Pencarian

Asmara Si Pedang Tumpul 4

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


Pangeran Chu Hui San dan dua orang temannya dapat melihat
betapa mucikari itu berlari keluar diikuti dua orang laki-laki
berewok tinggi besar dan mereka bertiga cepat mengejar
wanita muda yang jalannya belum jauh itu.
Mereka melihat betapa mucikari itu bersama dua orang
jagoannya telah dapat menyusul. Wanita muda itu nampak
menolak, menggeleng kepala dan kelihatan marah-marah,
tidak dapat dibujuk oleh mucikari itu dengan omongan manis.
Sang mucikari sendiri, bibi Cui atau dipanggil Cui-ma, merasa
heran bukan kepalang melihat ada seorang wanita muda
berani menolak ajakan putera mahkota! Tidak perduli ia sudah
menikah atau belum, rakyat jelata atau bangsawan belum
pernah ada wanita yang menolak ajakan yang seolah
merupakan bulan jatuh ke pangkuan itu.
Karena wanita muda itu menolak, dua orang tukang pukul
sudah menangkap kedua lengan wanita itu dan tanpa
kesulitan dua orang jagoan yang kuat itu memaksa dan
menarik wanita muda itu ikut ke dalam rumah pelesir. Tak
seorangpun yang berani melerai ketika melihat ada wanita
muda dipaksa masuk ke rumah itu oleh seorang wanita tua
dan dua orang jagoannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui-ma memang disegani, bukan hanya karena ia
mempunyai tukang pukul, melainkan terutama sekali karena
dibelakang mucikari ini berdiri banyak bangsawan tinggi yang
menjadi langganannya sehingga ia bisa mendapatkan
pembelaan dari kalangan atas. Petugas rendahan biasa saja,
mana berani menentangnya" Mungkin akan berhadapan
dengan atasannya sendiri nanti!
Pangeran Chu Hui San telah duduk menanti dalam kamar
yang mewah itu seorang diri ketika wanita muda itu masih
bersama keranjangnya didorong masuk dari luar dan daun
pintu segera ditutup kembali dari luar. Wanita itu, bagaikan
seekor anak kelinci yang dilempar ke dalam kerangkeng
harimau, berdiri menggigil dan menangis, tidak berani
berkutik, hanya bersandar pada dinding memeluk
keranjangnya. "Ampun ...... ampunkan aku ...... lepaskan aku ..... aku
sudah bersuami, suamiku keras dan galak ......" ia meratap ketakutan tanpa
berani mengangkat mukanya yang
menunduk. Akan tetapi, alasan bahwa wanita itu sudah bersuami tidak
meredakan gelora gairah sang pangeran. Yang membuat ia
terheran-heran adalah melihat sikap wanita itu. Kenapa begitu
berani dan sama sekali tidak menghormatinya"
"Nyonya muda yang manis, pandanglah aku. Apakah
engkau tidak tahu, siapa aku?" perintahnya.
Dengan ketakutan wanita itu mengangkat muka
memandang, namun ia sama sekali tidak nampak terkejut.
Bahkan ia menggeleng kepalanya, "Aku tidak mengenal
engkau siapa, akan tetapi mohon kau lepaskan aku, jangan
ganggu aku ......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, aku adalah pangeran, putera mahkota, tahu?"
Wanita itu kembali memandang dengan mata terbelalak,
lalu keranjangnya jatuh mengelinding dan iapun menjatuhkan
diri berlutut menyernbah-nyembah. "Ahh .... ampun hamba ....
hamba tidak tahu, hamba baru sebulan berada di kota raja,
hamba dari dusun, setelah menikah baru di sini ..... mohon
paduka mengampuni hamba dan membiarkan hamba pergi
...." Pangeran itu semakin heran. "Aku suka padamu, manis.
Kesinilah dan jangan takut. Aku akan memberi hadiah besar
kepadamu." "Tidak ...... tidak ...... mohon paduka mengampuni hamba
.... hamba baru sebulan menikah, hamba tidak berani, suami
hamba galak ......."
"Aih, pengantin baru, ya" Heh..heh, aku suka pengantin
baru. Tentang suamimu, jangan takut. Dia tidak akan berani
memarahimu kalau tahu bahwa pangeran putera mahkota
yang mengajakmu. Kesinilah!"
Pangeran Chu Hui San semakin bergairah karena belum
pernah dia bertemu dengan wanita yang tidak segera lari ke
dalam pelukannya. Malah dia yang kini turun dari
pembaringan dan menghampiri wanita yang menggigil
ketakutan itu. Akan tetapi baru saja dia memegang lengan
wanita itu untuk ditariknya, dia mendengar suara gedebukan
di luar kamar, suara orang berkelahi.
Dia terkejut dan heran, lalu dibukanya daun pintunya untuk
melihat apa yang terjadi. Ternyata dua orang tukang pukul
berewokan itu sedang mengeroyok seorang laki-laki muka
bopeng yang juga tinggi besar. Akan tetapi laki-laki bopeng itu lihai sekali,
dan ketika sang pangeran membuka daun pintu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepat dia melihat betapa dua orang tukang pukul itu dihantam
roboh! "Cang-ko (kakak Cang), .......!" Wanita cantik yang berada di dalam kamar
Pangeran Chu Hui San menjerit ketika ia
melihat laki-laki bopeng itu.
"Kim-moi (adik Kim)!" Laki-laki itu berteriak dan diapun
menerjang masuk ke dalam kamar. "Aku tahu, engkau berada
disini!" bentaknya dan dengan mata melotot dia memandang
kepada isterinya, lalu kepada sang pangeran. Ketika dia
memandang kepada pangeran itu, Pangeran Chu Hui San
berkata dengan sikap gagah dan marah.
"Orang kasar, butakah matamu" Aku adalah Pangeran Chu
Hui San! Hayo cepat engkau pergi dari sini atau akan kusuruh
orang menangkap dan menghukum siksa sampai mati!"
Akan tetapi si muka bopeng itu menyeringai, "Aku tahu
engkau pangeran putera mahkota yang mata keranjang itu.
Engkau berani menghina isteriku! Biar aku akan dihukum mati,
akan tetapi sekali ini engkau yang akan kusiksa sampai mati
lebih dulu!" Dengan langkah lambat namun sikapnya menyeramkan, si
muka bopeng menghampiri sang pangeran. Pangerah yang
satu ini memang lemah. Melihat gertakannya tidak berhasil,
diapun melangkah mundur dan mukanya mulai
membayangkan ketakutan. "Jangan...... maafkan aku dan engkau akan kuganjar
hadiah yang besar ........"
"Tidak ada hadiah besar dari pada membunuh orang yang
telah berani menghina isteriku tercinta!" bentak orang itu dengan geram dan dia
sudah siap untuk menubruk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba seseorang muncul di ambang pintu kamar itu.
Akan tetapi kemunculannya tidak membesarkan harapan sang
pangeran, karena dia hanyalah seorang pria berusia tigapuluh
lima tahun yang berpakaian seperti seorang sastrawan muda,
mungkin sastrawan kaya karena pakaiannya mewah. Apa
artinya seorang sastrawan lemah terhadap si bopeng yang
tangguh ini" Dua orang jagoan tukang pukul di rumah pelesir
itupun sudah dia pukul roboh.
"Muka bopeng, jangan kurang ajar kau!" sastrawan itu
membentak dan biarpun suaranya lembut, namun
mengandung getaran berwibawa sehingga tiba-tiba si bopeng
menghentikan langkahnya dan memutar tubuh menghadapi
sastrawan itu, nampaknya terkejut. Akan tetapi ketika dia
melihat bahwa yang menegur dan mencelanya hanya seorang
sastrawan yang kelihatan lemah, dia menjadi semakin berang.
Dengan langkah lebar dia menghampiri sastrawan itu dan
sikapnya mengancam. "Jahanam, siapa engkau berani mencampuri urusanku?"
Dia mengepal tinju dan siap menerjang.
"Engkaulah yang jahanam! Berani engkau mengancam
yang mulia pangeran putera mahkota yang sepatutnya kau
sembah" Hayo cepat berlutut minta ampun!"
Akan tetapi, si muka bopeng menjawabnya dengan
gerengan dan diapun menerjang dengan ganas ke arah
sastrawan itu. Pangeran Chui Hui San menyangka bahwa
penolongnya itu tentu roboh dengan sekali pukul dan dia
sudah siap untuk melarikan diri. Akan tetapi, dia terbelalak.
Ketika si muka bopeng yang tinggi besar itu menerjang,
sastrawan itu mengelebatkan kipas yang berada di tangannya
dan entah bagaimana, tiba-tiba saja si muka bopeng itu yang
terpelanting ke atas lantai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia merangkak bangun, meloncat dan menerjang lagi akan
tetapi disambut tendangan yang mengenai dadanya dan
membuat, dia terjengkang dan terbanting keras. Si muka
bopeng terengah-engah dan matanya terbelalak ketakutan,
lalu dia bangkit dan membalikkan diri, cepat lari keluar dari
dalam kamar itu. Sastrawan itu membiarkan si muka bopeng lari, dan diapun
membalik, menghadapi Pangeran Chu Hui San dan
menjatuhkan diri berlutut dengan sikap hormat dan sopan
sekali. "Hamba kira akan jauh lebih baik dan aman kalau
paduka selalu ditemani seorang pengawal yang boleh
dipercaya. Dewasa ini banyak sekali terdapat penjahat dan
pemberontak yang tentu akan berbuat yang tidak baik kepada
paduka." Tentu saja pangeran itu merasa berterima kasih karena
tanpa munculnya sastrawan itu, tentu sekarang dia telah
tewas dibunuh si muka bopeng tadi. Dia melangkah maju dan
dengan kedua tangan menyentuh pundak sastrawan itu dia
berkata. "Terima kasih, engkau telah menyelamatkan aku.
Kami akan merasa senang sekali kalau saat ini engkau suka
menemani dan menjaga keselamatanku."
"Hamba suka sekali, hamba siap mengorbankan nyawa
demi keselamatan paduka, pangeran!" kata sastrawan itu.
"Siapa namamu?"
"Hamba she (bernama keturunan) Yauw, nama hamba Lu
Ta." Pada saat itu, wanita muda yang sejak tadi berdiri
ketakutan, mempergunakan kesempatan itu untuk melarikan
diri keluar dari dalam kamar. Akan tetapi melihat ini, Yauw Lu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ta meloncat dan sekali tangannya bergerak, dia telah
menotok wanita itu pada pundaknya, membuat wanita itu
menjadi lemas dan tentu akan jatuh ke atas lantai kalau Yauw
Lu Ta tidak menyambutnya, memegang lengannya kemudian
mendudukkannya di atas lantai bersandar dinding. Wanita
muda itu tidak mampu bergerak, hanya matanya yang
memandang dengan ketakutan.
"Yauw Siucai (Sastrawan Yauw), kalau ia tidak mau, suruh
ia pergi. Kami tidak mau memperkosanya!" kata Pangeran
Chui Hui San dengan suara mengandung kekecewaan. Wanita
itu bukan saja menolak cintanya, bahkan suaminya hampir
saja membunuhnya! Yauw Lu Ta membungkuk dengan senyum. "Harap paduka
jangan kecewa. Dalam satu menit ia akan berubah sama sekali
dan akan melayani paduka dengan seluruh tubuh dan
hatinya." Dia mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam
saku bajunya. Ketika dibukanya, dalam bungkusan terisi bubuk
merah. Melihat di atas meja dalam kamar itu, terdapat cawan
dan guci arak, dituangkannya sedikit arak ke dalam cawan,
dimasukkannya sedikit bubuk merah ke dalam cawan
kemudian dia menghampiri wanita muda itu, tangan kiri
menekan kanan-kiri mulut sehingga mulut itu terbuka,
ditengadahkan, lalu isi cawan dia tuangkan ke dalam mulut. Di
luar kehendaknya, wanita itu terpaksa menelan anggur dari
cawan dan Yauw Lu Ta melepaskannya.
Pangeran Chu Hui San memandang penuh perhatian.
Semenit kemudian, terjadi perubahan pada wajah wanita itu.
Kedua pipinya kemerahan dan pandang matanya tidak lagi
ketakutan, akan tetapi seperti orang yang mengantuk.
Yauw Lu Ta membebaskan totokannya dan diapun berkata.
"Kini paduka dapat berbuat apapun terhadap dirinya dan ia
akan menyerahkan diri dengan suka rela dan penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semangat. Hamba akah menjaga keamanan paduka di luar
kamar." Yauw Lu Ta melangkah keluar dan menutupkan daun
pintu kamar itu dari luar.
Sebetulnya, peristiwa tadi sudah mengusir semua gairah
nafsu dari pikiran pangeran ini. Akan tetapi, dia tertarik dan
ingin sekali tahu apakah ucapan pengawal barunya itu benar.
Dia lalu memandang wanita muda yang sudah dibebaskan dari
totokan itu. Kini wanita itu berlutut menghadap kepadanya,
hanya menundukkan muka dan tidak berani memandangnya,
tidak pula mengeluarkan kata-kata, juga tidak lagi menangis
ketakutan. "Angkat mukamu!" kata pangeran itu dengan suara
memerintah. Dan wanita muda itu mengangkat muka
memandangnya. Dan alangkah jauh bedanya dengan tadi.
Wanita itu kini memandangnya dengan sikap malu-malu,
dengan mata sayu dan mulut mengulum senyum.
"Kesinilah," kata pula pangeran itu.
Wanita itu nampak tersipu, lalu bangkit dan dengan malu-
malu berjalan menghampiri Pangeran Chu Hui San. Ketika
pangeran merangkulnya, iapun mengeluarkan suara lirih dan
menyandarkan mukanya ke dada pangeran itu.
"Siapa namamu, manis?"
"Nama hamba Bi Kim ....." suaranya berbisik dan kini
bangkitlah kembali gairah di hati pangeran itu. Dia menuntun
wanita itu ke pembaringan dan benar seperti yang dikatakan
Yauw Lu Ta tadi, kini wanita itu sama sekali tidak menolaknya,
bahkan melayaninya dengan sukarela dan penuh gairah.
Tentu saja semua itu adalah siasat yang sudah diatur oleh
Yauw Lu Ta atau Yaluta, pangeran Mongol itu! Ketika Kerajaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mongol belum jatuh, dia masih kecil, baru belasan tahun
usianya dan tidak dikenal. Oleh karena itu, tanpa ragu-ragu
dia menggunakan namanya, hanya diubah sedikit menjadi
nama pribumi agar tidak ada yang tahu bahwa dia adalah
bekas pangeran Mongol! Sejak peristiwa di rumah pelesir itu, Pangeran Chu Hui San
menerima Yauw Lu Ta yang disebutnya Yauw Siucai menjadi
pengawal pribadinya, juga temannya berfoya-foya. Yauw
Siucai amat pandai mengambil hatinya. Dengan adanya Yauw
Siucai, putera mahkota ini dapat menikmati bermacam


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesenangan yang tadinya tidak dikenalnya sama sekali.
Dengan bantuan Yauw Siucai, wanita yang bagaimana
keraspun akan menjadi lunak dan jinak. Bahkan putera
mahlota itu, saking percayanya kepada Yauw Siucai, telah
mengangkat sastrawan ini menjadi guru sastra dari puteranya
yang bernama Chu Hong. Maka, kuatlah kedudukan Yauw
Siucai di istana putera mahkota.
