sebuah teraipat,
dimanakah mereka harus cari "
Mengetahui kebingungan mereka, To It Peng segera berkata :
"Tak usah dicari lagi."
"Mengapa ?" Bartanya ketua Seng-po-chung dengan mata
terbelalak. "la telah pergi dari situ." To It Peng memberi keterangan. "Tak
guna kalian men-cari2."
"Kemana pulakah ia pergi ?" Bartanya ketua Seng-po-chung.
"Mata kutahu" Bila ia memberi tahu kemana arah tujuannya, tak
sudi aku berkunjung kemari,
aku akan mengejar dan mengawaninya." Berkata sidungu yang mempunyai otak sangat
dogol dan tolol. "Eh, kau juga mengijinkannya?" Ketua Seng-pochung mamandang dengan rasa penuh keheranan.
To It Peng meruntuhkan pandanqan matanya ketanah.
"Denqan maksud tujuan apa kau mencarinya lagi?" Bertanya
ketua Seng-po-chung dengan suara keras.
"Aku . . . Aku ku . . . ingin . . . ."
"Katakan lekas! apa yang kau ingini darinya ?" Suara ketua Seng-
po-chung menggelegar. To It Peng terkejut, tidak disangka, orang kurus kecil seperti
ketua Seng-po-chung mempunyai suara seperti guntur.
"Katakan lekas. Apa yang kau inginkan darinya ?" Ketua Seng-po-
chung mengulang pertanyaan.
,,Aku ingin menjumpainya sekali lagi." To It Peng mengucapkan
keterangan seperti ini. Ketua Seng-po-chung meruntuhkan pandangan matanya
ketanah, ia barkata perlahan :
"Ia cantik menarik, siapa yang melihat pasti terpikat, hal ini dapat
kumaklumi. Aku tidak menyalahkan kepadamu yang suka dan
tertarik kepadanya. Dapatkah kau ceritakan tentanq keadaan
dirinya?" Wajah To It Pang merah, terbayang kemba!i kejadian dirumah
batu itu, kenangannya terhadap Kat Siauw Hoan tak mungkin dapat
dilupakan, "Ng......Ng .... Tak dapat kuceritakan kepadamu" Berkata To It
Peng. "Mengapa ?" Tanya ketua Seng-po-chung. "Munqkinkah ada
sesuatu diantara dia dengan dirimu?"
Hati T o It Peng tercekat, wajahnya seperti kepiting yang direbus,
merah padam, kadang2 tampak juga warna biru ke-hitam2 an.
Apa yang sipemuda perlihatkan berarti tidak menyangkal dugaan
ketua Seng-po-chung, kemarahan jago ini tak terkendalikan lagi,
tangannya bergerak, maka dua jari diantaranya segera berada tepat
dihadapan mata sipemuda, sedianya ia ingin menusuk buta mata
tersebut. "Tahan" T eriak To It Peng kaget. "Aku adalah jago nomor satu,
tak boleh sembarangan manggebrak sembarangan dengan orang."
Beberapa kali To It Peng dijatuhkan orang, tapi ia kukuh pada
pendiriannya, dianggap kata2 dan keterangan sinenek baju hitam
Nian-u Po-po yang mendudukkan dirinya kedalam jago nomor satu
itu benar2 terjadi, tentu saja dia bangga dengan 'jago nomor
satu'nya itu. "Katakan dengan terus terang, apa yang kau lakukan terhadap
dirinya. Ketahuilah, biji2 matamu telah berada dibawah ancaman
tanganku." Ketua Seng-po-chung mengancam.
"Tidak dapat kukatakan." Berkata sipemuda dungu.
"Tidak dapat kau katakan ?" Ketua Seng po-chung menggerakkan
maju dua jari tangannya lambat2, dan ancaman ini memberi
tekanan bathin yang hebat.
To It Peng tidak akan membiarkan kedua biji matanya dicukil, ia
menggeserkan badannya mundur kebelakang, hal mana beruntun
dikerjakannya sehingga babarapa kali, sehingga tubuhnya bersandar
kedinding ruangan, tak ada jalan mundur lagi.
Disaat To It Peng membuka kedua matanya, dua jari tangan
ketua Seng-po-chung masih saja mengancam, tepat berada
ditempat beberapa senti meter dari bulu matanya.
"Tidak dapat kukatakan ....... Tidak dapat kuceritakan ........Tidak
akan kuceritakan kepadamu............... " To It Peng berteriak teriak.
Seperti kucing mempermainkan korbannya, ketua Seng-po-chung
tidak segera turun tangan, ia mendesak ingin mengetahui apa yang
telah dikerjakan oleh sipemuda dungu dan istrinya yang telah
melarikan diri itu. Disaat ini terjadi sedikit kegaduhan, orang2 Seng-po-chung saling
kasak kusuk. "Laporan." Berkata seorang yang lari tergesa-gesa.
Pek Tianglo maju menghampiri, ditanyakan sesuatu apa yang
telah terjadi. Maka kejadian ini menolong To It Peng, terlihat ketua
Seng-po-chung menoleh dan bertanya :
"Ada apa ?" Pek Tianglo maju, dengan suara perlahan, ia memberi
penjelasan. Wajah ketua Seng-po-chung berubah, ditinggalkannya To It Peng
untuk sementara, ia harus menyelesaikan perkara baru yang lebih
hebat, lebih mengandung ancaman malapetaka.
Terdengar suara genta dipukul, berbareng tardengar suara
laporan keras: "Siu jin Mo Say dari Kiong-lay membikin kunjungan."
Ketua Seng-po-chung mengerahkan pandangannya keluar, maka
iapun berteriak : "Silahkan masuk!"
"Ha, ha, ha ...." Dari jauh terdengar suara gelak tertawa. Suara
ini semakin dakat, semakin dekat, dan secara mendadak saja telah
berada diruangan tengah. Dihadapan orang banyak telah bertambah seorang, orang ini
mempunyai rambut pirang, kuning mengkilat.
"Siapa ketua kalian ?" Memandang orang banyak yang ada disitu,
Iaki2 berambut pirang itu mengajukan pertanyaan.
Ketua Seng-po-chung telah duduk kembali diatas kursi
kebesarannya, segera memberi tanggapan.
"Harap tuan suka bersabar, duduklah dahulu. Setelah menculik
anakku, seorang diri tuan datang, tentunya ada mengandung
maksud tertentu, bukan ?"
Laki2 berambut pirang yang baru datang menyapu dengan
matanya keseluruh ruangan, setalah itu berhenti pada katua Seng-
po-chung, ia berkata gagah :
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak percuma kau menjadi ketua Seng-po-chung, ternyata kau
memiliki daya ilmiah yang paling cepat, Paling tepat. Sonder kubari
tahu maksud kedatanganku, kau telah menduga tepat."
Sambil bicara, tangan laki2 berambut pirang itu mengaitkan
tangannya kesamping, maksudnya mengambil kursi dari jarak jauh.
Dan betul saja, sebuah kursi melayang terbang ke arahnya.
Terdengar suara tetawa dingin, Ang Tianglo bergerak maju,
maka kursi itu berhasil dipertahankan olehnya. Ternyata kursi yang
diambil oleh laki2 berambut pirang itu adalah kursi Ang Tianglo.
Kejadian mana di anggap terlalu menghina dirinya, maka ia lompat
keluar untuk mempertahankan.
"Mana ada aturan yang membiarkan ssorang tamu mengambil
kursi sendiri ?" Demikianlah alasan Ang Tianglo berkata dingin.
Tangan laki2 berambut kuning itu tidak menyentuh kursi, tetapi
tempat duduk itu melayang kepadanya, hal ini membuktikan batapa
hebat ilmu tenaga dalam yang dipertontonkan kepada orang
banyak. Kini mendadak sontak Ang Tianglo mempertahankan
kursinya, maka kursi itu tertahan ditengah udara.
Ternyata kekuatan tenaga mareka masih seimbang, kursi tidak
bergeser, diam terapung ditangah-tengah udara.
Laki2 berambut pirang itu mengeluarkan tertawa dingin, tiba2
saja mendorong kedepan, melalui kursi ia mengadakan serangan
secara tidak langsung, maka dilihat sepintas lalu, seolah-olah
kursilah yang menyaring Ang Tianglo.
Sebelumnya, Ang Tianglo telah memperhitungkan apa yang
harus diterima, nama si Singa Kuning Siu jin Mo Say pernah
menggegerkan rimba persilatan, nama tersebut bukanlah nama
kosong. Tenaga tarikannya kuat hebat, ia mempertahankan kursi
duduknya. Kini mendadak saja kursi tersebut menyerang,
bagaimana ia tidak menjadi kaget" Hampir2 ia terjengkang jatuh,
bila kurang siap siaga, untunglah ia sebat, maka diganti posisi
menarik tadi menjadi 'sikap bertahan.
Laki2 berambut pirang itu memuji kepintaran Ang Tianglo, kini ia
menambah kekuatan, memperhebat tekanan serangan, seperti tadi
juqa, serangan itu dilontarkan melalui kursi, kursi itulah yang
disuruh menyerang. Ang T ianglo tak sanggup mempertahankan posisi kedudukannya,
kursi dilepaskan sambil berteriak : "Kiu thian-to-lie-kang "
Setelah mengucapkan kata2 tadi, tubuh Ang Tianglo duduk
numprah ditanah dengan menyemburkan darah segar, ia terluka!
Maka selesaIah pertempuran memperebutkan kursi itu, benda
tersebut melayang dan tersanggah oleh laki2 berambut pirang. Ia
membenarkan letak kursi dan duduk ongkang2 kaki.
Hal mana tak lepas dari kesaksian orang banyak, ilmu Kiu-thian-
to-lie-kang adalah ilmu kebanggaan si Singa Kuning Siu jin Mo Say,
rambut laki2 inipun barwarna pirang, mungkinkah betul Siu Diyn Mo
Say hidup kembali " To It Peng teringat akan kampung halamannya, Ban-kee-chung
dibakar oleh 4 Wajah Tak Berkulit, dan kaempat manusia durjana itu
adalah murid dari Siu jin Mo Say, semua kemarahan dijatuhkan
kepada laki2 ranbut pirang ini, ia tampil kemuka berteriak :
"Hei, bangsat, permusuhan apakah dengan Ban-kee-chung,
mengapa kau mengutus keempat muridmu membakar dan
meratakan kampung Ban-kee-chung sehingga sama dengan tanah
?" Laki2 berambut pirang itu sedang berhadap-hadapan dengan
ketua Seng-po-chung, mendengar ada orang yang membentak-
bentak, ia menoleh dan dilihat s ikap T o it Peng yang berlaku kurang
ajar kepada dirinya ia menatap tajam, tangannya bergerak, maka ....
ser... ser... ser..... terdengar tiga kali suara angin bardesir, tiga jalan
darah To It Peng tertekan sakit.
