Pencarian

Si Rajawali Sakti 7

Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


para penduduk dusun-dusun yang merasa hutang bud,i kepada pertapa itu,
membalasnya dengan menyediakan semua keperluan hidupnya yang tidak banyak.
Hanya sekedar untuk makan sewaktu lapar dan beberapa helai pakaian pengganti.
Beberapa orang tokoh kang-ouw yang kebetulan lewat di daerah itu dan tertarik
lalu mengunjungi Thian Te Siankouw mendapat kenyataan bahwa pertapa wanita itu
memiliki ilmu kepandaian silat tinggi. Akan tetapi a irir?ya, tidak pernah ia
mau menerima murid walaupun banyak orang-orang muda bersujut kepadanya dan
mohon menjadi muridnya. Hal ini terkadang membuat orang-orang kangouw itu
menjadi marah dan sengaja menguji kepandaian Thian Te Siankouw, namun tak
seorang pun mampu membuat per-tapa itu bangkit dari duduknya. Hanya dengan
duduk bersila saja n mampu mengalahkan dan mengusir semua pengganggunya.
Pada suatu pagi, seorang pemuda berpakaian serba kuning yang gagah dan seorang
gadis muda yang cantik, lembut namun tampak gagah pula, tiba di dusun yang
berada di kaki Bukit Tengkorak. Mereka adalah Liu Cin dan Ong Hui Lan. Seperti
kita ketahui, sepasang orang muda ini mendapat petunjuk dari Si Han Lin bahwa
kalau mereka, atau lebih tepat Hui Lan, ingin memperdalam ilmu dan mencari guru, dia
mendengar dari gurunya bahwa di Puncak Bukit Tengkorak di tepi Sungai Luan itu
terdapat seorang pertapa wanita bernama Thian Te Siankouw yang sakti. Maka Hui
Lan lalu mencarinya, ditemani oleh Liu Cin yang diam-diam mencinta gadis itu.
Para penduduk dusun itu tentu saja memandang sepasang orang muda itu dengan
heran. Maklum daerah itu jarang
-kali menerima kunjungan orang luar. alau ada yang kebetulan datang juga ereka
adalah orang-orang kangouw yang asar. Ketika Liu Cin bertanya kepada tereka
tentang Bukit Tengkorak dan Thian Te Siankouw, para penduduk dusun itu dengan
gembira menunjuk ke arah Nukit Tengkorak yang tampak dari situ.
"Kongcu (Tuan Muda) dan Kouwnio Nona) tentu hendak minta obat dari Siankouw,
bukan" Karena kalau Ji-wi Kalian berdua) minta hal lain, pasti , kan ditolaknya.
"Ya benar, kami mau minta obat," awab Hui Lan yang tidak ingin men-apat banyak
pertanyaan kalau ia bilang ngin mencari guru.
"Kami mendengar bahwa selain ilmu pengobatan, Thian Te Siankouw juga
nerupakan seorang sakti. Benarkah itu?" tanya Liu Cin.
"Thian Te Siankouw adalah seorang ewi, bukan manusia biasa, tentu saja beliau
sangat sakti! Karena itu, harap Ji-wi tidak main-main kalau berada di sana
menghadap beliau." kata seorang kakek
dengan suara sungguh-sungguh.
"Apakah beliau mempunyai mur i tanya Hui Lan.
"Murid" Siankouw tidak pernah ma menerima murid, hanya mau mengobai orang
sakit. Itu saja!" Mendengar ini, tentu saja hati Hu Lan menjadi gelisah. Jangan-jangan se telah
melakukan perjalanan yang ama sukar, mendaki pegunungan menur u jurang-jurang
dan tebing terjal, setela bertemu dengan orang yang dicarinya, i akan ditolak
menjadi murid! Ia tida boleh ragu. Segala harus dicoba dulu!
"Mari, Liu Cin, kita pergi menghadap Siankouw!" katanya dan mereka mengucapkan
terima kasih kepada para penduduk dusun lalu berangkat mendaki bukit kapur itu.
Di lereng bukit itu mereka bertemu dengan beberapa orang dusun yang pulang
setelah mengantarkan orang yang sedang menderita sakit dan minta obat, ada pula
yang pulang dari mengirim bahan-bahan makanan kepada Siankouw. Dari mereka
inilah Liu Cin dan Hui Lan mendapat
>etunjuk di mana adanya gua besar tempat tinggal pertapa wanita itu.
Akhirnya mereka berdiri di depan gua tu. Karena gua itu menghadap ke timur dan
saat itu matahari masih berada con-ong di timur walaupun sudah agak tinggi, maka
sinar matahari memenuhi gua. Mereka melihat seorang wanita duduk bersila di atas
sebuah batu besar di depan gua, sikapnya seperti seorang dewi dan memang pantas
kalau ia disebut dewi. Wanita itu usianya sekitar lima puluh lima tahun, namun
masih tampak cantik, rambutnya yang panjang masih hitam dan wajahnya yang
lembut itu masih cerah dan halus tanpa keriput. Di dalam gua, di belakang wanita
itu terdapat buah-buah dan bahan-bahan makanan yang agaknya baru saja dikirimkan
ke situ oleh para penduduk dusun.
Hui Lan dan Liu Cin tertegun. Inikah calon guru yang mereka cari, guru yang
ditunjuk oleh Si Han Lin" Wanita itu mengenakan pakaian kuning dan putih dari
kain yang kasar, namun bersih dengan potongan sederhana, mungkin buatan para wanita
dusun. Dua orang muda 1 saling pandang, lalu Hui Lan mengangg dan mereka
berdua maju lalu menjatul kan diri berlutut di depan batu besar it "Siankouw,
mohon maaf kalau k datangan kami mengganggu ketenanga Siankouw yang
terhormat." kata Hui L karena Liu Cin tidak tahu harus berka apa. Yang memiliki
kepentingan adai Hui Lan, dan dia hanya mengantarkann saja.
Thian Te Siankouw membuka ked matanya dan memandang kepada d orang muda
itu bergantian, lalu terd ngar ia berkata, suaranya lembut.
"Kulihat kalian sehat saja, kenap kalian datang ke sini" Apa yang kalia
kehendaki?" Biarpun suara itu lembut, namun d dalamnya mengandung getaran yang pe nuh
wibawa sehingga Hui Lan meras betapa jantungnya berdebar tegang. Ia pikir, kalau
ia langsung minta agar di terima menjadi murid, ia khwatir kalau kalau nenek itu
menolak, maka sambi memberi hormat ia berkata.
"Siankouw yang mulia, saya mohon belas kasihan Siankouw agar sudi me-
olong saya " "Hemmm, kulihat engkau sehat, tidak
akit " "Badan saya memang tidak sakit, Siankouw, akan tetapi batin saya sakit, sakit
parah sekali, rasanya ingin mati aja."
Thian Te Siankouw mengerutkan alisnya dan menatap wajah Hui Lan penuh
perhatian. Sinar matanya yang tajam itu seolah akan menembus dan menjenguk ke
dalam hati gadis itu. Agaknya ia tertarik
dan berkata. "Engkau menderita sakit hati" Sakit hati apakah yang membuatmu ingin mati saja?"
Tentu saja Hui Lan tidak ingin menceritakan bahwa dirinya telah diperkosa oleh
Chou Kian Ti, apalagi di depan Liu Cin. Malapetaka itu akan ia rahasiakan untuk
dirinya sendiri, tidak akan diceritakannya kepada siapapun juga, kecuali
mungkin, kalau terpaksa, kepada ayah ibunya.
"Siankouw, saya merasa sakit hati sekali karena telah ditipu. Ayah ibu saya
telah menerima lamaran Jenderal Chou yang hendak menjodohkan saya dengan
puteranya. Saya menerimanya karena saya harus berbakti kepada orang tua saya.
Akan tetapi ternyata Jenderal Chou itu melamar saya untuk puteranya I bukan
karena puteranya ingin menikah dengan saya, melainkan karena keluarga Chou itu
hendak memanfaatkan tenaga saya untuk membantu rencana pemberontakan
mereka. Saya menolak dan mereka menghina dan memaki saya. Saya melawan akan
tetapi kalah, maka saya mohon Siankouw sudi mengajarkan ilmu silat tinggi kepada
saya agar saya dapat membalas perlakuan mereka dan terutama sekali agar saya
mampu menantang mereka yang hendak memberontak kepada Sribaginda Kaisar."
Thian Te Siankouw menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa mengajarkan ilmu
silat, kalau engkau mau belajar ilmu pengobatan, boleh saja."
"Tolong, Siankouw. Saya melakukan itu bukan sekadar membalas dendam,
melainkan terutama sekali untuk menentang dan menghalangi niat mereka untuk
membunuhi para pejabat tinggi yang setia kepada Sribaginda Kaisar."
Kembali Thian Te Siankouw menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mempunyai
urusan dengan dendam atau pun pemberontakan. Biar mereka yang berkepentingan
saja yang mengurusnya."
"Siankouw yang mulia, tolonglah saya saya tidak akan bangkit ber-
diri lagi sebelum Siankouw mengabulkan permohonan saya dan menerima saya
sebagai murid " Hui Lan tidak dapat menahan kesedihan hatinya dan mulailah ia menangis
teringat akan dendamnya kepada Kian Ki yang tidak mungkin dapat terbalas kalau
ia tidak memperoleh bimbingan seorang g.ru yang sakti.
Mendengar ini, nenek itu mengerutkan alisnya lagi, akan tetapi ia tetap
menggelenggelengkan kepalanya, bahkan ia lalu memejamkan kedua matanya lagi,
tidak mempedulikan dua orang mu yang berlutut di depannya itu.
Liu Cin merasa iba sekali kepada Hu Lan. Dia dapat merasakan b tapa besa
kekecewaan hati gadis itu yang ditola mentah-mentah oleh Thian Te Siankouw.
Apalagi kini melihat gadis yang dicinta nya itu menangis sedih sedangkan nenc"
yang dimintai tolong sama sekali tida mempedulikan malah memejamkan mata nya
kembali. Perutnya terasa panas!
"Sudahlah, Hui Lan!" katanya denga nyaring. "Tidak ada gunanya lagi minta minta
kepadanya. Seorang yang telah menggunakan julukan Siankouw biasanya berhati
penuh belas kasihan kepada orang, akan tetapi mungkin yang satu ini merupakan
kekecualian. Lebih baik engkau menghadap gurumu, Locianpwe Tiong Gi Cinjin, dan
minta betiau melatihmu lagi untuk memperdalam ilmu silatmu."
"Siapa ?"" Pertanyaan yang merupakan teriakan ini mengejutkan Liu Cin dan Hui
Lan. Mereka memandang dan melihat nenek itu sudah membuka matanya dan kini
memandang tajam kepada Hui Lan. "Siapa nama gurumu, Nona?"
"Suhu bernama Tiong Gi Cinjin," kata Hui Lan sambil mengusap air matanya dan
berhenti menangis. "Dia mempunyai tahi lalat di dagu kanannya dan tubuhnya agak pendek?" Nenek itu
bertanya cepat. "Benar, Siankouw, Suhu Tiong Gi Cinjin mempunyai tahi lalat di dagu kanannya dan
beliau agak pendek dan gemuk."
"Ahhh, dulu dia tidak gemuk " Nenek itu berdiam diri, memandang ke atas seperti
orang melamun. "Siankouw mengenal Suhu?" tanya Hui Lan, harapannya timbul kembali.
"Hemmm berapa lamanya engkau
belajar silat dari Tiong Gi Cinjin?" "Sekitar sepuluh tahun, Siankouw." "Hemmm,
sepuluh tahun" Kalau begitu, tingkat kepandaianrnu sudah cukup kuat. Apalagi
yang dtahun" Dan engkau, orang muda, apakah engkau juga ingin belajar silat?"
Sebetulnya, Liu Cin hanya ingin mengantar dan menemani Hui Lan sa akan tetapi
untuk mendukung gadis it dia pun berkata dengan tegas. 'Benar Siankouw, saya
ingin memperdalam aj yang pernah saya pelajari."
"Siapa gurumu" Apakah Tiong Gi Cin-jin juga?"
"Bukan, guru saya adalah Ceng Iri Hosiang dari Siauwlimpai."
"Hemmm, murid Siauwlimpai" Mengapa masih harus memperdalam ilmu silat!
mu?" "Agar saya memiliki kemampuan yanl lebih besar untuk menentang kejahatan, dan
menegakkan kebenaran dan keadilan] Siankouw."
Kembali Thian Te Siankouw mengamati wajah kedua orang muda itu beri gantian.
Kemudian ia menghela napas panjang dan bertanya;
"Siapa nama kalian?"
"Saya bernama Ong Hui Lan, Sianl kouw."
"Saya bernama Liu Cin."
"Liu Cin, engkau mencinta Hui Lan, bukan?" tiba-tiba nenek itu bertanya dari
pertanyaan tiba-tiba ini tentu saja membuat Liu Cin terkejut dan dia menjawab
Kagap. "Apa maksud Siankouw" Ini..... hal ini saya "
"Seorang gagah harus berani berkata sejujurnya. Jawabanmu penting sekali bagiku
untuk memutuskan apakah aku dapat mengajarkan sesuatu kepada kalian ataukah
tidak. Hayo jawab sejujurnya, apakah engkau mencinta Hui Lan?"
Pada dasarnya memang Liu Cin memiliki watak yang terbuka dan jujur, maka dia
menjawab dengan tegas. "Benar, Siankouw, saya mencinta Hui Lan!"
"Dan engkau, Hui Lan, apakah engkau mencinta Liu Cin?" kini nenek itu bertanya
kepada Hui Lan. Gadis itu menundukkan mukanya yang berubah merah sekali. Bukan hanya merah
karena merasa malu, akan tetapi juga karena diam-diam tanpa suara ia menangis
karena terharu. Mendengar Liu Cin mengatakan bahwa dia cinta padanya dengan
begitu tegas, ia merasa terharu sekali. Memang ia dapat melihat dari sinar mata,
gerak-gerik, suara dan jug sikap Liu Cin yang selama ini serial membelanya,
bahwa pemuda itu mencintanya. Akan tetapi mendengar Liu Cin demikian tegas
menyatakan cintanya, i"* merasa terharu. Liu Cin terlalu baik baginya, sedangkan
ia sendiri, ia sama sekali tidak berharga untuk menerima cinta kasih Liu Cin. Ia
seorang gadis yang telah ternoda!
"Hayo, Hui Lan, engkau harus menjawab agar aku dapat menentukan apakah aku
dapat membantu kalian mempelajari sesuatu ataukah tidak!" kata Thian Te
Siankouw mendesak. Hui Lan tidak berani berbohong. Dalam keadaan menderita kepedihan batin seperti
ini, bagaimana mungkin ia memikirkan tentang cinta" Akan tetapi tentu saja ia
kagum,.dan suka kepada Liu Cin.
"Siankouw, saya merasa suka dan
kagum kepada Liu Cin." akhirnya ia menjawab.
"Bagus! Itu sudah cukup sebagai awal cinta! Untuk mempelajari ilmu ini ter-
apat tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama mempelajari ilmu ini harus di-atih
oleh sepasang pria dan wanita. Kedua, mereka haruslah pria dan wanita yang
saling mencinta. Dan ke tiga, me-eka harus memiliki tenaga sakti yang ukup kuat
untuk dapat mempelajari ilmu mi. Nah, syarat pertama dan ke dua telah kalian miliki,
yaitu kalian adalah sepasang pemuda dan gadis yang saling mencinta, sekarang
syarat ke tiga dan al ini haruslah aku yang mengujinya. Kalian bangkitlah dan saling
mengunci ari-jari sebelah tangan satu kepada yang lain dan berdiri di hadapanku
lalu memasang kuda-kuda sambil mengerahkan seluruh tenaga sinkang kalian. Aku akan
mendorong kalian dengan kedua tanganku, kalian sambut dengan sebelah tangan
kalian dan pertahankan dirimu, jangan sampai kalian terdorong jatuh. Kalau
kalian sampai terjatuh, berarti tenaga sinkang masih kurang kuat untuk
mempelajari ilmu itu. Akan tetapi kalau dapat bertahan sehingga tidak sampai jatuh, berarti
kalian boleh mempelajarinya. Nah, bersiaplah!"
Karena ingin sekali mempelajari ilmu silat tinggi, Hui Lan dengan penuh semangat
sudah berdiri di sebelah kanan Liu Cin. la dan pemuda itu menyatukan jari-jari
sebelah tangan mereka, lalu dengan tubuh sedikit merendah mereka memasang
kuda-kuda dan menyatukan tenaga sinkang mereka kemudian Hui Lan menjulurkan
tangan kanannya ke depan sedangkan Liu Cin menjulurkan tangan kirinya ke depan,
siap menyambut serangan dorongan nenek yang hendak menguji mereka itu.
