Pencarian

Asmara Si Pedang Tumpul 3

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


Ya-kongcu." Pria itu nampak gembira sekali. Lili memang seorang gadis
yang berwatak polos dan bebas, tidak terikat oleh sikap malu-
malu seperti para wanita lainnya. Namun, Ya-kongcu maklum
sepenuhnya bahwa walaupun gadis itu bebas, jangan dikira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa ia boleh dipermainkan begitu saja! Buktinya, anak
buahnya sempat dihajar habis-habisan oleh gadis ini. Dia lalu
mengajak Lili ke tempat peristirahatannya, tidak jauh dari situ, di bawah pohon-
pohon rindang dan ternyata di sana terdapat
banyak kuda pilihan dan anak buah kongcu itu tidak kurang
dari tigapuluh orang! Di bawah pohon itu telah diatur makanan dan minuman
yang cukup lezat. Lili semakin kagum. Kiranya kongcu ini
bersama rombongannya membawa peralatan masak pula
karena masakan itu masih mengepul panas dan tak jauh dari
situ nampak dapur darurat. Ya-kongcu dengan gembira
mempersilakan Lili untuk duduk menghadapi meja sederhana
yang dibuat secara darurat pula, duduk di atas bangku.
Lili makan minum dengan lahapnya, senang karena tuan
rumah tidak banyak cakap, hanya bicara kalau mempersilakan
ia mengambil hidangan dan menambah minuman yang terdiri
dari dua macam. Ada anggur dan ada pula teh harum.
Setelah selesai makan minum dan meja dibersihkan, Ya-
kongcu berkata. "Tadi kulihat gerakanmu yang mirip gerakan seekor ular. Mungkin
masih ada hubungan antara nona
dengan See-thian Coa-ong, yaitu locianpwe (orang tua gagah)
Cu Kiat?" Kembali Lili dibuat kagum. Jelaslah bahwa orang ini
memang lihai dan bermata tajam, tentu luas pengetahuannya
tentang ilmu silat sehingga melihat gerakannya sedikit saja
sudah dapat mengenal ilmu silatnya.
"Dia adalah guruku" katanya.
Kini Ya-kongcu yang terkejut dan memandang dengan
mata terbelalak, akan tetapi wajahnya berseri. "Pantas kalau begitu! Biar
seluruh anak buahku maju mengeroyok kau, tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka semua akan dapat kaurobohkan! Kiranya nona adalah
murid See-thian Coa-ong, datuk wilayah barat yang terkenal
itu." Dia cepat bangkit berdiri. "Maafkan kalau aku tadi bersikap kurang hormat,
Tang Siocia (nona Tang)."
Lili cepat membalas penghormatan itu. "Aih, jangan terlalu merendah, Ya-kongcu.
Engkau sendiri memiliki ilmu pedang
yang amat dahsyat." "Aku mendengar bahwa See-thian Coa-ong merupakan
seorang di antara calon bengcu yang akan diadakan oleh para
tokoh dan datuk persilatan di puncak Thai-san. Benarkah itu,
Siocia?" Kembali Lili kagum. Memang orang ini memiliki
pengetahuan yang luas. Iapun mengangguk membenarkan.
"Kalau begitu, tentu kepergianmu ini ada hubungannya
dengan pemilihan bengcu yang akan diadakan sebulan
sesudah sin-cia tahun depan, bukan?"
"Tidak, Ya-kongcu. Urusan pemilihan bengcu itu adalah
urusan suhu dan suci, sedangkan aku mempunyai tugas lain."
"Ah, begitukah" Kalau kau hendak mengurus pemilihan
bengcu, katakan saja terus terang, nona. Karena
sesungguhnya, kami sudah sejak semula siap untuk memilih
locianpwe See-thian Coa-ong sebagai bengcu."
"Eh, kenapa begitu?" Lili tertarik. "Apakah engkau sudah mengenal suhu?"
Pria itu menggeleng kepala sambil tersenyum. "Mengenal
secara pribadi memang belum, akan tetapi aku telah lama
mendengar nama besar gurumu itu dan aku yakin bahwa
hanya dia yang pantas untuk menjadi bengcu. Kami siap untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantunya agar dia yang kelak terpilih. Kami mempunyai
banyak anak buah yang tersebar di seluruh kota besar, juga di
kota raja, maka kalau kami membantu, pasti gurumu akan
memperoleh suara dukungan terbanyak."
"Aku tidak tahu apakah suhu memerlukan bantuan itu,
akan tetapi mungkin saja engkau dapat membantuku dengan
keterangan, kongcu. Aku sedang mencari seseorang, ......"
kata Lili, timbul harapannya untuk dapat segera menemukan
orang yang dicarinya ketika mendengar bahwa Ya-kongcu
mempunyai banyak anak buah di kota besar dan di kota raja.
Apalagi sikap dan pernyataan Ya-kongcu yang hendak
membantu dan mendukung suhunya itu menimbulkan rasa
suka dan percaya, maka ia tidak ragu untuk minta bantuan.
Wajah itu berseri dan sepasang mata itu bersinar-sinar.
"Katakanlah, siapa orang yang kaucari itu, nona" Kami akan membantumu sekuat
tenaga dan kami yakin dalam waktu
singkat kami akan dapat memberitahu kepadamu di mana
adanya orang yang kaucari itu. Siapa dia?"
"Dia seorang tokoh Butong-pai berjuluk Sin-kiam-eng
(Pendekar Pedang Sakti) dan namanya Bhok Cun Ki," kata Lili sambil menatap tajam
wajah itu untuk melihat reaksinya.
Ya-kongcu terbelalak. "Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki" Ah,
tentu saja aku mengenal siapa dia, nona! Akan tetapi,
sebelum kuberitahu kepadamu di mana dia, aku ingin tahu
lebih dulu, apa hubunganmu dengan Sin-kiam-eng?"
Tentu saja gembira sekali rasa hati Lili mendengar bahwa
Ya-kongcu mengenal orang yang dicarinya. Tak disangkanya
akan sedemikian mudahnya ia dapat menemukan musuh
besar sucinya. Karena ia seorang yang jujur dan terbuka,
apalagi kalau ia sudah percaya kepada seseorang, mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertanyaan Ya-kongcu iapun mengaku terus terang. "Aku
mencari Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki untuk membunuhnya."
"Ahhh ........!" Ya-kongcu berseru, terbelalak.
"Mengapa, kongcu?" tanya Lili dan alisnya berkerut ketika ia teringat sesuatu.
"Apakah dia sahabat baikmu atau
keluargamu?" Pria itu tertawa dan menggeleng kepala. "Sama sekali
bukan, nona. Bahkan sebaliknya, diapun musuh besarku dan
tentu saja aku suka sekali membantumu menentangnya. Akan
tetapi, aku hanya terkejut mendengar engkau hendak
membunuh Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki. Dia seorang pendekar
ahli pedang yang amat tangguh, nona. Bahkan namanya
paling terkenal di antara para tokoh Bu-tong-pai!"
"Hem, boleh jadi dia lihai, akan tetapi aku tidak takut,"
jawab Lili gagah dan dingin, penuh kepercayaan kepada
kemampuannya sendiri. "Tang Siocia, kalau boleh kami mengetahui, permusuhan
apa yang ada antara engkau dan dia?"
"Ini merupakan urusan pribadi yang tak dapat kuceritakan
kepada siapapun juga, kongcu. Cukup kauketahui bahwa aku
mencari dia untuk mengajaknya bertanding dan kalau
mungkin membunuhnya."
Dalam suara gadis itu terkandung ketegasan yang
membuat Ya-kongcu berhati-hati dan tidak berani mendesak.
"Aku mengerti, nona, dan aku tidak berani mencampuri urusan pribadi nona. Akan
tetapi, kurasa tidaklah mudah untuk
melaksanakan keinginanmu itu, sungguh tidak mudah sama
sekali." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan alis masih berkerut Lili berkata, "Katakan saja di
mana aku dapat menemukan Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki dan
selanjutnya aku tidak berani merepotkanmu, kongcu."
"Nona Tang, dalam hal ini, sebaiknya kita bekerja sama.
Aku akan membantumu menemukan dan menghadapi Sin-
kiam-eng, dan aku akan mengerahkan kawan-kawanku untuk
membantu suhumu agar terpilih sebagai bengcu."
Lili adalah seorang gadis yang cukup cerdik. Mendengar
janji kesanggupan ini, ia menatap tajam. "Dan sebaliknya"
Apa yang harus kulakukan untukmu?"
Pria itu tersenyum. "Tidak apa-apa, nona. Cukup kalau
nona menganggap kami sebagai sahabat baik, cukuplah. Di
antara sahabat baik tentu saja saling membantu tanpa pamrih,
bukan?" "Ya-kongcu, aku akan berterima kasih sekali kalau engkau
suka membantuku memberitahu di mana musuh besarku itu.
Dan engkau akan kuanggap seorang sahabat baik kalau
keteranganmu itu betul dan aku dapat menemukan musuh itu.
Nah, katakan di mana dia?"
"Tang Siocia, Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki telah berjasa besar terhadap Kerajaan
Beng dan karena jasa-jasanya ketika para
petani memberontak dan menggulingkan pemerintah Goan,
maka kini dia diangkat menjadi seorang jenderal yang
berkuasa dan berkedudukan tinggi di kota raja."
"Hemm, dia tinggal di kota raja?" tanya Lili. Kedudukan tinggi itu sama sekali
tidak berkenan baginya. Yang penting, ia dapat menemukan orang itu!
"Dia tinggal di kota raja, nona. Akan tetapi, sebagai
seorang jenderal, dia tinggal di dalam benteng di mana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdapat ribuan orang tentara. Kiranya tidak mungkin bagi
nona untuk mencari dia di dalam tempat tinggalnya."
Mendengar ini, barulah Lili tertegun. Tentu saja, betapa
tinggipun ilmu kepandaiannya, kalau harus mencari musuh
besarnya ke dalam benteng pasukan yang ribuan orang
banyaknya, sama saja dengan bunuh diri. Tidak mungkin ia
akan berhasil. "Hemmm, begitukah" Lalu bagaimana aku akan dapat
berhadapan dengan dia?" gumamnya seperti pada diri sendiri.
"Itulah sebabnya mengapa tadi aku menawarkan bantuan
kepadamu, nona. Kita harus bekerja sama dan aku akan
mendapatkan jalan agar engkau dapat bertemu muka dengan
jenderal itu. Kalau engkau mau bekerja sama, mari kita
melakukan perjalanan bersama karena kamipun ingin pergi ke
kota raja." Tentu saja Lili menyetujuinya. Biarpun ia seorang gadis dan
akan melakukan perjalanan yang jauh bersama seorang pria
yang mempunyai anak buah banyak dan kesemuanya pria, ia
sama sekali tidak merasa canggung. Ia seorang gadis yang
bebas dan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga ia
tidak khawatir akan gangguan pria. Apalagi semua anak buah
Ya-kongcu sudah mengenal siapa gadis itu dan tentu takkan
ada seorangpun yang berani mengusiknya. Hajaran yang
diberikan Lili kepada tujuh orang itu sudah cukup keras,
apalagi dua orang pengganggu pertama dihukum pancung
kepala oleh Ya-kongcu. Lili juga tidak ingin tahu siapa sebenarnya pria itu.
Andaikata ia tahu akan keadaan Ya-kongcu yang
sesungguhnya, agaknya ia tidak akan perduli. Yang penting
baginya adalah menemukan Sin-kiam-eng agar ia dapat
melaksanakan tugas yang diberikan sucinya kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah sebetulnya Ya Lu Ta yang disebut Ya-kongcu itu"
Dia bukan orang sembarangan, karena dia adalah Pangeran
Yaluta, seorang di antara para pangeran dari Kerajaan Goan,
yaitu Kerajaan Mongol yang telah runtuh. Bersama sisa
keluarga kerajaan, Pangeran Yaluta ini juga terpaksa
melarikan diri mengungsi ke utara, kembali ke tanah air
bangsa Mongolia di utara karena semua usaha sisa pasukan
Mongol untuk melawan pasukan Kerajaan Beng gagal. Semua
pasukan Mongol dihancurkan, banyak yang tewas dan yang
masih dapat menyelamatkan diri, melarikan diri ke Mongolia.
Tentu saja banyak anggauta keluarga, terutama para
pangeran Mongol, yang masih penasaran dan tidak mau
menerima nasib. Bagaimana mungkin keluarga yang tadinya
merajai seluruh daratan Cina, yang berada di puncak
kekuasaan, hidup mulia, terhormat dan kaya raya, kini harus
kembali ke daerah tandus di utara dan hidup sebagai bangsa
pengembara lagi" Tidak, mereka akan tetap berusaha untuk
mencoba menguasai kembali daerah selatan dan di antara
para pangeran yang paling gigih adalah Pangeran Yaluta yang
memang memiliki kemampuan besar itu. Dia memiliki ilmu
silat tinggi, pandai memimpin pasukan, dan juga dia ahli
sastera. Selama hampir seabad menjajah Cina, orang-orang Mongol,
terutama sekali kaum bangsawannya, melebur diri menjadi
pribumi, mempelajari kebudayaan dan peradaban mereka
yang lebih tinggi. Maka, tidak sukar bagi Pangeran Yaluta
untuk mengaku bernama Ya Lu Ta seperti orang pribumi dan
kalau saja dia berpakaian pribumi, takkan ada seorangpun
menyangka dia seorang pangeran Mongol. Tidak ada
sedikitpun pada dirinya berbekas Mongol.
Sudah sejak jatuhnya Kerajaan Mongol, Pangeran Yaluta
atau yang kini dikenal sebagai Ya-kongcu itu, berusaha keras
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk merampas kembali tahta kerajaan yang telah terjatuh
ke tangan orang-orang Han sendiri yang kini mendirikan
Kerajaan Beng yang baru. Namun, usahanya mempergunakan
kekerasan selalu gagal, selalu pasukannya dipukul hancur oleh
pasukan Beng yang kuat. Oleh karena itu, selama beberapa
tahun ini. Ya-kongcu mempergunakan siasat lain.
Dia tidak lagi mempergunakan kekuatan pasukan untuk
mencoba menyerang ke selatan, melainkan mempergunakan
siasat halus. Dia mengirim para pembantunya yang lihai dan
cerdik, menyebar banyak sekali mata-mata ke selatan. Bahkan
orang-orangnya sudah beberapa kali berusaha untuk
melakukan pembunuhan-pembunuhan rahasia terhadap
orang-orang penting dari pemerintah Kerajaan Beng, ada yang
berhasil ada pula yang gagal. Kemudian dia memberi perintah
baru kepada orang-orang yang merupakan jaringan mata-
mata di Kerajaan Beng. Usaha kekerasan agar dihentikan, dan
dia menggunakan siasat lain.
Kedudukan bengcu dari dunia persilatan harus dikuasai
oleh orang yang dapat mereka pengaruhi, dan persaingan di
antara pangeran Kerajaan Beng harus dimanfaatkan untuk
menimbulkan pertikaian di antara mereka dan memperlemah
kedudukan Kerajaan Beng. Untuk tugas yang penting ini, Ya-
kongcu bertekad untuk turun tangan sendiri, memimpin
langsung di tempat lawan, yaitu di kota raja!
0leh seorang ahli pengobatan di negerinya, dia telah
membiarkan wajahnya diubah dengan pembedahan dan
pengobatan sehingga bentuk mata, hidung dan mulutnya
berubah. Tidak akan ada seorangpun di kota raja yang akan
mengenal wajahnya sepagai wajah pangeran Mongol yang
terkenal. Di kota raja sendiri dia sudah mempunyai wakil atau


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan kanan yang selama ini memimpin jaringan mata-mata,
orang yang memegang kedudukan penting di Kerajaan Beng,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sudah dapat dia pengaruhi dan dia manfaatkan
tenaganya. Demi tercapainya cita-citanya itulah Ya-kongcu bersikap
ramah terhadap Lili, setelah diketahui bahwa gadis itu memiliki ilmu kepandaian
tinggi, apalagi setelah mereka berkenalan
dan dia tahu bahwa gadis itu adalah murid See-thian Coa-ong.
