Pencarian

Anak Naga 11

Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung Bagian 11


Berselang beberapa saat kemudian. An Lok Kong cu
berjalan lemah gemulai bersama Lan Lan mendekatinya. Thio
Han Liong terbelalak ketika melihat An Lok Kong cu. la sama
sekali tidak tahu bahwa itu Cu An Lok yang dikenalnya.
"Kakak Han Liong...." panggil An Lok Kong cu dengan suara
rendah dan sikap malu-malu.
" Eh?" Thio Han Liong tersentak, karena mengenali huara
itu. "Nona... siapa" Maaf, aku sedang menunggu Adik An Lok-"
"Hi hi hi" Lan Lan tertawa geli.
"Hi hi hi?." "Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum.
"Engkau sudah tidak mengenaliku lagi?"
"Nona.." Thio Han Liong terperangah-
"Suaramu mirip suara Adik An Lok, tapi dia anak lelaki,
sedangkan Nona anak gadis, oh ya, apakah kalian saudara
kembar" sebab Nona sungguh mirip Adik An Lok."
"Kakak Han Liong...." ,An Lok Kong cu duduk di
hadapannya dengan wajah ditundukkan dalam-dalam.
"Aku?. aku Cun An Lok- Maaf, aku tidak berterus terang
kepadamu, bahwa sesungguhnya aku anak gadis."
"Haaah - ?" Mulut Thio Han Liong ternganga lebar.
"Aku... engkau...."
"Hi hi" Lan La n tertawa, lalu meninggalkan mereka seraya
berkata. " Lebih baik aku pergi dari pada mengganggu di sini. Kalian
akan bertambah asyik kan?"
"Lan Lan...." An Lok Kong cu melotot.
"Adik An Lok" Thio Han Liong menatapnya dengan mata tak
berkedip- "Jadi engkau anak gadis?"
"Ya-" An Lok Kong cu mengangguk-
"ya, ampun" Thio Han Liong menepuk keningnya sendiri-
"Selama itu kita selalu tidur sekamar, bahkan aku juga
pernah memegang tangan dan membelaimu- Aduuuuh Itu - -"
"Tidak apa-apa. Aku sama sekali tidak marah," ujar An Lok
Kong cu setengah berbisik,
"Tapi aku justru marah kepada diriku sendiri" Thio Han
Liong tampak marah-marah terhadap dirinya sendiri.
"Lho?" An Lok Keng Cu heran.
"Kenapa?" "Kenapa aku begitu goblok?" sahut Thio Han Liong sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Disaat engkau mendekap di dadaku, aku sudah merasakan
kelainan pada dadamu, namun aku sama sekali tidak
mencurigaimu-..." "Kakak Han Liong" ujar An Lok Kong cu agak kemerahmerahan,
"Itu di karena kan engkau berhati polos, maka tidak banyak
bercuriga terhadap orang lain."
"Engkau...." Thio Han Liong menatapnya sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau sungguh - nakal"
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum.
"Engkau tidak marah kan?"
"Sesungguhnya... aku ingin menjewer telingamu- Tapi -
engkau anak gadis, tidak pantas aku menjewer telingamu-"
"Tidak apa-apa. Aku senang kok"
"Lho" Kok senang?"
"sebab - ?" An Lok Kong cu menundukkan kepala
" Jeweranmu pasti penuh dengan perasaan."
"yah, ampun" Thio Han Liong menghela nafas, kemudian
berkata. "Pantas di saat kita bersama, engkau sering cemberut dan
membanting-banting kaki, ternyata engkau anak gadis,oh ya
Cu An Lok adalah nama aslimu?"
"Namaku Cu Ay Ceng." An Lok Kong cu memberitahukan
dengan suara lembut. "An Lok adalah gelar-ku."
"Engkau punya gelar?" Thio Han Uong heran.
"Ya. Karena - aku An Lok Kong cu, maka tinggai di istana
ini-" "Engkau adalah An Lok Kong cu, she Cu nama Ay Ceng -
"gumam Thio Han Liong dan kemudian tersentak-
"Engkau - engkau putri kaisar Cu Goan ciang?"
"ya-" "Engkau - " Thio Han Liong melotot, tapi setelah itu ia
malah menghela nafas panjang dan berkata.
"Engkau gadis yang baik, aku tidak mempersalahkanmu."
"Tapi aku justru telah memarahi ayahku." An Lok Kong cu
memberitahukan. "Ayahku amat menyesal atas perbuatannya itu."
"Menyesal?" Thio Han Liong lampak gusar.
"Ayahku terluka, bahkan wajah ayah dan ibu rusak berat
gara-gara perbuatan ayahmu. Kini... ayahmu bilang
menyesal?" "Kakak Han Liong" An Lok Kong Cu menggeleng-gelengkan
kepala. "Ayahku memang mengutus para Dhalai Lhama, Lie Wie
Kiong dan puluhan pengawal istana ke pulau Hong Hoang To,
sesungguhnya ayahku bermaksud menjemput ke dua
orangtuamu ke istana...."
"Omong kosong" potong Thio Han Liong.
"Buktinya para Dijalai Lhama membunuh Bibi Ci Jiak dan
melukai ayahku...." "Kakak Han Liong, aku justru masih merasa heran kenapa
para Dhalai Lhama itu membunuh Bibi CiJiak dan melukai
ayahmu." "Tidak usah heran, itu pasti perintah dari ayahmu," sahut
Thio Han Liong dengan wajah merah padam.
"Tidak" bantah An Lok Kong cu.
"Ayahku tidak memberi perintah itu Kakak Han Liong,
percayalah" "Ayahmu begitu licik, tentunya bisa membohongimu. Tapi...
aku tetap tidak akan menyalahkanmu."
"Kakak Han Liong" An Lok Kong Cu memberitahukan.
"Ayahku bersedia minta maaf kepadamu."
"Apa?" Thio Han Liong tertegun.
"Ayahmu seorang kaisar, mau minta maaf kepadaku?"
"Pertanda ayahku sungguh-sungguh menyesal atas
perbuatannya yang sudah sudah terhadap ayahmu. Ayahku
sudah berpesan, kalau engkau ke mari, aku harus
membawamu menemuinya."
"Aku...." "Jangan menolak Kakak Han Liong"
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Baiklah- Karena memandang mukamu aku bersedia
menemui ayahmu-" "Terimakasih, Kakak Han Liong, engkau - engkau baik
sekali padaku," ucap An Lok Kong Cu sambil tersenyum manis.
"Kalau aku membunuh ayahmu, tentu engkau tidak akan
bilang aku baik lagi kan?"
"Aku yakin engkau tidak akan membunuh ayahku."
"Adik An Lok, jangan terlampau yakin itu."
" Kakak Han Liong, aku tahu jelas bagaimana hatimu. Maka
aku yakin terhadapmu," ujar An Lok Kong cu.
"Ayoh, Mari ikut aku ke istana ayahku"
Thio Han Liong mengangguk, lalu mengikuti An Lok Kong
cu pergi menemui Cu Goan ciang dengan hati agak berdebardebar.
-ooo00000ooo- An Lok Kong cu mengajak Thio Han Liong ke ruang
istirahat yang di dalam istana Cu Goan Ciang. Di sana tampak
berdiri beberapa orang, yaitu Lie Wie Kong, Tan Bun Hiong,
Lie sieBeng dan yo Wie Heng. sedangkan cu Goan ciang
duduk di kursi berukir sepasang naga.
"Hormat ananda kepada Ayahanda" ucap An Lok Kong cu
sambil memberi hormat- Thio Han Liong juga memberi
hormat, namun tidak mengucapkan apa pun.
Cu Goan Ciang terus memandang Thio Han Liong d eng a n
penuh perhatian, kemudian manggut- manggut seraya
bertanya. "Engkau adalah Thio Han Liong, putra kesayangan Thio Bu
Ki?" " ya." Thio Han Liong mengangguk, lalu menatap Cu Goan
Ciang dengan tajam sekali.
Hati Cu Goan Ciang tersentak, sebab sepasang mata Thio
Han Liong memancarkan cahaya yang begitu terang. Namun
cu Goan Ciang juga bergirang dalam hati, sebab cahaya yang
terang itu pertanda pemuda tersebut berhati polos dan jujur.
"Ha ha ha" Cu Goan Ciang tertawa getak-
"Kalian duduklah"
"Terima kasih. Ayahanda," ucap An Lok Kong cu sekaligus
menarik Thio Han Liong duduk.
"Han Liong" cu Goan Ciang memandangnya seraya berkata-
"Walau aku seorang kaisar tetap minta maaf kepadamu,
karena pernah berupaya membunuh ayahmu- - "
"Kini ke dua orangtuaku masih hidup segar bugar di pulau
Hong Hoang to, maka aku tidak begitu mempermasalahkan
itu," sahut Thio Han Liong.
"Kakak Han Liong - ." Wajah An Lok Kong cu langsung
berseri- "Terus terang" ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh-
"Adik An Lok berhati beo itu baik dan lembut, aku tidak
tega menyakiti hatinya cuma demi menuntut balas, akupunya
perasaan dan nurani. Tapi - kenapa para Dhalai Lhama begitu
tega membunuh Bibi Cijiak. melukai ayah bahkanjuga wajah
ayah dan ibuku rusak berat karenanya?"
"Han Liong" cu Goan Ciang menghela nafas panjang.
"Sesungguhnya aku mengutus mereka untuk menjemput ke
dua orangtuamu. Kalau engkau tidak percaya, silakan
bertanya kepada orang itu"
Cu Goan Ciang menunjuk Lie Wie Kiong. Thio Han Liong
segera memandangnya dan mendadak keningnya berkerut.
"Aku ingat, orang itu dan para Dhalai Lhama yang
menyerbu ke pulau Hong Hoang to," ujar Thio Han Liong.
"Tidak salah," sahut Lie Wie Kiong.
"Thio siauhiap masih ingat kepadaku, namaku Lie Wie
Kiong, pemimpin pengawal istana."
"Hm" dengus Thio Han Liong,
"jelaskan kejadian belasan tahun itu, aku harap Paman Lie
tidak membohongiku" "Belasan tahun lalu, memang benar yang Mulia mengutus
kami ke pulau Hong Hoang TO, tapi tidak perintah kan kami
membunuh, melainkan hanya menjemput saja." Lie Wie Kiong
menjelaskan. "Bibimu mati karena pertarungan, tapi aku justru tak
menyangka, sembilan Dhalai Lhama itu menghendaki kitab
pusaka Kiu Im dan Kiu yang Cin Keng. Mereka memaksa
ayahmu harus menyerahkan ke dua kitab pusaka tersebut,
akhirnya terjadilah pertarungan jadi, itu bukan atas perintah
yang Mulia. Kalau yang Mulia ingin membunuh ke dua
orangtuamu, bukankah aku dan para Dhalai Lhama itu masih
bisa kembali ke pulau Hong Hoang to" Buktinya tidak- ya,
kan?" "Baik, aku percaya. Lalu di mana sembilan Dhalai Lhama
itu?" tanya Thio Han Liong.
"sudah pulang ke Tibet," sahut An Lok Kong cu.
"Kok engkau tahu?" Thio Han Liong heran.
" Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu memberitahukan.
"sembilan Dhalai Lhama itu adalah guru-guru-ku."
"oooh Pantas kepandaianmu begitu tinggi" Thio Han Liong
manggut-manggut. "Adik An Lok, kalau aku ingin menuntut balas kepada gurugurumu
itu, apakah engkau akan menghalangiku" "
" Aku pasti menghalangimu," sahut An Lok Kong cu dengan
tegas. "Adik An Lok.." Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Engkau.." "Kakak Han Liong, aku menghalangimu demi
keselamatanmu." An Lok Kong cu memberitahukan.
"Kepandaian yang engkau miliki sekarang, masih tidak
dapat melawan guru-guruku itu."
"Terima kasih atas perhatianmu. Adik An Lok," ucap Thio
Han Liong. "Tapi kelak kalau kepandaianku sudah tinggi sekali?"
"Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum,
"Itu urusan pribadi kalian, aku tidak mau turut campur.
Tapi aku ingatkan, sebelum engkau berkepandaian tinggi
sekali, janganlah coba-coba mencari mereka"
"Ya." Thio Han Liong manggut-manggut.
Cu Goan Ciang terus mendengarkan, kemudian memberi
isyarat kepada Lie Wie Kiong dan lainnya untuk meninggalkan
ruang itu. "Yang Mulia.." Lie Wie Kiong tampak ragu.
"Kalian boleh meninggalkan ruang ini," ujar An Lok Kong cu
dan menambahkan sambil tersenyum.
"Kalau Kakak Han Liong ingin membunuh ayahku, kalian
semua pun tidak akan bisa berbuat apa-apa-"
"Baik," Lie Wie Kiong mengangguk-
"Yang Mulia, kami mohon diri"
"Silakan" sahut Cu Goan ciang.
Lie-Wie Kiong dan lainnya seaera keluar ruang itu, sehingga
kini cuma tinggal Cu Goan ciang, An Lok Kong cu dan Thio
Han Liong. "Han Liong, aku amat berterima kasih sekali kepadamu,"
ucap Cu Goan Ciang. " Ketika putriku pergi pesiar, engkau yang melindunginya."
"sama-sama." Thio Han Liong menggeleng-geleng-kan
kepala. "selama itu aku tidak tahu kalau Adik An Lok anak aadis,
bahkan juga tidak tahu kalau dia adalah An Lok Kong Cu- - "
"sekarang engkau sudah tahu kan?" cu Goan Ciang
tersenyum. "Ketika menginap, kalian tidur sekamar ya?"
"ya." Thio Han Liong mengangguk dengan wajah agak
merah- "Tapi aku tidur di kursi. Adik An Lok tidur di ranjang."
"selalu begitu?" Cu Goan Ciang kurang percaya.
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
" Kakak Han Liong memang selalu tidur di kursi, aku yang


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak tahu diri tidur di ranjang" ujar An Lok Kong cu-
"Han Liong," tanya Cu Goan Ciang mendadak-
"se-andainya engkau tahu An Lok adalah seorang gadis,
bagaimana engkau?" "Aku pasti tidak berani sekamar dengan dia," sahut Thio
Han Liong dengan sungguh-sungguh dan menambahkan.
"juga tidak berani membelainya...."
"oh?" Cu Goan Ciang tertawa.
"Jadi engkau pernah membelainya?"
"ya-"Thio Han Liong memberitahukan dengan jujur.
"Ketika dia mendekap di dadaku, maka aku pun
membelainya.justru aku merasa ada kelainan pada dadanya di
saat dia mendekap di dadaku, tapi... aku tidak bercuriga
bahwa dia anak gadis."
"Ha ha ha" Cu Goan Ciang tertawa gelak-
"Ayahmu berjiwa besar, maka aku pun harus menjadi
kaisar yang baik, adil dan bijaksana. Harus pula
memperhatikan nasib rakyat, agar rakyat bisa hidup makmur.
Tapi tentunya masih banyak pembesar korup yang bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat, seperti apa yang kalian
alami di kota Tiang Ciu, bukankah pembesar kota itu berlaku
sewenang-wenang terhadap rakyat?" katanya dengan serius.
"Adik An Lok telah menghukum pembesar Lie itu." Thio Han
Liong memberitahukan sambil tersenyum geli akan kejadian
itu- Begitu pula An Lok Kong cu, putri itu pun tertawa geli-
"Hi hi hi Aku menyuruh pembesar Lie dan para hartawan itu
berlutut, sungguh lucu sekali"
"Ngmm" Cu Goan Ciang manggut-manggut.
"Oleh karena itu, aku ingin mohon bantuanmu."
"Mohon bantuanku?" Thio Han Liong tertegun.
"Apa yang dapat kubantu?"
"Engkau akan kuangkat sebagai petugas rahasiaku," sahut
Cu Goan Ciang sungguh-sungguh-
"Engkau berhak menghukum pembesar yang manapun,
kalau pembesar itu melakukan tindak korup atau menindas
rakyat. Aku percayakan tugas ini padamu."
"yang Mulia...."
"Kakak Han Liong, jangan menolak" ujar An Lok Kong cu
cepat, "Itu demi rakyat, juga merupakan tugas mulia bagimu."
"Adik An Lok, aku... aku tidak mau terikat. Lagi pula... aku
tidak mau menjadi pejabat tinggi istana." Thio Han Liong
memberitahukan. "Ha ha ha" Cu Goan Ciang tertawa.