Dengan cerdik sekali Yauw Lu Ta yang memang mendekati
pangeran putera mahkota ini untuk tujuan yang lebih besar,
menuntun Pangeran Chu Hui San yang lemah itu sehingga
keadaan pangeran itu semakin rusak. Bukan saja bujukan
Yauw Siucai membuat dia menjadi semakin menggila dalam
mengejar kesenangan sehingga lupa diri, juga Yauw Siucai
dengan cerdik menjerumuskan pangeran yang menjadi calon
pengganti kaisar itu menjadi seorang pecandu madat!. Yauw
Siucai ingin agar kelak yang menjadi kaisar seorang yang
lemah, tidak mampu dan yang berada dibawah pengaruhnya
sehingga kalau dia mendapatkan kesempatan baik melakukan
gerakan, maka pemerintahan di bawah kaisar semacam itu
akan mudah dia robohkan dan dia dapat membangun kembali
Kerajaan Goan (Mongol) yang pernah jaya!
12. Pembalasan Dendam Sang Suci
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sore itu udara cerah sekali. Langit tidak ternoda awan, dan
biarpun matahari sudah condong jauh ke barat, namun
sinarnya masih kuat dan hawa udara cukup gerah karena tidak
ada angin bertiup. Dengan langkah lebar dan tegap, Panglima
Bhok Cun Ki berjalan mendaki bukit Bambu Naga di luar kota
raja. Dia sengaja berjalan kaki, tidak menunggang kuda.
Pertama, agar tidak ada orang yang memperhatikannya, dan
ke dua agar lebih mudah baginya untuk melihat bahwa tidak
ada orang yang membayanginya. Dia tidak ingin anak-
anaknya mencampuri urusan pribadinya.
Tentu saja cerita putera dan puterinya tentang gadis yang
berpedang Ular Putih itu seketika mengingatkan dia akan
riwayat hidupnya dahulu, ketika dia belum menikah. Dia
pernah saling berkenalan dan bersahabat dengan seorang
pendekar wanita yang cantik jelita dan lihai dan akhirnya ia
dan wanita itu yang bernama Cu Sui In saling jatuh cinta. Dia
sendiri seorang pendekar muda Butong-pai di waktu itu, dan
gadis itu memang cantik dan pandai, sehingga mereka berdua
merupakan pasangan yang serasi dan cocok sekali. Hubungan
di antara mereka sudah amat intim dan mesra, bahkan
keduanya sudah demikian saling percaya bahwa mereka akan
menjadi suami isteri sehingga mereka saling menyerahkan diri.
Akan tetapi, beberapa hari kemudian, dia mendapat
kenyataan bahwa kekasihnya itu adalah puteri See-thian Coa-
ong! Bahkan kekasihnya itu di dunia kangouw dikenal dengan
julukan Bi-coa Sianli (Dewi Ular Cantik) yang terkenal ganas
dan kejam! Melihat kenyataan pahit ini, seketika dia
mengambil keputusan untuk memisahkan diri dan
meninggalkan Cu Sui In. Tidak mungkin dia sebagai seorang
pendekar penentang golongan sesat, menikah dengan seorang
puteri datuk sesat! Seluruh dunia kangouw akan
mentertawakannya, dan bagaimana dia akan tetap dapat
menentang kejahatan kalau beristeri seorang tokoh jahat"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sui In ........" Dia menghela napas panjang dan mengeluh dalam hati, "kenapa
sampai sekarang engkau masih
mendendam" Dan kenapa pula tidak datang sendiri
mencariku, akan tetapi menyuruh muridmu?"
Setelah tiba di puncak bukit yang sunyi itu, dia berdiri di
puncak yang datar, yang dikelilingi hutan bambu yang lebat.
Banyak di situ terdapat bambu yang batangnya seperti tubuh
ular naga, maka disebut bambu naga. Biarpun dia tidak
melihat bayangan orang, akan tetapi dia merasa bahwa ada
orang yang mengintai dan mengamatinya. Oleh karena itu, dia
berdiri dengan tegak, kedua kaki terpentang, lalu dia berkata
dengan suara yang lantang.
"Nona berpedang Ular Putih, aku Bhok Cun Ki telah datang
memenuhi undanganmu!"
Memang sejak tadi Lili sudah mengintai dari balik semak
belukar. Sejak laki-laki itu mendaki lereng dekat puncak, ia
sudah tahu dan ketika pria itu sudah dekat, ia memandang
kagum. Jadi inikah kekasih sucinya yang telah meninggalkan
sucinya dan membuatnya hidup merana" Pantas kalau sucinya
tergila-gila. Memang pria ini seorang pria yang gagah perkasa
dan ganteng. Sekarangpun, dalam usia yang mendekati
limapuluh tahun, pria itu masih nampak tegap dan ganteng,
dengan penampilan seorang pendekar tulen. Sebatang pedang
tergantung di pinggangnya dan langkahnya ketika mendaki
puncak tadi bagaikan langkah seekor harimau. Dari atas
puncak ia mengamati dan melihat bahwa pria itu memang
datang seorang diri, dan inipun menunjukkan bahwa dia
memang gagah dan berani, dan tidak curang.
"Bagus, kiranya engkau yang bernama Bhok Cun Ki!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki membalikkan tubuh dan melihat bayangan
berkelebat, tahu-tahu di depannya telah berdiri seorang gadis
yang cantik. Dia mengamati penuh perhatian. Seorang gadis
berusia kurang lebih duapuluh tiga tahun yang cantik manis,
dengan sikap yang dingin dan galak, namun matanya bersinar
tajam. Dia tahu bahwa gadis itu memiliki keringanan tubuh
dan kecepatan yang tak boleh dipandang ringan. Cepat dia
memberi hormat sepantasnya dengan merangkap kedua
tangan depan dada. "Apakah hubunganmu dengan Cu Sui In, nona" Apakah
engkau muridnya?" Bhok Cun Ki langsung bertanya karena dia sudah yakin bahwa
inilah gadis yang telah mencarinya dan
mengalahkan putera dan puterinya.
"Cu Sui In adalah suciku. Hemm, agaknya engkau sudah
dapat menduga bahwa aku datang diutus oleh suci untuk
membunuhmu?" Bhok Cun Ki menghela napas panjang dan mengangguk.
"Aku sudah dapat menduganya. Kiranya engkau adalah
sumoinya, dan engkau murid See-thian Coa-ong. Pantas
engkau lihai. Akan tetapi, terima kasih bahwa engkau tidak
membunuh kedua orang anakku. Hal ini saja sudah
mengherankan karena biasanya orang-orang dari Bukit Ular
tak pernah membiarkan lawannya hidup."
Lili mengerutkan alisnya. "Aku bukan pembunuh! Aku
ditugaskan untuk membunuhmu, bukan membunuh anak-
anakmu. Nah, bersiaplah untuk mengadu nyawa. Engkau atau
aku yang akan mati hari ini!" Lili mencabut pedangnya dan
nampak sinar putih menyilaukan mata tertimpa sinar matahari
senja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki mengeluh dalam hatinya. Tak disangkanya
bahwa urusan pribadinya dengan Cu Sui In akan menimbulkan
peristiwa yang dihadapinya sekarang ini. Dia ditantang
seorang gadis muda! "Nona, siapakah namamu?" tanya dan suaranya lembut
karena melihat gadis itu, walaupun ia nampak galak dan
dingin, menimbulkan perasaan suka dalam hatinya. Dia
merasa berhadapan dengan anak sendiri atau keponakan
sendiri. Bagaimana dia, seorang pendekar Butong-pai, seorang
panglima, dapat enak hati menyambut tantangan mengadu
nyawa seorang gadis yang sepantasnya menjadi anaknya atau
keponakannya" "Namaku tidak ada sangkut-pautnya dengan urusan adu
nyawa ini, Bhok Cun Ki!" kata Lili dengan tegas.
"Benar sekali, akan tetapi kalau engkau kalah dan mati,
engkau akan tahu siapa yang membunuhmu, sebaliknya kalau
aku yang kalah dan mati, arwahku bisa penasaran karena aku
tidak tahu siapa yang membunuhku." Bhok Cun Ki bicara
dengan nada suara serius, akan tetapi juga mengandung
kelakar. Lili juga merasa sukar untuk mempertahankan
kekakuannya juga, di dalam hatinya tidak mempunyai masalah
pribadi dengan pria ini, maka iapun tidak dapat merasa benci.
Bahkan ia merasa kagum karena ia berhadapan dengan
seorang laki-laki jantan yang bersikap begitu tenang.
"Baik, namaku biasa disebut orang Lili."
"Nona Lili, nama yang bagus. Akan tetapi kenapa sucimu
Cu Sui In tidak datang sendiri membunuhku, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyuruh engkau yang tidak mempunyai sangkut paut
dengan urusan kami?"
"Aku hanya menunaikan tugas. Jangan tanya kepadaku,
tanyalah kepada suci, akan tetapi tidak ada kesempatan lagi
bagimu karena engkau akan mati ditanganku."
Bhok Cun Ki tersenyum. "Nona Lili, engkau masih begini
muda namun memiliki kepandaian tinggi dan pemberani.
Sungguh sayang seorang muda seperti nona ini melakukan
pertandingan mengadu nyawa. Aku sendiri sudah cukup tua,
dan mati bagiku bukan apa-apa. Akan tetapi engkau, masih
begini muda dan berhak untuk hidup lebih lama lagi dan
menikmati hidupmu. Tahukah engkau mengapa sucimu itu
menyuruhmu mencariku dan membunuhku?"
"Bhok Cun Ki, kenapa engkau begini cerewet, sih" Agaknya
dahulu suci terpikat oleh kapandaianmu merayu dengan kata-
kata. Tentu saja aku tahu kenapa suci ingin aku
membunuhmu. Engkau telah menghancurkan kebahagiaan
hidupnya, engkau telah membuat ia merana sampai sekarang
tidak berumah tangga. Engkau merayunya dengan
ketampananmu, kepandaianmu merayu, dengan janji-janji
palsumu. Sudahlah, akupun tidak perduli. Yang penting, aku
harus membunuhmu. Cepat keluarkan pedangmu, atau aku
akan membuat engkau mati konyol!" Gadis itu menggerakkan
pedangnya sehingga berkelebatan dan mengeluarkan sinar
putih yang menyilaukan mata.
"Tunggu sebentar, nona. Aku tidak percaya seorang gadis
seperti engkau ini mau membunuh orang yang belum siap
melawan. Dengar dahulu, baru kita bertanding agar engkau
mengetahui urusan antara aku dan sucimu itu, agar kita
berdua dapat bertanding dengan penuh kesadaran. Memang
ku akui bahwa ketika aku masih muda, di antara aku dan
sucimu Cu Sui In terjalin hubungan cinta kasih yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendalam, bahkan kami berdua sudah saling berjanji dan
sepakat untuk menjadi suami isteri. Aku mencintainya dengan
sepehuh hatiku, bahkan sampai sekarangpun aku masih
mencintanya. Akan tetapi ia menipuku. Ia tadinya tidak
berterus terang tentang dirinya. Setelah aku mengetahui
bahwa ia adalah puteri See-thian Coa-Ong dan ia berjuluk Bi-
coa Sianli, seorang tokoh sesat, puteri seorang datuk sesat
yang melakukan banyak kekejaman dan kejahatan, bagaimana
mungkin aku berjodoh dengannya" Seluruh pimpinan Butong-
pai akan mengutuk aku, karena sebagai seorang pendekar aku
harus menentang golongan sesat, bukan mengawini puteri
seorang di antara para datuknya, yaitu See-thian Coa-ong.
Nah, itulah sebabnya aku memisahkan diri walau aku selalu
mencintanya." "Omong kosong! Cinta macam apa itu kalau memakai
persyaratan" Cinta macam apa yang dapat dibeli dengan
keadaan seseorang" Yang kaucinta itu orangnya, pribadinya,
ataukah kedudukannya dan namanya" Ingat, aku adalah
murid See-thian Coa-ong, dan bagiku, suhu jauh lebih jantan
dari pada engkau yang mengaku pendekar! Setidaknya, suhu
tidak pernah menjual omong kosong dan rayuan gombal
kepada seorang wanita!"
Wajah Bhok Cun Ki berkerut-kerut dan agak pucat,
matanya nampak bingung dan gelisah! Selama hidupnya, baru
sekali ini dia merasa menyesal bukan main. Memang dia tidak
pernah dapat melupakan Cu Sui In, akan tetapi selama ini
selalu dia menghibur perasaannya, menghibur batinnya bahwa
dia meninggalkan Sui In karena melihat bahwa dia dan Sui In
tidak akan dapat menjadi suami isteri yang rukun. Namun,
semua itu hanya hiburan belaka bagi perbuatan mengkhianati
kasih di antara mereka. Dalam hati kecilnya dia sudah merasa
menyesal mengapa dia tergesa-gesa mengambil keputusan
memutuskan cintanya itu. Padahal, dia tahu betapa Sui In
amat mencintanya, dan demi cinta kasih mereka itu, bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mungkin dia akan dapat menuntun Sui In kembali ke
jalan benar! Kini, dari mulut gadis itu dia seperti
mendengarkan suara hatinya sendiri yang setiap kali
membuatnya menyesal. "Sudahlah, aku merasa bersalah kepada Sui In. Akan tetapi, nona muda, jangan
harap orang lain akan dapat
membunuhku. Kalau Cu Sui In sendiri yang datang, aku akan
menyerahkan nyawaku tanpa melawan. Kalau ia
mewakilkannya kepada orang lain, jangankan engkau, biar
andaikata See-thian Coa-ong sendiri yang datang, aku akan
melawan dan membela diri."
"Bagus, akupun bukan orang yang suka membunuh lawan
yang tidak mau membela diri. Hayo, cabut senjatamu dan
sudah cukup banyak kita bicara!" bentak Lili dengan sikap
garang. Bhok Cun Ki tersenyum dan diapun mencabut pedangnya.
Nampak sinar kehijauan berkelebat ketika dia mencabut
pedang Ceng-kong-kiam (Pedang Sinar Hijau) yang
merupakan sebatang pedang pusaka dari Butong-pai. Hanya
murid yang sudah berjasa mengangkat nama baik Butong-pai
sajalah yang berhak menerima hadiah sebatang senjata
pusaka Butong-pai dan Bhok-ciangkun ini seorang di antara
para pendekar Butong-pai yang tangguh.
"Aku sudah siap, nona Lili!" katanya.
"Lihat pedang!" Lili membentak dan iapun sudah
menggerakkan pedangnya yang berbentuk ular putih itu,
mulai dengan serangannya. Karena ia sudah tahu bahwa
lawannya adalah seorang ahli pedang Butong-pai yang
berjuluk Sin-kiam-eng, (Pendekar Pedang Sakti) dan menurut
sucinya amat lihai, begitu menyerang ia sudah menggunakan
jurus yang amat dahsyat. Pedangnya berubah menjadi sinar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih meluncur bagaikan anak panah cepatnya menusuk ke
arah tenggorokan lawan.

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wirr .... sing .......!" Pedang itu berdesing ketika
sasarannya luput karena Bhok Cun Ki sudah mengelak dengan
cepat, lalu dari samping pedangnya berubah menjadi sinar
hijau menyambar ke arah mata kiri Lili! Serangan balasan
inipun dahsyat, cepat dan mengandung tenaga sehingga
pedangnya berdesing nyaring.
Namun, Lili sudah mengelak dengan merendahkan
tubuhnya, kemudian kaki kirinya mencuat ke arah pusar
lawan, disusul pedangnya menyambar dari kanan ke kiri
membabat leher! "Wuuuutttt .........!"
Kembali Bhok-ciangkun menghindarkan diri dari serangan
dahsyat itu dengan meloncat ke belakang, dengan amat
cepatnya Lili sudah meloncat ke depan, menyusulkan
serangan lanjutan yang makin hebat. Pedangnya bagaikan
seekor ular meluncur dibarengi tubuhnya yang merendah,
pedang itu menusuk ke arah kedua lutut kaki lawan secara
bertubi! Seolah-olah ada banyak sekali ular yang menyerang
dan mematuk ke arah lutut dan kalau sekali saja lutut itu
terkena patukan pedang ular, tentu Bhok-ciangkun akan
roboh! Namun, Bhok-ciangkun adalah seorang pendekar pedang
yang sudah banyak pengalamannya bertanding dengan
pedang. Dalam pengalamannya sebagai seorang pendekar
pedang, sudah banyak dia bertanding melawan orang-orang
dari berbagai golongan. Tentu saja dia tidak mudah
dikalahkan begitu saja dan dia sudah melihat bahayanya
serangan yang dilakukan gadis itu ke arah kedua lututnya.