Bagaikan ditusuk pisau tajam, To It Peng merasakan tiga bagian
tubuhnya sakit, kajadian itu menjalar hingga kese luruh tubuhnya, ia
bergelimpangan ditanah melawan rasa sakit tersebut, jahat sekali
serangan laki-laki berambut pirang lemparkan itu, sipemuda tak
sanggup menahan rasa sakitnya.
Hek Tianglo menghampiri, mendepak jalan darah Kie hay-hiat,
maka To It Pang bebas dari penderitian, ia bangun berdiri dengan
badan bermandikan keringat. Wajahnya masih pucat.
Ketua Seng-po-chung memperhatikan gerak gerik lawannya,
maklumlah ia betapa tinggi kepandaian lawanya tersebut, tetapi ia
sudah dapat memastikan laki2 rambut kuning ini bukanlah si singa
kuning Siu jin Mo Say dahulu, ia membuka suara : "ilmu kepandaian
tuan memang hebat. cukup untuk menandingi Siu jin Mo Say. Tetapi
tuan bukanlah Siu jin Mo Say, mengapa harus mengganti nama
memungut nama tarsebut?"
Apa yang ketua Seng-po-chung katakan berada diluar dugaan
semua orang, ternyata Iaki2 berambut pirang ini bukan Siu jin Mo
Say, itu Singa Kuning yang mempunyai ciri2 khas berambut pirang.
Maklumlah, orang yang mempunyai rambut pirang tidak, terlalu
banyak, apa lagi laki2 rambut pirang, terlalu sedikit sekali, mengapa
orang ini mengakukan dirinya sebagai Siluman Kuning Siu jin Mo
Say" Manakala samua orang bingung dan berpikir-pikir, laki2 rambut
pirang itu telah memberikan jawabannya yang pasti :
"Ha,....ha,... ha...... Matamu lihay. Tentunya kau menyaksikan
pertarungan di K iong-lay dahulu, bukan?"
"Sang-po-chung mengasingkan diri menjauhkan kerumitan dunia,
tetapi Siu jin Mo Say pernah membikin kunjungan, sedikit banyak,
ilmu kepandaiannya tak lepas dari penilaianku," Berkata ketua Sang-
po-chung. "Betul ... Betu! ...." Laki2 rambut pirang itu membenarkan
kata2nya, "Aku bukan Siu jin Mo Say lama, tetapi rambutku pirang
apa salahnya aku ganti nama" Nama Siu jin Mo Say belum
digediponir, bukan sedikit orang2 yang mempunyai nama sama,
bukan?" "Ooo ... Tuan te!ah ganti nama" Dan nama baru tuan itu Siu jin
Mo Say-?" Laki2 berambut pirang itu menganqgukkan kepala.
"Baiklah" Berkata ketua Seng-po-chung Iagi. Telah lama aku
tidak berjumpa dengan anakku , kami sangat rindu sekali. Bolehkah
tuan mengembalikan anakku itu?"
Separti telah diketahui, anak ketua Sang-po-chung telah dibawa
ibunya Kat Siauw Hoan, telah lama merka tidak bertemu, setelah
itu, To It Peng mendapat tugas untuk mengembalikan anak
tersebut, di tengah jalan, datang kakek pakaian hid yau Liok
Tianglo, direbutnya anak tersebut.
Tetapi Liok Tianglo tidak berumur panjang, ditengah jalan
bertemu dengan orang yang menyebut dirinya Siu jin Mo Say ini,
disiksanya kakek pakaian hijau itu, direbutnya anak tersebut.
Kini Iaki2 berambut pirang ini datang membikin kunjungan, maka
ketua Seng-po-chung meminta kembali anak tersebut.
Laki2 berambut pirang, untuk selanjutnya kita sebut sebagai
Ganti Nama Siu jin Mo Say, hal ini untuk membedakan dengan Siu
jin Mo Say asli. Karena Siu jin Mo Say asli masih hidup didunia,
untuk menjaga kesimpang siuran, maka harus ada sedikit
perbedaan. Orang yang mangaku bernama Siu jin Mo Say menengadah, lalu
ia tertawa. "Ha, ha, ha,....... Putramu itu sangat lucu dan menarik. Sungguh
mengecewakan orang, bila sempai terjadi sesuatu atau ada mala
petaka yang menimpa dirinya.
Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say itu tidak
manyebut dimana putra ketua Seng-po-chung, dikatakan bila
sampai tarjadi sesuatu atau ada mala petaka yang menimpa dirinya,
tentu sangat mengecewakan, ucapan ini mengandung ancaman.
To It Peng telah pulih kepribadian 'jago nomor satu'nya, degan
menampilkan diri kedepan, ia berteriak :
"Bohong! Anak itu segar bugar dan berada didalam keadaan
sehat, mana mungkin ada sesuatu mala petaka yang menimpanya
?" Suara To It Peng telah membuat Siu jin Mo Say mengalihkan
perhatian, ia menatap pemuda dogol itu tajam2.
Sangat menakjubkan sekali ilmu kepandaian laki2 berambut
pirang ini, dengan sekali raih, maka kursi terbang 'menghampirinya',
dengan menunjukan jari2 tangan, To It
Peng pernah bergelimpangan, sakit luar biasa, maka pemuda dungu itu mundur
dan menyembunyikan dirinya dibalik pilar besar, takut kena
serangan jari tangan dari jarak jauh.
Ketua Seng-po-chung segera berkata :
"Apa yang saudara To It Peng katakan tadi tidak salah, putraku
berada didalam keadaan segar bugar, sehat walafiat, mana mungkin
ada sesuatu malapetaka yang menimpa dirinya ?"
Siu jiu Mo Say mengeluarkan suara dengusan : "Mau atau
tidaknya 'mala petaka' itu datang membikin kunjungan kepada
anakmu, targantung dari kebiyaksanaan ayahnya." "Katakanlah
dengan terus terang, apa yang kau inginkan dariku" Bertanya ketua
Seng-po-chung secara blak-blakan.
"Bagus:'' Siu jin Mo Say menganggukan kepala: "Barang yang
kuinginkan ialah pedang pusaka, pedang Hui-ie itu."
Disebutnya 'pedang Hui-i? wajah ketua Seng-po-chung berubah
cepat, seluruh ruangan menjadi gaduh.
jantung To It Peng berdegup keras, pedang Hui-ie berupa
pedang pusaka, tetapi pedang ini telah dibawa lari oleh Kat Siauw
Hoan, disaat meninggalkan Seng-po-chung, setelah itu, dirumah
batu, wanita muda itu menyerahkan kepada dirinya dengan pesan
agar ia dapat menyaksikan putranya dewasa, setelah umurnya 12
tahun, pedang Hui ie akan dihadiahkan ke pada anak tersebut.
Jantung To It Peng berdegup keras, karena ia tahu bahwa
pedang Hui-ie yang diincar oleh laki2 berambut pirang itu berada
pada dirinya. Samar2 terbayang, betapa penting pedang Hui-ie ini,
tentunya mangandung rahasia abadi.
Bukan, satu atau dua kali To It Peng mamegang pedang tadi,
takut terbang mendadak dan lenyap dari tubuhnya. Beruntung
kelakuan sidungu tidak ada yang memprhatikan, siapakah yang
menduga, sebuah pedang pusaka dapat berada ditangannya
seorang pemuda ketolol-tololan itu "
Ketua Seng-po-chung segara mamberi jawaban :
"Sungguh tidak kebetulan. Pedang Hui-ie te lah tidak ada di Seng-
Po-tlhung." Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say bangun dari
tempat duduknya, ia berkata : "Baiklah. Aku meminta diri."
Laki2 berambut pirang ini s iap pergi, siap meninggalkan Seng-po-
chung. Beberapa bayangan bargerak, tiga kakek berpakaian merah,
hitam dan kuning telah menghadang kapergian Syu jin Mo Say,
mereka adalah Ang Tianglo; Hek T ianglo dan Oey Tianglo.
Ketua Seng-po-chung tidak tinggal diam, ia turut melesat dari
tempat duduknya dan berteriak : "Tunggu dulu."
Siu jin Mo Say menghentikan geraknya, ia berkata adem:
"Tuan tidak ada minat untuk manyelesaikan urusan, apa gunanya
aku menunggu lama ditempat ini ?"
"Kau kira mudah meninggalkan Seng-po-chung begitu saja ?"
Bentak Ang Tianglo. "Kambalikanlah ketua muda kami." Hek Tianglo-turut berkata.
"Bukan aku tekebur," berkata Siu jin Mo Say. tak mungkin Seng-
po-chung menahan diriku."
"Sabar." Barkata ketua Seng-po-chung. "Bukan maksud kami
melarang tuan pergi. Maksud kami yalah, selasa ikanlah perkara kita
dahulu." "Mengapa kau tidak bersedia menyerahkan pedang Hu-ie?"
"Atas nama Song-po-tlhung, aku bersumpah bahwa pedang
pusaka itu telah tiada didalam Seng-po-chung." Berkata katua Seng-
po-chung. "Pedang pusaka Hu-ie a ialah pedang pusaka Seng-po-chung,
dengan alasan apa kau menyangkal ?" Siu jin Mo Say bertanya.
"Terus terang kukatakan, bahwa didalam Seng-pochung telah
terjadi drama menyedihkan, pedang itu telah dibawa pergi pleh Kat
Siauw Hoan. Maka, kecuali pedang Hu-ie yang tidak ada, segala
harta benda, mas intan, berlian pusaka, berapa gerobak yang tuan
mau, aku rela manyerahkannya. Demi keselamatan putra tunggalku
itu." Kata2 ketua, Seng-po-chung belum pernah serendah ini. Apa
boleh buat, demi menolong Putra tunggalnya, ia harus mengalah.
Didalam anggapan T o It Peng, tawaran ketua Seng-po-chung itu
telah berlebih-lebihan, tentunya akan diterima oleh laki2 berambut
pirang yang kurang ajar itu.
Penilaian manusia itu tidak mungkin sama, lain sidungu dan lain
pula dengan Siu jin Mo Say, terlihat ia menggoyang-goyangkan
kepalanya yang berambut kuning itu sambil berkata : "Maksud
tujuanku yalah pedang Hui-ie itu."
Ang Tianglo maju dengan langkah lebar, ia membentak keras :
"Siu jin Mo Say, kau adalah tokoh kenamaan ternama yang
disegani orang, mengapa prilakumu seperti bajingan, seperti
penculik kekurangan makan"
Mengadakan tekanan fisik dengan menculik anak orang?"
"Hm......Hm......" Orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say
mengeluarkan suara dari hidungnya "Mau tidak kalian menyerahkan
pedang Hui-ie?" Sambungnya pula.
Giliran Hek Tianglo yang maju tampil kemuka, katanya :
"Siu jin Mo Say, ketahuilah bahwa pedang Hu-ie harus disertai
dengan sarung pedang kufit naga. Seng-po-chung mempunyai
pedang Hui-ie, tetapi tidak ada sarung kulit naga itu, apa gunanya"
Pedang tak dapat dibawa keluar, hanya sebagai hiasan yang boleh
dipandang belaka ?" Siu jin Mo Say bergumam : "Hm......Hm......" dari dalam libatan
bajunya, ia mengeluarkan sesuatu, diperlihatkan kepada Hek
Tianglo berkata : "Kenalkah dengan benda ini ?"