"Engkau tidak akan terikat dan engkau pun bukan pejabat
tinggi istana. Tapi engkau adalah petugas khusus menghukum
para pembesar yang korup dan menindas rakyat, oleh karena
itu, aku akan memberimu sebuah medali emas tanda
pengenalku. Para pembesar maupun menteri yang mana pun
harus memberi hormat kepadamu jika melihat tanda
pengenalku." "seandainya medali emas itu hilang dan dipungut orang
lain, bukankah orang itu juga bisa bertindak seperti aku?"
"Han Liong" cu Goan Ciang manggut-manggut.
"Engkau memang teliti, aku kagum kepadamu. Namun
orang lain tidak bisa menggunakan medali emas tanda
pengenalku." "Kenapa?" Thio Han Liong heran.
"Engkau harus tahu, para pejabat tinggi harus apel setiap
pagi di istana. Tentunya aku akan mengumumkan tentang
dirimu, maka orang lain tidak bisa menggunakan medali emas
tanda pengenalku itu."
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut mengerti,
kemudian bertanya. "Seandainya aku menyalah gunakan tanda pengenal itu,
siapa yang akan menghukum diriku?"
"Aku." sahut An Lok Kong cu mendadak-
"sebab aku tahu engkau tidak akan menyalahgunakan
tanda pengenal ayahku-"
"Adik An Lok- - " Thio Han Liong tersenyum-
"Eh" Han Liong" cu Goan Ciang memandangnya.
"Seharusnya engkau memanggilnya Adik Ay Ceng, bukan
Adik An Lok-" "Maaf, Aku sudah biasa memanggilnya Adik An Lok> kalau
aku memanggilnya Adik Ay Ceng, rasanyaa agak jauh-"
"Kakak Han Liong," ujar An Lok Kong cu cepat.
"Kalau begitu, engkau terus panggil aku Adik An Lok saja
agar dekat denganmu"
"Baik," Thio Han Liong mengangguk-
"Ha ha ha" Cu qoan ciang tertawa terbahak-bahak,
kemudian mengeluarkan sebuah medali emas berukiran
sepasang naga, sebelahnya berukiran beberapa huruf
berbunyi demikian "Tanda perintah Kalbar".
"Hab Liong terimalah tanda perintahku"
"ya, yang Mulia." Thio Han Liong segera bangkit berdiri
Kemudian setelah memberi hormat, barulah ia menerima
Tanda pengenal Kaisar tersebut seraya berkata.
"Hamba pasti melaksanakan tugas ini dengan baik. Apabila
hamba menyalahgunakan Tanda Pengenal Kaisar ini, maka
hamba siap di hukum."
"Bagus, bagus" Cu Goan Ciang gembira sekali-
"Ha ha ha Han Liong, kelak kalau engkau bertemu ke dua
orangtuamu, sampaikan salamku kepada mereka"
"ya, yang Mulia-" Thio Han Liong mengangguk-
"Han Liong" cu Goan Ciang menatapnya dalam-dalam-
"Aku gembira sekali bertemu engkau, namun... sayang
sekali engkau sudah mempunyai kekasih. Kalau tidak, aku
pasti menjodohkan putriku kepadamu."
"Terima kasih, yang Mulia," ucap Thio Han Liong.
"Aku memang sudah punya kekasih, tapi aku tetap
menganggap Adik An Lok seperti adikku sendiri"
"Bagus, bagus" Cu tioan Ciang memandang mereka.
"Sekarang kalian boleh kembali ke istana An Lok-"
"Ya, Ayahanda."
"ya, yang Mulia."
Mereka berdua segera menuju istana An Lok- kemudian
duduk di taman bunga dan Lan Lan cepat-cepat menyuguhkan
teh wangi "Silakan minum, Kong cu dan Tuan Muda" ucap Lan Lan
lalu meninggalkan tempat itu.
" Kakak Han Liong, kini legalah hatiku" ujar An Lok Kong cu
sambil tersenyum. "Kesalahpahaman ayahku dengan ayahmu telah
dijernihkan, lagipula kini engkau boleh dikatakan sebagai wakil
ayahku" "Demi rakyat," sahut Thio Han Liong.
"Kalau tidak aku tidak akan menerima Tanda Pengenal
Kaisar itu" "Ayahku pun memikirkan nasib rakyat, maka mengutusmu
untuk menghukum para pembesar korup yang menindas
rakyat. Tugas itu memang cocok bagimu. Rakyat yang
tertindas pasti senang sekali akan kehadiranmu."
"Adik An Lok.." ucap Thio Han Liong sungguh-sungguh-
"Aku pasti melaksanakan tugasku itu sebaik mungkin, tidak
akan mengecewakan rakyat."
"Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu tersenyum gembira.
"oh ya, aku harap engkau sudi tinggal di sini beberapa
hari." "Tinggal di sini beberapa hari?"
"ya." "Baiklah." Thio Han Liong tersenyum.
"Aku akan menikmati kesenangan di istana An Lok ini.
Betul-betul di luar dugaanku oh ya, aku harus mengembalikan
giok titipanmu itu."
" Kakak Han Liong, giok itu kuberikan kepadamu," ujar An
Lok Kong cu dan menambahkan.
"Dengan menambahkan giok itu pada dirimu, maka engkau
tidak akan melupakan diriku."
"Adik An Lok" Thio Han Liong memandangnya.
"Aku tidak akan melupakanmu selama-lamanya,
percayalah" "Tapi..." Wajah An Lok Kong cu tampak murung.
"setelah bertemu Giok Cu, engkau pasti melupakanku."
"Tidak-" Thio Han Liong tersenyum.
"Pokoknya aku tidak akan melupakanmu selama- lamanya."
"Kakak Han Liong, rasanya aku ingin bersamamu selamalamanya,"
bisik An Lok Kong cu. "Tapi - engkau sudah punya kekasih, aku...."
"Adik An Lok" Mendadak Thio Han Liong memegang
tangannya. "Aku tetap baik terhadapmu. Terus terang aku... aku pun
mencintaimu, tapi aku tidak mau mengkhianati cintaku
terhadap Giok Cu. Aku harap engkau maklum dalam hal ini"
"Justru itu, aku semakin kagum padamu." An Lok Kong cu
memandangnya dengan penuh rasa kasih sayang.
"Aku harap... suatu hari nanti kita akan berkumpul dan
selama-lamanya tidak akan berpisah-"
"Adik An Lok--"
"Kakak Han Liong, setelah engkau pergi nanti, jangan lupa
ke mari lagi menengokku-Kalau engkau tidak ke mari, aku
pasti pergi mencarimu dalam rimba persilatan."
"Adik An Lok-" ujar Thio Han Liong berjanji-
"Kelak aku pasti ke mari lagi menengokmu, percayalah"
" Aku percaya, aku percaya sepenuhnya." An Lok Kong cu
menatapnya dengan mesraTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
" Kakak Han Liong, aku - aku cinta kepadamu- Aku--- pasti
menunggu kedatanganmu-"
"Adik An Lok, - " Thio Han Liong menggenggam tangannya
erat-erat- "Aku pasti ke mari lagi kelak untuk menengokmu-"
"Terima kasih. Kakak Han Liong, terima kasih - "
Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong berpamit kepada
Cu Goan ciang dan An Lok Kong Cu- setelah itu barulah ia
meninggalkan istana An Lok, An Lok Kong cu mengantar
kepergiannya dengan air mata berderai-derai.
Thio Han Liong melakukan perj a Lan ke arah timur, dan
tiga hari kemudian ia sudah tiba di kota Gin Lam. Kota
tersebut cukup besar, namun tampak agak sepi- Tidak begitu
banyak para pedagang, tapi begitu banyak gembel di pinggir
jalan. Betapa herannya Thio Han Liong menyaksikan itu, maka
ia mampir di sebuah kedai teh yang amat sepi itu
"Tuan mau minum arak apa?" tanya seorang lelaki berusia
lima puluhan. "Arak wangi," sahut Thio Han Liong. Kemudian ia
menengok ke sana ke mari, tapi tidak tampak tamu lain,
bahkan tidak tampak pelayan pula.
"Tuan, ini arak wangi simpananku, silakan mencicipinya"
ucap lelaki itu "Terima kasih-" Thio Han Liong meneguk arak wangi itu,
lalu bertanya, "Paman, kenapa kedai ini sepi sekali?"
"Lima tahun lalu, kedai arakku ini ramai sekali." Lelaki itu
memberitahukan. "Namun sekarang sepi sekali bahkan seluruh kota pun sepi
sekali." "Kenapa begitu?" tanya Thio Han Liong.
"Lima tahun lalu, pembesar di kota ini amat adil dan bijak-"
Lelaki itu memberitahukan.
"Maka penduduk di kota ini hidup makmur, tapi kemudian
pembesar itu pensiun, yang menggantikan beliau adalah
pembesar Liok, Tak disangka sama sekali, pembesar Liok
menerima sogokan para hartawan di kota ini. setelah itu.
pajak apa pun dinaikkan. Banyak yang tidak mampu
membayar pajak, sehingga rumah mereka disita, akhirnya
mereka menjadi gelandangan di pinggir jaLan dan hidup
mereka terlunta-lunta."
"oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Maaf, Paman adalah pemilik kedai arak ini?"
"ya." Lelaki itu mengangguk.
"sudah tiga turunan kami tinggal di kota ini dan mengelola
kedai arak ini-" " Kalau begitu, Paman pasti kenal mereka yang tersita
rumahnya?" tanya Thio Han Liong.
"Aku kenal mereka semua, bahkan aku sering memberi
mereka makanan. Namun...." Pemilik kedai arak menggelenggelengkan
kepala. "Kini aku sudah mulai miskin, tidak mampu membantu
mereka lagi." "Paman tidak punya anak?"
"Punya anak lelaki satu, tapi...." la menghela nafas
panjang. "Beberapa tahun lalu, anakku itu pernah ikut ujian di Kota
raja, namun gagal meraih gelar ceng Goan (sarjana), sehingga
membuatnya putus asa, maka dia hidup menyendiri di pinggir
kota." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Anak Paman itu sudah berkeluarga?"
"Belum." "Paman" Thio Han Liong menatapnya.
"Bisakah Paman pergi memanggilnya ke mari?"
"Tentu bisa, tapi...." Pemilik kedai arak mengerutkan
kening. " untuk apa dia dipanggil ke mari?"
"Aku ingin minta bantuannya" sahut Thio Han Liong.
"Tuan...." Pemilik kedai arak menggeleng-gelengkan
kepala. " Anakku itu tidak bisa membantu apa-apa, sebab dia siu
cay (sastrawan) miskin- - "
"Paman" Thio Han Liong tersenyum seraya bertanya,
"Apa cita-citanya kalau dia berhasil meraih gelar sarjana
beberapa tahun lalu?"
"Terus terang, dia - dia bercita-cita menjadi pembesar kota
ini, agar penduduk kota ini terlepas dari kemiskinan."
"oleh karena itu, Paman harus segera pergi
memanggilnya," ujar Thio Han Liong dengan serius.
"Itu - ." Pemilik kedai arak tampak ragu.
"Paman" desak Thio Han Liong.
"Biar bagaimanapun, Paman harus segera pergi
memanggilnya kemari"


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu - ." Pemilik kedai arak memandang ke langit.
" Kalau aku pergi sekarang, harus sore baru bisa kembali.
Bagaimana dengan kedai arakku ini?"
"Aku akan menjaga di sini," sahut Thio Han Liong.
Pemilik kedai arak menatapnya, sejenak kemudian barulah
mengangguk seraya berkata dengan sungguh-sungguhTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Anak muda, aku harap engkau tidak mempermainkan
diriku yang sudah cukup tua ini"
"Jangan khawatir" Thio Han Liong tersenyum-
"Aku tidak akan mempermainkan paman."
"Baiklah, engkau boleh tunggu di sini, aku berangkat
sekarang." Pemitik kedai arak itu langsung pergi.
sedangkan Thio Han Liong terus duduk di tempat sambil
menikmati arak wanginya. Berselang beberapa saat kemudian,
tampak seorang gadis berusia dua puluhan memasuki kedai
arak itu Gadis itu berparas cantik dan berpakaian sederhana.
Ketika melihat Thio Han Liong duduk seorang diri,
terbelalaklah gadis itu. "Maaf." ucapnya.
"Di mana Paman Lo?"
"Paman Lo?" Thio Han Liong tertegun.
"Maksud Nona pemilik kedai arak ini?"
"ya." "Paman Lo sedang pergi memanggil putranya ke mari."
"oh?" Gadis itu mengerutkan kening dan tampak
tercengang. "Kenapa Paman Lo pergi memanggilnya" "
"Karena aku ingin minta bantuannya"jawab Thio Han Liong.
"oh ya, bolehkah aku tahu siapa Nona?"
"Namaku sui Ing." Gadis itu memberitahukan.
"Ayahku kawan baik Paman Lo- Ayahku menyuruhku ke
mari beli arak" "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Nona sui Ing, silakan duduk, aku ingin bercakap-cakap
sebentar." "Tapi...." sui Ing tampak ragu, namun kemudian duduk
juga di hadapan Thio Han Liong.
"Maaf aku belum tahu nama Anda-"
"Namaku Thio Han Liong."
Jadi Anda menunggu Paman Lo?"
"ya. Nona sui Ing kenal putranya?"
"Tentu kenal, bahkan kami berteman sejak kecil." sui Ing
memberitahukan. "sejak dia gagal meraih gelar sarjana, maka dia pun jarang
ke rumah menemuiku lagi. Padahal ayahku tidak
mempermasalahkan itu, namun dia yang merasa malu kepada
ayahku." "Nona sui Ing, apa pekerjaan ayahmu?"
" Ayahku pedagang besar di kota ini, tergolong hartawan
juga. Tapi - ." sui Ing menghela nafas panjang.
"Kini ayahku sudah bangkrut, maka jatuh miskin- Itu pun
dikarenakan sering membantu para gelandangan. Tapi ayahku
sama sekali tidak menyesal."
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Bagus Itu bagus sekali oh ya, kelihatannya Nona
mempunyai hubungan istimewa dengan putra Paman Lo itu"
"ya." sui Ing mengangguk perlahan.
"Kami berdua merupakan sepasang kekasih, namun sejak
dia gagal ujian di Kotaraja, sejak itu pula dia jarang ke rumah,
bahkan pindah ke pinggir kota...."
"Nona sui Ing" tanya Thio Han Liong.
"Bolehkah aku tahu siapa namanya?"
"Dia bernama Lo Tek Huang."
"Nona sui Ing," ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh-
"Aku pasti membantu kalian, percayalah-"
"Membantu kami" Maksudmu?" sui Ing heran.
"Membantu kalian terangkap menjadi suami isteri yang
hidup bahagia," jawab Thio Han Liong sambil tersenyum dan
menambahkan. "Bahkan kota ini pun akan terlepas dari kemiskinan dan
tindak korup dari pembesar itu."
"oh?" sui Ing menatapnya, kemudian menggelenggelengkan
kepala sambil bergumam. "Itu... itu bagaimana mungkin?"
"Percayalah kepadaku"
"Engkau...." sui Ing bangkit berdiri
"Oh ya, kalau Tek Huang ke mari, tolong beritahukan
kepadanya bahwa aku ke mari"
"Baik," Thio Han Liong mengangguk-
"Aku mohon diri," ucap sui Ing lalu meninggalkan kedai
arak itu. sedangkan Thio Han Liong tetap duduk di tempat-
Berselang beberapa saat kemudian, muncul seorang tua
bersama sui Ing ke kedai arak itu-
Thio Han Liong segera bangkit berdiri, sedangkan orangtua
dan sui Ing menghampirinya-
"Anak Muda" orangtua itu menatapnya seraya
memperkenalkan diri "Aku adalah Thio yauw song, dia putriku."
"Paman Thio" panggil Thio Han Liong.
"silakan duduk"
"Ngmm" Thio yauw song manggut-manggut sambil dudukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kita sama-sama marga Thio, maka engkau tak perlu
sungkan-sungkan." "Terima kasih, Paman"
"Anak Muda, ada apa Lotua itu pergi memanggil putranya?"
"Aku ingin minta bantuan kepada putranya."
"oh?" Thio yauw song menatapnya dalam-dalam.
"Dia seorang sastrawan, apa yang dapat dia bantu?"
"Daya pikirannya," sahut Thio Han Liong.
