Anak Naga 10
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung Bagian 10
menundukkan wajahnya dalam-dalam- sedang-kan seng Hwi
bergirang dalam hati, sebab kelihatannya ke dua Tianglo itu
menyetujui hubungannya dengan su Hong sek-
"Sudah larut malam, lebih baik kita tidur," ujar su Hong sek
dengan suara rendah- "siapa tahu pihak si Mo akan menyerbu esok-"
"Betul-" Ci Hoat Tianglo manggut-manggut.
"Kita harus beristirahat sekarang, agar bersemangat esok."
Mereka kembali ke markas, namun Thio Han Liong dan An
Lok Kong cu tidak langsung tidur, mereka duduk berhadapan
di dalam kamar. "Aaah-?" Mendadak Thio Han Liong menghela nafas
panjang. " Kakak Han Liong" An Lok Kong cu memandangnya.
"Kenapa engkau menghela nafas panjang?"
"Aku sedang berpikir, bagaimana seandainya Kwee In Loan
juga ikut menyerbu ke mari" siapa yang dapat melawannya?"
sahut Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaiannya begitu tinggi...."
"Sudahlah Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum.
"Jangan terus memikirkan itu, lebih baik engkau
beristirahat saja." "Baiklah-" Thio Han Liong mengangguk-
"seperti biasa, engkau tidur di ranjang, aku tidur di kursi."
" Kakak Han Liong" ,An Lok Kong cu tersenyum.
"Bagaimana kalau malam ini engkau tidur di ranjang?"
"Aku lebih besar darimu, maka aku harus mengalah," sahut
Thio Han Liong sungguh-sungguh ?
"Ayoh, cepatlah engkau tidur"
An Lok Kong cu membaringkan dirinya ke tempat tidur,
justru menghadap ke arah Thio Han Liong.
"Kakak Han Liong...."
"Kalau aku seorang gadis, apakah engkau mau tidur
bersamaku?" tanya An Lok Kong cu mendadak.
"Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum.
"Seandainya engkau seorang gadis, aku justru akan tidur di
luar." "Engkau...." An Lok Kong cu cemberut.
"Lho" Kenapa?" Thio Han Liong heran.
"Kalau engkau seorang gadis, sedangkan aku masih tetap
tidur di dalam kamar ini, bukankah aku tak tahu diri dan tak
tahu malu?" "Hmra" dengus An Lok Kong cu, lalu membalikkan
badannya. "Eeeh?" Thio Han Liong menggaruk-garuk kepala.
"Kok sikapmu begitu aneh malam ini...?"
-ooo00000ooo- Ketika su Hong sek- ke dua Tianglo, seng Hwi, Thio Han
Liong dan An Lok Kong cu duduk di ruang depan markas Kay
Pang sambil bercakap-cakap, mendadak seorang pengemis
berlari-lari ke ruang itu.
"Lapor pada Pangcu, golongan hitam yang dipimpin Si Mo
sudah menuju ke mari"
"Ng" Su Hong Sek mengangguk.
"Cepatlah kalian bersiap untuk bertarung dengan Kay Pang"
"ya, Pangcu." Pengemis itu manggut-manggut, lalu cepatcepat
meninggalkan ruangan-itu.
"Mari kita keluar menyambut kedatangan mereka" ujar Su
Hong Sek sambil bangkit eiari tempat duduknya.
"Baik." Ci Hoat dan Coan- Kang Tianglo mengangguk.
Mereka semua lalu menuju "Kakak Han Liong..." bisik An Lok Kong cu setelah berada di
pekarangan-. "Tegang juga ya"
"ingat Begitu pertarungan mulai, engkau harus
bersembunyi" pesan Thio Han Liong sungguh-sungguh.
"Kakak Han Liong" An Lok Kong Cu tersenyum.
"Kepandaianku cukup tinggi, aku tidak usah bersembunyi."
"ingat" pesan Thio Han Liong lagi.
"Pokoknya engkau tidak boleh ikut bertarung, aku pasti
marah" "Ya." An Lok Kong Cu mengangguk dan bergirang dalam
hati, sebab Thio Han Liong begitu memperhatikannya.
"Aku... aku pasti menurut perkataanmu."
"Bagus"Thio Han Liong memegang bahunya.
"Engkau memang harus menuruti perkataanku, sebab aku
adalah saudaramu." "Kakak Han Liong...." Ketika An Lok Kong cu ingin
mengatakan sesuatu, mendadak terdengar suara tawa yang
amat menyeramkan. "Itu adalah suara tawa si Mo-" Thio Han Liong
memberitahukan. "Adik An Lok, cepatlah engkau bersembunyi di balik pohon"
"Aku... aku mau di sini saja," sahut An Lok Kong cu.
Kelihatannya ia tidak mau berpisah dengan Thio Han Liong.
"Adik An Lok - ." ucapan Thio Han Liong terputus, karena
muncul beberapa orang, yakni si Mo, Kwan Pek Him, Liong san
sin TUng (si Tongkat sakti Dari Gunung Liong san), Hek Bin
Koay (siluman Mata Hkam) dan Pek Bin Koay (siluman Mata
Putin). "Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"su Pangcu, berhubung engkau berani menolak ajakan
kami untuk bergabung, maka hari ini kami ke mari untuk
membasmi kalian semua"
"Si Mo" bentak seng Hwi dingin-
"Engkau kira gampang membasmi kami?"
"He he he" si mo menatap seng Hwi, Thio Han Liong dan
An Lok Kong cu, kemudian manggut-manggutseraya berkata,
"Su Pangcu Engkau minta bantuan kepada ketiga orang
itu?" "si Mo" sahut seng Hwi dingin-
"Jangan bertingkah di hadapanku, aku sama sekali tidak
takut menghadapimu" "oh?" si Mo menatap tajam.
"siapa engkau, kenapa mencampuri urusan Kay Pang?"
"Aku adalah teman baik su pangcu, maka aku harus
membantunya" seng Hwi juga menatapnya dengan dingin-
"si Mo, namaku seng Hwi"
"seng Hwi..." gumam si Mo-
"Aku tidak pernah mendengar namamu, lebih baik engkau
jangan turut campur"
" Aku pasti akan melawanmu" sahut seng Hwi bernada
menantang. "He he he Bagus, bagus" si Mo tertawa terkekeh-kekeh.
"Engkau orang kecil tak bernama, berani menantangku?"
"Kenapa tidak?" tantang seng Hwi lagi.
"Aku justru ingin tahu berapa tinggi kepandaianmu, begitu
berani menyerbu ke mari"
"oh?" Wajah si Mo bertambah seram.
"Aku pun berani menantangmu" ujar Thio Han Liong
mendadak sambil menudingnya.
"Anak muda...." si Mo menatapnya tajam, kemudian
terbelalak seraya berseru tak tertahan.
"Engkau...." "Tidak salah" sahut pemuda itu.
"Aku Thio Han Liong, tentunya si Mo belum melupakanku,
bukan?" "Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Engkau juga ingin membantu Kay Pang?"
"Ya" Thio Han Liong mengangguk-
"Bagus, bagus" si Mo manggut-manggut.
"Muridku akan melawanmu, sedangkan aku akan
membunuh orang yang tak tahu diri itu"
"Ha ha ha" seng Hwi tertawa,
"si Mo, kelihatannya engkau yang akan mampus di
tanganku" "oh, ya?" si Mo segera memberi isyarat.
Seketika juga Liong San Sin TUng, HekBin Koay dan PekBin
Koay maju ke depan, pi saat bersamaan, su Hong sek- Ci Hoat
dan Gan Rang Tianglo juga melangkah maju.
su Hong sek berhadapan dengan Liong san sin TUng, ci
Hoat Tianglo berhadapan dengan Hek Bin Koay, Gan Kang
Tianglo berhadapan dengan Pek Bin Koay, sedang Kwan Pek
Him mendekati Thio Han Liong.
"saudara Kwan" tanya Thio Han Liong.
"engkau ingin bertarung denganku?"
"Tidak-" Kwan Pek Him menggelengkan kepala.
"Aku cuma ingin bercakap-cakap dengan engkau saja."
"oh?" Thio Han Liong menatapnya.
"Bercakap-cakap tentang apa?"
"Kalau mereka sudah mulai bertarung, barulah kita
bercakap-cakap," sahut Kwan Pek Him.
"Baik," Thio Han Liong manggut-manggut.
sementara si Mo dan seng Hwi terus saling memandang,
mendadak si Mo berseru, "serang" seketika juga para anak buahnya menyerang para anggota
Kay Pang. Di saat bersamaan, si Mo pun mulai menyerang
seng Hwi. Begitupula Liong san sin TUng, HekBin Koay dan
Pek Bin Koay, mereka segera menyerang su Hong sek- Ci Hoat
dan coan Kang Tianglo.. Maka terjadilah pertarungan yang
amat dahsyat Di saat pertarungan itu berlangsung, Kwan Pek Him mulai
bercakap-cakap dengan Thio Han Liong.
"saudara Thio, berapa tahun kita tidak bertemu, bagaimana
kabarmu?" tanya Kwan Pek Him.
"Aku baik-baik saja. Engkau?" Thio Han Liong tersenyum.
"Akupun baik-baik saja." Kwan Pek Him memberitahukan.
"Kini Pek yun Kok telah dijadikan markas golongan hitam.",
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Kalau tidak salah, Kwee In Loan yang menjadi ketua,
kan?" "ya." Kwan Pek Him mengangguk-
"oh ya, Ciu Lan Hio tidak bersamamu?"
"Tidak-" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"Dia sudah pulang ke tempat tinggalnya beberapa tahun
lalu- Engkau tidak pernah bertemu dia?"
"yaah" Kwan Pek Him menghela nafas.
"sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dia. Aku...."
"Engkau rindu sekali kepadanya?" tanya Thio Han Liong
sambil tersenyum. "ya." Kwan Pek Him mengangguk- sementara pertarungan
berlangsung lebih seru, sengit dan dahsyat sedangkan Thio
Hail Liong dan Kwan Pek Himpun terus bercakap-cakap
dengan serius sekali, dan itu membuat An Lok Kong cu tidak
habis pikir- "Bagaimana kalian berdua?" tanyanya sambil mengerutkan
kening. "Mereka bertarung mati-matian, kalian berdua malah asyik
mengobrol" "Biarkan saja" sahut Thio Han Liong.
"Lho" Bukankah engkau harus membantu Kay Pang"
Kenapa malah terus mengobrol dengan dia?"
"Kalau aku turut bertarung, lawanku justru dia."
"Oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Kalau mereka seperti kalian, tentunya tidak usah
bertarung." " gurunya adalah Si Mo yang amat jahat dan kejam. Ketika
aku masih kecil, aku nyaris dibunuhnya." Thio Han Liong
memberitahukan. "ohr An Lok Keng cu terbelalak-
"Maaf" ucap Kwan Pek Him.
"saudara Thio, siapa saudara ini?"
"Dia adalah kawan akrabku, namanya Cu An Lok-" Thio Han
Liong memberitahukan. "oooh" Kwan Pek Him seoera memberi hormat.
"Selamat bertemu saudara Cu"
"selamat bertemu saudara Kwan" An Lok Keng cu juga
memberi hormat, namun ia merasa tidak senang terhadap
pemuda itu. sementara pertarungan itu semakin dahsyat, si Mo dan
seng Hwi sudah bertarung puluhan jurus, tetapi, si Mo masih
tidak dapat mengalahkannya, Itu membuat si Mo penasaran
sekali, maka ia mulai mengerahkan Lweekangnya untuk
mengeluarkan ilmu Ha Mo Kang.
si Mo menjongkokkan badannya, dan mulutnya
mengeluarkan suara "Krok Krok" mirip suara kodok-
Menyaksikan itu, seng Hwi pun segera menghimpun
Lweekang. Perlahan-lahan sepasang telapak tangannya
berubah kehijau-hijauan. " Ha a h?" si Mo tampak terkejut,
"IImu pukulan cing Hwee Ciang"
"Betul" seng Hwi mengangguk.
"Baik" si Mo tertawa, dingin-
"Mari kita mengadu pukulan Ha Mo Kang lebih tinggi atau
Cing hwe Ciang yang lebih unggul"
Mendadak si Mo meloncat menyerang seng Hwi, namun
seng Hwi menangkis dengan Ciang Hwee Ci-ang.
"Blam" Terdengar suara benturan dahsyat, yang memekakkan
telinga, yang lain langsung berhenti bertarung dan
mata mereka mengarah pada si Mo dan seng Hwi.
si Mo termundur-mundur beberapa langkah, sedangkan
seng Hwi hanya dua langkah-Betapa penasarannya si Mo- la
menjongkokkah badannya lagi sambil mengerahkan Ha mo
Kangnya hingga pada puncaknya, seng Hwi pun menghimpun
Lweekangnya sepenuhnyasekonyong-
konyong si Mo meloncat laksana kilat
menyerang seng Hwi Di saat bersamaan, seng Hwi
menggerakkan sepasang tangannya untuk menangkis
serangan itu. sepasang telapak tangannya tampak kehijauhijauan.
Blaaam Blaaam... Terdengar suara benturan yang amat
dahsyat dan memekakkan telinga, si Mo terpental beberapa
depa, lalu roboh dengan mulut mengeluarkan darah segar.
"Guru Guru?" Kwan Pek Him segera melesat
menghampirinya. sedangkan seng Hwi termundur-mundur beberapa langkah
dengan wajah pucat pias, namun sama sekali tidak terluka.
" saudara seng Hwi...." su Hong sek segera mendekatinya.
"Engkau terluka?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak-" seng Hwi tersenyum.
"su Pangcu, terima-kasih atas perhatianmu."
"saudara seng Hwi...." su Hong sek tersenyum sipuseng
Hwi memandang lalu mendekati si Mo yang sudah
bangkit berdiri seraya berkata,
"si Mo Cepatlah kalian enyah dari sini Kami tidak akan turun
tanganjahat terhadap kalian"
"Hmm" dengus si Mo-
"suatu hari nanti, Kay Pang pasti musnah di tangan kami"
"Ha ha ha" ci Hoat Tianglo tertawa gelak-
"Engkau sudah terluka parah, tapi masih omong besar Ha
ha ha - " "Kalau seng Hwi tidak berbelas kasihan kepadamu,
mungkin engkau sudah terkapar menjadi mayat" sela Gan
Kang Tianglo mengejeknya-
"Kalian... kalian...." saking geramnya si Mo memuntahkan
darah segar- "Uaaakh"
"Guru" Kwan Pek Him memapahnya.
"Mari kita pergi"
si Mo mengangguk, lalu memberi isyarat kepada yang lain,
agar meninggalkan markas Kay Pang. setelah mereka pergi,
barulah su Hong sek dan lainnya masuk ke markas.
"Ha ha ha" ci Hoat Tianglo tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tak menyangka sama sekali, seng Hwi berkepandaian
begitu tinggi, bahkan telah menyelamatkan Kay Pang Kami
sungguh berhuta budi kepadamu"
"ci Hoat Tianglo" Wajah seng Hwi tampak agak kemerahmerahan.
"Jangan berkata begitu, aku membantu Kay Pang tanpa
pamrih lho-" "Tapi" ucap su Hong sek dengan suara rendah-
"Kami tetap berhutang budi kepadamu-"
"su Pangcu - -"
"Hi hi hi" Mendadak An Lok Keng cu tertawa geli-
"sudah saling jatuh hati, namun masih begitu, sungkan,
yang satu memanggil saudara seng Hwi, yang lain memanggil
su Pangcu. Bukankah menggelikan, sekali?"
"Adik An Lok" tegur Thio Han liong .-
"Kenapa mulutmu usil sekali" Tidak baik engkau bersikap
demikian." "Kakak Han Liong," sahut An Lok Kong cu sambil
tersenyum. "Aku bicara sesungguhnya, saudara seng Hwi dan su
Pangcu sudah saling jatuh hati maka tidak perlu berbasa-basi
lagi." "Eh" Adik An Lok-.?" Thio Han Liong melotot.
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu terbelalak-
"Tampangmu galak juga di saat melotot, aku takut sekali
lho" "Ha ha ha" CiHoat Tianglo tertawa gelak-
"Apa yang dikatakan An Lok memang benar. Kalau sudah
saling jatuh hati, kenapa masih harus berbasa-basi?"
"Ci Hoat Tianglo...." Wajah su Hong sek langsung
memerah.. "Su Pangcu" Gan Kang, Tianglo memandangnya seraya
berkata, "Usiamu sudah tiga puluhan, maka..."
"Gan Kang Tianglo...." su Hong sek membantingbantingkan
kaki, dan cemberut, Itu membuat Thio Han Liong
melongo- Namun ia lalu tertawa mendadak, dan itu membuat
semua orang menjadi terheran-heran.
"Kakak Hang Liong." An Lok Kong cu menatapnya, heran
seraya bertanya, "Kenapa engkau mendadak tertawa, apa yang menggelikan
hatimu?" "Su Pangcu?." sahut Thio Han Liong yang masih tertawa.
"Han Liong" tanya su Hong sek.
"Kenapa aku?" "Barusan su Pangcu membanting-banting kaki dan
cemberut, sikap su Pangcu sungguh mirip sikap Adik An Lok,"
sahut Thio Han Liong memberitahukan.
"Heran" Kenapa su Pangcu dan dia bisa bersikap begitu,
sedangkan aku tidak?"
"Han Liong...." Su Hong Sek cemberut lagi, begitu pula An
Lok Keng cu. Sudah barang tentu membuat Thio Han Liong
tertawa gelak lagi. "Ha ha ha TUuh, cemberut lagi"
"Ha ha ha Ha ha ha.-" Ci Hoat dan Gan Kang Tianglo juga
tertawa gelak-aelak- "Kaum wanita memang suka cemberut. Tapi An Lok adalah
anak lelakL - " "Dia terlalu manja" sahut Thio Han liong.
"Maka suka cemberut Ha ha ha..."
" Kakak Han Liong" Mendadak An Lok Keng cu mencubit
lengannya. "Aduuuh" jerit Thio Han Liong kesakitan.
"Kenapa engkau mencubitku?"
"siapa suruh mulutmu begitu usil?" sahut An Lok Keng cu.
"Belum pernah ditampar orang ya?"
"Adik An Lok" Thio Han Liong melotot.
"Kenapa engkau begitu galak" Lenganku masih terasa sakit
lho" "Biar tahu rasa" ujar An Lok Keng cu sambil terscnyumsenyum.
"saudara... Seng Hwi" tanya su Hong sek-
"Tadi engkau menggunakan ilmu pukulan sehingga bisa
melukai si Mo?" "Ilmu pukulan cing Hwee Ciang." seng Hwi
memberitahukan. "Aku belajar dari sebuah kitab-"
"siapa yang memberitahukanmu kitab itu?"
"Ayahku." "saudara seng Hwi" Su Hong sek menatapnya-
"Bolehkah aku tahu siapa ayahmu?"
"Ayahku adalah Hun Goan Pek Lek Chiu-seng Run"jawab
seng Hwi dengan jujur. "Hah" Apa?" Su Hong Sek Tianglo terbelalak, Ci Hoat dan
Coan Rang. "Seng Kun adalah ayahmu?"
"Ya." seng Hwi menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lalu engkau dengan Han Liong?" su Hong sek memandang
mereka dengan mulut ternganga lebar.
"Kami adalah kawan baik" sahut Seng Hwi lalu menuturkan
tentang semua kejadian itu, dan menambahkan,
"Kalau Han Liang tidak menjernihkan kesalah-pahamanku,
aku pasti jadi orang yang paling berdosa di rimba persilatan."
"Syukurlah engkau keburu tahu tentang itu, kalau tidak? "
su Hong sek menggeleng-gelengkan kepala.
"Oleh karena itu, hingga saat ini aku masih merasa
berterima kasih kepada Han Liong," ujar seng Hwi.
"Seandainya tidak ada dia di saat itu, aku...."
"Kakak seng Hwi" Thio Han Liong tersenyum,
"semua itu telah berlalu, jangan diungkit lagi"
"saudara kecil??" Seng Hwi manggut-manggut.
"saudara seng Hwi" tanya Su Hong sek mendadak-
"Menurutmu, apakah pihak golongan hitam itu akan
menyerbu ke mari lagi?"
"Menurut aku tidak" sahut Seng Hwi-
"Sebab luka si Mo cukup parah, itu akan membuat nyali
Kwee In Loan menjadi ciut."
"Ngmmm" su Hong sek manggut-manggut
"Oh ya, kapan kalian akan meninggalkan markas kami ini?"
"Besok," sahut Thio Han Liong dan menambahkan,
"su Pangtu, yang akan meninggalkan markas ini hanya aku
dan Adik An Lok- Kakak seng Hwi tidak akan pergi, dia harus
tetap di sini." "saudara kecil..." Wajah seng Hwi agak kemerah-merahan.
"Benar kan?" Thio Han Liong memandangnya sambil
tersenyum. "Karena Kakak seng Hwi masih harus melindungi Kay Pang
dari serbuan pihak golongan hitam."
"Dan juga - " sambung An Lok Keng cu.
"Harus terus mendampingi su Pangcu yang cantik jelita."
"Eh" Engkau - ." su Pangcu melototi An Lok Keng cu,
kemudian bertanya kepada Han Liong.
"Kalian mau pergi besok?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Kami harus melanjutkan perjalanan ke gunung Bu TUng."
"Han Liong, tolong sampaikan salamku kepada Guru Besar
Thio sam Hong dan lainnya" pesan su Hong sek-
"Ya, pasti kusampaikan."
"Terima kasih, Han Liong," ucap su Hong sek sambil
tersenyum lembut "Terima kasih- - "
Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Keng cu
meninggalkan markas Kay Pang. Mereka berdua melanjutkan
perjalanan menuju gunung Bu Tong. Dalam perjalanan, An
Lok Keng cu tampak gembira sekali, bahkan sering bercanda
ria dengan Thio Han Liong justru Thio Han Liong sama sekali
tidak tahu, bahwa An Lok Keng cu adalah seorang gadis,
bahkan putri kaisar. Bab 35 Wahuan Mulai Tertekan
si Mo dan Para anak buahnya sudah tiba di markas. Betapa
terkejutnya Kwee In Loan ketika melihat si Mo terluka dalam.
"si Mo siapa yang melukaimu?" tanyanya dengan kening
berkerut. "seng Hwi," jawab si Mo sambil duduk-
"seng Hwi?" Kwee In Loan tercengang,
"siapa dia dan apa hubungannya dengan Kay Pang?"
"Aku pun tidak kenal orang itu," ujar si Mo sambil menghela
nafas panjang. "Kepandaiannya amat tinggi, lagipula memiliki pukulan cing
Hwee Gang." "Apa?" Kwee In Loan tampak terkejut.
"Ilmu pukulan cing Hwee Ciang?"
"ya." si Mo mengangguk-
"Aku terluka oleh ilmu pukulan itu. Kalau aku tidak memiliki
Lweakang tinggi, pasti sudah menjadi mayat di sana."
"Heran?" gumam Kwee In Loan.
"siapa orang itu" oh ya, berapa usianya?"
"Tiga puluhan." si Mo memberitahukan,
"orang itu bersama Thio Han Liong dan seorang pemuda
tampan...." "oh" Apakah orang itu mempunyai hubungan dengan ayah
Thio Han Liong?" ujar Kwee In Loan dengan kening berkerut.
"Mungkin." si Mo manggut-manggut, kemudian
memandang muridnya seraya bertanya,
"Pek Him, ketika kami sedang bertarung, engkau justru
asyik bercakap-cakap dengan Han Liong. Apa yang kalian
bicarakan?" "Kami...." Kwan Pek Him menundukkan kepala.
"Aku bertanya kepadanya mengenai gadis berpakaian
merah itu" "Hmm" dengus si Mo- "Engkau...."
"Pek Him," tanya Kwee In Loan.
"Engkau tidak bertanya kepada Han Liong siapa orang itu?"
"Tidak-" Kwan Pek Him menggelengkan kepala.
"cing Hwee ciang berasal dari Persia, itu merupakan ilmu
pukulan yang amat dahsyat dan ganas. Aku yakin lukamu
cukup parah," ujar Kwee In Loan.
"Ya." si Mo mengangguk,-
" Kalau begitu - -" Kwee In Loan menatapnya.
"Engkau harus beristirahat, untung aku menyiapkan segala
macam obat untuk mengobati luka dalam."
"Terima kasih. Ketua," ucap si Mo-
"oh ya, kapan Ketua akan menyerbu markas Kay Pang?"
"Kita tunggu Hiat Mo ke mari dulu, setelah itu barulah kita
berunding dengan dia" sahut Kwee In Loan dan
menambahkan, "Aku yakin tidak lama lagi Hiat Mo akan ke mari-"
"Oooh" si Mo manggut-manggut.
"Si Mo" ujar Kwee In Loan.
"setelah lukamu sembuh, engkau harus pergi menyelidiki
jejak Tong Koay Lam Khie beserta Pak Hong"
"Ya." si Mo menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu - ." "setelah kita tahu mereka berada di mana, tentunya kita
akan berunding dengan Hiat Mo," sahut Kwee In Loan serius,
"sampai waktunya engkau akan mengetahuinya."
"Baik-" si Mo manggut-manggut.
"Setelah lukaku sembuh, aku akan pergi menyelidiki jejak
mereka bertiga-" Kini Thio Han Liong dan An Lok Kong cu sudah mulai
memasuki Propinsi ouw Lam. An Lok Kong cu melakukan
perjalanan dengan penuh kegembiraan. Ketika beristirahat di
bawah pohon, mendadak ia menatap Thio Han Liong dengan
kening berkerut-kerut. "Lho?" Thio Han Liong tercengang.
"Adik An Lok, kenapa engkau menatapku dengan cara
demikian" Apa-kah wajahku mendadak berubah
menyeramkan?" "Aku teringat sesuatu."
"Teringat apa?"
"Ketika terjadi pertempuran di markas Kay pang, engkau
malah bercakap-cakap dengan Kwan Pek Him. siapa yang
kalian bicarakan?" "ooooh" Thio Hah Liong tersenyum.
"Yang kami bicarakan adalah seorang gadis berpakaian
merah- gadis itu cantik, galak dan liar."
" Kwan Pek Him jatuh hati pada gadis itu?"
"Ya." "Tapi - ?" An Lok Kong cu menatapnya tajam seraya
bertanya. "Gadis itu pernah bersamamu, kan?"
"Ya." Thio Han Liong manggut-manggut
"Kami cuma berteman, sedangkan Kwan Pek Him jatuh hati
kepadanya." "Kalau dia yang jatuh hati pada gadis itu, kenapa tidak
bersama gadis itu?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kening An Lok Kong cu berkerut.
"Sebaliknya gadis itu malah bersamamu" Itu karena apa?"
"Eeeh?" Thio Han Liong tertegun.
"Kenapa engkau bertanya sampai begitu mendetail?"
"Aku ingin tahu," sahut An Lok Keng cu sambil mengangkat
bahunya. "Apakah aku tidak boleh tahu itu?"
Tentu boleh-" Thio Han Liong tersenyum.
"Sebetulnya gadis berpakaian merah itu tertarik padaku,
maka dia terus mengikutiku."
"oh?" An Lok Keng Cu tersenyum dingin.
"Engkau pasti gembira sekali bersamanya, ya, kan?"
"Aku malah pusing," sahut Thio Han Liong dengan jujur.
"Karena aku sama sekali tidak tertarik kepadanya.
Beberapa tahun yang lalu, dia pulang ke tempat tinggalnya,
sejak itu aku tidak pernah bertemu dia lagi."
"Dalam beberapa tahun ini, tentunya engkau sangat
merindukannya, ya, kan?" An Lok Keng cu menatapnya dalamdalam.
"Tidak juga." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. " Namun memang pernah teringat kepadanya, itu
dikarenakan aku telah menganggapnya sebagai adik,"
"Kakak Han Liong" An Lok Keng cu tersenyum.
"Engkau tidak mencintai gadis itu?"
"Aku memang tidak mencintai gadis itu, tapi...."
Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kwan Pek Him kelihatan amat mencintainya, namun gadis
itu sama sekali tidak mengacuhkannya."
"siapa gadis itu?"
"Ciu Lan Hlo." "Gadis itu...." An Lok Keng cu ingin menanyakan sesuatu,
namun terputus karena mendadak melayang turun sosok
bayangan, ternyata seorang pemuda-
"Han Liong" Panggil pemuda itu bernada agak dingin.
"Tak disangka kita bertemu di sini Apa kabar?"
"ouw yang Bu" seru Thio Han Liong girang.
"Aku baik-baik saja Bagaimana engkau?"
" Aku pun baik-baik saja." Ternyata pemuda itu adalah
murid Tong Koay. sikapnya begitu dingin terhadap Thio Han
Liong, karena ia pun jatuh hati kepada Tan Giok Cu.
"ouw yang Bu, mari kuperkenalkan, ini teman baikku,
namanya Cu An Lok-" "Hmm" dengus ouw yang Bu.
"Hei Han Liong, di mana Tan Giok Cu?"
Begitu ouw yang Bu menyinggung nama gadis tersebut,
wajah Thio Han Liong langsung berubah murung.
"Dia - ?" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa dia?" tanya ouw yang Bu dengan wajah berubah-
"Dia berada di mana" Cepat katakan"
"Hei" bentak An Lok Kong cuTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkau kok tidak tahu diri" Tanya orang tapi membentakbentak
siapa engkau?" "Namaku ouw yang Bu, murid Tong Koay"
"Huh" dengus An Lok Kong cu-
"Cuma jadi murid Tong Koay saja sudah begitu sombong"
Dasar tak tahu diri"
" Apa" Engkau berani mencaciku?" ouw yang Bu melotot.
"ya, kenapa?" tantang An Lok Keng cu sambil bertolak
pinggang. "Mau bertarung" silakan"
"Engkau...." Wajah ouw yang Bu merah padam saking
gusarnya. "Adik An Lok, jangan kurang ajar" tegur Thio Han Liong.
"Apa?" An Lok Keng cu terbelalak.
"Aku kurang ajar" Aku membelamu karena dia membentakbentak-
mu, sebaliknya engkau malah bilang aku kurang ajar"
Engkau...." "Adik An Lok..."
"Engkau jahat jahat sekali" An Lok Keng cu mulai menangis
terisak dengan air mata melelehTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik An Lok, aku minta maaf. Tadi - aku tidak sengaja
menegurmu, sungguh tidak sengaja menegurmu" ucap Thio
Han liong. "Maaf, maaf" ucap ouw yang Bu.
"Aku terlampau emosi, maka membentak-bentak saudara
Han Liong." "Tidak apa-apa." Thio Han liong tersenyum getir.
"Saudara ouw yang Bu, terus terang, beberapa tahun lalu
Giok Cu di tangkap oleh Hiat Mo-"
"Apa" Giok ?u ditangkap oleh Hiat Mo?" ouw yang bu
tampak terkejut sekali sehingga air mukanya berubah hebat-
"Itu - itu.,.."
"sebelum membawa Giok Cu pergi, Hiat Mo berkata
kepadaku - -" "Dia berkata apa kepadamu?"
"Dia berkata-.." Thio Han liong memberitahukan.
"Apabila aku dapat mengalahkannya, barulah dia akan
melepaskan Giok Cu."
"oh?" ouw yang Bu terbelalak-
"Itu - itu bagaimana mungkin?"
"saudara ouw yang Bu," ujar Thio Han Liong dengan tegasTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biar bagaimanapun, aku harus mengalahkan Hiat Mo-"
"Itu tidak mungkin." ouw Yang Bu menggeleng-gelengkan
kepala, kemudian menghela nafas panjang.
"Aa a a h" "Memang tidak mungkin. Tapi aku harus mengalahkannya
demi membebaskan Giok Cu."
"Saudara Han Liong...." ouw yang Bu menatapnya dalamdalam.
"Mudah-mudahan engkau berhasil membebaskan Giok Cu
sampai jumpa kelak" ouw yang Bu melesat pergi, sedangkan Thio Han Liong
termangu-mangu. An Lok Keng cu terus memandangnya.
"Aaa"i-?" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kakak Han Liong" An Lok Keng cu memandangnya seraya
bertanya, "Kenapa ouw yang Bu menanyakan Giok Cu" Ada
hubungan apa kalian dengan gadis itu?"