Dia harus dapat merangkul orang-orang yang pandai, apalagi
datuk-datuk yang selain lihai juga memiliki kekuasaan besar,
mempunyai banyak pengikut. Kalau kelak bengcu menjadi
sekutunya, dan dia dapat merangkul banyak perkumpulan
besar, mempengaruhi pejabat-pejabat tinggi, kiranya cita-
citanya bukan merupakan mimpi belaka.
0o0 Ya-kongcu selalu menerima laporan dari kaki tangannya
maka bekas pangeran ini mengetahui dengan baik segala
peristiwa yang terjadi di Kota raja, bahkan dia mengenal nama
mereka yang memiliki kedudukan penting, mana yang
dianggap berbahaya bagi pergerakannya, dan pejabat mana
yang kiranya dapat ditarik menjadi sekutu. Oleh karena itu,
keterangannya tentang Bhok Cun Ki kepada Lili, bukanlah
keterangan bohong. Bhok Cun Ki memang kini menjadi seorang jenderal yang
dipercaya di kota raja. Sejak terjadinya perjuangan
menumbangkan kekuasaan Mongol yang dipimpin oleh Chu
Goan Ciang yang kemudian menjadi Kaisar Thai-cu, kaisar
pertama Kerajaan Beng (1368-1398), Bhok Cun Ki sudah ikut
dalam perjuangan sebagai seorang toKoh pemimpin yang
gagah perkasa. Dia memang seorang pendekar, murid
Butong-pai yang lihai sekali. Oleh karena itu, setelah
perjuangan berhasil dan Chu Goan Ciang menjadi kaisar, maka
pemimpin pejuang ini tidak melupakan rekan-rekannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selain dua orang panglima besar seperti Jenderal Shu Ta
dan Jenderal Yauw Ti yang memperoleh kedudukan panglima
pertama dan kedua, banyak tokoh pejuang yang menerima
kedudukan sesuai dengan kecakapan dan kemampuan
mereka. Di antaranya adalah Bhok Cun Ki yang diberi
kedudukan jenderal dan merupakan seorang di antara para
pembantu Jenderal Shu Ta.
Sedikit saja kekeliruan keterangan yang diberikan Ya-
kongcu kepada Lili, yaitu mengenai tempat tinggal Bhok-
Goanswe (Jenderal Bhok). Dia dan keluarganya tidak tinggal di
dalam benteng, melainkan di sebuah gedung yang cukup
besar dan megah. Sebagai seorang Panglima, tentu saja
rumahnya itu siang malam dijaga pengawal yang biarpun
hanya belasan orang banyaknya, namun mereka merupakan
perajurit-perajurit kepercayaan Jenderal Bhok dan merupakan
orang-orang pilihan yang selain setia juga memiliki ilmu silat
yang cukup tangguh. Di dalam gedungnya, Bhok Cun Ki tinggal bersama
keluarganya. Dia kini berusia empatpuluh lima tahun, dan
dalam usia setengah tua ini dia masih nampak gagah perkasa,
berwajah ganteng dengan kumis dan jenggot tipis, matanya
lebar berwibawa, hidungnya mancung dan mulutnya
membayangkan kelembutan hati walaupun dagunya milik
orang yang keras dan teguh hati.
Sebelum menjadi panglima dia sudah terkenal di dunia
persilatan dengan julukan Sin-kiam-eng (Pendekar Pedang
Sakti) karena dengan ilmu pedang dari Butong-pai yang indah
dan cepat, dia memang merupakan seorang ahli pedang yang
sukar dicari bandingnya. Bhok Cun Ki telah menikah sebelum
Kerajaan Mongol jatuh, dengan seorang wanita yang masih
berdarah bangsawan karena isterinya itu puteri seorang
pembesar bagian kebudayaan, seorang Han yang ketika
terjadi perjuangan, juga berpihak kepada pejuang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan kedudukannya dan meninggalkan kota raja
bersama keluarganya. Bersama isterinya dia mempunyai dua orang anak, seorang
pemuda yang kini sudah berusia duapuluh tahun dan seorang
gadis yang kini berusia delapanbelas tahun. Pemuda itu
bernama Bhok Ci Han, tampan dan tegap, pendiam dan gagah
perkasa, sedangkan adiknya bernama Bhok Ci Hwa, cantik
manis, lincah jenaka tidak seperti kakaknya yang pendiam.
Kedua Kakak beradik ini sejak kecil sudah digembleng oleh
ayahnya sendiri sehingga setelah kini mereka dewasa,
keduanya selain memiliki ilmu sastera yang cukup baik, juga
mereka mewarisi ilmu silat Butong-pai yang tangguh. Biarpun
diluarnya mereka kelihatan seperti seorang kongcu (tuan
muda) dan seorang siocia (nona) yang lemah lembut, pandai
membaca kitab, pandai bersajak dan kesenian lain, namun
sebenarnya mereka berdua adalah pendekar-pendekar
Butong-pai yang lihai. Bhok Cun Ki tinggal bersama isteri dan dua orang anaknya
di gedung yang selalu terjaga perajurit pengawal. Gardu
penjagaan berada di dekat pintu gerbang, akan tetapi
seringkali, terutama di waktu malam, serombongan pengawal
melakukan perondaan mengelilingi gedung, bahkan ada pula
yang memeriksa keamanan dari atap gedung.
Pada suatu sore, Panglima Bhok menerima undangan yang
bersifat panggilan dari atasannya, yaitu Jenderal Shu Ta yang
menjadi panglima besar kepercayaan kaisar yang utama.
Tentu saja Bhok Cun Ki merasa heran karena biasanya
atasannya tidak akan memanggilnya di waktu hari telah sore.
Kalau hal ini terjadi, berarti atasannya itu memiliki alasan yang kuat dan tentu
ada urusan yang teramat penting sehingga
Jenderal Shu Ta tidak segan-segan mengganggu waktunya
beristirahat. Dia segera berangkat, naik kereta dan dikawal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selusin orang perajurit pengawal, menuju ke perbentengan
karena dia dipanggil menghadap ke sana.
Setelah tiba di dalam benteng dan dipersilakan memasuki
ruangan yang biasa dipergunakan untuk rapat, di situ telah
menanti Jenderal Shu Ta dan pembantu utamanya, yaitu
Jenderal Yauw Ti, dan beberapa orang panglima muda lain,
juga seorang pemuda berpakaian sederhana, pakaian rakyat
biasa. Kiranya atasannya mengadakan rapat yang lengkap
dengan para panglima, pikir Bhok Cun Ki dan diapun
memandang sejenak kepada pemuda tinggi tegap berkulit
gelap itu. Jenderal Shu Ta berusia kurang lebih limapuluh tiga tahun,
tubuhnya agak gemuk namun kokoh kuat, mukanya
kemerahan dan sikapnya tegas berwibawa. Adapun wakil atau
pembantu utamanya, Jenderal Yauw Ti, bertubuh tinggi besar
dengan pinggang ramping, usianya sekitar limapuluh tahun
akan tetapi dia masih nampak muda dan tegap.
Selain menjadi pembantu utama panglima besar, Jenderal
Yauw Ti ini juga menjadi penasihat kaisar di bagian
kemiliteran dan karena dia terkenal pandai dalam ilmu silat
dan ilmu perang, diapun dijadikan guru bagi para panglima
muda dalam hal ilmu perang. Kedua orang jenderal ini sudah
banyak jasanya di waktu perjuangan, maka mereka
merupakan dua orang yang paling tinggi kedudukannya di
bagian kemiliteran, walaupun Jenderal Yauw Ti lebih dipercaya
dan lebih dekat dengan kaisar yang merupakan sahabat
karibnya di waktu perjuangan dan mereka masih menjadi
pemuda-pemuda dari kalangan rakyat kecil biasa.
Sebaliknya, Jenderal Yauw Ti sejak muda sudah menjadi
seorang perwira walaupun dahulu dia seorang perwira
pasukan Mongol. Ketika terjadi pemberontakan rakyat, diapun
meninggalkan pasukannya dan berpihak kepada rakyat, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jasanya besar dan kini dia memperoleh kedudukan tinggi yang
hanya kalah oleh Jenderal Shu Ta saja.
Para panglima yang hadir, ada belasan orang banyaknya,
merupakan orang-orang yang menduduki jabatan penting di
bagian ketentaraan dan keamanan. Maka, tentu saja
mengherankan hati Bhok Cun Ki melihat adanya seorang
pemuda asing, bukan anggauta pasukan, apalagi panglima
atau perwira, hadir pula di situ.
"Bhok-ciangkun telah datang, kini lengkap sudah, kita boleh mulai bicara," kata
Jenderal Shu Ta yang memimpin
pertemuan itu. "Pertama-tama, kami perkenalkan kepada
ciangkun (perwira tinggi) sekalian, saudara ini adalah murid
yang mewakili locianpwe Ciu-sian (Dewa Arak) Tong Kui.
Namanya adalah Sin Wan dan dia datang sebagai utusan dan
wakil dari locianpwe Ciu-sian."
Bhok Cun Ki mengamati pemuda yang berdiri dan memberi
hormat ke sekeliling itu dengan hormat. Nampaknya tidak
mengesankan namun dia dapat menduga bahwa murid Ciu-
sian tentulah lihai, apalagi sudah menjadi wakil tokoh besar
dunia persilatan itu. Dan kalau dalam sikap yang sopan dan
pendiam itu tidak dapat dilihat kelihaiannya namun sinar
matanya yang bersinar-sinar itu menunjukkan bahwa dia
bukan pemuda sembarangan.
"Maaf, Shu-goanswe (jenderal Shu), saya mengenal
locianpwe Ciu-sian, akan tetapi bagaimana kita dapat yakin
bahwa pemuda ini murid dan datang mewakilinya" Kita harus
yakin benar akan hal ini, mengingat akan bahayanya kalau
ada orang luar yang tidak berhak menyelundup," kata Bhok
Cun Ki dan para rekannya mengangguk setuju.
Jenderal Shu Ta tersenyum senang dan menoleh kepada
Sin Wan setelah mempersilakan pemuda itu duduk kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, engkau dapat mendengar dan melihat sendiri, taihiap, betapa teliti dan
berhati-hati para rekan panglima di sini.
Tentu engkau maklum betapa besar bahayanya kalau sampai
ada mata-mata musuh datang menyusup. Rahasia kami akan
diketahui musuh dan hal itu amat berbahaya. Karena itu,
maafkan sikap mereka kalau meragukan keaselianmu sebagai
murid dan wakil locianpwe Ciu-sian."
Sin Wan mengangguk. "Tidak ada yang perlu dimaafkan,
bahkan saya merasa kagum sekali. Nah, sebaliknya kalau cu-
wi ciangkun (para panglima sekalian) memeriksa tanda kuasa
yang diberikan suhu kepada saya ini, dan juga surat
keterangan yang ditulis suhu seperti yang tadi telah saya
perlihatkan kepada Shu-goanswe."
Sin Wan mengeluarkan sehelai leng-ki, yaitu sebuah
bendera kecil sebagai tanda bahwa pemegangnya adalah
utusan kaisar yang akan menerima sambutan penghormatan
dan bantuan dari setiap orang pejabat, dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi kedudukannya. Kaisar telah
memanggil Ciu-sian dan kaisar sendiri yang menyerahkan
sehelai leng-ki kepada Ciu-sian dan memberi tugas kepada
Dewa Arak itu untuk membantu pemerintah, melakukan
penyelidikan dan menentang jaringan mata-mata Mongol yang
berbahaya bagi keamanan negara. Di samping leng-ki itu, juga
Sin Wan mengeluarKan segulung surat tulisan, Dewa Arak
yang menerangkan bahwa karena dia sudah terlalu tua, maka
dia menyerahkan tugas dari kaisar kepada muridnya bernama
Sin Wan yang akan bertindaK mewakilinya dalam segala hal,
dan bahwa sepak terjang Sin Wan dialah yang bertanggung
jawab. Membaca surat keterangan itu dan leng-ki, belasan orang
panglima itu segera memberi hormat secara militer, berdiri
tegak, lalu berlutut sebelah kaki. Bendera kecil (leng-ki)
adalah tanda kuasa dari kaisar yang diberikan kepada seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
utusan, maka bukan utusan itu yang dihormati, melainkan
leng-ki yang merupakan lambang kehadiran kaisar.
"Hari ini Sin Wan taihiap (pendekar besar) datang
berkunjung, dengan maksud untuk minta keterangan dan
penjelasan tentang jaringan mata-mata musuh seperti yang
kita ketahui, agar dia dapat memulai dengan penyelidikannya.
Karena melihat pentingnya tugas yang dilakukannya, dan kita
semua mengharapkan bantuannya, maka kami mengundang
cu-wi (anda sekalian) untuk membicarakan urusan ini."
"Nanti dulu, tai-ciangkun," kata Jenderal Yauw Ti. "Kita semua sejak dulu telah
bekerja untuk menentang musuh, dan
kita selalu menyelidiki jaringan mata-mata Mongol. Akan
tetapi, kita tidak pernah menemukan jaringan mata-mata itu,
kecuali ditangkapnya beberapa orang yang kita curigai. Itupun
tidak ada hasilnya karena tidak ada yang mengaku, dan
mungkin mereka itu hanya terkena fitnah belaka. Kita, dengan
kekuatan pasukan kita, dapat menanggulangi segala ancaman
musuh. Lalu apa artinya Saudara Sin Wan yang hanya seorang
diri ini untuk menghadapi jaringan mata-mata, kalau memang
ada?" Mendengar ini, beberapa orang panglima mengangguk
menyetujui. Bagaimanapun juga, mereka merasa diremehkan.
Mereka adalah panglima-panglima yang memimpin pasukan
dan selama ini mereka berhasil menghalau semua musuh
Kerajaan Beng. Kalau sekarang ada seorang pemuda yang
hendak bertugas menyelidiki jaringan mata-mata, bukankah
hal itu sama saja dengan meremehkan kekuatan dan
kemampuan mereka" Apa sih artinya seorang pemuda saja,
betapapun pandainya"
Jenderal Shu Ta yang dahulunya juga seorang rakyat biasa,
namun sudah sejak muda berkecimpung di dunia kangouw,
mengerutkan alisnya. "Harap cu-wi tidak berpendapat sepicik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Cu-wi agaknya lupa bahwa orang-orang dunia persilatan
seperti locianpwe Ciu-sian atau muridnya ini, dapat bergerak
lebih bebas dari pada kita. Mereka akan dapat menghubungi
orang-orang kangouw dan mereka dapat melakukan
penyelidikan tanpa diketahui pihak lawan. Kita sudah dikenal,
dan kalau kita bergerak, tentu musuh sudah mengetahuinya.
Kalau musuh yang datang itu pasukan yang menyerang
dengan berterang, tentu saja kita dengan pasukan kita yang
maju, bukan perorangan seperti taihiap ini. Akan tetapi pihak
lawan bergerak dengan sembunyi, maka kitapun harus
mempercayakan kepada para pendekar seperti taihiap ini.
Lupakah cu-wi ketika benda-benda pusaka milik Sribaginda
dicuri orang" Kita sudah mengerahkan pasukan untuk
mencari, hasilnya sia-sia belaka. Kemudian, setelah Sribaginda
mengutus Sam-sian untuk mencarinya, maka para locianpwe
itu berhasil membawa kembali benda-benda pusaka. Nah, apa


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dapat cu-wi katakan lagi?"
Jenderal Yauw Ti mengangguk-angguk. "Kini kami mengerti
dan kami menanti perintah ciangkun," katanya mengalah.
Jenderal Shu Ta lalu menceritakan keadaan keamanan
pada waktu itu, terutama sekali kepada Sin Wan, dan juga
berita baru tentang perubahan gerakan orang-orang Mongol.