"Dia harus memikirkan apa untukmu?" tanya Thio yauw
song heran. "Kalau dia sudah ke mari, Paman akan mengetahuinya,"
jawab Thio Han Liong agak misterius.
"Aku...." Thio yauw song menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak habis pikir-"
"Paman" Thio Han Liong tersenyum.
"Tadi Nona sui Ing bilang. Paman adalah mantan pedagang
besar dan tergolong hartawan."
" ya." Thio yauw song mengangguk sambil menghela nafas
panjang. "Tapi kini aku sudah bangkrut, boleh dikatakan aku sudah
jatuh miskin, tidak lama lagi rumahku pasti disita oleh
pembesar Liok yang kejam itu."
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Anak Muda," tanya Thio yauw song mendadak-
"sebetulnya engkau berasal dari mana?"
"Paman" Thio Han Liong tersenyum-
"Nanti Paman akan mengetahuinya-"
"Kok.." Thio yauw song menggeleng-gelengkan kepala-
"Engkau misterius sekali, namun aku yakin engkau bukan
orang jahat-" "Paman, aku bukan orang jahat- Aku justru ingin menolong
para penduduk di kota ini."
"Apa?" Thio yauw song terbelalak-
"Anak Muda jangan main-main Kalau pembesar Liok
mendengarnya, engkau pasti dihukum-"
Thio Han Liong cuma tersenyum- Di saat bersamaan
muncullah Lo Ah sam bersama putranya, Lo Tek Huang.
Begitu melihat Thio yauw song dan putrinya berada di situ, Lo
Ah sam tertawa gelak- "Ha ha ha Angin apa yang membawamu ke mari?"
"Tadi aku menyuruh putriku ke mari membeli arak. tapi
engkau tidak ada," sahut Thio yauw song sambil melirik Thio
Han Liong. "yang ada di sini pemuda itu, putriku memberitahukan,
maka aku ke mari bersamanya."
"oooh" Lo Ah sam duduk, lalu memperkenalkan putranya.
" Anak Muda, ini putraku, Lo Tek Huang.?
"saudara Lo, selamat bertemu" ucap Thio Han Liong sambil
memberi hormat. "saudara- - " LoTek Huang menatapnya dengan penuh
perhatian, "Ada urusan apa engkau menyuruh ayahku memanggilku
ke mari?" "Aku ingin minta bantuanmu," sahut Thio Han Liong.
"Kalian duduklah, Janganlah bercakap-cakap sambil berdiri"
ujar Lo Ah sam. Lo Tek Huang dan Thio Han Liong segera duduk- usia Lo
Tek Huang lebih tua beberapa tahun dari Thio Han Liong,
namun Thio Han Liong lebih tampan,
"saudara" tanya Lo Tek Huang.
"Apa yang dapat kubantu?"
"Tadi dia sudah bilang," sahut Thio yauw song.
"Dia membutuhkan daya pikirmu."
"Daya pikirku?" Lo Tek Huang tercengang.
"Saudara Lo sekolah begitu tinggi, tentunya daya pikirmu
amat luar biasa. Maka alangkah baiknya diterapkan demi
menegakkan keadilan" sahut Thio Han Liong.
"Bukankah saudara Lo ingin menjadi pembesar di kota ini?"
"Aduh saudara. - " Wajah LoTek Huang langsung berubah
pucat pias, lalu menengok ke sana ke mari, seakan khawatir
ucapan Thio Han Liong tadi terdengar oleh orang lain.
"Lho?" Thio Han Liong terheran-heran. -
"Ada apa?" "Saudara, jaga mulutmu baik-baik" tegur Lo Tek Huang.
"Kalau sampai para pengawal pembesar Liok mendengar,
engkau pasti celaka."
"Saudara Lo" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Kenapa kalian begitu takut kepada pembesar lalim itu?"
"Kami...." Lo Tek Huang menggeleng-gelengkan kepala.
"Pembesar Liok amat berkuasa di kota ini, dan para
pengawalnya pun sering bertindak sewenang-wenang, oleh
karena itu...." "Sebetulnya kalian tidak usah takut," potong Thio Han
Liong, "oh ya, kenapa kalian tidak mengadu kepada atasan
pembesar Liok?" "Itu berarti kami cari mati." Lo Tek Huang menarik nafas
panjang. "Aaahhh Siapa yang berani melawan pembesar Liok?"
"Begini," ujar Thio Han Liong dengan suara rendah.
"Paman Lo dan Paman Thio mengumpulkan semua
gelandangan, setelah itu saudara Lo membawa mereka ke
tempat sidang pembesar Liok untuk unjuk rasa."
"Hah...?" Mulut Lo Tek Huang ternganga lebar, begitu pula
yang lain, kemudian memandang Thio Han Liong dengan mata
terbeliak lebar, "Itu berarti cari mati."
"Saudara Lo" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Engkau sama sekali tidak punya keberanian."
"Bukan tidak punya keberanian, melainkan kami akan mati
sia-sia," sahut Lo Tek Huang dan menambahkan.
"Karena para pengawal itu akan membunuh kami.
Bagaimana mungkin kami dapat melawan mereka?"
"Aku bersedia membantu kalian" ujar Thio Han Liong.
"Percayalah" "Engkau - ." Lo Tek Huang menatapnya.
"Bagaimana mungkin kami dapat mempercayaimu?"
"Anak Muda" tegur Lo Ah sam pemilik kedai arak itu.
"Kami semua sudah hidup tertekan, engkau jangan
menambah masalah lagi untuk kami"
"Paman Lo, aku...."
"Anak Muda" Thio yauw song menatapnya seraya bertanya,
"Berdasarkan apa engkau menyuruh kami melakukan itu?"
"Tentunya berdasarkan kebenaran dan keadilan" jawab
Thio Han Liong dan melanjutkan.
"Juga berdasarkan ilmu silatku. Kalau tidak, bagaimana
mungkin aku berani menyuruh Paman Lo dan Paman Thio
melakukan itu?" "Engkau mahir ilmu silat?" tanya Thio yauw song.
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Dapatkah engkau mengalah kan para pembesar Liok?"
tanya Thio yauw song lagi.
"Itu sudah pasti. Kalau tidak aku pun tidak akan berani
membicarakan itu," sahut Thio Han Liong.
"Adik Han Liong..." Panggil Thlo sui Ing.
"Marga kita sama, aku lebih besar darimu. Pantas aku
memanggilmu adik kan?"
"Ya, Kakak sui Ing." Thio Han Liong manggut-manggut.
"Baik, aku mempercayaimu," ujar Thio sui Ing.
"Ha ha ha" Thio yauw song tertawa gelak-
"Putriku saja mempercayainya, apalagi aku. tentunya lebih
mempercayainya" "Ha ha ha" Lo Ah sam tertawa terbahak-bahak-
"Kalau begitu akupun- tidak mau ketinggalan"
"Adik sui Ing...." Lo Tek Huang menatapnya dengan mesra-
"Engkau berani mempercayainya,- kenapa aku tidak?"
"Kakak Tek Huang...." Wajah Thio sui Ing berseri.
"Terima kasih..-"
"Han Liong" tanya Thio yauw song.
"Apa rencanamu sekarang?"
"Mulai sekarang Paman Thio dan Paman Lo mengumpulkan
para gelandangan, besok pagi bersama saudara Lo menuju
tempat sidang pembesar Liok- Kalian semua harus berteriakteriak
memprotes tindakan pembesar Liok- Kalau para
pengawalnya berani main senjata, barulah aku muncul-"
"Baik," Thio yauw song menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Liong, mati hidupnya kami esok pagi berada di
tanganmu- Mudah-mudahan engkau tidak cuma omong
kosong" "Aku belum sinting atau gila," sahut Thio Han Liong sambil
tersenyum- "Pokoknya ada kejutan untuk kalian esok?"
"Kakak Tek Huang" ujar Thio sui Ing mendadak
"Aku ikutjuga esok pagi."


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Adik sui Ing...." Lo Tek Huang mengerutkan kening.
"Tidak apa-apa," ujar Thio Han Liong.
"Biar dia ikut esok pagi, sebab merupakan suatu
pengalaman baginya."
"Itu...." Akhirnya Lo Tek Huang mengangguk.
"Baik-lah-" "Terima kasih. Kakak Tek Huang" ucap Thio sui Ing dengan
wajah berseri- "Terima kasih. - "
-ooo00000ooo- Pagi itu tampak para gelandangan yang dipimpin Lo Ah
sam, Thio yauw song, Lo Tek Huang, dan Thio sui Ing berbaris
rapi menuju kantor sidang pembesar Liok- Kejadian tersebut
tentunya amat menggemparkan warga kota itu, bahkan
diantaranya ada yang bertanya langsung kepada Lo Ah sam
dan Thio yauw song. "Ada apa Lo tua?"
"Mau unjuk rasa di kantor sidang Liok Tayjin" jawab Lo Ah
sam memberitahukan, "sudah sekian tahun kita hidup tertekan, maka kini sudah
saatnya kita bangkit untuk melawan kelaliman Liok Tayjin"
"Lo tua Engkau... mau cari mati?"
" Lebih baik mati daripada hidup tertekan Lihatlah mereka"
Lo Ah sam menunjuk para gelandangan,
"sebelumnya mereka bukan gelandangan, karena tidak
mampu membayar pajak yang begitu tinggi, akhirnya rumah
mereka disita oleh Liok Tayjin, lalu dijual kepada para
hartawan, sehingga mereka menjadi gelandangan"
"Betul" teriak warga kota itu penuh semangat.
"Kawan-kawan mari kita bergabung dengan mereka"
Warga kota golongan menengah mulai bergabung dengan
Lo Ah sam. Mereka menuju kantor sidang Liok Tayjin sambil
berteriak-teriak memprotes tindakan pembesar itu.
sampai di depan kantor sidang itu, tampak puluhan
pengawal Liok Tayjin sudah menjaga ketat.
"Kalian semua ingin memberontak?" bentak pemimpin
pengawal. "Tidak takut akan dihukum?"
"Sesungguhnya pajak untuk kota ini tidak begitu tinggi, tapi
Liok Tayjin telah menaikkan demi memperkaya diri sendiri"
sahut Lo Tek Huang dengan berani.
"Dia telah menyalah gunakan wewenangnya...."
"Diam" bentak pemimpin pengawal.
"Ayoh- cepat bubar Kalau tidak, kami akan tangkap kalian"
"Kami ingin menemui Liok Tayjin- seru Lo Tek Huang."
"sebelum menemui Liok Tayjin, kami tidak akan bubar"
"Mau apa kalian menemui Liok Tayjin?" tanya pemimpin
pengawal sambil mengerutkan kening.
"Menuntut keadilan" sahut Lo Tek Huang.
Di saat bersamaan, dari dalam kantor sidang itu berjalan
keluar Liok Tayjin, lalu bertanya kepada pemimpin
pengawalnya. "Mau apa mereka?"
"Mereka sedang unjuk rasa,"jawab pemimpin pengawal
sambil memberi hormat. "Tayjin, apa yang harus kuperbuat terhadap mereka?"
(Bersambung keBagian 20) Jilid 20 "Hmm" dengus Liok Tayjin dingin.
"Kalau begitu, bunuh saja mereka kalau tidak mau bubar"
"Baik Tayjin." Pemimpin pengawal mendekati Lo Tek Huang
dan lainnya. "Cepatlah kalian bubar, kalau tidak kami terpaksa
membunuh kalian, itu perintah dari Liok Tayjin"
"Sebelum Liok Tayjin memberi kebijaksanaan kepada kami,
kami tidak akan bubar" sahut Lo Tek Huang.
"Kalau begitu...." Pemimpin pengawal itu masih ragu
melaksanakan perintah Liok Tayjin, namun pembesar Liok
justru berseru. "Bunuh saja mereka"
"ya, Tayjin" sahut pemimpin pengawal, tapi masih berkata
kepada Lo Tek Huang dan lainnya.
"Lebih baik kalian bubar Biar aku yang berunding dengan
Liok Tayjin mengenai tuntutan kalian-"
"Cepat bunuh merekap teriak Liok Tayjin gusar.
"Cepaaat" "Tayjin ini menyangkut hukum, Hamba tidak berani
sembarangan membunuh mereka," ujar pemimpin pengawal
itu. "Bagus" Betapa gusarnya Liok Tayjin.
"Sekarang juga engkau kupecat. Sim Huai Beng, mulai saat
ini kuangkat engkau menjadi pemimpin pengawal"
"Terima kasih, Tayjin," ucap Sim Huai Beng.
"Nah, cepatlah perintahkan para anak buahmu membunuh
mereka" seru Liok Tayjin.
"Baik, Tayjin," Sim Huai Beng memberi hormat, lalu
memberi perintah kepada anak buahnya.
" Harus kalian bunuh para pengacau itu Pokoknya kalian
akan memperoleh hadiah"
"ya" Para pengawal itu mulai menghunus senjata masingmasing.
"Tahan" bentak pemimpin pengawal yang baru dipecat itu.
"Sim Huai Beng, apakah engkau akan melaksanakan
perintah itu untuk membunuh mereka?"
"Ha ha ha" sim Huai Beng tertawa gelak-
"Liu Teng san, lebih baik engkau cepat menyingkir Kalau
tidak, aku pun akan membunuhmu"
"Hmm" dengus Liu Teng san dingin,
"Baik, kalau begitu mari kita bertempur"
"TUnggu" Mendadak terdengar seruan yang amal
memekakkan telinga, kemudian melaya turun seorang
pemuda, yang tidak lain Thio Han Liong.
"siapa engkau?" bentak sim Huai Beng.
"Mau mengacau di sini juga?"
"Engkau baru diangkat menjadi pemimpin pengawal,
namun sudah mulai bertindak di luar prikemanusiaan Hmm
Engkau tidak terluput dari hukum yang berlaku"
"Ha ha" Sim Huai Beng tertawa.
"Anak Muda, engkau berani berkata begitu di hadapanku?"
"Kenapa tidak?" sahut Thio Han Liong sambil menatapnya
tajam. "Sim Huai Beng" teriak Liok Tayjin,
" Cepat tang kap pemuda itu, aku akan menghukumnya"
"ya, Tayjin," sahut sim Huai Beng, lalu mendadak
mengayunkan senjatanya menyerang Thio Han Liong.
"Hmm" dengus Thio Han Liong dingin,
"engkau memang ingin cari penyakit"
Tiba-tiba Thio Han Liong mengibaskan tangannya. Seketika
itujuga Sim Huai Beng terpental beberapa depa, kemudian
roboh dengan mulut mengeluarkan darah- Betapa terkejutnya
Liu Teng san. la tidak menyangka Thio Han Liong
berkepandaian begitu tinggi, sementara Lo Tek Huang, Thio
sui Ing dan lainnya bertepuk sorak penuh kegembiraan.
"Liu Teng San" kata Thio Han Liong.
"seret Liok Tayjin itu kemari"
Thio Han Liong mengibaskan tangannya, seketika itu juga
sim Huai Beng terpental beberapa depa, dan roboh dengan
mulut mengeluarkan darah-
"ya-" Liu Teng san mengangguk- Lalu segera masuk dan
diseretnya Liok Tayjin ke hadapan Thio Han Liong.
Para pengawal diam saja, sama sekali tidak berani
bertindak apa pun karena telah menyaksikan kepandaian Thio
Han Liong, lagi pula banyak yang tidak senang terhadap
pembesar Liok- "Anak Muda, engkau- - " Betapa gusarnya Liok Tayjin,
"Diam" bentak Thio Han Liong.
"engkau pembesar lalim, bahkan tidak mematuhi
peraturan-peraturan yang dikeluarkan dari istana, oleh karena
itu, hari ini engkau harus dihukum"
"siapa engkau?" Liok Tayjin mulai ketakutan.
"Cepatlah engkau berlutut" bantak Thio Han Liong sambil
memperlihatkan Medali Emas Tanda Pengenal Kaisar.
"Haahhh" Menggigillah sekujur badan Liok Tayjin,
"Hamba Liok Tung Hang memberi hormat kepada yang
Mulia, ampunilah hamba"
Liok Tayjin langsung berlutut di hadapan Thio Han Liong
dan tentunya sangat mengejutkan Liu Teng san, Lo Tek
Huang, Thio sui Ing, Lo Ah sam, Thio yauw song dan lainnya
serta para pengawal. Liu Teng san beserta para pengawal
langsung berlutut, begitu pula Sim Huai Beng yang terluka itu.