Dengan ringan sekali tubuhnya meloncat ke atas, berjungkir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balik dan turun ke belakang Lili dan membalas dengan
serangan pedangnya yang diputar dengan cepatnya. Dia mulai
memainkan jurus-jurus ilmu pedang Butong-pai yang indah
dan kuat, juga amat cepat sehingga pedangnya lenyap
berubah menjadi sinar hijau yang bergulung-gulung!
Lili terkejut juga melihat kehebatan ilmu pedang lawan.
Iapun tidak mau kalah dan ia memainkan pedangnya dengan
gerakan cepat sehingga pedangnya lenyap bentuknya,
berubah menjadi sinar putih yang bergulung-gulung. Kadang-
kadang, kedua gulungan putih dan hijau itu retak dan putus,
ketika sepasang pedang itu bertemu di udara, menimbulkan
percikan bunga api dan mengeluarkan bunyi berkerontang
nyaring. Keduanya merasa tergetar tangan kanan masing-
masing, maka tahulah mereka bahwa lawan memiliki tenaga
yang tangguh dan keadaan mereka berimbang.
Namun, setelah lewat limapuluh jurus, mulailah sinar putih
itu terkurung tertekan oleh sinar hijau. Bagaimanapun juga
ilmu pedang yang dimainkan Bhok Cun Ki memang hebat
sekali. Pula, dia mempunyai banyak pengalaman bertanding,
jauh lebih banyak dibandingkan lawannya.
Lili mulai terdesak! Gadis yang keras hati dan pemberani ini
maklum bahwa kalau ia hanya memainkan ilmu pedang biasa
saja hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan, ia takkan
menang melawan ilmu pedang lawan yang demikian
hebatnya. Tiba-tiba ia mengeluarkan suara mendesis nyaring
dan gerakan pedangnya berubah. Bukan hanya gerakan
pedangnya yang berubah, melainkan juga gerakan tubuhnya.
Tubuh gadis itu, kedua lengannya, dan gerakan pedang itu
kini mengandung gerakan seekor ular! Berlenggang lenggok
dan menyerang dari bawah dengan tusukan, bacokan seperti
ular memagut, disertai desis mengerikan seperti seekor ular
cobra yang marah! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki terkejut juga menghadapi serangan aneh yang
amat berbahaya itu. Tahulah dia bahwa gadis itu
mengeluarkan inti dari ilmu silatnya yang bersumber dari
gerakan ular dan ilmu ini yang membuat nama besar See-
thian Coa-ong ditakuti orang. Gadis itu memang lihai dan
berbahaya sekali. Bukan hanya pedang putih itu yang
berbahaya, menyambar-nyambar dari bawah bagaikan seekor
ular beracun pembawa maut, akan tetapi juga tangan kirinya
membantu dengan serangan yang tidak kalah ampuhnya.
Tangan itu menotok, mencengkeram dan gerakannya seperti
seekor ular pula. Dihujani serangan dari bawah seperti itu, keadaannya
menjadi berbalik. Kalau tadi Bhok Cun Ki berhasil mendesak
lawan, kini dia lebih banyak mengelak dan menangkis, dan
segera terdesak karena dia harus mengerahkan seluruh
tenaga dan kepandaian untuk melindungi dirinya. Dia merasa
seolah-olah dikeroyok banyak ular beracun. Akan tetapi
setelah belasan jurus lewat dan dia terdesak semakin hebat,
teringatlah dia, akan pertandingan ujian dalam permainan
pedang melawan Sin Wan pagi tadi. Pemuda itu berkata
bahwa lawan ular yang tangguh adalah burung! Mengertilah
kini Bhok Cun Ki bahwa secara tidak langsung pemuda itu
telah memberi petunjuk kepadanya bagaimana harus melayani
gadis ini! Diapun mengerahkan tenaga, mengeluarkan
bentakan nyaring dan tiba-tiba tubuhnya meloncat ke atas,
lalu menukik turun dan menyerang dari atas dengan
pedangnya! Lili yang kini terkejut dan cepat menangkis, akan tetapi
Bhok Cun Ki sudah melanjutkan serangkaian serangannya
yang membuat gadis itu repot. Ketika Lili melempar diri ke
atas tanah bergulingan dan membentuk serangan baru dari
bawah, kembali tubuh Bhok-ciangkun melompat tinggi ke
atas. Kini dia tidak mau menangkis atau mengelak ke
samping, melainkan menghadapi serangan gadis itu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
loncatan tinggi kemudian ketika tubuhnya turun dia
menyambar bagaikan seekor rajawali menyerang seekor ular.
Kembali keadaan menjadi berbalik, Lili yang kini terdesak
karena bagaikan seekor ular menghadapi burung yang dapat
terbang, ia tidak diberi kesempatan menyerang lawan,
sebaliknya lawan menghujankan serangan yang dimulai dari
atas. Hal ini membuat Lili menjadi penasaran dan marah sekali.
Ketika untuk kesekian kalinya Bhok Cun Ki mendesaknya
dengan serangan bertubi, ia mengeluarkan teriakan nyaring,
pedangnya diputar cepat melindungi tubuhnya dan tangan
kirinya mendorong dengan pengerahan tenaga dari ilmu tok-
coa-kun (silat ular beracun). Dorongan ini hebat sekali karena
dari telapak tangan kiri itu keluar uap kehitaman. Itulah
pukulan beracun yang ganas!
"Haiiiitttt!" Bhok Cun Ki yang mengenal pukulan maut, segera meloncat lagi ke
atas, lalu menukik bagaikan seekor
burung garuda. Pada saat itu, dia melihat sinar hitam meluncur ke arah
dadanya dari arah kiri. Dia tahu bahwa dia diserang oleh
senjata rahasia yang berbahaya. Karena tubuhnya sedang
berada di udara dan tidak dapat mengelak, dia mengerahkan
tenaga pada pedangnya dan menangkis senjata rahasia yang
hanya berupa sinar hitam itu.
"Cringgg!" Dan sinar hitam itu tertangkis, meluncur ke bawah, ke arah Lili.
"Awas .......!!" Bhok Cun Ki berseru memperingatkan,
namun terlambat. Lili sama sekali tidak mengira bahwa akan
ada senjata rahasia meluncur demikian cepatnya oleh
tangkisan pedang lawan yang berada di atas sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum ia tahu apa yang terjadi, tiba-tiba ia merasa nyeri
pada pundak kirinya dan senjata rahasia itu telah menancap di
pundak. Tubuhnya seketika menjadi lemas dan matanya
berkunang, lalu gelap! Lili roboh pingsan.
"Pengecut curang!" teriak Bhok Cun Ki dan tubuhnya sudah melayang ke arah dari
mana datangnya senjata rahasia tadi.
Namun dia tidak menemukan orangnya. Agaknya penyerang
gelap itu telah melarikan diri dengan cepat. Karena cuaca
mulai remang-remang, Bhok Cun Ki cepat menghampiri Lili.
Gadis itu rebah miring dan ketika dia memeriksanya, dia
terkejut. Sebatang paku hitam menancap di pundak itu. Paku
itu masuk semua ke dalam daging pundak, dan panjang paku
itu sepanjang jari kelingkingnya. Paku beracun!
Hal ini dapat dilihatnya dengan seketika, melihat betapa
sekitar luka itu nampak tanda hitam kebiruan. Cepat dia
menotok beberapa bagian dari pundak itu setelah merobek
bajunya, menghentikan jaian darah agar racun paku itu tidak
menyebar luas, lalu dicabutnya paku itu. Karena dia tidak
membawa obat, maka dipanggulnya tubuh gadis yang masih
pingsan itu dan dibawanya lari cepat kembali ke kota raja.
Tentu saja para penjaga terkejut melihat panglima itu
memanggul seorang gadis yang pingsan dan mereka cepat
memberi pertolongan, menyediakan kereta sehingga Bhok-
ciangkun, dapat membawa Lili pulang tanpa menarik banyak
perhatian. Kedatangan Bhok-ciangkun disambut dengan girang oleh Ci
Han dan Ci Hwa, akan tetapi mereka juga terheran-heran
melihat ayahnya memondong tubuh seorang gadis yang bukan
lain adalah Lili, gadis yang hendak membunuhnya!
"Ayah, kenapa ayah membawa siluman ini ke sini?" tanya Ci Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang terjadi, ayah," tanya Ci Han.
Sin Wan yang juga berada di situ, tidak bertanya karena dia
sudah mengetahui segalanya. Dia sudah berjanji kepada Ci
Hwa untuk melindungi Bhok-ciangkun agar tidak sampai
celaka ditangan Lili. Oleh karena itu, sebelum Bhok-ciangkun
berangkat, dia telah mendahului naik mendaki bukit Bambu
Naga dan mengambil jalan memutar sambil bersembunyi,
kemudian dia menyembunyikan diri di balik semak belukar di
puncak. Karena itu, dia melihat pertemuan antara Bhok Cun Ki dan
Lili, bahkan mendengarkan semua percakapan di antara
mereka. Maka tahulah dia urusan pribadi apa yang ada antara
Bhok Cun Ki dan Bi-coa Sianli Cu Sui In. Diam-diam dia
merasa terharu dan kasihan kepada mereka berdua. Cinta
antara pria dan wanita merupakan perpaduan dari sorga dan
neraka. Kalau berkembang dan berhasil baik membuat
keduanya merasa seperti di sorga, sebaliknya kegagalan cinta
membuat orang merana seperti tersiksa di neraka!
Kemudian, tanpa berani memperlihatkan diri Sin Wan
melihat mereka berdua bertanding. Dia hanya siap untuk
melindungi Bhok-ciangkun, kalau sampai panglima itu
terancam bahaya dan diam-diam diapun mengambil
keputusan untuk mencegah seandainya Lili yang kalah dan
terancam maut. Kemudian, selagi Bhok-ciangkun mempergunakan siasat
seperti yang dimaksudkannya ketika dia dan panglima itu
bertanding pedang, yaitu dengan cara berlompatan
mengambil seekor burung menghadapi ular, dan ketika
panglima itu sudah dapat mendesak lawan, dia melihat
senjata rahasia yang meluncur ke arah Bhok-ciangkun itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi dari tempat dia bersembunyi, tidak mungkin
menolong panglima itu karena senjata rahasia itu meluncur
dari arah yang berlawanan dari tempat dia bersembunyi! Dan
dia melihat betapa Bhok-ciangkun berhasil menangkis senjata
kecil itu dengan pedang, dan senjata rahasia itu bahkan
melukai Lili! Dengan cepat, melalui jalan memutar, Sin Wan
lari ke tempat dari mana senjata itu datang. Akan tetapi
karena dia harus mengambil jalan memutar, dia terlambat dan
tidak dapat menemukan penyerang gelap itu. Ketika dia
melihat Bhok-ciangkun menolong Lili dan memondong gadis
yang pingsan itu, menuju ke kota raja, dia mendahului dan
kepada Ci Hwa dan Ci Han dia hanya menceritakan bahwa
Bhok-ciangkun dalam keadaan selamat dan dapat
mengalahkan Lili. "Cepat, ambilkan peti obat!" kata Bhok-ciangkun kepada kedua orang anaknya
sambil memondong tubuh Lili yang
masih pingsan ke dalam kamar. Sin Wan tidak ikut masuk,
melainkan masuk ke dalam kamarnya sendiri dan termenung.
Dia ikut terharu dengan peristiwa itu dan tidak ingin
mencampuri. Betapapun juga, dia semakin kagum kepada Bhok Cun Ki.
Sungguh seorang pendekar yang bijaksana, pikirnya. Gadis itu
jelas datang, untuk membunuhnya dan kini gadis itu pingsan
karena senjata rahasia orang lain. Namun, Bhok Cun Ki
bahkan menolongnya dan membawanya pulang untuk
mengobatinya! Jarang terdapat orang bijaksana dan budiman
seperti panglima itu. Bhok Cun Ki sibuk mengobati Lili . Dua orang anaknya
hanya menonton dengan alis berkerut. Mereka merasa
penasaran sekali. Gadis liar itu telah menghina mereka,
mengalahkan mereka, bahkan mengancam hendak
membunuh ayah mereka. Akan tetapi kini ayah mereka malah
membawa gadis yang terluka itu pulang untuk diobati!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok Cun Ki mencuci bersih luka itu, kemudian mengurut
bagian pundak dan memaksa darah menghitam keluar dari
luka di pundak. Setelah itu, ditempelkannya obat penghisap
racun berupa koyok (obat tempel) putih yang tebal, dan
dibalutnya pundak itu. Semua ini dia kerjakan sendiri karena
kedua orang anaknya segan untuk membantu.
Lili mengeluh dan membuka kedua matanya. Sejenak ia
seperti nanar dan bingung, akan tetapi ia bangkit duduk dan
menggigit bibir ketika terasa nyeri pada pundaknya. Ia
memandang ke arah pundak kirinya, alisnya berkerut melihat
betapa baju di pundaknya robek dan nampak kulit pundaknya
telanjang, kini sudah terbalut kain putih. Ia menoleh dan
melihat Bhok Cun Ki duduk di depannya, juga dua orang anak
panglima itu berada di kamar. Melihat ia duduk di atas
pembaringan di sebuah kamar, Lili segera teringat. Ia terkena
serangan senjata rahasia di pundaknya dan ia roboh di puncak
bukit itu, kenapa ia tahu-tahu berada di kamar ini" Melihat
obat berserakan di atas meja, iapun tahu bahwa tentu ia telah
diobati oleh Bhok Cun Ki!
"Engkau ..... manusia curang! Pengecut! Engkau
menyerangku dengan senjata rahasia! Dan engkau
membawaku ke sini! Sungguh engkau telah menghinaku!!"
"Tenanglah, nona Lili. Bukan aku yang menyerangmu
dengan senjata rahasia. Lihatlah, benda ini yang mengenai
pundakmu!" Dia mengeluarkan paku hitam dari dalam saku
bajunya, menyerahkannya kepada Lili. Gadis itu menerimanya,


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyimpan dalam lipatan bajunya.
"Akan kuketahui kelak siapa pemilik paku ini. Tentu
komplotanmu yang sengaja menyerangku secara curang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Lili, engkau terlalu memandahg rendah kepadaku!"
kata Bhok Cun Ki dengan alis berkerut. "Engkau tahu benar
bahwa dalam pertandingan tadi, aku tidak berada di pihak
yang kalah atau terdesak. Paku itu ditujukan kepadaku,
menyerangku dan aku yang sedang berada di atas,
menangkisnya dengan pedang. Paku itu melesak dan
mengenai pundakmu." "Bhok Cun Ki, kalau begitu, kenapa engkau membawaku ke
sini" Jangan kaukira perbuatanmu ini akan membuat aku
berhutang budi kepadamu. Aku tetap akan menantangmu
mengadu nyawa lagi setelah sembuh lukaku!" Lili berkeras,
"Nona, jangan pergi dulu, lukamu belum sembuh. Atau,
kalau engkau berkeras hendak pergi, bawalah obat ini untuk
menggantikan koyok yang menyedot racun dari lukamu itu,"
kata Bhok-ciangkun melihat gadis itu hendak melangkah pergi.
"Dan jangan lupa, ini pedangmu!" Dia menyodorkan pedang dan buntalan obat.