"Kami menerima laporan dari para komandan pasukan,
juga dari Raja Muda Yung Lo bahwa kini orang-orang Mongol
mengundurkan diri, tidak lagi melakukan tekanan di
perbatasan. Belum diketahui dengan pasti sebab-sebabnya
mengapa mereka tiba-tiba saja mengendurkan tekanan dan
jarang ada serangan terhadap para penjaga di perbatasan. Hal
ini hanya ada dua kemungkinan. Pertama, mereka sengaja
mundur untuk membuat kita lengah, sementara mereka
memperkuat kedudukan dan memperbesar pasukan.
Kemungkinan kedua, mereka melihat bahwa penyerangan
mereka untuk menembus perbatasan selalu gagal dan tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin dilanjutkan, maka mereka mungkin akan menyerang
dari jurusan lain, bisa dari barat dan mungkin juga
membonceng keadaan yang dibikin kacau oleh para bajak,
menyerang dari timur menggunakan perahu, walaupun
kemungkinan ini kecil sekali. Betapapun juga, kita harus
memperkuat penjagaan di barat, dan mengamati dengan ketat
pantai timur." Jenderal Shu Ta berhenti sebentar dan
memandang kepada semua pembantunya. "Bagaimana
pendapat cuwi?" "Ciangkun, saya melihat kemungkinan lain," tiba-tiba Bhok Cun Ki berkata.
Semua orang memandang kepada panglima yang tampan
dan gagah itu. "Bhok-ciangkun, katakan apa pendapatmu."
"Berulang-kali orang-orang Mongol kita pukul mundur.
Bahkan sejak Shu-goanswe memimpin pasukan besar ke utara
belasan tahun yang lalu, kita menyeberangi gurun Gobi, kita
menggempur dan membakar kota lama Karakorum dari
bangsa Mongol, bahkan terus ke utara sampai ke Pegunungan
Yablonoi dan menghancurkan setiap pasukan Mongol. Sejak
itu boleh dibilang kekuatan pasukan Mongol sudah hancur dan
agaknya tidak mungkin bagi mereka untuk bangkit kembali.
Kalau kini mereka menghentikan penyerangan, hal itu wajar
saja dan ada kemungkinan yang cukup membahayakan kita,
yaitu bahwa mungkin mereka akan mengganti siasat, tidak
menyerang dengan kekerasan lagi."
"Tidak menyerang dengan kekerasan" Kalau begitu, kenapa
kaukatakan berbahaya, Bhok-ciangkun?" tanya Jenderal Shu
Ta. Memang dahulu, ketika dia memimpin pasukan besar
mengejar bangsa Mongol sampai jauh ke utara, Bhok Cun Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan seorang di antara pembantunya yang gagah
perkasa dan berjasa besar.
9. Pembawa Leng-ki Sribaginda
"MUNGKIN mereka akan menggunakan siasat halus, antara
lain penyebaran mata-mata yang lebih tekun, memasang
jaringan mata-mata untuk mendatangkan kekacauan di kota
raja dan kota-kata besar lainnya. Mungkin mereka akan
merangkul dan mempengaruhi para pejabat yang memang
tidak suka kepada Kerajaan Beng, atau mereka itu bersekutu
dengan para pengkhianat, memanfaatkan perkumpulan-
perkumpulan golongan sesat untuk membuat kekacauan agar
kehidupan rakyat menjadi tidak aman. Bisa saja mereka
melakukan usaha pembunuhan terhadap tokoh-tokoh penting
pemerintahan kita." Suasana menjadi hening setelah Bhok Cun Ki bicara karena
semua orang tenggelam dalam lamunan masing-masing,
membayangkan kemungkinan itu dengan hati merasa ngeri.
Bagi orang-orang yang biasa menghadapi pertempuran ini,
mereka merasa ngeri menghadapi musuh yang dilakukan
secara sembunyi. Melakukan kekacauan dengan cara apa saja,
cara yang bagi mereka amatlah hina dan curang, dan mereka
tidak biasa menghadapi cara-cara seperti itu.
"Benar apa yang diucapkan Bhok-ciangkun," kata Jenderal Shu Ta. "Oleh karena
itulah maka usaha menanggulangi
jaringan mata-mata ini perlu digalakkan, dan lebih-lebih kita
amat membutuhkan bantuan para pendekar. Dalam hal inilah
tenaga para pendekar seperti Sin Wan taihiap ini amat kita
butuhkan. Nah, siapa lagi yang mempunyai pendapat yang
kiranya berguna bagi kita untuk kita bicarakan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang panglima yang bertubuh tinggi kurus berkata
dengan suaranya yang lantang dan mantap. "Shu-goanswe,
saya tadi teringat akan keterangan Bhok-ciangkun bahwa
mungkin sekali pihak musuh akan mendekati dan
memanfaatkan perkumpulan golongan sesat. Saya setuju
sekali, dan saya teringat bahwa beberapa bulan lagi akan
diadakan pemilihan bengcu di dunia persilatan. Kalau sampai
kedudukan bengcu itu berada di tangan seorang datuk sesat,
kemudian bengcu itu dapat dipengaruhi oleh orang Mongol
dan dijadikan sekutu, maka hal itu akan berbahaya sekali.
Maka, sebaiknya kalau kita memperhatikan pemilihan bengcu
itu." "Benar sekali!" kata Jenderal Shu Ta. "Memang hal itu kami bicarakan dengan Sin
Wan taihiap ketika dia datang kepada
kami, bahkan kami sudah merencanakan pembagian tugas
dan sebaiknya kalau Sin Wan taihiap yang bertugas untuk
mengamati pemilihan bengcu itu dan sedapat mungkin
mencegah agar kedudukan bengcu jangan sampai terjatuh ke
tangan orang sesat. Dalam hal ini, kami menunjuk Bhok-
ciangkun untuk bekerja sama dengan Sin Wan taihiap,
mengingat bahwa Bhok-ciangkun mempunyai hubungan yang
luas dengan para tokoh dunia kang-ouw."
Semua panglima setuju dan Bhok Cun Ki mengangguk-
angguk. Memang sebaiknya begitu, pikirnya. Dia belum tahu
sampai di mana kemampuan pemuda itu. Akan berbahayalah
kalau tugas sepenting itu diserahkan kepada pemuda itu
seorang. Kalau bekerja sama dengan dia, maka dia akan dapat
menguji pemuda itu, dan dia sendiri yang akan turun tangan
kalau dalam pemilihan itu pihak golongan sesat akan
menguasainya. "Maaf, Shu tai-ciangkun!" kata Jenderal Yauw Ti. "Kami mempunyai pendapat yang
penting, akan tetapi agar
dimaafkan kalau menyinggung, karena pendapat ini hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdorong oleh keinginan menjaga keamanan bagi pihak kita
sendiri." "Bicaralah, Yauw-ciangkun," kata Jenderal Shu Ta. Semua orang memandang kepada
Jenderal yang bertubuh tinggi
besar dan ramping itu. "Sekali lagi saya minta maaf kalau pendapat saya ini
menyinggung, terutama kepada taihiap Sin Wan. Memang
taihiap ini telah membawa leng-ki dan surat kuasa dari
locianpwe Ciu-sian, akan tetapi terus terang saja, kita sama
sekali belum pernah mengenalnya. Dan kalau mata saya yang
tua ini belum berkurang kemampuannya, saya lihat bahwa
taihiap ini seperti bukan orang Han! Dan siapakah
keturunannya" Kenapa namanya Sin Wan begitu saja tanpa
nama keluarga?" Semua orang terdiam dan kini mereka memandang kepada
Sin Wan, diam-diam mereka terkejut akan keberanian Jenderal
Yauw Ti, karena bagaimanapun juga, ucapannya itu amat
menyinggung dan jelas membayangkan ketidak
kepercayaannya. Pada hal pemuda itu membawa surat kuasa
Ciu-sian dan bahkan membawa leng-ki dari kaisar.
Juga jenderal Shu Ta terkejut, dan kini dia memandang
kepada Sin Wan. Memang sebetulnya, dalam hati kecilnya
juga ada pertanyaan ini, akan tetapi dia tidak berani
mengeluarkannya karena dia melihat leng-ki dan surat Ciu-
sian. Kini, ada yang berani menanyakan, hal itu sungguh baik
sekali dan dia mengharapkan jawaban sejujurnya dari Sin
Wan. Akan tetapi, kekhawatiran para panglima itu sia-sia saja.
Pemuda itu sama sekali tidak nampak tersinggung. Memang
Sin Wan tidak merasa tersinggung, dan diapun hanya
tersenyum. Dia tahu bahwa dia berhadapan dengan orang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang peperangan yang wataknya terbuka, keras dan jujur.
Kalau pertanyaan tadi diajukan oleh Jenderal Yauw Ti, jelas
bahwa pertanyaan itu keluar dari hati yang jujur dan sama
sekali tidak berniat menyinggung atau menghina. Dan
memang dia tidak malu untuk mengakui keadaannya.
Dia menyapu wajah para panglima itu dengan pandang
matanya. Dia melihat wajah-wajah yang gagah, sinar mata
yang tajam berwibawa dan membayangkan kekerasan dan
ketegasan. "Saya tidak merasa tersinggung sedikitpun, karena
pertanyaan itu memang sudah sewajarnya. Memang
sebaiknya kalau cu-wi (anda sekalian) mengenal siapa
sesungguhnya saya. Nama saya Sin Wan, tanpa nama
keluarga dan saya memang bukan orang Han. Ayah dan ibu
saya telah meninggal dunia dan mereka berdua adalah orang-
orang yang bersuku bangsa Uighur. Akan tetapi sejak kecil
saya terdidik sebagai orang Han, dan menjadi murid ketiga
suhu Sam-sian, maka saya merasa diri saya tidak berbeda
dengan orang-orang Han yang merupakan pribumi aseli."
"Suku bangsa Uighur?" Terdengar Jenderal Yauw Ti berseru dan matanya terbuka
lebar, lalu alisnya berkerut dan matanya
mengamati wajah Sin Wan dengan penuh selidik. "Akan tetapi banyak orang Uighur
yang berpihak kepada Mongol!!"
Suasana menjadi hening dan banyak mata memandang
kepada Sin Wan penuh selidik. Suasana yang tegang itu
dipecahkan oleh suara tawa Jenderal Shu Ta.
"Ha..ha..ha, tidak ada jeleknya kalau Yauw-ciangkun
bersikap hati-hati. Akan tetapi ketahuilah bahwa kita sama
sekali tidak curiga kepada taihiap ini. Tidak semua orang
Uighur berpihak kepada Mongol, dan selain taihiap ini murid
Sam-sian, sudah dipercaya oleh locianpwe Ciu-sian yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberikan leng-ki kepadanya dan mengangkatnya sebagai
wakilnya melaksanakan perintah Sribaginda, juga taihiap Sin
Wan ini pernah bersama Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki diundang
sebagai tamu oleh Pangeran Yen atau Raja Muda Yung Lo,
dan dijamu oleh beliau. Bukan itu saja, bahkan taihiap ini akan diangkat menjadi
panglima oleh beliau akan tetapi taihiap Sin
Wan menolaknya." "Ehh" Kenapa menolak anugerah pangkat panglima yang
akan diberikan Pangeran Yen?" tanya Jenderal Yauw
penasaran. Sin Wan tersenyum. Tentu saja dia tidak dapat mengatakan
bahwa dia tidak menerima kedudukan itu karena di sana ada
Lim Kui Siang, sumoinya yang dari cinta berbalik benci
kepadanya. "Saya tidak dapat menerima anugerah itu karena
terus terang saja, saya tidak betah tinggal di utara yang
dingin. Saya lebih senang tinggal di selatan."
Alasan ini memang masuk diakal. Bagi orang yang biasa
hidup di selatan, tinggal di utara memang tidak
menyenangkan. Apalagi kalau tiba musim salju, dinginnya
bukan main. "Nah, sekarang kita kembali kepada pembagian tugas.
Bhok-ciangkun kami tugaskan untuk menjaga agar kedudukan
bengcu tidak sampai terjatuh ke tangan datuk sesat yang
dapat dimanfaatkan oleh orang Mongol, sedangkan taihiap Sin
Wan membantunya dalam pelaksanaan tugas itu. Sementara
itu, engkaupun dapat melakukan penyelidikan di kota raja,
taihiap, sebelum waktu pemilihan bengcu tiba. Dan untuk ini,
engkau boleh bekerja sama dengan Bhok-ciangkun, dan tentu
akan kami bantu kalau sewaktu-waktu membutuhkan."
"Terima kasih, mudah-mudahan saya dapat melaksanakan
tugas dengan baik. Saya kira keadaan akan menjadi baik kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki yang kelak menjadi bengcu. Dia
seorang datuk besar yang tentu akan membawa semua orang
kang-ouw mendukung pemerintah. Kalau dunia kang-ouw
sudah bersikap demikian, menentang para pemberontak,
maka tugas pemerintah akan lebih ringan. Menurut suhu Ciu-
sian, yang paling berbahaya datang dari utara, dari orang-
orang Mongol. Selain mereka mempunyai banyak orang
pandai, juga mengenal baik seluruh keadaan di semua kota,
juga di kota raja, terutama sekali mereka itu tentu berusaha
mati-matian untuk dapat mendirikan kembali kerajaan mereka
yang telah hancur, atau setidaknya akan berusaha membikin
kacau. Jenderal Shu Ta mengangguk-angguk dan mengelus
jenggotnya yang pendek dan rapi. "Engkau benar, taihiap.
Orang-orang Mongol itu agaknya sudah maklum bahwa
mereka tidak mungkin membangun kembali kerajaan mereka
melalui kekerasan, karena setiap kali bergerak, pasukan
mereka dapat kita hancurkan. Mereka tentu akan
mempergunakan siasat busuk, oleh karena itu, senang dan
legalah hati kami kalau kini Bhok-ciangkun dapat memperoleh
bantuanmu. Kami yakin bahwa kalian berdua akan mampu
menghancurkan setiap usaha jaringan mata-mata yang
berbahaya, dimulai dari pemilihan Bengcu. Nah, kami semua
mengharapkan kalian akan dapat melaksanakan tugas dengan
baik, Bhok-ciangkun dan Sin Wan taihiap!" Jenderal itu
mengangkat cawan arak yang disambut dengan gembira oleh
Sin Wan dan Bhok Cun Ki. Juga Jenderal Yauw Ti
mengucapkan selamat dan menyampaikan harapan baiknya
dengan secawan arak. Setelah pertemuan rahasia antara para panglima itu
dibubarkan, panglima Bhok Cun Ki segera mengajak Sin Wan
bersamanya. Karena pemuda itu sudah ditunjuk sebagai
pembantunya, bekerja sama dengan dia, maka tentu saja
mulai saat itu pendekar muda itu harus selalu dekat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengannya dan dia mengusulkan agar Sin Wan tinggal saja di
rumahnya sehingga mereka dapat bekerja sama lebih baik. Sin
Wan rnenerima tawaran ini dan diapun segera mengikuti Bhok
Cun Ki ketika panglima itu mengajaknya pulang untuk
membuat persiapan dan perundingan lebih lanjut mengenai
tugas mereka berdua. 0o0

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua orang muda itu sedang berlatih silat, saling serang
dengan gerakan cepat dan kuat. Dari gerakan tangan mereka
terdengar angin menyambar-nyambar, tanda bahwa mereka
bukanlah ahli-ahli silat biasa, melainkan sudah memiliki tingkat kepandaian yang
hebat. Sambaran angin yang mengiuk-ngiuk
itu saja membuktikan bahwa mereka berdua telah memiliki
sin-kang (tenaga sakti) yang kuat.
