Pencarian

Asmara Si Pedang Tumpul 2

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


melakukan perondaan cepat-cepat agar dapat segera kembali
ke gardu yang hangat. Pula, dalam udara sedingin itu, malam
segelap itu, siapa sih orang yang usil dan mencari penyakit
melakukan kejahatan di dalam istana yang terjaga ketat"
Para petugas jaga itu agaknya lupa bahwa orang-orang
Mongol tidak pernah melepaskan segala kesempatan baik.
Mereka adalah orang-orang yang selalu masih merasa
penasaran ketika Kerajaan Mongol runtuh demikian mudahnya
setelah bangsa Mongol menguasai Cina hampir seabad
lamanya (1170- 1260). Para Pangeran Mongol yang berhasil menyelamatkan diri ke
utara segera membentuk suatu jaringan dalam usaha mereka
menegakkan kembali kerajaan Mongol untuk menguasai Cina.
Mereka menyusun jaringan mata-mata, mengirim banyak
orang pandai yang menyusup ke sebelah selatan Tembok
Besar. Bahkan ada pangeran yang mengirim rombongan mata-
mata yang pandai, melakukan penyusupan tidak melalui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tembok Besar di utara yang terjaga ketat, melainkan
mengambil jalan memutar dari arah barat.
Malam yang sunyi dan dingin itu, yang membuat para
penjaga dan pengawal di istana Raja Muda Yung Lo menjadi
lengah dan malas, tidak lepas dari pengamatan para mata-
mata Mongol. Dalam kegelapan malam itu, di waktu sebagian
besar penduduk kota sudah meringkuk di dalam kamar
masing-masing berselimut tebal, nampak tiga sosok bayangan
berkelebatan di atas pagar tembok istana dan melayang turun
di sebelah dalam! Dengan gerakan ringan dan cepat, mereka
menyelinap dalam taman, menghampiri bangunan istana yang
megah dengan hati-hati sekali.
Gerakan mereka yang tanpa ragu-ragu itu, dan dalam
menghindar gardu-gardu penjagaan, membuktikan bahwa
mereka bertiga itu mengenal baik sekali keadaan di situ dan
semua gerakan mereka penuh dengan perhitungan yang
matang. Sementara itu, di sebelah dalam istana, seorang wanita
cantik berpakaian ringkas. Sebatang pedang menempel di
punggungnya, dan di ikat pinggangnya terselip sebatang
suling perak. Wanita ini berusia kurang lebih duapuluh tiga
tahun, wajahnya bulat telur dengan dagu meruncing. Di dagu
kanannya terdapat hiasan bawaan lahir, yaitu setitik tahi lalat yang membuat
wajahnya nampak semakin manis. Matanya
lembut akan tetapi kadang-kadang mencorong penuh wibawa.
Bibirnya merah segar dengan bentuk menggairahkan.
Pembawaannya tenang dan anggun, namun langkah kakinya
menunjukkan bahwa ia memiliki tenaga dan kegesitan.
Ketika wanita melewati gardu penjagaan di dekat kolam
ikan, di bagian paling dalam dari istana itu, di taman bunga
kecil yang berada paling dalam, tempat bermain para wanita
istana, ia menghampiri gardu. Melihat tiga orang perajurit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal wanita melenggut hampir pulas di bangku panjang,
ia mengerutkan alisnya dan jari tangannya mengetuk dinding
gardu. "Tok-tok-tokk!" Tiga orang penjaga itu terkejut dan
berloncatan bangun sambil menyambar pedang mereka.
Mereka terbelalaK ketika melihat bahwa yang mengejutkan
mereka itu adalah atasan mereka.
Dengan alis berkerut wanita itu menegur. "Beginikah
caranya melakukan penjagaan" Kalian telah lengah! Seorang
petugas yang baik tidak gentar menghadapi hawa dingin dan
kesukaran apapun!" "Maafkan kami, Lim-lihiap (pendekar wanita Lim)," kata seorang di antara mereka
sambil berdiri tegak dan memberi
hormat. "Baiklah, untung tidak terjadi apa-apa. Dalam keadaan
yang dingin dan sunyi seperti ini, ketika para penjaga dalam
keadaan lengah dan mengantuk, para penjahat dapat
mempergunakan kesempatan untuk bergerak. Lakukan
penjagaan dengan ketat dan waspada!"
Setelah berkata demikian, wanita itu meninggalkan mereka
untuk melakukan perondaan dan pemeriksaan terhadap anak
buahnya yang bertugas jaga di lingkungan istana itu.
Wanita muda yang perkasa ini adalah Lim Kui Siang yang
kini oleh raja muda Yung Lo dipercaya untuk menjadi kepaia
pengawal keluarga Raja Muda itu. Gadis perkasa ini memiliki
ilmu kepandaian tinggi karena ia adalah murid Sam-sian pula.
Ia adalan sumoi dari Sin Wan. Sebetulnya, antara Lim Kui
Siang dan Sin Wan yang saudara seperguruan itu terjalin
hubungan cinta kasih yang mendalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan guru-guru mereka pernah mengusulkan agar kedua
orang murid yang saling mencinta itu menjadi suami isteri.
Keduanya menerima dengan baik dan Kui Siang memang
sejak kecil kagum kepada Sin Wan. Biarpun Sin wan seorang
yang berbangsa Uighur, bukan pribumi, dan ia sendiri puteri
bangsawan karena mendiang ayahnya keturunan atau
kebangsawanan. Ketika Sin Wan melamarnya kepada para paman dan
bibinya sebagai wakil ayah bunda yang telah tiada, mereka
menolak dan tidak menyetujui perjodohan itu. Bahkan mereka
menghina Sin Wan yang dikatakan keturunan bangsa biadab!
Kui Siang marah dan mengusir para paman dan bibinya yang
hanya mendekatinya karena menginginkan harta peninggalan
ayahnya. Kemudian dengan sepenuh hati ia hendak
menghibur Sin Wan dan nekat melangsungkan perjodohan
dengan suhengnya itu. Akan tetapi, pada saat terakhir ia mendapatkan kenyataan
yang amat pahit baginya, yaitu bahwa Sin Wan adalah anak
tiri dari mendiang Se Jit Kong, yaitu Iblis Tangan Api yang
telah membunuh ayahnya! Biarpun Sin Wan hanya anak tiri,
namun kenyataan ini membuat Kui Siang terpukul. Hancur
rasa hatinya dan ia tidak mau mendekati suhengnya lagi, ia
meninggaikan suhengnya itu dengan perasaan hancur. Ia
amat mencinta suhengnya, akan tetapi bagaimana mungkin ia
berjodoh dengan anak angkat orang yang telah membunuh
ayahnya dan menghancurkan keluarga ayahnya" la akan
merasa durhaka terhadap orang tuanya.
Dengan membawa hati yang remuk, dari tempat tinggal
orang tuanya di kota raja Nan-king, Kui Siang pergi ke Peking
untuk memenuhi permintaan Raja Muda Yung Lo, menjadi
kepala pasukan pengawal keluarga pangeran atau raja muda
itu. Kui Siang bekerja, dengan tekun dan penuh pengabdian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan ia mengganti pasukan thai-kam (laki-laki kebiri)
dengan pasukan wanita yang digemblengnya.
Melihat ketekunan Kui Siang, Raja Muda Yung Lo semakin
kagum Raja Muda Yung Lo sejak mengundang dan menjamu
Pek-sim lo-kai (Penggmis Tua Hati Putih) Bu Lee Ki yang
datang bersama Sin Wan dan Kui Siang, dan melihat Kui
Siang, raja muda itu kagum dan tertarik sekali. Dia
mendukung Bu Lee Ki untuk menjadi pemimpin besar para
kai-pang (perkumpulan pengemis), menawarkan kedudukan
panglima kepada Sin Wan, dan kedudukan kepala pengawal
keluarga istana kepada Kui Siang. Sin Wan yang patah hati
karena penolakan Kui Siang yang memutuskan hubungan cinta
di antara mereka, tidak kembali ke Peking, dan Kui Siang yang
juga menderita duka itu, untuk menghibur hatinya, kembali ke
Peking dan menerima penawaran kedudukan itu
Selama berada di istana dan bertugas sebagai kepala
pengawal keluarga, Kui Siang melihat kenyataan betapa sikap,
raja muda itu terhadap dirinya amatlah baiknya. Dari pandang
mata raja muda itu ia tahu bahwa pria itu jatuh hati
kepadanya. Akan tetapi, biarpun ia sendiri kagum kepada raja
muda ini, ia masih tidak mampu melupakan Sin Wan dan
karena itu ia bersikap dingin saja sehingga Raja Muda Yung Lo
belum berkenan menyatakan isi hatinya.
Pada malam yang sunyi, gelap dan dingin itu, seperti biasa
Kui Siang melakukan perondaan untuk memeriksa anak
buahnya agar mereka melakukan penjagaan dengan
sebaiknya. Ketika ia melakukan pemeriksaan ke bagian
belakang, tiba-tiba ia melihat berkelebatnya bayangan ke arah
gardu penjagaan di belakang dan terdengar jerit seorang
wanita pengawal. Kui Siang cepat meloncat ke tempat itu dan
mendengar suara seorang berkelahi. Dilihatnya betapa
seorang anak buahnya menggeletak mandi darah, dan dua
orang pengawal lain sedang berkelahi melawan dua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpakaian hitam dan mukanya ditutup sutera hitam yang
memiliki kepandaian amat lihai.
Kui Siang cepat mengeluarkan suling peraknya dan
meniupkan isyarat. Suling itu mengeluarkan suara melengking
tinggi yang dapat terdengar oleh semua anak buah yang
sedang melakukan penjagaan. Ia merasa yakin bahwa
sebentar lagi, ditempat itu akan dipenuhi anak buahnya yang
berjumlah duapuluh orang lebih. Ia sendiri tidak membantu
anak buahnya menghadapi dua orang lawan yang lihai
melainkan cepat sekali ia meloncat ke dalam dan menuju ke
arah ruangan di mana dapat kamar Raja Muda Yung Lo dan
keluarganya. Kui Siang maklum bahwa dalam keadaan
bahaya, maka ia dapat memastikan bahwa sasaran utama
musuh tentulah sang raja muda. Oleh karena itu, ia
membiarkan anak buahnya yang menghadapi penyerbu,
sedangkan ia sendiri harus menjaga keselamatan raja muda
dan keluarganya. Perhitungannya ternyata tepat. Baru saja ia tiba di depan
kamar sang raja muda, tiba-tiba nampak bayangan hitam
berkelebat seperti seekor burung besar melayang turun ke
dalam ruangan yang nampaknya sunyi itu.
"Penjahat keji, menyerahlah engkau!" bentak Kui Siang sambil meloncat keluar
menghadapi bayangan hitam itu.
Bayangan itu memakai pakaian serba hitam, mukanya dari
hidung ke bawah tertutup kain sutera hitam. Yang nampak
hanya sepasang matanya yang mencorong tajam. Tubuh itu
tinggi kurus dan gerakannya tadi ringan dan gesit.
Bayangan itu agaknya kaget melihat Kui Siang. Tadinya dia
mengira bahwa dua orang kawannya yang memancing
keributan di gardu penjagaan belakang itu tentu akan menarik
semua pengawal ke sana sehingga dia akan leluasa bergerak
membunuh raja muda. Siapa kira, pemimpin pasukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal yang dia dengar memiliki ilmu kepandaian tinggi ini
bahkan tiba-tiba muncul di situ. Tanpa banyak cakap lagi
bayangan itu mencabut pedangnya dan menyerang dengan
dahsyat, menusuk ke dada Kui Siang.
"Singgg ........" saking kuatnya tusukan itu, pedang
mengeluarkan suara berdesing ketika lewat di samping tubuh
Kui Siang yang mengelak dengan gerakan cepat. Namun
pedang yang luput dari sasaran itu membalik, kini menyambar
dan membacok ke arah leher!
Kui Siang terkejut juga. Ternyata penyerang ini memang
lihai dan memiliki gerakan pedang yang cepat dan kuat. Iapun
meloncat ke belakang sambil mencabut Jit-kong-kiam (Pedang
Sinar Matahari) peninggalan mendiang Kiam-sian (Dewa
Pedang). Nampak sinar menyilaukan mata ketika pedang itu
tercabut. Ketika Kui Siang memutar pedangnya, lenyaplah
bentuk pedang berubah menjadi gulungan sinar yang
membuat ruangan itu nampak lebih terang. Itulah ilmu
pedang Sinar Matahari yang amat hebat.
"Ihh ......" Si kedok hitam itu mengeluarkan seruan kaget, akan tetapi diapun
sama sekali bukan orang lemah.
Pedangnya berkelebatan, menangkis dan balas menyerang
sehingga dalam waktu singkat saja keduanya telah saling
serang dengan mati-matian!
Setelah mereka bertanding selama duapuluh lima jurus,
tahulah Kui Siang bahwa lawannya bukan orang sembarangan.
Pembunuh ini adalah seorang ahli pedang yang tangguh,
maka iapun mengimbangi permainan pedangnya dengan
bantuan tangan kirinya yang kini ikut menyerang dengan
tebasan-tebasan tangan miring. Setiap kali tangan kirinya
menyambar, terdengar suara bersiut dan tangan itu amat
berbahaya karena ia telah mempergunakan ilmu Kiam-ci (Jari
Pedang) yang menotok seperti tusukan pedang..
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu kamar besar keluarga raja muda itu terbuka dan
muncullah Raja Muda Yung Lo dengan pedang di tangan. Juga
dari kanan kiri bermunculan para pengawal pribadi, akan
tetapi ketika para pengawal itu hendak mengeroyok si kedok
hitam, Raja Muda Yung Lo memberi isyarat dengan tangan
agar mereka tidak bergerak. Agaknya raja muda yang juga
memiliki kepandaian lumayan itu dapat melihat betapa Kui
Siang tidak kalah oleh si kedok hitam, maka dia ingin
menonton pertandingan hebat itu! Para pengawal itu hanya
mengepung ruangan itu, tidak memberi jalan kepada lawan
untuk lolos Agaknya si kedok hitam maklum bahwa dirinya berada
dalam bahaya, maka dia berlaku nekat, menyerang dengan
lebih gencar dengan maksud agar kalau dia tewaspun dia
akan mampu membunuh lawannya ini.
Akan tetapi Kui Siang juga maklum akan kehadiran Raja
Muda Yung Lo, maka dia mengerahkan seluruh tenaga dan
keandaiannya, terus mendesak lawan.
Si kedok hitam yang menerima tugas rahasia membunuh
Raja Muda Yung Lo, melihat kesempatan baik karena raja
muda itu berdIri di situ, menonton perkelahian. Diam-diam dia
mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya dengan tangan kiri
dan setelah mendapat kesempatan baik, tangan kirinya
bergerak cepat menyambitkan tiga buah thi-lian-ci (biji teratai besi), yaitu
senjata rahasia berbentuk biji teratai terbuat dari pada besi.