Lili cemberut, tangan kanannya menyambar pedang ular
putih dan diselipkan di pinggang, kemudian direnggutnya
balutan pundaknya dengan kasar sehingga balutan itu terlepas
dan obat koyok itupun jatuh dari pundaknya. "Aku tidak
membutuhkan pertolonganmu. Aku tidak minta kau obati!"
katanya sambil menahan rasa nyeri karena luka itu berdarah
lagi setelah koyok dan balutannya ia renggut lepas dan ia
buang. "Kelak aku akan mencarimu lagi untuk melanjutkan
pertandingan sampai seorang di antara kita menjadi mayat!"
Setelah berkata demikian, Lili membalikkan tubuhnya dan
sambil menahan rasa nyeri, iapun melarikan diri meninggalkan
gedung keluarga Bhok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhok-ciangkun tidak mengejar, dan dia menjatuhkan diri
duduk di atas kursi dengan wajah yang muram sekali.
Isterinya masuk dari ruangan belakang dan segera
menghampiri suaminya. "Apakah yang terjadi" Aku
mendengar dari para pelayan bahwa engkau pulang
memondong seorang gadis yang terluka dan pingsan."
Bhok Cun Ki menggeleng kepala. Tidak ada apa-apa. Ia
seorang gadis yang terkena paku beracun dan tadi aku
menolongnya." "Gadis itu sombong sekali ibu," kata Ci Hwa. "Ia ditolong malah marah-marah dan
pergi." "Siapa sih ia?" tanya Nyonya Bhok Cun Ki yang berwajah cantik dan berwatak
lembut itu. Ci Hwa dan Ci Han memandang kepada ayah mereka, dan
Bhok Cun Ki, berkata, "Kami tidak mengenalnya. Sudahlah,
jangan dipikirkan lagi gadis itu."
Dengan isyarat pandang matanya, Bhok Cun Ki menyuruh
kedua orang anaknya pergi. Dua orang muda itupun keluar
dari kamar meninggalkan ayah ibu mereka. Ci Hwa mencari
Sin Wan di kamarnya, akan tetapi pemuda itu tidak berada di
sana, juga tidak berada di mana-mana dalam gedung itu.
0o0 Untung bagi Lili bahwa malam itu cuaca amat gelapnya dan
udara yang mendung membuat orang segan keluar rumah.
Jalan-jalan sunyi sehingga Lili yang bajunya robek di bagian
pundak, hanya ditutupi dengan saputangan lebar dan tangan
kanan, tidak menarik perhatian banyak orang. Juga ketika ia
memasuki rumah penginapan besar melalui pintu samping,
para penjaga tidak begitu memperhatikannya sehingga ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat memasuki kamarnya di rumah penginapan terbesar di
kota raja itu dengan aman.
Setibanya di dalam kamar, Lili tidak menahan-nahan lagi
rasa nyeri di pundaknya dan iapun merintih kesakitan. Lalu ia
menyalakan lampu penerangan, ditambah beberapa batang
lilin, dan memeriksa luka di pundaknya di depan sebuah
cermin. Hemm, luka beracun, pikirnya. Sebagai murid See-
thian Coa-ong yang mempelajari penggunaan bermacam
racun, terutama racun ular dan binatang berbisa lainnya, ia
segera mengetahui bahwa luka di pundaknya itu mengandung
racun bunga yang cukup berbahaya. Untung bahwa racun itu
tidak menjalar ke dalam, juga sebagian besar racun telah
disedot oleh koyok yang dipasangkan Bhok Cun Ki dan yang
tadi dibuangnya. 13. Keluarga Tung-hai-liong
SELAGI ia hendak mengobati lukanya dengan obat yang
berada dalam bekalnya, tiba-tiba terdengar suara di luar daun
jendela kamarnya. "Lili, bukalah jendela ini, biarkan aku
masuk. Aku ingin bicara denganmu."
Tangan kanan Lili meraba gagang pedangnya, dan matanya
terbelalak. Suaranya terdengar agak gemetar, bukan karena
takut melainkan karena tegang ketika ia bertanya, "Siapa ...."
Siapa di luar jendela itu?"
"Aku yang berada di sini, Lili. Aku Sin Wan ......"
"Sin Wan ......?" Wajah itu berubah menjadi berseri,
pandang mata yang tadinya berharap-harap cemas itu
bersinar-sinar dan dengan tangan kanan yang agak menggigil
Lili membuka daun jendela yang lebar itu. Sesosok bayangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkelebat masuk melalui jendela ke dalam kamar dan Sin
Wan menutupkan kembali daun jendela itu.
"Sin Wan .......! Akhirnya kita jumpa juga ....... aih, betapa rinduku
kepadamu ......" Lili berseru perlahan dan iapun
merangkul leher pemuda itu dengan lengan kanannya karena
lengan kirinya akan membuat pundaknya nyeri sekali kalau ia
gerakkan. Sin Wan terkejut. Tak disangkanya dia akan disambut
begini mesra dan penuh sukacita, juga penuh keharuan oleh
gadis liar ini. Akan tetapi dia teringat akan pertemuannya
dahulu dengan Lili. Gadis ini pernah dengan terus terang
mengaku cinta kepadanya, akan tetapi juga benci. Bahkan
ketika Kui Siang meninggalkannya, Lili muncul dan
mengajaknya untuk hidup bersamanya. Kini, melihat sikapnya,
tahulah dia bahwa gadis liar ini tak pernah melupakannya dan
masih mencintanya. Sejenak Sin Wan membiarkan Lili melepas kerinduan
dengan merangkul dan menyandarkan muka ke dadanya.
Kemudian, perlahan-lahan dia melepaskan rangkulan gadis itu
dan berkata, "Lili, aku datang untuk bicara denganmu."
Lili melepaskan diri dan kini ia menatap wajah pemuda itu
dengan sinar mata bercahaya dan kedua pipi kemerahan.
Wajahnya berubah menjadi segar dan berseri walaupun
pundaknya masih terasa nyeri. Sin Wan kini baru melihat
bahwa pundak kiri gadis itu tidak tertutup baju dan ada luka
kehitaman di situ. "Ah, engkau terluka" Luka beracun pula itu, Lili. Mari
kubantu engkau mengobatinya."
Lili tersenyum dan senyumnya masih semanis dulu. "Aku
tahu engkau memang baik sekali kepadaku, Sin Wan. Tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah kulupakan betapa engkau dahulu juga menolongku
dan mengobati luka keracunan di punggung dan pundakku."
Sin Wan memeriksa luka itu. Memang hanya luka kecil saja,
bekas tusukan paku. Akan tetapi racun yang dibawa paku itu
kini jauh lebih hebat dan berbahaya.
"Aku membawa bekal obat penawar racun, Sin Wan. Biar
kuambil dari buntalan itu."
"Nanti dulu Lili. Kulihat racun dalarn lukamu ini amat
berbahaya. Semua sisa racun harus dikeluarkan dulu, baru
diberi obat agar engkau tidak terancam bahaya yang mungkin
timbul kelak karena pengaruh sisa racun," kata Sin Wan.
"Engkau duduklah bersila di atas pembaringan itu."
Bagaikan seorang anak yang amat penurut, dengan
senyum penuh kegembiraan, Lili duduk di atas pembaringan
dan bersila. Sin Wan juga duduk bersila di belakangnya dan
pemuda ini lalu menempelkan tangan kirinya di punggung
bawah pundak kiri gadis itu, mengerahkan tenaga sakti dan
menyalurkannya melalui lengan kirinya. Dari mendiang Pek-
mau-sian (Dewa Rambut Putih), seorang di antara Tiga Dewa
gurunya, Sin Wan mewarisi ilmu pengobatan dan di dalam
ilmu Sam-sian Sin-ciang (Tangan Sakti Tiga Dewa) terdapat
penggunaan sinkang yang menyedot amat kuatnya. Kini dia
mengerahkan tenaga itu untuk mendorong keluar hawa
beracun yang masih tersisa di sekitar pundak kiri.
Lili merasakan getaran hawa yang kuat dan hangat itu
memasuki pundak lewat telapak tangan Sin Wan. Ia
tersenyum, memejamkan kedua matanya dan merasa suatu
kebahagiaan yang amat ia rindukan menyelinap ke dalam
hatinya. Sejak dahulu ia kagum kepada pemuda ini, sejak
masih kanak-kanak. Ketika mereka masih kanak-kanakpun
mereka pernah bertemu dan berkelahi. Sucinya, Cu Sui In
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ketika itu masih menjadi gurunya, sedang bertanding
melawan Sam-sian, dan ia bertanding melawan Sin Wan.
Akan tetapi, ia kalah dan Sin Wan menangkapnya,
menelungkupkannya di atas pangkuan Sin Wan dan anak laki-
laki itu menghukumnya dengan tamparan pada pinggulnya
sampai sepuluh kali! Teringat akan semua itu, timbul
kemesraan yang mendalam di hati Lili. Teringat pula ia ketika
mereka sudah dewasa dan bertemu kembali, Sin Wan juga
menolongnya seperti ini, bahkan pemuda itu menggunakan
mulutnya untuk menghisap luka-luka di punggungnya dan
pundaknya untuk mengeluarkan racun, dan betapa setengah
hari, lamanya ia tertidur dalam rangkulan Sin Wan, bersandar
pada dadanya. Betapa mesranya!
Kemudian, ia ingat betapa ia pernah membalas hukuman
tamparan pada pinggulnya itu dengan penuh kemarahan,
karena menang kekalahannya di waktu ia masih kecil itu tak
pernah dapat ia lupakan. Ia menangkap Sin Wan,
menyiksanya, mengikatnya di hutan sehingga nyaris pemuda
itu diterkam harimau. Akan tetapi ia mencintanya! Ia mencinta Sin Wan maka ia
tidak membiarkan pemuda itu mati diterkam harimau. Ia
menyelamatkannya dan membebaskannya. Dan kini, pemuda
yang pernah disiksanya dan hampir dibunuhnya itu kembali
menolongnya, mengobati dan mengusir racun keluar dari
lukanya. Sebetulnya, ia sendiri dapat menyembuhkan luka itu.
Akan tetapi ia membiarkan Sin Wan yang mengobatinya dan ia
merasa betapa kemesraan menyusup di hatinya.
Tak lama kemudian luka di pundak itu mengeluarkan cairan
menghitam. Sin Wan terus mendorong dengan getaran hawa
saktinya sampai semua cairan menghitam habis keluar.
Setelah yang keluar darah merah, barulah dia menghentikan
pengerahan sinkangnya dan dia menaruh obat bubuk putih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
milik Lili, ditaburkannya pada luka itu. Obat bubuk putih itu
manjur bukan main karena seketika luka kecil itu tertutup dan
kering. Tidak perlu dibalut lagi.
"Sekarang bahaya sudah lewat," kata Sin Wan sambil
meloncat turun dari atas pembaringan.
Lili juga turun dan ia mengeluarkan sehelai baju baru,
menyelinap masuk ke dalam kamar mandi yang terdapat di
kamar besar itu. Tak lama kemudian, Sin Wan melihat gadis
itu keluar, bukan hanya telah mengenakan pakaian bersih,
bahkan jelas bahwa ia menggunakan kesempatan itu untuk
membereskan gelung rambutnya dan menambah bedak pada
wajahnya yang cantik! Lili tersenyum kepadanya. "Duduklah, Sin Wan dan
sekarang mari kita bicara. Bagaimana engkau tahu aku berada
di sini dan apa yang akan kaubicarakan dengan aku?"
"Lili, aku melihat engkau bertanding dengan Bhok-ciangkun
di puncak bukit Bambu Naga tadi."
"Ehhh?" Lili terkejut dan mengamati wajah pemuda itu
penuh selidik. "Dan engkau melihat siapa yang telah
menyerang dengan paku beracun tu?"
Sin Wan menggeleng kepala. "Sudah kucoba untuk
mengejar, akan tetapi tidak berhasil. Aku tidak tahu siapa
yang melakukan kecurangan itu."
"Siapa lagi kalau bukan kawan Bhok Cun Ki sendiri yang
hendak berlaku curang?"
"Jangan engkau menuduh seperti itu, Lili. Aku mengenal
siapa Bhok Cun Ki itu dan dia adalah seorang gagah yang
tidak akan sudi berbuat curang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, kau tidak tahu. Dia seorang yang palsu, perayu dan
..... sudahlah, untuk apa kita bicara tentang dia" Tentu
engkau datang mengunjungiku untuk bicara tentang diri kita,
bukan" Apakah engkau sudah bersedia untuk bertualang
berdua denganku, Sin Wan" Aku selalu merindukanmu, dan
hidup akan terasa bahagia sekali kalau engkau dapat selalu
mendampingiku." Sin Wan menarik napas panjang. Dia merasa iba kepada
Lili. Seorang gadis yang sebetulnya memiliki dasar watak yang
baik dan gagah. Sayang karena lingkungan, maka ia menjadi
seorang gadis kang-ouw yang ganas dan seperti liar tak
terkendali. Diapun tahu bahwa di lubuk hatinya, dia merasa
sayang dan kagum kepada gadis ini. Oleh karena itulah maka
dia mencari Lili, untuk menyadarkannya, agar gadis itu tidak
melanjutkan niatnya memusuhi dan mengadu nyawa dengan
Bhok Cun Ki. "Lili, aku suka dan kagum kepadamu. Aku tahu engkau
seorang gadis yang gagah perkasa dan baik hati. Akan tetapi,
aku masih terikat oleh banyak tugas penting sehingga belum
sempat mengunjungimu. Malam ini aku sengaja mencarimu
justru untuk bicara tentang Bhok-ciangkun."
Lili mengerutkan alisnya dan sepasang mata yang indah itu
mengerling tajam, cuping hidungnya agak kembang kempis
menunjukkan bahwa hatinya terasa tegang.
"Hemm, apa lagi yang dapat dibicarakan tentang laki-laki
itu?" katanya dengan suara ketus.
"Lili, aku mengharapkan sungguh-sungguh agar engkau
menghentikan permusuhanmu dengan dia. Hentikanlah
memusuhinya karena dia bukanlah laki-laki seperti yang
kausangka. Dia seorang pendekar dan panglima yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bijaksana dan baik budi. Engkau keliru sekali kalau


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memusuhinya, apa lagi berniat hendak membunuhnya."
Makin dalam kerutan di antara alis mata gadis itu. "Sin
Wan, apamu sih Bhok Cun Ki itu maka engkau hendak
melindunginya sedemikian rupa?"
"Bukan apa-apa, hanya kenalan saja."
"Kalau begitu, engkau belum mengenal betul siapa dia!
Terus terang saja, aku hendak membunuhnya untuk
melaksanakan perintah dari suciku, untuk membalaskan
dendam sakit hati suci. Engkau tidak tahu apa yang telah
dilakukannya terhadap suci. Dia telah menghancurkan
kebahagiaan hidup suciku, tahu?"
"Aku tahu, aku sudah mendengarnya dan aku dapat
mengerti dan menduga apa yang telah terjadi. Akan tetapi dia
bukan seorang laki-laki yang sengaja hendak merusak
kehidupan sucimu. Aku tahu bahwa mereka tadinya saling
mencinta dan sudah terjanji akan hidup bersama sebagai
suami isteri. Akan tetapi, kemudian Bhok Cun Ki mendengar
bahwa kekasihnya itu adalah seorang tokoh sesat, maka
sebagai seorang pendekar dia merasa tidak berjodoh dan tidak
mungkin menjadi suami isteri dengan sucimu. Jadi, dia
memisahkan diri bukan karena bosan atau tidak mencinta lagi.
Aku yakin dia masih mencinta sucimu dan hanya karena
keadaan memaksanya, dia meninggalkannya."