Mereka adalah seorang pemuda berusia duapuluh tahun
dan seorang gadis berusia delapanbelas tahun. Mereka kakak
beradik, putera dan puteri Bhok Cun Ki. Pemuda itu, anak
pertama, bernama Bhok Ci Han, bertubuh sedang tegap dan
wajahnya tampan dan gagah seperti ayahnya. Gadis itu
adiknya bernama Bhok Ci Hwa, cantik jelita, lincah jenaka,
bertubuh ramping. Sebagai putera puteri panglima Bhok, tentu
saja sejak kecil mereka digembleng ayah mereka sendiri
sehingga kini mereka telah menjadi dua orang muda yang
memiliki ilmu kepandaian silat yang tinggi.
Biasanya, kalau mereka berlatih silat di sore hari, ayahnya
selalu mengamati latihan mereka. Akan tetapi sore ini mereka
berdua berlatih tanpa pengamatan ayahnya, bermain silat di
kebun mereka yang luas, di dalam lingkungan pagar tembok
yang tinggi. Sore ini ayah mereka menerima panggilan dari
atasannya, yaitu Jenderal Shu Ta, maka dua orang kakak
beradik itu berlatih berdua saja. Ayah mereka, Bhok Cun Ki
adalah seorang pendekar Butong-pai dan pernah membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nama besar di dunia kang-ouw sampai dia menjabat pangkat
panglima setelah kerajaan Beng menggantikan kerajaan
Mongol. Ibu mereka adalah seorang wanita cantik berdarah
bangsawan yang lemah lembut dan ahli seni dan sastra, tentu
saja sama sekali tidak pandai silat. Dari ibu mereka, dua orang muda inipun
mewarisi kelembutan dan kepandaian dalam hal
seni dan sastra. Ketika mereka berdua sedang berlatih dan gerakan mereka
semakin cepat sehingga mata biasa akan sukar mengikuti
gerakan mereka bahkan tubuh mereka hanya kelihatan seperti
dua sosok bayangan yang berkelebatan, tiba-tiba muncul
seorang perajurit yang biasa berjaga di pintu gerbang depan.
"Kongcu (tuan muda) dan Siocia (nona muda), harap
berhenti dulu!" teriak perajurit itu.
Kakak beradik itu menghentikan latihan mereka. Dengan
leher dan muka berkeringat mereka memandang kepada
perajurit itu. Bhok Ci Hwa menghapus keringat di lehernya
dengan sehelai kain handuk, dan mengomel. "Ada apa sih"
Engkau mengganggu latihan kami!"
Perajurit itu memberi hormat. "Maafkan saya. Akan tetapi
di luar terdapat seorang tamu yang bersikeras ingin bertemu
dengan Bhok-ciangkun. Ketika saya beritahu bahwa ciangkun
tidak berada di rumah, ia berkeras mengatakan hendak
bertemu dengan keluarganya."
"Berkeras" Hemm, kenapa tidak kaukatakan saja bahwa ia
boleh kembali lagi kalau ayah sudah pulang?" tegur Bhok Ci Han yang juga merasa
tidak senang dengan gangguan itu.
"Maaf, kongcu. Saya dan kawan-kawan sudah mengatakan
demikian, akan tetapi ia berkeras hendak bertemu dengan
Bhok-ciangkun atau dengan keluarganya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa sih orang itu" Dan apa keperluannya" Ci Hwa
menjadi tertarik. "Ia seorang gadis yang cantik dan galak, Siocia. Dan ketika kami bertanya
tentang keperluannya, ia mengatakan bahwa ia
membawa berita yang teramat penting bagi Bhok-ciangkun
atau keluarganya." "Apakah ia tidak memberitahu siapa namanya dan dari
mana ia datang?" tanya Ci Han.
"Kami sudah tanyakan, akan tetapi ia tidak mau mengaku
....." "Namaku Lili!" Ci Han dan Ci Hwa, juga perajurit itu terkejut. Mereka
memutar tubuh dan di situ telah berdiri seorang gadis yang
cantik manis telah berdiri di situ, matanya mencorong tajam
dan bibirnya yang manis itu tersenyum sinis.
"Itu ..... itu ia orangnya, kongcu ........." kata perajurit itu, lalu melangkah
maju dengan sikap galak. "Heii, nona. Kenapa engkau lancang masuk ke sini tanpa
ijin" Bukankah tadi sudah
ku suruh menanti di luar sementara aku melapor kedalam?"
Perajurit itu mengambil sikap hendak menyerang, dan Lili
hanya berdiri santai sambil tersenyum mengejek.
Bhok Ci Han menyentuh lengan perajurit itu dan berkata,
"Keluarlah, biar kami bicara dengan nona ini!"
Perajurit itu memberi hormat, lalu keluar dari dalam taman
itu dengan langkah lebar dan bersungut-sungut. Agaknya dia
masih penasaran bagaimana tamu itu tahu-tahu sudah berada
di taman. Bukankah di luar masih ada lima orang kawannya"
Bagaimana mereka membiarkan gadis lancang itu masuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu saja" Dia akan menegur lima orang kawan itu. Akan
tetapi ketika dia tiba di gardu penjagaan pintu gerbang depan,
dia disambut oleh lima orang kawannya yang babak belur dan
matang biru karena dihajar oleh gadis tamu itu ketika mereka
berlima hendak menghalanginya memasuki pekarangan!
Sementara itu, Lili sudah berdiri saling pandang dengan
dua putera dan puteri Bhok Cun Ki. Melihat kakak beradik itu
mengenakan pakaian ringkas dan mereka berkeringat karena
habis latihan, dan di situ terdapat sebuah rak senjata yang
lengkap dengan bermacam senjata, Lili tersenyum. lapun
teringat akan pesan gurunya agar ia berhati-hati melawan
Bhok Cun Ki karena pendekar Butong-pai itu lihai sekali.
Subonya sendiri diwaktu mudanya kalah oleh Bhok Cun Ki,
membuktikan bahwa pendekar itu memang lihai. Kalau
ayahnya lihai, tentu anak-anaknya juga berkepandaian tinggi.
"Apakah kalian ini anak-anak dari Bhok Cun Ki?" tanya Lili dengan sikap sambil
lalu, seolah pertanyaan itu tidak penting
baginya. "Benar, panglima Bhok Cun Ki adalah ayah kami. Ada
keperluan apakah nona mencari ayah kami?" tanya Ci Han,
sedangkan Ci Hwa memandang dengan alis berkerut. Gadis
yang berdiri di depannya memang cantik manis, senyum sinis
yang dihias lesung pipinya itu amat elok, juga cuping hidung
yang agak kembang kempis itu nampak lucu, akan tetapi
pandang mata itu dingin dan galak bukan main. Walaupun
suara gadis itu lembut berbisik, namun mengandung ejekan,
dan terutama pandang mata dan senyum itu jelas
memandang rendah orang lain.
"Kalau kalian ini anak-anaknya, kalian boleh mengetahui
bahwa aku datang mencari Bhok Cun Ki untuk
membunuhnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda dan gadis itu terbelalak dan muka mereka berubah
merah. Ci Hwa tidak dapat menahan kemarahannya lagi.
"Keparat busuk yang sombong! Sebelum engkau bertemu
dengan ayah, engkau akan lebih dulu kuhajar!" Sambil
berteriak nyaring gadis ini sudah menerjang Lili dengan
pukulan dahsyat ke arah muka gadis yang mengancam
hendak membunuh ayahnya itu.
"Bagus!" kata Lili sambil mengelak dan meloncat ke
belakang. "Dari kepandaian kalian aku dapat mengukur
sampai di mana kelihatan ayah kalian."
Ci Hwa tidak perduli lagi. Begitu pukulannya luput, ia sudah
melanjutkan dengan serangan bertubi yang ganas. Namun, Lili
beberapa kali mengelak dan ketika ia menyambut sebuah
tamparan dengan lengan kirinya, dua buah lengan yang sama-
sama mungil berkulit halus bertemu dengan kuatnya.
"Dukk!" Tubuh Ci Hwa terhuyung. Hal ini bukan saja
mengejutkan Ci Hwa, akan tetapi juga membuat Ci Han
khawatir sekali akan keselamatan adiknya, maka diapun
meloncat dan melindungi adiknya dengan sebuah dorongan
tangan ke arah pundak Lili.
"Plakk!" Lili menangkis dengan lengan melingkar, dan kini Ci Han yang hampir
terpelanting! Tentu saja dia terkejut dan
tahu bahwa gadis manis itu tidak membual atau menyombong
ketika mengeluarkan ucapan mengancam ayahnya, karena
memang ia lihai bukan main. Dia dan adiknya lalu mengeroyok
Lili dan terjadilah perkelahian yang seru. Namun segera
ternyata bahwa Lili memang memiliki tingkat kepandaian silat
yang lebih tinggi dari pada kakak beradik itu.
Setelah lewat tigapuluh jurus, mulailah Lili mendesak
mereka dengan ilmu silatnya yang aneh. Tubuhnya begitu
lentur dan berlenggang-lenggok seperti tubuh seekor ular
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja. Memang ilmu silatnya adalah ilmu silat yang dasarnya
meniru gerakan seekor ular. Bukan hanya tubuh yang meliuk-
liuk seperti tubuh ular, juga kedua lengannya ketika
menangkis dan menyerang seolah gerakan dua ekor ular yang
gesit kuat dan cepat sekali.
Lili hanya dipesan subonya untuk membunuh Bhok Cun Ki.
Oleh karena itu, ketika menghadapi dua orang putera dan
puteri musuh besar subonya itu, ia sama sekali tidak
mempunyai niat untuk mencelakai atau membunuh mereka.
Karena itulah maka Lili tidak mengerahkan tenaga yang
mengandung racun. Bahkan ketika ia memperoleh
kesempatan, ia hanya merobohkan Ci Hwa dengan totokan
dengan ujung kaki pada belakang lutut Ci Hwa dilanjutkan
dorongan kakinya membuat Ci Hwa terjengkang, dan ketika Ci
Han memukul ke arah dadanya, ia mengelak, tangan kirinya
menangkap dan lengannya, seperti seekor ular, telah
membelit lengan pemuda itu! Ci Han terkejut, dan kesempatan
ini dipergunakan Lili untuk membantingnya ke samping dan
pemuda itupun terpelanting.
Ci Hwa yang merasa penasaran sudah meloncat ke arah
rak senjata untuk mengambil pedangnya yang tadi ia taruh di
situ ketika latihan, diikuti kakaknya. Akan tetapi ketika ia
menyambar pedangnya, lengannya dipegang oleh Ci Han. Ia
menengok dan kakaknya menggeleng kepala sambil
memandang kepadanya. "Jangan, moi-moi (adik), tidak perlu
kita menggunakan senjata."
Melihat itu, Lili tertawa walaupun di dalam hatinya, ia
merasa suka kepada kakak beradik itu. Tadi, kakak beradik itu
melawannya berdua tanpa menimbulkan keributan, ini saja
menunjukkan bahwa mereka memang memiliki wajah yang
gagah. Kalau tidak demikian, apa sukarnya bagi mereka untuk
berteriak atau memberi tanda agar para pasukan pengawal
datang mengeroyoknya" Dan sekarang, si kakak itu melarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adiknya menggunakan senjata, inipun merupakan bukti bahwa
mereka, biarpun putera dan puteri seorang panglima, namun
agaknya tidak biasa membonceng kedudukan ayah untuk
bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain.
"Kakakmu itu benar, tidak perlu kita menggunakan senjata,
sudah cukup bagiku menguji kepandaian kalian. Aku tidak
bermaksud membunuh kalian atau siapa saja, kecuali Bhok
Cun Ki!" "Kalau engkau tidak bermaksud mengganggu keluarga
ayah kami, kenapa tadi engkau mencari keluarga ayah?" Ci
Han bertanya sedangkan Ci Hwa memandang dengan mata
melotot marah. "Ketika penjaga di luar mengatakan bahwa Bhok Cun Ki
tidak ada, aku tidak percaya dan aku ingin bertemu dengan
keluarganya, hanya untuk bertanya di mana adanya Bhok Cun
Ki. Aku tadipun tidak bermaksud untuk mengajak kalian
berkelahi." "Ayah memang tidak berada di rumah."
"Ke mana dia pergi?" Sepasang mata yang amat tajam itu seperti hendak menembus
dan menjeguk isi hati Ci Han
melalui matanya. "Kami tidak tahu benar. Ayah kami sedang melaksanakan
tugas dan hal itu tidak dapat dibicarakan dengan siapapun
juga." "Hemm, aku percaya padamu. Sinar mata dan suaramu
tidak membohong. Akan tetapi, kapan dia pulang?" tanya pula Lili.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itupun kami tidak tahu dengan pasti. Mungkin malam
nanti, mungkin juga besok pagi. Akan tetapi, kenapa engkau
hendak membunuh ayah kami" Siapakah engkau dan dari
mana engkau datang?"
Lili tersenyum. "Tidak perlu kujelaskan, akan tetapi kalau ayah kalian pulang,
katakan saja kepadanya bahwa aku
menantangnya untuk mengadu nyawa pada besok sore di
puncak bukit Bambu Naga. Katakan saja bahwa aku membawa
benda ini untuk memcabut nyawanya!" Berkata demikian,
tangan kanannya bergerak, nampak sinar putih berkelebat dan
tahu-tahu ia sudah memegang sebatang pedang yang
bentuknya seperti seekor ular putih. Hanya sebentar saja
kakak beradik itu melihat pedang itu, karena dengan gerakan
secepat kilat, pedang itu telah kembali masuk ke dalam
sarungnya dan Lili meninggalkan tempat itu dengan melompat
dan tubuhnya lenyap menjadi bayangan berkelebat.
Kakak beradik itu saling pandang dan merasa kagum, juga
khawatir sekali. Gadis tadi harus mereka akui amat lihai.
Walaupun mereka yakin bahwa ayahnya juga amat lihai,
namun mereka tetap khawatir karena selain gadis itu akan
merupakan lawan tangguh ayahnya, juga mereka mengenal
watak ayah mereka. Biarpun dia sudah menjadi seorang
panglima, namun tetap saja ayah mereka itu berwatak
pendekar. Sebagai seorang laki-laki jantan, apalagi yang
berkedudukan tinggi di dunia persilatan, bagaimana ayahnya
akan suka melawan seorang gadis muda yang menantangnya"
Dengan hati merasa penasaran, kakak beradik itu lalu pergi
ke luar untuk menegur para penjaga mengapa mereka
membolehkan gadis tadi masuk dan di tempat itu baru mereka
mengerti betapa gadis itupun telah menghajar lima orang
yang bertugas jaga di luar ketika mereka hendak mencegah ia
memasuki pekarangan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian berenam tidak perlu bicara kepada siapapun
mengenai kunjungan gadis tadi, biar kami yang akan melapor
kepada ayah. Awas, kalau ada di antara kalian yang
membocorkan berita tentang peristiwa tadi, kalian akan
dihukum berat!" kata Ci Han kepada mereka.
Enam orang perajurit itu memberi hormat. "Baik, kongcu.


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kami tidak akan bicara kepada siapapun tanpa ijin kongcu dan
siocia." Setelah menyuruh seorang penjaga mengambil rak senjata
dari taman, kakak beradik itu lalu memasuki rumah. Kepada
ibu merekapun mereka tidak bercerita tentang peristiwa tadi.
Ibu mereka adalah seorang wanita yang lemah dan halus
perasaannya. Mereka tidak ingin melihat ibu mereka menjadi
gelisah kalau mendengar ancaman dari gadis tadi. Mereka
akan menanti sampai ayah mereka pulang.