"Awas, Yang Mulial" Kui Siang berseru kaget, akan tetapi pedangnya bergerak
cepat sekali menghantam pedang lawan
karena saat itu lawan sedang mencurahkan perhatian untuk
menyerang Raja Muda Yung Lo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, Raja Muda Yung Lo bukan seorang lemah. Dia
pernah belajar ilmu silat, bahkan selama ini dia menjadi
panglima yang memimpin pasukan besar yang menggempur
sisa-sisa pasukan Mongol di daerah utara. Dia sudah
mengalami banyak pertempuran, dan kalau hanya diserang


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata rahasia seperti itu saja, bukan merupakan hal
berbahaya baginya. Tanpa diperingatkan Kui Siangpun, dia
tidak akan mudah dirobohkan dengan serangan senjata
rahasia thi-lian-ci. Dia sudah memutar pedangnya dan tiga
buah thi-lian-ci itupun terpukul runtuh. Sebaliknya, pedang di
tangan penyerang itu terlepas dan terpental ketika dipukul
pedang Kui Siang sehingga kini si kedok hitam tidak lagi
memegang senjata. Agaknya dia tahu bahwa akan sia-sia melarikan diri, maka
diapun berkata dengan suara angkuh kepada Kui Siang, "Kalau memang engkau gagah,
mari kita melanjutkan pertandingan
dengan tangan kosong!"
Kui Siang mengerutkan alisnya. Ia tidak sedang mengadu
ilmu menguji kepandaian masing-masing, melainkan sedang
menghadapi seorang penjahat yang hendak membunuh Raja
Muda Yung Lo, maka tentu saja ia tidak beminat melayani
tantangan orang yang sudah terdesak dan tinggal menangkap
saja itu. Akan tetapi ketika ia menoleh ke arah raja muda itu,
ia melihat raja muda itu mengangguk dan tersenyum
kepadanya lalu berkata, "Nona Lim, aku ingin sekali melihat engkau mengalahkan
jahanam ini dalam pertandingan tangan
kosong." Kui Siang sudah mengenal watak Yung Lo yang suka sekali
akan kegagahan. Tentu kini Yung Lo ingin melihat adu
kepandaian karena si penyerang itu cukup tangguh. Dan iapun
yakin banwa raja muda itu sudah bersiap-siap bersama para
pengawalnya kalau sampai ia terdesak atau terancam bahaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5. Lamaran Raja Muda Yung Lo
"BAIK, Yang Mulia," katanya dan iapun menyimpan kembali
Jit-kong-kiam, menghadapi penjahat itu dengah tangan
kosong. Ia tahu bahwa penjahat itu lihai, maka begitu
menghadapinya, ia telah mengerahkan tenaga untuK
memainkan Sam-sian Sin-ciang, ilmu peninggalan tiga orang
gurunya yang amat ia andalkan. Karena Sam-sian Sin-ciang
mengandung unsur ilmu-ilmu ke tiga orang Sam-sian, maka
selain dalam kedua tangan gadis itu mengandung tenaga
Thian-te Sin-kang (Tenaga Sakti Langit Bumi), juga kedua
telapak tangan mengepulkan uap putih karena ilmu itu
mengandung pula Pek-in Hoat-sut (Ilmu Sakti Awan Putih)
dari Pek-mau-sian Thio Ki.
Melihat gadis itu benar-benar menghadapinya dengan
tangan kosong si kedok hitam menjadi berani dan nekat.
Sambil mengeluarkan teriakan nyaring, diapun menerjang
dengan gerakan nekat sehingga seluruh tenaga dan
kepandaiannya dia kerahkan untuk membunuh lawan. Dia
tahu bahwa dia tidak mungkin dapat lolos dan entah
bagaimana pula nasib dua orang rekannya. Maka, sebelum
tertawan dan dibunuh, dia harus dapat lebih dulu membunuh
lawannya ini sehingga matinya tidak akan sia-sia.
Akan tetapi, segera dengan pahit dia melihat kenyataan
bahwa kalau tadi ketika mereka bertanding dengan pedang
mereka masih dapat dibilang seimbang, kini setelah
bertanding dengan tangan kosong, dia mendapat kenyataan
bahwa gadis itu hebat bukan main ilmu silat tangan
kosongnya. Kedua tangan yang mengepulkan uap putih itu
mengandung tenaga yang membuat dia tergetar setiap kali
mereka beradu lengan. Dan betapapun dia mendesak dan
menerjang bertubi-tubi dengan cepat, tetap saja dia tidak
mampu menyentuh tubuh lawannya yang bergerak luar biasa
cepatnya, dengan langkah berputar-putar, yang aneh. Tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba saja tubuh lawannya lenyap dan tahu-tahu telah berada di
kanan, kiri atau belakangnya.
Setelah lewat tigapuluh jurus, si kedok hitam merasa
pening, matanya berkunang dan gerakannya kacau sehingga
dia tidak lagi dapat melindungi dirinya dengan baik.
Kesempatan itu dipergunakan oleh Kui Siang untuk
menghantamkan tangan kanannya ke arah kepala lawan.
Ketika lawannya mengelak ke sebelah kirinya, ia menyambut
dengan serangan intinya, yaitu jari tangannya yang kiri
menotok. Terdengar bunyi bercuitan ketika ia menggunakan
ilmunya yang mengandung totokan Kiam-ci (Jari Pedang) dan
tubuh lawan itupun roboh terjengkang. Saking cepatnya
gerakan jari tangan gadis itu, sukar dilihat dan tahu-tahu si
topeng hitam itu terjengkang roboh dan tewas seketika karena
tepat di tengah dahinya telah tertembus jari tangan Kui Siang
yang pada saat ia menggunakan ilmunya, tiada ubahnya
sebatang pedang runcing. Raja Muda Yung Lo bertepuk tangan memuji dengan hati
girang dan kagum. "Bagus sekali, Nona Lim."
"Yang Mulia, masih ada dua orang penyerbu di belakang.
Hamba akan melihatnya ke sana!" kata Kui Siang dan tanpa
menanti jawaban raja muda itu, iapun sudah meloncat dengan
cepat menuju ke belakang. Akan tetapi setelah tiba di gardu
penjagaan, ia merasa kecewa. Ada enam orang anak buahnya
terluka, akan tetapi dua orang yang dikeroyok anak buahnya
tadi dapat meloloskan diri walaupun menurut keterangan anak
buahnya, dua orang itu lari sambil membawa luka di tubuh
mereka. Ketika kedok sutera hitam itu dibuka dari wajah orang yang
telah tewas, tidak ada yang mengenalnya, akan tetapi dari
bentuk wajahnya, mudah diduga bahwa dia tentulah seorang
Mongol atau setidaknya peranakan Mongol. Memang setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjajah selama hampir satu abad lamanya, bangsa Mongol
telah mempelajari banyak sekali ilmu-ilmu penduduk pribumi,
bahkan banyak di antara mereka yang menjadi jagoan ahli
silat yang tangguh. Pada keesokan harinya, setelah selesai mengadakan rapat
pertemuan dengan para hulubalang, Raja muda Yung Lo
masuk ke dalam ruangan duduk di belakang, lalu dia
memanggil Kui Siang agar datang menghadap karena ada
urusan penting yang hendak dia bicarakan.
Ketika Kui Siang memasuki ruangan duduk di belakang,
ruangan di mana raja muda itu suka mengadakan latihan silat,
ia melihat Raja Muda Yung Lo dalam pakaian ringkas, pakaian
olah raga, duduk seorang diri di situ. Tidak nampak
seorangpun pengawal di ruangan itu, maupun di luar ruangan.
Hal ini mengejutkan dan mengherankan hati Kui Siang yang
menganggap raja muda itu sungguh kurang hati-hati
membiarkan diri sendiri tanpa dikawal. Dikiranya bahwa raja
muda itu akan mengajaknya berlatih silat, karena biasanya
raja muda itu suka berbincang-bincang, bahkan berlatih silat
dengannya. "Yang Mulia, hamba tidak melihat seorangpun pengawal di
sini. Sungguh berbahaya paduka berada seorang diri saja ......"
Raja Muda Yung Lo tersenyum dan memberi isyarat dengan
tangan agar wanita itu mengambil tempat duduk.
"Kui Siang, duduklah. Mengapa berbahaya" Aku berada di
dalam istana yang terkurung penjagaan rapat. Pula, aku
bukan anak kecil atau orang lemah. Tidak suka aku ke mana-
mana harus dijaga pengawal. Pula, aku ingin berdua saja
denganmu, ada yang hendak kubicarakan denganmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah gadis itu berubah kemerahan. Biasanya pangeran-itu
menyebutnya nona atau Nona Lim, kenapa sekarang
menyebut namanya begitu saja" Perubahan sebutan yang
bukan tidak menyenangkan karena lebih akrab, akan tetapi
juga membuat ia tersipu. "Yang Mulia hendak membicarakan kepentingan apakah
dengan hamba?" tanyanya dengan suara biasa saja sambil
duduk menghadapi raja muda itu, terhalang sebuah meja.
Raja Muda Yung Lo memandang wajah Kui Siang, dan
beberapa kali menarik napas panjang, agaknya sukar baginya
untuk bicara. Yung Lo merupakan seorang pangeran yang
sejak dia kecil mengenal perjuangan ayahnya, mengenal
perang. Bahkan dia, setelah dewasa, merupakan seorang di
antara pangeran yang paling rajin membantu ayahnya untuk
memperkuat kedudukan Kerajaan Beng yang baru. Dia
merupakan pangeran yang paling berjasa, paling cakap
mengatur pasukan, maka oleh ayahnya, Kaisar Thai-cu pendiri
Kerajaan Beng, dia dipercaya untuk memimpin pertahanan
yang paling berat dan penting, yaitu pertahanan terhadap
bangsa Mongol yang tentu saja selalu berusaha untuk
membangun kembali kekuasaan mereka di selatan yang sudah
runtuh. Karena kemampuannya, dia diangkat menjadi raja muda
oleh kaisar, dan diberi hak dan kekuasaan di utara, dengan ibu
kota Peking. Dan ternyata memang dia mampu. Raja muda
yang usianya tigapuluh tahun lebih ini memang gagah, alisnya
berbentuk golok, matanya dengan kedua ujung agak
menyerong ke atas itu lebar dan tajam sinarnya, hidungnya
besar, mulutnya dan dagunya membayangkan keteguhan hati
dan kemampuan besar, kumis dan jenggotnya terpelihara rapi.
Pendeknya, wajah seorang laki-laki jantan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah beberapa kali menarik napas panjang dan nampak
ragu, akhirnya raja muda itu berkata, "Kui Siang, sungguh aku
sendiri merasa heran mengapa terasa amat berat dan sukar
bagiku untuk bicara sekali ini. Selama hidupku belum pernah
aku merasa begini tegang, dan hal ini saja sudah
membuktikan kepadaku bahva memang aku bicara dari hatiku,
bukan sekedar bicara saja. Nah, ketahuilah, bahwa sejak
pertama kali bertemu denganmu, ketika engkau datang
bersama Sin Wan dan Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki, aku merasa
kagum sekali padamu. Karena kekagumanku, maka aku
mengangkatmu menjadi kepala pengawal keluarga dan
ternyata pilihan dan keputusanku itu memang tepat. Engkau
bekerja dengan baik, dapat membentuk pasukan pengawal
wanita yang kuat dan dapat dipercaya, bahkan malam tadi,
engkau dan pasukanmu yang berhasil menahan pembunuh-
pembunuh yang dapat menyelinap masuk mengelabui para
perajurit pengawal pria di luar istana."
"Hamba hanya melaksanakan tugas, Yang Mulia. Sayang
bahwa dua orang di antara para penjahat itu lolos. Mereka
adalah orang-orang tangguh dan pasukan hamba yang belum
menguasal ilmu silat tinggi bukan lawan mereka."
Raja Muda Yung Lo tersenyum dan pandang matanya
semakin terkagum. Gadis ini selain cantik jelita, manis budi,
lihai ilmu silatnya, masih ditambah lagi rendah hati. Semua
sifat inilah yang membuat dia terkagum-kagum dan dia sudah
mengambil keputusan bulat sebelum memanggil Kui Siang.
"Sudahlah, Kui Siang. Bagaimanapun juga pasukanmu itu
telah berjasa besar, dan terutama sekali engkau sendiri. Aku
ingin sekali mengutarakan isi hatiku kepadamu, dan
sebelumnya kalau pernyataanku ini menyinggung
perasaanmu, kuharap engkau suka memaafkan aku, Kui
Siang. Aku suka akan kejujuran, keterus-terangan, dari pada
menyimpan sesuatu di hati, dan aku tidak ingin memaksakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehendak dan keinginan hatiku kepada orang lain, terutama
sekali kepadamu. Jadi, ka?lau nanti ucapanku ini tidak
berkenan di hatimu, anggap saja tidak ada dan tetaplah
bekerja seperti biasa. Engkau mau berjanji demikian?"
Kui Siang mengangguk, jantungnya berdebar tegang.
"Katakanlah, Yang Mulia."
"Kui Siang, setelah engkau bekerja di sini, kekagumanku
bertambah-tambah, dan akhirnya aku melihat kenyataan
bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu. Belum pernah selama
hidupku aku melakukan pinangan secara langsung kepada
seorang gadis, akan tetapi sekali ini aku melanggar semua
hukum adat yang berlaku. Aku meminangmu untuk menjadi
isteriku, seorang di antara selirku, dengan demikian aku akan
selalu bersamamu tanpa khawatir pada suatu hari engkau
akan berpisah dariku."
Kui Siang menundukkan mukanya yang sebentar pucat
sebentar merah. Dipinang seorang raja muda! Biarpun hanya
dipinang menjadi selir karena raja muda itu sudah beristeri
dan mempunyai beberapa orang selir, namun hal itu sudah
merupakan suatu kehormatan yang tak pernah ia mimpikan.
Raja muda ini seorang pangeran! Dan harus ia akui bahwa ia
juga kagum sekali kepada Yung Lo.
Hanya ada satu hal, malah ada dua hal yang membuat ia
menunduk dengan hati seperti ditusuk. Pertama ia merasa
bahwa hatinya telah menjadi milik Sin Wan ia mencinta Sin
Wan dan sampai sekarangpun ia masih mencinta pemuda itu
walaupun rasa baktinya terhadap orang tuanya tidak
memungkinkan ia menikah dengan anak tiri pembunuh
ayahnya. Dan kenyataan kedua adalah bahwa biarpun ia amat
kagum dan hormat kepada Raja Muda Yung Lo, akan tetapi ia
tidak mencintanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang membuat ia bingung sekali adalah karena ia tidak
berani atau tidak tega untuk menolak. Ia tahu bahwa betapa
bijaksana pun Raja Muda Yung Lo, akan tetapi sebagai
seorang laki-laki yang ditolak cintanya oleh seorang wanita,
tentu raja muda itu akan tersinggung, akan merasa
diremehkan, malu dan terpukul. Ia menjadi serba salah.