"Giok Cu adalah temanku dari kecil. Ketika para Dhalai
Lhama dan pasukan pilihan itu menyerbu ke pulau Hong
Hoang to, aku baru berusia sekitar tujuh tahun. Para Dhalai
Lhama itu berhasil menangkap dan membawaku pergi. Tapi di
tengah jalan, aku berhasil meloloskan diri Nah, mulailah aku
mengembara..." tutur Thio Han Liong tentang kejadian itu
dengan sejelas-jelasnya. (Bersambung keBagian 18) Jilid 18 "oooh" An Lok Kong Cu manggut-manggut dan wajahnya
berubah muram. "Jadi engkau dan dia saling mencinta?"
"iya." Thio Han Liong mengangguk.
"Kemudian Giok Cu bertemu ouw yang Bu. Ternyata ouw
yang Bu jatuh hati kepada Giok Cu, tapi Giok Cu sama sekali
tidak meladeninya." "Kini Giok Cu masih berada di tangan Hiat Mo?"
"ya." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kepandaian Hiat Mo amat tinggi, maka sulit bagiku
mengalahkannya, namun aku harus mencobanya."
"Engkau tidak tahu Hiat mo tinggal di mana?"
"Kalau tidak salah, dia tinggal di Kwan Gwa," jawab Thio
Han Liong dan menambahkan,
"Kwan Gwa begitu luas, tidak mungkin aku dapat
mencarinya. Tapi aku yakin Hiat Mo akan muncul di rimba
persilatan Tionggoan. Kini Kwee In Loan sudah muncul, berarti
tidak lama lagi Hiat Mo pun akan muncul."
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu menatapnya dengan
mata basah. "Betulkah engkau begitu mencintai Giok Cu"-"
"Betul." "Seandainya kini dia tidak mencintaimu lagi, engkau
bagaimana?" "Itu tidak mungkin."
"Aku bertanya seandainya."
"Aku...." Thio Han Liong memandang jauh ke depan,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya melanjutkan,
" entahlah- seandainya dia tidak mencintaiku lagi, aku tidak
tahu harus bagaimana."
" Kakak han Liong" ucap An Lok Kong cu dengan hati
terasa sakit. "Mudah-mudahan Giok Cu tetap mencintaimu"
"Mudah-mudahan" sahut Thio Han Liong.
"Adik An Lok, mari kita lanjutkan perjalanan kita"
"Ya-" An Lok Kong cu mengangguk, namun kini wajahnya
tidak begitu ceria lagi, bahkan sering melamun.
Tempat-tempat yang dilalui Thio Han Liong dan An Lok
Kong cu indah sekali, tapi An Lok Kong cu malah tidak
menikmati keindahan panorama itu. Perubahan itu membuat
Thio Han Liong tercengang.
"Adik Loan," tanyanya lembut.
"Kenapa dua hari ini engkau sering melamun dan tidak
menikmati keindahan alam?"
"Aku...." An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik An Lok, katakan kepadaku" desak Thio Han Liong
halus. "Apa yang terganjel dalam hatimu?"
An Lok Kong cu diam saja.
"Adik An Lok..." Thio Han Liong memegang bahunya.
"Apa yang terganjel dalam hatimu, katakanlah kepadaku"
"Ti. tidak-" An Lok Kong cu menggelengkan kepala,
kemudian mendadak berlari pergi sambil menangis terisakisak.
"Adik An Lok" Thio Han Liong terkejut lalu buru-buru
mengejarnya. "Adik An Lok-."
An Lok Kong cu berhenti di bawah sebuah pohon, lalu
duduk dan terus menangis terisak-isak.
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong duduk di sisinya.
"Kenapa engkau menangis" Apakah aku telah menyakiti
hatimu?" "Kakak Han Liong...." Mendadak An Lok Kong cu mendekap
di dadanyaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku sedih sekali...."
"sedih kenapa" Katakanlah kepadaku" Thio Han Liong
membelainya. Belaiannya itu membuat An Lok Kong cu semakin sedih,
sehingga air matanya terus berderai.
"Adik An Lok, apakah engkau rindu kepada orang-tuamu?"
tanya Thio Han Liong lembut.
"Aku...." " Kalau engkau rindu kepada orang tua mu, aku berjanji
akan mengantarmu pulang ke Kotaraja."
"oh" Kapan?"
"setelah kita ke gunung bu Tong."
"sungguh?" "Aku tidak akan membohongimu, percayalah" sahut Thio
Han Liong sungguh-sungguh-
"Nah, mulai sekarang engkau jangan bersedih lagi"
"Kakak Han Liong, seandainya aku seorang gadis, apakah
engkau akan mencintaiku?"
"Itu...." Thio Han Liong ragu-ragu menjawabnya,
"jawablah. Kakak Han Liong" desak An Lok Kong cu.
"seandainya engkau seorang gadis, aku... aku pasti
mencintaimu," jawab Thio Han Liong menghiburnya, ilu agar
An Lok Kong cu tidak bersedih lagi.
" Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu langsung tersenyum,
"jangan lupa janjimu lho"
"Janji mengantarmu pulang ke Kotaraja?"
"ya." "Jangna khawatir, aku tidak akan ingkar janji."
"Terima kasih. Kakak Han Liong," ucap An Lok Kong cu
dengan menundukkan kepala.
"Adik An Lok, mari kita lanjutkan perjalanan kita" ajak Thio
Han Liong sambil bangkit berdiri
"Baik," An Lok Kong cu mengangguk.
-ooo00000ooo- Kini Thio Han Liong dan An Lok Kong cu telah tiba di
gunung Bu Tong. pemandangan di gunung itu memang indah
sekali. An Lok Kong cu mendaki sambil menikmati keindahan
pemandangan disekelilingnya.
sementara mereka terus mendaki- Tiba-tiba muncul
beberapa orang, yang kemudian terbelalak ketika melihat Thio
Han Liong. "saudara Thio" panggil salah seorang dari mereka.
"engkau... Thio Han Liong kan?"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk kemudian
memperkenalkan An Lok Kong cu.
"Ini teman baikku, namanya Cu An Lok-"
"saudara Cu" Mereka segera memberi hormat.
"selamat datang, selamat datang"
"Terima kasih," ucap An Lok Kong cu sekaligus balas
memberi hormat kepada mereka.
"Adik An Lok" Thio Han Liong memberitahukan.
"Mereka adalah murid-murid Bu Tong Pay."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Mari kita ke atas" ajak salah seorang murid Bu Tong Pay
itu. "Baik," Thio Han uong mengangguk-
Mereka segera mendaki, dan tak lama kemudian sampai di
siang cing Koan. Para murid Bu Tong pay itu. segera
mempersilakan mereka masuk-
"Terima kasih," ucap Thio Han Liong sambil melangkah ke
dalam- An Lok Kong cu mengikutinya dari belakang- Di saat
itulah terdengar suara tawa gelak, dan muncullah beberapa
orang tua. Mereka adalah song wan Kiauw Jie Thay Giam,jie
Lian ciu dan Thio siong Kee.
"Kakek - -" Thio Han Liong langsung bersujud di hadapan
mereka- "Ha ha ha" song Wan Kiauw tertawa gembira-
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Han Liong, bangunlah"-
"Terima kasih. Kakek song." Thio Han Liong bangkit dari
sujudnya, lalu memperkenalkan An Lok Kong cu.
"Dia teman baikku bernama Cu An Lok-"
"Para Locianpwee, terimalah hormatku" ucap An Lok Kong
cu sambil memberi hormat.
"Ha ha" song, wan Kiauw tertawa-
"Tidak usah banyak peradaban, silakan duduk"
"Terima kasih," ucap An Lok Kong cu sambil duduk, dan
Thio Han Liong duduk di sebelahnya.
?"Han Liong" jie Lian ciu memandangnya seraya berkata,
"Beberapa tahun ini engkau berada di mana?"
"Aku berada di gunung soat san, "jawab Thio Han Liong
dan menutur tentang kejadian itu.
"Apa?" Bukan main terkejutnya jie Lian ciu.
"Tan Giok Cu ditangkap Hiat Mo?"
" ya-" Thio Han Liong menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebelum membawa Giok Cu pergi, Hiat Mo bilang
kepadaku- Kalau aku berhasil mengalahkannya, barulah dia
akan melepaskan Giok Cu."
"itu...."jie Lian ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin engkau dapat mengalahkannya"
Aaaai - " "Biar bagaimana pun, aku harus mengalahkannya."
"Han Liong" song Wan Kiauw menghela nafas panjang-
"Itu tidak mungkin, tidak mungkin."
"Aku tahu itu tidak mungkin, namun aku tetap harus
mengalahkannya," sahut Thio Han Liong.
"Aku harus bertanggung jawab akan keselamatan Giok Cu."
"Betul. Tapi - ." song Wan Kiauw menggeleng-gelengkan
kepala. "Bagaimana mungkin engkau dapat mengalahkannya?"
"Begini," usul jie Lian ciu.
"Bagaimana kalau engkau mohon petunjuk kepada
Sucouwmu?"; "Betul." Thio Han Liong mengangguk-
"Aku memang harus mohon petunjuk kepada sucouw."
" Kalau begitu, mari kita ke dalam" ajak-song Wan Kiauw.
" Kakek song. Adik An Lok boleh ikut ke -dalam menemui
sucouw?" tanya Thio Han Liong.
"Tentu boleh," sahut song Wan Kiauw.
"Terima kasih, Locianpwee," ucap An Lok Kong cu.
Mereka menuju ruang meditasi- Tampak Guru Besar Thio
sam Hong duduk disana. Ketika melihat Thio Han Liong, wajah
guru besar itu tampak berseri
"Han Liong.." "Sucouw-..." Thio Han Liong langsung bersujud di
hadapannya, begitu juga An Lok Kong Cu-
"Ngmmm" Thio sam Hong manggut-manggut, kemudian
menatap An Lok Kong cu dengan tajam sekali
"siapa engkau?"
"Namaku... Cu An Lok sucouw," jawab An Lok Kong cu
yang juga ikut memanggilnya sucouw kepada Thio sam Hong.
"Bangunlah kalian"
"Terima kasih, sucouw." Thio Han Liong dan An Lok Kong
cu segera bangun duduk- "Han Liong," tanya Thio sam Hong sambil tersenyum-
"Kelihatannya kepandaianmu sudah maju pesat, engkau
berlatih di mana?" "Di gunung soat san."
"Kok di sana"? "Aku bersama Tan Giok Cu ke gunung soat san untuk
mencari Teratai salju, tapi di tengah jalan...."
Thio Han Liong menutur tentang kejadian yang menimpa
Tan Giok Cu- "oh?" Bukan main terkejutnya Thio sam Hong.
"gadis itu ditangkap Hiat Mo?"
" ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Hiat Mo bilang, kalau aku dapat mengalahkannya, dia akan
melepaskan Giok Cu."
"Ngmmm" Thio sam Hong manggut-manggut.
"Maka engkau melanjutkan perjalanan ke gunung soat san,
dan karena tidak menemukan Teratai salju, akhirnya engkau
berlatih di dalam gua hangat itu?"
"ya, sucouw." "Han Liong" Thio sam Hong tersenyum getir.
"Tidak gampang mengalahkan Hiat Mo, sebab ilmu pukulan
Hiat Mo Gang lihay sekali. Kecuali Lweekangmu sudah
mencapai tingkat kesempurnaan, barulah engkau dapat
mengalahkannya dengan Kiu yang sin Kang dan Kian Kun
Taylo Ie- Kalau tidak, engkau jangan harap dapat
mengalahkannya." "Sucouw," tanya Thio Han Liong.
"Aku harus berlatih berapa lama baru bisa mengalahkan
Hiat Mo?" "Ayahmu kebetulan memakan kodok api, maka Iweekangnya
menjadi begitu tinggi. Kalau cuma mengandalkan
latihan, tentunya sulit mencapai Lweekang yang setinggi itu"
Thio sam Hong memberitahukan.
"Kalau begitu, aku...." Thio Han Liong menghela nafas
panjang. "Tiada harapan untuk mengalahkan Hiat Mo- Aku...."
"Han Liong" Thio sam Hong tersenyum.
"Engkau masih muda, tidak baik cepat putus asa. siapa
tahu kelak engkau akan menemukan suatu kemujizatan
seperti apa yang dialami ayahmu."
"Sucouw," tanya Thio Han Liong.
"Kalau Hiat Mo muncul, apakah aku boleh mencoba
bertarung dengan dia?"
"Tentu boleh-" Thio sam Hong manggut-manggut.
"Itu akan menambah pengalamanmu."
"Guru" ujar song Wan Kiauw-
"Bukankah itu akan membahayakan diri Han Liong?"
"Tentu tidak-" Thio sam Hong tersenyum-
"guru yakin, Hiat Mo tidak akan membunuh Han Liong."
"oooh" song Wan Kiauw menarik nafas lega.
"oh ya" Thio Han Liong teringat sesuatu dan segera
memberitahuku "Ketika kami ke mari, di tengah jalan bertemu seng Hwi."
"oh?" Thio sam Hong mengerutkan kening.
"Lalu bagaimana?"
"Seng Hwi kenal su Hong sek- ketua Kay Pang. Dia
mengajak kami ke markas Kay Pang mengunjungi su Pangcu
dan kami ikut ke sana Justru sungguh di luar dugaan, Kay
pang sedang menghadapi serbuan golongan hitam."
"Apa?" Betapa terkejutnya song Wan Kiauw dan lainnya,
"golongan hitam akan menyerbu Kay Pang?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Kini golongan hitam diketuai oleh Kwee In Loan, dan si Mo
sebagai wakilnya. Kwee In Loan mengutus si Mo ke markas
Kay Pang, untuk mengajak Kay pang bergabung. Tapi su
Pangcu menolak, maka menimbulkan kegusaran Kwee In
Loan." "Maka mereka lalu menyerbu Kay Pang?" tanya song Wan
Kiauw. "si Mo yang memimpin serbuan itu, tapi gagal karena seng
Hwi berhasil melukainya," ujar Thio Han Liong
memberitahukan. "Ketika kami berangkat ke mari, seng Hwi masih berada di
markas Kay Pang. Ternyata seng Hwi dan su pangcu sudah
saling jatuh hati-" "oooh" Thio sam Hong manggut-manggut.
"Itu baik sekali, sebab seng Hwi berkepandaian tinggi,
syukurlah kalau begitu"
"guru," ujar song Wan Kiauw serius.
"Tidak lama lagi Hiat Mo akan muncul, mungkin akan
menimbulkan bencana dalam rimba persilatan, oleh karena
itu, alangkah baiknya kalau kita memberitahukan kepada
siauw urn Pay." "Ngmmm" Thio sam Hong manggut-manggut, kemudian
memandang Thio Han Liong seraya berkata,
"Kalian berdua boleh ke kuil siauw Lim menemui Kong Bun
Hong Tio untuk memberitahukan tentang Hiat Mo-"
"ya, sucouw-" Thio Han Liong mengangguk-
"Aaaai - " Mendadak Thio sam Hong menghela nafas
panjang. "cinta harus tumbuh dari ke dua belah pihak- Kalau hanya
sepihak, tentu akan menimbulkan suatu penderiTuan. oieh
karena itu, haruslah menekan cinta."
"sucouw" Thio Han Liong tercengang.
"Aku tidak mengerti maksud sucouw. Bolehkah sucouw
menjelaskannya?" "Han Liong" Thio sam Hong tersenyum.
" Kelak engkau akan mengetahuinya, mungkin kawan
baikmu itu mengerti."
"Aku mengerti, sucouw." An Lok Kong cu manggutmanggut.
"Heran?" gumam Thio Han Liong.
"Kok aku sama sekali tidak mengerti?"
"Han Liong" Thio sam Hong tersenyum lagi, kemudian
menambahkan, "Kalau berjodoh, tentunya jadi- Tetapi kalau tidak, sudah
pasti tidak jadi jangan memaksakan diri, sebab itu akan
membuat diri sendiri tersiksa."
"Terima kasih atas petunjuk, sucouw," ucap An Lok Kong
cu. "Terima kasih, aku tidak akan memaksakan diri"
"Bagus, bagus" Thio sam Hong tertawa sambil manggutmanggut.
"Nah, sekarang kalian boleh berangkat."
"Guru, kenapa begitu cepat guru suruh mereka berangkat?"
tanya song Wan Kiauw. "Bukankah lebih baik berangkat esok?"
"Jangan membuang waktu" sahut Thio sam Hong.
"Berangkat sekarang atau esok sebetulnya sama, namun
alangkah baiknya kalau berangkat sekarang."
"Sucouw, kami mohon pamit" ucap Thio Han Liong sambil
bersujud, begitu pula An Lok Kong cu. setelah itu, barulah
mereka meninggalkan ruang meditasi itu, kemudian mereka
berdua berpamitan juga kepada song wan Kiauw dan lainnya,
lalu berangkat ke kuil siauw Lim sie.
-ooo00000ooo- Dalam perjalanan menuju kuil siauw Lim sie, An Lok Kong
cu diam saja, tidak pernah bercanda ria lagi seperti tempo
hari, bahkan wajahnya tampak murung sekali.
"Adik An Lok." tanya Thio Han Liong.
"Kenapa engkau diam saja" Apakah engkau tidak senang
berangkat ke kuil siauw Lim sie?"
"Aku...." An Lok Kong cu menundukkan kepala.
"Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum.
"Pemandangan di sana indah sekali lho Ada air terjun
dan...." "Kakak Han Liong, engkaujangan salah paham. Sebetulnya
aku senang sekali ke kuil siauw Lim sie, tapi...."
"Kenapa?" "Aku sedang berpikir, kalau Hiat Mo muncul, sudah barang
tentu engkau akan berkumpul dengan Giok Cu...."
"Adik An Lok" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Bagaimana mungkin aku berkumpul dengan Giok Cu"
Karena aku tidak dapat mengalahkannya, tentunya dia tidak
akan melepaskan Giok Cu."
"Kakak Han Liong, aku...." An Lok Kong cu ingin
mengutarakan sesuatu, tapi mendadak dibatalkan.
"Adik An Lok" barusan engkau mau omong apa" Kenapa
tidak dilanjutkan?" tanya Thio Han Liong lembut.
"Itu...." An Lok Kong Cu tersenyum paksa,
"jangan lupa engkau harus antar aku pulang ke Kola raja"
"Jangan khawatir, aku tidak akan lupa" Thio Han Liong
tertawa. "Ternyata engkau mengkhawatirkan itu"
"Kakak Han Liong...." ucapan An Lok Kong cu terputus,
karena mendadak terdengar suara jeritan seorang wanita.
"Tolong Tolong..."
Thio Han Liong dan An Lok Kong cu tersentak kaget, lalu
segera melesat ke arah suara itu. Tampak beberapa lelaki
sedang berusaha merobek pakaian seorang wanita-
Menyaksikan kejadian itu, darah An Lok Kong cu langsung
mendidih. "Berhenti" bentaknya sambil menghunus pedang
pusakanya- Beberapa lelaki itu terperanjat- Namun ketika melihat Thio
Han Liong dan An Lok Kong Cu yang masih muda itu, mereka
lalu tertawa- "Anak muda Lebih baik kalian jangan mencampuri urusan
kami" bentak salah seorang dari mereka-
"Kami mau bersenang-senang dengan wanita montok ini Ha
ha ha - " "Kalian ingin memperkosa wanita itu?" tanya An Lok Kong
cu dengan wajah berubah hebat.
"Betul" " Kalau begitu, kalian pasti penjahat"
"Tidak salah" "Hmm" dengus An Lok Kong cu, lalu perlahan-lahan
menghampiri mereka dengan wajah dingin sekali-
"Tuan Tolong aku - " teriak wanita itu-
"Kalian penjahat pemerkosa kaum wanita, maka hari ini
kalian semua harus mampus"
"Ha ha ha - " salah seorang penjahat itu tertawa gelak,
namun sekonyong-konyong menjerit- "Aaaaakh - "
Ternyata An Lok Kong cu telah menggerakkan pedang
pusakanya. Begitu cepat gerakannya, maka penjahat itu tidak
sempat berkelit, sehingga dadanya tertembus pedang itu.
"Engkau... engkau...." Penjahat itu menuding An Lok Kong
cu. Darah segar terus mengucur dari dadanya, kemudian
roboh dan nafasnya terputus seketika-
Betapa terkejutnya yang lain. Mereka ingin kabur tapi An
Lok Kong cu telah menggerakkan pedangnya- Itu adalah ilmu
pedang cai Hong Kiam Hoat. la menggunakan jurus Cai Kong
Huang Hui (Pelangi Meman-carkan cahaya) menyerang
penjahat-penjahat itu. Tam-pak pedangnya berkelebatan
berbentuk pelangi mengarah ke para penjahat itu.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaaakh - " jerit para penjahat itu, lalu terkapar dengan
tubuh bermandi darah-Ternyata dada mereka telah tertembus
pedang. Tabuh mereka menggeliat-geliat, sejenak kemudian
diam tak bergerak lagi, sudah binasa.
"Adik An Lok - -" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala- "Kenapa engkau membunuh mereka?"
" Kakak Han Liong" sahut An Lok Kong cu-
" Kalau mereka tidak dibunuh, tentu akan memperkosa
kaum wanita lagi." "Betul,Tuan Muda," sela wanita itu sambil merapikan
pakaiannya. "Mereka memang pantas dibunuh, karena sudah sering
membunuh penduduk desa dan memperkosa kaum wanita."
"oh?" Thio Han Liong terbelalak-
"Kami sekeluarga meninggalkan desa itu, tapi- - " Wanita
itu mulai menangis. "Ke dua orang tuaku dibunuh oleh para penjahat itu. Aku
terus kabur, tapi sampai di sini.... Untung siauwhiap (pendekar
muda) segera muncul. Kalau tidak- aku... aku pasti sudah
diperkosa-" "Kini sudah aman, engkau boleh pulang," ujar An Lok Kong
cu. "Pulang?" gumam wanita itu
"Pulang ke mana" Kini aku sudah sebatang kara, tidak
punya orang tua...."
"Engkau punya famili kan?" tanya Thio Han Liong.
"ya." Wanita itu mengangguk-
"Tapi... bagaimana mungkin aku menumpang di rumah
famili?" "Begini," ujar An Lok Kong cu.
"Aku akan mem-berimu uang, tentunya engkau dapat
menggunakannya sebagaimana mestinya."
"Siauwhiap - ."
An Lok Kong cu memberinya seratus tael perak- Ketika
melihat uang perak itu, wanita tersebut terbelalak-
"Uang perak ini untukmu, ambillah" An Lok Kong cu
menyodorkan uang itu ke hadapan wanita tersebut.
"Siauwhiap, aku- - " Wanita itu tidak berani menerima uang
tersebut. "Ambillah" desak An Lok Kong cu.
" untuk bekal hidupmu."
"Terima kasih, siauwhiap," ucap wanita itu sambil
menerima uang perak tersebut dengan tangan agak gemetar.
"Terima kasih- - "
An Lok Kong cu dan Thio Han Liong saling memandang,
lalu mendadak melesat pergi-
"Haah - ?" Bukan main terkejutnya wanita itu- la langsung
menjatuhkan diri berlutut, karena mengira mereka adalah
dewa- -ooo00000ooo- Bab 36 Kembali Ke Kotaraja
Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk beristirahat di
bawah sebuah pohon. Tengah mereka bercakap-cakap, tibatiba
An Lok Kong cu menghela nafas panjang.
" Kalau kita tidak melewati tempat itu, habislah wanita itu,"
ujar An Lok Kong cu. " Aku tak menyangka begitu banyak penjahat dalam rimba
persilatan. engkau berkepandaian tinggi, seharusnya engkau
membasmi para penjahat itu"
"Benar." Thio Han Liong manggut-manggut.
"Tapi tidak mungkin para penjahat dapat dibasmi."
"Kenapa?" "Kejahatan selalu tumbuh di tengah-tengah kebaikan, dan
itu sudah merupakan kodrat alam," sahut Thio Han Liong dan
melanjutkan, "Di mana ada kejahatan, di situ pasti ada kebaikan. Di
mana ada kebaikan, di situ pasti ada kejahatan pula."
"oh?" Bingung An Lok Kong cu mendengarnya,
"Karena kebaikan dan kejahatan merupakan saudara
kembar yang tak terpisahkan, bahkan juga merupakan
sebagian dari hidup kita pula-" Thio Han Liong
memberitahukan. "Kalau iman kita tidak kuat dan teguh, tentu kita akan
berubah menjadi penjahat."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut, kemudian
mengalihkan pembicaraan, "oh ya, setelah kita ke kuil siauw Limsie, engkau harus
mengantarku pulang ke Kota raja."
"Ya." Thio Han Liong menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang lebih baik engkau pulang, sebab amat
membahayakan dirimu kalau engkau terus berkecimpung
dalam rimba persilatan. Lagi pula tidak baik engkau berpisah
dengan ke dua orang tuamu."
"Bilang saja engkau tidak mau kuikuti Pakai seaala alasan
Dasar" An Lok Kong cu cemberut.
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Aku sama sekali tidak bermaksud begitu, jangan salah
paham" "Hmmm" dengus An Lok Kong cu.
"Adik An Lok" Thio Han Liong memegang tangannya.
"engkau marah kepadaku?"
Wajah An Lok Kong cu langsung memerah dan cepat-cepat
ditundukkan ketika Thio Han Liong memegang tangannya
"Kakak Han Liong, aku tidak marah, cuma... bercanda saja"
ujar An Lok Kong cu dengan suara rendah.
"oooh" Thio Han Liong menarik nafas lega.
Di saat bersamaan, mendadak melayang turun beberapa
orang. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu langsung bangkit
berdiri orang-orang yang baru muncul itu segera memberi
hormat kepada An Lok Kong cu.
" Kalian...." An Lok Kong cu terbelalak.
"ya, kami." Ternyata mereka adalah Tan Bun Hiong, Lie sie
Beng dan yo wie Heng pengawal istana.
"Mau apa kalian ke mari?" tanya An Lok Kong cu dengan
ketus. "Kami diutus untuk mencari Tuan Muda," sahut Tan Bun
Hiong. "Harap Tuan Muda ikut kami pulang ke Kotaraja"
"Aku tidak mau pulang sekarang, sebab aku dan Kakak Han
Liong mau ke kuil siauw Lim sie," sahut An Lok Kong cu
memberitahukan. "Mau apa Tuan Muda ikut dia ke kuil siauw Lim sie?" tanya
Tan Bun Hiong sambil memandang Thio Han Liong.
"Tidak ada urusan dengan kalian," jawab An Lok Kong cu
dengan ketus. "Ayoh, cepatlah kalian enyah dari sini"
"Tuan Muda - " keluh Tan Bun Hiong.
"Kalau Tuan Muda tidak pulang bersama kami, kami pasti
dihukum penggal kepala. Tuan Muda, kasihanilah kami"
"Adik An Lok," sela Thio Han Liong sungguh-sungguh-
"Lebih baik engkau ikut paman-paman itu pulang, biar aku
sendiri ke kuil siauw Lim."
"Apa?" An Lok Kong cu melotot.
"Engkau menghendaki aku pulang sekarang?"
"sudah ada yang datang menjemputmu, itu kan lebih baik,"
sahut Thio Han Liong. "Tidak Pokoknya aku tidak mau pulang bersama mereka,
aku cuma mau pulang bersamamu"
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong menggeleng- gelengkan
kepala. "Bukankah engkau pernah bilang, akan menuruti
perkataanku" Tapi sekarang...."
"Kakak Han Liong, aku... aku masih ingin bersamamu," ujar
An Lok Kong cu dengan suara rendah-
"Begini" Thio Han Liong tersenyum.
"Biar aku sendiri ke kuil siauw Lim sie, dari kuil siauw Lim
sie aku akan langsung ke Kota raja menemuimu. Bagaimana?"
"Engkau tidak bohong?" tanya An Lok Kong cu dengan
wajah berseri. "Kalau aku bohong, aku pasti disambar petir" ujar Thio Han
Liong bersumpah. "Nah Percayakah engkau sekarang?"
"Aku sudah percaya." An Lok Kong cu manggut-manggut
dan menambahkan, "Kalau engkau tidak ke istana menemuiku, engkau -
engkau pasti disambar petir."
"Ya-" Thio Han Liong mengangguk-
Percakapan itu membuat Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng dan
yo Wie Heng terbelalak- Walau mereka merasa heran, namun
sama sekali tidak berani bertanya apa pun.
"Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu mengeluarkan
sebuah Giok yang berukir sepasang naga, lalu diberikan
kepadanya seraya berpesan,
"sampai di istana, perlihatkan giok ini kepada pengawal di
sana Mereka pasti mengantarmu ke dalam menemuiku."
"Baik-" Thio Han Liong menerima giok itu, kemudian
disimpan ke dalam bajunya.
" Kakak Han Liong" An Lok Kong cu menatapnya,
"Giok itu tidak boleh hilang lho Hati-hatilah menjaganya"
" Aku pasti hati-hati menjaga giok pemberianmu itu,
percayalah" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
" Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu memegang
tangannya. "sampai berjumpa nanti Aku pasti menceritakan tentangmu
kepada ayahku." "sampai jumpa" Thio Han Liong membelainya, kemudian
mendadak melesat pergi seraya berseru.
"Adik An Lok- aku pasti datang menemui mu"
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong..." panggil An Lok Kong
cu. Namun Thio Han Liong sudah tidak kelihatan, dan itu
membuat An Lok Kong cu mem-banting-bantingkan kaki
"gara-gara kalian"
" Ampun, putri" Mereka bertiga langsung menjatuhkan diri
berlutut di hadapan An Lok Kong cu.
"Sudahlah Kalian cepat bangun" ujar An Lok Kong cu.
"Terima kasih, Putri," ucap mereka serentak sambil bangkit
berdiri Setelah itu Tan Bun Hiong bertanya,
"siapa pemuda itu?"
"Dia bernama Thio Han Liong."
"Mau apa dia ke kuil siauw Lim sie?"
"Itu adalah urusan rimba persilatan, kalian tidak usah
tahu." "ya, ya." Tan Bun Hiong mengangguk, lalu ber-tanya lagi.
"Dia tidak tahu kalau Putri adalah seorang gadis?"
"Dia sama sekali tidak tahu," sahut An Lok Kong cu sambil
tersenyum. "Dia masih mengira aku laki-laki-"
"oh?" Tan Bun Hiong tertawaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia memang bodoh, sama sekali tidak tahu penyamaran
Putri." "Engkau yang bodoh" bentak An Lok Kong cu.
"Dia berhati polos, maka tidak banyak bercuriga, tidak
seperti kalian yang begitu licik, pakai alasan penggal kepala
untuk membohongiku Kalian kira aku tidak tahu?"
"Ampun, Putri Kalau kami tidak berhasil menemukan putri,
kami pasti dihukum berat." Tan Bun Hiong memberitahukan. -
"Putri, mari kita berangkat"
"Baik-" An Lok Kong cu mengangguk-
"Mari kita berangkat"
"Terima kasih, Kong cu" ucap Tan Bun Hiong sambil
menarik nafas lega. Begitupula Lie Sie Beng dan yo wie Heng.
Mereka lalu meninggalkan tempat itu, menempuh jalan
yang menuju kota raja. Ketika beristirahat di sebuah kedai
arak. An Lok Kong cu menatap Tan Bun Hiong seraya
bertanya. "Belasan tahun lalu, apakah guru-guruku dan Lie Wie Kiong
menyerbu ke pulau Hong Hoang to?"
"Kenapa Kong cu menanyakan itu?" Tan Bun Hiong batik
bertanya. "Bun Hiong" An Lok Kongcu mengerutkan kening.
"Aku yang bertanya, kenapa engkau berani balik bertanya?"
"Ampun Kongcu" Tan Bun Hiong segera menjura.
"Itu memang benar. Yang Mulia yang mengutus mereka
pergi menyerbu pulau Hong Hoang to-"
"Kenapa pulau Hong Hoang to diserbu" Apakah penghuni
pulau itu pemberontak?"
"Maaf, Kong cu" ucap Tan Bun Hiong.