0o0 Tidak mengherankan kalau Lili dapat menemukan rumah
Bhok Cun Ki sedemikian mudahnya. Gadis ini telah bertemu
dan bersahabat dengan Pangeran Yaluta yang dikenalnya
sebagai Ya Lu Ta atau Ya-kongcu. Karena pangeran yang
dianggapnya seorang pemuda yang kaya raya dan ramah
tamah itu bersikap baik, bahkan menghukum anak buahnya
sendiri yang kurang ajar kepadanya, kemudian Ya-kongcu
menjanjikan untuk mendukung See-thian Coa-ong Cu Kiat
menjadi bengcu dalam pemilihan di Thai-san tahun depan,
bahkan berjanji akan membantunya mencarikan Bhok Cun Ki,
maka Lili mau menjadi sahabatnya. Ia mau pula diajak
melakukan perjalanan bersama ke kota raja. Di sepanjang
perjalanan sikap Ya-kongcu amat baik, ramah dan penuh
hormat kepadanya. Lili yang belum banyak mengenal dunia
ramai, dengan mudah saja tunduk dan menganggap Ya-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kongcu sebagai seorang yang baik dan patut dijadikan
sahabat. Di Nan-king, Lili tidak perlu repot-repot. Anak buah Ya-
kongcu sudah menyediakan sebuah kamar di hotel terbesar,
dan beberapa hari kemudian ia bahkan memperoleh petunjuk
di mana adanya musuh besar bekas gurunya yang kini
menjadi sucinya itu. Bhok Cun Ki telah menjadi seorang
panglima dan tinggal di sebuah gedung besar, tidak tinggal di
dalam benteng. Begitu mudahnya! Oleh karena itu, ia segera
pada sore hari itu datang berkunjung seorang diri karena ia
menolak tawaran Ya-kongcu untuk mengirim pembantu
menemaninya "Terima kasih, Ya-kongcu," katanya menolak halus.
"Bantuanmu menemukan tempat tinggal Bhok Cun Ki saja
sudah merupakan budi besar, dan urusanku dengan Bhok Cun
Ki adalah urusan pribadi yang tidak boleh dicampuri orang
lain. Aku akan mengunjunginya seorang diri saja."
Demikianlah, sore itu ia datang berkunjung ke rumah
keluarga Bhok, bahkan sempat menguji kepandaian putera
dan puteri musuh besar sucinya itu dan merasa puas. Ia telah
meninggalkan pesan untuk Bhok Cun Ki, dan pada besok sore
ia tentu akan dapat menyelesaikan tugas yang diserahkan
sucinya kepadanya. Malam hari itu, Ya-kongcu dan dua orang pengawalnya
datang berkunjung ke tempat penginapan Lili dan membawa
hidangan makan malam yang dipesannya dari restoran
terbesar dan termewah. Hidangan itu diantar dengan kereta
oleh pegawai restoran. Lili terkejut akan tetapi tentu saja tidak berani
menolak, dan mereka berdua makan minum di dalam
ruangan yang khusus disediakan untuk keperluan tamu dalam
hotel yang mewah itu. Ketika mereka makan minum, Lili
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat betapa dua orang laki-laki setengah tua yang datang
bersama Ya-kongcu hanya berdiri di dekat pintu ruangan.
"Siapakah teman kongcu itu" Kenapa tidak di suruh makan
sekalian dengan kita?"
"Ah, mereka adalah dua orang pengawalku. Di kota raja ini
banyak terdapat orang jahat, maka lebih aman kalau aku pergi
disertai dua orang pengawal. Mereka bertugas melindungiku,
maka tidak semestinya kalau mereka ikut makan bersama kita.
Sudahlah, jangan pikirkan mereka dan mari kita makan sambil
aku mendengarkan ceritamu tentang kunjunganmu kepada
keluarga Bhok Cun Ki itu."
Mereka makan minum dengan gembira dan Lili lalu
menceritakan dengan singkat namun jelas hasil kunjungannya
kepada Bhok Cun Ki, betapa ia tidak berhasil bertemu dengan
Bhok Cun Ki karena panglima itu tidak berada di rumah, akan
tetapi ia sudah bertemu dengan putera dan puterinya dan
meninggalkan pesan tantangan kepada Bhok Cun Ki agar
besok sore mereka mengadu kepandaian di puncak Bukit
Bambu di luar kota raja. Ya-kongcu mendengarkan dan nampak kagum sekali.
"Engkau sungguh gagah perkasa dan pemberani, nona Lili.
Akan tetapi kalau engkau hendak membunuh panglima Bhok
Cun Ki, setelah tiba di rumahnya dan bertemu dengan dua
orang anaknya, kenapa engkau tidak membunuh mereka?"
Lili menunda makannya, memandang wajah pemuda itu
dan mengerutkan alisnya, "Kenapa aku harus membunuh
mereka, kongcu" Urusanku ini hanya menyangkut diri pribadi
Bhok Cun Ki, tidak ada hubungannya dengan keluarganya.
Tidak, aku tidak mau membunuh orang lain, kecuali Bhok Cun
Ki seorang!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sikap Lili, Ya-kongcu mengangguk-angguk, di dalam
hati mencatat watak dan pendirian Lili. Gadis ini tidak dapat
disamakan dengan tokoh-tokoh dunia hitam yang lain.
Walaupun datang dari lingkungan datuk sesat, murid dari
datuk See-thian Coa-ong, namun watak gadis ini lebih
mendekati watak seorang pendekar. Dia harus berhati-hati
menghadapi seorang seperti ini. Kalau Lili seorang tokoh
sesat, amat mudahlah menanganinya. Cukup dengan
pemberian hadiah-hadiah berharga, dia akan dapat
mempergunakan tenaga seorang datuk sesat sekalipun. Akan
tetapi gadis ini lain! Karena itu, ia menolak ketika hendak
dibantu menghadapi Bhok Cun Ki.
"Akan tetapi, nona. Aku tahu bahwa nona lihai sekali,
hanya aku mendengar dari para pembantuku bahwa Bhok Cun
Ki adalah seorang ahli pedang yang amat tangguh. Dia adalah
seorang murid Butong-pai yang sukar dikalahkan. Aku
khawatir kalau besok sore engkau melawannya ......."
Lili tersenyum dan Ya-kongcu terpesona. Dia bukan
seorang pemuda hijau, sama sekali tidak. Usianya sudah
tigapuluh lima tahun dan dia sudah mempunyai banyak
pengalaman hidup, juga dengan wanita. Dia pernah bergaul
dengan wanita yang bagaimanapun juga. Akan tetapi baru
sekarang dia bertemu dengan gadis seperti ini, dan
senyumnya demikian menawan, membuat jantungnya
berdebar penuh gairah. Bagaimanapun, belum pernah dia
mempunyai kekasih seorang gadis perkasa dan aneh seperti
Lili! 10. Urusan Pribadi Bhok-ciangkun
"Engkau mengkhawatirkan aku kalau kalah melawan Bhok
Cun Ki, kongcu" Aihh, apa yang harus dikhawatirkan" Kalah
menang dalam pertandingan adalah hal yang lumrah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasa saja. Kalau tidak menang tentu kalah dan kalau tidak
kalah ya menang! Apa bedanya" Yang terpenting bagiku
adalah memenuhi tugas ini. Kalau aku sudah berhadapan dan
bertanding dengan dia, cukuplah. Menang kalahnya terserah
keadaan nanti, akan tetapi tentu saja aku akan mengerahkan
seluruh kemampuanku dan untuk itu aku sudah membuat
persiapan matang." "Aku yakin engkau akan menang, nona. Dan untuk itu, aku
ikut mendoakan dengan tiga cawan anggur!" Dia mengangkat
cawan anggurnya, disambut oleh Lili dan mereka minum
beruntun sampai tiga kali.
Sementara itu, di rumah keluarga Bhok, panglima Bhok Cun
Ki malam itu pulang bersama Sin Wan. Dalam perjalanan
pulang ke gedung keluarga Bhok ini, Sin Wan bercakap-cakap
dengan panglima itu dan diam-diam dia kagum. Panglima ini
seorang yang cerdik dan berpemandangan luas, juga
berwatak pendekar, rendah hati dan mengenal dunia kang-
ouw secara luas. Oleh karena itu, dia merasa girang sekali
bahwa Jenderal Shu Ta telah memberi tugas kepadanya agar
bekerja sama dan membantu panglima ini.
Mula-mula dia merasa ragu apakah panglima ini memiliki
pandangan yang sama dengan Jenderal Shu Ta bahwa dia
seorang keturunan asing, bukan orang Han aseli, melainkan
keturunan Uighur. Jangan-jangan panglima ini mempunyai
pandangan yang dangkal seperti yang dikemukakan Jenderal
Yauw Ti tadi, yang menaruh curiga kepada orang yang bukan
aseli dan menganggap bahwa dalam hati seorang keturunan
Uighur tidak mempunyai kesetiaan terhadap pemerintah Han!
Dia sengaja memancing, dalam perjalanan itu dia bertanya
kepada Bhok-ciangkun tentang hal itu.
"Ciangkun, bagaimana pendapat ciangkun tentang ucapan
Jenderal Yauw Ti tadi, mengenai kenyataan bahwa aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukanlah seorang pribumi, bukan orang Han melainkan
keturunan Uighur, keturunan asing" Agaknya Jenderal Yauw Ti
meragukan kesetiaanku terhadap negara."
Bhok Cun Ki tersenyum. "Kesetiaan seseorang, bahkan
lebih luas lagi, baik buruknya seseorang sama sekali tidak
ditentukan oleh kebangsaan, keturunan atau keadaan
lahiriyahnya, taihiap. Dalam setiap kelompok, keturunan, suku
atau bangsa, bahkan kelompok agama sekalipun, di situ pasti
terdapat orang yang baik dan orang yang tidak baik, seperti
adanya orang yang sehat dan orang yang sakit. Karena itu,
menilai seseorang dari keadaan lahiriahnya saja merupakan
penilaian yang salah sama sekali. Dan khususnya mengenai
keturunan, aseli dan tidak aseli, bagaimana ukurannya" Aku
sendiri tidak tahu nenek moyangku ini keturunan apa dan dari
mana. Aku tidak tahu apakah darahku ini dari satu keturunan
yang aseli ataukah sudah campuran. Apa bedanya" Seseorang
hanya dapat dinilai dari perbuatannya, sepak terjangnya
dalam hidup. Itu saja! Kalau menilai dari segi lain, bahkan dari sikapnya atau
kata-katanya sekalipun, hal itu masih belum
meyakinkan, karena sikap dan kata-kata dapat saja dibuat-
buat. Akan tetapi perbuatan dan sepak terjang yang
berkelanjutan dalam hidup, merupakan kenyataan yang tidak
bisa dibuat-buat." "Kalau begitu, di dalam hati ciangkun tidak mempunyai
perasaan tidak senang dan berprasangka buruk terhadap
diriku dan orang-orang bukan pribumi Han?"
Panglima itu menggeleng kepala. "Sudah kukatakan, aku
memandang seseorang dari perbuatannya pribadi, bukan dari
golongan dan kebangsaannya. Tentu saja ini merupakan
pandangan pribadiku. Dalam pandanganku sebagai seorang
panglima, tentu saja jalan pikiranku lain lagi, harus
disesuaikan dengan kepentingan negara. Kalau ada kelompok
yang memusuhi pemerintah, tentu saja mereka akan kuhadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai musuh, lepas dari pada permusuhan antara pribadi.
Mengertikah engkau, taihiap?"
Sin Wan mengangguk dan pandang matanya mencorong
penuh kekaguman. "Ciangkun adalah seorang bijaksana, aku
merasa gembira sekali dapat bekerja sama denganmu."
Panglima itu tertawa. "Ha..ha..ha, sudah lama aku
mengagumi Sam-sian, dan sekarang dapat bekerja sama
dengan murid mereka, tentu saja hal itu merupakan suatu
kebanggaan bagiku." Akan tetapi ketika mereka tiba di rumah keluarga Bhok,
mereka disambut dengan wajah berkerut penuh ketegangan
oleh Bhok Ci Han dan Bhok Ci Hwa. Sejak tadi pemuda dan
gadis itu menanti pulangnya ayah mereka untuk melaporkan
peristiwa yang amat menggelisahkan hati mereka itu, namun
melihat ayah mereka pulang bersama seorang pemuda asing,
mereka memandang dengan penuh perhatian dan tidak berani
segera menceritakan di depan pemuda asing itu.
"Ayah, siapakah saudara ini?" Ci Han bertanya. Adiknya, Ci Hwa, juga memandang
penuh perhatian kepada pemuda itu.
"Taihiap, perkenalkan, ini adalah putera dan puteriku, Bhok Ci Han dan Bhok Ci
Hwa. Kalian ketahuilah bahwa ini adalah
murid Sam-sian, bernama Sin Wan, oleh Jenderal Shu Ta dia
diangkat menjadi pembantuku dalam sebuah tugas penting."
Pemuda dan gadis itu memandang penuh perhatian.
Pemuda yang diangkat menjadi pembantu ayahnya ini sama
sekali tidak mengesankan, tidak nampak sebagai seorang
perajurit, apalagi pendekar, walaupun ayah mereka
memperkenalkannya sebagai murid Sam-sian. Tubuhnya tinggi
tegap, kulitnya agak gelap, tidak seperti kulit pemuda Han
biasa, dan ketampanan wajahnya juga lain, agak asing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dahinya lebar, alisnya tebal berbentuk golok dan mata yang
lebar bersinar itu terlalu hitam, hidungnya juga terlalu tinggi dan agak besar.
Namun Ci Hwa mengakui dalam hatinya
bahwa pemuda ini memang memiliki kejantanan walaupun
lembut, seperti seekor harimau jantan yang sudah jinak. Dan
melihat Sin Wan merangkap kedua tangan depan dada
memberi hormat, Ci Han dan Ci Hwa cepat membalas
penghormatan itu. "Mana ibu kalian" Kenapa tidak berada dengan kalian
menanti pulangku di sini?" tanya Bhok-ciangkun yang merasa heran karena
biasanya, isterinya tentu bersama dua orang
anaknya itu menanti kepulangannya di serambi depan.
"Tidak, ayah. Ibu berada di dalam dan memang kami
sengaja menanti ayah berdua saja karena kami mempunyai
berita yang teramat penting." kata Ci Han.
"Hemm, berita apa yang begitu penting sehingga ibumu
tidak dibawa serta mendengarnya?" tanya ayah mereka sambil tersenyum.
"Ayah ......," Ci Hwa berkata dan matanya melirik ke arah Sin Wan. Mengertilah
Bhok-ciangkun, dan dia tertawa.
"Ha..ha..ha, jangan khawatir. Kalau ada berita penting
bagaimanapun, katakan saja. Sin Wan Taihiap adalah seorang
kepercayaan Sribaginda Kaisar sendiri, mewakili gurunya,
maka tidak ada rahasia baginya. Katakanlah, apa yang telah
terjadi" Tidak seperti biasa, malam ini kalian kelihatan begini tegang. Ada
apa?" "Ayah, sore tadi kami kedatangan seorang tamu. Tadinya ia
ingin bertemu denganmu, akan tetapi ketika diberitahu bahwa
ayah tidak berada di rumah, ia memaksa hendak bertemu
dengan keluarga ayah. Bahkan ia memaksa masuk ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekarangan dan lima orang penjaga yang hendak
mencegahnya, dipukulnya roboh. Lalu tamu itu menemui kami


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdua yang sedang berlatih silat di taman."
Bhok-ciangkun mengerutkan alisnya. "Begitu beraninya"
Siapakah tamu itu?" "Ia seorang gadis cantik, usianya sekitar duapuluhtiga
tahun ....." "Lalu bagaimana" Teruskan!" Bhok-ciangkun merasa
tertarik dan juga heran sekali. Ada seorang gadis cantik yang
memaksa memasuki tempat tinggalnya! Sungguh aneh dan
betapa beraninya. "Setelah bertemu kami, kami bertanya apa maksudnya
mencari ayah dan ia menjawab bahwa ia .... ia ......" Ci Han
tergagap. "Ia ingin membunuhmu ayah." Ci Hwa melanjutkan.