Dengan masih duduk bersila di atas batu, Thian Te Siankouw berkata, "Majulah
lagi agar tangan kalian dapat bertemu kedua tanganku."
Dua orang itu melangkah dekat dan kini berdiri dekat sehingga kedua telapak
tangan Thian Te Siankouw yang dijulurkan ke depan itu dapat bertemu dengan dua
telapak tangan mereka. "Kalian sudah siap?"
Dua orang muda itu mengangguk. Tiba-tiba mereka merasa betapa dari te^ lapak
tangan nenek itu ada hawa yang panas dan kuat sekali mendorong mereka. Mereka
segera mengerahkan dan menyatukan tenaga melalui kedua tangan mereka
menahan dorongan itu sekuatnya. Tak lama kemudian, kedua tangan nenek yang
amat panas itu seketika berubah dingin seperti es! Dua orang muda itu terkejut,
akan tetapi dengan penuh semangat mereka tetap bertahan walaupun perubahan
hawa dari amat panas menjadi amat dingin itu menyusup ke dalam tubuh dan
membuat tubuh mereka terasa ngilu. Mereka tetap bertahan walaupun Thian Te
Siankouw mengubah-ubah hawa sin-kangnya.
"Pertahankan ini!" Nenek itu membentak dan tiba-tiba ia mendorongkan-kedua
telapak tangannya itu sepenuh tenaganya. Bagaikan disambar badai, sepasang muda
mudi i?u terdorong mundur, akan tetapi kaki mereka tetap menginjak tanah, tak
pernah diangkat walaupun mereka terdorong mundur sampai hampir dua tombak
jauhnya! Dan mereka tidak sampai roboh!
Thian Te Siankouw bangkit berdi I lu melompat turun dari atas batu. T buhnya
ternyata tampak ramping ketik ia turun dan berdiri. Wajahnya berse memandang
dua orang muda itu. "Bagus, kalian berdua memenuhi tig syarat, agaknya kalian memang berjodo dengan
Ilmu Thian-te Im-yang Sin-ku yang luar biasa itu."
Hui Lan melangkah maju dan berlutu di depan kaki nenek itu, di kuti oleh Li Cin.
"Subo (Ibu guru) !" mereka berdu
memberi hormat. "Ei ittt eittttt ! Jangan, a'
bukan gurumu, bangkitlah, aku bukan! gurun u dan jangan sekali-kali menyebut
Subo kepadaku. Duduklah di atas batu-batu di luar itu dan tunggu aku sebentar."
Liu Cm dan Hui Lan saling pandang, akan tetapi biarpun, jmerasa heran mereka
tidak berani membantah. Mereka bangkit dan menghampiri batu-batu di luar gua dan
duduk di situ. Sementara itu, Thian Te Siankouw memasuki gua besar itu dan tak
lama kemudian ia sudah keluar lagi membawa sebuah buntalan kain kuning. Ia lalu


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

duduk bersila di atas batu yang berhadapan dengan dua orang muda itu dan setelah
menatap wajah mereka berdua, ia menghela napas panjang lalu berkata.
"Ketika muda, aku bertemu dengan seorang nenek tua renta yang sudah mendekati
ajalnya. Ia meninggalkan sebuah kitab kepadaku, yaitu kitab pelajaran ilmu silat
yang disebut Thian-te Im-yang Sin-kun dengan pesan bahwa isi kitab itu harus
dipelajari sepasang pria dan wanita yang saling mencinta dan yang sudah memiliki
dasar tenaga dalam yang kuat. la mengatakan pula bahwa kalau dipelajari seorang saja,
baik pria maupun wanita, dapat membahayakan orang itu sendiri. Pada waktu itu
aku mempunyai seorang sahabat baik, yaitu Lo Tiong Gi yang kini menjadi Tiong Gi
Cinjin gurumu itu, Hui Lan. Aku r..cnawarkan untuk mempelajari dan melatih ilmu
dalam kitab itu bersama, akan tetapi dia
menolak menganggap aku sebagai
sahabat baik, tidak lebih! Kami saling berpisah dengan perasaan tidak en Aku
sendiri tersiksa dan memilih hid sebagai pertapa. Aku sudah menco untuk
memperdalam ilmuku dan suda pernah aku memberanikan diri beriati seorang diri menurut isi
kitab ini. Aka tetapi hampir saja aku menjadi gila at mungkin mati tersiksa
sebagai akibatny Untung aku tidak terlambat menghen kannya. Nah, sekarang, mendengar
bah engkau murid Lu Tiong Gi dan engk ingin sekali mempelajari ilmu silat ya
tinggi, aku berikan kitab ini kepada dan engkau dapat mempelajari dan r latihnya
bersama Liu Cin. Akan tetap aku tidak mau kalian anggap sebao guru karena gurumu adalah
penulis kita ini yang tidak kuketahui siapa orangny Bahkan nenek yang dulu
memberik kitab ini kepadaku juga tidak semp. kukenal namanya."
Dengan girang Hui Lan menerima k' tab itu. Sambil berlutut ia mengucapk terima
kasih, diturut oleh Liu Cin.
"Banyak terima kasih kami ucapk" Siankouw. Biarpun kami tidak boleh m
yebutmu sebagai guru, namun di dalam hati kami akan selalu menganggapmu
sebagai guru." "Hemmm, sekarang kuanjurkan kalian ergi ke sebelah selatan bukit ini. Di ana ada
sebuah bukit yang oleh para ^nduduk vdusun disebut Bukit Siluman. Terdapat
sebuah gua besar di puncaknya dan tak seorang pun penduduk berani mendaki
puncak itu karena mereka beranggapan bahwa di sana merupakan tempat tinggal'
siluman. Kalian dapat melatih diri dengan *tenang. Inti pelajaran kitab ini
ditekankan kepada latihan ilmu sinkang. Gerakan silatnya hanya ada tujuh jurus,
maka kalau memang kalian tekun dan berbakat, dalamvwaktu sebulan saja kalian sudah dapat
merampungkan latihan kalian. Nah, pergi dan carilah Bukit Siluman itu."
Hui Lan dan Liu Cin kembali mengucapkan terima kasih, lalu mereka pergi mencari
bukit itu. Setelah menemukannya dan memasuki gua besar di puncaknya, mereka
berdua mulai mempelajari isi kitab Thian-te Im-yang Sin-kun. Ternyata benar
seperti yang dikatakan Thian T Siankouw, inti pelajarannya adalah ber-samadhi,
mengatur pernapasan dan menghimpun tenaga sakti yang dilakukan berdua! Mereka harus
duduk bersila berhadapan, terkadang mempertemukan kedua telapak tangan
mereka satu sama lain dan mempersatukan tenaga sakti lalu mengendalikan tenaga
itu bersama-sama. Ada kalanya mereka melatih gerakan silat yang hanya tujuh jurus itu. Namun tujuh
jurus yang luar biasa dan dilakukan secara berpasangan pula! Setelah kurang
lebih satu bulan, mereka berdua dapat menguasai ilmu Thian-te Im-yang Sin-kun
dan mendapat kenyataan bahwa biarpun masing-masing memperoleh kemajuan besar
sehingga tenaga sakti mereka bertambah kuat sekali, namun kepandaian dan
kekuatan yang mereka dapatkan itu haru mencapai puncak kehebatannya kalau
mereka melakukan berdua untuk menghadapi lawan yang tangguh Ilmu itu adalah
ilmu berpasangan antara unsur Im (positive) dan Yang (negative) Kedua unsur yang
saling berlawanan ini, seperti tenaga Bulan dan Matahari, atau Wanita dan Pria,
kalau dipersatukan memang akan menghasilkan kekuatan yang amat dahsyat.
Setelah merasa telah menamatkan pelajaran ituf Hui Lan dan Liu Cm kai luar dari
gua di puncak Bukit Silumai dan hendak menuruti Bukit Siluman. Tiba-tiba
terdengar suara gemuruh dan adi angin yang kuat sekali mengguncang pohon-pohon
di depan mereka. Mereka ter kejut dan cepat memandang ke depai dan siap siaga. Tak lama
kemudian muncul ah makhluk yang menyeramkan. Sepasang orang muda itu
maklum bahwa mereka berhadapan dengan seorang maenjadi manusia, namun
keadaan manusia itu sungguh menyeramkan. Tubuhnya tinggi besai sekitar tujuh
kaki sehingga tinggi Liu Cin hanya sampai pundak raksasa ituj Tubuh dengan
pakaian pertapa yang sudah banyak robek itu juga amal kekar, dengan otot-otot
seperti kawat besar melibat-libat lengan, dan dadanya, tonjolan-tonjolan otot yang
membayangkan tenaga yang mengerikan. Mukanya seperti muka singa, penuh
fercwok, sepasang matanya yang lebar itu mencorong.
Liu Cin dan Hui Lan saling pandang Baiknya inilah yang membuat buku itu disebut
Bukit Siluman. Tentu mahluk ini yang dianggap siluman oleh penduduk, wkar
menaksir usianya, akan tetapi tentu sudah setengah abad lebih. Liu Cin yang
berhati-hati segera maju dan mengikat kedua tangan depan dada sebagai i-
nghormatan dan dia berkata. "Maaf, Sobat. Kami hanya ingin lewat mu menuruni bukit ini, harap engkau ifduk
menghalangi kami." Akan tetapi orang atau makhluk itu ihinya menggereng-gereng seperti orang sambil
menuding-nuding ke arah yang berlawanan, seolah mengusir mereka i gcir kembali
dan mengambil jalan lain.
"Kami tidak mencari permusuhan, rtkan tetapi minggirlah dan biarkan kami Irwat!"
bentak Liu Cin dan dia lalu mendorongkan tangannya untuk membuat makhluk itu
minggir. Akan tetapi orang 11.1 r itu dapa t mengelak c epa t dan lengannya yang
besar bergerak, idi gunnya menampar ke arah pundak Liu Cin! Me-betapa tamparan
Itu mendatangkan "gin pukulan yang amat dahsyat, Liu C i n menge i ak dan dia ba
1 a s memukul* Lawannya memapak i dengan telapak t a* ngan.
"Desssss.-...!!" Demikian kuatnya tenaga dorongan makhluk itu sehingga tu buh
Liu Cin terjengkang dan dia tenti akan roboh kalau saja tidak cepat membuat
poksai (salto) ke belakang sampai tiga kali sehingga terhindar- dari bantingan. .
Hui Lan marah melihat Liu Cin terdorong mundur.
"Hainttttt.....r" ia maju menyerang dan memukul ke arah dada raksasa itu.
Kembali makhluk itu menyambut dengan telapak tangannya yang lebar.
"Desssss I11 Tubuh Hui Lan juga
terlempar ke belakang. Seperti yang dilakukan Liu Cm ia pun berjungkir balik
beberapa kali sehingga tidak sampai ter-bant ing roboh. Se te iah la ti han se
lama satu bulan menurut petunjuk kitab Thian-te Im yang Sin-kun, bukan hanya
tenaga sinkangnya saja yang maju, melainkan juga gin-kangnya* (ilmu meringankan
tubuhnya) mendapat kemajuan pesat. Hany.i
W angnya, sin-kangnya yang dimilikinya 11 baru dapat sepenuhnya dikerahkan
[kilau ia menggabungkan tenaganya de-Ingan tenaga Liu Cin yang menjadi pa-
Humgannya berlatih. Kini makhluk yang memiliki tenaga at besar itu sudah lari lagi mendekati eka.
Hui Lan dan Liu Cin tahu apa yang harus mereka lakukan.
"im-yang Sin-kang." keduanya berseru dan tangan kanan Liu Cin kini bersatu
dengan tangan kiri Hui Lan. Ketika makhluk itu menyerang dengan kedua tela-k
tangan yang dipukulkan ke depan, reka menyambut dengan kedua tangan e reka.
"Blarrr ?" Tubuh makhluk liar Itu
terlempar dan roboh. Akan tetapi dia memang tangguh sekali. Begitu terbanting
jatuh, dia bergulingan lalu melompat gun dan melarikan diri sambil menge-uarkan
teriakan-teriakan liar, agaknya ari ketakutan'
Hui Lan dan Liu Cin merasa girang kai . Mereka kini dapat memperoleh ukli
kehebatan ilmu yang mereka latih a sebulan di gua puncaV Bukit Sirna n itu.
Mereka kini mendaki Bukit Tengkorak. Dalam perjalanan menuruni Bukit Siluman
lalu mendaki Bukit Tengkorak ini pun ereka merasa betapa mereka dapat berlari
lebih cepat daripada sebelum melatih ilmu dari kitab pemberian Thian T*
Siankouw. Thian Te Siankouw duduk di atas batu depan guanya seperti biasa ketika dua orang
muda itu datang menghadapnya, Hul Lan dan Liu Cin segera menjatuhkan diri
berlutut di depan pertapa wanita itu karena hati mereka merasa girang dan
berterima kasih sekali kepadanya. Mereka melaporkan bahwa mereka telah melatih
diri menurut kitab itu dan memperoleh kemajuan yang nyata. Hui Lan juga
mengembalikan kitab Thion-te Im-yang Si kun itu kepada Thian Te Siankouw sambil
mengucapkan terima kasih. Kemudian ia menceritakan tentang makhluk liar yang
menghadang mereka dan yang dapat mereka kalahkan.
"Siancal..,..! Dia bertemu dengan kaIian dan dengan Thian-te I m-yang Si kun
kaitan dapat mengaJ abkan n ya" Kala begitu kailan benar-benar telah berhasil!
"Akan tetapi siapakah makhluk i a itu, Siankouw" Dia itu manusia atauka
siluman?" tanya Liu Cin. Thian Te Siankouw menghela napa panjang. "Kasihan sekail dia? Liu Cl" Dia itu
seorang manusia yang lihai fk dahulu dia seorang Saikong (s* bang pendeta To).
Agaknya dia mer seorang yang menjadi korban cinta tidak mendapat sambutan
sehingga wataknya menjadi aneh. Dia bertapa dan tidak pernah meninggalkan Bukit
Siluman? makan dari tumbuh-tumbuhan dan binatang hutan di bukit itu. Dan
semenjak dia tinggal di situ, maka bukit itu disebut Bukit Siluman oleh penduduk
dusun. Saikong itulah yang dianggap silumannya. Akan tetapi dia tidak pernah
mengganggu orang, aaa! dia tidak diganggu. Tadi kukira dia mengira bahwa kalian
akan mengganggunya, maka dia menjadi marah."
Hul Lan merasa terpukul perasaannya mendengar ucapan per tapa itu. "Siankouw,
apakah selalu cinta itu mendatangkan deri t a bat i n kepada manusia?" Ia la r
ngat akan keadaannya sendiri.
Thian Te Siankouw tersenyum. "Ada dua macam cinta, Hui Lan, Cinta yang ucl murni
tidak mementingkan diri sendiri dan cinta ini mendatangkan kobaha-K an Yang
seringkah mendatangkan derita adalah cinta nafsu yang selalu 'taus akan
kesenangan bagi dirinya sendiri i lingga seringkah menimbulkan kekecewaan dan
duka." Setelah menerima nasehat dari Thian Te Siankouw agar mereka berdua tetap
menegakkan kebenaran dan keadilan, menentang kejahatan dan membela orang-
orang lemah yang tertindas, Hui Lan dan u Cin lalu turun dari Bukit Tengkorak
dan melanjutkan perjalanan mereka menuju ke kota raja! Perjalanan ke kota raja
sekali Ini bagi Hui Lan bukan sekadar ingin membalas dendamnya kepada hou Klan
KI, akan tetapi terutama sekail karena la ingin membela Kaisar *vng Thai Cu dan menentang
Keluarga Jenderal Chou yang merencanakan pei berentakan dengan membunuhi
para p jabat tinggi yang setia kepada Kaisar!
Di antara anggauta keluarga KaiU Sung Thai Cu yang dulunya berna Chou Kuang Yin,
yang paling dekat ngan Sr baginda Kaisar adalah Chou Ki T n, adik Chou Kuang Yin
yang . setelah kakaknya menjadi kaisar lal memperoleh sebutan Sung Thai Cung.