"Kami kurang paham akan hal itu. Tapi setahu kami, Thio
Bu Ki yang tinggal di pulau itu."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut. la tidak
bertanya apa-apa lagi, namun amat kesal dalam hati akan
perbuatan ayahnya itu. -ooo00000ooo- Enam tujuh hari kemudian, mereka sudah memasuki
wilayah kotaraja dan langsung menuju istana. Begitu melihat
An Lok Kong cu, para pengawal segera berlari ke dalam untuk
melapor. "Kong cu sudah pulang Kong cu sudah pulang...."
Mendengar suara seruan itu. Lie Wie Kiong, pemimpin
pengawal istana berhambur ke luar.
"Lapor. Pak Kong cu sudah pulang bersama Tan Bun
Hiong." "Baik," Lie Wie Kiong segera berjalan ke luar, dan ketika
melihat An Lok Kong cu. ia langsung memberi hormat.
"Kong cu...." "Hm" dengus An Lok Kong cu sambil terus melangkah ke
dalam menuju An Lok Kiong (istana Tenang gembira), yaitu
tempat An Lok Kong cu. "Bun Hiong," tanya Lie Wie Kiong berbisik-
"Kenapa Kong cu marah-marah, apa yang telah terjadi?"
"Entahlah-" Tan Bun Hiong menggelengkan kepala-
"Bun Hiong" Lie Wie Kiong tersenyum-
"Syukurlah kalian berhasil menemukan Kong cu dan
mengajaknya pulang. Kalau tidak - -"
"yang Mulia marah-marah?" tanya Tan Bun Hiong.
"Ya." Lie Wie Kiong manggut-manggut.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian tunggu di sini, aku akan melapor kepada Yang
Mulia" Lie Wie Kiong cepat-cepat pergi menghadap kaisar yang
sedang santai di ruang istirahat.
"Yang Mulia - " Lie Wie Kiong berlutut-
"Bangunlah" ujar Cu Goan ciang.
"Terima kasih. Yang Mulia." Lie Wie Kiong bangkit berdiri-
"Maaf, hamba ingin melaporkan sesuatu yang
menggembirakan." "Cepatlah lapor"
"Yang Mulia, An Lok Kong cu sudah pulang bersama Tan
Bun Hiong, Lie Sie Beng dan Yo sie Heng."
"oh?" Wajah Cu Goan ciang langsung berseri.
"Ce-pat panggil dia ke mari"
"ya, yang Mulia."
"oh ya." ujar cu Goan ciang.
"Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng dan yo Wie Heng harus diberi
hadiah, masing-masing lima ratus tael emas."
"Terima kasih, yang Mulia," ucap Lie Wie Kiong, lalu
meninggalkan ruang istirahat dengan wajah berseri-seri.
Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng dan yo wie Heng masih
menunggu di tempat. Ketika melihat kemunculan Lie Wie
Kiong dengan wajah berseri, gembiralah hati mereka-
"Bagaimana, Pak?" tanya Tan Bun Hiong.
"Tenang" sahut Lie Wie Kiong sambil tersenyum.
"Kaisar gembira sekali, maka kalian masing-masing diberi
hadiah sebesar lima ratus tael emas."
"oh?" Wajah ke tiga pengawal istana itu langsung cerah
ceria. "Kalau begitu... kami masing-masing akan menyerahkan
seratus tael emas untuk Bapak-"
"Ha ha ha" Lie Wie Kiong tertawa gelak, itu berarti ia
menerima pemberian tersebut.
"oh ya, sekarang aku harus pergi memanggil An Lok Kong
cu, sebab kaisar ingin menemuinya. "
Lie Wie Kiong berjalan tergesa-gesa menuju istana An Lok-
Namun ketika sampai di pintu istana itu, ia ditahan oleh
dayang di sana. "Maaf" ucap dayang itu.
"Kong cu sedang beristirahat, siapa pun tidak boleh
mengganggunya." "yang Mulia memanggil Kong cu ke ruang istirahat, harap
Kong cu segera ke sana." Lie Wie Kiong memberitahukan.
"Baik, akan kusampaikan kepada Kong cu." Dayang itu
berjalan masuksebetulnya An Lok Kong cu tidak beristirahat, melainkan
sedang bercakap-cakap dengan Lan Lan, dayang
kesayangannya.- "Kong cu," lapor dayang itu.
"yang Mulia memanggil Kong cu, ke ruang istirahat."
"Baik- Aku akan segera ke sana" sahut An Lok Kong cu.
Dayang itu segera keluar, lalu memberitahu Lie Wie Kiong,
yang menunggunya di depan pintu.
"Kong cu, akan segera ke ruang istirahat. Pak Lie tidak
usah menunggu di sini"
"Ya-" Lie Wie Kiong langsung meninggalkan istana An Lok
itu- Tak lama muncullah An Lok Kong cu menuju ruang
istirahat- Begitu sampai di ruang itu, ia memberi hormat
kepada Cu Goan ciang. "Ananda memberi hormat kepada Ayahanda," ucapnya.
"Ay Ceng" Cu Goan ciang tersenyum lembut.
"syu-kurlah engkau sudah pulang, legalah hati ayah"
"Terima kasih atas perhatian Ayahanda."
"Duduklah" "Ya, Ayahanda." An Lok Kong cu duduk-
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya seraya bertanya,
"Kenapa engkau meninggalkan istana diam-diam?"
"Ananda ingin pergi pesiar seorang diri, maka tidak
memberitahukan kepada Ayahanda, mohon Ayahanda sudi
memaafkan ananda" "Sudahlah" Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Lain kali kalau mau pergi pesiar, harus memberitahukan
ayah-" "Ya." An Lok Kong cu mengangguk-
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya lembut seraya bertanya,
"Apa yang engkau alami selama itu?"
"Banyak yang ananda alami," jawab An Lok Kong cu dan
menutur mengenai apa yang dialaminya, kemudian
menambahkan, "Ananda pun berkenalan dengan seorang pemuda...."
"oh?" Cu Goan ciang mengerutkan kening.
"Tidak seharusnya engkau berkenalan dengan pemuda
biasa." "Dia pemuda luar biasa." An Lok Kong cu memberitahukan.
"Tampan lemah lembut dan berkepandaian tinggi."
"oh, ya" siapa pemuda itu?"
"Namanya Thio Han Liong."
"Berapa usianya?"
"Sekitar dua puluh tahun."
"Ngmmm" Cu Goan ciang manggut-manggut.
"Kenapa engkau tidak mengajaknya ke mari menemui
ayah?" "Dia ke kuil siauw Lim Sie dulu, setelah itu barulah ke mari
menemui ananda." "Kalau dia ke mari, engkau harus memberitahu ayah,"
pesan cu Goan ciang. "Ayah pun ingin menemuinya."
"ya." An Lok"tong Cu mengangguk, kemudian bertanya,
"Ayahanda yang mendirikan kerajaan ini, kenapa dinamai
kerajaan Beng?" "Ha ha ha" Cu Goan ciang tertawa gelak.
"Beng berarti terang, maka kerajaan yang ayah dirikan ini
pasti terang selama-lamanya."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Jadi tiada kaitannya dengan suatu sejarah?"
"Eh?" Cu Goan ciang menatapnya.
"Kenapa engkau menanyakan itu?"
"Ananda dengar..." sahut An Lok Kong cu.
"Ayahanda menamai kerajaan Beng karena ada Beng
Kauw - ." "Engkau dengar dari siapa?" Cu Goan ciang tampak
tersentak- "Cepat katakan siapa yang bilang itu"
"Rakyat yang bilang."
"oooh" Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Kerajaan Beng yang ayah bangun ini memang ada
kaitannya dengan Beng Kauw."
"Bolehkah diceritakan kepada ananda?"
"singkat saja," sahut Cu Goan ciang.
"sebab Beng Kauw yang menumbangkan Dinasti Goan
(Mongol)-" "siapa ketua Beng Kauw?"
"Ketua Beng Kauw adalah Thio Bu Ki. sudahlah Kenapa
engkau banyak bertanya?"
"Kalau tidak salah - " ujar An Lok Kong Cu perlahan.
"Ayahanda adalah mantan anak buah Thio Bu Ki, kan?"
"Engkau - ." Air muka Cu Goan ciang langsung berubah,
kemudian ia menghela nafas panjang seraya berkata,
"Itu memang benar, ayah adalah mantan anak buah Thio
Bu Ki." "Thio Bu Ki begitu mengalah kepada Ayahanda, tapi...." An
Lok Kong cu tampak emosi sekali.
"Ayahanda malah ingin membunuhnya. Bukankah
Ayahanda amat kejam dan tidak menghargai kegagahan
seseorang?" "Nak - " Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Itu urusan politik kerajaan, engkau tidak mengerti."
"Ananda justru mengerti," sahut An Lok Kong cu.
"Belasan tahun yang lalu. Ayahanda mengutus guru-guru
ananda dan Lie Wie Kiong serta puluhan pengawal istana
pilihan pergi menyerbu pulau Hong Hoang to- Kenapa
Ayahanda melakukan itu" Bukankah Thio Bu Ki sekeluarga
sudah hidup mengasingkan diri dipulau itu" Namun Ayahanda
masih ingin membunuhnya. "
"Engkau tahu itu dari siapa?" tanya Cu Goan ciang dengan
kening berkerut. "Thlo Han Liong adalah putra Thio Bu Ki. Dia yang
menceritakan kepada ananda tentang semua itu. Tapi... dia
sama sekali tidak tahu kalau aku An Lok Kong cu. Putri kaisar."
An Lok Kong cu memberitahukan.
"Dia- - " Air muka Cu Goan ciang tampak berubah-
"Dia mau ke mari menemuimu atau ingin membunuh
ayah?" "Dia ke mari hanya ingin menemui ananda, bukan ingin
membunuh Ayahanda," ujar An Lok Kong Cu sungguhsungguh-
"oh?" Kening cu Goan ciang berkerut.
"Kok dia tidak berniat membunuh ayah" Itu sungguh
mengherankan" "Ayahnya yang melarangnya." An Lok Kong cu
memberitahukan, "Ayahnya bilang, apabila Thio Han Liong membunuh
Ayahanda, maka rakyat yang, akan menderita, oleh karena
itu, dia tidak akan membunuh Ayahanda."
"Aaaah - " Cu Goan ciang menghela nafas panjang,
"sesungguhnya belasan tahun lalu itu, ayah sama sekali
tidak berniat membunuh Thio Bu Ki...."
"Tapi kenapa Ayahanda mengutus guru-guru ananda dan
Lie Wie Kiong ke pulau Hong HoangTo membunuh Thio Bu Ki
sekeluarga?" "Ayah sama sekali tidak menyuruh mereka membunuh Thio
Bu Ki sekeluarga, melainkan cuma menyuruh mereka
membawa Thio Bu Ki ke mari."
"Membawa Thio Bu Ki ke mari" Itu sama juga
menangkapnya- Namun tahukah Ayahanda, bibi Thio Han
Liong bernama Ciu Ci Jiak justru mati di tangan guru-guru
ananda, sedangkan Thio Bu Ki dan isterinya terluka, bahkan
wajah mereka rusak karena terbakar oleh Liak Hwee Tan."
"yaaah - " Cu Goan ciang menggeleng-gelengkan kepala,
"Itu...." "Thio Bu Ki yang menumbangkan Dinasti Goan, ayah yang
menjadi kaisar, Itu adalah jasa Thio Bu Ki, namun Ayahanda
begitu kejam...." "Nak. sudahlah" Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Kalau pada waktu itu ayah tidak merebut kekuasaan dan
tahta kerajaan, apa jadinya kini" Lihatlah Bukankah rakyat
sudah hidup tenang dan makmur" Lagipula Ayah..."
"Itu memang benar, tapi kesalahan Ayahanda...."
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya dengan penuh perhatian.
"Kenapa engkau begitu membela Thio Bu Ki" Apakah
dikarenakan putranya itu?"
"Angnda membela kebenaran, tidak membela siapa pun.
Kalau Kakak Han Liong ke mari. Ayahanda harus minta maaf
kepadanya" "oh?" Cu Goan ciang tertawa.
"Ayah adalah seorang kaisar, pantaskah ayah minta maaf
kepadanya?" "Ayahanda yang bersalah, tentu pantas" sahut An Lok Kong
cu. "Baik, baik-" Cu Goan ciang manggut-manggut,
"Apabila dia ke mari, ayah pasti minta maaf kepadanya-"
"Terima kasih. Ayahanda" ucap An Lok Kong cu.
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya sambil tersenyum.
"Kelihatannya engkau begitu menaruh perhatian kepada
Thio Han Liong, pasti ada apa-apanya. ya, kan?"
"Ti... tidak-" An Lok Kong cu menundukkan kepalaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berterus teranglah" desak Cu Goan ciang halus.
"Ayah ingin mengetahuinya."
"Dia memang tampan sekali, berkepandaian tinggi dan
lemah lembut. Bahkan... selalu melindungi ananda." An Lok
Kong cu memberitahukan dengan sikap malu-malu.
"oh"Jadi - engkau jatuh hati kepadanya?"
"ya." "Bagaimana dia" Apakah dia juga jatuh hati kepadamu?"
"Aaaah - " An Lok Kong Cu menghela nafas panjang.
"Dia sama sekali tidak tahu kalau ananda seorang gadis,
lagi pula - dia sudah punya kekasih-"
"oh?" Cu Goan ciang mengerutkan kening.
"siapa kekasihnya?"
"Tan Giok Cu" jawab An Lok Kong cu dan menutur tentang
hubungan Thio Han Liong dengan gadis tersebut dan lain
sebagainya, setelah itu ia pun menambahkan,
"Kini gadis itu masih berada di tangan Hiat Mo-"
"Nak. itu adalah kesempatanmu," ujar cu Goan ciang
dengan suara rendah. "Ananda tidak akan memaksakan diri, cinta harus tumbuh
dari ke dua belah pihak-.." kata An Lok Kong cu.
"Itu adalah pesan dari guru Besar Thio sam Hong."
"Engkau bertemu guru Besar Thio sam Hong?" cu Goan
ciang terbelalak. "Ya." An Lok Kong cu mengangguk, kemudian
menceritakan tentang kejadian di markas Kay Pang.
"Aaaah - " Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"sejak Thio Bu Ki hidup mengasingkan diri di pulau Hong
Hoang to, rimba persilatan berubah menjadi tidak aman.
sebetulnya Thio Bu Ki juga adalah Bu Lim Beng Cu (Ketua
Rimba Persilatan) yang amat disegani kawan maupun lawan."
"oh?" An Lok Kong cu terbelalak-
"Seandainya.... Thio Han Liong ingin menjadi pejabat
tinggi...." "Ayah pasti mendukungnya," sahut Cu Goan Ciang cepat.
"Tapi-..." An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.
"Dia sama sekali tidak berniat menjadi pejabat tinggi, oh
ya, ananda dan dia pernah bertemu seorang pembesar kota
Tiang ciu...." An Lok Kong cu menutur tentang kejadian di Pek Hoa Louw
(Rumah seratus Bunga), mendengar itu, Cu Goan ciang
tertawa gelak- "Ha ha ha Bagus, bagus Pembesar seperti itu memang
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harus dihukum," ujarnya dan mendadak muncul suatu ideTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Thio Han Liong tidak berniat menjadi pejabat tinggi,
namun ayah punya suatu akal menjadikannya sebagai petugas
rahasia ayah, khusus nya menghukum para pembesar yang
korup dan selalu berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat."
"oh?" Wajah An Lok Kong cu berseri.
"Kakak Han Liong memang adil dan bijak sekali, dia pantas
untuk tugas itu. Tapi... belum tentu dia bersedia menerima
tugas itu." "Ayah punya akal agar dia mau menerima tugas itu." Cu
Goan ciang tersenyum serius.
"Baiklah, sekarang engkau boleh kembali ke istana An Lok
untuk beristirahat."
"Terima kasih, Ayahanda," ucap An Lok Kong cu sambil
memberi hormat, lalu kembali ke istana An Lok.
Begitu sampai di istananya, Lan Lan, dayang pribadi An Lok
Kong cu langsung menyambutnya.
"Yang Mulia memarahi Kong cu?"
"Tidak-" An Lok Kong cu tersenyum sambil duduk-
"Banyak yang kami bicarakan."
"oh?" Lan Lan terbelalak-
"Juga membicarakan tentang Thio Han Liong?"
"Ya-" An Lok Kong cu mengangguk
"Aku berterus terang, bahwa Thio Han Liong adalah putra
Thio Bu Ki-" "Bagaimana reaksi yang Mulia?"
"Tersentak, tapi tidak marah-marah-" An Lok Kong cu
memberitahukan. "Akhirnya ayahku berjanji, apabila Kakak Han Liong ke
mari, ayahku akan minta maaf kepadanya."
"oh?" Lan Lan tertawa.
"Itu sungguh luar biasa dan tak terduga sama sekali"
"Tidak salah-" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Itu dikarenakan ayahku merasa bersalah terhadap Thio Bu
Ki." "oh ya" Lan Lan teringat sesuatu.
"Tadi Kong cu bilang.... Han Liong sudah punya kekasih,
lalu bagaimana dengan Kong cu?"
"yaah" An Lok Kong cu menghela nafas panjang.
"Mau bilang apa" Aku tetap mencintainya dalam hati, walau
dia tidak mencintaiku."
"Kalau begitu..." Lan Lan menggeleng-gelengkan kepala.
"Bukankah Kong cu akan menderita sekali?"
"Lebih baik aku yang menderita, asal dia hidup bahagia,"
ucap An Lok Kong cu dengan suaru rendah-
"Kong Cu...." "Aku tidak akan memaksanya untuk mencintaiku, yang
penting dia tidak akan melupakan diriku, aku sudah merasa
puas." "Kong cu, hamba penasaran...."
"Kenapa engkau penasaran?"
"Kong cu sedemikian cantik dan lemah lembut, bagaimana
mungkin dia tidak akan tertarik"-"
"Lan Lan" An Lok Kong cu tertawa geli.
"Kenapa engkau goblok" Dia kan tidak tahu kalau aku
seorang gadis, jadi bagaimana mungkin dia akan tertarik
kepadaku?" "oooh" Lan Lan manggut-manggut.
"Kalau begitu, dia juga goblok sekali, sudah sekian lama
bersama Kong cu, tapi tidak tahu kalau Kong cu seorang
gadis." "Dia tidak goblok, melainkan mempercayaiku tidak
membohonginya, maka dia tidak mencurigai diriku."
"Kalau begitu...." Lan Lan tertawa-
"Dia pasti pemuda yang berhati polos-"
"Tidak salah-" An Lok Kong cu mengangguk-
"Hati-nya amat polos, seandainya dia belum punya
kekasih - -" "Dia akan jatuh hati kepada Kong cu?"
"Aku yakin itu-" An Lok Kong cu tersenyum- Ter-nyata ia
teringat ketika bersama Thio Han Liong.
"Kami tidur sekamar, namun dia selalu mengalah
terhadapku- Dia tidur di kursi, sedangkan aku tidur di
ranjang." "Ketika Kong cu tidur, dia - dia tidak meraba-raba Kong
cu?" tanya Lan Lan mendadak-
"Engkau sudah gila ya?" An Lok Kong cu melotot.
"Mau apa dia meraba-raba diriku?"
"Biasa," sahut Lan Lan sambil tertawa-
"Engkau sudah sinting barangkali" An Lok Kong cu
menggeleng-gelengkan kepala dan berkata,
"Dia kan mengira aku lelaki?"
" Heran?" gumam Lan Lan.
"Dia mengira Kong cu lelaki, tapi kenapa tidak mau tidur
seranjang dengan Kong cu?"
"Mungkin... dia sudah terbiasa tidur seorang diri, maka
tidak mau tidur bersama siapa pun."
"Belum tentu." Lan Lan tersenyum.
" Kalau dia tahu Kong cu seorang gadis, mungkin dia akan
mencari kesempatan untuk tidur bersama Kong cu."
"Itu yang kuharapkan selama itu. Namun... selama itu dia
sama sekali tidak mau tidur di sisiku."
An Lok Kong cu menghela nafas panjang,
"seandainya dia tidur di sisiku, aku pasti pura-pura pulas
lalu memeluknya erat-erat."
"Idiiih" Lan Lan tertawa geli-
"Mana ada anak gadis yang memeluk anak lelaki duluan"
Dasar - -" "Itu kan seandainya," sahut An Lok Kong cu dengan wajah
kemerah-merahan dan menambahkan.
"Tapi mau-ku memang begitu?"
"Hi hi hi" Lan Lan tertawa cekikikan.
"Kong cu sudah ngebet Hi hi hi"
"Aaaah - " sebaliknya An Lok Kong cu malah menghela
nafas panjang, dan kemudian bergumam,
"Bertemu tapi harus berpisah, bertemu lagi justru untuk
berpisah kembali. Hati nan duka merindukan sang kekasih di
ujung langit, biarlah aku menderita asal sang kekasih hidup
bahagia." -ooo00000ooosementara itu, Thio Han Liong sudah tiba di kuil siauw Lim
sie- Dengan penuh kegembiraan Kong Bun Hong Tio dan Kong
It seng ceng menyambut kedatangannya-
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio dengan wajah berseri.
"selamat datang, Han Liong"
"Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng ccng, terimalah
hormatku" ucap Thio Han Liong sambil memberi hormat.
" omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Han Liong, silakan duduk"
"Terima kasih-" Thio Han Liong duduk-
"Maaf, kedatanganku telah mengganggu ketenangan Kong
Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng"
"Jangan berkata begitu, Han Liong" ujar Kong Bun Hong
Tio- "Kami senang sekali atas kunjunganmu.... "
"Han Liong," tanya Kong Ti seng Ccng.
"Engkau ke mari membawa suatu berita penting?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Belum lama ini, Kay Pang diserang oleh golongan hitam-"
"oh?" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng terkejut
bukan main. "Engkau tahu dari siapa?"
"Aku bertemu seng Hwi, dia mengajak aku dan temanku ke
markas Kay Pang." Thio Han Liong memberitahukan.
"Ketika kami sampai di sana, suasana di sana agak lain...."
"seng Hwi?" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng
saling memandang, air muka mereka tampak agak berubah-
"ya-" Thio Han Liong mengangguk-
"Ternyata seng Hwi kenal su Pangcu, justru kedatangan
kami, maka Kay Pang terhindar dari bencana."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Syukurlah kalau begitu"
"Han Liong," tanya Kong Ti seng Ceng.
"Bagaimana kejadian itu?"
"si Mo yang memimpin golongan hitam menyerang Kay
Pang, maka terjadilah pertarungan yang amat dahsyat..,."
Thio Han Liong menutur tentang pertarungan itu.
"seng Hwi berhasil melukai si Mo, sehingga membuat
mereka kabur." "oh?" Kong Bun Hong Tio terbelalakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Seng Hwi berhasil melukai si Mo?"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk
"Aku menyaksikan pertarungan itu-"
"Kalau begitu, kepandaian seng Hwi sudah bertambah
tinggi lagi," ujar Kong Bun Hong Tio.
"omitohud" ucap Kong Ti seng Ceng.
"Tak disangka justru seng Hwi yang menyelamatkan Kay
Pang." "Memang tak disangka sama sekali," ujar Thio Han Liong
dan menambahkan, "Bahkan kelihatan seng Hwi dan su Pangcu saling jatuh
hati-" "oh, ya?" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut sambil
tersenyum, "Itu merupakan hal yang menggembirakan."
"Kong Bun Hong Tio sudah tahu" Kwee In Loan sudah
berada di Tionggoan sekarang, bahkan dia sebagai ketua
golongan hitam dan si Mo sebagai wakilnya." Thio Han Liong
memberitahukan. "Hah?" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng
terbelalak. "Jadi. - " "Kini Kwee In Loan sudah menguasai ilmu Hiat Mo Ciang.
Mungkin tidak lama lagi Hiat Mo akan tiba di Tionggoan, maka
sucouwku menyuruhku ke mari untuk memberitahukan."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Kalau begitu, akan timbul bencana lagi dalam rimba
persilatan." "suheng," ujar Kong Ti seng Ceng sambil meng-gelenggelengkan
kepala. "Tak disangka kita akan menghadapi lawan tangguh lagi."
"omitohud Itu sudah merupakan takdir-" Kong Bun Hong
Tio menggeleng-gelengkan kepala.
"Kong Bun Hong Tio, aku telah menyampaikan berita ini,
sekarang aku mau mohon pamit," ujar Thio Han Liong sambil
bangkit berdiri- "Oh ya, bolehkah aku menjenguk Kakek Cia sun?"
"omitohud" jawab Kong Bun Hong Tio-
"Kini mereka tidak mau diganggu, jadi engkau tidak usah
menjenguk mereka-" "Kalau begitu, aku mohon pamit," ucap Thio Han Liong.
"omitohud selamat jalan, Han Liong" Kong Bun Hong Tio
tersenyum. Thio Han Liong memberi hormat, lalu melangkah pergi
meninggalkan kuil siauw Lim sie, langsung menuju kota raja.
-ooo00000ooo- Bab 37 Menyusun suatu Rencana
Di saat Thio Han Liong berangkat ke kotaraja, justru Hiat
Mo, Ciu Lan Nio dan Tan Giok Cu tiba di Tionggoan. Mereka
langsung menuju lembah Pek yun Kok- markas golongan
hitam. Betapa gembiranya Kwee In Loan dan si mo atas
kedatangan mereka, dan segera menyelenggarakan pesta
untuk menyambut mereka, yang paling gembira ialah Kwan
Pek Him, karena tidak menyangka Ciu Lan nio adalah cucu
Hiat Mo- Pemuda itu terus berusaha mendekati gadis itu,
sedangkan Tan Giok Cu cuma duduk bagaikan patung, sama
sekali tidak mengacuhkan siapa pun.
"Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Hiat Cianpwee, mari kita bersulang"
"Mari" sahut Hiat Mo-
Mereka mulai bersulang sambil tertawa ria, setelah itu
mereka pun mulai bersantap.
"In Loan," tanya Hiat Mo-
"Bagaimana keadaan rimba persilatan baru-baru ini?"
"Biasa," sahut Kwee In Loan.
"Namun telah muncul seorang jago berkepandaian amal
tinggi." "oh?" Hiat Mo mengerutkan kening.
"siapa jago itu?"
"Dia bernama Seng Hwi,"jawab Kwee In Loan
memberitahukan. "Dia memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang."
"Cing Hwee Ciang?" Hiat Mo tampak terkejut.
"Ilmu pukulan itu berasal dari Persia, namun sudah lama
hilang dari rimba persilatan. Kenapa dia memiliki ilmu pukulan
itu?" "Benar." si Mo mengangguk-
"Aku pergi menyerang Kay Pang, malah terluka olehnya."
"Oh?" Kening Hiat Mo berkerut-kerut-
"Jadi kalian tidak berhasil menaklukkan Kay Pang?"
"Ya-" si Mo mengangguk,-
"si Mo" Hiat Mo menatapnya tajam.
"Kok engkau begitu tidak becus" urusan yang begitu kecil
tidak dapat engkau bereskan."
"Hiat Cianpwee - " si Mo menundukkan kepala-
"Bagaimana kalau aku yang turun tangan terhadap Kay
Pang?" tanya Kwee In Loan mendadak-
"Untuk sementara ini masih tidak perlu" sahut Hiat MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yang penting kita harus menangkap Tong Koay, Lam Khie
dan Pak Hong. Mereka akan kujadikan pengawal yang paling
setia. Ha ha ha..." "Tapi kita tidak tahu mereka bersembunyi di mana." ujar si
Mo dan menambahkan, "Sudah sekian lama mereka menghilang entah ke mana."
"Oh?" Hiat Mo tercengang.
"Kenapa mereka bersembunyi?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Entahlah-" si Mo menggelengkan kepala-
"Kalau begitu, engkau dan muridmu harus pergi menyelidiki
jejak mereka- Kalau sudah tahu mereka berada di mana,
segeralah memberitahukan kepadaku."
"ya, Hiat Cianpwee" si Mo mengangguk,-
"Hiat cianpwee, aku mempunyai suatu usul," ujar Kwee In
Loan. "Usul apa?" tanya Hiat Mo-
"Bagaimana kalau Hiat Cianpwee menjadi ketua golongan
hitam" Kami berdua jadi wakil saja," jawab Kwee In Loan
mengemukakan usulnya. Ternyata ia ingin mengikat Hiat Mo
dengan jabatan tersebut. "Ha ha ha" Hiat Mo tertawa.
"Aku tidak mau jadi ketua, engkau dan si Mo saja"
"Tapi kepandaian kami berdua...." Kwee In Loan
menggeleng-gelengkan kepala.
"Masih rendah, maka kami berdua tidak dapat menguasai
rimba persilatan." "Kalian berdua ingin menguasai rimba persilatan?" Hiat Mo
agak terbelalak, dan ia menatap mereka berdua dengan
kening berkerut-kerut, "ya." Kwee In Loan dan si Mo mengangguk.
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Kalian berdua amat berambisi- Baik, aku akan mendukung
kalian." "Terima kasih, Hiat cianpwee," ucap Kwee In Loan dan si
mo dengan wajah berseri-seri-
"Tapi kalian harus menuruti semua perintahku, termasuk
perintah cucuku pula. Bagaimana?" tanya Hiat mo sambil
menatap mereka dengan tajam.
"Baik-" Kwee In Loan dan si mo mengangguk-
"Kalau begitu - " pikir Hiat Mo sejenak, lalu melanjutkan,
"Aku dan cucuku akan melindungi golongan hitam-"
"oh?" Betapa gembiranya Kwee In Loan dan Si Mo-
"Hiat Cianpwee dan Nona Lan Nio adalah pelindung
golongan hitam, mari bersulang untuk itu"
Mereka bersulang lagi, namun ciu Lan Nio diam saja.
Ternyata pikirannya sedang menerawang, memikirkan Thio
Han Liong yang amat dirindukannya, oleh karena itu,
pembicaraan kakeknya dengan mereka sama sekali tidak
diperhatikannya. Begitu pula Kwan Pek Him. Pemuda itu pun tidak
memperhatikan pembicaraan mereka, melainkan terus
memperhatikan ciu Lan Hio- sedangkan Tan Giok Cu terus
duduk bagaikan patung dengan wajah dingin.
"Apakah Hiat Cianpwee mempunyai suatu rencana?" tanya
Kwee In Loan. "Sudah kukatakan tadi, si Mo dan muridnya harus pergi
menyelidiki tempat persembunyian Tong Koay, Lam Khie dan
Pak Hong. Setelah itu segera memberitahukan padaku, aku
akan pergi menangkap mereka."
"ya." si Mo mengangguk-
"Besok kami akan pergi menyelidiki mereka."
"Bagus" Hiat Mo tertawa.
"Ha ha ha Mereka akan kupengaruhi dengan ilmu sihirku,
lalu kusuruh pergi menaklukkan Kay Pang, siauw Lim dan Bu
Tong Pay Ha ha ha..."
"Kalau sudah begitu, kita pasti menguasai rimba
persilatan," ujar Kwee In Loan dan ikut tertawa pula.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Malam harinya, Ciu Lan Nio duduk melamun di pekarangan.
Matanya terus memandang bulan purnama yang bersinar
terang. Tiba-tiba tampak sosok bayangan mendekatinya, yang
ternyata Kwan Pek Him. "Nona Ciu - " panggilnya dengan suara rendah.
"oh, engkau" sahut ciu Lan Nio lalu bertanya dengan nada
ketus- "Mau apa engkau ke mari menemui-ku?"
"Aku - ." Kwan Pek Him menundukkan kepala-
"Jangan menggangguku, cepat pergi" bentak Ciu Lan Hio
dengan wajah tidak senang.
"Nona ciu, tadi siang kita tidak punya kesempatan untuk
bercakap-cakap, maka sekarang...."
"Engkau ingin bercakap-cakap denganku malam ini?"
"ya" "Mau bercakap-cakap tentang apa?"
"Nona Ciu - -" Kwan Pek Him menatapnya dengan mesra.
"Sudah sekian tahun kita berpisah, aku - aku selalu
memikirkanmu." "oh, ya?" Ciu Lan Nio tersenyum.
"Tapi sebaliknya aku sama sekali tidak memikirkanmu. "
"Itu tidak apa-apa, yang penting aku memikirkanmu."