"Hemm, memang enak saja engkau berpendapat seperti
itu, Sin Wan. Engkau tidak merasakan penderitaan yang
dialami suciku selama bertahun-tahun, bahkan engkau tidak
melihatnya dia menderita. Akan tetapi, sejak aku masih kecil,
aku sudah hidup didekat suci yang dahulu menjadi guruku,
setiap hari aku melihat keadaannya, kedukaannya,
penderitaan batinnya. Ia bahkan tidak mau lagi berdekatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pria, apa lagi menikah. Padahal ia seorang wanita
yang cantik, pandai dan memiliki segalanya. Sudah sepatutnya
kalau ia mendendam kepada Bhok Cun Ki dan mengutus aku
untuk membunuh laki-laki yang jahat itu!"
"Lili, engkau hanya diracuni dendam yang dikandung
sucimu. Bhok Cun Ki sama sekali bukan orang jahat dan hal
itu sudah terbukti jelas ketika dia bertanding denganmu. Kalau
dia jahat, tentu engkau akan dianggap musuhnya yang
berbahaya karena engkau hendak membunuhnya. Akan tetapi,
seperti yang telah kulihat, dalam pertandingan itu dia selalu
mengalah, bahkan ketika engkau terluka oleh senjata rahasia
gelap itu, dia membawamu pulang dan berusaha
mengobatinya. Kalau dia jahat, tentu dia mendapatkan
kesempatan baik untuk membunuhmu, bukan malah
menolongmu. Bukti itu saja sudah menyatakan bahwa Bhok
Cun Ki adalah seorang pendekar."
Lili tersenyum mengejek, hatinya merasa tidak senang
melihat sikap dan mendengar ucapan Sin Wan yang memuji-
muji musuh besarnya. "Boleh jadi Bhok Cun Ki seorang
pendekar, akan tetapi dalam pandanganku, dia adalah
seorang yang telah melakukan perbuatan jahat sekali
terhadap suci. Sudah sepatutnya kalau suci menaruh dendam,
dan karena suci sudah mewakilkan kepadaku, maka aku harus
berusaha membunuhnya!"
"Tapi dia bukan lawanmu, Lili. Dia masih terlalu lihai
bagimu dan engkau akan kalah."
"Aku tidak takut! Aku akan mengadu nyawa dengannya.
Dia atau aku yang harus mati dalam pertandingan kami nanti!"
kata Lili dengan suara yang tegas dan nekat.
Sin Wan mengerutkan alisnya. Sedikit banyak dia sudah
mengenal watak gadis yang liar dan ganas ini. Lili bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekedar menggertak, akan tetapi semua ucapannya itu akan
dilakukannya. Diam diam dia merasa khawatir sekali. Dia tidak
menghendaki Bhok Cun Ki terbunuh oleh gadis liar ini, akan
tetapi dia juga tidak ingin melihat Lili tewas.
"Lili kenapa engkau begini keras kepala dan bodoh" Tanpa
memperdalam silatmu, bagaimana engkau akan mampu
menandinginya" Engkau sudah kalah dan kalau hanya nekat
maju lagi dan kalah lagi, bukankah hal itu amat memalukan"
Sungguh tidak tahu malu kalau setelah berulang-ulang
dikalahkan, masih nekat maju lagi dan dikalahkan lagi."
Akal Sin Wan memanaskan hati gadis itu berhasil.
Sepasang pipi itu menjadi kemerahan dan sinar mata itu
mencorong marah. "Kalau aku melawannya lagi, aku tidak
akan berhenti sebelum dia atau aku yang menggeletak mati
menjadi mayat. Dia atau aku yang harus mati!"
"Hemm, itu namanya konyol! Kalau kita sudah tahu tidak
akan menang dan akan mati akan tetapi kita nekat, itu berarti
suatu kebodohan dan kematian itu adalah kematian yang
konyol dan tidak ada artinya sama sekali. Lili, ingatlah, kalau engkau mati
dalam pertandingan itu, lalu apa artinya" Engkau
mati konyol dan tetap saja dendam sucimu tidak terbalas.
Kematianmu itu hanya akan menambah kedukaan sucimu
saja, juga kekecewaan bahwa engkau yang dipercaya ternyata
tidak mampu melaksanakan tugas dengan baik."
Mendengar ucapan ini, Lili termenung, menundukkan
mukanya dan alisnya berkerut, tanda bahwa ia berpikir. Lalu ia
mengangkat mukanya memandang kepada Sin Wan. "Sin
Wan, kalau bukan engkau yang bicara tadi, tentu aku sudah
membunuh pembicaranya. Akan tetapi, kupikir engkau benar
juga dan aku kini menjadi bingung. Kalau menurut
pendapatmu, lalu apa yang harus kulakukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agak lega rasa hati Sin Wan melihat perubahan sikap gadis
itu. "Lili, urusan antara Bhok Cun Ki dan sucimu itu adalah urusan yang amat
pribadi, maka sebaiknya kalau sucimu
sendiri yang maju membuat perhitungan dengan Bhok Cun Ki.
Kalau demikian keadaannya, maka orang luar, siapapun dia,
tidak berhak mencampuri. Pula, sucimu tentu memiliki
kepandaian yang lebih tinggi darimu, maka kiranya ialah yang
akan mampu menandingi Bhok Cun Ki.
Andaikata engkau yang tetap diutus olehnya yang
mewakilinya, sebelum engkau menantang Bhok Cun Ki,
sebaiknya kalau engkau memperdalam lebih dahulu ilmu
kepandaianmu agar jangan mati konyol begitu saja. Nah,
bukankah usulku ini sehat dan dapat diterima" Dalam hal
pertandingan mengadu ilmu dan mungkin mengadu nyawa,
kita tidak boleh terdorong oleh hati panas. Hati boleh panas,
akan tetapi kepala harus tetap dingin agar engkau dapat
memikirkan siasat yang baik."
Lili mengangguk-angguk. "Agaknya engkau benar, Sin Wan.
Biarpun aku tidak takut mati, akan tetapi tentu saja tidak
benar kalau aku nekat dan kematianku tidak ada artinya.
Baiklah, ucapanmu menyadarkan aku akan kebodohanku, dan
tidak akan menantang Bhok Cun Ki sebelum aku
memperdalam ilmu-ilmuku. Aku menuruti permintaanmu, Sin
Wan. Akan tetapi sebaliknya, engkaupun harus menuruti
permintaanku." "Permintaan apakah itu?"
"Pertama, engkau jangan mencampiri urusan antara suci
dan Bhok Cun Ki, jangan melindungi Bhok Cun Ki ........"
"Tentu saja aku tidak akan mencampuri. Sudah kukatakan,
urusan itu amat pribadi dan Bhok-ciangkun sendiripun tidak
mau dicampuri orang lain. Engkau melihat sendiri, ketika dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memenuhi tantanganmu, tidak ada seorangpun bersama dia.
Aku sendiri hanya mengintai dengan sembunyi dan diluar
tahunya." "Bagus, dan sekarang permintaan ke dua. Kalau memang
benar engkau tidak berpihak kepada Bhok Cun Ki, marilah
engkau menemani aku bertualang di dunia persilatan, dan
engkau membimbingku agar aku dapat memperdalam ilmu
silatku. Sin Wan, sejak dulu aku cinta padamu dan hidupku
akan berbahagia sepenuhnya kalau engkau mau mendampingi
aku selamanya." Sin Wan terkejut. Gadis ini sungguh terbuka dan jujur
bukan main. Kiranya sukar mencari seorang gadis yang begini
berterus terang mengatakan isi hatinya. Ucapan itu tentu saja
membuat dia merasa kikuk dan mukanya menjadi kemerahan.
"Aih, Lili, kenapa engkau bicara kembali soal itu" Sudah
kukatakan bahwa aku masih mempunyai banyak tugas yang
harus kuselesaikan, dan aku sama sekali belum memikirkan
perjodohan "Sin Wan, bukankah itu hanya alasan saja" Kalau memang
engkau tidak suka kepadaku, katakan terus terang agar aku
tidak selalu mengharapkanmu!"
"Aku kagum dan suka kepadamu, Lili. Akan tetapi, untuk
berjodoh, diperlukan perasaan yang lebih mendalam, lebih
dari pada hanya kagum dan suka. Dan aku belum memikirkan
hal itu, aku masih terikat oleh kewajiban. Bukankah engkau
sendiripun masih terikat oleh tugas-tugasmu?"
"Aku siap untuk meninggalkan suhu dan suci kalau engkau
mau hidup bersamaku, Sin Wan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan menggeleng kepalanya. "Lili, kelahiran,
perjodohan dan kematian berada ditangan Tuhan. Kalau kita
memaksakannya maka hal itu akan tidak baik akibatnya. Kalau
memang kita berjodoh, kelak tentu Tuhan akan
mempertemukan kita. Gadis itu kini bangkit berdiri, matanya bersinar-sinar
marah. "Bagus, kiranya engkau hanya bermain mulut saja!
Kalau memang tidak mau, katakan saja tidak mau! Aku tahu,
engkau berpihak kepada Bhok Cun Ki, dan siapa tahu, engkau
mungkin sudah jatuh cinta kepada puterinya yang cantik itu.
Hemm, tentu saja engkau akan terjamin kalau menjadi mantu
seorang panglima!" "Lili, aku tidak ........."
"Cukup! Engkau memualkan perutku. Pergi! Pergi dari sini
dan jangan memperlihatkan mukamu lagi!" Gadis itu
menunjuk ke jendela, mengusirnya.
Sin Wan menghela napas, tidak merasa terhina oleh
pengusiran itu karena dia sudah mengenal watak Lili yang
keras dan aneh. Diapun tanpa banyak cakap lagi lalu
mengdampiri jendela, membuka daun jendela dan melompat
keluar dengan gerakan ringan tanpa menimbulkan suara. Lili
berdiri termenung memandang jendela yang kosong, dan
tanpa disadarinya, dua titik air mata keluar dari pelupuk
matanya, jatuh ke atas sepasang pipinya.
JJJ Di lembah muara Sungai Kuning yang memuntahkan airnya
ke teluk Pohai, terdapat beberapa bukit kecil. Di atas puncak
sebuah di antara bukit itu terdapat sebuah rumah gedung
yang besar. Inilah tempat tinggal seorang datuk persilatan
yang terkenal di dunia kang-ouw sebagai datuk yang berkuasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di wilayah timur. Datuk ini dijuluki Tung-hai-liong (Naga
Lautan Timur) bernama Ouwyang Cin. Datuk ini berusia
enampuluh enam tahun, tubuhnya gendut bulat, kepalanya
botak dan melihat tubuhnya orang tidak akan menyangka
bahwa dia seorang ahli silat yang amat lihai.
Tung-hai-liong Ouwyang Cin sebetulnya peranakan Jepang.
Ayahnya seorang Cina Han, dan ibunya seorang Jepang aseli.
Akan tetapi, sejak kecil dia dididik oleh ayahnya sehingga dia
tidak lagi kelihatan sebagai peranakan, melainkan sebagai
seorang Han aseli, baik namanya, cara hidupnya dan
kebudayaannya. Hanya ilmu silatnya saja yang campur
dengan ilmu silat dari Jepang, yang dia pelajari dari para
pamannya, yaitu jagoan-jagoan samurai dari Jepang.
Ketika masih muda, Tung-hai-liong Ouwyang Cin adalah
seorang petualang yang dengan perahu layarnya malang
melintang di lautan timur. Namanya terkenal sebagai bajak
laut yang amat ditakuti, bahkan dia terkenal sampai ke Jepang
karena seringkali dia membajak di perairan kepulauan Jepang.
Bahkan isterinyapun puteri seorang jagoan samurai yang
takluk kepadanya, sehingga Ouwyang Cin mengenal banyak
jagoan Samurai Jepang. Dia menikah dengan gadis Jepang
yang berwatak lembut itu, yang telah melahirkan seorang
anak perempuan. Biarpun Tung-hai-liong Ouwyang Cin seorang bajak laut
yang hidup dalam kekerasan, namun ternyata dia amat
mencinta isterinya. Ketika puterinya berusia sepuluh tahun
dan dia sendiri berusia limapuluh lima tahun, dia melepaskan
perahunya dan tinggal di bukit lembah muara Huang-ho, tidak
lagi berlayar menjadi bajak laut, akan tetapi mulai dikenal
sebagai datuk wilayah timur. Semua bajak laut yang malang
melintang di teluk Pohai dan lautan timur, tunduk kepadanya
dan menganggap dia sebagai datuk para bajak laut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puteri Ouwyang Cin bernama Ouwyang Kim, dan kini telah
berusia duapuluh tahun. Gadis ini selain cantik jelita dan
mungil, wajahnya bulat dan kulitnya halus putih kemerahan.
Sikapnya lembut dan ramah sehingga ia nampak lemah. Akan
tetapi sesungguhnya, dibalik kelembutannya itu tersembunyi
kekuatan yang dahsyat dan gadis ini lihai bukan main karena
sejak kecil menerima gemblengan ayahnya. Bahkan tingkat
kepandaian gadis ini lebih tinggi dari pada tingkat kepandaian
suhengnya yang bernama Maniyoko, pemuda Jepang yang
masih keponakan mendiang ibunya dan juga menjadi murid
ayahnya. Demikianlah keadaan keluarga Ouwyang Cin. Di dalam
rumah gedung besar itu hanya tinggal dia dan isterinya,
puterinya dan muridnya itu. Jumlah pelayan jauh lebih banyak
karena semua ada sepuluh orang pelayan untuk mengurusi
rumah gedung besar itu dan empat orang penghuninya.
Pekerjaan Ouwyang Cin setiap harinya hanyalah menerima
tamu-tamu, kebanyakan para bajak laut yang berkunjung
untuk menghormat dan untuk menyumbangkan sebagian dari
hasil bajakan mereka sebagai tanda bahwa mereka mengakui
kepemimpinan datuk ini. Juga banyak perampok pantai yang
mengakuinya sebagai datuk pemimpin. Waktu selebihnya
dipergunakan Ouwyang Cin untuk mengurus perkebunan,
peternakan dan juga beberapa buah perahu besar beserta
para nelayannya yang mencari ikan di sepanjang muara.
Dari hasil semua ini, Ouwyang Cin terkenal sebagai seorang
yang kaya raya. Diapun tidak pernah melupakan latihan silat
untuk puterinya dan muridnya atau keponakannya, bahkan dia
sendiri tak pernah mengendurkan semangatnya berlatih silat
karena dia maklum bahwa tanpa latihan, kemahiran akan


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat menurun, mengingat bahwa usianya semakin
bertambah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maniyoko merupakan murid yang baik dan patuh kepada
gurunya dan sudah seringkali Ouwyang Cin menyerahkan
pekerjaan penting kepada muridnya ini sebagai wakilnya.
Jarang sekali Maniyoko gagal melaksanakan tugas sehingga
gurunya semakin sayang dan percaya kepadanya.
Diam-diam Ouwyang Cin mengandung niat untuk menarik
murid yang juga keponakan isterinya ini menjadi calon suami
bagi puterinya. Dia melihat dengan jelas betapa Maniyoko
mencinta puterinya. Hanya karena sikap Ouwyang Kim yang
nampaknya tidak atau belum membalas cinta itulah yang
membuat Ouwyang Cin masih belum dapat mengambil
keputusan. Dia terlalu sayang kepada puterinya untuk
memaksanya dalam urusan apapun juga.
Pada suatu pagi yang cerah, di taman bunga belakang
gedung milik keluarga Ouwyang, nampak seorang pemuda
dan seorang gadis sedang berlatih silat. Mereka merupakan
pasangan yang sedap dipandang. Pemudanya berusia
duapuluh tujuh tahun, wajahnya tampan dan bulat, kulitnya
halus putih dan pakaiannya yang ringkas itu rapi dan mewah.