Menerima pinangan itu berarti bertentangan dengan
perasaan hatinya. Menolak berarti menyinggung perasaan
orang yang dijunjung dan dihormatinya, dan setelah menolak,
rasanya tidak mungkin lagi mempertahankan pekerjaannya
sebagai pengawal pribadi di situ. Apa yang harus ia lakukan"
Raja Muda Yung Lo mengamati wajah yang menunduk itu
dan sinar matanya memandang penuh selidik. Sebagai orang
yang berpengalaman, tanpa mendengar jawaban dengan
kata-katapun dia tahu bahwa pernyataannya tadi
mengguncang hati Kui Siang dan membuat gadis itu merasa
canggung, serba salah dah agaknya sukar untuk mengambil
keputusan. "Kui Siang, engkau tidak perlu bingung menghadapi
pinanganku. Ketahuilah bahwa selama ini aku tidak pernah
meminang gadis, dan semua wanita yang menjadi isteri dan
selir-selirku, hanya dihubungi seorang perantara yang menjadi
utusan dan tak seorangpun di antara mereka ragu-ragu untuk
menerima pinanganku. Akan tetapi engkau lain Kui Siang. Aku
tahu bahwa engkau adalah seorang gadis dari dunia
persilatan, walaupun dahulu engkau puteri bangsawan. Karena
itu, aku melamar sendiri dan engkaupun bebas untuk


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menentukan jawabanmu. Andaikata engkau tidak setuju dan
tidak dapat menerima pinanganku, jangan takut untuk
memberi jawaban sejujurnya"
Mendengar ucapan raja muda itu, Kui Siang mengangkat
muka memandang, Sejenak dua pasang mata bertemu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandang, bertaut dan akhirnya Kui Siang yang menundukkan
mukanya. "Yang Mulia, maafkan hamba. Semua ini begitu
tiba-tiba datangnya, dan tidak tersangka-sangka. Bagaimana
mungkin hamba dapat menjawab seketika" Perkara ini
menyangkut masa depan kehidupan hamba, sudah selayaknya
kalau dipikirkan masak-masak sebelum menjawab, apalagi
paduka menghendaki agar hamba menjawab dengan
sejujurnya." Raja Muda Yung Lo mengangguk-angguk dan mengelus
jenggotnya yang rapi. Dia semakin kagum karena jawaban Kui
Siang itu membuktikan bahwa gadis ini memang bijaksana
dan jujur. "Baiklah, Kui Siang. Aku mengerti dan memang engkau
benar. Nah, kuberi waktu sebulan kepadamu. Cukupkah waktu
itu?" Kui Siang menarik napas lega dan memandang kepada raja
muda itu dengan sinar mata berterima kasih. "Terima kasih, Yang Mulia. Satu
bulan sudah lebih dari pada cukup bagi
hamba untuk mempertimbangkan dan memikirkannya."
"Nah, sekarang jangan pikirkan lagi pembicaraan kita tadi.
Mari kita berlatih, dan aku ingin sekali mengenal lebih baik
ilmu silat tangan kosong yang kaupergunakan untuk
mengalahkan pembunuh malam tadi. Belum, pernah aku
melihat engkau memainkannya. Silat apakah itu?"
Kini sikap raja muda itu sudah berubah sama sekali, pulih
seperti biasa ramah dan sikap ini membuat Kui Siang amat
bersyukur karena ia tidak merasa rikuh dan canggung lagi.
Raja muda ini memang seorang laki-laki pilihan, bukan perayu,
bukan pula pria yang suka menggunakan kekuasaan harta
maupun kedudukan untuk menundukkan wanita dan
mematahkan perlawanan mereka. Ia dapat membayangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa boleh dibilang setiap orang wanita akan menyambut
pinangannya dengan hati dan tangan terbuka. Siapa tidak
akan merasa bangga menjadi isteri atau selir pangeran yang
kini menjadi raja muda, seorang laki-laki jantan yang selain
berkedudukan tinggi, berwajah ganteng, gagah perkasa, juga
jujur dan tidak congkak ini"
"Sin Wan .......!" nama ini bergema terus, bahkan keluar
dari bisikan mulutnya ketika ia sudah rebah seorang diri di
dalam kamarnya. Pinangan Raja Muda Yung Lo mengundang
kenangan lama dan membuat wajah Sin Wan terus saja
terbayang di depan matanya. Sekuat tenaga hatinya ia
mencoba untuk mengusir bayangan itu, namun semakin diusir,
semakin jelas nampak wajah suhengnya itu.
Engkau bodoh, demikian ia memaki diri sendiri. Bagaimana
dalam keadaan menerima pinangan seorang laki-laki seperti
Raja Muda Yung Lo, ia malah mengenang pemuda seperti Sin
Wan itu" Seorang pemuda yang menurut para paman dan
bibinya sama sekali tidak pantas menjadi suaminya! Menurut
mereka, Sin Wan adalah seorang pemuda yang berdarah
bangsa liar, bukan pribumi, keturunan bahkan berdarah
Uighur, bangsa biadab, selain itu juga dia seorang pemuda
yang tidak mempunyai apa-apa, pangkat tidak hartapun tidak.
Apa yang diandalkannya untuk merjadi suaminya"
"Aih, mereka itu orang-orang tamak, mata duitan dan gila
pangkat," ia membela Sin Wan.
Akan tetapi, satu hal yang membuat ia mengenang Sin
Wan dengan hati tidak senang adalah kenyataan bahwa
suhengnya itu adalah putera dari mendiang Se Jit Kong. Iblis
Tangan Api, datuk sesat yang teramat jahat, yang telah
membunuh ayahnya dan menghancurkan keluarga ayahnya.
Bahkan kakek Bu Lee Ki, pemimpin semua Kai-pang yang
bijaksana itupun menjauhkan diri dari Sin Wan setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui bahwa Sin Wan putera Se Jit Kong! Bagaimana
mungkin putera seorang datuk jahat seperti itu, walaupun
hanya putera tiri, dapat menjadi seorang yang baik dan tidak
akan mewarisi watak Se Jit Kong yang jahat"
Lalu terbayang wajah Sin Wan. Terbayang pemuda yang
bertubuh tinggi tegap, berkulit gelap, wajahnya jantan dan
tampan gagah. Dahinya lebar, alisnya tebal berbentuk golok
seperti alis Raja Muda Yung Lo, matanya lebar bersinar-sinar,
hidungnya tinggi mancung agak besar, mulutnya
membayangkan keteguhan hati. Tubuh itu sedang besarnya,
bahunya bidang, tegap, langkahnya seperti langkah harimau.
"Sin Wan......," ia menghela napas panjang. Ia mencinta
suhengnya itu, pernah mencintanya dan masih tetap
mencintanya dan mungkin takkan pernah mampu
melupakannya. Baginya, kemiskinan Sin Wan, kebangsaannya,
kenyataan bahwa dia miskin, papa dan tidak memiliki
kedudukan, bukan apa-apa. Akan tetapi, dia putera Se Jit
Kong! "Sin Wan .......!" ia mengeluh sebelum akhirnya pulas dan dalam tidurpun ia
bermimpi, bertemu kembali dengan Sin Wan
dan dalam mimpi itupun ia tetap mencinta Sin Wan.
0oo0 Kita tinggalkan dulu Kui Siang yang gelisah
mempertimbangkan pinangan Raja Muda Yung Lo. Untung
baginya bahwa Raja Muda Yung Lo memberi waktu sebulan
kepadanya, cukup lama baginya untuk mempertimbangkan
dengan masak sebelum memberi jawaban yang pasti.
Apa yang menjadi persangkaan Raja Muda Yung Lo dan
para pembantunya bahwa pembunuh yang tewas di tangan
Kui Siang itu adalah seorang mata-mata Mongol, memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepat. Beberapa hari sejak kegagalan tiga orang pembunuh
yang berhasil menyusup ke istana Raja Muda Yung Lo itu,
dalam sebuah kuil tua yang sudah tidak terpakai lagi, di
puncak sebuah bukit yang sunyi, nampak berkelebatnya
bayangan beberapa orang memasuki kuil tua.
Di dalam ruangan belakang kuil tua itu telah duduk menanti
seorang laki-laki yang pakaiannya serba hitam, tubuhnya
tinggi besar dengan perut gendut. Akan tetapi, wajahnya
tertutup topeng hitam pula, terbuat dari sutera yang hanya
memperlihatkan sepasang matanya yang tajam mencorong.
Karena kepalanya juga tertutup, sukarlah menaksir bagaimana
bentuk wajahnya dan berapa kira-kira usianya. Namun, mata
itu sungguh berwibawa dan tajam menyeramkan. Dan di luar
kuil tua, di empat penjuru, nampak penjaga yang
bersembunyi, yang mengamati keadaan kuil dan mereka
melihat dengan teliti siapa mereka yang datang memasuki kuil
di siang hari itu. Dari tempat mereka berjaga kalau ada orang
menuju kuil, baru mendaki puncak bukit itu saja sudah
kelihatan sehingga tempat itu benar-benar aman, tidak
mungkin dapat dikunjungi orang luar tanpa mereka
melihatnya. Beberapa bayangan orang yang berkelebat memasuki kuil
itu ternyata merupakan lima orang yang dari gerakan mereka
mudah diketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang
memiliki ilmu kepandaian tinggi. Mereka ini memang
merupakan lima orang tokoh sesat yang namanya sudah amat
terkenal, terdiri dari lima orang saudara seperguruan yang
masing-masing memiliki ilmu kepandaian tinggi, terutama
sekali permainan golok besar mereka. Mereka dikenal sebagai
Hek I Ngo-liong (Lima Naga Baju Hitam) dan ke limanya
memang mengenakan pakaian serba hitam, walaupun bukan
terbuat dari sutera hitam halus seperti yang dipakai laki-laki
yang duduk di ruangan belakang kuil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek I Ngo-liong terdiri dari Coa Ok berusia limapuluh tiga
tahun yang bertubuh gendut, dengan adik kandungnya
bernama Coa Kun berusia limapuluh tahun yang bertubuh
pendek dengan kepala botak. Orang ke tiga dan ke empat
juga dua orang kakak beradik, bernama Bhe It berusia
limapuluh tahun yang tinggi kurus dan Bhe Siu berusia
empatpuluh lima tahun yang wajahnya tampan dan pesolek.
Adapun orang ke lima bernama Kwan Su berusia empatpuluh
tahun, tubuhnya sedang akan tetapi wajahnya paling jelek
karena hitam dan penuh cacat bekas cacar. Masing-masing
memiliki ilmu golok yang tangguh, apalagi mereka biasa maju
bersama, maka dapat dibayangkan betapa lihai mereka kalau
maju bersama sebagai to-tin (barisan golok), sukar dapat
dikalahkan lawan. Belasan tahun yang lalu, ketika terjadi perebutan benda-
benda pusaka istana kaisar yang dicuri Se Jit Kong kemudian
terjatuh ke tangan Sam-sian, Hek I Ngo-liong itu pernah
mencoba untuk merampasnya dari tangan Sam-sian. Akan
tetapi, mereka bukan tandingan Sam-sian. Biarpun mereka
maju berlima menghadapi mendiang Kiam-sian, Dewa Pedang
yang semula terdesak itu akhirnya dapat mengalahkan
mereka. Kalau seorang Dewa Pedang saja baru dengan susah payah
dapat mengalahkan mereka, maka dapat dibayangkan betapa
tangguhnya lima orang Naga Baju Hitam ini! Mereka tangguh,
kejam, tidak mau tunduk kepada siapapun juga, bahkan
congkak. Akan tetapi kalau ada orang yang mengenal mereka
dan melihat sikap mereka ketika memasuki ruangan belakang
kuil tua dan berhadapan dengan si kedok hitam yang duduk di
atas kursi, orang akan merasa heran. Lima orang Hek I Ngo-
liong itu memberi hormat dengan sikap yang merendah sekali.
Mereka mengangkat kedua tangan ke depan dada, lalu
membungkuk sampai pinggang mereka terlipat ke depan, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan irama kacau mereka menyebut "Yang Mulia" kepada orang berkedok itu!
Tanpa bangkit dari tempat duduknya, dengan sikap penuh
wibawa, orang berkedok itu memandang lima orang
pendatang dengan sinar matanya yang mencorong penuh
selidik, lalu mengangguk dan terdengar suaranya yang dalam
dan parau, namun kata-katanya teratur rapi seperti cara
bicara seorang bangsawan tinggi.
"Selamat datang, Hek I Ngo-liong. Duduklah kita masih
menanti datangnya beberapa rekan lagi."
"Baik Yang Mulia," kata Coa Ok mewakili mereka berlima dan merekapun mengambil
tempat duduk. Di situ telah diatur
bangku-bangku yang mengelilingi sebuah meja besar. Karena
orang berkedok itu hanya duduk dengan tegak, tidak
memandang lagi kepada mereka, juga tidak mengeluarkan
sepatah kata lagi, diam seperti patung, Hek I Ngo-liong juga
duduk diam. Bahkan lima orang yang biasanya acuh dan tidak
menghormati orang lain ini, yang biasa bersikap kasar dan
mau menang seperti lima ekor tikus berhadapan dengan
seekor kucing yang galak. Mereka mati kutu dan tidak berani
bergerak! Memang mengherankan sekali. Akan tetapi kalau orang
sudah tahu siapa si kedok hitam ini, tentu mereka mengerti
mengapa Hek I Ngo-liong bersikap demikian takut. Mereka
berlima juga tidak pernah melihat wajah aseli si kedok hitam
dan hanya mengenalnya sebagai "Yang Mulia" saja. Mereka hanya tahu bahwa si
kedok hitam ini memiliki kepandaian
tinggi, juga mempunyai anak buah yang rata-rata lihai bukan
main. Yang membuat dia ditakuti adalah karena mudah saja
dia membunuh orang, akan tetapi juga mudah memberi
hadiah yang luar biasa royalnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek I Ngo-liong sendiri sudah banyak menerima hadiah dari
Yang Mulia, dan mereka tahu bahwa mereka berlima sama
sekali bukan tandingan dari orang aneh itu. Mereka juga tahu
bahwa Yang Mulia ini merupakan seorang di antara para
pimpinan yang berusaha untuk membangun kembali Kerajaan
Mongol! Mereka bekerja secara rahasia, namun telah
membuat jaringan yang kuat, mempunyai banyak anak buah
yang dijadikan mata-mata dan tersebar di mana-mana.
Tak lama kemudian, nampak ada dua bayangan orang
berkelebat dan muncul dua orang yang berpakaian ringkas,
keduanya bertubuh tinggi kurus dan melihat usia mereka,
tentu mereka berusia sekitar empatpuluh tahun. Namun wajah
keduanya pucat dan biarpun gerakan mereka masih ringan
dan cepat, namun yang seorang agak terpincang dan seorang
lagi membongkok. Ternyata keduanya menderita luka,
seorang terluka di paha dan seorang lagi di punggung. Begitu
tiba di ruangan itu, keduanya menjatuhkan diri dan memberi
hormat dengan setengah berlutut kepada Yang Mulia.
Sepasang mata di balik kedok itu berkilat menyambar.
"Kalian yang telah gagal menunaikan tugas, duduklah dulu."
Dengan wajah nampak pucat kedua orang itu bangkit,
menggumamkan terima kasih lalu duduk di sudut terjauh dari
tempat duduk si kedok hitam. Suasana sunyi, bukan saja amat
mencekam bagi dua orang itu, melainkan Hek I Ngo-liong
yang biasanya tabah itupun nampak saling pandang dan jelas
bahwa merekapun merasa tegang.
Tak lama kemudian berkelebat bayangan lain dan di situ
telah berdiri seorang laki-laki yang tubuhnya tinggi kurus,
usianya enampuluh tahun lebih dan di punggungnya nampak
sarung pedang yang terisi dua batang pedang pasangan.
Begitu tiba di ruangan itu, ruangan itu dengan pandang
matanya, kemudian melangkah maju menghadapi si kedok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam dan memberi hormat dengan merangkap, kedua tangan
depan dada. "Yang Mulia, saya datang mewakili semua saudara saya
seperti yang dikehendaki Yang Mulia."
Orang berkedok itu memandang sejenak lalu mengangguk-
angguk. "Engkau yang dijuluki Bu-tek Kiam-mo (Iblis Pedang Tanpa Tanding),
bukan" Engkau mewakili Bu-tek Cap-sha-kwi
(Tiga belas Setan Tanpa Tanding)" Duduklah!"