"omongan apa itu?" Ciu Lan Hio terbelalak-
"Hei langan-jangan engkau sudah gila"
"Aku - aku memang tergila-gila kepadaku, sungguh"
"Engkau - " Ciu Lan Hio menggeleng-gelengkan kepala-
"saudara Kwan, sejak kita bertemu, aku tidak pernah
merasa suka kepadamu- Karena itu, engkau akan putus
harapan terhadapku, dan itu akan membuat dirimu menderita.
Maka, sebaiknya mulai sekarang jauhilah aku"
"Nona Ciu...." Kwan Pek Him tersenyum.
" Aku tidak percaya kalau hatimu begitu dingin terhadapku.
Tapi aku yakin kehangatanku dapat mencairkan hatimu yang
dingin itu." "Percuma." Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.
"Nona Ciu...." "saudara Kwan, engkau harus tahu," ujar ciu Lan Nio
dengan suara rendah- "Cinta tidak bisa dipaksa, kalau dipaksa justru akan
menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan. "
"Nona ciu...." Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan
kepala. "Aku tahu...." "Tahu apa?" "Engkau mencintai Thio Han Liong."
"Memang." ciu Lan Hio mengangguk-
"Itu adalah urusanku, engkau tidak usah turut campur."
"Aku tidak turut campur, hanya saja - -" Kwan Pek Him
menghela nafas panjang. "Kelihatannya dia tidak mencintaimu, sebab dia - dia sudah
mempunyai kekasih-" "Tidak salah-" Ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Ke-kasihnya bernama Tan Giok Cu, gadis itu bersama
kami." "Apa?" Kwan Pek Him terbelalak-
"gadis yang berwajah dingin itu Tan Giok Cu?"
"Betul. kakekku telah menangkapnya-" Ciu Lan Nio
memberitahukan. "Kata kakekku, kalau Han Liong dapat mengalahkannya,
barulah kakekku akan melepaskan gadis itu."
"Haah?" Mulut Kwan Pek Him ternganga lebar.
"Itu... itu...."
"Han Liong masih belum tahu juga, kalau aku adalah cucu
Hiat Mo - -" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Kalau dia tahu, mungkin akan membenciku."
"Thio Han Liong tidak berhati sesempit itu," ujar Kwan Pek
Him dan memberitahukan, "Belum lama ini aku bertemu dia di markas Kay Pang, dia
bersama seorang pemuda."
"oh?" Wajah Ciu Lan Nio langsung berseri,
"jadi dia berada di markas Kay Pang?"
"ya." Kwan Pek Him mengangguk-
"Aku dan guruku serta yang lain pergi menyerang Kay
Pang, tapi guruku malah terluka."
"Engkau - engkau bertarung dengan Han Liong?"
"Tidak-" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-
"Kami berdua justru bercakap-cakap, aku bertanya
kepadanya tentang dirimu."
"oh" Dia bilang apa?"
"Dia bilang engkau sudah pulang ke tempat tinggalmu,
belum bertemu dengan engkau."
"Nadanya - nadanya merindukan aku?"
"Engkau adalah kawan baiknya, tentunya dia merindukanmu."
"Aaaah - " Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Giok Cu sudah di bawah pengaruh kakekku, kalau dia
tahu...." "Aku yakin dia tidak akan membencimu, hanya saja... pasti
membenci kakekku, Itu kemungkinan besar akan
merenggangkan hubungan kalian."
"Kakekku - -" Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku - aku tidak tahu harus berbuat apa."
"Nona ciu - ." Kwan Pek Him menatapnya seraya berkata,
"Bukankah tadi engkau bilang, cinta jangan dipaksa" Tapi
engkau - ." "Aku tahu itu, namun aku merasa puas sudah
mencintainya." "oh?" Kwan Pek Him tersenyum.
"sama." "Apa yang sama?"
" Aku pun merasa puas karena mencintaimu. Nah, sama
kan?" "Engkau...." Ciu Lan Nio cemberut.
"Ikut-ikutan saja Dasar...."
"Haaaahh." Kwan Pek Him memandangnya dengan
terbelalak, bahkan mulutnya ternganga lebar.
"Eeeh?" Ciu Lan Nio melotot.
"Kenapa engkau memandangku dengan cara begitu"
Wajahku tumbuh bulu ya?"
"Nona Ciu," sahut Kwan Pek Him sungguh-sungguh.
"Ketika engkau cemberut, wajahmu tampak bertambah
cantik-" "Huh" dengus ciu Lan Hio.
"jangan merayu, aku tidak mempan akan rayuan siapa
pun" "Aku tidak merayu, melainkan berkata sesungguhnya."
"Sudahlah" tandas Ciu Lan Hio sambil membalikkan
badannya. "Aku sudah mau tidur"
"Selamat tidur, nona Ciu" ucap Kwan Pek Him.
"sampai jumpa esok"
(Bersambung keBagian 19) Jilid 19 Ciu Lan Nio tidak menyahut, dan langsung masuk menuju
kamar Hiat Mo. Kebetulan Hiat Mo masih belum tidur.
"Eh?" Hiat Mo terbelalak ketika melihat gadis itu memasuki
kamarnya. "Mau apa engkau ke mari?"
"Mau bercakap-cakap dengan Kakek," sahut Ciu Lan Nio
sambil duduk, "oh?" Hiat Mo tertegun.
"Mau bercakap-cakap tentang apa?"
"Betulkah Kakek ingin menguasai rimba persilatan?" tanya
Ciu Lan Nio mendadak. "Kira-kira begitulah," sahut Hiat Mo.
"Memangnya kenapa" Engkau tidak senang apabila kakek
menguasai rimba persilatan?"
"Itu adalah urusan Kakek, aku tidak mau mencampurinya,"
ujar Ciu Lan Nio dan menambahkan,
"Tapi... alangkah baiknya Kakek jangan sembarangan
membunuh orang, aku tidak senang itu."
"Baik." Hiat Mo mengangguk.
"Kakek tidak akan sembarangan membunuh orang,
legakanlah hatimu" "Dan...." "Ciu Lan Nio melanjutkan.
"Kakek pun harus melarang mereka pergi menyerbu Kay
Pang." "Lho" Kenapa?" Hiat Mo heran.
"Karena...." Wajah Ciu Lan Nio agak kemerah-me-rahan.
"Thio Han Liong berada di sana."
"oh" siapa yang, memberitahukanmu?"
"Kwan Pek Him. Belum lama ini dia bertemu Han Liong di
markas Kay Pang, maka... aku mau ke sana menemuinya."
"engkau mau ke markas Kay Pang?"
" Engkau mau ke markas Kay Pang"mau ke sana
menemuinya. " Kapan?" "Sekarang." "sekarang?" Hiat Mo terbelalak-
"Tidak bisa esok pagi" sekarang sudah malam."
"Tidak apa-apa."
"Engkau...." Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Baiklah- Engkau boleh pergi sekarang, tapi harus pulang
ke mari" "ya. Kakek-" Wajah Ciu Lan Nio langsung berseri.
"oh jangan diberitahukan kepada Kwan Pek Him bahwa aku
ke markas Kay Pang mencari Thio Han Liong"
"Lan Nio" Hiat Mo menatapnya.
"Pemuda itu kelihatan amat tertarik kepadamu, tapi
engkau...." "Aku tidak tertarik kepadanya" sahut ciu Lan Hio.
"Kakek, aku pergi."
"Aaaah..." Hiat Mo menghela nafas panjang.
"Dia begitu mencintai Thio Han Liong, sedangkan Thio Han
Liong telah mencintai Tan Giok Cu. Itu... itu - apa yang akan
terjadi kelak" Aaaah?."
Beberapa hari kemudian, ciu Lan Nio sudah tiba di markas
Kay Pang. Su Hong Sek. Ci Hoat dan Coan Kang Tianglo serta
seng Hwi sama sekali tidak kenal gadis berpakaian merah itu
Maka kedatangannya membuat mereka terheran-heran.
"Tempat ini adalah markas Kay Pang?" tanya Ciu Lan Hio
sambil menengok ke sana ke mari.
"Betul," sahut su Hong sek-
"siapa nona dan mau apa ke mari?"
"Namaku Ciu Lan Hio. siapa engkau?" tanya Ciu Lan Hio
sambil menatapnya. "Aku bernama su Hong sek, ketua Kay Pang," sahut ketua
Kay Pang itu dan memberitahukan,
"Mereka adalah Ci Hoat Tiang lo, Coan Kang Tiang lo dan
seng Hwi,..."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hi hi hi"ciu Lan Hio tertawa geliTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wajahmu cantik, kenapa mau menjadi ketua Kay Pang
berpakaian com-pang-camping tidak karuan" Kenapa tidak
boleh berpakaian indah" Kalau aku menjadi ketua Kay Pang,
para anggota harus berpakaian indah-"
"Nona ciu.." suk Hong sek tersenyum.
" Kalau engkau menjadi ketuanya, Kay Pang tentu berubah
nama, sebab para anggota harus berpakaian indah."
"Betul." Ciu Lan Hio tertawa.
"oh ya, aku ke mari ingin mencari seseorang, dia pasti
berada di sini. su Pangcu, tolong suruh dia keluar menemuiku"
"Nona ciu, engkau ingin mencari siapa?"
"Dia adalah pemuda tampan, baik hati, berkepandaian
tinggi dan lemah lembut...."
"Maksudmu Thio Han Liong?"
"Betul, betul. Aku,, aku sudah rindu sekali kepadanya, su
Pangcu, cepatlah suruh dia keluar menemuiku"
"Nona Ciu" suk Hong sek menggeleng-gelengkan kepala-
"Dia tidak berada di sini, sudah pergi-"
"Jangan bohong, su Pangcu" Ciu Lan Hio melotot.
"Aku akan mengamuk di sini lho Markas Kay Pang ini pasti
hancur" "Aku tidak bohong." suk Hong sek tersenyum,
"un-tuk apa aku bohong?"
"Kalau begitu, dia pergi ke mana?" tanya Ciu Lan Hio.
"Kalau tidak salah, dia pergi ke gunung Bu Tong." suk Hong
sek memberitahukan. "yaaah" keluh ciu Lan Hio.
"Dari jauh aku ke mari, tapi dia malah sudah pergi. Baik,
aku juga akan pergi kelana. Walau engkau ke ujung langit,
aku tetap menyusulmu."
"Nona Ciu...." suk Hong sek terbelalak mendengar
ucapannya. "Engkau punya hubungan apa dengan Han Liong?"
"Kami kawan baik,"jawab Ciu Lan Hio memberitahukan.
"Aku mencintainya, tapi dia mencintai Giok Cu. sedangkan
Kwan Pek Him mencintaiku, tapi aku tidak tertarik kepadanya,
hanya mencintai Han Liong. Akan tetapi, dia justru mencintai
Giok Cu...." hubungan yang kacau balau itu membuat suk Hong sek
dan lainnya saling memandang, bahkan ci Hoat dan Gan Kang
Tiang lo menggaruk-garuk kepala karena tidak mengerti apa
yang dikatakan gadis itu.
"Nona Ciu, kami tidak mengerti" ujar suk. Hong sek-
"Kalian kok begitu goblok sih?" sahut Ciu Lan Hio.
"Aku mencintai Han Liong, tapi dia mencintai Giok Cu. Ada
seorang pemuda mencintaiku, tapi aku tidak mencintainya,
nah, begitu." "oooh" suk Hong sek manggut-manggut.
"Apakah itu cinta yang berputar-putar?" tanya Ci Hoat
Tiang lo sambil tertawa. "Betul." Ciu Lan Hio manggut-manggut.
"Cinta yang berputar-putar sehingga pusing tujuh keliling-
Maka, aku harus berangkat ke gunung Bu Tong. Bukankah
diriku juga ikut berputar ke sana ke mari?"
"Ha ha ha" Gan Kang Tiang lo tertawa gelak-
"Nona ciu, engkau kocak juga"
"Tapi nasibku tidak begitu beruntung," ujar ciu Lan Hio.
"Begitu bertemu pemuda tampan yang baik hati, dia justru
sudah punya kekasih. Kalau aku tidak ingat dosa, aku pasti
sudah membunuh kekasihnya yang bernama Giok Cu itu."
"Syukurlah kalau engkau masih ingat akan dosa" ucap Coan
Kang Tiang lo. " Kalau tidak...."
" Aku pun akan meracuni Han Liong biar dia mampus,
setelah itu barulah aku bunuh diri Kami akan berkumpul di
alam baka." "Engkau pasti celaka," ujar ci Hoat Tiang loTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebab Han Liong pasti membuat perhitungan denganmu di
sana-" "Iya-" Ciu Lan Hio mengangguk
"Biarlah aku menderita, yang penting Han Liong hidup
bahagia." "Itu baru benar." suk Hong sek manggut-manggut.
"Cinta yang suci murni memang harus berkorban."
"Baiklah." Ciu Lan Hio menghela nafas panjang.
"Biarlah aku berkorban demi Han Liong, sampai jumpa"
Mendadak Ciu Lan Hio melesat pergi laksana kilat.
Menyaksikan itu, suk Hong sek dan lainnya langsung
terbelalak- "Bukan main" gumam Ci Hoat Tiang lo.
"Tak disangka gadis itu berkepandaian begitu tinggi,"
"Ha ha ha" Coan Kang Tianglo tertawa.
"Kalau tadi dia mengamuk di sini, repotlah kita."
"yang paling repot bahkan Han Liong" sahut suk Hong sek-
"sebab gadis itu kelihatan agak liar, tentunya akan
merepotkan Han Liong."
"Heran?" gumam seng Hwi.
"Sebetulnya siapa gadis itu" Kepandaiannya juga amat
tinggi." "Mudah-mudahan dia tidak akan menyusahkan Han Liong"
ucap suk Hong sek- "Gadis itu pun tampak agak sesat-"
-ooo00000ooo- Ciu Lan Hio terus melakukan perjalanan ke gunung Bu
Tong. Beberapa hari kemudian, dia sudah sampai di gunung
tersebut. Ketika ia sedang mendaki, mendadak muncul
beberapa orang, yang ternyata para murid Bu Tong Pay.
"Nona" seru salah seorang dari mereka.
"Harap berhenti"
Ciu Lan Hio segera berhenti, lalu memandang mereka
dengan mata melotot, karena merasa tidak senang dihadang.
"Siapa kalian" Mau apa menghadangku?" tanyanya dengan
ketus. "Kami murid-murid Bu Tong Pay, harap Nona
memberitahukan nama dan ada keperluan apa ke mari."
"Namaku Ciu Lan Hio. Aku ke mari ingin menemui
seseorang." "Siapa orang itu?"
"Thio Han Liong."
"oh" Ada hubungan apa Nona dengan Thio Han Liong?"
"Kami kawan baik, aku dari markas Kay Pang- Kata su
Pangcu, Han Liong sudah ke mari, maka aku ke mari- Dia
masih berada di sini, kan?"
"sayang sekali" Murid Bu Tong Pay itu menggelenggelengkan
kepala- "saudara Han Liong sudah berangkat ke kuil siauw Lim sie-"
"Apa?" ciu Lan Nio terperangah-
"Dia - dia sudah berangkat ke kuil siauw Lim sie?"
"ya-" Murid Bu Tong Pay itu mengangguk-
"yah, ampun...." ciu Lan Nio langsung jatuh duduk di
bawah pohon. "Aduuh" "Nona kenapa?" tanya murid Bu Tong Pay itu dengan
heran. "Apa yang sakit kok aduh-aduhan?"
"Aku dari markas Kay Pang, lalu ke mari. Tapi. - Han Liong,
justru telah berangkat ke kuil siauw Lim sie - " Ciu Lan Hio
menggeleng-gelengkan kepala. "Biarlah, aku akan ke kuil
siauw Lim sie." "Nona tidak mau menemui guru kami?"
"Tidak usah, aku harus memburu waktu ke kuil siauw Lim
sie." "Nona" Murid Bu Tong Pay itu memberitahukan.
"Kaum wanita dilarang masuk ke kuil siauw Lim sie-"
"Aku bukan wanita, melainkan anak gadis," sahut Ciu Lan
Hio, kemudian mendadak melesat pergi-
"Dia bukan wanita, tapi anak gadis - ?" gumam murid Bu
Tong Pay itu tidak mengerti-
"Apa bedanya wanita dengan anak gadis?"
"Wanita sudah ada umur, sedangkan anak gadis masih
muda, itulah bedanya," sahut yang lain sambil tertawa.
"Ayoh, kita harus memberitahukan kepada guru"
-ooo00000ooo- Ciu Lan Hio terus melakukan perjalanan menuju kuil siauw
Lim sie- Ketika memasuki sebuah rimba, mendadak muncul
belasan orang bertampang seram.
"Ha ha ha" salah seorang dari mereka tertawa gelak-
"Nona manis, tak disangka engkau muncul di sini sung-guh
beruntung kami" "siapa kalian?" bentak Ciu Lan Hio dengan melotot.
"Kami semua perampok- aku pemimpin mereka" sahut
orang itu sambil tertawa-tawa.
"oh?" Ciu Lan Hio tersenyum.
"Jadi kalian golongan hitam?"
"ya" Pemimpin perampok itu mengangguk-
"Kalau begitu, cepatlah kalian bersujud di hadapanku" ujar
Ciu Lan Hio. "sebab aku moyang para perampok"
"Ha ha ha" Pemimpin perampok itu tertawa.
"Sungguh menyenangkan Kalau begitu, kita justru harus
bersenang-senang Pokoknya asyik sekali, Nona pasti akan
merasa puas" "Kalian sungguh kurang ajar" ciu Lan Hio melotot.
"Kwee In Loan dan si Mo masih tidak berani bersikap
kurang ajar terhadapku, sebaliknya kalian...."
"Nona kenal ketua dan wakil ketua kami?" tanya pemimpin
perampok itu sambil menatapnya.
"Ya" "Ha ha ha" Pemimpin perampok itu tertawa.
"Ter-nyata Nona tukang membual Bagaimana mungkin
Nona kenal ketua dan wakil ketua kami" Ayohlah Mari kita
bersenang-senang" Plaaak Ploooook Dua kali tamparan keras mendarat di pipi
pemimpin perampok itu. "Aduuuuh" jeritnya kesakitan.
" Engkau... engkau berani tampar aku?"
"Kalau engkau masih kurang ajar, aku pasti cabut
nyawamu" bentak Ciu Lan Nio sambil menudingnya.
"Engkau jangan coba-coba kurang ajar lagi"
"Engkau...." Pemimpin perampok itu tampak gusar sekali,
bahkan langsung menyerangnya.
Ciu Lan Hio berkelit, kemudian mengayunkan kakinya untuk
menendang selangkangan kaki pemimpin perampok itu.
"Aduuuuh"jerit pemimpin perampok itu sambil mendekap
itunya. "sakit sekali Aduuuh..."
"Hmm" dengus ciu Lan Hio dingin, lalu melesat pergi.
"Aduuuh" Pemimpin perampok itu masih terus merintih
kesakitan, salah seorang anak buahnya mendekatinya.
"Kalau tidak salah, gadis itu adalah cucu Hiat Mo, yang
baru tiba di Tionggoan."
"goblok" Pemimpin perampok itu langsung menamparnya.
"Kenapa engkau tidak bilang dari tadi?"
"Aku baru ingat sekarang...."
"Ayoh Mmari kita pergi dasar lagi sial.."
sementara itu, Ciu Lan Hio terus melanjutkan
perjalanannya. Beberapa hari kemudian gadis itu sudah
memasuki propinsi Holan, dan keesokan harinya sudah tiba di
gunung siauw sit san. Ciu Lan Hio melewati sebuah jalan gunung, setelah itu
melihat sebuah kuil yang amat besar berdiri di hadapannya,
yaitu kuil siauw Lim sie- Terbelalak ia ketika menyaksikan kuil
tersebut. "Wanita dilarang memasuki kuil siauw Lim sie?" gumamnya,
kemudian tertawa kecil. " Aku justru ingin memasuki kuil siauw Lim sie ini-"
Ketika Ciu Lan Hio melangkah memasuki pekarangan kuil,
tiba-tiba muncul beberapa Hweeshio menghadangnya.
"Nona, cepatlah berhenti" seru salah seorang Hweeshio.
"Lho?" Ciu Lan Hio menatap mereka satu persatu seraya
bertanya dengan suara merdu.
"Kenapa aku harus berhenti?"
"Karena... kaum wanita dilarang masuk-"
"Kaum wanita dilarang masuk?"
"ya-" " Kalau begitu, aku boleh masuk- sebab aku bukan wanita,
melainkan seorang gadis-"
"Wanita dan gadis sama saja. Pokoknya Nona tidak boleh
masuk-" "Hei Hweeshio muda" Ciu Lan Nio tersenyum.
"Pernahkah engkau bersama kaum wanita atau anak
gadis?" tanyanya. "omitohud" ucap Hweeshio itu.
"Nona berdosa sekali berkata begitu terhadapku,
omitohud. - " "Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
"Karena engkau tidak pernah bersama kaum wanita dan
anak gadis, maka engkau tidak dapat membedakannya."
"omitohud" ucap Hweeshio itu
"Harap Nona jangan masuk sebab kalau Nona masuk. Kong
Bun Tio pasti akan marah besar-"
"Biar dia marah besar, aku tidak peduli" sahut Ciu Lan Hio
sambil melangkahkan kakinya.
namun, ketika sebelah kakinya baru mau menginjak ke
dalam pintu kuil, mendadak terdengar bentakan keras-
"Berhenti" Ciu Lan Hio terperanjat, sehingga membuatnya meloncat ke
dalam. Disaat bersamaan, muncullah dua padri tua, yang tidak
lain adalah Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng ceng.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Tadi aku menyuruhmu berhenti, tapi kenapa engkau
malah meloncat ke dalam?"
"Padri Tua" sahut Ciu Lan Hio.
"suara bentakanmu sangat mengejutkan, sehingga aku
meloncat ke dalam tanpa sadar, Itu kesalahan Padri Tua
bukan kesalahanku, maka Padri Tua jangan marah-marah"
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menatapnya tajam.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona, mulutmu sungguh lihay"
"oh, ya?" Ciu Lan Hio tersenyum.
"Nona," tanya Kong Ti seng ceng.
"siapa engkau dan mau apa engkau ke mari?"
"Aku bernama Ciu Lan Hio. Aku ke mari bukan mau
sembahyang, melainkan ingin menemui seseorang. Padri Tua,
engkau jangan mengatakan orang itu tidak ada lho"
"Nona ciu, engkau ke mari mau mencari siapa" Di sini cuma
ada Hweeshio - -" "Buat apa aku mencari Hweeshio" Aku ke mari ingin
bertemu seorang pemuda, yang bernama Thio Han Liong."
"omitohud Nona mempunyai hubungan apa dengan dia?"
tanya Kong Bun Hong Tio- "Eh?" Ciu Lan Nio melotot.
"Padri Tua, kenapa engkau usil" Itu urusanku. Padri Tua
tidak usah tahu." "Nona" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Aku ketua di sini, dia adalah Kong Ti seng Ceng, suteeku."
"Aku tidak menanyakan itu, aku ke mari hanya ingin
bertemu Han Liong. Aku pergi ke markas Kay Pang, su Pangcu
bilang dia berangkat ke gunung Bu Tong. Aku menyusul ke
sana, tapi dia sudah berangkat ke mari. Kong Bun Hong Tio,
jangan bilang dia sudah pergi ya Aku... aku bisa pingsan nih."
"Han Liong justru telah pergi" ujar Kong Bun Hong Tio-
"Hah" Apa?" Mulut Ciu Lan Nio ternganga lebar, kemudian
terhuyung-huyung ke belakang dan jatuh duduk di kursi.
"Kong Bun Hong Tio, betulkah Han Liong sudah pergi?"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio.
"Aku tidak bodong, dia memang sudah meninggalkan kuil
ini." "Aaaah.." keluh Ciu Lan Nio.
"Aku... aku pingsan nih."
Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng saling
memandang, kemudian mereka menggeleng-gelengkan kepala
sambil tersenyum. "Kong Bun Hong Tio" tegur Ciu Lan Nio.
"Aku sudah mau pingsan, kenapa engkau diam saja?"
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Kong Bun Hong Tio-
"Tolong ambilkan teh atau air putih..."
"omitohud Itu haus, bukan mau pingsan," ujar Kong Bun
Hong Tio sambil tersenyum.
Kong Ti seng Ceng sebera mengambil secangkir teh, lalu
diberikan kepada ciu Lan Hio. Gadis itu menerimanya lalu
diteguknya sampai habis. "omitohud" tanya Kong Ti seng Ceng.
"Mau ditambah lagi tehnya?"
"Terimakasih, tidak usah-" Ciu Lan Hio menggelengkan
kepala, kemudian menghela nafas panjang.
"Aaaah Kenapa begini sih" seperti main kejar-kejaran. Lalu
sekarang aku harus ke mana mencarinya" oh ya Kong Bun
Hong Tio, dia bilang mau pergi ke mana?"
"Dia tidak bilang apa-apa jadi kami tidak tahu dia pergi ke
mana" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Nona ciu" Kong Ti seng Ceng menatapnya seraya
bertanya, "sebetulnya engkau mempunyai hubungan apa dengan Han
Liong?" "Kami kawan baik-" Ciu Lan Nio memberitahukan dengan
wajah murung. "Aku mencintainya, tapi dia malah mencintai Giok Cu Aku..,
aku.." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Lautan cinta penuh derita, janganlah membiarkan dirimu
tenggelam dalam lautan cinta."
"Kong Bun Hong Tio, aku justru sudah tenggelam, maka
biarlah diriku terus menderita, tapi merasa puas akan cinta
itu," sahut Ciu Lan Hio.
"Itu lebih baik daripada mata kelelap. ya, kan?"
Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti Seng Ceng saling
memandang, jawaban itu membuat ke dua Padri Tua tersebut
terbengang-bengong. "Kenapa melamun?" ciu Lan Hio memandang mereka.
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Kami memang kebingungan akan jawabanmu tadi, maka
kami melamun." "Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa, tapi kemudianmenghela
nafas panjang. "Kong Bun Hong Tio, kira-kira aku harus ke mana mencari
Han Liong?" "omitohud" Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala.
"Kami sama sekali tidak tahu."
"yaaah" keluh ciu Lan Hio.
"sampai di sini kehilangan jejaknya, aku... aku harus ke
mana?" "Lebih baik kembali ke tempat tinggalmu dulu. Mudahmudahan
Han Liong akan muncul di sana" ujar Kong Ti seng
Ceng. "Betul, betul." Wajah Ciu Lan Hio langsung berseri.
"siapa tahu Han Liong akan ke sana mencariku. Terimakasih
Padri Tua, aku mohon pamit."
"Mudah-mudahan engkau bertemu Han Liong namun
mengenai cinta, janganlah terlampau dipaksa, sebab kalau
dipaksa menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan," ucap Kong
Bun Hong Tio- "Aku ingat itu, Kong Bun Hong Tio- Permisi" Ciu Lan Hio
meninggalkan kuil siauw Lim sie, tujuannya pulang ke Pek yun
Kok- Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng saling
memandang, lalu menghela nafas panjang.
"omitohud Mudah-mudahan gadis itu tidak menimbulkan
masalah bagi Han Liong"
Bab 38 Hal Yang Tak Terduga
Thio Han Liong telah tiba di kota raja. Namun ia tidak
menikmati keindahan Kota raja, melainkan langsung menuju
istana, sampai di depan istana, beberapa pengawal segera
menghadangnya. "Maaf" ucap Thio Han Liong.
"Paman-paman, aku ingin bertemu Cu An Lok- Tolong
beritahukan kepadanya, bahwa aku sudah ke mari"
"Cu An Lok?" Para pengawal itu tercengang.
Thio Han Liong segera memperlihatkan giok berukir
sepasang naga pemberian An Lok Kong cu.
"Cu An Lok memberikan ini kepadaku...."
"Haaahhh"Para pengawal itu terkejut ketika melihat tanda
pengenal An Lok Kong cu itu, dan mereka langsung memberi
hormat- "Silakan masuk"
"Terima kasih," ucap Thio Han Liong sambil melangkah ke
dalam- Di saat bersamaan, muncul Tan Bun Hiong. Begitu melihat
Thio Han Liong, wakil pemimpin pengawal istana itu langsung
terbelalak- "saudara Thio - -"
"oh Engkau berada di sini" Thio Han Liong girang sekali-
"Cu An Lok berada di mana?"
"saudara Thio tunggu sebentar di sini, aku akan ke dalam
memberitahukan kepadanya"
"Terima kasih," ucap Thio Han Liong.
Tan Bun Hiong bergegas-gegas ke dalam, namun tak lama
kemudian sudah kembali lagi.
"saudara Thio, mari ikut aku ke dalam" ujarnya sambit
tersenyum. "Cu An Lok gembira sekali atas kedatangan saudara-"
Thio Han Liong manggut-manggut, lalu ikut Tan Bun Hiong
ke dalam- Keindahan istana itu membuat Thio Han Liong
kagum sekali, apalagi ketika memasuki pekarangan istana An
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong...." Terdengar suara
merdu. "Adik An Lok" sahut Thio Han Liong, yang melihat An Lok
Kong cu berlari-lari menghampirinya
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu mendekap di dadanya.
"Adik An Lok" Thio Han Liong membelainya.
Menyaksikan kejadian itu. Tan Bun Hiong segera
meninggalkan tempat tersebut, namun justru muncul LanLan,
dayang pribadi An Lok Kong cu.
"Asyiiik" seru Lan Lan menggoda An Lok Kong cu.
"Lan Lan" An Lok Kong cu melotot. Cepat-cepat ia
melepaskan dekapannya dengan wajah memerah.
"oooh" Lan Lan manggut-manggut.
"Tuan Muda Thio, memang tampan sekali"
"Lan-Lan" bentak An Lok Kong cu. Jangan omong
sembarangan, tutup mulutmu"
"gara-gara ada Tuan Muda Thio di sini, maka menjadi
begitu galak." ujar Lan Lan sambil tertawa.
"Hi hi hi.?" " Kakak Han Liong" An Lok Kong cu memberitahukan.
"Dia pelayanku, agak nakal.."
"Tidak apa-apa." Thio Han Liong tersenyum.
"Adik An Lok, aku tidak ingkar janji kan?"
" Kakak Han Liong" ucap An Lok Kong cu dengan suara
rendah- "Terima kasih atas kedatanganmu. Terima kasih - "
"Adik An Lok, tidak usah mengucapkan terima kasih-" Thio
Han Liong menatapnya lembut.
"Aku berjanji akan ke mari, maka harus ke mari. Kalau
tidak, bukankah aku akan disambar petir?"
"Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu tersenyum,
"oh ya, bagaimana keadaan di sini" Lebih indah dari pada
di Pek Hoa Louw, kan?"
"Benar." Thio Han Liong mengangguk.
"Ketika berada di Pek Hoa Louw, pantas engkau
mengatakan keindahan disana tidak dapat dibandingkan
dengan keindahan di sini. Kini aku baru percaya."
"Engkau menyukai tempat ini?"
"ya." "Kalau begitu...." ujar An Lok Kong cu malu-malu.
"Engkau boleh tinggal di sini."
"Itu tidak mungkin." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Sebab masih banyak urusan yang harus kuselesaikan."
"oh ya Engkau sudah ke kuil siauw Lim sie?"
"Aku justru dari sana," ujar Thio Han Liong.
"Tentang Hiat Mo itu sudah kusampaikan kepada ketua
siauw Lim Pay." " Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu menatapnya seraya
berkata. "Apabila aku pernah membohongimu, apakah engkau akan
gusar kepadaku?" "Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum.
"Setahuku, engkau tidak pernah membohongiku."
" Kalau aku pernah membohongimu, engkau... engkau
akan marah kepadaku?" tanya An Lok Kong cu lagi.
"Aku tidak akan marah," jawab Thio Han Liong sungguhsungguh.
" Kakak Han Liong, engkau baik sekali." An Lok Kong cu
menatapnya lembut sekali.
"TUnggu di sini sebentar, aku mau ke dalam"
"ya." Thio Han Liong mengangguk, lalu duduk di dekat
taman bunga sambil menikmati keindahan bunga yang
beraneka warna. Pendekar Patung Emas 2 Pendekar Mabuk 015 Pawang Jenazah Kisah Sepasang Bayangan Dewa 6
menundukkan wajahnya dalam-dalam- sedang-kan seng Hwi
bergirang dalam hati, sebab kelihatannya ke dua Tianglo itu
menyetujui hubungannya dengan su Hong sek-
"Sudah larut malam, lebih baik kita tidur," ujar su Hong sek
dengan suara rendah- "siapa tahu pihak si Mo akan menyerbu esok-"
"Betul-" Ci Hoat Tianglo manggut-manggut.
