Anak Naga 8
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung Bagian 8
sementara touw Liong Lo Koay sudah menyarungkan
goloknya. Ditatapnya Thio Han Liong dengan tajam sekali.
"Anak muda, hati-hatilah Aku akan mulai menyerangmu"
"Silakan, cianpwee" sahut Thio Han Liong sambil
mengerahkan Kiu yang sin Kang.
sementara yap Khay Peng, Gouw siang Kun, yap Ceng
Ceng, Gouw Hui Eng, Lie Teng Kim dan Tan coh seng
memandangnya dengan mulut ternganga lebar. Mereka sama
sekali tidak menyangka Thio Han Liong berani bertanding
dengan touw Liong Lo Koay.
"Jurus pertama" seru touw Liong Lo Koay sambil
menyerang, la mengguna kan jurus biasa karena meremehkan
Thio Han Liong. Thio Han Liong tersenyum, langsung berkelit dengan ilmu
Thay Kek Kun. Maka, badannya bergerak lemas sekali seperti
anak gadis yang sedang menari. Menyak-sikan itu, yap Ceng
Ceng dan Gouw Hui Eng nyaris tertawa gelisebaliknya
touw Liong Lo Koay, yap Khay Peng dan Gouw
siang Kun malah terkejut bukan main. Terutama touw Liong
Lo Koay, sebab serangannya tertahan seketika.
"Thay Kek Kun" seru touw Liong Lo Koay tak tertahan.
"Engkau pasti murid Bu Tong Pay"
"Bukan" Thio Han Liong menggelengkan kepala sambil
tersenyum, secara tidak langsung ia memang murid Bu Tong
Pay, namun secara langsung justru bukan.
"Kenapa engkau mahir ilmu Thay Kek Kun?" tanya touw
Liong Lo Koay. "Itu bukan Thay Kek Kun" jawab Thio Han Liong membuat
bingung touw Liong Lo Koay.
"Melainkan ilmu Kian Kun Taylo Ie"
"Kian Kun Taylo Ie?" Touw Liong Lo Koay mengerutkan
kening, sebab ia tidak pernah mendengar tentang ilmu
tersebut. "Ya" Thio Han Liong menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tak kusangka engkau berisi juga Baik, hati-hati terhadap
jurus ke dua Aku tidak akan main-main lagi" ujar touw Liong
Lo Koay sambil menyerang. Kini ia mulai mengeluarkan jurusjurus
andalannya. Akan tetapi, Thio Han Liong tetap dapat berkelit, bahkan
mulai balas menyerang dengan ilmu siauw Lim Liong liauw
Kang. Betapa terkejutnya touw Liong Lo Koay. Walau ia
menyerang bertubi-tubi, tapi tetap tidak bisa merobohkan Thio
Han Liong. Yap Khay Peng dan Gouw siang Kun menyaksikan
pertandingan itu dengan mata terbelalak- Mereka tidak
menyangka Thio Han Liong berkepandaian begitu tinggi. Yang
paling gembira adalah YaP Geng Ceng. Dia menyaksikan
pertandingan itu dengan mata berbinar-binar. Begitupula
Gouw Hui Eng. sedangkan Lie Teng Kim justru merasa malu
terhadap Thio Han Liong. "Cianpwee" Thio Han Liong memberitahukan.
"Kini tinggal satu jurus"
Wajah Touw Liong Lo Koay merah padam saking
penasaran, sebab tidak mampu merobohkan Thio Han Liong.
Padahal kini tinggal satu jurus, bagaimana mungkin
merobohkannya" Pikirnya sambil mengerutkan kening.
"Anak muda, engkau memang hebat sekali Kita bertanding
cukup sampai di sini saja,"
ujar Taouw Liong Lo Koay dan menambahkan,
"Aku menepati janji, mulai sekarang aku tidak akan ke mari
menuntut balas lagi kepada sin Kiam Tui Hun"
"Terima kasih, Cianpwee" ucap Thio Han Liong sambil
menarik nafas lega. "Tapi..." lanjut touw Liong Lo koay.
"Kita berdua harus bertarung, karena aku amat penasaran
cuma bertanding sepuluh jurus"
"cianpwee" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Tiada artinya kita bertarung. Bagaimana kalau aku
mengaku kalah?" "Mengaku kalah?"
"Tidak bisa" touw Liong Lo Koay menggeleng-gelengkan
kepala. "Pokoknya kita harus bertarung Kalau tidak, aku tidak akan
menyudahi urusanku dengan sin Kiam Tui Hun"
"Cianpwee...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
" Kalau begitu, aku mohon kemurahan hati Cianpwee"
"Ha ha ha" touw Liong Lo Koay tertawa gelak-
"Anak muda, engkau sungguh sopan sekali Ayoh, mari kita
mulai" "Baik" Thio Han Liong mengangguk dan sekaligus
mengerahkan Kiu Yang sin Kang.
" Hati-hati" Touw Liong Lo Koay mengingatkannya, lalu
menyerangnya dengan dahsyat sekali.
Thio Han Liong mengelak menggunakan Tay Kek Kun, yang
telah dicampur dengan ilmu Kian Kun Taulo Ie- Maka,
sepasang tangan Thio Han Liong membuat beberapa
lingkaran. "Sin Kun Bu Tek," bisik yap Khay Peng.
"Apakah itu adalah ilmu Thay Kek kun dari Bu Tong Pay."
"Memang mirip, tapi...." Gouw Siang Kun mengerutkan
kening, "agaknya berbeda. Lagipula dia telah mengaku tidak punya
perguruan, maka tidak mungkin dia adalah murid Bu Tong
Pay." "Heran?" gumam yap Khay Peng.
"Sebetulnya siapa ayahnya?"
"Ayah" yap Ceng Ceng menghampiri yap Khay Peng. Wajah
gadis itu tampak agak pucat.
"Apakah Han Liong akan menang?"
"Entahlah." yap Khay Peng menggelengkan kepala. Touw
Liong Lo Koay berkepandaian tinggi sekali, sulit sekali bagi
Han Liong memenangkan pertarungan itu."
"Kalau begitu...." yap Ceng Ceng sangat mencemaskan
Thio Han Liong. "Apakah Touw Liong Lo Koay akan melukainya"
"Mudah-mudahan tidak" sahut yap Khay Peng.
"Menurutku..." sela gouw Siang Kun mengemukakan
pendapatnya, "Han Liong bisa bertahan, tidak akan kalah."
"Kenapa engkau berpedapat begitu?" tanya yap Khay Peng.
"Sebab aku yakin,"Jawab gouw Siang Kun dengan suara
rendah, "Han Liong masih belum mengeluarkan seluruh
kepandaiannya." "Tapi," yap Khay Peng menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaian touw Liong Lo Koay tinggi sekali."
"Sin Kiam Tui Hun" gouw Siang Kun tersenyum.
"Mari kita saksikan pertarungan itu. Sudah lewat puluhan
jurus, tapi touw Liong Lo Koay masih tidak dapat
merobohkannya." Memang sudah lewat puluhan jurus, namun touw Liong Lo
Koay masih tidak mampu merobohkan Thio Han Liong. Itu
sungguh membuatnya penasaran dan terkejut.
Ternyata Thio Han Liong mengeluarkan ilmu siauw im liong
jiauw Kang untuk mengimbangi serangan-serangan yang
dilancarkan touw Liong Lo Koay, Ilmu tersebut adalah ilmu
andalan siauw um Pay, tentunya membuat touw Liong Lo
Koay agak kewalahan. "Anak muda" tanya touw Liong Lo Koay.
"Engkau menggunakan ilmu apa?"
"siauw Lim Liong jiauw Kang" sahut Thio Han Liong dengan
jujur. "Apa?" Touw Liong Lo Koay terkejut.
" Engkau pasti murid siauw Lim Pay?"
"Cianpwee" Thio Han Liong tersenyum.
"Aku bukan Hweeshlo, bagaimana mungkin aku murid
siauw Lim Pay?" " Kalau begitu, siapa yang mengajarmu ilmu itu?" tanya
Touw Liong Lo Koay sambil menyerang.
"siauw Lim sam Tiang lo" sahut Thio Han Liong sekaligus
berkelit, kemudian mendadak balas menyerang dengan ilmu
Kiu Im Pek Kut Jiauw. "Haah - ?" Bukan main terkejutnya touw Liong Lo Koay.
"siauw Lim sam Tiang lo yang mengajarmu Liong liauw
Kang?" " ya" Thio Han Liong mengangguk, lalu menyerang dengan
ilmu pukulan Kiu Im Pek Kut Jiauw.
Touw Liong Lo Koay tidak sempat mengelak, maka
terpaksa menangkis dengan jurus sin Liong cut Hai (Naga
sakti Keluar Dari Laut). Blaam... Terjadilah benturan dahsyat.
Touw Liong Lo Koay terpental ke belakang beberapa
langkah, sedangkan Thio Han Liong tetap berdiri tak
bergeming dari tempat- Itu membuat para penonton
terbelalak kagum, terutama yap Ceng ceng. gadis itu pun
bertepuk sorak dengan penuh kegembiraan.
"guru...." Yo Bun Liat segera menghampiri touw Liong Lo
Koay- "guru terluka?"
"Tidak-" sahut touw Liong Lo Koay sambil tersenyum getir.
" Hati pemuda itu baik, dia tidak melanjutkan jurus
andalannya. Kalau dia melanjutkan, guru pasti sudah terluka
parah-" Yo Bun Kiat tidak menyahut.
Touw Liong Lo Koay menghampiri Thio Han Liong.
Ditatapnya pemuda itu dengan penuh perhatian talu bertanya.
"Anak muda, siapa ayahmu?"
(Bersambung keBagian 14) Jilid 14 "Cianpwee..." sahut Thio Han Liong menggunakan ilmu
menyampaikan suara, Itu agar yang lain tidak mendengarnya.
"Ayahku adalah Thio Bu Ki."
"Haaah...?" Wajah Touw Liong Lo Koay langsung berubah
pucat, kemudian memberi hormat.
"Maaf, maaf Bun Kiat, mari kita pergi"
Touw Liong Lo Koay langsung melesat pergi dan Yo Bun
Kiat terpaksa mengikutinya. Namun pemuda itu masih sempat
berseru. "Han Liong, aku kagum padamu Semoga kita berjumpa lagi
kelak..." "ya" sahut Thio Han Liong sambil tersenyum..
"Ha ha ha Ha ha ha..." yap Khay Peng tertawa terbahakbahak,
"Han Liong, engkau sungguh keterlaluan-"
"Cianpwee..." Thio Han Liong tercengang.
"-Ba... bagaimana aku keterlaluan?"
"Engkau tidak boleh memanggilku cianpwee lagi, harus
memanggilku paman" sahut yap Khay Peng.
"ya, Paman." Thio Han Liong mengangguk.
"Han Liong, engkau..." yap Khay Peng menggelenggelengkan
kepala. "Engkau membohongi kami semua. ternyata engkau
berkepandaian tinggi sekali."
"Paman, aku.., aku cuma belajar sedikit ilmu silat dari
ayahku," ujar pemuda itu sambil menundukkan kepala.
"Cuma belajar sedikit" Engkau mampu mengalahkan touw
Liong Lo Koay. Apalagi belajar banyak, mungkin tiada seorang
pun yang mampu menandingimu;"
yap Khay Peng menghela nafas panjang.
"Han Liong, engkau pandai menyembunyikan
kepandaianmu." "Paman, aku.-,."
"Han Liong" Gouw siang Kun mendekatinya.;
"Kalau tidak salah, engkau juga menggunakan ilmu Thay
Kek Kun, bukan?" "Ya," Thio Han Liong memberitahukan.
"Tapi sudah dicampur dengan ilmu Kian Kun Taylo le, maka
berbeda dengan Thay Kek Kun asli."
"oooh" Gouw siang Kun manggut-manggut.
"Ke-mudian engkaujuga menggunakan siauw Lim Liong
jiauw Kang, ilmu rahasia bagi siauw Lim Pay. Engkau bukan
Hweeshio siauw Lim Pay tingkatan tinggi, tapi kenapa mahir
ilmu itu?" "siauw Lim sam Tiang lo yahg mengajarku ilmu itu," jawab
Thio Han Liong dengan jujur.
"oh?" Gouw siang Kun terbelalak-
"Ayahmu kenal baik dengan siauw Lim sam Tiang lo?"
" ya." Thio Han liong mengangguk.
"setelah itu engkau menggunakan ilmu apa sehingga
membuat touw Liong Lo Koay terpental begitujauh?" tanya
Gouw siang Kun lagi- "Aku menggunakan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw-"
" Haaah - ?" Mulut Gouw siang Kun terng angga lebar.
"Kiu Im Pek Kut Jiauw?"
"ya." Thio Han Liong manggut-manggut.
" Aku pernah dengar, Ciu Ci Jiak. mantan ketua GoBiPay
memiliki ilmu tersebut Engkau pun mahir ilmu itu, jadi engkau
punya hubungan apa dengan ciu Ci Jiak?" Gouw siang Kun
menatapnya tajam. "Aku memanggilnya Bibi," sahut Thio Han Liong jujur.
"Ha ha ha" Mendadak Gouw siang Kun tertawa gelak-
"Han Liong, kini aku sudah tahu siapa ayahmu"
"oh?" Thio Han Liong tersentak-
"Ayahmu pasti Thio Bu Ki- ya, kan?" tanya Gouw siang Kun
sambil tersenyum. "ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Apa?" yap Khay Peng terbelalak.
"Ayahmu adalah Thio Bu Ki yang amat terkenal itu?"
"Betul, Paman"jawab Thio Han Liong.
"Ha ha ha" yap Khay Peng tertawa gembira.
"Putra Thio Bu Ki berada di rumahku, ini sungguh diluar
dugaan Ha ha ha..:" "Tidak heran kalau tadi Touw Liong Lo Koay memberi
hormat kepadamu- Engkau pasti memberitahukan kepadanya
siapa ayahmu, bukan?" tanya Gouw siang Kun.
"ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Tentunya engkau tidak tahu, sesungguhnya touw Liong Lo
Koay adalah mantan anggota Beng Kauw."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"oooh" Thio Han uong manggut-manggut.
"Han Liong" Wajah yap Khay Peng cerah ceria-
"Mari kita ke dalam, jangan terus berdiri di sini"
"Baik, Paman." Thio Han Liong mengangguk.
Mereka segera masuk ke rumah, lalu duduk di ruang
tengah, yap Khay Peng langsung menyuruh beberapa pelayan
menyajikan berbagai macam hidangan dan arak wangi.
"Ha ha ha" yap Khay Peng tertawa gelak kemudian berkata
setelah para pelayan menyajikan semua hidangan itu.
"Han Liong, hari ini aku menjamumu makan sebab engkau
telah menyelamatkan nyawaku"
"Paman jangan berkata begitu, aku... aku cuma membalas
budi kebaikan Paman saja," ujar Thio Han Liong...
"Ayoh, mari kita bersulang" seru yap Khay Peng sambil
mengangkat minumannya. Mulailah mereka bersulang sambil tertawa gembira, dan itu
membuat Thio Han Liong merasa tidak enak dalam hati.
Apalagi Yap Ceng Ceng dan Gouw Hui Eng terus
memandangnya dengan mata berbinar-binar, oleh karena itu,
ia mengambil keputusan untuk pergi secara diam-diam malam
itu. Akan tetapi, perbuatannya itu pasti akan menyinggung
perasaan yap Khay Peng, akhirnya ia membatalkan
keputusannya, sebaliknya akan mohon pamit esok pagi-
-ooo00000ooo- Keesokkan harinya, pagi-pagi Thio Han Liong langsung
mohon pamit kepada yap Khay Peng dan Gouw siang Kun dan
itu amat mengejutkan ke dua orang tua tersebut.
"Han Liong, lebih baik engkau tinggal di sini be-berapa hari,
setelah itu barulah engkau melanjutkan perjalananmu." yap
Khay Peng berusaha menahannya.
"Paman, aku harus segera berangkat ke desa Hok An." Thio
Han Liong memberitahukan.
"Setelah itu, aku masih harus pergi ke gunung Bu Tong."
"Han Liong...." yap Khay Peng menghela nafas panjang.
"Maafkan aku, Paman" ucap Thio Han Liong.
"Aku harus berangkat hari ini."
"Baiklah-" Yap Khay Peng mengangguk-
"Tapi engkau harus berpamit dulu kepada Ceng Ceng."
"Juga harus berpamit kepada Hui Eng, putriku," seia Gouw
siang-Kun. "Ya" Paman." Thio Han Liong mengangguk, kemudian pergi
menemui ke dua gadis itu, yang kebetulan mereka berdua
sedang berada di pekarangan.
"Han Liong" seru ke dua gadis itu girang.
"Selamat pagi" "selamat pagi" sahut Thio Han Liong sambil menghampiri
mereka. "Ceng Ceng, Hui Eng, aku... aku...."
"Kenapa engkau?" tanya Yap Ceng Ceng heran.
"Aku mau mohon pamit kepada kain karena hari ini aku
harus berangkat ke desa Hok An." Thio Han Liong
memberitahukan. "Apa?" Wajah Yap Ceng Ceng langsung berubah pucat.
" Eng kau... engkau mau pergi hari ini?"
"Ya-" Thio Han Liong mengangguk-
"Han Liong...." Yap Ceng Ceng memandangnya dengan
mata basah- "Kok begitu cepat?"
"Ceng Ceng" ujar Thio Han Liong.
"Aku harus segera berangkat ke desa Hok An, sebab ada
urusan penting di sana."
"Tidak bisa besok lusa baru berangkat?" tanya Yap Ceng
Ceng dengan penuh harap. "Maaf" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"Memang tidak bisa di tunda lagi, aku harus berangkat
sekarang." "Han Liong...." Yap Ceng Ceng terisak-isak.
"Kapan engkau akan ke mari menengokku?"
" Kapan aku sempat, pasti ke mari menengokmu," sahut
Thio Han Liong berjanji. "Han Liong..." sela Gouw Hui Eng.
"jangan melupakan aku lho"
"Tentu." Thio Han Liong mengangguk-
" Aku pasti tidak akan melupakan kalian berdua, sebab
kalian adalah temanku-"
"Terima kasih," ucap Gouw Hui Eng.
"Han Liong...." Ait-mata Ceng Ceng berderai-derai.
Di saat itulah muncul yap Khay Peng dengan sebuah
bungkusan kecil di tangannya.
"Han Liong" yap Khay Peng menyodorkan bungkusan itu
kepada Thio Han Liong seraya berkata,
"Ini untuk bekal dalam perjalananmu, jangan ditolak Kalau
ditolak, aku pasti gusar."
"Paman...." Karena yap Khay Peng telah menegaskan
begitu, maka Thio Han Liong tidak berani menolak, pemberian
itu "Terima kasih, Paman"
"Ha ha ha" Mendadak muncul Gouw siang Kun sambil
tertawa gelak- "Han Liong, klta akan berjumpa dalam rimba
persilatan kelak" "oh?" Thio Han Liong tertegun, kemudian tersenyum.
"Han Liong" pesan Gouw siang Kun.
"Engkau tidak boleh melupakan putriku lho"
"ya, Paman." Thio Han Liong mengangguk-
"Han Liong" yap Khay Peng memandangnya seraya
berkata, "Kapan engkau akan ke mari lagi?"
"Apabila aku sempat, pasti ke mari," sahut Thio Han Liong,
lalu berpamit- yap Ceng Ceng dan Gouw Hui Eng
mengantarnya sampai di luar pintu pekarangan, setelah Thio
Han Liong lenyap dari pandangan mereka, barulah ke dua
gadis itu kembali masuk ke rumah dengan wajah murung.
Yap Khay Peng dan Gouw siang Kun saling memandang,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela
nafas panjang- Ke dua orang tua itu tahu, bagaimana
perasaan putri mereka- Bab 28 Pertarungan Di Kuburan Tua
Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah sampai di
desa Hok An, dan langsung menuju rumah Tan Ek seng.
Kedatangannya yang hanya seorang diri itu sangat
mengejutkan Tan Ek seng dan Lim soat Hong.
"Paman, Bibi" panggil Thio Han Liong.
"Han Liong," sahut Tan Ek seng dan Lim soat Hong
serentak- "Kenapa engkau datang seorang diri" Di mana Giok Cu?"
"jadi - Giok Cu belum pulang?" Thio Han Liong balik
bertanya. "Lho?" Tan Ek seng mengerutkan kening.
"Apa yang telah terjadi" Cepatlah jelaskan"
"Begini," Thio Han Liong memberitahukan.
"Giok Cu sudah punya guru baru. Guru baru itu
mengajaknya ke suatu tempat untuk menggembleng dirinya.
Kini sudah tiga tahun lebih, kupikir Giok Cu sudah pulang,
ternyata belum." "Hang Liong" Lim soat Hong menggeleng-gelengkan
kepala. "Kenapa baru sekarang engkau ke mari memberitahukan
kepada kami?" "sebab aku langsung pergi ke gunung soat san. Aku tidak
menemukan Teratai saiju.namun menemukan sebuah gua,
dan aku berlatih ilmu silatku di dalam gua itu." Thio Han Liong
menjelaskan. "oooh" Lim soat Hong manggut-manggut
"Jadi Giok Cu akan pulang ke mari?"
"ya." Thio Han Liong terpaksa berbohong agar ke dua
orang tua Giok Cu tidak mencemaskannya.
"oh ya" Tan Ek seng teringat sesuatu.
"Tiga tahun lalu, guru Giok Cu ke mari. Dia berpesan, kalau
kalian pulang harus segera ke gunung ciong Lam san ke
tempat tinggalnya." "oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening.
" Kalau begitu, pasti ada suatu yang penting- Aku... aku
harus segera berangkat ke sana."
"Han Liong" Tan Ek seng menatapnya.
"Engkau tidak mau menunggu Giok Cu?"
"Begini," sahut Thio Han Liong.
"Aku akan berangkat duluan ke gunung ciong Lam san,
kalau Giok Cu pulang, suruh dia menyusul ke sana"
"Baiklah-" Tan Ek seng manggut-manggut dan bertanya,
"Kapan engkau akan berangkat?"
"sekarang,"jawab Thio Han Liong,
"sebab lebih cepat lebih baik, jadi aku bisa tiba di gunung
ciong Lam san selekasnya."
"Han Liong, lebih baik engkau bermalam di sini saja," ujar
Lim soat Hong. "Terima kasih, Bibi," ucap Thio Han Liong.
"Lebih baik aku berangkat sekarang saja. siapa tahu Giok
Cu sudah berada di tempat tinggal gurunya."
"Itu memang mungkin-" Tan Ek seng manggut-mang-gut.
"Baiklah- Engkau boleh berangkat sekarang."
"Terima kasih, Paman"
"oh ya" tanya Lim soat Hong.
"Engkau masih punya bekal?"
"Masih." Thio Han Liong mengangguk, lalu berpamit kepada
mereka. "Han Liong," pesan Lim soat Hong,
"setelah berjumpa Giok Cu, kalian harus segera pulang ke
mari" " ya." Thio Han Liong mengangguk-
"sampai jumpa Paman, Bibi"
"Hati-hati dalam perjalanan" pesan Tan Ek seng.
Thlo Han Liong mengangguk, lalu meninggalkan rumah itu
dengan kepala tertunduk. Ternyata pemuda itu merasa tidak
enak telah membohongi ke dua orang tua Tan Giok Cu.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di saat Thio Han Liong berangkat ke gunung ciong Lam
san, di gunung itu justru terjadi sesuatu.
seorang wanita berusia lima puluhan berdiri di depan
kuburan tua tempat tinggal yo sian sian. siapa wanita itu"
Ternyata Kwee In Loan, yang kini ia telah menguasai ilmu Hiat
Mo Kang. setelah meninggalkan Kwan Gwa, ia langsung
menuju ke gunung ciong Lak tujuannya membuat perhitungan
dengan yo sian sian. Lama sekali ia berdiri di situ, kemudian
mendadak berteriak menggunakan Lweekang.
"yo sian sian cepatlah engkau keluar"
Berselang beberapa saat kemudian kuburan tua itu terbuka,
dan melesat kejuar yo sian sian bersama ke empat
pengiringnya. "Hmm" dengus yo sian sian.
"Kwee In Loan, mau apa engkau ke mari?"
"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh.
"Aku ke mari ingin membuat perhitungan denganmu"
"oh?" yo sian sian menatapnya dingin-
"Apakah kepandaianmu sudah bertambah tinggi, maka
engkau berani ke mari mencariku?"
"Tidak salah" "Aku tahu, engkau pasti sudah berhasil menguasai Hiat Mo
Kang Kalau tidak, tentunya engkau tidak berani ke mari"
"Betul" Kwee In Loan manggut-manggut.
"Kini aku memang sudah menguasai ilmu Hiat Mo Kang
Nah, bersiap-siaplah engkau untuk mampus"
"Kwee In Loan" yo sian sian tertawa dingin-
"Engkau kira gampang membunuhku dengan Hiat Mo
Kang" Tahukah engkau, dalam kurun waktu tiga tahun ini,
akUpun terus berlatih untuk menghadapimu"
"Engkau tahu aku pergi menemui Hiat Mo?" tanya Kwee In
Loan heran. "Aku memang tahu, maka aku pun terus melatih ilmu
silatku untuk menghadapimu" sahut yo sian sian dan
menambahkan, "Mengingat engkau adalah mantan kakak seperguruanku,
aku masih bersedia mengampunimu Ayoh, cepatlah engkau
enyah dari sini" "He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh-
"Jangan omong besar, ajalmu sudah berada di depan mata"
yo sian sian tertawa dingin-
" Kalau begitu, hari ini aku pun terpaksa harus membunuh
mu" "Engkau yang akan mampus" bentak Kwee In Loan dan
langsung menyerangnya dengan ilmu Kui Im Pek Kut Jiauw
dan cui sim CiangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Yo Sian Sian juga mengeluarkan ilmu tersebut untuk
melawannya, maka terjadilah pertarungan yang amat seru dan
sengit. Ke pandai an mereka memang seimbang, maka puluhan
jurus kemudian, mereka berdua masih bertarung seimbang. Di
saat itulah mendadak Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh.
Wajahnya berubah merah, begitu pula rambut dan sepasang
tangannya- Ternyata ia mulai mengerahkan Hiat Mo Kang.
Hati yo sian sian tersentak menyaksikannya, la pun segera
mengerahkan Kiu Im sin Kang hingga ke puncaknya.
"Hiyaaa" pekik Kwee In Loan sambil menyerang.
Yo sian sian tidak berkelit, tapi menangkis serangan itu
dengan Kiu Im sin Kang, Maka, terdengarlah suara benturan
keras yang memekakkan telinga.
Yo sian sian terpental beberapa depa, sedangkan Kwee In
Loan hanya termundur-mundur beberapa langkah saja.
"Nona..." teriak ke empat pengiring sambil mendekati Yo
sian sian. "Cepat kalian hadang dia Aku... aku sudah terluka parah,
harus segera ke dalam," ujar Yo sian sian lemah-
"Ya-" Ke empat pengiringnya mengangguk, lalu berdiri di
hadapan Kwee In Loan. "Hm" dengus Kwee In Loan dingin.
"Kalian berempat ingin cari mati?"
"Engkau yang harus mampus" bentak ke empat pengiring
itu sambil menyerangnya dengan serentak.
"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian berempat memang ingin cari mati, baiklah?"
Di saat ke empat pengiring itu menyerang Kwee In Loan,
yo sian sian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. la langsung
meloncat ke dalam kuburan tua tersebut.
"Mau kabur ke dalam?" bentak Kwee In Loan. Ketika ia
ingin meloncat ke dalam, ke empat pengiring itu
menyerangnya dengan gencar sekali, sehingga membuatnya
gusar bukan main. la segera mengerahkan Hiat Mo Kang menyerang mereka.
Beberapa saat kemudian, ke empat pengiring itu terkapar tak
bernafas lagi. Mereka semuanya binasa terkena ilmu pukulan
Hiat Mo Ciang. Ketika Kwee In Loan menoleh kuburan tua itu
sudah tertutup kembali. "sialan" cacinya- Ternyata ia tidak tahu rahasia kuburan tua
itu- Kemudian ia berteriak menggunakan Lwcckang."
"Yo sian Sian engkau tidak akan bisa lolos dari tanganku
engkau boleh bersembunyi di dalam kuburan tua ini, tapi aku
bisa menghancurkannya dengan alat peledak"
yo sian sian mendengar teriakan itu, namun tidak
menyahut, la sudah makan obat, sekarang ia sedang duduk
bersila mengatur pernafasannya-
"Engkau jangan diam saja" Terdengar suara Kwee In Loan.
"Aku pasti akan menghancurkan kuburan tua ini dengan
obat peledak" yo sian sian tetap tidak menyahut. Kemudian ia bangkit
berdiri mendekati sebuah lubang rahasia, lalu mengintip ke
luar. Dilihatnya Kwee In Loan masih berdiri di situ.
Mendadak yo sian sian menangis sedih, karena ia melihat
ke empat pengiringnya yang amat setia itu sudah tergeletak
tak bernyawa lagi. Berselang beberapa saat kemudian, barulah Kwee In Loan
melesat pergi, yo sian sian tetap mengintip ke luar. Walau ia
melihat Kwee In Loan sudah melesat pergi, tapi masih tidak
berani meninggalkan Kuburan tua itu, sebab khawatir Kwee In
Loan akan kembali lagi. Dugaannya memang tidak melesat. Tiba-tiba berkelebat
sosok bayangan, yang ternyata Kwee In Loan.
"Hmm" dengusnya dingini
"Dia pasti sudah terluka parah, maka tidak bisa keluar Aku
akan pergi ambi) obat peledak- kuburan tua ini akan
kuhancurkan" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh- setelah itu barulah
melesat pergi- Kali ini yo sian sian tidak ragu lagi- la cepatcepat
menekan sebuah tombol rahasia, dan seketika
terbukalah kuburan tua itu.
yo sian sian melesat ke luar, lalu menutup kembali kuburan
tua itu- Cukup lama ia berdiri di sana sambil memandang
kuburan tua itu dan ke empat mayat pengiringnya-setelah itu,
barulah ia melesat pergi mengambil arah yang berlawanan
dengan Kwee In Loan. Dua hari kemudian, Kwee In Loan muncul lagi dikuburan
tua itu dengan membawa obat peledak- Dipasangkannya di
depan kuburan tua itu semua obat peledak yang dibawanya,
lalu disundutnya sumbunya, sesudah itu segera la h ia melesat
pergi- Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara ledakan
dahsyat dan kuburan tua itu hancur berantakan. Menyaksikan
kejadian itu, Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh. "He he he
He he he he?." -ooo00000oooosudah beberapa hari yo sian sian melakukan perjalanan ke
arah selatan. Kini luka dalamnya sudah agak membaik, la
beristirahat di bawah sebuah pohon. Ketika ia baru mau
memejamkan matanya, sekonyong-konyong berkelebat sosok
bayangan ke hadapannya. Begitu melihat yo sian sian, orang
itu tampak terperanjat. "Nona yo" panggilnya.
yo sian sian tersentak, dan buru-buru ia membuka
matanya. Ketika melihat orang itu, ia menarik nafas lega,
karena orang itu ternyata Lam Khie. "Cianpwee.."
"Nona yo" Lam Khie duduk di hadapannya-
"Bagaimana engkau berada di sini" Apa yang telah terjadi?"
"Aaaah - " yo sian sian menghela nafas panjang.
"Apa yang Cianpwee katakan tiga tahun lalu, tidak meleset
sama sekali." "oh?" Air muka Lam Khie tampak berubah-
"Maksudmu Kwee In Loan sudah muncul dalam rimba
persilatan?" "Ya?" Yo sian sian mengangguk.
"Dia ke gunung ciong Lam san."
"Dia ke tempat tinggalmu itu?"
"ya, dia menantang aku bertarung. Aku menghadapinya,
tapi...." yo sian sian menggeleng-gelengkan kepala.
"Dia melukaiku dengan ilmu Hiat Mo Ciang. sungguh lihay
dan hebat ilmu pukulannya itu"
"oh?" Bukan main terkejutnya Lam Khie.
"Dia - dia sudah berhasil menguasai ilmu Hiat Mo Kang?"
" Kalau tidak, bagaimana mungkin dia mampu melukaiku?"
sahut yo sian sian sambil menghela nafas panjang.