"Sarung pedang kulit naga "'' Hak Tianqlo berseru mundur.
Perhatian orang terpusat kepada mereka, pada tangan Siu jin Ma
Say terpagang sebuah sarung pedang, tidak terlalu menyolok mata,
hitam kebiru-biruan, bila dilemparkan ditengah jalan, karena sudah
lama tidak terurus dan lapuk, agaknya tak ada yang mau
memungut, sarung pedang seperti inikah yang dikatakan sebagai
sarung pedang kulit naga"
"Ha, ha, ha ...." T o It Peng mengeluarkai suara gelak tertawa. la
tertawa, tidak lama, seluruh ruangan mengalihkan perhatian
mereka, ternyata semua orang diam tegang, banyol pemuda dungu
ini sad ya yang tertawa, sungguh manarik perhatian.
Betapa dungupun To It Peng, ia dapat merasakan sesuatu yang
kurang pantes, tidak ada orang lain yang tertawa, berarti tidak ada
orang yang membenarkan langkahnya tadi, ia menyeringai dan
diam. Pusat, perhatian berganti kearah sarung pedang kulit naga butut
itu. mareka sedang menimang-nimang, betulkah sarung pedang ini
sarung pedang kulit naga asli"
Beberapa saat, terdengar suara
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketua Seng-po-chung manunjukkan keheranan : "Sarung pedang kulit naga! Sarung padang kulit nagakah yang
kau pegang ?" Siu jin Mo Say menganggukkan kepala. la membenarkan
pertanyaan yang diayukan oleh ketua Seng-po-chung.
Ketua Seng-po-chung kepada orang2-nya, ia memberi isyarat
mata. Maka seluruh isi dari ruangan itu bergerak, puluhan orang
memperapat kurungannya, memperketat jarak diantara sesamanya,
siap menahan orang yang menamakan dirinya Siu jin Mo Say.
Siu jin Mo Say adalah lambang dari keganasan, lambang dari
keseraman, tetapi daya pemikat sarung pedang kulit naga terlalu
hebat, ketua Seng-po-chung lupa akan-bahaya, lupa akan putranya
yang masih berada dibawah ancaman" orang, ia ingin merebut
sarung pedang itu. Bergeraknya puluhan orang sangat Iambat, hal ini tidak disadari
oleh Siu jin Mo Say nama tiruan itu.
"Tentunya kau maklum, mengapa aku datang kemari meminta
pedang Hu-ie, bukan ?" Kata2 ini ditujukan kepada ketua Seng-po-
chung. Ketua Seng-po-cung tidak menjawab pertanyaan tadi, ia berjalan
maju, Iangkahnya kuat dan kaku, tidak disangka tokoh kurus kecil
ini mempunyai kewibawaan, bila mana ada keperluan,
Ketua Seng-po-cung terhenti disuatu jarak yang tertentu,
menatap wajah Siu jin Mo Say.
Laki2 berambut kuning itu segera merasakan adanya perubahan
suasana, Ia memandang kesekitar kedudukan dirinya, maka
sadarlah akan bahaya, dirinya telah berada dibawah kurungan
puluhan orang Seng-po-chung.
"Hei, inikah cara2 kalian menyambut kedatangan tamu ?" Tanya
nya dengan suara gentar. "Serahkan sarung pedang kulit naga itu!" Ketua Seng-po-chung
memberi perintah. Siu jin Mo Say tertegun, tetapi tidak lama kemudian ia
menengadahkan kepalanya, tertawa terbahak-bahak.
"Lucu..... Lucu....." Katanya. ,,.Aku datang kemari dengan
rnaksud tujuan meminta padang Hui-ie tetapi kau mengajukan
tuntutan akan sarung pedanq kulit naga?"
"Seorang diri kau datang kemari. Kini telah berada dibawah
kurungan orang2-ku. dapatkah kau melepaskan diri ?" Berkata ketua
Seng-po-chung dingin. "Dapat atau tidaknya aku keluar dari kepungan orang-orangmu
masih belum dapat dipastikan. Tetapi yang jeias, ialah putramu
masih berada didalam tanganku bukan ?"
Ketua Seng-po-chung sadar akan bahaya yang masih
mengoancam keselamatan putra tunggalnya itu.
"Bila sampai terjadi apa2 atas diriku, maka kau akan putus
turunan karena tamatlah putra tunggalmu itu ! " Siu jin Mo Say
meneruskan ancamannya. Pengikat sarung pedang kulit naga itu terlalu besar, karena ini,
hampir ketua Seng-po-chung melupakan anaknya. Mendapat
peringatan Siu jin Mo Say, baru ia engah bahwa kecuali diri sendiri,
iapun mampunyai seorang anak yang berada didalam kaadaan yang
sangat tidak menguntungkan.
Orang lain yang teringat akan anak Kat Siauw Hoan itu yalah
sidungu To It Peng, bila laki2 rambut pirang itu mati atau terluka,
tentu jiwa Tay Koan turut dikorbankan olehnya.
Tay Koan adalah nama yang To It Peng beri kepada anak Kat
Siauw Hoan dan katua Seng-po-chung itu.
Mengetahui sifat ketamakan ketua Seng-po-chung, To It Peng
segera berteriak : "chungcu, kau mau mati" Lupakah akan jiwa
putramu sendiri ?" Ketua Seng-po-chung adalah raja daerahnya, perintahnya belum
pernah dibantah, tidak ada orang yang membentak-bentak seperti
itu, teriakan To It Peng yang mengatakan ia mau mati itu sangat
menyinggunq perasaan. Tangannya bergerak, dan . . . . ser .......
sebuah aliran menyerang pemuda dungu dan membungkam
mulutnya karena serangan itu tepat mengenai jalan darah Kian-
keng-hiat, tidak saja sampai disini, serangan tenaga itu teralalu
kuat, sipemuda terdorong mundur dan jatuh.
Langkah yang ketua Seng-po-chung perlihatkan itu membuat
wajah Siu jin Mo Say berubah.
Diantara T o It Peng dan Siu jin Mo Say tiada hubungan keluarga.
jatuhnya sipemuda membuat perubahan wajah, laki2 berambut
kuning itu, ialah dikarenakan salah perhitungannya, ternyata ketua
Seng-po-chung lebih mementingkan sarung pedang kulit naga dari
pada keselamatan anaknya, maka menutup mulut si dungu agar
tidak ikut campur pertikaian mereka.
Laki2 berambut kuning ini berani berkunjung kemarkas besar
Seng-po-chung seorang diri karena tahu pasti, ketua Seng-po-chung
tidak berdaya, mengingat anaknya yang berada didaam suatu
tempat tertentu, dan dengan mudah ia dapat meminta pedanq Hui-
ie, dengan bersarungkan kerangka sarung pedang kulit naga,
pedang Hui-ie te lah mendapatkan tempatnya.
Belum lama, ketua Seng-po-chung rela menyerahkan apa yang
ada, bergerobak mas intan dan berlian pusaka, dengan maksud
tujuan menukar anak tunggalnya. Tetapi kejadian ini segera
berubah setelah melihat munculnya sarung pedang kulit naga yang
berupa salah satu dari beberapa pusaka rimba persilatan.
Para jago Seng-po-chung telah mengurung laki2 berambut pirang
ini, ketua Seng-po-chung menotok jalan darah To It Peng, agar
pemuda itu tidak turut ambil bagian.
"cungcu, kau ingin Menyusahkan diriku?" Bertanya orang yang
bernama Siu jin Mo Say itu.
Sinar mata ketua Seng-po-chung menatap dan terpaku pada
sarung pedang kulit naga yang Siu jin Mo Say pegang, ia berkata
mantep : "Tinggalkanlah sarung pedang kulit naga itu dan kau bebas
meninggalkan perkampungan Seng-po-chung"
Ketua ini telah lupa kepada anaknya, karena pusaka rimba
persilatan saja. Siu jin Mo Say semakin tercekat, apa daya" Apa yang harus
dilakukannya" Pikirannya berputar cepat.
" cungcu,......" la mengganti sebutan hormat. "Belum lama kau
telah katakan bahwa pedang Hui-ie tiada didalam bangunanmu. Apa
guna sarung pedang kulit naga dengan tiada pedang Hui-ie ?"
Ketua Seng-po-chung mengeluarkan suara dari hidung, manusia
kurus kecil inipun tidak kalah akal, terdengar ia berkata :
"Memang. Pedang Hui-ie tidak berada didalam bangunan Sng-po-
cung. Tetapi setelah mendapatkan sarung pedang kulit naga,
dengan mengerahkan seluruh kekuatan Seng-po-chung yang ada,
tak terlalu sukar untuk menemukan pedang Hui-ie. Kerangka sarung
padang kulit naga hanya tersedia bagi pedang Hui-ie, bukan ?"
"Lupakah kau kepada putramu ?" Siu jin Mo Say memberi
peringatan, "..........." Ketua Seng-po-chung tidak dapat memberi sahutan.
"Dimisalkan kau telah kuberi sarung pedang kulit naga,
dimisalkan kau berhasil mendapat pedang Hui-ie yang hilang itu,
kau kehilangan putra kandungmu, se imbanqkah penghasilanmu ini
" Dua pusaka, pedang Hui ie dan sarung pedang kulit naga
dapatkah mengimbangi jiwa putramu ?"
---oo0oo--- BAGIAN 14 SIU JIN MO SAY BERTEMU SIU JIN MO SAY
KETUA SENG-PO-CUNG berhadap-hadapan dengan seorang laki2
dengan rambut kuning yang menyebut dirinya sebagai si Singa
Kuning Siu jin Mo Say. Siu jin Mo Say palsu menginginkan pedang Hu-ie dari ketua itu,
sedangkan ketua Sang-po-chung mengharapkan sarung pedang
kulit naga darinya. "Pikir masak2" Berkata si pemakai nama Siu jin Mo Say. "Mana
yang lebih penting, anak atau benda pusaka ?"
Ketua Seng-po-chung memberi jawaban yang menyimpang dari
pertanyaan. Beberapa turunan Seng-po-chung telah menyimpan pedang Hu-
ie, mereka berusaha mendapatkan sarung pedang kulit naga, tidak
berhasil. Pesan turun temurun yalah berusaha menyatukan sarung
dan pedang. Kini sarung pedang kulit naga telah berada diambang
mata, mungkinkah kulewatkan secara percuma?"
Mendadak saja si pemakai nama Siu jin Mo Say berteriak,
badannya melesat, tangannya memukul atap bangunan, maka kayu
dan genting bertaburan, pada atas ruangan dimana mereka berada
telah berlubang, laki2 berambut kuning ini telah siap me larikan diri
dari lubang yang belum lama dibuat itu.