"Kita harus beristirahat sekarang, agar bersemangat esok."
Mereka kembali ke markas, namun Thio Han Liong dan An
Lok Kong cu tidak langsung tidur, mereka duduk berhadapan
di dalam kamar. "Aaah-?" Mendadak Thio Han Liong menghela nafas
panjang. " Kakak Han Liong" An Lok Kong cu memandangnya.
"Kenapa engkau menghela nafas panjang?"
"Aku sedang berpikir, bagaimana seandainya Kwee In Loan
juga ikut menyerbu ke mari" siapa yang dapat melawannya?"
sahut Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaiannya begitu tinggi...."
"Sudahlah Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum.
"Jangan terus memikirkan itu, lebih baik engkau
beristirahat saja." "Baiklah-" Thio Han Liong mengangguk-
"seperti biasa, engkau tidur di ranjang, aku tidur di kursi."
" Kakak Han Liong" ,An Lok Kong cu tersenyum.
"Bagaimana kalau malam ini engkau tidur di ranjang?"
"Aku lebih besar darimu, maka aku harus mengalah," sahut
Thio Han Liong sungguh-sungguh ?
"Ayoh, cepatlah engkau tidur"
An Lok Kong cu membaringkan dirinya ke tempat tidur,
justru menghadap ke arah Thio Han Liong.
"Kakak Han Liong...."
"Kalau aku seorang gadis, apakah engkau mau tidur
bersamaku?" tanya An Lok Kong cu mendadak.
"Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum.
"Seandainya engkau seorang gadis, aku justru akan tidur di
luar." "Engkau...." An Lok Kong cu cemberut.
"Lho" Kenapa?" Thio Han Liong heran.
"Kalau engkau seorang gadis, sedangkan aku masih tetap
tidur di dalam kamar ini, bukankah aku tak tahu diri dan tak
tahu malu?" "Hmra" dengus An Lok Kong cu, lalu membalikkan
badannya. "Eeeh?" Thio Han Liong menggaruk-garuk kepala.
"Kok sikapmu begitu aneh malam ini...?"
-ooo00000ooo- Ketika su Hong sek- ke dua Tianglo, seng Hwi, Thio Han
Liong dan An Lok Kong cu duduk di ruang depan markas Kay
Pang sambil bercakap-cakap, mendadak seorang pengemis
berlari-lari ke ruang itu.
"Lapor pada Pangcu, golongan hitam yang dipimpin Si Mo
sudah menuju ke mari"
"Ng" Su Hong Sek mengangguk.
"Cepatlah kalian bersiap untuk bertarung dengan Kay Pang"
"ya, Pangcu." Pengemis itu manggut-manggut, lalu cepatcepat
meninggalkan ruangan-itu.
"Mari kita keluar menyambut kedatangan mereka" ujar Su
Hong Sek sambil bangkit eiari tempat duduknya.
"Baik." Ci Hoat dan Coan- Kang Tianglo mengangguk.
Mereka semua lalu menuju "Kakak Han Liong..." bisik An Lok Kong cu setelah berada di
pekarangan-. "Tegang juga ya"
"ingat Begitu pertarungan mulai, engkau harus
bersembunyi" pesan Thio Han Liong sungguh-sungguh.
"Kakak Han Liong" An Lok Kong Cu tersenyum.
"Kepandaianku cukup tinggi, aku tidak usah bersembunyi."
"ingat" pesan Thio Han Liong lagi.
"Pokoknya engkau tidak boleh ikut bertarung, aku pasti
marah" "Ya." An Lok Kong Cu mengangguk dan bergirang dalam
hati, sebab Thio Han Liong begitu memperhatikannya.
"Aku... aku pasti menurut perkataanmu."
"Bagus"Thio Han Liong memegang bahunya.
"Engkau memang harus menuruti perkataanku, sebab aku
adalah saudaramu." "Kakak Han Liong...." Ketika An Lok Kong cu ingin
mengatakan sesuatu, mendadak terdengar suara tawa yang
amat menyeramkan. "Itu adalah suara tawa si Mo-" Thio Han Liong
memberitahukan. "Adik An Lok, cepatlah engkau bersembunyi di balik pohon"
"Aku... aku mau di sini saja," sahut An Lok Kong cu.
Kelihatannya ia tidak mau berpisah dengan Thio Han Liong.
"Adik An Lok - ." ucapan Thio Han Liong terputus, karena
muncul beberapa orang, yakni si Mo, Kwan Pek Him, Liong san
sin TUng (si Tongkat sakti Dari Gunung Liong san), Hek Bin
Koay (siluman Mata Hkam) dan Pek Bin Koay (siluman Mata
Putin). "Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"su Pangcu, berhubung engkau berani menolak ajakan
kami untuk bergabung, maka hari ini kami ke mari untuk
membasmi kalian semua"
"Si Mo" bentak seng Hwi dingin-
"Engkau kira gampang membasmi kami?"
"He he he" si mo menatap seng Hwi, Thio Han Liong dan
An Lok Kong cu, kemudian manggut-manggutseraya berkata,
"Su Pangcu Engkau minta bantuan kepada ketiga orang
itu?" "si Mo" sahut seng Hwi dingin-
"Jangan bertingkah di hadapanku, aku sama sekali tidak
takut menghadapimu" "oh?" si Mo menatap tajam.
"siapa engkau, kenapa mencampuri urusan Kay Pang?"
"Aku adalah teman baik su pangcu, maka aku harus
membantunya" seng Hwi juga menatapnya dengan dingin-
"si Mo, namaku seng Hwi"
"seng Hwi..." gumam si Mo-
"Aku tidak pernah mendengar namamu, lebih baik engkau
jangan turut campur"
" Aku pasti akan melawanmu" sahut seng Hwi bernada
menantang. "He he he Bagus, bagus" si Mo tertawa terkekeh-kekeh.
"Engkau orang kecil tak bernama, berani menantangku?"
"Kenapa tidak?" tantang seng Hwi lagi.
"Aku justru ingin tahu berapa tinggi kepandaianmu, begitu
berani menyerbu ke mari"
"oh?" Wajah si Mo bertambah seram.
"Aku pun berani menantangmu" ujar Thio Han Liong
mendadak sambil menudingnya.
"Anak muda...." si Mo menatapnya tajam, kemudian
terbelalak seraya berseru tak tertahan.
"Engkau...." "Tidak salah" sahut pemuda itu.
"Aku Thio Han Liong, tentunya si Mo belum melupakanku,
bukan?" "Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Engkau juga ingin membantu Kay Pang?"
"Ya" Thio Han Liong mengangguk-
"Bagus, bagus" si Mo manggut-manggut.
"Muridku akan melawanmu, sedangkan aku akan
membunuh orang yang tak tahu diri itu"
"Ha ha ha" seng Hwi tertawa,
"si Mo, kelihatannya engkau yang akan mampus di
tanganku" "oh, ya?" si Mo segera memberi isyarat.
Seketika juga Liong San Sin TUng, HekBin Koay dan PekBin
Koay maju ke depan, pi saat bersamaan, su Hong sek- Ci Hoat
dan Gan Rang Tianglo juga melangkah maju.
su Hong sek berhadapan dengan Liong san sin TUng, ci
Hoat Tianglo berhadapan dengan Hek Bin Koay, Gan Kang
Tianglo berhadapan dengan Pek Bin Koay, sedang Kwan Pek
Him mendekati Thio Han Liong.
"saudara Kwan" tanya Thio Han Liong.
"engkau ingin bertarung denganku?"
"Tidak-" Kwan Pek Him menggelengkan kepala.
"Aku cuma ingin bercakap-cakap dengan engkau saja."
"oh?" Thio Han Liong menatapnya.
"Bercakap-cakap tentang apa?"
"Kalau mereka sudah mulai bertarung, barulah kita
bercakap-cakap," sahut Kwan Pek Him.
"Baik," Thio Han Liong manggut-manggut.
sementara si Mo dan seng Hwi terus saling memandang,
mendadak si Mo berseru, "serang" seketika juga para anak buahnya menyerang para anggota
Kay Pang. Di saat bersamaan, si Mo pun mulai menyerang
seng Hwi. Begitupula Liong san sin TUng, HekBin Koay dan
Pek Bin Koay, mereka segera menyerang su Hong sek- Ci Hoat
dan coan Kang Tianglo.. Maka terjadilah pertarungan yang
amat dahsyat Di saat pertarungan itu berlangsung, Kwan Pek Him mulai
bercakap-cakap dengan Thio Han Liong.
"saudara Thio, berapa tahun kita tidak bertemu, bagaimana
kabarmu?" tanya Kwan Pek Him.
"Aku baik-baik saja. Engkau?" Thio Han Liong tersenyum.
"Akupun baik-baik saja." Kwan Pek Him memberitahukan.
"Kini Pek yun Kok telah dijadikan markas golongan hitam.",
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Kalau tidak salah, Kwee In Loan yang menjadi ketua,
kan?" "ya." Kwan Pek Him mengangguk-
"oh ya, Ciu Lan Hio tidak bersamamu?"
"Tidak-" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"Dia sudah pulang ke tempat tinggalnya beberapa tahun
lalu- Engkau tidak pernah bertemu dia?"
"yaah" Kwan Pek Him menghela nafas.
"sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dia. Aku...."
"Engkau rindu sekali kepadanya?" tanya Thio Han Liong
sambil tersenyum. "ya." Kwan Pek Him mengangguk- sementara pertarungan
berlangsung lebih seru, sengit dan dahsyat sedangkan Thio
Hail Liong dan Kwan Pek Himpun terus bercakap-cakap
dengan serius sekali, dan itu membuat An Lok Kong cu tidak
habis pikir- "Bagaimana kalian berdua?" tanyanya sambil mengerutkan
kening. "Mereka bertarung mati-matian, kalian berdua malah asyik
mengobrol" "Biarkan saja" sahut Thio Han Liong.
"Lho" Bukankah engkau harus membantu Kay Pang"
Kenapa malah terus mengobrol dengan dia?"
"Kalau aku turut bertarung, lawanku justru dia."
"Oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Kalau mereka seperti kalian, tentunya tidak usah
bertarung." " gurunya adalah Si Mo yang amat jahat dan kejam. Ketika
aku masih kecil, aku nyaris dibunuhnya." Thio Han Liong
memberitahukan. "ohr An Lok Keng cu terbelalak-
"Maaf" ucap Kwan Pek Him.
"saudara Thio, siapa saudara ini?"
"Dia adalah kawan akrabku, namanya Cu An Lok-" Thio Han
Liong memberitahukan. "oooh" Kwan Pek Him seoera memberi hormat.
"Selamat bertemu saudara Cu"
"selamat bertemu saudara Kwan" An Lok Keng cu juga
memberi hormat, namun ia merasa tidak senang terhadap
pemuda itu. sementara pertarungan itu semakin dahsyat, si Mo dan
seng Hwi sudah bertarung puluhan jurus, tetapi, si Mo masih
tidak dapat mengalahkannya, Itu membuat si Mo penasaran
sekali, maka ia mulai mengerahkan Lweekangnya untuk
mengeluarkan ilmu Ha Mo Kang.
si Mo menjongkokkan badannya, dan mulutnya
mengeluarkan suara "Krok Krok" mirip suara kodok-
Menyaksikan itu, seng Hwi pun segera menghimpun
Lweekang. Perlahan-lahan sepasang telapak tangannya
berubah kehijau-hijauan. " Ha a h?" si Mo tampak terkejut,
"IImu pukulan cing Hwee Ciang"
"Betul" seng Hwi mengangguk.
"Baik" si Mo tertawa, dingin-
"Mari kita mengadu pukulan Ha Mo Kang lebih tinggi atau
Cing hwe Ciang yang lebih unggul"
Mendadak si Mo meloncat menyerang seng Hwi, namun
seng Hwi menangkis dengan Ciang Hwee Ci-ang.
"Blam" Terdengar suara benturan dahsyat, yang memekakkan
telinga, yang lain langsung berhenti bertarung dan
mata mereka mengarah pada si Mo dan seng Hwi.
si Mo termundur-mundur beberapa langkah, sedangkan
seng Hwi hanya dua langkah-Betapa penasarannya si Mo- la
menjongkokkah badannya lagi sambil mengerahkan Ha mo
Kangnya hingga pada puncaknya, seng Hwi pun menghimpun
Lweekangnya sepenuhnyasekonyong-
konyong si Mo meloncat laksana kilat
menyerang seng Hwi Di saat bersamaan, seng Hwi
menggerakkan sepasang tangannya untuk menangkis
serangan itu. sepasang telapak tangannya tampak kehijauhijauan.
Blaaam Blaaam... Terdengar suara benturan yang amat
dahsyat dan memekakkan telinga, si Mo terpental beberapa
depa, lalu roboh dengan mulut mengeluarkan darah segar.
"Guru Guru?" Kwan Pek Him segera melesat
menghampirinya. sedangkan seng Hwi termundur-mundur beberapa langkah
dengan wajah pucat pias, namun sama sekali tidak terluka.
" saudara seng Hwi...." su Hong sek segera mendekatinya.
"Engkau terluka?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak-" seng Hwi tersenyum.
"su Pangcu, terima-kasih atas perhatianmu."
"saudara seng Hwi...." su Hong sek tersenyum sipuseng
Hwi memandang lalu mendekati si Mo yang sudah
bangkit berdiri seraya berkata,
"si Mo Cepatlah kalian enyah dari sini Kami tidak akan turun
tanganjahat terhadap kalian"
"Hmm" dengus si Mo-
"suatu hari nanti, Kay Pang pasti musnah di tangan kami"
"Ha ha ha" ci Hoat Tianglo tertawa gelak-
"Engkau sudah terluka parah, tapi masih omong besar Ha
ha ha - " "Kalau seng Hwi tidak berbelas kasihan kepadamu,
mungkin engkau sudah terkapar menjadi mayat" sela Gan
Kang Tianglo mengejeknya-
"Kalian... kalian...." saking geramnya si Mo memuntahkan
darah segar- "Uaaakh"
"Guru" Kwan Pek Him memapahnya.
"Mari kita pergi"
si Mo mengangguk, lalu memberi isyarat kepada yang lain,
agar meninggalkan markas Kay Pang. setelah mereka pergi,
barulah su Hong sek dan lainnya masuk ke markas.
"Ha ha ha" ci Hoat Tianglo tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tak menyangka sama sekali, seng Hwi berkepandaian
begitu tinggi, bahkan telah menyelamatkan Kay Pang Kami
sungguh berhuta budi kepadamu"
"ci Hoat Tianglo" Wajah seng Hwi tampak agak kemerahmerahan.
"Jangan berkata begitu, aku membantu Kay Pang tanpa
pamrih lho-" "Tapi" ucap su Hong sek dengan suara rendah-
"Kami tetap berhutang budi kepadamu-"
"su Pangcu - -"
"Hi hi hi" Mendadak An Lok Keng cu tertawa geli-
"sudah saling jatuh hati, namun masih begitu, sungkan,
yang satu memanggil saudara seng Hwi, yang lain memanggil
su Pangcu. Bukankah menggelikan, sekali?"
"Adik An Lok" tegur Thio Han liong .-
"Kenapa mulutmu usil sekali" Tidak baik engkau bersikap
demikian." "Kakak Han Liong," sahut An Lok Kong cu sambil
tersenyum. "Aku bicara sesungguhnya, saudara seng Hwi dan su
Pangcu sudah saling jatuh hati maka tidak perlu berbasa-basi
lagi." "Eh" Adik An Lok-.?" Thio Han Liong melotot.
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu terbelalak-
"Tampangmu galak juga di saat melotot, aku takut sekali
lho" "Ha ha ha" CiHoat Tianglo tertawa gelak-
"Apa yang dikatakan An Lok memang benar. Kalau sudah
saling jatuh hati, kenapa masih harus berbasa-basi?"
"Ci Hoat Tianglo...." Wajah su Hong sek langsung
memerah.. "Su Pangcu" Gan Kang, Tianglo memandangnya seraya
berkata, "Usiamu sudah tiga puluhan, maka..."
"Gan Kang Tianglo...." su Hong sek membantingbantingkan
kaki, dan cemberut, Itu membuat Thio Han Liong
melongo- Namun ia lalu tertawa mendadak, dan itu membuat
semua orang menjadi terheran-heran.
"Kakak Hang Liong." An Lok Kong cu menatapnya, heran
seraya bertanya, "Kenapa engkau mendadak tertawa, apa yang menggelikan
hatimu?" "Su Pangcu?." sahut Thio Han Liong yang masih tertawa.
"Han Liong" tanya su Hong sek.
"Kenapa aku?" "Barusan su Pangcu membanting-banting kaki dan
cemberut, sikap su Pangcu sungguh mirip sikap Adik An Lok,"
sahut Thio Han Liong memberitahukan.
"Heran" Kenapa su Pangcu dan dia bisa bersikap begitu,
sedangkan aku tidak?"
"Han Liong...." Su Hong Sek cemberut lagi, begitu pula An
Lok Keng cu. Sudah barang tentu membuat Thio Han Liong
tertawa gelak lagi. "Ha ha ha TUuh, cemberut lagi"
"Ha ha ha Ha ha ha.-" Ci Hoat dan Gan Kang Tianglo juga
tertawa gelak-aelak- "Kaum wanita memang suka cemberut. Tapi An Lok adalah
anak lelakL - " "Dia terlalu manja" sahut Thio Han liong.
"Maka suka cemberut Ha ha ha..."
" Kakak Han Liong" Mendadak An Lok Keng cu mencubit
lengannya. "Aduuuh" jerit Thio Han Liong kesakitan.
"Kenapa engkau mencubitku?"
"siapa suruh mulutmu begitu usil?" sahut An Lok Keng cu.
"Belum pernah ditampar orang ya?"
"Adik An Lok" Thio Han Liong melotot.
"Kenapa engkau begitu galak" Lenganku masih terasa sakit
lho" "Biar tahu rasa" ujar An Lok Keng cu sambil terscnyumsenyum.
"saudara... Seng Hwi" tanya su Hong sek-
"Tadi engkau menggunakan ilmu pukulan sehingga bisa
melukai si Mo?" "Ilmu pukulan cing Hwee Ciang." seng Hwi
memberitahukan. "Aku belajar dari sebuah kitab-"
"siapa yang memberitahukanmu kitab itu?"
"Ayahku." "saudara seng Hwi" Su Hong sek menatapnya-
"Bolehkah aku tahu siapa ayahmu?"
"Ayahku adalah Hun Goan Pek Lek Chiu-seng Run"jawab
seng Hwi dengan jujur. "Hah" Apa?" Su Hong Sek Tianglo terbelalak, Ci Hoat dan
Coan Rang. "Seng Kun adalah ayahmu?"
"Ya." seng Hwi menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lalu engkau dengan Han Liong?" su Hong sek memandang
mereka dengan mulut ternganga lebar.
"Kami adalah kawan baik" sahut Seng Hwi lalu menuturkan
tentang semua kejadian itu, dan menambahkan,
"Kalau Han Liang tidak menjernihkan kesalah-pahamanku,
aku pasti jadi orang yang paling berdosa di rimba persilatan."
"Syukurlah engkau keburu tahu tentang itu, kalau tidak? "
su Hong sek menggeleng-gelengkan kepala.
"Oleh karena itu, hingga saat ini aku masih merasa
berterima kasih kepada Han Liong," ujar seng Hwi.
"Seandainya tidak ada dia di saat itu, aku...."
"Kakak seng Hwi" Thio Han Liong tersenyum,
"semua itu telah berlalu, jangan diungkit lagi"
"saudara kecil??" Seng Hwi manggut-manggut.
"saudara seng Hwi" tanya Su Hong sek mendadak-
"Menurutmu, apakah pihak golongan hitam itu akan
menyerbu ke mari lagi?"
"Menurut aku tidak" sahut Seng Hwi-
"Sebab luka si Mo cukup parah, itu akan membuat nyali
Kwee In Loan menjadi ciut."
"Ngmmm" su Hong sek manggut-manggut
"Oh ya, kapan kalian akan meninggalkan markas kami ini?"
"Besok," sahut Thio Han Liong dan menambahkan,
"su Pangtu, yang akan meninggalkan markas ini hanya aku
dan Adik An Lok- Kakak seng Hwi tidak akan pergi, dia harus
tetap di sini." "saudara kecil..." Wajah seng Hwi agak kemerah-merahan.
"Benar kan?" Thio Han Liong memandangnya sambil
tersenyum. "Karena Kakak seng Hwi masih harus melindungi Kay Pang
dari serbuan pihak golongan hitam."
"Dan juga - " sambung An Lok Keng cu.
"Harus terus mendampingi su Pangcu yang cantik jelita."
"Eh" Engkau - ." su Pangcu melototi An Lok Keng cu,
kemudian bertanya kepada Han Liong.
"Kalian mau pergi besok?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Kami harus melanjutkan perjalanan ke gunung Bu TUng."
"Han Liong, tolong sampaikan salamku kepada Guru Besar
Thio sam Hong dan lainnya" pesan su Hong sek-
"Ya, pasti kusampaikan."
"Terima kasih, Han Liong," ucap su Hong sek sambil
tersenyum lembut "Terima kasih- - "
Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Keng cu
meninggalkan markas Kay Pang. Mereka berdua melanjutkan
perjalanan menuju gunung Bu Tong. Dalam perjalanan, An
Lok Keng cu tampak gembira sekali, bahkan sering bercanda
ria dengan Thio Han Liong justru Thio Han Liong sama sekali
tidak tahu, bahwa An Lok Keng cu adalah seorang gadis,
bahkan putri kaisar. Bab 35 Wahuan Mulai Tertekan
si Mo dan Para anak buahnya sudah tiba di markas. Betapa
terkejutnya Kwee In Loan ketika melihat si Mo terluka dalam.
"si Mo siapa yang melukaimu?" tanyanya dengan kening
berkerut. "seng Hwi," jawab si Mo sambil duduk-
"seng Hwi?" Kwee In Loan tercengang,
"siapa dia dan apa hubungannya dengan Kay Pang?"
"Aku pun tidak kenal orang itu," ujar si Mo sambil menghela
nafas panjang. "Kepandaiannya amat tinggi, lagipula memiliki pukulan cing
Hwee Gang." "Apa?" Kwee In Loan tampak terkejut.
"Ilmu pukulan cing Hwee Ciang?"
"ya." si Mo mengangguk-
"Aku terluka oleh ilmu pukulan itu. Kalau aku tidak memiliki
Lweakang tinggi, pasti sudah menjadi mayat di sana."
"Heran?" gumam Kwee In Loan.
"siapa orang itu" oh ya, berapa usianya?"
"Tiga puluhan." si Mo memberitahukan,
"orang itu bersama Thio Han Liong dan seorang pemuda
tampan...." "oh" Apakah orang itu mempunyai hubungan dengan ayah
Thio Han Liong?" ujar Kwee In Loan dengan kening berkerut.
"Mungkin." si Mo manggut-manggut, kemudian
memandang muridnya seraya bertanya,
"Pek Him, ketika kami sedang bertarung, engkau justru
asyik bercakap-cakap dengan Han Liong. Apa yang kalian
bicarakan?" "Kami...." Kwan Pek Him menundukkan kepala.
"Aku bertanya kepadanya mengenai gadis berpakaian
merah itu" "Hmm" dengus si Mo- "Engkau...."
"Pek Him," tanya Kwee In Loan.
"Engkau tidak bertanya kepada Han Liong siapa orang itu?"
"Tidak-" Kwan Pek Him menggelengkan kepala.
"cing Hwee ciang berasal dari Persia, itu merupakan ilmu
pukulan yang amat dahsyat dan ganas. Aku yakin lukamu
cukup parah," ujar Kwee In Loan.
"Ya." si Mo mengangguk,-
" Kalau begitu - -" Kwee In Loan menatapnya.
"Engkau harus beristirahat, untung aku menyiapkan segala
macam obat untuk mengobati luka dalam."
"Terima kasih. Ketua," ucap si Mo-
"oh ya, kapan Ketua akan menyerbu markas Kay Pang?"
"Kita tunggu Hiat Mo ke mari dulu, setelah itu barulah kita
berunding dengan dia" sahut Kwee In Loan dan
menambahkan, "Aku yakin tidak lama lagi Hiat Mo akan ke mari-"
"Oooh" si Mo manggut-manggut.
"Si Mo" ujar Kwee In Loan.
"setelah lukamu sembuh, engkau harus pergi menyelidiki
jejak Tong Koay Lam Khie beserta Pak Hong"
"Ya." si Mo menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu - ." "setelah kita tahu mereka berada di mana, tentunya kita
akan berunding dengan Hiat Mo," sahut Kwee In Loan serius,
"sampai waktunya engkau akan mengetahuinya."
"Baik-" si Mo manggut-manggut.
"Setelah lukaku sembuh, aku akan pergi menyelidiki jejak
mereka bertiga-" Kini Thio Han Liong dan An Lok Kong cu sudah mulai
memasuki Propinsi ouw Lam. An Lok Kong cu melakukan
perjalanan dengan penuh kegembiraan. Ketika beristirahat di
bawah pohon, mendadak ia menatap Thio Han Liong dengan
kening berkerut-kerut. "Lho?" Thio Han Liong tercengang.
"Adik An Lok, kenapa engkau menatapku dengan cara
demikian" Apa-kah wajahku mendadak berubah
menyeramkan?" "Aku teringat sesuatu."
"Teringat apa?"
"Ketika terjadi pertempuran di markas Kay pang, engkau
malah bercakap-cakap dengan Kwan Pek Him. siapa yang
kalian bicarakan?" "ooooh" Thio Hah Liong tersenyum.
"Yang kami bicarakan adalah seorang gadis berpakaian
merah- gadis itu cantik, galak dan liar."
" Kwan Pek Him jatuh hati pada gadis itu?"
"Ya." "Tapi - ?" An Lok Kong cu menatapnya tajam seraya
bertanya. "Gadis itu pernah bersamamu, kan?"
"Ya." Thio Han Liong manggut-manggut
"Kami cuma berteman, sedangkan Kwan Pek Him jatuh hati
kepadanya." "Kalau dia yang jatuh hati pada gadis itu, kenapa tidak
bersama gadis itu?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kening An Lok Kong cu berkerut.
"Sebaliknya gadis itu malah bersamamu" Itu karena apa?"
"Eeeh?" Thio Han Liong tertegun.
"Kenapa engkau bertanya sampai begitu mendetail?"
"Aku ingin tahu," sahut An Lok Keng cu sambil mengangkat
bahunya. "Apakah aku tidak boleh tahu itu?"
Tentu boleh-" Thio Han Liong tersenyum.
"Sebetulnya gadis berpakaian merah itu tertarik padaku,
maka dia terus mengikutiku."
"oh?" An Lok Keng Cu tersenyum dingin.
"Engkau pasti gembira sekali bersamanya, ya, kan?"
"Aku malah pusing," sahut Thio Han Liong dengan jujur.
"Karena aku sama sekali tidak tertarik kepadanya.
Beberapa tahun yang lalu, dia pulang ke tempat tinggalnya,
sejak itu aku tidak pernah bertemu dia lagi."
"Dalam beberapa tahun ini, tentunya engkau sangat
merindukannya, ya, kan?" An Lok Keng cu menatapnya dalamdalam.
"Tidak juga." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. " Namun memang pernah teringat kepadanya, itu
dikarenakan aku telah menganggapnya sebagai adik,"
"Kakak Han Liong" An Lok Keng cu tersenyum.
"Engkau tidak mencintai gadis itu?"
"Aku memang tidak mencintai gadis itu, tapi...."
Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kwan Pek Him kelihatan amat mencintainya, namun gadis
itu sama sekali tidak mengacuhkannya."
"siapa gadis itu?"
"Ciu Lan Hlo." "Gadis itu...." An Lok Keng cu ingin menanyakan sesuatu,
namun terputus karena mendadak melayang turun sosok
bayangan, ternyata seorang pemuda-
"Han Liong" Panggil pemuda itu bernada agak dingin.
"Tak disangka kita bertemu di sini Apa kabar?"
"ouw yang Bu" seru Thio Han Liong girang.
"Aku baik-baik saja Bagaimana engkau?"
" Aku pun baik-baik saja." Ternyata pemuda itu adalah
murid Tong Koay. sikapnya begitu dingin terhadap Thio Han
Liong, karena ia pun jatuh hati kepada Tan Giok Cu.
"ouw yang Bu, mari kuperkenalkan, ini teman baikku,
namanya Cu An Lok-" "Hmm" dengus ouw yang Bu.
"Hei Han Liong, di mana Tan Giok Cu?"
Begitu ouw yang Bu menyinggung nama gadis tersebut,
wajah Thio Han Liong langsung berubah murung.
"Dia - ?" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa dia?" tanya ouw yang Bu dengan wajah berubah-
"Dia berada di mana" Cepat katakan"
"Hei" bentak An Lok Kong cuTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkau kok tidak tahu diri" Tanya orang tapi membentakbentak
siapa engkau?" "Namaku ouw yang Bu, murid Tong Koay"
"Huh" dengus An Lok Kong cu-
"Cuma jadi murid Tong Koay saja sudah begitu sombong"
Dasar tak tahu diri"
" Apa" Engkau berani mencaciku?" ouw yang Bu melotot.
"ya, kenapa?" tantang An Lok Keng cu sambil bertolak
pinggang. "Mau bertarung" silakan"
"Engkau...." Wajah ouw yang Bu merah padam saking
gusarnya. "Adik An Lok, jangan kurang ajar" tegur Thio Han Liong.
"Apa?" An Lok Keng cu terbelalak.
"Aku kurang ajar" Aku membelamu karena dia membentakbentak-
mu, sebaliknya engkau malah bilang aku kurang ajar"
Engkau...." "Adik An Lok..."
"Engkau jahat jahat sekali" An Lok Keng cu mulai menangis
terisak dengan air mata melelehTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik An Lok, aku minta maaf. Tadi - aku tidak sengaja
menegurmu, sungguh tidak sengaja menegurmu" ucap Thio
Han liong. "Maaf, maaf" ucap ouw yang Bu.
"Aku terlampau emosi, maka membentak-bentak saudara
Han Liong." "Tidak apa-apa." Thio Han liong tersenyum getir.
"Saudara ouw yang Bu, terus terang, beberapa tahun lalu
Giok Cu di tangkap oleh Hiat Mo-"
"Apa" Giok ?u ditangkap oleh Hiat Mo?" ouw yang bu
tampak terkejut sekali sehingga air mukanya berubah hebat-
"Itu - itu.,.."
"sebelum membawa Giok Cu pergi, Hiat Mo berkata
kepadaku - -" "Dia berkata apa kepadamu?"
"Dia berkata-.." Thio Han liong memberitahukan.
"Apabila aku dapat mengalahkannya, barulah dia akan
melepaskan Giok Cu."
"oh?" ouw yang Bu terbelalak-
"Itu - itu bagaimana mungkin?"
"saudara ouw yang Bu," ujar Thio Han Liong dengan tegasTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biar bagaimanapun, aku harus mengalahkan Hiat Mo-"
"Itu tidak mungkin." ouw Yang Bu menggeleng-gelengkan
kepala, kemudian menghela nafas panjang.
"Aa a a h" "Memang tidak mungkin. Tapi aku harus mengalahkannya
demi membebaskan Giok Cu."
"Saudara Han Liong...." ouw yang Bu menatapnya dalamdalam.
"Mudah-mudahan engkau berhasil membebaskan Giok Cu
sampai jumpa kelak" ouw yang Bu melesat pergi, sedangkan Thio Han Liong
termangu-mangu. An Lok Keng cu terus memandangnya.
"Aaa"i-?" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kakak Han Liong" An Lok Keng cu memandangnya seraya
bertanya, "Kenapa ouw yang Bu menanyakan Giok Cu" Ada
hubungan apa kalian dengan gadis itu?"