" Celaka" Lam Khie menggeleng-gelengkan kepala-
"Dia pasti menimbulkan bencana lagi dalam rimba
persilatan." "Dia mendapat dukungan dari Hiat Mo, tentunya akan
berbuat sewenang-wenang terhadap kaum rimba persilatan,"
ujar yo sian sian. " Kalau cuma dia sendiri, aku yakin Cianpwee, Tong Koay
dan Pak Hong masih dapat mengatasinya. Tapi kini dia
didukung oleh Hiat Mo-..."
"Aaaai - " Lam Khie menghela nafas panjang.
"Tidak lama lagi kami berempat akan bertanding di puncak
gunung Heng san. Aku yakin Kwee In Loan pasti muncul di
sana membuat kekacauan, sebab si Mo berpihak padanya."
" Cianpwee harus berunding dengan Tong Koay dan pak
Hong. Mungkin masih ada jalan lain untuk mengatasi itu."
"Benar." Lam Khie mengangguk-
"Aku akan coba mencari Tong Koay dan Pak Hong. oh ya,
apa rencanamu sekarang?"
"Aku mau pergi ke Lam Hai (Laut selatan)."
"Ke Lam Hai" Mau apa engkau ke sana?"
"Menemui Lam Hai Lo Ni (Biarawati Tua Laut selatan)."
"Lam Hai Lo Ni?" Lam Khie tersentak-
"Engkau kenal Lam Hai lo Ni?"
"Kenal." yo sian sian menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lam Hai Lo Ni adalah nenek dari ibuku. Aku ke sana
dengan maksud memperdalam ilmu silatku."
"oooh" Lam Khie manggut-manggut.
"Syukurlah kalau begitu, mudah-mudahan engkau berhasil
memperdalam ilmu silatmu"
"Cianpwee, aku harus berangkat sekarang."
"Baiklah-" Di saat yo sian sian baru mau melesat pergi, mendadak
suara tawa yang amat keras, lalu muncul dua orang yang
ternyata Tong Koay dan Pak Hong.
"Ha ha ha..." Tong Koay dan pak Hong terbelalak ketika
melihat yo sian sian. "eh" Kenapa Nona yo berada di sini?"
"Kwe In Loan berhasil mengalahkannya, maka dia kabur
dari kuburan tua itu," sahut Lam Khie memberitahukan.
"Apa?" Tong Koay tersentak.
"Kwee In Loan berhasil mengalahkan Nona yo?"
"Kepandaiannya sudah begitu tinggi?"
"ya;" yo sian sian menganggguk-
"Aaah - " Tong Koay menghela nafas panjang.
" Aku justru memperoleh informasi, bahwa Kwee In Loan
sudah muncul dalam-rimba persilatan. Kebetulan aku
berjumpa Pak Hong, maka kami berusaha mencarimu, Lam
Khie>" " Aku pun baru mau pergi mencari kalian. Maka sungguh
kebetulan kalian muncul di sini" ujar Lam Khie-
"Mari kita berunding bersama"
Tong Koay danpak Hong mengangguk- Mereka berdua lalu
duduk dan Lam Khie memandang mereka seraya bertanya-
"Kini Kwee In Loan telah muncul dengan kepandaiannya
yang begitu tinggi, lalu bagaimana menurut kalian?"
"Kami-..." Tong Koay malah memandang Pak Hong,
sedangkan Pak Hong justru memandang yo sian sian.
"Aku mau ke Lam Hai untuk memperdalam ilmu silatku,"
ujar yo sian sian memberitahukan.
" Ke Lam Hai memperdalam ilmu silatmu?" Tong Koay
tercengang. "Ada siapa di Lam Hai?"
"Lam Hai Lo Ni," sahut yo sian sian dan menambahkan.
"Biarawati tua itu adalah nenek dari ibuku."
"Haaah?" Tong Koay dan Pak Hong tampak terperanjat.
"Lam Hai Lo Ni adalah nenekmu?"
"ya." yo sian sian mengangguk-
"Kepandaian nenekku itu amat tinggi sekali, namun sudah
lama nenekku tidak mencampuri urusan rimba persilatan."
"oooh" Tong Koay dan Pak Hong manggut-manggut.
"Tapi itu masih membutuhkan waktu, lalu kita harus
bagaimana?" "Begini saja," ujar Lam Khie mengusulkan.
"Pertandingan kita di puncak gunung Heng san dibatalkan
saja. Kalau tidak, kita bertiga pasti celaka."
"Celaka di tangan siapa?" tanya Pak Hong.
"si Mo pernah bekerja sama dengan Kwee In Loan. Kini
wanita itu telah muncul, maka jelas dia akan mencari si Mo,"
sahut Lam Khie menjelaskan.
"Di saat kita sedang bertanding, Kwee In Loan pasti akan
muncul. Nah, bukankah kita akan celaka?"
"Masa kita bertiga tidak akan mampu melawan wanita itu?"
Pak Hong kelihatan tidak percaya.
"Tapi jangan lupa," sahut Lam Khie-
"Si Mo pasti membantunya. Kalau kita bertiga melawan
mereka berdua, rasanya kita tidak bisa bertahan lama."
" Kalau begitu..." pak Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kita bertiga harus bagaimana?"
"Tetap ke puncak gunung Heng san, namun kita
memberitahukan kepada si Mo, bahwa pertandingan itu
dibatalkan. Tentunya dia tidak akan berani mendesak, karena
kita akan menyatakan lima tahun kemudian baru diadakan
pertandingan itu," ujar Lam Khie.
"oooh" Pak Hong manggut-manggut.
"Jadi kita mengulur waktu?"
"ya" Lam Khie mengangguk-
"Tiada jalan lain lagi, sebab kita harus menunggu Nona yo-
" "Ngmm" Pak Hong memandang yo sian sian seraya
bertanya. "Lima tahun kemudian, kepandaianmu pasti sudah
meningkat, ya, kan?"
"Mudah-mudahan" sahut yo sian sian.
"oh ya" "Tong Koay teringat sesuatu dan seketika juga air
mukanya tampak berubah- "Kini Kwee In Loan telah muncul dalam rimba persilatan.
Mungkinkah Hiat Mo juga sudah ada di Tionggoan?"
"Iya. Lam Khie manggut-manggut.
"Tak terpikirkan tentang itu. Kalau Hiat Mo bersama Kwee
In Loan, kita semua pasti celaka."
"cian pwee," sela yo sian sian.
"Kalian tidak usah mencemaskan itu. Hiat Mo tidak akan
bersama Kwee In Loan, sebab dia termasuk tingkatan tua."
"oooh" Lam Khie dan lainnya menarik nafas lega, kemudian
Tong Koay mengemukakan pendapatnya.
"Usai membatalkan pertandingan di puncak gunung Heng
San, kita pun harus bersembunyi di suatu tempat untuk
memperdalam ilmu silat kita. Bagaimana menurut kalian?"
"Ngmm" Pak Hong manggut-manggut.
"Memang harus begitu. Lima tahun kemudian, kita
berjumpa lagi." "Kita akan berjumpa di mana?" tanya Tong Koay.
"Berjumpa di-?-" Lam Khie memandang yo sian sian.
"Di tempat tinggalku saja. Bagaimana?" sahut yo sian sian
cepat. "Baik," Lam khie. Tong Koay dan Pak Hong mengangguk-
"Kalau begitu, lima tahun kemudian kita semua bertemu di
gunung ciong Lam san, tempat tinggal. Nona yo-"
"Ngmm" yo sian sian manggut-manggut.
"Ini adalah keputusan kita bersama, sekarang aku harus
berangkat ke Lam Hai. Kita berjumpa kembali lima tahun
kemudian di belakang gunung ciong Lam san."
yo sian sian melesat pergi. Tong Koay, Lam Khie dan Pak
Hong saling memandang. setelah itu, mereka bertiga pun
melesat pergi menuju ke arah gunung Heng san.
-ooo00000ooo- Bab 29 suatu siasat setelah menghancurkan kuburan tua tempat tinggal yo sian
sian, Kwee In Loan lalu pergi mencari si Mo- Tidak begitu sulit
mencari iblis Dari Barat itu, sebab si Mo adalah ketua
golongan hitam- Dua hari kemudian, Kwee In Loan dan si Mo
bertemu di lembah Pek yun Kek, bekas markas Hek Liong
Pang. "Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-sambil menatap Kwee In
Loan dengan penuh perhatian.
"Tidak berjumpa tiga tahun, engkau bertambah muda dan
cantik saja" "si Mo" Kwee In Loan melotot.
"Kenapa mulutmu begitu usil" Mau kutabok ya?"
"Jangan gusar" si Mo tersenyum.
"Aku saking girang bertemu denganmu, maka bercanda
sebentar. Bagaimana kabarmu selama ini" Kepandaianmu
sudah bertambah tinggi?"
" Kalau tidak, tentunya aku tidak akan muncul dalam rimba
persilatan," sahut Kwee In Loan.
"Bagus, bagus Ha ha ha..." si Mo tertawa gelak lagi.
"oh ya, kapan engkau akan pergi mencari yo sian sian
untuk membuat perhitungan dengannya?"
"sudah tak perlu." Kwee In Loan tersenyum.
"Lho?" si Mo terbelalak.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kenapa sudah tidak perlu" "
"Memangnya kenapa?"
" Aku justru dari kuburan tua itu." Kwee In Loan
memberitahukan sambil tersenyum dingin-
"Aku berhasil melukainya, bahkan kuburan tua itu pun telah
kuhancurkan. Kemungkinan besar yo sian sian terkubur di
dalamnya." "oh?" si Mo tertegun.
" Kalau begitu engkau pasti sudah berhasil menguasai ilmu
Hiat Mo Kang." "ya." "Bagaimana ke empat pengiring yo sian sian?"
"sudah mati duluan di tanganku. He he he.?"
"Bagus, bagus.. Ha ha ha" si Mo tertawa gembira-
"Kini sudah saatnya Hek Liong pang bangkit kembali ha Ha
ha ha-" "oh ya, si Mo" Kwee In Loan menatapnya seraya bertanya,
" Kapan engkau akan bertanding dengan Tong Koay, Lam
Khie dan Pak Hong?" "Kalau tidak salah - ." sahut si Mo sambil berpikir.
"empat lima hari lagi."
"Ngmm" Kwee In Loan manggut-manggut.
" Engkau membutuhkan bantuanku?"
"Mereka bertiga selalu menentangku oleh karena itu...."
"Mereka harus dihabiskan" sambung Kwee In Loan cepat.
"Setelah menghabiskan mereka, kita pun akan menguasai
golongan sesat, dan sudah barang tentu kekuatan kita
bertambah-" "Betul, betul." si mo tertawa gembira.
"Di saat aku sedang bertanding dengan mereka, engkau
muncul mendadak untuk menghabiskan yang dua itu. Ha ha
ha Mereka bertiga pasti tidak akan menduga itu."
"Ngmmi" Kwee In Loan manggut-manggut.
"selama ratusan tahun, riwiba persilatan selalu dikuasai
golongan putih, maka kini"
"golongan hitam yang harus menguasai rimba persilatan,"
sambung si Mo cepat dan menambahkan,
"Kwee In Loan, jabatanku sebagai ketua golongan hitam
akan kuserahkan kepadamu."
"Terima kasih, ucap Kwee In Loan.
" Kalau begitu engkau menjadi wakil ketua bagaimana?"
"Aku setuju." si Mo mengangguk-
"Kwee In Loan, kini engkau sudah muncul kembali dalam
rimba persilatan, maka kita berdua harus menguasai rimba
persilatan. Ha ha ha..."
"Karena itu...." Kwee In Loan tersenyum.
"Aku segera mencarimu untuk segera berunding tentang
ini." Terima kasih atas penghargaanmu," ucap si Mo dan
bertanya, "oh ya, Hiat Mojuga sudah berada di Tionggoan?"
"Belum." Kwee In Loan memberitahukan.
"Mungkin dua tiga bulan lagi dia baru ke mari, ternyata Hiat
Mo sedang menciptakan seorang gadis pembunuh-"
"Apa?" si Mo terbelalak-
"Menciptakan seorang gadis pembunuh-?"
"ya-" Kwee In Loan menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Gadis itu adalah Tan Giok Cu, murid kesayangan yo sian
sian. He he he??" "Bagus, bagus" si Mo tertawa gembira.
"Kelak gadis itu pasti akan membunuh kaum rimba
persilatan golongan putih. Ha ha ha?."
"Betul" Kwee In Loan mengangguk-
"sebab Hiat Mo telah mempengaruhinya dengan semacam
ilmu sihir-" "oh ya?" si mo menatapnya.
"Hiat Mo tidak berbuat demikian terhadap dirimu?"
"Tidak-" Kwee In Loan memberitahukan.
"Tapi hanya satu syarat saja."
"Syarat apa itu?"
"Aku harus mematuhi semua perintahnya."
"Itu tidak jadi masalah- seandainya dia berniat menjadi
ketua golongan hitam, serahkan saja jabatan itu kepadanya"
"Belum tentu dia berniat itu." Kwee In Loan
menggelengkan kepala. "Karena dia tidak mau terikat oleh suatu perkumpulan apa
pun." "Kalau begitu," bisik si MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana kalau kita mengangkatnya sebagai pelindung?"
"Bagus Idemu ini sungguh tepat." Kwee In Loan
tersenyum. "Kalau dia bersedia menjadi pelindung golongan hitam,
sudah pasti golongan hitam akan berkuasa dalam rimba
persilatan." "Ha ha ha" si Mo tertawa terbahak-bahak-
"oh ya" Kwee In Loan memberitahukan.
" Hiat Mo punya seorang cucu perempuan yang cantik
jelita. Tiga tahun lalu gadis itu pernah muncul di sini. Dia
berpakaian merah, tentunya engkau masih ingat, bukan?"
"Aku masih ingat." si Mo manggut-manggut.
"Jadi gadis itu adalah cucunya?"
"Betul, dia bernama Ciu Lan Hio. Kalau engkau bertemu
gadis itu, haruslah mengalah terhadapnya" pesan Kwee In
Loan. "Tentu." si Mo mengangguk-
"si Mo, mari kita berangkat ke gunung Heng san sekarang
Kita menggunakan ginkang agar tidak terlambat sampai di
sana" ujar Kwee In Loan.
"Baik," "sampai di sana, aku akan langsung bersembunyi di suatu
tempat Kwee In Loan memberitahukan,
"setelah kalian mulai bertanding, barulah aku muncul."
"Kita habiskan mereka bertiga Ha ha ha..." si Mo tertawa
gelak, mereka berdua lalu, melesat pergi menggunakan
ginkang. Beberapa hari kemudian, mereka sudah sampai di puncak
gunung Heng san. si Mo terus melesat ke tempat itu,
sedangkan Kwee In Loan segera bersembunyi di suatu
tempat. Begitu sampai di tempat tersebut, si Mo melihat Tong Koay,
Lam Khie dan Pak Hong sudah menunggu di sana.
"si Mo" tegur Tong Koay sambil mema"ndangnya. "Kenapa
engkau terlambat datang?"
"Ada sedikit halangan," sahut sj Mo sambil tertawa.
"Maka aku terlambat datang. Maaf; maaf"
"Tidak apa-apa," sahut Lam Khie- "Silakan duduk"
"Terima kasih," ucap si Mo sambil duduk, kemudian
memandang mereka seraya bertanya.
"Bagaimana cara kita bertanding?"
"si Mo" Lam Khie tersenyum.
"selama ini kita selalu bertanding seri, karena itu aku punya
usut. Entah kalian setuju atau tidak?"
"Usul apa?" tanya Pak Hong.
"Aku yakin kita akan bertanding seri lagi hari ini" sahut Lam
Khie sambil tersenyum, "oleh karena itu alangkah baiknya kita tunda dulu
pertandingan kita, lima tahun kemudian barulah kita
bertanding di sini. Bagaimana menurut kalian bertiga?"
Tong Koay, Pak Hong dan si mo saling memandang, lama
sekali barulah si Mo membuka mulut.
"Menurutku lebih baik kita bertanding sekarang saja."
"Percuma." Lam Khie menggelengkan kepala.
"Hari ini aku tiada gairah untuk bertanding."
"Lho" Kenapa?" tanya TongKoay.
"Biasanya engkau paling bersemangat dalam hal
pertandingan ilmu silat kenapa hari ini malah tiada gairah"
Apakah hatimu terganjel sesuatu?"
"Ya." Lam Khie mengangguk-
"Apa yang terganjal dalam hatimu" Bolehkan kami tahu?"
tanya Tong Koay. "AaaW?"" Lam Khie menghela nafas panjang.
"Ketika aku dalam perjalanan pulang ke mari, aku justru
bertemu seseorang." "Bertemu seseorang?" Pak Hong tercengang.
"siapa orang itu?"
"Dia adalah Yo sian sian," sahut Lam Khie
"Apa?" si Mo terbelalak.
"Engkau bertemu yo sian sian?"
"ya." Lam Khie mengangguk dan menambahkan, ,
" Bahkan kami pun bercakap-cakap-"
"Bercakap-cakap tentang apa?" si Mo kelihatan ingin
mengetahuinya. "Dia memberitahukan kepadaku, bahwa Kwee In Loan
sudah muncul dalam rimba persilatan."
"oh?" si Mo pura-pura bertanya-
"Betulkah itu?"
"BetuL" Lam Khie melanjutkan.
"Kwee In Loan berhasil melukainya, setelah Kwee In Loan
pergi, dia pun segera meninggalkan kuburan tua itu."
"oh ya?" si Mo terbelalak dan bertanya.
"Sekarang yo sian sian berada di mana?"
"Dia sudah berangkat."
"Berangkat ke mana?"
"Ke Lam Hai-" "Ke Lam Hai?" si Ma mengerutkan kening seraya bertanya,
"Mau apa dia ke Lam Hai?". "
"Di memberitahukan kepadaku ingin menemui Lam Hai Lo
Ni," jawab Lam Khie.
"Lam Hai Lo Ni?" si Mo tersentak. Dia punya hubungan apa
dengan Lam Hai Lo Ni itu?"
"Dia juga bilang...." Lam Khie memberitahukan.
"Lam Hai Lo Ni itu adalah nenek dari ibunya."
"oh?" Wajah Si Mo tampak berubah-
"itu... itu sungguh di luar dugaan Lalu kenapa engkau liada
gairah untuk bertanding?"
"sebab...." Lam Khie menggeleng-gelengkan kepala.
"yo sian sian minta tolong kepadaku untuk disampaikan
kepada Kwee In Loan, namun aku tidak tahu Kwee In Loan
berada di mana" "oooh" si Mo manggut-manggut.
"oleh karena itu, aku harus pergi mencari Kwee In Loan
untuk menyampaikan pesan dari yo sian sian," ujar Lam Khie-
"Kalian bertiga bersedia membantuku mencari Kwee In
Loan untuk menyampaikan pesan ku?"
"Baiklah-" Tong Koay mengangguk,-
" Kalau begitu - -" Lam Khie bangkit berdiriTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku harus pergi sekarang untuk mencari Kwee In Loan."
"Lam Khie, bagaimana pertandingan kita?" tanya si Mo-
"Ditunda saja," sahut Lam Khie-
"Lima tahun kemudian kita bertemu di sini untuk
bertanding-" Lam Khie langsung melesat pergi, sedangkan Tong Koay
bersungut-sungut dan mencaci-
"sialan tuh Lam Khie seharusnya kita bertanding hari ini,
malah harus menunggu lima tahun kemudian Betul-betul
sialan Bahkan kita pun harus membantunya mencari Kwee In
Loan Kita mana tahu wanita itu berada di mana", pak Hong, si
Mo Marl kita pergi mencari Kwee In Loan"
Tong Koay melesat pergi- seketika juga Pak Hong berseruseru-
"Tong Koay, engkau memang sialan Tunggu..." Mendadak
Pak Hong melesat pergi. Kini cuma tertinggal si Mo- Rencananya untuk
menghabiskan mereka bertiga pun menjadi sirna begitu saja.
Namun ia bergirang dalam hati, karena memperoleh informasi
itu. Di saat bersamaan, muncullah Kwee In Loan, yang
kemudian memandang si Mo dengan tidak mengerti-
"Si Mo Kenapa mereka pergi?"
"Mereka tidak jadi bertanding hari ini. Pertandingan ditunda
hingga lima tahun lagi-"
"Lho?" Kwee In Loan terperangah-
"Kenapa begitu?"
"Karena Lam Khie mendapat titipan pesan dari seseorang.
Dan dia malah minta bantuanku untuk mencarimu." si Mo
memberitahukan. ".Mereka bertiga pergi mencarimu pula."
"oh?" Kwee In Loan mengerutkan kening.
"Me-mangnya ada apa" Kenapa mereka mencariku?"
"Tentunya engkau tidak tahu, ternyata yo sian sian belum
mati," sahut si Mo sambil memandangnya.
"Itu... itu bagaimana mungkin?" Kwee In Loan tidak
percaya. "Kuburan tua itu telah hancur berantakan, tidak mungkin
yo Sian sian bisa meloloskan diri"
"Memang." si Mo manggut-manggut.
"namun ketika engkau pergi mengambil obat peledak, di
saat itulah dia meninggalkan kuburan tua ilu-"
"Sialan" caci Kwee In Loan.
"Tak kusangka dia masih hidup- Lalu dia titip pesan apa
kepada Lam Khie?" "titipannya yaitu dia berangkat ke Lam Hai-"
"Mau apa dia ke Lam Hai?"
"Menemui Lam Hai Lo Ni."
"Apa?" Air muka Kwee In Loan tampak berubah-
"Dia kenal Lam Hai Lo Ni itu" Ada hubungan apa dia
dengan biarawati tua itu?"
"Katanya kepada Lam Khie, bahwa Lam hai Lo Ni adalah
neneknya." "Neneknya?" Kwee In Loan tertegun.
"Nenek dari ayah atau ibunya?"
"Nenek dari ibunya."
"Heran" gumam Kwee In Loan.
"Kok aku sama sekali tidak tahu kalau Lam Hai Lo Ni adalah
nenek dari ibunya" Mereka tidak menceritakannya...."
"Pantas engkau tidak tahu" si Mo menghela nafas panjang
lalu bertanya. "Bagaimana kepandaian Lam Hai Lo Ni?"
"Setingkat dengan Hiat Mo," sahut Kwee In Loan.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tapi sudah lama ia tidak mencampuri urusan rimba
persilatan." - "Itu bukan berarti dia tidak akan memberi petunjuk kepada
yo sian sian mengenai ilmu silat."
"Beberapa tahun kemudian, yo sian sian pasti akan
mencarimu." "Hmm" dengus Kwee In Loan.
"saat itu dia pasti mati di tanganku, karena dalam beberapa
tahun ini, aku harus terus berlatih Hiat Mo Kang."
"Betul." si Mo mengangguk dan menambahkan,
"Aku pun harus terus berlatih agar kelak dapat membunuh
Tong Koay, Lam Khie dan Pak Hong."
"Ngmm" Kwee In Loan manggut-manggut.
"Engkau memang harus.terus berlatih. Kalau tidak, sulit
bagimu membunuh mereka."
"ya." si Mo mengangguk.
"oh ya" Kwee In Loan teringat sesuatu.
"Si Mo, bagaimana kalau bekas markas Hek Liong Pang kita
jadikan markas golongan hitam?"
"setuju." si Mo manggut-manggut
"Kalau begitu, aku akan berangkat ke Lembah Pek yun
Kok" ujar Kwee In Loan.
"Engkau pergilah mengumpulkan kaum golongan hitam
yang berkepandaian tinggi, dan bawa mereka ke Lembah Pek
yun Kok" "Ya." si Mo menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee In Loan melesat pergi menuju Lembah Pek yun Koksedangkan
si Mo pergi mengumpulkan puluhan kaum
golongan hitam yang berkepandaian tinggi dan diajaknya ke
Lembah Pek yun Koksementara
itu, Thio Han Liong sudah sampai di puncak
gunung Ciong Lam san, dan langsung menuju ke kuburan tua,
tempat tinggal yo sian sian. Akan tetapi, begitu tiba di sana, ia
pun terbelalak karena melihat kuburan tua itu telah hancur
berantakan. "Haaah-.?" Mulut Thio Han Liong ternganga lebar-
"Perbuatan siapa ini" Bagaimana nasib Bibi yo?"
Thio Han Liong berdiri termangu-mang u di depan
reruntuhan kuburan tua tersebut- la tak habis pikir siapa yang
melakukan itu" Akhirnya dia mengambil keputusan untuk pergi
ke gunung Bu Tong. Dalam perjalanan, ia terus teringat kepada Tan Giok Cu,
sehingga membuatnya terus menghela nafas panjang.
"Aaaah-." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik manis, engkau berada di mana sekarang" Aku... aku
rindu sekali kepadamu." Usai bergumam, Thio Han Liong lalu
duduk di bawah sebuah pohon. Pada waktu bersamaan,
tampak sosok bayangan berkelebat ke arahnya.
"siapa?" bentak Thio Han Liong sambil meloncat bangun.
"Ha ha ha" Terdengar suara tawa.
"Han Liong, engkau sudah tidak mengenali aku lagi?"
seorang tua berpakaian sastrawan muncul di hadapannya.
Begitu melihat orang tua itu, giranglah Thio Han Liong.
"Locianpwee" panggilnya, orang tua itu ternyata Lam Khie-
"Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelak-
"Engkau bertambah besar dan tampan. Tentunya
kepandaianmujuga bertambah tinggi, ya kan?"
"Tetap berada di bawah kepandaian Locianpwee," sahut
Thio Han Liong sambil tersenyum.
Mereka berdua duduk- Lam Khie segera mengeluarkan dua
potong ayam bakar, sepotong diberikan kepada Thio Han
Liong, setelah itu ia pun mengeluarkan seguci arak.
"Makanlah" "Terima kasih." Thio Han Liong mulai menyantap ayam
bakar itu. "Han Liong" Lam Khie memandangnya.
"Kenapa engkau berada di sini" &ngkau mau ke mana?"
"Aku ingin ke gunung Bu Tong san," jawab Thio Han Liong
memberitahukan, "oh ya Di gunung ciong Lam san telah terjadi sesuatu...."
"oh?" Lam Khie tertegun.
"Maksudmu kuburan tua itu?"
"ya." "Apa yang telah terjadi?"
"Entahlah- Tapi kuburan tua itu telah hancur tidak karuan."
"Apa?" Lam Khie terkejut bukan main.
"engkau menyaksikannya?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Aku memang dari sana. Entah siapa yang
menghancurkannya. " "Pasti Kwee In Loan," sahut Lam Khie sambil menggelenggelengkan
kepala. "Tiga tahun yang lalu, yo sian sian mengalahkan Kwee In
Loan. Wanita itu lalu ke Kwan Gwa (Luar Perbatasan)
menemui Hiat Mo- Kini dia telah berhasil menguasai ilmu Hiat
Mo Kang, maka muncul lagi dalam rimba persilatan."
"Kalau begitu Bibi yo - -"
"Kwee In Loan berhasil melukainya. Ketika wanita itu pergi,
yo sian sian pun segera meninggalkan kuburan tua itu. Dia
yakin Kwee In Loan pasti kembali ke sana dan dugaannya itu
tidak meleset. Kalau dia tidak meninggalkan kuburan tua itu,
pasti mati terkubur di dalamnya."
"Kok Locianpwee tahu tentang itu?"
"Aku, Tong Koay, dan Pak Hong sudah berjumpa yo sian
sian. Dia sudah berangkat ke Lam Hai, sedangkan kami ke
gunung Heng san..." Lam Khie menceritakan tentang itu.
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"sungguh pintar Locianpwee, mengulur waktu sampai lima
tahun kemudian Pada waktu itu, kepandaian Bibi yo pasti
sudah tinggi sekali, tentunya mampu menghadapi Kwee In
Loan." "Betul." Lam Khie mengangguk.
"Kalau kami tidak mengatur siasat itu, kemungkinan besar
kami sudah mati di puncak gunung Heng San. Karena Kwee In
Loan bersama Si Mo, wanita itu bersembunyi di suatu tempat."
"Kok Locianpwee tahu wanita itu bersembunyi di suatu
tempat" tanya Thio Han Liong.
"Pada waktu itu aku pergi duluan, kemudian menyusul
Tong Loay dan Pak Hong. Namun kami tidak pergi jauh,
melainkan bersembunyi di atas pohon sekaligus mengintip ke
arah Si Mo. dan tak lama muncullah Kwee In Loan. Kami
yakin, wanita itu akan menghabiskan kami."
"Sungguh cerdik Locianpwee"
"oh ya" Tidak lama lagi Hiat mo pasti muncul, maka engkau
harus bersiap-siap bertanding dengannya. Tapi...." Lam Khie
menatapnya. "Apakah kepandaianmu sudah tinggi sekali?"
"Entahlah." Thio Han Liong menggelengkan kepala.
"Han Liong" Lam Khie memandangnya seraya ber-kata,
"Bagaimana kalau aku menguji kepandaianmu sebentar?"
"Baik, Locianpwee"
"Bersiap-siaplah Aku akan mulai menyerangmu," ujar Lam
Khie dan mendadak menyerangnya.
Thio Han Liong cepat-cepat berkelit. Tapi Lam Khie sudah
menyerangnya lagi secara bertubi-tubi. Thio Han Liong terus
berkelit ke sana ke mari.
"Engkau boleh balas menyerang, jangan cuma berkelit."
ujar Lam Khie sambil menghentikan serangannya.
"Maaf" ucap Thio Han Liong dan mulai balas menyerang.
"Bagus, bagus" Lam Khie tertawa gelak karena kagum akan
kemajuan Thio Han Liong. " Ilmu silatmu sudah maju pesat. Nah, engkau harus
berhati-hati, sekarang aku akan menggunakan ilmu
andalanku" Mendadak Lam Khie menyerangnya dengan gerakan aneh-
Thio Han Liong tidak dapat berkelit, maka terpaksa menangkis
dengan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw. Blaaam Terdengar suara
benturan dahsyat. Thio Han Liong termundur-mundur tujuh delapan langkah,
sedangkan Lam Khie cuma termundur dua tiga langkah.
"Han Liong...." Lam Khie menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau masih bukan tandingan Hiat Mo, sebab belum
mampu mengalahkanku."
"Locianpwee berkepandaian begitu tinggi, bagaimana
mungkin aku dapat mengalahkan Kong Locianpwee?" ujar
Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala-
"Engkau harus tahu, kepandaian Hiat Mojauh di atas
kepandaianku," ujar Lam Khie sungguh-sungguh-
"Engkau tidak mampu mengalahkanku, bagaimana mungkin
mampu mengalahkan Hiat Mo?"
"Locianpwee," sahut Thio Han Liong yang telah
membulatkan tekad- "Biar bagaimana pun aku harus -bertanding dengan Hiat
Mo, mungkin aku akan mengadu nyawa dengannya."
"Han Liong" Lam Khie terwenyum.
"Engkau masih muda, berarti masih banyak kesempatan,
maka engkau tidak perlu mengadu nyawa dengan Hiat Mo-
,Apabila engkau kalah nanti.
engkau masih punya banyak waktu untuk berlatih- oleh
karena itu engkau jangan berlaku nekad-"
"Terima kasih atas nasehat Locianpwee."
"Baiklah- Lam Khie bangkit berdiri
"Aku harus pergi ke suatu tempat untuk berlatih, sampai
berjumpa lima tahun kemudian"
"Locianpwee - -"
"Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelak, lalu melesat pergi-
Thio Han Liong termangu-mangu di tempat sambil
menghela nafas panjang, lama sekali barulah ia meninggalkan
tempat itu- Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah tiba
disebuah kota kecil, tapi amat ramai- la mampir di sebuah
kedai teh- seorang pelayan langsung menghampirinya sambil
tersenyum-senyum- "Tuan Muda mau pesan apa?"
"Teh wangi dan sedikit makanan ringan" sahut Thio Han
Liong. "pelayan itu mengangguk, kemudian menyajikan apa yang
dipesankan Thio Han Liong. Ketika pemuda itu mulai
menghirup tehnya, mendadak muncul beberapa tamu
berpakaian indah- Mereka duduk di sebelah Thio Han Liong. Pelayan segera
menyajikan teh istimewa. Rupanya mereka adalah langganan
kedai teh itu. "Ha ha ha"salah seorang tamu tertawa gelak-
"sung-guh lucu dan menggelikan sekali, Guru silat Lim dan
Guru silat Tan saling bermusuhan Namun putra Guru silat Lim
dan putri Guru silat Tan justru saling mencinta, seharusnya
sementara touw Liong Lo Koay sudah menyarungkan
goloknya. Ditatapnya Thio Han Liong dengan tajam sekali.