" Hamba memberi hormat kepada yang Mulia" ucap
mereka. "Kalian bangunlah" Thio Han Liong menyimpan Medali
Emas itu. "Terima kasih yang Mulia," ucap mereka sambil bangkit
berdiri- Thio Han Liong menatap Liok Tayjin dengan dingin sekali,
sedangkan badan Liok Tayjin terus bergemetar dalam keadaan
berlutut- "Liok Tung Hang Engkau telah menyalah gunakan
wewenangmu di kota ini, maka mulai hari ini engkau kupecat
dari jabatanmu" "Terima kasih yang Mulia-" Liok Tayjin menarik nafas lega,
karena Thio Han Liong tidak menghukum mati dirinya-
"Liu Teng san, lepaskan topi dan pakaian dinasnya" Thio
Han Liong memberi perintah kepada mantan pemimpin
pengawal itu. "ya, yang Mulia." Liu Teng san segera melepaskan topi dan
pakaian dinas pembesar Liok- seketika juga Lo Tek Hang dan
lainnya bersorak sorai penuh kegembiraan.
"Liok Tung Hang, sekarang engkau boleh bangun" ujar Thio
Han Liong. "Terima kasih yang Mulia," ucap Liok Tung Hang sambil
bangkit berdiri dengan wajah pucat pias.
"Liok Tung Hang, cepat ambil semua surat-surat penting
dari istana maupun surat-surat penting rumah para penduduk
kota ini, yang telah disita semua surat-surat harus ditaruh di
atas meja sidang" "ya, yang Mulia."
"Setelah itu, engkau ke mari menghadapku lagi"
"ya, yang Mulia-" Liok Tung Hang segera melaksanakan
perintah itu, setelah itu, ia kembali menghadap Thio Han
Liong. "yang Mulia, semua surat-surat penting itu sudah berada di
atas meja sidang." "Ng" Thio Han Liong mengangguk-
"Liok Tung Hang, sekarang engkau harus membawa
keluargamu pulang ke kampung halaman, semua hasil
korupsimu harus dibawa ke mari Kalau tidak- engkau pasti
dihukum penggal kepala"
"ya, yang Mulia," ucap Liok Tung Hang lalu segera
meninggalkan tempat itu dengan kepala tertunduk.
"sim Huai Beng" seru Thio Han Liong.
"Hamba menghadap yang Mulia-" sim Huai Beng segera
berlutut di hadapan Thio Han Liong.
"seharusnya engkau kuhukum, tapi mengingat engkau
cuma melaksanakan perintah Liok Tung Hang, maka
kubebaskan gngkau dari hukuman."
"Terima kasih, yang Mulia," ucap sim Huai Beng terharu
atas kebaikan Thio Han Liong.
"Bangunlah" "Terima kasih, yang Mulia." Sim Huai Beng segera bangkit
berdiri "Liu Teng san" panggil Thio Han Liong.
" Hamba siap menerima perintah, yang Mulia." Liu Teng
san berlutut. "Engkau tetap sebagai pemimpin para pengawal di sini, sim
Huai Beng termasuk bawahanmu," ujar Thio Han Liong.
"Terima kasih, yang Mulia," ucap Liu Teng san.
"Bangunlah" Thio Han Liong tersenyum.
"Terima kasih, yang Mulia." Liu Teng san segera bangkit
berdiri, lalu mundur, sim Huai Beng cepat-cepat
mendekatinya, ternyata ia minta maaf kepada Liu Teng san.
"Lo Tek Huang" panggil Thio Han Liong.
" Hamba menghadap, yang Mulia," ucap Lo Tek Huang
sambil berlutut. " Hamba...." "Lo Tek Huang, hari ini engkau kulantik menggantikan
kedudukan Liok Tung Hang."
"Hah" Apa?" Mulut Lo Tek Huang ternganga lebar-
"Hamba...-" "Lo Tek Huang, engkau harus menerima jabatan itu." tegas
Thio Han Liong. " Kalau Liok Tung Hang membawa hasil korupsinya ke
mari, sebagian dikembalikan kepada penduduk kota ini,
sebagian dimasukkan ke kas kerajaan. Aku yakin engkau
dapat melaksanakan tugas ini dengan baik-"
"ya, yang Mulia-"
"Thio Sui Ing" panggil Thio Han Liong.
"Hamba datang menghadap-" Thio sui Ing juga berlutut di
sisi Lo Tek Huang~ "Apa yang harus kulakukan yang Mulia?"
"Engkau dan Lo Tek huang harus segera menikah" sahut
Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Rumah Liok Tung Hang kusita untuk dihadiahkan kepada
kalian." "Terima kasih, yang Mulia," ucap Lo Tek Huang dan Thio
Sui Ing serentak dengan wajah berseri-seri.
"semua rumah yang telah disita itu harus dikembalikan
kepada pemiliknya, hartawan mana yang berani melawan,
tangkap saja dan hukum mereka"
"ya, yang Mulia."
"Buatkan laporan secara terperinci untuk diserahkan ke
istana" pesan Thio Han Liong.
"ya, yang Mulia."
"Nah, kalian boleh bangun sekarang."
"Terima kasih, yang Mulia." Lo Tek Huang dan Thio sui Ing
bangkit berdiri dengan wajah berseri-seri-
"Liu Teng san" panggil Thio Han Liong.
" Hamba menghadap yang Mulia." Liu Teng san segera
berlutut.

Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pakaikan topi dan pakaian dinas kepada Lo Tek Huang"
perintah Thio Han Liong. "ya, yang Mulia." Liu Teng san segera melaksanakan
perintah itu. Kini Lo Tek Huang sudah mengenakan topi dan pakaian
dinas, namun wajahnya agak tampak kemerah-merahan.
"Lo Tek Huang," ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Mulai sekarang engkau adalah Lo Tayjin,"
"Terima kasih, yang Mulia," ucap Lo Tek Huang sambil
berlutut. "Banguniah" "Terima kasih, yang Mulia-" Lo Tek Huang bangkit berdiri-
"Liu Teng San, engkau harus baik-baik menjaga Lo Tayjin"
-Pesan Thio Han Liong. "Jangan melalaikan tugasmu itu"
"ya, yang Mulia."
"Nan urusan sudah beres." Thio Han Liong tersenyum.
"Paman Lo, Paman Thio, kelak kita akan minum bersama
lagi." Mendadak Thio Han Liong melesat pergi, begitu cepat
laksana kilat sehingga membuat mereka terbelalak semua.
"Lo Tek Huang..." sayup-sayup masih terdengar suara
seruannya, "jadilah pembesar yang adil dan bijaksana..."
"ya, yang Mulia" Lo Tek Huang segera menjatuhkan diri
berlutut, begitu pula Thio sui Ing, Liu Teng san, sim Huai Beng
dan para pengawal. "Ha ha ha Ha ha ha..." Lo Ah sam dan Thio yauw song
tertawa terbahak-bahak- "Tak disangka pemuda itu adalah wakil kaisar...."
"Bahkan..." tambah Thio yauw song sambil tertawa
gembira. "Dia semarga dengan aku."
"Betul" Lo Ah sam tertawa gelak- "Ha ha ha - "
-ooo00000ooo- Bab 39 Pertandingan yang Tak seimbang
Thio Han Liong melakukan perjalanan sambil tertawa geli-
Ternyata ia teringat akan kejadian di kota Ciri- Lam.
"Tak disangka sama sekali, begitu besar pengaruh Medali
Emas Tanda Pengenal Kaisar itu. secara tidak langsung aku
adalah wakil kaisar- Kalau tahu itu apakah ayah akan marah"
Itu tidak mungkin, sebab aku bertindak demi keadilan dan
kebenaran, maka aku yakin ayah tidak akan memarahiku,"
gumam Thio Han Liong. Tak seberapa lama kemudian, ia melihat sebuah kedai teh
di pinggir jalan, dan ia cepat-cepat mampir. Pemilik kedai teh
langsung menyuguhkan teh wangi, kemudianjuga bertanya.
"Tuan mau pesan makanan lain?"
"Terima kasih, tidak usah," sahut Thio Han Liong.
Ketika ia mulai meneguk teh wanginya mendadak
muncullah seorang pemuda berwajah agak pucat ke dalam
kedai teh itu Begitu melihat pemuda itu, Thio Han Liong
langsung berseru. "Paman Kwan Paman Kwan, mari duduk di sini"
Pemuda itu ternyata Kwan Pek Him, murid si Mo- Ketika
melihat Thio Han Liong, Kwan Pek Him tampak tercengang,
tapi kemudian tersenyum sambil menghampirinya.
"saudara Thio-..." la duduk di hadapan -Thio Han Liong.
"Tak disangka kita bertemu di sini."
"Betul." Thio Han Liong manggut- manggut.
"Me-mang tak disangka sama sekali, namun sungguh
menggembirakan" "Tidak salah-" Kwan Pek Him tersenyum.
Pemilik. kedai itu segera menyuguhkan teh wangi, dan
Kwan Pek Him memesan sedikit makanan ringan.
"saudara Kwan," tanya Thio Han Liong.
"engkau mau ke mana?"
"Aku...," bisik Kwan Pek Him.
"Aku sedang melaksanakan perintah Kwce In Loan untuk
mencari Tong Koay, Lam Khie dan Pak Hong."
"oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening.
"Mau apa Kwee In Loan perintahkan engkau mencari ketiga
Locianpwee itu?" "Aaaah. - " Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"guruku pun sedang menyelidiki jejak mereka bertiga...."
"saudara Kwan, bolehkah engkau menjelaskan padaku?"
"Kita adalah kawan baik, tentunya aku akan menceritakan
kepadamu," sahut pemuda itu.
"Hiat Mo sudah berada di Tionggoan...."
"Apa?" Thio Han Liong terbelalak.
"Hiat Mo sudah berada di Tionggoan?"
"ya." Kwan Pek Him mengangguk-
"Memang sungguh di luar dugaan, ciu Lan Nio ternyata
cucunya. Mereka tinggal di lembah Pek yun Kok-"
"Oh?" Thio Han Liong terperangah-
"Dia cucu Hiat Mo itu?"
"ya-" Kwan Pek Him memberitahukan.
"Kekasihmu bernama Tan Giok Cu bersama Hiat Mo-"
"Oh?" Air muka Thio Han Liong tampak berubah-
"Bagaimana keadaannya?"
"Dia - -" Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan kepala-
"Dia telah di bawah pengaruh Hiat Mo - "
"Di bawah pengaruh Hiat Mo" Maksudmu?"
"Dia selalu menuruti perintah Hiat Mo, sama sekali tidak
mengacuhkan yang lain," tambah Kwan Pek Him-
"Bahkan kelihatan seperti kehilangan sukma- Kalau tidak
salah, Hiat Mo telah mempengaruhinya dengan semacam ilmu
sihir-" "Aaaah - " keluh Thio Han Liong, kemudian bertanya-
"Di mana letak lembah Pek yun Kok itu?"
" Aku pasti memberitahukan, tapi...." Kwan Pek Him
merendahkan suaranya. "Engkau harus ingat, jangan bilang aku yang
memberitahukan Kalau guruku tahu, celakalah diriku."
"saudara Kwan, aku berjanji"
"Lembah Pek yun Kok berada di - ." Kwan Pek Him
memberitahukan dan menambahkan.
"Kita pun jangan terlampau akrab di hadapan mereka.
Danjuga kalau engkau bertemu Tong Koay, Lam Khie atau Pak
Hong, suruh mereka pindah ke tempat yang lebih aman, agar
guruku tidak dapat menemukan mereka."
"Baik," Thio Han Liong mengangguk.
"oh ya" tanya Kwan Pek Him.
"Engkau bertemu Ciu Lan Hio?"
"Tidak-" Thio Han Liong menggelengkan kepala.
"Dia tidak bersama kakeknya?"
"Dia telah meninggalkan lembah Pek yun Kok- Kalau tidak
salah, dia sedang mencarimu."
"Oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening,
"Saudara Kwan, engkau harus tahu lho Aku tidak akan
mencintai Ciu Lan Nio, hanya menganggapnya sebagai adik
saja. Dalam hal ini, aku harap engkau mengerti"
"Aku mengerti." Kwan Pek Him tersenyum.
"Namun aku menyesal sekali, karena tidak bisa
membantumu." "yaah" Thio Han Liong menghela nafas panjang,
"oh ya Kalau aku bertemu Ciu Lan Hio, aku pasti
menasehatinya agar dia mencintaimu."
"Terima kasih, saudara Thio."
"Tapi - engkau jangan terlampau memaksakan diri dan
mendesaknya untuk mencintaimu" Pesan Thio Han Liong.
" yang penting engkau harus sabar dan bersungguh hati
terhadapnya, aku yakin suatu hari nanti, dia pasti jatuh cinta
kepadamu." "oh?" Wajah Kwan Pek Him berseri.
"saudara Thio, terima kasih atas petunjukmu."
"sama-sama." Thio Han Liong tersenyum.
" oh ya saudara Thio, engkau akan pergi mencari Hiat Mo?"
tanya Kwan Pek Him mendadak sambil menatapnya.
"ya." Thio Han Liong mengangguk-
"saudara Thio...." Kwan Pek Him menggeleng-gelengkan
kepala. "Kepandaian Hiat Mo sangat tinggi sekali, engkau ...."
"Aku memang bukan lawannya, namun... biar bagaimana
pun aku harus bertanding dengan dia."
"saudara Thio, engkau harus berhati-hati" Pesan Kwan Pek
Him dan melanjutkan. "Aku yakin Hiat Mo tidak akan membunuhmu, lagi pula Ciu
Lan Nio pasti membelamu."
"Aaaah - ?" Thio Han Liong menghela nafas panjang,
"sungguh kasihan Giok Cu...."
"saudara Thio - -" Kwan Pek Him menatapnya seraya
bertanya. "Engkau mau ke mana sekarang?"
"Aku akan langsung berangkat ke lembah Pek yun Kok-
Engkau?" "Aku... aku ingin mencari Ciu Lan Nio,"jawab Kwan Pek Him
dengan jujur. "Sesungguhnya aku tidak mencari Tong Koay, Lam Khie
atau Pak Hong, aku cuma keluyuran ke sana ke mari berharap
bertemu Ciu Lan Nio."
"saudara Pek Him" Thio Han Liong tersenyum..
"Apabila engkau bersungguh hati terhadap gadis itu, aku
yakin suatu hari nanti dia pasti mencintaimu. "
"Mudah-mudahan" ucap Kwan Pek Him menambahkan,
"Itupun harus ada dukungan darimu-"
"saudara Kwan...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala, kemudian bangkit berdiri-
"Aku mau berangkat duluan, sampai jumpa"
Thio Han Liong meninggalkan kedai teh itu, dan mulai
menempuh perjalanan menuju Lembah Pek yun Kok-
-ooo00000ooo- Dua tiga hari kemudian, ketika Thio Han Liong memasuki
sebuah rimba, mendadak terdengar suara tawa gelak-
"Ha ha ha" setelah ilu, melayang turun sosok bayangan di
hadapannya, ternyata Lam Khie-
"Lam Khie Locianpwee" seru Thio Han Liong girang.
"sungguh kebetulan kita bertemu di sini"
"Ha ha ha" Lam Khie tertawa terbahak-bahakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Liong, apa kabar?"
"Aku baik-baik saja" sahut Thio Han Liong dan
memberitahukan, "oh ya Hiat Mo sudah berada di Tionggoan."
"Apa?" Lam Khie tampak terperanjat.
"Siapa yang memberitahukan kepadamu?"
"Aku bertemu Kwan Pek Him, dia yang memberitahukan
kepadaku," jawab Thio Han Liong dengan jujur.
"Kwan Pek Him..." gumam Lam Khie dengan kening
berkerut-kerut. "siapa orang itu?"
"Dia - dia murid si Mo"
"oh" Tak disangka murid si Mo itu begitu baik terhadapmu,"
ujar Lam Khie sambil tersenyum.
"Jadi - engkau mau pergi bertanding dengan HiatMo?"
"Ya." Thin Han Liong mengangguk-
"Tapi - tidak mungkin aku bisa menang."
"Anggaplah sebagai suatu latihan bagimu" kata Lam Khic
sambil memandangnya. "sebab engkau masih punya banyak waktu untuk
mengalahkannya, engkau masih muda...."
"Locianpwee?.," bisik Thio Han Liong.