"Giok Cu adalah temanku dari kecil. Ketika para Dhalai
Lhama dan pasukan pilihan itu menyerbu ke pulau Hong
Hoang to, aku baru berusia sekitar tujuh tahun. Para Dhalai
Lhama itu berhasil menangkap dan membawaku pergi. Tapi di
tengah jalan, aku berhasil meloloskan diri Nah, mulailah aku
mengembara..." tutur Thio Han Liong tentang kejadian itu
dengan sejelas-jelasnya. (Bersambung keBagian 18) Jilid 18 "oooh" An Lok Kong Cu manggut-manggut dan wajahnya
berubah muram. "Jadi engkau dan dia saling mencinta?"
"iya." Thio Han Liong mengangguk.
"Kemudian Giok Cu bertemu ouw yang Bu. Ternyata ouw
yang Bu jatuh hati kepada Giok Cu, tapi Giok Cu sama sekali
tidak meladeninya." "Kini Giok Cu masih berada di tangan Hiat Mo?"
"ya." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kepandaian Hiat Mo amat tinggi, maka sulit bagiku
mengalahkannya, namun aku harus mencobanya."
"Engkau tidak tahu Hiat mo tinggal di mana?"
"Kalau tidak salah, dia tinggal di Kwan Gwa," jawab Thio
Han Liong dan menambahkan,
"Kwan Gwa begitu luas, tidak mungkin aku dapat
mencarinya. Tapi aku yakin Hiat Mo akan muncul di rimba
persilatan Tionggoan. Kini Kwee In Loan sudah muncul, berarti
tidak lama lagi Hiat Mo pun akan muncul."
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu menatapnya dengan
mata basah. "Betulkah engkau begitu mencintai Giok Cu"-"
"Betul." "Seandainya kini dia tidak mencintaimu lagi, engkau
bagaimana?" "Itu tidak mungkin."
"Aku bertanya seandainya."
"Aku...." Thio Han Liong memandang jauh ke depan,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya melanjutkan,
" entahlah- seandainya dia tidak mencintaiku lagi, aku tidak
tahu harus bagaimana."
" Kakak han Liong" ucap An Lok Kong cu dengan hati
terasa sakit. "Mudah-mudahan Giok Cu tetap mencintaimu"
"Mudah-mudahan" sahut Thio Han Liong.
"Adik An Lok, mari kita lanjutkan perjalanan kita"
"Ya-" An Lok Kong cu mengangguk, namun kini wajahnya
tidak begitu ceria lagi, bahkan sering melamun.
Tempat-tempat yang dilalui Thio Han Liong dan An Lok
Kong cu indah sekali, tapi An Lok Kong cu malah tidak
menikmati keindahan panorama itu. Perubahan itu membuat
Thio Han Liong tercengang.
"Adik Loan," tanyanya lembut.
"Kenapa dua hari ini engkau sering melamun dan tidak
menikmati keindahan alam?"
"Aku...." An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik An Lok, katakan kepadaku" desak Thio Han Liong
halus. "Apa yang terganjel dalam hatimu?"
An Lok Kong cu diam saja.
"Adik An Lok..." Thio Han Liong memegang bahunya.
"Apa yang terganjel dalam hatimu, katakanlah kepadaku"
"Ti. tidak-" An Lok Kong cu menggelengkan kepala,
kemudian mendadak berlari pergi sambil menangis terisakisak.
"Adik An Lok" Thio Han Liong terkejut lalu buru-buru
mengejarnya. "Adik An Lok-."
An Lok Kong cu berhenti di bawah sebuah pohon, lalu
duduk dan terus menangis terisak-isak.
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong duduk di sisinya.
"Kenapa engkau menangis" Apakah aku telah menyakiti
hatimu?" "Kakak Han Liong...." Mendadak An Lok Kong cu mendekap
di dadanyaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku sedih sekali...."
"sedih kenapa" Katakanlah kepadaku" Thio Han Liong
membelainya. Belaiannya itu membuat An Lok Kong cu semakin sedih,
sehingga air matanya terus berderai.
"Adik An Lok, apakah engkau rindu kepada orang-tuamu?"
tanya Thio Han Liong lembut.
"Aku...." " Kalau engkau rindu kepada orang tua mu, aku berjanji
akan mengantarmu pulang ke Kotaraja."
"oh" Kapan?"
"setelah kita ke gunung bu Tong."
"sungguh?" "Aku tidak akan membohongimu, percayalah" sahut Thio
Han Liong sungguh-sungguh-
"Nah, mulai sekarang engkau jangan bersedih lagi"
"Kakak Han Liong, seandainya aku seorang gadis, apakah
engkau akan mencintaiku?"
"Itu...." Thio Han Liong ragu-ragu menjawabnya,
"jawablah. Kakak Han Liong" desak An Lok Kong cu.
"seandainya engkau seorang gadis, aku... aku pasti
mencintaimu," jawab Thio Han Liong menghiburnya, ilu agar
An Lok Kong cu tidak bersedih lagi.
" Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu langsung tersenyum,
"jangan lupa janjimu lho"
"Janji mengantarmu pulang ke Kotaraja?"
"ya." "Jangna khawatir, aku tidak akan ingkar janji."
"Terima kasih. Kakak Han Liong," ucap An Lok Kong cu
dengan menundukkan kepala.
"Adik An Lok, mari kita lanjutkan perjalanan kita" ajak Thio
Han Liong sambil bangkit berdiri
"Baik," An Lok Kong cu mengangguk.
-ooo00000ooo- Kini Thio Han Liong dan An Lok Kong cu telah tiba di
gunung Bu Tong. pemandangan di gunung itu memang indah
sekali. An Lok Kong cu mendaki sambil menikmati keindahan
pemandangan disekelilingnya.
sementara mereka terus mendaki- Tiba-tiba muncul
beberapa orang, yang kemudian terbelalak ketika melihat Thio
Han Liong. "saudara Thio" panggil salah seorang dari mereka.
"engkau... Thio Han Liong kan?"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk kemudian
memperkenalkan An Lok Kong cu.
"Ini teman baikku, namanya Cu An Lok-"
"saudara Cu" Mereka segera memberi hormat.
"selamat datang, selamat datang"
"Terima kasih," ucap An Lok Kong cu sekaligus balas
memberi hormat kepada mereka.
"Adik An Lok" Thio Han Liong memberitahukan.
"Mereka adalah murid-murid Bu Tong Pay."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Mari kita ke atas" ajak salah seorang murid Bu Tong Pay
itu. "Baik," Thio Han uong mengangguk-
Mereka segera mendaki, dan tak lama kemudian sampai di
siang cing Koan. Para murid Bu Tong pay itu. segera
mempersilakan mereka masuk-
"Terima kasih," ucap Thio Han Liong sambil melangkah ke
dalam- An Lok Kong cu mengikutinya dari belakang- Di saat
itulah terdengar suara tawa gelak, dan muncullah beberapa
orang tua. Mereka adalah song wan Kiauw Jie Thay Giam,jie
Lian ciu dan Thio siong Kee.
"Kakek - -" Thio Han Liong langsung bersujud di hadapan
mereka- "Ha ha ha" song Wan Kiauw tertawa gembira-
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Han Liong, bangunlah"-
"Terima kasih. Kakek song." Thio Han Liong bangkit dari
sujudnya, lalu memperkenalkan An Lok Kong cu.
"Dia teman baikku bernama Cu An Lok-"
"Para Locianpwee, terimalah hormatku" ucap An Lok Kong
cu sambil memberi hormat.
"Ha ha" song, wan Kiauw tertawa-
"Tidak usah banyak peradaban, silakan duduk"
"Terima kasih," ucap An Lok Kong cu sambil duduk, dan
Thio Han Liong duduk di sebelahnya.
?"Han Liong" jie Lian ciu memandangnya seraya berkata,
"Beberapa tahun ini engkau berada di mana?"
"Aku berada di gunung soat san, "jawab Thio Han Liong
dan menutur tentang kejadian itu.
"Apa?" Bukan main terkejutnya jie Lian ciu.
"Tan Giok Cu ditangkap Hiat Mo?"
" ya-" Thio Han Liong menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebelum membawa Giok Cu pergi, Hiat Mo bilang
kepadaku- Kalau aku berhasil mengalahkannya, barulah dia
akan melepaskan Giok Cu."
"itu...."jie Lian ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin engkau dapat mengalahkannya"
Aaaai - " "Biar bagaimana pun, aku harus mengalahkannya."
"Han Liong" song Wan Kiauw menghela nafas panjang-
"Itu tidak mungkin, tidak mungkin."
"Aku tahu itu tidak mungkin, namun aku tetap harus
mengalahkannya," sahut Thio Han Liong.
"Aku harus bertanggung jawab akan keselamatan Giok Cu."
"Betul. Tapi - ." song Wan Kiauw menggeleng-gelengkan
kepala. "Bagaimana mungkin engkau dapat mengalahkannya?"
"Begini," usul jie Lian ciu.
"Bagaimana kalau engkau mohon petunjuk kepada
Sucouwmu?"; "Betul." Thio Han Liong mengangguk-
"Aku memang harus mohon petunjuk kepada sucouw."
" Kalau begitu, mari kita ke dalam" ajak-song Wan Kiauw.
" Kakek song. Adik An Lok boleh ikut ke -dalam menemui
sucouw?" tanya Thio Han Liong.
"Tentu boleh," sahut song Wan Kiauw.
"Terima kasih, Locianpwee," ucap An Lok Kong cu.
Mereka menuju ruang meditasi- Tampak Guru Besar Thio
sam Hong duduk disana. Ketika melihat Thio Han Liong, wajah
guru besar itu tampak berseri
"Han Liong.." "Sucouw-..." Thio Han Liong langsung bersujud di
hadapannya, begitu juga An Lok Kong Cu-
"Ngmmm" Thio sam Hong manggut-manggut, kemudian
menatap An Lok Kong cu dengan tajam sekali
"siapa engkau?"
"Namaku... Cu An Lok sucouw," jawab An Lok Kong cu
yang juga ikut memanggilnya sucouw kepada Thio sam Hong.
"Bangunlah kalian"
"Terima kasih, sucouw." Thio Han Liong dan An Lok Kong
cu segera bangun duduk- "Han Liong," tanya Thio sam Hong sambil tersenyum-
"Kelihatannya kepandaianmu sudah maju pesat, engkau
berlatih di mana?" "Di gunung soat san."
"Kok di sana"? "Aku bersama Tan Giok Cu ke gunung soat san untuk
mencari Teratai salju, tapi di tengah jalan...."
Thio Han Liong menutur tentang kejadian yang menimpa
Tan Giok Cu- "oh?" Bukan main terkejutnya Thio sam Hong.
"gadis itu ditangkap Hiat Mo?"
" ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Hiat Mo bilang, kalau aku dapat mengalahkannya, dia akan
melepaskan Giok Cu."
"Ngmmm" Thio sam Hong manggut-manggut.
"Maka engkau melanjutkan perjalanan ke gunung soat san,
dan karena tidak menemukan Teratai salju, akhirnya engkau
berlatih di dalam gua hangat itu?"
"ya, sucouw." "Han Liong" Thio sam Hong tersenyum getir.
"Tidak gampang mengalahkan Hiat Mo, sebab ilmu pukulan
Hiat Mo Gang lihay sekali. Kecuali Lweekangmu sudah
mencapai tingkat kesempurnaan, barulah engkau dapat
mengalahkannya dengan Kiu yang sin Kang dan Kian Kun
Taylo Ie- Kalau tidak, engkau jangan harap dapat
mengalahkannya." "Sucouw," tanya Thio Han Liong.
"Aku harus berlatih berapa lama baru bisa mengalahkan
Hiat Mo?" "Ayahmu kebetulan memakan kodok api, maka Iweekangnya
menjadi begitu tinggi. Kalau cuma mengandalkan
latihan, tentunya sulit mencapai Lweekang yang setinggi itu"
Thio sam Hong memberitahukan.
"Kalau begitu, aku...." Thio Han Liong menghela nafas
panjang. "Tiada harapan untuk mengalahkan Hiat Mo- Aku...."
"Han Liong" Thio sam Hong tersenyum.
"Engkau masih muda, tidak baik cepat putus asa. siapa
tahu kelak engkau akan menemukan suatu kemujizatan
seperti apa yang dialami ayahmu."
"Sucouw," tanya Thio Han Liong.
"Kalau Hiat Mo muncul, apakah aku boleh mencoba
bertarung dengan dia?"
"Tentu boleh-" Thio sam Hong manggut-manggut.
"Itu akan menambah pengalamanmu."
"Guru" ujar song Wan Kiauw-
"Bukankah itu akan membahayakan diri Han Liong?"
"Tentu tidak-" Thio sam Hong tersenyum-
"guru yakin, Hiat Mo tidak akan membunuh Han Liong."
"oooh" song Wan Kiauw menarik nafas lega.
"oh ya" Thio Han Liong teringat sesuatu dan segera
memberitahuku "Ketika kami ke mari, di tengah jalan bertemu seng Hwi."
"oh?" Thio sam Hong mengerutkan kening.
"Lalu bagaimana?"
"Seng Hwi kenal su Hong sek- ketua Kay Pang. Dia
mengajak kami ke markas Kay Pang mengunjungi su Pangcu
dan kami ikut ke sana Justru sungguh di luar dugaan, Kay
pang sedang menghadapi serbuan golongan hitam."
"Apa?" Betapa terkejutnya song Wan Kiauw dan lainnya,
"golongan hitam akan menyerbu Kay Pang?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Kini golongan hitam diketuai oleh Kwee In Loan, dan si Mo
sebagai wakilnya. Kwee In Loan mengutus si Mo ke markas
Kay Pang, untuk mengajak Kay pang bergabung. Tapi su
Pangcu menolak, maka menimbulkan kegusaran Kwee In
Loan." "Maka mereka lalu menyerbu Kay Pang?" tanya song Wan
Kiauw. "si Mo yang memimpin serbuan itu, tapi gagal karena seng
Hwi berhasil melukainya," ujar Thio Han Liong
memberitahukan. "Ketika kami berangkat ke mari, seng Hwi masih berada di
markas Kay Pang. Ternyata seng Hwi dan su pangcu sudah
saling jatuh hati-" "oooh" Thio sam Hong manggut-manggut.
"Itu baik sekali, sebab seng Hwi berkepandaian tinggi,
syukurlah kalau begitu"
"guru," ujar song Wan Kiauw serius.
"Tidak lama lagi Hiat Mo akan muncul, mungkin akan
menimbulkan bencana dalam rimba persilatan, oleh karena
itu, alangkah baiknya kalau kita memberitahukan kepada
siauw urn Pay." "Ngmmm" Thio sam Hong manggut-manggut, kemudian
memandang Thio Han Liong seraya berkata,
"Kalian berdua boleh ke kuil siauw Lim menemui Kong Bun
Hong Tio untuk memberitahukan tentang Hiat Mo-"
"ya, sucouw-" Thio Han Liong mengangguk-
"Aaaai - " Mendadak Thio sam Hong menghela nafas
panjang. "cinta harus tumbuh dari ke dua belah pihak- Kalau hanya
sepihak, tentu akan menimbulkan suatu penderiTuan. oieh
karena itu, haruslah menekan cinta."
"sucouw" Thio Han Liong tercengang.
"Aku tidak mengerti maksud sucouw. Bolehkah sucouw
menjelaskannya?" "Han Liong" Thio sam Hong tersenyum.
" Kelak engkau akan mengetahuinya, mungkin kawan
baikmu itu mengerti."
"Aku mengerti, sucouw." An Lok Kong cu manggutmanggut.
"Heran?" gumam Thio Han Liong.
"Kok aku sama sekali tidak mengerti?"
"Han Liong" Thio sam Hong tersenyum lagi, kemudian
menambahkan, "Kalau berjodoh, tentunya jadi- Tetapi kalau tidak, sudah
pasti tidak jadi jangan memaksakan diri, sebab itu akan
membuat diri sendiri tersiksa."
"Terima kasih atas petunjuk, sucouw," ucap An Lok Kong
cu. "Terima kasih, aku tidak akan memaksakan diri"
"Bagus, bagus" Thio sam Hong tertawa sambil manggutmanggut.
"Nah, sekarang kalian boleh berangkat."
"Guru, kenapa begitu cepat guru suruh mereka berangkat?"
tanya song Wan Kiauw. "Bukankah lebih baik berangkat esok?"
"Jangan membuang waktu" sahut Thio sam Hong.
"Berangkat sekarang atau esok sebetulnya sama, namun
alangkah baiknya kalau berangkat sekarang."
"Sucouw, kami mohon pamit" ucap Thio Han Liong sambil
bersujud, begitu pula An Lok Kong cu. setelah itu, barulah
mereka meninggalkan ruang meditasi itu, kemudian mereka
berdua berpamitan juga kepada song wan Kiauw dan lainnya,
lalu berangkat ke kuil siauw Lim sie.
-ooo00000ooo- Dalam perjalanan menuju kuil siauw Lim sie, An Lok Kong
cu diam saja, tidak pernah bercanda ria lagi seperti tempo
hari, bahkan wajahnya tampak murung sekali.
"Adik An Lok." tanya Thio Han Liong.
"Kenapa engkau diam saja" Apakah engkau tidak senang
berangkat ke kuil siauw Lim sie?"
"Aku...." An Lok Kong cu menundukkan kepala.
"Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum.
"Pemandangan di sana indah sekali lho Ada air terjun
dan...." "Kakak Han Liong, engkaujangan salah paham. Sebetulnya
aku senang sekali ke kuil siauw Lim sie, tapi...."
"Kenapa?" "Aku sedang berpikir, kalau Hiat Mo muncul, sudah barang
tentu engkau akan berkumpul dengan Giok Cu...."
"Adik An Lok" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Bagaimana mungkin aku berkumpul dengan Giok Cu"
Karena aku tidak dapat mengalahkannya, tentunya dia tidak
akan melepaskan Giok Cu."
"Kakak Han Liong, aku...." An Lok Kong cu ingin
mengutarakan sesuatu, tapi mendadak dibatalkan.
"Adik An Lok" barusan engkau mau omong apa" Kenapa
tidak dilanjutkan?" tanya Thio Han Liong lembut.
"Itu...." An Lok Kong Cu tersenyum paksa,
"jangan lupa engkau harus antar aku pulang ke Kola raja"
"Jangan khawatir, aku tidak akan lupa" Thio Han Liong
tertawa. "Ternyata engkau mengkhawatirkan itu"
"Kakak Han Liong...." ucapan An Lok Kong cu terputus,
karena mendadak terdengar suara jeritan seorang wanita.
"Tolong Tolong..."
Thio Han Liong dan An Lok Kong cu tersentak kaget, lalu
segera melesat ke arah suara itu. Tampak beberapa lelaki
sedang berusaha merobek pakaian seorang wanita-
Menyaksikan kejadian itu, darah An Lok Kong cu langsung
mendidih. "Berhenti" bentaknya sambil menghunus pedang
pusakanya- Beberapa lelaki itu terperanjat- Namun ketika melihat Thio
Han Liong dan An Lok Kong Cu yang masih muda itu, mereka
lalu tertawa- "Anak muda Lebih baik kalian jangan mencampuri urusan
kami" bentak salah seorang dari mereka-
"Kami mau bersenang-senang dengan wanita montok ini Ha
ha ha - " "Kalian ingin memperkosa wanita itu?" tanya An Lok Kong
cu dengan wajah berubah hebat.
"Betul" " Kalau begitu, kalian pasti penjahat"
"Tidak salah" "Hmm" dengus An Lok Kong cu, lalu perlahan-lahan
menghampiri mereka dengan wajah dingin sekali-
"Tuan Tolong aku - " teriak wanita itu-
"Kalian penjahat pemerkosa kaum wanita, maka hari ini
kalian semua harus mampus"
"Ha ha ha - " salah seorang penjahat itu tertawa gelak,
namun sekonyong-konyong menjerit- "Aaaaakh - "
Ternyata An Lok Kong cu telah menggerakkan pedang
pusakanya. Begitu cepat gerakannya, maka penjahat itu tidak
sempat berkelit, sehingga dadanya tertembus pedang itu.
"Engkau... engkau...." Penjahat itu menuding An Lok Kong
cu. Darah segar terus mengucur dari dadanya, kemudian
roboh dan nafasnya terputus seketika-
Betapa terkejutnya yang lain. Mereka ingin kabur tapi An
Lok Kong cu telah menggerakkan pedangnya- Itu adalah ilmu
pedang cai Hong Kiam Hoat. la menggunakan jurus Cai Kong
Huang Hui (Pelangi Meman-carkan cahaya) menyerang
penjahat-penjahat itu. Tam-pak pedangnya berkelebatan
berbentuk pelangi mengarah ke para penjahat itu.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaaakh - " jerit para penjahat itu, lalu terkapar dengan
tubuh bermandi darah-Ternyata dada mereka telah tertembus
pedang. Tabuh mereka menggeliat-geliat, sejenak kemudian
diam tak bergerak lagi, sudah binasa.
"Adik An Lok - -" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala- "Kenapa engkau membunuh mereka?"
" Kakak Han Liong" sahut An Lok Kong cu-
" Kalau mereka tidak dibunuh, tentu akan memperkosa
kaum wanita lagi." "Betul,Tuan Muda," sela wanita itu sambil merapikan
pakaiannya. "Mereka memang pantas dibunuh, karena sudah sering
membunuh penduduk desa dan memperkosa kaum wanita."
"oh?" Thio Han Liong terbelalak-
"Kami sekeluarga meninggalkan desa itu, tapi- - " Wanita
itu mulai menangis. "Ke dua orang tuaku dibunuh oleh para penjahat itu. Aku
terus kabur, tapi sampai di sini.... Untung siauwhiap (pendekar
muda) segera muncul. Kalau tidak- aku... aku pasti sudah
diperkosa-" "Kini sudah aman, engkau boleh pulang," ujar An Lok Kong
cu. "Pulang?" gumam wanita itu
"Pulang ke mana" Kini aku sudah sebatang kara, tidak
punya orang tua...."
"Engkau punya famili kan?" tanya Thio Han Liong.
"ya." Wanita itu mengangguk-
"Tapi... bagaimana mungkin aku menumpang di rumah
famili?" "Begini," ujar An Lok Kong cu.
"Aku akan mem-berimu uang, tentunya engkau dapat
menggunakannya sebagaimana mestinya."
"Siauwhiap - ."
An Lok Kong cu memberinya seratus tael perak- Ketika
melihat uang perak itu, wanita tersebut terbelalak-
"Uang perak ini untukmu, ambillah" An Lok Kong cu
menyodorkan uang itu ke hadapan wanita tersebut.
"Siauwhiap, aku- - " Wanita itu tidak berani menerima uang
tersebut. "Ambillah" desak An Lok Kong cu.
" untuk bekal hidupmu."
"Terima kasih, siauwhiap," ucap wanita itu sambil
menerima uang perak tersebut dengan tangan agak gemetar.
"Terima kasih- - "
An Lok Kong cu dan Thio Han Liong saling memandang,
lalu mendadak melesat pergi-
"Haah - ?" Bukan main terkejutnya wanita itu- la langsung
menjatuhkan diri berlutut, karena mengira mereka adalah
dewa- -ooo00000ooo- Bab 36 Kembali Ke Kotaraja
Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk beristirahat di
bawah sebuah pohon. Tengah mereka bercakap-cakap, tibatiba
An Lok Kong cu menghela nafas panjang.
" Kalau kita tidak melewati tempat itu, habislah wanita itu,"
ujar An Lok Kong cu. " Aku tak menyangka begitu banyak penjahat dalam rimba
persilatan. engkau berkepandaian tinggi, seharusnya engkau
membasmi para penjahat itu"
"Benar." Thio Han Liong manggut-manggut.
"Tapi tidak mungkin para penjahat dapat dibasmi."
"Kenapa?" "Kejahatan selalu tumbuh di tengah-tengah kebaikan, dan
itu sudah merupakan kodrat alam," sahut Thio Han Liong dan
melanjutkan, "Di mana ada kejahatan, di situ pasti ada kebaikan. Di
mana ada kebaikan, di situ pasti ada kejahatan pula."
"oh?" Bingung An Lok Kong cu mendengarnya,
"Karena kebaikan dan kejahatan merupakan saudara
kembar yang tak terpisahkan, bahkan juga merupakan
sebagian dari hidup kita pula-" Thio Han Liong
memberitahukan. "Kalau iman kita tidak kuat dan teguh, tentu kita akan
berubah menjadi penjahat."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut, kemudian
mengalihkan pembicaraan, "oh ya, setelah kita ke kuil siauw Limsie, engkau harus
mengantarku pulang ke Kota raja."
"Ya." Thio Han Liong menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang lebih baik engkau pulang, sebab amat
membahayakan dirimu kalau engkau terus berkecimpung
dalam rimba persilatan. Lagi pula tidak baik engkau berpisah
dengan ke dua orang tuamu."
"Bilang saja engkau tidak mau kuikuti Pakai seaala alasan
Dasar" An Lok Kong cu cemberut.
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Aku sama sekali tidak bermaksud begitu, jangan salah
paham" "Hmmm" dengus An Lok Kong cu.
"Adik An Lok" Thio Han Liong memegang tangannya.
"engkau marah kepadaku?"
Wajah An Lok Kong cu langsung memerah dan cepat-cepat
ditundukkan ketika Thio Han Liong memegang tangannya
"Kakak Han Liong, aku tidak marah, cuma... bercanda saja"
ujar An Lok Kong cu dengan suara rendah.
"oooh" Thio Han Liong menarik nafas lega.
Di saat bersamaan, mendadak melayang turun beberapa
orang. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu langsung bangkit
berdiri orang-orang yang baru muncul itu segera memberi
hormat kepada An Lok Kong cu.
" Kalian...." An Lok Kong cu terbelalak.
"ya, kami." Ternyata mereka adalah Tan Bun Hiong, Lie sie
Beng dan yo wie Heng pengawal istana.
"Mau apa kalian ke mari?" tanya An Lok Kong cu dengan
ketus. "Kami diutus untuk mencari Tuan Muda," sahut Tan Bun
Hiong. "Harap Tuan Muda ikut kami pulang ke Kotaraja"
"Aku tidak mau pulang sekarang, sebab aku dan Kakak Han
Liong mau ke kuil siauw Lim sie," sahut An Lok Kong cu
memberitahukan. "Mau apa Tuan Muda ikut dia ke kuil siauw Lim sie?" tanya
Tan Bun Hiong sambil memandang Thio Han Liong.
"Tidak ada urusan dengan kalian," jawab An Lok Kong cu
dengan ketus. "Ayoh, cepatlah kalian enyah dari sini"
"Tuan Muda - " keluh Tan Bun Hiong.
"Kalau Tuan Muda tidak pulang bersama kami, kami pasti
dihukum penggal kepala. Tuan Muda, kasihanilah kami"
"Adik An Lok," sela Thio Han Liong sungguh-sungguh-
"Lebih baik engkau ikut paman-paman itu pulang, biar aku
sendiri ke kuil siauw Lim."
"Apa?" An Lok Kong cu melotot.
"Engkau menghendaki aku pulang sekarang?"
"sudah ada yang datang menjemputmu, itu kan lebih baik,"
sahut Thio Han Liong. "Tidak Pokoknya aku tidak mau pulang bersama mereka,
aku cuma mau pulang bersamamu"
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong menggeleng- gelengkan
kepala. "Bukankah engkau pernah bilang, akan menuruti
perkataanku" Tapi sekarang...."
"Kakak Han Liong, aku... aku masih ingin bersamamu," ujar
An Lok Kong cu dengan suara rendah-
"Begini" Thio Han Liong tersenyum.
"Biar aku sendiri ke kuil siauw Lim sie, dari kuil siauw Lim
sie aku akan langsung ke Kota raja menemuimu. Bagaimana?"
"Engkau tidak bohong?" tanya An Lok Kong cu dengan
wajah berseri. "Kalau aku bohong, aku pasti disambar petir" ujar Thio Han
Liong bersumpah. "Nah Percayakah engkau sekarang?"
"Aku sudah percaya." An Lok Kong cu manggut-manggut
dan menambahkan, "Kalau engkau tidak ke istana menemuiku, engkau -
engkau pasti disambar petir."
"Ya-" Thio Han Liong mengangguk-
Percakapan itu membuat Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng dan
yo Wie Heng terbelalak- Walau mereka merasa heran, namun
sama sekali tidak berani bertanya apa pun.
"Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu mengeluarkan
sebuah Giok yang berukir sepasang naga, lalu diberikan
kepadanya seraya berpesan,
"sampai di istana, perlihatkan giok ini kepada pengawal di
sana Mereka pasti mengantarmu ke dalam menemuiku."
"Baik-" Thio Han Liong menerima giok itu, kemudian
disimpan ke dalam bajunya.
" Kakak Han Liong" An Lok Kong cu menatapnya,
"Giok itu tidak boleh hilang lho Hati-hatilah menjaganya"
" Aku pasti hati-hati menjaga giok pemberianmu itu,
percayalah" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
" Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu memegang
tangannya. "sampai berjumpa nanti Aku pasti menceritakan tentangmu
kepada ayahku." "sampai jumpa" Thio Han Liong membelainya, kemudian
mendadak melesat pergi seraya berseru.
"Adik An Lok- aku pasti datang menemui mu"
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong..." panggil An Lok Kong
cu. Namun Thio Han Liong sudah tidak kelihatan, dan itu
membuat An Lok Kong cu mem-banting-bantingkan kaki
"gara-gara kalian"
" Ampun, putri" Mereka bertiga langsung menjatuhkan diri
berlutut di hadapan An Lok Kong cu.
"Sudahlah Kalian cepat bangun" ujar An Lok Kong cu.
"Terima kasih, Putri," ucap mereka serentak sambil bangkit
berdiri Setelah itu Tan Bun Hiong bertanya,
"siapa pemuda itu?"
"Dia bernama Thio Han Liong."
"Mau apa dia ke kuil siauw Lim sie?"
"Itu adalah urusan rimba persilatan, kalian tidak usah
tahu." "ya, ya." Tan Bun Hiong mengangguk, lalu ber-tanya lagi.
"Dia tidak tahu kalau Putri adalah seorang gadis?"
"Dia sama sekali tidak tahu," sahut An Lok Kong cu sambil
tersenyum. "Dia masih mengira aku laki-laki-"
"oh?" Tan Bun Hiong tertawaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia memang bodoh, sama sekali tidak tahu penyamaran
Putri." "Engkau yang bodoh" bentak An Lok Kong cu.
"Dia berhati polos, maka tidak banyak bercuriga, tidak
seperti kalian yang begitu licik, pakai alasan penggal kepala
untuk membohongiku Kalian kira aku tidak tahu?"
"Ampun, Putri Kalau kami tidak berhasil menemukan putri,
kami pasti dihukum berat." Tan Bun Hiong memberitahukan. -
"Putri, mari kita berangkat"
"Baik-" An Lok Kong cu mengangguk-
"Mari kita berangkat"
"Terima kasih, Kong cu" ucap Tan Bun Hiong sambil
menarik nafas lega. Begitupula Lie Sie Beng dan yo wie Heng.
Mereka lalu meninggalkan tempat itu, menempuh jalan
yang menuju kota raja. Ketika beristirahat di sebuah kedai
arak. An Lok Kong cu menatap Tan Bun Hiong seraya
bertanya. "Belasan tahun lalu, apakah guru-guruku dan Lie Wie Kiong
menyerbu ke pulau Hong Hoang to?"
"Kenapa Kong cu menanyakan itu?" Tan Bun Hiong batik
bertanya. "Bun Hiong" An Lok Kongcu mengerutkan kening.
"Aku yang bertanya, kenapa engkau berani balik bertanya?"
"Ampun Kongcu" Tan Bun Hiong segera menjura.
"Itu memang benar. Yang Mulia yang mengutus mereka
pergi menyerbu pulau Hong Hoang to-"
"Kenapa pulau Hong Hoang to diserbu" Apakah penghuni
pulau itu pemberontak?"
"Maaf, Kong cu" ucap Tan Bun Hiong.
"Kami kurang paham akan hal itu. Tapi setahu kami, Thio
Bu Ki yang tinggal di pulau itu."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut. la tidak
bertanya apa-apa lagi, namun amat kesal dalam hati akan
perbuatan ayahnya itu. -ooo00000ooo- Enam tujuh hari kemudian, mereka sudah memasuki
wilayah kotaraja dan langsung menuju istana. Begitu melihat
An Lok Kong cu, para pengawal segera berlari ke dalam untuk
melapor. "Kong cu sudah pulang Kong cu sudah pulang...."