Gerakan Siu jin Mo Say cepat, tetapi para jago Seng-po-chung
tidak lambat, membarengi gerakan laki2 berambut kuning itu,
merekapun melakukan hal yang sama, 6 atau 7 orang telah berada
diatas wuwungan rumah, sebelum si pemakai nama Siu jin Mo Say
berhasil menerobos keluar, 7 jago Seng-po-chung itu mengirim
pukulan, membuat jaring kekuatan yang tidak terlihat, menekan
dirinya turun kebawah kembali.
Ketua Seng-po-chung tidak berpangku tangan, iapun turut
melesat, dilihat tubuh si pemakai nama Siu jin Mo Say tertahan dan
diam ditengah ruangan, ia mengirim pukulan menyerangnya.
Siu jin Mo Say tergencet oleh dua kekuatan pukulan, 7 jago
Seng-po-chung menyerang dari atas kepalanya, ketua Seng-po-
chung menyerang dari bawah kakinya. Wajahnya pucat pasis
seketika, maka ia menggeram, manambah kekuatan tenaga dan
memukul dua kali, satu keatas menahan 7 gabungan kekuatan itu,
dan satu lagi menahan pukulan ketua Seng-po-chung.
Buuum ...... Kekuatan yang kelantai segera beradu dengan
kekuatan ketua Seng-po-chung, tubuh laki2 berambut kuning itu
terdesak naik. Maka 7 jago Seng-po-chung menekan tenaga gabunqannya, bila
satu lawan satu, tak mungkin mereka memenangkan pertandingan,
tetapi gabungan ini hebat, tak perduli Siu jin Mo Say memiliki ilmu
kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang, tak mungkin ia sanggup diserang
dari atas bawah, tulang2-nya terdengar mengeluarkan suara .......
keretek ........keretek....... Tak mungkin ia bertahan beberapa lama
lagi. Ilmu kepandaian laki2 berambut kuning ini hampir menyamai
kekuatan Siu jin Mo Say tadi, rambut-nya kuning, maka ia menyebut
dirinya sebagai si Singa Kuning Siu jin Mo Say, bila ia tidak
mempunyai rencana untuk melarikan diri segera, dengan ilmu
kepandaian yang dipunyai, belum tentu mengalami kekalahan.
Tetapi ia takut sarung pedang kulit naga dirampas orang, biar
bagaimana harus diusahakan manjauhkan diri dari para mata hijau
gila pusaka itu, maksudnya malarikan diri cepat, tidak tahu langkah
ini kurang tepat, maka tubuhnya tergencet oleh dua kekuatan, naik
tidak, turunpun urung. Tangannya ingin meraih dinding menambah
kekuatan, hal ini tidak dapat, kakinya ingin berpijak lantas mencelat,
rencana inipun hanya berupa bayangan. Kekuatan ketua Seng-po-
chung Iebih kuat dari gabungan tenaga 7 orang.
Keadaan si pemakai nama Siu jin Mo Say sungguh mengenaskan,
tubuhnya terapung diudara, sebentar naik dan sebentar turun,
sadikit demi sedikit, semakin lama, daerah geraknya semakin
sempit. Manakala keadaan tidak menguntungkan bagi si laki2 berambut
pirang, orang2 Seng-po-chung telah mulai menghunus senjata
mereka, ada yang merambat naik keatas genting mencegah larinya
lawan, ada yang bertepuk sorak, dan ada juga yang siap membantu
ketuanya mengait kaki lawan itu.
Mulut To It Peng tidak dapat mengeluarkan suara, badannya
tidak dapat digerakkan, hal ini karena ditotok oleh ketua Seng-po-
chung tadi. Tetapi matanya terpentang lebar, ia dapat melihat
kejadian itu. Dilihat bagaimana tubuh Siu jin Mo Say tidak menyentuh tanah,
tetapi dapat 'terbang' lama sekali, dianggapnya hal ini menandakan
kehebatan dari ilmu kepandaian laki2 berambut kuning itu.
Beruntung mulut sidungu terkatup, bila tidak, mana mungkin ia
tinggal diam" Tentunya bertepuk tangan bersorak keras.
Sipengganti nama Siu jiu Mo Say itu, tuIang2-nya berbunyi
semakin keras, wajahnya merah kebiru-biruan, menyeringai
kesakitan, setelah tidak tahan, iapun mengeluarkan jeritan.
Baru To It Peng sadar akan pandangan matanya yang salah,
keadaan si pemakai nama Siu jin Mo Say tidak menguntungkan,
maka ia berteriak. Hal ini menyebabkan hati sipemuda bimbang,
diketahui Tay Koan berada ditangan laki2 berambut kuning itu, bila
ia mati atau menderita Iuka, kemana harus menernukan T ay Koan
anak Kat Siauw Hoan yang tidak dapat dilupakannya itu" la
diwajibkan menjaga Tay Kean hingqa umur 12 tahun, bila terjadi
sesuatu apa dengan laki2 ini, bagaimana Tay Koan tidak
menemukan sesuatu 'malapetaka'"
To It Peng ingin memperingatan akan apa yang menjadi
pikirannya, tetapi ia tidak berdaya, seratus persen tidak berdaya,
bungkam seribu bahasa. Orang Seng-po-chung mulai bertepuk tangan, suara mereka
gegap gempita, tidak lama Iagi, kemenangan tentu berada
dipihaknya. Dikala ini, masuk seorang pendek dengan kepala lebih besar dari
kepala manusia biasa, rambutnyapun kuning, umurnya telah tua,
orang inilah yang berulang kali membantu To It Peng. Dilihat
keadaan didalam ruangan itu, ia berteriak : "Aduh, sungguh ramai
sekali." Suara manusia aneh ini diucapkan saperti biasa, tetapi aneh,
suaranya dapat mengalahkan semua suara yang ada, hanya
suaranya yang terdengar jelas sekali.
Mengetahui ada orang yang datang, ketua Seng-po-chung
mengajukan pertanyaan : "Hei, siapa nama tuan yang mulia?"
Orang aneh ini menunjukkan senyumnya yang lucu, rambut
kuning dan kepala gentongnya bergoyang, ia berkata memberi
sahutan : "Aku adalah tamu yang tidak diundang, datang ke mari untuk
mengerjakan dua tugas yang dapat menyinggung nama Seng-po-
chung. Apa guna menyebut nama ?"
Sambil berkata, tangannya meraih kearah tempat dimana To It
Peng barada, maka terjadi pusaran angin yang kuat, menyedot
tubuh sipemuda. Sebenarnya saja orang aneh ini berhasil
menentengnya. Wajah ketua Seng-po-chung berubah, dengan nada tidak lancar
ia berkata: "Ilmu Bu-siang-sin-lek yang hebat. Tuan tentunya dari
golongan Buddha," Orang tua berambut kuning ini mempunyai ukuran kepa!a yang
tidak normal, mulutnya bila terbuka sangat lebar, tingkah lakunya
saperti angin-anginan, mana mungkin orang dari golongan Buddha
yang pendiam" Hanya saja ilmu Bu-siang-sin-lek itu terbatas, hanya
golongan Budha saja yang, berhasil meyakinkannya, maka ketua
Seng-po-chung mengajukan pertanyaan seperti tadi.
Orang tua aneh ini menganggukan kepala, ia berkata : "Benar.
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Telah lama aku menyucikan diri dan masuk kedalam golongan
Budha." Bila kata2 ucapannya keluar dari mulut seorang hwesio gundul
atau tosu, tentu tidak dapat dicela. Lain lagi halnya keluar dari
mulut orang tua aneh ini.
"Kau mamelihara rambut, dapatkah digolongkan kedalam
golongan Budha?" Ketua Seng-po-chung menunjukkan keragu-
raguannya. Manusia aneh ini tertawa : "Ha...., ha.... Apakah perbedaan
Budha atau bukan?" Dengan satu tangan menenteng To It Peng, ia berjalan pergi.
Lain tangannya meraih kearah sipemakai name Siu jin Mo Say.
Persamaan diantara dua orang ini adalah rambut mereka yang
pirang kuning. Perbedaannya yalah simanusia aneh teIah menolong
To It Peng berulang kali, tetapi s ipemakai nama Siu jin Mo Say ingin
menyulitkan pemuda itu. Orang yang memakai nama Siu jin Mo Say masih terapung
ditengah udara, kedatangan orang tua aneh ini yang menyebabkan
ketua Seng po-chung menarik tenaga bukan berarti kebebasan
baginya, orang2 Seng-po-chung telah menggantikan kedudukan
ketuanya, puluhan tenaga telah menyongsong si pemakai nama Siu
jin Mo Say, dan 7 tokoh kuat tetap menekan dari atas, keadaannya
tidak banyak berbeda dengan keadaan sebelum ketua Seng po-
chung lepas tangan. Orang aneh berambut kuning mengulurkan tangan, terjadi lagi
pusaran kekuatan, daya sedot memasuki tekanan tenaga2 kekuatan
orang2 Seng-po-chung, setelah itu, menarik tubuh sipemakai nama
Siu jin Mo Say. Maka dua tangan orang tua aneh berbadan pendek berambut
kuning ini telah berisi dua orang, satu T o It Peng dan lain tangan si
Siu jiu Mo Say nama tiruan. cepat sekali badannya melesat keluar
dari kepungan orang2 Seng-po-chung.
"Selamat tinggal" .... dan orang tua aneh berambut kuning ini
meninggalkan mereka. Puluhan orang berteriak-teriak, mereka tidak puas dan siap
mengejar, masakan dua tawanannya dicomot begitu saja dengan
tidak berdaya" Ketua Seng-po-chung melesat, ia mencegah : "jangan sembarang
bergerak." Badannya melesat dan berhasil berada dibelakang orang tua
aneh berambut kuning itu, orang tersebut harus menenteng dua
tubuh berat, sedangkan ketua Seng-po-chhung bebas dari segala
beban bobot berat, maka ia dapat melakukan hal itu dengan mudah.
Tangannya dipaparkan dan menekan punqgung orang tua aneh
yang ingin membawa To It Peng dan sipemakai nama Siu jin Mo
Say. Dua tangan orang yang ketua Seng-po-chung serang tidak dapat
digunakan menyambuti serangan itu, apalagi dilihat dari gelagat
seperti itu, manusia aneh berambut kuning tidak ada niatan untuk
menghindari serangan. cepat dan tepat serangan ketua Seng-po-
chung mengenai gegar atau punggung lawan, tetapi aneh, serangan
itu seperti membentur kaca yang tidak terlihat, biar bagaimana, tak
dapat meneruskan tekanannya.
Kecepatan orang tua rambut kuning itu tidak dapat dilukiskan,
bagaikan anak panah lepas dari busurnya, lewat terbang dan lenyap
tak terlihat lagi. Hal ini hanya ketua Seng-po-chung yang dapat memaklumi,
diketahui serangannya menambah kecepatan orang itu yang
memang sudah cepat, maka kecepatan ganda itu melebihi
kecepatan siapapun juga. Pedang Hu-ie lenyap dibawa oleh Kat Siauw Hoan, sarung
pedang kulit naga berada ditangan si pemakai nama Siu jin Mo Say,
dikala ketua Seng-po-chung hampir berhasil merebut sarung pedang
pusaka, tiba2 datang orang tua berambut kuning dengan kepala
berukuran besar itu, ditolong sipemakai nama Siu jin Mo Say,
dibawanya To It Peng, hal ini sungguh memalukan Seng-po-chung.