"Anak muda, hati-hatilah Aku akan mulai menyerangmu"
"Silakan, cianpwee" sahut Thio Han Liong sambil
mengerahkan Kiu yang sin Kang.
sementara yap Khay Peng, Gouw siang Kun, yap Ceng
Ceng, Gouw Hui Eng, Lie Teng Kim dan Tan coh seng
memandangnya dengan mulut ternganga lebar. Mereka sama
sekali tidak menyangka Thio Han Liong berani bertanding
dengan touw Liong Lo Koay.
"Jurus pertama" seru touw Liong Lo Koay sambil
menyerang, la mengguna kan jurus biasa karena meremehkan
Thio Han Liong. Thio Han Liong tersenyum, langsung berkelit dengan ilmu
Thay Kek Kun. Maka, badannya bergerak lemas sekali seperti
anak gadis yang sedang menari. Menyak-sikan itu, yap Ceng
Ceng dan Gouw Hui Eng nyaris tertawa gelisebaliknya
touw Liong Lo Koay, yap Khay Peng dan Gouw
siang Kun malah terkejut bukan main. Terutama touw Liong
Lo Koay, sebab serangannya tertahan seketika.
"Thay Kek Kun" seru touw Liong Lo Koay tak tertahan.
"Engkau pasti murid Bu Tong Pay"
"Bukan" Thio Han Liong menggelengkan kepala sambil
tersenyum, secara tidak langsung ia memang murid Bu Tong
Pay, namun secara langsung justru bukan.
"Kenapa engkau mahir ilmu Thay Kek Kun?" tanya touw
Liong Lo Koay. "Itu bukan Thay Kek Kun" jawab Thio Han Liong membuat
bingung touw Liong Lo Koay.
"Melainkan ilmu Kian Kun Taylo Ie"
"Kian Kun Taylo Ie?" Touw Liong Lo Koay mengerutkan
kening, sebab ia tidak pernah mendengar tentang ilmu
tersebut. "Ya" Thio Han Liong menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tak kusangka engkau berisi juga Baik, hati-hati terhadap
jurus ke dua Aku tidak akan main-main lagi" ujar touw Liong
Lo Koay sambil menyerang. Kini ia mulai mengeluarkan jurusjurus
andalannya. Akan tetapi, Thio Han Liong tetap dapat berkelit, bahkan
mulai balas menyerang dengan ilmu siauw Lim Liong liauw
Kang. Betapa terkejutnya touw Liong Lo Koay. Walau ia
menyerang bertubi-tubi, tapi tetap tidak bisa merobohkan Thio
Han Liong. Yap Khay Peng dan Gouw siang Kun menyaksikan
pertandingan itu dengan mata terbelalak- Mereka tidak
menyangka Thio Han Liong berkepandaian begitu tinggi. Yang
paling gembira adalah YaP Geng Ceng. Dia menyaksikan
pertandingan itu dengan mata berbinar-binar. Begitupula
Gouw Hui Eng. sedangkan Lie Teng Kim justru merasa malu
terhadap Thio Han Liong. "Cianpwee" Thio Han Liong memberitahukan.
"Kini tinggal satu jurus"
Wajah Touw Liong Lo Koay merah padam saking
penasaran, sebab tidak mampu merobohkan Thio Han Liong.
Padahal kini tinggal satu jurus, bagaimana mungkin
merobohkannya" Pikirnya sambil mengerutkan kening.
"Anak muda, engkau memang hebat sekali Kita bertanding
cukup sampai di sini saja,"
ujar Taouw Liong Lo Koay dan menambahkan,
"Aku menepati janji, mulai sekarang aku tidak akan ke mari
menuntut balas lagi kepada sin Kiam Tui Hun"
"Terima kasih, Cianpwee" ucap Thio Han Liong sambil
menarik nafas lega. "Tapi..." lanjut touw Liong Lo koay.
"Kita berdua harus bertarung, karena aku amat penasaran
cuma bertanding sepuluh jurus"
"cianpwee" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Tiada artinya kita bertarung. Bagaimana kalau aku
mengaku kalah?" "Mengaku kalah?"
"Tidak bisa" touw Liong Lo Koay menggeleng-gelengkan
kepala. "Pokoknya kita harus bertarung Kalau tidak, aku tidak akan
menyudahi urusanku dengan sin Kiam Tui Hun"
"Cianpwee...." Thio Han Liong menghela nafas panjang.
" Kalau begitu, aku mohon kemurahan hati Cianpwee"
"Ha ha ha" touw Liong Lo Koay tertawa gelak-
"Anak muda, engkau sungguh sopan sekali Ayoh, mari kita
mulai" "Baik" Thio Han Liong mengangguk dan sekaligus
mengerahkan Kiu Yang sin Kang.
" Hati-hati" Touw Liong Lo Koay mengingatkannya, lalu
menyerangnya dengan dahsyat sekali.
Thio Han Liong mengelak menggunakan Tay Kek Kun, yang
telah dicampur dengan ilmu Kian Kun Taulo Ie- Maka,
sepasang tangan Thio Han Liong membuat beberapa
lingkaran. "Sin Kun Bu Tek," bisik yap Khay Peng.
"Apakah itu adalah ilmu Thay Kek kun dari Bu Tong Pay."
"Memang mirip, tapi...." Gouw Siang Kun mengerutkan
kening, "agaknya berbeda. Lagipula dia telah mengaku tidak punya
perguruan, maka tidak mungkin dia adalah murid Bu Tong
Pay." "Heran?" gumam yap Khay Peng.
"Sebetulnya siapa ayahnya?"
"Ayah" yap Ceng Ceng menghampiri yap Khay Peng. Wajah
gadis itu tampak agak pucat.
"Apakah Han Liong akan menang?"
"Entahlah." yap Khay Peng menggelengkan kepala. Touw
Liong Lo Koay berkepandaian tinggi sekali, sulit sekali bagi
Han Liong memenangkan pertarungan itu."
"Kalau begitu...." yap Ceng Ceng sangat mencemaskan
Thio Han Liong. "Apakah Touw Liong Lo Koay akan melukainya"
"Mudah-mudahan tidak" sahut yap Khay Peng.
"Menurutku..." sela gouw Siang Kun mengemukakan
pendapatnya, "Han Liong bisa bertahan, tidak akan kalah."
"Kenapa engkau berpedapat begitu?" tanya yap Khay Peng.
"Sebab aku yakin,"Jawab gouw Siang Kun dengan suara
rendah, "Han Liong masih belum mengeluarkan seluruh
kepandaiannya." "Tapi," yap Khay Peng menggeleng-gelengkan kepala.
"Kepandaian touw Liong Lo Koay tinggi sekali."
"Sin Kiam Tui Hun" gouw Siang Kun tersenyum.
"Mari kita saksikan pertarungan itu. Sudah lewat puluhan
jurus, tapi touw Liong Lo Koay masih tidak dapat
merobohkannya." Memang sudah lewat puluhan jurus, namun touw Liong Lo
Koay masih tidak mampu merobohkan Thio Han Liong. Itu
sungguh membuatnya penasaran dan terkejut.
Ternyata Thio Han Liong mengeluarkan ilmu siauw im liong
jiauw Kang untuk mengimbangi serangan-serangan yang
dilancarkan touw Liong Lo Koay, Ilmu tersebut adalah ilmu
andalan siauw um Pay, tentunya membuat touw Liong Lo
Koay agak kewalahan. "Anak muda" tanya touw Liong Lo Koay.
"Engkau menggunakan ilmu apa?"
"siauw Lim Liong jiauw Kang" sahut Thio Han Liong dengan
jujur. "Apa?" Touw Liong Lo Koay terkejut.
" Engkau pasti murid siauw Lim Pay?"
"Cianpwee" Thio Han Liong tersenyum.
"Aku bukan Hweeshlo, bagaimana mungkin aku murid
siauw Lim Pay?" " Kalau begitu, siapa yang mengajarmu ilmu itu?" tanya
Touw Liong Lo Koay sambil menyerang.
"siauw Lim sam Tiang lo" sahut Thio Han Liong sekaligus
berkelit, kemudian mendadak balas menyerang dengan ilmu
Kiu Im Pek Kut Jiauw. "Haah - ?" Bukan main terkejutnya touw Liong Lo Koay.
"siauw Lim sam Tiang lo yang mengajarmu Liong liauw
Kang?" " ya" Thio Han Liong mengangguk, lalu menyerang dengan
ilmu pukulan Kiu Im Pek Kut Jiauw.
Touw Liong Lo Koay tidak sempat mengelak, maka
terpaksa menangkis dengan jurus sin Liong cut Hai (Naga
sakti Keluar Dari Laut). Blaam... Terjadilah benturan dahsyat.
Touw Liong Lo Koay terpental ke belakang beberapa
langkah, sedangkan Thio Han Liong tetap berdiri tak
bergeming dari tempat- Itu membuat para penonton
terbelalak kagum, terutama yap Ceng ceng. gadis itu pun
bertepuk sorak dengan penuh kegembiraan.
"guru...." Yo Bun Liat segera menghampiri touw Liong Lo
Koay- "guru terluka?"
"Tidak-" sahut touw Liong Lo Koay sambil tersenyum getir.
" Hati pemuda itu baik, dia tidak melanjutkan jurus
andalannya. Kalau dia melanjutkan, guru pasti sudah terluka
parah-" Yo Bun Kiat tidak menyahut.
Touw Liong Lo Koay menghampiri Thio Han Liong.
Ditatapnya pemuda itu dengan penuh perhatian talu bertanya.
"Anak muda, siapa ayahmu?"
(Bersambung keBagian 14) Jilid 14 "Cianpwee..." sahut Thio Han Liong menggunakan ilmu
menyampaikan suara, Itu agar yang lain tidak mendengarnya.
"Ayahku adalah Thio Bu Ki."
"Haaah...?" Wajah Touw Liong Lo Koay langsung berubah
pucat, kemudian memberi hormat.
"Maaf, maaf Bun Kiat, mari kita pergi"
Touw Liong Lo Koay langsung melesat pergi dan Yo Bun
Kiat terpaksa mengikutinya. Namun pemuda itu masih sempat
berseru. "Han Liong, aku kagum padamu Semoga kita berjumpa lagi
kelak..." "ya" sahut Thio Han Liong sambil tersenyum..
"Ha ha ha Ha ha ha..." yap Khay Peng tertawa terbahakbahak,
"Han Liong, engkau sungguh keterlaluan-"
"Cianpwee..." Thio Han Liong tercengang.
"-Ba... bagaimana aku keterlaluan?"
"Engkau tidak boleh memanggilku cianpwee lagi, harus
memanggilku paman" sahut yap Khay Peng.
"ya, Paman." Thio Han Liong mengangguk.
"Han Liong, engkau..." yap Khay Peng menggelenggelengkan
kepala. "Engkau membohongi kami semua. ternyata engkau
berkepandaian tinggi sekali."
"Paman, aku.., aku cuma belajar sedikit ilmu silat dari
ayahku," ujar pemuda itu sambil menundukkan kepala.
"Cuma belajar sedikit" Engkau mampu mengalahkan touw
Liong Lo Koay. Apalagi belajar banyak, mungkin tiada seorang
pun yang mampu menandingimu;"
yap Khay Peng menghela nafas panjang.
"Han Liong, engkau pandai menyembunyikan
kepandaianmu." "Paman, aku.-,."
"Han Liong" Gouw siang Kun mendekatinya.;
"Kalau tidak salah, engkau juga menggunakan ilmu Thay
Kek Kun, bukan?" "Ya," Thio Han Liong memberitahukan.
"Tapi sudah dicampur dengan ilmu Kian Kun Taylo le, maka
berbeda dengan Thay Kek Kun asli."
"oooh" Gouw siang Kun manggut-manggut.
"Ke-mudian engkaujuga menggunakan siauw Lim Liong
jiauw Kang, ilmu rahasia bagi siauw Lim Pay. Engkau bukan
Hweeshio siauw Lim Pay tingkatan tinggi, tapi kenapa mahir
ilmu itu?" "siauw Lim sam Tiang lo yahg mengajarku ilmu itu," jawab
Thio Han Liong dengan jujur.
"oh?" Gouw siang Kun terbelalak-
"Ayahmu kenal baik dengan siauw Lim sam Tiang lo?"
" ya." Thio Han liong mengangguk.
"setelah itu engkau menggunakan ilmu apa sehingga
membuat touw Liong Lo Koay terpental begitujauh?" tanya
Gouw siang Kun lagi- "Aku menggunakan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw-"
" Haaah - ?" Mulut Gouw siang Kun terng angga lebar.
"Kiu Im Pek Kut Jiauw?"
"ya." Thio Han Liong manggut-manggut.
" Aku pernah dengar, Ciu Ci Jiak. mantan ketua GoBiPay
memiliki ilmu tersebut Engkau pun mahir ilmu itu, jadi engkau
punya hubungan apa dengan ciu Ci Jiak?" Gouw siang Kun
menatapnya tajam. "Aku memanggilnya Bibi," sahut Thio Han Liong jujur.
"Ha ha ha" Mendadak Gouw siang Kun tertawa gelak-
"Han Liong, kini aku sudah tahu siapa ayahmu"
"oh?" Thio Han Liong tersentak-
"Ayahmu pasti Thio Bu Ki- ya, kan?" tanya Gouw siang Kun
sambil tersenyum. "ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Apa?" yap Khay Peng terbelalak.
"Ayahmu adalah Thio Bu Ki yang amat terkenal itu?"
"Betul, Paman"jawab Thio Han Liong.
"Ha ha ha" yap Khay Peng tertawa gembira.
"Putra Thio Bu Ki berada di rumahku, ini sungguh diluar
dugaan Ha ha ha..:" "Tidak heran kalau tadi Touw Liong Lo Koay memberi
hormat kepadamu- Engkau pasti memberitahukan kepadanya
siapa ayahmu, bukan?" tanya Gouw siang Kun.
"ya." Thio Han Liong mengangguk.
"Tentunya engkau tidak tahu, sesungguhnya touw Liong Lo
Koay adalah mantan anggota Beng Kauw."
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"oooh" Thio Han uong manggut-manggut.
"Han Liong" Wajah yap Khay Peng cerah ceria-
"Mari kita ke dalam, jangan terus berdiri di sini"
"Baik, Paman." Thio Han Liong mengangguk.
Mereka segera masuk ke rumah, lalu duduk di ruang
tengah, yap Khay Peng langsung menyuruh beberapa pelayan
menyajikan berbagai macam hidangan dan arak wangi.
"Ha ha ha" yap Khay Peng tertawa gelak kemudian berkata
setelah para pelayan menyajikan semua hidangan itu.
"Han Liong, hari ini aku menjamumu makan sebab engkau
telah menyelamatkan nyawaku"
"Paman jangan berkata begitu, aku... aku cuma membalas
budi kebaikan Paman saja," ujar Thio Han Liong...
"Ayoh, mari kita bersulang" seru yap Khay Peng sambil
mengangkat minumannya. Mulailah mereka bersulang sambil tertawa gembira, dan itu
membuat Thio Han Liong merasa tidak enak dalam hati.
Apalagi Yap Ceng Ceng dan Gouw Hui Eng terus
memandangnya dengan mata berbinar-binar, oleh karena itu,
ia mengambil keputusan untuk pergi secara diam-diam malam
itu. Akan tetapi, perbuatannya itu pasti akan menyinggung
perasaan yap Khay Peng, akhirnya ia membatalkan
keputusannya, sebaliknya akan mohon pamit esok pagi-
-ooo00000ooo- Keesokkan harinya, pagi-pagi Thio Han Liong langsung
mohon pamit kepada yap Khay Peng dan Gouw siang Kun dan
itu amat mengejutkan ke dua orang tua tersebut.
"Han Liong, lebih baik engkau tinggal di sini be-berapa hari,
setelah itu barulah engkau melanjutkan perjalananmu." yap
Khay Peng berusaha menahannya.
"Paman, aku harus segera berangkat ke desa Hok An." Thio
Han Liong memberitahukan.
"Setelah itu, aku masih harus pergi ke gunung Bu Tong."
"Han Liong...." yap Khay Peng menghela nafas panjang.
"Maafkan aku, Paman" ucap Thio Han Liong.
"Aku harus berangkat hari ini."
"Baiklah-" Yap Khay Peng mengangguk-
"Tapi engkau harus berpamit dulu kepada Ceng Ceng."
"Juga harus berpamit kepada Hui Eng, putriku," seia Gouw
siang-Kun. "Ya" Paman." Thio Han Liong mengangguk, kemudian pergi
menemui ke dua gadis itu, yang kebetulan mereka berdua
sedang berada di pekarangan.
"Han Liong" seru ke dua gadis itu girang.
"Selamat pagi" "selamat pagi" sahut Thio Han Liong sambil menghampiri
mereka. "Ceng Ceng, Hui Eng, aku... aku...."
"Kenapa engkau?" tanya Yap Ceng Ceng heran.
"Aku mau mohon pamit kepada kain karena hari ini aku
harus berangkat ke desa Hok An." Thio Han Liong
memberitahukan. "Apa?" Wajah Yap Ceng Ceng langsung berubah pucat.
" Eng kau... engkau mau pergi hari ini?"
"Ya-" Thio Han Liong mengangguk-
"Han Liong...." Yap Ceng Ceng memandangnya dengan
mata basah- "Kok begitu cepat?"
"Ceng Ceng" ujar Thio Han Liong.
"Aku harus segera berangkat ke desa Hok An, sebab ada
urusan penting di sana."
"Tidak bisa besok lusa baru berangkat?" tanya Yap Ceng
Ceng dengan penuh harap. "Maaf" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"Memang tidak bisa di tunda lagi, aku harus berangkat
sekarang." "Han Liong...." Yap Ceng Ceng terisak-isak.
"Kapan engkau akan ke mari menengokku?"
" Kapan aku sempat, pasti ke mari menengokmu," sahut
Thio Han Liong berjanji. "Han Liong..." sela Gouw Hui Eng.
"jangan melupakan aku lho"
"Tentu." Thio Han Liong mengangguk-
" Aku pasti tidak akan melupakan kalian berdua, sebab
kalian adalah temanku-"
"Terima kasih," ucap Gouw Hui Eng.
"Han Liong...." Ait-mata Ceng Ceng berderai-derai.
Di saat itulah muncul yap Khay Peng dengan sebuah
bungkusan kecil di tangannya.
"Han Liong" yap Khay Peng menyodorkan bungkusan itu
kepada Thio Han Liong seraya berkata,
"Ini untuk bekal dalam perjalananmu, jangan ditolak Kalau
ditolak, aku pasti gusar."
"Paman...." Karena yap Khay Peng telah menegaskan
begitu, maka Thio Han Liong tidak berani menolak, pemberian
itu "Terima kasih, Paman"
"Ha ha ha" Mendadak muncul Gouw siang Kun sambil
tertawa gelak- "Han Liong, klta akan berjumpa dalam rimba
persilatan kelak" "oh?" Thio Han Liong tertegun, kemudian tersenyum.
"Han Liong" pesan Gouw siang Kun.
"Engkau tidak boleh melupakan putriku lho"
"ya, Paman." Thio Han Liong mengangguk-
"Han Liong" yap Khay Peng memandangnya seraya
berkata, "Kapan engkau akan ke mari lagi?"
"Apabila aku sempat, pasti ke mari," sahut Thio Han Liong,
lalu berpamit- yap Ceng Ceng dan Gouw Hui Eng
mengantarnya sampai di luar pintu pekarangan, setelah Thio
Han Liong lenyap dari pandangan mereka, barulah ke dua
gadis itu kembali masuk ke rumah dengan wajah murung.
Yap Khay Peng dan Gouw siang Kun saling memandang,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela
nafas panjang- Ke dua orang tua itu tahu, bagaimana
perasaan putri mereka- Bab 28 Pertarungan Di Kuburan Tua
Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah sampai di
desa Hok An, dan langsung menuju rumah Tan Ek seng.
Kedatangannya yang hanya seorang diri itu sangat
mengejutkan Tan Ek seng dan Lim soat Hong.
"Paman, Bibi" panggil Thio Han Liong.
"Han Liong," sahut Tan Ek seng dan Lim soat Hong
serentak- "Kenapa engkau datang seorang diri" Di mana Giok Cu?"
"jadi - Giok Cu belum pulang?" Thio Han Liong balik
bertanya. "Lho?" Tan Ek seng mengerutkan kening.
"Apa yang telah terjadi" Cepatlah jelaskan"
"Begini," Thio Han Liong memberitahukan.
"Giok Cu sudah punya guru baru. Guru baru itu
mengajaknya ke suatu tempat untuk menggembleng dirinya.
Kini sudah tiga tahun lebih, kupikir Giok Cu sudah pulang,
ternyata belum." "Hang Liong" Lim soat Hong menggeleng-gelengkan
kepala. "Kenapa baru sekarang engkau ke mari memberitahukan
kepada kami?" "sebab aku langsung pergi ke gunung soat san. Aku tidak
menemukan Teratai saiju.namun menemukan sebuah gua,
dan aku berlatih ilmu silatku di dalam gua itu." Thio Han Liong
menjelaskan. "oooh" Lim soat Hong manggut-manggut
"Jadi Giok Cu akan pulang ke mari?"
"ya." Thio Han Liong terpaksa berbohong agar ke dua
orang tua Giok Cu tidak mencemaskannya.
"oh ya" Tan Ek seng teringat sesuatu.
"Tiga tahun lalu, guru Giok Cu ke mari. Dia berpesan, kalau
kalian pulang harus segera ke gunung ciong Lam san ke
tempat tinggalnya." "oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening.
" Kalau begitu, pasti ada suatu yang penting- Aku... aku
harus segera berangkat ke sana."
"Han Liong" Tan Ek seng menatapnya.
"Engkau tidak mau menunggu Giok Cu?"
"Begini," sahut Thio Han Liong.
"Aku akan berangkat duluan ke gunung ciong Lam san,
kalau Giok Cu pulang, suruh dia menyusul ke sana"
"Baiklah-" Tan Ek seng manggut-manggut dan bertanya,
"Kapan engkau akan berangkat?"
"sekarang,"jawab Thio Han Liong,
"sebab lebih cepat lebih baik, jadi aku bisa tiba di gunung
ciong Lam san selekasnya."
"Han Liong, lebih baik engkau bermalam di sini saja," ujar
Lim soat Hong. "Terima kasih, Bibi," ucap Thio Han Liong.
"Lebih baik aku berangkat sekarang saja. siapa tahu Giok
Cu sudah berada di tempat tinggal gurunya."
"Itu memang mungkin-" Tan Ek seng manggut-mang-gut.
"Baiklah- Engkau boleh berangkat sekarang."
"Terima kasih, Paman"
"oh ya" tanya Lim soat Hong.
"Engkau masih punya bekal?"
"Masih." Thio Han Liong mengangguk, lalu berpamit kepada
mereka. "Han Liong," pesan Lim soat Hong,
"setelah berjumpa Giok Cu, kalian harus segera pulang ke
mari" " ya." Thio Han Liong mengangguk-
"sampai jumpa Paman, Bibi"
"Hati-hati dalam perjalanan" pesan Tan Ek seng.
Thlo Han Liong mengangguk, lalu meninggalkan rumah itu
dengan kepala tertunduk. Ternyata pemuda itu merasa tidak
enak telah membohongi ke dua orang tua Tan Giok Cu.
-ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di saat Thio Han Liong berangkat ke gunung ciong Lam
san, di gunung itu justru terjadi sesuatu.
seorang wanita berusia lima puluhan berdiri di depan
kuburan tua tempat tinggal yo sian sian. siapa wanita itu"
Ternyata Kwee In Loan, yang kini ia telah menguasai ilmu Hiat
Mo Kang. setelah meninggalkan Kwan Gwa, ia langsung
menuju ke gunung ciong Lak tujuannya membuat perhitungan
dengan yo sian sian. Lama sekali ia berdiri di situ, kemudian
mendadak berteriak menggunakan Lweekang.
"yo sian sian cepatlah engkau keluar"
Berselang beberapa saat kemudian kuburan tua itu terbuka,
dan melesat kejuar yo sian sian bersama ke empat
pengiringnya. "Hmm" dengus yo sian sian.
"Kwee In Loan, mau apa engkau ke mari?"
"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh.
"Aku ke mari ingin membuat perhitungan denganmu"
"oh?" yo sian sian menatapnya dingin-
"Apakah kepandaianmu sudah bertambah tinggi, maka
engkau berani ke mari mencariku?"
"Tidak salah" "Aku tahu, engkau pasti sudah berhasil menguasai Hiat Mo
Kang Kalau tidak, tentunya engkau tidak berani ke mari"
"Betul" Kwee In Loan manggut-manggut.
"Kini aku memang sudah menguasai ilmu Hiat Mo Kang
Nah, bersiap-siaplah engkau untuk mampus"
"Kwee In Loan" yo sian sian tertawa dingin-
"Engkau kira gampang membunuhku dengan Hiat Mo
Kang" Tahukah engkau, dalam kurun waktu tiga tahun ini,
akUpun terus berlatih untuk menghadapimu"
"Engkau tahu aku pergi menemui Hiat Mo?" tanya Kwee In
Loan heran. "Aku memang tahu, maka aku pun terus melatih ilmu
silatku untuk menghadapimu" sahut yo sian sian dan
menambahkan, "Mengingat engkau adalah mantan kakak seperguruanku,
aku masih bersedia mengampunimu Ayoh, cepatlah engkau
enyah dari sini" "He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh-
"Jangan omong besar, ajalmu sudah berada di depan mata"
yo sian sian tertawa dingin-
" Kalau begitu, hari ini aku pun terpaksa harus membunuh
mu" "Engkau yang akan mampus" bentak Kwee In Loan dan
langsung menyerangnya dengan ilmu Kui Im Pek Kut Jiauw
dan cui sim CiangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Yo Sian Sian juga mengeluarkan ilmu tersebut untuk
melawannya, maka terjadilah pertarungan yang amat seru dan
sengit. Ke pandai an mereka memang seimbang, maka puluhan
jurus kemudian, mereka berdua masih bertarung seimbang. Di
saat itulah mendadak Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh.
Wajahnya berubah merah, begitu pula rambut dan sepasang
tangannya- Ternyata ia mulai mengerahkan Hiat Mo Kang.
Hati yo sian sian tersentak menyaksikannya, la pun segera
mengerahkan Kiu Im sin Kang hingga ke puncaknya.
"Hiyaaa" pekik Kwee In Loan sambil menyerang.
Yo sian sian tidak berkelit, tapi menangkis serangan itu
dengan Kiu Im sin Kang, Maka, terdengarlah suara benturan
keras yang memekakkan telinga.
Yo sian sian terpental beberapa depa, sedangkan Kwee In
Loan hanya termundur-mundur beberapa langkah saja.
"Nona..." teriak ke empat pengiring sambil mendekati Yo
sian sian. "Cepat kalian hadang dia Aku... aku sudah terluka parah,
harus segera ke dalam," ujar Yo sian sian lemah-
"Ya-" Ke empat pengiringnya mengangguk, lalu berdiri di
hadapan Kwee In Loan. "Hm" dengus Kwee In Loan dingin.
"Kalian berempat ingin cari mati?"
"Engkau yang harus mampus" bentak ke empat pengiring
itu sambil menyerangnya dengan serentak.
"He he he" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian berempat memang ingin cari mati, baiklah?"
Di saat ke empat pengiring itu menyerang Kwee In Loan,
yo sian sian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. la langsung
meloncat ke dalam kuburan tua tersebut.
"Mau kabur ke dalam?" bentak Kwee In Loan. Ketika ia
ingin meloncat ke dalam, ke empat pengiring itu
menyerangnya dengan gencar sekali, sehingga membuatnya
gusar bukan main. la segera mengerahkan Hiat Mo Kang menyerang mereka.
Beberapa saat kemudian, ke empat pengiring itu terkapar tak
bernafas lagi. Mereka semuanya binasa terkena ilmu pukulan
Hiat Mo Ciang. Ketika Kwee In Loan menoleh kuburan tua itu
sudah tertutup kembali. "sialan" cacinya- Ternyata ia tidak tahu rahasia kuburan tua
itu- Kemudian ia berteriak menggunakan Lwcckang."
"Yo sian Sian engkau tidak akan bisa lolos dari tanganku
engkau boleh bersembunyi di dalam kuburan tua ini, tapi aku
bisa menghancurkannya dengan alat peledak"
yo sian sian mendengar teriakan itu, namun tidak
menyahut, la sudah makan obat, sekarang ia sedang duduk
bersila mengatur pernafasannya-
"Engkau jangan diam saja" Terdengar suara Kwee In Loan.
"Aku pasti akan menghancurkan kuburan tua ini dengan
obat peledak" yo sian sian tetap tidak menyahut. Kemudian ia bangkit
berdiri mendekati sebuah lubang rahasia, lalu mengintip ke
luar. Dilihatnya Kwee In Loan masih berdiri di situ.
Mendadak yo sian sian menangis sedih, karena ia melihat
ke empat pengiringnya yang amat setia itu sudah tergeletak
tak bernyawa lagi. Berselang beberapa saat kemudian, barulah Kwee In Loan
melesat pergi, yo sian sian tetap mengintip ke luar. Walau ia
melihat Kwee In Loan sudah melesat pergi, tapi masih tidak
berani meninggalkan Kuburan tua itu, sebab khawatir Kwee In
Loan akan kembali lagi. Dugaannya memang tidak melesat. Tiba-tiba berkelebat
sosok bayangan, yang ternyata Kwee In Loan.
"Hmm" dengusnya dingini
"Dia pasti sudah terluka parah, maka tidak bisa keluar Aku
akan pergi ambi) obat peledak- kuburan tua ini akan
kuhancurkan" Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh- setelah itu barulah
melesat pergi- Kali ini yo sian sian tidak ragu lagi- la cepatcepat
menekan sebuah tombol rahasia, dan seketika
terbukalah kuburan tua itu.
yo sian sian melesat ke luar, lalu menutup kembali kuburan
tua itu- Cukup lama ia berdiri di sana sambil memandang
kuburan tua itu dan ke empat mayat pengiringnya-setelah itu,
barulah ia melesat pergi mengambil arah yang berlawanan
dengan Kwee In Loan. Dua hari kemudian, Kwee In Loan muncul lagi dikuburan
tua itu dengan membawa obat peledak- Dipasangkannya di
depan kuburan tua itu semua obat peledak yang dibawanya,
lalu disundutnya sumbunya, sesudah itu segera la h ia melesat
pergi- Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara ledakan
dahsyat dan kuburan tua itu hancur berantakan. Menyaksikan
kejadian itu, Kwee In Loan tertawa terkekeh-kekeh. "He he he
He he he he?." -ooo00000oooosudah beberapa hari yo sian sian melakukan perjalanan ke
arah selatan. Kini luka dalamnya sudah agak membaik, la
beristirahat di bawah sebuah pohon. Ketika ia baru mau
memejamkan matanya, sekonyong-konyong berkelebat sosok
bayangan ke hadapannya. Begitu melihat yo sian sian, orang
itu tampak terperanjat. "Nona yo" panggilnya.
yo sian sian tersentak, dan buru-buru ia membuka
matanya. Ketika melihat orang itu, ia menarik nafas lega,
karena orang itu ternyata Lam Khie. "Cianpwee.."
"Nona yo" Lam Khie duduk di hadapannya-
"Bagaimana engkau berada di sini" Apa yang telah terjadi?"
"Aaaah - " yo sian sian menghela nafas panjang.
"Apa yang Cianpwee katakan tiga tahun lalu, tidak meleset
sama sekali." "oh?" Air muka Lam Khie tampak berubah-
"Maksudmu Kwee In Loan sudah muncul dalam rimba
persilatan?" "Ya?" Yo sian sian mengangguk.
"Dia ke gunung ciong Lam san."
"Dia ke tempat tinggalmu itu?"
"ya, dia menantang aku bertarung. Aku menghadapinya,
tapi...." yo sian sian menggeleng-gelengkan kepala.
"Dia melukaiku dengan ilmu Hiat Mo Ciang. sungguh lihay
dan hebat ilmu pukulannya itu"
"oh?" Bukan main terkejutnya Lam Khie.