Pangeran Sung Thai Cung ini berusia kitar empat puluh lima tahun. S mudanya
dulu, seperti juga kakaknya, -menjadi tentara dan sudah memperoleh kedudukan
cukup tinggi dalam angkatan] perang sebagai seorang perwira tinggi Setelah kakaknya
menjadi kaisar, Kuang Tian atau Pangeran Sung Cung tidak memegang jabatan
tertentu akan tetapi dia dekat dengan kakak nyi yang menjadi kaisar dan
terkadang ber 4*k sebagai pena senat kaisar dan me-H?Mb"n pengawasan terhadap para pe bal t
nggi kota raja. [ Pangeran Chou Kuang Tian atau Sung Pwi Cung bertubuh tinggi tegap dan kfrft* .
Sebagai bekas perwira tinggi yang Knih berpengalaman tentu saja dia sepi tl juga
kakaknya, ahli dalam ilmu prang dan memiliki i mu silat yang Jpjup tangguh. Dia
seorang ahli panah pandai dan ilmu tombaknya juga t. Selain gagah, pangeran ini
juga at setia dan patuh kepada kakaknya g kini menjadi Kaisar Sung Thai Cuv tar
pertama pendiri Kerajaan Sung. Selain menjadi pena sehat kakaknya tinggal pula
di dalam istana, di bahagian timur bersama keluarga-Pangeran Sung Thai Cung ini
pun r tugas untuk mendidik dan melin-igi keponakannya? yaitu Pangeran Thian i,
putera Kaisar Sung Thai Cu yang ka itu berusia lima tahun. Biarpun *agai putera Kaisar
yang dapat juga sebut Putera Mahkota karena Pangeran ilan Cu merupakan putera
ftrmaisuri, Pangeran Thian Cu memiliki pasu pengawai khusus yang menjaganya, na
tetap saja Kaisar minta bantuan adi untuk mengamati dan menjaga kese matan
puteranya. Juga biarpun di i*" terdapat banyak ahli sastra dan ah tatanegara
yang dapat rnencOdlk Pange ra Thai Cu, Tetap saja Kaisar SunjJ tha C minta
kepada Chou K uang Tfah, abikny itu, untuk mendidik puteranya soal W
i teran dan mengawasi penoifJiVan sa> tra dan tatanegara yang diberikan o* guru-
guru yang pandai. Oleh karena i Pangeran Thian Cu yang masih kecil i lebih
banyak tinggal di bagian ista sebelah Timur yang menjadi tempat tin gal Pangeran
Chou K uang Tan. Pada suatu sore. Pangeran Tryan Ci bermain-main di taman bunga yang berada di
samping bangunan tempat tinggi Pangeran Chou K uang Tian, bersama d? orang
putera Pangeran Chou Kuang T m yang usianya tujuh dan sembilan tahun.
Yang mengawasi dan menjaga Pan ran Thian Cu saat itu adalah tiga or pengawal
dari pasukan pengawal kh d perbantukan kepada Chou Kuang n untuk menjaga keselamatan Pange-Mahkota
Thian Cu. Mereka bertiga wk dengan santai di atas bangku sam-menonton tiga orang
anak bangsawan bermain-main. _ Tiba-tiba datang dua orang berpakai-m* perajurit
pengawal memasuki taman Hk Tiga orang perajurit yang menjaga fcarlamatan
PanjreraW Mahkota Thian Cu iMmantlang dengan heran. Mereka tidak ftatigenai
dua orang perajurit pengawal m i padahal tentu saja mereka mengenai fcmua
(perajurit yang bertugas di situ. -m* orang pengawal itu menjadi curiga )mrt
cepat mereka berlari, mengejar arena dua orang perajurit yang tidak p?reka kenal
itu mendekati anak-anak bang sedang bermain-main.
f" *Heir kailan berdua, berhentilah!" Bfttak mereka,.
Tiba-tiba dua pera)urit tak dikenai itu pwtcabut pedang. Setelah t iga orang
iHoS8 'tu dekat, langsung saja mereka Krrfua menyerang dengan pedang mereka,
orang perajurit sudah mencabut golok dan melawan. Seorang di antara dua perajurit pai itu berkata kepada kawannya. "Cep*
laksanakan tugas, biar aku yang menahi tiga ekor anjing ini!"
Pangeran Mahkota Thlan Cu dan du orang saudara sepupunya melihat per kelahian
itu dan melihat pula betapa M orang di antara dua orang perajurit menj hampir i
mereka dengan pedang di tangaf Pangeran Thian Cu yang baru berusi lima tahun itu
sama sekali tidak metal takut, bahkan dia berdiri tegak, bertoli pinggang dan
membentak perajurit paM yang menghampirinya dengan sikap meng ancam.
"Siapa engkau dan mau apa engkau"*1 Pembunuh yang menyamar sebaga perajurit
itu tiba-tiba tersentak dan ter> cengang karena dalam bentakan anal kecil itu
terkandung wibawa yang a besar. Sejenak dia berdiri diam seperi patung dan hal
ini menyelamatkan nyawa; pangeran kecil itu karena pada saat itu muncul Pangeran
Chou Kuang Tian Dh melihat perajurit itu menggerakkan pe-l
g ya akan menyerang Pangeran Thian
11- u* "Jahanam!" Chou 'Kuang Tian me-Mmpat dan kakinya menendang. Pem I .nun itu
terpaksa mengelak dan tidak ttadi membacok Pangeran Thian Cu. * hot/ Kuang Tian
sudah menerjangnya lengan pedang 4an mereka berdua segera berkelahi dengan
seru. Akan tetapi, pembunuh itu tidak mampu menandingi kelihaian Chou Kuang
Tian dan setelah ewat belasan jurus, pedang di tangan Chou Kuang Tian atau
Pangeran bung Thai Cung itu telah menembus dadanya dan dia pun terkulai roboh
dan tewas. Sementara itu, pembunuh ke dua masih dikeroyok tiga orang perajurit pengawal
dan dia bahkan telah merobohkan seorang perajurit dan perajurit yang dua orang
lagi sudah terdesak, tidak mampu mengimbangi kelihaian penjahat itu* Me-ihat
ini, Chou Kuang Tian meiompat dan menyerang dengan pedangnya. Pembunuh itu
hanya mampu bertahan sepuluh jurus. Tiba-tiba lengan kirinya terbabat pedang dan
putus sebatas pergelangan tangannya.
Pedangnya terlepas dan sebelum dia dapat melarikan diri, kaki Chou KuaraJ Tian
menendang lututnya dan dia pul roboh.
Chou K uang Tian menodongkan pedangnya ke leher orang itu dan menghardik?
"Hayo cepat katakan siapa yan^ mengutusmu membunuh Pangeran Mahkota Kaiau


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak mau mengaku, akan kupotong potong sedikit demi sedikit bagian tubuhmu "
Pembunuh itu agaknya hendak bunuh diri dengan menelan sesuatu karena tangan
kirinya mengeluarkan sebuah pil dari saku bajunya.
"Crakkk1" Putuslah tangan ku inya terbabat pedang Chou Kuang Tian*
"Cepat katakan atau aku mulai memotong telinga dan hidungmu!"
Diancam demikian, pembunuh itu ketakutan. Kalau dibunuh mati dia tidak takut,
akan tetapi disiksat dipotong sedikit-sedikit, sungguh amat nyeri dan tersiksa
setengah mati. "..... ampunkah hamba...? yang mengutus..... ada tiga orang..... mereka meti di
luar tembok gerbang sebelah rtan....."
Gedang di tangan Chou Kuang Tian ktrtoctebat dan pembunuh itu pun tewas,
ipabrrapa orang pera juri t pengawal ber l"i i lari ke dalam taman.
"Lindungi Pangeran dan bawa ke da m gedung. Urus mayat-mayat ini!" katanya dan
cepat Pangeran Sung Thai f ung lari ke istal lalu tak lama kemudian kudanya
sudah membalap keluar dan kta raja melalui pintu gerbang selatan.
Setelah tiba di luar tembok kota raja, di jalan umum yang sudah sepi di tepi
Larsawahan, dia melihat tiga orang ber iflri di tepi jalan. Dia segera menahan
kudanya dan setelah kuda Itu berhenti tak jauh dan mereka, Chou Kuang Tian dapat
melihat mereka dengan jelas. Saat Itu sudah menjelang senja, namun sinar
matahari sore masih cukup terang. Dia mel Ihat seorang kakek berusia sekitar
enam puluh tahun, bertubuh tinggi kurus berpakaian seperti tosu akan tetapi pakaiannya dari
sutera halus dan mewah, berpedang di punggungnya, dan orang ke dua Juga
seorang laki-laki berusia seki enam puluh tabun, tinggi besar berkuli kehitaman
wajahnya brewok menyerar kan dan pinggangnya digantungi sebala golok besar dan
di punggungnya tampa sebatang gendewa dan tempat anak pa nah. Orang in] dari
pakaiannya dapa diketahui bahwa Khitan, suku ya: terkenal ?agan berani, pandai menung gang kwb o$n panoat pula
memptrguna kan anak panah.
Orang ke tiga membuat Chou Kuang Tian merasa heran karena ia adalah seorang
gadis muda, paling banyak dua puluh lima tahun usianya. Gadis itu cantik manis,
senyum dan gerakan matanya mengandung daya tart)c yang amat kuat. Pakaiannya
Indah dan di rambutnya terdapat tiga batang bunga merah. Di punggungnya
tergantung sebatang pedang. Pinggangnya ramping -sekail dan biarpun la berdiri,
tubuhnya bergoyang-goyang lembut seperti pohon yang-liu tertiup angin sepoi-
sepoi. Chou Kian Tian merasa sangsi. Inikah
p-orang yang mengirim dua orang mjahat untuk membunuh Pangeran Mah Ha tadi"
Akan tetapi siapa mereka dan tigapa mereka menyuruh orang mem-?uh Pangeran
Mahkota" Satu-satunya Ing mungkin melakukannya adalah orang mt pakaian Khitan
itu. Tidak terlalu "gherankan kalau bangsa Khitan hen-K membunuh Pangcra
Mahkota karena reka memang selalu merupakan pihak ng ingin menguasai Cina.
Tiba-tiba -m Kuang Tian teringat. Kakek tinggi rus itul Dia cepat melompat turun
dan (as punggung kudanya, lalu menghampiri *a orang yang memandangnya dengan
map tak acuh. Chou Kuang Tian langsung saja mengidapi kakek tinggi kurus berpakaian l?rrt tosu
itu. "Maaf, kalau tidak saiah ?ng (Bapak pendeta) adalah pembantu ri Jenderal
Chou Ban Heng, dan ber-k Hong-san Siansu, benarkah7*1 Kakek itu memang Hongsan
Siansu wee Cln Lok adanya, dua orang t?manla adalah Kailon tokoh Khitan dan
Ang-?a Niocu Lai Cu Yin yang menjadi
pembantu-pembantu atau sekutu-sek erxte a Chou Ban Heng. Jenderal C Ban Heng
memang cerdik. Dia mu dengan rencananya,- yaitu antara membunuh Putera
Mahkota Thian akan tetapi dia tidak begitu bodoh _ turun tangan sendiri menyurdh
perrrtw melakukan pembunuhan itu. Maka mengutus tiga orang tokoh sakti itu tuk
melaksanakan pembunuhan ti Putera Mahkota Thian Cu di tfopga-I Pangeran Chou K
uang Tlan kompleks istana. Hong San Siaftso mengutus dua orang anggaota Hong
pang yang sudah memiliki tingkat silat cukup tinggi untuk melakukan r bunuhan
itu dengan menyamar seba pera juri t sehingga dengan mudah r masuki kompleks
istana. Hong San S a memesan kepada mereka berdua bah kalau tugas mereka
berhasil, mere akan memperoleh hadiah besar. Kal gagal agar mereka membunuh
diri den pil yang diberikan kepada mereka. A tetapi kalau mereka terpaksa menga
agar membuat pengakuan bahwa ya
ruh adalah tiga orang yang me-?1 di luar kota raja. Hal ini dilakukan luk
memancing Chou Kuan Tlan yang m j ga, keamanan keponakannya itu agar mmw dari
kota raja* Kini, melihat Chou Kuang Tian beril di depan mereka seorang diri, Hong a Soansu
tertawa dan seperti sudah Mur sebelumnya, yang menjawab perayaan Chou Kuang
Ttan adalah Kailon, mh Khitan yang t nggl besar dan bre-?i itu.
"Huh, engkau Chou Kuang Tian, pang u Kerajaan Chou yang berkhianat, m berontak
dan kini menjadi adik Kai-Supg, bukan" Kebetulan, kita adalah nuti lama. Ingat
aku. Kation panglima gsa Khitan" Terimalah kematianmu!!" ilon segera menerjang maju dan merang
dengan goloknya. Chou Kuang m cepat mengelak ke kiri dan balas
y erang dengan tombaknya, menusuk
arah lambung kanan lawan.
"Singgg..... tranggg,....l|w Tombak Pa-rran Chou Kuang Tlan bertemu perisai *g
berada di tangan kiri Kailon. Mereka
*^"5?" trangK W Tombak
ch~ku*ns Tian bertemu perisai berada di tangan kiri Kailon.
k segera berkelahi mati-matian. Setela pwat belasan jurus. Hong San Siansu nun
tangan membantu Ka ton yang j?* terdesak walaupun belum tentu piKiu Kuang Tian
akan dapat menga a nnya karena tingkat kepandaian mereka mbang. Begitu Hong
San Siansu yang t lihai itu ma mengeroyok, tentu a Pangeran Chou Kuang Tian
menjadi rpot dan terdesak hebat. Melawan Hong *Wi Siansu saja dia tidak mungkin
dapat iacnang? apalagi dikeroyok dua!
Sementara itu, Ang-bwa Niocu Lai Cu Yin yang juga berada di situ, hanya berdiri
dan menonton saja. Ia tidak membantu dua orang rekannya dan yang menjadi
penyebabnya mudah diduga* Gadis ini sudah tertarik sekali dan timbul gairahnya
melihat Pangeran Chou Kuang Tian yang gagah perkasa itu* Belum pernah ia
bercinta dengan seorang pangeran tulen, maka kini pandang matanya terhadap
Chou 'Kuang Tian seperti mata seekor kucing melihat ikan! Akan tetapi, baga
anapun juga tentu saja ia tidak be a untuk membela pangeran itu dan menentang
dua orang rekannya yang lihai. Keadaan Pangeran Chou K uang T benar-benar gawat dan dia sudah rrr ke r ingat
karena kini tombaknya yang masih dapat dia pergunakan untuk m hyerang Ka ion?
kini hanya dapat putar menjadi perisai melindung diri dari hujan serangan pedang
dan go kedua orang pengeroyoknya. Dia sekail tidak dapat balas menyerang agaknya
dia tidak akan mampu ber lebih lama lagi.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyar "Hanya pengecut yang suka main kero an!M Dan
tampak barangan hitam kelebat. Ternyata y"qg datang ada/ Song Ku* Lini.
Mendengar bentakan ini. Hong Siansu sebagai seorang meJu dan-tidak "nak, ma' dia menghentikan serangannya. Kai juga menahan
goloknya karena dia rasa agak jerih kalau maju sendiri, lihat yang datang
seorang gadis rem berusia sekitar delapan belas tahun, ' Hwa Niocu Lai Cu Yin
tertarik dan mandang penuh selidik. Ia melihat i? muda yang cantik jelita,
wajahnya lat telur, sepasang matanya bersinar h dan mulutnya yang kecil
mungil .. manis itu dihias
senyum simpul melindung ejekan. Tubuhnya sintal padat hgan pinggang kecil
ramping. Pakaian a serba hitam dengan ikat pinggang _jrah. Ikat pinggang ini
sebenarnya edani sarung pedangnya yang dapat di beli t-pn sebagai ikat pinggang
saking tipis mau lemasnya. Rambutnya panjang dl-*j<*nc r ke belakang.
"Hei, engkau anak kecil jangan men-?*mpurl urusan orang tua. Siapa engkau,
bacang sekali mulutmu. Hayo pergi kaku tidak ingin kuhajar!" bentak Ang Hwa *
ocu galak karena seperti biasa ia me-?a Iri kalau melihat seorang gadis yang rb
h muda dan tampak begitu cantik rl ta, membuat ia merasa kalah menarik Kui Lan
memandang Ang Hwa Niocu M Cu Yin dari kaki yang bersepa t u tam sampai ke
rambut kepala yang d -iloi tiga bunga merah Itu, lalu tertawa kal.
"Hl-hik, aku memang anak kecili A tetapi engkau ini nenek-nenek tua ke masih
begini genit, pakai tiga tang bunga merah di rambut segala7 A: sungguh tampak
semakin jelek mengge kan dan engkau tidak malu, nenek tua!1'
Mendengar ucapan Itu, Cu Yin men isi kepalanya seperti dibakar. Sepasa matanya
mendelik seperti mengeluark api dan tangan kanannya bergerak.