Orang yang dijuluki Bu-tek Kiam-mo itu menghaturkan
terima kasih lalu mengamambil tempat duduk. Dia saling
pandang dengan Hek I Ngo-liong, dan si Iblis Pedang nampak
terkejut agaknya tidak mengira bahwa lima orang pandai itu
berada pula di situ. Akan tetapi dia tidak berani mengeluarkan
kata apapun, dan di pihak lima orang tokoh itupun nampaknya
menahan untuk tidak berkata apa-apa ketika mereka melihat
hadirnya seorang di antara Bu-tek Cap-sha-kwi, karena orang


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkedok itu masih belum bergerak atau mengeluarkan kata-
kata, agaknya masih menanti munculnya orang lain, maka
delapan orang yang sudah datang itu juga diam saja di atas
bangku masing-masing, dengan sikap menunggu.
Di antara mereka yang delapan itu, hanya Bu-tek Kiam-mo
seorang saja yang berani mengangkat muka memandang
kepada si kedok hitam. Hanya dia yang bersikap sebagai
tamu, bukan sebagai hamba. Hal ini adalah karena baru
sekarang Bu-tek Kiam-mo mendapat kesempatan menghadap
Yang Mulia, tokoh baru yang menggemparkan dan yang sudah
lama dia dengar namanya. Pula, dia belum menjadi hamba
orang aneh ini. Dia mewakili semua saudaranya yang
berjumlah tigabelas orang bersama dirinya, dan mereka
adalah anak buah dari Tung-hai-liong (Naga Laut Timur)
Ouwyang Cin, datuk besar yang menguasai lautan timur,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan kekuasaannya diakui oleh para bajak laut Jepang dan
para tokoh kang-ouw di sepanjang pantai laut timur.
Tiba-tiba terdengar suara bercuitan, seperti burung malam,
namun suara itu meninggi dan menggetarkan jantung.
Mendengar suara ini si kedok hitam menggerakkan kepala,
menoleh dan memandang ke arah pintu. Baru sekarang dia
memperlihatkan perhatian, pada hal kedatangan delapan
orang tadi disambutnya dengan sikap acuh saja. Kini sepasang
matanya mengeluarkan sinar berseri seolah dia mengharapkan
sesuatu yang menyenangkan akan terjadi.
Memang berbeda gerakan kedua orang yang muncul
sekarang ini. Berkelebatnya bayangan mereka hampir tidak
nampak, seolah-olah ada dua iblis yang tiba-tiba muncul dari
tiada. Tahu-tahu di situ telah berdiri dua orang yang aneh,
baik wajah mereka, pakaian mereka, maupun sikap mereka.
Yang seorang adalah pria yang usianya kurang lebih
enampuluh tahun akan tetapi nampak jauh lebih muda dari
pada usianya. Tubuhnya tinggi tegap dan mukanya berwarna
aneh sekali, merah seperti dicat dengan darah! Pakaiannya
sutera putih sehingga warna mukanya yang merah itu menjadi
semakin cerah. Di punggungnya terdapat sebatang senjata
golok yang punggungnya berbentuk gergaji. Dia adalah Ang-
bin Moko (Iblis Jantan Muka Merah).
Adapun orang kedua tentu saja Pek-bin Moli (Iblis Betina
Muka Putih), wanita yang usianya satu dua tahun lebih muda,
masih cantik dan ramping, akan tetapi mukanya sepucat muka
mayat dan pakaiannya juga sutera putih seperti yang dipakai
Ang-bin Moko. Wanita ini tidak memegang atau membawa
senjata, akan tetapi sabuk yang melilit pinggangnya adalah
seekor ular yang sudah mati dan itulah senjata yang ampuh!
Sejenak kedua orang itu hanya berdiri memandang ke arah
si kedok hitam, dan orang yang tadi acuh saja itu kinipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangkit berdiri. Tubuhnya yang tinggi besar nampak gagah
dan menambah kewibawaannya, apalagi karena pakaiannya
yang serba hitam itu terbuat dari sutera yang halus. Diapun
diam saja dan menyambut pandang mata kedua orang yang
datang berkunjung itu dengan penuh selidik.
"Ang-ko, inikah orang yang akan memberi pekerjaan dan
memimpin kita?" Pek-bin Mo-li tiba-tiba bertanya kepada
temannya. Suaranya nyaring tinggi dan lembut, namun
mengandung suara dingin mengejek.
"Ha..ha, agaknya benar, Pek-moi. Kita akan menjadi
pembantu seorang yang bersembunyi di balik topeng" Ha..ha,
lucu juga!" jawab Ang-bin Moko, juga suaranya mengandung
ejekan dan memandang rendah.
Pasangan ini memang terkenal sebagai pasangan iblis yang
tidak pernah mengenal takut, memandang diri sendiri
terpandai. Sekali ini mereka menerima undangan dari Yang
Mulia, nama yang sudah mereka dengar dari para tokoh kang-
ouw sebagai nama seorang pemimpin rahasia yang tidak
sayang melimpahkan hadiah yang amat royal sebagai imbalan
jasa seseorang akan tetapi yang juga tidak segan-segan untuk
membunuh dengan amat kejam siapa saja yang menjadi
penghalang. Mendengar ucapan sepasang iblis itu, si kedok hitam
mendengus, dan suaranya yang sopan terpelajar seperti
bangsawan tinggi itu terdengar penuh wibawa ketika dia
bicara, "Kami mengenal nama besar Ang-bin Moko dan Pek-
bin Moli, dan sikap angkuh mereka memang mengesankan,
akan tetapi kalau keangkuhan itu tidak mengandung
kenyataan akan ilmu yang benar-benar tinggi, maka
keangkuhan itu hanya akan menjadi bahan ejekan dan
tertawaan belaka. Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, melihat
sikap kalian, kamipun meragu dan tidak akan berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperbantukan tenaga kalian tanpa lebih dahulu
menyaksikan kemampuan kalian!"
Sepasang iblis itu saling pandang dan alis mereka berkerut.
Ucapan itu, betapapun halusnya, merupakan tantangan!
Mereka maklum bahwa orang berkedok yang hanya dikenal
dengan sebutan Yang Mulia ini selain memiliki ilmu
kepandaian tinggi, juga mempunyai anak buah yang banyak
sekali, terdiri dari orang-orang lihai yang tentu kini banyak
bersembunyi di sekitar tempat itu. Mereka bukan orang-orang
bodoh yang mencari perkara dan memancing kesulitan bagi
mereka sendiri. Akan tetapi merekapun bukan orang-orang
yang membiarkan setiap tantangan lewat tanpa
menyambutnya. Ang-bin Moko menghadapi si kedok hitam dan matanya
mengeluarkan sinar berkilat. "Yang Mulia, apakah ucapan
Yang Mulia itu merupakan tantangan ataukah sekedar ujian?"
Suara di balik kedok itu terkekeh, juga kekeh yang sopan.
"Heh..heh, kalian berdua kami undang bukan untuk dijadikan musuh, melainkan
diajak bekerja sama. Tentu saja kami
hanya ingin menguji apakah sesuai benar tingkat kepandaian
kalian dengan nama besar dan sikap kalian."
"Bagus sekali!" Pek-bin Moli berteriak nyaring. "Siapa yang akan menguji kami
dan bagaimana pula caranya?" sikap dan
suaranya menantang dan mukanya yang sepucat muka mayat
itu nampak cantik akan tetapi mengerikan, matanya jelilatan
memandang ke sekeliling seolah mencari musuh.
"Karena kalian merupakan orang-orang yang amat terkenal,
biarlah kami yang akan menguji. Kalian boleh maju bersama
dan kalau dalam sepuluh jurus kalian mampu mengalahkan
kami, maka kalian boleh menjadi pembantu kami dengan
menentukan sendiri besarnya upah kalian."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
6. Yang Mulia "Si Kedok Hitam"
Sepasang iblis itu saling pandang dan keduanya
menyeringai. Mengeroyok selama sepuluh jurus" Dan orang ini
menjanjikan kalau mereka menang boleh menentukan sendiri
besarnya upah mereka" Orang ini tentu gila, dan juga tentu
kaya bukan main! "Bagaimana kalau kami gagal?"
"Kalau kalian gagal dan tewas, kami akan menguburkan
jenazah kalian baik-baik, akan tetapi kalau kalian gagal dan
tidak tewas, kalian boleh menjadi pembantu kami, akan tetapi
kami yang akan menentukan besarnya upah kalian."
Kembali sepasang iblis itu saling pandang, dan mereka
tertawa. Orang ini tentu gila, pikir mereka. Bagaimana
mungkin dapat bertahan terhadap pengeroyokan mereka
selama sepuluh jurus" Dan membayangkan kemungkinan dia
dapat menewaskan mereka dalam sepuluh jurus. Gila!
Tiba-tiba Ang-bin Moko tertawa bergelak. "Baik, kami
setuju!" dan tanpa menggerakkan bibirnya, dia mengirim
suara kepada Pek-bin Moli, kita lucuti kedoknya ........"
Mengirim suara seperti itu hanya dapat dilakukan oleh
orang yang memiliki tenaga sakti yang amat kuat. Hanya
getaran suara saja yang mengudara dan ditangkap oleh orang
yang dikirimi suara, telinga lain tidak dapat mendengar apa-
apa. Akan tetapi, betapa kaget hati sepasang iblis itu ketika
terdengar si kedok hitam berkata tenang.
"Jangan harap kalian dapat melakukan niat itu! Nah, kalian mulailah!" tiba-tiba
tubuh yang tinggi besar itu melayang ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kiri, ke arah ruangan yang cukup luas, tubuhnya berdiri tegak
lurus dengan perut menggendut, hanya sepasang mata di
balik kedok itu saja yang nampak hidup, mencorong dan
penuh kewaspadaan. Sepasang iblis itu belum bergerak dari tempat mereka
berdiri. Ang-bin Moko yang bersikap hati-hati segera bertanya.
"Yang Mulia, selama sepuluh jurus ini, kita bertanding dengan tangan kosong
ataukah bersenjata?"
Si kedok hitam kembali terkekeh sopan. "Heh..heh, kami
mendengar bahwa golok gergajimu dan sabuk ular Pek-bin
Moli hanya untuk menakut-nakuti lawan saja, akan tetapi yang
lebih ampuh adalah Toat-beng Tok-ciang dan Touw-kut-ci
kalian. Be?narkah itu?"
Kembali sepasang iblis itu saling pandang. Hebat juga
orang ini. Tentu memiliki seribu telinga maka dapat
mengetahui ilmu simpanan mereka. Dan setelah mengetahui,
masih berani menantang mereka berdua untuk
mengeroyoknya. Ini saja sudah membuktikan bahwa orang itu
tentu memiliki sesuatu yang dapat dia andalkan untuk
menandingi kedua ilmu baru mereka.
Ang-bin Moko memberi isyarat kepada Pek-bin Moli dan
keduanya menggerakkan tubuh. Bagaikan dua ekor burung
rajawali, tubuh mereka melayang ke depan si kedok hitam.
Gerakan mereka demikian ringan dan gesitnya, membuat
mata di balik kedok itu bersinar-sinar gembira. Dia telah
mendapatkan dua orang pembantu yang boleh diandalkan,
pikir si kedok hitam. Dua orang ini jauh lebih pandai
dibandingkan Cap-sha-kwi maupun Ngo-liong.
Biarpun hanya melalui pandang mata, Ang-bin Moko dan
Pek-bin Moli sudah dapat saling memberi isyarat. Dua-orang
ini memang kompak sekali, bukan saja mereka berdua berasal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari saudara seperguruan, akan tetapi mereka juga sama-
sama merangkai ilmu-ilmu silat, dan lebih dari itu, hubungan
mereka juga sebagai kekasih atau suami isteri.
Setelah saling pandang memberi isyarat, kedua orang itu
lalu mengerahkan tenaga sakti sehingga kedua tangan
mereka, dari ujung jari sampai sebatas siku, berubah
warnanya menjadi kehijauan. Itulah tandanya bahwa mereka
telah mengerahkan tenaga dari ilmu Toat-beng Tok-ciang
(Tangan Beracun Pencabut Nyawa).
"Yang Mulia, waspadalah, kami akan menggunakan Toat-
beng Tok-ciang," teriak Ang-bin Mo-ko.
Bagaimanapun juga, diapun tahu bahwa orang berkedok ini
memiliki banyak sekali anak buah yang tentu sudah siap di
tempat itu. Kalau dia dan Pek-bin Moli kesalahan tangan
sampai membunuh orang ini, tentu keadaan akan menjadi
runyam dan mereka berdua dalam bahaya. Walaupun mereka
tidak takut, akan tetapi menguntungkan bagi mereka, bahkan
hanya merepotkan saja. Itulah sebabnya maka Ang-bin Mo-ko
sengaja meneriakkan peringatan ini, hal yang biasanya tak
pernah dia lakukan. Biasanya, kalau dia hendak membunuh
atau menyerang orang, dia melakukannya dengan tiba-tiba
dan tanpa memberi peringatan sama sekali.
Maklum bahwa ilmu pukulan kedua orang itu memang
berbahaya sekali, si kedok hitam juga tidak bersikap lengah
atau memandang rendah. Dia berdiri dengan kedua kaki
terpentang lebar, kokoh kuat seperti pagoda besi, kedua lutut
ditekuk sehingga membentuk siku-siku, kedua lengannya
disilangkan di depan dada, dengan jari tangan terbuka, akan
tetapi kalau jari-jari tangan yang lain agak melengkung, kedua
jari telunjuknya lurus menunjuk ke atas dan kedua jari tangan
itu berubah warna, kini menjadi hitam seperti arang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini, kembali sepasang iblis itu saling pandang dan
merekapun teringat akan adanya semacam ilmu yang amat
berbahaya, yang disebut It-kok-ci (Jari Racun Tunggal) yang
kabarnya merupakan ilmu yang amat hebat dan pernah
dikuasai oleh seorang saja, yaitu keluarga Wan-yen yang
menjadi orang kepercayaan kaisar-kaisar Mongol. Akan tetapi,
mereka tahu bahwa pemilik ilmu itu sudah tewas dalam
pertempuran ketika Kerajaan Mongol jatuh. Apakah orang ini
telah mewarisi ilmu itu?"
"Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, aku telah siap!" kata si kedok hitam.
Sepasang iblis itu lalu mengerahkan tenaga dan
menggerakkan tangan mereka, memukul dari jarak jauh ke
arah lawan. Terdengar bunyi bercuitan seperti beberapa ekor
tikus yang terjepit atau ketakutan, mencicit dan makin lama
semakin tinggi melengking. Dari kedua tangan mereka
menyambar hawa pukulan yang amat kuat, menyambar ke
arah jalan darah di tubuh lawan. Itulah Toat-beng Tok-ciang
yang dapat membunuh orang dari jarak jauh dengan mudah.
Seperti ada sinar yang tidak nampak meluncur ke arah tubuh
si kedok hitam. Akan tetapi, orang ini dengan tenang, tanpa mengubah
kedudukan kedua kakinya, juga menggerakkan kedua
tangannya, dan menuding dengan gerakan menotok ke udara
di depannya. Terdengar bunyi mendesir keluar dari jari-jari
telunjuk yang hitam itu dan ada hawa menyambar keluar
mengeluarkan uap pitam! Tenaga yang keluar dari kedua
telunjuk ini seperti perisai menangkis hawa pukulan Toat-beng
Tok-ciang sehingga pukulan jarak jauh itu terpental kembali.