"Dia - dia sudah berhasil menguasai ilmu Hiat Mo Kang?"
" Kalau tidak, bagaimana mungkin dia mampu melukaiku?"
sahut yo sian sian sambil menghela nafas panjang.
" Celaka" Lam Khie menggeleng-gelengkan kepala-
"Dia pasti menimbulkan bencana lagi dalam rimba
persilatan." "Dia mendapat dukungan dari Hiat Mo, tentunya akan
berbuat sewenang-wenang terhadap kaum rimba persilatan,"
ujar yo sian sian. " Kalau cuma dia sendiri, aku yakin Cianpwee, Tong Koay
dan Pak Hong masih dapat mengatasinya. Tapi kini dia
didukung oleh Hiat Mo-..."
"Aaaai - " Lam Khie menghela nafas panjang.
"Tidak lama lagi kami berempat akan bertanding di puncak
gunung Heng san. Aku yakin Kwee In Loan pasti muncul di
sana membuat kekacauan, sebab si Mo berpihak padanya."
" Cianpwee harus berunding dengan Tong Koay dan pak
Hong. Mungkin masih ada jalan lain untuk mengatasi itu."
"Benar." Lam Khie mengangguk-
"Aku akan coba mencari Tong Koay dan Pak Hong. oh ya,
apa rencanamu sekarang?"
"Aku mau pergi ke Lam Hai (Laut selatan)."
"Ke Lam Hai" Mau apa engkau ke sana?"
"Menemui Lam Hai Lo Ni (Biarawati Tua Laut selatan)."
"Lam Hai Lo Ni?" Lam Khie tersentak-
"Engkau kenal Lam Hai lo Ni?"
"Kenal." yo sian sian menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lam Hai Lo Ni adalah nenek dari ibuku. Aku ke sana
dengan maksud memperdalam ilmu silatku."
"oooh" Lam Khie manggut-manggut.
"Syukurlah kalau begitu, mudah-mudahan engkau berhasil
memperdalam ilmu silatmu"
"Cianpwee, aku harus berangkat sekarang."
"Baiklah-" Di saat yo sian sian baru mau melesat pergi, mendadak
suara tawa yang amat keras, lalu muncul dua orang yang
ternyata Tong Koay dan Pak Hong.
"Ha ha ha..." Tong Koay dan pak Hong terbelalak ketika
melihat yo sian sian. "eh" Kenapa Nona yo berada di sini?"
"Kwe In Loan berhasil mengalahkannya, maka dia kabur
dari kuburan tua itu," sahut Lam Khie memberitahukan.
"Apa?" Tong Koay tersentak.
"Kwee In Loan berhasil mengalahkan Nona yo?"
"Kepandaiannya sudah begitu tinggi?"
"ya;" yo sian sian menganggguk-
"Aaah - " Tong Koay menghela nafas panjang.
" Aku justru memperoleh informasi, bahwa Kwee In Loan
sudah muncul dalam-rimba persilatan. Kebetulan aku
berjumpa Pak Hong, maka kami berusaha mencarimu, Lam
Khie>" " Aku pun baru mau pergi mencari kalian. Maka sungguh
kebetulan kalian muncul di sini" ujar Lam Khie-
"Mari kita berunding bersama"
Tong Koay danpak Hong mengangguk- Mereka berdua lalu
duduk dan Lam Khie memandang mereka seraya bertanya-
"Kini Kwee In Loan telah muncul dengan kepandaiannya
yang begitu tinggi, lalu bagaimana menurut kalian?"
"Kami-..." Tong Koay malah memandang Pak Hong,
sedangkan Pak Hong justru memandang yo sian sian.
"Aku mau ke Lam Hai untuk memperdalam ilmu silatku,"
ujar yo sian sian memberitahukan.
" Ke Lam Hai memperdalam ilmu silatmu?" Tong Koay
tercengang. "Ada siapa di Lam Hai?"
"Lam Hai Lo Ni," sahut yo sian sian dan menambahkan.
"Biarawati tua itu adalah nenek dari ibuku."
"Haaah?" Tong Koay dan Pak Hong tampak terperanjat.
"Lam Hai Lo Ni adalah nenekmu?"
"ya." yo sian sian mengangguk-
"Kepandaian nenekku itu amat tinggi sekali, namun sudah
lama nenekku tidak mencampuri urusan rimba persilatan."
"oooh" Tong Koay dan Pak Hong manggut-manggut.
"Tapi itu masih membutuhkan waktu, lalu kita harus
bagaimana?" "Begini saja," ujar Lam Khie mengusulkan.
"Pertandingan kita di puncak gunung Heng san dibatalkan
saja. Kalau tidak, kita bertiga pasti celaka."
"Celaka di tangan siapa?" tanya Pak Hong.
"si Mo pernah bekerja sama dengan Kwee In Loan. Kini
wanita itu telah muncul, maka jelas dia akan mencari si Mo,"
sahut Lam Khie menjelaskan.
"Di saat kita sedang bertanding, Kwee In Loan pasti akan
muncul. Nah, bukankah kita akan celaka?"
"Masa kita bertiga tidak akan mampu melawan wanita itu?"
Pak Hong kelihatan tidak percaya.
"Tapi jangan lupa," sahut Lam Khie-
"Si Mo pasti membantunya. Kalau kita bertiga melawan
mereka berdua, rasanya kita tidak bisa bertahan lama."
" Kalau begitu..." pak Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Kita bertiga harus bagaimana?"
"Tetap ke puncak gunung Heng san, namun kita
memberitahukan kepada si Mo, bahwa pertandingan itu
dibatalkan. Tentunya dia tidak akan berani mendesak, karena
kita akan menyatakan lima tahun kemudian baru diadakan
pertandingan itu," ujar Lam Khie.
"oooh" Pak Hong manggut-manggut.
"Jadi kita mengulur waktu?"
"ya" Lam Khie mengangguk-
"Tiada jalan lain lagi, sebab kita harus menunggu Nona yo-
" "Ngmm" Pak Hong memandang yo sian sian seraya
bertanya. "Lima tahun kemudian, kepandaianmu pasti sudah
meningkat, ya, kan?"
"Mudah-mudahan" sahut yo sian sian.
"oh ya" "Tong Koay teringat sesuatu dan seketika juga air
mukanya tampak berubah- "Kini Kwee In Loan telah muncul dalam rimba persilatan.
Mungkinkah Hiat Mo juga sudah ada di Tionggoan?"
"Iya. Lam Khie manggut-manggut.
"Tak terpikirkan tentang itu. Kalau Hiat Mo bersama Kwee
In Loan, kita semua pasti celaka."
"cian pwee," sela yo sian sian.
"Kalian tidak usah mencemaskan itu. Hiat Mo tidak akan
bersama Kwee In Loan, sebab dia termasuk tingkatan tua."
"oooh" Lam Khie dan lainnya menarik nafas lega, kemudian
Tong Koay mengemukakan pendapatnya.
"Usai membatalkan pertandingan di puncak gunung Heng
San, kita pun harus bersembunyi di suatu tempat untuk
memperdalam ilmu silat kita. Bagaimana menurut kalian?"
"Ngmm" Pak Hong manggut-manggut.
"Memang harus begitu. Lima tahun kemudian, kita
berjumpa lagi." "Kita akan berjumpa di mana?" tanya Tong Koay.
"Berjumpa di-?-" Lam Khie memandang yo sian sian.
"Di tempat tinggalku saja. Bagaimana?" sahut yo sian sian
cepat. "Baik," Lam khie. Tong Koay dan Pak Hong mengangguk-
"Kalau begitu, lima tahun kemudian kita semua bertemu di
gunung ciong Lam san, tempat tinggal. Nona yo-"
"Ngmm" yo sian sian manggut-manggut.
"Ini adalah keputusan kita bersama, sekarang aku harus
berangkat ke Lam Hai. Kita berjumpa kembali lima tahun
kemudian di belakang gunung ciong Lam san."
yo sian sian melesat pergi. Tong Koay, Lam Khie dan Pak
Hong saling memandang. setelah itu, mereka bertiga pun
melesat pergi menuju ke arah gunung Heng san.
-ooo00000ooo- Bab 29 suatu siasat setelah menghancurkan kuburan tua tempat tinggal yo sian
sian, Kwee In Loan lalu pergi mencari si Mo- Tidak begitu sulit
mencari iblis Dari Barat itu, sebab si Mo adalah ketua
golongan hitam- Dua hari kemudian, Kwee In Loan dan si Mo
bertemu di lembah Pek yun Kek, bekas markas Hek Liong
Pang. "Ha ha ha" si Mo tertawa gelak-sambil menatap Kwee In
Loan dengan penuh perhatian.
"Tidak berjumpa tiga tahun, engkau bertambah muda dan
cantik saja" "si Mo" Kwee In Loan melotot.
"Kenapa mulutmu begitu usil" Mau kutabok ya?"
"Jangan gusar" si Mo tersenyum.
"Aku saking girang bertemu denganmu, maka bercanda
sebentar. Bagaimana kabarmu selama ini" Kepandaianmu
sudah bertambah tinggi?"
" Kalau tidak, tentunya aku tidak akan muncul dalam rimba
persilatan," sahut Kwee In Loan.
"Bagus, bagus Ha ha ha..." si Mo tertawa gelak lagi.
"oh ya, kapan engkau akan pergi mencari yo sian sian
untuk membuat perhitungan dengannya?"
"sudah tak perlu." Kwee In Loan tersenyum.
"Lho?" si Mo terbelalak.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kenapa sudah tidak perlu" "
"Memangnya kenapa?"
" Aku justru dari kuburan tua itu." Kwee In Loan
memberitahukan sambil tersenyum dingin-
"Aku berhasil melukainya, bahkan kuburan tua itu pun telah
kuhancurkan. Kemungkinan besar yo sian sian terkubur di
dalamnya." "oh?" si Mo tertegun.
" Kalau begitu engkau pasti sudah berhasil menguasai ilmu
Hiat Mo Kang." "ya." "Bagaimana ke empat pengiring yo sian sian?"
"sudah mati duluan di tanganku. He he he.?"
"Bagus, bagus.. Ha ha ha" si Mo tertawa gembira-
"Kini sudah saatnya Hek Liong pang bangkit kembali ha Ha
ha ha-" "oh ya, si Mo" Kwee In Loan menatapnya seraya bertanya,
" Kapan engkau akan bertanding dengan Tong Koay, Lam
Khie dan Pak Hong?" "Kalau tidak salah - ." sahut si Mo sambil berpikir.
"empat lima hari lagi."
"Ngmm" Kwee In Loan manggut-manggut.
" Engkau membutuhkan bantuanku?"
"Mereka bertiga selalu menentangku oleh karena itu...."
"Mereka harus dihabiskan" sambung Kwee In Loan cepat.
"Setelah menghabiskan mereka, kita pun akan menguasai
golongan sesat, dan sudah barang tentu kekuatan kita
bertambah-" "Betul, betul." si mo tertawa gembira.
"Di saat aku sedang bertanding dengan mereka, engkau
muncul mendadak untuk menghabiskan yang dua itu. Ha ha
ha Mereka bertiga pasti tidak akan menduga itu."
"Ngmmi" Kwee In Loan manggut-manggut.
"selama ratusan tahun, riwiba persilatan selalu dikuasai
golongan putih, maka kini"
"golongan hitam yang harus menguasai rimba persilatan,"
sambung si Mo cepat dan menambahkan,
"Kwee In Loan, jabatanku sebagai ketua golongan hitam
akan kuserahkan kepadamu."
"Terima kasih, ucap Kwee In Loan.
" Kalau begitu engkau menjadi wakil ketua bagaimana?"
"Aku setuju." si Mo mengangguk-
"Kwee In Loan, kini engkau sudah muncul kembali dalam
rimba persilatan, maka kita berdua harus menguasai rimba
persilatan. Ha ha ha..."
"Karena itu...." Kwee In Loan tersenyum.
"Aku segera mencarimu untuk segera berunding tentang
ini." Terima kasih atas penghargaanmu," ucap si Mo dan
bertanya, "oh ya, Hiat Mojuga sudah berada di Tionggoan?"
"Belum." Kwee In Loan memberitahukan.
"Mungkin dua tiga bulan lagi dia baru ke mari, ternyata Hiat
Mo sedang menciptakan seorang gadis pembunuh-"
"Apa?" si Mo terbelalak-
"Menciptakan seorang gadis pembunuh-?"
"ya-" Kwee In Loan menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Gadis itu adalah Tan Giok Cu, murid kesayangan yo sian
sian. He he he??" "Bagus, bagus" si Mo tertawa gembira.
"Kelak gadis itu pasti akan membunuh kaum rimba
persilatan golongan putih. Ha ha ha?."
"Betul" Kwee In Loan mengangguk-
"sebab Hiat Mo telah mempengaruhinya dengan semacam
ilmu sihir-" "oh ya?" si mo menatapnya.
"Hiat Mo tidak berbuat demikian terhadap dirimu?"
"Tidak-" Kwee In Loan memberitahukan.
"Tapi hanya satu syarat saja."
"Syarat apa itu?"
"Aku harus mematuhi semua perintahnya."
"Itu tidak jadi masalah- seandainya dia berniat menjadi
ketua golongan hitam, serahkan saja jabatan itu kepadanya"
"Belum tentu dia berniat itu." Kwee In Loan
menggelengkan kepala. "Karena dia tidak mau terikat oleh suatu perkumpulan apa
pun." "Kalau begitu," bisik si MoTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana kalau kita mengangkatnya sebagai pelindung?"
"Bagus Idemu ini sungguh tepat." Kwee In Loan
tersenyum. "Kalau dia bersedia menjadi pelindung golongan hitam,
sudah pasti golongan hitam akan berkuasa dalam rimba
persilatan." "Ha ha ha" si Mo tertawa terbahak-bahak-
"oh ya" Kwee In Loan memberitahukan.
" Hiat Mo punya seorang cucu perempuan yang cantik
jelita. Tiga tahun lalu gadis itu pernah muncul di sini. Dia
berpakaian merah, tentunya engkau masih ingat, bukan?"
"Aku masih ingat." si Mo manggut-manggut.
"Jadi gadis itu adalah cucunya?"
"Betul, dia bernama Ciu Lan Hio. Kalau engkau bertemu
gadis itu, haruslah mengalah terhadapnya" pesan Kwee In
Loan. "Tentu." si Mo mengangguk-
"si Mo, mari kita berangkat ke gunung Heng san sekarang
Kita menggunakan ginkang agar tidak terlambat sampai di
sana" ujar Kwee In Loan.
"Baik," "sampai di sana, aku akan langsung bersembunyi di suatu
tempat Kwee In Loan memberitahukan,
"setelah kalian mulai bertanding, barulah aku muncul."
"Kita habiskan mereka bertiga Ha ha ha..." si Mo tertawa
gelak, mereka berdua lalu, melesat pergi menggunakan
ginkang. Beberapa hari kemudian, mereka sudah sampai di puncak
gunung Heng san. si Mo terus melesat ke tempat itu,
sedangkan Kwee In Loan segera bersembunyi di suatu
tempat. Begitu sampai di tempat tersebut, si Mo melihat Tong Koay,
Lam Khie dan Pak Hong sudah menunggu di sana.
"si Mo" tegur Tong Koay sambil mema"ndangnya. "Kenapa
engkau terlambat datang?"
"Ada sedikit halangan," sahut sj Mo sambil tertawa.
"Maka aku terlambat datang. Maaf; maaf"
"Tidak apa-apa," sahut Lam Khie- "Silakan duduk"
"Terima kasih," ucap si Mo sambil duduk, kemudian
memandang mereka seraya bertanya.
"Bagaimana cara kita bertanding?"
"si Mo" Lam Khie tersenyum.
"selama ini kita selalu bertanding seri, karena itu aku punya
usut. Entah kalian setuju atau tidak?"
"Usul apa?" tanya Pak Hong.
"Aku yakin kita akan bertanding seri lagi hari ini" sahut Lam
Khie sambil tersenyum, "oleh karena itu alangkah baiknya kita tunda dulu
pertandingan kita, lima tahun kemudian barulah kita
bertanding di sini. Bagaimana menurut kalian bertiga?"
Tong Koay, Pak Hong dan si mo saling memandang, lama
sekali barulah si Mo membuka mulut.
"Menurutku lebih baik kita bertanding sekarang saja."
"Percuma." Lam Khie menggelengkan kepala.
"Hari ini aku tiada gairah untuk bertanding."
"Lho" Kenapa?" tanya TongKoay.
"Biasanya engkau paling bersemangat dalam hal
pertandingan ilmu silat kenapa hari ini malah tiada gairah"
Apakah hatimu terganjel sesuatu?"
"Ya." Lam Khie mengangguk-
"Apa yang terganjal dalam hatimu" Bolehkan kami tahu?"
tanya Tong Koay. "AaaW?"" Lam Khie menghela nafas panjang.
"Ketika aku dalam perjalanan pulang ke mari, aku justru
bertemu seseorang." "Bertemu seseorang?" Pak Hong tercengang.
"siapa orang itu?"
"Dia adalah Yo sian sian," sahut Lam Khie
"Apa?" si Mo terbelalak.
"Engkau bertemu yo sian sian?"
"ya." Lam Khie mengangguk dan menambahkan, ,
" Bahkan kami pun bercakap-cakap-"
"Bercakap-cakap tentang apa?" si Mo kelihatan ingin
mengetahuinya. "Dia memberitahukan kepadaku, bahwa Kwee In Loan
sudah muncul dalam rimba persilatan."
"oh?" si Mo pura-pura bertanya-
"Betulkah itu?"
"BetuL" Lam Khie melanjutkan.
"Kwee In Loan berhasil melukainya, setelah Kwee In Loan
pergi, dia pun segera meninggalkan kuburan tua itu."
"oh ya?" si Mo terbelalak dan bertanya.
"Sekarang yo sian sian berada di mana?"
"Dia sudah berangkat."
"Berangkat ke mana?"
"Ke Lam Hai-" "Ke Lam Hai?" si Ma mengerutkan kening seraya bertanya,
"Mau apa dia ke Lam Hai?". "
"Di memberitahukan kepadaku ingin menemui Lam Hai Lo
Ni," jawab Lam Khie.
"Lam Hai Lo Ni?" si Mo tersentak. Dia punya hubungan apa
dengan Lam Hai Lo Ni itu?"
"Dia juga bilang...." Lam Khie memberitahukan.
"Lam Hai Lo Ni itu adalah nenek dari ibunya."
"oh?" Wajah Si Mo tampak berubah-
"itu... itu sungguh di luar dugaan Lalu kenapa engkau liada
gairah untuk bertanding?"
"sebab...." Lam Khie menggeleng-gelengkan kepala.
"yo sian sian minta tolong kepadaku untuk disampaikan
kepada Kwee In Loan, namun aku tidak tahu Kwee In Loan
berada di mana" "oooh" si Mo manggut-manggut.
"oleh karena itu, aku harus pergi mencari Kwee In Loan
untuk menyampaikan pesan dari yo sian sian," ujar Lam Khie-
"Kalian bertiga bersedia membantuku mencari Kwee In
Loan untuk menyampaikan pesan ku?"
"Baiklah-" Tong Koay mengangguk,-
" Kalau begitu - -" Lam Khie bangkit berdiriTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku harus pergi sekarang untuk mencari Kwee In Loan."
"Lam Khie, bagaimana pertandingan kita?" tanya si Mo-
"Ditunda saja," sahut Lam Khie-
"Lima tahun kemudian kita bertemu di sini untuk
bertanding-" Lam Khie langsung melesat pergi, sedangkan Tong Koay
bersungut-sungut dan mencaci-
"sialan tuh Lam Khie seharusnya kita bertanding hari ini,
malah harus menunggu lima tahun kemudian Betul-betul
sialan Bahkan kita pun harus membantunya mencari Kwee In
Loan Kita mana tahu wanita itu berada di mana", pak Hong, si
Mo Marl kita pergi mencari Kwee In Loan"
Tong Koay melesat pergi- seketika juga Pak Hong berseruseru-
"Tong Koay, engkau memang sialan Tunggu..." Mendadak
Pak Hong melesat pergi. Kini cuma tertinggal si Mo- Rencananya untuk
menghabiskan mereka bertiga pun menjadi sirna begitu saja.
Namun ia bergirang dalam hati, karena memperoleh informasi
itu. Di saat bersamaan, muncullah Kwee In Loan, yang
kemudian memandang si Mo dengan tidak mengerti-
"Si Mo Kenapa mereka pergi?"
"Mereka tidak jadi bertanding hari ini. Pertandingan ditunda
hingga lima tahun lagi-"
"Lho?" Kwee In Loan terperangah-
"Kenapa begitu?"
"Karena Lam Khie mendapat titipan pesan dari seseorang.
Dan dia malah minta bantuanku untuk mencarimu." si Mo
memberitahukan. ".Mereka bertiga pergi mencarimu pula."
"oh?" Kwee In Loan mengerutkan kening.
"Me-mangnya ada apa" Kenapa mereka mencariku?"
"Tentunya engkau tidak tahu, ternyata yo sian sian belum
mati," sahut si Mo sambil memandangnya.
"Itu... itu bagaimana mungkin?" Kwee In Loan tidak
percaya. "Kuburan tua itu telah hancur berantakan, tidak mungkin
yo Sian sian bisa meloloskan diri"
"Memang." si Mo manggut-manggut.
"namun ketika engkau pergi mengambil obat peledak, di
saat itulah dia meninggalkan kuburan tua ilu-"
"Sialan" caci Kwee In Loan.
"Tak kusangka dia masih hidup- Lalu dia titip pesan apa
kepada Lam Khie?" "titipannya yaitu dia berangkat ke Lam Hai-"
"Mau apa dia ke Lam Hai?"
"Menemui Lam Hai Lo Ni."
"Apa?" Air muka Kwee In Loan tampak berubah-
"Dia kenal Lam Hai Lo Ni itu" Ada hubungan apa dia
dengan biarawati tua itu?"
"Katanya kepada Lam Khie, bahwa Lam hai Lo Ni adalah
neneknya." "Neneknya?" Kwee In Loan tertegun.
"Nenek dari ayah atau ibunya?"
"Nenek dari ibunya."
"Heran" gumam Kwee In Loan.
"Kok aku sama sekali tidak tahu kalau Lam Hai Lo Ni adalah
nenek dari ibunya" Mereka tidak menceritakannya...."
"Pantas engkau tidak tahu" si Mo menghela nafas panjang
lalu bertanya. "Bagaimana kepandaian Lam Hai Lo Ni?"
"Setingkat dengan Hiat Mo," sahut Kwee In Loan.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tapi sudah lama ia tidak mencampuri urusan rimba
persilatan." - "Itu bukan berarti dia tidak akan memberi petunjuk kepada
yo sian sian mengenai ilmu silat."
"Beberapa tahun kemudian, yo sian sian pasti akan
mencarimu." "Hmm" dengus Kwee In Loan.
"saat itu dia pasti mati di tanganku, karena dalam beberapa
tahun ini, aku harus terus berlatih Hiat Mo Kang."
"Betul." si Mo mengangguk dan menambahkan,
"Aku pun harus terus berlatih agar kelak dapat membunuh
Tong Koay, Lam Khie dan Pak Hong."
"Ngmm" Kwee In Loan manggut-manggut.
"Engkau memang harus.terus berlatih. Kalau tidak, sulit
bagimu membunuh mereka."
"ya." si Mo mengangguk.
"oh ya" Kwee In Loan teringat sesuatu.
"Si Mo, bagaimana kalau bekas markas Hek Liong Pang kita
jadikan markas golongan hitam?"
"setuju." si Mo manggut-manggut
"Kalau begitu, aku akan berangkat ke Lembah Pek yun
Kok" ujar Kwee In Loan.
"Engkau pergilah mengumpulkan kaum golongan hitam
yang berkepandaian tinggi, dan bawa mereka ke Lembah Pek
yun Kok" "Ya." si Mo menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee In Loan melesat pergi menuju Lembah Pek yun Koksedangkan
si Mo pergi mengumpulkan puluhan kaum
golongan hitam yang berkepandaian tinggi dan diajaknya ke
Lembah Pek yun Koksementara
itu, Thio Han Liong sudah sampai di puncak
gunung Ciong Lam san, dan langsung menuju ke kuburan tua,
tempat tinggal yo sian sian. Akan tetapi, begitu tiba di sana, ia
pun terbelalak karena melihat kuburan tua itu telah hancur
berantakan. "Haaah-.?" Mulut Thio Han Liong ternganga lebar-
"Perbuatan siapa ini" Bagaimana nasib Bibi yo?"
Thio Han Liong berdiri termangu-mang u di depan
reruntuhan kuburan tua tersebut- la tak habis pikir siapa yang
melakukan itu" Akhirnya dia mengambil keputusan untuk pergi
ke gunung Bu Tong. Dalam perjalanan, ia terus teringat kepada Tan Giok Cu,
sehingga membuatnya terus menghela nafas panjang.
"Aaaah-." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik manis, engkau berada di mana sekarang" Aku... aku
rindu sekali kepadamu." Usai bergumam, Thio Han Liong lalu
duduk di bawah sebuah pohon. Pada waktu bersamaan,
tampak sosok bayangan berkelebat ke arahnya.
"siapa?" bentak Thio Han Liong sambil meloncat bangun.
"Ha ha ha" Terdengar suara tawa.
"Han Liong, engkau sudah tidak mengenali aku lagi?"
seorang tua berpakaian sastrawan muncul di hadapannya.
Begitu melihat orang tua itu, giranglah Thio Han Liong.
"Locianpwee" panggilnya, orang tua itu ternyata Lam Khie-
"Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelak-
"Engkau bertambah besar dan tampan. Tentunya
kepandaianmujuga bertambah tinggi, ya kan?"
"Tetap berada di bawah kepandaian Locianpwee," sahut
Thio Han Liong sambil tersenyum.
Mereka berdua duduk- Lam Khie segera mengeluarkan dua
potong ayam bakar, sepotong diberikan kepada Thio Han
Liong, setelah itu ia pun mengeluarkan seguci arak.
"Makanlah" "Terima kasih." Thio Han Liong mulai menyantap ayam
bakar itu. "Han Liong" Lam Khie memandangnya.
"Kenapa engkau berada di sini" &ngkau mau ke mana?"
"Aku ingin ke gunung Bu Tong san," jawab Thio Han Liong
memberitahukan, "oh ya Di gunung ciong Lam san telah terjadi sesuatu...."
"oh?" Lam Khie tertegun.
"Maksudmu kuburan tua itu?"
"ya." "Apa yang telah terjadi?"
"Entahlah- Tapi kuburan tua itu telah hancur tidak karuan."
"Apa?" Lam Khie terkejut bukan main.
"engkau menyaksikannya?"
"Ya." Thio Han Liong mengangguk-
"Aku memang dari sana. Entah siapa yang
menghancurkannya. " "Pasti Kwee In Loan," sahut Lam Khie sambil menggelenggelengkan
kepala. "Tiga tahun yang lalu, yo sian sian mengalahkan Kwee In
Loan. Wanita itu lalu ke Kwan Gwa (Luar Perbatasan)
menemui Hiat Mo- Kini dia telah berhasil menguasai ilmu Hiat
Mo Kang, maka muncul lagi dalam rimba persilatan."
"Kalau begitu Bibi yo - -"
"Kwee In Loan berhasil melukainya. Ketika wanita itu pergi,
yo sian sian pun segera meninggalkan kuburan tua itu. Dia
yakin Kwee In Loan pasti kembali ke sana dan dugaannya itu
tidak meleset. Kalau dia tidak meninggalkan kuburan tua itu,
pasti mati terkubur di dalamnya."
"Kok Locianpwee tahu tentang itu?"
"Aku, Tong Koay, dan Pak Hong sudah berjumpa yo sian
sian. Dia sudah berangkat ke Lam Hai, sedangkan kami ke
gunung Heng san..." Lam Khie menceritakan tentang itu.
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut.
"sungguh pintar Locianpwee, mengulur waktu sampai lima
tahun kemudian Pada waktu itu, kepandaian Bibi yo pasti
sudah tinggi sekali, tentunya mampu menghadapi Kwee In
Loan." "Betul." Lam Khie mengangguk.
"Kalau kami tidak mengatur siasat itu, kemungkinan besar
kami sudah mati di puncak gunung Heng San. Karena Kwee In
Loan bersama Si Mo, wanita itu bersembunyi di suatu tempat."
"Kok Locianpwee tahu wanita itu bersembunyi di suatu
tempat" tanya Thio Han Liong.
"Pada waktu itu aku pergi duluan, kemudian menyusul
Tong Loay dan Pak Hong. Namun kami tidak pergi jauh,
melainkan bersembunyi di atas pohon sekaligus mengintip ke
arah Si Mo. dan tak lama muncullah Kwee In Loan. Kami
yakin, wanita itu akan menghabiskan kami."
"Sungguh cerdik Locianpwee"
"oh ya" Tidak lama lagi Hiat mo pasti muncul, maka engkau
harus bersiap-siap bertanding dengannya. Tapi...." Lam Khie
menatapnya. "Apakah kepandaianmu sudah tinggi sekali?"
"Entahlah." Thio Han Liong menggelengkan kepala.
"Han Liong" Lam Khie memandangnya seraya ber-kata,
"Bagaimana kalau aku menguji kepandaianmu sebentar?"
"Baik, Locianpwee"
"Bersiap-siaplah Aku akan mulai menyerangmu," ujar Lam
Khie dan mendadak menyerangnya.
Thio Han Liong cepat-cepat berkelit. Tapi Lam Khie sudah
menyerangnya lagi secara bertubi-tubi. Thio Han Liong terus
berkelit ke sana ke mari.
"Engkau boleh balas menyerang, jangan cuma berkelit."
ujar Lam Khie sambil menghentikan serangannya.
"Maaf" ucap Thio Han Liong dan mulai balas menyerang.
"Bagus, bagus" Lam Khie tertawa gelak karena kagum akan
kemajuan Thio Han Liong. " Ilmu silatmu sudah maju pesat. Nah, engkau harus
berhati-hati, sekarang aku akan menggunakan ilmu
andalanku" Mendadak Lam Khie menyerangnya dengan gerakan aneh-
Thio Han Liong tidak dapat berkelit, maka terpaksa menangkis
dengan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw. Blaaam Terdengar suara
benturan dahsyat. Thio Han Liong termundur-mundur tujuh delapan langkah,
sedangkan Lam Khie cuma termundur dua tiga langkah.
"Han Liong...." Lam Khie menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau masih bukan tandingan Hiat Mo, sebab belum
mampu mengalahkanku."
"Locianpwee berkepandaian begitu tinggi, bagaimana
mungkin aku dapat mengalahkan Kong Locianpwee?" ujar
Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala-
"Engkau harus tahu, kepandaian Hiat Mojauh di atas
kepandaianku," ujar Lam Khie sungguh-sungguh-
"Engkau tidak mampu mengalahkanku, bagaimana mungkin
mampu mengalahkan Hiat Mo?"
"Locianpwee," sahut Thio Han Liong yang telah
membulatkan tekad- "Biar bagaimana pun aku harus -bertanding dengan Hiat
Mo, mungkin aku akan mengadu nyawa dengannya."
"Han Liong" Lam Khie terwenyum.
"Engkau masih muda, berarti masih banyak kesempatan,
maka engkau tidak perlu mengadu nyawa dengan Hiat Mo-
,Apabila engkau kalah nanti.
engkau masih punya banyak waktu untuk berlatih- oleh
karena itu engkau jangan berlaku nekad-"
"Terima kasih atas nasehat Locianpwee."
"Baiklah- Lam Khie bangkit berdiri
"Aku harus pergi ke suatu tempat untuk berlatih, sampai
berjumpa lima tahun kemudian"
"Locianpwee - -"
"Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelak, lalu melesat pergi-
Thio Han Liong termangu-mangu di tempat sambil
menghela nafas panjang, lama sekali barulah ia meninggalkan
tempat itu- Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah tiba
disebuah kota kecil, tapi amat ramai- la mampir di sebuah
kedai teh- seorang pelayan langsung menghampirinya sambil
tersenyum-senyum- "Tuan Muda mau pesan apa?"