"Singgg.....1" la telah mencabut dangnya dan menudingkan telunjuk kir nya ke
arah muka Kui Lin. "Bocah keparat bosan hidupi Kata dulu siapa namamu agar engkau ti mati tanpa
nama1** bentaknya. "Hari nonamu Ang Hwa Niocu akan membunu mu!"
"Mau tahu aku siapa" Jangan geme ketakutan kalau engkau tahu julukan Aku adalah
Hek L- Lihiap yang su terkenal di seluruh dunia sebagai tuk membunuh nenek-nenek
jelek dan jahat" "Jahanam busuuuuuukkk!" Ang H Nlocu yang biasanya pandai bicara i sekail ini
mati kutu karena ia s terbakar isi hati dan kepalanya* ingga tidak mampu membalas ucapan : yang amat
menghina itu. Ia sudah a g dengan pedangnya, menusuk arah dada yang mulai
membusung itu. Ti itttttl Nenek-nenek ini galak juga!" t? Kul Lin yang diam-diam
terkejut "I melihat serangan yang demikian :? dan cepat, la melompat ke belati/
dan cepat menghunus pedangnya m\ dipakai sebagai sabuk. Dua orang tt(a yang
sama-sama cantik ini segera i g serang dan gerakan mereka yang roh dan ringan
membuat tubuh mereka ubah menjadi bayang-bayang yang ?ci muti dua gulungan sinar
pedang h saling menekan dan saling menolak. Melihat Ang Hwa Niocu sudah saling
ang dengan gadis remaja yang datang ^pnaki-maki tadi, Hong San Siansu berjala
kepada Pangeran Chou Kuang Tian. Bnli? sekarang bersiaplah untuk mampus, hto
Kuang Tlanl" Setelah berkata de-flan, Hong San Siansu menyerang lagi, Hbi ti
oleh Kailon sehingga terpaksa ftwi Kuang Tian memutar tombaknya sambil mundur.
Akan tetapi tampak bayangan putih kelebat dan ade angin menyambar syat ke arah
dua orang itu. Hong Siansu terkejut sekali karena samban angin itu membuat dia
tertahan d tidak dapat maju. bahkan Kation samo terhuyung ke belakang! Ternyata
di si telah berdiri seorang pemuda berpeki putih yang bukan lain .adalah Sn Eng-
hiong Si Han Lin! Hong San Siansu yang berpengalai tidak memandang rendah pemuda karena dari
dorongannya yangrnendat kan aAgin dahsyat Itu saja membuat menyadari bahwa
pemuda itu Materi orang yang amat tangguh. Dia tidak berpandang kata lagi karena
kalbu gagal membunuh Pangeran Mahkota gagal pula membunuh Pangeran Kuang
Tian, tentu dia akan mei teguran keras dari Pangeran C Heng yang kini berpangkat
Jendei Maka dia segera menyerang Han dengan pedangnya yang dia lontarkan atas
dan menggunakan kekuatan sit
|a? ik mengendalikan pedang rUi. Pedang U terbang dan berubah menjadi sinar Nrg
menyambar ke arah leher Han Ht, Pemuda ini juga ptakium akan da laNun a
serangan seorang lawan berat, "kik cepat bagaikan kilat tangannya BlWt mencabut
Pek-ein-fcfam. Cahaya k.i berkelebat ketika dia menggunakan A-sin-kiam untuk
cnembacok ke arah pn."K terbang itu sambil mengerahkan naga saktinya.
[ "Hyaaattttt.^.!" Dia berseru dan si mt putih padan"?"* menyambar ke arah ^wk
kuning dari cedong terbang lawan.
fTra?dduw.P Pedang t"beng Mu pa-ea* aseajmdi dua dan jatuh ke atas tanah.
pn.niB.Tg rnata Hbb% San Siansu terbela > - Pedangnya patah oleh pedang pemuda
mil Hampir dia tidak dapat percaya dan dia
lihat betapa ^pemuda itu dengan tebangnya rocnyarutia)ian kembali pedang-iya.
Gerakan ini memanaskan perutnya, las bahwa pemuda itu memandang |m dah
dirinya. Setelah pedangnya di-Mn paten, pemuda itu agaknya merasa " lak perlu
menggunakan senjata iagj untuk melawan dia yang senjatanya s patah! Tentu saja
sebagai seorang t besar dunia kangouw yang juga be dudukan sebagai Ketua Hong-
sa p Hongsan Siansu Kwee Cin Lok r penasaran dan marah sekali. Masa tidak mampu
menandingi seorang yang usianya baru dua puluh tahun dan yang pantas menjadi
cucunya" A tetapi, dia juga ingin sekali menge siapa adanya pemuda ini.
"Bocah sombong, siapa e gka be melawan-aku Hongsan Siansu ketua san-pang"1
"Hongsan Siansu, namaku SI Han L Pergilah dan jak dua xang temj itu. Tidak
pantas rasanya seorang y berjuluk Siansu sepertlmu menge o dan hendak membunuh
orang!" kata ! Lin dengan tenang. Dia* memang t d tahu mengapa ada perk elahian
di stt akan tetap! melihat ' jrang dlkero tentu saja dia dan Ku Lin turun ta
membantu pihak yang e'lkeroyok kar mereka berdua melihat betapa para ngeroyok
itu berusaha sungguh sungg k membunuh orang yang dikeroyok. Lin tidak ingin membuat permusuh-ka dia
mengalah dan hanya me-ruh mereka pergi.
Akan tetapi Hongsan Siansu sudah dapat mengendalikan dirinya lagi dikuasai oleh
kemarahan karena asa dipandang remeh oleh pemuda san Itu.
'H i i ttt.MMr Dia berteriak lantang dengan kedua tangannya secara ber t an dia
memukul dengan pukulan jauh Thai-tek-jiu Sebelum memu-lk n kedua telapak
tangannya, dia tadi ggosok-gosok kedua telapak tangannya ifai tngga tampak asap
pengepul dan ter vMigar suara berkeritikan o susui m |At ya bunga apil Itulah
ilmu pukular t??-, lek-jiu (Pukulan Halilintar yang mhM ampuh.
| Han Lin memang sudah siap sejak kll. Dia maklum bahwa dia berhadapan K?igun
seorang lawan tangguh, maka dia sikap hati-hati dan waspa a. Begit f\* hat kakek
itu menggosok-gosok kedua [pak tangannya yang engelua kar bara api dan asap, dia
pun mengetah* bahwa Hongsan Siansu memiliki pukulan yang berhawa panas
melebihi dan kalau pukulan Itu mengenai tut yang tidak memiliki kekebalan yang
kuat, kulit tubuh dapat hancur terki seperti terkena air mendidih. Dia cepat
menyambut ttengei? kedua tangi nya didorongkan ke depan sambil hkan sin-kang
yang berhawa dingin, Wuuuttttt. - wessssshhhhb.?..!** itu berkepanjangan seperti
ba/a dlm< kan ke dalam air dan tampak dari kti tangan Hongsan Siansu
mengebulkan nyak asap. Tadinya Hongsan Siansu yar ngm membuat ia wan roboh,
menyerat sambil menerjang maju sehingga k< tangannya bertemu dengan kedua ti
Han Lln. Akan tetapi akibatnya memt dia kaget setengah mati karena hai panas
dari kedua telapak tangannya perti api yang disiram afr. Seluruh t" buhnya
menggigil dan ketika Han i melepaskan tenaganya, barulah Hongsaj Siansu dapat
menarik kembali k< tangannya yang tadi seolah melekat
Ulnpak tangan pemuda Itu. Dia terhu-Bto ke belakang dan segera melompat
Nlindung di balik asap putih tebal.
[ Kini Han Lin yang tidak mempeduJi-mi< lawannya, cepat mengibaskan tangan ffc*
ke arah Ang Hwa Niocu dan Kailon " membuat Kul Lln dan Pangeran ~ i K uang Tian
terdesak. Sambaran u yang keluar dari kibasan tangannya pun terasa berat bagi
Ang Hwa Niocu ? Kailon sehingga mereka terdorong ke _ nkang. Mereka terkejut,
apalagi met betapa Hongsan Siansu sudah melari-dlrl. Mereka juga segera
berlompatan I mengejar ketua Hong-san-pang Itu. ngeran Chou Kuang Tian kini ber-Upan dengan
Han Lin dan Kui Lin. memandang kagum sekali dan amat ukur karena dia tahu bahwa
tanpa ya dua orang muda itu dia pasjr : akan mampu meloloskan diri dari man maut
di tangan tiga orapg^yang alan tinggi itu. Maj af biarpun seorang pangeran adik
Kaisar, namun ran Chou Kuang Tian mendahului beri hormat dengan kedua tangan
dirangkap di depan dada dan menjura*
"Terima kasih atas pertolongan wl (Anda berdua) yang menyelamat) saya dari
tangan orang-orang jahat tad*
"Ah, tidak perlu berterima kasih pada kami, Sobat. Sudah menjadi wajiban kami
untuk membantu oran4 orang yang terancam oleh orang-oraa" lahat. Akan tetapi
mengapa engkau keroyok oleh dua orang sakti itu. 5iai kah engkau?" tanya Han Lin
sambil mer amati wajah yang gagah dan pak yang terbuat dan sutera halus itu.
Tanpa ada nada membanggakan di Pangeran Chou K riang Tian menjawa' "Saya
adalah Pangeran Chou K uang Tian.
Tentu saja Han Lin dan Kui Lin ter kejut bukan main. Bahkan Kui Lin cepat,
berlutut di depan pangeran itu. "Aih, ampunkan saya, Pangeran, saya tidak
nengenal Paduka sehingga bersikap kurang hormat."
"Pangeran" Sungguh? mengejutkan dapat berjumpa dengan Paduka di tempat ini."
kata Han Lin sambil memberi hor mat dan membungkuk.
geran Chou Kuang Tian tertawa. , jangan bersikap berlebihan. Nona. utan seperti
ini kita tidak perlu nakan banyak upacara peradatan.
siapakah kalian dua orang pen-muda yang lihai?"
mgeran, saya bernama Si Han Lm i adalah Song Kui Lin. Kebetulan kami dapat
bertemu dengan Pa-sini karena sesungguhnya kami 'i ia juga sedang dalam
perjalanan jfu ke kota raja dan hendak meng-Paduka."
Ah, benarkah" Kalian berdua hendak
ulku di kota raja?" "Benar, Pangeran. Sebetulnya, Adik ig Kui Lin inilah yang
hendak meng-p Paduka dan saya hanya mengantar-ft-.i la membawa surat dari ayah
tirinya Btuk disampaikan kepada Paduka." i "Ah, benarkah itu, Nona Song" Siapa-ih ayahmu
dan di mana dia tinggal?"
"Ayah tiri saya bernama Kwa Siong w*\ dia menjadi perwira kepala keaman-n kota
Cin-an, Pangeran." Perwira Kwa Siong, kepala keamanan


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

01 Cln-an" Ahhh, ya, aku ingat dia engkau ini anaknya, Nona?"
HAnak tirinya. Pangeran. Per* ta K Siong seorang duda, ibuku seorang ja maka. -
mereka..... eh? kini Pe Kwa menjadi ayah tiri saya.-Ini surat untuk Paduka."
Pangeran Chou K uang Tian meneri surat Ttu, membuka dan membaca Dia
mengangguk-angguk dan alisnya kerut. "Hem m m, agaknya Perwira K Siong lebih
tahu akan pengkhlnatan 3e derai Chou Ban Heng* Aku memang s dah curiga ketika
melihat Hongtan Sur tadi karena dia adalah orang kepercayaa Jenderal Chou Ban
Hengl Bagus sekal Ayahku menganjurkan agar engkau me bantu kami memperkuat
Kerajaan *?" dari pemberontakan sisa-sisa orang y berniat mendirikan kembali
Keraja Chou. Mari, engkau ikut denganku k istana, Song Kui Lin. Dan engkau g Si
Han Lin. Aku menyeout nama kai begitu saja karena bagaimanapun jug kalian masih
muda dan pantas menj anak atau keponakanku. Mari kita
l?"kat." 'Silakan Paduka perg*. ke istana ber-M Adik Kui Un, Pangeran. Saya sen-pi siap
sedia membantu, akan tetapi iya ingin bebas dan akan tinggal di V*oh penginapan
saja." [ Pangeran Chou Kuang Tian maklum 14? watak para pendekar kangouw yarig mk
suka terikat, maka ja menawarkan tatanya untuk ditunggangi Kui Lin. Dia ?*tirl
berjalan kaki ditemani Han Lin. ap ini saja membuat Han Lin dan M Ljn kagum
sekali. Pangeran adik * wr ini benar-benar seorang yang bi 0isana dan sama teka)! tidak
sombong, au mengalah kepada seorang wanita, enyuruh Kui Lin menunggangi
kudanys sungkan dia sendiri malah berjalan akil
e&deral Chou Ban Heng tentu saja era mendengar betapa usahanya menyuruh
bunuh Pangeran Mahkota meh] tiga orang sekutunya telah gagal, bahl| dua orang
anggauta Hong-san-pang yi melaksanakan tugas pembunuhan itu "al tewas di
tangan Pangeran Chou Ku* Tlaru Diam-diam dia telah mendenj berita ini dari
gurunya, yaitu Hong* Siansu yang menceritakan betapa Hoi^ san Siansu, Kailon,
dan Ang Hwa Ni < juga gagal membunuh Pangeran Cmt Kuang Tian karena munculnya Si
Han LJ dan seorang gadis berjuluk Hek I Lihiej Peristiwa ini dengan sendirinya
mau buat Jenderal Chou Ban Heng berhati hati dan dia memesan agar Horur?" Siansu
jangan kembali ke kota raja ms lainkan siap di luar kota raya menur? gu perintah
darinya. Demikian pul dengan Kailon dan Ang Hwa Niocu kai rena mereka telah
dikenal oleh Pangerai Chou Kuang Tian sebagai tiga oran| yang menyuruh bunuh
Pangeran Mahkota Thian Cu.
Akan tetapi kegagalan itu sama sekali tidak membuat Jenderal Chou Ban Heng
gentar atau mundur. Dia tetap bersemai untuk menjatuhkan Kerajaan Sung baru
berdiri selama sebelas tahun dan membangun kembali Kerajaan n yang telah jatuh.
Cita-citanya un-merampas tahta kerajaan ini bukan Ikadar ambisi pribadi,
melainkan terna sekail karena perasaan dendam ' hadap Kaisar Sung Thai Cu,
kaisar krtama Kerajaan Sung. Kaisar Sung Thai K? dahulu adalah bernama Chou Kuang pin, masih
semarga dengannya, karena merupakan keluarga jauh dari Kaisar Chou Ong. Chou
Kuang Yin tadinya rang panglima yang kemudian membe tak, merampas tahta
kerajaan, bahkan nggantl Dinasti Chou menjadi Dinasti fcVng. Padahal dia
merupakan keponakan r marga dengan mendiang Kaisar Chou Ong. Jadi,
sepantasnya dialah yang meng gantikan kaisar itu dan melanjutkan Di nasti Chou,
Dendam inilah yang membuat Jenderal Chou Ban Heng bersemangat dan nekat
untuk menggulingkan Kaisar Sung Thai Cu, bahkan membunuh Putera Mahkota
Thian Cu yang kemudian gagal Itu.
Tentu saja Jenderal Chou Ban Hl-bukan hanya mengandalkan bdnKi Hongsan Siansu,
Kailon, dan Ang H* Niocu untuk mencapai niatnya me* gulingkan Kaisar Sung Thal
Cu. Dia sih mempunyai banyak pembantu pendukung yang lihai, di antaranya Kau
lam Sinklam K wan In Su, !m Yang Tot dan terutama sekali puteranya sendu Chou
Kian Ki yang kini memiliki k saktian melampaui tiga orang guru yaitu Hongsan
Siansu, Kangtam Smkl dan lm Yang Tosu, setelah dia menerl gemblengan dari
manusia sakti roendl Thian Beng Siansu. DI samping dua on. sakti dan terutama puteronya
sendiri V Jenderal Chou Ban Heng masih mei. punya) belasan orang perwira y$rtg
dtehuli merupakan bekas perwira Kerajaan Om dan dapat dibujukny untuk membangul
kembali Kerajaan Chou dan memusu! kerafaan baru Sung Itu.