Dengan teriakan penasaran, ketua Seng-po-chung melesat, ia
mengejar. Sebentar kemudian, ia tiba dipintu gerbang depan yang
terbuat dari tembaga berat itu, dilihat 8 penjaga pintunya te!ah
menggeletak ditanah, hal ini karena ditotok oleh orang
berkepandaian tinggi, tentunya orang tua berambut kuning,
berkepala ukuran besar tadi.
la memandang kesekelilingnya, tidak terlihat ada tanda2 yang
mencurigakan. Orang tua berambut kuning, berkepala ukuran besar itu telah
lenyap dengan membawa sirambut pirang yang mengaku bernama
Siu jin Mo Say, dan sidungu To It Peng.
Manakala ketua Senq-po-chung bingung, datanglah pu!uhan
jago2 peliharaannya. Mereka turut mengejar dan tiba terlambat.
"Bagi kekuatan menjadi 4 bagian, dan pecah kekuatan ini untuk
menyusul musuh." Ketua Seng pochur.g mamberi perintah.
Kakek baju hitam Pek Tianglo, baju merah Ang Tianglo, baju
putih Hek Tianglo dan baju kuning Oey Tianglo mengepalai 4
rombongan itu, masing2 berunding sebentar, terpecah membikin
penqejaran. Ketua Seng-po-chung telah memilih beberapa orang, diajaknya
pilihan ini dan membikin pengejaran.
Kita menyusul orang tua berambut kuning, berbadan pendek,
berkepala ukuran tidak normal itu, dengan kedua tangan
menenteng To It Peng dan sipemakai nama Siu jin Mo Say
meninggalkan Seng-po-chung.
Seperti apa yang te!ah kita ketahui dibagian, depan dari cerita
ini, orang tua berambut kuning, berbadan pendek dan berkapala
ukuran gentong dengan mulut lebar ini mempunyai kesan yang baik
atas apa yang To It Peng perlihatkan, bukan satu dua kali ia
menolong si pemuda dari berbagai kesukaran. Kini ia manolongnya
lagi. Mengenai alasan ia menolong Iaki2 berambut kuning yang
menamakan dirinya Siu jin Mo Say ialah persamaan rambut mereka,
jarang sekali menemukan persamaan ini, apalagi mengingat
keadaan sipemakai nama Siu jin Mo Say yang terjepit, bila ia tidak
menolong, tentu manusia yang mengaku bernama Siu jin Mo Say ini
akan menderita Iuka parah dibawah tekanan kekuatan puluhan
orang Seng-po-chung. Mereka telah meninggalkan jauh Seng-po-chung, larinya orang
aneh ini cepat luar biasa, ia telah menotok hidup jalan darah To It
Peng, maka sipemuda ingin bicara, hanya angin yang berkesiur
terlalu cepat, sukar untuk mangajak tuan panolongnya bicara.
Akhir nya mereka tiba disebuah lembah, manusia aneh itu
meletakkan dua orang yang ditolong olehnya pada sebuah batu
besar. Tangannya bergerak cepat, diletakannya To It Peng dan laki2
berambut pirang itu, sedangkan ia sendiri duduk tenang.
Mengetahui dirinya bebas, laki2 rambut kuning yang mengaku
bernama Siu jin Mo Say itu mencelat, kedua tangannya disilangkan
dan memukul orang tua yang mempunyai warna rambut sama itu.
0rang tua ini seperti sudah dapat memperhitungkan apa yang
akan dihadapi, dengan merapatkan jari2 nya ia berhasil menangkis
sarangan. Wajah laki2 berambut kuning yang mengaku bernama Siu jin Mo
Say berubah, ia mambalikan badan dan siap melarikari diri.
Tetapi orang tua berambut-kuning mencelat terbang, dengan
kedudukan tetap bersila, ia melewati diatas kepala laki2 berambut
kuning itu, kemudian menghadang jalan larinya.
"jangan kau lari !" katanya. "Dimanakah kini anak itu berada ?"
Orang yang telah mengganti namanya menjadi Siu jin Mo Say itu
membelalakkan mata, ia berkepandaian tinggi, tetapi kini ia harus
menghadapi tokoh silat yang berkepandaian lebih tinggi darinya.
Orang tua berambut kuning mempnnyai sikap yang sabar, ia
hanya menghadang didepan orang yang mempunyai warna rambut
sama dengannya, tidak memukul atau memaki, ia hanya
meluwekkan mulutnya yang lebar, tersenyum puas. Beberapa saat,
dua orang berambut pirang itu saling pandang memandang.
Orang yang menyebut dirinya sebagai Siu jin Mo Say
menggerakkan langkahnya, terdengar suara gemeretak keras,
dipasang kedua telapak tangan dan memukul kearah orang tua
yang menghadang dijalan itu.
Orang tua berambut kuning mementilkan jarinya, maka
terdengar suara benturan keras .... Buuummm , ... Ia berhasil
mendesak mundur Iaki2 berambut kuning itu.
Wajah laki2 berambut kuning berubah semakin pucat.
"Siapakah kau ?" la bertanya dengan suara yang kurang lancar.
"Nama apa yang kau gunakan itulah namaku." Berkata orang tua
berambut kuning dengan malowakkan mulutnya yang lebar.
"Maksudmu ?" Si pemakai nama Siu jin Mo Say mangkerutkan
alisnya. "Bertanyalah kepada dirimu sendiri. Siapa kau".... Maka kau akan
mendapat jawaban tentang diriku.."
Orang yang mengaku bernama Siu jin Mo Say harus berpikir
masak-masak, hal ini suagguh membingungkan dirinya.
"Masih belum mengerti ?" Bertanya orang tua berambut kuning
itu. To It Peng menyaksikan adegan dua manusia rambut kuning
saling tanya jawab, tentu saja anak dungu kita tidak mengerti.
Tiba2 laki2 berambut kuning yang menyebut dirinya sebagai Siu
jin Mo Say itu manepuk kepala, ia tersadar, kini dengan siapa ia
berhadapan. Orang yang mempunyai rambut kuning itu dapat
dihitung dengan jari. -o0dwo0- "Kau..... kau..... adalah........" la tidak meneruskan kata2-nya,
tiba2 saja tertawa. "Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....."
"Betul" Orang tua barambut kuning itu menganggukkan kepala.
Maka jelaslah siapa dia manusia berambut kuning itu, mereka
adalah dua Siu jin Mo Say, sama2 menggunakan nama Siu jin Mo
Say, satu tidak mau mengakui nama itu karena nama tersebut
sudah busuk, satu lainnya menggunakan nama tersebut karena
kagum akan ilmu kepandaiannya yang maha tinggi. Orang tua
berambut kuning adalah Siu jin Mo Say asli dan laki2 berambut
kuning itu adalah Siu jin Mo Say palsu.
"Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....." Siu jin Mo Say palsu yang
dahulu kita sebut sebagai sipemakai nama Siu jin Mo Say karena ia
tidak mau menyebut nama aslinya dan mengganti nana itu menjadi
Siu jin Mo Say asli tertawa. "Mengapa kau malu menyebut nama
sendiri ?" Siu jin Mo Say asli, orang tua berambut pirang, berbadan pendek,
berkepala ukuran besar dan bermulut lebar itu tidak memberi
keterangan tentang mengapa ia malu menyebut namanya.
"Ilmu kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang yang kau gunakan itu
tidak sempurna, beum waktunya kau mempa memamerkan ilmu
itu." Demikian ia berkata.
"Sebaiknya kau simpan dahu!u, sebelum kau mendapatkan inti
sari, dari ilmu tersebut, jangan sekali-kali untuk mencoba, hal ini
akan mengakibatkan susutnya kekuatan tenaga murni."
"Ha........ Ha...., ha...., ha...... ....." Siu jin Mo Say palsu
menge!uarkan suara tertawa mengejak. "Kau mengatakan ilmu
kepandaian Kiu-thian-to-lie-kang yang kupela jari belum sempurna.
Hanya kau seorang ssjakah yang dapat menyempurnakan
"Kau tidak percaya" "
"Hm....." "Lebih baik kau menyucikan diri, jauhilah kejahatan2 dan
ketamakan, ikut denganku dan berguru kepadaku. "
"Minggir." Bentak Siu jin Mo Say palsu, "Urusan kita belum
selesai, bukan?" Tangan Siu jin Mo Say gemeretak, ia siap mengerahkan ilmu K iu-
thian-to-lie-kang yang maha dahsyat itu.
Siu jin Mo Say asli Mengqoyang goyangkan kepala berkata :
"!lmu Kiu-thian-to-lie-kang terla!u ganas. Tetapi bila ia gagal
menjatuhkan lawan. Tenaga jahat itu menyerang diri sendiri.
Maklumlah kau akan hal ini?"
"Kau kira aku mudah digertak ?" Tangan Siu jin Mo Say palsu
telah bergerak cepat memukul Siu jin Mo Say asli.
Ilmu Kiu-thian-to-lie-kang memang maha dahsyat, To It Peng
yang kena diserempet angin pukulan itu sudah jatuh terjengkang,
bergelimpangan ditanah. "Aaaaaa ......." Sin jin Mo Say asli mengeluarkan suara kaget.
"Kau akan mencalakakan dirimu sendiri."
yang dinamakan ilmu Kiu-thian-to-lie-kang ialah kekuatan
seseorang yang dilatih secara istimewa, kekuatan ini terdiri dari 9
gelombang pukulan, setiap gelombang bertambah secara berthap,
maka bilamana berada pada gelombang yang terakhir, mudah
dibayangkan betapa hebat dan dahsyat ilmu itu. Ilmu inilah yang
dibanggakan oleh Siu jin Mo Say dahulu, tidak sedikit dari para jago
rimba persilatan dijatuhkan olehnya.
Siu jin Mo Say palsu telah mengerahkan ilmu Kiu-thian-to-lie-
kang, gelombang pertama berhasilmenggulingkan To it Peng,
gelombang ini tidak berhenti disitu, langsung menyerang orang tua
berambut pirang itu. Orang tua rambut pirang adalah Siu Din Mo Say asli, dia inilah
yang pernah mengegerkan rimba persilatan, tetapi dengan jalan
yang sesat dan jahat, ia dikeroyok sehingga ia hampir binasa,
setelah itu insyaf dari segala kesalahannya, malu menggunakan
nama Siu jin Mo Say yang telah busuk itu, ia tidak mau ada yang
tahu, siapa dirinya, ia tidak mau menyebut nama aslinya, ia tidak
mau menceritakan asal usulnya. Maka untuk mau hormati
kepribadian orang selanjutnya kita tidak menyebutnya dengan kata-
kata Siu jin Mo Say Iagi, orang itu tahu betapa jahat ilmu K iu-thian-
to-lie-kang, kini laki-laki rambut pirang yang memalsukan dirinya
menyerang, apa boleh buat, iapun bertahan.