Bhok-ciangkun membelalakkan matanya. Kalau dia
mendengar ada orang-orang hendak membunuhnya, hal itu
memang tidak aneh karena tentu banyak orang memusuhinya,
baik sebagai seorang pendekar Butong-pai yang sudah banyak
membasmi kawanan penjahat, maupun sebagai panglima
yang sering memimpin pasukan bertempur. Akan tetapi
seorang gadis muda mencarinya dan hendak membunuhnya"
Luar biasa! "Ceritakan yang jelas apa yang terjadi. Sin Wan mari
silakan duduk," kata panglima itu dengan sikap serius, dan mereka lalu duduk
mengelilingi meja diserambi depan.
"Tentu saja kami marah mendengar ia hendak
menbunuhmu, ayah. Kami minta penjelasan mengapa ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak melakukan hal itu, akan tetapi ia tidak mau mengaku
dan akhirnya kami berkelahi, maksudku ..... kami berdua
mengeroyoknya." "Hemmm ......" Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya. Putera dan puterinya yang sudah
digembleng sejak kecil dan telah
memiliki ilmu silat tinggi dan jarang menemui lawan yang
dapat menandinginya, kini tidak malu bercerita bahwa mereka
mengeroyok seorang gadis"
Dua orang muda itu agaknya mengerti apa yang membuat
ayah mereka kelihatan tidak senang. "Ayah, tadinya Hwa-moi yang menandinginya,
akan tetapi melihat Hwa-moi terancam,
akupun maju dan kami mengeroyoknya. Ia lihai bukan main,
ayah. Biarpun kami mengeroyok dua, kami .... kami sempat
roboh. Hwa-moi hendak melanjutkan dengan pedang, akan
tetapi aku melarangnya. Gadis itu lalu meninggalkan pesan,
menantang ayah agar besok ayah dan ia mengadu kepandaian
di puncak Bukit Bambu Naga di luar kota."
Bhok Cun Ki menger?tkan alisnya dan meraba-raba
jenggotnya yang pendek, mengingat-ingat. Rasanya tidak
pernah dia bermusuhan dengan seorang gadis muda!
"Apakah ia sama sekali tidak menceritakan mengapa ia
memusuhiku?" "Tidak, ayah," kata Ci Hwa. "Hanya ia memperlihatkan sebatang pedang ular kepada
kami dan mengatakan bahwa ia
membawa pedang ular putih itu untuk membunuh ayah."
"Sebatang pedang ular" Putih" Bukan hitam?" Tiba-tiba wajah panglima itu
berubah. "Yakinkah engkau bahwa itu
adalah pedang ular putih, bukan pedang ular hitam?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pedang ular putih, ayah," kata Ci Hwa. "Ia mencabutnya dan kami berdua
melihatnya." "Dan namanya" Ia menyebutkan namanya?"
"Ia hanya bilang bahwa kami boleh menyebut namanya Lili
dan ......" Ci Hwa tidak melanjutkan ucapannya karena mereka bertiga mendengar
seruan kaget dari Sin Wan. Bhok Cun Ki
memandang wajah Sin Wan penuh selidik.
"Kenapa, taihiap" Engkau mengenal gadis itu?"
Sin Wan mengangguk. "Kalau tidak salah, aku pernah
bertemu dengan gadis bernama Lili, dan kalau tidak salah,
memang pedangnya berupa pedang ular putih, kalau pedang
ular hitam adalah senjata gurunya, yaitu Bi-coa Sianli Cu Sui
In." "Ahhh .... ahhh .... benar ia ...., Ci Han, Ci Hwa, ingat baik-baik, apakah
gerakan silat gadis itu seperti gerakan seekor
ular?" "Benar sekali, ayah!" kata dua orang muda itu hampir
berbareng dan mereka memandang ayah mereka dengan
gelisah karena ayahnya kini menjadi pucat sekali wajahnya.
"Ilmu silat dari See-thian Coa-ong," kata pula Sin Wan dan Bhok-ciangkun yang
memandang kepadanya mengangguk-angguk, wajah yang pucat itu nampak muram.
"Ayah, kita hadapi bersama gadis itu kalau memang ia
terlalu berbahaya untuk ayah!" kata Ci Hwa penasaran.
"Tidak!" tiba-tiba suara Bhok-ciangkun menggelegar,
mengejutkan dua orang anaknya dan mengherankan hati Sin
Wan. "Urusanku dengan gadis itu adalah urusan pribadi dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak seorangpun boleh mencampurinya, biar dia anakku sendiri
sekalipun." "Tapi, kenapa, ayah?" tanya Ci Han penasaran.
"Kami adalah anak-anakmu, ayah. Kami berhak mengetahui
dan kami berhak mencampuri dan melindungi ayah!" kata pula Ci Hwa yang lebih
berani karena lebih dimanja ayahnya.
Panglima itu menggeleng kepala. Sekali ini tidak. Urusan ini
adalah urusanku dahulu sebelum kalian lahir, jadi kalian tidak
boleh mencampuri. Biar aku sendiri yang akan
menyelesaikannya besok," kata panglima itu, akan tetapi dia tidak nampak
bersemangat bahkan kelihatan lesu dan
murung. "Maaf, ciangkun. Bukan aku bermaksud lancang
mencampuri. Akan tetapi aku mengenal gadis itu dan kalau
ciangkun suka memberitahu persoalannya, kukira aku akan
dapat membujuknya agar ia tidak melanjutkan tantangannya."
Bhok-ciangkun menghela napas panjang, memandang
kepada Sin Wan, lalu kepada kedua orang anaknya, dan dia
menggeleng kepala. "Tidak, engkaupun tidak boleh
mencampuri, taihiap. Ketahuilah kalian bertiga, aku sama
sekali bukannya takut menghadapi lawan yang manapun juga,
akan tetapi ini ...... ini urusan pribadi. Taihiap, aku adalah
seorang laki-laki yang bertanggung jawab, nah, mengertikah
engkau?" Sin Wan mengangguk-angguk. Biarpun tidak tahu
urusannya, namun dia dapat menduga bahwa munculnya Lili
yang hendak membunuh panglima itu, tentu ada
hubungannya dengan masa lalunya pada waktu mana
panglima itu agaknya telah melakukan sesuatu yang membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesal dan kini dia siap mempertanggung-jawabkan! Maka
diapun diam saja. "Nah, sekali lagi, kalian bertiga besok sore sama sekali
tidak boleh menemaniku ke sana, juga tidak boleh mengikuti
dan membayangiku. Mengerti" Aku akan marah sekali dan
tidak dapat memaafkan siapa saja yang membayangiku dan
mencampuri urusan pribadi ini."
Dengan alis berkerut, kedua orang muda itu mengangguk,
dan Sin Wan segera memberi hormat. "Aku berjanji tidak akan mencampuri urusan
pribadimu, ciangkun."
"Terima kasih dan maafkan aku, taihiap. Nah urusan ini
tidak boleh kalian beritahukan ibu kalian, mengerti" Ci Han,
antarkan Sin Wan taihiap ke kamar tamu dan suruh pelayan
melayaninya baik-baik. Selamat malam, taihiap. Besok pagi-
pagi saja kita bertemu di ruangan makan pagi dan kita
lanjutkan perundingan kita tentang tugas kita berdua. Selamat
malam. Oh ya, malam ini biar kedua anakku yang
menemanimu makan malam." Panglima itu lalu meninggalkan
mereka, masuk ke dalam. Tiga orang muda itu lalu duduk kembali di serambi depan,
masih merasa tegang. "Aneh sekali kenapa ayah tidak
membiarkan kita membantu" Apakah ayah sudah tidak
percaya lagi kepada kita?" Ci Hwa mengomel kepada
kakaknya. "Ada orang mengancam hendak membunuh ayah dan kita
tidak boleh mencampurinya. Bagaimana mungkin ini"
Setidaknya, kalau kita melihat pertand?ngan itu, kita tidak
akan segelisah kalau ditinggal di sini dan menanti-nanti ayah
pulang." Ci Han juga berkata kepada adiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebaiknya kalau ji-wi (anda berdua) tidak gelisah. Aku
yakin bahwa Bhok-ciangkun dapat melindungi dan membela
diri pasti akan dapat menyelesaikan urusan itu dan dia lebih
tahu apa yang harus dia lakukan."
Kakak beradik itu seperti baru teringat bahwa di situ ada
orang lain. Mereka lalu memandang kepada Sin Wan.
"Ayah menyebutmu taihiap (pendekar besar), tentu engkau
lihai sekali dan mempunyai banyak pengalaman. Engkau
tadipun mengenal gadis jahat itu! Ceritakanlah kepada kami,
siapa sebenarnya Lili itu dan orang macam apa" Siapa pula itu
Bi-coa Sian-li Cu Sui In dan siapa pula See-thian Coa-ong?"
tanya Ci Hwa sambil memandang wajah Sin Wan penuh
selidik. Mereka duduk berhadapan, terhalang meja dan Sin Wan
harus mengakui diam-diam dalam hatinya bahwa gadis ini
cantik sekali, cantik jelita dan memiliki sifat kelembutan yang mengingatkan dia
kepada sumoinya, yaitu Lim Kui Siang yang
kini tinggal di Peking menjadi kepala pengawal wanita untuk
keluarga Raja Muda Yung Lo. Diam-diam dia merasa heran
sekali mengapa setiap kali bertemu seorang gadis cantik,
otomatis wajah Kui Siang terbayang di depan matanya"
Melihat Sin Wan seperti melamun dan hanya memandang
wajah adiknya, Ci Han segera mendesak, "Benar adikku,
taihiap. Kamipun ingin sekali mengetahui siapakah mereka itu,
orang-orang yang kini agaknya hendak memusuhi ayah. Atau
taihiap tidak sudi menceritakan dan ingin kuantar sekarang
juga ke kamar tamu?"
Sin Wan baru sadar dari lamunannya dan diapun
tersenyum. "Kuharap ji-wi tidak lagi menyebutku taihiap.
Sebutan itu terlalu besar dan tinggi bagiku. Bagaimana kalau
kita saling sebut seperti saudara saja" Kalau ji-wi tidak merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
direndahkan tentu saja. Atau lebih suka kalau aku menyebut
kongcu (tuan muda) dan siocia (nona muda) kepada ji-wi?"
"Memang kita tidak perlu berbasa-basi. Setelah engkau
menjadi pembantu kepercayaan ayah, tentu akan banyak
bergaul dengan kami. Nah, kusebut engkau twa-ko (kakak
besar), bagaimana" Dan engkau menyebut aku siauw-moi
(adik kecil)." "Dan engkau boleh menyebut aku siauw-te (adik kecil),
Wan-twako (kakak Wan)!" kata pula Ci Han. "Nah, setelah kita menjadi sahabat
akrab, bolehkah kami mendengarkan
penjelasanmu?" Sin Wan tersenyum girang. Dua orang putera panglima ini
seperti ayah mereka. Begitu sederhana, tidak berlagak seperti
biasanya anak-anak bangsawan. "Baiklah, Han-te dan Hwa-
moi. Aku mengenal gadis liar itu yang bernama Lili. Memang ia
liar dan galak, akan tetapi ia bukan orang jahat," Sin Wan teringat akan
pertemuannya dengan Lili, betapa ia disiksa dan
diikat, dijadikan umpan bagi harimau. Akan tetapi betapa Lili
kemudian menyelamatkannya, dan betapa gadis itu mengaku
cinta, akan tetapi juga mengaku benci. Gadis liar memang!
Akan tetapi dia tidak mungkin dapat menganggap Lili sebagai
gadis jahat. "Hemm, ia hendak membunuh ayahku dan ia tidak jahat?"
Ci Hwa mencela. "Teruskan, twako. Siapa itu Bi-coa Sianli (Dewi Ular Cantik) Cu Sui In dan siapa
pula itu See-thian Coa-ong (Raja Ular
Dunia Barat)?" tanya Ci Han.
"Huh, serba ular! Mengerikan!" kata Ci Hwa bergidik. "Dan gerakan Lili itupun
seperti ular, tentu ia siluman ular!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setahuku, Bi-coa Sianli Cu Sui In adalah guru dari Lili, dan Dewi Ular Cantik
itu puteri dari See-thian Coa-ong, datuk yang
amat lihai dan yang tinggal di Bukit Ular. Keluarga itu memang
lihai sekali." "Seorang datuk sesat, tokoh golongan hitam?" tanya Ci Han.
Sin Wan menggeleng kepalanya. "Hal itu aku tidak tahu
jelas, karena datuk-datuk seperti See-thian Coa-ong itu tidak
dapat digolongkan hitam atau putih. Dia hanya mementingkan
diri sendiri. Baik golongan hitam maupun putih, kalau
dianggap merugikan, akan ditentang, sebaliknya tanpa
memperdulikan golongan, kalau dianggap sahabat, akan
dibela mati-matian."
"Ihh! Kalau begitu, lebih berbahaya dari pada golongan
hitam yang sesat!" kata Ci Hwa.
"Kenapa begitu, Hwa-moi?" tanya Ci Han.
"Kalau datuk sesat sudah jelas kedudukannya ditentang
para pendekar. Akan tetapi kalau hitam tidak putihpun bukan,
sungguh merepotkan. Dianggap kawan, tiba-tiba menjadi
lawan, dianggap lawan, bisa menjadi kawan. Orang yang
bukan hitam bukan putih ini yang berbahaya, seperti bunglon,
suka plin-plan! Huh, aku tidak suka kepada mereka! Gadis
bernama Lili itu sepantasnya siluman ular!"
"Sudahlah, Hwa-moi. Mari kita antar Wan-toako
kekamarnya. Biar dia mengaso, dan mandi. Nanti kita makan
bersama di ruangan samping dekat kamarnya."
Kakak beradik itu lalu mengantar Sin Wan ke kamar tamu
yang berada di samping. Kamar itu cukup luas dan nyaman,
lengkap dengan kamar mandi. Mereka lalu meninggalkan Sin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wan dan berjanji akan makan malam bersama setelah Sin
Wan mandi. Setelah berada seorang diri, mandi dan bertukar pakaian,
Sin Wan merasa suka dan kagum kepada keluarga ini. Bhok-
ciangkun demikian gagah perkasa dan bijaksana, anak-
anaknyapun ramah dan sama sekali tidak congkak. Akan
tetapi diam-diam dia merasa khawatir. Dia tahu bahwa Lili
amat lihai dan merupakan lawan yang amat berbahaya. Dan
biarpun dia sudah mendengar bahwa Bhok Cun Ki juga bukan
orang lemah, melainkan seorang pendekar Butong-pai, namun
dia belum tahu sampai di mana kepandaian panglima itu. Dan
orang seperti Lili itu tidak akan segan untuk membunuh
lawannya! Pada keesokan harinya, dengan sikap tenang seperti biasa,
Bhok Cun Ki setelah makan pagi bersama Sin Wan, berunding
dengan pemuda itu tentang tugas mereka.


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pemilihan bengcu akan terjadi beberapa bulan lagi di
puncak Thai-san," kata panglima itu. "Menurut pendapatmu, siapa-siapa sajakah
kiranya yang akan menjadi calon bengcu,
taihiap?" Dalam perundingan pagi itu, hadir pula Ci Han dan Ci Hwa
yang diperbolehkan ayah mereka untuk ikut mendengarkan
dan siapa tahu mereka mempunyai usul-usul yang baik, dan
perundingan itupun akan menambah pengalaman mereka.
"Aih, ayah! Han-ko dan aku sendiri sudah sepakat untuk
menyebut twako kepada Wan-twako, dan dia menyebut kami
adik. Kenapa ayah masih menggunakan sebutan sungkan itu"
Biarpun dia diam saja, namun aku tahu bahwa Wan-twako
tidak suka disebut taihiap. Dia amat rendah hati, ayah!" kata Ci Hwa yang lincah
dan sudah biasa berbicara sejujurnya
kepada ayahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panglima itu menoleh kepada Sin Wan sambil tersenyum,
hanya pandang matanya yang bertanya. Sin Wan juga
tersenyum dan mengangguk. "Memang benar apa yang
dikatakan Hwa-moi, ciangkun. Aku lebih suka kalau disebut
Sin Wan saja, tanpa embel-embel taihiap."