D) sini terbukti bahwa tidak ada $< suatu yang seluruhnya baik atau selufU nya
buruk. Yang baik mendatangkan ya buruk, sebaliknya yang buruk mendatai
B* V B Mk. Sikap Chou Kuang Yin
.ih rl a menjadi kaisar pertama Di-Sung dengan nama Kaisar Sung Cu? adalah sikap
lunak terhadap \ keluarga dan bangsawan Kerajaan Hal ini mungkin karena dia
sendiri terhitung sanak keluarga Chou. Dia rima mereka yang menaluk, bahkan beri
kedudukan terhormat kepada i pejabat tinggi Kerajaan Chou. n dia mengangkat
Jenderal Chou Heng yang dahulu merupakan keluar dekat kaisar, menjadi Penasehat
stan Perang dari Kerajaan Sung. lu, pada waktu Kerajaan Chou, dia h panglima
yang bertugas di daerah itu mtu saja sikap Kaisar Sung Thai Cu mengandung maksud
agar para bangsawan bekas pejabat tinggi Keraja^r"' Chou itu akan merasa senang
dan/^tia kepada kerajaan baru Sung kareoa^ mereka sama sekali tidak dihukum
atau dikucilkan, bahkan diberi pangkat dan kehormatan. Akan tetapi segi buruknya
era muncul. Karena mereka itu berada di pihak kerayaan yang dikalal dan
dijatuhkan, mereka masih dam kepada kerajaan baru dan seti mereka diberi
kedudukan tinggi? Jusi mereka mendapatkan peluang untuk balas dendam mereka
kepada pemer i an barui Kalau saja Kaisar Sung Thal tidak bersikap demikian,
melainkan ( sikap keras kepada bekas para pe t tinggi Kerajaan Chou, kiranya
mereka tidak mempunyai kesempatan uni menghimpun kekuatan karena gen mereka
sedikit saja akan ketahuan mudah ditumpas!
Biarpun usahanya membunuh Pangei Mahkota gagal dan kini tidak ada sempatan
lagi karena keamanan Pangei Mahkota dijaga kuat oleh Pangeran O K uang Tlan,
namun Pangeran Chou Heng tidak mundur. Dengan kepandai nya yang tinggi, kini
bahkan Chou K K i sendiri diam-diam mengamuk dalam dua atau tiga hari sekali
teni ada pejabat tinggi pemerintah yang sel kepada Kaisar Sung Thai Cu dibunuhnj
Dia tidak meninggalkan bekas dan sai tinggi terbunuh di dalam kamar tanpa ada yang
melihat siapa pem-hnyal Tentu saja bukan hanya dia k melakukan pembunuhan ini,
melaln-juga Kanglam Sinkiam dan tm Yang let? yang keduanya setia kepada Keraja-
Chou yang sudah jatuh. [ Kota raja menjadi gempar setelah ada kiasan orang
pejabat tinggi tewas ter-II* n h dan tidak ada yang tahu ataumenduga siapa
pelaku pembunuhan m. Pangeran Chou K uang Tian tentu saja lidah menduga atau setidaknya dia curi-jVi
terhadap Jenderal Chou Ban Heng. Akan tetapi tidak mungkin dia menuduh Ifcegitu
saja tanpa ada buktinya Bahkan usaha Hongsan Siansu untuk membunuhnya Itu pun
tidak dapat dia jadikan sebagal bukti terlibatnya Jenderal Chou I an Heng karena
dari para penyel d knya dia mendengar bahwa kini Hongsan Slan-i tidak lagi
berada di istana Jenderal hou Ban Heng. Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda
melangkah lebar memasuki pintu
gerbang kota raja bagian selatan, l muda itu berusia sekitar dua pulug tl tahun,
bertubuh tinggi besar, pakaian', sederhana terbuat dari kain kasar kuat.
Wajahnya jantan dan gagah dei sepasang mata yang membayangkan jujuran dan
keberanian. Biarpun usk masih muda, namun pemuda itu ti malu atau ragu untuk berjalan sai
membawa tongkat! Sebetulnya, tentu t dia tidak membutuhton bantuan tongl untuk
berjalan* Langkahnya tegap lebar seperti seekor harimau. Yang bawanya rt* bukan
sembarang tong*-metainfcar? sebatang toya yang men; senjata ajrkfelerfiya.
Tiba-tiba dia melihat orang-ori yang berlalu lalang di jalan raya minggir ke
tepi jalan. Ternyata depan datang serombongan perajurit kuda, dipimpin oleh seorang perwira
g; gah yang rnenunggang kuda paling depan Agaknya sang perwira ml bangga sekal
menunggang kuda yang tinggi dan ' ngan pakaian gemerlapan dia merat seolah
seorang panglima besar. Wajahnj
i senyum bangga melihat di kanan jalan orang-orang berdiri dan mc-\gnya dengan
kagum. Pasukan itu I dari dua losin oran? perajurit. I ba tiba) seorang gadis
remaja merang jalan sambil membawa sebuah mang berisi telur. Agaknya ia ter
hendak mengantarkan sekeran-telur itu kepada warung langganan-dan karena ada pasukan
hendak le-i , ia mendahului menyeberang. Karena NHisa-gesa Ini, dua butir telur
meng-Mkng dan jatuh ke atas jalan. Gadis ftja itu terkejut dan otomatis ia ber-
seolah hendak memungut dua >i lr telur. Tentu saja sia-sia karena Iur Itu telah
pecah. Karena berjongkok Itu maka perwira g menunggang kuda paling depan tahu-
[nhu telah berada di dekatnya. Kuda g ditunggangi perwira itu kaget dan
meringkik sambil mengangkat kedua kaki pan ke atas. Hampir saja perwira itu i
uh? akan tetapi oto segera dapat me-iHuasai dan menenangkan kudanya. Me? ah dia
karena kalau sampai dia tadi terjatuh, dia tentu akan menjadi tertawaan para penonton.
"Gadis >ahat Apa kau sudah gila Cambuknya melecut ke arah gadis i "Tar-tar.?"l"
Gadis remaja Itu menjerit, keran a Itu terlepas dari tangannya yang berdarah dan
tentu saja beberapa pu' butir telur dalam keranjang itu semual
, "Hai, jangan pukul anakku ** terdeng seorang laki-laki setengah tua berlari
depan kuda sang perwira dan menud ~ kan telunjuknya menegur perwira sambil
merangkul putennya. M ngglr kau. pengemis busuki" Per wira itu kini marah sekail dan kembar
cambuknya meledak-ledak, kini tubuh muka petani Itu yang dijadikan sasar Petani
Itu mengaduh-aduh, akan te*. Sang Perwira melanjutkan lecutan ca buknya.
"Pergi kailan!" bentaknya.
Tiba-tiba cambuknya yang melec Itu tertahan dan ketika dia memanda ternyata
ujung cambuknya itu telah
kap oleh seorang pemuda tinggi be-yang membawa tongkat. Pemuda l ah yang
segera menolong ayah dan K Itu dengan menangkap ujung cam-
* Ba gsat, lepaskan cambukku!" Per a itu menarik-narik dengan sekuat hfwiga. Akan
tetapi cambuknya tetap pt tahan oleh tangan yang kuat dari pmuda tinggi besar
itu. "Paman, bawalah anakmu minggir, ar aku yang menghajar anjing ini!" tanya. Petani
itu merangkul anaknya |V terseok-seok mereka melangkah ke ppl jalan raya.
"Jahanam busuk, berani engkau me-kaki aku anjing" Engkau bosan hidup" t* r w ra
Itu marah sekali dan kini denga pkuat tenaga dia menarik cambuknya. Tiba tiba
pemuda itu melepas ujung cambuk dan mengarahkannya kepada muka I- wira itu.
Syuuut..... p akkk Muka perwira itu hantam cambuknya sendiri sehingga hropak
bilur merah melintang di wajah-po. Orang-orang yang melihat ini rnen jadi geli
dan mereka tertawa, blarj sambil menahan suara tawa mereka sih tampak mulut mereka
terbuka menyeringai! Perwira Itu bagaikan kesetanan. Sai bil memaki-maki, kembali cambut melecut ke
arah kepala pemuda ' Ketenangan pemuda itu luar biasa seki Dia menanti sampai
ujung cambuk menyambar dekat lalu tangan kiri yJ memegang tongkat dia angkat
seni ujung cambuk perwira Itu mengenai toj dan melibat, kemudian tangan
menjangkau ke depan, menangkap kt perwira itu dan sekali tarik dengan takan kuat
tubuh perwira itu tertai jatuh dari atas kuda dan cambuknya y< melibat toya Juga
telah dapat diramr. lepas dari tangannya* Sebelum tubul perwira Itu dapat
bangkit kembali, muda Itu memegang gagang cambuk ngan tangan kanannya lalu dia
mencai bukl perwira itu sambil 'berseru.
"ku untuk gadis remaja tadi.^. tj tar tam - . IH* Ujung cambuk melui dan merotak
lengan baju berikut ku) bmi sang perwira. P'lni untuk ayah gadis tadi..... muka dan dada sehingga perwira berkaok-kaok kesakitan. Dan ini untuk pengganti
telur-telur i % pecah..... tar-tar-tar-tan-r.....!" Baju Iwira itu robek-robek dan melihat v.
knya darah berlepota di bajunya pot diketahui bahwa kulit tubuhnya ^iu pecah-
pecah tersayat cambuki Kejadian itu berlangsung cepat sekali gg para perajurit hanya
bengong, n tetapi kini melihat perwira mereka ' ul gan dan merlntlh-rintlh di
atas >m)i, mereka segera maju menyerbu telah melompat turun oarl kuda mere* . Tanpa
di komando mereka sudah meribut golok dan mengeroyok pemuda itu. Para
penonton kini berlarian menjauhi, y t terlibat. Akan tetapi pemuda itu/ nya
tersenyum dan setelah para p*> erbu dekat, dia mengamuk, menautkan cambuk
perwira tadi m"?bagl-bagK^ i- tan. Ketika pengerowk"*/a semakin yak, dia
melempar ^cambuknya dan memainkan toyanya yang berat itu ngan dahsyat. Ke
manapun ujung t menyambar, tentu ada seorang penge yok terjungkal dengan
tulang patah a muka bengkak matang birui
Tiba-tiba terdengar bentakan nyari "Tahan semua, berhenti jangan berkel
Mendengar bentakan suara mi, perajurit yang belum roboh segera nahan senjata
mereka dan cepat mu sambil membantu para kawan me yang terluka sehingga kini
pemuda berdiri berhadapan dengan orang mengeluarkan bentakan tadi. Dia me
seorang laki-laki tinggi besar gagah usia lima puluh tahun lebih, menge pakaian
panglima yang gemerlapan, ngan kumis dan Jenggot pendek terpe hara rapi, turun
dari atas kereta berada di dekat situ.
"Hemmm, ada apa ribut-ribut 1 Apa yang telah terjadi?" tanya pangli yang bukan
lain adalah Jenderal C San Heng itu kepada seorang pera terdekat* Perajurit itu
memberi hor dan menjawab.
"Lapor, Jenderal! Pemuda ini telah i ikuli Perwira Tong, maka kami lalu
heeroyoknya!" Jenderal Chou Ban Heng tadi sudah hat kehebatan ilmu silat pemuda itu.
memandang penuh perhatian lalu
tanya. "Pemuda gagah, siapakah engkau dan ng pa engkau memukuli perwira tadi tt gga
pasukan lalu mengeroyokmu?" Melihat sikap panglima yang gagah -i pemuda itu
bersikap tegak dan hor-t. "Thai-ciangkun (Panglima Besar), n bernama Bu Eng
Hoat. Saya tidak , berani memukul orang kalau tidak alasannya yang kuat. Ketika saya
at di sini, saya melihat perwira ituJ ncambuki seorang gadis remaja yang
yeberang dan telurnya terjatuh pecah gga gadis itu berdarah lengannya semua telur dalam
keranjangnya < ah. Ayah gadis itu hendak melarang, on tetapi dia pun menjadi
korban camkan yang sewenang-wenang dari per-ra itu. Tentu saja saya tidak dapat
embiarkan dia bersikap seperti itu, kejam dan sewenang-wenang menu rakyat kecil,
maka terpaksa saya me ei Akan tetapi dia malah melecut* saj maka saya melawan
dan memberi ha) kepadanya. Akan tetapi anak lalu mengeroyok saya. Demikianlah,
clangkun." Chou Dan Heng menoleh kepada a] dannya, seorang perwira yang masih da
'Tangkap Perwira- Tong dan anak buahnya, masukan ke sel. harus diberi hukuman
berat telah bertindak sewenang-wenang kepada i ya t!"
"Baik, Jenderal " Perwira Itu membcr hormat dan pergi.
"Bu Eng Hoat, aku merasa kagi kepadamu yang muda dan gagah peri Mari, naiklah ke
dalam keretaku, ingin bicara denganmu."
Bu Eng Hoat mengangguk dan mengikuti jenderal itu memasuki kerei K ita pernah
bertemu dengan Bu Ei Hoat ketika dia menyerang Ang Nlocu Lal Cu Yin akan tetapi
kemudi; Ltu Cin yang belum mengenal orai
am apa adanya Ang Hwa Nlocu mem-m wanita Itu sehingga Bu Eng Hoat raksa
meninggalkan mereka karena k mungkin dapat mengalahkan mereka dua* Pemuda
ini adalah murid Thong png Lesu, pendeta Lama Tibet yang i lu bersama Tiong Gl
Cinjm dan Louw ng Tojin, pernah mengadakan pertemu-di puncak Bukit Naga Kecil
dan di *a mereka bertiga yang memperbin-sn&kan soal agama dan lain-lain ber-Bmu
dengan Thai Kek Siansu. Hal itu i? Jadi kurang lebih sebelas atau dua be-m*
tahun yang lalu. Tiga orang sakti lari tiga agama itu tertarik ketika me-hat
Thai Kek Siansu mempunyai seorang " id. Mereka bertiga lalu masing-masing jin
mencari seorang murid. Thong Leng usu yang mengembara mencari murid bertemu dengan seorang
anak laki-laki im piatu berusia sebelas tahun berita Bu Eng Hoat. Dia mengambil
anak }iu sebagai murid dan setelah dia mengitarkan Umu-ilmunya kepada Bu Eng
[k>at selama kurang lebih sepuluh tahun* lalu menyuruh muridnya itu turur gunung
dan terjun ke dunia ramai, tindak sebagai pendekar. Dia Juga mt berikan
sekantung uang emas simpa nya kepada pemuda itu dan mem agar di manapun dia
berada, Bu Hoat selalu mempertahankan dan me bela kebenaran dan keadilan, menanta
kejahatan. Demikianlah, Bu Eng Hai merantau, membawa toyanya dan di panjang


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perjalanannya dia selalu men tang ke ahatan dan membela me yang lemah
tertindas. Dia melihat bet dunia penuh dengan manusia-man sesat yang hanya
mementingkan sendiri, mengumbar hawa nafsu meng kesenangan tanpa pantang
me ak segala cara yang jahat demi mem oleh apa yang mereka inginkan. Ban sudah
gerombolan penjahat yang dia * mi sehingga dalam waktu kurang I setahun saja
namanya terkenal seba seorang pendekar muda yang baru mur di dunia kangouw.
Permainan toyan yang amat kuat disegani banyak ora sehingga dia memperoleh
julukan Si tung Eng-hiong (Pendekar Tongkat Sakti
Setelah duduk di dalam kereta ber a Jenderal Chou Ban Heng, barulah Eng Hoat
mengetahui bahwa dia ber-- n dengan seorang jenderal yang kedudukan tinggi. Dia
merasa kagum Ika panglima itu mengecam para pe t tinggi yang suka bersikap
sewenang "Mereka Itu menjemukan sekail1" de> ion antara lain Jenderal Chou Ban f*ng
berkata. "Sayang aku tidak mem-i^yal kekuasaan untuk bertindak ter jlep mereka.
Hanya Kaisar yang mam-I menindak mereka akan tetapi mereka pandai bermuka-
muka sehingga Kaisar ganggap mereka itu pejabat-pejabat g bijaksana dan baik.
Terutama sekail ang She Liong yang menjadi Menteri budayaan itu, sungguh,
membikin hatiku \*k dan Jengkel sekali kalau mengingat on kelal mannya" Jenderal
Chou Ban ng mengerutkan alisnya yang tebal dan lukanya berubah merah. Bu Eng
Hoat tertarik. "Apa yang d akukan Menteri She Liong itu, l-ciangkun?"
leiumni, biarpun seorang pende1 seperti engkau tidak akan dapat met usiknya,
orang muda' Dia Itu menj; kepercayaan Kaisar, gedungnya ar j ketat. Entah berapa
banyaknya sav ladang milik para petani di luar "i raja yang dia rampas, dan
antah ( banyak anak gadis orang yang dia menjadi penghiburnya. Ah\ pe**__ tidak
ada satu pun bentak kefoh&tsi yang tidak pernah dia lakukani Hemrro kalau saja aku
menjadi seorang muda c memiliki kesaktian, tentu sudah lai jahanam itu
kubunuhl1' "Jahanam Itu patut diberi hajat kata Bu Eng Hoat dengan hati panas.