"Teh wangi dan sedikit makanan ringan" sahut Thio Han
Liong. "pelayan itu mengangguk, kemudian menyajikan apa yang
dipesankan Thio Han Liong. Ketika pemuda itu mulai
menghirup tehnya, mendadak muncul beberapa tamu
berpakaian indah- Mereka duduk di sebelah Thio Han Liong. Pelayan segera
menyajikan teh istimewa. Rupanya mereka adalah langganan
kedai teh itu. "Ha ha ha"salah seorang tamu tertawa gelak-
"sung-guh lucu dan menggelikan sekali, Guru silat Lim dan
Guru silat Tan saling bermusuhan Namun putra Guru silat Lim
dan putri Guru silat Tan justru saling mencinta, seharusnya
Guru silat Lim dan Guru silat Tan jadi besan, tapi malah
bertambah bermusuhan. Karena itu, Guru silat Tan mendirikan
sebuah panggung." "Panggung apa?"
"Panggung adu silat. Pokoknya siapa yang dapat
mengalahkan putrinya, dialah yang berhak menikahi putrinya
itu." "Itu sungguh di luar dugaan, bahkan Guru silat Tan agak
keterlaluan Puterinya sudah mencintai putra Guru silat Lim,
seharusnya sepasang sejoli itu dinikahkan saja."
"Memang, tapi.... Guru silat Lim melarang putranya
berpacaran dengan putri Guru silat Tan.
"Aaaah - " salah seorang tamu menghela nafas panjang.
"Tan pit suan merupakan gadis yang cantik jelita,
sedangkan Lim Peng Hie adalah pemuda tampan, mereka
berdua sangat cocok dan sepadan, namun orang tua mereka
justru tidak mau menjadi besan, sebaliknya malah senang
bermusuhan. Percayalah Panggung adu silat itu pasti
mengundang banyak masalah."
"Bagaimana seandaianya seorang penjahat berhasil
mengalahkan Tan pit suan?"
"Sudah barang tentu Tan pit suan harus menikah dengan
penjahat itu" "oh ya Apakah lelaki yang sudah berumur boleh ikut?"
"Tentu tidak boleh- sebab ada aturannya."
"Bagaimana aturannya?"
"Lelaki yang berusia di atas dua puluh sampai empat puluh
tahun, yang boleh ikut. Tapi yang belum punya isteri-"
"oooh" "yang kukhawatirkan apabila para penjahat mendengar
berita itu. Mereka pasti muncul di kota ini untuk ikut
bertanding dengan Tan pit suan."
"oh ya, Lim Peng Hie ikut bertanding juga?"
"Itu sudah pasti-"
"Di dalam kota ini tidak terdapat pemuda yang
berkepandaian tinggi, kecuali Lim Peng Hie. Tapi apabila
muncul penjahat yang berkepandaian tinggi, celakalah Lim
Peng Hie. Dia pasti akan kehilangan jantung hatinya itu."
"Betul. Apa jadinya kalau Guru silat Tan punya menantu
seorang penjahat" Bukankah kota kita ini akan berubah kacau
balau dan tidak aman?"
"yaaah Kita mau bilang apa?"
Mendengar itu, Thio Han Liong tertarik, maka ia segera
menyapa mereka sambil memberi hormat.
"Maaf, Paman sekalian Aku mengganggu sebentar-"
"Anak muda..-" Para tamu itu terbelalak.
"Engkau...." "Aku bukan orang kota ini. Tadi aku mendengar tentang
panggung adu ilmu silat itu, sehingga membuatku tertarik
sekali." "oh?" salah seorang tamu tertawa.
"Engkau ingin ikut bertanding dengan Nona Tan itu?"
"Tidak." Thio Han Liong menggelengkan kepala
"Aku hanya ingin menyaksikan keramaian saja-"
"Engkau tidak mengerti ilmu silat?"
"Mengerti sedikit."
"Kalau begitu, lebih baik engkau ikut bertanding saja."
"Aku tidak akan ikut bertanding, karena Nona Tan itu sudah
punya kekasih" sahut Thio Han Liong.
"Guru silat Tan telah melakukan kesalahan besar, karena
tidak seharusnya dia mendirikan panggung itu. seharusnya dia
menyelenggarakan pesta pernikahan putrinya dengan putra
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Guru silat Lim itu."
"Betul, tapi...."
"sebetulnya kedua guru silat itu punya dendam apa?" tanya
Thio Han Liong. "Tidak punya dendam apa-apa, hanya saja para murid
mereka sering saling mengejek, sehingga menimbulkan
perkelahian, akhirnya ke dua guru silat itu pun bermusuhan,
sehingga putra-putri mereka pun terbawa dalam permusuhan
itu." "Ke dua guru sifat itu masih bersifat seperti anak kecil."
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak berpikir panjang dan jauh sama sekali dan gampang
emosi." "Anak muda...." salah seorang tamu menatapnya dengan
heran, sebab Thio Han Liong masih muda, namun pikirannya
sudah begitu matang. "Engkau berasal dari mana?"
"Tempat tinggalku jauh sekali," jawab Thio Han Liong
dengan jujur. "Berada di sebuah pulau."
"oooh" Tamu itu manggut-manggut.
"Terus terang, panggung adu silat itu pasti akan
mengundang banyak masalah-"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk-
"oh ya di mana panggung itu?"
"Di depan rumah Guru silat Tan, tidak jauh dari sini. "Tamu
itu memberitahukan. "Keluar dari kedai teh ini, engkau ke kiri, kemudian
membelok ke kanan. Engkau akan melihat sebuah panggung,
dari situ kira-kira puluhan depa."
"Terima kasih, Paman" ucap Thio Han Liong, la segera
membayar makanan dan minumannya, lalu pergi ke tempat
itu. Thio Han Liong mengikuti petunjuk tamu itu, dan tak lama
sudah sampai di depan panggung tersebut. Walau besok baru
dimulai pertandingan itu, tapi sudah banyak penonton berdiri
di tempat itu "Ha ha ha" Terdengar suara tawa.
" Entah siapa yang akan mempersunting putri guru silat
Tan yang cantik jelita itu?"
" Kalau aku mengerti ilmu silat, pasti ikut bertanding esok-"
"Kasihan sekali putra guru silat Lim. Dia pun harus ikut
bertanding. Padahal dia dan putri guru silat Tan sudah saling
mencinta." "Betul. yang kita khawatirkan akan muncul para penjahat
Karena siapa yang dapat mempersunting putri guru silat Tan,
tentu akan hidup senang, sebab guru silat Tan cukup kaya."
"Tapi dia justru tidak punya pikiran. Kalau kota kita ini
kedatangan para penjahat, dia harus bertanggung-jawab
penuh." "Betul. Itu adalah risikonya."
Mendengar percakapan itu, Thio Han Liong menggelenggelengkan
kepala. Kebetulan di situ ada tempat duduk kosong,
maka segeralah ia duduk sambil memandang panggung itu.
"Anak muda" seorang tua berusia enam puluhan
mendekatinya. " Engkau ingin ikut bertanding esok?"
"Tidak. Paman Tua," sahut Thio Han Liong sambil
menggelengkan kepala. "Aku hanya ingin menyaksikan keramaian saja."
"Anak muda" Orang tua itu tertawa.
"Itu bukan keramaian, melainkan pertandingan ilmu silat."
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut sambil
tersenyum. "siapa yang dapat mengalahkan Tan pit suan, dialah yang
akan menjadi suaminya." Orang tua itu memberitahukan.
"yaah" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Guru silat Tan telah melakukan kesalahan, karena tidak
seharusnya dia mendirikan panggung ini. seharus-nya dia
menikahkan putrinya dengan putra Guru silat Lim itu, sebab
mereka sudah saling mencinta."
"Betul. Betul Ha ha ha..." Orang tua itu tertawa gelak-
"Aku sudah menasehatinya, tapi dia sama sekali tidak mau
dengar." "oh?" Thio Han Liong menatapnya seraya bertanya-
"Paman Tua punya hubungan dengan Guru silat Tan?"
"Dia adalah sutee ku." orang tua itu memberitahukan.
"Aku adalah suhengnya, kami adalah saudara
seperguruan." Thio Han Liong nyaris tertawa geli mendengar penjelasan
yang panjang lebar itu, bahkan mengira orang tua tersebut
telah pikun "Paman Tua adalah Suhengnya, seharusnya dia mendengar
nasehat Paman Tua.... Tapi kenapa dia berani tidak
mendengarnya?" "suteku itu...." orang tua itu menggeleng-gelengkan kepala.
"sejak kecil memang keras kepala. Kini dia sudah berusia
lima puluh lebih, namun tetap keras kepala."
"Guru silat Tan sama sekali tidak memikirkan kebahagiaan
putrinya. Dia adalah erangtua yang egois," ujar Thio Han
Liong sambil menarik nafas panjang-
"Tidak salah, tidak salah. Ha ha ha - " orang tua itu tertawa
gelak- "Anak muda, bolehkah aku tahu namamu?"
"Namaku Thio Han Liong. Paman Tua pasti seorang
pendekar yang amat terkenal ya kan?"
"Tidak juga," sahut orang tua itu memberitahukan.
"Aku bernama Kwee Beng Kian, julukanku adalah sin Kiam
Lojin (Orang Tua Pedang sakti)."
"Kalau begitu, Paman Tua pasti mahir bersilat pedang," ujar
Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Kira-kira begitulah- sin Kiam Loj ini Kwee Beng Kian
Tersenyum- "Anak muda engkau dari perguruan mana?"
"Aku tidak punya perguruan. "Jawab Thio Han Liong
dengan jujur. "Aku Kebetulan sampai di kota ini, maka ke mari ingin
menyaksikan pertandingan, yang rupanya sangat menarik
sekali-" "Memang menarik, tapijuga akan menimbulkan kejadian
lain." sin Kiam Lojin menggeleng-gelengkan kepala-
"Paman Tua juga tinggal di sini?"
"Tidak- Cuma kebetulan ke mari, aku tinggal di-sebuah
desa." "Paman Tua," tanya Thio Han Liong mendadak.
"Bagaimana seandainya salah seorang penjahat yang
berhasil mengalahkan Nona Tan" Apakah Guru silat Tan harus
menerimanya sebagai menantu?"
"Apa boleh buat Itu sudah merupakan risiko bagi suteku
itu." sin Kiam Lojin menambahkan.
"Tapi mungkin tidak akan muncul para penjahat, sebab
berita tentang panggung ini tidak tersebar luas."
"Mudah-mudahan begitu" ucap Thio Han Liong.
"Anak muda" sin Kiam Lojin menatapnya tajam.
"Engkau begitu memperhatikan masalah ini, jangan-jangan
engkau adalah teman Lim Peng Hie?"
"Bukan." Thio Han Liong menggelengkan kepala.
"Aku sama sekali tidak kenal Lim Peng Hie.
"Aku sudah bilang tadi, kebetulan aku tiba di kota ini...."
"Ngmmm" sin Kiam Lojin manggut-manggut
"Aku percaya. Ha ha ha..."
"Guru.." Muncul seorang gadis cantik jelita berusia sekitar
tujuh belas tahun, "Guru sedang berbicara dengan siapa?"
"Dengan seorang pemuda tampan, cepat kemari guru akan
memperkenalkan kalian berdua" sahut sim Kian Lojin.
Gadis itu segera berlari-lari menghampiri orang tua
tersebut. Ketika melihat Thio Han liong, berdebar-debarlah
hati gadis itu. "Han Liong" sin Kiam Lojin memberitahukan.
"Dia muridku, namanya Bun Gin cu."
"Nona Bun" Thio Han Liong segera memberi hormat kepada
gadis itu. "Namaku Thio Han Llong."
"Engkau... engkau ingin ikut pertandingan esok?" tanya
Bun cin cu mendadak sambil memandangnya.
"Aku tidak ikut, hanya ingin menyaksikan saja," sahut Thio
Han Liong sambil tersenyum.
senyumannya membuat Bun cin Cu terpukau, sehingga
memandangnya dengan mata terbelalak. Di saat itulah sin
Kiam Lojin berdehem beberapa kali dan itu membuat Bun cin
Cu tersentak sehingga wajahnya memerah-
"Engkau masih muda, tapi kenapa sudah linglung?"
"Cin Cu." tanya sin Kiam Lojin sambil tertawa,
"guru...." Bun cin cu cemberut,
"Guru sendiri yang linglung, aku...,"
"ooh" sin Kiam Lojin manggut-manggut.
"guru... tahu guru tahu Ternyata engkau...."
"Kenapa aku?" "Engkau... engkau...." sim Kiam Lojin tertawa gelak.
"Ha ha ha..." Di saat itulah muncul seorang gadis dengan wajah murung,
perlahan-lahan menghampiri mereka.
" Kakak Pit suan" Panggil Bun cin cu.
"Adik Cin cu, ada apa" Kok gurumu tampak gembira
sekali?" tanya Tan Pit suan. Ketika melihat Thio Han Liong,
gadis itu pun tercengang,
"eh" siapa pemuda itu?"
"Dia bernama Thio Han Liong. Aku pun tidak kenal dia"
sahut Bun cin cu setengah berbisik,
"Dia ke mari ingin menyaksikan pertandingan esok"
"oh?" Tan Pit suan mengerutkan kening
"Dia juga ingin ikut bertanding?"
"Katanya tidak," jawab Bun cin cu, kemudian memandang
Thio Han Liong seraya berkata,
"gadis ini adalah Tan Pit suan, putri kesayangan Guru silat
Tan." "selamat bertemu Nona Tan" ucap Thio Han Liong sambil
memberi hormat. "Aku ke mari hanya ingin menyaksikan, tidak akan ikut
bertanding, karena ilmu silatku amat rendah-"
"saudara Thio" Tan Pit suan tersenyumTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jangan merendahkan diri. Aku yaktn engkau
berkepandaian tinggi."
"kepandaianku tidak tinggi."
Di saat bersamaan, mendadak Bun cin cu mengayunkan
kepalannya ke punggung Thio Han Liong. Pe-muda itu tahu
akan serangan tersebut, namun ia tetap diam karena tahu
gadis itu sengaja menguji kepandaiannya. Duuuk. Punggung
Thio Han Liong terpukul. "Aduh" jerit Thio Han Liong kesakitan.
" Nona Bun, kenapa engkau memukul punggungku?"
"Maaf, maaf." ucap Bun cin cu. Tadi kakak Pit suan bilang
engkau berkepandaian tinggi, maka aku ingin menguji
kepandaianmu." "Nona Bun...." Thio Han Liong menggeleng-geleng-kan
kepala. "Adik Cin cu" Tan pit Suan tersenyum.
"Tapi aku hanya...."
"Hanya berbasa-basi saja?" Bun cin cu melotot,
"Gara-gara kakak Pit suan berbasa-basi, aku langsung
memukul punggungnya."
"Engkau...." Tan pit sun menggeleng-gelengkan kepala.
"Mungkin punggungnya masih sakit lho"
"oh?" Bun cin cu segera memandang Thio Han Liong seraya
bertanya. "Han.... Han Liong, punggungmu masih sakit?"
"Aduuuh" Thio Han Liong langsung menjerit Namun hanya
untuk mempermainkan gadis itu.
"Masih sakit." "Kalau begitu, biar kuurut" ujar Bun cin Cu tanpa berpikir
lagi. "Eeeeh?" sim Kiam Lojin melotot,
" guru pernah menyuruhmu menguruti punggung guru, tapi
engkau tidak mau dengan mengemukakan berbagai macam
alasan, sekarang engkau ingin menguruti punggung pemuda
itu" Pokoknya tidak boleh"
"Guru...." Bun cin cu membanting-banting kaki.
"Kenapa guru jahat sekali?"
"Guru jahat sekali?" sin Kam Lojin menatapnya.
"guru yang jahat atau engkau yang macam- macam" "
"Guru...." Bun cin Cu cemberut.
"Nona Bun" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Terima kasih atas maksud baik Nona, sekarang
punggungku tidak sakit lagi."
"Apa?" Bun on cu terbelalak, kemudian memarahi sin Kiam
Lojin. "gara-gara guru jadi punggungnya sudah tidak sakit lagi."
(Bersambung keBagian 15) Jilid 15 "Pukul saja lagi punggungnya biar sakit" sahut Sin Kiam
Lojin menggoda muridnya. "Bukankah engkau bisa mengurut?"
"Guru...." Wajah Bun cin Cu langsung memerah.
"Guru mengada-ada saja"
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak.
"Anak muda, muridku terlampau kumanjakan, maka
menjadi tidak tahu aturan dan kesopanan."
"Paman Tua adalah guru teladan," sahut Thio Han Liong.
"Seandainya Guru Silat Tan seperti Paman Tua, aku yakin
kini kita semua sedang minum arak kebahagiaan Nona Tan."
"Arak kebahagiaan apa?" Terdengar suara parau, dan
seorang tua berusia lima puluhan menghampiri mereka.
"Ayah" Panggil Tan Pit Suan.
"Paman guru" Panggil Bun cian Cu sambil melelerkan
lidahnya. "Kenapa suara Paman- guru berubah parau?"
"Hm." dengus Guru Silat Tan, kemudian menatap Thio Han
Liong dengan tajam sekali.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thio Han Liong tersenyum sambil balas menatapnya, dan
itu membuat Guru Silat Tan tersentak. Ternyata ia merasa
tidak kuat menghadapi tatapan itu.
"Anak muda, siapa engkau?"
"Guru Silat Tan" sahut Thio Han Liong memberi hormat
"Namaku Thio Han Liong."
"Mau apa engkau ke mari?" tanya Guru Silat Tan dengan
kening berkerut-kerut. Namun ia amat kagum akan
ketampanan Thio Han Liong.
"Paman Guru kok bentak-bentak dia sih?" tegur Bun cin cu.
"Memangnya dia punya salah apa?"
"Eeeh?" Guru silat Tan terbelalak-
"Kenapa engkau membelanya" Dia bukan kekasihmu,
bukan?" "Paman Guru" Bun on cu tersenyum.
" Kalau dia kekasihku, aku boleh membelanya?"
"Tentu boleh." Guru silat Tan menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
" Kalau begitu, kenapa Kakak Fit Suan tidak boleh membela
urn Peng Hie, kekasihnya itu?" tanya Bun cin cu mendadak-
"Engkau - -" Wajah Guru silat langsung berubah menjadi
tak sedap dipandang. Kalau sin Kiam Lojin tidak berada di situ,
mungkin gadis itu sudah ditamparnya.
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak,
"pertanyaan yang amat bagus, muridku"
"Suheng...." Guru silat Tan melotot.
"sutee" sin Kiam Lojin tertawa-
"Usiamu sudah setengah abad lebih, tapi kenapa masih
seperti anak kecil" sudahlah Batalkan saja pertandingan itu
Aku bersedia ke rumah Guru silat urn untuk mendamaikan
kalian." "Tidak Pokoknya tidak" sahut Guru silat Tan.
" Guru silat Tan," ujar Thio Han Liong sambil menatapnya.
"Nona Bun masih punya ibu?"
"Kenapa engkau menanyakan itu?" Guru silat Tan
mengerutkan kening. "Kalau ibunya masih ada, tentunya tidak akan ada masalah
ini," sahut Thio Han Liong.
"Aku yakin ibunya sudah tiada-"
"Diam" bentak Guru silat Tan.
"Anak muda, cepatlah engkau enyah dari tempat ini"
"Guru silat Tan...." Thio Han Liong menghela-nafas-
"Guru" seru Bun cin cu mendadak-
"Mari kita pergi"
"Lho" Kenapa?" tanya sin Kiam Lojin.
"Paman gurumu mengusir Han Liong, tapi kenapa kita yang
harus pergi?" "Paman guru mengusir Han Liong, itu sama juga mengusir
kita. Ayohlah Mari kita pergi" desak Bun cin cu.
"cin Cu" Guru silat Tan menatapnya tajam.
"Kenapa engkau begitu tak tahu kesopanan?"
"Paman Guru yang tak punya kasih sayang. Kalau bibi guru
masih hidup. Kakak Fit suan pasti tidak akan menjadi begini,"
sahut Bun cin cu dengan berani.
"Engkau...." Wajah Guru silat Tan merah padam saking
gusarnya, dan akhirnya ia meninggalkan mereka.
"Huh" dengus Bun cin cu.
"Dasar orangtua tak tahu diri Kalau paman guru adalah
ayahku pasti sudah ku...."
"Apakan?" tanya sin Kiam Lojin cepatTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku - aku minggat dari rumah," sahut Bun cin cu dengan
suara rendah dan menambahkan.
"Buat apa orangtua seperti itu...."
"Celaka" seru sin Kiam Lojin mendadak-
"Apa yang celaka, Guru?" tanya Bun cin cu kaget-
"Engkau bakal menjadi murid durhaka,"jawab sin Kiam
Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala-
" Guru" Bun cin cu tersenyum.
" Guru penuh pengertian dan kasih sayang, bagaimana
mungkin aku akan menjadi murid durhaka?"
"oh, ya?" sin Kiam Lojin tertawa.
"Paman Tua" Mendadak Thio Han Liong memberi hormat.
"Aku mau mohon pamit, sampai jumpa esok pagi"
"Eh" Anak muda...." sin Kiam Lojin terbelalak- "Engkau mau
ke mana?" "Mau pergi mencari penginapan," sahut Thio Han Liong.
"saudara Thio" Tan Pit suan tersenyum-
"Rumah kami amat besar dan banyak kamarnya,
bagaimana kalau engkau bermalam di rumah kami saja?"
"Maaf" ucap Thio Han Liong menolakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak mau menyusahkan Nona- Lebih baik aku
bermalam di penginapan."
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa-
"Bagaimana kalau engkau tidur di kamarku, pokoknya tidak
usah bayar-" "Paman Tua - -" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"Anak muda," tegas sin Kiam Lojin,-
"Kalau engkau tidak menurut, berarti engkau pemuda
kurang ajar." "Paman Tua - -"
"Pokoknya engkau harus bermalam di kamarku- Ti-dak
boleh bermalam di penginapan."
"Baiklah-" Thio Han Liong mengangguk-
"Terima kasih, Guru" ucap Bun cin cu dengan wajah
berseri-seri- "Eeeeh?" sin Kiam Lojin tercengang.
"Kenapa engkau mau mengucapkan terima kasih kepada
guru?" "Karena...." Bun cin cu tampak tersipu.
"Karena guru berhasil membujuk Han Liong bermalam di
sini." "Jadi engkau mau apa kalau dia bermalam di sini?" tanya
Sin Kiam Lojin mendadak. "Guru menghendaki aku mau apa?" sahut Cin cu.
"Eh" Engkau...." Sin Kiam Lojin melotot.
"Mulutmu tajam sekali Baik, guru akan menyuruh Han
Liong bermalam di penginapan saja"
"Guru" Bun cin cu cemberut.
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak.
"Kalau engkau berani kurang ajaHerhadap guru, guru pasti
menyuruh Han Liong menghajarmu Ha ha ha..."
Bab 30 Pertandingan di Atas Panggung
Bun cin cu tidur di kamaHan pit Suan. Ke dua gadis itu
duduk di pinggiHempat tidur sambil mengobrol. Wajah Bun cin
cu tampak cerah, tapi sebaliknya wajah Tan pit Suan justru
murung sekali. "Aaah..." Tan pit Suan menghela nafas panjang.
"Kalau sifat ayahku seperti gurumu, tentunya aku tidak
akan menderita begini."
"Kakak Pit Suan," bisik Bun cin Cu sungguh-sungguh.
"Engkau dan Lim Peng Hit sudah saling mencinta, kenapa
engkau tidak mau minggat bersamanya?"
"Adik Cin Su...." Tan pit Suan menggeleng-gelengkan
kepala. "Engkau harus tahu, Lim Peng He adalah anak yang
berbakti terhadap orangtua, dia... dia tidak akan mau minggat
bersamaku." "Hmm" dengus Bun cin cu dingin-
"Kalau begitu, dia tidak bersungguh-sungguh mencinta
imu- " "Dia bersungguh-sungguh mencintaiku, bahkan dengan
segenap hati pula. Tapi" Tan pit suan menghela nafas
panjang. "Dia tidak mau menjadi anak durhaka, sebab dia yakin
suatu hari ayahnya pasti merestuinya."
"Kalau begitu, mudah-mudahan" ucap Bun cin cu dan
bertanya, "Kakak Pit suan, bagaimana menurutmu mengenai Thio
Han Liong?" "Dia adalah pemuda tampan dan kelihatan amat baik
pula,"jawab Tan Pit suan memberitahukan.
"Hanya saja ilmu silatnya masih rendah, lagipula...."
"Kenapa?" "Engkau sudah jatuh hati kepadanya?"
"ya." "Tapi bagaimana kalau dia tidak mengetahuinya?"
"Maksudmu?" "Dia sudah jatuh hati kepadamu atau tidak, kita masih
belum tahu-" Tan pit suan menatapnya.
"Maka engkau tidak boleh terlampau agresif."
"Kakak Pit suan" wajah Bun cin cu tampak murung.
"Bagaimana aku, kalau dia tidak jatuh hati kepadaku?"
"Ya, sudah Memangnya masih mau apa?"
"Aku - aku akan bersedih sekali"
"Adik Cin cu" Tan pit Suan tersenyum getir.
"Baru satu hari engkau kenal dia, bagaimana aku dengan
Peng Hie" Aaaah..."
"Kakak Pit suan, cinta itu memang pahit ya?" Bun cin cu
menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku.-. aku jadi takut lho"
"Sesungguhnya cinta itu amat indah, namun harus
bersungguh-sungguh dan harus dengan segenap hati pula-"
Tan pit suan menjelaskan,
"Itu baru bisa membuat cinta menjadi indah dan suci
murni." "Oooh" Bun cin Cu manggut-manggut.
"Adik Cin cu, engkau harus ingat, cinta itu perlu
pengorbanan" ujar Pit Suan
"Tidak bisa egois."
"Kakak Pit suan" bisik Bun cin cu.
"Terus terang, aku - aku sudah jatuh cinta kepada Thio
Han Liong. Rasanya - aku tidak mau berpisah dengannya."
"Cintamu terlampau cepat bersemi, itu akan membuatmu
menderita." Tan pit Suan menghela nafas.
"Pada-hal engkau dan dia baru kenal hari ini, tidak
sewajarnya engkau sudah jatuh cinta kepadanya."
"Kakak Pit suan, aku. - "
"Adik Cin cu, engkau boleW tertarik kepadanya, tapi tidak
boleh jatuh cinta, sebab engkau belum tahu bagaimana
hatinya, bahkan engkau pun belum tahu identitasnya, oleh
karena itu, engkau tidak boleh begitu cepat jatuh cinta
kepadanya." "terima kasih atas nasihat Kakak," ucap Bun cin cu.
"Adik Cin cu" Tan pit suan tersenyum.
"Mari kita tidur, sebab esok pagi aku harus bertanding"
"Kakak Pit suan, bagaimana kalau ada pemuda lain yang
berhasil mengalahkanmu?" tanya Bun cin cu mendadak-
"Tentunya urn Peng Hie harus mengalahkannya pula,"
sahut Tan Pit suan. "Kalau dia tidak dapat mengalahkannya, kami pasti. - "
"Pasti apa?" Tan pit suan tersenyum getir, kemudian sepasang matanya
memandang jauh sekali seraya menjawab.
"Engkau akan mengetahuinya nanti."
"Kakak Pit suan" Bun cin cu menggelengkan kepala.
"Aku tidak mengerti maksudmu-"
"Adik Cin Gu" Tan pit suan tersenyum getir lagi,
"Engkau akan mengerti nanti-"
" Aku jadi bingung."
"sudahlah" Tan Pit suan menepuk bahunya.
"Sudah larut malam, mari kita tidur"
"Baik?" Bun cin cu mengangguk, lalu merebahkan dirinya.
Akan tetapi, gadis itu sama sekali tidak bisa pulas, karena
wajah Thio Han Liong terus muncul menggoda, membuatnya
sulit pulas. -ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan main ramainya suasana di depan rumah Guru silat
Tan pagi itu. Baik yang tua maupun yang muda, semuanya
sudah berkumpul di depan panggung, yang muda terus
berbisik-bisik, sedangkan yang tua tertawa-tawa.
"Heran?" bisik salah seorang pemuda-
"Kenapa Lim Peng Hie masih belum kelihatan" Mungkinkah
Guru silat Lim melarangnya ke mari?"
"Mungkin. Kalau tidak- dia pasti sudah berada di sini.
sungguh kasihan mereka berdua, sudah saling mencinta tapi
tidak bisa menikah-"
"TUh Guru silat Tan sudah naik ke atas panggung."
Tidak salah, Guru silat Tan sudah meloncat ke atas
panggung itu- la memandang para penonton seraya berkata
dengan suara lantang. "Putriku bernama Tan Pit suan, kini sudah dewasa maka
harus menikah Karena itu, aku mendirikan panggung ini untuk
mengadu ilmu silat siapa yang berhasil mengalahkan putriku,
dialah yang berhak menikahi putriku pula Tapi harus bujangan
yang berusia dua puluh sampai empat puluh tahun setelah
berhasil mengalahkan putriku, masih harus mengalahkan
penantang lain, barulah resmi menjadi menantuku"
seketika juga terdengaHepuk sorak yang riuh gemuruh-
Putri Guru silat Tan begitu cantik jelita, siapa yang tidak mau
mempersuntingnya" "sayang sekali usiaku sudah empat puluh
lebih, kalau tidak.."
"Engkau ingin ikut bertanding dengan gadis itu?"
"Ha ha Engkau mengerti ilmu silat?"
"sedikit-" "Kalau begitu, percuma engkau ikut"
"Kenapa?" "Ilmu silat gadis itu tinggi sekali. Engkau pasti roboh di
tangannya-" Terdengar percakapan itu, sehingga menimbulkan tawa di
sana sini, sebab orang yang mengatakan ingin ikut itu sudah
tua, namun mengaku baru berusia empat puluh lebih.
"Hei Engkau sudah punya cucu kok masih tidak tahu diri?"
tegur seseorang sambil tertawa-
"Eeeh?" Wajah orang itu langsung memerah-
"Engkau kok usil membuka rahasiaku sih?"
"Gadis itu boleh menjadi anakmu, tapi engkau malah
berpikiran yang bukan-bukan. Kalau Guru silat Tan tahu,
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
engkau pasti dihajarnya."
" Lihat tuh Putri Guru silat Tan sudah meloncat ke atas
panggung" seru seorang dengan mata terbelalak-
"Wuah Bukan main cantiknya"
Tan pit suan memang sudah meloncat ke atas panggung.
Dengan wajah murung sekali, gadis itu memberi hormat ke
empat penjuru, sekaligus menengok ke sana ke mari. Betapa
kecewanya karena tidak melihat Lim Peng Hie, buah jantung
hatinya. Kemudian ia berkata dengan suara merdu-
"siapa yang ingin bertanding denganku silakan naik"
"Nona Tan" Terdengar suara seruan, tampak seorang
pemuda meloncat ke atas panggung itu.
"Aku ingm mengadu keberuntungan."
"Bukan mengadu keberuntungan, melainkan mengadu
silat," sahut Tan Pit suan.
"Nona Tan" Pemuda itu memberi hormat.
"Aku mohon petunjuk"
"Silakan menyerang duluan" Tan pit suan menatapnya
tajam, la mengenali pemuda itu yang sering menggodanya.
"Baik," Pemuda itu mengangguk, lalu mulai menyerangnya-
Akan tetapi, belasanjurus kemudian pemuda itu sudah
tertendang ke bawah panggung, maka sudah barang tentu
para penonton menertawakan nya.
" Hanya memiliki ilmu silat cakar ayam, sudah berani naik
ke atas panggung DasaHak tahu diri" ejek salah seorang
penonton. Bukan main malunya pemuda itu. Tanpa menoleh lagi ia
langsung meninggalkan tempat itu.
sementara Thio Han Liong menonton pertandingan itu
sambil menggeleng-gelengkan kepala. Bun cin cu duduk
disebelahnya, sedangkan sin Kiam Lojin duduk bersama Guru
silat Tan. "Han Liong" tanya gadis itu
"Bagaimana menurutmu mengenai ilmu silat Kakak Pit
suan?" "Cukup tinggi," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.
" Kelihatannya tiada seorang pemuda pun yang mampu
mengalahkannya, kecuali hanya kekasihnya itu."
"Betul." Bun cin cu mengangguk-
Di saat mereka bercakap-cakap, tampak seorang pemuda
meloncat ke atas panggung. Tapi hanya dalam belasan jurus,
pemuda itu sudah terpukul jatuh ke bawah- Di saat
bersamaan, terdengarlah suara seruan yang amat
menggetarkan hati Tan pit suan.