" Lebih baik Locianpwee bersembunyi di tempat yang
aman." "Lho?" Lam Khie heran.
"Kenapa?" "si Mo sedang menyelidiki tempat Locianpwee- Kalau tidak
salah Hiat Mo berniat menangkap Locianpwee- Tong Koay dan
Pak Hong." "oh?" Kening Lam Khie berkerut.
" Kalau begitu gawatjuga ya" Ngmm Baiklah aku akan ke
tempat yang aman, agar terhindar dari incaran Hiat Mo-"
"Locianpwee," pesan Thio Han Liong.
"Kalau bertemu Tong Koay dan Pak Hong...."
" Aku pasti menyuruh mereka bersembunyi di tempat yang
aman," sahut Lam Khie cepat, kemudian menghela nafas
panjang. "Aaah Entah apa yang akan terjadi dalam rimba persilatan,
sebab kini Hiat Mo sudah muncul"
"Locianpwee." tanya Thio Han Liong mendadak-
"Apakah tiada jago lain vang dapat mengalahkan Hiat Mo?"
"Tidak ada-" jawab Lam Khie dan menambahkan.
"Mungkin hanya ayahmu yang setanding dengan dia-"
"Aaafo - " Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Kalau kali ini aku kalah, aku... aku pasti akan ke suatu
tempat akan melatih lagi."
"Memang harus begitu." Lam Khie manggut-mang-gut.
"Kali ini anggaplah sebadai suatu latihan, karena engkau
tidak mungkin dapat melawannya, ingat, jangan cepat putus
asa" "ya, Locianpwee-" Thio Han Liong mengangguk,-
"Han Liong" Lam Khie tersenyum-
"Aku akan pulang keTayli, entah kapan kita baru berjumpa
kembali-" "Locianpwee berasal dari Tayli?"
"ya." Lam Khie tertawa.
"Namaku Toan Thian Ngie, raja Tayli adalah adik
kandungku." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"Ternyata Locianpwee jago dari Tayli"
"Baiklah- Kita berpisah di sini, sampai jumpa" ujar Lam Khie
lalu melesat pergi. Thio Han Liong pun melanjutkan perjalanan ke lembah Pek
yun Kok- Walau ia tahu dirinya tidak mungkin dapat
menandingi Hiat Mo, tapi ia telap girang, karena akan
bertemu Tan Giok Cu yang amat dirindukannya.
-ooo00000ooosudah beberapa hari Ciu Lan Hio sampai di lembah Pek yun
Kek- namun gadis itu sering uring-uringan dan marah-marah,
karena tidak berhasil mencari Thio Han Liong.


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika ia sedang berjalan mondar-mandir di dalam
kamarnya, mendadak muncul Hiat Mo, yang kemudian ikut
berjalan mondar-mandir di belakangnya.
"Kakek" ciu Lan Hio cemberut sambil berhenti-
"Apa-apaan sih kakek ikut berjalan mondar- mandir" "
"Ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Kakek kira engkau sedang bergerak jalan, maka kakek pun
ikut." "Dasar sudah tua" Ciu Lan Nio melotot.
"Makin tua makin tak tahu diri dan makin seperti anak
kecil" "Lan Nio" Hiat Mo menatapnya-
"Kenapa engkau terus berjalan mondar-mandir di dalam
kamar." "Aku sedang memikirkan sesuatu-"
"Memikirkan apa?"
"Kakak Han Liong menghilang ke mana" Kenapa aku tidak
berhasil menemukannya?"
"Ha ha ha" "Aku sedang kesal, tapi kakek malah tertawa Kakek senang
melihat aku kesal ya?"
"Kakek tertawa karena punya cucu bodoh," sahut Hiat Mo-
"Tionggoan sedemikian luas, bagaimana mungkin engkau
akan berhasil menemukan Thio Han Liong?"
"Aah - " keluh Ciu Lan Nio.
"Kakak Han Liong entah berada di mana sekarang, aku -
aku rindu sekali padanya."
"Lan Nio. - " Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"engkau jangan terus memikirkan pemuda itu. kakek
khawatir engkau akan sakit rindu."
"Sekarang aku sudah sakit rindu kok."
"oh, ya?" Hiat Mo tersenyum.
"Lan Hio, engkau harus ingat Thio Han Liong sudah punya
kekasih" "Aku tahu itu, Kek-"
"Lan Nio," ujar Hiat Mo sungguh-sungguh.
"Lebih baik aku membunuh Tan Giok Cu...."
"Kalau Kakek berani membunuhnya, aku juga tak mau
hidup lagi," sahut Ciu Lan Nio.
"Sebab Kakak Han Liong pasti akan membenciku sampai ke
tulang sumsumnya." "oh?" Hiat Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau begitu mencintai Thio Han Liong, namun Thio Han
Liong justru mencintai Tan Giok Cu. Sebaliknya... Kwan Pek
Him kelihatan amat tertarik kepadamu, tapi...."
"Kakek...." Ciu Lan Nio menghela nafas panjang,
"oh ya Kakek harus ingat lho Tidak boleh sembarangan
membunuh orang. Kalau kakek berbuat begitu, aku pasti
membenci kakek selama- lamanya."
"Jangan khawatir" Hiat Mo tersenyum.
"Kakek tidak akan sembarangan membunuh orang,
percayalah" "Dan..." tambah Ciu Lan Nio.
"Kakek pun tidak boleh melukai kakak Han Liong, apabila
dia ke mari bertanding dengan kakek."
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak.
"Bagaimana mungkin kakek akan melukainya" Engkau tidak
usah mencemaskan itu."
"Kakek...." Ciu Lan Nio menatapnya.
"Apakah kakak Han Liong akan mengalahkan kakek?"
"Itu merupakan hal yang tak mungkin, kakek cuma
menghendakinya terus berlatih."
"Kalau begitu...." Ciu Lan Nio mengerutkan kening.
"Apakah Tan Giok Cu akan begitu selamanya?"
"Ya." Hiat Mo mengangguk.
"Kakek...." Ciu Lan Nio menghela nafas strata berkata.
"Bebaskanlah dia, aku tidak tega menyaksikannya begitu,
dia sama seperti sebuah boneka."
"Itu tidak bisa-" Hiat Mo menggelengkan kepala-
"sebab sudah terlampau dalam dia terkena ilmu sihir
kakek - " "Aaaah - " Ciu Lan Nio menghela nafas panjang.
"Kalau kakak Han Liong tahu tentang ini, dia... dia pasti
membenciku" "Lan Nio...." Hiat Mo menatapnya, kemudian meninggalkan
kamar cucunya itu dengan wajah muram, sesungguhnya ia
amat setuju cucunya menikah dengan Thio Han Liong, tapi
Thio Han Liong telah mencintai Tan Giok Cu. Itu membuat
Hiat Mo serba salah, la ingin membunuh Tan ciiok Cu demi
cucunya, namun cucunya justru melarangnya membunuh
gadis itu. -ooo00000ooo- Pagi ini ciu Lan Nio duduk melamun di belakang, tiba-tiba
berlari kesitu seorang anggota golongan hitam.
"Hei" bentak Ciu Lan Hio yang sedang kesal itu.
"Kenapa engkau berlari-lari ke mari" Bikin aku kaget saja"
"Aku harus melapor kepada kelua...."
"Mau melapor apa?"
"seseorang sedang menuju ke mari. Kami hanya
menahannya sehingga terjadi pertarungan, dia - dia telah
melukai beberapa orang."
"oh?" Ciu Lan Hio mengerutkan kening.
"siapa orang itu?"
"Dia bernama Thio Han Liong."
" Hah" Thio Han Liong?" ciu Lan Hio langsung meloncat
bangun. "Aku akan pergi menemuinya. "
ciu Lan Hio segera melesat pergi, sedangkan orang itu
berlari melesat ke dalam untuk melapor.
Memang Thio Han Liong yang datang. Belasan anggota
golongan hitam terus menyerang. Di saat itulah terdengar
suara bentakan, lalu muncul Ciu Lan Hio.
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong...."
"Adik Lan Hio...." Thio Han Liong memandangnya.
"Ternyata engkau berada di sini"
"Kakak Han Liong" ciu Lan Hio langsung mendekap di
dadanya. "Akhirnya engkau ke mari juga."
"Adik Lan Hio...." Thio Han Liong membelainya seraya
bertanya. "Bagaimana kabarmu selama ini?"
"Aku baik-baik saja" sahut Ciu Lan Hio dengan hup.ra
rendah. "Engkau?" "Aku pun baik-baik saja." Thio Han Liong menatapnya.
"Aku ke mari mencari Hiat Mo, tak disangka engkau justru
berada di sini." sementara para anggota golongan hitam terus saling
memandang dengan mata terbelalak-
Mereka tidak menyangka pemuda itu kenal baik dengan ciu
Lan Hio yang amat mereka takuti itu-
"Kakak Han Liong, aku. - " Ciu Lan Hio menundukkan
kepala. "Aku tidak memberitahukan kepadamu, sesungguhn
a...aku... aku...." "Kenapa engkau?"
"Aku adalah cucu Hiat Mo-"
"oh"Jadi Hiat Mo itu adalah kakekmu?"
"ya." "Adik Lan Hio, kenapa engkau tidak memberitahukanku dari
dulu?" Thio Han Liong menggeleng-geleng-kan kepala-
"Aku khawatir engkau akan meninggalkanku dan
membenciku pula, maka aku tidak berani memberitahukan
kepadamu," sahut Ciu Lan Hio dengan mata ber-simbah air.
"sebetulnya tidak apa-apa," ujar Thio Han Liong lembut.
"sebab engkau berbeda dengan Hiat Mo, kakekmu. Engkau
tidak kejam dan berhati jahat, maka ku-anggap engkau
sebagai adik-" "Kakak Han Liong...." ciu Lan Hio mulai terisak-isak-
"Lebih baik engkau pergi saja-Engkau - engkau masih
bukan tandingan kakekku-"
"Adik Lan Hio," ucap Thio Han Liong.
"Terima kasih atas perhatianmu. Tapi biar bagaimana pun,
aku harus bertanding dengan kakekmu."
"Kakak Han Liong...."
"Adik Lan Hio, aku harap engkau jangan menghalangiku
menemui kakekmu, sebaliknya engkau harus mengantarku ke
lembah ini-" "Baiklah-" Ciu Lan Hio mengangguk-
"Mari ikut aku ke dalam"
"Terima kasih, Adik Lan Nio" ucap Thio Han Liong.
Ciu Lan Hio melesat ke dalam lembah dan Thio Han Liong
seaera mengikutinya. Tak seberapa lama kemudian, mereka
sudah sampai di markas itu. Tampak beberapa orang berdiri di
situ, mereka adalah Hiat Mo, Kwee In Loan dan Tan Giok Cu.
"Adik Manis Adik Manis..." seru Thio Han Liong girang.
Cepat-cepat ia mendekatinya.
Akan tetapi, Tan Giok Cu diam saja, kelihatannya sama
sekali tidak kenal Thio Han Liong.
"Adik Manis, aku Han Liong..." panggil Han Liong dengan
air mata meleleh. "Adik Manis...."
"Anak Muda" Hiat Mo tertawa.
"Ha ha ha Dia sudah tidak mengenalmu, percuma engkau
memanggilnya. " "Hiat Mo" bentak Thio Han Liong.
"Kenapa engkau menyihirnya menjadi begini?"
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Kalau engkau dapat mengalahkan aku, otomatis aku akan
menyembuhkannya. Kalau engkau tidak dapat mengalahkan
aku, selamanya dia akan begini- Ha ha ha..."
"Hiat Mo," sahut Thio Han Liong.
"Mari kita bertanding, jangan membuang-buang waktu"
"Baik, baik," Hiat Mo manggut-manggut seraya berkata.
"Mari kita bertanding dengan tangan kosong"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk sambil mengerahkan Kiu
Yang sin Kang, kemudian mulai menyerang Hiat Mo-
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak sambil berkelit, lalu balas
menyerang pula, terjadilah pertandingan yang cukup seru.
Thio Han Liong mengeluarkan ilmu Thay Kek Kun, siauw
Lim. Akan tetapi, semua serangan itu dapat dikclit oleh Hiat
Mo Liongjiauw Kang dan Kiu Im Pek Kut Jiauw menyerang Hiat
Mo dengan gampang sekali. Pu-luhan jurus kemudian, Hiat Mo
berhasil merobohkan Thio Han Liong.
"Kakak Han Liong..." seru Ciu Lan Nio segera
mendekatinya. "Engkau... engkau terluka?"
"Aku. - " Thio Han Liong bangkit berdiri
"Aku - aku tidak apa-apa."
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelak-
"Anak Muda, engkau harus berlatih lagi-, engkau boleh
mencariku lagi kelak?"
"Hiat Mo" ujar Thio Han Liong.
"Bolehkah aku meraba wajah Giok Cu sebentar?"
"Boleh-" Hiat Mo mengangguk-
Thio Han Liong mendekati Tan Giok Cu, kemudian meraba
gadis itu seraya berkata.
"Adik Manis, kali ini aku gagal menolongmu, tapi aku pasti
akan berusaha menolongmu," ujar Thio Han Liong dengan air
mata meleleh. "Aku pasti kemari lagi kelak-"
Usai berkata begitu, Thio Han Liong segera melesat pergi
dan itu membuat Ciu Lan Nio langsung berteriak-
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong..." ciu Lan Hio pun
segera pergi mengejar Thio Han Liong.
"Lan Hlo Lan Hlo..." seru Hiat Mo memanggilnya, namun
gadis itu sudah tidak kelihatan.
"Hiat Locianpwee," bisik Kwee In Loan.
"Bukankah lebih baik pemuda itu dibunuh saja?"
"Tidak bisa." Hiat Mo menggelengkan kepala.
"Aku sudah berjanji kepada cucuku, bahwa aku tidak akan
melukai maupun membunuhnya."
"oooh" Kwee In Loan manggut-manggut.
"Kalau begitu, biar aku pergi menyusul Loan Nlo."
"Tidak usah, dia akan kembali ke sini Biar dia menemui
pemuda itu, agar hatinya bisa tenang."
"ya." Kwee In Loan mengangguk-
Ciu Lan Hio melesat laksana kilat, bahkan gadis itu pun
terus berteriak-teriak memanggil pemuda itu.
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong..."
Thio Han Liong tahu gadis itu menyusulnya, setelah berada
di luar lembah Pek Yan Kok, barulah ia berhenti menunggu
gadis itu "Kakak Han Liong..." panggil ciu Lan Hio.
"Kenapa engkau pergi begitu saja, tidak berpamit padaku?"
"Aku, Lan Hio...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Aku telah gagal menyelamatkan Giok Cu. Aku telah
gagal - ^ "Kakak Han Liong" ciu Lan Hio menatapnya dengan mata
basah- "Masih ada aku yang mencintaimu dengan segenap hati,
aku - ." "Adik Lan Hio" Thio Han Liong tersenyum getir.
"Aku cuma mencintaimu sebagai adik. Dalam hal ini harap
engkau maklum, agar kelak engkau tidak menderita-"
"Kakak Han Liong - ." ciu Lan Hio terisak-isak-
"Adik Lan Hio" Thio Han Liong membelainya-
"Terus terang, aku merasa bahagia sekali karena engkau
mencintaiku- siapa yang dicintai pasti akan bahagia, namun
akan menderita sekali apabila cuma mencintai, seperti halnya
Kwan Pek Him...." Ketika Thio Han Liong menyinggung pemuda tersebut,
justru tampak sosok bayangan melesat ke balik sebuah pohon,
yakni Kwan Pek Him, yang segera pasang kuping-
"Dia mencintaimu dengan segenap hati, tapi engkau malah
tidak memperdulikannya- Coba engkau bayangkan, betapa
sedih dan tersiksa hatinya-" Lanjut Thio Han Liong.
"Dia seorang pemuda yang baik, penuh pengertian,
perasaan dan amat solider, bahkan penuh perhatian padamu-
Nah, pemuda yang begitu harus engkau cintai-"


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi--" "Engkau harus tahu, yang kucintai adalah Giok Cu." Thio
Han Liong memberitahukan dengan jujur,
"selain Giok Cu, aku pun mencintai An Lok Kong cu- Tapi
aku tidak bisa memperisteri An Lok Kong cu, karena aku harus
menikah dengan Tan Giok Cu."