"Hemmrn, jasamu terhadap negara bangsa akan besar sekali kalau engl dapat
memberi hajaran kepada jahai Liong Itu sehingga dia tidak akan mai mengganggu
rakyat lagi" kata 3eftoV.. Chou Ban Heng "Bu Ing Hoat, apakaj engkau belum
mendapatkan tempat inap" Bagaimana kalau engkau sementara tinggal di rumahku"
*1 Bu Eng Hoat belum mengenal kei
al Itu, dan gurunya pernah berian kepadanya agar dia berhati-hati mi berkenalan
dengan para bangsawan wna mereka Itu biasanya suka menaatkan tenaga orang
fcangouw untuk lentingan mereka sendiri. Maka me-att keramahan jenderal Ini yang
meng-Kknya naik keretanya, kemudian me-b^arkan tempat tinggal di rumahnya, Bs
nreholak. "Terima kasih, Tr^i-ciangkun, saya V*n bermalam di rumah penginapan saja ir leWh
leluasa dan tidak merasa sung
Baiklah, kalau begitu." Jenderal k? Heng lalu memerintahkan kusir tirtanya untuk
menuju ke rumah Fp*pan L ok Koan yang P antara rumah-rumah pengi/upan besar p
mewah di kota raja. Kdmah peng papan Lok Koan Itu memiliki rumah takan di bagian
depan/dan juga memiliki sebuah po*koan (terapat perjudian) di labelah kirinya.
Karena biaya penginapan situ mahal, maka yang menginap ha IValah tamu-tamu
hartawan dari luar kota, pedagang-pedagang atau pem daerah yang dat ng ke kqta raja.
. "Kita tunggu di kereta sebent kata jenderal itu kepada Bu Eng H lalu kepada
kusirnya dia mengutus $ si kusir memesankan kamar untuk! Eng Hoat.
Kusir Itu pergi dan tak lama ke an dia datang kembali dan melapor ba* kamar
untuk pemuda itu sudah terse yaitu kamar nomor lima di loteng. Eng Hoat
mengucapkan terima kasih turun dari kereta dan menuju ke r penginapan itu karena kereta itu
ber di tepi jalan raya di depan halaman mah penginapan Lok Koan.
Begitu memasuki pendapa yang di samping rumah makan, Bu Eng mulai merasa
ragu. Rumah pengi itu besar dan mewah. Tentu sew mahal sekali, pikirnya. Dia
harus m hemat uang bekal pemberian gur karena kalau sampai kehabisan hal akan
merepotkannya. Akan tetapi sec pelayan tergopoh-gopoh keluar meny but ya.
Melihat pemuda itu berpaka sederhana dan hanya membawa ia g tongkat dan
sebuah buntala Jan dari kain kasar yang gendong , pelayan itu termangu heran,
akan pl memaksa diri tersenyum menyam-telamat datang, Kongcu. Kami me-erhormat
dan senang sekali me-but kedatangan
Kongcu." Bu Eng Hoat tercengang. Dalam per rtnya merantau selama ini, belum Mh
ada ya g menyebutnya Kongcu tn Muda). Ada yang menyebutnya "hons atau That-hiap
(sebutan para dekar) setelah dia melakukan sesuatu ?k salatnya menentang
para penjahat menolong orang. Sekarang pelayan ig pakaiannya bahkan lebih bagus
dari-ia pakaiannya sendiri, tentu saja dia njadi sungkan. Dia memandang pelayan
ngah tua itu lalu berkata ragu sam-berhenti melangkah dan memandang arah
pendopo yang mewah, yang me 1 indah dengan adanya lukisan-lukisan ah, tirai-
tirai sutera dan pot-pot bu-i besar terukir indah.
"Ah, Paman, agaknya saya telah masuk. Rumah penginapan bu megah bagi saya.
Saya hendak . kamar "di rumah penginapan yang hana dan murah saja/1 Setelah 1
demikian dia membalikkan tubuhnya dak keluar lagi. Akan tetapi pelayan lari
mendahului dan menghadangnya bil menjura dengan hormat.
"Maaf, Kongeu, kalau pany: kami kurang baik. Saya akan kepada kepala pengurus
rumah an Lofc Koan untuk menyambut ser
*Ah, )engafs Paman! Bukan maksudku, hanyaw. rumeh ini tarbn%pau~~ mahal
Tiba-tiba pelayan itu lertowa. harap Kongeu tidak main-main. K tidak usah
membayar sekeping pun boleh tinggal di rumah penoinapan Koan berapa lama pun,
kami akan layani sebaik mungKIn dan Kongeu dak pesan makan apa persiapkan
dengan baiki" Bu Bng Hoat memandang . Gilakah pelayan ini" Ataukah dia 1
terhormat 3en-I Chou Ban Iseng mengutus kusirnya, tarikan agar kami menyambut i
dengan baik, memberi kbmar *ah dan menyediakan semua keper Kongeu, berapa
lama pun Kong k 1 di smi."
^apU.~, biayanya tentu besar sekali tidak akan terbayar olehku.1* "Ain, Kongeu
main-mainl Kalau Senti Chou yang memerintahkan, siapa " tidak akan menaati" Soal
biaya, Apapun tentu akan dibayar oleh beliau. IC?agcu tidak usah khawatir. Mori,
5 silakan'" ulah Bu Eng Hoat mengerti dan diam dfo rrierasa seriang. Siapa yang > senang
mendapatkan kamar di ho-mewah berikut makan setiap hari, * waktu yang tidak
terbatas lame-, tanpa membayar sekeping pun" Akan npl cfl samping perasaan
senang Ini, perasaan curiga dan khawatir. Apa r>ya jenderal itu bersikap
demikian baik dan royal terhadap dirinya" maunya" Dia fer Ingat akan pesan nya
dan dia bersikap waspada dan haj hati sekail*
Akan tetapi setelah dua malam t i gal di hotel Lok Koan, tidak terji sesuatu dan
jenderal itu pun tidak ganggu, bahkan tidak pernah bunginya. Pada malam ke tiga,
Hoat duduk termenung di dalam kamj nomor lima yang mewah den letaknya loteng
rumah penginapan Lok Koan
Jendela kamarnya dia buka dan dari dalam kamar dia dapat melihat jajaran
genteng- genteng di rumah di dekat i itu. Teringat dia akan percakapannya , dan Jenderal
Chou Ban Heng dalam kereta. Menteri Kebudayaan Liong! Tiba dia teringat akan
pejabat tinggi she Liong yang amat jahat, tukang peras dan tindas rakyat, suka
mempermainkan gadis orang, kejam dan sewenang yang. Kalau dia sudah
mendengar berita seperti itu tidak turun tangan memberi hajaran kepada pejabat
lalim itu, percuma saja dia belajar ilmu silat bertahun-tahun kepada gurunya.
Gurunya, Thong Leng Losu yang gagah perkasa tentu akan merasa malu dan marah
kepadanya! Kemarin siang dia sudah berjalan-jalan mencari tahu di mana letak
gedung tempat tinggal Menteri Liong. Ternyata gedung besar itu tidak ter ketat,
tidak seperti yang digamb.* Jenderal Chou. Baginya, tidak akan I menyusup masuk
ke dalam gedung dilihatnya hanya dijaga belasan perajurit di gardu penjagaan, di
gerbang halaman gedung itu. Dia teri akan ucapan Jenderal Chou yang gf perkasa
itu. "Kalau saja aku me seorang muda dan memiliki kesak tentu sudah lama jahanam
itu kub Demikian jenderal itu berkata, mana dengan dia" Apakah dia akan diamkan
saja pejabat tinggi yang itu mengganggu rakyat" Bagaimana' di antara pesan
gurunya, Thong Losu, kepadanya ketika dia hendak1 rangkat mengembara"
"Wi bin m kok, hiap ci tai cia juang demi rakyat dan negara, I yang paling
utama)!" Dan sekarang buka kesempatan baginya untuk me' nakan perintah suhunya itu.
Mem Menteri Liong yang lalim berarti telah berjuang demi kepentingan r dan
negara! Setelah berpikir demij
%0 11 g Hoat lalu berkemas, mengenakan Ttalan yang ringkas, kemudian sambil
Kubawa toyanya dia keluar dari jen i kamarnya, menutupkan daun jendela I luar
setelah meniup padam lampu km kamarnya, kemudian dari loteng
i dia melayang ke atas genteng rumah l"lah, kemudian dia mempergunakan t kang
berlompatan dari wuwungan ftrti.ih rumah ke wuwungan rumah di ".(. Dia
berlompatan dengan cepat F ringan sehingga tidak menimbulkan tftr.i dan berlari-
larian menuju ke rumah i i ti r i Liong! Setelah tiba di dekat gedung "yang dike-i gi pagar tembok itu, dia mendekam di
"i pat gelap dan mengamati sekelilinginya. nl.im itu sudah agak larut dan
suasananya ,myi sekali. Seperti dugaannya, penjagaan i Jung itu tidaklah terlalu
ketat. Hanya ada lx rapa orang pera n irit tampak duduk di i "s bangku panjang
di luar gardu dekat itu gerbang, ada pula beberapa orang ig agaknya bermain
kartu di dalam i ilu. Ada pula yang meronda mengeli-r?gi gedung membawa lentera.
Dia menanti sampai bagian di belaka gedung itu dilewati petugas ronda, kemm an
sekali melompat dia telah berada atas pagar tembok. Melihat kc dalam, t nyata di
bagian belakang gedung itu t dapat sebuah taman bunga yang tidak t lalu besar.
Dia cepat melompat turun P sejenak bersembunyi di balik segerombo Kui-hwa (Bunga
mawar). Dari jauh dat dua orang peronda. Mereka meronda deng santai saja.
Agaknya memang mereka sari sekali tidak mencurigai sesuatu dan n rasa aman.
Setelah dua orang pero" itu lewat jauh, mulailah Bu Eng H bergerak mendekati
gedung. Setelah yakin"keadaannya aman melompat ke atas wuwungan gedun? merangkak
dengan hati-hati, mulai men intai ke bawah mencari di mana adany Menteri Liong1
Setelah agak lama men-l cari dan hanya menemukan kamar-kamar di mana
penghuninya telah tidur, dan dia tidak dapat membedakan mana yang menjadi
kamar Pembesar Liong, akhirnya dia melihat cahaya lampu menyinari lubang jendela
sebuah kamar. Cepat dia ffigintai dan dia melihat bahwa kamar ndalah sebuah ruangan baca, semacam aan
karena di sana terdapat vak buku di almari, ruangan yang luas ' di tengah
ruangan itu terdapat se y meja yang lebar. Seorang laki-laki ngah tua berusia
sekitar lima puluh m, bertubuh tinggi kurus dengan jeng-1 ?n kumis terpelihara
rapi, pakaian-santai sebagaimana biasa pakaian ink tidur, wajahnya membayangkan
mbutan^ akan tetapi biarpun wajah-belum keriput, rambutnya sudah 11 ir putih semua.
Laki- laki itu sedang 't baca kitab di bawah penerangan >tpu meja yang cukup besar. Bu
Eng ? 11 mendengar laki-laki itu membaca ngan suara yang cukup kuat sehingga >at
terdengar jelas olehnya. Kun-cu souw ki wi ji neng, Put goan houw ki gwe!" Eng
Hoat mengenal bacaan itu se-gai pelajaran dalam kitab Tiong Yong r i Guru Besar
Khong Cu yang berarti: "Seorang Budiman bertindak sesuai dengan kedudukannya, dia
tidak menginginkan apa-apa bukan menjadi bagiannya.
Kemudian laki-laki setengah tua melanjutkan bacaannya.
"Dalam keadaan kaya atau misk senang atau susah, dia selalu dapat u nyesuaikan
diri dengan lingkunganny Karena itu seorang Budiman selalu hid tenteram bahagia
dan dapat meneri apa adanya."
Laki-laki itu berhenti sejenak, ag nya dia ingin mendalami maksud pelajaran itu,
kemudian melanjutkan. "Berkedudukan tinggi dia tidak mer hina bawahannya. Berkedudukan re dia tidak
menjilat-jilat atasannya, memperbaiki diri sendiri dan tidak me harapkan
mendapat apa-apa dari orai lain. Karena itu, dia tidak pernah me/ benci siapa
pun. Ke atas dia tidak nuntut Tuhan, ke bawah dia tidak nyalahkan orang lain."
Kembali dia merenungkan pelajar itu lalu melanjutkan. "Maka dari i seorang
Budiman senantiasa berada dala keadaan tegak dan tenteram menari
m Beng (Karunia Tuhan). Sebaliknya wig Siauw-jin (Manusia berbudi ren-senantiasa
melakukan perbuatan jahat membahayakan orang lain mendapatkan apa-apa yang
bukan |.*Ji haknya!"
Laki-laki itu kini bersandar di kursi- dan menghela napas panjang, ter-m>-"g
seolah mengenang kembali apa j telah dibacanya, yaitu sebagian dari Kl Tiong
Yong f asal U. Biarpun guru-m seorang Pendeta Lama Tibet, ber-hia Buddha dan dia mendapat
pelajar-[ u-ntang agama itu, namun gurunya L< memberinya kitab-kitab lain untuk
I? ya, di antaranya, kitab Tiong Yong Wk mengandung pelajaran dari Guru Br Khong
Cu, sehingga Bu Eng Hoat Bm mengenal apa yang dibaca oleh laki setengah tua itu.
i t-laki itu menghela napas pan-
. "Hayaaa " Dia mengeluh. "Siapa
vang tidak tahu akan semua pelajaran pekerti dalam segala agama" Siapa-orangnya
yang tidak tahu bahwa KKanggu, menyakiti, merugikan orang
lain adalah perbuatan jahat dan menol menyenangkan, dan menguntungkan ora lain
adalah perbuatan baik" Siapa y tidak tahu bahwa dalam hidupnya setiap orang
manusia harus menghara kan perbuatan jahat dan memperbany perbuatan baik"
Akan tetapi sunggu celaka, di mana-mana orang melakuka perbuatan jahat! Di mana
sih terdaj" manusia yang pantas disebut Kuncu (B diman) sekarang ini" Aku
melihat 1 empat penjuru dipenuhi orang-crang ya menjadi hamb nafsunya sendiri
dan s gala tindakannya hanya menyebar jahatan!" Kembali dia menghela napas.'
Eng Hoat merasa heran dan dia diam dia bertanya-tanya siapa gerang orang
setengah tua ini. Mendengar sem ucapannya, tidak mungkin orang seper ini
berwatak jahat! Dia mulai tering akan niatnya mengunjungi tempat i, Dia harus
menemukan Menteri Lt yang kabarnya lalim dan jahat itu.
Tiba-tiba dia mendengar daun pin ruangan itu diketuk dari luar. Laki-' setengah
tua itu menoleh ke arah pin
mi bertanya dengan suara bernada kesal arena keasyikannya terganggu. "Siapa
itu?" "Saya, Loya (Tuan) " jawab suara
hrnnita. "Masuk!"
Daun pintu dibuka dan seorang wanita I- layan memasuki ruangan dengan sikap
i'fmat lalu berjongkok memberi hormat.
"Ada apa?" tanya laki-laki itu, suaranya lembut dan sabar.
"Loya, saya diutus Hujin (Nyonya) mtuk mengingatkan Paduka bahwa ma-nm telah
larut, agar Loya beristirahat
ena kata Hujin besok pagi Loya harus menghadiri persidangan para menteri di
htana Sribaginda Kaisar."
' Hemmm, tidak perlu di ngatkan aku tidak akan melupakan kewajiban itu. Sudah,
keluarlah dan katakan kepada Hujin bahwa aku sed-j"* membaca kitab."
"Baik dan ampunkan kalau saya roeng-Kanggu, Loya."
"Sudahlah, engkau tidak bersalah, hanya diutus Hujin. Pergilah."
Pelayan itu memberi hormat lalu keluar dari ruangan dan menutupkan daun pintu.