Gclombanq kesatu disusul oleh gelombang kedua setelah itu
beruntun saling susul datang gelombang2 berikutnya. Tetapi tidak
satupun yang berhasii menjatuhkan simanusia aneh kita ini.
Kejadian yang berada diluar dugaan yalah setiap gelombang itu
dilepas. Siu jin Mo Say akan mundur satu langkah, mana kala ia
selesai me lepas semua gelombang yang berjumlah 9 kekuatan itu,
mundurnya telah terjadi sehingga 9 langkah, semakin lama,
langkah2 mundur itu samakin lebar, sehingga pada langkah yang
terakhir, tubuhnya jatuh numprah ditanah dengan memuntahkan
darah segar. Siu jin Mo Say adalah lambang kejahatan dan kejahatan dan
kaganasan, laki-laki barambut pirang ini jahat dan kejam, tidak
mengenal pri-kemanusiaan, lupa budi orang mangabdikan diri pada
kejahatan. namanyapun telah dilupakan dan mengganti nama
dengan kata2 Siu jin Mo Say, maka untuk mengabulkan angan2nya,
seterusnya, kita sebutnya sebagai Siu jin Mo Say. Walaupun Siu jin
Mo Say ini palsu adanya. Siu jin Mo Say duduk terluka, tetapi lawan yang dipukul itu tetap
berada ditempat semula dengan tidak menderita sagala cidera.
"Kau terlalu cepat bergerak." Berkata manusia aneh, orang tua
berambut kuning yang telah membuang nama diahatnya Siu jin Mo
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Say. "Bila tidak,mungkin aku rela menerima serangan Kiu-thian-to-
lie-kang yang kau lontarkan dengan cepat, tentunya kau tiada akan
terluka." Luka sipemakai nama Siu jin Mo Say yang kiri telah dapat
pengesahan resmi menggunakan nama Siu jin Mo Say dan
menghilangkan embel2 'ganti nama'nya, sungguh berat. T ak dapat
ia mengeluarkan bantahan, kedua matanya dimeramkan membenarkan peredaran darah yang kacau.
Si dogol To It Peng belum tahu siapa dua manusia yang sedang
berada dihadapannya, hanya diketahui satu jahat satu baik, Siu jin
Mo Say itu jahat, sedangkan manusia aneh, orang tua berambut
pirang dengan kepala ukuran besar dan mulut besar yang telah
menolong dirinya itu baik. Orang tua ini bersedia mengorbankan
kesehatan diri sendiri, bila Siu jin Mo Say jahat tidak bergerak terlalu
cepat. Siu jin Mo Say selesa i mengalirkan peredarannya tiga putaran,
maka luka2 yang diderita berhasil diperingan, ia bangun berdiri
saraya berkata : "Ilmu kepandaianku belum dapat manandingmu,
biar lain kali saja aku meminta petunjuk-petunjuk berhargamu lagi."
la pergi. Hanya saja jalan belum terbuka, orang tua berambut
kuning yang tidak mau manggunakan nama Siu jin Mo Say itu masih
menghadang dijalan. "Tak mungkin kau dapat mernuntut balas." Berkata manusia
aneh ini. ,Aku tidak ada niatan mempersulit dirimu. Katakanlah,
dimana anak itu kau letakan" "
yang dimaksudkan dengan 'anak itu' yalah anak ketua Seng-po-
tihung dan Kat Siauw Hoan, anak yang To It Peng pernah bawa
untuk diserahkan kapada Seng-pochung.
To It Peng telah bangun berdiri.
"Betul." Berteriak sidungu. "Katakan, dimana kau simpan Tay
Koan." Tay Koan adalah nama yang To It Peng berikan kepada calon
ketua muda Seng-po-chung itu, hal ini sangat lumrah, bila T ay Koan
telah meningkat dewasa, bila sudah waktunya ketua Seng-po-chung
mengundurkan diri, tentu Tay Koan yang akan menggantikan
kedudukan ayahnya. Wajah Siu jin Mo Say masih pucat biru, tetapi ia bandal, dengan
mengeluarkan suara dari hidung, ia berkata : "Anak itu sengaja
kubawa untuk ditukar denqan pedang Hu-ie. Dan seperti apa yang
kalian maklum, pedang itu belum kudapat, ketua Seng-po-chung
tidak mau menyerahkanny? mana mungkin kuberi tahu, dimana ia
berada ?" "Tetapi, pedang Hui-ie sudah tiada didalam Seng-po-chung."
Teriak To It Peng, Suara sidungu cukup keras dan jelas.
"Dari mana kau tahu?" Bertanya Siu jin Mo Say dingin.
Manusia aneh badan pendek, kepala ukuran besar dengan mulut
lebar memandang orang yang berani menggunakan namanya itu,
tetapi ia tidak bicara. "Bagaimana kau tahu?" Tanya lagi Siu-jin Mo Say dengan masih
penasaran. "Bagaimana aku tidak tahu?" Berteriak To It Peng, Pedang Hui-ie
itu ......." Maksud sidungu yalah mengatakan behwa pedang Hui-ie telah
barada pada dirinya, tetapi segera sadar bahwa kata2 ini tidak dapat
dikeluarkan, maka ia menyetopnya ditengah jalan. Perintah Kat
Siauw Hoan yalah harus manyerahkan pedang Hui-ie kepada Tay
Koan 12 tahun kemudian, dan tentang pedang Hui-ie tidak boleh
disebut kepada siapapun juga. Apa lagi berada padanya, hal ini
tidak boleh diketahui olehnya.
Siu jin Mo Say baru tidak maenarik panjang perkara, dianggap
sidungu ingin menyimpangkan duduk persoalan itu kepada proporsi
yang salah, ia mengeluarkan suara dengusan dari hidung.
To It Peng bingung, ia berkata iagi :
"Hei, segera serahkan Tay Koan kepadaku. Ketahuilah cianpwe
ini mempunyai ilmu yang lebih tinggi darimu, bila ia mengulurkan
tangan, maka kau segera terpegang ...... itu wakktu ....... Hm ......
hm......." Orang tua aneh melowekan mulutnya yang lehar, ia tertawa.
Siu jin Mo Say termundur, wajahnya berubah, diliriknya orang
yang udah disanya tiada didalam dunia itu dengan penuh
kekhawatiran, ilmunya terlalu hebat, ia harus mundur menjauhinya.
Menyaksikan laki2 rambut pirang ini ingin pergi lagi
To It Peng berteriak "Hei, jangan kau pergi! jangan kau pergi! "
Sesuatu semboyan harus disertai dengan pelaksanaan, To It
Peng bergerak maju, tangannya dipanjangkan, siap menarik baju
orang itu. Sipemakai nama Siu jin Mo Say telah terluka, tetapi untuk
menghadapi manusia seperti To It Peng, sisa kekuatanya masih
banyak lebih, sikutnya digerakan menyambuti tangan sipemuda.
Menghadapi perlawanan ini, To It Peng gugup ..... ia
menyampingkan cakarannya dan berteriak : "Hayo katakan dimana
kini anak itu berada ?"
Sipemakai nama Siu Din Mo Say tidak mempunyai banyak
keleluasaan bergerak, lain sikutnya dikasi main, make bila To It
Peng tidak menghentikan gerakannya, dada sipemuda yang terbuka
itu yang membentur sikut sijahat.
Tidak sadar akan bahaya yang mengancam, tidak pandai, ia
menyingkirkan diri, To It Peng akan segra terluka.
Orang tua berambut pirang itu mempunyai badan pendek, tetapi
cukup gesit, ilmu kepandainyapun tinggi luar biasa, dengan satu kali
raihan tangan, ia berhasil menarik To It Peng dipegangnya erat2.
Siu jin Mo Say jahat segera melarikan diri, larinya bukan kedepan
karena orang tua aneh itu menghadang didepan jalannya, tetapi ia
membalikkan badan dan lari kebelakang.
To It Peng berteriak : "Lepaskan diriku..... Lepaskan diriku..... Aku
segera hampir menangkapnya, mengapa kau mencegah " ..........
Lihat, dia melarikan diri, bila kau tidak me lepaskan diriku,
bagaimana aku dapat menangkapnya ?"
Orang tua berambut pirang me lowekan mulutnya yang lebar,
kepala berukuran tidak norma l itu lucu sekali.
"Dapatkah kau menangkapnya?" Ditatap To It Peng dengan
pandangan mata penuh kasih sayang.
"Tentu saja. Aku adalah jago nomor satu, mana mungkin tak
dapat menangkap orang ?" To It Peng bangga kembali, teringat
bahwa dirinya adalah 'jago nomor satu'.
Orang tua aneh itu tersenyum lebar. Diketahui orang yang telah
mencaplok nama dan gelarnya itu telah terluka, tak mungkin lari
jauh, bila perlu, dengan satu kali loncatan ia dapat menangkap
kembali. Maka tidak perlu tergesa gesa.
Siu jin Mo Say gadungan itu telah me larikan diri tetapi luka yang
diderita cukup hebat, ia tidak dapat lari cepat, masih terlihat
bayangannya ditempat jauh.
"Dia telah terluka," berkata To It Peng. "Sedangkan aku adalah
jago nomor satu, mana mungkin tak dapat menangkapnya " Hayo,
segera lepaskan cekalanmu"
Orang tua aneh itu melepaskan pegangan tangan yang
mengekang To It Peng. "jago nomor satu" Siapakah yang memberi tahu hal ini
kepadamu?" la mangajukan pertanyaan.
"Seorang nenek berpakaian hitam yang menyebut dirinya sebagai
Hian-u Po-po." To It Peng memberi tahu, siapa yang menobatkan
dirinya menjadi "jago nomor satu".
"Aaaaa........" Orang tua berambut kuning ini ternganga. ?"Dia?".
Setelah itu, ia menarik napas panjang, ada sesuatu yang
mengingatkan kejadian lama, agaknya ia bersedih.
"cianpwe, kau ingin berkeluh-kesah" Berkeluh-kesahlah seorang
diri dahulu, aku ingin mengejar Siu jin Mo Say itu dahulu"
To It Peng mengayunkan langkahnya siap mengejar Iaki-laki
berambut pirang, ia tidak tahu bahwa orang tua dihadapannya inilah
yanq bernama Siu jin Mo Say asli, tanpa ganti2 nama segala.
Manusia aneh kita meraihkan tangan, sabentar ia berhasil
menarik tangan To It Peng,
"Apa guna kau mengajarnya?" Ia bertanya.
"Aku ingin mananyakan dimana anak, itu disimpan." Sidungu
memberi jawaban. "Anak siapa" Mungkin anakmu?" Tanya orang tua rambut kuning
ini, kepalanya yang besar bergoyengan.
Wajah To It Peng berubah merah.
"Hus!" la membentak. "jangan kau sembarang bicara, Tay Koan
adalah anak ketua Seng-po-cung. Lihat orang itu semakin jauh.