Tentu saja Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli terkejut dan
merasa penasaran bukan main. Selama memiliki ilmu baru itu,
belum pernah mereka gagal mempergunakannya. Dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puluhan orang yang pernah mereka hadapi, baru seorang
pemuda saja yang mampu mengelak dan menangkis Toat-
beng Tok-ciang, yaitu Sin Wan murid Sam-sian. Akan tetapi
pemuda itupun hanya mengelak dan menangkis dengan
pukulan yang mengeluarkan uap putih, bukannya langsung
menyambut dengan totokan jarak jauh seperti yang dilakukan
si kedok hitam ini. Mereka mengerahkan tenaga dan
melanjutkan serangan mereka, berbareng akan tetapi
berpencar, mereka menyerang dari kanan kiri.
Si kedok-hitam tetap mempergunakan totokan jarak jauh
satu tangan yang mengeluarkan uap hitam, dan sampai lima
jurus lamanya, kedua iblis itu sama sekali tidak pernah mampu


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenai sasaran dengan pukulan jarak jauh mereka, apa lagi
merobohkan! Ang-bin Moko memberi isyarat kepada Pek-bin Moli dan kini
keduanya berlompatan menerjang lawan dengan ilmu mereka
yang kedua, yaitu Touw-kut-ci (Jari Penembus Tulang), ilmu
totokan yang amat keji karena dilatihnyapun menggunakan
banyak tengkorak manusia. Celakalah lawan yang terkena
totokan jari tangan mereka. Jari tangan mereka dapat
menembus tulang dan sekali mengenai kepala, jari-jari tangan
itu akan menembus otak. Kini, sepasang iblis itu menyerang dengan Touw-kut-ci,
keduanya mendesak dan mencari kesempatan untuk
mencengkeram ke arah muka lawan. dan merenggut lepas
kedok sutera hitam. Akan tetapi, si kedok hitam memang
bukan orang sembarangan. Sebelum menantang sepasang
iblis itu, tentu saja dia telah melakukan penyelidikan terlebih dahulu tentang
kemampuan sepasang iblis itu. Dia tahu pula
akan kedahsyatan Touw-kut-ci, dan dia memang sudah siap
siaga menghadapi ilmu dari sepasang iblis itu. Karena itulah
maka tadi dia sengaja menantang selama sepuluh jurus,
karena kalau lebih lama dari itu, terpaksa dia harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan tangan maut untuk mencapai kemenangan.
Kalau hanya sepuluh jurus, dia yakin akan mampu
mempertahankan diri. Sepasang iblis itu menjadi terkejut bukan main ketika
melihat betapa tubuh si kedok hitam itu berpusing seperti
gasing dan dari putaran itu keluar angin menyambar-nyambar.
Tubuh itu tidak nampak hanya bayangan hitam berpusing
amat cepatnya. Karena ini, terpaksa serangan Touw-kut-ci
tidak dapat diarahkan ke sasaran yang tepat, hanya ngawur
saja asal mengenal tubuh lawan. Namun, betapa sukarnya
mengenai tubuh yang berpusing itu karena dari situ terasa ada
angin pukulan yang amat kuat menyambar-nyambar, bahkan
dapat menyeret mereka seperti pusaran angin puyuh.
Mereka berdua berusaha sekuatnya untuk memasukkan
totokan dan mengenai tubuh lawan. Satu kali saja mengenai
lawan, tentu jari mereka akan meninggalkan bekas dan berarti
mereka menang. Akan tetapi, pada jurus ke lima ketika
sepasang iblis itu menjadi lebih nekat untuk mencapai
kemenangan pada jurus terakhir sehingga mereka menubruk
ke depan menerobos putaran angin, tiba-tiba tubuh mereka
terdorong dan terhuyung ke belakang oleh tangkisan lengan
yang amat kuat mengenai lengan mereka dari samping. Mula-
mula Pek-bin Moli yang terdorong ke belakang, disusul Ang-
bin Moko yang terhuyung. Putaran bayangan hitam itu berhenti dan si kedok hitam
sudah berdiri tegak di depan mereka. Sepuluh jurus telah
lewat dan mereka berdua harus mengakui bahwa selama itu,
jangankan merobohkan si kedok hitam, menyentuh
tubuhnyapun mereka tidak mampu. Diam-diam mereka
terkejut dan menduga-duga siapa sebenarnya si kedok hitam
yang amat lihai ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, bagus, kalian memang lihai sekali dan pantas
menjadi pembantu utama kami," kata si kedok hitam. "Dalam sepuluh jurus, biarpun
kalian tidak mampu mengalahkan kami
akan tetapi kamipun sama sekali tidak sempat untuk balas
menyerang. Untuk menyatakan kegembiraan hati kami, kami
menghadiahkan benda ini kepada kalian, kalau kalian
menerimanya, berarti kalian sanggup untuk membantu kami
dengan setia." Si kedok hitam mengeluarkan dua butir mutiara hitam yang
besar dan indah dari saku bajunya dan memberikan dua butir
benda berharga itu kepada Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli
dengan dilemparkannya kepada mereka. Sepasang iblis itu
menangkap mutiara itu dan wajah mereka berseri. Mereka
mengenal benda berharga dan kagum akan keroyalan si kedok
hitam. "Kami telah mengaku kalah, mulai hari ini kami berdua siap melaksanakan semua
perintah Yang Mulia," kata Ang-bin
Moko sambil menyimpan mutiara hitam itu.
"Hamba senang sekali dapat menghambakan diri kepada
Yang Mulia, dengan harapan kelak kalau usaha Yang Mulia
berhasil, tidak akan melupakan hamba," kata pula Pek-bin Moli dengan senang.
"Tentu saja, kami tidaK pernah melupakan jasa seorang
pembantu, juga tidak pernah membiarkan begitu saja mereka
yang telah merugikan kami. Nah, silakan kalian duduk karena
kita akan membicarakan urusan pekerjaan yang amat penting.
Akan tetapi sebelum itu, ingin kami bicara dengan orang yang
telah mengecewakan hati kami dan amat merugikan gerakan
perjuangan kami." Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli mengambil tempat duduk,
dan mendengar ucapan itu, dua orang yang datang lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahulu dan yang menderita luka di paha dan punggung,
segera bangkit dari bangku dan menghampiri orang berkedok
hitam, lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kakinya dalam
jarak empat meter lebih. "Hemm, kalian dua orang tolol, kalian bukan saja gagal
melaksanakan tugas penting, akan tetapi juga bersikap
pengecut, meninggalkan kawan sehingga tewas dan kalian
melarikan diri. Begitukah sikap orang-orang yang telah
menjadi pembantu dan anak buah kami?"
"Ampun, Yang Mulia. Kami ...... tidak kuat menghadapi
pengeroyokan banyak pengawal......." kata seorang di antara
mereka yang luka pahanya.
"Kami sudah berusaha sekuat tenaga dan gagal, mohon
paduka mengampuni kami," kata orang kedua yang terluka
punggungnya. Sepasang mata di balik kedok itu berkilat. "Enak saja kalian minta ampun. Kalian
telah bertindak ceroboh sehingga
menggagalkan tugas, bahkan membahayakan kedudukan kita
semua dengan pelarian kalian ini. Kalian tidak patut berada di
sini dan tidak pantas menjadi angguta perjuangan kita. Kalau
kalian berhasil dalam tugas, selalu kami memberi hadiah
besar, sekarang kalian gagal, bahkan melarikan diri, tahukah
kalian apa hukumannya?"
Dengan tubuh gemetar dua orang itu membentur-
benturkan dahi di lantai sambil minta ampun. Akan tetapi, si
kedok hitam itu menggerakkan kedua tangannya, telunjuknya
berubah hitam arang dan ditudingkan ke arah kedua orang
itu. Seperti ada sinar hitam mencuat dari kedua jari telunjuk
itu, menyambar ke depan, ke arah kepala dua orang itu.
Mereka terjengkang, tanpa mengeluarkan suara lagi karena
mereka telah tewas dengan muka berubah hitam arang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini, sepasang iblis itu terkejut. Mereka bertahun-
tahun melatih diri dengan Touw-kut-ci mempergunakan
banyak tengkorak, kini mereka melihat ilmu tusukan jari
tangan dari jarak jauh yang teramat dahsyat, jauh lebih
dahsyat dibandingkan Touw-kut-ci mereka. Hal itu saja
membuat mereka semakin tunduk, maklum bahwa mereka
berhadapan dengan orang sakti yang pantas menjadi
pimpinan mereka. Melihat ini, Bu-tek Kiam-mo bangkit berdiri dari bangkunya
dengan alis berkerut. Dia bukan anak buah si kedok hitam,
dan dia datang sebagai utusan Tung-hai- liong, datuk yang
kekuasaannya seperti raja saja di lautan timur. Melihat
hukuman yang dijatuhkan kepada dua orang itu, dia merasa
penasaran. "Yang Mulia, apa yang harus saya laporkan kepada majikan
saya melihat hukuman ini" Apakah kalau kelak kami gagal
dalam tugas, kamipun akan dihukum mati seperti ini?"
Si kedok hitam mengangkat tangan kiri ke atas sebagai
isyarat dan nampak bayangan empat orang berkelebat masuk.
Tanpa banyak bicara lagi, empat orang itu menggotong pergi
jenazah kedua orang yang mendapat hukuman tadi. Barulah si
kedok hitam menghadapi Bu-tek Kiam-mo.
"Bu-tek Kiam-mo, engkau salah mengerti. Dua orang ini
adalah anak buah kami, dan di antara kami sudah ada
peraturan yang tidak bolen dilanggar. Kalian yang hadir ini lain lagi, bukan
anak buah kami melainkan sahabat yang akan
diajak bekerja sama. Tentu saja peraturan yang dikenakan
kepada anak buah kami tidak berlaku untuk kalian. Yang
dihukum bukan hanya kegagalan mereka, akan tetapi karena
mereka berdua melarikan diri dan meninggalkan seorang
rekan yang tewas. Nah, mengertikah engkau sekarang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu-tek Kiam-mo mengangguk dan duduk kembali. Tentu
saja dia tidak dapat mencampuri urusan dalam antara si kedok
hitam dan anak buahnya, seperti juga majikannya yang tidak
kalah kejamnya dibandingkan dengan apa yang dilakukan si
kedok hitam terhadap anak buahnya tadi.
Setelah mereka duduk, dua orang anak buah si kedok
hitam datang menyuguhkan arak dan makanan kecil, lalu
mereka meninggalkan ruangan itu pula. Coa Ok, orang
pertama dari Hek I Ngo-liong tak dapat menahan keinginan
tahunya dan bertanya "Yang Mulia, tugas apakah yang telah
gagal dilakukan tiga orang anak buah paduka itu?"
Semua orang mendengarkan penuh perhatian, ingin tahu
jawaban orang aneh yang penuh rahasia itu. "Kami mengirim
tiga orang anak buah kami menyusup ke istana Raja Muda
Yung Lo untuk membunuhnya. Akan tetapi, mereka bukan
hanya gagal, bahkan seorang yang kami percaya memiliki
kemampuan, telah tewas dan dua orang tadi melarikan diri
membawa luka-luka." Mendengar ini, Coa Ok yang berwatak sombong itu
tersenyum menyeringai. "Heh, kalau hendak membunuhnya,
kenapa harus menyusup ke istana di mana terdapat banyak
pengawal" Serahkan saja kepada kami. Kami akan
menghadang dan raja muda itu keluar dari istana, kami akan
sanggup membunuhnya!"
Akan tetapi si kedok hitam mengangkat tangan dan
menggeleng kepala. "Tidak selain mereka kini tentu lebih
waspada dan melakukan penjagaan juga kami telah
mengubah siasat. Setelah mendengar hasil penyelidikan
jaringan mata-mata kami di kota raja selatan, dan setelah
menerima pesan dari Pangeran Thian-cu (Anak Langit), siasat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami berubah sama sekali. Kami tidak lagi menggunakan
kekerasan melainkan mengatur siasat yang halus."
"Siapakah Pangeran Thian-cu?" tanya Pek-bin Moli.
"Siasat apa yang akan dipergunakan dan apa pula tugas
kami?" tanya Coa Ok mewakili semua saudaranya.
"Dan pesan apa yang harus saya sampaikan kepada
majikan saya Naga Lautan Timur?" tanya Bu-tek Kiam-mo.
"Tenanglah dan dengarkan penjelasanku. Juga engkau Bu-
tek Kiam-mo, dengarkan baik-baik agar kelak dapat
kaulaporkan kepada majikanmu. Kalian tentu tahu siapa Kaisar
Thai-cu yang telah memberontak terhadap Kerajaan Goan
(Mongol). Dia tadinya bernama Chu Goan Ciang dan siapa dia"
Seorang petani! Bayangkan saja. Seorang petani busuk
menjadi kaisar dan akan memerintah kita! Bagaimana
mungkin kita dapat direndahkan sampai seperti itu" Tidak!
Kita harus mengenyahkan kekuasaan para petani busuk itu"
"Maaf, Yang Mulia," kata Ang-bin Moko. "Akan tetapi, bagaimana kita akan dapat
melakukan hal itu" Kaisar Thai-cu
telah membangun Kerajaan Beng, dan memiliki pasukan besar
yang amat kuat. Bagaimana kita mampu melawan sebuah
kerajaan yang memiliki pasukan besar?"
Semua orang mengangguk membenarkan pendapat Ang-
bin Moko itu. Merekapun akan pikir-pikir dulu kalau diharuskan
melawan pasukan pemerintah yang ratusan ribu jumlahnya.
"Heh..heh, kita tidak begitu bodoh. Kalau dengan jalan
kekerasan tidak mungkin, masih banyak jalan yang lebih
halus. Dan baru saja kami mendapat keterangan dari para
penyelidik. Kalian dengarkan baik-baik siasat yang akan kami
atur." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suara yang halus dan jelas, si kedok hitam lalu
menggambarkan rencana siasatnya. Mula-mula dia
menceritakan keadaan keluarga kaisar, betapa kaisar telah
mengangkat pangeran Yung Lo menjadi raja muda di Peking
karena pangeran ini memang ahli dalam mengatur pasukan
untuk menahan gelombang serangan orang-orang Mongol
yang hendak merebut kembali kekuasaannya di selatan.
"Nah, Raja Muda Yung Lo, walaupun bukan pangeran
sulung, bukan pangeran mahkota karena dia lahir dari selir,
tentu saja menganggap dirinya sebagai pangeran yang paling
gagah, paling cakap untuk kelak menggantikan ayahnya. Akan
tetapi dia harus mengalah terhadap Pangeran Mahkota, putera
pertama kaisar dari permaisuri, yaitu Pangeran Chu Hui San
yang telah ditetapkan kelak menggantikan ayahnya karena
diapun merupakan putera sulung. Dan di antara kedua
pangeran ini seperti terdapat persaingan, dan akan mudah
dicetuskan api permusuhan antara Raja Muda Yung Lo dan
kakaknya, Pangeran Mahkota Chu Hui San. Inilah jalan yang
kami maksudkan, cara halus yang kalau berhasil, jauh lebih
menguntungkan dari pada sekedar penyerbuan dan
pertempuran." "Akan tetapi bagaimana caranya, Yang Mulia" Kami berdua
masih belum jelas benar, walaupun sudah mengerti apa yang
paduka maksudkan dengan cara yang halus tanpa kekerasan
itu," kata Pek-bin Moli.
"Jalan satu-satunya adalah melakukan penyusupan ke
dalam istana Pangeran Mahkota. Kita harus mengobarkan
persaingan itu menjadi permusuhan. Sukar untuk
mempengaruhi Raja Muda Yung Lo karena wataknya keras
dan dia dapat berbahaya. Akan tetapi, Pangeran Chu Hui San
adalah seorang pangeran yang lemah dan kita akan dapat
mempengaruhinya. Nah, menyusup ke istana Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mahkota dan mempengaruhinya merupakan satu di antara
tugas kita. Ada pula tugas lain yang tidak kalah pentingnya."