"Jadi - engkau tidak mencintaiku?" tanya Ciu Lan Nio
dengan air mata berderai-derai-
" Aku pun mencintaimu, hanya saja mencintaimu, sebagai
adik, oleh karena itu, kalau engkau menganggapku sebagai
kakakmu, engkau harus menaruh perhatian kepada Kwan Pek
Him- Walau wajahnya agak pucat dan tampak dingin, namun
dalam hatinya penuh perasaan dan cinta terhadapmu- Kalau
engkau menikah dengannya kelak, engkau pasti hidup
bahagia-" "oh?" "Dia pun tergolong pemuda yang sabar, sulit dicari
bandingannya-" "Kakak Han Liong...."
"Adik Lan Hio" Thio Han Liong tersenyum.
"Turutilah perkataanku, sebab aku mau pergi ke suatu
tempat untuk melatih ilmu silatku Kita akan berpisah cukup
lama." "Engkau mau pergi ke mana?"
"Entahlah." "oh ya" Ciu Lan Nio menatapnya seraya bertanya,
"Tadi engkau bilang juga mencintai An Lok Kong cu, siapa
gadis itu?" "Dia putri kaisar cu cioan ciang." Thio Han Liong
memberitahukan, kemudian menutur tentang perkenalannya
dengan An Lok Kong cu. "oooh" Ciu Lan Nio manggut-manggut, lalu bertanya,
"Kakak Han Liong, kapan engkau akan ke mari lagi?"
"Entahlah-" Thio Han Liong menggelengkan kepala.
"Sebelum ilmu silatku mencapai tingkat tertinggi, aku tidak
akan ke mari bertanding dengan kakekmu, setelah aku yakin
dapat mengalahkan kakekmu, barulah aku akan ke mari
mencarinya." "Kakak Han Liong...."
"Adik Lan Hio" Thio Han Liong membelainya lagi.
"Turutilah perkataanku, dan coba menaruhlah sedikit
perhatian pada Kwan Pek Him"
Betapa terharunya hati Kwan Pek Him mendengar ucapan
itu. la sama sekali tidak menyangka Thio Han Liong begitu
baik kepadanya, sekaligus menasihati Ciu Lan Hio agar
menaruh perhatian kepadanya pula.
"Kakak Han Liong, aku...."
"Adik Lan Hio, aku harap kita bertemu kelak, engkau sudah
menikah dengan Kwan Pek Him" ucap Thio Han Liong dengan
tersenyum- "Adik Lan Hio, sampai jumpa - -"
Mendadak Thio Han Liong melesat pergi dan seketika juga
ciu Lan Hio berteriak-teriak memanggilny a -
"Kakak Han Liong Kakak Han Liong..." ciu Lan Hio mulai
terisak-isak dengan air mata berderai-derai.
Di saat bersamaan, muncullah Kwan Pek Him dari balik
pohon lalu dengan perlahan-lahan mendekati gadis itu.
"Lan Hio Lan Hio...," panggilnya lembut.
Ciu Lan Hio menolehkan kepalanya. Begitu melihat Kwan
Pek Him, ia langsung membanting-banting kaki-
"Mau apa engkau muncul di sini" Mau apa?" bentaknya.
"Lan Hio...." "Kakak Han Liong sudah datang, tapi pergi lagi." Ciu Lan
Hio memberitahukan sambil menangis terisak-isak-
"oh, ya?" Kwan Pek Him pura-pura tidak tahu apa-apa.
"Dia - dia sudah bertanding dengan kakekmu?"
"ya." Ciu Lan Hio mengangguk-
"Tapi - kakak Han Liong kalah, maka dia pergi. Entah
kapan dia akan kemari lagi...-"
"Sudahlah" ujar Kwan Pek Him menghiburnya-
"Jangan menangis, kelak dia pasti ke mari-"
"Dia - dia begitu baik sekali kepadamu, dan menyuruhku
menaruh perhatian padamu-Katanya engkau pemuda yang
baik, penuh perasaan, pengertian dan penyabar."
"oh?" "Kakak Kwan...," panggil ciu Lan Hio mendadak-
"Lan Nio...." Kwan Pek Him terbelalak dan hatinya
berbunga-bunga. "Engkau memanggilku Kakak Kwan?"
"ya, kenapa" Tidak boleh ya?"
"Tentu boleh," sahut Kwan Pek Him cepat dengan wajah
berseri-seri- " Kakak Kwan...." ciu Lan Hio menatapnya.
" Wajah-mu terlampau pucat, maka mulai sekarang engkau
harus banyak berjemur di mataharipagi agar wajahmu
kelihatan segar." "ya, ya. Aku... aku pasti menuruti perkataanmu." Kwan pek
Him manggut-manggut. "Mulai besok pagi aku pasti berjemur di bawah matahari,
agar wajahku tampak segar."
"Hgmm" Ciu Lan Hio mengangguk-
"Lan Hio" Kwan Pek Him menatapnya dengan mata
berbinar-binar. "Apa yang harus kulakukan lagi untukmu?"
"Belum kupikirkan" sahul Ciu Lan Hio.
"setelah kupikirkan, barulah kuberitahukan."
"Baik," Kwan Pek Him tersenyum.
"Lan Hio, mari kita pulang"
Ciu Lan Hio mengangguk, kemudian mereka berdua
melesat kc dalam lembah menuju markas itu, untuk
menghadap Hiat Mo dan Kwee In Loan.
" Ketua," ujar Kwan Pek Him.
"Aku tidak berhasil menyelidiki jejak Tong Koay, Lam Khie
maupun Pak Hong." "oh?" Wajah Kwee In Loan langsung berubah menjadi tak
sedap dipandang. "Dasar bodoh Tugas yang begitu kecil tidak dapat engkau
laksanakan, apalagi tugas besar?"
"Ketua" bentak Ciu Lan Hio.
"Kenapa engkau mem-bentak-bentak dan mencaci Kakak
Kwan" Engkau yang goblok tahu"
"Eeeh?" Kwee In Loan terbelalak-
"Lan Hio, engkau...."
"Ha ha ha" Hiat Mo tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lan Hio, kenapa mendadak engkau membela Kwan Pek
Him?" "Kakek, kalau tidak ada apa-apanya, apakah aku tidak
boleh membelanya?" "Tentu boleh Ha ha ha..." Hiat Mo tertawa gelak-
"oh ya, engkau berhasil menyusul Thio Han Liong?"
"ya-" Ciu Lan Hio menundukkan kepala-
"Dia bilang apa kepadamu?" tanya Hiat Mo sambil menatap
cucunya itu- "Dia bilang...." ciu Lan Hio memberitahukan,
"se-belum ilmu silatnya mencapai tingkat tertinggi, dia tidak
akan ke mari mencari Kakek?"
"oh, ya" Bagus, bagus" Hiat Mo tertawa gelak-
"Ha ha ha Kakek harus hidup lebih lama untuk
menunggunya Ha ha ha - "
" Kalau kelak dia muncul di sini menantang Kakek- berarti
dia pasti dapat mengalahkan Kakek-"
"oh?" Hiat Mo tertawa lagi.
"Ha ha ha - " "sekarang Kakek boleh terus tertawa, tapi kelak baru tahu
rasa" ujar Ciu Lan Hio, lalu mendadak menarik Kwan Pek Him
untuk diajak ke pekarangan.
"Hiat Locianpwee," Kwec In Loan tersenyum.
"Kelihatannya Lan Hio mulai menaruh perhatian pada Kwan
Pek Him." "Itu lebih baik," Hiat Mo manggut-manggut.
"Lagi aku tidak usah terlampau pusing."
"Tapi - -" Kwee In Loan menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaian Kwan Pek Him belum begitu tinggi."
" Kalau cucuku mencintainya, aku pun bersedia
menggemblengnya," sahut Hiat Mo dengan sungguh-sungguh,
"Itu agar kepandaiannya tidak berada di bawah cucuku."
" Kalau begitu..," ujar Kwee In Loan sambil tertawa.
"Aku boleh membunuh Thio Han Liong jika aku bertemu
dia." "Lebih baik jangan, sebab kalau cucuku tahu pasti akan jadi
masalah yang besar sekali," sahut HiatMo-
" Lagi pula untuk apa engkau membunuhnya" Bukankah
aku dan dia masih terikat suatu janji?"
"ya." Kwee In Loan manggut-manggut.
"Maaf, aku lupa...."
sementara itu, Ciu Lan Hio dan Kwan Pek Him sudah duduk
di bawah sebuah pohon di pekarangan. Pemuda itu terus
memandangnya dengan wajah berseri-seri-
"Eh?" Ciu Lan Hio melotot.
"Kenapa engkau memandangku dengan cara begitu"
Apakah di kepalaku tumbuh tanduk?"
"Lan Hio...," sahut Kwan Pek Him dengan suara rendah.
"Semakin kupandang wajahmu tampak semakin cantik,"
"Wuah" Ciu Lan Hio tertawa geli-
"Baru aku menaruh sedikit perhatian pada mu, mulai pula
engkau merayuku-" "Aku tidak merayumu, melainkan berkata sesungguhnya-
Wajahmu memang cantik-"
"Juga galak dan liar. Apa engkau akan tahan?"
"Aku pasti bisa tahan."
"Aaah - " Ciu Lan Hio menghela nafas panjang.
"Memang benar apa yang dikatakan Kakak Han Liong."
"Dia mengatakan apa?"
"Dia mengatakan pasti bahagia dicintai, tapi akan
menderita kalau mencintai," sahut Ciu Lan Hio
memberitahukan. "Kini aku merasakan itu"
"Tapi aku lebih bahagia lagi apabila saling mencinta," ujar
Kwan Pek Him lembut. "Memangnya aku goblok, tidak tahu tentang itu" sahut Ciu
Lan Hio cemberut dan melotot.
"Aku.. aku...." Kwan Pek Him langsung menundukkan
kepalanya. "Hi hi hi" Ciu Lan Hio tertawa geli-
"Begitu aku cemberut dan melotot, nyalimu langsung ciut
sungguh menggelikan"
"Lan Hio, aku memang takut padamu."
"Kenapa takut?" Ciu Lan Hio mengerutkan kening.
"Memangnya aku ini macan betina yang akan
memangsamu?" "Aku takut...," bisik Kwan Pek Him.
"Aku takut... engkau tidak akan mencintaiku."
"Aku memang tidak akan mencintaimu," sahut Ciu Lan Hio
sambil tertawa. "Ha ha ha Tunggulah sampai kucing bertanduk, barulah
aku akan mencintaimu."
"Engkau tidak bohong?" tanya Kwan Pek Him sungguhsungguh.
"Pokoknya kalau di kepala kucing tumbuh tanduk, aku pasti
mencintaimu," sahut Ciu Lan Hio sambil tertawa geli.
"Hi hi hi - " -ooo00000ooo- Bab 40 BuBeng sian su (Padri Tua Tanpa Hama)
Setelah meninggalkan lembah Pek Yun Kok, Thio Han Liong
lalu beristirahat di tepi sungai, la duduk melamun kemudian
bergumam sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin aku dapat mengalahkan Hiat Mo-
Kalaupun aku terus berlatih sepuluh tahun lagi, belum tentu
dapat mengalahkannya. Aaaah- - "
Thio Han Liong mengambil sebuah batu kecil,
dilemparkannya ke dalam sungai itu. setelah itu, ia
menundukkan kepala lalu terbelalak- Ternyata ia melihat
seekor semut sedang menarik bangkai seekor capung, capung
itu begitu besar, sebaliknya semut itu kecil sekali.
Akan tetapi, semut itu terus menariknya dan berhasil
meskipun sedikit demi sedikit.
Thio Han Liong menyaksikannya dengan penuh perhatian.
Tak seberapa lama kemudian, semut itu beristirahat, setelah
itu, mulai lagi menarik bangkai capung itu.
"Semut," ujar Thio Han Liong sambil menggelenggelengkan
kepala. "sampai kapan engkau akan berhasil menyeret bangkai
capung itu ke tempatmu" Tidak mungkin engkau akan berhasil
menyeret bangkai capung itu ke tempatmu."
Namun semut itu terus menyeret bangkai capung tersebut.
Tiba-tiba Thio Han Liong tersentak-
"semut merupakan binatang yang begitu kecil, tapi
kelihatan tidak putus asa sama sekali. Aku adalah manusia
yang berakal budi, kenapa begitu cepat putus asa" Aaaah...
aku sungguh malu kepada semut kecil itu"
Usai bergumam, Thio Han Liong lalu mengangkat bangkai
capung berikut semut itu untuk didekatkan dengan sarang
semut tersebut. "Aku tidak boleh putus asa Aku tidak boleh putus asa" ujar
Thio Han Liong dan mulai bersemangat.
"Aku harus ke gunung soat san untuk melatih ilmu silatku,
setelah itu aku harus mencari Teratai saiju."
Thio Han Liong mulai melakukan perjalanan menuju
gunung soat soRV"- Tujuh delapan hari kemudian, sampailah
ia di gunung itu dan langsung menuju gua hangat.
Begitu memasuki gua hangat tersebut, diciumnya semacam
aroma yang amat wangi, yang sudah barang tentu membuat
perutnya menjadi lapar sekali.
Thio Han Liong menengok ke sana ke mari. Dilihat-nya
sebuah tumbuhan di tengah-tengah telaga kecil. Tumbuhan
itu agak pendek dan hanya berbuah satu yang tampak merah
tua. Ternyata buah itulah yang menyiarkan aroma harum.
Takayal lagi Thio Han Liong sebera meloncat ke tengahtengah
telaga yang merupakan sebidang tanah itu. Disaat
sepasang kakinya menginjak tanah, di saat itu pun buah


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut jatuh. Thio Han Liong bergerak secara reflek menangkap buah itu,
maka buah itu tidak jatuh ke tanah- Aroma harum dari buah
itu membuat Thio Han Liong semakin merasa lapar, maka
tanpa banyak berpikir lagi ia langsung memakan buah
tersebut- Dalam sekejap, buah yang lembek dan bukan main
manisnya itu telah habis dimakannya-
Karena yakin bahwa itu buah mujizat, maka dicabutnya
pohon keci itu berikut akarnya, lalu meloncat ke tempat lain.
Justru terjadi hal yang aneh, tanah yang di tengah-tengah
telaga itu mendadak tenggelam. Thio Han Liong terbelalak
menyaksikannya. Di saat bersamaan sekujur badannya terasa
panas sekali. sekonyong-konyong tampak sosok bayangan berkelebat ke
dalam gua itu Thio Han Liong terkejut bukan kepalang, setelah
ditegasinya, bayangan itu ternyata seorang tua berpakaian
serba putih Jenggotnya putih panjang sebatas dada dan
kepalanya digulung- gulung dengan kain putih pula.
"Amitaba" ucap orang tua itu sambil memandang pohon
pendek yang berada di tangan Thio Han Liong.
"Anak muda, engkau telah makan buah itu?"
"ya," sahut Thio Han Liong, yang kini merasa mukanya pun
panas sekali. " Amitaba" orang tua itu menghela nafas panjang.
"engkau telah memakannya pertanda engkau yang
berjodoh- Baiklah, aku akan memeriksa badanmu."
orangtua itu memeriksa nadi tangan Thio Han Liong,
kemudian manggut-manggut seraya berkata.
"Engkau pernah belajar Kiu yang sin Kang dan Kiam Kun
Taylo Ie sin Rang, bahkan juga pernah belajar Kiu Im sin
Kang, tapi belum dalam."
orangtua itu tersenyum lembut. Jalan darah jin tokmu
sudah terbuka, kini engkau pun sudah makan buah itu, maka
Iweekangmu akan mencapai tingkat yang amat tinggi."
"Locianpwee - ." Thio Han Liong memberitahukan.
"sekujur badanku terasa seperti terbakar."
"Itu tidak apa-apa," sahut orangtua itu dan menambahkan.
"Aku akan membantu, cepatlah engkau duduk bersila"
Thio Han Liong menurut dan segera duduk bersila,
orangtua itu menempelkan sepasang telapak tangannya pada
punggung Thio Han Liong dan berkata.
"Kerahkaniah Kiu yang sin Kang mu dan jangan berhenti
sebelum kusuruh" Thio Han Liong mengangguk lalu mulai mengerahkan Kiu
Yang sin Kang. Di saat bersamaan, ia merasa ada semacam
tenaga mengalir ke dalam tubuhnya melalui punggungnya.
Berselang beberapa saat kemudian, orangtua itu berkata.