Diam-diam Bu Eng Hoat terke' Kiranya laki-laki inilah Menteri Lio Tidak salah
lagi. Siapa lagi kalau bu Menteri Liong yang besok pagi har menghadiri persidangan
para menteri istana" Inikah Menteri Liong yang ka nya lalim dan jahat itu" Akan
tet rasanya tidak mungkin! Ucapannya t penuh kebijaksanaan, dan sikapnya te hadap
pelayan wanita tadi juga Jemb dan penuh kesabaran. Orang yang begi rasanya lebih
banyak baiknya daripa buruk budinya.
Tiba-tiba daun pintu ruangan itu ter buka lagi, kini terbuka dengan sentaka dan
sesosok bayangan hitam berkeieba masuk. Eng Hoat melihat seorang yan
berpakaian hitam, mukanya ditutupi kain. hitam pula, memegang sebatang tongkat
baja dan dengan kecepatan luar biasa dia menyerang Menteri Liong!
"Menteri jahanam, mampus kau!" bentak suara laki-laki di balik kain hitam itu
dan tongkat bajanya sudah menyam-dahsyat. Menteri itu mencoba untuk lak, namun
kalah cepat. Wuuuttttt bukkk!!" Dia terpukul
tubuhnya roboh terbanting dengan sekali. Eng Hoat cepat melompat k*jendela yang terbuka. ["Pembunuh!" bentaknya dan dia cepat "n erang pembunuh itu
dengan toya-m Akan tetapi, ketika orang itu me-kffkis, Eng Hoat merasa betapa
toya- terpental dan kedua tangannya yang n cgang toya terasa panas. Dukkk!" Pada
saat dia terkejut itu, i arah belakangnya menyambar hawa ulan dahsyat. Eng Hoat
membalik dan igelak, akan tetapi dia melihat perangnya, juga seorang yang
memakai eng kain hitam, menjauh dan pada t itu si pemegang toya yang tadi yerang
Liong Taijin menghantamkan nya demikian 1. iat ke pangkal le-nya sehingga tanpa


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat dicegahnya i, toya di tangan Bu Eng Hoat ter--as! Eng Hoat cepat melompat
dan lawan dengan tangan kosong. Penye-gnya dari belakang tadi sudah metaat pergi
dan kini dia menghadapi n ibunuh yang memegang toya. Ternyata lawannya itu
bukan hanya miliki tenaga yang amat besar, akan Unpi juga memiliki ilmu silat
yang aneh K tangguh sekali. Bu Eng Hoat harus hi gerahkan seluruh tenaga dan
kegesit-mya untuk melawan dengan tangan wong. Dia sama sekali tidak sempat k
mengambil toyanya kembali karena "jata itu terpental dan menggelinding sudut
ruangan. Agaknya suara gaduh itu menarik rhatian para perajurit yang berjaga talam itu.
Terdengar langkah banyak ki berlarian menuju ke ruangan itu dan rdengar suara
mereka. Daun pintu ru-ngan itu didorong terbuka dari luar dan lasan orang
perajurit menyerbu masuk, elihat ini, pembunuh bertopeng kain li tam itu
melompat keluar dari ruangan enyusul temannnya yang sudah pergi Irbih dulu.
Bu Eng Hoat menjadi bingung. Para ajurit kini menyerbu kepadanya. Dia |Hin
maklum bahwa memberi penjelasan. kepada mereka adalah tidak mungkin dia tidak
dapat menghindarkan lagi ngeroyokan atas dirinya. Maka dia cepat melompat keluar
dari jendela u berlari cepat menghilang dalam kegeU an malam memasuki taman.
Beber* orang perajurit masih mengejarnya, al tetapi setelah dia melompat pagar
te? bok di belakang taman, para pengejar i terpaksa berhenti karena mereka tidi
mengetahui ke arah Bu Eng Hoat melar kan diri. Dengan jantung berdebv tegari Bu
Eng Hoat kembali ke dalam kam* nomor lima di loteng hotel Lok Koai duduk di atas
pembaringan dan terme nung. Dia merasa bingung dan juga penasaran bercampur
penyesalan. Tentu dia disangka sebagai pembunuh Menteri LiJ ong itu karena dia
terlihat berada di kamar itu. Adapun pembunuhnya malah lari lebih dulu, apalagi
dia mengenakan! topeng kain hitam. Dia merasa menyesaf karena kini dia merasa
sangsi apakah sudah sepatutnya Menteri Liong dibunuh"! Benarkah dia seorang
pembesar lalim1 yang jahat" Tidak ada buktinya untuk. |
, bahkan melihat sikapnya ketika mem i kitab, rasanya sukar membayangkan
menjadi seorang pembesar yang se-nang-wenang dan jahat! Karena malam itu telah
larut, hampir i, dan dia merasa lelah, pangkal le-|/tn kanannya yang tadi
terkena harian toya terasa nyeri, maka Eng Hoat merebahkan diri dan jatuh pulas.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi " kali sepasang orang muda memasuki halaman
hotel Lok Koan. Mereka adalah I lu Cin dan Ong Hui Lan. Ketika kembali ke kota
raja, Hui Lan teringat akan nasib buruk yang menimpa dirinya ketika ia tinggal
di istana Jenderal Chou Ban Heng, di mana ia diperkosa oleh Chou Kian Ki setelah
terbius. Kalau menuruti gejolak perasaan dendam kebenciannya, ingin ia segera mendatangi
gedung itu lan membunuh Chou Kian K i untuk membalas dendamnya. Akan tetapi
Hui bukan seorang gadis yang bodoh, la t bahwa Chou Kian K i merupakan seor
lawan yang sakti dan sukar dikalahk Ia sendiri sekarang mendapatkan i baru, akan
tetapi ilmu Thian-te Im-y Sin-kun itu baru akan mencapai punc kehebatannya kalau
dimainkan bersa pasangannya ketika berlatih, yaitu Cin. Untuk dapat mengalahkan
C Kian Ki, ia harus melawan bersama L Cin. Selain itu, juga ia mengetahui wa di
gedung Jenderal Chou Ban H itu terdapat orang-orang yang tin( ilmunya. Ia tidak
boleh gegabah kal tidak ingin gagal. Pula, kalau ia terbu nafsu, tentu akan
menimbulkan kecurig an hati Liu Cin. Pemuda itu belum ta' bahwa kebenciannya
kepada Chou K i K i bukan hanya karena ia tidak s, menjadi stennya, melainkan karena ( muda itu
telah memperkosanya. Ti mungkin ia menceritakan malapeta yang menimpa dirinya
itu kepada or lain, apalagi kepada Liu Cin yang tahu dan merasa bahwa pemuda itu ja
)mta kepadanya dan sebaliknya ia pun I" tarik, kagum dan suka sekali kepada iu
Cin. la bahkan hampir berani menguji bahwa ia juga jatuh cinta kepada muda yang telah
berulang kali me ong dan membelanya itu. Karena ia tidak ingin dikenal orang, mi
t lagi dikenal anak buah Jenderal Chou Vi Heng, maka pagi itu Hui Lan meng-jnk
Liu Cin untuk mencari kamar di lotel Lok Koan. Seorang pelayan se-pngah tua
cepat menyambut mereka, fviayan itu kagum melihat pasangan ini. '"mudanya berusia
sekitar dua puluh dua Ahun, berpakaian serba kuning sederhana i imun bersih dan
rapi, tubuhnya tinggi p dan wajahnya gagah. Dari dua bajang tongkat pendek yang
tergantung di ggungnya, pelayan itu dapat menduga wa pemuda ini tentu seorang
pendekar kangouw. Gadisnya juga mengagum-* m sekali. Wajahnya bui"*, ratanya
lembut namun tajam, tubuhnya ramping terbungkus pakaian yang sederhana pula,
1.1 m pak pendiam, dan di punggungnya pak tergantung sebatang pedang dengan
ronce-ronce berwarna hijau. Sul guh seorang gadis yang cantik dan gag tentu
seorang pendekar wanita. "Selamat datang dan selamat p Tuan dan Nona!" sambut pelayan itu mah. "Jiwi
(Anda berdua) hendak men wa sebuah kamar?" Jelas bahwa pelay itu menganggap
mereka sepasang sua isteri maka menawarkan sebuah ka untuk mereka berdua.
Dengan wajah berubah kemerahan Lan berkata singkat.
"Kami butuh dua buah kamar!" "Ah, maafkan saya. Baiklah, Tuan Nona, kami masih
ada beberapa b kamar di loteng. Mari, silakan!"
Dua orang muda itu mengikuti pel yan dan mereka mendapatkan dua bi kamar di
atas loteng, di bagian uj dari deretan kamar loteng yang berj lah dua belas buah
itu. Karena mer telah melakukan perjalanan jauh se: malam tadi, keduanya laWu mandi,
sar an pagi dan mengaso dalam kamar r sing-masing. Mereka berjanji akan kelu
dari kamar setelah cukup beristirah
b lepaskan lelah dan kantuk. [ Sementara itu, pagi-pagi sekali para k I bat
tinggi gempar karena berita ten-i terbunuhnya Menteri Kebudayaan Li-tersiar
cepat. Pangeran Chou Kuang Ti-). menjadi marah dan merasa penasaran kali. Banyak
terjadi pembunuhan terhadap a pejabat setia, akan tetapi pembunuhan ' hadap
Menteri Liong ini sungguh mem-|u.it dia terkejut dan marah. Menteri long
terkenal, bukan saja setia terhadap usar, akan tetapi juga sebagai seorang g
bijaksana dan budiman, diakui oleh mua orang. Siapa yang begitu kejam lembunuh seorang yang
baik budi seperti '"enteri Liong"
Seperti kita ketahui, Song Kui Lin mi berada di istana dan membantu Pameran Chou
Kuang Tian menjaga ke-anan istana. Pagi itu, Kui Lin sudah enghadap Pangeran
Chou Kuang TiarT, menuhi panggilannya* Setelah duduk berhadapan dengan I angeran
itu, Kui Lin berkata. "Paduka ntu memanggil saya karena berita tentang
pembunuhan terhadap Menteri Lione
itu, bukan?" "Hem, engkau juga sudah menden, akan berita itu?"
"Semua orang dalam istana membi r akan berita itu, Pangeran."
"Akan tetapi belum ada yang men tahui soal ini." Pangeran Chou Kua Tian
mengambil sehelai kertas dari * bajunya dan menyerahkannya kepada Ki Lin. "Tadi
aku terbangun oleh suara jendela dan ketika aku membuka ende ada pisau dengan
surat ini tertancap1 daun jendela. Bacalah!"
Kui Lin membaca tulisan di atas k tas itu. Tertulis dengan huruf yang r dan
garis serta lekukannya indah, ta bahwa penulisnya seorang ahli sastr Surat itu
pendek saja. PEMBUNUH MENTERI LIONG T1N GAL DI HOTEL LOK KOAN KAM/f
NOMOR LIMA DI LOTENG "Pangeran, siapa yang menginmka surat ini?"
Pangeran Chou Kuang Tian men gelengkan kepalanya. "Aku tidak tah
an tetapi pagi tadi perwira penyelidik U sudah melapor bahwa Menteri Liong i
bunuh oleh pukulan benda keras dan di mar itu terdapat sebuah toya, mungili
milik pembunuh yang entah bagai-"na dapat ditinggalkan di sana. Serang, aku
mengutusmu untuk menyeli-bki siapa yang berada di kamar nomor i a di loteng
Hotel Lok Koan itu, Kui m. Tangkap dia dan bawa pasukan pe-fcawal!"
"Pangeran, saya lebih suka bekerja ndiri daripada harus membawa pasukan ngawal
yang hanya membuat saya repot saja."
Pangeran itu menatap wajah Kui Lin. |,)ia sudah mengenal gadis yang berwatak
lincah, keras dan pemberani serta juga memiliki ilmu silat yang tinggi itu.
"Baiklah, pergi tangkap orang itu. Akan tetapi berhati-hatilah, Kui L11T, karena
kalau benar dia pembunuhnya, dia tentu merupakan lawan yang tangguh dan
berbahaya." Kui Lin mengangguk dan cepat ia keluar dari istana. Para pengawal istana sudah
mengenal siapa gadis be serba hitam yang cantik ini. Mereka bahwa Song Kui Lin
adalah seorang dekar wanita yang biarpun masih n namun sangat lihai dan galak
sehi tak seorang pun di antara para peraj istana berani bersikap kurang ajar
padanya. Apalagi mereka semua bahwa gadis itu adalah orang keperca an Pangeran
Chou K uang Tian. Dengan cepat Kul Lin menuju Hotel Lok Koan. Karena hari itu pagi, maka baru
sedikit di antara tamu yang sudah bangun dan sebag makan di rumah makan bagian
drT hotel. Seorang pelayan setengah tua yr tadi melayani dan menyambut kedatan Liu
Cin dan Ong Hui Lan, berlari menyambut. Dia merasa gembira ba sepagi itu' dia
telah menyambut orang gadis yang cantik jelita.
"Selamat datang dan selamat p Nona!" dia memberi hormat sambil m.-bungkuk.
"Apakah Nona ingin menye sebuah kamar?"
Kui Lin mengerutkan alisnya. G
memang paling tidak suka melihat ng bersikap merendah dan bermanis |?\a buatan.
Ia menilai sikap orang li ? menjilat-jilat itu palsu dan hanya (l- ai sebagai
*openg belaka. Orang seti n itu berbahaya. Gadis itu tidak tahu t wa sikap orang
seperti itu tidak selu palsu, melainkan terdorong oleh saan rendah diri
(minder). "Aku memang mencari kamar, yaitu ar nomor lima di loteng hotel ini!"
anya tegas. Pelayan itu mengerutkan alisnya. >an tetapi, Nona. Kamar nomor lima i sudah ada
yang menyewa!" Lalu di-mbungnya cepat. "Dia malah agaknya lum bangun dari
tidurnya." "Hemmm, siapa dia" Orang macam fa dia?" Kui Lin bertanya tidak sabar.
"Dia seorang pemuda gagah dan tam-
|.. n, Nona " "Cepat bawa aku ke kamar itul Aku ^i gin bertemu orangnya!"
Pelayan itu meragu. "Akan tetapi ya tidak berani mengganggu tamu yang ang tidur,
Nona. Apakah Nona ini saudaranya, sahabatnya, atau kek.. Pelayan itu tidak
melanjutkan kata I kasihnya" ketika melihat betapa sepa. mata yang indah itu
tiba-tiba mentor "Apa katamu" Hayo * lanjutkan!
itu kek kek ?" "Eh, maksud saya kek apa
Nona keponakannya?" "Ngawur! Cerewet! Hayo cepat tu jukkan padaku di mana kamar norr lima di loteng
itu!" Kui Lin membenT dan menyambar lengan pelayan itu. i rasa betapa
pergelangan lengannya se ti dijepit besi sehingga tulangnya ter nyeri, pelayan
itu menyeringai. "Baik baik ampunkan saya...I
dan dia lalu bergegas melangkah ke ar tangga yang menuju ke loteng setel Kui Lin
melepaskan lengannya. Setelah tiba di depan pintu ka nomor lima, pelayan itu mengetuk dai pintu.
Selama menjadi pelayan belu pernah dia berani mengganggu tamu h tel itu yang
berada dalam kamar. Ak tetapi sekarang karena dia takut kepa Kui Lin yang pegangan
jari- jari tanga yang mungil itu seperti cepitan besi,
" memberanikan diri.
"Tok-tok-tok !"
Pada saat itu, Bu Eng Hoat masih [Kir pulas karena memang baru men-11 g fajar
tadi dia dapat tidur pulas. ? n tetapi sebagai seorang ahli silat ing peka,
ketukan di pintu kamarnya 1m cukup untuk membangunkannya. Dia bangkit duduk,
seketika sadar sepenuhnya ?ni pertama kali melihat bahwa dia Mur dengaa pakaian lengkap
berikut sedunya dia segera teringat akan peris-wa semalam. Dia menjadi waspada
dan emandang ke arah pintu kamar itu. "Ya, siapa di luar?" tanyanya dengan
tenang. "Saya, Kongcu, pelayan hotel. Ini ada orang nona inRin bertemu dengan Kong-feu!"
Mendengar ini, hati Eng Hoat menjadi lega dan lebih tenang, walaupun tentu ?aja
dia merasa heran bagaimana di tempat asing ini ada seorang nona hendak bertemu
dengan dia! Karena baru saja bangun tidur dan yang akan menemuinya adalah
seorang nona, maka otot? tanpa disengaja kedua tangannya mei kan pakaian dan
rambutnya. Setelah rapi dia lalu melangkah ke ointu membukanya.