"Apakah tugas itu, Yang Mulia?" tanya Ang-bin Moko. "Kami lebih menyukai tugas
yang membutuhkan kekuatan.
Menyusup ke istana dan bermain sandiwara terlalu sukar bagi
kami." "Heh..heh, kami juga tidak akan mengutus kalian


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan penyusupan ke istana, Moko. Kalian berdua dikenal
oleh para tokoh persilatan, dan kalau para tokoh mengetahui
kalian menyusup ke istana pangeran Mahkota, tentu kalian
akan dicurigai. Tidak, kalian lebih tepat untuk tugas kedua,
yaitu berusaha merebut kedudukan bengcu (pimpinan) yang
akan diadakan oleh para datuk persilatan beberapa bulan
mendatang di puncak Thai-san. Kalian harus dapat merebut
kedudukan bengcu sehingga dengan mudah kita akan
mendapat dukungan dari dunia persilatan kalau saatnya tiba
bagi kita untuk bergerak."
Sepasang iblis itu saling pandang dan mereka terbelalak.
"Wah, kami sendiripun sejak dulu berkeinginan menjadi
bengcu dan kami berlatih keras untuk dapat mengikuti
pemilihan bengcu. Akan tetapi, Yang Mulia, kami tahu bahwa
tidaklah mudah untuk menjadi orang yang paling tangguh.
Banyak orang sakti akan mengikuti pemilihan itu, dan mereka
memiliki pendukung, sedangkan kami tidak."
"Heh..heh, kami dapat mempersiapkan pendukung yang
amat banyak. Kami berdiri di belakang kalian, dan akan kami
usahakan sedapatnya agar kalian yang menang. Selain itu,
juga kami akan mengirim pembantu untuk menyusup ke
dalam perkumpulan pengemis. Kalau kita dapat menguasai
para kai-pang, mereka dapat menjadi pendukung yang besar
jumlahnya dan kuat. Nah, sekarang sudah ada tiga macam
tugas kita. Pertama, menyusup ke istana Putera Mahkota.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua, mencoba untuk menguasai kai-pang (perkumpulan
pengemis), dan ke tiga, berusaha meraih gelar bengcu agar
dapat menguasai dunia kangouw. Untuk yang ke empat, kami
sendiri yang akan mengaturnya, yaitu menyambut kedatangan
Yang Mulia Pangeran karena beliau sendiri yang akan
memimpin kita agar perjuangan ini berhasil baik."
"Yang Mulia Pangeran?" Ang-bin Moli berseru heran.
"Siapakah beliau" Dan siapa pula paduka" Mengapa paduka
selalu menyembunyikan wajah di balik kedok" Tidak enak
rasanya bagi kami tidak mengenal siapa pemimpin kami. Dan
Yang Mulia Pangeran itu, diakah pemimpin kita yang utama?"
Si kedok hitam mengangguk-angguk. "Pertanyaan yang
pantas dan memang kalian perlu mengetahui agar tidak ragu-
ragu lagi. Ketahuilah bahwa perjuangan kita ini dipimpin
langsung oleh Pangeran Yaluta yang mulia, bijaksana dan
memiliki ilmu kepandaian tinggi. Beliau yang menjadi
pemimpin besar dan selama ini beliau mewakilkan kepada
kami. Karena aku tidak ingin dikenal agar aku dapat bergerak
dengan leluasa, maka aku memakai kedok sutera hitam. Kini,
Yang Mulia Pangeran merasa sudah tiba saatnya beliau sendiri
yang memimpin langsung, maka beliau akan datang. Kelak,
kalau beliau sudah datang, akan kami perkenalkan kepada
kalian semua. Sekarang, mari kita membagi tugas masing-
masing." Si kedok hitam lalu mengatur siasat, membagikan tugas
kepada mereka semua dengan teliti sekali.
Melihat cara kerja si kedok hitam, sepasang iblis itu kagum
karena siasat itu rapi dan seperti siasat seorang panglima
perang saja. Kepada Bu-tek Kiam-mo, si topeng hitam itu
memberi kiriman benda-benda berharga untuk dihadiahkan
kepada Tung-hai-liong Ouwyang Cin, juga diharapkan bantuan
datuk itu agar cita-cita Pangeran Yaluta dapat terkabul, yaitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjatuhkan kaisar petani seperti yang disebut oleh si kedok
hitam dan mendirikan kembali Kerajaan Goan yang sudah
runtuh. Harta dan kedudukan merupakan dua kesenangan yang
amat kuat daya pengaruhnya terhadap manusia. Demi
mengejar kedudukan dan harta, manusia lupa diri dan tidak
segan melakukan perbuatan apapun juga. Membunuh,
merampok, menipu, berkhianat, apa saja akan dilakukan demi
mendapatkan harta atau kedudukan yang diinginkannya.
Kalau sudah begini, manusia kehilangan harga dirinya sebagai
manusia, sebagai mahluk yang mendapatkan anugerah paling
besar dari Sang Pencipta. Manusia sudah menjadi budak,
menjadi hamba dari kesenangan, hamba dari nafsunya sendiri.
Manusia lupa bahwa menghambakan diri, bertekuk lutut
kepada nafsu merupakan sumber segala malapetaka dalam
kehidupan, sumber sengketa, sumber derita sengsara.
Harta kekayaan yang tadinya dibayangkan sebagai sumber
segala kesenangan, akhirnya hanya menjadi sumber
kegelisahan, takut akan kehilangan, sumber sengketa dan
perebutan, dan kesenangan yang dihasilkan oleh adanya harta
hanya menjadi kesenangan palsu yang membosankan.
Pengejaran terhadap harta dan kedudukan membutakan hati
merusak pertimbangan, membuat kita tidak sadar bahwa kita
telah melakukan hal-hal yang amat tidak baik, jahat atau
merugikan orang yang pada akhirnya akan membuahkan buah
yang pahit, yang harus kita makan sendiri. Kita terkadang
silau oleh tujuan, buta akan cara yang kita pergunakan untuk
pengajaran mencapai tujuan itu. Bagaimana mungkin cara
yang kotor bisa menghasilkan sesuatu yang bersih" Tujuan
merupakan akibat, merupakan hasil daripada caranya. Cara
tidak terpisah dari hasilnya.
Kaisar Thai-cu, pendiri Kerajaan Beng (Terang) adalah
seorang yang pandai. Biarpun ia terlahir sebagai anak petani,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun berkat pengalaman dan kepemimpinannya, dia berhasil
menyusun kekuatan, menarik dukungan hampir seluruh rakyat
dan akhirnya berhasil pula menumbangkan kekuasaan Mongol
yang sudah menjajah selama hampir seratus tahun itu. Dan
diapun maklum bahwa orang-orang Mongol tentu saja tidak
rela melepas kekuasaan mereka dan pasti mereka akan selalu
berusaha untuk merebut kembali tahta kerajaan.
Oleh karena itu, maka diapun mengangkat puteranya yang
sejak muda memiliki kemampuan seperti dia, yaitu pandai
mengatur pasukan, Pangeran Yung Lo, sebagai raja muda di
Peking sehingga puteranya itu akan menjamin bahwa orang-
orang Mongol tidak akan menyeberangi Tembok Besar. Juga
dia mengerahkan kekuatan untuk melakukan penjagaan di
perbatasan, mempertanankan kedaulatan Kerajaan Beng.
Untuk tugas-tugas ini, dia memiliki banyak pembantu.
Para panglimanya adalah orang-orang yang cakap, di
antaranya yang menjadi orang kepercayaannya adalah
Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti. Kedua orang jenderal
ini merupakan panglima-panglima perang yang pandai dan
merekalah yang mengatur semua penjagaan, walaupun
keduanya tetap tinggal di kota raja. Jasa keduanya amat besar
dalam meruntuhkan Kerajaan Goan (Mongol), maka kaisar
memberi mereka kedudukan tinggi yang membuat mereka
berdua dapat menetap di kota raja dan sekali-sekali saja
melakukan peninjauan ke perbatasan. Di kalangan sipil, Kaisar
Thai-cu juga mempunyai banyak menteri yang pandai.
Seorang kaisar memang harus dapat mempergunakan orang-
orang pandai kalau dia menghendaki kemajuan dalam
pemerintahan yang dikendalikannya.
Kaisar Thai-cu yang kini telah berusia enam puluh tahun itu
mempunyai banyak anak dari para selirnya, akan tetapi dari
permaisuri, dia hanya mempunyai seorang putera, yaitu
Pangeran Chu Hui San yang diangkat menjadi putera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mahkota. Hanya ada satu hal yang kadang merisaukan hati
sang Kaisar, yaitu melihat betapa puteranya yang menjadi
Pangeran Mahkota itu dianggapnya tidak memiliki kewibawaan
dan kekuatan yang patut membuat dia menjadi calon kaisar,
tidak seperti puteranya yang kini menjadi raja muda di Peking.
Pangeran Mahkota yang sudah berusia empatpuluh tahun itu
lemah dan hanya berfoya-foya saja, sama sekali tidak
memperdulikan urusan pemerintah. Padahal, Putera Mahkota
itu sudah cukup dewasa, bukan kanak-kanak lagi. Dia sudah
mempunyai beberapa orang anak, dari isterinya mempunyai
seorang anak laki-laki yang sudah berusia enam tahun dan
bernama Pangeran Chu Song, sedangkan dari para selirnya,
dia juga mempunyai beberapa orang anak. Bahkan ada
puterinya yang sudah berusia delapanbelas dan tujuhbelas
tahun. Namun, tetap saja Pangeran Mahkota ini berwatak
kekanak-kanakan dan selalu mengejar kesenangan. Tidak
mengheran?kan apabila dia dikelilingi penjilat-penjilat yang
memanfaatkan kelemahannya untuk mendapatkan
keuntungan darinya. Pangeran Chu Hui San hidup bermewah-
mewah, setiap hari hanya berpesta, bermain judi, bahkan dia
terkenal sekali di antara rumah-rumah pelesir yang
dikunjunginya secara diam-diam dan menyamar, tentu saja
atas anjuran para penjilat yang menjadi teman-temannya,
yaitu para pemuda bangsawan putera para pejabat tinggi di
kota raja. Pangeran Mahkota dan teman-temannya itu merupakan
sebuah gerombolan bangsawan yang mempunyai tukang-
tukang pukul sendiri, dan kadang mereka melakukan hal-hal
yang tidak pantas seperti merampas barang berharga yang
mereka senangi dari siapa saja, dan tidak jarang mereka
merampas seorang gadis cantik dan menculiknya dengan
kekerasan. Tak seorangpun berani menentang mereka, karena
pemimpin gerombolan itu adalah Pangeran Mahkota! Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ada yang berani melapor kepada kaisar yang amat
menyayang putera mahkota ini, sehingga kaisar sendiri tidak
tahu akan sepak terjang calon penggantinya itu.
7. Pangeran Mongol Ya Lu Ta
MEMANG sesungguhnya, tidak ada yang sempur?na di
seluruh alam mayapada ini kecuali Tuhan Yang Maha
Sempurna. Tidak ada seorangpun yang hidupnya mulus tanpa
cacat. Tidak ada hati yang selalu mengenal senang tanpa
mengenal susah. Kaisar Thai-cu memang dari luar nampak
hidup penuh kesenangan, penuh kebahagiaan. Dia merupakan
pendiri sebuah kerajaan baru yang berhasil. Hidup penuh
kemuliaan sebagai kaisar, orang yang paling tinggi
kedudukannya di antara ratusan juta manusia. Dia tidur di
atas puncak kekuasaan, berenang di lautan kemewahan.
Berkuasa, mulia, terhormat, kaya raya, mempunyai banyak
isteri dan banyak anak. Lengkap semua!
Itu hanya nampaknya saja bagi orang lain. Namun, betapa
kaisar yang satu ini seringkali termenung bertopang dagu
memikirkan keadaan putera mahkota, tidak ada yang tahu!
Betapa hatinya seringkali gelisah, khawatir kalau-kalau
kerajaan yang dibangunnya itu tidak akan bertahan, tidak
akan berkembang menjadi besar dan jaya.
Betapa dia selalu dirongrong oleh berita tentang
pemberontakan di perbatasan, tentang usaha orang Mongol
yang hendak merebut kembali kekuasaan, negara-negara
tetangga di selatan dan barat yang tidak mengakui kedaulatan
Kerajaan Beng, dan para bajak laut yang mengacau di
sepanjang pantai timur. Tentang pejabat yang korup,
pengkhianat, dan masih banyak hal lagi yang cukup membuat
kaisar merasa hidupnya tidak berbahagia!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nafsu itu seperti api, selalu mencari bahan bakar, tak
pernah berhenti selama ada yang dilahapnya. Yang sudah
dibakar, ditinggalkannya menjadi abu, tak dihiraukannya lagi
karena selalu disibukkan mencari bahan bakar baru. Kalau kita
sudah dikuasai nafsu, kita selalu mengejar sesuatu yang
belum kita miliki. Yang sudah kita miliki terlupa, tidak lagi
nampak keindahannya, tidak lagi menyenangkan, bahkan ada
kalanya membosankan. Yang nampak indah menarik dan
dianggap menjadi sumber kesenangan hanyalah yang belum
diperoleh, seperti api yang selalu tertarik kepada sesuatu yang belum
dijamahnya. Nafsu membuat segala sesuatu hanya nampak indah
menyenangkan bagi yang belum memiliki! Akan tetapi yang
sudah memiliki, menjadi bosan dan yang dimiliki itu segera
kehilangan daya tariknya. Hanya mereka yang tidak kaya saja
yang menganggap bahwa kaya raya itu amat membahagiakan,
sebaliknya, yang sudah kaya raya kehilangan apa yang
digambarkan oleh yang belum kaya itu.
Hanya yang tidak memiliki kedudukan menganggap bahwa
yang berpangkat tinggi itu senang dan bahagia, namun
seringkali dia tersiksa justeru oleh kedudukannya itu. Orang
yang tinggal di kota rindu kepada gunung, sebaliknya yang
tinggal di gunung rindu kepada kota!
Demikianlah bekerjanya nafsu, mendorong kita untuk tidak
merasa puas dengan keadaan yang ada, selalu haus akan hal
yang belum kita miliki. Ini memang wajar. Nafsu memang
amat berguna bagi kehidupan kita. Nafsu yang membuat kita
maju dan bertumbuh, membuat kita "hidup". Namun, kalau dia menjadi alat, menjadi
hamba kita. Kalau terjadi sebaliknya, kita yang diperhamba, celakalah!
Kita akan menjadi robot, dan kita kehilangan pertimbangan,
mau saja dituntun melakukan perbuatan yang jahat atau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar hanya untuk memuaskan nafsu mendapatkan hal-hal
yang kita inginkan. Seperti api yanq terus menjalar mencari
bahan bakar baru, melupakan dan meninggalkan yang lama.
Namun kaisar Thai-cu adalah seorang yang gigih, tidak
pernah menyerah kepada segala macam kesukaran. Dia selalu
berusaha menanggulangi segala masalah. Dia seorang yang
sadar akan romantika kehidupan. Hidup memang merupakan
perjuangan, di mana tantangan datang dari segala penjuru
dan di segala saat. Bahaya dan tantangan berdatangan, dan
justeru itulah romantika kehidupan.