Cambangnya hitam tebal tumbuh dari pelipis sampai ke dagu,
terpelihara rapi. Melihat pakaian dan rambutnya yang disisir
rapi, ada kesan pesolek pada diri pemuda yang nampak
tampan dan juga gagah karena cambangnya itu. Tubuhnya
agak pendek, hanya sedikit lebih tinggi dari pada gadis yang
bertubuh mungil dan tidak tergolong tinggi itu.
Gadis itupun cantik jelita, wajahnya yang berbentuk bulat,
kulitnya putih halus dan kemerahan seperti kulit seorang bayi.
Rambut dan alis matanya hitam sekali, membuat wajah itu
nampak semakin putih. Tubuhnya mungil kecil namun padat
dan ramping dan ia nampak lembut dan lemah gemulai dalam
gerakan silatnya. Mereka adalah Maniyoko dan Ouwyang Kim.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka sedang berlatih silat tangan kosong dan keduanya
dapat bergerak dengan gesit bukan main. Dasar gerakan ilmu
silat mereka adalah ilmu silat dari selatan karena sebelum
menjadi bajak laut, dahulu Ouwyang Cin adalah seorang ahli
silat dari selatan yang sudah mempelajari banyak macam ilmu
silat dari berbagai aliran, baik dari Siauw-lim selatan maupun
dari Butong-pai. Namun, ilmu silatnya berkembang dan
bercampur dengan aliran lain, bahkan telah dikombinasikan
dengan ilmu bela diri dari Jepang.
Dalam latihan, nampak gerakan Ouwyang Kim lebih cepat
dan ringan, dan ia lebih banyak menyerang dari pada
suhengnya (kakak seperguruannya). Namun, gerakan
Maniyoko yang mantap dan kokoh dapat membuat pemuda
Jepang ini mampu menangkis atau mengelak dari semua
serangan lawannya. Akhirnya dia meloncat ke belakang dan berseru, "Cukup,
sumoi, desakanmu membuat aku repot sekali. Sungguh
kecepatan gerakanmu luar biasa!" pemuda itu memuji dan
pandang matanya penuh rasa kagum dan sayang kepada
sumoinya. Ouwyang Kim tersenyum. "Aih, engkau selalu memuji,
suheng. Engkaupun sudah maju pesat, kedua tanganmu berat
sekali." "Sumoi, mari kita berlatih pedang. Gerakan di bagian akhir dari ilmu pedang kita
sungguh masih terlalu sulit bagiku,
belum juga aku mampu melakukannya dengan sempurna."
Pemuda itu mengambil dua batang pedang yang memang
sudah dipersiapkan di situ. Biasanya, mereka berlatih di dalam
ruangan berlatih silat yang cukup luas di bagian belakang
gedung. Akan tetapi karena pagi hari yang cerah itu amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panas, mereka memilih untuk terlatih di taman, di udara
terbuka. "Suheng , memang ilmu pedang Raja Matahari yang
dirangkai ayah merupakan ilmu pedang yang sukar. Ilmu
pedang itu diambil dari jurus-jurus pilihan dari semua ilmu
pedang yang pernah dipelajari ayah, dicampur dengan ilmu
pedang dari Jepang yang menggunakan pedang samurai.
Kalau kita belum pernah mempelajari ilmu-ilmu pedang dari
ayah, tidak mungkin kita akan mampu menguasai Jit-ong-
kiamsut (Ilmu Pedang Raja Matahari) ini dengan baik. Kita
harus tekun dan bagian yang sukar harus kita latih terus
menerus." Mereka lalu berlatih ilmu pedang. itu dan dalam hal ilmu
yang baru ini, ternyata Ouwyang Kim jauh lebih unggul dan
ialah yang memberi petunjuk-petunjuk kepada suhengnya.
Mereka berhenti berlatih ketika dari taman itu mereka
melihat sebuah kereta memasuki pekarangan depan. Mareka
tertarik karena yang datang dengan kereta itu bukanlah para
bajak atau golongan sesat yang biasa datang menghadap
Ouwyang Cin. Melihat muka-muka baru, kedua orang muda ini
tertarik dan tanpa bicara mereka menghentikan latihan dan
pergi ke depan untuk melihat siapakah para tamu yang datang
berkunjung. Ternyata kereta itu memuat sebuah peti dan tamunya
berjumlah empat orang yang sedang diterima oleh pelayan
penjaga yang seperti biasa menanyakan siapa mereka dan apa
keperluan mereka datang berkunjung. Ketika empat orang itu
melihat munculnya Maniyoko dan Ouwyang Kim, yang tertua
di antara mereka, berusia limapuluh tahun lebih bertubuh
tinggi kurus, segera menghadapi mereka dan bertanya dengan
sikap yang sopan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami mendengar bahwa locianpwe (orang tua gagah)
Ouwyang Cin mempunyai seorang murid laki-laki dan seorang
puteri yang keduanya gagah perkasa Apakah (anda berdua)
murid dan puterinya itu?"
Ouwyang Kim yang wataknya pendiam dan halus itu tidak
menjawab, membiarkan suhengnya yang menjawab. Maniyoko
memandang kepada penanya itu dan diapun berkata dengan
suara yang angkuh. "Benar, Tung-hai-liong Ouwyang Cin
adalah guruku, dan aku bernama Maniyoko. Sumoiku ini puteri
suhu bernama Ouwyang Kim. Siapakah paman dan ada
keperluan apa datang berkunjung?"
"Nama saya Coa Kun, seorang di antara Bu-tek Cap-sha-kwi
(Tigabelas Setan Tanpa Tanding), bersama tiga orang rekan
saya diutus oleh Yang Mulia untuk menghaturkan sedikit
bingkisan berikut suratnya, kepada locianpwe Tung-hai-liong
Ouwyang Cin." Berbeda dengan Ouwyang Kim yang jarang meningggalkan
rumahnya, Maniyoko sudah banyak terjun ke dunia kangouw
dia mengenal banyak tokoh kangouw, maka tentu saja dia
sudah pernah mendengar tentang Bu-tek Cap-sha-kwi. Dia
mengamati laki-laki tinggi kurus itu, melihat pedang yang
tergantung di punggungnya dan diapun berkata, "Ah, kalau
begitu tentu kami berhadapan dengan Bu-tek Kiam-mo (Iblis
Pedang Tanpa Tanding)!"
"Kongcu mempunyai penglihatan yang tajam sekali!" Bu-tek Kiam-mo memuji.
"Mari, paman, kami antar paman sekalian menghadap
suhu," kata Maniyoko dengan gembira, apa lagi mendengar
bahwa tokoh kangouw ini diutus oleh seseorang yang
disebutnya Yang Mulia. Tentu seorang tokoh besar. Diapun
menyuruh seorang pelayan penjaga untuk memberi laporan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada gurunya bahwa empat orang tamu hendak
menghadap diantar oleh dia dan sumoinya.
Coa Kun lalu menyuruh tiga orang rekannya untuk
menggotong peti yang dimuat di dalam kereta, sedangkan
kuda penarik kereta diserahkan kepada pelayan untuk dirawat.
Mereka berempat lalu mengikuti Maniyoko dan Ouwyang kim
memasuki gedung, menuju ke ruangan tamu yang berada di
bagian samping kanan. Di dalam ruangan tamu yang mewah itu telah menanti
Tung-hai-liong Ouwyang Cin yang duduk di kursinya dengan
sikap yang agung seperti seorang raja yang hendak menerima
orang-orang yang hendak menghadap. Biarpun usianya sudah
enampuluh enam tahun, tubuhnya gendut dan kepalanya
semakin botak, namun datuk ini masih nampak mencorong
dan berwibawa, seperti pandang mata seseorang yang merasa
yakin akan kekuatannya sendiri.
Bu-tek Kiam-mo Coa Kun juga seorang tokoh besar dalam
dunia kangouw, akan tetapi dia maklum bahwa kedudukannya
kalah tinggi dibandingkan kakek yang duduk di kursi dengan
angkuhnya itu, maka diapun segera memberi hormat dengan
merangkap kedua tangan depan dada, diikuti tiga orang
rekannya setelah meletakkan peti yang mereka angkut dari
dalam kereta tadi. "Saya Coa Kun dan tiga orang pembantu datang
menghadap locianpwe Ouwyang Cin untuk menyampaikan
salam hormat dari Yang Mulia di kota raja," katanya dengan suara lantang.
Ouwyang Cin, juga Maniyoko dan Ouwyang Kim
memandang dengan penuh perhatian, karena mereka terkejut
dan heran juga mendengar disebutnya Yang Mulia, sebutan
yang biasanya hanya diberikan kepada seorang kaisar, raja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau setidaknya pangeran. Akan tetapi, tak seorangpun di
antara mereka memperlihatkan perasaan heran itu pada
wajah mereka. "Coa Kun, jelaskan siapa yang kausebut Yang Mulia itu,
agar aku mengetahui dengan siapa aku berurusan," suara
datuk itu dalam dan parau.
"Saya sendiri tidak tahu siapa nama pemimpin besar kami
itu, locianpwe. Akan tetapi, Yang Mulia mengutus saya
menghadap locianpwe, selain menyampaikan salam
hormatnya, juga mengirim sekedar bingkisan dan surat
kepada locianpwe, harap locianpwe sudi menerimanya."
14. Ambisi Datuk Bajak Laut Dari Timur
Coa Kun memberi isyarat kepada tiga orang rekannya dan
mereka segera membuka tutup peti itu, memperlihatkan isinya
kepada tuan rumah. Dari tempat duduknya, Ouwyang Cin
dapat melihat bahwa peti itu terisi barang berharga seperti
kain sutera yang mahal, barang ukiran kuno, ada pula lukisan
indah dan barang-barang perhiasan dari emas dan perak.
Sungguh merupakan bingkisan yang amat besar nilainya.
Hatinya merasa senang, akan tetapi inipun tidak nampak pada
wajahnya. "Berikan surat itu kepadaku," katanya.
Coa Kun mengeluarkan sesampul surat dari saku bajunya
dan menyerahkannya kepada Ouwyang Cin. Datuk ini
membuka sampulnya, mengeluarkan sehelai surat yang ditulis
dengan huruf-huruf indah. Sebelum membaca isinya, dia
melirik ke arah cap di bawah surat sebagai tanda si pengirim
surat dan sekali ini, matanya terbelalak tanpa dapat dia
sembunyikan lagi saking kaget dan herannya. Tentu saja dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenal cap kebesaran itu, karena dahulu di waktu mudanya
sering dia melihat cap itu, yalah cap kebesaran Kaisar
Kerajaan Goan atau Mongol! Kerajaan itu telah jatuh duapuluh
tahun yang lalu, akan tetapi bagaimana sekarang ada
seseorang memakai cap kebesaran itu dan mengirim bingkisan
berharga kepadanya" Cepat dibacanya surat itu dan dia
menjadi semakin terheran-heran.
Surat itu menerangkan bahwa Kerajaan Goan kini sedang
menyusun kekuatan untuk bangkit dan berjaya kembali, dan
untuk tugas itu diserahkan kepada seorang pangeran dan
seseorang yang bergerak di bawah tanah, menggunakan
kedok dan hanya dikenal dengan sebutan Yang Mulia. Dan kini
Yang Mulia mengajak Ouwyang Cin untuk membantu
gerakannya menjatuhkan Kerajaan Beng, dengan janji bahwa
kalau berhasil kelak, maka Ouwyang Cin pasti akan diangkat
menjadi raja muda yang menguasai daerah timur!
Ouwyang Cin masih terbelalak, akan tetapi wajahnya
berseri-seri. Menjadi raja muda! Mana mungkin hal itu dapat
terjadi kalau tidak bekerja sama dengan kekuasaan besar
yang mempunyai balatentara kuat seperti bekas kaisar
Mongol" Dia kini hanya menjadi datuk golongan sesat! Tentu
saja jauh berlainan dibandingkan dengan menjadi seorang raja
muda! Sudah terbayang di pelupuk matanya betapa dia duduk
di singgasana, berpakaian sebagai raja muda tulen, dihadap
para pengawal dan disembah oleh seluruh rakyat di wilayah
timur! Membantu orang-orang Mongol mencoba untuk
meruntuhkan Kerajaan Beng baginya bukan berarti
memberontak, karena sekarangpun sebagai datuk sesat, dia
sudah dimusuhi oleh pemerintah. Pula, dia seorang peranakan
Jepang! Dibacanya sekali lagi isi surat itu, dan diliriknya isi peti, kemudian
dia mengangguk-angguk dan tersenyum puas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, Coa Kun. Kami terima bingkisan dari Yang Mulia
dengan ucapan terima kasih. Dan kami setuju untuk bekerja
sama, akan tetapi kami ingin mendengar lebih banyak tentang
rencananya. Kita bicarakan hal itu sambil makan minum,
saudara Coa Kun!" Ouwyang Cin dengan gembira lalu menoleh
kepada puterinya dan berkata, "Katakan kepada ibumu agar
menyiapkan hidangan besar untuk menjamu para tamu kita
yang terhormat." Ouwyang Kim mengerutkan alisnya, akan tetapi ia tidak
berani membantah dan mengangguk, lalu masuk ke dalam
untuk memberitahu kepada ibunya. Sebagai seorang yang
kaya raya, Ouwyang Cin dapat saja membuat pesta setiap
hari, karena ternak tinggal potong, bumbu-bumbu sudah
sedia, tukang masakpun ada. Segera terjadi kesibukan di
dapur, dipimpin oleh Nyonya Ouwyang Cin, dan dibantu pula
oleh Ouwyang Kim. "A Kim, siapa sih tamu-tamunya maka harus dibuatkan
jamuan besar segala?"
"Tamunya itu seorang di antara Bu-tek Cap-sha-kwi, ibu,
namanya Coa Kun dan julukannya Bu-tek Kiam-mo, julukan
yang mergandung kesombongan besar. Akan tetapi bukan
karena dia itu berjuluk Setan Pedang Tanpa Tanding maka dia
dijamu ayah, melainkan karena dia mengaku sebagai utusan
Yang Mulia." Wanita cantik yang lembut itu memandang kepada
puterinya dengan heran. "Yang Mulia" Siapa itu?"
"Aku tidak tahu, ibu. Coa Kun itu menyerahkan surat dan


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

barang hadiah yang serba mahal. Setelah membaca surat itu,
ayah kelihatan senang sekali dan menjamu Coa Kun yang
tadinya sama sekali tidak dihormatinya. Jelas bahwa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengutus orang itulah yang dihormati ayah, dan aku tidak
tahu siapa itu Yang Mulia."
"Sebutan Yang Mulia hanya ditujukan kepada kaisar atau
raja atau orang yang besar kedudukannya. Kalau Kaisar,
kiranya tidak mungkin mengirim hadiah dan surat kepada
ayahmu, ah, aku khawatir ........." wanita itu termenung.
"Khawatir apa, ibu?" Ouwyang Kim bertanya.
"Ayahmu tentu hanya mengenal dua orang kaisar, yaitu
kaisar Kerajaan Beng yang baru berdiri duapuluh tahun, dan
tentu saja kaisar lama, kaisar Mongol dari Kerajaan Goan yang
sudah jatuh. Aku khawatir sekali karena aku sudah mendengar
bahwa orang-orang Mongol berusaha untuk membangun
kembali pemerintah Mongol yang sudah jatuh. Jangan-jangan
........ ayahmu didekati orang-orang Mongol untuk membantu
mereka memberontak dan mendirikan lagi Kerajaan Mongol."
Gadis itu mengangguk-angguk. "Mungkin sekali, ibu. Akan
tetapi, ayah memang seorang petualang yang tidak pantang
melakukan apa saja demi keuntungan ........" suara gadis itu terdengar penuh
kedukaan. Ia sependapat dengan ibunya,
yaitu bahwa pekerjaan seperti yang dilakukan ayahnya,
menjadi datuk para bajak laut, merupakan pekerjaan yang
jahat dan tidak baik. Pada dasarnya, ibu gadis itu seorang
wanita Jepang, puteri seorang samurai yang berjiwa lembut
dan tidak suka melihat perbuatan jahat dan kekerasan
sehingga ketika menjadi isteri seorang seperti Tung-hai-liong
seorang datuk yang hidupnya penuh dengan kekerasan, ia
hidup dalam keadaan batin tertekan dan menderita.