Bagaimana aku dapat mengejarnya lagi?"
"Anak itu adalah anak ketua Seng-po-cung. Mati hidupnya tidak
ada hubungan nya denganmu, mengapa kau harus memusingkan
kepala ?" Manusia aneh kita ini tidak mengambil pusing kerisauan
hati T o It Peng. "Ibu dari anak itu Kat Siauw Hoan adalah .........."
To It Peng- mendekap mulutnyacepat, mulut itu kadang2 terlalu
lancang. Haruskah diberi tahu bahwa karena Kat Siauw Hoan pernah tidur
ber-sama2 dengan nya satu malam sehingga menyebabkan ia
bersedia diperbudak "
"lbu dari anak itu yang bernama Kat Siauw Hoan memohon
kepadaku untuk merawat dan menjaga anaknya." To It Peng
memberi keterangan tentang mengapa ia harus mengejar orang
yang menyebut dirinya sebagsi Siu jin Mo Say, ia harus menanyakan
kepadanya, dimana Tay Koan sekarang "
Manusia aneh kita menganggukkan kepala dengan penuh arti,
dibalik alis dan bulu matanya yang berwarna kuning terlihat
sepasang mata yang bersinar terang, sinar mata ini seperti dapat
menembus hati. jantung To It Peng dibuat ber-debar2 karenanya, degupan hati
ini memukul keras sekali, ia menundukkan kepala meruntuhkan
pandangan matanya ketanah, tidak berani menantang sinar mata
yang tajam itu. Orang tua rambut kuning, berbadan pendek, kepala gentong dan
mulut lebar itu diam tenang-tenang saja.
Lama sekali kejadian seperti itu, To It Peng melirik kaarahnya,
orang tua itu cukup sabar, tak usah menakutkan dirinya. Dilirik lagi
Siu jin Mo Say jahat, bayangan laki2 rambut pirang itu telah tidak
tampak. "Nah, semakin lama dia semakin jauh. Kini sudah tak tampak.
Hayo ............ lepaskan cekalanmu." Pinta To It Peng.
"jangan takut, akan kutolong memanggilnya kembali." Berkata
orang tua aneh itu sabar.
To It Peng menyeringai, bagaimana cara pertolongan itu
diberikan kepadanya" Dilihatnya bibir orang tua pendek itu
bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu, tetapi tidak terdengar
suara. Tidak diketahui olehnya, inilah puncak ilmu bicara jarak jauh
dengan tekanan gelombang tinggi.
Memandang jauh dimana bayangan Siu jin Mo Say jahat. To It
Peng melihat sesuatu yang bergerak ......Eh ......... Itulah Siu jin Mo
Say yang balik kembali. jalannya perlahan, hal ini karena ia masih
berada didalam keadaan luka, yang aneh ialah tidak iagi ia
melarikan diri, tetapi balik kembali.
To It Peng kurang yakin kepada apa yang dilihatnya, ia
mengusap-usap matanya, dan betul apa yang dilihat, Siu jin Mo Say
itu kembali lagi. "Bagaimana, bukankah telah kupanggil kembali?" tanya orang
tua pendek dengan rambut kuning itu.
To It Peng tunduk dan takluk, maka ia berkata : "Hebat ! IImu,
kepandaianmu ini, lebih tinggi dari apa yang kumiliki."
Mereka menyaksikan bagaimana 'Siu jin Mo Say' kembali, ia
menjura dan berkata kepada orang tua :
"Aku menyerah. Untuk selanjutnya tidak berani aku memalsukan
namamu lagi. Belum puaskah dengan pernyataanku ini ?"
To It Peng mengkerutkan alisnya, didengar kata2 ucapan yang
menyatakan 'aku tidak berani memaIsukan namamu lagi', nama
apakah yang dipalsukan oleh Iaki2 rambut pirang itu "
"Heh! " Nama apakah yang dipalsukan oleh Siu jin Mo Say?" P!kir
To It Peng didalam hati. Seharusnya, manusia manapun akan dapat menduga tentang hal
itu, siapa dia manusia berambut pirang yang berada ditempat itu"
Hanya sidungu yang jalan pikirannya hanya satu itu sulit untuk
meng-ilmiah perkara-perkara rumit, sampai pecah kepalanyapun
tidak dapat ia menduga. Bergantian To It Peng memandang dua manusia berambut
pirang, satu yang menyebut dirinya bernarna Siu jin Mo Say tunduk
tak berkutik, satunya lagi yalah siorang tua pendek dengan ukuran
kepala lebih besar dari manusia biasa itu melowekan mulutnya yang
lebar, ia tersenyum-senyum saja.
"Kau telah menemukan ilmu Kiu-thian-to-lie-kang, tetapi belum
cukup latihan, setelah itu berani menyerangku. Tadi terkena
seranganmu sendiri, luka yanq kau derita tidak ringan, tahukah,
bagaimana kau harus menyembuhkannya?" Orang tua berambut
pirang memandang laki2 yang mampunyai warna rambut sama
dengannya itu. Wajah 'Siu jin Mo Say' menunjukkan rasa khawatir yang tidak
terhingga, peluh membasahi tengkuknya.
"Bila kau tidak berhasil menemukan cara yang tepat, betul kau
berhasil menghilangkan rasa sakit, tetapi bukan berarti sembuh
didalam arti sesungguhnya." Berkata lagi siorang tua pendek rambut
kuning. "Kurang lebih satu tahun kemudian, jalan2 darah dan
pembuluh darahmu pecah berantakan, darah mengalir bagaikan air
bah yang memecah bendungan, itu waktu, penderitaan yang kau
alami terlalu seram untuk dibayangkan."
Peluh dan keringat 'Siu jin Mo Say' mengetel cepat, bagaikan
tetesan air hujan yang berjatuhan dari emper rumah.
To It Peng adalah cakal bakal para manusia yang bermotto
semboyan 'kasih', tak dapat membiarkan seseorang menderita
sengsara, melihat hal itu, ia berkata : "cianpwe, beri tahukanlah
kepadanya, bagaimana ia harus manghilangkan penderitaan hebat
itu." "Tentu. Setelah ia berjanji mengabulkan tiga permintaanku." kata
orang tua pendek rambut kuning itu.
'Siu jin Mo Say' kembali denqan maksud tujuan meminta adpis,
bagaimana ia harus menyembuhkan luka 'Kiu-thian-to-lie-kang'.
Diketahui ilmu Kiu-thian-to-liekang terdiri dari sembilan gelombang,
setiap tingkat kian menghebat, maka sehingqa gelombang yang
terakhir, semakin sulit mempertahankannya. Kini senjata makan
tuan, dengan ilmu yang dipunyainya ia menyebabkan dirinya
menderita. Setiap hari, luka yang diderita akan menghebat, maka 9
hari kemudian, dikala luka itu menjalar keseluruh tubuh, seharusnya
tidak ada tabib yang dapat memberi pertolongan.
Belum lama, ia telah mengerahkan ilmu Kui-thian-to-lie-kang,
bukan musuh yang dilukai, tetapi diri sendiri yang akan mengalami
Si Dungu Karya Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siksaan badan, belum lama ia telah Iari menjauhkan diri, tetapi
dengan tekanan suara-gelombang tekanan tinggi Siu jin Mo Say asli
telah memanggilnya kembali, dikatakan ia akan memberi petunjuk2
bagaimana harus menghilangkan penderitaan badan itu, maka
dengan menebalkan muka, memberanikan diri, ia balik kembali.
To It Peng telah memberi jalan, segera berkata : "Tiga
permintaan apakah itu?"
Orang tua pendek dengan kepala gentong itu cukup sabar, ia
berkata dan menyebut tiga syaratnya:
"Dengarlah baik2. Syarat yang pertama ialah tidak diperbolehkan
kau mengganas, kau hanya boleh menetap didaerah See-gak dan
baik2 menjaga keempat muridmu itu. "
"Syarat ini dapat kuterima." Setelah berpikir sebentar, 'Siu jin Mo
Say memberi jawaban. "Permintaanku yang kedua ialah katakan dimana anak itu berada
?" "Ditangan muridku. "
"Lekas panggil mereka dan serahkan anak itu kebangunan Seng-
po-chung." 'Siu jin Mo Say' mengkerutkan alisnya.
"Permintaanmu ini bararti kau telah menghilangkan kesempatanku untuk memiliki pedang Hui-ie." la masih mengharapkan pedang pusaka itu.
"Ha, ha ......" Siu jin Mo Say tua yang telah bertobat tertawa.
"bukan saja kehilangan kesempatan untuk memiliki pedang Hui-ie,
sampaipun sarung pedang kulit naga yang berada padamu itu akan
kuminta." 'Siu jin Mo Say' termundur, ia berteriak : "Tidak! Dengan mati2an
aku mempartahankan nya, maka hampir2 nyawaku tertinggal di
Seng-po-chung tergencet oleh tekanan kekuatan puluhan jago2nya.
Hal ini untuk memiliki pedang Hui-ie dan mempertahankan sarung
pedang kulit naga. Tak mungkin dapat kuserahkan kepadamu. "
"Baik. Kau tidak mau menyerahkan kepadaku. Tetapi pikirlah
masak2, dengan keadaanmu seperti sekarang ini, mungkinkah dapat
mempertahankan lagi" Bila aku bergerak, kemana kau melarikan diri
?" Wajah 'Siu jin Mo Say' semakin pucat, keringat mengucur
semakin banyak, sugguh ia tidak berdaya.
"Aku tidak mau merampas benda itu dari tanganmu." Berkata lagi
Siu jin Mo Say tua. "Ilmu Kiu-thian-to-lie kang yang kau kerahkan
tadi telah ada pada tingkat kesembilan, maka hanya memerlukan
waktu lima hari, kujamin kau jatuh menggeletak ditanah tidak dapat
bergerak" Badan'Siu jin Mo Say' menggigil dingin.
"Pada waktu- itu, dengan mudah, seseorang yang tidak
berkepandaian silatpun dapat mengambil sarung pedang kulit naga
itu dari tanganmu." Berkata lagi orang tua berbadan pendek itu,
Tiba2 laki2 berambut kuning itupun berteriak, tangannya meraih
sarung pedang kulit naga yang segera dilempar kehadapan orang
tua aneh. Siorang tua memanjangkan tangannya, maka sarung pedang
kulit naga tidak jatuh ketanah, tetapi pindah kedalamtangannya.
Setelah melemparkan sarung pedang kuht naga, 'Siu jin Mo Say'
mengambil sesuatu dari dalam saku bajunya, dilempar keudara
bebas, maka.... sssiiiuuuttt ............. sesuatu benda bercahaya
merah pecah diudara, bertaburan dan lama sinar itu memancar
diudara. Tidak berapa lama, terlihat 4 bayangan berlari mendatang,
mereka melihat tanda panggilan dan datang segera.