"Nona Tan, aku mohon petunjuk" seorang pemuda tampan
meloncat ke atas panggung.
"Lim Peng Hie" "Lim Peng Hie."
Terdengar suara seruan para penonton. Ternyata pemuda
yang baru meloncat ke atas panggung itu adalah Lim Peng
Hie, kekasih Tan pit suan. sepasang kekasih itu akan
bertanding di atas panggung, dan itu sungguh merupakan
kejadian yang janggal. Karena itu, para penonton mulai
berkasak-kusuk sambil tertawa-tawa.
"seharusnya mereka berdua bertanding di atas tempat
tidur, bukan di atas panggung."
"Aku yakin mereka berdua tidak akan bertanding dengan
sungguh-sungguh alangkah baiknya mereka berdua saling
mencium di atas panggung"
"Jangan berisik Lihat tuh wajah Guru silat Tan sudah
berubah tidak karuan sekali, mungkin dia akan naik ke
panggung menghajar Lim Peng Hie"
sementara Lim Peng Hie sudah memberi hormat kepada
Tan Pit suan, setelah itu mereka mulai bertanding. Para
penonton mulai bersorak-sorai sambit ber-tepuk-tepuk tangan
dan di antara penonton ada pula yang berseru-seru.
"Dari pada kalian bertanding di atas panggung, lebih baik
kalian bertanding di atas tempat tidur Itu lebih asyiik lho"
"Betul" sambung yang lain.
"Jangan main jotos-jotosan, alangkah baiknya main ciuman
saja" Lim Peng Hie dan Tan pit suan sama sekali tidak
menghiraukan seruan-seruan konyol itu, mereka terus
bertanding. "Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"sutee, mereka berdua merupakan pasangan yang serasi-
Aku bersedia jadi mak comblang...."
" Guru adalah lelaki, bagaimana mungkin jadi mak
comblang sih?" sahut Bun cin cu.
"Mungkin saja," ujar sin Kiam Lojin.
"Kalau Guru mau jadi mak comblang, siapa yang berani
melarangnya?" "Paman guru pasti berani menolak," sahut Bun cin Cu.
Sementara pertandingan di atas panggung masih terus
berlangsung. Puluhan jurus kemudian, Lim Peng Hie berhasil
menepuk punggung gadis itu.
"Aku mengaku kalah," ujaHan pit Suan dengan wajah
kemerah-merahan. "terima kasih," sahut Lim Peng Hie sambil tersenyum.
"Lim Peng Hie sudah menang, maka berhak menikah
dengan gadis itu" terdengar Seruan para penonton.
"Guru Silat Tan tidak boleh ingkar janji"
"Sutee...." Sin Kiam Lojin memandang Guru Silat Tan.
"Tidak bisa Pokoknya tidak bisa" Guru Silat Tan tampak
gusar sekali. Di saat kesempatan, seorang pemuda meloncat ke atas
panggung lalu menatap Tan Pit Suan dengan penuh perhatian,
namun sikapnya agak kurang ajar.
"Ngmm" Pemuda itu manggut-manggut.
"Nona Tan, engkau memang cukup cantik. Aku ingin
bertanding." "Kawan," sahut Lim Peng He.
"Aku sudah memenangkan pertandingan ini, engkau
terlambat." "Ha ha ha" Pemuda itu tertawa gelak.
"Belum terlambat, sebab aku masih berhak bertanding
denganmu." "Peng He" Terdengar suara seruan. Tampak seorang lelaki
berusia lima puluhan bergegas-gegas menuju ke panggung.
"Guru Silat Lim" seru salah seoarang penonton.
"Akan bertambah ramai nih"
"Ayah - " sahut Lim Peng Hie dengan wajah murung.
"Peng Hie, cepatlah engkau turun Ayah akan menjodohkanmu
dengan gadis lain yang jauh lebih cantik dari
gadis itu" "Ayah - ?" Lim Peng Hie menggeleng-gelengkan kepala.
"sobat" tegur pemuda itu.
"Bagaimana" Engkau tidak berani bertanding denganku?"
"Kenapa tidak?" sahut Lim Peng HieTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayoh, mari kita mulai sekarang?"
"TUnggu" ujar pemuda itu, kemudian memandang Guru
silat Tan seraya berkata-
"Tan Kauwsu, kalau aku berhasil mengalahkan pemuda ini,
apakah aku boleh mempersunting putrimu?"
"Tentu, tentu," sahut guru silat Tan.
" Hajar saja pemuda itu"
"Baik, Guru silat Tan" Pemuda tersebut mengangguk,-
"Anak muda" tanya sin Kiam Lojin mendadak-
"siapa engkau dan siapa gurumu?"-
"Aku bernama Losun An," sahut pemuda itu sambil
membusungkan dadanya, "Guruku adalah - -"
"Ha Ha ha" Terdengar suara tawa yang parau, kemudian
berkelebat sesosok bayangan ke atas panggung.
"Aku gurunya,julukanku Bu Ceng Kui (setanTanpa
Perasaan)" "Haah?" Bukan main terkejutnya sin Kiam Lojin dan Guru
silat Tan. Mereka berdua sama sekali tidak menyangka tokoh
golongan hitam itu akan muncul di situ bersama muridnya-
"Peng Hie" teriak Guru silat Lim, yang juga terkejut sekali
ketika mengetahui tokoh golongan hitam itu.
"Cepat turun, mari kita pergi"
"Tidak, Ayah" Lim Peng Hie berkeras.
"Biar harus mati pun aku tidak akan meninggalkan pit
Suan." "Anak durhaka engkau" Guru silat Lim gusar bukan
kepalang. "Ha ha ha" Bu Ceng Kui tertawa gelak-
"Muridku, cepatlah engkau main-main dengan gadis itu
siapa berani turut campur, guru pasti membunuh mereka"
"Terima kasih, Guru," ucap Lo sun An, lalu mendadak
menyerang Lim Peng Hie. " Celaka" gumam sin Kiam Lojin dengan wajah agak pucat.
"Kepandaian Bu Ceng Kui itu amat tinggi. Kita tidak
sanggup melawannya."
"Suheng...." Wajah Guru silat Tan sudah mulai berubah-
"Sutee" sin Kiam Lojin menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau yang cari urusan, kini Bu Ceng Kui justru muncul
di sini." "Ahhhh" Guru silat Tan menghela nafas panjang.
sementara Thio Han Liong terus mengerutkan kening, la
tidak kenal Bu Ceng Kui ituTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nona Bun" tanyanya dengan suara rendah-
"siapa Bu Ceng Kui itu?"
"Dia adalah tokoh golongan hitam, kepandaiannya tinggi
sekali," sahut Bun cin cu sambil menghela nafas panjang.
"Peng Hie pasti celaka."
"gurumu tidak sanggup melawan Bu Ceng Kui?"
"Tidak sanggup,"
Thio Han Liong mengerutkan kening, kemudian
memperhatikan pertandingan itu- sudah lewat puluhan jurus,
kini Lim Peng Hie mulai berada di bawah angin.
"Ha ha ha" Lo Sun An tertawa gelak, lalu berseru,
"guru Silat Tan, aku akan menghajarnya "
Duuuk Dada urn Peng Hie terpukul.
"Aaah" jerit Lim Peng Hie- la terhuyung-huyung ke
belakang dan mulutnya mengeluarkan darah segar.
"Peng Hie" Tan pit suan segera mendekatinya.
"Nona Tan" Lo sun An mencegahnya, bahkan sekaligus
memeluknya. Betapa gusarnya Tan pit suan. Gadis itu langsung
menyerangnya, akan tetapi dengan gampang sekali Lo sun An
berkelit. Di saat itulah Guru sitat Lim meloncat ke atas
panggung. "Peng Hie, engkau terluka?"
"Ayah.." Mulut Lim Peng Hie masih mengeluarkan darah-
"Peng Hie, mari kita pulang" Guru silat Lim menarik
putranya- Tapi Lim Peng Hie meronta, dan setelah itu ia pun
membantu Tan pit suan menyerang Lo sun An.
"Ha ha ha" Lo sun An tertawa gelak, dan mendadak
badannya bergerak cepat sambil menggerakkan sepasang
tangannya. BuuukBuuuk Punggung Lim Peng Hie terpukul, sedangkan
Tan pit suan terdorong ke belakang.
"uaaaakh" Mulut Lim Peng Hie menyemburkan darah segar.
"uaaakh - " "Peng Hie" Guru silat Lim segera mendekatinya.
Di saat bersamaan, Guru silat Tan dan sin Kiam Lojin juga
meloncat ke atas panggung.
"Pit suan, engkau tidak apa-apa?" tanya Guru silat Tan.
"Ayah - ." Tan Pit suan menangis terisak-isak-
"gara-gara Ayah, urusan jadi begini."
"Ha ha ha" Tampak sosok bayangan berkelebat ke atas
panggung, yang tidak lain adalah Bu Ceng Kui.
"Kalian bertiga ingin mengeroyok muridku" Baik, kalian
bertiga boleh melawanku"
"Bu Ceng Kui" sahut Guru silat Tan.
"Kita tidak bermusuhan, maka aku harap - "
"Guru silat Tan" ujar Bu Ceng Kui.
"Muridku sudah berhasil mengalahkan pemuda itu, maka
putrimu harus menikah dengan muridku Engkau jangan ingkar
janji" "Tidak" teriak Tan Pit suan.
"Aku tidak akan menikah dengan muridmu, pokoknya tidak"
"He he he" Bu Ceng Kui tertawa terkekeh-kekeh,
"Guru silat Tan, engkau berani menipu muridku" Hm Kalau
begitu, engkau memang mau cari mati"
"Bu Ceng Kui" sela sin Kiam Lojin.
"Engkau jangan emosi"
"oh, engkau sin Kiam Lojin" Bu Ceng Kui mengerutkan
kening. "engkau ingin turut campur urusan ini?"
"Apa boleh buat" sahut sin Kiam Lojin.
"Bagus, bagus" Bu Ceng Kui menatap mereka dengan
dingin sekali. "Hari ini aku akan membunuh lagi He he he - "
"Celaka" seru Bun cin cu.
"Han Liong, bagaimana ini?"
"Tenang" sahut Thio Han Liong sambil memperhatikan
panggung itu. "Celaka Celaka" seru Bun cin cu lagi.
"Guruku mulai bertarung dengan Bu ceng Kui."
Tidak salah, Sin Kiam Lojin sudah mulai bertarung dengan
Bu ceng Kui. Guru Silat Tan segera turun tangan membantu
sin Kiam Lojin, begitu pula guru silat Lim. Mereka bertiga
mengeroyok Bu Ceng Kui. Begitu Tan pit suan memapah Lim Peng Hie, Bun cin cu
dan Thio Han Liong cepat-cepat mendekatinya.
"Kakak Pit suan" tanya Bun cin cu.
"Bagaimana lukanya" Apakah parah sekali?"
"Entahlah-" Tan Pit suan menggelengkan kepala.
Thio Han Liong segera memeriksa Lim Peng Hie, kemudian
tersenyum seraya berkata,
"Lukanya tidak begitu parah, tidak apa-apa."
"Han Liong...." Bun cin cu terbelalak-
"Engkau mahir ilmu pengobatan?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sedikit," sahut Thio Han Liong sambil memandang ke arah
panggung. Pertarungan di atas panggung itu semakin menegangkan.
Walau dikeroyok tiga orang. Bu Ceng Kui sama sekali tidak
tampak terdesak- Sebaliknya malah pengeroyoknya yang
kelihatan terdesak- "He h e h e" Bu Ceng Kui tertawa terkekeh-kekeh-
"Kalian bertiga harus mampus Harus mampus"
Thio Han Liong mengerutkan kening, sebab kalau
pertarungan itu diteruskan, Guru silat urn, Tan dan sin Kiam
Lojin pasti celaka di tangan Bu ceng Kui- oleh karena itu, ia
harus menghentikan pertarungan itu- seberalah ia melesat ke
atas panggung seraya berseru-
"Berhenti Berhenti"
suara seruannya begitu keras menggetarkan jantung, maka
membuat mereka berhenti bertarung. Ketika melihat Thio Han
Liong, tertegunlah Guru silat Tan dan sin Kiam Lojin,
begitupula Guru silat Lim dan Bu ceng Kui.
yang paling terkejut adalah Bun cin cu, sebab Thio Han
Liong sekali melesat sudah sampai ke atas panggung, yang
berjarak dua puluh depa lebih. Kalau pemuda itu tidak
memiliki ginkang tinggi, tentunya tidak dapat melakukannya.
Tan pit suan dan Lim Peng Hie juga terkejut bukan main,
kemudian Lim Peng Hie bertanya.
"Pit suan, siapa pemuda itu?"
"Dia ke mari ingin menyaksikan pertandingan, aku tidak
begitu mengenalnya," jawab Tan Pit suan.
"Kapan dia datang?"
"Kemarin.?" sementara Bun cin cu terus memandang ke arah panggung
dengan penuh perhatian, namun hatinya ber-kebat-kebit tidak
karuan. "Maaf. Maaf" ucap Thio Han Liong setelah berada di atas
panggung. "Tidak ada gunanya kalian bertarung."
"Anak muda" bentak Bu Ceng Kui.
"Engkau berani mencampuri uruan kami?"
"Bukan mencampuri, melainkan mendamaikannya." sahut
Thio Han Liong. "Apa artinya kalian bertarung" Akhirnya pasti terluka parah-
" "He he he" Bu Ceng Kui tertawa terkekeh.
"Anak muda, nyalimu sungguh besar berani memberi
nasihat padaku- Tahukah engkau siapa aku?"
"Aku dengar cianpwee adalah Bu Ceng Kui," jawab Thio
Han Liong sambil tersenyum dan menambahkan,
"cianpwee dari golongan hitam, bukan?"
"Betul Maka aku harus membunuh mereka" sahut Bu Ceng
Kui dan siap menyerang mereka.
"cianpwee" ujar Thio Han Liong dengan sungguh-sungguh-
"Mereka bertiga bukan tandingan cianpwee, melainkan aku
yang akan bertanding dengan cianpwee-"
"Apa?" Bu Ceng Kui terbelalak-
"Anak muda, siapa engkau?"
"Namaku Thio Han Liong."
"Siapa gurumu?"
"Aku tidak punya guru, hanya belajar sedikit ilmu silat dari
ayahku." "oh?" Bu Ceng Kui menatapnya dalam-dalam-
"siapa ayahmu?"
"Ayahku bernama Thio Ah Ki-"
"Hm" dengus Bu Ceng Kui-
"Aku tidak kenal ayahmu Kalau engkau tidak mau enyah
sekarang, aku tidak akan segan membunuhmu"
"Guru," sela Lo sun An, muridnya.
"Biar aku yang menghajarnya."
"Percuma," sahut Thio Han Liong.
"Engkau bukan tandinganku. Dalam sepuluh jurus engkau
pasti roboh di tanganku"
"Apa?" Betapa gusarnya Lo sun An mendengar ucapan itu.
"Hei Kalau engkau dapat merobohkanku dalam sepuluh
jurus, aku pasti menyembah di hadapanmu"
"Itu tidak perlu." Thio Han Liong tersenyum.
"Muridku," ujar Bu Ceng Kui.
"Cepat hajar dia siapa berani turut campur, guru pasti
membunuhnya" "ya, Guru." Lo sun An mengangguk-
"Guru Silat Tan, Guru Silat Lim dan Paman Tua" ujar Thio
Han Liong kepada mereka. " Lebih baik kalian menonton di bawah, aku akan
bertanding dengan pemuda itu"
"Han Liong, engkau...." sin Kiam Lojin terbelalak.
"Tenanglah, Paman Tua" Thio Han Liong tersenyum.
Mereka bertiga seaera meloncat turun. Bun cin cu sebera
mendekati sin Kiam Lojin.
"Guru, Han Liong...."
"Tenang" sahut sin Kiam Lojin.
"Guru yakin dia tidak omong besar- Kalau dia tidak berisi,
tentunya tidak akan berani omong begitu."
"o" "Tapi..." "Diam Mereka sudah mulai bertarung."
Benar, Lo sun An sudah mulai menyerang Thio Han Liong
dengan sengit sekali. Kelihatannya pemuda itu ingin
membunuh Thio Han Liong. Dengan cepat sekali Thio Han Liong berkelit, kemudian
balas menyerang seraya berseru.
"Jurus pertama" Ternyata Thio Han Liong menyerangnya
dengan ilmu siauw Lim Liong Jiauw Kang.
serangan itu membuat Lo sun An terpaksa meloncat ke
belakang. Bu Ceng Kui terperanjat bukan main, sebab
mengenali ilmu itu. "siauw Lim Liong jiauw Kang" Anak muda, engkau murid
siauw Lim Pay?" tanya Bu Ceng Kui.
"Aku bukan Hweeshio, bagaimana mungkin aku murid
siauw Lim Pay," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. Tapi
aku kenal Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng dan siauw
Lim sam Tiang lo." "Apa?" Bu Ceng Kui terbelalak-
"Ha ha ha Anak muda, ternyata engkau pembual"
"Aku bukan pembual," ujar Thio Han Liong sambil
mengelak serangan yang dilancarkan Lo Sun An.
setelah itu, ia mulai balas menyerang dengan ilmu Kiu Im
Pek Put Jiauw yang sangat ganas dan lihay itu.
"jurus ke dua" teriaknya.
Justru Lo sun An telah melakukan kesalahan, seha-rusnya
ia berkelit, tapi malah menangkis sehingga terdengar suara
benturan keras. Blaaam Lo sun An terpental beberapa depa, lalu roboh dengan
mulut mengeluarkan darah, sedangkan Thio Han Liong tetap
berdiri di tempat. "Muridku" seru Bu Ceng Kui sambil mengham-piri-nya.
"Engkau... engkau terluka?"
" Guru, aku...." Wajah Lo sun An pucat pias.
"Tenang muridku, guru akan membunuh pemuda itu" ujar
Bu Ceng Kui, kemudian mendekati Thio Han Liong selangkah
demi selangkah- Thio Han Liong segera mengerahkan Kiu yang sin Kang,
karena ia tahu akan terjadi pertempuran dahsyat.
sementara yang menyaksikan pertandingan tadi terbelalak,
bahkan mulut Bun cin cu ternganga lebar.
" Guru, kemarin aku memukul punggungnya, dia sama
sekali tidak bisa berkelit. Kenapa hari ini dia begitu hebat"
Cuma dua jurus sudah merobohkan pemuda sombong itu?"
" Guru pun tidak habis pikir," sahut sin Kiam Lojin sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
" Guru silat Tan, aku tidak menyangka di tempatmu ini
terdapat seorang pendekar muda yang begitu lihay," ujar Guru
silat Lim sambil menghela nafas panjang.
"Kalau aku tahu, tentu tidak akan mengkhawatirkan putra
ku." " Guru silat Lim," sahut Guru silat Tan jujur.
"Aku sendiri pun tidak tahu pemuda itu berkepandaian
begitu tinggi." "oh?" Guru silat Lim tercengang.
"Nanti saja kita mengobrol, karena sekarang suasana di
atas panggung itu sungguh menegangkan," sela sin Kiam
Lojin. Memang. Bu Ceng Kui dan Thio Han uong berdiri
berhadapan. Bu Ceng Kui terus menatapnya dengan tajam,
kemudian mendadak memekik keras sambil menyerang.
"Hiyaaat"Betapa cepatnya serangan Bu Ceng Kui.
Di saat bersamaan, badan Thio Han Liong justru bergerak
lemah gemulai bagaikan gadis menari, sepasang tangannya
bergerak lemas sekali menangkis serangan yang dilancarkan
Bu Ceng Kui. Itu adalah gerakan ilmu Thay Kek Kun yang telah dibaurkan
dengan Kian Kun Taylo Ie, maka betapa lihaynya gerakan itu
serangan Bu Ceng Kui tertangkis, bahkan badannya ikut
miring ke samping. Bukan main terkejutnya Bu Ceng Kui.
"Thay Kek Kun?"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk.
"Ternyata engkau murid Bu Tong Pay" ujar Bu Ceng Kui.
"Aku bukan murid Bu Tong pay," sahut Thio Han Liong.
"Tapi aku mahir ilmu Thay Kek Kun."
Jawaban yang amat membingungkan itu membuat Bu Ceng
Kui, Guru silat Tan, Lim dan Kiam Lojin terheran-heran.
"Hmm" dengus Bu Ceng Kui.
"Aku tidak tahu engkau murid siapa, pokoknya aku harus
membunuhmu " "Jangankan engkau," sahut Thio Han Liong,
"si Mo sendiri masih tidak dapat membunuhku."
"Apa?" Bu Ceng Kui tersentak-
"Engkau kenal si Mo?"
"Kenal." Thio Han Liong mengangguk-
"Bahkan kami pernah bertarung. Dia tidak dapat
membunuhku- " "Engkau memang pembual si Mo adalah ketua golongan
hitam, bagaimana mungkin beliau akan bertarung denganmu
omong kosong" " Aku tidak omong kosong." Thio Han Liong
memberitahukan, "si Mo punya seorang murid bernama Kwan Pek Him- ya,
kan?" "ya-" Bu Ceng Kui mengangguk-
"Bah kan dia pun pernah menjadi wakil ketua Hek Liong
Pang, dan kini bekerja sama lagi dengan Kwee In Loan,
bukan?" "Haaah?"Bu Ceng Kui terbelalak- la mulai tidak berani
main-main dengan pemuda itu.
"Engkau kok tahu?"
"Aku bertemu Lam Khie, dan Locianpwee itu yang
memberitahukan kepadaku," sahut Thio Han Liong.
"Apa?" Bu Ceng Kui betul-betul terkejut.
" Engkau kenal Lam Khie?"
"Kenal." Thio Han Liong menambahkan.
"Bahkan aku pun kenal Tong Koay dan pak Hong, juga
pernah bertemu Kwee In Loan."
"Anak muda" Bu Ceng Kui menatapnya dengan mata tak
berkedipTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebetulnya siapa engkau?"
"Aku Thio Han Liong." Pemuda itu tersenyum.
"Bu Ceng Kui, pertarungan kita masih perlu dilanjutkan?"
"Itu...." Bu Ceng Kui mulai bimbang.
"Begini, kita lanjutkan kelak saja-"
"Baik-" Thio Han Liong mengangguk.
"Anak muda, sampai jumpa" ucap Bu Ceng Kui, lalu
menarik muridnya meninggalkan panggung itu.
Thio Han uong tersenyum, lalu meloncat turun, segeralah
Bun Cin cu menghampirinya, kemudian mendadak
menjeweHelinganya. "Aduuuh" jerit Thio Han Liong kesakitan.
"&h" Kenapa engkau menjeweHelingaku?"
"Engkau sungguh nakal sekali" sahut Bun cin cu sambil
melotot. "Engkau berani mempermainkan aku"
Thio Han Liong terperangah.
"Kapan aku mempermainkanmu?"
"Kemarin." "Kemarin?" "ya." Bun cin cu memberitahukan.
"Aku memukul punggungmu, tapi engkau malah diam saja.
Nah, bukankah engkau sudah mempermainkan aku"
"Aku... aku tidak mempermainkanmu," sahut Thio Han
Liong. "Masih bilang tidak?" Bun cin cu cemberut.
"Aku ingin menguji kepandaianmu, namun engkau purapura...."
"Maaf, maaf" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Sebetulnya aku tidak mau memamerkan kepandaianku,
tapi mendadak muncul Bu Ceng Kui itu...."
"Ha ha ha" Sin Kiam Lojin tertawa gelak.
"Anak muda, engkau memang pandai menyembunyikan
kepandaianmu, bahkan juga pandai membual sehingga Bu
Ceng Kui kabur terbirit-birit."
"Paman Tua," sahut Thio Han Liong heran.
"Aku membual apa?"
"Ha ha" Sin Kiam Lojin tertawa.
"Tadi engkau bilang kenal Kong Bun Hong Tio, Kong Ti
Seng Ceng dan Siauw Lim Sam Tiang lo. Se telah itu, engkau
pun mengaku pernah bertarung dengan Si Mo dan kenal Tong
Koay, dan Lam Khie serta Pak Hong. Nah, bukankah engkau
membual?" "Paman Tua," ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh,.
"Aku sama sekali tidak membual, aku memang kenal Siauw
Lim Kong Bun Hong Tio, Kong Ti Seng Ceng dan ke tiga tiang
lo itu." "oh?" Sin Kiam Lojin terbelalak, begitu pula Guru Silat Lim
dan Guru Silat Tan. "Anak muda" Guru silat Lim menatapnya dalam-dalam.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betulkah engkau tidak bohong?"
"Aku memang tidak bohong."
"Tadi engkau menggunakan siauw Lim Liong jiauw Kang,
siapa yang mengajarmu ilmu silat itu?" tanya Guru silat Lim
dengan penuh perhatian. "siauw Lim sam Tiang lo yang mengajarku ilmu itu," jawab
Thio Han Liong dengan jujur.
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak-
"Biar bagaimanapun, aku tetap tidak percaya"
"Han Liong," tanya Guru silat Tan mendadak-
"siapa yang mengajarmu Thay Kek Kun?"
"Guru besar Thio sam Hong."
"Apa?" Guru silat Tan terbelalak-
"Kenapa engkau berani membual sampai begitu macam?"
" Guru silat Tan...." Thio Han Liong menghela nafas
panjang. "Aku sama sekali tidak membual, aku berkata
sesungguhnya." "Heran" gumam Guru silat Tan.
"Aku sungguh tidak habis pikir, engkau masih begini muda,
tapi kenal para tokoh tingkatan tua, lalu sebetulnya siapa
engkau?" "Aku adalah Thio Han Liong."
"Siapa ayahmu?" tanya Guru silat Lim.
"Thio Ah Ki." "Thio Ah Ki?" gumam Guru silat Lim.
"Anak muda, aku yakin ayahmu bukan bernama Thio Ah Ki.
Engkau pasti bohong, ya, kan?"
"Itu...." Thio Han Liong menundukkan kepala.
"Han Liong" desak Bun cin cu.
"Kalau engkau tidak berterus terang, aku akan menjewer
telingamu lagi." "Galak amat sih?" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Kalau engkau galak, pemuda mana yang berani jatuh cinta
kepadamu?" "Eeeh?" Wajah Bun cin cu langsung memerah-
"Engkau kok banyak mulut" Tidak pernah ditampar anak
gadis ya?" "Memang tidak pernah-"
"Kalau begitu- - " MendadakBun cin cu mengayunkan
tangannya- Thio Han Liong terkejut, la mengira gadis itu ingin
menamparnya, tapi ternyata tidak, melainkan mengusap
pipinya. "Eh" Engkau...." Wajah Thio Han Liong kemerah-merahan.
"Hi hi hi" Bun cin cu tertawa geli, sedangkan sin Kiam Lojin,
Guru silat Tan dan Guru silat Lim saling memandang. Mereka
tahu Bun cin cu sangat tertarik kepada pemuda itu.
" Guru silat Tan, Guru silat Lim," ujar Thio Han Liong
dengan sungguh-sungguh- "Kini Lim Peng Hie dan Tan pit suan harus segera
dinikahkan, jangan menimbulkan masalah lain lagi. Mereka
berdua sudah saling mencinta, kenapa harus dipisahkan?"
"Baik," Guru silat Tan dan Guru silat Lim mengangguk,-
"Ayah - " panggil Lim Peng Hie dan Tan pit suan serentak
dengan wajah cerah- Betapa gembiranya mereka mendengar
ucapan itu. "Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa terbahak-bahakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau Han Liong tidak hadir du sini, entah apa yang akan
terjadi?" "Kita bertiga pasti mati di tangan Bu ceng Kui," sahut Guru
silat Lim dan menambahkan,
"Maka kita harus berterima kasih kepada Thio siauwhiap-"
"Jangan berkata begitu. Guru silat Lim" ujar Thio Han Liong
merendah. "Aku hanya mengerti sedikit ilmu silat."
"Han Liong" Bun cin cu tertawa geli-
"Engkau sama sekali tidak mengerti ilmu silat, tapi Han
Liong mengalahkan Bu Ceng Kui dan muridnya."
"Aku...." Thio Han Liong menundukkan kepala.
"Han Liong" Bun cin cu menatapnya.
"Engkau harus mengajarku ilmu silat. Kalau tidak, aku akan
men-jewer telingamu."
"Cin cu" tegur sin Kiam Lojin.
"Engkau begitu galak, Han Liong mana mau meladenimu?"
"Dia sering berbohong, maka aku harus galak
terhadapnya." "Aku tidak berbohong, aku...."
"Kami tahu-" sin Kiam Lojin manggut-manggut.
"Engkau suka merendahkan diri, itu baik sekali."
"Han Liong" Bun cin Cu menatapnya dengan mata tak
berkedip. "Engkau harus memberitahukan sekarang, sebetulnya siapa
ayahmu?" "Ayahku...." Thio Han Liong terpaksa memberitahukan.
"Ayahku bernama Thio Bu Ki."
"Haaah.?" sin Kiam Lojin, Guru silat Tan dan Guru silat Lim
tersentak- Mereka memandang Thio Han Liong dengan mata
terbelalak. "Engkau adalah putra Thio Bu Ki-Bu Lim Beng Cu?"
"Ya?" Thio Han Liong mengangguk-
"Pantas engkau kenal siauw Lim Kong Bun Hong Tio, Kong
Ti seng Ceng dan siauw Lim sam Tiang lo" ujar sin Kiam Lojin
sambil manggut-manggut. "Engkau memang tidak bohong,
kami percaya." "Guru...." Bun cin cu melongo-
"Betulkah dia putra Thio Bu Ki yang amat terkenal itu?"
"Betul-" sin Kiam Lojin mengangguk-
"Kalau tidak, bagaimana mungkin kepandaiannya begitu
tinggi?" "Bagus, bagus" Bun cin cu tampak girang sekaliTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Liong, engkau harus mengajarku ilmu silat tingkat
tinggi." "Aku... aku tidak punya waktu." Thio Han uong
menggelengkan kepala. " Aku tidak bisa lama-lama di sini sebab masih ada urusan
lain yang harus kuselesaikan."
"Pokoknya engkau harus tinggal di sini dan mengajarku
ilmu silat." tegas Bun cin cu.
"Kalau tidak, aku pasti membencimu seumur hidup-"
"Eh" Engkau - -" Thio Han uong terbelalak, kemudian
memegang bahu gadis itu seraya berkata.
"cin cu, aku masih ada urusan lain yang harus segera
diselesaikan, maka mau mohon pamit."
"Tidak Pokoknya engkau tidak boleh pergi sekarang. Kalau
engkau pergi sekarang, aku pasti - pasti bunuh diri," ujar Bun
cin cu sungguh-sungguh- "Han Liong, aku tidak main-main tho"
"cin cu-" Thio Han Liong betul-betul serba salah-
Di saat itulah Tan Pit suan dan wrn Peng Hie
mendekatinya- "Han Liong, tinggallah di rumahku beberapa hari" ujar Tan
Pit Suan lembut. "Setelah itu, barulah engkau pergi menyelesaikan
urusanmu." "Tapi...." Thio Han Liong ragu.
"Han Liong" sin Kiam Lojin menatapnya seraya berkata.
"Jangan mengecewakan muridku ini, dia bisa nekad lho"
"Itu...." Thio Han Liong menghela nafas panjang, akhirnya
mengangguk- "Baiklah, aku akan tinggal di sini beberapa hari."
"Han Liong...." Betapa girangnya Bun cin cu. Wajah-nya
langsung berseri-seri Namun sebaliknya sin Kiam Lojin malah
menghela nafas panjang. "Guru silat Tan, sin Kiam Lojin," ucap Guru silat Lim sambil
memberi hormat. "Aku mohon diri Mulai sekarang kita sudah jadi kawan,"
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tevtawa gelak.
"Bukan kawan, melainkan besan Dalam beberapa hari ini,
kami pasti meminang putrimu"
"Terima kasih, terima kasih" ucap Guru silat Lim sambil
tertawa gembira. "Ha ha ha..." Guru silat Lim dan putranya meninggalkan rumah Guru silat
Tan, sedangkan Thio Han Liong tinggal di situ beberapa hari
untuk memberi petunjuk kepada Bun cin cu mengenai ilmu
Darah Ksatria 6 Pendekar Slebor 28 Istana Sembilan Iblis Hilangnya Seorang Pendekar 2
bertambah bermusuhan. Karena itu, Guru silat Tan mendirikan
sebuah panggung." "Panggung apa?"