"Akan tetapi, menjadi pemberontak" Ini sudah keterlaluan,
A Kim. Berbahaya sekali pekerjaan itu. Bagaimana mungkin
menentang pemerintahan yang mempunyai ratusan ribu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasukan" Sebaiknya kalau ayahmu tidak melibatkan diri
dengan pemberontakan."
"Akan tetapi, belum tentu surat itu datang dari
pemberontak Mongol, ibu."
"Syukurlah kalau begitu. Akan tetapi hatiku tidak enak, A
Kim. Engkau harus dapat memperoleh keterangan yang jelas.
Kalau benar dugaanku bahwa ayahmu didekati pemberontak,
kita berdua harus mencegahnya dan membujuknya. Maniyoko
tidak bisa kita harapkan, selalu mentaati ayahmu sampai
mati." "Ibu, andaikata benar demikian dan kita tidak berhasil
membujuk ayah" Ibu tahu akan kekerasan hati ayah."
"Kalau begitu, kita harus menentangnya! Maksudku,
engkau harus menentangnya karena aku sejak kecil tidak suka
mempelajari ilmu silat. Aku tidak suka melihat ayahmu
memberontak. Engkau harus berjuang untuk menentang
pemberontakan itu sehingga engkau akan dapat mencuci noda
karena perbuatan ayahmu. Aku tidak ingin melihat engkau
kelak dihukum karena menjadi anak pemberontak. Nah, tidak
perlu engkau membantu di dapur, A Kim. Keluarlah dan
ikutlah dengan mereka bercakap-cakap. Engkau seorang ahli
silat, engkau pantas saja untuk ikut berbincang. Akan tetapi
jangan tergesa-gesa mencela ayahmu di depan tamu. Aku
ingin engkau mengetahui sepenuhnya siapa Yang Mulia yang
mengirim surat kepada ayahmu itu dan bagaimana bunyi
suratnya." Ouwyang Kim yang sejak kecil lebih dekat kepada ibunya
dari pada ayahnya, kecuali kalau ia sedang berlatih silat,
mengangguk dan iapun meninggalkan dapur, kembali ke
ruangan tamu di mana ayahnya masih bercakap-cakap sambil
minum arak harum yang membuat lidah mereka lebih lancar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bicara. Melihat puterinya muncul, Ouwyang Cin tidak
menegurnya. Puterinya itu memang tidak dipingit seperti para
gadis lainnya, namun dibiarkan bebas dan sudah biasa
puterinya hadir kalau dia sedang menerima tamu penting.
"Sumoi, apakah engkau tidak membantu subo yang sibuk di
dapur?" Maniyoko bertanya, nadanya tidak menegur dan
halus. Dia selalu bicara halus kepada sumoinya itu.
Ouwyang Kim cemberut. "Suheng, kenapa aku saja yang
harus membantu selalu" Kenapa tidak engkau yang sekarang
membantu" Aku ingin mendengar percakapan ayah dengan
tamu penting ayah, aku ingin sekali tahu, siapa sih yang
disebut Yang Mulia itu" Apakah Kaisar atau Raja?"
Bu-tek Kiam-mo Coa Kun mengerutkan alisnya, khawatir
melihat gadis cantik yang bebas itu. Sungguh berbahaya
membuka sebuah rahasia kepada seorang gadis seperti ini,
pikirnya. Akan tetapi agaknya Ouwyang Cin mengerti akan
kekhawatiran tamunya, maka dia tertawa bergelak.
"Ha..ha..ha, saudara Coa Kun, harap jangan khawatir.
Anakku Ouwyang Kim ini selain dapat dipercaya, juga ia bukan
seorang gadis lemah. Dan aku tidak biasa menyimpan rahasia
terhadap puteriku sendiri. A Kim, yang disebut Yang Mulia itu
adalah wakil Kaisar Kerajaan Goan .......".
"Bukankah Kerajaan Goan itu Kerajaan Mongol ayah" Dan
bukankah sekarang sudah tidak ada lagi Kerajaan Mongol itu?"
"Ha..ha..ha, kaulihat saudara Coa Kun, betapa cerdiknya
puteriku ini. Jangan pandang ringan anakku ini! Benar, A Kim,
akan tetapi kau keliru kalau mengira bahwa Kerajaan Goan
sudah tidak ada. Kerajaan itu masih ada, hanya untuk
sementara ini menyingkir karena dikalahkan pemberontak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duapuluh tahun yang lalu. Sekarang sedang menyusun
kekuatan dan menawarkan kerja sama dengan ayahmu."
"Aih, ayah main-main saja. Aku tidak percaya!" kata
Ouwyang Kim cemberut. "Ha..ha, kaubaca sendiri suratnya!" Ayahnya melemparkan surat itu dan Ouwyang
Kim menyambutnya, lalu membacanya,
cepat sekali, lalu mengembalikannya kepada ayahnya. Ia
sudah hafal akan isinya dan bahkan ia mengingat-ingat dan
mencatat bentuk tulisan yang indah itu.
"Sekarang aku baru percaya, ayah."
"Dan bagaimana pendapatmu?" tanya ayahnya.
Coa Kun menatap tajam wajah gadis itu karena dia ingin
sekali mendengar pendapatnya. Bagaimanapun juga dia lebih
percaya kepada Maniyoko dari pada gadis ini.
Ouwyang Kim memandang kepada Coa Kun dan tiga orang
temannya, lalu menoleh kepada ayahnya dan tersenyum. "Aku
tidak mempunyai pendapat, ayah. Urusan itu sama sekali tidak
menarik hatiku, yang lebih menarik adalah tamu kita ini." Ia memandang kepada
Coa Kun sambil tersenyum.
"Ehh" Apa maksudmu, A Kim" Apanya yang menarik pada
diri saudara Coa Kun ini?" Ayahnya bertanya heran, mengira bahwa puterinya
tertarik kepada tamu pria yang usianya
sudah limapuluhan tahun lebih itu.
"Yang menarik hatiku adalah pedang di punggungnya dan
nama julukannya, ayah. Paman Coa Kun engkau dijuluki orang
Bu-tek Kiam-mo (Setan Pedang Tanpa Tanding)! Tanpa
Tanding atau tak terkalahkan, bukan main! Aku jadi ingin
sekali minta pelajaran dalam ilmu pedang darimu, paman,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena aku yakin bahwa dari seorang jago pedang yang tak
pernah terkalahkan, aku akan mendapatkan banyak petunjuk "
"Sumoi .........," Maniyoko terkejut mendengar ini.
"Aih, nona harap jangan main-main dengan pedang ......"
Bu-tek Kiam-mo berkata sambil tersenyum lebar, ada rasa
bangga mendapat pujian seorang gadis cantik, akan tetapi
juga perasaan tidak enak karena yang menantangnya
mengadu ilmu pedang adalah puteri tuan rumah.
Akan tetapi, Tung-hai-liong Ouwyang Cin tertawa bergelak,
hatinya senang sekali. "Apa yang dikatakan puteriku memang benar. Kami sudah
lama mendengar nama besar Cap-sha Bu-tek-kwi, dan kebetulan yang datang
berkunjung adalah seorang di antara mereka yang ahli pedang. Puteriku memang
suka sekali mempelajari ilmu pedang, oleh karena itu, harap
saudara Coa Kun tidak terlalu pelit untuk memburu sekedar
petunjuk untuk puteriku, agar menambah pengetahuannya
yang dangkal dan pengalamannya yang sempit."
Ucapan merendah ini bukan timbul karena kerendahan hati,
melainkan karena diam-diam kakek datuk inipun memandang
rendah tamunya dan dia yakin puterinya akan mampu
menandingi Bu-tek Kiam-mo karena dia tahu akan kelihaian
puterinya. Mendengar ucapan itu, Bu-tek Kiam-mo merasa seolah-olah
kepalanya menjadi membengkak besar dan hatinya yang
memang sombong itu menjadi senang bukan main. Inilah
kesempatan untuk pamer, memamerkan kepandaiannya tanpa
memberi kesan pamer kepada pihak tuan rumah. "Tapi
pedang adalah benda mati, aku khawatir kalau kesalahan
tangan dan melukai nona." Kembali dalam ucapan ini
terkandung kesombongan, seolah-olah dia sudah yakin akan
mengalahkan nona itu dan takut kalau sampai melukainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha..ha, dalam pertandingan pedang, biasalah kalau ada
yang terluka. Akan tetapi kami yakin bahwa saudara Coa Kun
akan bermurah hati dan tidak sampai melukai A Kim
terlampau parah," kata pula Ouwyang Cin.
Mendengar semua ucapan itu, senanglah hati Ouwyang
Kim. la memang sengaja mencari akal menantang tamu
ayahnya itu untuk membikin malu kepadanya dan untuk
melampiaskan hatinya yang mendongkol melihat ayahnya
terbujuk dalam persekutuan pemberontak dengan orang-
orang Mongol. Melihat ayahnya sudah menyetujui, gadis itu
sudah mencabut pedangnya dan ia pergi ke tengah ruangan
yang luas itu. "Kurasa ruangan ini cukup luas untuk bermain pedang. Suheng,
tolong angkut kursi dan meja itu ke tepi agar
tempatnya lebih luas."
Ouwyang Cin memberi isyarat agar Maniyoko
melaksanakan permintaan sumoinya itu dan dia sendiri
memandang kepada Coa Kun dan tiga orang temannya
dengan tertawa. "Marilah, saudara Coa Kun harap jangan
sungkan. Sambil menanti selesainya hidangan, mari engkau
memberi petunjuk kepada A Kim"
Melihat tempat itu sudah diperluas dengan disingkirkannya
meja kursi ke tepi, dan melihat gadis itu sudah siap dengan
pedang di tangan, Coa Kun tersenyum dan mengangguk ke
arah tuan rumah. "Kalau memang dikehendaki, baiklah. Mari
kita main-main sebentar, nona."
Berkata demikian, tangan kanannya bergerak ke atas
kepala dan tiba-tiba saja dia sudah mencabut pedangnya.
Gerakannya memang cepat dan pedang itu mengeluarkan
sinar ketika dia menggerakkannya dan dia sudah meloncat ke
depan Ouwyang Kim, memasang kuda-kuda yang gagah
sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat lawan sudah siap, Ouwyang Kim lalu berseru, "Bu-
tek Kiam-mo, bersiaplah dan lihat seranganku!" Iapun
menggerakkan pedangnya, mulai menyerang dan begitu
menyerang, ia menggunakan jurus dari Jit-ong-kiamsut yang
amat hebat. Bukan main kagetnya hati Coa Kun melihat sinar
terang dari pedang gadis itu menyambar ke arah dadanya.
Pedang itu diputar sedemikian rupa sehingga merupakan
gulungan sinar terang yang meluncur ke dadanya. Sebagai
seorang ahli pedang, dia mengenal jurus pedang yang amat
berbahaya, maka diapun cepat meloncat ke belakang sambil
memutar pedangnya membentuk perisai untuk melindungi
dirinya. "Trang..trang..trang .........!!" berulang kali kedua pedang itu bertemu di
udara dan nampak bunga api berpijar
menyilaukan mata. Kembali Coa Kun terkejut setengah mati
karena setiap kali pedangnya bertemu pedang lawan,
lengannya terasa hampir lumpuh karena terserang getaran
yang amat kuat. Dan Ouwyang Kim tidak menghentikan serangannya,
melainkan menyerang dan mendesak terus dengan ilmu
pedang Raja Matahari yang gerakannya asing dan aneh bagi
Coa Kun. Hal ini tidak mengherankan karena memang ilmu
pedang itu dirangkai oleh Tung-hai-liong dari berbagai ilmu
pedang bercampur dengan ilmu samurai Jepang!
Coa Kun mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya
untuk melindungi dirinya. Gadis itu sama sekali tidak memberi
kesempatan kepadanya terus menyerangnya secara bertubi-
tubi dan karena memang setiap serangan itu amat berbahaya,
Coa Kun hanya mampu mengelak dan menangkis, tanpa
mampu membalas sejuruspun! Begitu bergebrak, dia terus
diserang dan makin lama serangan gadis itu semakin berat
dan berbahaya. Dia tahu bahwa kalau gadis itu menghendaki,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum tigapuluh jurus saja tentu dia dapat dirobohkan
dengan dada tertembus pedang atau leher putus!
Si Setan Pedang Tanpa Tanding itu sudah mandi keringat
dan wajahnya pucat. Betapa akan malunya kalau sampai dia
terluka. Sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa gadis
puteri datuk itu sedemikian lihainya walaupun dia tahu bahwa
ayah gadis ini memang seorang datuk yang sakti. Jangankan
baru dia seorang, biar dia dibantu tiga orang temannya itupun
belum tentu dia akan mampu mengalahkan Ouwyang Kim.
Lebih baik malu sedikit dari pada malu banyak.
"Cukup, nona, saya mengaku kalah!" serunya dan diapun melompat jauh ke belakang.
Biarpun dia malu, akan tetapi
setidaknya dia selamat dari menderita luka. Wajahnya pucat
dan dia masih mandi keringat.
Ouwyang Kim tersenyum. Gadis ini nampak biasa saja,
tidak berkeringat, dan tidak nampak lelah. Sudah tercapai apa
yang ia kehendaki, yaitu membikin malu tamu ini untuk
memperlihatkan ketidak senangan hatinya bahwa ayahnya
dilibatkan dalam persekutuan pemberontak. la menyimpan
pedangnya dan mengangguk kepada Coa Kun.
"Terima kasih atas petunjuk Bu-tek Kiam-mo!" Tentu saja
ucapan itu dimaksudkan untuk mengejek.
Dengan mengesampingkan rasa malunya, Coa Kun
memperlihatkan giginya yang kuning. "Heh..heh di depan
locianpwe Tung-hai-liong dan puterinya, saya tidak berani
menggunakan julukan itu. Kiamsut dari siocia amat tangguh
dan hebat, belum pernah saya menemui ilmu pedang sehebat


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu!" Dia mengangkat kedua tangan memberi hormat kepada
tuan rumah dan puterinya, lalu berkata lagi, "Sungguh pilihan Yang Mulia amat
tepat. Dengan bantuan locianpwe dan nona,
tentu kedudukan kita akan menjadi jauh lebih kuat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahh, saudara Coa Kun. Yang Mulia hanya mengajak aku,
dan aku hanya akan berkunjung bersama muridku, Maniyoko
ini. Anakku akan tinggal di rumah menemani ibunya dan
menggantikan aku menerima kunjungan para sahabat kami,"
kata Ouwyang Cin yang tidak ingin puterinya ikut pula dalam
pekerjaan besar itu. Pula, di rumah perlu ada wakilnya untuk
menerima sumbangan sebagai semacam upeti dari para
pimpinan gerombolan sesat di perairan ataupun di pantai.
Maniyoko mengatur kembali meja kursi dan kini mereka
duduk lagi bercakap-cakap dan sekali ini ditemani oleh
Ouwyang Kim. Gadis pendiam ini tidak ikut bicara, melainkan
sebagai pendengar yang mencatat semua percakapan itu di
hatinya. Tahulah ia bahwa ayahnya memang telah menerima
uluran tangan dari Yang Mulia, yaitu tokoh yang mewakili
Kerajaan Goan atau kerajaan orang-orang Mongol yang
mengadakan gerakan rahasia di kota raja dan yang berniat
untuk membangun kembali kerajaan Goan yang sudah jatuh
duapuluh tahun yang lalu.