"Ha..ha..ha, engkau semakin menarik, orang muda. Tinggal
satu lagi yang ingin kuketahui, kekuatan apa yang
tersembunyi di balik kesederhanaan dan kerendahan hatimu.
Baiklah, aku akan menyebutmu Sin Wan saja, akan tetapi
engkaupun tidak boleh menyebutku ciangkun. Aku lebih
pantas menjadi pamanmu, bukan" Nah, kita saling menyebut
ciangkun dan taihiap dalam pertemuan resmi di depan orang-
orang lain. Setuju?"
Sin Wan memandang kagum. Bukan main keluarga ini!
"Baik, paman, dan terima kasih!"
"Nah, Sin Wan. Sekarang jawab pertanyaanku tadi. Siapa
saja kiranya yang akan menjadi calon bengcu?"
"Paman Bhok, seperti pernah kuceritakan kepada Jenderal
Shu Ta, ketika diadakan pemilihan pemimpin besar para kai-
pang (perkumpulan pengemis) yang diadakan di Lok-yang
kurang lebih setahun yang lalu, banyak tokoh memperebutkan
kedudukan pemimpin besar itu, semata-mata karena
kedudukan itu akan membuat pemegangnya mendapat
kesempatan untuk menjadi calon bengcu dan banyak harapan
akan menang karena memperoleh dukungan suara seluruh
kai-pang. Selain Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki yang memang sejak
dahulu menjadi pemimpin besar kai-pang, ada beberapa orang
yang mewakili guru-guru atau pemimpin mereka. See-thian
Coa-ong ketika itu diwakili oleh puterinya, yaitu Bi-coa Sianli Cu Sui In dan
Lili. Kemudian Tung-hai-liong (Naga Lautan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Timur) Ouwyang Cin diwakili oleh muridnya yang bernama
Maniyoko ........" "Bukankah Tung-hai-liong Ouwyang Cin adalah seorang
peranakan Jepang, merupakan datuk para bajak laut di lautan
timur?" Bhok-ciangkun memotong.
"Benar, paman. Kalau See-thian Coa-ong merupakan datuk
di barat, Tung-hai-liong merupakan datuk di timur. Mereka
berdua sama kuat, lihai dan liciknya."
"Hemm, lalu siapa datuk dari selatan dan utara?" tanya pula panglima itu.
"Setahuku, tokoh besar selatan tidak ada yang melebihi
locianpwe (orang tua gagah) Bu Lee Ki yang berjuluk Pek-sim
Lo-kai (Pengemis Tua Hati Putih), dan beliau yang didukung
oleh Raja Muda Yung Lo agar kelak menjadi bengcu. Kalau dia
yang menjadi ketua bengcu, kurasa dunia kang-ouw akan
aman dan tidak akan ada yang berani memberontak terhadap
pemerintah, paman. Mengenai datuk besar dari utara, aku
belum mendengar siapa orangnya. Banyak tokoh besar kang-
ouw di utara kini cerai berai dan meninggalkan daerah yang
menjadi daerah perang dan amat berbahaya itu."
"Aih, sudah disebut datuk besar dunia kang-ouw, kenapa
takut menghadapi bahaya perang" Siapa akan berani
mengganggunya?" Ci Hwa mencela.
Ayahnya tertawa. "Ci Hwa, engkau terlalu mengangkat
tinggi seorang datuk besar persilatan. Boleh jadi kalau
menghadapi lawan pribadi, seorang datuk besar tidak
mengenal takut dan sukar dikalahkan. Akan tetapi, dalam
perang antara pasukan pemerintah melawan para sisa
pasukan Mongol, yang berperang adalah ratusan ribu orang.
Betapapun lihainya seorang datuk besar, bagaimana dia akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mampu melindungi diri terhadap ratusan ribu orang" Kelihaian
seseorang tidak akan lebih dari seratus orang. Kalau dikeroyok
ribuan orang, apalagi dikeroyok perajurit yang bersenjata
lengkap, biar dia pandai terbang seperti burung sekalipun,
tentu akhirnya akan mati ditembus anak panah atau senjata
lain." "Kalau begitu, bahaya hanya datang dari See-thian Coa-ong
dan Tung-hai-liong saja, tentu dengan anak buah dan para
pembantu mereka?" "Yang kita ketahui memang dari kedua pihak itu, paman.
Akan tetapi, mengingat bahwa kedudukan bengcu merupakan
kedudukan yang penting dan amat berharga, maka kuyakin
bahwa dari utara tentu akan muncul pula seorang datuk
baru." "Menurut pendapatmu, di antara tiga orang sakti yang telah kita ketahui itu
siapa yang paling lihai dan akan dapat
menangkan kedudukan bengcu?"
"Kurasa locianpwe Bu Lee Ki! Tentu saja kalau tidak terjadi kecurangan dan kalau
seluruh kai-pang setia kepada
pemimpin besarnya. Kita tidak dapat menentukan dengan
pasti sikap para ketua kai-pang. Mereka orang-orang aneh
yang mudah berubah, mudah dipengaruhi dari luar."
"Memang ke sanalah kita harus melakukan penjagaan,
mengirim penyelidik-penyelidik yang pandai untuk mengawasi
para kai-pang. Mereka itu dapat dimanfaatkan pihak yang
kuanggap paling berbahaya?"
"See-thian Coa-ong, ayah?" tanya Ci Hwa.
"Bukan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, Tung-hai-liong?" tanya pula Ci Han.
"Juga bukan. Yang paling berbahaya dari semuanya adalah
orang-orang Mongol! Mereka tiba-tiba mengubah siasat, tidak
lagi melakukan penyerangan dengan pengerahan pasukan dari
utara dan barat. Hal ini mencurigakan dan boleh jadi sekali
mereka menggunakan siasat halus untuk menyusup ke dalam
negeri melalui pemilihan bengcu. Karena itulah, kita harus
berhati-hati. Siapa tahu, sekarang juga mereka telah
menyusup ke kota-kota besar, bahkan ke kota raja."
"Kalau begitu, siluman ular Lili itu mungkin juga
dipergunakan oleh orang Mongol" Ci Hwa berseru. Bagaimana
pendapatmu, Wan-ko?"
Sin Wan mengerutkan alisnya yang tebal dan dia
menggeleng kepala perlahan. "Kukira orang seperti See-thian Coa-ong, puterinya
dan para muridnya merupakan orang-orang yang sulit untuk diperalat orang lain.
Mereka tidak akan mau tunduk kepada siapapun dengan pengaruh apapun."
"Kurasa Sin Wan benar, Ci Hwa. Akupun yakin bahwa gadis
itu tidak diperalat, melainkan datang atas kemauan sendiri.
Sudah, kita tidak perlu bicara tentang gadis itu. Sin Wan,
selama beberapa hari ini, bersama para mata-mata yang
menjadi anak buahku, harap kausuka membantu melakukan
penyelidikan di kota raja, di rumah-rumah penginapan, di kuil-
kuil kosong, di tempat-tempat yang sekiranya patut dicurigai
menjadi tempat pemondokan mata-mata Mongol. Ingat,
mereka sudah hafal benar akan keadaan di sini, akan
kebudayaan pribumi, dan mereka licik dan cerdik sehingga
akan sia-sia kalau engkau mencari-cari seorang yang kelihatan
seperti orang Mongol di antara mereka. Mungkin mereka itu
nampak lebih pribumi dari pada pribuminya sendiri."
"Baik, paman. Dan untuk keperluan itu, sebaiknya kalau
aku bekerja bebas dan tidak disiarkan berita bahwa aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pembantu paman. Dengan demikian, rasanya akan
lebih leluasa aku melakukan penyelidikan."
"Aku mengerti, Sin Wan. Dan sekarang, agar kita dapat
lebih saling mengenal, mari kita pererat melalui ilmu silat."
Sin Wan maklum apa yang dimaksudkan dan dalam
hatinya, dia tidak setuju. "Apakah itu perlu, paman?"
"Tentu saja, perlu sekali. Bukankah kita harus bekerja
sama" Untuk itu, kita harus dapat melihat kemampuan
masing-masing." Sin Wan ingin membantah, akan tetapi tiba-tiba dia teringat
bahwa sore nanti Bhok Cun Ki akan bertanding melawan Lili,
bukan pertandingan yang main-main, melainkan
mempertahankan nyawa dari ancaman gadis liar itu. Ah, dia
dapat memberi petunjuk secara tidak langsung, tanpa
menyinggung perasaan pendekar Butong ini, pikirnya.
"Baiklah, paman, kalau paman berpendapat demikian."
Ci Han dan Ci Hwa gembira sekali mendengar itu. Mereka
juga ingin sekali menyaksikan kelihaian tamu yang kini sudah
akrab dengan mereka, yang hanya mereka kenal sebagai
murid dari Sam-sian (Tiga Dewa) yang namanya pernah
menggemparkan dunia persilatan karena Sam-sian adalah
tokoh-tokoh besar yang berhasil mengembalikan pusaka-
pusaka yang dicuri dari gudang pusaka istana kaisar! Sam-sian
merupakan tokoh-tokoh besar persilatan yang banyak jasanya,
dan amat dihargai oleh Kaisar sendiri. Dan kini, di antara ke
tiga Sam-sian hanya tinggal seorang saja, yaitu Ciu-sian
(Dewa Arak) yang mendapat tugas baru dari Kaisar, akan
tetapi karena merasa sudah tua dan dua orang rekannya
sudah tidak ada, mewakilkannya kepada murid ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka pergi ke lian-bu-thia (ruangan belajar silat) yang
berada di bagian belakang bangunan itu. Ruangan ini luas dan
memang enak sekali untuk bermain silat, penuh dengan alat-
alat untuk berolah raga dan berlatih silat.
11. Perusak Pangeran Mahkota
TAK lama kemudian, kedua orang itu sudah saling
berhadapan. Melihat tuan rumah yang sudah melepas baju
luar itu menghadapinya dengan tangan kosong, Sin Wan yang
mempunyai niat untuk mengukur ilmu pedang dan kalau
mungkin memberi petunjuk, segera memberi hormat dan
berkata, "Paman Bhok, aku mendengar bahwa paman adalah
seorang pendekar Butong-pai, dan Butong-pai terkenal
dengan ilmu pedangnya. Oleh karena itu, kalau paman tidak
berkeberatan, aku ingin sekali merasakan kelihaian ilmu
pedang paman dan mengagumi keindahannya."
Tentu saja Sin Wan bermaksud lain. Dia tahu bahwa orang
seperti Lili pasti tidak mau bertanding dengan tangan kosong
saja melawan orang yang akan dibunuhnya, dan tentu
menggunakan pedang ular putih. Bukankah ia sudah
memperlihatkan pedang itu kepada putera puteri panglima itu
dan mengancam akan membunuhnya dengan pedang itu" Lili
pasti mempergunakan pedang dan Bhok-ciangkun pasti
terpaksa akan melayani dengan pedangnya pula.
Mendengar ucapan Sin Wan, Ci Hwa berseru kaget, "Aih,
Wan-twako, kenapa harus dengan pedang" Bagaimana kalau
kalian saling melukai?"
Mendengar ini, Bhok-ciangkun mencela puterinya. "Ci Hwa,
masih belum tahukah engkau bahwa orang yang ilmu
pedangnya sudah setinggi tingkat Sin Wan, tidak mungkin
pedangnya dapat melukai orang tanpa dikehendakinya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pedang sudah merupakan bagian ujung dari tangannya,
begitulah!" Ci Han dan Ci Hwa tentu saja tahu akan hal itu, namun
karena tingkat mereka belum setinggi itu, belum sempurna
benar menguasai pedang, maka mereka memandang kagum.
"Baik, Sin Wan. Mari kita main-main sebentar dengan
pedang." Panglima itu lalu mencabut pedang yang tergantung di pinggangnya. Akan
tetapi Sin Wan agak meragu, lalu
dengan perlahan dia mencabut pedangnya.
"Ihh! Pedangmu kenapa buruk amat, twako?" kembali Ci
Hwa berseru. Gadis lincah ini begitu terbuka dan terus terang,
ini membuktikan bahwa ia memang sudah akrab benar
dengan Sin Wan sehingga tidak lagi merasa sungkan.
Kembali Bhok Cun Ki yang tertawa bergelak. "Ha..ha..ha,
engkau seperti seekor anak burung yang baru belajar terbang,
belum mengenal dunia luas, Ci Hwa. Lihat baik-baik. Yang
dipegang Sin Wan itu adalah sebuah di antara pedang-pedang
pusaka paling ampuh di dunia ini. Itulah Pedang Tumpul yang
dahulu menjadi pusaka istana!"
"Wahhh .......!!" Ci Han dan Ci Hwa terbelalak kagum.
Mereka sudah mendengar akan pedang pusaka itu yang oleh
kaisar dihadiahkan kepada Sam-sian bersama beberapa benda
lain. Sin Wan menggerakkan tangannya dan tahu-tahu pedang
itu telah lenyap, menyusup kembali ke dalam sarung pedang.
"Eh, kenapa kau simpan kembali pedangmu, Sin Wan?"
"Paman, aku tidak ingin kalau sampai pedangmu rusak oleh
pedangku, maka sebaiknya kalau kita menggunakan pedang
yang biasa dipakai untuk latihan saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan tiba-tiba tubuhnya sudah meluncur ke arah rak
senjata. Demikian cepat gerakannya dan tahu-tahu dia sudah
kembali ke tempat tadi, di depan panglima itu dan membawa
dua batang pedang yang biasa dipakai latihan. Melihat
gerakan secepat itu, Bhok Cun Ki dan kedua orang anaknya
menjadi kagum, dan panglima itu merasa gembira. Ketika
mendengar bahwa Sin Wan adalah murid Sam-sian dan telah
memperoleh kepercayaan seorang sakti seperti Ciu-sian untuk
mewakilinya, dia sudah percaya bahwa tentu pemuda itu telah
memiliki tingkat kepandaian yang tinggi. Akan tetapi, dia ingin membuktikan
sendiri agar yakin bahwa pembantunya ini dapat
dipercaya dan diandalkan.
"Bagus, usulmu itu baik sekali, Sin Wan!" katanya dan dia menerima sebatang
pedang dari pemuda itu. Kini mereka saling berhadapan dengan pedang di tangan.
Karena maklum bahwa panglima itu sebagai seorang pendekar
Butong tentu lihai sekali ilmu pedangnya, Sin Wan segera
memasang kuda-kuda dari ilmu pedang yang dia pelajari dari
mendiang Kiam-sian (Dewa Pedang), yaitu Jit-kong Kiam-sut
(Ilmu Pedang Sinar Matahari). Sebaliknya, Bhok-ciangkun


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memasang kuda-kuda ilmu pedang Butong-pai yang terkenal
indah gerakannya namun amat tangguh itu.
"Silakan, paman," kata Sin Wan yang tidak berani bergerak lebih dahulu.