To It Peng bermata tajam, segera ia melihat kedatangan mereka,
itulah 4 Manusia Wajah Tak Berkulit, Hantu Wanita, Patung Arca
dan dua baju putih 4 bayangan itu telah tiba sagera, pada tauaan si Hantu Wanita
tergendong seorang anak, itulah Tay Koan yang dicari,
To It Peng segera menyongsong kedatangannya, mengulurkan
dua tangan kedepan berkata : "Lekas ..... Lekas serahkan anak itu
kepadaku." ---oo0oo--- BAGIAN 15 BAGAIKAN TIKUS MENEMUKAN KUCING, JAGO NOMOR
SATU DARI DAERAH LIAUW-TONG TENG SAM TAK BERANI
MENEMUI NENEK HlTAM HlAN-U PO-PO
TERNYATA 4 Wajah Tak Berkulit adalah 4 murid Siu jin Mo Say
gadungan, mengatahui guru mereka melepaskan tanda panggilan,
mereka datang segera. Murid tertua yalah wanita rambut panjang, si Hantu Wanita,
demikian To It Peng menamakannya, dan putra ketua Seng-po-
chung berada pada tangannya.
Mengetahui anak itu diminta, Hantu Wanita memutar putarkan
matanya yang bergantungan seperti lampu setan itu, dari sela2
rambut yang terurai masih jelas terlihat wajahnya yang
menakutkan. "Serahkan kepadanya!" Sang guru memberi perintah.
Perintah ini berada diluar dugaan Hantu Wanita, tetapi ia tidak
membantah, diserahkan Tay Koan kepada To It Peng.
Agaknya Tay Koan masih mengenali sidungu, ia lari dan
merangkul leher T o It Peng dengan mesra.
Putra Kat Siauw Hoan tehah berada didalam pelukannya, maka
To It Peng lupa akan segala penderitaan ia harus membawa anak ini
ke Seng-Po-chung dan menyerahkan kepada ayahnya, sete!ah itu ia
mengawaninya hingga 12 tahun.
Dengan membawa Tay Koan, To It Peng berjalan perqi. Boleh
dikata, ia telah lupa daratan, Iupa akan keadaan sekelilingnya, lupa
orang tua berambut kuning yang telah berulang kali menolongnya,
lupa Siu jin MO Say dan lupa 4 Wajah Tak Berkulit, ditinggalkannya
mereka itu semua. To It Peng menuju kearah Seng-po-chung.
Berjalan beberapa waktu, keadaan sipemuda mulai dingin, ia
segera teringat bahwa beberapa orang telah ditinggalkan begitu
saja, diantaranya termasuk orang tua pendek berambut kuning yang
baik hati. la menolah kebelakang dan . . . . Eh . . . . orang tua pendek
berambut kuning, berkepala gentong dengan mulut lebar itu masih
berada dibe!akangnya, ia tertawa-tawa menyaksikan kekagetan
sipemuda. Tidak terlihat Siu jin MO Say dan keempat muridnya yang
tidak mempunyai kulit pada wajahnya itu.
"Hanya kau seorang diri ?" T o It Peng mengajukan pertanyaan.
"Begitu menemukan anak itu, kau segera menggendongnya dan
pergi, meninggalkan kawan dan lawan. Setelah pu!uhan lie, baru
kau teringat dan membalik-kan kapala. Mungkinkah kau menyuruh
mereka mengikuti jejakmu, mengintil dibelakangmu?" Demikian
orang tua berambut kuning itu berkata.
"Oooooo . . . . Aku telah berja!an puluhan lie?"
To It Peng garuk2 kepala. "Dan mengapa kau turut dibelakangku
?" "Tentu ada urusan denganmu. Aku ingin meminta sesuatu
darimu." To It Peng kaget, dipeluknya Tay Koan karas-keras, takut kalau-
kalau orang tua berambut kuning itu merebut dari tangannya.
"Apakah yang kau mau?" Tanyanya gemetar. "Bila kau ingin
merebut anak ini dari tanganku, aku akan mengadu jiwa, tahu"
"Mengadu jiwa?" Orang tua itu tertawa. "jiwa mana yang ingin
kau adu ?" To It Peng mamandang penuh kesiap siagaan.
"Nah, kau lihat !" kata orang tua pendek itu. jarinya ditudingkan,
maka tangan To It Peng kaku.
Tay Koan lepas dari pelukannya dan terbang.
To It Peng lompat maju, ia menubruk tubuh Tay Koan, takut
jatuh atau terluka. Tetapi orang tua berambut kuning itu lebih gesit darinya, disaat
To It Peng menubruk, Tay Koan telah berada didalam rangkulannya.
"Bagaimana kau dapat mengadu jiwa?" orang tua pendek itu
tertawa. To It Peng membentak, dan iapun mengejar, siap merebut
kembali anak Kat Siauw Hoan.
Orang tua pendek dengan rambut pirang itu ada niatan
mempermainkan sipemuda, tubuhnya melesat, dan dengan
membawa Tay Koan, ia melarikan diri.
To It Peng membikin pengejaran. Sayang! Ilmu ke pandaiannya
sungguh minim sekali, betapa kuatpun ia mengejar, mana mungkin
dapat mengejar tokoh kenamaan jaman dahulu kala"
Bila mau, orang tua itu dapat meninggalkan To It Peng. Tetapi
hal ini tidak dilakukan, ia menunggu sipemuda, manaka!a hampir
tercapai, baru ia melesat, dipertahankannya jarak2 yang tertentu.
Napas To It Peng memburu keras, beberapa kali ia jatuh banqun,
tapi tekatnya membuat, walau kebulan Tay Koan dibawa, tetap akan
dikejar juga olehnya. Orang tua pendek, dengan rambut kuning itu marasa kasihan, ia
manghentikan kakinya dan bertanya : "Bagaimana ?"
"Serahkan anak itu !" T o It Peng berteriak. "Baik." Dan Tay Koan
diserahkan keptida sipemuda.
"Bila aku ada niatan merebut anak itu, dapatkah kau mengadu
jiwa ?" To It Peng tidak mengerti s ikap orang tua ini, ia menggoyangkan
kepala dan ber-kata2 : "janganlah kau merebutnya lagi."
"Tentu saja. hubunganmu dengan ibunya baik sakali. Aku tidak
mau merebut darimu. Maksudku hanya meminta sesuatu darimu."
Kata2 'Hubunganmu dengan ibunya baik sekali' itu sangat
mengejutkan To It Peng, hampir2 ia jatuh ditanah.
"Kau ....... kau mau meminta sesuatu ?"Tanyanya.
"Apakah yang kau ingini itu ?"
"Pedang pusaka yang diberi nama pedang Hu-ie itu
Suara siorang tua berambut kuning tidak terlalu keras, tetapi
masuk kedalam telinga sipemuda keras dan berdengung-dengung.
Ia terlompat berkata : "jangan . . . . jangan...... Aku tidak mau
menyerahkan pedang itu...... Aku.... Aku.... tidak mermpunyai
pedang Hu-ie. " To It Peng menyebut jangan beberapa kali, dipeluknya Tay Koan
erat2, takut jatuh atau direbutnya lagi.
Orang tua pendek dengan rambut kuning itu tidak mendesak, ia
menggoyangkan kepalanya yang sebesar gentong itu berkata :
"Lebih baik kau s impan pedang itu didalam tanganku. Bila tidak.......
Tahukah bahaya yang mengancam kalian " "
Didalam kamus perbendaharaan benak sipemuda tidak ada kata2
yang menerangkan apa itu artinya 'ancaman bahaya', ia tidak
mengenal takut, yang penting yalah menjaga Tay Koan hingga
berumur 12 tahun, setelah itu menyerahkan pedang Hu ie kepada
anak tersebut. Inilah pesan dari ibunya.
"Serahkan pedang itu kepadaku," kata orang tua berambut
pirang itu. Tidak sedikit kutahu tentang keadaanmu. Bia saja kau
tidak mau menyerahkan, dan kukatakan tentang keadaanmu itu
......" "jangan...... jangan......To It Peng berteriak "jangan kau katakan
kepada siapapun juga."
"Kau bersedia menyerahkan pedang Hu-ie" "
"Kulihat kau tidak jahat kepadaku, seharusnya kuserahkan
pedang itu kepadamu, hanya saja benda pusaka itu bukan barang
milikku, tetapi pesan seseorang untuk dihadiahkan kepada
anaknya." Orang tua itu mengkerutkan alisnya yang berwarna kuning, ia
berkata : "Sungguh Kau juyur! Baik! Akan kuberi sedikit keterangan,
tahukan betapa bahaya kau membawa-bawa pedang pusaka ?"
"Tokh tidak ada yang tahu, Bahaya apa yang mengancam?"
"Kau harus menunggu sehingga anak dewasa dan menyerahkan
pedang Hu ie kepadanya bukan ?"
"Betul." "Berapa Iama, waktu itu kau butuhkan ?"
"12 thun." "Nah, itulah ! Waktu itu terlalu panjang. Bila sampai terjadi
sesuatu, dapatkah kau mempertahankan pedang itu hingga tidak
direbut orang?" "Kukira .... " To It Peng tidak dapat menjamin tentang hal
tersebut. "Lebih baik kau serahkan kepadaku. Biar aku yang tolong
menyimpannya. Aku hanya ingin pinjam untuk sementara."
"Betul ?" To It Peng ragu2.
"Percayalah kepadaku. Aku bukan hidup ditahun 1968, dimana
banyak kawan yang memakan kawan, banyak penipu berkeliaran,
banyak bajingan dengan seribu janji2 muluk yang tidak akan
ditepati." Sipemuda mengeluarkan pedang Hu-ie didalam keadaan seperti
itu, mana mungkin ia tidak menyerahkannya, orang tua aneh
dengan kepala berukuran tidak normal ini dapat merebut pedang
pusaka dari tangannya, tetapi ia tidak melakukan hal itu, suatu
tanda betapa jujur sifat kepribadiannya, betapa baik hatinya.
"Bilakah kau akan mengembalikan pedang ini ?" To It Peng tidak
segera menyerahkan. "Setelah anak itu dewasa" kata orang tua berambut kuning itu."
jari tangannya dipentilkan, maka . . . . ser.... menyerang pedang
yang masih berada ditangan orang. Terdengar suara.... teng.....
pedang Hu-ie terpental dan lepas dari tangan To It Peng, naik
keatas tinggi, berputar dan menukik turun, arah tujuannya yalah
dimana ia berada. cepat luat biasa, sarung pedang kulit naga dikeluarkan dan
terpasang untuk menyanggah datangnya pedang. Dan slep, pedang
masuk kedalam warangkanya.
Manakala To It Peng mengeluarkan pedang Hu-ie, keadaan
cahaya terang karena pantulan sinar pedang pusaka itu, setelah
masuk kedalam sarung pedang kulit naga, cahaya itupun lenyap
tanpa bekas. Dengan menenteng pedang Hu-ie dengan telah bersarung
tempat pedang kulit naga, orang tua pendek dengan ukuran kepala
Pendekar Remaja 4 Pendekar Pulau Neraka 09 Menembus Lorong Maut Hamukti Palapa 1