Betapa akan hampa dan haramnya penghidupan ini tanpa
adanya tantangan! Betapa akan membosankan siang hari
tanpa adanya malam! Rasa manispun akan memuakkan tanpa
adanya rasa pahit dan lain-iain. Hidup adalah perjuangan
menghadapi semua tantangan.
Melarikan diri dari tantangan hidup berarti sudah
tigaperempat mati. Kita harus menghadapi kenyataan yang
ada, berani menghadapi tantangan yang datang menimpa.
Menghadapi tantangan, menanggulangi atau mengatasi
tantangan, itu seni kehidupan!
Kita harus mempergunakan segala daya yang ada pada
kita, setiap anggauta jasmani, hati akal pikiran, untuk
menanggulangi segala masalah kehidupan, persoalan lahiriah
dah mengatasinya, memenangkannya. Mengenai batiniah,


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kerohanian, kita serahkan saja kepada Tuhan! Percaya,
menyerah dengan sabar, ikhlas, tawakal. Rohani adalah kuasa
Tuhan, akan tetapi urusan jasmani adalah tugas kewajiban
kita sendiri. Kaisar Thai-cu tak pernah tunduk terhadap segala
kesukaran yang berdatangan semenjak dia menjadi kaisar.
Bukan saja dia memilih para pembantu yang pandai untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijadikan pejabat yang bijaksana, akan tetapi dia bahkan tidak
melupakan para tokoh di dunia persilatan untuk
memanfaatkan tenaga mereka. Dia tahu benar bahwa para
pendekar yang tidak mau memegang jabatan merupakan
orang-orang yang dapat berjasa banyak demi lancarnya roda
pemerintahannya. Oleh karena itu, dia selalu menghubungi mereka untuk
dimintai pendapat, nasihat dan bahkan bantuan. Ketika
banyak pusaka istana lenyap dari gudang istana, belasan
tahun yang lalu, dia juga minta bantuan para tokoh persilatan,
bahkan kemudian, Sam-sian (Tiga Dewa) yang berhasil
mendapatkan kembali kumpulan pusaka yang dicuri oleh
mendiang Se Jit Kong itu.
Kemudian dia mendengar akan adanya usaha orang-orang
Mongol untuk menyebar mata-mata yang mungkin akan
membahayakan, maka diapun segera mengirim utusan
mencari dan mengundang Sam-sian untuk datang
menghadap. Akan tetapi, yang datang menghadap hanya Ciu-
sian seorang, karena dua orang rekannya, Kiam-sian dan Pek-
mau-sian, telah meninggal dunia. Kaisar Thai-cu lalu minta
bantuan Ciu-sian untuk menanggulangi dan menyelidiki
gerakan jaringan mata-mata Mongol. Ciu-sian menyanggupi,
akan tetapi dia merasa tua, maka dia mewakilkan pelaksanaan
tugas penting yang berat itu kepada muridnya, yaitu Sin Wan.
0o0 Bayangan merah muda itu meluncur cepat menuruni
lembah gunung sebelah timur. Baru setelah ia berhenti di tepi
padang rumput kehijauan, nampak jelas bahwa ia seorang
gadis yang berpakaian serba merah muda. Seorang gadis
yang cantik manis, dengan wajah yang cerah, sepasang mata
yang berkilat tajam, mulut yang mungil terhias senyum
mengejek dan mulut itu dihias lesung pipi yang manis sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mengagumi pemandangan alam yang indah di pagi itu,
menghirup udara yang sejuk hangat sehingga cuping
hidungnya yang tipis nampak kembang kempis. Tubuhnya
ramping padat dengan lekuk liku sempurna karena ia seorang
gadis muda usia. Sesungguhnya, usianya sudah duapuluh dua tahun, akan
tetapi takkan ada orang menyangka begitu, tentu ia akan
disangka berusia paling banyak delapanbelas tahun. Begitu
segar berseri, anggun seperti setangkai bunga yang baru
merekah dihembus semilirnya angin gunung, bermandi embun
dan sinar matahari pagi. Pakaiannya ringkas, namun pakaian berwarna merah muda
itu terbuat dari sutera yang mahal. Tubuhnya terbungkus
ketat sehingga nampak jelas tonjolan dan lekukannya. Rambut
kepalanya digelung ke atas dan diikat dengan pita berwarna
hijau dan kuning, tusuk sanggulnya terbuat dari emas
berbentuk burung merak yang indah. Kakinya yang kecil
memakai sepatu dari kulit hitam mengkilap. Di punggungnya
terdapat buntalan pakaian dan sebatang pedang melintang di
bawahnya dengan gagang di belakang pundak kanan.
Gadis itu adalah Tang Bwe Li atau yang biasa disebut Lili.
Setelah menerima tugas dari sucinya, ia meninggalkan Bukit
Ular tempat tinggal suhunya, See-thian Coa-ong Cu Kiat, dan
hatinya merasa riang gembira. Tidak saja ia merasa seperti
seekor burung bebas lepas di udara, dapat melakukan apa
saja sekehendak hatinya tanpa harus mentaati perintah
siapapun, menjadi majikan dirinya sendiri, akan tetapi juga ia
merasa dirinya penting sekali.
Sucinya yang lihai dan yang semula malah menjadi gurunya
itu, yang merawat dan mendidiknya sejak ia kecil, sucinya
yang amat dihormati dan disayangnya, begitu percaya
kepadanya untuk mewakili membalas dendam kepada seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki-laki yang dianggap telah menghancurkan kehidupan
sucinya! Dan ia akan menunaikan tugas itu dengan baik. Ia
harus dapat melaksanakan balas dendam itu, demi sucinya ia
rela mempertaruhkan nyawanya.
Tidak aneh kalau Lili merasa bebas dan gembira. Ia penuh
kepercayaan kepada diri sendiri dan pada saat itu, ia memang
merupakan seorang gadis yang telah memiliki ilmu kepandaian
tinggi. Dahulu, ketika ia belum digembleng oleh See-thian
Coa-ong sendiri yang ketika itu adalah kakek gurunya, ia
sudah merupakan seorang gadis yang sukar dicari bandingnya
dalam ilmu silat. Apalagi sekarang, setelah menerima gemblengan datuk itu,
ilmu kepandaiannya meningkat dengan cepatnya sehingga kini
tingkatnya hampir sejajar dengan Bi-coa Sianli Cu Sui In,
bekas gurunya yang kini menjadi sucinya. Dengan ilmu
kepandaian sehebat itu, tentu saja Lili merasa kuat dan penuh
kepercayaan kepada diri sendiri, apalagi memang pada
dasarnya ia seorang gadis yang pemberani bahkan tidak
mengenal artinya takut. Sudah belasan hari ia meninggalkan Bukit Ular dan selama
itu ia sudah melewati banyak gunung, padang rumput, gurun
dan lembah yang amat sukar dilalui. Juga banyak ia melewati
perkampungan bermacam suku bangsa, namun tidak pernah
ada gangguan. Pagi hari ini, dengan gembira ia menuruni bukit menuju ke
sebuah dusun yang tadi sudah dilihatnya dari puncak bukit itu.
Perutnya terasa lapar pagi itu, dan perjalanan sejak matahari
terbit tadi menambah rasa laparnya. Di dusun bawah sana
tentu ia akan dapat membeli sesuatu untuk sarapan. Bekal
makanan yang masih ada dalam buntalan di punggungnya
hanya roti kering dan daging asin, untuk minum hanya ada air
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih. Ia ingin sarapan makanan yang hangat seperti bubur,
dan ingin minum air teh panas-panas.
Ketika ia menuruni lembah terakhir dan tiba di sebuah
tikungan, ia mendengar suara banyak orang dan melihat
bahwa di depan sana terdapat banyak orang sedang mengaso,
duduk di bawah pohon-pohon dan batu-batu besar. Banyak di
antara mereka berada di balik pohon dan rumpun semak
belukar, maka ia tidak dapat melihat jelas berapa banyaknya
orang yang berada di sana dan sedang apa mereka itu. Akan
tetapi, tiba-tiba dua orang laki-laki sudah meloncat dan berdiri di depannya.
Lili memperhatikan mereka. Dua orang ini bertubuh tinggi
besar dan memakai topi bulu putih. Mereka kelihatan kokoh
kuat, dan keduanya memandang kepadanya seperti dua ekor
srigala kelaparan melihat seekor kelinci gemuk. Mata mereka
seperti hendak menelannya bulat-bulat, bahkan seorang di
antara mereka, yang kumisnya panjang menjuntai ke bawah,
terang-terangan menjulurkan lidah dan menjilati bibir sendiri
seperti seekor anjing mengilar melihat sepotong tulang. Orang
ke dua, yang mukanya bopeng karena cacar, menyeringai dan
nampak giginya yang besar-besar dan hitam. Agaknya orang
ini pecandu rokok yang berat atau pengunyah tembakau.
Lili adalah seorang gadis cantik yang usianya duapuluh dua
tahun dan sudah banyak melakukan perjalanan, dan
mengalami banyak gangguan dari para pria yang mata
keranjang. Tentu saja sekilas pandang dara ini tahu bahwa ia
berhadapan dengan dua orang pria yang kurang ajar.
"Hemm, kalian ini pringas-pringis seperti monyet, mau
apa?" Lili bertanya, dan senyumnya tambah mengejek.
"Heh..heh, aku mau mencium kamu!" kata si kumis
bergantung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Ha..ha, dan aku mau memeluk kamu!" kata si muka
bopeng. Mulut itu masih tersenyum, mata itu masih bersinar-sinar,
akan tetapi cuping hidung tipis itu kembang kempis. Dua
orang itu mengira bahwa gadis manis di depan mereka
menyambut dengan gembira, tidak tahu bahwa kalau cuping
hidungnya sudah kembang kempis, itu tandanya Lili mulai
marah. "Benarkah kalian hendak memeluk dan mencium?" tanya
Lili suaranya masih ramah.
"Heh..heh, mari beri aku sebuah ciuman manis, sayang!"
kata si kumis. "Mari rebah dalam pelukanku yang hangat, manis!" kata si bopeng.
Tiba-tiba tubuh Lili bergerak dengan kecepatan yang tak
dapat diikuti pandang mata, hanya terdengar ia berkata, "Nah, ciumlah sepatuku
ini dan peluklah tanah!" Ucapannya itu
disusul gerakan kaki menendang mulut si kumis dan tangan
kiri menampar tengkuk si bopeng.
"Dukk! Plakk ......!"
Dua orang itu terpelanting. Si kumis terjengkang oleh
sambaran kaki, mulutnya benar-benar mendapat ciuman
sepatu yang keras sehingga bibirnya pecah-pecah berdarah,
beberapa buah giginya rontok! Sedangkan si bopeng
terpelanting dan jatuh menelungkup, memeluk dan mencium
tanah dalam keadaan puyeng karena bumi rasanya berputar,
dadanya sesak dan sukar bernapas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heiiii .....! Gadis liar, apa yang kau lakukan itu?" terdengar bentakan orang
dan nampak lima orang sudah berlari ke
tempat itu. Mereka juga mengenakan topi bulu yang berwarna
putih dan melihat dua orang rekan mereka roboh dan
mengaduh-aduh, apalagi melihat si kumis megap-megap
dengan mulut remuk berdarah, mereka marah sekali.
"Kalian ingin seperti mereka?" Lili bertanya dengan sikap mengejek dan suaranya
masih ramah dan lembut. Ia memang
memiliki suara yang basah, seperti orang berbisik mesra.
Tentu saja lima orang itu menjadi marah sekali. "Gadis liar dan sombong, engkau
patut dihajar!" teriak seorang di antara mereka dan mereka pun sudah menerjang
ke depan dengan maksud untuk menangkap gadis yang telah merobohkan dan
melukai dua orang rekan mereka itu.
Namun mereka disambut kilat yang menyambar-nyambar!
Seperti kilat saja tubuh Lili bergerak, kedua tangan dan
kakinya berkelebatan dan lima orang itupun terpelanting satu
demi satu, merintih kesakitan, ada yang mulutnya penyok, ada
yang tulang pundaknya patah, ada yang perutnya mulas
dicium sepatu, ada yang berjingkrak karena tulang kering
kakinya retak. Dalam segebrakan saja Lili telah membuat lima
orang laki-laki yang bertubuh kuat itu tidak berdaya
melanjutkan serangan mereka!
Setelah lima orang itu roboh, Lili mendapatkan dirinya
dikepung sedikitnya duabelas orang laki-laki dan mereka
semua memegang senjata, ada pedang, golok atau ruyung!
Lili bersikap tenang, mulutnya masih tersenyum mengejek dan
matanya mengerling ke kanan kiri.
"Hemm, kalau mereka tadi hanya layak dihajar, kalian ini
memegang senjata tajam, apakah kalian sudah bosan hidup?"
suaranya terdengar merdu dan ramah, sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membayangkan kemarahan. Lili memang tidak marah karena
ia memandang rendah semua pengepungnya itu.
Yang marah dan penasaran adalah belasan orang yang
mengepungnya. Gadis itu telah merobohkan tujuh orang rekan
mereka dan kini dalam keadaan terkepung masih
mengeluarkan ucapan yang memandang rendah sekali kepada
mereka. Betapapun cantik menariknya gadis itu, perasaan
marah membuat mereka merasa gatal tangan untuk
membunuhnya. Mereka mulai membuat gerakan mengelilingi
gadis itu dengan senjata di tangan. Lili masih tersenyum,
berdiri tegak dan tenang seperti sikap seekor ular yang
melingkar di tengah-tengah, dikepung dan dikelilingi belasan
ekor tikus yang mencoba untuk mengganggunya.
"Hemm, tikus-tikus ini memang sudah bosan hidup," kata Lili seperti kepada diri
sendiri. "Tahan!" tiba-tiba terdengar seruan dan belasan orang itu mengenal suara
komandan mereka, lalu mereka semua
menahan senjata dan mundur, membiarkan dua orang laki-laki
berusia limapuluhan tahun maju, menghadapi Lili. Mereka itu
juga memakai topi bulu putih, akan tetapi melihat pakaian
mereka yang lebih mewah dan sikap mereka yang berwibawa,
nampak jelas perbedaannya dan mereka tentu merupakan
pimpinan, pikir Lili. Juga mereka tidak bersikap sombong
seperti para anak buah mereka tadi. Keduanya bertubuh tinggi
besar, yang seorang berwajah bersih tanpa jenggot dan
kumis, akan tetapi orang kedua bercambang bauk dengan
kumis dan jenggot lebat. Di pinggang mereka tergantung
pedang, dan sikap mereka sama menunjukkan bahwa mereka
berdua adalah orang-orang yang "berisi", bukan kaleng-kaleng kosong macam yang
mengeroyoknya tadi. "Nona, siapakah nona dan mengapa nona menganiaya
tujuh orang anak buah kami?" tanya yang bermuka bersih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lili tersenyum mengejek. "Siapa aku tidak perlu kalian
ketahui, dan mengapa aku menghajar anak buah kalian"
Karena mereka yang minta dihajar, bukan aku yang sengaja
menghajar." "Tidak mungkin!" bentak yang berewok karena jawaban
gadis itu dianggapnya tidak masuk diakal. "Mana ada orang
minta dihajar?" "Hemm, kalau tidak percaya, tanya saja kepada mereka,"
kata pula Lili sambil menunjuk ke arah tujuh orang yang masih
nampak kesakitan itu. Mendengar ucapan itu, tentu saja dua orang pemimpin itu
menoleh ke arah tubuh anak buah mereka yang tadi kena
dihajar, Mereka itu sambil meringis kesakitan, menggeleng
kepala dan seorang di antara mereka, yang tulang keringnya
retak, menudingkan telunjuknya ke arah Lili dan berseru.