Bu Eng Hoat tercengang ketika buka pintu dia melihat seorang g cantik manis
berdiri di depannya de pandang mata tajam penuh selidik! tidak mengenal gadis
ini dan saking rannya dia sampai tidak dapat bers Dia mengira bahwa tentu gadis itu
alamat dan mengira dia orang lain.
"Siapa namamu"!" Kui Lin memben dengan galak. Sebetulnya ia sendiri cengang
ketika melihat munculnya orang pemuda tinggi besar berpaka sederhana dan
berwajah ganteng, jan dan bersih. Tadinya ia mengira berhadapan dengan seorang
laki-laki tampang pembunuh yang menyeramk Bentakannya yang galak sebagian unt
menyembunyikan rasa herannya.
Kalau tadinya Eng Hoat merasa gum kepada gadis yang cantik manis i kini dia
mengerutkan alisnya. Ada gadis ini, pikirnya. Belum mengt-"\ t akan tetapi
sikapnya begini galak! " na, mengapa engkau menanyakan i.\ku" Kita tidak saling
mengenal dan engkau yang mengganggu tidurku, turnya kalau engkau yang memper-
Mlkan namamu kepadaku." "Mengapa" Jangan berpura-pura bodohi kau pembunuh!" [ "Aku tidak membunuh
siapapun juga." f "Bohong! Engkau semalam membunuh f teri Kebudayaan Liong!"
Bu Eng Hoat tertegun. Kiranya urusan i bunuhan atas diri Menteri Liong" Ba->
miana gadis ini dapat mendakwanya"
ikah gadis ini semalam melihat dia ada di ruangan perpustakan Menteri ng" "Aku
tidak membunuh siapa pun!" Eng it berkeras karena dia memang tidak mbunuh
menteri itu. Pada saat itu tampak belasan orarg n enaiki tangga dan yang paling
depan .1 alah seorang perwira yang segera meng-f mpin Kui Lin dan berkata.
"Lihiap, inilah toya yang ditemukan di
ruangan pembunuhan." Dia adalah j wira dari istana yang disuruh Panj Chou Kuang
Tian menyusul Kui Lin n ajak sepasukan perajurit dan men? bukti toya yang
diterima oleh pangj itu dari penyelidiknya. Kui Lin mener toya itu, memegangnya
di kedua taiv nya lalu menatap wajah Bu Eng Hoal.
"Engkau jelas berbohong. Hayo kan, toya ini milik siapa?"
Eng Hoat menggangguk mantap, memang milikku!" Dia menjulurkan k tangan untuk
mengambil senjatanya dari tangan Kui Lin. Akan tetapi Kui cepat mengelak dengan
sikap mema kuda-kuda dan siap menyerang.
"Hei ttt! Jangan main-main! H jawab, ke mana semalam engkau per Hayo jawab!"
Bu Eng Hoat menggaruk-garuk ke nya. Bukan main gadis ini, bertanya ngan nada
seorang hakim memer terdakwa, atau seorang isteri menur?' suaminya. Dia merasa
geli juga, m bayangkan dirinya menjadi suami gadis ini menjadi isterinya yang me
"I ngkau jelas berbohong. Hayo katakan, toya ini milik siapa?"
riksa Ingin mengetahui ke mana sema suaminya pergi!
"Aku..... aku....." sukar dia menjaw
"Alaaaaa , akui saja sejujurn
Semalam engkau pergi ke gedung Mentf Liong, bukan" Engkau membunuh Ment
Liong dan ini toyamu tertinggal di angan itu. Hayo mengaku saja, bukti sudah
jelas!" Bu Eng Hoat menghela napas panjat
"Tidak akan kusangkal. Aku memang t
malam pergi ke gedung Merteri Lior
akan tetapi aku tidak membunuhnya
"Bohong lagi! Malam-malam ke sa bawa senjata bahkan senjatanya terti gal di sana
dan Menteri Liong tew Kalau engkau tidak membunuhnya, v; kah engkau datang ke
sana mau jala jalan lalu tersesat, begitu" Hayo m nyefah, atau terpaksa aku akan
men gunakan kekerasan menghajarmu ieT dulu!"
Bu Eng Hoat 'mengerutkan al sn yang tebal. Hatinya mulai merasa pan Gadis ini
menuduhnya secara keras tan memberi kesempatan kepadanya unti mberi
keterangan. Watak pemuda ini tiang keras.
"Heh, gadis sombong! Kamu ini siapa i, lagakmu seperti seorang hakim! Ada j
apakah engkau hendak menangkap u?" dia bertanya marah.
Eh-eh, aku ditugaskan oleh Istana 'l ik menjaga keamanan dan menangkap n jahat
dan pembunuh macam kamu!" "Engkau menuduh aku bohong, engkau mdiri yang bohong!
Tidak mungkin Is-Lma mempunyai petugas seorang anak prempuan kecil


Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

macam kamu!" "Keparat! Aku adalah Hek I Lihiap >ng Kui Lin, kepercayaan Keluarga itana, tahu"
Hayo engkau menyerah, lau harus kuparahkan dulu kedua kaki-
iu?" "Siapa takut kepadamu" Mau tangkap *u" Cobalah kalau engkau mampu!" Bu I ng Hoat
tiba-tiba menyerang dengan ksud untuk merampas toya dari tangan |Gerakannya cepat dan kedua ngannya mendatangkan angin yang cukup kuat.
Namun Kui Lin yang sudah siap cepat mengelak. Kesempatan itu diperguna^ Eng
Hoat untuk melompat dan menur1 loteng itu.
"Bangsat, jangan lari!" Kui Lin j melompat dan melayang turun menge Akan tetapi
setelah tiba di halaman ya luas dari hotel itu, Eng Hoat berhen dan menanti Kui
Lin. "Siapa hendak lari" Aku bukan pen cut. Aku tidak lari melainkan meno tempat yang
luas. Nah, engkau bot maju mengeroyokku. Aku tidak bersa dan aku tidak sudi
menyerah!" Mendengar ini, Kui Lin menoleh mengangkat tangan kirinya menyet para perajurit
pengawai yang sudah bo lari turun dari loteng.
"Kalian tidak boleh melakukan pen royokan. Biarkan aku sendiri yang nangkap
pembunuh ini!" teriaknya perwira itu lalu memberi isarat ke, anak buahnya untuk
mengepung saja laman itu agar si pembunuh tidak da melarikan diri.
Kini Kui Lin yang berhadapan deng Bu Eng Hoat berkata sambil tersenyu
K' gejek. "Nah, aku tidak akan melaku "i pengeroyokan! Sebaiknya engkau yerah
saja sebelum aku mematahkan dua kakimu!"
"Bocah sombong! Aku tidak bersalah, pu bukan pembunuh, maka aku tidak Ikan
menyerah kepadamu!" Lalu dia me-1" bahkan dengan senyuman mengejek, fcngkau
boleh menggunakan senjataku h u, aku akan melawanmu dengan tangan ipsong!"
Kui Lin semakin marah. "Ini tongkat |" ngemismu, aku tidak butuh!" Lalu se-lr ah
melemparkan tongkat itu yang diterima oleh Bu Eng Hoat, Kui Lin h e loloskan
pedang sabuknya dan tampak rahaya pedang itu berkilauan.
"Hemmm, dengan pedangku ini, mungkin bukan hanya kedua kakimu yang patah,
melainkan lehermu yang akan putus. Maka, sebelum terlanjur mampus, katakan
siapa namamu!" "Aku tidak pernah menyembunyikan nama. Aku Bu Eng Hoat yang selalu nkan
menentang segala bentuk kejahatan termasuk wanita galak sewenang-wenang
seperti kamu!" Bu Eng Hoat sudah dengan tongkatnya.
"Haaai ittttt !!" Tiba-tiba Kui
mengeluarkan pekik melengki.ig dan mulai menyerang. Tubuhnya berga cepat, dan
pedangnya sudah meluncuw depan menusuk ke arah dada lawan. 1 dang sabuk milik
Song Kui Lin ini ada pemberian gurunya, Louw Keng T<1 Tampaknya hanya sebatang
pedang tF sekali sehingga dapat dilipat seba sabuk. Pedang itu lemas dan lentur,
a' tetapi setelah dipegang oleh Kui ?1 pedang itu seolah menyatu dengan ( ngannya
sehingga dengan penyaluran t naga saktinya, ia dapat membuat peda itu menjadi
kaku dan kuat seperti bc tebal yang mampu menembus batu k rang dan
mematahkan besi! Melihat tusukan yang secepat kil itu, Bu Eng Hoat segera menangkis ngan
tongkatnya. "Tranggggg !' Pertemuan ant
pedang dan tongkat itu membuat kedu nya tergetar. Diam-diam mereka t kejut
karena dari pertemuan perta
|i 4a mereka itu saja mereka sudah ft tahui bahwa lawan mereka me-ki tenaga
dalam yang amat kuat. Kembali Kui Lin menyerang, kini nya membacok dari atas ke
arah % ?la lawan, lalu kaki kirinya menyusul-?1 tendangan ke arah perut lawan.
Se-igan ini amat berbahaya karena lawan i.incing perhatiannya untuk menghadapi i
angan pedangnya yang datang dari i sehingga tendangan susulan itu yang "pakan
serangan inti pada saat lawan dang mencurahkan perhatiannya ke
Akan tetapi dengan tangkas sekali Hg Hoat menggerakkan tongkatnya de-,m jurus
"Menyangga Langit Menekan imi", ujung tongkat kirinya menangkis dang lawan dari
bawah dan ujung tong-.it kanannya menangkis tendangan kaki_ awan dengan cara
m^r^kan. "Cringgg dukkk'" Kembali serangan
m Lin gagal, bahkan kaki kirinya yang rtemu dengan tongkat terasa agak iyeri. la
marah sekali dan makin mem-rgencar serangannya. Akan tetapi Bu
Eng Hoat tidak tinggal diam. Karen.i maklum bahwa gadis muda itu b benar amat
hebat dan ganas, maka lain mengelak dan menangkis, dia mulai membalas dengan
dahsyat. Ter lah pertarungan yang amat seru hebat, membuat mereka yang meny
kannya menjadi bengong dan kagum, mikian cepatnya gerakan dua orang mj yang
sedang bertanding itu sehingga dan mereka tidak tampak jelas. Y tampak hanya dua
sosok bayangan ] bungkus gulungan sinar pedang dan I tongkat! Bagi mereka yang
ilmu silat belum mencapai tingkat tinggi, t tidak dapat mengikuti jalannya per
dingan dan tidak tahu siapa di an mereka yang menekan atau terta Apalagi mereka
yang tidak paham i! silat bahkan mungkin melihat pertand an itu sebagai sepasang
penari yang dang menari saja!
Akan tetapi Liu Cin yang berada situ pula dengan Hui Lan, terbangun suara gaduh
itu dan ikut menonton, rasa khawatir. Liu Cin maklum bah
I nrang yang bertading itu memiliki I m la t yang tinggi dan keadaan mere-
mbang. Bukan tidak mungkin se-3K di antara mereka akan roboh terberat atau Kahkan
tewas. Tentu saja tidak menghendaki hal ini terjadi. , begitu tiba di pekarangan
itu dia ra mengenal pemuda yang memain-sepasang tongkat itu. Pemuda yang ruh dia
temui ketika pemuda itu me-fr mg Ang Hwa Niocu Lai Cu Yin! Sepit dia bergaul
dengan Ang Hwa Niocu Cu Yin dan mengetahui orang ma-.., apa adanya wanita itu,
baru dia hu bahwa pemuda itu berada di pihak n.ir. Pemuda itu adalah seorang
pen- ar yang mendengar akan kejahatan i Hwa Niocu membunuhi para pemuda ka
berkeras hendak membunuh wanita lis itu.
"Hui Lan, pemuda itu bukan pem-> h. Aku mengenal dia sebagai seorang idekar yang
menentang kejahatan." >vik Liu Cin. "Hemmm, kalau begitu, gadis itu Ji lak boleh
membunuhnya. Kita harus melerai perkelahian itu dan men kesempatan kepada
pemuda itu ui membela diri dan memberi keteranga
Biarpun Liu Cin dan Hui Lin b suami isteri. bahkan bukan sepasang kasih resmi
karena sampai kini Hui masih belum berani mengaku bahwa mencinta Liu Cm,
namun di antara dua orang itu terdapat hubungan b; yang amat erat. Mereka amat
peka sama lain dan hal ini terjadi setC mereka berdua melatih ilmu Tr a -te yang
Sin-kun bersama-sama. Maka s kata-kata tadi sudah merupakan ke katan dan
keduanya lalu melompat tengah halaman di mana Bu Eng i dan Song Kui Lin sedang bertanding
se "Kalian berhentilah berkelahi!" Liu Cin dan Hui Lan hampir berbar Liu Cin
menghadang di depan Bu Hoat sedangkan Hui Lan menghadang Lin. Terpaksa dua
orang yang se bertanding itu menahan senjata masi masing dan berlompatan
mundur. Melihat dua orang yang tidak dike nya akan tetapi yang memiliki gera'
mi itu melerai. Kui Lin mengira bah mereka tentu merupakan teman-Mu si
pembunuh. Maka ia cepat ber-
* langkap mert* a' Mereka tentu ka-k si pembunuh ini!"
.'"rwira tadi cepat mengerahkan para ;urit untuk menyerang Bu Eng Hoat, Cin, dan
Ong Hui Lan sehingga ter-hn tiga orang ini membela diri dan
gkisi senjata para perajurit yang un mengeroyok.
liu Eng Hoat sendiri tidak mengenal Hui Lan, akan tetapi begitu melihat Cin, dia
segera teringat. Inilah pe-n fa yang dulu membela Ang Hwa < u, iblis betina
pembunuh banyak pe-Kla itu ketika dia menyerangnya. Ten-saja dia merasa heran
karena tadinya mengira bahwa tentu Liu Cin me-kan -seorang sesat pula maka
memita iblis betina seperti Ang Hwa Niocu. kan tetapi mengapa sekarang muncul
rrsarha seorang gadis cantik membela-
Karena Liu Cin dan Hui Lan tidak
bermaksud menentang para pera' maka mereka berdua hanya melindi diri saja.
Akan tetapi segera lebih nyak perajurit datang mengepung, menuhi halaman hotel
itu. Mereka tadinya menonton sudah bubar melar dan menjauhkan diri karena
khawatir libat. Tiba-tiba terdengar suara lem namun berpengaruh karena mengan getaran kuat.
"Tahan semua senjata! Lin-moi, h kan perkelahian!!"
Mendengar suara Han Lin, Kui segera berhenti, memutar badan me dang kepada
kakak angkatnya itu de cemberut.
"Lin-ko, engkau ini bagaimana Mengapa menahan kami menangkap pembunuh ini"
Semestinya engkau m bantu kami menangkap mereka!!"
Sementara itu, melihat Han Lin, Cin dan Ong Hui Lan juga menjadi rang sekali.
"Han Lin !" Mereka berseru den
berbareng. Hui Lan lalu mengham
n Lin dan berkata. "Han Lin, kami i.in pembunuh dan tidak melakukan Lihatan.
Kami berdua hanya ingin me-bi dan mencegah orang ini disakiti m dibunuh karena
menurut keterangan i Cin, orang ini tidak bersalah dan uin pembunuh."
"Bohong! Bu Eng Hoat ini jelas telah mbunuh Menteri Liong dan aku telah erl
tugas oleh Pangeran Chou Kuang n untuk menangkapnya, tapi dihalangi i orang ini!
Lin-ko, engkau harus mem-tuku menangkap mereka bertiga." "Nanti dulu, Lin-moi.
Agaknya ada salah pahaman di sini. Suruh para pe-turit itu mundur dan mari kita
semua uk ke ruangan rumah makan yang song itu untuk membicarakannya. Di na kita
lihat, kalau memang ada yang salah baru ditangkap, dan sebagai ng gagah, yang merasa
bersalah harus rani mempertanggung-ja wabkan per-uatannya!" Ucapan Han Lin
yang lembut un tegas dan sikapnya yang halus itu dak ada yang membantah. Kui Lin
me-yuruh perwira tadi menarik mundur pasukannya dan mereka berlima lalu masuki
ruangan rumah makan yang kosong karena semua tamunya tadi larikan diri. Bahkan
tidak ada sec pun pelayan tampak karena mereka mua juga pergi bersembunyi. M
segera mengambil tempat duduk mei Hngi sebuah meja bundar yang kosong.
"Nah, sekarang mari kita bicara ngan sejujurnya. Lin-moi, engkau bercerita,
Anak Pendekar 16 Wiro Sableng 183 Bulan Biru Di Mataram Kisah Pedang Di Sungai Es 10
^