Mendengar suara seruan itu. Lie Wie Kiong, pemimpin
pengawal istana berhambur ke luar.
"Lapor. Pak Kong cu sudah pulang bersama Tan Bun
Hiong." "Baik," Lie Wie Kiong segera berjalan ke luar, dan ketika
melihat An Lok Kong cu. ia langsung memberi hormat.
"Kong cu...." "Hm" dengus An Lok Kong cu sambil terus melangkah ke
dalam menuju An Lok Kiong (istana Tenang gembira), yaitu
tempat An Lok Kong cu. "Bun Hiong," tanya Lie Wie Kiong berbisik-
"Kenapa Kong cu marah-marah, apa yang telah terjadi?"
"Entahlah-" Tan Bun Hiong menggelengkan kepala-
"Bun Hiong" Lie Wie Kiong tersenyum-
"Syukurlah kalian berhasil menemukan Kong cu dan
mengajaknya pulang. Kalau tidak - -"
"yang Mulia marah-marah?" tanya Tan Bun Hiong.
"Ya." Lie Wie Kiong manggut-manggut.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian tunggu di sini, aku akan melapor kepada Yang
Mulia" Lie Wie Kiong cepat-cepat pergi menghadap kaisar yang
sedang santai di ruang istirahat.
"Yang Mulia - " Lie Wie Kiong berlutut-
"Bangunlah" ujar Cu Goan ciang.
"Terima kasih. Yang Mulia." Lie Wie Kiong bangkit berdiri-
"Maaf, hamba ingin melaporkan sesuatu yang
menggembirakan." "Cepatlah lapor"
"Yang Mulia, An Lok Kong cu sudah pulang bersama Tan
Bun Hiong, Lie Sie Beng dan Yo sie Heng."
"oh?" Wajah Cu Goan ciang langsung berseri.
"Ce-pat panggil dia ke mari"
"ya, yang Mulia."
"oh ya." ujar cu Goan ciang.
"Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng dan yo Wie Heng harus diberi
hadiah, masing-masing lima ratus tael emas."
"Terima kasih, yang Mulia," ucap Lie Wie Kiong, lalu
meninggalkan ruang istirahat dengan wajah berseri-seri.
Tan Bun Hiong, Lie Sie Beng dan yo wie Heng masih
menunggu di tempat. Ketika melihat kemunculan Lie Wie
Kiong dengan wajah berseri, gembiralah hati mereka-
"Bagaimana, Pak?" tanya Tan Bun Hiong.
"Tenang" sahut Lie Wie Kiong sambil tersenyum.
"Kaisar gembira sekali, maka kalian masing-masing diberi
hadiah sebesar lima ratus tael emas."
"oh?" Wajah ke tiga pengawal istana itu langsung cerah
ceria. "Kalau begitu... kami masing-masing akan menyerahkan
seratus tael emas untuk Bapak-"
"Ha ha ha" Lie Wie Kiong tertawa gelak, itu berarti ia
menerima pemberian tersebut.
"oh ya, sekarang aku harus pergi memanggil An Lok Kong
cu, sebab kaisar ingin menemuinya. "
Lie Wie Kiong berjalan tergesa-gesa menuju istana An Lok-
Namun ketika sampai di pintu istana itu, ia ditahan oleh
dayang di sana. "Maaf" ucap dayang itu.
"Kong cu sedang beristirahat, siapa pun tidak boleh
mengganggunya." "yang Mulia memanggil Kong cu ke ruang istirahat, harap
Kong cu segera ke sana." Lie Wie Kiong memberitahukan.
"Baik, akan kusampaikan kepada Kong cu." Dayang itu
berjalan masuksebetulnya An Lok Kong cu tidak beristirahat, melainkan
sedang bercakap-cakap dengan Lan Lan, dayang
kesayangannya.- "Kong cu," lapor dayang itu.
"yang Mulia memanggil Kong cu, ke ruang istirahat."
"Baik- Aku akan segera ke sana" sahut An Lok Kong cu.
Dayang itu segera keluar, lalu memberitahu Lie Wie Kiong,
yang menunggunya di depan pintu.
"Kong cu, akan segera ke ruang istirahat. Pak Lie tidak
usah menunggu di sini"
"Ya-" Lie Wie Kiong langsung meninggalkan istana An Lok
itu- Tak lama muncullah An Lok Kong cu menuju ruang
istirahat- Begitu sampai di ruang itu, ia memberi hormat
kepada Cu Goan ciang. "Ananda memberi hormat kepada Ayahanda," ucapnya.
"Ay Ceng" Cu Goan ciang tersenyum lembut.
"syu-kurlah engkau sudah pulang, legalah hati ayah"
"Terima kasih atas perhatian Ayahanda."
"Duduklah" "Ya, Ayahanda." An Lok Kong cu duduk-
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya seraya bertanya,
"Kenapa engkau meninggalkan istana diam-diam?"
"Ananda ingin pergi pesiar seorang diri, maka tidak
memberitahukan kepada Ayahanda, mohon Ayahanda sudi
memaafkan ananda" "Sudahlah" Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Lain kali kalau mau pergi pesiar, harus memberitahukan
ayah-" "Ya." An Lok Kong cu mengangguk-
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya lembut seraya bertanya,
"Apa yang engkau alami selama itu?"
"Banyak yang ananda alami," jawab An Lok Kong cu dan
menutur mengenai apa yang dialaminya, kemudian
menambahkan, "Ananda pun berkenalan dengan seorang pemuda...."
"oh?" Cu Goan ciang mengerutkan kening.
"Tidak seharusnya engkau berkenalan dengan pemuda
biasa." "Dia pemuda luar biasa." An Lok Kong cu memberitahukan.
"Tampan lemah lembut dan berkepandaian tinggi."
"oh, ya" siapa pemuda itu?"
"Namanya Thio Han Liong."
"Berapa usianya?"
"Sekitar dua puluh tahun."
"Ngmmm" Cu Goan ciang manggut-manggut.
"Kenapa engkau tidak mengajaknya ke mari menemui
ayah?" "Dia ke kuil siauw Lim Sie dulu, setelah itu barulah ke mari
menemui ananda." "Kalau dia ke mari, engkau harus memberitahu ayah,"
pesan cu Goan ciang. "Ayah pun ingin menemuinya."
"ya." An Lok"tong Cu mengangguk, kemudian bertanya,
"Ayahanda yang mendirikan kerajaan ini, kenapa dinamai
kerajaan Beng?" "Ha ha ha" Cu Goan ciang tertawa gelak.
"Beng berarti terang, maka kerajaan yang ayah dirikan ini
pasti terang selama-lamanya."
"oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Jadi tiada kaitannya dengan suatu sejarah?"
"Eh?" Cu Goan ciang menatapnya.
"Kenapa engkau menanyakan itu?"
"Ananda dengar..." sahut An Lok Kong cu.
"Ayahanda menamai kerajaan Beng karena ada Beng
Kauw - ." "Engkau dengar dari siapa?" Cu Goan ciang tampak
tersentak- "Cepat katakan siapa yang bilang itu"
"Rakyat yang bilang."
"oooh" Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Kerajaan Beng yang ayah bangun ini memang ada
kaitannya dengan Beng Kauw."
"Bolehkah diceritakan kepada ananda?"
"singkat saja," sahut Cu Goan ciang.
"sebab Beng Kauw yang menumbangkan Dinasti Goan
(Mongol)-" "siapa ketua Beng Kauw?"
"Ketua Beng Kauw adalah Thio Bu Ki. sudahlah Kenapa
engkau banyak bertanya?"
"Kalau tidak salah - " ujar An Lok Kong Cu perlahan.
"Ayahanda adalah mantan anak buah Thio Bu Ki, kan?"
"Engkau - ." Air muka Cu Goan ciang langsung berubah,
kemudian ia menghela nafas panjang seraya berkata,
"Itu memang benar, ayah adalah mantan anak buah Thio
Bu Ki." "Thio Bu Ki begitu mengalah kepada Ayahanda, tapi...." An
Lok Kong cu tampak emosi sekali.
"Ayahanda malah ingin membunuhnya. Bukankah
Ayahanda amat kejam dan tidak menghargai kegagahan
seseorang?" "Nak - " Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Itu urusan politik kerajaan, engkau tidak mengerti."
"Ananda justru mengerti," sahut An Lok Kong cu.
"Belasan tahun yang lalu. Ayahanda mengutus guru-guru
ananda dan Lie Wie Kiong serta puluhan pengawal istana
pilihan pergi menyerbu pulau Hong Hoang to- Kenapa
Ayahanda melakukan itu" Bukankah Thio Bu Ki sekeluarga
sudah hidup mengasingkan diri dipulau itu" Namun Ayahanda
masih ingin membunuhnya. "
"Engkau tahu itu dari siapa?" tanya Cu Goan ciang dengan
kening berkerut. "Thlo Han Liong adalah putra Thio Bu Ki. Dia yang
menceritakan kepada ananda tentang semua itu. Tapi... dia
sama sekali tidak tahu kalau aku An Lok Kong cu. Putri kaisar."
An Lok Kong cu memberitahukan.
"Dia- - " Air muka Cu Goan ciang tampak berubah-
"Dia mau ke mari menemuimu atau ingin membunuh
ayah?" "Dia ke mari hanya ingin menemui ananda, bukan ingin
membunuh Ayahanda," ujar An Lok Kong Cu sungguhsungguh-
"oh?" Kening cu Goan ciang berkerut.
"Kok dia tidak berniat membunuh ayah" Itu sungguh
mengherankan" "Ayahnya yang melarangnya." An Lok Kong cu
memberitahukan, "Ayahnya bilang, apabila Thio Han Liong membunuh
Ayahanda, maka rakyat yang, akan menderita, oleh karena
itu, dia tidak akan membunuh Ayahanda."
"Aaaah - " Cu Goan ciang menghela nafas panjang,
"sesungguhnya belasan tahun lalu itu, ayah sama sekali
tidak berniat membunuh Thio Bu Ki...."
"Tapi kenapa Ayahanda mengutus guru-guru ananda dan
Lie Wie Kiong ke pulau Hong HoangTo membunuh Thio Bu Ki
sekeluarga?" "Ayah sama sekali tidak menyuruh mereka membunuh Thio
Bu Ki sekeluarga, melainkan cuma menyuruh mereka
membawa Thio Bu Ki ke mari."
"Membawa Thio Bu Ki ke mari" Itu sama juga
menangkapnya- Namun tahukah Ayahanda, bibi Thio Han
Liong bernama Ciu Ci Jiak justru mati di tangan guru-guru
ananda, sedangkan Thio Bu Ki dan isterinya terluka, bahkan
wajah mereka rusak karena terbakar oleh Liak Hwee Tan."
"yaaah - " Cu Goan ciang menggeleng-gelengkan kepala,
"Itu...." "Thio Bu Ki yang menumbangkan Dinasti Goan, ayah yang
menjadi kaisar, Itu adalah jasa Thio Bu Ki, namun Ayahanda
begitu kejam...." "Nak. sudahlah" Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"Kalau pada waktu itu ayah tidak merebut kekuasaan dan
tahta kerajaan, apa jadinya kini" Lihatlah Bukankah rakyat
sudah hidup tenang dan makmur" Lagipula Ayah..."
"Itu memang benar, tapi kesalahan Ayahanda...."
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya dengan penuh perhatian.
"Kenapa engkau begitu membela Thio Bu Ki" Apakah
dikarenakan putranya itu?"
"Angnda membela kebenaran, tidak membela siapa pun.
Kalau Kakak Han Liong ke mari. Ayahanda harus minta maaf
kepadanya" "oh?" Cu Goan ciang tertawa.
"Ayah adalah seorang kaisar, pantaskah ayah minta maaf
kepadanya?" "Ayahanda yang bersalah, tentu pantas" sahut An Lok Kong
cu. "Baik, baik-" Cu Goan ciang manggut-manggut,
"Apabila dia ke mari, ayah pasti minta maaf kepadanya-"
"Terima kasih. Ayahanda" ucap An Lok Kong cu.
"Nak" Cu Goan ciang menatapnya sambil tersenyum.
"Kelihatannya engkau begitu menaruh perhatian kepada
Thio Han Liong, pasti ada apa-apanya. ya, kan?"
"Ti... tidak-" An Lok Kong cu menundukkan kepalaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berterus teranglah" desak Cu Goan ciang halus.
"Ayah ingin mengetahuinya."
"Dia memang tampan sekali, berkepandaian tinggi dan
lemah lembut. Bahkan... selalu melindungi ananda." An Lok
Kong cu memberitahukan dengan sikap malu-malu.
"oh"Jadi - engkau jatuh hati kepadanya?"
"ya." "Bagaimana dia" Apakah dia juga jatuh hati kepadamu?"
"Aaaah - " An Lok Kong Cu menghela nafas panjang.
"Dia sama sekali tidak tahu kalau ananda seorang gadis,
lagi pula - dia sudah punya kekasih-"
"oh?" Cu Goan ciang mengerutkan kening.
"siapa kekasihnya?"
"Tan Giok Cu" jawab An Lok Kong cu dan menutur tentang
hubungan Thio Han Liong dengan gadis tersebut dan lain
sebagainya, setelah itu ia pun menambahkan,
"Kini gadis itu masih berada di tangan Hiat Mo-"
"Nak. itu adalah kesempatanmu," ujar cu Goan ciang
dengan suara rendah. "Ananda tidak akan memaksakan diri, cinta harus tumbuh
dari ke dua belah pihak-.." kata An Lok Kong cu.
"Itu adalah pesan dari guru Besar Thio sam Hong."
"Engkau bertemu guru Besar Thio sam Hong?" cu Goan
ciang terbelalak. "Ya." An Lok Kong cu mengangguk, kemudian
menceritakan tentang kejadian di markas Kay Pang.
"Aaaah - " Cu Goan ciang menghela nafas panjang.
"sejak Thio Bu Ki hidup mengasingkan diri di pulau Hong
Hoang to, rimba persilatan berubah menjadi tidak aman.
sebetulnya Thio Bu Ki juga adalah Bu Lim Beng Cu (Ketua
Rimba Persilatan) yang amat disegani kawan maupun lawan."
"oh?" An Lok Kong cu terbelalak-
"Seandainya.... Thio Han Liong ingin menjadi pejabat
tinggi...." "Ayah pasti mendukungnya," sahut Cu Goan Ciang cepat.
"Tapi-..." An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.
"Dia sama sekali tidak berniat menjadi pejabat tinggi, oh
ya, ananda dan dia pernah bertemu seorang pembesar kota
Tiang ciu...." An Lok Kong cu menutur tentang kejadian di Pek Hoa Louw
(Rumah seratus Bunga), mendengar itu, Cu Goan ciang
tertawa gelak- "Ha ha ha Bagus, bagus Pembesar seperti itu memang
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harus dihukum," ujarnya dan mendadak muncul suatu ideTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Thio Han Liong tidak berniat menjadi pejabat tinggi,
namun ayah punya suatu akal menjadikannya sebagai petugas
rahasia ayah, khusus nya menghukum para pembesar yang
korup dan selalu berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat."
"oh?" Wajah An Lok Kong cu berseri.
"Kakak Han Liong memang adil dan bijak sekali, dia pantas
untuk tugas itu. Tapi... belum tentu dia bersedia menerima
tugas itu." "Ayah punya akal agar dia mau menerima tugas itu." Cu
Goan ciang tersenyum serius.
"Baiklah, sekarang engkau boleh kembali ke istana An Lok
untuk beristirahat."
"Terima kasih, Ayahanda," ucap An Lok Kong cu sambil
memberi hormat, lalu kembali ke istana An Lok.
Begitu sampai di istananya, Lan Lan, dayang pribadi An Lok
Kong cu langsung menyambutnya.
"Yang Mulia memarahi Kong cu?"
"Tidak-" An Lok Kong cu tersenyum sambil duduk-
"Banyak yang kami bicarakan."
"oh?" Lan Lan terbelalak-
"Juga membicarakan tentang Thio Han Liong?"
"Ya-" An Lok Kong cu mengangguk
"Aku berterus terang, bahwa Thio Han Liong adalah putra
Thio Bu Ki-" "Bagaimana reaksi yang Mulia?"
"Tersentak, tapi tidak marah-marah-" An Lok Kong cu
memberitahukan. "Akhirnya ayahku berjanji, apabila Kakak Han Liong ke
mari, ayahku akan minta maaf kepadanya."
"oh?" Lan Lan tertawa.
"Itu sungguh luar biasa dan tak terduga sama sekali"
"Tidak salah-" An Lok Kong cu manggut-manggut.
"Itu dikarenakan ayahku merasa bersalah terhadap Thio Bu
Ki." "oh ya" Lan Lan teringat sesuatu.
"Tadi Kong cu bilang.... Han Liong sudah punya kekasih,
lalu bagaimana dengan Kong cu?"
"yaah" An Lok Kong cu menghela nafas panjang.
"Mau bilang apa" Aku tetap mencintainya dalam hati, walau
dia tidak mencintaiku."
"Kalau begitu..." Lan Lan menggeleng-gelengkan kepala.
"Bukankah Kong cu akan menderita sekali?"
"Lebih baik aku yang menderita, asal dia hidup bahagia,"
ucap An Lok Kong cu dengan suaru rendah-
"Kong Cu...." "Aku tidak akan memaksanya untuk mencintaiku, yang
penting dia tidak akan melupakan diriku, aku sudah merasa
puas." "Kong cu, hamba penasaran...."
"Kenapa engkau penasaran?"
"Kong cu sedemikian cantik dan lemah lembut, bagaimana
mungkin dia tidak akan tertarik"-"
"Lan Lan" An Lok Kong cu tertawa geli.
"Kenapa engkau goblok" Dia kan tidak tahu kalau aku
seorang gadis, jadi bagaimana mungkin dia akan tertarik
kepadaku?" "oooh" Lan Lan manggut-manggut.
"Kalau begitu, dia juga goblok sekali, sudah sekian lama
bersama Kong cu, tapi tidak tahu kalau Kong cu seorang
gadis." "Dia tidak goblok, melainkan mempercayaiku tidak
membohonginya, maka dia tidak mencurigai diriku."
"Kalau begitu...." Lan Lan tertawa-
"Dia pasti pemuda yang berhati polos-"
"Tidak salah-" An Lok Kong cu mengangguk-
"Hati-nya amat polos, seandainya dia belum punya
kekasih - -" "Dia akan jatuh hati kepada Kong cu?"
"Aku yakin itu-" An Lok Kong cu tersenyum- Ter-nyata ia
teringat ketika bersama Thio Han Liong.
"Kami tidur sekamar, namun dia selalu mengalah
terhadapku- Dia tidur di kursi, sedangkan aku tidur di
ranjang." "Ketika Kong cu tidur, dia - dia tidak meraba-raba Kong
cu?" tanya Lan Lan mendadak-
"Engkau sudah gila ya?" An Lok Kong cu melotot.
"Mau apa dia meraba-raba diriku?"
"Biasa," sahut Lan Lan sambil tertawa-
"Engkau sudah sinting barangkali" An Lok Kong cu
menggeleng-gelengkan kepala dan berkata,
"Dia kan mengira aku lelaki?"
" Heran?" gumam Lan Lan.
"Dia mengira Kong cu lelaki, tapi kenapa tidak mau tidur
seranjang dengan Kong cu?"
"Mungkin... dia sudah terbiasa tidur seorang diri, maka
tidak mau tidur bersama siapa pun."
"Belum tentu." Lan Lan tersenyum.
" Kalau dia tahu Kong cu seorang gadis, mungkin dia akan
mencari kesempatan untuk tidur bersama Kong cu."
"Itu yang kuharapkan selama itu. Namun... selama itu dia
sama sekali tidak mau tidur di sisiku."
An Lok Kong cu menghela nafas panjang,
"seandainya dia tidur di sisiku, aku pasti pura-pura pulas
lalu memeluknya erat-erat."
"Idiiih" Lan Lan tertawa geli-
"Mana ada anak gadis yang memeluk anak lelaki duluan"
Dasar - -" "Itu kan seandainya," sahut An Lok Kong cu dengan wajah
kemerah-merahan dan menambahkan.
"Tapi mau-ku memang begitu?"
"Hi hi hi" Lan Lan tertawa cekikikan.
"Kong cu sudah ngebet Hi hi hi"
"Aaaah - " sebaliknya An Lok Kong cu malah menghela
nafas panjang, dan kemudian bergumam,
"Bertemu tapi harus berpisah, bertemu lagi justru untuk
berpisah kembali. Hati nan duka merindukan sang kekasih di
ujung langit, biarlah aku menderita asal sang kekasih hidup
bahagia." -ooo00000ooosementara itu, Thio Han Liong sudah tiba di kuil siauw Lim
sie- Dengan penuh kegembiraan Kong Bun Hong Tio dan Kong
It seng ceng menyambut kedatangannya-
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio dengan wajah berseri.
"selamat datang, Han Liong"
"Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng ccng, terimalah
hormatku" ucap Thio Han Liong sambil memberi hormat.
" omitohud" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Han Liong, silakan duduk"
"Terima kasih-" Thio Han Liong duduk-
"Maaf, kedatanganku telah mengganggu ketenangan Kong
Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng"
"Jangan berkata begitu, Han Liong" ujar Kong Bun Hong
Tio- "Kami senang sekali atas kunjunganmu.... "
"Han Liong," tanya Kong Ti seng Ccng.
"Engkau ke mari membawa suatu berita penting?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Belum lama ini, Kay Pang diserang oleh golongan hitam-"
"oh?" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng terkejut
bukan main. "Engkau tahu dari siapa?"
"Aku bertemu seng Hwi, dia mengajak aku dan temanku ke
markas Kay Pang." Thio Han Liong memberitahukan.
"Ketika kami sampai di sana, suasana di sana agak lain...."
"seng Hwi?" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng
saling memandang, air muka mereka tampak agak berubah-
"ya-" Thio Han Liong mengangguk-
"Ternyata seng Hwi kenal su Pangcu, justru kedatangan
kami, maka Kay Pang terhindar dari bencana."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Syukurlah kalau begitu"
"Han Liong," tanya Kong Ti seng Ceng.
"Bagaimana kejadian itu?"
"si Mo yang memimpin golongan hitam menyerang Kay
Pang, maka terjadilah pertarungan yang amat dahsyat..,."
Thio Han Liong menutur tentang pertarungan itu.
"seng Hwi berhasil melukai si Mo, sehingga membuat
mereka kabur." "oh?" Kong Bun Hong Tio terbelalakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Seng Hwi berhasil melukai si Mo?"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk
"Aku menyaksikan pertarungan itu-"
"Kalau begitu, kepandaian seng Hwi sudah bertambah
tinggi lagi," ujar Kong Bun Hong Tio.
"omitohud" ucap Kong Ti seng Ceng.
"Tak disangka justru seng Hwi yang menyelamatkan Kay
Pang." "Memang tak disangka sama sekali," ujar Thio Han Liong
dan menambahkan, "Bahkan kelihatan seng Hwi dan su Pangcu saling jatuh
hati-" "oh, ya?" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut sambil
tersenyum, "Itu merupakan hal yang menggembirakan."
"Kong Bun Hong Tio sudah tahu" Kwee In Loan sudah
berada di Tionggoan sekarang, bahkan dia sebagai ketua
golongan hitam dan si Mo sebagai wakilnya." Thio Han Liong
memberitahukan. "Hah?" Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng
terbelalak. "Jadi. - " "Kini Kwee In Loan sudah menguasai ilmu Hiat Mo Ciang.
Mungkin tidak lama lagi Hiat Mo akan tiba di Tionggoan, maka
sucouwku menyuruhku ke mari untuk memberitahukan."
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Kalau begitu, akan timbul bencana lagi dalam rimba
persilatan." "suheng," ujar Kong Ti seng Ceng sambil meng-gelenggelengkan
kepala. "Tak disangka kita akan menghadapi lawan tangguh lagi."
"omitohud Itu sudah merupakan takdir-" Kong Bun Hong
Tio menggeleng-gelengkan kepala.
"Kong Bun Hong Tio, aku telah menyampaikan berita ini,
sekarang aku mau mohon pamit," ujar Thio Han Liong sambil
bangkit berdiri- "Oh ya, bolehkah aku menjenguk Kakek Cia sun?"
"omitohud" jawab Kong Bun Hong Tio-
"Kini mereka tidak mau diganggu, jadi engkau tidak usah
menjenguk mereka-" "Kalau begitu, aku mohon pamit," ucap Thio Han Liong.
"omitohud selamat jalan, Han Liong" Kong Bun Hong Tio
tersenyum. Thio Han Liong memberi hormat, lalu melangkah pergi
meninggalkan kuil siauw Lim sie, langsung menuju kota raja.
-ooo00000ooo- Bab 37 Menyusun suatu Rencana
Di saat Thio Han Liong berangkat ke kotaraja, justru Hiat
Mo, Ciu Lan Nio dan Tan Giok Cu tiba di Tionggoan. Mereka
langsung menuju lembah Pek yun Kok- markas golongan
hitam. Betapa gembiranya Kwee In Loan dan si mo atas
kedatangan mereka, dan segera menyelenggarakan pesta
untuk menyambut mereka, yang paling gembira ialah Kwan
Pek Him, karena tidak menyangka Ciu Lan nio adalah cucu
Hiat Mo- Pemuda itu terus berusaha mendekati gadis itu,
sedangkan Tan Giok Cu cuma duduk bagaikan patung, sama
sekali tidak mengacuhkan siapa pun.
"Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-
"Hiat Cianpwee, mari kita bersulang"
"Mari" sahut Hiat Mo-
Mereka mulai bersulang sambil tertawa ria, setelah itu
mereka pun mulai bersantap.
"In Loan," tanya Hiat Mo-
"Bagaimana keadaan rimba persilatan baru-baru ini?"
"Biasa," sahut Kwee In Loan.
"Namun telah muncul seorang jago berkepandaian amal
tinggi." "oh?" Hiat Mo mengerutkan kening.
"siapa jago itu?"
"Dia bernama Seng Hwi,"jawab Kwee In Loan
memberitahukan. "Dia memiliki ilmu pukulan cing Hwee Ciang."
"Cing Hwee Ciang?" Hiat Mo tampak terkejut.
"Ilmu pukulan itu berasal dari Persia, namun sudah lama
hilang dari rimba persilatan. Kenapa dia memiliki ilmu pukulan
itu?" "Benar." si Mo mengangguk-
"Aku pergi menyerang Kay Pang, malah terluka olehnya."
"Oh?" Kening Hiat Mo berkerut-kerut-
"Jadi kalian tidak berhasil menaklukkan Kay Pang?"
"Ya-" si Mo mengangguk,-
"si Mo" Hiat Mo menatapnya tajam.
"Kok engkau begitu tidak becus" urusan yang begitu kecil
tidak dapat engkau bereskan."
"Hiat Cianpwee - " si Mo menundukkan kepala-
"Bagaimana kalau aku yang turun tangan terhadap Kay
Pang?" tanya Kwee In Loan mendadak-
"Untuk sementara ini masih tidak perlu" sahut Hiat MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yang penting kita harus menangkap Tong Koay, Lam Khie
dan Pak Hong. Mereka akan kujadikan pengawal yang paling
setia. Ha ha ha..." "Tapi kita tidak tahu mereka bersembunyi di mana." ujar si
Mo dan menambahkan, "Sudah sekian lama mereka menghilang entah ke mana."
"Oh?" Hiat Mo tercengang.
"Kenapa mereka bersembunyi?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Entahlah-" si Mo menggelengkan kepala-
"Kalau begitu, engkau dan muridmu harus pergi menyelidiki
jejak mereka- Kalau sudah tahu mereka berada di mana,
segeralah memberitahukan kepadaku."
"ya, Hiat Cianpwee" si Mo mengangguk,-
"Hiat cianpwee, aku mempunyai suatu usul," ujar Kwee In
Loan. "Usul apa?" tanya Hiat Mo-
"Bagaimana kalau Hiat Cianpwee menjadi ketua golongan
hitam" Kami berdua jadi wakil saja," jawab Kwee In Loan
mengemukakan usulnya. Ternyata ia ingin mengikat Hiat Mo
dengan jabatan tersebut. "Ha ha ha" Hiat Mo tertawa.
"Aku tidak mau jadi ketua, engkau dan si Mo saja"
"Tapi kepandaian kami berdua...." Kwee In Loan
menggeleng-gelengkan kepala.
"Masih rendah, maka kami berdua tidak dapat menguasai
rimba persilatan." "Kalian berdua ingin menguasai rimba persilatan?" Hiat Mo
agak terbelalak, dan ia menatap mereka berdua dengan
kening berkerut-kerut, "ya." Kwee In Loan dan si Mo mengangguk.
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Kalian berdua amat berambisi- Baik, aku akan mendukung
kalian." "Terima kasih, Hiat cianpwee," ucap Kwee In Loan dan si
mo dengan wajah berseri-seri-
"Tapi kalian harus menuruti semua perintahku, termasuk
perintah cucuku pula. Bagaimana?" tanya Hiat mo sambil
menatap mereka dengan tajam.
"Baik-" Kwee In Loan dan si mo mengangguk-
"Kalau begitu - " pikir Hiat Mo sejenak, lalu melanjutkan,
"Aku dan cucuku akan melindungi golongan hitam-"
"oh?" Betapa gembiranya Kwee In Loan dan Si Mo-
"Hiat Cianpwee dan Nona Lan Nio adalah pelindung
golongan hitam, mari bersulang untuk itu"
Mereka bersulang lagi, namun ciu Lan Nio diam saja.
Ternyata pikirannya sedang menerawang, memikirkan Thio
Han Liong yang amat dirindukannya, oleh karena itu,
pembicaraan kakeknya dengan mereka sama sekali tidak
diperhatikannya. Begitu pula Kwan Pek Him. Pemuda itu pun tidak
memperhatikan pembicaraan mereka, melainkan terus
memperhatikan ciu Lan Hio- sedangkan Tan Giok Cu terus
duduk bagaikan patung dengan wajah dingin.
"Apakah Hiat Cianpwee mempunyai suatu rencana?" tanya
Kwee In Loan. "Sudah kukatakan tadi, si Mo dan muridnya harus pergi
menyelidiki tempat persembunyian Tong Koay, Lam Khie dan
Pak Hong. Setelah itu segera memberitahukan padaku, aku
akan pergi menangkap mereka."
"ya." si Mo mengangguk-
"Besok kami akan pergi menyelidiki mereka."
"Bagus" Hiat Mo tertawa.
"Ha ha ha Mereka akan kupengaruhi dengan ilmu sihirku,
lalu kusuruh pergi menaklukkan Kay Pang, siauw Lim dan Bu
Tong Pay Ha ha ha..."
"Kalau sudah begitu, kita pasti menguasai rimba
persilatan," ujar Kwee In Loan dan ikut tertawa pula.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Malam harinya, Ciu Lan Nio duduk melamun di pekarangan.
Matanya terus memandang bulan purnama yang bersinar
terang. Tiba-tiba tampak sosok bayangan mendekatinya, yang
ternyata Kwan Pek Him. "Nona Ciu - " panggilnya dengan suara rendah.
"oh, engkau" sahut ciu Lan Nio lalu bertanya dengan nada
ketus- "Mau apa engkau ke mari menemui-ku?"
"Aku - ." Kwan Pek Him menundukkan kepala-
"Jangan menggangguku, cepat pergi" bentak Ciu Lan Hio
dengan wajah tidak senang.
"Nona ciu, tadi siang kita tidak punya kesempatan untuk
bercakap-cakap, maka sekarang...."
"Engkau ingin bercakap-cakap denganku malam ini?"
"ya" "Mau bercakap-cakap tentang apa?"
"Nona Ciu - -" Kwan Pek Him menatapnya dengan mesra.
"Sudah sekian tahun kita berpisah, aku - aku selalu
memikirkanmu." "oh, ya?" Ciu Lan Nio tersenyum.
"Tapi sebaliknya aku sama sekali tidak memikirkanmu. "
"Itu tidak apa-apa, yang penting aku memikirkanmu."