"Ha..ha, engkau terlalu sungkan, Sin Wan. Nah, aku akan
memulai, bersiaplah engkau!" Setelah berkata demikian,
panglima itu mengeluarkan bentakan nyaring dan pedang di
tangannya sudah bergerak dengan setengah lingkaran, lalu
menusuk ke arah dada Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan gerakan tenang, Sin Wan mengelak dan balas
menyerang. Lawannya juga meloncat dan membalas. Terjadi
serangan balas membalas dan duanya mengandalkan
kegesitan tubuh untuk mengelak. Makin lama, semakin cepat
gerakan mereka dan pedang di tangan Sin Wan yang menjadi
sinar bergulung-gulung itu menyilaukan mata, sesuai dengan
nama ilmunya. Namun lawannya juga tidak kalah cepat
gerakannya, pedang di tangan panglima itupun menjadi sinar
bergulung-gulung yang kadang-kadang menyambar ke arah
lawan. "Tranggg ..........!" Bunga api berpijar ketika untuk pertama kalinya kedua
pedang bertemu di udara. Keduanya merasa
betapa telapak tangan mereka tergetar. Ternyata dalam hal
tenaga merekapun berimbang. Kini kedua pedang itu saling
sambar dan kadang bertemu mengeluarkan bunga api, dua
gulungan sinar pedang saling belit seperti dua ekor naga
berlaga di angkasa. Setelah lewat tigapuluh jurus, Sin Wan teringat akan
maksudnya mengajak bertanding pedang. Tiba-tiba dia
mengubah gerakannya dan kini dia sering bermain silat
pedang dengan tubuh direndahkan. Sinar pedangnya
menyambar-nyambar dari bawah, kadang tubuhnya
bergulingan di atas lantai dan sinar pedang mencuat dari
bawah. Nampak betapa Bhok-ciangkun terkejut dan agak
kewalahan menghadapi serangan-serangan aneh itu. Setelah
beberapa jurus lamanya Sin Wan mendesak, sambil menyapu
kedua kaki lawan dengan pedangnya sehingga. Bhok-ciangkun
terpaksa berlompatan, Sin Wan berkata halus, "Lawan ular
yang tangguh adalah burung!"
Seketika teringatlah Bhok-ciangkun dan diapun tahu
mengapa pemuda itu kini mengubah ilmu pedangnya
walaupun tadi pemuda itu tidak terdesak. Mendengar kata
"ular" ingatlah Bhok-ciangkun bahwa sore nanti dia harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanding melawan gadis yang datang dari Bukit Ular. Maka,
dia pun cepat mengubah ilmu pedangnya dan kini gerakannya
menggunakan banyak loncatan dan pedangnya menyambar-
nyambar dari atas bagaikan seekor burung yang menandingi
seekor ular! Setelah lewat duapuluh jurus, Sin Wan mengubah lagi ilmu
pedangnya dan kembali menggunakan Jit-kong-kiamsut
seperti tadi. Dan Bhok-ciangkun sudah cukup puas. Dia tadi
pernah mengerahkan seluruh tenaganya dan mengeluarkan
jurus-jurus simpanannya, namun semua serangannya dapat
dipatahkan oleh Sin Wan. Dia tidak tahu apakah pemuda itu
dapat mengalahkannya, akan tetapi yang jelas baginya, untuk
dapat mengalahkan pemuda itu, agaknya akan merupakan hal
yang amat sukar baginya. Dan ini sudah memuaskan hatinya.
Diapun meloncat agak jauh ke belakang.
"Cukuplah, Sin Wan," katanya sambil tersenyum. "Sekarang aku tahu benar betapa
lihainya murid dari Sam-sian!"
"Paman, ilmu pedang paman juga hebat dan indah, aku
mengaku kalah," kata Sin Wan. Dengan sopan dia lalu
menghampiri panglima itu, menerima pedangnya dan
mengembalikan kedua pedang itu di rak senjata.
"Sin Wan, terima kasih atas petunjukmu tadi," kata Bhok Cun Ki. Kedua orang
anaknya tidak mengerti apa yang terjadi,
akan tetapi Sin Wan hanya tersenyum dan tidak menjawab.
Setelah mendengar keterangan Bhok Cun Ki tentang tanda-
tanda rahasia untuk mengenal anak buah panglima itu yang
disebar sebagai penyelidik di kota raja, Sin Wan lalu pergi ke
kamarnya untuk membuat persiapan. Dia akan memulai
dengan tugasnya hari itu juga, melakukan penyelidikan di kota
raja dalam usahanya membantu Bhok-ciangkun memberantas
jaringan mata-mata Mongol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika dia hendak meninggalkan kamarnya setelah bertukar
pakaian yang tadi basah oleh keringat, dia bertemu Ci Han
dan Ci Hwa di ruangan depan kamarnya. Agaknya kakak dan
adik itu sengaja mencarinya, Sin Wan menyambut mereka dan
tiga orang muda itu duduk di ruangan itu.
"Twako, ajaklah aku melakukan, penyelidikan agar
menambah luas pengetahuanku!" Ci Han membujuk.
Sin Wan tersenyum. "Bagaimana mungkin, Han-te (adik
Han). Pekerjaanku adalah penyelidik, dan dalam hal ini aku
beruntung bahwa di kota raja tidak ada orang mengenalku. Ini
memudahkan pekerjaanku, karena aku akan dapat bergerak
dengan leluasa, melakukan pengamatan terhadap siapa saja
yang kuamati. Akan tetapi engkau adalah seorang pemuda
yang dikenal siapa saja di kota raja. Orang-orang yang kita
curigai, siang-siang sudah berjaga diri dan bersikap hati-hati
kalau melihat engkau muncul. Maaf aku terpaksa tidak dapat
membawawu serta, Han-te."
"Akupun tadinya ingin ikut untuk menambah pengalaman,
twako. Akan tetapi mendengar alasanmu tadi, aku mengerti
bahwa pekerjaanmu harus dilakukan secara rahasia, dan kami
berdua tak mungkin menyembunyikan keadaan diri kami. Eh,
Han-koko, kalau tidak mungkin kita bekerja sama dengan
kakak Sin Wan, sebaiknya kita bekerja sendiri-sendiri saja
membantu ayah. Aku akan pergi seperti sedang pesiar atau
berjalan-jalan, akan tetapi mulai sekarang aku akan waspada.
Siapa tahu aku akan dapat menangkap seorang mata-mata
Mongol." "Hwa-moi, engkau jangan main-main. Pekerjaan ini bukan
pekerjaan ringan. Menurut ayah, kalau orang Mongol
mengirim mata-mata, sudah pasti dia lihai sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak takut! Kita di kota raja, takut apa" Semua orang akan membantuku!"
Kakak beradik itu lalu meninggalkan Sin Wan akan tetapi
tidak lama kemudian Ci Hwa, muncul lagi, kini sendirian saja.
"Wan-twako, ada sebuah hal yang ingin kubicarakan
denganmu berdua saja."
"Ehh" Apakah itu, Hwa-moi" Duduklah dan ceritakanlah
yang hendak kaubicarakan," jawab Sin Wan dan kembali
mereka duduk di tempat tadi.
"Twako, aku khawatir sekali terhadap keselamatan ayah
kalau dia pergi bertanding sore nanti."
"Jangan khawatir, ayahmu seorang yang berkepandaian
tinggi. Siapapun tidak akan mudah mengalahkannya." Sin Wan menghibur dengan
sungguh-sungguh karena dia maklum
bahwa betapapun lihainya, Lili tidak akan mudah mengalahkan
panglima itu. "Akan tetapi aku tetap khawatir, twako. Gadis siluman itu
lihai bukan main. Melihat engkau tadi mengadu kepandaian
dengan ayah, aku merasa yakin bahwa hanya engkau yang
akan mampu mengalahkannya. Wan-twako, maukah engkau
menolongku?" "Menolongmu" Tentu saja aku mau, Hwa-moi," kata Sin
Wan sambil menatap wajah yang manis itu.
"Kalau begitu, kau lindungilah ayahku!"
Sin Wan mengerutkan alisnya, "Ayahmu telah menekankan
bahwa kita tidak boleh mencampuri urusan itu, Hwa-moi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak minta engkau mencampuri urusan itu, twako.
Akan tetapi, aku minta engkau melindunginya, secara diam-
diam. Kalau sampai ayah terancam bahaya maut, engkau
dapat melindunginya. Maukah engkau berjanji, twako" Aku ....
aku akan berterima kasih sekali padamu," Gadis itu
menyentuh tangan Sin Wan, lalu menggenggam tangan itu
dan mengguncangnya, pandang matanya penuh harapan,
penuh permohonan. Sin Wan tidak tega untuk menolaknya. Dan memang di
lubuk hatinya dia sedang mencari jalan bagaimana untuk
dapat melindungi panglima itu dari ancaman maut di tangan
Lili, maka diapun mengangguk, "Baiklah, akan kuusahakan,
Hwa-moi." Tangan yang kecil itu menggenggam jari-jari tangan Sin
Wan lalu melepaskannya. "Twako, terima kasih! Terima kasih, dan aku yakin, bahwa
percayaanku kepadamu tidak akan sia-sia. Aku sendiri tidak akan duduk diam. Aku
akan pergi keluar, dan kalau Han-koko mencari mata-mata Mongol, aku akan
mencari gadis siluman itu. Kalau ia berada di kota, aku akan
menyerangnya dan memanggil pasukan penjaga untuk
membantuku!" "Jangan, Hwa-moi. Itu berbahaya sekali!"
"Aku tidak takut!"
"Tapi ayahmu telah melarangmu ......."
"Melarang aku mencampuri urusannya" Tentu, aku tidak
akan melanggar larangannya. Akan tetapi dia tidak melarang
aku membalas kekalahanku dari gadis siluman itu!" Ci Hwa
lalu meninggalkan ruangan itu dan Sin Wan termangu dalam
lamunan. Berbahaya, pikirnya. Orang macam Lili dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan apa saja. Dia harus melindungi Ci Hwa lebih dahulu
sebelum melindungi ayahnya. Dan dia pun segera keluar.
0o0 Putera Mahkota atau Pangeran Chu Hui San sama sekali
tidak mewarisi sifat-sifat baik dari ayahnya, yaitu Kaisar Thai-cu yang dahulu
bernama Chu Goan Ciang. Kalau ayahnya
seorang pejuang yang gigih, kemudian menjadi kaisar yang
bijaksana, pendiri kerajaan Beng-tiauw, sebaliknya pangeran
yang merupakan putera mahkota yang sulung itu sejak
mudanya adalah seorang yang lemah dan kurang
bersemangat. Pangeran Chu Hui San seperti mabok kemuliaan
dan yang disukai hanyalah bersenang-senang saja. Biarpun
dia sudah beristeri dan memiliki belasan orang selir, masih
saja dia haus akan kecantikan wanita.
Puteranya yang baru berusia enam tahun lebih itulah yang
agaknya mewarisi kecerdikan dan semangat kakeknya.
Puteranya itu bernama Chu Hong dan karena semangatnya
inilah maka Pangeran kecil Chu Hong menjadi kekasih
kakeknya. Bahkan kakeknya, Kaisar Thai-cu sendiri yang
seringkali mendidik Chu Hong, menanamkan jiwa
kepahlawanan melalui dongeng-dongeng. Tidak jarang kaisar
membiarkan cucunya tercinta itu tidur di dalam kamarnya!
Biarpun usianya sudah empatpuluh tahun, Pangeran
Mahkota Chu Hui San masih berlagak seperti seorang pemuda
remaja saja. Pakaiannya selalu mewah dan dia seringkali lolos
dari istana, tidak mau dikawal sehingga dia dapat melancong
dengan bebas seperti halnya para kongcu (tuan muda)
bangsawan. Dan tentu saja diapun banyak bergaul dengan
para kongcu bangsawan lainnya yang mempunyai kebiasaan
dan kesukaan seperti dia, yaitu menghambur-hamburkan uang
dan beroyal-royalan sepuas hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu hari, pagi-pagi pangeran Chu Hui San sudah
berada di beranda loteng rumah pelesir Seruni, sebuah rumah
pelesir terbesar di kota raja. Tentu saja pengurus rumah
pelesir Seruni berikut semua penghuninya, para gadis
penghibur, menyambut dengan penuh kehormatan dan
kegembiraan ketika pangeran mahkota bersama dua orang
temannya, dua orang kongcu bangsawan lain, muncul dan
mereka seolah berebut menawarkan diri untuk menghibur tiga
orang tamu itu terutama sang pangeran. Siapa tahu pangeran
mahkota terpikat olehku dan membawaku ke istana menjadi
selirnya, dan kalau kelak sang pangeran menjadi kaisar berarti
ia akan menjadi selir kaisar! Demikian diharapkan oleh setiap
orang gadis penghibur itu. Akan tetapi sekali ini, Pangeran
Chu Hui San dan dua orang kawannya agaknya sudah merasa
jemu dengan mereka. Karena bertiga hanya minta disediakan
sarapan pagi yang mewah, dan setelah makan pagi mereka
bertiga duduk di beranda loteng dan melihat-lihat mereka
yang berlalu lalang di atas jalan raya di bawah depan loteng.
Pagi itu seperti biasa banyak wanita tua muda berlalu
lalang di atas jalan raya. Untuk pergi ke pasar dan pulangnya,
para wanita itu melewati jalan itu karena pasar terletak dekat
dengan rumah pelesir itu. Dan tiga orang laki-laki bangsawan
ini menjadi iseng. Mereka melempar-lemparkan kwaci dan
kacang ke bawah setiap kali ada gadis atau wanita muda
lewat di bawah sana. Wanita yang terkena lemparan kwaci
atau kacang, kalau hendak marahpun tidak jadi, bahkan
tersenyum malu dan bangga ketika mereka melihat siapa laki-
laki yang mengganggunya itu. Wanita mana yang tidak akan
senang diganggu oleh Pangeran Mahkota"
Dari jauh nampak seorang wanita muda melangkah gontai
di atas jalan raya. Ia seorang wanita muda, usianya sekitar
duapuluh tahun dan bentuk tubuhnya yang ramping amat
menggiurkan dan menggairahkan. Langkahnya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenggangnya amat memikat, dengan tubuh lentur lemas dan
berlekuk lengkung sempurna.
Pada waktu itu musim panas, telah tiba dan karena hawa
udara panas, para wanitanya mengenakan pakaian yang lebih
tipis dan longgar sehingga keindahan bentuk tubuh mereka
lebih dapat dikagumi dari pada kalau mereka mengenakan
pakaian tebal musim dingin. Wanita muda ini membawa
keranjang gantung yang kosong sehingga mudah dimengerti
bahwa ia tentu sedang menuju ke pasar untuk berbelanja.
Bajunya yang biru muda itu nampak baru.
Pangeran Chu Hui San memandang kepada wanita itu dan
berkata kepada dua orang temannya.
"Tunggu! Yang baju biru muda itu untukku, biar aku yang
menembaknya!" Istilah menembak itu mereka pergunakan
untuk menyambitkan kwaci dan kacang ke bawah. Dua orang
temannya adalah pemuda pemuda bangsawan yang selalu
ingin memperoleh kesan baik dengan menjilat, maka
mendengar permintaan ltu, segera mereka mentaati dan
hanya menjadi penonton. Putera Mahkota itu mempersiapkan
kacang yang besar dan ketika wanita itu berlenggang di
bawah loteng, dia membidik dan menyambitkan kacang itu ke
bawah.

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tukk!" kacang itu tepat mengenai kepala wanita itu. Tidak menimbulkan sakit
memang, akan tetapi cukup mengagetkan
dan wanita itu cepat mengangkat muka memandang ke atas.
Dilihatnya tiga orang pria berpakaian mewah tertawa-tawa.
Akan tetapi Pangeran Chu Hui San terpesona ketika
memandang ke atas itu dia melihat sebuah wajah yang cantik
manis, dan tidak seperti wanita lain yang begitu melihat siapa
penyambitnya lalu melempar senyum dan kerling memikat,
wanita itu berani cemberut, mengerling marah lalu membuang
muka! Akan tetapi semua tarikan muka yang lain dari pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lain itu, yang tidak bermanis-manis tidak menjual murah,
bahkan nampak demikian memikat bagi Pangeran Chu Hui
San. "Cui-ma, cepat kejar perempuan itu. Aku menginginkannya,
sekarang juga!" kata sang putera mahkota yang sudah
terbiasa sejak kecil selalu terpenuhi segala kehendaknya.
Mendengar perintah ini, nyonya kurus yang berada di
belakang mereka terbongkok-bongkok melayaninya dan
bergegas turun dari loteng. Dari atas beranda loteng itu,
Keris Pusaka Nogopasung 3 Rajawali Emas 18 Seruling Haus Darah Pedang Sinar Emas 4
^