"Toako (kakak tertua), Ji-ko (kakak ke dua), gadis itu
sombong dan jahat sekali. Tolong balaskan penghinaan atas
diri kami!" Si berewok kini menghampiri Lili dan membentak, "Nona,
engkau masih muda akan tetapi sudah bersikap sombong dan
kejam. Sungguh engkau terlalu mengandalkan kepandaian


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri!" Lili tersenyum dan matanya mengerling tajam. "Orang
hutan, kalau begitu engkau mau apa?" tantangnya.
"Bocah sombong, engkau patut dihajar!" bentak si berewok sambil menyerang dengan
tangannya yang besar, panjang
dan kuat. Temannya, si muka bersih juga sudah siap untuk
menyerang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pukulan tangan yang besar dan kuat itu cukup berbahaya,
mendatangkan angin pukulan yang amat kuat. Lili maklum
akan hal ini, namun ia tetap memandang rendah. Orang itu
hanya tenaga otot yang kuat, tidak terlalu berbahaya baginya.
Dengan gerakan ringan sekali, iapun menggeser tubuh ke kiri,
pinggangnya meliuk seperti tubuh ular saja dan pukulan si
berewok yang amat kuat itupun luput.
Dari sebelah kirinya, datang angin pukulan menyambar
dahsyat. Ah, kiranya si muka bersih itu malah lebih kuat dari
pada si berewok, pikir Lili dan kembali tubuhnya membuat
gerakan meliuk dan pukulan itupun luput. Dua orang itu
terkejut. Mereka melihat gerakan tubuh gadis itu amat aneh,
tidak seperti orang bersilat, lebih mirip gerakan seekor ular
kalau mengelak, tubuhnya begitu lentur dan dengan mudah
saja menghindarkan pukulan mereka. Tentu saja keduanya
merasa penasaran bukan main dan menyerang lebih gencar.
Kini Lili memperlihatkan kepandaiannya. la memang telah
mewarisi ilmu silat dari See-thian Coa-ong (Raja Ular Dunia
Barat) yang memiliki ilmu silat aneh, ilmu silat yang
mengandung gerakan ular. Tubuh Lili meliuk-liuk dengan
cepatnya ketika menghindarkan semua serangan dan begitu ia
membalas, kedua orang lawan itupun terkejut dan cepat
menghindar dengan loncatan seperti orang dipagut ular.
Kedua tangan gadis itu membentuk kepala ular dengan jari-
jari disatukan, dan ketika tangan itu meluncur dan menyerang,
maka terdengar suara mendesis, seolah kedua tangan itu
benar-benar telah berubah menjadi dua ekor ular berbisa yang
ganas! Akan tetapi kedua orang itu tidak boleh disamakan dengan
tujuh orang yang tadi sudah dikalahkan Lili. Kalau hanya
seperti mereka, biar ia dikeroyok puluhan orang, ia tidak perlu bekerja keras
untuk merobohkan mereka. Dua orang
pengeroyoknya ini lain. Mereka ternyata adalah dua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tangguh, memiliki gerakan silat yang baik, mantap dan
bertenaga. Memang, kalau Lili mau menurunkan tangan maut,
kiranya tidak akan terlalu lama ia dapat merobohkan mereka.
Akan tetapi ia tidak ingin membunuh orang tanpa sebab yang
kuat. Ia selalu tidak setuju dengan watak gurunya atau
sucinya yang mudah saja membunuh orang. Di dasar hatinya,
Lili bukan seorang yang jahat atau kejam. Ia hanya galak dan
ganas karena sejak kecil ia hidup di dekat orang-orang yang
biasa mengandalkan kepandaian untuk memaksakan
kehendaknya. Sampai belasan jurus, belum juga dua orang setengah tua
itu mampu merobohkan Lili. Apa lagi merobohkan, bahkan
semua serangan mereka, baik dengan tangan ataupun kaki,
tidak pernah mampu menyentuh tubuh gadis itu.
Sebaliknya, Lili yang memang suka bertanding mengadu
ilmu itu, sengaja mempermainkan mereka. Ia menanti saat
baik dan memancing-mancing dengan membiarkan diri di
tengah, diapit oleh kedua orang lawan dari kanan kiri. Ketika
saat yang dinanti-nantinya tiba, yaitu ketika kedua orang itu
dengan hampir berbareng memukulnya dengan tangan
mereka yang besar dan lengan yang panjang dari kanan agak
ke depan, ia tidak bergerak mengelak, melainkan menyambut
pukulan mereka itu dengan kedua tangannya. Akan tetapi ia
bukan sekedar menangkis. Begitu pergelangan kedua
tangannya bertemu dengan pergelangan tangan lawan yang
memukulnya, ia meliuk maju, kedua tangannya itu bagaikan
seekor ular membelit lengan lawan!
Dua orang lawan itu terkejut, berusaha untuk menarik
kembali tangan mereka, akan tetapi, seperti melekat dengan
kedua lengan gadis itu yang bukan saja membelit, bahkan
seperti dua ekor ular, tangan dan lengan gadis itu merayap
maju cepat sekali dan tahu-tahu kedua tangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membentuk kepala ular itu telah mematuk dada mereka tanpa
dapat mereka hindarkan lagi.
"Tuk! Tuk!" Dua orang itu mengeluh dan roboh
terjengkang. Untung bagi mereka bahwa Lili memang tidak
berniat membunuh orang, maka ia membatasi tenaganya
ketika kedua tangannya yang membentuk kepala ular itu
mematuk. Dua orang itu tidak tewas, hanya merasa betapa mereka
kehilangan tenaga dan dada terasa nyeri, napas mereka
menjadi sesak. Akan tetapi karena merekapun bukan orang
lemah, sebentar saja mereka dapat memulihkan keadaan
tubuh mereka. Keduanya berloncatan berdiri dan nampak
sinar berkilauan ketika mereka berdua mencabut pedang.
Berkembang kempis cuping hidung Lili, tanda ia marah.
Kalau lawan menyerangnya dengan tangan kosong, ia
menganggap mereka itu hanya menguji ilmu, maka ia tidak
mau membunuh orang. Akan tetapi kalau lawan sudah
mencabut senjata, berarti bahwa lawan menginginkan
kematiannya, maka ia menganggap sudah sepatutnya kalau
iapun berusaha membunuhnya!
Dalam keadaan yang menegangkan, kedua orang itu
dengan pedang di tangan berhadapan dengan Lili yang masih
berdiri tenang dengan mulut tersenyum. Akan tetapi tangan
kanannya sudah siap untuk mencabut pedang di
punggungnya, dan sekali pedang itu tercabut, akan celakalah
kedua orang lawan itu. Pedang Pek-coa-kiam (Pedang Ular
Putih), jarang dicabut dari sarungnya, akan tetapi biasanya,
sekali dicabut, tentu akan jatuh korban!
"Tahan senjata!" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan mendengar bentakan
ini, dua orang yang memegang pedang
itu cepat menengok dan menjatuhkan diri setengah berlutut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyimpan pedang dan memberi hormat kepada pria yang
muncul di situ. "Kongcu ......!" kata mereka dengan sikap merendah sekali.
Melihat ini, Lili merasa heran dan iapun memandang kepada
orang yang baru muncul itu penuh perhatian. Dia seorang laki-
laki berusia sekitar tigapuluh lima tahun, bertubuh tinggi
kokoh namun pembawaannya lembut dan sopan seperti
pembawaan seorang bangsawan terpelajar. Pakaiannya rapi,
pakaian seorang sasterawan dan diapun memakai sebuah topi
bulu yang indah. Wajahnya tampan dan cerah sehingga dia
nampak jauh lebih muda dari pada usianya, wajah yang halus
dan tidak berkumis atau berjenggot karena dicukur bersih.
Matanya tajam berwibawa dan mata itu jelas menunjukkan
kecerdikan. Diam-diam Lili merasa heran bagaimana dua orang yang
tangguh itu bersikap demikian merendah terhadap seorang
kongcu yang nampaknya lemah. Juga mereka yang tadi
mengepungnya, kini bersikap hormat dan tidak ada
seorangpun di antara mereka yang mencabut senjata lagi.
Pria itu menyapu mereka dengan pandang matanya, lalu
terdengar dia bicara dengan suara lantang namun lembut.
"Apa yang telah terjadi di sini dan mengapa kalian mengepung siocia (nona) ini?"
Karena pertanyaan itu ditujukan kepada dua orang yang
tadi mengeroyok Lili, maka dua orang itu saling pandang dan
si muka bersih memberi hormat lalu menjawab. "Maaf,
kongcu. Kami berdua menyerangnya karena nona ini
menghajar dan merobohkan lima orang anak buah kami."
Pria itu mengangguk, lalu menengok ke arah mereka yang
masih meringis kesakitan. Kemudian dia menghadapi Lili,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat kedua tangan ke depan dada sebagai
penghormatan. "Nona, kalau boleh aku bertanya, mengapa nona
menghajar lima orang anak buah kami" Kesalahan apakah
yang mereka lakukan terhadap diri nona?"
Melihat sikap yang sopan dari pria itu, Lili juga bersikap
baik dan sambil tersenyum ia menjawab, "Ah, kiranya mereka itu anak buahmu" Jadi
engkau ini majikan mereka" Tanya saja
kepada mereka karena mereka mengeroyok dan menyerangku
maka kurobohkan mereka."
Pria itu mengerutkan alisnya, lalu menoleh kepada lima
orang yang masih kesakitan itu. "Hei kalian berlima. Benarkah kalian mengeroyok
nona ini, dan kalau benar kenapa?" Dalam suaranya yang lembut itu terkandung
teguran keras. Sambil menahan rasa nyeri, lima orang itu menjatuhkan diri
berlutut menghadap pria itu dan seorang di antara mereka
mewakili teman-teman menjawab, "Maafkan kami, kongcu.
Karena melihat nona itu memukul roboh dan melukai dua
orang rekan, maka kami berlima turun tangan
mengeroyoknya." Pria itu kini kembali menghadapi Lili, sepasang matanya
mengamati penuh selidik dan nampak kekaguman dalam
pandang matanya. Gadis yang demikian muda, cantik manis
dan nampak lembut, telah memiliki kepandaian yang demikian
tinggi sehingga dua orang pembantunya yang dia tahu cukup
lihai, tadi nampaknya tidak berdaya melawan nona ini.
"Nona, agaknya terpaksa aku harus kembali kepada nona
dan bertanya mengapa nona melukai dua orang anak buah
kami." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senyum dibibir Lili melebar. Ia merasa tertarik. Pria ini
demikian lembut dan tenang, akan tetapi dalam menyelidiki
urusan dan mengajukan pertanyaan, cukup adil dan tidak
berat sebelah, tidak memihak seperti seorang hakim yang
jujur. "Engkau ingin tahu mengapa aku hajar mereka" Yang
seorang ingin menciumku, dan orang ke dua ingin
memelukku, maka aku lalu membiarkan yang seorang
mencium sepatuku, dan orang ke dua memeluk tanah!"
Wajah pria itu berubah kemerahan dan dengan suara yang
meninggi dia lalu menoleh dan berseru. "Siapakah kalian
berdua" Maju ke sini!"
Dua orang yang tadi mencari gara-gara dengan Lili,
merangkak maju, berlutut menghadap pria itu. Karena si
kumis mulutnya remuk dan dia tidak dapat bicara, maka si
bopeng yang mewakili. "Kongcu, ampunkan kami ........"
"Jawab, benarkah kalian hendak memeluk dan mencium
nona ini" Ceritakan apa yang terjadi?"
"Ampun, kongcu. Kami berdua melihat nona ini lewat .....
melihat ia begitu cantik, kami ..... kami hanya ingin main-main
........" "Cukup! Kalian tahu bahwa satu di antara larangan keras
kita adalah mengganggu wanita?"
"Kami ..... kami tahu, kongcu."
"Dan kalian tahu apa hukumannya kalau melanggar
larangan itu"' Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu menjadi ketakutan. Mereka membenturkan
dahi di tanah dan merintih minta ampun, akan tetapi karena
ketakutan, si bopeng masih dapat berkata dengan suara
menggigil, "Kami ...... kami siap meneriam hukuman ......"
"Bagus! Setidaknya kalian mati sebagai laki-laki yang
bertanggung jawab!" kata pria itu dan tiba-tiba saja tubuhnya bergerak, nampak
sinar berkelebat dan dua tubuh yang
berlutut itu terpelanting dengan kepala terpisah dari badan.
Lili memandang kagum. Gerakan pria itu sungguh cepat bukan
main. Bagi mata biasa, gerakan itu tidak dapat diikuti, akan
tetapi Lili tadi dapat melihat betapa cepatnya pria itu bergerak mencabut pedang
yang berada di pinggangnya tertutup jubah
panjang, mengelebatkan pedangnya memancung kepala dua
orang itu lalu menyarungkan kembali pedangnya yang tidak
ternoda darah! Demikian cepatnya gerakan itu, menunjukkan
ilmu pedang dahsyat seorang ahli!
"Kuburkan mayat mereka," kata pria itu kepada para anak buahnya. Mayat dua orang
itu lalu digotong pergi dan pria itu
memberi hormat kepada Lili.
"Kami harap nona memaafkan kami dan puas dengan
pelaksanaan hukuman bagi anak buah kami yang telah
menghina nona." 8. Petinggi Militer Kerajaan Beng
Lili masih tertegun karena kagum. Orang ini jelas bukan
orang sembarangan, pikirnya. Kelihatan lemah lembut dan
seperti seorang bangsawan terpelajar, namun memiliki ilmu
pedang yang dahsyat! Selain itu, juga amat berwibawa dan
sikapnya mengingatkan ia akan gurunya, See-thian Coa-ong
yang juga dapat bertindak tegas berwibawa terhadap anak
buahnya. Pula, dia menghukum mati dua orang anak buahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mengganggu wanita, hal ini saja sudah mendatangkan
rasa kagum dan suka di hati Lili.
"Kiamsut (ilmu pedang) yang hebat!" katanya memuji.
"Aih, dibandingkan nona, aku bukan apa-apa," pria itu merendah. "Kalau nona
tidak menganggap aku terlalu rendah
untuk menjadi kenalanmu, perkenalkanlah. Namaku Lu Ta dan
semua Orangku menyebut aku Ya-kongcu. Bolehkah aku
mengetahui nama nona?"
Karena sikap orang ini baik dan cukup berharga untuk
dijadikan teman, setidaknya kenalan, Lili menjawab
sederhana. "Namaku Tang Bwe Li dan orang biasa memanggil
Lili." Ya Lu Ta atau Ya-kongcu kembali memberi hormat,
kemudian dia menoleh ke belakang, kepada anak buahnya
dan berteriak, "Heiii, kalian lihat. Ini adalah Tang Siocia, mulai sekarang
menjadi sahabatku. Kalian harus bersikap hormat
kepadanya!" Kemudian dia berkata kepada Lili, "Tang Siocia, kami persilakan
engkau untuk menjadi tamu kehormatan kami
dan sudi makan minum bersama kami."
Lili memang sedang lapar. Menghadapi sikap yang
demikian hormat dan baik, dan penawaran itupun dilakukan
dengan sikap hormat dan jujur, iapun tertawa lepas.
"Heh..heh, memang aku sedang lapar dan sedang bingung
bertanya-tanya dalam hati ke mana harus mencari sarapan.
Terima kasih, aku akan suka sekali makan minum denganmu,


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Sejagat 5 Pendekar Mabuk 087 Pembantai Cantik Pedang Guntur Biru 1
^