Singkatnya, ayahnya telah bersekutu dengan golongan
pemberontak dengan janji bahwa kalau kelak gerakan itu
berhasil, pemerintah Kerajaan Beng dapat digulingkan dan
Kerajaan Goan bangun kembali, ayahnya akan diberi pangkat
raja muda yang berkuasa di daerah timur. Dan ayahnya akan
pergi bersama Maniyoko ke kota raja menghadap Yang Mulia
dan menerima tugas. Menurut keterangan Coa Kun yang didesak ayahnya,
mungkin sekali ayahnya mendapat tugas untuk bekerja sama
dengan mereka, merampas kedudukan bengcu atau pimpinan
kangouw yang akan diadakan di puncak Thai-san tahun
depan, sebulan sesudah tahun baru, dan membantu orang
yang ditunjuk oleh Yang Mulia agar menjadi bengcu.
Pendeknya, ayahnya harus membantu anak buah Yang Mulia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mencegah agar kedudukan bengcu jangan terjatuh ke
tangan orang yang setia kepada Kerajaan Beng. Kalau
kedudukan itu terjatuh ke tangan orang-orang Mongol, tentu
mereka akan dapat mengerahkan seluruh dunia kang-ouw
untuk membantu gerakan orang Mongol menggulingkan
Kerajaan Beng dan mendirikan kembali Kerajaan Goan!
Percakapan dilanjutkan ketika hidangan dikeluarkan. Sambil
makan minum mereka bercakap-cakap, dan Ouwyang Kim
hanya mendengarkan saja dengan sikap acuh, pada hal diam-
diam ia memperhatikan dan mencatat semua pembicaraan.
Setelah selesai makan minum sampai kenyang, Coa Kun
dan tiga orang temannya pamit dan mereka meninggalkan
rumah keluarga Ouwyang membawa hadiah yang diberikan
secara royal oleh Ouwyang Cin untuk menghormati utusan
Yang Mulia dari kota raja itu.
Baru setelah para tamu pergi, Ouwyang Kim menceritakan
semuanya kepada ibunya. Wanita itu merasa khawatir sekali
dan bersama puterinya, ia lalu menasehati suaminya agar
tidak melibatkan diri dalam pemberontakan.
"Langkahmu sudah terlalu jauh," demikian antara lain isteri yang gelisah itu
memberi nasihat, "mengapa tidak dipikir
secara mendalam" Menempatkan diri sebagai sekutu
pemberontak sungguh amat berbahaya, menyeret seluruh
keluargamu dalam bahaya. Di dunia kang-ouw engkau boleh
saja mengandalkan kepandaian untuk menjagoi akan tetapi
apa dayamu menghadapi balatentara kerajaan" Sebagai
pemberontak, engkau akan berhadapan langsung dengan
pemerintah dan kalau tertangkap, hukumannya hanya satu
yaitu mati berikut seluruh keluarga."
Ouwyang Kim juga membujuk ayahnya. "Mengapa ayah
percaya kepada seorang semacam Coa Kun itu" Ayah melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, omongannya saja besar, julukannya besar akan tetapi
buktinya, dia tidak ada gunanya. Kalau utusannya seperti itu,
tentu yang mengutusnya juga tidak banyak artinya."
"Ha..ha..ha, kalian tidak mengerti. Gerakan ini bukan
sekedar pemberontak biasa. Yang memimpin gerakan ini
adalah Para pangeran Kerajaan Goan yang berhasil mengungsi
ke utara. Kini mereka datang ke selatan dan menyusun
kekuatan untuk membangun kembali Kerajaan Goan. Tentang
siapa yang berkuasa, apa perduliku" Akan tetapi, mereka
mengirim hadiah yang amat berharga, dan selain itu, mereka
menjanjikan bahwa kelak kalau gerakan berhasil, aku akan
diberi kedudukan raja muda yang berkuasa di daerah timur.
Kalian dengar" Raja muda! Kalian akan menjadi isteri dan
puteri raja muda! A Kim, engkau akan menjadi seorang puteri
sejati, bangsawan tinggi. Dan tentang Yang Mulia itu, aku
sendiri tentu tidak akan sudi menghambakan diri kepada
orang yang tidak mampu. Aku akan melihat orang macam apa
adanya dia." Percuma saja ibu dan anak itu membujuk. Nafsu daya
rendah memang teramat kuat dan setiap orang manusia selalu
gagal menundukkannya. Kebutuhan kita hidup dalam dunia
amatlah terbatas. Untuk mempertahankan kehidupan ini,
cukuplah dengan sandang pangan dan papan sekadarnya.
Akan tetapi keinginan atau pengaruh nafsu tidak mengenal
batas, tidak pernah merasa cukup atau puas.
Nafsu adalah angkara murka, pementingan diri sendiri yang
tanpa batas. Segala daya upaya dalam kehidupan diarahkan
demi menyenangkan si aku, atau nafsu. Namun, nafsu tak
pernah puas, kesenangan yang diperoleh segera terganti
kebosanan dan dengan liar mencari kesenangan lain yang
belum diperolehnya. Hati akal pikiran sudah pula digelimangi
nafsu sehingga hati dan pikiran selalu membela kepentingan
nafsu dengan mengajukan berbagai dalih dan alasan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membenarkan tindakan yang didorong nafsu. Pengaruh nafsu
selalu menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, dan
tujuan itu tiada lain pasti sesuatu yang dianggap
menyenangkan si aku. Nafsu bagaikan api berkobar, makin
diberi umpan semakin besar nyalanya dan semakin tamak
ingin melahap segala yang ada.
Nafsu yang timbul dari daya rendah disertakan manusia
sejak lahir bukan merupakan kutukan. Sebaliknya malah,
nafsu merupakan anugerah dari Tuhan Maha Pengasih yang
amat mengasihi manusia sebagai ciptaanNya. Nafsu mutlak
perlu bagi kita dalam kehidupan di dunia ini. Tanpa adanya
nafsu kita tidak akan hidup seperti sekarang ini, bahkan
mungkin saja manusia tidak akan dapat berkembang biak
seperti sekarang. Nafsu yang bekerja sama dengan hati akal pikiran
membuat manusia dapat membuat segala benda yang
dibutuhkan dalam hidup ini, dapat membuat kehidupan
menjadi menyenangkan. Nafsu yang berada di panca indra
yang membuat kita dapat merasakan segala kenikmatan
hidup. Yang dinamakan kemajuan di bidang apa saja adalah
hasil dorongan nafsu pada hati akal pikiran manusia.
Mata kita dapat menikmati penglihatan indah, hidung kita
dapat menikmati penciuman harum, telinga kita dapat
menikmati pendengaran merdu, dan selanjutnya. Tanpa
adanya nafsu yang menimbulkan gairah, sukar
membayangkan bagaimana kehidupan ini. Kosong, hampa dan
tidak menarik. Kasih sayang Tuhan terbukti dengan
diikutsertakan nafsu kepada kita.
Seperti api, kalau kecil dan terkendali, nafsu amatlah
bermanfaat bagi kehidupan. Sebaliknya, kalau membesar dan
tidak terkendali, segalanya akan terbakar habis! Jadi
masalahnya, nafsu harus terkendali lalu bagaimana kita dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengendalikannya" Pertanyaan ini selalu diajukan manusia
sejak sejarah tercatat, dan sampai kinipun manusia masih
selalu berusaha dengan segala macam cara untuk menguasai
atau mengendalikan, nafsunya sendiri. Melalui tuntunan
agama, melalui keprihatinan, pertapaan, penyiksaan diri dan
segala macam cara lagi ditempuh manusia demi untuk dapat
menguasai dan mengendalikan nafsu.
Namun betapa pahitnya kenyataan itu, ialah bahwa jarang
sekali ada manusia yang berhasil dalam usahanya itu. Ada
yang sudah bertapa di tempat sunyi sampai bertahun-tahun,
tetap saja tidak mampu mengendalikan nafsunya. Ketika
berada di puncak gunung yang sunyi, nampaknya seolah dia
berhasil menidurkan nafsunya. Akan tetapi begitu ia turun
gunung, nafsunya bergejolak, bahkan menjadi semakin liar,
lebih kuat dari pada sebelum dia bertapa. Mengapa demikian"
Semua usaha hati akal pikiran untuk mengendalikan nafsu,
sebagian besar gagal karena hati akal pikiran juga sudah
digelimangi nafsu. Jadi, menggunakan hati akal pikiran untuk
menguasai nafsu! Tidak aneh kalau gagal! Pengetahuan dan
pengertian hati akal pikiran saja tidak mungkin dapat
mengalahkan nafsu. Semua orang yang melakukan perbuatan
tidak baik tentu tahu dan mengerti bahwa perbuatannya itu
tidak baik, namun tetap saja mereka melakukannya dan
mengulanginya. Kadang sesal datang setelah berbuat, namun
begitu nafsu datang mendorong, tidak ada kekuatan dalam
diri untuk menahannya, bahkan akal pikiran dan hatipun tidak
berdaya, bahkan menjadi pembela dari perbuatan yang
terdorong nafsu. Kita dihadapkan pada jalan buntu. Kita tidak dapat hidup
tanpa nafsu, akan tetapi kitapun terseret ke dalam dosa oleh
nafsu, dan kita tidak berdaya untuk mengendalikan lalu
bagaimana" Hanya ada satu pemecahannya, yaitu
mengembalikannya kepada Sang Maha Pencipta. Tuhan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menciptakan nafsu, maka hanya Tuhan yang akan dapat
mengembalikan nafsu kepada kedudukan dan tugasnya yang
semula, yaitu menjadi peserta dan pelayan bagi manusia
hidup di dunia, bukan sebagai majikan. Hanya Tuhan Yang
Maha Kuasa yang akan mampu mengembalikan api nafsu itu
menjadi api kecil yang terkendali sehingga amat bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, hanya dengan penyerahan yang tulus
ikhlas, penuh kesabaran dan ketawakalan, kepada Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang, maka segalanya akan
kembali teratur, sesuai dengan kehendak Tuhan, terjadi
karena, kuasa Tuhan. Tidak ada cara atau jalan lain! Hati akal
pikiran yang merupakan alat seperti juga anggauta tubuh
lainnya, kita pergunakan untuk keperluan lahiriah, bekerja dan
sebagainya. Adapun urusan rohaniah kita menyerah kepada
kekuasaan Tuhan. Sia-sia saja Ouwyang Kim dan ibunya membujuk dan
manasihati Ouwyang Cin yang telah menjadi hamba nafsunya
sendiri sehingga akhirnya ibu dan anak itu mengundurkan diri.
Bahkan ketika Ouwyang Cin dan Maniyoko berangkat menuju
ke kota raja, Ouwyang Kim tidak diperkenankan ikut.
"Engkau di rumah saja, A Kim. Engkau mewakili ayah
menerima kunjungan para sahabat dan menerima sumbangan
mereka dan mencatatnya, dan temani ibumu. Pekerjaan
mewakili ayah inipun penting dan jangan diabaikan."
Demikian pesannya kepada Ouwyang Kim. Gadis itu tidak
dapat membantah walaupun ia sebetulnya ingin sekali pergi
untuk melindungi ayahnya karena ia seperti juga ibunya,
khawatir kalau-kalau langkah yang diambil Ouwyang Cin itu
akan menjerumuskan kepada bencana bagi diri sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
15. Misteri Pada Pangeran Mahkota.
SETELAH Ouwyang Cin pergi, isterinya yang lembut hati itu
menangis. Sudah terlalu banyak air mata ditumpahkan wanita
ini sejak ia menjadi isteri datuk itu. Ia sendiri adalah puteri seorang pendekar
samurai yang baik hati, yang menentang
kejahatan dan kini ia menjadi isteri seorang datuk sesat!
Maka, pukulan paling hebat kini dirasakan ketika suaminya
menjadi sekutu komplotan pemberontak. Melihat ibunya
menangis, A Kim merangkulnya.
"Ibu, harap ibu jangan khawatir. Aku akan pergi ke kota
raja dan aku akan menentang semua usaha pemberontakan
itu. Dengan demikian, maka aku akan dapat menebus dosa
dan noda yang dilakukan ayah. Syukur kalau aku dapat
menyadarkan ayah sebelum terlambat."
Ibunya mengangguk pasrah. Ia tahu bahwa hanya itulah
satu-satunya jalan bagi mereka. Ia harus merelakan puterinya
karena ia sendiri tidak mampu berbuat sesuatu. Kalau usaha
mereka dengan bujukan kata-kata tidak berhasil, maka harus
dilanjutkan dengan tindakan untuk mencegah suaminya
menjadi seorang pemberontak.
"Hati-hatilah, A Kim. Ibu selalu mendampingimu dengan
doa. Tidak ada di antara nenek moyangmu yang menjadi
pemberontak, baik nenek moyangmu di Jepang maupun yang
berada di negeri ini. Sudah menjadi kewajibanmu untuk
menyelamatkan ayahmu, walau dengan taruhan nyawa."
Demikianlah, pada hari itu juga, Ouwyang Kim atau A Kim
berangkat menuju ke Nan-king, ibu kota Kerajaan Beng,
menyusul ayah dan suhengnya.
JJJ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesosok bayangan berkelebat seperti burung garuda
terbang saja di atas atap sebuah rumah makan kecil yang
berada di sudut kota raja. Tanpa menimbulkan suara
bayangan itu melompat turun dan beberapa detik kemudian
dia sudah berada di jalan raya yang sudah sepi karena malam
sudah larut. Dia adalah Sin Wan.
Tadi dia membayangi seorang yang dianggap
mencurigakan. Ketika orang itu memasuki rumah makan,
tempat itu segera ditutup dari dalam dan diapun mengintai
dari atap. Dilihatnya orang itu berbisik-bisik dengan tiga orang lain di dalam
rumah makan kecil itu. Maka, dia cepat
meninggalkan tempat itu dan langsung melapor kepada Bhok-
ciangkun. Bhok Cun Ki yang memang selalu mempersiapkan
pasukan keamanan, cepat mengirim seregu pasukan terdiri
dari duabelas orang yang dipimpin sendiri oleh Sin Wan,
menggerebek rumah makan itu. Akan tetapi apa yang dia
temukan" Hanya sebuah rumah kosong. Tak seorangpun
berada di situ dan jelas bahwa penghuni rumah makan itu


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah melarikan diri sebelum pasukan tiba. Padahal, dia
bergerak cepat dan tidak ada yang mengetahuinya.
Sin Wan merasa penasaran sekali. Sudah beberapa kali
sejak dia berada di rumah Bhok Cun Ki dan melakukan
penyelidikan, selalu usahanya menangkap mata-mata atau
orang yang dicurigai gagal. Pernah beberapa hari yang lalu,
menjelang tengah malam, dia mengejar sesosok bayangan
yang mencurigakan dan bayangan itu lenyap begitu saja di
dekat pintu gerbang pagar yang membentengi istana!
"Sungguh aneh sekali," dia mengomel ketika kembali ke rumah keluarga Bhok dan
berunding dengan panglima itu.
"Bagaimana mereka bisa mengetahui bahwa tempat itu akan
digerebek?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin di antara mereka terdapat banyak orang pandai,
sehingga dapat mengetahui gerakanmu. Kenapa tadi engkau
tidak turun tangan sendiri saja menangkap mereka?" tanya
Bhok Cun Ki. "Saya ingin bekerja secara rahasia agar mereka tidak
mengenal saya dan memudahkan penyelidikan saya, paman
Bhok. Kalau sekali mereka mengenal saya, tentu akan sulit
bagi saya untuk melakukan penyelidikan. Karena itulah saya
ingin agar pasukan keamanan yang menangkap mereka."
"Kurasa tidak perlu begitu, Sin Wan. Lambat laun mereka
Pasangan Naga Dan Burung Hong 9 Boma Gendeng 1 Suka Suka Cinta Pendekar Elang Salju 3
^