"Sekarang engkau boleh mengerahkan Kian Kun Taylo Ie
sin Kang." Thio Han Liong seoera mengerahkan sin Kang tersebut dan
tak seberapa lama kemudian orangtua itu berkata lagi.
"Cukup," orangtua itu menurunkan sepasang telapak tangannya dari
punggung Thio Han Liong. Kini pemuda itu tidak merasa
panas lagi sekujur badannya, sebaliknya malah merasa segar
sekali- "Terima kasih atas bantuan Locianpwee," ucapnya sambil
memberi hormat. "Amitaba" orangtua itu tersenyum.
"Bagus. bagus, hatimu memang bersih"
"Locianpwee berasal dari mana?"
"Aku berasal dari Thian Tok (India)."
"Maaf, bolehkah aku tahu siapa Locianpwee?"
"Ha ha ha" orangtua itu tertawa.
"Aku sendiri pun sudah lupa siapa diriku, mungkin karena
aku sudah pikun. Tapi engkau boleh memanggilku Bu Beng
sian su (Padri Tua Tanpa Nama)"
"BuBeng sian su?"
"ya."BuBeng Siansu manggut-manggut.
"Anak muda, siapa engkau dan kenapa berada di dalam
gua hangat ini?" "sian su, namaku Thio Han Liong. Berapa tahun lalu aku kc
mari mencari Teratai saiju, tidak berhasil malah menemukan
gua ini." Thio Han Liong memberitahukan.
"Aku berlatih ilmu silatku, beberapa tahun kemudian
barulah aku meninggalkan gua ini."
"oooh" BuBeng sian su manggut-manggut dan tersenyum
lembut. "Belasan tahun lalu, aku yang menemukan gua ini. Aku
membersihkannya lalu tinggal di sini. Tapi beberapa tahun
lalu, aku meninggalkan gua ini kembali ke Thian Tok (India)."
"oh?" Thio Han Liong tercengang.
"sian su adalah orang Thian Tok?"
"Ya." BuBeng sian su mengangguk-
"Aku padri dari Thian Tok, namun sering mengunjungi
Tionggoan, maka fasih berbahasa Han."
"oh ya" tanya Thio Han Liong.
"Kenapa sian su tinggal di dalam gua ini" Apakah sian su
sedang bertapa?" "Boleh dikatakan begitu, tapi tujuanku adalah menunggu
buah yang tumbuh di pohon pendek yang di tengah-tengah
telaga itu." BuBeng sian su menunjuk ke tengah telaga, yang
tanahnya telah tenggelam itu.
"sian su, aku mohon maaf karena telah makan buah itu"
ucap Thio Han Liong. "Aku sudah tahu." Bu Beng sian su manggut-manggut.
"Engkau yang berjodoh dengan buah itu, sedangkan aku
cuma berjodoh melihatnya."
"Sian su...." "Itu memang sudah merupakan suatu takdir, sebab engkau
dapat menyambut buah itu tepat pada waktunya dan
memakannya. Apabila buah itu jatuh ke tanah maka akan
lumer dalam waktu sekejap- Engkau sungguh beruntung
berhasil memakannya"
"oh?" tanya Tio Han Liong,
"sian su tahu buah apa itu?"
"Itu buah mujizat, khasiatnya mempertinggi Lweekangmu,"
jawab Bu Beng Sian Su menjelaskan.
"Tadi aku telah membantumu dengan Iweekang ku, namun
itu bukan berarti engkau telah memiliki Iweekang yang linggi
sekali, sebab aku masih harus membantumu empat puluh
sembilan hari. selelah itu, engkau pun masih harus terus
berlatih." " Kira-kira aku harus berlatih beberapa lama?"
"sekitar lima tahun. Pada waktu itu, Iweekang mu sudah
mencapai taraf yang amat tinggi."
"oh?" Thio Han Liong girang bukan main.
"Maaf, sian su, bolehkah aku bertanya sesuatu kepada sian
su?" "silakan" Bu Beng sian su tersenyum lembut.
"Kita memang berjodoh, maka engkau boleh bertanya apa
pun." "Sian su mahir ilmu silat?"
"Bukan cuma mahir, bahkan aku ahli dalam bidang silat dan
Iweekang." Bu Beng sian su memberitahukan
"Akan tetapi, namaku sama sekali tidak tersohor."
"Kenapa begitu?" tanya Thio Han Liong dengan rasa heran.
"Sebab aku tidak pernah memamerkan ilmu silatku," sahut
Bu Beng siansu dengan tersenyum.
" Aku pernah mengunjungi Persia, Nepal, Tibet, Tayli, sin
Kiang, Miauw dan Turki. Karena itu, aku fasih beberapa
bahasa." "oh?" Bukan main kagumnya Thio Han Liong.
"Kalau begitu, Sian Su pasti kenal Guru Besar Thio sam
Hong." "Ha ha ha" BuBeng sian su tertawa gelak-
"Aku memang kenal Tiiio sam Hong, Kwee siang, yo Ko,
siauw Liong Nie, Kwee Ceng dan oey yong. Tapi justru mereka
tidak mengenalku." "Lho?" Thio Han Liong heran.
"Kenapa begitu?"
"sebab aku tidak pernah memperkenalkan diri, lagi pula aku
pun tidak pernah memamerkan ilmu silatku, maka aku
dianggap sebagai padri biasa." BuBeng sian su
memberitahukan. Thio Han Liong terbelalak mendengar ucapan itu.
" Kalau begitu, kini sian su sudah berusia berapa?"
"Sudah lupa," sahut BuBeng sian su sambil tersenyum.
"Aku yakin-..." Thio Han Liong menatapnya dengan penuh
perhatian. "siansu pasti lebih tua dari Guru Besar sam Hong. ya, kan?"
"Ketika aku bertemu Thio sam Hong dan Kwee siang,
mereka berdua masih kecil, sedangkan aku sudah berusia lima
puluhan. Kini berapa usiaku, aku sudah tak bisa
menghitungnya." "Haaah - ?" Thio Han Liong terbelalakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Bu Beng sian su menatapnya lembut seraya berkata.
"Engkau memang ditakdirkan menjadi eorang pendekar
besar, lagi pula engkau berhati bajik dan berjodoh denganku,
oleh karena itu, aku harus menyempurnakan dirimu. Tapi
engkau harus ingat, jangan angkuh dan suka
menyombongkan diri" "Ya, sian su." Thio Han Liong mengangguk-
"Engkau sudah memiliki dasar-dasar Iweekang Kiu yang sin
Kang, Kian Kun Taylo le sin Kang dan Kiu Im sin Kang yang
amat kuat- Tapi engkau belum mencapai pada tingkat
puncaknya," ujar Bu Beng siansu memberitahukan.
"Kiu yang dan Kiu yang Gin Keng berasal dari Thian Tok,
namun telah diubah oleh Tatmo Couwsu. sedangkan Kian Kun
Taylo le Cin Keng berasal dari Persia, itu sebagai ilmu
pelindung agama Terang. engkau memiliki ilmu Kian Kun
Taylo le sin Kang, pertanda engkau adalah anak Thio Bu Ki.
ya, kan?" "Betul, siansu-"
"Ayahmu berjiwa besar dan tergolong pahlawan, karena dia
yang menggulingkan Dinasti Goan (Mongol), yang menjajah
daratan Tionggoan," ujar Bu Beng siansu dan melanjutkan.
"Kita bertemu di dalam gua ini, berarti kita memang
berjodoh. Maka aku harus menyempurnakan ilmu silatmu agar
kelak engkau dapat membasmi kaum setan iblis dalam rimba
persilatan." "Terima kasih, sian su." Thio Han Liong segera bersujud di
hadapan Bu Beng sian su. "Banguniah" Bu Beng sian su tersenyum lembut.
"ya, sian su." Thio Han Liong bangun, lalu duduk di
hadapannya, setelah itu ia pun bertanya.
"sian su pernah ke Tibet, tentunya tahu sembilan Dhalai
Lhama yang berkepandaian tinggi itu."
"Ngmm"BuBeng siansu manggut-manggut.
"Aku memang tahu tentang mereka. Kenapa engkau
menanyakan itu?" "Karena bibiku mati di tangan mereka dan kedua orangtua
ku pun nyaris mati di tangan mereka pula...."
Thio Han Liong menutur tentang kejadian itu.
"Amitaba" ucap BuBeng siansu-
"Para Dhalai Lhama itu amat dihormati di daerah Tibet,
namun mereka masih berhati tamak, sehingga melakukan
perbuatan itu. Mereka memang berkepandaian tinggi sekali,
terutama ilmu le Kang Tui Tik (Memindahkan Iweekang Menggempur
Musuh)- Itu merupakan ilmu yang sangat lihay dan
dahsyat. Ayahmu pasti terluka oleh ilmu itu."
"Betul, sian su." Thio Han Liong mengangguk dan bertanya.
"Sian su, harus dengan ilmu apa memecahkan ilmu le Kang
Tui Tik itu?" "Cukup dengan ilmu Kiu yang sin Kang dan Kian Kun Taylo
Ie sin Kang" jawab BuBeng sian su memberitahukan.
"sebab setelah engkau makan buah itu Iweekang mu
bertambah tinggi, lagi pula akan kubantu engkau empat puluh
sembilan hari dengan Iweekang ku. Maka Iweekangmu akan
mencapai taraf yang tertinggi. Tapi itu bukan berarti engkau
dapat menyambut serangan le Kang Tai Tik ilu, karena
Iweekang sembilan Dhalai Lhama ilu bergabung untuk
menyerang. Bayangkan betapa dahsyatnya serangan itu,
mampukah engkau menyambut serangannya itu?"
"Kalau begitu..." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"walau aku sudah makan buah ilu, tapi... juga percuma."
"Tidak percuma. sebab engkau akan memiliki Lweekang
yang amat tinggi. Aku pun akan memberi petunjuk kepadamu
cara memecahkan ilmu Ie Kang Tui Tik itu"
"oh"-?" Wajah Thio Han Liong langsung berseri.
"Terima kasih, sian su."
"Lewat empat puluh sembilan hari, engkau harus berlatih
sendiri di sini," ujar Bu Beng sian su sambil menunjuk telaga
itu. "Air telaga itu dingin bukan main. Lewat empat puluh
sembilan hari, engkau harus berlatih sendiri di dalam telaga itu
dalam keadaan telanjang."
"Kenapa aku harus berlatih di dalam telaga itu?" tanya Thio
Han Liong heran., "Engkau harus tahu, air telaga bersumber pada air inti es
yang di dalam perut gunung soan san ini, maka dingin luar
biasa. Kalau engkau sudah tidak merasa dingin di dalam
telaga itu, pertanda Iweekang mu sudah tinggi." Bu Beng Sian
Su memberitahukan, "setelah itu, engkau harus mulai menyelam. Dt dasar telaga
itu terdapat arus yang amat deras. Engkau harus bertahan di
situ agar tidak terdorong oleh arus itu Kalau engkau berhasil
menahan arus yang didasar telaga itu, maka engkau boleh
meninggalkan gua ini."
"Berarti Iweekang ku sudah mencapai taraf yang amat
tinggi?" "ya."BuBeng siansu manggut-manggut dan menambahkan,
"itulah saatnya bagimu membasmi setan iblis dalam rimba
persilatan." "oh ya" Thio Han Liong teringat sesuatu dan langsung
bertanya. "sian su kenal Hiat MO?"
"Aku kenal Hiat Mo generasi kedua, juga tahu tentang Hiat
Mo generasi perlama dan Hiat Mo generasi yang ketiga,"jawab


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bu Beng sian su. "Hiat Mo generasi pertama amal berambisi, HiatMo generasi
kedua berhati penuh welas asih, HiatMo generasi keliga persis
seperti HiatMo generasi pertama, berhati kejam dan amat
berambisi pula, ilmu yang diandalkan adalah ilmu Hiat Mo
Kang." "sian su. bagaimana cara memecahkan ilmu Hiat Mo
Kang?" tanya Thio Han Liong.
"Kenapa engkau menanyakan itu?"
"sebab...." Thio Han Liong menutur tentang Tan Giok Cu
yang ditangkap dan lain sebagainya, lalu menambahkan.
"sian su, biar bagaimanapun aku harus dapat
mengalahkannya. Kalau tidak. Tan Giok Cu pasti tidak bisa
selamat." "Beberapa tahun kemudian, engkau pasti dapat
mengalahkannya," sahut BuBeng siansu dengan sungguhsungguh-
"Hanya saja...."
"Hanya saja apa?"
"Hiat Mo memiliki ilmu sesat dan ilmu sihir- sungguh hebat
kedua macam ilmunya itu, terus terang...."BuBeng siansu
menatapnya seraya berkata.
"Engkau masih belum mampu menghadapi kedua macam
ilmunya itu." "Siansu, aku mohon petunjuk-"
"Ngmm" BuBeng sian su manggut-manggut dan berkata.
"Hiat Mo pun memiliki sebuah suling ajaib, orang yang di
bawah pengaruh ilmunya, pasti akan menuruti irama sulingnya
itu untuk membunuh."
"oh?" Thio Han Liong terbelalak-
"Engkau tidak usah cemas." BuBeng sian su tersenyum.
"untuk mengatasi ilmu sesat dan ilmu sihir Hiat Mo, aku
akan mengajarmu ilmu Hok Mo sin Kang (Ilmu Penakluk iblis),
Ilmu tersebut khusus untuk menghadapi berbagai macam ilmu
sesat, ilmu hitam dan ilmu sihir-"
"Terima kasih, sian su."
"Han Liong" BuBeng sian su tersenyum.
"Akupun akan menghadiahkan sebuah lonceng kecil yang
sakti kepadamu." BuBeng Sian Su mengeluarkan sebuah lonceng kecil, lalu
diberikan kepada Thio Han Liong.
"Terima kasih, sian su," ucap Thio Han Liong dan bertanya.
"Apa kegunaan lonceng kecil ini?"
"Untuk melawan suara sulingnya, sekaligus membuyarkan
ilmu sihirnya yang telah mempengaruhi orang-orang tertentu."
"Kalau begitu... Giok Cu...."
"siapa yang telah terpengaruh oleh ilmu sesat atau ilmu
sihir Hiat Mo, otomatis akan buyar dengan sendirinya, apabila
mendengar suara lonceng kecil ini."
"oh?" Thio Han Liong girang bukan main.
"sebelum membunyikan lonceng kecil ini, engkau harus
mengerahkan Hok Mo Sin kang." BuBeng sian su
memberitahukan. "Akupun akan mengajarmu cara membunyikan iramanya."
"Terima kasih, sian su," ucap Thio Han Liong.
"oh ya, sian su tahu buah apa yang kumakan tadi?"
"Itu adalah buah soat san Ling che (Buah Mujizat gunung
soat san)." BuBeng sian su memberitahukan,
"soat san Ling che hanya berbuah lima ratus tahun sekali.
Aku yang menunggu buah itu, tapi engkau yang memakannya,
bahkan mencabut pohonnya." "Maaf, sian SU"
"Amitaba" ucap BuBeng siansu.
"Buah itu memang telah ditakdirkan untukmu, begitu pula
pohonnya. Kini engkau sudah kebal terhadap racun apa pun,
sungguh beruntung engkau"
"oh ya, sian su," tanya Thio Han Liong mendadak-
"Teratai saiju berada di mana?"
"Engkau tidak usah mencari Teratai saiju lagi," sahut Bu
Beng sian su dengan tersenyum-
"Kalau begitu- - " Wajah Thio Han Liong berubah murung.
"wajah kedua orangtuaku - ."
"Jangan khawatir" Bu Beng sian su memandang seraya
berkata. "Daun pohon soat san Ling che dapat menyembuhkan
wajah kedua orang tuamu, sedangkan akarnya akan kuramu
menjadi obat penawar racun, setelah itu akan kuberikan
kepadamu." "Terima kasih, sian su," ucap Thio Han Liong dan
memberitahukan. "Terus terang, aku mengerti sedikit ilmu pengobatan."
"Ayah mu yang mengajarmu, kan?"
"Betul, sian su."
"Ngmm"BuBeng siansu manggut-manggut.
"Kalau begitu, aku pun akan memberi petunjuk tentang
ilmu pengobatan, agai engkau bisa mengamalkannya-"
"Terima kasih, sian su" ucap Thio Han Liong.