"Panggung adu silat. Pokoknya siapa yang dapat
mengalahkan putrinya, dialah yang berhak menikahi putrinya
itu." "Itu sungguh di luar dugaan, bahkan Guru silat Tan agak
keterlaluan Puterinya sudah mencintai putra Guru silat Lim,
seharusnya sepasang sejoli itu dinikahkan saja."
"Memang, tapi.... Guru silat Lim melarang putranya
berpacaran dengan putri Guru silat Tan.
"Aaaah - " salah seorang tamu menghela nafas panjang.
"Tan pit suan merupakan gadis yang cantik jelita,
sedangkan Lim Peng Hie adalah pemuda tampan, mereka
berdua sangat cocok dan sepadan, namun orang tua mereka
justru tidak mau menjadi besan, sebaliknya malah senang
bermusuhan. Percayalah Panggung adu silat itu pasti
mengundang banyak masalah."
"Bagaimana seandaianya seorang penjahat berhasil
mengalahkan Tan pit suan?"
"Sudah barang tentu Tan pit suan harus menikah dengan
penjahat itu" "oh ya Apakah lelaki yang sudah berumur boleh ikut?"
"Tentu tidak boleh- sebab ada aturannya."
"Bagaimana aturannya?"
"Lelaki yang berusia di atas dua puluh sampai empat puluh
tahun, yang boleh ikut. Tapi yang belum punya isteri-"
"oooh" "yang kukhawatirkan apabila para penjahat mendengar
berita itu. Mereka pasti muncul di kota ini untuk ikut
bertanding dengan Tan pit suan."
"oh ya, Lim Peng Hie ikut bertanding juga?"
"Itu sudah pasti-"
"Di dalam kota ini tidak terdapat pemuda yang
berkepandaian tinggi, kecuali Lim Peng Hie. Tapi apabila
muncul penjahat yang berkepandaian tinggi, celakalah Lim
Peng Hie. Dia pasti akan kehilangan jantung hatinya itu."
"Betul. Apa jadinya kalau Guru silat Tan punya menantu
seorang penjahat" Bukankah kota kita ini akan berubah kacau
balau dan tidak aman?"
"yaaah Kita mau bilang apa?"
Mendengar itu, Thio Han Liong tertarik, maka ia segera
menyapa mereka sambil memberi hormat.
"Maaf, Paman sekalian Aku mengganggu sebentar-"
"Anak muda..-" Para tamu itu terbelalak.
"Engkau...." "Aku bukan orang kota ini. Tadi aku mendengar tentang
panggung adu ilmu silat itu, sehingga membuatku tertarik
sekali." "oh?" salah seorang tamu tertawa.
"Engkau ingin ikut bertanding dengan Nona Tan itu?"
"Tidak." Thio Han Liong menggelengkan kepala
"Aku hanya ingin menyaksikan keramaian saja-"
"Engkau tidak mengerti ilmu silat?"
"Mengerti sedikit."
"Kalau begitu, lebih baik engkau ikut bertanding saja."
"Aku tidak akan ikut bertanding, karena Nona Tan itu sudah
punya kekasih" sahut Thio Han Liong.
"Guru silat Tan telah melakukan kesalahan besar, karena
tidak seharusnya dia mendirikan panggung itu. seharusnya dia
menyelenggarakan pesta pernikahan putrinya dengan putra
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Guru silat Lim itu."
"Betul, tapi...."
"sebetulnya kedua guru silat itu punya dendam apa?" tanya
Thio Han Liong. "Tidak punya dendam apa-apa, hanya saja para murid
mereka sering saling mengejek, sehingga menimbulkan
perkelahian, akhirnya ke dua guru silat itu pun bermusuhan,
sehingga putra-putri mereka pun terbawa dalam permusuhan
itu." "Ke dua guru sifat itu masih bersifat seperti anak kecil."
Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak berpikir panjang dan jauh sama sekali dan gampang
emosi." "Anak muda...." salah seorang tamu menatapnya dengan
heran, sebab Thio Han Liong masih muda, namun pikirannya
sudah begitu matang. "Engkau berasal dari mana?"
"Tempat tinggalku jauh sekali," jawab Thio Han Liong
dengan jujur. "Berada di sebuah pulau."
"oooh" Tamu itu manggut-manggut.
"Terus terang, panggung adu silat itu pasti akan
mengundang banyak masalah-"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk-
"oh ya di mana panggung itu?"
"Di depan rumah Guru silat Tan, tidak jauh dari sini. "Tamu
itu memberitahukan. "Keluar dari kedai teh ini, engkau ke kiri, kemudian
membelok ke kanan. Engkau akan melihat sebuah panggung,
dari situ kira-kira puluhan depa."
"Terima kasih, Paman" ucap Thio Han Liong, la segera
membayar makanan dan minumannya, lalu pergi ke tempat
itu. Thio Han Liong mengikuti petunjuk tamu itu, dan tak lama
sudah sampai di depan panggung tersebut. Walau besok baru
dimulai pertandingan itu, tapi sudah banyak penonton berdiri
di tempat itu "Ha ha ha" Terdengar suara tawa.
" Entah siapa yang akan mempersunting putri guru silat
Tan yang cantik jelita itu?"
" Kalau aku mengerti ilmu silat, pasti ikut bertanding esok-"
"Kasihan sekali putra guru silat Lim. Dia pun harus ikut
bertanding. Padahal dia dan putri guru silat Tan sudah saling
mencinta." "Betul. yang kita khawatirkan akan muncul para penjahat
Karena siapa yang dapat mempersunting putri guru silat Tan,
tentu akan hidup senang, sebab guru silat Tan cukup kaya."
"Tapi dia justru tidak punya pikiran. Kalau kota kita ini
kedatangan para penjahat, dia harus bertanggung-jawab
penuh." "Betul. Itu adalah risikonya."
Mendengar percakapan itu, Thio Han Liong menggelenggelengkan
kepala. Kebetulan di situ ada tempat duduk kosong,
maka segeralah ia duduk sambil memandang panggung itu.
"Anak muda" seorang tua berusia enam puluhan
mendekatinya. " Engkau ingin ikut bertanding esok?"
"Tidak. Paman Tua," sahut Thio Han Liong sambil
menggelengkan kepala. "Aku hanya ingin menyaksikan keramaian saja."
"Anak muda" Orang tua itu tertawa.
"Itu bukan keramaian, melainkan pertandingan ilmu silat."
"oooh" Thio Han Liong manggut-manggut sambil
tersenyum. "siapa yang dapat mengalahkan Tan pit suan, dialah yang
akan menjadi suaminya." Orang tua itu memberitahukan.
"yaah" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Guru silat Tan telah melakukan kesalahan, karena tidak
seharusnya dia mendirikan panggung ini. seharus-nya dia
menikahkan putrinya dengan putra Guru silat Lim itu, sebab
mereka sudah saling mencinta."
"Betul. Betul Ha ha ha..." Orang tua itu tertawa gelak-
"Aku sudah menasehatinya, tapi dia sama sekali tidak mau
dengar." "oh?" Thio Han Liong menatapnya seraya bertanya-
"Paman Tua punya hubungan dengan Guru silat Tan?"
"Dia adalah sutee ku." orang tua itu memberitahukan.
"Aku adalah suhengnya, kami adalah saudara
seperguruan." Thio Han Liong nyaris tertawa geli mendengar penjelasan
yang panjang lebar itu, bahkan mengira orang tua tersebut
telah pikun "Paman Tua adalah Suhengnya, seharusnya dia mendengar
nasehat Paman Tua.... Tapi kenapa dia berani tidak
mendengarnya?" "suteku itu...." orang tua itu menggeleng-gelengkan kepala.
"sejak kecil memang keras kepala. Kini dia sudah berusia
lima puluh lebih, namun tetap keras kepala."
"Guru silat Tan sama sekali tidak memikirkan kebahagiaan
putrinya. Dia adalah erangtua yang egois," ujar Thio Han
Liong sambil menarik nafas panjang-
"Tidak salah, tidak salah. Ha ha ha - " orang tua itu tertawa
gelak- "Anak muda, bolehkah aku tahu namamu?"
"Namaku Thio Han Liong. Paman Tua pasti seorang
pendekar yang amat terkenal ya kan?"
"Tidak juga," sahut orang tua itu memberitahukan.
"Aku bernama Kwee Beng Kian, julukanku adalah sin Kiam
Lojin (Orang Tua Pedang sakti)."
"Kalau begitu, Paman Tua pasti mahir bersilat pedang," ujar
Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Kira-kira begitulah- sin Kiam Loj ini Kwee Beng Kian
Tersenyum- "Anak muda engkau dari perguruan mana?"
"Aku tidak punya perguruan. "Jawab Thio Han Liong
dengan jujur. "Aku Kebetulan sampai di kota ini, maka ke mari ingin
menyaksikan pertandingan, yang rupanya sangat menarik
sekali-" "Memang menarik, tapijuga akan menimbulkan kejadian
lain." sin Kiam Lojin menggeleng-gelengkan kepala-
"Paman Tua juga tinggal di sini?"
"Tidak- Cuma kebetulan ke mari, aku tinggal di-sebuah
desa." "Paman Tua," tanya Thio Han Liong mendadak.
"Bagaimana seandainya salah seorang penjahat yang
berhasil mengalahkan Nona Tan" Apakah Guru silat Tan harus
menerimanya sebagai menantu?"
"Apa boleh buat Itu sudah merupakan risiko bagi suteku
itu." sin Kiam Lojin menambahkan.
"Tapi mungkin tidak akan muncul para penjahat, sebab
berita tentang panggung ini tidak tersebar luas."
"Mudah-mudahan begitu" ucap Thio Han Liong.
"Anak muda" sin Kiam Lojin menatapnya tajam.
"Engkau begitu memperhatikan masalah ini, jangan-jangan
engkau adalah teman Lim Peng Hie?"
"Bukan." Thio Han Liong menggelengkan kepala.
"Aku sama sekali tidak kenal Lim Peng Hie.
"Aku sudah bilang tadi, kebetulan aku tiba di kota ini...."
"Ngmmm" sin Kiam Lojin manggut-manggut
"Aku percaya. Ha ha ha..."
"Guru.." Muncul seorang gadis cantik jelita berusia sekitar
tujuh belas tahun, "Guru sedang berbicara dengan siapa?"
"Dengan seorang pemuda tampan, cepat kemari guru akan
memperkenalkan kalian berdua" sahut sim Kian Lojin.
Gadis itu segera berlari-lari menghampiri orang tua
tersebut. Ketika melihat Thio Han liong, berdebar-debarlah
hati gadis itu. "Han Liong" sin Kiam Lojin memberitahukan.
"Dia muridku, namanya Bun Gin cu."
"Nona Bun" Thio Han Liong segera memberi hormat kepada
gadis itu. "Namaku Thio Han Llong."
"Engkau... engkau ingin ikut pertandingan esok?" tanya
Bun cin cu mendadak sambil memandangnya.
"Aku tidak ikut, hanya ingin menyaksikan saja," sahut Thio
Han Liong sambil tersenyum.
senyumannya membuat Bun cin Cu terpukau, sehingga
memandangnya dengan mata terbelalak. Di saat itulah sin
Kiam Lojin berdehem beberapa kali dan itu membuat Bun cin
Cu tersentak sehingga wajahnya memerah-
"Engkau masih muda, tapi kenapa sudah linglung?"
"Cin Cu." tanya sin Kiam Lojin sambil tertawa,
"guru...." Bun cin cu cemberut,
"Guru sendiri yang linglung, aku...,"
"ooh" sin Kiam Lojin manggut-manggut.
"guru... tahu guru tahu Ternyata engkau...."
"Kenapa aku?" "Engkau... engkau...." sim Kiam Lojin tertawa gelak.
"Ha ha ha..." Di saat itulah muncul seorang gadis dengan wajah murung,
perlahan-lahan menghampiri mereka.
" Kakak Pit suan" Panggil Bun cin cu.
"Adik Cin cu, ada apa" Kok gurumu tampak gembira
sekali?" tanya Tan Pit suan. Ketika melihat Thio Han Liong,
gadis itu pun tercengang,
"eh" siapa pemuda itu?"
"Dia bernama Thio Han Liong. Aku pun tidak kenal dia"
sahut Bun cin cu setengah berbisik,
"Dia ke mari ingin menyaksikan pertandingan esok"
"oh?" Tan Pit suan mengerutkan kening
"Dia juga ingin ikut bertanding?"
"Katanya tidak," jawab Bun cin cu, kemudian memandang
Thio Han Liong seraya berkata,
"gadis ini adalah Tan Pit suan, putri kesayangan Guru silat
Tan." "selamat bertemu Nona Tan" ucap Thio Han Liong sambil
memberi hormat. "Aku ke mari hanya ingin menyaksikan, tidak akan ikut
bertanding, karena ilmu silatku amat rendah-"
"saudara Thio" Tan Pit suan tersenyumTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jangan merendahkan diri. Aku yaktn engkau
berkepandaian tinggi."
"kepandaianku tidak tinggi."
Di saat bersamaan, mendadak Bun cin cu mengayunkan
kepalannya ke punggung Thio Han Liong. Pe-muda itu tahu
akan serangan tersebut, namun ia tetap diam karena tahu
gadis itu sengaja menguji kepandaiannya. Duuuk. Punggung
Thio Han Liong terpukul. "Aduh" jerit Thio Han Liong kesakitan.
" Nona Bun, kenapa engkau memukul punggungku?"
"Maaf, maaf." ucap Bun cin cu. Tadi kakak Pit suan bilang
engkau berkepandaian tinggi, maka aku ingin menguji
kepandaianmu." "Nona Bun...." Thio Han Liong menggeleng-geleng-kan
kepala. "Adik Cin cu" Tan pit Suan tersenyum.
"Tapi aku hanya...."
"Hanya berbasa-basi saja?" Bun cin cu melotot,
"Gara-gara kakak Pit suan berbasa-basi, aku langsung
memukul punggungnya."
"Engkau...." Tan pit sun menggeleng-gelengkan kepala.
"Mungkin punggungnya masih sakit lho"
"oh?" Bun cin cu segera memandang Thio Han Liong seraya
bertanya. "Han.... Han Liong, punggungmu masih sakit?"
"Aduuuh" Thio Han Liong langsung menjerit Namun hanya
untuk mempermainkan gadis itu.
"Masih sakit." "Kalau begitu, biar kuurut" ujar Bun cin Cu tanpa berpikir
lagi. "Eeeeh?" sim Kiam Lojin melotot,
" guru pernah menyuruhmu menguruti punggung guru, tapi
engkau tidak mau dengan mengemukakan berbagai macam
alasan, sekarang engkau ingin menguruti punggung pemuda
itu" Pokoknya tidak boleh"
"Guru...." Bun cin cu membanting-banting kaki.
"Kenapa guru jahat sekali?"
"Guru jahat sekali?" sin Kam Lojin menatapnya.
"guru yang jahat atau engkau yang macam- macam" "
"Guru...." Bun cin Cu cemberut.
"Nona Bun" ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.
"Terima kasih atas maksud baik Nona, sekarang
punggungku tidak sakit lagi."
"Apa?" Bun on cu terbelalak, kemudian memarahi sin Kiam
Lojin. "gara-gara guru jadi punggungnya sudah tidak sakit lagi."
(Bersambung keBagian 15) Jilid 15 "Pukul saja lagi punggungnya biar sakit" sahut Sin Kiam
Lojin menggoda muridnya. "Bukankah engkau bisa mengurut?"
"Guru...." Wajah Bun cin Cu langsung memerah.
"Guru mengada-ada saja"
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak.
"Anak muda, muridku terlampau kumanjakan, maka
menjadi tidak tahu aturan dan kesopanan."
"Paman Tua adalah guru teladan," sahut Thio Han Liong.
"Seandainya Guru Silat Tan seperti Paman Tua, aku yakin
kini kita semua sedang minum arak kebahagiaan Nona Tan."
"Arak kebahagiaan apa?" Terdengar suara parau, dan
seorang tua berusia lima puluhan menghampiri mereka.
"Ayah" Panggil Tan Pit Suan.
"Paman guru" Panggil Bun cian Cu sambil melelerkan
lidahnya. "Kenapa suara Paman- guru berubah parau?"
"Hm." dengus Guru Silat Tan, kemudian menatap Thio Han
Liong dengan tajam sekali.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thio Han Liong tersenyum sambil balas menatapnya, dan
itu membuat Guru Silat Tan tersentak. Ternyata ia merasa
tidak kuat menghadapi tatapan itu.
"Anak muda, siapa engkau?"
"Guru Silat Tan" sahut Thio Han Liong memberi hormat
"Namaku Thio Han Liong."
"Mau apa engkau ke mari?" tanya Guru Silat Tan dengan
kening berkerut-kerut. Namun ia amat kagum akan
ketampanan Thio Han Liong.
"Paman Guru kok bentak-bentak dia sih?" tegur Bun cin cu.
"Memangnya dia punya salah apa?"
"Eeeh?" Guru silat Tan terbelalak-
"Kenapa engkau membelanya" Dia bukan kekasihmu,
bukan?" "Paman Guru" Bun on cu tersenyum.
" Kalau dia kekasihku, aku boleh membelanya?"
"Tentu boleh." Guru silat Tan menganggukTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
" Kalau begitu, kenapa Kakak Fit Suan tidak boleh membela
urn Peng Hie, kekasihnya itu?" tanya Bun cin cu mendadak-
"Engkau - -" Wajah Guru silat langsung berubah menjadi
tak sedap dipandang. Kalau sin Kiam Lojin tidak berada di situ,
mungkin gadis itu sudah ditamparnya.
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak,
"pertanyaan yang amat bagus, muridku"
"Suheng...." Guru silat Tan melotot.
"sutee" sin Kiam Lojin tertawa-
"Usiamu sudah setengah abad lebih, tapi kenapa masih
seperti anak kecil" sudahlah Batalkan saja pertandingan itu
Aku bersedia ke rumah Guru silat urn untuk mendamaikan
kalian." "Tidak Pokoknya tidak" sahut Guru silat Tan.
" Guru silat Tan," ujar Thio Han Liong sambil menatapnya.
"Nona Bun masih punya ibu?"
"Kenapa engkau menanyakan itu?" Guru silat Tan
mengerutkan kening. "Kalau ibunya masih ada, tentunya tidak akan ada masalah
ini," sahut Thio Han Liong.
"Aku yakin ibunya sudah tiada-"
"Diam" bentak Guru silat Tan.
"Anak muda, cepatlah engkau enyah dari tempat ini"
"Guru silat Tan...." Thio Han Liong menghela-nafas-
"Guru" seru Bun cin cu mendadak-
"Mari kita pergi"
"Lho" Kenapa?" tanya sin Kiam Lojin.
"Paman gurumu mengusir Han Liong, tapi kenapa kita yang
harus pergi?" "Paman guru mengusir Han Liong, itu sama juga mengusir
kita. Ayohlah Mari kita pergi" desak Bun cin cu.
"cin Cu" Guru silat Tan menatapnya tajam.
"Kenapa engkau begitu tak tahu kesopanan?"
"Paman Guru yang tak punya kasih sayang. Kalau bibi guru
masih hidup. Kakak Fit suan pasti tidak akan menjadi begini,"
sahut Bun cin cu dengan berani.
"Engkau...." Wajah Guru silat Tan merah padam saking
gusarnya, dan akhirnya ia meninggalkan mereka.
"Huh" dengus Bun cin cu.
"Dasar orangtua tak tahu diri Kalau paman guru adalah
ayahku pasti sudah ku...."
"Apakan?" tanya sin Kiam Lojin cepatTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku - aku minggat dari rumah," sahut Bun cin cu dengan
suara rendah dan menambahkan.
"Buat apa orangtua seperti itu...."
"Celaka" seru sin Kiam Lojin mendadak-
"Apa yang celaka, Guru?" tanya Bun cin cu kaget-
"Engkau bakal menjadi murid durhaka,"jawab sin Kiam
Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala-
" Guru" Bun cin cu tersenyum.
" Guru penuh pengertian dan kasih sayang, bagaimana
mungkin aku akan menjadi murid durhaka?"
"oh, ya?" sin Kiam Lojin tertawa.
"Paman Tua" Mendadak Thio Han Liong memberi hormat.
"Aku mau mohon pamit, sampai jumpa esok pagi"
"Eh" Anak muda...." sin Kiam Lojin terbelalak- "Engkau mau
ke mana?" "Mau pergi mencari penginapan," sahut Thio Han Liong.
"saudara Thio" Tan Pit suan tersenyum-
"Rumah kami amat besar dan banyak kamarnya,
bagaimana kalau engkau bermalam di rumah kami saja?"
"Maaf" ucap Thio Han Liong menolakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak mau menyusahkan Nona- Lebih baik aku
bermalam di penginapan."
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa-
"Bagaimana kalau engkau tidur di kamarku, pokoknya tidak
usah bayar-" "Paman Tua - -" Thio Han Liong menggelengkan kepala-
"Anak muda," tegas sin Kiam Lojin,-
"Kalau engkau tidak menurut, berarti engkau pemuda
kurang ajar." "Paman Tua - -"
"Pokoknya engkau harus bermalam di kamarku- Ti-dak
boleh bermalam di penginapan."
"Baiklah-" Thio Han Liong mengangguk-
"Terima kasih, Guru" ucap Bun cin cu dengan wajah
berseri-seri- "Eeeeh?" sin Kiam Lojin tercengang.
"Kenapa engkau mau mengucapkan terima kasih kepada
guru?" "Karena...." Bun cin cu tampak tersipu.
"Karena guru berhasil membujuk Han Liong bermalam di
sini." "Jadi engkau mau apa kalau dia bermalam di sini?" tanya
Sin Kiam Lojin mendadak. "Guru menghendaki aku mau apa?" sahut Cin cu.
"Eh" Engkau...." Sin Kiam Lojin melotot.
"Mulutmu tajam sekali Baik, guru akan menyuruh Han
Liong bermalam di penginapan saja"
"Guru" Bun cin cu cemberut.
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak.
"Kalau engkau berani kurang ajaHerhadap guru, guru pasti
menyuruh Han Liong menghajarmu Ha ha ha..."
Bab 30 Pertandingan di Atas Panggung
Bun cin cu tidur di kamaHan pit Suan. Ke dua gadis itu
duduk di pinggiHempat tidur sambil mengobrol. Wajah Bun cin
cu tampak cerah, tapi sebaliknya wajah Tan pit Suan justru
murung sekali. "Aaah..." Tan pit Suan menghela nafas panjang.
"Kalau sifat ayahku seperti gurumu, tentunya aku tidak
akan menderita begini."
"Kakak Pit Suan," bisik Bun cin Cu sungguh-sungguh.
"Engkau dan Lim Peng Hit sudah saling mencinta, kenapa
engkau tidak mau minggat bersamanya?"
"Adik Cin Su...." Tan pit Suan menggeleng-gelengkan
kepala. "Engkau harus tahu, Lim Peng He adalah anak yang
berbakti terhadap orangtua, dia... dia tidak akan mau minggat
bersamaku." "Hmm" dengus Bun cin cu dingin-
"Kalau begitu, dia tidak bersungguh-sungguh mencinta
imu- " "Dia bersungguh-sungguh mencintaiku, bahkan dengan
segenap hati pula. Tapi" Tan pit suan menghela nafas
panjang. "Dia tidak mau menjadi anak durhaka, sebab dia yakin
suatu hari ayahnya pasti merestuinya."
"Kalau begitu, mudah-mudahan" ucap Bun cin cu dan
bertanya, "Kakak Pit suan, bagaimana menurutmu mengenai Thio
Han Liong?" "Dia adalah pemuda tampan dan kelihatan amat baik
pula,"jawab Tan Pit suan memberitahukan.
"Hanya saja ilmu silatnya masih rendah, lagipula...."
"Kenapa?" "Engkau sudah jatuh hati kepadanya?"
"ya." "Tapi bagaimana kalau dia tidak mengetahuinya?"
"Maksudmu?" "Dia sudah jatuh hati kepadamu atau tidak, kita masih
belum tahu-" Tan pit suan menatapnya.
"Maka engkau tidak boleh terlampau agresif."
"Kakak Pit suan" wajah Bun cin cu tampak murung.
"Bagaimana aku, kalau dia tidak jatuh hati kepadaku?"
"Ya, sudah Memangnya masih mau apa?"
"Aku - aku akan bersedih sekali"
"Adik Cin cu" Tan pit Suan tersenyum getir.
"Baru satu hari engkau kenal dia, bagaimana aku dengan
Peng Hie" Aaaah..."
"Kakak Pit suan, cinta itu memang pahit ya?" Bun cin cu
menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku.-. aku jadi takut lho"
"Sesungguhnya cinta itu amat indah, namun harus
bersungguh-sungguh dan harus dengan segenap hati pula-"
Tan pit suan menjelaskan,
"Itu baru bisa membuat cinta menjadi indah dan suci
murni." "Oooh" Bun cin Cu manggut-manggut.
"Adik Cin cu, engkau harus ingat, cinta itu perlu
pengorbanan" ujar Pit Suan
"Tidak bisa egois."
"Kakak Pit suan" bisik Bun cin cu.
"Terus terang, aku - aku sudah jatuh cinta kepada Thio
Han Liong. Rasanya - aku tidak mau berpisah dengannya."
"Cintamu terlampau cepat bersemi, itu akan membuatmu
menderita." Tan pit Suan menghela nafas.
"Pada-hal engkau dan dia baru kenal hari ini, tidak
sewajarnya engkau sudah jatuh cinta kepadanya."
"Kakak Pit suan, aku. - "
"Adik Cin cu, engkau boleW tertarik kepadanya, tapi tidak
boleh jatuh cinta, sebab engkau belum tahu bagaimana
hatinya, bahkan engkau pun belum tahu identitasnya, oleh
karena itu, engkau tidak boleh begitu cepat jatuh cinta
kepadanya." "terima kasih atas nasihat Kakak," ucap Bun cin cu.
"Adik Cin cu" Tan pit suan tersenyum.
"Mari kita tidur, sebab esok pagi aku harus bertanding"
"Kakak Pit suan, bagaimana kalau ada pemuda lain yang
berhasil mengalahkanmu?" tanya Bun cin cu mendadak-
"Tentunya urn Peng Hie harus mengalahkannya pula,"
sahut Tan Pit suan. "Kalau dia tidak dapat mengalahkannya, kami pasti. - "
"Pasti apa?" Tan pit suan tersenyum getir, kemudian sepasang matanya
memandang jauh sekali seraya menjawab.
"Engkau akan mengetahuinya nanti."
"Kakak Pit suan" Bun cin cu menggelengkan kepala.
"Aku tidak mengerti maksudmu-"
"Adik Cin Gu" Tan pit suan tersenyum getir lagi,
"Engkau akan mengerti nanti-"
" Aku jadi bingung."
"sudahlah" Tan Pit suan menepuk bahunya.
"Sudah larut malam, mari kita tidur"
"Baik?" Bun cin cu mengangguk, lalu merebahkan dirinya.
Akan tetapi, gadis itu sama sekali tidak bisa pulas, karena
wajah Thio Han Liong terus muncul menggoda, membuatnya
sulit pulas. -ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan main ramainya suasana di depan rumah Guru silat
Tan pagi itu. Baik yang tua maupun yang muda, semuanya
sudah berkumpul di depan panggung, yang muda terus
berbisik-bisik, sedangkan yang tua tertawa-tawa.
"Heran?" bisik salah seorang pemuda-
"Kenapa Lim Peng Hie masih belum kelihatan" Mungkinkah
Guru silat Lim melarangnya ke mari?"
"Mungkin. Kalau tidak- dia pasti sudah berada di sini.
sungguh kasihan mereka berdua, sudah saling mencinta tapi
tidak bisa menikah-"
"TUh Guru silat Tan sudah naik ke atas panggung."
Tidak salah, Guru silat Tan sudah meloncat ke atas
panggung itu- la memandang para penonton seraya berkata
dengan suara lantang. "Putriku bernama Tan Pit suan, kini sudah dewasa maka
harus menikah Karena itu, aku mendirikan panggung ini untuk
mengadu ilmu silat siapa yang berhasil mengalahkan putriku,
dialah yang berhak menikahi putriku pula Tapi harus bujangan
yang berusia dua puluh sampai empat puluh tahun setelah
berhasil mengalahkan putriku, masih harus mengalahkan
penantang lain, barulah resmi menjadi menantuku"
seketika juga terdengaHepuk sorak yang riuh gemuruh-
Putri Guru silat Tan begitu cantik jelita, siapa yang tidak mau
mempersuntingnya" "sayang sekali usiaku sudah empat puluh
lebih, kalau tidak.."
"Engkau ingin ikut bertanding dengan gadis itu?"
"Ha ha Engkau mengerti ilmu silat?"
"sedikit-" "Kalau begitu, percuma engkau ikut"
"Kenapa?" "Ilmu silat gadis itu tinggi sekali. Engkau pasti roboh di
tangannya-" Terdengar percakapan itu, sehingga menimbulkan tawa di
sana sini, sebab orang yang mengatakan ingin ikut itu sudah
tua, namun mengaku baru berusia empat puluh lebih.
"Hei Engkau sudah punya cucu kok masih tidak tahu diri?"
tegur seseorang sambil tertawa-
"Eeeh?" Wajah orang itu langsung memerah-
"Engkau kok usil membuka rahasiaku sih?"
"Gadis itu boleh menjadi anakmu, tapi engkau malah
berpikiran yang bukan-bukan. Kalau Guru silat Tan tahu,
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
engkau pasti dihajarnya."
" Lihat tuh Putri Guru silat Tan sudah meloncat ke atas
panggung" seru seorang dengan mata terbelalak-
"Wuah Bukan main cantiknya"
Tan pit suan memang sudah meloncat ke atas panggung.
Dengan wajah murung sekali, gadis itu memberi hormat ke
empat penjuru, sekaligus menengok ke sana ke mari. Betapa
kecewanya karena tidak melihat Lim Peng Hie, buah jantung
hatinya. Kemudian ia berkata dengan suara merdu-
"siapa yang ingin bertanding denganku silakan naik"
"Nona Tan" Terdengar suara seruan, tampak seorang
pemuda meloncat ke atas panggung itu.
"Aku ingm mengadu keberuntungan."
"Bukan mengadu keberuntungan, melainkan mengadu
silat," sahut Tan Pit suan.
"Nona Tan" Pemuda itu memberi hormat.
"Aku mohon petunjuk"
"Silakan menyerang duluan" Tan pit suan menatapnya
tajam, la mengenali pemuda itu yang sering menggodanya.
"Baik," Pemuda itu mengangguk, lalu mulai menyerangnya-
Akan tetapi, belasanjurus kemudian pemuda itu sudah
tertendang ke bawah panggung, maka sudah barang tentu
para penonton menertawakan nya.
" Hanya memiliki ilmu silat cakar ayam, sudah berani naik
ke atas panggung DasaHak tahu diri" ejek salah seorang
penonton. Bukan main malunya pemuda itu. Tanpa menoleh lagi ia
langsung meninggalkan tempat itu.
sementara Thio Han Liong menonton pertandingan itu
sambil menggeleng-gelengkan kepala. Bun cin cu duduk
disebelahnya, sedangkan sin Kiam Lojin duduk bersama Guru
silat Tan. "Han Liong" tanya gadis itu
"Bagaimana menurutmu mengenai ilmu silat Kakak Pit
suan?" "Cukup tinggi," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.
" Kelihatannya tiada seorang pemuda pun yang mampu
mengalahkannya, kecuali hanya kekasihnya itu."
"Betul." Bun cin cu mengangguk-
Di saat mereka bercakap-cakap, tampak seorang pemuda
meloncat ke atas panggung. Tapi hanya dalam belasan jurus,
pemuda itu sudah terpukul jatuh ke bawah- Di saat
bersamaan, terdengarlah suara seruan yang amat
menggetarkan hati Tan pit suan.
"Nona Tan, aku mohon petunjuk" seorang pemuda tampan
meloncat ke atas panggung.
"Lim Peng Hie" "Lim Peng Hie."