"omongan apa itu?" Ciu Lan Hio terbelalak-
"Hei langan-jangan engkau sudah gila"
"Aku - aku memang tergila-gila kepadaku, sungguh"
"Engkau - " Ciu Lan Hio menggeleng-gelengkan kepala-
"saudara Kwan, sejak kita bertemu, aku tidak pernah
merasa suka kepadamu- Karena itu, engkau akan putus
harapan terhadapku, dan itu akan membuat dirimu menderita.
Maka, sebaiknya mulai sekarang jauhilah aku"
"Nona Ciu...." Kwan Pek Him tersenyum.
" Aku tidak percaya kalau hatimu begitu dingin terhadapku.
Tapi aku yakin kehangatanku dapat mencairkan hatimu yang
dingin itu." "Percuma." Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.
"Nona Ciu...." "saudara Kwan, engkau harus tahu," ujar ciu Lan Nio
dengan suara rendah- "Cinta tidak bisa dipaksa, kalau dipaksa justru akan
menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan. "
"Nona ciu...." Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan
kepala. "Aku tahu...." "Tahu apa?" "Engkau mencintai Thio Han Liong."
"Memang." ciu Lan Hio mengangguk-
"Itu adalah urusanku, engkau tidak usah turut campur."
"Aku tidak turut campur, hanya saja - -" Kwan Pek Him
menghela nafas panjang. "Kelihatannya dia tidak mencintaimu, sebab dia - dia sudah
mempunyai kekasih-" "Tidak salah-" Ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Ke-kasihnya bernama Tan Giok Cu, gadis itu bersama
kami." "Apa?" Kwan Pek Him terbelalak-
"gadis yang berwajah dingin itu Tan Giok Cu?"
"Betul. kakekku telah menangkapnya-" Ciu Lan Nio
memberitahukan. "Kata kakekku, kalau Han Liong dapat mengalahkannya,
barulah kakekku akan melepaskan gadis itu."
"Haah?" Mulut Kwan Pek Him ternganga lebar.
"Itu... itu...."
"Han Liong masih belum tahu juga, kalau aku adalah cucu
Hiat Mo - -" Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Kalau dia tahu, mungkin akan membenciku."
"Thio Han Liong tidak berhati sesempit itu," ujar Kwan Pek
Him dan memberitahukan, "Belum lama ini aku bertemu dia di markas Kay Pang, dia
bersama seorang pemuda."
"oh?" Wajah Ciu Lan Nio langsung berseri,
"jadi dia berada di markas Kay Pang?"
"ya." Kwan Pek Him mengangguk-
"Aku dan guruku serta yang lain pergi menyerang Kay
Pang, tapi guruku malah terluka."
"Engkau - engkau bertarung dengan Han Liong?"
"Tidak-" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-
"Kami berdua justru bercakap-cakap, aku bertanya
kepadanya tentang dirimu."
"oh" Dia bilang apa?"
"Dia bilang engkau sudah pulang ke tempat tinggalmu,
belum bertemu dengan engkau."
"Nadanya - nadanya merindukan aku?"
"Engkau adalah kawan baiknya, tentunya dia merindukanmu."
"Aaaah - " Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Giok Cu sudah di bawah pengaruh kakekku, kalau dia
tahu...." "Aku yakin dia tidak akan membencimu, hanya saja... pasti
membenci kakekku, Itu kemungkinan besar akan
merenggangkan hubungan kalian."
"Kakekku - -" Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku - aku tidak tahu harus berbuat apa."
"Nona ciu - ." Kwan Pek Him menatapnya seraya berkata,
"Bukankah tadi engkau bilang, cinta jangan dipaksa" Tapi
engkau - ." "Aku tahu itu, namun aku merasa puas sudah
mencintainya." "oh?" Kwan Pek Him tersenyum.
"sama." "Apa yang sama?"
" Aku pun merasa puas karena mencintaimu. Nah, sama
kan?" "Engkau...." Ciu Lan Nio cemberut.
"Ikut-ikutan saja Dasar...."
"Haaaahh." Kwan Pek Him memandangnya dengan
terbelalak, bahkan mulutnya ternganga lebar.
"Eeeh?" Ciu Lan Nio melotot.
"Kenapa engkau memandangku dengan cara begitu"
Wajahku tumbuh bulu ya?"
"Nona Ciu," sahut Kwan Pek Him sungguh-sungguh.
"Ketika engkau cemberut, wajahmu tampak bertambah
cantik-" "Huh" dengus ciu Lan Hio.
"jangan merayu, aku tidak mempan akan rayuan siapa
pun" "Aku tidak merayu, melainkan berkata sesungguhnya."
"Sudahlah" tandas Ciu Lan Hio sambil membalikkan
badannya. "Aku sudah mau tidur"
"Selamat tidur, nona Ciu" ucap Kwan Pek Him.
"sampai jumpa esok"
(Bersambung keBagian 19) Jilid 19 Ciu Lan Nio tidak menyahut, dan langsung masuk menuju
kamar Hiat Mo. Kebetulan Hiat Mo masih belum tidur.
"Eh?" Hiat Mo terbelalak ketika melihat gadis itu memasuki
kamarnya. "Mau apa engkau ke mari?"
"Mau bercakap-cakap dengan Kakek," sahut Ciu Lan Nio
sambil duduk, "oh?" Hiat Mo tertegun.
"Mau bercakap-cakap tentang apa?"
"Betulkah Kakek ingin menguasai rimba persilatan?" tanya
Ciu Lan Nio mendadak. "Kira-kira begitulah," sahut Hiat Mo.
"Memangnya kenapa" Engkau tidak senang apabila kakek
menguasai rimba persilatan?"
"Itu adalah urusan Kakek, aku tidak mau mencampurinya,"
ujar Ciu Lan Nio dan menambahkan,
"Tapi... alangkah baiknya Kakek jangan sembarangan
membunuh orang, aku tidak senang itu."
"Baik." Hiat Mo mengangguk.
"Kakek tidak akan sembarangan membunuh orang,
legakanlah hatimu" "Dan...." "Ciu Lan Nio melanjutkan.
"Kakek pun harus melarang mereka pergi menyerbu Kay
Pang." "Lho" Kenapa?" Hiat Mo heran.
"Karena...." Wajah Ciu Lan Nio agak kemerah-me-rahan.
"Thio Han Liong berada di sana."
"oh" siapa yang, memberitahukanmu?"
"Kwan Pek Him. Belum lama ini dia bertemu Han Liong di
markas Kay Pang, maka... aku mau ke sana menemuinya."
"engkau mau ke markas Kay Pang?"
" Engkau mau ke markas Kay Pang"mau ke sana
menemuinya. " Kapan?" "Sekarang." "sekarang?" Hiat Mo terbelalak-
"Tidak bisa esok pagi" sekarang sudah malam."
"Tidak apa-apa."
"Engkau...." Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Baiklah- Engkau boleh pergi sekarang, tapi harus pulang
ke mari" "ya. Kakek-" Wajah Ciu Lan Nio langsung berseri.
"oh jangan diberitahukan kepada Kwan Pek Him bahwa aku
ke markas Kay Pang mencari Thio Han Liong"
"Lan Nio" Hiat Mo menatapnya.
"Pemuda itu kelihatan amat tertarik kepadamu, tapi
engkau...." "Aku tidak tertarik kepadanya" sahut ciu Lan Hio.
"Kakek, aku pergi."
"Aaaah..." Hiat Mo menghela nafas panjang.
"Dia begitu mencintai Thio Han Liong, sedangkan Thio Han
Liong telah mencintai Tan Giok Cu. Itu... itu - apa yang akan
terjadi kelak" Aaaah?."
Beberapa hari kemudian, ciu Lan Nio sudah tiba di markas
Kay Pang. Su Hong Sek. Ci Hoat dan Coan Kang Tianglo serta
seng Hwi sama sekali tidak kenal gadis berpakaian merah itu
Maka kedatangannya membuat mereka terheran-heran.
"Tempat ini adalah markas Kay Pang?" tanya Ciu Lan Hio
sambil menengok ke sana ke mari.
"Betul," sahut su Hong sek-
"siapa nona dan mau apa ke mari?"
"Namaku Ciu Lan Hio. siapa engkau?" tanya Ciu Lan Hio
sambil menatapnya. "Aku bernama su Hong sek, ketua Kay Pang," sahut ketua
Kay Pang itu dan memberitahukan,
"Mereka adalah Ci Hoat Tiang lo, Coan Kang Tiang lo dan
seng Hwi,..."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hi hi hi"ciu Lan Hio tertawa geliTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wajahmu cantik, kenapa mau menjadi ketua Kay Pang
berpakaian com-pang-camping tidak karuan" Kenapa tidak
boleh berpakaian indah" Kalau aku menjadi ketua Kay Pang,
para anggota harus berpakaian indah-"
"Nona ciu.." suk Hong sek tersenyum.
" Kalau engkau menjadi ketuanya, Kay Pang tentu berubah
nama, sebab para anggota harus berpakaian indah."
"Betul." Ciu Lan Hio tertawa.
"oh ya, aku ke mari ingin mencari seseorang, dia pasti
berada di sini. su Pangcu, tolong suruh dia keluar menemuiku"
"Nona ciu, engkau ingin mencari siapa?"
"Dia adalah pemuda tampan, baik hati, berkepandaian
tinggi dan lemah lembut...."
"Maksudmu Thio Han Liong?"
"Betul, betul. Aku,, aku sudah rindu sekali kepadanya, su
Pangcu, cepatlah suruh dia keluar menemuiku"
"Nona Ciu" suk Hong sek menggeleng-gelengkan kepala-
"Dia tidak berada di sini, sudah pergi-"
"Jangan bohong, su Pangcu" Ciu Lan Hio melotot.
"Aku akan mengamuk di sini lho Markas Kay Pang ini pasti
hancur" "Aku tidak bohong." suk Hong sek tersenyum,
"un-tuk apa aku bohong?"
"Kalau begitu, dia pergi ke mana?" tanya Ciu Lan Hio.
"Kalau tidak salah, dia pergi ke gunung Bu Tong." suk Hong
sek memberitahukan. "yaaah" keluh ciu Lan Hio.
"Dari jauh aku ke mari, tapi dia malah sudah pergi. Baik,
aku juga akan pergi kelana. Walau engkau ke ujung langit,
aku tetap menyusulmu."
"Nona Ciu...." suk Hong sek terbelalak mendengar
ucapannya. "Engkau punya hubungan apa dengan Han Liong?"
"Kami kawan baik,"jawab Ciu Lan Hio memberitahukan.
"Aku mencintainya, tapi dia mencintai Giok Cu. sedangkan
Kwan Pek Him mencintaiku, tapi aku tidak tertarik kepadanya,
hanya mencintai Han Liong. Akan tetapi, dia justru mencintai
Giok Cu...." hubungan yang kacau balau itu membuat suk Hong sek
dan lainnya saling memandang, bahkan ci Hoat dan Gan Kang
Tiang lo menggaruk-garuk kepala karena tidak mengerti apa
yang dikatakan gadis itu.
"Nona Ciu, kami tidak mengerti" ujar suk. Hong sek-
"Kalian kok begitu goblok sih?" sahut Ciu Lan Hio.
"Aku mencintai Han Liong, tapi dia mencintai Giok Cu. Ada
seorang pemuda mencintaiku, tapi aku tidak mencintainya,
nah, begitu." "oooh" suk Hong sek manggut-manggut.
"Apakah itu cinta yang berputar-putar?" tanya Ci Hoat
Tiang lo sambil tertawa. "Betul." Ciu Lan Hio manggut-manggut.
"Cinta yang berputar-putar sehingga pusing tujuh keliling-
Maka, aku harus berangkat ke gunung Bu Tong. Bukankah
diriku juga ikut berputar ke sana ke mari?"
"Ha ha ha" Gan Kang Tiang lo tertawa gelak-
"Nona ciu, engkau kocak juga"
"Tapi nasibku tidak begitu beruntung," ujar ciu Lan Hio.
"Begitu bertemu pemuda tampan yang baik hati, dia justru
sudah punya kekasih. Kalau aku tidak ingat dosa, aku pasti
sudah membunuh kekasihnya yang bernama Giok Cu itu."
"Syukurlah kalau engkau masih ingat akan dosa" ucap Coan
Kang Tiang lo. " Kalau tidak...."
" Aku pun akan meracuni Han Liong biar dia mampus,
setelah itu barulah aku bunuh diri Kami akan berkumpul di
alam baka." "Engkau pasti celaka," ujar ci Hoat Tiang loTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebab Han Liong pasti membuat perhitungan denganmu di
sana-" "Iya-" Ciu Lan Hio mengangguk
"Biarlah aku menderita, yang penting Han Liong hidup
bahagia." "Itu baru benar." suk Hong sek manggut-manggut.
"Cinta yang suci murni memang harus berkorban."
"Baiklah." Ciu Lan Hio menghela nafas panjang.
"Biarlah aku berkorban demi Han Liong, sampai jumpa"
Mendadak Ciu Lan Hio melesat pergi laksana kilat.
Menyaksikan itu, suk Hong sek dan lainnya langsung
terbelalak- "Bukan main" gumam Ci Hoat Tiang lo.
"Tak disangka gadis itu berkepandaian begitu tinggi,"
"Ha ha ha" Coan Kang Tianglo tertawa.
"Kalau tadi dia mengamuk di sini, repotlah kita."
"yang paling repot bahkan Han Liong" sahut suk Hong sek-
"sebab gadis itu kelihatan agak liar, tentunya akan
merepotkan Han Liong."
"Heran?" gumam seng Hwi.
"Sebetulnya siapa gadis itu" Kepandaiannya juga amat
tinggi." "Mudah-mudahan dia tidak akan menyusahkan Han Liong"
ucap suk Hong sek- "Gadis itu pun tampak agak sesat-"
-ooo00000ooo- Ciu Lan Hio terus melakukan perjalanan ke gunung Bu
Tong. Beberapa hari kemudian, dia sudah sampai di gunung
tersebut. Ketika ia sedang mendaki, mendadak muncul
beberapa orang, yang ternyata para murid Bu Tong Pay.
"Nona" seru salah seorang dari mereka.
"Harap berhenti"
Ciu Lan Hio segera berhenti, lalu memandang mereka
dengan mata melotot, karena merasa tidak senang dihadang.
"Siapa kalian" Mau apa menghadangku?" tanyanya dengan
ketus. "Kami murid-murid Bu Tong Pay, harap Nona
memberitahukan nama dan ada keperluan apa ke mari."
"Namaku Ciu Lan Hio. Aku ke mari ingin menemui
seseorang." "Siapa orang itu?"
"Thio Han Liong."
"oh" Ada hubungan apa Nona dengan Thio Han Liong?"
"Kami kawan baik, aku dari markas Kay Pang- Kata su
Pangcu, Han Liong sudah ke mari, maka aku ke mari- Dia
masih berada di sini, kan?"
"sayang sekali" Murid Bu Tong Pay itu menggelenggelengkan
kepala- "saudara Han Liong sudah berangkat ke kuil siauw Lim sie-"
"Apa?" ciu Lan Nio terperangah-
"Dia - dia sudah berangkat ke kuil siauw Lim sie?"
"ya-" Murid Bu Tong Pay itu mengangguk-
"yah, ampun...." ciu Lan Nio langsung jatuh duduk di
bawah pohon. "Aduuh" "Nona kenapa?" tanya murid Bu Tong Pay itu dengan
heran. "Apa yang sakit kok aduh-aduhan?"
"Aku dari markas Kay Pang, lalu ke mari. Tapi. - Han Liong,
justru telah berangkat ke kuil siauw Lim sie - " Ciu Lan Hio
menggeleng-gelengkan kepala. "Biarlah, aku akan ke kuil
siauw Lim sie." "Nona tidak mau menemui guru kami?"
"Tidak usah, aku harus memburu waktu ke kuil siauw Lim
sie." "Nona" Murid Bu Tong Pay itu memberitahukan.
"Kaum wanita dilarang masuk ke kuil siauw Lim sie-"
"Aku bukan wanita, melainkan anak gadis," sahut Ciu Lan
Hio, kemudian mendadak melesat pergi-
"Dia bukan wanita, tapi anak gadis - ?" gumam murid Bu
Tong Pay itu tidak mengerti-
"Apa bedanya wanita dengan anak gadis?"
"Wanita sudah ada umur, sedangkan anak gadis masih
muda, itulah bedanya," sahut yang lain sambil tertawa.
"Ayoh, kita harus memberitahukan kepada guru"
-ooo00000ooo- Ciu Lan Hio terus melakukan perjalanan menuju kuil siauw
Lim sie- Ketika memasuki sebuah rimba, mendadak muncul
belasan orang bertampang seram.
"Ha ha ha" salah seorang dari mereka tertawa gelak-
"Nona manis, tak disangka engkau muncul di sini sung-guh
beruntung kami" "siapa kalian?" bentak Ciu Lan Hio dengan melotot.
"Kami semua perampok- aku pemimpin mereka" sahut
orang itu sambil tertawa-tawa.
"oh?" Ciu Lan Hio tersenyum.
"Jadi kalian golongan hitam?"
"ya" Pemimpin perampok itu mengangguk-
"Kalau begitu, cepatlah kalian bersujud di hadapanku" ujar
Ciu Lan Hio. "sebab aku moyang para perampok"
"Ha ha ha" Pemimpin perampok itu tertawa.
"Sungguh menyenangkan Kalau begitu, kita justru harus
bersenang-senang Pokoknya asyik sekali, Nona pasti akan
merasa puas" "Kalian sungguh kurang ajar" ciu Lan Hio melotot.
"Kwee In Loan dan si Mo masih tidak berani bersikap
kurang ajar terhadapku, sebaliknya kalian...."
"Nona kenal ketua dan wakil ketua kami?" tanya pemimpin
perampok itu sambil menatapnya.
"Ya" "Ha ha ha" Pemimpin perampok itu tertawa.
"Ter-nyata Nona tukang membual Bagaimana mungkin
Nona kenal ketua dan wakil ketua kami" Ayohlah Mari kita
bersenang-senang" Plaaak Ploooook Dua kali tamparan keras mendarat di pipi
pemimpin perampok itu. "Aduuuuh" jeritnya kesakitan.
" Engkau... engkau berani tampar aku?"
"Kalau engkau masih kurang ajar, aku pasti cabut
nyawamu" bentak Ciu Lan Nio sambil menudingnya.
"Engkau jangan coba-coba kurang ajar lagi"
"Engkau...." Pemimpin perampok itu tampak gusar sekali,
bahkan langsung menyerangnya.
Ciu Lan Hio berkelit, kemudian mengayunkan kakinya untuk
menendang selangkangan kaki pemimpin perampok itu.
"Aduuuuh"jerit pemimpin perampok itu sambil mendekap
itunya. "sakit sekali Aduuuh..."
"Hmm" dengus ciu Lan Hio dingin, lalu melesat pergi.
"Aduuuh" Pemimpin perampok itu masih terus merintih
kesakitan, salah seorang anak buahnya mendekatinya.
"Kalau tidak salah, gadis itu adalah cucu Hiat Mo, yang
baru tiba di Tionggoan."
"goblok" Pemimpin perampok itu langsung menamparnya.
"Kenapa engkau tidak bilang dari tadi?"
"Aku baru ingat sekarang...."
"Ayoh Mmari kita pergi dasar lagi sial.."
sementara itu, Ciu Lan Hio terus melanjutkan
perjalanannya. Beberapa hari kemudian gadis itu sudah
memasuki propinsi Holan, dan keesokan harinya sudah tiba di
gunung siauw sit san. Ciu Lan Hio melewati sebuah jalan gunung, setelah itu
melihat sebuah kuil yang amat besar berdiri di hadapannya,
yaitu kuil siauw Lim sie- Terbelalak ia ketika menyaksikan kuil
tersebut. "Wanita dilarang memasuki kuil siauw Lim sie?" gumamnya,
kemudian tertawa kecil. " Aku justru ingin memasuki kuil siauw Lim sie ini-"
Ketika Ciu Lan Hio melangkah memasuki pekarangan kuil,
tiba-tiba muncul beberapa Hweeshio menghadangnya.
"Nona, cepatlah berhenti" seru salah seorang Hweeshio.
"Lho?" Ciu Lan Hio menatap mereka satu persatu seraya
bertanya dengan suara merdu.
"Kenapa aku harus berhenti?"
"Karena... kaum wanita dilarang masuk-"
"Kaum wanita dilarang masuk?"
"ya-" " Kalau begitu, aku boleh masuk- sebab aku bukan wanita,
melainkan seorang gadis-"
"Wanita dan gadis sama saja. Pokoknya Nona tidak boleh
masuk-" "Hei Hweeshio muda" Ciu Lan Nio tersenyum.
"Pernahkah engkau bersama kaum wanita atau anak
gadis?" tanyanya. "omitohud" ucap Hweeshio itu.
"Nona berdosa sekali berkata begitu terhadapku,
omitohud. - " "Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa cekikikan.
"Karena engkau tidak pernah bersama kaum wanita dan
anak gadis, maka engkau tidak dapat membedakannya."
"omitohud" ucap Hweeshio itu
"Harap Nona jangan masuk sebab kalau Nona masuk. Kong
Bun Tio pasti akan marah besar-"
"Biar dia marah besar, aku tidak peduli" sahut Ciu Lan Hio
sambil melangkahkan kakinya.
namun, ketika sebelah kakinya baru mau menginjak ke
dalam pintu kuil, mendadak terdengar bentakan keras-
"Berhenti" Ciu Lan Hio terperanjat, sehingga membuatnya meloncat ke
dalam. Disaat bersamaan, muncullah dua padri tua, yang tidak
lain adalah Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng ceng.
"omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Tadi aku menyuruhmu berhenti, tapi kenapa engkau
malah meloncat ke dalam?"
"Padri Tua" sahut Ciu Lan Hio.
"suara bentakanmu sangat mengejutkan, sehingga aku
meloncat ke dalam tanpa sadar, Itu kesalahan Padri Tua
bukan kesalahanku, maka Padri Tua jangan marah-marah"
"omitohud" Kong Bun Hong Tio menatapnya tajam.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona, mulutmu sungguh lihay"
"oh, ya?" Ciu Lan Hio tersenyum.
"Nona," tanya Kong Ti seng ceng.
"siapa engkau dan mau apa engkau ke mari?"
"Aku bernama Ciu Lan Hio. Aku ke mari bukan mau
sembahyang, melainkan ingin menemui seseorang. Padri Tua,
engkau jangan mengatakan orang itu tidak ada lho"
"Nona ciu, engkau ke mari mau mencari siapa" Di sini cuma
ada Hweeshio - -" "Buat apa aku mencari Hweeshio" Aku ke mari ingin
bertemu seorang pemuda, yang bernama Thio Han Liong."
"omitohud Nona mempunyai hubungan apa dengan dia?"
tanya Kong Bun Hong Tio- "Eh?" Ciu Lan Nio melotot.
"Padri Tua, kenapa engkau usil" Itu urusanku. Padri Tua
tidak usah tahu." "Nona" Kong Bun Hong Tio tersenyum.
"Aku ketua di sini, dia adalah Kong Ti seng Ceng, suteeku."
"Aku tidak menanyakan itu, aku ke mari hanya ingin
bertemu Han Liong. Aku pergi ke markas Kay Pang, su Pangcu
bilang dia berangkat ke gunung Bu Tong. Aku menyusul ke
sana, tapi dia sudah berangkat ke mari. Kong Bun Hong Tio,
jangan bilang dia sudah pergi ya Aku... aku bisa pingsan nih."
"Han Liong justru telah pergi" ujar Kong Bun Hong Tio-
"Hah" Apa?" Mulut Ciu Lan Nio ternganga lebar, kemudian
terhuyung-huyung ke belakang dan jatuh duduk di kursi.
"Kong Bun Hong Tio, betulkah Han Liong sudah pergi?"
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio.
"Aku tidak bodong, dia memang sudah meninggalkan kuil
ini." "Aaaah.." keluh Ciu Lan Nio.
"Aku... aku pingsan nih."
Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng saling
memandang, kemudian mereka menggeleng-gelengkan kepala
sambil tersenyum. "Kong Bun Hong Tio" tegur Ciu Lan Nio.
"Aku sudah mau pingsan, kenapa engkau diam saja?"
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Kong Bun Hong Tio-
"Tolong ambilkan teh atau air putih..."
"omitohud Itu haus, bukan mau pingsan," ujar Kong Bun
Hong Tio sambil tersenyum.
Kong Ti seng Ceng sebera mengambil secangkir teh, lalu
diberikan kepada ciu Lan Hio. Gadis itu menerimanya lalu
diteguknya sampai habis. "omitohud" tanya Kong Ti seng Ceng.
"Mau ditambah lagi tehnya?"
"Terimakasih, tidak usah-" Ciu Lan Hio menggelengkan
kepala, kemudian menghela nafas panjang.
"Aaaah Kenapa begini sih" seperti main kejar-kejaran. Lalu
sekarang aku harus ke mana mencarinya" oh ya Kong Bun
Hong Tio, dia bilang mau pergi ke mana?"
"Dia tidak bilang apa-apa jadi kami tidak tahu dia pergi ke
mana" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Nona ciu" Kong Ti seng Ceng menatapnya seraya
bertanya, "sebetulnya engkau mempunyai hubungan apa dengan Han
Liong?" "Kami kawan baik-" Ciu Lan Nio memberitahukan dengan
wajah murung. "Aku mencintainya, tapi dia malah mencintai Giok Cu Aku..,
aku.." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio-
"Lautan cinta penuh derita, janganlah membiarkan dirimu
tenggelam dalam lautan cinta."
"Kong Bun Hong Tio, aku justru sudah tenggelam, maka
biarlah diriku terus menderita, tapi merasa puas akan cinta
itu," sahut Ciu Lan Hio.
"Itu lebih baik daripada mata kelelap. ya, kan?"
Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti Seng Ceng saling
memandang, jawaban itu membuat ke dua Padri Tua tersebut
terbengang-bengong. "Kenapa melamun?" ciu Lan Hio memandang mereka.
"omitohud" sahut Kong Bun Hong Tio-
"Kami memang kebingungan akan jawabanmu tadi, maka
kami melamun." "Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa, tapi kemudianmenghela
nafas panjang. "Kong Bun Hong Tio, kira-kira aku harus ke mana mencari
Han Liong?" "omitohud" Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala.
"Kami sama sekali tidak tahu."
"yaaah" keluh ciu Lan Hio.
"sampai di sini kehilangan jejaknya, aku... aku harus ke
mana?" "Lebih baik kembali ke tempat tinggalmu dulu. Mudahmudahan
Han Liong akan muncul di sana" ujar Kong Ti seng
Ceng. "Betul, betul." Wajah Ciu Lan Hio langsung berseri.
"siapa tahu Han Liong akan ke sana mencariku. Terimakasih
Padri Tua, aku mohon pamit."
"Mudah-mudahan engkau bertemu Han Liong namun
mengenai cinta, janganlah terlampau dipaksa, sebab kalau
dipaksa menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan," ucap Kong
Bun Hong Tio- "Aku ingat itu, Kong Bun Hong Tio- Permisi" Ciu Lan Hio
meninggalkan kuil siauw Lim sie, tujuannya pulang ke Pek yun
Kok- Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng saling
memandang, lalu menghela nafas panjang.
"omitohud Mudah-mudahan gadis itu tidak menimbulkan
masalah bagi Han Liong"
Bab 38 Hal Yang Tak Terduga
Thio Han Liong telah tiba di kota raja. Namun ia tidak
menikmati keindahan Kota raja, melainkan langsung menuju
istana, sampai di depan istana, beberapa pengawal segera
menghadangnya. "Maaf" ucap Thio Han Liong.
"Paman-paman, aku ingin bertemu Cu An Lok- Tolong
beritahukan kepadanya, bahwa aku sudah ke mari"
"Cu An Lok?" Para pengawal itu tercengang.
Thio Han Liong segera memperlihatkan giok berukir
sepasang naga pemberian An Lok Kong cu.
"Cu An Lok memberikan ini kepadaku...."
"Haaahhh"Para pengawal itu terkejut ketika melihat tanda
pengenal An Lok Kong cu itu, dan mereka langsung memberi
hormat- "Silakan masuk"
"Terima kasih," ucap Thio Han Liong sambil melangkah ke
dalam- Di saat bersamaan, muncul Tan Bun Hiong. Begitu melihat
Thio Han Liong, wakil pemimpin pengawal istana itu langsung
terbelalak- "saudara Thio - -"
"oh Engkau berada di sini" Thio Han Liong girang sekali-
"Cu An Lok berada di mana?"
"saudara Thio tunggu sebentar di sini, aku akan ke dalam
memberitahukan kepadanya"
"Terima kasih," ucap Thio Han Liong.
Tan Bun Hiong bergegas-gegas ke dalam, namun tak lama
kemudian sudah kembali lagi.
"saudara Thio, mari ikut aku ke dalam" ujarnya sambit
tersenyum. "Cu An Lok gembira sekali atas kedatangan saudara-"
Thio Han Liong manggut-manggut, lalu ikut Tan Bun Hiong
ke dalam- Keindahan istana itu membuat Thio Han Liong
kagum sekali, apalagi ketika memasuki pekarangan istana An
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong...." Terdengar suara
merdu. "Adik An Lok" sahut Thio Han Liong, yang melihat An Lok
Kong cu berlari-lari menghampirinya
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu mendekap di dadanya.
"Adik An Lok" Thio Han Liong membelainya.
Menyaksikan kejadian itu. Tan Bun Hiong segera
meninggalkan tempat tersebut, namun justru muncul LanLan,
dayang pribadi An Lok Kong cu.
"Asyiiik" seru Lan Lan menggoda An Lok Kong cu.
"Lan Lan" An Lok Kong cu melotot. Cepat-cepat ia
melepaskan dekapannya dengan wajah memerah.
"oooh" Lan Lan manggut-manggut.
"Tuan Muda Thio, memang tampan sekali"
"Lan-Lan" bentak An Lok Kong cu. Jangan omong
sembarangan, tutup mulutmu"
"gara-gara ada Tuan Muda Thio di sini, maka menjadi
begitu galak." ujar Lan Lan sambil tertawa.
"Hi hi hi.?" " Kakak Han Liong" An Lok Kong cu memberitahukan.
"Dia pelayanku, agak nakal.."
"Tidak apa-apa." Thio Han Liong tersenyum.
"Adik An Lok, aku tidak ingkar janji kan?"
" Kakak Han Liong" ucap An Lok Kong cu dengan suara
rendah- "Terima kasih atas kedatanganmu. Terima kasih - "
"Adik An Lok, tidak usah mengucapkan terima kasih-" Thio
Han Liong menatapnya lembut.
"Aku berjanji akan ke mari, maka harus ke mari. Kalau
tidak, bukankah aku akan disambar petir?"
"Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu tersenyum,
"oh ya, bagaimana keadaan di sini" Lebih indah dari pada
di Pek Hoa Louw, kan?"
"Benar." Thio Han Liong mengangguk.
"Ketika berada di Pek Hoa Louw, pantas engkau
mengatakan keindahan disana tidak dapat dibandingkan
dengan keindahan di sini. Kini aku baru percaya."
"Engkau menyukai tempat ini?"
"ya." "Kalau begitu...." ujar An Lok Kong cu malu-malu.
"Engkau boleh tinggal di sini."
"Itu tidak mungkin." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Sebab masih banyak urusan yang harus kuselesaikan."
"oh ya Engkau sudah ke kuil siauw Lim sie?"
"Aku justru dari sana," ujar Thio Han Liong.
"Tentang Hiat Mo itu sudah kusampaikan kepada ketua
siauw Lim Pay." " Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu menatapnya seraya
berkata. "Apabila aku pernah membohongimu, apakah engkau akan
gusar kepadaku?" "Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum.
"Setahuku, engkau tidak pernah membohongiku."
" Kalau aku pernah membohongimu, engkau... engkau
akan marah kepadaku?" tanya An Lok Kong cu lagi.
"Aku tidak akan marah," jawab Thio Han Liong sungguhsungguh.
" Kakak Han Liong, engkau baik sekali." An Lok Kong cu
menatapnya lembut sekali.
"TUnggu di sini sebentar, aku mau ke dalam"
"ya." Thio Han Liong mengangguk, lalu duduk di dekat
taman bunga sambil menikmati keindahan bunga yang
beraneka warna. Pendekar Patung Emas 2 Pendekar Mabuk 015 Pawang Jenazah Kisah Sepasang Bayangan Dewa 6