"Terima kasih- - "
sejak itu Bu Beng siansu menggemblengnya dengan
sungguh-sungguh, bahkan juga menyempurnakan
Iweekangnya. sebulan kemudian, mulailah Bu Beng sian su
mengajar Thio Han Liong ilmu Penakluk iblis, juga
mengajarnya cara membunyikan lonceng sakti berikut
iramanya, setelah Thio Han Liong menguasai ilmu tersebut. Bu
Beng sian supun memberi petunjuk mengenai ilmu
pengobatan. "Han Liong...," ujar Bu Beng siansu sambil memandangnya
lembut. "Mulai hari ini aku akan mengajarmu semacam ilmu yang
ada hubungannya dengan ilmu Kian Kun Taylo Ie atau ilmu
Thay Kek Kun. namun ilmu yang akan kuajarkan kepadamu itu
lebih lihay dan dahsyat dari kedua ilmu itu."
"oh?" Thio Han Liong terbelalak-
"Itu adalah ilmu Kian Kun Taylo sin Kang (Tenaga sakti
Alam semesta)." BuBeng sian su memberitahukan.
"Ilmu tersebut dapat menyambut Iweekang pihak lawan
sekaligus menyerang pihak lawan dengan Iweekangnya itu
Ilmu tersebut terdiri dari tiga jurus, yakni Kian Kun Taylo Bu
Pien (Alam semesta Tiada Batas), Kian Kun Taylo Hap it
(segala-galanya Menyatu Di Alam semesta) dan jurus ke tiga
adalah Kiau Kun Taylo Kwi Cong (segala-galanya Kembali Ke
Alam semesta) Kalau tidak terpaksa, janganlah engkau
mengeluarkan ilmu itu."
(Bersambung keBagian- 21)
Jilid 21 "Ya, Sian Su." Thio Han Liong mengangguk.
"Sebelum mengerahkan Kian Kun Taylo Sin Kang, terlebih
dahulu engkau harus menghimpun Kiu Yang Sin Kang untuk
melindungi diri, agar jantungmu tidak tergetar oleh gempuran
Iweekang pihak lawan."
"Ya, Sian Su." "ingat, engkau tidak boleh melatih Kiu Im Sin Kang" ujar Bu
Beng Sian Su mengingatkannya.
"Apabila engkaujuga melatih Sin Kang itu, sudah barang
tentu akan membuat putus seluruh urat nadimu."
"Kenapa begitu?" tanya Thio Han Liong terkejut.
"Engkau telah memiliki Kiu Yang Sin Kang dan Kian Kun
Taylo Sin Kang, Kian Kun Taylo Sin Kang dan Kian Kun Taylo
Ie Sin Kang yang boleh dikatakan merupakan saudara
kandung, itu tidak jadi masalah. Tapi kalau engkau juga
melatih Kiu Im Sin Kang, akan terjadi pergolakan Iweekang
dalam dirimu sendiri, akhirnya semua urat nadimu akan
putus." "Aku pasti menuruti nasihat Sian Su," ujar Thio Han Liong
sambil mengangguk. "terima kasih, Sian su."
Bu Beng sian Su mulai mengajar Thio Han Liong, Kian Kun
Taylo Sin Kang. Belasan hari kemudian, Thio Han Liong telah
menguasai ilmu tersebut, hanya tinggal melatihya. oleh karena
itu. Bu Beng sian su berkata.
"Han Liong, hari ini saatnya kita berpisah-"
"sian su mau pergi ke mana?" tanya Thio Han Liong dengan
mata basah- "Aku mau pergi ke gunung Thian san, " jawab Bu Beng sian
su memberitahukan. " gunung Thian san ditutupi saiju sepanjang tahun, namun
pemandangan di sana sungguh indah menakjubkan, maka aku
ingin menetap di sana."
"Sian su," tanya Thio Han Liong.
"Bolehkah aku kc sana kelak?"
"itu terserah engkau." Bu Beng sian su tersenyum.
"Namun belum tentu kita akan berjumpa."
"Kenapa?" "Jodoh kita sudah habis, maka sulit bagi kita berjumpa
kembali." "sian su...." Thio Han Liong bersujud dihadapannya.
"Terimalah sujudku ini"
Bu Beng sian su membelainya seraya berkata.
"Jangan lupa, engkau harus terus berlatih di dalam telaga
itu setelah engkau merasa tidak dingin, engkau pun harus
menyelam berlatih di dasar telaga untuk melawan arus.
Kerahkanlah Kian Kun Taylo sin Kang Apabila sudah kuat
menahan arus ang ada di dasar telaga itu, barulah engkau
boleh meninggalkan gua ini."
"ya, siansu." Thio Han Liong mengangguk.
Di saat itulah Bu Beng sian su melesat pergi laksana kilat,
sayup,sayup terdengar suara seruannya yang amat halus.
"Han Liong, bangunlah"
Thio Han Liong mendongakkan kepala. Betapa terkejutnya
karena Bu Beng sian su sudah tidak berada di hadapannya.
"sian su sian su..." teriak Thio Han Liong sambil berlari ke
luar. namun yang dilihatnya hanya salju belaka, tiada tampak
bayangan Bu Beng siansu. Thio Han Liong bersujud lagi di luar
gua, lama sekali barulah ia kembali ke dalam.
la mendekati telaga itu, lalu melepaskan semua
pukaiannya. setelah itu perlahan-lahan dimasukkannya
sebelah kakinya ke dalam telaga. Begitu ujung kakinya
menyentuh air, langsung saja ditariknya kembali kakinya itu ke
atas. " Haaah - ?" Thio Han Liong tampak terkejut sekali.
"Kenapa air telaga ini sedemikian dingin" Bagaimana
mungkin aku berlatih di dalam telaga ini?"
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala kemudian
terus menatap air telaga itu dengan mata tak berkedip-
"Menghadapi air telaga saja aku sudah takut, apalagi
menghadapi musuh tangguh" sungguh tak berguna diriku ini
Dasar... pengecut" gumamnya dan melanjutkan.
"Tidak Aku tidak boleh menjadi pengecut Biar
bagaimanapun aku harus berlatih di dalam telaga ini"
Perlahan-lahan Thio Han Liong masuk ke dalam telaga itu.
Belumjuga seluruh tubuhnya terendam, bibirnya sudah
bergemetar saking kedinginan, la cepat-cepat mengerahkan
Kiu yang sin Kang, namun badannya tetap menggigil
kedinginan. Tidak sampai sepeminum teh, ia sudah meloncat
ke atas lalu duduk di tepi telaga dengan sekujur tubuh
menggigil kedinginan. Berselang sesaat ia turun lagi ke dalam
telaga sekaligus mengerahkan Kiu yang sin Kang. Begitulah ia
terus melatih Kiu yang sin Kang di dalam telaga yang airnya
amat dingin itu. -ooo00000ooo- Bab 41 Tong Koay Dan Pak Hong Ditangkap
Di saat Thio Han Liong sedang berlatih Kiu yang sin Kang di
dalam telaga itu, si Mo kembali ke Pek yun Kok den langsung
melapor. " Ketua dan Hiat cianpwee, aku telah berhasil menyelidiki
tempat persembunyian Tong Koay dan Pak Hong."
"oh?" Wajah Kwee In Loan langsung berseri.
"Mereka berdua bersembunyi di mana?"
"Tong Koay bersembunyi di Cian Hoa Kok (Lembah seribu
Bunga), sedangkan Pak Hong bersembunyi di Bu Im Tong
(Gua Tanpa Suara)." si Mo memberitahukan.
"Bagaimana Lam Khie" Apakah engkau tak berhasil
menyelidiki tempat persembunyiannya?" tanya Kwee In Loan.
"ya." si Mo mengangguk.
"Sayang sekali" Kwee In Loan menggeleng-geleng-kan
kepala. "Itu sudah cukup," ujar Hiat Mo sambil tertawa.
"Ha ha ha Aku akan menjadikan mereka sebagai pembunuh
berdarah dingin. Ha ha ha..."
" Kapan Hiat Locianpwee akan pgrg i menangkap mereka?"
tanya Kwee In Loan. "Besok pagi," sahut Hiat Mo-
"si,Mo harus menyertaiku sebagai petunjuk jalan."
"ya, Hiat cianpwee-" si Mo mengangguk.
"oh ya" si Mo menengok ke sana ke mari seraya bertanya-
"Apakah muridku sudah pulang?"
"sudah," sahut Kwee In Loan.
"Tapi dia tidak berhasil menyelidiki jejak Tong Koay, Lam
Khie maupun Pak Hong."
"Memang tidak gampang menyelidiki jejak mereka," ujar si
Mo- "oh ya, di mana muridku sekarang?"
"sedang berduaan dengan Lan Nio di halaman belakang."
Kwee In Loan memberitahukan.
"oh?" Wajah si ,mo langsung berseri.
"Syukurlah" "si Mo," ujar Hiat Mo dengan sungguh-sungguh.
"Setelah menangkap Tong Koay dan Pak Hong, aku akan
mulai menggembleng muridmu itu."
"Terima kasih, Hiat Cianpwee," ucap si Mo girang.
"Terima kasih- - "
"si Mo" Hiat Mo menatapnya tajam.
"Besok engkau harus ikut aku pergi menangkap Tong Koay
dan Pak Hong" "ya, Hiat Cianpwee-" si Mo mengangguksementara
itu, di halaman belakang markas tersebut
tampak Kwan Pek Him dan ciu Lan Nio sedang duduk
bercakap-cakap "Lan Nio, Han Liong adalah pemuda gagah yang solider
pula- Maka alangkah baiknya kita berusaha menolong Giok
Cu" bisik Kwan Pek Him.
"Bagaimana menurutmu?"


Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku sudah memikirkan itu, tapi...." Ciu Lan Nio
menggeleng-gelengkan kepala.
"Percuma." "Kenapa percuma?"
"Kita tidak mampu menolongnya, sebab ia telah
terpengaruh ilmu sihir kakekku maka selalu menuruti
perkataan kakekku-" "Kalau begitu - ," Kwan Pek Him menghela nafas panjang.
"Kecuali kakekmu, orang lain tidak dapat menolongnya?"
"Kira-kira begitulah-" Ciu Lan Nio manggut-manggut dan
menambahkan, "seandainya kelak Kakak Han Liong berhasil mengalahkan
kakekku, itu pun percuma karena Giok Cu tidak dapat
disembuhkan lagi." "Maksudmu?" Kwan Pek Him tersentak mendengar ucapan
itu "Kakekku telah mempengaruhinya dengan ilmu sihir,
sehingga membuat syaraf di otaknya terganggu. Maka walau
kakekku menarik kembali ilmu sihirnya, Giok Cu tetap akan
menjadi gadis gila."
"Oh?" Kwan Pek Him terbelalak-
"Kakekmu - -" "sangat kejam, kan?"
"ya-" "Aaaah - " Ciu Lan Nio menggeleng-gelengkan kepala.
"Kakekku...." Ucapan gadis itu terputus karena mendadak muncul si Mo
sambil tersenyum-senyum. "Guru Guru..." seru Kwan Pek Him.
"Pek Him" si Mo memandangnya sambil manggut-manggut.
"Kalian sedang berduaan Maaf, aku telah mengganggu
kalian" "Guru- - " Wajah Kwan Pek Him memerah-
"Guru berhasil menyelidiki jejak Tong Koay, Lam Khie dan
Pak Hong?" tanyanya-
"Ha ha" si Mo tertawa.
"Guru telah berhasil menyelidiki jejak Tong Koay dan pak
Hong, hanya tidak berhasil menyelidiki jejak Lam Khie-"
"Oh?" "Besok pagi aku akan pergi bersama Hiat Cian-pwee-.."
"Guru dan Hiat Locianpwee mau ke mana?" tanya Kwan
Pek Him dengan rasa heran.
"Mau pergi menangkap Tong Koay dan Pak Hong." si Mo
memberitahukan, lalu tersenyum seraya berkata.
"Pek Him, engkau sungguh beruntung sebab Hiat cianpwee
ingin menggembleng mu"
"Menggembleng ku" "
"ya. Hiat Cianpwee ingin mengajarmu ilmu silat, agar
kepandaianmu bertambah tinggi."
"ooooh" "Baiktah-" si Mo memandang mereka berdua, kemudian
melangkah pergi sambil tertawa-tawa.
"Lan Nio...," ujar Kwan Pek Him dengan suara rendah-
"Besok pagi guruku dan kakekmu akan pergi menangkap
Tong Koay dan Pak Hong, bagaimana menurutmu?"
"Aaaah - " Ciu Lan Nio menggelengkan kepala.
"Aku tidak bisa mencegah Kakekku - -"
"Lan Nio, biar bagaimanapun engkau harus mencegah
kakekmu membunuh Tong Koay dan Pak Hong."
"ya." Ciu Lan Nio mengangguk-
"Aku pasti mencegah kakekku membunuh mereka itu harus
kulakukan." "Lan Nio. - " Kwan Pek Him menatapnya dengan
tersenyum. "Aku tidak habis pikir, kenapa engkau berbeda dengan
kakekmu?" "Maksudmu?" "Kakekmu begitu kejam dan jahat, tapi sebaliknya engkau
begitu baik hati. Aku - sungguh tak habis pikir."
"Sama." Ciu Lan Nio tersenyum.
" Aku pun tak habis pikir, gurumu berhati kejam dan jahat,
tapi engkau tidak seperti gurumu itu."
"oooh" Kwan Pek Him manggut-manggut, kemudian
tersenyum dan mendadak memegang tangannya.
"Lan Nio...." "Engkau...." "Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya dengan penuh cinta
kasih- "Aku - aku sungguh mencintaimu"
"Aku tahu-" Ciu Lan Nio tersenyum-
"engkau memang mencintaiku dengan segenap hati, aku
amat terharu sekali-"
"Bagaimana engkau, mencintaiku juga?"
" Kakak Kwan...." ciu Lan Nio memandangnya dengan
penuh perhatian, talu berbisik,
"Kini wajahmu sudah tidak begitu pucat lagi, aku mulai
menyukai wajahmu." Kwan Pek Him girang bukan main.
"Itu - itu berarti engkau mulai memperhatikan ku."
"Kira-kira. begitulah," sahut Ciu Lan Nio.
"Lan Nio" Kwan Pek Him menatapnya dengan mata
berbinar-binar. "Aku harus berterima kasih kepada Han Liong...."
"Lho?" Ciu Lan Nio heran.
"kenapa engkau harus berterima kasih kepadanya?"
"Dia pernah menyuruhku dan harus mencintaimu dengan
segenap hati." kwan Pek Him memberitahukan,
"sebab dia yakin suatu hari nanti engkau pasti mencintaiku.
Apa yang dikatakannya memang benar, buktinya sekarang
engkau mulai mencintaiku."
"Aaaah-.." Ciu lan Nio membela nafas panjang-
"Kita berdua bersuka-sukaan di sini, sedangkan dia..."
"Mudah-mudahan dia telah dapat melatih ilmu silatnya"
ujar Kwan Pek Him. "ya." Ciu Lan Nio manggut-manggut.
"Mudah-mudahan begitu"
Walau malam sudah semakin larut, Ciu Lan Nio sama sekali
tidak bisa pulas. Ternyata ia sedang memikirkan kakeknya ang
akan pergi menangkap Tong Koay dan pak Hong. Apabila
Tong Koay dan Pak Hong mengadakan perlawanan, sudah
pasti kakeknya akan membunuh mereka, itulah yang
mencemaskan hati gadis tersebut, oleh karena iiu, ia berjalan
mondar-mandir di dalam kamarnya. Akhirnya ia membuka
pintu kamarnya, langsung menuju kamar kakeknya. Ketika ia
baru mau mengetuk pintu kamar im mendadak dari dalam
terdengar suara seruan. "Lan Nio, masuklah Pintu tidak dikunci"
ciu Lan Nio, tersentak karena ia lidak menyangka kakeknya
sudah tahu akan kehadirannya, la membuka pintu kamar itu,
lalu perlahan lahan berjalan ke dalam. Hiat Mo duduk bersila
di tempat tidur, menatapnya dengan wajah penuh keheranan.
"Kakek - " Ciu Lan Nio berdiri di hadapannya.
"Lan Nio, duduklah" ujar Hiat Mo lembut, setelah gadis itu
duduk di kursi, dia bertanya.
"Ada apa engkau malam-malam begini ke mari?"
Alap Alap Laut Kidul 2 Panji Wulung Karya Opa Pendekar Sakti Dari Lembah Liar 6
^