Terdengar suara seruan para penonton. Ternyata pemuda
yang baru meloncat ke atas panggung itu adalah Lim Peng
Hie, kekasih Tan pit suan. sepasang kekasih itu akan
bertanding di atas panggung, dan itu sungguh merupakan
kejadian yang janggal. Karena itu, para penonton mulai
berkasak-kusuk sambil tertawa-tawa.
"seharusnya mereka berdua bertanding di atas tempat
tidur, bukan di atas panggung."
"Aku yakin mereka berdua tidak akan bertanding dengan
sungguh-sungguh alangkah baiknya mereka berdua saling
mencium di atas panggung"
"Jangan berisik Lihat tuh wajah Guru silat Tan sudah
berubah tidak karuan sekali, mungkin dia akan naik ke
panggung menghajar Lim Peng Hie"
sementara Lim Peng Hie sudah memberi hormat kepada
Tan Pit suan, setelah itu mereka mulai bertanding. Para
penonton mulai bersorak-sorai sambit ber-tepuk-tepuk tangan
dan di antara penonton ada pula yang berseru-seru.
"Dari pada kalian bertanding di atas panggung, lebih baik
kalian bertanding di atas tempat tidur Itu lebih asyiik lho"
"Betul" sambung yang lain.
"Jangan main jotos-jotosan, alangkah baiknya main ciuman
saja" Lim Peng Hie dan Tan pit suan sama sekali tidak
menghiraukan seruan-seruan konyol itu, mereka terus
bertanding. "Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"sutee, mereka berdua merupakan pasangan yang serasi-
Aku bersedia jadi mak comblang...."
" Guru adalah lelaki, bagaimana mungkin jadi mak
comblang sih?" sahut Bun cin cu.
"Mungkin saja," ujar sin Kiam Lojin.
"Kalau Guru mau jadi mak comblang, siapa yang berani
melarangnya?" "Paman guru pasti berani menolak," sahut Bun cin Cu.
Sementara pertandingan di atas panggung masih terus
berlangsung. Puluhan jurus kemudian, Lim Peng Hie berhasil
menepuk punggung gadis itu.
"Aku mengaku kalah," ujaHan pit Suan dengan wajah
kemerah-merahan. "terima kasih," sahut Lim Peng Hie sambil tersenyum.
"Lim Peng Hie sudah menang, maka berhak menikah
dengan gadis itu" terdengar Seruan para penonton.
"Guru Silat Tan tidak boleh ingkar janji"
"Sutee...." Sin Kiam Lojin memandang Guru Silat Tan.
"Tidak bisa Pokoknya tidak bisa" Guru Silat Tan tampak
gusar sekali. Di saat kesempatan, seorang pemuda meloncat ke atas
panggung lalu menatap Tan Pit Suan dengan penuh perhatian,
namun sikapnya agak kurang ajar.
"Ngmm" Pemuda itu manggut-manggut.
"Nona Tan, engkau memang cukup cantik. Aku ingin
bertanding." "Kawan," sahut Lim Peng He.
"Aku sudah memenangkan pertandingan ini, engkau
terlambat." "Ha ha ha" Pemuda itu tertawa gelak.
"Belum terlambat, sebab aku masih berhak bertanding
denganmu." "Peng He" Terdengar suara seruan. Tampak seorang lelaki
berusia lima puluhan bergegas-gegas menuju ke panggung.
"Guru Silat Lim" seru salah seoarang penonton.
"Akan bertambah ramai nih"
"Ayah - " sahut Lim Peng Hie dengan wajah murung.
"Peng Hie, cepatlah engkau turun Ayah akan menjodohkanmu
dengan gadis lain yang jauh lebih cantik dari
gadis itu" "Ayah - ?" Lim Peng Hie menggeleng-gelengkan kepala.
"sobat" tegur pemuda itu.
"Bagaimana" Engkau tidak berani bertanding denganku?"
"Kenapa tidak?" sahut Lim Peng HieTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayoh, mari kita mulai sekarang?"
"TUnggu" ujar pemuda itu, kemudian memandang Guru
silat Tan seraya berkata-
"Tan Kauwsu, kalau aku berhasil mengalahkan pemuda ini,
apakah aku boleh mempersunting putrimu?"
"Tentu, tentu," sahut guru silat Tan.
" Hajar saja pemuda itu"
"Baik, Guru silat Tan" Pemuda tersebut mengangguk,-
"Anak muda" tanya sin Kiam Lojin mendadak-
"siapa engkau dan siapa gurumu?"-
"Aku bernama Losun An," sahut pemuda itu sambil
membusungkan dadanya, "Guruku adalah - -"
"Ha Ha ha" Terdengar suara tawa yang parau, kemudian
berkelebat sesosok bayangan ke atas panggung.
"Aku gurunya,julukanku Bu Ceng Kui (setanTanpa
Perasaan)" "Haah?" Bukan main terkejutnya sin Kiam Lojin dan Guru
silat Tan. Mereka berdua sama sekali tidak menyangka tokoh
golongan hitam itu akan muncul di situ bersama muridnya-
"Peng Hie" teriak Guru silat Lim, yang juga terkejut sekali
ketika mengetahui tokoh golongan hitam itu.
"Cepat turun, mari kita pergi"
"Tidak, Ayah" Lim Peng Hie berkeras.
"Biar harus mati pun aku tidak akan meninggalkan pit
Suan." "Anak durhaka engkau" Guru silat Lim gusar bukan
kepalang. "Ha ha ha" Bu Ceng Kui tertawa gelak-
"Muridku, cepatlah engkau main-main dengan gadis itu
siapa berani turut campur, guru pasti membunuh mereka"
"Terima kasih, Guru," ucap Lo sun An, lalu mendadak
menyerang Lim Peng Hie. " Celaka" gumam sin Kiam Lojin dengan wajah agak pucat.
"Kepandaian Bu Ceng Kui itu amat tinggi. Kita tidak
sanggup melawannya."
"Suheng...." Wajah Guru silat Tan sudah mulai berubah-
"Sutee" sin Kiam Lojin menggeleng-gelengkan kepala.
"Engkau yang cari urusan, kini Bu Ceng Kui justru muncul
di sini." "Ahhhh" Guru silat Tan menghela nafas panjang.
sementara Thio Han Liong terus mengerutkan kening, la
tidak kenal Bu Ceng Kui ituTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nona Bun" tanyanya dengan suara rendah-
"siapa Bu Ceng Kui itu?"
"Dia adalah tokoh golongan hitam, kepandaiannya tinggi
sekali," sahut Bun cin cu sambil menghela nafas panjang.
"Peng Hie pasti celaka."
"gurumu tidak sanggup melawan Bu Ceng Kui?"
"Tidak sanggup,"
Thio Han Liong mengerutkan kening, kemudian
memperhatikan pertandingan itu- sudah lewat puluhan jurus,
kini Lim Peng Hie mulai berada di bawah angin.
"Ha ha ha" Lo Sun An tertawa gelak, lalu berseru,
"guru Silat Tan, aku akan menghajarnya "
Duuuk Dada urn Peng Hie terpukul.
"Aaah" jerit Lim Peng Hie- la terhuyung-huyung ke
belakang dan mulutnya mengeluarkan darah segar.
"Peng Hie" Tan pit suan segera mendekatinya.
"Nona Tan" Lo sun An mencegahnya, bahkan sekaligus
memeluknya. Betapa gusarnya Tan pit suan. Gadis itu langsung
menyerangnya, akan tetapi dengan gampang sekali Lo sun An
berkelit. Di saat itulah Guru sitat Lim meloncat ke atas
panggung. "Peng Hie, engkau terluka?"
"Ayah.." Mulut Lim Peng Hie masih mengeluarkan darah-
"Peng Hie, mari kita pulang" Guru silat Lim menarik
putranya- Tapi Lim Peng Hie meronta, dan setelah itu ia pun
membantu Tan pit suan menyerang Lo sun An.
"Ha ha ha" Lo sun An tertawa gelak, dan mendadak
badannya bergerak cepat sambil menggerakkan sepasang
tangannya. BuuukBuuuk Punggung Lim Peng Hie terpukul, sedangkan
Tan pit suan terdorong ke belakang.
"uaaaakh" Mulut Lim Peng Hie menyemburkan darah segar.
"uaaakh - " "Peng Hie" Guru silat Lim segera mendekatinya.
Di saat bersamaan, Guru silat Tan dan sin Kiam Lojin juga
meloncat ke atas panggung.
"Pit suan, engkau tidak apa-apa?" tanya Guru silat Tan.
"Ayah - ." Tan Pit suan menangis terisak-isak-
"gara-gara Ayah, urusan jadi begini."
"Ha ha ha" Tampak sosok bayangan berkelebat ke atas
panggung, yang tidak lain adalah Bu Ceng Kui.
"Kalian bertiga ingin mengeroyok muridku" Baik, kalian
bertiga boleh melawanku"
"Bu Ceng Kui" sahut Guru silat Tan.
"Kita tidak bermusuhan, maka aku harap - "
"Guru silat Tan" ujar Bu Ceng Kui.
"Muridku sudah berhasil mengalahkan pemuda itu, maka
putrimu harus menikah dengan muridku Engkau jangan ingkar
janji" "Tidak" teriak Tan Pit suan.
"Aku tidak akan menikah dengan muridmu, pokoknya tidak"
"He he he" Bu Ceng Kui tertawa terkekeh-kekeh,
"Guru silat Tan, engkau berani menipu muridku" Hm Kalau
begitu, engkau memang mau cari mati"
"Bu Ceng Kui" sela sin Kiam Lojin.
"Engkau jangan emosi"
"oh, engkau sin Kiam Lojin" Bu Ceng Kui mengerutkan
kening. "engkau ingin turut campur urusan ini?"
"Apa boleh buat" sahut sin Kiam Lojin.
"Bagus, bagus" Bu Ceng Kui menatap mereka dengan
dingin sekali. "Hari ini aku akan membunuh lagi He he he - "
"Celaka" seru Bun cin cu.
"Han Liong, bagaimana ini?"
"Tenang" sahut Thio Han Liong sambil memperhatikan
panggung itu. "Celaka Celaka" seru Bun cin cu lagi.
"Guruku mulai bertarung dengan Bu ceng Kui."
Tidak salah, Sin Kiam Lojin sudah mulai bertarung dengan
Bu ceng Kui. Guru Silat Tan segera turun tangan membantu
sin Kiam Lojin, begitu pula guru silat Lim. Mereka bertiga
mengeroyok Bu Ceng Kui. Begitu Tan pit suan memapah Lim Peng Hie, Bun cin cu
dan Thio Han Liong cepat-cepat mendekatinya.
"Kakak Pit suan" tanya Bun cin cu.
"Bagaimana lukanya" Apakah parah sekali?"
"Entahlah-" Tan Pit suan menggelengkan kepala.
Thio Han Liong segera memeriksa Lim Peng Hie, kemudian
tersenyum seraya berkata,
"Lukanya tidak begitu parah, tidak apa-apa."
"Han Liong...." Bun cin cu terbelalak-
"Engkau mahir ilmu pengobatan?"
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sedikit," sahut Thio Han Liong sambil memandang ke arah
panggung. Pertarungan di atas panggung itu semakin menegangkan.
Walau dikeroyok tiga orang. Bu Ceng Kui sama sekali tidak
tampak terdesak- Sebaliknya malah pengeroyoknya yang
kelihatan terdesak- "He h e h e" Bu Ceng Kui tertawa terkekeh-kekeh-
"Kalian bertiga harus mampus Harus mampus"
Thio Han Liong mengerutkan kening, sebab kalau
pertarungan itu diteruskan, Guru silat urn, Tan dan sin Kiam
Lojin pasti celaka di tangan Bu ceng Kui- oleh karena itu, ia
harus menghentikan pertarungan itu- seberalah ia melesat ke
atas panggung seraya berseru-
"Berhenti Berhenti"
suara seruannya begitu keras menggetarkan jantung, maka
membuat mereka berhenti bertarung. Ketika melihat Thio Han
Liong, tertegunlah Guru silat Tan dan sin Kiam Lojin,
begitupula Guru silat Lim dan Bu ceng Kui.
yang paling terkejut adalah Bun cin cu, sebab Thio Han
Liong sekali melesat sudah sampai ke atas panggung, yang
berjarak dua puluh depa lebih. Kalau pemuda itu tidak
memiliki ginkang tinggi, tentunya tidak dapat melakukannya.
Tan pit suan dan Lim Peng Hie juga terkejut bukan main,
kemudian Lim Peng Hie bertanya.
"Pit suan, siapa pemuda itu?"
"Dia ke mari ingin menyaksikan pertandingan, aku tidak
begitu mengenalnya," jawab Tan Pit suan.
"Kapan dia datang?"
"Kemarin.?" sementara Bun cin cu terus memandang ke arah panggung
dengan penuh perhatian, namun hatinya ber-kebat-kebit tidak
karuan. "Maaf. Maaf" ucap Thio Han Liong setelah berada di atas
panggung. "Tidak ada gunanya kalian bertarung."
"Anak muda" bentak Bu Ceng Kui.
"Engkau berani mencampuri uruan kami?"
"Bukan mencampuri, melainkan mendamaikannya." sahut
Thio Han Liong. "Apa artinya kalian bertarung" Akhirnya pasti terluka parah-
" "He he he" Bu Ceng Kui tertawa terkekeh.
"Anak muda, nyalimu sungguh besar berani memberi
nasihat padaku- Tahukah engkau siapa aku?"
"Aku dengar cianpwee adalah Bu Ceng Kui," jawab Thio
Han Liong sambil tersenyum dan menambahkan,
"cianpwee dari golongan hitam, bukan?"
"Betul Maka aku harus membunuh mereka" sahut Bu Ceng
Kui dan siap menyerang mereka.
"cianpwee" ujar Thio Han Liong dengan sungguh-sungguh-
"Mereka bertiga bukan tandingan cianpwee, melainkan aku
yang akan bertanding dengan cianpwee-"
"Apa?" Bu Ceng Kui terbelalak-
"Anak muda, siapa engkau?"
"Namaku Thio Han Liong."
"Siapa gurumu?"
"Aku tidak punya guru, hanya belajar sedikit ilmu silat dari
ayahku." "oh?" Bu Ceng Kui menatapnya dalam-dalam-
"siapa ayahmu?"
"Ayahku bernama Thio Ah Ki-"
"Hm" dengus Bu Ceng Kui-
"Aku tidak kenal ayahmu Kalau engkau tidak mau enyah
sekarang, aku tidak akan segan membunuhmu"
"Guru," sela Lo sun An, muridnya.
"Biar aku yang menghajarnya."
"Percuma," sahut Thio Han Liong.
"Engkau bukan tandinganku. Dalam sepuluh jurus engkau
pasti roboh di tanganku"
"Apa?" Betapa gusarnya Lo sun An mendengar ucapan itu.
"Hei Kalau engkau dapat merobohkanku dalam sepuluh
jurus, aku pasti menyembah di hadapanmu"
"Itu tidak perlu." Thio Han Liong tersenyum.
"Muridku," ujar Bu Ceng Kui.
"Cepat hajar dia siapa berani turut campur, guru pasti
membunuhnya" "ya, Guru." Lo sun An mengangguk-
"Guru Silat Tan, Guru Silat Lim dan Paman Tua" ujar Thio
Han Liong kepada mereka. " Lebih baik kalian menonton di bawah, aku akan
bertanding dengan pemuda itu"
"Han Liong, engkau...." sin Kiam Lojin terbelalak.
"Tenanglah, Paman Tua" Thio Han Liong tersenyum.
Mereka bertiga seaera meloncat turun. Bun cin cu sebera
mendekati sin Kiam Lojin.
"Guru, Han Liong...."
"Tenang" sahut sin Kiam Lojin.
"Guru yakin dia tidak omong besar- Kalau dia tidak berisi,
tentunya tidak akan berani omong begitu."
"o" "Tapi..." "Diam Mereka sudah mulai bertarung."
Benar, Lo sun An sudah mulai menyerang Thio Han Liong
dengan sengit sekali. Kelihatannya pemuda itu ingin
membunuh Thio Han Liong. Dengan cepat sekali Thio Han Liong berkelit, kemudian
balas menyerang seraya berseru.
"Jurus pertama" Ternyata Thio Han Liong menyerangnya
dengan ilmu siauw Lim Liong Jiauw Kang.
serangan itu membuat Lo sun An terpaksa meloncat ke
belakang. Bu Ceng Kui terperanjat bukan main, sebab
mengenali ilmu itu. "siauw Lim Liong jiauw Kang" Anak muda, engkau murid
siauw Lim Pay?" tanya Bu Ceng Kui.
"Aku bukan Hweeshio, bagaimana mungkin aku murid
siauw Lim Pay," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. Tapi
aku kenal Kong Bun Hong Tio, Kong Ti seng Ceng dan siauw
Lim sam Tiang lo." "Apa?" Bu Ceng Kui terbelalak-
"Ha ha ha Anak muda, ternyata engkau pembual"
"Aku bukan pembual," ujar Thio Han Liong sambil
mengelak serangan yang dilancarkan Lo Sun An.
setelah itu, ia mulai balas menyerang dengan ilmu Kiu Im
Pek Put Jiauw yang sangat ganas dan lihay itu.
"jurus ke dua" teriaknya.
Justru Lo sun An telah melakukan kesalahan, seha-rusnya
ia berkelit, tapi malah menangkis sehingga terdengar suara
benturan keras. Blaaam Lo sun An terpental beberapa depa, lalu roboh dengan
mulut mengeluarkan darah, sedangkan Thio Han Liong tetap
berdiri di tempat. "Muridku" seru Bu Ceng Kui sambil mengham-piri-nya.
"Engkau... engkau terluka?"
" Guru, aku...." Wajah Lo sun An pucat pias.
"Tenang muridku, guru akan membunuh pemuda itu" ujar
Bu Ceng Kui, kemudian mendekati Thio Han Liong selangkah
demi selangkah- Thio Han Liong segera mengerahkan Kiu yang sin Kang,
karena ia tahu akan terjadi pertempuran dahsyat.
sementara yang menyaksikan pertandingan tadi terbelalak,
bahkan mulut Bun cin cu ternganga lebar.
" Guru, kemarin aku memukul punggungnya, dia sama
sekali tidak bisa berkelit. Kenapa hari ini dia begitu hebat"
Cuma dua jurus sudah merobohkan pemuda sombong itu?"
" Guru pun tidak habis pikir," sahut sin Kiam Lojin sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
" Guru silat Tan, aku tidak menyangka di tempatmu ini
terdapat seorang pendekar muda yang begitu lihay," ujar Guru
silat Lim sambil menghela nafas panjang.
"Kalau aku tahu, tentu tidak akan mengkhawatirkan putra
ku." " Guru silat Lim," sahut Guru silat Tan jujur.
"Aku sendiri pun tidak tahu pemuda itu berkepandaian
begitu tinggi." "oh?" Guru silat Lim tercengang.
"Nanti saja kita mengobrol, karena sekarang suasana di
atas panggung itu sungguh menegangkan," sela sin Kiam
Lojin. Memang. Bu Ceng Kui dan Thio Han uong berdiri
berhadapan. Bu Ceng Kui terus menatapnya dengan tajam,
kemudian mendadak memekik keras sambil menyerang.
"Hiyaaat"Betapa cepatnya serangan Bu Ceng Kui.
Di saat bersamaan, badan Thio Han Liong justru bergerak
lemah gemulai bagaikan gadis menari, sepasang tangannya
bergerak lemas sekali menangkis serangan yang dilancarkan
Bu Ceng Kui. Itu adalah gerakan ilmu Thay Kek Kun yang telah dibaurkan
dengan Kian Kun Taylo Ie, maka betapa lihaynya gerakan itu
serangan Bu Ceng Kui tertangkis, bahkan badannya ikut
miring ke samping. Bukan main terkejutnya Bu Ceng Kui.
"Thay Kek Kun?"
"Betul." Thio Han Liong mengangguk.
"Ternyata engkau murid Bu Tong Pay" ujar Bu Ceng Kui.
"Aku bukan murid Bu Tong pay," sahut Thio Han Liong.
"Tapi aku mahir ilmu Thay Kek Kun."
Jawaban yang amat membingungkan itu membuat Bu Ceng
Kui, Guru silat Tan, Lim dan Kiam Lojin terheran-heran.
"Hmm" dengus Bu Ceng Kui.
"Aku tidak tahu engkau murid siapa, pokoknya aku harus
membunuhmu " "Jangankan engkau," sahut Thio Han Liong,
"si Mo sendiri masih tidak dapat membunuhku."
"Apa?" Bu Ceng Kui tersentak-
"Engkau kenal si Mo?"
"Kenal." Thio Han Liong mengangguk-
"Bahkan kami pernah bertarung. Dia tidak dapat
membunuhku- " "Engkau memang pembual si Mo adalah ketua golongan
hitam, bagaimana mungkin beliau akan bertarung denganmu
omong kosong" " Aku tidak omong kosong." Thio Han Liong
memberitahukan, "si Mo punya seorang murid bernama Kwan Pek Him- ya,
kan?" "ya-" Bu Ceng Kui mengangguk-
"Bah kan dia pun pernah menjadi wakil ketua Hek Liong
Pang, dan kini bekerja sama lagi dengan Kwee In Loan,
bukan?" "Haaah?"Bu Ceng Kui terbelalak- la mulai tidak berani
main-main dengan pemuda itu.
"Engkau kok tahu?"
"Aku bertemu Lam Khie, dan Locianpwee itu yang
memberitahukan kepadaku," sahut Thio Han Liong.
"Apa?" Bu Ceng Kui betul-betul terkejut.
" Engkau kenal Lam Khie?"
"Kenal." Thio Han Liong menambahkan.
"Bahkan aku pun kenal Tong Koay dan pak Hong, juga
pernah bertemu Kwee In Loan."
"Anak muda" Bu Ceng Kui menatapnya dengan mata tak
berkedipTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebetulnya siapa engkau?"
"Aku Thio Han Liong." Pemuda itu tersenyum.
"Bu Ceng Kui, pertarungan kita masih perlu dilanjutkan?"
"Itu...." Bu Ceng Kui mulai bimbang.
"Begini, kita lanjutkan kelak saja-"
"Baik-" Thio Han Liong mengangguk.
"Anak muda, sampai jumpa" ucap Bu Ceng Kui, lalu
menarik muridnya meninggalkan panggung itu.
Thio Han uong tersenyum, lalu meloncat turun, segeralah
Bun Cin cu menghampirinya, kemudian mendadak
menjeweHelinganya. "Aduuuh" jerit Thio Han Liong kesakitan.
"&h" Kenapa engkau menjeweHelingaku?"
"Engkau sungguh nakal sekali" sahut Bun cin cu sambil
melotot. "Engkau berani mempermainkan aku"
Thio Han Liong terperangah.
"Kapan aku mempermainkanmu?"
"Kemarin." "Kemarin?" "ya." Bun cin cu memberitahukan.
"Aku memukul punggungmu, tapi engkau malah diam saja.
Nah, bukankah engkau sudah mempermainkan aku"
"Aku... aku tidak mempermainkanmu," sahut Thio Han
Liong. "Masih bilang tidak?" Bun cin cu cemberut.
"Aku ingin menguji kepandaianmu, namun engkau purapura...."
"Maaf, maaf" Thio Han Liong menghela nafas panjang.
"Sebetulnya aku tidak mau memamerkan kepandaianku,
tapi mendadak muncul Bu Ceng Kui itu...."
"Ha ha ha" Sin Kiam Lojin tertawa gelak.
"Anak muda, engkau memang pandai menyembunyikan
kepandaianmu, bahkan juga pandai membual sehingga Bu
Ceng Kui kabur terbirit-birit."
"Paman Tua," sahut Thio Han Liong heran.
"Aku membual apa?"
"Ha ha" Sin Kiam Lojin tertawa.
"Tadi engkau bilang kenal Kong Bun Hong Tio, Kong Ti
Seng Ceng dan Siauw Lim Sam Tiang lo. Se telah itu, engkau
pun mengaku pernah bertarung dengan Si Mo dan kenal Tong
Koay, dan Lam Khie serta Pak Hong. Nah, bukankah engkau
membual?" "Paman Tua," ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh,.
"Aku sama sekali tidak membual, aku memang kenal Siauw
Lim Kong Bun Hong Tio, Kong Ti Seng Ceng dan ke tiga tiang
lo itu." "oh?" Sin Kiam Lojin terbelalak, begitu pula Guru Silat Lim
dan Guru Silat Tan. "Anak muda" Guru silat Lim menatapnya dalam-dalam.
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betulkah engkau tidak bohong?"
"Aku memang tidak bohong."
"Tadi engkau menggunakan siauw Lim Liong jiauw Kang,
siapa yang mengajarmu ilmu silat itu?" tanya Guru silat Lim
dengan penuh perhatian. "siauw Lim sam Tiang lo yang mengajarku ilmu itu," jawab
Thio Han Liong dengan jujur.
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa gelak-
"Biar bagaimanapun, aku tetap tidak percaya"
"Han Liong," tanya Guru silat Tan mendadak-
"siapa yang mengajarmu Thay Kek Kun?"
"Guru besar Thio sam Hong."
"Apa?" Guru silat Tan terbelalak-
"Kenapa engkau berani membual sampai begitu macam?"
" Guru silat Tan...." Thio Han Liong menghela nafas
panjang. "Aku sama sekali tidak membual, aku berkata
sesungguhnya." "Heran" gumam Guru silat Tan.
"Aku sungguh tidak habis pikir, engkau masih begini muda,
tapi kenal para tokoh tingkatan tua, lalu sebetulnya siapa
engkau?" "Aku adalah Thio Han Liong."
"Siapa ayahmu?" tanya Guru silat Lim.
"Thio Ah Ki." "Thio Ah Ki?" gumam Guru silat Lim.
"Anak muda, aku yakin ayahmu bukan bernama Thio Ah Ki.
Engkau pasti bohong, ya, kan?"
"Itu...." Thio Han Liong menundukkan kepala.
"Han Liong" desak Bun cin cu.
"Kalau engkau tidak berterus terang, aku akan menjewer
telingamu lagi." "Galak amat sih?" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan
kepala. "Kalau engkau galak, pemuda mana yang berani jatuh cinta
kepadamu?" "Eeeh?" Wajah Bun cin cu langsung memerah-
"Engkau kok banyak mulut" Tidak pernah ditampar anak
gadis ya?" "Memang tidak pernah-"
"Kalau begitu- - " MendadakBun cin cu mengayunkan
tangannya- Thio Han Liong terkejut, la mengira gadis itu ingin
menamparnya, tapi ternyata tidak, melainkan mengusap
pipinya. "Eh" Engkau...." Wajah Thio Han Liong kemerah-merahan.
"Hi hi hi" Bun cin cu tertawa geli, sedangkan sin Kiam Lojin,
Guru silat Tan dan Guru silat Lim saling memandang. Mereka
tahu Bun cin cu sangat tertarik kepada pemuda itu.
" Guru silat Tan, Guru silat Lim," ujar Thio Han Liong
dengan sungguh-sungguh- "Kini Lim Peng Hie dan Tan pit suan harus segera
dinikahkan, jangan menimbulkan masalah lain lagi. Mereka
berdua sudah saling mencinta, kenapa harus dipisahkan?"
"Baik," Guru silat Tan dan Guru silat Lim mengangguk,-
"Ayah - " panggil Lim Peng Hie dan Tan pit suan serentak
dengan wajah cerah- Betapa gembiranya mereka mendengar
ucapan itu. "Ha ha ha" sin Kiam Lojin tertawa terbahak-bahakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau Han Liong tidak hadir du sini, entah apa yang akan
terjadi?" "Kita bertiga pasti mati di tangan Bu ceng Kui," sahut Guru
silat Lim dan menambahkan,
"Maka kita harus berterima kasih kepada Thio siauwhiap-"
"Jangan berkata begitu. Guru silat Lim" ujar Thio Han Liong
merendah. "Aku hanya mengerti sedikit ilmu silat."
"Han Liong" Bun cin cu tertawa geli-
"Engkau sama sekali tidak mengerti ilmu silat, tapi Han
Liong mengalahkan Bu Ceng Kui dan muridnya."
"Aku...." Thio Han Liong menundukkan kepala.
"Han Liong" Bun cin cu menatapnya.
"Engkau harus mengajarku ilmu silat. Kalau tidak, aku akan
men-jewer telingamu."
"Cin cu" tegur sin Kiam Lojin.
"Engkau begitu galak, Han Liong mana mau meladenimu?"
"Dia sering berbohong, maka aku harus galak
terhadapnya." "Aku tidak berbohong, aku...."
"Kami tahu-" sin Kiam Lojin manggut-manggut.
"Engkau suka merendahkan diri, itu baik sekali."
"Han Liong" Bun cin Cu menatapnya dengan mata tak
berkedip. "Engkau harus memberitahukan sekarang, sebetulnya siapa
ayahmu?" "Ayahku...." Thio Han Liong terpaksa memberitahukan.
"Ayahku bernama Thio Bu Ki."
"Haaah.?" sin Kiam Lojin, Guru silat Tan dan Guru silat Lim
tersentak- Mereka memandang Thio Han Liong dengan mata
terbelalak. "Engkau adalah putra Thio Bu Ki-Bu Lim Beng Cu?"
"Ya?" Thio Han Liong mengangguk-
"Pantas engkau kenal siauw Lim Kong Bun Hong Tio, Kong
Ti seng Ceng dan siauw Lim sam Tiang lo" ujar sin Kiam Lojin
sambil manggut-manggut. "Engkau memang tidak bohong,
kami percaya." "Guru...." Bun cin cu melongo-
"Betulkah dia putra Thio Bu Ki yang amat terkenal itu?"
"Betul-" sin Kiam Lojin mengangguk-
"Kalau tidak, bagaimana mungkin kepandaiannya begitu
tinggi?" "Bagus, bagus" Bun cin cu tampak girang sekaliTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Liong, engkau harus mengajarku ilmu silat tingkat
tinggi." "Aku... aku tidak punya waktu." Thio Han uong
menggelengkan kepala. " Aku tidak bisa lama-lama di sini sebab masih ada urusan
lain yang harus kuselesaikan."
"Pokoknya engkau harus tinggal di sini dan mengajarku
ilmu silat." tegas Bun cin cu.
"Kalau tidak, aku pasti membencimu seumur hidup-"
"Eh" Engkau - -" Thio Han uong terbelalak, kemudian
memegang bahu gadis itu seraya berkata.
"cin cu, aku masih ada urusan lain yang harus segera
diselesaikan, maka mau mohon pamit."
"Tidak Pokoknya engkau tidak boleh pergi sekarang. Kalau
engkau pergi sekarang, aku pasti - pasti bunuh diri," ujar Bun
cin cu sungguh-sungguh- "Han Liong, aku tidak main-main tho"
"cin cu-" Thio Han Liong betul-betul serba salah-
Di saat itulah Tan Pit suan dan wrn Peng Hie
mendekatinya- "Han Liong, tinggallah di rumahku beberapa hari" ujar Tan
Pit Suan lembut. "Setelah itu, barulah engkau pergi menyelesaikan
urusanmu." "Tapi...." Thio Han Liong ragu.
"Han Liong" sin Kiam Lojin menatapnya seraya berkata.
"Jangan mengecewakan muridku ini, dia bisa nekad lho"
"Itu...." Thio Han Liong menghela nafas panjang, akhirnya
mengangguk- "Baiklah, aku akan tinggal di sini beberapa hari."
"Han Liong...." Betapa girangnya Bun cin cu. Wajah-nya
langsung berseri-seri Namun sebaliknya sin Kiam Lojin malah
menghela nafas panjang. "Guru silat Tan, sin Kiam Lojin," ucap Guru silat Lim sambil
memberi hormat. "Aku mohon diri Mulai sekarang kita sudah jadi kawan,"
"Ha ha ha" sin Kiam Lojin tevtawa gelak.
"Bukan kawan, melainkan besan Dalam beberapa hari ini,
kami pasti meminang putrimu"
"Terima kasih, terima kasih" ucap Guru silat Lim sambil
tertawa gembira. "Ha ha ha..." Guru silat Lim dan putranya meninggalkan rumah Guru silat
Tan, sedangkan Thio Han Liong tinggal di situ beberapa hari
untuk memberi petunjuk kepada Bun cin cu mengenai ilmu
Darah Ksatria 6 Pendekar Slebor 28 Istana Sembilan Iblis Hilangnya Seorang Pendekar 2